Pencarian

Mengungkap Rahasia Tobias 3

Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias Bagian 3


Rachel mengacak-acak rambutnya. "Menurut J ake, Yeerk
mungkin akan menggunakan Bek untuk menjebak para Hork-Bajir
bebas lainnya." "Tempat yang tidak bersedia diungkapkan Hork-B ajir
kepadamu itu" Yang selama ini mereka serang untuk membebaskan
Hork-Bajir lainnya" Menurut J ake mereka membawa Bek ke sana.
Sebagai umpan." kataku
marah, kepadaku. Mungkin J ake hanya mencari alasan untuk menekan Hork-
Baj ir agar memberitahukan tempat itu kepada kita.>
Rachel memandangku seakan-akan ia hendak mendebat. Lalu
ekspresinya berubah seakan-akan tertawa. "Mungkin. J ake memang
semakin tertutup. Itu tidak penting. Kita tidak memiliki petunjuk lain.
Entah Bek ada di tempat itu atau di kolam Yeerk atau sudah tewas.
Pokoknya, kita akan menyerbu besok siang. Sekolah libur karena ada
konferensi guru." Aku merasa ngeri. dan Toby untuk mengembalikan si Hork-Bajir kecil. >
"Dan hampir berhasil. Bukan salahmu Yeerk berhasil
menangkapnya. " Aku diam saja. Itu salahku, tapi tidak ada gunanya bagi kami
berdua mengatakan "ya itu salahku, tidak itu bukan salahmu"
sepanjang malam.
kataku. "Yeah, AX sudah memberitahu."
sungguh. Maksudku, kau tahu...>
Rachel turun dari tempat tidur dan menghampiriku, lalu duduk
di meja di dekatku. "Tentu saja itu penting, Tobias. Dia keluargamu.
Dan dia ingin merawatmu."
Aku memaksa diri tertawa. Sepupu Aria. Ini aku, Tobias. Tidak, di sini, kau lihat burung itu" Ya,
sepupumu elang ekor merah. Kejutan!">
"Kau tidak harus begitu."
Aku berpura-pura tidak tahu maksudnya.
"Tobias, kau memiliki kekuatan untuk menjadi manusia lagi.
Manusia seutuhnya." "Kau bisa menemui wanita ini sebagai manusia. Kau bisa
menjadi Tobias lagi. Kau bisa memiliki keluarga, dan seseorang untuk
merawat dirimu."
Rachel tiba-tiba melompat. "Tobias, jangan berpura- pura
bodoh! Kau tahu apa maksudku. Kau kira aku tidak tahu kau
kelaparan" Aku bisa memandangmu dan melihatnya seketika. Ada
yang tidak beres akhir-akhir ini. Maksudku, aku melihatmu... ah,
sudahlah." Jantungku bagai pindah ke tenggorokanku. kataku,
hampir-hampir menjerit. Apa bedanya dengan yang kalian lakukan" Atau manusia lainnya"
Kau pergi ke pasar swalayan dan membeli daging sapi atau babi atau
ayam yang sudah mati selama berminggu-minggu!>
"Aku tidak peduli kau menyantap bangkai. Berhentilah menjadi
idiot! Aku peduli padamu. Dan sewaktu kulihat kau berbuat begitu,
aku tahu ada yang tidak beres. Tapi kau menutup diri dalam dunia
elangmu yang kecil dan tidak mengizinkan seorang pun membantumu.
Kau lebih suka kelaparan daripada meminta bantuan. Kau tidak akan
pernah mau mengakui bahwa kehidupanmu kacau karena dengan
begitu kau akan merasa lemah."
sergahku. < Burung pemangsa. Kalau
kami lemah, kami mati. Itu hukum bagi kami. Aku bukan manusia.
Tidak lagi. Tidak seorang pun yang membantu elang. Elang hidup
dengan mata dan sayap dan cakarnya. >
"Kau seekor elang?" Rachel mencibir. "Kau berbicara, Tobias.
Kau membaca. Kau mempunyai emosi. Itu sifat manusia, bukan
elang." aku kelaparan. Karena aku kurang menjadi elang. Itu sebabnya
kubiarkan Bek lepas, karena aku cukup manusiawi untuk lebih
memperhatikan rasa sakit dan ketakutanku daripada melakukan apa
yang harus kulakukan.>
"Dasar bodoh," kata Rachel marah. "Itu bahkan tidak masuk
akal. Kau tahu" Kau harus memilih, Tobias. Kau bisa menjadi elang.
Tapi kau tidak akan pernah_tidak selama sejuta tahun sekalipun_
bisa menjadi elang murni dan sejati. Kalau kau ingin tetap menjadi
elang, kau akan tetap seperti sekarang, kebingungan, bertentangan,
tidak pernah mengetahui apa dirimu yang sebenarnya. Atau... atau kau
bisa menjadi manusia lagi. Manusia sepenuhnya. Kau bisa tinggal
bersama wanita bernama Aria ini dan makan di meja dan tidur di
ranjang." kataku. lagi. Tidak pernah melihat dengan mata elang. Tidak pernah morf lagi.
Aku tahu kalian semua akan tetap baik padaku, tapi aku akan
kehilangan kalian semua. Aku akan merindukan menjadi Animorphs.>
"Kau tidak akan kehilangan diriku," kata Rachel.
Kami berdua membisu untuk waktu lama. Lalu Rachel
berbicara pelan. "Apa yang harus kulakukan, Tobias" Aku seorang gadis. Kau
seekor burung. Ini jauh melebihi Romeo dan Juliet, keluarga
Montague dan Capulet. Ini bukan Kate Winslet dan Leonardo
DiCaprio yang berasal dari kelompok sosial yang berbeda atau
semacam itu. Ini bukannya kau hitam dan aku putih seperti Cassie dan
J ake. Tidak seorang pun, kecuali orang bodoh, yang peduli dengan hal
itu. Kita... kita tidak bisa berpegangan tangan, Tobias. Kita tidak bisa
berdansa. Kita tidak bisa menonton film bersama-sama."
Kau kira aku tidak menginginkan semua itu" Tapi aku tidak bisa
terus-menerus betubah. Aku tidak bisa menjadi sesuatu yang berbeda
selamanya.> "Satu perubahan lagi, Tobias. Kembali menjadi manusia. Kau
akan terbebas dari perang bodoh ini dan dari semua bahaya yang
kautemui sebagai elang. Aku tidak perlu mengkhawatirkan dirimu
lagi." Aku tidak tahan lagi. Tidak bisa. Ini terlalu berlebihan. Aku
merasa seperti akan meledak kalau tidak menj auhinya. Aku tidak bisa
sedekat itu dengannya... tidak bisa.
Aku berbalik dan bersiap-siap terbang.
"Tobias, Omong-omong, waktunya besok. Ulang tahunmu.
Kuminta Marco menyusup ke jaringan komputer administrasi sekolah.
Besok kau harus menemui ,pengacara dan Aria. Apa pun yang terjadi
di sana_apa pun keputusanmu_temui aku sesudahnya, oke"
Mungkin kita bisa menyiapkan kue dengan lilin."
Kubentangkan sayap dan terbang pergi.
Chapter 23 AKU tidak banyak tidur malam itu. Bercakap-cakap dengan
Rachel tidak membuatku damai.
Di pagi hari, dalam waktu dua jam lagi, kami semua akan pergi
ke lembah Hork-Bajir. Aku akan menanyakan lokasi fasilitas rahasia
Yeerk. Kami akan memberitahu mereka bahwa Yeerk berhasil
menangkap Bek. Mungkin memang itu kenyataannya.
Pasti akan ada pertempuran. Mungkin kami bisa selamat dan
mungkin tidak. Dan lalu ada pertempuran lain yang harus kuhadapi.
Pertempuran dengan diriku sendiri.
Manusia atau elang" Siapa aku ini"
Aku duduk di pohonku dan mencengkeram tempat
bertenggerku dan menatap ke seberang lapangan rumput. Kelaparan
itu telah sangat hebat sekarang. Cukup hebat untuk melemahkan
diriku. Kalau tidak makan aku tidak akan mempunyai kekuatan untuk
terbang ke lembah Hork-Bajir. Aku tidak akan mampu bertempur.
