Pencarian

Mengungkap Rahasia Tobias 2

Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias Bagian 2


atau jalur driVe-through di McDonald's, cepat atau lambat kau akan
menemukan dua puluh lima sen yang terj atuh.>
Rachel tertawa seolah-olah hal itu sesuatu yang paling lucu di
dunia.
katanya.

angin ini, dan meringankan beban sayap-sayap kita,> kataku.

Kami berbelok ke barat dan merasakan dorongan angin di
belakang kami. Terbang sangat mirip dengan berlayar. Kau bisa
terbang menentang angin, tapi dengan begitu kau akan cepat
kehabisan tenaga. Kau bisa melakukan tack, terbang menentang angin
dengan posisi miring pada sudut tertentu. Tapi bila anginnya bekerja
sama dan berembus searah denganmu, hei, manfaatkan baik-baik dan
bersyukurlah. kataku sambil tertawa meremehkan.

kata Rachel menggerutu. sudah terbang sepuluh, dua puluh menit, dan aku lupa membawa buku
bacaan.> lapangan rumputku. > Aku merasa seperti idiot begitu kata-kata tersebut terlontar dari
benakku. Ini mirip gaya Tobias "lama": memamerkan kebodohan dan
kelemahan. Tidak heran aku sering dijadikan bulan-bulanan sewaktu
masih menjadi manusia. Rasanya seolah aku memohon agar orang-
orang mencibir padaku. gumamku sendiri. lain, Rachel akan benar-benar menghargai kisah menyedihkan tentang
dirimu yang tidak mampu membela diri menghadapi seekor burung. >

Kenapa aku tidak bisa menutup mulut" < Lupakanlah. Aku
hanya belum memutuskan waktu yang tepat untuk menendangnya.>
Yeah, benar. Itu bisa dipercaya.
kataku. Seharusnya kamar itu mengarah ke kota.>
Chapter 12 JANTUNGKU berdetak lebih cepat daripada biasanya. Aku
mungkin akan bertemu seorang sepupu yang ingin merawatku. Atau
mungkin aku sedang mendekati jebakan yang sangat lihai.
Kuhitung hingga lantai 23. Kami melayang mengitari gedung
hingga sisi yang menghadap ke kota. Terbang mengitari gedung-
gedung tinggi sangat menyenangkan. Berada di luar pencakar langit
benar-benar mengingatkan bagian manusiamu betapa tingginya
dirimu. Kau bisa membayangkan manusia tiba-tiba berada di luar dan
membayangkan kengerian tanpa daya mereka saat jatuh.
jendela,> keluhku. kata Rachel.
kataku. melihat ke bawah air, sekalipun ada pantulan di permukaannya. Aku
menyantap tikus dan kelinci.>
mulai berceramah tentang Thumper dalam kisah Bambi, atau Peter
Rabbit, atau Kelinci Paskah. Kelinci adalah mangsa, sama seperti
tikus.> daripada tikus. Maksudku, orang-orang makan kelinci. Atau paling
tidak dulu begitu. Di film-film koboi lama ada adegan mereka
menembak kelinci dan memasaknya dengan kacang, bukan">

di dalam kamar itu. Eh... tiga jendela dari ujung.>


morf.> gaun. Gaunnya, oh, sekitar tiga atau empat tahun ketinggalan zaman.>
memang wanita itu Aria.>
banyak peralatan kamera di sana. Sesuai dengan profesi fotografer
alam.> melihat">
kataku tajam. Lalu kuperlunak
nadaku. kej ahatan.> Rachel tertawa.
Aku melayang ke tepi, mengepak-ngepakkan sayap untuk
mempertahankan ketinggian, lalu melayang sepelan mungkin, dua
belas meter di luar jendela.
Wanita itu sekitar dua puluh lima atau tiga puluh tahun.
Rambutnya hitam, diikat ekor kuda. Tidak jangkung, tidak pendek.
Kurus. Kulitnya tampak sangat kecokelatan.
tanya Rachel.
memiliki ayah yang bahkan tidak kuketahui keberadaannya. Jadi siapa
yang tahu tampang wanita ini mirip keluargaku atau tidak">

Aku tidak menjawab. Aku tidak sungguh-sungguh mendengar
ucapan Rachel. Aku sedang tenggelam dalam pikiranku sendiri,
mengawasi wanita asing yang mengaku ingin merawatku.
Kenapa" Kenapa ada yang ingin merawatku" Ia tidak
mengenalku. Jadi kenapa" Karena kaitan kekeluargaan yang tidak
jelas" Mungkin. Kurasa ada keluarga yang seperti itu. Mereka merasa
berkaitan dengan siapa pun yang memiliki hubungan biologis dengan
mereka. Tapi keluargaku tidak seperti itu. Paling tidak, mereka yang
kutemui tidak seperti itu.
Ibuku menghilang dan ayahku meninggal sewaktu aku masih
anak-anak. Aku hampir-hampir tidak ingat mereka berdua. Tentu saja
aku memiliki foto mereka, dulu sewaktu aku masih menjadi manusia.
Tapi sekarang, sewaktu kucoba mengingat mereka, aku tidak bisa
memastikan apakah itu kenangan atau sekadar khayalan.
Terkadang aku penasaran bahwa semua itu hanyalah ilusi.
Bahwa aku tidak pernah memiliki ibu dan ayah. Bahwa aku bukan
benar-benar manusia. Aku ini keanehan alam. Tidak, itu juga tidak benar. Bahkan
alam yang paling menyimpang pun tidak bisa menciptakan diriku.
Aku keanehan teknologi. Teknologi makhluk luar angkasa.
Aku burung dengan otak anak manusia. Atau aku anak dengan
tubuh burung. Yang mana pun, wanita yang kulihat dari balik jendela
itu, wanita yang sekarang mengganti-ganti saluran TV dengan remote
control dan berhenti pada saluran CNN, wanita itu tidak mengenalku.
Baik diriku yang dulu maupun yang sebenarnya.
Kejutan, Sepupu Aria, putra adopsimu seekor elang ekor merah.
tanya
Rachel. Kalau dia Pengendali, dia harus kembali ke kolam Yeerk dalam tiga
hari mendatang. > kata Rachel.
kataku mengakui. mencari tahu cukup banyak. Lihat! Dia menerima telepon. >
pergi !> Aria... kalau wanita ini memang Aria... menyandangkan tas
kamera ke bahunya. Dia berhenti sejenak di depan cermin berukuran
penuh, merapikan rambut dan memeriksa pakaiannya dengan hati-
hati. sergah Rachel,

Aku tertawa. Tapi pada saat yang sama ada sesuatu yang terasa
mengganggu. Sesuatu... Tapi lalu wanita itu keluar dari kamarnya dan tidak terlihat lagi.

kata Rachel.

Chapter 13 seruku saat penjaga pintu hotel
melambai memanggil taksi.
mengikutinya,>kata Rachel.
kataku muram.

menganggapnya sinting,> kataku. Arahnya sama dengan taksinya" Lihat lampu di atapnya">
Rachel tertawa. kita lakukan!> Kami menukik, menghambur turun dari langit. Rencanaku tidak
bisa dikatakan terselubung. Rencana itu berbahaya dan akan menarik
perhatian orang saat kami melesat sepanjang jalan-j alan kota.
Tapi mungkin berhasil. Lampu-lampu merah di atap mobil polisi itu dipasang pada
batang landasan. Di kedua ujung batang itu terdapat lampu dan di
antaranya, sekitar enam puluh sentimeter, hanya berupa batang
landas an terbuka. Taksi itu meluncur ke timur menyusuri jalan besar. Begitu pula
dengan mobil polisinya. Keduanya hanya melaju dua puluh mil per
jam di tengah-tengah lalu lintas, tapi rajawali dan elang tidak bisa
terbang jarak jauh dalam garis lurus. Kami harus berbelok,
menunggang udara panas untuk membubung. Bahkan dengan
kecepatan dua puluh mil per jam, kami akan tertinggal.
Kami menukik turun, mengganti ketinggian dengan kecepatan.
Turun, turun, aku agak sedikit di depan.
pusaran angin sayapku!>
Rachel mundur ke belakangku dan kami melaju turun dari lantai
23 hingga mendekati permukaan jalan, melaju dengan begitu
lancarnya sehingga bisa menyebabkan pilot pesawat merasa bangga.

