Samurai 16
Samurai Karya Takashi Matsuoka Bagian 16
9. Lord Apel "Haruskah kita berbicara tentang kekerasan?" tanya Emily
"Tidak perlu," kata Smith kepadanya. "Ayo kita bantu para pelayan menata meja dan biarkan para prajurit ini bertukar kisah perang."
Sudah menjadi anggapan umum di kalanan samurai bahwa orang-orang asing dapat
dipahami dengan mudah karena mereka menunjukkan pikiran terdalam dengan begitu jelas pada wajah mereka, tidak seperti samurai. Genji berpikir betapa dangkal prasangka itu ketika dia melihat Smith dan Farrington terlibat dalam percakapan makan siang dengan Emily. Sesuatu pasti sudah terjadi di bawah permukaan dengan kedua lelaki itu, jauh di bawah permukaan, dan Genji tidak tahu apa itu. Sesuatu yang tidak melibatkan komentar-komentar mereka mengenai kriminalitas dan rendahnya moral pada perang sipil Amerika yang lalu. Ini masalah lain, yang tidak dibicarakan tetapi juga tidak disinggung-singung, tetapi jelas ada.
Hanya Emily, seperti biasanya, yang tetap menjadi dirinya, tanpa kepura-puraan atau sesuatu yang disembunyikan. Tampaknya, dia telah pulih dari guncangan akibat kematian Hanako walaupun rasa kehilangannya masih menguasai. Tak ada pemulihan untuk kehilangan seperti itu. Hanya ada penerimaan atau pengingkaran.
Salah satu kenangan masa kecil.Genji mengenai kakeknya adalah ketika mereka bertemu setelah ibunya meninggal. Dia tahu benar reputasi Lord Kiyori sebagai kesatria yang garang maka dia berusaha sebaik mungkin untuk bersikap sebagai kesatria pula. Dia berdiri tegap dan menahan air matanya. Dia merasa telah melakukannya dengan baik.
Kakeknya bertanya, "Mengapa kau tidak menangis?"
"Samurai tidak menangis," kata Genji.
Kening kakeknya berkerut. Dia berkata, "Orang jahat tidak menangis. Pahlawan menangis.
Kautahu mengapa?" Genji menggeleng. "Karena hati orang jahat dipenuhi apa yang mereka peroleh. Hati pahlawan dipenuhi apa yang telah hilang dari mereka."
Dan, Lord Kiyori mengejutkan Genji dengan jatuh berlutut. Air mata membanjir dari matanya. Hidungnya mengeluarkan ingus dengan cara yang paling tidak pantas. Isakan keras mengguncang hebat tubuhnya. Genji berlari kepadanya untuk menghibur dan kakeknya berkata,
"Terima kasih." Mereka berangkulan dan menangis tanpa malu-malu. Genji ingat saat itu dia berpikir, "Aku pasti seorang pahlawan karena aku menangis dan hatiku dipenuhi rasa BUKU KEDUA
11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel kehilangan." Dia tak pemah menangis banyak sebagaimana seharusnya sejak peristiwa itu. Mungkin itu artinya dia bukan pahlawan seperti yang semula dikiranya.
Ketika menatap Emily, dia berharap hatinya merasakan penuhnya kehilangan itu karena hanya penderitaan kini yang kelak akan menghidupkan ingatannya dengan kebahagiaan.
Emily melihat pandangan Genji ke arahnya dan tersenyum. Saat itu juga Genji membalasnya.
Sebuah drama misterius antara Smith dan Farrington berlangsung dan dipadatkan seluruhnya dalam waktu kurang dari sepuluh kali detak jantung.
Farrington memulai. Ekspresi yang aneh, barangkali campuran antara amarah dan
keresahan, mengencangkan otot-otot wajahnya ketika dia memandang ke arah Genji, sorot matanya tidak begitu ramah.
Smith, yang melihat pandangan itu, menunjukkan kebingungan sesaat, alisnya bertaut, mulutnya melengkung turun sehingga tampak masam.
Farrington, berpaling dari Genji, menatap Emily, dan pandangannya melembut menjadi kesedihan mendalam.
Smith, yang terus mengawasi Farrington, kini tertangkap basah melakukan hal itu dan reaksi Farrington di luar dugaan. Dia bersemu merah dan menundukkan kepala.
Reaksi itu tampak memberi Smith pemahaman tiba-tiba dan mengejutkan karena matanya melotot dan mulutnya melongo.
"Kau?" katanya, dan hanya itulah yang dapat atau ingin dia katakan, sebelum bangkit dari tempat luduknya dan menerjang Farrington dengan tujuan yang jelas. .
Dua pengawal Genji menahan Smith sebelum dia melakukan sesuatu. Tidak jelas bagi Genji apakah Smith hendak meninju Farrington atau menarik pistol dan menembaknya. Namun jelas, bagaimanapun Farrington sama sekali tidak bermaksud bertahan atau membela diri.
"Lepaskan aku," kata Smith.
"Berjanjilah padaku kau akan bersikap tenang," kata Genji.
"Aku berjanji."
Smith minta maaf kepada Genji dan Emily tanpa menjelaskan ledakan kemarahannya tadi, dan mengalihkan perhatiannya dari Farrington. Walaupun Farriington mencoba melanjutkan percakapan dengan Emily, dia sudah terlalu terguncang untuk menanggapinya. Piknik itu jelas sudah berakhir.
BUKU KEDUA 12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Apa yang telah terjadi" Genji sama sekali tidak tahu. Karakter orang-orang asing yang dianggap mudah dipahami ternyata hanya sebatas itu"anggapan, bukan kenyataan.
Smith berdiri lebih dahulu, membungkuk dengan terburu-buru, dan melangkah panjang-panjang menyeberangi padang rumput tempat kudanya diikat. Separuh jalan ke sana, dia menginjak sesuatu yang menimbulkan bunyi berderak keras. Dua pelayan Genji memandang majikan mereka dengan ekspresi ketakutan dan membungkuk minta maaf, seolah-olah itu adalah kesalahan mereka. Smith, yang masih emosional karena insiden tadi, tidak memperhatikan.
Ketika Genji melihat apa yang diinjak Smith, dia melihat tulang mata kanan dan tulang pipi tengkorak manusia. Bagian kirinya sudah menjadi serpihan memutih terinjak sepatu bot Smith.
Smith sebisa mungkin menghindari Farrington sejak saat itu. Itu tidak sulit karena Farrington menghindari dirinya dengan tekad yang sama. Rasa malu yang dirasakan Smith begitu kuat. Dia menyesal telah menyadari pemikiran Farrington tentang Emily dan Genji. Dia bahkan lebih menyesal telah menyerang Farrington. Bukan hanya itu menunjukkan hilangnya disiplin diri sebagai pria sejati, melainkan juga memastikan kecurigaannya karena Farrington sama sekali tidak berusaha membela diri. Hanya sekarang yang malu dengan pemikirannya sendiri yang bertindak seperti itu.
Kini, segalanya sudah jelas bagi Smith.
Farrington percaya bahwa Taro, yang pernah menjadi abdi setia, telah menyerang Emily atas pernah Genji, dan telah melakukannya karena kondisi Emily. Sekarang memang belum kelihatan, tetapi Farrington percaya, Emily akan segera menjadi beban tanggung jawab bagi Genji yang membahayakan kedudukannya. Kondisi itu adalah akibat"benar, pasti hanya sebuah akibat"dari keintiman tidak bermoral yang sepenuhnya tidak bisa diterima. Tak peduli apakah keintiman itu terjadi dengan persetujuan Emily atau karena paksaan atau tipu muslihat dari pihak Genji. Campur tangan Lord Saemon yang tak terduga, dan bagi Genji, terlalu awal, telah meyelamatkan nyawa Emily. Namun, hanya untuk sementara. Kondisi Emily membuatnya harus mati, dan segera. Karena ini, Farrington tetap berada dekat Emily. Meskipun dia tidak lagi menginginkan wanita itu menjadi istrinya, sebagai seorang prajurit dan laki-laki sejati dia merasa wajib melindunginya dari percobaan pembunuhan lagi oleh tuan rumahnya.
Begitulah pemikiran Farrington.
BUKU KEDUA 13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Betapa rnenyimpang dan menggelikannya. Smith pasti tidak akan bisa menahan tawa kalau saja Farrington menyatakan pemikirannya itu alih-alih dia menyadarinya sendiri. Kepolosan Emily begitu nyata dan tidak dapat dimungkiri. Jika itu hanya kepura-puraan tak mungkin dipertahankan begitu lama. Lebih ketat ketimbang agamanya, karakternya tidak akan pemah membiarkan dirinya jatuh dari moralitas tertinggi. Dan tentang Genji, Farrington memandangnya sebagai laki-laki penuh nafsu bejat tak terkendali yang hanya ada, kalaupun ada, di Kota Terlarang Manchus atau harem seorang raja Turki, tidak di negeri kesatria ini.
Perasaan Smith sendiri terhadap Emily tidak dipengaruhi oleh delusi Farrington. Namun, setidaknya delusi itu membuat Smith memandang Emily dari perspektif yang berbeda. Dari sudut pandang itu, dia mengira telah melihat sesuatu, yang lebih mengejutkannya daripada
. imajinasi liar Farrington. Apakah dia melihat kebenaran atau hanya delusinya sendiri"
Smith mendapati Emily berada di ruangan yang menghadap taman mawar. Pintu-pintunya dibuka agar angin lembut bisa berembus masuk dan pemandangan bunga-bunga bisa
dinikmati dengan leluasa. Beberapa perkamen berisi tulisan Jepang terbuka di depannya. Dia tidak memerhatikan bunga ataupun perkamen, tetapi memandang ke atas dengan penuh perhatian pada menara di seberang taman. Smith berkata, "Sekalipun kau tidak berada di antara kendi-kendi itu, pikiranmu tampaknya ada di sana. Begitu yakinkah kau bahwa kau tidak cocok dengan kehidupan spiritual?"
"Kalau prospekku terus-terusan menguap seperti yang terjadi akhir-akhir ini, itu mungkin pilihan terbaik untukku."
"Apa maksudmu?"
"Robert telah kembali ke Edo."
"Dipanggil Duta Besar tentunya."
"Begitu katanya."
"Memang ada alasan lain" Dia sangat mencintaimu, seperti aku."
"Menurutmu begitu?"
"Dia telah berada di sampingmu selama tiga minggu, untuk memastikan bahwa kaupulih dari rasa kehilanganmu. Hanya tugas resmi yang bisa memaksanya pergi."
"Di depannya, aku merasa diawasi alih-alih di jaga. Dia sepertinya mengawasiku agak ketat."
"Laki-laki bermoral terkadang merasa harus bertindak sepantasnya terhadap imajinasinya yang aktif berlebihan."
BUKU KEDUA 14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Aku tidak bisa melihat apa pun dalam perilakuku yang mungkin menimbulkan imajinasi berlebihan dalam dirinya. Dan aku tidak yakin aku bisa menyebut Robert bermoral. Terlalu cepat berprasangka tidak membuat seseorang bermoral."
"Jika dia telah terburu-buru, aku yakin itu hanya karena dia sangat memperhatikan kesejahteraanmu." Smith tersenyum. "Aku merasa ironis telah membela tindakan Letnan Farrington di depanmu."
"Aku juga. Terutama karena kausiap menyerangnya hanya dua hari lalu."
"Kekhilafan yang bodoh, untuk itu aku mohon maaf sekali lagi."
"Itu lebih dari sekadar khilaf, Charles. Siang itu, sesuatu telah terjadi tanpa kata antara Robert dan dirimu. Hasilnya adalah ledakan amarah pada pihakmu, dan rasa malu pada dirinya. Apa penyebabnya?"
Smith memilih kata-katanya dengan hati-hati. Katanya, "Pemikirannya, dan pemahamanku yang begitu tiba-tiba."
"Aku juga telah mencoba memahaminya."
"Membicarakan ini lebih jauh akan melampaui batas-batas percakapan yang pantas antara seorang wanita dan pria baik-baik."
Emily mengerutkan kening. "Kau dan Robert telah berbagi pemikiran, yang tentunya tentang aku, pemikiran yang cukup mengejutkan sehingga kau menyerangnya. Tetapi, kau tidak bisa menyatakannya dengan terus terang kepadaku" Kau harus memaklumi kalau aku tidak merasa tenang karenanya."
Smith membungkuk, menerima protesnya. "Bagaimanapun, kita tak perlu mempersoalkannya lagi."
"Itu sama sekali tidak memuaskan keingintahuan dan perasaanku."
"Setelah kau bertunangan, Emily, masalah itu sudah tak penting lagi, jadi tidak ada gunanya juga sekarang."
"Setelah aku bertunangan. Aku minta maaf telah rnenunda masalah ini begitu lama. Yakinlah bahwa ini tak ada kaitannya dengan Robert ataupun dirimu, sepenuhnya hanya karena kelemahanku."
Smith berkata, "Aku tidak akan menyebut jatuh cinta sebagai kelemahan."
Semburat merah mewarnai pipi Emily. Smith tahu karenanya bahwa dugaannya tepat.
Kejujuran Emily telah mengungkap rahasianya meskipun dia tidak mengatakannya. Emily BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel berusaha keras menyembunyikan kebenaran, tetapi Smith sudah melihatnya.
Emily berkata, "Masalahnya akan sederhana kalau saja aku jatuh cinta padamu atau Robert.
Tetapi meskipun kekagumanku sama besar terhadap kalian herdua, bukan cinta yang kurasakan.
Itu yang membuat aku sulit memutuskan."
"Memang ada kesulitan," kata Smith. "Tetapi, bukan dalam memutuskan. Keputusan sudah dibuat. Kau jatuh cinta." Kini setelah dia tahu, simpatinya tumbuh. Jalan di hadapan Emily dipenuhi bahaya dengan jenis dan kadar yang bahkan tidak terbayangkan olehnya. Usaha Taro untuk membunuh Emily"karena Smith bisa melihat sekarang bahwa dugaan
Farrington benar, setidaknya dalam hal ini"tentu hanya salah satu dari sekian banyak bahaya.
"Kau harus mengikuti kata hatimu. Apa lagi yang harus kaulakukan" Pertanyaannya tinggal apakah perasaannya sama denganmu" Jika tidak, cinta hanya membawa penderitaan, bukan kebahagiaan. Jika demikian, kau kusarankan untuk memilih kekaguman ketimbang cinta."
"Kupikir kita tidak membicarakan hal yang sama," kata Emily.
"Kau jatuh cinta kepada Lord Genji," kata Smith.
Kalau Emily tidak sedang duduk, dia pasti akan jatuh.
"Tuhan, bantulah hamba," katanya. "Apakah begitu jelas?"
"Tidak," sahut Smith. "Aku tidak merasa yakin sebelum ini. Sejauh yang kuketahui, bahkan akulah satu-satunya yang curiga."
"Robert tidak?"
"Kecurigaannya berbeda."
Smith bersyukur Emily tidak menanyakan kecurigaan Farrington lebih jauh. Alih-alih dia menundukkan kepala dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Katanya, "Apa yang harus kulakukan?"
"Bersabarlah," katanya. "Setelah Letnan Farrington dan aku pergi, kemungkinan besar Lord Genji akan mencium gelagat. Lalu dia akan maju, atau mungkin tidak, dan kau akan mendapatkan jawabanmu."
Ketika Emily mendongak, matanya basah, tetapi dia tersenyum dan berkata, "Terima kasih Charles. Kau teman yang sangat baik."
Smith membungkuk. "Seandainya harapan terbaikmu tidak terwujud, aku siap menjadi lebih dari sekadar teman baik. Bisnis akan menahanku di Edo selama sebulan lagi. Aku akan mengunjungimu lagi sebelum aku pergi."
BUKU KEDUA 16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Aku tidak layak mendapatkan perhatianmu."
"Bagaimanapun kau sudah mendapatkannya," Smith tersenyum. "Tetapi, waspadalah.
Hubunganmu dengan Lord Genji telah menimbulkan pergunjingan keji di kalangan masyarakat Barat. Isu yang beredar sudah sangat menghancurkan reputasimu."
"Sudah tersurat, Kita melakukan apa pun bukan untuk melawan kebenaran, tetapi demi kebenaran.
Aku akan meyakini itu."
"Amin," kata Smith, "tetapi ingatlah, juga tersurat, racun ular ada di bibir mereka, dan gigitan ular itu mematihan."
"Amin," kata Emily. "Aku tidak melakukan kesalahan. Demikian juga Lord Genji."
"Aku tidak pemah berprasangka begitu terhadap kalian berdua," kata Smith. Dia tidak menambahkan, Tidak seperti Letnan Farrington.
"Pertama Letnan Farrington," kata Genji, "dan sekarang Anda, Tuan Smith. Sayang sekali. Aku sudah berharap ada pemecahan. Tak ada yang salah, kuharap. Letnan Farrington tampak lebih murung dari biasanya."
"Dia membiarkan dirinya terperangkap dalam pemikiran yang salah," kata Smith. "Dia akan menyadarinya juga nanti."
"Pemikiran salah?"
"Artinya, penalaran keliru membawa pada kesimpulan yang salah."
"Aku mengerti pepatah itu," kata Genji. "Yang tidak kumengerti adalah apa yang dipikirkannya."
"Bagaimana mungkin" Nona Gibson, wanita muda yang sangat cantik dan siap menikah, telah menjadi tamu Anda tanpa wanita pendamping, keluarga, atau teman selama beberapa tahun.
Tidak sulit untuk mencapai kesimpulan yang salah tentang hubungan kalian."
Genji berkata, "Emily bukannya tidak pernah memiliki teman pendamping selama dia menjadi tamuku. Dia juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan ekspedisi.
Di kastel ini dan di istana di Edo, dia memiliki tempat tinggal yang sepenuhnya terpisah-dan kalau boleh kutambahkan, jauh-dari tempat tinggalku. Hari dan minggu berlalu tanpa kami saling berpapasan. Aku juga tahu, bangsawan di negara lain menyediakan pendamping dan pelayan untuk tamu mereka juga."
"Pendampingnya selama ini bukan dari bangsanya sendiri," kata Smith. "Mereka adalah BUKU KEDUA
17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel pelayan dan anak buah Anda. Siapa pun yang pernah tinggal di negeri ini selama satu jam saja tahu bahwa perintah seorang bangsawan agung akan dipatuhi tanpa keraguan. Mereka bukan pelindung sebenamya bagi Emily. Dan tamu-tamu yang mengunjungi bangsawan di negeri seperti Inggris selalu membawa pelayan dan pendamping sendiri."
Genji mengangguk. "Betapa bodohnya aku. Aku seharusnya mengandalkan penasihat selain Emily. Kepolosannya terkadang membuatnya tidak melihat segala sesuatu sebagaimana orang lain mungkin melihatnya. Bolehkah kuasumsikan Letnan Farrington percaya bahwa aku telah mengambil keuntungan dari Emily?"
"Bisa dikatakan begitu."
"Dan Anda?" Smith tersenyum. "Letnan Farrington punya kebiasaan menekan perasaan naluriah dan pikiran
alamiahnya seakan-akan mereka adalah pemberontak. Dia menolak untuk mengakui mereka sebagai bagian dari dirinya dan sebaliknya menganggap orang lain menurutkan naluri dan pemikiran alami itu. Aku tidak punya kebiasaan itu. Lagi pula, Tuanku, jika Anda menghendaki sesuatu, Anda tinggal mengambilnya terang-terangan, peduli apa dengan konsekuensinya.
Bukankah begitu jalan samurai?"
"Begitulah yang kami kira, dan bagaimana kami ingin orang lain melihatnya," kata Genji. "Pada kenyataannya, kami begitu memperhatikan konsekuensi dan penampilan sehingga kami sering tidak mampu berbuat apa-apa. Kami begitu mengandalkan apa yang tidak dikatakan sehingga kami sering tidak berhenti untuk mempertimbangkan bahwa sebetulnya sama sekali tidak ada komunikasi, bahwa yang ada hanya keinginan di kepala kami sendiri. Kami kebalikan dari tegas, maaf kukatakan demikian."
"Kalau begitu, izinkan aku mengangkat beban Anda sedikit dengan berbicara jujur," kata Smitli, "dan dengan bersikap setegas mungkin. Aku akan kembali akhir bulan depan sebelum aku pulang ke negeriku. Jika Emily masih belum bertunangan, aku akan mengajukan lamaran lagi. Kuharap dia menerimaku, tetapi aku tahu harapannya berbeda. Jadi, aku berdoa dengan tulus agar dia mendapatkan kebahaiaan, di mana pun kebahagiaan itu dapat ditemukannya."
"Harapannya berbeda. Maksud Anda, dia lebih condong kepada Letnan Farrington?"
"Kecondongannya bukan untuk Letnan Farrington. Dan perasaannya jauh melampaui kecondonan saja. Dia sedang jatuh cinta, dan aku yakin itu sudah lama dipendamnya. Lagi pula, BUKU KEDUA
18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel aku yakin Andi sudah lama mengetahuinya."
Smith ingin tahu bagaimana Genji akan bereaksi. Marah" Terkejut" Malu" Tertawa"
Barangkali, dia sudah terlalu lancang.
Ekspresi Genji tidak berubah. Senyum kecil yang biasa menghiasi bibirnya masih ada di sana, dan dia berbicara dengan nada biasa.
"Aku sering bertanya-tanya apakah Emily begitu transparan kepada rekan sebahgsanya sendiri sama srprrti kepada kami," katanya. "Tampaknya dia tidak begitu, karena jika sebaliknya, Anda dan Letnan Farrington tidak akan mengejamya sedemikian jauh seperti sekarang.
Terkadang, mereka yang berada di luar dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat mereka yang di dalam. Boleh aku bertanya apa yang membuat Anda menyadari hal ini?"
"Murni kebetulan, Tuan." Smith lega dengan tanggapan ringan Genji. "Gabungan antara pengamatan, pernyataan, dan keanehan perilaku. Semuanya menjadi jelas begitu tiba-tiba, dan aku mampu memahaminya. Anda harus ingat, banyak sekali gosip yang beredar di kalangan masyarakat sebangsanya, dan tak satu pun menyenangkan. Spekulasi cenderung tidak pantas didengar."
"Tetapi, dia begitu serius dan sopan."
"Dia juga sangat cantik."
"Aku maklum itu."
"Anda maklum. Mata Anda tidak menyaksikannya sendiri?"
"Terus terang tidak. Standar cantik kita begitu berbeda, cantik bagi Anda nyaris bisa dikatakan buruk rupa bagi kami."
Kini, Smith yang terkejut.
"Anda memandang Emily buruk rupa?"
"Yah, buruk rupa adalah kata yang kasar. Tidak menarik mungkin lebih tepat."
Smith menarik napas seakan-akan dia sudah lama menahannya. Katanya, "Itu sangat melegakanku, Tuan. Jika Anda membalas cintanya, situasi akan berbahagia bagi kalian berdua, dalam segala hal yang bisa dibayangkan. Bangsa kita masing-masing tidak akan menyukai percampuran ras. Lebih jauh, Anda membutuhkan keturunan yang akan jadi ahli waris Anda, dan sudah jelas Emily tidak akan pernah menerima hanya dijadikan seorang selir. Bagi dia, itu hanya sebuah bentuk pelacuran."
"Anda mengatakan akan mengulang lamaran Anda kepadanya."
BUKU KEDUA 19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Seperti yang sudah kukatakan, aku akan melakukannya segera begitu aku kembali ke sini."
"Mengapa menunggu" Lakukan saja sekarang."
"Seorang wanita yang sedang jatuh cinta kepada seorang pria membutuhkan waktu untuk membuka hatinya bagi pria lain. Kita harus bersabar. Untuk sementara, katakan kepadanya kita telah berbicara"tentang lamaranku, bukan tentang pengetahuan Anda akan perasaannya"dan katakan bahwa Anda mendukung sepenuh hati. Antusiasme Anda akan menjelaskan sikap Anda dengan sendirinya. Dan dia akan punya waktu sebulan bersiap-siap untuk kedatanganku."
"Terima kasih, Tuan Smith, untuk saran Anda yang bijaksana."
Genji tetap sendiri sepeninggal Smith. Dia bisa berbicara kepada Emily sebagaimana yang disarankan Smith. Itu hanya membutuhkan sejumlah kebohongan yang sama sekali tidak jadi masalah karena dia pembohong yang lebih baik ketimbang Emily. Dia telah menyembunyikan perasaannya terhadap Emily dan semua orang untuk waktu yang lama. Tambahan sebulan lagi tidak jadi masalah. Namun, ada cara yang lebih baik ketimbang berbicara, dan akan membuat apa pun yang dikatakannya lebih dipercaya. Orang asing mempunyai pepatah yang tepat.
Tindakan berbicara lebih keras ketimbang kata-kata.
Ada kehebohan yang menggairahkan semua staff rumah tangga di kastel. Akhirnya, junjungan mereka mengambil langkah-langkah pasti untuk menjamin kelangsungan garis keturunannya.
"Kau sudah dengar?" seorang pelayan berkata kepada pelayan lainnya selagi mereka membawa nampan teh ke ruangan-ruangan lain.
"Tentu saja! Semua orang sudah tahu."
"Siapa di antara mereka yang akan dipilih?"
"Kudengar dia belum memutuskan."
Pelayan ketiga yang berpapasan dengan mereka berkata, "wanita-wanita istana."
"Istana Kaisar atau Shogun?"
"Keduanya, tentu saja!"
"Politik dan seks," kata pelayan pertama.
Pelayan kedua mengangguk. "Bukankah selalu begitu?"
"Tidak bagi kita," kata pelayan pertama, dan mereka menahan tawa. Mereka tentu sudah tertawa keras-keras kalau saja tidak begitu dekat dengan tempat tinggal tuan-tuan mereka.
BUKU KEDUA 20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Seminggu setelah keberangkatan Charles Smith, dua wanita yang memiliki hubungan dengan istana Shogun di Edo tiba dan mereka disambut dengan upacara. Emily tidak diundang. Masami, pelayan Emily, memberitahunya bahwa salah seorang wanita itu adalah keluarga sekutu Lord Genji, Lord Hiromitsu dari Yamanaka. Satu lagi adalah keluarga jauh Lord Saemon.
"Keduanya akan menjadi selir untuk sementara," kata Masami. "Lord Genji mungkin akan memutuskan untuk menikahi salah satunya kelak, terutama iika dia melahirkan putra ahli waris. Tetapi, kemungkinan besar Lord Genji akan mencadangkan tempat kehormatan itu untuk wanita bangsawan yang lebih tinggi kedudukannya dan mempunyai hubungan politik terbaik. Jika salah seorang selir melahirkan seorang putra, anak itu nanti akan diadopsi istrinya. Saya kira seorang istri, siapa pun itu, akan datang dengan restu Kaisar, alih-alih Shogun.
Kejayaan Kaisar meningkat, dan Shogun mulai tenggelam."
Masami berceloteh terus sambil bekerja. Emily tersenyum dan mengangguk, tanpa
mengatakan apa-apa. Jika ada yang memperhatikan, mereka akan melihat ada kecemerlangan yang tidak biasa di matanya. Namun tentu saja, tak seorang pun melihatnya.
Genji tahu pada akhirnya dia harus berbicara juga dengan Emily, dan dia tidak menanti-nantikannya. Dia tahu banyak air mata yang akan tumpah di pipi Emily, di tengah-tengah tuduhan bisunya. Bisu karena Emily tidak akan mengatakan apa pun secara terbuka. Apa lagi yang harus dikatakan" Emily tidak tahu perasaan Genji terhadapnya. Emily juga tidak tahu Smith telah memberi tahu Genji tentang perasaannya. Tak ada yang bisa dikatakan lagi. Namun, ini akan sangat menyiksa. Genji tidak bisa menghiburnya karena itu hanya menunjukkan pengakuan atas cintanya kepada Emily, pengakuan yang tidak boleh dilakukannya. Jika Genji memberi tahu Emily, dia akan tetap tinggal di Jepang, dan jika demikian, dia akan mati.
Pertanda yang dia lihat menjanjikan itu. Dia tidak mau Emily mati, jadi dia harus membuatnya pergi.
Hidup itu lebih penting ketimbang cinta.
Satu bulan berlalu dengan cepat. Genji telah berjanji untuk berbicara dengan Emily, dan dia belum melakukannya. Dia seharusnya mengundang Emily dalam upacara penyambutan Lady Fusae dan Lady Chiyo. Itu akan menunjukkan maksudnya dengan jelas. Akan tetapi, dia BUKU KEDUA
21 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tidak tega melakukannya. Tindakan itu terlalu kejam. Dia tidak mau menyakiti Emily lebih dari seperlunya. Barangkali juga tidak perlu ada pembicaraan lagi, atau bahkan pertemuan lagi sampai tiba waktunya Emily pergi dengan Charles Smith. Dan, itu tak lama lagi. Ketika Smith kembali, dia akan melamarnya, dan tentu Emily akan menerima. Betapa menyakitkan sekaligus menggelikan bagi Genji bahwa tindakannya sendiri membuktikan apa yang dikatakannya kepada Smith tentang ketidaktegasan samurai.
Dia mengendarai kudanya ke Lembah Apel sendirian, seperti yang biasa dilakukannya ketika menghadapi persoalan sulit. Ada sesuatu yang membuatnya tenang berada di antara pepohonan yang ditanam ibunya bertahun-tahun lalu. Jawaban tidak selalu datang kepadanya di sana, tetapi ketenangan batin selalu membantunya meskipun masalahnya tetap tidak terpecahkan. Para pengawalnya mendapat perintah mutlak dari Hide untuk sekali-sekali tidak membiarkannya pergi ke mana pun tanpa perlindungan, bahkan di sini, di jantung wilayahnya sendiri yang masih terlihat dari benteng kastelnya. Dalam pandangan Hide, pembunuhan telah terlalu sering terjadi sehingga tak boleh ada kelengahan di mana pun. Genji sudah berusaha keras menjelaskan bahwa penglihatannya akan masa depan termasuk ramalan tentang kematiannya sendiri. Hide tetap berkeras. Siapa tahu, katanya, bencana apa yang akan terjadi sebelum itu jika mereka tidak waspada. Apakah pertanda yang dilihat Lord Genji meliputi semua yang akan terjadi" Genji harus mengakui, tidak demikian.