Apa itu begitu penting" Apa belum cukup tindakanku selama
ini" Apa harga yang kubayar kurang tinggi"
Aku bisa berubah menjadi manusia. Tetap menjadi manusia.
Bersantap sebagai manusia. Tidak ada perkelahian memperebutkan
wilayah, tidak ada pertempuran melawan Yeerk.
Dan aku masih tetap memiliki Rachel.
Keputusan yang sangat sederhana. Sangat mudah. Orang bodoh
pun tahu jawabannya. Jadi manusia! Jadi manusia!
Kulihat gerakan samar di rerumputan dalam keremangan fajar.
Kelinci itu keluar untuk mencari makan. Begitu berhati-hati sekarang,
Ia telah kehilangan seekor anaknya.
Lalu kulihat elang yang lain. Ia tengah menanti, tengah
mengawasi diriku. Dan aku seketika tahu hari inilah saatnya. Ia bisa
melihat kelemahanku. Ia tahu dirinya bisa menang atas diriku.
Aku mulai gemetar. Terguncang. Kombinasi antara kelaparan
dan ketakutan dan emosi yang terlalu banyak untuk disebutkan.
Aku melihat kelinci-kelinci itu dengan jelas. Mereka bisa
kusambar sesuka hati. Tapi aku tahu bayangan mengerikan yang
menungguku. Aku tahu saat aku menukik mengincar mangsaku, aku
akan menjadi mangsa itu sendiri.
Itulah sisi manusia dalam diriku. Aku harus melawannya! Kalau
aku ingin menjadi elang, aku harus menghancurkan bagian diriku
yang merasakan, bagian diriku yang menjerit untuk makhluk-makhluk
yang kubunuh. Tidak ada pemangsa yang bisa merasakan apa yang
dirasakan mangsanya. Aku tidak boleh membiarkan diriku merasakan
ketakutan akibat perbuatanku, merasakan sakit yang kuakibatkan.
kataku kepada elang yang lain. Aku tidak akan melawanmu! Aku tidak akan membunuh makhluk-
makhluk yang tidak berdaya itu. Aku sudah muak. Aku manusia! >
Aku terbang ke tanah. Dan mulai berubah.
Berubah menjadi manusia! Tidak. Belum, kataku pada diri sendiri. Teman-temanku masih
mengandalkan diriku. Hork-Bajir masih mengandalkan diriku. Nanti.
Sesudah pertempuran, aku bisa berubah menjadi manusia dan
menemui Aria. Kukepakkan sayapku dan membubung ke udara. Aku
memerlukan makanan dan aku telah melihat bangkai seekor kucing
yang terlindas. Hanya satu kali untuk yang terakhir kalinya. Sesudah
itu aku akan melupakannya.
Satu kali lagi, mencabik daging segar bangkai hewan di aspal.
Satu penghinaan terakhir, satu pertempuran terakhir, dan aku akan
selesai untuk selamanya. Bagaimanapun juga, sekarang hari ulang tahunku. Hari yang
bagus untuk dilahirkan kembali.
Kutemukan kucingnya. Aku menyantapnya sebanyak mungkin.
Chapter 24 KAMI para Animorphs berdiri di hadapan Hork-B aj ir yang
merdeka. Aku bertengger di sebatang cabang yang rendah dan
berbicara. Kuceritakan kegagalan kami menyelamatkan Bek.
Kujelaskan dugaan kami bahwa Bek ada di lokasi rahasia yang sering
diserang Hork-Bajir. "Jebakan," kata Toby.
"Dan kalian tetap ingin memasuki jebakan itu?"
Kami hanya perlu mengetahui lokasi setepatnya fasilitas ini.>
Toby menimbang-nimbang sejenak. Bahkan sekarang rasanya
aneh bercakap-cakap dengan Hork-Bajir yang bisa berpikir dan
berbicara pada tingkatanku. Dan terkadang mungkin lebih pandai
daripada diriku. "Kami ikut dengan kalian," kata Toby.
"Tidak, tidak," kata J ake. "Kami bekerja sendiri. Lagi pula,
kami hanya akan mengambil satu Hork-B ajir kecil. Kami tidak
memerlukan sepasukan tentara."
Toby berkata, "Ini jebakan. Tapi ini jebakan karena Yeerk
mengira kita akan mengejar Bek. Kita harus melakukan yang tidak
terduga. Kita harus mengejutkan mereka bahkan sambil memasuki
jebakan mereka." Aku memandang J ake. J ake mengangkat alis matanya ke arahku
dengan ekspresi terkejut.
kataku
kepada J ake melalui suara-pikiran tertutup.
"Yeerk mengharapkan kedatangan regu penolong. Atau paling
buruk, serbuan, seperti yang selama ini kami lakukan: dengan diam-
diam, masuk dan keluar lagi, segera menghilang dalam hutan," Toby
menjelaskan. "Maumu bagaimana?" tanya J ake kepadanya.
Pandangan Toby mengeras. "Serang! Hancurkan seluruh
fasilitas. Bahkan kalau itu berarti menghancurkan Hork-Bajir yang
lain. Bahkan kalau itu berarti harus kehilangan Bek."
Bahkan aku pun merasa syok.
Ia tersenyum muram. "Yeerk tidak boleh dibiarkan mengira
mereka bisa menggunakan sandera dalam menghadapi kami."
"Apa kau tidak menyimpang?" kata Cassie pelan. "Kukira
tujuannya untuk menyelamatkan Bek. "
"Tidak," kata Toby. "Tujuannya adalah mengalahkan Yeerk.
Kita harus kuat. Begitu kita membebaskan satu Hork-Bajir, dia tidak
boleh ditangkap lagi."
"Kau kira Yeerk akan menghormatimu" Tidak akan. Mereka
akan semakin keras memburu kalian," kata Cassie.
Toby mengangguk. "Memang benar. Tapi Hork-Bajir akan
menghormati diri mereka sendiri. Seorang bodoh menjadi kuat agar
orang lain bisa melihatnya. Seorang bij ak menjadi kuat bagi dirinya
sendiri. Hork-Bajir akan menjadi kuat bagi Hork-Bajir. Dengan
begitu, sesudah Yeerk pergi semua, kami masih akan tetap kuat."
"Cukup adil," kata J ake.
Marco melangkah maju dan menyentakkan ibu jarinya ke arah
Rachel. "Toby, kenalkan, ini Rachel. Kalian berdua bisa mengunjungi
psikiater bersama-sama. "
"Dia benar," kata Rachel. "Kalau ada yang mendorongmu, kau
balas mendorongnya. Tidak peduli siapa orangnya. Kau harus
memaksa orang itu membayar."
Cassie memutar bola matanya. "Kedengarannya seperti
rasionalisasi perang antar-geng yang sempurna."
"Perang Dunia II," balas Rachel. "Nazi mendorong, kau balas
mendorongnya. Kalau tidak, mereka tetap saja akan membunuhmu."
"Irlandia Utara" Timur Tengah?" kata Cassie.
Marco berkata, "Mereka mengirim salah satu darimu ke rumah
sakit, kalian kirim salah satu dari mereka ke kamar mayat. Itu cara
mafia Chicago zaman dulu."
Cassie dan Rachel sama-sama memelototinya.
"Sean Connery dalam The Untouchables," kata Marco dengan
nada tidak percaya. "Ayolah, memangnya kalian tidak memiliki TV
kabel di rumah?" "Ah, Sean Connery. Kukira kau meniru Urkel," goda Cassie.
"Marco sendiri Urkel," kata Rachel.


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Toby hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk
mengumpulkan Hork-B aj ir. Akhirnya sepuluh di antara mereka ikut
bersama kami. Sebenarnya lebih banyak lagi yang ingin ikut, tapi
kami bersikeras agar mereka tetap di lembah. Sekadar untuk berjaga-
jaga. Sepuluh Hork-B aj ir dan kami berenam. Bukan pasukan. Tapi
juga bukan kelompok yang bisa ditertawakan.
