Pencarian

Mushasi 29

Mushasi Karya Eiji Yoshikawa Bagian 29


jumlahnya makin bertambah banyak. Konon jumlah pasukan yang menyerbu Kuzunohe hingga
mencapai 60.000 prajurit. Kakak beradik Kunohe Masazane dan Kunohe Sanechika memang
mengadakan perlawanan tapi akhirnya tidak berdaya diserang pasukan dalam jumlah besar
dan menyerah. Pemberontakan selesai setelah seluruh anggota keluarga klan Kunohe
dihabisi dengan cara dipenggal.
Perang Tujuh Tahun hingga akhir hayat
Pada tahun 1592, Hideyoshi mengirim pasukan ke dinasti Joseon (sekarang dikenal sebagai
Korea). Perang ini disebut Perang Tujuh Tahun. Pada saat awalnya, pasukan Joseon dapat
mudah ditaklukkan, Hanyang (sekarang dikenal sebagai Seoul) pun berhasil dikuasai
pasukan Hideyoshi. Situasi perang bertambah buruk akibat datangnya bala bantuan dari
dinasti Ming dan perlawanan pasukan relawan dari berbagai daerah di Joseon, sehingga
harus dibuat gencatan senjata.
Pada tahun 1593 lahir seorang anak laki-laki yang dinamakan Toyotomi Hideyori dari
istri muda Hideyoshi yang bernama Yodo dono. Dua tahun kemudian (1595), keponakan
Hideyoshi yang bernama Toyotomi Hidetsugu diperintahkan untuk melakukan seppuku dengan
alasan perbuatan Hidetsugu sudah tidak terkendali sampai-sampai mendapat julukan
"Kampaku haus darah." Penasehat Hidetsugu dan pengikut setia Hideyoshi seperti Maeno
Nagayasu juga dianggap terlibat sehingga diperintahkan melakukan seppuku. Seluruh
anggota keluarga Hidetsugu seperti istri dan anak-anaknya juga dihukum mati. Ada
berbagai pendapat yang meragukan perbuatan perbuatan yang di luar batas yang dilakukan
Hidetsugu. Pendapat lain mengatakan Hidetsugu dianggap tidak dibutuhkan lagi karena
kelahiran Toyotomi Hideyori yang merupakan anak sah dari Yodo dono sekaligus pewaris
klan Hideyoshi. Kegagalan perundingan damai menyebabkan Hideyoshi kembali menginvasi Joseon untuk yang
kedua kali pada tahun 1597. Di tengah kemelut invasi ke Joseon, Hideyoshi yang
menderita kanker perut merasa umurnya tidak akan lama lagi. Pada tanggal 18 Agustus
1598, Hideyoshi memanggil lima pembantu seniornya dan menunjuk Tokugawa Ieyasu dan
Toyotomi Hideyori sebagai pelaksana tugas sehari-hari, sedangkan Maeda Toshiie ditunjuk
sebagai pendamping Hideyori yang masih kecil. Hideyoshi lalu tutup usia di Istana
Fushimi di usia 62 tahun.
Invasi ke Joseon berakhir setelah wafatnya Hideyoshi. Perang ini menyebabkan kerugian
besar pada tentara rakyat Joseon dan kerusakan besar-besaran wilayah Joseon. Kerugian
besar juga dialami pasukan bala bantuan dari kekaisaran dinasti Ming, tapi pihak Jepang
justru mengalami kerugian yang jauh lebih besar. Prajurit terbaik Hideyoshi banyak yang
gugur di medan laga Joseon, sehingga hubungan antara klan Hideyoshi dan para
pengikutnya menjadi retak. Salah satu agenda politik luar negeri Keshogunan Tokugawa
adalah memperbaiki hubungan buruk antara Jepang dan Joseon.
Sebelum tutup usia, Hideyoshi menulis puisi perpisahan berupa tanka yang berbunyi:
tsuyu to ochi tsuyu to kienishi wagamikana naniwa no koto wa yume no mata yume (embun
jatuhlah, embun lalu hilanglah, jalan hidupku, kisah tentang Naniwa, mimpi di dalam
mimpi). Mengenai nama keluarga Toyotomi
Nama keluarga Toyotomi diterima Hideyoshi dari kaisar Goyozei. Sebelumnya, Hideyoshi
juga pernah menggunakan nama keluarga Kinoshita dan Hashiba. Seperti lazim diketahui
orang zaman sekarang, Hideyoshi mengganti nama dari Hashiba Hideyoshi menjadi Toyotomi
Hideyoshi setelah dihadiahkan nama keluarga Toyotomi dari kaisar. Hideyoshi sebenarnya
tetap menggunakan menggunakan nama keluarga Hashiba sampai saat wafatnya, begitu juga
halnya dengan sanak keluarga Hideyoshi seperti Hidenaga dan Hidetsugu. Bushi lazim
menyebut dirinya di depan orang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dengan nama
pemberian kaisar diikuti dengan nama asli. Taira no Kagetora merupakan nama pemberian
kaisar kepada Uesugi Kenshin alias Nagao kagetora, sedangkan Minamoto no Harunobu
merupakan nama pemberian kaisar untuk Takeda Shingen alias Takeda Harunobu.
Nama "Toyotomi Hideyoshi" seperti yang sering disebut banyak orang merupakan cara
membaca nama dalam aksara kanji yang tidak benar, karena nama asli dan nama pemberian
kaisar yang dicampur aduk. Sebenarnya jika mau menyebut orang ditambah nama pemberian
kaisar, di antara nama pemberian kaisar dan nama panggilan harus ditambahkan kata "no"
yang berarti "dari klan," contohnya Taira no Kiyomori yang berarti Kiyomori dari klan
Taira. Berdasarkan aturan tersebut, nama Toyotomi Hideyoshi seharusnya dibaca sebagai
Toyotomi no Hideyoshi. Jasa-jasa Kebijakan politik Hideyoshi mengikuti kebijakan politik yang dirintis oleh Oda Nobunaga. Hideyoshi
mengatur administrasi kota dan memajukan perdagangan dengan sistem pasar bebas,
kebijakan ekspor-impor menggunakan Kapal Segel Merah, regulasi perdagangan dengan
mencetak mata uang logam. Sistem perpajakan dikelola berdasarkan survei wilayah dan
sensus yang disebut Taikokenchi dan pelarangan orang biasa memiliki Katana Katana gari.
Hideyoshi menciptakan sistem kelas dalam masyarakat yang memisahkan orang biasa
(petani, produsen, dan pedagang) dengan kelas bushi. Sistem ini dijadikan dasar sistem
pemerintahan regional yang disebut Bakuhan taisei pada zaman Keshogunan Edo. Ada juga
pendapat yang bisa dipercaya yang mengatakan pelarangan orang biasa memiliki Katana
pada masa Hideyoshi tidak berhasil diterapkan sepenuhnya.
Hideyoshi sudah sejak awal menyadari bahaya Kirishitan (sebutan pada zaman itu untuk
agama Kristen) dan mengetahui rencana terselubung para misionaris yang membantu politik
kolonialisme negara-negara Eropa di zaman penjelajahan, termasuk di antaranya
perdagangan orang Jepang sebagai budak. Hideyoshi mendapat informasi tentang peran
misionaris membantu Kerajaan Spanyol memperluas wilayah koloni dari seorang misionaris
penumpang kapal San Felipe yang mengalami kecelakaan dan hanyut ke provinsi Tosa
(Shikoku). Kebijakan Hideyoshi untuk mengatasi ancaman Kirishitan dilanjutkan oleh
pemerintah Keshogunan Edo.
Kegagalan invasi Joseon yang merupakan ambisi masa tua Hideyoshi untuk memperluas
wilayah kekuasaan berakibat pada banyaknya pengikut klan Hideyoshi yang membelot ke
kubu klan Tokugawa. Pembelotan besar-besaran pengikut setia Hideyoshi mengakibatkan
basis kekuasaan klan Hideyoshi menjadi lemah, yang nantinya menjadi sebab berakhirnya
pemerintahan Hideyoshi. Pemerintahan Organisasi pemerintahan Hideyoshi terdiri dari dewan lima menteri senior, tiga pemimpin
tingkat menengah, dan lima pelaksana pemerintahan. Pada Pertempuran Sekigahara,
pengikut Hideyoshi terbelah menjadi dua, yakni penganut paham negara militer dan
penganut paham negara sipil.
Go Tairo (dewan lima menteri senior)
Tokugawa Ieyasu kepala dewan, Maeda Toshiie, Mori Terumoto, Ukita Hideie, Kobayakawa
Takakage, dan Uesugi Kagekatsu (pengganti wafatnya Takakage)
San Churo (tiga pemimpin tingkat menengah)
Ikoma Chimasa, Nakamura Kazuuji, Horio Yoshiharu
Go Bugyo (lima pelaksana pemerintahan)
Asano Nagamasa (ketua dewan), Ishida Mitsunari, Mashita Nagamori, Natsuka Masaie, Maeda
Geni. Tujuh Satria Shizugatake Fukushima Masanori, Kato Kiyomasa, Kato Yoshiakira, Wakizaka Yasuharu, Hirano Nagayasu,
Kasuya Takenori, dan Katagiri Katsumoto.
Mantan pengikut Nobunaga Maeda Toshiie, Tamba Nagahide, Hachisuka Masakatsu, Hori Hidemasa
Ksatria berseragam kuning
Aoki Kazushige, Ito Nagazane, Inoue Michikatsu, Inoue Yoritsugu, Inoko Kazutoki, Oda
Nobutaka, Onoki Shigekatsu, Sengoku Hidehisa, Hachisuka Iemasa, Hattori Kazutada,
Hayamizu Morihisa, Maeno Tadayasu, Mikoda Masaharu, Miyoshi Fusakazu, Yamauchi
Katsutoyo, dan Wakebe Mitsuyoshi.
Penasehat militer Takenaka Shigeharu, Kuroda Yoshitaka
Anak yang dibesarkan Konishi Yukinaga Profil Toyotomi Hideyoshi adalah salah satu tokoh sejarah yang paling terkemuka di Jepang.
Dalam waktu satu tahun setelah Nobunaga tutup usia, Hideyoshi berhasil menjadi pewaris
kekuasaan Nobunga. Hideyoshi berhak menjadi pengganti Nobunaga walaupun pangkatnya pada
waktu itu masih 3 sampai 4 tingkat di bawah. Alasannya, prestasi Hideyoshi di bidang
politik dan militer dianggap sangat luar biasa dan tanpa tanding, mulai dari Insiden
Honnoji, Penarikan Pasukan dari Chugoku, Pertempuran Yamazaki, berkesempatan menghadiri
Pertemuan Kiyosu, dan bertempur gagah berani dalam Pertempuran Shizugatake.
Hideyoshi sedikit demi sedikit kehilangan keseimbangan dan anggota keluarga yang harus
mendukungnya kebanyakan justru bernasib malang. Ibunya yang bernama Omandokoro dan adik
perempuannya yang bernama Putri Asahi harus menjadi tawanan Ieyasu. Hidenaga yang
merupakan adik kandung laki-laki sekaligus pembantunya yang cerdas juga harus tutup
usia dalam usia muda. Hideyoshi pernah memerintahkan hukuman mati untuk Hidetsugu yang
masih keponakan sendiri berikut seluruh anggota keluarga.
Hideyoshi dan istri sahnya Kodaiin tidak memiliki putra yang dapat mewariskan kekuasaan
klan Hideyoshi. Hal ini berakibat fatal pada kesinambungan kekuasaan klan Hideyoshi,
karena mewariskan wilayah kekuasaan ke tangan anak kandung merupakan strategi
mempertahankan kekuasaan di zaman Sengoku. Ada pendapat lain yang mengatakan,
seandainya sebelum tutup usia Hideyoshi memiliki anak kandung yang sudah dewasa,
walaupun anak itu tidak secerdas ayahnya tapi Ieyasu mungkin tidak berkesempatan
melakukan tindakan sewenang-wenang menghancurkan klan Hideyoshi.
Di akhir hayatnya, Hideyoshi menjadi diktator bertangan besi dan tidak secemerlang
Hideyoshi di zaman Oda Nobunaga. Ada banyak pendapat yang mengatakan, walaupun pada
akhirnya klan Hideyoshi dihancurkan oleh Ieyasu, Hideyoshi sebenarnya juga bertanggung
jawab atas kehancuran klannya. Kalangan sejarawan berpendapat eksekusi Hidetsugu dan
seluruh anggota keluarga serta invasi ke Joseon merupakan keputusan paling bodoh yang
pernah dilakukan Hideyoshi.
Pada zaman Meiji hingga zaman Showa sebelum Perang Dunia II, Jepang melancarkan
propaganda "memakmurkan negara dan memperkuat militer". Pemerintah Jepang antara lain
mencoba menjadikan perjalanan hidup Toyotomi Hideyoshi dari kalangan bawah menjadi
pejabat tinggi Kampaku Dajo Daijin sebagai panutan orang banyak. Kisah perjalanan hidup
Hideyoshi kemudian ternyata banyak disukai orang. Konon ada dokumen zaman itu yang
mengganti istilah Perang tahun Bunroku dan tahun Keicho, bunroku keicho no eki")
menjadi Penaklukan Joseon dengan tujuan menakuti-nakuti musuh (pemimpin militer Joseon)
dan menunjukkan kepada dunia bahwa Jepang adalah negara yang kuat.
Di Jepang, Hideyoshi dikagumi sebagai sosok yang menyenangkan dan bersahabat, lebih
mementingkan kecerdasan dibanding kekuatan fisik dan selalu riang. Hideyoshi juga
disukai rakyat sehingga mempunyai nama panggilan Taiko-san (nama jabatan ditambah kata
"san") yang menunjukkan Hideyoshi dekat di hati rakyat. Pada zaman itu, pemimpin yang
disegani tidak pernah disebut dengan panggilan akrab karena tidak mau keselamatan
terancam. Berdasarkan perjalanan hidup masing-masing tokoh, kisah-kisah yang banyak beredar
umumnya menggambarkan Hideyoshi sebagai tokoh yang bersifat periang dan berpengetahuan
luas, berlawanan dengan Nobunaga yang genius namun bersifat dingin dan Ieyasu yang suka
berhati-hati tapi terus terang.
Hideyoshi sangat populer di berbagai daerah di Jepang. Museum Hideyoshi dibangun di
tanah kelahirannya di distrik Nakamura Nagoya. Pawai orang dengan kostum Hideyoshi, Oda
Nobunaga, dan Tokugawa Ieyasu diselenggarakan setiap tahun dalam perayaan Nagoya
Matsuri. Hideyoshi juga sangat populer di Osaka, tempat yang pernah dijadikannya markas
besar pemerintahan. Di kalangan pedagang di Osaka, Hideyoshi juga dianggap berjasa
menjadikan Osaka sebagai kota perdagangan di zaman Edo.
Sampai saat ini, cerita tentang asal-usul Hideyoshi masih diselubungi tanda tanya. Ada
pendapat yang mengatakan ayah Hideyoshi yang bernama Yaemon adalah bukan sekadar petani
biasa. Konon ayah Hideyoshi sebenarnya tergabung dalam pasukan klan Oda sebagai
prajurit Ashigaru (kelas paling bawah) yang di masa damai bekerja sebagai petani.
Hideyoshi sebelum menikah tidak mempunyai nama keluarga. Hideyoshi baru pertama kali
memakai nama keluarga dan menamakan dirinya Kinoshita Hideyoshi sesudah kawin dengan
Nene (Kodaiin). Jika memang benar dirinya seorang petani, ayah Hideyoshi seharusnya
mempunyai nama keluarga. Pada saat itu, orang yang menyebut diri sebagai petani
(biasanya memiliki tanah atau industri kecil) lazimnya menggunakan nama keluarga yang
diambil dari nama kampung tempat tinggal. Petani zaman itu memiliki nama keluarga untuk
membedakan anggota keluarganya dengan penduduk lain yang tinggal satu kampung.
