Pencarian

Mengail Di Air Keruh 2

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie Bagian 2


lagi menyeberangi halaman berumput, lalu diam-diam masuk ke ruang tamu utama,
?tepat ketika Frances Cloade
1 berkata, " alangkah baiknya kalau aku bisa mengatakannya lebih jelas lagi. Tapi,
?Rosaleen, rasanya sulit sekali untuk dijelaskan " Suara dari belakang wanita itu berkata,?"Begitukah)"
Frances menoleh kaget. Tidak seperti Adela Marchmont, dia tidak dengan sengaja
mencari waktu untuk menemui Rosaleen seorang diri. Lagi pula, jumlah yang
diperlukannya cukup besar, hingga tak mungkin Rosaleen akan mau memberinya tanpa
merundingkannya dengan abangnya. Sebenarnya, Frances bahkan akan jauh lebih
senang membicarakan hal itu dengan David dan Rosaleen bersama-sama, daripada
membuat David mengira bahwa dia telah dengan sengaja meminjam uang dari
Rosaleen, pada saat David tak ada di rumah.
Tak didengarnya David masuk, saking asyiknya mengemukakan persoalannya yang
rasanya bisa diterima. Dia terkejut sekali oleh gangguan David. Dan dia juga
melihat bahwa-ada sesuatu yang telah membuat David Hunter marah sekali.
"Oh, David," katanya ringan, "aku senang kau sudah datang. Aku baru saja
menceritakan pada Rosaleen, bahwa kematian Gordon telah mendatangkan kesulitan
besar bagi Jeremy. Dan aku
sedang bertanya, kaJau-kaJau Rosaleen bisa membantu. Soalnya begini "
?Dengan lancar dia bercerita jumlah uang yang besar dukungan Gordon yang telah
? ? ?dijanjikannya secara lisan batasan-batasan yang telah dibuat
?pemerintah penggadaian ? ?Dalam pikiran David yang gelap, terkilas semacam rasa kagum. Alangkah pandainya
perempuan ini berbohong! Seluruh cerita itu masuk akal memang. Tapi tidak benar!
Jadi apa yang benar" Apakah Jeremy telah mengambil jalan yang salah" Keadaannya
tentu sudah parah, hingga sampai dibiarkannya Frances berbuat begini. Dia
sebenarnya wanita yang tahu harga diri, lagi pula "Sepuluh ribu)" tanyanya.
?Dengan ngeri Rosaleen bergumam, "Banyak sekali." Frances cepat-cepat berkata,
"Aku tahu, memang banyak. Aku tidak akan datang padamu bila jumlah itu tidak
terlaini banyak untuk dikumpulkan sendiri. Tapi Jeremy tidak akan mau
menjalankan usaha itu bila tak ada dukungan dari Gordon. Malang sekali, Gordodp
lalu meninggal begitu mendadak "
?"Dengan meninggalkan kalian dalam kead& terjepit?" Suara David terdengar tak
enak. "Setelah hidup begitu terlindung di bawah naungai nya."
Ada suatu kilatan di mata Frances, waktu di berkata,
r"Kau memperbesar persoalan!" "Kau kan tahu, Rosaleen tak berhak menyentuh uang
peninggalan itu. Hanya bunganya saja. Dan I dia harus membayar pajak penghasilan
sebanyak sembilan belas, enam untuk setiap pound."
"Oh, aku tahu itu. Peraturan pajak memang mengerikan sekali sekarang. Tapi yang
kukatakan t tadi, bisa diatur, kan" Kami akan membayar " "Memang bisa. Tapi
?kami tidak akan memberi-\ kannyal" sela David.
Frances cepat-cepat menoleh pada Rosaleen. "Rosaleen, kau begitu pemurah "
?Suara David memotong kata-katanya. "Kalian keluarga Cloade, menyangka Rosaleen
ini apa seekor sapi perah" Kalian semua menyerangnya ada yang dengan sindiran,
? ?meminta, mengemis. Sedang di belakangnya" Kalian mencemoohkannya, melecehkannya,
sakit hati padanya, membencinya, menginginkan dia mati " "Itu tak benar," seru
?Frances. "Tidak" Terus terang, saya bosan dengan kalian semua! Dia juga bosan
dengan kalian semua. Kalian tidak akan mendapatkan uang dari kami, jadi tak usah
datang lagi untuk merengek-rengek! Mengerti?" I Wajahnya membayangkan amarah
yang hebat. Frances bangkit. Wajahnya datar, tanpa ekspresi. Dia memasang sarung
tangannya yang terbuat dari kulit lembut, dengan linglung, namun dengan penuh
perhatian, seolah-olah itu suatu perbuatan
"Kata-katamu jelas sekali, 'David," katanya. "Maafkan. Aku menyesal sekali...,II
gumam Rosaleen. Frances tidak mempedulikan dia. Rosaleen
seolah-olah tak ada dalam ruangan itu. Dia melangkah ke pintu, lalu berhenti dan
menghadapi David. "Kaukatakan aku sakit hati pada Rosaleen. Itu tak benar. Aku tak pernah sakit
hati pada Rosaleen tapi aku benar-benar sakit hati padamu]"? ?"Apa maksudmu?"
David memandangnya dengan masam, {j "Wanita harus hidup. Rosaleen menikah dengan
seorang pria kaya-raya yang jauh lebih tua dari dirinya sendiri. Tak apa-apa.
Tapi kaul Kau hidup menumpang pada adikmu, hidup seperti benalu! Hidup
nyaman dengan menumpangi" "Aku melindunginya dari orang-orang yang serakah."
?Mereka berdiri bertantangan. David menyadariI
betapa marahnya wanita yang dihadapinya itu, dan dia juga menginsyafi bahwa
Frances Cloade adalah seorang musuh yang berbahaya, yang bisa tak mengenal belas
kasihan dan nekat. Dia bahkan sudah merasa agak ngeri waktu wanita itu membuka mulutnya lagi untuk
berbicjg ra. Tapi ternyata dia hanya mengucapkan sesuaf yang tak penting.
"Akan kuingat kata-katamu, David."
Dia melewati David lalu keluar.
too David heran mengapa dirinya berprasangka kuat f bahwa kata-kata itu merupakan
suatu ancaman. Rosaleen menangis. "Oh, David, David tak pantas kau mengata-| kan hal-hal itu padanya. Dialah yang
?paling baik padaku di antara mereka semua." Dengan marah sekali David berkata,
'Tutup i mulutmu, Anak bodoh. Apakah kau ingin mereka I menginjak-injak dirimu
dan memerasmu habis-habisan?"
"Tapi kalau kalau aku memang tak berhak atas uang itu."
? ?Dia ngeri melihat pandangan David.
"Bukan bukan begitu maksudku, David."
?"Mudah-mudahan memang bukan."
Perasaan bersalah memang merupakan setan, pikir David.
Dia tidak memperhitungkan kata hati Rosaleen. Hal itu akan menyulitkan di masa
datang. Masa yang akan datang" David mengerutkan dahinya sambil memandangi Rosaleen dan
membiarkan pikirannya menerawang. Masa depan Rosaleen... masa depannya sendiri...
Dia selalu yakin akan dirinya... kini pun dia tahu... Tapi bagaimana dengan
Rosaleen" Bagaimana masa depan Rosaleen"
Wajahnya makin cemberut. Pada saat itu Rosaleen berseru tubuhnya riba-tiba
?gemetar, "Aduh! Ada yang menginjak kuburku." Sambil melihat pada Rosaleen dengan
rasa ingin tahu, David berkata,
101 "Jadi kau menyadari bahwa keadaannya mungkin akan seia uh itu?" "Apa maksudmu,
David?" "Maksudku, ada lima, enam, atau tujuh orang punya mat untuk buru-buru
mengantarmu ke kubur, sebelum tiba waktunya.'"
"Maksudmu kan bukan pembunuhan ?" Suaranya ketakutan. "Kaupikir orang-orang ? ?itu mau melakukan pembunuhan" Tak mungkin keluarga Cloade itu baik-baik
?semua.?" "Aku yakin bahwa justru orang-orang sebaik keluarga Cloade itulah yang mau
membunuh. Tapi mereka tidak akan berhasil membunuhmu, selama aku ada di sini
menjagamu. Mereka harus menyingkirkan aku dulu. Tapi kalau mereka berhasil*
menyingkirkan diriku yah kau harus menjaga dirimu sendiri!"
? ?"David jangan mengatakan hal-hal yang mengerikan begitu." '
?"Dengarkan," David mencengkeram lengan Rosaleen. "Bila aku tak lagi di sini,
jagalah dirimu baik-baik, Rosaleen. Hidup ini tak aman, ingat itu-berbahaya,
penuh bahaya. Dan kupikir* bahaya itu lebih besar, khususnya bagimu. '^M
BAB VII I "Rowley, bisakah kau meminjami aku lima ratus
t pound?" Rowley terbelalak memandangi Lynn. Gadis itu terengah-engah karena berlari,
wajahnya pucat, bibirnya terkatup rapat.
"Tenang, tenang, Gadisku. Ada apa ini?"
Bicaranya halus, membujuk, seperti pada kuda.
"Aku perlu lima ratus pound."
"Aku sendiri juga perlu."
"Tapi, Rowley, aku serius. Tolonglah pinjami aku lima ratus pound."
"Aku sudah menarik uang terlalu banyak dari bank. Traktor yang baru itu "
?"Ya, ya " Soal-soal mengenai pertanian itu dianggapnya tak penting. "Tapi kau
?bisa mencarikan uang, dengan cara bagaimanapun bila terpaksa, kan?"
?"Untuk apa uang itu, Lynn" Apakah kau banyak utang?"
"Untuk laki-laki itu " Kepalanya disentakkannya ke belakang, ke arah rumah
?besar di atas bukit. "Hunter" Mengapa-"
"Gara-gara Mama. Mama meminjam uang dari dia. Mama dia kesulitan uang.'*
?"Ya, itu sudah kuduga." Suara Rowley bernada penuh pengertian. "Memang sulit
sekali baginya. Aku akan senang sekali kalau bisa membantu tapi aku tak bisa."
? "Aku tak mau Mama meminjam uang dari David."
'Tenang, Anak manis. Sebenarnya Rosaleen yang mengeluarkan uang itu. Dan kalau
dipikir-itu memang pantas."
"Pantas} Kaukatakan itu 'memang pantas^
Rowley}" "Kupikir sudah sepantasnyalah Rosaleen seka* li-sekah" memberikan bantuan. Paman
Gordon telah membuat kita terkatung-katung, dengan tak dibuatnya surat wasiat.
Bila sudah jelas Rosaleen yang diwarisi, dia harus menyadari bahwa dia harus mau
membantu orang-orang di sekeliling^ nya."
"Kau sendiri tidak meminjam dari dia, bukan?"
"Memang tidak tapi itu lain. Tak enak kaS| lau aku meminjam dari seorang ? ?wanita. Aku tak suka berbuat begitu."
"Aku juga tak suka berutang budi pada David Hunter."
?"Kau tidak berutang budi padanya. Itu buka uangnya."
"Itulah soalnya sebenarnya. Rosaleen beo benar berada di bawah pengaruhnya."
I"Ya, memang. Tapi secara sah itu bukan [miliknya." "Jadi kau tak mau tak
?bisa meminjami aku uang?" "Dengarlah, Lynn kalau kau benar-benar ter-"
? ?jepit karena pemerasan atau utang mungkin [ aku bisa menjual tanah atau hewan
? ?ternak mes-[ kipun itu suatu tindakan yang nekat. Keadaanku i sendiri sekarang
?ini hanya pas-pasan saja. Apalagi f kita tak tahu apa lagi yang akan diperbuat
oleh pemerintah ini kita dirintangi terus dalam setiap \ langkah dihujani
? ?dengan bermacam-macam for-[ mulir yang kadang-kadang sampai jauh malam r kita
harus mencoba mengisinya terlalu berat tanggungan kita." Dengan getir Lynn
?berkata, "Aku tahu! Kalau saja Johnnie tidak tewas " Rowley berteriak,
?"Jangan bawa-bawa Johnnie dalam hal ini! Jangan katakan itu!"
Lynn memandanginya dengan terbelalak, dia keheranan. Wajah Rowley merah padam.
Kelihatan benar dia marah sekali.
Lynn berbalik, lalu berjalan perlahan-lahan kembali ke White House.
"Tak bisakah uang itu dikembalikan, Mama?"
"Tak bisa, Lynn sayang! Aku langsung membawanya ke bank. Lalu aku membayar
Arthur, Bodgham dan Knebworth. Knebworth sempat marah-marah. Ah/alangkah leganya
aku. Sudah beberapa malam aku tak bisa tidur. Rosaleen benar-benar penuh perhatian dan baik
sikapnya." Lynn berkata dengan getir,
"Dan sekarang Mama tentu akan mendatanginya lagi, ya?"
"Kuharap itu tak perlu, Sayang. Akan kucoba untuk lebih berhemat lagi, kau tahu
Itu. Tapi segala-galanya mahal sekali sekarang. Dan keadaan makin lama makin
memburuk.** ^ "Dan keadaan kita pun makin lama akan makin memburuk, dan kita terpaksa mengemis
terus-menerus." Wajah Adela memerah.
"Tak baik berkata begitu, Lynn. Sudah kujelaskan pada Rosaleen bahwa kita selama
ini bergantung pada Gordon."
"Sebenarnya tak perlu. Itulah salahnya." Lalu ditambahkannya lagi, "Memang tepat
kalau dia membenci kita." "Siapa yang membenci kita?" "David Hunter yang jahat
itu." "Ah,** kata Mrs. Marchmont dengan angkuh, "kurasa kita sama sekali tak
usah peduli bagaimana pikiran David Hunter, Untunglah dia tak ada di Furrowbank,
tadi pagi kalau ada, aku yakin dia pasti akan mempengaruhi Rosaleen. Gadis itu ?benar-benar berada di bawah pengaruhnya." % Lynn gelisah.
"Apa maksud Mama, waktu berkata pada hari pertama saya kembali itu-'Kalau dia
?memang abangnya'?" f "Oh, itu." Mrs. Marchmont kelihatan tak enak. "Yah, ada gunjingan orang
tentang hal itu." ' Lynn menunggu, dia ingin tahu lebih banyak. Mrs. Marchmont
mendehem. "Wanita muda macam itu yang suka bertualang biasanya, yah, mereka biasanya.
? ?punya "simpanan seorang laki-laki muda yang sebaya I dengannya. Bisa saja
dikatakannya pada Gordon I bahwa dia punya abang lalu mengirim telegram i
?padanya ke Kanada atau entah ke mana pun dia berada. Lalu muncul laki-laki ini.
Bagaimana I mungkin Gordon tahu apakah dia benar abangnya I atau bukan" Kasihan
Gordon, dia sudah tergila-gila sekali, dan percaya semua yang dikatakan
perempuan itu. Dia sudah tertipu. Maka ikutlah 'abangnya' itu ke Inggris dan
?Gordon yang malang sama sekali tak curiga." Lynn berkata dengan keras, "Saya tak
percaya itu!" Mrs. Marchmont mengangkat alisnya. "Ada apa, Sayang ?" "Dia tidak
?begitu. Dan Rosaleen juga juga tidak begitu. Mungkin dia memang bodoh, tapi dia
?manis ya, manis sekali. Dasar pikiran orang yang kotor. Saya tak percaya."
?"Kau tak perlu berteriak begitu," tukas Mrs. Marchmont tegas.
BAB VIII Seminggu kemudian, kereta api pukul 17.20 memasuki stasiun Warmsley Heath, dan
seorang pria bertubuh tinggi serta berkulit kemerahan keluar dari kereta api
dengan menyandang ransel.
Di peron di seberangnya, ada rombongan pemain golf sedang menunggu kereta api
yang akan datang. Pria jangkung yang berjenggot dan menyandang ransel itu
menyerahkan tiketnya, lalu keluar dari stasiun. Dia ragu-ragu sejenak lalu
?tampak olehnya tiang yang bertulisan: Jalan setapak ke Warmsley Vale. Lalu
ditujukannya langkahnya ke arah itu dengan penuh keyakinan.