Kalau aku mengambil keputusan menjadi manusia, ini akan
menjadi pertempuran terakhirku.
Kami menyusuri lembah menuju ke ujungnya yang paling jauh.
Perjalanan yang bagus. Lembah itu cukup besar untuk menampung
lebih banyak Hork-Baj ir. Ellimist telah memikirkan jauh ke depan
sewaktu memilih lembah ini.
"Aku melawanmu," kata satu Hork-Bajir yang tidak kukenal
sewaktu kami berjalan, berusaha tidak tertinggal dari yang lain.
"Di kolam Yeerk. Sebelumnya. Aku melawanmu." Ia tersenyum
dan menunjukkan bekas luka yang melintang di mata kirinya. Lalu ia
menirukan seekor burung yang menukik dan mencakar wajahnya. "Fal
Tagut berkata 'Aaaahhhh!"'

"Tidak maaf! Fal Tagut tidak bebas." Ia mengetuk kepalanya
dengan satu cakar panjang. "Ada Yeerk dalam Fal Tagut. Sekarang
bebas. Bagus! Hork-Bajir dan manusia teman. Kata Toby."
Itu kalimat yang cukup panjang bagi Hork-B ajir. Fal Tagut
tampak kelelahan karenanya.
Aku bertanya-tanya mengenai gambaran Hork-B aj ir dan
manusia hidup berdampingan sesudah mengalahkan Yeerk. Manusia
tidak memiliki catatan yang bagus dalam hal bergaul dengan orang
yang berbeda dari dirinya. Manusia saling membunuh hanya karena
warna kulit atau bentuk mata atau karena mereka berdoa dengan cara
yang berbeda kepada Tuhan yang sama. Sulit membayangkan manusia
menyambut kehadiran mahkluk setinggi dua meter lebih dalam
kelompok Pramuka setempat sementara ada yang bahkan tidak bisa
menerima kehadiran anak berkulit berbeda.
Kalau didorong, balas mendorong. Toby sudah memahaminya.
Ia tahu Hork-B aj ir harus kuat untuk bisa membela diri terhadap
manusia, begitu Yeerk telah dikalahkan.
Kalau didorong, balas mendorong. Satu-satunya jalan.
Tidak, bukan satu-satunya jalan. Ada jalan lain. Jangan
mendorong sebagai permulaan. Para agresorlah yang memulai
siklusnya. Mereka orang yang bangun di pagi hari dan memutuskan
tidak bisa menghabiskan harinya tanpa menemukan seseorang untuk
diserang, untuk dihina, untuk disakiti.
Tapi, dengan begitu, bagaimana posisimu" Membiarkan orang-
orang tolol mengatur reaksimu" Berada pada tingkat yang sama
dengan mereka" Pikiranku melayang ke elang yang lain. Yang menginginkan
wilayahku. Itu dia: Dorong dan balas mendorong. Tapi itu bukan
perbandingan yang bagus, bukan" Elang itu bukan manusia. Ia hanya
memiliki naluri. Tidak bisa menyalahkan dirinya karena melakukan
apa yang sudah ditakdirkan oleh alam.
Mungkin manusia juga tidak lebih baik. Mungkin kau tidak bisa
menyalahkan seorang manusia-hewan yang memilih menjadi hewan.
Tapi elang lawanku tidak memiliki pilihan, tidak memiliki kemauan
sendiri. Ia tidak pernah mendengar ucapan "Diberkatilah para pembawa
kedamaian", atau "Aku bermimpi", atau "Semua manusia diciptakan
sejajar". Tiba-tiba terlintas dalam benakku, pada saat itu juga, untuk
pertama kalinya, pendapatku bahwa aku begitu unik_karena aku
setengah pemangsa yang naluriah, dan setengah manusia_tidaklah
unik sama sekali. Setiap manusia-Jake, Rachel, Marco, Cassie, semua
manusia_boleh dikatakan menjalani kehidupan di batas antara
kebuasan dan kesucian. Dan masalahnya, terkadang kalau kau
ditampar, kau harus balas menampar. Dan terkadang, kau malah harus
memberikan pipimu yang satu lagi.
Aku memandang bekas luka di wajah Fal Tagut. Aku yang
menyebabkannya. Aku mencoba membunuhnya pada waktu itu karena
ia berusaha membunuhku. Sekarang kami berada di pihak yang sama.
Kurasa yang penting adalah memperkirakan kapan harus
bertindak, dan apa tindakannya. Kapan harus berkelahi, kapan harus
mengalah. Penyeimbangan. Dan bahkan kalau aku kembali menjadi
manusia seutuhnya, penyeimbangan tersebut tidak akan lenyap.
Mungkin, menyadari hal itu, seharusnya membuatku merasa
tidak enak. Tapi ternyata tidak. Hal itu hanya menyebabkan aku
merasa sebagai manusia. Chapter 25 kata AX. Ia tengah bersusah
payah menahan kemarahan dalam suaranya. senjata sinar Dracon-nya sudah terpasang. Mereka hanya perlu
mengatur posisi sensor sasaran agar bisa mengoperasikannya.>
Kami berada di tepi ceruk bulat sempurna yang dibuat entah
dengan cara diledakkan atau dipotong. Kami berada di dalam hutan
lebat. Dan siapa pun yang mendekat dari udara atau darat, cuma akan
melihat hutan lebat. Proyektor Hologram mempertahankan ilusi yang
sempurna itu. Hingga kau berada cukup dekat.
Para pendaki gunung atau mereka yang berkemah dan terlalu
dekat dengan tempat ini, kemungkinan besar tidak akan pernah
kembali. Mereka akan dihabisi oleh para patroli Pengendali-Manusia
dan Hork-B aj ir. Kami sempat bertemu satu regu patroli. Sekarang mereka pasti
berharap tidak pernah bertemu dengan kami. Para Pengendali-
Manusia diikat erat-erat dan digantung di cabang pohon yang sangat
tinggi. Hork- Bajir mungkin bukan ilmuwan roket, tapi mereka sangat
pandai menggunakan sulur, akar, dan pepohonan pada umumnya. Para
Pengendali itu tidak akan ke mana-mana untuk sementara waktu.
Para Pengendali-Hork-B ajir, jumlahnya empat, dipukul hingga
pingsan, wajah mereka dij ej alkan ke lubang yang digali di tanah.
Tampaknya dengan cara ini Hork-B ajir pingsan lebih lama. Keempat
Hork-Bajir ini akan ikut dengan kami. Mula-mula tidak sukarela. Tapi
dalam waktu tiga hari atau kurang, sewaktu Yeerk dalam kepala
mereka tewas akibat kekurangan sinar Kandrona, mereka akan
menjadi empat Hork- Baj ir merdeka.
Kami telah menyelinap melewati hologram dan sekarang bisa
memandang dengan hati-hati dari bibir lubang luas yang dibuat Yeerk.
Di tengah-tengah lubang itu terdapat satu-satunya bangunan.
Tampaknya seperti bangunan pembangkit listrik atau semacamnya.
Baj a-baja polos dan berbagai potongan mencuat pada sudut-sudut
yang tidak biasa. Di puncak bangunan terdapat sesuatu yang mirip
miniatur Monumen Washington yang terpasang pada dudukan yang
bisa diputar. sebesar ini,> kataku. AX memutar mata pengintainya ke arahku. ukurannya memalukan. Kalau Yeerk benar-benar menguasai teknik,
mereka bisa membuat senjata yang sama kuatnya dengan ukuran
hanya sepertiganya.>
kata
AX datar.
"Bisa diarahkan ke bawah" Ke tanah?" tanya J ake.
AX memandang senjata itu lebih teliti. Lalu ia melontarkan
senyum aneh Andalite yang dilakukan tanpa mulut.
"Bagaimana caranya turun ke sana?" tanya Rachel.
"Terbang" Mereka akan melihat kita dan menembak jatuh,"
kata Cassie. segerombolan Hork-B aj ir merdeka"> tanyaku.
