Pencarian

Samurai 12

Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 12


"Dia tidak bisa menentang perintah langsung Bangsawan Agung," kata Lady Emily.
BUKU KEDUA 41 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI, Created by : syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Taro menggerutu. Dia melepaskan tangannya dari pedangnya dan berkata, "Siapa kurir itu"
Panggil dia kemari."
Dalam beberapa menit, kurir itu sudah merayap di tanah di sebelah Tsuda, berkeringat deras karena telah berlari panik untuk memenuhi panggilan.
Taro berkata, "Mengapa kau mengirimkan peti itu ke tempat tinggal Lady Emily?"
"Hamba tidak melakukannya, Lord Taro," kata kurir itu. "Hamba membawanya kepada Lord Genji seperti yang diperintahkan Tuan Tsuda, Lord Genji membuka peti itu, melihat apa isinya, dan menyuruh hamba membawanya ke kamar kerja Lady Emily"
"Dan ada apa isinya?" tanya Taro.
"Hamba tidak tahu, Lord Taro," sahut si kurir "Hamba terus bersujud selama menghadap Lord Genji. Hamba hanya mendengar peti itu dibuka. Lord Genji mengatakan ada perkamen di dalamnya, dan hamba mendengar peti ditutup. Kemudian, Lord Genji menyuruh hamba membawa peti itu ke kamar kerja Lady Emily. Hamba mematuhinya. Hanya itu. "
"Kau boleh pergi," kata Taro. Kepada Lady Emily dia berkata, "Apakah Anda mempunyai pertanyaan lagi untuk Tsuda?"
"Tidak," sahut Emily, "pertanyaan untuk Tuan Tsuda sudah cukup."
Tsuda mengembuskan napas lega, meskipun tentu saja tidak keras-keras, dan pergi dengan menganggap dirinya orang yang benar-benar beruntung. " (Created by syauqy)
BUKU KEDUA 42 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 4 Biarawati Kepala Mushindo
1882, Biara Mushindo Di Pegunungan Sebelah Barat Edo
Biarawati Kepala Mushindo, Jintoku, duduk berlutut di mimbar bangsal utama untuk meditasi. Dia membungkuk rendah dan mempertahankan posisi itu selagi tamu-tamu hari ini dipandu memasuki bangsal oleh dua wanita muda yang mengenakan pakaian biarawati Buddha dari masa lalu, kepala mereka tertutup tudung dari kain cokelat kasar yang scsuai dengan jubah mereka. Biarawati Kepala berpakaian serupa, menghindari pakaian sutra yang lehih nyaman dan lebih mahal yang sebetulnya berhak disandangnya karena derajatnya. Dia dan pembantu-pembantunya memakai tudung karena mereka tidak menggunduli kepala sebagaimana biasanya biarawati Buddha. Biarawati Kepala mendapati bahwa biarawati dengan rambut lebat panjang indah menghasilkan sumbangan yang lebih sedikit ketimbang mereka yang tampak kekurangan.
Karena dia sendiri tidak berhasrat mencukur kepalanya, dia tidak mau meminta pengikutnya melakukan hal itu. Metodologi-nya secara keseluruhan adalah memimphin dengan teladan. Itu satu-satunya jalan yang dengan nyata membangun ketulusan moral, dan ketulusan moral adalah dasar penting untuk otoritasnya di Biara Mushindo.
Ada 40 tamu hari ini, 41 kemarin, dan 37 kemarin lusa. Pakaian para tamu wanita merupakan campuran standar masa kini antara gaya Barat dan Jepang yang populer di kota-kota, kimono dengan topi Inggris dan sepatu Prancis, sekali-sekali dengan jas potongan Amerika sebagai pakaian luar. Para lelaki cenderung memilih satu arah, apakah sepenuhnya Barat, dari topi hingga sepatu bot, atau tetap bersikeras dengan Jepangnya, dalam kimono dan sandal kayu. Tak seorang pun memakai kain penutup gelungan rambut lagi, dan tak seorang pun membawa pedang. Keduanya dilarang. Dan, kalaupun masih diperbolehkan, siapa yang akan membawanya" Tak ada lagi samurai, dan hanya samurai yang diperbolehkan membawa pedang pada masa lalu.
Pengunjung telah meningkat dengan mantap dalam tiga tahun ini sejak Biarawati Kepala BUKU KEDUA
1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR mencetuskan gagasan untuk mengadakan tur terpandu keliling kuil. Untuk ini, dia perlu berterima kasih kepada pemerintahan kekaisaran baru. Lalu lintas ke kuil meningkat karena minat terhadap cara-cara kuno Jepang telah meningkat, bersamaan dengan kampanye modernisasi yang penuh semangat dari pemerintah. Sebetulnya, ini tidak seaneh awal kemunculannya. Sekalipun modernisasi berarti penerapan cara-cara Barat dalam industri, ilmu pengetahuan, perang, bentuk politik, dan pakaian, ia selalu disertai dengan kampanye yang sama gigihnya untuk mempertahankan tradisi budaya lama. Ilmu Pengetahuan Barat, Kebajikan Timur. Itulah slogan resminya. Namun, apakah semua orang tahu benar apa sebetulnya yang mewujudkan Kebajikan Timur itu"
Biarawati Kepala menyimpan keraguannya sendiri. Tradisi sejati tentunya bukan tradisi yang dijalani oleh rezim Shogun Tokugawa yang sekarang sudah digulingkan dan tidak dipercaya.
Selama dua setengah abad, menurut pemerintah baru, Shogun telah membekukan masyarakat Jepang di tempat, mengarang semua aturan yang menipu untuk mempertahankan kontrol mereka, serta telah merampok, memenjara, menyiksa, memperbudak, mengasingkan, membunuh, atau menekan dan meneror mereka yang menentang. Taktik-taktik ini dinyatakan oleh pemerintah baru telah sepenuhnya dihilangkan. Tentu saja, tidak semua bentuk dan perilaku dari zaman itu dibuang begitu saja karena sebagian tradisi benar-benar terhormat dan merupakan peninggalan masa lalu yang hanya diserap dan digunakan oleh Shogun. Di samping menegosiasikan kesepakatan, membangun angkatan darat dan laut, menyita tanah dan kekayaan klan Tokugawa, dan dengan panik menulis hukum-hukum baru yang memuaskan tuntutan reformasi dari bangsa-bangsa Barat, pemerintah baru juga menentukan apa yang diakui sebagai tradisi dan apa yang tidak. Dalam pelaksanaannya, dua frasa muncul secara teratur dalam pengumumanpengumuman resmi.
Untuk selama-lamanya"
Sejak dahulu kala" Biarawati Kepala cukup tahu tentang kebohongan untuk menyadari kata-kata yang disusun dengan maksud menutupi alih-alih mencerahkan. Dia mencurigai kepura-puraan di balik pelestarian. Apakah benar lebih mudah mendapatkan kepatuhan dengan mengutip teladan leluhur ketimbang harus meyakinkan orang-orang untuk berinovasi dengan mengambil risiko"
Bagaimanapun, dia bersyukur bahwa dalam mencanangkan Situs-Situs Bersejarah Nasional, pemerintah telah memasukkan Biara Mushindo. Ini tentu saja membantu membangun minat.
BUKU KEDUA 2 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Tamu-tamu yang kami hormati," kata Biarawati Kepala, "terima kasih sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada Anda semua yang telah bersusah payah mengunjungi biara kami yang sederhana dan terpencil ini."
Mushindo memang sederhana, tetapi sebetulnya tidak lagi terpencil. Jalan raya baru antara Pantai Pasifik dan Laut Jepang melewati lembah di bawah sirna. Dan, sesungguhnya cukup mudah untuk mencapai kuil ini meskipun perjalanan ke sini dari pusat-pusat kota menimbulkan kesan ziarah yang dirasakan tamu ketika mengunjungi kuil-kuil yang lebih terkenal di dalam kota.
Mengingat misi Mushindo, ini lebih menguntungkan ketimbang merugikan. Karena itu, Biarawati Kepala merasa tak ada salahnya menumbuhkan kesan keterpencilan.
"Dunia di luar sana berubah dengan cepat dan tanpa henti. Di sini, kami hidup menjauhi dunia selama enam ratus tahun, mengikuti Jalan Buddha."
Sebetulnya, Mushindo tidak terus-menerus dihuni selama kurun waktu itu, tetapi dia menganggapnya sebagai persoalan teknis saja. Sekali kuil selamanya tetap kuil.
"Di akhir tur, Anda dipersilakan bergabung bersama para biarawati untuk makan siang jika Anda mau. Makanan kami sangat sederhana yang terdiri dari bubur encer, sup kacang kedelai, dan acar sayuran."
Justru, makanan itu sama dengan makanan yang dimakan secara teratur oleh kebanyakan tamu itu pada masa yang belum lama sekali berlalu, ketika mereka pada umumnya adalah petani yang tidak punya hak, kepemilikan, atau nama keluarga. Dengan perubahan cepat, datanglah ingatan pendek.
"Anda akan dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok akan berkeliling di dalam kuil dahulu, kemudian di halaman. Kelompok kedua akan mengikuti urutan sebaliknya." Dia membungkuk lagi. "Silakan nikmati kunjungan Anda. Jika ada yang ingin Anda tanyakan, Anda bebas bertanya."
Biarawati Kepala menunggu sampai para tamu meninggalkan bangsal meditasi untuk memulai tur mereka. Kemudian, dia bangkit dan pergi ke daerah terpisah di luar benteng biara sebelah timur. Itu satu-satunya tempat di Mushindo yang benar-benar digunakan untuk praktik-praktik keagamaan, dan satu-satunya tempat yang tidak menjadi bagian tur. Biarawati Kepala membungkuk dengan hormat di pintu gerbang sebelum memasuki tempat tinggal pengurusnya.
Seperti biasa, pada waktu yang sama setiap harinya, dia sedang merawat kebunnya. Biarawati Kepala secara pribadi menyebutnya sebagai "Dia yang Suci?" awalnya sebagai gurauan, BUKU KEDUA
3 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR belakangan, dengan sangat serius, yang membuatnya terkejut sendiri. Dia yang Suci sangat mudah ditebak. Dia mengikuti, tanpa penyimpangan dan tanpa kesalahan, jadwal yang disusun oleh rahib asing Jimbo lebih dari dua puluh tahun lalu.
Enam jam meditasi sebelum matahari terbit diikuti semangkuk bubur encer dan sebatang acar sayuran, nutrisi tunggalnya untuk seharian. Bagaimana seorang pria yang luar biasa besar bisa bertahan dengan makanan yang luar biasa sedikit masih merupakan misteri. Bagaimanapun, dia bertahan. Sisa pagi dia lewatkan di kebun, dan di sanalah dia sekarang, menyiangi rumput, dengan lembut menyingkirkan serangga tanpa melukai mereka, menyapu daun-daun kering dan membungkuk kepada mereka sebelum menumpahkannya pada tumpukan kompos, kemudian memetik sayur-mayur untuk dimakan dan disimpan. Setelah dua jam meditasi tengah hari di pondoknya, Dia yang Suci menghabiskan sorenya untuk membersihkan halaman biara lainnya dan memperbaiki apa pun yang perlu diperbaiki pada bangunan, benteng, dan jalan. Kemudian, sebelum membasuh diri pada malam hari, dia pergi ke gerbang terluar biara dan membagikan permen dan kue-kue manis yang telah dia buat sebelumnya kepada anak-anak Desa Yamanaka. Bagi anakanak kampung tetangga itu, dia adalah orang yang paling disukai. Mereka barangkali takjub bahwa seseorang yang begitu besar bisa begitu sabar dan lembut.
Dia sabar dan lembut kepada anak-anak karena Jimbo dahulu juga sabar dan lembut kepada mereka, dan dia mengikuti teladan Jimbo dalam segala hal. Akan tetapi, Jimbo tidak membuat permen dan kue manis. Dia yang Suci telah mempelajari keterampilan itu entah bagaimana ketika dia berkeliaran selama berminggu-minggu dua puluh tahun yang lalu. Itu sebelum Biarawati Kepala menjadi Biarawati Kepala, sebelum dia menjadi Dia yang Suci, sebelum Mushindo menjadi biara, dan sebelum para bangsawan agung dari Jepang Barat menggulingkan Shogun Tokugawa.
"Kebunmu indah," kata Biarawati Kepala. Dia selalu mengajaknya bercakap-cakap kapan pun dia sempat, lebih karena kebiasaan ketimbang pengharapan bahwa Dia yang Suci akan menjawab dengan cara yang lain daripada biasanya. "Ajaib sekali sayuran dan bunga-bunga dapat tumbuh baik padahal kau begitu hati-hati agar tidak melukai hama yang merusak mereka."
Dia yang Suci mendongak memandangnya dan tersenyum, atau tepatnya, tersenyum lebih lebar karena hampir selalu ada senyum di wajahnya. Kemudian, dia mengucapkan sebuah kata, salah satu dari dua kata saja yang membentuk seluruh kosakatanya.
"Kimi," katanya.
BUKU KEDUA 4 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 1861, Kuil Mushindo Anak-anak desa memperhatikan dari pepohonan di sekitar biara. Orangtua mereka telah memperingatkan mereka untuk menjauhi ratusan pasukan bersenjata Shogun yang menduduki Kuil Mushindo. Itu adalah nasihat bijak karena orang-orang tak berdosa di dekat samurai cenderung mati ketika mereka saling bertempur, dan sebuah pertempuran memang akan segera terjadi. Kimi, tentu saja, tidak berniat ketinggalan pertunjukan spektakuler yang akan digelar segera. Meskipun dia seorang perempuan, dan baru berusia sembilan tahun, jauh lebih muda dibandingkan yang tertua pada kelompoknya, kecerdasan dan energinya menjadikan dia pemimpin mereka. Lagi pula, dia satu-satunya orang yang biasa dipatuhi Goro. Goro, putra seorang wanita desa idiot, mempunyai tubuh raksasa. Dia tidak pernah ingin menyakiti orang lain. Akan tetapi, dia begitu besar dan begitu kuat, dia bisa melukai orang tanpa sengaja, dan terkadang itu terjadi.
Anak-anak mengamati itu terjadi hanya ketika Kimi tidak ada di dekatnya. Tentunya, itu hanya kebetulan. Namun, anak-anak, yang paling percaya pada takhayul di antara semua manusia, menganggap kejinakan Goro di dekat Kimi dihasilkan oleh kemampuan khusus Kimi
menenangkannya. Reputasi itulah yang akan menyertainya seumur hidup.
Goro jauh lebih besar ketimbang semua pria dewasa di desa, dan bahkan lebih besar ketimbang orang asing yang datang untuk tinggal di kuil dan menjadi murid Rahib Kepala Zengen.
