Percobaan The Test 1
Animorphs - 43 Percobaan The Test Bagian 1
Translate By @aryaapepe The author wishes to thank Ellen Geroux for her
help in preparing this manuscript.
For Michael and Jake Cover illustration by David B. Mattingly
Art Direction/Design by Karen Hudson/Ursula Albano
If you purchased this book without a cover, you should be aware that this
book is stolen property. It was reported as "unsold and destroyed" to the
publisher, and neither the author nor the publisher has received any pay"
ment for this "stripped book."
No part of this publication may be reproduced in whole or in part, or stored
in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic,
mechanical, photocopying, recording, or otherwise, without written permis"
sion of the publisher. For information regarding permission, write to
Scholastic Inc., Attention: Permissions Department, 555 Broadway,
New York, NY 10012. ISBN 0-439-11517-5 Copyright ? 2000 by Katherine Applegate.
All rights reserved. Published by Scholastic Inc.
SCHOLASTIC, APPLE PAPERBACKS, ANIMORPHS and associated logos
are trademarks and/or registered trademarks of Scholastic Inc.
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Printed in the U.S.A. First Scholastic printing, July 2000
0 1 2 3 4 5/0 Namaku Tobias. Aku sebuah keajaiban
alam. Setengah manusia. Setengah burung.
Bingung" Jangan khawatir, ceritanya masih
panjang. Aku terbang di atas hutan. Udara di sekitar
sini terasa pekat. Sebentar lagi akan ada
badai. Masih sore, tapi langit mulai ditutupi
kegelapan yang perlahan bergerak menuju
kota. Gelap gabungan dari hujan rintik, angin,
dan awan kumulus. Aku harus mencari makan sebelum badai
benar-benar datang. Aku lapar. Memang sih,
aku selalu mencari makanan. Karena
begitulah kehidupan burung pemangsa.
Kelaparan. Seekor tikus keluar dari liangnya. Dia
mengendus udara lembab dengan gugup. Aku
1 dan tikus tersebut, kami punya pikiran yang
sama. Sebelum menghadapi keganasan alam,
isi perutmu dulu. Tapi kedudukanku lebih tinggi daripada
tikus itu di dalam rantai makanan. Jadi aku
bersiap untuk menukik. Kutekankan sayapku kuat-kuat ke tubuh.
Supaya udara bisa melesak lewat. Gunung,
hutan, dan langit. Semuanya menjadi samar,
hanya berupa kilatan warna. Semuanya,
kecuali si tikus tadi. Dia sekarang mengunyah
kacang dengan gelisah. Cakarku menangkapnya, menahan, dan
mulai mencengkeram. Mencekik tikus tersebut
sampai mati. Penasaran bagaimana rasanya" Genggam
erat buah persik yang terlalu matang dengan
kuku jari tanganmu . Gigit bagian yang sudah
benyek dengan gigimu. Telan langsung tanpa
dikunyah. Memangsa makanan kurang lebih
seperti begitu. Aku telan tikus itu dan terbang pergi.
Aku tidak lagi memikirkan soal membunuh
mangsa. Aku elang dan manusia. Nanti
kujelaskan. Kalian cuma harus mengerti bahwa
sang elang harus memberi makan si manusia.
Begitulah lumrahnya. Aku tidak pernah memikirkannya lagi.
Oke, aku bohong. 2 "Kau burung kecil yang kejam! Sadarkah
kau apa yang sudah kau lakukan" Sadarkah
kau jadi seperti apa kau sekarang" Kau
terperangkap! Kau harus menjalani hidup
sebagai seorang burung!"
Nama wanita itu Taylor. Dia Yeerk yang
menyiksa ku. Suaranya yang melengking,
masih bergaung di telinga ku. Menyiksa ku
setiap kali aku selesai memangsa hewan
lain. Di saat-saat yang lain juga, sih. Namun,
setelah selama ini . . . THWOK! THWOK! THWOK! THWOK!
Sebuah helikopter! Terbang rendah di atas
pepohonan, membuat gerombolan gagak
berhamburan ke segala arah. Jika aku elang
beneran, aku akan turut terbang kabur
bersama burung-burung yang lain. Nyatanya,
aku terbang berputar dan mengepak sayapku
mengikuti jejak turbulen helikopter tersebut.
Teman-temanku, para Animorphs, adalah
satu-satunya yang melawan penyerbuan
Yeerk ke Bumi. Mereka bilang sejak aku
tertangkap, aku menjalani kehidupan yang
terlalu banyak di dalam kepalaku. Mungkin
saja mereka benar. Aku nyaris kehilangan
segalanya. Bukan cuma helikopter. Ada sejumlah
manusia di bawah, menyusuri lantai hutan
yang kasar. Roda-roda ATV mereka
meninggalkan jejak hitam di tanah. Lampulampu suarnya menyinari pepohonan.
3 Menerangi gelap malam sehingga membuat
kelinci dan kijang kabur ketakutan.
Aku terbang menuju pondok penjaga hutan
terdekat. Pondok itu dikepung oleh mobil-mobil
patroli dan mobil van dari siaran berita TV. Aku
menukik ke bawah, ingin lihat lebih dekat. Aku
mendarat di sebuah cabang dahan yang
rendah. Seorang wanita pirang yang mengenakan jas hujan terlihat mendekatkan
mikrofon ke arah bibirnya sambil menyibak
rambut dari wajahnya. "Bobby McIntire," dia berteriak mengatasi
raungan kendaraan bermotor, "sudah dinyatakan hilang dua hari yang lalu sejak ia
terpisah dari kelompok kemahnya. Kita semua
berharap dia bisa ditemukan dalam keadaan
hidup. Tapi ini adalah masalah berpacu, bukan
hanya dengan waktu, juga dengan cuaca."
Kilat menyambar langit tepat di atas wanita itu,
memperkuat kesan bahaya kata-kata yang
diucapkannya. "Bobby Kecil tuli dan tidak bisa
mendengar panggilan dari tim penyelamat.
Kelly King, "dia menyelesaikan laporannya,
menatap langit, "melaporkan langsung."
Wanita tersebut menampilkan ekspresi khawatir sampai produser nya memberikan
tanda selesai. "Aku akan menghancurkan mu." Suara
Taylor lagi, berbisik di dalam pikiranku. "Kau
tidak bisa menang." Aku terbang terus ke arah badai di depan.
Agak sedikit aneh, terbang menyongsong
kilat. Melintasi barisan hujan, petir, dan
melawan angin seperti ini.
Tapi itu membuatku merasa seperti
Lindberg yang mengarungi Samudra Atlantik.
Kuat dan tak kenal takut. Mungkin sedikit
heroik. Aku ingin merasa seperti itu.
Begini, belum lama ini para Yeerk berhasil
menangkapku. Seorang Pengendali-manusia
yang edan sudah membuat hidupku bagai
neraka untuk beberapa jam yang menyiksa
itu. Aku selamat. Aku bahkan menyangka
siksaan itu sudah berakhir. Aku tidak sadar,
siksaan tidak berakhir begitu saja saat kau
bebas. Orang-orang berpikir demikian. Orangorang yang belum pernah disiksa berpikir saat
luka fisik sembuh, kau otomatis sembuh juga.
Mereka salah. Penyiksaan meninggalkan bekas di dalam
pikiran mu, memainkan tipuan kejam dengan
benakmu. "Kau lemah dan takut," katanya.
"Kau pikir kau pegang kendali" Hah!" katanya.
"Ragukan dirimu. Bingung, dan pertanyakan,
kemudian takutlah," siksaan itu memberitahumu. Kesakitan bisa sangat meyakinkan.
5 4 Dalam beberapa kesempatan saat aku
ditangkap, pikiranku diserang oleh bermacam
kenangan. Gambar-gambar kala aku masih
lemah. Atau mungkin saja aku masih lemah"
Seperti saat pertama kali aku berada di
Kolam Yeerk. Sekarang saat itu terlintas lagi di dalam
pikiranku. Adegan mengerikan di Pusat Yeerk,
sebuah markas besar berbentuk kubah di
bawah tanah dengan sebuah kolam besar
berlendir di tengahnya. Kolam Yeerk. Di situlah
para Yeerk melakukan pekerjaan kotor
mereka. Di situlah alien-alien parasit yang
bentuknya seperti siput itu mencelupkan
kepalamu sehingga bangsa mereka dapat
merayap masuk ke dalam telingamu.
Kau mungkin sudah pernah mendengar
tentang semua ini, kan"
Tha-BOOM! Boom! Sebuah petir menggelegar dan setengah
menyadarkanku. Setengah diriku masih berada
di Kolam Yeerk mengerikan itu. Saat itu aku
terbang dekat dengan permukaan batuan,
berharap batuan tersebut bisa menyamarkanku. Terbang mencari jalan keluar
dari gua bawah tanah yang besar dan panjang
itu. Mencari cara untuk bisa melewati anakanak buah Visser Three.
aku mendengar
Rachel bertanya pelan. 6 Sudah berapa lama sejak aku berubah
menjadi elang ekor-merah" Satu jam lima puluh
menit" Satu jam lima puluh lima"
Berapa lama"! Yang lain sudah berhasil keluar dengan
selamat. Para Animorphs yang lain, maksudku.
Mereka menghindari tembakan bola api sang
Visser. Mereka menyelinap keluar, melewati
lemari janitor itu dengan selamat, kembali ke
sekolah. Rachel, Cassie, Marco, Jake.
Apa aku terlambat" Apa aku melewati batas
waktu dua jam untuk berubah"
Tidak mungkin. Tidak bisa begitu. Tidak. Aku
terperangkap selamanya. Jadi seekor burung.
Merdeka, bebas, sendiri. Selamanya. Bayangan kehidupan manusiaku dulu
seketika membanjiri benak ku. Bayanganbayangan itu sungguh gelap. Bibi ku yang tidak
peduli. Paman ku yang pemabuk.
Kemudian, sesuatu yang lebih cerah,
sesuatu yang kuat menyeruak masuk ke dalam
pikiranku. Sesuatu yang lain. Menopang ku.
Menarik ku lebih dalam. Sebuah gelombang".
Apa" Apa yang aku rasakan pada saat itu,
saat detik-detik ku berlalu" Dengan batasan
waktu yang mengejarku, apa yang aku
rasakan".. Kelemahan atau kekuatan"
"Kau tidak akan pernah tahu," kata Taylor.
"Kau tidak akan mengetahui siapa atau apa
dirimu lagi begitu aku selesai denganmu."
Bobby McIntire perlu ditemukan.
7 Aku membiarkan angin termal samar
mengangkatku ke atas. Namaku Tobias. Aku
manusia. Aku elang. Jika kau ingin
menemukan sesuatu di dalam hutan, kau
sebaiknya bertanya kepadaku.
Tidak ada yang tidak aku lihat.
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tha-BOOM! Boom! Petir menggelegar. Aku biarkan udara
hangat mengangkatku ke atas. Sekitar tiga ratus
kaki. Lebih tinggi lagi. Aku sekarang dapat
melihat melewati puncak kabut. Jarak pandangku luas, dari pinggir kota sampai ke
pegunungan. Taman nasional adalah tempat yang sangat
luas. Kamu bisa berjalan mendakinya beberapa
hari tanpa pernah bertemu dengan orang lain.
Menemukan seorang bocah laki-laki dari
helkopter di sini sama seperti mencari jarum
dalam tumpukan jerami. Tumpukan jerami yang
basah kuyup. Teropong, kacamata infra merah, dan
pandangan laser yang selalu menyala. Aku
bukan bermaksud sombong, tapi alam
memberiku alat-alat yang canggih.
8 9 Dari atas sini aku bisa melihat tali sepatu
pendaki gunung yang putus. Aku bisa melihat
anak burung gereja. Aku bisa memilih-milih kotoran kijang.
"Kau burung kecil yang kejam!" suara
Taylor lagi, selalu bersenandung di telingaku.
Aku melayang dengan tenang bagaikan
sebuah pesawat pencari pribadi. Pandanganku
melingkupi daerah yang lebih luas dari atas
barisan pepohonan seperti ini.
Teman-temanku, sesama Animorphs"
anak-anak yang juga mengenal pejuang
Andalite hebat yang bernama Elfangor, anakanak yang bersamaku berada di sana saat
Elfangor gugur, anak-anak yang juga
menerima teknologi Andalite untuk melawan
Yeerk sehingga bisa berubah menjadi hewan
apa saja yang mereka sentuh"mereka pasti
sedang menungguku di peternakan Cassie.
Ada jadwal rapat sepulang mereka sekolah.
Jika aku hendak ke sana, aku harus terbang ke
timur. Aku malah menyisir barat, mengikuti jejakjejak ban kendaraan tim pencari. Menyusuri
garis-garis pertemuan jejak tersebut dan
menemukan tim tersebut berkumpu sekitar
setengah mil di luar kumpulan pepohonan.
Mungkin ini adalah tempat di mana terakhir
kalinya bocah itu terlihat. Tempat yang bagus
untuk mulai mencari. Aku terjun sekitar lima
puluh kaki, tepat di atas puncak pepohonan.
Aku mencari tanda, semacam petunjuk.
Apa saja. 10 Tidak ada apa-apa. Setetes air hujan jatuh mengenai sayapku.
Tidak, belum! Tiga tetes sebesar peluru mainan
jatuh lagi mengenaiku. Angin badai mendorongku kembali ke udara
dan menghembuskanku menjauh dari jejak-jejak
tim pencari. Aku mengepak kuat-kuat untuk
melawan arus angin yang menguat. Arus itu
malah mendorongku ke daerah yang berlumpur.
Memaksa ku mundur ke sungai yang sudah
mengering. Tetesan hujan mulai terasa seperti peluru cat
dalam permainan perang-perangan. Aku ingat.
Pamanku dulu sekali pernah mengajakku main
perang paint-ball. Aku tidak menyukainya, tapi
itu adalah salah satu dari sedikit sekali kegiatan
yang pernah kami lakukan bersama. Aku harus
segera berhenti mencari. Hujan turun semakin
deras. Tiba-tiba saja " aku melihat warna merah di
antara warna-warna coklat. Secarik kain pakaian
tersangkut di semak-semak.
Yes. aku mengambil kesempatan
dengan memanggilnya lewat bahasa-pikiran
terbuka. mana kau berada.> Dengan menyisir dari
puncak pohon-pohon, aku memperhatikan
kubangan lumpur di bawah. Tidak tampak apaapa.
Anginnya bertiup aneh. Kadang kencang
sekali, lalu berhenti untuk menit berikutnya.
Lalu " aku melihat sebuah jejak kaki. Jejak kaki
anak kecil. aku memanggil lagi.
11 bergeraklah. Lakukan apa saja!>
Ada bebunyian dari semak-semak. Diikuti
dengan lebih banyak suara gerakan. Aku
mengitari daerah dataran itu. Sebuah bola
lumpur terlontar ke udara, menyerempet
paruhku. bagus.> Aku tidak melihat lumpur hisap besar itu
sampai aku nyaris mendarat di dalamnya.
Lubang kecil yang dalam yang hanya terlihat
dari bawah akar-akar. Regu pencari pasti
butuh berbulan-bulan untuk menemukannya.
Aku mengintip keadaan anak itu. Dia
sedang mencari-cari sumber suaraku. Matanya
sembab karena kebanyakan menangis.