Toby memandangku dan mengangguk. "Mereka akan
mengurung kami sampai kami bisa dijadikan Pengendali lagi. Sampai
mereka bisa mengirim kami ke kolam Yeerk."
"Mereka tahu kami ada di Frank's Safari Land malam itu," kata
Marco. "Jadi mereka tahu kami mengadakan kontak dengan Hork-
Baj ir merdeka. Dan kalau mereka membawa Bek kemari, berarti
mereka menduga akan kedatangan regu penyelamat."
"Well, Visser Three tahu persis kami berhubungan dengan
Hork-Bajir merdeka. Tapi apakah yang memimpin proyek ini tahu?"
kata Cassie. "Mungkin. Mungkin juga tidak."
J ake memandang Toby. "Sewaktu kau menyerbu tempat ini
dulu, berapa banyak orangmu dalam setiap ?misi?"
"Biasanya tiga atau empat. Kami tidak ingin mengambil risiko
untuk siapa pun." J ake tersenyum. "Kalau begitu kita kirim tiga atau empat Hork-
Bajir. Jadi mirip serbuan-serbuan sebelumnya. Hanya saja keempat
Hork-Bajir ini membawa penumpang. Mereka akan melawan, lalu
membiarkan dirinya tertangkap. Baru setelah itu kami demorph dan
menyerang. " Marco mengerang. "Kita tidak akan berubah jadi kutu lagi, kan"
Aku benci jadi kutu."
Ia memiliki alasan bagus. Marco pernah hampir terjebak dalam
bentuk kutu. Terjebak sebagai elang sudah tidak enak. Apalagi kutu!
Aku lebih baik mati. "Pilih serangga apa saja," kata Rachel sambil tertawa. "Kutu,
lalat, nyamuk. Serangga tetap saja serangga."
"Yeah, benar," gumam Marco. "Aku pernah menjadi semut dan
hampir terbelah dua; jadi kutu dan aku hampir terjebak selamanya.
Aku tidak memiliki masa lalu yang bagus dengan serangga."
"Aku pernah dipukul sewaktu menjadi lalat," kata J ake, seakan
dengan begitu bisa membantu.
Pada akhirnya, setelah berdebat, empat Hork-B ajir dengan
diam-diam menuruni fasilitas rahasia Yeerk itu. Pada tubuh mereka
terdapat sederetan serangga. Seekor kutu, seekor nyamuk, dua ekor
kecoak, seekor lalat, dan seekor labah-labah serigala. Marco yang
menjadi labah-labahnya. Aku berubah menjadi kutu. Kutu itu makhluk kecil yang
menjijikkan, hampir sepenuhnya buta, pengisap darah, tidak berotak,
tapi apa kau pernah mencoba membunuhnya" Kau bisa menamparnya
sepanjang hari dan kutu itu hanya tertawa.
Sialnya aku tidak bisa melihat apa pun dari tempatku bertengger
di pangkal tanduk depan J ara Hamee. Maksudku, aku benar-benar
buta. Tapi aku bisa terus mendengarkan penjelasan melalui suara-
pikiran yang disampaikan Marco. Soalnya ia memiliki delapan mata.

Beberapa menit kemudian: dikurung, di tempat terbuka. Tapi tidak ada seorang pun yang
menjaganya.> Lalu, Maksudku, bocah dua tahun saja kalau melihatnya pasti langsung
berpikir "Ini jebakan!" Ayolah, berusaha sedikit dong. Perintahkan
beberapa penjaga yang tidak penting. Atau apa saj alah.>
Aku merasakan sentakan hebat secara tiba-tiba yang menyebar
melalui tubuh J ara Hamee.
kata Marco, terdengar puas.
Chapter 26 < OKE, begini situasinya, sebaik yang bisa kuceritakan melalui
gabungan mata yang majemuk dan sederhana ini,> kata Marco. dikurung. Kurungan dengan jeruji besar dan tebal. Tapi kuncinya
sangat kuno. Kunci manusia. Bek ada di sini, memeluk J ara Hamee.>
tanya Cassie.
mengurung Hork-B ajir"> tanya Marco.

kata Marco.
goda Rachel. mungkin kau bisa menjadi "seer" kita.>
kata Marco.
kata J ake.
kataku. disembunyikan.> Tidak seorang pun mendebatnya. Itu memang benar.
Kujej akkan kaki kutuku dan bersalto di udara. Aku jatuh dalam waktu
yang terasa amat sangat lama. Lalu aku mendarat.
Ffft! Mungkin aku baru saja terjatuh ribuan kali tinggi badanku
sendiri. Sama seperti manusia yang melompat dari gedung yang
tingginya lima kali lipat World Trade Center. Dan sewaktu aku
mendarat rasanya seperti, "Oke, selanjutnya apa?"
Aku mulai berubah. Perlahan-lahan. Aku membesar sekitar satu
inci, lalu berhenti.
"J ara melihat kutu."
"Tobias" Tobias kutu?"
Kusadari aku berharap Toby ikut bersama kami, walaupun ia
terlalu berharga untuk menempuh risiko ini.
menutupi diriku. Bentuk lingkaran mengelilingi diriku.>
"J ara lakukan."
Aku demorph lagi sedikit, hingga berwujud monster enam inci
dengan bulu-bulu sekaku dan setaj am jarum di perisai kutu yang
berwarna merah karat. Bukan pemandangan yang indah. Percayalah.
Kau tidak ingin melihat bagaimana perpaduan antara paruh elang dan
mulut-pengisap darah kutu.
Tapi sekarang aku memiliki mata. Mata yang redup dan lemah,
tapi tetap mata. Aku memandang sekitarku dan mendesah.
terlihat jelas kalian sedang menutupi sesuatu.>
Para Hork-B aj ir berbalik dan aku menyelesaikan perubahanku.
Dengan mudah aku tersembunyi di balik hutan kaki-kaki dan ekor
yang bagaikan batang pohon di sekitarku. Sekarang aku hanya perlu
membuka kuncinya. Tanpa menggunakan jari.
Kini muncul penjaga, sesudah jebakan ini berhasil. Enam Hork-
Baj ir besar bersenjata lengkap berdiri mengepung di luar kurungan.
Tapi seluruh kurungan ini remang-remang karena berada di
bawah bayang-bayang tebing curam yang menuju ke senjata itu.
Mungkin tingginya lima belas meter, hampir tegak lurus, berupa
gundukan di tengah-tengah ceruk.
Sesekali aku bisa melihat para pekerja Hork-Bajir dan TaXXon
di puncak lereng, tapi mereka harus melihat hampir lurus ke bawah
untuk memandang kami. Sebuah jalan dibangun ke tebing itu, cukup lebar untuk dilewati
truk manusia. Kami harus menyusuri jalan tersebut untuk mencapai
senjata itu. Aku melangkah keluar kurungan di bagian belakang. Elang
tidak bisa bergerak cepat dengan menggunakan cakar, tapi kami tahu
cara berjalan. Aku melangkah melewati celah di antara jeruji.
Satu Pengendali-Hork-B ajir menunduk memandangku,
kebingungan, tapi lalu mengalihkan pandangannya. Aku
memandangnya, sama-sama kebingungan. Bagaimana caranya aku


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa mendapatkan kunci dari makhluk ini" Mendekatinya dan
memintanya langsung"
Sebenarnya... Aku berjalan ke belakang gudang peralatan. Selalu terasa aneh
setiap kali mendapati Yeerk menggunakan barang-barang manusia
normal. Gudang peralatan ini seperti gudang peralatan yang bisa
kaubeli di toko-toko. Aku berjalan ke balik gudang peralatan itu dan mulai morf. Satu
perubahan yang tampaknya sangat sesuai di sini.
Aku berubah menjadi Ket Halpak.
Aku terhuyung-huyung dengan percaya diri dari balik gudang
peralatan dan mendekati Hork-Bajir yang tampaknya memimpin di
Slnl. "Mereka menyuruhmu menghadap," kataku.
"Siapa?" Kusentakkan kepalaku ke belakang, ke arah gedung utama.
