Pencarian

Menyelamatkan Pesawat Pemalite 3

Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite Bagian 3


Ini gila! Kami bergerak tanpa bisa melihat. Cahaya matahari
tidak pernah mencapai kedalaman ini. Tak pernah. Kalaupun air
terdiri dari batu-batuan dan kotoran, keadaannya tak bisa lebih gelap
dari ini. Kami terkubur hidup-hidup!
Terkubur hidup-hidup dalam air.
kata Tobias akhirnya, bahasa-pikirannya
terdengar lemah, nadanya gemetar.
aku setuju.
Kami berbalik dan menuju ke atas. Dan sekarang rasa panik itu
memuncak. Kau bisa, saja berjalan melintasi kuburan tengah malam
dan ketakutan, tapi teror yang kaualami tidak mulai kaurasakan
sampai kau mulai lari. Saat kau sadar bahwa kau takut, perasaan itu
semakin memuncak. Dan meskipun aku berusaha berkata pada diriku
sendiri bahwa bukan teror yang mengirimku ke permukaan, bahwa
aku hanya butuh udara, aku tahu fakta yang sebenarnya.
Kami berpacu. Kami berenang sekuat tenaga ke arah
permukaan. Rasanya lama sekali. Naik, naik, dan naik.
Udara! Mana udara" Kami sudah terlalu lama menyelam. Kami takkan pernah
melihat langit lagi. Kami akan mati dalam kegelapan, tenggelam dan
tenggelam ke dalam dasar samudra yang dingin, tanpa cahaya, dan
tanpa kehidupan. Terkubur hidup-hidup dalam air.
Chapter 21 AKU menendang sekuat tenaga, setiap otot dalam tubuh
raksasaku menegang, dengan putus asa. Putus asa!
Lalu... FWOOOOOSH! Aku melompat ke udara, melompat keluar dari air,
mengembuskan udara mati dari paru-paruku, dan jatuh kembali ke
laut. Ka-WHUMP! Tobias muncul lima ratus meter jauhnya.
Aku mengisap udara. Aku mengembuskan napas, dan
menghirup napas, dan mengisap udara seolah aku takkan bernapas
lagi. Yang lain dalam morf lumba-lumba tak kelihatan di sekitar situ.
Aku terkejut, meskipun seharusnya aku sudah tahu. Kau tak dapat
berjalan-jalan berkilometer- kilometer dalam laut dan keluar di tempat
yang sama. Tobias muncul dari ombak-ombak di sekitarku.

usulnya.
tanyaku, marah pada diriku
sendiri.
ia bertanya seolah aku
sudah gila. kataku mengakui.
dan bilang bahwa kita gagal" Terus apa">
Aku tahu terus apa yang akan terjadi. Tobias juga. Jake akan
menyuruh kita semua kembali ke pantai. Kali ini dia yang akan
menyadap morf paus, bersama Cassie atau Marco.
Jadi seorang dari mereka akan kembali ke sini. Dengan waktu
yang bahkan lebih sempit. Dengan kesempatan untuk berhasil yang
lebih tipis. kata Tobias.
ini.> katanya penuh toleransi.
Menyelam lagi. Semakin dalam, dalam, dan dalam. Memasuki
air yang pekat seperti tinta.
Setelah menyelam selama sepuluh menit, kami berpisah lagi,
kata Tobias padaku.
Mungkin seharusnya aku mendengarkan nasihatnya.
Aku berenang sekuat tenaga. Aku menembakkan getaran lagi
dan lagi. Bayangan demi bayangan kembali padaku. Tidak
menunjukkan apa pun yang cukup besar sebagai pesawat atau cumicumi.
Dan lalu, tiba-tiba... Sekelebat cahaya! Cahaya yang berpendar-pendar!
Aku nyaris tertawa. Ikan! Ikan yang memancarkan cahaya,
reaksi kimia mereka yang pucat bersinar seperti lampu neon dalam
kegelapan. Ikan-ikan itu menjauh dariku, tapi mereka berbelok dengan
sudut tertentu. Sepertinya mereka juga menjauh dari sesuatu yang lain.
Dari sesuatu di belakangku, di sebelah kiriku, dan...
Aku menembakkan getaran. Bayangannya kembali padaku
dengan kejelasan yang mengejutkan. Detailnya tak terbantahkan.
Yang sedang mendatangiku seperti torpedo yang gelap dan
mematikan adalah cumi-cumi raksasa sepanjang delapan belas meter
yang sedang marah dan lapar.
Tak usah bertanya lagi apakah cumi-cumi termasuk binatang
yang agresif atau tidak, pikirku. Suatu hari nanti kami berenam bisa
menulis buku acuan zoologi terbaru. Kalau kami berumur panjang.
teriakku. Aku menembakkan getaran dengan
membabi buta ke arah cumi-cumi itu.
Ia terhuyung, pengejarannya terhenti.
aku berteriak lagi, saat insting paus itu mengambil
alih pikiranku. Paus itu ingin membunuh cumi-cumi raksasa tersebut.
Paus itu ingin berburu. Di mana Tobias" Berburu, ya. Membunuh, tidak. Kami membutuhkan cumi-cumi
ini hidup-hidup. Paus itu tak peduli. Ini insting dasarnya. Ini rasa lapar
dan dorongan untuk berburu. Aku melawan otak paus itu. Otak itu
begitu tenang sehingga aku nyaris tak memperhatikannya. Tapi itu
hanya karena selama ini aku melakukan apa yang ingin dilakukan
paus itu. Sekarang aku dapat merasakan kekuatan otak besar dan cerdas
itu saat otak itu berjuang untuk menjalankan instruksi yang tertanam
jauh dalam DNA-nya. Dan saat aku melakukan hal itu, cumi-cumi itu pulih dan
berenang ke arahku dengan keinginan untuk membunuh.
Dari jauh terdengar suara yang lemah. Tobias!
panggil
Tobias dengan suara samar-samar.