Di Long Willows, Rowley Cloade baru saja selesai membuat teh untuk dirinya
sendiri. Tiba-tiba dia mendongak karena ada bayang-bayang
yang jatuh ke atas meja. Sesaat disangkanya bahwa gadis yang berdiri ambang pintu itu, adalah Lynn. Mula-
mula dia kecewa, kemudian terkejut waktu melihat bahl yang datang adalah Rosaleen Cloade.
Wanita itu mengenakan rok dari semaci bahan yang biasa dipakai petani. Bahan
(bercorak garis-garis lebar dengan warna Jingga dan hijau cerah. Namun Rowley
tak bisa membayangkan bahwa bahan baju yang tampaknya sederhana itu, hanya
tipuan saja dan sebenarnya harganya, sangat mahal.
Selama ini dia selalu melihat Rosaleen berpakaian mahal-mahal bergaya kota,
meskipun cara berpakaiannya kaku pikir Rowley, seperti seorang peragawati yang
?mempertontonkan pakaian yang bukan miliknya, melainkan milik perusahaan yang
membayarnya. Petang itu, dengan pakaian bergaris lebar yang berwarna ceria, Rowley serasa
melihat seorang Rosaleen Cloade yang baru. Makin nyata terlihat bahwa dia
berasal dari Irlandia. Rambut hitam yang keriting, dan mata indah yang biru
berbercak. Suaranya pun mengandung dialek Irlandia yang lebih halus, bukan gaya
yang berhati-hati terasa dibuat-buat seperti biasanya jika dia bicara.
"Petang ini indah sekali," kau Rosaleen. "Jadi aku berjalan-jalan."
Ditambahkannya, "David pergi ke London." Kata-kata itu diucapkannya dengan rasa
berdosa, lalu wajahnya memerah, dan dia mengeluarkan kotak rokok dari tasnya.
Ditawarkannya rokok pada Rowley, tapi pria itu menolak. Rowley melihat
berkeliling mencari-cari korek api untuk menyalakan rokok Rosaleen. Gadis itu
sudah mencoba menyalakan pemantik api kecil dari emas vtng kelihatan mahal,
namun tak berhasil. Rowley mengambil pemantik api itu, lalu dengai gerakan kuat disentakkannya dan
api pun me nvala. Waktu wanita itu membungkuk ke arahnyj untuk menyulut
rokoknya, Rowley melihat betapa panjang dan hitamnya bulu matanya, dan dia pun
berpikir, "Paman Gordon tak salah pilih____"
Rosaleen mundur selangkah, lalu berkata de ngan rasa kagum,
"Bagus sekak anak sapi di ladang di sebelah atas itu."
Rowley terkejut mendengar perhatiannya, lalu dia bercakap-cakap mengenai tanah
pertaniannya. Sekali lagi dia heran melihat perhatian Rosaleen yang kelihatannya
murni, tak dibuat-buat. Dan dia juga heran karena Rosaleen tahu betul seluk-
beluk pekerjaan di tanah pertanian. Dia berbicara tentang pembuatan mentega, dan
hasil pemerahan susu, seperti orang yang sudah biasa dalam bidang itu.
"Wah, kau seperti istri seorang petani saja, Rosaleen," katanya sambil
tersenyum. Kegembiraan lenyap dari wajah Rosaleen.'i
Dia berkata, "Kami juga memiliki tanah pertanian di Irlandia sebelum aku pergi ke ? ?sini sebelum "M
? ?"Sebelum kau main drama?"
"Belum begitu lama.... Aku masih ingat benarI katanya murung, dan Rowley melihat


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bayangafl rasa bersalah. Tapi kemudian ditambahkannya dengan bersemangat, "Aku
bisa memerahjfl susu untukmu sekarang, Rowley."
Ini adalah Rosaleen yang lain sekali. Apakah I David Hunter akan membenarkannya
membica-Brakan soal pertanian yang merupakan masa lalu-1 nya itu" Menurut
Rowley, tidak. David selalu " memberikan kesan bahwa mereka berasal dari f
golongan orang berpunya yang memiliki tanah. K Kisah Rosaleen-lah yang mendekati
kebenaran, I pikir Rowley. Paling-paling mereka memiliki t ladang primitif,
kemudian dia tertarik akan drama, mengikuti rombongan sandiwara keliling ke I
Afrika Selatan, disusul oleh perkawinannya teri. "pencil di Afrika
?Tengah lepas dari belenggu i -kekosongan dan akhirnya menikah dengan I seorang
? ?jutawan di New York....
Ya, sudah panjang perjalanan Rosaleen Hunter, [ sejak dia memerah sapi Kerry.
Namun, sementara Rowley memandang Rosaleen, dia merasa sulit untuk percaya bahwa
gadis itu pernah meninggalkan kampung halamannya. Wajahnya polos, se-f perti
orang yang kurang waras. Wajah seseorang yang tak punya masa lampau. Dan dia
kelihatan begitu muda jauh lebih muda daripada umurnya yang dua puluh enam
?tahun itu. Wajahnya menimbulkan rasa belas kasihan, seperti anak-anak sapi yang digiringnya
ke peja-galan tadi pagi. Rowley memandanginya seperti dia memandangi anak-anak
sapi itu, ketika dia berpikir, "Kasihan kalian hewan-hewan kecil, sayang kalian
harus disembelih...."
Rosaleen tampak ketakutan, lalu bertanya dengan cemas, "Apa yang kaupikirkan,
Rowley?" "Apakah kau ingin melihat-lihat ladang p tempat pemerahan susu?" "Ya, ingin
sekali." Rowley merasa senang melihat minat Rosaleen lalu dibawanya gadis itu berkeliling
tanah pertani. airnya. Tetapi ketika akhirnya Rowley berkata bahwa dia akan
membuatkannya secangkir teh,
Rosaleen tiba-tiba kelihatan takut.
"Oh, tidak terima kasih, Rowley sebaiknya aku pulang saja." Dia melihat ? ?jamnya. "Aduh, sudah malam sekali! David akan kembali naik kereta api jam 17.20.
Dia akan mencari-cari aku. Aku harus'cepat-cepat." Malu-malu ditambahkannya,
?"Aku betul-betul senang, Rowley.|M Itu memang benar, pikir Rowley. Kelihatan
sekali bahwa dia senang. Dia bisa begitu wajar apa adanya, tanpa dibuat-buat.
?Namun, jelas bahwa dia takut pada abangnya. Agaknya David adalah otak dalam
keluarga itu. Yah, sekali ini," boleh keluar petang hari tak ubahnya seorang
?pembantu rumah tangga! Padahal dia adalah Mrs. Gordon Cloade yang kaya-raya!
Rowley tersenyum kecut. Dia berdiri di dekat pintu pagar, memandangi Rosaleen
berjalan cepat-cepat mendaki bukit ke arah Furrowbank. Sebelum Rosaleen tiba di
dekat pagar rumahnya, seorang pria datang. Rowley mengira itu David, tetapi
orang itu lebih besar dan tinggi. Rosaleefl tampak mundur untuk memberinya
jalan, lahar melompati batu dan kelihatan setengah berlari Ya, Rosaleen telah
bebas petang itu dan dH ?[ Rowley, telah membuang waktunya yang berharga selama satu jam! Ya, mungkin
juga bukan I waktu yang terbuang. Kelihatannya Rosaleen menyukainya, pikir Rowley. Itu
mungkin ada j gunanya kelak. Sesuatu yang bagus ya, anak-anak sapi tadi pagi pun bagus...
?kasihan semuanya. Sementara dia berdiri sambil melamun, dia dikejutkan oleh suatu suara, dan dia
mengangkat kepalanya cepat-cepat.
Seorang pria yang besar, yang memakai topi lebar dari bulu domba, dan menyandang
ransel di bahunya, berdiri di jalan setapak di luar pagar. "Apakah ini jalan ke
Warmsley Vale?" Karena Rowley tampak terbelalak, orang itu mengulangi
pertanyaannya. Rowley berusaha memulihkan pikirannya dan menjawab,
"Ya, jalan saja terus di jalan setapak ini menyeberangi ladang yang di sana
?itu. Kalau sudah sampai ke jalan besar, belok ke kiri, dan dalam waktu kira-kira
tiga menit, Anda akan tiba di desa."
Telah beratus-ratus kali dia menjawab pertanyaan serupa itu dengan kata-kata
yang sama benar. Setelah meninggalkan stasiun, orang berjalan menyusuri jalan
setapak itu, terus sampai ke atas bukit. Tetapi setelah tiba di sisi lain,
mereka lalu kehilangan kepercayaan diri, karena tak lagi melihat tanda arah.
Soalnya Blackweii Copse melindungi Warmsley Vale dari pandangan. Desa itu
letaknya tersembunyi dalam suatu lekuk
tanah, dan hanya ujung menara gerejanya saja
yang kelihatan. Pertanyaan vang kemudian ditanyakan orang
itu tak biasa, tapi Rowley menjawabnya tanpa
berpikir. "Ada Penginapan Stag, dan sebuah lagi Bells & Motley. Keduanya sama saja. Saya
rasa Anda akan bisa mendapatkan kamar."
Pertanyaan itu membuat Rowley memandang si penanya dengan perhatian yang lebih
besar. Soalnya, orang-orang biasanya memesan kamar sebelumnya, setiap kali
mereka pergi ke suatu tempat....
Orang itu jangkung, berwajah merah, berjenggot, dan matanya biru sekali. Umurnya
kira-kira; empat puluh, air mukanya keras dan berkesan nekat, meskipun dia tak
jelek. Wajah itu mungkin tidak terlalu enak dipandang.
Mungkin datang dari seberang laut, pikir Rowley. Adakah sedikit gaya kolonial
dalam bicaranya" Tapi yang aneh sekali adalah, wajah itu
rasanya tak asing.... Di mana dia pernah melihat wajah itu, atauj wajah seperti itu"
Sementara dia mencoba menjawab teka-teki Mg dan tak berhasil, dia terkejut
karena orang asiri itu bertanya,
"Apakah ada rumah yang bernama Furn bank di sekitar sini?"
Rowley menjawab lambat-lambat,
"Ada. Di atas bukit sana itu. Anda tadi pai
; sudah lewat di dekatnya kalau Anda menyusuri?jalan setapak itu dari stasiun." "Ya itulah yang saya lakukan." Dia berbalik, [
?lalu menatap ke atas bukit. "Jadi itu rupa-l nya rumah besar putih, yang
?kelihatannya masih baru itu?" "Ya, yang itu."
"Besar sekali," kata pria itu. "Pasti banyak biaya pemeliharaannya."
Bukan main banyaknya, pikir Rowley. Uang kami lagi.... Rasa marah yang tiba-tiba
timbul membuatnya lupa sesaat di mana dia berada....
Dia tersentak sadar dan melihat orang asing itu menatap ke atas bukit dengan
pandangan penuh perhitungan.
"Siapa yang tinggal di sana?" tanyanya. "Apakah seseorang yang bernama Mrs.
Cloade?" "Benar," kata Rowley. "Mrs. Gordon Cloade."
Orang asing itu mengangkat alisnya. Dia kelihatan agak senang.
"Oh," katanya, "Mrs. Gordon Cloade. Senang sekali dia!"
Lalu dia mengangguk. "Terima kasih, Sahabat," katanya, lalu sambil memindahkan letak ranselnya, dia
berjalan terus ke Warmsley Vale.
Lambat-lambat, Rowley pun kembali ke ladangnya. Pikirannya masih dipenuhi teka-
teki tadi. ... Di mana gerangan dia pernah melihat orang
itu" 115 Malam itu jam setengah sepuluh, Ro^ey
menyingkirkan tumpukan-tumpukan formulir-formulir yang memenuhi meja dapurnya, H
bangkit. Dengan linglung dia memandangi tuts
Lynn di atas perapian. Lalu sambil mengerutk|| alisnya, dia kehiar dari rumah.
Sepuluh menit kemudian, dia mendorong pinta Stag Saloon Bar. Beatrice
Lippincott, yang berdiri di balik meja layan, menyambutnya dengan senvum. Mr.
Rowley Cloade adalah seorang pria yang baik, pikir gadis itu. Sambil minum
segelas bir pahit, Rowley bertukar pandang dengan orang-orang yang hadir. Mereka
memberikan komentar yang tak baik mengenai pemerintah! mengenai cuaca, dan
bermacam-macam hasil panen.
Kemudian, sambil menggeser mendekat, Rowley bertanya pada Beatrice dengan
berbisik, "Adakah orang asing menginap di sini" Orangnya besar. Topinya dari bulu domba."|
"A^.' Mr" Rowley. Jam enam tadi dia baru uba. Diakah yang Anda maksud?"
Rowley mengangguk. ^TDia tadi lewat rumahku dan menanyakaj
"Benar. Agaknya dia orang asing " I
M^n^J^^ tersenyuj Mudah sekali kalau Ani ' . Rowley." Anda "ngm tahu, M|?116
Dia membungkuk ke bawah bar, untuk mengambil sebuah map tebal dari kulit, di
mana tercatat nama tamu-tamu yang datang.
Dibukanya di bagian yang mencatat nama orang-orang yang paling baru datang. Yang
terakhir berbunyi,,- Enoch Arden, Cape Town. Kebangsaan: Inggris-
117 BAB K Pagi itu cerah sekali. Burung-burung bernyanyi, dan Rosaleen yang turun untuk
makan pagi, ikut merasa senang. Dia mengenakan pakaian gaya
petani, yang mahal. Kebimbangan dan ketakutan yang akhir-akhir
ini menekannya, agaknya sudah hilang. David
juga riang, dia tertawa-tawa dan menggodanya.
Kunjungannya ke London kemarin berhasil baik.
Makanan pagi telah dimasak dengan baik, dan
disiapkan dengan baik pula. Baru saja mereka
selesai sarapan, tukang pos tiba. Ada tujuh atau delapan surat untuk Roszleen.
Di antaranya surat-surat tagihan, permohonan-permohonan amal, beberapa undangan
dari pen] duduk setempat tak ada yang memerlukan per1 hatian khusus.?David menyisihkan beberapa lembar surat1 tagihan, dan membuka amplop ketiga. B
bagian luar amplopnya, maupun isinya, di dengan huruf cetak.
Mr. Hunter yang terhormat, Saya rasa lebih baik saya menghubungi A
118 f: daripada adik Anda, "Mrs. Cloade", karena saya mtakut isi surat ini akan
menyebabkannya shock. I Dengan singkat saya beri tahukan bahwa saya f punya
berita mengenai Kapten Robert Underhay. I Mungkin adik Anda akan senang
mendengarnya. i Saya menginap di Stag, dan kalau Anda bersedia i mengunjungi
saya di situ malam ini, saya akan menang menyelesaikan suatu urusan dengan Anda.
Hormat saya, Enoch Arden.
David mengeluarkan suara seperti tercekik. Rosaleen mendongak sambil tersenyum,
lalu I suaranya berubah menjadi ketakutan.
"David David ada apa?"
? ?Dengan membisu surat itu diberikannya pada Rosaleen. Rosaleen mengambilnya, lalu
membacanya. "David aku tak mengerti apa artinya ini?"
? ?"Kau kan bisa membaca?"
Dengan ketakutan Rosaleen melihat padanya
lagi. "David apakah ini berarti apa yang harus kita lakukan"? ?David mengerutkan dahinya dia sedang mengatur rencana dalam otaknya yang cerdas
?dan berpandangan jauh. "Tak apa-apa, Rosaleen, tak usah kuatir. Biar aku yang mengurus-" _
"Tapi, apakah itu berarti bahwa-
"Jangan kuatir. Anak manis. Serahkan saja padaku. Tapi dengar, ini yang harus
kaulakukan. Benahi segera kopermu dan pergilah ke London. Pergilah ke flat
kita dan tinggal terus di sana sampai kau mendengar berita dariku. Mengerti?"
?"Ya. Ya, aku mengerti, tapi David " ?" "Lakukan saja seperti yang kukatakan,
?Rosaleen." David tersenyum pada Rosaleen. Dia bersikap ramah untuk
menenangkannya. "Pergilah dan mulai berbenah. Aku akan mengantarmu ke stasiun.
Kau masih sempat berangkat naik kereta api jam 10.32. Katakan pada penjaga pintu
flat bahwa kau tak mau ditemui siapa pun juga. Bila ada yang datang dan
mengatakan ingin bertemu denganmu, suruh dia mengatakan bahwa kau sedang ke mar
kota. Beri dia uang satu pound. Mengerti" Dia tak boleh membiarkan siapa pun
juga menemuimu, kecuali aku."