Jadi, untuk mendapatkan kesendirian yang diperlukannya, dia menjadi terampil melepaskan diri dari anak-anak buahnya sendiri. Akhirnya, mereka selalu menemukan dirinya. Namun untuk sementara, dia sendiri. Untuk membuat mereka sulit menemukannya, dia memasuki lembah bukan dari arah kastel, sebagaimana biasanya, melainkan melalui jalan setapak menuju lembah yang melalui perbukitan pedalaman.
Pohon-pohon ini selalu mengingatkan dirinya pada ibunya, tetapi dengan pergantian tahun, kenangan itu semakin pudar, dan dia harus berusaha keras mengingatnya. Usianya belum empat tahun ketika ibunya meninggal karena melahirkan. Dua puluh tujuh tahun telah berlalu. Itu waktu yang lama sekali untuk kehilangan seseorang yang tidak benar-benar diingatnya.
Dedaunan di cabang pohon di atasnya tiba-tiba bergemeresik. Pikirannya, bahkan sebelum dia mendepak kudanya untuk bergerak, adalah bahwa Hide ternyata benar. Terlalu banyak pembunuhan telah terjadi sehingga tak boleh lengah di mana pun. Dia menghunus pedang-BUKU KEDUA
22 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel nya, selagi kudanya melonjak maju, dan memandang ke atas, mengharapkan seorang pembunuh melompat turun atau lesatan panah atau peluru menghantamnya setiap saat. Dia tidak melihat ancaman itu. Alih-alih, dia menangkap sekelebat kain genggang.
Dia menghentikan kudanya dan melangkah kembali ke bawah pohon.
Emily memandang kepadanya dari atas dan berkata, "Kau tidak akan pernah tahu aku ada di sini kalau saja aku tidak kehilangan keseimbangan."
Dari ketinggian itu, Emily bisa jatuh dan terluka fatal. Genji tahu agama Kristen melarang penganutnya bunuh diri. Namun, jatuh tanpa sengaja tidak melanggarkan aturan agama. Emily berdiri seenaknya di atas dua cabang kecil nyaris di puncak pohon. Satu tangan memegang batang pohon, yang hanya berupa batang kecil di puncak sana. Tangan lainnya merapatkan roknya selayaknya seorang wanita, jika berada di atas pohon bisa disebut layak untuk wanita.
"Emily, sedang apa kau?"
"Memanjat pohon. Tampaknya sekarang hari yang cocok untuk itu."
"Tolong, turunlah."
Emily tertawa dan berkata. "Tidak, kau saja yang naik."
Genji mengamatinya dengan cermat. Keriangan Emily tampak tidak dibuat-buat, senyumnya tidak dipaksakan, kerlip di matanya menunjukkan kesehatan dan bukan gangguan mental karena duka.
"Kurasa sebaiknya kauturun."
Emily menggeleng dan tertawa lagi.
"Kukira kita tidak sepakat. Jadi, kita harus mengikuti kecenderungan masing-masing dan memberikan kebebasan satu sama lain."
"Pendekatan seperti itu hanya mengarah pada anarki," kata Genji. "Kita harus bernegosiasi. Aku akan naik, kalau kau setuju untuk turun bersamaku."
"Aku setuju, tetapi hanya kalau kaunaik setinggi aku."
"Itu sembrono. Cabang-cabang itu hanya kuat menahanmu. Tak akan kuat mendapat tambahan berat badanku."
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu tetap saja di situ, dan biarkan aku di sini."
Tak ada pilihan lain baginya. Dia tidak bisa meninggalkan Emily di sana. Genji meraih dahan dan menarik dirinya dari pelana dan naik ke atas pohon Dia memanjat dengan cepat ke cabang tepat di bawah Emily dan tawar-menawar lagi.
BUKU KEDUA 23 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Seperti yang bisa kaulihat, cabang-cabang itu akan patah kalau kunaiki."
Emily menyahut, "Mungkin."
"Bukan mungkin. Sudah pasti."
"Baiklah, aku akan menganggap kewajibanmu sudah dipenuhi asalkan kau menjawab satu pertanyaanku."
Ah, jadi akan terjadi di sini. Setelah mereka berdua ada di puncak pohon, Emily akan mengalami keruntuhan emosi. Bagaimana dia bisa mencegah Emily jatuh dari pohon tanpa menyebabkan dirinya jatuh pula" Dia tidak bisa. Jika Emily kehilangan keseimbangan, dia harus menangkapnya dan mencoba mengatur pendaratannya. Dari ketinggian enam meter, itu akan membutuhkan ilmu olah tubuh yang tinggi, yang dia yakin tidak dimilikinya. Bukankah kekhasan wanita ini membuat masalah semakin sulit" Sifat feminin yang melintasi perbedaan budaya.
"Tanyakan setelah kita turun," kata Genji. Dia tidak yakin bujukannya berhasil, dan memang tidak.
Emily menyahut singkat, "Tidak."
Genji tidak bisa memaksanya turun. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali berkata, "Apa pertanyaanmu?"
"Kamus bahasa Inggris-Jepangmu sangat lengkap," kata Emily, "dengan satu pengecualian yang mencolok. Kau tidak memasukkan kata cinta dalam kedua bahasa itu. Mengapa?"
Itu bukan pertanyaan yang diharapkannya, tetapi Genji melihat ke mana pertanyaan itu mengarah.
Dia berkata, "Semua orang tahu makna kata itu. Persamaan kata dalam kedua bahasa itu saja cukup, tak perlu definisi lebih lanjut. Sekarang, mari kita turun."
Emily menggeleng. "Jawabanmu tidak memuaskan. Kaubilang semua orang tahu
definisinya. Jadi, katakan padaku. Apa cinta itu?"
"Aku menolak. Kau sudah mengajukan pertanyaanmu dan aku sudah menjawabnya.
Sekarang, kau harus memenuhi bagianmu dalam tawar-menawar."
"Berbicara seperti pedagang, bukan samurai," kata Emily Tetapi, dia turun juga bersamanya.
Ketika mereka sudah menginjak tanah, Emily berkata, "Aku tidak percaya kautahu, Lord Genji."
"Tentu saja aku tahu. Untuk memasukkan definisinya ke dalam kamus adalah masalah lain."
BUKU KEDUA 24 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Ekspresi pada wajah Emily mendekati senyum kepuasan yang baru kali ini dilihat Genji.
"Tepat itulah jawaban orang yang tidak tahu," kata Emily.
1830, Kastel Batu Putih di Wilayah Shiroishi
Lord Kiyori sangat senang melihat teman lamanya Lord Nao, tetapi dia tidak senang dengan apa yang telah membawanya datang ke wilayah nun jauh di utara ini.
"Bagaimana mungkin ini bukan kesempatan bagus?" tanya Lord Nao. "Kau telah memintaku memberikan putriku untuk diperistri putra sulungmu. Ini akan menyatukan keluarga kita selamanya. Luar biasa! Emi, bawa pergi teh itu dan bawakan sake."
"Tunggu," kata Kiyori. "Aku belum mengatakan semuanya padamu."
"Apa lagi yang harus dikatakan?" Nao bertanya. "Putriku akan menjadi istri calon Bangsawan Agung Akaoka. Cucu lelakiku"semoga para dewa segera memberikannya"akan menjadi Bangsawan Agung pada gilirannya. Emi, mana sakenya?"
"Dia baru saja pergi mengambilnya, Tuan," kata pelayan lain.
"Nah, jangan cuma duduk di situ. Bantu dia."
"Nao, dengarkan aku," kata Kiyori, wajahnya masih terlihat suram. "Aku telah memintamu memberikan putrimu untuk dinikahi Yorimasa, tetapi sebagai teman, aku juga harus menyarankan-mu untuk menolaknya."
"Apa" Omong kosong. Bagaimana mungkin kau meminta, kemudian detik berikutnya menyarankan penolakan?"
"Aku melihat pertanda," Kiyori berkata.
"Ah," kata Nao. Dia duduk kembali, mendengarkan. Dia telah mengenal Kiyori selama lebih dari tiga puluh tahun. Selama itu, Kiyori telah menceritakan banyak pertanda kepadanya, dan semuanya benar. Orang lain mungkin meragukan ramalan Bangsawan Agung Akaoka, tetapi dirinya tidak.
"Perkawinan itu akan menghasilkan seorang ahli waris," kata Kiyori, "satu-satunya ahli waris kedua klan kita untuk melalui perubahan besar yang akan terjadi. Putrimu tidak akan segera sembuh dari kesulitannya melahirkan. Kelahiran anak keduanya akan merenggut nyawanya."
BUKU KEDUA 25 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Nao memandang ke bawah. Dia menarik napas dalam beberapa kali, tidak berbicara atau menengadah.
Kata Kiyori, "Itu tidak perlu terjadi. Batalkan perkawinan itu, dan biarkan orang lain menanggung musibahnya."
"Bagaimana ini bisa dihindari" Kau telah melihatnya dalam pertanda itu."
"Aku percaya pertanda itu menunjukkan apa yang mungkin terjadi," kata Kiyori, "bukan apa yang harus terjadi."
"Pernahkah pertanda itu batal terjadi?"
"Tidak." "Jadi, apa yang membuatmu berpikir bahwa yang ini akan berbeda?"
"Selalu, pada masa lalu, aku mengikuti pertanda yang kulihat. Bagaimana kalau kita tidak mengikutinya" Maka tindakan kitalah, dan bukan pertanda itu, yang akan menentukan apa yang terjadi."
"Kau yakin akan hal ini?"
"Tidak," kata Kiyori, "itulah masalah sebenarnya. Jika kita bertindak'melawan pertanda itu, kita tidak akan yakin tentang apa pun. Termasuk kematian yang kulihat."
Nao menggelengkan kepala. "Kita juga akan kehilangan kepastian pertanda bahwa cucu lelaki kita akan bertahan meneruskan garis keturunan kita. Kelanjutan klan kita lebih penting daripada nyawa seseorang, terutama jika kedua klan kita bersatu dalam seorang calon bangsawan agung."
"Kau akan membiarkan putrimu menikah walaupun tahu perkawinan itu akan
membawanya pada kematian?"
"Kita semua akan mati," kata Nao. "Itulah takdir. Ketika dia mati untuk menjaga klan kita, kematiannya sangat layak sebagai putri seorang samurai. Baik dia maupun kita tak boleh menyesalinya."
Kiyori mengangguk. "Sudah kukira kau akan berkata begitu."
Nao tertawa. "Jadi, mengapa kau repot-repot mengajukan keberatan?"
"Tuanku," kata para pelayan, masuk dengan nampan sake. Nao mengambil sebuah cangkir.
Meskipun sangat enggan, Kiyori terpaksa mengambil satu juga.
Kata Kiyori, "Karena itu adalah salah satu alasan untuk menolak pernikahan."
"Hebat. Maksudmu ada alasan lain?"
BUKU KEDUA 26 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Ya, dan jika disatukan dengan alasan pertama, argumen untuk membatalkannya menjadi lebih kuat."
Nao menunggu Kiyori meneruskannya, tetapi dia diam saja. Dia tetap membisu dan bahkan tampak lebih muram. Nao menenggak sakenya dan menunggu dengan sabar. Jika Kiyori diam, Nao yakin dia punya alasan kuat. Dia mulai berpikir Kiyori memutuskan untuk tidak menyampaikan alasan kedua itu, ketika akhirnya lelaki itu buka mulut.
"Putraku, Yorimasa, bukan pria yang pantas. Dia seorang pemabuk, gila wanita, dan tidak berguna."
"Pernikahan akan mengubahnya, sebagaimana ia mengubah setiap orang."
"Saat kukatakan bahwa dia pemabuk, gila wanita, dan tidak berguna," kata Kiyori, "aku tidak mengatakan seluruhnya. Dia lebih buruk dari itu. Jauh lebih buruk. Kalau saja dia bukan anakku, sudah kusuruh orang membunuhnya sejak dahulu. Belum melakukannya menunjukkan kelemahanku sebagai seorang ayah."
"Apa yang telah dilakukannya?"
"Perbuatan-perbuatan yang membuatku malu merenungkannya apalagi mengakuinya terang-terangan," kata Kiyori.
Yorimasa sudah lama menunggu dua peristiwa. Pengangkatannya sebagai pemimpin Wilayah Akaoka, dan kemampuan melihat masa depan. Karena dia putra sulung Lord Kiyori, dia yakin dengan yang pertama. Keyakinannya yang sangat kuat bahwa takdir hebat itu akan menjadi miliknya, membuatnya merasa pasti bahwa yang kedua pun demikian. Sejak masih kanak-kanak, karakternya terbentuk oleh harapan-harapan ini. Padahal, ayahnya berkali-kali mengingatkan bahwa kehidupan serba tak pasti dan pewarisan kemampuan melihat masa depan itu masih belum jelas. Yorimasa memiliki watak sangat keras kepala. Dia biasa berkata, "Ya, Ayah," tetapi dia tidak bersungguh-sungguh.
Karena keyakinan Yorimasa begitu besar, orang-orang di sekitarnya mempercayainya juga.
Terutama karena dia cucu lelaki pertama dari dua pihak keluarganya. Harapan kerabat-kerabatnya otomatis bertumpu kepadanya. Untungnya, harapan itu tampak berdasar. Dia anak yang cerdas, periang, dan lancar berbicara pada usia satu tahun. Dia sudah dapat menulis pada usia tiga tahun.
Kemampuannya mengayunkan pedang pendek sangat baik, begitu pula membidikkan anak panah dengan lengan kecilnya, dan keberaniannya mengendalikan kuda poni. Semua itu BUKU KEDUA
27 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel sudah dimilikinya sebelum berumur lima tahun. Pembantu-pembantu rumah tangganya senantiasa memanjakan Yorimasa. Sifatnya, juga wajah tampannya, menarik lebih banyak perhatian dari yang sewajarnya.
Kelahiran adiknya, Shigeru, tidak menggeser posisinya. Shigeru lebih pendiam, lebih pemalu, dan kalah tampan dari Yorimasa. Orang-orang ingat bahwa semua yang dilakukan Shigeru dalam masa pertumbuhan sudah dilakukan Yorimasa dengan lebih baik pada usia lebih dini dan lebih berbakat. Kelebihan Shigeru adalah kekuatan fisiknya. Dia seorang bocah yang sangat kuat. Namun, kekuatan semata merupakan keistimewaan seekor sapi, tidak di mata manusia. Dalam hal apa pun, dengan menerapkan prinsip-prinsip hak anak sulung, anak kedua selalu kurang penting ketimbang kakaknya. Dia menjadi jauh lebih tidak berharga lagi karena sang kakak mempunyai banyak keistimewaan. Para kerabat, pembantu, dan pelayan tidak dapat menahan diri untuk membanggakan keberuntungan mereka karena mempunyai
junjungan muda yang berbakat. Masa depan klan tentu saja berada di tangan yang baik, terutama karena semua tanda menunjukkan bahwa Yorimasa adalah orang yang ditakdirkan untuk berkemampuan melihat masa depan, warisan yang akan jatuh hanya pada satu orang di setiap generasi klan ini.
Seorang junjungan muda dengan semua bakat warisan alam dan keluarga pasti populer di antara teman-teman sebayanya. Yorimasa pun demikian. Terutama karena kondisi masa itu yang belum jelas"perkembangan politik daratan Asia yang kacau, disertai banyaknya tentara asing yang dating"kemungkinan dia akan memiliki kemampuan meramal menarik lebih banyak junjungan muda ke dalam kelompoknya. Ini tidak akan terjadi jika Yorimasa tidak menjadi teladan samurai berdarah biru dalam segala bidang. Dengan kehidupan seperti itu, bagaimana dia dapat memperhatikan dengan serius peringatan ayahnya"
Jadi, ketika akhirnya kekecewaan besar itu datang, dia sama sekali tidak bisa menahannya.
Pada malam ulang tahunnya yang ke-22, ayahnya berkata, "Kau tidak akan menggantikanku sebagai Bangsawan Agung."
Terkejut, dia hanya bisa bertanya, "Mengapa?"
"Kau tidak perlu bertanya mengapa."
"Aku anak sulung Ayah, aku takkan mengalah pada adikku."
"Shigeru pun tidak akan menjadi Bangsawan Agung."
Dalam sakit hatinya, Yorimasa tertawa. "Jika bukan Shigeru atau aku yang menjadi ahli waris, BUKU KEDUA
28 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Ayah tentu hendak mempunyai anak lagi. Atau Ayah Sudah melakukannya diam-diam?"
"Berhenti bicara seperti orang bodoh. Aku mengatakan yang sebenarnya padamu. Terima sajalah itu."
"Apakah ini ramalan?"
"Sebut saja begitu kalau kau mau, atau tak usah sebut apa-apa," kata ayahnya. "Mengakui atau mengingkari, takkan mengubah apa pun."
"Siapa yang akan menjadi Bangsawan Agung berikutnya di wilayah kita?"
"Belum ada yang lahir."
"Kalau begitu, Ayah berniat mengambil istri lagi, atau selir." Keterkejutan yang semula dirasakan Yorimasa berubah menjadi amarah membara. Seorang wanita penipu telah memperdaya ayahnya. Karena dimabuk cinta, lelaki tua itu telah menjanjikan anaknya menjadi Bangsawan Agung berikut. Siapa wanita itu" "Apakah Ayah begitu yakin akan mempunyai keturunan lagi"
Ayah sudah tidak muda lagi."
Reaksi ayahnya sangat ganjil. Kekerasan di permukaan tampak dilebih-lebihkan. Apakah itu untuk menekan emosi lain di baliknya" Jika ada yang tersembunyi, Yorimasa tidak dapat menerkanya.
"Keputusan sudah diambil," kata Kiyori. "Tak perlu dibicarakan lagi."
Tak ada lagi yang perlu dibicarakan, tetapi banyak yang bisa dilakukan. Pertama-tama, Yorimasa akan menemukan identitas perempuan ini, tempat ayahnya menyembunyikannya, dan anak itu jika memang sudah ada. Kemudian, dia akan menyingkirkan mereka. Ini bukan masalah ramalan. Kiyori telah berbicara tentang keputusan yang sudah diambil. Dia tidak akan berbicara tentang ramalan dengan cara demikian. Karena itu, masa depan belum dipastikan.
Yorimasa tidak ingin diam saja, sementara warisannya direnggut darinya.
Awalnya, usaha kerasnya menyelidik tidak mengungkapkan apa pun. Dia menanyai semua pelayan dan pembantu. Tak ada yang pernah melihat Lord Kiyori mengunjungi seorang wanita.
Tak ada yang tahu akan keberadaan seorang anak. Yorimasa menugasi teman-teman
kepercayaannya untuk membuntuti ayahnya. Mereka tak mengetahui apa-apa. Dia sendiri membuntuti Kiyori, hasilnya sama. Nihil. Tak ada wanita, tak ada anak. Jadi, apa yang menggiring Kiyori pada keputusan aneh itu" Tak seorang pun tahu.
Kemudian, tak lama setelah Kiyori mengumumkan keputusannya kepada Yorimasa,
perilakunya berubah ganjil. Dia mulai menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di lantai BUKU KEDUA
29 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel ketujuh menara tinggi. Jika dia berada di sana, perintahnya adalah tak seorang pun boleh memasuki menara melebihi lantai ketiga. Pada saat itu, angkatan laut bangsa lain menjadi lebih sering merambah perairan Jepang. Peperangan bahkan sudah mencapai teluk di luar Kastel Awan Burung Gereja beberapa kali. Sangatlah tidak pantas menarik diri dengan cara aneh ini.
Yorimasa mengira ayahnya sudah gila. Tragis walaupun menguntungkan jika benar. Jika ayahnya gila, pembantu-pembantunya akan mendukung penggeserannya. Banyak peraturan yang sesuai dengan hal itu. Ketidakwarasan sudah sering melanda klan ini. Tampaknya, itu disebabkan kekuatan misterius yang sama yang telah memberikan kemampuan meramal itu dalam darah keluarga mereka. Perenggutan hak kedua putra secara rahasia dan kebiasaan baru Kiyori untuk menetap di menara tampaknya mengarah ke sana.
Desas-desus tentang pengambilalihan kekuasaan oleh Yorimasa mulai beredar di kalangan pengikut. Yorimasa merasa puas, dia tidak tahu-menahu tentang hal itu. Ide itu muncul secara spontan. Bahkan, para tangan kanan ayahnya"Lord Saiki, Lord Tanaka, dan Lord Kudo"
menyatakan kecemasan mereka kepada Yorimasa. Dia senang mengetahui bahwa mereka, seperti semua pengikut lainnya, sudah mulai memperlakukan dirinya dengan lebih hormat lagi. Ayahnya begitu gigih merintis kegagalannya sendiri. Yang dilakukan Yorimasa hanyalah bersabar.
Namun, dia tidak cukup sabar.
Masa kesendirian ayahnya di menara menimbulkan keingintahuan Yorimasa. Akhirnya, dia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk menemukan sendiri apa yang sebenarnya dilakukan Kiyori di sana berjam-jam dari hari ke hari.
Mudah sekali memasuki menara itu tanpa diketahui orang. Kiyori tidak menempatkan penjaga pada gerbang masuk, anak tangga, atau lantai-lantai lain antara tingkat tiga dan tujuh. Dia mengandalkan penuh kekuatan perintahnya. Itu memang cukup untuk menjauhkan semua orang, kecuali Yorimasa.
Bahkan, sebelum matanya sejajar dengan lantai ke atas, dia dapat mendengar suara ayahnya bercakap-cakap. Siapa pun yang sedang bersamanya, berbicara dengan sangat pelan sehingga Yorimasa tidak dapat mendengarnya.
"Seharusnya Anda beri tahu dia sejak dahulu," kata Shizuka.
"Seperti saranmu," kata Kiyori.
"Apakah menjadi persoalan siapa yang memberi saran itu" Membiarkan masalah yang begitu penting hingga terlambat adalah kesalahan, Tuanku." Dia membungkuk dalam-dalam.
BUKU KEDUA 30 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Maafkan aku karena berbicara begitu lancang."
"Yah, kini dia tahu. Dia tidak akan menjadi Bangsawan Agung."
"Tetapi, Anda tidak memberi tahu alasannya."
"Tidak." "Anda juga belum memberi tahu bahwa dia tidak akan menjadi orang yang melihat pertanda pada generasinya."
"Tidak. Kuharap ketika dia melihat banyaknya penderitaan akibat pertanda itu, dia tidak akan terlalu menyesal karena tidak memilikinya."
Shizuka tersenyum. "Dia belum melihat Anda menunjukkan tanda-tanda penderitaan, Tuanku."
"Karena, Tuan Putri, bukankah aku tidak sungguh-sungguh melihat pertanda" Kaulah orang yang menerimanya. Kaulah yang memberitahuku semua yang kuketahui tentang apa yang akan terjadi."
"Karena Anda percaya aku sendiri sebuah pertanda, pemberitahuanku mengenai masa depan sama saja seperti Anda melihatnya sendiri." Shizuka berhenti dan pura-pura merenungkan pikirannya. "Tetapi, kadang Anda percaya bahwa aku bukanlah pertanda, melainkan hantu.
Kalau begitu, apakah kata-kataku masih menjadi pertanda bagi Anda" Kurasa demikian, karena apa lagi namanya kalau bukan itu?"
Kiyori mengerutkan kening. "Aku takkan pernah bisa memikirkan penjelasannya. Yang kutahu hanyalah bahwa semua yang kausampaikan padaku benar, tanpa tipu daya atau makna tersembunyi. Apakah kau memang seperti yang kaukatakan atau tidak, kaulah sarana datangnya pertandaku. Dengan Shigeru, caranya akan berbeda. Kau sudah mengatakan begitu."
"Ya, caranya akan berbeda."
"Dia akan menderita."
"Ya." "Dia takkan mengerti apa-apa."
"Ya.", "Jika Yorimasa melihat itu, penyesalannya akan hilang."
"Anda boleh berharap begitu."
"Tidakkah kau dapat memberitahuku" Kau pasti tahu."
Pintu geser ditarik dengan kasar dan didorong dengan keras hingga terbuka lebar. Yorimasa BUKU KEDUA
31 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel berdiri di ambang pintu dengan pedang di tangan. Wajahnya pucat, matanya merah.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Kiyori. Dia melompat berdiri, tetapi tidak menyentuh pedangnya.
Yorimasa melihat sake disiapkan untuk dua orang. Cangkir ayahnya kosong. Cangkir wanita itu penuh. Namun, dia tak terlihat di mana pun.
"Di mana dia?" teriak Yorimasa.
"Letakkan pedangmu dan pergilah!" Kiyori melangkah dengan berani ke arah putranya.
"Kaulupa tempatmu."
Yorimasa mengabaikannya. Dia bertanya, "Sudah berapa lama Ayah menjadi budak wanita" Dia berbicara dan Ayah mematuhinya. Jangan melotot segalak itu. Kudengar Ayah mengakuinya. Ayah pembohong dan peramal palsu. Wanita itu seorang penyihir. Pasti, dia membuatmu mengabaikan kedua putramu demi dirinya. Di mana dia?"
Mata Yorimasa menyapu ruangan mencari-cari jalan masuk ke lorong rahasia. Tak ada yang bersembunyi di balik dinding. Dia mengamati permadani di lantai dengan saksama. Tak ada yang menunjukkan tanda-tanda pergeseran. Wanita itu menghilang tanpa diketahuinya. Dia tak mungkin keluar dari jendela karena akan terlihat dari bawah pada siang hari. Jalan masuk rahasia tentu berada di langit-langit. Matanya mengarah ke atas.
Saat itu, Kiyori maju dan dengan gerakan cepat dan halus, merebut pedang dari genggaman putranya dan melemparkannya hingga membentur dinding terjauh dengan keras. Sebelum Yorimasa dapat bangkit dan meraih pedang lainnya, Kiyori memukul pelipisnya dengan ujung pedang yang tadi direbutnya.
Yorimasa kembali siuman di ruangannya sendiri, ditemani Dokter Ozawa. Sisi kanan kepalanya sakit, tetapi lukanya tidak parah. Tak ada penjaga di sana. Pedang-pedangnya berada di tempat semula, pada meja dekat situ. Diambilnya pedang-pedang itu dan ditinggalkannya ruangan. Tak seorang pun mencoba mencegahnya.
Dia tidak mencari ayahnya. Dia tahu Kiyori takkan menjelaskan apa-apa. Wanita itu, siapa pun dia, sudah pergi, kembali ke persembunyiannya. Jika dia tak menemukannya sebelumnya, dia tentu takkan menemukannya sekarang. Ada orang lain yang perlu ditemuinya. Jika semua yang didengarnya benar, ada sedikit nilai tersisa dalam kehidupan untuknya.
Ditemukannya Shigeru di tempat latihan, berputar dan menyerang pada sasaran di BUKU KEDUA
32 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel belakangnya. Shigeru melihat pelipisnya yang terluka. "Apa yang terjadi padamu?"
Yorimasa mengabaikan pertanyaan itu.
Dia bertanya, "Apakah Ayah pernah berbicara padamu tentang pertanda?"
"Kautahu dia selalu begitu. Ayah selalu menyampaikan pertanda yang dia lihat kepada kita bersamaan."
"Maksudku pertanda yang kaulihat, bukan yang dia lihat."
Shigeru tidak mengkhianati dirinya sendiri dengan reaksi apa pun di wajah, tetapi kegagalannya menjawab dengan cepat cukup menjelaskan. Jadi benar. Shigeru, bukan dirinya, yang akan menerima pertanda dan Shigeru tahu itu.
"Jadi, Ayah akhirnya memberitahumu?" kata Shigeru.
Kembali Yorimasa mengabaikan pertanyaan itu dan menanyakan yang lain.
"Sudahkah pertanda itu mulai kaulihat?"
"Tidak. Ayah berkata itu tidak akan kulihat sampai bertahun-tahun lagi."
"Sudah berapa lama kautahu?"
"Dua belas tahun."
"Sejak kau masih kanak-kanak?"
"Ya." "Tetapi, kau tak memberitahuku." Mengapa tak seorang pun memberitahunya" Mengapa mereka membiarkannya terus percaya bahwa dia akan menjadi orang terpilih itu" Rasa malu lebih buruk daripada kekecewaan. Betapa rendah dan bodoh dirinya karena telah begitu yakin dan bangga selama ini!
"Aku bukan penguasa wilayah ini," kata Shigeru, "Ayah kitalah penguasa wilayah. Dia memberikan perintah. Dia beri tahukan apa yang ingin diberitahukannya, dan menyimpan selebihnya untuk diri sendiri. Itulah artinya menjadi bangsawan agung. Kau harus tahu itu."
"Untuk apa" Aku tidak akan pemah menjadi Bangsawan Agung," kata Yorimasa.
"Tentu saja kau akan menjadi Bangsawan Agung. Kau anak sulung. Pertanda tak ada kaitannya dengan siapa yang akan menggantikan Ayah."
"Aku takkan menjadi Bangsawan Agung. Ayah mengatakan padaku, aku takkan menjadi Bangsawan Agung."
Dahi Shigeru berkerut. "Apa artinya itu?"
"Dia punya wanita simpanan yang tidak kita kenal sama sekali. Kudengar mereka BUKU KEDUA
33 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel berbicara di menara. Siapa yang tahu sudah berapa lama mereka bersama. Mungkin kita punya kakak sulung yang belum pernah kita lihat."
"Mustahil." "Tak ada yang mustahil," kata Yorimasa.
Ditinggalkannya Shigeru dan pergi ke istal. Dia takkan tinggal di kastel biarpun untuk satu jam lagi. Dia akan pergi ke istana di Edo dan berusaha memikirkan sesuatu.
