Pencarian

Anggota Baru Animorphs 2

Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs Bagian 2


"Oke, keluar dari kolong situ!" bentak ayah David.
Aku menangkap ular itu dan mencekiknya kuat-kuat kali ini.
Dia mulai menggelepar-gelepar, menggeliat-geliut, menyambarnyambar, pokoknya
begitu menjengkelkan deh.
"Dalam hitungan ketiga, keluar dari situ! Dan perlihatkan
tanganmu lebih dulu!"
Bruk! Sebuah bunyi teredam. Aku melihat sepatu hitam itu berputar,
lalu menghadap ke lemari. Ax ternyata mencoba mengalihkan
perhatiannya. Bagus. Aku terus mencekik ular tolol itu dan mulai memusatkan
pikiran. Bila seekor binatang disadap, artinya diserap DNA-nya, dia
menjadi tenang, rileks, penuh damai. Biasanya.
Tapi ternyata ular ini bukan termasuk satwa normal.
Sebab ketika ayah David menuju ke lemari, ular sinting itu tetap
menggelepar-gelepar tak terkendali. Pintu lemari terbuka.
"Oke, keluar dan... ASTAGA!!!"
Aku mendengar bunyi pistol disarungkan. Dan sepatu hitam
besar itu mulai berdansa. Dansa yang dikenal sebagai dansa serangga.
mencoba menginjakku dengan sepatunya!>
Aku tak sanggup menjawab, tentu saja, sebab aku bukan dalam
wujud morf. Yang bisa kulakukan hanyalah mengalihkan perhatian
ayah David, seperti yang tadi dilakukan Ax bagiku.
Maka aku menarik si kobra jauh-jauh ke belakang, lalu
melemparkannya ke luar kolong tempat tidur. Dia jatuh ke lantai dan
mulai mendesis-desis. Tepat pada saat itu ayah David berkata, "Ah,
Spawn! Tangkap labah-labah itu, Spawn!"
Situasi makin parah. Si kobra menatap Ax dengan pandangan
lapar, dan kulihat Ax melesat ke sana kemari di antara sepatu pria itu.
Ax akan diinjak atau ditelan, atau bahkan kedua-duanya.
Tak ada yang bisa kulakukan sekarang kecuali keluar dari
kolong tempat tidur dan... Ting-tong!
"Tangkap labah-labah itu, Spawn! Aku turun dulu. Mungkin itu
penjaga keamanan kompleks. Aku sudah bilang tidak usah datang."
Dia menggerutu sambil keluar ruangan.
Aku cepat-cepat keluar dari kolong ranjang, berdiri, hampir saja
menginjak Ax, dan menendang Spawn jauh-jauh.
Kuangkat Ax dengan tanganku dan aku melompat ke depan
komputer. Dan di sana, pada layar monitor, tertulis kata-kata yang
menentukan nasib David, Your mail has been sent - E-mail-mu sudah
dikirim. Aku menarik napas dalam-dalam. Aku sedang menggenggam
makhluk asing dalam wujud hewan bumi di tanganku. E-mail yang
mematikan sedang dalam perjalanannya menelusuri kabel telepon.
Ayah David yang polisi itu dapat masuk lagi kapan saja dan
meneruskan pencariannya. Dan tanganku telah dipatuk ular.
Setidaknya gigitannya tidak beracun. Kalau ya, aku pasti sudah mati.
Kecuali kalau ini racun yang bekerja lambat.
Dari lantai satu kudengar suara, "Hei, dengar, aku sudah bilang
pada kantormu tadi agar tidak usah kirim orang kemari. Kau cuma
buang-buang waktu saja. Paling-paling cuma alarm yang menyala
sendiri. Semuanya sudah beres."
Rupanya ia belum melihat semua benda yang dihancurkan Ax.
Suara pintu ditutup. Sekarang bagaimana" pikirku.
E-mail-nya sudah keluar. Ayah David akan mulai mencari-cari
di dalam rumahnya lagi. Dan aku sebenarnya enggan meninggalkan
rumah ini. Perang dengan Yeerk dapat pecah di sini setiap saat.
Spawn, ular itu, sudah masuk ke dalam lemari. Tak ada waktu
bagi Ax untuk demorph lalu morf lagi menjadi burung. Tapi mungkin
masih ada waktu untuk satu kali proses perubahan wujud.
Cuma ada waktu untuk satu kali berubah wujud menjadi
makhluk yang ada di sini dan bisa dilihat orang tanpa dicurigai. Atau
dimakan. "Ax! Aku akan berubah wujud! Kau akan kuletakkan di lantai."
Kulemparkan Ax ke lantai. Aku tidak khawatir dia akan terluka.
Aku kan pernah jadi labah-labah. Mereka makhluk kecil yang kuat.
Kupusatkan pikiranku dan mulai berubah.
Aku mulai berubah menjadi ular kobra.
Chapter 12 INI sekilas info tentang ular: mereka tidak punya tangan
maupun kaki. Atau lengan maupun tungkai.
Aku memulai prosesnya dan hal pertama yang kusadari adalah
lengan dan kakiku mengerut. Bukan sekadar menyusut. Tapi
mengerut. Seperti kalau kaudekatkan ujung selembar kertas ke api
yang menyala. Bukan langsung terbakar, tapi mengerut dan menciut.
Itulah yang terjadi pada lenganku. Aneh sekali. Hal itu dapat
membuat seorang manusia waras menjerit-jerit seperti orang gila.
Maksudku, yang benar saja. Kau sedang memperhatikan lenganmu
yang masih berkulit dan berdaging dan memiliki lima jari, lalu semua
itu mengerut dan melembek dan menciut dan menyusut.
Tapi seburuk apa pun itu, tungkai kakimu lebih parah lagi. Kaki
dan paha dan betis kan kita butuhkan untuk berdiri.
Begitu aku sadar akan hal itu, aku jatuh berlutut. Sepelan
mungkin, tapi aku yakin aku masih mengeluarkan bunyi. Bagus. Kini
ayah David pasti akan masuk lagi.
Aku bergulir ke samping dan kembali masuk ke kolong tempat
tidur. Kutolehkan kepalaku ke belakang dan baru sadar bahwa aku
memutar leherku terlalu jauh. Leherku telah bertambah panjang. Aku
bisa melihat punggungku tanpa membuat leherku kram.
Apa yang kulihat adalah baju morfku dan kulitku mulai ditutupi
pola. Diamond-diamond kecil - berlian berbentuk segi empat atau
layang-layang - sedang ditato pada kulitku. Sisik ular. Kuning dan
cokelat. Lenganku seperti ranting kecil yang mencuat dari tubuhku yang
ibarat batang pohon. Tungkaiku menjadi semakin tipis dan panjang,
semua ototnya menghilang, lalu tapak kakiku lenyap.
Kudengar suara mengerikan yang berasal dari tulang-tulangku
sendiri yang melebur dan lenyap. Aku merasakan organ-organ bagian
dalamku menggantung begitu saja, tidak disangga oleh tulang atau
otot yang seharusnya ada.
Aku dapat mendengar suara "skrrrrrnnncchhh" yang samarsamar selagi tulang
punggungku memanjang, mendesak turun ke
dalam sebelah tungkaiku yang sudah kendor. Dan bersamaan dengan
itu, tungkaiku yang satu lagi melingkarinya seperti tanaman rambat
poison ivy terkena obat penumbuh ajaib. Kedua tungkaiku menyatu
membentuk ekor. Nah, ini dia bagian yang menjijikkan. Proses berubah seperti
yang sudah pernah kukatakan sebelumnya, tak pernah logis.
Perubahannya tidak terjadi secara perlahan-lahan. Kadang-kadang
malah tidak masuk akal sama sekali. Seolah-olah para ilmuwan
Andalite yang menciptakan teknologi metamorfosis memiliki selera
humor yang tidak waras atau apa.
Sebab, walaupun sisik-sisik sudah menyebar ke seluruh
permukaan tubuhku yang seperti silinder, dan kakiku sudah menjadi
ekor, dan lenganku... yah, sudah tidak ada lagi - walau semua ini
sudah terjadi, kepalaku masih biasa-biasa saja.
Yeah, bayangkan deskripsi itu baik-baik. Pikirkan bahwa kepala
monster itu adalah kepalamu. Lalu bayangkan seberapa besar
keinginanmu untuk menjerit-jerit saat itu juga.
Aku jadi cacing dengan kepala manusia.
Aku pernah punya dua kaki. Aku pernah punya empat kaki.
Pernah punya enam kaki dan delapan kaki. Tapi belum pernah punya
nol kaki. Nol kaki dan nol tangan.
