The Familiar 1
Animorphs - 41 The Familiar Bagian 1
"FAMILIAR" Translated by: Anna FB: Facebook.com/Annami.cosplayer
Blog: Rubynamie.blogspot.com
Cover Quote: "Mereka diluar penglihatan, kau diluar pikiran?"
Summary: Jake tampaknya telah tumbuh dewasa dalam semalam " secara
harfiah. Ia beranjak tidur sebagai anak-anak seperti biasa dan bangun
sepuluh tahun lebih tua dan mendapati dunia telah diambil alih sepenuhnya
oleh Yeerk. Seluruh anggota Animorphs lainnya telah mati atau terasuki
Yeerk, dan hanya tersisa Jake satu-satunya yang melawan. Apakah itu
semua hanyalah mimpi buruk yang mengerikan atau Yeerk benar-benar
telah berhasil menginvasi"
BAB 1 Whummph! BAAAM! Aku membanting Hork-Bajir ke atas beton.
Memakunya ke dinding basement dengan dua cakar harimau besar.
Mata merahnya penuh kebencian.
Wajahnya terlihat menakutkan saat ia putus asa untuk membebaskan
ekor pisaunya dari balik tubuhnya.
Aku berusaha menggapai mengeluarkan isi tenggorokannya.
luka torehan di lehernya untuk Ngomong-ngomong, aku Jake.
Aku tidak bisa memberitahumu lebih dari itu. Seperti siapa nama
belakangku dan dimana aku tinggal. Aku bahkan tidak bisa
memberitahumu dimana sekolahku. Hanya ini yang bisa kuberitahu: bumi
sedang diserang oleh spesies siput parasit yang disebut Yeerk. Percaya
kan" Sulit dipercaya, huh" Dengar, manusia sepertinya telah menjadi
prefensi terbaru mereka dalam induk semang. Mereka merekrut seratus
orang tiap harinya. Membuat mereka menjadi budak. Para Yeerk itu hanya
tinggal masuk ke dalam lubang telingamu, menyelubungi otakmu dengan
tubuhnya, menyentuh bagian ingatan dan mimpimu serta mengambil
alihnya. Kau bahkan tidak bisa mengontrol kapan harus berkedip. Tidak
bisa mengontrol sama sekali. Rasanya seperti tengkorakmu berubah
menjadi penjara. Kau terjebak di dalam kepalamu sendiri dan tak ada jalan
keluar. Teman-temanku, Marco, Rachel, Cassie, Tobias, seorang bocah alien
yang kami panggil Ax dan aku sendiri, adalah satu-satunya yang
melakukan perlawanan. Jadi, sekarang kau bisa bertanya, "Bagaimana
bisa lima orang anak mencegah pengambil alihan total bumi?" Ya, kami
telah diberikan kekuatan untuk berubah menjadi hewan mana pun yang
kami sentuh. Untuk benar-benar menyerap DNA hewan. Untuk morf.
Teknologi Andalite adalah sebuah hadiah yang diberikan kepada kami dari
kakak tertua Ax, Elfangor. Setelah ia mengalami kecelakaan pendaratan
dan sebelum ia dibunuh. Jadi, kami adalah satu-satunya yang melakukan perlawanan. Kami
telah berhasil memperlambat gerakan Yeerk. Namun, semakin sulit untuk
tetap bertarung. Semakin sulit untuk tetap bersama-sama.
"Hhhrrroooowwwwrr!" Aku meraung.
Ia mulai goyah dan segera aku melangkah maju. Meleset! Ekornya
telah bebas dan ia mulai menebas.
Dan sebuah lubang terukir di bawah perutku!
Aku mengawasi, terkejut dan tidak berdaya. Isi perutku tumpah keluar!
Aku membeku. Ia mendorongku ke bawah pipa yang"
Tsssssssss! Bulu-buluku mengebul, dan dagingku melepuh!
Adrenalin terpompa keluar dari dadaku seperti cambuk. Aku bangkit
kembali, berhadapan langsung dengan sang pengendali Hork-Bajir.
Aku telah memiliki satu kesempatan lagi dengan pria ini. Namun tibatiba kejelasan dari adegan ini perlahan memudar.
Jangan salah sangka. Walaupun isi perutku masih tertumpah keluar
dari perutku, dan rasa lelah masih menekan bahuku seperti lempengan
granit, tapi aku sudah berada pada zona baru. Hanya ada dia atau aku.
Dengan cakar terentang dan taring berkilau, aku melompat.
WHAM! Mengangkatnya ke dinding.
WHAM! Membenturkannya ke beton. Tengkoraknya terbentur dengan keras.
Ekor pisaunya terkulai. Matanya terkatup, kemudian menutup. Ia
meraung lemah kemudian merosot dari dinding.
Kami berada tiga lantai di bawah tanah, dalam kegelapan di bawah
pusat kota. Pipa-pipa saluran mengalir tepat diatas kami. Kau dapat
mendengar teriakan dari lantai ke dinding dan dari dinding ke dinding. Aku
berbalik dan saat itu juga melihat hal mengerikan.
Kami benar-benar kalah jumlah.
Cassie sedang melawan dua orang dan Marco empat orang.
Aku harus menolong mereka!
Namun, aku segera dihadang. Lima Hork-Bajir petarung, memegang
pisau mereka seperti koboi sombong segera menjegatku seperti pagar
betis. Di belakang Hork-Bajir itu tampak seperti " yang kuharapkan adalah
pintu keluar, berdiri sebuah pintu garasi baja setinggi tiga puluh kaki di
depan tangga. Teriakku, namun jeritan
dan teriakan dari yang lainnya menenggelamkan kata-kataku.
mencium bau mereka!> Sahabatku, Marco. Setiap getaran nada bicaranya
memberitahuku bahwa ia berada di ambang batas kekuatannya.
Aku melihat sekilas Rachel, berjalan terpincang-pincang menuju asal
suara pasukan yang berdatangan menuruni tangga.
Suaranya bergetar. Darah segar mengalir dari luka di
sekitar matanya, membutakan penglihatannya. Ia
mengayunkan cakar Grizzly nya dengan liar.
Tiga Hork-Bajir berdatangan lalu menggeretnya melewati ruangan
seperti boneka sepak bola.
"TSEEER!" Tobias menukik dan menancapkan cakarnya. Satu Hork-Bajir terjatuh
sambil memegangi matanya. Cassie menggigit kaki HorkBajir yang lain lalu
menarik rahang mematikannya dari sisi ke sisi.
Tapi Rachel masih belum tertolong.
Aku mulai gugup. Saat ini aku sedang dikepung oleh barisan blokade
Hork-Bajir. Bokongku tertekan ke dinding.
Aku membusungkan dada dan mengaum. Tujuh ratus pond gigi-gigi
tajam terlihat. Dengan kecepatan merkuri. Seekor macam Siberia jantan.
Kucing terbesar di muka bumi.
Namun, aumanku memantul kembali dan membuka kebenaran. Aku
dapat mendengar keyakinan yang sirna. Aku mendeteksi keputus asaan.
"Ghafrash nyut!" Seru sebuah suara seperti gemericik kerikil. "Mati!"
Hork-Bajir terdekat menerjang sambil mengayunkan pisaunya.
Dengan mulut terbuka, aku melompat. Taringku tertancap dalam
menembus kulit armornya dan ke dalam dagingnya.
Ia tersentak mundur dan jatuh tertiban tubuhku. Aku berguling dan
memijak lantai. Telinga kananku! Masih menempel di pisau pergelangan
tangannya. Telah terpotong!
Tinggal dua Hork-Bajir lagi di depanku. Aku telah melupakan setiap
strategi pertempuran. Sekarang, ini hanya menjadi serangan brutal.
Sebuah pisau tertancap pada kaki belakangku" fokus, Jake.. bangkitlah.
FWAAP! Ekor pisau membelah udara di atasku.
Itu Ax. Fwaap, fwaap, fwaap! Dua Hork-Bajir lagi merosot dan terkulai di lantai. Yang ketiga menjerit
sambil memegangi lututnya.
pergi.> Pergerakan. Teriakku.
Ax menunduk. Sebuah bilah pisau dari Hork-Bajir membelah udara.
Kemudian terdengar tabrakan dan decitan logam-logam.
Pssssssshhh h h h htttttt!
Sebuah pipa uap retak! Ledakan uap!
Kepulan uap melintasi lantai. Uap itu segera menyelimuti seluruh
ruangan. Menyelimuti siapa saja dan apa saja. Kepanikan melanda.
Sekarang atau tidak sama sekali.
Aku memerintah. Sangat tidak mungkin melihat ke depan
lebih dari satu inchi. Kabut panas mulai membakar mata, kulit, dan
tenggorokanku. Melewati para Hork-Bajir yang tersedak, aku berlari
menuju pintu garasi itu dan membenturkan tubuh penuh darahku ke panel
berat. Pintu itu mulai berderit terbuka, naik beberapa inchi, kemudian naik
terbuka dengan cepat. Enam inchi, dua belas inchi, delapan belas inchi.
Cassie segera merangkak keluar melalui celah yang terbuka,
kemudian Ax dan Tobias. Suara Rachel. Mengoceh seperti orang gila.
Raung Marco. arah tangga!>
pintunya sebelum terlambat!> Katanya terengah-engah namun terus
mendesak.
Sesosok Hork-Bajir muncul dari dalam uap, melihatku dan mulai berlari
ke arahku. Hari ini sungguh tidak berpihak padaku.
Kehilangan semuanya atau kehilangan dua orang"
Aku menjatuhkan diri dan berguling melewati pintu, melompat dan
memecahkan kotak kaca terdekat yang berisi sakelar darurat untuk
menutup pintu. Alternatif apa lagi yang kupunya" Pilihan apa yang kupunya"
Pintu garasi itu terhenti, berdecit, kemudian berubah arah dan turun
perlahan. Mata serigala Cassie, menatapku.
terperangkap disana. Kau tidak bisa meninggalkan mereka!>
BAB 2 Hork-Bajir itu menjatuhkan tubuhnya dan menyelip ke bawah pintu.
Aku menangkapnya dengan mulut dan cakarku. Kami berdua terjatuh.
Rasanya seperti terjerembab ke dalam mesin pengering pakaian dengan
sepuluh bilah pisau dapur yang tajam.
Kugunakan berat tubuhku, taringku, kekuatan terakhirku. Ketika
akhirnya otot-ototnya mengendur, aku melepaskan diri. Pintu garasi hampir
menutup. Aku melihat melalui celah yang hampir menutup, disana dalam
keremangan, tubuh Gorila Marco muncul dari dalam uap. Ia menyeret
Rachel yang mengaum dan meronta-ronta. Dan tidak lebih dari enam kaki
di belakang mereka, selusin Hork-Bajir.
Ax meraih pipa panjang untuk mengganjal celah pintu. Roda-roda gigi
dari pintu mulai berderit dan kemudian pipa itu mulai melengkung tertimpa
pintu. Cassie berteriak. Pintu baja itu hanya tinggal beberapa inchi lagi menyentuh lantai ketika
jari-jari hitam muncul dari bagian bawah pintu. Dan dengan kekuatan yang
luar biasa, Marco mengangkat pintunya. Memaksa Rachel masuk
melewatinya. Tubuhnya berlumur darah.
Kemudian Marco membungkuk, merangkak melewati pintu dan
melepaskan pipanya. Empat Hork-Bajir segera menjatuhkan diri, berusaha
meluncur menggapai pintu"
BOOM! Pintunya menutup. Tidak satu pun Hork-Bajir yang berhasil lewat.
Teriakku.
Kami berlari di sepanjang jalan parkir spiral yang kosong.
Aku demorf sambil berlari. Bulu-bulu oren, putih, dan hitam mulai
menipis kemudian menghilang. Ekorku menyusut menjadi tulang ekor
manusia. Isi perut yang menggantung keluar terhisap ke dalam kembali.
