Pencarian

Kembalinya Manusia Rendah 1

Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana Bagian 1


"cuit".cuit"." cecuitan camar terdengar riuh sambil
melintas diatas permukaan laut yang menggulung
ombak menuju pantai, angin yang berhembus tenang
menuju daratan menyeruak rerimbunan hutan seiring
deburan ombak yang menghempas bebatuan pantai,
pesona alam yang menakjubkan dan membuat hati
sejuk dan teduh, terlebih pesona alam itu dinikmati
dari atas sebuah batu karang yang menjulang tingi,
serasa diri berada diawang menikmati birunya laut,
lembutnya belain angin yang berhembus, indahnya
nyanyian camar, riuhnya deburan ombak.
Hal itulah yang dirasakan oleh seorang gadis berumur
sembilan belas tahun yang sedang duduk diatas batu
karang ditepi pantai, perempuan itu luar biasa cantik,
matanya luar biasa indah cemerlang, hidungnya yang
mancung, pipinya yang ranum serta bibir yang merah
basah merekah, dia adalah Kwee-kim-in, sumoi dari
Im-yang-sin-taihap Kwaa-han-bu
Sejak keduanya bertemu lima tahun yang lalu,
mereka telah diikat kedekatan kekeluargaan, seiring
tugas yang mereka jalankan, maka selama empat
tahun perjalanan mereka, dan setahun keberadaan
keduanya di pulau kura-kura, telah menimbulkan
aneka perasaan diantara keduanya.
Awalnya rasa sayang yang timbul adalah rasa sayang
persaudaraan, terlebih umur keduanya bertaut
delapan tahun, namun ketika keduanya menyusuri
wilayah barat yang merupakan wilayah terakhir
penyisiran mereka akan keberadaan hek-te, pada hati
keduanya muncul perasaan lain
Suatu hari keduanya sedang beristirahat disebuah
sumber air, dalam hutan sebelah utara kota Hopei,
sebagaimana biasa Kwee-kim-in yang sudah berumur
delapan belas tahun mempersiapkan makanan berupa
binatang buruan untuk mereka makan, Kwee-kim-in
sangat telaten melayani suhengnya, setiap apa yang
dilakukan yang berhubungan dengan suhengnya,
selalu dijalankan dengan penuh semangat, kharisma
suhengnya, membuat ia tunduk lahir batin, sebaliknya
Kwaa-han-bu merasakan kenyamanan tiada tara
disamping sumoinya ini, sekali sumoinya tidak
memasakkan sesuatu untuknya, Kwaa-han-bu merasa
ada yang tidak pas, sekali tidak melihat keceriaan
sumoinya, rasanya ada yang hilang.
Hari itu Kwee-kim-in memasak panggang ikan air
tawar yang berhasil ditangkap oleh Kwaa-han-bu
dialiran sungai itu, aroma daging gurih demikian
membetik selera apalagi ditambah bauk nasi yang
hangat dan harum, Kwee-kim-in mengisi mangkok
dengan nasi, beserta daging ikan panggang yang
lembut, lalu Kwee-kim-in hidangkkan diantara mereka
"marilah suheng kita makan !" ujar Kwee-kim-in,
dengan senyum ceria Kwaa-han-bu menyambut
ajakan itu, wajah itu serasa tidak sabar ingin
menikmati masakan sumuionya yang pasti sangat
enak, sebagaimana sudah biasa di rasakannya.
Kwaa-han-bu demikian lahap menikmati
makanannya, disamping Kwee-kim-in yang dengan
lembut mengunyah makanannya, Kwaa-han-bu
merasakan makanannya ini luar biasa nikmat, seiring
matanya yang hangat menikmati wajah sumoinya
yang cantik yang duduk disampingnya.
Setelah keduanya selesai makan, Kwee-kim-in
mencuci mangkok nasi di pinggir sungai, semua
gerakannya demikian indah dan memikat dimata
Kwaa-han-bu, degupan jantung Kwaa-han-bu semakin
bertalu-talu ketika melihat, ikat rambut Kwee-kim-in
lepas, spontan Kwee-kim-in meletakkan mangkok
yang dicucinya, dan berdiri menghadap Kwaa-han-bu,
kemudian Kwee-kim-in mengangkat kedua tangannya
untuk mengikat rambutnya yang terlepas, gerakan
erotis sumoinya yang berwajah bidadari yang
tubuhnya sedang mekar dengan lekukan-lekukan
yang indah, pemandangan sekilas itu itu membuat
jantung Kwaa-han-bu menggelepar sayang dan
mesra. Kwee-kim-in duduk dengan senyum lembut menatap
wajah suhengnya yang tampan
"suheng, apakah pulau kura-kura masih jauh ?"
"tidak lagi sumoi, kira-kira kurang dari dua bulan kita
akan sampai dikota Kaifeng." jawab Kwaa-han-bu
"apakah kamu merasa lelah dalam perjalanan ini
sumoi ?" "tidak suheng, didekatmu aku tidak akan merasa
pernah lelah." jawaban Kwee-kim-in membuat
mereka saling pandang, wajah Kwee-kim-in berubah
merona merah, sebenarnya pernyataan itu sering
diungkapkan oleh Kwee-kim-in sejak mereka
memulai perjalanan dari kota Peng-bun, namun saat
itu umur Kwee-kim-in masih empat belas, lima belas
tahun, dan kali ini saat usianya delapan belas tahun,
pernyataan itu terdengar lain ditelinga keduanya.
"suheng kenapa engkau memandangku seperti itu,
tatapan suheng membuat aku gemetar dan
meremang saking malunya,"
"sumoi?" bisik Kwaa-han-bu sambil meraih jemari
Kwee-kim-in, Kwee-kim-in sontak lemah lunglai,
Kwaa-han-bu memegang kedua pundak Kwee-kim-in,
dan menarik kepelukannya, Kwee-kim-in merasakan
pelukan itu demikian hangat penuh getaran.
Kwaa-han-bu menundukkan kepala mengecup mata
Kwee-kim-in, hati kwee-kim-in menggelepar hangat,
lalu bibir Kwaa-han-bu melumat bibir Kwee-kim-in,
Kwee-kim merasakan dirinya melayang merasakan
gigitan kecil dan menyimpan sejuta geli yang
menghentak seluruh pembulu darahnya.
Kwaa-han-bu melepas lumatan panjang, dan
keduanya terhempas lemas dengan nafas memburu
"suheng"uu..uuu, suheng." bisik Kwee-kim-in lirih
diringin sedu sedan yang menyesak dadanya
sehingga ia menangis lemas dipelukan suhengnya
"In-moi, aku cinta padamu." bisik Kwaa-han-bu mesra,
mebuat Kwee-kim-in semakin haru dan saying
"Bu-ko, aku..aku merasakan bahagia yang tidak
terlukiskan, perlakuanmu hari ini membuat aku
melayang nikmat tidak terperikan, aku juga sayang
padamu Bu-ko." sahut Kwee-kim-in.
Setelah keduanya tenang dari amukan badai asmara
yang melanda "Bu-ko, keinginanku demikian besar selalu berada
disisimu, apakah begini yang dirasakan oleh cici-Tan-
sian-li ?" "kemungkinan besar demikian jugalah In-moi."
"hmh..alangkah perih hatinya ketika ia engkau
tinggalkan koko." "In-moi, kadang cinta membutuhkan pengorbanan,
kadang cinta butuh pengujian."
"Koko, jika keperihan Li-cici merupakan pengorbanan,
tentu pengorbanannya tidak akan sis-sia kan koko,
janganlah koko biarkan Li-cici mengalami keperihan
yang lama." "tentu In-moi, setelah mengambil langkah dengan
keadaan kita, maka tentu kita akan berkunjung lagi
kedesa Kang-hu." "maksud koko, bagaimana ?"
"setelah engkau menyempurnakan ilmu turunan kita,
maka kita akan menikah In-moi."
"koko, aku bahagia mendengarnya," sahut Kwee-kim-
in sambil mempererat pelukannya pada Kwaa-han-bu.
"marilah kita lanjutkan perjalanan kita !" ujar Kwaa-
han-bu, kemudian merekapun berdiri dan berkelabat
dari tempat itu Dua bulan kemudian merekapun sampai di kota
Kaifeng, keduanya memasuki sebuah likoan, pemilik
likoan dengan ramah menyambut Im-yang-sin-taihap
"she-taihap yang budiman, selamat bertemu kembali."
"selamat berjumpa paman."
"pelayan she-taihap segera dilayani !" seru pemilik
likoan pada pelayan, seorang pelayan menjura ramah
"twako, pesanan kami hanya nasi dan lauk pauknya
serta teh hangat." "baik she-taihap." sahut pelayan dan berbalik menuju
dapur "silahkan taihap, dan maaf saya tinggal dulu."
"oh ya tidak apa paman, silahkan." sahut Kwaa-han-
bu Para tamu mengangguk dengan senyum ramah
menatap Im-yang-sin-taihap
"Bu-ko, apakah mereka semua ini koko kenal ?"
"kenal nama atau kenal wajah tentu tentu tidak In-
moi, tapi penduduk kaifeng kenal belaka pada
keluarga kita di pulau kura-kura, terlebih pulau leluhur
kita kita itu termasuk wilayah kota Kaifeng." jawab
Kwaa-han-bu, Kwee-kim-in manggut-manggut
Saat makanan telah dihidang keduanya pun makan,
sekitar satu jam kemudian setelah keduanya selesai
makan, dua orang petugas pemerintah memasuki
likoan dan mendekati meja Kwaa-han-bu
"selamat berjumpa she-taihap."
"selamat berjumpa jiwi-sicu."
"she-taihap, kami pengawal Kao-kungcu, membawa
pesan untuk disampaikan pada she-taihap.
"pesan apakah itu ciangkun ?"
"dengan harapan besar Kao-taijin mengundang she-
taihap singgah di kediaman Kao-taijin."
"hmh..baiklah ciangkun, marilah kita menemui Kao-
kungcu." sahut Kwaa-han-bu, pemilik likoan datang
mendekat. "paman, berapakah harga makanan kami ?"
"tidak usah dibayar she-taihap, saya ikhlas dan
terimakasih, bahwa she-taihap sudah berkunjung ke
likoan saya." "waduh, kami jadi serba salah ini paman."
"tidak, taihap, janganlah merasa sungkan."
"baiklah paman, terimakasih atas semuanya, dan
kami pamit dulu karena Kao-kungcu memanggil
kami." "ya" silahkan taihap, semoga taihap panjang umur
dan selalu dalam keadaan sehat." sahut pemilik likoan
She-taihap pun meninggalkan likoan dan mengikuti
dua ciangkun ketempat Kao-kungcu
"selamat bertemu kembali she-taihap." sapa Kao-taijin
"selamat bertemu taijin yang mulia."
"saya sangat senang dengan kembalinya taihap dari
perjalanan panjang menyusuri Tionggoan, dan sangat
bersyukur bahwa she-taihap dalam keadaan sehat
dan baik." "berkat doa taijin, Thian melimpahkan berkah pada
kami." "oh-ya she-taihap yang budiman, apakah she-taihap
akan kembali ke pulau kura-kura ?"
"benar sekali paman, istana pulau kura-kura sudah
hampir sembilan tahun saya tinggalkan, tentu
keadaannya tidak terurus."
"oh ya kenalkan taijin, ini sumoi saya, namanya
adalah Kwee-kim-in, putri dari paman Kwee-thian
yang dulu berkediaman di Sinyang wilayah timur."
ujar Kwaa-han-bu memperkenalkan Kwee-kim-in,
Kwee-kim-in menjura hormat
"selamat bertemu she-taihap, senang bertemu dengan
she-taihap." ujar Kao-taijin."
"demikian juga saya taijin yang baik." sahut Kwee-
kim-in "lalu apakah rencana she-taihap selanjutnya ?"
"rencana kami akan menetap kembali di pulau kura-
kura, taijin." "hmh"jika demikian, sungguh amat baik she-taihap."
"kalau begitu jalur kepulau kura-kura akan kembali
beroperasi, bukankah demikian she-taihap?"
"benar sekali taijin, dan tentunya banyak hal yang
harus kami tata ulang setelah pat-hong-heng-te passif
selama ini." "benar sekali she-taihap, dan jika perlu bantuan,
janganlah sungkan berbagi dengan kami, dan sedaya
yang ada pada kami, selagi dapat membantu, maka
akan kami bantu." "terimaksih taijin atas budi baik dan kepeduliannya
pada kami." "baiklah she-taihap, karena hari sudah sore, sebaiknya
she-taihap menginap disini, dan besok kalau she-
taihap hendak ke pulau kura-kura berangkatlah."
"terimaksih taijin, bahwa kami disambut demikian
baiknya, dan besok kalau tidak aral melintang kami
akan berlayar ke pulau kura-kura."
Malam itu she-taihap menginap dirumah Kao-taijin,
dan keesokan harinya she-taihap meninggalkan kota
Kaifeng hendak ke pulau kura-kura, di tepi pantai
sapaan ramah para pelayan menyambut she-taihap
yang hendak berlayar ke pulau kura-kura, sebuah
perahu dibeli she-taihap atas arahan Kao-taijin.
Di tengah laut kedua she-taihap mendayung perahu
dengan santai sambil menikmati pemandangan laut
"Bu-ko, apa sajakah yang ada di pulau kura-kura, dan
bagaimana seorang kungcu demikian peduli dengan
pulau leluhur kita itu."
"In-moi, pulau kura-kura bagian dari kota Kaifeng, dan
terlebih sejak dahulu pulau itu merupakan pugaran
dari masyarakat kaifeng khususnya dan dunia
kangowu umumnya."

Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"apa sajakah yang telah dibuat rimba persilatan
terhadap pulau kura-kura?"
"Pulau itu dulunya adalah pulau kosong, setelah
kongcouw kita Kim-khong-taihap mendiami pulau itu,
dan beliau berstatus sebagai bengcu, maka pulau itu
dibangunkan istana yang megah, pesanggrahan, balai
pertemuan, dan bukoan pat-hong-heng-te, bangunan-
bangunan itu terwujud dari hasil jerih payah liok-lim."
"rasanya tidak sabar ingin menyaksikan dari dekat
keadaan pulau itu Bu-ko." sahut Kwee-kim-in
"dua hari lagi kita akan sampai In-moi jika kita
berlayar santai seperti ini, tapi kalau mau besok pagi
kita sudah sampai." "kalau begitu marilah kita percepat laju perahu kita
Bu-ko." "hmh" kalau begitu marilah In-moi." sahut Kwaa-han-
bu, lalu dengan sekali hentakan dayung perahu
melejit luar biasa dipermukaan laut.
Besok paginya she-taihap sampai di bibir pantai pulau
kura-kura, Kwaa-han-bu mengikatkan perahu di tiang
pelantaran, dan lalu keduanya memasuki pulau,
Kwee-kim-in terpana ketika melihat istana yang
demikian besar dan megah, setelah seharian melihat-
lihat keadaan bangunan, keesokan harinya Kwee-kim-
in diajak Kwaa-han-bu untuk memasuki pekuburan
penghuni pulau kura-kura, dengan takzim keduanya
bersimpuh di makam Kim-khong-taihap.
Sejak itu keduanya tinggal di istana pulau kura-kura,
Kwee-kim-in dengan ketekunan melatih pelajaran
ilmu silatnya dibawah bimbingan suhengnya, dua
bulan kemudian ketika keduanya sedang berlatih ilmu
silat bagian terakhir yakni Im-yang-pat-sin-im-hoat,
tiba-tiba muncul tiga orang lelaki berumur empat
puluh tahun, Kwaa-han-bu dan Kwee-kim-in
menghentikan latihan dan dengan senyum ramah
menyambut ketiga lelaki tersebut
"selamat bertemu sam-sicu." sapa Kwaa-han-bu
"selamat bertemu Im-yang-sin-taihap, saya adalah
Sim-couw-peng, dan ini Kam-song, dan yang ini Lauw-
kun, kami bertiga adalah pat-hong-heng-te di wilayah
utara." "syukur pada Thian, bahwa ternyata selain dari kami
berdua masih ada para susiok yang selamat, marilah
kita masuk kedalam sam-suheng !" sahut Kwaa-han-
bu dengan wajah berseri-seri, merekapun memasuki
istana. "sam-suheng, apa yang telah kalian alami selama
ini ?" "sutit, saat kedatangan Pah-sim-sai-jin di kediaman
suhu, kami bertiga tidak berada ditempat."
