Pencarian

Pembunuhan Di Malam Natal 4

Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie Bagian 4


berkata. "Keturunan itu sangat menarik. Tuan Lee dan isterinya adalah dua tipe yang sama
sekali bertentangan. Secara keseluruhan, anak-anak dari perkawinan ini menurun
ibunya. Lihat ini, Nona."
Dia menunjuk pada foto seorang gadis berumur sembilan belasan, dengan rambut
emas bergelung dan mata biru yang ceria. Warna-warna yang j dimilikinya adalah
warna-warna isteri Simeon Lee, J tetapi di situ ada semangat, kegembiraan dan
gairah j hidup yang tidak dimiliki oleh mata yang kebiru-biruan dan wajah yang
tenang. "Oh!" kata Pilar. Wajahnya menjadi merah.
Tangannya memegang lebernya. Dia menarik f sebuah bandul kalung berisi foto yang
tergantung I pada rantai emas panjang. Dia memijit penganring-I nya dan benda
kecil itu membuka. Wajah riang yang J sama memandang pada Poirot. "Ibu saya,"
kata Pilar. j Poirot mengangguk. Di sisi lain bandul itu ada foto I seorang laki-laki. Dia
muda dan tampan, dengan rambut hitam dan mata biru. Poirot berkata, "Ayah Anda?"
Pilar berkata, "Ya, ayah saya. Dia sangat tampan, bukan?" "Ya benar. Hanya sedikit orang
Spanyol yang punya mata biru, bukan?" "Kadang-kadang, dari utara. Di samping itu iba
ayah saya adalah orang Irlandia." Poirot berkata dengan sungguh-sungguh, "Jadi
Anda punya darah Spanyol, Irlandia, dan Inggris, dan sedikit sentuhan Gipsy.
Tahukah apa yang saya pikirkan, Nona" Dengan campuran itu Anda akan punya banyak
musuh." Stephen berkata sambil tertawa,
"Ingat apa yang kaukatakan di kereta, Pilar" Bahwa engkau akan menghadapi musuh-
musuhmu dengan memotong leher mereka. Oh!" Dia berhenti tiba-tiba sadar akan makna?kata-katanya.
Hercule Poirot cepat mengalihkan percakapan itu. Dia berkata,
Ah ya, ada sesuatu yang ingin saya tanyakan, Nona. Paspor Anda. Diperlukan oleh
teman saya Inspektur Polisi. Ada beberapa peraturan kepolisian sangat tolol,
?dan menyebalkan, tetapi perlu untuk orang asing di negara ini. Dan tentu saja
?secara hukum Anda adalah orang asing."
Alis mata Pilar.naik. "Paspor saya" Ya, akan saya ambil. Ada di
kamar." Poirot berkata dengan wajah menyesal sambil berjalan di sampingnya,
"Maaf saya mengganggu Anda."
Mereka semua sampai di ujung serambi panjang., itu. Di depan mereka ada tangga.
Pilar berlari ke atas dan Poirot mengikutinya. Stephen juga. Kamar Pilar berada tepat di ujung tangga
itu. Dia berkata ketika sampai di pintu, "Akan saya ambilkan untuk Anda." Dia
masuk. Poirot dan Stephen Farr menunggu di luar.
. Stephen berkata sambil merenung,
"Kenapa saya begitu tolol mengatakan hal itu. Tapi kelihatannya dia tidak
merasa. Bagaimana pendapat Anda?"
Poirot tidak menjawab. Dia memiringkan sedikit kepalanya seolah-olah sedang
mendengarkan. Dia berkata, "Orang Inggris luar biasa senang udara segar. Nona Estravados pasti mendapat
warisan itu." - Sambil memandang Poirot, Stephen berkata, "Mengapa?"
Poirot berkata perlahan-lahan,
"Sebab walaupun hari ini sangat dingin embun hitam kata orang (tidak seperti
?kemarin begitu cerah dan agak hangat) Nona Estravados baru saja membuka daun
?jendela bawah di kamarnya. Heran, 1 orang bisa menyukai udara segar seperti
itu." Tiba-tiba terdengar teriakan dalam bahasa f Spanyol dari dalam kamar dan Pilar
muncul tertawa I cemas. "Ah!"serunya. "Saya memang bodoh dan tolol, j Kotak kecil saya ada di pinggir
?jendela dan saya mencari-cari di dalamnya dengan cepat dan saya menjatuhkan
paspor saya ke luar. Ada di rumpun bunga di bawah. Akan saya ambil."
"Aku ambilkan," kata Stephen, tetapi Pilar telah berlari melewatinya sambil
berseru, "Tidak, salahku. Kau ke ruang duduk saja dengan Tuan Poirot. Aku akan ke sana
nanti." Stephen Farr kelihatannya akan mengikuti dia, tetapi tangan Poirot dengan halus
memegang bahunya dan berkata, "Kita lewat sini saja."
Mereka berjalan sepanjang gang yang menuju ujung rumah dan sampai di bagian atas
tangga utama. Di sini Poirot berkata,
"Kita tidak usah turun dulu. Kalau Anda mau ikut ke kamar tempat pembunuhan itu
ada yang ingin saya tanyakan pada Anda."
Mereka melewati gang yang menuju kamar Simeon Lee. Di sisi kiri mereka ada
ruangan kecil yang berisi dua patung pualam bidadari tegap yang memegangi baju
mereka. Patung yang menggambarkan penderitaan itu dari zaman Victoria.
Stephen Farr memandang sekilas dan bergumam,
'Kelihatan menakutkan pada waktu siang. Saya kira ada tiga buah. ketika saya
lewat tempat ini malam itu, tapi untung cuma dua!"
"Orang tidak mengagumi benda seperti itu lagi," kata Poirot. "Tetapi pada zaman
mereka pasti mahal sekali. Saya kira mereka lebih kelihatan bagus pada malam
hari." "Ya. Yang terlihat hanya sesosok bayangan putih berkilat." Poirot bergumam,
."Semua kucing berwarna abu-abu di dalam
gelap." Mereka menemukan Inspektur Sugden di dalam kamar. Dia sedang berjongkok di dekat
lemari besi dan memeriksanya dengan kaca pembesar. Dja mendongakkan kepala ketika mereka
masuk. "Ini dibuka dengan kunci." katanya. "Oleh seseorang yang tahu kombinasinya. Tak
ada tanda-tanda lainnya."
Poirot mendekati dia. menariknya ke samping dan membisikkan sesuatu. Inspektur
itu mengangguk dan meninggalkan kamar.
Poirot membalikkan badan kepada Stephen Farr yang berdiri memandang kursi di
mana Simeon Lee biasa duduk. Ahs matanya berpaut dan otot-otot pelipisnya
kelihatan jelas. Poirot memandangnya diam-diam sejenak, kemudian dia berkata,
"Anda teringat dia ya?"?Stephen bekata perlahan,
"Dua hari yang lalu dia duduk di sini, hidup dan sekarang...."
?Kemudian, sambil mencoba membuang ingatan itu dia berkata,
* "Ya, Tuas Poirot. Anda mengajak saya kemari untuk menanyakan sesuatu?"
"Ah, ja. Saya kira Anda adalah orang pertama yang datang ke tempat ini malam
itu?" " "Apa benar" Saya tidak ingat. Tidak, saya kin salah seorang nyonya sudah
ada di sini sebelum saya."
"Yang mana?" "Salah seorang nyonya isteri George atau David yang saya tahu mereka berdua
? ?tiba di sini sangat cepat."
"Saya k**A?" berkata bahwa Anda tidak mendengar jeritan itu?"
"Rasanya tidak. Saya tidak bisa mengingat. Ada seseorang yang menjerit, tetapi
mungkin seseorang yang ada di bawah." Poirot berkata,
"Anda tidak mendengar suara seperti ini?" Dia melemparkan kepalanya ke belakang
dan tiba-tiba menjerit dengan suara yang menusuk-nusuk.
Hal itu benar-benar tak terduga sehingga Stephen Farr meloncat ke belakang
hampir jatuh. Dia berkata dengan marah,
"Demi Tuhan, apakah Anda mau menakut-nakuti seisi rumah" Tidak, saya tidak
mendengar suara seperti itu sedikit pun! Anda akan lihat mereka semua datang!
Mereka mengira sebuah pembunuhan lain terjadi di sini!" Poirot kelihatan kecewa.
Dia bergumam, Betul ... tolol sekali ... kita harus segera pergi." Dia keluar dari
kamar. Lydia dan Alfred ada di ujung bawah tangga melihat ke atas George ?keluar dari perpustakaan bergabung dengan mereka dan Pilar berlari-lari membawa
paspor di tangannya. Poirot berteriak, A "Tidak ada apa-apa bukan apa-apa. Jangan-terkejut. Hanya
?eksperimen kecil yang saya buat. Itu Saja."
Alfred kelihatan jengkel dan George marah. Poirot membiarkan Stephen menerangkan
dan dia cepat-cepat menyelinap sepanjang gang yang menuju ujung lain rumah itu.
Di ujung gang Inspektur Sugden diam-diam keluar dari pintu kamar Pilar, dan
menemui Poirot. ?"h bien?" tanya Poirot.
Inspektur itu menggelengkan kepalanya. "Tak terdengar apa-apa." Matanya
memandang mata Poirot dengan kagum dan dia mengangguk.
5 Alfred Lee berkata, "Jadi Anda menerimanya, Tuan Poirot?" Tangannya yang
?terangkat ke mulut agak gemetar. Matanya yang kecoklatan bersinar dengan sebuah
ekspresi baru yang cerah. Dia agak gagap ketika berbicara. Lydia yang berdiri di
sampingnya, melihatnya dengan agak kuatir. Alfred berkata,
"Anda tidak tahu Anda t-t-t-tidak bisa membayangkan betapa pppenting itu
? ?artinya untuk saya 4. pembunuh ayah saya harus ddditemukan."
Poirot berkata, "Karena Anda telah meyakinkan saya bahwa Anda benar-benar telah
mempertimbangkannya ya, saya terima. Tapi Anda harus mengerti, Tuan Lee,
?bahwa saya tidak bisa mundur setelah mulai bekerja. Saya bukan seekor anjing
pemburu yang bisa ditarik begitu saja karena Anda tidak menyukai permainan itu!"
"Tentu ... tentu ... semuanya siap. Tempat tidur Anda telah siap. Tinggallah selama
Anda suka...." Poirot berkata dengan muram, "Tidak akan lama." "Eh" Apa yang Anda
katakan?" "Sayabilang bahwa tidak akan lama. Dalam suatu kriminalitas ada suatu
lingkaran vane tidak mungkinkan hal itu terlalu lama untuk tidak ditemukan kebenarannya. Saya kira
akhir persoalan ini semakin dekat." Alfred memandang kepadanya.
"Tidak mungkin!" katanya.
"Mengapa tidak" Semua fakta menunjuk dengan jelas pada satu arah. Hanya ada hal-
hal yang tidak relevan yang harus dijernihkan. Bila hal itu sudah jelas,
kebenaran itu akan kelihatan."
Alfred berkata deng*a ragu-ragu, "Maksud Anda, Anda sudah taktt*?"'*
Poirot tersenyum. "Oh ya " dia berkata, "Saya tahu." Alfred berkata,
"Ayah saya ayah saya ..." Dia membalikkan?badan.
Poirot berkata dengan cepat, i.:?|
??Tuan Lee, saya punya dua permintaan." Alfred berkata dengan suara tidak jelas,
"Apa saja apa saja boleh." 'Yang pertama, saya ingin agar foto Tuan Lee
?ketika masih muda diletakkan di kamar saya."
Alfred dan Lydia memandangnya.
Alfred berkata, "Foto ayah saya untuk apa?" Poirot berkata sambil mengibaskan tangannya, "Itu
?akan bagaimana saya harus mengatakannya memberi inspirasi pada saya."
? ?Lydia berkata dengan tajam, "Apakah Anda akan memecahkan kriminalitas ini dengan
ilmu klenik?" 'Baiklah, saya katakan saja bahwa saya berma
and menggunakan tidak hanya mata secara fisjfc tetapi juga mata hati?" Lydia
mengangkat bahu. Poirot meneruskan,
"Yang berikutnya, Tuan Lee, saya ingin mengetahui keadaan sebenarnya mengenai
kematian suami adik perempuan Anda, Jua n Estravados."
Lydia berkata, "Apakah itu perlu?"
"Saya memerlukan semua fakta, Nyonya." Alfred berkata,
"Karena memperebutkan seorang wanita, Juan Estravados membunuh lawannya di
sebuah warung." "Bagaimana cara dia membunuh orang itu?"
Alfred memandang Lydia. Is terinya berkata dengan suara datar,
"Dia menusuk dengan pisau. Juan Estravados tidak dihukum mati karena ada
provokasi. Dia dijatuhi hukuman penjara dan meninggal di penjara."
. "Apakah anaknya tahu tentang ayahnya?" "Saya kira tidak." Alfred berkata,
"Tidak, Jennifer tidak pernah menceritakan hai itu kepadanya." "Terima kasih."
Lydia berkata, "Anda tidak berpendapat bahwa Pilar Oh, tak masuk akal!"?Poirot berkata, j
"Sekarang, Tuan Lee, apakah Anda bersedia
f memberikan fakta tentang saudara Anda, Tuan
j Harry Lee?" I "Apa yang ingin Anda ketahui?"
I "Saya mendengar bahwa dia dianggap agak
I memalukan keluarga. Mengapa?"
I . Lydia berkata, "Itu sudah lama...."
Alfred berkata dengan wajah merah, "Kalau Anda ingin tahu, Tuan Poirot, dia
mencuri sejumlah besar uang dengan memalsu tanda tangan ayah di cek. Tentu saja
ayah saya tidak menuntut. Harry memang jahat. Dia selalu membuat persoalan di
mana-mana. Selalu mengirim telegram meminta uang untuk keluar dari kesulitan.
