Pencarian

Misteri Karibia 2

Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie Bagian 2


Dokter." "Itulah yang saya pikirkan."
"Alasan apakah yang menyebabkan gadis itu, sampai berpikir, bahwa ada orang yang
mengganti pil-pil itu" Apakah yang kaumaksudkan bahwa orang itu telah
menempatkan pil-pil macam lain ke dalam botol yang sama?"
"Saya tidak begitu mengerti," kata Molly yang kelihatannya tidak berdaya, "tapi
Victoria betul-betul berpendapat bahwa botol yang berisi Serenite itu untuk
pertama kalinya berada di situ."
"Oh, itu nonsen!" kata Tim Kendal. "Dia memang seharusnya terus makan pil-pil
itu, untuk menurunkan tekanan darah tingginya itu." Setelah itu Tim Kendal,
dengan gembira pergi untuk bertukar pikiran dengan Fernando, kepala pelayan-
pelayan hotel. Akan tetapi Molly tidak bisa dengan mudah melupakan persoalan itu. Sesudah
selesai dengan kesibukan makan siang, dia berkata kepada suaminya,
"Tim... saya berpendapat... kalau sampai Victoria menceritakan ini semua kepada
siapa saja... bukankah sebaiknya kalau kita bicarakan persoalan ini dengan
seseorang?" "Gadisku yang baik hati. Robertson dan orang-orang lainnya sudah datang dan
melihat semuanya, juga sudah mengajukan semua pertanyaan yang mereka perlukan
ketika itu." "Ya... tapi kan kauketahui bagaimana cara mereka bekerja... dan gadis ini...."
"Baiklah, akan saya katakan sesuatu kepadamu... kita akan pergi menanyakannya
kepada Graham... dia pasti akan mengetahuinya."
Dr. Graham sedang duduk di halaman, dengan sebuah buku di tangannya. Kedua anak
muda itu datang dan Molly mulai menceritakan persoalannya. Caranya menceritakan
agak kurang teratur sehingga kemudian Tim mengambil oper ceritanya.
"Sebenarnya ini kedengarannya agak bodoh," katanya sambil minta maaf, "akan
tetapi seperti apa yang saya tangkap, bahwa anak gadis ini mempunyai pikiran,
bahwa ada orang yang telah memasukkan pil beracun ke dalam botol obat Serenite
itu." "Akan tetapi mengapa sampai dia mempunyai pikiran yang demikian itu?" tanya Dr.
Graham. "Apakah dia melihat atau mendengar sesuatu... yang saya maksudkan,
sampai dia mempunyai pendapat seperti itu?"
"Saya tidak tahu," kata Tim tidak berdaya. "Apakah itu mengenai sebuah botol
lain" Apakah begitu, Molly?"
"Tidak," kata Molly. "Saya kira, apa yang telah dikatakannya, bahwa di sana ada
sebuah hotel dengan merk... seven... seren...."
"Serenite," kata Dokter, "Itu memang betul. Itu memang obat yang dikenal. Dia
telah memakannya secara teratur."
"Victoria berkata, bahwa sebelumnya dia tidak pernah melihat botol itu berada di
kamar Mayor." "Tidak pernah melihat botol itu sebelumnya?" kata Dr. Graham dengan tajam. "Apa
yang dia maksudkan dengan itu?"
"Itulah yang telah dikatakannya. Dia mengatakan bahwa ada bermacam-macam barang
di rak kamar mandinya. Seperti Anda ketahui, tapal gigi, aspirin, lotion untuk
sesudah cukur dan dia telah mengemukakan semua itu dengan penuh perhatian. Saya
kira dia selalu membersihkan barang-barang itu dengan baik sehingga dia hapal
sekali dengan barang-barang itu. Akan tetapi dia tidak pernah melihat...
Serenite... dia selama ini tidak pernah melihatnya apa di situ sampai pada hari
setelah dia meninggal."
"Itu aneh sekali," kata Dr. Graham agak tajam. "Apakah dia yakin?"
Suaranya yang tajam, yang tidak seperti biasanya, membuat suami-istri Kendal
melihat kepadanya. Mereka tidak mengira, bahwa Dr. Graham akan bersikap
sedemikian seriusnya. "Dia tampaknya merasa yakin mengenai hal itu," kata Molly pelan-pelan.
"Mungkin dia hanya ingin menjadi bahan pembicaraan," kata Tim mengusulkan
pendapatnya. "Saya pikir itu mungkin saja," kata Dr. Graham, "tapi sebaiknya saya berbicara
sendiri dengan gadis itu."
Victoria merasa sangat gembira diperkenankan untuk menceritakan ceritanya.
"Saya sebenarnya tidak menghendaki sampai terlibat dalam kesulitan," kata
Victoria. "Saya tidak menempatkan botol itu di situ dan saya tidak mengetahui
siapa yang telah berbuat begitu."
"Akan tetapi kau berpendapat bahwa ada orang yang sengaja menaruh botol itu di
situ?" tanya Dr. Graham.
"Begini, Dokter, barang itu tidak semestinya ada di situ, kalau sebelumnya tidak
ada di situ, bukan?"
"Mayor Palgrave dapat saja menyimpannya di dalam laci... atau dalam tas... atau
lainnya seperti itu."
Victoria menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Dia tidak akan berbuat begitu, kalau setiap saat dia harus menelannya, bukan?"
"Tidak," kata Dr. Graham dengan hati tidak senang. "Tidak, itu adalah obat yang
harus dia telan beberapa kali dalam sehari. Tidak pernahkah kau melihatnya
mengambilnya?" "Sebelumnya, dia tidak mempunyainya. Saya baru memikirkannya... setelah tersiar
cerita, bahwa obat itu ada sangkut pautnya dengan kematiannya. Obat itu telah
meracuni darahnya dan saya berpendapat mungkin dia mempunyai seorang musuh yang
menempatkan obat itu di sana dengan maksud untuk membunuhnya."
"Anak muda, itu omong kosong," kata Dokter keras. "Benar-benar nonsen."
Victoria tampaknya gemetar.
"Anda berkata, bahwa barang ini adalah obat, obat yang baik?" tanya Victoria
ragu-ragu. "Obat yang baik sekali dan lebih-lebih lagi sangat diperlukan," kata Dr. Graham.
"Jadi... kau, tidak perlu gelisah, Victoria. Saya dapat menyatakan kepadamu,
bahwa tidak ada sesuatu yang salah dengan obat itu. Itu adalah jalan yang
terbaik untuk meminumnya bagi seseorang yang menderita penyakit itu."
"Anda... benar-benar, telah membebaskan saya dari sesuatu yang memberatkan
pikiran saya," kata Victoria. Dia memperlihatkan gigi-gigi yang putih kepadanya
dalam sebuah senyum yang gembira.
Akan tetapi beban itu belum hilang dari pikiran Dr. Graham. Ada rasa tidak enak
pada dirinya, yang sebelumnya tidak jelas, tapi sekarang sudah menjadi terang
baginya. 8 PEMBICARAAN DENGAN ESTHER WALTERS
"TEMPAT ini tidak sebagaimana biasanya," kata Tuan Rafiel jengkel, selagi dia
melihat Miss Marple sedang berjalan menuju ke tempat di mana dia dan
sekretarisnya duduk. "Tidak dapat bergerak tanpa menginjak ayam betina yang
sudah tua dengan kakimu. Sebenarnya, apa sih keperluannya bagi nyonya-nyonya tua
untuk datang ke Hindia Barat?"
"Ke mana... Anda akan usulkan mereka supaya pergi?" tanya Esther Walters.
"Ke Cheltenham," kata Tuan Rafiel cepat, "atau Bournemouth," katanya
mengusulkan, "atau Torquay atau Liandrindod Wells. Banyak pilihan. Mereka akan
menyenangi tempat-tempat itu... di sana mereka akan sangat gembira."
"Saya kira, mereka biasanya tidak sering pergi ke Hindia Barat," kata Esther.
"Tidak semua orang begitu beruntung seperti Anda."
"Itu memang benar," kata Tuan Rafiel. "Ulangi lagi. Di sinilah saya, yang
terdiri dari setumpuk penyakit dan sakit, yang rasanya badan saya seperti
terpotong-potong. Kau iri hati, setiap kali saya merasa senang. Kau tidak
mengerjakan sesuatu pekerjaan... mengapa kau belum mengetik surat-surat itu?"
"Saya masih belum ada waktu."
"Baiklah, sekarang selesaikan surat-surat itu, bisa tidak" Saya membawa kau ke
sini untuk kerja sedikit, tidak hanya untuk duduk menjemur badan dan
memperlihatkan bentuk tubuhmu."
Banyak orang akan berpendapat bahwa perkataan-perkataan Tuan Rafiel sama sekali
tidak dapat dibenarkan, akan tetapi Esther Walters telah bekerja untuknya selama
beberapa tahun, dan dia mengetahui betul, bahwa omelan Tuan Rafiel adalah lebih
jelek daripada gigitannya. Dia adalah seorang manusia yang terus-menerus
menderita kesakitan, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang tidak enak
sebagai salah satu jalan untuk mengurangi penderitaannya. Apa saja yang
dikatakannya, dia tetap berkepala dingin.
"Ini sore yang indah sekali, bukankah begitu?" kata Miss Marple berhenti di
samping mereka. "Mengapa tidak?" kata Tuan Rafiel. "Itulah sebabnya kita berada di sini, bukan?"
Miss Marple sedikit tertawa.
"Anda begitu pedas... sudah tentu, cuaca itu merupakan suatu soal yang sering
dibicarakan dalam pertemuan orang-orang Inggris... orang lupa.... Masya Allah
ini wol berwarna salah." Miss Marple menempatkan tas rajutannya di atas meja di
taman dan cepat pergi ke bungalonya.
"Jackson!" teriak Tuan Rafiel.
Jackson muncul. "Bawalah saya ke dalam," kata Tuan Rafiel. "Sebaiknya saya mendapatkan pijatan
saya, sebelum ayam betina yang senang mengobrol itu kembali. Ini bukan berarti
bahwa pijatan itu akan banyak gunanya bagi saya." Dia tambahkan kata-katanya.
Dengan perkataannya itu dia menyetujui dibantu dengan tangkas untuk jalan dan
pergi bersama tukang pijatnya masuk ke bungalonya.
Esther Walters memperhatikan mereka dan memutar kepalanya, ketika Miss Marple
kembali dengan sebuah bal dari wol, dan kemudian duduk di sampingnya.
"Saya harap saya tidak mengganggu Anda?" tanya Miss Marple.
"Tidak, sudah tentu tidak," kata Esther Walters, "saya harus pergi dan mengetik
sebentar, akan tetapi saya akan menikmati sepuluh menit lagi terbenamnya
matahari." Miss Marple duduk dan mulai bicara dengan suara yang halus. Selama berbicara dia
menilai Esther Walters. Sama sekali tidak mempesonakan, tetapi bisa menarik,
kalau dia mau. Miss Marple heran, mengapa dia tidak mulai mencobanya. Mungkin
karena Tuan Rafiel tidak akan menyenanginya. Tetapi Miss Marple mengira bahwa
Tuan Rafiel tidak akan ambil pusing. Tuan Rafiel selalu memusatkan seluruh
perhatiannya kepada dirinya sendiri. Selama dia merasa dirinya tidak diabaikan,
sekretarisnya bisa saja menghias dirinya menjadi seorang wanita yang cantik
seperti dalam sebuah surga, tanpa ada keberatan dari pihak majikannya. Selain
daripada itu, Tuan Rafiel biasanya sore-sore sudah pergi tidur dan pada waktu
malam dengan adanya band dan dansa, Esther Walters dengan mudah... Miss Marple
berhenti sebentar untuk mencari perkataan yang tepat... pada waktu yang sama dia
dengan gembira menceritakan kunjungannya ke Jamestown... Ah... ya... dia akan
mekar. Esther Walters akan mekar sekali pada malam hari itu.
Dengan tidak kentara dia membawa pembicaraannya kepada Jackson.
Mengenai Jackson, tampaknya Esther Walters agak samar-samar.
"Dia sangat ahli," kata Esther. "Dia seorang tukang pijat yang sangat
berpengalaman." "Saya kira dia sudah lama bersama Tuan Rafiel?"
"Oo... tidak. Saya kira... kurang lebih sembilan bulan."
"Apakah dia sudah kawin?" Miss Marple mencoba menanyakannya.
"Kawin" Saya kira tidak," kata Esther sedikit heran. "Dia tidak pernah
menceritakannya, kalau begitu...."
"Tidak," dia menambahkan. "Saya berpendapat sudah pasti dia belum kawin." Dia
berkata begitu dan tampaknya senang.
Miss Marple mencoba menafsirkan, dengan menambahkan dalam pikirannya kalimat
yang bersangkutan "Bagaimanapun dia tidak bertingkah bahwa seakan-akan dia sudah
kawin." Akan tetapi berapa banyaknya laki-laki yang bertingkah seakan-akan dia belum
kawin! Untuk itu Miss Marple dapat mengemukakan selusin contoh-contoh!
"Dia memang sangat tampan," katanya bersungguh-sungguh.
"Ya... saya kira memang begitu," kata Esther dengan tidak ada perhatian.
Miss Marple memperhatikannya dengan penuh pikiran. Apakah dia tidak menaruh
perhatian kepada laki-laki" Mungkin dia perempuan yang hanya menaruh perhatian
kepada seorang laki-laki saja... kata orang dia seorang janda.
Miss Marple bertanya, "Apakah Anda sudah lama bekerja untuk Tuan Rafiel?"
"Empat atau lima tahun. Sesudah suami saya meninggal dunia, saya terpaksa harus
bekerja lagi. Saya mempunyai seorang anak perempuan yang masih sekolah dan suami
saya meninggalkan saya dalam keadaan yang kekurangan."
"Tuan Rafiel mestinya seorang majikan yang sulit sekali?" Miss Marple mencoba
menanyakan. "Sebenarnya tidak begitu, asal saja Anda mengenalnya. Dia sering marah dan
sikapnya sering bertentangan. Saya kira, kesulitan yang paling besar adalah...
bahwa dia sebenarnya sudah lelah menghadapi orang-orang. Dalam waktu dua tahun
dia sudah mempunyai lima orang pembantu laki-laki yang berlainan. Dia senang
mendapatkan yang baru untuk digertak. Akan tetapi antara dia dan saya selalu ada
kecocokan." "Tuan Jackson adalah seorang pemuda yang penurut?"
"Dia adalah seorang yang bijaksana dan banyak akal," kata Esther. "Sudah tentu,
dia adakalanya sedikit...." Dia tidak meneruskan pembicaraannya.
Miss Marple menimbang. "Suatu ketika ada dalam suatu kesulitan agaknya?" Miss
Marple mengusulkan. "Ya, demikianlah. Tidak ini dan tidak itu. Tapi bagaimanapun...." Dia tersenyum,
"Saya kira hidupnya cukup senang."
Miss Marple mempertimbangkan ini juga. Semua ini tidak banyak membantunya. Dia
meneruskan pembicaraannya yang tidak menentu dan dengan segera dia lalu
mendengarkan banyak mengenai keempat orang pecinta alam, kelompok Dyson dan
keluarga Hillingdon. "Keluarga Hillingdon itu, selama tiga atau empat tahun sedikitnya selalu ke
sini," kata Esther. "Akan tetapi Gregory Dyson sudah lebih lama berada di sini.
Dia mengetahui Hindia Barat ini dengan baik sekali. Saya kira semula dia datang
ke sini bersama istri pertamanya. Isteri pertamanya seorang yang halus, dan pada
setiap musim dingin, dia harus pergi ke luar negeri atau ke mana saja yang
udaranya panas." "Dan dia kemudian meninggal atau bercerai?"