"Yorimasa." Ayahnya muncul dari keremangan.
"Ah, Ayah datang untuk mengucapkan selamat jalan. Atau Ayah akan melarangku pergi?"
"Ini tidak seperti yang kaupikirkan," kata Kiyori.
"Oh" Jadi bagaimana?"
"Tak ada wanita lain. Aku tak punya anak lain yang akan menjadi ahli warisku. Tak ada anak lain. Belum. Dan jika ada, dia adalah putramu, bukan putraku."
"Apakah itu ramalan, Tuanku?"
"Ya." Yorimasa membungkuk dalam. "Maka aku menyerah pada takdir, dan pada putraku yang belum lahir. Siapa yang akan menjadi istriku, dan kapan?"
"Itu belum terungkap."
Yorimasa melompat ke sadel kudanya. Dia membungkuk lagi.
"Harap beri tahu aku. Setiap kata yang Ayah ucapkan adalah perintah bagiku." Dia membungkuk lagi, tertawa keras, dan mendepak kudanya untuk melesat pergi.
Semua yang diimpikannya hilang. Dia takkan menjadi Bangsawan Agung Wilayah Akaoka.
Dia takkan mengatakan ramalan apa pun. Rasa hormat yang diliputi kekaguman padanya selama ini akan menjadi olok-olok. Yorimasa ingin mati. Namun, bunuh diri sekarang adalah tindakan pengecut. Dia bukan pengecut. Dia akan bertahan. Namun, dia tak perlu bertahan dalam kesedihan.
Yorimasa telah menghabiskan 22 tahun pertama dalam hidupnya untuk menyiapkan dirinya sebagai penguasa. Dia telah membaca kitab-kitab klasik. Dia telah berlatih pertarungan satu lawan satu. Dia telah mempelajari strategi mengendalikan pasukan. Dia telah duduk di zazen beberapa jam lamanya setiap hari, melepaskan segalanya, melepaskan selepas-lepasnya. Inilah seni yang perlu dikuasai seseorang yang ditakdirkan untuk berperang dan memerintah. Kini, tak ada gunanya lagi. Dia akan meninggalkan semua, sekarang dan untuk selamanya. Dahulu dia BUKU KEDUA
34 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel mendedikasikan dirinya setiap saat untuk mengembangkan kemampuannya sebagai samurai, kini dia mendedikasikan diri untuk memuaskan semua hawa nafsu. Apa lagi yang dapat menyenangkannya"
Ada alkohol, opium, absinth, dan berbagai macam ramuan untuk mengubah persepsi dan suasana hati dengan semua cara yang diinginkannya. Tentu saja, ada efek negatifnya. Namun, selalu ada solusi lain, bubuk, pil, dan asap untuk menyembuhkan semua rasa sakit itu.
Digunakannya semua itu, semua obat dan penawar. Dia menggunakannya begitu banyak sehingga nyaris mampu mengabaikan tawa di belakang punggungnya.
Yorimasa mengharapkan ayahnya campur tangan, sehingga jika itu terjadi, dia tidak akan terkejut. Akan tetapi, Kiyori tak pernah mengurungnya lebih lama dari yang diperlukan untuk pengobatan rasa sakitnya saat itu. Setelah itu, dia bebas.
Yorimasa segera mengerti alasannya. Jika dia dikurung, dia takkan punya alasan sama sekali untuk terus hidup. Jadi, kurungan tidaklah mungkin karena Kiyori takkan membiarkannya membunuh diri. Pertanda mengatakan Yorimasa harus hidup untuk rnempunyai seorang putra.
Hal ini juga meyakinkan Yorimasa bahwa apa pun yang dilakukannya tak menjadi soal, dia takkan mati tanpa sengaja. Takdirnya untuk hancur juga merupakan takdirnya untuk hidup.
Bukankah ini dilema yang paling menggelikan"
Obat-obatan yang membawa kelegaan juga meracuninya. Tubuhnya menderita, pikirannya lebih-lebih lagi. Dengan segera, halusinasi dan pergantian suasana hati tidak memuaskannya lagi.
Dialihkannya perhatian pada wanita. Suatu hari, ayahnya tentu akan memerintahkannya menikah, dan dia akan menurut. Dia akan melayani wanita itu seperti binatang pejantan yang paling subur.
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara ini, ada banyak wanita di Edo. Dia tak perlu khawatir akan mempunyai anak dari mereka. Ramalan mengatakan dia akan menjadi ayah Bangsawan Agung Akaoka berikutnya, bukan orang lain. Kebetulan sekali.
Awalnya, dia tertarik pada kecantikan. Namun, kecantikan hanya bentuk fisik semata, hari demi hari, tak ada bedanya dengan kesederhanaan. Tak ada lagi yang layak diperhatikan.
Ketertarikannya beralih pada bagian-bagian tubuh yang berbeda. Bentuknya, teksturnya, aromanya, rasanya. Variasinya menakjubkan, bahkan pada satu tubuh, dan ketika banyak tubuh dipikirkan, betapa banyak variasi yang ada.
Ketika Yorimasa bosan akan hal itu, perhatiannya beralih ke tubuhnya sendiri. Dia telah mengalami banyak jenis kesenangan. Yang tersisa adalah derita. Dia tidak dapat menemukan BUKU KEDUA
35 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel derita luar yang setara dengan rasa sakit dalam hatinya. Dilakukannya apa yang dia bisa. Dia seorang samurai. Dia sanggup bertahan.
Dari penderitaannya sendiri, tak pelak lagi dia beralih pada penderitaan orang lain. Di sana, akhirnya, dia mendapatkan gabungan sempurna semua unsur. Halusinasi, kepuasan
pancaindra, kecantikan, keburukan, dan yang paling penting, rasa sakit.
Kadang-kadang, dia berbuat terlalu jauh, dan seorang wanita menjadi korban tanpa bisa pulih kembali. Karena itu, dia harus membayar bonus besar pada rumah geisha, dan uang duka khusus bagi keluarga wanita itu. Semua hanya soal uang.
Dikembangkannya ketertarikan pada praktik seksual sadis yang menyakiti dirinya, dan bahkan lebih menyakitkan bagi wanita-wanita yang menemaninya. Ada rasa istimewa dalam air mata mereka, dan ada lagu yang indah dalam pekikan mereka. Ramuan tertentu menambah kepuasan. Aroma tertentu menambah kesakitan mereka. Digunakannya semuanya.
Yorimasa menemukan kesenangan terbesar ketika tahu dia telah menghancurkan milik mereka yang terbaik. Awalnya, dia pikir itu adalah kecantikan mereka; dia tak perlu melukai bagian luar; jika dia melukai bagian dalam, pekerjaannya sudah selesai. Namun, dia mulai sadar bahwa aspek fisik yang tampak tidak sepenuhnya penting. Setiap wanita yang melayaninya, tak peduli seberapa banyak mereka telah berbuat, tak peduli seberapa banyak mereka telah melihat, ada rahasia hati yang aman tersimpan di dalam; di sana ada perasaan berharga tentang diri mereka sendiri yang berhasil mereka jaga. Dia menjadi ahli menemukannya. Dan setelah itu, suara jeritan mereka begitu nyaring, hampir menenggelamkan gelak tawa di belakang punggungnya.
"Jika putrimu tidak penting bagimu, aku takkan begitu khawatir," kata Kiyori, "tetapi, aku tahu kau sangat mencintainya."
Nao berkata, "Midori hanya seorang gadis. Dia tidak penting. Anak yang akan dika
ndungnya, dialah yang penting."
"Jangan berikan persetujuanmu semudah itu, Nao. Biar kuberi tahu kau seperti apa Yorimasa sekarang."
"Tidak. Tidak jadi masalah," Nao membungkuk. "Kami mendapat kehormatan karena kau memilih klan kami. Midori akan menikah dengan Yorimasa."
BUKU KEDUA 36 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Waktu berlalu dengan cepat sekaligus lambat. Kadang-kadang, Yorimasa tidak dapat merasakan berlalunya satu minggu, atau sebulan, atau sebagian besar hidupnya. Tersesat dengan cara ini menjadi jalan terdekat dengan kebahagiaan yang pernah dirasakannya.
"Yorimasa." Di sela kabut asap opium, dia melihat wajah Shigeru.
"Hai, adikku. Jangan malu-malu begitu. Bernapaslah. Kau takkan mati."
Shigeru menarik kakaknya dengan kasar hingga berdiri. Para penjaga tempat itu, yang biasanya sangat keras, diam di kejauhan dengan hormat. Reputasi Shigeru sebagai ahli duel sejak usia lima belas tahun menimbulkan rasa takut tahun-tahun belakangan ini.
"Aku datang untuk membawamu kembali ke Kastel Awan Burung Gereja. Ayah sudah menemukan istri untukmu."
"Tahun berapa ini?"
Shigeru memandang Yorimasa dengan jijik sebelum menjawab.
"Tahun keempat belas."
"Kekaisaran siapa?"
"Kaisar Ninko terus memuliakan dunia ini dengan keberadaannya yang penuh keagungan."
Yorimasa membiarkan dirinya setengah diseret, setengah digotong. Menakjubkan. Hanya satu tahun berlalu. Mungkin kurang.
"Dan bulan apa ini, adikku?"
Selama tiga minggu, Yorimasa dipaksa ayahnya berlatih dengan para samurai seolah-olah perang akan pecah. Yorimasa tidak menghabiskan satu jam pun di dalam ruangan, alih-alih menjalani hidup siang dan malam di perkemahan perang di pegunungan sebelah utara Kastel Awan Burung Gereja. Setiap dini hari, dia berkuda dengan para anggota kavaleri ke pantai, turun, dan berlari dengan senjata lengkap dari Hutan Muroto ke Tanjung. Jika dia jatuh dan mencoba beristirahat, Shigeru menariknya berdiri. Jika Yorimasa tidak berlari, dia diseret. Jika dia muntah, ketiga jenderal klan" Lord Saiki, Lord Tanaka, dan Lord Kudo" tertawa terbahak-bahak seolah-olah pemandangan itu paling lucu di dunia. Malam hari, para samurai yang berperan sebagai pembunuh dari pihak musuh menyerang perkemahan dan menikam tanpa ampun dengan bambu, menusuk siapa saja yang lambat bangkit. Tak ada perbekalan. Hanya mereka yang bisa menjebak binatang buruan, menembak burung, atau menemukan tumbuhanlah yang bisa BUKU KEDUA
37 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel makan. Yang lainnya tetap lapar. Pada hari keempat, Yorimasa mulai makan serangga paling lemah yang dapat ditangkapnya. Hari keenam, dia berpikir serius akan menyembelih kudanya.
Pada hari ketujuh, perkemahan dipindahkan ke pantai dan nelayan dari Desa Kageshima mengirimkan sedikit suplai berupa ikan yang dikeringkan dan beras yang tidak digiling. Itulah makanan paling lezat yang pernah disantap Yorimasa.
Ketika tiga minggu berlalu, kesadaran Yorimasa pulih. Kesadaran sementara dan tak bermakna. Dirinya yang sekarang dapat bertahan dengan mudah dalam kekurangan. Dia akan melakukan apa yang harus dilakukan, kemudian mengarahkan kembali energinya dengan cara yang lebih halus. Biarkan ayahnya membesarkan ahli waris itu. Yorimasa tak berminat pada peralihan kekuasaan yang melewatkan dirinya. Akan jadi apa putranya itu selain bahan cemoohan bagi dirinya lagi" Yorimasa sudah membenci anak itu. Dia bahkan belum lahir, bahkan belum dikandung, dan dia membencinya lebih dari siapa pun yang pernah dibencinya.
Begitu pula calon istrinya. Siapa pun dia, Yorimasa juga membencinya.
"Putri Lord Nao?" Yorimasa menyangka dia sudah kebal dengan kejutan, tetapi dia salah.
"Lord Nao dari Wilayah Shiroishi?"
"Apakah kaukenal Lord Nao yang lain?" tanya Kiyori.
"Lord Apel!" Yorimasa berseru. Sungguh tolol. Dia menyangka dirinya mampu menahan penghinaan lagi. Dia seharusnya tahu bahwa yang lebih buruk selalu mungkin terjadi.
"Dia akan menjadi ayah mertuamu," kata Kiyori. "Jangan menghinanya dengan julukan itu."
"Mengapa tidak" Lord Apel. Itu gelarnya dari ujung ke ujung Jepang. Ayah telah menjodohkanku dengan putri Bangsawan Agung paling konyol di dunia. Mengapa?"
Rasa malu dan kemarahan Yorimasa begitu besar hingga matanya berkaca-kaca. Hanya amarah yang mencegah air matanya jatuh.
"Wilayah Lord Nao kecil?"
"Kecil, tidak penting, miskin, lemah, dan begitu jauh dari mana-mana sehingga orang harus hidup di desa sial Ainu, Yezo, untuk lebih jauh ke utara!"
"Wilayah Lord Nao kecil," kata Kiyori menyambung ucapannya yang terpotong, "tetapi sangat teratur. Persediaan berasnya memungkinkan dia, seperti kita, bertahan dalam bencana kelaparan akhir-akhir ini tanpa pemberontakan yang mengganggu begitu banyak wilayah lain.
BUKU KEDUA 38 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Pasukannya?" "Ayah sebut segelintir orang bodoh itu pasukannya?"
"Pasukannya, yang terbiasa pada musim dingin yang keras, termasuk dalam sedikit pasukan yang mampu melakukan penyerangan agresif pada musim itu."
"Karena di sana selalu musim dingin!"
"Dan kebun buah-buahannya, yang kaulecehkan, menghasilkan apel paling bagus di Jepang?"
"Siapa yang makan apel selain kuda?"
?"terkenal karena kesegaran dan kelezatannya."
"Lord Nao sendiri seorang samurai tradisional yang hebat. Kami bertempur bersama untuk pertama kalinya ketika kami masih bisa disebut kanak-kanak."
"Ayah dan dia menggilas petani kelaparan untuk Shogun. Sekarang, Ayah membanggakan pembantaian itu sebagai 'pertempuran'?"
"Cukup! Kita pergi ke Wilayah Shiroishi besok. Kau akan menikahi putri Lord Nao. Siapkan dirimu."
Yorimasa mematuhi perintah itu. Dia menyiapkan dirinya untuk menikah.
Dikobarkannya kebencian dan kemarahan, rasa jijik dan rasa malu, dengan kenangan tentang sikap meremehkan, pelecehan, dan penghinaan yang pernah diterima dan dibayangkannya. Juga, dengan setiap olok-olok dan tawa mencemooh di belakangnya yang terdengar selama setahun ini, tahun paling menyedihkan dalam hidupnya. Dia bersumpah pada iblis penghuni sepuluh ribu neraka bahwa rasa sakit yang telah dideritanya dan rasa sakit yang telah ditimbulkannya tak berarti apa-apa dibandingkan rasa sakit yang akan datang.
Putri Lord Nao yang terkasih itu akan segera merasa iri bahkan pada hantu-hantu lapar yang melayang dalam kabut kuburan dengan keberadaan mereka yang menyedihkan.
"Bagaimana?" Lady Chiemi membelalak pada suarninya sepanjang petang, tetapi Lord Nao telah mengabaikannya. Akhirnya, dia tak dapat berdiam diri lebih lama lagi.
"Bagaimana, apa?" tanya Lord Nao.
"Kapan kau akan memberitahuku apa saja yang telah kau sembunyikan sedemikian rapinya ini?"
"Kau bicara tak keruan. Jika ada sesuatu yang ingin kuberitahukan, akan kusampaikan BUKU KEDUA
39 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel padamu tanpa keraguan."
Lady Chiemi berkata, "Dan jika ada sesuatu yang tidak ingin kaukatakan padaku, kau akan menundanya selama mungkin, kemudian memberitahuku ketika keberatanku sudah tak ada gunanya lagi. Aku mengenalmu terlalu baik, Lord Nao."
Memang demikian. Nao dan Chiemi adalah teman bermain sejak kanak-kanak. Ayah Nao adalah kepala pengawal ayah Chiemi, yang waktu itu menjadi Bangsawan Agung Shiroishi.
Karena anak-anak sang Bangsawan Agung semuanya perempuan, dia mengadopsi Nao ketika keduanya menikah dan menjadikannya sebagai ahli waris. Lord Nao dan Lady Chiemi bersahabat, bahkan hampir seperti kakak beradik saking dekatnya.
Kata Nao, "Kau tak perlu berkeberatan dengan apa pun. Sudah beres. Midori sudah dijodohkan."
"Dengan siapa?"
"Putra Lord Kiyori."
Lady Chiemi tiba-tiba oleng ke kiri, seolah-olah merasa pusing mendadak, dan dia menahan diri agar tidak jatuh ke lantai dengan kedua tangannya.
"Shigeru?" "Yorimasa." "Oh, tidak. Tak bisa. Tidak bisa."
"Pernikahan akan berlangsung pada pekan sebelum awal musim panas."
"Tolong, Tuanku. Kumohon pertimbangkan lagi." Chiemi membungkuk sangat dalam hingga dahinya menyentuh lantai. "Yorimasa akan menghancurkan Midori."
"Omong kosong. Dia seorang samurai dan bangsawan. Dia akan bersikap sabar."
Lady Chiemi mengangkat wajahnya yang basah. "Kau tak boleh menganggap sepi semua kabar mengenai dirinya."
"Aku tidak mengindahkan gosip."
"Yorimasa senang menyakiti wanita?"
"Kau juga tak boleh mengindahkan gosip."
"Dia mengikat mereka, mencekoki mereka dengan obat, menyiksa mereka?"
"Beberapa geisha dikatakan senang bermain-main begitu. Semuanya hanya pura-pura, tidak lebih."
"Dia menggunakan organnya sebagai senjata, untuk merendahkan dan melukai. Dia BUKU KEDUA
40 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel memasukkan potongan anggota tubuh binatang buas dengan paksa?"
"Aku tak mau membesar-besarkan?"
Sambil terisak, kini Lady Chiemi berkata, "Beberapa geisha tak bisa lagi bekerja. Satu mati karena lukanya. Yang lain bunuh diri. Yang ketiga cacat berat, dia menjadi histeris dan gila. Ketika saudara lelakinya datang menjenguk dan melihat keadaannya, geisha itu dibunuh. Kemudian, saudaranya bunuh diri. Tolong?"
Lady Chiemi tak dapat melanjutkan kata-katanya. Dia hanya mampu menangis.
Lord Nao duduk diam, kepalanya tertunduk. Ketika air mata Lady Chiemi reda, dan napasnya tak lagi memburu, Lord Nao berkata, "Lord Kiyori telah memberitahukan ramalannya kepadaku."
"Ramalan" Tak ada yang percaya dia punya kemampuan itu kecuali petani bodoh. Dan kau. Apakah kau sedungu itu?"
"Setahun sebelum pemberontakan, dia memberitahuku?"
"Petani-petani kelaparan!" teriak Lady Chiemi. "Tidak perlu seorang peramal untuk mengetahui mereka akan memberontak!"
"Tenangkan dirimu, Chiemi."
"Jika kau tak membatalkan pernikahan itu, aku akan bunuh diri. Kau dapat meyakini kata-kataku sebagai putri seorang samurai."
"Berarti kau akan menghilangkan pendamping Midori yang tak tergantikan, yang pasti diperlukannya dalam pernikahannya. Dia masih terlalu muda tanpa bimbingan dan nasihat ibunya."
"Jika aku bunuh diri, takkan ada pernikahan. Pertanda buruk begitu akan mengakhirinya sebelum dimulai."
"Tidak. Kauhidup atau mati, Midori tetap akan menikahi Yorimasa karena Midori akan melahirkan ahli waris Wilayah Akaoka."
"Itu ramalannya?"
Lord Nao mengangguk. "Tetapi, bagaimana dengan Yorimasa" Shigeru?"
"Keduanya tak akan berkuasa. Kedudukan itu milik putra Midori. Kiyori telah melihatnya dalam pertanda."
"Dan sudahkah dia melihat penderitaan yang akan ditimbulkan anaknya kepada putri BUKU KEDUA
41 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel kita?" "Jangan memikirkan hal seperti itu. Terima saja apa yang harus terjadi."
"Tuanku, Midori adalah anak bungsumu, dan putrimu satu-satunya. Kau sangat mencintainya. Aku tahu itu. Bagaimana mungkin kau mengirimkannya pada takdir seperti itu?"
"Karena itulah takdirnya. Berusaha melarikan diri darinya hanya membawa bencana lebih besar."
"Bagaimana mungkin ada bencana yang lebih besar lagi?" "
Lord Nao mendekati istrinya dan memeluknya erat.
"Mari kita berbahagia bersama dalam beberapa rninggu ke depan. Itu terakhit kalinya dia menjadi anak kita. Setelah awal musim panas tiba, dia akan pergi dengan suaminya ke Kastel Awan Burung Gereja."
Kazu bertanya, "Apakah kausiap?" Dia sudah memhuka pakaiannya dan hanya mengenakan cawat. Kulitnya cokelat karena lama bekerja sebagai buruh tani di sawah, berkilau oleh keringat setelah bekerja keras.
"Sudah," kata Midori. Kimono luamya ditinggalkan di tanah bersama ikat pinggang obi yang lebar dan berat, sandalnya, kipasnya, dan pisau tanto pendeknya yang diharuskan Ayah untuk dibawa guna menjaga diri. Untuk membebaskan kakinya, Midori menarik kimono di antara kakinya ke atas dan menyelipkannya ke dalam ikat pinggang, membentuk celana pengganti, seperti hakama yang dipakai samurai dalam perang walaupun jauh lebih pendek. Sebenarnya tidak anggun sama sekali, bahkan sangat tidak pantas. Orangtuanya, terutama ibunya, akan menegurnya dengan keras jika menemukannya berpakaian seperti ini. Namun, tak ada pilihan lain. Dia yakin dapat mengalahkan si pembual Kazu, tetapi tidak dengan busana seperti boneka kecil kokeshi ningyo, mainan para putri.
"Siapa yang menurutmu akan menang?" Midori mendengar seseorang dalam kerumunan bertanya. Pekerjaan terhenti sama sekali. Semua orang di kebun buah-buahan berkumpul untuk menonton.
"Kazu lebih cepat dari siapa pun di desa ini. Tentu saja, dia akan menang."
"Midori juga cepat."
"Dia cepat untuk seorang anak perempuan. Anak perempuan tak dapat mengalahkan anak laki-laki."
BUKU KEDUA 42 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Midori bisa. Dia telah mengalahkan semua yang menjadi lawannya, lelaki dan perempuan."
"Oh, mereka hanya membiarkannya menang karena dia putri bangsawan agung."
Tak ada komentar lain yang dapat membuat Midori lebih marah, atau lebih kuat bertekad untuk menang.
Dia berkata, "Berikan aba-aba."
"Aku akan melakukannya," kata Michi. Dia sebaya dengan Midori, dan juga sahabat paling karibnya di antara anak-anak di desa itu.
"Tidak, aku ingin melakukannya," anak lain berkata.
"Kau selalu ingin memberikan aba-aba."
"Karena aku tak pemah merasakannya."
"Berhenti bertengkar," kata Midori. "Michi. Kauberikan aba-aba."
"Ha!" Mata Kazu terfokus pada pohon di depannya. Midori tetap memandang Kazu.
Anak laki-laki itu berumur enam belas tahun, bertubuh sangat kekar, dan tampan dalam kekasarannya. Baginya, ini hanya kesempatan lain untuk pamer, menunjukkan
kekuatan dan kecepatannya kepada gadis-gadis desa. Mungkin kepada Midori juga. Bagi Midori, ini jauh lebih serius. Dia putri bangsawan agung di wilayah itu. Darah samurai dari banyak generasi mengalir dalam tubuhnya. Setiap pertandingan antara dua orang sama pentingnya dengan duel sampai mati. Dia terus menatap Kazu. Dia tak perlu menatap pohon. Pohon itu tepat berada di depannya, takkan ke mana-mana. Senjata juga penting. Begitu juga cuaca, tanah, dan waktu. Namun, kunci utama kemenangan adalah mengalahkan musuhmu bahkan sebelum pertarungan dimulai. Dia sudah sering mendengar ayahnya berkata begitu ketika mengajari kakak-kakaknya seni berperang. Dia terus menatap Kazu lekat-lekat. Akhirnya, untuk sesaat, Kazu melirik ke arahnya. Matanya tertumbuk oleh tatapan mati Midori. Bibirnya agak terbuka karena terkejut. Saat itulah Michi memberikan aba-aba.
"Mulai!" Midori melesat dari tanah secepat kembang api roket. Dia tak memperhatikan teriakan orang-orang, atau laju Kazu pada pohon di sampingnya. Midori tak lagi berpikir apa-apa.
Dia terserap sepenuhnya dalam gerakan memanjat. Tak ada batas antara angin dengan napasnya, daun dan ranting dengan tangan dan kakinya, gerakan tubuhnya dengan kestabilan batang pohon, BUKU KEDUA
43 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tanah dengan langit. Dia bahkan tidak menyadari telah mencapai puncak pohon sampai dia mendengar teriakan anak-anak di bawah.
"Dia mengalahkan Kazu!"
"Midori menang!"
"Sulit kupercaya!"
"Lihat! Perempuan dapat mengalahkan laki-laki!"
"Midori yang paling cepat!"
Di atas Midori terbentang langit sebiru lautan dan awan-awan putih melintas dalam gumpalan. Sesaat dia merasa berada di dasar laut. Dia melihat ke bawah pada kerumunan orang yang tiba-tiba diam, dan melihat semua bersujud di tanah, seolah-olah dia putri Istana Kaisar.
Midori tertawa gembira. "Kalian tak perlu seresmi itu. Ini hanya lomba memanjat pohon."
Kemudian, dilihatnya mengapa para petani bersujud. Mereka bukan menghormat
kepadanya. Tiga pria berkuda telah tiba di tempat itu ketika pertandingan berlangsung. Salah seorang dari mereka adalah ayahnya, dan wajahnya menunjukkan kemarahan paling menyeramkan. Dikenalinya pengendara kedua sebagai teman baik ayahnya dan sesama Bangsawan Agung, Lord Kiyori.
Yang ketiga adalah pemuda paling tampan yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Alisnya yang tinggi melengkung, bulu mata tebal, dan sosoknya yang lembut membuatnya terlihat agak feminin, kalau saja tulang pipinya tidak kukuh dan rahangnya kuat. Walaupun dia duduk di sadel dengan gaya malas, perawakannya jelas menunjukkan seorang samurai yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam latihan serius. Dia memacu kudanya ke depan sehingga dapat melihat Midori lebih jelas. Dia berhenti tepat di bawahnya dan memandang ke atas melalui ranting-ranting. Ketika melihat Midori, dia tertawa. Tawanya sangat memikat.
Midori merasakan panas di wajah yang menyrbar ke seluruh tubuhnya.
"Biarpun aku tahu kau gadis yang konyol," kata ibunya, "aku tak percaya kau memanjat pohon hari ini, justru hari ini, bukannya hari-hari lain!"
Mereka berada di kamar tidur Lady Chiemi. Ibunya merapikan rambut Midori, sementara para pelayan berjuang membantunya mengenakan kimono baru pada saat yang sama.
"Mereka seharusnya datang pagi-pagi," katsi Midori. "Tetapi mereka tidak muncul, jadi BUKU KEDUA
44 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel kukira baru besok mereka akan datang."
"Dan telanjang seperti seekor monyet!" Ibunya meraih wajah Midori dengan kedua tangannya. "Sungguh memalukan! Apa yang akan mereka pikirkan tentang kita?"
"Aku tidak telanjang, Ibu."
"Apakah kau memakai kimono luarmu?"
"Tidak, tetapi?"
"Apakah kakimu terbuka dan bisa dilihat semua orang?"
"Ya, tetapi?" "Maka artinya kau telanjang, anak memalukan!"
"Bagaimana aku bisa menang lomba panjat pohon dalam kimono lengkap, dengan gaun menjuntai ke mata kaki?"
"Kau adalah putri bangsawan wilayah ini, yang bersiap menemui jodohmu," kata ibunya.
"Untuk apa kau memanjat pohon sejak semula?"
"Kazu bilang dia lebih cepat dariku. Aku tahu itu tidak benar, jadi aku membuktikannya."
"Apa pentingnya siapa yang paling cepat dalam hal bodoh itu?"
"Kata Ibu, Ibu pemanjat paling cepat di wilayah ini ketika masih gadis," kata Midori. "Aku tahu cara menyimpulkan kimono seperti hakama hanya karena Ibu pernah memberitahuku."
"Jangan lancang," kata ibunya. Semburat merah meronai pipinya. Dia berbalik untuk menyembunyikan senyuman. Namun, senyum itu hilang seketika dan berubah menjadi isakan.
"Aku takkan memanjat pohon lagi setelah menikah," kata Midori.
Dia merasa sangat malu karena merendahkan martabat orangtuanya di depan Lord Kiyori dan Lord Yorimasa. Sebenarnya, dia berharap membuat kesan yang lebih baik. Apa yang dipikirkan Lord Yorimasa" Istrinya adalah seorang anak bodoh yang begitu kampungan dan kekanakkanakan, melepas pakaiannya dan bertanding di atas pohon dengan para petani dari sawah.
Betapa Yorimasa pasti sedang menyesali takdirnya! Pemuda itu juga tampak begitu bergaya.
Bisakah orang lain lebih mengecewakannya ketimbang dirinya"
Katanya, "Aku akan bersikap santun mulai sekarang."
Kata-katanya tidak cukup meyakinkan ibunya, yang semakin hebat terisak. Dengan segera para pelayan turut menangis. Sama sekali tidak tampak seperti kesempatan yang penuh kebahagiaan.
Midori merasa bahwa semua itu salahnya karena bertingkah kekanak-kanakan. Dia akan menebusnya. Dia akan menjadi istri paling baik bagi Lord Yorimasa, dan menantu paling patuh BUKU KEDUA
45 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel bagi Lord Kiyori. Ketika ibu dan ayahnya mendengar laporan orang mengenainya, mereka hanya akan mendengar pujian.