Untungnya, paru-paruku adalah paru-paru ular dan tidak bisa
mengeluarkan suara mengeluh pada mulut manusiaku, apalagi suara
menjerit. Aku pasti akan bermimpi buruk, pikirku.
Lalu akhirnya kepalaku mulai berubah. Sungguh melegakan.
Maksudku, jadilah manusia saja atau jadilah ular saja. Jangan jadi
monster yang merupakan campuran dari keduanya.
Kau merasakan hal-hal aneh selama berubah wujud. Bukan rasa
sakit, dan itu bagus sebab, betul deh, kau pasti tak sudi
membayangkan seberapa besar rasa sakitnya kalau setengah anggota
badanmu lenyap dan tulang punggungmu melesak ke tempat yang
bukan seharusnya. Tapi kau kadang-kadang bisa merasakan semua itu
dari jauh. Seperti dalam adegan mimpi. Seolah-olah terjadi pada orang
lain, tapi tetap saja kau dapat merasakannya.
Aku dapat merasakan tenggorokanku, yaitu pipa yang ujungnya
menyambung dengan mulutku, mendesak ke atas, naik melewati
langit-langit mulutku. Lalu kurasakan pipa itu menyambung dengan
hidungku. Aku tak tahu kenapa harus begitu. Yang kutahu hanyalah,
aku tak bisa bernapas lagi melalui mulut.
Kepalaku menyusut cepat sekali. Sisik-sisik ular menutupi
leherku, memenuhi pipiku seperti jerawat, lalu memenuhi kening dan
batok kepalaku. Mulutku menjadi lebar dibandingkan dengan keseluruhan
kepalaku. Mulut manusia mungkin... mmm, berapa, ya" Sekitar lima
persen dari seluruh kepala" Nah, sekarang mulutku sudah sepertiga
dari kepalaku. Aku merasakan geligiku melunak. Menjadi daging yang
bengkak, seperti gusi yang membusuk.
Lalu kudengar ada yang tumbuh di mulutku. Aku juga bisa
merasakannya. Taring! Tumbuh dan mencuat dari langit-langit mulutku. Tentu saja,
kelenjar bisa Spawn sudah dipotong dan dibuang. Jadi...
Saat itu barulah aku sadar: morf dibuat berdasarkan DNA.
Operasi pemotongan kelenjar bisa tidak mempengaruhi DNA.
Kenyataan bahwa Spawn tidak memiliki kantong bisa tidak berarti
aku juga demikian. Aku punya taring. Gigi setajam jarum yang bagian dalamnya
berongga. Dan di pangkal rongga tersebut, di dalam otot langit-langit
mulutku, cairan racun mengisi kelenjar bisa yang berbentuk kantong.
Di antara kedua taring tersebut lidahku yang bercabang
meluncur keluar, berbunyi blab-blab-blab ketika menggelepar-gelepar
naik-turun. Masuk lagi. Keluar dan blab-blab-blab. Masuk lagi.
Taring itu seperti indra penciuman. Cuma sedikit lain. Aku
sedang mengecap udara. Tapi mengecapnya dengan pembedaan rasa
yang lebih canggih daripada seorang penilai cita rasa masakan dari
Italia atau Prancis. Aku mampu mengecap molekul-molekul udara
yang berbeda satu sama lain.
Penglihatanku bagus sekali. Bahkan dalam warna-warni, yang
melegakan hatiku. Warna-warna yang berbeda dari biasanya, tapi
tetap saja warna. Sebagai tambahan, aku merasakan indra yang baru. Butuh
beberapa saat untuk menyadari indra apa itu. Tapi kemudian aku tahu:
aku bisa merasakan panas. Bukan seperti perbedaan antara kompor
menyala dengan es batu. Indra ini lebih halus lagi. Aku dapat
merasakan perbedaan suhu antara sisi sehelai benang karpet yang
terkena sinar matahari dengan yang tidak.
Masalah satu-satunya ialah pendengaran. Ular tidak memiliki
daun telinga. Kebanyakan indra pendengaranku berasal dari getaran di
lantai yang seolah-olah merambat ke sekujur tubuhku.
Tapi aku sudah terbiasa dengannya. Kira-kira sama seperti morf
kecoak. Secara keseluruhan, aku adalah makhluk yang mengandalkan
penglihatan, dengan lidah yang mencari-cari dan mengecap sebagai
indra pendukung, dan memiliki kesanggupan yang aneh untuk
merasakan perbedaan kecil dalam temperatur lingkunganku.
Dan tepat pada saat itulah benak ular muncul dalam kesadaran
otakku sendiri. Dingin. Seperti itulah rasanya. Seolah-olah ada hantu yang berdiri di
sampingku. Seakan-akan ada orang yang membuka jendela dan
embusan angin kutub utara masuk ke dalam.
Si ular mendengarkan suara langkah kaki yang mendekat,
memanjat tangga. Dia bersikap waspada. Tidak takut, tapi... siap.
Seperti Clint Eastwood yang masuk ke bar untuk minum. Tidak
takut... cuma memastikan bahwa tangan-penarik-picu-nya tidak
sedang pegang apa-apa. Lidah keluar, blab-blab-blab. Masuk lagi.
Waspada dan lapar. Aku merasakan ada panas tubuh. Tidak terlalu banyak
jumlahnya, sebab makhluk yang kurasakan memang berdarah dingin.
Tapi tetap terasa. Jangkauan penglihatanku yang luas melihat ada
gerakan mengentak yang disebabkan oleh delapan kaki.
kata Ax.
Mesin kejam egois tanpa emosi yang menguasai benakku ini
telah menyadari adanya suara aneh dalam kepalaku dan
mengabaikannya. Tidak penting. Baginya yang penting hanyalah rasa
lapar dan gerakan dan panas tubuh.
Lidah keluar, blab-blab-blab. Hmmm. Bau serangga. Aroma
seekor labah-labah. Gerakan, panas tubuh, cita rasa.
Kalau ditotal ketiganya berarti makanan. Makanan adalah solusi
bagi rasa lapar. tanya Ax.
Aku tidak menjawabnya. Sebagai gantinya aku malah
menegakkan badan, menarik kepalaku ke belakang, meregangkan
tulang-tulang kecil yang mengembangkan sayap leherku, dan dengan
kecepatan seperti ekor Andalite, kuayunkan kepalaku ke depan
dengan rahang terbuka lebar.
Aku melahap Ax. Kumakan dia dalam sekali telan.
Chapter 13 AKU bisa merasakannya meronta-ronta dalam mulutku. Dan
merasakan kedelapan kakinya yang berbulu menendang-nendang.
tanya Ax, terdengar marah.

Oke, mungkin memang begitu. Cuma semenit. Tapi
kini aku sudah pegang kendali.
Agak memalukan sih. Sebagai peraturan nomor satu, kita harus
ingat: Jangan makan teman-temanmu.
Lalu sesuatu yang gawat terbetik dalam benakku. menggigitmu" Bagaimana perasaanmu">

Masa bodoh deh kalau ayah David melihat Ax.
Ax pasti mati dalam beberapa detik saja kalau tidak sempat demorph.
Aku memuntahkan labah-labah itu, dan itu bukan hal gampang
untuk dilakukan. Lidah ularku tidak bergerak seperti manusia. Lidah
itu keluar dari sarungnya yang kecil, merasai udara setiap detik.
Sangat berguna untuk mengendus calon mangsa. Tapi tak berguna
untuk mendorong labah-labah yang sekarat keluar dari mulut.
Untungnya, Ax sudah mulai demorph. Dia sedang tumbuh


Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semakin besar di dalam rongga mulutku dan bisa memaksakan diri
keluar. Dan tepat saat itu ayah David muncul di pintu. "Apa yang... Oh,
oh, oh! Makhluk apa itu?"
Tak ada pilihan. Aku harus bicara dengan pria itu. Dengan
bahasa-pikiran. Tentu saja, tak ada peraturan yang mengharuskan aku
mengatakan yang sebenarnya. Dan untungnya orang tak dapat
memastikan dari arah mana bahasa-pikiran itu berasal.
dalam damai!> "Aaa-ah-ahh!" kata ayah David, lalu ia mundur beberapa
langkah. Aku melihatnya menarik pistol dari sarung kulit yang dipasang
di ketiak dan membidikkannya ke arah Ax. Dia tidak bisa disalahkan
sih. Soalnya Ax sudah seukuran boneka genggam Beanie Baby,
dengan delapan kaki berbulu, tubuh berwarna biru dan cokelat, ekor
kalajengking yang seperti cacing dengan dua lengan yang sangat kecil.
teriakku. dalam damai!> "'Kami'" Sedetik yang lalu masih pakai kata 'aku'. Ada berapa
banyak dari kalian yang datang?"