Sampai orang asing itu datang, Zengen Tua adalah satu-satunya orang yang tinggal di sana. Orang asing itu mempunyai nama yang tak seorang pun bisa melafalkannya sampai dia menjadi murid Zengen Tua. Kemudian, rahib asing itu mulai menyebut dirinya Jimbo. Nama itu mudah diucapkan. Bahkan Goro, yang tak pemah mengucapkan kata yang mudah dipahami sebelumnya, dapat menyebutkannya, dan dia melakukannya sepanjang waktu.
"Jimbo, Jimbo, Jimbo, Jimbo, Jimbo, Jimbo?"
"Oh, diamlah, Goro," anak-anak lain akan menukasnya. "Dia sudah tahu siapa dirinya, dan dia pasti sudah tahu kau ada di sini."
"Jimbo, Jimbo, Jimbo?"
Dia akan terus begitu, terus begitu, dan terus begitu. Hanya Jimbo yang tidak merasa terganggu. Tak ada yang membuat Jimbo terganggu. Dia orang asing, tetapi dia pengikut sejati Jalan Buddha.
"Cukup, Goro," Kimi biasanya turun tangan. "Beri yang lain kesempatan untuk berbicara juga."
BUKU KEDUA 5 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Jimbo," kata Goro lagi, untuk yang terakhir kali, kemudian membisu. Setidaknya, untuk sementara waktu.
Jimbo sedang pergi ke pegunungan ketika pasukan bersenjata datang, dan dia Mum kembali ketika Lord Genji tiba.
Belakangan, diketahui bahwa pasukan Shogun sedang menunggu Lord Genji. Rombongan kecil samurainya disergap, dikepung, dan dijebak. Mereka yang berusaha mencapai kuil untuk berlindung diledakkan berkeping-keping ketika bubuk mesiu yang disembunyikan di sana dinyalakan. Begitu banyak peluru ditembakkan ke arah mereka sehingga kuda mati mereka, yang dijadikan tameng, hancur menjadi setumpuk daging cincang. Pada akhirnya, ketika sekutu Lord Genji tiba dan menghancurkan musuh, beberapa gelintir orang yang selamat telah berkubang darah binatang dan manusia dari kepala hingga kaki.
Jimbo tidak kembali sampai beberapa hari setelah pertempuran itu, dan ketika dia akhirnya kembali, tak satu pun anak mengenalinya. Mereka melihat orang asing yang berpakaian mirip dengan orang yang datang bersama Lord Genji, seorang pria yang menyandang senjata api di sabuknya alih-alih pedang, dan mengamuk bagaikan iblis dari neraka terdalam. Pria asing itu telah membunuh banyak orang dengan senjatanya, dengan pedang yang dirampasnya dari musuh yang sudah dijadikannya mayat, dan dengan tangan kosongnya yang bersimbah darah.
Anak-anak lari menjauhinya dengan ketakutan Kecuali Goro.
"Jimbo, Jimbo, Jimbo," katanya, dan berlari menyongsong orang asing itu.
Kimi melihat bahwa Goro benar. Orang asing itu memang Jimbo. Dia telah membuang jubah rahib Zen yang dipakainya ketika dia menjadi murid Zengen Tua, dan sekarang mengenakan pakaian yang dipakainya ketika pertama kali dia datang ke desa. Di pinggangnya terselip pistol, dan dia memegang senapan parijang dengan dua laras besar.
"Mengapa kau berpakaian seperti itu?" tanya Kimi.
"Aku harus melakukan sesuatu yang tak bisa kulakukan dengan pakaian satunya," kata Jimbo, menatap puing-puing kuil. Beberapa hari kemudian, mereka semua tahu apa yang harus dilakukannya
Pria asing lainnya, si iblis yang dahulu bersama Lord Genji, juga datang kembali. Kimi memimpin anak-anak desa ke dalam reruntuhan bangsal meditasi, dan mereka bersembunyi di sana. Mereka melihat iblis itu menyelinap pelan-pelan ke dalam benteng kuil, satu pistol di setiap tangannya. Jimbo melangkah keluar dari kegelapan di belakang iblis itu, menempelkan pistolnya di BUKU KEDUA
6 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR kepalanya, dan mengatakan sesuatu dalam bahasa Inggris, yang tidak dipahami anak-anak. Apa pun yang dikatakan Jimbo, tampaknya bukan mantra yang benar, karena alihalih menghilang atau pergi, iblis itu menjatuhkan diri ke satu sisi dan berbalik sambil menembakkan kedua pistolnya ke arah Jimbo. Jimbo menembak juga, tetapi hanya sekali, dan terlalu melenceng dan terlalu terlambat. Tepat saat dia menembak, peluru iblis itu mengenai-nya dan merubuhkannya ke tanah.
Kemudian, si iblis berdiri di depan Jimbo dan menembakkan kedua pistolnya hingga pelurunya hahw, ke wajah Jimbo.
Ketika si iblis sudah pergi, anak-anak berlari ke arah Jimbo. Mereka semua berhenti ketika melihat apa yang tersisa dari dirinya. Hanya Goro dan Kimi yang mendekat ke sisinya. Goro rubuh di samping tubuh Jimbo, meraung dan merintih. Kimi merangkul Goro dan mencoba menenangkannya dan dirinya sendiri pula.
"Jangan menangis, Goro. Ini bukan Jimbo lagi. Dia telah pergi mendahului ke Tanah Murni Sukhavati. Kalau kita sampai di sana, dia akan menyambut kita, dan kita tidak akan merasa takut.
Semuanya akan menjadi indah."
Kimi tidak yakin Goro akan pernah pulih dari kehilangan itu. Namun pelan-pelan, dia pulih juga. Dia mulai menghabiskan seluruh waktunya di reruntuhan, membersihkan puing-puing, mengumpulkan serpihan yang mungkin berasal dari sisa tubuh manusia yang terbakar, menutup lubang yang ditinggalkan oleh ledakan dahsyat yang telah menghancurkan bangsal meditasi, menyapu halaman, dan mengumpulkanratusan peluru yang telah ditembakkan dalam pertempuran sebelum duel antara Stark dan Jimbo terjadi. Tanpa ada hal lain yang lebih baik untuk dilakukan, anak-anak mengikuti perbuatan Goro, dan sebelum mereka menyadari apa yang mereka lakukan, mereka tengah membantunya membangun kembali Mushindo.
Segera dia mengucapkan lagi satu kata yang diketahuinya.
"Jimbo Akan tetapi, kini, dia menyebutnya dengan pelan, dan hanya sekali setiap saat.
Begitu kuil muncul kembali dari reruntuhan, demikian pula sebagian diri Jimbo. Goro suka mengenakan jubahnya, dan mulai mengikuti jadwal kerahiban yang diikuti Jimbo. Dia bangun jauh sebelum fajar, pergi ke pondok meditasi Rahib Kepala, dan tetap di sana sampai matahari terbit.
Suatu hari, ketika Kimi mengintipnya, dia melihat Goro sedang duduk tak bergerak, kakinya disilangkan dalam posisi teratai seperti yang dilakukan rahib sejati, kelopak matanya ditutup sebagaimana yang dilakukan Jimbo ketika Jimbo sedang melakukan samadhi Buddha. Tentu saja, BUKU KEDUA
7 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR seorang idiot seperti Goro tidak akan bisa mencapai kedamaian sempurna. Dia yang Tercerahkan.
Dia bukan pengikut sejati Jalan Buddha seperti Jimbo. Namun, dia berpura-pura dengan baik sekali. Dan, itu membuatnya tetap tenang, bahagia, dan tidak berbahaya. Jadi, Kimi tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya.
Suatu hari, beberapa musim panen kemudian, ketika Kimi sedang bekerja di sawah dengan seluruh keluarganya, seorang pedagang kaya datang, dikawal sekelompok samurai. Para samurai ini tidak mengabdi kepada bangsawan agung mana pun sebagaimana layaknya seorang samurai, tetapi merupakan jenis tanpa tuan yang dikenal sebagai "ronin". Mereka seperti ombak di permukaan laut, mereka tidak punya akar, tidak dimiliki siapa-siapa, dan tanpa tujuan. Meskipun demikian, mereka ada dan mampu membuat kerusuhan besar dan aniaya. Dalam tahun-tahun belakangan ini, ketika kekaisaran dikacaukan oleh perselisihan internal dan tekanan pihak asing, hilangnya ketertiban telah melahirkan manusia-manusia seperti itu.
Berapa lama waktu berselang antara pertemputan di kuil, duel itu, tewasnya Jimbo, dan kedatangan pedagang ini, Kimi tak bisa memastikannya. Setiap musim di desa petani tak ada bedanya. Dia hanya tahu sudah lebih dari beberapa musim berlalu karena sebagian besar Kuil Mushindo sudah dibangun kembali, dan tubuhnya sendiri sudah mulai berubah, mengembangkan tanda-tanda awal yang pada akhirnya akan mengarah pada kehamilan, kelahiran, suami yang menuntut, anak-anak yang meraung, dan lain-lain. Dia bisa melihat masa depannya membuka di hadapannya, sejelas pertanda mistis yang dilihat seorang santa. Segera, dia akan menjadi ihu} nya sendiri, yang kelelahan dan menua sebelum waktunya, dan orang lain-salah seorang anaknya yang akan lahir-akan menjadi dirinya yang lancang dan nakal. Ini adalah makna reinkarnasi yang sebenarnya bagi rakyat jelata. Barangkali, Bangsawan Agung seperti Genji dan geisha cantik seperti Lady Heiko terlahir kembali dalam perwujudan baru yang menggairahkan di negeri eksotik yang jauh. Petani hanya kembali menjadi orangtua mereka dan diri mereka sendiri, mengulang apa yang telah dilakukan terlalu sering sebelumnya, dan tidak harus menjelma dalam kehidupan lain untuk melakukannya.
"Era baru telah tiba bagi kita," pedagang itu berseru dari atas pelana kudanya, "era baru yang penuh dengan peluang besar dan tak pernah ada sebelumnya."
"Simpan saja dustamu!" salah seorang petani berteriak. "Kami tak punya uang. Kalian tidak bisa menipu kami apa yang tak kami punyai!"
BUKU KEDUA 8 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Penduduk desa tertawa. Orang-orang di dekat petani yang berteriak tadi memujinya penuh semangat dan dengan keras menyerukan saran-saran mereka sendiri.
"Terus saja ke Desa Kobayashi! Mereka lebih kaya di sana!"
"Ya. Setidaknya mereka punya sesuatu untuk dicuri. Kami tak punya apa-apa!"
Pedagang itu tersenyum ketika penduduk desa itu tertawa lagi. Dia mengeluarkan sebuah tas kain besar dalam jaketnya dan mengguncangkannya. Terdengar bunyi seperti uang logam yang saling beradu. Banyak uang logam. Tawa itu dengan cepat berhenti.
Pedagang itu berkata, "Apakah seorang penipu akan memberikan uangnya kepada kalian, alihalih mengambil uang kalian" Apakah seorang pendusta akan mempercayai janji kalian, alih-alih meminta kalian memercayainya?"
"Tembaga juga bisa membuat pundi-pundi menjadi berat seperti emas," kata seorang petani,
"dan kata-kata hanyalah kata-kata. Kami tidak begitu bodoh sampai tidak mengenali seorang pencuri ketika kami melihatnya."
Salah seorang ronin yang mengawal pedagang itu, yang tampaknya menjadi pemimpin kelompok, menjalankan kudanya ke depan dan berbicara dengan gaya angkuh layaknya seorang samurai, tanpa atau dengan tuan.
"Rendahkan dirimu pada derajatmu yang semestinya, petani," katanya, tangannya memegang gagang pedang, "dan berbicaralah dengan hormat kepada mereka yang di atasmu."
"Ini Desa Yamanaka," kata petani tadi, tidak terintimidasi sedikit pun. "Kami adalah abdi Lord Hiromitsu, bukan gerombolan gelandangan."
Ronin itu menghunus pedangnya. "Lord Hiromitsu. Aku gemetar ketakutan."
"Lord Hiromitsu bersahabat dengan Genji, Bangsawan Agung Akaoka," petani itu melanjutkan, "yang menggilas tentara Shogun di sini belum lama berlalu. Barangkali, kalian pernah mendengar Kuil Mushindo?"
"Kuil Mushindo," kata ronin itu, menurunkan pedangnya, dan berpaling kepada si pedagang.
"Kukira tempat itu masih jauh ke barat."
"Putar kepalamu," kata petani itu, "dan tengok ke atas bukit itu. Itu dia."
"Simpan pedangmu," kata si pedagang, "dan sebaiknya kita tidak berbicara tentang masa lalu.
Aku di sini sebagai utusan masa depan. Masa depan yang sukses. Kalian mau mendengarku atau tidak" Kalau tidak, aku akan pergi."
Dia membuka tasnya, merogoh ke dalam, mengambil segenggam uang, dan membuka
BUKU KEDUA 9 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR tangannya. Tas itu tidak berisi tembaga. Telapak tangannya berkilau dengan shu, emas, uang persegi panjang dengan tanda khas pabrik uang resmi Tokugawa. Enam belas shu sama dengan satu ryo, dan satu ryo itu melebihi yang bisa diperoleh bahkan oleh petani terkaya dari panenan tahun ini. Jika tas pedagang itu penuh dengan shu emas, dia memegang harta karun di tangannya.
Ajaib juga bahwa para ronin yang mengikutinya belum membunuhnya dan merampas kekayaannya. Uang yang begitu banyak di depan mereka mencengangkan para petani hingga terdiam.
"Shogun baru-baru ini mencabut larangan perdagangan ke luar negeri," pedagang itu mengumumkan. "Melihat dunia akan menarik manfaat dari kehadiran kita, dia dengan bijak mengeluarkan perintah bahwa rakyat Jepang sekali lagi boleh tinggal di negeri asing. Untuk menyediakan akomodasi bagi pelancong kita, banyak losmen baru dibuka, di Taiwan, Filipina, Siam, Cochin Cina, Jawa, dan di tempat-tempat lain. Tentu saja, losmen-losmen ini harus dikelola orang Jepang. Kita tak dapat memercayakan pengurusan pelancong kita kepada penduduk setempat yang tak beradab. Untuk tujuan ini, aku telah diberi kuasa untuk menawarkan pekerjaan sebagai pelayan, juru masak, dan pengurus rumah tangga, kepada wanita-wanita muda desa kalian, untuk bekerja selama tiga tahun, dengan satu shu per tahun dibayarkan kepada keluarga mereka.
Di muka! Jadi, tiga shu sekarang, hari ini, menit ini juga, bagi setiap keluarga yang akan memberi putrid-putri mereka kesempatan sekali seumur hidup! Tiga shu emas!"
Begitu dia mendengar kata-kata tiga shu emas, Kimi tahu, bisa dikatakan dia sudah berada di Jawa atau Filipina atau Siam, entah di mana pun tempat-tempat itu. Dia tidak percaya sepatah kata pun ucapan orang yang jelas jelas bajingan itu tentang pemyataan Shogun atau peluang baru atau apa pun lainnya, dan ragu ada orang di desa ini yang benar-benar percaya. Namun, mana mungkin para petani miskin dengan banyak mulut yang harus diberi makan ini bisa menolak tawaran seperti itu.