"sudah merupakan suratan dan ketetapan Thian sam-
suheng, lalu bagaimana sam-suheng tiba-tiba muncul
disini ?" "perjalanan sute ketika memasuki utara setelah
menundukan hek-te wilayah selatan dan timur, sudah
kami ketahui, dan kami menunggu sute di Yinchuan,
tapi sampai empat bulan kabar tentang sute tiba-tiba
hilang, akhirnya kami putuskan untuk berjalan
kewilayah timur dan berharap bertemu dengan sute,
namun hingga kami sampai di Sinyang, kami tidak
menemui sute, lalu kami terus keselatan, ketika kami
sampai di Han-zhong, kami mendengar Pak-kek-hek-
te telah bubar, dan kami merasa yakin bahwa itu
hasil usaha sute." "Lalu bagaimana selanjutnya Peng-suheng ?" tanya
Kwaa-han-bu "setelah pikir punya pikir, kami bertiga sepakat
menunggu sute di Paoteng, karena kami yakin, sute
akan menyusuri wilayah barat dan akan kembali
keselatan, dan sebulan yang lalu kami dengar bahwa
sute sudah berada di pulau kura-kura, jadi kami
langsung menuju kemari."
"terimaksih suheng, dengan keberadaan suheng, kami
merasa tidak sepi seperti ini."
"sute, bagaimanakah sebenarnya keadaan pulau
kura-kura saat didatangi oleh Pah-sim-sai-jin ?" tanya
Kam-song "suheng, saya adalah Kwaa-han-bu."
"artinya sute anak dari susiok Kwaa-san-lun dan cucu
buyut dari kong-bocouw Kwee-hong-in." sela Lauw-
kun "benar sekali kun-suheng, dan sumoi ini adalah Kwee-
kim-in putri dari Kwee-thian-susiok yang berada di
sinyang." sahut Kwaa-han-bu, ketiganya manggut-
manggut "selanjutnya bagaimana sute dengan kedatangan
Pah-sim-sai-jin ke pulau kura-kura.?" tanya Kam-song
"saat pertama Pah-sim-sai-jin datang, dia ditundukkan
kong-bo-couw Kwee-hong-in, dan dibuang kelaut, dan
ketika kedatangannya yang kedua, dia berhasil
membinasakan keluarga kita, yang saat itu saya
sedang berada dan tertidur di pekuburan."
"sungguh Thian maha pemurah, sehingga sute dapat
selamat saat itu." Sahut Sim-couw-peng
"benar peng-suheng, dan sejak itu saya mendalami
ilmu disini selama delapan tahun, kemudian setelah
itu saya keluar dan mengadakan penyusuran dan
pembersihan hek-te di wilayah Tionggoan.
"syukurlah bahwa usaha sute telah berhasil
melenyapkan Pah-sim-sai-jin." sahut Kam-song.
"lenyap dalam arti tewas tidak song-suheng, karena
Pah-sim-sai-jin manusia ganjil, dia memang melarikan
diri dengan lukan yang amat parah, tapi dari
keganjilan dirinya cendrung aku merasa dia akan
berulah lagi." "oh..demikiankan sute ?" sela ketiganya hampir
bersamaan "benar suheng."
"kalau begitu apa rencana sute selanjutnya ?" tanya
Sim-couw-peng "alangkah baiknya jika sam-suheng juga tinggal disini,
sehingga kita lebih banyak ide dan pemikiran tentang
apa dan bagaimana kita lakukan dengan pulau kura-
kura." sela Kwee-kim-in.
"pemikiran yang tepat menurut saya sam-suheng apa
yang dikatakan In-sumoi." sahut Kwaa-han-bu
"demikian juga bagus sute, namun kami juga punya
keluarga di Yinchuan."
"hmh.. jika demikian suheng, bagaimana kalau sam-
suheng kembali ke Yinchuan untuk memboyong soso
dan para sutit kesini." ujar Kwaa-han-bu, ketiganya
saling pandang "baiklah sute, dan kiranya bukan kita saja dari pat-
hong-heng-te yang masih selamat."
"jika hal itu benar suheng, alangkah baiknya jika para
suheng itu menggabungkan diri ke sini, sehingga she-
taihap dapat berkumpul disini." sela Kwee-kim-in
"saya juga sependapat suheng, bagaimana menurut
sam-suheng ?" sahut Kwaa-han-bu
"baiklah jika demikian sute dan sumoi, besok kami
akan kembali ke wilayah utara, dan jika bertemu
dengan saudara-saudara yang lain, pesan jiwi sute
akan kami sampaikan."
"dan juga suheng jika sudah sampai di utara, tolong
juga suheng menemui bibi Tan-cui-sian ibu dari In-
sumoi di kota Peng-bun, dan sampaikan pesan kami,
bahwa kami meminta supaya bibi ikut rombongan
sam-suheng pindah ke pulau kura-kura." ujar Kwaa-
han-bu. "baik sute, harapan sute dan sumoi akan kami subo di
Peng-bun." sahut Lauw-kun
"terimakasih kun-suheng." ujar Kwaa-han-bu.
Keesokan harinya berangkatlah Sim-couw-peng dan
dua rekannya ke utara, mereka mengadakan
perjalanan cepat, ketiganya menempuh perjalanan
dari wilayah timur ke utara, sementara Kwee-kim-in
melanjutkan latihannya menyempurnakan "Im-yang-
pat-sin-im-hoat" Sepuluh bulan kemudian ilmu tersebut pun telah
sempurna dikuasai oleh Kwee-kim-in.
"In-moi, tinggallah disini untuk beberapa hari, karena
saya akan ke Kaifeng mencari beberapa orang untuk
kita minta jasa tenaganya mengurus istana, baik
untuk memasak maupun untuk bersih-bersih."
"baiklah Bu-ko, dan segeralah kembali." sahut Kwee-
kim-in manja, Kwaa-han-bu meraih tubuh Kwee-kim-
in mesra dan memeluknya saying
"hanya beberapa hari In-moi." bisik Kwaa-han-bu
sambil mengecup bibir kekasihnya, sesaat mereka
terseret dalam pelukan birahi, sehingga mereka saling
pilin, lumat dan remas, kemesraan itu demikian
membakar, namun keduanya adalah manusia dari
turunan unggulan, yang tidak terjebak pada
pelanggaran batas susila.
Keesokan harinya Kwaa-han-bu menaiki perahu dan
melaju melejit kekota Kaifeng, dilepas Kwee-kim-in
dari pantai, setelah Kwaa-han-bu tidak lagi kelihatan,
Kwee-kim-in menelusuri pantai yang landai, sehingga
sampailah ia kesebuah batu karang yang menjulang,
dengan gerakan ringan dan indah Kwee-kim-in
melompat keatas batu karang, dia duduk menghadap
ke laut lepas menikmati panorama laut yang indah.
Ketika hari sudah sore Kwee-kim-in turun dari batu
karang, dan kembali ke istana pulau kura-kura, segera
Kwee-kim-in menuju air terjun dan mandi dikubangan
air yang jernih, sungguh keberadaannya di kubangan
air terjun kala sore itu demikian menakjubkan,
laksana bidadari yang turun dari kayangan di tempat
yang indah dan sunyi, setelah puas mandi, Kwee-kim-
in kembali kedalam istana untuk memasak makanan,
bayangan wajah suhengnya yang tampan menggoda
benaknya, sehingga dengan senyum terkulum ia
menepis bayangan itu. Dikota Kaifeng Kwaa-han-bu makan malam disebuah
likoan, setelah makan Kwaa-han-bu mendekati
pemilik likoan "paman, aku ingin minta pertolongan paman."
"oh..ada apakah she-taihap, apa yang bisa saya
bantu ?" "begini paman, kami butuh tenaga untuk mengurus
istana pulau kura-kura, kira-kira dimanakah saya
dapatkan orang-orang yang saya butuhkan paman ?"
"oh.. hal itu dapat kita usahakan besok taihap, saya
akan minta bantuan A-kek untuk mencari orang-orang
yang dibutuhkan she-taihap, kira-kira berapa orang
yang dibutuhkan taihap ?"
"kiira-kira lima belas orang paman, sepuluh orang
wanita dan lima orang laki-laki."
"hmh..baiklah taihap, besok akan kita usahakan."
"terimakasih paman, atas bantuannya, dan sekarang
saya akan istirahat." ujar Kwaa-han-bu, lalu ia
meninggalkan pemilik likoan dan masuk kekamar
untuk istirahat. Keesokan harinya, pemilik likoan menyuruh A-kek
untuk mencari orang-orang yang dibutuhkan oleh she-
taihap, dan sore harinya lima orang itu pun
didapatkan, sdehingga keesokan harinya Kwaa-han-
bu memboyong lima belas pekerja ke pulau kura-
kura, sesampai di pulau kura-kura Kwee-kim-in
menyambut kedatangan Kwaa-han-bu dengan
rombongan dengan pandangan berbinar, karena
selama tiga hari sendirian di dalam istana yang besar
dan megah, sekarang kekasihnya sudah kembali
hatinya sudah senang, ditambah istana akan ramai
oleh keberadaan para pekerja.
"bagaimana kabarmu In-moi ?" tanya Kwaa-han-bu
dengan senyum lembut "aku baik-baik saja Bu-ko." jawab Kwee-kim-in
dengan muka berseri-seri "sekarang In-moi bawalah sepuluh bibi ini dan
tentukanlah tugas yang akan mereka lakukan,
sementara aku akan berkeliling dengan lima paman
ini." "baik Bu-ko, marilah bibi semua, kita kedalam." sahut
Kwee-kim-in, kemudian merekapan masuk kedalam
sementara Kwaa-han-bu membawa kelima laki-laki
berumur empat puluh tahun berkeliling kebagian-
bagian bangunan di dalam pulau itu.
Tiga pat-hong hengte mengadakan perjalanan cepat,
sehingga empat bulan kemudian mereka sudah
sampai di kota Sinyang, ketiganya memasuki likoan
yang cukup ramai oleh pengunjung
"Peng-suheng, menurutmu apakah saudara-saudara
kita di Sinyang ini masih ada yang tersisa ?" tanya
Kam-song "kemungkinan itu ada song-sute, walaupun kecil kita
selidiki saja sampai dua hari, kalau tidak ada kita
akan lanjutkan perjalanan ke utara." jawab Sim-
couw-peng, sementara disamping mereka dua
pedagang sedang bercakap-cakap dengan serius
"Wan-twako, sebaiknya kita menemui Li-taihap dan
meminta bantuanya untuk meminta pertanggung
jawaban Tung-to-piauwkiok (golok timur) atas
keculasan mereka terhadap barang titipan kita."
"apakah Li-taihap dapat kita andalkan Tio-te,
masalahnya pangcu piuawkiok itu memiliki kesaktian
yang tidak rendah." "setahuku Wan-twako, Li-taihap adalah bekas Pat-
hong-heng-te, jadi kiranya, kita dapat mengandalkan
bantuannya."

Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"hmh.. jika demikian baiklah Tio-te, dimana bisa kita
jumpai Li-taihap ?" "di sebelah utara kota, jadi mari kita bergegas
kesana." Jawab she-Tio, kemudian merekapun segera
membayar pesanan, dan keluar dari likoan, Sim-couw-
peng dan dua rekannya pun mengikuti dua pedagang
tersebut. disebuah rumah yang sederhana kedua pedagang itu
berhenti, ketika mereka mengetuk pintu seorang laki-
laki berumur empat puluh tahun membuka pintu.
"selamat berjumpa Li-taihap." sapa she-Tio.
"selamat berjumpa jiwi-sicu, ada apakah gerangan ?"
"begini taihap, kami ingin menyampaikan sesuatu
pada taihap, dan kami harap taihap dapat membantu
kami." jawab she-Tio.
"ooh, silahkan masuk jiwi-sicu, maaf tempat
seadanya saja." "ah.. tidak apa-apa taihap." sahut she-Tio, kemudian
keduanya masuk kedalam, ketika ketiganya duduk,
Li-taihap bertanya. "apakah sicu Cuma berdua, ataukan masih ada yang
lain ?" "kami hanya berdua taihap ?" jawab she-tio
Sim-couw-peng dan kedua rekannya saling pandang,
lalu ketiganya melompat kedepan pintu
"kami juga hendak menemui Li-taihap." seru Sim-
couw-peng, Li-taihap berdiri dan membuka pintu
"maaf jika kedatangan kami membuat Li-taihap tidak
nyaman." "hmh.. siapakah sam-sicu ?" tanya Li-taihap
"kami hendak mencari saudara kami Pat-hong-heng-
te." jawab Sim-couw-peng, mendengar jawaban itu
Li-taihap terkejut dan lalu menjura
"silahkan masuk sam-sicu, mari kita bicara didalam."
ujar Li-taihap, setelah ketiganya masuk, dua
pedagang itu terkejut "bukankah tadi sam-sicu bersama kami di likoan ?"
"benar jiwi sicu, dan maaf kami mengikuti jiwi sicu
hingga sampai disini, karena kami mendengar tentang
Pat-hong-heng-te." jawab Sim-couw-peng
"lanjutkanlah dulu pembicaraan dengan jiwi sicu Li-
taihap, setelah itu baru kita bicara." Ujar Sim-couw-
peng "hmh" jiwi sicu, sampaikanlah apa yang hendak
disampaikan ?" sela Li-taihap kepada kedua pedagang
"Li-taihap, saya adala Tio-sin dan rekan saya ini
adalah Wan-keng, kami berdua mengalami masalah
yang tidak sehat." "apakah itu sin-sicu ?"
"dua minggu yang lalu kami menitipkan barang
kepada Tung-to-piuauwkiok, berupa kain yang hendak
di kirim ke kota Changchung, tetapi sampai disana,
teman kami yang menerima jumlah kain tidak sesuai
dengan yang kami titipkan, jadi kami minta
pertanggung jawaban piuawkiok tersebut, namun
kami tidak ditanggapi oleh pangcu piauwkiok
tersebut." "lalu apa yang bisa saya bantu jiwi-sicu ?" tanya Li-
taihap "jika dapat, tolonglah kami taihap untuk
menyelesaikan urusan dengan piauwkiok tersebut."
"baiklah jiwi-sicu, besok pagi aku akan jiwi sicu akan
menemui para piauwsu."
"terimaksih taihap, kalau begitu besok kami akan
datang lagi menemui taihap."
"baiklah jiwi-sicu." sahut Li-taihap, kemudian dua
pedagang itu pamit. Kemudian empat orang itu saling pandang
"Li-taihap, saya adalah Sim-couw-peng, dua sute saya
ini adalah Kam-song dan Lauw-kun, kami adalah
murid pat-hong-heng-te wilayah utara."
"saya adalah Li-wan-fu, satu hal yang menyenangkan
bahwa tiga saudaraku pat-hong-heng-te berkunjung
ditempatku yang buruk ini."
"demikian juga kami Fu-suheng." sahut Sim-couw-
peng "selain dari kunjungan yang menyenangkan ini,
apakah ada yang lain Peng-sute ?"
"Fu-suheng, kami memang sedang mencari saudara-
saudara kita yang masih hidup, selain suheng, apakah
masih ada saudara kita di wilayah timur ini yang
hidup " "masih ada sute, ada empat orang lagi saudara kita."
"kalau demikian Fu-suheng, dimanakah mereka, dan
dapatkah kita berkumpul ?"