"Oh." Rosaleen mengangkat kedua belah tangannya ke pipinya. Dia menatap David
dengan matanya yang indah, yang kini penuh ketakutan. |
'Tak apa-apa, Rosaleen tapi ini * memang suatu penipuan. Kau tak bisa membantu
?dalam urusan penipuan. Ini urusanku. Aku ingin kau I pergi dari sini supaya aku
bebas bertindak, itu 1 "Tak bisakah aku tinggal di sini, David }'m "Tidak. Tentu tak bisa, Rosaleen.
Gunakanlah.! akal sehatmu. Aku harus bebas bertindak dalami!
menghadapi laki-laki ini, siapa pun dia '* "Apakah kaupikir dia dia "
? ? ?David menekankan, "Aku tak berpikir apa-apa pada saat ini. Urusan yang pertama adalah membawamu
pergi. Baru kita bisa mencari tahu bagaimana kedudukan kita. Pergilah kau kan
?anak baik, jangan membantah."
Rosaleen berbalik, lalu keluar dari kamar itu.
David memandang surat yang masih dipegangnya, dengan alis bertaut.
Biasa sekali sopan baik susunan kalimatnya bisa diartikan banyak. Mungkin
? ? ?rasa cemas yang murni dalam keadaan yang sulit. Mungkin merupakan ancaman
terselubung. Kalimat-kalimat surat itu dipelajarinya berulang kali "Saya punya
?berita mengenai Kapten Robert Underhay"... "Saya rasa lebih baik saya menghubungi
Anda..." "Mrs. Cloade"... Persetan semuanya, dia tak suka tanda petik yang mengapit
nama itu -"Mrs. Cloade".
Dia melihat ke tanda tangannya. Enoch Arden. Ada sesuatu yang mengganggu
pikirannya suatu kenangan yang puitis... suatu baris dari sebuah syair. I
?Waktu David masuk ke ruang besar di Stag malam itu, seperti biasanya, di situ
tak ada seorang pun. Sebuah pintu di sebelah kiri bertulisan "Ruang Kopi", pintu
di sebelah kanan bertanda "Ruang Duduk". Sebuah pintu yang lebih jauh lagi
diberi "anda jelas sekali "Hanya untuk Tamu yang Menginap". Suatu lorong di
sebelah kanan memanjang ke arah Bar. Dari situ terdengar
121 samar-samar dengung suara orang. Sebuah ruang
kecil yang seluruhnya berdinding kaca, bertuhsah "Kantor", di sisi jendela
dorongnya ditempatkan sebuah bel demi kemudahan.?Berdasarkan pengalaman, David tahu bahwa orang kadang-kadang harus membunyikan
bel itu sampai empat atau lima kali, sebelum seseorang berkenan datang untuk
melayani. Ruang besar Stag itu selalu kosong, kecuali pada waktu-waktu makan
yang tak panjang waktunya.
Kali ini, setelah David membunyikan bel tiga kali, Miss Beatrice Lippincott
datang dari Bar melalui lorong. Tangannya menepuk-nepuk rambutnya untuk
merapikan sasaknya. Dia masuk ke kamar kaca itu, lalu menyapa David dengan
senyum manis. "Selamat malam, Mr. Hunter. Terlalu dingin udaranya untuk musim ini, bukan?"
"Ya memang. Apakah ada seseorang yang bernama Mr. Arden menginap di sini?"
?"Coba saya lihat dulu," kata Miss Lippincott. Dia selalu berpura-pura tak tahu,
untuk memberi kesan betapa pentingnya penginapannya itu.* "Oh ya, Mr, Enoch
Arden. Kamar nomor li ' Lantai dua" Anda pasti bisa menemukannya, Mr. Hunter.
Naik tangga, tapi jangan menuju 1 lorong panjang, melainkan membelok ke kiri,
lalu turun tiga anak tangga."
Setelah mengikuti petunjuk-petunjuk yang I mit itu, David mengetuk pintu kamar
No. 5, dan suatu suara berkata, "Silakan masuk."
David masuk dan menutup pintu kembali.
i Beatrice Lippincott keluar dari kantor lalu memanggil, "Lily." Seorang gadis
yang bersuara sengau dan bermata merah datang sambil cekikikan. .
"Tolong awasi keadaan di sini sebentar, Lily. Aku harus memeriksa beberapa
seprai dan sarung bantal." "Baik, Miss Lippincott," kata Lily. Dia cekikikan lagi, lalu menambahkan sambil
mendesah, "Mr. Hunter itu benar-benar tampan, ya?"
"Ah, aku sering melihat orang-orang macam ini selama perang," kata Miss
Lippincott dengan sikap seolah-olah dia tahu dunia. "Penerbang-pener-bang muda
dan semacamnya dari pos tempur. Kita tak pernah bisa tahu tentang keadaan
keuangannya. Mereka umumnya pandai berlagak, hingga mau tak mau kita yang harus
mengeluarkan uang. Tapi, yah, aku memang aneh dalam hal itu, Lily. Aku lebih
mengandalkan pribadi. Ya, selalu pribadi. Maksudku, orang yang punya kepribadian
itu lain. Bisa saja dia seorang sopir traktor." Dengan ucapan yang menimbulkan
teka-teki itu, Beatrice meninggalkan Lily, lalu menaiki tangga.
Di dalam kamar No. 5, David Hunter berhenti di pintu yang telah ditutupnya* dan
memandang ke laki-laki yang telah menandatangani namanya sebagai Enoch Arden.
Pria itu berumur empat puluhan, kelihatannya
sudah banyak bepergian orang-orang yang ru umumnya sutit ditangani. Itu
?kesimpulan Dark). Selain ku juga sulit diduga. Penuh rahasia.
Arden berkata, "Halo apakah Anda Hunter" Bagus. Silakan duduk. Mau minum apa" Whisky}"?Dia bersikap seenaknya. David melihat hal itu. Tampak sederetan botol yang tak
terlalu banyak jumlahnya ada api menyala di perapian pada malam yang dingin


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

?dalam musim semi yang dingin ini. Pakaiannya tidak berpotongan Inggris, tapi
dipakai sebagaimana orang Inggris memakainya. Umurnya tepat...
"Terima kasih," kata David, "saya mau whisky sedikit." "Bagus."
"Jangan terlalu banyak soda." I Mereka seperti anjing saja, bersiasat,
menentukan sikap saling mengitari, dengan punggung yang kaku, lalu tengkuk
?berdiri, bersiap-siap untuk bersahabat atau untuk saling menyalak. "Cheerio"
kata Arden. "Cheerio"
Lalu mereka meletakkan gelas mereka, agak
santai. Ronde pertama sudah lewat.
Laki-laki yang menyebut dirinya Enoch Arden berkata,
"Anda tentu heran menerima surat saya, bukan?"
"Terus terang," kata David, "saya sama sekali tak mengerti."
124 "Tidak" Yaa ah, mungkin tidak." ir "Saya berkesimpulan bahwa Anda meng suami
?pertama adik saya Robert Underhay,"
?kata David. "Ya, saya kenal baik pada Robert." Arden tersenyum sambil menghembuskan asap
tebal dengan seenaknya. "Anda sendiri belum pernah
bertemu dengan dia kan, Hunter?"
"Belum." "Ah, itu mungkin lebih baik."
"Apa maksud Anda?" tanya David dengan
tajam. Dengan seenaknya Arden berkata,
"Yah, Anak muda, itu membuat Segala-galanya jadi jauh lebih mudah itu saja.
?Maafkan saya karena telah meminta Anda datang kemari, tapi saya pikir," dia
?berhenti sebentar "sebaiknya Rosaleen tidak kita ikut sertakan dalam urusan
?ini. Tak perlu menyakiti dia."
"Tolong bicara yang jelas."
"Tentu, tentu. Nah, pernahkah Anda curiga bahwa bagaimana mengatakannya,
? ?ya bahwa ada sesuatu yang tak beres mengenai kematian Underhay?"
? ?"Apa maksud Anda?"
"Underhay itu punya pikiran-pikiran yang aneh. Mungkin itu sekadar sopan santun
saja, mungkin pula untuk suatu alasan yang lain tapi, katakanlah, pada suatu ?saat yang aneh beberapa tahun yang lalu, keadaannya sangat menguntungkan bila
Underhay dianggap meninggal. Dia
pandai sekali menangani orang-orang pribumi, Tak sulit baginya untuk mengarang
suatu kisah yang masuk akal dan menyiarkannya, dengan dibumbui detil yang bisa
diterima. Underhay cuma harus muncul di tempat lain yang berjarak beberapa ribu
mil dari tempat itu dengan nama lain."
?"Saya rasa itu terlalu dibuat-buat," kata David.
"Begitukah" Begitukah pikir Anda?" Arden tersenyum. Dia membungkuk lalu menepuk
lutut David. "Bagaimana kalau hal itu benar, Hunter"
Eh" Bagaimana kalau itu benar?" "Saya akan menuntut bukti yang pasti."
"Begitukah" Tentu saja tidak ada bukti yang lebih baik daripada yang pasti. Bisa
saja Underhay sendiri yang muncul di sini di Warmsley Vale ini. Bagaimana kalau
?itu yang merupakan bukti?"
"Sekurang-kurangnya itu memberi kepastian," kata David datar.
"Ya, memang memberi kepastian tapi jadi menyulitkan, ya maksud saya, bagi Mrs.
? ?Gordon Cloade. Karena dengan demikian, dia bukan lagi Mrs. Gordon Cloade. Sulit
sekali. Harus Anda akui bahwa itu menyulitkan, bukan?" m "Adik saya menikah lagi
dengan niat yang baik sekali," kata David.
'Tentu saja, Bung. Tentu. Sesaat pun saya tidak meragukan hal itu. Hakim di mana
pun akan membenarkan hal itu. Dia tak boleh dipersalahkan apa-apa." "Hakim?"
tanya David tajam. Dengan pura-pura merasa bersalah, Arden
berkata, "Saya berpikir tentang larangan bigami larangan untuk bersuami dua."
?"Apa sebenarnya maksud Anda?" tanya David dengan kasar.
"Jangan emosi, Anak muda. Sebaiknya kita berunding, apa yang sebaiknya kita
lakukan maksud saya, yang terbaik bagi adik Anda. Tak i ada orang yang suka
?dirinya menjadi bahan berita kotor. Sedang Underhay yah, Underhay sendiri j
?adalah orang yang berpegang teguh pada sopan santun." Arden berhenti sebentar.
"Dia masih..." "Masih)" tanya David dengan tajam. "Itulah yang saya katakan."
"Anda mengatakan bahwa Underhay masih hidup" Di mana dia sekarang?"
Arden membungkuk. lagi suaranya berubah menjadi bisikan penuh rahasia.
?"Apakah Anda benar-benar ingin tahu, Hunter) Apakah tidak lebih baik bila Anda
tidak tahu" Kita atur saja, bahwa sepanjang yang Anda tahu dan sepanjang yang
diketahui Rosaleen, Underhay sudah meninggal di Afrika. Bagus, lalu seandainya
Underhay masih hidup, dia tak tahu bahwa istrinya sudah menikah lagi, dia sama
sekali tak menyangka. Karena, sekiranya dia tahu, dia tentu akan menampakkan
dirinya... soalnya, Rosaleen telah mewarisi uang banyak sekali dari suaminya yang
kedua-dengan demikian, Rosaleen tidak berhak lagi atas semua uang itu....
Underbuy itu orang yang sangat peka akan nSi kehormatan. Dia pasti tak suka
Rosaieen mewarisi uang dengan jalan yang tak halal." Dia diam lagi, 'Tapi tentu
ada puia kemungkinannya bahwa Underhay tak tahu tentang pernikahan yang kedua
itu. Keadaannya sekarang menyedihkan sekak', kasihan dia menyedihkan sekali."
?"Apa maksud Anda keadaannya menyedihkan?"
Arden menggeleng dengan sedih..ij "Kesehatannya buruk. Dia memerlukan
pengobatan-pengobatan khusus tapi malangnya, semuanya mahal."?Kau yang terakhir itu diberinya tekanan sedikit, seolah-olah punya arti
tersendiri, panpa disadarinya, David Hunter memang menunggu pernyataan itu.
"Mahal?" tanyanya.
"Ya kasihan, semuanya perlu biaya. Underhay yang malang itu, benar-benar
?melarat." Ditambahkannya, "Dia sama sekali tak punya apa-apa lagi, kecuali sikap
hidup yang dipertahafli kannya...." Mata David menyapu sebentar ke sekeliling
kamar. Dilihatnya ransel yang tergantung M kursi. Dia tidak melihat kopor.
"Ingin sekak' saya tahu," kata David dengan suara yang tak enak didengar,
"apakah Robert Underhay itu memang benar pria yang sangat sopan seperti yang
Anda kisahkan itu." 4 "Dulu dia sangat sopan," kata Arden meyaki
kannya. "Tapi, Anda pun tahu bahwa hidup ini bisa membuat orang cenderung jadi.
sinis." Dia berhenti sebentar, lalu melanjutkan dengan suara halus, "Gordon
Cloade orang yang kaya-raya. Melihat orang yang terlalu kaya, bisa membangkitkan
naluri orang yang lebih miskin." David Hunter bangkit. "Saya sudah ada jawaban
untuk Anda. Persetan!"
Dengan tenang Arden berkata sambil tersenyum,
"Sudah saya duga Anda akan berkata begitu." "Anda hanya seorang pemeras biasa,
tak ku-t rang tak lebih. Saya berani menentang gertakan
Anda itu." "Siarkan saja, dan persetan, begitu" Anda punya rasa sentimen yang mengagumkan.
Tapi Anda tidak akan senang, kalau saya yang menyiarkannya. Bukannya karena saya
akan melakukan hal itu. Kalau Anda tak mau membeli rencana saya, saya masih
punya sasaran lain." "Apa maksud Anda?" "Keluarga besar Cloade. Bagaimana kalau
saya mendatangi mereka dan berkata, 'Maaf, apakah Anda mau percaya bahwa Robert
Underhay almarhum, masih hidup dan segar-bugar"' Wah, mereka tentu akan
terlompat kaget mendapat berita itu!" Dengan mencemooh, David berkata, "Anda
tidak akan mendapatkan apa-apa dari mereka. Mereka semua tak punya uang."
"Ya, tapi bukankah ada apa yang disebut 'perjanjian kerja'- Umpamanya, sekian
banyak uang tunai akan dibayarkan pada saat diberikannya bukti bahwa Underbay
masih hidup, yang berarti bahwa Mrs. Gordon Cloade masih Mrs. Robert Underhay,
dan akibatnya, surat wasiat Gordon Cloade yang dibuatnya sebelum pernikahannya,
masih berlaku menurut undang-undang....",J
Beberapa menit lamanya David terdiam, lalu dia bertanya dengan terus terang,
"Berapa?" Jawaban yang diterimanya pun terus terang
pula, "Dua puluh ribu."
"Tak mungkin! Adikku tak bisa menyentuh
uang yang tersimpan. Dia hanya menerima bunga
simpanan itu." "Sepuluh ribu, kalau begitu. Dia bisa mengadakan uang itu dengan mudah.
Perhiasannya kan ada?" David terdiam lagi, lalu tanpa disangka-sangka
dia berkata, "Baiklah." Sesaat lamanya laki-laki yang seorang lagi seperti kebingungan. Agaknya dia
terkejut sendiri, betapa mudahnya dia memperoleh kemenang an.
"Saya tak mau cek," katanya. "Harus di bay dengan uang tunai." "Anda harus
memberi kami waktu untuk?mengumpulkan uang itu."
"Anda saya beri waktu empat puluh delapan
I jam." "Sampai hari Selasa yang akan datang." "Baiklah. Anda harus mengantar uang itu
kemari." Sebelum David berbicara lagi, dilanjutkannya, "Saya tak mau menemui
Anda di belukar yang sepi atau di tepi sungai yang terpencil, jadi jangan punya
?rencana begitu. Anda harus mengantar uang itu ke sini ke Stag jam sembilan,
? ?Selasa malam yang akan datang." "Besar sekali curiga Anda." "Saya tahu apa yang
harus saya perbuat. Dan saya kenal orang-orang macam Anda." "Bagaimana kata Anda
sajalah, kalau begitu." David keluar dari kamar itu, lalu menuruni tangga. Air
mukanya keruh karena marah yang amat sangat.