"Sekarang, jujurlah kepadaku," kata pedagang itu, masih memamerkan telapak tangannya yang berisi emas untuk dilihat semua orang. "Apakah kalian pernah berpikir akan bisa menyaksikan putri kalian yang tanpa mas kawin itu menjadi begitu berharga" Sungguh, kita hidup di masa yang menakjubkan, bukan?"
Tiga saudara perempuan Kimi sudah menikah semua, dengan anak-anak yang terlalu kecil untuk ditinggalkan. Kimi satu-satunya yang bisa pergi. Dan pergilah dia, hari itu juga, bersama enam gadis lain dari desanya. Dia bahkan tak sempat mendaki bukit ke Mushindo untuk berpamitan kepada Goro.
BUKU KEDUA 10 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Dua minggu kemudian, dia berada di sebuah gudang di dermaga pelabuhan Yokohama, bersama seratus gadis dan wanita muda lainnya, menunggu kapal yang akan membawa mereka ke sebuah tempat yang disebut Luzon. Dongeng tentang menjadi pelayan dan pengurus rumah tangga dan juru masak sudah ditinggalkan lama sebelumnya. Banyak gadis yang lebih tua telah diperkosa oleh penjaga-penjaga mereka, sebagian berulang-ulang. Kimi dan yang lain selamat dari nasib itu hanya karena si pedagang berkali-kali mengingatkan para ronin bahwa gadis-gadis termuda akan berharga dua kali lipat jika mereka masih perawan ketika sampai di tujuan. Dalam kesetimbangan rapuh antara nafsu dan keserakahan, Kimi selamat untuk sementara. Namun, keselamatan itu tidak mengandung harapan. Karena akhirnya dia mengerti. Dia telah dijual oleh orangtuanya sendiri.
Selama beberapa hari, pemikiran untuk melarikan diri telah mempertahankan energi dan semangatnya. Akan tetapi, itu akhirnya memudar segera. Ke mana dia akan lari" Jika dia pulang ke desanya, gerombolan ronin akan datang mencarinya, dan apa yang akan dilakukan orangtuanya nanti" Mereka akan menyerahkan dirinya kembali, karena jika tidak, mereka harus mengembalikan emas itu, suatu hal yang tak dapat Kimi bayangkan. Dan, jika dia tidak pulang ke desanya, apa yang akan dilakukannya" Bagaimana dia bisa bertahan hidup di tempat seperti Yokohama, yang penuh dengan orang-orang asing, orang-orang yang sama terombang-ambingnya dengan para ronin yang menahannya"
Ketiadaan harapan membuat dirinya tumpul, dan karena tumpul, dia kehilangan jejak waktu.
Jadi, akan beginilah sisa hidupnya nanti. Tidak jelas, berkabut, mati rasa. Dia akan digunakan sampai dia tidak berguna lagi, kemudian dia akan mati. Betapa merananya dilahirkan sebagai wanita. Kalau saja dia seekor anjing, betina sekalipun, setidaknya dia akan mendapatkan perlindungan dari hukum lama Shogun yang mengatur perlakuan terhadap binatang. Tak ada hukum yang mengatur perlakuan terhadap wanita.
Jeritan ketakutan gadis-gadis di dekat pintu kurungan membangunkannya. Dia beringsut sejauh miingkin ke belakang di antara kerumunan. Karena harganya sebagai perawan, barangkali belum ada yang perlu ditakutinya, tetapi lebih baik tidak terlalu memercayai keserakahan. Mereka yang sering berbuat tak senonoh cenderung tak bisa dipercaya, bahkan ketika mereka menahan nafsu. Kelemahan sesaat, hanya itu yang diperlukan untuk meruntuhkan pertahanan mereka, dan para lelaki ronin ini penuh dengan kelemahan. Kimi bersembunyi.
"Ya, benar, menjerit, menjeritlah," salah seorang penjaga berkata, sementara yang lain tertawa.
BUKU KEDUA 11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Menakutkan sekali dia, bukan" Pembangkang berikutnya yang tidak melaksanakan perintah"
segera, dan dengan baik-baik pula"akan kami serahkan kepadanya. Bagaimana menurutmu" Kau!
Ya, kau! Siapa yang kaupilih" Dia atau aku?"
Kimi tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi, tetapi dia tidak perlu melihat untuk tahu. Dia mendengar tawa, dan bisik-bisik ketakutan, pintu kurungan dibuka, kaki-kaki bergeser. Tekanan tubuh gadis-gadis lain pada tubuhnya memberitahunya betapa ketakutannya mereka. Mereka mundur sejauh mungkin dari pintu.
"Kami akan meninggalkan dia di sini untuk mengawasi kalian," kata penjaga itu. "Jika kalian mau aman, sebaiknya jaga perilaku kalian ketika kami tidak ada, atau kalian rasakan sendiri akibatnya!"
Para penjaga pergi dengan wanita-wanita malang yang mereka pilih untuk hiburan malam mereka, tetapi tekanan tubuh-tubuh yang dirasakan Kimi tidak berkurang. Lelaki baru yang mereka tinggalkan tentunya benar-benar mengerikan jika dibandingkan dengan makhluk buas yang pernah dilihatnya. Dia bisa menduga laki-laki itu bergerak di sepanjang kurungan, mengintip mereka, karena kerumunan wanita yang ketakutan bergeser ke satu arah, kemudian berbalik ke arah lain, setiap kali dengan tanda kepanikan yang bertambah. Sebagian wanita sudah mulai terisak, menunggu horor yang akan segera mengunjungi mereka, tak pelak lagi. Mereka bergeser lagi dan dia melihat sekilas lelaki itu, kepalanya yang besar botak menjulang di atas mereka. Dia berjalan bolak-balik di luar kurungan, dengan membisu, perhatiannya sepenuhnya terpaku pada para wanita. Dia sejenis monster bisu tanpa rambut, barangkali orang asing, yang dibawa kemari oleh para ronin tak berhati untuk meneror mereka dan menjadikan mereka budak penurut.
Pintu kurungan berderik, awalnya dengan lembut, kemudian dengan kasar. Para wanita, tersentak, menekan lebih keras lagi dinding belakang. Terdengar bunyi logam patah. Kimi dapat melihat bagian atas pintu kurungan mengayun keluar. Monster itu sudah di dalam. Kerumunan wanita menjauh saat dia melangkah maju, dan Kimi mencoba menjauh bersama mereka. Namun, dia bisa melakukan itu hanya sesaat karena mereka juga menjauhi dirinya di samping monster itu.
Monster itu mengejarnya! Dalam beberapa hari terakhir, Kimi telah memi, kirkan bunuh diri, dan selalu memutuskan untuk tidak melakukannya. Hidup lebih baik ketimbang mati. Dengan hidup, dia punya kesempatan. Mati, tak ada apa-apa sama sekali. Lagi pula, ada masalah praktis. Bagaimana caranya"
Mogok makan tidak akan berhasil. Para penjaga akan melihat apa yang dilakukannya dan akan BUKU KEDUA
12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR memaksanya makan. Ini sudah terjadi pada seorang gadis. Sebelum dia melihat apa yang dilakukan penjaga, dia tidak tahu bahwa makan bisa menjadi siksaan.
Tak ada apa pun yang bisa digunakan untuk menggantung diri kecuali jeruji kerangkeng ini, dan itu cara yang terlalu lambat untuk mencekik. Salah seorang gadis juga sudah mencoba metode ini, dan hanya berhasil merusak otot-otot lehernya sebelum dia menyerah. Kini, kepalanya agak miring secara permanen, yang mengurangi harganya, dan yang pasti akan mengirimnya pada jenis perlakuan buruk yang terburuk di Luzon.
Dia tidak bisa melompat dari ketinggian atau mengiris tenggorokannya. Yang paling mungkin dilakukannya adalah membenturkan kepalanya ke Iantai dengan begitu keras sehingga tengkoraknya. Namun, dia tidak yakin dia punya kemauan atau kekuatan untuk melakukannya.
Berarti tinggal satu kemungkinan saja. Dan itu menakutkan, tetapi juga menjamin kematiannya, jika dia punya keberanian melakukannya. Dia sudah nyaris melakukannya beberapa kali dan selalu menghentikan dirinya. Hidup lebih baik daripada mati. Sampai saat ini.
Monster itu datang semakin dekat. Dalam kegelapan kerangkeng, Kimi tidak bisa melihat wajahnya, hanya garis-garis bentuk tubuhnya yang besar. Dia akan merobeknya, dia akan mematahkannya, dia akan menggilasnya, dalam kebuasan nafsu binatangnya, sebelum dia meninggalkannya untuk mati dalam penderitaan, sendiri dalam kehancuran, di sini, di lantai sebuah gudang di Yokohama.
Kimi membalikkan tubuh dan berlutut, lidahnya dikeluarkan sejauh mungkin di antara kedua baris giginya. Dia akan mengempaskan dagunya ke lantai, menggigit putus organ yang paling menyusahkan ini, dan mati kehabisan darah. Hidup yang menyedihkan, begitu singkat, dengan hanya sekelip cahaya yang dibawa rahib asing Jimbo, sepotong waktu yang rasanya telah lama lewat. Dia memejamkan mata dan mengangkat kepala untuk hunjaman terakhirnya. Lidahnya yang terjulur sudah begitu kering, rasanya seperti terbakar.
"Kimi," kata monster itu.
1882, Biara Mushindo "Goro," kata Biarawati Kepala Jintoku.
"Kimi," kata Dia yang Suci.
"Goro." BUKU KEDUA 13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Kimi." "Goro." "Kimi." Pengulangan nama-nama itu bisa berlanjut untuk waktu yang sangat lama. Biarawati Kepala telah menganggapnya sebagai sebuah bentuk nyanyian, dan sekali-sekali, tanpa disengaja dan tidak disadarinya, akan menyertainya dalam meditasi khusyuk. Terkadang Dia yang Suci masih ada di sana ketika Biarawati Kepala kembali pada kesadaran normalnya. Pada lain waktu, dia sudah pergi, mengikuti jadwal jimbo tanpa istirahat. Pernah, Biarawati Kepala terjaga dalam hujan akan mendapati seorang murid melindunginya dengan payung. Murid itu, tentu saja, telah dikirimkan kepadanya oleh Dia yang Suci.
Sampai pada hari Goro menemukannya di Yokohama, dia tidak pernah menyebutkan
namanya. Sekarang, dua puluh tahun kemudian, kosakatanya masih terdiri dari dua kata. Jimbo.
Kimi. Bagaimana Goro menemukannya" Dia tidak tahu. Bagaimana Goro sampai dipekerjakan oleh ronin sebagai penjaga" Dia tidak tahu.
Kimi, katanya, dan mengambil tangannya dan membimbingnya keluar dari kerangkeng, keluar dari dermaga, melewati Yokohama, dan kembali ke Mushindo. Dia adalah orang yang sering tersesat ketika berjalan dari desa ke kuil, yang masih dalam jarak pandang. Bagaimana dia melakukan perjalanan begitu jauh, dan bagaimana dia kemudian menemukan jalan kembali dengan begitu mudah" Dia tidak tahu.
Sebagian besar wanita yang dikurung terlalu takut untuk ikut, tetapi beberapa melakukannya.
Beberapa dari mereka masih menetap di Mushindo sekarang. Tak ada pengejaran waktu itu.
Mengapa" Dia tidak tahu. Dia tak pernah melihat pedagang atau para ronin itu lagi.
Biarawati Kepala mengerjapkan matanya.
Goro sudah menghilang. Ah, berapa lama dia berdiri di sini sendiri, tersesat dalam pikirannya tentang masa lalu" Dia mendongak menatap langit. Tepat lewat tengah hari. Tur itu sudah lama selesai, makanan biara yang sederhana sudah disajikan dan dimakan, para tamu sudah pergi. Dia meninggalkan tempat tinggal penjaga dan kembali ke biara untuk menghitung pemasukan hari ini. Di samping masukan dari sumbangan untuk tur, ada persembahan yang ditinggalkan di bangsal meditasi untuk Buddha, di dapur untuk makanan, dan di rumah biarawati untuk cendera mata suci berupa arang kayu, peluru, dan robekan perkamen.
BUKU KEDUA 14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Arang kayu berasal dari puing-puing bangsal meditasi yang tersisa setelah diledakkan dalam pertempuran terkenal itu. Cendera mata itu paling populer di antara jemaat yang percaya bahwa ia mempunyai kekuatan untuk menyebabkan ledakan kebangkitan serupa ke arah pencerahan.
Mereka yang mencari perlindungan dari bahaya fisik dan juga niat jahat musuh lebih memilih peluru sebagai jimat. Karena, ribuan telah ditembakkan kepada Lord Genji, dan tak satu pun mengenainya. Tentunya, peluru-peluru ini telah menyerap sebagian kekuatan Bangsawan Agung itu untuk menangkal serangan.
Namun, pemasukan dari benda-benda lain tidak seberapa dibandingkan dengan sumbangan yang diterima biara dari mereka yang merasa harus memiliki sepotong perkamen. Sebagian orang yang mencarinya yakin, robekan kertas kuno itu merupakan sisa-sisa perkamen Awan Burung Gereja, yang berisi ramalan para Bangsawan Agung Okumichi yang terpilih. Dengan memiliki sepotong perkamen itu, masa depan mereka akan cenderung menarik segala kebaikan dan menolak segala kejahatan. Sebagian lain percaya akan kekuatan yang bahkan lebih besar terkandung di dalamnya, kekuatan untuk mewujudkan keinginan seseorang yang paling mendalam, karena perkamen itu merupakan sisa-sisa perkamen Jembatan,Musim Gugur, kumpulan kutukan dan mantra yang disusun oleh putri sihir dari masa lampau, Lady Shizuka.
Biarawati Kepala tidak membuat pernyataan-pernyataan seperti itu, tetapi juga tidak memadamkan kepercayaan terhadap benda-benda itu. Peluru itu memang peluru yang dahulu ditembakkan dalam pertempuran itu dan dikumpulkan Goro ketika membersihkan kuil. Arang kayu berasal dari reruntuhan bangsal meditasi yang lama, sebagaimana diyakini orang-orang.
Serpihan kertas kuno diperoleh Biarawati Kepala dengan merobek perkameri kosong, yang semula berjumlah dua belas, sumbangan Lady Emily untuk biara sekitar lima belas tahun lalu. Apa sebetulnya perkamen itu, Biarawati Kepala tidak tahu, dan tidak begitu peduli. Yang penting adalah bahwa Biara Mushindo mendapatkan pemasukan memadai untuk memenuhi kebutuhan penghuni dan keluarga mereka. Biarkan orang mempercayai yang mereka ingini, jika itu memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Dunia ini tidak cukup memiliki keduanya.