"tentu sute, mereka juga di kota sinyang ini, marilah
kita ketempat Kui-suheng tidak jauh dari sini, hanya
dua blok dari perumahan ini." jawab Li-wan-fu
Empat pat-hong-heng-te pun bergegas menuju rumah
Coa-ban-kui. "Kui-suheng !" seru Li-wan-fu sesampai didepan
rumah, seorang lelaki berumur empat puluh lima
keluar "Fu-sute, ternyata kamu, masuklah !" sahut Coa-ban-
kui, lalu merekapun masuk kedalam rumah
"ada apakah Fu-sute ?" tanya Coa-ban-kui
"salam hormat kami pat-hong-heng-te wilayah utara
kepada Kui-suheng." sela Sim-couw-peng
"hmh.. sam-sute pat-hong-heng-te."
"benar suheng, saya adalah Sim-couw-peng
"saya adalah Kam-song"
"saya adalah Lauw-kun"
"hahhaha..hahha syukur pada Thian ternyata masih
ada saudara kami dari utara yang hidup." Sahut Coa-
ban-kui dengan wajah berseri-seri,"
"Kui-suheng, saya akan memanggil Lou-bhong sute,
Wan-gak-sute, Cu-kang-sute, supaya datang kesini."
sela Li-wan-fu "baiklah sute, segeralah panggil mereka." sahut Coa-
ban-kui. Satu jam kemudian delapan pat-hong-heng-te
berkumpul, pertemuan itu demikian mengharukan dan
menggembirakan "nah kita sudah berkumpul Peng-sute, apa yang
hendak sute sampaikan ?" tanya Li-wan-fu
"Kui-suheng, Fu-suheng dan sute sekalian, sebenarnya
usaha mencari sisa murid pat-hong-heng-te ini atas
suruhan Kwaa-sute Im-yang-sin-taihap di pulau kura-
kura." "oh-ya, apakah sam-sute sudah bertemu dengan She-
taihap Im-yang-sin-taihap ?" sela Coa-ban-kui
"benar Kui-suheng, kami menemui Kwaa-sute di pulau
kura-kura setelah perjalanannya yang menumpas
tirani Pah-sim-sai-jin di seluruh Tionggoan, bahkan
kami juga telah bertemu dengan sumoi kita Kwee-
kim-in putri dari supek Kwee-thian"
"hah" putri suhu Kwee-thian ?" seru kelima pat-hong-
heng-te wilayah timur, kelimanya saling pandang
"ada apakah suheng ?" tanya Sim-couw-peng
"kami tidak tahu dengan nama tersebut sebagai putri
dari suhu Kwee-thian, Peng-sute." jawab Coa-ban-kui
"hmh" hal itu memang jelas Kui-suheng, karena ibu
dari sumoi adalah orang utara, yang bernama Tan-cui-
sian." ujar Sim-couw-peng, kelima saudaranya
manggut-manggut."hmh" teruskan ceritamu Peng-sute, apalagi arahan
dari Kwaa-sute Im-yang-sin-taihap."
"Kwaa-sute mengharapkan kita semua yang masih
tersisa beserta keluarga untuk pindah ke pulau kura-
kura, bagaimana menurut Kui-suheng ?"
"harapan she-taihap sama halnya perintah suhu kita,
tentu kita akan menyetujuinya Peng-sute." jawab
Coa-ban-kui "benar, kita harus taat dengan arahan itu." sela Li-
wan-fu, semuanya mengangguk
"Jika demikian, kami akan bersegera kembali ke utara
untuk memboyong keluarga kami, dan juga Kwaa-
sute dan Kwee-sumoi mengharapkan supaya kita
juga membawa sekalian subo Tan-cui-sian dari kota
Peng-bun." "baiklah Peng-sute, berangkatlah kalian, dan kami
akan menunggu kalian disini, dan kita akan berangkat
bersama ke pulau kura-kura." sahut Coa-ban-kui
Keesokan harinya Sim-couw-peng bersama dua
sutenya berangkat ke utara, sementara Li-wan-fu dan
Cu-kang mendatangi Tung-to-piauwkiok beserta dua
pedagang, menjelang siang empat orang itu sampai
ke tempat piuwkiok, lima orang piauwsu mendekati
mereka "he she-Wan dan kamu she-Tio, apalagi maksud
kedatangan kalian !?" bentak salah seorang piauwsu
"kami meminta pertanggung jawaban piauwkiok
tentang ke beradaan kiriman kami yang kurang."
Jawab Wan-keng "kalian ini tidak jera, apakah urusan kedua orang ini
datang kesini." ujar piauwsu itu dengan marah sambil
melototkan mata pada Li-wan-fu dan Cu-kang
"ketelengasan dan keculasan kalian yang
menyebabkan kami mendatangi kalian, kalian telah
berbuat aniaya pada kedua saudara ini, jadi saya
minta supaya kalian bertanggung jawab atas perkara
yang menimpa dua saudara ini." sahut Li-wan-fu
"haha.hahha", apakah kalian punya nyali menghadapi
kami !?" cela piauwsu sambil tertawa dan di iringin
ketawa rekan-rekannya. "jika kalian tidak dapat diajak kompromi, maka kalian
akan merasakan akibatnya." tantang Cu-kang
"setan alas, berani muka mulut besar di depan kami !"
bentak piauwsu sambil menerjang Cu-kang
"plak"buk..aghhkk.." piauwsu yang menerjang,
terpelanting dan ambruk ketanah dengan muka
bengkak ditampar Cu-kang, dan perutnya berguncang
hebat kena pukulan Cu-kang, piauwsu itu pingsan
seketika, empat rekannya terbelalak, dan segera
menerjang Cu-kang, Cu-kang dengan gesit
menyambut serangan empat orang itu, dalam dua
gebrakan empat piauwsu itu terpelanting dan tidak
mampu bangkit lagi. Dua puluh orang piauwsu segera muncul mengurung
dua pat-hong-heng-te, Toan-gun pangcu keluar
"ada apa ini, bangsat, apa kalian punya nyawa
rangkap sehingga berani macam-macam dengan
saya !" teriak Toan-gun sambil menyerang dengan
cepat, Li-wan-fu dengan sigap melompat menyambut
serangan Toan-gun, sementara dua puluh anak
buahnya menyerang Cu-kang, pertempuran yang
ramai pun berlangsung, dua puluh piauwsu berusaha
mengganyang Cu-kang, namun piauwsu ini bukanlah
tandingan Cu-kang, dengan kelincahannya dua puluh
orang itu dibuat bingung, mereka pening dan nanar
mengikuti gerakan Cu-kang yang merubuhkan
mereka satu persatu. Toan-gun merasa ciut nyalinya setelah dalam sepuluh
jurus usaha untuk merubuhkan lawannya tidak
berhasi, bahkan dirinya terkesan lawan lunak bagi
lawannya, Li-wan-fu, sampai dua puluh jurus masih
posisi mengelak, dan ketika memasuki jurus dua
puluh satu, Li-wan-fu merubah gerakan bertahan
dengan gerakan serangan yang dahsyat bertubi-tubi,
"im-yang-jiu-lie-pat" yang memiliki gerakan tangan
yang kaya, membuat Toan-gun kelabakan dan kalang
kabut, hingga dalam lima jurus, setelah Li-wan-fu
menyerang, Toan-hun terjungkal muntah darah,
karena perutnya dikenai cakaran dan dadanya kena
pukulan Li-wan-fu. "sekarang pangcu, ganti rugilah kerugian dari dua
saudara pedagang itu, jika tidak kamu akan
mendapat celaka yang parah."
"b,,ba,,baik"aku aku akan mengganti rugi." sahut
Toan-gun terbata-bata, kemudian Toan-gun bergegas
kedalam dan mengambil kain yang yang mereka
ambil, kemudian menyerahkan kembali pada Tio-sin
dan rekannya sembari meminta maaf.
"baik sekarang urusan sudah selesai, dan saya harap
piauwsu yang anda pimpin tidak mengulangi
perbuatan tidak baik ini." ujar Li-wan-fu
"baik taihap, saya tidak akan mengulangi lagi." sahut
Toan-gun, setelah itu Li-wan-fu meninggalkan markas
piauwsu. Sim-couw-peng dan kedua sutenya memasuki kota
Peng-bun dan mencari kediaman subo mereka Tan-
cui-san, tidak sulit bagi ketiganya mencari kediaman
tersebut, mereka memasuki halaman sebuah rumah
yang sederhana, seorang wanita berumur empat
puluh tahun sedang menjemur pakaian, dia menatap
ketiga orang yang memasuki halaman rumahnya
"siapakah kalian, dan ada apa maksud datang
kemari ?" "maaf kouwnio, kami mencari ibu bernama Tan-cui-
sian, apakah ini tempat kediamannya kouwnio ?"
tanya Sim-couw-peng "benar , saya sendiri Tan-cui-sian, siapakah kalian ?"
sahut Tan-cui-sian, setelah mendengar jawaban itu
ketiganya menjura, karena dihadapan mereka ini
adalah subo mereka walaupun umurnya sepantaran
dengan mereka, bahkan Sim-couw-peng lebih tua
satu tahun . "Sobo, terimalah hormat tecu, kami adalah pat-hong-
heng-te wilayah utara."
"oh..silahkan masuk !" sahut Tan-cui-sian, kemudian
ketiganya masuk kedalam rumah


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"ada apakah sehingga kalian datang menemuiku ?"
"subo, saya bernama Sim-couw-peng, dan dua sute
saya ini adalah Kam-song dan Lauw-kun, dan
kedatangan kami membawa pesan dari sumoi Kwee-
Kim-in." "oh, kalian bertemu dengan putriku, bagaimanakah
keadaannya, dan apakah pesannya ?" sela Tan-sui-
sian "benar subo, dan kedaan sumoi sehat dan baik-baik
saja, sumoi sekarang berada bersama sute Im-yang-
sin-taihap Kwaa-han-bu, dan keduanya berada di
pulau kura-kura." "hmh..lalu apakah pesan dari sumoi kalian ?"
"sumoi dan sute memesankan supaya subo ikut kami
pindah ke pulau kura-kura."
"hmh.. apakah kalian juga diminta pindah kesana ?"
"benar subo, tapi kami harus ke kota sinyang dulu
untuk membawa keluarga kami yang ada disana."
"jika demikian peng-ji, aku akan ikut kalian."
"baiklah subo, jadi kami akan segera ke Yinchuan,
dan ketika mengadakan perjalanan, kami akan
singgah kesini untuk membawa subo sekalian."
"demikian juga bagus Peng-ji, dan aku akan siap saat
kalian singga kesini."
"baiklah subo, kami permisi dulu." ujar Sim-couw-
peng, kemudian merekapun meninggalkan Tan-cui-
sian. Sebulan kemudian ketiga Pat-hong-heng-te sampai
dikota Yinchuan, merekapun segera berkemas, dalam
jangka seminggu merekapun berangkat dengan
membawa keluarga mereka, mereka berjumlah tiga
belas orang yang mnengadakan perjalanan,
perjalanan mereka dilakukan secepat mungkin,
sehingga Tan-cui-sian tidak terlalu lama menunggu,
setelah bertemu dengan Tan-cui-sian, hanya sehari
mereka di Peng-bun, kemudian mereka melanjutkan
perjalanan menuju ke wilayah timur, dimana lima
saudara mereka menunggu. Ketika mereka sampai disebuah hutan sebelah barat
kota Sinyang, segerombolan perampok menghadang
mereka, pimpinan rampok adalah Bu-cin bekas murid
utama Pah-sim-sai-jin "tinggalkan barang kalian dan semua wanita !" bentak
Bu-cin "mari kita hajar perampok-perampok ini sute !" teriak
Sim-couw-peng, ketiganya dengan sigap menerjang
dua puluh lima perampok "buk..buk..buk.." dalam segebrakan tiga perampok
sudah terlempar kena pukulan ketiga pat-hong-heng-
te "sialan ! ayo ganyang ketiganya !" teriak Bu-cin sambil
menerjang Kam-song yang berada didekatnya,
pertempuran kembali berlanjut, anak buah bucin
bagaikan tahu lunak ditangan Sim-couw-peng dan
Lauw-kun, sementara Kam-song yang menghadapi
Bu-cin mendapat sedikit perlawanan seru, namun Bu-
cin bukanlah lawan Kam-somg, Kam-song masih jauh
diatas Bu-cin, hanya dalam lima puluh jurus Bu-cin
sudah dibuat kalang kabu, ilmu Im-yang-jie-lie-pat
demikian akurat membobol pertahanan Bu-cin,
sehingga pada satu kesempatan tendangan Kam-song
menghantam kepala Bu-cin dan tidak ayal Bu-cin
terlempar ambruk ketanah dengan kepala pecah,
seketika nyawa Bu-cin melayang, dari dua puluh lima
orang perampok hanya empat yang masih hidup dan
itupun dengan luka yang parah.
Rombongan Sim-couw-peng kembali melanjutkan
perjalanan, dan tiga hari kemudian mereka memasuki
kota Sinyang dan mereka menuju kediaman Coa-ban-
kui "sam-sute ternyata sudah sampai, istirahatlah dulu,
sambil kami berkemas-kemas."
"baiklah suheng, dan ini subo kita Tan-cui-sian juga
ikut bersama kami." sahut Sim-couw-peng, Coa-ban-
kui menjura hormat pada subo mereka, setelah
membicarakan keadaan perjalanan, empat orang pat-
hong-heng-te yang lain sudah datang bersama
keluarga mereka. Keesokan harinya, rombongan pat-hong-heng-te yang
berjumlah tiga puluh lima berangkat menuju pulau
kura-kura, iring-iringan itu menjadi perhatian para
penduduk dimana kota mereka lalui, suatu hari
mereka memasuki likoan di kota Hanzhong,
rombongan yang berjumlah besar itu memenuhi
likoan "sepertinya sicu dan rombongan dalam satu
perjalanan pindah ?" tanya pemilik likoan dengan
nada heran pada Lauw-kun yang hendak memesan
makanan "bebar sicu, kami rombongan pat-hong-heng-te."
"oh" hendak kemanakan tujuannya kalau boleh
tahu !?" "kami hendak ke pulau kura-kura."
"apakah pulau-kura-kura akan kembali seperti dulu ?"
"setidaknya mungkin akan seperti dulu."
"wah, kalau begitu sungguh melegakan, karena
pulau-kura-kura akan menjadi pusat kekauatan liok-
lim." "doakan saja sicu, semoga keadaan liok-lim akan
kembali baik." "ya..ya, sicu benar." sahut pemilik likoan, setelah
memasan makanan, Lauw-kun kembali duduk.
Setelah mereka selesai makan, rombongan pat-hong-
heng-te hendak melanjutkan perjalanan, namun
hendak keluar pintu gerbang kota sepasukan tentara
kerajaan datang menjumpai mereka
"cuwi semua diperintahkan oleh kungcu untuk
menghadap !" "ada apakah ciangkun, kami ini sudah hendak keluar
kota dan melanjutkan perjalanan." sahut Coa-ban-kui.
"hal apa, saya tidak tahu."
"baiklah ciangkun, Fu-sute, Peng-sute ! marilah kita
menghadap kungcu, sementara sute yang lain
melanjutkan perjalanan."