"Jangan cemas, Ibu," kata Midori. Dia berusaha tidak ikut menangis. Air mata memang sangat menular. "Kau akan bangga padaku. Aku berjanji."
Belakangan, Yorimasa tak dapat mengatakan dengan pasti mengapa dia melakukan apa yang dilakukannya pada malam perkawinannya. Ketidakmampuannya memahami tindakannya sendiri mengejutkannya. Sama mengejutkannya dengan apa yang dilakukannya selama berjam-jam sebelum fajar menyingsing. Dia mengira tak akan terkejut lagi tentang apa yang dapat dilakukannya dengan seorang wanita, dan apa yang dapat dipaksakannya pada wanita itu untuk dilakukan dengannya.
Bagaimanapun, bukankah dia sudah menghapus batas antara kenikmatan dan penderitaan secara permanen" Bukankah dia sudah merasakan segalanya" Rasanya memang demikian, tetapi ternyata ada satu hal yang terlewat tanpa diketahuinya. Hasilnya adalah penderitaan yang melebihi bayangan terburuknya.
Yorimasa tidak memikirkan tindakan khusus jauh jauh sebelumnya. Satu-satunya
rencananya adalah menangani hal-hal sepele untuk meningkatkan kesenangannya. Bola opium yang dimasukkan dalam kue beras manis. Sebotol absinth yang disimpan di balik bajunya.
Anggota tubuh tiruan fantastis yang tercipta dari mimpi buruk seksual dan pelbagai organ binatang buatan seniman gila tanpa nama, yang ciibelinya dari penyelundup yang juga memasok opium untuknya. Perhatian ayahnya sangat menyeluruh, sesuai harapannya, dan tak ada kue beras atau botol yang lolos dari pemeriksaan. Sedangkan untuk barang aneh-aneh itu, Yorimasa tak pernah berharap akan mencapai wilayah Shiroishi. Barang itu ada di sana sepenuhnya untuk memancing reaksi. Apa yang akan dilakukan ayahnya jika menemukannya" Akankah dia tetap memaksanya menikah" Setidaknya, Kiyori akan mengamuk murka, dan barangkali
menghajarnya. Spekulasi ini yang paling menghibur Yorimasa.
Yang terjadi kurang lebih seperti itu.
Kiyori menemukannya tersembunyi di antara pakaian Yorimasa.
"Tinggalkan ruangan," katanya kepada para pelayan.
Suaranya tenang, ekspresinya lembut. Ketika mereka sudah pergi, Kiyori membungkus organ palsu itu dengan pakaian dalam dari peti dan disingkirkannya. Dia tidak meneriakkan makian. Dia tidak menghajamya. Bahkan, dia tidak pernah melihat ke arah Yorimasa. Dia BUKU KEDUA
46 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tak mengatakan sepatah kata pun ketika keluar dari kamar. Yorimasa melihat matanya basah.
Teringat insiden itu kini, Yorimasa merasakan dorongan kemarahan tiba-tiba. Apa hak ayahnya untuk merasa sedih, malu, atau apa pun juga" Ayahnyakah yang telah kehilangan segalanya" Ayahnyakah yang menjalani setiap momen dengan penghinaan tak tertahankan"
Bukankah dirinya yang dicegah ayahnya untuk menjadi seorang pria seharusnya" Kiyori adalah Bangsawan Agung, peramal, pemimpin para pengikut setia. Mereka yang tidak menghormatinya takut kepadanya.
Siapa yang menghormati Yorimasa" Tak ada.
Siapa yang takut kepada Yorimasa" Hanya para wanita.
Dia menyukai sake, tetapi bahkan tradisi tak berbahaya ini terlarang untuknya. Kemarahan menjadi bara dalam organ reproduksinya. Jika ayahnya mengira semua orang kecuali Yorimasa dapat menentukan sikapnya sendiri, dia akan segera mengetahui kebalikannya. Kiyori telah menemukan obatobatan yang sengaja dia simpan untuk dapat ditemukan. Namun, dia tidak menemukan opium dan absinth yang disembunyikan di gagang pedang Yorimasa. Samurai mana yang akan mencurigai samurai lain berani menodai kesucian pedangnya"
Yorimasa berjalan lambat ke kamar tempat Midori menunggunya, lebih lambat dan
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempoyongan dari yang ingin ditunjukkannya. Satu bulan tidak mabuk mengurangi kadar yang dibutuhkan untuk efek yang diinginkan, dan dia telah mengonsumsi terlalu banyak. Tak mengapa.
Dia masih cukup sadar. Dia tidak membayangkan tindakan yang akan dilakukannya. Dia tidak merencanakan apa yang harus Midori lakukan untuknya pula. Prasangka mengurangi kekuatan kebenaran. Fakta bahwa kelahiran putra Midori telah diramalkan berarti dia dapat melakukan apa pun yang diinginkannya.
Apa pun yang dia perbuat, Midori takkan terluka cukup parah sehingga pembuahan dan kelahiran itu tidak terjadi. Perempuan itu tentu bisa mati setelah melahirkan, atau ketika melahirkan.
Itu tidak diramalkan karena tidak penting. Menghasilkan ahli waris adalah satu-satunya yang penting bagi Kiyori. Mengetahui kebebasannya sendiri dan ketergantungan ayahnya yang begitu menyedihkan terhadap dirinya, putra yang tersisihkan, Yorimasa merasa sangat lega. Dia dapat mencekik Midori. Dia takkan mati, dia tak bisa mati, hanya menderita. Akankah dia menjadi koma" Bisakah seorang wanita yang tidak sadar mengandung sampai akhimya melahirkan anak"
Barangkali, dia akan segera tahu. Kemungkinan untuk malam itu tak terhingga banyaknya.
Mereka diberi kenyamanan pribadi di sayap terjauh Kastel Batu Putih. Namun, jika BUKU KEDUA
47 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel cukup keras, jeritan Midori akan tetap terdengar. Bisakah Lord Nao menahan diri untuk tidak turun tangan jika mendengar jeritan kesakitan yang memilukan" Bisakah Kiyori pun demikian" Mungkin Lord Nao dan para samurainya akan datang menyelamatkan Midori, lalu ayahnya dan para samurainya akan mencoba mencegah mereka menginjak-injak
kehormatan klan. Jika itu terjadi, sudah pasti pertumpahan darah akan timbul. Peristiwa paling tragis untuk dua sahabat. Itu akan menjadi hasil yang sempura.
Midori akan tetap di sini bersama keluarganya.
Kiyori dan Yorimasa, jika selamat dari pertempuran itu, akan kembali ke selatan.
Perceraian akan terjadi. Kemudian, sesuai ramalan, sang ahli waris akit lahir di pihak lawan, alih-alih mendapatkan haknya di Akaoka.
Tak peduli siapa pun yang hidup dan mati, kakek dan cucu akan menjadi orang asing selamanya. Kebencian dan kecurigaan, bukan darah dan nama, akan selalu menjadi ikatan sejati mereka.
Bagi Yorimasa, tak ada pembalasari dendam yang lebih sempurna lagi.
Lord Kiyori dan Lord Nao duduk bersama kepala pengawal mereka dengan posisi resmi, berseberangan di ruang pesta. Samurai berfungsi juga sebagai pelayan. Tak ada wanita yang hadir. Tak ada makanan pesta menghiasi nampan-nampan kecil di depan setiap orang. Tak ada tawaran bersulang. Sake diminum dalam kesunyian yang muram. Tamu yang datang mendadak takkan pernah mengira bahwa ini adalah pesta pernikahan.
Nao berkata, "Seperti permintaanmu, Lord Kiyori, telah kukirim istriku dan para dayangnya ke Kuil Kageyama." Karena aturan satu-kastel yang ditetapkan Shogun membatasi jumlah pasukan pertahanan di di setiap wilayah, Nao mendukung kegiatan keagamaan. Kuil-kuil di wilayahnya cenderung ditempatkan di lokasi yang strategis, dibangun dengan kukuh, mampu menahan serangan berat, serta didiami para pendeta yang labih kuat dan lebih garang dari yang diharapkan orang. "Sungguh permintaan yang tidak lazim pada seorang ibu pada malam pernikahan putrinya."
Kiyori membungkuk. "Aku minta maaf terpaksa mengajukan permintaan itu, Lord Nao.
Dan kuucapkan terima kasih sedalam-dalamnya."
"Tak perlu minta maaf atau berterima kasih," kata Nao. "Tetapi, aku tidak dapat memungkiri BUKU KEDUA
48 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel bahwa pertemuan ini juga luar biasa sifatnya. Dari semua fakta luar biasa ini, ada satu yang tampak menonjol. Lord Kiyori, mengapa kau, Lord Tanaka, dan Lord Kudo tidak membawa pedang" Dan di mana para pelayan kalian sendiri?"
"Mereka berada di kamar masing-masing. Aku telah memerintahkan mereka untuk melakukan bunuh diri ritual jika aku tidak kembali saat matahari terbit."
Terdengar gumaman terkejut dari para anak buah Lord Nao. Dia sendiri tetap tak bergerak.
Lord Nao berkata, "Cara yang aneh untuk merayakan pemikahan. Mengapa kau tidak kembali ke kamarmu?"
Kiyori berkata, "Kau tidak mengizinkanku memberi tahu hal yang perlu kau ketahui tentang Yorimasa. Jika yang kutakutkan itu terjadi malam nanti, guncangannya akan sangat besar."
Dia berhenti, kemudian berkata, "Apakah kau masih mempercayaiku?"
"Selalu," kata Nao.
"Maka berjanjilah padaku satu hal. Berjanjilah kau tidak akan turun tangan apa pun yang kaudengar. Larang pula anak buahmu untuk turun tangan. Jangan pergi ke kamar pengantin sampai pagi tiba. Kemudian, jika situasi memaksa, kau mendapatkan izinku untuk menghukum mati Yorimasa, dan membtuang mayatnya dengan tidak honnat dan tanpa upacara apa pun."
"Apa?" "Sebelum kaupergi ke sana, kau akan membunuhku, Lord Tanaka, dan Lord Kudo. Ini tidak cukup, tetapi hanya dengan cara begitu aku bisa memohon maaf. Untuk menghindari kesulitan dengan Shogun, laporkan kematian kami sebagai kecelaaan. Kutinggalkan Lord Saiki di Akaoka karena ahli waris kita akan membutuhkan wali dan pelindung semasa kecil dan remajanya. Dia sedang menunggu berita tentang `kecelakaan' itu."
"Lord Kiyori?" "Anak bungsuku, Shigeru, akan memegang gelar pemimpin klan sampai cucuku cukup umur. Pada saat itu, dia akan melakukan bunuh diri ritual, juga untuk menebus perbuatan kakaknya. Aku telah memberikan perintah itu."
"Lord Kiyori, apa yang kau kira akan terjadi malam ini?" suara Nao hampir berbisik.
"Berjanjilah padaku," kata Kiyori, "atau batalkan pernikahan ini. Semuanya belum terlambat."
"Apakah kau sudah melihat pertanda tentang semua ini?"
BUKU KEDUA 49 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Tidak. Rasa takutku didasarkan pada pengetahuanku tentang putraku."
Nao menutup matanya dan duduk diam selama beberapa tarikan napas. Ketika dia membuka mulutnya, dia berkata, "Aku berjanji akan melakukan permintaanmu."
Kiyori membungkuk dalam. "Terima kasih," katanya. Dia meringis agar tidak sampai menangis. Beberapa butir air mata tak tertahankan olehnya, tetapi tidak terdengar isakan.
"Sake," katanya.
"Rasa takut membuat kita membayangkan yang terburuk," kata Nao. "Jika kau tidak melihat pertanda mengenai bencana itu, hanya ada kemungkinan belaka. Bisa dihindarkan. Bencana selalu mungkin terjadi, bahkan dalam situasi yang paling menyenangkan. Mari kita bersulang untuk kedua mempelai dan mendoakan mereka bahagia."
Meskipun sudah berjanji untuk membuat orangtuanya bangga, Midori merasa sangat takut ketika dia mendengar gemeresik kimono suaminya yang mendekati pintu kamar.
Dia tak siap menikah, jauh dari siap dibandingkan putri-putri bangsawan lain.
Kebanyakan dari mereka telah melewatkan waktu yang cukup di ibu kota.Shogun, Edo, atau ibu kota kekaisaran Kyoto, atau di kota-kota yang ramai di wilayah-wilayah besar. Mereka tahu seluk-beluk hubungan pria dan wanita karena telah menyaksikannya diperankan di depan mereka dalam masyarakat maju. Midori menjalani seluruh hidupnya di Wilayah Shiroishi yang kecil, jauh di selatan Jepang, jauh dari pusat-pusat peradaban. Dia lebih mirip seorang gadis petani daripada putri seorang bangsawan agung. Bagaimana dia dapat menyenangkan seorang pria muda dari kota besar dan berpengalaman seperti Lord Yormasa" Dia tak tahu harus mulai dari mana. Tentu saja, dia mengerti gambaran kasar mengenai hubungan intim. Dia pemah mengintip orang dewasa di desa, bersama anak-anak paling nakal di sana. Namun, perilaku para petani bukan pedoman yang berguna untuk mengetahui selera dan hasrat pria seperti Yorimasa. Midori yakin akan sangat mengewakan suaminya.
Midori menuju pintu dengan lututnya. Dia menggeser pintu hingga terbuka sepelan dan seanggun mungkin, kemudian membungkuk hingga mencium lantai. Dia terlalu malu untuk mengangkat muka.
"Tuanku" adalah kata satu-satunya yang mampu dia ucapkan sebelum kegugupan mencekik lehernya kuat-kuat.
BUKU KEDUA 50 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Yorimasa memandang ke bawah pada wanita yang membungkuk itu. Rambutnya sudah
berantakan. Jelas dia tidak terbiasa dengan penataan rambut seperti itu. Tidak diperlukan tataan rambut rumit bagi wanita yang begitu jauh dari peradaban. Dari celah kerahnya, aroma tubuh yang baru mandi merebak sampai ke hidungnya. Jika Midori seorang anak, Yorimasa akan menyebut aroma itu tanda kepolosannya. Memang demikian, dan itu hanya mengingatkannya pada kebodohan dan kementahannya. Di kota, bahkan wanita paling tidak berpengalaman pun tahu pentingnya parfum dalam seni merayu. Ayahnya telah menikahkannya dengan seorang petani yang menyandang nama bangsawan.
Yorirnasa berlutut dan balas membungkuk. Dengan suara yang jauh lebih lembut dari yang dirasakannya, Yorimasa berkata, "Mari berhenti membungkuk dan masuk ke dalam. Kita tak dapat melakukan hal yang pantas di ambang pintu, bukan?"
Lady Chiemi duduk sendiri di ruang meditasi Kuil Kageyama. Ritme napasnya sangat panjang, jantungnya terus berdegup kencang di antara setiap helaan. Sudah bertahun-tahun lamanya dia tidak melakukan meditasi, dan dia tidak melakukannya sekarang. Dia hanya menggunakan teknik pernapasan untuk menenangkan tubuhnya walaupun hatinya gelisah.
Dihitungnya tarikan napasnya agar tidak memikirkan apa yang terjadi di kamar pengantin putrinya.
Lady Chiemi tidak percaya pada ramalan-ramalan Lord Kiyori. Dia tak habis pikir suaminya justru selalu percaya. Lord Nao seorang pria yang cerdas dan tidak biasanya membuat kekeliruan. Pertempurun yang dijalani Kiyori dan Nao bersama pada masa muda tampaknya menimbulkan ikatan sangat kuat dan patut disayangkan dalam hubungan mereka. Kiyori telah menyelamatkan nyawa Nao, dan itulah yang terpenting.
Nao bertindak bodoh kali ini, dan yang dipertaruhkan adalah nyawa putri mereka. Semua yang didengar Chiemi tentang Yorimasa membuatnya yakin bahwa Midori tidak akan bertahan hidup setelah malam pengantinnya, atau jika bisa, dia akan babak belur dan tidak akan berumur panjang sesudahnya. Ketika menghela napas, Chiemi merasakan tekanan kecil dari sarung pedang tanto di perutnya. Tidak pantas membawa senjata ke rumah Buddha. Tidak pantas menumpahkan darah di sana. Dia telah melakukan yang pertama, dan dia akan melakukan yang kedua segera setelah menerima laporan mengenai hal tak terhindarkan yang ditakutkannya.
Dia lupa hitungan helaan napasnya.
Lady Chiemi mengembuskan napas dan mulai lagi.
BUKU KEDUA 51 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Midori bertanya-tanya apakah dia harus menawarkan kue beras kepada Yorimasa, atau menunggu sampai nanti. Ada teh di sana, tetapi tidak ada sake, sungguh merupakan kesalahan besar dalam etika. Apa yang dipikirkan para pelayan" Ketika dia memanggil mereka, tak seorang pun menjawab. Seolah-olah kastel ini tiba-tiba ditinggalkan orang. Sungguh aneh. Dia berniat pergi ke sayap tempat ibunya tinggal, tetapi mempertimbangkannya lagi. Bagaimana jika Yorimasa datang saat dia pergi" Itu jauh lebih buruk ketimbang tidak ada sake.
Kini, pria itu di sini. Mereka bersama. Hanya berdua. Wajah Midori sudah sangat panas dan dia yakin tak mungkin lebih merona lagi. Dia keliru. Ketika melihat senyum suaminya, Midori merasakan aliran gelombang darah membanjiri kulitnya lagi.
"Tuanku," katanya lagi. Sejauh itu hanya itu yang diucapkan Midori kepada Yorimasa. Dia pasti menganggapnya dungu. Tentu saja karena dia memang dungu! Apa yang akan dikatakan seorang putri sejati, atau wanita penghibur kelas atas yang terdidik" Seorang pria seperti Yorimasa tentu mempunyai banyak pengalaman dengan keduanya. Dibandingkan mereka, Midori sungguh konyol dan kekanakkanakan di matanya. Haruskah dia melakukan sesuatu, atau menunggunya berinisiatif" Dan jika dia harus melakukan sesuatu, apa yang harus dilakukannya itu" Kini, dia tahu bahwa ibunya benar-benar gagal mendidiknya. Seharusnya, dia diberi tahu sesuatu. Apa saja.
Ketika Midori mengangkat wajah, Yorimasa masih tersenyum kepadanya, dan menangkap basah usahanya untuk mencuri pandang.
"Tuanku," katanya lagi. Dia tak dapat memikirkan kata lain.
"Kau pemanjat pohon yang hebat," kata Yorimasa, "tetapi tidak pandai bicara. Mungkin kita harus menghabiskan malam ini di kebun buah-buahan."
Saking malunya, Midori tak kuasa menahan air matanya.
Saat itulah yang telah ditunggu Yorimasa. Kini, Midori berada dalam keadaan paling lemah.
Dia tidak terdidik, tidak berpengalaman, serba canggung. Dia membutuhkan kenyamanan dan dukungan. Dia mempunyai alasan kuat untuk mengharapkan semua itu dari Yorimasa. Tetapi, alih-alih dia akan rnembantu Midori berpikir melampaui hal-hal biasa. Akan diungkapkannya kebenaran paling berharga yang tak pernah Midori duga, terutama pada malam istimewa ini.
Makna kehidupan. Rasa sakit. BUKU KEDUA 52 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Kehampaan. Tak ada lagi yang lain. Yorimasa meletakkan tangan di bahu Midori dan menariknya dalam pelukannya. Dia tak melakukan perbuatan kasar atau mengejutkan. Ada cara-cara cerdik dalam melakukan kebrutalan, yang paling cerdik di antaranya adalah membuat korbannya terkejut dan tak berdaya.
Tanpa perhitungan waktu yang tepat, kejutan akan berkurang. Tanpa kesabaran, ketakberdayaan tak bisa dirasakan. Dia adalah perwujudan kelembutan itu sendiri.
Setelah beberapa saat, Midori meletakkan kepalanya di dada Yorimasa. Dia mulai mempercayainya.
Ramalan Lord Kiyori akan menjadi kenyataan, apa pun yang terjadi di sini, atau akan dibatalkan oleh tindakan Yorimasa. Apa pun itu, Yorimasa mengharapkan ada satu hasil yang sama.
Kematiannya sendiri di tangan orang lain.
Biarkan yang masih hidup tak mendapatkart apa-apa selain kehancuran.
Biarkan mereka memenuhi hanya ramalan yang terselubung bau darah.
Tak ada perubahan ekspresi di wajah Kiyori atau ketegangan yang bertambah di ototnya yang menunjukkan bahwa dia mendengar jeritan gadis itu. Dia duduk tegang dan gelisah seperti sebelumnya sepanjang malam itu.
Nao tersentak. Tangan para samurainya meraih ujung pedang mereka.
"Tahan," kata Nao.
Kembali mereka mendengar jeritan Midori, lebih keras dan panjang. Kali ini mereka dapat mendengar kata yang diteriakkannya.
"Ayah! Tolong! Tolong!"
Anak buah Nao memandang majikan mereka dan menunggu perintah. Rahang dan bahu
Nao menegang. Tangannya mengepal di antara pahanya, tetapi dia tidak bergerak atau berbicara.
"Lord Nao!" Anak buah yang paling muda maju ke arahnya, memohon.
"Tahan," kata Nao.
Suara Midori berhenti. Anak buah Nao tadi mendengarkan lebih saksama. Tak ada suara.
Dia membungkuk dan menangis.
BUKU KEDUA 53 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Anak buah Nao yang lain berkata, "Tuanku, kami harus menyelidiki."
"Tidak," kata Nao. "Aku sudah berjanji. Kita akan menunggu sampai fajar menyingsing."
"Lord Nao, sungguh kejam dan tidak manusiawi jika menunggu saja."
"Aku sudah berjanji," kata Nao. "Apakah janji seorang samurai harus berubah sesuai keadaan?"
Anak buahnya yang ini pun membungkuk.
"Ayah! Ayah!" Suara Midori tak lagi jauh. Suaranya datang dari koridor menuju ruang pesta.
Sambil tersedu, Kiyori berkata, "Tolong dia! Kubebaskan kau dari janjimu! Pergilah!"
Nao dan anak buahnya menghambur ke ruangan itu, menghunus pedang mereka sambil mendobrak pintu. Midori berada di bagian paling ujung koridor itu tanpa ikat pinggang dan kimononya terbuka. Seluruh bagian depan pakaian dalamnya dari atas ke bawah dibasahi darah.
"Midori!" Ketika melihat ayahnya, dia melangkah terhuyung-huyung dan jatuh pingsan.
Lady Chiemi mendengar derap kaki kuda memecah kesunyian menjelang pagi hari itu. Kurir yang ditakutkannya sudah tiba. Sedu sedan terlepas dari tenggorokannya. Tubuhnya mengerut.
Ujung tanto menusuk tulang iganya.
Dalam kesunyian hatinya yang berduka, Lady Chiemi memanggil nama Buddha sang
Pengasih Bukan untuk dirinya, melainkan untuk ketenangan tidur abadi putrinya tercinta.
Namu Amida Butsu, Namu Amida Butsu, Namu Amida Butsu.
Kata-kata singkat itu diucapkan dengan penuh perhatian, memastikan kelahiran kembali Midori di Sukhavai, Tanah Murni.
Lady Chiemi tidak yakin dia memercayainya. Namun, dia menjaga harapan itu karena itulah satu-satunya harapan yang tersisa dalam hidupnya.
Ditariknya tanto dari ikat pinggangnya. Digengamnya sarung pedang dengan tangan kiri dan gagang tanto dengan tangan kanan. Dia mendengar kuda berhenti tiba-tiba dan beberapa saat kemudian, pengendaranya tergesa-gesa menapaki tangga papan di luar ruangan.
Digenggamnya pisau, siap menghujamkannya.
Pintu tersibak. "Lady Chiemi," kurir itu terengah-engah. Kelelahan oleh perjalanannya yang berat, tugasnya BUKU KEDUA
54 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel untuk melapor bersaing dengan kebutuhannya untuk bernafas. Kata-katanya meluncur sangat cepat. Bahkan sebelum dia selesai, Lady Chiemi bergegas keluar dari ruang meditasi.
Hingga Midori menyandarkan kepala kepadanya, Yorimasa dapat melihat masa depannya dengan jelas seolah-olah dia mempunyai kemampuan itu. Kemudian, ketika tangannya merangkulnya untuk memberikan ketenangan palsu, didapatinya dirinya memeluk sesosok tubuh terbungkus kimono yang lebih kekanak-kanakan dalam ukuran bentu dari pada yang diharapkannya. Ditatapnya Midori lekat-lekat untuk pertama kalinya. Riasan wajahnya dibubuhkan dengan teliti oleh para pelayannya, atau mungkin ibunya. Dari kejauhan, riasan itu cukup untuk menyamarkan ketidakmatangannya, terutama dari orang yang tak begitu memperhatikannya. Yorimasa seharusnya mendengarkan ketika ayahnya menceritakan perihal Midori kepadanya. Ya, dia pasti sudah bercerita mengenainya. Namun, begituh Yorimasa tahu siapa dirinya"putri Lord Apel yang konyol"segala hal lain menjadi detail tak berarti. Atau, begitulah tampaknya pada saat itu.
"Midori?" "Ya, Tuanku." "Tahun berapa kaulahir?"
"Tuanku?" Pertanyaan itu membuat Midori bingung. Yorimasa seharusnya tahu. Tak seorang pun bersedia menikah tanpa konsultasi astrologi sebelumnya. Menurut ayahnya, posisi Yorimasa menguntungkan baginya. Posisinya pasti sama, jika tidak pernikahan takkan terjadi.
Namun, bukan haknya mempertanyakan suami. Dia harus ingat hal itu. Jika Yorimasa berbicara, dia patuh.
Midori menjawab, "Pada tahun kedua kekaisaran Ninko."
"Pada bulan apa?"
Wajah Midori merona. Lahir pada bulan itu dan tertangkap basah suaminya sedang memanjat pohon. Mungkinkah dia bisa melakukan kesalahan lebih buruk"
Diaa menjawab sangat lirih dengan harapan Yorimasa tidak mendengarnya. "Bulan kera, Tuanku."
Yorimasa menatap wajah gadis itu di balik riasannya. Tak heran dia tak dapat menjaga tata rambuthya dengan baik. Tak heran dia berlomba dengan anak-anak petani memanjat pohon. Itu bukan karena dia terganggu secara mental seperti dugaannya. Itu karena usianya baru sebelas BUKU KEDUA
55 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tahun. Walaupun mengetahui laki-laki seperti apa jadinya Yorimasa dan kebrutalan yang sanggup dilakukannya, ayahnya telah meletakkan seorang gadis kecil ke dalam genggamannya. Kiyori hanya memperdulikan seorang ahli waris dan peramal generasi berikutnya. Dia tidak peduli siapa yang menjadi korban. Anak sulungnya, anak tidak berdosa ini, mereka sama-sama tak punya arti bagi Kiyori.
Semoga kutukan dewa-dewa yang tak kenal ampun jatuh kepada ayahnya, dan semoga kasih sayang dan perlindungan Buddha yang abadi takkan dirasakannya. Selama-lamanya.
Tangan Yorimasa terlepas dari bahu Midori.
Katanya, "Aku bukan monster."
"Bukan, Tuanku." Yorimasa mulai membuat Midori takut. Apa yang sedang dibicarakannya"
Yorimasa berdiri, terhuyung dan hampir jatuh. "Aku telah melakukan perbuatan jahat, tetapi aku bukan monster."
Midori tahu dia bukan pengantin yang pantas untuk lelaki seperti ini. Apakah dia sudah begitu mengecewakan sehingga Yorimasa tidak bersedia menghabiskan sesaat pun untuk bercakap-cakap dengan sopan dengannya" Tidak, ini lebih buruk lagi. Yorimasa menyenggol meja pedang hingga rubuh. Dia mengambil pedang pendeknya, menghunusnya dan
melemparkan sarungnya dengan keras hingga menembus kertas pintu dan terlempar ke luar kamar. Dia begitu terhina oleh kebodohan Midori. Dia akan membunuhnya!
Yorimasa memekik, "Biarkan ramalanmu menjelaskan ini!"
Midori mengangkat tangan. Ditutupnya wajah dengan lengan kimononya yang lebar. Kain itu takkan melindunginya, tetapi paling tidak mencegahnya melihat pisau yang menukik itu.
Percikan darah membasahi lantai di depannya. Satu tetes jatuh di pipinya. Dia tak merasa sakit, bahkan tidak merasakan goresan sedikit pun.
ltu bukan darahnya! Yorimasa telah menikam perutnya sendiri.
Midori menjerit. Jika opium yang digunakannya lebih sedikit, jika absinth yang dihirupnya juga sedikit, jika rasa malu tidak melemahkannya, jika amarah tidak membuatnya tergesa-gesa, Yorimasa akan BUKU KEDUA
56 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel menjadi orang pertama yang mencegah ramalan seorang Bangsawan Agung Okumichi terwujud.
Namun, kebiasaan buruknya menghancurkan tujuan yang mulia ini.
Pedang yang dipegangnya dengan lemah meni'kam terlalu ke atas, dan menusuk perutnya.
Bukan ususnya. Karena dia tidak mempersiapkan diri dengan cara tradisional, pisaunya menikam melalui beberapa lapis pakaian. Karenanya, dia tak dapat menarik pisau itu untuk merobek tubuhnya dengan benar. Meskipun demikian, dia akan berhasil mengeluarkan darah sampai mati dalam waktu singkat seandainya tidak terjadi satu lagi peristiwa tak terduga.
Seandainya Mereka Bisa 4 Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang Pedang Ular Mas 7
9. Lord Apel "Haruskah kita berbicara tentang kekerasan?" tanya Emily
"Tidak perlu," kata Smith kepadanya. "Ayo kita bantu para pelayan menata meja dan biarkan para prajurit ini bertukar kisah perang."