"Mereka." Ada satu hal yang bisa kauandalkan di dunia ini: Selalu ada
mereka. Hork-Bajir itu merengut. Yeerk dalam kepalanya setengah
jengkel, setengah takut. "Visser Three belum tiba, kan?"
Aku berpaling, mengalihkan pandanganku. Seakan-akan aku
tidak diizinkan mengatakan apa-apa lagi. Sekarang Hork-B ajir itu
sepuluh persen jengkel dan sembilan puluh persen ketakutan.
Kuulurkan cakarku. "Berikan kuncinya."
Dan memang sesederhana itu. Ia memberikan kuncinya
kepadaku. Aku melangkah ke arah kurungan dan membukanya.
"Apa yang kaulakukan?" tanya salah satu Pengendali-Hork-
Baj ir lainnya. Aku berbalik menghadapinya dan mengayunkan tinjuku,
memberinya uppercut. Tinjuku bertemu dengan rahangnya. Ia jatuh.
Keempat penjaga lainnya ragu-ragu sejenak. Cukup bagi J ara
Hamee dan teman-temannya untuk berhamburan keluar dari kurungan.
Aku melihat sesuatu tumbuh dengan cepat di lantai tanah kurungan.
Separo masih tetap nyamuk, tapi tidak mungkin keliru mengenali ekor
yang tumbuh dari serangga itu.
Pertempuran brutal berlangsung hanya satu menit. Lima Hork-
Baj ir merdeka (termasuk diriku) melawan empat penjaga. Lalu AX
menggabungkan diri dalam pertempuran dan semuanya segera
berakhir dalam waktu singkat.
Kami menyeret para penjaga ke dalam kurungan dan mengunci
mereka. Semua orang morf untuk bertempur. Aku berubah kembali.
Kami memerlukan mata di langit. Aku menangkap sedikit angin dan
membubung, hanya empat meter kaki dari permukaan tanah. Aku
memandang kekuatan kecil kami. Empat Hork-Bajir merdeka, seekor
harimau, seekor serigala, seekor gorila, Andalite, dan seekor gajah
yang sangat besar. Satu pasukan kecil yang aneh.
hanya akan menganggap mereka sebagai Hork-Bajir kita,> kata Cassie
tentang para penjaga dalam kurungan.
kata J ake. lakukan.> kata Marco sambil
tertawa. J ake tak mengacuhkan komentarnya. senjata itu dan menghancurkannya. Dengan diam-diam dan cepat. Kita
harus berada di sana sebelum ada yang sempat bereaksi.>
Sejenak kesunyian timbul.
Lalu Marco berkata,
katanya. Dan lalu, dengan gaya Rachel sejati,
ia berteriak,
kata Marco. bunuh diri tolol lainnya, tanpa berkat dari Xena, The Warrior Princess,
yang selalu sinting.> Mereka bersiap-siap dan kemudian, dengan tanda dari J ake,
mereka menghambur keluar dari perlindungan, keluar ke tempat
terbuka, melesat begitu cepat ke panggung senjata sebelum terjadi
ketidakberesan. Tapi aku ada di langit, dan memiliki mata elang. Jadi aku bisa
melihat ada yang tidak beres.
Chapter 27 TEMAN-TEMAN dan sekutuku berlari menyusuri jalan yang
curam. Mereka berada tepat di belakang truk pengaduk semen yang
besar. Sebagian besar tidak terlihat oleh para Yeerk yang berada di
atas mereka. Tapi mereka bukannya tidak kasat mata. Tidak bagi helikopter
yang menderu datang dari atas pepohonan dan memasuki fasilitas
tersembunyi ini. Helikopter itu berputar rendah. Helikopter kecil. Dengan kokpit
gelembung yang cukup besar untuk menampung satu pilot dan satu
penumpang. Satu penumpang manusia. Tidak ada lagi yang bisa masuk.
Hork-Bajir penjaga tadi bersikap seakan-akan kedatangan
Visser Three telah dinantikan. Ini pasti Visser Three yang datang.
Matahari memantul di kanopi gelembungnya, membutakan,
menyembunyikan penumpang di dalamnya. Rajawali atau osprey
mungkin bisa melihat dengan lebih baik. Mata mereka telah
beradaptasi untuk bisa melihat ke balik pantulan cahaya matahari di
permukaan air. Tapi aku hanya bisa melihat sosok samar manusia.
Orang itu menunjuk ke arah teman-temanku.
Dan aku melihat kilasan rambut yang diikat ekor kuda.
Aria! Helikopter itu meraung lewat, tidak menyadari kehadiranku,
memuntirku dengan kasar akibat putaran baling-balingnya. Helikopter
itu menghilang ke sisi seberang dudukan senjata.
Bagaimana aku bisa sebodoh ini"
Bagaimana aku bisa begitu bodoh sehingga berharap banyak"
Bagaimana aku bisa tidak mengetahuinya" Apa aku sudah dibutakan
oleh keinginan menyedihkan akan kehidupan yang normal"
Semuanya hanya pura-pura! Aria, menyelamatkan gadis kecil
itu, hanya pura-pura! Pertunjukan yang dilakukan sekadar untuk
berjaga-jaga kalau ada Animorphs yang mengawasi.
Aku marah terhadap diriku sendiri. Marah dan jengkel,
kemarahanku bertumpuk. EBvKvLdWdSBiOGSpOTCoM
Kemarahan itu bagus. Kemarahan itu aman. Kemarahan jauh
lebih baik daripada emosi-emosi lainnya yang mengancam muncul
dan menguasai diriku. jeritku. kamar mandi hotel. Bodoh! Bagaimana mungkin kau bisa tidak
menyadarinya" Bagaimana mungkin kau, Tobias, bisa tidak tahu apa
artinya itu"> Dua jam! Dua jam dalam morf!
Morf! Aria melakukan morf!
Aku muak. Aku hampir-hampir tidak mampu mengepakkan
sayap. Aku tidak bisa berpikir. Tidak bisa melihat. Segalanya bagai
berputar-putar di mataku.
Aku sama sekali tidak menyadari hingga saat itu betapa
berartinya harapan ini bagiku. Sebuah rumah. Sebuah keluarga.
padamu! Aku benci padamu! Aku ingin kau mati!>
Aku tidak bisa terbang. Aku mendarat keras dan tergeletak di
sana, di tanah. Aku hanya terus mengatakannya, berulang-ulang dalam
kepalaku. kau mati.> Dalam kehidupanku sebagai manusia, dalam kehidupanku
sebagai burung, aku belum pernah merasa lebih rendah daripada saat
ini. Aku tahu teman- temanku sedang bertempur. Aku tahu mereka
memerlukan diriku. Tapi aku tidak bisa...
tidak bisa. Beberapa saat kemudian, sebuah tangan cakar mengangkatku
dengan kasar dari tanah dan aku menyadari aku tengah bergerak
dengan sangat cepat. "Ikut aku, Tobias. Senjatanya akan meledak."
Toby. Jauh di dalam benakku aku heran bagaimana, kenapa, ia
datang. Kemudian aku baru tahu pertempuran telah berlangsung buruk
bagi teman-temanku. Toby yang datang menyelamatkan dengan
beberapa Hork-Bajir lainnya.
Ia melihatku jatuh. Ia menyelamatkan diriku. Dan sesudah kami
aman, ia memberikan diriku kepada Rachel.
Dari mana Toby tahu ia harus memberikan diriku kepada
Rachel" Entahlah. Aku hanya tahu diriku dibawa, dalam pelukan
Rachel, hingga kami pulang dengan selamat.
Mereka membawaku ke gudang jerami. Cassie memeriksa
diriku, mengangkat sayapku, dan memilah-milah bulu-buluku.
Mencari-cari luka. "Tobias, kau terkena di mana?" tanyanya kepadaku,
kebingungan. Aku merasa seperti harus menarik kata-kata dari sumur yang
dalam, seolah masing-masing kata beratnya seribu pon. terkena,> kataku. "Kalau begitu, ada apa denganmu?" tanya J ake.
kataku. "Sepupumu" Wanita yang ingin merawatmu itu?" kata J ake.
kataku, tanpa emosi sama sekali.
