Pencarian

Asmara Si Pedang Tumpul 7

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo Bagian 7


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Kui Siang tidak lagi didesak oleh Raja Muda
Yung Lo yang sudah melepaskan keinginannya
mempersunting gadis itu, bahkan menjanjikan untuk
mendamaikan antara ia dan Sin Wan. Ketika Raja Muda Yung
Lo menerima undangan dari Putera Mahkota yang menjadi
kakaknya, tentu saja dia tidak dapat menolak. Bagaimanapun
juga, kakaknya itu adalah putera mahkota, calon pengganti
kaisar ayah mereka yang berarti calon junjungannya. Kalau
pangeran Mahkota sudah mengalah dan datang ke Cin-an,
berarti itu menaruh hormat. kepadanya.
Ketika Kui Siang menyatakan kekhawatirannya, Raja Muda
Yung Lo tersenyum. "Kami menerima undangan dari kakanda
Pangeran Mahkota untuk mengadakan pertemuan di Cin-an.
Kenapa engkau merasa khawatir, Kui Siang" Apakah engkau
mencurigai Pangeran Mahkota?"
"Tentu saja sama sekali tidak, Yang Mulia. Akan tetapi, kita mengetahui bahwa
pihak Mongol selalu berdaya untuk
merampas kembali kekuasaannya, maka mereka akan
melakukan segala cara untuk mencelakakan keluarga
Sribaginda Kaisar. Perjalanan ke Cin-an tidak dekat, maka
hamba khawatir kalau-kalau kesempatan ini dipergunakan
oleh pihak musuh untuk menghadang dan mencelakai paduka
atau Pangeran Mahkota."
"Jangan khawatir, Kui Siang. Aku bukan seorang yang
mudah dijebak begitu saja oleh siapapun. Kita berangkat
dengan pasukan pengawal dan engkau menjadi pengawal
pribadiku. Kalau ada engkau di dekatku, siapa yang akan
mampu menggangguku!" kata Raja Muda Yung Lo setengah
berkelakar. Hati Kui Siang selalu penuh kekhawatiran dan ia melakukan
penjagaan ketat, teliti dan waspada di sepanjang perjalanan
karena ia menganggap bahwa pasukan pengawal tiga losin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu jauh dari pada cukup untuk menjamin keselamatan
seorang raja muda, seperti Yung Lo.
Akan tetapi ternyata tidak ada gangguan di sepanjang
perjalanan, bahkan para pembesar setempat yang mendengar
akan datangnya Raja Muda Yung Lo yang melakukan
perjalanan ke selatan, mengadakan penyambutan di setiap
kota dengan penuh penghormatan.
Ketika rombongan Raja Muda Yung Lo tiba di luar kota Cin-
an, di tempat peristirahatan dekat sungai Kuning itu, mereka
disambut oleh Putera Mahkota sendiri dan Raja Muda Yung Lo
saling berpelukan dengan kakaknya. Kemudian, dua orang
bangsawan ini memasuki gedung yang disediakan untuk
pertemuan itu. Raja Muda Yung Lo ditemani Kui Siang yang
memimpin enam orang pengawal wanita sebagai anak
buahnya. Tujuh orang gadis yang rata-rata cantik ini nampak
gagah dan berwibawa sehingga Pangeran Mahkota Chu Hui
San memandang dengan senyum menyeringai lalu berkata
kepada adiknya. "Adinda Yung Lo, pasukan pengawal pribadimu sungguh
hebat, cantik dan gagah!"
Raja Muda Yung Lo hanya tersenyum saja dan diapun
memperhatikan orang-orang yang mengawal kakaknya. Dia
melihat Jenderal Yauw Ti yang tadi sudah cepat memberi
hormat kepadanya secara militer. Tentu saja dia mengenal
jenderal besar ini, yang merupakan orang kepercayaan dari
ayahnya Sribaginda Kaisar dan merupakan orang yang berjasa
dan menjadi pembantu Jenderal Shu Ta. Melihat hadirnya
jenderal itu, hati Raja muda Yung Lo menjadi semakin tenang.
Jenderal ini tentu membawa pasukan besar dan tentu saja
keadaan menjadi aman. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di samping Jenderal Yauw Ti, yang menemani Pangeran
Mahkota hanya ada seorang lagi saja, seorang pria muda
berusia tigapuluh lima tahun yang tampan dan bersikap sopan
dan halus gerak-geriknya, berpakaian seperti seorang
sastrawan, bermata tajam dan nampaknya cerdik sekali. Raja
Muda Yung Lo tidak mengenal pria itu, hanya dia merasa
heran mengapa kakaknya tidak diiringkan pengawal pribadi
melainkan seorang sastrawan!
"Kakanda Pangeran, siapakah sastrawan ini?" tanyanya
heran. "Ahh, engkau belum pernah mengenalnya" Dia memang
belum lama menjadi penasihatku dan diapun menjadi guru
keponakanmu Chu Hong. Dia kami sebut Yauw Siucai."
Yauw Siucai cepat memberi hormat dengan menekuk
sebelah lutut kepada Raja Muda Yung Lo, yang diterima
dengan sikap anggun oleh bangsawan itu. Akan tetapi
selanjutnya, Raja Muda Yung Lo tidak lagi menaruh perhatian
kepada sastrawan itu. Sebaliknya, sejak mengikuti raja muda
itu dan melihat sastrawan itu, diam-diam Kui Siang amat
memperhatikannya. Biarpun pakaiannya seperti sastrawan,
namun ada sesuatu dalam sikap orang itu, terutama kilatan
pandang matanya, yang membuat dia patut diawasi karena
jelas bahwa, sastrawan ini bukan sembarang orang.
Pertemuan dua orang saudara keluarga Kaisar ini
berlangsung meriah dan ketika mereka berdua bercakap-
cakap di ruangan paling dalam, mereka tidak ingin dihadiri
orang lain. Bahkan Kui Siang sendiri terpaksa harus berjaga di
luar ruangan itu di mana ia melihat sastrawan yang disebut
Yauw Siaucai itu berjalan mondar-mandir dengan tenang dan
mengipasi tubuhnya dengan kipas putih yang besar. Juga
Jenderal Yauw Ti hanya mengatur anak buahnya melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjagaan ketat di luar gedung dan di sekitar tempat
pertemuan itu. Dua orang pangeran yang bercakap-cakap itu saling
menceritakan keadaan masing-masing, juga keadaan di utara
dan di selatan. Dengan sejujurnya Raja Muda Yung Lo
mendukung kakaknya yang menjadi pangeran mahkota itu,
dan menyatakan bahwa kelak kalau kakaknya menjadi kaisar,
dia akan mendukung kekuasaan kakaknya itu di wilayah utara.
Akan tetapi dengan jujur pula dia mengatakan bahwa dia
mendengar desas-desus tentang pangeran mahkota itu yang
dikabarkan hanya mengejar kesenangan. Mendengar teguran
halus adiknya ini, Putera Mahkota tertawa.
"Ha..ha..ha, berita yang kaudengar itu berlebihan, adinda
Yung Lo. Selagi kita muda, apa salahnya kalau kita bersenang-
senang" Sudah menjadi hak setiap orang, apalagi kita para
pangeran, untuk bersenang dan menikmati hidup, bukan?"
"Memang benar, kakanda pangeran. Akan tetapi, kakanda
adalah seorang pangeran mahkota yang kelak akan
menggantikan ayahanda Kaisar, menjadi kaisar yang
mempunyai tugas berat memimpin seluruh rakyat dan negara.
Sudah semestinya kalau mulai sekarang kakanda pangeran
memperhatikan dan mempelajari soal pemerintahan agar
kelak kalau tiba saatnya, kakanda akan dapat mengemudikan
pemerintahan dengan sebaik mungkin."
"Hemm, adinda Yung Lo. Tidak usah kaunasihatipun, aku
sudah mengerti. Kalau seorang kaisar harus pusing sendiri
memikirkan semua tugas itu, lalu apa gunanya kaisar memiliki
penasihat dalam segala urusan" Sekarangpun, aku telah
memiliki seorang penasihat yang bijaksana dan pandai. Kelak,
kalau aku sudah menjadi kaisar, tentu akan kumiliki penasihat-
penasihat yang pandai, baik dalam urusan pemerintahan
urusan keamanan dan sebagainya. Jangan khawatir, adinda.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukankah engkau sendiri juga sudah merupakan seorang di
antara para calon penasihatku kalau kelak aku sudah menjadi
kaisar?" Biarpun di dalam hatinya merasa tidak puas dengan sikap
kakaknya itu, namun Raja Muda Yung Lo tidak berani
mendesak atau menegur terlalu keras, karena bagaimanapun
juga, kakaknya itu adalah seorang atasan baginya.
Setelah bercakap-cakap, maka seperti telah direncanakan,
Pangeran Mahkota mengadakan pesta perjamuan yang meriah
untuk adiknya dan dengan royal Pangeran itu makan minum
sambil menonton para penyanyi pilihan dan penari yang
cantik-cantik menghibur mereka.
Raja Muda Yung Lo yang tidak begitu suka berpesta pora
dan bersenang-senang, sekali ini terpaksa menuruti kehendak
kakaknya. Dalam perjamuan ini, Lim Kui Siang diperbolehkan
ikut serta, disamping Yauw Siucai. Namun Jenderal Yauw Ti
menolak hadir dengan alasan bahwa dia harus mengatur
penjagaan keamanan di luar dan di dalam gedung.
Di luar gedung itu, ketika dua orang bangsawan itu sedang
pesta pora, terjadi hal lain yang amat menarik hati. Sesosok
bayangan berkelebat dan melakukan pengintaian dan
penyelidikan, menyusup di antara penonton dan dengan hati-
hati dia meneliti keadaan. Bayangan ini bukan lain adalah Sin
Wan! Bagaimana pemuda ini dapat berada di tempat itu"
Seperti kita ketahui, Sin Wan meninggalkan rumah keluarga
Bhok. Karena kini tidak mungkin lagi baginya untuk bekerja
sama dengan Bhok Cun Ki setelah peristiwa dengan Bhok Ci
Hwa, dia lalu bermalam di rumah penginapan dan baru pada
keesokan harinya dia pergi menghadap Jenderal Shu Ta.
Jenderal itu menerimanya dengan ramah dan ketika dia
bertanya kepada Sin Wan akan maksud kunjungannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu mengatakan bahwa dia ingin bekerja sendiri,
terlepas dari Bhok-ciangkun.
"Bekerja sama dengan Bhok-ciangkun membuat saya tidak
leluasa bergerak, karena pihak musuh tentu akan dapat
mengikuti gerak gerik saya sebagai pembantu Bhok-ciangkun.
Akan tetapi, dengan bekerja sendiri, saya merasa lebih bebas
dan dapat bergerak lebih leluasa. Saya ingin sekali dapat
membongkar rahasia Si Kedok Hitam yang amat lihai itu,
karena saya yakin bahwa dialah pemimpin jaringan mata-mata
Mongol yang bergerak di kota raja, thai-ciangkun."
Jenderal Shu Ta mengangguk-angguk dan dapat menerima
alasan itu. "Akan tetapi sebelum engkau melanjutkan
penyelidikanmu di kota raja, kini kami ingin menyerahkan
sebuah tugas yang teramat penting, tai-hiap."
Jenderal besar itu lalu bercerita tentang undangan yang
dilakukan Pangeran Mahkota untuk mengadakan pertemuan
ramah tamah dengan Raja Muda Yung Lo yang akan diadakan
di luar kota Cin-an. Dia menambahkan, "Biarpun Pangeran
Mahkota sudah dikawal oleh Jenderal Yauw Ti atas permintaan
beliau, dan Jenderal Yauw tentu saja memimpin pasukan
pengawal yang cukup kuat, namun hatiku merasa tidak enak.
Peristiwa ini terjadi diluar tahu Sribaginda Kaisar, dan kami
ingin sekali mengetahui apa yang menjadi latar belakang
pertemuan tingkat tinggi yang agaknya dirahasiakan itu. Nah,
kami beri tugas kepadamu untuk pergi ke Cin-an dan
melakukan penyelidikan rahasia ini, tai-hiap. Syukur kalau
engkau dapat mengetahui apa yang dibicarakan dua orang
putera Sribaginda Kaisar yang keduanya memiliki kedudukan
penting itu, dan setidaknya, harap engkau ikut menjaga agar
keselamatan kedua orang pangeran itu terjamin."
Sin Wan menerima tugas itu dan dan maklum betapa
pentingnya tugas yang diserahkan kepadanya, walaupun di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggapnya tidak terlalu gawat, karena bukankah Pangeran
Mahkota telah dikawal oleh Jenderal Yauw Ti bersama
pasukan pengawalnya yang kuat" Dan tentang Raja Muda
Yung Lo ..... tiba-tiba dia teringat dan menundukkan muka
agar tidak nampak perubahan pada wajahnya oleh Jenderal
Shu Ta. Begitu teringat kepada Raja Muda Yung Lo, tiba-tiba saja
diapun teringat bahwa Lim Kui Siang tentu telah menjadi
pengawal pribadi raja muda itu! Tentu pertemuan penting
yang membuat raja muda itu melakukan perjalanan jauh ke
selatan, akan disertai pula oleh Kui Siang! Besar
kemungkinannya di Cin-an dia akan bertemu dengan Kui
Siang! Bermacam perasaan mengaduk hatinya. Ada perasaan
gembira karena dia merasa amat rindu kepada sumoinya yang
dia cinta itu, ada pula perasaan tegang dan khawatir akan
sikap sumoinya terhadap dirinya ketika mereka akan saling
berpisah. Sumoinya itu sudah membencinya dan menganggap
dia sebagai musuh. Perasaan gembira kini bercampur
perasaan sedih. Demikianlah, pada sore itu, ketika dua orang pangeran
sedang mengadakan pesta dan cuaca di luar gedung sudah
mulai remang-remang, Sin Wan yang baru tiba di Cin-an siang
hari itu, segera mengadakan penelitian dan penyelidikan. Dia
melihat betapa di sekitar kota Cin-an penuh dengan perajurit
anak buah pasukan Jenderal Yauw Ti. Demikian pula di tempat
pertemuan di luar kota, dekat sungai Kuning, berkeliaran
perajurit pengawal, baik yang berpakaian seragam rnaupun
yang berpakaian preman. Melihat penjagaan ini, tentu saja Sin Wan merasa lega dan
dia boleh bersantai saja karena siapa yang akan berani
mengganggu keselamatan kedua orang pangeran yang terjaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketat itu" Kini tugasnya adalah menyelidiki apa gerangan arti
pertemuan itu, dan terselip pula keinginan pribadinya untuk
melihat apakah Kui Siang ikut pula mengawal Raja Muda Yung
Lo. Kalau sumoinya itu benar berada di situ, ingin dia bertemu
dengannya, atau setidaknya dapat melihatnya.
Dengan kepandaiannya yang tinggi, tidak sukar bagi Sin
Wan untuk menyelinap tanpa menimbulkan kecurigaan
sehingga dia dapat mendekati gedung di mana kedua orang
pangeran itu mengadakan pesta atas pertemuan mereka. Dari
luar gedung terdengar suara musik dan nyanyian. Bahkan bau
arak yang keras dan anggur yang harum tercium dari luar. Sin
Wan menghela napas panjang. Dua orang kakak beradik
bangsawan itu sedang berpesta pora, bergembira atas
pertemuan di antara mereka.
Dan untuk pesta itu, begitu banyak perajurit pasukan
keamanan dikerahkan untuk menjaga keamanan mereka.