Bagus. Cuma "penegak hukum" yang bisa begitu jeli
memperhatikan hal-hal semacam itu. Aku ingat David pernah bilang
bahwa ayahnya mata-mata. Siapa sih orang ini, agen FBI" CIA" Atau
anggota Dinas Rahasia yang selalu memberi tugas-tugas berat kepada
Mulder dan Scully dalam The X-Files"
kataku, sendirian. Tapi aku menderita sejenis kerusakan mental ruang
angkasa. Kepribadian ganda. Hei, perjalanan ke Bumi butuh waktu
begitu lama dari Planet Xenon Five, jadi aku harus bicara dengan
seseorang!> Ax sudah tumbuh menjadi sebesar boneka beruang. Boneka
beruang yang jelek sekali.
"Apa pun yang sedang kaulakukan itu, berhenti!" teriak orang
itu. "Jangan tumbuh terus!"

Itu suara Tobias dari luar sana.
tidak mati keracunan, E-mail itu sudah terkirim, dan orang ini mau
menembak kami!> kataku.
"Jangan terus bertambah besar, nanti kutembak kau!" seru
orang itu. Klik! Ia menarik picunya. "Kubilang berhenti!"
Tobias mengumumkan. sedang menuju kemari.>
seruku.
Jangan tanya kenapa kuucapkan hal itu. Sepertinya aku punya
semacam insting bahwa siapa tahu semua orangtua itu sama saja, dan
walau sedang berhadapan dengan alien, mereka akan lebih
memedulikan anaknya. Mata si agen FBI/CIA/Dinas Rahasia/Organisasi apa pun itu
berkedip. "Dia apa?"
pintu.> Sekarang, coba aku berhenti sebentar dan menggambarkan
adegan ini buatmu: Ini aku, si ular, yang sedang bicara dalam bahasapikiran
dengan bapak-bapak yang curigaan banget; berpura-pura
bahwa akulah si monster alien/labah-labah, sambil mendengarkan
laporan dari cowok-burung bahwa seorang anak manusia normal
sedang bolos sekolah dan pulang lebih cepat.
Pertanyaan : Apakah hidupku sudah tidak masuk akal"
Jawabnya : Oh, yeah. Memang betul.
"Aku pulang kerja lebih cepat," kata ayah David. "Hah!
Ketangkap basah dia sekarang! Harus kuhukum selama sebulan!"
Terasa getaran dari pintu depan yang terbuka.
Ax kini sudah lebih berwujud Andalite daripada labah-labah.
Dan efek racun itu sudah hilang.
"Kan tadi kau sudah kusuruh berhenti," kata ayah David,
kembali sadar bahwa mungkin, mungkin saja, berhadapan dengan
alien di rumahnya agak lebih penting daripada mengurusi anaknya
yang bolos. lapor Tobias dari luar.
Akan tiba di sini sepuluh menit lagi.>
kupikir pelurunya butuh waktu kurang dari sepuluh menit untuk
mencapai Ax.> David tiba-tiba muncul di pintu. Dia terpaku menatap Ax.
"Wooo..." "Dia bilang dia itu alien," kata ayahnya singkat.
"Wah-wah-wah!" "Ngomong-ngomong, kau kuhukum."
"Alien, no way!"
Sori, aku tidak bisa menahan mulut. Dalam bahasa-pikiran, aku
berkata,
Pasti lucu sekali waktu itu. Maksudku, aneh sekali. Tapi
kelucuannya langsung lenyap detik berikutnya.
Sebab saat itu Tobias berkata, satu mobil van besar, sedang meluncur cepat! Menuju kemari!>
Lalu kepada David dan ayahnya, dengan emosi setenang
mungkin yang sanggup kutunjukkan, kukatakan, neraka akan terlepas dan, merajalela di rumah ini.
Kalian berdua harus bersembunyi.>
"Sembunyi" Kenapa kami harus sembunyi?" tanya David
dengan sikap menantang.
Chapter 14 DING-DONG! Bel pintu berdentang. Ayah David tetap mengarahkan moncong senjatanya ke Ax,
yang kini sudah berwujud Andalite.

ujarku. Sialnya, Spawn yang asli, memilih momen itu untuk keluar dari
lemari. Perlahan-lahan pria itu mengalihkan pandangannya padaku.
Lalu ke arah Ax, kemudian beralih padaku lagi. ular, yang berbicara ini. Dengar, jangan berbuat macam-macam.>
Ia menyentakkan bidikannya ke arahku.
DOR! DOR! Aku merasakan benturan kecil. Tidak sakit, cuma sedikit nyeri.
Kupalingkan wajahku dan melihat sebuah lubang sebesar uang logam
seperempat dolar pada tubuhku, hanya lima belas senti dari ujung
ekorku. Aku bisa melihat karpet melalui lubang itu.
Kini ayah David berusaha membidik lebih tepat. Fwapp! Ax
mengayunkan ekornya bagai cambuk! Pistol itu melayang jatuh.
Bersamaan dengan sepotong jari.
"Hei!" jerit David.
"Aaaahhh!" teriak ayahnya.
BRRRRAAAKK! Di bawah, pintu depan didobrak seseorang.
Ayah David memegangi tangannya yang terluka.
panggilku dalam bahasa-pikiran. bantuan!> Terjadi gempa bumi yang dahsyat ketika banyak pasang kaki
melangkah berdebam-debam di tangga.
Dua serdadu Hork-Bajir melompat ke dalam ruangan, melihat
Ax, lalu mundur. Di antara mereka muncul Andalite lain. Lebih tua dari Ax. Dan
dari satu segi yang sulit didefinisikan, berbeda dari Ax.
bentak Ax penuh kebencian.
menolong kalian,> kata si Visser mengejek.
"Pergi dari sini!" bentak David.
sahut Visser Three. sedih. Aku baru saja terima E-mail buatanmu yang primitif itu dan
langsung kemari.> "K-k-k-kau mau beli kotak biru?"
jawab Visser Three. mau membayarmu apa saja. Coba kupikir-pikir... hmmm... apa ya,
yang bisa kuberikan padamu sebagai ganti kotak itu" Aha! Aku tahu!>
Ia melejitkan ekornya dan menekankan durinya yang tajam ke
tenggorokan ayah David.
kata Ax kalem, maju
sampai jarak tempur pertandingan-ekor dengan si Visser.
tahu hal itu biasanya berakibat fatal bagi manusia.>
Untuk waktu yang sangat lama, tak ada yang bergerak. Baik
Visser Three, Ax, David, maupun ayahnya. Juga kedua Hork-Bajir.
Tak ada yang bergerak. Kecuali aku.
Aku masih baru dalam morf ini. Aku belum berpengalaman.
Dan aku tak punya ide bagaimana harus bergerak kalau tidak punya
kaki. Tapi si ular tahu. Aku melata di ubin. Otot-otot panjang di sisi
tubuhku memendek, membentuk setengah lingkaran. Lalu kuluruskan
setengah lingkaran itu untuk mendorong kepalaku ke depan.
Aku bergerak tanpa suara. Aku begitu gesit. Tapi masih bisa
dilihat. Dan aku telah kehilangan banyak darah karena tertembak tadi.
kata Visser Three, mengarahkan
mata tanduknya kepadaku. Ada gerakan mendadak! Ayah David menyentakkan kepalanya ke belakang, menjauh
dari ekor Visser Three. David berlari tepat ke arah Visser Three sambil berteriak,
"Lepaskan dia!"
Ax menyabetkan ekornya. Fwapp! Tapi gerakannya jadi lamban
karena harus berhati-hati agar tidak mengenai David.
Fwapp! Visser Three menangkis serangan Ax!
Kedua Hork-Bajir sudah bosan diam saja seperti patung, lalu
melompat maju, pisau-pisaunya berkilauan.
Dua Hork-Bajir plus Visser Three melawan Ax dan seekor ular.
Situasi yang sulit dimenangkan. Lebih sulit lagi karena ada David dan
ayahnya yang berlarian ke sana kemari.
Fwapp! Fwapp! Duri ekor membelah udara.
Shwup! Shwup! Mata pisau dari pergelangan tangan dan siku
Hork-Bajir mencabik-cabik liar.
Ax langsung mundur, putus asa, bersandar di tembok dekat
jendela. Pertarungan itu merobek-robek poster di tembok dan
mengoyak-ngoyak tirai dan menerbangkan semua hiasan dan mainan
David di atas meja belajar.
Aku merayap ke arah Ax, melingkar, memanjang, melingkar,
melata di tanah untuk mencapai kaki Ax yang mirip kuda dan kaki
Hork-Bajir yang mirip Tyrannosaurus itu.
Targetnya: mata kaki Hork-Bajir.
Aku menegakkan badan, membidik, lalu menyambar!