"Tidak. Dia meninggal. Di sekitar sini, kalau tidak salah. Saya tidak maksudkan
pulau ini, melainkan di salah satu kepulauan di Hindia Barat. Saya kira, ada
suatu keributan, suatu skandal atau yang semacam itu. Dia tidak pernah berbicara
mengenai istrinya itu. Ada orang lain yang memberi tahu saya mengenai soal itu.
Mereka satu sama lain tidak cocok. Ini berdasarkan apa yang dapat saya tangkap
dari pembicaraan-pembicaraan."
"Dan kemudian dia kawin lagi dengan perempuan ini, Lucky", kata Miss Marple
dengan nada yang tidak mengandung kepuasan. Seolah dia mau mengatakan "Benar-
benar sebuah nama yang tidak dapat dipercaya!"
"Saya kira dia masih saudara isteri pertamanya."
"Apakah mereka sudah mengenal keluarga Hillingdon untuk beberapa tahun lamanya?"
"O saya kira, hanya selama waktu keluarga Hillingdon datang di sini. Tiga atau
empat tahun, tidak lebih."
"Tampaknya keluarga Hillingdon menyenangkan," kata Miss Marple. "Sudah tentu
mereka orang tenang."
"Ya, mereka berdua adalah orang-orang yang tenang."
"Semua orang mengatakan bahwa mereka saling mencintai," kata Miss Marple.
Tekanan suaranya tidak mengandung suatu maksud, akan tetapi Esther Walters
melihat kepadanya dengan tajam.
"Akan tetapi Anda tentu tidak berpendapat begitu?" katanya.
"Anda sendiri, tidak pernah benar-benar berpendapat begitu, bukan?"
"Baiklah, memang adakalanya saya suka meragukan...."
"Orang pendiam seperti Kolonel Hillingdon," kata Miss Marple, "sering tertarik
kepada jenis yang cemerlang." Dia menambahkan sesudah diam yang mengandung arti
yang penting. "Lucky suatu nama yang aneh sekali. Apakah Anda mengira, bahwa
Tuan Dyson, mengetahui sedikit... mengenai apa yang mungkin terjadi?"
"Orang tua memang senang menyebarkan perbuatan-perbuatan yang keji," pikir
Esther Walters. "Benar-benar keterlaluan orang-orang tua itu!"
Dia berkata dengan dingin, "Saya tidak mengetahuinya."
Miss Marple pindah kepada persoalan lain. "Sungguh sangat menyedihkan Mayor
Palgrave yang malang itu," katanya.
Esther Walters menyetujuinya, walaupun dengan cara yang agak tidak bersungguh-
sungguh. "Orang yang sangat saya kasihani, justru Kendal," katanya.
"Ya, saya kira juga memang begitu. Sangat kurang menguntungkan kalau sesuatu
semacam ini terjadi pada sebuah hotel."
"Orang-orang datang ke sini untuk mencari hiburan, bukan?" kata Esther Walters.
"Maksud mereka, untuk melupakan mengenai penyakit, kematian dan semua hal yang
tidak enak. Semuanya tidak menyenangkan mereka...." dia meneruskan, dengan
gairah yang berbentuk lain, "... segala sesuatu yang mengingatkan mereka, bahwa
orang itu akan mati."
Miss Marple meletakkan rajutannya. "Perkataan Anda itu tepat sekali, Nyonya,"
kata Miss Marple, "ya, tepat seperti yang Anda katakan."
"Seperti Anda ketahui keluarga Kendal itu masih sangat muda," meneruskan Esther


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Walters. "Mereka baru saja mengambil alih hotel ini dari Sandersons enam bulan
yang lalu, dan tentu mereka sangat khawatir, apakah mereka akan berhasil atau
tidak, sebab mereka belum mempunyai pengalaman yang banyak untuk mengurusnya dan
mengusahakannya." "Dan Anda berpendapat, bahwa kejadian ini akan sangat merugikan mereka?"
"Terus terang, sebetulnya tidak," kata Esther Walters. "Saya tidak berpendapat,
bahwa orang-orang itu akan mengingat kejadian itu lebih dari satu atau dua hari.
Suasananya tidak tepat, karena orang-orang ini ke sini untuk bergembira. Marilah
kita lanjutkan. Saya berpendapat, bahwa suatu kematian, mungkin akan
menghentikan kegiatan mereka selama dua puluh empat jam atau lebih. Setelah
selesai penguburan, mereka tidak akan memikirkannya lagi. Kecuali, jika mereka
diingatkan kembali tentang kejadian itu. Saya telah mengatakan semua ini kepada
Molly, tapi sudah tentu dia masih saja merasa cemas dengan kejadian itu."
"Nyonya Kendal seorang yang pesimis" Tapi dia tampaknya selalu gembira."
"Saya banyak memikirkan mengenai soal itu," kata Esther pelahan, "sebenarnya dia
itu orang yang tidak menginginkan mempunyai perasaan cemas, tapi dia merasakan
bahwa mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak beres."
"Saya berpendapat, bahwa justru Kendal sendiri yang seharusnya lebih cemas
daripada istrinya." "Tidak, saya tidak berpendapat begitu. Saya kira dia merasa cemas dan merasa
kurang enak karena dia merasa bahwa istrinya merasa terganggu. Anda tentu
mengerti apa yang saya maksudkan."
"Hal itu sangat menarik perhatian," kata Miss Marple.
"Saya berpendapat bahwa Molly telah berusaha untuk mencoba selalu tampak gembira
dan menikmati usahanya. Dia telah bekerja sangat keras, akan tetapi usahanya ini
sangat menghabiskan tenaganya. Karena itulah kemudian dia mengalami tekanan
jiwa. Dia orangnya sebenarnya tidak begitu stabil."
"Kasihan dia," kata Miss Marple. "Memang suka ada orang semacam itu, tapi orang
luar tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya."
"Tidak, orang lain tidak akan tahu. Mereka telah bermain sandiwara dengan baik
sekali, bukan" Tapi walaupun begitu," Esther menambahkan, "saya berpendapat
bahwa sebenarnya Molly tidak perlu terlalu mencemaskan persoalan ini. Yang saya
maksudkan bahwa orang yang mati karena disebabkan sakit jantung, gegar otak atau
hal-hal semacam itu pada saat sekarang adalah persoalan biasa. Malah, apabila
saya perhatikan, lebih banyak daripada biasanya. Hanya keracunan makanan atau
demam tipus atau yang serupa itu sajalah yang suka menggelisahkan orang."
"Mayor Palgrave tidak pernah mengatakan kepada saya, bahwa dia mempunyai tekanan
darah tinggi," kata Miss Marple. "Apakah dia mengatakannya kepada Anda?"
"Dia mengatakannya kepada seseorang... saya tidak mengetahui kepada siapa...
mungkin kepada Tuan Rafiel. Saya tahu, bahwa Tuan Rafiel akan mengatakan yang
bukan-bukan... tapi orangnya memang begitu. Yang jelas bahwa Jackson pernah
mengatakannya kepada saya. Dia berkata bahwa sebaiknya Mayor berhati-hati
terhadap minuman keras yang diminumnya."
"Saya mengerti," kata Miss Marple dengan penuh pikiran. Dia meneruskan, "Saya
mengira tentu Anda berpendapat bahwa dia itu orang tua yang menjemukan, bukan"
Dia telah banyak menceritakan cerita yang sama untuk kesekian kalinya kepada
orang lain dan dirinya sendiri."
"Itulah yang paling jelek dari semuanya," kata Esther. "Anda akan mendengarkan
cerita yang sama untuk kesekian kalinya, kecuali kalau Anda cepat-cepat berusaha
untuk menolaknya." "Sudah tentu, saya tidak begitu memperhatikan," kata Miss Marple, "karena saya
sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu. Kalau saya harus mendengarkan sebuah
cerita agak sering, saya tidak akan berkeberatan untuk mendengarkannya lagi,
karena biasanya, saya sudah melupakan cerita itu."
"Oo... begitu," kata Esther sambil tertawa gembira.
"Ada sebuah cerita yang senang sekali dia ceritakan," kata Miss Marple,
"mengenai sebuah pembunuhan. Saya kira, tentu dia telah menceritakannya kepada
Anda, bukan?" Esther Walters membuka tasnya dan mulai mencari sesuatu di dalamnya. Dia
mengeluarkan lipstiknya dan berkata, "Saya kira saya telah kehilangan ini."
Kemudian dia berkata, "Maafkan saya, apakah yang Anda katakan tadi?"
"Yang saya tanyakan, apakah Mayor Palgrave pernah menceritakan kepada Anda
mengenai sebuah cerita pembunuhan yang sangat disenanginya?"
"Saya kira, mungkin dia pernah menceritakannya. Saya baru ingat sekarang setelah
saya memikirkannya. Bukankah itu mengenai seseorang yang bunuh diri dengan gas"
Sebenarnya istrinya sendiri yang membunuhnya dengan gas. Yang saya maksudkan,
bahwa istrinya telah memberikan kepada suaminya obat penenang syaraf sehingga
tidak sadar dan kemudian istrinya itu memasukkan kepala suaminya ke dalam oven
gas. Apakah cerita itu?"
"Saya kira, bukan cerita itu," kata Miss Marple. Dia melihat kepada Esther
dengan penuh pikiran. "Dia telah menceritakan banyak cerita," kata Esther Walters, sambil meminta
maaf, "dan seperti saya katakan semula, orang-orang biasanya tidak selalu
mendengarkannya." "Dia mempunyai sebuah potret," kata Miss Marple, "yang biasanya suka
diperlihatkan kepada orang-orang."
"Saya kira dia memang punya... saya tidak ingat lagi potret apa itu sekarang.
Apakah dia memperlihatkan potret itu kepada Anda?"
"Tidak," kata Miss Marple. "Dia tidak memperlihatkan potret itu kepada saya. Ada
yang merintangi kami...."
9 MISS PRESCOTT DAN LAIN-LAINNYA
"CERITA yang saya dengarkan," mulai Miss Prescott, sambil merendahkan suaranya
dan melihat ke sekelilingnya dengan hati-hati.
Miss Marple menarik kursinya agak lebih dekat. Sudah memakan waktu agak lama,
sebelumnya dia berhasil untuk bisa bersama-sama Miss Prescott dan berbicara dari
hati ke hati. Ini disebabkan oleh kenyataan bahwa keluarga pendeta itu
hubungannya satu sama lain sangat dekat sekali, sehingga Miss Prescott hampir
selalu didampingi oleh kakaknya. Karena itulah Miss Marple dan Miss Prescott
tidak mudah untuk bisa duduk bersama dan membicarakan desas-desus, kalau Canon
yang gembira itu selalu menyertai mereka itu.
"Ini tampaknya..." kata Miss Prescott, "walaupun saya sudah tentu tidak mau
membicarakan sesuatu keonaran dan juga sesungguhnya tidak mengetahui apa-apa
mengenai soal itu...."
"O, mengenai itu saya mengerti," kata Miss Marple.
"Saya kira, mungkin ada suatu skandal, pada waktu istrinya yang pertama masih
hidup. Tampaknya wanita yang bernama Lucky ini... nama apaan itu... saya kira,
adalah kemenakan istrinya yang pertama. Dia datang ke sini dan kemudian bersatu.
Untuk mengerjakan sesuatu untuk dia yang bersangkutan dengan kupu-kupu atau
bunga-bunga dan lain-lain. Orang banyak membicarakan mereka, karena mereka bisa
bekerja sama dengan baik sekali... saya harap Anda mengerti apa yang saya
maksudkan." "Orang banyak itu memperhatikan sesuatu, bukankah begitu?" kata Miss Marple.
"Sudah tentu perhatian mereka itu ada, sesudah istrinya meninggal begitu
mendadak...." "Istrinya meninggal di sini, di pulau ini?"
"Bukan. Pada waktu itu mereka sedang berada di Martinique atau Tobago."
"Oh, begitu." "Akan tetapi saya mendengar dari orang lain, yang berada di sana pada waktu itu,
dan datang ke sini, ketika berbicara mengenai beberapa soal mengatakan bahwa
dokter di sana tidak begitu merasa puas dengan kematian istrinya itu."
"Itu memang benar," kata Miss Marple dengan penuh perhatian.
"Tidak, itu hanya omong kosong saja, sudah tentu. Akan tetapi... baiklah,
kenyataannya Mr. Dyson dengan sangat cepat kawin lagi." Dia merendahkan suaranya
lagi. "Dia kawin lagi, saya kira hanya dalam waktu satu bulan."
"Hanya dalam waktu sebulan"!" kata Miss Marple.
Kedua perempuan itu saling berpandangan. "Itu tampaknya... seperti tidak ada
perasaan," kata Miss Prescott.
"Ya," kata Miss Marple. "Memang demikian." Dia menambahkan dengan hati-hati,
"Apakah ada sangkut-pautnya dengan uang?"
"Saya tidak mengetahui soalnya dengan sebenarnya. Dia sering berkelakar...
mungkin Anda sendiri pernah mendengarnya... bahwa isterinya yang sekarang ini...
sebagai 'Pembawa kebahagiaan' baginya...."
"Ya, saya pernah mendengarnya berkata begitu," kata Miss Marple.
"Banyak orang berpendapat, bahwa kata-katanya itu mengandung arti, bahwa dia
beruntung kawin dengan seorang istri yang kaya. Walaupun sudah tentu...." kata
Miss Prescott dengan sikap seorang yang tidak jujur, "dia juga cantik. Kalau
Anda menyenangi jenis semacam itu. Dan saya berpendapat dan berkata kepada diri
saya sendiri bahwa istrinya yang pertamalah yang mempunyai uang."
"Apakah keluarga Hillingdon kaya?"
"Setahu saya mereka kaya. Saya tidak maksudkan sangat kaya, tapi yang saya
maksudkan tidak kekurangan apa-apa. Mereka mempunyai dua anak laki-laki yang
belajar di sekolah umum, pada suatu tempat yang baik sekali di Inggris. Saya
kira mereka sering mengadakan perjalanan ke luar negeri dan sebagian besar
perjalanan itu dilakukan pada setiap musim dingin."
Pada saat itu Canon datang dan mengusulkan untuk jalan-jalan sedikit. Miss
Prescott bangun untuk menyertai kakaknya. Miss Marple tetap diam di tempatnya.
Beberapa menit kemudian, Gregory Dyson lewat di sampingnya untuk menuju ke
hotel. Dia melambaikan tangannya dengan gembira, pada waktu melewatinya.
"Saya ingin sekali tahu, apa yang Anda sedang pikirkan," katanya berteriak.
Miss Marple tersenyum sedikit. Miss Marple ingin tahu bagaimana sikapnya,
seandainya dia menjawab, "Saya ingin tahu, apakah Anda seorang pembunuh."
Tampaknya benar-benar ada kemungkinan dia seorang pembunuh. Semua data-datanya
cocok sekali... mengenai kematian Nyonya Dyson yang pertama... Mayor Palgrave
mungkin sedang membicarakan seorang pembunuh istri... dengan menunjuk khusus
pada cerita "Pengantin dalam bak mandi".
Ya... semuanya cocok sekali... satu-satunya keberatan ialah... bahwa semuanya...
terlalu cocok. Miss Marple telah mencaci dirinya sendiri mengenai pemikirannya
itu... siapakah dia sebenarnya itu, yang meminta 'Tindakan keras terhadap suatu
pembunuhan"' Tiba-tiba terdengar suara parau yang mengagetkannya.