Dia hendak melepaskan tudungnya, siang ini agak panas, ketika dia melihat tidak semua tamu telah pergi. Ada satu yang masih tinggal, duduk tenang sendirian di kebun tengah, seorang pemuda, tampan luar biasa, dengan mata yang sangat cemerlang dan bulu mata panjang, nyaris lentik seperti bulu mata gadis-gadis. Untungnya, kumis menyelamatkan dia dari penampilan yang cantik berlebihan. Dia berpakaian rapi dengan gaya Barat terkini, topi perkebunan dari kain wol BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR hitam di kepalanya, rompi sutra abu-abu di dalam jas wol hitam berkancing rangkap, dan celana panjang wol abu-abu tua. Hanya sepatunya"bot yang biasa dipakai penunggng kuda, bukan orang kota"tampak tidak serasi. Dia menundukkan kepala dan merangkapkan kedua tangan membuat gerakan gassho Buddhis dan berjalan seakan hendak melewatinya, tetapi pemuda itu berbicara kepadanya sebelum dia berlalu.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pemandu kami tadi bercerita tentang pertempuran yang terkenal itu," katanya.
Lafalnya agak aneh, seakan dia sudah lama tidak berbicara dengan bahasa Jepang. Barangkali, dia lama tinggal di luar negeri dan berbicara bahasa asing, dan lidahnya belum terbiasa lagi dengan bahasa Jepang.
"Tujuannya untuk mengingatkan," kata Biarawati Kepala. "Bahwa kekerasan seperti itu terjadi di tempat suci mengingatkan kita bahwa kedamaian dan kekacauan tidak terpisah jauh sebagaimana yang kita kira. Saya harap itu tidak terlalu merisaukan Anda."
"Tidak sama sekali," sahut pemuda itu meski pun wajahnya tampak risau. "Masalahnya hanya aku mendengar versi yang berbeda dari kisah itu."
Cara bibirnya membentuk senyum tipis yang nyaris mengejek mengingatkan Biarawati Keprrla kepada seseorang yang tidak bisa diingamya segera.
"Pemandu mengatakan Lord Taro memimpin penyelamatan dengan pasukan kavaleri terkenal WIlayah Akaoka," katanya. "Tetapi, Taro belum mendapat gelar lord saat itu, dan dia terjebak bersama Lord Genji dan yang lainnya. Penyelamatan itu dipimpin oleh Lord Mukai, yang membawa pasukannya sendiri dari utara."
"Begitukah?" ujar Biarawati Kepala. Dia terkejut, oleh pengetahuan pemuda itu. Pertempuran itu memang terjadi seperti yang dikatakannya, dan bukan seperti yang dikisahkan kepada pengunjung. Kisah resmi itu memberikan peran yang dimainkan Muka kepada Taro sebagian untuk merehabilitasi reputasi Taro, dan sebagian untuk menyamarkan peran Mukai. Taro pada akhirny
a kehilangan pegangan, sementara gosip yang tidak menguntungkan tentang kebiasaan sosial Mukai membuat hubungan dengannya dapat mempermalukan Genji. Dua pulutt tahun pengulangan telah membuat kebohongan mempunyai bobot yang sama dengan fakta sejarah Bahkan, ada altar yang dipersembahkan bagi Lord Taro di salah satu kuil kecil di dalam biara.
Selama bertahun-tahun, dia terus mendapatkan popularitas sebagai bodhisatwa penyelamat.
Karena tak ada peninggalan yang berkaitan dengannya, Biarawati Kepala tidak mendorong kultus terhadapnya. Katanya, "Inti sesungguhnya dari kisah itu bukanlah perincian siapa yang melakukan BUKU KEDUA
16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR apa. Kami melayani lebih baik dengan berfokus pada ketidakpastian hidup, dan rasa syukur serta perhatian yang layak diberikan pada setiap momen."
"Kukira demikian."
Dia tampak sangat kecewa, seakan-akan itu memiliki makna pribadi untuknya.
"Apakah Anda mempunyai minat khusus pada pertempuran itu?" tanya Biarawati Kepala.
"Hanya pada kebenarannya," katanya. Dia masih tersenyum, dan senyum itu masih bersifat mengejek, tetapi kali ini tampaknya ditujukan kepada dirinya endiri. "Aku berharap apa yang pernah diceritakan kepadaku ada benarnya. Apa saja."
"Dari mana Anda mendengar versi Anda?" tanya Itiarawati Kepala.
"Dari orangtuaku. Mereka ada di sana waktu itu. Atau begitulah yang mereka katakan kepadaku."
Biarawati Kepala mengenal semua anak desa yang bersamanya pada hari itu, menyaksikan dari tempat persembunyian mereka di hutan. Dia mengenal semua orang yang masih hidup dan menjadi dewasa, semua anak yang lahir dari mereka, dan semua cucu mereka, dan pemuda ini jelas tidak termasuk di dalamnya. Hanya sebelas orang di pihak Lord Genji yang selamat dari pertempuran, empat wanita dan tujuh pria. Tiga pasang dari mereka sudah bersatu dalam pernikahan, pasti dengan meyakini bahwa nasib telah mengumpulkan mereka dan menyebabkan mereka selamat hanya untuk tujuan itu. (Betapa kita sering memberikan kesan penting yang tidak berdasar pada keberadaan kita yang tidak berarti. Biarawati Kepala diam-diam bersyukur kepada Buddha karena melindunginya dari fantasi itu.) Orangtua pemuda ini telah mengatakan kebenaran tentang pertempuran itu"tetapi telah berbohong kepadanya tentang berada di sana. Bukan kebohongan penting, melainkan seperti kebohongan yang biasa terlupakan. Namun, tampaknya itu telah memengaruhinya.
"Dan siapakah orangtua Anda?" tanya Biarawati Kepala.
Pemuda itu kemudian melakukan hal yang tak terduga.
Dia tertawa. "Itu pertanyaan bagus," katanya, "sungguh pertanyaan yang bagus." "
BUKU KEDUA 17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 5 Lolosnya Bandit Chnatown 1882, Chinatown, San Francisco
Matthew Stark berhenti di depan tokok
binatu Cina di persimpangan jalan Washington dan
Dupont. Dia menarik napas dalam-dalam. Sebagian
kenalannya suka membicarakan "bau" Chinatown,
seakan-akan daerah itu muncul dari bisul bernanah.
Stark sendiri ditenangkan oleh campuran aroma itu,
bukan dari banyaknya atau salah satu di antaranya,
melainkan oleh keseluruhannya, kesuburannya, kesan kekuatannya. Harapan di hatinya selalu terbangkitkan oleh aroma itu, bahwa ada hal lebih baik yang akan terjadi, tak peduli bahwa dari pengalaman dia tahu hal yang lebih buruk setidaknya punya peluang yang sama dengan hal yang lebih baik. Entah bagaimana, aroma itu juga mengingatkannya pada tahun penuh peristiwa yang dilaluinya di Jepang, yang kini telah dua puluh tahun berlalu meskipun tak ada yang sama dalam bau-bauan itu. Barangkali, hanya karena keduanya sama-sama aroma ketimuran.
Berpakaian modern dengan jas panjang wol berkancing ganda, berwarna hitam dan dengan pelisir beledu hitam, rompi brokat sutra merah tua di atas kemeja sutra putih, celana panjang wol, tali selempang katun, topi perkebunan, pita sutra hitam dalam ikatan kupu-kupu longgar di lehernya, rambut agak panjang tetapi rapi pada dahinya yang sudah ditumbuhi uban, Stark tampak seperti pria terhormat dan kaya dari kota San Francisco yang sedang berkembang, kecuali untuk tonjolan samar pada jasnya di paha kanan dan dada kiri. Di sanalah dia menyimpan sarung senjata berisi dua buah revolver kaliber 38, masing-masing dengan laras 2,5 cm dan 0,5 cm. Yang pertama BUKU KEDUA
1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR untuk ketepatan dan berikutnya untuk kepraktisan. Kedua senjata itu diperiksanya sebelum dia melanjutkan berjalan menyeberangi taman ke arah jade Lotus, tempat hiburan ternama di bagian kota ini.
Stark tidak mengharapkan masalah, apalagi jenis masalah yang memerlukan penggunaan dua pistol. Namun, kebiasaan lama susah dipatahkan. Ketika dia berusia tujuh belas tahun, dan lari dari panti asuhan Ohio untuk mencoba menjadi koboi di Texas Barat, Stark nyaris terbunuh oleh penjudi yang tertangkap basah curang bermain kartu olehnya. Satu-satunya alasan dia menembak si penjudi itu alih-alih sebaliknya adalah karena amunisi si penjudi itu telah membuat tembakannya meleset. Insiden itu mendorong Stark membiasakan diri membawa cadangan, kalau-kalau diperlukan. Sejak saat itu, dia telah empat kali menembakkan kedua senjatanya, semuanya terjadi pada saat dia di Jepang. Dalam tiga kejadian di.antaranya, dia menyelamatkan jiwanya sendiri dan jiwa teman-temannya. Sementara dalam satu peristiwa lainnya, sebetulnya tidak ada alasan untuk menyelamatkan nyawa seseorang. Stark telah menembakkan Colt 44 dan Smith & Wesson 32
sampai pelurunya habis pada lelaki tak berdaya yang sudah dilukainya dengan fatal. Ini merupakan bukti ironi terbesar bahwa cinta mudah mendorong manusia dalam kebencian, dan bahwa kebencian itu dapat membuat manusia melakukan hal-hal yang tidak masuk akal tanpa keraguan sekejap pun.
Stark hendak menemui Wu Chun Hing, salah satu orang terkaya di San Francisco. Dengan kekuatan sebagai orang Cina, dia berhak tinggal di daerah seluas dua belas blok seputar Taman Portsmouth, bersama kira-kira dua puluh ribu temah sebangsanya, dan cukup bijak untuk tidak memamerkan kekayaannya pada penduduk Amerika di kota ini. Stark telah mendengar bahwa Wu lahir dalam keluarga berpengaruh di Cina, telah datang ke Amerika Serikat ketika masih muda untuk melanjutkan studinya, dan telah terbuang ke sini ketika keluarganya dihancurkan dalam salah satu pemberontakan yang tampaknya secara tragis sering melanda negeri itu. Apa pun kebenaran tentang masa lalunya, Wu yang sekarang adalah pemilik banyak restoran, rumah bordir, rumah judi, dan sarang opium. Karena Stark berada di jalur bisnis yang sepenuhnya berbeda, dan tidak menggunakan barang dan jasa yang ditawarkan Wu, dengan pengecualian makanan, keduanya tak pernah mempunyai urusan atau konflik serius. Dia tidak tahu mengapa Wu meminta bertemu dengannya.
"Mohon maaf saya telah meminta Ainda untuk datang kemari," kata Wu. Stark telah diaritarkan ke ruang duduk di lantai dua. Ruangan itu ditata seperti perpustakaan kecil pribadi BUKU KEDUA
2 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR yang mungkin ditemukan di rumah seorang dosen perguruan tinggi, lengkap dengan tumpukan bukunya. Tak ada yang menunjukkan bahwa ruang itu bukan milik seorang intelektual kaya Amerika. Kesan ini dilengkapi dengan pakaian Wu, yang menyamai tamunya dalam selera dan kualitas. Tak ada sedikit pun tanda ketimuran yang bisa dilihat, kecuali wajah Wu. Rambutnya dipotong rapi. Tak ada kepangan, tentu saja.
"Dengan kondisi seperti saat ini, tidak bijak hagi saya untuk keluar dari daerah saya sendiri."
"Karena Bandit Chinatown," kata Stark.
"Ya," sahut Wu, tampak benar-benar risau, "meskipun dia bukan dari Chinatown."
Stark berkata, "Koran menyatakan begitu."
"Koran." Wu mengeluarkan suara meludah. "Mereka punya dua tujuan saja. Untuk menjual koran lebih banyak lagi, dan untuk memenuhi kebutuhan tuan mereka yang serakah. Berkat koran, kami dikenai Pajak Volume Udara untuk Warga Cina, Pajak Penambang Cina, Pajak Polisi Cina.
Apa ini adil" Tak ada Pajak Volume Udara Warga Meksiko, tak ada Pajak Penambang Jerman, tak ada Pajak Polisi Irlandia, bukan" Dan kini, berkat kehebohan tentang `Bandit Chinatown', perasaan anti terhadap kami menyala sekali lagi."
"Patut disesali, tetapi bisa dipahami," kata Stark "Yang dibutuhkan semua orang hanyalah alasan. Bandit ini memberi mereka alasan. Saya kira, Anda telah menghentikannya jauh sebelum ini."
"Pasti sudah, seandainya dia warga Cina. Karena, jika dia warga Cina, tak mungkin dia selamanya tidak saya kenal."
"Saya tidak bermaksud kasar, Tuan Wu, tetapi setiap saksi mata menggambarkannya sebagai orang Cina. Mereka tak mungkin salah semuanya."
"Mereka bisa saja salah jika?" Wu hendak membantah, kemudian tampaknya mendapatkan pemikiran lebih baik, dan melanjutkan, "Penjahat ini menyerang pasangan kaya di lingkungan mereka sendiri, mengancam mereka dengan pistol, pisau, dan?"
"Golok daging," kata Stark, "yang biasa ditemukan di restoran Cina."
"Ya. Itu alat penipuan yang licik. Dia mengacung-acungkan pistol, dan golok daging, lalu merampas perhiasan dari wanita korbannya. Jika suaminya melawan, dia akan meneriakkan sesuatu, yang tentunya dalam bahasa Cina, dan merubuhkannya dengan tendangan, atau memukulnya dengan gagang golok." Wu menyeringai. "Sentimen anti-Cina tumbuh semakin subur setiap harinya. Saya pikir, penjarahan dan pembakaran empat tahun lalu adalah dasar lubang, tetapi BUKU KEDUA
3 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR ternyata dasamya lebih dalam dari yang saya kira, begitu jauh ke dalam saya tidak yakin bisa melihatnya. Sudah cukup buruk ketika pemerintah kota dan negara bagian memberlakukan aturan hukuman. Sekarang, Kongres Amerika Serikat berusaha meloloskan Aturan Pembatasan Warga Cina, dan jika hukum itu berlaku, apa yang akan terjadi dengan kami nanti" Apakah kami akan diusir" Dipenjara" Apakah harta milik kami yang tak seberapa akan disita" Dalam situasi buruk ini, tak mungkin ada warga Cina yang berani memperburuknya dengan melakukan tindak kejahatan itu."
"Warga Cina yang waras tidak mungkin berbuat itu," kata Stark. "Bandit itu mungkin tidak waras."
Wu menggelengkan kepala. "Dia bukan orang Cina."
Stark mengangkat bahu. "Kalau begitu, saya percaya kata-kata Anda, dan berharap seperti Anda, bahwa dia berhenti sebelum situasi menjadi tak terkendali. Sekarang, jika Anda bersedia, barangkali kita bisa beralih pada tujuan pertemuan ini."
Tanpa berbicara, Wu menatap Stark beberapa saat sebelum melanjutkan. "Kita sedang melakukannya, Tuan Stark."
Stark mengerutkan kening. "Saya tidak yakin memahami ini."