> jerit Rachel.
teriak Rachel dengan getaran yang biasa setiap
kali ia nyaris mendapat bencana.
Mobil polisi itu meluncur horizontal. Kami turun menyudut.
Kedua garis itu akan bertemu... sekarang!
Kuayunkan sayapku ke depan, mengurangi
kecepatan terbangku sedikit, membuka cakarku, membentangkannya
lebar-lebar, dan... ya! Mencengkeram batang landasan itu dan
memeganginya erat-erat. Rachel berhasil meraihnya dengan satu cakar tapi cakarnya
yang lain luput. Ia melipat sayapnya dan embusan angin
mengempaskannya ke belakang.
jeritku. menunggangi.> Entah bagaimana Rachel berhasil memahami celotehku. Ia
menyentakkan cakar yang satu lagi dan menangkap batang
landasannya. Ia memaksa tubuhnya condong ke depan dan mengambil
sikap terbang. Ia membentangkan sayapnya yang besar.
Dan kami pun melaju. Seekor elang ekor merah dan seekor
rajawali bondol menumpang di atap mobil polisi, dengan sayap
terbuka, paruh menjulur, cakar menegang menahan tekanannya.
Rachel tertawa, masih
bersemangat akibat gejolak bahaya.
Para sopir di belakang dan di samping kami menatap dengan
mulut ternganga. Beberapa bahkan hampir menabrak mobil lainnya.
Tapi polisi di bawah kami tetap tidak menyadarinya.
sini.> Aku merasa khawatir.
Rachel berusaha meyakinkan diriku. yang bersusah payah menarik perhatian polisi sambil mengemudi.
Kita diselamatkan oleh kesadaran orang-orang.>
Satu mobil polisi yang tampak sangat aneh terus meluncur
sepanjang jalan besar, membayang-bayangi taksi dari jarak tiga atau
empat mobil jauhnya. Kami menempuh sekitar dua mil dengan cara
itu, hingga tiba di tepi kota, di sana gedung-gedungnya lebih rendah,
lebih tua, dan lebih lusuh. Kami melewati bandara. Boeing 747 besar
meraung-raung di atas kepala.
Dan lalu... Lampu-lampu merah di sekitar kami berputar-putar. Mobil itu
tersentak maju. Tekanan angin berlipat ganda dan aku hampir-hampir
tidak mampu berpegangan. Lalu terdengar raungan sirene.
Menurutmu sirene polisi keras" Cobalah memiliki pendengaran
yang lebih-baik-dari-telinga-manusia dan berada 10 sentimeter dari
sirene itu. Lalu tambahkan empat mesin pesawat jet dari pesawat
jumbo-jet yang meluncur lambat.

Mobil polisi itu melesat. Sedetik kemudian kami telah
mendahului taksi itu. Oh, tidak! Taksi itu tiba-tiba berbelok, dan kami
pun berpisah dengan kecepatan tinggi.
Terlalu cepat bagi kami untuk tetap membuka sayap. Kami
melesat dengan kecepatan lima puluh, mungkin enam puluh mil per
jam. Kami merapatkan sayap dan meringkuk sedekat mungkin dengan
batang landasan. Kutundukkan kepalaku serendah-rendahnya dan
kurapatkan bulu ekorku serapat mungkin.
Sekarang kami meluncur di sepanjang tepi bandara. Pesawat jet
yang lain, kali ini 737 yang lebih kecil, tengah bersiap-siap lepas
landas. Tapi sebelum pesawat itu mencapai kecepatan yang
diperlukan, ada benda lain yang membubung dari aspal.
Helikopter. Helikopter itu membubung dan menuju ke arah kami. Ke arah
yang sama dengan taksi itu.
kataku.
teriakku.
jerit Rachel.
supaya terangkat, jangan bentangkan sayap, gunakan kepalamu untuk


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berputar! > Kulepaskan cengkeramanku. Kubuka bulu ekorku dan
mengangkatnya sedikit. Sayapku begitu kecil sehingga bisa disamakan
dengan sirip roket. Dan bagus juga, karena aku memang meroket.
Aku melesat ke udara bagai rudal berbulu, membubung sedikit
berkat tekanan udara, berbalik hanya dengan sedikit menggerakkan
kepalaku... Aku melesat ke bawah helikopter, berputar untuk menyesuaikan
diri dengan arahnya, berputar pada punggungku, membuka cakarku,
dan... Aku tersentak saat cakarku mencengkeram batang
baja pendaratan. Rachel mengikuti tepat di belakangku. Ia berbalik dan
membuka cakarnya, tapi ia tidak siap menghadapi embusan angin
kencang baling-baling helikopter.
Luput! Cakar Rachel tidak mengenai sasaran, dan ia tidak akan
mendapat kesempatan kedua.
teriakku kepadanya.
katanya sambil tertawa. Taksinya berhenti di sana.>
Aku sudah melakukan gerakan yang begitu rumit, padahal
sebetulnya sama sekali tidak perlu.
kata Rachel. Tapi ia tertawa lagi ketika aku
melepaskan cengkeramanku pada helikopter dan melayang dengan
perasaan malu ke lapangan tanah, tempat taksi itu tengah menurunkan
Aria. Chapter 14 AKU memerlukan waktu sejenak untuk menyadari apa yang
tengah kupandangi. Dari atas gedung itu tampak reyot. Tapi
sebenarnya sebagian besar gedung tampak agak jelek dari udara,
karena yang tampak hanyalah atap dan pendingin udara.
Gedungnya sendiri hanya bertingkat satu, tapi dengan bagian
depan palsu sehingga tampak jauh lebih besar bagi orang yang
mendekatinya di lantai dasar. Di bagian depan gedung terdapat areal
parkir tanah yang berisi beberapa mobil. Di bagian belakang terdapat
laguna hijau yang kotor_air dangkal dikelilingi pagar kayu yang
tampak reyot. Dua ekor buaya tengah berjemur di tepi laguna kecil yang
berlumpur itu. Lahan di sebelah kiri gedung digunakan sebagai toko minuman
keras. Di sebelah kanan gedung utama, sepintas bagai menempel pada
gedung induk, terdapat lapangan golf mini. Jelas tema taman hiburan
ini adalah "bajak laut". Sebuah perahu bajak laut dari semen berfungsi
sebagai atraksi utama. kata
Rachel, setelah melayang cukup rendah untuk melihat papan namanya
yang bobrok.
kataku.
seperti ini. Maksudku, dia sangat benci tempat-tempat seperti ini. Dia
pasti akan memaksa kita masuk ke sana dan membebaskan semua
hewan yang ada.> kataku menduga.
tempat-tempat seperti ini.>
kata Rachel dengan nada skeptis.
Aku berbelok dan turun untuk memandang semacam billboard
yang merupakan iklan bagi mobil-mobil yang melintas. Billboard itu
menggunakan huruf-huruf plastik besar.
Tulisannya berbunyi: PERTUNJUKAN BARU! MAKHLUK
CEB OL MAUT DAN AJAIB! SILET HIDUP! kataku.
tanya
Rachel sambil tertawa. perlu, tapi HEBAT sekali!>
<"Silet Hidup",> kataku, mengutip tulisan itu. <"Cebol MAUT
AJ AIB".> tanya Rachel.
harus masuk ke dalam gedung itu.>
ke sana. Kalau kita punya uang untuk membeli karcis.>
Berubah kembali menjadi manusia" Bukan aku. Aku harus
berubah menjadi manusia. Tapi aku tak mengoreksi ucapan Rachel.
kataku.

