Pencarian

Mayat Dalam Perpustakaan 2

Mayat Dalam Perpustakaan The Body In The Library Karya Agatha Christie Bagian 2


dapat dicapainya dengan kursi rodanya saja. Tetapi ia selalu senang melihat
orangorang muda bergembira - ia suka menonton pertandingan tenis, dan orang-
orang yang berenang, dan semua kegiatan olahraga - dan dia juga suka mengadakan pesta
untuk orang-orang muda di sini. Ia suka kepada muda-mudi - dan orang tidak akan
melihatnya bermuram durja menyesali nasibnya seperti yang mungkin akan
dilakukan orang-orang lain pada posisinya. Ia amat populer, dan menurut saya,
seorang yang sangat baik hatinya."
Melchett bertanya, "Dan dia menaruh perhatian kepada Ruby Keene?"
"Saya kira, ocehan gadis itu yang polos, membuat hatinya gembira."
"Apakah keluarganya juga menyukai gadis itu seperti Tuan Jefferson?"
"Mereka selalu bersikap ramah sekali kepadanya."
Kata Harper, "Dan Tuan Jefferson inilah yang melaporkan kepada polisi bahwa
gadis ini hilang?" Harper berusaha membuat kalimat itu kedengaran penting dan mengandung nada
teguran. Pimpinan hotel itu segera memberikan tanggapan. "Umpamakan Anda yang berada
di posisi saya, Tuan Harper. Sedetik pun saya tidak menduga ada sesuatu yang
tidak beres. Tuan Jefferson menerjang masuk ke kantor saya sambil marah-marah.
Gadis itu tidak tidur di kamarnya semalam. Barangkali ia keluar dan mendapat
kecelakaan. Polisi harus segera diberi tahu! Pengusutan harus diadakan! Pada
waktu itu Tuan Jefferson bersikeras dan mendesak sekali, ia sendiri yang
menelepon ke kantor polisi dari kantor."
"Tanpa membicarakannya dulu dengan Nona Turner?"
"Josie tidak terlalu setuju dengan tindakannya. Saya dapat melihatnya, ia juga
merasa sangat jengkel dengan seluruh peristiwa ini - jengkel terhadap Ruby,
maksud saya. Tetapi apa yang dapat dikatakannya?"
"Saya kira," kata Melchett, "sebaiknya kita bertemu dengan Tuan Jefferson, heh,
Harper?" Kepala Inspektur Harper menyetujui usul ini.
Tuan Prestcott mengantarkan mereka ke kamar suite Conway Jefferson. Kamar ini
ada di lantai pertama, dengan pemandangan laut.
Melchett berkata dengan santai, "Hidupnya cukup mewah, heh" Orang kaya?"
"Memang amat kaya, saya kira. Setiap kali ia kemari ia selalu bersedia membayar
untuk yang paling mahal, tak ada yang diiritnya. Yang dipesannya selalu
kamarkamar terbaik - makanannya selalu atas permintaan khusus, anggurnya selalu
paling mahal - pokoknya segala sesuatu yang paling baik."
Melchett mengangguk. Tuan Prestcott mengetuk bagian luar daun pintu dan suara seorang wanita
menjawab dari dalam, "Masuklah."
Tuan Prestcott masuk, yang lain mengikuti di belakangnya.
Sikap Tuan Prestcott sangat merendah, dan dia minta maaf kepada wanita muda
yang memalingkan kepalanya dari tempat duduknya di dekat jendela ketika
rombongan ini masuk. "Maaf, kami mengganggu. Nyonya Jefferson, tetapi Tuan-tuan ini - dari
kepolisian. Mereka ingin sekali berbicara dengan Tuan Jefferson. Eh - Kolonel Melchett
Kepala Inspektur Harper, Inspektur - eh - Slack - ini Nyonya Jefferson."
Nyonya Jefferson menanggapi perkenalan itu dengan anggukan kepalanya.
Kesan pertama Melchett mengenai wanita ini, dia bukan wanita yang cantik. Tetapi
ketika wanita ini tersenyum sedikit dan mengeluarkan suaranya, Melchett harus
mengubah pendapatnya. Suaranya amat menarik dan khas, matanya yang bening
dan berwarna cokelat tua ternyata amat indah. Pakaiannya sederhana, namun
bukan berarti jelek, dan Melchett menaksir usianya sekitar tiga puluh limaan.
Katanya, "Ayah mertua saya masih tidur. Dia sama sekali bukan orang yang sehat,
dan peristiwa ini telah mengakibatkan goncangan yang besar baginya. Sampai
kami harus memanggil dokter, dan dokter telah memberinya obat penenang. Begitu
ia bangun nanti, saya tahu bahwa ia juga ingin bertemu dengan Anda. Sementara
itu, barangkali saya dapat membantu Anda" Mari, silakan duduk."
Tuan Prestcott yang ingin cepat-cepat menyingkir, berkata kepada Kolonel
Melchett, "Nah - eh -kalau Anda sudah tidak membutuhkan saya lagi" dan dengan
hati lega ia mendapat izin untuk mengundurkan diri.
Dengan menutup pintu di balik punggung Tuan Prestcott, suasana berubah menjadi
lebih santai dan tidak kaku.
Adelaide Jefferson mempunyai bakat menciptakan suasana yang nyaman. Dia
seorang wanita yang seolah-olah tidak pernah mengatakan apa-apa yang penting,
namun yang berhasil membangkitkan orang lain untuk berbicara dan membuat
mereka merasa santai. Sekarang, dia memilih pembukaan yang tepat ketika ia berkata, "Peristiwa ini
sangat mengejutkan kami semua. Kami sering berkumpul dengan anak gadis yang
malang itu, Anda tahu. Rasanya begitu tidak masuk akal. Ayah mertua saya merasa
amat terpukul. Dia amat menyayangi Ruby."
Kata Kolonel Melchett, "Saya dengar, Tuan Jefferson-lah yang membuat laporan
kepada polisi mengenai hilangnya gadis ini."
Melchett ingin melihat apa reaksi wanita itu terhadap kalimatnya. Apakah ada
sedikit - sedikit saja - pandangan jengkel" Ataukah itu pandangan kuatir"
Melchett tidak dapat mengategorikannya dengan tepat, tetapi ada sesuatu dan
Melchett melihat bahwa wanita ini berusaha untuk mengontrol dirinya, seakanakan
mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas yang tidak menyenangkan,
sebelum akhirnya ia menjawab.
Katanya, "Ya, memang betul. Karena Tuan Jefferson cacat, dia mudah kuatir dan
bingung. Kami telah berusaha meyakinkannya bahwa tidak ada apa-apa yang
terjadi atas Ruby, bahwa pasti ada alasan yang masuk akal, dan bahwa gadis itu
sendiri pun belum tentu suka dilaporkan kepada polisi. Tetapi ia mendesak terus.
Yah -" wanita itu membuat gerakan kecil dengan tangannya - "ternyata ia yang
benar, dan kami yang salah."
Melchett bertanya, "Sejauh manakah sebenarnya Anda mengenal Ruby Keene,
Nyonya Jefferson?" Wanita itu mempertimbangkannya.
"Sulit untuk mengatakannya dengan pasti. Ayah mertua saya amat menyukai
orang-orang muda dan suka berkumpul bersama-sama mereka. Ruby adalah tipe
yang belum pernah dijumpainya - ia merasa tertarik dan senang mendengarkan
cerita-ceritanya. Ruby sering duduk bersama kami di hotel, dan ayah mertua saya
juga suka mengajaknya jalan-jalan dengan mobil."
Suaranya tidak mengungkapkan apa-apa. Pikir Melchett dalam hati, "Kalau ia mau,
ia dapat menceritakan lebih banyak."
Kata Melchett, "Dapatkah Anda menceritakan kepada kami urutan peristiwa tadi
malam, sejauh pengetahuan Anda?"
"Tentu saja, tetapi tidak banyak yang bermanfaat, saya kira. Sehabis makan malam
Ruby datang dan duduk bersama kami di kamar tamu. Ia masih bersama kami
bahkan sampai saat dansa dimulai. Kami telah merencanakan untuk bermain
bridge, tetapi kami masih menunggu kedatangan Mark, Mark Gaskell, ipar saya ia
kawin dengan anak Tuan Jefferson, Anda tahu - Mark masih harus menulis
beberapa surat penting, dan juga dengan Josie. Josie akan menjadi pasangan
keempat." "Apakah hal ini sering terjadi?"
"Sering. Tentu saja, Josie pemain bridge ulung, dan amat menyenangkan. Ayah
mertua saya juga penggemar bridge, dan bilamana mungkin selalu mengajak Josie
untuk bermain sebagai pasangan keempat, daripada mengajak orang luar. Tentu
saja, karena Josie harus mengatur permainan-permainan yang lain, tidak selalu ia
bisa bermain bersama kami. Tetapi bilamana sempat, dia pasti datang. Dan karena
ayah mertua saya adalah tamu yang royal di hotel ini," matanya bersinar jenaka.
"Pimpinan hotel tidak keberatan kalau Josie menganakemaskan kami."
Kata Melchett, "Anda menyukai Josie?"
"Ya. Ia selalu ramah dan sabar, rajin bekerja, dan kelihatannya amat menyukai
pekerjaannya. Ia cerdik, meskipun tidak mempunyai pendidikan formal yang
tinggi, dan - nah - tidak pernah munafik. Sikapnya begitu alamiah, terbuka, dan
tidak banyak berpura-pura."
"Teruskan, Nyonya Jefferson."
"Seperti yang saya katakan tadi, Josie masih harus mengatur pasangan pemain
bridge lainnya dan Mark juga masih menulis surat, maka Ruby duduk dan
berbincang-bincang bersama kami sedikit lebih lama daripada biasanya. Lalu
datang Josie, dan Ruby pergi untuk membawakan tarian tunggalnya yang pertama
bersama Raymond - Raymond penari dan pemain tenis profesional. Kemudian
Ruby kembali lagi ke meja kami persis pada waktu Mark turun untuk bergabung.
Lalu Ruby pergi berdansa dengan seorang pemuda dan kami berempat mulai
bermain bridge." Wanita itu berhenti, dan membuat suatu gerakan kecil yang menyatakan
ketidakberdayaannya. "Dan itu saja yang saya ketahui! Saya hanya sempat melihatnya sekilas sementara
ia berdansa, tetapi bridge permainan yang mengasyikkan dan saya hampir hampir
tidak pernah memandang ke ruangan dansa lewat kaca pembatasnya. Kemudian,
sekitar tengah malam, Raymond datang mencari Josie dengan wajah jengkel dan
bertanya ke mana Ruby pergi. Tentu saja, Josie berusaha menenangkannya tetapi -"
Kepala Inspektur Harper memotong. Katanya dengan suaranya yang tenang,
"Mengapa Anda berkata 'tentu saja', Nyonya Jefferson?"
"Yah" - Nyonya Jefferson tampak ragu-ragu, pikir Melchett. Dia tampaknya agak
kebingungan -"Josie tidak mau soal lenyapnya Ruby dibuat terlalu menarik
perhatian. Sedikit banyak dia merasa bertanggung jawab atas gadis ini. Ia
berkata barangkali Ruby sedang ada di dalam kamarnya di atas dan tadi Ruby mengatakan
kalau kepalanya sakit - saya pikir itu tidak benar, Josie hanya mengatakan
demikian sebagai suatu alasan. Raymond pergi dan menelepon ke kamar Ruby,
tetapi ternyata tidak ada jawaban, dan dia kembali lagi sambil marah-marah
memang sifatnya mudah naik darah, Anda tahu" Josie lalu pergi bersamanya dan
berusaha menenangkannya dan akhirnya Josie-lah yang berdansa bersama
Raymond menggantikan Ruby. Tindakan yang cukup sportif dari Josie, kami dapat
melihat bahwa tarian itu telah membuat pergelangan kakinya membengkak.
Setelah tariannya selesai, Josie kembali ke meja kami dan berusaha menenangkan
Tuan Jefferson. Pada saat itu Tuan Jefferson sudah senewen. Akhirnya kami
menasihatinya supaya tidur saja, kami katakan paling-paling Ruby pergi jalan-
jalan dengan mobil mencari angin dan ban mobilnya kempes. Tuan Jefferson masuk ke
kamar tidurnya masih dengan perasaan kuatir. Dan pagi ini begitu ia bangun, ia
sudah senewen lagi." Nyonya Jefferson berhenti. "Yang lain-lain sudah Anda
ketahui kelanjutannya."
"Terima kasih, Nyonya Jefferson. Sekarang saya akan bertanya kepada Anda,
tahukah Anda siapa yang mungkin melakukan perbuatan itu?"
Langsung saja wanita ini menjawab, "Saya sama sekali tidak mempunyai
pandangan. Sayang, saya tidak dapat membantu Anda dalam hal ini."
Harper mendesaknya. "Apakah gadis itu tidak pernah mengatakan apa-apa"
Misalnya tentang orang yang menyimpan rasa cemburu terhadapnya" Atau tentang
pria yang mungkin ditakuti olehnya" Atau tentang pria yang sedang menjalin
hubungan akrab?" Adelaide Jefferson menggelengkan kepalanya kepada setiap pertanyaan.
Rupanya sudah tidak ada lagi yang dapat diceritakannya kepada mereka.
Kepala Inspektur Harper mengusulkan untuk mewawancarai George Bartlett dulu
dan nanti akan kembali menemui Tuan Jefferson. Kolonel Melchett setuju dan
ketiga laki-laki itu keluar. Nyonya Jefferson berjanji akan memberitahukan
mereka begitu Tuan Jefferson bangun.
"Wanita yang baik," kata Pak Kolonel, sementara mereka menutup pintu di
belakang punggung mereka.
"Betul, seorang wanita yang amat baik," kata Pak Kepala Inspektur mengiyakan.
*** George Bartlett, pemuda jangkung. Kurus. Dengan jakun menonjol dan kesulitan
untuk mengutarakan apa yang dikandung dalam hatinya. Ditambah dia sedang
gugup sekali hingga sulit untuk mendapatkan keterangan yang jelas darinya.