Segesit ekor Andalite, kuluncurkan kepalaku yang berbentuk
berlian, dengan rahang terbuka dan taring mencuat.
Twapp! Yes! Aku menyambar dagingnya! Kuhunjamkan taring mautku
sedalam-dalamnya. Aku bisa merasakan kantong racunku, memompa,
mendorong, memasukkan maut kimiawi ke dalam kaki si Hork-Bajir.
"Rrrraahhhh!" teriak si Hork-Bajir kesakitan. Dia menendangnendang, sehingga
tubuhku bagaikan ekor cambuk! Dia menyentaknyentak liar, mencoba melepaskan aku,
tapi aku melekat padanya karena taringku masih menancap.
Maju-mundur! Ditendang ke depan, disentakkan ke belakang.
Kepalaku tak bergerak, karena tertancap pada kakinya, tapi seluruh
tubuhku melayang-layang di udara.
Mengayun ke depan!
Melayang ke belakang!
Lalu gerakan si Hork-Bajir mulai melambat.
DOR! DOR! DOR! Ayah David telah menemukan kembali pistolnya. Dia berada di
pojok, masih mendekap tangannya yang berdarah dan menembak
dengan tangan sebelahnya.
Aku melihat tiga bulatan muncul di dada Hork-Bajir yang
kugigit dan akhirnya dia jatuh.
Kulepaskan gigitanku. Makin banyak Hork-Bajir yang masuk ke ruangan sempit ini.
Aku ingat Tobias bilang bahwa mereka pakai mobil van besar. Pasti
berisi banyak prajurit Hork-Bajir.
Satu Hork-Bajir besar menginjakku tanpa sadar. Kesalahan fatal
di pihaknya. Kusentakkan kepalaku ke depan, lebih cepat dari kedipan
mata. Kali ini aku menggigit dan langsung melepasnya.
Ax roboh! Kulihat dia terpuruk dan dikepung oleh Visser Three dan dua
Hork-Bajir. Dan saat itulah pertempuran itu bertambah seru.
"Hhhhrrroooaarrrhh!" Terdengar suara raungan serak dan dari pintu
kamar muncul sesuatu yang lebih menyeramkan daripada Hork-Bajir.
Sambil membungkukkan kepala dan merapatkan bahunya, muncullah
Rachel. Jika kau pernah melihat beruang grizzly di alam liar, di antara
pepohonan, sosoknya akan terlihat seperti raksasa. Tapi di sini,
terkurung dalam kamar ini, dia jauh lebih besar dari raksasa. Si
beruang berdiri pada kaki belakangnya dan telinga kecilnya yang lucu
menyentuh langit-langit. Maksudku, hewan itu membuatku takut,
padahal aku tahu dia cuma Rachel dalam wujud morf.
Kau ingin tahu seperti apa kalau manusia melawan beruang
grizzly" Bayangkan sebuah mobil VW kodok yang meluncur cepat,
lalu dari depannya muncul truk gandeng beroda delapan belas yang
sedang ngebut dengan kecepatan seratus lima puluh kilometer per jam.
Seperti itulah kira-kira benturannya.
Kau takkan pernah tahu, takkan pernah bisa membayangkan
betapa kuatnya beruang grizzly kecuali kau pernah berhadapan
langsung dengannya. Hork-Bajir adalah musuh yang tangguh. Tapi mereka pun pikirpikir dulu kalau mau
melawan beruanggrizzly. Dan di belakang Rachel, menyeruak masuk di sampingnya
dengan keanggunan luar biasa seperti baja cair, muncul seekor
harimau. Pertarungan ini sudah begitu sengit. Sekarang berubah menjadi
berskala nuklir. Pokoknya David bakalan repot membereskan kamarnya.
Chapter 15 KAMAR David tadinya berdinding empat.


Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam beberapa detik saja sudah berdinding dua akibat aksiaksi yang dilakukan
beberapa makhluk Hork-Bajir, satu beruang
grizzly, dua manusia, satu harimau, satu Andalite sungguhan, satu
Pengendali Andalite, dan aku, si cowok-kobra.
WESSS! GROARRR! maki Visser Three penuh murka.
Tempat tidur itu tercabik-cabik. Karet busa menyembul dari
lubang yang terjadi pada seprai tempat tidur. SLASH!
FWAPP! kata Ax dengan berani.
Rachel mengayunkan lengannya yang sebesar paha Arnold
Schwarzenegger, mengenai salah satu serdadu Hork-Bajir, dan
mendorongnya menembus tembok. Bukan ke tembok. Tapi menembus
tembok. kataku. nih!> tanya Jake.
sahutku.
Prang! Seseorang atau sesuatu melayang keluar dari jendela.
Aku menggeleser maju, di antara kaki-kaki Hork-Bajir. Aku
mencari-cari kaki kuda. Tepatnya, kaki Andalite yang seperti kaki
kuda. Visser Three. Aku berencana memompa habis racunku
untuknya. Tapi dari bawah sini, sambil mendongak ke arah makhlukmakhluk besar itu, sulit
sekali membedakannya. Tiba-tiba Jake mengamuk. Sosok beruang grizzly-nya Rachel
mungkin lebih menyeramkan untuk dilihat, tapi suara harimau Jake
lebih menakutkan untuk didengar.
Rrrrrooooooowwwwwrrrr! Berani sumpah, lantainya sampai terlonjak-lonjak karena
getaran suara itu. Semua jendela berderak-derak. Kau dapat
merasakan udara di sekelilingmu bergetar.
Lalu ada getaran dari tapak kuda! Tapak kuda Andalite. Tapi
milik siapa" Ax" Atau Visser Three"
Selagi aku memandang melalui mata ular, kulihat tapak itu
berubah bentuk. Melebur. Dan bertambah besar.
Visser Three sedang morf!
Kutarik mundur kepalaku. Kuregangkan otot yang bisa
mengembangkan leherku seperti sendok. Dan aku...
Sebuah tangan meluncur turun dan menangkapku pada
tengkukku. David. "Awas, Spawn!" katanya.
bentakku dalam bahasa-pikiran.
David terlonjak, kaget, dan menjatuhkan diriku. Aku berputar,
mencari-cari sasaranku. Lalu...
WHUMPF! Sebuah kaki Hork-Bajir menginjakku.
Injakan itu memang tak sanggup membunuhku, tapi yang pasti
telah memperlambat gerakanku. Aku cuma terbaring di sana, pusing,
menatap tak berdaya pada Visser Three yang sedang berubah.
Visser Three punya banyak morf yang didapatnya dari
berpuluh-puluh planet dan bulan yang tersebar di seluruh galaksi.
Kami sudah melihat beberapa di antaranya. Tapi aku belum pernah
lihat yang ini. Warnanya ungu, seperti Barney, dinosaurus idola anak-anak di
TV. Tapi tampangnya sama sekali tidak lucu. Dan dia tidak terlihat
seperti binatang yang akan menyanyi "I love you, you love me. We're
a happy family." Monster ungu ini tidak punya happy family alias
keluarga bahagia.. Dia muncul dari badan Visser Three, tingginya mencapai langitlangit. Bahunya
besar sekali. Cukup besar untuk membuat bahu
Rachel terlihat ringkih. Makhluk itu berdiri di atas dua kaki, masingmasing
memiliki empat jari yang sebesar paha anak SMP.
Wajahnya... kalau memang itu bisa disebut wajah... berada di
perutnya, jadi dia tidak bisa melihat ke belakang. Dua mata besar
berkedip-kedip dari tempat di mana seharusnya terdapat dada. Aneh"
Oh, yeah. Benar-benar aneh.
Selagi aku menonton adegan horor ini, mulutnya tumbuh,
membelah terbuka, membentuk lubang menganga berpinggiran merah
yang melintang di perutnya.
Berisi gigi-gigi taring dan lidah panjang yang keluar-masuk
seperti lidahku. Tapi semua itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang
muncul kemudian. Sebab dari bahunya tumbuh empat lengan, dua di
tiap sisi. Lengan itu mulanya berkulit halus di dekat bahunya. Tapi
semakin ke bawah semakin keriput, apalagi di daerah pergelangan
tangan. Dan sebagai gantinya telapak tangan, muncul ujung tajam
yang terlihat seperti tulang berwarna merah. Kelihatannya seperti apa,
ya" Seperti kerucut jalan raya. Kau tahu kan, benda yang ditempatkan
di jalan raya untuk mengalihkan arus lalu lintas ke jalan lain" Seperti
itulah tangannya: kerucut tajam pengatur lalu lintas.
Kedua belah pihak sudah agak memisahkan diri: Rachel, Jake,
dan Ax di satu sisi, berdarah-darah, berkeringat, terengah-engah,
kesakitan, dan kesal. Hork-Bajir dan Visser Three di sisi lain. Di
antara kedua pihak itu terdapat sisa-sisa tempat tidur David.