Tulang-tulangku bergeser dan membentuk ulang menjadi kaki
belakang. Aku terantuk lantai. Kaki depanku terhisap dan kemudian muncul
kembali menjadi tangan manusia. Kaki belakangku memanjang, cakarcakar menyusut dan berubah menjadi jari-jari manusia.
"Ayo pergi dari sini!"
Kami sampai di atas trotoar tinggi, perubahan kami sudah sepenuhnya
sempurna. Kami berlari, terengah-engah di antara deretan mobil-mobil
yang diparkir. Membuat seorang petugas tercengang melihat seekor elang
dan lima anak memakai spandex robek berjalan ke pusat kota.
Pusat kota yang sibuk. "Awas!" Honk! Honk! Seorang pengendara menginjak rem. Seketika mobil berdecit dan
terhenti. Aku melompat mundur ke antara mobil-mobil yang diparkir di tepi
jalan. Rachel dan Marco berlari ke tepi jalan.
"Cassie!" Ia berada di tengah jalan, membeku.
Aku segera turun ke jalan. Pengemudi itu membuka pintu mobilnya.
"Sialan!" Ia mengacungkan tinjunya. "Dasar sekumpulan anak jalanan?"
Aku meraih lengan Cassie. Membawanya menyingkir dari jalan raya.
Masuk ke dalan gang dimana Rachel dan Marco berada, termasuk Ax.
"Cassie!" Aku mengguncang tubuhnya. Ia tertegun.
"Empat orang," Katanya dengan cemas. "Aku mungkin telah
membunuh empat orang, mungkin lima." Ia menatapku. Tatapan
tenangnya yang seperti biasa telah hilang. "Jake!" Bisiknya. "Bagaimana
mungkin aku tahan dengan ini semua?"
Dengan lembut aku mendorongnya masuk ke dalam gang dan melihat
melewati bahuku. Yeerk bisa berada di jalan raya.
"Semakin hari kita semakin sama seperti mereka," Ia bersikeras. "Ya,
kan?" Air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya. "Jake?"
Aku tidak memiliki energi untuk ini. Keraguan, intropeksi, analisis. Aku
hanya tidak punya energi lagi.
"Tidak," Kataku datar.
Mengapa ia melakukan ini" Kenapa harus saat ini"
Yeah, kami hanya memiliki satu panggilan lagi saat ini. Kita punya misi
dan sekarang kolam Yeerk yang baru akan segera dibuka.
Dia mulai menangis tanpa suara. Aku tahu saat ini ia perlu
membicarakan semua itu. Ia perlu membahas semua yang kami rasakan
setelah pertempuran tadi dan ia ingin aku membantunya.
Tapi aku malah berbalik pergi.
Rachel dan Marco berada di ujung gang.
"Kau salah!" Ringis Rachel, masih membara. "Aku bisa mengalahkan
mereka semua." Tinjunya menghantam tempat sampah. Marco bahkan
menendangnya lebih keras.
"Matamu tertutup darah! Kau bahkan tidak melihat pasukan
berkerumun yang menuruni tangga. Kau bertingkah seperti orang tolol.
Seperti seorang yang egois dan gila?"
"Tenanglah," Kataku, berjalan di antara mereka seperti pemimpin
seharusnya. Tapi Marco tidak mendengarkan.
"Kau hampir mati, Rachel." Wajahnya memerah, terbakar amarah dan
frustasi. "Tidakkah kau belajar" Kau membawa semua orang pada resiko
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saat Jake berkata untuk mundur. Kita tidak bisa selalu memenuhi
keegoisan pribadimu untuk mengacau."
"Dan saat kita semua mengikuti program Marco, segalanya baik-baik
saja?" Ia mengambil kaleng kosong dan melemparnya ke seberang gang.
"Pujalah Marco yang agung?"
"Lupakan tentang menyelamatkan nyawamu lain kali?"
"Aku bilang, tenanglah!" Teriakku.
Ada gemerisik tiba-tiba di ujung gang yang jauh. Kami semua
menegang. Di pojok jalan seorang bocah laki-laki sedang mengintip, bocah yang
terlihat sangat aneh. Rachel mendengus. Itu Ax, dalam morf manusia.
"Aku belum mendengar Tobias." Kata Ax kepadaku.
"Coba lagi. Tanyakan padanya jika sudah aman."
Aku mendongak menatap langit senja yang terlihat dari atas gang.
Sebuah siluit burung pemangsa melayang di atas kemudian menghilang di
balik kaca bertingkat tinggi.
"Oh, bagus sekali! Jadi ia sekarang mau pulang." Marco beranjak ke
balik tempat sampah kemudian mulai morf. "Aku mau pulang."
Aku tetap menatap langit. Rachel, telah berubah menjadi Rajawali
bondol, membawa tubuhnya ke atas sampai melewati batu bata. Aku tahu
ia hendak menyusul Tobias. Semenjak sub-Visser menangkap dan
menyiksanya, Tobias tidak pernah sama lagi seperti dulu. Bahkan lebih
banyak waktunya yang dihabiskan untuk menyendiri daripada sebelumnya.
Tidak bagus. "Pangeran Jake," Kata Ax. "Haruskah kita bertemu di gudang jerami
malam ini dan melanjutkan misi besok?"
Aku mendesah, isak tangis Cassie sudah berangsur sekarang. Dia
bangkit dari trotoar, dalam bayang-bayang tumpukan kardus, ia berjalan
perlahan menuju jalan utama.
"Aku tidak tahu, Ax." Kataku memperhatikan Cassie. "Maukah kau
membantuku" Bisakah kau memastikan ia pulang dengan aman?"
BAB 3 Aku tiba di rumah seorang diri.
Aku demorf di atas pohon di depan pekaranganku. Aku tahu itu
beresiko, morf sangat dekat dengan rumah, tapi aku sudah sangat
kelelahan. Ketika aku menginjak rumput, kakiku terasa lemas.
Kerikil kecil menusuk kaki tanpa alasku saat aku terhuyung menyusuri
jalan setapak. Lampu teras menyala namun lampu lainnya padam.
Aku terhenti dengan tangan berada di kenop pintu, lalu memandang
tubuhku. Spandex bersepeda dan kaos ketat. Aku tampak seperti sedang
akan memberikan testimonial pada iklan Tae Bo. Aku memiliki pakaian
yang tersimpan di garasi. Aku harus segera mengenakannya.
Garasi terasa sangat jauh. Aku sangat lelah. Otot-otoku lemas"
Aku membuka pintu. Melupakan tentang pakaian normalku. Orang
tuaku, jika mereka berada di rumah mereka mungkin hanya berfikir pakaian
morf ini hanya seperti fashion baru. Kau tahu - sesuatu seperti yang biasa
Rachel pikirkan. Ya, ia berkata ini seperti potongan ketat atau semacam
itu. Kakakku Tom, kakakku dengan Yeerk berada di dalam kepalanya,
tidak akan berfikir demikian.
Tapi Tom tidak ada dirumah. Jum"at malam artinya ia sedang berada
di The Sharing. Organisasi utama untuk para pengendali.
Aku membuka kulkas dan meraih sisa potongan pizza lalu mulai
memakannya. Aku meninggalkan dapur mendaki tangga menuju kamarku.
Satu, dua, tiga"aku bisa merasakannya, kepalaku terkulai ke dalam
bantal, lalu tidur nyenyak. Lalu bermimpi. Bukan mimpi buruk, hanya mimpi
tentang" "Jake?" Kepalaku tersentak. Potongan kecil pizza tersangkut di tenggorokanku.
Suaranya keras dan mengejek. "Telanjang kaki" Kau bersepeda dengan
telanjang kaki" Malam hari?"
Itu Tom. Ia berdiri di puncak tangga. Tinggi dan mantap. Menghalangi
langkahku. Malam singkat di The Sharing.
Aku terbatuk, terbatuk karena potongan pizza yang nyangkut.
"Hey," Kataku memaksa setengah tersenyum. "Aku.. ah.. aku dari
rumah Marco. Menonton pertandingan. Kami menonton sepanjang hari dan
ya, lalu Detroit mencetak skor dan Marco melompat serta menumpahkan
pepsi ke Jeans dan sneaker ku. Jadi, aku meninggalkannya disana untuk
dicuci." "Yeah?" Ujar Tom, kerutannya memudar. "Ya, kau terlihat sangat
bodoh. Tapi kelihatannya itu tidak biasa, kan?" Sekarang Ia menyeringai.
"Terserahlah." Aku berlari menaiki sisa tangga dan memukul perutnya.
Begitulah yang akan dilakukan adik laki-laki.
Ia jatuh ke lantai, berpura-pura cedera tapi menggaet kakiku hingga
aku tersandung saat aku berjalan menuju kamar.
Kami berdua tertawa. "Aku mau menyerah." jatuh," Kataku, membalikkan keseimbangan. "Aku "Yeah, baiklah." Ia beranjak menuju kamarnya. Apakah ia
menyadarinya" Apakah ia percaya pada kebohongan yang ku buat"
Rutinitas kepalsuan yang ku lontarkan pada kakak laki-laki yang bukan
kakak laki-lakiku lagi, namun adalah musuh.
Aku berbaring di kasurku, menarik selimut sampai ke leher. Mulai
hendak menutup" Suara berisik di ambang pintu.
Aku terbangun, menyalakan lampu.
"Hey, Midget." Tom menepuk dahinya sambil berdiri di ambang pintu
kamarku. "Apa ada darah di kakimu?"
Napasku terhenti. Terkadang, saat kau demorf, darah dari sisa pertarungan tetap ada.
"Ah," Suaraku tersendat. Otakku berjalan lamban. "Kau tahu
sepedaku. Sudah rusak. Rantai tololnya mengenai kulitku. Aku harus
meminta ayah membelikanku yang baru." Aku kembali menjatuhkan diriku
di atas bantal lalu mematikan lampu.
Menunggu. Tom akhirnya pergi. Namun, ketika aku melirik ke arah ambang pintu, bayangan Tom
masih ada. Apa ia ingin menanyakan hal lain"
Aku sudah sangat lelah untuk bertanya. Rasa kantuk menyeret turun
kelopak mataku. Apapun itu bisa menunggu hingga pagi.
Mataku menutup. Aku melihat Cassie. Memandang bayangannya
berjalan menyusuri gang. Jauh dariku. Menuju ke jalan utama yang sibuk
dimana mobil-mobil melintas.
Aku melihat mata Tom yang curiga. Selalu mengawasi. Memandang
licik. Matanya dikendalikan oleh siput parasit yang sangat kecil namun
sangat nyata yang bersarang di dalam otaknya. Yeerk. Penjajah asing,
yang melakukan penaklukan diam-diam pada ras manusia.
Dan tiba-tiba, aku berdiri di depan dinding besar, membentuk liga di
atas kepalaku dan terbentang bermil-mil dengan dua arah. Aku mendapati
tanganku menyentuh lubang kecil dimana air perlahan merembes dan
mengalir. Di sisi lain, aku mendengar laut berdesir. Memukul dan
menghantam tiap serat dinding.
Dan aku penasaran: Berapa lama dinding ini akan bertahan"
BAB 4 E " DEET! DE " DEET!
Suara alarm seperti bor di dalam kepalaku. Aku mengerang.
DE " DEET! Cukup sudah! Aku hendak menekan tombol jam di radio untuk
menahan lima menit lagi. Tanganku menepuk udara. Tak ada meja di samping tempat tidur"
Aku membuka mata. Dimana"
Jantungku berhenti berdetak.
Aku sedang menatap layar segitiga. Layar komputer datar menjulang
terpasang di dinding seberang tempat tidurku. Tembaga Eerie di puncak
layar menampilkan cahaya abu-abu 5:58:16 A.M.
Dibawah jam itu sebuah kata bertuliskan "YANG HARUS DILAKUKAN"
dan sebuah kalimat: "Melapor"
Ini bukan kamarku. Bukan sama sekali.