Tangannya luka-luka dari usahanya memanjat
dinding pasir hisap vertikal tersebut. Dia berdiri
dalam genangan air setinggi mata kaki. Dan
buruknya lagi, banjir bandang siap menghantam tempat itu. sana,> kukatakan kepadanya. Tapi aku tidak
punya wujud yang cukup kuat untuk
menariknya keluar. Hork-Bajir" Aku takut tanpa
sengaja melukai anak itu karena belum begitu
terbiasa dengan mata-mata pisau Hork-Bajir.
Lagipula aku tidak bisa begitu saja
memperlihatkan sosok alien kepadanya.
kembali. Semua akan baik saja.> Kilat
menyambar daratan tak jauh dariku. Bukan
pertanda bagus. 12 Perjalananku kembali ke pondok penjaga
mungkin adalah pengalaman terbang teburuk
dalam hidupku. Hujan menghajarku. Angin
mengusutkan bulu-buluku. Tapi yang paling
buruk adalah udara mati. Begitu sampai di
pondok, tubuhku panas serasa terbakar.
Lewat jendela-jendela aku melihat sebagian
besar regu pencari sudah kembali. Mereka
sedang mengeringkan diri untuk bersiap basahbasahan lagi dalam ronde pencarian berikutnya.
Lalu aku melihat seorang pria yang tampaknya
menunggu keajaiban datang. Dia sedang duduk
di atas tunggul pohon di luar, membiarkan hujan
mengguyurnya. Tulisan pada name tag nya
sudah mulai luntur, tapi aku masih bisa
membaca huruf-hurufnya. "Mr. McIntire." Ayah
Bobby" Matanya menatap dalam ke arah
pegunungan. Aku mendarat hanya beberapa meter dari
nya. Aku tidak begitu memikirkan konsekuensi
tindakan ku berikut ini. aku
berkata kepadanya, kau kehilangan akal sehat. Tapi aku bisa
mengantarmu ke tempat Bobby.>
Kau bisa tahu banyak mengenai sifat
seseorang dari cara mereka menanggapi
obrolan seekor elang. Ada tipe orang yang
langsung-lari-berteriak. Ada tipe remaskepalamu-dengan-tangan-sendiri. Bahkan ada
juga tipe bunuh-binatang-itu!. Kebanyakan
orang tidak menangani dengan baik saat
kenyataan mereka ditantang.
13 Tapi ayah Bobby tetap tenang. Maksudku,
pertama dia memang terlihat kaget setengah
mati. Bola matanya melotot keluar dan dia
spontan berdiri berputar dengan panik, mencari
orang iseng yang berusaha mengerjainya.
Namun begitu rasa kaget berhasil dia atasi, dia
jadi lebih tenang. "Oke," dia berkata. "Tunjukkan jalannya."
Mungkin dia berpikir dia sudah gila, tapi
menurutku tidak jadi soal baginya apakah dia
mendengar suara dalam kepalanya atau dia
lagi mengobrol dengan alien. Dia hanya ingin
anaknya kembali. Cinta seperti itulah?" yang membuatku
merasa?". Aneh. Aku terbang dari pohon ke pohon, berhenti
setiap beberapa ratus meter, menunggu Mr.
McIntire dan tiga penjaga hutan yang berhasil
diyakinkannya untuk ikut. Namun aku memberi
petunjuk arah kepadanya melalui bahasapikiran tertutup. Paling tidak aku bisa membuat
jarak dari para penjaga hutan, untuk tetap
membuat mereka bertanya apakah benar
elang itu yang memimpin mereka.
Aku membayangkan Bobby yang sendirian
di dalam lubang, yang telah berubah menjadi
saluran karena tergerus hujan deras.
Membentuk aliran lumpur yang berpacu
bagaikan ular lapar yang mematikan. Ular
besar tenang yang tidak terdengar oleh telinga
tuli Bobby. "Kau akan mati, Andalite." Suara merdu
Taylor, mengoceh dalam kepalaku.
14 aku mengarahkan.
Kami mendaki punggungan dan aku melihat
sesuatu yang menurutku mustahil. Curahan
hujan mengguyur bumi di sisi kiri dan kanan
kami, tetapi tidak di atas lubang hisap Bobby".
Tak bisa dipercaya. Sebuah koridor awan tanpa
hujan dengan pelangi kecil di kedua ujungnya
membatasi daerah kering tersebut.
Aku yakin itu semua khayalanku saja. Tidak
mungkin semua berjalan semulus ini. Tidak
pernah ada yang semulus ini. Taylor tidak akan
membiarkan". aku memanggil. Aku memompa
sayapku lebih cepat dan menemukan anak itu.
Air sudah naik hingga sejajar lututnya. Aku
bertengger di dahan rendah dan memperhatikan
para penjaga hutan yang kuat itu menarik Bobby
keluar. Aku menonton Bobby yang nyaris
pingsan di dalam pelukan ayahnya, terguncang,
saat ketakutan di wajahnya berganti dengan
kegembiraan. Ayah Bobby menoleh menatapku. Rasa
terima kasih memancar dari matanya.
Pernah mengalami kejadian yang berjalan
begitu sempurna, kau merasa kau bisa terbang"
Begitulah yang kurasakan --- dan bagian paling
kerennya adalah, aku benar-benar bisa
melakukan nya. Aku beneran bisa terbang.
Aku terbang di bawah barisan awan cerah
menuju peternakan Cassie. Rasanya betul-betul
baik. Aku bermain di udara seperti pilot dalam
pertunjukan pesawat udara, membuat penonton
tercengang dengan aksi menantang maut ku.
15 Aku mematikan mesin, terjun bebas, dan siap
menarik diri ke atas beberapa detik sebelum
menabrak tanah. Dan kemudian" Seekor rajawali emas, besarnya dua kali
ukuranku, melengking cepat ke arahku seperti
bola gelinding" WHAM! Seketika semua hitam. Aku tidak mendapat kesempatan.
"Elang ini akan merasakan sakit pada
sayapnya. Pahlawan atau bukan, saat dia sadar,
dia akan sangat kesakitan."
Mataku sontak terbuka. Melalui celah
antarjeruji sangkar, aku melihat dua orang
dokter hewan berjas putih. Mereka terlihat
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
khawatir. Dua-duanya wanita. Yang satu
berambut coklat, satunya lagi berambut pirang.
Tulisan Klinik Universitas terjahit di saku depan
mereka. "Menurut mu Burung Super perlu dipasangi
epidural?" Aku merasakan keteganganku memuncak.
Sayap kanan sama sekali tidak bisa digerakkan.
Leherku terasa sakit. Rajawali emas itu
menghajarku cukup parah. Ingatan akan
benturan tersebut membuat jantung elangku
berdetak keras. Takut, territorial, bingung.
16 17 "Tidak perlu, aku sudah memberinya obat
untuk membuatnya tenang sampai pagi. Hei
lihat, dia bangun. Merasa baikan, Tuan Elang?"
kata si pirang dengan kelembutan khas
seorang dokter terhadap pasien hewannya
yang tidak mampu bertahan di alam liar.
Dalam keadaan normal aku pasti merasa
jengkel kepada kedua dokter hewan ini. Tapi
dalam keadaan sakit, bersama burung
pemangsa jelek di sangkar sebelah, dan
burung kuntul tua dua pintu di bawah, aku
cukup senang mendengar suara manusia.
Sudah berapa lama aku di sini" Hari apa
sekarang" "Sudah baca ini?" yang rambut coklat
bertanya kepadaku, seolah pertanyaannya
menjawab pertanyaanku. Kadang, tidak selalu, jika kau bertanya
sesuatu yang kau sangat ingin tahu
jawabannya, dunia akan menjawab mu.
Dia menunjukkan koran edisi sore yang
sedang dipegangnya. Dari tanggalnya aku tahu
aku sudah tertidur cukup lama. "Ayah
Mengatakan Elang Memimpin Pencarian
Bocah Yang Hilang." Dokter itu tersenyum
kepadaku, lalu dia menyimpulkan.
"Kaulah burung itu!"
Dia cekikikan. Salah besar mereka kira itu
adalah bahan tertawaan. Mereka tidak
mengerti" Berita koran itu menyadarkanku. Aku tahu
aku sudah berbuat kesalahan besar. Judul
itu" bagai tulisan kematian" jika Yeerk
menemukanku duluan" 18 Aku bodoh! Sangat bodoh! Setiap kali kalian bertemu binatang yang
melakukan hal yang luar biasa, kalian akan
berurusan dengan Yeerk. Dan bagi Yeerk,
semua binatang adalah tersangka, kemungkinannya adalah "bandit Andalite" yang
sedang menyamar. Ini jelas buruk sekali. Apa yang kupikirkan"
Teman-temanku, mereka pasti mencariku
juga. Aku sudah membahayakan keberadaan
kami. Dengan mencoba melawan hantu Taylor,
aku menyeret teman-temanku ke dalam bahaya.
Bodoh. Lemah. Aku harus berubah! Berubah dan kabur dari
sini sebelum" Tidak. Aku tidak bisa berubah di depan
dokter hewan ini. Apalagi ruangan ini dipasangi
kamera video di setiap sudutnya, merekam
semua yang terjadi. Siapa yang akan lebih dulu datang
menjemputku" "Apa yang dia lakukan" Mengepakkan
sayapnya" Hey, dia akan terluka. Chloe, cepat!
Kita harus membius burung ini segera."
Membius ku" Aku terjatuh kembali ke dasar sangkar dan
berbaring tanpa bergerak.
Aku tak boleh membiarkan mereka
membiusku. Tidak dengan dua kelompok yang sedang
mencariku di luar sana. Dua kelompok yang aku
tahu pasti menganggap serius judul berita
koran tadi. 19 Grup pertama: teman-temanku.
Grup kedua: musuhku. "Tunggu," dokter hewan tadi berkata lagi.
"Lupakan. Burung ini sudah kembali tenang.
Dia baik-baik saja. Aku tidak tahu tadi dia
kenapa." "Baiklah, Burung Super. Jangan cari
masalah. Kami akan menjengukmu besok
pagi." Mereka mau pergi" Mereka akan
meninggalkanku di sini! Mengapa semua orang pergi" Mengapa"
Mereka berjalan menuju pintu, mematikan
lampu fluorescent di langit-langit, kemudian
mengunci pintu di belakang mereka.
Tentu saja mereka pulang. Mereka punya
rumah masing-masing. Mereka meninggalkan ku menghadapi
nasib ku sendiri. Ruangan ini dingin dan bersih sekali.
Burung-burung yang sakit dan terluka berkukuk
dan menjerit dalam kegelapan.
Sendirian. Dan yang bisa kulakukan hanya menunggu. 20 Sccreeeech! Suara itu membangunkanku dari tidur yang
cuma setengah lelap. Aku melihat ke jam: 1:12
pagi. Aku lalu mengedarkan pandang berusaha
mencari sumber suara tadi.
Untuk beberapa saat, kilatan benda metal
membutakan penglihatan elangku yang sensitif.
Begitu penglihatanku normal kembali, aku bisa
melihat kunci pintu yang berdesis. Kunci itu
sedang menguap hancur"
Dari belakang pintu terdengar suara langkahlangkah kaki yang berat menggema di lorong.
Suara yang hanya berarti satu.
Hork-Bajir. Pintu mendadak terbuka. 21 Tseew! Tseew! Tubuh-tubuh setinggi tujuh kaki bermata
pisau bergegas masuk ke dalam ruangan!
Kamera video di sudut-sudut ruangan lenyap
dalam kilat tembakan sinar Dracon.
Tidak ada waktu untuk berubah!
Aku menekan diriku ke bagian belakang
sangkar. Mencoba untuk menyembunyikan
ekor merahku. Aku harap mereka tidak
melihatku di dalam sana. Sayangnya aku adalah makhluk pertama
yang mereka lihat. Mata mereka berapi-api.
Mereka mengacungkan senjata mereka ke
kepalaku. "Kau milikku, Andalite!" tegas Hork-Bajir
dengan napasnya yang bau. "Visser Three
akan memujiku." Orang ini jelas belum lama bertugas di
Bumi. Dapat pujian dari Visser Three sama
mungkinnya dengan memadamkan kebakaran
hutan dengan segelas air. Tapi aku tidak
berniat untuk membantahnya.
Dia mengangkat sangkarku dengan kasar
dan berlari ke pintu, membuatku terguncang.
Anak buahnya, dua di depan, dua di belakang,
mengelilinginya. Senjata mereka terangkat,
mata mereka liar mencari sesuatu. Mereka
sangat tegang saat kami berjalan menuju aula.
Siaga. Sepertinya mereka bersiap untuk"
Tseew. Tseew. 22 Tiga orang manusia mendadak muncul dua
puluh kaki di koridor belakang kami. Tembakan
Dracon mereka memantul-mantul di dinding.
Apa yang terjadi" Manusia menembakkan sinar Dracon ke
Hork-Bajir! Pengendali lawan pengendali"
"Jatuhkan burung itu," perintah seorang pria
berkumis. "Sekarang!" Si Hork-Bajir menertawakan pria tersebut. "Burung ini milik
Visser. Kalian pemberontak sudah melakukan
kesalahan." Cepat bagaikan kilat, dia mengangkat tangan dan menembak pria itu
dengan senjatanya. Para Pengendali-manusia cukup gesit dan
menunduk untuk berlindung. Gesit tapi tidak
cukup cepat. Sebuah jeritan kesakitan
menggema di aula. Si pria berkumis lenyap
dalam kilatan cahaya panas, meninggalkan
bayangan hangus pada dinding putih di
belakangnya. Manusia yang lain tampak tidak
sadar atas kehilangan rekannya. Atau mungkin,
mereka tidak peduli. Hanya Yeerk yang bisa tidak menoleh ketika
kehilangan seorang rekan.
BLAAAM! Empat manusia lagi datang dari belakang!
Membanting Hork-Bajir sebelum mereka tahu
apa yang menyerang mereka.
Aku tidak tahu harus berpihak kepada siapa.
Hork-Bajir atau manusia" Visser Three atau"
siapa" Siapa yang memerintahkan manusiamanusia ini"
23 Sebilah mata pisau Hork-Bajir yang
panjang dan tajam menangkap sangkarku dan
mengangkatnya. Hork-Bajir tersebut lantas lari
menuju pintu keluar. Cepat sekali! Dia
menjatuhkan kereta dorong berisi obat-obatan.
Lalu menabrak tumpukan sangkar kosong
yang ditumpuk di dinding.
Buntu! Tiga orang lagi! Berbadan besar,
berpakaian jaket kulit hitam, dengan sabuk dan
pelindung logam melindungi tubuh mereka.
Mereka menghalangi pintu keluar.
Penangkapku berhenti mendadak, cakarnya berbunyi nyaring bergesekan dengan
lantai yang licin. Dia berbalik arah dan bergerak menuju
jendela. Tiga orang baru bersenjatakan pistol
Dracon tadi segera bergerak untuk menghalangi jalannya. Terkepung! Sangkarku menggantung begitu saja dari
mata pisau si Hork-Bajir. Alien dan manusia
membeku dalam posisi siap-perang yang
berbahaya. Tiba-tiba saja, penangkapku melompat
menyerang orang yang paling kecil. Seorang
wanita. Tindakan rendahan, upaya putus asa
untuk melarikan diri. Bodoh, juga. Manusia
yang lain sontak menyerbunya.
Kami terbanting ke lantai, sangkarku
terhimpit berat badan Hork-Bajir sampai
dinginnya jeruji sangkar menekan bulu-buluku.