Hideyoshi tidak mempunyai nama keluarga sebelum menikah, sehingga tidak tertutup
kemungkinan ayah Hideyoshi bukanlah dari kelas petani, melainkan dari kelas rakyat
jelata yang berada di bawah kelas petani.
Ada beberapa penjelasan mengapa Hideyoshi sering dipanggil monyet. Ada coret-coretan
yang bernada mengejek dibuat sewaktu Hideyoshi baru diangkat sebagai Kampaku. Konon
Hideyoshi tidak jelas asal-usul keturunannya sehingga dijadikan barang tertawaan,
"jangan-jangan Hideyoshi keturunan monyet." Alasan Hideyoshi dipanggil monyet mungkin
bukan disebabkan tampangnya yang jelek, soalnya bukti Nobunaga memanggil Hideyoshi
dengan sebutan monyet juga tidak pernah ditemukan. Hideyoshi memang pernah disebut
sebagai tikus botak dalam satu pucuk surat yang ditulis Nobunaga kepada istri Hideyoshi
(Nene), tapi sebutan ini hanya dipakai sekali dalam satu pucuk surat dan kabarnya bukan
panggilan yang selalu digunakan oleh Nobunaga.
Hideyoshi dikenal sebagai seorang yang mempunyai tangan kanan berjari enam (ibu jempol
tangan kanannya ada dua). Pada masa itu, jari yang berlebih biasanya dipotong sewaktu
masih kanak-kanak, tapi tetap dibiarkan Hideyoshi.
Hideyoshi konon sangat dibenci di Korea karena pernah melakukan invasi ke Joseon.
Kebalikannya, admiral Yi Sun-sin yang memimpin pasukan Joseon menjadi pahlawan nasional
yang disanjung-sanjung di Korea.
Silsilah Hideyoshi tidak dilahirkan dari keluarga daimyo turun temurun sehingga harus merekrut
banyak pengikut baru dalam perjalanan hidupnya menjadi orang nomor satu di Jepang.
Bekas pengikut Oda Nobunaga yang menjadi pengikut Hideyoshi antara lain: Asano Nagamasa
(bekas pesuruh Nobunaga), Horio Yoshiharu, Yamauchi Katsutoyo, Nakamura Kazuuji,
Takenaka Shigeharu, Higuchi Naofusa, Wakizaka Yasuharu, Katagiri Katsumoto, Ishida
Mitsunari, Kuroda Yoshitaka, dan Mashida Nagamori. Fukushima Masanori dan Kato Kiyomasa
sejak kecil sudah dibesarkan oleh Hideyoshi.
Pengikut Hideyoshi banyak yang menunjukkan keberanian luar biasa dalam Pertempuran
Shizugatake, misalnya: Fukushima Masanori, Kato Kiyomasa, Kato Yoshiakira, Wakizaka
Yasuharu, Hirano Nagayasu, Kasuya Takenori, dan Katagiri Katsumoto. Ada juga perbedaan
pendapat tentang nama-nama yang berhak disebut sebagai Tujuh Ksatria Shizugatake
Hideyoshi juga menyertakan beberapa bekas asisten Nobunaga seperti seperti Maeda
Toshiie, Tamba Nagahide, dan Hachisuka Masakatsu yang diwariskan kepadanya sebagai
pengikut, tapi ada juga pendapat yang mengatakan hubungan Hideyoshi dengan para bekas
asisten Nobunaga hanya sebatas sahabat.
Istri sah Hideyoshi yang bernama Kodaiin (alias Nene) menghasut para daimyo bekas anak
asuh Hideyoshi seperti Fukushima Masanori agar tidak setia kepada klan Hideyoshi.
Alasannya, Hideyori adalah anak Hideyoshi dari istri muda Yododono yang dicemburui
Kodaiin. Akibatnya, para daimyo bekas anak asuh Hideyoshi yang sudah tidak setia merasa
tidak perlu membantu klan Hideyoshi ketika terjadi Pertempuran Musim Dingin Osaka dan
Pertempuran Osaka. Klan Hideyoshi mengalami kehancuran akibat kekurangan pengikut yang setia, Ishida
Mitsunari dihukum mati karena kalah dalam Perang Sekigahara, Otani Yoshitsugu melakukan
seppuku, dan Ukita Hideie kalah perang dan diasingkan ke pulau terpencil. Ada juga
pendapat yang mengatakan Kato Yukinaga dan Asano Nagamasa secara diam-diam terus
mendukung Hideyoshi sementara klan Tokugawa pura-pura tidak mengetahui hal ini. Ada
juga pendapat yang mengatakan bahwa kesetiaan Kato Yukinaga dan Asano Nagamasa pada
klan Hideyoshi tetap tidak tergoyahkan sampai harus dibunuh dengan racun.
Lokasi makam Hideyoshi dimakamkan di gunung Amidagamine (sekarang makamnya dinamakan Houkoku-byo).
Hideyoshi setelah meninggal didewakan sebagai Toyokuni Dai Myojin di kuil Shinto
bernama Toyokuni-jinja yang terdapat di banyak tempat di Jepang. Keshogunan Tokugawa
pernah mengeluarkan perintah untuk menghancurkan semua kuil Toyokuni yang mendewakan
Hideyoshi. Pada zaman Meiji, sebagai usaha untuk memulihkan nama Hideyoshi, pemerintah
kembali mendewakan Hideyoshi secara berdampingan dengan Ieyasu di kuil Nikkotoshogu
yang terletak di Prefektur Tochigi. (Sumber : Wikipedia Indonesia)
Toyotomi Hideyori Toyotomi Hideyori (29 Agustus 1593) " (4 Juni 1615) adalah bushi zaman Tensho sampai
masa permulaan zaman Edo. Nama kecilnya Hiroimaru. Lahir dari ayah Toyotomi Hideyoshi
dan ibu Yodo dono (putri dari Azai Nagamasa). Hideyori bersama istri simpanan mempunyai
anak laki-laki bernama Toyotomi Kunimatsu dan anak perempuan bernama Putri Naa.
Perjalanan hidup Kelahiran hingga tutup usia
Hideyori lahir di Istana Osaka sewaktu sang ayah Toyotomi Hideyoshi sudah berusia 57
tahun. Dibesarkan di Istana Fushimi, Hideyori merupakan pewaris kekuasaan Toyotomi
Hideyoshi setelah Toyotomi Hidetsugu diperintahkan melakukan seppuku. Di masa tua
Hideyoshi, Hideyori dibantu sistem dewan yang terdiri dari lima menteri senior (Go
Tairo) dan lima pelaksana pemerintahan (Go Bugyo). Setelah Hideyoshi wafat di tahun
1598, Hideyori pindah ke Istana Osaka.
Setelah wafatnya Hideyoshi, salah satu dari lima menteri senior yang bernama Tokugawa
Ieyasu muncul sebagai pemimpin yang berpengaruh. Selain itu, di dalam pemerintahan
Toyotomi sendiri terjadi saling sikut, sehingga setelah wafatnya menteri senior Maeda
Toshiie dan tewasnya salah satu dari lima pelaksana pemerintahan Ishida Nishinari yang
diperintahkan seppuku, Tokugawa Ieyasu berhasil menguasai pemerintahan klan Toyotomi.
Pertempuran Sekigahara Pada tahun 1600, pecah Pertempuran Sekigahara antara pasukan Ishida Mitsunari dengan
pasukan Tokugawa Ieyasu. Hideyori menjadi panglima Pasukan Barat yang berada di bawah


Mushasi Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perlindungan Mori Terumoto (salah satu anggota dewan lima menteri senior). Pasukan
Timur dan Pasukan Barat yang dibantu pasukan pengawal pribadi Hideyori bernama Kelompok
Tujuh Tangan bertempur habis-habisan dalam perang menegakkan keadilan "demi kehormatan
Hideyori." Pasukan Hideyori akhirnya kalah dan dijadikan bawahan oleh Ieyasu.
Setelah memenangkan perang, Ieyasu bertindak seenaknya memecah wilayah kekuasaan klan
Hashiba menjadi bagian-bagian kecil. Jika sebelum perang, secara keseluruhan Hideyori
diberi 2.400.000 koku, Hideyori pasca Sekigahara hanya dijadikan daimyo yang merangkap
tiga wilayah Settsu, Kawachi, dan Izumi dengan penerimaan hanya 650.000 koku.
Pada tahun 1603, Ieyasu ditunjuk istana sebagai jenderal besar (Seitaishogun) untuk
menjalankan pemerintahan dan mulai membangun Istana Edo. Dalam prakteknya Ieyasu
melepas Hideyori dari segala kekuasaan dan wewenang. Perselisihan lalu terjadi antara
klan Hashiba dengan klan Tokugawa, tapi demi menjalankan wasiat Hideyoshi pada tahun
yang sama Hideyori dikawinkan dengan Putri Sen yang merupakan cucu Tokugawa Ieyasu
(putri shogun ke-2 Tokugawa Hidetada) dengan istrinya Oeyo (adik perempuan Yodo dono).
Setelah menikah dengan Putri Sen, Hideyori menerima jabatan Udaijin.
Ieyasu berniat mengadakan pertemuan dengan Hideyori dan mengundangnya untuk pergi ke
Kyoto, tapi Yodo dono (ibu kandung Hideyori) tidak setuju dan berkali-kali menolak
undangan ini. Ieyasu membatalkan undangan, dan sebagai gantinya mengutus putra ke-6
yang bernama Matsudaira Tadateru ke Istana Osaka. Pada tahun 1611, Hideyori akhirnya
berangkat ke Kyoto dengan perlindungan Kato Kiyomasa dan Asano Yoshinaga. Pertemuan
dengan Ieyasu kemudian dilakukan di Istana Nijo.
Menurut hasil pertemuan dengan Ieyasu, Hideyori ternyata tidak dijadikan bawahan klan
Tokugawa tapi secara resmi kedudukannya sebagai penerus garis keturunan Tokugawa tidak
berubah. Hideyori sayangnya kehilangan sang pelindung Kato Kiyomasa, Ikeda Terumasa,
dan Asano Yoshinaga yang wafat karena sakit sebelum pecah perang di Osaka.
Pertempuran Musim Dingin Osaka
Pada tahun 1614, hubungan antara Hideyori dan Ieyasu menjadi retak akibat ukiran nama
Ieyasu pada genta di kuil Hokoji yang ditulis terpisah-pisah. Ieyasu sangat marah
karena merasa dilecehkan oleh Hideyori. Ieyasu juga tidak bisa lagi mentolerir klan
Hashiba yang secara resmi merupakan penerus garis keturunan Tokugawa, tapi meminta
perlakukan khusus sehingga pecah Pertempuran Musim Dingin Osaka.
Daimyo yang mempunyai pengaruh besar seperti Fukushima Masanori dan Kato Yoshiakira
sudah diminta Hideyori agar mengirimkan pasukan untuk membantunya di Istana Osaka, tapi
ajakan ini tidak ditanggapi. Sebagai gantinya, Istana Osaka dibantu kelompok Ronin
seperti Sanada Yukimura (alias Sanada Nobushige), Goto Matabee (Goto Mototsugu) dan
Chosokabe Morichika. Pengikut Hideyori yang bernama Ono Harunaga dan Yodo dono malah
bertikai dengan kelompok Ronin. Pertikaian ini ternyata tidak pernah bisa didamaikan.
Sanada Yukimura dan kelompoknya sudah bersikeras ingin menyerbu Kyoto, tapi kelompok
Ono Harunaga dengan keras kepala menentang rencana ini, bahkan kabarnya Harunaga
memutuskan untuk bertahan saja di dalam istana yang terkepung.
Pasukan Tokugawa yang menganggap enteng penyerbuan ke Istana Osaka ternyata mendapat
kesulitan berat akibat perlawanan gagah berani pasukan para Ronin. Persedian makanan
dan amunisi yang dibawa pasukan Tokugawa juga mulai habis. Selain itu, musim dingin
juga mengakibatkan semangat tempur pasukan Tokugawa jatuh pada titik paling rendah.
Tokugawa Ieyasu lalu menawarkan perjanjian damai dengan Hideyori. Pada awalnya,
Hideyori menentang ajakan damai Ieyasu dan baru menerima perjanjian damai setelah
didorong-dorong oleh sang ibu Yodo dono.
Pertempuran Musim Panas Osaka
Perjanjian damai ternyata cuma taktik pihak Tokugawa dan tidak pernah berlaku. Pihak
Tokugawa mengabaikan perjanjian damai dan menimbun semua parit pertahanan yang ada di
Istana Osaka. Protes pihak Hideyori yang menentang penimbunan semua parit pertahanan
tidak ditanggapi oleh pihak Tokugawa. Sebaliknya, pihak Tokugawa justru meminta
Hideyori untuk mengusir semua Ronin yang telah membantunya dan bermaksud untuk
memindahkan Hideyori ke wilayah lain. Hideyori menentang usul ini, sehingga Ieyasu
kembali mengumumkan perang dan pecah Pertempuran Musim Panas Osaka. Sanada Nobushige
bermaksud menyertakan Hideyori ke dalam pertempuran untuk mempertinggi semangat
bertempur pasukan Toyotomi, tapi sayangnya rencana ini tidak terlaksana. Ada pendapat
yang mengatakan Yodo dono sangat mencintai anak kesayangannya, sehingga bersikeras
tidak mengizinkan Hideyori maju berperang.
Walaupun Hideyori tidak maju berperang, Sanada Yukimura bertempur mati-matian bagaikan
singa lapar sehingga Sanada Yukimura selalu dipuji-puji sebagai "ksatria Jepang paling
nomor satu." Pasukan Tokugawa secara berturut-turut dibuat kocar-kacir oleh pasukan
Yukimura, sampai akhirnya pasukan Sanada harus bertempur melawan pasukan inti Ieyasu.
Sanada Yukimura sebenarnya hanya tinggal satu langkah lagi dalam memenangkan
pertempuran. Sanada Yukimura berhasil mengejar Tokugawa Ieyasu dan menjepitnya, tapi
Ieyasu tidak juga berhasil dibunuh. Sanada Yukimura kemudian kelelahan dan malah tewas
terbunuh karena kehabisan tenaga. Pasukan Hideyori sedikit demi sedikit kemudian
berhasil dihancurkan oleh pasukan Ieyasu.
Musnahnya klan Hashiba (klan Toyotomi)
Pada akhirnya menara utama Istana Osaka terbakar habis. Hideyori yang lari ke bagian
luar istana yang disebut Yamazatomaru berhasil dikepung oleh pasukan Tokugawa. Sebelum
menara utama terbakar habis, Ono Harunaga bermaksud menyerahkan Putri Sen kepada
Tokugawa. Sebagai gantinya, Harunaga memohon pengampunan atas nyawa Hideyori, namun
rencana ini tidak terlaksana. Toyotomi Hideyori bersama ibundanya Yodo dono dan Ono
Harunaga melakukan bunuh diri. Hideyori tewas di usia 23 tahun.
Putra Hideyori yang bernama Toyotomi Kunimatsu juga dibunuh, sedangkan nyawa anak
perempuannya yang bernama Putri Naa mendapat pengampunan karena bersumpah untuk menjadi
bikuni. Makam Hideyori berada di distrik Higashiyama, Kyoto.
Profil Konon Hideyori mendapat pendidikan gaya Kuge (aristokrat), karya tulisnya yang masih
tersisa banyak dipuji orang. Hideyori dikabarkan berperawakan tinggi besar dibandingkan
rata-rata, tinggi badan sekitar 197 cm dengan berat badan sekitar 161 kg. Hideyori
sering dicurigai sebagai bukan anak biologis Hideyoshi karena perawakan Hideyori yang
jauh berbeda dibanding ayahnya yang berperawakan kecil dan tinggi badan 152 cm.