Chapter 22 LECUTAN dalam kegelapan. Aku tak melihat lecutan itu
datang. Tangan itu melecutku, memegang, memeluk, merengkuh.
Satu lagi! Kedua tentakel yang berukuran nyaris sembilan meter, tangantangan yang sekeras
besi, mencengkeram kepalaku kuat-kuat.
Cumi-cumi itu menggunakan tentakelnya untuk menarik
tubuhnya ke arahku. Aku merasakan tubrukan kedua tubuh kami. Aku
merasakan air bergolak. Aku bisa membayangkan foto mulut cumicumi yang pernah
kulihat, paruh elang yang berbentuk aneh.
Lalu sebuah tangan, lebih tebal dan kuat daripada tentakelnya
memegangku. Lalu satu lagi!
Aku merontak dengan ganas, merobek satu tangannya.
Penyedot pada tangan itu merobek potongan-potongan kulitku. Aku
mencium aroma darahku sendiri di air.
Ekorku! Aku tak bisa menggerakkannya. Dan cumi-cumi itu
ada di atasku. DI ATASku! Terlalu dekat untuk pelokasian-gema,
sehingga aku tak dapat melihat apa-apa. Aku bergulat dengan buta.
Dan tidak seperti cumi-cumi itu, aku tak punya tangan.
Cumi-cumi itu jauh lebih kecil, lebih ringan, pada dasarnya
lebih lemah. Tapi ia lebih lincah. Dan ia punya tangan-tangan. Aku
hanya punya mulut. Bayangkan pertarungan antara pesenam, kecil tapi dapat
menggunakan tangan dan kakinya dengan maksimal, melawan
penjaga garis belakang seberat seratus lima puluh kilogram yang
hanya bisa menggunakan mulutnya.
Cumi-cumi itu menjeratku. Dan sekarang aku mulai tenggelam.
Ke bawah, tempat tekanan atmosfernya dapat meremukkan
makhluk hidup, bahkan paus.
Ke bawah, tempat paru-paruku yang terbakar akan memaksaku
untuk menghirup napas. Ke bawah menuju kematian yang kelam.
Aku memberontak dan berputar. Cumi-cumi itu bertahan. Aku
menghantamnya dengan tembakan getaran. Lagi dan lagi! Tapi
tubuhku sendiri membantu menghalangi getaran-getaran itu.
Aku melakukan pelokasian-gema lagi dan lagi, tapi getarannya
jatuh pada tubuhku sendiri. Lalu, sebuah tembakan getaran menabrak
air yang lebih padat dan berbalik. Memberikan gambaran terpecahpecah dan tidak
jelas padaku. Cumi-cumi itu sangat besar! Kepalanya yang berbentuk panah
dan sepanjang bus sekolah menempel pada kepalaku. Paruhnya yang
tajam hanya beberapa sentimeter dari mata kiriku. Delapan tangan
sepanjang enam meter dan dua tentakel yang lebih panjang lagi
memeluk dan merobek-robekku. Penyedot yang tajam seukuran
mangkok membuat makhluk itu seolah ditempelkan pada tubuhku
dengan lem super. Aku melemah. Ini tak mungkin terjadi! Tidak, aku memohon. Tidak, ini tak mungkin terjadi!
Tapi cengkeraman cumi-cumi itu mengencang, mengencang,
tanpa belas kasihan, seperti ular piton, memerangkap ekorku,
melumpuhkanku. KLIK-KLIK-KLIK-KLIK-KLIK!
Getaran paus. Tapi bukan dariku.
Tobias berteriak dan
menembak lagi. Cumi-cumi itu bergetar. Aku merasakan getaran kesakitannya.
Tangan-tangannya melepaskanku.
harus naik ke permukaan!>
katanya pendek.
Aku ingin tinggal. Seharusnya aku tinggal.
Kalau cumi-cumi itu membunuh Tobias...
Tak ada pilihan! bentak Tobias. Ia menembak cumi-cumi itu dengan
serentetan getaran lagi, dari jarak dekat.
Aku pergi. Aku tak punya pilihan. Otak paus itu berteriak.
Aku naik dengan cepat, tapi rasanya tetap saja lama sekali.
Paus itu melemah. Terhuyung-huyung. Indra-indranya berkabut,
tak yakin. Bingung. kalian" Kami sudah mencari-cari...> Suara Cassie. Dekat, sangat
dekat. kataku lemah. lelah.> permukaan! Lakukan!> teriak Cassie.
Berenang, aku memerintah diriku sendiri, memaksakan tubuhku
yang kesakitan untuk bergerak. Berenang!
Kali ini aku tidak melompat ke udara. Aku muncul, setengah
tak sadar, terlalu lelah bahkan untuk menikmati udara yang mengisi
paru-paruku. tanya Cassie, muncul di sebelahku.

kataku lelah.
kata Cassie.
Seekor lumba-lumba lain muncul di sebelahku.
tanya Jake.

kata Tobias. tidak ada buruan yang tak bisa kukalahkan. Aku datang. Hati-hati
yang di atas.> aku berteriak saat yang lain
mendekatiku,
kata Marco saat kulit cumi-cumi yang berwarna merah
darah itu kelihatan. < Itu jelas wajah yang cuma bisa dicintai ibunya
sendiri! > kataku lesu,
bergerak mendekati buruan itu. memakannya.> kata Tobias. payah hanya supaya kau bisa membunuhnya. Lumpuhkan saja.>
kataku, sambil menyerang. Sekarang, di
bawah sinar bintang-bintang dan bulan, aku bisa melihat mata cumicumi itu, hitam
dan besar seukuran dop mobil. Mata terbesar di Bumi
itu sedang memandangiku. Cumi-cumi itu melecutku dengan tentakelnya.
Aku mengigitnya sampai lepas.
Darah hijau yang kental menyembur dari lukanya. Aku
menggigit beberapa tangan cumi-cumi itu dengan rahangku yang kuat.
Tobias melakukan hal yang sama. Dua melawan satu. Cumi-cumi itu
kalah. Chapter 23 AKU memegangi cumi-cumi yang sekarang lemas itu di atas
permukaan air sementara Jake, Cassie, Marco, Ax, dan akhirnya
Tobias menyadapnya. Itu tidak mudah. Pemandangannya sama sekali
tidak mirip pesta saat manusia, Andalite, dan elang mengapung di atas
ombak, menekankan tangan-tangan dan cakar mereka ke kulit karet
makhluk itu. Untunglah cumi-cumi itu memberi respons normal binatang
yang sedang disadap. Dia menjadi tenang dan damai.
kata Jake.
Aku demorph, mengecil dari seukuran bangunan kembali ke
ukuran manusiaku. Proses demorph itu sedikit lebih normal daripada
morfnya. Aku mengecil sesuai dengan proporsi untuk sebagian besar
bagian-bagian tubuhku. Lalu akhirnya, aku hanya seorang gadis yang salah tempat,
tenggelam sampai ke leherku dalam air asin dingin yang bercampur
dengan tinta dan darah cumi-cumi. Aku menggerak-gerakkan kakiku
supaya tetap bisa berada dekat kepala si cepalopoda. Aku harus
menyentuh binatang raksasa itu. Akhirnya aku harus menelan kirakira segalon air
laut bertinta. Aku harus memperlama proses
penyadapanku supaya bisa menjaga agar cumi-cumi itu tetap tenang
untuk Tobias. Seperti yang sudah kukatakan. Ini sama sekali bukan pesta.
Saat kami semua sudah selesai, aku kembali morf menjadi paus
untuk menarik cumi-cumi itu ke jarak yang cukup aman. Begitu


Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilepaskan, cumi-cumi malang itu melesat, menyelam ke kedalaman
yang relatif aman di air di bawah kami.
"Well, seharusnya, bleah," - Marco meludahkan air laut yang
tertelan olehnya - "seharusnya menarik."
kata Ax.