"baik suheng." jawab Kam-song dan yang lain-lain
"tidak begitu kalian semua mesti menghadap pada
kungcu !" sela pimpinan pasukan dengan nada keras,
hal ini membuat rombongan pat-hong-heng-te heran
"ciangkun"! kenapa demikian, jelaskan pada kami,
jika tidak maka kami akan abaikan apapun dari
kungcu anda." sahut Coa-ban-kui
"sudah saya katakan, hal apa saya tidak tahu, kalian
semua harus menghadap kungcu sekarang juga,
kalau tidak kami akan menangkap dan memaksa
kalian" "hmh" ada yang tidak beres kalau begini, Gak-sute,
Kun-sute bawalah rombpngan kita, dan setelah
membereskan masalah ini, kami akan menyusul !"
ujar Coa-ban-kui "baik suheng." sahut Lou-bhong, rombongan hendak
keluar gerbang kota "tunggu ! tidak ada yang boleh keluar!" teriak
ciangkun, namun rombongan itu tidak memperdulikan,
sementara enam pat-hong-heng-te sudah siaga
menghadang jika muncul serangan, ciangkun
melayang menyerang Pat-hong-heng-te, Coa-ban-kui
dengan cekatan menyambut serangan, sementara
lima pat-hong-heng-te dikurung pasukan yang
berjumlah tiga puluh orang
Bagi enam pat-hong-heng-te, pasukan yang mencegat
mereka ini bukan apa-apa "sute ! mereka ini hanya menjalankan perintah, jadi
jangan sampai ada yang tewas, setelah ini kita akan
selidiki hal yang janggal ini." teriak Coa-ban-kui,
kelima sutenya menahan diri untuk tidak
menewaskan pengeroyok yang laksana laron
memburu api. Ciangkun hanya mampu bertahan dalam tiga puluh
jurus, dan tubuhnya segera terjungkal menghantam
gapura hingga pingsan setelah dua pukulan keras dari
Coa-ban-kui menghantam dadanya, sementara anak
buahnya sudah tergeletak meringis kesakitan, tinggal
dua orang lagi yang berdiri dengan wajah pucat
ketakutan "Fu-sute, Peng-sute, mari kita selidiki hal ini kerumah
kungcu! sentara sam-sute menyusul rombongan,
lanjutkan saja perjalanan, setidaknya besok kami
sudah dapat mengetahui apa yang terjadi, sehingga
kami dapat meninggalkan kota." ujar Coa-ban-kui
"baik suheng, kami akan berangkat." sahut Cu-kang,
kemudian tiga dari pat-hong-heng-te meninggalkan
kota menyusul rombongan yang telah berangkat
Coa-ban-kui dan kedua sutenya menunggu sampai
malam untuk menyelidiki hal apa terjadi dengan
kungcu kota Hanzhong, setelah malam tiba, tiga
bayangan pat-hong-heng-te sudah berada diatas atap
kediaman kungcu, ketiganya berpencar menyelidiki
kedaan Di ruang tengah Wan-kungcu sedang marah-marah
didepan kepala pasukan yang tadi mencegat
rombongan pat-hong-heng-te
"habislah nyawa kedua anakku dibuat "Hui-bouw-
sam" (tiga harimau terbang)" keluh Wan-kungcu,
selagi Wan-kungcu mengeluh ketakutan, tiba-tiba tiga
orang muncul :bagaimana she-wan, apakah kamu sudah menawan
rombongan pat-hong-heng-te ?" tanya lelaki kekar
dan tampan berumur tiga puluh lima tahun, dia adalah
murid utama Pah-sim-sai-jin yang bernama Louw-kin
demikian juga dengan kedua orang rekannya yang
bernama Cia-lung dan Khu-tong
"maaf tai-ong, kami sudah laksanakan, namun
pasukanku tidak mampu menundukkan rombongan
tersebut." jawab Wan-kungcu gemetar
"goblok dan tidak becus ! kamu lebih memilih kedua
anakmu jadi permainan daripada mengerahkan
seluruh kekuatan pasukanmu menundukkan pat-
hong-heng-te." bentak Lou-kin
"kembalikanlah anakku tai-ong, aku memilki harta,
ambillah !" pinta Wan-kungcu
"hahaha..hahaha"apa kamu kira aku kesini mau
tawar menawar, ketahuilah ! jika kamu tidak berhasil,
jangankan anakmu yang sudah ditangan kami, harta
dan nyawamu akan saya ambil." ancam Hui-bouw,
Wan-kungcu makin pucat pias.
Keberadaan perampok gunung Hui-bouw dan anak
buahnya sudah dua tahun menjadi benalu dikota Han-
zhong, Wan-kungcu menjadi boneka bagi Hui-bouw-
sam dalam mengumpulkan harta, awalnya kota
Hanzhong sering terjadi pencurian harta benda, Wan-
kungcu sebagai pemimpin kota berusaha sekuat
kemampuan untuk memburu para pencuri yang
beraksi di kotanya, namun sampai lima bulan
pasukannya selalu gagal dan terbentur dengan
seratus anggota rampok yang rata-rata
berkepandaian lumayan. HIngga suatu malam para pencuri memasuki
kediaman Wan-kungcu, pasukan pemerintah berusaha
melawan, namun mereka tidak berdaya sehingga
Wan-kungcu dan pasukan terpaksa bertekuk lutut
"taijin goblok ! kamu tidak tahu berurusan dengan
siapa, sehingga berani mencoba menantang kami."
bentak Cia-lung, semua tertunduk ketakutan didepan
Hui-bouw "jika kamu masih sayang nyawa, maka kamu harus
tunduk pada aturanku."
"baiklah tai-ong, kami sudah tidak berdaya, dan kami
akan menurut kehendak tai-ong." sahut Wan-kungcu.
"bagus", jadi mulai saat ini, kamu tidak boleh
mengerahkan pasukanmu menghalangi pekerjaan
kami mencuri harta benda para penduduk,
mengerti !?" "mengerti tai-ong." sahut Wan-kungcu
"sekali engkau menunjukan gerakan yang menantang
kami maka kamu akan bunuh !" ancam Cia-lung,
Wan-kungcu menganguk-angguk
Sejak saat itu apapun kejadian yang berhubungan
dengan operasi tai-ong di kota Hanzhong, Wan-
kungcu tidak mau tahu, sehingga aksi tai-ong semakin
merajalela, sehinga pada satu ketika Hui-bouw dan
anak buahnya mendengar rombongan pat-hong-hen-
te yang hendak pindah ke pulau kura-kura
"twako"apa yang akan kita lakukan dengan
rombongan pat-hong-heng-te jika sampai ke
Hanzhong ?" tanya Khu-tong
"kita harus cegat mereka dan bunuh semuanya !"
jawab Lou-kin "apakah kita akan mampu menundukkan mereka "
dan saya dengar bahwa bekas pat-hong-heng-te itu
masih ada delapan orang." Sela Cia-lung
"mungkin kalau kita berhadapan langsung, kita akan
kesulitan untuk menundukkan mereka, namun aku
punya ide untuk memperdaya mereka." sahut Lou-kin
"bagaimanakah idenya Kin-twako ?" tanya Cia-lung
"kita mamfaatkan kedekatan pat-hong-heng-te
dengan kungcu, kita suruh kungcu mencegat mereka
dan menangkap rombongan, setelah rombongan di
penjara, maka dengan mudah kita membunuhi
mereka." jawab Lou-kin, kedua sutenya menyetujui
ide tersebut, lalu ketiganya mendatangi kediaman


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wan-kungcu Wan-kungcu yang menyambut ketiganya dengan
ramah dan menjilat "ada apakah tai-ong, apa yang bisa saya Bantu ?"
"she-Wan, sebuah rombongan akan memasuki kota
Hanzhong beberapa hari lagi, jadi kamu dan
pasukanmu cegat dan tangkap mereka, lalu
masukkan kepenjara." ujar Lou-kin
"siapakah rombongan itu tai-ong ?"
"mereka adalah pat-hong-heng-te, dan kami tahu
bahwa pat-hong-heng-te sangat taat pada
pemerintah, jadi gunakan kedudukanmu dan
kedekatanmu untuk menangkap mereka !"
"tapi tai-ong mereka adalah orang-orang
berkepandaian, dan mereka juga orang-orang yang
baik." "sialan berani membantah, kami tidak mau tahu,
pokoknya kamu harus berhasil memenjarakan
mereka, dan sebagai jaminannya dua anak gadismu
akan kami tahan." bentak Lou-kin, kemudian dua sute
Lou-kin bergerak masuk kedalam untuk meringkus
dua anak gadis Wan-kungcu, tidak berapa lama dua
anak gadis sudah dipanggul Khu-tong dalam kedaan
lemas "nah..kamu lihat she-Wan, jika kamu tidak berhasil,
maka kedua anakmu akan kami permainkan dan
kami bunuh !" ancam Lou-kin, Wan-kungcu pucat tidak
berdaya, sementara Wan-hujin yang berlari-lari dari
dalam menangisi anaknya yang diringkus manusia-
manusia bejat "kami pergi, dan kami akan datang lagi melihat hasil
usahamu !" ujar Lou-kin, dan ketiganya berkelabat
cepat meninggalkan kediaman Wan-kungcu
Wan-kungcu segera mengumpulkan seratus
tentaranya, dan memilih tiga puluh orang yang
memiliki kepandaian lumayan untuk melakukan tugas
itu "kalian tahu bahwa tugas ini amat sulit, Pat-hong-
heng-te mungkin akan menuruti permitaanku datang
kesini, jadi kalian siasatilah sehingga mereka dapat
kita tangkap." ujar Wan-kungcu
"taijin mereka itu adalah rombongan, lalu apakah
hanya pat-hong-heng-te yang kita tawan atau ikut
dengan keluarga mereka ?" tanya lelaki kekar
pimpinan pasukan "pat-hong-heng-te dan keluarganya." jawab Wan-
kungcu "baiklah kalau begitu taijin, sedapatnya akan kami
usahakan menangkap mereka." ujar ciangkun
Ketika mereka mencegat rombongan Pat-hong-heng-
te ternyata ajakan itu hanya dipenuhi enam orang,
dan hal itu tidak sesuai dengan rencana, sehingga
terjadi pertempuran dengan pihak Pat-hong-heng-te,
dan sebagaimana didepan enam orang Pat-hong-
heng-te melumpuhkan mereka.
"Tong-sute dan Lung-sute, segera geladah rumah ini,
ambil semua harta she-Wan ini !" teriak Lou-kin, Cia-
lung dan Khu-tong bergerak, namun dua puluh
pengawal menerjang menghalangi, terjadi
pertempuran yang ramai di ruang tengah itu
"bunuh semua !" teriak Lou-kin sambil melepaskan
pukulan sakti kea rah Wan-kungcu
"dhuarrrr.." pukulan sakti yang dilepas Lou-kin buyar
karena serangkum hawa pukulan dari samping, dan
Coa-ban-kui sudah muncul ditengah pertempuran
"ternyata para bandit tidak tahu diri yang
memamfaatkan kelemahan orang." ujar Coa-ban-kui
sambil menyerang Lou-kin, Lou-kin dengan sigap
melawan, baru dua gebrakan LI-wan-fu dan Sim-
couw-peng muncul menyerang Khu-tong dan Cia-lung,
para pengawal yang masih bertahan mundur
memberikan ruang pada tiga pertempuran segit yang
berlangsung. "buk.." sebuah pukulan keras menghantam dada Lou-
kin, sehingga ia terlempar dan melabrak lemari hingga
hancur "sialan" kubunuh kau !" teriaknya bangkit dan
langsung menyerang dengan nekat, namun kali ini tai-
ong mati kutu, yang mereka hadapi adalah murid
gembelengan she-taihap yang sudah pasti lebih hebat
dari mereka, dalam empat puluh jurus ketiga tai-ong
sudah jatuh bangun di desak ketiga pat-hong-heng-te,
muka mereka sudah memar dan bengkak, ketiga pat-
hong-heng-te tidak menurunkan tangan keras,
sehingga mereka jatuh dalam dua tiga pukulan,
namun pukulan-pukulan tenaga luar.
Benar-benar ketiga tai-ong dipermainkan ketiga pat-
hong-heng-te, karena nyerinya rasa sakit disekujur
tubuh mereka, akhirnya ketiganya hendak melarikan
diri, namun mana bisa mereka melarikan diri dari
tangan ketiga pat-hong-heng-te yang
mempermainkan mereka seperti kucing
mempermainkan tikus, tiga pukulan berkekuatan sin-
kang telak mengenai tubuh ketiganya, sehingga
mereka ambruk tewas dengan isi dada remuk
Coa-ban-kui memandang Wan-kungcu
"karena keterpaksaan inikah taijin berlaku tidak
lumrah ini !?" "benar taihap, kami tidak berdaya, dan dua anak
gadisku sedang mereka tawan." sahut Wan-kungcu
menghiba "baik, Peng-sute, pergilah kemarkas perampok ini,
bawa dua pengawal sebagai penunjuk jalan !" ujar
Coa-ban-kui "baik suheng, mari tunjukkan dimana markas
perampok ini." sahut Sim-couw-peng sambil mengajak
dua orang sebagai penunjuk jalan
Setelah Sim-couw-peng pergi, Wan-kungcu
memerintahkan agar mayat ketiga tai-ong di
kuburkan dan membereskan ruang tengah
"marilah taihap, kita keruang perpustakaan dan bicara
dengan nyaman." ujar Wan-kungcu, ketiganya pun
meninggalkan ruangan menuju ruang perpustakaan
"terimakasih taihap, dan maafkan akan ketidak
berdayaan kami, sehingga membuat taihap dan
rombongan merasa terganggu."
"tidak masalah taijin, kami maklum dengan kedaan
taijin." sahut Coa-ban-kui
"siapakah para perampok ini taijin ?" sela Li-wan-fu
"mereka adalah bekas hek-te, tiga pimpinan tadi
adalah murid utama Pah-sim-sai-jin." jawab Wan-
kungcu "sudah berapa lama mereka berbuat zalim di kota
ini ?" "mereka sudah dua tahun beroperasi dikota ini,
mereka mencuri harta benda para penduduk, dan
kami juga dipaksa untuk mendiamkan keadaan."
"hmh" syukurlah taijin, bahwa kemelut yang dialami
kota ini sudah berakhir, jadi laksanakanlah tugas taijin
sebagaimana biasanya." sela Coa-ban-kui, Wan-taijin
mengangguk. Sementara itu di markas Hui-bouw, seratus anggota
sedang senyap di kelarutan malam, tiga buah
bayangan mengendap-endap mencari dua putri Wan-
kungcu yang bernama Wan-eng dan Wan-bi,
keduanya terduduk disudut ruangan dalam keadaan
terikat, sementara di diluar ruangan empar orang
sedang main kartu dan enam orang sudah tertidur
"kalau si kungcu tidak berhasil, dua anak gadisnya
akan jadi permainan."
"dan kalau berhasil, apakah tai-ong akan melewatkan
bunga-bunga yang sedang mekar itu ?"
"aku tidak tahu." jawab rekannya
"hmh" sayang kalau dilewatkan, dua gadis itu denok
banget." sela yang lain
"heh"aku ada ide !" seru yang lain
"apa idemu itu A-cong ?"
"bagaimana kalau kita bermain-main dengan
keduanya didalam, meremas-remas dan menciuminya
pun jadilah, kita sudah merasakan aromanya sebelum
jatuh kepelukan twako."
"hmh..boleh juga tuh, ayoklah kita kedalam, dua
orang untuk satu gadis." sela rekannya, kemudian
keempat orang itu masuk kedalam ruangan
Dua gadis itu terperanjat dan muka mereka pucat,
dua orang menarik Wan-eng
"tidaak"lepaskan aku..lepaskan?" teriak Wan-eng,
kemudian dua orang menghampiri Wan-bi, Wan-bi
meringkuk ketakutan, namun sebelum tubuh Wan-bi
ditarik, tiba-tiba Sim-couw-peng muncul
"hentikan perbuatan kalian yang tidak senonoh !"
teriak Sim-couw-peng, keempat orang itu terkesiap
dan langsung berdiri "bangsat, siapa kamu !?" bentak mereka bersamaan
"kalian tidak perlu tahu, sekarang rasakan
hajaranku !" sahut Sim-couw-peng
Keempat orang itu menyambut serangan Sim-couw-
peng, dalam empat gebrakan, keempat orang itu
sudah mengeloso lemas ditotok Sim-couw-peng,
kemudian Sim-couw-peng melepaskan kedua putri
kungcu "terimakasih in-kong, kami berdua adik beradik telah
diselamatkan dari malapetaka yang mengerikan." ujar
Wan-bi "ya, bersyukurlah pada Thian soicia, dan sekarang
mari kita pulang, karena Wan-taijin mengharapkan
kembalinya kalian." sahut Sim-couw-peng, kemudian
ke tiganya keluar dam dihalaman markas, mereka
bertemu dengan dua pengawal Wan-kungcu, yang
sudah selesai membuat empat titik api untuk
membakar markas Hui-bouw, dalam waktu yang
tidak lama api pun berkobar, anak buah Hui-bouw
pun kalang kabut, berusaha untuk memadamkan api,
namun usaha mereka tidak berhasil karena api
terlanjur sudah amat besar.