Bahkan dia sendiri mendapat tugas khusus dari Jenderal Shu
Ta untuk menyelidiki, juga ikut menjamin keselamatan
mereka. Nampaknya sungguh ganjil. Siapa sih yang begitu gila
untuk berani mencoba melakukan gangguan terhadap kedua
orang pangeran itu"

Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiba-tiba Sin Wan bergerak cepat, menyusup ke bawah
pohon dan bersembunyi di balik semak yang tumbuh di
belakang gedung itu karena dia melihat bayangan berkelebat
cepat dari arah kiri. Betapa kagetnya ketika dia melihat bahwa
bayangan itu adalah tokoh yang selama ini menjadi
perhatiannya dan di cari-carinya. Si Kedok Hitam!
Mudah dikenal karena selain pakaian dan kedok hitamnya,
juga tubuhnya yang tinggi besar dengan perut yang besar
menggendut. Namun gerakannya amat ringan dan beberapa
kali loncatan saja membuat tubuh yang tinggi besar itu
berkelebatan dan lenyap ke arah barat, yaitu ke arah tepi
sungai di mana terdapat sebuah hutan kecil. Sin Wan tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah melakukan penyelidikan dan tahu bahwa di dalam
hutan kecil itu terdapat pondok-pondok darurat yang dijadikan
markas pasukan pengawal Pangeran Mahkota yang besar
jumlahnya. Maka, diapun melakukan pengejaran.
Dia melihat bayangan Si Kedok Hitam, sebaliknya, begitu
dia tiba di hutan itu, dia dihadang oleh belasan orang perajurit keamanan dari
kota raja. Mereka mengepungnya dengan
senjata tajam di tangan, siap menyerangnya.
"Tangkap mata-mata!"
"Tangkap penjahat!"
Teriakan-teriakan ini membuat Sin Wan maklum bahwa dia
dalam bahaya, maka diapun cepat memperkenalkan diri.
"Sobat sekalian, harap jangan salah sangka. Aku adalah Sin
Wan, seorang penyelidik dari kota raja yang diutus oleh
Jenderal Shu Ta!" Seorang perajurit berkumis tebal yang menjadi pemimpin
mereka maju dan mencoba untuk mengamati wajah Sin Wan
dalam cuaca yang mulai remang-remang. "Hemm, apa
buktinya bahwa engkau utusan Jenderal Shu Ta?"
Sin Wan hanya membawa leng-ki, yaitu bendera kecil tanda
sebagai utusan kaisar. Akan tetapi dia menganggap bahwa
tidak sepantasnya kalau berhadapan dengan pasukan penjaga
ini dia harus memperlihatkan benda berharga itu. "Jenderal
Yauw Ti mengenalku, kalau kalian tidak percaya, boleh
laporkan aku kepada beliau."
Dia memang harus menghadap jenderal itu untuk
memperingatkan bahwa dia melihat Kedok Hitam di tempat
ini, yang berarti bahwa ada mata-mata musuh yang amat
berbahaya hadir pula di tempat pertemuan antara kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang pangeran itu dan berarti bahaya mungkin mengancam
diri mereka. Belasan orang perajurit itu ketika mendengar bahwa Sin
Wan mengenal atasan mereka, tidak berani bersikap bengis
lagi akan tetapi mereka tetap curiga dan mengawal pemuda
itu dengan kepungan ketat untuk menghadapkannya kepada
Jenderal Yauw Ti. Melihat banyaknya perajurit di hutan itu, diam-diam Sin
Wan merasa heran. Untuk mengawal Putera Mahkota, kenapa
dikerahkan pasukan yang sedikitnya ada seratus orang
banyaknya" Bukankah di Cin-an sendiri juga terdapat pasukan
keamanan" Sungguh Jenderal Yauw Ti agak berlebih-lebihan,
pikirnya. Atau memang jenderal itu sudah mencium adanya
niat jahat dari jaringan mata-mata"
Sebetulnya, dia segan untuk bertemu dengan Jenderal
Yauw Ti. Biarpun jenderal itu adalah wakil Jenderal Shu Ta
dan merupakan orang kepercayaan kaisar, namun dalam dua
kali pertemuan, jenderal itu selalu memperlihatkan sikap
memusuhinya. Pertama, ketika dia memperkenalkan diri, Jenderal Yauw Ti
sudah menghinanya sebagai seorang suku Uighur yang amat
dibenci oleh jenderal itu karena dahulu pernah tertawan dan
dimusuhi orang-orang Uighur. Kemudian dalam pertemuan
kedua, jenderal itu bahkan menuduhnya menghina Putera
Mahkota dan hendak menangkapnya. Dan kini terpaksa dia
harus bertemu lagi dengan jenderal yang galak dan jujur itu.
Benar saja seperti yang dia khawatirkan, begitu dia
berhadapan dengan jenderal itu, Jenderal Yauw Ti
memandang kepadanya dengan alis berkerut. Alisnya yang
tebal bergerak naik turun, wajahnya yang galak itu nampak
kemerahan dan tangannya yang berjari besar itu terkepal. Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak marah sekali mendengar laporan kepala jaga bahwa
pemuda ini nampak berkeliaran di dalam hutan dan mereka
menangkapnya dan membawanya ke depan sang jenderal.
"Hemm, sejak dahulu sudah kuduga. Engkau pastilah
anggauta kelompok mata-mata musuh! Kalau tidak demikian,
mau apa engkau berkeliaran di sini dan memata-matai
pasukan kami?" "Maaf, tai-ciangkun. Saya bukan memata-matai pasukan
pemerintah, sebaliknya saya membantu pemerintah karena
saya berada di sini atas perintah Jenderal Shu Ta. Beliau yang
mengutus saya untuk ikut membantu dan menjaga keamanan
kedua orang pangeran yang sedang mengadakan pertemuan
di sini." "Tidak mungkin! Aku sendiri yang memimpin pasukan
Pangeran Mahkota, masa Jenderal Shu Ta masih mengutus
engkau untuk menjaga keamanan beliau" Kami tidak percaya!
Sin Wan, engkau seorang Uighur, kami tidak percaya dan
tetap curiga kepadamu. Engkau harus kami tahan dulu, dan
kelak akan kami hadapkan kepada Sribaginda Kaisar untuk
membuktikan apakah benar engkau mendapat kepercayaan
Beliau atau leng-ki yang kaubawa itu hanya palsu. Tangkap
dia dan jebloskan ke dalam kamar tahanan!"
"Jenderal Yauw Ti, apakah engkau akan menangkap
seorang utusan Kaisar?" Sin Wan berseru sambil
mengeluarkan leng-ki. Akan tetapi jenderal yang tinggi besar
dan galak itu kini tidak memperdulikannya.
"Kami masih menghargaimu dan tidak langsung
membunuhmu. Akan tetapi kalau engkau banyak tingkah,
terpaksa kami akan membunuhmu. Masukkan dia ke dalam
kamar tahanan, perlakukan sebagai tamu akan tetapi jaga
ketat jangan sampai dia melarikan diri!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
23. Gadis Kedua .. Yang Sama ..?"
Sin Wan tidak diberi kesempatan untuk membantah lagi
karena para perajurit sudah memegang kedua lengan dan
pundaknya dari belakang dan mendorongnya keluar dari situ.
Dia tidak memberontak, maklum bahwa kalau dia
menggunakan kekerasan, dia akan berhadapan dengan
puluhan orang perajurit dan tentu saja dia tidak ingin
berkelahi melawan pasukan pemerintah. Hanya dia diam-diam
merasa heran mengapa jenderal ini demikian membencinya.
Apakah hanya karena dia seorang berbangsa Uighur, atau ada
sebab lain" Untuk sementara ini, sebaiknya dia mengalah sambil
melihat perkembangan selanjutnya. Dia hanya merasa
penasaran karena tadi dia benar-benar melihat Si Kedok Hitam
yang gendut itu memasuki hutan. Kenapa si gendut itu tidak
tertangkap oleh penjaga, sebaliknya malah dia yang
ditangkap" Apakah ada hubungan antara Si Kedok hitam
dengan ......" Ah, tidak mungkin sama sekali" Biarpun galak,
keras dan mau menang sendiri, Jenderal Yauw Ti adalah wakil
Jenderal Shu Ta dan dia merupakan seorang yang banyak
jasanya bagi pemerintah, dan dipercaya pula oleh kaisar.
Sin Wan didorong masuk ke dalam sebuah kamar yang
kokoh. Agaknya markas darurat ini dibangun dengan lengkap,
berikut tempat tahanan pula! Di luar kamar tahanan itu,
selosin orang perajurit melakukan penjagaan ketat. Sin Wan
tak mampu berbuat apa-apa, hanya duduk di atas lantai
penjara itu. Kalau dia menggunakan kekerasan, sebetulnya tidaklah
sukar untuk meloloskan diri sebelum terkepung, akan tetapi
hal itu akan membuat dia menjadi pelarian dan dimusuhi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pasukan pemerintah, bahkan tentu Jenderal Yauw Ti akan
menjadi semakin curiga dan menganggap dia benar-benar
mata-mata musuh! Untuk melarikan diri dan melapor kepada
Jenderal Shu Ta, jarak dari situ ke Kota raja terlampau jauh.
Tidak, dia harus bersabar dan mencari kesempatan melarikan
diri tanpa menimbulkan perkelahian. Masih baik baginya
bahwa pedangnya, yang dia sembunyikan di balik bajunya
tidak dirampas, dan tak lama kemudian, seorang penjaga
memasukkan makanan dan minuman melalui lubang di bahwa
jendela beruji besi. Sin Wan makan dan minum sampai kenyang untuk
menjaga kesegaran dan kekuatan tubuhnya karena dia
menghadapi keadaan yang gawat, lalu duduk bersila di sudut
kamar. Dia mengambil keputusan untuk keluar dari situ dan
melarikan diri tanpa menimbulkan keributan.
Tiba-tiba terdengar suara berdebukan di luar kamar
tahanan itu. Dia cepat bangkit dan menghampiri jendela beruji
untuk melihat keluar. Di bawah sinar penerangan lampu yang
tergantung di luar, Sin Wan melihat betapa selosin orang yang
tadinya berjaga di luar, kini telah roboh malang melintang.
Agaknya mereka telah dirobohkan orang tanpa menimbulkan
suara, entah dengan cara bagaimana. Selagi matanya
mencari-cari, dia melihat bayangan berkelebat di luar kamar
tahanan itu berdiri seorang yang mengenakan pakaian dan
kedok serba hijau. "Akim!" Sin Wan berkata lirih.
"Hemm, engkau masih ingat kepadaku?" Gadis berkedok itu berkata lirih seperti
orang menegor atau mengejek.
"Bagaimana mungkin melupakan engkau, Akim" Engkau
telah menolongku, dua kali malah dengan sekarang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah, jangan banyak cakap sekarang, mari kita lari!" kata gadis itu dan ia
agaknya sudah merampas kunci dari kepala
jaga, maka dengan mudah ia membuka pintu kamar tahanan
tanpa harus menjebol dan menimbulkan banyak suara berisik.
Inilah yang dikehendaki Sln Wan. Melarikan diri tanpa ribut-
ribut agar dia tidak berkelahi dengan pasukan pemerintah.
Bagaikan dua ekor kucing saja, Sin Wan dan gadis
berkedok yang bukan lain adalah Akim, menyelinap keluar dari
tempat tahanan itu, meloncat ke atas membuka atap genteng
dan lolos melalui atap tanpa diketahui oleh para penjaga lain
yang berada di luar tempat tahanan itu.
Malam telah tiba dan cuaca di luar gelap sekali, hanya
diterangi cahaya bintang yang lemah. Akan tetapi agaknya
Akim sudah mengenal jalan. "Mari kau ikuti aku, kita pergi dari hutan ini,"
bisiknya. "Tapi, Akim ......."
"Ssshh ..., bukan waktunya bicara. Nanti saja," bisik lagi gadis itu dan iapun
menyelinap di antara pondok-pondok dan
pohon-pohon, lalu keluar dari dalam hutan kecil itu diikuti oleh Sin Wan yang
merasa kagum kepada gadis ini. Puteri datuk
besar di pantai Lautan Timur ini memang hebat, pikirnya.
Mirip Lili, akan tetapi biarpun sama anehnya, sama-sama
penuh rahasia, kalau Lili wataknya keras dan galak, sebaliknya
puteri datuk dari timur ini lebih halus.
Ternyata Akim mengajak Sin Wan ke tepi Huang-ho dan tak
lama kemudian mereka duduk di balik semak belukar yang
penuh duri, duduk di atas rumput tebal di tepi sungai,
terlindung dan tidak nampak dari daratan. Dari situ hanya
nampak sungai yang amat luas itu seperti lautan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, Sekarang engkau boleh bicara, sambil menanti
datangnya fajar, kata Akim yang sudah menanggalkan kedok
hijaunya, kedok kain yang kini tergantung di lehernya. Ia
duduk bersandar batu besar dan mereka saling pandang
dalam cuaca remang-remang, hanya nampak garis bentuk
wajah mereka saja. "Akan tetapi, aku yang akan bicara dan
bertanya lebih dahulu. Kenapa kalau kita bertemu, engkau
menjadi tawanan melulu?"
Sin Wan tersenyum. "Aku selalu menjadi tawanan yang tak
berdaya dan engkau yang menjadi bintang penolongku.
Memang aneh, agaknya memang engkau ditakdirkan untuk
selalu menjadi penolongku, menjadi dewi penyelamatku."
"Hemm, jangan main-main, Sin Wan. Aku melihat
perbedaan yang besar antara kedua peristiwa itu. Dahulu
engkau dijebak dan ditawan orang berkedok hitam yang amat
lihai itu, sedangkan sekarang ini, engkau ditawan seorang
jenderal besar tanpa engkau melakukan perlawanan. Apa
artinya semua ini" Kenapa engkau berada di sini dan kenapa
pula engkau ditawan?"
Sin Wan tidak dapat mengelak dan memang dia merasa
tidak perlu berbohong kepada gadis ini. Baru dua kali dia
bertemu dan berkenalan dengan AKim, akan tetapi puteri
datuk timur ini agaknya memang dapat dipercaya
sepenuhnya. Oleh karena itu, dengan berbisik diapun
menceritakan dengan terus terang betapa dia menerima tugas
dari Jenderal Shu Ta untuk menyelidiki pertemuan antara
kedua pangeran itu dan juga membantu agar keamanan
kedua orang pangeran penting itu terjamin. "Dan kautahu
siapa yang kujumpai sore tadi?" Dia menutup ceritanya. "Aku melihat Si Kedok
Hitam!" "Ehhh" Di sini?" Akim berseru heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, di tempat pertemuan itu, aku membayanginya dan dia
lenyap ketika menuju ke hutan itu. Karena aku mengira dia
memasuki hutan, aku lalu mengejar ke dalam hutan dan aku
bertemu dengan para perajurit anak buah Jenderal Yauw Ti
yang menangkapku dan menghadapkan kepada jenderal itu.
Jenderal Yauw Ti marah dan mencurigaiku, maka dia lalu
menyuruh anak buahnya menahanku."
"Dan engkau tidak melawan sama sekali?"
"Tentu saja tidak mungkin aku memusuhi perajurit
keamanan kerajaan. Sudah kuberitahukan kepadanya bahwa
aku diutus Jenderal Shu Ta, akan tetapi dia tidak percaya dan
memang dia membenciku."
"Kenapa?" "Pernah dahulu dia ditawan oleh suku yang memusuhinya,
yaitu suku Uighur, maka dia membenci suku bangsa itu, dan
karena aku adalah orang, maka dia agaknya juga
membenciku." "Hemm, kiranya engkau berbangsa Uighur?" tanya Akim.
Sin Wan merasa perutnya panas, karena dia teringat akan


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sikap Kui Siang dan Pek-sim Lo-kai Bu Lee Ki yang
menjauhinya karena dia seorang peranakan Uighur dan putera
tiri Se Jit Kong. "Aku memang seorang peranakan Uighur, bukan pribumi
asli. Lalu kenapa?" Mendengar ucapan yang nadanya ketus itu, Akim
terbelalak, akan tetapi Sin Wan tidak dapat melihat mata yang
terbelalak itu. Dia menunduk dan bersungut, siap mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang paling buruk, mendengar bahwa gadis inipun akan
berubah sikapnya mendengar dia seorang peranakan Uighur.