Sudah menjadi anggapan umum di kalanan samurai bahwa orang-orang asing dapat
dipahami dengan mudah karena mereka menunjukkan pikiran terdalam dengan begitu jelas pada wajah mereka, tidak seperti samurai. Genji berpikir betapa dangkal prasangka itu ketika dia melihat Smith dan Farrington terlibat dalam percakapan makan siang dengan Emily. Sesuatu pasti sudah terjadi di bawah permukaan dengan kedua lelaki itu, jauh di bawah permukaan, dan Genji tidak tahu apa itu. Sesuatu yang tidak melibatkan komentar-komentar mereka mengenai kriminalitas dan rendahnya moral pada perang sipil Amerika yang lalu. Ini masalah lain, yang tidak dibicarakan tetapi juga tidak disinggung-singung, tetapi jelas ada.
Hanya Emily, seperti biasanya, yang tetap menjadi dirinya, tanpa kepura-puraan atau sesuatu yang disembunyikan. Tampaknya, dia telah pulih dari guncangan akibat kematian Hanako walaupun rasa kehilangannya masih menguasai. Tak ada pemulihan untuk kehilangan seperti itu. Hanya ada penerimaan atau pengingkaran.
Salah satu kenangan masa kecil.Genji mengenai kakeknya adalah ketika mereka bertemu setelah ibunya meninggal. Dia tahu benar reputasi Lord Kiyori sebagai kesatria yang garang maka dia berusaha sebaik mungkin untuk bersikap sebagai kesatria pula. Dia berdiri tegap dan menahan air matanya. Dia merasa telah melakukannya dengan baik.
Kakeknya bertanya, "Mengapa kau tidak menangis?"
"Samurai tidak menangis," kata Genji.
Kening kakeknya berkerut. Dia berkata, "Orang jahat tidak menangis. Pahlawan menangis.
Kautahu mengapa?" Genji menggeleng. "Karena hati orang jahat dipenuhi apa yang mereka peroleh. Hati pahlawan dipenuhi apa yang telah hilang dari mereka."
Dan, Lord Kiyori mengejutkan Genji dengan jatuh berlutut. Air mata membanjir dari matanya. Hidungnya mengeluarkan ingus dengan cara yang paling tidak pantas. Isakan keras mengguncang hebat tubuhnya. Genji berlari kepadanya untuk menghibur dan kakeknya berkata,
"Terima kasih." Mereka berangkulan dan menangis tanpa malu-malu. Genji ingat saat itu dia berpikir, "Aku pasti seorang pahlawan karena aku menangis dan hatiku dipenuhi rasa BUKU KEDUA
11 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel kehilangan." Dia tak pemah menangis banyak sebagaimana seharusnya sejak peristiwa itu. Mungkin itu artinya dia bukan pahlawan seperti yang semula dikiranya.
Ketika menatap Emily, dia berharap hatinya merasakan penuhnya kehilangan itu karena hanya penderitaan kini yang kelak akan menghidupkan ingatannya dengan kebahagiaan.
Emily melihat pandangan Genji ke arahnya dan tersenyum. Saat itu juga Genji membalasnya.
Sebuah drama misterius antara Smith dan Farrington berlangsung dan dipadatkan seluruhnya dalam waktu kurang dari sepuluh kali detak jantung.
Farrington memulai. Ekspresi yang aneh, barangkali campuran antara amarah dan
keresahan, mengencangkan otot-otot wajahnya ketika dia memandang ke arah Genji, sorot matanya tidak begitu ramah.
Smith, yang melihat pandangan itu, menunjukkan kebingungan sesaat, alisnya bertaut, mulutnya melengkung turun sehingga tampak masam.
Farrington, berpaling dari Genji, menatap Emily, dan pandangannya melembut menjadi kesedihan mendalam.
Smith, yang terus mengawasi Farrington, kini tertangkap basah melakukan hal itu dan reaksi Farrington di luar dugaan. Dia bersemu merah dan menundukkan kepala.
Reaksi itu tampak memberi Smith pemahaman tiba-tiba dan mengejutkan karena matanya melotot dan mulutnya melongo.
"Kau?" katanya, dan hanya itulah yang dapat atau ingin dia katakan, sebelum bangkit dari tempat luduknya dan menerjang Farrington dengan tujuan yang jelas. .
Dua pengawal Genji menahan Smith sebelum dia melakukan sesuatu. Tidak jelas bagi Genji apakah Smith hendak meninju Farrington atau menarik pistol dan menembaknya. Namun jelas, bagaimanapun Farrington sama sekali tidak bermaksud bertahan atau membela diri.
"Lepaskan aku," kata Smith.
"Berjanjilah padaku kau akan bersikap tenang," kata Genji.
"Aku berjanji."
Smith minta maaf kepada Genji dan Emily tanpa menjelaskan ledakan kemarahannya tadi, dan mengalihkan perhatiannya dari Farrington. Walaupun Farriington mencoba melanjutkan percakapan dengan Emily, dia sudah terlalu terguncang untuk menanggapinya. Piknik itu jelas sudah berakhir.
BUKU KEDUA 12 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Apa yang telah terjadi" Genji sama sekali tidak tahu. Karakter orang-orang asing yang dianggap mudah dipahami ternyata hanya sebatas itu"anggapan, bukan kenyataan.
Smith berdiri lebih dahulu, membungkuk dengan terburu-buru, dan melangkah panjang-panjang menyeberangi padang rumput tempat kudanya diikat. Separuh jalan ke sana, dia menginjak sesuatu yang menimbulkan bunyi berderak keras. Dua pelayan Genji memandang majikan mereka dengan ekspresi ketakutan dan membungkuk minta maaf, seolah-olah itu adalah kesalahan mereka. Smith, yang masih emosional karena insiden tadi, tidak memperhatikan.
Ketika Genji melihat apa yang diinjak Smith, dia melihat tulang mata kanan dan tulang pipi tengkorak manusia. Bagian kirinya sudah menjadi serpihan memutih terinjak sepatu bot Smith.
Smith sebisa mungkin menghindari Farrington sejak saat itu. Itu tidak sulit karena Farrington menghindari dirinya dengan tekad yang sama. Rasa malu yang dirasakan Smith begitu kuat. Dia menyesal telah menyadari pemikiran Farrington tentang Emily dan Genji. Dia bahkan lebih menyesal telah menyerang Farrington. Bukan hanya itu menunjukkan hilangnya disiplin diri sebagai pria sejati, melainkan juga memastikan kecurigaannya karena Farrington sama sekali tidak berusaha membela diri. Hanya sekarang yang malu dengan pemikirannya sendiri yang bertindak seperti itu.
Kini, segalanya sudah jelas bagi Smith.
Farrington percaya bahwa Taro, yang pernah menjadi abdi setia, telah menyerang Emily atas pernah Genji, dan telah melakukannya karena kondisi Emily. Sekarang memang belum kelihatan, tetapi Farrington percaya, Emily akan segera menjadi beban tanggung jawab bagi Genji yang membahayakan kedudukannya. Kondisi itu adalah akibat"benar, pasti hanya sebuah akibat"dari keintiman tidak bermoral yang sepenuhnya tidak bisa diterima. Tak peduli apakah keintiman itu terjadi dengan persetujuan Emily atau karena paksaan atau tipu muslihat dari pihak Genji. Campur tangan Lord Saemon yang tak terduga, dan bagi Genji, terlalu awal, telah meyelamatkan nyawa Emily. Namun, hanya untuk sementara. Kondisi Emily membuatnya harus mati, dan segera. Karena ini, Farrington tetap berada dekat Emily. Meskipun dia tidak lagi menginginkan wanita itu menjadi istrinya, sebagai seorang prajurit dan laki-laki sejati dia merasa wajib melindunginya dari percobaan pembunuhan lagi oleh tuan rumahnya.
Begitulah pemikiran Farrington.
BUKU KEDUA 13 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Betapa rnenyimpang dan menggelikannya. Smith pasti tidak akan bisa menahan tawa kalau saja Farrington menyatakan pemikirannya itu alih-alih dia menyadarinya sendiri. Kepolosan Emily begitu nyata dan tidak dapat dimungkiri. Jika itu hanya kepura-puraan tak mungkin dipertahankan begitu lama. Lebih ketat ketimbang agamanya, karakternya tidak akan pemah membiarkan dirinya jatuh dari moralitas tertinggi. Dan tentang Genji, Farrington memandangnya sebagai laki-laki penuh nafsu bejat tak terkendali yang hanya ada, kalaupun ada, di Kota Terlarang Manchus atau harem seorang raja Turki, tidak di negeri kesatria ini.
Perasaan Smith sendiri terhadap Emily tidak dipengaruhi oleh delusi Farrington. Namun, setidaknya delusi itu membuat Smith memandang Emily dari perspektif yang berbeda. Dari sudut pandang itu, dia mengira telah melihat sesuatu, yang lebih mengejutkannya daripada
. imajinasi liar Farrington. Apakah dia melihat kebenaran atau hanya delusinya sendiri"
Smith mendapati Emily berada di ruangan yang menghadap taman mawar. Pintu-pintunya dibuka agar angin lembut bisa berembus masuk dan pemandangan bunga-bunga bisa
dinikmati dengan leluasa. Beberapa perkamen berisi tulisan Jepang terbuka di depannya. Dia tidak memerhatikan bunga ataupun perkamen, tetapi memandang ke atas dengan penuh perhatian pada menara di seberang taman. Smith berkata, "Sekalipun kau tidak berada di antara kendi-kendi itu, pikiranmu tampaknya ada di sana. Begitu yakinkah kau bahwa kau tidak cocok dengan kehidupan spiritual?"
"Kalau prospekku terus-terusan menguap seperti yang terjadi akhir-akhir ini, itu mungkin pilihan terbaik untukku."
"Apa maksudmu?"
"Robert telah kembali ke Edo."
"Dipanggil Duta Besar tentunya."
"Begitu katanya."
"Memang ada alasan lain" Dia sangat mencintaimu, seperti aku."
"Menurutmu begitu?"
"Dia telah berada di sampingmu selama tiga minggu, untuk memastikan bahwa kaupulih dari rasa kehilanganmu. Hanya tugas resmi yang bisa memaksanya pergi."
"Di depannya, aku merasa diawasi alih-alih di jaga. Dia sepertinya mengawasiku agak ketat."
"Laki-laki bermoral terkadang merasa harus bertindak sepantasnya terhadap imajinasinya yang aktif berlebihan."
BUKU KEDUA 14 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Aku tidak bisa melihat apa pun dalam perilakuku yang mungkin menimbulkan imajinasi berlebihan dalam dirinya. Dan aku tidak yakin aku bisa menyebut Robert bermoral. Terlalu cepat berprasangka tidak membuat seseorang bermoral."
"Jika dia telah terburu-buru, aku yakin itu hanya karena dia sangat memperhatikan kesejahteraanmu." Smith tersenyum. "Aku merasa ironis telah membela tindakan Letnan Farrington di depanmu."
"Aku juga. Terutama karena kausiap menyerangnya hanya dua hari lalu."
"Kekhilafan yang bodoh, untuk itu aku mohon maaf sekali lagi."
"Itu lebih dari sekadar khilaf, Charles. Siang itu, sesuatu telah terjadi tanpa kata antara Robert dan dirimu. Hasilnya adalah ledakan amarah pada pihakmu, dan rasa malu pada dirinya. Apa penyebabnya?"
Smith memilih kata-katanya dengan hati-hati. Katanya, "Pemikirannya, dan pemahamanku yang begitu tiba-tiba."
"Aku juga telah mencoba memahaminya."
"Membicarakan ini lebih jauh akan melampaui batas-batas percakapan yang pantas antara seorang wanita dan pria baik-baik."
Emily mengerutkan kening. "Kau dan Robert telah berbagi pemikiran, yang tentunya tentang aku, pemikiran yang cukup mengejutkan sehingga kau menyerangnya. Tetapi, kau tidak bisa menyatakannya dengan terus terang kepadaku" Kau harus memaklumi kalau aku tidak merasa tenang karenanya."
Smith membungkuk, menerima protesnya. "Bagaimanapun, kita tak perlu mempersoalkannya lagi."
"Itu sama sekali tidak memuaskan keingintahuan dan perasaanku."
"Setelah kau bertunangan, Emily, masalah itu sudah tak penting lagi, jadi tidak ada gunanya juga sekarang."
"Setelah aku bertunangan. Aku minta maaf telah rnenunda masalah ini begitu lama. Yakinlah bahwa ini tak ada kaitannya dengan Robert ataupun dirimu, sepenuhnya hanya karena kelemahanku."
Smith berkata, "Aku tidak akan menyebut jatuh cinta sebagai kelemahan."
Semburat merah mewarnai pipi Emily. Smith tahu karenanya bahwa dugaannya tepat.
Kejujuran Emily telah mengungkap rahasianya meskipun dia tidak mengatakannya. Emily BUKU KEDUA
15 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel berusaha keras menyembunyikan kebenaran, tetapi Smith sudah melihatnya.
Emily berkata, "Masalahnya akan sederhana kalau saja aku jatuh cinta padamu atau Robert.
Tetapi meskipun kekagumanku sama besar terhadap kalian herdua, bukan cinta yang kurasakan.
Itu yang membuat aku sulit memutuskan."
"Memang ada kesulitan," kata Smith. "Tetapi, bukan dalam memutuskan. Keputusan sudah dibuat. Kau jatuh cinta." Kini setelah dia tahu, simpatinya tumbuh. Jalan di hadapan Emily dipenuhi bahaya dengan jenis dan kadar yang bahkan tidak terbayangkan olehnya. Usaha Taro untuk membunuh Emily"karena Smith bisa melihat sekarang bahwa dugaan
Farrington benar, setidaknya dalam hal ini"tentu hanya salah satu dari sekian banyak bahaya.
"Kau harus mengikuti kata hatimu. Apa lagi yang harus kaulakukan" Pertanyaannya tinggal apakah perasaannya sama denganmu" Jika tidak, cinta hanya membawa penderitaan, bukan kebahagiaan. Jika demikian, kau kusarankan untuk memilih kekaguman ketimbang cinta."
"Kupikir kita tidak membicarakan hal yang sama," kata Emily.
"Kau jatuh cinta kepada Lord Genji," kata Smith.
Kalau Emily tidak sedang duduk, dia pasti akan jatuh.
"Tuhan, bantulah hamba," katanya. "Apakah begitu jelas?"
"Tidak," sahut Smith. "Aku tidak merasa yakin sebelum ini. Sejauh yang kuketahui, bahkan akulah satu-satunya yang curiga."
"Robert tidak?"
"Kecurigaannya berbeda."
Smith bersyukur Emily tidak menanyakan kecurigaan Farrington lebih jauh. Alih-alih dia menundukkan kepala dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Katanya, "Apa yang harus kulakukan?"
"Bersabarlah," katanya. "Setelah Letnan Farrington dan aku pergi, kemungkinan besar Lord Genji akan mencium gelagat. Lalu dia akan maju, atau mungkin tidak, dan kau akan mendapatkan jawabanmu."
Ketika Emily mendongak, matanya basah, tetapi dia tersenyum dan berkata, "Terima kasih Charles. Kau teman yang sangat baik."
Smith membungkuk. "Seandainya harapan terbaikmu tidak terwujud, aku siap menjadi lebih dari sekadar teman baik. Bisnis akan menahanku di Edo selama sebulan lagi. Aku akan mengunjungimu lagi sebelum aku pergi."
BUKU KEDUA 16 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Aku tidak layak mendapatkan perhatianmu."
"Bagaimanapun kau sudah mendapatkannya," Smith tersenyum. "Tetapi, waspadalah.
Hubunganmu dengan Lord Genji telah menimbulkan pergunjingan keji di kalangan masyarakat Barat. Isu yang beredar sudah sangat menghancurkan reputasimu."
"Sudah tersurat, Kita melakukan apa pun bukan untuk melawan kebenaran, tetapi demi kebenaran.
Aku akan meyakini itu."
"Amin," kata Smith, "tetapi ingatlah, juga tersurat, racun ular ada di bibir mereka, dan gigitan ular itu mematihan."
"Amin," kata Emily. "Aku tidak melakukan kesalahan. Demikian juga Lord Genji."
"Aku tidak pemah berprasangka begitu terhadap kalian berdua," kata Smith. Dia tidak menambahkan, Tidak seperti Letnan Farrington.
"Pertama Letnan Farrington," kata Genji, "dan sekarang Anda, Tuan Smith. Sayang sekali. Aku sudah berharap ada pemecahan. Tak ada yang salah, kuharap. Letnan Farrington tampak lebih murung dari biasanya."
"Dia membiarkan dirinya terperangkap dalam pemikiran yang salah," kata Smith. "Dia akan menyadarinya juga nanti."
"Pemikiran salah?"
"Artinya, penalaran keliru membawa pada kesimpulan yang salah."
"Aku mengerti pepatah itu," kata Genji. "Yang tidak kumengerti adalah apa yang dipikirkannya."
"Bagaimana mungkin" Nona Gibson, wanita muda yang sangat cantik dan siap menikah, telah menjadi tamu Anda tanpa wanita pendamping, keluarga, atau teman selama beberapa tahun.
Tidak sulit untuk mencapai kesimpulan yang salah tentang hubungan kalian."
Genji berkata, "Emily bukannya tidak pernah memiliki teman pendamping selama dia menjadi tamuku. Dia juga menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan ekspedisi.
Di kastel ini dan di istana di Edo, dia memiliki tempat tinggal yang sepenuhnya terpisah-dan kalau boleh kutambahkan, jauh-dari tempat tinggalku. Hari dan minggu berlalu tanpa kami saling berpapasan. Aku juga tahu, bangsawan di negara lain menyediakan pendamping dan pelayan untuk tamu mereka juga."
"Pendampingnya selama ini bukan dari bangsanya sendiri," kata Smith. "Mereka adalah BUKU KEDUA
17 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel pelayan dan anak buah Anda. Siapa pun yang pernah tinggal di negeri ini selama satu jam saja tahu bahwa perintah seorang bangsawan agung akan dipatuhi tanpa keraguan. Mereka bukan pelindung sebenamya bagi Emily. Dan tamu-tamu yang mengunjungi bangsawan di negeri seperti Inggris selalu membawa pelayan dan pendamping sendiri."
Genji mengangguk. "Betapa bodohnya aku. Aku seharusnya mengandalkan penasihat selain Emily. Kepolosannya terkadang membuatnya tidak melihat segala sesuatu sebagaimana orang lain mungkin melihatnya. Bolehkah kuasumsikan Letnan Farrington percaya bahwa aku telah mengambil keuntungan dari Emily?"
"Bisa dikatakan begitu."
"Dan Anda?" Smith tersenyum. "Letnan Farrington punya kebiasaan menekan perasaan naluriah dan pikiran
alamiahnya seakan-akan mereka adalah pemberontak. Dia menolak untuk mengakui mereka sebagai bagian dari dirinya dan sebaliknya menganggap orang lain menurutkan naluri dan pemikiran alami itu. Aku tidak punya kebiasaan itu. Lagi pula, Tuanku, jika Anda menghendaki sesuatu, Anda tinggal mengambilnya terang-terangan, peduli apa dengan konsekuensinya.
Bukankah begitu jalan samurai?"
"Begitulah yang kami kira, dan bagaimana kami ingin orang lain melihatnya," kata Genji. "Pada kenyataannya, kami begitu memperhatikan konsekuensi dan penampilan sehingga kami sering tidak mampu berbuat apa-apa. Kami begitu mengandalkan apa yang tidak dikatakan sehingga kami sering tidak berhenti untuk mempertimbangkan bahwa sebetulnya sama sekali tidak ada komunikasi, bahwa yang ada hanya keinginan di kepala kami sendiri. Kami kebalikan dari tegas, maaf kukatakan demikian."
"Kalau begitu, izinkan aku mengangkat beban Anda sedikit dengan berbicara jujur," kata Smitli, "dan dengan bersikap setegas mungkin. Aku akan kembali akhir bulan depan sebelum aku pulang ke negeriku. Jika Emily masih belum bertunangan, aku akan mengajukan lamaran lagi. Kuharap dia menerimaku, tetapi aku tahu harapannya berbeda. Jadi, aku berdoa dengan tulus agar dia mendapatkan kebahaiaan, di mana pun kebahagiaan itu dapat ditemukannya."
"Harapannya berbeda. Maksud Anda, dia lebih condong kepada Letnan Farrington?"
"Kecondongannya bukan untuk Letnan Farrington. Dan perasaannya jauh melampaui kecondonan saja. Dia sedang jatuh cinta, dan aku yakin itu sudah lama dipendamnya. Lagi pula, BUKU KEDUA
18 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel aku yakin Andi sudah lama mengetahuinya."
Smith ingin tahu bagaimana Genji akan bereaksi. Marah" Terkejut" Malu" Tertawa"
Barangkali, dia sudah terlalu lancang.
Ekspresi Genji tidak berubah. Senyum kecil yang biasa menghiasi bibirnya masih ada di sana, dan dia berbicara dengan nada biasa.
"Aku sering bertanya-tanya apakah Emily begitu transparan kepada rekan sebahgsanya sendiri sama srprrti kepada kami," katanya. "Tampaknya dia tidak begitu, karena jika sebaliknya, Anda dan Letnan Farrington tidak akan mengejamya sedemikian jauh seperti sekarang.
Terkadang, mereka yang berada di luar dapat melihat apa yang tidak dapat dilihat mereka yang di dalam. Boleh aku bertanya apa yang membuat Anda menyadari hal ini?"
"Murni kebetulan, Tuan." Smith lega dengan tanggapan ringan Genji. "Gabungan antara pengamatan, pernyataan, dan keanehan perilaku. Semuanya menjadi jelas begitu tiba-tiba, dan aku mampu memahaminya. Anda harus ingat, banyak sekali gosip yang beredar di kalangan masyarakat sebangsanya, dan tak satu pun menyenangkan. Spekulasi cenderung tidak pantas didengar."
"Tetapi, dia begitu serius dan sopan."
"Dia juga sangat cantik."
"Aku maklum itu."
"Anda maklum. Mata Anda tidak menyaksikannya sendiri?"
"Terus terang tidak. Standar cantik kita begitu berbeda, cantik bagi Anda nyaris bisa dikatakan buruk rupa bagi kami."
Kini, Smith yang terkejut.
"Anda memandang Emily buruk rupa?"
"Yah, buruk rupa adalah kata yang kasar. Tidak menarik mungkin lebih tepat."
Smith menarik napas seakan-akan dia sudah lama menahannya. Katanya, "Itu sangat melegakanku, Tuan. Jika Anda membalas cintanya, situasi akan berbahagia bagi kalian berdua, dalam segala hal yang bisa dibayangkan. Bangsa kita masing-masing tidak akan menyukai percampuran ras. Lebih jauh, Anda membutuhkan keturunan yang akan jadi ahli waris Anda, dan sudah jelas Emily tidak akan pernah menerima hanya dijadikan seorang selir. Bagi dia, itu hanya sebuah bentuk pelacuran."
"Anda mengatakan akan mengulang lamaran Anda kepadanya."
BUKU KEDUA 19 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Seperti yang sudah kukatakan, aku akan melakukannya segera begitu aku kembali ke sini."
"Mengapa menunggu" Lakukan saja sekarang."
"Seorang wanita yang sedang jatuh cinta kepada seorang pria membutuhkan waktu untuk membuka hatinya bagi pria lain. Kita harus bersabar. Untuk sementara, katakan kepadanya kita telah berbicara"tentang lamaranku, bukan tentang pengetahuan Anda akan perasaannya"dan katakan bahwa Anda mendukung sepenuh hati. Antusiasme Anda akan menjelaskan sikap Anda dengan sendirinya. Dan dia akan punya waktu sebulan bersiap-siap untuk kedatanganku."
"Terima kasih, Tuan Smith, untuk saran Anda yang bijaksana."
Genji tetap sendiri sepeninggal Smith. Dia bisa berbicara kepada Emily sebagaimana yang disarankan Smith. Itu hanya membutuhkan sejumlah kebohongan yang sama sekali tidak jadi masalah karena dia pembohong yang lebih baik ketimbang Emily. Dia telah menyembunyikan perasaannya terhadap Emily dan semua orang untuk waktu yang lama. Tambahan sebulan lagi tidak jadi masalah. Namun, ada cara yang lebih baik ketimbang berbicara, dan akan membuat apa pun yang dikatakannya lebih dipercaya. Orang asing mempunyai pepatah yang tepat.
Tindakan berbicara lebih keras ketimbang kata-kata.
Ada kehebohan yang menggairahkan semua staff rumah tangga di kastel. Akhirnya, junjungan mereka mengambil langkah-langkah pasti untuk menjamin kelangsungan garis keturunannya.
"Kau sudah dengar?" seorang pelayan berkata kepada pelayan lainnya selagi mereka membawa nampan teh ke ruangan-ruangan lain.
"Tentu saja! Semua orang sudah tahu."
"Siapa di antara mereka yang akan dipilih?"
"Kudengar dia belum memutuskan."
Pelayan ketiga yang berpapasan dengan mereka berkata, "wanita-wanita istana."
"Istana Kaisar atau Shogun?"
"Keduanya, tentu saja!"
"Politik dan seks," kata pelayan pertama.
Pelayan kedua mengangguk. "Bukankah selalu begitu?"
"Tidak bagi kita," kata pelayan pertama, dan mereka menahan tawa. Mereka tentu sudah tertawa keras-keras kalau saja tidak begitu dekat dengan tempat tinggal tuan-tuan mereka.
BUKU KEDUA 20 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Seminggu setelah keberangkatan Charles Smith, dua wanita yang memiliki hubungan dengan istana Shogun di Edo tiba dan mereka disambut dengan upacara. Emily tidak diundang. Masami, pelayan Emily, memberitahunya bahwa salah seorang wanita itu adalah keluarga sekutu Lord Genji, Lord Hiromitsu dari Yamanaka. Satu lagi adalah keluarga jauh Lord Saemon.
"Keduanya akan menjadi selir untuk sementara," kata Masami. "Lord Genji mungkin akan memutuskan untuk menikahi salah satunya kelak, terutama iika dia melahirkan putra ahli waris. Tetapi, kemungkinan besar Lord Genji akan mencadangkan tempat kehormatan itu untuk wanita bangsawan yang lebih tinggi kedudukannya dan mempunyai hubungan politik terbaik. Jika salah seorang selir melahirkan seorang putra, anak itu nanti akan diadopsi istrinya. Saya kira seorang istri, siapa pun itu, akan datang dengan restu Kaisar, alih-alih Shogun.
Kejayaan Kaisar meningkat, dan Shogun mulai tenggelam."
Masami berceloteh terus sambil bekerja. Emily tersenyum dan mengangguk, tanpa
mengatakan apa-apa. Jika ada yang memperhatikan, mereka akan melihat ada kecemerlangan yang tidak biasa di matanya. Namun tentu saja, tak seorang pun melihatnya.
Genji tahu pada akhirnya dia harus berbicara juga dengan Emily, dan dia tidak menanti-nantikannya. Dia tahu banyak air mata yang akan tumpah di pipi Emily, di tengah-tengah tuduhan bisunya. Bisu karena Emily tidak akan mengatakan apa pun secara terbuka. Apa lagi yang harus dikatakan" Emily tidak tahu perasaan Genji terhadapnya. Emily juga tidak tahu Smith telah memberi tahu Genji tentang perasaannya. Tak ada yang bisa dikatakan lagi. Namun, ini akan sangat menyiksa. Genji tidak bisa menghiburnya karena itu hanya menunjukkan pengakuan atas cintanya kepada Emily, pengakuan yang tidak boleh dilakukannya. Jika Genji memberi tahu Emily, dia akan tetap tinggal di Jepang, dan jika demikian, dia akan mati.
Pertanda yang dia lihat menjanjikan itu. Dia tidak mau Emily mati, jadi dia harus membuatnya pergi.
Hidup itu lebih penting ketimbang cinta.
Satu bulan berlalu dengan cepat. Genji telah berjanji untuk berbicara dengan Emily, dan dia belum melakukannya. Dia seharusnya mengundang Emily dalam upacara penyambutan Lady Fusae dan Lady Chiyo. Itu akan menunjukkan maksudnya dengan jelas. Akan tetapi, dia BUKU KEDUA
21 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tidak tega melakukannya. Tindakan itu terlalu kejam. Dia tidak mau menyakiti Emily lebih dari seperlunya. Barangkali juga tidak perlu ada pembicaraan lagi, atau bahkan pertemuan lagi sampai tiba waktunya Emily pergi dengan Charles Smith. Dan, itu tak lama lagi. Ketika Smith kembali, dia akan melamarnya, dan tentu Emily akan menerima. Betapa menyakitkan sekaligus menggelikan bagi Genji bahwa tindakannya sendiri membuktikan apa yang dikatakannya kepada Smith tentang ketidaktegasan samurai.
Dia mengendarai kudanya ke Lembah Apel sendirian, seperti yang biasa dilakukannya ketika menghadapi persoalan sulit. Ada sesuatu yang membuatnya tenang berada di antara pepohonan yang ditanam ibunya bertahun-tahun lalu. Jawaban tidak selalu datang kepadanya di sana, tetapi ketenangan batin selalu membantunya meskipun masalahnya tetap tidak terpecahkan. Para pengawalnya mendapat perintah mutlak dari Hide untuk sekali-sekali tidak membiarkannya pergi ke mana pun tanpa perlindungan, bahkan di sini, di jantung wilayahnya sendiri yang masih terlihat dari benteng kastelnya. Dalam pandangan Hide, pembunuhan telah terlalu sering terjadi sehingga tak boleh ada kelengahan di mana pun. Genji sudah berusaha keras menjelaskan bahwa penglihatannya akan masa depan termasuk ramalan tentang kematiannya sendiri. Hide tetap berkeras. Siapa tahu, katanya, bencana apa yang akan terjadi sebelum itu jika mereka tidak waspada. Apakah pertanda yang dilihat Lord Genji meliputi semua yang akan terjadi" Genji harus mengakui, tidak demikian.