Dua dari keempat tembok telah lenyap. Satu sisi kini terbuka ke
arah kamar mandi. David dan ayahnya berada di sana. Ayahnya
memegang pistol, tapi pandangannya beralih-alih, mungkin sedang
bingung siapa yang harus ditembak. Yang manakah pihak yang benar"
Tembok yang satu lagi terbuka ke arah kamar tidur utama.
Kamar tidur orangtua David. Patahan-patahan kayu kerangka dinding
berserakan di mana-mana. Lapisan Sheetrock, yakni, campuran plastik
dan gips untuk memberi kesan tembok itu seolah-olah terbuat dari
batu, tersandar miring. Aku bertanya-tanya dalam hati, di mana Tobias dan Cassie"
Tapi lalu kudengar pertempuran lain sedang terjadi di lantai bawah.
Mereka sedang melawan Hork-Bajir lain.
Visser Three telah menyelesaikan proses morf-nya. monster ini Dule Fansa,> ujarnya. Mau lihat kemampuannya">
Dia membidikkan sebelah tangan runcingnya ke arah Ax.
WuuuUUUSSSH! Lengan kerucut itu meluncur seperti roket. Kulit yang berlipatlipat pada
pergelangan tangannya mengencang, terentang panjang,
sehingga kerucut itu dapat terulur jauh! Kerucut itu meluncur ke arah
Ax. Ax merunduk, namun tubuhnya sudah begitu sempoyongan
sehingga dia jatuh berlutut. Lengan maut tersebut lewat di atas kepala
Ax, menembus tembok yang masih tersisa, dan menciptakan lubang
bergaris tengah setengah meter.
Dalam sekejap kerucut itu telah ditarik mundur dan mengerut
lagi, siap untuk ditembakkan kembali.
kata Visser Three penuh
percaya diri. mendapatkannya. Atau kalian semua akan mati.>
Chapter 16 FAKTA nomor satu: Tak mungkin kami biarkan Visser Three
memiliki kotak itu. Fakta nomor dua: Kami bahkan tak tahu di mana kotak itu.
Fakta nomor tiga: Kini ada enam Hork-Bajir yang memadati
ruangan ini serta ruang tidur utama yang kini bersambungan.
Ditambah Visser Three dalam morf-nya yang luar biasa. Masih ada
Hork-Bajir lagi di bawah yang mencegah Cassie dan Tobias naik
untuk membantu kami. Jadi fakta nomor empat adalah: Kami takkan memenangkan
pertempuran ini. kataku pada Jake dan Rachel.
mengobrak-abrik tempat ini dan menemukan kotak itu,> kata Jake
menjelaskan. tanya Rachel.
Aku harus menjelaskan bahwa bahasa-pikiran itu seperti Email. Hanya bisa
didengar oleh orang yang kauizinkan untuk
mendengarnya. Kecuali kalau kau sedang bicara "secara terbuka",
yang berarti seperti suara mulut yang dapat didengar oleh siapa pun
sampai jarak tertentu. Kami bertiga hanya bicara satu sama lain. Tapi kalau Visser
Three bicara, ia selalu membentak agar semua makhluk bisa
mendengarnya. kata Visser Three. mendapatkan kotak biru itu. Dan aku akan membinasakan kalian
sekarang juga. Tapi jika aku mendapatkannya sekarang, mungkin aku
akan membunuh kalian pada kesempatan lain saja.>
jelasku.
kata Jake.
kataku, mengarahkan bahasa-pikiranku kepadanya.

Kulihat matanya mencari-cari sumber suara itu. Dia ada dalam
bak mandi. Bukan pilihan yang buruk.
harus menyelamatkan kotak itu dari tangan monster itu. Jadi kami
harus tahu di mana benda itu kausembunyikan.>
Visser Three menatap Ax dengan matanya yang ada di dada.
ejeknya. manusia-manusia ini dibunuh daripada menyerahkan kotak itu">
"Jangan bunuh kami!" teriak David tiba-tiba. "Kotak itu ada
padaku. Tapi biarkan kami pergi. Kotak itu ada dalam ranselku ini,
kalau kau benar-benar menginginkannya."
David mulai melepaskan sebelah tangannya keluar dari tali
punggung ranselnya. Dan sekitar sepuluh hal terjadi secara bersamaan.
Para Hork-Bajir melompat menerjangnya.
Ayahnya menembak. DOR! DOR! DOR! KLIK... KLIK...
Ax menyabetkan ekornya ke arah Visser Three. Rachel
menyeruak maju, mencoba mencengkeram David atau ranselnya atau
keduanya. Visser Three terkena bilah pisau Ax pada salah satu lengan
penusuknya. "Aarrraaawwwggghh!!" jeritnya ketika pisau Ax
menebas putus lengan itu.
Jake menendangkan kaki belakangnya dan melompat tepat
menuju Visser Three, tanpa memedulikan para Hork-Bajir.
Kugigit kaki Hork-Bajir terdekat dan memompa habis bisaku.
seru Jake.
Rachel menggeram, menundukkan kepalanya, mendarat di atas
empat kaki lalu lari ke arah David. Seperti lokomotif. Seperti truk
gandeng. Para Hork-Bajir mencoba menyambarnya. Aku melirik dan
melihat apa yang diperbuatnya. Ada jendela kamar mandi yang kecil.
Dia mencoba menjejalkan David keluar lewat jendela itu. Benar-benar
tidak menyenangkan buat David, melejit melalui pecahan-pecahan
kaca dan jatuh dari tingkat dua. Tapi pilihan lainnya tidak begitu
bagus. Rachel lari. David mengerut ketakutan.
Dan Visser Three menembakkan dua tangan kerucutnya tepat
ke arahnya. WHUM-WHUMPH! WHAM! BRAKK!
Tembakan itu meleset dan membuat lubang pada tembok
sebelah luar kamar mandi David. Dalam sekejap David sudah
diangkut oleh si beruang, didorong menembus pecahan-pecahan kaca
dan semen, dan melayang jatuh dalam udara sore.
Aku tahu Visser Three takkan mengejarnya di kompleks
perumahan ini, dalam morf aliennya, dibuntuti oleh para Hork-Bajir.
Tapi aku juga tahu bahwa ia akan melampiaskan amarahnya pada
seseorang. Dan seseorang itu adalah aku, Ax, dan Jake.
WHAM! Satu tangan penusuk ditembakkan ke arah Jake. Aku
bisa merasakan anginnya di wajahku. Kerucut tersebut mengenai
panggul Jake. Dia jatuh berdebam. WHAM! Tangan si Visser yang
sebelah kiri menusuk Ax. Ax merunduk, tapi nyaris kena. Ax
terhuyung-huyung ke samping, dan hampir jatuh melewati lubang di
tembok. Dia sudah gagal menjaga keseimbangannya, dan mulai
terpeleset. Dia tak bisa berdiri tegak lagi, jadi dia menggunakan
momentum gerakan terpelesetnya itu menjadi loncatan. Pada saat
kakinya mendarat di tanah di luar sana, dia sudah mulai berubah.
teriakku.
Dia lari. Tapi kaki belakangnya terseret-seret tak berguna.
Para serdadu Hork-Bajir mengepungnya, menebas-nebas, dan
menyerangnya. Dan aku sama sekali tak berdaya!
Lalu dengan cepat, tanpa suara, tanpa diduga, sekelebat warna
abu-abu dan putih menyeruak masuk. Seekor serigala, taringnya
menyeringai, mulutnya tertarik ke belakang. Cassie!
Dia melompat ke punggung Hork-Bajir terdekat dan mengunci
rahangnya pada tengkuk monster itu.
Jake menyeret-nyeret langkahnya menuju lubang di tembok dan
setengah-melompat setengah-terjatuh melewatinya, lalu mendarat
berdebam pada rerumputan di bawah.
Cassie membuka rahangnya dan menggunakan punggung HorkBajir tersebut sebagai
kasur pegas dan melayang menembus lubang
itu. Semuanya berhasil lolos. Semua kecuali aku dan ayah David.
Dua Hork-Bajir menelikung tangannya ke belakang. Ia berteriakteriak. Ia
menyerukan nama anaknya berulang-ulang, "David! David!
David!" Aku masih di sana. Mata Visser Three menatapku tajam.
Aku merayap ke kolong ranjang secepat mungkin. Kemudian
kutegakkan tubuh dalam posisi menyerang, dan kutusukkan taringku
pada salah satu balok melintang penyangga kasur. Aku berpegangan
kuat-kuat, lalu mengangkat tubuhku dan menempelkannya pada celah
di antara dua balok. Tangan-tangan kuat mengangkat tempat tidur itu pada satu sisi.
bersenang-sertang!> Visser Three berkoar.