"Bukankah hal ini buruk sekali" Ini adalah peristiwa-peristiwa yang sering
ditemui di surat-surat kabar terbitan hari Minggu - tetapi untuk terjadi dalam kehidupan
yang sesungguhnya rasanya tidak masuk akal, mengertikah Anda?"
"Sayang sekali, Tuan Bartlett, peristiwa ini benar-benar terjadi dalam kehidupan
sesungguhnya," kata Kepala Inspektur Harper.
"Ya, ya, memang demikian. Tetapi rasanya begitu mengejutkan. Dan terjadinya
hanya beberapa mil saja dari sini - di dalam suatu rumah di dusun, bukan" Amat
berbau dusun, bukan" Tentunya telah menimbulkan sedikit kehebohan juga di
sekitarnya, heh?" Kolonel Melchett mengambil alih wawancara ini. "Sejauh mana hubungan Anda
dengan gadis itu. Tuan Bartlett?"
George Bartlett tampak was-was. "Oh, tidak, sama sekali t-t-tidak akrab, Pak.
Tidak, sedikit pun tidak - kalau Anda mengerti maksud saya. Saya pernah berdansa
dengannya satu atau dua kali - pernah berbicara sedikit - pernah bermain tenis
bersama - Anda tentunya mengerti."
"Saya kira, Anda orang terakhir melihatnya masih hidup tadi malam?"
"Mungkin begitu - tidakkah hal ini kedengarannya sangat seram" Maksud saya,
ketika saya melihatnya, ia masih segar bugar - betul."
"Pukul berapa ketika itu, Tuan Bartlett?"
"Nah, Anda tentunya tahu, saya tidak begitu awas dalam soal waktu - pokoknya
belum terlalu malam, kalau Anda mengerti apa yang saya maksudkan."
"Anda berdansa bersamanya?"
"Ya - sebetulnya - eh, iya, memang. Tetapi waktu itu hari masih sore. Waktu itu
persis sehabis tariannya yang pertama bersama penari laki-laki profesional itu.
Tentunya baru sekitar pukul sepuluh, setengah sebelas, pukul sebelas, saya tidak
tahu persis." "Jangan dipusingkan soal waktunya. Kami dapati menceknya sendiri. Silakan Anda
ceritakan apa yang sebenarnya terjadi."
"Yah, kami berdansa, Anda tahu. Sebetulnya saya bukanlah seorang jago dansa."
"Apakah Anda jago atau tidak, itu sebenarnya tidak relevan, Tuan Bartlett."
George Bartlett memandang kepada Pak Kolonel dengan pandangan ketakutan dan
ia tergagap-gagap, "Ya - eh - y-y-ya, saya kira memang tidak relevan. Nah, seperti yang saya
katakan, kami berdansa, berputar-putar, dan saya mengobrol, tetapi Ruby tidak banyak
berbicara dan dia menguap kecil. Seperti kata saya tadi, saya tidak dapat
berdansa dengan baik dan gadis -gadis -yah - biasanya ingin menghindari berdansa dengan
saya. Ruby berkata bahwa kepalanya pening - saya mengerti bahwa itu tandanya ia
ingin menyudahi dansa kami, maka saya katakan baiklah, dan sampai di sana saja."
"Kapan Anda terakhir melihatnya?"
"Ketika ia menaiki anak tangga."
"Ia tidak berkata apa apa mengenai bakal menemui orang lain" Atau akan keluar
mencari angin dengan naik mobil" Atau - atau mempunyai janji kencan" "Pak
Kolonel memakai istilah anak-anak muda itu dengan hati yang berat.
Bartlett menggelengkan kepalanya.
"Ia tidak mengatakannya kepada saya." Tampak-nya laki-laki ini agak sedih. "Ia
hanya menunjukkah gejala supaya saya pergi."
"Bagaimanakah sikapnya" Apakah dia kelihatannya gugup, melamun, atau ada
yang dipikirkannya?"
George Bartlett mempertimbangkan. Kemudian dia menggelengkan kepalanya.
"Tampaknya Ruby merasa agak jemu. Menguap, jenuh, seperti yang saya katakan
tadi. Itu saja." Kata Kolonel Melchett, "Dan kemudian apakah yang Anda lakukan, Tuan
Bartlett?" "Bagaimana?" "Apa yang Anda lakukan sepeninggal Ruby Keene?"
George Bartlett memandangnya dengan terbengong-bengong.
"Coba saya ingat - apa yang telah saya lakukan?"
"Kami sedang menunggu Anda menceritakannya kepada kami, Tuan Bartlett."
"Ya, ya - tentu saja. Amat sulit kalau orang harus mengingat-ingat sesuatu,
bukan" Coba saya pikir. Mungkin tidak salah kalau waktu itu saya terus pergi ke bar dan
minum-minum di sana."
"Apakah Anda memang pergi ke bar dan minum-minum di sana?"
"Justru itu! Saya benar-benar pernah minum-minum di sana, hanya saja saya kira
bukan pada saat itu. Mungkin saya ngeluyur keluar dulu, mengertikah Anda"
Sekadar untuk menghirup udara segar. Untuk bulan September, udara sekarang
termasuk agak panas. Di luar udaranya enak sekali. Ya, itulah. Saya berjalan-
jalan

Mayat Dalam Perpustakaan The Body In The Library Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit, lalu saya masuk dan minum-minum di bar, dan saya kembali lagi ke
ruangan dansa. Tidak ada kegiatan apa-apa di sana. Saya melihat bahwa si
siapanamanya-itu, si Josie sedang berdansa lagi, bersama si pemain tenis itu.
Josie tadinya masih sakit - terkilir pergelangan kakinya atau entah apa."
"Itu berarti bahwa Anda kembali sekitar tengah malam. Apakah Anda
menghendaki kami percaya bahwa Anda telah menghabiskan waktu satu jam di
luar hanya untuk berjalan-jalan?"
"Lho, kan saya habis minum, Anda tahu. Saya sedang-nah, saya sedang
memikirkan banyak hal."
Pernyataan ini lebih mudah dipercayai daripada yang lain-lainnya.
Kata Kolonel Melchett dengan tajam, "Apa yang sedang Anda pikirkan?"
"Wah, saya tidak tahu. Banyak hal," kata Tuan Bartlett samar-samar.
"Apakah Anda memiliki mobil, Tuan Bartlett?"
"Oh, ya, saya memiliki mobil."
"Di manakah mobil itu, di garasi hotel?"
"Tidak. Saya tinggal di halaman hotel. Tadinya saya merencanakan akan pergi
berjalan-jalan dengan mobil, Anda mengerti."
"Barangkah Anda memang pergi dengan mobil?"
"Tidak - tidak. Saya bersumpah. Tidak."
"Anda tidak, misalnya, membawa Nona Keene berputar-putar?"
"Yah, ampun. Apa yang Anda maksudkan" Saya tidak membawa mobil ke manamana -
saya bersumpah. Masa Anda tidak percaya?"
"Terima kasih, Tuan Bartlett, saya pikir sementara ini tidak ada hal lain lagi
yang perlu kami tanyakan. Sementara ini," ulang Kolonel Melchett dengan memberikan
tekanan yang berat pada kata-kata terakhir.
Mereka meninggalkan Tuan Bartlett yang masih memandang dengan ekspresi
ketakutan yang terbayang pada wajahnya yang tidak terlalu pandai.
"Pemuda goblok," kata Melchett. "Atau sebenarnya ia lebih pandai dari perkiraan
kita." Kepala Inspektur Harper menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Masih banyak yang belum kita ketahui,"
BAB ENAM Baik portir yang dinas malam maupun petugas yang melayani bar kedua-duanya
tidak dapat membantu banyak. Portir yang dinas malam ingat bahwa ia pernah
menelepon ke kamar Nona Keene pukul dua belas malam lewat sedikit dan tidak
ada jawaban. Dia tidak melihat Tuan Bartlett meninggalkan maupun kembali ke
hotel. Banyak laki-laki dan wanita yang keluar masuk, malam itu cuaca indah.
Kecuali pintu depan di ruangan utama, juga ada beberapa pintu samping. Portir
ini merasa yakin bahwa Nona Keene tidak keluar dari pintu ruangan utama, tetapi
kalau gadis ini turun dari kamarnya yang terletak di lantai satu, ia dapat
memakai anak tangga yang menuju ke pintu di ujung lorong itu, yang membuka ke teras
samping. Kalau lewat sana, gadis ini dapat keluar tanpa dilihat orang. Pintu itu
tidak pernah dikunci sampai seusainya acara dansa sekitar pukul dua dini hari.
Pelayan bar ingat bahwa Tuan Bartlett memang berada di bar itu tadi malam,
tetapi ia tidak dapat mengingat waktunya yang tepat. Sebelum tengah malam, itulah
perkiraannya. Tuan Bartlett duduk| bersandar di dinding dan kelihatan agak
sedih. Dia tidak ingat berapa lamanya Tuan Bartlett berdiri di sana. Waktu itu banyak
tamu dari luar yang berdatangan ke bar, yang bukan menginap di hotel. Dia
memang pernah melihat Tuan Bartlett, namun tidak dapat memastikan kapan.
Sementara mereka meninggalkan bar, mereka ditegur oleh seorang anak kecil yang
berusia sekitar sembilan tahun. Anak ini segera berkata dengan tergopoh-gopoh.
"Apakah Tuan-tuan ini detektif-detektif yang diberitakan itu" Saya Peter
Carmody. Kakek saya. Tuan Jefferson, telah menelepon polisi mengenai Ruby. Apakah Anda
dari Scotland Yard" Anda tidak keberatan jika saya berbicara dengan Anda,
bukan?" Kolonel Melchett tampaknya sudah bersiap siap melontarkan penolakan tegas,
tetapi Kepala Inspektur Harper menengahi. Harper berkata dengan ramah dan
sabar, "Tidak apa-apa, Nak. Tentunya peristiwa itu menarik sekali bagimu, saya kira?"
"Tentu saja. Apakah Anda menyukai cerita-cerita detektif" Saya suka sekali. Saya
membaca semuanya dan saya memiliki tanda tangan dari pengarang-pengarang
cerita detektif terkenal, seperti Dorothy Sayers, Agatha Christie, Dickson Carr,
dan H.C. Baily. Apakah pembunuhan ini akan diberitakan di surat kabar?"
"Tentu saja akan diberitakan di surat kabar," kata Kepala Inspektur Harper
geram. "Anda tahu, minggu depan saya sudah harus kembali lagi ke bangku sekolah dan
saya akan menceritakan kepada teman-teman saya bahwa saya mengenalnya - saya
mengenal gadis itu dengan baik."
"Apa kesanmu tentang dia, heh?" Peter berpikir.
"Yah, saya tidak begitu menyukainya. Menurut saya ia tipe gadis yang agak tolol.
Ibu dan Paman Mark juga tidak begitu suka kepadanya. Hanya kakek sendirilah
yang sayang padanya. Kakek ingin bertemu dengan Anda. Edwards sedang
mencari Anda." Kepala Inspektur Harper menggumam memberikan dorongan kepada anak ini
supaya bercerita lebih lanjut.
"Jadi ibumu dan pamanmu, Mark, tidak menyukai Ruby Keene" Mengapa?"
"Wah, saya tidak tahu. Ia suka mengikuti kami, sih. Dan mereka juga tidak
menyukai cara Kakek memberi hati. Saya kira," kata Peter dengan riangnya.
"Mereka senang Ruby mati."
Kepala Inspektur Harper memandangnya sambil berpikir. Katanya, "Apa kau
pernah mendengar mereka - eh - berkata demikian?"
"Hm, tidak dengan kata-kata seperti itu. Paman Mark pernah berkata, 'Ini salah
satu jalan keluarnya.' Ibu menjawab, 'Ya, tetapi cara ini begitu kejam.' Paman
Mark berkata, orang tidak boleh munafik."
Kedua laki-laki dewasa itu saling bertukar pandangan.
Pada saat itu seorang pria yang tampaknya berwibawa dan rapi dan mengenakan
jaket berwarna biru, datang menghampiri mereka.
"Maafkan, Tuan-tuan. Saya pelayan Tuan Jefferson. Beliau sekarang sudah bangun
dan menyuruh saya mencari Anda karena beliau ingin sekali bertemu dengan
Anda." Sekali lagi mereka pergi ke kamar suite Conway Jefferson. Di kamar duduk,
Adelaide Jefferson sedang bercakap-cakap dengan seorang pria jangkung, yang
dengan gelisah mondar-mandir di dalam kamar itu. Pria ini membalikkan badannya
dengan tiba-tiba untuk mengamat-amati tamu-tamu yang baru muncul ini.
"Oh, ya. Senang melihat Anda sudah datang. Ayah mertua saya sudah menanyakan
Anda. ia sekarang sudah bangun. Usahakan sebisa-bisanya agar dia tetap tenang,
ya" Kesehatannya tidak begitu baik. Sebenarnya mengherankan juga kejutan ini
tidak menamatkan riwayatnya."
Kata Harper, "Saya tidak tahu kalau kesehatannya seburuk itu."
"Ia sendiri juga tidak mengetahuinya," kata Mark Gaskell. "Jantungnya, Anda
tahu" Dokter telah memperingatkan Addie bahwa ia tidak boleh dibuat terlalu
tegang atau terlalu terkejut. Dokter itu sedikit banyak pernah menyinggung bahwa
kematiannya bisa terjadi setiap saat, bukankah begitu, Addie?"
Nyonya Jefferson mengangguk. Katanya,
"Memang mengherankan dia masih dapat bertahan demikian."
Melchett berkata tanpa humor, "Pembunuhan memang bukan obat penenang hati.
Kami akan berhati-hati sekali."