Jadi, untuk mendapatkan kesendirian yang diperlukannya, dia menjadi terampil melepaskan diri dari anak-anak buahnya sendiri. Akhirnya, mereka selalu menemukan dirinya. Namun untuk sementara, dia sendiri. Untuk membuat mereka sulit menemukannya, dia memasuki lembah bukan dari arah kastel, sebagaimana biasanya, melainkan melalui jalan setapak menuju lembah yang melalui perbukitan pedalaman.
Pohon-pohon ini selalu mengingatkan dirinya pada ibunya, tetapi dengan pergantian tahun, kenangan itu semakin pudar, dan dia harus berusaha keras mengingatnya. Usianya belum empat tahun ketika ibunya meninggal karena melahirkan. Dua puluh tujuh tahun telah berlalu. Itu waktu yang lama sekali untuk kehilangan seseorang yang tidak benar-benar diingatnya.
Dedaunan di cabang pohon di atasnya tiba-tiba bergemeresik. Pikirannya, bahkan sebelum dia mendepak kudanya untuk bergerak, adalah bahwa Hide ternyata benar. Terlalu banyak pembunuhan telah terjadi sehingga tak boleh lengah di mana pun. Dia menghunus pedang-BUKU KEDUA
22 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel nya, selagi kudanya melonjak maju, dan memandang ke atas, mengharapkan seorang pembunuh melompat turun atau lesatan panah atau peluru menghantamnya setiap saat. Dia tidak melihat ancaman itu. Alih-alih, dia menangkap sekelebat kain genggang.
Dia menghentikan kudanya dan melangkah kembali ke bawah pohon.
Emily memandang kepadanya dari atas dan berkata, "Kau tidak akan pernah tahu aku ada di sini kalau saja aku tidak kehilangan keseimbangan."
Dari ketinggian itu, Emily bisa jatuh dan terluka fatal. Genji tahu agama Kristen melarang penganutnya bunuh diri. Namun, jatuh tanpa sengaja tidak melanggarkan aturan agama. Emily berdiri seenaknya di atas dua cabang kecil nyaris di puncak pohon. Satu tangan memegang batang pohon, yang hanya berupa batang kecil di puncak sana. Tangan lainnya merapatkan roknya selayaknya seorang wanita, jika berada di atas pohon bisa disebut layak untuk wanita.
"Emily, sedang apa kau?"
"Memanjat pohon. Tampaknya sekarang hari yang cocok untuk itu."
"Tolong, turunlah."
Emily tertawa dan berkata. "Tidak, kau saja yang naik."
Genji mengamatinya dengan cermat. Keriangan Emily tampak tidak dibuat-buat, senyumnya tidak dipaksakan, kerlip di matanya menunjukkan kesehatan dan bukan gangguan mental karena duka.
"Kurasa sebaiknya kauturun."
Emily menggeleng dan tertawa lagi.
"Kukira kita tidak sepakat. Jadi, kita harus mengikuti kecenderungan masing-masing dan memberikan kebebasan satu sama lain."
"Pendekatan seperti itu hanya mengarah pada anarki," kata Genji. "Kita harus bernegosiasi. Aku akan naik, kalau kau setuju untuk turun bersamaku."
"Aku setuju, tetapi hanya kalau kaunaik setinggi aku."
"Itu sembrono. Cabang-cabang itu hanya kuat menahanmu. Tak akan kuat mendapat tambahan berat badanku."
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu tetap saja di situ, dan biarkan aku di sini."
Tak ada pilihan lain baginya. Dia tidak bisa meninggalkan Emily di sana. Genji meraih dahan dan menarik dirinya dari pelana dan naik ke atas pohon Dia memanjat dengan cepat ke cabang tepat di bawah Emily dan tawar-menawar lagi.
BUKU KEDUA 23 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Seperti yang bisa kaulihat, cabang-cabang itu akan patah kalau kunaiki."
Emily menyahut, "Mungkin."
"Bukan mungkin. Sudah pasti."
"Baiklah, aku akan menganggap kewajibanmu sudah dipenuhi asalkan kau menjawab satu pertanyaanku."
Ah, jadi akan terjadi di sini. Setelah mereka berdua ada di puncak pohon, Emily akan mengalami keruntuhan emosi. Bagaimana dia bisa mencegah Emily jatuh dari pohon tanpa menyebabkan dirinya jatuh pula" Dia tidak bisa. Jika Emily kehilangan keseimbangan, dia harus menangkapnya dan mencoba mengatur pendaratannya. Dari ketinggian enam meter, itu akan membutuhkan ilmu olah tubuh yang tinggi, yang dia yakin tidak dimilikinya. Bukankah kekhasan wanita ini membuat masalah semakin sulit" Sifat feminin yang melintasi perbedaan budaya.
"Tanyakan setelah kita turun," kata Genji. Dia tidak yakin bujukannya berhasil, dan memang tidak.
Emily menyahut singkat, "Tidak."
Genji tidak bisa memaksanya turun. Tak ada yang bisa dilakukan kecuali berkata, "Apa pertanyaanmu?"
"Kamus bahasa Inggris-Jepangmu sangat lengkap," kata Emily, "dengan satu pengecualian yang mencolok. Kau tidak memasukkan kata cinta dalam kedua bahasa itu. Mengapa?"
Itu bukan pertanyaan yang diharapkannya, tetapi Genji melihat ke mana pertanyaan itu mengarah.
Dia berkata, "Semua orang tahu makna kata itu. Persamaan kata dalam kedua bahasa itu saja cukup, tak perlu definisi lebih lanjut. Sekarang, mari kita turun."
Emily menggeleng. "Jawabanmu tidak memuaskan. Kaubilang semua orang tahu
definisinya. Jadi, katakan padaku. Apa cinta itu?"
"Aku menolak. Kau sudah mengajukan pertanyaanmu dan aku sudah menjawabnya.
Sekarang, kau harus memenuhi bagianmu dalam tawar-menawar."
"Berbicara seperti pedagang, bukan samurai," kata Emily Tetapi, dia turun juga bersamanya.
Ketika mereka sudah menginjak tanah, Emily berkata, "Aku tidak percaya kautahu, Lord Genji."
"Tentu saja aku tahu. Untuk memasukkan definisinya ke dalam kamus adalah masalah lain."
BUKU KEDUA 24 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Ekspresi pada wajah Emily mendekati senyum kepuasan yang baru kali ini dilihat Genji.
"Tepat itulah jawaban orang yang tidak tahu," kata Emily.
1830, Kastel Batu Putih di Wilayah Shiroishi
Lord Kiyori sangat senang melihat teman lamanya Lord Nao, tetapi dia tidak senang dengan apa yang telah membawanya datang ke wilayah nun jauh di utara ini.
"Bagaimana mungkin ini bukan kesempatan bagus?" tanya Lord Nao. "Kau telah memintaku memberikan putriku untuk diperistri putra sulungmu. Ini akan menyatukan keluarga kita selamanya. Luar biasa! Emi, bawa pergi teh itu dan bawakan sake."
"Tunggu," kata Kiyori. "Aku belum mengatakan semuanya padamu."
"Apa lagi yang harus dikatakan?" Nao bertanya. "Putriku akan menjadi istri calon Bangsawan Agung Akaoka. Cucu lelakiku"semoga para dewa segera memberikannya"akan menjadi Bangsawan Agung pada gilirannya. Emi, mana sakenya?"
"Dia baru saja pergi mengambilnya, Tuan," kata pelayan lain.
"Nah, jangan cuma duduk di situ. Bantu dia."
"Nao, dengarkan aku," kata Kiyori, wajahnya masih terlihat suram. "Aku telah memintamu memberikan putrimu untuk dinikahi Yorimasa, tetapi sebagai teman, aku juga harus menyarankan-mu untuk menolaknya."
"Apa" Omong kosong. Bagaimana mungkin kau meminta, kemudian detik berikutnya menyarankan penolakan?"
"Aku melihat pertanda," Kiyori berkata.
"Ah," kata Nao. Dia duduk kembali, mendengarkan. Dia telah mengenal Kiyori selama lebih dari tiga puluh tahun. Selama itu, Kiyori telah menceritakan banyak pertanda kepadanya, dan semuanya benar. Orang lain mungkin meragukan ramalan Bangsawan Agung Akaoka, tetapi dirinya tidak.
"Perkawinan itu akan menghasilkan seorang ahli waris," kata Kiyori, "satu-satunya ahli waris kedua klan kita untuk melalui perubahan besar yang akan terjadi. Putrimu tidak akan segera sembuh dari kesulitannya melahirkan. Kelahiran anak keduanya akan merenggut nyawanya."
BUKU KEDUA 25 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Nao memandang ke bawah. Dia menarik napas dalam beberapa kali, tidak berbicara atau menengadah.
Kata Kiyori, "Itu tidak perlu terjadi. Batalkan perkawinan itu, dan biarkan orang lain menanggung musibahnya."
"Bagaimana ini bisa dihindari" Kau telah melihatnya dalam pertanda itu."
"Aku percaya pertanda itu menunjukkan apa yang mungkin terjadi," kata Kiyori, "bukan apa yang harus terjadi."
"Pernahkah pertanda itu batal terjadi?"
"Tidak." "Jadi, apa yang membuatmu berpikir bahwa yang ini akan berbeda?"
"Selalu, pada masa lalu, aku mengikuti pertanda yang kulihat. Bagaimana kalau kita tidak mengikutinya" Maka tindakan kitalah, dan bukan pertanda itu, yang akan menentukan apa yang terjadi."
"Kau yakin akan hal ini?"
"Tidak," kata Kiyori, "itulah masalah sebenarnya. Jika kita bertindak'melawan pertanda itu, kita tidak akan yakin tentang apa pun. Termasuk kematian yang kulihat."
Nao menggelengkan kepala. "Kita juga akan kehilangan kepastian pertanda bahwa cucu lelaki kita akan bertahan meneruskan garis keturunan kita. Kelanjutan klan kita lebih penting daripada nyawa seseorang, terutama jika kedua klan kita bersatu dalam seorang calon bangsawan agung."
"Kau akan membiarkan putrimu menikah walaupun tahu perkawinan itu akan
membawanya pada kematian?"
"Kita semua akan mati," kata Nao. "Itulah takdir. Ketika dia mati untuk menjaga klan kita, kematiannya sangat layak sebagai putri seorang samurai. Baik dia maupun kita tak boleh menyesalinya."
Kiyori mengangguk. "Sudah kukira kau akan berkata begitu."
Nao tertawa. "Jadi, mengapa kau repot-repot mengajukan keberatan?"
"Tuanku," kata para pelayan, masuk dengan nampan sake. Nao mengambil sebuah cangkir.
Meskipun sangat enggan, Kiyori terpaksa mengambil satu juga.
Kata Kiyori, "Karena itu adalah salah satu alasan untuk menolak pernikahan."
"Hebat. Maksudmu ada alasan lain?"
BUKU KEDUA 26 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Ya, dan jika disatukan dengan alasan pertama, argumen untuk membatalkannya menjadi lebih kuat."
Nao menunggu Kiyori meneruskannya, tetapi dia diam saja. Dia tetap membisu dan bahkan tampak lebih muram. Nao menenggak sakenya dan menunggu dengan sabar. Jika Kiyori diam, Nao yakin dia punya alasan kuat. Dia mulai berpikir Kiyori memutuskan untuk tidak menyampaikan alasan kedua itu, ketika akhirnya lelaki itu buka mulut.
"Putraku, Yorimasa, bukan pria yang pantas. Dia seorang pemabuk, gila wanita, dan tidak berguna."
"Pernikahan akan mengubahnya, sebagaimana ia mengubah setiap orang."
"Saat kukatakan bahwa dia pemabuk, gila wanita, dan tidak berguna," kata Kiyori, "aku tidak mengatakan seluruhnya. Dia lebih buruk dari itu. Jauh lebih buruk. Kalau saja dia bukan anakku, sudah kusuruh orang membunuhnya sejak dahulu. Belum melakukannya menunjukkan kelemahanku sebagai seorang ayah."
"Apa yang telah dilakukannya?"
"Perbuatan-perbuatan yang membuatku malu merenungkannya apalagi mengakuinya terang-terangan," kata Kiyori.
Yorimasa sudah lama menunggu dua peristiwa. Pengangkatannya sebagai pemimpin Wilayah Akaoka, dan kemampuan melihat masa depan. Karena dia putra sulung Lord Kiyori, dia yakin dengan yang pertama. Keyakinannya yang sangat kuat bahwa takdir hebat itu akan menjadi miliknya, membuatnya merasa pasti bahwa yang kedua pun demikian. Sejak masih kanak-kanak, karakternya terbentuk oleh harapan-harapan ini. Padahal, ayahnya berkali-kali mengingatkan bahwa kehidupan serba tak pasti dan pewarisan kemampuan melihat masa depan itu masih belum jelas. Yorimasa memiliki watak sangat keras kepala. Dia biasa berkata, "Ya, Ayah," tetapi dia tidak bersungguh-sungguh.
Karena keyakinan Yorimasa begitu besar, orang-orang di sekitarnya mempercayainya juga.
Terutama karena dia cucu lelaki pertama dari dua pihak keluarganya. Harapan kerabat-kerabatnya otomatis bertumpu kepadanya. Untungnya, harapan itu tampak berdasar. Dia anak yang cerdas, periang, dan lancar berbicara pada usia satu tahun. Dia sudah dapat menulis pada usia tiga tahun.
Kemampuannya mengayunkan pedang pendek sangat baik, begitu pula membidikkan anak panah dengan lengan kecilnya, dan keberaniannya mengendalikan kuda poni. Semua itu BUKU KEDUA
27 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel sudah dimilikinya sebelum berumur lima tahun. Pembantu-pembantu rumah tangganya senantiasa memanjakan Yorimasa. Sifatnya, juga wajah tampannya, menarik lebih banyak perhatian dari yang sewajarnya.
Kelahiran adiknya, Shigeru, tidak menggeser posisinya. Shigeru lebih pendiam, lebih pemalu, dan kalah tampan dari Yorimasa. Orang-orang ingat bahwa semua yang dilakukan Shigeru dalam masa pertumbuhan sudah dilakukan Yorimasa dengan lebih baik pada usia lebih dini dan lebih berbakat. Kelebihan Shigeru adalah kekuatan fisiknya. Dia seorang bocah yang sangat kuat. Namun, kekuatan semata merupakan keistimewaan seekor sapi, tidak di mata manusia. Dalam hal apa pun, dengan menerapkan prinsip-prinsip hak anak sulung, anak kedua selalu kurang penting ketimbang kakaknya. Dia menjadi jauh lebih tidak berharga lagi karena sang kakak mempunyai banyak keistimewaan. Para kerabat, pembantu, dan pelayan tidak dapat menahan diri untuk membanggakan keberuntungan mereka karena mempunyai
junjungan muda yang berbakat. Masa depan klan tentu saja berada di tangan yang baik, terutama karena semua tanda menunjukkan bahwa Yorimasa adalah orang yang ditakdirkan untuk berkemampuan melihat masa depan, warisan yang akan jatuh hanya pada satu orang di setiap generasi klan ini.
Seorang junjungan muda dengan semua bakat warisan alam dan keluarga pasti populer di antara teman-teman sebayanya. Yorimasa pun demikian. Terutama karena kondisi masa itu yang belum jelas"perkembangan politik daratan Asia yang kacau, disertai banyaknya tentara asing yang dating"kemungkinan dia akan memiliki kemampuan meramal menarik lebih banyak junjungan muda ke dalam kelompoknya. Ini tidak akan terjadi jika Yorimasa tidak menjadi teladan samurai berdarah biru dalam segala bidang. Dengan kehidupan seperti itu, bagaimana dia dapat memperhatikan dengan serius peringatan ayahnya"
Jadi, ketika akhirnya kekecewaan besar itu datang, dia sama sekali tidak bisa menahannya.
Pada malam ulang tahunnya yang ke-22, ayahnya berkata, "Kau tidak akan menggantikanku sebagai Bangsawan Agung."
Terkejut, dia hanya bisa bertanya, "Mengapa?"
"Kau tidak perlu bertanya mengapa."
"Aku anak sulung Ayah, aku takkan mengalah pada adikku."
"Shigeru pun tidak akan menjadi Bangsawan Agung."
Dalam sakit hatinya, Yorimasa tertawa. "Jika bukan Shigeru atau aku yang menjadi ahli waris, BUKU KEDUA
28 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Ayah tentu hendak mempunyai anak lagi. Atau Ayah Sudah melakukannya diam-diam?"
"Berhenti bicara seperti orang bodoh. Aku mengatakan yang sebenarnya padamu. Terima sajalah itu."
"Apakah ini ramalan?"
"Sebut saja begitu kalau kau mau, atau tak usah sebut apa-apa," kata ayahnya. "Mengakui atau mengingkari, takkan mengubah apa pun."
"Siapa yang akan menjadi Bangsawan Agung berikutnya di wilayah kita?"
"Belum ada yang lahir."
"Kalau begitu, Ayah berniat mengambil istri lagi, atau selir." Keterkejutan yang semula dirasakan Yorimasa berubah menjadi amarah membara. Seorang wanita penipu telah memperdaya ayahnya. Karena dimabuk cinta, lelaki tua itu telah menjanjikan anaknya menjadi Bangsawan Agung berikut. Siapa wanita itu" "Apakah Ayah begitu yakin akan mempunyai keturunan lagi"
Ayah sudah tidak muda lagi."
Reaksi ayahnya sangat ganjil. Kekerasan di permukaan tampak dilebih-lebihkan. Apakah itu untuk menekan emosi lain di baliknya" Jika ada yang tersembunyi, Yorimasa tidak dapat menerkanya.
"Keputusan sudah diambil," kata Kiyori. "Tak perlu dibicarakan lagi."
Tak ada lagi yang perlu dibicarakan, tetapi banyak yang bisa dilakukan. Pertama-tama, Yorimasa akan menemukan identitas perempuan ini, tempat ayahnya menyembunyikannya, dan anak itu jika memang sudah ada. Kemudian, dia akan menyingkirkan mereka. Ini bukan masalah ramalan. Kiyori telah berbicara tentang keputusan yang sudah diambil. Dia tidak akan berbicara tentang ramalan dengan cara demikian. Karena itu, masa depan belum dipastikan.
Yorimasa tidak ingin diam saja, sementara warisannya direnggut darinya.
Awalnya, usaha kerasnya menyelidik tidak mengungkapkan apa pun. Dia menanyai semua pelayan dan pembantu. Tak ada yang pernah melihat Lord Kiyori mengunjungi seorang wanita.
Tak ada yang tahu akan keberadaan seorang anak. Yorimasa menugasi teman-teman
kepercayaannya untuk membuntuti ayahnya. Mereka tak mengetahui apa-apa. Dia sendiri membuntuti Kiyori, hasilnya sama. Nihil. Tak ada wanita, tak ada anak. Jadi, apa yang menggiring Kiyori pada keputusan aneh itu" Tak seorang pun tahu.
Kemudian, tak lama setelah Kiyori mengumumkan keputusannya kepada Yorimasa,
perilakunya berubah ganjil. Dia mulai menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di lantai BUKU KEDUA
29 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel ketujuh menara tinggi. Jika dia berada di sana, perintahnya adalah tak seorang pun boleh memasuki menara melebihi lantai ketiga. Pada saat itu, angkatan laut bangsa lain menjadi lebih sering merambah perairan Jepang. Peperangan bahkan sudah mencapai teluk di luar Kastel Awan Burung Gereja beberapa kali. Sangatlah tidak pantas menarik diri dengan cara aneh ini.
Yorimasa mengira ayahnya sudah gila. Tragis walaupun menguntungkan jika benar. Jika ayahnya gila, pembantu-pembantunya akan mendukung penggeserannya. Banyak peraturan yang sesuai dengan hal itu. Ketidakwarasan sudah sering melanda klan ini. Tampaknya, itu disebabkan kekuatan misterius yang sama yang telah memberikan kemampuan meramal itu dalam darah keluarga mereka. Perenggutan hak kedua putra secara rahasia dan kebiasaan baru Kiyori untuk menetap di menara tampaknya mengarah ke sana.
Desas-desus tentang pengambilalihan kekuasaan oleh Yorimasa mulai beredar di kalangan pengikut. Yorimasa merasa puas, dia tidak tahu-menahu tentang hal itu. Ide itu muncul secara spontan. Bahkan, para tangan kanan ayahnya"Lord Saiki, Lord Tanaka, dan Lord Kudo"
menyatakan kecemasan mereka kepada Yorimasa. Dia senang mengetahui bahwa mereka, seperti semua pengikut lainnya, sudah mulai memperlakukan dirinya dengan lebih hormat lagi. Ayahnya begitu gigih merintis kegagalannya sendiri. Yang dilakukan Yorimasa hanyalah bersabar.
Namun, dia tidak cukup sabar.
Masa kesendirian ayahnya di menara menimbulkan keingintahuan Yorimasa. Akhirnya, dia tidak tahan lagi dan memutuskan untuk menemukan sendiri apa yang sebenarnya dilakukan Kiyori di sana berjam-jam dari hari ke hari.
Mudah sekali memasuki menara itu tanpa diketahui orang. Kiyori tidak menempatkan penjaga pada gerbang masuk, anak tangga, atau lantai-lantai lain antara tingkat tiga dan tujuh. Dia mengandalkan penuh kekuatan perintahnya. Itu memang cukup untuk menjauhkan semua orang, kecuali Yorimasa.
Bahkan, sebelum matanya sejajar dengan lantai ke atas, dia dapat mendengar suara ayahnya bercakap-cakap. Siapa pun yang sedang bersamanya, berbicara dengan sangat pelan sehingga Yorimasa tidak dapat mendengarnya.
"Seharusnya Anda beri tahu dia sejak dahulu," kata Shizuka.
"Seperti saranmu," kata Kiyori.
"Apakah menjadi persoalan siapa yang memberi saran itu" Membiarkan masalah yang begitu penting hingga terlambat adalah kesalahan, Tuanku." Dia membungkuk dalam-dalam.
BUKU KEDUA 30 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Maafkan aku karena berbicara begitu lancang."
"Yah, kini dia tahu. Dia tidak akan menjadi Bangsawan Agung."
"Tetapi, Anda tidak memberi tahu alasannya."
"Tidak." "Anda juga belum memberi tahu bahwa dia tidak akan menjadi orang yang melihat pertanda pada generasinya."
"Tidak. Kuharap ketika dia melihat banyaknya penderitaan akibat pertanda itu, dia tidak akan terlalu menyesal karena tidak memilikinya."
Shizuka tersenyum. "Dia belum melihat Anda menunjukkan tanda-tanda penderitaan, Tuanku."
"Karena, Tuan Putri, bukankah aku tidak sungguh-sungguh melihat pertanda" Kaulah orang yang menerimanya. Kaulah yang memberitahuku semua yang kuketahui tentang apa yang akan terjadi."
"Karena Anda percaya aku sendiri sebuah pertanda, pemberitahuanku mengenai masa depan sama saja seperti Anda melihatnya sendiri." Shizuka berhenti dan pura-pura merenungkan pikirannya. "Tetapi, kadang Anda percaya bahwa aku bukanlah pertanda, melainkan hantu.
Kalau begitu, apakah kata-kataku masih menjadi pertanda bagi Anda" Kurasa demikian, karena apa lagi namanya kalau bukan itu?"
Kiyori mengerutkan kening. "Aku takkan pernah bisa memikirkan penjelasannya. Yang kutahu hanyalah bahwa semua yang kausampaikan padaku benar, tanpa tipu daya atau makna tersembunyi. Apakah kau memang seperti yang kaukatakan atau tidak, kaulah sarana datangnya pertandaku. Dengan Shigeru, caranya akan berbeda. Kau sudah mengatakan begitu."
"Ya, caranya akan berbeda."
"Dia akan menderita."
"Ya." "Dia takkan mengerti apa-apa."
"Ya.", "Jika Yorimasa melihat itu, penyesalannya akan hilang."
"Anda boleh berharap begitu."
"Tidakkah kau dapat memberitahuku" Kau pasti tahu."
Pintu geser ditarik dengan kasar dan didorong dengan keras hingga terbuka lebar. Yorimasa BUKU KEDUA
31 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel berdiri di ambang pintu dengan pedang di tangan. Wajahnya pucat, matanya merah.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Kiyori. Dia melompat berdiri, tetapi tidak menyentuh pedangnya.
Yorimasa melihat sake disiapkan untuk dua orang. Cangkir ayahnya kosong. Cangkir wanita itu penuh. Namun, dia tak terlihat di mana pun.
"Di mana dia?" teriak Yorimasa.
"Letakkan pedangmu dan pergilah!" Kiyori melangkah dengan berani ke arah putranya.
"Kaulupa tempatmu."
Yorimasa mengabaikannya. Dia bertanya, "Sudah berapa lama Ayah menjadi budak wanita" Dia berbicara dan Ayah mematuhinya. Jangan melotot segalak itu. Kudengar Ayah mengakuinya. Ayah pembohong dan peramal palsu. Wanita itu seorang penyihir. Pasti, dia membuatmu mengabaikan kedua putramu demi dirinya. Di mana dia?"
Mata Yorimasa menyapu ruangan mencari-cari jalan masuk ke lorong rahasia. Tak ada yang bersembunyi di balik dinding. Dia mengamati permadani di lantai dengan saksama. Tak ada yang menunjukkan tanda-tanda pergeseran. Wanita itu menghilang tanpa diketahuinya. Dia tak mungkin keluar dari jendela karena akan terlihat dari bawah pada siang hari. Jalan masuk rahasia tentu berada di langit-langit. Matanya mengarah ke atas.
Saat itu, Kiyori maju dan dengan gerakan cepat dan halus, merebut pedang dari genggaman putranya dan melemparkannya hingga membentur dinding terjauh dengan keras. Sebelum Yorimasa dapat bangkit dan meraih pedang lainnya, Kiyori memukul pelipisnya dengan ujung pedang yang tadi direbutnya.
Yorimasa kembali siuman di ruangannya sendiri, ditemani Dokter Ozawa. Sisi kanan kepalanya sakit, tetapi lukanya tidak parah. Tak ada penjaga di sana. Pedang-pedangnya berada di tempat semula, pada meja dekat situ. Diambilnya pedang-pedang itu dan ditinggalkannya ruangan. Tak seorang pun mencoba mencegahnya.
Dia tidak mencari ayahnya. Dia tahu Kiyori takkan menjelaskan apa-apa. Wanita itu, siapa pun dia, sudah pergi, kembali ke persembunyiannya. Jika dia tak menemukannya sebelumnya, dia tentu takkan menemukannya sekarang. Ada orang lain yang perlu ditemuinya. Jika semua yang didengarnya benar, ada sedikit nilai tersisa dalam kehidupan untuknya.
Ditemukannya Shigeru di tempat latihan, berputar dan menyerang pada sasaran di BUKU KEDUA
32 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel belakangnya. Shigeru melihat pelipisnya yang terluka. "Apa yang terjadi padamu?"
Yorimasa mengabaikan pertanyaan itu.
Dia bertanya, "Apakah Ayah pernah berbicara padamu tentang pertanda?"
"Kautahu dia selalu begitu. Ayah selalu menyampaikan pertanda yang dia lihat kepada kita bersamaan."
"Maksudku pertanda yang kaulihat, bukan yang dia lihat."
Shigeru tidak mengkhianati dirinya sendiri dengan reaksi apa pun di wajah, tetapi kegagalannya menjawab dengan cepat cukup menjelaskan. Jadi benar. Shigeru, bukan dirinya, yang akan menerima pertanda dan Shigeru tahu itu.
"Jadi, Ayah akhirnya memberitahumu?" kata Shigeru.
Kembali Yorimasa mengabaikan pertanyaan itu dan menanyakan yang lain.
"Sudahkah pertanda itu mulai kaulihat?"
"Tidak. Ayah berkata itu tidak akan kulihat sampai bertahun-tahun lagi."
"Sudah berapa lama kautahu?"
"Dua belas tahun."
"Sejak kau masih kanak-kanak?"
"Ya." "Tetapi, kau tak memberitahuku." Mengapa tak seorang pun memberitahunya" Mengapa mereka membiarkannya terus percaya bahwa dia akan menjadi orang terpilih itu" Rasa malu lebih buruk daripada kekecewaan. Betapa rendah dan bodoh dirinya karena telah begitu yakin dan bangga selama ini!
"Aku bukan penguasa wilayah ini," kata Shigeru, "Ayah kitalah penguasa wilayah. Dia memberikan perintah. Dia beri tahukan apa yang ingin diberitahukannya, dan menyimpan selebihnya untuk diri sendiri. Itulah artinya menjadi bangsawan agung. Kau harus tahu itu."
"Untuk apa" Aku tidak akan pemah menjadi Bangsawan Agung," kata Yorimasa.
"Tentu saja kau akan menjadi Bangsawan Agung. Kau anak sulung. Pertanda tak ada kaitannya dengan siapa yang akan menggantikan Ayah."
"Aku takkan menjadi Bangsawan Agung. Ayah mengatakan padaku, aku takkan menjadi Bangsawan Agung."
Dahi Shigeru berkerut. "Apa artinya itu?"
"Dia punya wanita simpanan yang tidak kita kenal sama sekali. Kudengar mereka BUKU KEDUA
33 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel berbicara di menara. Siapa yang tahu sudah berapa lama mereka bersama. Mungkin kita punya kakak sulung yang belum pernah kita lihat."
"Mustahil." "Tak ada yang mustahil," kata Yorimasa.
Ditinggalkannya Shigeru dan pergi ke istal. Dia takkan tinggal di kastel biarpun untuk satu jam lagi. Dia akan pergi ke istana di Edo dan berusaha memikirkan sesuatu.
"Yorimasa." Ayahnya muncul dari keremangan.