Muka Hideyori kabarnya dipenuhi bekas penyakit cacar. Menurut sebuah dokumen, ketika
Ieyasu melangsungkan pertemuan dengan Hideyori di Istana Nijo, Tokugawa Ieyasu merasa
takut melihat penampilan Hideyori, dan merasa gentar melihat kewibawaan yang dimiliki
Hideyori. Dokumen yang sama mencatat bahwa Ieyasu mengambil keputusan untuk
menghancurkan klan Toyotomi setelah melihat penampilan Hideyori yang begitu berwibawa.
Hubungan Hideyori dengan istrinya Putri Sen (cucu Tokugawa Ieyasu) kabarnya sangat
baik, sayangnya di antara mereka tidak dikaruniai keturunan sehingga anak dari istri
Hideyoshi yang lain dijadikan anak angkat.
Cerita simpang-siur yang mempermasalahkan ayah kandung Hideyori umumnya berkisar pada
cerita Hideyori sebagai putra kandung Ono Harunaga atau Ishida Mitsunari.
Cerita seputar tewasnya Hideyori
Jenazah Hideyori tidak pernah diidentifikasi sehingga menurut Jean Crasset dalam buku
"Histoire de l'Eglise du Japon," Hideyori mungkin tewas sewaktu Istana Osaka jatuh tapi
mungkin juga berhasil lari bersama ibunya dan dilindungi oleh daimyo di daerah
terpencil. Menurut buku harian pedagang Inggris Richard Cocks ("Diary of Richard Cocks"), Hideyori
mungkin tewas terbakar tapi mungkin juga lari ke Satsuma atau Ryukyu. (Sumber :
Wikipedia Indonesia) Oda Nobunaga Oda Nobunaga (23 Juni 1534 - 21 Juni 1582) adalah seorang daimyo Jepang yang hidup dari
zaman Sengoku hingga zaman Azuchi-Momoyama.
Lahir sebagai pewaris Oda Nobuhide, Nobunaga harus bersaing memperebutkan hak menjadi
kepala klan dengan adik kandungnya Oda Nobuyuki. Setelah menang dalam pertempuran
melawan klan Imagawa dan klan Saito, Nobunaga menjadi pengikut Ashikaga Yoshiaki dan
diangkat sebagai pejabat di Kyoto. Kekuatan penentang Nobunaga seperti klan Takeda,
klan Asakura, pendukung kuil Enryakuji, dan kuil Ishiyama Honganji dapat ditaklukkan
berkat bantuan Ashikaga Yoshiaki. Nobunaga menjalankan kebijakan pasar bebas (rakuichi
rakuza) dann melakukan survei wilayah. Nobunaga diserang pengikutnya yang bernama
Akechi Mitsuhide sehingga terpaksa melakukan bunuh diri dalam Insiden Honnoji.
Nobunaga dikenal dengan kebijakan yang dianggap kontroversial seperti penolakan
kekuasaan oleh klan yang sudah mapan, dan pengangkatan pengikut dari keluarga yang
asal-usul keturunannya tidak jelas. Nobunaga berhasil memenangkan banyak pertempuran di
zaman Sengoku berkat penggunaan senjata api model baru. Selain itu, ia ditakuti akibat
tindakannya yang sering dinilai kejam, seperti perintah membakar semua penentang yang
terkepung di kuil Enryakuji, sehingga Nobunaga mendapat julukan raja iblis.
Perjalanan hidup Masa muda Nobunaga dilahirkan di Istana Shobata pada tahun 1534 sebagai putra ketiga Oda
Nobuhide, seorang daimyo zaman Sengoku dari Provinsi Owari. Kisah lain mengatakan
Nobunaga dilahirkan di Istana Nagoya. Ibunya bernama Dota Gozen (Tsuchida Gozen) yang
merupakan istri sah Nobuhide, sehingga Nobunaga berhak menjadi pewaris kekuasaan sang
ayah. Nobunaga diangkat menjadi penguasa Istana Nagoya sewaktu masih berusia 2 tahun. Sejak
kecil hingga remaja, Nobunaga dikenal sering berkelakuan aneh sehingga mendapat julukan
"si bodoh dari Owari" dari orang-orang di sekelilingnya. Nama julukan ini diketahui
dari catatan tentang Nobunaga yang tertarik pada senapan yang tertulis dalam sejarah
masuknya senjata api ke Jepang melalui kota pelabuhan Tanegashima.
Nobunaga sejak masih muda memperlihatkan sifat genius dan tindakan gagah berani.
Tindakan yang sangat mengejutkan sang ayah juga sering dilakukan oleh Nobunaga, seperti
menggunakan api untuk melepas sekelompok kuda di Istana Kiyosu. Ketika masih merupakan
pewaris kekuasaan ayahnya, Nobunaga dari luar terlihat sangat melindungi para
pengikutnya. Di sisi lain, Nobunaga sangat berhati-hati terhadap para pengikut walaupun
tidak diperlihatkan secara terang-terangan.
Pada waktu Toda Yasumitsu dari Mikawa membelot dari klan Imagawa ke klan Oda,
Matsudaira Takechiyo berhasil diselamatkan dari penyanderaan pihak musuh. Nobunaga
sering melewatkan masa kecil bersama Matsudaira Takechiyo (nantinya dikenal sebagai
Tokugawa Ieyasu) sehingga keduanya menjalin persahabatan yang erat.
Pada tahun 1546, Nobunaga menyebut dirinya sebagai Oda Kazusanosuke (Oda Nobunaga)
setelah diresmikan sebagai orang dewasa pada usia 13 tahun di Istana Furuwatari.
Nobunaga mewarisi jabatan kepala klan (katoku) setelah Oda Nobuhide tutup usia. Pada
upacara pemakaman ayahnya, Nobunaga melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dengan
melemparkan abu dupa ke altar. Ada pendapat yang mengatakan cerita ini merupakan hasil
karangan orang beberapa tahun kemudian.
Pada tahun 1553, Hirate Masahide, sesepuh klan Oda melakukan seppuku sebagai bentuk
protesnya terhadap kelakuan Nobunaga. Kematian Masahide sangat disesali Nobunaga yang
lalu meminta bantuan pendeta bernama Takugen untuk membuka gunung dan mendirikan tempat
beristirahat arwah Hirate Masahide. Kuil ini kemudian diberi nama kuil Masahide.
Pada tahun 1548, Nobunaga mulai memimpin pasukan sebagai pengganti sang ayah.
Pertempuran sengit melawan musuh lama Saito Dosan dari pPvinsi Mino akhirnya bisa
diselesaikan secara damai. Nobunaga kemudian menikah dengan putri Saito Dosan yang
bernama Nohime. Pertemuan Nobunaga dengan bapak mertua Saito Dosan dilakukan di kuil Shotoku yang
terletak di Gunung Koya. Ada cerita yang mengatakan dalam pertemuan ini kualitas
kepemimpinan yang sebenarnya dari Oda Nobunaga mulai terlihat dan reputasi Nobunaga
sebagai anak bodoh mulai terhapus.
Pada bulan April 1556, sang bapak mertua Saito Dosan tewas akibat kalah bertempur
dengan putra pewarisnya sendiri Saito Yoshitatsu. Pasukan Dosan sebetulnya sudah
dibantu pasukan yang dikirim Nobunaga, tapi konon sudah terlambat untuk dapat menolong
Saito Dosan. Klan Oda dan Perselisihan Keluarga
Pada tanggal 24 Agustus 1556, Nobunaga memadamkan pemberontakan yang dipimpin adik
kandungnya sendiri Oda Nobuyuki, Hayashi Hidesada, Hayashi Michitomo, dan Shibata
Katsuie dalam Pertempuran Ino. Oda Nobuyuki terkurung di dalam Istana Suemori yang
dikepung pasukan Nobunaga. Sang ibu (Dota Gozen) datang untuk menengahi pertempuran di
antara kedua putranya, dan Nobunaga dimintanya untuk mengampuni Nobuyuki.
Pada tahun berikutnya (1557), Nobuyuki kembali menyusun rencana pemberontakan. Nobunaga
yang mendengar rencana ini dari laporan rahasia Shibata Katsuie berpura-pura sakit dan
menjebak Nobuyuki untuk datang menjenguknya ke Istana Kiyosu. Nobuyuki dihabisi sewaktu
datang ke Istana Kiyosu. Pada saat itu, Shiba Yoshimune dari klan Shiba menduduki jabatan kanrei. Kekuatan klan
Shiba sebagai penjaga Provinsi Owari sebenarnya sudah mulai melemah, sehingga klan
Imagawa dari Provinsi Suruga, klan Mizuno dan klan Matsudaira dari Provinsi Mikawa
bermaksud menyerang Provinsi Owari.
Sementara itu, perselisihan terjadi di dalam klan Oda yang terdiri dari banyak keluarga
dan faksi. Klan Oda mengabdi selama tiga generasi untuk keluarga Oda Yamato-no-kami.
Oda Nobutomo memimpin keluarga Oda Yamato-no-kami yang menjabat shugodai untuk distrik
Shimoyon, Provinsi Owari. Nobunaga bukan merupakan garis keturunan utama klan Oda,
sehingga Oda Nobutomo berniat menghabisi keluarga Nobunaga yang dianggap sebagai
ancaman. Pada saat itu, Oda Nobutomo menjadikan penjaga Provinsi Owari yang bernama Shiba
Yoshimune sebagai boneka untuk mempertahankan kekuasaan. Walaupun hal ini lazim
dilakukan shugodai pada zaman itu, Yoshimune tidak menyukai perlakuan Nobutomo sehingga
hubungan di antara keduanya menjadi tegang. Di tengah panasnya hubungan dengan
Yoshimune, Nobutomo menyusun rencana pembunuhan atas Nobunaga. Rencana pembunuhan ini
dibocorkan Yoshimune kepada Nobunaga, sehingga ada alasan untuk menyerang Nobutomo.
Setelah tahu rencananya pembunuhan yang disusunnya terbongkar, Nobutomo sangat marah
terhadap Yoshimune. Ketika sedang menangkap ikan di sungai ditemani pengawalnya, putra
Yoshimune yang bernama Shiba Yoshikane dibunuh oleh Nobutomo. Anggota keluarga
Yoshikane (seperti adik Yoshikane yang kemudian dikenal sebagai Mori Hideyori dan
Tsugawa Yoshifuyu) meminta pertolongan Nobunaga untuk melarikan diri ke tempat yang
jauh. Peristiwa pembunuhan Shiba Yoshikane merupakan kesempatan bagi Nobunaga untuk memburu
dan membunuh komplotan pembunuh Yoshikane dari keluarga Oda Kiyosu yang sudah lama
merupakan ganjalan bagi Nobunaga. Oda Nobutomo berhasil dihabisi paman Nobunaga yang
bernama Oda Nobumitsu (penguasa Istana Mamoriyama). Dengan tewasnya Nobutomo, Nobunaga
berhasil menamatkan sejarah keluarga Oda Kiyosu yang merupakan garis keturunan utama
klan Oda, sehingga keluarga Oda Nobunaga yang bukan berasal dari garis keturunan utama
bisa menjadi pemimpin klan.
Nobunaga menaklukkan penguasa Istana Inuyama bernama Oda Nobukiyo yang sebenarnya masih
satu keluarga. Setelah itu, Nobunaga menyingkirkan Oda Nobuyasu yang merupakan garis
utama keturunan klan Oda sekaligus penguasa distrik Shimoyon. Oda Nobuyasu adalah
anggota keluarga Oda Kiyosu yang menjadi musuh besar Nobunaga. Nobunaga berhasil
mengalahkan Oda Nobuyasu, dan mengusirnya dalam Pertempuran Ukino. Pada tahun 1559,
keluarga Nobunaga berhasil memegang kendali kekuasaan Provinsi Owari.
Pengusiran Klan Shiba Kesempatan tewasnya Shiba Yoshikane yang merupakan boneka klan Oda digunakan Nobunaga
untuk berdamai dengan para daimyo di wilayah tetangga. Nobunaga berhasil menjalin
persekutuan dengan klan Shiba, klan Kira (penjaga wilayah Mikawa) dan klan Imagawa
(penjaga wilayah Suruga).
Keadaan berlangsung tenang selama beberapa waktu sampai terbongkarnya rencana komplotan
pembunuh Nobunaga. Komplotan terdiri dari klan Ishibashi yang masih keluarga dengan
Shiba Yoshikane (pemimpin klan Shiba), dan klan Kira yang masih ada hubungan keluarga
dengan klan Ashikaga. Keluarga shogun Ashikaga masih merupakan garis utama keturunan
klan Shiba. sewaktu diusir ke Kyoto, Yoshikane pernah meminta perlindungan keluarga
Ashikaga. Setelah menghabisi klan Shiba dan keluarga Oda Kiyosu, kekuasaan Provinsi
Owari akhirnya benar-benar berada di tangan Nobunaga.
Pertempuran Okehazama Pada tahun berikutnya (1560), penjaga wilayah Suruga yang bernama Imagawa Yoshimoto
memimpin pasukan besar-besaran yang dikabarkan terdiri dari 20.000 sampai 40.000
prajurit untuk menyerang Owari. Imagawa Yoshimoto adalah musuh Nobunaga karena masih
satu keluarga dengan klan Kira yang merupakan garis luar keturunan keluarga shogun
Ashikaga. Klan Matsudaira dari Mikawa yang berada di garis depan berhasil menaklukkan
benteng-benteng pihak Nobunaga.
Pertempuran tidak seimbang karena jumlah pasukan klan Oda hanya sedikit. Di tengah
kepanikan para pengikutnya, Nobunaga tetap tenang. Saat tengah malam, Nobunaga tibatiba bangkit menarikan tarian Kowaka-mai dan menyanyikan lagu Atsumori. Setelah puas
menari dan menyanyi, Nobunaga pergi berdoa ke kuil Atsuta-jingu dengan hanya ditemani
beberapa orang pengikutnya yang menunggang kuda. Sebagai pengalih perhatian, sejumlah
prajurit diperintahkan untuk tinggal di tempat. Sementara itu, Nobunaga memimpin
pasukan yang hanya terdiri dari 2.000 prajurit untuk menyerang pasukan Imagawa yang
sedang mabuk kemenangan. Imagawa Yoshimoto diincarnya untuk dibunuh. Pasukan Nobunaga
pasti kalah jika berhadapan langsung dengan pasukan Imagawa yang berjumlah sepuluh kali
lipat. Peristiwa ini dikenal sebagai Pertempuran Okehazama. Imagawa Yoshimoto sangat
terkejut dan tidak menduga serangan mendadak dari pihak Nobunaga. Pengawal berkuda dari
pihak Nobunaga, Hattori Koheita dan Mori Shinsuke berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto.
Setelah kehilangan pemimpin, sisa-sisa pasukan Imagawa pulang melarikan diri ke Suruga.
Kemenangan dalam Pertempuran Okehazama membuat nama Oda Nobunaga, 26 tahun, menjadi
terkenal di seluruh negeri.
Seusai Pertempuran Okehazama, klan Imagawa menjadi kehilangan kendali atas klan
Matsudaira yang melepaskan diri dari keluarga Imagawa. Pada tahun 1562 dengan
perjanjian Persekutuan Kiyosu, Nobunaga bersekutu dengan Matsudaira Motoyasu (kemudian
dikenal sebagai Tokugawa Ieyasu) dari Provinsi Mikawa. Kedua belah pihak memiliki
tujuan yang sama, yakni menghancurkan klan Imagawa.
Penaklukan Mino Penaklukan Saito Tatsuoki dari Provinsi Mino merupakan tujuan berikut Nobunaga. Pada
tahun 1564, Nobunaga bersekutu dengan Azai Nagamasa dari Omi utara untuk menjepit


Mushasi Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

posisi klan Saito. Berdasarkan perjanjian tersebut, adik perempuan Nobunaga yang
bernama Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa.