Akan tetapi Akim tertawa, merdu akan tetapi lembut dan
ditahan karena gadis inipun menjaga diri agar suaranya tidak
terlalu nyaring sehingga akan terdengar orang lain.
"Hi-hik, kenapa engkau marah-marah, Sin Wan" Engkau
tidak senang menjadi seorang peranakan Uighur?"
"Memang tidak enak, bukan tidak senang. Semua orang
mencibirkan bibir dan menaikkan hidung mendengar aku
seorang peranakan Uighur, bukan penduduk asli bangsa Han.
Nah, kalau engkau tidak senang kepadaku, katakan saja, aku
sudah terbiasa mendengar itu."
Mendengar suara merajuk itu, Akim semakin geli. "Hi-hik,
engkau lucu. Siapa yang tidak suka mendengar engkau
peranakan asing" Aku sendiripun peranakan Jepang! Apa sih
jeleknya peranakan" Apa sih salahnya" Kita dahulu tidak minta
kepada Tuhan untuk dilahirkan sebagai peranakan, sebagai
keturunan bangsa ini atau itu!"
"Bagus, kalau engkau juga peranakan dan tidak
membenciku, berarti aku mempunyai orang senasib. Tentu
saja tidak semua orang membenci golongan seperti kita ini,
akan tetapi ada saja yang beranggapan bahwa orang-orang
seperti kita ini tidak asli, dan yang tidak asli itu apa lagi kalau bukan
palsu?" "Aih, aihh ........ jangan merendahkan diri seperti itu, Sin
Wan. Kukira hanya perasaanmu sendiri saja demikian, dan
kalaupun benar ada yang mempunyai anggapan seperti yang
kaukatakan itu, maka anggapan itu berada dalam pikiran
orang-orang yang belum mengerti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, tidak perlu kita bicara tentang hal-hal yang tidak mengenakkan hati
kita itu. Apapun anggapan orang terhadap
diriku, akan kubuktikan bahwa aku adalah orang yang
berguna bagi negara dan bangsa Han karena aku dibesarkan
sebagai orang Han, bahkan merasa asing dengan bangsa
Uighur yang menurunkan diriku. Nah, sekarang engkau
mendapat giliran menceritakan mengapa engkau juga
berkeliaran di tempat ini, Akim" Dan ........... haiiiii, baru aku
ingat. Mengapa kalau aku bertemu Si Kedok Hitam, selalu
muncul engkau Si Kedok Hijau?"
"Apa" Ihh, sialan! Kaukira aku ini ekor Si Kedok Hitam?"
"Maaf, Akim, aku hanya berkelakar. Nah, ceritakan
bagaimana engkau dapat mengetahui aku berada dalam
tahanan dan dapat membebaskan aku."
"Jangan mengejek. Kalau engkau menghendaki, tentu
engkau dapat nembebaskan diri dari sana. Sebetulnya, aku
tidak mempunyai urusan denganmu, juga tidak mempunyai
urusan dengan Pangeran Mahkota atau Raja Muda Yung Lo,
atau dengan Si Kedok Hitam sekalipun. Aku tidak perduli
semua itu. Aku kebetulan saja berada di sini, bahkan
kebetulan saja ketika berada di kota raja. Aku membayangi
dan mencari ayahku."
"Hemm, dan engkau menemukan jejak ayahmu menuju ke
sini?" Sin Wan bertanya dan merasa tertarik sekali.
Akim menghela napas panjang. "Karena engkau sudah
bicara jujur kepadaku, akupun akan bersikap jujur.
Sebetulnya, aku membayangi ayahku karena khawatir kalau
dia sampai terpikat oleh orang-orang Mongol. Ketahuilah,
utusan orang-orang Mongol mendatangi ayah dan
menawarkan kerja-sama dengan janji-janji muluk sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah tertarik. Dia pergi memenuhi undangan mereka bersama
suhengku, Maniyoko."
"Maniyoko ......! Hemm, pernah aku bertemu dengan dia,
bahkan bertanding melawan dia ketika terjadi perebutan
kedudukan pemimpin besar para kai-pang. Dia lihai akan
tetapi ...... hemm ....... curang dan kejam."
"Aku tidak marah. Memang dia curang dan kejam, dan
akupun tidak suka kepada suhengku itu. Nah, ayah bersama
Maniyoko pergi memenuhi undangan orang-orang Mongol,
maka aku atas desakan ibuku yang menentang sikap ayah itu
menyusul untuk membujuk ayah dan bahkan menghalangi dia
menjadi kaki tangan orang Mongol. Jejaknya menuju ke kota
raja, bahkan menuju ke Cin-an, maka akupun mengejar ke
sini. Ketika mendengar akan pertemuan antara kedua orang
pangeran, aku merasa khawatir sekali.
Siapa tahu orang-orang Mongol akan mencelakai kedua
orang bangsawan itu, dan ibu sama sekali tidak ingin melihat
ayah membantu pemberontakan, apa lagi pemberontakan itu
dilakukan oleh bangsa Mongol yang hendak mendirikan
kembali pemerintah penjajah. Aku lalu melakukan penyelidikan
dan kebetulan melihat engkau dimasukkan tempat tahanan
itu, maka aku lalu membebaskanmu."
"Akan tetapi, bagaimana engkau dapat merobohkan
belasan orang penjaga itu tanpa menimbulkan suara ribut
sama sekali?" Gadis itu tersenyum dan menepuk-nepuk saku di balik
bajunya. "Aku melihat mereka sedang minum arak. Aku
berhasil menaburkan sedikit bubuk pembius dan begitu
mereka minum lagi arak mereka, seorang demi seorang roboh
tanpa mengeluarkan suara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan tersenyum kagum dan merasa lega bahwa gadis
itu tidak ganas, tidak melakukan pembunuhan semena-mena.
"Engkau hebat, Akim, cerdik bukan main. Ada satu hal yang
ingin kutanyakan kepadamu. Ketika kita berdua menyaksikan
pertandingan antara panglima Bhok Cun Ki dengan ibu dan
anak itu, kenapa engkau tahu-tahu menghilang, pergi
meninggalkan aku tanpa pamit?"
Yang ditanya menundukkan mukanya dan sampai beberapa
lama ia tidak menjawab. "Kenapa, Akim?" Sin Wan mengulang, penasaran.
Didesak pertanyaan ulang itu, Akim mengangkat muka
memandang, lalu menjawab dengan pertanyaan lain. "Sin
Wan, apakah gadis yang hampir membunuh ayah kandungnya
itu, yang menggunakan pedang sinar putih itu, apakah ia itu
kekasihmu, tunangan atau calon isterimu?"
Tentu saja Sin Wan tertegun heran, sama sekali tidak
mengira akan mendapat pertanyaan seperti itu. Dia
menggeleng kepala dan menjawab singkat. "Bukan!"
"Apakah engkau mencinta gadis itu?"
Sin Wan semakin heran dan kembali menggeleng kepala.
"Tidak, kenapa engkau bertanya demikian dan apa
hubungannya dengan pertanyaanku kepadamu tadi?"
"Dekat sekali hubungannya. Aku ketika itu melarikan diri
tanpa pamit karena aku cemburu!"
Sin Wan terbelalak, dan mulutnya ternganga saking kaget
dan herannya. "Kau ........ cemburu" Kenapa cemburu .........?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gadis itu bersikap demikian mesra kepadamu. Jelas sekali
nampak bahwa ia mencintamu, Sin Wan. Aku .... aku mengira
bahwa engkaupun cinta padanya.
Sin Wan menjadi semakin heran. Sepasang matanya
sampai menjadi bulat karena terbelalak. "Apa artinya ini" Aku
menjadi bingung. Aku memang tidak mencinta Lili, akan tetapi
andai kata aku mencinta juga, apa hubungannya denganmu"
Dan kenapa pula engkau cemburu?"
Gadis itu mengeluarkan suara dengus ejekan. "Huh, engkau
ini laki-laki tolol. Aku tentu saja cemburu melihat sikap gadis itu begitu mesra
kepadamu karena aku cinta padamu, Sin
Wan!" Ini merupakan pukulan yang membuat Sin Wan seperti
berubah menjadi patung. Dia duduk tegak, matanya terbelalak
memandang gadis itu, sedikitpun tidak bergerak dan ketika
hendak bicara, tidak ada kata-kata keluar dari mulutnya.
Bukan main! Dahulu, ketika Lili dengan cara yang jujur dan
terbuka menyatakan cinta kepadanya, dia mengira bahwa di
dunia ini hanya ada seorang saja gadis seperti Lili. Akan tetapi sekarang, ada
gadis lain yang mengaku cinta padanya dengan
cara yang sama, begitu terus terang, terbuka dan tanpa pura-
pura lagi. "Sin Wan, kenapa kau diam saja" Aku cinta padamu, dan
bagaimana pendapatmu tentang ini?"
"Aku ....... aku ......... tapi ............"
"Sin Wan, apakah engkau tidak suka kepadaku" Katakan
terus terang, apakah engkau tidak suka padaku?"
"Tentu saja, Akim. Aku kagum kepadamu, aku suka
padamu tapi ........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sin Wan, itupun sudah cukup!" Akim berseru gembira dan gadis itu sudah mendekat
lalu merangkul leher Sin Wan dan
merebahkan mukanya di dada pemuda itu. "Asal engkau tidak
membenciku, asal engkau suka kepadaku, maka cintaku tidak
sia-sia dan ....." "Akim, bagaimana sih engkau ini" Bagaimana begitu
mudahnya engkau mengaku cinta, pada hal baru dua kali kita
saling jumpa?" "Sin Wan, dalam perjumpaan kita yang pertama, sejak aku
meniupkan napas ke dalam dadamu melalui mulutmu, sejak
saat itulah aku telah jatuh cinta padamu. Karena itu, melihat
Lili bersikap demikian mesra kepadamu, tentu saja aku merasa
cemburu dan sakit hati, lalu aku pergi meninggalkanmu.
Biarpun aku mencintamu, aku belum begitu rendah untuk
merebut pacar orang. Maka aku tadi bertanya apakah engkau
mencintanya, karena kalau engkau mencinta gadis lain, tentu
aku tidak akan sudi mengganggumu. Engkau ternyata tidak
mencinta Lili, ah, betapa lega dan gembira rasa hatiku
sekarang!" Gadis itu merangkul semakin ketat dan seolah hendak
membenamkan mukanya ke dada Sin Wan. Pemuda itu tentu
saja menjadi bingung dan salah tingkah. Ingin dia menolak,
akan tetapi hatinya merasa tidak tega. Dia maklum bahwa dia
akan menghancurkan hati gadis ini kalau menolak begitu saja
secara langsung. Tidak, dia harus bicara perlahan
menyadarkan Akim bahwa cintanya itu tidak dapat dilanjutkan
karena dia tidak dapat membalasnya. Akan tetapi karena
merasa tidak tega, diapun membiarkan saja sejenak gadis itu
melepaskan dan mencurahkan perasaannya melalui dekapan
ketat itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian, dengan lembut, dia melepaskan kedua lengan
Akim yang merangkul lehernya, dan berbisik lirih,
"Akim, tenanglah dan mari kita bicara dengan baik-baik.
Jangan terlalu menuruti perasaan hatimu, Akim."
Akan tetapi, betapa heran rasa hatinya ketika merasa
betapa tubuh gadis itu lemas lunglai dan terkulai ketika dia
melepaskan rangkulan kedua lengannya. Dengan hati-hati dia
merangkul dan ternyata gadis itu telah tertidur! Entah apa
yang terjadi dia tidak tahu. Mungkin gadis itu terlalu lelah dan karena
pelepasan perasaannya, gadis itupun terkulai dan
tertidur, mungkin dengan mimpi yang indah! Sin Wan
tersenyum geli, lalu perlahan-lahan dia merebahkan gadis itu
di atas rumput, kemudian dia melepaskan jubahnya dan
menyelimuti tubuh yang rebah telentang dan tidur pulas itu.
Bulan sepotong muncul dan kini cuaca tidaklah segelap
tadi. Seberkas cahaya lembut bulan sepotong membantu
cahaya bintang menimpa wajah Akim. Sin Wan yang duduk di
dekatnya, dapat melihat wajah itu dengan cukup jelas. Wajah
yang cantik memang. Kecantikan yang berlainan dengan
kecantikan wajah Lili, atau wajah Bhok Ci Hwa. Akan tetapi
tidak kalah manis dan menariknya. Wajah yang bentuknya
bundar dengan kulit muka yang putih mulus sehingga nampak
alis dan rambutnya yang hitam. Bibir yang mungil itu
tersenyum, agak terbuka sehingga nampak kilatan gigi putih.
Ouwyang Kim memang seorang gadis yang cantik menarik.
Dan lebih dari itu, seperti juga Lili dan Ci Hwa, gadis ini
mencintanya! Sin Wan menghela napas panjang karena perlahan-lahan,
wajah Akim seperti berubah dan nampaklah wajah yang selalu
terbayang baik dalam tidur maupun sadar, yaitu wajah Liem
Kui Siang! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sumoi .......!" Sin Wan menghela napas panjang. Cintanya
hanya pada Kui Siang seorang. Andaikata di sana tidak ada
Kui Siang yang telah menguasai seluruh ruang dalam
dadanya, betapa akan mudahnya untuk membalas cinta gadis-
gadis seperti Lili, Ci Hwa atau Akim ini!
Sin Wan membiarkan bayangan Kui Siang memenuhi
kepala dan dadanya, lalu diapun duduk bersamadhi untuk
menenangkan hati dan memulihkan tenaga karena dia tahu
bahwa mereka berdua masih belum bebas benar dari
ancaman pengejaran pasukan keamanan. Apalagi dia masih
harus menyelidiki tentang Si Kedok Hitam yang dilihatnya
berkeliaran di sekitar Cin-an.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Akim sudah
terbangun. Begitu ia membuka mulut, ia memanggil, "Sin Wan
......." walaupun matanya masih terpejam. Agaknya gadis itu
semalam suntuk bermimpi tentang Sin Wan!
"Selamat pagi, Akim," kata Sin Wan dan gadis itu membuka kedua matanya,
memandang kepada pemuda itu dan
tersenyum manis. "Aih, Sin Wan, lamakah aku tertidur" Wah, sudah pagi!"
Gadis itu biarpun baru bangun tidur, nampak segar seperti
setangkai bunga pagi yang bermandikan embun.
"Di sana ada sumber air yang jernih, aku ke sana dulu!"
Gadis itu menyelinap keluar dari balik semak belukar, tidak
lupa membawa pedangnya dan topeng hijau masih tergantung
di lehernya. Ia menoleh dan tersenyum manis. "Sin Wan, kau tunggu di sini
sebentar, ya" Nanti setelah aku selesai, baru
engkau ke sana membersihkan dan menyegarkan badan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa kita tidak pergi bersama saja, Akim?" kata Sin Wan yang merasa khawatir
kalau-kalau terjadi sesuatu dengan
gadis itu. Kini wajah itu berubah kemerahan dan sepasang mata yang
indah itu mengerling tajam, senyumnya dikulum.