kataku. ekor kecoak akan menarik perhatian di tempat seperti ini. Apalagi dua
ekor lalat.>

meroket untuk menyambar helikopter" Kau mau menolak ideku">

mengawasi pintu depan. Dan harus kukatakan, kurasa rambutnya
palsu.> di sana. Aku akan menyusul.>
Kemudian Rachel menukik turun dari langit ke arah pria tua itu,
yang tengah duduk di kursi bulat tepat di luar pintu Frank's Safari
Land. Dengan cakar terbentang, Rachel mengguncang kepala pria itu.
"Hei!" teriak si pria. "Itu rambutku!"
Rajawali bondol itu terbang rendah dengan lamban, membawa
apa yang tampak seperti bangkai cerpelai, tapi sebenarnya adalah
rambut palsu. Pria itu berlari mengejar Rachel. Aku menuju ke perahu
bajak laut besar dari semen. Beberapa saat kemudian Rachel
bergabung denganku, tertawa-tawa sambil berubah kembali.
malang itu">
Kami berubah di dalam perahu palsu yang berdebu dan
bersarang labah-labah, lalu memaksa diri menerobos pintu keluarnya
yang kecil. Tak seorang pun menghentikan kami. Tak seorang pun
menyadarinya, bahkan sewaktu kami dengan berani berjalan melewati
pintu depan Frank's Safari Land.
Chapter 15 SUASANA di dalam tepat seperti dugaanku. Tempat yang
sangat menyedihkan. Hewan-hewan sengsara dan tidak bahagia yang
terkurung dalam kandang sempit, sepersepuluh dari ukuran yang
seharusnya. Penerangan yang remang-remang dikalahkan oleh
dinding-dinding yang tertutup kain hitam.
Seekor rubah mondar-mandir gelisah. Sepasang lynX tengah
tidur, berjej alan dalam kandang yang terlalu kecil bahkan untuk
seekor kucing rumah. Ada seekor burung hantu lumbung yang sudah
tua, seekor rusa dewasa, sepasang domba. Seekor kuda poni Shetland
berada dalam kandang bundar, berpelana, dengan luka-luka di
punggung akibat pelana terlihat jelas. Papan tandanya berbunyi:
MENUNGGANG PONI 2,5 dolar.
Seekor beruang hitam betina kecil berada dalam kurungan yang
begitu rendah sehingga ia tidak bisa berdiri tegak.
Rachel membungkuk mendekatiku dan berbisik di telingaku.
"Tadinya aku bermaksud tidak memberitahu Cassie tentang tempat
ini, tapi... ayo kita beritahu. Dia pasti akan memaksa J ake ikut
meluluhlantakkan tempat ini. Kenapa sih orang-orang ini" Maksudku,
aku bukan pembela hak-hak binatang sejati, tapi yang benar saja!
Menjijikkan. Kalau mereka ingin memperlakukan beruang dengan
cara seperti ini, aku akan kembali dan memperkenalkan bajingan-
bajingan ini pada beruang yang sebenarnya. Coba kita lihat apa 'Frank'
bisa menj ej alkan grizzly-ku dalam kandang kecil. Aku yang akan
mengurungnya! " Aku tersenyum dengan bibir manusiaku. Aku tahu Rachel tidak
membual. Kalau Jake tidak menghentikannya, "Frank" si pemilik
Frank's Safari akan mendapat tamu beruang grizzly besar setinggi dua
meter lebih, dengan bulu kusut dan perasaan sangat jengkel.
Lalu kami berbelok di tikungan gelap, memasuki ruang
samping kecil. Di sana terdapat Aria dan seorang pria. Aku bergegas
mundur. Tapi tidak secepat itu sehingga aku masih sempat melihat
penghuni ruangan kecil itu.
Di sana, dalam sebuah kurungan yang ditinggikan, dengan dua
lampu sorot meneranginya secara menyilang, terdapat Hork-B aj ir
muda. Tingginya hanya satu meter, bisa dikatakan bayi yang baru lahir
untuk ukuran Hork-Bajir. Pisau-pisaunya sangat tajam, seperti gigi
bayi manusia, tapi kecil dan tidak sekaku atau seberbahaya pisau-
pisau Hork-Bajir dewasa. Ekornya sangat pendek, belum terbentuk. Pisau di keningnya,
masih berupa tonjolan-tonj olan.
Cakar tangannya mencengkeram jeruji kandang, Ia menatap
dengan harapan menyedihkan ke arah Aria.
"Whoa," bisik Rachel.
"Yeah." Kami kembali bersembunyi, baik Aria maupun pria yang tengah
bersamanya tidak menyadari kemunculan kami.
"Tunggu dulu, aku bukan bermaksud menipumu. Tapi kalau
kau mau memotret, kau harus membayar lagi."
"Tapi, Mr. Hallowell..."
"Panggil aku Frank."
"Oke, Frank. Aku fotografer alam profesional. Dengan senang
hati akan kuberi beberapa duplikat fotonya sebagai pembayaran."
Pria itu mencibir. "Kalau aku memerlukan foto makhluk aneh
ini, kuambil Polaroid. Uh-uh. Monster kecil ini akan menghasilkan
uang. Aku sudah menghubungi surat kabar. Mereka mengirim orang
kemari. Kalau menurutnya makhluk ini benar-benar aneh, dia bersedia
membayar ribuan dolar."
Aria ragu-ragu. "Dan ia akan... membagi-bagikan... foto-
fotonya ke mana-mana" Mempublikasikannya?"
Pria itu memandangnya seakan-akan Aria sinting. "Apa lagi
yang akan mereka lakukan kalau bukan begitu?"
Aria perlahan-lahan mengangguk. "Ya. Tentu saja." Ia kembali
memandang Hork-B aj ir muda itu dan mengulangi kata-katanya sambil
berpikir. "Ya. Tentu saja."
"Jadi, kalau boleh kutanya, lady, karena kau seorang fotografer
alam hebat, unik, dan sebagainya: Makhluk apa ini?"
"Kau tidak tahu?"
Frank menggeleng. "Orang itu datang membawa makhluk ini,
terikat di bagian belakang truk pick-up-nya. Katanya dia melihatnya
berkeliaran di tepi jalan layang. Dia menanyakan berapa aku bersedia
membayar. Aku memberinya lima puluh dolar."
"Transaksi yang bagus," kata Aria. "Aku yakin harganya lebih
dari itu." "Jadi makhluk apa ini" Itu yang ingin kuketahui."
Aria mengangkat bahu. "Entahlah. Aku belum pernah melihat
yang seperti ini. Tapi kau seharusnya jangan menyebutnya 'makhluk
aneh'." "Tidak tepat, hah?" kata Frank dengan sikap sok tahu.
"Bukan begitu," kata Aria. "Hanya saja aku belum pernah
melihat makhluk seperti ini. Tidak seperti hewan-hewan yang aku
tahu." Ia tersenyum. "Kau bisa memamerkannya sebagai makhluk luar
angkasa, dan tidak akan ada yang bisa mendebatmu."
"Makhluk luar angkasa, hah?" Frank mengangguk. "Hei, bukan
gagasan jelek. Banyak orang sinting di luar sana yang mempercayai
segala omong kosong tentang UFO dan makhluk luar angkasa."
"Ya. Dan sementara kau mengadakan perubahan, mungkin kau
bisa bersikap sedikit lebih manusiawi pada hewan-hewan ini. Mereka
memerlukan kandang yang lebih besar, cahaya yang lebih terang,
udara yang lebih segar. Paling tidak begitu."
"Akan kupikirkan," kata Frank dengan ekspresi yang
menyatakan ia tidak akan melakukan saran Aria sedikitpun.
Aria berbalik dan melangkah pergi, melewati Rachel dan aku.
Aku memiringkan kepala agar ia tidak mengenaliku lagi kelak.
Kami mengikuti Aria dari jarak yang aman, berusaha tampak
seperti sedang menjangkau hewan-hewan yang terkurung. Aria
melangkah ke bawah sinar matahari yang terang benderang dan
memandang ke sekitar dengan penuh harap.
Beberapa detik kemudian, sebuah limusin hitam tiba di
lapangan parkir tanah, mengepulkan awan debu.
Limusin itu berhenti dan sopirnya melompat turun untuk
membukakan pintu baginya.
Aku menatapnya dengan mata manusia yang lemah saat ia
masuk ke dalam mobil dan duduk. Sejenak pintunya tetap terbuka dan
aku bisa melihatnya sej elas yang mungkin dilakukan mata manusia.
Ia tengah memandang ke arah kami, tapi tidak bisa melihat
kami, Ia berada di tempat terang dan kami berada dalam keremangan.
Aria menatap papan nama Frank's Safari dengan ekspresi
merenung. Lalu ia tersenyum sekilas.
"Siapa kau?" bisikku.
Si sopir menutup pintu dan Aria pun menghilang.
Chapter 16 TIDAK banyak perdebatan di gudang jerami mengenai apa
yang harus dilakukan terhadap bayi Hork-B aj ir itu.
"Kita serbu dan selamatkan dia," kata J ake.
"Bisa jadi jebakan," ujar Marco. "Si Aria ini mungkin
Pengendali. Semua ini mungkin sudah diatur."
Aku ingin bertanya kenapa seorang Pengendali peduli pada
kondisi hewan-hewan di kebun binatang yang menjijikkan itu. Tapi
aku diam saja. Kurasa aku semakin lama semakin tidak banyak bicara.
Terkadang semua komunikasi yang dilakukan orang-orang tidak ada
gunanya. Tindakanlah, atau action, yang penting.
J ake mengangguk. "Kita harus bertindak dengan anggapan ini
jebakan. Kita akan membagi kekuatan. Grup A menyerbu masuk,
Grup B berada di belakang."
Marco mencibir ke arah Rachel. "Dia sok tahu, ya" Seperti ahli
perang saja." J ake tersenyum dan meninju bahu Marco.
Lalu mulailah salah satu bagian kehidupan yang lebih aneh dari
para Animorphs: J ake, Rachel, Cassie, dan Marco duduk di atas
jerami, membuka ransel masing- masing, dan mengeluarkan buku-
buku serta catatan-catatan.
Pekerjaan rumah. Kurasa kalau kau sepenuhnya manusia dan
masih anak-anak, tidak mungkin melarikan diri dari pekerjaan rumah.
AX membaca buku ilmu pengetahuan Cassie dari balik bahunya.
gumamnya berulang-ulang. cara kerja gaya tarik bumi.>
Aku duduk di balok penopang langit-langit dengan nyaman dan