Dia sudah keluar masuk penjara di mana-mana."
Lydia-berkata, "Engkau sebenarnya tidak terlalu tahu semua ini, Alfred."
Alfred berkata dengan marah, kedua tangannya
bergetar, 'Harry sudah rusak rusak! Dia tak pernah
?benar!" Poirot berkata, "Saya tidak melihat rasa sayang antara Anda dan
dia?" Alfred berkata,
"Dia mengorbankan ayah saya mengorbankan tanpa rasa malu!"
?Lydia menghela napas cepat dan tidak sabar. Poirot mendengarnya dan dia
?melihat sekilas pandangan tajam wanita itu.
Lydia berkata, 233 "Kalau saja berlian itu bisa ditemukan. Sav bahwa kuncinya terletak di situ."
yayakit Poirot berkata, "Berlian itu sudah ditemukan. Nyonya." "Apa?"
Poirot berkata dengan halus, "Berlian ku sudah ditemukan di taman mini And ?yang bernama Laut Mati...."
Lydia berteriak, "Di taman saya" Alangkah alangkah lUar biasa!"
?Poirot berkata dengan halus, "Memang luar biasa, Nyonya."
BAGIAN VI 27 Desember 1 Alfred lee berkata sambil menarik napas.
"Itu lebih baik dari yang kutakutkan!"
Mereka baru saja kembali dari pemeriksaan.
Tuan Charlton adalah seorang" pengacara tua bermata biru dan menunjukkan sikap
hati-hati. Dia mengikuti pemeriksaan itu dan kembali dengan mereka.
Dia berkata, "Ah sudah saya katakan bahwa acaranya akan formal sangat formal tentu
? ? ?saja ada penundaan supaya polisi bisa mengumpulkan bukti-bukti tambahan."
?George Lee berkata dengan kesal,
"Semuanya tidak menyenangkan benar-benar : sangat tidak menyenangkan -
?situasi yang tidak enak! Saya sendiri yakin bahwa knminahtas mi dilakukant oleh
seorang maniak yang entah bagaimana caranya bisa masuk ke rumah. Si Sugden itu
rrhr^^^ sj ?i3nwS"lkapa-apa-Besar kepala -
Bagaimana dengan si Horbury" Saya dengar dia
bukan orang baik-baik, tetapi polisi diam saja." Tuan Charlton berkata.
"Ah saya percaya bahwa Horbury punya alibi cukup kuat pada saat itu. Polisi
?telah menerimanya."
"Kenapa begitu?" George mulai marah. "Kalau, saya polisi, saya akan menerima
alibi itu dengan syarat dengan syarat besar. Tentu saja seorang kriminal
?selalu mempersiapkan sebuah alibi untuk dirinya! Tugas polisi adalah memecahkan
alibi itu itu kalau mereka tahu tugas mereka."
?"Hm," kata Tuan Charlton. "Rasanya bukan urusan kita mengajari polisi' tentang
pekerjaan mereka, eh" Mereka cukup kompeten secara keseluruhan."
George menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Scodand Yard harus dipanggil. Saya sama sekali tidak puas dengan Inspektur
Sugden dia barangkali teliti tetapi dia bukan orang cerdas."? ?Tuan Charlton berkata,
"Saya tidak sependapat dengan Anda. Sugden adalah seorang yang baik. Dia tidak


Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berteriak-teriak tetapi pekerjaannya selesai dengan baik."
Lydia berkata, "Saya yakin polisi itu bekerja dengan sebaik-baiknya. Tuan Charlton, apakah Anda
mau segelas sherry?"
Tuan Charlton mengucapkan terima kasih dengan sopan tetapi menolak tawaran itu.
Kemudian, setelah berdehem, dia mulai membaca surat wasiat. Semua anggota
keluarga telah berkumpul.
Dia membaca dengan senang, perlahan-lahan
membaca istilah-istilah yang sulit dan tidak jelas, dan
alasan-alasan yang bersifat hukum.
Dia sampai pada bagian yang terakhir. Dibukanya kaca matanya, dibersihkannya,
dan kemudian ia melihat berkeliling ke arah semua anggota keluarga
dengan wajah bertanya. Harry Lee berkata,
"Semua kalimat itu sulit untuk dimengerti. Coba
Anda katakan intinya kepada kami." "Sebetulnya," kata Tuan Charlton, "surat
wasiat ini sangat sederhana." Harry berkata,
'Ya Tuhan, kalau begitu yang bagaimana yang
sulit?" Tuan Charlton menjawab dengan pandangan dingin. Dia berkata,
Ketetapan wasiat ini sangat sederhana. Setengah dari kekayaan Tuan Lee jatuh ke
tangan anak laki-lakinya, Tuan Alfred Lee. Setengah yang lain dibagi rata untuk
anak-anaknya yang lain." Harry tertawa tidak enak. Dia berkata, "Seperti biasa,
si Alfred selalu beruntung! Separuh dari kekayaan Ayah! Kau anjing yang
beruntung, Alfred." Alfred merah. Lydia berkata dengan tajam, "Alfred adalah seorang anak yang setia
dan taat kepada ayahnya. Dia yang menangani usahanya bertahun-tahun dan
bertanggung jawab atasnya."
Harry berkata, "Oh ya. Alfred memang anak yang baik." Alfred berkata dengan tajam, " Engkau
harus merasa beruntung, Harry, karena Ayah masih mewarisi engkau."
Harry tertawa sambil mendongakkan kepalanya dan berkata,
"Engkau akan senang bila aku tidak kebagian apa-apa bukan" Engkau selalu
membenciku." Tuan Charlton batuk. Dia sudah biasa sudah sangat biasa dengan pemandangan
? ?yang menyedihkan setelah pembacaan surat wasiat. Dia ingin keluar sebelum
perdebatan -keluarga berlarut-larut. 11
Dia bergumam, "Saya kira er tugas saya sudah selesai...."? ?Harry berkata dengan tajam, 'rjj9
"Bagaimana dengan Pilar?"
Tuan Chariton batuk lagi, kali ini dengan sikap meminta maaf.
"Er Nona Estravados tidak disebut dalam surat wasiat."
?Harry berkata, "Apakah dia tidak mendapat bagian ibunya?"
Tuan Charlton menerangkan, "Kalau Nyonya Estravados masih hidup, dia akan
menerima bagian yang sama dengan Anda. Tetapi karena dia telah meninggal, bagian
yang seharusnya menjadi miliknya kembali lagi menjadi milik yang harus dibagi di
antara Anda." Pilar berkata perlahan-lahan dengan suara Selatannya,
"Lalu saya tidak punya apa-apa?" Lydia berkata dengan cepat, "Sayang,
? ? ?tentu saja kami sekeluarga akan memikirkan engkau." George Lee berkata,
"Engkau bisa tinggal di sini dengan Alfred eh
?Alfred" Kita er engkau adalah kemenakan kami
? ? dan kami akan mengurus kebutuhanmu."
?Hilda berkata, "Kami akan senang kalau Pilar tinggal bersama
kami." Harry berkata, "Seharusnya dia mendapatkan bagiannya. Seharusnya dia mendapat bagian Jennifer."
Tuan Charlton bergumam, "Saya harus segera er pergi. Permisi, Nyonya
? ?Lee kalau ada yang bisa saya bantu er
? ? ?panggil saja saya setiap saat."
Dia cepat-cepat melarikan diri. Pengalamannya memungkinkan dia meramal bahwa
benih-benih pertengkaran antara anggota keluarga sudah mulai
.timbul. Ketika pintu telah tertutup Lydia berkata dengan suara yang nyaring,
"Saya setuju dengan Harry. Saya kira Pilar berhak menerima sejumlah bagian.
Surat wasiat ini dibuat bertahun-tahun sebelum kematian Jennifer."
"Omong kosong," kata George. "Itu cara berpikir yang ceroboh dan tak sesuai
dengan hukum, Lydia. Hukum adalah hukum. Kita harus taat."
Magdalene berkata, "Tentu saja ini tidak menguntungkan, dan kita semua kasihan pada Pilar, tetapi
George benar. Seperti katanya, hukum adalah hukum." Lydia berdiri. Dia memegang
tangan Pilar. "Sayang," katanya, "ini pasti tidak menggembira-, kan untukmu.
Maukah engkau keluar sementara . kami membicarakan hal ini?"
Dia memegang tangarwgadis ku dan mengantarkannya ke pintu.
"Jangan kuatir, Pilar," katanya. "Percayakan saja padaku."
Perlahan-lahan Pilar keluar dari ruangan. Lydia menutup pintu di belakangnya dan
kembali. Ada kesempatan sedikit di mana setiap orang menarik napas dan pada saat yang
lain pertempuran pun mulai.
Harry berkata, "Engkau dari dulu memang pelit, George." George membalas,
"Setidak-tidaknya aku bukan pengemis dan sampah!"
"Engkau sama pengemisnya seperti aku! Engkau mengeruk ayah bertahun-tahun."
"Kelihatannya engkau lupa bahwa aku punya posisi yang sulit dan tanggung jawab
yang ...^ Harry berkata, "Posisi sulit dan tanggung jawab apa" Engkau tak lebih dari sebuah balon yang
gembung!" Magdalene menjerit, "Berani amat kau?"
Suara tenang Hilda yang agak tinggi terdengar, "Tidakbisakah kita membicarakan
soal ini dengan tenang?"
Lydia memandangnya dengan rasa terima kasih. David berkata dengan suara yang
tajam, "Apakah kita tidak malu bertengkar karena uang!" Magdalene berkata dengan
sengit kepadanya, "Memang baik bersikap sopan. Kau tidak akan menolak warisanmu,
bukan" Engkau uang seperti kita semual Semua omongan itu cuma pura-pura!1
David berkata dengan suara terpatah-patah, "Kaukira aku seharusnya menolak" Aku
heran...." Hilda berkata dengan tajam,
"Tentu saja tidak. Apakah kita semua harus bertingkah seperti anak-anak" Alfred,
engkau adalah kepala keluarga...." Alfred kelihatannya terbangun dari mimpi. Dia
berkata, Maaf, semua berteriak bersama-sama. Itu itu membuatku bingung." Lydia ?berkata, Seperti dikatakan Hilda, mengapa kita harus berlaku seperti anak-anak
rakus" Mari kita bicarakan hal ini dengan tenang dan bijaksana dan ..." dia
menambahkan dengan cepat, "satu per satu. Alfred berbicara dulu sebab dia yang
tertua. Bagaimana, Alfred, apa yang harus kita lakukan untuk Pilar?" Alfred
berkata dengan pelan-pelan, - 'Dia harus tinggal di rumah ini, tentu saja. Dan
Juta harus memberinya uang saku. Aku memang tidak melihat dia punya hak secara
hukum atas warisan ibunya. Dia bukan keturunan Lee. Dia adalah orang Spanyol."
k "Tidak punya hak secara hukum memang benar," kata Lydia. "Tetapi aku rasa dia
punya hak moril. Aku merasa bahwa walaupun ayahmu tidak menyukai perkawinan
Jennifer dengan orang Spanyol itu, tetapi dia memberikan bagian warisan yang
sama kepadanya. George, David, Harry, danjennifer seharuanva menerima bagian
yang sama. Jennifer "aeninggal baru setahu" yang lalu. Aku yakin bahwa
apabila ayahmu sempat berbicara dengan Tuan Charlton, dia akan mewariskan suatu
jumlah untuk Klar. Setidak-tidaknya dia akan mewariskan bagian Jennifer. Dan
mungkin saja dia memberi lebih dari
itu. Ingat, dia adalah cucu satu-satunya. Saya kira setidak-tidaknya kita bisa
mengusahakan suatu perbaikan yang sebetulnya akan dibuat ayahmu juga."
Alfred berkata dengan hangat, "Kau betul, Lydia! Aku salah. Aku setuju bahwa ?Pilar mendapat bagian Jennifer dari kekayaan Ayah."
Lydia berkata, "Giliranmu, Harry."
Harry berkata, "Seperti kalian ketahui, aku setuju. Aku rasa Lydia telah meletakkan persoalan
ini pada tempatnya dengan baik, dan aku sangat kagum kepadanya."
Lydia berkata, "George?" George menjadi merah mukanya. Dia merepet, "Tentu saja tidak! Ini semua tak
masuk akal! Beri saja dia tempat tinggal dan uang baju. Itu cukup
untuknya!" "Kaku begitu engkau menolak?" tanya Alfred. "Ya."
"Dan dia benar," kata Magdalene. "Memalukan sekali mengusulkan dia untuk
melakukan hal semacam itu! Mengingat George adalah satu-satunya anggota keluarga
yang telah berhasil, aku rasa memalukan sekali kalau ayahnya hanya mewariskan
begitu sedikit kepadanya!"
Lydia berkata, "David?" David berkata dengan samar-samar, "Oh, aku rasa kau benar. Kita tidak seharusnya
bertengkar tentang hal itu." Hilda berkata,
"Engkau memang "benar, Lydia. Itulah yang benar."
Harry melihat berkeliling. Dia berkata, "Nah, sudah jelas sekarang. Dari semua
anggota keluarga, Alfred, David, dan aku sendiri menyetujui usul itu. George
tidak. Yang menang adalah yang
setuju." George berkata dengan tajam,
"Tak ada yang menang atau kalah. Bagianku dari warisan Ayah adalah mutlak
kepunyaanku. Aku. tidak akan memberikan apa-apa walaupun satu peni."
"Tentu saja tidak," kata Magdaleiie. i Lydia berkata dengan tajam,
"Kalau engkau tak mau mengalah, itu urusanmu. Kami semua akan menutup kekurangan
yang dari bagianmu."