Sementara ia bicara, ia mengamat-amati Mark Gaskell. Dia tidak begitu menyukai
pria ini. Wajahnya wajah seorang pemberani yang tidak segan bertindak kejam
demi mencapai tujuannya, seperti ekspresi seekor burung rajawali. Salah satu
dari jenis laki-laki yang suka memaksakan kehendaknya dan yang banyak dikagumi
wanita. "Namun bukan tipe orang yang bisa dipercaya," pikir Kolonel Melchett dalam hati.
Kejam - itulah kata yang pas untuk menggambarkan wataknya. Tipe manusia yang
tidak segan berbuat apapun...
Di dalam kamar tidurnya yang besar, dengan pemandangan menghadap ke laut,
Conway Jefferson duduk di kursi rodanya di depan jendela.
Begitu orang masuk ke dalam kamarnya, segera orang dapat merasakan kuasa dan
daya tarik laki-laki ini.
Seakan-akan kecelakaannya yang telah membuatnya kehilangan kedua belah
kakinya, malahan berhasil mengumpulkan seluruh vitalitas tubuhnya untuk
berpusat pada badannya yang menjadi lebih kecil.
Bentuk kepalanya baik, warna merah rambutnya agak bercampur uban. Wajahnya
yang kasar dan berwarna kecokelatan kena sinar mentari, menggambarkan wibawa.
Matanya biru jernih. Sama sekali tidak tampak tanda-tanda penyakit maupun
kelemahan pada orang ini. Guratan-guratan yang dalam pada wajahnya adalah
guratan kesedihan, bukan guratan penyakit. Ini manusia yang tidak biasa
menyesali nasibnya, tetapi justru orang yang menerima keadaannya dan dengan tawakal
menjalaninya sehingga akhirnya ia dapat keluar sebagai pemenang.
Kata Jefferson, "Saya gembira Anda datang." Matanya yang awas segera menilai
mereka. Katanya kepada Melchett, "Anda tentunya Kepala Polisi dari
Radfordshire" Tepat. Dan Anda Kepala Inspektur Harper" Silakan duduk. Rokok
ada di atas meja di samping Anda."
Mereka mengucapkan terima kasihnya dan duduk.
Melchett berkata, "Saya dengar, Tuan Jefferson, Anda menaruh perhatian kepada
gadis yang mati itu?"
Suatu senyuman yang sumbang berkelebat di wajahnya yang penuh guratan.
"Ya. Pasti mereka telah berkata begitu kepada Anda! Nah, itu memang bukan
rahasia. Berapa banyak yang sudah diceritakan keluarga saya kepada Anda?"
Ia memandang mereka satu per satu dengan cepat sementara ia melontarkan
pertanyaan itu. Melchett-lah yang menjawabnya. "Nyonya Jefferson menceritakan sedikit sekali,
hanya ocehan gadis itu menarik hati Anda dan gadis itu anak emas Anda.
Sedangkan dengan Tuan Gaskell, kami hanya sempat bertukar sekitar selusin
katakata saja." Conway Jefferson tersenyum.
"Untung Addie bijaksana. Mark mungkin orang yang lebih suka bercerita. Saya
pikir, Melchett, sebaiknya sayalah yang bercerita kepada Anda mengenai beberapa
fakta dengan lebih lengkap. Ini penting, agar Anda dapat mengerti sikap saya.
Dan, sebagai permulaannya, saya harus kembali lagi ke tragedi besar dalam hidup saya.
Delapan tahun yang lalu saya telah kehilangan istri saya, anak laki-laki saya,
dan anak perempuan saya dalam suatu kecelakaan pesawat terbang. Sejak itu, saya
sendiri sudah seperti orang yang kehilangan separuh dari diri saya - dan yang
saya maksudkan di sini bukan keadaan fisik saya yang menjadi cacat ini! Saya adalah
orang yang sangat mencintai keluarga. Menantu-menantu saya memperlakukan
saya dengan baik. Mereka telah berbuat sedapat-dapatnya untuk menggantikan
tempat darah daging saya sendiri. Tetapi saya sadari - terutama akhir- akhir
ini, bahwa bagaimanapun juga mereka mempunyai hidup mereka sendiri.
"Jadi Anda harus mengerti, bahwa sebenarnya saya manusia yang kesepian. Saya
menyukai orang-orang muda. Saya merasa gembira berada di tengah-tengah
mereka. Satu dua kali saya bahkan telah mempertimbangkan untuk memungut
seorang anak, entah laki-laki atau perempuan. Selama satu bulan belakangan ini
saya menjadi akrab sekali dengan anak yang terbunuh itu. Ia begitu alamiah
-begitu polos. Dia menceritakan kehidupannya dan pengalamannya - bersama grup-grup
pantomim, bersama rombongan-rombongan pertunjukan, bersama ibu dan ayah
selagi masih kecil dan tinggal di kamar-kamar sewaan yang murah. Kehidupan
yang begitu berbeda dari apa yang pernah saya ketahui! Dan dia tidak pernah
mengeluh, tidak pernah menganggapnya jorok. Semata-mata seorang anak yang
rajin bekerja, polos, dan yang menerima nasibnya, tidak manja, dan amat
menyenangkan. Mungkin dia bukan gadis yang anggun, tetapi, puji Tuhan, dia pun
bukan gadis yang kasar maupun -seperti kata yang begitu saya benci - 'berlagak
anggun'. "Saya semakin tertarik kepada Ruby. Saya telah memutuskan, Tuan-tuan, untuk
memungutnya sebagai anak saya yang sah. Secara hukum dia akan menjadi - anak
saya. Hal itu, saya harap, dapat menjelaskan kekuatiran saya dan langkah-langkah
yang telah saya ambil ketika ia menghilang begitu saja."
Hening sebentar. Kemudian Kepala Inspektur Harper dengan suaranya yang hampa
emosi, berhasil membuat pertanyaannya yang berikut tidak menyinggung perasaan.
"Bolehkah saya ketahui, bagaimanakah tanggapan menantu-menantu Anda kepada
apa yang baru saja Anda ceritakan?"
Jawaban Jefferson dilontarkannya dengan cepat, "Apa yang dapat mereka katakan"
Barangkali mereka tidak begitu menyetujuinya. Hal begini memang umum
menimbulkan prasangka jelek. Tetapi sikap mereka baik sekali - ya, baik sekali.
Toh hidup mereka tidak tergantung kepada saya. Ketika anak saya Frank, menikah,
saya berikan kepadanya separuh dari harta saya pada saat itu juga. Saya
mempunyai prinsip. Jangan membuat anak-anak menunggu sampai kita meninggal.
Mereka ingin dapat menikmati uangnya selagi mereka masih muda, bukan setelah
mereka sudah berusia setengah baya. Demikian pula ketika anak saya Rosamund
bersikeras menikah dengan seorang pemuda miskin, saya memberinya sejumlah
besar harta saya. Setelah kematiannya, uang itu jatuh ke tangan suaminya. Jadi,
Anda lihat, dilihat dari sudut keuangannya, latar belakang ini memudahkan
masalah pengangkatan anak tersebut."
"Saya mengerti. Tuan Jefferson," kata Kepala Inspektur Harper.Tetapi nadanya
mengandung sedikit keraguan.
Conway Jefferson menyerangnya. "Tetapi Anda tidak setuju dengan pendapat saya,
heh?" "Sebenarnya tidak pada tempatnya saya berkata demikian, Pak, tetapi
anggotaanggota keluarga tidak selalu memberikan reaksi yang masuk akal, menurut
pengalaman saya." "Saya setuju, Anda memang benar, Pak Kepala Inspektur. Tetapi harus Anda ingat,
Tuan Gaskell dan Nyonya Jefferson bukanlah betul-betul anggota keluarga saya.
Mereka tidak mempunyai hubungan darah dengan saya."
"Itu, tentu saja membuat persoalannya menjadi lain," Kepala Inspektur Harper
mengakuinya. Sejenak lamanya mata Conway Jefferson bersinar jenaka. Katanya, "Tetapi itu
tidak membuat mereka lalu tidak menganggap saya sebagai seorang tua yang
tolol! Sikap ini adalah sikap yang lumrah didapati dalam diri manusia pada
umumnya. Tetapi saya tidak berbuat sesuatu yang tolol. Saya dapat melihat
karakter orang. Dengan pendidikan dan bimbingan yang tepat, Ruby Keene tidak
akan kalah tampil di depan umum di mana saja."
Kata Melchett, "Saya kira kami mungkin telah bersikap kurang sopan dan sudah
terlalu banyak bertanya, tetapi bagi kami penting sekali untuk mengumpulkan
semua faktanya. Anda telah bersedia memberikan tunjangan lengkap bagi gadis itu
- maksud saya, memberinya sejumlah uang. Tetapi Anda belum melaksanakan ini,
bukan?" Kata Jefferson, "Saya mengerti apa tujuan pertanyaan Anda - kemungkinan adanya
seseorang yang akan menarik keuntungan dari kematian gadis itu" Tetapi tidak ada
seorang pun yang dapat menarik keuntungan dari kematiannya. Memang suratsurat
permohonan untuk adopsi yang sah sedang diproses, namun surat-surat ini
masih belum selesai."
Kata Melchett dengan perlahan, "Kalau begitu, seandainya terjadi apa-apa kepada
Anda -?" Ia membiarkan kalimat ini terputus sampai di sana saja, sebagai suatu
pertanyaan, Conway Jefferson menanggapinya dengan cepat.
"Tidak ada apa-apa yang akan terjadi dengan saya! Saya lumpuh, tetapi bukan
berarti tidak berdaya. Meskipun dokter-dokter suka bermuram durja jika
menasihati saya agar saya tidak melakukan apa-apa secara berlebihan. Tidak
melakukan apa-apa secara berlebihan" Saya masih kuat seperti seekor kuda! Tetapi
memang saya menyadari betapa rapuhnya usia manusia itu - astagfirullah, saya
sendiri telah melihatnya, menyaksikan dengan mata kepala sendiri! Kematian yang
mendadak pun dapat terjadi pada orang yang paling sehat - terutama pada zaman
ini di mana angka kematian akibat kecelakaan begitu tinggi. Tetapi saya telah
bersiap-siap. Saya telah membuat surat wasiat yang baru sekitar sepuluh hari


Mayat Dalam Perpustakaan The Body In The Library Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lalu." "Ya?" Kepala Inspektur Harper mendoyong ke depan dengan perhatian.
"Saya meninggalkan uang sejumlah lima puluh ribu pound untuk Ruby Keene
yang pembelanjaannya akan diatur oleh sebuah badan perwalian sampai ia berusia
dua puluh lima tahun, pada saat Ruby akan menerima seluruh harta itu."
Mata Kepala Inspektur Harper membelalak.
Begitu pula mata Kolonel Melchett. Kata Harper dengan suara kagum, "Itu jumlah
yang besar sekali, Tuan Jefferson."
"Dewasa ini, ya, memang."
"Dan Anda meninggalkannya kepada seorang gadis yang baru Anda kenal
beberapa minggu?" Mata Jefferson yang biru bersinar marah.
"Haruskah saya mengulanginya bolak-balik" Saya tidak mempunyai anak yang
merupakan darah daging saya sendiri - tidak mempunyai kemenakan atau bahkan
saudara sepupu yang jauh! Bahkan kalau saya mati, saya mungkin harus
meninggalkan seluruh harta saya kepada badan-badan sosial. Tetapi saya lebih
senang memberikannya kepada seorang manusia individu." Ia tertawa. "Cinderella
yang dalam waktu satu malam menjadi putri raja! Seorang bapak peri
menggantikan peranan ibu peri. Mengapa tidak" Toh itu uang saya! Saya yang
mengumpulkannya." Kolonel Melchett berkata, "Apakah ada warisan yang lain?"
"Suatu peninggalan kecil untuk Edwards, pelayan saya - dan sisanya untuk Mark
dan Addie, dibagi sama rata."
"Apakah - maafkan saya - sisanya ini besar jumlahnya?"
"Boleh jadi tidak. Sulit untuk menentukannya dengan tepat karena modal yang
ditanam kan terus berfluktuasi. Jumlahnya, setelah dipotong pajak kematian dan
pengeluaran-pengeluaran lain, kira-kira akan mencapai antara lima sampai sepuluh
ribu pound bersih." "Oh, begitu." "Dan Anda juga tidak perlu berpikir bahwa saya telah memperlakukan mereka
secara tidak adil." "Seperti kata saya tadi, saya telah membagi seluruh harta saya pada saat anak-
anak saya menikah. Saya menyisakan sedikit sekali untuk diri saya sendiri. Tetapi
setelah - setelah tragedi itu - saya memerlukan sesuatu untuk mengisi pikiran
saya. Saya menerjunkan diri ke dalam dunia bisnis. Di rumah saya di London, saya
memasang telepon pribadi yang menghubungkan kamar tidur saya dengan saluran
telepon kantor saya. Saya bekerja keras - itu membantu saya untuk tidak
memikirkan penderitaan saya, dan itu juga dapat membuat saya merasa bahwa
terpotongnya kaki saya tidak mengalahkan semangat hidup saya. Saya
menenggelamkan diri dalam pekerjaan," - suaranya berubah menjadi lebih dalam,
agaknya sekarang dia lebih banyak berbicara kepada dirinya sendiri daripada
kepada pendengar-pendengarnya, - "dan, secara ironis, segala sesuatu yang saya
kerjakan menjadi makmur! Spekulasi spekulasi saya yang paling edan pun
berhasil. Apabila saya bertaruh, saya pasti menang. Semua yang saya sentuh
berubah menjadi emas murni. Mungkin itu cara alam untuk mengganti kerugian
yang telah saya derita."
Garis-garis kesedihan tampak begitu jelas di wajahnya.
Kemudian, menyadari keadaan sekelilingnya, Jefferson tersenyum sumbang
kepada tamu-tamunya. "Jadi, Anda lihat, uang yang saya tinggalkan untuk Ruby sudah tak bisa dibantah
lagi. Itu hak saya, dan dapat saya perbuat sesuka hati saya."
Kata Melchett cepat-cepat, "Memang benar, Sobat, bukan itu yang kami
masalahkan pada saat ini."