"Ayo cepat selesaikan," kataku, sudah kembali dalam bentuk
manusiaku. "Kita harus menyelam jauh, jauh sekali ke dalam. Dan
kita tidak punya banyak waktu."
kata Ax.
"Ax, sekarang, itu jam dan menitmu juga," kata Marco. "Jamku
adalah jammu. Ini Bumi. Satu menit ya satu menit!"

kata Ax datar. "Tobias" Bisakah kau memandu kita kembali ke tempat kau
menemukan kapalnya?" tanya Jake.
Tobias dijaga agar tetap di atas air oleh Jake dan Cassie. Ia
bukan burung yang bahagia.
katanya.
"Oke. Semuanya morf. Ayo selesaikan ini."
Aku sudah mengalami berbagai morf yang tidak biasa. Aku
telah menjadi berbagai jenis binatang yang kebanyakan belum dilihat
orang. Kupikir aku sudah siap menjadi apa pun.
Tapi ini sangat aneh. Aku memfokuskan pikiranku dan merasakan perubahannya
terjadi. Kau tidak benar-benar "merasakan" hal-hal yang terjadi saat
morf. Kau seolah merasakannya dari suatu jarak tertentu. Seperti kau
merasakan dokter gigi membor gigimu, meskipun dia telah
membiusmu. Rasanya tidak sakit. Tapi bukan perasaan yang normal juga.
Aku bisa mendengar suara berdesir keluar dari dalam tubuhku,
dari perutku. Lalu aku meraih ke bawah dan merasakan perutku
melesak ke dalam. Organ-organ dalamku bergeser pindah untuk tergantung di
Zero-space sampai aku kembali untuk mengambilnya. Isi tubuhku
dikeluarkan! Tangan dan kakiku mulai memanjang. Memanjang dan
memanjang, semakin jauh dan jauh, sangat panjang sampai terasa
aneh. Tanganku membentuk lubang-lubang di ujungnya, menjadi
tentakel. Kakiku hanya dua dari delapan tangan normal cumi-cumi.
Normal. Benar. Sploot! Sploot! Lebih banyak tangan keluar dari tubuhku, tumbuh dari dadaku,
punggungku, dan sisi tubuhku, enam tangan yang baru, seperti ular
melata keluar dari dagingku dan terus tumbuh setelah muncul.
Aku punya bayangan menakutkan bahwa aku ini sebutir telur,
menetaskan ular. Aku hanya terdiri dari tangan-tangan yang tumbuh.
gumamku.
Dan sekarang, di sekujur tangan-tangan yang aneh itu, beratusratus lubang
seukuran cawan yang bergigi jarum muncul seperti bisul.
Flimp! Kepalaku menjadi lembek. Tiba-tiba terkulai, saat tengkorakku
meleleh. Mataku terpisah jauh dan puncak kepalaku mulai tumbuh dan
tumbuh, seperti tokoh kartun yang berubah tanpa dikontrol. Dan
bagian dalam tubuhku rasanya mengisi ruangan kosong dalam kepala
itu. Kulitku menjadi cokelat. Kulit itu menempel pada tubuhku
seperti kaus yang ukurannya jauh lebih besar. Rasanya seperti
mengenakan tenda. Tenda yang penuh otot-otot perkasa.
Mataku menjadi kolam bundar besar yang berwarna gelap. Aku
sudah tenggelam ke dalam air, sedalam mungkin lima belas, dua puluh
meter, tanpa menghitung panjang tangan-tanganku, yang bila dihitung
akan membuat kedalamanku lebih jauh lagi. Tapi aku masih dapat
melihat. Mata cumi-cumi itu sama baiknya dengan mata burung hantu
saat melihat di tempat gelap. Mungkin malah lebih baik.
Lalu, saat aku perlahan-lahan mencoba menggerakkan tangantanganku, saat ratusan
cawan pengisap menegang dan melemas, aku
merasakan otak cumi-cumi itu bangkit di belakang otakku sendiri.
Ada cumi-cumi lain! Semuanya mengelilingiku.
Dan aku lapar. Sangat lapar. Chapter 24 ADA yang menjauh dariku. Cumi-cumi raksasa yang lain,
mengambang, tangan-tangan terulur ke depan seperti bunga bangkai.
Aku melihat lapisannya. Daging santapanku. Aku menghirup air dan mengeluarkannya seperti pesawat jet
mengeluarkan asap buangannya.
Aku melesat ke depan! Aku menarik tangan-tanganku yang
panjang dari kedalaman, menggulungnya, dan memanjangkannya ke
arah mangsaku, menggerakkannya dengan cara yang dirasakan oleh
bagian manusiaku sebagai gerakan lambat.
Cumi-cumi lain itu tidak sadar!
Cassie" Apakah itu Cassie"
Siapa yang peduli" Cassie akan membuatku kenyang sama
seperti... Ia terlonjak karena sentuhanku. Tangannya melecut ke arahku.
protes Cassie.
kataku. Otak manusiaku berhasil menguasai
diri.
dengus
Cassie. memakanmu.>
kata Jake.
Mudah untuk mengatakannya. Nyaris tidak mungkin untuk
mengerjakannya. Orang-orang berpikir menyelam itu sama dengan
menggunakan lift untuk turun. Tapi kami menghadapi berkilometerkilometer air.
Lima kilometer arus dan arus balik. Dalam kegelapan
yang begitu pekat, setelah kira-kira kilometer yang pertama bahkan
mata cumi-cumi yang sudah beradaptasi pun tak bisa melihat apa-apa.
Tak usah bilang bahwa memang tidak ada apa-apa yang bisa dilihat!
Ada dua jam berdetak dalam kepala kami: dua jam lebih sedikit
lagi sampai penyimpanan nuklir itu terbuka dan Chee yang lumpuh itu
ditemukan. Dan tepat dua jam lagi kami akan terperangkap dalam morf ini.
Dan satu komplikasi pelik: kalau kami demorph, kami akan
lumat, tubuh kami akan diremas habis sampai tulang-tulang kami akan
bertimbulan seperti jarum-jarum di papan pengumuman, kepala kami
merekah seperti semangka yang terlalu matang.
Itu berarti ada jam ketiga: saat kami tak bisa kembali. Saat kami
tak punya waktu untuk kembali ke permukaan. Lewat dari titik itu
kami entah menemukan kapal Pemalite itu atau...
Tapi Tobias tidak menemukan kapal itu. Kapal itu sangat besar.
Mungkin sembilan puluh meter panjangnya, menurut para Chee. Tapi
bayangkan kau tahu tempat bangunan sepanjang sembilan puluh
meter. Lalu kau meninggalkan bangunan itu dan berjalan lima
kilometer menembus kegelapan.
Sekarang bayangkan bagaimana kau harus menemukan jalan
kembali. Dengan mata ditutup.
Kami mencapai dasar samudra dan Tobias memandu kami ke
arah sana dan ke arah sini. Ke sana kemari, bolak-balik seperti torpedo
melintasi padang pembuangan yang sunyi, semburan air kami
membuat awan dari pasir, batu-batuan kecil, dan sisa-sisa segala
sesuatu yang sudah mati dan membusuk dalam jarak lima kilometer
antara dasar samudra dan permukaannya.
Sesekali ada kelebatan cahaya fosfor, lalu lenyap lagi.
kata Tobias. paus! Aku tak bisa melakukan pelokasian-gema! Aku hanya
mengikuti instingku saja sekarang. Ini gila! >
lapor Ax. kembali... atau berharap bisa menemukan pesawat Pemalite itu.>
kata Tobias, terdengar kalah. takkan berhasil.> kata Marco, meledakkan
rasa frustrasi yang kami semua rasakan. yang bahkan kita tidak tahu siapa atau apa. Ini semua sudah diatur dan
aku...> kata Cassie.
kataku.