Dia melihat berkeliling untuk mendapatkan persetujuan dan yang lain mengangguk.
Harry berkata, "Alfred mendapat bagian yang terbanyak. Dia I seharusnya juga memberi dengan
jumlah besar." Alfred berkata, "Aku tahu bahwa idemu yang sebenarnya itu akan : muncul."
Hilda berkata dengan tegas,
"Tangan mulai lagi! Lydia akan memberi tahu Pilar apa yang telah kita putuskan.
Kita bisa membicarakannya secara terperinci kemudian." Dia menambahkan dengan harapan bisa
membelokkan percakapan. "Di mana ya, Tuan Farr dan Tuan Poin*"' Alfred berkata,
"Kami menurunkan Poirot di desa waktu akan berangkat ke pemeriksaan. Katanya dia
perlu membeli sesuatu." Harry berkata,
"Mengapa dia tidak pergi ke pemeriksaan" Seharusnya dia juga ikut." Lydia
berkata, "Barangkali dia tahu bahwa hal itu tidak terlalu penting. Siapa ku yang di luar,
di taman" Inspektur Sugden atau Tuan Farr?"
Usaha kedua wanita itu berhasil. Pertemuan keluarga itu berakhir. Lydia berkata
kepada Hilda pelan-pelan, 'Terima kasih, Hilda. Engkau baik sekali telah
membantuku. Engkau benar-benar membantu." Hilda berkata,
"Aneh sekali betapa uang bisa membuat orang kacau."
Yang lain-lain telah keluar dari ruangan. Kedua wanita itu sendirian.
"Ya juga Harry meskipun itu adalah idenya! Dan Alfred yang malang dia ? ? ?begitu Inggris dia sebetulnya tidak suka uang Lee jatuh ke tangan Spanyol."
?Hilda berkata sambil tersenyum,
"Apakah kaukira wanita lebih tidak materialistis?"
Lydia berkata sambil mengangkat bahunya dengan luwes,
"Ah, engkau kan tahu, itu sebenarnya bukan uang jjjta bukan uang kita
?pribadi! Jelas itu membuat
perbedaan." Hilda berkata sambil merenung,
"Dia anak yang aneh maksudku Pilar. Aku tak tahu apa yang akan terjadi dengan
?dia nanti." Lydia menarik napas. "Aku senang bahwa dia akan bebas. Tinggal di sini, dengan diberi tempat dan uang
baju, aku rasa tidak akan memuaskan hatinya. Dia terlalu angkuh,.
dan aku rasa, terlalu terlalu asing." Dia menambahkan sambil merenung,
? ?"Aku pernah membawa sebuah batu biru yang cantik dari Mesir. Di luar sana dengan
matahari dan pasir dia kelihatan sangat cantik, biru hangat. Tetapi ketika aku
membawanya pulang, warna biru itu hampir tidak tampak lagi. Hanya seuntai manik-
manik berwarna gelap dan jelek."
Hilda berkata, "Hm, begitu ..."
Lydia berkata dengan lembut,
"Aku sangat senang bisa bertemu dengan engkau dan David pada akhirnya. Aku
senang kalian berdua datang ke sini."
Hilda menarik napas, "Beberapa hari terakhir ini aku sering menyesali kedatanganku."
"Aku mengerti. Pasti, begitu.... Tapi, Hilda, kejutan itu tidak mempengaruhi David
sejelek itu. Maksudku dia begitu sensitif sehingga akan mudah baginya untuk
terganggu. Sebenarnya, sejak pembunuhan itu dia kelihatan lebih gembira."
Jadi engkau juga melihat hal itu." Agak mcnguatirkan *eben unva . tetapi ok) "Lydia, memang itulah vang p it "
?Dia diam sej rnak mengingat kata-kata yang diucapkan suaminya kemarin malam.
Dengan rambut pirangnya tertempa r ke belakang David berkata prnuh antusias,
"Hilda, apa engkau ingat Tam ketika Scarpia meninggal Fosca menyalakan lilin
?di kaki dan kepalanva.J Apakah engkau ingat yang dikatakannya: Sdamag aku bisa
memaatkan dia*. Itulah yang kurasakan tentang Ayah pada saat ini. Aku tidak bisa
memaatkan dia bertahun-tahun walaupun aku sebenarnya ingin.... Tetapi sekarang
?*km tidak ida dendam lagi Semuanya hilang. Dan aku merasa oh, aku merasa
? ?seolah-olah lepat dari bthas besar yang menindih di punggung
Do berkata, berusaha memerangi rasa "akut yang datang riba-riba,
"Karma dia meninggal'"
David menjawah dengan cepat, gemetar karena
"Bukan, bukan, kau tidak mengerti. Bukan karena dia meninggal, tetapi karena
kebencianku kepadanya yang kekanak-kanakan dan bodoh lelah lenyap....
Hilda merenungkan kata-kata itu sekarang** jj Dia ingin mengulang kata-kata itu
pada wanita yang ada di dekatnya, tapi dia merasa bahwa lebih
baik ..... Magdalene berdiri di dekat arhuah meja drug** buah hungku%an di tangan Dia
"terkejut ketika atfhtui mereka Dia berkata,
"v >h m) pAsti belaniaan Tuan Poirot Aku melihat dia meletakkannya di sini
barusan. Apa ya kira-kira
"anyar Dia melihat mereka berganti-ganti, lalu tertawa
terbahak-ha hal Alis mata Lydia terangkat. Dia berkata. "Saya harus pergi dan menyiapkan makan
siang." Magdalene berkata, masih dengan suara kekanak-kanakan. Dia tidak bisa menahan
keinginan y&fig jelas terdrngar dari suaranya,
"Saya harus "tfngwlipnml"
Dia membuka kertas pembungkus dan berteriak. Di" memandang barang yang ada di
tangannya. Lydia dan Milda terhenti. Kedua wanita itu
memandang heran. Magdalene berkata dengan suara heran,
"Ini kumis palsu Tapi tapi kenapa..."'1 * Hilda berkata ragu-ragu,? ?"Namaian.' Tetapi ..."
Lydia menyelesaikan kalimat untuknya,
"Trtat Tuan Poirot punya kumis yang sangat
bagus!" b. Magdalene membungkus kembali benda itu. Dia
berkata. _^ _ Aku tak mengerti. Ini ini fila \Ungapa luan k Poirot membeli aumi" pnwar
?Ketika Pilar meninggalkan ruang duduk dia berjalan perlahan-lahan sepanjang
gang. Stephen Farr masuk dari pintu taman. Dia berkata.
"Bagaimana" Apa pertemuannya sudah selesai" Dan surat wasiat telah dibaca?"


Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pilar berkata dengan napas sesak,
"Aku tidak dapat apa-apa sama sekali! Surat wasiat itu dibuat bertahun-tahun
?yang lalu. Kakekku mewariskan uang untuk ibuku, tetapi karena dia telah
meninggal lebih dulu, warisan itu tidak jatuh kepadaku tetapi kembali kepada
mereka." Stephen berkata, "Kelihatannya sulit." '
Pilar berkata, "Seandainya orang tua itu masih hidup, dia pasti akan membuat surat wasiat baru.
Dia akan mewariskan uang untukku uang yang banyak" sekali! Barangkali bahkan
?mewariskan semua uangnya untukku!"
Stephen berkata sambil tersenyum,
"Itu tidak adil, bukan?"
"Mengapa tidak" Barangkali aku yang paling disayanginya"*' Stephen berkata,
"Engkau memang rakus. Penggali emas kecil.
Pilar berkata dengan tenang,
"Dunia ini kejam pada wanita. Mereka harui, melakukan apa yang mereka bisa ?pada waktu muda. Kalau mereka telah tua dan jelek, tak ada yang mau menolong
mereka." Stephen berkata perlahan-lahan,
"Itu memang lebih benar daripada yang aku
pikirkan. Tetapi tidak terlalu benar. Alfred Lee, misalnya, benar-benar sayang
kepada ayahnya walaupun orang tua itu menjengkelkan."
Dagu Pilar terangkat. "Alfred," katanya, "agak tolol." & Stephen tertawa. Lalu
dia berkata, "Ah jangan kuatir, Pilar cantik. Keluarga Lee akan melindungimu."
Pilar berkata dengan sedih,
Ttu tidak akan menyenangkan."
Stephen berkata perlahan-lahan,
"Aku rasa kau benar. Aku tidak bisa membayangkan kau hidup di sini, Pilar.
Apakah kau mau ke Afrika Selatan?"
Pilar mengangguk, i "Di sana ada matahari dan sangat lapang. Tapi ada kerja
keras juga. Apakah kau bisa bekerja, ' Pilar?"
Pilar berkata dengan ragu-ragu, , "Aku tidak tahu." " Dia berkata,
[ "Apakah engkau lebih suka duduk-duduk di balkon dan makan gula-gula sepanjang
hari" Qan menjadi gemuk dan punya dagu rangkap tiga?"
Pilar tertawa dan Stephen berkata,
"Nah, begitu lebih baik. Aku membuatmu
tertawa." b Pilar berkata, "Aku berpikir bahwa aku harus tertawa, Natal ini!
Di buku-buku aku membaca bahwa Natal di Inggris 1 -
IK sangat gembira, orang makan kismis dan ada puding
buah prem dan ada gelondongan kayu api." Stephen berkata,
"Itu kalau Natal tanpa ada pembunuhan. Ayo -masuk ke sini sebentar. Lydia
mengajakku ke sini sebentar kemarin. Ini ruang penyimpanan barang-barang dia."
Stephen membawanya masuk ke dalam sebuah ruangan yang sedikit lebih besar dari
lemari. "Lihat Pilar, berkotak-kotak biskuit dan buah yang diawetkan dan jeruk dan kurma
dan kacang. Dan ini ____"
"Oh!" Pilar bertepuk tangan. "Bagus sekali bola-bola emas dan perak ini."
"Itu untuk digantung di pohon, dengan hadiah-hadiah untuk pelayan. Dan ini
orang-orangan salju yang kecil berkilau-kilau dengan embun untuk ditaruh di meja
makan. Dan ini balon berwarna-warni siap untuk ditiup!"
i "Oh!" mata Pilar bersinar, "Oh! Bolehkah kita meniupnya sebuah" Lydia pasti
tidak marah. Aku suka balon." Stephen bekata,
"Ini, Sayang, mana yang kau mau?"
Pilar berkata: "Yang merah."
Mereka memilih balon-balon dan meniupnya. Pipi mereka ikut menggembung. Pilar
berhenti meniup karena tertawa, dan balonnya pun kempis lagi.
Pilar berkata, "Kau kelihatan lucu meniup dengan pipi gembung begitu."? ?Tawanya kedengaran cerah. Lalu dia juga ikut meniup. Mereka mengikat balon-balon
itu dengan baik dan mulai bermain dengan balon itu, melempar ke atas, ke sana kemari.
Pilar berkata, "Di gang lebih luas."
Mereka saling melempar balon ku dan tertawa-tawa ketika Poirot datang di gang.
Dia memperhatikan mereka dengan senang.
"Jadi kalian berdua bermain seperti anak-anak"
Itu bagus." Pilar berkata terengah-engah, "Yang merah punya saya. Lebih besar
daripada balon dia. Jauh lebih besar. Kalau kita membawanya keluar balon itu
akan terbang ke langit."
-"Ayo kita bawa keluar dan mengucapkan keinginan kita," kata Stephen.
"Oh ya, ide yang bagus,
Pilar berlari melintasi pintu -taman, Stephen mengikuti. Poirot juga ikut di
belakang, melihat dengan senang.
"Aku berharap dapat uang banyak," kata Pilar.
Dia berdiri di atas jari-jari kakinya, memegang tali balonnya. Balon itu terbang
ketika seberkas angin berhembus. Pilar membiarkannya terbang tinggi.
Stephen tertawa, "Seharusnya engkau tidak mengucapkan keras-keras apa yang kauharapkan."
"Tidak" Mengapa?" t "Karena nanti tidak terkabul Sekarang aku."
Dia melepaskan balonnya. Tetapi dia tidak begitu beruntung. Balon itu terbang ke
samping, tersangkut ke semak-semak pohon dan berakhir dengan ledakan.
Pilar berlari mendekat. Dia berkata dengan sedih,
251 "Meletus...." Kemudian, sambil mengorek-ngorek karet yang
telah lemas itu dengan ujung kakinya dia berkata,
"Jadi ini yang kuambil di kamar Kakek. Dia juga punya balon, hanya warnanya
merah muda." Poirot berteriak keras-keras. Pilar menoleh dengan Hajah bertanva-tanya. Poirot
berkata, "Bukan apa-apa. Saya tertikam eh, tersandung jari kaki saya."? ?Dia berbalik dan memandang ke rumah
Dia berkata, "Begitu banyak jendela! Sebuah rumah, Nona, punya mata dan telinga. Sayang
sekali orang Inggris begitu senang jendela yang terbuka."
Lydia keluar ke teras. Dia berkata, "Makan siang telah siap. Pilar, Sayang, semua telah diselesaikan dengan
memuaskan. Alfred akan menerangkan lebih terperinci kepadamu setelah makan
nanti. Kita masuk, ayo."
Mereka masuk ke dalam rumah, Poirot datang paling akhir. Dia kelihatan muram.
I Makan siang telah selesai.
Ketika mereka keluar dari ruang makan, Alfred berkata kepada Pilar,
"Maukah kau datang ke kamarku" Ada yang ingin kubicarakan denganmu."
Dia membawa Pilar masuk ke ruang belajarnya dan menutup pintunya. Yang lain-lain
menuju ke ruang duduk. Hanya Hercule Poirot yang tinggal di gang merenungi pintu kamar
Alfred yang tertutup. Tiba-tiba dia tersadar. Pelayan tua itu berjalan
mondar-mandir di dekatnya.