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencuri baca pekerjaan rumah J ake. Aku masih senang membaca
kalau ada kesempatan. Terkadang aku ke taman atau ke pantai, tempat
orang-orang membaca di udara terbuka. Kucari embusan angin ke atas
atau yang bertiup mantap, melayang sekitar lima belas atau delapan
belas meter di atas tanah, dan membaca dari balik bahu seseorang.
Aku banyak membaca karya John Grisham dan Stephen King dan
Nora Roberts. Sayangnya tidak seluruh buku, hanya beberapa halaman
dan terkadang satu bab lengkap.
Lalu aku pindah, membaca dari balik bahu J ake. Dan ketika
kegiatan itu terasa membosankan, aku pindah ke belakang Rachel.
Lalu, akhirnya, tiba waktunya berangkat.
berlaku di tingkat kuantum, dan bagaimana hubungannya dengan gaya
tarik dan apa yang kami, Andalite, sebut sebagai kekuatan ketujuh,
maka...> Cassie tertawa dan memegang lengan AX. "AX, pasti sulit tidak
memiliki seseorang yang bisa diajak berdiskusi sejajar dengan
pengetahuanmu." Ia tampak kebingungan. katanya
malu-malu. "Oke, semua sudah mendapat izin dari orangtua masing-
masing?" tanya J ake.
"Ya, semua kebohongan yang benar sudah disampaikan," kata
Cassie sambil menggeleng penuh penyesalan. "Semuanya ada di
rumah satu sama lain. Seperti biasa."
"Well, ini tidak akan memakan waktu lama," kata Rachel.
Yang lain berubah menjadi berbagai jenis burung, dan kami
terbang ke Frank's Safari Land. Papan pengumumannya telah berubah,
kini meneriakkan bahwa Frank memiliki makhluk luar angkasa, yang
pertama dan asli. Pengumuman itu berhasil. Tempat parkirnya
dipenuhi lusinan mobil. Aku termasuk Grup A, bersama Rachel. Kami berdua yang
mengenali tempat ini. J ake ikut bersama kami. Cassie, AX, dan Marco
menjadi pendukung, siap masuk kalau ada yang tidak beres.
Kami mendarat dan berubah tepat di luar laguna buaya. Saat itu
cuaca gelap, tapi tidak gelap gulita. Matahari yang terbenam masih
tampak samar-samar di barat. Bulan belum terbit, tapi langit dipenuhi
bintang-bintang. Yang lainnya demorph_berubah kembali. Aku menunggu. Aku
akan mengubah diri menjadi bentuk yang hanya kugunakan sekali:
Hork-Bajir. Normalnya aku tidak akan pernah menggunakan bentuk Hork-
Baj ir. Hork-B aj ir merupakan makhluk yang memiliki kesadaran.
Kami punya peraturan dalam hal mengubah diri menjadi manusia atau
makhluk bebas dan memiliki kesadaran lainnya. Kami bukan Yeerk.
Kami tidak bisa berkeliaran dan mengambili DNA orang-orang bebas
seenaknya sendiri. Tapi kali ini merupakan kasus unik. Bek, anak Hork-Bajir itu,
harus mengikuti kami secara sukarela. Dan aku tahu Ket Halpak_
yang DNA-nya kugunakan sebagai dasar perubahanku_tidak akan
keberatan sama sekali. "Oke," bisik J ake. "Sekali lagi. Aku masuk sebagai manusia dan
mematikan sakelar listrik utama agar suasananya gelap gulita. Rachel
berubah dan begitu listrik padam, dia masuk dan menyingkirkan
dinding belakang. Tobias" Kau tunggu di sini sampai Rachel memberi
isyarat. Lalu kau lari masuk, ambil bocah itu, dan lari keluar lagi.
Cassie akan siap menerimanya. Kita bawa dia empat ratus meter ke
jalan belakang yang menuju ke kebun jagung. Semua mengerti?"
Rachel mengedipkan mata kepadaku. "Marco benar. Dia jadi
sok ahli perang." "Oh, tutup mulutmu," kata J ake bercanda.
J ake tetap menjadi manusia dan mulai mengitari pagar luar
laguna buaya. "Hei, J ake tadi bilang aku harus merobohkan satu dinding"
Atau beberapa dinding?" tanya Rachel, pura-pura lugu.
Dia tidak mengatakan kau harus merobohkan seluruh tempat ini hanya
karena Frank itu bajingan dan memperlakukan hewan-hewan
seenaknya sendiri,> kataku tegas. mungkin bingung...> Rachel melontarkan tawa, seolah sudah gila, tawa siap-untuk-
berkelahi. "Yeah, mungkin aku bingung."
Ia mulai mengubah diri menjadi gaj ah. Aku pernah mengatakan
betapa hebatnya menyaksikan Rachel berubah menjadi rajawali, kan"
Menyaksikannya berubah menjadi gaj ah, tidaklah sama. Tidak ada
yang menarik sedikit pun dari perubahan kali ini.
Terutama pada caranya tumbuh. Kemunculan gumpalan-
gumpalan daging yang tiba-tiba dari paha, perut, bahkan kepalanya.
Sangat mengganggu melihat gumpalan-gumpalan daging kelabu
seukuran lemari es menggembung keluar dari sisi kepala seseorang.
Ia terus menggembung dan menonjol tidak keruan di sana-sini,
dari seorang gadis berukuran normal menjadi sesosok raksasa tanpa
bentuk. Kaki-kakinya berubah menjadi pilar. Begitu pula lengannya.
Kaki gajahnya melesak ke dalam tanah yang basah.
Ia tersenyum kepadaku sewaktu gigi-giginya yang putih tampak
seakan-akan menyatu dan lalu menonjol keluar bagai tombak. Gigi-
gigi itu melengkung menuju ke satu titik: sepasang gading.
Hidung Rachel mulai menjuntai seperti orang pilek, lalu seolah
mencair, mulai menebal dan warnanya menggelap, dan membesar.
Tentu saja, pada saat itu, telinga-telinga-selebar handuk pantai telah
terbentuk. Bagian terakhir Rachel yang menghilang seluruhnya adalah
rambutnya. Selama beberapa detik ia tampak seperti gajah yang
mengenakan rambut palsu pirang. Selama itu, aku juga mulai berubah.
Rasanya aneh sekali berubah menjadi apa pun.
Maksudku, tidak peduli apa pun jadinya dirimu, prosesnya
terasa seperti mimpi buruk. Bayangkan saja kau mengawasi dagingmu
sendiri menggeliat-geliat dan mencair dan bergetar, menyusut atau
membengkak. Bayangkan mendengar organ-organ dalam tubuhmu
sendiri berubah berair dan bergejolak. Bayangkan bagian-bagian
tubuh yang tidak pernah kaumiliki sebelumnya, dan otak yang tahu
bagaimana cara menggunakannya.
Berubah selalu merupakan pertunjukan aneh. Tapi ada
keistimewaan dalam berubah menjadi hewan yang bukan dari Bumi.
Menurut AX, DNA merupakan sesuatu yang cukup umum di galaksi.
Cincin atom ganda yang sama, yang membentuk cetak biru seluruh
kehidupan di Bumi dan hampir semua bentuk kehidupan di mana pun.
Tapi tetap saja tidak banyak kemiripan antara tubuh makhluk
luar angkasa dengan, katakanlah, manusia. Kehidupan nyata ternyata
tidak seperti Star Trek. Makhluk-makhluk luar angkasa bukanlah
manusia yang mengenakan telinga aneh, penambal hidung, dan
kostum. Tidak ada yang manusiawi sedikit pun dari Hork- Bajir. Yang
aneh adalah ada sedikit kemiripan antara elang dan Hork-B ajir.
Cakar-cakarnya sangat mirip. Mulut bagai paruhnya juga mirip.
Dan... well, hanya itu saja yang mirip.
Hork-Bajir bertubuh besar. Lebih dari dua meter tingginya.
Sementara tulang-belulangku berongga dan ringan, tulang-belulang
mereka tebal dan sepadat baja. Sementara bagian dalam tubuhku
terbentuk untuk mencerna daging mentah, tugas yang cukup
sederhana, tubuh mereka jelas jauh lebih rumit agar bisa mencerna
kulit pohon. Dan meskipun aku memiliki beberapa senjata alamiah_paruh
dan cakar_Hork-Bajir sendiri adalah senjata alamiah. Cakar-cakar
yang memungkinkan mereka memanjat pepohonan berukuran gedung
pencakar langit di dunia asal mereka, bilah-bilah pisau di pergelangan,
di siku, dan kening, yang memungkinkan mereka mengupas kulit dari
pohon-pohon itu, semuanya bisa digunakan sebagai senjata.
Tapi Hork-Bajir tidak pernah menggunakannya sebagai senjata,
sampai Yeerk dan Andalite membawa peperangan mereka ke dunia
Hork-Bajir. Aku terus-menerus tumbuh, hingga aku hampir bisa
memandang Rachel sejajar di matanya.
Cakar-cakarku menjadi kaki-kaki Tyrannosaurus. Di mulutku
tumbuh gigi, gigi-gigi yang tajam untuk memotong kulit pohon dan
mengunyahnya. Sayap-sayapku kehilangan bulu-bulunya dan terjulur semakin
panjang. Tangan-tangan muncul di tempat yang semula adalah tulang
"j emariku". Otot menutupi seluruh tubuhku. Dan dari otot-otot itulah
tumbuh bilah-bilah pisaunya.
kata Rachel.
Kudengar suara. Mesin mobil menderu, rem-rem diinj ak. Lalu
pintu-pintu mobil dibanting. Beberapa. Banyak. Aku memandang ke
arah tempat parkir, tapi sebagian besar lokasinya terhalang dari
pandangan. Dan pada saat itulah lampu-lampu di Frank's Safari Land
padam. kata Rachel dan melontarkan tawa liarnya.
Chapter 17 LAMPU-LAMPUNYA padam dan aku seketika menyadari
Hork-Bajir tidak memiliki penglihatan malam yang baik. Gajah juga
tidak. Tapi gajah tidak peduli sedikit pun, karena mereka bisa
menginj ak-inj ak hampir semua yang menghalangi jalan mereka.
Treeeeeet! Rachel si gajah menjerit nyaring dan melaju
mengitari batas laguna buaya, menuju ke Frank's Safari Land.
Aku terpesona melihat kecepatannya. Aku hampir-hampir tidak
bisa menyusulnya. Kudengar teriakan-teriakan jengkel dari dalam gedung.
"Hei, nyalakan lampunya!"
"Kembalikan uangku! "
Kami bergegas mendekati dinding terdekat. Rachel berhenti dan
dengan hati-hati menekankan bagian depan kepalanya yang datar. Ia
menekankan seluruh berat tubuhnya ke dinding dan kami berdua
mendengar derakan. ia tertawa. kecil ini tidak tahu dia seharusnya membangun rumahnya dari bata"
Keluar, keluar, babi kecil! Atau akan kuembus, dan kutiup, dan
kuhancurkan seperti kotak korek api! >
Ia melangkah mundur dan mengempaskan dirinya ke depan.
BLAM! KRAAAAAAK!
katanya. < Sekarang kita masuk.>
Ia mundur tiga langkah gajah dan menerjang maju, mengadu
berat tubuhnya yang bagai truk sampah dengan dinding kayu yang
rapuh itu. BLAM! KrrrAK! Bruk! BUUUUUM! Dindingnya roboh.
Sekarang orang-orang benar-benar berteriak. "Hei, aku mau
keluar dari sini!" Rachel dengan gembira menginj ak-injak kayu dan tripleks yang
telah berantakan itu, menjerit terus-menerus seolah sudah sinting
sambil mengayun-ayunkan belalainya yang besar dan menimbulkan
kerusakan sesukanya. teriaknya melalui suara-pikiran jalur lebar.