Tidak mungkin memperkirakan jarak dalam kekosongan
samudra yang gelap, tapi ya, ada cahaya! Sebaris cahaya, mengarah
dalam sebuah garis menurun.
kata Jake.
aku bertanya-tanya.
Marco mendengus dalam kepala kami. menebak" Yeerk.> Chapter 25 kata
Ax dengan dingin. kata Tobias. tempat yang sama dengan yang kita tuju. Mengikuti sinyal yang
dikeluarkan kapal itu.>
kata Cassie.
kata Jake.
Kami bergegas. Mengisap air... menyemprotkannya...
mengisapnya... menyemprotkannya...
Kami melesat sepanjang dasar samudra, menuju tempat yang
dituju barisan cahaya itu. Apakah kami sudah dekat" Apakah mereka
sudah dekat" Tak mungkin menebaknya.
Lalu... aku lebih merasakannya bukan melihatnya, dasar
samudra terbuka di bawahku, menjadi lembah yang sangat dalam dan
luas. Dan di sana, terletak dengan aman di atas tebing sedikit di bawah
bibir jurang, berpendar hijau pucat, benda yang hanya bisa disebut
pesawat. Bukan pesawat buatan manusia.
Pesawat itu, seperti yang telah dikatakan para Chee, sepanjang
sembilan puluh satu meter. Mereka tidak mengatakan bentuknya
seperti apa. Tapi garis luar berwarna hijau pucat itu sangat nyata:
pesawat Pemalite itu berbentuk seperti mereka. Seolah ada yang
menggambar kartun Pemalite, membesarkan kepala anjing mereka,
membuat kaki belakangnya yang gemuk, perut yang gendut.
kata Cassie.
Memang. Mirip. Seperti Snoopy yang sangat besar, berwarna
hijau pucat, dan rapuh. kata Jake.
tempur,> kata Cassie. untuk bersenang-senang.>
Aku mendongak. Barisan kapal Yeerk itu masih ada di atas
kami. Mungkin jaraknya sekitar satu setengah kilometer. Mungkin
juga hanya tiga puluh meter.
Kami melesat lagi. Panel akses luarnya jelas-jelas diterangi.
kita,> kata jake, memegang bujursangkar datar itu dengan sebaris
pengisapnya. dengan ini.> Cahaya kuning berpendar dua kali, bagi mata kami sama
membutakannya dengan pendaran lampu blitz.
Jake menggerakkan tangan cumi-cuminya yang panjang dan
menggunakan ujungnya untuk menekan nomor enam dengan anggun.
Dengan segera sisi pesawat itu membuka, menunjukkan ruang
dekompresi yang cukup besar untuk mengakomodasi enam cumi-cumi
raksasa. kata Marco, mengikuti kami ke dalam. dia sekalian saja bertanya, "Halo, cumi-cumi raksasa. Kalian
berenam?"> Aku menoleh ke belakang saat pintu dekompresi mulai menutup
di belakang sekelompok tentakel dan tangan raksasa. Cahaya luar itu
semakin besar sekarang. Lebih dekat.
Seluruh pesawat itu mulai bersinar, seperti lampu yang
terangnya bisa diatur. Cahayanya menerangi tebing-tebing batu. Menerangi sepasang
ikan yang aneh. Dan menerangi benda terdekat yang sangat mirip
dengan pesawat Bug Fighter.
Pintu luarnya menutup. kataku.
sinyalnya,> kata Jake.
Pintu dalam pesawat membuka.
bentuk kehidupan kita,> kata Jake. cumi-cumi.> seharga sepuluh ribu,> kata Marco.
Dengan perlahan kami melewati pintu itu dan masuk ke dalam
kapal. Lampu bagian dalam menyala dengan pelan. Dan Erek memang
benar. Ada lingkungan yang tepat bagi kami.
kata Cassie.
Kami masih berenang. Masih dalam air. Sejenisnya-lah.
Kami masing-masing terangkat dari lantai dalam gelembung air
yang melayang. Seperti pesawat air kecil yang lentur.
Aku melesat. Gelembung itu ikut bergerak. Aku mengangkat
satu tangan menembus gelembung air itu menyentuh udara di luarnya.
Aku merasakan udara kering. Gelembung itu tidak pecah.
membuka taman air yang benar-benar akan menjadi taman air nomor
satu,> kata Marco. kataku.

Di luar gelembung itu ada dunia keajaiban.
Rumput halus berwarna hijau dan ungu melapisi lantai,
membentuk pola-pola: lingkaran, papan catur, bentuk-bentuk abstrak
seperti lukisan Picasso, dan bunga-bunga seperti lukisan Van Gogh.
Pohon-pohon dan sesemakan dalam warna-warna cerah tumbuh
bergerombol dan menjadi belukar. Sebuah sungai berkilauan berliku
melalui bagian tengah kapal, menurun menjadi air terjun yang landai
dan danau berombak lembut di bawah.
Di mana-mana ada mesin-mesin aneh, yang berwarna cerah,
yang pasti merupakan semacam permainan. Di sebelah kami
melayang di udara ada makhluk-makhluk yang seperti ular berbulu. Di
langit-langit berbentuk kubah jauh di atas diproyeksikan pola-pola
awan dan langit yang sangat berbeda dengan langit di Bumi.
Setelah ribuan tahun, mesin-mesin ini masih bekerja. Hanya
kesunyian yang mengingatkan akan spesies yang sudah musnah itu.
tanya Ax.



Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kata Tobias. mengangkut senjata,> kata Ax dengan nada menghina. sebabnya Andalite masih ada dan Pemalite sudah musnah.>
kata Marco.
kata Ax. < Bahkan anak-anak luar
angkasa ini harus punya anjungan.>
usul Cassie. semacamnya.> Kami melesat, terbungkus dalam balon air kami, dan mendekati
pohon itu. Memang ada beberapa panel yang tampak serius tertanam
di pohon itu. kata Ax. Andalite, mencintai pohon, tapi ini sangat aneh.>
Yeerk berhasil masuk,> kata Jake.
Ada cahaya merah berkedip-kedip pada sebuah panel. Di
bawahnya ada sebuah tombol.
usul Marco.
Gelembung air Ax perlahan menyisihkan gelembung air Marco.
kata Ax.
Bahasa-pikiran yang bernada riang berbunyi dalam kepala
kami. kunjungan kalian di kapal ini. Bagaimanapun juga, kami tidak ingin
kalian menyentuh panel ini. Mungkin kalian dapat menyakiti diri
kalian sendiri. Dan sedih sekali kalau hal itu yang terjadi. >
Aku menekan nomor enam. tempatnya.>
kata Marco sambil tertawa.
kontrol. Silakan memilih dengan nyaman. Saat Anda sudah selesai,
kami berharap Anda mau bergabung dengan kami dalam permainan,
menikmati makanan lezat, atau sekadar bersantai dan bersenangsenang.>
kataku. membuat kapal. Mungkin ini dia kapalnya.>
Ax mulai bekerja di panel kontrol itu. Tidak lama.
kata
suara Pemalite itu.
Lalu... < Program penghancuran Chee telah dinyalakan. Apakah
Anda yakin ini yang Anda inginkan" Semua Chee dalam jangkauan
akan menghancurkan dirinya sendiri dalam lima belas menit.>
teriak Cassie.
tanya Tobias.
aku Ax.
Lalu, tiba-tiba kami dikelilingi lautan gelap.
kata Ax, yang pertama sadar
akan apa yang terjadi. Dunia yang seperti taman itu masih ada di sana.
Tapi proyeksi langit itu sudah lenyap, digantikan air yang gelap.
Kubah luar itu sekarang seperti kaca. Dan melalui kaca itu aku bisa
melihat barisan Bug Fighter. Delapan. Berbaris di luar ruang
dekompresi. Kami bisa melihat mereka.
Mereka bisa melihat kami.
Melalui gelembung yang transparan, melalui kubah yang
transparan, melalui kaca depan Bug Fighter yang memimpin, aku
melihat wajah Andalite yang keras dan dingin.
Wajah Andalite. Tapi sinar kejahatan yang berpendar dari dua
mata yang besar, melalui dua mata tanduknya, bukan Andalite.
aku berbisik.
Chapter 26 kata Cassie.
kata Marco.