"Karena sifat beragam bisnis saya," kata Wu. "Saya sudah membina hubungan baik dengan sejumlah perwira polisi. Sejak awal, mereka sudah meminta bantuan, dan sekaligus membagi informasi kepada saya. Ada beberapa fakta aneh. Si Bandit tahu nama-nama korbannya. Dia tahu di mana mereka tinggal, sampai-sampai bisa menggambarkan ruang-ruang di dalamnya, termasuk, pada satu kasus, kamar tidur utama, menunjukkan dia pernah berada di rumah korban sebelum merampok mereka di jalan. Para korbannya ketakutan dan marah. Sejauh ini polisi merahasiakan fakta ini dari media. Jika ini terbongkar, segera akan terjadi kerusuhan massal yang beringas di Chinatown dan kita mengulangi kekerasan tahun '77."
"Saya masih belum paham," kata Stark. "Apa yang bisa saya lakukan tentang masalah ini?"
"Tolong biarkan saya meneruskan, Tuan Stark Ini masalah sulit yang membutuhkan pemikirin hati-hati. Jadi, apa yang kita miliki sejauh ini" Seorang laki-laki yang mampu memasuki rumah tanpa terdeteksi, dan tanpa meninggalkan jejak bahwa dia pernah di sana. Ingat, dia juga melakukan perampokannya di pusat lingkungan terbaik"lingkungan kulit putih murni"tetapi tak seorang pun pernah melihatnya, meskipun karena rasnya, dia jadi menonjol bagaikan jempol bengkak."
BUKU KEDUA 4 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Dia mungkin menyamar."
"Kalau begitu, kita harus menambahkan kemampuan itu ke dalam daftar bakatnya yang hebat, Dan dia semakin luar biasa, karena dia tidak mencuri apa pun dari rumah yang dimasukinya, meskipun dia mudah saja melakukannya. Ini sangat menunjukkan bahwa dia tidak termotivasi oleh materi, karakteristik yang sangat aneh pada seorang pembobol rumah dan perampok bersenjata, bukan" Fakta bahwa dia hanya mengambil sekeping perhiasan dalam setiap aksi perampokannya cenderung mendukung kesimpulan ini."
"Mari kita asumsikan Anda benar," kata Stark. "Tetap saja tidak mengarah pada kesimpulan yang berguna."
"Ada lagi," kata Wu. "Polisi relasi saya juga memberikan gambaran terperinci tentang perhiasan-perhiasan yang diambil dalam perampokan. Dari Tuan dan Nyonya Dobson, bros platina, berdiameter lima belas sentimeter, bertatahkan dua puluh tujuh berlian dengan berat total tiga belas setengah karat, tiga belas batu safir dengan berat sembilan tiga perempat karat, dan batu safir di tengah seberat lima karat." Wu meletakkan sebuah bros yang sesuai dengan gambaran yang baru saja diberikannya di atas meja.
"Dari Tuan dan Nyonya Merrill, sebentuk cincin ernas delapan belas karat, dengan jamrud tunggal tiga setengah karat." Dia meletakkan sebuah cincin di samping bros.
"Dari Tuan dan Nyonya Hart, sebuah kalung, panjang enam puluh sentimeter, dengan rantai ganda dari emas dua puluh satu karat dan perak yang membelit rangkaian mutiara dengan diameter bervariasi antara setengah sampai dua setengah sentimeter."
Kalung itu bergabung dengan bros dan cincin.
"Saya belum menemukan sepasang gelang emas dan gading yang dirampas si bandit dari Tuan dan Nyonya Berger," kata Wu, "tetapi tentu saja, kejadiannya baru kemarin dan belum"
bagaimana saya mengatakannya"masuk dalam agenda."
"Sekarang saya sepenuhnya bingung," kata Stark. "Jika Anda telah memiliki barang-barang rampokan, seharusnya Anda telah menangkap bandit itu."
Wu menggelengkan kepala. "Saya belum menangkapnya."
"Kaki tangannya kalau begitu."
"Tidak. Tak ada bukti bahwa dia punya kaki tangan."
"Kalau begitu, bagaimana semua perhiasan ini sampai ke tangan Anda?"
"Semuanya ditemukan kemarin dalam pemeriksaan rutin asrama wanita di sini. Para wanita itu BUKU KEDUA
5 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR sudah ditanyai, tetapi sejauh ini setiap orang menyangkal mengetahuinya."
"Asrama wanita yang Anda maksud itu rumah bordil?"
"Ya." "Jadi, salah seorang dari mereka mempunyai kekasih, atau pelanggan, yaitu si bandit. Jadi, cukup mudah sekarang untuk membongkar kedoknya." Stark menatap tajam Wu. "Saya tidak bisa melihat alasan Anda melibatkan saya dalam masalah ini."
"Karena ini tidak semudah itu," kata Wu. "Saya berharap Anda mau membantu saya memecahkan misteri ini dengan cara yang paling tidak menyakitkan bagi semua orang yang terlibat, dan sesegera mungkin."
"Bagaimana saya bisa melakukan apa yang Anda tidak bisa" Pengetahuan saya dalam masalah ini jauh lebih sedikit ketimbang Anda."
"Dengan membantu saya menyusun fakta-fakta, dan kemudian barangkali memikirkan jalan pemecahannya. Anda seorang pria yang bijaksana, Tuan, semua orang mengatakan begitu.
Barangkali, Anda akan melihat apa yang luput dari pandangan orang lain. Pertama. Bandit itu masuk rumah korban dengan keahlian sama seperti pencuri profesional terbaik. Ini berarti dia terlatih dalam bidang itu, atau banyak praktik. Kedua. Tak seorang pun pernah melihatnya memasuki atau meninggalkan rumah-rumah korban, atau di jalan-jalan lingkungan yang diincarnya. Dia bergerak seperti siluman, seperti yang dilakukan, katakanlah, praktisi ilmu mistis rahasia dari dongeng rakyat Jepang. Apa sebutan untuk mereka itu?"
"Ninja," kata Stark.
"Ya, Ninja. Saya dengar Nyonya Stark pernah mempelajari ilmu semacam itu di negerinya."
"Anda tentunya tidak menyarankan bahwa istri saya adalah Bandit Chinatown."
"Tentu saja tidak, dan saya mohon maaf jika telah memberikan kesan seperti itu. Saya hanya bermaksud menyatakan bahwa siapa pun bandit itu, dia memiliki keterampilan serupa."
"Jumlah orang Jepang di San Francisco kurang dari seratus orang," kata Stark. "Saya sangat meragukan bahwa salah seorang dari mereka adalah ninja."
"Tentu saja," kata Wu. "Saya teruskan. Ketiga. Bandit itu tidak termotivasi oleh materi. Ini berarti bahwa dia tidak mempunyai kebutuhan materiil yang tidak terpenuhi. Pendeknya, ini menunjukkan bahwa laki-laki itu sama kayanya dengan korban, kalau tidak lebih kaya."
"Itu sulit dipercaya," kata Stark. Apa maksud Wu dengan semua ini" Apa pun itu, dia mulai merasa gelisah. "Untuk apa pria kaya merampok orang" Dia tidak perlu melakukannya."
BUKU KEDUA 6 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Bukan karena kebutuhan," kata Wu, "tetapi untuk ketegangan di dalamnya. Dan untuk memberikan hadiah berkesan kepada seorang gadis cantik."
Stark mendengus. "Siapa yang mau memberikan hadiah kepada pelacur?"
"Bukan Anda dan saya, tentunya," kata Wit "Kita adalah pria dewasa yang tidak menipu diri sendiri tentang apa yang nyata dan apa yang tidak. Tetapi, seseorang dengan sifat sangat romantis, seseorang yang sangat muda dan mudah terpengaruh, barangkali, seseorang yang tidak berpengalaman dengan wanita"pemuda seperti itu mungkin berpikir bahwa melakukannya adalah tindakan yang tepat."
"Anda punya gagasan tentang siapa dia. Apakah Anda akan mengatakannya kepada saya, atau saya harus menebaknya?"
Wu mengangkat bahu. "Saya berharap, Tuan Stark, Anda akan merangkaikan fakta-fakta itu dan menemukan si pelaku. Tentu saja, jika Anda menemukannya, dan dapat memecahkan masalah ini sendiri, kita tak perlu melibatkan yang berwenang, atau memaksa mereka yang telah dirugikan untuk mengambil tindakan di luar hukum. Anda akan mencari seseorang dengan ilmu ninja, tidak terdorong oleh kebutuhan materi, muda dan romantis, tidak berpengalaman dalam cinta, mungkin hidup dalam proteksi berlebihan, suatu kehidupan yang membangkitkan keinginan untuk merasakan bahaya dan petualangan." Wu berhenti dan membungkuk sebelum melanjutkan. "Juga seseorang yang bukan orang Cina, tetapi mungkin keliru dianggap orang Cina oleh mereka yang tidak tahu benar."
Dada Stark menegang. Di kota ini, satu-satunya yang bisa disalahkirakan sebagai warga Cina adalah warga Jepang. Dan ada, sepanjang pengetahuan Stark, satu orang Jepang yang sesuai benar dengan gambaran Wu, dan satu-satunya orang yang Wu hindari benar untuk menyebutkan namanya agar tidak mempermalukan Stark. Namun, tak mungkin dia, bukan" Apakah Stark terlalu berfokus pada urusan bisnisnya sehingga tidak melihat sesuatu yang begitu memalukan terjadi di depan matanya" Pasti begitu. Wu pasti tidak akan sembarangan melakukan pertemuan dengan Stark kalau saja dia tidak yakin.
"Saya menghargai kebijaksanaan Anda, Tuan Wu," kata Stark akhirnya.
Wu membungkuk. "Secara pribadi, Tuan Stark, percakapan ini tidak pernah terjadi."
"Izinkan saya memberikan kompensasi kepada Anda untuk kerugian bisnis yang mungkin Anda alami karena Bandit itu."
"Oh, tak usah," kata Wu, mengangkat kedua tangannya, "itu sama sekali tak perlu. Mengakhiri BUKU KEDUA
7 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR kejahatan ini sudah merupakan kompensasi yang memadai." Wu tidak menyebutkan harta rampasan si Bandit, yang sekarang kebetulan berada di tangannya sendiri. Benda-benda itu penting ditunjukkan kepada Stark untuk membuktikan fakta-fakta. Kali ini, tak ada ancaman harta itu akan hilang karena Stark tidak mungkin mengungkapkan pengetahuan tentangnya tanpa mengkhianati kepentingan vitalnya sendiri. Jadi, keberuntungan kecil dalam bentuk permata dan logam berharga"karena, tentu saja perhiasan itu tidak mungkin tetap dalam bentuknya sekarang"
menjadi milik Wu. Dia sebetulnya sudah mendapatkan kompen-sasi memadai untuk kerugiannya, dan karena dia telah menanam jasa bagi Stark"selalu ada manfaatnya menanam jasa bagi orang kaya dan berpengaruh"Stark sekarang berutang budi kepadanya. Akan tetapi, tidak berarti Wu perlu memperlihatkan minatnya terhadap harta sitaan itu. Itu akan sangat merendahkan martabatnya. Keberadaannya saja sudah cukup menjadi petunjuk.
"Saya ucapkan terima kasih, kalau begitu," kata Stark. Dia berhenti di pintu. "Bolehkah saya merepotkan Anda untuk terakhir kalinya sebelum pergi?"
"Silakan." "Siapa nama gadis itu?"
"Waktu ibumu dan aku datang ke kota ini tahun '62," kata Stark, "San Francisco berpenduduk enam puluh ribu orang. Sekarang, populasinya sudah seperempat juta. Kota ini terus berkembang, demikian pula peluang bagi mereka yang tangkas dan berani."
"Peluang bisnis, maksud Ayah." Makoto Stark menatap keluar jendela ruang keluarga pada kota di bawah sana.
"Memangnya peluang apa lagi?"
Makoto memandang Stark. "Itu bagus, Yah, bagi orang-orang yang tertarik pada bisnis."
"Banyak hal yang menarik."
"Keuntungan dan kerugian, persediaan dan permintaan, utang dan piutang," kata Makoto.
"Hal-hal yang menarik."
"Administrasi bukan bisnis," kata Stark, "itu rekaman bisnis. Kautahu apa yang menjadi bisnis Red Hill Consolidated Company?"
"Tentu. Gula, wol, pertambangan. Beberapa pabrik."
"Kita menambang bijih besi di Kanada, dan perak di Meksiko. Kita punya peternakan biri-biri di California, dan perkebunan tebu di Kerajaau Hawaii. Kita mengelola pabrik gula terbesar di BUKU KEDUA
8 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR California, dan kita memiliki bank terbesar di San Francisco."
Makoto angkat bahu. Stark bersandar di kursinya. "Selama ini, aku terlalu memanjakanmu, begitu juga ibumu." Dia memikirkan Heiko, dan dengan memikirkannya, dia tidak sanggup marah kepada Makoto, bahkan sekarang.
"Aku telah melakukan tepat apa yang Ayah dan Ibu kehendaki, yaitu berkonsentrasi pada studiku di universitas. Aku mendapatkan penilaian yang baik dari para dosen, bukan" Terutama dalam bahasa Inggris dan sastra."
"Bahasa Inggris dan sastra." Apakah dunia berubah begitu banyak dalam waktu yang singkat"
Si ayah pengembara berkuda, si anak sastrawan, semuanya dalam satu generasi" "Umurmu akan dua puluh tahun ini. Sepertinya, kau sudah harus berpikir serius tentang masa depanmu.
Bagaimana bahasa Inggris dan sastra berperan di dalamnya?"
Makoto tersenyum. "Apakah Ayah sudah memetakan masa depan Ayah pada usia dua puluh?"
"Segalanya berbeda waktu itu," kata Stark. Merampok pusat-pusat perdagangan di Kansas, bankbank bank di Missouri. Mencuri kuda di Meksiko, ternak di Texas. Jatuh cinta kepada seorang pelacur di El Paso. Menembak banyak laki-laki dalam duel bersenjata, sembilan di antaranya sebelum usianya genap dua puluh. "Tak banyak peluang yang bisa kausebut karier waktu itu."
"Jadi kukira, suatu keberuntungan bahwa Ayah kebetulan menjadi mitra Tuan Okumichi."