Sementara itu di markas Hui-bouw, seratus anggota
sedang senyap di kelarutan malam, tiga buah
bayangan mengendap-endap mencari dua putri Wan-
kungcu yang bernama Wan-eng dan Wan-bi,
keduanya terduduk disudut ruangan dalam keadaan
terikat, sementara di diluar ruangan empar orang
sedang main kartu dan enam orang sudah tertidur
"kalau si kungcu tidak berhasil, dua anak gadisnya
akan jadi permainan."
"dan kalau berhasil, apakah tai-ong akan melewatkan
bunga-bunga yang sedang mekar itu ?"
"aku tidak tahu." jawab rekannya
"hmh" sayang kalau dilewatkan, dua gadis itu denok
banget." sela yang lain
"heh"aku ada ide !" seru yang lain
"apa idemu itu A-cong ?"
"bagaimana kalau kita bermain-main dengan
keduanya didalam, meremas-remas dan menciuminya
pun jadilah, kita sudah merasakan aromanya sebelum
jatuh kepelukan twako."
"hmh..boleh juga tuh, ayoklah kita kedalam, dua
orang untuk satu gadis." sela rekannya, kemudian
keempat orang itu masuk kedalam ruangan
Dua gadis itu terperanjat dan muka mereka pucat,
dua orang menarik Wan-eng
"tidaak"lepaskan aku..lepaskan?" teriak Wan-eng,
kemudian dua orang menghampiri Wan-bi, Wan-bi
meringkuk ketakutan, namun sebelum tubuh Wan-bi
ditarik, tiba-tiba Sim-couw-peng muncul
"hentikan perbuatan kalian yang tidak senonoh !"
teriak Sim-couw-peng, keempat orang itu terkesiap
dan langsung berdiri "bangsat, siapa kamu !?" bentak mereka bersamaan
"kalian tidak perlu tahu, sekarang rasakan
hajaranku !" sahut Sim-couw-peng
Keempat orang itu menyambut serangan Sim-couw-
peng, dalam empat gebrakan, keempat orang itu
sudah mengeloso lemas ditotok Sim-couw-peng,
kemudian Sim-couw-peng melepaskan kedua putri
kungcu "terimakasih in-kong, kami berdua adik beradik telah
diselamatkan dari malapetaka yang mengerikan." ujar
Wan-bi "ya, bersyukurlah pada Thian soicia, dan sekarang
mari kita pulang, karena Wan-taijin mengharapkan
kembalinya kalian." sahut Sim-couw-peng, kemudian
ke tiganya keluar dam dihalaman markas, mereka
bertemu dengan dua pengawal Wan-kungcu, yang
sudah selesai membuat empat titik api untuk
membakar markas Hui-bouw, dalam waktu yang
tidak lama api pun berkobar, anak buah Hui-bouw
pun kalang kabut, berusaha untuk memadamkan api,
namun usaha mereka tidak berhasil karena api
terlanjur sudah amat besar.
Keesokan harinya Sim-couw-peng sampai kembali ke
rumah kungcu saat matahari sudah tinggi, alangkah
gembiranya Wan-kungcu melihat dua anak gadisnya
selamat, terlebih Wan-hujin
"terimakasih atas bantuan pat-hong-heng-te
menyelesaikan kemelut yang selama ini menimpa
kami." ujar Wan-kungcu
"terimakasih kembali Wan-taijin, jadi karena keadaan
sudah baik, maka kami akan segera pamit untuk
menyusul rombongan kami yang telah berangkat
duluan." sahut Coa-ban-kui


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"baiklah taihap, dan bawalah delapan kuda pilihan,
untuk membantu perjalanan rombongan." ujar Wan-
kungcu "terimakasih taijin." sahut Coa-ban-kui, ketiga pat-
hong-heng-te pun meninggalkan kota Hanzhong
dengan membawa delapan kuda yang kuat.
Tiga bulan kemudian rombongan pat-hong-heng-te
memasuki kota Kaifeng, dan mereka tidak kesulitan
untuk mendapatkan perahu untuk menyeberangkan
mereka, karena sebulan yang lalu setelah Kwaa-han-
bu membawa lima tenaga pekerja ke pulau kura-
kura, maka jalur penyeberangan dari pulau kura-kura
ke kota Kaifeng sudah beroperasi kembali.
Setelah rombongan sampai ke pulau kura-kura,
mereka disambut Kwaa-han-bu dan Kwee-kim-in,
Kwee-kim-in mengucurkan air matanya karena
bahagianya bertemu dengan ibunya tercinta Tan-cui-
sian, kemudian rombongan diajak masuk kedalam
istana, pertemuan dan perkenalan yang ramah serta
mengharukan. Setelah makan malam semua penghuni istana
berkumpul diruang tengah, semua pembantu juga
Kwaa-han-bu ikutkan dalam pertemuan itu
"bagaimana perjalanan para suheng, adakah
hambatan ?" tanya Kwaa-han-bu
"perjalanan boleh dikatakan lancar sute, walaupun
dibeberapa tempat menghadapi beberapa hambatan
dari bekas murid Pah-sim-sai-jin." Jawab Coa-ban-kui.
"para saudaraku semua, malam ini saya sangat
merasa bahagia dengan berkumpulnya kita di sini,
ditempat leluhur kita turunan Kim-khong-taihap baik
ikatan darah maupun ikatan perguruan, kita ini
dikenal sebagai sebutan she-taihap, dan predikat ini
merupakan tanggung jawab besar yang kita wariskan
dari leluhur kita, dan semoga tetap dapat kita emban
sampai kapanpun." "benar sekali Bu-sute, dan kami juga demikian, kami
merasa bersyukur kepada Thian, walaupun yang
tersisa dari Pat-hong-heng-te hanyalah kita, kami
semua menyambut ajakan sute untuk berkumpul
disini, sebagai tanda keberadaan pat-hong-heng-te."
"benar apa yang Kui-suheng katakan, dan disamping
itu juga, saya ingi para suheng ikut andil dalam
memutuskan apa yang akan kita lakukan
selanjutnya." "tentunya Bu-sute telah mencanangkan satu rencana
sehingga muncul ide mengumpulkan pat-hong-te di
pulau ini, bukan ?" sela Sim-couw-peng
"benar Peng-suheng, jadi untuk itu pada malam ini
saya akan menyampaikan canangan saya kepada
para suheng." "apakah pemikiran itu sute ?" sela Li-wan-fu
"begini Fu-suheng dan para suheng sekalian, karena
tugas mengawal keamanan dan kebaikan di seantoro
Tionggoan adalah amanah hidup kita, maka menurut
pemikiran saya keberadaan Pat-hong-heng-te kita
hidupkan lagi, walaupun tidak sebesar pada masa
dahulu, tapi yang pasti akan tetap jadi batu penjuru
kebaikan liok-lim." "saya setuju dengan pemikiran Bu-sute, terlebih
fasilitas di pulau ini memang di bangun untuk hal
tersebut." sahut Cu-kang
"benar saya juga setuju sute, namun bagaimanakah
gambaran sute sehingga mengatakan walaupun tidak
sebesar dulu ?" sela Lauw-kun
"para suheng semua, Pat-hong-heng-te dulunya
memiliki murid yang meliputi seluruh wilayah
Tionggoan, namun sekarang menurut saya setidaknya
pulau kura-kura memiliki murid yang berasal dari
wilayah selatan, demikianlah pemikiran saya suheng."
"hmh" pada awalnya tentu demikianlah sute, tapi
menurut saya sebaiknya tidak menutup pintu untuk
para murid dari wilayah lain." sahut Kam-song
"benar Song-suheng, jika memang kearah itu dapat
berkembang, kenapa tidak, tentu akan diwujudkan."
sahut Kwaa-han-bu "kita semua sudah sepakat untuk membentuk
kembali pat-hong-heng-te-bukoan, lalu ada lagikah hal
ingin sute sampaikan ?" tanya Coa-ban-kui, Kwaa-
han-bu terdiam agak lama "sute, janganlah sungkan, kami ini walaupun suheng,
tapi kami akan bertindak sesuai dengan yang terbaik
menurutmu." sela Wan-gak
"hal yang lain suheng, bahwa Pat-hong-heng-te akan
dibina oleh pat-suheng."
"kenapa demikian Bu-sute, kamu adalah yang
mewarisi langsung ilmu-ilmu dari sukong-couw Kim-
khong-taihap, bukankah kamu yang lebih berhak
dalam tampuk kuawsu pat-hong-henh-te ?" sela Lou-
bhong "hal itu memang benar Bhong-suheng, bahwa saya
yang mewarisi langsung dan juga sudah berbagi
dengan In-sumoi, tapi walaupun demikian, menurut
saya tampuk kauwsu akan tetap dipegang oleh pat-
suheng, karena yang termuda diantara kita adalah
saya, bahu tidak mungkin melampaui kepala, walau
bagaimanapun kokohnya bahu itu, dan juga saya
masih akan berkelana untuk cepat tanggap akan
sepak terjang Pah-sim-sai-jin, yang menurut
pemikiran saya masih hidup." sahut Kwaa-han-bu,
kedelapan suhengnya saling memandang
"hmh"untuk kauwsu lapangan dan harian, tentu
dapat kami perkenankan, apa yang sute canangkan,
tapi sute akan tetap menjadi taisu dari pat-hong-
heng-te-bukoan." sahut Coa-ban-kui
"benar, seperti itulah yang tepat Bu-sute." sela Sim-
couw-peng, kemudian yang lain-lain pun
membenarkan "jika demikian suheng, jadilah itu hal yang kita
sepakati, memang saya tidak akan mengalpakan hal
itu, dan juga saya akan menambah ilmu khas pat-
hong-heng-te." "satu pemikiran yang baik Bu-sute, dan kami sadar
dan yakin bahwa hanya sute yang dapat
melakukannya." sahut LI-wan-fu, yang lain pun
mengangguk "malam ini juga aku ingin menyampaikan, terutama
kepada subo, saya hendak melamar In-sumoi menjadi
istri saya." ujar Kwaa-han-bu sambil menatap Tan-cui-
sian, Tan-cui-sian tersenyum dengan wajah berseri-
seri, sementara Kwee-kim-in merasa jengah dan
malu, serta merta dia pun bangkit dan meninggalkan
ruang pertemuan, Wan-hwa istri Coa-ban-kui dan Ma-
liu-bi istri Sim-couw-peng berdiri mengikuti Kwee-kim-
in sambil tersenyum "Bu-ji, dari awal engkau membawa adikmu dari Peng-
bun, restu apa pun yang kamu minta telah ku
ihklaskan, namun karena engkau minta jawaban,
maka yang akan menjawab permintaanmu, disini ada
suheng kalian yang tertua Coa-ban-kui, tanyakanlah
padanya." sahut Tan-cui-sian, semuanya tersenyum
dan hal ini membuat Kwaa-han-bu merasa kikuk,
kedelapan suhengnya menatapnya dalam-dalam,
Kwaa-han-bu makin tersudut dan keringatnya
mengalir "Kui-suheng, ternyata Subo menyerahkan jawaban
pada suheng, dengan ini aku menyampaikan bahwa
aku melamar In-sumoi untuk menjadi istriku."
"hmh". Bu-sute, tidak ada yang janggal dalam ikatan
ini, dan juga tidak ada yang tidak merasa senang dan
bahagia, maka saya tidak melihat celah untuk
menolak, lamaranmu adikku kami terima."
"kionghi..kionghi" Bu-sute.." sahut mereka yang hadir
sambil tersenyum dan tertawa senang.
Sebulan kemudian Kwaa-han-bu dan Kwee-kim-in pun
dinikahkan, pesta pun diadakan, tiga kungcu Kai-feng
turut hadir pada pesta itu demikian juga para
hartawan, dan tidak ketinggalan para beberapa
penduduk kaifeng terutama para nelayan dan
pengangkut jasa angkutan perahu menyempatkan
hadir pada pesta bahagia itu. Kwaa-hanbu berumur
dua puluh delapan tahun sementara Kwee-kim-in dua
puluh tahun Indah dan nikmatnya bulan madu direguk bersama
kedua mempelai, hari-hari demikian indah dan
romantis, perhelatan cinta bertabur gairah tidak
kunjung padam menghiasi malam-malam yang
keduanya lalui. Kedelapan suheng mereka juga tidak
pernah mengganggu mereka melewati masa-masa
indah itu, hanya kadang Kwee-kim-in merasa geli-geli
nikmat digoda delapan sosonya disetiap kesempatan
mereka berkumpul. "Krikkk".krikkk".huuukk..huuk"." suara binatang
malam sahut menyahut di kedalam hutan yang lebat,
hutan itu sangat angker, pohonnya besar-besar dan
rimbun, belukar hutan yang rapat menunjukkan
betapa hutan itu tidak pernah dijamah manusia, hutan
yang berada disebelah barat kota Yuguan itu di
namakan oleh penduduk dengan hutan hantu, dan
malam itu ternyata sebuah bayangan melompat-
lompat dengan sangat payah memasuki hutan, tubuh
orang itu bersimbah darah, namun tidak ada keluhan
yang keluar dari mulutnya, dia terus melompat-lompat
masuk jauh kedalam hutan Disebuah kayu yang besar, tubuhnya yang bersimbah
darah menggeloso, kemudian badannya tidak
bergerak, wajahnya yang burik menambah
angkernya orang itu, matanya terpejam, apakah
orang itu sudah mati " ternyata tidak, karena helaan
nafasnya masih terdengar, semakin lama-lama helaan
itu semakin tenang, dada itu bergerak perlahan seiring
tarikan dan hembusan nafasnya
Pagi harinya tubuh itu masih tetap seperti itu
menggeloso tidak bergerak, darah dari lukanya sudah
mengering, dia adalah Pah-sim-sai-jin yang melarikan
diri akibat tidak mampu mengalahkan Im-yang-sin-
taihap, tubuhnya banyak yang robek, pembulu darah
banyak yang sudah hancur, bahkan seluruh
persendiannya sudah patah-patah dan remuk, namun
tubuh yang sudah ambrol dan bonyok itu masih di isi
nyawa kehidupan Sampai tiga-hari tiga malam Pah-sim-sai-jin
menggeloso tidak bergerak di bawah kayu yang
besar itu, dan pada pagi hari keempat Pah-sim-sai-jin
membuka matanya, dan alangkah luar biasanya, luka
ditubuhnya sudah hilang, pembuluh darahnya kembali
normal, bahkan tulang-tulangnya sudah menyatu
kembali. Pah-sim-sai-jin duduk dan menghirup udara pagi yang
sejuk bercampur aroma basahnya tanah dan bunga-
bunga botan, Pah-sim-sai-jin melihat sekelilingnya,
sejenak ia membayangkan perjalanan hidupnya,
umurnya sekarang sudah empat puluh tujuh tahun,
misi hidupnya selalu terbentur dengan keberadaan
she-taihap, she-taihap adalah musuh bebuyutannya,
dan tidak hanya itu bahkan suhunya sendiri adalah
musuh bebuyutan dari akar perguruan she-taihap.
Pah-sim-sai-jin menarik nafas dalam-dalam,
pikirannya mantap untuk meningkatkan
kepandaiannya untuk dapat mengatasi musuhnya,
kemudia dia bangkit dan mulai bergerak memainkan
seluruh ilmu yang dimilikinya, sejak dari ilmu tangan
kosong sampai ilmu pedang, dan bahkan ilmu
pamungkasnya yang luar biasa yakni Hek-hoat-bo.
Pah-sim-sai-jin memainkan seluruh jurusnya hingga
sampai menjelang sore, setelah malam merambat
pikirannya membayangkan seluruh pertempuran
terakhir yang ia alami dengan Im-yang-sin-taihap,
pendekar itu mampu memisahkan raga sehingga ilmu
hek-hoat-bo yang dimilikinya jadi mentah, Pah-sim-
sai-jin merenung memikirkan bagaimana mengatasi
ilmu musuhnya yang luar biasa, dia tetap akan jadi
pecundang kalau tidak dapat mengatasi ilmu tersebut
walaupun tubuhnya memiliki keganjilan.