Kata Conway Jefferson, "Bagus. Sekarang kalau boleh ganti giliran saya untuk
mengajukan beberapa pertanyaan. Saya ingin mengetahui - lebih banyak lagi
mengenai peristiwa yang menyedihkan ini. Apa yang saya ketahui hanyalah bahwa
ia - bahwa si Ruby kecil ditemukan mati tercekik di suatu rumah sekitar dua
puluh mil dari sini." "Itu benar. Di Gossington Hall."
Jefferson mengernyitkan dahinya.
"Gossington Hall" Tetapi itu kan -"
"Rumah Kolonel Bantry."
"Bantry! Arthur Bantry" Saya kenal. Kenal dia dan istrinya! Pernah berjumpa
dengan mereka di luar negeri beberapa tahun yang lalu. Saya tidak tahu bahwa
mereka tinggal di sini. Wah, itu -"
Ia berhenti. Kepala Inspektur Harper nimbrung dengan luwesnya.
"Kolonel Bantry pernah makan malam di hotel ini hari Selasa minggu yang lalu.
Anda tidak melihatnya?"
"Selasa" Selasa" Tidak, hari itu kami tidak kembali sampai malam hari. Kami
pergi ke Harden Head dan makan malam dalam perjalanan kembali."
Melchett berkata, "Ruby Keene tidak pernah menyinggung-nyinggung nama
keluarga Bantry kepada Anda?"
Jefferson menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak pernah. Saya tidak percaya bahwa ia mengenal mereka. Pasti tidak. Dia
tidak mengenal siapa-siapa kecuali orang-orang pentas dan grup-grup pertunjukan
sejenisnya." Ia diam sejenak, kemudian tiba-tiba bertanya, "Apa kata Bantry
mengenai hal itu?" "Ia sama sekali tidak dapat menjelaskannya. Tadi malam dia keluar menghadiri
suatu pertemuan golongan konservatif. Jenazah gadis itu ditemukan pagi dini
hari. Katanya seumur hidupnya ia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya."
Jefferson mengangguk. Katanya, "Tampaknya ini benar-benar sulit dipercaya."
Kepala Inspektur Harper mendehem. Katanya, "Apakah Anda mempunyai
perkiraan siapa yang mungkin telah melakukannya?"
"Astagfirullah, kalau saja saya tahu!" Urat-urat nadinya di bagian kepala
menonjol semua. "Ini luar biasa, tidak terpikirkan! Seandainya ini belum terjadi, saya
akan mengatakan bahwa peristiwa semacam ini tidak mungkin terjadi."
"Tidak ada temannya - dari kehidupannya yang lampau - tidak ada laki-laki yang
dekat dengannya - atau yang mengancamnya?"
"Saya merasa pasti tidak ada. Seandainya ada, tentunya ia akan menceritakannya
kepada saya. Ia belum pernah mempunyai seorang 'pacar tetap'. Begitu katanya
sendiri." Pikir Kepala Inspektur Harper, "Aku berani bertaruh, pasti Ruby akan berkata
begitu kepadamu! Tetapi siapa tahu, itu boleh jadi benar?"
Conway Jefferson melanjutkan, "Josie tentunya lebih tahu daripada orang lain
kalau seandainya ada seorang pria yang mendekati Ruby atau ada yang
mengganggunya. Apakah dia tidak dapat membantu Anda?"
"Katanya tidak ada."
Jefferson berkata, sambil mengernyitkan dahinya, "Saya merasa hampir yakin
bahwa ini adalah perbuatan seorang maniak - demikian brutalnya cara yang telah
dipakainya - memasuki sebuah rumah dusun secara paksa - seluruh peristiwa itu
begitu kejam dan tidak bermanfaat. Ada manusia-manusia yang begini, manusia
yang di luarnya kelihatan seperti orang baik-baik, tetapi yang suka memperdaya
gadis-gadis - terkadang bahkan anak-anak kecil - lalu membawa mereka pergi dan
membunuhnya. Saya pikir kejahatan ini tentunya berhubungan dengan seks."
Kata Harper, "Oh, ya, memang ada kasus-kasus demikian, tetapi di daerah ini kami
sama sekali tidak pernah menemukan petunjuk bahwa ada seorang semacam itu
yang beroperasi di sini."
Jefferson melanjutkan, "Saya telah memikirkan satu per satu pria-pria yang
pernah saya lihat bersama Ruby. Tamu-tamu yang menginap di hotel ini, dan tamu-tamu
yang datang dari luar - pria-pria yang pernah berdansa dengannya. Mereka
semuanya tampaknya tidak membahayakan - tipe manusia normal. Ruby tidak
mempunyai teman istimewa sama sekali."
Wajah Kepala Inspektur Harper tetap tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, tetapi
tanpa terlihat oleh mata Conway Jefferson, dari mata Harper terpancar suatu
sinar spekulasi. Mungkin saja, pikirnya, Ruby Keene mempunyai teman istimewa yang bahkan
Conway Jefferson pun tidak mengetahuinya.
Namun dia tidak mengatakan apa-apa. Kepala Polisi memberinya suatu pandangan
bertanya, kemudian dia bangkit berdiri. Katanya, "Terima kasih, Tuan Jefferson.
Itu saja yang kami tanyakan."
Kata Jefferson, "Anda akan memberitahukan saya tentang kemajuan yang Anda
capai?" "Ya, ya, kami akan menghubungi Anda lagi."
Kedua laki-laki itu keluar.
Conway Jefferson bersandar lagi di kursi rodanya. Kelopak matanya turun,
menutupi mata birunya yang tajam. Tiba-tiba ia tampak letih sekali.
Kemudian, setelah lewat satu dua menit, kelopak mata itu membuka kembali. Ia
memanggil, "Edwards!"
Dari kamar sebelah, pelayannya segera muncul.
Edwards, orang yang mengenal tuannya paling baik, lebih daripada orang lain.
Yang lain-lain, meskipun keluarganya sendiri, hanya mengenal keperkasaannya
saja. Edwards mengenal juga kelemahannya. Ia pernah melihat Conway Jefferson
letih, putus asa, bosan hidup, dan dikalahkan sementara oleh kelumpuhan dan
kesepiannya. "Ya, Tuan?" Kata Jefferson, "Teleponlah Sir Henry Clithering. Dia sedang berada di Melborne
Abbas. Mintalah dia, atas namaku, datang kemari hari ini juga kalau bisa, dan
bukannya besok. Katakan kepadanya, ini penting sekali."
BAB TUJUH Ketika mereka tiba di bagian luar pintu kamar Jefferson, Kepala Inspektur Harper
berkata, "Nah, selayang pandang, kita telah menemukan motifnya, Pak."
"Hm," kate Melchett. "Lima puluh ribu pound, heh?"
"Ya, Pak. Orang lain sudah pernah membunuh untuk jumlah uang yang jauh lebih
sedikit daripada itu."
"Ya, tetapi -" Kolonel Melchett membiarkan kalimat itu tidak rampung.
Walaupun demikian, Harper telah bisa menangkap apa yang dimaksudkannya.
"Anda tidak mengira hal itu mungkin terjadi dalam kasus ini. Nah, saya pun
tidak, kalau hanya berdasarkan bukti-bukti yang ada sekarang. Tetapi bagaimanapun
juga, kemungkinan ini harus tetap kita selidiki."
"Oh, tentu." Harper melanjutkan, "Jika, sebagaimana kata Tuan Jefferson, Tuan Gaskell, dan
Nyonya Jefferson memang sudah diberi harta dan mempunyai sumber nafkah yang
besar, nah, tidak mungkin mereka mau mencoba melakukan pembunuhan kejam."
"Persis. Latar belakang keuangan mereka harus diperiksa, sudah pasti. Aku kurang
menyukai tampang Gaskell - kelihatannya seperti tipe orang yang licin dan kejam
tetapi itu bukan alasan untuk mencapnya sebagai seorang pembunuh."
"Oh, iya. Pak, seperti kata saya, saya kira tidak mungkin pelakunya salah satu
dari mereka, dan dari apa yang dikatakan Josie, saya tidak melihat bagaimana mereka
mempunyai kesempatan. Mereka berdua sedang bermain bridge dari pukul sebelas
kurang dua puluh sampai pukul dua belas tengah malam. Tidak, dalam pikiran
saya, ada kemungkinan lain yang lebih masuk akal."
Melchett berkata, "Pacar Ruby Keene?"
"Persis, Pak. Seorang pemuda yang merasa tidak puas - barangkali ia agak kurang
waras. Seseorang yang dikenalnya sebelum kedatangannya kemari. Rencana
adopsi ini, seandainya laki-laki ini mendengarnya, mungkin merupakan motivasi
terakhir baginya untuk bertindak. Lelaki ini membayangkan bahwa Ruby akan
meninggalkannya, membayangkan gadis itu akan pindah memasuki kehidupan
yang sama sekali baru, menjadi panik, dan buta oleh amarahnya. Ia berhasil
mengajak gadis itu keluar untuk bertemu dengannya tadi malam, bertengkar
dengannya, kehilangan otak warasnya, lalu membunuhnya."
"Dan bagaimana gadis itu bisa sampai di perpustakaan Bantry?"
"Saya pikir itu mungkin bisa terjadi. Katakanlah, pada waktu itu mereka naik
mobil si pria. Ketika pria ini sadar akan perbuatannya, hal pertama yang
dipikirkan olehnya adalah bagaimana menyingkirkan mayat gadis itu. Katakanlah, pada saat
itu mereka berada tidak jauh dari pintu gerbang sebuah rumah besar. Timbul dalam
pikiran laki-laki itu, kalau mayat gadis itu ditemukan dalam rumah itu,
perhatian semua orang akan ditujukan kepada rumah itu dan penghuninya, dan dia dapat
lolos dengan mudah. Gadis itu perawakannya kecil. Pria ini dapat
menggendongnya dengan mudah. Dia mempunyai alat pahat di dalam mobilnya.
Dipakainya alat tersebut untuk membuka jendela rumah dengan paksa, dan
dilemparkannya mayat gadis itu di atas permadani kulit beruang di depan tempat
perapian. Karena ini kasus pencekikan, tidak ada bercak-bercak darah yang
mengotori mobilnya yang dapat mengaitkan kejadian ini kepadanya. Anda melihat
logika teori saya, Pak?"
"Oh, ya, Harper, semua itu bisa saja terjadi seperti katamu. Tetapi masih ada
satu hal yang harus dilakukan. Cherchez l'homme. Carilah pria itu."
"Apa" Oh, bagus sekali, Pak." Kepala Inspektur Harper dengan bijaksana segera
bertepuk tangan untuk lelucon atasannya, meskipun karena pandainya Kolonel
Melchett berbahasa Prancis, hampir-hampir dia tidak dapat menangkap arti
katakata tersebut. "Oh - eh - barangkali - eh - bolehkah saya berbicara sebentar dengan Anda?"
George Bartlett menyongsong munculnya kedua petugas negara itu, Kolonel
Melchett yang tidak bersimpati kepada Bartlett, dan yang sedang tidak sabaran
mau mengetahui bagaimana hasil yang diperoleh Slack dari wawancaranya dengan
gadis-gadis yang membersihkan kamar, membentak dengan ketus, "Nah, ini ada
apa - ada apa lagi?"
Bartlett muda mundur satu dua langkah, sambil membuka dan menutup mulutnya
sehingga membuat dirinya menyerupai ikan dalam akuarium.
"Yah - eh - mungkin hal ini tidak penting, tidakkah Anda tahu - eh, saya pikir
sebaiknya saya memberitahukan Anda. Masalahnya saya tidak dapat menemukan
mobil saya." "Apa maksud Anda, tidak dapat menemukan mobil Anda?"
Sambil tergagap-gagap tidak keruan, Tuan Bartlett menjelaskan bahwa apa yang
dimaksudkannya adalah dia tidak berhasil menemukan mobilnya.
Kata Kepala Inspektur Harper, "Maksud Anda mobil itu dicuri orang?"
George Bartlett berpaling dengan rasa terima kasih kepada suara yang lebih sabar
itu. "Yah, tepat begitu. Maksud saya, saya tidak tahu persis, bukan" Maksud saya
boleh jadi ada orang yang dengan begitu saja telah membawa mobil itu pergi tanpa
bermaksud buruk." "Kapan Anda terakhir melihat mobil itu, Tuan Bartlett?"
"Nah, saya sudah mencoba mengingat-ingatnya. Heran betul, mengapa begitu sulit
untuk mengingat sesuatu?"
Kolonel Melchett berkata dengan dingin, "Tidak, bagi orang normal dengan
kecerdasan rata-rata saja, hal itu tidak sukar. Bukankah baru saja Anda
mengatakan bahwa mobil itu ditinggal di halaman hotel sejak tadi malam -"
Tuan Bartlett tahu-tahu mempunyai keberanian untuk memotong pembicaraan
Kolonel Melchett. Katanya, "Justru itu - apakah memang demikian?"
"Apa maksud Anda dengan 'apakah memang demikian'" Anda sendiri yang
mengatakan kalau mobil itu ditinggal di halaman hotel."
"Yah - maksud saya, saya kira saya telah meninggalkannya di situ. Maksud saya
nah, saya tidak keluar memeriksanya."
Kolonel Melchett menarik napas panjang. Dia terpaksa harus mengerahkan seluruh
kesabarannya menghadapi pemuda ini. Katanya, "Mari kita buat persoalan ini
menjadi mudah dimengerti. Kapan saat terakhir Anda melihat -benar-benar melihat
dengan mata kepala sendiri mobil Anda" Ngomong-ngomong mobil itu merek apa
sih?" "Minoan 14." "Dan kapan Anda terakhir melihatnya?"
Jakun George Bartlett bergerak naik turun dengan cepatnya.
"Saya sudah berusaha mengingat-ingatnya. Kemarin sebelum makan siang masih
saya kendarai. Saya merencanakan berputar-putar dengan mobil itu sore harinya.