DE " DEET! DE - DEET!
Tubuhku waspada dan aku segera beranjak dari tempat tidur.
Alarm berhenti. Pikiranku disadarkan oleh kejutan. Pergi
memperingatkan. Pergi dari sana, Pergi dari sana!
dari sana! Ia Aku menuju panel hitam tinggi di dinding. Sebuah pintu, nampaknya.
Pergi! Aku mencoba, namun tidak ada kenop pintunya. Tidak ada tuas. Tidak
ada apa pun. Aku terjebak. "Anda belum dipersiapkan untuk pergi bekerja!" Seru sebuah suara
komputer yang melengking.
Aku memukul lebih keras. Memukul panel tersebut dengan kepalan
tangan. Keplan tangan yang"
Aku berhenti tiba-tiba saat aku melihat kepalan tanganku. Ia besar.
Maksudku, ia kasar dan memiliki pembuluh vena yang melintang di
antara bulu-bulu, kepalan tangan berotot seperti aku sering berlatih di
Gold"s Gym dan menjadi anggota disana.
Tangan ini seperti tangan manusia dewasa.
Jantungku berdetak lagi, sekarang terpompa dengan sangat cepat.
Aku memeriksa bingkai pintu kaca untuk melihat pantulan diriku, untuk
melihat wajah yang kukenal.
Dan ya, aku melihat mataku. Gelap seperti malam. Dan seluruh
wajahku, wajah" Aku menelan ludah. Rambut pendekku" Tinggi enam kakiku"
Jenggotku"! Aku meraba wajahku. Jemariku menjelajahi daguku. Kasar seperti
enam puluh grit amplas. Aku butuh bercukur.
Nafasku tersendat. Kepalaku serasa mau meledak.
Jake yang sedang menatapku sudah dewasa!
Tidak setua itu. Namun seperti sudah lulus kuliah beberapa tahun lalu.
Lebih tua sepuluh tahun dari bocah tadi malam.
Apa yang terjadi" Dimana yang lainnya" Bagaimana aku bisa berada
di tempat ini" Jantungku berdegup terlalu keras.
Aku akan segera mendapatkan serangan jantung jika tidak tenang.
Aku melangkah kembali ke tempat tidurku dan duduk di tepian kasur yang
tidak lebih lebar dari torso. Sebuah pijakan dari metal.
"Oke," Kataku keras. "Oke." Gunakan otakmu. Temukan penjelasan
yang masuk akal. Trik Ellimist" Yeah, bisa jadi. Tapi kenapa ia tidak berbicara"
Eksperimen Yeerk, mungkin" Apakah aku sedang tertangkap"
Sulit berfikir jernih saat kau bangun dan mendapati dirimu seperti Tom
Hanks di film Big. Setidaknya, ia terbangun di kamarnya sendiri, dengan
pakaiannya sendiri. Singkatnya, aku sedang mengenakan jump-suit oren
bodoh, warna topi anti matahari Orioles.
Aku meraba bajuku. Tentu saja! Aku tahu apa yang terjadi disini. Akhirnya ini terjadi.
Aku tahu ini hanya masalah waktu, tekanan pemimpin, pertempuran,
pekelahian tak berujung melawan musuh yang semakin kuat.
Aku akhirnya dilanda penyakit psikotik.
Aku sudah menjadi gila. Dan ini adalah bangsalku.
BAB 5 Ini memang sungguh seperti bangsal. Mungkin dua belas banding dua
belas. Namun, tidak terlihat sangat institusional. Lebih terlihat seperti
pekerjaan renovasi dari neraka. Sebuah pencampuran aneh antara
arsitektur abad lama dengan instalasi logam modern.
Dua dinding cembung menjulang dua belas kaki membentuk ornament
mahkota. Sebuah westafel porselen tua terletak di sudut. Lantai kayu
terpampang dibawah kaki dan bercampur oleh setengah linoleum kuning.
Dari semua barang-barang lama ini, teraplikasi dengan fase konstruksi
kedua. Metalik berwarna cerah mencuat dari dinding abu-abu sintetis. Aku
berdiri dan berjalan menuju alas berbentuk ginjal ungu. Atapnya bergeser
dan menampilkan kerucut emas. Sudah didekorasi seperti itu " pikirku "
dengan pinggiran yang terbuat dari tabung bercahaya.
Flit, flit, flit. Lembaran kertas lembut menghantamku dari celah di
dinding dan jatuh ke lantai.
Flit, flit, flit. Lebih banyak kertas.
Whooosh! Sebuah hisapan keras hampir menarik celana bawahku ke arah
kerucut. Tabung bercahaya itu redup. Tutup ginjal tersebut bergeser dan
menutup. "Evakuasi selesai!" Suara komputer menggelegar. Aku hampir
tersenyum. Siapapun atau apapun yang menjadikanku tahanan disini
sangatlah luar biasa, namun mereka memiliki toilet yang rusak.
Ku hampiri sebuah nampan berwarna Brilliant Fuschia yang terletak di
samping silinder biru elektrik. Tungkai pucat menarik kubus ke dalam
dinding saat aku berjalan mendekat.
Whoop. Bam. Aku terbelalak. Whoop. Bam. Mereka muncul kembali dengan membawa Bacon renyah dan telur
orak-arik. Jus jeruk berputar dalam gelas biru.
Sebenarnya aku tidak lapar.
Aku mendekati panel tepi yang panjang, padat namun tembus cahaya.
Cahaya alami samar menembusnya. Degup jantungku bertambah cepat.
Sebuah jendela" Mungkin aku bisa melarikan diri.
Shleep! Dinding menghisap panel tersebut dan membuka celah selebar tiga
inchi. Sebuah celah jendela. Udara segar menembus masuk dan membelai
wajahku. Aku menekan mataku hingga menutup, kemudian membukanya,
lalu" Terstruktur, ribuan, menjulang di atasku. Kaca, baja, beton, batu.
Semua menjorok keluar menghadap ke arah langit merah.
Sebuah perkotaan. Namun, sama seperti bangsalku. Kota itu terlihat seperti seolah-olah
telah termodifikasi oleh seorang kontraktor gila. Gumpalan kacau mesin
hitam melekat seperti tumbuhan benalu yang melilit gedung pencakar
langit. Deformasi payah dari monument arsitektur abad pertengahan.
Beberapa bangunan telah tertutup sepenuhnya oleh mesin-mesin
industri ini, seperti kapal yang tertutup remis. Sebuah batang pohon
digantung dengan parasit".
Kata-kata itu membuatku tidak nyaman.
Parasit.. Dua tentara terlihat dalam jarak penglihatanku. Cahaya merah mereka
menyoroti ke seluruh kota.
Oh, sial. Pasukan Yeerk.
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka menuju ke beberapa gedung pencakar langit, sebuah
bangunan tinggi yang menghiasi horizon seperti kepingan besar gigi patah
yang berada di mulut kiper hoki. Dua gedung tersebut terihat tidak asing.
Persegi panjang. Menara kembar.
The World Trade Center! New York. Ini pasti adalah" kecuali"
Pasukan Yeerk di tempat terbuka" Itu artinya"itu berarti mereka
menyatakan serangan terbuka. Visser Three. Mereka telah memiliki cukup
kekuatan untuk mengacuhkan serangan sembunyi-sembunyi, dan rahasia!
DE-DEET! DE-DEET! Alarm kembali berbunyi. "Kualitas fasilitas udara terancam!" Suara komputer terdengar lebih
berwibawa sekarang. Jendela mulai menutup, menutupi sepotong
penglihatan kotaku. Oh tidak, jangan! Aku meraih dan menggapai panelnya. Menariknya
kembali. Salah satu pasukan itu bukan Yeerk.
Salah satunya adalah Bug Fighter. Hanya satu-satunya kecoa tanpa
kaki dengan dua tombak bergerigi. Ekornya tertarik ke atas badan
pesawat, menunjuk ke depan. Seperti ekor Andalite yang siap bertempur.
Itu adalah alat buatan Andalite, tapi dengan modifikasi yang menjijikan.
Mesin yang seharusnya bersinar biru sekarang menjadi merah membara.
Aku masih melawan tutup jendela itu. Aku harus melihatnya!
Kedua tentara tersebut meroket ke langit.
Mereka terus menembus melewati awan tipis lengket
menggantung di atas kota seperti asap dari ledakan yang besar.
yang "Pemberontakan dilarang!" Suara komputer yang tajam memekakkan
telingaku. Kedua tentara itu miring, melambat dan melayang. Mendarat di pijakan
yang menghubungkan gedung World Trade.
Aku membiarkan jendela menutup.
Tidak ada perang yang diluncurkan setelah semua ini.
Perang itu sepertinya, telah berakhir.
BAB 6 Tssssst. Pintu bangsal terbuka dan mendorongku dengan ledakan udara ke
dalam sebuah lorong remang apartemen tua. Aku mendengar pintu panel
lainnya membuka dan menutup bersamaan. Manusia tinggi, dan
berpakaian jumpsuit menyerbu koridor.
Aku ingin berteriak. Aku ingin menggapai orang
mengguncangnya dan berteriak, "Tempat gila macam apa ini?"
terdekat Tapi instingku menyuruhku agar tetap diam. Temukan jawabanmu
sendiri, katanya. Amati. Jangan percaya pada orang-orang aneh ini.
Pergunakanlah mereka. Aku membiarkan orang-orang yang mengenakan pakaian oren, hijau,
dan kuning ini membawaku menyusuri koridor. Udara mulai bertiup
kencang. Deruan dan dengungan samar yang kudengar lewat celah-celah
jendela terdengar semakin keras, hingga pada akhirnya suaranya
menggetarkan setiap partikel udara seperti ribuan penggemar opera
dengan berbagai ukuran. Dinding bangunan di ujung lorong terbuka. Setiap orang mulai berjalan
melewati sebuah celah. Dan aku mengikutinya " dengan rasa penasaran
dan takut " keluar ke dalam kerumunan, sebuah dermaga.
"Maju!" suara komputer memotong deruan mesin yang membanjiri
telingaku. Aku sadar, tubuhku telah memblokir lalu lintas.
Aku tersandung maju menuju garis SUV seukuran kapal yang
melayang-layang di atas lantai, pintu menjeblak terbuka dan memasukan
sekelompok orang-orang dengan jumpsuit berwarna. Dan setiap
detiknya" Whoosh! Salah satunya terlempar dari bangunan apartemen dan meluncur turun
ke jalan-jalan tiga ratus kaki di bawah sana.
Aku sengaja melewati cahaya merah yang mendeteksi seluruh kapal
dan dermaga serta penumpang dengan kilatan yang mengerikan. Aku
melangkah menuju apa yang terlihat seperti pesawat tempur Bug-Fighter
yang telah dilucuti. Tak ada senjata tempur atau pusat pengendali. Hanya
sebuah tempat dengan kursi dan jendela. Nampak seperti mobil anti
gravitasi. Segera aku duduk di kursinya, sebuah sabuk pengaman melintang
melewati dadaku. Sabuk pengaman lain telah melilit kakiku sebelum aku
mulai panik. Shoo-Shoo-Shoo Benda tanpa pusat pengendali itu mulai menyala. Sebuah suara
komputer menggelegar. "Midtown Express."
Pintu terkunci dan" Sheeeeeeeo! Menembus putaran udara! Menggelantung terbalik! Perutku teradukaduk. Melewati gedung-gedung abu-abu. Kapal lainnya melintas melewati
jendelaku. "Hey." Suara manusia berseru.
Kami membelok ke kanan. Terjungkir balik 180 derajat. Dan seketika
membentang jaringan jalan di bawahku.
"Hey, Essak-Duapuluh-Empat-Duabelas-Tujuh-Lima!" Suara pria itu
terdengar ramah. Aku tersentak.
Pria itu mengenakan setelan hijau, terenyak di sebuah kursi pesawat
di sebelah kiriku, memandangku dengan mata birunya. Pria berpakaian
hijau itu berbicara padaku!