Akhirnya Pah-sim-sai-jin memutuskan untuk
meningkatkan ilmu sihirnya, karena itu satu-satunya
yang dapat mengimbangi ilmu pemisah raga dari Im-
yang-sin-taihap, lalu Pah-sim-sai-jin berkelabat dan
keluar dari hutan, dia terus belari dengan kecepatan
tinggi, Pah-sim-sai-jin melintasi lembah dan gunung,
karena jalan yang dipilih memang jalan yang sunyi
dan menghindari pemukiman penduduk, karena dia
yakin Im-yang-sin-taihap akan berusaha
menemukannya. Empat bulan kemudian sampailah Pah-sim-sai-jin di
sebuah lembah yang bernama "Hek-In-kok" (lembah
awan hitam) disebelah utara kota Dali, ketika Pah-
sim-sai-jin sedang makan binatang buruannya,
seorang kakek berpunuk muncul dari kedalaman
hutan, kakek itu sudah sangat tua, umurnya lebih
delapan puluh tahun, namun langkahnya yang di
topang oleh tongkatnya demikian kokoh.
:hehehe"hehehe". ternyata ada orang makan batu."
ujar si kakek, serta merta Pah-sim-sai-jin melihat
panggang ayam hutan yang dimakannya, dan
alangkah terkejutnya ia, bahwa yang dipegangnya
ternyata sebongkah batu, Pah-sim-sai-jin
mengerahkan ilmu "Toat-beng-hoat-sut"
"bukan ! ini adalah ayam panggang" sahutnya, namun
berkali-kali ia mengerahkan kekuatannya, tetap saja


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dipegangnya adalah sebongkah batu
"hehe".hehe" orang gila lagi menghayal, mengatakan
ayam pada sebongkah batu." ujar si kakek, tiba-tiba
Pah-sim-sai-jin bertopang dagu dan mulutnya komat-
kamit, kemudian Pah-sim-sai-jin melemparkan benda
ditangannya "ayam..eh bukan, tapi batu, eh bukan batu tapi
ayam." Kalimat itu dibolak balik sambil mengambil
batu dan kemudian melemparkannya kembali, lalu
Pah-sim-sai-jin tertawa sambil bertopang dagu,
kemudian menagis sesugukan sambil tengkurap,
bahkan kemudian Pah-sim-sai-jin merobek-robek
bajunya sambil menari, kemudian kembali kekalimat
yang dibolak-baliknya antara ayam dan batu.
Kakek tua itu ketawa terpingkal-pingkal menyaksikan
kelakuan Pah-sim-sai-jin sambil menggerogoti ayam
panggang ditangannya, demikian nikmat si kakek
menikmati kunyahanya pada daging panggang yang
aromanya memenuhi selera, setelah makanannya
habis, si kakek meninggalkan Pah-sim-sai-jin yang
masih berkelakuan aneh, sampai setengah hari Pah-
sim-sai-jin berkelakuan aneh seperti itu, dan ketika
hampir sore batulah Pah-sim-sai-jin sadar, dan
mengingat-ingat yang terjadi
"sialan benar kakek itu." Gerutunya, lalu Pah-sim-sai-
jin terus masuk kedalam hutan kearah datangnya si
kakek. Setelah malam tiba Pah-sim-sai-jin menemukan
sebuah pondok kayu, yang dari keadaanya yang
tertata menunjukkan pondok itu berpenghuni, Pah-
sim-sai-jin tanpa sungkan memasuki pondok, dengan
anteng Pah-sim-sai-jin membaringkan tubuhnya di
sebuah dipan, karena dia berencana melewatkan
malam di pondok tersebut.
Ketika larut malam sebuah gerakan halus
mengagetkan Pah-sim-sai-jin, dengan ringan ia
melompat keatas dan duduk di kuda-kuda atap, tidak
lama kemudian pintu terbuka, ternyata sikakek yang
tadi pagi bertemu Pah-sim-sai-jin yang yang masuk,
kakek itu membawa buntalan yang isinya ternyata
orok bayi yang mati bersimbah darah, si kakek
kemudian meletakkan orok itu dalam wajan,
kemudian menyalakan api, lalu orok bayi itupun
dimasak, Pah-sim-sai-jin memperhatikan semua yang
dilakukan si kakek "eh orang gila, kamu sekarang jadi monyet, sehingga
kamu nagkring di situ." ujar si kakek sambil menoleh
ke atas, serta merta Pah-sim-sai-jin berkelakuan
seperti monyet dan mengeluarkan suara seperti
monyet, sikakek tertawa sambil memegang perutnya,
apes bagi Pah-sim-sai-jin semalaman bahkan sampai
tiga hari ia menjadi monyet di pondok sikakek,
bahklan disuruh mencari buah dan berburu ayam
untuk makanan si kakek. Pada hari keempat, si kakek membuyarkan sihirnya,
dan Pah-sim-sai-jin pun sadar, Pah-sim-sai-jin
tercenung didepan si kakek, Pah-sim-sai-jin
memikirkan hal yang ia alami
"kakek, siapakah kamu, kenapa kamu
mempermainkan aku sedemikian rupa ?"
"kok malah bertanya siapa aku, harusnya kamu yang
mengatakan siapa dirimu, kamu masuk pondokku
tanpa seizinku." sahut si kakek
"kakek tua jangan kamu main-main denganku, kamu
ini tidak tahu berurusan dengan siapa." ujar Pah-sim-
sai-jin ketus "heehehe"hehehe" sudah jadi bahan mainan, tapi
masih saja sombong, sifat yang menarik." sahut si
kakek "memangnya kamu siapa pemuda burik !?" tanya si
kakek "phuah"aku adalah Pah-sim-sai-jin."
"hehehe..hehehe julukan yang luar biasa, aku
suka..aku suka.." "serendah apakah dirimu Pah-sim-sai-jin !?" tanya si
kakek dengan senyum senang
"kakek bongkok, aku adalah manusia tersadis
dikolong langit ini, ilmuku luar biasa, dan kejahatanku
sudah menyelimuti seluruh wilayah tionggoan ini."
jawab Pah-sim-sai-jin dengan nada bangga
"hehehe..hehehe" luar biasa kamu burik, siapakah
suhumu yang demikian berhasil mengajarimu."
"phuah".kalau aku kasih tahu, tentu kamu tidak akan
kenal, karena aku saja tidak kamu kenal, walhal aku
sudah menggemparkan seluruh Tionggoan."
"hehehe"hehehe"., benarkah, lalu kenapa kamu
kesasar kesini ?" "aku tidak kesasar, seluruh Tionggoan tunduk
dibawah kakiku, apalagilah hanya pondok kecilmu
ini." "apakah itu artinya kamu akan mengambil alih
pondokku !?" "iya, kalau kamu tidak bermamfaat untuk saya."
"badebah haram jadah, si burik jelek ! apa yang
kamu andalkan didepan saya, hah !?" bentak si kakek
"phuah"nih rasakan thian-te-ong akan menghajarmu."
tantang Pah-sim-sai-jin sambil menyerang dengan
cepat, si kakek berkelit, namun alangkah terkejutnya
si kakek menerima serangan yang bertubi-tubi, dan
dia merasakan aroma yang tidak baik dari hawa
tubuh yang keluar dari Pah-sim-sai-jin, serta merta si
kakek melompat keluar dan menjauh.
"tunggu dulu, jangan main-main denganku, kalau
tidak kamu akan kujadikan ulat busuk." teriak si
kakek, mendengar itu Pah-sim-sai-jin terpaksa
berhenti "pah-sim-sai-jin, aku suka dengan sikapmu, mungkin
kamu memang sakti, namun dengan sihirku kamu itu
tidak apa-apa di hadapanku."
"lalu apa maumu !?" sahut Pah-sim-sai-jin
"hehehe..hehhe" luar biasa..luar biasa aku suka
gayamu Pah-sim-sai-jin." ujar sikakek
"kamu memang aset dunia hitam yang luar biasa."
"memang aku adalah penguasa dunia hitam."
"ya"ya"aku akui itu, jadi marilah kita bicara baik-
baik, kita ini adalah orang segolongan."
"segolongan kalau tidak ada mamfaatnya untuk apa,
lebih baik kamu mati saja."
"hehehe..hehehe".sudah sadis, rendahan dan bahkan
tidak tahu diri." puji si kakek
"jika kekuatanmu sekarang di tambah ilmu yang ada
padaku, maka tentunya kamu akan menjadi manusia
tidak terkalahkan." "hmh" apakah itu artinya kamu mau membagi ilmu
sihirmu padaku !?" "tentu, aku senang memberikan ilmuku padamu,
karena kamu adalah kemala hek-to yang jarang
bandingannya." "hmh".kalau begitu siapakah kamu sebenarnya
kakek bongkok." "hehehe"hehehe" aku adalah "hoatsut-sian" (dewa
sihir) "kenapa kamu mengasingkan diri disini."
"aku terikat perjanjian dengan seseorang yang
mengalahkan aku puluhan tahun yang lalu."
"siapa yang mengalahkanmu !?"
"aku dulu dikalahkan Kwee-sun-hok anak dari Kwee-
sin-peng dari pulau kura-kura."
"kamu dikalahkan cucunya Kim-khong-taihap ?"
"benar, apakah kamu tahu dengan she-taihap ?"
"aku tahu dengan mereka, karena mereka adalah
musuh besarku." "kalau begitu kita jodoh Pah-sim-sai-jin, aku senang
mewariskan ilmuku padamu."
"aku juga senang menerima ilmu sihirmu yang luar
biasa, karena dengan ilmu itu aku akan dapat
menghabisi turunan terakhir dari she-taihap."
"hmh" apa maksudmu dengan turunan terakhir ?"
"phuah"kamu tidak tahu bahwa aku telah membabat
habis she-taihap, di empat wilayah,"
"oh..ya luar biasa kalau begitu, tapi bagimana kamu
tidak bisa membunuh turunan terakhir mereka ?"
"turunan terakhir she-taihap yang berjulukan Im-
yang-sin-taihap memiliki kesaktian yang luar biasa,
dia bisa memisahkan raganya sehingga menjadi dua,
sehingga ilmuku mentah dihadapannya, sementara
para pendahulunya tidak seperti itu, sehingga aku
berhasil menewaskan mereka semua."
"hmh" sungguh menarik Pah-sim-sai-jin, dan jika
engkau dapat menguasai ilmuku, maka sudah jelas
kamu akan bisa menghabisi nyawa turunan she-
taihap tersebut." "aku kira juga demikian, hanya aku ragu, apakah ilmu
sihirmu akan dapat mengatasi ilmu pemisah raga dari
Im-yang-sin-taihap."
"hehehehe".hehehe".., itu tergantung bagaimana
engkau mengukur dirimu, jika engkau mengukur
dirimu lebih hebat dari im-yang-sin-taihap atau pun
seimbang, maka ketahuilah bahwa seluruh
kesaktianmu tidak akan dapat mencelakakanku,
karena sebelum engkau mengerahkan kesaktianmu,
engkau telah ada dalam kekauasaan sihirku, kamu
bergerak jika hanya kuperintahkan, dan itu akan
berlaku jika selama aku dekat denganmu, kamu itu
ibarat kambing yang akan kugiring kemana aku suka,
dan sangat mudah jika aku ingin menyembelihmu."
sahut Hoatsut-sian, pah-sim-sai-jin terdiam dan tidak
menyangkal akan kenyataan betapa sampai tiga hari
ia dikuasai oleh sihir si kakek.
"Hoatsut-sian, jika aku berhasil membunuh im-yang-
sin-taihap, maka halangan terbesar misi hek-to akan
lenyap, dan itu artinya kejahatan selamanya akan
berada diatas kebaikan."
"benar pah-sim-saijin, dari dulu she-taihap adalah
musuh utama bagi kita, hek-to selama ini terisolasi
karena keberadaan she-taihap, dan jika benar bahwa
she-taihap hanya tinggal turunan terakhir, maka
alangkah sudah dekatnya kejayaan hek-to."
"kalau begitu apa selanjutya Hoatsut-sian ?"
"kamu harus belajar ilmu dariku, dan saya yakin
selama tiga atau empat tahun, kamu akan dapat
menyempurnakan ilmu sihir yang kamu pelajari
dariku." "hmh"baiklah hoatsut-sian, aku akan mempelajari
ilmu yang kamu ajarkan."
"hehehe"hehehe"baiklah dan hal yang pertama yang
harus kamu lakukan adalah "Wei-eng-siulian" (semedi
bayangan rasa) selama satu bulan, dan makananmu
selama sebulan adalah cacing tanah."
"bagaimana kalau aku tidak makan ?"
"tidak bisa, kamu harus makan setidaknya satu ekor
satu hari." "hmh..baiklah kalau begitu, semedi itu akan aku
lakukan." Malam harinya Hoatsut-sian membawa Pah-sim-sai-jin
memasuki sebuah goa yang ada di bukit sebelah
barat dari pondoknya, goa itu cukup dalam sehingga
membuat dalam goa remang-remang kurang cahaya,
didinding goa sebelah dalam ada liang sedalam tujuh
meter, dan hanya bisa dimasuki dengan merangkak,
liang itu amat gelap, kemudian bagian bawah liang
ada lubung sedalam tujuh puluh senti dan panjangnya
dua meter. "Pah-sim-sai-jin, kamu lihat liang itu !?" tanya Hoatsut-
sian, Pah-sim-sai-jin mengangguk
"kamu masuklah dengan merangkak keliang itu, dan
didalam liang itu akan kamu temui lubang sedalam
tujuh puluh senti, lalu kamu baringkan tubuhmu di
situ." ujar Hoatsut-sian
"baik, akan aku lakukan." sahut Pah-sim-sai-jin, lalu ia
pun masuk kedalam liang, dan setelah merangkak
sedalam tujuh meter, lubang yang dikatakan Hoatsut-
sian pun dijumpainya, lalu ia pun memberingkan
tubuhnya dengan posisi telentang, kemudian
terdengar suara lapat-lapat
"dalam semedi ini dawamkan dalam hatimu
perkataan "kekuatan adalah kekuasaan"
Pah-sim-sai-jin pun melapalkan ucapan itu dalam hati,
sementara Hoatsut-sian kembali ke pondoknya, hari
demi hari berlalu, setiap hari Hoatsut-sian datang
secara ruh memebrikan cacing sebagai makanan Pah-
sim-sai-jin, pada malam ke sepuluh Pah-sim-sai-jin
dalam semedinya didatagi lelaki tinggi besar dengan
seguci arak yang besar dan sebuah buntalan
"apakah kamu mau minum arak ?" Tanya lelaki itu
"tentu, aku sangat suka arak."
"kalau begitu minumlah." sahut lelaki itu sambil
menuangkan arak itu pada sebuah cangkir yang, dan
mengangsurkannya pada Pah-sim-sai-jin, Pah-sim-sai-
jin menerima dan langsung meneggak arak tersebut
Setelah Pah-sim-sai-jin minum
"hahaha..hahaha..bagus, sekarang makanlah isi
buntalanku ini." ujarnya sambil mebuka buntalan,
ternyata isi buntalan adalah kepala-kepala bayi, lelaki
itu memukul kepala bayi itu hingga pecah dan
otaknya berurai, otak itu di tarok dalam sebuah
wajan perak, kemudian memberikannya kepada Pah-
sim-sai-jin, Pah-sim-sai-jin pun menerimanya, dan
kemudian memakan otak bayi itu, rasanya asin dan


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anyir, tapi Pah-sim-sai-jin merasa tersedak, namun
segera ia meminum arak dan mendorong makanan
itu tertelan. Otak kepala bayi habis dimakan Pah-sim-sai-jin
sebanyak tiga "anak manusia, sungguh kamu telah lulus dalam hal
ini, dan ketahuilah bahwa minuman arak akan
menekan akalmu sehingga kamu menjadi berbuat
tanpa pemikiran, otakmu adalah jatah perutmu, itulah
symbol otak bayi yang kamu makan ini, jadi kamu
telah menjalani hidup sesuai hasratmu tanpa harus
menimbang ini dan itu dengan akalmu." ujar lelaki itu
dan kemudian lelaki itu pun hilang.