Pada tahun 1566, Nobunaga memerintahkan Kinoshita Tokichiro (Hashiba Hideyoshi) untuk
membangun Istana Sunomata yang akan digunakan sebagai batu loncatan penyerangan ke
Mino. Nobunaga berhasil menaklukkan pasukan Saito Tatsuoki berkat bantuan klan Takenaka,
Kelompok Tiga Serangkai dari Mino bagian barat (pasukan dari klan Inaba, klan Ujiie,
dan klan Ando), klan Hachisuka, klan Maeno dan klan Kanamori. Dengan ditaklukkan
Provinsi Mino pada tahun 1567, Nobunaga menjadi daimyo dua provinsi sekaligus di usia
33 tahun. Keinginan Nobunaga untuk menaklukkan seluruh Jepang dimulai dari Provinsi Mino, karena
pada saat itu menguasai Mino sama artinya dengan menguasai seluruh Jepang. Nama bekas
pusat kekuasaan klan Toki dan klan Saito di Inoguchi diganti namanya oleh Nobunaga
menjadi Gifu. Aksara kanji "Gi" untuk kota Gifu diambil dari nama Gunung Gi (Qi dalam
bahasa Tiongkok) yang merupakan tempat berdirinya Dinasti Zhou. Nobunaga konon
bermaksud menggunakan kesempatan ini sebagai titik awal pendirian dinasti Nobunaga.
Pada tahun itu juga (1567), Nobunaga mulai secara terang-terangan menunjukkan ambisinya
menguasai seluruh Jepang. Nobunaga mulai menggunakan stempel bertuliskan Tenka Fubu (di
bawah langit, menguasai dengan kekuatan bersenjata) atau penguasaan seluruh Jepang
dengan kekuatan bersenjata.
Pada saat itu, Provinsi Kai dan Shinano yang bertetangga dengan Mino dikuasai daimyo
Takeda Shingen. Nobunaga berusaha memperlihatkan sikap bersahabat dengan Shingen,
antara lain berusaha mengawinkan Oda Nobutada, putra pewarisnya dengan anggota keluarga
Takeda Shingen. Bertugas di Kyoto Pada masa sebelum tahun 1565, klan Miyoshi adalah bawahan (shitsuji) dari klan Hosokawa
yang secara turun temurun telah menjabat kanrei di wilayah Kinai. Kelompok Tiga
Serangkai Miyoshi dan Matsunaga Hisahide adalah samurai berpengaruh dari klan Miyoshi
yang mengabdi kepada shogun ke-14 Ashikaga Yoshihide yang merupakan boneka klan
Miyoshi. Sewaktu sedang memperkuat pemerintah keshogunan, Ashikaga Yoshiteru (shogun ke-13)
berselisih dengan klan Miyoshi sehingga dibunuh Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi dan
Matsunaga Hisahide. Selain itu, adik Ashikaga Yoshiteru yang bernama Ashikaga Yoshiaki
juga menjadi incaran, sehingga melarikan diri ke Provinsi Echizen yang dikuasai klan
Asakura. Pada saat itu, penguasa Echizen yang bernama Asakura Yoshikage ternyata tidak
memperlihatkan sikap mau memburu klan Miyoshi.
Pada bulan Juli 1568, Yoshiaki dengan mengabaikan rasa takutnya, mendekati Nobunaga
yang sudah menjadi penguasa Mino. Pada bulan September tahun yang sama, permintaan
bantuan Ashikaga Yoshiaki disambut Nobunaga yang kebetulan mempunyai ambisi untuk
menguasai Jepang. Nobunaga menerima Ashikaga Yoshiaki sebagai shogun ke-15 yang
kemudian memuluskan rencananya untuk menguasai Kyoto.
Usaha Nobunaga untuk menaklukkan Kyoto dihentikan di Provinsi Omi oleh klan Rokkaku.
Pimpinan klan Rokkaku yang bernama Rokkaku Yoshikata tidak mengakui Yoshiaki sebagai
shogun. Serangan mendadak dilakukan Nobunaga, dan seluruh anggota klan Rokkaku terusir.
Penguasa Kyoto yang terdiri dari Miyoshi Yoshitsugu dan Mastunaga Hisahide juga
ditaklukkan Nobunaga. Ambisi Nobunaga menguasai Kyoto tercapai setelah Kelompok Tiga
Serangkai Miyoshi melarikan diri ke Provinsi Awa.
Berkat bantuan Nobunaga, Ashikaga Yoshiaki diangkat sebagai shogun ke-15 Keshogunan
Ashikaga. Nobunaga membatasi kekuasaan shogun agar bisa memerintah seluruh negeri
sesuai kemauannya sendiri. Pemimpin militer daerah seperti Uesugi Kenshin juga mematuhi
kekuasaan keshogunan yang dikendalikan Nobunaga.
Nobunaga memaksa Yoshiaki untuk mematuhi Lima Pasal Peraturan Kediaman Keshogunan
(denchu okite gokaju) yang membuat shogun Yoshiaki sebagai boneka Nobunaga. Secara
diam-diam, Ashikaga Yoshiaki membentuk koalisi anti Nobunaga dibantu daimyo penentang
Nobunaga. Dalam usaha menaklukkan Kyoto, Nobunaga memberi dana pengeluaran militer sebanyak
20.000 kan kepada kota Sakai dengan permintaan agar tunduk kepada Nobunaga. Perkumpulan
pedagang kota Sakai (Sakai Egoshu) menentang Nobunaga dengan bantuanKelompok Tiga
Serangkai Miyoshi. Pada tahun 1569, kota Sakai menyerah setelah diserang pasukan
Nobunaga. Mulai sekitar tahun 1567, Nobunaga berusaha menaklukkan Provinsi Ise. Provinsi Ise
dikuasai Nobunaga berkat bantuan kedua putranya yang dikawinkan dengan anggota keluarga
klan yang berpengaruh di Ise. Pada tahun 1568, Nobunaga memaksa klan Kambe untuk
menyerah dengan imbalan Oda Nobutaka dijadikan penerus keturunan klan Kambe. Pada tahun
1569, Nobunaga menundukkan klan Kitabatake yang menguasai Provinsi Ise. Putra kedua
Nobunaga yang bernama Oda Nobuo (Oda Nobukatsu) dijadikan sebagai penerus keturunan
Kitabatake. Koalisi anti-Nobunaga Pada bulan April 1570, Nobunaga bersama Tokugawa Ieyasu memimpin pasukan untuk
menyerang Asakura Yoshikage di Provinsi Echizen. Istana milik Asakura satu demi satu
berhasil ditaklukkan pasukan gabungan Oda-Tokugawa. Pasukan sedang dalam iring-iringan
menuju Kanegasaki ketika secara tiba-tiba Azai Nagamasa (sekutu Nobunaga dari Omi
utara) berkhianat dan menyerang pasukan Oda-Tokugawa dari belakang. Nobunaga sudah
dalam posisi terjepit ketika Kinoshita Hideyoshi meminta diberi kesempatan bertempur di
bagian paling belakang dibantu Tokugawa Ieyasu agar Nobunaga mempunyai kesempatan untuk
kabur. Pada akhirnya, Nobunaga bisa kembali ke Kyoto. Peristiwa tersebut dikenal
sebagai Jalan Lolos Kanegasaki (Kanegasaki Nukiguchi).
Sementara itu, Ashikaga Yoshiaki yang sedang membangun kembali Keshogunan Muromachi,
secara diam-diam mengumpulkan kekuatan anti-Nobunaga. Koalisi anti-Nobunaga yang
dipimpinnya terdiri dari daimyo seperti Takeda Shingen, Asakura Yoshikage, Azai
Nagamasa, Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi, dan kekuatan bersenjata kuil Buddha dan
Shinto seperti Ishiyama Honganji dan Enryakuji. Kekuatan yang dipaksa tunduk kepada
Nobunaga seperti Miyoshi Yoshitsugu dan Matsunaga Hisahide juga dipanggil untuk
bergabung. Pada bulan Juni 1570, pasukan Tokugawa Ieyasu bersama pasukan Nobunaga terlibat
pertempuran dengan pasukan gabungan Azai-Asakura yang anti-Nobunaga. Pertempuran
terjadi di tepi sungai Anegawa (Provinsi Omi) yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran
Sungai Anegawa. Pertempuran berlangsung sengit dengan kerugian besar di kedua belah pihak. Pihak Azai
dengan Isono Kazumasa di garis depan sudah kehilangan 13 lapis pasukan dari 15 lapis
pasukan yang ada. Tokugawa Ieyasu yang berhadapan dengan Kelompok Tiga Serangkai dari
Mino juga terlibat pertempuran sengit. Pada akhirnya, pasukan Nobunaga berhasil
mengalahkan pasukan gabungan Azai-Asakura. Pada pertempuran berikutnya di Sakamoto
(Omi), pasukan Nobunaga menderita kekalahan pahit dari pasukan gabungan kuil EnryakujiAsakura-Azai. Mori Yoshinari dan adik Nobunaga yang bernama Oda Nobuharu tewas
terbunuh. Pada bulan September 1571, Nobunaga mengeluarkan perintah untuk membakar kuil Enryakuji
yang memakan korban tewas sebanyak 4.000 orang. Korban tewas sebagian besar terdiri
dari wanita dan anak-anak, termasuk pendeta kepala Enryakuji yang ikut tewas terbunuh.
Takeda Shingen dalam pernyataan yang mengecam keras tindakan Nobunaga mengatakan
Nobunaga sudah berubah menjadi Raja Iblis. Bangsawan bernama Yamashina Toki dalam
pernyataan yang menyesalkan tindakan Nobunaga mengatakan (Nobunaga) sudah menghancurkan
ajaran agama Buddha. Pada tahun 1572, Takeda Shingen dari Provinsi Kai memutuskan untuk menyerang Kyoto
sebagai jawaban atas permintaan bantuan Ashikaga Yoshiaki. Pasukan berjumlah 27.000
prajurit yang dipimpin Shingen berhasil menaklukkan wilayah kekuasaan keluarga
Tokugawa. Ketika mendengar kabar penyerangan Takeda Shingen, Nobunaga sedang berperang
melawanAzai Nagamasa dan Asakura Yoshikage di Omi utara. Nobunaga segera kembali ke
Gifu setelah pimpinan pasukan diserahkan kepada Kinoshita Hideyoshi. Nobunaga mengirim
pasukan untuk membantu Tokugawa Ieyasu, tapi jumlahnya tidak cukup. Pasukan Takeda
Shingen tidak mungkin ditundukkan pasukan bantuan Nobunaga yang hanya terdiri dari
3.000 prajurit. Pada akhirnya, pasukan gabungan Oda-Tokugawa dikalahkan pasukan Takeda
dalam Pertempuran Mikatagahara. Selanjutnya, pasukan Takeda terus memperkuat posisi di
wilayah kekuasaan Tokugawa.
Pada musim dingin 1572, Asakura Yoshikage secara tiba-tiba memutuskan persekutuannya
dengan Takeda Shingen. Keadaan ini menguntungkan pihak Nobunaga. Pasukan Nobunaga yang
dipusatkan di Omi utara bisa ditarik mundur. Dengan tambahan pasukan yang baru kembali
dari Omi utara, kekuatan pasukan gabungan Oda-Tokugawa berada jauh di atas pasukan
Takeda. Pasukan Takeda yang menghadapi pasukan gabungan Nobunaga hanya dapat maju
pelan-pelan. Takeda Shingen mengirimkan surat kepada Yoshikage sambil terus bergerak
maju sedikit demi sedikit di dalam wilayah Tokugawa. Pada bulan Mei 1573, Shingen tutup
usia karena sakit sebelum ambisinya menguasai Kyoto tercapai. Setelah membubarkan diri,
Pasukan Takeda pulang ke Provinsi Kai, dan sekaligus menandai tamatnya koalisi antiNobunaga.
Pada bulan Juli 1573, pasukan Nobunaga terlibat dua kali bentrokan bersenjata dengan
pasukan Ashikaga. Keshogunan Muromachi runtuh setelah diusirnya shogun Ashikaga
Yoshiaki dari Kyoto. Selanjutnya, pada bulan Agustus, Nobunaga berhasil menghancurkan
pasukan Asakura Yoshikage dalam Pertempuran Ichijodani. Pada bulan berikutnya
(September 1573), Azai Nagamasa tewas akibat penyerangan pasukan Nobunaga. Dalam
peristiwa ini, adik perempuan Nobunaga yang bernama Oichi yang diperistri Azai Nagamasa
berhasil diselamatkan, namun Kelompok Tiga Serangkai Miyoshi tewas terbunuh.
Pada bulan November 1573, Miyoshi Yoshitsugu dari Kawachi dipaksa pasukan Sakuma
Nobumori untuk melakukan bunuh diri. Matsunaga Hisahide juga dipaksa menyerah. Tidak
sampai setengah tahun setelah wafatnya Takeda Shingen, para daimyo yang menjadi anggota
koalisi anti-Nobunaga tewas.
Penghancuran kelompok Ikko
Pada tahun 1574, kelompok Ikko Ise Nagashima dikepung pasukan Nobunaga dari darat dan
laut hingga tidak berdaya akibat terputusnya jalur perbekalan. Pertempuran berlangsung
sengit, dan Nobunaga sudah menderita luka-luka tembak. Namun akhirnya kelompok Ikko
menanggapi peringatan untuk menyerah. Nobunaga berpura-pura memberi izin kepada
kelompok Ikki untuk menyerahkan diri. Ketika sedang berkumpul untuk menyerahkan diri,
kelompok Ikki mendadak diserang. Semua pengikut kelompok Ikki yang sudah menyerah
dibakar hidup-hidup, sejumlah 20.000 orang tewas.
Sebagian besar anggota kelompok Ikki adalah orang tua, wanita dan anak-anak yang tidak
pernah ikut berperang. Penjelasan yang dapat dipercaya mengatakan Nobunaga melakukan
pembunuhan massal sebagai balasan atas kerugian besar yang diderita Nobunaga dalam
pertempuran dengan kelompok Ikki Nagashima. Pengikut terpercaya dan anggota keluarga
Nobunaga tewas dalam jumlah besar, sehingga Nobunaga dendam terhadap kelompok Ikki.
Kelompok Ikko Nagashima habis diberantas dengan pembunuhan massal yang dilakukan
Nobunaga. Pertempuran Nagashino Pada tahun 1575, pewaris kekuasaan Takeda Shingen yang bernama Takeda Katsuyori
menjadikan menantu Ieyasu (Okudaira Nobumasa) sebagai sasaran balas dendam terhadap
Ieyasu. Istana Nagashino yang dijadikan tempat kediaman Nobumasa diserang pasukan
Takeda Katsuyori yang terdiri dari 15.000 prajurit.
Permintaan bantuan dari Ieyasu untuk membantu Okudaira Nobumasa mendapat jawaban dari
Nobunaga. Pasukan Takeda yang hanya terdiri dari 15.000 prajurit dihancurkan pasukan
gabungan Oda-Tokugawa yang terdiri dari 30.000 prajurit Oda dan 5.000 prajurit
Tokugawa. Peristiwa ini dikenal sebagai Pertempuran Nagashino. Di dalam pertempuran
ini, korban tewas di pihak pasukan Takeda dikabarkan mencapai lebih dari 10.000
prajurit. Nobunaga dikabarkan memakai strategi berperang yang membagi pasukan senapan menjadi
tiga lapis prajurit. Strategi ini digunakan untuk menghindari kemungkinan prajurit
tewas sewaktu mengisi peluru. Setelah prajurit lapis pertama selesai menembak dan
berjongkok untuk mengisi peluru, prajurit lapis kedua mendapat giliran untuk menembak,
dan seterusnya. Nobunaga memuji Okudaira Nobumasa dalam Pertempuran Nagashino. Istana
Nagashino dipertahankan Nobumasa melawan pasukan Takeda yang jumlahnya lebih banyak.
Pada tahun yang sama (1575), Nobunaga menunjuk Shibata Katsuie sebagai panglima
gabungan untuk menyerang pasukan Ikko Ikki yang terbentuk setelah hancurnya klan
Asakura. Pasukan Ikko Ikki dibantai pasukan Katsuie yang dikirim ke Echizen. Korban
tewas akibat pasukan Katsuie dikabarkan mencapai puluhan ribu orang yang tidak
membedakan usia dan jenis kelamin.