"Ihh! Tidak malukah engkau berkata demikian" Bagaimana
mungkin kita mandi berbareng" Kita belum menikah!" Setelah berkata demikian,
sambil tertawa terkekeh gadis itupun
menyelinap pergi, tidak memberi kesempatan kepada Sin Wan
untuk menjawab. Tidak nyaman rasa hati Sin Wan menanti seorang diri di
balik semak belukar itu. Akhirnya, setelah menanti agak lama
dan menurut perkiraannya tentu Akim sudah selesai mandi,
diapun keluar dari balik semak belukar dengan hati-hati. Dia
tadi melihat Akim pergi ke arah kanan, maka diapun pergi ke
sana. Belum jauh dia berjalan, tiba-tiba dia mendengar suara
senjata tajam beradu di sebelah depan. Sin Wan segera
meloncat dan berlari cepat ke arah suara itu dan ketika dia
tiba di balik rumpun tebal, dia melihat Akim yang kini sudah
mengenakan topeng hijaunya sedang bertanding pedang
melawan seorang laki-laki tinggi besar berperut gendut yang
mengenakan kedok pula. Si Kedok Hitam!
Sin Wan terkejut, akan tetapi juga girang karena kini dapat
menemukan tokoh yang selalu menghilang dengan rahasia itu,
tokoh yang memang dia cari-cari. Dia maklum akan kelihaian
Si Kedok Hitam itu dan kini Akim juga sudah mulai terdesak
walaupun puteri datuk timur itupun bukan seorang lawan yang
lemah. Pedang yang berada di tangan gadis itu berubah
menjadi gulungan sinar yang berkilauan lembut dan
mengandung hawa dingin. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Si Kedok Hitam yang memegang sebatang
pedang pendek, hanya menggunakan pedangnya untuk
menangkis sambaran sinar dari gulungan pedang Akim,
sedangkan tangan kirinya melakukan totokan-totokan yang
membuat Akim terdesak karena totokan itu amat berbahaya.
Jari tangan kiri Si Kedok Hitam yang menotok itu
mengeluarkan bunyi bercuitan, seolah jari telunjuk yang
menotok itu menjadi sebatang senjata runcing yang amat
dahsyat. Maklum bahwa Akim terancam bahaya, Sin Wan
mengeluarkan bentakan nyaring dan diapun sudah melompat
ke depan sambil menggerakkan pedangnya, pedang yang
tumpul dan buruk, akan tetapi begitu pedang itu bertemu
dengan pedang pendek di tangan Si Kedok Hitam, orang tinggi
besar gendut itu terpental ke belakang. Dia mengeluarkan
suara gerengan marah, apalagi ketika mengenal Sin Wan
sebagai pemuda yang beberapa kali telah menggagalkan
pekerjaannya bahkan merupakan halangan besar.
"Bagus, kau datang mengantar nyawa!" bentak Si Kedok
Hitam dan agaknya mulutnya menggigit sesuatu sehingga
suaranya menjadi aneh, bukan seperti suara manusia biasa.
Setelah mengeluarkan gerengan, Si Kedok Hitam sudah
menyerang dengan pedang pendeknya, tubuhnya berpusing
amat cepatnya sehingga mengejutkan Sin Wan.
"Wut..wut..wutt.... cinggg " berulang kali pedang pendek
itu menyambar, mencuat dari gulungan sinar gulungan sinar
pedang, namun Sin Wan dapat mengelak atau menangkis, lalu
membalas dengan gerakan pedangnya yang amat tangguh.
"Cring..cring..tranggg.....!!" Bunga api berpijar-pijar dan Si Kedok Hitam
mengeluarkan gerengan marah ketika melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa mata pedang pendeknya patah ketika beberapa kali
bertemu pedang tumpul di tangan Sin Wan.
Kini putaran tubuhnya semakin hebat sehingga sukar dilihat
bentuk tubuhnya, seperti benda berpusing dan menerjang ke
arah Sin Wan. Menghadapi serangan yang amat dahsyat dan aneh ini, Sin
Wan segera memainkan Sam-sian Sin-ciang, ilmu andalannya
yang merupakan gabungan dari semua ilmu ketiga orang
gurunya. Karena ilmu ini mengandung daya tahan yang kokoh
kuat, maka dia mampu menahan terjangan lawan sehingga
terjadilah saling serang yang amat hebat. Kilatan kedua
pedang mereka menyambar-nyambar ganas dan lengah
sedikit saja cukup untuk kehilangan nyawa.
"Cuinggg .....!" Sinar pedang Si Kedok Hitam mencuat dan meluncur ke arah leher
Sin Wan. Pemuda ini meloncat ke
samping untuk mengelak. Tubuh Si Kedok Hitam sudah
berputar beberapa kali dan pedangnya klni menyambar
dengan bacokan ke arah pundak kanan Sin Wan.
Kembali Sin Wan mengelak ke samping, akan tetapi dengan
membentuk sinar bergulung, pedang pendek yang kehilangan
sasaran itu melayang dengan gerakan melengkung dan kini
membacok dari atas ke arah kepala Sin Wan. Pemuda ini
merasa kewalahan juga menghadapi serangan bertubi yang
membuat dia sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk
membalas. Kini melihat pedang lawan membacok dari atas,
meluncur ke bawah agaknya hendak membelah kepalanya
menjadi dua, diapun cepat menggerakkan pedang tumpul dan
mengerahkan sin-kang. "Trakkk!" Dua batang pedang bertemu di udara dan
pedang tumpul itu seperti memiliki tenaga magnit yang amat
kuat, menempel pedang pendek sehingga pedang itu tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat terlepas. Si Kedok Hitam marah dan penasaran,
mengerahkan tenaga untuk melepaskan pedangnya dan pada
saat itu, nampak sinar lembut berkelebat menyambar dan
ternyata Ouwyang Kim sudah membantu Sin Wan dan
menusuk ke arah perut yang gendut itu!
Pada saat itu, Si Kedok Hitam sedang mengadu tenaga
dengan Sin Wan sehingga seluruh tubuhnya digetarkan oleh
tenaga dahsyat. Kalau orang biasa yang menusuknya, maka
terkena getaran tenaga itu, si penusuk tentu akan celaka
sendiri. Akan tetapi, yang melakukan tusukan adalah Ouwyang
Kim, puteri Tung-hai-liong (Naga Lautan Timur) Ouwyang Cin,
maka tentu saja ia bukan lawan biasa, melainkan seorang
gadis yang amat lihai dan telah memiliki tenaga sin-kang yang
hebat pula. Tusukannya itu amat cepat, tidak mungkin dapat
dielakkan lagi oleh Si Kedok Hitam yang seolah-olah sedang
melekat kepada Sin Wan melalui pedang mereka.
"Crottt!!" Sebagian dari ujung pedang di tangan Akim
menusuk dan terbenam ke dalam perut gendut Si Kedok
Hitam! Melihat ini, Sin Wan melepaskan lekatan pedangnya
dan melompat ke belakang karena dia melihat betapa Si
Kedok Hitam tidak nampak terkejut, bahkan tersenyum
mengejek! Akim juga terkejut dan cepat menarik kembali pedangnya.
Si Kedok Hitam sama sekali tidak mengeluh, juga dari perut
gendut yang tertutup baju itu tidak kelihatan darah, agaknya
dia tidak merasa sakit sama sekali, bahkan kini tubuhnya
berpusing lagi menyerang ke arah Akim, pedangnya
bergulung-gulung dengan dahsyatnya, membuat Akim yang
masih terkejut dan gentar melihat lawan itu sama sekali tidak
terluka apalagi roboh terkena tusukan pedangnya, kini
menjadi terdesak hebat dan terpaksa ia memutar Goat-im-
kiam (Pedang Tenaga Bulan) untuk menjadi perisai melindungi
dirinya. Namun ia terdesak dan mundur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan hendak maju membantu Akim, akan tetapi pada
saat itu muncul lima orang, kesemuanya berkedok beraneka
warna, menggunakan senjata mereka mengeroyok Sin Wan.
Rata-rata lima orang itu memiliki kepandaian yang tinggi
sehingga Sin Wan harus mencurahkan perhatiannya terhadap
pengeroyokan mereka dan tidak dapat membantu Akim yang
terus didesak oleh Si Kedok Hitam.
24. Siasat Pembunuhan Putera Kaisar
Sebetulnya, tingkat kepandaian Ouwyang Kim sudah cukup
tinggi sehingga walaupun ia masih belum mampu mengatasi
kepandaian Si Kedok Hitam, akan tekapi agaknya tidak terlalu
mudah bagi Si Kedok Hitam untuk merobohkannya. Akan
tetapi, hati gadis ini masih terkejut dan agak gentar melihat
kehebatan lawan. Ia mengenal banyak ilmu, bahkan ia sendiri
pernah mempelajari ilmu kebal. Kalau tubuh Si Kedok Hitam
mampu melawan tusukan senjata tajam biasa, ia tidak akan
merasa heran. Akan tetapi, lawan ini mampu menerima tusukan Goat-Im-
kiam! Dan bukan merupakan kekebalan biasa yang membuat
kulitnya tidak dapat ditembus melainkan kekebalan yang aneh.
Pedangnya sudah memasuki perut, akan tetapi orang itu tidak
terluka, bahkan tidak mengeluarkan darah. Inilah yang
membuat hatinya menjadi kecil dan gerakannya kacau, apalagi
Si Kedok Hitam menyerangnya sambil berpusing seperti
gasing. "Trang-trang .......!!" Untuk ke sekian kalinya, pedang Goat-
im-kiam di tangan Akim hanya mampu menangkis, akan tetapi
tiba-tiba dari pusingan tubuh gendut itu, jari tangan kiri Si
Kedok Hitam mencuat dan tiba-tiba saja Akim terkulai karena
ia sudah terkena totokan yang amat lihai, dari ilmu It-tok-ci
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Jari Tunggal Beracun). Pedang Goat-im-kiam terlepas dari
tangannya dan dilain saat tubuh Akim sudah disambar dan
dipanggul oleh Si Kedok Hitam.
Sin Wan terkejut sekali dan marah. Dia mengeluarkan
seruan panjang dan pedang tumpul di tangannya membuat
sinar melengkung. Dua di antara lima orang pengeroyoknya
terpaksa melepaskan senjata mereka dan dua orang lagi
terpelanting ke kanan kiri. Sin Wan meninggalkan mereka
untuk mengejar, akan tetapi dia melihat Si Kedok Hitam itu lari ke tepi sungai
sambil memondong tubuh Akim, lalu tiba-tiba
orang itu meloncat ke bawah! Sin Wan terkejut dan cepat
meloncat ke tepi sungai. Kiranya Si Kedok Hitam yang
menawan Akim itu meloncat ke sebuah perahu kecil yang
agaknya memang sudah dipersiapkan di sana. Kini, Si Kedok
Hitam melepaskan tubuh Akim yang rebah miring ke dalam
perahu sedangkan dia sendiri cepat mendayung perahu ke
tengah. Sin Wan yang termangu dan pada detik itu dia teringat
akan lima orang pengeroyoknya tadi. Dia harus dapat
menangkap seorang di antara mereka untuk memaksanya
memberitahu siapa adanya Si Kedok Hitam dan di mana
sarangnya agar dia dapat menolong Akim yang tertawan.
Akan tetapi ketika dia menengok, dia melihat lima orang itu
lari menghampiri tepi sungai. Dia mengejar akan tetapi
mereka berloncatan ke bawah. Terdengar suara berdeburnya
air dan ketika dia menjenguk ke bawah, lima orang itu
bagaikan ikan-ikan saja, berenang dengan cepatnya menuju
ke tengah sungai di mana sudah terdapat sebuah perahu lain
yang menanti, didayung seorang yang berkedok pula. Mereka
naik ke perahu itu dan segera mendayung perahu ke tengah.
Mereka lenyap, seperti juga Si Kedok Hitam yang menawan
Akim! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Wan mengepal tinju, lalu dia memungut pedang Goat-
im-kiam milik Akim, lalu menyimpannya. Bagaimanapun juga,
dia harus dapat menolong Akim! Sin Wan lalu menyusuri tepi
sungai untuk menyewa perahu, agar dia dapat mulai mencari.
Akim yang dilarikan orang dengan perahu ke tengah sungai.
JJJ "Yang Mulia Pangeran, bagaimanapun juga, hamba merasa
curiga sekali terhadap semua ini dan hamba mengharapkan
kewaspadaan paduka agar jangan sampai terjadi sesuatu yang
hanya mendatangkan penyesalan yang sudah terlambat."
Demikian antara lain Liem Kui Siang membujuk Raja Muda
Yung Lo ketika akhirnya mereka dapat bicara empat mata saja
setelah pesta malam itu usai.
Kalau tadinya Raja Muda Yung Lo hanya tersenyum saja
dan menganggap kekhawatiran pengawal pribadinya itu
kekanak-kanakan, kini pandang matanya berubah dan
sikapnya bersungguh-sungguh. "Benarkah engkau mencurigai
kakakku, Pangeran Mahkota yang mengundangku ke sini, Kui
Siang?" "Pangeran, kecurigaan hamba bukan hanya ngawur belaka,
melainkan berdasarkan pemikiran yang mendalam melihat
keadaan yang tidak wajar. Pertama, kalau Pangeran Mahkota
mengundang paduka, kenapa tidak di kota raja" Ke dua,
kenapa pula pertemuan diadakan di tempat yang sepi ini" Ke
tiga, Pangeran Mahkota membawa pasukan yang dipimpin
sendiri oleh Jenderal Besar Yauw Ti, seolah-olah hendak
perang atau pamer kekuatan. Lalu ke empat, selama
pertemuan antara paduka dengan Pangeran Mahkota,
menurut pengamatan hamba, tidak pernah terjadi percakapan
yang penting, hanya basa-basi biasa saja sehingga pertemuan
itu sungguh tidak sepadan dengan perjalanan yang demikian
jauhnya. Juga hamba mencurigai sastrawan yang tak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpisah dari Pangeran Mahkota itu, Pangeran. Pandang
matanya bukan pandang mata orang biasa dan dia dapat
menjadi lawan yang berbahaya."
Raja Muda Yung Lo mengangguk-angguk. "Bagus, engkau
sungguh mengagumkan sekali, Kui Siang. Tidak keliru
pilihanku dan menjadikan engkau sebagai pengawal pribadi.
Engkau waspada dan wawasanmu jauh dan tepat.
Kecurigaanmu berdasar dan tidak ngawur, atas dasar nalurimu
yang tajam. Lalu menurut pendapatmu, bagaimana baiknya?"
Pandang mata pangeran yang menjadi raja muda itu bersinar,
penuh rasa bangga dan gembira. Sayang, katanya dalam hati,
gadis ini tidak membalas cintanya!
"Maaf, Pangeran. Kalau menurut pendapat hamba,
sebaiknya paduka menolak undangan untuk berpesta di atas
perahu besok pagi, dan lebih baik segera kembali saja ke
utara." Raja Muda Yung Lo mengelus jenggotnya yang terpelihara
rapi sambil tersenyum dan berkata, "Bagaimana mungkin, Kui Siang" Kalau aku
melakukan seperti apa yang kau usulkan,
tentu kakanda Pangeran Mahkota akan tersinggung dan kalau
dia melapor kepada ayahanda Kaisar, tentu aku akan
mendapat teguran. Apakah yang kau khawatirkan" Tidak
mungkin kakanda Pangeran hendak mencelakakan aku."
"Yang hamba khawatirkan bukan dari Yang Mulia Pangeran


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mahkota, melainkan dari pihak ketiga yang mempergunakan
kesempatan ini untuk mencelakai paduka. Lupakah paduka
akan penyerangan terhadap diri paduka di istana yang di
lakukan oleh orang-orang Mongol" Menurut hamba,
kesempatan ini amat baik bagi orang-orang Mongol yang
hendak mencelakakan paduka atau Pangeran Mahkota.
Paduka hanya membawa sedikit pasukan pengawal,
bagaimana kalau terjadi penyerangan besar-besaran di sini"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Walaupun hamba akan membela paduka dengan taruhan
nyawapun, apa artinya kalau pihak musuh terlalu kuat dan
semua perlawanan kita akan gagal?"
Tiba-tiba Raja Muda Yung Lo tertawa bergelak sehingga
mengherankan hati Kui Siang.