"Ah, Ayah datang untuk mengucapkan selamat jalan. Atau Ayah akan melarangku pergi?"
"Ini tidak seperti yang kaupikirkan," kata Kiyori.
"Oh" Jadi bagaimana?"
"Tak ada wanita lain. Aku tak punya anak lain yang akan menjadi ahli warisku. Tak ada anak lain. Belum. Dan jika ada, dia adalah putramu, bukan putraku."
"Apakah itu ramalan, Tuanku?"
"Ya." Yorimasa membungkuk dalam. "Maka aku menyerah pada takdir, dan pada putraku yang belum lahir. Siapa yang akan menjadi istriku, dan kapan?"
"Itu belum terungkap."
Yorimasa melompat ke sadel kudanya. Dia membungkuk lagi.
"Harap beri tahu aku. Setiap kata yang Ayah ucapkan adalah perintah bagiku." Dia membungkuk lagi, tertawa keras, dan mendepak kudanya untuk melesat pergi.
Semua yang diimpikannya hilang. Dia takkan menjadi Bangsawan Agung Wilayah Akaoka.
Dia takkan mengatakan ramalan apa pun. Rasa hormat yang diliputi kekaguman padanya selama ini akan menjadi olok-olok. Yorimasa ingin mati. Namun, bunuh diri sekarang adalah tindakan pengecut. Dia bukan pengecut. Dia akan bertahan. Namun, dia tak perlu bertahan dalam kesedihan.
Yorimasa telah menghabiskan 22 tahun pertama dalam hidupnya untuk menyiapkan dirinya sebagai penguasa. Dia telah membaca kitab-kitab klasik. Dia telah berlatih pertarungan satu lawan satu. Dia telah mempelajari strategi mengendalikan pasukan. Dia telah duduk di zazen beberapa jam lamanya setiap hari, melepaskan segalanya, melepaskan selepas-lepasnya. Inilah seni yang perlu dikuasai seseorang yang ditakdirkan untuk berperang dan memerintah. Kini, tak ada gunanya lagi. Dia akan meninggalkan semua, sekarang dan untuk selamanya. Dahulu dia BUKU KEDUA
34 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel mendedikasikan dirinya setiap saat untuk mengembangkan kemampuannya sebagai samurai, kini dia mendedikasikan diri untuk memuaskan semua hawa nafsu. Apa lagi yang dapat menyenangkannya"
Ada alkohol, opium, absinth, dan berbagai macam ramuan untuk mengubah persepsi dan suasana hati dengan semua cara yang diinginkannya. Tentu saja, ada efek negatifnya. Namun, selalu ada solusi lain, bubuk, pil, dan asap untuk menyembuhkan semua rasa sakit itu.
Digunakannya semua itu, semua obat dan penawar. Dia menggunakannya begitu banyak sehingga nyaris mampu mengabaikan tawa di belakang punggungnya.
Yorimasa mengharapkan ayahnya campur tangan, sehingga jika itu terjadi, dia tidak akan terkejut. Akan tetapi, Kiyori tak pernah mengurungnya lebih lama dari yang diperlukan untuk pengobatan rasa sakitnya saat itu. Setelah itu, dia bebas.
Yorimasa segera mengerti alasannya. Jika dia dikurung, dia takkan punya alasan sama sekali untuk terus hidup. Jadi, kurungan tidaklah mungkin karena Kiyori takkan membiarkannya membunuh diri. Pertanda mengatakan Yorimasa harus hidup untuk rnempunyai seorang putra.
Hal ini juga meyakinkan Yorimasa bahwa apa pun yang dilakukannya tak menjadi soal, dia takkan mati tanpa sengaja. Takdirnya untuk hancur juga merupakan takdirnya untuk hidup.
Bukankah ini dilema yang paling menggelikan"
Obat-obatan yang membawa kelegaan juga meracuninya. Tubuhnya menderita, pikirannya lebih-lebih lagi. Dengan segera, halusinasi dan pergantian suasana hati tidak memuaskannya lagi.
Dialihkannya perhatian pada wanita. Suatu hari, ayahnya tentu akan memerintahkannya menikah, dan dia akan menurut. Dia akan melayani wanita itu seperti binatang pejantan yang paling subur.
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sementara ini, ada banyak wanita di Edo. Dia tak perlu khawatir akan mempunyai anak dari mereka. Ramalan mengatakan dia akan menjadi ayah Bangsawan Agung Akaoka berikutnya, bukan orang lain. Kebetulan sekali.
Awalnya, dia tertarik pada kecantikan. Namun, kecantikan hanya bentuk fisik semata, hari demi hari, tak ada bedanya dengan kesederhanaan. Tak ada lagi yang layak diperhatikan.
Ketertarikannya beralih pada bagian-bagian tubuh yang berbeda. Bentuknya, teksturnya, aromanya, rasanya. Variasinya menakjubkan, bahkan pada satu tubuh, dan ketika banyak tubuh dipikirkan, betapa banyak variasi yang ada.
Ketika Yorimasa bosan akan hal itu, perhatiannya beralih ke tubuhnya sendiri. Dia telah mengalami banyak jenis kesenangan. Yang tersisa adalah derita. Dia tidak dapat menemukan BUKU KEDUA
35 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel derita luar yang setara dengan rasa sakit dalam hatinya. Dilakukannya apa yang dia bisa. Dia seorang samurai. Dia sanggup bertahan.
Dari penderitaannya sendiri, tak pelak lagi dia beralih pada penderitaan orang lain. Di sana, akhirnya, dia mendapatkan gabungan sempurna semua unsur. Halusinasi, kepuasan
pancaindra, kecantikan, keburukan, dan yang paling penting, rasa sakit.
Kadang-kadang, dia berbuat terlalu jauh, dan seorang wanita menjadi korban tanpa bisa pulih kembali. Karena itu, dia harus membayar bonus besar pada rumah geisha, dan uang duka khusus bagi keluarga wanita itu. Semua hanya soal uang.
Dikembangkannya ketertarikan pada praktik seksual sadis yang menyakiti dirinya, dan bahkan lebih menyakitkan bagi wanita-wanita yang menemaninya. Ada rasa istimewa dalam air mata mereka, dan ada lagu yang indah dalam pekikan mereka. Ramuan tertentu menambah kepuasan. Aroma tertentu menambah kesakitan mereka. Digunakannya semuanya.
Yorimasa menemukan kesenangan terbesar ketika tahu dia telah menghancurkan milik mereka yang terbaik. Awalnya, dia pikir itu adalah kecantikan mereka; dia tak perlu melukai bagian luar; jika dia melukai bagian dalam, pekerjaannya sudah selesai. Namun, dia mulai sadar bahwa aspek fisik yang tampak tidak sepenuhnya penting. Setiap wanita yang melayaninya, tak peduli seberapa banyak mereka telah berbuat, tak peduli seberapa banyak mereka telah melihat, ada rahasia hati yang aman tersimpan di dalam; di sana ada perasaan berharga tentang diri mereka sendiri yang berhasil mereka jaga. Dia menjadi ahli menemukannya. Dan setelah itu, suara jeritan mereka begitu nyaring, hampir menenggelamkan gelak tawa di belakang punggungnya.
"Jika putrimu tidak penting bagimu, aku takkan begitu khawatir," kata Kiyori, "tetapi, aku tahu kau sangat mencintainya."
Nao berkata, "Midori hanya seorang gadis. Dia tidak penting. Anak yang akan dika
ndungnya, dialah yang penting."
"Jangan berikan persetujuanmu semudah itu, Nao. Biar kuberi tahu kau seperti apa Yorimasa sekarang."
"Tidak. Tidak jadi masalah," Nao membungkuk. "Kami mendapat kehormatan karena kau memilih klan kami. Midori akan menikah dengan Yorimasa."
BUKU KEDUA 36 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Waktu berlalu dengan cepat sekaligus lambat. Kadang-kadang, Yorimasa tidak dapat merasakan berlalunya satu minggu, atau sebulan, atau sebagian besar hidupnya. Tersesat dengan cara ini menjadi jalan terdekat dengan kebahagiaan yang pernah dirasakannya.
"Yorimasa." Di sela kabut asap opium, dia melihat wajah Shigeru.
"Hai, adikku. Jangan malu-malu begitu. Bernapaslah. Kau takkan mati."
Shigeru menarik kakaknya dengan kasar hingga berdiri. Para penjaga tempat itu, yang biasanya sangat keras, diam di kejauhan dengan hormat. Reputasi Shigeru sebagai ahli duel sejak usia lima belas tahun menimbulkan rasa takut tahun-tahun belakangan ini.
"Aku datang untuk membawamu kembali ke Kastel Awan Burung Gereja. Ayah sudah menemukan istri untukmu."
"Tahun berapa ini?"
Shigeru memandang Yorimasa dengan jijik sebelum menjawab.
"Tahun keempat belas."
"Kekaisaran siapa?"
"Kaisar Ninko terus memuliakan dunia ini dengan keberadaannya yang penuh keagungan."
Yorimasa membiarkan dirinya setengah diseret, setengah digotong. Menakjubkan. Hanya satu tahun berlalu. Mungkin kurang.
"Dan bulan apa ini, adikku?"
Selama tiga minggu, Yorimasa dipaksa ayahnya berlatih dengan para samurai seolah-olah perang akan pecah. Yorimasa tidak menghabiskan satu jam pun di dalam ruangan, alih-alih menjalani hidup siang dan malam di perkemahan perang di pegunungan sebelah utara Kastel Awan Burung Gereja. Setiap dini hari, dia berkuda dengan para anggota kavaleri ke pantai, turun, dan berlari dengan senjata lengkap dari Hutan Muroto ke Tanjung. Jika dia jatuh dan mencoba beristirahat, Shigeru menariknya berdiri. Jika Yorimasa tidak berlari, dia diseret. Jika dia muntah, ketiga jenderal klan" Lord Saiki, Lord Tanaka, dan Lord Kudo" tertawa terbahak-bahak seolah-olah pemandangan itu paling lucu di dunia. Malam hari, para samurai yang berperan sebagai pembunuh dari pihak musuh menyerang perkemahan dan menikam tanpa ampun dengan bambu, menusuk siapa saja yang lambat bangkit. Tak ada perbekalan. Hanya mereka yang bisa menjebak binatang buruan, menembak burung, atau menemukan tumbuhanlah yang bisa BUKU KEDUA
37 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel makan. Yang lainnya tetap lapar. Pada hari keempat, Yorimasa mulai makan serangga paling lemah yang dapat ditangkapnya. Hari keenam, dia berpikir serius akan menyembelih kudanya.
Pada hari ketujuh, perkemahan dipindahkan ke pantai dan nelayan dari Desa Kageshima mengirimkan sedikit suplai berupa ikan yang dikeringkan dan beras yang tidak digiling. Itulah makanan paling lezat yang pernah disantap Yorimasa.
Ketika tiga minggu berlalu, kesadaran Yorimasa pulih. Kesadaran sementara dan tak bermakna. Dirinya yang sekarang dapat bertahan dengan mudah dalam kekurangan. Dia akan melakukan apa yang harus dilakukan, kemudian mengarahkan kembali energinya dengan cara yang lebih halus. Biarkan ayahnya membesarkan ahli waris itu. Yorimasa tak berminat pada peralihan kekuasaan yang melewatkan dirinya. Akan jadi apa putranya itu selain bahan cemoohan bagi dirinya lagi" Yorimasa sudah membenci anak itu. Dia bahkan belum lahir, bahkan belum dikandung, dan dia membencinya lebih dari siapa pun yang pernah dibencinya.
Begitu pula calon istrinya. Siapa pun dia, Yorimasa juga membencinya.
"Putri Lord Nao?" Yorimasa menyangka dia sudah kebal dengan kejutan, tetapi dia salah.
"Lord Nao dari Wilayah Shiroishi?"
"Apakah kaukenal Lord Nao yang lain?" tanya Kiyori.
"Lord Apel!" Yorimasa berseru. Sungguh tolol. Dia menyangka dirinya mampu menahan penghinaan lagi. Dia seharusnya tahu bahwa yang lebih buruk selalu mungkin terjadi.
"Dia akan menjadi ayah mertuamu," kata Kiyori. "Jangan menghinanya dengan julukan itu."
"Mengapa tidak" Lord Apel. Itu gelarnya dari ujung ke ujung Jepang. Ayah telah menjodohkanku dengan putri Bangsawan Agung paling konyol di dunia. Mengapa?"
Rasa malu dan kemarahan Yorimasa begitu besar hingga matanya berkaca-kaca. Hanya amarah yang mencegah air matanya jatuh.
"Wilayah Lord Nao kecil?"
"Kecil, tidak penting, miskin, lemah, dan begitu jauh dari mana-mana sehingga orang harus hidup di desa sial Ainu, Yezo, untuk lebih jauh ke utara!"
"Wilayah Lord Nao kecil," kata Kiyori menyambung ucapannya yang terpotong, "tetapi sangat teratur. Persediaan berasnya memungkinkan dia, seperti kita, bertahan dalam bencana kelaparan akhir-akhir ini tanpa pemberontakan yang mengganggu begitu banyak wilayah lain.
BUKU KEDUA 38 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Pasukannya?" "Ayah sebut segelintir orang bodoh itu pasukannya?"
"Pasukannya, yang terbiasa pada musim dingin yang keras, termasuk dalam sedikit pasukan yang mampu melakukan penyerangan agresif pada musim itu."
"Karena di sana selalu musim dingin!"
"Dan kebun buah-buahannya, yang kaulecehkan, menghasilkan apel paling bagus di Jepang?"
"Siapa yang makan apel selain kuda?"
?"terkenal karena kesegaran dan kelezatannya."
"Lord Nao sendiri seorang samurai tradisional yang hebat. Kami bertempur bersama untuk pertama kalinya ketika kami masih bisa disebut kanak-kanak."
"Ayah dan dia menggilas petani kelaparan untuk Shogun. Sekarang, Ayah membanggakan pembantaian itu sebagai 'pertempuran'?"
"Cukup! Kita pergi ke Wilayah Shiroishi besok. Kau akan menikahi putri Lord Nao. Siapkan dirimu."
Yorimasa mematuhi perintah itu. Dia menyiapkan dirinya untuk menikah.
Dikobarkannya kebencian dan kemarahan, rasa jijik dan rasa malu, dengan kenangan tentang sikap meremehkan, pelecehan, dan penghinaan yang pernah diterima dan dibayangkannya. Juga, dengan setiap olok-olok dan tawa mencemooh di belakangnya yang terdengar selama setahun ini, tahun paling menyedihkan dalam hidupnya. Dia bersumpah pada iblis penghuni sepuluh ribu neraka bahwa rasa sakit yang telah dideritanya dan rasa sakit yang telah ditimbulkannya tak berarti apa-apa dibandingkan rasa sakit yang akan datang.
Putri Lord Nao yang terkasih itu akan segera merasa iri bahkan pada hantu-hantu lapar yang melayang dalam kabut kuburan dengan keberadaan mereka yang menyedihkan.
"Bagaimana?" Lady Chiemi membelalak pada suarninya sepanjang petang, tetapi Lord Nao telah mengabaikannya. Akhirnya, dia tak dapat berdiam diri lebih lama lagi.
"Bagaimana, apa?" tanya Lord Nao.
"Kapan kau akan memberitahuku apa saja yang telah kau sembunyikan sedemikian rapinya ini?"
"Kau bicara tak keruan. Jika ada sesuatu yang ingin kuberitahukan, akan kusampaikan BUKU KEDUA
39 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel padamu tanpa keraguan."
Lady Chiemi berkata, "Dan jika ada sesuatu yang tidak ingin kaukatakan padaku, kau akan menundanya selama mungkin, kemudian memberitahuku ketika keberatanku sudah tak ada gunanya lagi. Aku mengenalmu terlalu baik, Lord Nao."
Memang demikian. Nao dan Chiemi adalah teman bermain sejak kanak-kanak. Ayah Nao adalah kepala pengawal ayah Chiemi, yang waktu itu menjadi Bangsawan Agung Shiroishi.
Karena anak-anak sang Bangsawan Agung semuanya perempuan, dia mengadopsi Nao ketika keduanya menikah dan menjadikannya sebagai ahli waris. Lord Nao dan Lady Chiemi bersahabat, bahkan hampir seperti kakak beradik saking dekatnya.
Kata Nao, "Kau tak perlu berkeberatan dengan apa pun. Sudah beres. Midori sudah dijodohkan."
"Dengan siapa?"
"Putra Lord Kiyori."
Lady Chiemi tiba-tiba oleng ke kiri, seolah-olah merasa pusing mendadak, dan dia menahan diri agar tidak jatuh ke lantai dengan kedua tangannya.
"Shigeru?" "Yorimasa." "Oh, tidak. Tak bisa. Tidak bisa."
"Pernikahan akan berlangsung pada pekan sebelum awal musim panas."
"Tolong, Tuanku. Kumohon pertimbangkan lagi." Chiemi membungkuk sangat dalam hingga dahinya menyentuh lantai. "Yorimasa akan menghancurkan Midori."
"Omong kosong. Dia seorang samurai dan bangsawan. Dia akan bersikap sabar."
Lady Chiemi mengangkat wajahnya yang basah. "Kau tak boleh menganggap sepi semua kabar mengenai dirinya."
"Aku tidak mengindahkan gosip."
"Yorimasa senang menyakiti wanita?"
"Kau juga tak boleh mengindahkan gosip."
"Dia mengikat mereka, mencekoki mereka dengan obat, menyiksa mereka?"
"Beberapa geisha dikatakan senang bermain-main begitu. Semuanya hanya pura-pura, tidak lebih."
"Dia menggunakan organnya sebagai senjata, untuk merendahkan dan melukai. Dia BUKU KEDUA
40 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel memasukkan potongan anggota tubuh binatang buas dengan paksa?"
"Aku tak mau membesar-besarkan?"
Sambil terisak, kini Lady Chiemi berkata, "Beberapa geisha tak bisa lagi bekerja. Satu mati karena lukanya. Yang lain bunuh diri. Yang ketiga cacat berat, dia menjadi histeris dan gila. Ketika saudara lelakinya datang menjenguk dan melihat keadaannya, geisha itu dibunuh. Kemudian, saudaranya bunuh diri. Tolong?"
Lady Chiemi tak dapat melanjutkan kata-katanya. Dia hanya mampu menangis.
Lord Nao duduk diam, kepalanya tertunduk. Ketika air mata Lady Chiemi reda, dan napasnya tak lagi memburu, Lord Nao berkata, "Lord Kiyori telah memberitahukan ramalannya kepadaku."
"Ramalan" Tak ada yang percaya dia punya kemampuan itu kecuali petani bodoh. Dan kau. Apakah kau sedungu itu?"
"Setahun sebelum pemberontakan, dia memberitahuku?"
"Petani-petani kelaparan!" teriak Lady Chiemi. "Tidak perlu seorang peramal untuk mengetahui mereka akan memberontak!"
"Tenangkan dirimu, Chiemi."
"Jika kau tak membatalkan pernikahan itu, aku akan bunuh diri. Kau dapat meyakini kata-kataku sebagai putri seorang samurai."
"Berarti kau akan menghilangkan pendamping Midori yang tak tergantikan, yang pasti diperlukannya dalam pernikahannya. Dia masih terlalu muda tanpa bimbingan dan nasihat ibunya."
"Jika aku bunuh diri, takkan ada pernikahan. Pertanda buruk begitu akan mengakhirinya sebelum dimulai."
"Tidak. Kauhidup atau mati, Midori tetap akan menikahi Yorimasa karena Midori akan melahirkan ahli waris Wilayah Akaoka."
"Itu ramalannya?"
Lord Nao mengangguk. "Tetapi, bagaimana dengan Yorimasa" Shigeru?"
"Keduanya tak akan berkuasa. Kedudukan itu milik putra Midori. Kiyori telah melihatnya dalam pertanda."
"Dan sudahkah dia melihat penderitaan yang akan ditimbulkan anaknya kepada putri BUKU KEDUA
41 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel kita?" "Jangan memikirkan hal seperti itu. Terima saja apa yang harus terjadi."
"Tuanku, Midori adalah anak bungsumu, dan putrimu satu-satunya. Kau sangat mencintainya. Aku tahu itu. Bagaimana mungkin kau mengirimkannya pada takdir seperti itu?"
"Karena itulah takdirnya. Berusaha melarikan diri darinya hanya membawa bencana lebih besar."
"Bagaimana mungkin ada bencana yang lebih besar lagi?" "
Lord Nao mendekati istrinya dan memeluknya erat.
"Mari kita berbahagia bersama dalam beberapa rninggu ke depan. Itu terakhit kalinya dia menjadi anak kita. Setelah awal musim panas tiba, dia akan pergi dengan suaminya ke Kastel Awan Burung Gereja."
Kazu bertanya, "Apakah kausiap?" Dia sudah memhuka pakaiannya dan hanya mengenakan cawat. Kulitnya cokelat karena lama bekerja sebagai buruh tani di sawah, berkilau oleh keringat setelah bekerja keras.
"Sudah," kata Midori. Kimono luamya ditinggalkan di tanah bersama ikat pinggang obi yang lebar dan berat, sandalnya, kipasnya, dan pisau tanto pendeknya yang diharuskan Ayah untuk dibawa guna menjaga diri. Untuk membebaskan kakinya, Midori menarik kimono di antara kakinya ke atas dan menyelipkannya ke dalam ikat pinggang, membentuk celana pengganti, seperti hakama yang dipakai samurai dalam perang walaupun jauh lebih pendek. Sebenarnya tidak anggun sama sekali, bahkan sangat tidak pantas. Orangtuanya, terutama ibunya, akan menegurnya dengan keras jika menemukannya berpakaian seperti ini. Namun, tak ada pilihan lain. Dia yakin dapat mengalahkan si pembual Kazu, tetapi tidak dengan busana seperti boneka kecil kokeshi ningyo, mainan para putri.
"Siapa yang menurutmu akan menang?" Midori mendengar seseorang dalam kerumunan bertanya. Pekerjaan terhenti sama sekali. Semua orang di kebun buah-buahan berkumpul untuk menonton.
"Kazu lebih cepat dari siapa pun di desa ini. Tentu saja, dia akan menang."
"Midori juga cepat."
"Dia cepat untuk seorang anak perempuan. Anak perempuan tak dapat mengalahkan anak laki-laki."
BUKU KEDUA 42 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Midori bisa. Dia telah mengalahkan semua yang menjadi lawannya, lelaki dan perempuan."
"Oh, mereka hanya membiarkannya menang karena dia putri bangsawan agung."
Tak ada komentar lain yang dapat membuat Midori lebih marah, atau lebih kuat bertekad untuk menang.
Dia berkata, "Berikan aba-aba."
"Aku akan melakukannya," kata Michi. Dia sebaya dengan Midori, dan juga sahabat paling karibnya di antara anak-anak di desa itu.
"Tidak, aku ingin melakukannya," anak lain berkata.
"Kau selalu ingin memberikan aba-aba."
"Karena aku tak pemah merasakannya."
"Berhenti bertengkar," kata Midori. "Michi. Kauberikan aba-aba."
"Ha!" Mata Kazu terfokus pada pohon di depannya. Midori tetap memandang Kazu.
Anak laki-laki itu berumur enam belas tahun, bertubuh sangat kekar, dan tampan dalam kekasarannya. Baginya, ini hanya kesempatan lain untuk pamer, menunjukkan
kekuatan dan kecepatannya kepada gadis-gadis desa. Mungkin kepada Midori juga. Bagi Midori, ini jauh lebih serius. Dia putri bangsawan agung di wilayah itu. Darah samurai dari banyak generasi mengalir dalam tubuhnya. Setiap pertandingan antara dua orang sama pentingnya dengan duel sampai mati. Dia terus menatap Kazu. Dia tak perlu menatap pohon. Pohon itu tepat berada di depannya, takkan ke mana-mana. Senjata juga penting. Begitu juga cuaca, tanah, dan waktu. Namun, kunci utama kemenangan adalah mengalahkan musuhmu bahkan sebelum pertarungan dimulai. Dia sudah sering mendengar ayahnya berkata begitu ketika mengajari kakak-kakaknya seni berperang. Dia terus menatap Kazu lekat-lekat. Akhirnya, untuk sesaat, Kazu melirik ke arahnya. Matanya tertumbuk oleh tatapan mati Midori. Bibirnya agak terbuka karena terkejut. Saat itulah Michi memberikan aba-aba.
"Mulai!" Midori melesat dari tanah secepat kembang api roket. Dia tak memperhatikan teriakan orang-orang, atau laju Kazu pada pohon di sampingnya. Midori tak lagi berpikir apa-apa.
Dia terserap sepenuhnya dalam gerakan memanjat. Tak ada batas antara angin dengan napasnya, daun dan ranting dengan tangan dan kakinya, gerakan tubuhnya dengan kestabilan batang pohon, BUKU KEDUA
43 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tanah dengan langit. Dia bahkan tidak menyadari telah mencapai puncak pohon sampai dia mendengar teriakan anak-anak di bawah.
"Dia mengalahkan Kazu!"
"Midori menang!"
"Sulit kupercaya!"
"Lihat! Perempuan dapat mengalahkan laki-laki!"
"Midori yang paling cepat!"
Di atas Midori terbentang langit sebiru lautan dan awan-awan putih melintas dalam gumpalan. Sesaat dia merasa berada di dasar laut. Dia melihat ke bawah pada kerumunan orang yang tiba-tiba diam, dan melihat semua bersujud di tanah, seolah-olah dia putri Istana Kaisar.
Midori tertawa gembira. "Kalian tak perlu seresmi itu. Ini hanya lomba memanjat pohon."
Kemudian, dilihatnya mengapa para petani bersujud. Mereka bukan menghormat
kepadanya. Tiga pria berkuda telah tiba di tempat itu ketika pertandingan berlangsung. Salah seorang dari mereka adalah ayahnya, dan wajahnya menunjukkan kemarahan paling menyeramkan. Dikenalinya pengendara kedua sebagai teman baik ayahnya dan sesama Bangsawan Agung, Lord Kiyori.
Yang ketiga adalah pemuda paling tampan yang pernah dilihatnya seumur hidup.
Alisnya yang tinggi melengkung, bulu mata tebal, dan sosoknya yang lembut membuatnya terlihat agak feminin, kalau saja tulang pipinya tidak kukuh dan rahangnya kuat. Walaupun dia duduk di sadel dengan gaya malas, perawakannya jelas menunjukkan seorang samurai yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam latihan serius. Dia memacu kudanya ke depan sehingga dapat melihat Midori lebih jelas. Dia berhenti tepat di bawahnya dan memandang ke atas melalui ranting-ranting. Ketika melihat Midori, dia tertawa. Tawanya sangat memikat.
Midori merasakan panas di wajah yang menyrbar ke seluruh tubuhnya.
"Biarpun aku tahu kau gadis yang konyol," kata ibunya, "aku tak percaya kau memanjat pohon hari ini, justru hari ini, bukannya hari-hari lain!"
Mereka berada di kamar tidur Lady Chiemi. Ibunya merapikan rambut Midori, sementara para pelayan berjuang membantunya mengenakan kimono baru pada saat yang sama.
"Mereka seharusnya datang pagi-pagi," katsi Midori. "Tetapi mereka tidak muncul, jadi BUKU KEDUA
44 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel kukira baru besok mereka akan datang."
"Dan telanjang seperti seekor monyet!" Ibunya meraih wajah Midori dengan kedua tangannya. "Sungguh memalukan! Apa yang akan mereka pikirkan tentang kita?"
"Aku tidak telanjang, Ibu."
"Apakah kau memakai kimono luarmu?"
"Tidak, tetapi?"
"Apakah kakimu terbuka dan bisa dilihat semua orang?"
"Ya, tetapi?" "Maka artinya kau telanjang, anak memalukan!"
"Bagaimana aku bisa menang lomba panjat pohon dalam kimono lengkap, dengan gaun menjuntai ke mata kaki?"
"Kau adalah putri bangsawan wilayah ini, yang bersiap menemui jodohmu," kata ibunya.
"Untuk apa kau memanjat pohon sejak semula?"
"Kazu bilang dia lebih cepat dariku. Aku tahu itu tidak benar, jadi aku membuktikannya."
"Apa pentingnya siapa yang paling cepat dalam hal bodoh itu?"
"Kata Ibu, Ibu pemanjat paling cepat di wilayah ini ketika masih gadis," kata Midori. "Aku tahu cara menyimpulkan kimono seperti hakama hanya karena Ibu pernah memberitahuku."
"Jangan lancang," kata ibunya. Semburat merah meronai pipinya. Dia berbalik untuk menyembunyikan senyuman. Namun, senyum itu hilang seketika dan berubah menjadi isakan.
"Aku takkan memanjat pohon lagi setelah menikah," kata Midori.
Dia merasa sangat malu karena merendahkan martabat orangtuanya di depan Lord Kiyori dan Lord Yorimasa. Sebenarnya, dia berharap membuat kesan yang lebih baik. Apa yang dipikirkan Lord Yorimasa" Istrinya adalah seorang anak bodoh yang begitu kampungan dan kekanakkanakan, melepas pakaiannya dan bertanding di atas pohon dengan para petani dari sawah.
Betapa Yorimasa pasti sedang menyesali takdirnya! Pemuda itu juga tampak begitu bergaya.
Bisakah orang lain lebih mengecewakannya ketimbang dirinya"
Katanya, "Aku akan bersikap santun mulai sekarang."
Kata-katanya tidak cukup meyakinkan ibunya, yang semakin hebat terisak. Dengan segera para pelayan turut menangis. Sama sekali tidak tampak seperti kesempatan yang penuh kebahagiaan.
Midori merasa bahwa semua itu salahnya karena bertingkah kekanak-kanakan. Dia akan menebusnya. Dia akan menjadi istri paling baik bagi Lord Yorimasa, dan menantu paling patuh BUKU KEDUA
45 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel bagi Lord Kiyori. Ketika ibu dan ayahnya mendengar laporan orang mengenainya, mereka hanya akan mendengar pujian.