Di sekitarku berputar-putar kelebatan tangan
dan cakar, menggapai liar. Memperebutkan
diriku. Hadiah. Aku tidak begitu mengerti apa yang terjadi
kemudian. Yang aku tahu hanya, ada seseorang
yang mendorong sangkarku meluncur
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sepanjang lantai. Tubuhku yang terluka dan
masih lemah jatuh begitu saja seperti kain lap
dalam pengering. Sangkar ku terdorong sampai
ke bawah wastafel lemari peralatan, tubuh
elangku jadi semakin memar.
Aku mendengar suara teriakan dari
pertarungan tadi, tapi dari posisiku sekarang,
tidak banyak yang bisa aku lihat. Suara
tembakan sinar Draco disusul oleh keheningan.
Lalu suara langkah yang berat terdengar menuju
ke arahku. Aku melihat empat kaki Hork-Bajir
yang berhenti di depan sangkarku.
"Gafrash!" salah satu dari mereka berteriak.
Lengan berpisau mengerikan menggapaiku. Aku
berjengit, menunggu untuk diangkat lagi,
menunggu untuk ditangkap.
Lengan Hork-Bajir tersebut tersentak mundur. Kaki-kaki mereka menegang dan berbalik
lari, hanya saja tidak ada tempat untuk lari.
Karena empat kaki lagi, dua kali lebih besar,
kaki raksasa yang sudah aku kenal,
menghantam lantai dengan suara keras.
Rachel! 25 24 Satu Hork-Bajir tumbang. Yang satu lagi
menyambar sangkarku dari lantai.
Rachel
berteriak, memamerkan deretan giginya yang
besar dan tajam. Cakar beruang grizzly nya
yang seperti pasta rigatoni raksasa mengayun
liar dan menghantam lengan Hork-Bajir yang
menangkapku. dia
berkata gusar.
"Gtaa frash horlit!"
Hork-Bajir itu melepaskanku. Sangkarku terjatuh
ke lantai, lagi-lagi dengan keras.
teriak Rachel.
Marco, dalam wujud gorila, adalah satu-satunya
yang memiliki jempol, anggota tubuh yang
mestinya lebih kita hargai. Marco berusaha
memungutku, tapi Hork-Bajir yang tumbang tadi
menyambar kaki Marco dan menariknya ke
belakang. Jadi Rachel terpaksa mendorongku dengan
kaki depannya yang besar, membuatku mundur
di sepanjang lantai, keluar dari aula. Menjauh
dari tempat pergumulan. Tiba-tiba, sangkarku berhenti. Ada yang
menahan kami. Aku dan sangkarku menabrak
kaki manusia. 26 27 Rachel terpaku, dia mengendus udara
dengan ganas. Aku menengadah dan melihat
sepatu boot yang mengkilap. Celana jeans
yang gaya. Dari dada ke atas sosok itu tertutup
bayang-bayang. Siapa dia" Dokter hewan
yang terperangkap dalam pertempuran"
Tangannya muncul dari belakang punggungnya. Jemarinya menggenggam pelatuk senjata Dracon.. Jantungku berhenti berdetak.
Jari-jari cewek itu terlihat berkilau dalam
cahaya remang-remang. Jari orang normal
tidak berkilau. Rachel berbisik, suaranya parau
penuh amarah. "Satu langkah saja, beruang, dan kau akan
berakhir jadi patung taksidermi."
Rachel melompat maju,
cakarnya mengayun. Tseew! Taylor menciptakan lubang di perut
Rachel. "HhhhoooRRRAAWWRRRR!"
Rachel terjatuh, meraung kesakitan.
Dan Taylor mengambil sangkarku dengan
tangan artifisial nya. Tangan yang diterimanya
sebagai ganti dari kebebasannya. Kisah Taylor
sebenarnya cukup menyedihkan. Kisah
seorang gadis yang kehilangan wajah, tangan,
dan kakinya dalam sebuah kebakaran hebat.
The Sharing, organisasi buatan Yeerk, lah
yang bersimpati kepadanya. Menawarkan
Taylor wajah baru, juga tangan dan kaki. Yang
28 perlu dilakukannya hanya setuju untuk jadi induk
semang. Seorang Pengendali suka rela. Yang
harus dilakukannya adalah membiarkan siput
abu-abu itu membungkus otaknya. Akan tetapi,
yang menempati Taylor adalah Yeerk yang gila.
Taylor juga hampir sama gilanya. Mental gadis
itu tidak stabil. Lalu inilah aku.
Tak bisa kupercaya apa yang terjadi. Aku
tertangkap oleh orang yang pernah menyiksaku.
Lagi. Tidak. Jari-jari tangannya yang asli masuk ke selasela
jeruji sangkar, mencoba untuk menyentuhku saat dia mengangkat sangkar itu
ke wajahnya. TIDAK! Dia tidak bicara tapi pandangannya yang
sedingin es sudah bicara banyak. Kau pikir kau
tidak akan melihatku lagi, Andalite bodoh" Kau
salah. Taylor meluruskan jari-jari plastiknya. Aku
tahu apa yang hendak dia lakukan. Aku sudah
tahu sejak aku mengenali siapa dirinya di bawah
bayang-bayang tadi. "Aku suka kejutan," bisiknya. Dan tanpa
peringatan apa-apa, partikel seperti salju
terbentuk dari ujung jari tangan buatan nya .
Gas! Dia menggunakan gas untuk melumpuhkanku seperti yang dilakukannya saat
menangkapku di bawah tanah pusat komunitas
The Sharing. Dalam beberapa saat, aku akan
lumpuh. Satu-satunya yang berbeda adalah dia
29 tidak menyadari bahwa aku adalah "Andalite"
yang sama dengan yang ditangkapnya dulu.
Aku berharap dia tidak pernah ingat.
Aku menjulurkan cakarku. Aku menncengkeram jari di tangannya yang asli.
Lalu aku menutup mata, menutup telinga,
menutup semuanya. Ketakutan saat mimpi
buruk jadi kenyataan. Aku menyadapnya. Sadap. Berubah
menjadi dia. Ide yang bikin mual. Tapi perlu.
Aku mengeratkan cengkeraman ku. Bagi
Taylor, itu mungkin usaha perlawanan balik
yang sia-sia, tapi dia tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Dia tidak tahu bahwa DNA
nya telah mengalir ke dalam darahku. Aku
merasakan tubuhnya menjadi rileks, dia mulai
terlena sebagai reaksi sedang kusadap.
Bubuk gas menyengat dan menggelitik
kulitku seperti ratusan jarum kecil.
Tapi kini, Taylor juga tidak bisa bergerak!
Lumpuh! Aku berhasil memperlambat geraknya. Membuatnya tak berdaya.
Tidak cukup. Sama sekali tidak cukup.
Cakarku menjadi kebas. Tubuh ku mati
rasa. Mata Taylor kembali fokus dan hidup,
tepat waktu untuk dia melihat aku menyadari
gas yang ini berbeda dari gas yang sudah aku
kenal sebelumnya. "Versi 2.0," Taylor tergelak. "Biusnya
cukup banyak untuk membuatmu benar-benar
pingsan." Kegelapan mulai mengurung saat penglihatanku menjadi redup.
30 aku memanggil lemah.
Kalaupun mereka menjawab, aku tidak dapat
mendengar mereka. Kenapa aku" Apa yang sudah kulakukan
sehingga diperlakukan begini"
Pertanyaan bodoh, mengasihani diri sendiri,
tidak berguna" aku adalah pejuang.
Yang bisa kulakukan hanyalah menatap ke
depan. Memandang ke dalam kegelapan tak
berujung dari mata Taylor yang berkilat gila.
Tepat saat itu, aku melihat dengan jelas. Aku
melihat bahwa aku cuma gumpalan lumpur yang
mengapung di arus pikirannya. Arus yang tidak
bisa dibendung dan akan menghancurkanku.
Menghancurkan aku berkeping-keping.
31 Skrrr-eeeek! Suara nyaring sendok logam yang
bergesekan dengan dasar panci. Aroma sup
tomat kaleng yang dipanaskan tercium dari
kompor. Hal-hal normal tersebut membawa ku
keluar dari kegelapan. Aku membuka mata.
Aku masih di dalam sangkar, hanya saja
sekarang ada setengah lusin senjata Dracon
diarahkan ke kepalaku. Senjata-senjata
tersebut dijepitkan ke jeruji sangkar. Bukan
standar teknologi canggih Yeerk yang biasa.
Penjepit senjata tersebut hanya penjepit
perkakas manusia yang bisa dibeli di Ace
Hardware. Tidak jadi soal, sih. Masalah yang lebih
penting adalah aku tidak punya tangan.
Penangkap ku tahu paruh dan cakarku tidak
bisa digunakan untuk membongkar penjepitpenjepit itu.
32 Di belakang setiap senjata Dracon berkedip
setitik cahaya merah. Sebuah sensor" Aku tidak
berani bergerak. Kepikiran aku bakal disiksa lagi membuat
tulangku menggigil. Aku sudah tidak tahan.
Aku mulai gemetaran, tidak terkendali. Aku
mengamati sensor-sensor itu dengan pikiran
elang dan manusia ku sekaligus. Keduanya
sudah nyaris hancur dan kedua bagian dalam
diriku masih ingat persis" sakitnya, betapa
putus asanya! Mustahil untuk kabur" lampu
merah, lampu biru. Rasa sakit itu". Tak
berakhir". Berubah. Aku bisa berubah menjadi binatang
kecil dan merayap keluar. Tak terdeteksi. Kabur
begitu saja. Lakukan, Tobias. Lakukan..
"Silahkan berubah, kawanku," Taylor memperingatkan, suaranya dingin dan tenang,
"dan sinar Dracon akan otomatis ditembakkan."
Aku tidak melihat wanita itu di sana, duduk di
kursi dapur, secangkir sup di tangan. Aku bisa
merasakannya, sih. Aura jahatnya terasa
mendominasi seluruh ruangan, mempengaruhi
semua yang ada di dekatnya, termasuk
ketakutan ku. Aku tidak bisa kabur. Aku tahu aku tidak
bisa. Tidak sekarang, tidak selamanya. Taylor
sudah kembali, seperti yang aku takutkan.
"Komputer yang mengontrol sinar Dracon itu
sangat sensitive terhadap perubahan bentuk.
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kau tidak bisa kabur."
Tunggu. Dia salah. Aku bisa kabur. Aku bisa
berubah. Dan kemudian mati!
33 "Ya, tentu kau bisa memilih mati," kata
Taylor, menjawab pikiranku. "Aku sengaja
memberimu pilihan itu." Dia berhenti sejenak
untuk menghirup sup tomat, matanya masih
terus menatapku. Aku memandang dapur, kecil dengan atap
yang rendah. Ada sesuatu yang salah dengan
tempat ini. Yeerk biasanya selalu punya yang
terbaik. Mereka sudah menguasai yang
terbaik dari yang manusia punya, dan jika itu
belum cukup, mereka akan menggunakan
teknologi curian dari alien-alien yang lain. Tapi
dapur ini" apa" Cuma gubuk. Sangkarku
terletak di atas meja Formica yang penuh jejak
sundutan rokok. "Pilih mati," ulangnya dengan nada biasa,
"atau.. dengar apa yang kubicarakan." Dia
bangkit, meletakkan cangkirnya ke dalam
wastafel di sudut dapur yang sempit, dan
kembali duduk di kursinya. "Aku punya tawaran
untukmu, Andalite." Dia terdengar biasa saja. Bukan Taylor
yang kukenal. Tipuan apa, siasat apa lagi yang sedang
dimainkannya" "Bagus," lanjutnya, melihat aku belum
memilih untuk mati. "Akan lebih susah meminta
bantuan dari Andalite yang sudah mati."
Bantuan" Yeah, dan Rachel akan melewatkan pesta
diskon di Express, Crayak akan memenangkan
Hadiah Nobel Perdamaian, siput Yeerk akan
menolak naik pangkat. Rencana apa yang ada di pikirannya"
34 "Perang saudara di depan mata, Andalite,"
dia berkata. "Yeerk melawan Yeerk. Kami sudah
cukup melihat perselisihan antar Visser, segala
pilih kasih itu, semua hukuman-hukuman"
Dewan membuat kami muak."
Kemarahan tampak jelas di wajahnya. Dia
mengucapkan kalimat terakhir tadi dengan
berapi-api dan penuh kebencian. Aku nyaris
percaya kepadanya. Dewan Tiga Belas
membuat nya muak. Namun kemudian, kewaspadaannya muncul
lagi. Tatapan matanya membuatnya seperti
setengah politisi dan setengah aktor, juga
setengah pengacara, dan setengah remaja
cewek yang sedang merahasiakan sesuatu.
Wajah Taylor memancarkan kebohongan.
"Yeerk harus terus maju sebagai sebuah
bangsa," dia melanjutkan. "Waktunya sudah
tiba." Dia bangkit lagi dan membuka kulkas
antik. "Kami harus membangun peradaban
dengan induk semang yang kami punya." Dia
menatapku. "Sebagian besar kami sadar perang
abadi ini harus dihentikan dan kegagalan di
planet Leera, serangan ke planet Bumi yang
mandeg, dan sekarang kecerobohan mereka di
planet Anati telah membuktikan kepemimpinan
yang sekarang sudah tidak mungkin bertahan."
Dia menarik sekantong wortel dari dalam
kulkas. Aneh sekali. Dia membicarakan strategi
politis sambil ngemil. Seolah kami sedang main
di rumahnya, membahas untuk mencurangi
kontes pemilihan ratu sekolah.
Dia melanjutkan. "Kami ingin seperti kalian,
Andalite. Kami menginginkan struktur yang bisa
35 mengubah kami dari pemberontak menjadi
pemimpin. Kami ingin seperti komunitas
Andalite. Bahkan kami ingin menjadi seperti
manusia." Dia menggigit sepotong wortel
menjadi dua. Matanya menatapku tajam. "Kami
ingin jadi rakyat demokrasi dan kami butuh
bantuanmu untuk melakukannya."
Ini benar-benar konferensi pers dunia
paling aneh. Aku tidak percaya apa yang dikatakannya.
Tidak sepatah katapun. Jadi aku mengujinya. butuhkan adalah nama-nama dan lokasi bandit
Andalite yang tersisa" Kau tahu, sebagai balas
jasa atas kerja samaku">
Taylor tertawa. Dia kasar, agresif, dan
punya kepribadian yang kejam. Kepribadian
seseorang tidak berubah. Tidak berubah
banyak, paling tidak. Aku menunggunya untuk
membantah kata-kataku. Aku menunggu bukti
bahwa dia masih bekerja untuk Visser Three.
Obrolan tentang pemberontakan ini adalah
kedok belaka. "Senang mendengar suaramu lagi, Andalite. Kau Andalite yang punya kekuatan
untuk berubah wujud lebih dari batas waktu
dua-jam. Suaramu membawa ku kembali
teringat kenangan manis kita." Nada suaranya
membuatku terguncang lagi. "Aku belajar
banyak tentang kau saat itu, Andalite. Aku
melihat pikiranmu. Aku melihat keberanianmu
terbang menjauh. Aku bisa menikmati
menghabisimu sekarang. Menghancurkanmu."
36 Dia berjalan ke sangkarku. "Di sini, sekarang
juga. Kau pikir kau kuat, tapi aku tahu betapa
lemahnya dirimu. Cuma butuh beberapa detik!"
Dia berhenti sebentar untuk membiarkan katakatanya mempengaruhiku. "Tapi kali ini,
Andalite, kerja sama mu lah yang aku perlukan.