Lalu aku tertawa.
<"Wanita" yang akan menjadi keluargaku" Dia Visser Three! Hah,
hah, hah! Nah, itu lucu. Itu benar-benar lucu.>
Chapter 28 AkKU tidak sempat menyesali diri. Itu biar dilakukan nanti.
Sekarang aku ada janji temu.
Hari ini ulang tahunku. Aku harus mendengarkan wasiat
terakhir ayahku. Atau ayahku yang sebenarnya, apa pun artinya itu.
Tentu saja semuanya hanya tipuan. Tapi aku harus
menjalaninya. Ini jebakan, tapi satu-satunya jalan keluar dari jebakan
adalah dengan masuk ke dalamnya.
Aria adalah Visser Three. Ia telah mencari-cari diriku, yang
berarti ia mencurigaiku. Kalau aku tidak muncul, Yeerk akan
beranggapan aku sudah tahu itu jebakan. Mereka akan menganggap
aku Animorphs. Kenapa mereka mencurigaiku" Siapa yang mengetahuinya"
Tapi tidak sulit menyimpulkan bahwa jika aku, seorang anak manusia,
adalah salah satu bandit Andalite, berarti yang lain juga manusia. Dan
itu berarti mereka adalah anak-anak yang aku kenal.
Dan untuk selanjutnya permainan akan menjadi pertandingan
catur maut, dan hanya akan berakhir dengan satu cara.
Mereka akan menangkap J ake. Ia telah lama menjadi temanku.
J ake akan dijadikan Pengendali. Kalau ia tewas karena menolak
dijadikan Pengendali, mereka akan mengalihkan perhatian ke Marco,
teman terbaiknya, dan Rachel, sepupunya. Dari Rachel ke Cassie. Dan
permainan pun usai. Aku harus menemukan cara untuk masuk ke kantor pengacara
itu, dan membiarkan Visser Three menjalankan jebakannya. Aku tidak
boleh tertangkap, tentu saja.
Dan yang paling buruk, aku harus melakukannya sendiri. Visser
Three pasti sudah mengumpulkan anak buahnya di sekitar kantor
DeGroot. Kalau mereka melihat hewan aneh, semuanya akan berakhir.
Visser Three akan tahu. Teman-temanku malah harus berada di tempat lain. Sementara
aku menghadapi DeGroot dan Aria palsu itu, mereka harus kembali
dan menyerang Yeerk, berusaha membersihkan lokasi senjata yang
sudah kami serbu sebelumnya.
Aku berubah menjadi manusia dari jarak yang sangat jauh dari
kantor pengacara itu, siapa tahu ada yang memergoki. Aku berjalan
kaki sejauh delapan blok ke kantor itu. Sudah lama aku tidak berjalan
kaki sejauh itu. Benar-benar cara bepergian yang memalukan. Kalau terbang,
kau hidup dalam dunia tiga dimensi. Kalau merayap di Bumi seperti
manusia, hanya ada dua dimensi. Selain itu juga lambat. Belum lagi
lampu lalu lintas, pejalan kaki lain, mobil-mobil, dan... pokoknya
terbang jauh lebih baik deh.
Jadi bergembiralah, kataku getir. Bagus juga kau tidak akan
menjadi manusia lagi. Kau masih tetap bisa terbang.
Tidak ada keluarga, tapi aku bisa terbang.
Aku terguncang dan ketakutan pada saat tiba di kantor
pengacara. Bukan berarti ini sangat berarti bagiku, malah boleh
dikatakan aku tidak begitu peduli apakah akan tetap hidup atau tewas
di sana. Aku hanya khawatir membongkar rahasia kami, entah dengan
cara bagaimana. Aku mengkhawatirkan teman-temanku, demi teman-
temanku. Kurasa benar apa yang selalu dikatakan orang tentang prajurit
tempur. Mereka mungkin awalnya bertempur demi negara, tapi pada
akhirnya demi rekan di sebelahnya, dalam lubang perlindungan.
Aku tidak begitu peduli pada nasib ras manusia pada saat ini.
Aku bukan manusia. Aku elang. Tapi aku peduli pada J ake, dan
Cassie, dan Marco, dan AX-man, dan Rachel. Selalu Rachel.
Resepsionis kantor itu tidak ada sewaktu aku melangkah masuk,
gemetaran, melewati pintu. Aku berdiri di sana, tidak yakin harus
berbuat apa. Lalu mereka berdua keluar dari ruang dalam.
Aria melontarkan senyuman lebar. "Kau pasti Tobias," katanya.
Aku teringat saat melihatnya pertama kali. Mengawasinya dari
balik jendela kamar hotelnya, terbang beberapa ratus meter di udara.
Lalu aku tersadar. Apa yang menggangguku pada saat itu adalah: Aria
telah berada di hutan-hutan Afrika selama bertahun-tahun, tapi
sewaktu keluar kamar, ia berhenti sebentar untuk merapikan
rambutnya. Itu sangat sesuai bagi wanita normal, tapi sedikit kurang tepat
bagi wanita yang menghabiskan hari-harinya dengan bersembunyi dan
berlarian ke sana kemari menggunakan Land RoVers beratap terbuka.
Aku mengangguk. "Yeah, aku Tobias."
Peranku adalah anak jalanan yang tangguh. Mudah sekali
melakukannya, mengingat aku terbiasa tidak menunjukkan ekspresi
wajah dan cenderung menatap langsung orang lain.
Aria mendekat dan memelukku, erat-erat. Tepatnya, morf yang
mengaku bernama Aria. Visser Three.
Aku mengejang dan berusaha melepaskan diri.
"Tidak apa-apa," kata Aria dengan ketulusan yang sempurna.
"Tobias, kita bersaudara. Aku ingin merawatmu."
DeGroot mendekat dan menyalamiku. Ia berkata, "Ayo masuk,
anak muda." Kalau kau tidak memperhatikan, kau tidak akan menyadari cara
DeGroot menjaga jarak dengan Aria. Seakan ia tidak ingin berada
terlalu dekat dengan wanita itu. Seolah Aria orang yang tidak ingin
disentuhnya. Seseorang yang ditakutinya.
Jadi, kesimpulanku, DeGroot terlibat. Ia Pengendali. Ia tahu
siapa Aria sebenarnya. Kami semua duduk di dalam kantor. DeGroot memandang Aria
untuk meminta petunjuk. Aria memainkan peran wanita yang prihatin.


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan aku anak jalanan yang tangguh.
Kalau aku melakukan kesalahan, satu langkah salah sekecil apa
pun, Yeerk akan menyerbu diriku dari segala arah.
"Kita berkumpul di sini hari ini untuk membacakan dokumen
penting yang diwariskan kepada Tobias oleh ayahnya. Oleh... oleh
orang yang berbeda dari yang selama ini kaupercayai sebagai
ayahmu." Aku mengangkat bahu. "Terserah"
Aria membungkuk mendekatiku. "Apa kau tidak ingin
mengetahui siapa ayahmu yang sebenarnya?"
Aku tertawa. "Apa dia mewariskan uang?"
Alis mata DeGroot terangkat. "Tidak."
Kuputar bola mataku. "Sudah kuduga."
DeGroot menepuk-nepuk dokumen itu, merapikannya. "Kalau
begitu kita langsung saja membacakan dokumen ini. Kalau itu..."
Sebagian diri Visser Three yang sebenarnya terlihat pada saat
itu. "Bacakan," sergahnya. Lalu ia memaksa diri tersenyum. "Aku
sangat ingin tahu tentang apa semua ini."
Jadi pengacara itu mulai membaca.
Aku sudah lupa bagaimana cara menggunakan ekspresi wajah.
Aku sudah terbiasa menjadi elang.
Dan itu yang menyelamatkan nyawaku.
Chapter 29 " TOBIAS sayang," si pengacara membacakan dokumennya.
Ia tampak ragu-ragu, mengeluarkan kacamata dari laci mejanya,
mengenakannya, lalu mulai membaca lagi.