"Jangan cemas, Ibu," kata Midori. Dia berusaha tidak ikut menangis. Air mata memang sangat menular. "Kau akan bangga padaku. Aku berjanji."
Belakangan, Yorimasa tak dapat mengatakan dengan pasti mengapa dia melakukan apa yang dilakukannya pada malam perkawinannya. Ketidakmampuannya memahami tindakannya sendiri mengejutkannya. Sama mengejutkannya dengan apa yang dilakukannya selama berjam-jam sebelum fajar menyingsing. Dia mengira tak akan terkejut lagi tentang apa yang dapat dilakukannya dengan seorang wanita, dan apa yang dapat dipaksakannya pada wanita itu untuk dilakukan dengannya.
Bagaimanapun, bukankah dia sudah menghapus batas antara kenikmatan dan penderitaan secara permanen" Bukankah dia sudah merasakan segalanya" Rasanya memang demikian, tetapi ternyata ada satu hal yang terlewat tanpa diketahuinya. Hasilnya adalah penderitaan yang melebihi bayangan terburuknya.
Yorimasa tidak memikirkan tindakan khusus jauh jauh sebelumnya. Satu-satunya
rencananya adalah menangani hal-hal sepele untuk meningkatkan kesenangannya. Bola opium yang dimasukkan dalam kue beras manis. Sebotol absinth yang disimpan di balik bajunya.
Anggota tubuh tiruan fantastis yang tercipta dari mimpi buruk seksual dan pelbagai organ binatang buatan seniman gila tanpa nama, yang ciibelinya dari penyelundup yang juga memasok opium untuknya. Perhatian ayahnya sangat menyeluruh, sesuai harapannya, dan tak ada kue beras atau botol yang lolos dari pemeriksaan. Sedangkan untuk barang aneh-aneh itu, Yorimasa tak pernah berharap akan mencapai wilayah Shiroishi. Barang itu ada di sana sepenuhnya untuk memancing reaksi. Apa yang akan dilakukan ayahnya jika menemukannya" Akankah dia tetap memaksanya menikah" Setidaknya, Kiyori akan mengamuk murka, dan barangkali
menghajarnya. Spekulasi ini yang paling menghibur Yorimasa.
Yang terjadi kurang lebih seperti itu.
Kiyori menemukannya tersembunyi di antara pakaian Yorimasa.
"Tinggalkan ruangan," katanya kepada para pelayan.
Suaranya tenang, ekspresinya lembut. Ketika mereka sudah pergi, Kiyori membungkus organ palsu itu dengan pakaian dalam dari peti dan disingkirkannya. Dia tidak meneriakkan makian. Dia tidak menghajamya. Bahkan, dia tidak pernah melihat ke arah Yorimasa. Dia BUKU KEDUA
46 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tak mengatakan sepatah kata pun ketika keluar dari kamar. Yorimasa melihat matanya basah.
Teringat insiden itu kini, Yorimasa merasakan dorongan kemarahan tiba-tiba. Apa hak ayahnya untuk merasa sedih, malu, atau apa pun juga" Ayahnyakah yang telah kehilangan segalanya" Ayahnyakah yang menjalani setiap momen dengan penghinaan tak tertahankan"
Bukankah dirinya yang dicegah ayahnya untuk menjadi seorang pria seharusnya" Kiyori adalah Bangsawan Agung, peramal, pemimpin para pengikut setia. Mereka yang tidak menghormatinya takut kepadanya.
Siapa yang menghormati Yorimasa" Tak ada.
Siapa yang takut kepada Yorimasa" Hanya para wanita.
Dia menyukai sake, tetapi bahkan tradisi tak berbahaya ini terlarang untuknya. Kemarahan menjadi bara dalam organ reproduksinya. Jika ayahnya mengira semua orang kecuali Yorimasa dapat menentukan sikapnya sendiri, dia akan segera mengetahui kebalikannya. Kiyori telah menemukan obatobatan yang sengaja dia simpan untuk dapat ditemukan. Namun, dia tidak menemukan opium dan absinth yang disembunyikan di gagang pedang Yorimasa. Samurai mana yang akan mencurigai samurai lain berani menodai kesucian pedangnya"
Yorimasa berjalan lambat ke kamar tempat Midori menunggunya, lebih lambat dan
Samurai Karya Takashi Matsuoka di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sempoyongan dari yang ingin ditunjukkannya. Satu bulan tidak mabuk mengurangi kadar yang dibutuhkan untuk efek yang diinginkan, dan dia telah mengonsumsi terlalu banyak. Tak mengapa.
Dia masih cukup sadar. Dia tidak membayangkan tindakan yang akan dilakukannya. Dia tidak merencanakan apa yang harus Midori lakukan untuknya pula. Prasangka mengurangi kekuatan kebenaran. Fakta bahwa kelahiran putra Midori telah diramalkan berarti dia dapat melakukan apa pun yang diinginkannya.
Apa pun yang dia perbuat, Midori takkan terluka cukup parah sehingga pembuahan dan kelahiran itu tidak terjadi. Perempuan itu tentu bisa mati setelah melahirkan, atau ketika melahirkan.
Itu tidak diramalkan karena tidak penting. Menghasilkan ahli waris adalah satu-satunya yang penting bagi Kiyori. Mengetahui kebebasannya sendiri dan ketergantungan ayahnya yang begitu menyedihkan terhadap dirinya, putra yang tersisihkan, Yorimasa merasa sangat lega. Dia dapat mencekik Midori. Dia takkan mati, dia tak bisa mati, hanya menderita. Akankah dia menjadi koma" Bisakah seorang wanita yang tidak sadar mengandung sampai akhimya melahirkan anak"
Barangkali, dia akan segera tahu. Kemungkinan untuk malam itu tak terhingga banyaknya.
Mereka diberi kenyamanan pribadi di sayap terjauh Kastel Batu Putih. Namun, jika BUKU KEDUA
47 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel cukup keras, jeritan Midori akan tetap terdengar. Bisakah Lord Nao menahan diri untuk tidak turun tangan jika mendengar jeritan kesakitan yang memilukan" Bisakah Kiyori pun demikian" Mungkin Lord Nao dan para samurainya akan datang menyelamatkan Midori, lalu ayahnya dan para samurainya akan mencoba mencegah mereka menginjak-injak
kehormatan klan. Jika itu terjadi, sudah pasti pertumpahan darah akan timbul. Peristiwa paling tragis untuk dua sahabat. Itu akan menjadi hasil yang sempura.
Midori akan tetap di sini bersama keluarganya.
Kiyori dan Yorimasa, jika selamat dari pertempuran itu, akan kembali ke selatan.
Perceraian akan terjadi. Kemudian, sesuai ramalan, sang ahli waris akit lahir di pihak lawan, alih-alih mendapatkan haknya di Akaoka.
Tak peduli siapa pun yang hidup dan mati, kakek dan cucu akan menjadi orang asing selamanya. Kebencian dan kecurigaan, bukan darah dan nama, akan selalu menjadi ikatan sejati mereka.
Bagi Yorimasa, tak ada pembalasari dendam yang lebih sempurna lagi.
Lord Kiyori dan Lord Nao duduk bersama kepala pengawal mereka dengan posisi resmi, berseberangan di ruang pesta. Samurai berfungsi juga sebagai pelayan. Tak ada wanita yang hadir. Tak ada makanan pesta menghiasi nampan-nampan kecil di depan setiap orang. Tak ada tawaran bersulang. Sake diminum dalam kesunyian yang muram. Tamu yang datang mendadak takkan pernah mengira bahwa ini adalah pesta pernikahan.
Nao berkata, "Seperti permintaanmu, Lord Kiyori, telah kukirim istriku dan para dayangnya ke Kuil Kageyama." Karena aturan satu-kastel yang ditetapkan Shogun membatasi jumlah pasukan pertahanan di di setiap wilayah, Nao mendukung kegiatan keagamaan. Kuil-kuil di wilayahnya cenderung ditempatkan di lokasi yang strategis, dibangun dengan kukuh, mampu menahan serangan berat, serta didiami para pendeta yang labih kuat dan lebih garang dari yang diharapkan orang. "Sungguh permintaan yang tidak lazim pada seorang ibu pada malam pernikahan putrinya."
Kiyori membungkuk. "Aku minta maaf terpaksa mengajukan permintaan itu, Lord Nao.
Dan kuucapkan terima kasih sedalam-dalamnya."
"Tak perlu minta maaf atau berterima kasih," kata Nao. "Tetapi, aku tidak dapat memungkiri BUKU KEDUA
48 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel bahwa pertemuan ini juga luar biasa sifatnya. Dari semua fakta luar biasa ini, ada satu yang tampak menonjol. Lord Kiyori, mengapa kau, Lord Tanaka, dan Lord Kudo tidak membawa pedang" Dan di mana para pelayan kalian sendiri?"
"Mereka berada di kamar masing-masing. Aku telah memerintahkan mereka untuk melakukan bunuh diri ritual jika aku tidak kembali saat matahari terbit."
Terdengar gumaman terkejut dari para anak buah Lord Nao. Dia sendiri tetap tak bergerak.
Lord Nao berkata, "Cara yang aneh untuk merayakan pemikahan. Mengapa kau tidak kembali ke kamarmu?"
Kiyori berkata, "Kau tidak mengizinkanku memberi tahu hal yang perlu kau ketahui tentang Yorimasa. Jika yang kutakutkan itu terjadi malam nanti, guncangannya akan sangat besar."
Dia berhenti, kemudian berkata, "Apakah kau masih mempercayaiku?"
"Selalu," kata Nao.
"Maka berjanjilah padaku satu hal. Berjanjilah kau tidak akan turun tangan apa pun yang kaudengar. Larang pula anak buahmu untuk turun tangan. Jangan pergi ke kamar pengantin sampai pagi tiba. Kemudian, jika situasi memaksa, kau mendapatkan izinku untuk menghukum mati Yorimasa, dan membtuang mayatnya dengan tidak honnat dan tanpa upacara apa pun."
"Apa?" "Sebelum kaupergi ke sana, kau akan membunuhku, Lord Tanaka, dan Lord Kudo. Ini tidak cukup, tetapi hanya dengan cara begitu aku bisa memohon maaf. Untuk menghindari kesulitan dengan Shogun, laporkan kematian kami sebagai kecelaaan. Kutinggalkan Lord Saiki di Akaoka karena ahli waris kita akan membutuhkan wali dan pelindung semasa kecil dan remajanya. Dia sedang menunggu berita tentang `kecelakaan' itu."
"Lord Kiyori?" "Anak bungsuku, Shigeru, akan memegang gelar pemimpin klan sampai cucuku cukup umur. Pada saat itu, dia akan melakukan bunuh diri ritual, juga untuk menebus perbuatan kakaknya. Aku telah memberikan perintah itu."
"Lord Kiyori, apa yang kau kira akan terjadi malam ini?" suara Nao hampir berbisik.
"Berjanjilah padaku," kata Kiyori, "atau batalkan pernikahan ini. Semuanya belum terlambat."
"Apakah kau sudah melihat pertanda tentang semua ini?"
BUKU KEDUA 49 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel "Tidak. Rasa takutku didasarkan pada pengetahuanku tentang putraku."
Nao menutup matanya dan duduk diam selama beberapa tarikan napas. Ketika dia membuka mulutnya, dia berkata, "Aku berjanji akan melakukan permintaanmu."
Kiyori membungkuk dalam. "Terima kasih," katanya. Dia meringis agar tidak sampai menangis. Beberapa butir air mata tak tertahankan olehnya, tetapi tidak terdengar isakan.
"Sake," katanya.
"Rasa takut membuat kita membayangkan yang terburuk," kata Nao. "Jika kau tidak melihat pertanda mengenai bencana itu, hanya ada kemungkinan belaka. Bisa dihindarkan. Bencana selalu mungkin terjadi, bahkan dalam situasi yang paling menyenangkan. Mari kita bersulang untuk kedua mempelai dan mendoakan mereka bahagia."
Meskipun sudah berjanji untuk membuat orangtuanya bangga, Midori merasa sangat takut ketika dia mendengar gemeresik kimono suaminya yang mendekati pintu kamar.
Dia tak siap menikah, jauh dari siap dibandingkan putri-putri bangsawan lain.
Kebanyakan dari mereka telah melewatkan waktu yang cukup di ibu kota.Shogun, Edo, atau ibu kota kekaisaran Kyoto, atau di kota-kota yang ramai di wilayah-wilayah besar. Mereka tahu seluk-beluk hubungan pria dan wanita karena telah menyaksikannya diperankan di depan mereka dalam masyarakat maju. Midori menjalani seluruh hidupnya di Wilayah Shiroishi yang kecil, jauh di selatan Jepang, jauh dari pusat-pusat peradaban. Dia lebih mirip seorang gadis petani daripada putri seorang bangsawan agung. Bagaimana dia dapat menyenangkan seorang pria muda dari kota besar dan berpengalaman seperti Lord Yormasa" Dia tak tahu harus mulai dari mana. Tentu saja, dia mengerti gambaran kasar mengenai hubungan intim. Dia pemah mengintip orang dewasa di desa, bersama anak-anak paling nakal di sana. Namun, perilaku para petani bukan pedoman yang berguna untuk mengetahui selera dan hasrat pria seperti Yorimasa. Midori yakin akan sangat mengewakan suaminya.
Midori menuju pintu dengan lututnya. Dia menggeser pintu hingga terbuka sepelan dan seanggun mungkin, kemudian membungkuk hingga mencium lantai. Dia terlalu malu untuk mengangkat muka.
"Tuanku" adalah kata satu-satunya yang mampu dia ucapkan sebelum kegugupan mencekik lehernya kuat-kuat.
BUKU KEDUA 50 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Yorimasa memandang ke bawah pada wanita yang membungkuk itu. Rambutnya sudah
berantakan. Jelas dia tidak terbiasa dengan penataan rambut seperti itu. Tidak diperlukan tataan rambut rumit bagi wanita yang begitu jauh dari peradaban. Dari celah kerahnya, aroma tubuh yang baru mandi merebak sampai ke hidungnya. Jika Midori seorang anak, Yorimasa akan menyebut aroma itu tanda kepolosannya. Memang demikian, dan itu hanya mengingatkannya pada kebodohan dan kementahannya. Di kota, bahkan wanita paling tidak berpengalaman pun tahu pentingnya parfum dalam seni merayu. Ayahnya telah menikahkannya dengan seorang petani yang menyandang nama bangsawan.
Yorirnasa berlutut dan balas membungkuk. Dengan suara yang jauh lebih lembut dari yang dirasakannya, Yorimasa berkata, "Mari berhenti membungkuk dan masuk ke dalam. Kita tak dapat melakukan hal yang pantas di ambang pintu, bukan?"
Lady Chiemi duduk sendiri di ruang meditasi Kuil Kageyama. Ritme napasnya sangat panjang, jantungnya terus berdegup kencang di antara setiap helaan. Sudah bertahun-tahun lamanya dia tidak melakukan meditasi, dan dia tidak melakukannya sekarang. Dia hanya menggunakan teknik pernapasan untuk menenangkan tubuhnya walaupun hatinya gelisah.
Dihitungnya tarikan napasnya agar tidak memikirkan apa yang terjadi di kamar pengantin putrinya.
Lady Chiemi tidak percaya pada ramalan-ramalan Lord Kiyori. Dia tak habis pikir suaminya justru selalu percaya. Lord Nao seorang pria yang cerdas dan tidak biasanya membuat kekeliruan. Pertempurun yang dijalani Kiyori dan Nao bersama pada masa muda tampaknya menimbulkan ikatan sangat kuat dan patut disayangkan dalam hubungan mereka. Kiyori telah menyelamatkan nyawa Nao, dan itulah yang terpenting.
Nao bertindak bodoh kali ini, dan yang dipertaruhkan adalah nyawa putri mereka. Semua yang didengar Chiemi tentang Yorimasa membuatnya yakin bahwa Midori tidak akan bertahan hidup setelah malam pengantinnya, atau jika bisa, dia akan babak belur dan tidak akan berumur panjang sesudahnya. Ketika menghela napas, Chiemi merasakan tekanan kecil dari sarung pedang tanto di perutnya. Tidak pantas membawa senjata ke rumah Buddha. Tidak pantas menumpahkan darah di sana. Dia telah melakukan yang pertama, dan dia akan melakukan yang kedua segera setelah menerima laporan mengenai hal tak terhindarkan yang ditakutkannya.
Dia lupa hitungan helaan napasnya.
Lady Chiemi mengembuskan napas dan mulai lagi.
BUKU KEDUA 51 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Midori bertanya-tanya apakah dia harus menawarkan kue beras kepada Yorimasa, atau menunggu sampai nanti. Ada teh di sana, tetapi tidak ada sake, sungguh merupakan kesalahan besar dalam etika. Apa yang dipikirkan para pelayan" Ketika dia memanggil mereka, tak seorang pun menjawab. Seolah-olah kastel ini tiba-tiba ditinggalkan orang. Sungguh aneh. Dia berniat pergi ke sayap tempat ibunya tinggal, tetapi mempertimbangkannya lagi. Bagaimana jika Yorimasa datang saat dia pergi" Itu jauh lebih buruk ketimbang tidak ada sake.
Kini, pria itu di sini. Mereka bersama. Hanya berdua. Wajah Midori sudah sangat panas dan dia yakin tak mungkin lebih merona lagi. Dia keliru. Ketika melihat senyum suaminya, Midori merasakan aliran gelombang darah membanjiri kulitnya lagi.
"Tuanku," katanya lagi. Sejauh itu hanya itu yang diucapkan Midori kepada Yorimasa. Dia pasti menganggapnya dungu. Tentu saja karena dia memang dungu! Apa yang akan dikatakan seorang putri sejati, atau wanita penghibur kelas atas yang terdidik" Seorang pria seperti Yorimasa tentu mempunyai banyak pengalaman dengan keduanya. Dibandingkan mereka, Midori sungguh konyol dan kekanakkanakan di matanya. Haruskah dia melakukan sesuatu, atau menunggunya berinisiatif" Dan jika dia harus melakukan sesuatu, apa yang harus dilakukannya itu" Kini, dia tahu bahwa ibunya benar-benar gagal mendidiknya. Seharusnya, dia diberi tahu sesuatu. Apa saja.
Ketika Midori mengangkat wajah, Yorimasa masih tersenyum kepadanya, dan menangkap basah usahanya untuk mencuri pandang.
"Tuanku," katanya lagi. Dia tak dapat memikirkan kata lain.
"Kau pemanjat pohon yang hebat," kata Yorimasa, "tetapi tidak pandai bicara. Mungkin kita harus menghabiskan malam ini di kebun buah-buahan."
Saking malunya, Midori tak kuasa menahan air matanya.
Saat itulah yang telah ditunggu Yorimasa. Kini, Midori berada dalam keadaan paling lemah.
Dia tidak terdidik, tidak berpengalaman, serba canggung. Dia membutuhkan kenyamanan dan dukungan. Dia mempunyai alasan kuat untuk mengharapkan semua itu dari Yorimasa. Tetapi, alih-alih dia akan rnembantu Midori berpikir melampaui hal-hal biasa. Akan diungkapkannya kebenaran paling berharga yang tak pernah Midori duga, terutama pada malam istimewa ini.
Makna kehidupan. Rasa sakit. BUKU KEDUA 52 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Kehampaan. Tak ada lagi yang lain. Yorimasa meletakkan tangan di bahu Midori dan menariknya dalam pelukannya. Dia tak melakukan perbuatan kasar atau mengejutkan. Ada cara-cara cerdik dalam melakukan kebrutalan, yang paling cerdik di antaranya adalah membuat korbannya terkejut dan tak berdaya.
Tanpa perhitungan waktu yang tepat, kejutan akan berkurang. Tanpa kesabaran, ketakberdayaan tak bisa dirasakan. Dia adalah perwujudan kelembutan itu sendiri.
Setelah beberapa saat, Midori meletakkan kepalanya di dada Yorimasa. Dia mulai mempercayainya.
Ramalan Lord Kiyori akan menjadi kenyataan, apa pun yang terjadi di sini, atau akan dibatalkan oleh tindakan Yorimasa. Apa pun itu, Yorimasa mengharapkan ada satu hasil yang sama.
Kematiannya sendiri di tangan orang lain.
Biarkan yang masih hidup tak mendapatkart apa-apa selain kehancuran.
Biarkan mereka memenuhi hanya ramalan yang terselubung bau darah.
Tak ada perubahan ekspresi di wajah Kiyori atau ketegangan yang bertambah di ototnya yang menunjukkan bahwa dia mendengar jeritan gadis itu. Dia duduk tegang dan gelisah seperti sebelumnya sepanjang malam itu.
Nao tersentak. Tangan para samurainya meraih ujung pedang mereka.
"Tahan," kata Nao.
Kembali mereka mendengar jeritan Midori, lebih keras dan panjang. Kali ini mereka dapat mendengar kata yang diteriakkannya.
"Ayah! Tolong! Tolong!"
Anak buah Nao memandang majikan mereka dan menunggu perintah. Rahang dan bahu
Nao menegang. Tangannya mengepal di antara pahanya, tetapi dia tidak bergerak atau berbicara.
"Lord Nao!" Anak buah yang paling muda maju ke arahnya, memohon.
"Tahan," kata Nao.
Suara Midori berhenti. Anak buah Nao tadi mendengarkan lebih saksama. Tak ada suara.
Dia membungkuk dan menangis.
BUKU KEDUA 53 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel Anak buah Nao yang lain berkata, "Tuanku, kami harus menyelidiki."
"Tidak," kata Nao. "Aku sudah berjanji. Kita akan menunggu sampai fajar menyingsing."
"Lord Nao, sungguh kejam dan tidak manusiawi jika menunggu saja."
"Aku sudah berjanji," kata Nao. "Apakah janji seorang samurai harus berubah sesuai keadaan?"
Anak buahnya yang ini pun membungkuk.
"Ayah! Ayah!" Suara Midori tak lagi jauh. Suaranya datang dari koridor menuju ruang pesta.
Sambil tersedu, Kiyori berkata, "Tolong dia! Kubebaskan kau dari janjimu! Pergilah!"
Nao dan anak buahnya menghambur ke ruangan itu, menghunus pedang mereka sambil mendobrak pintu. Midori berada di bagian paling ujung koridor itu tanpa ikat pinggang dan kimononya terbuka. Seluruh bagian depan pakaian dalamnya dari atas ke bawah dibasahi darah.
"Midori!" Ketika melihat ayahnya, dia melangkah terhuyung-huyung dan jatuh pingsan.
Lady Chiemi mendengar derap kaki kuda memecah kesunyian menjelang pagi hari itu. Kurir yang ditakutkannya sudah tiba. Sedu sedan terlepas dari tenggorokannya. Tubuhnya mengerut.
Ujung tanto menusuk tulang iganya.
Dalam kesunyian hatinya yang berduka, Lady Chiemi memanggil nama Buddha sang
Pengasih Bukan untuk dirinya, melainkan untuk ketenangan tidur abadi putrinya tercinta.
Namu Amida Butsu, Namu Amida Butsu, Namu Amida Butsu.
Kata-kata singkat itu diucapkan dengan penuh perhatian, memastikan kelahiran kembali Midori di Sukhavai, Tanah Murni.
Lady Chiemi tidak yakin dia memercayainya. Namun, dia menjaga harapan itu karena itulah satu-satunya harapan yang tersisa dalam hidupnya.
Ditariknya tanto dari ikat pinggangnya. Digengamnya sarung pedang dengan tangan kiri dan gagang tanto dengan tangan kanan. Dia mendengar kuda berhenti tiba-tiba dan beberapa saat kemudian, pengendaranya tergesa-gesa menapaki tangga papan di luar ruangan.
Digenggamnya pisau, siap menghujamkannya.
Pintu tersibak. "Lady Chiemi," kurir itu terengah-engah. Kelelahan oleh perjalanannya yang berat, tugasnya BUKU KEDUA
54 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel untuk melapor bersaing dengan kebutuhannya untuk bernafas. Kata-katanya meluncur sangat cepat. Bahkan sebelum dia selesai, Lady Chiemi bergegas keluar dari ruang meditasi.
Hingga Midori menyandarkan kepala kepadanya, Yorimasa dapat melihat masa depannya dengan jelas seolah-olah dia mempunyai kemampuan itu. Kemudian, ketika tangannya merangkulnya untuk memberikan ketenangan palsu, didapatinya dirinya memeluk sesosok tubuh terbungkus kimono yang lebih kekanak-kanakan dalam ukuran bentu dari pada yang diharapkannya. Ditatapnya Midori lekat-lekat untuk pertama kalinya. Riasan wajahnya dibubuhkan dengan teliti oleh para pelayannya, atau mungkin ibunya. Dari kejauhan, riasan itu cukup untuk menyamarkan ketidakmatangannya, terutama dari orang yang tak begitu memperhatikannya. Yorimasa seharusnya mendengarkan ketika ayahnya menceritakan perihal Midori kepadanya. Ya, dia pasti sudah bercerita mengenainya. Namun, begituh Yorimasa tahu siapa dirinya"putri Lord Apel yang konyol"segala hal lain menjadi detail tak berarti. Atau, begitulah tampaknya pada saat itu.
"Midori?" "Ya, Tuanku." "Tahun berapa kaulahir?"
"Tuanku?" Pertanyaan itu membuat Midori bingung. Yorimasa seharusnya tahu. Tak seorang pun bersedia menikah tanpa konsultasi astrologi sebelumnya. Menurut ayahnya, posisi Yorimasa menguntungkan baginya. Posisinya pasti sama, jika tidak pernikahan takkan terjadi.
Namun, bukan haknya mempertanyakan suami. Dia harus ingat hal itu. Jika Yorimasa berbicara, dia patuh.
Midori menjawab, "Pada tahun kedua kekaisaran Ninko."
"Pada bulan apa?"
Wajah Midori merona. Lahir pada bulan itu dan tertangkap basah suaminya sedang memanjat pohon. Mungkinkah dia bisa melakukan kesalahan lebih buruk"
Diaa menjawab sangat lirih dengan harapan Yorimasa tidak mendengarnya. "Bulan kera, Tuanku."
Yorimasa menatap wajah gadis itu di balik riasannya. Tak heran dia tak dapat menjaga tata rambuthya dengan baik. Tak heran dia berlomba dengan anak-anak petani memanjat pohon. Itu bukan karena dia terganggu secara mental seperti dugaannya. Itu karena usianya baru sebelas BUKU KEDUA
55 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel tahun. Walaupun mengetahui laki-laki seperti apa jadinya Yorimasa dan kebrutalan yang sanggup dilakukannya, ayahnya telah meletakkan seorang gadis kecil ke dalam genggamannya. Kiyori hanya memperdulikan seorang ahli waris dan peramal generasi berikutnya. Dia tidak peduli siapa yang menjadi korban. Anak sulungnya, anak tidak berdosa ini, mereka sama-sama tak punya arti bagi Kiyori.
Semoga kutukan dewa-dewa yang tak kenal ampun jatuh kepada ayahnya, dan semoga kasih sayang dan perlindungan Buddha yang abadi takkan dirasakannya. Selama-lamanya.
Tangan Yorimasa terlepas dari bahu Midori.
Katanya, "Aku bukan monster."
"Bukan, Tuanku." Yorimasa mulai membuat Midori takut. Apa yang sedang dibicarakannya"
Yorimasa berdiri, terhuyung dan hampir jatuh. "Aku telah melakukan perbuatan jahat, tetapi aku bukan monster."
Midori tahu dia bukan pengantin yang pantas untuk lelaki seperti ini. Apakah dia sudah begitu mengecewakan sehingga Yorimasa tidak bersedia menghabiskan sesaat pun untuk bercakap-cakap dengan sopan dengannya" Tidak, ini lebih buruk lagi. Yorimasa menyenggol meja pedang hingga rubuh. Dia mengambil pedang pendeknya, menghunusnya dan
melemparkan sarungnya dengan keras hingga menembus kertas pintu dan terlempar ke luar kamar. Dia begitu terhina oleh kebodohan Midori. Dia akan membunuhnya!
Yorimasa memekik, "Biarkan ramalanmu menjelaskan ini!"
Midori mengangkat tangan. Ditutupnya wajah dengan lengan kimononya yang lebar. Kain itu takkan melindunginya, tetapi paling tidak mencegahnya melihat pisau yang menukik itu.
Percikan darah membasahi lantai di depannya. Satu tetes jatuh di pipinya. Dia tak merasa sakit, bahkan tidak merasakan goresan sedikit pun.
ltu bukan darahnya! Yorimasa telah menikam perutnya sendiri.
Midori menjerit. Jika opium yang digunakannya lebih sedikit, jika absinth yang dihirupnya juga sedikit, jika rasa malu tidak melemahkannya, jika amarah tidak membuatnya tergesa-gesa, Yorimasa akan BUKU KEDUA
56 TAKASHI MATSUOKA SAMURAI JEMBATAN MUSIM GUGUR
Created by syauqy_arr@yahoo.co.id
9. Lord Apel menjadi orang pertama yang mencegah ramalan seorang Bangsawan Agung Okumichi terwujud.
Namun, kebiasaan buruknya menghancurkan tujuan yang mulia ini.
Pedang yang dipegangnya dengan lemah meni'kam terlalu ke atas, dan menusuk perutnya.
Bukan ususnya. Karena dia tidak mempersiapkan diri dengan cara tradisional, pisaunya menikam melalui beberapa lapis pakaian. Karenanya, dia tak dapat menarik pisau itu untuk merobek tubuhnya dengan benar. Meskipun demikian, dia akan berhasil mengeluarkan darah sampai mati dalam waktu singkat seandainya tidak terjadi satu lagi peristiwa tak terduga.
Seandainya Mereka Bisa 4 Sapta Siaga 05 Mencari Anjing Hilang Pedang Ular Mas 7