Beatrice Lippincott keluar dari kamar yang bertanda No. 4. Antara kamar No. 4
dan No. 5, ada pintu penghubung. Tapi hal itu hampir tak bisa dilihat oleh
penghuni kamar No. 5, karena ada sebuah lemari pakaian yang menutupi pintu
penghubung itu. Miss Lippincott, pipinya merah jambu dan matanya berseri-seri penuh gairah
kegembiraan. Dilicinkannya kembali sasak rambutnya dengan tangan gemetar.
BAB X Shepherd's Court, Mayfair, adalah sebuah blok besar yang terdiri dari fiat-fiat
umum yang mewah. Meskipun flat-flat itu tak kena kerusakan-kerusakan akibat
perbuatan musuh, namun flat-flat itu tak bisa lagi mempertahankan standar
kemudahan-kemudahannya seperti sebelum perang. Pelayanan masih tetap diberikan,
namun tak lagi begitu baik. Kalau semula ada dua orang penjaga pintu berpakaian
seragam, sekarang hanya ada seorang. Restorannya masih menyediakan makanan,
tetapi makanan itu tidak lagi diantar ke apartemen-apartemen, kecuali sarapan.
Flat yang disewa Mrs. Gordon Cloade, ada di lantai tiga. Di situ terdapat sebuah
kamar duduk dengan sebuah bar minuman, dua buah kamar tidur dengan lemari-lemari
yang terpasang tetap di dinding, dan sebuah kamar mandi yang luar biasa
bagusnya, dengan ubin dari chrom yang berkilat.
Di ruang tamu David Hunter sedang berjal hilir-mudik, sedang Rosaleen duduk di
sofa besar memperhatikannya. Dia pucat dan tampak k|p kutan.
i, "pemerasan!" gumamnya. "Pemerasan! Ya, Tuhan, pantaskah aku ini membiarkan
orang memeras diriku?" r Rosaleen menggeleng, dia bingung dan susah. "Kalau saja aku tahu," kata David.
"Kalau saja aku tahu" Terdengar Rosaleen terisak. David berkata lagi,
"Soalnya aku harus bekerja dalam gelap bekerja dengan mata tertutup kain " ? ?Tiba-tiba dia berbalik dengan kasar. "Batu-batu zamrud itu sudah kaubawa kepada
Mr. Greatorex di Bond Street?" "Sudah." "Berapa?"
Suara Rosaleen seperti tercekik waktu mengatakan,
"Empat ribu. Empat ribu pound. Katanya, kalau aku tidak menjualnya, aku harus
mengasuransikannya kembali.*'
"Ya batu-batu permata memang sedang meningkat harganya. Yah, pokoknya kita bisa
?mengumpulkan uang itu. Tapi kalau kita berhasil, ini hanya akan merupakan
awalnya artinya, kita akan diperas sampai mati diperas, Rosaleen, diperas
? ?habis-habisan!" Rosaleen menangis. "Oh, mari kita tinggalkan Inggris mari kita lari tak bisakah kita pergi ke
? ?Irlandia atau ke Amerika ke mana saja}"
? ?David berbalik dan memandanginya."Kau ini tak punya gairah melawan, ya Rosaleen"
Semboyanmu hanya: lari saja."' "Kita bersalah semuanya ini memang salah jahat
?sekali." "Jangan berpura-pura alim sekarang! Aku tak suka. Hidup kita sudah senang,
RosaJeen. Baru sekali inilah daiam hidupku aku hidup senang-dan aku tak mau
membiarkan itu berlaiu begitu saja, kau dengar itu" Kalau saja aku tak harus
berjuang dalam gelap bepni. Kau tentu tahu bahwa ini semua mungkin hanya suatu
gertakan saja-tak lebih dari gertakan" Underhay mungkin sudah terkubur baik-baik
di Afrika, sebagaimana , yang kita duga." Rosaleen bergidik.
"Jangan, David. Kau membuatku takut." David melihat padanya, melihat panik di
wajahnya, dan sikapnya langsung berubah. Dia mendatangi Rosaleen, duduk di
sampingnya dan menggenggam tangannya yang dingin.
"Kau tak usah kuatir," katanya. "Serahkan semuanya padaku dan lakukan apa-apa
?yang kukatakan. Kau bisa, kan" Lakukan saja apa-apa yang kukatakan." "Aku selalu
melakukannya,david." David tertawa. "Ya, kau memang selalu melakukannya. Kita
akan melepaskan diri dari kesulit-i an ini, jangan takut. Aku akan mencari jalan
untuk menghabisi Mr. Enoch Ardeg," "Bukankah ada sajak, David mengenai
?seseorang yang kembali "Ya." David langsung menyela. "Itulah yang menyusahkan aku.... Tapi aku akan
menyelidikinya, jangan takut."
"Malam Selasa, kau kau harus mengantarkan uang itu?" tanya Rosaleen.
?David mengangguk. "Lima ribu saja. Akan kukatakan padanya bahwa aku tak bisa mengumpulkan sisanya
secepat ini. Tapi aku harus menghalanginya untuk mendatangi keluarga Cloade.
Kurasa itu hanya ancamannya saja, tapi kita tak bisa yakin."
David berhenti berbicara, matanya menerawang jauh. Di balik mata itu, otaknya
bekerja, menimbang-nimbang dan menolak kemungkinan-kemungkinan.
Kemudian dia tertawa. Tawanya riang dan nekat. Ada orang yang kini sudah
meninggal, yang mengakui kenekatan itu....
Tawa itu adalah tawa seseorang yang akan beraksi dalam suatu urusan yang penuh
risiko dan bahaya. Tawa itu tawa senang dan mengandung tantangan.
"Aku bisa mempercayaimu, Rosaleen," katanya. "Syukurlah, aku bisa mempercayaimu
sepe-Buhnya." "Mempercayai diriku?" Rosaleen mengangkat matanya yang besar dan mengandung
pertanyaan. iUntuk melakukan apa?" David tersenyum lagi. Untuk melakukan tepat
seperti yang kukatakan. Itulah rahasianya suatu tindakan yg bersil, Rosaleen."
Dia tertawa. 'Tindakan terhadap Enoch Arden
BAB XI Rowley membuka amplop besar yang berwarna biru kehijauan dengan rasa heran.
Siapa gerangan yang menulis surat padanya dengan menggunakan amplop seperti itu,
tanyanya pada diri sendiri dan bagaimana bisa mendapat amplop seperti itu. ?Benda-benda begituan sudah tak ada lagi sejak perang.
"Mr. Rowley yang terhormat," bacanya.
"Saya harap Anda tidak menganggap saya lancang menulis surat ini pada Anda. Tapi
izinkanlah saya menulis surat ini, karena saya pikir ada hal-hal yang perlu Anda
ketahui." Dia merasa heran melihat kata-kata yang ditulis tebal-tebal itu.
"Hal itu ada hubungannya dengan percakapan kita kemarin malam, waktu Anda datang
menanyakan seseorang. Saya akan senang sekali menceritakan semuanya pada Anda,
kalau Anda mau datang ke Stag. Kami semua di sini merasa tak Benang mengenai
kematian paman Anda, dan uangnya diwarisi oleh orang luar.
"Saya harap Anda tak marah pada say soalnya saya benar-benar beranggapan bahwa
Anda sepatutnya tahu apa yang terjadi.
Hormat saya Beatrice Lippincott"
Rowley menatap surat yang dipegangnya itu, pikirannya penuh dengan renungan. Apa
artinya semua ini" Baik sekali si Bee itu. Dia sudah mengenai Beatrice sepanjang
umurnya, sudah sejak dia disuruh membeli tembakau di toko ayah Beatrice, dan
bermain-main dengannya di balik meja layan. Dia gadis yang manis. Rowley ingat,
waktu masih kecil dia mendengar desas-desus tentang Beatrice, ketika gadis itu
menghilang dari warmsley Vale. Setahun iamanya dia pergi dan semua orang
mengatakan bahwa dia pergi untuk melahirkan bayi tak sah. Mungkin benar mungkin
pula tidak. Tapi sekarang dia sangat dihormati dan sangat halus budinya. Memang
dia masih suka mengobrol dan tertawa cekikikan, tapi sikapnya sopan sekali.
Rowley mendongak melihat jam dinding. Dia akan langsung pergi ke Stag. Persetan
semua formulir itu. Dia ingin tahu apa yang ingin sekali diceritakan Beatrice
padanya. Pukul delapan lewat sedikit, dia membuka pintu salon. Dia mendapat sambutan yang
biasa, ada yang hanya mengangguk saja, ada yang igucapkan, "Selamat malam."
Rowley berjalan terus menuju bar, dan memesan minuman Guinness. Beatrice
melihatnya, dan wajahnya lalu berseri. "Saya senang Anda datang, Mr. Rowley."
"Selamat malam, Beatrice. Terima kasih atas suratmu;"


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beatrice memberinya pandangan berarti. "Sebentar lagi saya temani Anda, Mr. Row-
ley." Rowley mengangguk dan menikmati minumannya sambil merenung dan memperhatikan
? Beatrice menyudahi pelayanannya. Beatrice menoleh ke belakang sambil memanggil,
dan gadis yang bernama Lily segera datang untuk menggantikannya. "Mari ikut
saya, Mr. Rowley," bisik Beatrice.
Dia berjalan mendahului Rowley di sepanjang lorong, lalu memasuki pintu yang
bertulisan "Pribadi". Kamar itu kecil sekali dan terlalu penuh dengan perabotan.
Ada kursi-kursi tamu yang mewah, radio yang distel nyaring, banyak hiasan dari
porselen halus dan sebuah boneka badut yang sudah agak rusak, yang terlempar ke
belakang sandaran kursi. Beatrice mematikan radio, lalu menunjuk ke sebuah kursi tamu yang mewah. . "Saya
benar-benar senang Anda datang, Mr. Rowley, dan saya harap Anda tak marah saya
telah menulis surat itu pada Anda-tapi hal itu sudah saya pertimbangkan baik-
baik selama akhir pekan ini-dan sebagaimana yang saya
katakan, saya merasa bahwa Anda sangat perlu tahu apa yang sedang terjadi." Dia
kelihatan senang dan merasa dirinya penting.Tampak jelas bahwa dia merasa
senang. Dengan rasa ingin tahu Rowley bertanya, "Ada apa?"
"Anda tahu pria yang menginap di sini, bukan" Mr. Arden, yang Anda tanyakan
beberapa waktu yang lalu?" "Ya?"
"Esok malamnya, Mr. Hunter yang datang dan menanyakan dia." "Mr. Hunter?"
Rowley jadi tertarik. Duduknya jadi tegak. ya Mr. Rowley. No. 5, kata saya, dan
Mr. B Hunter mengangguk lalu langsung naik. Terus M terang, saya heran, karena
Mr. Arden itu tidak mengatakan bahwa dia mengenal seseorang di Warmsley Vale,
dan saya beranggapan bahwa dia adalah orang asing di sini dan tidak mengenal
siapa-siapa. Keh'hatannya Mr. Hunter sama sekali tak senang, seolah-olah telah
terjadi sesuatu yang merisaukannya. Tapi saat itu saya tentu belum k
berkesimpulan apa-apa."
Dia berhenti sebentar untuk bernapas. Rowley tidak berkata apa-apa, dia hanya
mendengarkan saja Dia tak pernah mau memburu-buru orang. Kalau orang suka
berlama-lama, dibiarkannya saja.
Beatrice melanjutkan dengan sikap orang penting,
"Sebentar kemudian, saya kebetulan harus naik ke kamar No. 4, untuk mengurus
handuk-handuk dan perlengkapan tempat tidur. Kamar itu bersebelahan dengan No.
5, dan kebetulan ada pintu penghubungnya. Orang yang berada di kamar No. 5 tidak
akan tahu bahwa pintu itu ada, karena tertutup oleh lemari pakaian yang besar.
Pintu itu selalu tertutup, tapi kebetulan waktu itu, terbuka sedikit entah ?siapa yang membukanya!"
Rowley tetap tidak mengatakan apa-apa, dia hanya mengangguk.
Beatrice sendiri yang membukanya, pikirnya. Dia ingin tahu, lalu sengaja naik ke
kamar No. 4 untuk nguping.
"Jadi, Mr. Rowley, dengan sendirinya saya mendengar apa yang dibicarakan. Saya
sudah menduga apa yang akan saya dengar-"
Rowley mendengarkan terus laporan singkat dari percakapan yang telah didengar
Beatrice, dengan wajah datar yang mengarah ke bodoh. Setelah selesai, Beatrice
menunggu dengan penuh harapan.
Beberapa menit lamanya Rowley seolah-olah tak sadarkan, diri. Setelah sadar, dia
bangkit. "Terima kasih, Beatrice," katanya. "Terima kasih banyak."
Setelah itu dia langsung keluar dari kamar itu. Beatrice merasa harga dirinya
agak terpukul. Dia benar-benar menyangka bahwa Mr. Rowley akan mengatakan
sesuatu. BAB XH Setelah Rowley meninggalkan Stag, Jangkahnya otomatis menuju rumahnya. Tetapi
setelah berjalan beberapa ratus meter, dia mendadak berhenti, lalu menyusuri
jalan yang tadi lagi. Otaknya memang lamban menanggapi segala sesuatu, dan baru sekaranglah rasa
terkejutnya mendengar kisah Beatrice tadi berganti dengan pengertian yang jelas.
Rowley tak ragu bahwa pada hakikatnya kisah Beatrice mengenai apa yang telah
didengarnya itu adalah benar. Dengan demikian telah timbul suatu keadaan yang
erat melibat setiap anggota keluarga Cloade Orang yang paling sesuai untuk
menangani hal ini jelas adalah paman Rowley, yaitu Paman Jeremy. Sebagai seorang
pengacara, Jeremy Cloade pasti tahu manfaat apa yang bisa ditarik dari keadaan
yang mengejutkan itu, dan langkah-langkah apa yang paling tepat diambil.
Meskipun sebenarnya Rowley inpn bertindak sendiri, dia menyadari dengan rasa
agak jengkel, bahwa akan jauh lebih baik untuk mengemukakan soal itu kepada
seorang pengacara yang cerdas dan berpengalaman. Makin cepat Jeremy mendapat
informasi ini makin baik. Dan oleh karenanya, Rowley lalu mengalihkan langkahnya
langsung ke rumah Jeremy di High Street.
Pelayan kecil yang membukakan pintu memberi tahu bahwa Mr. dan Mrs. Cloade masih
belum selesai makan malam. Dia mau mengantar Rowley masuk ke ruang makan, tetapi
Rowley menolak dan menyatakan bahwa dia lebih suka menunggu di ruang kerja
Jeremy, sampai mereka selesai makan. Dia kurang suka melibatkan Frances dalam
pembicaraannya. Makin sedikit yang tahu makin baik, sampai mereka bisa
memastikan tindakan apa yang akan diambil.
Dia berjalan hilir-mudik dengan gelisah dalam ruang kerja Jeremy. Di atas meja
kerja yang permukaannya datar terdapat sebuah kotak surat dari timah yang
bertulisan "Almarhum Sir Williams Jessamy". Pada rak-raknya terdapat kumpulan
buku-buku besar mengenai undang-undang. Ada sebuah foto lama dari Frances yang
mengenakan pakaian pesta dan sebuah foto ayahnya, Lord Edward Trenton, yang
mengenakan pakaian olahraga berkuda. Di atas meja tulis ada foto seorang pemuda
berseragam militer putra Jeremy, Antony, yang tewas dalam perang.?Rowley merinding lalu berbalik. Dia duduk di kursi lalu menatap foto Lord Edward
Tren-Ion. tpi ruang makan, Frances berkata pada suami-
"Mau apa si Rowley, ya?"
Dengan sikap bosan Jeremy berkata,
"Mungkin bingung dengan peraturan pematah. Semua petani hanya mengerti tak lebih
d"-seperempat dari formuhr-formuhr yang mere" isi itu. Rowley itu anak muda yang
sangat hati-hari. Dia jadi bingung."
"Dia anak baik," kata Frances*; "tapi lamban sekali. Kurasa hubungannya dengan
Lynn kurang lancar."