Aku butuh kau dan rekan Andalite mu. Aku
butuh bantuan kalian untuk menghancurkan
Visser Three." Dia tidak lagi bekerja untuk visser. Dia ingin
menghancurkannya. Itulah yang dikatakan
Taylor. Kemarahan tak terbendung terpancar dari
wajahnya. Aku tidak tahu apakah dia berbohong
atau tidak. "Nasibmu buruk sebagai burung." Dia
menatap sayapku yang diperban, melihat bulubulu ku yang kusut, leherku yang patah.
"Berterima kasihlah kepada Visser Three.
Pasukan Hork-Bajirnya memang tidak lemah
lembut." Dia ingin agar aku marah dan membalas
dendam kepada visser, bergabung dengan
nya" "Jangan jawab sekarang." Dia mengeluarkan
secarik kertas dari kantongnya dan mendorong
kertas itu masuk ke sangkarku. "Ini" Alamat
Web. "Bicarakan dengan rekan-rekanmu dan
tinggalkan pesan kepadaku di alamat itu. Beri
tanda "Bandit?"
Lalu dia membuka pintu sangkar, membuka
jendela gubuknya lebar-lebar, dan dia
menghilang ke balik tirai, meninggalkan piringpiring kotornya di wastafel dapur.
37 Sensor merah berkedip dan mati.
Aku melompat dari sangkar ke jendela.
Tanah hanya beberapa kaki di bawah ku. Aku
jatuh ke luar. Taylor. Visser Three. Perang
saudara. Kelemahan" Dia membiarkan ku pergi. Begitu banyak yang harus kupikirkan. Aku
butuh teman-temanku. Aku butuh Rachel.
Aku seret tubuhku ke dalam bayangbayang, berubah dan segera berubah kembali
untuk menyembuhkan luka-luka cedera ku.
Cedera yang begitu menyakitkan sehingga
seolah aku masih disiksa. Aku terbang pergi.
Bebas, tapi pikiranku terbebani.
Saat naik ke udara, aku melihat tempat
aku disekap. Sebuah mobil trailer tua, yang
diparkir di tempat barang rongsokan. Tempat
persembunyian pemberontak. Jauh dari kota
dan kolam Yeerk. Mungkinkah Taylor berkata
jujur" 38 Aku mengepakkan sayap menuju kota, ke
arah cahaya lampu-lampu, langsung ke rumah
Rachel. Melewati puncak puncak gedung
dengan papan iklan dan antena telpon selular.
Mendadak, aku mengurangi kecepatan, melebarkan sayapku, aku mendarat di sebuah
atap. Bagaimana jika dia tidak berkata jujur, jika
dia membohongiku" Bisa saja dia sudah menanamkan alat
pelacak di dalam tubuhku. Tentu saja! Para
Yeerk itu membuntuti ku. Aku hampir saja
membawa mereka kepada teman-temanku.
Membawa mereka langsung ke sarang bandit
Andalite. Begitu selesai mengutuki diri sendiri, aku
memilih wujud terkecil yang aku punya. Kutu.
Aku memfokuskan pikiran kepada tubuh
penghisap darah kutu yang kecil.
SCHWOOOP! Atap mendekat dengan cepat ke arah ku.
Batu genteng menjadi licin dan luas seperti
gletser es. Pandanganku terpecah seperti
cahaya yang terbiaskan oleh prisma dan aku
mendadak tuli. Panca indera yang lain mulai
menajam. Rasa, bau. Perasaan. Aku menunggu chip computer
kecil keluar dari kulitku. Alat pelacak apa pun
pasti akan jatuh keluar dari tubuh kutu. Itu akan
membuktikan kata-kata Taylor tidak berarti
sama sekali. Aku bisa mengacuhkannya
selamanya. Aku ingin mengacuhkannya.
Aku menjadi semakin kecil. Tidak ada yang
39 keluar, tidak ada yang menembus permukaan
kulitku. Tidak ada apa-apa di dalam tubuhku.
Tidak ada lempengan GPS. Aku tidak
ditandai. Oke. Oke. Paling tidak aku jadi tahu. Tidak
ada salahnya berjaga. Aku berubah kembali dan terbang melesat
melewati lampu-lampu jalan, cahaya lampu
mobil-mobil, dan lampu papan jalan menuju
rumah Rachel. Jendelanya terbuka. Aku
masuk dan mendaratkan cakarku di sudut
tempat tidurnya, menyisir bulu-buluku begitu
aku sudah berhenti. Dia terbangun dari
tidurnya. "Oh sukurlah!" dia berbisik. Aku turun ke
sebelahnya. Dia membelaiku dengan lembut.
Senyum mengembang di wajahnya, yang
dengan cepat berganti dengan amarah. "Si
brengsek itu!" Suaraya mengeras. "Sampah
itu." aku berkata. melepaskanku.> Aku merasa aman di dekat
Rachel, tapi suaraku masih terdengar kaku.
"Kami mencarimu selama berjam-jam. Aku
akan membunuhnya."
"Apa yang diinginkannya?"
jawabku. Suaraku terdengar penuh harapan
sekarang. Untuk sesaat aku mengira aku
bermimpi. membantunya, dia akan menyerahkan Visser
Three.> "Jangan percaya," Rachel menggumam,
bangkit dari tempat tidurnya. "Ayo, kita beritahu
yang lain." Sejam kemudian, kami semua sudah
berkumpul di gudang jerami Cassie.
"Perjanjian"! Yang benar saja. Bantuan
kita"! Too-loongg. Jika sekelompok Yeerk
menyebarkan virus demokrasi, apa aku harus
peduli?" Marco berkata dengan sinis. "Menurutku tidak."
berpendapat dia berkata jujur. Kita tidak boleh
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lupa posisinya sebagai sub-visser. Dia
mendapat pangkat itu dengan bertindak kejam.
Aku tidak percaya dengan Yeerk,> kata Ax
dengan nada mengejek. "Tapi bagaimana jika dia berkata jujur?"
Cassie membalasnya. Cassie adalah satusatunya dari kami yang pernah berdamai
dengan Yeerk. Cassie mengizinkan Yeerk
tersebut berubah wujud. Aku tahu dia, paling
tidak, mau memberi ceritaku sedikit pertimbangan. "Mungkin dia benar percaya
dengan cara tersebut. Pastilah dia bukan Yeerk
pertama yang berpikir demikian."
"Tidak. Dia yang terakhir berpikir demikian.
Makhluk itu tidak akan bernapas jika ia tidak
melihat gunanya," Rachel mengejek. "Dia tidak
mungkin tertarik kepada filosofi demokrasi. Jelas
dia menginginkan sesuatu yang lain."
"Sepertinya sudah jelas bagiku," jawab
Marco. "Bukan ujungnya, tapi prosesnya. Dia
tertarik kepada demokrasi karena dengan
40 41 demokrasi dia bisa menggulingkan Visser
Three." "Apa kau selalu melihat yang terburuk dari
orang lain" Cassie bertanya.
"Selalu." Marco tersenyum. "Memang
begitulah orang-orang. Tebakanku adalah
saat Taylor gagal menyiksa Tobias, Visser
menghukumnya. Dia mungkin saja merencanakan balas dendam sejak itu."
Untuk sesaat, tidak ada yang bicara. Jake
menatap Marco dan aku yakin aku tahu
kenapa. Aku menebak mungkin itu juga
sebabnya kenapa tidak ada yang menyebut
bagaimana aku bisa tertangkap lagi. Tidak
ada yang menyinggung kesalahan besarku
menyelamatkan bocah hilang tersebut.
Sekarang aku sadar kenapa. Marco menyebut
siksaan, sepertinya dia dilarang untuk
mengucapkan itu selama di dekatku.
Sensitivitas berlebihan mereka membuatku
marah. Apa mereka pikir menyebut siksaan itu
akan membuat aku gila" Tidakkah mereka
lihat aku sudah jadi lebih kuat" Tidakkah
mereka melihat aku baik saja"
"Tobias, bagaimana menurutmu?" Jake
bertanya, memecahkan kesunyian. "Kau yang
paling tahu dia seperti apa."
Bagaimana menurutku, sekarang setelah
aku tidak lagi dikurung dan menunggu untuk
disiksa" Rachel memandangku. Tatapan
matanya memberiku kekuatan.
aku berkata, mendadak aku
tahu jawabannya. tahu diinginkan oleh Taylor. Menggunakanku
untuk menjatuhkan Visser Three pastilah ironis
tak tertahankan bagi dirinya.>
"Mau tahu apa yang lebih tak tertahankan
olehnya?" Marco menambahkan. "Membunuh
Visser Three dan para bandit Andalite sekaligus.
Sekali lempar, dua burung kena."
Rachel mengangguk. "Marco benar. Betulbetul sebuah ironi."
"Kita sudah banyak dapat kesempatan untuk
menjatuhkan Visser Three dan kita selalu
gagal," kata Jake. "Kita mungkin tidak dapat
kesempatan seperti ini lagi. Benarkah kita mau
melewatkan yang satu ini?"
melawan Yeerk,> Ax menjelaskan. perpecahan, kebingungan dalam barisan
musuh. Mereka sedang terganggu perselisihan
internal. Ini adalah kesempatan langka.>
"Benar," Marco setuju. "Manfaatkan kekacauan ini. Politik adu domba."
"Kita sudah pernah mencoba itu, ingat?"
Rachel berkata. "Saat kita berpura-pura
membantu Visser One mengalahkan Visser
Three. Rencana tersebut tidak berakhir dengan
begitu baik." "Kali ini berbeda," jawab Marco datar. "Kali
ini bukan masalah ibuku. Ini bukan masalah
pribadi." Bukan masalah pribadi" Marco tidak sadar
betapa salahnya dia. 43 42 "Tobias," Jake berkata. "Aku masih berpikir
semuanya tergantung pendapatmu." Dia
menengadah ke arah tempatku bertengger di
langit-langit. "Apakah menurutmu kita bikin
perjanjian dengan Taylor atau tidak?"
Aku mengalihkan pandangan dari mereka,
melihat keluar jendela. Memandang bulan di
luar yang tampak besar sekali di cakrawala.
Orang-orang berkata saat bulan menutupi
langit seperti itu, saat bulan menggantung di
atas sana bagaikan bola pantai besar yang
menyala dalam gelap, semua itu hanya ilusi.
Tipuan pikiran. Dan itu benar. Jika kita melihat
bulan tersebut melalui lensa kamera, maka
yang tampak hanya setitik kecil warna di
angkasa. Pikiran kita membuatnya tampak
lebih besar. aku berkata setelah
cukup lama, bersama"> Aku berhenti. Bagaimana jika Taylor
adalah benar seperti yang kutahu, bahkan
lebih jelek lagi" Aku melihat bulan orangeputih itu lagi. Aku tahu itu cuma ilusi, tapi aku
tidak bisa mengalihkan pandangan darinya,
besar dan menakjubkan. akhirnya aku berkata.
dengannya.> Menang atau kalah, aku harus setuju.
Kelompok anak aneh dan kutu buku. Di
tengah malam, di dalam hutan. Empat orang
anak dan seekor burung mengerumuni sebuah
laptop yang dipungut dari tempat sampah dan
diperbaiki oleh seorang bocah alien, Ax.
Seorang Andalite dan saudara dari Elfangor.
Keempat belas jari Ax dengan cekatan
menghidupkan laptop tersebut dan menyambungkannya ke Internet.
"Ax, itu keren sekali," Rachel berbisik,
"bagaimana cara kau melakukannya" Telepon
seluler" Akses Internet" Biaya itu semua lebih
banyak dari uang jajanku."
"Maksudmu lebih banyak dari kontrak Macy"s
mu untuk rencana pakaian gaya-minggu-ini?"
Marco mengejek. "Aku rasa, untuk Andalite yang pernah
menghubungi planet asalnya, mendapatkan
44 45 akses internet pastilah hal yang bisa
dilakukan," Jake berkata.
kata Ax muram. Dia
menggunakan baterai mobil bekas sebagai
sumber daya. Semua kabel dan sambungan
pita dari terminal buatan Ax terlihat canggih
bagiku. komputer yang sudah dibuang dan menjualnya ke Computer Renaissance.
Kupikir uangnya akan mencukupi. Aku tidak
tahu telepon selular dan akses Internet
membutuhkan kartu kredit.>
"Bank tidak percaya dengan lembar "alien
pengangguran" di forum pengajuanmu?" kata
Marco. "Benar sekali," kata Cassie. "Jadi aku
membantunya. Kau tahu telepon selular yang
biasa aku bawa, untuk keperluan darurat"
Yah, aku bikin perjanjian dengan Dad. Aku
boleh menelpon selama setengah jam
seminggu jika aku mengobati hwan-hewan di
hari Sabtu." Aku mengawasi Cassie mencari
telepon itu. Telepon itu terbuka dan dililit oleh
sejumlah kabel. "Ax, nanti kau bisa betulin
lagi, kan?" dia bertanya dengan sedikit gugup.
kulakukan.>. Layar komputer meredup dan menyala
lagi. Rachel mengangkat sebelah alisnya.
Kemudian, muncul layar tunggu AOL.
"Berhasil," kata Marco, tersenyum. "Oh,
tunggu, tunggu! Itu halaman situs James
Bond! Mainkan video trailernya. Ax. Dengarkan aku!" 46 Ax mengabaikannya dan mengetikkan
alamat halaman web Taylor: http://www.EarthIsOurs.com
Kami mendapat pesan balasan. "Halaman
URL tidak dapat ditemukan."
seharusnya kita sudah terhubung,> Ax
menjelaskan. "Uh, Ax-man?" Marco menunjuk ke layar dan
membaca alamatnya keras-keras. "Kau menulis
Earth-I-saurus.com. Memangnya nama dinosaurus. Harusnya kan Earth-Is-Ours."
kebanyakan.> kata Ax, lumayan lucu. Dia
mengetikkan alamat yang benar.
Halaman web Taylor butuh waktu untuk
terbuka dan gambarnya kabur saat pertama kali
dibuka. Perlahan, layar menjadi lebih jelas.
Gambar bumi dari angkasa luar, bola hijau-biru
cantik yang diselimuti awan. Ada tulisan,
"Kemenangan milik kami," dan sebuah kotak
untuk mengirimkan pesan. Ax menunggu perintahku. Aku memikirkan
apa yang akan kami tulis. Aku ingin
mengintimidasi nya, menggertak, membuat
Taylor ragu apakah kami setuju, membuat dia
khawatir kami tidak setuju. Aku ingin terdengar
ambigu. Aku mau membuatnya gelisah.
Pada akhirnya, yang aku tulis adalah, "Oke,
kami main." Jake mengakhiri pesan dengan kata
"Bandit". Ax mengklik tombol "kirim".
Lalu kami menunggu. Yang lain bergiliran
bermain minesweeper dan solitaire di komputer.
47 Kali ini, jari-jari ekstra Ax entah bagaimana
membuat dia lebih unggul.
Balasan dari Taylor datang satu jam
kemudian. "Tidak ada waktu untuk kalah,"
tulisnya. "Rencananya adalah menyerang dan
menduduki "Kolam". Kemampuan khusus
kalian akan dibutuhkan. Temui aku di tempat
umum. Toko buku Borders. Bagian satwa
liarnya sangat cocok."
Semuanya berbicara pada saat bersamaan. "Menduduki kolam Yeerk?" Jake
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengulang. "Sebuah serangan?" Cassie.
"Aku ikut!" Rachel, tentu saja.
"Bagian satwa liar!" Marco.
crashed,> Ax mengumumkan dengan kalem.