"Miss... barangkali melihat Greg ada di mana?"
Yang berbicara adalah Lucky. Miss Marple berpikir bahwa dia sedang jengkel.
"Dia baru saja lewat di sini... dia pergi ke hotel."
"Biasa!" Lucky berseru jengkel dan terus pergi dengan cepatnya.
"Empat puluh. Dan pagi ini dia memang kelihatan berumur empat puluh tahun,"
pikir Miss Marple. Dia merasa kasihan... kasihan kepada Lucky-Lucky di dunia ini... yang begitu
mudah termakan waktu. Pada waktu dia mendengar ada suara di belakangnya, Miss Marple memutar
kursinya.... Mr. Rafiel yang dibantu oleh Jackson, sedang mengadakan pemunculannya pada hari
itu, keluar dari bungalonya....
Jackson sedang menempatkan majikannya dalam kursi dan lalu sibuk dengan
sekitarnya. Mr. Rafiel dengan tidak sabar menyuruh Jackson untuk pergi. Kemudian
Jackson pergi ke arah hotel.
Miss Marple tidak membuang waktu... dia tahu, bahwa Mr. Rafiel tidak pernah lama
ditinggalkan sendirian... mungkin sebentar lagi Esther Walters akan bergabung
dengannya. Miss Marple ingin sekali berbicara sendirian saja dengan Tuan Rafiel
dan... inilah kesempatannya. Dia harus bergerak cepat dengan apa yang ingin
dikemukakannya. Tidak ada waktunya dengan memulai sesuatu pembicaraan. Tuan
Rafiel bukanlah orangnya yang bisa memperhatikan perkataan-perkataan orang-orang
tua yang tiada arahnya. Dia mungkin akan segera kembali lagi ke bungalonya,
karena menganggap dirinya sebagai korban suatu pengejaran. Miss Marple telah
memutuskan untuk segera saja memulainya dengan serius.
Miss Marple pergi ke tempatnya duduk, menarik sebuah kursi untuk duduk dan
berkata, "Saya ingin menanyakan sesuatu kepada Anda, Mr. Rafiel."
"Baik, baik," kata Tuan Rafiel, "segera mulailah. Apakah yang ingin Anda
ketahui... apakah saya bersedia memberi sumbangan" Sebuah misi ke Afrika atau
membikin betul gereja atau... lain-lainnya seperti itu?"
"Ya," kata Miss Marple. "Saya menaruh perhatian kepada beberapa soal semacam
itu, dan saya akan sangat gembira, kalau Anda bersedia memberikan uang iuran
untuk mereka. Apa yang sebenarnya akan saya tanyakan kepada Anda ialah apakah
Mayor Palgrave pernah mengatakan kepada Anda sebuah cerita mengenai suatu
pembunuhan." "Oo...." kata Mr. Rafiel. "Jadi, dia juga menceritakannya kepada Anda, bukankah
begitu" Dan saya kira Anda tentu mempercayainya, seluruhnya?"
"Saya tidak tahu apa yang harus saya pikirkan," kata Miss Marple. "Apakah yang
sebenarnya telah dikatakannya kepada Anda?"
"Dia suka bercakap-cakap yang tidak ada artinya," kata Tuan Rafiel, "mengenai
makhluk cantik, penjelmaan kembali dari Lucrezia Borgia. Makhluk itu cantik,
muda, rambutnya keemasan dan lain-lainnya."
"Oh," kata Miss Marple agak kaget sedikit, "dan siapa yang dibunuhnya?"
"Suaminya sendiri, sudah tentu," kata Mr. Rafiel, "siapa lagi yang Anda
pikirkan?" "Pakai racun?" "Bukan, saya kira dia telah memberikan kepada suaminya obat tidur dan kemudian
memasukkan kepalanya ke dalam oven gas. Seorang perempuan yang banyak akalnya.
Dan kemudian dia mengatakan bahwa itu adalah bunuh diri. Dia dengan mudah
dibebaskan. Kurang bertanggung jawab. Itulah apa yang dikatakan pada waktu
sekarang, kalau Anda seorang wanita yang cantik atau seorang penjahat yang masih
muda dan hina dan sangat dicintai oleh ibunya. Bah!"
"Apakah Mayor telah memperlihatkan sebuah foto kepada Anda?"
"Apakah foto perempuan itu" Tidak. Mengapa dia harus berbuat begitu?"
"Ooo...," kata Miss Marple.
Miss Marple agak tercengang. Rupanya Mayor Palgrave menggunakan hidupnya untuk
menceritakan kepada orang-orang tidak hanya mengenai harimau dan gajah yang
telah ditembaknya, akan tetapi juga mengenai pembunuh-pembunuh yang pernah
ditemuinya. Mungkin dia mempunyai banyak cerita-cerita pembunuhan. Salah seorang
akan menghadapinya dengan Miss Marple kaget, ketika Tuan Rafiel tiba-tiba
berteriak, "Jackson...!"
Tidak ada jawaban. "Bolehkah saya pergi untuk mencarinya?" kata Miss Marple.
"Anda pasti tidak akan menemukannya. Dia orang yang suka keluyuran ke mana-mana,
itulah pekerjaannya. Orang itu tidak baik. Dia mempunyai kelakuan yang tidak
baik, akan tetapi dia dapat menyesuaikan diri dengan kepentingan saya."
"Saya akan pergi untuk mencarinya," kata Miss Marple.
Miss Marple menemukan Jackson sedang duduk-duduk di teras hotel, yang letaknya
agak jauh, sedang minum bersama Tim Kendal.
"Tuan Rafiel mencari Anda," kata Miss Marple.
Jackson dengan muka yang menyeringai menghabiskan minuman yang ada di gelasnya
dan kemudian berdiri. "Saya harus kerja lagi," katanya. "Sama sekali tidak ada damai untuk orang
jahat... dua buah panggilan telepon dan sebuah perintah untuk membuat makanan
diet... saya sangka cukup kuat untuk saya pergunakan sebagai bukti, di mana saya
berada selama seperempat jam ini... tapi rupanya tidak. Terima kasih, Miss
Marple. Terima kasih atas minumannya, Tuan Kendal."
Kemudian dia pergi. "Saya merasa kasihan kepada orang itu," kata Tim Kendal. "Saya sewaktu-waktu
menyediakan minuman untuknya dengan maksud untuk menggembirakannya. Dapatkah
saya menawarkan apa-apa untuk Anda sendiri, Miss Marple" Bagaimana dengan
segelas air jeruk yang segar" Saya tahu bahwa Anda senang sekali dengan minuman
itu." "Jangan sekarang, terima kasih. Saya kira untuk mengurus seseorang yang seperti
Tuan Rafiel agak menarik juga. Orang-orang invalid sering kali agak sulit
untuk...." "Menurut saya tidak hanya itu... soalnya pembayarannya baik sekali dan untuk itu
sudah tentu orang yang bekerja padanya harus selalu siap untuk meloncat dengan
perintahnya. Mr. Rafiel sebenarnya tidak begitu jahat. Yang saya maksudkan, dia
sebenarnya orangnya baik...." kata Tim Kendal ragu-ragu.
Miss Marple melihat kepadanya, penuh dengan pertanyaan.
"Baiklah... bagaimana saya harus mengatakan ya... adalah sulit sekali baginya
untuk berada di antara orang kebanyakan. Orangnya sedikit sombong... karena di
sini tidak ada orang yang setingkat dengannya. Jackson tingkatannya sedikit
lebih daripada seorang pelayan... kira-kira begitulah jalan pikiran mereka.
Hampir-hampir seperti seorang pelayan di zaman Victoria, sehingga sekretaris
perempuannya yang bernama Mrs. Walters... merasakan, bahwa dia berada setingkat
lebih tinggi daripadanya. Semuanya ini membuat persoalannya menjadi lebih


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sulit." Tim berhenti dan kemudian berkata dengan penuh perasaan, "Sungguh tidak
menyenangkan adanya soal-soal sosial dalam tempat seperti ini."
Dr. Graham berjalan melalui mereka.... Dia membawa sebuah buku. Dia pergi dan
duduk di meja yang menghadap ke laut.
"Dr. Graham tampaknya agak cemas," kata Miss Marple.
"Oo... kita semuanya memang merasa kurang enak."
"Anda juga" Apakah karena disebabkan oleh kematian Mayor Palgrave?"
"Saya sudah berhenti mencemaskan soal itu. Orang-orang telah melupakan soal
itu... mereka telah melupakannya bersama langkah mereka bukan mengenai soal
itu... ini mengenai soal istri saya... Molly. Apakah Anda mengetahui sesuatu
mengenai arti impian?"
"Impian?" Miss Marple agak heran.
"Ya... dia sering mimpi buruk. Memang kita semua pernah mengalami hal seperti
itu. Akan tetapi lain dengan yang terjadi pada Molly... dia hampir setiap waktu
mendapatkan impian jelek itu. Impiannya itu sangat menakutkannya. Apakah ada
seseorang yang dapat berbuat sesuatu mengenai soal itu" Yang dapat menghilangkan
impian-impian yang jelek itu" Dia telah menelan beberapa pil tidur... akan
tetapi justru tindakan itu membuat lebih parah lagi... dia sering berontak untuk
bangun, tapi tidak bisa."
"Mimpinya tentang apa?"
"Ada sesuatu atau seseorang yang memburu dia... atau memperhatikan dan
menyelidikinya... dia tidak bisa membuang perasaan itu... biarpun dia sudah
bangun." "Sudah tentu harus dihubungi seorang dokter untuk...."
"Dia tidak begitu suka kepada dokter. Dia tidak mau mendengarkan tentang itu...
tapi berani saya katakan bahwa semua itu akan hilang... Kami selama ini begitu
bahagia. Tapi sekarang... tidak lama sesudah meninggalnya Palgrave yang tua
itu... mungkin membuatnya bingung. Sejak saat itu, dia seperti orang lain"
Tim Kendal berdiri. "Pekerjaan sehari-hari harus berjalan terus.... Apakah Anda yakin, bahwa Anda
tidak mau air jeruk yang segar?"
Miss Marple menggelengkan kepalanya.
Dia terus duduk di situ sambil berpikir. Wajahnya tampak serius dan cemas. Dia
melihat jauh, ke Dr. Graham.
Sekarang dia sudah sampai kepada satu keputusan.
Dia berdiri dan pergi langsung ke mejanya.
"Saya seharusnya minta maaf kepada Anda, Dr. Graham," katanya.
"Lo, kenapa?" Dokter melihat kepadanya agak heran sambil tersenyum.
Dokter mengambil sebuah kursi dan Miss Marple duduk.
"Saya rasa saya telah berbuat sesuatu yang tidak baik," kata Miss Marple. "Saya
telah sengaja berbohong kepada Anda, Dr. Graham."
Dia melihat kepadanya dengan harapan adanya pengertian.
Dr. Graham kelihatannya sama sekali tidak kaget akan tetapi dia kelihatannya
memang agak sedikit heran.
"Apakah betul begitu?" katanya. "Ah biarkan saja, Anda tidak perlu
mencemaskannya begitu besar."
Kebohongan apakah yang telah diceritakan oleh orang tua yang baik itu, dia
bertanya-tanya sendiri. Apakah mengenai umurnya" Akan tetapi sejauh yang dia
ingat, Miss Marple tidak pernah menyebutkan umurnya. "Baiklah, sekarang marilah
kita mendengarkan tentang soal itu," kata Dr. Graham, karena tampaknya Miss
Marple benar-benar ingin mengaku.
"Masih ingatkah Anda ketika saya berkata kepada Anda mengenai potret keponakan
saya" Potret yang saya perlihatkan kepada Mayor Palgrave dan tidak
dikembalikannya?" "Ya, ya, sudah tentu saya masih ingat. Maafkan saya, karena saya tidak berhasil
menemukannya untuk Anda."
"Barang itu tidak pernah ada...." kata Miss Marple dengan suara yang kecil dan
ketakutan. "Lo... apa yang Anda maksudkan?"
"Barang itu tidak pernah ada. Saya yang membuat cerita itu."
"Anda yang membuatnya?" Dr, Graham melihat kepadanya dengan agak tersinggung.
"Tapi mengapa?"
Miss Marple lalu menceritakan kepadanya. Dia menceritakan semuanya dengan jelas,
dan tidak terputus-putus. Dia ceritakan kepadanya mengenai cerita pembunuhan
Mayor Palgrave dan bagaimana ketika dia hampir memperlihatkan potret yang khusus
itu kepadanya, dengan tiba-tiba Mayor Palgrave mengubah maksudnya... menyebabkan
dia ingin mengetahui dan memutuskan untuk dapat melihat potret itu.
"Dan benar-benar saya tidak melihat satu jalan pun untuk maksud itu, selain
daripada tidak mengatakan yang tidak benar kepada Anda," kata Miss Marple, "saya
harapkan... Anda mau memaafkan saya."
"Anda mengira bahwa apa yang akan dia perlihatkan kepada Anda itu adalah potret
seorang pembunuh?" "Itulah apa yang telah dia katakan," kata Miss Marple. "Sedikitnya dia berkata
bahwa potret itu diberikan oleh kawannya, yang telah menceritakan kepadanya
cerita mengenai seseorang yang menjadi pembunuh."
"Ya, ya... maafkan saya... Anda, Anda... percaya kepadanya?"
"Saya tidak tahu, apakah saya mempercayainya atau tidak pada saat itu," kata
Miss Marple. "Akan tetapi kemudian, seperti Anda ketahui, keesokan harinya dia
meninggal dunia." "Ya," kata Dr. Graham, yang sekonyong-konyong perhatiannya tertarik kepada
kalimat... "keesokan harinya dia mati...."
"Dan ternyata potret itu hilang."
Dr. Graham melihat kepadanya. Dia tidak tahu dengan tepat apa yang akan
dikatakannya. "Maafkan saya... Miss Marple," akhirnya dia berkata, "akan tetapi, apakah...
apakah yang Anda katakan kepada saya... kali ini sungguh-sungguh benar?"
"Saya tidak heran, kalau Anda meragukan saya," kata Miss Marple, "saya akan
bersikap demikian juga jika saya di pihak Anda. Ya, apa yang saya ceritakan
kepada Anda sekarang ini benar. Tapi saya juga cukup sadar bahwa saya sendiri
yang berkata begitu. Tapi biarpun seandainya Anda tidak mempercayai saya... saya
pikir, sebaiknya saya ceritakan kepada Anda."
"Tapi mengapa...?"
"Karena saya menginsyafi, bahwa sebaiknya Anda mempunyai keterangan-keterangan
yang sebanyak mungkin... jika seandainya nanti...."
"Jika seandainya nanti apa?"
"Jika seandainya nanti, Anda memutuskan untuk mengambil langkah-langkah mengenai
soal ini." 10 KEPUTUSAN DI JAMESTOWN DR. GRAHAM sedang berada di Jamestown, di kantor Administrator setempat; duduk
berhadapan dengan temannya yang bernama Daventry, seorang muda yang serius,
berumur tiga puluh lima tahun.
"Anda di telepon kedengarannya agak misterius, Graham," kata Daventry, "apakah
ada persoalan yang khusus?"
"Saya tidak tahu," kata Dr. Graham, "akan tetapi saya cemas."
Daventry memandang wajah temannya, kemudian dia menganggukkan kepalanya, ketika
minuman tiba. Dengan enak lalu dia membicarakan mengenai suatu ekspedisi
penangkapan ikan, yang telah dilakukannya beberapa waktu yang lalu. Kemudian
setelah pelayannya pergi, dia duduk kembali, di kursinya dan memandang Graham.