Tanpa perhatian penuh Jeremy bergumam, "Lynn-oh ya, tentu. Maafkan aku, a-aku
rasanya sulit memusatkan perhatian. Gara-gara
ketegangan ini " Cepat Frances berkata,
?"Jangan pikirkan hal itu. Semuanya akan beres, percayalah."
"Kau kadang-kadang membuatku takut, Frances. Kau suka nekat sekali. Kau tak
menyadari "?"Aku menyadari segala-galanya. Aku tak takut. Sungguh, Jeremy, aku sedang merasa
senang." "Itulah, Sayang," kau Jeremy, "yang justru membuatku kuatir." Frances tersenyum.
"Sudahlah," katanya. "Jangan biarkan anak muda kampungan itu menunggu terlalu
lama. "^u ?"Pi i IH 111' nomor seribu serarus sembdan puluh sembilan, atau yang mana
Tetapi waktu mereka keluar dari ruangan,
j-Uontme Edna datang dan BAB Xffl Pada petang hari Selasa itu, Lynn Marchmont pergi berjalan-jalan. Dia menyadari
bahwa hatinya sedang dilanda keresahan dan ketidakpuasan pada dirinya sendiri,
sebab itu dia merasa perlu menyendiri dan merenung.
Sudah beberapa hari dia tidak bertemu dengan Rowley. Setelah mereka berpisah
dengan pertengkaran kecil pada pagi hari waktu dia ingin meminjam lima ratus
pound dari Rowley, mereka masih bertemu seperti biasa. Lynn menyadari bahwa
permintaannya tak masuk akal dan bahwa Rowley berhak untuk menolaknya. Namun
bagi dua orang yang sedang bercinta, sebenarnya hal-hal yang tak masuk akal tak
perlu dipersoalkan. Di luar keadaan seperti biasa saja antara dia dan Rowley,
tetapi dalam hatinya dia tak begitu yakin. Beberapa hari terakhir ini dia merasa
segalanya membosankan. Namun dia tak mau mengakui pada dirinya sendiri bahwa
kepergian David Hunter yang mendadak bersama adiknya ke London mungkin merupakan
penyebab kebosanan itu. Diakuinya dengan kesal bahwa David itu orang yang
menggairahkan.... Sanak-saudaranya pada saat^ ini semua dianggapnya sangat membosankan. Ibunya
sedang dalam keadaan bersemangat. Pada waktu makan siang tadi orang tua itu
telah menjengkelkannya dengan mengatakan bahwa dia sedang mencoba mencari
seorang tukang kebun tambahan. "Si tua Tom benar-benar sudah tak mampu lagi
mengurus semuanya di sini." "Aduh, Mama, kita tak mampu," seru Lynn. "Omong
kosong. Sungguh, Lynn, kupikir Gordon pasti akan risau sekali seandainya dia
bisa melihat betapa terbengkelainya kebun kita. Dia selalu memberikan perhatian
khusus pada batas pekarangan, dan rumput yang selalu harus dipotong pendek, dan
jalan-jalan setapak yang harus selalu rapi-r tapi lihat keadaan semuanya
sekarang. Kurasa Gordon tentu ingin semuanya terpelihara lagi."
"Meskipun kita harus meminjam uang dari jandanya untuk berbuat begitu?"
"Sudah kukatakan, Lynn, Rosaleen cukup baik. Kurasa dia mengerti. Setelah utang-
utang kubayar semua, aku masih punya simpanan cukup di bank. Dan kupikir, dengan
tambahan tukang kebun -seorang lagi, kita malah berhemat. Ingat bahwa kita akan
bisa menanam sayur-sayuran lagi." L "Kita bisa membeli sayuran lebih banyak
dengan harga yang jauh lebih murah, daripada tambahan pengeluaran tiga pound
seminggu." f "Kurasa, kita bisa mencari orang yang mau Kbayar kurang dari itu.
Ada orang-orang yang baru bebas dari Dinas Militer yang menca pekerjaan. Itu kubaca di koran."
Dengan nada datar Lyttn berkata, "Saya taJ yakin Mama bisa menemukannya di
Warmslej Vale atau bahkan di Warmsley Heath."
?Meskipun persoalan itu sudah dianggap selesai, Lynn merasa takut bahwa ibunya
cenderung untuk tetap mengharapkan bantuan dari Rosaleen. Dia jadi teringat
kata-kata David yang penuh cemooh.
Maka, dengan perasaan tak puas dan tak senang, dia membawa pergi suasana hatinya
yang murung. Perasaan tak senangnya tidak berubah ketika bertemu dengan Bibi Kathie di depan
kantor pos. Bibi Kathie sedang gembira.
"Lynn sayang, kurasa kita akan mendapat berita baik secepatnya." "Apa maksud
Bibi Kathie?" Mrs. Cloade mengangguk dan tersenyum dengan pandangan orang bijak.
"Aku baru mendapat 'pesan* yang sangat mengejutkan benar-benar mengejutkan. ?Semua kesulitan kita akan berakhir dengan happy end yang sederhana. Aku telah
mengalami suatu hambatan, tapi sejak itu 'pesan' yang kuterima selalu berbunyi,
Coba coba coba lagi. Kalau mula-mula kau tak berhasil, dan seterusnya.... Aku
? ?tidak akan mengungkapkan rahasiaku, Lynn sayang. Dan aku sama sekali tak mau
menimbulkan harapan-harapan kosong terlalu cepat, tapi
aku percaya benar bahwa semuanya akan beret
secepatnya. Dan memang sudah waktunya. Aku kuatir sekali akan keadaan pamanmu.
Dia telah bekerja terlalu keras selama perang. Dia benar-benar sudah harus
pensiun dan mengabdikan dirinya pada studi khususnya tapi itu tentu tak bisa
?dilakukannya tanpa ada penghasilan yang lumayan. Dan kadang-kadang dia dilanda
perasaan gugup. Aku benar-benar kuatir memikirkan dia. Dia aneh sekali."
Lynn mengangguk sambil merenung. Dia bukannya tak melihat perubahan atas diri
Lionel Cloade, begitu pula perubahan suasana hatinya yang aneh. Lynn menduga
bahwa pamannya itu kadang-kadang menggunakan morfin untuk merangsang dirinya,
dan dia bahkan kuatir kalau-kalau pamannya itu sudah menjadi seorang pecan-ou.
Itu terbukti dari mudahnya dia menjadi gugup dan jengkel. Dia tak tahu apakah
Bibi Kathie tahu atau menduga hal itu. Bibi Kathie tidak sebodoh yang disangka
orang, pikir Lynn. Sementara dia berjalan di High Street, dilihatnya sekilas Paman Jeremy yang
sedang memasuki pintu depan rumahnya. Orang tua itu kelihatan jauh lebih tua
dalam tiga minggu ini, pikir Lynn.
Dia mempercepat langkahnya. Dia ingin keluar dari Warmsley Vale, ke atas bukit,
ke alam terbuka. Dengan berjalan lebih cepat dia segera merasa lebih baik. Dia
akan menempuh enam atau tujuh mil dan memikirkan persoalan-persoalan ibaik-
?baik. Selama hidupnya dia selalu tegas dan
berpikiran sehat. Dia selalu tahu apa yang di ingininya dan apa yang tak
dikehendakinya Hingga kini, tak pernah dia merasa puas hanyj dengan mengikuti
arus saja.... "Ya, itulah soalnya! Mengikuti arus.' Suatu cara hidup yang tak punya tujuan,
tanpa bentuk. Begitulah keadaannya sejak dia bebas dari Dinas Militer. Dia
dilanda nostalgia akan masa perang itu. Pada saat mana tugas-tugas selalu
ditentukan dengan jelas, hidup selalu berencana dan teratur dan dia tak perlu
?mengambil keputusan-keputusan sendiri, Ketika merumuskan pendapat itu, dia
merasa ngeri. Benarkah itu yang diam-diam dirasakan orang di mana-mana" Itukah
pengaruh perang atas diri kita" Bukan bahaya-bahaya fisik seperti ranjau-ranjau
?di laut, bom-bom dari udara, ledakan peluru senapan yang memekakkan bila kita
sedang berkendaraan di gurun pasir. Bukan itu, melainkan bahaya kejiwaan, saat
kita menyadari betapa lebih mudahnya hidup ini bila kita tidak lagi berpikir....
Dia, Lynn Marchmont, bukan lagi gadis yang cerdas, tegas, dan selalu berpikiran
sehat seperti waktu dia mula-mula masuk Dinas. Kecerdasannya telah dikhususkan
dan disalurkan ke saluran-saluran yang sudah ditentukan. Kim, setelah dia
menguasai dirinya sendiri dan bisa mengatur hidupnya sendiri lagi, Lynn ngeri
merasakan penyimpangan pikirannya dalam menangani dan bergelut dengan masalah-
masalah pribadinya sendiri.
yan tersenyum kecut Lynn berpikir sendi",
Aneh, bila tokoh "ibu rumah tangga" seperti yang tercantum dalam surat kabar
JfU, benar-benar telah mempengaruhi dirinya gara-gara keadaan perang. Kaum
wanita y3rtg dihalangi oleh sejumlah besar larangan tidak dibantu oleh suatu
daftar tentang apa-apa yang boleh dilakukan. Kaum wanita yang harus membuat
rencana, berpikir dan berkreasi -dengan bahan seadanya, yang harus memanfaatkan
semua keahlian yang ada pada dirinya, dan mengembangkan suatu keahlian baru
tanpa mereka sadari! Hanya merekalah, pikir Lynn, yang bisa berdiri tegak tanpa
penopang, yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan orang lain. Sedang dia
sendiri, Lynn Marchmont, yang berpendidikan baik, pandai, pernah menjalankan
pekerjaan yang membutuhkan otak dan ketekunan yang besar, kini tanpa kemudi,
tanpa kepastian ya, dengan kata lain yang dibencinya: mengambang....?Dan orang-orang yang tak pergi berperang; Rowley misalnya.
?Tapi kemudian Lynn mengarahkan pikirannya yang semula bersifat umum dan samar,
pada persoalan pribadinya. Dirinya sendiri dan Rowley. Itulah masalahnya satu-
?satunya masalah. Apakah dia benar-benar mau menikah dengan Rowley}
Perlahan-lahan bayang-bayang memanjang, hari menjadi senja dan mulai gelap. Lynn
duduk tanpa bergerak sambil bertopang dagu, di atas sebuah bati" di lereng
bukit, sambil memandangi lembah di bawahnya. Dia tidak menyadari* waktu tapi dia sadar bahwa dia enggan
puiang Jce Whiti House. Di bawahnya, di sebelah kiri, terdapai Long Willows.
Long Willows, yang akan menjadi tempat'tinggalnya bila dia menikah dengan
Rowley. ?Kalau.' Kembali lagi pada persoalan kalau kalau kalau!
? ?Seekor burung terbang, keluar dari hutan dengan suatu pekikan terkejut, seperti
pekik seorang anak yang marah. Segumpal asap kereta api membubung ke langit,
dengan membentuk suatu tanda tanya raksasa, " " "
Apakah aku akan menikah dengan Rowley" Maukah aku menikah dengan Rowley"
Pernahkah aku ingin menikah dengan Rowley" Bisakah aku tidak menikah dengan
Rowley" Kereta api melaju terus ke desa, asapnya bergoyang-goyang lalu menyebar. Tetapi
tanda tanya tadi tak hilang dari pikiran Lynn.
Dia memang mencintai Rowley sebelum dia pergi. Tapi aku kembali dalam keadaan
berubah, pikirnya. Aku bukan Lynn yang sama lagi. Sebaris syair terlintas dalam
pikirannya. "Hidup, dan dunia, dan diriku sendiri, sudah berubah..." Sedang
Rowley" Rowley tidak berubah. Ya, itulah soalnya. Rowley tidak berubah. Rowley
masih tetap seperti waktu ditinggalkannya empat tahun yang lalu. j
Maukah dia menikah dengan Rowley" Jika tidak, apa yang diingininya"
Terdengar derak ranting-ranting di belakangnya, dan suara seorang laki-laki yang
mengumpat-umpat sambil menyibak semak-semak untuk dilewatinya.
"David!" seru Lynn.
"Lynn!" Dia kelihatan terkejut sekali, setelah dia berhasil membebaskan dirinya
dari akar tumbuh-tumbuhan. "Demi Tuhan, mengapa kau ada di sini?"
Kelihatannya pria itu baru saja berlari, napasnya tersengal-sengal.
"Entahlah, aku sendiri tak tahu. Hanya berpikir duduk dan berpikir." Dia
?tertawa tak enak. "Rupanya sudah malam."
?"Apakah kau sampai tak sadar akan waktu?"
Lynn melihat ke jam tangannya.
"Huh, berhenti lagi. Jam-jamku jadi tak beres semua."
"Bukan hanya jam!" kata David. "Gara-gara daya listrik dalam dirimu itu. Daya
hidupmu. Hidupmu itu."
David mendekatinya. Lynn merasa agak terganggu, lalu bangkit.
"Hari sudah gelap sekali. Aku harus cepat-cepat pulang. Jam berapa sekarang,
David?" "Jam sembilan lewat seperempat. Aku juga harus berlari cepat-cepat. Aku harus
berusaha supaya bisa ikut kereta api ke London yang jam 21.20."
"Aku tak tahu kau sudah kembali dari Lot don!"
"Aku harus mengambil beberapa barangku dar Furrowbank. Tapi aku harus ikut
kereta api in, Rosaleen tinggal sendiri di flat dan dia takut sekali kalau ?harus tinggal seorang diri di London."


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Takut di sebuah flat umum?" tanya Lynn mencemooh. David menjawab dengan tajam.
"Rasa takut adalah sesuatu yang tak logis. Bih kau pernah mengalami suatu
ledakan keras " Lynn tiba-tiba merasa malu sekali merasa berdosa. Katanya,
? ?"Maafkan aku. Aku lupa." Dengan getir David berseru, "Memang, itu memang segera
dilupakan orang semua orang begitu. Kembali pada keadaan yang aman.' Pada
?keadaan yang tenangi Kembali pada keadaan sebelum peristiwa berdarah itu mulai!
Merangkak kembali ke lubang- , lubang kecil masing-masing dan bersikap aman. j
Kau juga begitu, Lynn kau sama saja dengan j yang lain!" I
?"Tidak," seru Lynn. "Aku tidak begitu, David. I Aku baru saja berpikir baru
?saja tadi " 'Tentang aku?"
?Reaksi David yang begitu spontan membuat f Lynn kaget. Tiba-tiba pria itu
merangkul Lynn, I mendekapnya. Diciuminya Lynn dengan bibir " membara dan hati
panas. j "Rowley Cloade?" tanyanya. "Si dungu itu" Demi Tuhan, Lynn, kau milikku."
Kemudian tiba-tiba dilepaskannya Lynn, sebagaimana dia tiba-tiba merangkulnya
tadi. Lynn setengah didorongnya. "Aku akan ketinggalan kereta api." Kemudian dia
berlari pontang-panting menuruni bukit. "David..."
David menoleh sambil berseru,
"Akan kutelepon kau, begitu aku tiba di London...."
Lynn memandanginya menembus kegelapan. Larinya ringan, atletis, dan dengan gaya
yang wajar. Kemudian dengan gemetar, dengan hati yang berguncang aneh dan pikiran kacau,
Lynn berjalan pulang. Dia ragu sebentar sebelum masuk. Dia enggan mendapatkan sambutan ibunya yang
penuh kasih sayang, enggan menjawab pertanyaan-pertanya-annya....
Ibunya yang telah meminjam lima ratus pound dari orang-orang yang dibencinya.
"Kami tak punya hak untuk membenci Rosaleen dan David," pikir Lynn sambil naik
ke lantai atas, perlahan-lahan. "Kami semua sama saja. Kami mau melakukan apa
saja apa saja, demi uang."
?Dia berdiri di kamar tidurnya, memandangi wajahnya di kaca dengan rasa ingin
tahu. Wajah tu, wajah seorang asing, pikirnya....
Kemudian, tiba-tiba dia th& "Bih Rowley benar-benar cint m^h-nya, "dia tentu
bisa mengusah^^V'fc, David berkata bahwa dia akan begitu tiba di London. me"elepor]
BAB XIV "Oh, kau rupanya, Lynn." Suara Adela ceria dan lega. "Aku tak mendengar kau
masuk, Sayang. Sudah lama kau kembali?"