"Kita butuh wujud manusia supaya jati diri kita
tidak ketahuan," kata Marco. "Tidak boleh Ax.
Dia terlalu menarik perhatian cewek-cewek.
Aku juga tidak boleh pergi ke sana. Alasannya
sama dengan Ax." "Teman-teman," kataku, setengah takut,
setengah takjub dengan kata-kataku, "sepertinya aku punya wujud yang tepat."
Enam jam kemudian, saat pintunya sudah
buka, aku masuk ke dalam toko buku Borders.
Aku berjalan melewati tumpukan buku-buku
tips dan rak buku best-seller. Meski Rachel
keberatan dan Marco mengeluh soal
keselamatan, Jake terpaksa membiarkanku
Sayembara Maut 1 Pendekar Bodoh Pengejaran Ke Masa Silam Istana Durjana 1
Translate By @aryaapepe The author wishes to thank Ellen Geroux for her
help in preparing this manuscript.
For Michael and Jake Cover illustration by David B. Mattingly
Art Direction/Design by Karen Hudson/Ursula Albano
If you purchased this book without a cover, you should be aware that this
book is stolen property. It was reported as "unsold and destroyed" to the
publisher, and neither the author nor the publisher has received any pay"
ment for this "stripped book."
No part of this publication may be reproduced in whole or in part, or stored
in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means, electronic,
mechanical, photocopying, recording, or otherwise, without written permis"
sion of the publisher. For information regarding permission, write to
Scholastic Inc., Attention: Permissions Department, 555 Broadway,
New York, NY 10012. ISBN 0-439-11517-5 Copyright ? 2000 by Katherine Applegate.
All rights reserved. Published by Scholastic Inc.
SCHOLASTIC, APPLE PAPERBACKS, ANIMORPHS and associated logos
are trademarks and/or registered trademarks of Scholastic Inc.
12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Printed in the U.S.A. First Scholastic printing, July 2000
0 1 2 3 4 5/0 Namaku Tobias. Aku sebuah keajaiban
alam. Setengah manusia. Setengah burung.
Bingung" Jangan khawatir, ceritanya masih
panjang. Aku terbang di atas hutan. Udara di sekitar
sini terasa pekat. Sebentar lagi akan ada
badai. Masih sore, tapi langit mulai ditutupi
kegelapan yang perlahan bergerak menuju
kota. Gelap gabungan dari hujan rintik, angin,
dan awan kumulus. Aku harus mencari makan sebelum badai
benar-benar datang. Aku lapar. Memang sih,
aku selalu mencari makanan. Karena
begitulah kehidupan burung pemangsa.
Kelaparan. Seekor tikus keluar dari liangnya. Dia
mengendus udara lembab dengan gugup. Aku
1 dan tikus tersebut, kami punya pikiran yang
sama. Sebelum menghadapi keganasan alam,
isi perutmu dulu. Tapi kedudukanku lebih tinggi daripada
tikus itu di dalam rantai makanan. Jadi aku
bersiap untuk menukik. Kutekankan sayapku kuat-kuat ke tubuh.
Supaya udara bisa melesak lewat. Gunung,
hutan, dan langit. Semuanya menjadi samar,
hanya berupa kilatan warna. Semuanya,
kecuali si tikus tadi. Dia sekarang mengunyah
kacang dengan gelisah. Cakarku menangkapnya, menahan, dan
mulai mencengkeram. Mencekik tikus tersebut
sampai mati. Penasaran bagaimana rasanya" Genggam
erat buah persik yang terlalu matang dengan
kuku jari tanganmu . Gigit bagian yang sudah
benyek dengan gigimu. Telan langsung tanpa
dikunyah. Memangsa makanan kurang lebih
seperti begitu. Aku telan tikus itu dan terbang pergi.
Aku tidak lagi memikirkan soal membunuh
mangsa. Aku elang dan manusia. Nanti
kujelaskan. Kalian cuma harus mengerti bahwa
sang elang harus memberi makan si manusia.
Begitulah lumrahnya. Aku tidak pernah memikirkannya lagi.
Oke, aku bohong. 2 "Kau burung kecil yang kejam! Sadarkah
kau apa yang sudah kau lakukan" Sadarkah
kau jadi seperti apa kau sekarang" Kau
terperangkap! Kau harus menjalani hidup
sebagai seorang burung!"
Nama wanita itu Taylor. Dia Yeerk yang
menyiksa ku. Suaranya yang melengking,
masih bergaung di telinga ku. Menyiksa ku
setiap kali aku selesai memangsa hewan
lain. Di saat-saat yang lain juga, sih. Namun,
setelah selama ini . . . THWOK! THWOK! THWOK! THWOK!
Sebuah helikopter! Terbang rendah di atas
pepohonan, membuat gerombolan gagak
berhamburan ke segala arah. Jika aku elang
beneran, aku akan turut terbang kabur
bersama burung-burung yang lain. Nyatanya,
aku terbang berputar dan mengepak sayapku
mengikuti jejak turbulen helikopter tersebut.
Teman-temanku, para Animorphs, adalah
satu-satunya yang melawan penyerbuan
Yeerk ke Bumi. Mereka bilang sejak aku
tertangkap, aku menjalani kehidupan yang
terlalu banyak di dalam kepalaku. Mungkin
saja mereka benar. Aku nyaris kehilangan
segalanya. Bukan cuma helikopter. Ada sejumlah
manusia di bawah, menyusuri lantai hutan
yang kasar. Roda-roda ATV mereka
meninggalkan jejak hitam di tanah. Lampulampu suarnya menyinari pepohonan.
3 Menerangi gelap malam sehingga membuat
kelinci dan kijang kabur ketakutan.
Aku terbang menuju pondok penjaga hutan
terdekat. Pondok itu dikepung oleh mobil-mobil
patroli dan mobil van dari siaran berita TV. Aku
menukik ke bawah, ingin lihat lebih dekat. Aku
mendarat di sebuah cabang dahan yang
rendah. Seorang wanita pirang yang mengenakan jas hujan terlihat mendekatkan
mikrofon ke arah bibirnya sambil menyibak
rambut dari wajahnya. "Bobby McIntire," dia berteriak mengatasi
raungan kendaraan bermotor, "sudah dinyatakan hilang dua hari yang lalu sejak ia
terpisah dari kelompok kemahnya. Kita semua
berharap dia bisa ditemukan dalam keadaan
hidup. Tapi ini adalah masalah berpacu, bukan
hanya dengan waktu, juga dengan cuaca."
Kilat menyambar langit tepat di atas wanita itu,
memperkuat kesan bahaya kata-kata yang
diucapkannya. "Bobby Kecil tuli dan tidak bisa
mendengar panggilan dari tim penyelamat.
Kelly King, "dia menyelesaikan laporannya,
menatap langit, "melaporkan langsung."
Wanita tersebut menampilkan ekspresi khawatir sampai produser nya memberikan
tanda selesai. "Aku akan menghancurkan mu." Suara
Taylor lagi, berbisik di dalam pikiranku. "Kau
tidak bisa menang." Aku terbang terus ke arah badai di depan.
Agak sedikit aneh, terbang menyongsong
kilat. Melintasi barisan hujan, petir, dan
melawan angin seperti ini.
Tapi itu membuatku merasa seperti
Lindberg yang mengarungi Samudra Atlantik.
Kuat dan tak kenal takut. Mungkin sedikit
heroik. Aku ingin merasa seperti itu.
Begini, belum lama ini para Yeerk berhasil
menangkapku. Seorang Pengendali-manusia
yang edan sudah membuat hidupku bagai
neraka untuk beberapa jam yang menyiksa
itu. Aku selamat. Aku bahkan menyangka
siksaan itu sudah berakhir. Aku tidak sadar,
siksaan tidak berakhir begitu saja saat kau
bebas. Orang-orang berpikir demikian. Orangorang yang belum pernah disiksa berpikir saat
luka fisik sembuh, kau otomatis sembuh juga.
Mereka salah. Penyiksaan meninggalkan bekas di dalam
pikiran mu, memainkan tipuan kejam dengan
benakmu. "Kau lemah dan takut," katanya.
"Kau pikir kau pegang kendali" Hah!" katanya.
"Ragukan dirimu. Bingung, dan pertanyakan,
kemudian takutlah," siksaan itu memberitahumu. Kesakitan bisa sangat meyakinkan.
5 4 Dalam beberapa kesempatan saat aku
ditangkap, pikiranku diserang oleh bermacam
kenangan. Gambar-gambar kala aku masih
lemah. Atau mungkin saja aku masih lemah"
Seperti saat pertama kali aku berada di
Kolam Yeerk. Sekarang saat itu terlintas lagi di dalam
pikiranku. Adegan mengerikan di Pusat Yeerk,
sebuah markas besar berbentuk kubah di
bawah tanah dengan sebuah kolam besar
berlendir di tengahnya. Kolam Yeerk. Di situlah
para Yeerk melakukan pekerjaan kotor
mereka. Di situlah alien-alien parasit yang
bentuknya seperti siput itu mencelupkan
kepalamu sehingga bangsa mereka dapat
merayap masuk ke dalam telingamu.
Kau mungkin sudah pernah mendengar
tentang semua ini, kan"
Tha-BOOM! Boom! Sebuah petir menggelegar dan setengah
menyadarkanku. Setengah diriku masih berada
di Kolam Yeerk mengerikan itu. Saat itu aku
terbang dekat dengan permukaan batuan,
berharap batuan tersebut bisa menyamarkanku. Terbang mencari jalan keluar
dari gua bawah tanah yang besar dan panjang
itu. Mencari cara untuk bisa melewati anakanak buah Visser Three.
Rachel bertanya pelan. 6 Sudah berapa lama sejak aku berubah
menjadi elang ekor-merah" Satu jam lima puluh
menit" Satu jam lima puluh lima"
Berapa lama"! Yang lain sudah berhasil keluar dengan
selamat. Para Animorphs yang lain, maksudku.
Mereka menghindari tembakan bola api sang
Visser. Mereka menyelinap keluar, melewati
lemari janitor itu dengan selamat, kembali ke
sekolah. Rachel, Cassie, Marco, Jake.
Apa aku terlambat" Apa aku melewati batas
waktu dua jam untuk berubah"
Tidak mungkin. Tidak bisa begitu. Tidak. Aku
terperangkap selamanya. Jadi seekor burung.
Merdeka, bebas, sendiri. Selamanya. Bayangan kehidupan manusiaku dulu
seketika membanjiri benak ku. Bayanganbayangan itu sungguh gelap. Bibi ku yang tidak
peduli. Paman ku yang pemabuk.
Kemudian, sesuatu yang lebih cerah,
sesuatu yang kuat menyeruak masuk ke dalam
pikiranku. Sesuatu yang lain. Menopang ku.
Menarik ku lebih dalam. Sebuah gelombang".
Apa" Apa yang aku rasakan pada saat itu,
saat detik-detik ku berlalu" Dengan batasan
waktu yang mengejarku, apa yang aku
rasakan".. Kelemahan atau kekuatan"
"Kau tidak akan pernah tahu," kata Taylor.
"Kau tidak akan mengetahui siapa atau apa
dirimu lagi begitu aku selesai denganmu."
Bobby McIntire perlu ditemukan.
7 Aku membiarkan angin termal samar
mengangkatku ke atas. Namaku Tobias. Aku
manusia. Aku elang. Jika kau ingin
menemukan sesuatu di dalam hutan, kau
sebaiknya bertanya kepadaku.
Tidak ada yang tidak aku lihat.
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tha-BOOM! Boom! Petir menggelegar. Aku biarkan udara
hangat mengangkatku ke atas. Sekitar tiga ratus
kaki. Lebih tinggi lagi. Aku sekarang dapat
melihat melewati puncak kabut. Jarak pandangku luas, dari pinggir kota sampai ke
pegunungan. Taman nasional adalah tempat yang sangat
luas. Kamu bisa berjalan mendakinya beberapa
hari tanpa pernah bertemu dengan orang lain.
Menemukan seorang bocah laki-laki dari
helkopter di sini sama seperti mencari jarum
dalam tumpukan jerami. Tumpukan jerami yang
basah kuyup. Teropong, kacamata infra merah, dan
pandangan laser yang selalu menyala. Aku
bukan bermaksud sombong, tapi alam
memberiku alat-alat yang canggih.
8 9 Dari atas sini aku bisa melihat tali sepatu
pendaki gunung yang putus. Aku bisa melihat
anak burung gereja. Aku bisa memilih-milih kotoran kijang.
"Kau burung kecil yang kejam!" suara
Taylor lagi, selalu bersenandung di telingaku.
Aku melayang dengan tenang bagaikan
sebuah pesawat pencari pribadi. Pandanganku
melingkupi daerah yang lebih luas dari atas
barisan pepohonan seperti ini.
Teman-temanku, sesama Animorphs"
anak-anak yang juga mengenal pejuang
Andalite hebat yang bernama Elfangor, anakanak yang bersamaku berada di sana saat
Elfangor gugur, anak-anak yang juga
menerima teknologi Andalite untuk melawan
Yeerk sehingga bisa berubah menjadi hewan
apa saja yang mereka sentuh"mereka pasti
sedang menungguku di peternakan Cassie.
Ada jadwal rapat sepulang mereka sekolah.
Jika aku hendak ke sana, aku harus terbang ke
timur. Aku malah menyisir barat, mengikuti jejakjejak ban kendaraan tim pencari. Menyusuri
garis-garis pertemuan jejak tersebut dan
menemukan tim tersebut berkumpu sekitar
setengah mil di luar kumpulan pepohonan.
Mungkin ini adalah tempat di mana terakhir
kalinya bocah itu terlihat. Tempat yang bagus
untuk mulai mencari. Aku terjun sekitar lima
puluh kaki, tepat di atas puncak pepohonan.
Aku mencari tanda, semacam petunjuk.
Apa saja. 10 Tidak ada apa-apa. Setetes air hujan jatuh mengenai sayapku.
Tidak, belum! Tiga tetes sebesar peluru mainan
jatuh lagi mengenaiku. Angin badai mendorongku kembali ke udara
dan menghembuskanku menjauh dari jejak-jejak
tim pencari. Aku mengepak kuat-kuat untuk
melawan arus angin yang menguat. Arus itu
malah mendorongku ke daerah yang berlumpur.
Memaksa ku mundur ke sungai yang sudah
mengering. Tetesan hujan mulai terasa seperti peluru cat
dalam permainan perang-perangan. Aku ingat.
Pamanku dulu sekali pernah mengajakku main
perang paint-ball. Aku tidak menyukainya, tapi
itu adalah salah satu dari sedikit sekali kegiatan
yang pernah kami lakukan bersama. Aku harus
segera berhenti mencari. Hujan turun semakin
deras. Tiba-tiba saja " aku melihat warna merah di
antara warna-warna coklat. Secarik kain pakaian
tersangkut di semak-semak.
Yes.
dengan memanggilnya lewat bahasa-pikiran
terbuka.
puncak pohon-pohon, aku memperhatikan
kubangan lumpur di bawah. Tidak tampak apaapa.
Anginnya bertiup aneh. Kadang kencang
sekali, lalu berhenti untuk menit berikutnya.
Lalu " aku melihat sebuah jejak kaki. Jejak kaki
anak kecil.
11
Ada bebunyian dari semak-semak. Diikuti
dengan lebih banyak suara gerakan. Aku
mengitari daerah dataran itu. Sebuah bola
lumpur terlontar ke udara, menyerempet
paruhku.
sampai aku nyaris mendarat di dalamnya.