"Sekarang," katanya, "kemukakanlah persoalannya."
Dr. Graham menceritakan fakta-fakta yang telah membuatnya cemas. Daventry
bersiul pelan dan panjang.
"Baiklah. Jadi Anda berpendapat bahwa ada sesuatu yang aneh dengan kematian si
tua Palgrave" Anda tidak merasa yakin bahwa itu hanya disebabkan oleh penyakit
biasa" Siapakah yang telah memberikan sertifikat kematian" Saya kira tentu
Robertson. Dan dia tidak menyangsikan sama sekali, bukankah begitu?"
"Tidak, akan tetapi menurut saya, mungkin dalam memberikan sertifikat itu dia
dipengaruhi oleh kenyataan adanya tablet-tablet Serenite di kamar mandi. Dia
menanyakan kepada saya, apakah Palgrave pernah menyebutkan bahwa dia menderita
tekanan darah tinggi dan saya berkata tidak. Saya tidak pernah mengadakan
pembicaraan dengan dia mengenai kesehatannya, walaupun saya tahu bahwa dia telah
berbicara mengenai soal kesehatannya itu dengan orang lain di hotel.
Persoalannya... botol tablet dan apa yang dikatakan oleh Palgrave kepada orang
lain... kelihatannya semuanya cocok... sehingga tidak ada alasan di dunia ini
untuk merasa curiga. Itu merupakan suatu kesimpulan yang baik dan biasa dibuat
orang... akan tetapi sekarang saya berpendapat bahwa semua itu tidak betul.
Seandainya saja saya yang berkewajiban untuk memberikan sertifikat kematian itu,
saya akan memberikannya tanpa berpikir untuk kedua kalinya. Kematiannya
tampaknya sesuai sekali dengan alasan-alasannya. Saya tidak pernah akan memikirkannya, kalau
saja tidak disebabkan oleh lenyapnya potret itu secara misterius...."
"Tapi, Graham," kata Daventry, "kalau saya boleh mengemukakan pendapat saya,
apakah Anda tidak agak terlalu menggantungkan diri pada cerita khayalan seorang
perempuan tua. Anda sendiri kan mengetahui bagaimana tingkah laku perempuan-
perempuan tua itu biasanya. Mereka biasanya suka membesar-besarkan soal-soal
kecil dan kemudian mengkhayalkan sesuatu."
"Ya, saya tahu," kata Dr. Graham tidak senang. "Saya tahu itu. Saya juga berkata
kepada diri saya, bahwa mungkin itu begitu dan mungkin sebetulnya itu begitu.
Akan tetapi saya tidak dapat meyakinkan diri saya sendiri sebulat-bulatnya.
Perempuan tua itu memberikan keterangan dengan begitu jelas dan terperinci."
"Bagi saya, persoalan ini seluruhnya tampaknya tidak masuk akal," kata Daventry.
"Seorang perempuan tua menceritakan mengenai sebuah potret yang tidak ada di
situ... tidak, saya tidak mau ikut terlibat di dalamnya... yang saya maksudkan,
apakah tidak ada jalan lain..." Akan tetapi satu-satunya yang dapat Anda
teruskan ialah bahwa pelayan wanita itu berkata bahwa ada satu botol pil dan ini
yang telah dipergunakan oleh para pejabat sebagai bukti... tidak ada di dalam
kamar Mayor, sehari sebelum si Mayor meninggal. Akan tetapi ada banyak
keterangan yang bisa diberikan untuk itu. Dia bisa saja membawa pil itu di dalam
sakunya." "Saya kira, itu memang mungkin."
"Atau pelayan wanita itu membuat kesalahan karena dia tidak memperhatikan
sebelumnya...." "Itu juga mungkin sekali."
"Begitulah...."
Dr. Graham berkata pelan-pelan,
"Gadis itu dalam hal ini merasa positip sekali."
"Baiklah, sekarang orang-orang di St. Honor? perasaannya mudah dibangkitkan.
Tahukah Anda..." Emosionil! Semangat mereka mudah menggelora. Apakah Anda
berpendapat bahwa dia mengetahui lebih banyak daripada... apa yang telah
dikatakannya?" "Saya kira, mungkin begitu," kata Dr. Graham pelan-pelan.
"Kalau begitu, sebaiknya Anda berusaha mendapatkannya dari dia. Kita tidak
menghendaki adanya keributan yang tidak perlu, kecuali, jika kita mempunyai
suatu pegangan yang pasti untuk maju terus. Jika dia benar-benar tidak mati oleh
karena tekanan darah tingginya, tahukah Anda apa yang menyebabkannya?"
"Jaman sekarang ini banyak yang bisa menyebabkan kematiannya," kata Dr. Graham.
"Yang Anda maksudkan barang-barang yang tidak meninggalkan jejak yang dapat
dikenali kembali?" "Tidak semua orang," kata Dr. Graham dengan hampa, "mau berbaik hati untuk
menggunakan arsenik."
"Sekarang, marilah kita bicarakan segala sesuatunya dengan sejelas-jelasnya...
apakah pendapatmu" Bahwa sebotol pil telah menggantikan sebotol pil asli" Dan
bahwa dengan begitu Mayor Palgrave telah diracun?"
"Bukan, bukan seperti itu. Tapi itulah yang telah dipikirkan oleh gadis yang
bernama Victoria itu. Akan tetapi dia keliru menafsirkannya... karena kalau
sudah diputuskan akan melenyapkan Mayor... dengan cepat... maka akan lebih baik
kalau memasukkan sesuatu ke dalam minuman Mayor. Dan untuk membuatnya seperti
kematian yang wajar. Sebotol pil untuk meringankan tekanan darah tinggi
diletakkan di dalam kamarnya. Dan kemudian disebarkan desas-desus bahwa dia
menderita tekanan darah tinggi."
"Siapakah yang telah menyebarkan desas-desus itu?"
"Saya sudah berusaha untuk menemukannya... tapi tidak berhasil... kelihatannya
ini sudah dikerjakan oleh si penjahat dengan pintar sekali. A berkata saya kira
B telah mengatakannya kepada saya. B yang ditanya, mengatakan tidak. Tidak, saya
tidak mengatakan begitu, akan tetapi saya ingat C mengatakan begitu pada suatu
hari. C berkata beberapa orang membicarakan mengenai soal itu... salah seorang
dari mereka, saya pikir mungkin A. Dan dengan begitu kita kembali pada permulaan
lagi." "Salah seorang dari mereka pintar sekali."
"Ya, secepat mungkin, sesudah kematian itu diketemukan, tampaknya semua orang
telah membicarakan mengenai darah tinggi Mayor dan berkali-kali diulang-ulang di
sekelilingnya, apa yang telah dikatakan oleh orang-orang lain."
"Bukankah lebih mudah, justru untuk meracuninya dan kemudian membiarkannya
begitu saja?" "Tidak. Hal begitu akan mengundang suatu penyelidikan... mungkin pemeriksaan
kembali jenazahnya... sedangkan dengan jalan ini, seorang dokter akan mudah
menerima kematiannya dan lalu memberikan sertifikat... seperti apa yang telah di
kerjakan oleh petugas."
"Sekarang apakah yang Anda kehendaki, saya lakukan" Pergi ke polisi" Dan
mengusulkan supaya Mayor digali kembali" Semua itu akan menimbulkan
kehebohan...." "Hal itu dapat sangat dirahasiakan."
"Dapatkah itu dirahasiakan" Di St. Honor?" Pikirkanlah kembali! Beritanya pasti
akan tersebar melalui selentingan, sebelum itu dikerjakan. Bagaimana juga,"
Daventry menghela napas, "saya kira memang kita harus berbuat sesuatu. Akan
tetapi, kalau Anda menanyakan kepada saya, semua itu adalah suatu penemuan yang
berdasarkan khayalan."
"Saya sungguh-sungguh dengan tulus hati mengharapkan begitu," kata Dr. Graham.
11 SUATU MALAM DI GOLDEN PALM
MOLLY membereskan beberapa dekorasi dari meja di ruangan makan, memindahkan
pisau tambahan, membereskan letak garpu, memasang satu atau dua gelas lagi,
mundur ke belakang untuk melihat hasil pekerjaannya dan kemudian keluar menuju
ke teras. Tidak ada seorang pun pada waktu itu. Lalu dia jalan pelan-pelan ke sudut yang
terjauh dan kemudian berdiri di dekat tangga. Segera akan tiba malam yang baru.
Mengobrol, berbicara, minum-minum, semuanya dalam suasana yang gembira dan tidak
memikirkan sesuatu. Semuanya itu suatu kehidupan yang selama ini ia rindukan,
dan yang sampai beberapa hari yang lalu telah dia nikmati. Tapi sekarang, Tim
juga kelihatannya cemas dan merasa terganggu. Mungkin, sudah sewajarnya kalau
dia merasa sedikit cemas. Hal ini sangat penting. Usaha mereka selama ini harus
maju. Karena bagaimanapun, dia sudah menanamkan seluruh kekayaannya.
Akan tetapi, pikir Molly, sebenarnya bukanlah itu yang mengganggu pikirannya.
Yang mengganggu pikirannya adalah saya. Akan tetapi, kata Molly pada dirinya
sendiri, mengapa dia sangat mencemaskan saya. Sudah jelas Tim sangat mencemaskan
dia. Mengenai soal itu dia sangat yakin. Pertanyaan-pertanyaan yang dia
kemukakan, pandangannya yang sepintas lalu, dan ragu-ragu yang sering ditujukan
kepadanya. Akan tetapi mengapa dia berbuat seperti itu" Pikir Molly. "Saya
selalu berhati-hati." Dia mengingat beberapa kejadian dalam pikirannya.
Dia sendiri benar-benar tidak mengerti. Dia tidak ingat sejak kapan dia
bertingkah seperti itu. Dia sendiri tidak yakin, apakah yang telah menimpa
dirinya. Dia mulai takut kepada orang-orang. Dia tidak mengerti, mengapa. Apakah
yang akan diperbuat oleh mereka terhadapnya" Mengapa mereka akan berbuat seperti
itu terhadapnya" Dia menganggukkan kepalanya, dan kaget sekali, sewaktu ada tangan yang menyentuh
lengannya. Dia menoleh. Ternyata Gregory Dyson. Dyson agak kaget juga dan
kelihatan menyesal mengejutkannya.
"Maaf. Apakah saya mengagetkan Anda, Gadis kecil?"
Molly paling tidak senang kalau disebut "Gadis Kecil". Dia dengan cepat berkata
riang, "Saya tidak mendengar Anda datang, Tuan Dyson, sehingga saya melompat."
"Tuan Dyson" Kita malam ini sangat resmi. Apakah kita semua tidak merupakan satu
keluarga yang bahagia di sini" Ed dan saya, Lucky dan Evelyn, Anda dan Tom,
Esther Walters dan Rafiel tua itu. Kita semua merupakan satu keluarga yang
bahagia." "Dia sudah terlalu banyak minum," pikir Molly. Molly tertawa kepadanya dengan
caranya yang menyenangkan.
"Oh, adakalanya setelah saya selesai dari tugas saya sebagai nyonya rumah yang
berat," dia berkata dengan tangkas, "Tim dan saya berpendapat, adalah sangat
hormat untuk tidak terlalu sering menyebut nama kecil seseorang."
"Oh, kami tidak senang dengan cara yang begitu kaku. Sekarang Molly yang baik


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hati, marilah kita minum bersama."
"Ajaklah, saya nanti," kata Molly. "Saya masih harus membereskan beberapa
pekerjaan." "Sekarang saja, jangan lari." Tangannya memegang lengan Molly kuat-kuat. "Kau
adalah seorang gadis yang cantik sekali, Molly. Saya harap Tim dapat menghargai
nasibnya yang mujur ini."
"Oh, saya tahu bahwa dia menyadarinya," kata Molly dengan gembira.
"Saya sendiri juga tertarik padamu." Dyson mengerling kepadanya. "Walaupun saya
tidak menghendaki istri saya mendengarkan saya berkata begitu."
"Apakah tadi siang perjalanan Anda menyenangkan?"
"Saya kira begitu. Sebetulnya kadang-kadang saya bosan juga. Tapi ini cuma saya
katakan pada kamu saja. Lama-lama bosan juga kalau kita terus-menerus menghadapi
burung-burung dan kupu-kupu. Bagaimana pendapatmu, kalau suatu hari kita piknik
berdua?" "Mengenai itu akan kita lihat nanti," kata Molly dengan gembira. "Saya akan
sangat mengharapkannya."
Dengan tertawa kecil, Molly melepaskan diri dan kembali ke bar.
"Hallo.... Molly," kata Tim, "kau kelihatannya tergesa-gesa. Siapa itu... yang
bersamamu di luar tadi?"
Tim menengok ke luar. "Gregory Dyson."
"Apa yang dikehendakinya?"
"Dia ingin menggoda saya," kata Molly.
"Jahanam," kata Tim.
"Jangan khawatir," kata Molly, "saya dapat membereskan dia."
Tim sudah siap untuk berkata kepadanya, akan tetapi kemudian dia melihat
Fernando, lalu dia pergi kepadanya dan memberikan beberapa petunjuk. Molly
cepat-cepat pergi ke dapur, keluar melalui pintu dapur dan terus ke bawah menuju
ke pantai. Gregory Dyson mengutuk. Kemudian dia kembali ke bungalonya. Dia hampir sampai di
bungalo itu, ketika terdengar sebuah suara ditujukan kepadanya. Suara itu
berasal dari bayangan di semak-semak. Dia membalikkan kepalanya, karena kaget.
Di dalam bayangan semak-semak itu, untuk sekejap dia pikir hantulah yang berdiri
di situ. Kemudian dia tiba-tiba tertawa. Bayangan itu tampaknya seperti sesosok
tubuh tidak bermuka, akan tetapi itu karena disebabkan oleh rok yang berwarna
putih, sedangkan wajahnya berwarna hitam.
Victoria keluar dari dalam semak-semak dan berjalan menuju jalan kecil.
"Maaf, Tuan Dyson?"
"Ya, ada apa?" Malu karena telah kaget, Dyson berkata dengan tidak sabar.
"Saya membawa ini untuk Anda, Tuan." Dia lalu mengulurkan tangannya. Di dalam
tangannya ada sebuah botol berisi pil.
"Ini kepunyaan Tuan, bukan" Ya?"
"Oo... botol pil Serenite saya. Ya, ini botol saya. Di mana kau menemukannya?"
"Saya menemukan botol itu, di tempat botol itu diletakkan. Di kamar tuan itu."
"Apa yang kaumaksudkan dengan... di kamar tuan itu?"
"Tuan yang meninggal dunia itu," Victoria menambahkan dengan suram. "Saya pikir,
dia tidak akan tidur tenang dalam kuburnya."
"Mengapa tidak?" tanya Dyson.
Victoria terus melihat kepadanya.
"Saya masih tidak mengerti dengan apa yang kaukatakan. Apakah yang kaumaksudkan,
bahwa kau menemukan botol pil ini di dalam bungalo Mayor Palgrave?"
"Ya, itu benar. Setelah dokter dan orang-orang dari Jamestown pergi, mereka
memberikan kepada saya semua barang-barang yang ada di kamar mandi untuk
dibuang. Pasta gigi, lotion dan barang-barang lainnya... termasuk ini."
"O begitu, tapi mengapa kau tidak membuang botol ini?"
"Oleh karena botol ini adalah kepunyaan Anda. Anda nanti kehilangan barang ini.
Masih ingatkah Anda, Anda pernah menanyakan mengenai botol ini?"