Poirot berkata, "Ya, Tressilian, ada apa?"
Laki-laki tua itu kelihatannya gelisah. Dia berkata,
"Saya ingin bicara dengan Tuan Lee. Tapi saya tidak mau mengganggu beliau
sekarang." Poirot berkata, i "Ada apa?"
Tressilian berkata perlahan-lahan,
"Ada sesuatu yang aneh yang tidak saya mengerti."
"Coba ceritakan padaku," kata Poirot
Tressilian ragu-ragu. Kemudian dia berkata,
"Begini, Tuan. Barangkali Tuan tahu bahwa di setiap sisi pintu depan ada sebuah
peluru bundar. Besar, berat, dari batu. Salah satu tidak ada."
Alis mata Hercule Poirot terangkat naik. Dia berkata,
"Sejak kapan?" <&fl|
"Dua-duanya masih ada tadi pagi. Tuan. Saya
berani bersumpah," "Coba kita lihat."
Mereka bersama-sama ke pintu depan. Poirot membungkuk dan memeriksa peluru yang
satunya. Wajahnya suram ketika dia berdiri lagi.
Tressilian gemetar. "Siapa yang mau mencuri benda seperti itu, Tuan" Rasanya tak masuk "Ad." Poirot
berkata, "Aku tak suka hal ini. Sama sekali tak suka,..."
Tressilian memperhatikannya dengan kuatir. Dia berkata perlahan-lahan,
"Apa yang telah terjadi dengan rumah ini, Tuan" Sejak tuan besar terbunuh rumah
ini rasanya lain. Saya merasa bahwa saya selalu bermimpi. Saya mencampur adukkan
segala macam hal, dan. kadang-kadang saya tidak dapat mempercayai mata saya"
Hercule Poirot menggelengkan kepalanya. Dia berkata,
"Engkau salah. Engkau harus mempercayai matamu sendiri."
Tressilian berkata sambil menggelengkan kepalanya;
"Pandangan saya sudah kabur saya tidak bisa melihat seperti biasanya. Saya ?mencampur adukkan macam-macam benda dan orang. Saya sudah terlalu tua untuk
?bekerja." Hercule Poirot menepuk bahunya dan berkata,
"Kuatkan hatimu."
."Terima kasih, Tuan. Saya tahu Tuan bermaksud baik/ Tetapi saya sudah terlalu
tua. Saya selalu kembali ke masa lampau dan wajah-wajah masa lampau. Nona Jenny
dan Tuan David, dan Tuan Alfred. Saya selalu melihat mereka sebagai tuan-tuan
dan nona yang masih muda. Sejak malam kedatangan Tuan Harry itu...."
Poirot mengangguk. "Ya," katanya, "itu yang aku maksud. Engkau baru saja mengatakan 'sejak tuan
besar terbunuh' tapi sebetulnya hal itu mulai sebelum itu, yaitu sejak tuan
?Harry pulang, bukan" Segalanya berubah dan kelihatan tidak nyata?"
Pelayan itu berkata, "Tuan benar. Memang sejak saat itu. Tuan Harry selalu membuat onar di rumah,
bahkan sejak dia masih kecil." . Matanya kembali memandang dasar batu yang
kosong itu. "Siapa yang mengambilnya, Tuan?" bisiknya. "Dan mengapa" Ini ini seperti ?rumah gila."
Hercule Poirot berkata, "Ini bukan gila, bukan. Tapi waras! Ada seseorang
yang dalam bahaya, Tressilian."
Dia membalikkan badan, dan masuk kembali ke dalam rumah.
Pada saat itu Pilar keluar dari ruang belajar. Kedua pipinya merah. Kepalanya
tegak tinggi dan matanya berkaca-kaca.
Ketika Poirot mendekatinya tiba-tiba dia menghentakkan kakinya dan berkata,
"Saya tidak mau."
Alis mata Poirot naik. Dia berkata,
"Apa yang Anda tidak mau, Nona?"
Pilar berkata, "Alfred baru saja memberi tahu saya bahwa saya akan menerima bagian ibu saya
yang diwariskan oleh Kakek." 8"Jadi?" "Dia mengatakan bahwa secara hukum saya tidak mendapat apa-apa. Tetapi dia dan
Lydia dan yang lain-lain mempertimbangkan bahwa bagian itu harus menjadi hak
saya. Jadi mereka akan memberikannya
pada saya." Poirot berkata lagi, "Jadi?"
Pilar menghentakkan kakinya sekali lagi.
"Anda tidak mengerti" Mereka memberikannya kepada saya memberikannya untuk
?saya." "Apakah itu perlu menyakiti harga diri Anda" Karena apa yang mereka katakan itu
benar bahwa hal itu secara keadilan adalah hak Anda?"
?Pilar berkata, "Anda tidak mengerti...."
Poirot berkata, "Sebaliknya saya mengerti dengan baik."
?"OhL.." Dia membalikkan diri.
Terdengar bel berbunyi. Poirot menengok dari balik bahunya. Dia melihat bayang-
bayang Inspektur Sugden di luar pintu. Dia berkata cepat-cepat kepada Pilar,
"Anda akan ke mana?"
Pilar menjawab dengan sedih,
"Ke ruang duduk. Kepada mereka."
Poirot berkata dengan cepat,
"Bagus. Tinggal saja bersama-sama mereka. Jangan berkeliaran di rumah sendirian,
terutama setelah gelap. Hati-hati. Anda dalam bahaya, Nona. Hari ini Anda benar-
benar dalam bahaya besar."
Dia membalikkan badan dan berjalan menuju Sugden.
Sugden menunggu sampai Tressilian kembali ke dapur.
Kemudian dia menyorongkan selembar telegram di bawah hidung Poirot.
"Kita sudah dapat!" katanya. "Baca ini. Dari polisi Afrika Selatan."
Telegram itu berbunyi, "Anak laki-laki Ebenem satu-satunya meninggal dua
tahun yang lalu." Sugden berkata, * "Jadi sekarang kita tahu! Lucu saya berada di arah yang ?lain...."
4 Pilar berjalan masuk ke dalam ruang duduk dengan kepala tegak.
Dia langsung menuju Lydia yang berdiri di jendela memegang rajutan.
Pilar berkata, "Lydia, saya ingin memberi tahu bahwa saya tidak bisa mem-rima uang itu. Saya
akan pergi ?secepatnya...." Lydia kelihatan heran. Dia meletakkan rajutannya.
Dia berkata, "Anakku, Alfred pasti kurang jelas menerangkan hal itu kepadamu! Itu sama sekali
bukan uang pengasihan, kalau engkau merasa tidak enak. Ini bukan soal kebaikan
atau kemurahan hati dari pihak kami, tapi soal benar dan salah. Dalam keadaan
biasa ibumulah yang akan mewarisi uang itu, dan engkau mendapatkannya dari dia.
Ini adalah hakmu hak keturunan. Ini bukan soal belas kasihan, tetapi
?keadilan'." Pilar berkata dengan sengit,
"Dan itulah sebabnya saya tak bisa menerima karena Anda bicara seperti itu! Saya
senang datang ke sini. Saya senang! Karena kedatangan saya merupakan suatu petualangan, tetapi
sekarang Anda telah merusaknya! Saya akan pergi sekarang Anda tidak akan ?terganggu lagi oleh saya...."
Air matanya menghambat suaranya. Dia membalikkan diri dan lari ke luar ruangan.
Lydia terpana. Dia berkata tanpa daya,
"Saya tidak mengira dia akan menanggapi seperti
itu!" Hp^ Hilda berkata, "Anak itu kelihatan bingung...." George berdehem dan berkata dengan sombong,
"Er seperti telah kukatakan pagi tadi prinsip yang mendasari adalah salah:
? ?Pilar ternyata lebih bisa melihat hai itu. Dia menolak belas kasihan Lydia
berkata dengan tajam, "Ini bukan belas kasihan, tapi haknya!"
George berkata, "Dia tidak merasa demikian!"
Inspektur Sugden dan Hercule Poirot masuk. Sugden melihat berkeliling dan
bertanya, "Di mana Tuan Farr" Saya ingin bicara dengan ma."
Sebelum ada yang menjawab, Hercule Poirot berkata dengan tajam,
"Di mana Nona Estravados?"
George Lee berkata, mencemooh senang,
"Pergi katanya. Kelihatannya dia sudah tidak senang dengan keluarga Inggrisnya."
Poirot berputar. Dia berkata kepada Sugden,
"Ayo!" t Ketika kedua laki-laki itu muncul di gang, terdengar suara dentaman dan jeritan


Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dari jauh. Poirot berteriak: "Cepat ... ayo...."
Mereka berlari sepanjang gang dan naik ke atas melalui tangga di ujung. Pintu
kamar Pilar terbuka dan seorang laki-laki berdiri di tengah-tengahnya. Dia
menolehkan kepalanya ketika mereka berlari
mendekat. Orang itu adalah Stephen Farr.
Dia berkata, "Dia selamat...."
Pilar berdiri meringkuk menempel di dinding kamarnya. Dia memandang ke lantai,-
pada sebuah bola peluru batu yang besar.
Dia berkata dengan patah-patah,
"Benda itu di atas pintu saya, di sana. Seharusnya benda itu jatuh di kepala
saya pada waktu saya masuk, tetapi rok saya tersangkut pada paku dan menarik
saya ketika saya akan masuk."
Poirot berlutut dan memeriksa paku itu. Di atasnya ada seutas benang wol ungu.
Dia mendongak dan menganggukkan kepala dengan sedih.
"Paku itu," katanya, "menyelamatkan hidup Anda."
Inspektur berkata dengan bingung,
"Apa artinya ini?" Pilar berkata,
"Ada orang mencoba membunuhku!"
Dia mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa
kali. Inspektur Sugden melihat ke atas pintu. "Perangkap tersembunyi," katanya.
"Perangkap kuno dan tujuannya adalah pembunuhan!?Pembunuhan kedua yang direncanakan di rumah ini. Tapi kali ini tidak berhasil!"
Stephen Farr berkata dengan suara serak, "Syukurlah kau selamat."
Pilar membuka tangannya lebar-lebar dengan gaya yang menarik.
"Madre de DiosV serunya. "Mengapa ada orang yang mau membunuhku" Apa yang telah
kulakukan?" Hercule Poirot berkata perlahan, "Seharusnya Anda bertanya, apa yang
kuketahui?" Dia memandang Poirot, "Mengetahui apa" "Saya tak tahu apa-apa."
Hercule Poirot berkata, "Anda salah. Coba ceritakan, Nona Pilar, di mana Anda pada waktu pembunuhan itu"
Anda tidak di kamar ini."
. "Saya di sini. Saya sudah mengatakannya kepada Anda."
Inspektur Sugden berkata dengan halus,
"Ya, tapi Anda tidak mengatakan yang sebenarnya pada waktu itu. Anda mengatakan
mendengar kakek Anda menjerit Anda tidak akan mendengarnya bila Anda di
?sini Tuan Poirot dan saya .sudah mencek hal itu kemarin."
?"Oh!" Pilar terperanjat.
Poirot berkata, "Anda ada di suatu tempat yang lebih dekat dengan kamarnya. Saya akan mengatakan
di mana Anda, Nona. Anda berada di ruang kecil dengan patung-patung itu, cukup
dekat dengan pintu kakek Anda."
Pilar berkata, terkejut, "Oh..., bagaimana Anda bisa tahu?" Poirot berkata dengan senyum kecil, "Tuan Farr
melihat Anda di sana." Stephen berkata dengan tajam, "Tidak. Bohong." *<
Poirot berkata, "Maaf, Tuan Farr. Tapi Anda memang melihat dia. Ingat tidak, Anda mengatakan ada
tiga patung di ruang itu, bukan dua. Hanya ada satu orang yang memakai baju
putih malam itu, Nona Estravados. Dia-lah patung ketiga yang Anda lihat. Benar,
bukan, Nona?" Pilar berkata setelah sejenak ragu-ragu, "Ya, benar."
?Poirot berkata dengan lembut,
"Sekarang ceritakan kepada kami yang sebenarnya. Mengapa Anda di sana?"
Pilar berkata, "Saya meninggalkan ruang duduk setelah makan malam karena saya ingin menjumpai
Kakek. Saya kira dia akan senang. Tetapi ketika saya berbelok saya melihat
seseorang di pintu kamarnya. Saya tidak ingin dilihat orang lain karena saya
tahu bahwa Kakek sudah mengatakan bahwa dia tidak ingin bertemu dengan siapa-
siapa malam itu. Saya menyelinap ke ruang itu karena takut orang yang di pintu
melihat saya. "Kemudian, tidak lama setelah itu saya mendengar suara-suara yang sangat
mengerikan meja-meja kursi-kursi ..." dia mengibaskan lengannya, "segalanya ? ?jatuh dan pecah. Saya tidak bergerak. Saya tidak tahu mengapa. Saya ketakutan
Dan kemudian terdengar jeritan yang menakutkan..." dia membuat tanda salib, "dan
jantung saya, berhenti berdetak, dan saya berkata kepada diri saya sendiri:
'seseorang meninggal....' " "Dan kemudian?"
"Dan kemudian orang-orang mulai datang berlari-lari sepanjang gang dan saya
keluar pada akhirnya dan bergabung dengan mereka." Inspektur Sugden berkata
dengan tajam, "Anda tidak menceritakan hal ini ketika kami menanyai Anda.
Mengapa?" Pilar menggelengkan kepalanya. Dia berkata dengan sikap seorang yang bijaksana,
"Tidak baik bercerita terlalu banyak kepada polisi. Saya berpikir bahwa kalau
saya berkata ada di dekat kamar ku maka Anda akan berpikir bahwa sayalah yang
membunuh dia. Jadi saya katakan saja saya ada di kamar saya." Sugden berkata
dengan tajam, "Kalau Anda berbohong dengan sengaja maka Anda akan dicurigai."