"Oh, sudah lama sekali. Saya di atas."
"Sebaiknya kauberi tahu aku kalau kau kembali, Lynn. Aku selalu kuatir kalau kau
keluar seorang diri, malam hari."
"Alaa, Mama, apakah Mama pikir saya tak bisa menjaga diri sendiri?"
"Yah, surat-surat kabar memuat kejadian-kejadian yang mengerikan, akhir-akhir
ini. Prajurit-prajurit yang baru bebas tugas itu suka menyerang gadis-gadis."?"Saya rasa gadis-gadis itu sendiri yang mengumpannya."
Lynn tersenyum senyum yang agak kecut.
?Ya, gadis-gadis memang suka mencari-cari bahaya.... Ah, siapa sebenarnya yang
ingin aman..." "Lynn, Sayang, kau dengar tidak?" Lynn memaksa pikirannya kembali. Ibunya sedang
berbicara. "Apa kata Mama?"
"Aku sedang berbicara tentang gadis-gadis yang akan menjadi pengiringmu waktu
menikah kelak. Kurasa pemerintah bisa memberikan ku-pon-kuponmu. Kau beruntung
karena bisa mendapat kupoh-kupon sebagai bekas anggota Angkatan Perang. Aku
kasihan sekali pada gadis-gadis zaman sekarang yang akan menikah. Mereka hanya
bisa mengharapkan kupon-kupon biasa saja. Maksudku, dengan demikian mereka sama
sekali tak bisa membeli apa-apa. Padahai, mencari pakaian daJam pun sulit, kita
harus betul-betul berjuang untuk mendapatkannya. Ya, Lynn, kau memang
beruntung." "Ya, beruntung sekali." Dia berjalan berkehling dalam ruangan itu
berputar-putar, mengambil barang-barang, lalu meletakkannya kembali.
?"Haruskah kau begitu gehsah, Sayang} Aku jadi bingungi" "Maaf, Ma."
'Tidak ada apa-apa, kan?" "Ada apa?" tanya Lynn tajam. "Nah, nah, jangan
menyerang aku begitu. Bicara tentang pengiring pengantin, kurasa sebaiknya
kauminta tolong si Macrae. Kau kan tahu, ibunya adalah sahabat karibku, dan
kurasa dia akan tersinggung bila " "Sejak dulu saya tak suka pada Joan Macrae,"
?"Aku tahu, Nak, tapi tak apa-apa, kan" Marjorie pasti akan tersinggung " "Ah,
?Mama, ini kan pernikahan saya}"
"Ya, aku tahu, Lynn, tapi "
?"Itu pun, kalau memang ada pernikahan!" Dia tak bermaksud berkata begitu. Kata-
kata itu keluar begitu saja tanpa direncanakannya. Ingin dia menariknya kembali,
tapi sudah terlambat. Mrs. Marchmont memandang anaknya dengan terbelalak,
ketakutan. "Lynn sayang, apa maksudmu?" "Ah, tak apa-apa, Ma." "Kau kan tidak
bertengkar dengan Rowley?" 'Tidak, tentu tidak. Jangan bingung, Ma. Semuanya
baik-baik saja." Tetapi Adela memandangi anaknya dengan benar-benar ketakutan, dia merasakan
gejolak yang ada di balik wajah Lynn yang berkerut.
"Aku selalu merasa bahwa kau akan aman bila menikah dengan Rowley," katanya
meratap. "Siapa yang ingin aman?" tanya Lynn mencemooh. Dia berbalik dengan mendadak.
"Dering teleponkah itu?"
"Bukan. Mengapa" Apakah ada yang akan meneleponmu?"
Lynn menggeleng. Memalukan sekali menunggu-nunggu telepon berdering. Tetapi
David berkata bahwa dia akan menelepon malam ini. Pasti. Kau gila, katanya
mengatai dirinya sendiri. Gila. , Mengapa daya tarik laki-laki itu begitu besar
terhadapnya" Dia terkenang, dan terbayang di matanya, wajah yang keruh dan
murung. Dia mencoba melenyapkan bayangan itu, mencoba menggantinya dengan wajah
Rowley yang lebar dan tampan. Senyumnya yang Jamban, pandang, annya yang penuh kasih sayang.
Tetapi apakah Rowley benar-benar sayang padanya" pikirnya. Bila dia benar-benar
sayang, hari itu seharusnya dia mengerti, waktu dia mendatanginya dan mengemis
hina ratus pound. Seharusnya dia mengeiti, dan tidak begitu mati-matian
berpegang pada perhitungan. Menikah dengan Rowley, tinggal di tanah
pertaniannya, dan tak pernah pergi lagi, tak pernah mehhat langit negeri asing
lagi, mencium bau yang aneh-aneh tak pernah bebas lagi....?Telepon berdering. Lynn menarik napas dalam-dalam, berjalan menyeberangi lorong
rumah, lalu mengangkat telepon itu.
Dengan kaget Lynn mendengar suara halus Bibi Kathie dari seberang.
"Lynn" Kaukah itu" Oh, aku senang sekali. Aku bingung sekah' mengenai pertemuan
?di Yayasan tadi " ?Suara halus itu berbicara terus. Lynn mendengarkan, memberikan komentar bila
perlu menenangkan, dan menerima ucapan terima kasih.
?"Sekarang aku sudah tenang, Lynn. Kau selalu baik dan praktis. Aku benar-benar
tak mengerti mengapa aku bisa jadi begitu bingung."
Lynn juga tak mengerti. Bibi Kathie makin sering menjadi bingung gara-gara hal-
hal yang sederhana sekali. "Tapi aku selalu berkata," kata Bibi Kathie
galanya jadi salah. Telepon kami rusak, dan aku harus pergi ke telepon umum.
Nah, aku sekarang tak punya uang logam twopence, hanya recehan setengah penny
saja hingga aku harus pergi untuk menukarkannya "
? ?Akhirnya telepon ditutup. Lynn meletakkan telepon itu dan kembali ke ruang tamu.
Adela Marchmont yang sedang tegang, bertanya, "Apakah itu " lalu berhenti. Lynn
?cepat-cepat menjawab, "Bibi Kathie." "Mau apa dia?" "Ah, biasa, kebingungan."
Lynn duduk lagi dengan sebuah buku. Dia mencuri pandang ke jam. Oh masih
?terlalu awal. Teleponnya belum bisa diharapkan. Jam 23.05 telepon berdering
lagi. Lambat-lambat dia pergi ke tempat telepon. Kali ini dia tak mau berharap
mungkin Bibi Kathie lagi....
?Ternyata bukan. "Warmsley Vale 34" Bisakah Miss Lynn Marchmont menerima telepon
pribadi dari London?" Jantungnya serasa berhenti berdenyut. "Saya sendiri."
"Harap menunggu."
Lynn menunggu terdengar bunyi-bunyi ka-cau lalu sepi. Dinas telepon makin tak
? ?beres saja. Dia menunggu. Akhirnya ditekannya telepon itu dengan marah.
Terdengar suara seorang wanita, acuh, dingin, dan tak berminat. "Harap letakkan
saja. Anda akan dipanggil lagi nanti."
Alat itu diletakkannya, lalu kembali ke ruang
tainu utama. Waktu tangannya sudah mem pintu, telepon berdering lagi. Dia
bergegas bah ke pesawat telepon. "Halo?" ...... ,
Terdengar suara seorang laki-lab berkata "Warmsley Vale 34" Telepon pribadi dari
Lond0n untuk Miss Lynn Marchmont." "Saya sendiri."
"Harap tunggu sebentar. Kemudian terdengar samar-samar, "Silakan bicara, London.
Anda sudah disambungkan...."
Lalu tiba-tiba terdengar suara David,
"Lynn, kaukah itu?"
"David!" "Aku harus berbicara denganmu." "Ya..." I
"Begini, Lynn, kurasa sebaiknya aku pergi-" "Apa maksudmu?"
"Pergi meninggalkan Inggris. Ah, sederhana sekali. Aku sudah berpura-pura bahwa
itu bukan demi Rosaleen melainkan hanya karena aku tak mau meninggalkan ?Warmsley Vale. Tapi untuk apa semua itu" Antara kau dan aku tidak akan bisa
?bersatu. Kau gadis baik-baik, Lynn sedang aku, aku ini orang jahat, sejak dulu.
?Dan jangan kau menepuk dada bahwa aku akan mau berubah menjadi baik demi kau.
Mungkin aku punya niat untuk itu-tapi tidak akan berhasil. Sebaiknya kau kawin
saja dengan Rowley si petani itu. Dia tidak akan pernah membuatmu kuatir
sepanjang hidupmu, sedang aku akan membuat hidun"~ ' '
Lynn hanya berdiri saja memegangi telepon itu, anpa bisa berkata-kata. >'Lynn,
masih adakah kau di situ?" "Ya, masih."
"Kau tak berkata apa-apa." "Apa yan8 harus kukatakan?" "Lynn?" "Apa...?"
Aneh, bahwa dalam jarak begitu jauh, dia bisa merasakan kekacauan David, desakan
hatinya.... David mengumpat perlahan, lalu berkata dengan keras, "Ah, persetan semuanya!"
lalu memutuskan hubungan.
Mrs. Marchmont yang baru keluar dari ruang tamu utama, bertanya, "Apakah itu ?"
?"Salah sambung," kata Lynn, lalu cepat-cepat naik ke lantai atas.
BAB XV Adalah kebiasaan di Penginapan Stag, bahwa para tamu dibangunkan pada jam-jam
yang mereka inginkan, dengan cara sederhana, yaitu menggedor pintu kamarnya
dengan nyaring dan berseru, "Jam 8.30, Tuan." atau "Jam 8." tergantung waktunya.
Pada pagi hari Rabu itu, gadis yang bernama Gladys menjalankan cara yang biasa
itu di luar kamar No. 5. Dia berteriak, "Jam 8.15, Tuan," sambil menggedorkan
nampan yang sedang dibawanya, hingga susu yang di nampan itu tercecer dari
wadahnya. Dia terus lagi, membangunkan tamu-tamu yang lain, lalu melanjutkan
tugas-tugasnya. Pukul sepuluh dia baru menyadari bahwa teh untuk penghuni kamar No. 5 masih ada
di keset kaki di luar pintu.
Dia mengetuk pintu itu beberapa kali, tapi tidak mendapatkan jawaban. Akhirnya
dia masuk. Pria di kamar No. 5 ini tak biasanya kesiangan. Dan dia lalu ingat bahwa di luar
jendela kamar itu ada atap yang datar, yang dapat dengan mudah dijadikan tempat
keluar-masuk. Pikir Gladys,
Jali be, jp, mungkin saja No. 5 melarikan diri, tanpa mau membayar.
Tetapi pria yang tercatat sebagai Enoch Arden itu tidak melarikan diri. Dia
terbaring tertelungkup di tengah-tengah kamar, dan tanpa pengetahuan tentang
kedokteran sedikit pun, Gladys langsung bisa memastikan bahwa orang itu sudah
meninggal. Gladys menengadahkan kepalanya dan menjerit, lalu berlari ke luar kamar sambil
berteriak-teriak. "Aduh, Miss Lippincott Miss Lippincott aduh "? ? ?Beatrice Lippincott berada di kamar pribadinya. Dr. Lionel Cloade sedang
membalut tangannya yang luka pembalut itu lepas dari tangan dokter itu, dan dia
?menoleh dengan jengkel pada gadis yang menyerbu masuk itu! "Aduh, MissV Dokter
membentak, "Ada apa" Ada apa?" "Ada apa, Gladys?" tanya Beatrice. "Pria di kamar
No. 5 itu, Miss. Dia terbaring di lantai, dia meninggal."
Dokter memandang dengan terbelalak, mula-mula ke gadis-itu, lalu ke Miss
Lippincott. Sedang wanita itu mula-mula terbelalak ke arah Gladys, lalu ke
dokter. Akhirnya dengan nada tak yakin, Dr. Cloade berkata,
Omong kosong." "Meninggal, sungguh," kata Gladys, lalu dhV jutkannya, "Kepalanya pecah/" Dokter
melihat ke arah Miss Lippincott. "Barangkali sebaiknya aku " "Ya, tolong,
?Dokter Cloade. Tapi sungguh saya tak menyangka rasanya tak mungkin."
? ?Mereka beriringan naik ke lantai atas, Gladys paling depan. Dr. Cloade melihat,
lalu dia berlutut dan membungkuk ke tubuh yang terbaring itu.
Dia mendongak ke arah Beatrice. Sikapnya berubah menjadi tegas dan nada
bicaranya memerintah. "Sebaiknya telepon kantor polisi," katanya. Beatrice Lippincott keluar diiringi
Gladys. Gladys berbisik, "Aduh, Miss, apakah menurut Anda ini suatu pembunuhan}"
Beatrice meh'tinkan sasak rambutnya yang berwarna keemasan dengan gugup.
"Tutup mulutmu, Gladys" katanya dengan tajam. "Mengatakan bahwa sesuatu itu
pembunuhan sebelum kita yakin, merupakan fitnah, dan bisa-bisa kau diseret ke
pengadilan untuk itu. Tak baik untuk Stag kalau sampai tersiar desas-desus."
Untuk menunjukkan kebaikan hatinya), ditambahkannya, "Pergilah membuat teh untuk
dirimu sendiri. Itu baik bagimu."
"Ya, memang, Miss. Saya merasa mual J Saya akan membawakan secangkir untuk Anda
juga." Beatrice tak menolak.
BAB XVI Inspektur Spence memandang dengan penuh perhatian pada Beatrice Lippincott, yang
duduk di seberang mejanya dengan bibir tertutup ra-
"Terima kasih, Miss Lippincott," katanya. "Hanya itukah yang bisa Anda ingat"
Akan saya suruh tik dulu pernyataan Anda itu supaya Anda baca, lalu saya harap
Anda tak keberatan menandatanganinya "
?"Astaga saya kan tidak akan disuruh memberikan kesaksian di pengadilan?"
?Inspektur Spence tersenyum menenangkan. "Oh, kita harapkan saja tidak sampai
perlu," katanya membohong.
"Mungkin dia bunuh diri," tegas Beatrice dengan penuh harapan.
Inspektur Spence tak mau mengatakan, bahwa dalam suatu usaha bunuh diri orang
biasanya tidak melubangi bagian belakang kepalanya de-lgan jepit arang dari
baja. Dia hanya menjawab |engan cara yang tetap menenangkan,
"Menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa tak riah baik.^Terima kasih, Miss
Lippincott. Anda baik sekali, telah bersedia segera datang membau pernyataan ini."
Setelah wanita itu diantar keluar, Inspektui Spence memikirkan pernyataan itu
lagi. Dia tahu betul siapa Beatrice Lippincott dan dia tahu betul sampai
seberapa jauh kebenaran pernyataannya bisa dipercaya. Ada bagian yang merupakan
percakapan yang benar-benar telah didengarnya dan diingatnya. Ada pula bumbu-
bumbu yang telah dibubuhkan untuk menambah hebatnya kisah itu. Ada lagi
tambahan, karena pembunuhan itu dilakukan di kamar No. 5. Tetapi bila tambahan-
tambahan itu dihilangkan, tinggallah kenyataan yang buruk dan tak menyenangkan.
Inspektur Spence melihat ke meja di hadapannya. Di situ ada sebuah jam tangan
yang kacanya pecah, sebuah pemantik rokok dari emas, dengan huruf-huruf awal
nama orang, sebatang lipstik dalam tabung yang bersepuh emas, dan sebuah jepit
arang dari baja yang berat.-Di bagian atas jepit arang itu ada noda coklat tua.
Sersan Graves menjenguk ke dalam dan berkata bahwa Mr. Rowley Cloade sedang
menunggu. Spence mengangguk dan sersan itu mengantar Rowley masuk.