"Ha..ha..ha..ha, Kui Siang. Agaknya engkau terlalu
memandang rendah kepadaku. Ingat, aku adalah seorang
panglima perang yang sudah banyak pengalaman, dan tidak
akan mudah dikelabui dan ditipu musuh begitu saja,
ha..ha..ha!" "Apa maksud paduka, Pangeran?" Kui Siang memandang
heran. "Ha..ha, kaulihat sendiri saja dan kau akan mengerti!"
Setelah berkata demikian, Raja Muda Yung Lo menuju ke
pintu, membuka daun pintu dan memberi isyarat kepada
seorang di antara perajurit pengawalnya lalu membisikkan
sesuatu setelah perajurit itu mendekat. Tak lama kemudian,
daun pintu diketuk orang dari luar.
"Gan-ciangkun, masuklah," kata Raja Muda Yung Lo.
Daun pintu terbuka dan masuklah laki-laki berusia
limapuluhan tahun dan biarpun tubuhnya tinggi kurus, namun
sikapnya tegak dan berwibawa, juga gagah. Melihat orang ini,
Kui Siang memandang heran. Dia tahu bahwa orang ini adalah
Panglima Gan, seorang di antara para panglima kepercayaan
Raja Muda Yung Lo. Setahunya, panglima ini tidak ikut dalam
pasukan pengawal, bagaimana sekarang tiba-tiba dapat
dipanggil masuk" Setelah panglima itu memberi hormat dan dipersilakan
duduk, Raja Muda Yung Lo berkata, "Bagaimana, ciangkun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apakah pasukanmu sudah siap dan berapa jumlahnya yang
kau kerahkan?" "Semua sudah siap tinggal menanti perintah paduka.
Hamba sudah mempersiapkan tigaratus orang perajurit yang
memasang barisan pendam di luar kota Cin-an."
"Bagus! Nah, malam ini juga kau kerahkan pasukanmu
untuk mengepung bagian sungai yang besok pagi akan
dijadikan tempat pesta. Siapkan pengepungan di tepi dan juga
perahu-perahunya. Begitu ada gejala tidak beres, kalau ada
kelompok orang hendak mengacaukan pesta, serbu saja dan
tangkap. Engkau sudah mengerti jelas apa yang
kumaksudkan, Gan-ciangkun?"
Panglima tinggi kurus itu bangkit berdiri dan memberi
hormat. "Hamba mengerti dan siap melaksanakan perintah
paduka!" "Nah, kerjakan sekarang juga."
Setelah panglima Gan pergi, barulah Kui Siang dapat bicara
dengan suara yang gembira dan penuh kagum. "Aih, maafkan
hamba, Pangeran. Bukan sekali-kali hamba memandang
ringan kepada paduka, hanya hamba sama sekali tidak pernah
menduga bahwa paduka telah mempersiapkan segala-galanya,
bahkan sebelum kita berangkat! Kalau begitu, semua
kecurigaan hamba tidak ada artinya, karena hamba jauh kalah
dulu oleh paduka!" Raja Muda Yung Lo tersenyum. "Bukan begitu, Kui Siang.
Kalau aku mempersiapkan pasukan, hal itu hanya demi
penjagaan keselamatan belaka, sebaliknya kecurigaanmu itu
berdasarkan alasan yang kuat, sebagai hasil dari
pengamatanmu yang waspada. Nah, sekarang perasaanmu
sudah merasa tenteram, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Siang mengangguk. "Berkat kebijaksanaan paduka!
Hamba ingin sekali melihat perkembangan selanjutnya dari
peristiwa yang penuh rahasia ini. Mudah-mudahan paduka
akan dapat membongkarnya kalau terdapat kecurangan dan
campur tangan pihak ke tiga untuk mengacaukan keadaan
dan mengancam keselamatan paduka dan Pangeran
Mahkota." Sementara itu, di bagian lain dari gedung-gedung
peristirahatan itu, yang menjadi tempat bermalam Pangeran
Mahkota, pangeran inipun berbincang-bincang berdua saja
dengan penasihatnya, yaitu Yauw Siucai. Para pengawal
pribadi hanya berjaga-jaga di luar gedung, di sekitar gedung
dan di luar ruangan di mana pangeran itu sedang bercakap-
cakap dengan penasihatnya.
"Ah, Yauw Siucai, kurasa perjalanan jauh dan melelahkan
ini tidak banyak gunanya. Betapa sukarnya menyenangkan
hati adinda Pangeran Yung Lo. Dia tidak begitu suka dengan
pesta dan kesenangan, yang dia bicarakan bahkan urusan
ketatanegaraan yang membuat kepalaku menjadi pening.
Bagaimana kalau kita hentikan saja pesta pertemuan ini dan
kembali ke kota raja?" Pangeran Mahkota Chu Hui San
mengeluh kepada penasihatnya.
"Hamba kira tidak bijaksana kalau paduka menghentikan
pesta sebelum selesai, Pangeran. Biarpun Pangeran Yung Lo
tidak begitu menyukai pesta, setidaknya beliau akan terkesan
oleh keramahan dan itikad baik paduka, dan hal ini akan
menambah perasaan kesetiaannya kelak kalau paduka
menjadi kaisar. Menurut rencana, hanya tinggal besok
melaksanakan pesta air di perahu yang telah dipersiapkan,
maka hamba mohon paduka bersabar, demi kekuatan dan
kebaikan kedudukan paduka sendiri kelak."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, kalau begitu baiklah. Akan tetapi jangan lupa,
datangkan penari-penari dan para penyanyi yang muda dan
cantik. Tampilkan seluruh gadis-gadis penari tercantik dari Cin-an dan
daerahnya, agar hati kami dapat merasa gembira."
"Tentu saja, Yang Mulia. Akan tetapi sebaiknya kalau dalam bersenang-senang,
paduka tidak mengurangi kewaspadaan.
Kita tidak tahu apa yang dipikirkan Pangeran Yung Lo, maka
sebaiknya kalau paduka memerintahkan Jenderal Yauw Ti
untuk melakukan penjagaan besok pagi. Sebaiknya kalau dia
mengepung tempat pesta dan tidak membolehkan siapapun
mendekat, baik itu anak buah Pangeran Yung Lo atau orang-
orang lain. Dengan demikian, keamanan paduka dan Pangeran
Yung Lo dapat terjamin karena terkepung oleh pasukan
Jenderal Yauw Ti." "Bagus, sebaiknya begitu. Nah, panggil sekarang juga
Jenderal Yauw Ti datang menghadap," perintah pangeran itu
yang selalu menuruti nasihat Yauw Siucai.
Ketika Jenderal Yauw Ti yang tinggi besar dan gagah
perkasa itu datang menghadap, Pangeran Mahkota Chu Hui
San segera memberi perintah seperti yang dikemukakan
penasihatnya tadi. Jenderal yang tidak banyak cakap itu
memberi hormat, menyatakan kesiap-siagaannya
melaksanakan perintah, lalu dipersilakan keluar lagi.
Seperti biasa, malam itu tidak dilewatkan sia-sia begitu saja
oleh Pa geran Chu Hui San. Dan kebutuhan bangsawan yang
sudah menjadi budak nafsunya sendiri ini selalu dipenuhi,
bahkan diberi semangat oleh Yauw Siucai yang diam-diam
telah mempersiapkan dua orang gadis panggilan yang
tercantik untuk menemani sang pangeran tidur pada malam
hari itu. Setelah dua orang gadis itu memasuki kamar, Yauw
Siucai meninggalkan kamar itu untuk mengaso dalam
kamarnya sendiri dengan pesan kepada para petugas
pengawal di luar kamar untuk melakukan penjagaan ketat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JJJ Malam itu, di luar gedung pesanggrahan yang berada
dalam suasana pesta dan dijaga ketat itu, terjadi pula hal yang aneh. Sebuah
perahu kecil meluncur cepat menuju ke sebuah
perahu besar yang berada di dekat seberang, dan perahu
besar itu berhenti, tidak terbawa arus air yang lambat di
bagian itu, karena tertahan jangkar yang dilepas. Ketika
perahu kecil tiba di dekat perahu besar, penumpang perahu
kecil melemparkan kaitan ke arah perahu besar. Besi kaitan itu
tiba di dek, mengait tiang dan diperkuat dengan cepat oleh
dua orang anak buah perahu besar. Kemudian, bagaikan
seekor burung saja, penumpang perahu kecil meloncat ke atas
perahu besar dan ternyata dia adalah Si Kedok Hitam yang
bertubuh tinggi besar dan berperut gendut.
Perahu besar itu sama sekali tidak terguncang ketika dia
melompat ke sana, dan empat orang anak buah perahu besar
menyambutnya dengan sikap hormat, bahkan mereka berlutut
dengan kaki kiri. "Apakah kedua orang tamu yang kami undang itu belum
tiba?" tanya Si Kedok Hitam kepada mereka.
"Belum, Yang Mulia. Akan tetapi sudah ada yang
menjemput dan mungkin sebentar lagi mereka datang," jawab
seorang di antara anak buah itu.
"Begaimana dengan tawanan kita" Tidak banyak tingkah,
bukan?" "Mula-mula ia meronta dan mengamuk, akan tetapi
belenggu kaki tangannya diperkuat dan penjagaan diperketat
sehingga ia tidak lagi dapat membuat ribut."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Kedok hitam mengangguk, lalu melangkah memasuki
lorong di perahu besar itu menuju ke sebuah kamar di sudut
yang terjaga oleh enam orang anak buahnya. Dia membuka
daun pintu dan menjenguk ke dalam. Ouwyang Kim nampak
telentang di atas dipan dengan kaki tangan terbelenggu erat
pada dipan itu, topengnya sudah terbuka dan wajah yang
cantik itu nampak marah sekali. Akan tetapi ia tidak lagi
meronta dan ketika melihat Si Kedok Hitam menjenguk dari
luar pintu, iapun berkata lantang, "Si Kedok Hitam pengecut besar! Lepaskan aku
dan mari kita bertanding sampai seorang
di antara kita mampus!"
Namun, dari balik kedok hitam itu hanya terdengar suara
tawa aneh dan diapun menutupkan kembali daun pintu kamar
tawanan itu lalu pergi ke ruangan tengah dan duduk menanti.
Tak lama kemudian, bermunculan belasan orang yang semua
memakai topeng yang beraneka warna. Begitu mereka tiba di
ruangan itu, mereka memberi hormat kepada Si Kedok Hitam
dan mengambil tempat duduk, membentuk setengah lingkaran
menghadap Si Kedok Hitam yang duduk dengan kedua kaki
terpentang, sikapnya gagah dan berwibawa walaupun
perutnya gendut sekali seperti tergantung ke bawah.
"Kalian sudah hadir selengkapnya?" tanya Si Kedok Hitam dan belasan orang itupuh
menyatakan bahwa mereka sudah
lengkap. "Sebaiknya kita cepat membuat rencana sebelum Ouwyang
Cin dan muridnya tiba. Mereka belum dapat dipercaya
sepenuhnya karena mereka masih nampak ragu-ragu. Malam
ini merupakan penentuan untuk menguji mereka dan
membuktikan apakah mereka itu boleh ditarik sebagai kawan.
Untung bahwa tanpa disengaja, kami dapat menawan
puterinya. Nah, sekarang dengarkan baik-baik rencana yang
sudah kita atur. lni merupakan pengulangan saja agar semua
dapat dilaksanakan dengan baik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Si Kedok Hitam menghentikan bicaranya ketika
daun pintu ruangan itu diketuk orang. Dengan nada suara
yang masih aneh dan parau namun kini ditambah nada suara
marah, dia menoleh ke pintu dan membentak, "Siapa berani
mengganggu tanpa dipanggil?"
Seorang penjaga muncul dengan sikap takut-takut.
"Ampun, Yang Mulia. Saya terpaksa menghadap untuk
menyampaikan berita yang amat buruk dan mencelakakan.
"Cepat bicara, apa yang terjadi!" Si Kedok Hitam
membentak tak sabar. "Yang Mulia, kami baru saja mendengar laporan penyelidik
bahwa di luar penjagaan pasukan dari kota raja, terdapat
pasukan besar Raja Muda Yung Lo yang membuat gerakan
seolah mengepung daerah ini. Mereka itu dalam keadaan siap
seperti hendak bertempur, dan jumlah mereka menurut
taksiran para penyelidik, tidak kurang dari tigaratus orang."
Hening sejenak dan tubuh yang tinggi besar berperut
gendut itu sejenak tidak bergerak seperti patung. Kemudian
terdengar suaranya yang parau aneh, "Sudah yakin benarkah
hasil penyelidikan itu, dan siapa pemimpin pasukan?"
"Kalau belum yakin, tentu para penyelidik tidak berani
membuat laporan, Yang Mulia. Pemimpin pasukan besar dari
utara itu adalah Gan-ciangkun."
"Hemm, sudah. Keluarlah dan jaga baik-baik tawanan itu,"
katanya. Pelapor itu keluar dan daun pintu ditutup kembali.
Setelah itu, Si Kedok Hitam mengangkat muka dan sepasang
matanya yang tajam mencorong itu dari balik kedoknya
menyapu belasan orang yang menghadap padanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Telah terjadi berubahan besar, akan tetapi hal ini bahkan lebih baik lagi,
menyempurnakan gerakan kita," katanya.
"Maaf, Yang Mulia. Bagi kami, berita itu merupakan
malapetaka. Bagaimana paduka mengatakan hal itu
menyempurnakan gerakan kita" Mohon penjelasan!" kata
seorang di antara mereka dan kawan-kawannya mengangguk
menyetujui. "Siasat kita ditambah sedikit, yaitu mengusahakan agar
terjadi saling mencurigai antara pasukan utara dan pasukan
selatan. Sebarkan berita di antara para perwira pasukan dari
kota raja bahwa pasukan dari utara telah melakukan
pengepungan dan akan melucuti dan menyerbu pasukan
selatan. Kita harus berusaha agar mereka saling mencurigai
dan sedapat mungkin saling serang dengan mendahuluinya
melakukan serangan?serangan kecil di antara mereka. Kalau
mereka sudah saling serang, kita mempunyai peluang yang
amat baik untuk bergerak. Sebelah dalam, menghabisi kedua
pangeran, atau setidaknya membuat mereka saling
bermusuhan. Kalian semua sudah tahu apa yang harus kalian
lakukan, dan sekali lagi kutekankan agar kalian menjaga baik-
baik sehingga nama baik Pangeran Yaluta tidak terbawa-bawa
dan kedudukan beliau di dekat Pangeran Mahkota tidak


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai terganggu, terutama apabila gerakan kita ini gagal.
Nah, sekarang, seorang di antara kalian yang menjadi
penghubung, cepat beritahukan Pangeran Yaluta tentang
perubahan atau penambahan rencana kita ini."
Setelah perundingan selesai, terdengar laporan bahwa
Ouwyang Cin dan Maniyoko telah tiba. Sebuah perahu kecil
meluncur cepat di tengah malam itu menuju ke perahu besar
tadi dan dari dalam perahu berloncatan dua orang yang bukan
lain adalah Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan Maniyoko,
muridnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti kita ketahui, guru dan murid ini terbujuk oleh si
Kedok Hitam yang mengutus Bu-tek Kiam-mo untuk
menghubungi Ouwyang Cin dan mengirim banyak barang
hadiah yang berharga. Bersama muridnya Maniyoko, Ouwyang
Cin berangkat ke kota raja memenuhi undangan Yang Mulia,
yaitu nama yang dikenal sebagai pemimpin jaringan mata-
mata itu, tanpa memperdulikan teguran dan cegahan
isterinya. Setelah tiba di kota raja, guru dan murid ini disambut oleh
Si Kedok Hitam secara rahasia. Kemudian Si Kedok Hitam
bahkan mengajak mereka untuk pergi ke Cin-an agar mereka
membantu dalam suatu urusan penting yang belum
diberitahukan kepada mereka.