Jantungku terhenti. Kepalaku seperti terpukul.
"Kapan peluncurannya?" Katanya.
Aku terpaku menatapnya, tidak bisa berbicara.
Peluncurannya" Peluncuran apa"
Rem udara berdecit. Kapal mulai menyerempet dermaga udara.
Suara komputer menggelegar, "Manajemen menengah!" Setiap orang
dengan pakaian hijau turun dan keluar dari kapal.
Pria dengan setelan hijau itu melemparkan senyum. "Tuan ilmuan
melupakan kopinya?" Ia menghilang ke dalam kerumunan. Pintu segera menutup.
Pria dengan setelan hijau itu"pria itu memanggilku dengan nama
Yeerk. BAB 7 Aku terlempar kembali. Meluncur ke atas puncak menara. Gedunggedung Chrysler memenuhi jendela. Teratur dan aneh seperti foto yang
ibuku punya di kantornya. Tepiannya bulat dan terbuat dari stainless stell
serta" Tunggu sebentar. Aku melihat lebih dekat dan memperhatikan sesuatu
yang tertutup semacam karung. Sebuah selubung perak, terbungkus
seperti balon hadiah. Para pekerja yang sibuk berlalu lalang diatas peron
yang menonjol dari setiap lantai gedung.
Pikiranku mulai menyelam"
Bahkan gedung Chrysler. Berubah.
Lebih dalam" Pria dengan setelan hijau itu memanggilku dengan nama Yeerk.
Aku bukan Yeerk. Bagaimana ini bisa terjadi" Ada apa ini"
Ketika siput Yeerk masuk lewat lubang telingamu, ketika ia mulai
meleleh dan memipih ke dalam setiap lekukan otakmu, kau akan
menyadarinya. Percayalah. Karena kau tidak bisa makan, atau berbicara,
atau memanggil ingatanmu tanpa seizin Yeerk. Kau seperti orang tak
berdaya dari mimpi buruk tak berujung. Seorang tahanan di dalam
kepalamu sendiri. Tapi aku bukanlah tahanan. Mataku dapat bergerak bebas. Kakiku,
kalau saja ia tidak terlilit sabuk pengaman kapal, bisa pergi kemana pun ku
inginkan. Tidakkah siapapun yang telah bertanggung jawab atas semua ini
menjelaskannya padaku"
Sampai hari ini, aku adalah pemimpinnya"
Tidak! Aku masih seorang pemimpin dari kelompok kecil namun kuat
yang menentang penyerbuan Yeerk. Kelompok dari enam anak, lima
manusia dan satu Andalite. Kami menyebut diri kami sebagai Animorphs
karena senjata rahasia kami, kekuatan untuk menjadi hewan apa pun yang
kami sentuh. Kami semua melawan penyerbuan Yeerk yang dipimpin oleh
Visser Three. Para alien parasit yang datang ke bumi untuk mencuri tubuh
kami karena mereka tidak memiliki induk semang, Yeerk itu tidak lebih
seperti cacing menyedihkan yang menggeliat dan kau hindari dijalan
setelah hujan. Tidak ada Yeerk di dalam otakku. Aku bukanlah pengendali.
Bukan juga Essak-Duapuluh-Empat-atau apalah itu.
Bukan! Hanya" "Jake! Namaku Jake!"
Kata-kata itu terlontar begitu saja
Memecahkan keheningan di sekitar kabin.
tanpa bisa ku hentikan. "Ada apa denganmu?" Tanya pria bersetelan kuning dengan
penekanan. Delapan pasang mata menatapku. Empat wajah yang mungkin
diambil dari beragam etnik penduduk New York.
Penekanan pada kata "mungkin"
Karena ada satu hal penting.
Mereka bereaksi terhadapku.
Lihat, aku pernah ke New York sebelumnya. Sebuah perjalanan
singkat memang. Aku mungkin tidak memperhatikan banyak benda-benda budaya yang
seharusnya kuperhatikan, tapi aku memperhatikan satu hal. Kau bisa
berbicara sendiri atau meneriakkan lirik Limp Bizkit, kau bisa meneriakan
"The Star-Spangled-Banner" atau bahkan menginjak-injak bendera
Amerika , dan tak akan ada seorang pun- maksudku benar-benar tidak ada
" yang akan menghiraukanmu. Mereka mungkin akan melirikmu sejenak,
tapi kemudian berlalu. Yang ku katakan hanyalah, "Namaku Jake." Dan orang-orang ini
menatapku seakan aku sedang mengendarai Kawasaki di ruang keluarga.
Aku memaksa tersenyum. Mereka bukanlah orang Amerika. Mereka
adalah pengendali. Mereka semua adalah Yeerk.
Perhatikan langkahmu, Jake.
Aku menelan ludah, "Induk semangku," Kataku. "Kadang-kadang aku
masih"kesulitan. Kalian tahu, mengendalikannya."
Kapal itu berhenti lagi. "Obat," Suara Komputer.
"Mereka memiliki pil untuk situasi seperti itu." Pria bersetelan kuning
menjawab, "Kau harus mengunjungi klinik."
Ia bangkit dan berjalan keluar. Tujuh pria bersetelan kuning lainnya
mengikutinya. Pintu menutup. Kami membelok dari dermaga. Hanya
tinggal aku dan pria bersetelan oren.
Perjalanan singkat. "Penelitian dan pengembangan. Akhir perjalanan."
Pria bersetelan oren bingung ketika aku tidak masuk.
"Masuk ke klinik," Kataku lembut. "Tidak bagus." Aku menepuk
kepalaku. Ia memberiku tatapan bingung. Pintu segera menutup.
Aku sendirian. "Namaku JAKE!" Teriakku dan berteriak lagi.
Dan sesaat, aku berfikir aku sudah gila. Benar-benar gila. Mulai
berteriak seperti "Aku tidak mengenakan jumpsuit, aku mengenakan jeans!
Umurku bukan dua puluh lima tahun, aku masih anak-anak! Aku bukan
pengendali, aku manusia bebas!"
Namun tidak kulakukan. Kemungkinan ada seseorang, entah dimana
sedang memperhatikanku. Itulah yang dikatakan isi perutku. Aku mulai
mempercayai isi perutku. Turun, turun dan semakin turun. Kapal ini terasa seperti parasut, turun
perlahan dengan desiran angin, menuju perlahan ke arah jalan raya.
Aku memandang keluar ke arah taman kecil. Potongan kecil dari
taman kota. Rumput-rumput musim gugur bertebaran. Sosok-sosok
terbaris dengan tertib. Mungkin sepanjang lima puluh sampai seratus
barisan. Sebuah dentangan berbunyi lalu mereka berhenti dan berbalik serta
merubah haluan. Tahanan Andalite. Dan mereka sedang makan.
Tulang-tulangku serasa tersambar petir. Dunia dengan pengendali
Andalite bukan lagi sebuah dunia.
Di dunia yang ku kenal, hanya ada satu pengendali Andalite. Dan ia
merupakan kesalahan besar. Para pejuang Andalite yang sadar akan
menggunakan ekor pisaunya untuk bunuh diri sebelum mereka tertangkap.
Kapal berdengung hanya beberapa kaki di atas jalan, melewati
deretan jendela-jendela hitam di antara gedung-gedung. Kapal itu mulai
memasuki ruang terbuka yang luas. Area parkir. Sebuah aspal segitiga
terisi oleh kapal lainnya. Mesinnya mati, kapal itu sedang diparkir.
Aku tidak tahu dunia macam apa ini. Aku bahkan tidak tahu pukul
berapa ini. Sebuah dunia yang berada pada waktu sebelum, sesudah atau
bersamaan dengan duniaku"
Sebuah kenyataan aneh yang entah bagaimana terpaksa harus ku
terima" Mimpi burukku sendiri"
Aku tidak tahu. Namun aku tahu Yeerk sangat kuat disini. Mereka
pemilik kota ini. Dan mereka memiliki penduduknya.
Tapi mereka tidak memilikiku.
Selama aku masih bebas dan bisa mengontrol pikiranku, selalu ada
kesempatan " bukan " tapi kepastian bahwa aku bisa mengetahui apa
yang sebenarya terjadi disini.
Dan lalu mungkin, baru mungkin, entah bagaimana " walaupun di
dalam kota aneh ini " aku bisa menemukan yang lainnya dan bersamasama"
Pintu kapalku terbuka dan konsentrasiku buyar. Detak jantungku telah
kembali ke ritme normal. Pikiranku lebih tenang dan berfokus pada satu
hal. "Jake." Aku bernapas dengan tenang. "Kau tidak merencanakan yang
satu ini, tapi ini saatnya untuk membereskannya."
BAB 8 Pernah membayangkan skenario dimana para pemimpin dunia
menjadi gila, melepaskan rudal-rudal mereka ke antar benua dan
meluncurkan senjata nuklir ke seluruh planet" Pernahkah kau berfikir, ini
seperti kau melangkah keluar rumah, setelah sisa-sisa nuklir itu
dibersihkan dan kotamu menjadi gurun apokalips"
Ya, seperti itulah aku sekarang, seperti berada di gurun Time Square.
Tanah tandus yang habis di hujani bom atom. Sebuah lingkungan, tanpa
orang-orang dan hanya ada keheningan yang mengerikan.
Ya, memang lima ratus kaki di depan tertampang kota metropolis
Yeerk, namun di bawah sini adalah kota yang" tak ada satu pun taksi
yang mau lewat di lubang got semacam ini. Tak ada satupun pengendara
sepeda yang mau melintas. Tak ada wisatawan yang akan memfoto-foto
dengan kamera mereka. Tak ada penduduk yang mengenakan pakaian
potongan tipis keluar dari gedung-gedung tinggi.
Satu-satunya kehidupan adalah papan billboard listrik besar yang
menjulang beratus-ratus meter di atas. Tahu tidak, papan billboard besar
itu yang membuat Time Square terkenal" Aku mengamatinya. Papan itu
bahkan sama sekali tidak menampilkan iklan Coca-cola, JCV, atau Calvin
Klein. "Kau bisa pulang lagi." Kata-kata itu berkedip-kedip bagaikan kilat
listrik di atas sebuah planet yang kelam. Terlihat seperti sapi tanpa kepala
di bawah kata-kata yang menghadapi ke langit. Pohon-pohon yang kurus
dan lemas tumbuh horizontal seperti kawat berduri. "Lelah dengan kota
ini?" Kata-kata lain berbunyi. "Buatlah tempat tinggal Yeerk menjadi tempat
tinggalmu, juga. Tranportasi beroperasi tengah hari dan tengah malam
pada setiap awal periode, Yeerk Empire State Building."
Dan di bawah, tertampang tulisan kecil, "Divisi dewan petinggi untuk
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
relokasi ketidaklayakan dan pemberontakan induk semang." Kata-kata itu
di dampingi oleh label "EF"
Aku berhenti sejenak. Label itu bukanlah tulisan yang sudah lama ada
disana. Tulisan itu masih baru, bagus, dan penuh amarah.
Induk semang yang tidak layak dan memberontak"
Seberkas harapan muncul dari ketakutan di dalam pikiranku. Apakah
ada pemberontakan disini" Kelompok perlawanan yang mungkin berada di
suatu tempat" Jika aku bisa memiliki sekutu di kota ini, aku harus
menemukan mereka. Tapi aku harus menemukan yang pertama dulu. Mereka seharusnya
berada disini, kan" Hanya saja, dimana" Di kota New York yang
sebenarnya, Marco pasti sedang berada di toko video games manapun di
Manhattan, Rachel sedang dalam perjalanan dari pusat kota ke SoHo. Aku
mengamati toko-toko yang rusak dan jalanan yang kotor. Apakah ada
bagian dari kota ini yang masih berfungsi secara normal" Aku ragu.