Bug Fighter itu berbalik, membuat pintu depan yang
termodifikasi menyentuh kubah bagian luar yang tak terlihat. Satu
Hork-Bajir melompat ke dalam. Satu Taxxon melata mengikutinya.
Lalu, bergerak nyaris dengan anggun saat turun dari Bug Fighter dan
memasuki pesawat Pemalite, datang Visser Three.
teriakku frustrasi. melihat kita!> Yeerk berhasil memecahkan kodenya. Pintu sebelah luar ruang
dekompresi terbuka. Bug Fighter itu memuntahkan sepasukan Hork-Bajir dan
Taxxon ke dalam kapal Pemalite. Mereka berbaris di sekitar Visser
Three di ruang dekompresi, sebagian bergerak melebar, mencari posisi
di kiri dan kanan pemimpin itu.
kata Tobias.
"Oh, dilema! Oh, drama! Oh, ketegangan dan kegembiraan
dalam ini semua!" Suara itu baru. Bukan dalam bahasa-pikiran. Tinggi,
melengking, menjengkelkan.
kata Jake. itu"> "Dari sini, Jake. Dari aku, Big Jake. Jake, pemimpin yang
enggan. Jake, yang begitu baik sampai membosankan. Pembunuh
yang melakukannya untuk alasan- alasan terpuji: jenis yang paling
kubenci." kataku.
tanya Jake.
"Keluar, keluarlah dari mana pun kau berada," kata suara itu
mengejek. "Tentu saja. Aku bahkan akan keluar dengan kedua tangan
terangkat." Makhluk itu muncul dari belakang sebuah pohon. Ia bergerak
dengan dua kaki, tubuhnya agak membungkuk ke depan dan
diseimbangkan dengan ekor yang gemuk. Ia berjalan seperti seekor
burung atau dinosaurus kecil. Ia memang mengangkat kedua
tangannya ke atas. Tapi tangan-tangan itu lemah, sangat halus,
berbuku banyak, tapi jelas didesain untuk pekerjaan yang sangat
ringan atau untuk dipergunakan di tempat yang gravitasinya sangat
rendah. Kepalanya tampak mengejutkan bagi tubuh yang nyaris seperti
tubuh reptil itu: mirip bentuk kepala manusia, dengan rahang bawah
lebih sempit dan mata yang tampak tajam, cerdas, dan penuh canda.
Kulitnya berkerut-kerut seperti kulit ibu jarimu kalau kau terlalu
lama mandi. Warnanya gelap, nyaris hitam. Mata dan mulutnya
dikelilingi warna hijau. tanya Tobias pada Ax.

melaporkannya ke Asosiasi Petani Buah Prem,> kata Marco.
"Oh, Marco yang lucu!" teriak makhluk itu, bertepuk tangan
dengan kedua tangannya yang lemah. "Apa kabarnya ibumu, Marco"
Apakah dia masih hidup atau sudah mati" Apakah dia bisa berteriak
dengan ada Yeerk dalam kepalanya?"
Marco meraih makhluk itu dengan dua tentakel panjang. Tapi
tak satu pun yang berhasil menyentuh makhluk kerut-merut itu.
Tentakel-tentakel itu berhenti dan menggulung balik.
"Semua ada di sini?" makhluk mirip buah prem itu mengejek.
"Cassie, si hipokrit" 'Aku benci kekerasan... kecuali kalau aku yang
melakukannya.' Aximili, yang menyedihkan, bayang-bayang suram
kakak yang sudah mati" Kalau saja kau memaksa ikut pergi dengan
Elfangor waktu itu, mungkin saja dia masih hidup. Betapa
menyedihkannya. Dan Tobias, ah, ya, Tobias. Bocah laki-laki dalam
dirimu sebenarnya tidak terlalu terperangkap dalam tubuh burung, eh,
tapi terlalu takut untuk memilih kembali menjadi manusia, bukan"
Dan Rachel. Animorph favoritku."
Makhluk itu melontarkan senyuman tanpa bibir. "Rachel,
Rachel. Apakah kau merasakan adrenalin berpacu karena keinginan
membunuh" Apakah kau merasakan dorongan untuk meraih dan
menghancurkanku" Tentu saja. Kau dan aku sama dalam hal itu."
bentakku, berusaha mengabaikan kemarahan
yang begitu nyata terlihat dalam diriku. Berusaha mengabaikan
ketakutanku juga. Makhluk ini mengenal kami. Semua tentang kami.
Siapa kami, apa kami. Ia hanya perlu memberitahu Yeerk. Lalu,
bahkan kalaupun kami berhasil melarikan diri, kami tak mungkin
selamat. "Masih tak bisa menebak" Ooh, betapa lamban. Biarkan aku
memperkenalkan diriku sendiri," katanya. "Aku Drode. Itu kata dari
bahasa spesiesku. Maksudnya 'wild card' - jalan pintas."
kata Jake.
"Oh, kau cerdas sekali, Big Jake, Pangeran Jake. Sudahkah kau
bunuh kakakmu" Belum" Well, kau akan melakukannya."
Jake menjawab dengan tenang. dendam"> Drode menyeringai. Lalu seringainya lenyap. "Balas dendam,"
katanya. "Kau mengalahkan Howler-nya. Menghancurkan rencananya
untuk para Iskoort. Crayak tidak menyukai kalian, Big Jake. Tak satu
pun dari kalian." Lalu makhluk itu menatap langsung ke arahku.
"Meskipun kau punya potensi."
Aku membiarkan komentar itu berlalu begitu saja. Aku tak
ingin memikirkan apa artinya. kataku.
dari mall tanpa ada yang memperhatikan. Membunuh paus sperm itu.
Dan sekarang, mengaktifkan program penghancuran diri sendiri bagi
para Chee.> "Membunuh paus" Aku?" kata Drode dengan ketakutan yang
dibuat-buat. "Tidak, tidak, tidak. Timbunan besar di pantai kan ada di
perbatasan makhluk berakal budi. Dan aku tak pernah membunuh
makhluk berakal budi. Pausmu akan selamat."
kata Ax. peraturan yang ada dalam perjanjian Ellimist dan Crayak.>
"Ya, ya, oh ya," Drode mencemooh. "Jangan menghancurkan
keseimbangan. Paling tidak jangan melakukannya terang-terangan.
Tapi! Membuat masalah" Ya. Membuka kesempatan" Ya. Mengambil
jalan pintas" Tentu saja. Dan sekarang, tak ada waktu untuk
mengobrol lagi. Para Yeerk ada di sini untuk menemui kalian. Apakah
mereka akan langsung membunuh kalian" Atau apakah mereka akan
menjadikan kalian Pengendali" Aku tak peduli. Apa pun yang
dilakukan Yeerk pada kalian, tuanku akan memberiku hadiah."