Pada malam kedua puluh Pah-sim-sai-jin didatangi
seorang lelaki dengan wajah yang sangar dan bengis,
lelaki itu memanggul gada berduri, disamping lelaki itu
sangar itu, dia juga sedang menyeret tiga orang,
yakni seorang lelaki dan perempuan dan digendongan
perempuan itu ada bocah berumur tiga tahun.
"Pah-sim-sai-jin memperhatikan empat orang itu,
lelaku sangar itu membentak dan menarik rantai yang
mengikat kedua orang itu sehingga tubuh mereka
jatuh didepan Pah-sim-sai-jin
"ini gada, pegang dan gunakanlah. !" ujar lelaki sangar
itu "apakah maksudmu aku harus membunuh ketiga
orang ini !?" "terserah padamu, ada gada ditanganmu, ada tiga
manusia didepanmu, apa yang akan kamu perbuat ?"
jawab lelaki sangar itu, Pah-sim-sai-jin tanpa basa-
basi langsung mengayun gada menghantam kepala si
lelaki yang berwajah arif tersebut
"prak"." Kepala lelaki itu hancur remuk dan darah
muncrat kemana-kemana, terdengar jeritan histeris
siwanita, matanya memendang Pah-sim-sai-jin
dengan penuh iba, dan "prakkk.." Pah-sim-sai-jin mengayunkan gadanya ke
kepala si wanita, kembali darah muncrat dari kepala
yang remuk pecah. Wanita itu tergeletak, dan kemudian si bocah duduk
sambil senyum memandang Pah-sim-sai-jin dengan
matanya yang bening polos, dan
"prak?" kepala kecil bocah itu hancur luluh lantak dan
darahpun muncrat membasahi muka Pah-sim-sai-jin.
"bagus anak manusia, kamu telah melakukannya
dengan tanpa sedikitpun riskan dan sungkan, kamu
telaah lulus dalam hal ini, dan ketahuilah bahwa lelaki
itu adalah symbol kearifan dan tanggung jawab, dan
kamu tidak membutuhkan itu sehingga kamu
membunuhnya, kemudian wanita itu adalah symbol
harga diri, namun bagimu harga diri juga tidak
diperlukan, sehingga kamu juga telah
menewaskannya, dan bocah itu adalah symbol welas
asih, namun bagimu welas asih juga tidak di
butuhkan, sehingga kamu pun membunuhnhya." ujar
lelaki berwajah sangar, dan kemudian menghilang.Dan pada malam ketiga puluh seorang wanita cantik
mendatangi Pah-sim-sai-jin, beserta wanita itu ada
tiga wanita, yang seorang sangat tua, yang kedua
wanita dewasa, yang ketiga anak perempuan kecil,
ketiga wanita itu berwajah buruk, ketiga wanita itu
duduk di hadapan Pah-sim-sai-jin
"tiga wanita ini ada dihadapanmu, apa yang hendak
kamu lakukan, lakukanlah !" ujar perempuan cantik
itu. Pah-sim-sai-jin menatap ketiga wanita dihadapannya,
kemudia ia meraih anak perempuan kecil itu dan
mempermainkannya dengan jalang, anak perempuan
itu menjerit-jerit histeris, dengan brutal Pah-sim-sai-jin
merejang anak kecil itu hingga mati, kemudian
hasratnya disalurkan kepada wanita dewasa, wanita
dewasa itu melayaninya dengan tidak kalah
agresifnya, perhelatan birahi itu sangat lama, sehingga
siwanita mengerang-erang kesakitan, namun bagi
Pah-sim-sai-jin wanita itu harus direjang dan
dipermainkan sepuas-puasnya, akhirnya wanita itu
lemas dan tidak kuat lagi dan kemudian tewas.
Pah-sim-sai-jin meraih wanita tua itu dan melakukan
hal yang sama, wanita tua itupun megap-megap
meracau dengan kotor, namun setelah sekian lama ia
pun tewas, Pah-sim-sai-jin masih mempermainkan
mayat si wanita tua tanpa henti, sampai sekian lama
Pah-sim-sai-jin belum juga berhenti, tiba-tiba wanita
cantik itu membuka pakaiannya dan dengan erotis
melangkah kearah Pah-sim-sai-jin, membeludak birahi
setan Pah-sim-sai-jin melihat tubuh aduhai perempuan
itu, dengan sigap Pah-sim-sa-jin memeluk wanita
bertubuh hangat dan lembut itu, wanita itu dengan
mesra dan penuh gairah melayani Pah-sim-sai-jin,
entah sudah berapa lama mereka melakukan
kemesuman itu, kemudian siwanita tersenyum dan
menolak tubuh Pah-sim-sai-jin
"bagus anak manusia, kamu telah lulus dalam semedi
ini, ketahuilah bahwa ketiga wanita itu adalah symbol
nafsu tanpa batas, dan ternyata kamu memulainya
dari anak perempuan kecil dan berakhir pada wanita
tua, itu artinya bahwa nafsu birahimu tidak mengenal
indah dan cinta, dan nafsu birahimu juga tumbuh
tanpa mengenal batas, dan aku adalah symbol akhir
dari nafsumu yang tiada batas, dengan nafsumu itu
kamu akan meraih keindahan dari segala rasa,
puncak dari segala keindahan." ujar perempuan itu,
dan kemudian menghilang. Setelah perempuan cantik itu hilang, tiba-tiba
terdengar suara "pah-sim-sai-jin keluarlah !" mendengar suara yang ia
tahu suara hoatsut-sian, Pah-sim-sai-jin pun bangkit
dan merangkak keluar, setelah keluar dari liang, pah-
sim-sai-jin keluar dari dalam goad an menemui Hoat-
sut di depan goa "bagus Pah-sim-sai-jin, kamu telah melakukan semedi
selama lima puluh hari, dan sekarang marilah kita
kembali kedalam pondok untuk mempersiapkan
latihan kamu selanjutnya." ujar Hoatsut-sian,
kemudian merekapan turun dari bukit dan kembali
kepondok. "Pah-sim-sai-jin, persiapan latihanmu selanjutnya, kita
harus mengumpulkan tujuh kepala binatang."
"binatang apa sajakah itu Hotsut-sian ?"
"kepala burung hantu, burung gagak, dan kelelawar,
kemudian kepala anjing, kepala babi, kepala macan,
dan kepala ular yang bisa terbang."
"sepertinya akan sulit mengumpulkan tujuh kepala itu
hoatsut-sian." "benar, dan ini akan memakan waktu, dan yang sulit
mendapatkannya hanya kepala ular terbang, kren ular
itu tidak kita dapatkan ditempat ini."
"dimanakah kita mendapatkan ular terbang ?"
"kita hanya mendapatkan itu di pulau neraka, jadi
besok berangkatlah menuju pantai laut kuning, dan
berlayarlah ke pulau itu, dan saya akan gambarkan
letak pulau itu padamu."
"baiklah hoatsut-sian, aku akan melakukan perjalanan
untuk mendapatkan kepala ular itu."
"keuletanmu memang luar biasa Pah-sim-sai-jin, dan
juga ketahuilah bahwa selama dalam masa peroses
latihan ini, kamu harus menghindari pertempuran
dengan apapun." "jika saya mengalami pertempuran,
apa yang akan terjadi ?" tanya Pah-sim-sai-jin dengan
nada heran "jika kamu melanggar pantangan ini, maka kamu
akan gila selamanya, dan kamu tidak akan lagi
menyukai berhubungan dengan manusia kecuali
hanya dengan binatang." jawab Hoatsut-sian,
merinding bulu roma Pah-sim-sai-jin mendengar
akibat pantangan itu. Keesokan harinya Pah-sim-sai-jin berangkat menuju
laut kuning, dia membawa peta pulau neraka, karena
bahaya jika ia bertemu dengan orang, maka Pah-sim-
sai-jin mengambil jalan yang sepi dan sunyi di lembah
dan gunung, medan perjalanan ini sangat sulit dan
penuh halangan, oleh karena itu membuat perjalanan
Pah-sim-sai-jin sangat lambat.
Disebuah bukit sebelah utara Kota Cang-bun, dua
orang sedang memanggang binatang buruan,
keduanya adalah Ouw-ciong dan Lu-eng-hwa, mereka
adalah dua rekan Pah-sim-sai-jin yang juga melarikan
diri dari hadapan Im-yang-sin-taihap
"sebaiknya kamu menghilangkan warna tubuhmu,
karena hal itu amat menyolok dan memudahkan bagi
Im-yang-sin-taihap untuk mengikuti jejak kita." ujar
Lu-eng-hwa "hmh.. benar juga, lalu kemanakah rencana kita
selanjutnya?" "untuk sementara ini kita harus sembunyi dulu."
"kemana kita akan sembunyi ?"
"kita akan ketempatku di kota Hailar di wilayah timur,
itu tempat yang aman bagi kita."
"kalau begitu marilah kita lanjutkan." sahut Ouw-
ciong, kemudian berangkatlah kedua orang dengan
perjalanan yang sangat cepat.
Selama perjalanan hubungan kedua dedengkot hek-to
itu semakin akrab, Lu-eng-hwa berumur lima puluh
lima tahun sementara umur Ouw-ciong tiga puluh
lima tahun, walaupun kedua umur mereka bebeda
jauh namun hasrat untuk saling menyenangkan
terjalin baik diantara keduanya, terlebih rasa senasib
sepenanggungan dalam baying-bayang ketakutan
pada Im-yang-sin-taihap. Enam bulan kemudian mereka sampailah di "In-tek-
san" tempat Lu-eng-hwa dulunya menimba ilmu
"tempat yang indah dan menyenangkan." gumam
Ouw-ciong "apakah menurutmu kamu akan betah disini Ouw-
ciong ?" "tentu, rasanya aku akan betah berada disini, terlebih
kamu kamu berada disisiku."
"hik..hik" jangan merayu Ouw-ciong, aku ini sudah
tua tentu tidak menaarik lagi
"benar Eng-hwa kamu itu sudah tua, namun kamu
tetap kelihatan cantik, bagian-bagian tubuh yang
sensual masih menyimpan kobaran gairah yang
melelapkan." "ah..sudahlah, sebentar lagi malam akan tiba, dan
tempat ini akan berhalimun, jadi lakukanlah apa yang
kamu ingin lakukan untuk menghangatkan kita, aku
sudah tidak kuat lagi mendengar rayuanmu." ujar Lu-
eng-hwa, dengan senyum dengan helaan nafas yang
memburu, Ouw-ciong memeluk dan menggendong
Lu-eng-hwa dan memasuki sebuah goa yang,
ditengah keremangan dan gelapnya goa, kemesuman
yang merupakan kebanggaan bagi kedua manusia
nista ini berlangsung riuh gairah.
Keesokan harinya keduanya keluar dari dalam goa
disambut matahari yang sudah naik tinggi, lalu
keduanya menuju sumber air dan dengan canda
nakal dua makhluk yang sudah tergolong tua itu
mandi bersama, setelah itu keduanya mulailah
membangun pondok untuk tempat mereka, dan
selama dua minggu pondok itupun dapat diselesaikan.
"apa yang akan kita lakukan selanjutnya Eng-hwa ?"
"kita akan menetap disini, dan melatih ilmu-ilmu kita."
"pemikiran yang bagus, bahkan kalau dapat kita akan
coba menggabung ilmu kita dan menciptkan jurus-
jurus ampuh sebagai modal membalas dendam pada
Im-yang-sin-taihap." sahut Ouw-ciong
"benar sekali Ouw-ciong, alangkah puas dan leganya
jika kita dapat menghabisi nyawa Im-yang-sin-taihap,
penciptaan jurus itu akan kita saring dengan jeli
sehingga merupakan intisari dari kedua ilmu kita,
yang tentunya akan memeliki keampuhan yang luar
biasa. "kalau begitu marilah kita berpibu untuk mengambil
intisari ilmu kita, dan nantinya setelah itu kita akan
rangkai menjadi sebuah jurus." sahut Ouw-ciong,
kemudian keduanya pun berdiri dan kemudian
keduanya saling menyerang, ilmu-ilmu andalan
dikeluarkan, dalam pibu tangan kosong yang
memakan waktu dua jam penuh, keduanya sudah
melihat bagian-bagian inti gerakan lawan.
Setelah itu keduanya mengeluarkan senjata, dua
pedang saling berkeredapan menyabet diantara
tubuh-tubuh yang bergerak lincah dan gesit, gulungan
sinar pedang demikian menyilaukan, pibu dengan
senjata ini berlangsung sampai sore hari, setelah itu
keduanya berhenti dan menggeloso ditanah, Ouw-
ciong mendekati tubuh Lu-eng-hwa yang rebah mandi
keringat, dan dengan nakal meremas tubuh Lu-eng-
hwa "aih".ih"kamu nakal ." jerit Lu-eng dengan nada
manja "habis kamu menggemaskan Eng-hwa, bagian
dadamu ini begitu menantang dan amat
menggemaskan birahi "hmh"aku bau dan berkeringat.."
"justru karena keringat ini yang membuat lekuk
tubuhmu menimbulkan rangsangan lebih."
"ah..kamu ini ceriwis, tapi kalau pengen kenapa
hanya dibicarakan, ayok mana tindakannya." tantang
Lu-eng-hwa, mendengar itu Ouw-ciong menunggangi
Lu-eng penuh gairah, menjilati seluruh tubuh Lu-eng,


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sehingga membuat Lu-eng-hwa menggeliat
menggelinjang kenikmatan Pesta gairah itu pun berlangsung sampai malam tiba,
dan setelah itu mereka pergi membersihkan diri
kesumber air ditengah gelapnya malam, kemudian
malampun dilewatkan dengann kemesraan dan
pelukan hangat serta perbincangan tentang hal-hal
yang akan dilakukan esok dan rencana kedepan
membalaskan dendam pada Im-yang-sin-taihap.
Kota hehat yang ramai penuh kesibukan sebagaimana
biasa, siang yang cerah itu sepasang pendekar
memasuki kota, mereka adalah Ui-hai-liong-siang Yo-
hun dan Siangkoan-liu-kim, Liu-kim menggendong
bocah laki-laki berumur dua tahun, anak mereka yang
bernama Yo-seng. Ui-hai-liong-siang memasuki sebuah likoan dan
memasan Yo-hun memesan makanan untuk mereka,
tidak lama kemudian pesanan pun dihidangkan, lalu
keduanya bersantap dengan nikmat, demikian juga
Yo-seng yang disuapi ibunya, sementara asik
menyantap makanan, terdengar suara tertawa dari
sebuah meja yang di isi empat orang lelaki tegap dan
tampan. "memang wanita baru melahirkan mempunyai daya
pikat yang luar biasa, hal itu sering kulihat pada
wanita hamil sampai melahirkan."
"jadi twako apakah hanya melihat tanpa mau
mencicipi ?" "hahahaa"hahaha" kucing manalah mau
melewatkan mangsanya."
"hahaha..hahha".lalu kalau mangsa didepan mata ini
bagaimana twako !?" sahut mereka sambil tertawa.
"yang ini sepertinya ranum dan nikmat, cantik yang
luar biasa." Jawan si twako
"hahaha..hahaa.. twako sudah kemencer tidak
ketulungan." "hush..kemencer iya tapi aku tetap dalam kendali,
agar bunga nan cantik penuh aroma mewangi tidak
luluh lantak ketika kupetik
"hahaha..hahha tidak disangka ternyata twako
romantis juga." "haah"sudahlah ! sekarang mari kita bicarakan ide
selanjutnya." sahut si twako
Yo-hun dan Lui-kim tidak menggubris pembicaraan
dan tetap dengan santapan mereka, setelah makan
selesai "Kita akan menginap disini untuk beberapa hari."