Biarpun menjadi tamu dari Si Kedok Hitam, namun
Ouwyang Cin dan Maniyoko masih asing dengan gerakan
mereka karena agaknya Si Kedok Hitam masih belum percaya
benar kepada mereka. Semua hal dirahasiakan, hanya kalau Si
Kedok Hitam ingin bicara dengan mereka, muncul seorang
utusan yang mengundang mereka datang di suatu tempat.
Malam ini pun, mereka berdua dijemput dan diantar dengan
sebuah perahu kecil menuju ke perahu besar itu karena Yang
Mulia mengundang mereka. Setelah Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan Maniyoko
dipersilakan masuk ke dalam ruangan besar di perahu itu,
mereka disambut oleh Si Kedok Hitam yang sudah duduk di
situ, dan di situ hadir pula belasan orang yang kesemuanya
bertopeng dengan berbagai warna. Melihat ini, Tung-hai-liong
Ouwyang Cin yang selalu bersikap angkuh dan tidak mau
tunduk itu tertawa bergelak.
"Ha..ha..ha, aku merasa seperti berada di atas panggung
wayang, menghadapi orang-orang berkedok! Yang Mulia, aku
sudah mengalah dan memanggilmu dengan sebutan Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mulia, akan tetapi kiranya sudah tiba saatnya engkau
memperkenalkan diri siapa engkau dan siapa pula anak
buahmu ini. Bagaimana mungkin aku dapat bekerja sama
dengan orang-orang berkedok yang tidak kukenal?"
Si Kedok Hitam tidak menjadi marah. Dia sudah mengenal
watak para datuk dan tidak mengherankan kalau Ouwyang Cin
bersikap angkuh. Dia adalah datuk di daerah timur yang
kekuasaannya seperti seorang raja muda saja! Si Kedok Hitam
tertawa di balik kedoknya.
"Tung-hai-liong dan Maniyoko, silakan duduk. Ketahuilah
bahwa kami adalah orang-orang rahasia yang bekerja cara
rahasia, oleh karena itu, wajah kami hanya dapat kami
perlihatkan kepada kawan-kawan seperjuangan yang telah
kami percajai sepenuhnya saja."
Berkerut sepasang alis dari datuk yang berkepala botak dan
berperut gendut itu. "Bagus! Kalau kalian belum percaya
kepada kami berdua, mengapa kami diundang untuk bekerja
sama?" kata Tung-hai-liong Ouwyang Cin suaranya dingin.
"Pekerjaan kami, adalah pekerjaan besar, sebuah
perjuangan yang teramat penting. Untuk dapat mempercaya
seorang yang bersekutu-dengan kami, haruslah kami uji
dahulu agar cita-cita kami tidak akan gagal. Malam inilah saat
penentuan, dan besok pagi-pagi engkau harus dapat
membuktikan kesetiaanmu ke pada kami, baru kami akan
memperkenalkan diri kepadamu, Tung-hai-liong."
Kalau saja yang bicara seperti itu bukan Si Kedok Hitam
yang memimpin suatu persekutuan besar yang kuat, tentu
Ouwyang Cin sudah marah dan menyerangnya. Dia
memandang dengan mata melotot, seperti hendak menembusi
kedok itu dengan pandang-matanya, kemudian dia bertanya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaranya masih kaku dan dingin, "Hemm, bukti kesetiaan
macam apa yang harus kulakukan, Yang Mulia?"
"Engkau dan muridmu pada hari esok harus mampu
membunuh Raja Muda Yung Lo dan Pangeran Mahkota, atau
seorang di antara mereka!"
Ouwyang Cin meloncat bangkit dari kursinya, diikuti oleh
Maniyoko. "Gila! Ini sama saja dengan menyuruh kami berdua memasuki lautan, api!
Tidak, kami tidak sudi!"
"Kami akan melindungimu, Tung-hai-liong," bujuk Si Kedok
Hitam. "Tidak, sekali lagi tidak! Kami mau bekerja sama, akan
tetapi aku bukan pembunuh bayaran, apa lagi membunuh
pangeran! Aku mau bertempur, memimpin pasukan dan anak
buahku, bukan menyelinap seperti maling untuk melakukan
pembunuhan gelap." "Tung-hai-liong, kalau engkau ingin bekerja sama dengan
kami, kalau kelak ingin menjadi raja muda, haruslah taat
kepada kami dan membuktikan kesetiaanmu."
"Hemm, sejak kecil aku tidak pernah mentaati perintah
siapapun juga! Aku hanya mau bekerja sama, bukan
menghambakan diri kepadamu. Sudahlah, agaknya di antara
kita tidak ada kecocokkan, lebih baik kami pergi saja.
Maniyoko, mari kita pergi!" Datuk itu sudah marah sekali.
"Tunggu dulu, Tung-hai-liong! Kami kira kalian tidak akan
pergi begitu saja, karena mau tidak mau, kalian harus
melaksanakan perintah kami! Kalian tidak dapat menolak lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, Kedok Hitam, apa maksud ucapanmu itu?"
Ouwyang Cin membentak, kini tidak mau lagi menyebut Yang
Mulia. "Lihatlah sendiri!!" Si Kedok Hitam bangkit, diikuti belasan orang pembantunya
dan memberi isyarat kepada Ouwyang
Cin dan Maniyoko untuk mengikuti mereka. Setelah tiba di
depan kamar perahu paling ujung, Si Kedok Hitam memberi
isyarat kepada penjaga untuk membuka daun pintunya.
"Lihatlah, Tung-hai-liong, kalau engkau dan muridmu
menolak permintaan kami, aku akan menyuruh orang-orangku
menghina dan menyiksa puterimu sampai mati di depan
matamu!" Ouwyang Cin dan Maniyoko terbelalak melihat Ouwyang
Kim rebah telentang dalam keadaan terbelenggu kaki
tangannya dan terikat tubuhnya pada sebuah dipan.
"Ayah, suheng, jangan perdulikan mereka! Serang saja, aku
tidak takut mati. Lebih baik mati dari pada menyerah!"
Ouwyang Kim berteriak-teriak, akan tetapi tidak dapat
meronta, hanya mampu menoleh ke arah ayahnya karena
tubuhnya lemas tertotok dan terbelanggu kuat-kuat.
Tung-ha-liong Ouwyang Cin marah bukan main. Sungguh
tidak pernah disangkanya dia akan melihat puterinya tertawan
gerombolan ini, puterinya yang disangkanya berada di rumah
bersama ibunya. "Kedok Hitam, bebaskan puteriku!" bentaknya dengan
suara menggereng seperti seekor binatang liar.
"Ha..ha..ha, Tung-hai-liong, lebih baik engkau memenuhi
permintaan kami dan kita menjadi sekutu, puterimu akan
kubebaskan." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu terdengar suara keras, perahu terguncang
dan nampak api bernyala di ujung belakang perahu besar itu.
Kiranya sebuah balok besar yang agaknya diikat kain yang
basah dengan minyak bakar, telah melayang dan jatuh ke
sana, lalu ada yang membakarnya sehingga tempat itu
berkobar api yang besar. Tentu saja semua orang menjadi terkejut dan saat itu
dipergunakan oleh Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan Maniyoko
untuk mencabut senjata dan mengamuk. Si Kedok Hitam
sudah menggunakan pedang pendeknya menghadapi Tung-
hai-liong yang juga sudah mencabut pedangnya yang
mengeluarkan sinar berkilauan menyilaukan mata.
"Jaga tawanan!" Si Kedok Hitam masih sempat berteriak sebelum dia sibuk
menghadapi datuk timur yang lihai sekali
itu. Dua orang tokoh besar ini bertanding dan keduanya
memang sama hebatnya, sedangkan Maniyoko agak repot
dikeroyok banyak anak buah Si Kedok Hitam. Bahkan
Ouwyang Cin juga dikeroyok, sehingga datuk ini tidak sempat
untuk menolong puterinya yang terbelenggu di atas dipan
dalam kamar itu. Sesosok bayangan berkelebat dan merobohkan empat
orang penjaga yang menghadang di depan pintu kamar
tahanan itu. Entah bagaimana, tahu-tahu empat orang itu
terpelanting ke kanan kiri dan bayangan itu menerobos masuk
ke dalam kamar. "Sin Wan ...........!" Gadis itu berseru girang.
"Akim, cepat bantu ayahmu," kata Sin Wan yang
menggunakan pedang tumpulnya membabat putus semua
belenggu dan membebaskan totokan pada tubuh Akim yang
segera dapat bergerak kembali. "Nih, pedangmu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat pemuda yang dicintanya itu membebaskannya dan
bahkan mengembalikan pedangnya, dan ia maklum bahwa Sin
Wan pula yang menimbulkan kebakaran pada perahu. Akim
merangkul dan menciumnya, membuat Sin Wan gelagapan.
"Sekarang engkau yang menyelamatkan aku dan ayah,"
bisik Akim yang segera melepaskan rangkulannya dan
tubuhnya sudah berkelebat keluar, lalu iapun menyerang Si
kedok Hitam membantu ayahnya.
Sin Wan juga keluar dan dia segera dikepung, dan
dikeroyok. Akan tetapi Sin Wan merobohkan empat orang lagi
lalu berteriak, "Akim, ajak ayah dan suhengmu lari, perahu ini segera akan
terbakar habis dan tenggelam!"
25. Rombongan Penghibur Pangeran
MENDENGAR ini, Tung-hai-liong Ouwyang Cin dan
puterinya memutar pedang, membuat para pengeroyok
mundur, lalu mereka meneriaki Maniyoko untuk melarikan diri
pula. Mereka bertiga segera meloncat keluar dari perahu yang
masih terbakar hebat karena usaha pemadaman dari anak
buah Si Kedok Hitam tidak berhasil sama sekali. Tung-hai-
liong dan puterinya, juga muridnya, adalah orang-orang yang
ahli dalam ilmu renang. Mereka memang tinggal di dekat
lautan dan sebagai datuk para bajak laut, tentu saja Ouwyang
Cin menguasai ilmu dalam air yang diajarkannya pula kepada
puterinya dan muridnya. Maka, begitu tubuh mereka jatuh ke
air, mereka menyelam dan lenyap.
Si Kedok Hitam juga tidak mau tinggal lebih lama di atas
perahu yang terbakar itu. "Bunuh jahanam busuk itu!"
teriaknya berulang-ulang melihat Sin Wan dikeroyok anak
buahnya. Dia sendiri lalu meloncat keluar dari perahu besar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba di atas perahu kecil yang sudah dipersiapkan anak
buahnya dan perahu itupun didayung cepat meninggalkan
perahu besar yang masih berkobar.
Sin Wan terpaksa berloncatan ke sana-sini menghadapi
pengeroyokan belasan orang dan amukan api. Dia tidak dapat
meniru apa yang dilakukan Akim dan ayahnya. Kepandaiannya
di air hanya sekadar dapat mencegah tubuhnya tenggelam
saja. Itu di air yang tenang. Membayangkan terjun ke air
sungai yang arusnya kuat dan amat dalam itu, dia sudah
merasa ngeri, apalagi harus meloncat ke sana!
Bagaimanapun juga, hatinya sudah merasa lega karena dia
dapat menyelamatkan Akim. Dengan susah payah malam itu
dia mencari-cari Akim, menyewa sebuah perahu dan mencari
di sepanjang kedua tepi sungai. Akhirnya, ketika melihat
perahu besar itu berlabuh di tempat sunyi timbul
kecurigaannya dan dia membayar tukang perahu yang
ketakutan, meninggalkan perahu dan bergantung pada rantai
jangkar perahu besar, merayap ke atas. Dan dia memang
sudah mempersiapkan segalanya ketika menyewa perahu.
Sebuah balok besar yang tadinya dia sediakan untuk
menolongnya kalau-kalau harus meloncat ke air, kini dia
pergunakan untuk membakar perahu dengan bantuan kain
dan minyak bakar yang didapatnya dari tukang perahu.
"Trang-trang-trangg ........!" Tiga batang golok para
pengeroyoknya yang menyambar kepadanya dari tiga penjuru
dapat ditangkisnya sehingga patah-patah. Akan tetapi, belasan
orang itu agaknya taat sekali atas perintah Si Kedok Hitam,
yaitu agar mereka membunuh Sin Wan, maka mereka
mengeroyok lebih ketat lagi.
Tiba-tiba, dua orang roboh ketika ditampar oleh tangan
Akim yang basah. Gadis itu muncul secara tiba-tiba
mengamuk dan menghampiri Sin Wan lalu berteriak, "Sin
Wan, apa kau ingin menjadi sate bakar" Hayo pergi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi tentu saja Sin Wan tidak berani. "Aku .... aku tidak pandai renang
......" katanya. Akim tidak perduli,
menyambar lengannya dan menarik tubuh pemuda itu,
diajaknya melompat ke air.
Sin Wan cepat menyimpan pedangnya dan menutup kedua
matanya ketika tubuhnya melayang dari atas perahu.
"Byuurrr ........" Dia gelagapan, kedua kakinya menendang-nendang dan tubuhnya dapat
timbul. Sebuah tangan yang
kuat menangkap punggung bajunya dan iapun diseret di atas
permukaan air. Kiranya yang mencengkeram dan menariknya
adalah Akim dan Sin Wan kagum bukan main melihat dalam
keremangan cuaca betapa gadis itu berenang seperti ikan
saja, sama sekali tidak nampak kesulitan biarpun sebelah
tangannya mencengkeram baju di punggungnya.
Akhirnya Akim dapat menangkap pinggiran sebuah perahu
kecil yang terapung lepas, dan membantu Sin Wan naik ke
atas perahu kecil. Perahu itu hanyut terbawa air dan keduanya
bersimpuh di perahu, terengah-engah dan basah kuyup. Akan
tetapi ketika mereka saling pandang di bawah sinar bulan
sepotong, mereka saling tatap dan keduanya tertawa melihat
betapa muka dan pakaian mereka basah kuyup, tertawa lepas
mungkin karena perasaan lega dan berbahagia telah dapat
terlepas dari bahaya maut! Dan Akim menubruk, merangkul


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan menciumi muka Sin Wan yang basah kuyup, membuat
untuk ke dua kalinya pemuda itu gelagapan seperti
dibenamkan ke dalam air. "Sin Wan, engkau telah menyelamatkan aku, ayah dan
suheng. Aih, aku cinta padamu, Sin Wan, aku cinta padamu
dan aku berbahagia ........" Dengan suara mengandung isak
seperti menangis Akim merapatkan tubuhnya dan mendekap,
sehingga mukanya merapat di dada Sin Wan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Celaka, pikir Sin Wan yang teringat akan pengalamannya
dengan Lili dan dengan Ci Hwa. Apakah aku harus selalu
mengalami kesalah-pahaman cinta seperti ini yang akhirnya
hanya akan menyiksa" Dalam keadaan seperti inilah timbulnya
salah paham antara dia dan Lili, antara dia dan Ci Hwa.
Memang membutuhkan kekerasan hati untuk menyangkal
balasan cinta terhadap seorang gadis seperti Akim, atau
seperti Lili dan Ci Hwa. Akan tetapi dia tidak menghendaki
terulangnya kembali peristiwa salah-paham karena cinta itu,
tidak ingin melihat kesalah-pahaman Akim berlarut-larut.
Dengan lembut namun kuat dia mendorong kedua pundak
gadis itu, dan menahannya sejauh kedua lengannya
dilempangkan. Merasa gerakan ini, Akim mengangkat muka
memandang penuh perhatian. Kebetulan udara jernih dan
bulan sepotong menyinari muka mereka berdua.
"Akim, maafkan aku. Sebaiknya kalau sekarang juga aku
membuat pengakuan agar engkau menyadari kesalah-
pahaman ini. Kesalah-pahaman tentang perasaan kita berdua
.........." "Sin Wan, apa maksudmu" Aku cinta padamu, dan
engkaupun cinta padaku, bukan" Kesalah-pahaman apa lagi?"