Inspektur itu tidak hanya tahu betul siapa Beatrice Lippincott, dia juga, tahu
betul siapa Rowley Cloade. Kalau Rowley sampai datang ke jkantor polisi, itu
berarti bahwa ada sesuatu yang I harus dikatakannya. Dan apa yang akan dikata-j
kannya itu pasti benar, dapat diandalkan, dan j
bukan hasil khayalan. Pokoknya baik untuk
didengarkan. Dalam pada itu, karena Rowley adalah orang yang sifatnya hati-hati,
pasti akan lama dia baru berbicara. Dan orang seperti Rowley Cloade tak bisa
diburu-buru. Bila dipaksa, dia akan jadi bingung, mengulang-ulangi ucapan-
ucapannya, dan biasanya jadi makan waktu dua kali lebih lama....
"Selamat pagi, Mr. Cloade. Senang bertemu dengan Anda. Apakah Anda bisa membantu
memberikan kejelasan pada masalah kami ini" Mengenai pria yang terbunuh di Stag
itu." Spence keheranan karena Rowley memulai dengan pertanyaan. Dia tiba-tiba
bertanya, "Apakah Anda sudah mengenali orang itu?" "Belum," sahut Spence lambat-
lambat. "Dia menandatangani buku tamu dengan nama Enoch Arden. Tapi pada barang-
barang miliknya tak ada tanda-tanda bahwa dia benar Enoch Arden." Rowley
mengerutkan alisnya. "Apakah itu tidak aneh?" Memang aneh sekali, tetapi ?Inspektur Spence tak ingin membahas hal itu dengan Rowley Cloade, betapapun
anehnya hal itu menurut petani itu. Dia hanya berkata dengan nada menyenangkan,
"Sudahlah, Mr. Cloade, sayalah yang harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Anda
pergi menemui orang yang meninggal itu, rltemarin malam. Untuk apa?" I "Apakah
Anda kenal Beatrice Lippincott pemilik Stag, Inspektur?"
.;'"Ya, tentu. Dan saya sudah mendengar laporan dari dia. Ia datang sendiri."


Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rowley tampak lega. "Bagus. Saya sudah takut kalau-kalau dia tak mau terlibat dalam urusan polisi.
Dia itu kadang-kadang lucu." Inspektur Spence mengangguk. "Nah, Beatrice juga
menceritakan pada saya apa yang didengarnya dan menurut saya, hal itu sangat
mencurigakan saya tak tahu apakah kesan Anda juga begitu. Maksud saya yah,
? ?kamilah pihak-pihak yang berkepentingan."
Lagi-lagi Inspektur Spence mengangguk. Dia telah menaruh perhatian khusus atas
kematian Gordon Gloade, dan sebagaimana pendapat umum di tempat itu, dia juga
berpendapat bahwa sebagai akibatnya keluarga Gordon mengalami nasib tak baik.
Dia juga membenarkan pendapat umum bahwa Mrs. Gordon Cloade, "bukan wanita kelas
atas", dan bahwa abang Mrs. Gordon Cloade adalah seorang bekas anggota pasukan
komando yang penghasut, yang meskipun dalam perang sangat berguna, namun dalam
masa damai mereka harus diawasi dengan rasa curiga.
"Saya rasa saya tak perlu menjelaskan pada Anda, Inspektur, bahwa bila suami
Mrs. Gordon Cloade yang pertama masih hidup, maka keadaannya akan besar bedanya
bagi kami sekeluarga. Mendengar kisah Beatrice itu, baru pertama kalinya saya
tahu bahwa hal semacam itu mungkin terjadi. Saya sama sekali tak menyangka. Saya
i sangka dia sudah pasti seorang janda. Dan terus
terang, saya terguncang juga. Agak lama saya baru mengerti. Saya harus
meresapkanttya dulu."
Spence mengangguk lagi. Bisa dibayangkannya Rowley yang lamban mencerna
persoalan itu, membolak-baliknya dalam pikirannya.
"Mula-mula saya pikir, sebaiknya saya minta paman saya yang ahli ?hukum menanganinya." "Mr. Jeremy Cloade?" "Ya. Maka saya pun pergi ke sana.
?Waktu itu kira-kira jam delapan lewat. Mereka sedang makan malam, dan saya duduk
di kamar kerja Paman Jeremy, menunggunya sambil menimbang-nimbang." "Lalu?"
"Lalu akhirnya saya memutuskan bahwa saya akan mengerjakannya sendiri, sebelum
saya melibatkan paman saya. Saya pikir, Inspektur, ahli-ahli hukum sama saja.
Mereka terlalu lamban, terlalu berhati-hati, dan harus merasa yakin betul akan
kenyataan-kenyataan sebelum mau menangani suatu persoalan. Informasi yang saya
dapat hanya dengan cara di bawah tangan dan saya pikir, mungkin Paman Jeremy
?akan ragu-ragu dalam bertindak. Maka saya putuskan untuk pergi ke Stag sendiri,
dan melihat orang itu sendiri."
"Dan Anda lakukan itu?"
"Ya. Saya langsung kembali ke Stag "
?"Jam berapa waktu itu?"
Rowley berpikir. >. "Coba saya ingat dulu. Saya tiba di rumah Paman Jeremy jam
delapan lewat dua puluh atau
sekitar itulah-lima menit-ah, saya tak biSa mengatakannya dengan pasti, Mr.
Spence-sete-ngah sembilan atau mungkin kira-kira jam sembilan kurang dua puluh
?menit." "Ya, Mr. Cloade?"
"Saya tahu di mana si tolol itu Bee telah menyebutkan nomor kamarnya maka saya
? ?langsung pergi ke sana dan mengetuk pintunya, dan dia berkata, 'Masuk', dan saya
masuk." Rowley berhenti sebentar. "Entah bagaimana saya lalu berpikir bahwa saya
tidak menangani soal itu dengan baik. Padahal waktu masuk, saya merasa bahwa
saya berada di atas angin. Tapi agaknya laki-laki itu orang yang cukup pandai.
Saya tak berhasil menekannya untuk mendapatkan sesuatu yang pasti. Saya sangka
dia akan ketakutan bila disindir bahwa dia telah melakukan semacam pemerasan,
tapi rupanya itu bahkan menyenangkan hatinya. Bahkan dia berani bertanya, kalau-
kalau saya juga mau berurusan dengan dia. 'Anda tak bisa mempennainkan saya,'
kata saya. 'Saya tak perlu menyembunyikan apa-apa.' Dengan lancang dia berkata
bahwa bukan itu maksudnya. Soalnya, katanya, dia ingin menjual sesuatu, dan
apakah saya mau menjadi seorang pembeli" 'Apa maksud Anda"' tanya saya.
Jawabnya, 'Berapa Anda atau seluruh keluarga Anda mau membayar saya, kalau
? ?saya bisa membuktikan dengan pasti j bahwa Robert Underhay yang dilaporkan sudah
meninggal di Afrika, sebenarnya masih hidup"'
Saya bertanya mengapa kami harus membayar" Dan dia tertawa dan berkata, 'Karena
ada seorang klien lain yang akan datang malam ini, yang pasti mau membayar mahal
sekali untuk bukti positif bahwa Robert Underhay sudah meninggal.' Lalu yah, ?saya rasa saya jadi marah dan berkata bahwa keluarga saya tak biasa punya urusan
kotor begitu. Kata saya lagi, bila Underhay benar-benar masih hidup, hal itu
harus bisa dibuktikan dengan mudah. Setelah itu saya akan keluar, tapi dia
tertawa dan berkata dengan nada aneh, 'Saya rasa Anda tidak akan bisa
membuktikannya tanpa kerja sama dari saya.' Aneh sekali caranya mengatakan itu."
"Lalu?" "Yah, terus terang, saya pulang dengan perasaan gelisah. Saya merasa bahwa saya
telah mengacaukan keadaan. Saya merasa sebaiknya kalau sejak semula saya
serahkan saja pada Paman Jeremy untuk menanganinya. Maksud saya, seorang ahli
hukum biasa menangani orang-orang licik seperti itu." "Jam berapa Anda
meninggalkan Stag?" "Saya kurang tahu. Tunggu sebentar. Pasti beberapa menit
menjelang jam sembilan, karena saya mendengar tanda waktu siaran berita, melalui
jendela rumah orang waktu saya lewat di desa."
?"Adakah Arden mengatakan siapa yang ditunggunya" Yang disebutnya 'klien' itu?"
"Tidak. Tapi saya merasa yakin bahwa dia adalah David Hunter. Siapa lagi?"
"Kelihatannya dia sama sekali tidak merasa takut dan kemungkinan yang akan
terjadi?" "Orang itu benar-benar merasa senang dan puas, serta amat yakin."
Dengan gerakan kecil, Spence menunjuk ke jepit arang dari baja yang berat.
"Adakah Anda melihat ini di kisi-kisi perapian, Mr. Cloade?"
"Benda itu" Tidak saya rasa tidak. Api tidak dihidupkan." Dia mengerutkan
?dahinya, mencoba membayangkan peristiwanya. "Memang ada besi-besi pengatur api
di kisi-kisi itu, saya yakin, tapi saya tak memperhatikannya benar waktu itu.*"
Ditambahkannya, "Apakah dengan itu ?" Spence mengangguk.
?"Menghancurkan tulang tengkoraknya." Rowley mengerutkan dahinya. "Aneh. Hunter
bertubuh kecil sedang Arden adalah orang yang besar dan kuat." Dengan suara
?datar Inspektur Spence berkata, "Bukti medis menyatakan bahwa dia dihantam dari
belakang, dan bahwa pukulan yang dilakukan dengan bagian atas jepit arang ini,
dilakukan dari atas."
Rowley berkata sambil merenung, "Dia memang orang tolol yang sangat yakin akan
dirinya saya sendiri tidak akan mau membelakangi orang yang ada di dalam kamar
?saya, kalau saya telah mencoba untuk memerasnya habis-habisan. Apalagi kalau
orang itu sudah biasa bertempur di medan perang. Pasti Arden bukan orang yang suka berhati-hati."
"Bila dia berhati-hati, besar kemungkinannya dia masih hidup sekarang," kata
Inspektur Spence datar. "Demi Tuhan, maunya" memang begitu," kata Rowley berapi-api. "Ngomong-ngomong,
saya merasa telah menggagalkan urusan ini sama sekali. Kalau saja saya tidak
terlalu sombong dan langsung pergi begitu saja, mungkin saya masih bisa mendapat
sesuatu yang berguna dari dia. Sebenarnya saya harus berpura-pura mau berurusan
dengan dia, tapi hal itu benar-benar tak masuk akal. Maksud saya, siapalah kami
ini untuk bisa memberikan penawaran melawan Rosaleen dan David" Mereka punya
uang. Tak seorang pun di antara kami yang bisa menyediakan lima ratus pound."
Inspektur Spence mengambil pemantik rokok. "Pernah melihat ini?"
Tampak suatu celah di antara alis Rowley. Lambat-lambat dia berkata,
"Ya, saya pernah melihatnya di suatu tempat, tapi saya tak ingat di mana.
Rasanya belum begitu lama. Tidak saya tak ingat lagi."?Spence tidak memberikan pemantik itu ke tangan Rowley yang terulur. Benda itu
diletakkannya, lalu dia mengambil lipstik, sambil mengeluarkannya dari
tabungnya. "Dan inir Rowley tertawa. "Itu sama sekali bukan bidang saya, Inspektur."
Dengan bersungguh-sungguh, Inspektur Spence mengoleskan sedikit lipstik ke
punggung tangannya. Kepalanya dimiringkan, dan diperhatikannya oJesan itu dengan
penuh perhatian. "Saya rasa pemakainya seorang wanita berambut coklat," katanya.
"Hal-hal yang aneh-aneh begitu pun, kalangan polisi tahu," kata Rowley. Dia
bangkit. "Jadi Anda tidak sama sekali tidak tahu siapa orang yang meninggal
? ?itu?" "Apakah Anda sendiri ada pendapat, Mr. Cloade?"
"Saya hanya ingin tahu," kata Rowley lambat-lambat. "Maksud saya laki-laki itu
?adalah satu-satunya petunjuk bagi kami mengenai Underhay. Karena dia sekarang
sudah meninggal yah, mencari Underhay akan sama artinya dengan mencari jarum
?dalam tumpukan jerami."
"Akan ada pemberitaan tentang hal itu, Mr. Cloade," kata Spence. "Ingat, tak
lama lagi banyak hal sehubungan dengan peristiwa ini akan muncul di surat-surat
kabar. Bila Underhay masih hidup dan membacanya yah, mungkin dia akan
?menampakkan diri." "Ya," kata Rowley ragu. "Mungkiri"
"Tapi Anda pikir tidak?"
"Saya pikir," kata Rowley Cloade, "ronde pertama telah dimenangkan oleh David
Hunter." "Entahlah," kata Spence. Setelah Rowley keluar, Spence mengambil pemantik rokok
dari emas itu, lalu melihat ke huruf-huruf D.H. yang terukir di situ. "Suatu
hasil karya yang mahal," katanya pada Sersan Graves. "Bukan hasil buatan massal.
Sangat mudah dikenali. Di Toko Greatorex atau di salah satu toko di Bond Street.
Suruh orang menyelidikinya!" "Baik, Pak."/,
Lalu Inspektur Spence melihat ke jam tangan kacanya hancur dan jarumnya
?menunjuk ke jam sembilan lewat sepuluh.
Dia melihat ke Sersan. "Sudah dicantumkan dalam laporan mengenai ini, Graves?"
"Sudah, Pak. Per utamanya patah."
"Dan kerja jarumnya?"
"Benar, Pak." "Menurut kau, Graves, kesimpulan apa yang bisa kita tarik dari jam ini?"
Dengan hati-hati Graves berkata, "Kehhatan-pya, dengan itu kita bisa melihat jam
berapa ^kejahatan itu dilakukan."
"Ah," kata Spence, "kalau kau sudah selama aku dalam kepolisian, kau akan merasa
agak jlcuriga dengan barang bukti semudah arloji yang pecah. Memang bisa
benar tapi itu suatu akal licik yang sudah biasa. Putar jarumnya ke waktu yang ?cocok baginya pecahkan dan keluar dengan alibi yang menguntungkan. Tapi
? ?seorang yang sudah berpengalaman, tidak akan tertipu dengan begitu mudah. Aku
memikirkan banyak emungkinan lain mengenai waktu dilakukannya <-kejahatan itu. Bukti medis
mengatakan: antara jam delapan malam dan jam sebelas malam." Sersan Graves
meneguk air ludahnya. "Edwards, tukang kebun pembantu di Furrowbank, mengatakan
bahwa dia melihat David Hunter keluar dari pintu samping rumah itu, jam 19.30.
Para pelayan tak tahu bahwa dia ada di sini. Mereka mengira dia ada di London
bersama Mrs. Gordon. Hal itu menunjukkan bahwa dia memang ada di sekitar tempat
ini." "Ya," kata Spence, "aku tertarik sekah untuk mendengar laporan Hunter sendiri
mengenai kegiatan-kegiatannya."
"Kelihatannya merupakan suatu perkara yang sudah jelas, Pak," kata Graves,
sambil melihat ke huruf-huruf yang diukir pada pemantik itu.
"Hm," kati Inspektur Spence. "Tapi masih ada mi untuk dipikirkan." Dia menunjuk
ke lipstik; "Itu menggelinding dari bawah lemari pakaian
Jta "udah kuselidiki," kata Spence. "Yang
kebersihan di mana r^8 ife uhu bahwa memuaskan akhir-ak'E "^H* terlalu
dabm tiga minggu tentu J^Fu K' Satu kal! di bawah perabot. Dan HH BI mengepel an
dan kerapian di HKl keb ersih-^8 terpehhara dengan baik."
"Tak ada kesan bahwa seorang wanita terlibat
dengan Arden." "Aku tahu," kata Inspektur Spence. "Itu sebabnya lipstik itu kusebut sesuatu
yang merupakan tanda tanya."
Sersan Graves menahan dirinya supaya tidak mengatakan, "Cherchez la femme." Dia
banyak tahu idiom-idiom bahasa Prancis, tapi dia juga tahu bahwa dia akan
membuat Inspektur Spence jengkel kalau dia memamerkannya. Sersan Graves memang
anak muda yang bijak. 178 BAB XVII Inspektur Spence mendongak melihat ke papan nama Shepherd's Court, Mayfair,
sebelum dia melangkah masuk ke pintu gerbangnya yang bagus. Bangunan itu
terletak di daerah Shepherd's Market, agak tersembunyi, kelihatan mahal, namun
tak mencolok. Setibanya di dalam, kaki Spence tenggelam dalam permadani yang lembut dan tebal.