"baiklah Hun-ko, dan sepertinya Seng-ji butuh istirahat
yang cukup, setelah itu baru kita lanjutkan
perjalanan." "baiklah Kim-moi, aku akan menyewa kamar pada
pemilik likoan." Ujar Yo-hun sambil bangkit dan
mendekati pemilik likoan "loya, kami mau menyewa sebuah kamar, apakah
masih ada ?" "masih ada sicu, A-ping" antarkan tamu kita
kekamarnya !" jawab pemilik likoan sambil menyeru
seorang pelayan, pelayan yang bernama A-ping itu
datang menghadap dan menjura kepada Yo-hun
"mari kongcu saya antar ke kamar." ajak A-ping, Yo-
hun dan Lui-kim mengikuti si pelayan dan memasuki
sebuah kamar yang cukup rapi dan besar
Suami istri itu pun istirahat, Lui-kim menidurkan
anaknya Yo-seng, sementara di atap kamar dua
bayangan sedang mengintai kedalam kamar, Yo-hun
yang mengetahui gelagat tidak baik langsung keluar
kamar dan melompat ke atas atap dan memergoki
dua orang yang sedang mengintai
"sungguh perbuatan tidak sopan yang kalian lakukan
ini, mengintai kamar orang lain." tegur Yo-hun, kedua
orang itu terkejut karena tidak menduga mereka
akan dipergoki suami perempuan yang mereka intai.
"mari kita robohkan suaminya dulu !" teriak seorang
dari keduanya, keduanya merangsak menyerang
dengan ganas dan bertubi-tubi, Yo-hun dengan tenang
berkelit, gerakannya luar biasa ringan, setelah sepuluh
jurus berlalu, Yo-hun mulai membalas serangan,
dengan tidak kalah hebatnya membangun serangan-
serangan dahsyat sehingga membuat kedua orang itu
kalang kabut dan terdesak, keduanya melompat
kebawah hendak melarikan diri, namun bayangan Yo-
hun selalu mengintai keduanya
"buk"dess?" sebuah pukulan mengenai seorang dan
sebuah tendangan menghantam pundak yang lain,
kedua pengintai terjungkal dan ambruk, ketika
hendak bangkit, dua buah tamparan keras mengenai
kedua wajah pengintai, kembali mereka ambruk
ketanah, kemudian dua bayangan yang lain datang
membantu, namun sekali berpoksai Yo-hun
menghindar dan dengan kecepatan kilat menyusulkan
serangan mematikan "prak"buk.." kepala seorang dari lawannya hancur
remuk hingga orang itu tewas seketika sementara
yang lain dadanya berguncang akibat pukulan
geledek Yo-hun, tiga orang itu menggeloso tidak
berdaya sementara satu dari mereka tewas.
"siapakah kalian yang menyimpan niat jahat kepada
kami !?" tanya Yo-hun, ketiga orang itu terdiam dan
meringis kesakitan "ampunkan kami taihap, kami hanya iseng."
"iseng yang tidak sopan dan hendak berbuat tidak
senonoh dengan istri orang, begitu maksudmu !?"
bentak Yo-hun. "maaf taihap kami jera dan tidak akan mengulang
lagi." sahut pimpinan dari empat orang itu.
"katakana siapa kalian !?"
"kami hanya anak buah hek-tiauw bukoan."
"apakah kauwsumu tidak mengajarkan tata kerama
pada kalian, sehingga kalian berbuat tidak patut !?"
"maafkan kami taihap?"
"baik kali ini kalian dimaafkan, dan kalau lain kali, kita
bertemu dengan hal seperti ini, kalian akan kuhajar
sampai tewas, pergi kalian !" sahut Yo-hun, tiga orang
itu bangkit dan dua orang dari mereka membawa
kawan mereka yang tewas. Yo-hun kembali kekamar mereka
"siapa mereka Hun-ko !?" tanya Lui-kim sambil turun
dari ranjang dan mendekati suaminya
"mereka murid nakal dari hek-tiuaw-bukoan." jawab
Yo-hun "sudah, marilah kita istirahat !" ajak Lui-kim sambil
meraih tangan suaminya, keduanya lalu berdiri dan
naik keatas ranjang, dengan seulas kemesraan suami
istri itu menjemput tidur.
Keesokan harinya ketika Ui-hai-liong-siang sedang
makan segerombolan orang mendatangi likoan
"mana orang yang sudah berani lancing pada hek-
tiauw-bukoan !?" tanya seorang lelaki gagah dengan
nada marah. "itu mereka suheng !" jawab salah seorang yang
dipecundangi Yo-hun tadi malam, dengan muka
marah Yo-hun bangkit "hmh" ternyata permintaan maaf kalian semalam
hanya helah untuk menyelamatkan diri, kalian akan
menerima akibat keculasan kalian." ujar Yo-hun
melangkah mendekati sepuluh orang itu.
"heh..kamu yang telah menewaskan satu suteku, jadi
kamu harus membayarnya dengan nyawamu !"
bentak pimpinan rombongan
"katakan, apa kamu kauwsu dari hek-tiauw-
bukoan !?" tantang Yo-hun
"benar, jadi kamu akan menerima akibat binasa
karena berani berurusan dengan saya."
"bagus..kalau begitu jangan banyak bacot, terimalah
ini !" tantang Yo-hun sambil menyerang, si kauwsu
berkelit dan membalas menyerang, namun serangan
Yo-hun demikian cepat dan berbahaya, si kauwsu
terus mengelak dan membalas, si kauwsu tidak
menyangka bahwa lawannya ini luar biasa.
Si kauwsu dengan mengerahkan seluruh kepandaian
mencoba mengimbangi serangan Yo-sun yang lincah
dan kuat, pada jurus keempat puluh, si kauwsu harus
rela menerima sebuah tendangan yang bersarang
diperutnya "dess..hehgg.." tubuh si kauwsu terlempar tiga meter,
badannya ambruk ketanah dengan perut mual, si
kauwsu muntah, lalu dia berdiri
"seraaaang?" teriaknya kepada sute dan anak
buahnya, sembilan orang yang mengikutinya langsung
menyerang mengeroyok Yo-hun, Yo-hun tanpa
memberi hati langsung menampari kepala
pengeroyoknya, sehingga dalam waktu setengah jam
sembilan orang itu roboh tidak berdaya sambil
meringis kesakitan, dan dua dari mereka tidak dapat
ditolongan karena keduanya tewas setelah menerima
tamparan tangan Yo-hun. Si kauwsu terbelalak tidak percaya, bahwa lawannya
ternya demikian sakti, si kauwsu langsung mengindar
dan menyikir melarikan diri, tujuh anak buahnya
berusaha lari juga, namun lima dari mereka terpaksa
ambruk lagi karena serangkum pukulan sakti Yo-hun
menerpa mereka "kalian tidak akan kemana-kemana, cepat kalian
bawa saya ke perguruan kalian !" bentak Yo-hun, lalu
lima orang itu membawa tiga mayat rekan mereka
dan terpaksa mengikuti perintah Yo-hun membawa
pendekar itu ke bukoan mereka.
Sesampai di bukoan tiga puluh orang mencegat
mereka "cepat kalian panggil kauwsu kalian, kalau tidak akan
kuhancurkan bukoan kalian ini !" bentak Yo-hun, tiga
puluh orang itu mengurung Yo-hun
"seraaaang..!" teriak salah seorang dari mereka, Yo-
hun merasa gemas, sehingga gerakannya yang luar
biasa semakin gencar menjatuhkan para
pengeroyoknya, dan dalam lima gebrakan empat
orang sudah ambruk tidak bernyawa.
Pengeroyoknya terus merangsak maju, bagi yo-hun
lawan ini bagikan tahu lunak, bergerak cepat dengan
kepalan pukulan geledek yang luar biasa, tubuhnya
bergerak gesit diantara senjata lawannya, dan
pukulannya yang luar biasa dalam setiap gerakan
mendapatkan korban, sehingga dalam dua puluh
jurus, tujuh orang roboh tidak bernyawa dan empat
orang luka parah, akhirnya sisanya melarikan diri.
Yo-hun masuk kedalam bukoan dan membakar
tempat itu, setelah api berkobar Yo-hun kembali ke
likoan, sementara Lui-kim menunggu suaminya sambil
bermain dengan Yo-seng "apa yang kamu lakukan dengan mereka Hun-ko ?"
"bokoan mereka saya baker, biar tahu rasa mereka."
Jawab Yo-hun dengan kesal
"apa kita akan meninggalkan kota hehat, atau
bagaimana Hun-ko." "kita dua hari lagi disini untuk mengistirahtkan Seng-
ji." jawab Yo-hun Peristiwa itu menjadi bahan pembicaraan warga,
terbakarnya bukoan Hek-tiauw disambut rasa lega
warga yang merasa tertindas dengan kesewenang-
wenangan perguruan itu, dan julukan Ui-hai-liong-
siang makin dielukan orang.
Dua hari kemudian Ui-hai-liong-siang meninggalkan
kota, namun baru setengah hari perjalanan dari pintu
gerbang kota empat orang lelaki gagah mencegat
mereka "apa kalian Ui-hai-liong-siang !?"
"benar, dan ada apa maksud kalian mencegat kami."
jawab Yo-hun "kalian telah menghina bukoan sute kami, dan kamu
harus menerima balasannya."
"hmh..katakan siapa kalian !?" sahut Yo-hun tenang
"kami adalah murid kepala Pah-sim-sai-jin."
"ooo, ternyata kalian adalah sebaran momok busuk
dari Pah-sim-sai-jin, majulah kalian biar kuhajar !"
tanyang Yo-hun, empat orang itu melabrak Yo-hun,
gerakan mereka luar biasa, dan serangan mereka
demikian gencar dan saling melengkapi, namun
walaupun demikian Yo-hun tidak gugup, dengan
cekatan dia membendung serangan empat lawannya,
selama empat puluh jurus Yo-hun masih membaca
kekuatan lawan, Lui-kim yang duduk bersandar
disebuah pohon merasa tenang melihat bahwa
suaminya tidak akan kalah.
Empat puluh jurus kemudian Yo-hun mengubah
gerakan bertahan dan membangun serangan-
serangan yang lumayan gencar, empat lawannya
berusaha mengimbangi dengan mengerahkan seluruh
kemampuan, dua puluh jurus kemudian Yo-hun sudah
mulai mendesak empat lawannya, ilmu "pek-lek-jiu"
menggetarkan pertahanan empat lawannya, sehingga
sebuah pukulan telak menghantam lambung seorang
lawannya, lawannya terpapar dan berusaha tidak
jatuh, dan tiga lawannya serempak membalas,
namun ilmu Yo-hun memang luar biasa, dua senjata
di kebas dua tangannya yang mengandung hawa
sakti sehingga melenceng dan sebuah tendangan
mengenai perut seorang lawanya, orang itu ambruk
dengan perut mulas, dia hendak berdiri, namun tidak
kuasa karena dia kembali limbung sebab perutnya
sangat sakit melilit, dua orang sudah tidak berdaya,


Kembalinya Si Manusia Rendah Karya Rajakelana di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan dua orang lainnya masih gencar merangsak maju.
Yo-hun tiba-tiba menyentil pergelangan tangan
seorang lawannya, sehingga pedangnya jatuh dan
sungguh hebat, gagang pedang disambut tendangan
Yo-hun sehingga pedang itu meluncur cepat dan
"cep"buk?" pedang itu menancap dipaha seorang
lawannya yang tidak menduga, dan sebuah pukulan
menghantam muka lawannya yang kelepasan
pedang, keempatnya menggeloso ditanah dengan
wajah kesakitan bercampur takut dan jerih.
Ui-hai-liong-siang meninggalkan mereka
"ternyata sebaran anak buah Pah-sim-sai-jin yang
berulah." gumam Yo-hun
"benar dan itu merupakan usaha terakhir dari Pah-
sim-sai-jin dalam menyelamatkan prinsip yang
diajarkannya." "sungguh manusia durjana itu a lot dan ulet, dan
terakhir kita dengar dia melarikan diri dari hadapan
Im-yang-sin-taihap." sahut Yo-hun
"dan besar kemungkinan ia akan kembali lagi
membangun tirani di Tionggoan." ujar Lui-kim.
"kita waspadai saja perkembanganya." sahut Yo-hun,
kemudian mereka mempercepat lari mereka .
Tiga bulan kemudian mereka sampai di kota Sinyang
"sebaiknya kita menetap saja disini Hun-ko." ujar Lui-
kim "benar Kim-moi, aku juga berpikiran begitu, karena
menurut saya tempat ini sangat cocok untuk
menetap." sahut Yo-hun, sejak hari itu Ui-hai-liong-
siang menetap di kota sinyang dengan usaha dagang
rempah-rempah dan membesarkan Yo-seng.
Setahun kemudian Lui-kim hamil, alangkah
bahagianya rasa suami istri itu, suatu hari Yo-hun
sedang melayani para pembeli, dan diantara mereka
ada seorang perempuan cantik, ketika tiba giliran
perempuan itu, Yo-hun heran karena perempuan itu
hanya tersenyum padanya. "siocia, apakah yang hendak anda beli ?"
"tidak ada yang mau saya beli." Jawab perempuan itu
"kalau begitu apakah maksud siocia datang kemari ?"
"saya tertarik dengan taihap." sahut perempuan itu,
Yo-hun terkejut "apa maksudmu siocia !?"
"saya tertarik dengan anda, apakah itu kurang jelas."
"siocia pergilah dari tempat ini, aku sedang sibuk."
ujar Yo-hun, saat itu Lui-kim keluar
"ada apakah Hun-ko !?"
"apakah dia itu istrimu !?" sela wanita itu
"benar saya adalah istrinya, dan kamu ini siapa ?"
sahut Lui-kim tegas, perempuan itu tersenyum
"sungguh serasi Ui-hai-liong-siang."
"apakah maksudmu nona memuja-muji kami !" tanya
Lui-kim penuh selidik "aku datang dengan damai, baiklah lain kali aku akan
datang lagi." sahut wanita itu, dan kemudian pergi
dari tempat itu. "apakah Hun-ko tidak mengenalnya " tanya Lui-kim
"aku tidak meneganalnya, dan sikapnya sangat aneh."
jawab Yo-hun "aku yakin perempuan itu asuhan dari Pah-sim-sai-
jin." ujar Lui-kim "bagaimana Kim-moi meyakini hal itu ?"
"dari caranya mengutarakan maksudnya, aku
mendengar ketertarikanya padamu Hun-ko, dan
ungkapan itu bagi seorang perempuan sangat vulgar
dan memalukan." jawab Lui-kim.
"sudahlah, untuk apa memikirkannya, sebaiknya
kamu gantikan aku menjaga took, karena aku mau
menemui saudara Lu, semalam dia berkata bahwa
kiriman rempah-rempah dari kota thiansan akan
sampai hari ini, jadi saya mau mengambil persedian
rempah-rempah." "baiklah Hun-ko, kalau dapat jangan sampai malam,
aku sudah memasak makanan kesukaanmu untuk
kita makan bersama." sahut Lui-kim, Yo-hun
mengangguk dan keluar dari toko.
Yo-hun ditengah jalan berpapasan dengan wanita
cantik itu "eh, kamu lagi nona." sela Yo-hun terkejut
"benar taihap, aku sengaja menemuimu."
"nona, kamu ini siapa dan apa maumu dengan
keganjilan sikapmu ini ?" tanya Yo-hun agak kesal,
wanita itu tersenyum "aku adalah Khu-in-hong."
"darimanakah asalmu Khu-in-hong dan apakah benar
kamu adalah asuhan dari Pah-sim-sai-jin ?"
"hmh"kenapa kamu menduga seperti itu ?" tanya
Khu-in-hong "karena istri saya mengatakan, bahwa ungkapan
kamu itu terlalu tabu untuk seorang perempuan, dan
hanya perempuan dari golongan hitam yang tidak
mengenal tata bicara."
"hik..hik" dugaan istrimu memang benar, aku adalah
murid dari "Im-kan-kok-sianli-sam"
"pantas kalau begitu, lalu apakah kamu akan
Asmara Si Pedang Tumpul 7 The Chronos Sapphire Ii Karya Angelia Putri Hati Yang Terberkahi 13
^