Tetapi entah bagaimana. Anda tentunya mengerti, saya pergi tidur. Kemudian,
setelah minum teh sore harinya, saya bermain squash, dan setelah itu saya pergi


Mayat Dalam Perpustakaan The Body In The Library Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mandi." "Dan pada waktu itu mobil Anda diparkir di halaman hotel?"
"Saya pikir begitu. Maksud saya, ya di sanalah mobil itu saya tinggalkan.
Tadinya saya merencanakan mengajak seseorang jalan-jalan dengan mobil itu. Sehabis
makan malam, maksud saya. Tetapi malam itu rupanya saya kurang beruntung.
Semuanya tidak jadi. Dan akhirnya saya tidak memakai mobil itu."
Kata Harper, "Tetapi sepengetahuan Anda apakah mobil ini masih ada di halaman
hotel?" "Tentu saja. Maksud saya, kan di sana saya tinggalkan - heh, apa tidak?"
"Seandainya mobil itu tidak ada di halaman, apakah Anda pikir itu hilang?"
Tuan Bartlett menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Saya kira tidak. Banyak mobil yang masuk dan keluar, banyak mobil tipe
Minoan." Kepala Inspektur Harper mengangguk. Dia baru saja memandang sekilas keluar
dari jendela. Saat itu tidak kurang dari delapan buah Minoan sedang parkir di
halaman hotel - jenis mobil ini adalah jenis mobil murah yang populer tahun ini.
"Tidakkah Anda biasanya menyimpan mobil Anda pada malam harinya di dalam
garasi hotel?" tanya Kolonel Melchett.
"Biasanya saya tidak ambil pusing," kata Tuan Bartlett. "Toh cuacanya baik, dan
tidak hujan. Begitu merepotkan kalau harus membawa mobil -keluar-masuk
garasi." Sambil melirik Kolonel Melchett, Kepala Inspektur Harper berkata, "Saya akan
menyusul Anda ke atas, Pak. Saya hanya akan menghubungi Sersan Higgins dulu
supaya ia dapat mengumpulkan keterangan yang lebih jelas dari Tuan Bartlett."
"Baiklah, Harper."
Tuan Bartlett menggumam sambil melamun, "Saya pikir sebaiknya saya
beritahukan hal ini kepada Anda. Boleh jadi hal ini penting, bukan?"
*** Tuan Prestcott menyediakan akomodasi tempat tinggal dan makan bagi penari
penarinya. Entah bagaimana menu makanannya, tetapi tempat tinggalnya adalah
kamar-kamar yang terburuk di dalam hotel itu.
Josephine Turner dan Ruby Keene masing-masing diberi kamar paling ujung di
suatu lorong yang kotor dan jelek.
Kamar-kamar itu kecil, menghadap ke utara dengan pemandangan yang mengarah
ke sebagian tebing yang menjadi latar belakang hotel itu. Perabotannya adalah
bagian-bagian dari perabotan kamar-kamar yang mewah, yang mungkin tiga puluh
tahun yang lalu merupakan standar kemewahan dan kenyamanan.
Sekarang, setelah hotel itu diperbarui dengan kamar-kamar yang dilengkapi
dengan lemari-lemari yang tersembunyi di dalam dinding, maka lemari-lemari
pakaian model Victoria dari kayu jati dan kayu mahoni yang besar-besar ini
dibagikan ke kamar-kamar yang ditempati oleh karyawan-karyawan hotel atau
yang diberikan kepada tamu-tamu pada musim-musim liburan ketika bagianbagian
lain hotel itu sudah penuh sesak semuanya.
Melchett langsung melihat letak kamar yang ditempati Ruby Keene. Begitu
mudahnya bagi penghuninya untuk meninggalkan hotel tanpa terlihat orang, dan
dalam hal ini amat tidak menguntungkan pengusutan mereka karena tidak dapat
membantu memberi petunjuk kapan Ruby Keene meninggalkan hotel tersebut.
Di ujung lorong ada sebuah anak tangga kecil yang turun ke suatu lorong lain
yang sama tersembunyinya di lantai dasar. Di sini ada sebuah pintu kaca yang membuka
ke teras samping hotel itu, suatu teras tanpa pemandangan, yang jarang sekali
dikunjungi orang. Dari teras ini orang bisa sampai ke teras utama di depan, atau
orang dapat turun lewat suatu jalan yang berliku-liku untuk mencapai jalanan
kecil yang akhirnya menghubungkannya dengan jalan raya di tebing itu. Karena jalan ini
banyak berlubang, maka jarang sekali dipakai orang.
Inspektur Slack sudah selesai menakut-nakuti para gadis yang bertugas
membersihkan kamar, dan memeriksa kamar Ruby untuk mendapatkan petunjukpetunjuk.
Beruntung sekali ia telah mendapatkan kamar itu persis seperti keadaannya
sewaktu ditinggalkan gadis itu tadi malam.
Ruby Keene tidak mempunyai kebiasaan bangun pagi.
Slack tahu bahwa biasanya gadis ini tidur sampai sekitar pukul sepuluh atau
setengah sebelas, lalu memanggil pelayan untuk membawakan sarapannya. Karena
Conway Jefferson sudah membuat laporannya kepada pimpinan hotel itu pagi-pagi
sekali, polisi telah turun tangan menyegel kamar itu sebelum sempat dibersihkan
para pelayan. Bahkan pada waktu polisi datang untuk mengunci kamar itu, para
pelayan masih belum sampai ke bagian lorong tersebut. Kamar-kamar lainnya di
sana hanya dibuka dan dibersihkan seminggu sekali pada musim-musim begini.
"Itu saja faktor yang menguntungkan," kau Slack dengan murung. "Ini berarti jika
di dalam kamar ini ada apa-apa yang dapat kita temukan, pasti barang itu masih
ada di sini. Tetapi rupanya tidak ada apa-apa."
Polisi Denshire sudah memeriksa kamar itu untuk mengambil sidik-sidik jari,
tetapi mereka tidak menemukan sidik jari yang mencurigakan. Mereka
mendapatkan sidik jari Ruby sendiri, sidik jari Josie, dan sidik jari kedua
pelayan yang membersihkan kamar - yang satu dinas pagi, yang satu lagi dinas malam.
Juga ada beberapa sidik jari milik Raymond Starr, tetapi ini sudah dijelaskannya
dengan kesaksiannya bahwa ia pernah masuk ke kamar itu bersama Josie untuk
mencari Ruby ketika gadis itu tidak muncul untuk membawakan tariannya pada
pukul dua belas tengah malam.
Dalam laci-laci meja mahoni yang besar di sudut kamar itu ditemukan setumpuk
surat-surat dan barang-barang lain yang tidak berharga. Slack masih menyortirnya
dengan berhati-hati, tetapi sampai saat ini ia tidak menemukan apa-apa yang
mencurigakan. Semuanya cuma bon-bon, tanda-tanda terima, acara pentas,
sobekan karcis bioskop, potongan-potongan surat kabar, dan nasihat-nasihat
kecantikan yang disobek dari majalah-majalah. Di antara surat-suratnya ada
beberapa yang berasal dari "Lil", yang rupanya seorang temannya dari Palais de
Danse. Isinya menceritakan beberapa berita dan gosip, dan mengatakan bahwa
mereka "amat kehilangan Rube. Tuan Findeison begitu sering menanyakan dirimu!
Ia agak kecewa juga! Si Reg muda sekarang berpacaran dengan May sejak kau
pergi. Barny juga terkadang menanyakan kabarmu. Semuanya masih seperti dulu.
Si Grouser tua masih saja sejahat dulu terhadap kami, gadis-gadis semuanya. Dia
menghukum Ada gara-gara berpacaran."
Slack dengan teliti mencatat semua nama yang disebutkan. Pengusutan akan
dilakukannya - dan mungkin saja ia akan memperoleh keterangan yang
bermanfaat. Kolonel Melchett setuju; begitu pula Kepala Inspektur Harper, yang
telah bergabung dengan mereka. Kecuali itu kamar ini tidak dapat membantu
memberikan informasi apa pun.
Di atas kursi yang berada di tengah-tengah ruangan, tertinggal sehelai gaun
merah muda, yang telah dikenakan Ruby kemarin petang, juga ada sepasang sepatu
bertumit tinggi yang terbuat dari sutra merah muda, ditinggalkan begitu saja di
lantai. Ada dua buah kaus kaki sutra, yang satu kakinya tergulung sedangkan yang
lain terjurai ke bawah, suatu guratan memanjang bekas tersangkut tampak pada
kaki yang terjurai itu. Melchett teringat bahwa mayat gadis itu ditemukan tanpa berkaus kaki dan tanpa
bersepatu. Slack akhirnya mengetahui bahwa itu merupakan kebiasaannya. Gadis
itu menghias kakinya dengan kaus, dan hanya terkadang saja ia memakai kaus
untuk berdansa, dengan demikian dia dapat mengirit pengeluarannya untuk
membeli kaus baru. Pintu lemarinya sekarang terbuka, memamerkan bermacammacam
gaun malam yang menyolok dan sederetan sepatu di bawahnya. Di dalam
keranjang cucian ditemukan beberapa potong pakaian dalam kotor, potonganpotongan
kuku, kertas-kertas tisu kotor, dan kapas-kapas kecil penuh bekas gincu
dan cat kuku - pokoknya tidak ada apa-apa yang mencurigakan!
Faktanya mudah sekali disusun. Ruby Keene telah bergegas naik ke kamarnya,
mengganti pakaiannya, dan bergegas keluar lagi - ke mana"
Josephine Turner yang diharapkan seharusnya mengetahui paling banyak tentang
kehidupan dan teman-teman Ruby, ternyata tidak dapat membantu.
Tetapi kata Slack, ini mungkin bukan hal yang aneh-"Jika apa yang Anda katakan
kepada saya itu benar, Pak - maksud saya mengenai masalah adopsi ini - nah,
Josie tentu saja cenderung mendesak Ruby untuk memutuskan hubungannya dengan
teman-temannya yang lama, yang mungkin bisa menggagalkan rencana itu.
Menurut saya, tuan yang invalid ini amat terpikat oleh Ruby Keene yang
dianggapnya seorang anak yang manis, polos, dan kekanak-kanakan. Sekarang,
seumpama Ruby mempunyai seorang pacar yang kasar - yang tidak akan cocok
dengan selera si tuan tua itu, tentu saja Ruby akan berusaha menyembunyikan hal
ini. Toh Josie tidak mengetahui banyak mengenai gadis ini - tidak mengetahui
siapa teman-temannya dan lain-lain. Tetapi satu hal yang tidak akan dibiarkan
oleh Josie adalah - jika Ruby sampai merusak kesempatannya gara-gara berpacaran
dengan seorang pria yang tidak sesuai. Jadi, memang masuk akal kalau Ruby (yang
menurut saya adalah seorang gadis yang lihai) akan merahasiakan rencananya
untuk bertemu dengan teman lamanya yang mana pun. Dia tidak akan
menceritakannya kepada Josie - kalau tidak, Josie akan berkata, 'Oh, jangan,
Sayang, kau tidak boleh menemui pria itu.' Tetapi Anda tahu bagaimana gadisgadis
remaja ini - terutama yang masih muda-muda sekali - selalu mudah jatuh hati
kepada seorang pria. Ruby ingin bertemu dengan pria ini. Pria ini datang kemari,
menjadi marah setelah dia mengetahui situasinya, dan mematahkan batang leher si
gadis." "Mungkin kau benar, Slack," kata Kolonel Melchett sambil menutupi rasa
muaknya mendengar cara Slack mengemukakan teorinya. "Kalau benar, kita
sebetulnya harus dapat mencari identitas temannya yang kasar ini dengan mudah."
"Serahkan saja kepada saya, Pak," kata Slack dengan penuh rasa percaya diri,
seperti biasanya. "Saya akan menghubungi gadis 'Lil' ini di Palais de Danse dan
mengorek semua informasi darinya. Kita akan segera tahu kebenarannya."
Kolonel Melchett merasa ragu-ragu apakah harapan itu tidak salah. Semangat dan
antusias Slack selalu membuat dirinya merasa lelah.
"Masih ada satu orang lagi yang mungkin dapat memberikan keterangan kepada
Anda, Pak," lanjut Slack.
"Penari dan petenis profesional itu. Sudah pasti ia sering bertemu dengan Ruby
dan barangkali ia mengetahui lebih banyak daripada Josie. Mungkin saja Ruby dapat
berbicara lebih terbuka kepadanya."
"Aku sudah membicarakan kemungkinan ini dengan Kepala Inspektur Harper."
"Bagus, Pak. Saya telah mewawancarai para pelayan secara lengkap. Mereka tidak
mengetahui apa-apa. Mereka tidak begitu memandang sebelah mata kepada kedua
orang ini, Ruby dan Josie, menurut saya. Mereka selalu berusaha mengurangi
pelayanan mereka sebisa-bisanya. Yang terakhir membersihkan kamar di sini
adalah gadis yang dinas malam, pada pukul tujuh kemarin malam, ketika ia
membukakan tutup tempat tidurnya, menutup tirainya, dan berbenah sedikit. Di
sebelah sini ada kamar mandi, kalau Anda ingin melihatnya."
Kamar mandi ini terletak antara kamar Ruby dan kamar Josie yang sedikit lebih
besar ukurannya. Kamar mandi itu ternyata merupakan sumber informasi. Kolonel
Melchett diam-diam merasa kagum melihat banyaknya alat-alat kecantikan yang
dapat digunakan kaum wanita.