"Ya," kata Stark, "kebetulan murni." Tuan Okumichi. Dia masih belum bisa memandang-nya seperti itu. Okumichi no kami Genji, Bangsawan Agung Akaoka, penentu hidup atau mati setiap laki-laki, wanita, dan anak-anak di wilayahnya. Seorang panglima perang yang menge-nakan gaun rumit yang dirancang seratus tahun lalu, rambutnya ditata dalam gaya antik yang mewah, dua pedang di pinggangnya, dan sepuluh ribu samurai yang akan mematuhi perintahnya dengan mutlak. Pemimpin sebuah klan yang bersumpah untuk menentang Shogun selama hampir tiga ratus tahun. Semuanya tidak ada lagi sekarang. Tak ada kuncir rambut, tak ada gaun, tak ada pedang. Tak ada samurai, tak ada wilayah, tak ada bangsawan agung, tak ada Shogun. Mereka tak pernah bertemu lagi selama dua puluh tahun, kecuali dalam foto, dan komunikasi mereka hanya melalui surat-menyurat dengan keteraturan yang konsisten. Stark pergi ke Hawaii setiap tahun untuk memeriksa perkebunan tebunya, tetapi tak pernah pergi lebih jauh ke barat. Genji pernah BUKU KEDUA
9 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR mengunjungi Amerika Serikat tahun lalu, tetapi dia pergi lewat Eropa, mengunjungi New York, Boston, Washington, dan Richmond, dan kembali tanpa mengunjungi California. Bagaimana dua laki-laki bisa menjadi mitra tepercaya dan teman tak tergoyahkan tanpa saling bertemu selama itu"
Kekuatan masa lalu memang besar. Ia mengikat mereka selamanya, dan memisahkan mereka selamanya, karena dari semua bahaya yang telah mereka hadapi bertahun-tahun lalu, serta dari semua orang yang telah mereka kenal dan cintai dan benci, hanya satu yang penting. Heiko. Selalu, ada Heiko.
Setiap kali Stark memikirkan Heiko, dia melihatnya tetap seperti ketika mereka pertama bertemu. Begitu sempurna, begitu anggun, begitu rapuh, dalam kimono sutra yang dipenuhi bordir pepohonan willow tertiup angin. Bahasa Inggrisnya waktu itu beraksen buruk sekali, sampai Stark nyaris tidak memahami satu kata pun. Namun, Heiko belajar dengan cepat, dan pada saat mereka meninggalkan Jepang bersama, Heiko sudah berbicara dengan lebih baik ketimbang kebanyakan orang yang dikenalnya di Texas pada masa mudanya dahulu. Stark bertanya-tanya, seperti yang sering dilakukannya, bagaimana Genji mengingat Heiko.
Stark ingin menceritakan hal itu kepada Makoto, semuanya, tetapi dia tidak bisa. Dia telah bersumpah merahasiakannya, dan dia akan menjaga sumpahnya.
Makoto berkata, "Tak banyak orang Amerika pergi ke Jepang pada masa-masa itu."
"Tidak, tidak banyak."
"Seorang teman lama dari masa ketika Ayah menggiring ternak mengundang Ayah ke sana.
Ethan Cruz." "Benar," kata Stark. Menemukan apa yang ditinggalkannya di daerah perbukitan Texas.
Melacak jejaknya melalui gurun dan dataran tinggi barat, melewati Meksiko dan California, dan menyeberangi Pasifik ke Jepang. Berhasil menyusulnya di pegunungan di atas Padang Rumput Kanto. Menyarangkan sebutir peluru di dadanya dekat jantungnya, dan seluruh isi kedua revolvernya pada wajahnya. "Dia punya gagasan-gagasan menjanjikan, tetapi merasa tidak puas dan mati sebelum kami berdua bisa memulai. Tuan Okumichi menyukai proposalku, menjadikan aku mitra kerja sebagai gantinya. Aku telah menceritakan kisah ini kepadamu paling sedikit selusin kali."
"Ya, kukira begitu," kata Makoto. "Ayah telah menceritakannya dengan cara yang sama setiap kalinya pula."
Stark menatapnya. "Artinya?"
BUKU KEDUA 10 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Kata Ibu, yang terpenting dalam ninjitsu bukanlah bagian pertarungan, atau bagian silumannya. Tetapi, waspada terhadap perbedaan antara yang nyata dan tidak nyata, dalam ucapan maupun perbuatan. Kata Ibu, ada dua cara untuk menangkap pembohong. Yang pertama mudah.
Kebanyakan pembohong itu bodoh, dan cerita mereka selalu berubah-ubah, karena mereka tidak ingat apa yang telah mereka katakan. Yang kedua sulit. Pembohong yang pintar ingat kebohongannya, dan ceritanya tidak berubah. Tetapi, itu kelemahannya juga. Kisahnya selalu tepat sama karena dia memastikan dirinya ingai dengan tepat apa yang telah dikatakannya."
"Kebenaran itu sendiri juga selalu tepat sama."
"Kebenaran memang begitu, tetapi tidak penceritaan yang benar. Penceritaan sedikit berbeda setiap kalinya kecuali Ayah punya ingatan seperti pelat fotografik."
"Mengapa aku harus berbohong tentang bagaimana bisnis ini dimulai?"
"Aku tidak tahu," kata Makoto. "Mungkin ada sesuatu yang buruk tentangnya. Barangkali, Ayah menyelundupkan barang-barang terlarang. Opium, atau budak kulit putih."
"Aku tak pernah menyelundupkan apa pun seumur hidupku," kata Stark. "Kau membiarkan imajinasimu bebas berkeliaran."
"Aku tidak benar-benar peduli apa yang telah terjadi," kata Makoto. "Aku hanya menganggapnya menarik, itu saja. Kebohongan Ayah yang bisa kurasakan hanyalah ketika Ayah bercerita tentang hari-hari Ayah di Texas dan Jepang. Membuatku sedikit penasaran apa yang sebetulnya terjadi."
"Kau seorang pakar tentang kebohongan sekarang?"
Makoto angkat bahu. "Itu hidup Ayah sendiri. Ayah tidak harus menceritakan apa pun yang tidak Ayah inginkan kepadaku."
"Mumpung kita sedang berbicara soal ini," kata Stark, "ceritakan kepadaku beberapa kebohongan tentang Siu-fong."
Makoto membeku. Stark membiarkan saat-saat berlalu ketika Makoto tetap diam. Stark berkata, "Ibumu tidak memberitahumu cara ketiga, kukira. Yaitu, si pembohong begitu terbelit dalam kebohongannya sehingga dia bahkan tidak bisa berkelit."
"Aku tidak terbelit dalam apa pun," kata Makoto. "Ayah tak pernah bertanya tentang dia sebelumnya. Bagaimana Ayah tahu?"
"Aku bercakap-cakap sedikit dengan Wu Chun Hing," kata Stark, memperhatikan Makoto BUKU KEDUA
11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR menghindar sambil mencoba memperkirakan sendiri banyak yang diketahui ayahnya. "Nama Fong-fong muncul."
"Dia tidak mengganggu studiku," kata Makoto "Tanya saja dosen-dosenku dan mereka akan memberi tahu Ayah, prestasiku memuaskan seperti biasanya."
"Mahasiswa teladan," kata Stark. "Kukira pengalaman dengan gadis itu hanya untuk tujuan belajar sastra. Atau mungkin kau mengajarinya bahasa Inggris."
"Itu cuma hiburan," kata Makoto. "Tetapi, siapa pengalaman pada akhirnya memiliki peluang dalam sastra."
"Kau hendak menulis kisah tentangnya?"
"Aku sedang mempertimbangkannya."
"Aku punya gagasan yang mungkin kausukai."
Makoto tertawa. "Ayah tidak pernah membaca apa pun kecuali laporan bisnis."
"Jika kau hendak menulis sesuatu, aku akan membacanya. Aku bahkan sudah punya judul untuk tulisanmu."
"Oh ya?" "Ya," kata Stark. "Aku akan memberinya judul, Lolosnya Bandit Chinatown."
"Judul yang menarik," kata Makoto. Stark bisa melihat Makoto masih belum yakin seberapa banyak yang diketahuinya. "Membuat orang ingin tahu apa yang terjadi."
"Yang terjadi adalah, identitas Bandit Chinatown nyaris terungkap," kata Stark. "Kejutan besar dalam kisah ini, ternyata dia sama sekali bukan orang Cina."
"Bukan?" "Bukan," tegas Stark. "Bukan orarig Cina. Sekarang dua hal bisa terjadi, keduanya buruk, tetapi satu jauh lebih buruk. Kemungkinan yang lebih baik, dia akan ditangkap polisi dan mendekam sepuluh tahun di penjara, kalau dia bisa bertahan selama itu. Aku ragu ada orang di dalam San Quentin yang tertarik pada sastra."
"Itu yang lebih baik?" tanya Makoto. "Kedengarannya cukup suram. Apa yang lebih buruk lagi?"
"Dia akan dibunuh oleh Tong, kelompok rahasia Cina, yang marah," kata Stark, "kemungkinan besar dicincang hidup-hidup dengan golok daging karena mereka sama sekali tidak senang mendapatkan kesulitan gara-gara dia menyamar sebagai orang Cina. Golok daging Cina, itu karena BUKU KEDUA
12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR si Bandit telah menggunakan alat itu dalam aksinya, untuk memastikan orang menganggap dia orang Cina.
Dengan wajah datar, Makoto berkata, "Itu sentuhan yang bagus, golok daging Cina. Aku tidak menyangka Ayah begitu imajinatif."
"Aku pernah muda."
"Cerita Ayah tampaknya mengarah ke tragedi," kata Makoto. "Ayah seharusnya membiarkan aku mengolahnya sedikit. Barangkali, aku bisa memikirkan akhir yang lebih baik. Pembaca lebih suka akhir yang bahagia."


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Stark berkata, "Tak usah repot-repot. Aku sudah menentukan akhirnya."
"Jadi, yang mana" Penjara atau kematian?"
"Bukan kedua-duanya. Karena ada kejutan lain. Ayah si Bandit yang sangat mencintai putranya yang tolol itu mengirimnya ke Kanada sebelum polisi atau Tong menyentuhnya."
"Kanada?" "Betul, Kanada," kata Stark, "dan bukan di daerah bagian utara yang terkenal dengan pemandangannya, pula. Bandit itu menghabiskan setahun di Ontario untuk belajar langsung tentang penambangan besi."
Makoto menggosok dagunya pura-pura berpikir. "Meksiko akan lebih baik, dari sudut dramatisnya. lklim tropis itu lebih romantis. Dan tambang perak Meksiko lebih menjanjikan petualangan ketimbang tambang besi Kanada."
"Bandit itu tidak akan berpetualang lagi," kata Stark. "Setelah dia pergi cukup lama hingga dilupakan orang, dia akan kembali ke San Francisco dan mengambil tempatnya yang layak dalam manajemen Red Hill Consolidated Company. Mengerti?"
"Kita harus menganggap prospek itu terbuka untuk didiskusikan kelak. Anak tidak selalu seperti ayahnya." Apakah dia telah melangkah mundur" Makoto merasa dia melakukannya, seperti biasa ketika soal kesamaan"atau lebih tepatnya, ketidaksamaan"di antara mereka, mengemuka.
"Masalah ini tidak terbuka untuk didiskusikan sekarang," kata Stark. "Dan sebelum kau berkemas, bawa kemari gelang emas dan gading Nyonya Berger yang hilang."
"Ya, Ayah. Selain itu, barang apa saja yang boleh kubawa?"
"Apa saja sesukamu. Kau akan pergi satu jam lagi."
"Apakah ketergesa-gesaan ini benar-benar perlu?"
"Sudah pasti perlu, Makoto." Suara Stark mengungkapkan kerisauan untuk pertama kalinya.
BUKU KEDUA 13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Kaupikir aku bercanda tentang polisi dan Tong?"
Makoto menghela napas dan berbalik pergi.
"Satu pertanyaan," kata Stark.
"Ya." "Mengapa?" Anak tidak selalu seperti ayahnya. Itu pernyataan yang meremehkan, sebetulnya. Barangkali lebih baik menyatakannya dalam bentuk pertanyaan. Mengapa si anak begitu tidak mirip dengan ayahnya" Tetapi, tentu saja, sebagaimana yang biasa dikatakan Profesor Dykus, pertanyaan tersirat dengan jelas dalam pernyataan, sejelas penyebab kebingungan ayahnya yang tidak dapat ditutup-tutupi. Reaksi spontan, kata Ibu kepadanya, juga merupakan indikasi kebenaran dan kebohongan.
Kapan Makoto pertama kali memperhatikan ketidaksamaan" Di akhir masa kanak-kanak, dia telah menyadari bahwa dia jauh lebih mirip ibunya ketimbang ayahnya.
"Itu karena kau setengah Jepang," kata ibunya, "dan darah kita itu kuat."
Dia menerima penjelasan itu karena alasan apa pun lebih baik ketimbang tidak ada sama sekali, dan ibunya, yang mulai mengajarinya rahasia-rahasia ilmu tentang yang nyata dan tidak nyata sejak dia berusia lima tahun, tidak pemah berdusta kepadanya. Sejauh yang diketahuinya.
Belakangan, dia mengerti bahwa ibunya adalah guru dan dia adalah murid, dan tentunya ibunya menyimpan beberapa rahasia ilmu untuk dirinya sendiri. Seseorang yang mengajarkan keahlian mendeteksi kebohongan, pasti ahli meloloskan diri dari deteksi kebohongan, bukan"
Kelahiran adiknya, Angela Emiko, ketika dia berusia tujuh tahun memicu keraguan pertamanya, dan keraguan itu meningkat dengan kelahiran adik bungsunya, Hope Naoko, dua tahun kemudian. Seperti dirinya, mereka juga setengah Jepang. Namun, tidak seperti dirinya, mereka juga menunjukkan tanda-tanda setengah Amerika dari ayahnya. Angela dan Hope, keduanya mempunyai rambut cokelat terang. Mata Angela cokelat muda, dan mata Hope sebiru mata ayahnya. Dalam ukuran fisik, adik-adiknya berada di tengah-tengah antara kedua orangtua mereka. Sementara Makoto menunjukkan perbedaan yang kontras, rambutnya hitam dan matanya cokelat gelap seperti ibunya. Dan, meskipun dia lebih besar ketimbang ibunya, dia jauh lebih kecil dibandingkan ayahnya.
"Darah lebih lemah pada wanita ketimbang pria," ibunya pernah berkata, menjelaskan perbedaan itu.
BUKU KEDUA 14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Saat ini, meskipun dia tidak melihat tanda-tanda kebohongan, dia merasa sulit untuk menerima sepenuhnya jawaban ibunya. Pertama, karena dia sudah dewasa. Kedua, karena dia tahu lebih banyak tentang dunia. Dosen sains dan matematikanya, Pak Strauss, adalah pengikut fanatik Gregor Mendel, ilmuwan, pendeta, dan rekan sebangsanya dari Austria. Yang dipelajari Makoto darinya tentang temuan Mendel dalam persilangan tanaman tampaknya menegaskan adanya persilangan pada adik-adiknya dan tidak pada dirinya. Aneh, pada awalnya. Dan akhirnya, tiga bulan lalu, ketika dia bertemu dengan Fong-fong, hal ini menjadi lebih sulit diterima.
Fong-fong mempunyai rambut cokelat terang dan mata hijau. Ayahku orang Inggris, katanya.
Darah lebih lemah pada wanita, kata ibunya, dan Fong-fong tampaknya membuktikan itu. Fong-fong jelas menunjukkan setengah Inggris dan setengah Cina.