kata Cassie putus asa. program penghancuran diri sendiri bagi para Chee.>
Drode tertawa. "Mereka kan cuma mesin, gadis bodoh.
Android." kata Tobias. kami dalam situasi tanpa jalan keluar. Kami tak bisa morf di sini, di
depan mata para Yeerk. Kau tahu itu. Kau tahu kami tak bisa
melawan. Itu kan sama saja dengan membunuh kami. Pembunuh.>
"Nonsens," kata Drode. "Selalu ada jalan keluar bagi kalian. Itu
juga bagian dari peraturannya. Sekarang, kalau kalian tidak
menemukannya, yah..."
Makhluk itu berjalan kembali ke balik pohon. Batang pohon itu
terlalu tipis untuk menyembunyikannya. Tapi ia tetap menghilang.
Aku menengok ke kiri. Hork-Bajir dan Taxxon memenuhi
ruang dekompresi. Dua puluh, mungkin lebih, Hork-Bajir. Setengah
lusin Taxxon. Dan Visser Three: dirinya sama saja dengan sepasukan
tentara. Terperangkap! Demorph, dan membiarkan rahasia kami terbongkar, rahasia
yang melindungi keluarga kami dan diri kami sendiri.
Atau hanya menunggu kematian.
Chapter 27 Mereka akan masuk ke sini dalam waktu..,> aku berkata.
teriak Cassie. tinta kalian. Tinta itu akan membuat gelembung air ini gelap. Kita
takkan kelihatan dan bisa morf tanpa para Yeerk melihat saat kita
menjadi manusia! > teriak Jake.
katanya. Ax hanya perlu
demorph. Ia harus mencuri waktu bagi kami.
kata Tobias.
Dengan cepat awan tinta hitam bergulung keluar dari tubuhku
seperti tembok kabut yang tebal, menyelinap semakin jauh,
menghalangi dan mengisolasi semuanya.
Aku tak bisa melihat ke baliknya. Tapi aku tak tahu berapa lama
tinta itu akan bertahan. Aku mulai demorph. Kecepatan sangat penting. Ax dan Tobias
akan berusaha memperlambat Yeerk yang terus maju. Tapi mereka tak
dapat bertahan lebih dari beberapa detik melawan pasukan itu.
Aku mulai mengecil, menjadi sangat kecil di dalam gelembung
raksasa itu. Tentakel-tentakelku tergulung, pengisap menghilang,
mulut paruhku menjadi gigi. Terlalu lambat! Sebentar lagi aku akan
menjadi manusia, mengisap air.
Tidak. Tunggu! Air. Yeah, ini air. Air yang hitam. Air berwarna
opaque. mengeluarkan kepala kalian untuk bernapas tanpa kelihatan!> aku
berhasil berteriak tepat sebelum kemampuanku berbahasa-pikiran
menghilang. Aku makhluk setengah cepalopoda, setengah manusia, makhluk
menakutkan, makhluk aneh berlendir dengan rambut pirang dan
tentakel-tentakel yang semakin mengecil.
Aku berenang ke atas. Ke atas air tinta hitam yang segelap air di
luar pesawat ini. Kepalaku, kepala manusiaku yang sedang tumbuh,
muncul di permukaan. Di sekelilingku ada gelembung-gelembung air
tinta yang bergerak pelan. Aku bisa melihat langit-langit di atasku,
dan Tobias yang sedang mengepakkan sayapnya kuat-kuat untuk
memperoleh ketinggian. Aku bisa melihat batasan bulat gelembung
terbang itu sendiri. Tapi aku tak dapat melihat para Yeerk.
Dan kalau aku tak bisa melihat mereka, artinya mereka juga tak
bisa melihatku. Aku mulai morf lagi. Cakar dengan kuku-kuku melengkung setajam pisau muncul
dari telapak tanganku. Bulu tebal tak beraturan muncul di sekujur
tubuhku yang sedang tumbuh. Taring yang berkilauan muncul di
tempat yang dulunya tumbuh gigi manusiaku.
Aku menyelam, sejauh yang bisa dilakukan seekor grizzly,
menyelam melalui gelembung hitam itu. aku menyelam langsung ke
dasar. Ke bawah, sampai kepalaku yang besar dan berbulu muncul
dari dasar gelembung itu. dasar gelembung itu berjarak kira-kira tiga
meter dari lantai yang berumput.
Tiba-tiba aku jatuh. BUM! Aku mendarat dengan bahuku. Aku berguling dan berdiri pada
kakiku.

Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yang lain berjatuhan di sekelilingku. Seekor harimau muncul
dari gelembung yang paling dekat denganku dan mendarat dengan
keanggunan yang tidak dimiliki beruang grizzly-ku. Seekor serigala.
Seekor gorila. Gelembung-gelembung hitam raksasa itu terus melayang di atas
kepala kami seperti awan badai yang cukup rendah. Di depan kami,
sekitar tiga puluh meter jauhnya, Ax berdiri.
Ax sedang menghadapi sepasukan kecil Yeerk.
Dua Taxxon, kaki seribu raksasa, terbaring di lantai. Tubuhmereka terbantai pisau di ekor Andalite. Taxxon-Taxxon yang lain
sedang memakan mereka, dengan suara ribut mulut-mulut merah dan
bulat mereka merobek-robek tubuh saudara-saudara mereka.
Visser Three sendiri telah memiliki luka yang nyaris membuat
putus salah satu mata tanduknya.
Hasil pekerjaan Tobias. Tapi keadaan itu hanya sementara. Visser sedang bersiap-siap
untuk memperbarui serangannya.
kata Marco.
lalu ,> kataku. kata Visser Three. kalinya. Kalian tidak akan meninggalkan pesawat ini hidup-hidup.
Dan yang ini...> Ia melambaikan tangannya ke arah satu Hork-Bajir.
Dalam tangan Hork-Bajir yang tergenggam itu ada seekor elang.