Di situ terdapat kursi-kursi berlapis beludru dan sebuah taman kecil penuh
dengan tanaman yang segar berbunga. Di depannya ada sebuah lift otomatis dan di
sebelahnya ada tangga. Di sebelah kanan ruang depan itu ada sebuah kamar yang
bertulisan "Kantor". Spence mendorong pintu kamar itu, lalu masuk. Didapatinya
dirinya berada dalam sebuah ruangan kecil dengan sebuah meja layan. Di belakang
meja itu ada sebuah meja, sebuah mesin tik, dan dua buah kursi. Salah sebuah
kursi itu, terletak rapat ke meja, yang sebuah lagi, yang lebih bagus, terdapat
di suatu sudut dekat jendela. Tak seorang pun kelihatan.
Spence melihat sebuah bel di meja layan yang terbuat dari kayu mahoni itu. Bel
itu ditekannya. Karena tidak terjadi apa-apa, dia menekan lagi. Beberapa menit kemudian, sebuah
pintu pada dinding di ujung terbuka dan seseorang berpakaian seragam yang hebat, muncul.
Penampilannya seperti seorang jendral atau mungkin panglima tertinggi, tapi
bicaranya bahasa Inggris London, bahkan bahasa orang yang tak berpendidikan.
"Ada apa, Pak?" "Mrs. Gordon Cloade." "Lantai tiga, Pak. Apakah saya beri
tahukan dulu kedatangan Anda?"
"Dia ada, kan?" tanya Spence. "Saya pikir mungkin dia ada di luar kota."
"Tidak, Pak, dia ada di sini sejak hari Sabtu yang lalu." "Dan Mr. David
Hunter?" "Mr. David Hunter ada di sini juga." "Apakah dia tidak pergi?" I
"Tidak, Pak." "Kemarin malam, apakah dia ada di sini?" "Wah," kata Pak Panglima yang tiba-tiba
jadi :agresif, "apa-apaan semuanya ini" Anda ingin tahu sejarah hidup semua
orang, ya?" Tanpa berkata apa-apa, Spence menunjukkan kartu tanda pengenalnya. Pak Panglima
segera merijadi lemah dan mau bekerja sama. >, "Saya minta maaf, Pak," katanya.
"Saya tak Nfhu."
y'"Sudahlah. Jadi apakah Mr. Hunter ada di sini semalam?"
"Ada, Pak. Saya rasa ada. Maksud saya, dia tidak mengatakan bahwa dia akan
pergi." "Apakah Anda bisa tahu kalau dia keluar?"
"Yah, pada umumnya sih tidak. Tapi biasanya wanita maupun pria mengatakan bila
mereka tidak akan berada di sini. Mereka meninggalkan pesan untuk surat-surat,
atau harus mengatakan apa kalau ada yang menelepon."
"Apakah hubungan telepon melalui kantor ini?"
"Tidak, kebanyakan flat punya hubungan sendiri. Satu atau dua, lebih suka tidak
punya pesawat telepon. Dalam hal itu kami sampaikan pesan melalui telepon rumah
dan mereka turun untuk berbicara di kamar telepon di ruang depan."
"Tapi flat Mrs. Cloade ada teleponnya?" "Ada, Pak."
"Dan sepanjang pengetahuan Anda, mereka berdua ada di sini kemarin malam?" "Ya,
Pak." "Bagaimana dengan jam-jam makan?"
"Ada restoran. Tapi Mrs. Cloade dan Mr. Hunter tak sering makan di situ. Mereka
biasanya makan di luar."
"Sarapan?" ?"Diantar ke flat-flat."
"Bisakah Anda memeriksa apakah orang mengantar sarapan pada mereka tadi pagi?"
"Bisa, Pak. Saya bisa memeriksanya melalui pelayan kamar."
Spence mengangguk. "Sekarang saya naik dulu. Beri tahukan pada saya mengenai hal
itu, kalau saya turun nanti." "Baik, Pak."
Spence masuk ke lift dan menekan tombol untuk lantai tiga. Di setiap lantai
hanya ada dua flat. Spence menekan bel No. 9.
David Hunter yang membuka pintu. Dia belum kenal Inspektur Spence dan dia
berbicara dengan ketus, "Ada apa?" "Anda Mr. Hunter?"
"Ya." "Saya Inspektur Spence dari Kepolisian Oastshire. Bisa saya berbicara dengan
Anda?" "Maafkan saya, Inspektur." Dia tertawa. "Saya pikir Anda penjaja barang. Silakan
masuk." Dia mendahului masuk ke sebuah ruangan modern yang menarik. Rosaleen Cloade
sedang berdiri dekat jendela. Dia berbalik, waktu mereka masuk.
"Inspektur Spence, Rosaleen," kata Hunter. "Silakan duduk, Inspektur. Maukah
Anda minum?" "Tidak, terima kasih, Mr: Hunter."
Rosaleen agak memiringkan kepalanya. Dia lalu duduk membelakangi jendela sambil
mengatupkan kedua tangannya erat-erat di pangkuannya.
"Merokok?" David menawarkan rokok. "Terima kasih." Spence mengambil sebatang
183

Mengail Di Air Keruh Taken At The Flood Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rokok, lalu menunggu... memperhatikan. David memasukkan tangan ke dalam sakunya,
mengeluarkannya lagi, mengerutkan dahinya, melihat berkeliling, lalu mengambil
sekotak korek api. Dinyalakannya sebatang, lalu disulutnya rokok Inspektur
Spence. "Terima kasih."
"Nah," kata David dengan nada ringan, setelah menyulut rokoknya sendiri. "Ada
apa di Warmsley Vale" Apakah juru masak kami berhubungan dengan pasar gelap" Dia
selalu menghidangkan makanan enak-enak untuk kami, dan saya selalu bertanya-
tanya sendiri, apakah ada kisah rahasia di baliknya."
"Lebih serius daripada itu," kata Inspektur Spence. "Seorang pria meninggal di
Penginapan Stag, kemarin malam. Barangkali Anda sudah membacanya di surat-surat
kabar?" David menggeleng. 'Tidak, saya tidak melihat beritanya. Bagaimana ceritanya?"
"Dia bukan hanya meninggal. Dia dibunuh. Kepalanya berlubang."
Terdengar seman tertahan dari Rosaleen. David cepat-cepat berkata;
"Tolong, Inspektur, jangan ceritakan sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya. Adik
saya tak kuat. Dia tak bisa berbuat apa-apa, tapi kalau Anda menyebut darah dan
hal-hal yang mengerikan, dia bisa pingsan." "Oh, maaf," kata Inspektur Spence.
"Tapi tak ada soal darah. Namun memang ada soal pembunuhan."
Dia berhenti. David mengangkat alisnya. Dia berkata dengan halus,
"Saya jadi tertarik. Apa hubungannya dengan kami?"
"Kami ingin Anda bisa menceritakan sesuatu tentang laki-laki itu, Mr. Hunter."
"Saya?" "Anda mendatanginya pada malam Minggu yang lalu. Namanya atau nama yang ?dipakainya dalam daftar tamu penginapan adalah Enoch Arden."
?"Ya, benar. Sekarang saya ingat." David berbicara dengan tenang, tanpa rasa
malu. "Bagaimana, Mr. Hunter?"
"Yah, Inspektur, saya tak bisa membantu Anda. Boleh dikatakan saya tak tahu apa-
apa tentang laki-laki itu."
"Apakah namanya memang benar Enoch Arden?"
"Saya sangat meragukannya."
"Untuk apa Anda mendatanginya?"
"Biasa, hanya kisah tentang nasib buruk. Dia menyebutkan tempat-tempat tertentu,
pengalaman-pengalaman perang, orang-orang " David mengangkat bahunya. "Semacam
?tekananlah. Semuanya itu bohong besar."
"Apakah Anda beri dia uang?"
Agak lama David diam sebelum dia menjawab,
"Hanya lima pound demi nasib baik. Dia memang pernah ikut perang."
?"Apakah dia menyebut nama-nama tertentu yang Anda kenal?" "Ya."
?"Apakah salah satu nama itu Kapten Robert Underhay?"
Akhirnya jeratnya mengena. David tampak menjadi kaku. Di belakangnya, Rosaleen
ketakutan, napasnya tersekat.
"Mengapa Anda berpikir begitu,. Inspektur?" tanya David akhirnya. Matanya awas
dan menyelidik. "Berdasarkan informasi yang saya terima," kata Inspektur Spence dengan tegas.
Mereka berdiaman sebentar. Inspektur Spence menyadari bahwa David mengawasi
dirinya dan menilainya dengan matanya. Ia berusaha untuk tahu.... Sedang Spence
sendiri menunggu dengan tenang.
"Tahukah Anda "apa Robert Underhay itu, Inspektur?" tanya David.
"Bagaimana kalau Anda yang mengatakannya pada saya?"
"Robert Underhay itu suami pertama adik saya. Dia meninggal di Afrika beberapa
tahun yang lalu." "Anda yakin akan hal itu, Mr. Hjinter?" tanya Spence cepat-cepat.
"Yakin sekali. Begitu kan, Rosaleen?" Dia menoleh pada adiknya.
"Oh, ya." Rosaleen berbicara dengan cepat dan terengah. "Robert meninggal karena
demam demam air hitam. Menyedihkan sekali."?"Kadang-kadang berita-berita yang tak benar bisa beredar, Mrs. Cloade."
Rosaleen tak berkata apa-apa. Dia tidak melihat pada Inspektur Spence, melainkan
pada abangnya. Sebentar kemudian dia berkata, "Robert sudah meninggal." "Dari
informasi yang saya miliki," kata Spence, "saya mendengar bahwa pria bernama
Enoch Arden itu mengaku bersahabat dengan almarhum Robert Underhay. Dan dia juga
menceritakan pada Anda, Mr. Hunter, bahwa Robert Underhay masih hidup." David
menggeleng. "Omong kosong," katanya. "Bohong besar." "Anda tetap menyatakan bahwa nama
Robert Underhay tidak disebut-sebut?"
"Oh," David tersenyum menarik, "memang disebut-sebut. Laki-laki itu mengaku
pernah mengenal Underhay."
"Apakah tak ada persoalan pemerasan, Mr. Hunter?"
?"Pemerasan" Saya tak mengerti, Inspektur."
"Benarkah Anda tak mengerti, Mr. Hunter" Ngomong-ngomong, sekadar memenuhi
formalitas, di mana Anda semalam katakanlah, antara jam tujuh dan sebelas?"
? "Sekadar memenuhi formalitas, Inspektur, bagaimana kalau saya menolak
?menjawab?" "Apakah Anda tidak bersikap kekanak-kanakan, Mr. Hunter?"
"Saya rasa tidak. Saya tak suka digertak. Tak pernah mau."
Inspektur Spence berpendapat itu mungkin benar.
Dia biasa menghadapi saksi-saksi seperti David Hunter itu. Saksi yang
menyusahkan, bukan karena ada sesuatu yang harus disembunyikan, tetapi semata-
mata karena suka menyusahkan saja. Hanya ditanya untuk menceritakan tentang
kedatangan dan kepergiannya saja, agaknya sudah mengganggu harga dirinya dan
menjadikannya sakit hati. Mereka itu berketetapan hati untuk sedapat mungkin
mempersulit hukum. Inspektur Spence yang bisa menyebut dirinya berpikiran lapang, telah datang ke
Shepherd's Court dengan keyakinan penuh bahwa David Hunter adalah seorang
pembunuh. Kini dia baru merasa kurang yakin akan hal itu. Justru perlawanan David yang
kekanak-kanakan itu telah menimbulkan keraguan dalam dirinya.
Spence menoleh ke arah Rosaleen Cloade. Wanita itu segera menanggapi.
"David, mengapa tak kaukatakan saja?"
"Benar, Mrs. Cloade. Kami hanya ingin kejelasan "
?Dengan bengis David memotong, "Hentikan menggertak adik saya lagi, Anda dengar
itu" Apa hubungannya dengan Anda, di
188 mana saya berada" Apakah saya berada di sini, atau di Warmsley Vale, atau di
Timbuctoo?" Dengan mengancam Spence berkata, "Anda akan diperintahkan datang
pada pemeriksaan pendahuluan, Mr. Hunter. Dan di sana Anda harus menjawab semua
pertanyaan." "Kalau begitu saya menunggu pemeriksaan pendahuluan itu! Dan sekarang, silakan
pergi, Inspektur." "Baik." Inspektur Spence bangkit dengan tenang. "Tapi terlebih dulu ada sesuatu
yang harus saya tanyakan pada Mrs. Cloade." "Saya tak mau adik saya diganggu
lagi." "Memang tidak. Saya hanya ingin dia melihat mayat itu dan mengatakan
apakah dia bisa mengenalinya. Saya berhak untuk itu. Cepat atau lambat, hal itu
harus dilakukan. Sebaiknya biar sekarang saja dia ikut saya supaya cepat
selesai. Seorang saksi mendengar Mr. Arden mengatakan bahwa dia mengenal Robert
Underhay oleh karenanya dia mungkin mengenal Mrs. Underhay juga dan oleh ? ?karenanya Mrs. Underhay mungkin bisa mengenalinya. Bila namanya bukan Enoch
Arden, kita akan puas bila kita tahu siapa namanya sebenarnya." Tanpa diduga,
Rosaleen Cloade bangkit. "Tentu saya mau ikut," katanya. Spence berharap akan
mendengar ledakan kemarahan David lagi, tapi dia heran melihatnya ifsertawa.
"Bagus, Rosaleen," katanya. "Kuakui bahwa
189 aku sendiri pun ingin tahu. Bagaimanapun juga, mungkin kau yang bisa mengatakan
siapa nama laki-laki itu." Spence bertanya pada Rosaleen, "Apakah Anda sendiri
tidak bertemu dengannya di Warmsley Vale}" Rosaleen menggeleng.
"Saya di London ini sejak malam Minggu yang lalu."
"Sedang Arden tiba malam Sabtu ya." "Apakah saya harus ikut Anda sekarang}"
?tanya Rosaleen. Ditanyakannya pertanyaan itu dengan segala kepatuhan seorang gadis kecil.
Inspektur Spence mau tak mau merasa terkesan. Tak disangkanya wanita itu
memiliki sifat penurut dan kemauan yang baik.
"Anda baik sekali kalau Anda mau, Mrs. Cloade," katanya. "Makin cepat kita bisa
menyelesaikan hal-hal tertentu" makin baik. Sayang saya tak membawa mobil
polisi." David melangkah ke pesawat telepon.
"Akan saya telepon penyewaan mobil Daimler. Batas jarak yang harus ditempuhnya,
akan lebih tapi saya rasa Anda bisa mengatur itu, Inspektur."
?"Saya rasa itu bisa diatur, Mr. Hunter." Dia bangkit. "Saya tunggu Anda di
lantai bawah." Dia turun dengan lift dan membuka pintu kantor lagi. Pak Panglima sudah
menunggunya. "Bagaimana?" "Kedua tempat tidur mereka ditiduri, Pak. Handuk-handuk juga dipakai. Sarapan
diantar pada mereka di flat jam setengah sepuluh."
"Dan Anda tak tahu jam berapa Mr. Hunter kembali kemarin malam?"
"Sayang, saya tak bisa memberikan penjelasan-penjelasan apa-apa lagi, Pak!"
Yah, cukuplah sekian, pikir Spence. Dia ingin tahu apakah ada sesuatu di balik
penolakan David untuk menjawab, kecuali tantangan yang benar-benar hanya
kekanak-kanakan saja. Dia pasti menyadari bahwa dia dibuntuti oleh tuduhan
pembunuhan. Dia tentu menyadari bahwa makin cepat dia mengisahkan ceritanya,
makin baik. Melawan polisi, tak pernah ada baiknya. Tapi justru melawan polisi-
lah yang disenangi David, pikir Inspektur Spence murung.
Mereka berbicara sedikit sekali dalam perjalanan. Waktu mereka tiba di rumah
mayat, Rosaleen Cloade pucat sekali. Tangannya gemetar. David memperhatikannya
dengan kuatir. Dia berbicara dengannya seolah-olah berbicara pada anak kecil.
Si Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Persilatan 3 Kereta Berdarah Karya Khu Lung Geger Di Lembah Tengkorak 1
^