Atas kejadian tersebut, pengikut Nobunaga yang bernama Murai Sadakatsu menulis surat
tentang peristiwa mengerikan di Echizen Fuchu yang penuh mayat bergelimpangan sampai
kelihatan tiada tempat kosong. Dalam tulisannya yang masih tersisa dalam bentuk
litografi, Maeda Toshiie yang pada waktu itu merupakan bawahan Nobunaga juga menulis
tentang sekitar 1.000 tawanan yang disalib, direbus, atau dibakar hidup-hidup.
Pembangunan Istana Azuchi
Pada tahun 1576, Nobunaga
Provinsi Omi. Pembangunan
dari 5 lantai dan 7 lapis
yang dikirimkan ke negeri
sebagai istana mewah yang
memulai pembangunan Istana Azuchi di pinggir Danau Biwa,
dikabarkan selesai tahun 1579. Istana Azuchi konon terdiri
atap, dengan atrium di bagian dalam menara utama. Dalam surat
asalnya, seorang misionaris Yesuit memuji Istana Azuchi
di Eropa saja tidak ada. Nobunaga pindah ke Istana Azuchi yang baru selesai dibangun, sedangkan Istana Gifu
diwariskan kepada putra pewaris, Oda Nobutada. Istana Azuchi dijadikan pusat kekuasaan
Oda Nobunaga yang sedang berusaha mempersatukan Jepang.
Pada tahun 1576, Nobunaga menyerang kuil Ishiyama Honganji. Pasukan Nobunaga yang
terdiri dari 3.000 prajurit sempat terdesak, tapi akhirnya pihak musuh yang terdiri
dari 15.000 prajurit dikalahkan dalam Pertempuran Tennoji.
Para pendeta kuil Ishiyama sudah dikepung oleh pasukan Nobunaga. Pertempuran laut pecah
di muara Sungai Kizu yang disebut Pertempuran Sungai Kizu antara pasukan Nobunaga
melawan kapal-kapal angkatan laut Mori. Pada waktu itu, angkatan laut Mori yang berada
di pihak pendeta kuil Ishiyama sedang mengangkut perbekalan menuju kuil Ishiyama.
Kapal-kapal Nobunaga ditenggelamkan dengan serangan api oleh angkatan laut Mori.
Akibatnya, pasukan Nobunaga yang mengepung kuil Ishiyama terpaksa ditarik mundur.
Selanjutnya, Kuki Yoshitaka diperintahkan Nobunaga untuk membuat kapal dari plat besi
baja yang tidak mudah terbakar saat terjadi pertempuran. Kapal-kapal Nobunaga
menghancurkan angkatan laut Mori saat pecah pertempuran laut yang kedua kali pada tahun
1578. Peran panglima daerah Ketika Nobunaga menyerang Ise pada tahun 1577, pasukan Suzuki Magoichi memaksa kelompok
Saikashu untuk menyerah. Pada tahun yang sama, panglima Nobunaga yang bernama Hashiba
Hideyoshi memulai serbuan ke daerah Chugoku. Keberhasilan Nobunaga adalah berkat jasa
panglima militer yang tersebar di berbagai daerah:
" Shibata Katsuie (panglima daerah Hokuriku)
" Oda Nobutada (panglima daerah Tokai) dan pasukan Takigawa Kazumasa
" Akechi Mitsuhide (panglima daerah Kinai)
" Hashiba Hideyoshi (panglima daerah Chugoku)
" Niwa Nagahide (panglima daerah Shikoku), Oda Nobutaka
" Sakuma Nobumori (panglima khusus masalah kuil Honga
nji). Nobunaga pernah berhubungan baik dengan Uesugi Kenshin, tapi akhirnya harus berselisih
soal hak penguasaan daerah seperti Noto (sekarang daerah semenanjung Prefektur
Ishikawa). Pertempuran Sungai Tetori pecah akibat pertentangan antara Nobunaga dan
Kenshin. Pasukan Shibata Katsuie dapat ditaklukkan dengan mudah oleh pasukan Uesugi
Kenshin yang merupakan musuh terkuat Nobunaga setelah wafatnya Takeda Shingen.
Kesempatan ini dimanfaatkan Matsunaga Hisahide untuk kembali memimpin pemberontakan di
Yamato. Nobunaga yang menyadari kekuasaannya dalam bahaya segera mengirim pasukan ke
Yamato untuk membunuh Hisahide. Pada bulan Maret 1578, Uesugi Kenshin yang sedang dalam
perjalanan menaklukkan Kyoto meninggal karena sakit.
Pada tahun 1579, pasukan Hashiba Hideyoshi berhasil menaklukkan Ukita Naoie dan
menguasai Provinsi Bizen. Hatano Hideharu dari Tamba juga dipaksa menyerah oleh pasukan
Akechi Mitsuhide. Nobunaga langsung menghukum mati Hatano Hideharu, padahal Hideharu
menyerah setelah dibujuk dengan bersusah payah oleh Mitsuhide. Peristiwa ini nantinya
menjadi sumber masalah bagi Nobunaga. Ada cerita yang mengatakan perbuatan Nobunaga
menyebabkan terbunuhnya ibu kandung Akechi Mitsuhide yang dijadikan sandera oleh pihak
Hatano Hideharu. Sementara itu, putra Nobunaga bernama Kitabatake Nobuo (Oda Nobuo) yang menjadi
penguasa Provinsi Ise dengan keputusan sendiri menyerang Provinsi Iga. Alasannya,
samurai pengikutnya sewaktu membangun Istana Dejiro diganggu para prajurit lokal.
Kekalahan besar diderita pasukan Nobuo setelah prajurit lokal dari Ise melakukan
serangan balasan. Kekalahan Nobuo diketahui Nobunaga yang memarahi habis-habisan putra
keduanya. Prajurit lokal dari Provinsi Iga kemudian dinyatakan sebagai musuh Nobunaga.
Peristiwa ini disebut Kerusuhan Iga tahun Tensho bagian pertama.
Masih di tahun yang sama (1579), pasukan Nobunaga memadamkan pemberontakan di Kinai
yang dipimpin Besso Nagaharu dan Araki Murashige. Nobunaga juga memerintahkan istri sah
dari Tokugawa Ieyasu yang bernama Tsukiyama-dono untuk melakukan seppuku. Tsukiyamadono adalah ibu dari putra pewaris Ieyasu yang bernama Tokugawa Nobuyasu. Peristiwa ini
menjadi sumber perselisihan di kalangan kelompok pengikut Tokugawa yang terbagi menjadi
kelompok pro dan kelompok anti-Nobunaga. Pada akhirnya Tokugawa Ieyasu memutuskan untuk
tidak menyelamatkan nyawa istri dan putra pewarisnya.
Pada bulan April 1580, Nobunaga berhasil berdamai dengan pihak kuil Ishiyama Honganji.
Masalah kuil Ishiyama Honganji dan pendeta Kennyo yang merupakan ganjalan bagi Nobunaga
bisa diselesaikan dengan damai berkat keputusan Kaisar Ogimachi yang menguntungkan
pihak kuil Ishiyama Honganji. Sesuai dengan syarat perdamaian, kuil Ishiyama Honganji
harus pindah dari Osaka. Pada bulan Agustus 1580, Nobunaga secara tiba-tiba mengusir
pengikutnya seperti Sakuma Nobumori, Hayashi Hidesada, Ando Morinari dan Niwa Ujikatsu.


Mushasi Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pada tahun 1581, Istana Tottori di Inaba yang dikuasai oleh Mori Terumoto dipaksa
menyerah oleh pasukan Hashiba Hideyoshi yang kemudian bergerak maju untuk menyerang
Bizen. Pada tahun yang sama, Oda Nobuo kembali memimpin pasukan sebanyak 60.000 prajurit untuk
membalas kekalahan dari prajurit lokal di Ise. Pembunuhan massal terjadi di Iga, semua
orang yang disangka ninja tewas dibantai termasuk wanita dan anak-anak kecil. Korban
tewas mencapai lebih dari 10.000 orang. Semua orang dikabarkan lenyap dari Provinsi
Iga, semua barang-barang juga lenyap dan Provinsi Iga hancur. Peristiwa ini dinamakan
Kerusuhan Iga tahun Tensho bagian kedua.
Kehancuran klan Takeda Pada bulan Maret 1582, pasukan Oda Nobutada menyerang wilayah Takeda dan secara
berturut-turut berhasil menaklukan Provinsi Shinano dan Suruga. Takeda Katsuyori
dikejar sampai Gunung Tenmoku di Provinsi Kai, dan terpaksa bunuh diri yang menandai
musnahnya klan Takeda. Setelah klan Takeda dari Kai takluk, Nobunaga memerintahkan untuk menghukum mati semua
pengikut klan Takeda beserta keluarga, dan pembantu yang dianggap akan membalas
kematian tuannya. Peristiwa ini dikenal sebagai Perburuan Takeda. Perintah Nobunaga
untuk membantai seluruh klan Takeda tidak dapat diterima Tokugawa Ieyasu dan sebagian
menteri dari pihak Nobunaga. Walaupun harus bertaruh nyawa, Ieyasu dan para menteri
menyembunyikan sisa-sisa pengikut Takeda. Seorang tokoh di zaman Edo yang bernama
Takeda Yukari merupakan keturunan dari sisa-sisa pengikut Takeda yang berhasil
diselamatkan dari pembunuhan massal.
Sementara itu, pasukan Shibata Katsuie bertempur dengan putra pewaris Uesugi Kenshin
yang bernama Uesugi Kagekatsu, tapi dipaksa mundur setelah hampir merebut Noto dan
Etchu. Pada saat yang bersamaan, pasukan yang dipimpin putra Nobunaga Kambe Nobutaka dan
menteri Niwa Nagahide sedang dalam persiapan berangkat ke Shikoku untuk menyerbu
Chosokabe Motochika. Ada pendapat yang mengatakan Akechi Mitsuhide kuatir dengan masa depan sebagai pengikut
Nobunaga karena tidak diberi bagian dalam rencana penyerbuan ke Shikoku. Mitushide
merasa nasibnya sebentar lagi mirip dengan nasib Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada
yang diusir oleh Nobunaga.
Pendapat lain mengatakan Akechi Mitsuhide merasa dirinya sudah tidak berguna, karena
tidak lagi diserahi tugas memimpin pasukan oleh Nobunaga. Mitsuhide juga merasa
dipermalukan oleh Nobunaga, karena rencana pernikahan putri salah seorang pengikutnya
yang bernama Saito Toshimitsu menjadi gagal. Pernikahan ini sebenarnya diatur oleh
Mitsuhide sesuai strategi pendekatan terhadap Chosokabe Motochika yang diperintahkan
Nobunaga. Nobunaga mengirim Takigawa Kazumasa ke Provinsi Kozuke untuk meredam kekuatan daimyo
berpenghasilan 2.400.000 koku bernama Hojo Ujimasa. Pada saat itu, Ujimasa sedang
berperang melawan Uesugi Kagekatsu dan Takeda Katsuyori. Nobunaga juga mengirim
Kawajiri Hidetaka ke Provinsi Kai dan Mori Nagayoshi ke Provinsi Shinano sebagai bagian
dari strategi untuk menekan kekuatan militer Ujimasa. Setelah dikepung panglima daerah
yang berada di pihak Nobunaga, pasukan Nobunaga tidak perlu lagi mengangkat senjata
melawan Hojo Ujimasa yang ruang geraknya sudah dibatasi.
Insiden Honnoji Pada tanggal 15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu berkunjung ke Istana Azuchi untuk mengucapkan
terima kasih kepada Nobunaga atas penambahan Suruga ke dalam wilayah kekuasaannya.
Nobunaga menugaskan Akechi Mitsuhide sebagai tuan rumah yang mengurus segala keperluan
Ieyasu selama berada di Istana Azuchi mulai tanggal 15 Mei-17 Mei 1582.
Di tengah kunjungan Ieyasu di Istana Azuchi, Nobunaga menerima utusan yang dikirim
Hashiba Hideyoshi yang meminta tambahan pasukan dari Nobunaga. Posisi Hideyoshi yang
sedang bertempur merebut Istana Takamatsu di Bitchu dalam keadaan sulit, karena jumlah
pasukan Mori berada di atas jumlah pasukan Hideyoshi.
Nobunaga menanggapi permintaan bantuan Hideyoshi. Mitsuhide dibebaskan dari tugasnya
sebagai tuan rumah bagi Ieyasu dan diperintahkan memimpin pasukan bantuan untuk
Hideyoshi. Dalam jurnal militer Akechi Mitsuhide ditulis tentang Nobunaga yang tidak
merasa puas dengan pelayanan Mitsuhide sewaktu menangani kunjungan Ieyasu. Nobunaga
menyuruh anak laki-laki peliharaannya yang bernama Mori Ranmaru untuk memukul kepala
Mitsuhide. Nobunaga berangkat ke Kyoto pada 29 Mei 1582 dengan tujuan mempersiapkan pasukan yang
dikirim untuk menyerang pasukan Mori. Nobunaga menginap di kuil Honnoji, Kyoto. Akechi
Mitsuhide yang sedang dalam perjalanan memimpin pasukan bala bantuan untuk Hideyoshi
berbalik arah, dan secara tiba-tiba muncul di Kyoto untuk menyerang kuil Honnoji. Pada
tanggal 2 Juni 1582, Nobunaga terpaksa melakukan bunuh diri, namun jasad Nobunaga
kabarnya tidak pernah ditemukan. Peristiwa ini dikenal sebagai Insiden Honnoji.
Kepribadian Nobunaga menggemari barang-barang yang berasal dari Barat. Pada tahun 1581, Nobunaga
pernah menyelenggarakan parade pasukan kavaleri dengan mengundang Kaisar Ogimachi. Pada
waktu itu, Nobunaga hadir mengenakan mantel dari kain beludru dan topi gaya Barat.
Pada masa tuanya, Nobunaga dikabarkan selalu mengenakan baju zirah ala Barat sewaktu
tampil dalam pertempuran. Nobunaga sangat tertarik pada pelayan berkulit hitam dari
misionaris Yesuit bernama Alessandro Valignano. Nobunaga lalu menjadikan pelayan
berkulit hitam yang diberi nama Yasuke sebagai penasehat pribadi.
Nobunaga konon bisa segera mengerti kegunaan dari barang-barang yang dihadiahkan
misionaris Yesuit seperti bola dunia, jam, dan peta. Pada waktu itu orang Jepang masih
belum mengetahui bumi itu bulat. Para pengikut Nobunaga walaupun sudah dijelaskan
berkali-kali tidak juga paham, tapi Nobunaga kabarnya bisa langsung mengerti dan
menganggapnya sebagai sesuatu yang masuk akal.
Nobunaga dikenal mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Nobunaga sudah menggunakan
senapan model Arquebus ketika senapan masih merupakan barang yang tidak umum. Nobunaga
terkenal dengan tindakan yang sering dinilai kejam, tapi misionaris Portugis bernama
Luis Frois menganggap Nobunaga sebagai orang biasa-biasa saja.
Nobunaga kabarnya begitu tampan sewaktu masih remaja sehingga sering disangka sebagai
wanita. Nobunaga juga punya selera fedofilia seperti lazimnya samurai zaman Sengoku.
Nobunaga punya hubungan khusus dengan banyak bocah laki-laki seperti Maeda Toshiie,
Hori Hidemasa, dan Mori Ranmaru. Tokoh terkemuka seperti Maeda Toshiie dan Hori
Hidemasa sewaktu kecil adalah peliharaan Nobunaga, sedangkan Mori Ranmaru adalah anak
laki-laki peliharaan Nobunaga yang terakhir. Nobunaga adalah pemimpin yang sangat
berkuasa, tapi dibandingkan dengan besarnya kekuasaan Nobunaga, jumlah istri yang
dimiliki sangat sedikit walaupun dikaruniai banyak keturunan.