"Ya... ngng... ya, saya pernah menanyakannya. Saya kira... mungkin saya telah
salah menempatkannya."
"Tidak, Anda tidak salah menempatkannya. Botol itu diambil dari bungalo Anda dan
ditempatkan di bungalo Mayor Palgrave."
"Bagaimana bisa tahu?" katanya agak kasar.
"Saya tahu, karena saya melihat." Victoria tertawa kepadanya. Giginya yang putih
terlihat mengkilap. "Ada orang yang menempatkan botol di dalam kamar tuan yang
mati itu. Sekarang saya mengembalikan itu kepada Anda."
"Sini... tunggu dulu. Apa yang kaumaksudkan" Apa... siapa yang kaulihat?"
Victoria cepat-cepat pergi, kembali ke dalam kegelapan semak-semak. Greg pada
mulanya berniat untuk mengikutinya, tapi kemudian berhenti. Dia berdiri sambil
mengelus-ngelus dagunya. "Ada apa, Greg" Kau melihat hantu?" tanya Ny. Dyson, ketika dia sedang berjalan
di jalan kecil itu menuju rumah kecilnya.
"Ya, saya kira untuk satu atau dua menit."
"Siapakah yang telah berbicara denganmu tadi?"
"Janganlah begitu tolol, Lucky. Gadis itu mempunyai pikiran yang gila."
"Pikiran mengenai apa?"
"Kau kan masih ingat, ketika pada suatu hari, saya tidak bisa menemukan Serenite
saya?" "Kau yang bilang tidak dapat menemukannya."
"Apa yang kaumaksudkan dengan 'Saya bilang tidak dapat menemukannya"'"
"Oh, apakah kau bermaksud untuk melibatkan saya dalam semua ini?"
"Maafkan saya," kata Greg. "Semua orang tampaknya menjadi misterius."
Lalu dia mengulurkan tangannya dengan botol itu di dalam genggamannya. "Gadis
itu telah mengembalikannya kepada saya."
"Apakah dia yang telah mengambilnya?"
"Tidak, bukan dia.... Dia yang telah menemukannya di suatu tempat, saya kira."
"Oh begitu... sekarang apa lagi" Apakah rahasianya mengenai itu?"
"Oo... tidak ada apa-apa," kata Greg. "Gadis itu telah membangkitkan amarah
saya, hanya itu." "Greg, ada apa sih sebetulnya" Sekarang mari kita minum bersama-sama sebelum
makan malam." II Molly pergi ke bawah, ke pantai. Ditariknya salah satu kursi rotan tua yang
sudah reyot dan jarang dipakai. Untuk sementara waktu dia duduk di kursi itu,
sambil melihat ke arah laut. Tiba-tiba dia meletakkan kepalanya di tangannya dan
mulai menangis. Untuk sementara waktu sambil duduk dia bebas untuk menangis.
Kemudian dia mendengar bunyi gemerisik di dekatnya. Dia segera mendongak dan
dilihatnya Mrs. Hillingdon sedang menunduk menatapnya.
"Hallo, Evelyn, saya tidak mendengar Anda datang. Maafkan saya."
"Ada apa, Nak...?" kata Evelyn. "Apakah ada kesulitan?" Dia mengambil kursi
lainnya, lalu duduk di dekatnya. "Ceritakanlah semuanya kepada saya."
"Tidak ada kesulitan," kata Molly. "Sama sekali tidak ada."
"Sudah tentu ada. Kau tidak bisa duduk di sini sambil menangis kalau tidak ada
sebabnya. Dapatkah kau mengatakannya kepada saya" Apakah... ada sedikit
kesulitan antara kau dan Tim?"
"Oh, tidak." "Saya senang mendengar itu. Kalian berdua tampaknya selalu gembira."
"Tidak lebih daripada seperti yang Anda alami sendiri," kata Molly. "Tim dan
saya selalu berpikir, alangkah senangnya kalau melihat Anda dan Edward tampaknya
begitu bahagia bersama, setelah kawin beberapa tahun lamanya."
"Oo... itu," kata Evelyn. Suaranya agak tajam ketika berbicara, tapi Molly
hampir-hampir tidak memperhatikannya.
"Orang biasanya suka bertengkar," kata Molly, "dan sering cekcok. Bahkan orang
yang saling mencintai sekalipun tampaknya tetap bertengkar dan sama sekali tidak
menghiraukan apakah itu terjadi di tempat umum atau tidak."
"Ada beberapa orang yang senang hidup seperti itu," kata Evelyn. "Dan semua itu
sama sekali tidak berarti apa-apa."
"O begitu... tapi saya kira yang begitu itu mengerikan," kata Molly.
"Saya juga berpendapat begitu," kata Evelyn.
"Akan tetapi saya melihat Anda dan Edward...."
"O itu tidak baik, Molly. Saya tidak akan memperkenankan Anda terus-menerus
memikirkan hal-hal semacam itu. Ketahuilah bahwa Edward dan saya..." dia
berhenti. "Ini kalau kau memang ingin tahu yang sebenarnya, kami hampir-hampir
tidak berbicara satu sama lain, kalau kami berdua berada sendirian selama tiga
tahun terakhir ini."
"Apa!?" Molly melihat kepadanya dengan tidak percaya. "Saya. Saya... tidak
menyangka." "O, kami berdua telah bersandiwara baik sekali," kata Evelyn. "Kami tidak
seperti orang-orang lain, yang senang cekcok di muka umum. Walaupun sebenarnya
tidak ada sesuatu yang patut untuk dipertengkarkan."
"Tapi... apa yang tidak beres?" tanya Molly.
"Yah, seperti biasa."
"Apakah yang Anda maksudkan dengan biasa" Apakah ada yang lain...?"
"Ya, ada perempuan lain dalam persoalan kami ini. Saya kira tidak begitu sulit
bagi Anda untuk menerka siapa perempuan itu."
"Apakah yang Anda maksudkan.... Mrs. Dyson... Lucky itu?"
Evelyn menganggukkan kepalanya.
"Saya tahu mereka berdua sering main-main," kata Molly. "Akan tetapi saya kira
itu hanya...." "Hanya semangat yang meluap-luap?" kata Evelyn. "Dan tidak ada apa-apanya di
belakangnya?" "Tetapi mengapa...?" Molly berhenti, lalu mencoba lagi. "Akan tetapi, apakah
Anda tidak... oh, yang saya maksudkan... tapi baiklah, sebaiknya saya tidak
menanyakan itu." "Tanyakan saja apa yang ingin kauketahui," kata Evelyn. "Saya sudah capai untuk
tidak mengatakan sesuatu, saya sudah capai berlaku sebagai seorang istri yang
gembira dari kalangan yang baik. Edward benar-benar telah tergila-gila kepada
Lucky. Dia telah berlaku tolol sekali, untuk datang dan mengatakannya kepada
saya. Saya kira, dengan begitu akan membuat dirinya merasa enak. Terus terang
dan terhormat. Semacam itulah. Dia tidak berpikir dan merasa bahwa perbuatannya
itu akan membuat saya mempunyai perasaan tidak enak."
"Apakah dia bermaksud meninggalkan Anda?"
Evelyn menggelengkan kepalanya.
"Tahukah Anda, bahwa kami mempunyai dua orang anak?" Evelyn berkata lagi, "Anak-
anak yang sangat kami cintai bersama. Mereka sekolah di Inggris. Kami berdua
tidak menginginkan untuk menghancurkan rumah tangga kami. Sudah tentu Lucky juga
tidak menghendaki suatu perceraian. Soalnya Greg, suaminya, adalah orang yang
kaya sekali. Istrinya yang pertama telah meninggalkan banyak uang kepadanya.
Dengan begitu kami telah sepakat, untuk hidup seperti biasa dan... membiarkan
Edward dan Lucky dalam kebahagiaan mereka yang tidak bermoral. Greg dalam
kegembiraannya tidak menyadari persoalannya, sedangkan Edward dan saya hanya
teman baik saja." Evelyn berbicara dengan hati yang terluka.
"Bagaimana Anda bisa tahan selama ini?"
"Orang biasanya menjadi terbiasa akan sesuatu. Tetapi adakalanya...."
"Ya?" kata Molly.
"Adakalanya, saya... ingin membunuh perempuan itu."
Meletusnya kemarahan di belakang suaranya, mengagetkan Molly.
"Sebaiknya kita tidak membicarakan apa-apa lagi mengenai diriku," kata Evelyn.
"Sekarang marilah kita bicarakan mengenai dirimu. Saya ingin mengetahui apa
sebabnya." Molly berdiam diri untuk beberapa saat lamanya dan kemudian dia berkata,
"Ini hanya... ini hanya, bahwa saya berpikir ada sesuatu yang tidak beres dengan
diri saya." "Yang tidak beres" Apakah yang Anda maksudkan itu?"
Molly menggelengkan kepalanya dengan tidak senang.
"Saya takut," dia berkata. "Saya amat takut."
"Takut karena apa?"
"Semuanya," kata Molly. "Perasaan itu... terus tumbuh dalam diri saya.
Seperti... suara di semak-semak, langkah-langkah kaki... atau hal-hal yang
dikatakan orang. Seakan-akan ada orang yang mengawasi saya terus-menerus dan
menyelidiki saya. Ada orang yang benci kepada saya. Itulah yang selalu saya
rasakan. Ada orang yang membenci saya."
"Anakku yang baik hati," kata Evelyn sangat terkejut dan tercengang. "Sudah
berapa lama hal ini terjadi padamu?"
"Saya tidak tahu. Ini datang... sedikit demi sedikit. Malah ada hal-hal lainnya
juga." "Hal-hal lainnya, bagaimana?"
"Ada sewaktu-waktu," kata Molly pelan-pelan, "yang tidak dapat saya jelaskan dan
saya tidak dapat mengingatnya."
"Apakah yang Anda maksudkan... bahwa Anda sering tidak sadar... apakah serupa
itu?" "Ya, saya kira yang serupa itu. Yang saya maksudkan, adakalanya seperti... oh,
misalnya sekarang sudah pukul lima... saya tidak ingat sama sekali, apa yang
telah terjadi sejak pukul setengah dua atau pukul dua."
"Oh, Sayang, itu mungkin karena Anda baru bangun tidur. Mungkin Anda tertidur
sebentar." "Tidak," kata Molly, "tidak, kejadiannya tidak seperti itu. Karena pada akhir
waktu itu saya tidak merasa baru saja tertidur. Tiba-tiba saja saya sudah berada
di tempat lain. Kadang-kadang saya sudah memakai baju yang lain dan kadang-
kadang saya merasa sudah mengerjakan sesuatu... bahkan berbicara kepada orang-
orang, atau kepada seseorang, dan saya sudah tidak ingat lagi bahwa saya telah
berbuat begitu." Evelyn kelihatan terkejut. "Molly sayang... kalau keadaan Anda begitu, bukankah
lebih baik kalau Anda pergi ke dokter?"
"Saya tidak mau pergi ke dokter. Saya tidak mau. Saya tidak mau dekat-dekat
seorang dokter." Evelyn menunduk menatap wajah Molly dengan tajam dan kemudian dia menggenggam
tangan gadis itu. "Mungkin Anda hanya ketakutan sendiri saja, Molly. Tahukah Anda, bahwa ada
beberapa jenis penyakit syaraf yang sama sekali tidak berbahaya. Seorang dokter
akan segera dapat meyakinkan Anda pada diri sendiri."
"Mungkin malah tidak. Mungkin dia akan berkata, bahwa benar-benar ada sesuatu
yang tidak beres dengan saya."
"Mengapa harus ada sesuatu yang tidak beres dengan Anda?"
"Karena...," Molly berkata tapi kemudian diam, "tidak, saya kira tidak ada
sebabnya," kata Molly akhirnya.
"Apakah keluarga Anda tidak bisa menolong... apakah Anda mempunyai saudara, ibu
atau saudara-saudara perempuan atau... siapa saja yang bisa datang ke sini?"
"Saya tidak cocok dengan ibu saya. Kami berdua tidak pernah cocok. Saya punya
saudara-saudara perempuan, tapi mereka semuanya telah kawin. Mungkin mereka akan
datang kalau saya minta. Akan tetapi saya tidak membutuhkan mereka. Saya tidak
memerlukan siapa pun... siapa pun kecuali, Tim."
"Apakah Tim mengetahui mengenai persoalan ini" Apakah Anda sudah menceritakannya
kepadanya?" "Tidak benar-benar menceritakannya kepadanya," kata Molly. "Akan tetapi dia
kelihatannya cemas terhadap keadaan diri saya. Dia suka memperhatikan saya.
Tampaknya dia seakan-akan sedang berusaha... untuk membantu melindungi saya.
Akan tetapi kalau dia berbuat begitu, itu berarti bahwa saya membutuhkan
perlindungan, bukankah begitu?"
"Saya rasa sebagian besar dari ini mungkin hanyalah khayalan, akan tetapi saya
tetap berpendapat, bahwa sebaiknya Anda pergi ke dokter."
"Dr. Graham yang tua itu" Percuma saja."
"Ada berapa dokter di pulau ini?"
"Sudahlah, saya tidak apa-apa" kata Molly. "Saya hanya... tidak boleh lagi
memikirkan hal itu. Saya kira, seperti yang Anda katakan, semua itu hanyalah
khayalan. Masya Allah... sudah malam. Saya harus bertugas di kamar makan.
Saya... saya harus segera kembali."
Molly memandang Evelyn dengan tajam dan agak sedikit menantang dan kemudian
pergi dengan tergesa-gesa. Evelyn memperhatikannya dari belakang.
12 KEJAHATAN LAMA MENINGGALKAN BEKAS YANG PANJANG
"SAYA pikir... saya telah menemukan sesuatu."
"Apa katamu, Victoria?"
"Saya kira bahwa saya telah menemukan sesuatu dan ini berarti uang. Uang yang
banyak." "Dengarlah, Sayang. Kau harus hati-hati, jangan sampai kau melibatkan diri
dengan sesuatu. Sebaiknya... saya saja yang membereskannya."
Victoria tertawa nyaring.
"Tunggu saja dan lihat apa yang akan terjadi," dia berkata. "Saya tahu,


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaimana saya harus bertindak. Ini adalah uang, uang yang banyak. Sesuatu yang
saya lihat dan sesuatu yang saya duga. Saya kira dugaan saya pasti benar."
Sekali lagi terdengar tawanya yang gembira pada malam itu.
II "Evelyn...." "Ya?" Evelyn Hillingdon bicara secara mekanis tanpa menaruh perhatian. Dia tidak
melihat kepada suaminya. "Evelyn, apakah kau tidak keberatan, kalau semua ini kita tinggalkan saja dan
pulang ke Inggris?" Ketika itu Evelyn sedang menyisir rambutnya yang pendek dan berwarna hitam.
Sekarang tangannya bergerak ke bawah kepalanya dengan cepat. Dia berbalik ke
arah suaminya. "Kaumaksudkan... tapi, tapi... kita baru saja datang. Kita berada di kepulauan
ini tidak lebih dari tiga minggu."
"Itu saya tahu... tapi... apakah kau keberatan?"
Mata Evelyn menyelidikinya dengan tidak percaya.
"Apakah kau benar-benar mau kembali ke Inggris, kembali pulang?"
"Ya." "Meninggalkan... Lucky?"
Mendengar itu, suaminya mengernyit.
"Kau selama ini telah mengetahui semuanya, saya kira?"
"Ya." "Tapi kau tidak pernah berbicara apa-apa."
"Untuk apa" Kita berdua telah memutuskan persoalan ini beberapa tahun yang lalu.