Tapi yang mereka lihat di lantai di kolong tempat tidur itu
bukanlah aku. Melainkan Spawn.
Para Hork-Bajir melemparkan handuk ke atas tubuh Spawn,
seperti jala, dan membungkusnya menjadi buntalan. Mereka turun ke
lantai bawah sambil membawa makhluk yang mereka kira Andalite
dalam morf. Aku tidak tega membayangkan apa yang akan mereka perbuat
terhadap ular malang itu. Mungkin cuma sekadar mengurungnya,
menunggunya kembali ke wujud asal.
Atau mungkin sesudah mereka tahu dia tidak "mau" demorph
setelah dua jam, mereka akan melakukan tindakan lain. Visser Three
adalah makhluk yang sangat kejam dan tak kenal ampun.
Dan bagi ayah David... yah, ia sudah menyaksikan apa yang
tidak boleh diketahui manusia normal. Cuma ada satu takdir yang
menantinya: Dalam beberapa jam lagi otaknya akan diselubungi oleh
siput Yeerk. Hidupnya sebagai manusia bebas sudah berakhir.
Visser Three tinggal sebentar, setelah para anak buah dan
tawanannya turun. Apakah ia bisa merasakan adanya keanehan"
Apakah ia bisa merasakan bahwa aku masih ada di sana" Aku ada di


Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat yang jelas kelihatan, bergelung pada balok penyangga kasur.
Aku membeku. Aku sama sekali tidak bergerak sehingga
seolah-olah sudah mati. Visser Three demorph. Kembali ke tubuh Andalite yang
dirampasnya dari Alloran.
Ia melihat berkeliling untuk yang terakhir kalinya.
Kuharap ia mendekat ke arahku. Mungkin kantong bisaku
sudah penuh lagi. Mungkin jumlahnya sudah cukup untuk
membunuhnya. Tapi ia tidak mendekat. Ia berubah menjadi manusia dan
melangkah tenang ke luar ruangan.
Chapter 17 POLISI berdatangan ke tempat itu. Kami mendengar sirenenya
sewaktu kami lari dan berubah ke wujud asal. Tapi pada saat mereka
tiba di sana, teman-temanku sudah pergi. Begitu pula dengan para
Yeerk. Rumah David sudah jadi seperti gudang kontainer di
pelabuhan. Dinding-dinding pemisah ruangannya sudah jebol.
Aku kembali ke wujud manusia, lalu menjelma menjadi elang
laut, dan aku terbang keluar dari jendela kamar David tepat ketika
para polisi menyerbu masuk di lantai bawah.
Aku melihat teman-temanku di jalanan. Mereka semua telah
demorph kecuali Ax, yang prosesnya terbalik, yaitu morf menjadi
manusia. Mereka sedang memapah David. Dia pingsan. Entah karena
jatuh ke tanah atau karena hal lain.
Aku meluncur turun dan mendarat dalam bak sampah di sebuah
gang sempit antara dua bangunan besar. Aku demorph di dalam bak
sampah itu, tidak terlihat oleh siapa pun, lalu memanjat ke luar. Para
Animorphs baru saja tiba di mulut gang.
"Hei," panggilku. Jake memapah David masuk ke gang itu
cepat-cepat. Rachel dan aku membantu menyandarkan David pada tembok
bata yang licin ini. "Mereka membawa ayahnya," ujarku.
kata Tobias, meluncur turun
pelan-pelan untuk mendarat di bibir bak sampah itu. berputar-putar di atas rumah itu sampai polisi meninggalkan tempat
itu. Ibu David memarkir mobilnya tepat ketika para Yeerk keluar dari
pintu depan. Makhluk Hork-Bajir mencekal tangannya dan
mendorongnya masuk ke mobil van itu.>
"Ia bakal jadi Pengendali waktu ia pulang ke rumahnya nanti,"
kata Rachel. Dia menatap David yang duduk di aspal. "Anak malang."
"Dia tidak punya rumah," kata Cassie. "Visser Three tahu
namanya, wajahnya, dan alamatnya. Detik ini juga ia sudah tahu di
mana sekolah David dan tempat-tempat yang suka ia kunjungi. Dia
sudah menjadi WANTED. Jika kita tinggalkan dia begitu saja, mereka
pasti akan menangkapnya. Mereka akan menjadikannya Pengendali."
Aku mengangguk. Lalu aku membuka ranselnya dan merogohrogoh ke dalam, sampai
menemukan benda berpermukaan rata yang
sudut-sudutnya terasa keras. Aku menarik keluar tanganku sambil
memegang kotak berwarna biru.
"Dia belum melihat wujud asli kita," ujarku. "Dia tak bisa
menyerahkan kita kepada para Yeerk. Mereka akan menangkapnya,
menjadikannya Pengendali, dan dia tetap saja tak akan mampu
mengidentifikasi kita."
tanya Tobias. hidupnya begitu saja">
"Kau punya ide lain?" tanyaku sengit.
"Memang kejam sih," komentar Rachel. Tapi bisa kulihat dia
sependapat denganku. "Mungkin ada alternatif lain," kata Ax. Dia sedang
menggunakan morf manusianya yang ganteng sekaligus cantik. Dia
menciptakan morf itu dari DNA Jake, Rachel, Cassie, dan aku. Masih
saja terasa ganjil menyaksikan ciri-ciriku bercampur dengan ciri-ciri
Rachel, Cassie, atau Jake.
"Alternatif apa?" tanya Jake.
"Kita punya kubus itu," kata Ax. "Kubb-buss. Kita bisa
menggunakannya. Kub-bus."
Kami semua menatapnya. "Menciptakan Animorphs baru?" tanyaku kurang yakin.
"Menciptakan Animorphs baru!" seru Cassie bersemangat.
Jake mengangguk. Rachel sedang berpikir-pikir sambil menatap
Cassie, beralih ke Jake, lalu kembali ke arah David yang pingsan di
atas aspal. "Aku tidak suka usul ini," kata Rachel.
"Pertanyaannya adalah, apakah kita punya pilihan lain?" tanya
Jake. "Maksudku, lihat, anak itu akan bangun sebentar lagi. Aku tidak
bisa terus-terusan membuatnya pingsan. Jadi pilihannya tinggal: kita
jadikan dia anggota kita, atau kita tinggalkan dia di sini, sekarang
juga. Di gang sempit ini. Dengan kenyataan bahwa orangtuanya akan
jadi Pengendali sebentar lagi. Dan Visser Three sudah tahu namanya
dan sedang mengincarnya."
"Memang jahat sih," kataku, "tapi aku tidak bisa
membayangkan cowok ini bisa cocok bergabung dengan kita. Kita kan
tidak kenal dia." menggunakan benda ini pada kita,> komentar Tobias.
"Kami tidak kenal kau, Tobias," kata Rachel. "Tapi aku dan
Cassie telah bersahabat lama sebelumnya. Jake dan Cassie waktu itu,
mm... saling berteman. Jake adalah saudara sepupuku. Marco adalah
sahabatnya. Ada hubungan di antara kami. Kecuali kau. Dan Ax.
Dengan David ini, kita tidak ada hubungan sama sekali."
Aneh sekali, betapa Rachel dan aku sering berada di pihak yang
sama. Dia menyukai Tobias lebih daripada diriku, dan senang bergaul
dengan Cassie dibanding dengan diriku, tapi sering kali kami berdua
tergabung dalam satu pihak dalam menghadapi masalah penting
seperti ini. "Risikonya besar," kata Jake. "Kalau dia bisa beradaptasi
dengan situasi ini, kita bisa makin kuat. Kalau tidak..."
"Dengar, kita punya kotak itu, ya, kan?" kata Cassie. "Intinya,
mungkin David ini cuma yang pertama dari anggota-anggota baru
lainnya. Maksudku, kita bisa menggunakan kotak itu untuk
menciptakan lebih banyak anggota Animorphs lagi. Berpuluh-puluh.
Beratus-ratus. Semakin banyak jumlah kita, semakin banyak yang
dapat kita lakukan untuk melawan serbuan Yeerk."
Itu pikiran yang bagus. Aku belum memikirkannya. Tapi Cassie
benar. Ini bukan cuma tentang satu anak ini saja. Tapi tentang strategi
jangka panjang. Rachel menatapku. "Kalau kita sedang menghadapi perang, kita
pasti ingin punya banyak pasukan, ya, kan" Masuk akal. Selain itu,
kita bisa lebih santai sedikit. Dengan cuma berenam, kita harus ekstrahati-
hati." Aku merasakan semangat yang berkobar-kobar karena ide itu.