"Tobias sayang. Aku ayahmu. Kau tidak pernah mengenalku.
Dan aku tidak pernah mengenalmu. Aku tidak tahu bagaimana
kehidupanmu selama beberapa tahun ini. Kuharap ibumu menemukan
orang lain yang dicintainya. Aku tahu semua kenangan akan diriku
sudah dihapus dari ingatannya. Semua bukti kehadiranku di Bumi
sudah dihapus." Aku bisa merasakan Aria menatapku. Aku bisa merasakan
kewaspadaannya yang buas. Ia mengawasi mataku. Aku tidak
memandangnya. Ia menunggu isyarat yang tidak pernah muncul, entah
itu seringaiku, kekhawatiranku, atau emosi lain yang akan
membongkar rahasiaku. Aku tidak memberinya apa-apa.
"Aku mendapat kesempatan berkomunikasi denganmu dari
makhluk yang sudah menghapus kehidupanku di Bumi. Dia
memanggilku kembali untuk melaksanakan tugasku, dan aku tidak
boleh gagal. "Surat wasiat ini akan terasa aneh bagimu, putraku yang tidak
kukenal, tidak kulihat, tidak kutemui. Tapi aku bukan salah satu dari
kalian. Aku mengambil bentuk manusia, tapi aku bukan manusia."
Paru-paruku ingin berhenti bernapas. Jantungku ingin berhenti
berdetak. Aku merasa tiba-tiba semua orang, segala sesuatu, merapat
menjepitku, seakan-akan Aria/ Visser Three berdiri rapat di
sampingku, dan si pengacara membungkuk melewati mejanya untuk
membisikkan kata-katanya langsung ke telingaku.
Bukan manusia! Reaksi! Aku harus bereaksi!
Kuputar bola mataku dan berkata, "Oh, man," dengan nada
sesinis mungkin. Si pengacara melirik Visser Three, lalu melanjutkan.
"Aku sedang terlibat peperangan hebat. Aku melakukan
kesalahan besar. Kurasa begitulah. Tapi aku mulai bosan dengan
perang, jadi aku melarikan diri. Aku bersembunyi di antara orang-
orang di Bumi. Di antara manusia. Sementara berada di Bumi, dan
hidup sebagai manusia, kugunakan nama Alan Fangor."
Si pengacara sekarang hanya mengutip berdasarkan ingatannya,
tidak lagi membaca. Matanya menyipit rapat saat mengawasiku.
"Kugunakan nama Alan Fangor. Tapi namaku yang sebenarnya
adalah Elfangor-Sirinial-Shamtul. "
Waktu bagai berhenti. Aku merasa mencengkeram kabel listrik berkekuatan sejuta
Volt. Setiap sel dalam tubuhku bagai tergelitik.
Elfangor! Ayahku! Aku tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda bahwa aku
mengenali nama itu. Tidak satu gerakan pun. Tidak membesarnya
mata. Tidak ada! Tidak ada!
Si pengacara berhenti bicara. Visser Three memelototi diriku
dengan mata wanitanya. Aku mengangkat bahu. "Hanya itu?"
Aku melihat pandangan Aria meredup. Ia kecewa.
Ketegangannya, kegairahannya, seakan-akan merembes keluar
perlahan-lahan dari ruangan itu.
"Masih ada lagi," kata si pengacara sambil menghela napas
yang tertunda. "Tapi namaku yang sebenarnya adalah Elfangor-
Sirinial-Shamtul," ulangnya, seolah ia tidak percaya nama itu tidak
menyebabkan aku melompat bangkit dan berlari keluar ruangan. "Dan
meskipun kau tidak akan pernah mengenalku, dan kita tidak akan
pernah bertemu, aku ingin memastikan bahwa kepergianku dari
kehidupanmu bukanlah kemauanku sendiri. Aku tidak menginginkan
apa pun selain menjalani kehidupanku, mencintai ibumu dan
mencintai dirimu juga."
Tapi kita sempat bertemu, Elfangor, pikirku. Kita bertemu
sewaktu kau tergeletak sekarat. Kau tahu" Apa kau sempat menduga...
Ayah" Apakah kau merasakan_ pada saat-saat terakhir ketika aku
harus membiarkan dirimu menghadapi pembunuh yang sekarang
duduk di sampingku ini_bahwa aku adalah putramu"
Air mata! TIDAK! TIDAK! Setetes air mata sudah cukup untuk
membunuhku. DeGroot tampak kecewa sekarang. Ia menggumamkan
beberapa paragraf terakhir surat wasiat itu, seakan-akan ia harus
berada di tempat lain saat ini.
"Tapi aku merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar
daripada diriku sendiri. Aku mempunyai tugas. Ada kejahatan besar
yang harus kulawan. Ada kehidupan yang harus kucoba selamatkan.
Termasuk dirimu dan ibumu. Aku berasal dari ras yang disebut
Andalite. Tugas sangat penting bagi kami, seperti bagi sebagian besar
manusia. Aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu, putraku,
karena aku tidak mengenalmu. Tapi ketahuilah bahwa aku ingin
mencintaimu. Paling tidak, ketahuilah hal itu.
"Ditandatangani oleh Elfangor-Sirinial-Shamtul, Pangeran."
Aku tertawa kasar. "Well, masuk akal, bukan?"
"Apa yang masuk akal?" kata makhluk yang mengaku bernama
Aria. "'Ayahku yang sejati muncul dan dia sinting. Idiot. Sempurna.
Jadi, tidak ada uang, benar?"
"Tidak ada uang," kata DeGroot memastikan.
Aku bangkit berdiri. Aria juga.
"Kau benar-benar ingin merawatku, atau kau hanya berharap
aku akan mewarisi sesuatu?" tanyaku.
"Aku benar-benar ingin merawatmu," katanya sambil
melontarkan senyum palsu. "Tapi mungkin harus menunggu beberapa
waktu lagi. Aku tiba-tiba harus kembali ke Afrika untuk memotret
ulang... singa-singa."
Aku tertawa terbahak-bahak, masih sebagai anak jalanan yang
tangguh. "Hebat Ayahku sinting dan sepupuku palsu."
Aku berbalik dan melangkah pergi.
"Tobias," kata Aria.
Aku berbalik menghadapinya. "Apa?"
"Aku... aku kenal ayahmu. Kami, katakan saja, berlawanan
dalam beberapa hal. Tapi dia bukan orang bodoh." Tiba-tiba
Aria/Visser Three tersenyum. Senyum menerawang, seakan-akan ia
tengah mengingat sesuatu yang terjadi jauh di masa lalu. "Pangeran
Elfangor-Sirinial-Shamtul bukan orang bodoh. Dan tidak akan ada
lagi yang seperti dirinya di galaksi dalam waktu dekat ini."
Aku mengangkat tanganku. "Minta ampun, kau sama sintingnya
dengannya." Aku melangkah keluar dan menutup pintu di belakangku.
Kudengar DeGroot berkata, "Apa tidak sebaiknya kita tangkap saja"
Sekadar mengamankan" Menj adikannya salah satu dari kita?"
Aria mendengus. "Dia sampah jalanan. Tidak ada gunanya bagi
Yeerk. Elfangor pasti akan malu. Putranya seharusnya menjadi
pejuang. Lawan yang berharga, bukan pemuda tolol. Sungguh sayang
sekali." Aku sudah morf untuk waktu lama. Kutinggalkan kantor itu dan
menuju ke tempat aman tanpa diikuti atau diawasi. Aku demorph_
berubah kembali. Tidak terpikir olehku bahwa aku sudah memutuskan
tetap menjadi manusia. Aku berubah kembali menjadi elang sebelum
sempat terjebak. Tapi lalu aku kembali morf. Kembali menjadi manusia. Soalnya
aku ingin menangis. Aku ingin menangis habis-habisan, untuk waktu
lama. Dan elang tidak menangis.