Dari semua itu, aku baru menyadari Cassie adalah satu-satunya yang
paling mudah untuk ditemukan. Taman. Ia bisa saja ada di taman dan
sedang memberi makan merpati"
BAMBAMBAMBAMBAMBAMBAM! Aku menghantam tanah. BAMBAMBAMBAMBAMBAMBAM! Pistol mesin ditembakan. Aku berguling ke belakang kios dan mencaricari sumbernya.
TSEEW! TSEEW! Sinar Dracon membalas, diikuti oleh pekikan suara manusia yang
tertembak. Baku tembak di tengah-tengah Time Square" Gema suara
tembakan mereda dan digantikan oleh suara bergemeletak. Bunyi klik.
Kuku-kuku tajam mencakar beton. Agak aneh, dan juga mengeluarkan
suara setengah siulan"
"Ssssssniiit waaanaaa!" Suara yang keras dan serak terkekeh-kekeh.
Aku bergeser sedikit dari balik kios. Cukup yakin"
Taxxon. Sekumpulan Taxxon. Sekitar enam sampai delapan Taxxon.
Berkerumun dari jalan Fourty-Second, tepat di lurus di depanku. Tubuh
kelabangnya dibalut ikat pinggang penuh amunisi energi dan segenggam
pistol Dracon. Bekas luka torehan tertampang mengerikan di dada
cembung mereka. Aku melawan keinginan untuk kabur. Aku harus memainkan peran
sebagai seorang pengendali, dan seorang pengendali takkan kabur. Tapi
aku harus lari! Aku sedang berada di tempat terbuka. Sejauh yang ku lihat,
akulah satu-satunya manusia disini dan mereka tak akan lama berfikir
alasannya. Tidak ada pertemuan dengan Taxxon yang berakhir baik.
Kenapa berharap sesuatu yang berbeda kali ini"
Kemana aku harus pergi"
McDonald di sudut terlihat telah terbakar hangus. Logo emas
tergeletak hancur di trotoar. Aku akan jadi sasaran empuk. Gedung tinggi
memiliki lobi kaca. Tak ada tempat bersembunyi. Tiba-tiba,
"TSEEEERR!" Pekikan burung pemangsa. Kepakan sayap terlihat! Seekor elang ekor
merah mengepak di atas kepalaku. Ia terlihat sudah tua. Agak gemuk,
dengan beberapa bulu hilang dan kerutan di sekitar matanya. Ia terbang ke
dalam aliran uap di atas kereta bawah tanah.
Aku berkedip. Hilang. Ia telah hilang! "Tobias?" Tak ada jawaban. Apakah ini hanya khayalan"
"Sssssrreee sreeenaa!"
Aku tersentak kembali. Aku melangkah keluar dari belakang kios.
Pemimpin kelompok Taxxon itu melihatku. Lengan cakarnya bergerak
dengan cepat. Kecepatannya meningkat menjadi luar biasa.
BAB 9 Aliran uap kereta bawah tanah. Lari! Aku lari ke arah pintu masuk
kereta bawah tanah dan melangkahi tiga tangga sekaligus. Wham! Aku
menerobos gerbang berkarat.
"Ugh!" Bau tidak sedap. Bau busuk dan lembab. Bau.. Taxxon.
Aku menahan napas dari baru dan hawa panas di bawah tanah.
"Siapa kau?" "Yahh!" Jantungku hampir copot. Kepalaku sontak membentur pintu
pagar karena terkejut. Seorang pria, manusia. Hanya setinggi tiga kaki tapi seorang dewasa,
menatapku bingung. Ia melemparkan selebaran yang ia bawa di
belakangnya. Kurasa aku melihat tulisan "EF", tapi tidak begitu yakin.
"Apa yang kau lakukan dibawah sini?" Suaranya menakutkanku.
Seperti seorang juri yang sedang menjatuhkan hukuman mati padaku.
Aku masih berjuang untuk berusaha bernapas.
Pria itu mengangkat bahu dan melanjutkan, "Kau tidak akan bertahan
lama dibawah sini. Tak ada yang bisa."
Aku mendengar pintu gerbang terbuka. Terdengar gesekan kaki-kaki
Taxxon. Mata pria itu melebar. Ia melihat ke belakang dan mulai berlari.
Aku mengikutinya. Menyusuri terowongan keramik yang semakin
menyempit sampai bahuku tergores dinding terowongan. Kemudian masuk
ke dalam terowongan yang lebih kecil sehingga mengharuskanku
merangkak. Aku merangkak dengan cepat melalui dinding-dinding yang
lembab. Geraman Taxxon semakin terdengar samar. Geraman dan
teriakan yang samar mulai teredam digantikan oleh kegelapan total.
Kami muncul di sebuah ruang berkubah lebar dengan hawa dari
genangan beracun di pusatnya.
Di sekitar dangkalan itu, air kotor " lusuh dan menyedihkan " adalah
sekumpulan manusia dan alien yang hidup.
Kumpulan yang mengerikan.
Gedd kikuk yang melompat-lompat dengan lamban, Hork-Bajir yang
babak belur, yang telah kehilangan tangan atau kaki atau bahkan
keduanya, berkerumun di sekitar lubang bercahaya. Anak-anak manusia
yang cacat atau orang dewasa yang cacat terbaring di tikar kotor. Bekas
pasukan Andalite yang terluka, beberapa dari mereka sudah tidak memiliki
ekor pisau dan yang lainnya sudah tidak memiliki mata pengintai,
beristirahat dengan gelisah. Bau busuk yang menyengat dan rintihan yang
menyayat hati. ini semua adalah bukti nyata dari kekalahan, kesedihan, dan setengah
kehidupan. Suara kami yang mendadak menyontakkan mereka, sebagian besar
melihat ke arah kami dan menegang, namun lemah. Mereka siap untuk lari,
bukan melawan. Sudah jelas.
"Apa ini?" Aku menarik napas. "Siapa kau?" Asap di ruangan itu
membuatku pusing. Pria kecil itu berbisik-bisik pada sekelompok anak-anak kecil.
"Tergantung dengan siapa kau bertanya." Ujarnya. "Kaisar menyebut kami
buronan. EF menyebut kami pengungsi. Aku menyebut kami korban.
Korban dari kebijakan pusat. Tapi itu sama sekali tidak penting, kan" Kami
semua adalah mangsa." Ia tersenyum. "Tubuhmu kelihatan masih kuat.
Kau pastinya karena menderita sakit jiwa."
Aku hampir tidak menyangka. "Aku pastinya?"
"Ah," Nadanya melembut dan merendah. "Tenanglah, kawan.
Setidaknya dengan tubuh kuatmu, kau memiliki kesempatan untuk
melawan angakatan khusus Taxxon. Dengan bantuan kami, kau mungkin
bisa bertahan sebulan, atau mungkin dua bulan."
Mataku melotot. Wajah pria kecil itu menjauh. Bau busuk disini
menggerogoti otakku. Aku berbalik ke arah terowongan dan mulai
merangkak. "Tidak," Teriaknya, memperingati. "Kau harus tetap bersama kami.
Jika sendirian, kau tidak akan bertahan sampai dua jam!"
Aku harus segera keluar. Aku butuh udara segar. Aku hampir pingsan.
Aku kembali ke terowongan. Belok kiri. Belok kiri lagi. kembali ke
peron stasiun kereta bawah tanah. Cahayanya terlihat remang.
Tiba-tiba" Sebuah penghisap besar! Aku ditarik ke arah rel kereta dengan hisapan yang sangat kuat! Aku
harus melawannya! Aku berusaha lari ke pintu keluar tapi tubuhku sama sekali tidak bisa
melangkah maju. Seperti mimpi buruk dimana kakiku bertambah berat lima
puluh pond atau seperti berlari di atas air.
Aku menoleh ke arah rel sepuluh kaki di belakangku. Mereka ditutupi
cairan kotor, bergolak dan berputar bersama dengan Taxxon-taxxon!
Itu adalah aliran Taxxon hidup. Mereka tersedot di sepanjang jalan
bawah tanah, mata merekah mereka membelalak saat mereka terbang
terhisap. Ini adalah pengangkutan Taxxon.
Dan aku hanya tinggal sepuluh kaki lagi untuk terhisap bersama
mereka! "Ahh!" THWAAP! Thaap! THWAAP! Dua Taxxon meluncur terhisap. Terhuyung-huyung menabrak peron!
Mulut dengan penuh gigi taring tajam dan ratusan kaki bercakarnya
mengarah padaku. Tidaaak! Aku menggapai kursi dan menarik diriku mendekatinya, berusaha
melawan hisapan tersebut. Aku mendorong tempat sampah ke lantai,
menarik diriku melewatinya.
Aku melihat melewati bahuku. Para Taxxon itu juga sedang berjuang
melawan hisapan itu, namun mereka lebih besar dariku dan mereka
mengetahui cara yang tak dapat ku lakukan. Mereka menjatuhkan diri ke
lantai dan mulai menggali. Berbalapan layaknya Salamander.
Kursi! Deretan kursi! Dorong!
Mereka akan segera menghisapku.
Gerbang! Aku membukanya. Tangga keluar! Aku menggapainya!
"Ahhhhhh!" Sesuatu menggigit kakiku. Aku berputar-putar. Berusaha membanting
pintu gerbang diantara rahang-rahang yang menganga dan lidah-lidah
yang menjulur. Lalu aku memanjat ke dalam cahaya matahari. Naik, naik, dan naik.
Berkeringat, terengah-engah, dengan kakiku yang hampir lumpuh dan
terasa sakit. Kepalaku berdenyut-denyut saat aku mengahampiri pintu
putar. Jalan! Trotoar! Tubuhku ambruk dengan napas terengah-engah setelah menghirup
udara segar. Aku membalikan tubuhku dan seketika membeku.
Rupanya aku tidak sendirian.
BAB 10 "Gehhhtuupoorraanjjsoooot!"
Kalimat seperti suku kata yang menyambung-nyambung terdengar
dengan cepat. Benar-benar sulit dimengerti.
"Wutryoodooingindtheaghetoo?"
Oke, ini hanya mimpi. Hanya itu penjelasan yang masuk akal. Tapi,
gigitan Taxxon tadi dan kakiku yang terasa nyeri ini benar-benar terasa
nyata. Saat itulah aku memutuskan bahwa ini adalah dunia yang mungkin
tidak pernah bisa ku mengerti. Dan jika aku tidak bisa bertahan, aku akan
mati. Tujuanku menjadi sederhana: Keluar dari tempat ini dalam keadaan
hidup dengan jiwa dan tubuh yang utuh.
Aku mencoba untuk tidak membiarkan dua mahkluk di depanku,
sebagian besar terlihat seperti manusia kecuali untuk kaki ketiga, dan leher
yang sangat panjang, menakutkanku. Tapi sangat sulit.
Coba lihat, mahkluk itu hanya memiliki satu mata, besar, dan
menyalak padaku seperti teropong. Di tengah matanya terdapat iris mata
yang sebagian besar mirip dengan manusia kecuali ia bercahaya kuning
dan abu-abu samar. Tapi kau tahu, bahwa ada pupil mata terletak di tengah iris mata kita"
dalam kasus ini tidak seperti itu. Aku memperhatikan pupil matanya
bergerak mengitari irisnya dengan gerakan lamban seperti satelit. Mata itu
memandangku dengan penuh curiga seperti agen dinas presiden. Mereka
tampaknya benar-benar memperhatikanku sampai ke dalam.
Meskipun lebih tepatnya jika ku katakan, aku memandang mereka
sampai ke dalam. Karena aku bisa melihat paru-paru biru mengembang dan mengempis.
Dan dua jantung yang berwarna hijau terang memompa cairan kuning
melalui pembuluh vena. Bergulung-gulung usus melekat erat di dekat otototot yang kemerahan.
Kulit mereka sejernih gelas kaca. Jernih tanpa adanya distorsi saat
aku melihat ke dalam organ-organnya.