Dalam kepanikan, tidak seorang pun ingat mereka tidak benar-
benar "mendengar" teriakan peringatan tersebut.
Dengan hati-hati kuikuti jejak Rachel. Ia tengah sibuk
mengayun-ayunkan belalainya naik-turun, menyebabkan langit-langit
yang rendah terlonjak setiap kali terkena hantamannya.
Aku menerobos melewatinya dan mencari-cari Hork-Bajir kecil
yang tersesat. Kutemukan ia dalam kandangnya.
Tapi aku tidak sendirian.
Di sisi seberang kandang berdiri tiga orang pria. Dua orang
menyandang pistol genggam standar. Pria ketiga menyandang senjata
yang sudah terlalu sering kulihat sebelumnya: pistol sinar Dracon
Yeerk. Ketiga Pengendali-Manusia itu ternganga menatapku.
Reaksinya tidak seperti manusia biasa yang bertemu Hork-Bajir secara
tiba-tiba, tapi dengan reaksi orang-orang yang telah mengenal Hork-
Baj ir dan bertemu dengan salah satunya di tempat yang tidak terduga.
kataku.
untuk tidak meluluhlantakkan tempat ini.>
kataku. tamu.> "Siapa kau?" tanya salah satu pria. "Visser Three tidak
memberitahu kami bahwa... tunggu! Dia salah satu Hork-Bajir yang
memberontak! Salah satu yang melarikan diri!"
Bek menatapku dengan pandangan memohon. Para Pengendali
membidikkan senjata mereka ke arahku. Dan salah satunya mulai
berteriak ke arloji yang pasti juga berfungsi sebagai alat komunikasi.
Situasinya akan memburuk dengan cepat. Mereka datang untuk
merampas bayi Hork-Bajir. Kami juga. Satu perbedaan besar: Mereka
mungkin tidak peduli apakah Bek hidup atau mati.
Chapter 18 "JADI itu Hork-B ajir yang memberontak," kata salah seorang
Pengendali. "Kita tangkap mereka berdua! Visser Three pasti sangat
senang." Ia mengangkat pistol sinar Dracon-nya dan mengarahkannya
padaku. "Kau bisa mempermudah atau mempersulitnya, Hork-Bajir."
Bek ada di antara mereka dan aku. Kalau aku menyerang...
Untungnya aku tidak sendirian.
Aku baru melihat serigala itu ketika hewan itu berada di atas si
Pengendali. Rahangnya yang besar menggigit keras-keras tangan
Pengendali yang memegang senjata.
"Aaaahhhh!" jerit si Pengendali.