Aku tak ragu-ragu. Aku tak berpikir. Aku berdiri dengan
keempat kakiku dan mulai berlari.
Agresi yang dilancarkan sekuat tenaga.
Tapi lalu, ada gerakan! Seekor Taxxon menghalangi jalanku!
Aku menabraknya seperti traktor menggilas keong.
"SKKKRREEEEE!" Taxxon itu menjerit. Ia merangkak
mundur dengan terkejut dan kesakitan. Aku membenamkan gigiku ke
dalam kepalanya. Rasa busuknya memenuhi mulutku. Aku
mengeleng-gelengkan kepalaku dengan marah, merobek Taxxon itu
menjadi dua. Aku menepiskan tubuh bagian atasnya yang masih menggeliatgeliat dengan cakarku,
menyisihkannya. Tapi seranganku sudah
dipatahkan. Kesempatanku sudah hilang.
Dengan teriakan keras - berbagai binatang, Hork-Bajir, dan
Taxxon - pertempuran itu dimulai. Kami menyerang; mereka
menyerang. Kami bertabrakan.
teriak Ax.
Aku menangkap sekelebatan gerakan.
Aku berbalik saat tangan Hork-Bajir yang setajam silet itu jatuh
seperti godam dan menembus pinggulku.
Rasa sakit meledak dalam otakku, membuatku gila.
"RRROOOAAARRR!" aku berteriak, bergerak menjauh,
tertatih-tatih saat rasa sakit itu menembakkan ribuan jarum yang
seolah menusuk-nusuk sekujur tubuhku.
Cassie melompat dan menggigit bagian belakang kepala HorkBajir tadi.
Aku mengatupkan rahangku di sekeliling tubuh Hork-Bajir itu.
Aku menggoyangnya sampai ia terkulai seperti boneka kain.
Aku melemparkannya. Pertempuran itu menjadikan kapal Pemalite yang tenang dan
damai menjadi tempat yang penuh teriakan dan geraman, darah dan
kemarahan. "Guhroooar!" Marco, dalam morf gorila, melompat turun dari
bebatuan yang menjorok dan merobek tubuh satu Taxxon.
"SSSRRREEE-wah!" Taxxon itu jatuh, berkelojotan,
menggeliat-geliat, tangannya yang seperti capit lobster membuka dan
menutup saat ia menyambut ajalnya.
Seekor harimau yang lincah dan kuat, lewat, memukul
punggung satu Hork-Bajir dan membenamkan taringnya di punggung
Hork-Bajir itu. Hork-Bajir itu terhuyung-huyung. Berteriak. Terjatuh.
Tiga Hork-Bajir yang besar dan menakutkan mengepung Ax
dan mendesaknya ke tepi sebuah danau kecil.
Satu melangkah maju, mengayunkan tangannya yang berpisau
ke arah Ax. Secepat kilat, ekor kalajengking Ax yang mengerikan melecut.
Tangan yang terpotong terlontar dan jatuh ke dalam danau.
Hork-Bajir itu menjerit dan terjatuh.
Dua temannya melangkah maju.
Sambil menggeram aku melesat ke arah mereka.
Berdiri di kedua kaki belakangku.
Dan terhuyung, oleng ke satu arah saat kakiku yang terluka tak
dapat menahan bobot tubuhku, membuatku menabrak salah satu HorkBajir dan
membuatnya roboh ke tanah di bawahku.
Sesaat yang sangat singkat mata kami bertemu.
Dan tiba-tiba, anehnya, kami lebih dari sekadar dua pihak yang
bermusuhan. Kami berdua sama saja. Dan untuk sesaat, waktu seolah berhenti, dunia membeku.
Lalu..., Slash! Tangannya terangkat, pisau di pergelangan tangannya
diacungkan. Aku mendongak dan berguling ke arahnya. Ia buat
gerakan memotong lagi dan menikam sisi tubuhku. Aku berputar dan
mengacungkan cakar kananku. Aku tidak ingin menampar. Tapi, aku
malah melakukan apa yang tidak akan dilakukan beruang grizzly: aku
mengepalkan cakarku dan menonjok wajahnya.
Aku bangkit menjauhi tubuh Hork-Bajir yang pingsan itu.
Pertempuran itu ada di mana-mana. Dan kami hampir kalah.
Rumput penuh dengan tubuh-tubuh Taxxon dan Hork-Bajir yang
pingsan. Udara penuh dengan teriakan-teriakan sekarat dan sesak
karena bau darah yang panas dan seperti tembaga.
"Ghafrash!" satu Hork-Bajir mengejar Jake.
Cakar Jake mengiris, ia menggeram.
Cassie, tertatih-tatih, menyeret kaki belakang yang patah,
menggeram dan menghindari cakar seekor Taxxon.
Marco, yang dadanya robek dan mengalami perdarahan, sedang
mencekik leher seekor Hork-Bajir dengan kedua tangannya yang besar
dan kuat. Meremas. Ax, berputar, memotong, dengan ketepatan yang mematikan.
Tapi kami hampir kalah. Karena di tengah-tengah, dikelilingi
para penjaga Hork-Bajir-nya, Visser Three sedang morf. Membesar.
Menjadi makhluk mengerikan dari planet yang jauh.
Besar! Mematikan. Kami tak dapat mengalahkan semua Hork-Bajir dan Taxxon ini.
Apalagi monster itu. "Ah-hah-hah! Bagus! Cantik! Sempurna!" Drode berkotek
gembira. "Aku cinta aroma pertempuran. Oh, J-a-a-ake" Apakah kau
sudah mati?" Makhluk itu muncul kembali, keluar dari belakang pohon yang
sama, sepertinya tak tersentuh bahaya.
kataku.
Drode menyeringai, dengan seringainya yang berbingkai hijau.
"Kau tahu, Crayak bisa menggunakan tenagamu, Rachel.
Mengapa terus bergabung dengan makhluk-makhluk lemah ini" Kau
lebih mirip kami daripada mirip mereka."