Lubang kecil yang dalam yang hanya terlihat
dari bawah akar-akar. Regu pencari pasti
butuh berbulan-bulan untuk menemukannya.
Aku mengintip keadaan anak itu. Dia
sedang mencari-cari sumber suaraku. Matanya
sembab karena kebanyakan menangis.
Tangannya luka-luka dari usahanya memanjat
dinding pasir hisap vertikal tersebut. Dia berdiri
dalam genangan air setinggi mata kaki. Dan
buruknya lagi, banjir bandang siap menghantam tempat itu.
punya wujud yang cukup kuat untuk
menariknya keluar. Hork-Bajir" Aku takut tanpa
sengaja melukai anak itu karena belum begitu
terbiasa dengan mata-mata pisau Hork-Bajir.
Lagipula aku tidak bisa begitu saja
memperlihatkan sosok alien kepadanya.
menyambar daratan tak jauh dariku. Bukan
pertanda bagus. 12 Perjalananku kembali ke pondok penjaga
mungkin adalah pengalaman terbang teburuk
dalam hidupku. Hujan menghajarku. Angin
mengusutkan bulu-buluku. Tapi yang paling
buruk adalah udara mati. Begitu sampai di
pondok, tubuhku panas serasa terbakar.
Lewat jendela-jendela aku melihat sebagian
besar regu pencari sudah kembali. Mereka
sedang mengeringkan diri untuk bersiap basahbasahan lagi dalam ronde pencarian berikutnya.
Lalu aku melihat seorang pria yang tampaknya
menunggu keajaiban datang. Dia sedang duduk
di atas tunggul pohon di luar, membiarkan hujan
mengguyurnya. Tulisan pada name tag nya
sudah mulai luntur, tapi aku masih bisa
membaca huruf-hurufnya. "Mr. McIntire." Ayah
Bobby" Matanya menatap dalam ke arah
pegunungan. Aku mendarat hanya beberapa meter dari
nya. Aku tidak begitu memikirkan konsekuensi
tindakan ku berikut ini.
berkata kepadanya,
mengantarmu ke tempat Bobby.>
Kau bisa tahu banyak mengenai sifat
seseorang dari cara mereka menanggapi
obrolan seekor elang. Ada tipe orang yang
langsung-lari-berteriak. Ada tipe remaskepalamu-dengan-tangan-sendiri. Bahkan ada
juga tipe bunuh-binatang-itu!. Kebanyakan
orang tidak menangani dengan baik saat
kenyataan mereka ditantang.
13 Tapi ayah Bobby tetap tenang. Maksudku,
pertama dia memang terlihat kaget setengah
mati. Bola matanya melotot keluar dan dia
spontan berdiri berputar dengan panik, mencari
orang iseng yang berusaha mengerjainya.
Namun begitu rasa kaget berhasil dia atasi, dia
jadi lebih tenang. "Oke," dia berkata. "Tunjukkan jalannya."
Mungkin dia berpikir dia sudah gila, tapi
menurutku tidak jadi soal baginya apakah dia
mendengar suara dalam kepalanya atau dia
lagi mengobrol dengan alien. Dia hanya ingin
anaknya kembali. Cinta seperti itulah?" yang membuatku
merasa?". Aneh. Aku terbang dari pohon ke pohon, berhenti
setiap beberapa ratus meter, menunggu Mr.
McIntire dan tiga penjaga hutan yang berhasil
diyakinkannya untuk ikut. Namun aku memberi
petunjuk arah kepadanya melalui bahasapikiran tertutup. Paling tidak aku bisa membuat
jarak dari para penjaga hutan, untuk tetap
membuat mereka bertanya apakah benar
elang itu yang memimpin mereka.
Aku membayangkan Bobby yang sendirian
di dalam lubang, yang telah berubah menjadi
saluran karena tergerus hujan deras.
Membentuk aliran lumpur yang berpacu
bagaikan ular lapar yang mematikan. Ular
besar tenang yang tidak terdengar oleh telinga
tuli Bobby. "Kau akan mati, Andalite." Suara merdu
Taylor, mengoceh dalam kepalaku.
14
Kami mendaki punggungan dan aku melihat
sesuatu yang menurutku mustahil. Curahan
hujan mengguyur bumi di sisi kiri dan kanan
kami, tetapi tidak di atas lubang hisap Bobby".
Tak bisa dipercaya. Sebuah koridor awan tanpa
hujan dengan pelangi kecil di kedua ujungnya
membatasi daerah kering tersebut.
Aku yakin itu semua khayalanku saja. Tidak
mungkin semua berjalan semulus ini. Tidak
pernah ada yang semulus ini. Taylor tidak akan
membiarkan".
sayapku lebih cepat dan menemukan anak itu.
Air sudah naik hingga sejajar lututnya. Aku
bertengger di dahan rendah dan memperhatikan
para penjaga hutan yang kuat itu menarik Bobby
keluar. Aku menonton Bobby yang nyaris
pingsan di dalam pelukan ayahnya, terguncang,
saat ketakutan di wajahnya berganti dengan
kegembiraan. Ayah Bobby menoleh menatapku. Rasa
terima kasih memancar dari matanya.
Pernah mengalami kejadian yang berjalan
begitu sempurna, kau merasa kau bisa terbang"
Begitulah yang kurasakan --- dan bagian paling
kerennya adalah, aku benar-benar bisa
melakukan nya. Aku beneran bisa terbang.
Aku terbang di bawah barisan awan cerah
menuju peternakan Cassie. Rasanya betul-betul
baik. Aku bermain di udara seperti pilot dalam
pertunjukan pesawat udara, membuat penonton
tercengang dengan aksi menantang maut ku.
15 Aku mematikan mesin, terjun bebas, dan siap
menarik diri ke atas beberapa detik sebelum
menabrak tanah. Dan kemudian" Seekor rajawali emas, besarnya dua kali
ukuranku, melengking cepat ke arahku seperti
bola gelinding" WHAM! Seketika semua hitam. Aku tidak mendapat kesempatan.
"Elang ini akan merasakan sakit pada
sayapnya. Pahlawan atau bukan, saat dia sadar,
dia akan sangat kesakitan."
Mataku sontak terbuka. Melalui celah
antarjeruji sangkar, aku melihat dua orang
dokter hewan berjas putih. Mereka terlihat
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
khawatir. Dua-duanya wanita. Yang satu
berambut coklat, satunya lagi berambut pirang.
Tulisan Klinik Universitas terjahit di saku depan
mereka. "Menurut mu Burung Super perlu dipasangi
epidural?" Aku merasakan keteganganku memuncak.
Sayap kanan sama sekali tidak bisa digerakkan.
Leherku terasa sakit. Rajawali emas itu
menghajarku cukup parah. Ingatan akan
benturan tersebut membuat jantung elangku
berdetak keras. Takut, territorial, bingung.
16 17 "Tidak perlu, aku sudah memberinya obat
untuk membuatnya tenang sampai pagi. Hei
lihat, dia bangun. Merasa baikan, Tuan Elang?"
kata si pirang dengan kelembutan khas
seorang dokter terhadap pasien hewannya
yang tidak mampu bertahan di alam liar.
Dalam keadaan normal aku pasti merasa
jengkel kepada kedua dokter hewan ini. Tapi
dalam keadaan sakit, bersama burung
pemangsa jelek di sangkar sebelah, dan
burung kuntul tua dua pintu di bawah, aku
cukup senang mendengar suara manusia.
Sudah berapa lama aku di sini" Hari apa
sekarang" "Sudah baca ini?" yang rambut coklat
bertanya kepadaku, seolah pertanyaannya
menjawab pertanyaanku. Kadang, tidak selalu, jika kau bertanya
sesuatu yang kau sangat ingin tahu
jawabannya, dunia akan menjawab mu.
Dia menunjukkan koran edisi sore yang
sedang dipegangnya. Dari tanggalnya aku tahu
aku sudah tertidur cukup lama. "Ayah
Mengatakan Elang Memimpin Pencarian
Bocah Yang Hilang." Dokter itu tersenyum
kepadaku, lalu dia menyimpulkan.
"Kaulah burung itu!"
Dia cekikikan. Salah besar mereka kira itu
adalah bahan tertawaan. Mereka tidak
mengerti" Berita koran itu menyadarkanku. Aku tahu
aku sudah berbuat kesalahan besar. Judul
itu" bagai tulisan kematian" jika Yeerk
menemukanku duluan" 18 Aku bodoh! Sangat bodoh! Setiap kali kalian bertemu binatang yang
melakukan hal yang luar biasa, kalian akan
berurusan dengan Yeerk. Dan bagi Yeerk,
semua binatang adalah tersangka, kemungkinannya adalah "bandit Andalite" yang
sedang menyamar. Ini jelas buruk sekali. Apa yang kupikirkan"
Teman-temanku, mereka pasti mencariku
juga. Aku sudah membahayakan keberadaan
kami. Dengan mencoba melawan hantu Taylor,
aku menyeret teman-temanku ke dalam bahaya.
Bodoh. Lemah. Aku harus berubah! Berubah dan kabur dari
sini sebelum" Tidak. Aku tidak bisa berubah di depan
dokter hewan ini. Apalagi ruangan ini dipasangi
kamera video di setiap sudutnya, merekam
semua yang terjadi. Siapa yang akan lebih dulu datang
menjemputku" "Apa yang dia lakukan" Mengepakkan
sayapnya" Hey, dia akan terluka. Chloe, cepat!
Kita harus membius burung ini segera."
Membius ku" Aku terjatuh kembali ke dasar sangkar dan
berbaring tanpa bergerak.
Aku tak boleh membiarkan mereka
membiusku. Tidak dengan dua kelompok yang sedang
mencariku di luar sana. Dua kelompok yang aku
tahu pasti menganggap serius judul berita
koran tadi. 19 Grup pertama: teman-temanku.
Grup kedua: musuhku. "Tunggu," dokter hewan tadi berkata lagi.
"Lupakan. Burung ini sudah kembali tenang.
Dia baik-baik saja. Aku tidak tahu tadi dia
kenapa." "Baiklah, Burung Super. Jangan cari
masalah. Kami akan menjengukmu besok
pagi." Mereka mau pergi" Mereka akan
meninggalkanku di sini! Mengapa semua orang pergi" Mengapa"
Mereka berjalan menuju pintu, mematikan
lampu fluorescent di langit-langit, kemudian
mengunci pintu di belakang mereka.
Tentu saja mereka pulang. Mereka punya
rumah masing-masing. Mereka meninggalkan ku menghadapi
nasib ku sendiri. Ruangan ini dingin dan bersih sekali.
Burung-burung yang sakit dan terluka berkukuk
dan menjerit dalam kegelapan.
Sendirian. Dan yang bisa kulakukan hanya menunggu. 20 Sccreeeech! Suara itu membangunkanku dari tidur yang
cuma setengah lelap. Aku melihat ke jam: 1:12
pagi. Aku lalu mengedarkan pandang berusaha
mencari sumber suara tadi.
Untuk beberapa saat, kilatan benda metal
membutakan penglihatan elangku yang sensitif.
Begitu penglihatanku normal kembali, aku bisa
melihat kunci pintu yang berdesis. Kunci itu
sedang menguap hancur"
Dari belakang pintu terdengar suara langkahlangkah kaki yang berat menggema di lorong.
Suara yang hanya berarti satu.
Hork-Bajir. Pintu mendadak terbuka. 21 Tseew! Tseew! Tubuh-tubuh setinggi tujuh kaki bermata
pisau bergegas masuk ke dalam ruangan!
Kamera video di sudut-sudut ruangan lenyap
dalam kilat tembakan sinar Dracon.
Tidak ada waktu untuk berubah!
Aku menekan diriku ke bagian belakang
sangkar. Mencoba untuk menyembunyikan
ekor merahku. Aku harap mereka tidak
melihatku di dalam sana. Sayangnya aku adalah makhluk pertama
yang mereka lihat. Mata mereka berapi-api.
Mereka mengacungkan senjata mereka ke
kepalaku. "Kau milikku, Andalite!" tegas Hork-Bajir
dengan napasnya yang bau. "Visser Three
akan memujiku." Orang ini jelas belum lama bertugas di
Bumi. Dapat pujian dari Visser Three sama
mungkinnya dengan memadamkan kebakaran
hutan dengan segelas air. Tapi aku tidak
berniat untuk membantahnya.
Dia mengangkat sangkarku dengan kasar
dan berlari ke pintu, membuatku terguncang.
Anak buahnya, dua di depan, dua di belakang,
mengelilinginya. Senjata mereka terangkat,
mata mereka liar mencari sesuatu. Mereka
sangat tegang saat kami berjalan menuju aula.
Siaga. Sepertinya mereka bersiap untuk"
Tseew. Tseew. 22 Tiga orang manusia mendadak muncul dua
puluh kaki di koridor belakang kami. Tembakan
Dracon mereka memantul-mantul di dinding.
Apa yang terjadi" Manusia menembakkan sinar Dracon ke
Hork-Bajir! Pengendali lawan pengendali"
"Jatuhkan burung itu," perintah seorang pria
berkumis. "Sekarang!" Si Hork-Bajir menertawakan pria tersebut. "Burung ini milik
Visser. Kalian pemberontak sudah melakukan
kesalahan." Cepat bagaikan kilat, dia mengangkat tangan dan menembak pria itu
dengan senjatanya. Para Pengendali-manusia cukup gesit dan
menunduk untuk berlindung. Gesit tapi tidak
cukup cepat. Sebuah jeritan kesakitan
menggema di aula. Si pria berkumis lenyap
dalam kilatan cahaya panas, meninggalkan
bayangan hangus pada dinding putih di
belakangnya. Manusia yang lain tampak tidak
sadar atas kehilangan rekannya. Atau mungkin,
mereka tidak peduli. Hanya Yeerk yang bisa tidak menoleh ketika
kehilangan seorang rekan.
BLAAAM! Empat manusia lagi datang dari belakang!
Membanting Hork-Bajir sebelum mereka tahu
apa yang menyerang mereka.
Aku tidak tahu harus berpihak kepada siapa.
Hork-Bajir atau manusia" Visser Three atau"
siapa" Siapa yang memerintahkan manusiamanusia ini"
23 Sebilah mata pisau Hork-Bajir yang
panjang dan tajam menangkap sangkarku dan
mengangkatnya. Hork-Bajir tersebut lantas lari
menuju pintu keluar. Cepat sekali! Dia
menjatuhkan kereta dorong berisi obat-obatan.
Lalu menabrak tumpukan sangkar kosong
yang ditumpuk di dinding.
Buntu! Tiga orang lagi! Berbadan besar,
berpakaian jaket kulit hitam, dengan sabuk dan
pelindung logam melindungi tubuh mereka.
Mereka menghalangi pintu keluar.
Penangkapku berhenti mendadak, cakarnya berbunyi nyaring bergesekan dengan
lantai yang licin. Dia berbalik arah dan bergerak menuju
jendela. Tiga orang baru bersenjatakan pistol
Dracon tadi segera bergerak untuk menghalangi jalannya. Terkepung! Sangkarku menggantung begitu saja dari
mata pisau si Hork-Bajir. Alien dan manusia
membeku dalam posisi siap-perang yang
berbahaya. Tiba-tiba saja, penangkapku melompat
menyerang orang yang paling kecil. Seorang
wanita. Tindakan rendahan, upaya putus asa
untuk melarikan diri. Bodoh, juga. Manusia
yang lain sontak menyerbunya.
Kami terbanting ke lantai, sangkarku
terhimpit berat badan Hork-Bajir sampai
dinginnya jeruji sangkar menekan bulu-buluku.