Sebuah model anatomi yang akan membuat guru biologi rela mati
karenanya. Tidak perduli dari planet mana mereka berasal, hidup atau mati
tidak masalah. Maksudku, aku benar-benar melihat jantung berdetak.
Sebuah target yang sempurna.
Si mata kuning bergerak maju dan membuatku tersontak. Ia
mengulangi pertanyaannya. Tiba-tiba, nada bicara dan kalimatnya mulai
berbeda" mulai berpola. Mulai masuk akal.
"Bangun-setelan-oren!" Katanya. "Apa-yang-kau-lakukan-di-tempatini" Membolos-kerja-adalah-kejahatan! Mengapa-kau-tidak-di-tempat-kerjamu?" Sebuah jari yang hampir tidak terlihat menjentikkan sesuatu yang
menempel di dadaku. Kemudian ia mendongak menatap gedung Chrysler
dengan penutup Mylar nya yang tertiup angin. Ada lencana pada jumpsuit
ku yang tak pernah ku ketahui. Tanpa ku sadari ada sebuah hologram
tertampang di atasku, dan nama Yeerk ku tertulis disana. Tertampang juga
sejumlah nomor perumahan, tempat kerja, dan sektor pekerjaan. Dibawah
tulisan "Pekerjaan" tertulis "Teknisi planet."
Aku menganga seperti orang tolol. Orang-orang ini adalah pasukan
keamanan jalan" Aku bekerja di gedung Chrysler"
"Mungkin ini tempat untuk orang bisu." Si mata perak mengejek.
"Sepertinya ia mengalami gangguan. Bisa kau katakan dimana rumahmu,
setelan oren?" Ia menggeram rendah sambil jarinya memegang sepasang
borgol berwarna merah. "Atau kau tidak bisa mengingatnya?"
Mereka bisa melihat dimana aku tinggal. Tapi aku menebak mereka
hanya ingin aku berbicara. Aku menatap lencanaku dan mencoba
membaca terbalik. "Aku..uh.."
RrrrrrrrrBoomBoom . . . RrrrrrrrrBoooooom . . .
Tanah berguncang dan ledakan yang memekakan telinga bergemuruh
di sepanjang jalan. Si mata kuning menoleh, kemudian berputar kembali
dan menggandengku. Menyeretku dengan kecepatan yang menakjubkan
menuju asal suara. Si mata perak mengikuti.
"Lantai delapan-puluh-delapan." Kataku berbohong. "Aku tinggal di..
uh.. menara kaisar." Kurasa itu terdengar bagus.
"Jangan sarkastis, setelan oren." Ia maju dan memborgol pergelangan
tanganku. "Kau pikir aku tidak tahu lantai delapan puluh tujuh sampai lantai
Sembilan puluh dua itu adalah dermaga" Kau ku tahan."
"Di bawah wewenang siapa?"
Aku berjuang melepaskan tanganku, namun borgol itu terbuat dari
sesuatu benda organik yang hidup. Semakin aku melawan, ikatannya
semakin erat. Mahkluk-mahkluk itu tertawa terbahak-bahak, suaranya seperti
dengungan terompet. "Kami ini adalah Orff, tolol. Agen keamanan dewan
tertinggi. Kami dibawah wewenang kami sendiri."
R rrrrrrr Boooooooooom m m m m!
Ledakan besar lain dan kepulan debu.
Orff itu bergerak menjauhiku.
"Hey!!" Si mata perak menggaetku. Aku di dorong paksa ke sudut, dengan
kaki pincang akibat gigitan Taxxon seraya bergerak menuju kepulan awan
debu. Namun, si Orff itu mengikutiku. Kaki tiganya bergerak seperti air
raksa. Kemudian, ia tepat berada di depanku. Kami berdiri di tengahtengah kepulan awan debu.
Aku mendengar sirene kapal dari kejauhan.
Suara siulan Taxxon terdengar saat mereka turun ke jalan,
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menumpahkan tiga-ratus-kaki-kaki yang berderap-derap di antara gedunggedung di sepanjang blok.
Ada apa ini" Apa yang terjadi"
Bisakah aku morf" Aku mencoba berfokus. Mencoba berfikir"
Tiba-tiba cahaya terang berwarna kuning-putih menyilaukanku, seperti
aku adalah seekor serangga yang sedang berada di dalam bola lampu.
Segalanya menjadi sunyi senyap, namun hanya beberapa detik.
KemudianBOOM. BOOM. BOOM! Trotoar berguncang hebat seraya gelombang tekanan yang sangat
keras melemparkan semua orang dari jalan. Seluruh gedung kaca di
sepanjang blok berubah menjadi air terjun pecahan-pecahan kaca dan
batu-batu yang mematikan.
Aku menangkat kepalaku ke arah apa yang nampaknya menjadi
sumber ledakan. Sebuah gedung pencakar langit yang luar biasa tinggi
terhuyung-huyung dengan bola api dibawahnya seperti pemain sirkus yang
berdiri di atas tali. Mulutku menganga tidak percaya saat bangunan anggun itu
bergoyang-goyang tak menentu.
Kemudian, seluruh strukturnya mulai ambruk ke tanah. Lebih
cepat"lebih cepat" dan roboh dalam sekejap. Jatuh..jatuh"dan "
Suara gemuruh menggelegar saat gedung itu runtuh dan terbelah dua,
menghilangkan gedung Chrysler.
Runtuhan demi runtuhan menghantam jalan Manhattan. Seharusnya
ini waktuku untuk menghilang.
Tapi yang bisa kulakukan hanyalah merangkak ke sebuah pintu dan
berbaring disana saat kepulan debu asap putih menerpaku dan serpihan
puing-puing kecil menghujani dari langit.
Lalu benda-benda yang lebih berat, kepingan baja dan beton mulai
menghujani jalan, dan kemudian segalanya menjadi gelap.
BAB 11 Suara sirene berdengung. Kepalaku terasa sakit luar biasa.
Aku membuka mataku di antara tumpukan puing-puing. Kobaran api
memenuhi seluruh gedung. Ada banyak kapal patroli. Para Taxxon dengan
kejam memasukan mahkluk-mahkluk yang terluka ke dalam kapal,
memuaskan hasrat kelaparan mereka dengan melemparkan mayat-mayat.
Orff menghilang. Borgolku entah bagaimana telah lenyap. Rupanya,
saat kau berada di negeri Yeerk, jika kau mendengar bunyi sirene dan
mereka hendak menangkapmu, jangan tunggu sampai mereka datang.
Bergegaslah kabur. Aku berlari dari pintu. "Ahhrgh!" Dan tiba-tiba menabrak seseorang bersetelan ungu. Sebelum aku bisa
mendapatkan keseimbangan lagi, aku melihat ke sebuah laras pistol
Dracon yang digenggam. Negeri Yeerk pastilah menciptakannya untukku.
Aku melihat pistolnya, melewati lengannya, terus ke arah mata
seorang wanita berkulit gelap yang tertutup debu. Saat mata kami bertemu,
ekspresinya berubah. Dari kemurkaan dan kekejaman ke campuran
misterius antara kebingungan, ketidakpercayaan, kelembutan, dan
kemarahan. Dadaku menghela tanpa sadar karena wanita ini"
Wanita ini".ingatanku"
"Ah!" Tiba-tiba ia mendorongku minggir.
TSEEW! Whumph. Seekor Taxxon terkulai ke jalanan seperti seekor cacing kembung
dengan gigi-gigi tajam hanya beberapa inchi dari kakiku. Kurang dari tiga
detik yang lalu bokongku akan jadi santapan Taxxon yang enak.
Wanita itu melesat ke depan. Aku berlari mengejarnya.
Ia telah menyelamatkan nyawaku.
Tapi bukan hanya karena itu aku mengejarnya.
Dengan kelincahan seorang atlet, dia berlari menyusuri gang sempit
dengan sisa-sisa reruntuhan peradaban manusia. Piano yang hancur,
bangkai dipan, beberapa sepeda motor yang berkarat. Semua itu kini telah
tertutup oleh gundukan beton dan kepingan-kepingan logam yang masih
mengepul. Aku memanggilnya, "Hey, tunggu." Ia behenti dan menoleh.
Aku melangkah maju dan raut wajahnya kembali aneh. Seperti ia
sedang mengingat-ingat, mengingat"
TSEEW! "Hey! Apa-apaan?"
Ia menembakku. Menembak udara tepat di atas kepalaku. Kemudian
ia menghilang melewati sebuah pintu logam besar di ujung gang, pintu
masuk samping ke dalam sebuah bangunan bata tinggi.
Apakah itu hanya tembakan peringatan" Atau ia memang berniat
menembakku" Aku mendorong pintu logam tebal dan berlari di antara kegelapan.
Cahaya-cahaya menembus dari sebagian atap yang tertiup angin dan
panggung utama yang dilapisi beludru, seperti panggung orchestra "
terdapat deretan kursi- kursi dan balkon bertingkat. Aku menuruni lorong
berkarpet, menggeret diriku menaiki panggung yang dipenuhi lantai rusak.
TSEEW! TSEEW! Sinar Dracon menyala di udara. 500 pond daging Taxxon berjatuhan
dari jala. WHUMP. Daging-daging itu menghantam lantai seperti balon yang meledak, dan
ya Tuhan mereka berbau busuk.
Wanita itu melesat ke belakang lukisan dengan setting kota yang
indah. Ada gambar gudang jerami merah dan rumput yang hijau. Kuda dan
hewan-hewan ternak lainnya sedang memakan rumput di belakangnya.
Tapi tidak lama " TSEEW! Ia membuat lubang di tengah kanvas itu dengan sinar Dracon dan
berjalan melaluinya. Tiga Taxxon tercepat yang pernah kulihat berlari
mengejarnya. Ia tersandung, mundur, dan menembak lagi dan lagi. Namun
tembakannya semakin lemah dan lemah yang hanya memberikan
tamparan lemah ke wajah Taxxon raksasa itu.
Dan aku tidak membawa senjata apapun!
Aku menatap baris demi baris deretan lampu-lampu dan menerka"
Aku berlari ke samping, dimana setumpuk tali-tali terikat oleh sebuah
baja berat. Aku membuka tali-tali itu dan menurunkan jangkar.
Whoooosh! Latar belakang kain halus jatuh menimpa lantai, menghantam sang
predator dan mangsa yang ada di bawahnya.
Tidak terjadi apa-apa. Taxxon- Taxxon itu melanjutkan menerjang ke depan sampai akhirnya
senjata wanita itu benar-benar tidak berfungsi. Ia melemparkan pistolnya
ke arah Taxxon terdekat, namun pistol itu hanya seperti mainan di dalam
mulutnya. Taxxon itu menelan pistolnya tanpa ragu.
Dengan sekuat tenaga aku memutuskan tali demi tali. Derikan suara
katrol memekakan telingaku bersamaan dengan seluruh lampu panggung
berjatuhan menimpa lantai.
Aku segera melihat tiga Taxxon kembung terjebak dan menggeliat di
lantai. Terjebak dalam jaring-jaring halus.
Aku berlari ke arah si wanita. Tangannya terperangkap di antara
Taxxon yang lemas. Tubuhnya di penuhi air liur menjijikan. Ia tersentak
saat aku mendekatinya, masih bersiap untuk melawan.
Aku membungkuk rendah dan membebaskan lengannya. Ia akhirnya
paham bahwa aku tidak akan menyakitinya.
Mata kami bertemu. "Cassie." Aku ingin memeluknya. Mengatakan padanya semuanya baik-baik
saja. Bahwa ia sungguh berani. Bahwa kami akan keuar dari sini hiduphidup.
Namun, matanya seperti dinding atau topeng. Aku mencari kedamaian
dan kesensitifan disana. Tapi tidak ada. Bibirnya melengkungkan senyum palsu yang sangat bukan seperti
Cassie. Dan pada akhirnya ia berbicara.
"Jadi, kau belum mati."