"Akim, ingat. Belum pernah aku menyatakan cintaku
kepadamu." "Aihh ........" Bukankah engkau cinta padaku, Sin Wan.
Engkau bilang bahwa engkau kagum dan suka kepadaku,
bukan?" "Memang, sampai sekarang aku kagum dan suka
kepadamu, akan tetapi itu bukan cinta, Akim. Aku suka
kepadamu sebagai seorang sahabat, dan terus terang saja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar tidak sampai, berlarut kesalah-pahaman ini, kuakui
bahwa aku telah mencinta seorang gadis lain, Akim."
Wajah yang masih basah itu berubah pucat sekali, lalu
merah dan sampai lama Akim tidak mampu mengeluarkan
suara. Akhirnya, suaranya terdengar lirih, "Lili ......" Tapi kau bilang tidak
mencintanya .........."
"Memang bukan Lili. Aku suka kepada Lili sebagai seorang
sahabat, seperti aku suka kepadamu, akan tetapi aku telah
mencinta seorang gadis lain, jauh sebelum aku mengenalmu
........" "Siapakah gadis itu?"
"Dia sumoiku sendiri. Maaf, Akim, bukan maksudku untuk
menyinggung dan mengecewakan hatimu," kata Sin Wan
melihat betapa wajah yang tadinya cantik manis itu kini
berubah muram. Akan tetapi Akim sudah bangkit berdiri. "Kau.... kau .....
siapa kecewa" Persetan denganmu, Sin Wan!" Dan gadis
itupun mendorong Sin Wan yang sama sekali tidak menduga,
membuat pemuda itu terdorong dan terjengkang keluar dari
dalam perahu kecil. "Byuurrr .......!!" Sin Wan jatuh ke air dan ketika dia
menggunakan tangan dan kaki untuk timbul, dia melihat
perahu itu sudah didayung cepat oleh Akim menggunakan
tangannya karena memang perahu itu tidak mempunyai
dayung. "Akim, tunggu ........!" Dia berteriak akan tetapi gadis itu tidak menghiraukannya.
Sin Wan gelagapan terseret arus air
dan dia berusaha sekuat tenaga untuk melawan arus, agar
tidak tenggelam. Ketika dia melihat sepotong kayu sebesar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pahanya dan cukup panjang, diapun menyambar kayu itu dan
bergantung pada kayu, terpaksa membiarkan dirinya hanyut.
Ketika matahari telah muncul dipermukaan air sungai
sebelah timur, Sin Wan masih hanyut perlahan-lahan. Dia
tidak berani melepaskan kayu, karena dia berada di tengah
sungai, jauh dari daratan. Perlahan-lahan dia menggunakan
tangan untuk mendayung kayu itu ke tepi, akan tetapi selalu
disambut arus sungai dan kembali ke tengah.
Ketika tiba di sebuah tikungan, arus menyeretnya ke tepi,
akan tetapi di bagian yang amat dalam dan yang airnya hanya
berputar-putar, dan pada saat itu, muncul dua buah perahu
yang didayung oleh masing-masing tiga orang laki-laki. Ketika
dekat, Sin Wan terkejut melihat betapa mereka itu semua
mengenakan topeng beraneka warna. Anak buah Si Kedok
Hitam! Dia hanya dapat memandang dengan hati khawatir,
mencari akal bagaimana dia akan mampu melawan mereka di
air, di mana dia sudah tidak berdaya, kedinginan dan kele
lahan. Kini dua buah perahu itu mengelilinginya. "Heii, lihat, dia memang pemuda yang
dimaksudkan Yang Mulia. Hayo
tangkap dia!" "Kita bunuh dia! Dia sudah hampir mati lemas!"
Sin Wan sudah merasa girang. Harapan satu-satunya
adalah agar perahu-perahu itu, atau sebuah di antara mereka,
mendekat dan kalau dia berhasil naik ke atas perahu, dia pasti
akan dapat mengatasi enam orang itu.
"Heii, tahan, jangan kalian mendekat!" teriak seorang di antara enam orang itu.
"Jauhkan perahu, jangan sampai dia
dapat mencapai perahu kita. Akan berbahaya kalau begitu.
Kita serang dia selagi dia tak berdaya di air!" Kini, empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang berloncatan ke air dan menyelam, sedangkan dua buah
perahu itu dikendalikan dua orang di antara mereka.
Sin Wan terkejut bukan main. Matanya liar memandang ke
kanan kiri karena dia tidak melihat adanya empat orang yang
meloncat ke dalam air tadi. Tiba-tiba dia merasa betapa kedua
kakinya dipegang tangan-tangan dari bawah permukaan air.
Dia cepat menggerakkan kedua kakinya untuk melepaskan
kedua kaki itu dari cengkeraman. Akan tetapi, di dalam air
gerakannya lemah dan tenaganya seperti hilang. Biarpun dia
meronta-ronta, tetap saja kedua kakinya dipegang banyak
tangan dan kini tubuhnya ditarik ke bawah! Mati-matian Sin
Wan menggunakan lengan kanan memeluk kayu pengapung,
dan tangan kirinya berusaha meraih ke bawah untuk
menangkap atau memukul para pengeroyok, namun
tangannya tidak sampai ke bawah. Dia hanya dapat meronta-
ronta dan menggerak-gerakkan kedua kaki.
Tarikan dari bawah itu terlalu kuat, dilakukan empat orang
yang sudah berpengalaman dan ahli bermain di air, maka
akhirnya tubuh Sin Wan tertarik ke dalam air bersama kayu
yang masih dirangkulnya. Dia gelagapan dan berhasil
mendorongkan kedua kakinya sekuat tenaga ke bawah
sehingga tubuhnya kini dapat dapat timbul kembali. Dia
megap-megap dan meronta-ronta karena kembali para musuh
di bawah menarik-narik kedua kakinya. Dia maklum bahwa dia
berada dalam ancaman bahaya. Dia tentu akan tertawan atau
terbunuh, tanpa berdaya untuk membela diri sebaiknya.
Sudah empat kali Sin Wan terseret ke bawah permukaan
air sampai gelagapan dan minum banyak air Dia sudah lemas
ketika berhasil timbul kembali setelah meronta sekuat tenaga
di dalam air. Pada saat yang amat gawat itu, tiba-tiba sebuah
perahu kecil meluncur datang dan sebatang bambu panjang
yang dipergunakan orang dalam perahu itu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan perahunya, dua kali menyambar dan dua orang
yang menunggang perahu-perahu pertama, berteriak dan
terpelanting ke dalam air.
Kemudian, si penunggang perahu itu meloncat keluar dari
perahunya dan bagaikan seekor ikan hiu, iapun menyelam. Sin
Wan hanya melihat betapa penunggang perahu itu
merobohkan dua orang dengan sebatang bambu, dan melihat
orang itu meloncat ke air. Dia tidak melihat jelas siapa orang
itu dan apa maunya, karena dia sendiri sudah lemas dan
hampir seluruh perhatiannya dia curahnya ke bawah, ke arah
empat orang musuh yang masih memegangi kedua kakinya
dan berusaha menenggelamkannya.
Tiba-tiba Sin Wan merasa betapa terjadi gerakan-gerakan
kuat di bawah, dan tangan-tangan yang tadi memegang
kedua kakinya menjadi kacau. Kemudian, satu demi satu,
delapan buah tangan itu melepaskan kedua kakinya. Dia
bebas! Kemudian muncul orang tadi dan dia melihat tubuh
enam orang itu terseret air. Orang yang telah menolongnya
itu, tanpa mengeluarkan suara, sudah mencengkeram
punggung bajunya dan menariknya ke perahu yang masih
terapung dan berputar di situ. Dalam keadaan setengah
pingsan, dengan perut membesar penuh air, Sin Wan diangkat
dan dilempar ke dalam perahu.
Orang itu lalu naik ke perahu, menelungkupkan tubuh Sin
Wan di perahu itu, lalu menduduki punggung Sin Wan dan
menghimpit-himpit perutnya sehingga air dari dalam perut Sin
Wan keluar dari mulutnya seperti dituangkan!
Setelah perut Sin Wan mengempis, pemuda ini mengeluh
dan karena orang itu sudah melepaskan punggungnya yang
tadi diduduki, diapun merangkak dan bangkit duduk. Ketika
dia menoleh dan memandang, kiranya dia berhadapan dengan
Akim! Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau ........?" katanya lemah dan mengguncang kepalanya
karena kepala itu masih berdenyut-denyut pening.
"Ya, aku! Engkau mau berkata apa sekarang?" kata Akim dengan sikap menantang dan
gadis ini mendayung perahu ke
arah selatan, ke tepi dari mana tadi mereka datang.
Sin Wan menarik napas panjang dan menghimpun hawa
murni untuk menyehatkan kembali tubuhnya. Peningnya
lenyap dan tenaganya mulai pulih.
"Apa yang dapat kukatakan, Akim" Engkau yang medorong
aku ke dalam air dan aku hampir mati karenanya, kemudian
engkau pula yang menyelamatkan aku dari tangan mereka.
Aku tidak mengerti akan sikapmu ini, Akim."
"Huh, engkau memang laki-laki yang tolol, bagaimana
dapat mengerti?" Gadis itu kelihatan marah-marah dan mendayung perahu
sekuat tenaga. Perahu meluncur cepat sekali dan melihat
gadis itu marah-marah, Sin Wan tidak berani mengeluarkan
kata-kata, khawatir membuat gadis itu menjadi semakin
marah. Diapun mengambil dayung yang terdapat di dalam
perahu dan membantu gadis itu mendayung perahu. Dan
ketika dia teringat akan enam orang tadi, dia pun
memberanikan diri bertanya, suaranya halus dan tidak
mengandung teguran karena dia tidak ingin menyinggung lagi
hati gadis itu. "Akim, kau bunuhkah mereka tadi?"
"Hemm, aku pukul mereka, entah mampus entah pingsan
aku tidak perduli!" kata gadis itu ketus dan ia terus
mendayung. Sin Wan juga memperkuat gerakan dayungnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sebentar saja perahu sudah tiba di tepi. Akim meloncat ke
darat, disusul Sin Wan. Mereka berdiri berhadapan. "Akim, maafkanlah kalau aku
menyinggung perasaanmu dan membuat hatimu tidak senang.
Dan terima kasih atas pertolonganmu tadi."
"Huh! Kau laki-laki bodoh! Aku.. aku.... benci padamu!" Dan gadis itu lalu
berkelebat pergi meninggalkan suara isak seperti menangis.
Sampai beberapa lamanya Sin Wan berdiri seperti patung.
Betapa persisnya sikap Akim dengan sikap Lili. Tadinya
menyatakan cinta dengan terus terang, kemudian cinta
mereka berubah pernyataan benci! Aneh memang cinta
seorang gadis dan dia tetap tidak mengerti Kui Siang
sendiripun tadinya sudah saling mencinta dengan dia, akan
tetapi akhirnya gadis itupun menjauhkan diri dan
membencinya! Haruskah semua cinta seorang wanita berakhir dengan
kebencian" Dia sungguh tidak mengerti. Dia sendiri hanya
merasa kasihan kepada Lili, kepada Ci Hwa, dan kepada Akim.
Juga dia merasa kasihan kepada Kui Siang, rasa iba yang
bercampur dengan rasa rindu dan duka.
Ketika dia teringat akan tugasnya, dia sadar dari
lamunannya dan cepat meninggalkan tempat itu. Dia masih
merasa penasaran kepada Jenderal Yauw Ti yang sudah
menangkap dan menahannya. Jenderal itu amat membencinya
dan sungguh merupakan seorang yang keras hati, juga tidak
bijaksana. Biarpun Jenderal itu membencinya karena dia
seorang Uighur, akan tetapi setidaknya dia harus ingat bahwa
dia adalah utusan kaisar yang membawa leng-ki atau bendera
tanda kekuasaan dari kaisar!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dia mendengar suara ribut-ribut di depan. Cepat
dia berlari menghampiri dan melihat tiga buah kereta berhenti
dan banyak orang sedang berkerumun dan terdengar ribut-
ribut suara orang yang marah-marah. Banyak Pula terdapat
gadis-gadis cantik di antara mereka dan bau harum tercium
olehnya dari jarak yang cukup jauh itu. Dia merasa heran
sekali dan mengintai sambil menyelinap mendekati. Kini dia
melihat betapa seorang laki-laki berkedok biru sedang
mencengkeram pundak seorang setengah tua yang agaknya
merupakan pemimpin rombongan tiga buah kereta itu, dan si
kedok biru marah-marah. Dia mengguncang laki-laki setengah
tua itu dan menghardik. "Engkau tinggal menerima saja tidak usah banyak bertanya
atau akan kubunuhi semua rombongan ini! Aku hanya titip
tiga orang ini agar ikut dalam rombongan penabuh musik, dan
engkau berani menolak?"
Laki-laki setengah tua itu nampak ketakutan, akan tetapi
diapun kukuh menolak. "Bagaimana kami berani menerima
penyusupan orang luar" Kami dipercaya oleh para penguasa,
kalau sampai ketahuan, tentu kami akan celaka."
"Kalau ketahuan! Kalau tidak, tentu tidak apa-apa. Akan
tetapi sekarang, ketahuan atau tidak, kalau engkau menolak,
akan kubunuh kalian semua! Nah, pilih mana?"
Laki-laki setengah tua itu nampak kebingungan dan
memandang kepada si topeng biru dan tiga orang laki-laki


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggi besar yang berwajah bengis itu, tidak tahu harus
menjawab bagaimana. Dia menengok dan memandang
kepada anak buahnya yang terdiri dari delapan orang pria
pemain musik dan limabelas orang gadis cantik penyanyi dan
penari, seperti ingin minta pendapat mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari rombongan penari wanita yang cantik-cantik dengan
bedak tebal dan gincu menyolok, muncul seorang gadis yang
bertubuh ramping dan ia kini melangkah maju, kemudian
sekali tangannya bergerak, pegangan orang bertopeng pada
pundak pemimpin rombongan kesenian itu terlepas.
"Jahanam busuk! Engkau berani mengancam orang di
tengah perjalanan" Engkau ini perampok busuk, pengecut
besar. Buka kedokmu kalau memang engkau berani, dan kalau
engkau tidak cepat pergi, terpaksa aku akan menghajar kalian
berempat!" Sin Wan yang mendengar suara itu, terkejut dan
jantungnya berdebar. Lili! Wajah gadis itu dirias sedemikian rupa seperti para
penari lain sehingga dia tidak akan dapat mengenalnya, akan
tetapi suara itu! Suara yang bisik-bisik basah, suara khas Lili!
Si Kedok biru marah sekali, demikian pula tiga orang laki-
laki besar yang akan diselundupkan ke dalam rombongan itu.
Mereka berempat sama sekali tidak menyangka bahwa ada
seorang gadis penari yang akan berani bersikap seperti
kepada mereka. "Engkau sudah bosan hidup!" bentak si topeng biru dan diapun menggerakkan tangan
kanan menampar ke arah kepala Lili. "Huh, kalian yang sudah bosan hidup!" kata gadis itu
sambil tersenyum mengejek dan mendengus, suara dengusan
yang sudah dikenal baik oleh Sin Wan dan dari tempat
pengintaiannya Sin Wan dapat membayangkan betapa kalau
sudah mengeluarkan suara mendengus seperti itu, cuping
hidung Lili pasti kembang kempis dengan lucunya. Dan
senyumnya pasti menimbulkan lesung pipit yang amat manis,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sekarang tentu saja tertutup oleh bedak tebal yang
membuat kulit mukanya menjadi kaku.