Berderet-deret botol krem muka, krem pembersih, krem pelembab, dan krem
peminyak! Beberapa dos berisi bedak dalam berbagai warna. Sederetan
pemerahpemerah bibir yang tidak keruan susunannya. Minyak rambut dan berbagai
bahan pelengkap. Bulu-bulu mata palsu, maskara, perona biru untuk mata bagian bawah,
dan paling sedikit ada dua belas macam warna cat kuku, kertas-kertas tisu,
kapaskapas, dan saput-saput bedak yang sudah kotor. Botol-botol berisi cairan-
cairan ada cairan penghapus lemak, cairan penyegar, cairan penghalus kulit, dan
lain-lain. "Apakah ini mungkin," katanya dengan lemas. "Wanita-wanita itu mempergunakan
semuanya ini?" Inspektur Slack yang selalu paham mengenai segala sesuatu, memberikan
penjelasan. "Dalam kehidupan pribadi, Pak, begitu istilahnya, seorang wanita hanya akan
menggunakan satu atau dua warna saja, untuk malam dan pagi hari. Mereka tahu
apa yang paling cocok untuk mereka dan mereka tidak akan berganti-ganti warna.
Tetapi gadis-gadis profesional ini harus menyajikan perubahan-perubahan. Mereka
membawakan berbagai larian ekshibisi, malam ini tarian jenis Tango, malam
berikutnya tarian Victoria dengan gaun-gaun memayung lebar, lalu tarian jenis
Indian Apache, lalu tarian ballroom biasa, maka tentu saja dandanan mereka harus
cukup bervariasi." "Astagfirullah!" kata Pak Kolonel. "Makanya orang-orang yang membuat kremkrem
dan lain-lainnya ini bisa cepat kaya."
"Uang yang didapat dengan cara yang mudah, memang," kata Slack. "Uang yang
mudah dicari. Memang mereka juga harus membelanjakan sedikit untuk biaya
iklan-iklan." Kolonel Melchett membuang pikirannya dari keajaiban masalah dandanan wanita
yang sudah ada sejak zaman purbakala itu. Katanya kepada Harper yang baru
datang bergabung, "Masih tersisa si penari laki-laki itu yang belum
diwawancarai. Bagianmu, Kepala Inspektur?"
"Yah, boleh." Sementara mereka turun, Harper berkata, "Apa pendapat Anda tentang cerita
Bartlett, Pak?" "Mengenai mobilnya" Aku kira, Harper, orang muda itu harus diawasi. Ceritanya
mencurigakan. Bagaimana kalau tadi malam justru ia sendiri yang mengajak Ruby
Keene keluar dengan mobil itu?"
Sikap Kepala Inspektur Harper tampak santai dan ramah, dan sama sekali tidak
mengungkapkan rahasia hatinya.
Kasus-kasus seperti ini, tempat kepolisian dari dua dusun yang berlainan harus
bekerja sama, biasanya memang sulit. Harper menyukai Kolonel Melchett dan
menganggapnya seorang kepala polisi yang berhasil, namun demikian dia merasa
lega juga mendapat kesempatan mewawancarai seorang saksi seorang diri.
Prinsip Kepala Inspektur Harper adalah, jangan melakukan terlalu banyak waktu
yang bersamaan. Untuk pertama kalinya, cukup pengusutan dan pertanyaan rutin
saja, mengenai dasar-dasarnya. Ini akan membuat orang yang diwawancarai itu
merasa lega, dan ia akan berkurang curiganya dalam wawancara kedua.
Harper sudah mengenal tampang Raymond Starr. Seorang pria ideal, tinggi,
ramping, dan tampan, dengan gigi-gigi yang putih menghiasi wajahnya yang
cokelat keemasan kena sinar mentari. Kulitnya gelap dan gerakannya luwes.
Sikapnya ramah dan menyenangkan, dan dia amat populer di hotel ini.
"Sayang saya tidak dapat banyak membantu Anda, Kepala Inspektur. Tentu saja
saya mengenal Ruby cukup baik. Dia sudah kira-kira sebulan lebih berada di sini
dan kami berlatih bersama-sama untuk membawakan tari-tarian kami. Tetapi
sebetulnya hanya sedikit sekali yang kami bicarakan. Dia gadis yang ramah tetapi
agak tolol." "Justru yang ingin sekali kami ketahui adalah teman-temannya. Bagaimana
hubungannya dengan para pria?"
"Saya sudah menduganya. Nah, saya. tidak pernah tahu apa-apa! Ada beberapa
pemuda di hotel ini yang suka kepadanya, tetapi tidak ada yang istimewa. Anda
mengerti, Ruby kebanyakan dimonopoli oleh keluarga Jefferson."
"Ya, keluarga Jefferson." Harper berdiam diri sambil berpikir. Dipandangnya pria
ini dengan cermat. "Apa pendapat Anda tentang hubungan itu?"
Raymond Starr berkata dengan santai, "Hubungan yang mana?"
Kata Harper, "Tahukah Anda bahwa Tuan Jefferson telah merencanakan akan
mengadopsi Ruby Keene secara sah?"
Rupanya ini adalah berita baru bagi Starr. Dia bersiul.
Katanya, "Eh, si setan kecil yang cerdik! Nah, memang selalu demikian ceritanya,
tidak ada orang yang lebih tolol daripada seorang tua yang tolol."
"Itu kesan Anda?"
"Nah - apa lagi yang dapat saya katakan" Kalau si tua bangka itu mau mengadopsi
seseorang, mengapa ia tidak mencari seorang gadis yang berasal dari
qatingkatannya sendiri?"
"Apakah Ruby Keene tidak pernah menyinggung masalah itu kepada Anda?"
"Tidak. Tidak pernah. Saya tahu ia sedang bergembira mengenai sesuatu, tetapi
saya tidak tahu mengenai hal apa."
"Dan Josie?" "Oh, saya kira Josie tentunya telah mencium sesuatu. Boleh jadi ialah yang telah
merencanakan semuanya ini. Josie bukan orang yang bodoh. Dia cerdik."
Harper mengangguk. Memang Josie lah yang mengundang Ruby Keene kemari.
Pasti, tidak salah lagi, Josie-lah yang telah mendorong persahabatan itu. Tidak
mengherankan Josie menjadi marah ketika Ruby gagal tampil untuk membawakan
tariannya pada malam tersebut dan si Conway Jefferson mulai panik. Josie takut


Mayat Dalam Perpustakaan The Body In The Library Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rencananya terancam. Harper bertanya, "Apakah Ruby bisa menyimpan rahasia" Bagaimana pendapat
Anda?" "Oh, iya. Dia tidak banyak menceritakan kehidupan pribadinya."
"Apakah dia pernah mengatakan sesuatu - apa saja-mengenai seorang
temannyaseseorang dari kehidupannya yang lampau, yang akan datang kemari untuk
bertemu dengannya, atau seseorang yang akan menimbulkan kesulitan baginya Anda
pasti mengerti soal-soal yang saya maksudkan."
"Saya cukup mengerti. Yah, setahu saya, tidak ada orang seperti itu. Itu
kesimpulan saya dari apa yang pernah dikatakannya kepada saya."
"Terima kasih, Tuan Starr. Sekarang, silakan Anda menceritakan kepada saya
dengan kata-kata Anda sendiri, apa yang terjadi tadi malam?"
"Tentu. Ruby dan saya bersama-sama telah menyelesaikan tarian kami pada pukul
setengah sepuluh-" "Pada saat itu tidak ada gejala-gejala lain dari biasanya pada gadis itu?"
"Saya kira tidak. Saya tidak terlalu memperhatikan apa yang terjadi setelah itu.
Saya mempunyai tugas sendiri untuk mengurus pasangan-pasangan saya. Saya
ingat bahwa waktu itu saya tidak melihatnya lagi di ruangan dansa. Sampai tengah
malam dia belum muncul juga. Saya merasa jengkel sekali dan saya mendatangi
Josie. Josie sedang bermain bridge dengan keluarga Jefferson. Josie tidak
mengetahui ke mana perginya Ruby dan saya kira Josie sendiri juga agak terkejut.
Saya ingat dia memandang Tuan Jefferson dengan was-was. Saya minta kepada
pemain band untuk memainkan sebuah lagu lain sementara saya pergi ke kantor
dan minta mereka untuk menelepon ke kamar Ruby. Tidak ada jawaban dari sana.
Saya kembali lagi ke Josie. Ia berkata barangkali Ruby ketiduran dalam kamarnya.
Usul yang edan sebenarnya, tetapi itu demi telinga keluarga Jefferson tentunya!
Josie mengikuti saya dan dia berkata sebaiknya kami bersama-sama naik ke kamar
Ruby." "Ya, Tuan Starr. Dan apa katanya ketika kalian sudah tinggal berduaan saja?"
"Sejauh ingatan saya, Josie tampaknya amat marah dan dia berkata, 'Si tolol itu.
Bagaimana ia bisa berbuat demikian" Ini akan merusak kesempatannya. Tahukah
kau ia sedang bersama siapa"'
"Sudah saya katakan bahwa saya sama sekali tidak tahu. Terakhir kali saya
melihatnya ia sedang berdansa bersama si Bartlett muda. Josie berkata, "Ruby
tidak mungkin berada bersamanya. Kira-kira apa yang sedang dikerjakannya" Ia
tidak bersama-sama orang film itu, bukan"' "
Kata Harper dengan tajam, "Orang film" Siapakah dia?"
Kata Raymond, "Saya tidak tahu namanya. Ia tidak pernah menginap di sini. Orang
itu penampilannya agak aneh - rambutnya hitam dan kelihatan sekali gaya
artisnya. Ia ada hubungannya dengan industri film, saya kira - atau begitu katanya kepada
Ruby. Ia datang kemari satu atau dua kali untuk makan malam dan setelah itu
berdansa dengan Ruby, tetapi saya kira Ruby tidak punya hubungan akrab
dengannya. Itulah mengapa saya merasa heran ketika Josie menyebutnya. Saya
berkata bahwa setahu saya orang itu malam ini tidak kemari. Lalu Josie berkata,
Yah, Ruby pasti keluar bersama seseorang. Apa yang harus aku katakan kepada
keluarga Jefferson?" Saya berkata, apa urusannya semua ini dengan keluarga
Jefferson. Dan Josie menjawab bahwa ada urusannya. Josie berkata juga bahwa ia
tidak akan memaafkan Ruby kalau Ruby sampai membuatnya berantakan.
"Pada waktu itu kami sampai di kamar Ruby Tentu saja ia tidak ada di sana,
tetapi ia pernah ke sana karena baju yang tadi dipakainya terletak di atas kursi. Josie
melihat ke dalam lemari pakaiannya dan berkata bahwa ia mengira Ruby telah
menukar pakaiannya dengan gaun putihnya yang tua. Biasanya untuk tarian
Spanyol kami ia akan mengenakan gaun beludru hitamnya. Waktu itu saya benarbenar
naik pitam dengan tindakan Ruby yang tidak bertanggung jawab itu. Josie
berusaha sedapatnya untuk menenangkan saya dan dia berkata bahwa ia akan
membawakan tarian itu sendiri supaya si Prestcott tua itu tidak akan mencaci
maki kami. Josie pergi dan menukar pakaiannya. Kami turun dan membawakan suatu
tarian Tango - dengan gaya yang agak berlebihan dan penuh variasi namun tidak
terlalu melelahkan pergelangan kaki Josie. Dalam hal ini Josie amat sportif
karena tarian itu sebetulnya membuat kakinya sakit, saya dapat melihat itu.
Setelah itu Josie minta saya untuk membantunya menenangkan keluarga Jefferson.
Katanya itu penting. Jadi, tentu saja saya berbuat sebisa saya."
Kepala Inspektur Harper mengangguk. Katanya, "Terima kasih, Tuan Starr."
Dalam hatinya ia berpikir, "Memang hal itu cukup penting! Lima puluh ribu
pound!" Harper masih memandang Raymond Starr ketika yang terakhir disebutkan ini
berjalan meninggalkannya dengan luwes. Raymond Starr menuruni anak tangga di
teras itu dan sambil berjalan dia mengambil sekantung bola-bola tenis dan sebuah
raket. Nyonya Jefferson, yang juga membawa raket, bergabung dengannya dan
mereka keluar menuju ke lapangan.
"Maafkan, Pak." Sersan Higgins, agak terengah-engah, berdiri di sisi Harper.
Kepala Inspektur Harper yang dikejutkannya dari lamunannya memandangnya
dengan keheranan. "Ada berita yang baru masuk dari kantor pusat untuk Bapak. Seorang buruh
membuat laporan tadi pagi bahwa ia melihat nyala api. Setengah jam yang lalu
mereka menemukan sebuah mobil yang terbakar di dalam sebuah lubang tambang
Lubang Venn sekitar dua mil dari sini. Ada bekas-bekas mayat yang sudah hangus
di dalamnya." Wajah Harper yang montok menjadi merah padam.
Katanya, "Apa yang terjadi pada Glenshire" Suatu epidemi kejahatan" Jangan
sampai kita sekarang kejatuhan kasus seperti kasus Rouse!"
Tanyanya, "Apakah mereka dapat memperoleh nomor polisi mobil itu?"
"Tidak, Pak. Tetapi tentu saja kita akan dapat mengidentifikasinya lewat nomor
mesinnya. Sebuah mobil Minoan 14, menurut dugaan mereka."
BAB DELAPAN Sir Henry Clithering, yang berjalan melewati kamar tamu Hotel Majestic, boleh
dikatakan hampir-hampir tidak memandang kepada orang-orang yang berada di
sekelilingnya, ia sedang terbenam dalam pikirannya sendiri. Namun demikian, ada
sesuatu yang telah direkam oleh otak tak sadarnya, dan gambaran ini hanya
menunggu waktunya yang tepat saja untuk muncul ke permukaan.
Sementara ia menaiki anak tangga, Sir Henry Clithering sedang mereka-reka apa
yang mendorong temannya untuk begitu mendesak memanggilnya kemari.
Conway Jefferson bukanlah orang yang biasa memberikan perintah-perintah
mendesak untuk memanggil seseorang. Tentunya ada sesuatu yang luar biasa
terjadi, pikir Sir Henry.
Jefferson tidak membuang-buang waktu dengan berbasa-basi. Katanya, "Aku
merasa lega dengan kedatanganmu, Edwards. Tolong ambilkan minum untuk Sir
Henry. Ayo, duduklah, Sobat. Kau tentu belum mendengar beritanya, aku kira.