Nobunaga benci dengan seni pertunjukan Noh tapi menyenangi Igo dan seni menyanyi dan
menari yang disebut Kowakamai. Salah satu lagu Kowakamai yang digemari Nobunaga
berjudul Atsumori, terutama lirik yang berbunyi "Ningen gojunen, keten no uchi o
kurabureba, mugen no gotoku nari, Hitotabi sei o uke, messenu mono no aribeki ka. (Umur
manusia hanya lima puluh tahun, Di dunia fana ini, Hidup ini seperti mimpi, Sekali
dilahirkan, Adakah orang yang tidak mati). Nobunaga dikabarkan sangat sering
menyanyikan lagu ini sambil menari, mungkin karena liriknya mengena di hati atau
mungkin juga cocok dengan prinsip hidupnya. Nobunaga sangat menggemari sumo sehingga
sering sekali menggelar pertandingan sumo yang dihadiri kaisar dan kalangan atas
istana. Nobunaga menyenangi seni bela diri dan beraneka macam olah raga, seperti
berenang, berburu memakai burung rajawali, menunggang kuda dan seni memanah kyudo.
Lukisan potret Lukisan potret Nobunaga disimpan di kuil Chokoji, kota Toyota, Prefektur Aichi. Lukisan
potret Nobunaga oleh pelukis Eropa yang disimpan di gudang kuil Sampoji, kota Tendo,
Prefektur Fukui ikut habis terbakar akibat serangan udara dalam Perang Dunia II,
padahal dalam lukisan potret tersebut Nobunaga digambarkan sangat mirip dengan aslinya.
Kebijakan Tenka Fubu Pada abad pertengahan, rakyat Jepang terdiri dari kelas bangsawan, kelas pendeta, dan
kelas samurai. Stempel Nobunaga bertuliskan "Tenka Fubu" (penguasaan seluruh Jepang
dengan kekuatan militer) yang sering diartikan sebagai ambisi Nobunaga untuk mendirikan
pemerintahan militer oleh kelas samurai dengan menghapus kelas bangsawan dan kelas
pendeta. Ambisi Nobunaga menghancurkan kelas pendeta terlihat dari kebijakannya
menghancurkan Pemberontakan Ikko Ikki dan Perang Ishiyama yang dilancarkan terhadap
kuil Honganji dan pendeta Kennyo. Keshogunan Muromachi yang berada dibawah kendali
Nobunaga juga mengeluarkan peraturan pertanahan di Kyoto yang menempatkan kompleks
rumah tinggal kelas bangsawan di lokasi khusus agar lebih mudah diawasi.
Kegiatan beragama Walaupun menyatakan dirinya sebagai penganut sekte Hokke, Nobunaga dinilai tidak punya
penghormatan sama sekali terhadap agama Buddha. Perintahnya dinilai kejam dalam
penyelesaian masalah Ikko Ikki dan pembantaian massal kuil Enryakuji. Nobunaga
dikabarkan menggunakan patung batu dewa pelindung anak dalam agama Buddha dan batu
nisan sebagai tembok batu di Istana Azuchi.
Pihak yang pembela Nobunaga menyangkal Nobunaga tidak religius dengan menunjuk pada
bukti langit-langit menara utama Istana Azuchi yang dipenuhi hiasan gambar para tokoh
dalam agama Buddha, Taoisme dan Konfusianisme. Pendapat lain mengatakan Nobunaga hanya
menginginkan pemerintahan militer yang sekuler. Nobunaga juga tidak pernah melarang
kegiatan beragama seperti Jodo Shinshu dan kuil Enryakuji.
Kebijakan terhadap istana
Nobunaga tidak menempati jabatan di istana setelah mengundurkan diri dari jabatan
Udaijin, bulan April 1578. Pengunduran diri Nobunaga sering dikatakan berkaitan dengan
wafatnya Uesugi Kenshin di usia 49 tahun, bulan Maret 1578.
Ada pendapat yang mengatakan Nobunaga sudah mempunyai kekuasaan yang cukup hingga tidak
lagi memerlukan bantuan dari istana, apalagi saingan Nobunaga sudah tidak ada lagi.
Musuh-musuh besar Nobunaga seperti Uesugi Kenshin, kekuatan militer dari kuil Honganji
dan klan ternama seperti klan Takeda, klan Mori dan klan Otomo semuanya sudah habis.
Di daerah Kanto, Nobunaga berusaha menjalin persekutuan dengan klan Gohojo yang
menguasai wilayah bernilai 2.400.000 koku. Pemimpin klan juga dikirimi wanita untuk
dijadikan istri. Nobunaga ikut membantu dalam soal keuangan dan turut campur dalam pengambilan keputusan
di istana. Kaisar hanya berperan sebagai boneka Nobunaga, hingga pada puncaknya
Nobunaga meminta Kaisar Ogimachi untuk mengundurkan diri. Kaisar Ogimachi adalah kaisar
yang sudah berpengalaman dan tidak mudah mengikuti setiap perkataan Nobunaga. Nobunaga
sebaliknya masih menuruti perintah kaisar setiap kali kaisar tidak sependapat dengan
Nobunaga yang ingin selalu menyerang musuh kuatnya di berbagai tempat.
Pendapat lain mengatakan pameran kekuatan Nobunaga dalam bentuk parade pasukan kavaleri
di tahun 1581 diadakan dengan tujuan mengancam Kaisar Ogimachi. Pendapat yang membela
Nobunaga mengatakan parade pasukan tidak dilakukan dengan tujuan mengancam kaisar.
Kaisar Ogimachi bermaksud berkompromi dengan Nobunaga dengan cara memberikan gelargelar seperti Seitaishogun, Dajo Daijin, dan Kampaku. Pendapat lain mengatakan ada
kemungkinan kalangan istana merupakan dalang Insiden Honnoji karena kuatir dengan
Nobunaga yang semakin bebas menjalankan politik Tenka Fubu setelah wafatnya Uesugi
Kenshin. Kebijakan perdagangan Nobunaga menjalankan politik pasar bebas (rakuichi rakuza) dalam bentuk penghapusan
sistem kartel dan pos-pos pemungutan pajak yang tidak perlu, sehingga peredaran barang
dan perekonomian berkembang dengan pesat. Nobunaga juga melakukan survei wilayah dan
memindahkan tempat kediaman pengikutnya di kota sekeliling istana.
Penghapusan sistem kartel hanya berlaku di daerah-daerah yang bisa dibebaskan dari
kartel. Distribusi barang dikuatirkan lumpuh jika sistem kartel dihapus di seluruh
daerah. Sistem kartel seperti di Kyoto tetap dipertahankan mengingat anggota kartel
berpengaruh di bidang politik.
Kebijakan kepegawaian Nobunaga lebih menghargai kemampuan daripada asal-usul keluarga. Pengikut Nobunaga yang
kemudian menjadi sukses seperti Takigawa Kazumasu dan Akechi Mitsuhide adalah bekas
ronin. Kinoshita Tokichiro juga berasal dari prajurit berjalan kaki (ashigaru). Para
menteri dari klan yang sudah mengabdi dari generasi ke generasi, seperti Sakuma
Nobumori dan Hayashi Hidesada sebaliknya justru diusir oleh Nobunaga.
Sakuma Nobumori dan Hayashi Hidesada bukannya tidak berprestasi, tapi Nobunaga lebih
menghargai hasil pekerjaan Shibata Katsuie yang merupakan pengikut sekaligus panglima
pasukan dari wilayah Hokuriku. Nobumori dan Hidesada memang pernah diizinkan untuk
terus mengikuti Nobunaga, tapi ketika mencoba berperan aktif justru dikenakan tindakan
disiplin berupa pemecatan.
Upacara minum teh yang sedang populer pada saat itu digunakan Nobunaga sebagai sarana
berpolitik dan bisnis dengan kalangan pengikutnya. Para pengikut Nobunaga juga
sebaliknya menjadi sangat menghargai tradisi upacara minum teh. Nobunaga menggunakan
perangkat minum teh berharga tinggi dari provinsi penghasil keramik terbaik sebagai
imbalan pengganti uang tunai. Takigawa Kazumasu yang memiliki wilayah Kanto kabarnya
sangat kecewa karena tidak diberi imbalan berupa perangkat minum teh Shukokonasu.
Imbalan yang diterima dari Nobunaga justru penambahan wilayah kekuasaan berupa Provinsi
Kozuke dan gelar penguasa daerah Kanto.
Kepemimpinan " Nobunaga mempunyai kemampuan untuk memimpin para pengikut yang terdiri dari kalangan
yang sudah sangat terpilih, tapi sering dikatakan tidak berusaha untuk mengerti sifat
orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pendapat lain mengatakan para pengikut sering
tidak mendapat penjelasan dari Nobunaga tentang maksud kebijakan politik yang sedang
diambil. " Nobunaga sangat mengawasi gerak-gerik para daimyo. Nobunaga sering mengirim berbagai
macam barang berharga untuk Uesugi Kenshin dan Takeda Shingen yang dianggap sebagai
ancaman terbesar dengan maksud untuk menjalin hubungan persahabatan.
Silsilah dan Pengikut Asal Usul Pendapat yang melihat hubungan antara klan Oda (disebut juga klan Taira atau klan
Fujiwara) dan kuil Shinto Tsurugi di Prefektur Fukui mengatakan asal-usul klan Oda
adalah klan Imbe (klan Imibe) yang merupakan kelas bangsawan sejak zaman kuno. Klan Oda
berasal dari Echizen tapi kemudian pindah ke Owari. Klan Asakura merupakan saingan klan
Oda. Kakek Nobunaga bernama Oda Nobusada yang merupakan penguasa Istana Furuwatari.
Pengikut " Shibata Katsuie, Takigawa Kazumasu, Niwa Nagahide, Akechi Mitsuhide, Tokugawa
Ieyasu, Hashiba Hideyoshi, Hayashi Hidesada, Sakuma Nabumori, Ikeda Tsuneoki
" Murai Sadakatsu " Menantu pria: Gamo Ujisato, Tsutsui Sadatsugu, Niwa Nagashige, Maeda Toshinaga,
Matsudaira Nobuyasu, Mizuno Tadatane, Saji Kazunari, Nijo Akizane, Marikoji Mitsufusa,
Tokudaiji Sanehisa " Hori Hidemasa, Hasegawa Hidekazu
" Anak laki-laki peliharaan: Mori Ranmaru, Mori Nagauji, Mori Nagataka
" Ksatria berbaju hitam: Sassa Narimasa, Mori Yoshikatsu, Kawajiri Hidetaka, Hacha
Yoritaka " Ksatria berbaju merah: Maeda Toshiie, Ban Naomasa, Mori Hideyori, Nonomura
Masashige, Inoko Kazutoki, Asai Shinbachiro, Ito Nagahisa, Sawaki Yoshiyuki, Kanemori
Nagachika " Pengikut lain yang berpengaruh: Kuki Yoshitaka, Hosokawa Yusai, Araki Murashige,
Ikeda Katsumasa, Matsunaga Hisahide, Tsutsui Junkei, Kelompok Tiga Serangkai dari Mino
(Inaba Yoshimichi, Ando Morinari, Ujiie Naomoto).
Lokasi makam Lokasi yang dinyatakan sebagai makam Oda Nobunaga tersebar di banyak tempat, antara
lain: " Nobunaga Kobyo di kuil Honnoji, distrik Nakagyo, Kyoto
" Oda Nobunaga Kohonbyo di kuil Rendaizan Amidaji
Batu nisan Nobunaga terletak di kuil ini. Pendeta kepala dikabarkan menguburkan Oda
Nobunaga setelah Insiden Honnoji.
" Lokasi makam di kuil Oku-no-in, Gunung Koya
Gorinto (batu nisan lima susun) Oda Nobunaga yang dilupakan orang sejak zaman Meiji
ditemukan pada tahun 1970.
" Kuil Soken-in yang terletak di dalam kompleks kuil Daitokuji, distrik Kita, Kyoto
Toyotomi Hideyoshi dikabarkan membangun kuil Soken-in untuk Oda Nobunaga di kuil ini
pada peringatan setahun meninggalnya Nobunaga. Pada waktu itu dibuat dua buah patung
kayu sebagai pengganti jenazah Oda Nobunaga yang tidak pernah ditemukan, satu buah
patung untuk dikremasi dan satu buah patung untuk disimpan di dalam kuil Soken-in.
" Oda Nobunaga Kohonbyo di situs bekas Istana Azuchi (wilayah Sannomaru).
" Makam Oda Nobunaga di kuil Zuiryuji di Gunung Takaoka, kota Takaoka, Prefektur
Toyama " Makam Oda Nobunaga di kuil Sofukuji, kota Gifu, Prefektur Gifu.
Onabe-no-kata (istri lain Nobunaga) mengirimkan barang-barang peninggalan dan papan
kayu nama almarhum (ihai) milik Nobunaga. (Sumber : Wikipedia Indonesia)
D A T A Daimyo Daimyo berasal dari kata Daimyoshu , Daimyoshu (kepala keluarga terhormat) yang berarti
orang yang memiliki pengaruh besar di suatu wilayah. Di dalam masyarakat samurai di
Jepang, istilah daimyo digunakan untuk samurai yang memiliki hak atas tanah yang luas
(tuan tanah) dan memiliki banyak bushi sebagai pengikut.
Pada zaman Muromachi, Shugoshoku adalah nama jabatan yang diberikan kepada kelas
penguasa untuk menjaga wilayah feodal yang disebut Kuni (provinsi). Penguasa yang
menjabat Shugoshoku kemudian sering disebut sebagai Shugo Daimyo. (Daimyo yang
melindungi). Di zaman Sengoku, dikenal penguasa wilayah feodal yang disebut Taishin. Selain itu
dikenal juga samurai lokal yang berperan dalam pembangunan daerah yang disebut Kokujin.
Sengoku Daimyo merupakan sebutan untuk daimyo yang menguasai lebih dari satu wilayah
kekuasaan. Pada zaman Edo, daimyo adalah sebutan untuk samurai yang menerima lebih dari 10.000


Mushasi Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

koku dari Keshogunan Edo, sedangkan samurai yang menerima kurang dari 10.000 koku
disebut Hatamoto. Daimyo zamanEdo Daimyo yang berkunjung ke istana, gambar dai buku "Sketches Japaneses Manners and
Customs" Peringkat daimyo pada zaman Edo ditentukan oleh tingkatan kebangsawanan (Kakaku),
tingkat jabatan (Kan-i), potensi kekayaan wilayah Han (Kokudaka), dan deskripsi
pekerjaan (Yakushoku). Pada zaman Edo terdapat 3 jenis daimyo:
Kamon Daimyo. Daimyo yang masih punya hubungan kerabat dengan keluarga shogun Tokugawa
Fudai Daimyo Daimyo turun temurun yang sudah setia kepada shogun Tokugawa jauh sebelum Pertempuran
Sekigahara, Tozama Pengikut Tokugawa yang menjadi setia setelah ditundukkan dalam Pertempuran Sekigahara.
Tokugawa Ieyasu memberi wewenang atas kekuasaan wilayah han Owari, Kishu, Mito untuk
ketiga orang putranya. Ieyasu juga memberi wewenang kepada masing-masing putranya untuk
menggunakan nama keluarga Tokugawa, sehingga salah satu garis keturunan putranya dapat
menggantikan garis keturunan utama Tokugawa jika mata rantai keturunan utama terputus.
Selain itu, masing-masing putra Tokugawa masih menerima tugas penting memata-matai
kegiatan para daimyo lain wilayah han tetangga.
Ieyasu menyebar anggota keluarganya ke seluruh Jepang untuk mengawasi daimyo di wilayah
han tetangga. Putra ke-9 yang bernama Tokugawa Yoshinao ditunjuk sebagai daimyo wilayah
han Owari. Putra ke-10 yang bernama Tokugawa Yorinomu ditunjuk sebagai daimyo wilayah
han Kishu, Putra ke-11 yang bernama Tokugawa Yorifusa ditunjuk sebagai daimyo wilayah
han Mito. Selain itu, Yuki Hideyasu yang merupakan kakak dari shogun generasi ke-2
Tokugawa Hidetada ditunjuk sebagai daimyo wilayah han Echizen.