Kemudian, Makoto bertemu saudara laki-laki Fong-fong, Hsi-jian. Dia versi maskulin dari Fong-fong. Apa yang akan dikatakan ibunya tentang ini" Bahwa darah Cina lebih lemah ketimbang darah Jepang" Mendel berkata sebaliknya.
Pak Strauss, dalam diskusi tentang genetika, telah memperingatkannya bahwa bukti-bukti ilmiah belum ditemukan, terutama jika berkaitan dengan organisme yang lebih kompleks.
Persoalan ciri-ciri resesif dan dominan, katanya, bahkan menjadi lebih sulit lagi. Bandingkan manusia dengan tanaman kacang. Banyaknya unsur yang mungkin berperan dalam menentukan ciri-ciri itu pasti membingungkan, bukan" Makoto sependapat. Akan tetapi, .....
Dia berniat mengemukakan hal ini kepada orangtuanya, tetapi dengan cepat mengurungkan gagasannya. Pengingkaran ibunya tak akan tergoyahkan, dan ayahnya"atau barangkali lebih tepat, ayah tirinya"yang bertekad berbohong, jika itu kebohongan, tak akan pernah memberikan kebenaran.
Dicabik-cabik keraguan dan ketidakberdayaari, Makoto menyimpan dendam. Namun, kepada siapa dia akan membalaskannya" Kesalahan apa yang telah diperbuat" Siapa pelakunya" Dan dia, bagaimana dia telah salah diperlakukan" Dia kaya, barangkali pemuda terkaya di San Francisco.
Dia tidak bisa mengingkari bahwa dia dipandang rendah oleh kelompok sosialnya sendiri, gara-gara rasnya, tetapi tak ada yang terang-terangan menghinanya. Kekayaan dan kekuasaan politik Matthew Stark mencegah hal itu, tetapi kalaupun tidak, ketakutan yang lebih mendasar yang mencegahnya.
Lima tahun lalu, seorang pesaing Stark dalam bisnis gula yang sedang berkembang ditemukan mengambang di teluk. Lelaki itu sebagian sudah dimakan hiu, tetapi tubuh bagian atas yang tersisa BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR menunjukkan luka tembak yang menembus langsung jantungnya. Meskipun persaingan pada sektor itu padam seketika, yang merupakan keuntungan nyata bagi Stark, tak ada bukti yang menunjukkan bahwa dia terkait dengan kematian tragis dan misterius pengusaha itu. Salah satu koran lokal penyebar skandal berpikir sebaliknya, dan meliput serangkaian kisah kejahatan tak terpecahkan yang dihubungkan dengan Stark, termasuk fitnah menggelikan tentang baku tembak di Wild West dan pembunuhan brutal di Jepang. Mereka melakukan itu tanpa menyebutkan namanya, tentu saja, tetapi identitasnya jelas. Dalam dua minggu setelah kisah pertama terbit, kantor redaksi koran itu terbakar habis, dengan editor-penerbit di dalamnya. Tak ada indikasi bahwa penyebabnya bukan kecelakaan. Si editor itu terkenal pemabuk. Menurut Kepala Departemen Pemadam Kebakaran, si korban mungkin telah menjatuhkan lampu minyak ketika dia mabuk-mabukan larut malam seperti biasanya. Namun, satu-satunya kemungkinan lain yang lebih mengerikan cukup teredam. Semua orang selalu sangat sopan walaupun tidak benar-benar tulus dan ramah.
Tiga tahun lalu, Makoto menyelesaikan pendidikan privat di rumah dan masuk Universitas California, yang belum lama pindah ke kampus baru di Berkeley Hills. Itu adalah pengalaman nyata pertamanya berada di antara orang asing seusianya. Dan sayangnya, di antara orang-orang asing itu ada seorang pemuda kekar bernama Victor Burton, anak orang berpengaruh di Partai Pekerja Nasional, kelompok antiCina yang berbisa dan diunggulkan untuk memegang pemerintahan dalam pemilihan berikutnya. Burton, yang tampaknya tidak bisa membedakan orang Cina dengan orang Jepang, atau dengan orang Negro, selalu menyebut Makoto sebagai "negro kuning"
atau Chink. Makoto, atas nasihat ayahnya, mengabaikannya meskipun Burton terkadang membuatnya sulit melakukan itu. Suatu hari, Burton absen dari semua kuliah dan teman-teman dekatnya tampak sangat gugup. Pada akhirnya, Makoto mengetahui bahwa Burton telah diserang oleh satu atau banyak pihak yang tidak dikenal malam sebelumnya dalam perjalanan pulang dari kedai minum. Penyerang, yang tidak dilihat ataupun didengar Burton, telah mematahkan kaki kanannya pada lutut, lengan kanannya pada siku, dan dagunya di tengah-tengah. Cederanya membuat Burton tak mungkin bisa berjalan menggunakan kruk atau berbicara dengan jelas, dan memaksanya mengundurkan diri dari universitas.
Dengan kepergiannya, sekali lagi bisa dikatakan bahwa semua orang menjadi sangat sopan.
Makoto bertanya kepada Shoji dan Jiro, dua orang Jepang yang menjadi juru tulis di Red Hill Consolidated Company, kalau-kalau mereka tahu sesuatu tentang apa yang terjadi pada Burton.
BUKU KEDUA 16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Dia bertanya ketika mereka sedang melakukan latihan mingguan dalam pertarungan tangan kosong, yang menjadi keahlian dua mantan samurai pengawal Tuan Okumichi itu sebelum datang ke Amerika.
"Kami mendengar kabar itu," kata Shoji. "Nasib sial, ya?"
"Nasib sial," kata Jiro, "tetapi, saya dengar pemuda itu bukan orang baik. Nasib sial cenderung mengikuti orang seperti itu."
"Tunggu, Makoto-san, itu bukan genggaman yang benar, saya dapat merasakannya. Pegangan paling efektif adalah pegangan yang tidak terasa."
Makoto berkata, "Kalian tidak terlibat dengan kejadian itu?"
"Kejadian apa" Burton?" Shoji memandang Jiro. Keduanya angkat bahu. "Mengapa kami harus terlibat" Kami bahkan tidak mengenalnya."
"Lihat sisi terangnya," kata Jiro. "Dia bukan orang yang baik. Lingkungan belajar Anda menjadi lebih nyaman tanpa kehadirannya."
"Awas!" seru Shoji, dan melempar Makoto sampai terjungkir balik. Seandainya dia tidak menahan tenaga lemparannya pada detik-detik terakhir, Makoto akan menderita patah bahu. Alihalih, Makoto mendarat keras di.tikar tatami dengan benturan yang mendesak semua udara keluar dari paru-parunya.
"Anda lihat?" kata Shoji. "Anda tidak merasakan pegangan saya, jadi lemparan tadi menjadi kejutan besar. Ingatlah itu, Makoto-san."
"Aku akan ingat," kata Makoto.
Jadi, Bandit Chinatown akhirnya lahir, bukan dari rasa dendamnya, melainkan dari kebutuhaii untuk memenangi pergulatannya sendiri, dengan caranya sendiri.
Memasuki rumah orang dimulai sebagai cara untuk membuktikan pada dirinya betapa rentannya orang lain, terutama mereka yang mengira kekayaan dan kedudukan sosial menjauhkan mereka dari jangkauan orang-orang yang dianggap tidak berharga. Memanjat dinding samping rumah menggunakan sarung tangan dan sandal bercakar, berpakaian serbahitam, segelap malam.
Menjelajahi kamar-kamar tidur, mendengarkan potongan percakapan di meja makan yang menjalar ke lantai atas, melihat-lihat kotak perhiasan, lemari-lemari. Dia keluar dari kamar itu ketika tanpa sengaja matanya menangkap sekilas Meg Chastain, gadis yang dikenalnya sejak kecil, baru saja selesai mandi. Rasa malunya begitu tajam, pikiran untuk diam-diam memasuki rumah lain saja bisa membuat wajahnya terasa panas.
BUKU KEDUA 17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Namun sekali dia memulai, sulit untuk berhenti sepenuhnya. Rumah-rumah dicoret. Berarti tinggal jalan-jalan kota. Apa yang dilakukannya di sana" Robin Hood" Merampok orang kaya dan membagikan hasilnya kepada kaum miskin" Kebanyakan orang miskin di kota ini adalah warga Cina, atau buruh kulit putih yang membenci mereka. Kedua kelompok tidak menyediakan penerima sumbangan yang menjanjikan.
Kemudian suatu hari, ketika dia makan siang di Jade Lotus, pandangannya menangkap seorang wanita muda yang pada awalnya dia kira adiknya, Angela, yang entah mengapa berpakaian gaun cheong-sam Cina. Dalam pengamatan lebih teliti, dia melihat kesamaan itu hanya di permukaan dan sepenuhnya disebabkan oleh darah campuran pula. Ketertarikannya sejak saat itu bukan atas dasar cinta atau seks melainkan implikasi yang ditimbulkan oleh keberadaannya, keberadaan saudara laki-laki gadis itu, kesamaan mereka dengan adik-adiknya sendiri, dan ketidaksamaan antara mereka semua dengan dirinya. Seberapa besar kemungkinan bahwa dia adalah putra Matthew Stark sebagaimana yang dikatakan mereka kepadanya" Bukti manusia dengan kuat menunjukkan bahwa itu sama sekali tak mungkin.
Kisah Fong-fong sendiri berisi penolakan dan perlakuan kejam, baik dari orang Inggris maupun orang Cina, dan perdagangan budak berkulit putih. Secara teoretis mungkin baginya untuk menebus kontraknya, tetapi harganya sangat mahal, dan utangnya kepada Wu Chun Hing bertambah terus. Kemerdekaan adalah impian yang mustahil.
Dan tanpa kesulitan, Makoto sekarang memiliki orang miskin yang cocok dengan Robin Hood-nya.
Dia bisa berterima kasih kepada bekas teman sekelasnya, Victor Burton, yang memberinya gagasan menyamar menjadi orang Cina. Burton tidak bisa membedakannya. Dengan satu atau dua alat bantu"misalnya golok daging Cina dan makian mengejek dalam bahasa Cina"siapa yang akan tahu" Hanya orang Cina sejati, dan dia tidak berencana merampok kaum mereka. Polisi akan mencari penjahat itu di Chinatown. Tak seorang pun akan pernah mencurigai pemuda terlindung yang tinggal di antara orang-orang kaya di Nob Hill yang dijadikan korban.
Itu menyenangkan selagi masih bisa dilakukannya. I)ia menjejalkan pelbagai jenis pakaiannya ke dalam satu tas saja, pikirannya berkelana ke tempat lain.
"Kuharap kau menjaga perilakumu di Kanada," kata ibunya.
"Mau tidak mau aku harus begitu," kata Makoto. "Apa lagi yang bisa dilakukan di tambang BUKU KEDUA
18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR besi Kanada?" "Masalah selalu bisa ditemukan," katanya, "dan masalah selalu bisa menemukanmu, jika kau tidak berhati-hati. Jadi, berhati-hatilah."
"Aku selalu berhati-hati."
"Seringlah menulis surat kepadaku. Dalam bahasa Jepang."
"Berarti aku harus menulis dengan huruf Kana," kata Makoto. Huruf Kana itu sederhana dan terdiri dari suku-suku kata. Dia tidak pernah benar-benar menguasai dua ribu karakter piktografi kanji yang harus dihafalkan untuk keaksaraan dasar.
"Kau membawa kamusmu, kan" Ini kesempatan bagus untuk berlatih kanji."
Makoto menatap ibunya dan selalu merasa takjub dengan penampilannya yang awet muda, kehalusan wajahnya, kerapuhan emosinya yang ditunjukkan oleh suaranya yang selalu ragu dan lunak. Semuanya ilusi. Penampilan Ibu membuatnya terlihat lebih muda dari Makoto, meskipun usia sebenarnya dua kali lipat usia Makoto. Dan tentang emosi, Makoto tidak ingat pernah melihat Ibu menunjukkan ketakutan atau keputusasaan sekali pun dalam hidupnya. Sekarang, setelah dia mempunyai banyak pertanyaan tentang diri sendiri, dia mulai bertanya-tanya tentang ibunya pula.
Dia tahu sedikit sekali tentangnya, bahkan lebih sedikit ketimbang yang diketahuinya tentang ayahnya, dan itu pun sudah sangat sedikit.
"Berapa umur Ibu waktu datang ke California?"
"Dua puluh. Aku sudah sering memberitahumu." Dia menatapnya dengan heran.
"Apakah Ibu takut waktu itu?"
Dia tersenyum sambil melipat ulang dengan rapi kemeja yang dilemparkan Makoto ke dalam tasnya. "Aku tidak punya waktu untuk takut. Kau lahir segera begitu kami turun di pelabuhan."
"Apakah Ibu pernah menyesal telah meninggalkan Jepang?"
"Begitu banyak pertanyaan."
"Yah, aku akan pergi dari rumah. Tak begitu aneh kalau itu membuatku memikirkan lbu yang pernah meninggalkan rumah juga, bukan" Tentu saja, Ibu pergi dengan kehendak sendiri dan tak pernah kembali. Aku dipaksa pergi, tetapi aku akan pulang juga pada akhirnya."
"Ada pepatah terkenal," kata ibunya. "Penyesalan merupakan obat bagi para penyair'. Aku tidak pernah menjadi penyair."
"Makoto-san, Nyonya Stark." Jiro membungkuk di ambang pintu. "Apakah Anda sudah siap"
Saya akan menemani Anda ke Kanada."
BUKU KEDUA 19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Bagus," kata Makoto. "Aku bahkan mendapatkan pengasuh."
"Pergilah dengan hati-hati," kata ibunya, "dan kembalilah dengan selamat."
"Jangan khawatir. Waktu akan berlalu tanpa terasa, dan aku akan kembali sebelum Ibu menyadarinya."
"Jaga dia, Jiro."
"Baik, Nyonya Stark."
Namun, Jiro tidak mempunyai kesempatan. Mengingat pelajaran terakhirnya tentang pegangan yang tidak bisa dirasakan, Makoto mengembangkan prinsip itu untuk melepaskan diri dari penjagaan di stasiun kereta api. Tersengal-sengal, Jiro berlari kembali ke rumah satu jam setelah dia pergi bersama Makoto.
"Tuan Stark! Makoto hilang!"
Mereka mencari-cari di stasiun kereta api, bertanya-tanya kepada sernua orang, dan tidak menemukan petunjuk apa pun. Kecuali ketika dia bersama Jiro, tak seorang pun melihat orang yang sesuai dengan gambaran Makoto, meskipun sebagai seorang pemuda keturunan Jepang yang berpakaian seperti mahasiswa kaya, dia cukup menarik perhatian. Stark memperluas pencarian ke bagian lain kota, tetapi dia tahu itu sudah terlambat.
Kanada tidak menarik. Makoto punya tujuan yang lebih baik dalam pikirannya. Kemungkinan besar Meksiko karena dia pernah menyebutnya dalam percakapan terakhir mereka.