Si Kedok Biru itu benar-benar mencari penyakit, pikir Sin
Wan sambil tersenyum, akan tetapi diam-diam dia waspada
dan siap membantu kalau sampai gadis itu terancam bahaya.
Melihat tamparan itu, Lili tidak mengelak melainkan
mengangkat tangan menyambut sambii mengerahkan
tenaganya. "Dukkkk!!" Akibat pertemuan kedua tangan itu, Si Kedok Biru terhuyung ke
belakang dan Lili berdiri sambil bertolak
pinggang, tertawa lalu menggunakan telunjuk kirinya memberi
isyarat kepada tiga orang tinggi besar anak buah Si Kedok Biru
yang akan diselundupkan itu untuk maju. Sikapnya menantang
dan mengejek sekali, telunjuknya digerak-gerakkan menyuruh
mereka maju. Dengan geram, tiga orang itu mencabut senjata pedang
yang mereka sembunyikan di balik jubah mereka dan
menyerang Lili. Namun, gadis ini sudah siap. Dengan gerakan
yang amat lincah dan lucu, dengan tubuh yang ramping itu
berlenggang-lenggok seperti tubuh ular, pinggulnya yang
bulat itu bergoyang, semua tusukan dan bacokan tiga batang
pedang itu dapat ia hindarkan, nampak lucu dan aneh
gerakannya, akan tetapi semua serangan lawan luput dan
begitu tubuhnya menyusup ke depan, kaki tangannya
bergerak, tiga orang itu terpental seperti ditiup badai!
Mereka menjadi penasaran dan menerjang lagi, akan tetapi
sekali ini Lili tidak memberi ampun lagi. Tubuhnya seperti
menyelinap di antara sinar golok dan terdengar teriak-teriakan
kesakitan ketika ia sudah membagi-bagi tamparan yang
seperti patukan ular cepatnya namun yang datangnya amat
keras karena mengandung tenaga sin-kang sehingga tiga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu kini terpelanting keras dan terbanting sampai
terguling-guling! Si Kedok Biru semakin marah. Dia pun sudah mencabut
pedangnya dan begitu dia bergerak memainkan pedangnya.
Lili terkejut karena lawan ini memiliki ilmu pedang yang cukup
lihai. Iapun cepat mencabut pedang yang disembunyikan di
balik bajunya dan nampaklah sinar putih bergulung-gulung.
Itulah Pek-coa-kiam (Pedang Ular Putih) yang ampuh. Si
Kedok Biru juga terkejut menyaksikan kehebatan sinar pedang
yang bergulung-gulung itu. Dia menyerang dengan pedangnya
dan disambut oleh gulungan sinar putih, dan terjadilah serang
menyerang yang cukup hebat. Namun, belum sampai sepuluh
jurus, Si Kedok Biru maklum bahwa gadis itu memang lihai
bukan main dan tingkat ilmu pedangnya jauh lebih tinggi
darinya. "Trangg ...........!!" Hampir saja tangannya yang memegang
pedang terbabat kalau dia tidak cepat melepaskan pedangnya
yang terpukul jauh, dan diapun melarikan diri, mengikuti tiga
orang anak buahnya yang sudah lari lebih dahulu!
"Pengecut ............!!" Lili berseru akan tetapi ia tidak
mengejar karena ia tidak mau meninggalkan rombongan
pemusik itu. Si Kedok Biru melarikan diri sambil berloncatan secepat dan
selebar mungkin untuk segera meninggalkan tempat
berbahaya itu dan menjauhkan diri dari gadis yang
mengerikan hatinya itu. Akan tetapi tiba-tiba ada sebatang
kaki yang panjang terjulur keluar dari balik semak-semak dan
tak dapat dihindarkan lagi, Si Kedok Biru jatuh tersungkur! Dia marah sekali.
Selain terhadap gadis cantik tadi, tentu saja dia berani menghadapi siapapun
juga. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, ketika dia bangkit dan melihat siapa orangnya
yang menjegalnya, melihat wajah Sin Wan, mata di balik
kedok itu terbelalak. "Kau .......!" Dan diapun menggerakkan kaki hendak
melarikan diri lebih cepat lagi. Akan tetapi tiba-tiba dia roboh terpelanting
dalam keadaan lemas tertotok.
Sin Wan mencengkeram punggung baju Si Kedok Biru, lalu
menyeret tubuh yang tinggi kurus itu ke arah rombongan
pemusik yang tadi hanya menjadi penonton yang tegang dan
ketakutan. Lili juga terkejut ketika melihat betapa Si Kedok Biru itu
ditawan oleh seorang pemuda yang bukan lain adalah Sin
Wan! Akan tetapi ia teringat bahwa ia dalam penyamaran
sebagai seorang anggauta penari, maka ia pura-pura tidak
mengenalnya. Melihat sikap Lili, Sin Wan tersenyum. Dia tahu
bahwa Lili mengandalkan bedak dan gincu tebal yang
membuat wajahnya seperti anak wayang dan tiada bedanya
dengan para penari lain itu untuk mengelabuinya. Dia sendiri
kalau tadi tidak mengenal suara Lili, tentu tidak akan tahu
bahwa gadis ini adalah Lili.
Sin Wan melepaskan tubuh yang lemas itu ke depan kaki
Lili. Tubuh itu roboh telentang dan tidak mampu bergerak,
hanya mata di balik kedok itu nampak ketakutan. Sejenak, Lili
dan Sin Wan berhadapan dan saling pandang, keduanya pura-
pura tidak saling mengenal! Karena setelah melepaskan Si
Kedok Biru itu Sin Wan diam saja hanya saling tatap
dengannya. Lili mengerutkan alisnya dan bertanya, suaranya
sungguh jauh berbeda dari tadi. Kini suaranya tiba-tiba
menjadi kecil dipaksakan, tidak berbisik-bisik basah seperti
suara aslinya. "Kenapa engkau menyeret dia ke sini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam Sin Wan merasa geli sekali, akan tetapi
menahan diri untuk tidak tertawa. Dia mengikuti permainan
sandiwara Lili itu dan membungkuk. "Nona, engkau yang
mengalahkannya, maka engkau pula yang berhak menentukan
apa yang harus dilakukan terhadap orang berkedok ini."
Lili mengira bahwa Sin Wan tidak mengenalnya. Untung
pemuda itu baru muncul, kalau sudah tadi-tadi, tentu
mengenal Pek-coa-kiam yang kini ia sembunyikan lagi di balik
bajunya, pikirnya. Tanpa menjawab, Lili menggunakan tangan kiri merenggut
lepas kedok biru yang menutupi muka orang itu. Lili
mengerutkan alisnya. "Hemm, siapa engkau dan apa
maksudmu hendak menyelundupkan orang ke dalam
rombongan kami" Siapa yang menyuruhmu?"
Orang itu tidak menjawab, hanya mengerutkan alisnya dan
mengatupkan bibirnya. "Nona, dia adalah Bu-tek Kiam-mo, seorang di antara Bu-
tek Cap-sha-kwi yang terkenal jahat," kata Sin Wan.
"Hemm, kiranya penjahat kecil yang namanya saja besar
itu," kata Lili. Ia lalu memberi isyarat kepada seorang laki-laki pendek yang
ikut dalam rombongan penabuh gamelan. "Kau
bawa dia pergi dan tahan dia, jangan sampai lari."
"Baik, nona," kata si pendek dan sekali menggerakkan
tangan kiri, si pendek ini sudah mencengkeram punggung
baju orang itu dan memanggul tubuh yang lemas sedemikian
mudahnya, seolah tubuh yang tinggi kurus itu amat ringan
baginya, kemudian dia lari cepat sekali sudah lenyap dari situ.
"Wah, kebetulan sekali. Sekarang rombongannya kurang
seorang, biar aku yang menggantikan si pendek tadi. Akupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin nonton keramaian!" kata Sin Wan. Lili diam saja, hanya memutar tubuh
memandang kepada laki-laki setengah tua
yang menjadi pemimpin rombongan. Laki-laki itu menghampiri
Sin Wan dan dengan sikap hormat berkata.
"Maafkan kami, sicu (orang gagah). Kami tidak berani
menerima sicu, karena kami ditugaskan menghibur orang
orang penting." "Hemm, begitukah" Lalu mengapa di sini ada nona ini yang
jelas bukan penari melainkan seorang yang menyusup dan
menyamar sebagai anggauta rombonganmu?" tanya Sin Wan
sambil tersenyum mengejek. "Kalau aku melapor kepada ke
dua orang pangeran yang mengadakan pesta itu, bukankah
engkau akan bersalah besar?"
Wajah pemimpin rombongan itu nampak ketakutan. Dia
menoleh kepada Lili yang nampak tenang dan acuh saja.
"Akan tetapi, sicu. Nona ini membawa surat perintah dari
Jenderal Besar Shu ta untuk melindungi mereka!"
"Bagus, dan aku mendapat perintah dari Sribaginda Kaisar
sendiri! Apakah engkau masih berani menolak?"
Pemimpin rombongan itu menjadi bingung, lalu menoleh
kembali kepada Lili. Gadis ini juga memandang kepadanya lalu
mengangguk. "Dia boleh menggantikan pembantuku yang tadi
membawa pergi Bu-tek Kiam-mo."
Mendengar ini, pemimpin rombongan nampak lega karena
dengan demikian, yang bertanggung-jawab masuknya Sin
Wan ke dalam rombongan itu adalah gadis perkasa itu. Agar
dirinya tidak dikenal, Sin Wan lalu minta kepada kepala
rombongan agar mukanya dirias dan diubah agar pihak musuh
tidak mengenalnya. Seorang di antara anggauta rombongan
yang mempunyai keahlian merias, segera menangani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekerjaan itu dan tak lama kemudian, Sin Wan telah menjadi
seorang laki-laki setengah tua yang rambutnya penuh uban,
berjenggot dan berkumis! Rombongan melanjutkan perjalanan dan ketika Sin Wan
melihat betapa Lili berjalan seorang diri di bagian belakang,
dia lalu sengaja mendekati hanya mengerling saja lalu berjalan
terus. Akan tetapi ketika melihat betapa Sin Wan terus
menerus memandangnya dan berjalan mendampinginya, ia
menggunakan suara yang meninggi itu untuk menegurnya.
"Mau apa engkau dekat-dekat dan memandangku terus
menerus!" suaranya memang berubah tinggi, akan tetapi
nadanya galak, nada yang biasa diucapkan Lili kalau ia marah!
Sin Wan tersenyum dan sengaja meninggikan suaranya,
"Maafkan aku, nona. Aku kagum melihat penyamaranmu!"
Lili memandang dengan sinar mata berkilat mendengar
betapa pemuda ini sengaja mengubah suaranya, meninggi
seperti yang dilakukannya dalam penyamarannyanya.
"Hemm, apa-apaan dengan suaramu itu?" bentaknya.
Sin Wan tertawa. "Ha..ha, aku hanya menirumu, Lili."
Kini gadis itu terbelalak dan terdengar suaranya seperti
biasa, berbisik basah, suara khas Lili. "Eh, bagaimana engkau dapat mengenalku?"
Sin Wan tersenyum. "Tak mungkin aku dapat mengenal
wajahmu yang persis dengan wajah semua penari itu, Lili,
kalau saja tadi ketika engkau bicara dengan empat orang
penjahat sebelum aku muncul, aku mendengar dan mengenal
suaramu. Apa lagi setelah engkau bicara padaku suaramu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berubah meninggi, akupun dapat menduga bahwa engkau
sengaja menyamar." 26. Pelindung Putera Kaisar Beng
Lili menghela napas panjang. Tidak mudah mengelabuhi
seorang yang cerdik seperti Sin Wan ini. "Sudahlah, memang nasibku yang buruk
harus bertemu denganmu dan bekerja
sama denganmu. Kalau bukan ayah yang menyuruh, aku tidak
sudi bertemu dan bekerja sama denganmu!"
Melihat gadis itu masih marah kepadanya, Sin Wan
bersikap lunak. Dia merasa kasihan kepada Lili yang
mencintanya namun yang tidak dibalasnya. Apalagi Lili masih
marah karena diapun menolak untuk berjodoh dengan adik tiri
gadis ini, Bhok Ci Hwa, seperti dikehendaki Lili dan ibunya.
"Aku memang sedang mencari jalan untuk menyusup ke
perahu pesta, dan kebetulan bertemu rombongan ini. Akan
tetapi, kalau aku boleh mengetahui, bagaimana pula engkau
dapat menjadi anggauta rombongan kesenian ini, Lili"
Benarkah kata paman pemimpin tadi bahwa engkau diutus
oleh Jenderal Shu Ta?"
"Jenderal Shu Ta memerintahkan ayah untuk membantumu
melakukan penyelidikan tentang pertemuan antara Raja Muda
Yung Lo dengan Pangeran Mahkota. Karena tidak mungkin
ayah sendiri yang hadir, dia dikenal semua orang, maka ayah
menyuruh aku untuk mewakilinya dengan membawa surat
kuasa Jenderal Shu Ta."
"Jadi engkau diutus untuk membantuku?" tanya Sin Wan
gembira. "Aih, terima kasih, Lili."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sin Wan jangan engkau anggap ringan pekerjaan ini.
Menurut ayah, Jenderal Shu Ta merasa khawatir dan menaruh


Asmara Si Pedang Tumpul Lanjutan Si Pedang Tumpul Karya Kho Ping Hoo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

curiga kalau-kalau akan terjadi sesuatu yang dapat
mengancam keselamatan Pangeran Mahkota. Oleh karena itu,
Jenderal Yauw Ti sendiri mengawal dengan pasukan yang
cukup besar. Namun Jenderal Shu khawatir kalau-kalau apa
yang ia khawatirkan itu terjadi dari dalam, maka dia
memerintahkan ayah untuk membantumu. Dan akulah yang
dikirim ke sini, menyelundup dengan rombongan ini."
"Aih, bagus sekali kalau begitu. Dengan menjadi anggauta
rombongan ini, kita dapat melakukan penjagaan yang lebih
baik dan lebih dekat."
Lili lalu menceritakan kepada Sin Wan bahwa rombongan
itu adalah rombongan kesenian dari kota Cin-an yang paling
terkenal dan mereka akan menghibur pesta dalam perahu
yang diadakan oleh kedua orang bangsawan itu. Mereka
diharuskan tiba lebih dahulu di perahu itu agar kalau kedua
orang bangsawan itu tiba, mereka sudah disambut oleh musik
yang merdu. Ketika rombongan tiba di perahu besar di mana diadakan
pesta, Lili dan Sin Wan melihat betapa penjagaan amat ketat,
baik di tepi sungai maupun di sekitar perahu besar, dijaga oleh perahu-perahu
yang ditumpangi banyak perajurit pasukan
keamanan yang mengawal Pangeran Mahkota dari kota raja.
Melihat ini, dua orang muda itu merasa lega dan mereka
heran. Bahaya apa yang dapat mengancam kedua orang
bangsawan itu, yang telah dikurung rapat oleh penjagaan
ketat" Siapa dapat menghampiri perahu besar tanpa tertahan
oleh penjagaan pasukan yang demikian kuatnya" Agaknya
Jenderal Shu Ta dan Jenderal Yauw Ti terlalu berlebihan, pikir
mereka. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para penjaga di perahu memeriksa surat jalan yang
diberikan oleh kepala daerah kota Cin-an kepada kepala
rombongan, mencocokkan jumlah peserta dan sama sekali
tidak menaruh curiga kepada mereka. Rombongan kesenian
itu segera mengatur tempat di sudut, menghadap ke arah
meja di mana dua orang bangsawan akan berpesta, dan tak
lama kemudian, mulailah mengalun suara musik yang mereka
mainkan. JJJ Ketika rombongan kedua orang bangsawan itu tiba, dengan
perahu-perahu menuju ke perahu besar, mereka disambut
Naga Pamungkas 2 Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Rajawali Emas 14
^