Maksudku, Rachel juga benar. Selama ini kami harus begitu berhatihati. Dengan
banyak anggota, kami bisa memberitahu dunia apa yang
sedang terjadi. Kami bisa menyusup ke acara bincang-bincang David
Letterman di TV dan berubah wujud di depan kamera dan membuat
semua orang percaya bahwa apa yang kami katakan itu benar. Atau
pergi menghadap presiden dan menunjukkan kemampuan kami, lalu
beliau pasti akan mendengarkan kami.
Kami bisa benar-benar memenangkan pertempuran ini, dan
bukan hanya mengimbangi kekuatan Yeerk. Tapi tetap saja...
Aku merentangkan lengan, memohon. "Dia menamakan
kucingnya Megadeth. Ular kobranya diberi nama Spawn. Cowok
macam apa dia itu?" Cassie mengangkat bahu. "Cowok dengan selera musik yang
buruk dan menyukai buku komik yang keren?"
kata Tobias. Tapi
terserah Jake saja.> "Ya, Pangeran Jake yang harus memutuskan," kata Ax.
"Ini langkah yang menentukan," kata Jake sambil
menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Kalau ucapan Erek benar, dan
biasanya memang begitu, kita akan menghadapi misi paling sulit yang
pernah kita hadapi. Misi yang paling penting. Aku takkan
memutuskan hal ini sendirian. Kali ini tidak. Kita putuskan secara
demokratis. Pertanyaannya sederhana: Apa kita akan menjadikan
David anggota kita atau tidak?"
kata Tobias. direbut Visser Three.>
"Jawabanku 'ya'," kata Cassie. "Kita harus membuat semacam
loncatan iman sekarang dan berdoa agar upaya ini berhasil."
Aku mendengus. Tak bisa kutahan. Itu reaksi otomatisku kalau
ada yang bilang "loncatan iman". Cassie tersenyum penuh toleransi
terhadapku. "Aku tidak perlu mengeluarkan pendapat," kata Ax. "Aku akan
mengikuti pilihan Pangeran Jake."
Jake menggeleng. "Tidak. Kau adalah bagian dari kami, Ax.
Dalam pertempuran, mungkin tak ada waktu untuk mengeluarkan
pendapat secara bebas akan segala hal. Tapi kali ini merupakan situasi
yang aman, jadi kita adakan demokrasi."
"Kalau begitu kupilih tidak," kata Ax.
Alisku naik. Kami cuma berenam. Pemungutan suara ini masih
bisa kumenangkan. tanya
Tobias. "Kita bukanlah pasukan tentara yang kuat karena berjumlah
banyak. Kita ini kelompok gerilya," katanya.
"Gerilya, gorila" Perbedaan antara kedua kata itu kecil sekali.
Kalian para manusia seharusnya tidak menciptakan kata-kata yang
begitu... Tapi intinya, menambah keanggotaan dari enam menjadi
tujuh mungkin takkan membuat kita makin kuat, tapi malah membawa
risiko baru. Rissi-koh."
"Kalau kita sedang merencanakan untuk memiliki ratusan,
bahkan ribuan Animorphs, bukankah kita harus mulai dengan angka
tujuh?" tanya Cassie.
"Ya," kata Ax setuju. "Tapi kita harus mulai dengan orang yang
kita pahami. Bukan orang asing. Kita akan menghadapi misi
menyelamatkan para kepala negara. Anggota ketujuh bisa membantu
kita. Atau bisa juga membuat kita tidak kompak."
Jake menatapku. "Pilihanku sama dengan Ax," kataku. "Ada sesuatu pada anak
ini yang tidak kusukai. Tapi tak bisa kujelaskan."
"Dua setuju, dua menentang," kata Jake menyimpulkan.
"Bagaimana, Rachel?"
Rachel akan memilih "tidak". Lalu, jika Jake memilih "ya',",
kedudukan akan seimbang. Jake takkan mengambil langkah "ya" jika
pendapat kami terbagi dua sama besar. Aku mulai merasa lega dan
bersalah sekaligus. Aku tak suka membayangkan nasib yang akan
menimpa David. "Ayo, kita lakukan saja," usul Rachel.
"Apa?" teriakku.
"Kau tidak tuli kan?" kata Rachel. "Ax punya alasan bagus.
Tapi Cassie juga benar. Kita harus mulai ekspansi pada suatu saat,
setelah kita punya kotak itu. Apa yang bisa kita lakukan, pasang iklan
di koran" 'Dibutuhkan tenaga baru: bersedia menghadapi bahaya,
mimpi buruk, kejadian penuh horor, tanpa bayaran" Pernahkah kau
mau berubah jadi serangga dan bertempur melawan makhluk luar
angkasa pencuri otak" Hubungi: 1-800-ANIMORPHS.'"
Cassie tertawa. "Payahnya, Rachel, kau pasti akan menjawab
iklan semacam itu." Rachel terbahak. "Betul sekali. Jadi kau bisa lihat, kan, orang
macam apa yang bakalan bergabung." Sekarang terserah Jake.
David mengerang dan menggerakkan kepalanya. Kelopak
matanya membuka. "Siapa kau?" tanyanya, menatap Jake, lalu melihat pada kami
semua. Jake mendesah. "Kami adalah orang-orang yang akan
menjungkirbalikkan duniamu, David."
Chapter 18 "MEREKA disebut Yeerk," kata Jake.
Kami berada di gudang jerami Cassie, di antara hewan-hewan
yang terluka dan dikurung dalam kandang. Di tengah-tengah bau
jerami, obat-obatan, dan kotoran binatang. David duduk di atas
setumpuk jerami berbentuk persegi sambil menggaruk-garuk dagunya.
Kami berdiri mengelilinginya.
"Mereka adalah spesies parasit dari luar angkasa. Mereka
sebenarnya tidak lebih dari keong tanpa rumah. Tapi mereka mampu
memasuki otakmu dan memperbudakmu. Ingat monster-monster
setinggi dua meter lebih yang kaulihat di rumahmu" Mereka adalah
spesies Hork-Bajir. Mereka memiliki Yeerk di dalam otak mereka.
Seluruh spesiesnya sudah diperbudak oleh Yeerk."
"Dan kini mereka sedang mengincar umat manusia," kata
Cassie. "Sudah ada ribuan manusia yang dijadikan Pengendali. Itulah
sebutan untuk makhluk hidup yang sudah dikendalikan oleh Yeerk."
"Kakakku. adalah salah satu dari mereka," kata Jake.
"Dan sekarang, David, begitu pula ayah dan ibumu," kataku.
Cassie menatapku tajam, menunjukkan ketidaksenangannya
akan ucapanku. Jake ikut-ikutan.
Aku mengangkat bahu. "Dia harus tahu apa yang sedang
terjadi," kataku. "Dia harus tahu ini bukan sekadar permainan."
"Ada apa dengan ayah dan ibuku?" tanya David padaku.
Aku mengeluh. "Dengar, ini semua gara-gara kotak biru yang
kautemukan. Para Yeerk menginginkannya. Ingat monster biru yang
berubah menjadi raksasa ungu yang bisa menjebol tembok itu"
Namanya Visser Three. Pemimpin pasukan Yeerk di Bumi. Yang
menjalankan penyerbuan ini. Seperti yang mungkin sudah kauketahui,
ia mengincar kotak itu. Dan ayah-ibumu telah melihat wujud aslinya.
Melihat dirinya sebagai alien. Dan itu pantangan besar bagi Yeerk.
Mereka tak ingin orang tahu apa yang terjadi. Belum saatnya. Jadi ia
akan membungkam kedua orangtuamu. Juga ia akan mencari tahu apa
yang diketahui orangtuamu tentang kotak itu."
David menggelengkan kepala, tanda belum mengerti.
"Maksudmu dia akan menyiksa atau membunuh mereka?"
"Ya, ampun," gumamku. Menjelaskan semuanya bakalan sulit
sekali. Aku mendekat dan berdiri tepat di depannya. "Simak baik-baik.
Saat ini orangtuamu sudah dibawa ke kompleks bawah tanah rahasia
yang disebut kolam Yeerk. Itu bukan tempat yang menyenangkan.
Bayangkan dalam pikiranmu sebuah tambak berlumpur yang
berwarna seperti timah cair. Dua dermaga terbuat dari baja menjorok
ke tengahnya. Serdadu Hork-Bajir akan menyeret orangtuamu ke
ujung salah satu dermaga tersebut. Mereka akan..."
"Marco!" bentak Cassie.
"Para Hork-Bajir akan menyeret ayah-ibumu ke ujung dermaga,
menendang tulang kering mereka sehingga keduanya jatuh berlutut,
kemudian mendorong kepala mereka masuk ke dalam tambak lumpur.