Chapter 30 AKU bisa memahami semuanya sekarang. Menurut DeGroot ia
mewarisi surat itu sewaktu ayahnya meninggal dan ia mengambil alih
praktek hukumnya. DeGroot muda seorang Pengendali. Ia pasti
hampir terkena serangan jantung sewaktu mempelajari arsip-arsip
lama ayahnya dan nama Elfangor-Sirinial-Shamtul terpampang di
depan matanya. Tidak ada satu pun Yeerk hidup yang tidak mengenal nama itu.
Visser Three pasti sudah lama ingin tahu apa yang terjadi
dengan putra musuh bebuyutannya. Apakah putra Elfangor
mengetahui kebenaran ini" Apakah putra Elfangor, entah bagaimana,
berkaitan dengan para "bandit Andalite" yang sudah begitu
merepotkan Visser" Penyelidikan menunjukkan aku telah lama menghilang dari
sekolah dan dari rumah kerabatku yang tak acuh. Kenyataan itu pasti
benar-benar menggelitik minat Visser Three.
Jadi ia merancang jebakan. Menciptakan sepupu. Menawarkan
apa yang jelas tidak kumiliki: sebuah rumah. Menggerus
pertahananku. Lalu membacakan surat itu kepadaku.
Tapi lalu muncul kerumitan: Visser Three harus menghadapi
masalah, yaitu Hork-B ajir muda bernama Bek. Ia memerlukan dua
jebakan: satu untukku, satu untuk Hork-Bajir merdeka.
Untuk berj aga-j aga kalau aku berkaitan dengan para "bandit
Andalite", ia memainkan perannya secara menyeluruh: Dalam
kunjungan pertamanya memeriksa Bek, ia berpura-pura memiliki sisi
kemanusiaan. Kemudian ia mengatur agar seolah-olah ia sudah
menyelamatkan nyawa seorang gadis kecil. Bukti apa lagi yang lebih
baik untuk menunjukkan dirinya manusia"
Jebakan itu pasti berhasil, seandainya Visser Three tidak tiba-
tiba dipanggil ke tempat senjata di mana mereka baru saja
"menangkap" sekelompok Hork-Bajir merdeka.
Ia tengah menjadi Aria waktu itu. Ia harus bergegas ke tempat
senjata itu. Ia bisa melakukannya dengan helikopter, tapi ia harus
bepergian dalam bentuk manusia.
Aku melihatnya. Dan itu yang sudah menyelamatkan nyawaku.
Sekaligus menghancurkan rencananya.
Aku terbang kembali ke lapangan rumput, benak dan hatiku
lebih penuh daripada yang kukira.
Elfangor. Ayahku. Aku tahu pasti siapa yang sudah menghapus kehidupan
Elfangor di Bumi. Juga siapa yang mengizinkannya meninggalkan
surat pendek itu padaku. Hanya Ellimist yang bisa melakukannya.
Aku kembali bertengger di cabang kesukaanku di pohon
kesukaanku. Ayahku telah meninggalkan diriku. Ibuku tidak pernah
teringat padanya. Bagi ibuku ia tidak pernah ada, karena itu ibuku
tidak merasa sedih. Dan aku tidak akan mengetahui hal ini kalau
bukan karena surat itu. Dan sekarang, kurasa aku bisa merasa marah terhadapnya. Tapi
bukan itu yang kurasakan. Elfangor melarikan diri dari tugasnya
sewaktu datang ke Bumi. Ia tidak mempunyai pilihan, kecuali kembali
ke tugas itu dan memainkan peranannya sebagai pangeran besar.
Aku kehilangan seorang ayah. Dan karena fakta itu, Elfangor
telah berada di tempat yang seharusnya, untuk mengubah kehidupan
lima anak biasa untuk selamanya. Dan mungkin... mungkin...
menyelamatkan umat manusia.
Aku penasaran kenapa Ellimist mengizinkan ayahku
meninggalkan surat itu. Tapi rasa penasaranku tidak lama.
Jawabannya terlalu sederhana.
Aku juga punya tugas. Dan siapa yang akan mengingatkanmu
bahwa keinginanmu sendiri tidaklah sepenting tugas yang benar dan
harus dilakukan"
Chapter 31 AKU melayang di atas rerumputan, diam-diam, sayapku terarah
hati-hati. Kuacungkan cakar ke depan, membentangkan ekor,
mengayunkan sayap-sayap ke depan, dan menjatuhkan diri dengan
ketepatan yang sempurna. Cakar-cakarku menghunjam bagian belakang leher kelinci itu.
Dan lalu sekali lagi, seperti sebelumnya, muncul bayangan aku
bukanlah elang melainkan si kelinci. Aku bukan pembunuh tanpa
penyesalan, aku adalah si korban. Bukan pemangsa tapi si mangsa.
Dalam bayangan ini aku merasakan sakit akibat cakarku di
leherku sendiri. Aku merasakan ketakutan terhadap maut dari langit.
Tapi aku bertahan. Aku harus menerima apa yang diceritakan
bayangan ini kepadaku. Aku harus memahami apa yang ada jauh di
lubuk hatiku. Kelinci itu berubah tenang dan diam saat kuserap DNA-nya.
Kuambil DNA kelinci itu, menjadikannya bagian diriku.
Lalu kupererat cengkeramanku hingga kelinci itu berhenti
menggeliat-geliat. Hingga jantungnya berhenti berdetak.
Bagaimanapun juga, aku elang pemangsa. Aku membunuh
untuk makan. Tapi aku juga manusia. Dan aku tidak pernah bisa mencabut
nyawa, bahkan demi keselamatanku sendiri, tanpa melibatkan
perasaan. Aku sudah mendengar pesan ayahku selama bertahun-tahun ini.
Sekarang aku mendengar pesan yang disampaikan benakku sendiri:
Kau adalah keduanya, Tobias. Elang dan manusia. Kau akan selalu
begitu. Kau akan selalu membunuh untuk makan. Dan kau akan selalu
menyesalinya. Situasi yang busuk, kurasa. Tapi tugasku adalah menjadi diriku
sendiri. Seekor elang. Seorang anak. Naluri. Dan emosi. Aku harus
terus menjalaninya. Kusantap induk kelinci itu. Hingga sekenyang-kenyangnya.
Lalu aku morf menjadi induk kelinci tadi. Dan kugiring anak-
anak kelinci ke dalam liang mereka, sementara di atas kepala kami
elang yang lain tengah melayang-layang, memandang ke arah kami,
siap mendapat kesempatan memburu dan menyantap seperti yang
sudah kulakukan. Kehidupan akan jauh lebih mudah bagiku bila aku makhluk
sederhana yang kasar. Bila semua keputusanku lurus. Bila segalanya
masuk akal. Tapi bukan begitu situasinya bagi manusia.


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku menengadah, memandang elang yang lain dari balik mata
kelinci yang ketakutan. Aku kini menjadi mangsa, dan kali ini nyata.
Beginilah rasanya. Inilah yang dipandang mangsaku sewaktu mereka
merasakan bayanganku menghalangi cahaya matahari. Bagus juga aku
bisa mengetahuinya. kataku kepada bayang-bayang maut
di atasku. makhluk mungil ini sekarang berada dalam perlindunganku. >
Aku membunuh untuk makan. Tapi aku tidak perlu menyantap
makhluk-makhluk kecil ini. Mereka akan kuselamatkan. Mereka bisa
kukasihani. Itu tindakan yang manusiawi.
Malamnya aku pergi ke kamar Rachel. Ia tengah tidur. Ia agak
marah sewaktu aku membangunkannya. Tapi ia berguling turun dari
tempat tidur, mengenakan mantel, dan mengatakan ia tidak pernah
bisa tidur dengan adanya burung idiot yang keluar-masuk kamarnya
sepanjang waktu. Lalu ia menunjukkan kuenya kepadaku. Ia menyulut lilin dan
aku meniupnya dengan mengepakkan sayapku. Tidak satu pun dari
kami yang menyanyikan Happy Birthday. Tapi ia mengatakannya.
"Happy birthday, Tobias."END
ebukulawasblogspotcom Pendekar Bodoh 12 Pasangan Naga Dan Burung Hong Karya S D Liong Harimau Kemala Putih 2
^