Masih belum diberitakan di surat-surat kabar?"
Sir Henry menggelengkan kepalanya, rasa ingin tahunya timbul.
"Ada pembunuhan. Aku terlibat di dalamnya, dan begitu pula teman-temanmu,
keluarga Bantry." "Arthur dan Dolly Bantry?" dithering bertanya dengan tidak percaya.
"Ya. Kau tahu, mayatnya ditemukan dalam rumah mereka."
Dengan singkat dan jelas Conway Jefferson membeberkan faktanya. Sir Henry
mendengarkan tanpa berkata apa apa. Kedua laki-laki ini sudah terbiasa mengenali
inti suatu masalah. Sir Henry, selama masa dinasnya sebagai komisaris polisi
metropolitan, sudah terkenal cepat menangkap hal-hal yang inti.
Ketika teman bicaranya sudah selesai menuturkan ceritanya, Sir Henry berkata,
"Ini kasus luar biasa. Menurut pendapatmu, bagaimana sampai keluarga Bantry
juga terlibat dalam kasus ini?"
"Itulah yang membuat aku kuatir. Kaulihat, Henry, rasanya hubunganku dengan
mereka itulah yang mungkin membuat mereka tersangkut. Itulah satu-satunya
hubungan yang terpikirkan olehku. Aku kira, mereka sama-sama tidak pernah
melihat gadis ini sebelumnya. Begitulah kata mereka, dan tidak ada alasan untuk
tidak mempercayai mereka. Memang hampir-hampir mustahil mereka bisa
mengenal gadis ini. Kalau begitu, tidakkah gadis itu seolah-olah telah diperdaya
dan mayatnya dengan sengaja ditinggalkan dalam rumah teman-temanku?"
Clithering berkata, "Aku kira itu sudah terlalu tidak masuk akal."
"Walaupun demikian, itu tidak mustahil, bukan?" desak temannya.
"Ya, tetapi itu tidak logis. Lalu maksudmu apa yang harus aku perbuat?"
Conway Jefferson berkata dengan nada yang pahit, "Aku cacat. Aku berusaha
menutupi hal ini - aku tidak mau mengakui keterbatasanku - tetapi sekarang aku
sadar. Aku tidak bisa gentayangan ke mana-mana untuk mengajukan pertanyaan
dan menyelidiki setiap hal. Aku terpaksa harus terikat di sini tanpa daya, dan
berterima kasih untuk setiap informasi yang rela diteruskan oleh polisi
kepadaku. Ngomong-ngomong, apakah kau mengenal Melchett, kepala polisi dari
Radfordshire?" "Ya, aku pernah bertemu dengannya."
Sesuatu menyentuh bagian otak tak sadar Sir Henry. Seraut wajah dan potongan
tubuh seseorang yang telah direkam otaknya secara tidak sadar sementara ia
berjalan melewati kamar tamu Hotel Majestic, sekarang timbul dalam ingatannya.
Seorang nenek yang masih tegap, yang wajahnya sudah begitu dikenalnya. Hal ini
ada hubungannya dengan terakhir kalinya ia bertemu Melchett.
Katanya, "Maksudmu kau menghendaki aku menyelinap-nyelinap macam detektif
amatiran begitu" Itu bukan bakatku."
Kata Jefferson, "Memang kau bukan seorang amatiran, justru itu."
"Aku juga bukan seorang profesional lagi. Aku sekarang sudah masuk daftar
pensiunan." Jefferson berkata, "Itulah yang malah membuat segalanya menjadi lebih mudah."
"Maksudmu kalau aku masih dinas di Scotland Yard aku tidak bisa turut campur"
Itu tidak salah." "Kalau sekarang," kata Jefferson. "Pengalamanmu membuat dirimu seorang yang
memenuhi syarat untuk mengambil bagian dalam pengusutan kasus ini, dan
bantuan apa pun yang kauberikan, tentunya akan disambut dengan gembira."
Clithering berkata dengan perlahan, "Memang itu tidak akan melanggar kode etik,
aku sepaham. Tetapi sebenarnya apa yang kauminta, Conway" Untuk mencari
siapa yang telah membunuh gadis ini?"
"Tepat sekali."
"Kau sendiri tidak mempunyai prasangka?" "Sama sekali tidak."
Kata Sir Henry perlahan, "Kau tentunya tidak akan percaya kepadaku jika aku berkata demikian, tetapi
detik ini di lantai bawah di kamar tamu ada seseorang yang ahli sekali dalam hal
memecahkan misteri. Seseorang yang jauh lebih mahir daripada aku, dan yang
mungkin saja mempunyai beberapa informasi mengenai keadaan lokasi di sini."
"Kau ini membicarakan apa?"
"Di lantai bawah, di kamar tamu, di samping tiang penyangga ketiga dari sebelah
kiri, duduk seorang nenek yang manis, dengan wajah seorang perawan tua yang
sabar. Otaknya dapat melihat jauh ke dalam dosa-dosa manusia yang tersembunyi,
dan semuanya itu dilakukannya dengan mudah. Namanya Nona Marple. Ia berasal
dari dusun St. Mary Mead, kira-kira satu setengah mil dari Gossington, dia teman
keluarga Bantry - dan kalau kita berbicara soal kriminalitas, dia ahlinya,
Conway." Jefferson menatap Sir Henry sambil mengernyitkan alisnya yang tebal. Katanya
dengan hati yang berat, "Kau bergurau."
"Tidak, aku tidak bergurau. Kau tadi baru menyebut si Melchett. Terakhir kalinya
aku berjumpa dengan Melchett ketika terjadi suatu tragedi di dusun. Seorang
gadis disangka telah membunuh dirinya dengan menceburkan diri ke sungai. Polisi tidak
menganggapnya sebagai kasus bunuh diri, dan ternyata mereka benar. Kasus ini
adalah suatu pembunuhan. Polisi mengira mereka telah mengetahui siapa yang
melakukannya. Lalu datanglah si nenek Marple ini kepadaku, sambil tergagapgagap
dan gemetaran. Katanya ia takut mereka nanti akan menggantung orang
yang tidak berdosa. Ia tidak mempunyai bukti, tetapi ia tahu siapa yang
melakukannya. Ia menyerahkan secarik kertas kepadaku yang bertuliskan nama
seseorang. Dan aneh bin ajaib, Jefferson, perkiraannya benar!"
Alis Conway Jefferson turun ke bawah. Gumamnya tidak percaya, "Itu cuma
firasat seorang wanita saja, aku kira," katanya skeptis.
"Tidak, Nona Marple tidak menamakannya firasat. Dia menamakannya
pengetahuan khusus."
"Dan apa artinya itu?"
"Nah, kau tahu, Jefferson, kami di kepolisian juga menggunakannya dalam
menjalankan tugas kami. Kalau ada suatu kasus pencurian, biasanya kami tahu
dengan cukup pasti siapa yang melakukannya - asal yang melakukannya adalah
pencuri-pencuri yang sudah pernah kami kenal. Kami mengenal tipe pencuri
tertentu yang mempunyai modus operandi tertentu. Nona Marple mengetahui
banyak tentang kisah-kisah yang paralel dalam kehidupan dusun, yang meskipun
terkadang dianggap sepele sekali, namun cukup menarik."
Jefferson berkata dengan tidak percaya, "Apa yang mungkin diketahuinya tentang
seorang gadis yang dibesarkan di lingkungan pentas dan yang boleh jadi seumur
hidupnya tidak pernah tinggal di dusun?"
"Aku pikir," kata Sir Henry dengan tegas, "dia mungkin mempunyai beberapa
teori." *** Pipi Nona Marple merona dan hatinya berdetak gembira melihat Sir Henry berjalan
mendekatinya. "Oh, Sir Henry, ini benar-benar suatu keuntungan besar bisa bertemu dengan Anda
di sini." Sir Henry bersikap satria. Katanya, "Bagi saya ini suatu kegembiraan besar,
bertemu dengan Anda."
Nona Marple menggumam, masih terus merona, "Anda baik sekali."
"Apakah Anda menginap di sini?"
"Yah, begitulah, kami memang menginap di sini."
"Nyonya Bantry juga ada di sini."
Nona Marple memandang Sir Henry dengan tajam. "Apakah Anda sudah
mendengarnya" Oh, rupanya sudah. Peristiwa yang buruk, bukan?"
"Apa yang dilakukan Dolly Bantry di sini" Apakah suaminya di sini juga?"
"Tidak. Sudah tentu mereka berdua memberikan reaksi yang berbeda. Apabila ada
sesuatu yang terjadi, Kolonel Bantry, kasihan dia, mengunci dirinya dalam kamar
bacanya atau pergi ke peternakannya, seperti seekor kura-kura, Anda tahu" Yang
menarik kepalanya masuk dan berharap tidak ada orang yang melihatnya. Tentu
saja Dolly sangat berlainan."
"Dolly, sudah pasti sedang menikmati ketegangan peristiwa ini, bukan?" kata Sir
Henry yang mengenal teman lamanya dengan baik.
"Ya - eh - iya. Kasihan si Dolly."
"Dan maksudnya membawa Anda kemari supaya Anda menyulapkan seekor
kelinci dari dalam topi untuknya?"
Nona Marple berkata dengan tenang, "Dolly menganggap suatu perubahan suasana
itu baik, dan dia tidak mau datang kemari seorang diri."
Nona Marple bertemu pandang dengan Sir Henry dan matanya sendiri bersinar
dengan jenaka. "Tetapi, tentu saja, apa yang Anda katakan itu juga tidak salah.
Hal inilah yang membuat saya agak rikuh karena sebenarnya saya tidak dapat berbuat
apa-apa sama sekali."
"Anda punya dugaan" Apakah tidak ada pengalaman tetangga-tetangga Anda di
susun yang dapat disejajarkan dengan kasus ini?"
"Saya belum mengetahui banyak tentang kasus ini."
"Saya dapat membantu Anda dalam hal itu. Saya akan mengajak Anda untuk
membahasnya, Nona Marple."
Sir Henry menjelaskan dengan singkat urutan kejadiannya. Nona Marple
mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Kasihan, Tuan Jefferson," katanya. "Betapa sedihnya kisahnya ini. Kecelakaan
yang mengerikan itu, yang telah meninggalkan dirinya hidup sebatang kara sebagai
orang yang cacat pula, apakah tidak lebih baik kalau seandainya ia pun ikut mati
bersama keluarganya dalam kecelakaan itu?"
"Ya, memang. Itulah sebabnya mengapa teman-temannya begitu mengagumi
kegigihannya untuk melanjutkan hidupnya, mengalahkan rasa sakit dan deritanya
serta cacat fisiknya."
"Ya, itu memang mengagumkan."
"Satu-satunya hal yang tidak saya mengerti adalah curahan kasih sayangnya yang
mendadak kepada gadis ini. Mungkin gadis ini mempunyai beberapa sifat yang
menakjubkan." "Mungkin tidak," kata Nona Marple dengan sabar.
"Anda tidak sependapat?"


Mayat Dalam Perpustakaan The Body In The Library Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya pikir bukan sifat-sifat gadis ini yang menjadi tolok ukurnya."
Kata Sir Henry, "Anda harus tahu bahwa Jefferson bukanlah seorang bandot tua."
"Oh, tidak, tidak!" Nona Marple merona pipinya. "Sama sekali bukan itu yang saya
maksudkan. Apa yang ingin saya katakan adalah - dia hanya mencari seorang gadis
yang tampak cerdas untuk menggantikan anaknya yang mati - kemudian gadis ini
melihat kesempatannya, dan dia memanfaatkannya. Ia berbuat sebisa-bisanya
untuk mengambil hati Tuan Jefferson! Saya tahu ini kedengarannya kurang baik,
menjelek-jelekkan orang yang sudah mati, tetapi saya pernah bertemu dengan
banyak kasus seperti ini. Misalnya saja, gadis pelayan muda yang bekerja pada
Tuan Harbottle. Ia seorang gadis yang biasa saja, pendiam, dan sopan santun.
Pada suatu hari saudara perempuan Tuan Harbotde dipanggil ke dusun lain untuk
merawat sanak keluarganya yang sakit fatal. Ketika saudaranya ini kembali, ia
menemukan gadis ini sudah melupakan kedudukannya, gadis ini sedang duduk di
kamar tamu, tertawa dan bersenda-gurau dan tidak mengenakan topi maupun
celemeknya. Nona Harbottle menegurnya dengan keras, dan gadis itu menjadi
kurang ajar, dan pada saat itu Tuan Harbottle yang tua itu mengejutkan
saudaranya dengan berkata bahwa gadis ini telah bekerja terlalu lama sebagai pelayan, dan
bahwa ia telah mengubah statusnya.
"Bukan main gemparnya dusun itu ketika peristiwa ini terjadi, dan Nona Harbottle
yang malang harus pindah dan tinggal di kamar sewaan di Eastbourne yang amat
menyedihkan. Tentu saja semua orang menggunjingkan skandal ini, tetap menurut
saya, antara Tuan Harbottle dan gadis itu sebenarnya tidak ada ikatan apa-apa
yang tidak wajar - ini semata-mata karena seorang yang tua merasa lebih gembira kalau
di dalam rumahnya ada seorang gadis muda yang periang dan selalu memuji
kepandaiannya, daripada saudara perempuan yang terus-menerus menunjukkan
kesalahannya saja, meskipun saudaranya ini adalah seorang yang pandai
membelanjakan uangnya."
Nona Marple diam sejenak, kemudian dia melanjutkan.