Pengikut (Kashin) berasal dari keluarga yang sudah turun temurun mengabdi kepada klan
Tokugawa dijadikan Fudai Daimyo. Dalam menjalankan pemerintahan, shogun Tokugawa selalu
dikelilingi oleh Fudai Daimyo yang ditunjuk sebagai menteri senior (Tairo) dan
penasehat shogun (Roju) Jika dibandingkan dengan daimyo lainnya, Fudai Daimyo menerima jumlah Kokudaka yang
rendah, sebaliknya klan Torii, klan Sakakibara, dan klan Honda mempunyai kokudaka yang
tinggi. Klan Ii yang menjadi Fudai Hitto di Hikone mempunyai kokudaka yang sangat
tinggi hingga mencapai 350.000 koku. Cuma ada segelintir daimyo yang menerima di atas
100.000 koku, misalnya: klan Sakai, klan Abe, klan Hotta, klan Yanagisawa, dan klan
Toda. (Sumber Wikipedia Indonesia)
Istana Osaka Menara Utama Istana Osaka
Istana Osaka adalah istana yang terletak di dalam Taman Istana Osaka, distrik Chuo-ku,
kota Osaka, Jepang. Istana Osaka berada di ujung paling sebelah utara daerah Uemachi,
menempati lokasi tanah yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah sekelilingnya.
Istana Osaka merupakan bangunan peninggalan budaya yang dilindungi oleh pemerintah
Jepang. Menara utama Istana Osaka yang menjulang tinggi merupakan simbolkota Osaka.
Istana Osaka dimanfaatkan sebagai istana sekaligus benteng sejak zaman Azuchi Momoyama
hingga zaman Edo. Istana Osaka yang ada sekarang terdiri dari menara utama yang
dilindungi oleh dua lapis tembok tinggi yang dikelilingi oleh dua lapis parit, parit
bagian dalam (Uchibori) dan parit bagian luar (Sotobori). Air yang digunakan untuk
mengaliri parit istana diambil dari Sungai Yodo mengalir di sebelah utara Istana Osaka.
Menurut orang Jepang zaman dulu, Istana Osaka berada di provinsi Setsu (nama zaman dulu
untuk Osaka dan sekelilingnya), wilayah Higashinari Goori, Osaka. Sesuai dengan
penggantian karakter Kanji yang digunakan untuk menulis kota Osaka dalam bahasa Jepang,
nama Istana Osaka sekarang ditulis sebagai Osaka-jo.
Sejarah Pada tahun 1496, pendeta Buddha yang bernama Rennyo membangun rumah kediaman pendeta di
lokasi yang bernama Osaka (tanjakan besar). Pendeta Rennyo yang mempunyai banyak
pengikut kemudian memperluas rumah kediamannya menjadi kuil besar bernama Osaka
Honganji (Ishiyama Honganji).
Di zaman Sengoku (tahun 1583), Oda Nobunaga membangun istana di lokasi yang menempati
reruntuhan kuil Osaka Honganji. Pada waktu itu, benteng utama (Honmaru) yang dibangun
dari batu-batu besar diselesaikan dalam waktu satu setengah tahun. Istana ini kemudian
dinamakan Istana Osaka. Pada abad ke-17, pemukiman penduduk yang berlokasi di sekitar
Istana Osaka berkembang menjadi sebuah kota, yang kemudian menjadi semakin luas hingga
dijadikan sebuah prefektur di abad ke-19.
Istana Osaka Generasi Pertama
Pembangunan Istana Osaka generasi pertama memakan waktu 15 tahun, dimulai tahun 1583
dan selesai tahun 1598. Pembangunannya dimulai oleh Toyotomi Hideyoshi sewaktu
Hideyoshi masih merupakan bawahan Oda Nobunaga.
Pada saat itu, Istana Osaka jauh lebih luas dibandingkan dengan Istana Osaka yang ada
sekarang. Toyotomi Hideyoshi berkuasa setelah Oda Nobunaga tutup usia dan menjadikan
Istana Osaka sebagai pusat pemerintahan. Toyotomi Hideyoshi tidak tinggal di Istana
Osaka, melainkan di tempat-tempat kediamannya yang ada di Kyoto: Jurakudai (yang juga
disebut Jurakutei) dan Istana Fushimi.
Menurut catatan oleh daimyo yang bernama Otomo Sorin (1530-1587), Istana Osaka
merupakan bangunan istana yang paling megah tiada banding pada zaman itu, menara
utamanya terdiri dari 5 tingkat yang atapnya dilapisi dengan emas. Sebelum Toyotomi
Hideyoshi meninggal, pembangunan Istana Osaka diteruskan dengan pengembangan wilayah
Ninomaru, Sannomaru, Sogamae (pertahanan paling luar Istana Osaka yang berupa bangunan
tembok dari tanah yang dikeraskan), dan penggalian 3 lapis parit sebagai pertahanan
istana. Setelah Toyotomi Hideyoshi meninggal karena usia lanjut pada tahun 1599, Hideyoshi
digantikan oleh puteranya yang bernama Toyotomi Hideyori yang pindah dari Istana
Fushimi ke Istana Osaka yang baru saja selesai. Pada saat itu Tokugawa Ieyasu
mendirikan pemerintahan yang disebut Keshogunan Togukawa yang bertentangan dengan
Toyotomi Hideyori yang memerintah provinsi Setsu. Dalam Pertempuran Musim Dingin Osaka
tahun 1614, Tokugawa Ieyasu memimpin serangan besar-besaran menyerbu Toyotomi Hideyori
yang hanya mampu bertahan di dalam Istana Osaka.
Dalam perjanjian perdamaian dengan Tokugawa Ieyasu, Toyotomi Hideyori yang kalah
perang, setuju untuk menghancurkan Sannomaru, Sogamae dan parit lapis ketiga yang
melindungi Istana Osaka. Berdasarkan perjanjian ini, pertahanan istana berupa parit
luar (sotobori) yang ada di daerah Ninomaru juga harus diuruk sehingga Istana Osaka
tidak dapat lagi digunakan untuk perang, sehingga yang tersisa hanyalah parit dalam
(uchibori) dan benteng utama (Honmaru) saja.
Toyotomi Hideyori kemudian berusaha kembali membangun pertahanan militer di Istana
Osaka yang dianggap Tokugawa Ieyasu melanggar perjanjian damai yang telah disetujui.
Pada tahun berikutnya, Tokugawa Ieyasu mengirim pasukan besar-besaran untuk
menghancurkan Toyotomi Hideyori dalam Pertempuran Musim Panas Osaka tahun 1615.
Istana Osaka Generasi Kedua
Istana Osaka jatuh pada Pertempuran Musim Panas Osaka di tahun 1615 dan Toyotomi
Hideyori ditemukan tewas bunuh diri bersama-sama dengan ibundanya yang bernama Yodo
dono. Tokugawa Ieyasu kemudian menghancurkan Istana Osaka yang baru saja selesai
dibangun. Sisa-sisa Istana Osaka beralih ke tangan Matsudaira Tadaaki yang merupakan cucu
Tokugawa Ieyasu. Pemerintahan daerah pada zaman kekuasaan Keshogunan Tokugawa sebagian
besar didelegasikan kepada para daimyo, tetapi mengingat nilai strategis Istana Osaka,
Keshogunan Tokugawa menjadikan wilayah Osaka dan sekitarnya pada tahun 1619 sebagai
wilayah Tenryo (wilayah yang diperintah langsung oleh pemerintah pusat).
Pada tahun 1620, pembangunan Istana Osaka dimulai kembali oleh Tokugawa Hidetada (1579
- 1632) dengan gambar rancangan yang baru. Sebagai anak ketiga dari Tokugawa Ieyasu,
Tokugawa Hidetada lebih banyak dikenal sebagai shogun kedua mengikuti jejak ayahnya
yang merupakan shogun pertama Jepang.
Pembangunan kembali Istana Osaka dilakukan dalam 3 tahap dengan memobilisasi 64 daimyo
untuk merekonstruksi bangunan istana berikut tembok-tembok benteng yang dibuat dari
potongan-potongan batu berukuran raksasa. Semua sisa-sisa fondasi istana dan parit
generasi pertama yang dibangun pada era Toyotomi Hideyoshi dihancurkan dan ditimbun
lagi dengan tanah baru, sehingga Istana Osaka dibangun kembali di tempat yang lebih
tinggi. Rekonstruksi istana memakan waktu 10 tahun (1620-1629). Menara utama dibuat menjadi
lebih tinggi dengan maksud untuk menghapus semua kenangan rakyat pada Toyotomi
Hideyoshi. Luas istana juga berkurang menjadi tinggal seperempatnya. Konon untuk
membangun kembali Istana Osaka dan tembok-tembok yang mengelilinginya diperlukan
500.000 batu-batu dalam berbagai jenis dan ukuran. Pembangunan menara utama berhasil
diselesaikan pada tahun 1626, tetapi pada tahun 1665 terbakar habis akibat disambar
petir. Penguasa Istana Osaka adalah shogun Tokugawa, tetapi berhubung pemerintah Tokugawa
berkedudukan di Edo, istana sehari-harinya diperintah oleh pejabat yang ditunjuk
langsung oleh shogun. Pejabat pelaksana pemerintahan istana disebut Osaka-jo Dai yang
dipilih dari daimyo paling senior (fudai daimyo) dan bergaji tinggi (taishin). Di bawah
pejabat Osaka-jo Dai terdapat dua orang pejabat yang disebut Osaka Teiban dan 4 orang
pejabat Osaka Kaban yang berfungsi sebagai pemelihara keamanan.
Sebelum jatuhnya Keshogunan Tokugawa pada Pertempuran Toba-Fushimi tahun 1868 yang
sekaligus menandai akhirnya zaman Edo, shogun Tokugawa yang memimpin pasukan Keshogunan
Tokugawa sempat mundur ke Istana Osaka sebelum akhirnya melarikan diri ke Edo dengan
menggunakan perahu. Bangunan indah yang terdapat di dalam Istana Osaka yang bernama Honmaru Goten (Istana
di Benteng Utama) dibakar habis pada pada zaman restorasi Meiji. Sisa-sisa Istana Osaka
yang masih ada kemudian dikuasai oleh pemerintah baru Meiji.
Istana Osaka Generasi Ketiga
Pemerintah Meiji menggunakan kawasan di dalam reruntuhan Istana Osaka sebagai fasilitas
militer dan rakyat biasa dilarang masuk. Pada tahun 1928, walikota Osaka pada saat itu
yang bernama Seki Hajime mengusulkan agar Istana Osaka dibangun kembali. Dari hasil
sumbangan penduduk Osaka terkumpul uang sebanyak 1.500.000 yen yang digunakan untuk
memindahkan fasilitas divisi IV angkatan darat Jepang dan membangun menara utama.
Pada tahun 1931, Istana Osaka dibangun kembali dengan menggunakan beton bertulang baja.
Walaupun bangunannya berada di atas fondasi istana yang dibangun di zaman Tokugawa,
menara utama Istana Osaka dibuat semirip mungkin dengan gambar asli Istana Osaka yang
dibangun Toyotomi Hideyoshi.
Proyek pemugaran menara utama Istana Osaka merupakan proyek pemugaran istana yang
pertama dilakukan di zaman Showa. Dari lantai 1 sampai lantai 4, dinding menara utama
Istana Osaka menggunakan plesteran warna putih gaya zaman Tokugawa, sedangkan lantai 5
menggunakan pernis warna hitam gaya zaman Toyotomi yang berhias gambar harimau dan
burung Jenjang dari lembaran kertas emas. Setelah menara utama selesai dibangun, di
dalamnya dijadikan museum barang-barang peninggalan bersejarah Toyotomi Hideyoshi.
Pada Perang Dunia II, empat bangunan Yagura di wilayah Ninomaru terbakar habis tapi
untungnya bangunan menara utama selamat dari serangan udara. Dalam serangan udara yang
terjadi pada hari-hari menjelang berakhirnya Perang Dunia II, bom jenis 1 ton yang
banyak dijatuhkan di sekitar Istana Osaka menjadikan Istana Osaka dan daerah sekitar
stasiun kereta api Kyobashi menjadi lautan api. Penumpang kereta api yang berusaha
menyelamatkan diri juga tidak luput menjadi korban. Foto akibat serangan udara yang
diambil dari atap kantor cabang surat kabar Mainichi yang diberi judul "Asap Hitam
Tebal Membubung dengan Latar Belakang Menara Utama Istana Osaka" menjadi foto klasik
yang terkenal dengan judul "Pertempuran Musim Panas Osaka" (Osaka natsu no jin) untuk
mengingatkan orang pada pertempuran besar-besaran pada musim panas 1615 antara pasukan
Toyotomi Hideyori dan pasukan Tokugawa Ieyasu.
Pada tahun 1948 sesudah zaman pendudukan selesai, Istana Osaka dikembalikan ke
pemerintah Jepang dan mulai direstorasi. Parit luar dan daerah luas yang ada
disekeliling Istana Osaka dijadikan taman bernama Taman Istana Osaka. Pada tahun 1950
setelah angin topan Jane kembali merusak Istana Osaka, pemerintah Jepang mulai serius
melakukan proyek restorasi dan penelitian secara ilmiah. Pada tahun 1959, penggalian
arkeologi berhasil menemukan sisa-sisa reruntuhan bangunan zaman Toyotomi Hideyoshi.
Penyelesaian proyek restorasi Istana Osaka memakan waktu 3 tahun, dimulai tahun 1995
dan selesai tahun 1997, yang antara lain membangun fasilitas lift untuk penyandang
cacat, orang lanjut usia dan rombongan wisatawan.
Menara utama Istana Osaka yang ada sekarang sudah berusia lebih dari 70 tahun. Jika
dibandingkan dengan menara utama yang dibangun pada zaman Toyotomi atau zaman Tokugawa,
menara utama yang dibangun di zaman Showa merupakan bangunan menara utama yang paling
panjang umur. Walaupun pastinya terletak di dalam lingkungan taman atau di sekitar Istana Osaka yang
ada sekarang, sampai saat ini letak sebenarnya dari istana generasi pertama yang
dibangun oleh Toyotomi Hideyoshi masih belum diketahui. Istana Osaka generasi pertama
mungkin ada di sekitar parit luar (sotobori), di bawah jalan raya, atau di bawah tanah
kompleks perkantoran Osaka Business Park (OBP) yang tidak terjangkau penggalian
arkeologi. Keshogunan Tokugawa Shogun Tokugawa Ieyasu Keshogunan Tokugawa (1603"1868) atau Keshogunan Edo (Edo bakufu) adalah pemerintahan
diktator militer feodalisme di Jepang yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu dan secara
turun temurun dipimpin oleh shogun keluarga Tokugawa. Dalam periode historis Jepang,
masa pemerintahan Keshogunan Tokugawa disebut zaman Edo, karena ibukota terletak di Edo
yang sekarang disebut Tokyo. Keshogunan Tokugawa memerintah dari Istana Edo hingga
Restorasi Meiji. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan diktator militer ketiga dan terakhir di Jepang
setelah Keshogunan Kamakura dan Keshogunan Muromachi. Keshogunan Tokugawa dimulai pada
tanggal 24 Maret 1603 dengan pengangkatan Tokugawa Ieyasu sebagai Sei-i Taishogun dan
berakhir ketika Tokugawa Yoshinobu mengembalikan kekuasaan ke tangan kaisar (Taisei
Hokan) pada 9 November 1867.
Pemerintahan keshogunan Tokugawa selama 264 tahun disebut sebagai zaman Edo atau zaman
Tokugawa. Periode terakhir Keshogunan Tokugawa yang diwarnai dengan maraknya gerakan
untuk menggulingkan keshogunan Tokugawa dikenal dengan sebutan Bakumatsu.