mereka datang! Sangat banyak! >
Aku tidak ragu sedetik pun lagi. Aku melompati kandang Bek
dan mendarat, dengan kaki T-reX lebih dulu, di salah satu Pengendali.
Hork-Bajir mungkin bukan makhluk jenius, tapi mereka cepat.
Korbanku jatuh, berteriak dan mati-matian merangkak menjauh.
DOR! Letusan pistolnya begitu dekat hingga suaranya sama
menyakitkannya seperti pelurunya. Peluru itu membentuk lubang
bulat rapi di pisau siku kiriku.
Secara naluriah aku mengayunkan tanganku. Pistol itu jatuh ke
lantai. Dan Pengendali itu sekarang akan menemui kesulitan untuk
menghitung lebih dari delapan dengan jari-j arinya.
Kami mendapatkan keuntungan sesaat, Cassie dan aku. Aku
bergegas membuka gembok kandang Bek dengan jemari Hork-B aj ir
yang kikuk. Lalu sesuatu berwarna hitam, berbulu panjang, dan besar,
mendorongku ke samping. kata Marco.
rumit.> Ia mencengkeram bagian depan kandang, melilitkan jemarinya
yang bagai sosis di jeruji dan...
BREETT! Ia merobek kandang itu bagaikan sekantong keripik.


Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kataku kepada bayi Hork-Bajir yang ketakutan
itu. Ia meraih tanganku, dan saat itulah segalanya berubah kacau-
balau. DOR! DOR! DOR! TSEEWW! TSEEWW! Mulut senjata api yang terang benderang dan sinar Dracon yang
lebih terang lagi menyambar-nyambar. Ledakannya mengguncang
ruangan. Tiba-tiba seekor gajah muncul.
Tiba-tiba waj ah-waj ah yang marah dan ketakutan terlihat dalam
kilasan api tembakan. Aku merasa seperti ada yang meninju perutku. Sejenak aku
kebingungan. Apa Bek yang memukulku" Tidak. Sebutir peluru! Aku
bisa melihat lubangnya. Aku bisa melihat darahnya.
Trrreeeet! Rachel menerompet.
Dan sekarang muncul makhluk-makhluk lainnya. LynX, yang
terlepas dari kurungannya. Seekor singa, meraung dan menerjang,
mengayunkan cakarnya. Seekor gorila, mengayunkan tinju sebesar ham kalengan.
Andalite, ekornya melayang-layang bagai cambuk, mengiris
dengan ketepatan yang menakutkan.
Serangan tersebut tanpa henti, mati-matian, tanpa arah. Peluru-
peluru beterbangan! Sinar Dracon melubangi kurungan dan dinding.
Api berkobar-kobar di sekitarku. Juga asap.
Kucengkeram tangan Bek dan terhuyung-huyung mundur,
mencari-cari jalan untuk melarikan diri. Tapi suasana cukup gelap,
hanya diterangi kilasan-kilasan senjata yang marah. Langit-langit
melesak di beberapa tempat, siap runtuh. Dinding-dinding tidak
berbentuk lagi. Kurungan-kurungan berhamburan di mana-mana.
Hewan-hewan menjerit. Suara manusia berteriak-teriak.
Rasa sakit itu menghantam dengan tiba-tiba. Terlambat, tapi
tidak terlupakan. Aku melipat tubuh, tapi tetap mencengkeram tangan
Bek. Ia menyentak- nyentak, menarik-narik dengan panik.
Sekarang pertempurannya lebih terorganisir. Para Pengendali
menguasai separo bagian depan gedung, dan teman-teman mereka
dalam jumlah yang lebih banyak bergegas menyeberangi laguna buaya
untuk menjepit kami. Rachel berubah kembali. Besarnya tubuh gajah lebih merugikan
daripada menguntungkan. Saat menyurut kembali menjadi manusia, ia
bersembunyi dalam kegelapan.
Para Pengendali_sekarang pasti sekitar selusin jumlahnya_
telah belajar sedikit kerendahan hati. Mereka meringkuk di balik
perlindungan, menembak sembarangan dari baliknya, menunggu,
tidak ragu-ragu lagi, saat jalan mundur kami terpotong.
teriak J ake.
kataku dengan napas tersentak.
Aku mempererat cengkeramanku pada tangan Bek dan mulai
mengundurkan diri ke arah dinding yang hancur, dari mana kami
masuk. Sakit di perutku rasanya seperti ada yang menjej alkan pedang
merah membara ke dalam diriku.
Aku merasakan embusan angin dingin di punggungku. Aku
berbalik, siap menerjang celah di dinding dan keluar. Tapi jalan itu
terhalang. Satu Andalite berdiri di sana.
Ia lebih tua daripada AX, lebih besar, dengan bekas-bekas luka
pertempuran. Ia memancarkan kegelapan yang lebih gelap dari
malam. Kegelapan yang berasal dari Virus jahat yang berdiam di
dalam otak Andalite yang tertawan.
Visser Three! Ia melecutkan ekor Andalite-nya ke depan, dan aku melangkah
mundur. Tapi bahkan saat aku mulai mengenali tubuh Andalite yang
dulu merupakan milik pangeran-perang Andalite yang perkasa, aku
melihat perubahannya. Ia berubah. Visser Three, satu-satunya Pengendali-Andalite.
Satu-satunya Yeerk yang memiliki kekuatan morf.
Visser Three, yang telah menjelajahi galaksi untuk
mendapatkan bentuk-bentuk morf makhluk-makhluk paling berbahaya
di antariksa yang dikenal.
katanya, terdengar gembira.
Well, teman Hork-B aj ir-ku, tidak lama lagi kau akan kembali ke
markas Yeerk. Tidak lama lagi kau akan menjadi milik kami.>
Chapter 19 HORK-BAJIR yang malang dan bodoh,> kata Visser Three,
pura-pura merasa iba. morf ini. Ini namanya Kaftid.> Kepala Andalite Visser menyempit
dan memanjang ke depan hingga mirip kepala kuda laut, dengan
mulut bulatnya yang kaku. Lehernya memanjang. Dua sayap berbulu
yang tidak memungkinkannya terbang, tumbuh di belakang
kepalanya. Tubuh berkaki empatnya bermutasi, menumbuhkan kaki-kaki
kelima, enam, tujuh, dan delapan! Ekornya menghilang sama sekali.
Dan, di tempat semula terdapat bulu-bulu kebiruan dan berbelang-
belang cokelat, sekarang berubah menjadi kulit kehijauan dan licin
mirip kulit katak. Kutarik Bek lebih merapat padaku sambil berjuang menahan
sakit, dan berusaha menghindari monster perubahan Visser Three.
Tapi Bek tengah dicekam kepanikan. Ia menjerit-j erit dan menangis
dan berusaha masuk kembali ke dalam gedung. Gedung itu mungkin
tampak aman baginya. Kucoba mengangkatnya, tapi aku kurang mengenali tubuh
Hork-Bajir-ku, dan khawatir melukai Hork-B ajir muda itu dengan
pisauku. Akhirnya aku berhasil memeluk pinggang Bek dengan satu
tangan dan berlari menerobos sisi kanan Visser.
Terlambat! SsssPASSSS! Cairan yang warnanya mirip cairan anti-beku menyembur dari
mulut monster yang menjulur itu. Cairan itu hanya luput beberapa
milimeter jauhnya dan mengenai sepotong balok yang runtuh.
IIsssss! Asam! Dalam beberapa detik balok kayu itu berasap dan luluh
lantak karena korosi yang ditimbulkan asam hijau kekuningan itu.
Visser Three gembira. Hork-Bajir" Kau bukan pejuang! Rakyatmu memang diciptakan untuk
menjadi budak kami!> Menyerah. Benar-benar gagasan bagus. Dengan Bek dalam
pelukanku, aku tidak berani mengambil risiko menyerang makhluk
luar angkasa bersenjata asam ini.
"Aku menyerah!" jeritku.
sergah Visser Three. Andalite yang harus kutangani. Tiarap ke lumpur, budak. Dan jangan
lepaskan si kecil.> "Ya. Tiarap," kataku, berusaha sebaik-baiknya agar terdengar
seperti Hork-Baj ir. Aku berlutut dan mulai tiarap. Dan saat itulah
Visser Three terlalu bersemangat. Ia bergegas hendak melewatiku,
sangat ingin mendekati medan pertempuran.
Ia melangkah terlalu dekat. Dan tiba-tiba, bukannya berkaki
delapan, kakinya tinggal lima. Dengan satu ayunan lengan yang kuat.
Set! Set! Set! Aku bagai sebilah silet baru bermata tiga.
Visser Three melolong kesakitan dan murka. Ia
terjatuh, tidak mampu mendukung dirinya dengan hanya satu kaki
kiri. Tapi bahkan sambil jatuh, ia memutar kepalanya dan membidik.
Pada jarak yang sangat dekat.
Ke arah Bek. Dengan menyentakkan seluruh otot di tubuhku, aku berguling
ke atas Bek, meletakkan punggungku di antara dirinya dan semburan
asam Visser. Sakit! Sakit yang luar biasa! Aku terbakar hidup-hidup! Aku
terbakar! Aku tidak bisa berpikir, tidak bisa mengendalikan diri, sesaat
pun tidak. Aku bangkit berdiri, terhuyung-huyung, menjerit kesakitan,
menuju ke laguna, dan menerjunkan diri ke air.
Air. Air berlumpur yang menetralkan asam itu sebelum
mencapai tulang punggungku.
Lega! Tapi bahkan saat aku menggigil karena berkurangnya rasa sakit,
kusadari aku sudah melepaskan Bek. Aku bangkit dari laguna, lumpur
menetes-netes dari tubuhku, dan mati-matian mencari di pantainya.
Tidak ada Visser Three. Tidak ada Kaftid.
Dan Bek juga tidak ada. jeritku jengkel.
Dari reruntuhan Frank's Safari Land muncul makhluk besar
berbulu. Makhluk itu berlari ke batas air dan berhenti. Makhluk itu
berdiri tegak, hampir setinggi Hork-Bajir.
Beruang grizzly itu mengedipkan matanya yang rabun dekat.