Di sekitarku berputar-putar kelebatan tangan
dan cakar, menggapai liar. Memperebutkan
diriku. Hadiah. Aku tidak begitu mengerti apa yang terjadi
kemudian. Yang aku tahu hanya, ada seseorang
yang mendorong sangkarku meluncur
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sepanjang lantai. Tubuhku yang terluka dan
masih lemah jatuh begitu saja seperti kain lap
dalam pengering. Sangkar ku terdorong sampai
ke bawah wastafel lemari peralatan, tubuh
elangku jadi semakin memar.
Aku mendengar suara teriakan dari
pertarungan tadi, tapi dari posisiku sekarang,
tidak banyak yang bisa aku lihat. Suara
tembakan sinar Draco disusul oleh keheningan.
Lalu suara langkah yang berat terdengar menuju
ke arahku. Aku melihat empat kaki Hork-Bajir
yang berhenti di depan sangkarku.
"Gafrash!" salah satu dari mereka berteriak.
Lengan berpisau mengerikan menggapaiku. Aku
berjengit, menunggu untuk diangkat lagi,
menunggu untuk ditangkap.
Lengan Hork-Bajir tersebut tersentak mundur. Kaki-kaki mereka menegang dan berbalik
lari, hanya saja tidak ada tempat untuk lari.
Karena empat kaki lagi, dua kali lebih besar,
kaki raksasa yang sudah aku kenal,
menghantam lantai dengan suara keras.
Rachel! 25 24 Satu Hork-Bajir tumbang. Yang satu lagi
menyambar sangkarku dari lantai.
berteriak, memamerkan deretan giginya yang
besar dan tajam. Cakar beruang grizzly nya
yang seperti pasta rigatoni raksasa mengayun
liar dan menghantam lengan Hork-Bajir yang
menangkapku.
berkata gusar.
"Gtaa frash horlit!"
Hork-Bajir itu melepaskanku. Sangkarku terjatuh
ke lantai, lagi-lagi dengan keras.
Marco, dalam wujud gorila, adalah satu-satunya
yang memiliki jempol, anggota tubuh yang
mestinya lebih kita hargai. Marco berusaha
memungutku, tapi Hork-Bajir yang tumbang tadi
menyambar kaki Marco dan menariknya ke
belakang. Jadi Rachel terpaksa mendorongku dengan
kaki depannya yang besar, membuatku mundur
di sepanjang lantai, keluar dari aula. Menjauh
dari tempat pergumulan. Tiba-tiba, sangkarku berhenti. Ada yang
menahan kami. Aku dan sangkarku menabrak
kaki manusia. 26 27 Rachel terpaku, dia mengendus udara
dengan ganas. Aku menengadah dan melihat
sepatu boot yang mengkilap. Celana jeans
yang gaya. Dari dada ke atas sosok itu tertutup
bayang-bayang. Siapa dia" Dokter hewan
yang terperangkap dalam pertempuran"
Tangannya muncul dari belakang punggungnya. Jemarinya menggenggam pelatuk senjata Dracon.. Jantungku berhenti berdetak.
Jari-jari cewek itu terlihat berkilau dalam
cahaya remang-remang. Jari orang normal
tidak berkilau.
penuh amarah. "Satu langkah saja, beruang, dan kau akan
berakhir jadi patung taksidermi."
cakarnya mengayun. Tseew! Taylor menciptakan lubang di perut
Rachel. "HhhhoooRRRAAWWRRRR!"
Rachel terjatuh, meraung kesakitan.
Dan Taylor mengambil sangkarku dengan
tangan artifisial nya. Tangan yang diterimanya
sebagai ganti dari kebebasannya. Kisah Taylor
sebenarnya cukup menyedihkan. Kisah
seorang gadis yang kehilangan wajah, tangan,
dan kakinya dalam sebuah kebakaran hebat.
The Sharing, organisasi buatan Yeerk, lah
yang bersimpati kepadanya. Menawarkan
Taylor wajah baru, juga tangan dan kaki. Yang
28 perlu dilakukannya hanya setuju untuk jadi induk
semang. Seorang Pengendali suka rela. Yang
harus dilakukannya adalah membiarkan siput
abu-abu itu membungkus otaknya. Akan tetapi,
yang menempati Taylor adalah Yeerk yang gila.
Taylor juga hampir sama gilanya. Mental gadis
itu tidak stabil. Lalu inilah aku.
Tak bisa kupercaya apa yang terjadi. Aku
tertangkap oleh orang yang pernah menyiksaku.
Lagi. Tidak. Jari-jari tangannya yang asli masuk ke selasela
jeruji sangkar, mencoba untuk menyentuhku saat dia mengangkat sangkar itu
ke wajahnya. TIDAK! Dia tidak bicara tapi pandangannya yang
sedingin es sudah bicara banyak. Kau pikir kau
tidak akan melihatku lagi, Andalite bodoh" Kau
salah. Taylor meluruskan jari-jari plastiknya. Aku
tahu apa yang hendak dia lakukan. Aku sudah
tahu sejak aku mengenali siapa dirinya di bawah
bayang-bayang tadi. "Aku suka kejutan," bisiknya. Dan tanpa
peringatan apa-apa, partikel seperti salju
terbentuk dari ujung jari tangan buatan nya .
Gas! Dia menggunakan gas untuk melumpuhkanku seperti yang dilakukannya saat
menangkapku di bawah tanah pusat komunitas
The Sharing. Dalam beberapa saat, aku akan
lumpuh. Satu-satunya yang berbeda adalah dia
29 tidak menyadari bahwa aku adalah "Andalite"
yang sama dengan yang ditangkapnya dulu.
Aku berharap dia tidak pernah ingat.
Aku menjulurkan cakarku. Aku menncengkeram jari di tangannya yang asli.
Lalu aku menutup mata, menutup telinga,
menutup semuanya. Ketakutan saat mimpi
buruk jadi kenyataan. Aku menyadapnya. Sadap. Berubah
menjadi dia. Ide yang bikin mual. Tapi perlu.
Aku mengeratkan cengkeraman ku. Bagi
Taylor, itu mungkin usaha perlawanan balik
yang sia-sia, tapi dia tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Dia tidak tahu bahwa DNA
nya telah mengalir ke dalam darahku. Aku
merasakan tubuhnya menjadi rileks, dia mulai
terlena sebagai reaksi sedang kusadap.
Bubuk gas menyengat dan menggelitik
kulitku seperti ratusan jarum kecil.
Tapi kini, Taylor juga tidak bisa bergerak!
Lumpuh! Aku berhasil memperlambat geraknya. Membuatnya tak berdaya.
Tidak cukup. Sama sekali tidak cukup.
Cakarku menjadi kebas. Tubuh ku mati
rasa. Mata Taylor kembali fokus dan hidup,
tepat waktu untuk dia melihat aku menyadari
gas yang ini berbeda dari gas yang sudah aku
kenal sebelumnya. "Versi 2.0," Taylor tergelak. "Biusnya
cukup banyak untuk membuatmu benar-benar
pingsan." Kegelapan mulai mengurung saat penglihatanku menjadi redup.
30
Kalaupun mereka menjawab, aku tidak dapat
mendengar mereka. Kenapa aku" Apa yang sudah kulakukan
sehingga diperlakukan begini"
Pertanyaan bodoh, mengasihani diri sendiri,
tidak berguna" aku adalah pejuang.
Yang bisa kulakukan hanyalah menatap ke
depan. Memandang ke dalam kegelapan tak
berujung dari mata Taylor yang berkilat gila.
Tepat saat itu, aku melihat dengan jelas. Aku
melihat bahwa aku cuma gumpalan lumpur yang
mengapung di arus pikirannya. Arus yang tidak
bisa dibendung dan akan menghancurkanku.
Menghancurkan aku berkeping-keping.
31 Skrrr-eeeek! Suara nyaring sendok logam yang
bergesekan dengan dasar panci. Aroma sup
tomat kaleng yang dipanaskan tercium dari
kompor. Hal-hal normal tersebut membawa ku
keluar dari kegelapan. Aku membuka mata.
Aku masih di dalam sangkar, hanya saja
sekarang ada setengah lusin senjata Dracon
diarahkan ke kepalaku. Senjata-senjata
tersebut dijepitkan ke jeruji sangkar. Bukan
standar teknologi canggih Yeerk yang biasa.
Penjepit senjata tersebut hanya penjepit
perkakas manusia yang bisa dibeli di Ace
Hardware. Tidak jadi soal, sih. Masalah yang lebih
penting adalah aku tidak punya tangan.
Penangkap ku tahu paruh dan cakarku tidak
bisa digunakan untuk membongkar penjepitpenjepit itu.
32 Di belakang setiap senjata Dracon berkedip
setitik cahaya merah. Sebuah sensor" Aku tidak
berani bergerak. Kepikiran aku bakal disiksa lagi membuat
tulangku menggigil. Aku sudah tidak tahan.
Aku mulai gemetaran, tidak terkendali. Aku
mengamati sensor-sensor itu dengan pikiran
elang dan manusia ku sekaligus. Keduanya
sudah nyaris hancur dan kedua bagian dalam
diriku masih ingat persis" sakitnya, betapa
putus asanya! Mustahil untuk kabur" lampu
merah, lampu biru. Rasa sakit itu". Tak
berakhir". Berubah. Aku bisa berubah menjadi binatang
kecil dan merayap keluar. Tak terdeteksi. Kabur
begitu saja. Lakukan, Tobias. Lakukan..
"Silahkan berubah, kawanku," Taylor memperingatkan, suaranya dingin dan tenang,
"dan sinar Dracon akan otomatis ditembakkan."
Aku tidak melihat wanita itu di sana, duduk di
kursi dapur, secangkir sup di tangan. Aku bisa
merasakannya, sih. Aura jahatnya terasa
mendominasi seluruh ruangan, mempengaruhi
semua yang ada di dekatnya, termasuk
ketakutan ku. Aku tidak bisa kabur. Aku tahu aku tidak
bisa. Tidak sekarang, tidak selamanya. Taylor
sudah kembali, seperti yang aku takutkan.
"Komputer yang mengontrol sinar Dracon itu
sangat sensitive terhadap perubahan bentuk.
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kau tidak bisa kabur."
Tunggu. Dia salah. Aku bisa kabur. Aku bisa
berubah. Dan kemudian mati!
33 "Ya, tentu kau bisa memilih mati," kata
Taylor, menjawab pikiranku. "Aku sengaja
memberimu pilihan itu." Dia berhenti sejenak
untuk menghirup sup tomat, matanya masih
terus menatapku. Aku memandang dapur, kecil dengan atap
yang rendah. Ada sesuatu yang salah dengan
tempat ini. Yeerk biasanya selalu punya yang
terbaik. Mereka sudah menguasai yang
terbaik dari yang manusia punya, dan jika itu
belum cukup, mereka akan menggunakan
teknologi curian dari alien-alien yang lain. Tapi
dapur ini" apa" Cuma gubuk. Sangkarku
terletak di atas meja Formica yang penuh jejak
sundutan rokok. "Pilih mati," ulangnya dengan nada biasa,
"atau.. dengar apa yang kubicarakan." Dia
bangkit, meletakkan cangkirnya ke dalam
wastafel di sudut dapur yang sempit, dan
kembali duduk di kursinya. "Aku punya tawaran
untukmu, Andalite." Dia terdengar biasa saja. Bukan Taylor
yang kukenal. Tipuan apa, siasat apa lagi yang sedang
dimainkannya" "Bagus," lanjutnya, melihat aku belum
memilih untuk mati. "Akan lebih susah meminta
bantuan dari Andalite yang sudah mati."
Bantuan" Yeah, dan Rachel akan melewatkan pesta
diskon di Express, Crayak akan memenangkan
Hadiah Nobel Perdamaian, siput Yeerk akan
menolak naik pangkat. Rencana apa yang ada di pikirannya"
34 "Perang saudara di depan mata, Andalite,"
dia berkata. "Yeerk melawan Yeerk. Kami sudah
cukup melihat perselisihan antar Visser, segala
pilih kasih itu, semua hukuman-hukuman"
Dewan membuat kami muak."
Kemarahan tampak jelas di wajahnya. Dia
mengucapkan kalimat terakhir tadi dengan
berapi-api dan penuh kebencian. Aku nyaris
percaya kepadanya. Dewan Tiga Belas
membuat nya muak. Namun kemudian, kewaspadaannya muncul
lagi. Tatapan matanya membuatnya seperti
setengah politisi dan setengah aktor, juga
setengah pengacara, dan setengah remaja
cewek yang sedang merahasiakan sesuatu.
Wajah Taylor memancarkan kebohongan.
"Yeerk harus terus maju sebagai sebuah
bangsa," dia melanjutkan. "Waktunya sudah
tiba." Dia bangkit lagi dan membuka kulkas
antik. "Kami harus membangun peradaban
dengan induk semang yang kami punya." Dia
menatapku. "Sebagian besar kami sadar perang
abadi ini harus dihentikan dan kegagalan di
planet Leera, serangan ke planet Bumi yang
mandeg, dan sekarang kecerobohan mereka di
planet Anati telah membuktikan kepemimpinan
yang sekarang sudah tidak mungkin bertahan."
Dia menarik sekantong wortel dari dalam
kulkas. Aneh sekali. Dia membicarakan strategi
politis sambil ngemil. Seolah kami sedang main
di rumahnya, membahas untuk mencurangi
kontes pemilihan ratu sekolah.
Dia melanjutkan. "Kami ingin seperti kalian,
Andalite. Kami menginginkan struktur yang bisa
35 mengubah kami dari pemberontak menjadi
pemimpin. Kami ingin seperti komunitas
Andalite. Bahkan kami ingin menjadi seperti
manusia." Dia menggigit sepotong wortel
menjadi dua. Matanya menatapku tajam. "Kami
ingin jadi rakyat demokrasi dan kami butuh
bantuanmu untuk melakukannya."
Ini benar-benar konferensi pers dunia
paling aneh. Aku tidak percaya apa yang dikatakannya.
Tidak sepatah katapun. Jadi aku mengujinya.
Andalite yang tersisa" Kau tahu, sebagai balas
jasa atas kerja samaku">
Taylor tertawa. Dia kasar, agresif, dan
punya kepribadian yang kejam. Kepribadian
seseorang tidak berubah. Tidak berubah
banyak, paling tidak. Aku menunggunya untuk
membantah kata-kataku. Aku menunggu bukti
bahwa dia masih bekerja untuk Visser Three.
Obrolan tentang pemberontakan ini adalah
kedok belaka. "Senang mendengar suaramu lagi, Andalite. Kau Andalite yang punya kekuatan
untuk berubah wujud lebih dari batas waktu
dua-jam. Suaramu membawa ku kembali
teringat kenangan manis kita." Nada suaranya
membuatku terguncang lagi. "Aku belajar
banyak tentang kau saat itu, Andalite. Aku
melihat pikiranmu. Aku melihat keberanianmu
terbang menjauh. Aku bisa menikmati
menghabisimu sekarang. Menghancurkanmu."
36 Dia berjalan ke sangkarku. "Di sini, sekarang
juga. Kau pikir kau kuat, tapi aku tahu betapa
lemahnya dirimu. Cuma butuh beberapa detik!"
Dia berhenti sebentar untuk membiarkan katakatanya mempengaruhiku. "Tapi kali ini,
Andalite, kerja sama mu lah yang aku perlukan.