Dan sementara mereka menendang-nendang dan berteriak-teriak
minta tolong, segumpal lendir Yeerk akan berenang mendekat, lalu,
memaksa memasuki salah satu telinga mereka. Yeerk itu akan
memipihkan tubuh dan mendorong dinding saluran telinga mereka ke
samping untuk bisa masuk ke dalam tengkorak, di mana makhluk itu


Animorphs - 20 Anggota Baru Animorphs di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lalu melebarkan diri untuk membungkus otak mereka.
"Kemudian para Hork-Bajir akan menarik mereka keluar dari
tempat itu, dan mereka akan mulai merasa tak dapat mengendalikan
lengan dan kaki mereka sendiri. Tak bisa membuka mulut atau
mengarahkan mata mereka sendiri. Para Yeerk akan membuka ingatan
mereka seperti orang membuka buku. Mereka akan menjadi budak.
Budak yang paling patuh dalam seluruh sejarah umat manusia, sebab
bahkan pikiran mereka bukan milik mereka sendiri. Apa kau sudah
mengerti sepenuhnya?"
Selama aku berpidato itu, David hanya menatapku hampa. Tapi
perlahan-lahan air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Aku
menjauh darinya dengan tiba-tiba. Napasku terengah-engah. Aku
merasa seperti... Aku dapat menyaksikan semua itu terjadi dalam benakku.
Selagi aku bicara, bukanlah ibu David yang kulihat. Tapi ibuku
sendiri. Gudang jerami itu mendadak hening. Bahkan para binatang pun
berhenti bersuara. "Ibuku salah satu dari mereka," kataku datar. "Ia seorang
Pengendali." "Banyak yang harus kami ceritakan padamu, David," kata Jake
pelan. "Tapi Marco benar. Kau harus tahu bahwa ini bukan permainan
video game. Ini pertempuran hidup atau mati. Ini menyangkut masa
depan umat manusia. Sekarang sudah terlambat untuk menolong
orangtuamu. Dan sekarang kau tidak punya rumah, dan tidak bisa ke
sekolah. Sebab jika kaulakukan itu, mereka akan menemukanmu. Dan
nanti dirimulah yang akan berjalan ke ujung dermaga itu."
Kulihat ekspresi di mata David semakin kelam. Tidak setiap
hari ada orang yang mengatakan bahwa riwayatmu sudah tamat.
"Yang benar saja," kata David. "Maksudku, ini kan tidak
sungguh-sungguh terjadi. Tak mungkin. Ini semua pasti cuma tipuan."
"Kau sudah lihat apa yang terjadi di rumahmu," kata Rachel.
"Bisa saja itu orang-orang yang memakai kostum," bantah
David. "Kau melihat Visser Three berubah wujud. Kostum takkan
mungkin bisa berubah seperti itu," Cassie mengingatkan.
"Kisser Three" Tukang cium nomor tiga?"
"Visser Three. Dengan huruf 'v'," kata Jake. "Yang berwujud
seperti rusa biru dengan ekor kalajengking. Kaulihat dia berubah
wujud menjadi monster ungu penghancur tembok."
David masih berkeras. "Itu cuma tipuan."
Kulirik Rachel. Dia terlihat seperti menyesali pilihannya.
"Ax," perintah Jake. "Demorph."
Ax menganggukkan kepala manusianya. "Dengan senang hati.
Benar-benar mengganggu kalau tidak punya ekor. Meng-nggang-gu."
"David, perhatikan Ax. Perhatikan baik-baik."
David menatap Ax lekat-lekat. Tapak kuda mulai tumbuh pada
kaki manusianya. Tangannya mengecil dan menjadi lemah. Dua jari
ekstra muncul dari masing-masing tangan. Bibirnya saling menempel,
lalu warna merahnya menghilang. Akhirnya bibirnya lenyap sama
sekali. Kaki depannya muncul, tumbuh dari dadanya. "Aaaaaahhh!
Aaaaaahhh!" teriak David. Dia terjengkang, berbalik, lalu mulai
berlari. Rachel menyambarnya. "Tenang saja, nanti juga terbiasa,"
katanya. Dia membalikkan tubuh David dan mendorongnya kembali
ke tumpukan jerami yang tadi didudukinya.
Terdengar suara menyeruput pelan ketika ekor Ax muncul. Ax
jatuh terjerembap, ditopang empat kaki. Tanduk jerapahnya tumbuh
dari ubun-ubunnya dan... pop! pop!... bola mata muncul di ujung
tanduk-tanduk itu. "Kau lihat, kan?" kata Jake. "Bukan tipuan. Ini AximiliEsgarrouth-Isthill. Kami
memanggilnya 'Ax' biar singkat. Dia
makhluk Andalite. Para Andalite adalah makhluk baik-baik dari
galaksi kita." "Setidaknya sebagian besar dari mereka," gumamku.
"Visser Three, yang kaulihat di kamarmu itu, memiliki tubuh
Andalite. Tapi dia itu sebenarnya Yeerk. Dia cuma sekadar merampas
dan memperbudak makhluk Andalite itu."
David gemetar. Aku tak tahu seberapa banyak yang mampu
dicernanya. Aku jadi ingin tertawa. Maksudku, hal ini betul-betul
tidak masuk akal. Satu menit yang lalu anak malang ini asyik dengan
urusannya sendiri, lalu menit berikutnya dia sudah ada di tengahtengah
pertempuran antara... Tapi dipikir-pikir lagi, hal itu jugalah yang terjadi pada kami
berlima dulu, pada malam kami melewati tempat pembangunan yang
terbengkalai. Waktu itu aku tidak mau jadi anggota Animorphs. Jake enggan
jadi pemimpin. Cassie cuma mau memeluk pohon dan merawat
binatang-binatangnya. Tobias adalah anak yang kacau, dari keluarga
berantakan, yang sedang mencari seseorang untuk menyayanginya.
Tobias waktu itu masih manusia.
Sedang Rachel... yah, sejujurnya kupikir Rachel senang
mendapati nasibnya berakhir seperti ini. Rachel sejak dulu sudah jadi
prajurit tempur di balik penampilan yang ala supermodel.
Bagaimana cara David menangani semua ini" Apakah dia akan
mengingkari kenyataan, seperti aku waktu itu" Atau dia akan
menerimanya dengan senang hati seperti Rachel"
"Ada satu hal yang positif dari semua ini," kata Cassie. "Ada
imbalan dari semua bahaya dan rasa takut itu."
David menatapnya, belum paham.
"Kau ingat hewan-hewan liar yang melawan monster-monster
itu tadi siang" Kau ingat burung-burung yang mencoba mencuri kotak
biru itu kemarin malam?" kataku. "Itu kami. Bukan cuma Visser
Three dan Ax yang bisa berubah wujud. Tapi kami juga. Dan kini,
karena kita sudah punya ini," kataku sambil mengangkat kotak biru
itu, "kau juga bisa."
"Semua binatang yang bisa kausentuh, bisa kautiru wujudnya,"
kata Cassie. "Lumba-lumba, sigung, serigala."
"Gajah atau beruang," sambung Rachel.
"Gorila. Ikan hiu," tambahku.
"Harimau, lalat, kecoak," kata Jake. "Hewan apa pun. Besar
atau kecil. Tapi hanya bisa selama dua jam pada satu wujud tertentu.
Kau tak bisa memakai wujud morf lebih dari dua jam."
"Memangnya kenapa?" tanya David.
"Yuk, kita temui anggota terakhir Animorphs," kataku. "David,
kenalkan, ini Tobias."
Chapter 19 DAVID menginap di rumahku. Kubilang pada ayahku bahwa
aku mengajaknya menginap. Kubiarkan dia memakai tempat tidurku
sementara aku menggunakan kantong tidur dan kasur angin yang biasa
dipakai di kolam renang. Kasur balon yang sudah kehabisan seluruh
anginnya pada jam dua dini hari.
Dan itu ternyata merupakan hal yang bagus, karena aku jadi
terbangun tepat pada waktu David mengendap-endap keluar dari
kamarku. Aku mendapatinya sedang mencoba menelepon dari
pesawat yang ada di koridor.
Kutekan telunjukku pada tombol penyambung sebelum dia
sempat menekan nomor-nomor. "Pernah dengar mesin yang bernama
Caller ID" Pelacak nomor telepon yang masuk?" bisikku.
"Aku ingin menelepon ayah dan ibuku," katanya dingin.
Aku mengangguk. "Boleh. Tapi bukan dari sini."
Kami berpakaian lalu mengendap-endap melewati pintu kamar
ayahku dan menuruni tangga. Udara di luar begitu dingin dan lembap.
"Ayo," ajakku. "Ke mana kita?"
Rajawali Emas 15 Pendekar Hina Kelana 13 Siluman Harimau Kumbang Pendekar Pedang Dari Bu Tong 6
^