Stephen Farr berkata, "Pilar?" "Ya?"
"Siapa yang kaulihat berdiri di pintu ketika kau berbelok ke gang" Katakan."
Sugden berkata, "Ya katakan."
?Untuk sejenak gadis itu ragu-ragu. Matanya terbuka, kemudian meredup. Dia
berkata perlahan, "Saya tak tahu siapa dia. Terlalu suram untuk bisa melihat. Tetapi dia seorang
wanita.*." 5 Inspektur Sugden melihat berkeliling pada wajah-wajah di sekitarnya. Dia berkata
dengan agak jengkel, "Ini luar biasa, Tuan Poirot."
"Ini ide saya. Saya ingin membagi apa yang saya ketahui dengan setiap orang.
Kemudian saya akan mengundang kesediaan mereka untuk bekerja sama, dan kita
nanti akan tahu apa yang akan terjadi sebenarnya."
Sugden bergumam, "Akal bulus." Dia bersandar di kursinya.
Poirot berkata, "Untuk memulai, Anda bisa minta Tuan Farr menerangkan dirinya."
Mulut Sugden terkatup rapat.
"Saya lebih suka kalau melakukannya secara -pribadi, tidak di depan umum
begini," katanya. "Tetapi ya, saya tidak keberatan." Dia memberikan -telegram
itu kepada Stephen Farr. "Nah, Tuan Farr, barangkali Anda bisa menerangkan ini?"
Stephen Farr mengambil telegram itu. Sambil menaikkan kedua alis matanya dia
membaca telegram itu pelan-pelan tetapi keras. Kemudian, dengan membungkuk
hormat dia kembalikan lagi kepada Inspektur.
"Ya," katanya. "Sangat kurang ajar, bukan?"
Sugden berkata, "Itu saja yang bisa Anda katakan" Anda tahu bahwa tidak ada keharusan bagi Anda
untuk membuat pernyataan ..."
Stephen Farr menyela. Dia berkata, "Anda tidak perlu memperingatkan saya,
Inspektur. Saya sudah melihat ujung lidah Anda gemetar! Ya, saya akan memberi
keterangan. Tidak begitu bagus, tapi ini adalah keterangan yang benar." Dia
berhenti lalu mulai, "Saya bukan anak Ebenezer. Tetapi saya kenal baik Ebenezer maupun anaknya.
Sekarang cobalah bayangkan diri Anda di tempat saya (oh ya, nama saya adalah ?Stephen Grant). Saya datang di negara ini untuk pertama kali. Saya merasa
kecewa. Sedap orang dan setiap benda kelihatan begitu tidak menarik dan
menjemukan. Kemudian saya naik kereta api dan saya melihat seorang gadis. Saya
harus mengatakannya terus terang! Saya jatuh hati pada gadis itu! Dia adalah
gadis paling cantik dan lain dari yang lain. Saya berbicara sedikit dengan gadis
itu di kereta dan saya memutuskan bahwa saya tidak boleh kehilangan jejaknya.
Ketika saya meninggalkan kompartemen, saya melihat label di kopernya. Namanya
tidak berarti apa-apa untuk saya, tapi alamatnya, ke mana dia akan pergi, sangat
menarik hati saya. Saya pernah mendengar tentang Gorston Hall dan saya tabu
benar tentang pemiliknya. Dia adalah bekas kolega Ebenezer Farr dan si tua Eb
sering membicarakannya. Nah, jadi saya memutuskan untuk pergi ke Gorston Hall dan mengaku sebagai anak
laki-laki Eb. Seperti dikatakan dalam telegram itu, dia telah meninggal dua
tahun yang lalu, tetapi saya ingat si tua Eb pernah mengatakan bahwa sudah
beberapa tahun dia tidak mendengar kabar dari Simeon Lee a kira Tuan Lee tidak
akan tahu tentang anak Eb. Pokoknya saya menganggap bahwa saya perlu
mencoba." Sugden berkata, "Tetapi Anda tak mencobanya pada waktu itu juga. Anda tinggal di King's Arms di
Addlesfield selama dua hari." Stephen berkata,
"Saya menimbang-nimbang akan mencoba atau tidak. Akhirnya saya mengambil
?keputusan untuk mencobanya. Hal itu cukup menarik sebagai suatu petualangan. Dan
memang menyenangkan! Tuan Lee menyambut saya dengan sangat ramah dan pada
seketika itu juga menyuruh saya untuk tinggal di rumahnya. Saya menerimanya.
Nah, demikianlah keterangannya, Inspektur. Kalau Anda tidak percaya, coba ingat-
ingat apa yang Anda rasakan ketika jatuh cinta. Pasti Anda melakukan satu dua
hal yang agak tolol. Tentang nama saya, yang sebenarnya, seperti yang saya
katakan tadi, adalah Stephen Grant. Anda boleh mengirim telegram ke Afrika
Selatan dan mencek saya. Saya adalah seorang warganegara terhormat. Saya bukan
penjahat dan bukan pencuri permata."
Poirot berkata, ' "Saya percaya Anda bukan orang jahat." 1?Inspektur Sugden mengusap rahangnya dengan hati-hati,
Dia berkata, "Saya harus mencek cerita Anda. Yang ingin saya ketahui adalah: Mengapa Anda
tidak berterus terang saja setelah terjadi pembunuhan itu, tetapi mengatakan
cerita bohong?" Stephen berkata tanpa takut,
"Karena saya tolol! Saya kira saya bisa lolos dengan cerita saya itu. Saya
mengira bahwa akan mencurigakan kalau saya mengaku nama palsu saya. Kalau saya
tidak bodoh saya akan berpikir bahwa pasti Anda akan mengirim telegram ke
Johannesburg. Sugden berkata,
"Hm, Tuan Farr er Grant saya tidak mengatakan bahwa saya tidak percaya
? ?pada cerita Anda. Itu akan terbukti sendiri nanti."
Dia memandang kepada Poirot, yang kemudian berkata,
"Saya kira Nona Estravados juga ingin mengatakan sesuatu."
Wajah Pilar menjadi sangat pucat. Dia berkata sambil menahan napas,
"Betul. Saya sebetulnya tidak akan menceritakan hal ini, kalau bukan karena
Lydia dan uang. Datang ke sini dan berpura-pura dan menipu itu menyenangkan.
?Tapi ketika Lydia berkata bahwa uang itu adalah uang saya berdasarkan keadilan,
maka itu suatu bal yang lain. Itu sama sekali tidak menyenangkan."
Alfred Lee berkata dengan muka bingung,
"Saya tidak mengerti, Pilar. Engkau bicara tentang apa?"
Pilar berkata, "Anda kira saya kemenakan Anda, Pilar Estravados" Bukan! Pilar terbunuh ketika
saya dan dia pergi bersama-sama dalam satu mobil di Spanyol. Mobil kami kena bom
dan dia meninggal, tetapi saya selamat. Saya tidak terlalu kenal dengan dia
tetapi dia menceritakan tentang dirinya dan bahwa
kakeknya menyuruh dia ke Inggris dan bahwa dia
sangat kaya. Dan saya tidak punya uang sama sekali dan saya tidak tahu mau ke
mana dan melakukan apa. Dan saya tiba-tiba berpikir: 'Mengapa tidak mengambil paspor Pilar dan
pergi ke Inggris dan jadi kaya"' " Wajahnya cerah dengan senyum yang tiba-tiba
melebar. "Oh, sungguh senang berpikir-pikir apakah saya bisa berhasil nantinya!
Wajah kami di foto bukannya tidak sama. Tetapi ketika di sini paspor saya
diminta, saya membuka jendela dan melemparnya keluar dan saya lari mengambilnya.
Saya mengusap foto di paspor dengan sedikit tanah pada waktu melewati penjagaan
di pelabuhan mereka tidak terlalu memperhatikan, tetapi di sini mungkin ..."
Alfred Lee berkata dengan marah-"Apakah engkau mengatakan bahwa di depan ayahku
engkau berpura-pura menjadi cucunya dan mencoba mengambil hatinya?"
Pilar mengangguk. Dia berkata dengan puas, "Ya, dan saya segera bisa melihat
bahwa dia sangat senang pada saya." George Lee meledak,
"Gila!" dia mengomel. "Kriminal! Mencoba
mendapatkan uang dengan mengaku-aku." Harry Lee berkata,
"Dia tidak mendapat apa-apa darimu! Pilar, aku di pihakmu! Aku sangat kagum
dengan keberanianmu. Dan syukur aku bukan pamanmu lagi! Itu memberiku
kesempatan." Pilar berkata kepada Poirot,
"Anda tahu" Kapan Anda tahu?"
Poirot tersenyum, "Nona, kalau Anda pernah mempelajari hukum Mendel, Anda akan tahu bahwa dua
orang yang bermata biru tidak akan punya anak yang bermata coklat. Saya yakin
bahwa ibu Anda adalah seorang wanita yang suci dan terhormat. Jadi Anda bukanlah
Pilar Estravados. Ketika Anda bermain-main dengan paspor, saya jadi yakin. Itu
permainan yang bagus, tetapi tidak cukup bagus." Inspektur Sugden berkata dengan
tidak senang, "Semuanya tidak terlalu tidak bagus." Pilar memandang kepadanya.
Dia berkata, "Saya tidak mengerti...." Sugden berkata, ,
"Anda telah bercerita tetapi saya kira masih ada yang belum Anda ceritakan." ?Stephen berkata, "Jangan ganggu dia lagi!"
Inspektur Sugden tidak mempedulikannya. Dia meneruskan,
"Anda mengatakan bahwa Anda ke kamar kakek Anda setelah makan malam. Anda
katakan bahwa itu suatu keinginan yang timbul begitu saja. Saya mendapat kesan
yang lain. Andalah yang mengambil berlian itu. Anda mengambilnya dan
menyembunyikannya tanpa diketahui kakek Anda! Ketika dia tahu bahwa batu itu
hilang, dia segera tahu bahwa hanya ada dua orang yang bisa mengambilnya. Yang
satu Horbury yang lama-lama tahu kombinasi kode lemari besinya dan diam-diam
mencurinya pada malam hari. Yang lain adalah Anda.
Jadi Tuan Lee segera bertindak. Dia menelepon saya dan menyuruh saya datang.
Lalu dia menyuruh Anda datang kepadanya segera setelah makan. Anda datang dan dia menyuruh Anda
mengaku. Anda tidak mengaku dan dia mendesak. Saya tidak tahu apa yang terjadi kemudian
?barangkali dia menemukan fakta bahwa Anda bukanlah cucunya melainkan seorang
pencuri berlian profesional. Bagaimanapun, permainan mulai.' Keadaan Anda yang
sebenarnya telah terbuka dan Anda menggorok dia dengan pisau. Terjadilah
pergumulan dan dia menjerit. Anda sudah siap waktu itu. Anda cepat-cepat keluar
kamar, mengunci pintunya dari , luar dan karena Anda tidak mungkin lari sebelum
orang-orang datang, Anda menyelinap di ruang kecil tempat patung-patung."
Pilar berteriak melengking.
"Itu tidak benar! Tidak benar! Saya tidak mencuri berlian! Saya tidak membunuh
dia. Saya bersumpah demi Perawan Suci."
Sugden berkata, "Lalu siapa yang melakukannya" Anda bilang bahwa Anda melihat seseorang di pintu
Tuan Lee. Menurut cerita Anda orang itu pasti pembunuhnya. Tak seorang pun
melewati ruangan kecil itu! Tapi kami hanya mendengar kata-kata Anda saja bahwa
ada seseorang di situ. Dengan kata lain Anda mengarang cerita itu untuk
menghindarkan tuduhan terhadap Anda!" George Lee berkata dengan tajam, "Tentu
saja dia bersalah! Sudah jelas! Saya selalu bilang orang luarlah yang membunuh
Ayah! Tak masuk akal kalau anggota keluarga sendiri berbuat seperti itu! Itu ?itu tidak wajari"
Poirot bergerak di kursinya. Dia berkata, "Saya tidak sependapat dengan Anda.
Dengan mempertimbangkan karakter Simeon Lee,' hal itu wajar kalau terjadi."
"Eh?" rahang George turun. Dia memandang heran pada Poirot.
Poirot meneruskan, "Dan menurut pendapat saya hal itu memang telah terjadi. Simeon Lee dibunuh oleh
darah dagingnya sendiri, dan bagi si pembunuh, itu merupakan suatu hal yang
cukup masuk akal." George berteriak, "Salah seorang dari kami" Saya menolak...."
Suara Poirot pecah sekeras baja.
"Kasus ini bisa terjadi dengan setiap orang di sini. Tuan George Lee, kita akan
mulai dengan Anda. Anda sama sekali tidak mencintai ayah Anda! Anda menjaga
hubungan baik dengan dia demi uang. Pada hari dia meninggal dia mengancam akan
mengurangi uang saku Anda. Anda tahu bahwa kalau dia meninggal, Anda akan
mendapatkan uang cukup banyak. Di situlah motifnya. Seperti kata Anda, setelah
makan malam Anda menelepon. Memang Anda menelepon tapi telepon itu
?berlangsung hanya lima menit. Setelah itu, Anda bisa saja dengan mudah pergi ke
kamar ayah Anda, berbicara dengan dia, kemudian menyerang dan membunuhnya. Anda
meninggalkan ruangan dan memutar kunci dari luar, karena Anda; mengharapkan soal
ini dianggap sebagai akibat pencurian. Dalam kepanikan, Anda lalai untuk membuka
jendela lebar-lebar agar teori pencurian itu mantap. Itu suatu ketololan,
tetapi, maafkan kata-kata saya, Anda memang agak bodoh!


Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Akan tetapi" kata Poirot, cepat setelah berhenti
sejenak dan melihat George akan bicara, "banyak
orang-orang yang bodoh jadi kriminalis!"
Dia mengarahkan pandangannya kepada Magdalene.
"Nyonya juga, dia juga punya motif. Saya rasa dia banyak hutang, dan komentar
tertentu dari ayah Anda mungkin membuat dia sakit hati. Dan dia juga tidak
?punya alibi. Dia bermaksud menelepon, tetapi dia tidak menelepon, dan kami hanya mendengar kata-katanya
saja mengenai apa yang dikerjakannya....
Kemudian" dia berhenti "ada Tuan David Lee. Kita sudah mendengar, bukan ? ?hanya sekali tetapi sering kali, tentang karakter balas dendam dan ingatan kuat
yang mengalir dalam darah keluarga Lee. Tuan David Lee tidak memaafkan dan tidak
melupakan cara ayahnya memperlakukan ibunya. Sebuah cemoohan yang ditujukan
kepada almarhumah ibunya mungkin sudah tak tertahankan lagi. Kami mendengar
bahwa David Lee bermain piano pada saat pembunuhan. Dan kebetulan dia memainkan
Mars Kematian. Tetapi seandainya seseorang lain lagi yang bermain Mars Kematian,
seseorang yang tahu apa yang akan dilakukan dan menyetujui tindakannya."
Hilda Lee berkata dengan tenang,
"Itu adalah suatu ide yang keji.
Poirot memandang kepadanya.
"Saya akan menawarkan sesuatu yang lain kepada Anda, Nyonya. Tangan AndaA&Yi
yang melakukannya. Andalah yang diam-diam naik ke atas untuk melaksanakan
pengadilan pada seorang manusia yang menurut pertimbangan Anda tidak bisa
dimaafkan lagi. Anda termasuk dalam tipe mereka
yang kalau marah bisa sangat mengerikan...." Hilda berkata,
"Saya tidak membunuh dia." Inspektur Sugden berkata dengan kasar, "Tuan Poirot
benar. Ada kemungkinan kasus yang menyangkut setiap orang kecuali Tuan Alfred
Lee, Tuan Harry Lee, dan Nyonya Alfred Lee." Poirot berkata dengan halus, "Saya
tidak mengecualikan mereka bertiga...." Inspektur itu memrotes, "Oh, Tuan Poirot!"
" Lydia berkata, "Dan kasus apakah yang menyangkut saya, Tuan Poirot?"
Dia berkata sambil sedikit tersenyum, alis matanya
naik dengan sinis. Poirot membungkuk hormat. Dia berkata, "Saya lewatkan motif
Anda, Nyonya. Itu cukup jelas. Yang lain-lainnya sekarang. Kemarin malam Anda
memakai baju tafeta dengan pola yang sangat menyolok dengan mantel tanpa
?lengan. Saya ingin mengingatkan Anda pada fakta bahwa penglihatan Tressilian
sudah tidak jelas. Benda-benda yang jauh tidak terang untuknya. Saya juga ingin
menunjukkan bahwa ruang duduk Anda besar dan diterangi oleh lampu yang samar-
samar. Pada malam itu, satu dua menit sebelum teriakan, Tressilian masuk ruang
duduk mengambil cangkir-cangkir kopi. Dia mengira, melihat Anda dengan sikap
yang biasa Anda lakukan, berdiri di jendela paling ujung dengan separuh badan
tertutup oleh tirai yang berat."
Lydia Lee berkata, "Dia memang melihat saya."
Poirot melanjutkan, "Saya rasa bisa saja yang dilihat oleh Tressilian adalah mantel Anda, yang
diatur dekat tirai jendela, seolah-olah Anda sendirilah yang berdiri di situ."
Lydia berkata, "Saya memang berdiri di sana...." Alfred berkata,
"Bagaimana mungkin Anda mengatakan ..."
Harry menyela, "Biar diteruskan, Alfred. Giliran kita setelah ini. Menurut Anda bagaimana
Alfred bisa membunuh ayahnya yang tercinta karena kita berdua bersama-sama di
ruang makan ini pada waktu yang sama?"
Poirot menjelaskan, "Itu," katanya, "sangat sederhana. Sebuah alibi bisa saja didapat walaupun tidak
diberikan dengan rela. Anda dan saudara Anda tidak pernah cocok. Itu : sudah
kita ketahui dengan baik. Anda bermusuhan dengan dia di depan umum. Dia tidak
pernah mengatakan hal yang baik sedikit pun tentang Andal - Tetapi misalnya itu
hanya suatu bagian dari jalan cerita yang bagus. Misalnya Alfred Lee sudah bosan
menjadi penjaga ayahnya. Misalnya Anda dan dia sudah berbaikan beberapa waktu
yang lalu. Rencana Anda sudah matang. Anda pulang. Alfred kelihatannya tidak
senang. Dia kelihatan iri dan tidak senang pada Anda. Anda pun kelihatan benci
kepadanya. Dan kemudian tibalah malam pembunuhan yang telah Anda rencanakan
berdua. Salah seorang tinggal di ruang makan, berbicara, atau bahkan pura-pura
bertengkar seolah-olah ada dua orang di situ. Yang seorang naik ke atas dan
MELAKUKAN PEMBUNUHAN ITU...."
Alfred berdiri dengan cepat. "Setan," katanya. Suaranya tidak lancar "Setan tak
berperikemanusiaan."
Sugden memandang Poirot. Dia berkata, "Apakah Anda benar-benar...." Poirot berkata
dengan suara yang sangat berwibawa,
"Saya harus menunjukkan kemungkinan-kemungkin-anl Itu tadi adalah hal-hal yang
mungkin terjadi! Yang mana yang sebenarnya terjadi hanya kita ketahui dengan
melewati apa yang terlihat di luar, menembus pada realitas di dalam...."
Dia berhenti dan kemudian berkata perlahan-lahan,
"Kita harus kembali, seperti telah saya katakan sebelumnya, kepada sifat atau
karakter Simeon Lee sendiri...."
6 Hening sejenak di ruangan itu. Anehnya semua kemarahan dan kebencian mereda.
Hercule Poirot menggenggam pendengarnya dengan pesona kepribadiannya. Mereka
memandang dia, terpesona, ketika dia mulai bicara perlahan-lahan,
"Jadi begitulah. Almarhum merupakan fokus atau pusat misteri ini! Kita harus
melihat lebih jauh ke dalam hati dan pikiran Simeon Lee, dan apa yang ada di
sana. Karena manusia tidak hidup sendiri dan mati tanpa ada kaitannya dengan
yang lain. Apa yang dia punya diwariskannya kepada keturun-Apa yang dipunyai ?Simeon Lee dan diturunkannya
pada anak-anaknya" Pertama-tama adalah keangkuhan keangkuhan yang di dalam
?dirinya gagal di dalam kekecewaan terhadap anak-anaknya. Kemudian ada sifat
sabar. Kita telah tahu bahwa Simeon Lee menunggu dengan sabar bertahun-tahun
untuk membalaskan dendamnya kepada seseorang yang telah menyakiti hatinya. Kita
lihat bahwa aspek temperamen ini diwariskan kepada seorang anak laki-laki yang
wajahnya paling tidak mirip dengan dia. David Lee juga bisa mengingat dan terus
membencinya selama bertahun-tahun. Dalam hal penampilan, Harry Lee adalah satu-
satunya yang berwajah mirip dengan ayahnya. Kemiripan itu sangat dekat kalau
kita melihat potret Simeon Lee ketika muda. Hidung yang tinggi dan bengkok,
garis dagu yang panjang dan tajam, sikap kepala yang mendongak. Saya kira Harry
juga mewarisi banyak sikap ayahnya misalnya mendongakkan kepala dan tertawa,
?dan kebiasaan mengusapkan jari di dagu.
Dengan mempertimbangkan hal ini dan dengan keyakinan bahwa pembunuhan itu
dilakukan oleh Seseorang yang punya hubungan dekat dengan almarhum, saya
mempelajari keluarga ini dari pandangan psikologis. Saya mencoba menentukan
siapa dari mereka yang secara psikologis punya kemungkinan menjadi kriminalis.
Dan menurut pendapat saya hanya dua orang yang punya kualifikasi', yaitu Alfred
Lee dan Hilda Lee, isteri David. David sendiri menurut pandangan saya tidak
punya kemungkinan-menjadi pembunuh, sebab seorang yang be~'
tidak akan tahan menghadapi ceceran darah dan leher yang tergorok. Saya menolak
George Lee dan Bterinya sebagai suatu kemungkinan, karena apa pun yang mereka inginkan, mereka
tidak punya keberanian untuk melakukan hal yang terlalu riskan. Keduanya, pada
dasarnya sangat hati-hati. Saya
yakin bahwa Nyonya Lee tidak mampu melakukan suatu kejahatan. Terlalu banyak
ironi di dalam dirinya. Saya ragu-ragu dengan Harry Lee. Ada aspek kegarangan
yang kasar dalam dirinya, tetapi saya percaya bahwa di balik semua itu dia
adalah seorang yang lemah. Dan saya tahu bahwa ayahnya pun berpendapat demikian.
Dia berkata bahwa Harry pun tidak lebih baik dari yang lain. Alfred Lee adalah
seorang yang bisa bersikap patuh tanpa memikirkan diri sendiri. Dia adalah
seorang laki-laki yang bisa mengontrol dan menangguhkan kepentingan sendiri di
bawah kemauan orang lain selama bertahun-tahun. Dalam kondisi seperti ini selalu
ada kemungkinan bagi hal yang terpendam untuk meledak. Ada kemungkinan timbul
rasa jengkel yang tersembunyi terhadap ayahnya yang lama kelamaan bertambah kuat
karena tak pernah tersalurkan dalam bentuk apa pun. Orang-orang yang paling
pendiam dan rendah hati adalah yang lebih mungkin menimbulkan kejahatan yang tak
terduga karena kalau kontrol mereka meledak, maka tak akan tertahankan lagi!
Seorang lagi yang punya kemampuan yang sama adalah Hilda Lee. Dia merupakan tipe
individu yang dalam hal-hal tertentu bisa mengadili sendiri walaupun tidak ?berdasarkan motif yang mementingkan diri sendiri. Orang-orang seperti ini
mengadili dan berbuat. Banyak tokoh-tokoh dari
Perjanjian Lama punya sikap yang sama, misalnya Jael dan Judiths
Dan sekarang marilah kita perhatikan situasi kriminalitas itu sendiri. Hal
pertama yang menarik perhatian yang benar-benar kelihatan di ujung hidung
?adalah kondisi luar biasa di mana kriminalitas itu terjadi! Coba Anda bayangkan
kamar di mana Simeon Lee meninggal. Kalau. Anda ingat, ada sebuah meja dan kursi
berat yang terbalik, sebuah lampu, barang-barang tembikar dan gelas pecah.
Tetapi yang mengherankan adalah meja dan kursi. Keduanya terbuat dari kayu jati
yang kuat. Sulit untuk membayangkan pergumulan macam apa yang telah terjadi
antara seorang laki-laki tua yang renta dengan lawannya sehingga bisa
menyebabkan perabot yang begitu berat terbalik. Semuanya kelihatan sulit
dipercaya. Menurut logika seorang yang waras tidak akan melakukan hal yang
demikian tetapi hal itu telah terjadi. Simeon Lee mungkin telah dibunuh oleh seorang
?laki-laki yang sangat kuat
atau mungkin seorang wanita atau seseorang yang fisiknya lemah.
?Tetapi ide yang terakhir ini tidak meyakinkan karena suara perabot yang terbalik
akan menakutkan dan si pembunuh tidak akan punya kesempatan untuk lari. Tentunya
akan lebih menguntungkan bagi setiap orang untuk menggorok leher Simeon Lee
dengan diam-diam. Satu hal lagi yang luar biasa adalah pemutaran kunci dari luar. Sekali lagi,
rasanya tidak ada alasan untuk melakukan hal itu. Hal ini tidak akan menimbulkan
kesan bunuh diri sebab tak ada tanda-tanda yang menunjukkan tindakan bunuh diri.
Situasi pembunuhan itu juga tidak memberikan kesan bahwa pembunuh lari lewat
jendela karena jendela-jendela itu diatur sedemikian rupa sehingga
?. tidak mungkin seseorang lari melaluinya! Terlebih lagi hal ini menyangkut soal
waktu. Waktu yang tentunya sangat berharga bagi pembunuh!
Ada lagi satu hal yang tak bisa dimengerti sepotong karet yang diiris dari ?tas spons Simeon Lee dan sebuah pasak kecil dari kayu yang ditunjukkan oleh
Inspektur Sugden. Benda-benda itu diambil dari lantai oleh salah seorang yang
pertama kali masuk ke kamar. Sekali lagi hal ini tidak ada artinyal Tidak ada
?artinya sama sekati namun demikian bukan tidak masuk akali
?Dan sekarang kita sampai pada kesulitan yang lebih jauh. Inspektur Sugden
dipanggil oleh almarhum yang melaporkan adanya pencurian"
?dan dia disuruh kembali satu setengah jam kemudian. Mengapa" Kalau hal ini
disebabkan karena Simeon Lee mencurigai cucu perempuannya atau anggota keluarga
yang lain, mengapa dia tidak menyuruh Inspektur Sugden menunggu di bawah saja
sementara dia membicarakan hal itu terus terang dengan pihak yang dicurigai"
Dengan beradanya Inspektur Sugden di rumah, maka desakannya kepada pihak yang
bersalah sebetulnya akan lebih kuat.
Jadi sekarang kita sampai kepada suatu titik di mana Sukan hanya sikap pembunuh
itu yang luar biasa, melainkan juga sikap Simeon Lee!