"Dan juga Tuan Badger yang membuka toko obat-obatan. Dia menaruh perhatian
kepada gadis yang bekerja di bagian perlengkapan toiletnya, ia berpesan kepada
istrinya supaya mereka memperlakukan gadis itu sebagai anak sendiri dan
mengajaknya tinggal serumah. Nyonya Badger sama sekali tidak menyetujui usul
ini." Kata Sir Henry, "Kalau gadis yang mati ini berasal dari lingkungan pergaulan
Jefferson sendiri -misalnya anak seorang temannya -"
Nona Marple memotong bicaranya, "Oh! Tetapi dipandang dari mata Tuan
Jefferson, anak dari salah seorang temannya tidak akan sedemikian menariknya
seperti anak yang mati ini. Ini seperti cerita Raja Cophetua dan seorang gadis
pengemis. Kalau Anda seorang tua yang kesepian dan merasa jenuh dengan segala
sesuatu, dan seandainya keluarga Anda sendiri telah mengabaikan Anda" - Nona
Marple berhenti sejenak - "nah, Anda akan merasa lebih senang menawarkan
persahabatan Anda kepada seseorang yang akan menjadi terpesona oleh kehebatan
Anda - maafkan karena saya telah memakai istilah yang melodramatis ini, tetapi
saya berharap Anda dapat mengerti. Dengan demikian, Anda akan merasa bahwa
Anda lebih hebat daripada yang sesungguhnya - Anda merasa seperti seorang raja
yang dermawan! Sedangkan orang yang menerima kebaikan Anda akan merasa
demikian kagumnya, hal ini akan menambah rasa nikmat dalam hati Anda."
Nona Marple berhenti dan kemudian katanya, "Anda tahu, Tuan Badger
membelikannya seuntai gelang berlian dan sebuah gramafon radio yang mahal
sekali. Tuan Badger harus menguras sebagian besar tabungannya untuk
membelikan barang-barang itu. Namun, Nyonya Badger, yang lebih bijaksana
daripada Nona Harbottle (tentunya perkawinan telah membuat orang menjadi lebih
cerdik juga), bersusah payah mencari informasi di luar mengenai beberapa hal.
Dan ketika Tuan Badger mengetahui bahwa gadis itu sedang berpacaran dengan
seorang pemuda yang amat tidak baik perilakunya yang suka berjudi pacuan kuda,
dan bahwa gadis itu telah menggadaikan gelangnya untuk memberi pemuda itu
uang -nah, Tuan Badger menjadi jengkel dan masalah itu selesai dengan aman.
Dan pada hari Natal berikutnya, tuan Badger memberi istrinya sebentuk cincin
berlian." Mata Nona Marple yang cerdas dan menyenangkan itu bertemu pandang dengan
mata Sir Henry. Sir Henry bertanya-tanya dalam hati apakah ceritanya tadi
dimaksudkan sebagai suatu sindiran. Katanya, "Apakah Anda bermaksud
mengatakan bahwa kalau ada seorang pemuda dalam kehidupan Ruby Keene,
sikap teman saya terhadap gadis itu mungkin berubah?"
"Itu suatu kemungkinan, Anda tahu" Saya kira dalam waktu satu atau dua tahun
lagi, Tuan Jefferson sendiri mungkin ingin mencarikan jodoh untuk gadis itu
meskipun kemungkinan ini kecil sekali -laki-laki biasanya egois - Tetapi saya
benar-benar berpikir, seandainya Ruby Keene mempunyai pacar, dia akan
berhatihati sekali menyimpan rahasia ini supaya tidak bocor."
"Dan pemuda itu mungkin tidak menyetujui sikap gadisnya?"
"Saya kira itu adalah jawaban yang paling masuk akal. Anda tahu, saya merasa
bahwa wanita muda saudara sepupu Ruby yang datang ke Gossington pagi ini,
menyimpan rasa amarah yang berlebihan terhadap gadis yang mati ini. Apa yang
sekarang Anda ceritakan kepada saya, menjelaskan alasan kemarahannya itu.
Tentu saja saudara sepupunya ini berharap bisa menarik keuntungan besar dari
rencana adopsi Tuan Jefferson itu."
"Orang yang berdarah dingin, kalau begitu?"
"Penilaian itu mungkin terlalu kejam. Wanita yang malang ini kan harus
membanting tulang mencari nafkahnya, dan Anda tidak dapat mengharapkan dia
menjadi emosional hanya karena seorang laki-laki dan perempuan yang sudah kaya
- seperti kata Anda sendiri mengenai Tuan Gaskell dan Nyonya Jefferson - akan
kehilangan sejumlah besar harta yang diharapkan mereka yang sebenarnya bukan
hak mereka - Menurutsaya, Nona Turner,seorang wanita yang berpikiran praktis,
ambisius, dan mempunyai pembawaan yang ramah, dan cukup menghargai
nikmatnya hidup. Sedikit," tambah Nona Marple. "Seperti Jessie Golden, anak
tukang roti." "Apa yang terjadi pada Jessie Golden?" tanya Sir Henry.
"Dia belajar menjadi guru anak-anak dan menikah dengan anak majikannya yang
kebetulan pulang ke rumah selama liburan dari tugasnya di India. Jessie menjadi
istri yang sangat baik baginya, saya dengar."
Sir Henry mengalihkan pikirannya dari kisah sampingan yang menarik ini.
Katanya, "Menurut Anda, apakah ada alasannya mengapa teman saya si Conway
Jefferson ini tiba-tiba kejangkitan 'Cophetua kompleks' ini - menurut istilah
yang Anda pakai?" "Mungkin saja ada alasannya."
Kata Nona Marple dengan sedikit ragu-ragu.
"Saya pikir - ini hanya suatu perkiraan saja tentunya-mungkin anak-anak
menantunya merencanakan untuk menikah lagi."
"Tentunya Jefferson tidak akan menghalangi maksud mereka!"
"Oh, tidak, bukan menghalangi. Tetapi Anda harus memandang dari sudutnya. Ia
telah mengalami goncangan dan kehilangan yang hebat - demikian pula para
menantunya. Ketiga orang yang berduka ini hidup bersama-sama dan yang menjadi
tali pengikat mereka adalah rasa kehilangan orang-orang yang sama-sama mereka
cintai. Tetapi, sebagaimana yang sering dikatakan ibu saya tercinta, waktu
adalah penawar duka yang paling mujarab. Tuan Gaskell dan Nyonya Jefferson samasama
masih muda. Tanpa menyadarinya sendiri, mungkin mereka sudah
menunjukkan tanda-tanda gelisah, tanpa menyadarinya mereka mulai membenci
ikatan yang masih menghubungkan mereka dengan kedukaan masa lampau. Maka,
karena pekanya perasaannya, Tuan Jefferson yang sudah tua ini mungkin mulai
menyadari bahwa perhatian dari menantu-menantu-nya ini mulai berkurang
untuknya, tanpa mengetahui alasan yang menyebabkannya. Biasanya selalu
demikian. Laki-laki mudah sekali merasa ditelantarkan. Pada kejadian Tuan
Harbottle, ia merasa ditelantarkan dengan kepergian Nona Harbottle, adiknya. Dan
pada cerita keluarga Badger, penyebabnya adalah Nyonya Badger yang mulai
tertarik kepada ajaran spiritualisme dan mulai sering pergi ke
pertemuanpertemuan kebatinan itu."
"Terus terang saja," kata Sir Henry dengan nada menyesal, "saya tidak begitu
senang dengan cara Anda menyamaratakan laki-laki semuanya menjadi satu tipe
manusia yang sama." Nona Marple menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Watak manusia itu di
mana-mana banyak sekali persamaannya, Sir Henry."
Sir Henry berkata dengan jengkel, "Huh! Tuan Harbottle! Tuan Badger! dan si
malang Conway! Saya sih tidak mau bersikap subyektif dalam hal ini, tetapi
apakah Anda mempunyai persamaan untuk watak saya dengan seseorang dari
dusun Anda?" "Yah, tentu saja, si Briggs itu."
"Siapakah Briggs?"
"Dia kepala tukang kebun di Hall. Orang yang paling cakap yang pernah mereka
pekerjakan. Dia tahu persis kapan tukang-tukang kebun lainnya sedang
bermalasmalasan - memang mengherankan! Dia dapat memelihara tempat itu dalam
kondisi yang jauh lebih rapi hanya dengan tiga tenaga laki-laki dan seorang anak,
daripada ketika mereka mempekerjakan enam tukang kebun lainnya. Tanaman kacang
polong manisnya pernah memenangkan beberapa hadiah pertama pula. Sekarang
dia sudah pensiun." "Seperti saya," kata Sir Henry.
"Tetapi ia masih bekerja sambilan sedikit-sedikit - kalau ia kebetulan menyukai
orang-orang yang memanggilnya."
"Ah," kata Sir Henry. "Lagi-lagi seperti saya. Itulah yang sedang saya lakukan
sekarang - bekerja sambilan - demi membantu seorang teman lama."
"Dua orang teman lama."
"Dua?" Sir Henry tampaknya keheranan.
Kata Nona Marple, "Saya kira yang Anda maksudkan adalah Tuan Jefferson.
Tetapi bukan dia yang sedang saya pikirkan. Saya sedang memikirkan Kolonel dan
Nyonya Bantry." "Ya - ya - saya mengerti -" Tanya Sir Henry dengan tajam, "Itukah sebabnya
mengapa Anda mengatakan 'kasihan' pada awal pembicaraan kita sewaktu Anda
menyinggung Dolly Bantry?"
"Ya. Ia masih belum menyadari parahnya kejadian ini. Saya tahu karena saya
mempunyai lebih banyak pengalaman. Anda lihat, Sir Henry, rasanya kejahatan ini
menunjukkan gejala-gejala akan berakhir dalam arsip kasus-kasus yang tidak
pernah dapat dipecahkan. Seperti kasus mayat dalam kopor di Brighton itu. Dan
seandainya benar-benar demikian, itu akan sangat merugikan keluarga Bantry.
Kolonel Bantry, sebagaimana semua pensiunan militer, adalah orang yang luar
biasa pekanya. Ia amat menghargai pandangan publik. Dia belum akan merasa
untuk beberapa waktu lamanya, tetapi perlahan-lahan matanya akan terbuka.
Mungkin dia akan diremehkan orang di sana, dihina orang di sini, mungkin
undangannya akan ditolak teman-temannya, dan orang-orang akan membuat-buat
alasan untuk menjauhinya - dan sedikit demi sedikit, dia akan merasa, lalu dia
akan mengucilkan dirinya, memendam sakit hatinya, dan akhirnya menjadi manusia
yang aneh." "Coba saya ulangi lagi supaya saya tidak salah menangkap kata-kata Anda, Nona
Marple. Maksud Anda adalah, karena mayat itu ditemukan di dalam rumahnya,
orang-orang berpikir bahwa ia terlibat dalam urusan itu?"
"Tentu saja mereka akan berpikir demikian! Pasti sekarang mereka sudah berkata
demikian. Tambah lama kata-kata mereka ini akan bertambah santer. Mereka akan
menjauhi dan menghindari keluarga Bantry. Itu sebabnya maka kebenaran kasus
ini harus ditemukan, dan itulah mengapa saya bersedia kemari bersama Nyonya
Bantry. Suatu tuduhan yang terbuka masih lebih mudah untuk dihadapi seorang
prajurit - dia masih mempunyai kesempatan untuk menyangkalnya dan
menunjukkan ketersinggungannya. Tetapi dengan cara yang satu ini, dengan
berbisik-bisik dan sindiran-sindiran di balik punggungnya - ia tidak mempunyai
kesempatan untuk suatu konfrontasi terbuka - dan itu akan mematahkannya - akan
mematahkan mereka berdua. Jadi, Anda lihat, Sir Henry, kita harus menemukan
kebenarannya." Kata Sir Henry, "Apakah Anda mempunyai ide bagaimana mayat itu bisa
ditemukan di rumahnya" Tentunya ada suatu penjelasan. Suatu hubungan."
"Oh, tentu saja."
"Gadis itu terakhir kelihatan di sini sekitar pukul sebelas kurang dua puluh.
Pada pukul dua belas malam, menurut bukti-bukti medis, dia sudah mati. Gossington
terletak kira-kira delapan belas mil dari sini. Enam belas mil dari jalan itu
adalah jalan yang baik, sampai pada persimpangan yang bercabang dari jalan raya itu.
Sebuah mobil yang cepat dapat menempuh jarak itu dalam waktu kurang dari
setengah jam. Praktisnya mobil mana pun dapat lari rata-rata tiga puluh lima mil
per jam. Tetapi mengapa ada orang yang setelah membunuh gadis itu di sini lalu
mau menempuh jarak itu untuk memindahkan mayatnya di Gossington, atau yang
mengajak gadis itu untuk dicekik di Gossington, saya tidak mengerti."
"Tentu saja Anda tidak mengerti karena memang bukan demikian kejadiannya."
"Maksud Anda gadis ini diajak seorang teman laki-lakinya berjalan-jalan dengan
mobil, lalu entah mengapa laki-laki itu membunuhnya dan meninggalkan
mayatnya dalam rumah pertama yang paling dekat dengan tempat kejadian itu.
Begitukah?" "Saya tidak berpikir demikian. Saya pikir memang sudah ada suatu rencana yang
amat cermat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tetapi, rupanya ada yang
meleset." Sir Henry menatap Nona Marple. "Mengapa rencana itu sampai meleset?"
Nona Marple berkata setengah meminta maaf, "Hal-hal yang di luar dugaan, bisa
saja terjadi, bukan" Kalau saya berkata bahwa rencana ini bisa meleset karena
manusia adalah makhluk yang jauh lebih peka dan lemah daripada yang
diperkirakan, maka Anda tentunya menganggap saya berbicara melantur-lantur,
bukan" Namun, begitulah keyakin-"
Nona Marple berhenti. "Itu Nyonya Bantry datang."
BAB SEMBILAN Nyonya Bantry datang sehabis bercakap-cakap dengan Adelaide Jefferson. Nyonya
Bantry mendekati Sir Henry dan berseru, "Anda?"
"Saya sendiri," kata Sir Henry sambil memegang tangan Nyonya Bantry dan
menggenggamnya hangat-hangat.
"Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa susahnya hati saya mendengar
Sumpah Si Durjana 2 Pedang Ular Merah Karya Kho Ping Hoo Manusia Penyebar Kutuk 3
^