BAB 12 Aku menjawabnya dengan tersenyum, senyuman yang akan aku
berikan padanya jika kami kembali ke dunia yang ku kenal.
"Kota ini telah melakukan segala upaya untuk membunuhku. Tapi
belum, aku belum mati. Aku sendirian. Dimana yang lainnya" Bagaimana..
bagaimana kau bisa ada disini?"
Ia tidak menjawab, tapi ia mengayunkan kakinya melewati pinggiran
panggung, menghela napas dan turun ke bawah panggung. Aku
mengikutinya turun, dimana ia berhenti di sudut dan mengeluarkan kotak
tersembunyi. "Cassie, ada apa?" Ini tidak seperti dirinya yang akan mengabaikanku.
Dia bahkan tidak melihatku. "Aku pergi tidur kemarin malam, kurasa." Aku
melanjutkan. "Aku dirumah, tinggal bersama keluargaku. Kita baru saja
pulang dari misi yang kacau. Ingat" Aku bangun keesokan paginya dan
aku telah berumur dua-puluh-lima tahun dengan jenggot dan sama sekali
tidak ada ingatan tentang rentang waktu selama itu. Apakah ini ulah
Crayak atau Ellimist?"
"Aku tidak pernah mendengar nama mereka lagi bertahun silam."
Katanya. Nadanya sama sekali tidak bernostalgia. Ia mengobrak-abrik
kotaknya, kurasa ia mencari perban untuk membalut lengannya. Kotak itu
terisi dengan persediaan P3K, lima sampai enam pistol Dracon, setelan
ungu lainnya, makanan darurat dan"
Ia menoleh tepat saat mataku melebar.
Gulungan kabel ledakan, detonator, dinamit, rangkaian tegangan
rendah dan tinggi. "Aku yakin kau tidak bersama EF?" Katanya.
Aku menggelengkan kepala.
"Evolutionis Front" Kelompok pemberontak Yeerk" Kau tahu, yang
disebut pemberontak" Yang didedikasikan untuk melawan parasitisme dan
mendukung simbiotis buatan?"
Ia menyodorkan pistol Dracon ke tanganku dan mengambil dua untuk
dirinya sendiri. Dan kemudian aku melihat sekilas partikel emiter Kandrona
darurat saat ia menutup kotaknya.
"Kau pengendali?"
Ia tertawa. "Ya, siapa lagi" Nama Yeerk ku adalah Niss. Kami di EF
bersama-sama. Kami bekerja sama menentang dewan. Aku memimpin tim
yang bertanggung jawab atas ledakan pagi ini. Itulah mengapa para
Taxxon sangat menyukaiku. Ledakan itu akan memicu mereka, walaupun
kami tidak mengenai?"
"Apa!" Gelombang tak terkendali mulai meluap di dadaku. Rasanya
seperti mendengar ayahku mengaku menjadi pengedar obat terlarang atau
pembunuh. Itu sangat tidak mungkin. "Cassie, apa yang kau bicarakan"
Kau membuat ledakan yang akan membunuh ratusan pengungsi, orangorang EF yang berniat membantu" Itu membuatmu menjadi teroris!
Bagaimana mungkin kau membenarkan hal itu?"
"Ini perang, Jake. Segala cara dibenarkan." Dia berbicara dengan
percaya diri yang mengerikan. "Aku bukan anak-anak lagi. aku tidak perduli
dengan omong kosong yang ku percayai dulu."
"Seperti kehidupan dan kedamaian" Kau pikir sekarang itu hanyalah
omong kosong! Apakah kau tidak ingat misi terakhir kita " pertempuran di
gedung Ragsin" Kau perlu berbicara ketika kita keluar tapi aku
menghiraukannya. Hanya karena aku tidak ingin berurusan dengan itu, aku
sungguh menjadi orang yang bodoh malam itu, Cassie. Kau selalu merasa
bersalah, tapi itulah dirimu. Kau harus menyadari hal itu."
Ia tertawa acuh. "Kau berbicara mengenai kehidupan yang berbeda,
Jake. Telah banyak sekali misi setelah hari itu. Semua itu hanyalah
idealisme muda yang menyedihkan. Kau tidak mengerti. Kukatakan
akhirnya aku mengerti perang."
Cara dia berbicara, cara dia berbicara padaku, membuatku merasa
keberadaanku baginya hanya seperti sebuah sekrup di lantai panggung.
Apakah benar-benar tidak ada hubungan di antara kami" Apakah
teman-temanku benar-benar telah berubah"
"Para Taxxon menguasai bawah tanah." Kataku. "Orff mengatur
jalanan. Cassie, jika kau lihat sekitar, sudah jelas tidak ada kesempatan
untuk memenangkan perang ini."
"Perang ini belum berakhir!" Ia mendesis. Matanya berapi-api. Ia
kelihatan siap untuk menyerangku.
Tapi kemudian matanya berpindah menatap lencana di dadaku dan
sekejap kemarahannya lenyap. Wajahnya terlihat tenang kemudian
menjadi cerah. Ekspresinya berubah sangat cepat dan menakutkan.
BAB 13 "Kau seorang teknisi planet" Bekerja pada proyek gedung Chrysler!"
Tiba-tiba aku menjadi satu-satunya orang yang paling menarik di panggung
ini. Aku tidak tahu harus berkata apa. Ia berjalan ke arahku. Tangannya
yang tidak terluka mencengkeram lenganku. Suaranya menjadi intens,
hampir seperti terobsesi.
"Jake, para Yeerk meginginkan bulan. Mereka ingin membuatnya
menjadi pemancar radiasi kandrona matahari kecil. Jika mereka berhasil,
itu artinya bumi akan bermandikan sinar kandrona untuk selama-lamanya!
EF sekalipun tidak akan bisa menyentuh dan menonatifkannya. Tidak ada
yang bisa." Aku merasa seperti seorang pelanggan yang sedang mendengar nada
rumit dan manipulatif dari seorang penjual. Kesepakatannya sudah berada
di ambang, aku dapat merasakannya. Dan bagaimanapun juga itu
melibatkanku. "Pekerjaanmu membawamu lebih dekat dengan teknologi sinar-bulan
lebih dari siapa pun di EF. Kau tahu ruangan itu di gedung Chrysler" Yeerk
telah bekerja di bawah sana selama tiga bulan. Membuat sinar energi yang
akan mengaktifkan bulan. Penargetannya haruslah tepat. Sangat tepat.
Yeerk membutuhkan ketepatan kau dan tim mu untuk mengaktifkannya?"
Ia terlihat bergairah. Matanya berkilau saat ia berdiri tepat di
hadapanku. Ada sepercik cahaya yang ku kenal. Hanya saja itu bukanlah
rasa cinta pada manusia atau hewan. Itu semua adalah pikiran yang
dipenuhi sabotase, terorisme, dan strategi.
Dan sekarang ia sedang mengajakku masuk ke dalam pikirannya juga.
Aku mengangkat tanganku meraba matanya yang masih terbuka. Aku
menutupnya, menariknya dari ketidaksadaran dirinya.
"Katakan padaku sekarang! Bagaimana kita bisa berada disini"
Dimana yang lainnya" Bagaimana kau bisa tertangkap" Apakah semua ini
nyata?" Semangatnya masih tak berubah. Senyum palsunya muncul kembali.
ia tidak mau menjawab pertanyaanku, tapi jika ia menginginkan bantuanku,
ia harus menjawabnya. "Jika kau sungguh tidak ingat, akan kuberitahu." Jawabnya. "Kau tidak
akan menyukai jawabannya." Ia tertawa lagi sedikit kejam. "Bagaimana aku
bisa tertangkap" Aku telah dikhianati Jake, olehmu."
Jantungku terhenti. "Aku!" "Ya, kau adalah pengendali saat itu. Berterima kasihlah pada Tom."
"Kakakku?" Ia mengangguk. "Yeerk di kepala Tom akhirnya mendapatkan
jawabannya. Petunjuk, mungkin. Kecerobohan, aku tidak tahu. Tapi ia
menyangkamu adalah salah satu dari "Bandit Andalite" dan pada suatu
malam, ia menjadi yakin. Ia merencanakan serangannya dengan sangat
baik dan saat itu terjadi, kau sama sekali tidak punya kesempatan."
Ia melanjutkan. "Kau, Marco, dan Ax segera ditangkap di gudang
jeramiku. Rachel telah terbunuh. Mereka memberitahuku hari berikutnya.
Hanya Tobias yang berhasil kabur."
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebuah sesakan mengganjal di tenggorokanku. Rachel mati"! Ada
suatu masa ketika aku memanfaatkan kecerobohannya. Aku selalu
menaruhnya di tempat berbahaya, lebih dari siapapun. Dan Tobias"
Dengan rentang hidup seekor elang, pastilah ia sudah mati saat ini.
Cassie menceritakan semua omong kosong ini, seperti seharusnya
aku mengetahuinya. Seperti seharusnya aku tahu bahwa ini, semua ini,
adalah kesalahanku" "Lari!" TSEEW! Kotak metal hitam di depanku melepuh.
"Turun!" TSEEW! Cassie membalas tembakan, mengenai Taxxon. Ia jatuh pingsan tepat
di atas rel di dekat lubang orkestra! Jatuh lima belas kaki ke lantai! Krek!
Lalu menggeliat kesakitan di dekat kaki kami.
Ia kelihatan sangat kesakitan, tapi masih hidup. Mungkin Cassie
menembaknya tepat di bagian belakangnya yang bertujuan agar ia tetap
hidup. Yang harus kami lakukan adalah lari.
Aku membuka pintu ke ruangan yang cukup untuk merangkak di
bawah panggung. "Cassie, ayo!" Ia segera merunduk. Aku mengikutinya.
Tapi kemudian ia berhenti. Ia berbalik melewatiku dan kembali keluar.
TSEEW! Tembakan kedua melubangi organ vital Taxxon, membuatnya mati
seketika. Aku menatap Cassie, mencari jawaban. Mencoba memahami matanya
yang terbakar kekejaman amarah.
"Mereka hanya anjing," Katanya. "Anggota polisi tidak resmi Orff
dilepaskan untuk menangkap kami yang disebut teroris. Orff sangat tidak
keberatan jika para Taxxon yang kelaparan ini lepas kendali dan memakan
kita alih-alih membawa kita ke stasiun. Mata dibayar mata."
Aku mengira mungkin ini Niss yang sedang berbicara. Yeerk dan
bukan Cassie. "Ayolah!" Teriaknya.
Aku mengikutinya. BAB 14 Kami menyeruak ke jalan. Lari dari dengungan sirene dan hovercraft
yang masih berada di tempat kejadian.
Setiap seratus yard, Cassie kembali berapi-api. Para Taxxon akhirnya
kalah dan kami berhenti di sebuah toko rusak. Sebuah kios Koran tua.
Berkeringat dan terengah-engah, aku melirik sebuah rak. Sebuah
sampul majalah olahraga tua yang lusuh dan terbakar matahari tertangkap
pandanganku. Aku mengambilnya.
"Ayahku?" Kataku terkejut. "Ia ada di berita!" Cassie melihat
tanggalnya. "Yeah," Katanya datar. "Itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Yeerk
akhirnya berkuasa dalam hitungan minggu setelah kita tertangkap. Kami
akan mulai benar-benar menggeser keseimbangan."
Kamudian aku menggagalkannya.
Aku menjad tidak perduli, sombong, dan kejam pada diriku sendiri. Aku
terlalu banyak menggunakan orang lain, terutama Rachel.
"Yang lainnya." Kataku. "Dimana mereka sekarang?"
Cassie berhenti di samping tumpukan usang novel-novel romantis. "Ax
telah menjadi pengendali berpangkat tinggi. Dari yang ku dengar, ia
menjadi kunci dari penyerangan Yeerk ke planetnya sendiri. Planet
Andalite telah hancur. Jutaan telah mati. Puluhan Andalite telah ditangkap.