Dan saya berkata pada diri saya sendiri: 'Ini semua salah!' Mengapa" Sebab kita
memandangnya dari sudut yang salah. Kita melihatnya dari sudut di mana pembunuh ingin agar kita
melihatnya.... Ada tiga hal yang tidak bisa dimengerti pergumulan, kunci yang terputar dari
?luar, dan guntingan karet. Tetapi harus ada cara melihat ketiga benda itu
sehingga bisa dimengerti! Dan saya mengosongkan pikiran saya dan melupakan
situasi pembunuhan itu dan melihat ketiga benda itu dari sudut kegunaannya. Saya
berkata suatu pergumulan apakah arti dan kesannya" Kejahatan kerusakan
? ? ? ?keributan.... Kunci" Mengapa kunci itu diputar" Supaya tidak ada yang masuk"
Tetapi kunci itu tidak berfungsi karena pintu didobrak pada saat itu juga. Untuk
menyembunyikan seseorang di dalam" Untuk menjaga agar orang tetap di luar"
Sepotong karet" Saya berkata pada diri saya sendiri: 'sepotong kecil' tas spons
adalah sepotong kecil tas spons., itu saja!'
Jadi Anda akan mengatakan bahwa tidak ada apa-apa di sana tetapi itu tidaklah
?benar, karena ada tiga kesan yang tetap tinggal. Keributan pengasingan dan
?kekosongan.... Apakah hal ini cocok dengan kedua orang yang saya curigai" Tidak. Baik bagi
Alfred Lee maupun Hilda Lee suatu pembunuhan diam-diam akan lebih sesuai,
membuang-buang waktu dengan mengunci pintu dari luar, itu tak masuk akal, dan
potongan kecil tas spons itu akan lebih tidak berarti.
Namun demikian saya mempunyai perasaan yang sangat kuat bahwa tak ada yang tak
masuk akal mengenai kriminalitas ini bahkan sebaliknya, pembunuhan ini
?terencana dengan baik dan dilakukan dengan sangat mengagumkan. Bahwa sebetulnya
pembunuhan ini berhasill Oleh karena itu
segala sesuatu yang telah terjadi memang dimaksudkan dan terencana....
Oan kemudian, saya mengulangi semuanya lagi, saya melihat duk terang....
Darah begitu banyak darah darah di mana-mana... darah yang melimpah darah
? ? ?basah berkilat ... begitu banyak darah terlalu banyak darah...
?Dan pikiran kedua muncul pada saat itu. Ini adalah suatu kriminalitas darah. Di
dalam darah. Darah Simeon Lee sendirilah yang naik melawan dia...."
Hercule Poirot membungkuk ke depan.
"Dua petunjuk yang sangat berharga dalam hal ini diucapkan tanpa sadar oleh dua
orang. Yang pertama adalah ketika Nyonya Alfred Lee mengutip baris dari Macbeth:
Siapa mengira orang tua itu punya begitu banyak darah di dalam dirinya" Yang
kedua adalah kalimat yang diucapkan oleh Tressilian, pelayan. Dia menerangkan
betapa dia merasa bingung karena kejadian yang pernah terjadi, terjadi lagi.
Sebetulnya, yang membuatnya merasa aneh adalah suatu kejadian yang sederhana.
Dia mendengar bel pintu dan membukanya, ternyata Harry Lee, dan besoknya dia
membukakan pintu yang sama untuk Stephen Farr.
Sekarang, mengapa dia mempunyai perasaan itu" Coba lihat Harry Lee dan Stephen
Farr, dan Anda akan tahu mengapa. Mereka sangat mirip! Itulah sebabnya mengapa
membuka pintu untuk Stephen Fan sama seperti membuka pintu untuk Harry Lee.
Seolah-olah orang yang sama berdiri di depan pintu. Dan kemudian, pada hari ini
Tressilian mengatakan bahwa dia selalu keliru melihat orang. Tidak heran!
Stephen Farr punya hidung mancung yang bengkok, kebiasaan mendongakkan kepala kalau tertawa
dan mengusap dagunya dengan jari telunjuk. Coba perhatikan dengan seksama potret
Simeon Lee pada waktu masih muda. Anda tidak saja melihat Harry Lee tetapi juga
Stephen Farr...." Stephen bergerak. Kursinya berderit. Poirot berkata,
"Ingat kata-kata Simeon Lee, kemarahannya terhadap keluarganya. Kalau Anda masih
ingat, dia mengatakan ingin punya anak laki-laki yang lebih baik walaupun bukan
anak sah. Kita kembali lagi pada karakter Simeon Lee yang selalu berhasil dengan
wanita, dan yang menyakiti hati isterinya! Simeon Lee yang bicara besar dengan
Pilar bahwa dia bisa punya sederet pengawal anak laki-laki dengan usia yang
hampir sama! Jadi saya mengambil kesimpulan itu. Simeon Lee tidak hanya punya
keluarga yang sah di rumah, tetapi juga anak yang tak diakui dan tak dikenal
dari darahnya sendiri."
Stephen berdiri. Poirot berkata,
"Itu adalah alasan Anda yang sebenarnya, bukan" Bukan roman dengan gadis cantik
di kereta api. Anda memang sudah menuju ke sini sebelum bertemu dengan Pilar.
Datang untuk melihat macam apa ayah Andayang sebenarnya..."
Muka Stephen pucat pasi. Dia berkata dengan suara tertahan dan serak,
"Ya, sudah lama saya ingin tahu.... Ibu berbicara mengenai dia kadang-kadang. Dan
hal itu tumbuh menjadi semacam obsesi pada diri saya melihat bagaimana dia. ?Saya punya sedikit uang dan saya datang ke Inggris. Saya tidak ingin dia tahu
siapa saya. Saya berpura-pura jadi anak Eb. Saya datang hanya dengan satu tujuan
?melihat ayah saya...."
Inspektur Sugden berkata dengan suara berbisik,
"Ya Tuhan, saya begitu buta.... Saya melihatnya sekarang. Dua kali saya menyangka
Anda adalah Tuan Harry Lee dan tahu kalau keliru, tetapi tidak pernah terpikir!"
Dia berbalik kepada Pilar,
"Jadi dia, bukan" Yang Anda lihat berdiri di pintu adalah dia" Saya ingat Anda
ragu-ragu, dan melihat kepadanya sebelum Anda berkata bahwa yang Anda lihat
adalah seorang wanita. Anda melihat Farr, dan Anda tidak mau mengkhianati dia."
Terdengar suara gemerisik halus. Dengan suara yang dalam Hilda Lee berkata,
"Bukan," katanya. "Anda salah. Yang dilihat Pilar adalah saya...."
Poirot berkata, "Anda, Nyonya" Ya, saya kira begitu...."
Hilda berkata dengan tenang,
"Melindungi diri sendiri adalah yang aneh. Tetapi saya yakin bahwa saya bukan
seorang pengecut. Berdiam diri hanya karena saya takut!"
Poirot berkata, "Anda akan menceritakan kepada kami sekarang?" Dia mengangguk.
"Mula-mula saya berada di ruang musik dengan David. Dia bermain musik. Dia
kelihatan aneh. Saya sedikit takut dan saya merasa bertanggung jawab karena


Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sayalah yang mendesak untuk datang kemari. David mulai memainkan Mars Kematian
dan tiba-tiba yi mengambil keputusan. Bagaimanapun janggal
kelihatannya, saya memutuskan bahwa kami berdua harus pergi pada saat itu juga
malam itu. Diam-diam saya keluar dari ruang musik naik ke lantai atas. Saya ?bermaksud menemui Tuan Lee dan mengatakan kepadanya dengan terus terang mengapa
kami akan pergi. Saya melalui gang yang menuju ke kamarnya dan mengetuk
pintu. .Tidak ada jawaban. Saya mengetuk lagi lebih keras. Masih tidak ada
jawaban. Kemudian saya mencoba membuka pintu. Pintu itu terkunci. Dan kemudian,
ketika saya berdiri ragu-ragu, saya mendengar suara di dalam kamar...." Dia
berhenti. "Anda tidak percaya tetapi ini benar! Ada seseorang di dalam menyerang Tuan
?Lee. Saya mendengar meja dan kursi terbalik dan suara gelas dan porselin pecah
dan kemudian saya mendengar jeritan mengerikan yang kemudian lenyap dan diam.
Saya berdiri lumpuh! Saya tak bisa bergerak! Dan kemudian Tuan Farr datang
berlari dan Magdalene dan yang lain-lain. Tuan Farr dan Harry mulai mendobrak
pintu. Pintu itu terbuka dan kami masuk ke kamar dan tidak ada seorang pun di
dalam kecuali Tuan Lee terbaring meninggal digenangi darah."
?Suaranya yang tenang, naik tinggi. Dia berteriak,
"Tidak ada siapa pun di dalam tak seorang pun! Dan tak ada yang keluar dari-
?kamar...." Inspektur Sugden menarik napas panjang. Dia
berkata, "Kalau tidak saya, ya, yang lainnya yang gila! Apa yang Anda katakan, Nyonya
Lee, adalah sesuatu yang mustahil. Gila!" Hilda Lee berteriak,
"Saya katakan saya mendengar mereka bergumul di dalam dan saya mendengar orang
tua itu menjerit ketika lehernya digorok dan tak ada yang keluar ruangan dan
?tak ada seorang pun di dalam!"
Hercule Poirot berkata, "Dan selama ini Anda tidak mengatakan apa-apa?"
Wajah Hilda Lee pucat, tetapi dia berkata dengan tenang,
"Tidak, karena kalau saya mengatakannya hanya ada satu hal yang bisa Anda
katakan atau perkirakan bahwa sayalah yang membunuh dia...."
?Poirot menggelengkan kepalanya.
"Tidak," katanya. "Anda tidak membunuh dia. Anak laki-lakinya yang membunuh
dia." Stephen Farr berkata, ."Saya bersumpah demi Tuhan saya tak pernah menyentuh dia!"
"Bukan Anda," kata Poirot. "Dia punya anak laki-laki yang lain!"
Harry berkata, "Apa-apaan...." j"v
George menatapnya. David mengangkat tangan menutup kedua matanya. Alfred
mengejapkan matanya dua kali.
Poirot berkata, "Pada malam pertama saya di sini pada malam pembunuhan itu saya melihat ? ?hantu. Itu adalah hantu almarhum. Ketika saya pertama kali melihat
Harry Lee, saya bingung. Saya merasa telah pernah melihat dia sebelumnya.
Kemudian saya perhatikan mukanya baik-baik dan saya pun sadar bahwa dia sangat
mirip ayahnya, dan saya berkata pada diri saya sendiri bahwa itulah yang
menyebabkan saya merasa pernah melihat dia."
"Tetapi kemarin ada seorang laki-laki duduk di depan saya mendongakkan kepala
dan tertawa dan saya tahu pada siapa Harry Lee mengingatkan saya. Dan saya
?menemukan lagi ciri-ciri almarhum dalam sebuah wajah yang lain.
Tidak heran si Tua Tressilian itu merasa bingung ketika dia membukakan pintu,
bukan hanya untuk dua orang, tetapi tiga orang yang mirip satu dengan yang
lainnya. Tidak heran kalau dia mengatakan bingung dengan orang karena di rumah
ini ada tiga orang yang dari jauh bisa hampir kembar! Tubuh yang sama, kebiasaan
yang sama (terutama mengusap dagu dengan jari), sikap yang sama pada waktu
tertawa dengan kepala mendongak, hidung yang sama. Akan tetapi persamaan ini
tidak selalu mudah dilihat karena orangyang ketiga punya kumis.
?Kadang-kadang orang lupa bahwa polisi adalah manusia juga, bahwa mereka punya
isteri dan anak, ibu dia berdiam dan ayah.... Ingat reputasi Simeon Lee:
? ?seorang laki-laki yang menyakiti hati isterinya karena hubungannya dengan
wanita-wanita. Seorang anak laki-laki, yang dilahirkan secara tidak sah, bisa
mewarisi banyak hal. Dia mungkin mewarisi wajah ayahnya dan bahkan sikapnya. Dia
mungkin mewarisi keangkuhannya dan kesabarannya dan napsu balas dendamnya!"
Suaranya naik, "Selama hidupmu, Sugden, engkau membenci kesalahan yang dibuat ayahmu. Saya kira
engkau telah lama memutuskan untuk membunuh dia. Engkau datang dari daerah lain
yang tidak terlalu " jauh. Barangkali dengan uang pemberian Simeon Lee yang
cukup banyak ibumu bisa menemukan suami yang akan menjadi ayah anaknya. Mudah
bagimu untuk masuk kepolisian Middleshire dan menunggu kesempatan. Seorang
Inspektur Polisi punya kesempatan besar untuk melakukan pembunuhan dan melarikan
diri." Wajah Sugden berubah putih bagaikan kertas. Dia berkata,
"Anda gilai Saya berada di luar rumah ini ketika dia terbunuh." Poirot
menggelengkan kepalanya. "Tidak, engkau membunuhnya sebelum meninggalkan rumah untuk pertama kali. Tidak
ada yang melihatnya setelah engkau pergi. Semua begitu mudah untukmu. Simeon Lee
memang menunggumu, tetapi dia tidak memanggilmu. Engkaulah yang menelepon dia
dan berkata dengan samar-samar mengenai percobaan pencurian. Engkau mengatakan
bahwa engkau akan datang sebelum jam delapan malam itu dan akan berpura-pura
meminta sumbangan untuk polisi. Simeon Lee tidak curiga. Dia tidak tahu engkau
adalah anaknya. Engkau datang dan mendongeng adanya pemalsuan berlian. Dia
membuka lemari besinya untuk menunjukkan bahwa berliannya yang asli aman di
dalam tangannya. Engkau minta maaf, kembali ke perapian dengan dia, dan
menyerangnya tanpa dia tahu, menggorok lehernya dan membungkam mulutnya sehingga
dia tak bisa berteriak. Itu hanya suatu permainan
anak-anak bagi seorang laki-laki sekuat kau.