Di antara kita berdua tidak ada yang menghendaki perpecahan. Jadi kita berdua
sudah bersepakat untuk menempuh jalan masing-masing... sambil tetap bersandiwara
di depan umum." Kemudian dia menambahkan, sebelum suaminya berbicara. "Akan
tetapi mengapa kau memutuskan untuk kembali ke Inggris sekarang?"
"Oleh karena saya sedang menghadapi saat perpecahan. Saya sudah tidak tahan
lebih lama lagi, Evelyn. Saya tidak dapat."
Edward Hillingdon yang pendiam itu telah berubah. Tangannya gemetar, dia menelan
ludah. Wajahnya yang biasanya tenang dan tidak terpengaruh oleh emosi, tampaknya
bentuknya telah berubah karena penderitaan.
"Masya Allah, Edward, ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, kecuali, bahwa saya ingin pergi dari sini...."
"Kau begitu tergila-gila kepada Lucky dan sekarang sudah dapat mengatasinya.
Apakah itu yang ingin kaukatakan kepada saya?"
"Ya. Saya kira perasaanmu terhadapku sekarang tak akan pernah sama lagi."
"Oo... janganlah kita membicarakan itu sekarang! Yang ingin saya ketahui
sekarang adalah apa yang menyebabkanmu begitu gelisah, Edward?"
"Saya tidak gelisah."
"Tapi kau bingung. Kenapa?"
"Apakah semuanya ini tidak jelas?"
"Tidak. Tidak begitu jelas," kata Evelyn. "Marilah kita bicarakan secara
sederhana dan tegas. Kau mempunyai hubungan dengan seorang perempuan. Itu sering
terjadi pada diri seseorang. Dan sekarang itu semua sudah berakhir. Atau
belumkah..." Atau mungkin dari pihak perempuan itu belum berakhir. Apakah
begitu" Apakah Greg telah mengetahui mengenai persoalan ini" Mengenai itu saya
ingin tahu sekali." "Saya tidak tahu," kata Edward. "Greg tidak pernah mengatakan sesuatu. Dia
tampaknya selalu baik sekali."
"Laki-laki biasanya bodoh sekali," kata Evelyn sambil berpikir. "Atau ada sebab
lainnya... mungkin Greg di luar mempunyai perhatian kepada wanita lain!"
"Dia pernah menggoda kamu, bukan?" kata Edward. "Jawablah saya... saya tahu dia
pernah...." "Oh, ya...." kata Evelyn, acuh tak acuh. "Akan tetapi, dia melakukannya kepada
semua wanita. Itulah sifat Greg. Saya kira itu tidak berarti banyak. Itu hanya
merupakan sifat Greg sebagai seorang laki-laki."
"Apakah kau tertarik kepadanya, Evelyn" Saya ingin mengetahui yang sebenarnya."
"Kepada Greg" Saya hanya sangat senang kepadanya... dia begitu menyenangkan
saya. Dia seorang kawan yang baik."
"Apakah semuanya itu hanya sampai di situ" Saya mengharapkan, saya dapat
mempercayaimu sepenuhnya."
"Saya benar-benar tidak dapat mengerti, bagaimana mungkin semua ini ada artinya
bagimu," kata Evelyn dengan hambar.
"Saya kira, memang semua itu patut saya terima."
Evelyn pergi ke dekat jendela dan melihat melalui serambi, kemudian dia kembali
lagi. "Saya betul-betul mengharapkan kau mau mengatakan kepada saya, apakah sebenarnya
yang membuat kau bingung, Edward."
"Saya sudah mengatakannya kepadamu."
"Saya masih heran."
"Saya kira kau tidak akan mengerti, bagaimana luar biasanya tampaknya kegilaan
sementara semacam ini bagimu, setelah kau berhasil mengatasinya"
"Saya kira, saya bisa mencobanya. Tapi, apa yang mencemaskan saya sekarang ialah
tampaknya Lucky agak menguasai dirimu. Dia bukanlah seperti perempuan simpanan
yang dibuang. Dia seperti seekor harimau yang siap dengan cakarnya. Edward,
seharusnya kau mengatakan kepada saya yang sebenarnya. Cuma inilah satu-satunya
jalan, kalau kau menghendaki saya membantumu."
Edward berkata dengan suaranya yang rendah, "Kalau saya tidak selekasnya pergi
dari sini... saya bisa membunuhnya."
"Membunuh Lucky" Mengapa...?"
"Karena dia telah menyuruh saya berbuat sesuatu...."
"Apakah yang dia suruh kaulakukan?"
"Dia menyuruh saya untuk membantunya melakukan pembunuhan...."
Perkataan telah diucapkan... keadaan menjadi sunyi. Evelyn menatap Edward.
"Sadarkah kau, apa yang kauucapkan tadi?"
"Ya. Waktu itu saya tidak tahu bahwa saya membantunya melakukan pembunuhan. Dia
meminta saya untuk mengambilkan beberapa obat untuknya... di apotik. Saya tidak
tahu... saya sama sekali tidak mengerti untuk apa semua itu baginya.... Dia
menyuruh saya menyalin sebuah resep yang dia miliki...."
"Kapan semua itu terjadi?"
"Empat tahun yang lalu. Pada waktu kita sedang berada di Martinique. Waktu...
waktu istri Greg..."
"Yang kaumaksudkan istri Greg yang pertama, Gail" Maksudmu Lucky telah meracuni
dia?" "Ya... dan saya telah membantunya. Pada waktu saya menginsyafinya...."
Evelyn menyela dia. "Pada waktu kau menyadari apa yang telah terjadi. Lucky menuduhmu, bahwa kaulah
yang telah menulis resep itu, bahwa kau telah pergi ke Apotik, dan kau bersama-
sama dengan dia bertanggung jawab" Apakah itu benar?"
"Ya. Lucky berkata dia berbuat begitu karena kasihan... bahwa Gail menderita...
bahwa dia telah meminta kepada Lucky untuk mendapatkan sesuatu... sesuatu yang
dapat mengakhiri semua penderitaannya."
"Satu pembunuhan untuk menolong yang menderita! Saya mengerti. Lalu kau
mempercayai semua itu?"
Edward Hillingdon berdiam diri sesaat dan kemudian berkata,
"Tidak... sebenarnya tidak... jauh dalam hati sebetulnya saya tidak percaya saya
menerima semua itu, karena saya ingin mempercayai semua itu... karena saya
sangat tergila-gila pada Lucky."
"... Dan kemudian, sesudah dia kawin dengan Greg.... Apakah kau masih
mempercayainya?" "Waktu itu saya sudah terlanjur berhasil membuat saya mempercayainya."
"Bagaimana dengan Greg, berapa banyak dia mengetahui mengenai semua itu?"
"Dia sama sekali tidak tahu."
"Sulit bagi saya untuk mempercayai itu!"
Kemudian Edward Hillingdon mengeluarkan semua isi hatinya.
"Evelyn... saya harus membebaskan diri dari itu semua. Perempuan itu selalu
mengejek saya, dengan apa yang telah saya perbuat. Dia tahu, bahwa saya sudah
tidak senang lagi padanya. Senang..." Saya sekarang malah benci kepadanya. Tapi
dia selalu berbuat hal-hal yang membuat saya supaya merasa bahwa saya terikat
kepadanya... dengan apa yang telah kami lakukan bersama...."
Evelyn berjalan bolak-balik di dalam kamar... kemudian dia berhenti dan
memandangnya. "Kesulitan utama pada dirimu, Edward, adalah bahwa kau orang yang sangat
perasa... dan gampang sekali dipengaruhi. Perempuan setan itu telah berhasil
menguasaimu sesuai dengan yang diinginkannya, dengan mempermainkan perasaan
dosamu.... Sekarang saya katakan kepadamu yang sesuai dengan kalimat yang ada di
dalam kitab suci... dosamu... adalah dosa perzinahan... dan bukan pembunuhan.
Kau merasa berdosa dengan perbuatanmu bersama Lucky... dan kemudian dia membuat
kau menjadi alat dalam rencana pembunuhannya. Dia berhasil membuatmu merasa ikut
bersalah. Kau sebenarnya tidak bersalah."
"Evelyn...." Dia bergerak menuju kepadanya.
Evelyn mundur sedikit... dan kemudian menatapnya tajam-tajam.
"Apakah... ini semua benar, Edward..." Benarkah semua yang kaukatakan itu"
Atau... apakah semua ini hanya bikinanmu saja?"
"Evelyn! Untuk apa saya akan berbuat seperti itu?"
"Saya tidak tahu," kata Evelyn Hillingdon pelan-pelan. "Ini mungkin karena...
sulit bagi saya untuk dapat mempercayai orang. Dan karena... oh, saya tidak
tahu... saya kira, saya sudah terbiasa tidak mempercayai orang, sehingga saya
tak tahu lagi apakah sesuatu yang saya dengar benar atau tidak."
"Sekarang marilah kita tinggalkan semuanya ini dan... kembali ke Inggris."
"Ya... kita akan kembali... tapi tidak sekarang."
"Mengapa tidak sekarang?"
"Kita harus berusaha untuk hidup seperti biasa... hanya untuk sementara ini
saja. Hal ini sangat penting. Kau mengerti, Edward" Jangan sampai Lucky tahu apa
yang sedang kita rencanakan...."
13 TERBUNUHNYA VICTORIA JOHNSON
MALAM hampir berakhir. Para pemain band mulai mengurangi kegiatannya bermain.
Tim berdiri di ruang makan, melihat ke luar ke teras. Lalu dia mematikan api
lilin di meja-meja yang telah kosong.
Suatu suara terdengar di belakangnya. "Tim, bolehkah saya berbicara dengan kau
sebentar?" Tim Kendal terperanjat. "Hallo, Evelyn, apakah saya bisa membantu Anda?"
Evelyn melihat ke sekelilingnya.
"Datanglah ke meja sini dan marilah kita duduk-duduk sebentar."
Dia mendahului pergi ke sebuah meja yang letaknya di ujung teras. Di sana tidak
ada orang lain. "Tim, maafkan saya, karena telah membicarakan ini dengan Anda, akan tetapi saya
sangat mencemaskan keadaan Molly."
Wajah Tim segera berobah.
"Ada apa dengan Molly?" katanya kaku.
"Saya kira, dia berada dalam keadaan tidak baik sekali. Dia tampaknya bingung."
"Beberapa hal tampaknya dengan mudah membingungkan dia akhir-akhir ini."
"Saya kira, sebaiknya dia pergi ke dokter."
"Ya, saya tahu. Tapi dia tidak mau. Dia benci ke dokter."
"Mengapa?" "Eh" Apa yang Anda maksudkan?"
"Saya berkata... mengapa" Mengapa dia benci ke dokter?"
"Baiklah," kata Tim tidak jelas. "Ada orang-orang yang mempunyai sikap demikian
itu. Ke dokter... ngng, seakan-akan membuat mereka merasa takut kepada diri
sendiri." "Anda sendiri mencemaskan dia, bukan, Tim?"
"Ya. Ya tentu saja... saya juga merasa agak cemas."
"Apakah tidak ada keluarganya yang bisa datang ke sini untuk menemaninya?"
"Tidak. Itu justru akan membuat keadaannya menjadi lebih buruk lagi."
"Apakah ada kesulitan dengan keluarganya?"
"Oh... biasa... antara keluarga. Saya kira ada ketegangan yang hebat antara dia
dengan keluarganya... dia tidak cocok dengan mereka... khususnya dengan ibunya.
Dia tidak pernah baik dengan ibunya. Mereka adalah satu keluarga yang aneh kalau
ditinjau dari beberapa sudut. Dia mengasingkan diri dari mereka. Saya
berpendapat, bahwa tindakannya itu benar."
Lalu Evelyn dengan tergesa-gesa berkata, "Dia tampaknya sewaktu-waktu menderita
penyakit tidak sadar, ini berdasarkan apa yang dia ceritakan kepada saya, dan
perasaan takut kepada orang-orang. Penyakitnya menyebabkan dia merasa seperti
orang yang sedang dikejar-kejar sesuatu."
"Jangan mengatakan yang seperti itu," kata Tim agak marah. "Perasaan takut
seperti dikejar-kejar! Orang selalu mengatakan itu kepada orang lain. Padahal
itu hanya... mungkin karena dia dalam keadaan gugup. Dia datang ke Hindia Barat.
Semua wajah di sini berwarna hitam. Anda mengetahui, bahwa orang suka merasa
agak aneh adakalanya, mengenai Hindia Barat dan penduduk aslinya yang kulitnya
berwarna hitam." "Itu betul, tapi yang begitu itu tidak akan terjadi pada Molly."
"O, bagaimana orang bisa tahu apa yang ditakutkan oleh seseorang" Ada orang yang
tidak bisa tinggal di dalam kamar dengan seekor kucing. Orang lainnya malah bisa
pingsan, kalau ada ulat bulu yang jatuh padanya."
"Saya sebenarnya tidak enak untuk mengajukan suatu usul... tapi apakah Anda
tidak berpendapat, bahwa bukankah lebih baik kalau dia menemui seorang dokter
ahli jiwa?" "Tidak," kata Tim dengan marah. "Saya tidak senang ahli-ahli jiwa mempermainkan
dia. Saya tidak percaya kepada mereka. Mereka malah membuat orang menjadi lebih
sakit. Kalau saja dulu ibunya tidak berurusan dengan dokter jiwa...."
"Jadi kalau begitu, ada penyakit semacam itu dalam keluarganya" Yang saya
maksudkan..." Dia memilih kata-katanya dengan hati-hati... "adanya
ketidakseimbangan." "Saya tidak mau berbicara mengenai itu... saya telah mengambil dia dari semua
itu dan dia ada dalam keadaan baik, baik sekali. Dia sekarang hanya gugup saja.
Akan tetapi penyakit ini... tidak turun-temurun. Semua orang tahu itu tidak
menurun. Semua itu suatu pendapat yang menggemparkan. Molly ada dalam keadaan
yang sehat sekali. Ini hanya disebabkan... Oh... saya yakin, bahwa kematian
Palgrave tua yang sial itu, yang telah menimbulkan semua ini."
"Saya mengerti," kata Evelyn serius. "Tetapi tak ada sesuatu yang bisa
mencemaskan seseorang dalam kematian Mayor Palgrave, bukan?"
"Tidak, sudah tentu tidak ada. Akan tetapi mengagetkan juga, kalau ada orang
yang mendadak meninggal dunia."
Tim tampaknya putus asa dan seperti orang yang kalah, sehingga Evelyn merasa
menyesal. Lalu dia memegang lengan Tim.
"Baiklah, saya harap, Anda mengetahui apa yang Anda lakukan, Tim. Tapi kalau
saya dapat membantu Anda, apa pun juga... yang saya maksudkan, bahwa kalau saya
bisa pergi dengan Molly ke New York... saya dapat terbang dengan dia ke sana
atau ke Miami atau ke tempat lain, di mana dia akan mendapat nasehat-nasehat
medis yang paling baik."
"Anda baik sekali, Evelyn, akan tetapi sebenarnya Molly tidak apa-apa. Dia
bagaimanapun pasti akan baik kembali."
Evelyn dengan ragu-ragu menggelengkan kepalanya. Dia membalikkan dirinya pelan-
pelan, lalu melihat ke arah teras. Dilihatnya sebagian besar dari orang-orang
sudah kembali ke bungalo masing-masing. Evelyn kembali ke mejanya untuk melihat
apakah dia meninggalkan sesuatu di sana. Saat itulah dia mendengar Tim
berteriak. Evelyn cepat-cepat mendongak. Tim membelalak ke arah tangga di ujung
teras. Evelyn mengikuti arah pandangan Tim. Kemudian dia juga menahan napasnya.