teriak
Rachel.
jeritku.
katanya kasar. Kita juga. Polisi dan pemadam kebakaran dan petugas medis datang.
Kita harus pergi dari sini! >
Chapter 20 AKU kehilangan Hork-Bajir muda. Yeerk mendapatkannya.
Aku sudah kehilangan dia.
Mungkin mereka menangkapnya untuk mengetahui jalan ke
lembah rahasia Hork-B ajir. Mungkin.
Mungkin mereka mengubahnya menjadi Pengendali. Semuanya
karena aku. Karena aku membiarkan sakit mengalihkan perhatianku.
Karena aku tidak fokus. Itu bagian manusia dari diriku. Manusia dalam diriku terlalu
memperhitungkan sakit. Seekor elang lebih tahu. Seekor elang tidak
memedulikan sakit. Aku berada di lapangan rumputku. Matahari baru saja terbit,
menanjak tinggi di balik selimut kelabu yang membentang di langit di
malam hari. Aku kelaparan. Dan kenapa" Kenapa aku belum makan" Manusia dalam diriku.
Bagaimana lagi cara menjelaskan kebingungan aneh yang kurasakan,
bayangan mengerikan tentang diriku sebagai mangsaku sendiri"
Manusia. Aku bisa menjadi manusia lagi. Saat ini aku bisa
melakukannya. Saat ini aku bisa melewati batas dua jam dan setelah
itu aku tidak akan pernah lagi harus membunuh untuk makan. Well...
paling tidak aku tidak harus melakukannya sendiri.
Morf dengan cepat, dua jam, dan aku akan kembali. Kembali ke
titik awal. Sebagai manusia. Si bocah Tobias.
Sejak Ellimist mengembalikan kekuatan morf-ku dan
memungkinkan diriku mendapatkan DNA asliku sendiri, pertanyaan
tersebut terus menggantung. Rachel penasaran, aku tahu. Ia pernah
menyarankan diriku: Kenapa tidak menjadi manusia seutuhnya lagi"
Aku belum memberinya jawaban.
Aku melihat elang yang lain tiba-tiba melayang masuk ke
bidang pandangku. Ia semakin berani. Semakin agresif. Kapan ia akan
menyerang dan memaksaku mengundurkan diri" Kalau aku elang
sejati, pertempuran itu telah berlangsung sejak lama. Bahkan elang tua
yang sakit-sakitan akan berkelahi lebih hebat daripada diriku sejauh
lnl. Ia melayang-layang di atas liang kelinci. Liang kelinciku. Ia
elang sejati. Elang yang sebenarnya. Bukan makhluk aneh yang
bercakar di satu dunia dan berkaki di dunia lain.
kataku. tidak pergi saja ke wilayah lain">
Tidak ada jawaban. Tentu saja tidak. Kata-kata tidak ada artinya
bagi elang itu. Menimbulkan keributan di latar belakang pun tidak.
Mungkin sama saja artinya dengan kebisuan.
menyantap mereka, tapi mereka masih tetap milikku. Aku tahu aku
tidak mampu memburu dan membunuh sebagaimana seharusnya
seekor elang, tapi apa perlu kau menunjukkannya terang-terangan
begini"> Kelaparan menyerbu bergelombang.
Benar-benar kehidupan yang memuakkan. Aku benar-benar
makhluk menjijikkan. Untuk menjalani kehidupanku sebagai elang,
aku harus berkelahi melawan elang lain. Perkelahian burung. Dan
demi apa" Seekor kelinci" Beberapa ekor tikus" Aku akan berkelahi
dengan burung itu demi hak untuk membunuh dan menyantap
makhluk-makhluk pengerat"
Sebelumnya aku tidak punya pilihan lain. Sekarang ada. Aku
memilih hidup sebagai elang. Memilih membangun kehidupan di
sekitar padang rumput dan makhluk-makhluk pengerat yang ada di
sana. Mungkin aku sudah sinting.
Sebelumnya aku mampu mengatakan pada diri sendiri bahwa
aku tidak punya tempat lain. Bahwa tidak ada orang yang mau
merawatku. Tidak ada orangtua. Tidak ada keluarga. Sekarang ada
wanita bernama Aria itu. Ia benar-benar bersusah payah menemukan
diriku, untuk merawatku. Mungkin. Aku tersentak, terkejut. Kukenali suara-pikiran AX dan berubah
tenang. Ia terkadang singgah. Kami pasangan aneh di galaksi ini:
makhluk angkasa luar dan Bird-boy_si bocah-burung.