Kemudian engkau mengatur ruangan. Engkau ambil berlian itu. Engkau menumpuk
kursi dengan meja, lampu-lampu dan gelas dan mengikatkan seutas tali yang sangat
tipis atau kawat yang lalu kaulilitkan pada tubuhmu. Kau telah menyiapkan
sebotol darah binatang segar yang baru terbunuh dan mencampurnya dengan sodium
citrate. Engkau pefcik-kan darah ini ke mana-mana dan menambahkan lebih banyak
sodium citrate pada genangan darah Simeon Lee. Engkau mengatur api sehingga
tubuhnya tetap hangat. Kemudian engkau mengeluarkan kedua ujung kawat itu keluar
melalui lubang sempit pada bagian bawah jendela dan membiarkannya terjurai ke
bawah. Engkau meninggalkan kamar dan memutar kunci dari luar. Ini penting karena
tidak boleh ada orang yang masuk ke kamar."
Kemudian engkau keluar dan menyembunyikan berlian itu di bak batu taman mini.
Kalau berlian-berlian itu pada akhirnya ditemukan, maka mereka hanya akan
memberatkan kecurigaan pada hal yang kautuju yaitu keluarga sah Simeon Lee. ?Kira-kira sebelum jam sembilan lima belas kau kembali lagi ke dinding bawah
kamar Simeon Lee dan menarik kawat yang keluar melalui jendela. Dengan cara ini
barang-barang yang telah kauatur jadi berantakan. Perabot dan barang-barang
gelas jatuh. Kau menarik salah satu ujung kawat dan melilitkannya di tubuhmu di
bawah mantel. "Engkau punya satu alat lagi!"
Poirot memandang pada pendengarnya.
"Apakah Anda ingat bagaimana Anda menerangkan jerit kematian Tuan Lee" Anda,
Tuan Lee, mengatakan bahwa suara itu seperti suara seorang laki-laki dalam penderitaan
abadi. Isteri Anda dan David Lee memakai kata-kata yang sama, roh di neraka.
Sebaliknya, Nyonya David Lee mengatakan
bahwa jeritan itu seperti jeritan seseorang yang tidak punya roh. Dia mengatakan
bahwa suara itu tidak manusiawi, seperti binatang. Harry Lee-lah yang
menerangkan lebih mendekati keadaan sebenarnya. Dia mengatakan seperti suara
babi disembelih. Apakah Anda tahu balon panjang berwarna merah muda yang dijual di pasar malam,
dengan bentuk wajah yang dicat dan dinamakan 'Babi Sekarat9" Kalau udara keluar
dari dalamnya maka akan terdengar lengkingan yang mengerikan. Nah, itu adalah
sentuhan akhir yang dibuat oleh Sugden. Engkau menyiapkan sebuah di dalam kamar.
Mulut balon itu kaujepit dengan pasak. Pada waktu kau menarik kawat, pasak itu
keluar dan babi itu mulai kempis. Setelah perabotan jatuh terdengarlah jeritan
babi itu." Sekati lagi Poirot-membalikkan badan ke arah pendengarnya.
"Anda tahu sekarang apa yang diambil Pilar Estravados" Inspektur berharap bisa
datang pada waktunya untuk mengambil potongan karet itu sebelum yang lain
melihatnya. Bagaimanapun dia telah mengambilnya dari tangan Pilar dengan sikap
yang sangat resmi. Tetapi ingat, dia tidak pernah menceritakan hal itu kepada
siapa pun. Dan ini merupakan suatu yang mencurigakan. Saya mendengarnya dari
Magdalene Lee dan menanyakannya. Dia sudah siap dengan jawaban. Dia memotong tas
spons Tuan Lee dan benda itulah yang ditunjukk
nya dengan pasak kecil. Memang benda itu memberikan keterangan yang
sama sepotong karet dan sekeping kayu. Pada waktu itu saya tidak?menyadari artinya! Tetapi walaupun saya bodoh saya tidak langsung berkata: Ini
?tidak berarti apa-apa, jadi tidak mungkin benda itu ada di sana dan Inspektur
Sugden berbohong.... Saya memang bodoh terus mencari jawaban untuk itu. Dan baru menemukan
?kebenarannya ketika Nona Estravados bermain-main dengan sebuah balon yang
meletus dan berteriak bahwa yang dia temukan di kamar kakeknya pastilah potongan
balon yang meletus. Anda lihat sekarang bagaimana segalanya saling berkait dengan sesuai" Pergumulan
yang mustahil, yang penting untuk menentukan waktu kematian yang keliru. Pintu
yang terkunci sehingga tidak seorangpun menemukan Tuan Lee terlalu cepat.
?Jeritan Tuan Lee. Kriminalitas itu sekarang menjadi masuk akal.
Akan tetapi sejak saat Pilar Estravados meneriakkan penemuannya tentang balon
itu dia merupakan suatu sumber yang berbahaya bagi pembunuh. Dan kalau kata-
katanya itu terdengar olehnya dari dalam rumah (kemungkinan besar ya, karena
suaranya jelas dan tinggi dan jendela-jendela terbuka), maka dia sendiri ada
dalam bahaya. Sebelumnya Pilar dengan tidak sadar telah mengejutkan dia pada
waktu membicarakan Tuan Lee tua: 'Dia tentunya sangat tampan ketika muda.' Dan
menambahkan dengan berbicara langsung kepada Sugden - 'seperti Anda.' Pilar
?memaksudkan hal itu secara harfiah dan Sugden pun tahu. Tidak heran Sugden
menjadi malu dan hampir tersedak. Hal itu sangat di luar dugaan
dan berbahaya. Dia berharap setelah itu untuk mengarahkan kecurigaan kepada
Pilar, tetapi ternyata sulit karena sebagai cucu Simeon Lee dia tidak punya
motif apa-apa untuk kriminalitas ini. Kemudian, ketika Sugden mendengar suara
Pilar dari dalam rumah yang meneriakkan pendapatnya tentang balon itu, dia
membuat keputusan yang nekat. Dia memasang perangkap tersembunyi ketika kita
sedang makan siang. Untunglah terjadi suatu keajaiban dan perangkap itu gagal...."
Hening ruangan itu. Kemudian Sugden berkata dengan tenang, "Kapan Anda yakin?"
Poirot berkata, "Saya mulai yakin setelah membawa sebuah kumis
palsu dan memasangnya di-foto Simeon Lee. Lalu_
wajah yang memandang kepadaku adalah wajahmu."
Sugden berkata, "Terkutuklah dia! Aku senang sudah melakukannya!"
BAGIAN VII 28 Desember 1 Lydia Lee berkata, "Pilar, sebaiknya kau tinggal bersama kami sampai kami bisa memutuskan sesuatu
untukmu." Pilar berkata dengan rendah hati,
"Anda sangat baik, Lydia. Anda baik sekali. Anda cepat memaafkan tanpa
menggerutu." Lydia berkata dengan tersenyum,
"Aku masih memanggilmu Pilar, walaupun aku tahu namamu bukan itu."
"Ya, namaku Gonchita Lopez."
"Nama Conchita juga manis." "
"Anda memang sangat baik, Lydia. Tetapi Anda tak perlu merasa terganggu. Saya
akan menikah dengan Stephen dan kami akan ke Afrika Selatan."
Lydia berkata sambil tersenyum,
"Wah, itu membuat lancar segalanya."
Pilar berkata dengan malu-malu,
"Karena Anda begitu baik, Lydia, apakah kami boleh datang lagi suatu saat nanti
dan tinggal sebentar barangkali pada waktu Natal. Lalu kita makan biskuit dan?kismis bakar dan memasang
benda-benda yang gemerlapan itu di pohon dan orang-orangan salju yang kecil?"
"Tentu, engkau akan datang dan menikmati Natal Inggris yang benar-benar."
"Oh, akan indah sekali. Rasanya tahun ini Natal tidak menyenangkan sama sekali."
Lydia menarik napas. Dia berkata,
"Ya, memang Natal yang tidak menyenangkan."
2 Harry berkata, "Selamat tinggal, Alfred. Aku rasa kau tak akan terganggu olehku lagi. Aku ke
Hawai. Sudah dari dulu ingin tinggal di sana kalau punya sedikit uang."
Alfred berkata, "Selamat jalan, Harry. Aku tahu engkau akan menikmatinya Aku harap begitu."
Hary berkata dengan kaku,
"Maaf aku selalu membuatmu marah. Rasa humorku memang keterlaluan. Rasanya tidak
enak kalau tidak menjengkelkan orang."
Alfred berkata dengan terpaksa,
"Aku seharusnya belajar bercanda,"
Harry berkata dengan lega,
"Yah sampai jumpa."
? 3 Alfred berkata, "David, Lydia, dan aku telah memutuskan untuk
menjual tempat ini. Barangkali engkau ingin
menyimpan barang-barang ibu kursinya atau sandaran kakinya. Engkau anak ?kesayangannya." Dayid ragu-ragu sejenak. Kemudian dia berkata
perlahan-lahan, "Terima kasih, Alfred. Tetapi tidak usahlah. Aku tak ingin menyimpan apa-apa
dari rumah ini. Aku merasa lebih baik tidak berhubungan dengan masa
lampau." Alfred berkata, "Ya, aku mengerti. Barangkah kau benar."
4 George berkata, "Selamat tinggal, Alfred. Selamat tinggal, Lydia... Benar-benar mengerikan waktu
yang telah kita lewati. Akan ada pengadilan. Aku rasa'cerita yang memalukan itu
akan tersiar. Sugden adalah er anak ayahku. Apa tidak bisa diatur agar
? ?Sugden mengatakan bahwa dia seorang pro komunis dan membenci Ayah sebagai*
seorang kapitalis ' atau apa yang lainnya?"
?Lydia berkata, "George, apakah kau bisa membayangkan orang seperti Sugden mau berbohong untuk
tidak menyakiti perasaan kita?"
George berkata, "Er barangkali tidak. Tidak, aku mengerti maksudmu. Bagaimanapun orang itu
?memang gila. Yah selamat tinggal." Magdalene berkata,
?"Selamat tinggal. Bagaimana kalau tahun depan kita ke Riviera atau tempat lain
untuk bernatal dan benar-benar gembira?"
George berkata, "Tergantung pada bursa."
Magdalene berkata, "Sayang, jangan pelit."
5 Alfred keluar ke teras. Lydia sedang membungkuk di bak batu. Dia menegakkan
badannya ketika melihat suaminya.
Alfred berkata dengan menarik napas panjang,
"Hna mereka sudah pergi."?Lydia berkata,
"Ya alangkah senangnya."
?"BettL" Alfred berkata, "Engkau akan senang pergi dari sini." Dia bertanya,
"Apakah engkau keberatan?"
"Tidak, aku akan senang. Banyak hal menarik yang bisa kita lakukan bersama-sama.
Tinggal di sini berarti akan selalu ingat mimpi buruk itu. Syukurlah semuanya
sudah lewat!" Lydia berkata, "Syukurlah ada Hercule Poirot." "Ya. Begitu mengherankan bagaimana segala
sesuatu terjadi ketika dia menerangkan."
"Ya. Seperti kalau kau bermain teka-teki dan semua bentuk-bentuk yang aneh yang
tidak pernah terbayangkan ternyata cocok."


Pembunuhan Di Malam Natal Hercule Poirot's Christmas Karya Agatha Christie di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Alfred berkata, "Ada satu hal yang tidak cocok. Apa yang dilakukan George setelah dia menelepon.
Mengapa dia tidak menjelaskan?"
Lydia tertawa. "Engkau tak tahu" Aku tahu dari dulu. Dia melihat-lihat dokumen yang ada di
mejamu." "Oh! Tidak. Lydia, tak ada orang yang berbuat
demikian!" "Kecuali George. Dia benar-benar ingin tahu apa" Uang. Tetapi tentu saja dia
?tidak bisa mengatakan apa-apa. Kalau sudah di pengadilan barangkali mau
mengaku." Alfred berkata, "Apakah engkau membuat taman lagi?"
"Ya." "Taman apa sekarang?"
"Rasanya," kata Lydia, "Aku mencoba membuat taman firdaus. Versi baru tanpa ular
dan Adam dengan Hawa sudah setengah baya."
?Alfred berkata dengan lembut,
"Lydia, Sayang, alangkah sabarnya engkau selama bertahun-tahun ini. Engkau
sangat baik padaku."
Lydia berkata, "Alfred, aku mencintaimu...."
6 Kolonel Johnson berkala, "Tuhan mcmbcrkatikul" Lalu dia berkata, "Lihat
295 394 saja," dan akhirnya dia berkata sekali lagi, "Tuhan memberkatimu!"
Dia bersandar di kursinya dan memandang pada Poirot. Dia berkata dengan sedih.
"Anak buahku yang terbaik! Mau jadi apa polisi-polisi ini?"
Poirot berkata, "Polisi pun punya kehidupan pribadi! Sugden adalah seorang yang angkuh."
Kolonel Johnson menggelengkan kepalanya.
Untuk melegakan perasaannya dia menyepak gelondong kayu di perapian. Dia
berkata, dengan tertahan,
"Aku selalu bilang tak ada yang seperti kayu bakar."?Sambil merasakan angin di lehernya Poirot berkata pada dirinya sendiri, "Enakan
pemanasan sentral...."
Pendekar Penyebar Maut 8 Dewa Arak 44 Tawanan Datuk Sesat Sejengkal Tanah Sepercik Darah 13
^