Dilihatnya Molly sedang menaiki tangga dari arah pantai. Napasnya putus-putus
dan dia terisak-isak. Tubuhnya terhuyung-huyung ketika dia berlari tak tentu
arah. Tim berteriak, "Molly! Ada apa?"
Tim berlari ke arah Molly dan Evelyn mengikutinya. Molly sekarang sudah berada
di tangga yang paling atas. Dia berdiri di situ dengan kedua tangannya di
belakang punggungnya. Molly berkata tersendat-sendat,
"Saya menemukan dia... dia ada di situ... di semak-semak... di semak-semak...
lihatlah tangan saya... lihat tangan saya." Dia mengacungkan tangannya dan
Evelyn menahan napasnya, begitu dia melihat bercak-bercak hitam dan aneh.
Bercak-bercak itu tampak hitam dalam cahaya yang remang-remang, akan tetapi dia
tahu betul bahwa warna yang sebenarnya adalah merah.
"Apa yang telah terjadi, Molly?" teriak Tim.
"Di bawah sana," kata Molly. Dia terhuyung. "Di semak-semak...."
Tim ragu-ragu, melihat kepada Evelyn dan kemudian mendorong Molly sedikit ke
arah Evelyn dan lalu turun ke bawah tangga dengan cepat. Evelyn merangkul gadis
itu.

Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Marilah duduk, Molly. Di sini. Kau sebaiknya minum sesuatu," Molly rubuh di
kursi, lalu menyandarkan dirinya ke meja. Dahinya diletakkannya di atas
tangannya yang tersilang. Evelyn tidak mengajukan pertanyaan apa-apa. Dia
berpendapat sebaiknya memberikan sedikit waktu kepadanya supaya baik kembali.
"Semuanya akan beres...." kata Evelyn dengan halus. "Semuanya akan beres."
"Saya benar-benar tidak tahu," kata Molly, "benar-benar tidak tahu, apa yang
telah terjadi. Saya tidak tahu apa-apa. Saya tidak bisa mengingatnya. Saya...."
Sekonyong-konyong dia mengangkat kepalanya. "Apakah yang telah terjadi dengan
saya" Kenapa saya ini?"
"Tenang, semuanya akan beres, Nak... semuanya akan beres."
Tim datang menaiki tangga. Wajahnya pucat. Evelyn melihat kepadanya. Alis
matanya ke atas mengandung pertanyaan.
"Salah seorang pegawai kami," dia berkata. "Siapakah namanya..." Victoria. Ada
orang yang menusuknya dengan pisau."
14 PEMERIKSAAN MOLLY berbaring di tempat tidurnya. Dr. Graham dan Dr. Robertson, dokter polisi
dari Hindia Barat, berdiri di salah satu sisi, sedangkan Tim berada di sisi
lainnya. Robertson memegang denyut nadi Molly. Dia menganggukkan kepala kepada
orang yang berada di ujung tempat tidur, seorang yang ramping dan hitam dalam
seragam polisi. Dialah Inspektur Weston dari kepolisian St. Honor?.
"Pertanyaan sederhana saja," dokter berkata.
Yang lain menganggukkan kepala.
"Sekarang, Ny. Kendal... katakanlah kepada kami, bagaimana Anda sampai menemukan
gadis itu." Untuk beberapa saat lamanya, kelihatannya badan yang berada di tempat tidur itu
tidak mendengarnya. Kemudian dia berbicara dengan suaranya yang lemah, yang
kedengarannya seperti dari kejauhan.
"Di semak-semak... putih...."
"Nyonya melihat sesuatu yang putih... dan kemudian Anda melihat... untuk
mengetahui apakah itu" Begitukah?"
"Ya... putih... tergeletak di sana... saya berusaha... berusaha untuk
mengangkatnya... dia... darah... ada darah di seluruh tangan saya."
Dia kemudian menggigil. Dr. Graham menggelengkan kepalanya kepada mereka. Robertson berbisik.... "Dia
tidak bisa tahan lagi, lebih daripada ini."
"Apakah yang sedang Nyonya kerjakan di jalan kecil pantai itu, Ny. Kendal?"
"Hangat... nyaman... untuk dekat laut...."
"Tahukah Nyonya siapa gadis itu...?"
"Dia Victoria... gadis baik... yang suka tertawa... Oh... dan sekarang dia tidak
akan... dia tidak akan tertawa lagi. Saya tidak akan melupakan itu... saya tidak
dapat melupakannya...." Suaranya naik secara histeris.
"Sudahlah... Molly," kata Tim.
"Diam... diam." Dr. Robertson berbicara dengan kewibawaan yang meyakinkan.
"Beristirahatlah... sekarang akan disuntik sebentar...." Lalu dia mencabut alat
suntiknya. "Selama dua puluh empat jam ini dia tidak boleh diberi pertanyaan," katanya,
"... akan saya beritahukan kepada Anda kapan bisanya."
II Orang negro yang berbadan besar dan tampan, yang sedang duduk di meja, melihat
dari satu ke yang lainnya.
"Dengan saksi Tuhan," dia berkata. "Hanya itulah semua yang saya ketahui. Selain
daripada apa yang sudah saya katakan kepada Anda, saya tidak tahu apa-apa."
Dahinya berkeringat. Daventry menghela napas. Orang yang memimpin rapat,
Inspektur Weston dari kepolisian St. Honor?, memberikan tanda kepadanya supaya
pergi. Jim Ellis yang berbadan besar itu lalu berjalan sambil menyeret kakinya,
keluar dari ruangan. "Sudah tentu itu tidak semuanya apa yang dia ketahui," Weston berkata. Dia
bersuara halus seperti kebanyakan yang dimiliki oleh penduduk di kepulauan ini.
"Akan tetapi cuma itulah yang dapat kita dengarkan dari dia."
"Apakah Anda kira bahwa dia tidak bersalah?" tanya Daventry.
"Ya, karena saya lihat mereka mempunyai hubungan yang baik."
"Mereka tidak kawin?"
Letnan Weston tersenyum sedikit.
"Tidak," katanya, "mereka tidak kawin. Kita tidak mempunyai banyak perkawinan di
kepulauan ini. Walaupun begitu, mereka membaptiskan anak-anak mereka. Dia
mendapatkan dua anak dari Victoria."
"Apakah menurut pendapat Anda dia terlibat di dalamnya, apa pun persoalannya?"
"Mungkin. Saya kira dia akan gugup menghadapi soal-soal semacam itu. Dan juga
saya berpendapat, bahwa apa yang diketahui oleh Victoria sendiri tidak banyak."
"Tetapi cukup untuk melakukan pemerasan?"
"Saya tidak tahu. Apakah kejadian ini dapat dikatakan demikian. Saya bahkan
meragukan, apakah gadis itu mengerti betul arti kata itu. Dibayar untuk tutup
mulut tidak dapat dikatakan sebagai suatu pemerasan. Tahukah Anda bahwa,
beberapa orang yang berada di sini adalah playboy-playboy kaya. Mereka ini tidak
menyenangi adanya penyelidikan apa pun." Suaranya, kedengarannya sedikit pedas.
"Memang orang-orang yang berkunjung ke sini bermacam-macam," kata Daventry.
"Seorang perempuan, mungkin tidak akan mau diketahui orang bahwa dia sering
tidur dengan laki-laki. Karena itu dia memberi hadiah kepada gadis yang
melayaninya. Meskipun tidak dikatakan, dapat dimengerti, bahwa itu merupakan
pembayaran supaya si gadis tutup mulut."
"Tepat sekali."
"Akan tetapi mengenai ini," kata Daventry menolak, "tidaklah seperti itu, karena
ini adalah suatu pembunuhan."
"Bagaimanapun saya menyangsikan, apakah gadis itu tahu dan menyadari bahwa ini
adalah suatu persoalan yang serius. Dia telah melihat suatu kejadian yang
membingungkan, sesuatu yang mungkin ada sangkut-pautnya dengan botol pil itu.
Saya dengar bahwa botol itu milik Tuan Dyson. Untuk berikutnya sebaiknya kita
menemuinya." Gregory masuk ke dalam dengan caranya yang seperti biasa, gembira.
"Ini saya sudah datang di sini," katanya, "apakah yang dapat saya kerjakan untuk
membantu Tuan-tuan" Sial sekali nasib gadis itu. Sebenarnya dia adalah seorang
gadis yang baik. Kami berdua sangat senang kepadanya. Saya kira mungkin, ada
percekcokan atau yang serupa itu antara dia dengan seorang laki-laki. Tapi
selama ini ia tampaknya bahagia sekali dan tidak ada tanda-tanda adanya
kesulitan mengenai sesuatu. Tadi malam baru saja saya menggodanya."
"Saya kira Anda mempunyai obat, Tuan Dyson, namanya Serenite?"
"Ya betul. Tablet-tablet yang warnanya merah muda."
"Anda mendapatkan itu dengan resep seorang dokter?"
"Ya, saya dapat memperlihatkannya kepada Anda kalau Anda mau. Saya menderita
sedikit penyakit tekanan darah tinggi, seperti kebanyakan orang pada waktu ini."
"Hanya sedikit orang, yang memaklumi kenyataan ini."
"Baiklah, sekarang saya tidak akan terus membicarakan soal itu. Saya selalu
sehat dan gembira. Saya tidak senang kepada orang yang terus-menerus
membicarakan mengenai penyakitnya."
"Berapa pil yang Anda minum?"
"Dua atau tiga kali sehari."
"Dan pada Anda banyak persediaan obat itu?"
"Ya. Saya mempunyai kurang lebih setengah lusin botol. Tapi obat-obat itu saya
simpan dalam tas pakaian yang dikunci. Saya hanya mengeluarkan satu botol yang
dipergunakan sehari-hari."
"Saya dengar bahwa Anda beberapa hari yang lalu kehilangan botol itu?"
"Ya betul sekali."
"Dan Anda menanyakan kepada Victoria Johnson, gadis itu, apakah dia melihat
botol itu?" "Ya betul." "Lalu apakah yang dikatakan oleh gadis itu?"
"Dia berkata, bahwa terakhir kalinya dia melihat barang itu ada di rak kamar
mandi saya. Dia juga berkata bahwa dia telah mencarinya di sekelilingnya."
"Dan sesudah itu?"
"Dia datang dan mengembalikan botol itu kepada saya beberapa waktu kemudian.
Ketika itu dia berkata, apakah ini botolnya yang hilang?"
"Apakah yang Anda katakan?"
"Saya berkata, 'Betul, di mana kau menemukannya"' Dan dia berkata ada di dalam
kamar Mayor Palgrave almarhum. Saya berkata 'Bagaimana sampai barang ini bisa
berada di sana"'"
"Bagaimanakah jawabannya mengenai pertanyaan itu?"
"Dia berkata bahwa dia tidak tahu, akan tetapi...." Dyson ragu-ragu.
"Ya, Tuan Dyson?"
"Dia... dia memberikan kesan kepada saya, bahwa dia mengetahui lebih banyak
daripada apa yang telah dikatakannya, tetapi saya tidak menaruh perhatian.
Bagaimanapun saya anggap itu tidak begitu penting. Seperti yang saya katakan,
bahwa saya masih mempunyai beberapa botol pil itu. Saya pikir, mungkin saya
pernah meninggalkannya di restoran atau di tempat lain dan kemudian orang tua
yang bernama Palgrave mengambilnya untuk maksud-maksud lain. Mungkin dia ketika
itu menyimpannya di dalam sakunya dengan maksud untuk mengembalikannya kepada
saya, tapi kemudian dia melupakannya."
"Jadi hanya itulah yang Anda ketahui mengenai semua ini, Tuan Dyson?"
"Hanya itulah semuanya yang saya ketahui. Maafkan saya tidak dapat membantu.
Apakah itu penting" Mengapa?"
Weston mengangkat bahunya. "Melihat keadaan sekarang, semuanya mungkin penting."
"Saya lihat tidak ada hubungannya dengan pil-pil itu. Saya pikir mungkin Anda
ingin mengetahui apa kegiatan saya pada waktu anak malang itu ditusuk orang.
Sedapat mungkin saya telah menulis itu semuanya dengan hati-hati."
Weston melihat kepadanya dengan serius.
"Benarkah begitu" Kalau begitu Anda sangat membantu kami, Tuan Dyson."
"Saya berpendapat, sebaiknya tidak menyulitkan orang lain," kata Greg. Lalu dia
meletakkan sehelai kertas di atas meja.
Weston membaca kertas itu, sedangkan Daventry menarik kursinya lebih dekat lagi
dan lalu melihat melalui atas pundaknya.
"Ini jelas sekali," kata Weston, setelah beberapa waktu. "Anda dan istri,
berganti pakaian untuk makan malam, di bungalo sampai pukul sembilan kurang
sepuluh menit. Kemudian Anda pergi melalui teras di mana Anda kemudian minum
bersama Senora de Caspearo. Pukul sembilan lebih seperempat, Kolonel dan Ny.
Hillingdon menyertai Anda masuk untuk makan malam. Sejauh yang Anda ingat, Anda
pergi tidur pada pukul setengah dua belas."
"Benar begitu," kata Greg. "Saya tidak tahu pukul berapakah sebenarnya ketika
gadis itu dibunuh...?"
Ada tekanan yang halus pada pertanyaan dalam kata-kata itu. Letnan Weston
sebaliknya tampaknya tidak memperhatikannya.
"Saya dengar, bahwa Ny. Kendal yang menemukannya" Tentu itu merupakan kejutan
yang sangat tidak enak baginya."
"Ya. Dr. Robertson terpaksa memberikan suntikan penenang kepadanya."
"Ini kelihatannya terjadinya sudah jauh malam, karena kebanyakan dari tamu-tamu
sudah pergi tidur, bukankah begitu?"
"Ya." "Apakah dia sudah lama mati" Yang saya maksudkan, pada waktu Ny. Kendal
menemukannya?" "Kami masih belum merasa pasti mengenai jam kematiannya yang tepat," kata Weston
lancar. "Kasihan sekali Molly. Ini benar-benar suatu kejutan yang buruk baginya. Memang
semalam saya tidak melihatnya. Saya kira, mungkin dia sedang sakit kepala atau
sedang sakit lainnya dan ketika itu sedang istirahat."
"Kapankah Anda melihat Ny. Kendali untuk terakhir kalinya?"
"O, belum begitu malam. Yaitu sebelum saya pergi untuk ganti pakaian. Ketika itu
dia sedang mengatur dekorasi meja dan pekerjaan lain-lainnya. Ketika itu dia
sedang mengatur pisau."
"Saya mengerti."
"Pada waktu itu dia kelihatannya gembira sekali," kata Greg. "Bercanda dan
sebagainya. Molly adalah seorang gadis yang menyenangkan. Kami semua sangat
senang kepadanya. Tim beruntung memiliki dia."
"Baiklah kalau begitu, Tuan Dyson, terima kasih. Apakah Anda tidak dapat
mengingat lebih daripada yang telah Anda katakan kepada kami" Mengenai apa yang
telah dikatakan oleh Victoria pada waktu dia mengembalikan tablet-tablet itu?"
"Tidak.... Seperti yang telah saya katakan. Dia bertanya apakah tablet itu
tablet yang saya cari-cari. Dia berkata dia menemukannya dalam kamar si tua
Palgrave." "Dia tidak mengetahui siapa kira-kira yang telah menempatkannya di sana?"
"Saya kira tidak... benar-benar saya tidak ingat."
"Terima kasih, Tuan Dyson."
Setelah itu Gregory Dyson pergi ke luar.