Jiro duduk berlutut di lantai, kepalanya tertunduk dibebani aib. Dia telah terpuruk di sana, muram, sejak dia kehilangan Makoto di stasiun kereta api. Meskipun dia mengenakan pakaian Barat modern, postur tubuhnya memperagakan seorang samurai yang gagal memenuhi tugasnya.
Dua puluh tahun di Amerika tidak mengubah sifat dasarnya. Stark tahu jika dia tidak menanganinya dengan hati-hati, kemungkinan besar lelaki itu akan bunuh diri karena merasa telah melakukan kegagalan memalukan.
"Jiro," kata Stark, suaranya kasar. "Mengapa kau bersantai-santai begitu" Pergi ke kantor telegraf dan kirim telegram kepada Mendoza. Setelah itu, bersiap-siaplah untuk pergi. Aku akan mengandalkanmu untuk menyusul Makoto. Dan jangan lepaskan dia, kali ini."
"Ya, Tuan," sahut Jiro. Pukulan lisan menguatkannya. Stark melihat bahwa jika Jiro merasa dirinya sudah mendapatkan hukuman yang layak, dan masih memberikan manfaat yang layak, dia akan hidup. "Bagaimana bunyi telegramnya?"
"Ya Tuhan, kau ini! Menurutmu apa" Katakan kepada Mendoza, Makoto mungkin dalam BUKU KEDUA
20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR perjalanan ke sana."
"Baik, Tuan Stark, segera." Jiro membungkuk dan berbalik untuk pergi.
"Tunggu," kata Shoji. Dia masuk ke dalam ruangan itu dengan surat di tangannya. "Dari Wu Chun Hing. Mendesak."
Stark tahu apa yang akan disampaikan dalam surat itu tanpa membacanya. Gadis itu. Dia telah melupakannya. Makoto tidak.
Kamar sempit di lantai rumah bordil Jade Lotus itu digenangi darah enam sosok mayat. Empat lelaki di antaranya telah ditembak, tiga pada pusat tubuh, dan satu pada wajah. Laki-laki kelima mati dengan usus terburai oleh pisau yang barangkali miliknya sendiri, dan masih tertancap di bawah tulang dadanya. Sebelum menikam jantungnya, pisau itu telah menumpahkan isi perutnya di lantai. Sepertinya pembunuhnya sangat marah. Stark mengamati mayat gadis itu. Barangkali si usus terburai itulah yang membunuh Fong-fong. Dia cantik, tampaknya belum melewati masa remajanya, dengan wajah campuran Eropa-Asia. Tenggorokannya terbelah dalam sepanjang tulang selangka.
Stark berkata, "Makoto tidak membunuh gadis ini. Orang itu pelakunya."
Wu mengangguk. "Dia datang untuk membebaskannya, begitu menurutnya. Gadis ini, ah, tanpa sengaja, terbunuh."
"Di mana dia?" "Di mana pun dia," kata Wu, "dia akan mati. Tak ada alternatif yang baik sekarang." Dia melirik setengah lusin polisi yang tengah melakukan penyelidikan di kamar itu. "Deputi itu sedang makan di restoran. Dia mendengar bunyi tembakan, dan tiba di sini sesaat setelah Makoto kabur."
"Apakah dia terluka?"
"Saya kira tidak. Dia menyerang yang terdekat?"Wu menunjuk mayat dengan wajah terbakar mesiu?"dan pisau orang ini ada di sana, tidak berdarah. Maafkan saya, Tuan Stark. Saya kira, masalah ini sudah diselesaikan. Siapa yang bisa mengantisipasi tindakan sebodoh ini dari pihaknya, mempertaruhkan segalanya demi seorang pelacur."
Stark berkata pada diri sendiri, dia bisa dan seharusnya mengantisipasinya. Dia telah melakukan hal-hal yang kurang lebih sama ketika dia seusia Makoto. El Paso alih-alih San Francisco. Tempat yang berbeda, hasil yang sama. Karena dia, gadis itu mati juga, dan dalam keadaan lebih parah ketimbang Fong-fong. Anak tidak selalu menyerupai ayahnya. Makoto telah BUKU KEDUA
21 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR berkata begitu. Terkadang, dalam hal-hal yang patut disayangkan, dia memang menyerupai dirinya.
Seorang polisi yang mengenakan setelan jas alih-alih seragam, deputi yang disinggung Wu tadi, mendekati mereka dan mengangkat topinya. "Tuan Stark," sapanya.
Stark pernah bertemu dengannya dalam beberapa kesempatan untuk urusan tentang
pencurian di dermaga. Seorang keturunan Irlandia yang gemuk dan periang yang tampaknya lebih mirip penjaga bar yang ramah ketimbang penjaga kedamaian, Deputi Mulligan. Ulyssen Mulligan.
"Deputi Mulligan."
"Berantakan sekali," kata Mulligan.
"Ya, tetapi berantakan yang menguntungkan bagi Anda," kata Stark. "Saya dengar, Anda adalah petugas pertama di tempat kejadian."
"Betul, Tuan Stark." Mulligan memandang Stark dengan heran selagi dia berbicara. "Saya sedang makan kudapan kecil di bawah. Mi dengan daging asap merah di atasnya."
"Berkat selera makan Anda, Deputi Mulligan. Anda adalah pahlawan. Anda telah menangkap Bandit Chinatown dan mengakhiri masa terornya."
Deputi menunduk memandang mayat-mayat itu satu per satu, kemudian kembali menatap Stark.
"Apakah Bandit Chinatown itu salah seorang dari mereka, Tuan?"
"Ya. Yang wajahnya Anda tembak ketika dia menyerang dengan golok daging Cina."
Mulligan mengerutkan dahi dan menatap mayat itu lagi.
"Apakah Bandit Chinatown itu sebuah geng" Yang baku tembak dengan geng ini?"
"Tidak, dia seorang penjahat tunggal yang nekat dan barangkali kesepian." Stark mengambil revolver 38 dari pahanya, memutarnya sekali, dan menyodorkannya gagang lebih dahulu kepada Mulligan "Bersenjatakan pistol dan golok daging, seperti yang telah digambarkan semua saksi.
Para pria dan wanita yang malang ini hanyalah penonton yang menjadi korban."
Mulligan menerima pistol itu dan menatapnya.
"Pelurunya masih lengkap."
"Saya ragu senjata itu akan tetap begitu ketika mencapai kantor polisi dan dimasukkan dalam daftar bukti," kata Stark. "Saya harap, Anda akan dipromosikan menjadi asisten inspektur untuk ini. Saya yakin Inspektur Winslow akan memberi tahu saya sesuatu tentang ini ketika saya makan malam bersamanya besok."
"Saya tidak paham, Tuan," kata Mulligan.
BUKU KEDUA 22 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR "Apakah Anda perlu paham, Asisten Inspektur Mulligan?"
Senyum lebar lambat-lambat menguak wajah Mulligan hingga matanya berpijar gembira.
"Tidak, Tuan Stark, saya kira, saya tidak perlu paham. Istri saya akan sangat bahagia dengan kenaikan gaji yang menyertai promosi."
"Izinkan saya menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat kepada Anda."
Stark dan Mulligan berjabat tangan.
"Ah, tetapi kalau dia Bandit Chinatown, di mana harta rampokannya?"
Stark menatap Wu. Wu berkata, "Dikubur diam-diam entah di mana." Stark menggelengkan kepala.
"Karena Bandit sudah ditangkap, para korban akan sangat kesal jika perhiasan mereka tidak kembali. Untuk sementara, Anda menyingkirkan perhiasan-perhiasan itu dari tempat kejadian untuk melindunginya, dan sekarang Anda dengan gembira mengembalikannya kepada Tuan Mulligan." Wu mengerutkan kening tidak senang.
"Ya." "Pengusaha yang berterima kasih tentu saja dengan senang hati akan memberikan hadiah kepada Anda karena peran Anda dalam hal ini. Katakanlah, seribu dolar."
"Pengusaha yang benar-benar berterima kasih akan lebih bermurah hati, saya rasa, mengingat kerugian yang saya alami untuk menjadi warga yang baik. Katakanlah, dua ribu dolar."
"Tampaknya cukup adil," kata Stark. Masalah itu selesai. Hanya tinggal satu ganjalan. Ke mana Makoto" Dia tidak akan pergi ke Meksiko sekarang. Ke mana dia akan pergi"
"Ya ampun, tadi itu makan malam terburuk selama ini, ya?" kata Hope, ketika dia dan kakaknya, Angela, kernbali ke kamar tidur mereka di atas. Meskipun baru berusia sebelas, dua tahun lebih muda dari kakaknya, dia lebih terbuka. "Setiap kali mereka saling menyapa dengan 'Tuan Stark dan Nyonya Stark', aku tahu mereka bertengkar tentang sesuatu."
"Makoto dalam masalah," kata Angela. "Itu sebabnya mereka bertengkar."
"Dia tidak pernah benar-benar dalam masalah," kata Hope. "Dialah sang pangeran, ingat"
Jadi, dia bisa berbuat apa saja tanpa dihukum."
"Aku mendengar Jiro dan Shoji membicarakan polisi. Sesuatu yang buruk telah terjadi di Chinatown."
"Bandit Chinatown," kata Hope, tiba-tiba ketakutan. "Apakah dia melukai Makoto?"
BUKU KEDUA 23 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Angela menggeleng. Hope melihat kakaknya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ada yang membuatnya ragu.
"Ayo Angela, katakan saja."
"Bahasa Jepangku berkarat," kata Angela. "Aku pasti keliru. Dan mereka berbicara dengan dialek Akaoka, jadi semakin sulit dimengerti."
"Apa yang mereka katakan?"
Angela menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.
"Mereka membicarakan Makoto seakan-akan dia telah membunuh seseorang."
"Apa?" Angela mulai menangis. "Aku khawatir, dia tak akan pernah pulang lagi."
Makoto terbangun di atas kapal uap Hawaiian Cane. Dia merasa perutnya mual. Ini bukan karena alkohol clalam jumlah banyak yang diminumnya semalam, juga bukan karena gerakan kapal yang memusingkan di laut yang tidak ramah meskipun semua itu bisa menjadi penyebab. Dan, mualnya juga tidak disebabkan oleh kekerasan, atau darah, atau kematian, bahkan kematian Fong-fong. Dia mual karena tatapan gadis itu sebelum mati. Dari seberang ruangan, tatapannya. menyiratkan prasangka bahwa dirinya telah dikhianati. Dan tepat saat itu, seorang penjaga menggorok lehernya.
Makoto telah berjanji kepadanya dan dia telah memercayainya. Namun Makoto gagal menyelamatkannya. Itu bukan penutup kisah yang heroik seperti yang telah dibayangkannya untuk lolosnya Bandit Chinatown.
Tidak berarti dia telah lolos pula, sama sekali tidak. Polisi pasti tidak jauh di belakangnya, demikian pula Tong. Matthew Stark telah salah perhitungan. Bukan terdapat dua kemungkinan buruk dengan salah satu saja yang terjadi, melainkan tiga, dan kemungkinan ketiga adalah dua pihak itu menemukannya sekaligus. Mereka akan berhasil menyusulnya, dan ketika itu terjadi, tak apa, tak mungkin dia meloloskan diri, tetapi masih ada satu penutup yang heroik tetapi tragis.
Yaitu, Bandit Chinatown akan melawan hingga kematian datang menjemputnya.
Sebelum itu terjadi, ada satu hal lagi yang harus dilakukannya.
Makoto bangun dari bangku tidur dan pergi ke geladak. Dia memandang langit yang menjadi terang di garis cakrawala sebelah timur.
Negeri matahari terbit. BUKU KEDUA 24 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Di negeri itu, seluruh daerah matahari terbit adalah tempat kita berdiri. Dari sini, daerah mataharl terbit adalah California. Dia memandang ke arah barat, pada separuh langit yang gelap, ke arah Hawaii, ke arah Jepang.
Apakah Genji akan terkejut melihat Makoto" Dan, jika Makoto melihat dalam diri Genji sesuatu yang dikiranya akan dilihatnya, apa jawaban Genji ketika Makoto mengajukan pertanyaan yang membuatnya menyeberangi Pasifik, pertanyaan serupa dengan yang diajukan Matthew Stark dalam konteks berbeda.
Mengapa" " BUKU KEDUA 25 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR 6 Mata Liar 1882, Biara Mushindo "Dan siapakah orangtua Anda?" Biarawati
Kepala Jintoku bertanya. Pemuda itu tertawa dan berkata, "Itu pertanyaan
yang bagus, sungguh sangat bagus."
"Tentu saja itu pertanyaan yang bagus. Saya Bia-
rawati Kepala di sini. Peran saya dalam hidup ini
adalah untuk mengajukan pertanyaan yang bagus.
Siapa nama Anda?" "Makoto." Itu hanya nama pemberian. Tak apa. Bukan haknya untuk menilai atau menuntut. Jika pemuda Itu tidak berkenan mengungkap dirinya lebih banyak, itu urusannya.


Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biarawati Kepala berkata, "Saya percaya, Makoto-san, bahwa Anda sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan kesenangan duniawi."
"Mengapa Anda berpikir begitu?" tanya Makoto. "Jalan hidup seperti itu paling kecil kemungkinannya untuk masa depanku."
"Saya berbakat untuk melihat renjana spiritual" sahut Biarawati Kepala. Dia tidak mem-punyai kemampuan semacam itu. Apa yang sungguh-sungguh dimilikinya adalah mata yang awas untuk pakaian mahal, rambut yang dipotong rapi, dan hanya kepercayaan diri yang muncul dari kemudahan keuangan seumur hidup. Semua itu dilihatnya dengan sangat jelas pada diri Makoto.
Biara Mushindo, sebagaimana tempat-tempat keagamaan lain, selalu dapat menerima tambahan jemaah. Sedikit pula kesalahan sering mengenai sasaran. Bahkan, mereka yang merasa sepenuhnya tidak mempunyai kepercayaan cenderung melunak ketika diberi tahu bahwa mereka terpanggil.
"Oh, begitukah?" Makoto tersenyum kepadanya. "Anda bilang tugas Anda adalah bertanya.
BUKU KEDUA 1 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
JEMBATAN MUSIM GUGUR Aku selalu mengira tugas pemimpin agama adalah menjawab pertanyaan."
"Saya bukan pemimpin agama," sahut Biarawati Kepala. "Jika diibaratkan, saya tak lebih dari seorang pembersih dan penjaga. Saya membersihkan dan menjaga segala sesuatu tetap pada tempatnya. Maukah Anda minum teh bersama saya" Kita bisa bahas persoalan ini lebih jauh."
"Terima kasih, Biarawati Pembersih dan Penjaga," kata Makoto, membungkuk dengan kedua tanan dirapatkan di depan dadanya, memberikan penghormatan Buddhis. "Barangkali, lain waktu saja. Sekarang, aku harus kembali ke Tokyo."
Istana Pulau Es 14 Pendekar Satu Jurus Karya Gan K L Berita Ekslusif 1
^