istilah itu tidak ada artinya di luar konteks medan graVitasi yang
terlokalisir dengan jelas.>

kataku
menghindar. Aku menunduk dari cabang tempatku bertengger, menatap
makhluk mengerikan yang menjadi temanku. Kalau kau memandang
Andalite, sulit menghindari fakta yang begitu jelas: Mereka bukan
berasal dari sekitar sini. Ia menengadah memandangku dengan satu
mata. Matanya yang lain bergerak-gerak ke kiri dan kanan, sementara
mata utamanya menatap ke seberang lapangan.
tanyanya.
Aku bisa saja berbohong.



kataku.

Animorphs - 23 Mengungkap Rahasia Tobias di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu-satunya.> AX tidak memiliki jawaban untuk itu. Kurasa Andalite tidak
menyetujui perasaan mengasihani diri sendiri atau emosi tak berguna
seperti itu. Aku mendesah.
kata AX. lain sedang bersekolah, kupikir mungkin kita bisa menyelidiki wanita
bernama Aria ini lebih lanjut.>
tanganku itu,> kataku pahit.
mengikuti wanita bernama Aria ini.>
Apa ia punya maksud tertentu" Tidak. Itu hanya kebetulan,
bukan" Aria fotografer alam. Ia mendengar tentang makhluk aneh ini
dan pergi ke sana untuk melihatnya. Ia tidak mungkin Pengendali.
Kalau ia Pengendali, untuk apa ia mengeluhkan perlakuan terhadap
hewan-hewan di Frank's Safari Land"

Aku memandang lawanku untuk terakhir kalinya.
kataku kepadanya.
Chapter 21 KAMI bergantian, AX dan aku. Kami menggunakan atap-atap
gedung pencakar langit untuk berubah dan berubah kembali. Tidak
terlihat oleh mata-mata yang ingin tahu.
Sepanjang hari seekor elang ekor merah dan seekor harrier utara
terbang mengitari Hotel Hyatt Regency. Sewaktu Aria makan siang di
restoran di luar hotel, kami mengikutinya. Sewaktu ia mengunjungi
pameran foto hitam-putih, aku berubah menjadi manusia dan
mengekor di belakangnya. Kami membuntutinya. Jam demi jam. Menunggu, mengawasi
adanya kontak dengan Pengendali yang sudah dikenalnya. Mencari-
cari upaya untuk mengunjungi kolam Yeerk yang tersembunyi di
bawah tanah kota kami. Yeerk harus kembali ke kolam Yeerk setiap tiga hari. Kami
tidak bisa mengawasinya selama tiga hari terus-menerus, tapi kami
bisa mengawasinya selama sebagian besar dari ketiga hari tersebut.
Aria tidak pergi ke sana.
Sebaliknya, setelah delapan jam mengawasi, kami melihatnya
bersantap, melihatnya membaca koran, melihatnya berj alan-j alan di
taman, melihatnya masuk dan keluar hotel beberapa kali.
Tak seorang pun mendekatinya.
Kami tidak mendapat hasil apa pun, kecuali bahwa ia tampak
sangat menikmati kamar hotelnya. Ia akan keluar sebentar, tapi
kembali setiap dua jam. Ia membiarkan tirai kamarnya terbuka. Kami
bisa mengawasinya, kecuali saat ia masuk ke dalam kamar mandi dan
menutup pintunya. tanya AX.
kataku.
tanya AX
penasaran. urusan menggunakan kamar kecil umum daripada pria.>
< Kenapa" > dan berdiri.> AX sama sekali tidak mengerti apa yang kumaksud. Tapi kurasa
ia sengaja membiarkan masalah ini selesai di sini. Lagi pula, setelah
kembali sebentar, Aria segera pergi lagi.
Kami menyusulnya di luar. Ia tengah melangkah tergesa-gesa di
trotoar. Saat itu mungkin sudah pukul tiga sore. Saatnya bagi kami
untuk kembali bergabung dengan J ake dan teman-teman lainnya.
Dan saat itulah peristiwa itu terjadi. Seorang gadis kecil
melepaskan diri dari ibunya, berbalik, dan berlari kembali ke jalan.
Sebuah bus kota tengah meluncur deras ke arahnya.
teriakku, semata-mata karena naluri.
Ibu gadis kecil itu menjerit. Tapi ia terlalu jauh.
Aku melihat kepala Aria tersentak berpaling. Ia melihat
kecelakaan yang akan terjadi. Ia menjatuhkan kameranya dan
menerjang bagaikan pemain penahan dalam permainan rugbi.
Ia menghantam punggung gadis itu, menj atuhkannya ke depan,
dan bergulingan bersama gadis kecil itu ke jalur pemisah beton yang
sempit. Ibunya berlari-lari mendekat. Gadis kecil itu menangis, tapi
tampaknya baik-baik saja. Aria bangkit berdiri dan membersihkan
diri. kataku.

kataku perlahan-lahan, terpesona. sungguh manusia. Tidak ada Pengendali yang akan berbuat seperti
itu!> kata AX menyetujui. bertindak sebagaimana layaknya Pengendali. Sangat jelas. >
Ada sesuatu dalam pilihan kata-kata AX yang menggangguku,
tapi aku segera melupakannya akibat gelombang emosi yang
menyerbu. Selama ini aku menganggap ini jebakan. Kuanggap Aria
Pengendali. Tapi ternyata tidak. Pengakuannya jujur. Ia wanita manusia
yang mencari sepupunya Tobias yang telah lama menghilang.
Alasan terakhirku untuk bertahan sebagai elang, untuk menolak
menjadi manusia kembali, telah hilang. Sekarang aku bisa memiliki
rumah. Sekarang aku bisa memiliki keluarga.
Benar. Semuanya benar. Aku bisa memiliki rumah. Seperti manusia. Rumah!
Aku tidak akan membunuh agar bisa sarapan. Aku tidak akan
melahap hewan yang mati tertabrak di jalan raya. Aku akan tidur di
ranjang. Dan Rachel akan memandangku tanpa harus
menyembunyikan rasa iba di matanya.
Chapter 22 AKU terbang ke kamar Rachel malam itu. Aku tidak bisa tidur.
Dan aku benar-benar kelaparan. Tapi hal terakhir yang bisa kupikirkan
adalah berburu. Rachel tidur lebih awal tapi membiarkan jendelanya terbuka.
Aku melayang masuk dan mendarat di mejanya. Sewaktu kusadari ia
tengah tidur, aku beranjak pergi.
"Tidak, tunggu. Jangan pergi," katanya sambil menggosok mata
untuk mengusir kantuk, dan duduk. Ia tidak menyalakan lampu. Entah
kenapa aku merasa lega karenanya.
"Kau tidak mengikuti rapat," kata Rachel.

Iblis Edan 2 Siluman Ular Putih 08 Sayembara Angkin Pembawa Maut Pembunuhan Terpendam 3
^