"Dia sangat memikirkan soal ini," kata Weston, sambil pelan-pelan mengetuk
kertas itu dengan jari-jarinya, "dia kelihatannya ingin sekali kita mengetahui
dengan tepat di mana dia berada tadi malam."
"Kau berpendapat, bahwa keinginannya itu agak sedikit berlebihan?" tanya
Daventry. "Itu sangat sulit untuk dibicarakan. Seperti yang kauketahui, ada orang-orang
yang mempunyai pembawaan sangat gugup dan mudah menjadi ketakutan mengenai
keselamatan dirinya sendiri, dan ketakutan kalau-kalau terlibat dalam soal apa
saja. Ini tidak berarti mereka tahu sesuatu tentang kejahatan itu. Tapi
sebaliknya mungkin saja mereka tahu sesuatu."
"Bagaimana dengan adanya kesempatan" Sebenarnya tidak seorang pun mempunyai
alibi dengan adanya band dan dansa, dan orang-orang datang dan pergi. Orang-
orang selama itu berdiri meninggalkan mejanya dan kemudian kembali lagi ke meja
masing-masing. Tamu-tamu wanita pergi untuk membedaki wajah mereka, sedangkan
tamu laki-laki pergi jalan-jalan sebentar. Dyson bisa saja pergi sebentar dengan
diam-diam. Siapa saja bisa pergi dengan diam-diam. Akan tetapi dia tadi sangat
ingin membuktikan bahwa dia tidak berbuat demikian itu." Dia melihat ke kertas
dan berpikir sejenak. "Jadi, ketika itu Ny. Kendal sedang mengatur pisau-pisau
yang ada di atas meja," katanya. "Saya ingin mengetahui, apakah dia sengaja
melibatkan Molly dengan maksud-maksud tertentu."
"Kau menganggapnya begitu?"
Temannya mempertimbangkannya. "Saya kira itu mungkin saja."
Di luar kamar, di mana kedua orang itu sedang duduk, terdengar suara ribut-
ribut. Terdengar suatu suara yang nyaring dan tajam, meminta supaya
diperbolehkan masuk. "Saya ingin mengatakan sesuatu. Saya ingin mengatakan sesuatu! Bawalah saya ke
tempat di mana tuan-tuan itu berada."
Seorang polisi yang berpakaian seragam mendorong pintu sampai terbuka.
"Orang ini, adalah salah satu dari tukang masak di sini." Dia berkata. "Dia
sangat ingin menemui Tuan. Dia mengatakan mempunyai sesuatu yang perlu Anda
ketahui." Seorang laki-laki hitam memakai topi tukang masak, dengan cepat masuk melalui
dia ke dalam ruangan. Dia adalah seorang pembantu tukang masak. Dia seorang Kuba dan bukan penduduk
asli St. Honor?. "Saya akan mengatakan sesuatu kepada Tuan. Saya akan mengatakannya kepada Tuan,"
katanya. "Dia berjalan melalui dapur saya. Betul. Dan dia membawa pisau. Sebuah
pisau, saya katakan ini kepada Tuan. Tangannya menggenggam pisau. Dia berjalan
melalui dapur saya dan terus keluar. Dia berjalan terus ke taman. Saya melihat
dia." "Sekarang tenanglah," kata Daventry, "tenang. Siapa yang Anda maksudkan dengan
dia itu?" "Saya akan mengatakannya kepada Anda, siapa yang saya maksudkan. Saya berbicara
mengenai istri majikan saya, Nyonya Kendal. Saya berbicara mengenai dia. Dia
memegang sebuah pisau di tangannya dan kemudian pergi ke luar ke tempat yang
gelap. Ini terjadi sebelum makan malam... dan dia tidak kembali."
15 PENYELIDIKAN DILANJUTKAN "BOLEHKAH saya berbicara sebentar dengan Anda, Tuan Kendal?"
"Tentu," kata Tim sambil mendongak dari mejanya.
Dia menyisihkan beberapa kertas, lalu mempersilakan duduk. Mukanya kelihatan
letih dan sedih. "Bagaimana penyelidikan Anda" Apakah ada kemajuan" Tempat ini tampaknya membawa
mala petaka. Orang-orang ingin pergi, tahukah Anda" Mereka sudah menanyakan
tentang karcis pesawat terbang. Justru pada saat semuanya tampaknya sukses.
Oo... Tuhan Anda tentu tidak mengerti apa artinya semua ini bagi kami. Arti
tempat ini bagi saya dan Molly. Kami telah mempertaruhkan semua harta benda kami
untuk perusahaan ini."
"Saya tahu bahwa semua ini sangat berat bagi Anda," kata Inspektur Weston.


Misteri Karibia A Caribbean Mystery Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jangan mengira, bahwa kami tidak turut serta merasakan semua ini."
"Kalau seandainya semua ini dapat segera diselesaikan," kata Tim Kendali. "Gadis
Victoria yang sial ini... Oo... saya seharusnya tidak bicara begitu mengenai
dia. Dia gadis yang baik. Akan tetapi... akan tetapi harus ada sebabnya,
sesuatu... semacam persekongkolan, misalnya atau masalah cinta. Mungkin
suaminya...." "Jim Ellis bukan suaminya, dan tampaknya mereka cocok."
"Asal saja semuanya ini dapat segera dijernihkan," kata Tim lagi. "Maafkan saya,
Anda ingin membicarakan sesuatu dengan saya atau ingin menanyakan sesuatu?"
"Ya, ini mengenai soal tadi malam. Menurut bukti-bukti dari dokter, Victoria
dibunuh antara pukul sepuluh tiga puluh dan tengah malam. Mengingat keadaan di
sini, alibi orang-orang tidaklah begitu mudah untuk dibuktikan. Orang-orang yang
berada di sini terus bergerak ke sana ke mari, berdansa. Ada yang pergi dari
teras dan kemudian kembali. Semuanya ini adalah sulit untuk diperiksa."
"Saya kira juga begitu. Apakah berarti bahwa Anda dengan pasti menganggap bahwa
Victoria telah dibunuh oleh salah satu dari tamu-tamu yang ada di sini?"
"Ya, kami harus menyelidiki adanya kemungkinan itu, Tuan Kendali. Apa yang
khusus ingin kami tanyakan kepada Anda, ialah apa yang ada hubungannya dengan
pernyataan yang diberikan oleh koki Anda."
"O... ya" Yang mana" Apakah yang telah dikatakannya?"
"Saya kira, dia orang Kuba."
"Kami mempunyai dua orang Kuba dan seorang Puerto Rico."
"Orang ini menyatakan, bahwa istri Anda, dalam perjalanannya dari kamar makan
telah melalui dapur dan terus ke luar menuju ke kebun dan ketika itu dia membawa
pisau." Tim memandang kepadanya. "Molly membawa pisau" Jadi kenapa" Maksud saya... mengapa... Anda tidak
menyangka... sebetulnya apa... maksud Anda?"
"Saya sedang membicarakan soal waktu, sebelum para tamu masuk ke ruang makan.
Saya kira, itu kira-kira pukul delapan tiga puluh. Saya kira, Anda sendiri
berada di ruang makan sedang berbicara dengan kepala pelayan, Fernando itu."
"Ya," kata Tim sambil mencoba mengingat kembali. "Ya, sekarang saya ingat."
"Dan istri Anda masuk ke dalam melalui teras?"
"Ya, betul," kata Tim. "Dia selalu pergi ke sana ke mari untuk memeriksa meja-
meja makan. Soalnya ada kalanya pelayan-pelayan itu salah menempatkan barang-
barang. Mereka suka melupakan salah satu dari alat pemotong dan lain-lainnya.
Besar kemungkinan itulah yang terjadi ketika itu. Dia mungkin telah membereskan
alat-alat itu atau alat-alat lainnya. Dia mungkin mempunyai pisau atau garpu
cadangan atau alat-alat semacam itu di tangannya."
"Dan ketika itu ia datang dari arah teras ke ruangan makan. Apakah dia berbicara
dengan Anda?" "Ya, kami bicara sepatah dua patah kata."
"Apakah yang telah dikatakannya" Dapatkah Anda mengingatnya kembali?"
"Saya bertanya dengan siapa dia baru saja berbicara. Saya mendengar suaranya
ketika dia sedang berada di luar."
"Dan katanya dengan siapa dia berbicara?"
"Dengan Gregory Dyson."
"Ah... ya. Itulah apa yang telah dikatakan oleh Gregory."
Tim melanjutkan. "Dia mencoba menggoda istri saya. Saya mendengarnya. Dia memang
senang untuk berbuat begitu. Hal itu tidak menyenangkan saya. Saya lalu memaki
'Jahanam.' Molly tertawa dan berkata bahwa dia bisa membereskannya. Molly adalah
seorang wanita yang pintar dalam menghadapi hal-hal seperti itu. Walaupun itu
bukanlah merupakan sesuatu yang mudah. Dia tidak boleh menyakiti hati tamu-tamu.
Jadi wanita menarik seperti Molly harus mengabaikan hal-hal seperti itu dengan
tertawa dan mengangkat bahu saja. Agaknya Gregory Dyson memang senang mengganggu
wanita cantik." "Apakah mereka bertengkar?"
"Tidak, saya kira tidak. Seperti yang saya katakan, Molly hanya tertawa dan
menganggap perbuatan itu biasa saja."
"Apakah Anda tidak dapat memastikan, apakah dia membawa pisau atau tidak ketika
itu?" "Saya tidak ingat lagi... tapi saya yakin bahwa dia tidak... tidak membawanya."
"Akan tetapi barusan Anda berkata...."
"Perhatikan ini! Yang saya maksudkan bahwa kalau dia sedang berada di dalam
ruangan makan atau dapur, ada kemungkinan besar bahwa dia mengambil sebuah pisau
atau memegang pisau. Tapi nyatanya, saya masih ingat jelas, waktu dia masuk dari
ruang makan, dia tidak membawa apa-apa di tangannya. Sama sekali tidak. Itu
sudah pasti." "Saya mengerti," kata Weston.
Tim memandangnya dengan gelisah.
"Apa sebetulnya maksud Anda" Apa yang telah dikatakan si tolol Enrico... atau
Manvel... entah yang mana... kepada Anda?"
"Dia berkata bahwa istri Anda masuk ke dapur. Dia kelihatan gelisah dan dia
membawa pisau." "Dia hanya bersandiwara."
"Apakah Anda berbicara lagi dengan istri Anda selama makan malam atau
sesudahnya?" "Tidak, saya kira tidak. Karena saat itu saya sibuk sekali."
"Apakah istri Anda ada di ruangan makan selama waktu makan?"
"Saya... oh, ya. Kami selalu bergerak di antara para tamu dan selalu berbuat
seperti itu. Maksudnya untuk melihat apakah semuanya beres."
"Apakah Anda sama sekali tidak berbicara dengannya?"
"Tidak, saya kira tidak... karena biasanya kami sangat sibuk sekali. Kami selalu
tidak saling mengetahui, apa yang sedang dikerjakan oleh masing-masing. Kami
benar-benar tidak mempunyai waktu untuk berbicara satu sama lain."
"Jadi sebenarnya kalau Anda tidak berbicara dengan dia, sampai pada waktu dia
menaiki tangga tiga jam kemudian, setelah dia menemukan mayat itu?"
"Ya, kejadian itu membuatnya shock. Dia sangat gelisah."
"Saya tahu. Itu suatu pengalaman yang tidak menyenangkan. Bagaimanakah
kejadiannya sampai dia jalan-jalan sepanjang jalan kecil dari pantai itu?"
"Setelah mengalami tugas berat dengan menyediakan makan malam, dia sering pergi
ke luar. Seperti yang Anda maklumi, maksudnya untuk menjauhkan dirinya dari
tamu-tamu selama satu dua menit untuk mendapatkan udara segar."
"Yang saya ketahui, pada waktu dia kembali ketika itu, Anda sedang berbicara
dengan Ny. Hillingdon?"
"Tidak ada sesuatu yang penting. Mengapa" Apakah yang telah dikatakan olehnya?"
"Selama ini dia tidak berkata apa-apa. Kami tidak menanyakannya kepadanya."
"Ketika itu kami sedang membicarakan mengenai ini dan itu. Mengenai Molly,
mengenai pengurusan hotel dan soal-soal lain."
"Dan kemudian saat itu istri Anda datang dari tangga teras dan mengatakan kepada
Anda, apa yang telah terjadi?"
"Ya." "Ada darah di tangannya?"
"Sudah tentu ada. Molly membungkuk di atas gadis itu dan berusaha untuk
mengangkatnya. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi pada gadis itu. Sudah
tentu ada darah di tangannya! Apa sebetulnya maksud Anda" Anda seakan-akan
menuduhnya." "Saya harapkan, supaya Tuan tetap tenang," kata Daventry. "Saya mengerti bahwa
ini semua merupakan tekanan berat bagi diri Anda, Tim, akan tetapi kita harus
mencoba menjernihkan semua fakta yang ada. Saya mengetahui bahwa istri Anda,
akhir-akhir ini, tidak begitu sehat?"
"Ah itu hanya omong kosong saja. Kematian Mayor Palgrave sedikit mengganggu
kesehatannya. Sebetulnya hanya disebabkan karena dia seorang gadis yang perasa."
"Kami akan mengajukan beberapa pertanyaan kepadanya, setelah dia merasa agak
sehat," kata Weston.
"Baiklah, tapi sekarang tidak bisa. Dokter telah memberikan kepadanya obat
penenang dan berkata dia tidak boleh diganggu. Saya tidak mau kalau dia sampai
menjadi bingung karena digertak oleh pertanyaan-pertanyaan, dengarkah Anda"!"
"Kami tidak akan menggertaknya," kata Weston. "Kami hanya harus menjernihkan
semua fakta. Untuk sementara waktu kami tidak akan mengganggu dia, akan tetapi
secepatnya dokter memperkenankan kami, kami harus menemui dia." Suaranya halus
dan tegas. Tim melihat kepadanya, membuka mulutnya, akan tetapi tidak berkata apa-apa.
II Evelyn Hillingdon, tenang seperti biasanya, duduk di kursi yang telah disediakan
untuknya. Dia memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya dan tidak
terburu-buru menjawabnya. Matanya yang hitam dan cerdas itu menatap Weston
dengan penuh perhatian. "Ya," dia berkata. "Saya sedang berbicara dengan Tuan Kendal di teras pada waktu
istrinya datang melalui tangga teras dan memberitahukan kepada kami mengenai
pembunuhan itu." "Suami Anda tidak ada di situ?"
"Tidak, dia telah pergi tidur."
"Apakah Anda mempunyai maksud yang tertentu untuk berbicara dengan Tuan Kendal?"
Evelyn menggerakkan alis matanya, yang telah digambar dengan baik sekali dengan
potlot, sebagai suatu penolakan yang tegas. Lalu dia berkata dengan dingin,
"Satu pertanyaan yang aneh sekali. Tidak... tidak ada yang khusus dalam
pembicaraan kami." "Apakah Anda sedang membicarakan mengenai kesehatan istrinya?"
Lagi-lagi Evelyn bersikap tenang.
"Saya benar-benar tidak dapat mengingatnya," katanya akhirnya.
"Apakah Anda yakin mengenai itu?"
"Yakin, bahwa saya tidak dapat mengingatnya" Satu cara yang aneh untuk
mengemukakan hal itu... kami membicarakan banyak persoalan dalam waktu yang
Selubung Tabir Hitam 1 Pendekar Rajawali Sakti 161 Siluman Tengkorak Gantung Pendekar Satu Jurus 6
^