Oda Nobunaga dan penerusnya Toyotomi Hideyoshi merupakan pemimpin Jepang di zaman
Azuchi Momoyama yang berhasil mendirikan pemerintah pusat setelah berhasil
mempersatukan provinsi-provinsi di zaman Sengoku. Setelah Pertempuran Sekigahara di
tahun 1600, kekuasaan pemerintah pusat direbut oleh Tokugawa Ieyasu yang menyelesaikan
proses pengambilalihan kekuasaan dan mendapat gelar Sei-i Taishogun di tahun 1603.
Tokugawa Ieyasu sebetulnya tidak memenuhi syarat sebagai shogun karena bukan keturunan
klan Minamoto. Agar syarat utama menjadi shogun terpenuhi, Ieyasu memalsukan garis
keturunannya menjadi keturunan klan Minamoto agar bisa diangkat menjadi shogun.
Keturunan Ieyasu secara turun-temurun menjadi shogun dan kepala pemerintahan sampai
terjadinya Restorasi Meiji.
Di masa Keshogunan Tokugawa, rakyat Jepang dibagi-bagi menurut sistem kelas berdasarkan
pembagian kelas yang diciptakan Toyotomi Hideyoshi. Kelas samurai berada di hirarki
paling atas, diikuti petani, pengrajin dan pedagang. Pemberontakan sering terjadi
akibat pembagian sistem kelas yang kaku dan tidak memungkinkan orang untuk berpindah
kelas. Pajak yang dikenakan terhadap petani selalu berjumlah tetap dengan tidak
memperhitungkan inflasi. Samurai yang menguasai tanah harus menanggung akibatnya,
karena jumlah pajak yang berhasil dikumpulkan semakin hari nilainya semakin berkurang.
Perselisihan soal pajak sering menyulut pertikaian antara petani kaya dan kalangan
samurai yang terhormat tapi kurang makmur. Pertikaian sering memicu kerusuhan lokal
hingga pemberontakan berskala besar yang umumnya dapat segera dipadamkan. Kelompok anti
keshogunan Tokugawa justru semakin bertambah kuat setelah keshogunan Tokugawa mengambil
kebijakan untuk bersekutu dengan kekuatan asing.
Setelah kalah dalam Perang Boshin yang berpuncak pada Restorasi Meiji, keshogunan
Tokugawa berhasil ditumbangkan persekutuan kaisar dengan sejumlah daimyo yang
berpengaruh. Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir setelah shogun Tokugawa ke-15
yang bernama Tokugawa Yoshinobu mundur dan kekuasaan dikembalikan ke tangan kaisar
(Taisei Hokan). Pemerintahan Pintu gerbang Sakurada di Istana Edo, pusat kekuasaan klan Tokugawa
Keshogunan dan wilayah han
Sistem politik feodal Jepang di zaman Edo disebut Bakuhan Taisei. Baku dalam "bakuhan"
berarti "tenda" yang merupakan singkatan dari bakufu (pemerintah militer atau
keshogunan). Dalam sistem Bakuhan taisei, daimyo menguasai daerah-daerah yang disebut
han dan membagi-bagikan tanah kepada pengikutnya. Sebagai imbalannya, pengikut daimyo
berjanji untuk setia dan mendukung daimyo secara militer.
Kekuasaan pemerintah pusat berada di tangan shogun di Edo dan daimyo ditunjuk sebagai
kepala pemerintahan di daerah. Daimyo memimpin provinsi sebagai wilayah berdaulat dan
berhak menentukan sendiri sistem pemerintahan, sistem perpajakan, dan kebijakan dalam
negeri. Sebagai imbalannya, daimyo wajib setia kepada shogun yang memegang kendali
hubungan internasional dan keamanan dalam negeri. Shogun juga memiliki banyak provinsi
dan berperan sebagai daimyo di provinsi yang dikuasainya. Keturunan keluarga Tokugawa
disebar sebagai daimyo di seluruh pelosok Jepang untuk mengawasi daimyo lain agar tetap
setia dan tidak bersekongkol melawan shogun.
Keshogunan Tokogawa berhak menyita, menganeksasi, atau memindahtangankan wilayah di
antara para daimyo. Sistem Sankin Kotai mewajibkan daimyo bertugas secara bergiliran
mendampingi shogun menjalankan fungsi pemerintahan di Edo. Daimyo harus memiliki rumah
kediaman sebagai tempat tinggal kedua sewaktu bertugas di Edo. Anggota keluarga daimyo
harus tetap tinggal di Edo sebagai penjaga rumah sewaktu daimyo sedang pulang ke
daerah, sekaligus sebagai sandera kalau daimyo bertindak di luar keinginan shogun.
Daimyo dari keturunan klan Tokugawa dan daimyo yang secara turun temurun merupakan


Mushasi Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengikut setia klan Tokugawa disebut Fudai Daimyo. Sedangkan daimyo yang baru setia
kepada klan Tokugawa setelah bertekuk lutut dalam Pertempuran Sekigahara disebut Tozama
Daimyo. Golongan yang selalu mendapat perlakuan khusus disebut Shimpan Daimyo, karena
berasal tiga percabangan keluarga inti Tokugawa yang disebut Tokugawa Gosankei (Tiga
keluarga terhormat Tokugawa) yang masing-masing dipimpin oleh putra Tokugawa Ieyasu:
Tokugawa Yoshinao, penguasa han Owari generasi pertama
Tokugawa Yorinobu, penguasa han Kishu generasi pertama
Tokugawa Yorifusa, penguasa han Mito generasi pertama.
Lambang keluarga Tokugawa berupa Mitsuba Aoi (tiga helai daun Aoi) hanya boleh
digunakan garis keturunan utama keluarga Tokugawa dan Tokugawa Gosankei. Putra-putra
lain Tokugawa Ieyasu hanya diberi nama keluarga Matsuidara dan tidak mendapatkan nama
keluarga Tokugawa. Di awal zaman Edo, keshogunan Tokugawa sangat kuatir terhadap Tozama Daimyo yang
dianggap memiliki kesetiaan yang tipis terhadap klan Tokugawa. Berbagai macam strategi
dirancang agar Tozama Daimyo tidak memberontak. Sanak keluarga klan Tokugawa sering
dikawinkan dengan Tozama Daimyo, walaupun sebenarnya tujuan akhir keshogunan Tokugawa
adalah memberantas habis semua Tozama Daimyo. Keshogunan Tokugawa justru akhirnya
berhasil ditumbangkan Tozama Daimyo dari Satsuma, Choshu, Tosa, dan Hizen.
Keshogunan Tokugawa memiliki sekitar 250 wilayah han yang jumlahnya turun naik sesuai
keadaan politik. Peringkat wilayah han ditentukan pemerintah berdasarkan total
penghasilan daerah dalam setahun berdasarkan unit koku. Penghasilan minimal yang
ditetapkan shogun untuk seorang daimyo adalah 10.000 koku. Daimyo yang memegang wilayah
makmur dan berpengaruh mempunyai penghasilan sekitar 1 juta koku.
Hubungan shogun dan kaisar
Keshogunan Tokugawa menjalankan pemerintah pusat dari Edo, sedangkan penguasa sah
Jepang dipegang kaisar Jepang yang berkedudukan di Kyoto. Kebijakan pemerintahan
dikeluarkan istana kaisar di Kyoto dan diteruskan kepada klan Tokugawa. Sistem ini
berlangsung sampai kekuasaan pemerintah dikembalikan kepada kaisar di zaman Restorasi
Meiji. Keshogunan Tokugawa menugaskan perwakilan tetap di Kyoto yang disebut Kyoto Shoshidai
untuk berhubungan dengan kaisar, keluarga kaisar dan kalangan bangsawan.
Perdagangan luar negeri Keshogunan Tokugawa mengeruk keuntungan besar dari monopoli perdagangan luar negeri dan
hubungan internasional. Perdagangan dengan kapal asing dalam jumlah terbatas hanya
diizinkan di Provinsi Satsuma dan daerah khusus Tsushima. Kapal-kapal Namban dari
Portugal merupakan mitra dagang utama keshogunan Tokugawa yang diikuti jejaknya oleh
kapal-kapal Belanda, Inggris dan Spanyol.
Jepang berperan aktif dalam perdagangan luar negeri sejak tahun 1600. Pada tahun 1615,
misi dagang dan kedutaan besar di bawah pimpinan Hasekura Tsunenaga melintasi Samudra
Pasifik ke Nueva Espana dengan menggunakan kapal perang Jepang bernama San Juan
Bautista. Sampai dikeluarkannya kebijakan Sakoku di tahun 1635, shogun masih
mengeluarkan izin bagi kapal-kapal Shuisen (Kapal Segel Merah) yang ingin berdagang
dengan Asia. Setelah itu, perdagangan hanya diizinkan dengan kapal-kapal yang datang
Tiongkok dan Belanda. Lembaga pemerintahan Roju dan Wakadoshiyori Menteri senior (roju) diangkat dari anggota keshogunan yang paling senior dan bertugas
sebagai pengawas ometsuke, machibugyo, ongokubugyo dan pejabat-pejabat tinggi lain.
Tugas lain menteri senior adalah berhubungan dengan berbagai kalangan, seperti istana
kaisar di Kyoto, kalangan bangsawan (kuge), daimyo, kuil Buddha dan Jinja, termasuk
menghadiri berbagai macam rapat seperti rapat pembagian daerah. Keshogunan Tokugawa
memiliki 4-5 menteri senior yang masing-masing bertugas sebulan penuh secara
bergantian. Shogun meminta pertimbangan menteri senior jika ada persoalan penting yang
harus diselesaikan. Pada perombakan birokrasi di tahun 1867, posisi menteri senior
dihapus dan diganti dengan sistem kabinet, sehingga ada menteri dalam negeri, menteri
keuangan, menteri luar negeri, menteri angkatan darat dan menteri angkatan laut.
Pada prinsipnya, Fudai Daimyo yang memiliki wilayah kekuasaan minimal 50.000 koku
memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai menteri senior. Walaupun demikian, pejabat
menteri senior sering berasal dari birokrat yang dekat dengan shogun, seperti pejabat
soba yonin, Kyoto shoshidai dan Osaka jodai.
Shogun kadang kala menunjuk seorang menteri senior untuk mengisi posisi Tairo (tetua
atau penasehat). Pejabat Tairo dibatasi hanya berasal dari klan Ii, Sakai, Doi dan
Hotta, walaupun Yanagisawa Yoshiyasu pernah juga diangkat sebagai pengecualian. Ii
Naosuke merupakan Tairo yang paling terkenal, tapi tewas dibunuh pada tahun 1860 di
luar pintu gerbang Sakurada, Istana Edo.
Sebagai kelanjutan dari dewan rokuninshu (1633"1649) yang terdiri dari 6 anggota,
keshogunan Tokugawa membentuk dewan wakadoshiyori yang berada persis di bawah posisi
menteri senior (roju). Dewan wakadoshiyori terbentuk pada tahun 1662 dan terdiri dari 4
anggota. Tugas utama dewan wakadoshiyori adalah mengurusi hatamoto dan gokenin yang
merupakan pengikut langsung shogun.
Sebagian shogun juga mengangkat pejabat soba yonin yang bertugas sebagai perantara
antara shogun dan roju. Posisi soba yonin menjadi sangat penting di masa shogun
Tokugawa ke-5 yang bernama Tokugawa Tsunayoshi akibat salah seorang pejabat
wakadoshiyori bernama Inaba Masayasu membunuh pejabat tairo bernama Hotta Masatoshi.
Shogun Tsunayoshi yang cemas akan keselamatan dirinya memindahkan kantor roju hingga
jauh dari bangunan utama istana.
Ometsuke dan Metsuke Pejabat yang melapor kepada roju and wakadoshiyori disebut ometsuke dan metsuke. Lima
orang pejabat ometsuke diberi tugas memata-matai para daimyo, kalangan bangsawan (kuge)
dan istana kaisar agar segala usaha pemberontakan bisa diketahui sejak dini.
Di awal zaman Edo, daimyo seperti Yagyu Munefuyu pernah ditunjuk sebagai pejabat
ometsuke. Selanjutnya, jabatan ometsuke cuma diisi oleh hatamoto yang berpenghasilan
minimal 5.000 koku. Shogun sering menaikkan penghasilan ometsuke menjadi 10.000 koku
agar ometsuke bisa dihargai dan berkedudukan sejajar dengan daimyo yang sedang diawasi.
Pejabat ometsuke juga menerima gelar kami, seperti Bizen-no-kami yang berarti penguasa
provinsi Bizen. Sejalan dengan perkembangan waktu, fungsi pejabat ometsuke berubah menjadi semacam
kurir yang menyampaikan perintah dari keshogunan Tokugawa ke para daimyo. Pejabat
ometsuke juga diserahi tugas melangsungkan upacara seremonial di lingkungan Istana Edo.
Pengawasan kehidupan beragama dan pengendalian senjata api merupakan tanggung jawab
tambahan pejabat ometsuke.
Pejabat metsuke melapor kepada wakadoshiyori dan bertugas sebagai polisi militer bagi
shogun. Tugasnya mengawasi ribuan hatamoto and gokenin yang berpusat di Edo. Masingmasing wilayah han juga memiliki metsuke yang berfungsi sebagai polisi militer bagi
para samurai. San-bugyo Pelaksanaan pemerintahan dilakukan oleh san-bugyo (tiga lembaga administrasi):
jishabugyo, kanjobugyo dan machibugyo. Pejabat jishabugyo berstatus paling elit karena
para pejabat selalu berhubungan dengan kuil Buddha (ji) dan kuil Shinto (sha) dan
diberi hak penguasaan atas tanah. Pejabat jishabugyo juga menerima pengaduan dari
pemilik tanah di luar 8 provinsi Kanto. Pejabat jishabugyo ditunjuk dari kalangan
daimyo, dengan Ooka Tadasuke sebagai pengecualian.
Pejabat kanjobugyo yang terdiri dari 4 orang melapor langsung kepada roju. Tugasnya
sebagai auditor keuangan keshogunan Tokugawa.
Pejabat machibugyo merupakan pelaksana pemerintahan tingkat lokal. Tugasnya merangkaprangkap sebagai walikota, kepala polisi, kepala pemadam kebakaran, dan hakim pengadilan
pidana dan hukum perdata, tapi tidak bertanggung jawab terhadap samurai. Pejabat
machibugyo yang terdiri dari 2 orang (pernah juga sampai 3 orang) biasanya diambil dari
hatamoto, bertugas bergantian selama satu bulan penuh.
Tiga orang pejabat machibugyo menjadi terkenal berkat film samurai (jidaigeki), pejabat
bernama Ooka Tadasuke dan Toyama Kinshiro (To yama no Kinsan) selalu digambarkan
sebagai pahlawan, sedangkan Torii Yozo sebagai penjahat.
Pejabat san-bugyo merupakan anggota dari dewan yang disebut Hyojosho. Anggota dewan
hyojosho bertanggung jawab dalam soal administrasi tenryo, mengawasi gundai, daikan dan
kura bugyo. Selain itu, anggota dewan hyojosho juga hadir sewaktu diadakan dengar
pendapat sehubungan dengan kasus yang melibatkan samurai.
Tenryo, Gundai dan Daikan
Shogun juga menguasai secara langsung tanah di berbagai daerah di Jepang. Tanah milik
shogun disebut Bakufu Chokkatsuchi yang sejak zaman Meiji disebut sebagai Tenryo.
Shogun memiliki tanah yang sangat luas, mencakup daerah-daerah yang sudah sejak dulu
merupakan wilayah kekuasaan Tokugawa Ieyasu, ditambah wilayah rampasan dari para daimyo
yang kalah dalam Pertempuran Sekigahara, serta wilayah yang diperoleh dari pertempuran
musim panas dan musim dingin di Osaka. Di akhir abad ke-17, seluruh wilayah kekuasaan
Tokugawa bernilai 4 juta koku. Kota perdagangan seperti Nagasaki dan Osaka, berbagai
Wanita Keramat 2 Persekutuan Tusuk Kundai Kumala Karya Wo Lung Shen Si Bungkuk Pendekar Aneh 2
^