"Ya, memang begitu, kan" Kau bisa selamat dari kehancuran
ini. Tapi kau harus melakukan sesuatu untuk kami: bunuh sepupumu
yang membosankan. Crayak pasti senang melihatnya. Begitupun aku.
Bunuh Jake." Aku tertawa. suka membunuhmu.> Aku berlari ke arah Drode. Ia menghindar dengan mudah.
Kecepatanku membuatku melesat melewatinya, langsung ke
arah sepasang Hork-Bajir.
Kaki belakangku yang satunya tertekuk. Tertekuk seperti
terbuat dari karet. Aku bangkit dengan keempat kakiku, tapi tak dapat meraih
Hork-Bajir itu. Mereka tertawa, melihat aku sudah kalah. Tertawa
melihatku, melihat ketidakberdayaanku.
Lalu... ada yang baru. Sesuatu yang terbuat dari besi dan
gading, bergerak dalam kecepatan yang tak dapat ditandingi oleh
manusia, Hork-Bajir, atau Andalite.
Makhluk itu berlari ke arah pohon berpanel. Visser Three
mencambuknya dengan salah satu cakarnya yang baru muncul, tapi
makhluk besi-dan-gading itu dengan mudah menahan serangannya.
kataku tak percaya, bahkan saat Hork-Bajir di
hadapanku mencondongkan tubuhnya ke arahku untuk memotong
leherku. ''Tidak! Tidaaaaak!" Drode menggeram tak percaya.
Erek mencapai pohon itu. Ia menekan sesuatu di panel kontrol.
Para Hork-Bajir tiba-tiba bergerak dengan sangat... sangat...
pelan... "Oh, ini bukan apa yang kurencanakan," kata Drode.
Aku berguling ke samping dan mengulurkan cakarku untuk
mencengkeramnya. Slash! Tapi cakarku juga bergerak dengan sangat... sangat... pelan...
Bahasa-pikiran pesawat itu berbicara. otomatis para Chee dihentikan. Dan kami sangat menyesal untuk
mengatakan bahwa program pembatasan kekerasan telah diaktifkan.
Sayang sekali kalian telah merusak waktu kita bersama dengan
berperang. Begitu perbaikan telah diadakan pada pihak-pihak yang
terluka, kami harus meminta Anda semua untuk meninggalkan
pesawat ini.> "Dan kalian bertanya-tanya mengapa Crayak menghancurkan
Pemalite," kata Drode marah. "Mereka makhluk bodoh. Android yang
pasif! Apa artinya mesin yang tak bisa membunuh" Padahal mereka
bisa menguasai galaksi dengan para Chee mereka sebagai tentara!"
Medan pertempuran membeku. Hanya Erek dan Drode yang
dapat bergerak. Erek dengan tenang mengangkat Tobias dari
genggaman Hork-Bajir yang menahannya.
Drode mendekatiku. Ia mengambil bagian dalam tablo
mengerikan: aku dan dua Hork-Bajir itu.
Drode mencondongkan tubuhnya, cukup dekat sehingga ia
dapat berbisik hanya untukku. "Teman-temanmu semua merasa lega.
Bagaimana dengan kau" Apakah kau senang kedamaian telah
dikembalikan" Atau tidakkah kau ingin punya kesempatan untuk
menekankan cakar-cakar mematikan itu lima belas sentimeter lagi,
untuk merobek leher yang terbuka itu?"
Drode tersenyum. Jahat. Mengejek.
"Kapan pun kau merasa putus asa, Rachel. Merasa terpojok.
Merasa butuh. Ingatlah ini: nyawa sepupumu adalah tiketmu menuju
pembebasan di tangan Crayak." Lalu ia menghilang.
Chapter 28 PESAWAT Pemalite dengan hati-hati, sopan, menyesal,
mengembalikan semua Yeerk, termasuk Visser Three yang
mengamuk, ke dalam pesawat Bug Fighter mereka yang telah
dimodifikasi. sepotong demi sepotong! Aku akan kembali dan tak ada yang dapat
menghentikanku! Kalian akan mati, kalian semua, Andalite dan... dan
siapa pun yang menjalankan kapal ini, akan kubunuh kalian semua! >
kata Visser Three. Berulang-ulang.
buruk,> kata kapal itu. dan menikmati aktivitas yang menyenangkan bersama-sama. >
Setelah semua Yeerk pergi, kami morf dan pergi seperti kami
datang tadi. Kapal itu juga sopan pada kami. Tapi ia ingin kami juga
pergi. Hanya sepuluh menit dari saat kami mematikan sinyal yang
membekukan para Chee sampai saat Erek tiba di kapal itu untuk
menghentikan pertempuran kami. Sepuluh menit untuk datang dari
daratan dan menyelam tujuh setengah kilometer ke dalam lautan.
Kalau saja butuh lima belas menit...
Drode itu benar untuk satu hal: Chee punya kekuatan yang
dapat membuat Pemalite menjadi penguasa galaksi.
Kekuatan sedahsyat itu. Dan apa yang ingin dilakukan Pemalite
hanyalah bermain, belajar, dan bergembira.
Sebelum kami mencapai permukaan samudra, kapal Pemalite
itu sudah dipindahkan. Kali ini ke kedalaman yang hanya dapat
dicapai Android. Malam sudah larut saat kami sampai di rumah. Kami lelah.
Kecapekan dan merasa rapuh setelah seharian bertempur habishabisan.
Kami menceritakan kebohongan kami sendiri pada orangtua
kami masing-masing, dan kami semua dihukum. Kurasa tak ada yang
keberatan. Aku bertanya-tanya apakah seharusnya aku menceritakan
tawaran Drode yang mengerikan itu pada Jake. Tapi kemudian
memutuskan untuk tidak melakukannya. Aku tahu aku takkan pernah
menyerah. Aku kenal diriku sendiri.
Aku tahu. Aku tahu batasan-batasanku. Aku tahu.
Tapi apa yang telah dilihat Drode dan majikannya yang jahat
Crayak dalam diriku adalah benar. Jake tahu itu. Dia mempercayaiku,
tapi mungkin akan ada saatnya dia akan meragukan....
Jake sudah punya cukup masalah yang membebaninya.
Aku berlari-lari menyusuri pantai hari berikutnya. Kau bahkan
tak bisa melihat bekas tempat paus sperm itu terbaring, terengahengah mencari
napas. Siaran berita mengatakan pergantian arah angin yang aneh telah
membuat pasang naik dan membebaskan paus itu. Tentu saja, aku
lebih tahu. Aku merasa ada bayangan mungil melewatiku, menutupi sinar
matahari dari pandanganku sesaat. Aku bahkan tidak mendongak. Aku
terus berlari. Mungkin aku bisa menemukan tempat tersembunyi entah
di mana dan morf. Beberapa menit kemudian, "Hei! Rachel?"
Aku berbalik, kaget melihat T.T. berlari-lari kecil mengejarku.
"Apa?" kataku, mengeluh saat ia berhasil menyamai langkahku.
"Well, eh, aku cuma bertanya-tanya," ia mulai.
"Bertanya-tanya tentang apa?" tanyaku, memasukkan kedua
tanganku ke dalam kantong.
"Well, eh, kalau mungkin kau mau pergi nonton bioskop
bersamaku juga pada akhirnya,"katanya dengan gugup, sambil melirik
ke arahku. Perutku terasa mulas. Dia benar-benar tampan. Dan sangat normal. Sangat bukan
Tobias. Dia pasti belum pernah makan tikus. Tapi di pihak lain dia juga
belum pernah morf menjadi paus sperm dan menyelam ke dasar
samudra saat otaknya nyaris tak dapat meredam ketakutan, hanya
supaya bisa menjagaku. Aku membuka mulutku untuk berkata, "Tentu." Tapi ternyata
aku malah berkata, "Hei, kau tak mengerti bahasa Inggris, ya" Berapa
kali aku mesti bilang 'tidak'?"
Dia memaki-makiku dengan beberapa sebutan yang sudah


Animorphs - 27 Menyelamatkan Pesawat Pemalite di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah kudengar sebelumnya. Lalu dia pergi. Aku cukup yakin dia tak
akan mengajakku berkencan lagi.
kata Tobias dari langit.
"Oh, tutup mulutmu, tukang makan tikus yang gila," kataku.
Tobias tertawa. Ia tahu ia tak perlu menanggapiku dengan
serius. ganteng, cowok itu juga pintar menilai.>
"Aku tahu. Aku akan jadi elang dan naik ke atas sana. Tunggu
aku." katanya. END
Pendekar Wanita Penyebar Bunga 4 Wiro Sableng 173 Roh Jemputan Jurus Tanpa Bentuk 10
^