Aku butuh kau dan rekan Andalite mu. Aku
butuh bantuan kalian untuk menghancurkan
Visser Three." Dia tidak lagi bekerja untuk visser. Dia ingin
menghancurkannya. Itulah yang dikatakan
Taylor. Kemarahan tak terbendung terpancar dari
wajahnya. Aku tidak tahu apakah dia berbohong
atau tidak. "Nasibmu buruk sebagai burung." Dia
menatap sayapku yang diperban, melihat bulubulu ku yang kusut, leherku yang patah.
"Berterima kasihlah kepada Visser Three.
Pasukan Hork-Bajirnya memang tidak lemah
lembut." Dia ingin agar aku marah dan membalas
dendam kepada visser, bergabung dengan
nya" "Jangan jawab sekarang." Dia mengeluarkan
secarik kertas dari kantongnya dan mendorong
kertas itu masuk ke sangkarku. "Ini" Alamat
Web. "Bicarakan dengan rekan-rekanmu dan
tinggalkan pesan kepadaku di alamat itu. Beri
tanda "Bandit?"
Lalu dia membuka pintu sangkar, membuka
jendela gubuknya lebar-lebar, dan dia
menghilang ke balik tirai, meninggalkan piringpiring kotornya di wastafel dapur.
37 Sensor merah berkedip dan mati.
Aku melompat dari sangkar ke jendela.
Tanah hanya beberapa kaki di bawah ku. Aku
jatuh ke luar. Taylor. Visser Three. Perang
saudara. Kelemahan" Dia membiarkan ku pergi. Begitu banyak yang harus kupikirkan. Aku
butuh teman-temanku. Aku butuh Rachel.
Aku seret tubuhku ke dalam bayangbayang, berubah dan segera berubah kembali
untuk menyembuhkan luka-luka cedera ku.
Cedera yang begitu menyakitkan sehingga
seolah aku masih disiksa. Aku terbang pergi.
Bebas, tapi pikiranku terbebani.
Saat naik ke udara, aku melihat tempat
aku disekap. Sebuah mobil trailer tua, yang
diparkir di tempat barang rongsokan. Tempat
persembunyian pemberontak. Jauh dari kota
dan kolam Yeerk. Mungkinkah Taylor berkata
jujur" 38 Aku mengepakkan sayap menuju kota, ke
arah cahaya lampu-lampu, langsung ke rumah
Rachel. Melewati puncak puncak gedung
dengan papan iklan dan antena telpon selular.
Mendadak, aku mengurangi kecepatan, melebarkan sayapku, aku mendarat di sebuah
atap. Bagaimana jika dia tidak berkata jujur, jika
dia membohongiku" Bisa saja dia sudah menanamkan alat
pelacak di dalam tubuhku. Tentu saja! Para
Yeerk itu membuntuti ku. Aku hampir saja
membawa mereka kepada teman-temanku.
Membawa mereka langsung ke sarang bandit
Andalite. Begitu selesai mengutuki diri sendiri, aku
memilih wujud terkecil yang aku punya. Kutu.
Aku memfokuskan pikiran kepada tubuh
penghisap darah kutu yang kecil.
SCHWOOOP! Atap mendekat dengan cepat ke arah ku.
Batu genteng menjadi licin dan luas seperti
gletser es. Pandanganku terpecah seperti
cahaya yang terbiaskan oleh prisma dan aku
mendadak tuli. Panca indera yang lain mulai
menajam. Rasa, bau. Perasaan. Aku menunggu chip computer
kecil keluar dari kulitku. Alat pelacak apa pun
pasti akan jatuh keluar dari tubuh kutu. Itu akan
membuktikan kata-kata Taylor tidak berarti
sama sekali. Aku bisa mengacuhkannya
selamanya. Aku ingin mengacuhkannya.
Aku menjadi semakin kecil. Tidak ada yang
39 keluar, tidak ada yang menembus permukaan
kulitku. Tidak ada apa-apa di dalam tubuhku.
Tidak ada lempengan GPS. Aku tidak
ditandai. Oke. Oke. Paling tidak aku jadi tahu. Tidak
ada salahnya berjaga. Aku berubah kembali dan terbang melesat
melewati lampu-lampu jalan, cahaya lampu
mobil-mobil, dan lampu papan jalan menuju
rumah Rachel. Jendelanya terbuka. Aku
masuk dan mendaratkan cakarku di sudut
tempat tidurnya, menyisir bulu-buluku begitu
aku sudah berhenti. Dia terbangun dari
tidurnya. "Oh sukurlah!" dia berbisik. Aku turun ke
sebelahnya. Dia membelaiku dengan lembut.
Senyum mengembang di wajahnya, yang
dengan cepat berganti dengan amarah. "Si
brengsek itu!" Suaraya mengeras. "Sampah
itu."
Rachel, tapi suaraku masih terdengar kaku.
"Kami mencarimu selama berjam-jam. Aku
akan membunuhnya."
"Apa yang diinginkannya?"
jawabku. Suaraku terdengar penuh harapan
sekarang. Untuk sesaat aku mengira aku
bermimpi.
Three.> "Jangan percaya," Rachel menggumam,
bangkit dari tempat tidurnya. "Ayo, kita beritahu
yang lain." Sejam kemudian, kami semua sudah
berkumpul di gudang jerami Cassie.
"Perjanjian"! Yang benar saja. Bantuan
kita"! Too-loongg. Jika sekelompok Yeerk
menyebarkan virus demokrasi, apa aku harus
peduli?" Marco berkata dengan sinis. "Menurutku tidak."
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lupa posisinya sebagai sub-visser. Dia
mendapat pangkat itu dengan bertindak kejam.
Aku tidak percaya dengan Yeerk,> kata Ax
dengan nada mengejek. "Tapi bagaimana jika dia berkata jujur?"
Cassie membalasnya. Cassie adalah satusatunya dari kami yang pernah berdamai
dengan Yeerk. Cassie mengizinkan Yeerk
tersebut berubah wujud. Aku tahu dia, paling
tidak, mau memberi ceritaku sedikit pertimbangan. "Mungkin dia benar percaya
dengan cara tersebut. Pastilah dia bukan Yeerk
pertama yang berpikir demikian."
"Tidak. Dia yang terakhir berpikir demikian.
Makhluk itu tidak akan bernapas jika ia tidak
melihat gunanya," Rachel mengejek. "Dia tidak
mungkin tertarik kepada filosofi demokrasi. Jelas
dia menginginkan sesuatu yang lain."
"Sepertinya sudah jelas bagiku," jawab
Marco. "Bukan ujungnya, tapi prosesnya. Dia
tertarik kepada demokrasi karena dengan
40 41 demokrasi dia bisa menggulingkan Visser
Three." "Apa kau selalu melihat yang terburuk dari
orang lain" Cassie bertanya.
"Selalu." Marco tersenyum. "Memang
begitulah orang-orang. Tebakanku adalah
saat Taylor gagal menyiksa Tobias, Visser
menghukumnya. Dia mungkin saja merencanakan balas dendam sejak itu."
Untuk sesaat, tidak ada yang bicara. Jake
menatap Marco dan aku yakin aku tahu
kenapa. Aku menebak mungkin itu juga
sebabnya kenapa tidak ada yang menyebut
bagaimana aku bisa tertangkap lagi. Tidak
ada yang menyinggung kesalahan besarku
menyelamatkan bocah hilang tersebut.
Sekarang aku sadar kenapa. Marco menyebut
siksaan, sepertinya dia dilarang untuk
mengucapkan itu selama di dekatku.
Sensitivitas berlebihan mereka membuatku
marah. Apa mereka pikir menyebut siksaan itu
akan membuat aku gila" Tidakkah mereka
lihat aku sudah jadi lebih kuat" Tidakkah
mereka melihat aku baik saja"
"Tobias, bagaimana menurutmu?" Jake
bertanya, memecahkan kesunyian. "Kau yang
paling tahu dia seperti apa."
Bagaimana menurutku, sekarang setelah
aku tidak lagi dikurung dan menunggu untuk
disiksa" Rachel memandangku. Tatapan
matanya memberiku kekuatan.
tahu jawabannya.
untuk menjatuhkan Visser Three pastilah ironis
tak tertahankan bagi dirinya.>
"Mau tahu apa yang lebih tak tertahankan
olehnya?" Marco menambahkan. "Membunuh
Visser Three dan para bandit Andalite sekaligus.
Sekali lempar, dua burung kena."
Rachel mengangguk. "Marco benar. Betulbetul sebuah ironi."
"Kita sudah banyak dapat kesempatan untuk
menjatuhkan Visser Three dan kita selalu
gagal," kata Jake. "Kita mungkin tidak dapat
kesempatan seperti ini lagi. Benarkah kita mau
melewatkan yang satu ini?"
musuh. Mereka sedang terganggu perselisihan
internal. Ini adalah kesempatan langka.>
"Benar," Marco setuju. "Manfaatkan kekacauan ini. Politik adu domba."
"Kita sudah pernah mencoba itu, ingat?"
Rachel berkata. "Saat kita berpura-pura
membantu Visser One mengalahkan Visser
Three. Rencana tersebut tidak berakhir dengan
begitu baik." "Kali ini berbeda," jawab Marco datar. "Kali
ini bukan masalah ibuku. Ini bukan masalah
pribadi." Bukan masalah pribadi" Marco tidak sadar
betapa salahnya dia. 43 42 "Tobias," Jake berkata. "Aku masih berpikir
semuanya tergantung pendapatmu." Dia
menengadah ke arah tempatku bertengger di
langit-langit. "Apakah menurutmu kita bikin
perjanjian dengan Taylor atau tidak?"
Aku mengalihkan pandangan dari mereka,
melihat keluar jendela. Memandang bulan di
luar yang tampak besar sekali di cakrawala.
Orang-orang berkata saat bulan menutupi
langit seperti itu, saat bulan menggantung di
atas sana bagaikan bola pantai besar yang
menyala dalam gelap, semua itu hanya ilusi.
Tipuan pikiran. Dan itu benar. Jika kita melihat
bulan tersebut melalui lensa kamera, maka
yang tampak hanya setitik kecil warna di
angkasa. Pikiran kita membuatnya tampak
lebih besar.
cukup lama,
adalah benar seperti yang kutahu, bahkan
lebih jelek lagi" Aku melihat bulan orangeputih itu lagi. Aku tahu itu cuma ilusi, tapi aku
tidak bisa mengalihkan pandangan darinya,
besar dan menakjubkan.
Kelompok anak aneh dan kutu buku. Di
tengah malam, di dalam hutan. Empat orang
anak dan seekor burung mengerumuni sebuah
laptop yang dipungut dari tempat sampah dan
diperbaiki oleh seorang bocah alien, Ax.
Seorang Andalite dan saudara dari Elfangor.
Keempat belas jari Ax dengan cekatan
menghidupkan laptop tersebut dan menyambungkannya ke Internet.
"Ax, itu keren sekali," Rachel berbisik,
"bagaimana cara kau melakukannya" Telepon
seluler" Akses Internet" Biaya itu semua lebih
banyak dari uang jajanku."
"Maksudmu lebih banyak dari kontrak Macy"s
mu untuk rencana pakaian gaya-minggu-ini?"
Marco mengejek. "Aku rasa, untuk Andalite yang pernah
menghubungi planet asalnya, mendapatkan
44 45 akses internet pastilah hal yang bisa
dilakukan," Jake berkata.
menggunakan baterai mobil bekas sebagai
sumber daya. Semua kabel dan sambungan
pita dari terminal buatan Ax terlihat canggih
bagiku.
Kupikir uangnya akan mencukupi. Aku tidak
tahu telepon selular dan akses Internet
membutuhkan kartu kredit.>
"Bank tidak percaya dengan lembar "alien
pengangguran" di forum pengajuanmu?" kata
Marco. "Benar sekali," kata Cassie. "Jadi aku
membantunya. Kau tahu telepon selular yang
biasa aku bawa, untuk keperluan darurat"
Yah, aku bikin perjanjian dengan Dad. Aku
boleh menelpon selama setengah jam
seminggu jika aku mengobati hwan-hewan di
hari Sabtu." Aku mengawasi Cassie mencari
telepon itu. Telepon itu terbuka dan dililit oleh
sejumlah kabel. "Ax, nanti kau bisa betulin
lagi, kan?" dia bertanya dengan sedikit gugup.
lagi. Rachel mengangkat sebelah alisnya.
Kemudian, muncul layar tunggu AOL.
"Berhasil," kata Marco, tersenyum. "Oh,
tunggu, tunggu! Itu halaman situs James
Bond! Mainkan video trailernya. Ax. Dengarkan aku!" 46 Ax mengabaikannya dan mengetikkan
alamat halaman web Taylor: http://www.EarthIsOurs.com
Kami mendapat pesan balasan. "Halaman
URL tidak dapat ditemukan."
menjelaskan. "Uh, Ax-man?" Marco menunjuk ke layar dan
membaca alamatnya keras-keras. "Kau menulis
Earth-I-saurus.com. Memangnya nama dinosaurus. Harusnya kan Earth-Is-Ours."
mengetikkan alamat yang benar.
Halaman web Taylor butuh waktu untuk
terbuka dan gambarnya kabur saat pertama kali
dibuka. Perlahan, layar menjadi lebih jelas.
Gambar bumi dari angkasa luar, bola hijau-biru
cantik yang diselimuti awan. Ada tulisan,
"Kemenangan milik kami," dan sebuah kotak
untuk mengirimkan pesan. Ax menunggu perintahku. Aku memikirkan
apa yang akan kami tulis. Aku ingin
mengintimidasi nya, menggertak, membuat
Taylor ragu apakah kami setuju, membuat dia
khawatir kami tidak setuju. Aku ingin terdengar
ambigu. Aku mau membuatnya gelisah.
Pada akhirnya, yang aku tulis adalah, "Oke,
kami main." Jake mengakhiri pesan dengan kata
"Bandit". Ax mengklik tombol "kirim".
Lalu kami menunggu. Yang lain bergiliran
bermain minesweeper dan solitaire di komputer.
47 Kali ini, jari-jari ekstra Ax entah bagaimana
membuat dia lebih unggul.
Balasan dari Taylor datang satu jam
kemudian. "Tidak ada waktu untuk kalah,"
tulisnya. "Rencananya adalah menyerang dan
menduduki "Kolam". Kemampuan khusus
kalian akan dibutuhkan. Temui aku di tempat
umum. Toko buku Borders. Bagian satwa
liarnya sangat cocok."
Semuanya berbicara pada saat bersamaan. "Menduduki kolam Yeerk?" Jake
Animorphs - 43 Percobaan The Test di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengulang. "Sebuah serangan?" Cassie.
"Aku ikut!" Rachel, tentu saja.
"Bagian satwa liar!" Marco.
"Kita butuh wujud manusia supaya jati diri kita
tidak ketahuan," kata Marco. "Tidak boleh Ax.
Dia terlalu menarik perhatian cewek-cewek.
Aku juga tidak boleh pergi ke sana. Alasannya
sama dengan Ax." "Teman-teman," kataku, setengah takut,
setengah takjub dengan kata-kataku, "sepertinya aku punya wujud yang tepat."
Enam jam kemudian, saat pintunya sudah
buka, aku masuk ke dalam toko buku Borders.
Aku berjalan melewati tumpukan buku-buku
tips dan rak buku best-seller. Meski Rachel
keberatan dan Marco mengeluh soal
keselamatan, Jake terpaksa membiarkanku
Sayembara Maut 1 Pendekar Bodoh Pengejaran Ke Masa Silam Istana Durjana 1