Kepemimpinan EF masih berfikir masih ada yang bebas di luar angkasa
sana, tapi aku tidak bisa membayangkannya?"
Aku merosot ke lantai di samping tumpukan kuning New York Times
yang bertanggal tiga minggu setelah aku tertidur dengan kaos spandex
bersepeda. "Tobias menjadi pemimpin sekelompok kecil Anti-Yeerk."
"Apakah ia " tahu - mengenai Rachel?"
"Ya, sama halnya dengan Marco." Suaranya menjadi dingin. "Marco
sekarang menjadi Visser Two. Yang ditugaskan di bumi. Ia telah
melakukan" hal mengerikan."
Ini tidak nyata. Aku tidak bisa mendengarnya lagi. Aku sungguh tidak
mempercayainya. "Visser Three yang kau ingat, sekarang telah menjadi kepala dewan.
Pemimpin tertinggi Yeerk. Kekaisaran Yeerk."
Tidak. Yeerk di kepala Cassie sudah menceritakanku kebohongan. Ia
sedang melemahkanku. Ia tahu.. ia tahu lewat ingatan Cassie apa yang
akan membuatku lemah. Tapi aku tidak akan kalah! Aku tidak gila! Temanku tidak akan" tidak.
Tidak akan! Tiba-tiba, aku telah berlari di jalan kosong. Aku tidak perduli lagi
kemana akan pergi. Aku hanya berlari dan berlari sampai tak kuat lagi.
"Bebas atau mati!" Aku mengulangnya pada diriku sendiri. "Bebas atau
mati!" "Bebas atau?" "Hentikan!" Cassie berdiri di depanku dan mendorongku ke dinding. Kemudian aku
merasakan wajahku basah oleh air mata. Mataku menjadi kabur. Napasku
terasa sesak. "Sangat beruntung aku bertemu dirimu, Jake. Pekerjaanmu sebagai
teknisi planet sangat memberikan kesempatan yang luar biasa bagi EF."
Cassie menjadi intens dan terobsesi lagi. "Rencana menyalakan bulan"
Kita harus mengacaukannya. Target sempurna dari sinar energi" Kita
harus mematikannya. Meledakan bulan akan membuat bumi terhujani
puing-puing. Hal itu akan mengacaukan satelit, menghancurkan pesawat
ruang angkasa, dan mengganggu struktur sosial Yeerk. Itu akan menjadi
serangan awal dari EF. Jake, kau dengar aku" Semua itu akan menjadi
serangan awal bagi EF dan yang telah ditunggu-tunggu oleh manusia
bebas." Dua kata-katanya membangkitkan telingaku seperti lonceng. "Manusia
bebas" "Ya, sekelompok kecil masih bertahan di pedesaan. Kelompok
buronan." "Jadi, masih ada harapan?"
"Sudah ku katakan padamu, perang belum berakhir. Tapi akan segera
terjadi. Semua harapan akan sirna jika sinar energi telah dinyalakan sesuai
dengan yang Yeerk inginkan." Dia tahu aku akan membantunya. Ia tahu ia
yang memimpinku sekarang. "Hiduplah seperti yang lencanamu katakan.
Perhatikan, dengarkan, dan curilah informasi. Tapi jangan lakukan apapun
sebelum aku menghubungimu. Aku akan mengirim seseorang yang
bekerja bersamaku untuk memberimu intruksi. Kita akan membutuhkan
kata sandi." Dengan enggan, aku menjepit kembali lencanaku ke baju. "Bagaimana
dengan "perdamaian?"" Aku berkata dengan senyum lemah.
Cassie menatapku seperti aku seorang anak umur dua tahun yang
naif. Ia mengulurkan tangan dan menyentuh wajahku dengan lembut. Dan
untuk sesaat, saat-saat yang indah, topeng kekerasannya mulai memudar.
Gadis yang kucintai kini sedang menatapku.
Tapi ia segera menghilang secepat ia datang.
"Sudah terlambat untuk perdamaian, Jake. Semua yang tersisa saat ini
adalah mendorong penjajah keluar secara paksa. Membuat bumi terlalu
berbahaya bagi mereka. Bagaimana tentang kata sandi yang berbeda"
Bagaimana jika itu" Animorphs?"
Aku setuju dan ia segera pergi, meninggalkanku dengan senapan
Dracon di tangan dan kehampaan di hati.
Apakah aku telah berada di sisinya" Kurasa aku mengingankannya.
Dan dia telah mengira aku memang akan berada di sisinya.
Namun, ia telah berubah. Terobsesi, terlalu fokus. Ia telah menjadi
roda penggerak mesin perang. Tapi, siapa yang tidak"
Apakah aku hanya pion dalam pikirannya" Hanya sebuah alat belaka"
Aku tahu jawabannya. Tapi aku tidak perduli. Itu mungkin akan membantuku menyelamatkannya.
BAB 15 Aku menaiki sebuah Hovercraft yang mendaratkanku di atas dermaga
kosong yang menopang dua menara setinggi dua ratus kaki di atas jalan
raya. Atap gedung Chrysler Mylar bersinar cokelat kemerahan di dalam
cahaya kota yang menakutkan.
Embusan angin yang kuat menampar keseimbangan tubuhku dan
mengoyak rambutku saat aku melangkah ke atas panel baja.
Panel itu mulai terangkat.
Bagaimana bisa aku menyelamatkan bulan kami dari transfigurasi
pengubahan menjadi mercusuar kekuatan Yeerk" Bagaimana aku bisa
melenyapkan Kandrona yang akan menyinari bumi dengan sinar ganasnya
selama-lamanya" Kalau saja aku punya petunjuk yang jelas seperti: menyusuplah ke
markas ilmuan musuh, rusakan teknologi Yeerk terbaru, ledakan bulan.
Hey, itu bahkan terdengar familiar. Kami pernah melakukan hal semacam
itu sebelumnya, kan" Bukan masalah.
Tapi tidak semudah itu. Ia mengatakan aku harus menunggunya.
Menunggu perintah dari Cassie yang tak ku kenal! Bagaimana bisa
aku membiarkan ini terjadi" Tidak ada satu pun Animorphs yang akan
melakukan perintah dari Yeerk. Bukankah aku yang membuat peraturan
dasar itu" Aku melangkah ke ambang pintu. Mempertimbangkan dua kali untuk
keputusanku membantu Cassie. Tiga kali, empat kali.
Panel munutup di belakangku, mengunci dengan bunyi dengungan
seperti biasanya. Lampu segitiga kecil menyala di lantai, menunjukanku ke
arah lift gravitasi terdekat.
Pendekar Laknat 3 Roro Centil 14 Manusia Beracun Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 1
"FAMILIAR" Translated by: Anna FB: Facebook.com/Annami.cosplayer
Blog: Rubynamie.blogspot.com
Cover Quote: "Mereka diluar penglihatan, kau diluar pikiran?"
Summary: Jake tampaknya telah tumbuh dewasa dalam semalam " secara
harfiah. Ia beranjak tidur sebagai anak-anak seperti biasa dan bangun
sepuluh tahun lebih tua dan mendapati dunia telah diambil alih sepenuhnya
oleh Yeerk. Seluruh anggota Animorphs lainnya telah mati atau terasuki
Yeerk, dan hanya tersisa Jake satu-satunya yang melawan. Apakah itu
semua hanyalah mimpi buruk yang mengerikan atau Yeerk benar-benar
telah berhasil menginvasi"
BAB 1 Whummph! BAAAM! Aku membanting Hork-Bajir ke atas beton.
Memakunya ke dinding basement dengan dua cakar harimau besar.
Mata merahnya penuh kebencian.
Wajahnya terlihat menakutkan saat ia putus asa untuk membebaskan
ekor pisaunya dari balik tubuhnya.
Aku berusaha menggapai mengeluarkan isi tenggorokannya.
luka torehan di lehernya untuk Ngomong-ngomong, aku Jake.
Aku tidak bisa memberitahumu lebih dari itu. Seperti siapa nama
belakangku dan dimana aku tinggal. Aku bahkan tidak bisa
memberitahumu dimana sekolahku. Hanya ini yang bisa kuberitahu: bumi
sedang diserang oleh spesies siput parasit yang disebut Yeerk. Percaya
kan" Sulit dipercaya, huh" Dengar, manusia sepertinya telah menjadi
prefensi terbaru mereka dalam induk semang. Mereka merekrut seratus
orang tiap harinya. Membuat mereka menjadi budak. Para Yeerk itu hanya
tinggal masuk ke dalam lubang telingamu, menyelubungi otakmu dengan
tubuhnya, menyentuh bagian ingatan dan mimpimu serta mengambil
alihnya. Kau bahkan tidak bisa mengontrol kapan harus berkedip. Tidak
bisa mengontrol sama sekali. Rasanya seperti tengkorakmu berubah
menjadi penjara. Kau terjebak di dalam kepalamu sendiri dan tak ada jalan
keluar. Teman-temanku, Marco, Rachel, Cassie, Tobias, seorang bocah alien
yang kami panggil Ax dan aku sendiri, adalah satu-satunya yang
melakukan perlawanan. Jadi, sekarang kau bisa bertanya, "Bagaimana
bisa lima orang anak mencegah pengambil alihan total bumi?" Ya, kami
telah diberikan kekuatan untuk berubah menjadi hewan mana pun yang
kami sentuh. Untuk benar-benar menyerap DNA hewan. Untuk morf.
Teknologi Andalite adalah sebuah hadiah yang diberikan kepada kami dari
kakak tertua Ax, Elfangor. Setelah ia mengalami kecelakaan pendaratan
dan sebelum ia dibunuh. Jadi, kami adalah satu-satunya yang melakukan perlawanan. Kami
telah berhasil memperlambat gerakan Yeerk. Namun, semakin sulit untuk
tetap bertarung. Semakin sulit untuk tetap bersama-sama.
"Hhhrrroooowwwwrr!" Aku meraung.
Ia mulai goyah dan segera aku melangkah maju. Meleset! Ekornya
telah bebas dan ia mulai menebas.
Dan sebuah lubang terukir di bawah perutku!
Aku mengawasi, terkejut dan tidak berdaya. Isi perutku tumpah keluar!
Aku membeku. Ia mendorongku ke bawah pipa yang"
Tsssssssss!
Adrenalin terpompa keluar dari dadaku seperti cambuk. Aku bangkit
kembali, berhadapan langsung dengan sang pengendali Hork-Bajir.
Aku telah memiliki satu kesempatan lagi dengan pria ini. Namun tibatiba kejelasan dari adegan ini perlahan memudar.
Jangan salah sangka. Walaupun isi perutku masih tertumpah keluar
dari perutku, dan rasa lelah masih menekan bahuku seperti lempengan
granit, tapi aku sudah berada pada zona baru. Hanya ada dia atau aku.
Dengan cakar terentang dan taring berkilau, aku melompat.
WHAM! Mengangkatnya ke dinding.
WHAM! Membenturkannya ke beton. Tengkoraknya terbentur dengan keras.
Ekor pisaunya terkulai. Matanya terkatup, kemudian menutup. Ia
meraung lemah kemudian merosot dari dinding.
Kami berada tiga lantai di bawah tanah, dalam kegelapan di bawah
pusat kota. Pipa-pipa saluran mengalir tepat diatas kami. Kau dapat
mendengar teriakan dari lantai ke dinding dan dari dinding ke dinding. Aku
berbalik dan saat itu juga melihat hal mengerikan.
Kami benar-benar kalah jumlah.
Cassie sedang melawan dua orang dan Marco empat orang.
Aku harus menolong mereka!
Namun, aku segera dihadang. Lima Hork-Bajir petarung, memegang
pisau mereka seperti koboi sombong segera menjegatku seperti pagar
betis. Di belakang Hork-Bajir itu tampak seperti " yang kuharapkan adalah
pintu keluar, berdiri sebuah pintu garasi baja setinggi tiga puluh kaki di
depan tangga.
dan teriakan dari yang lainnya menenggelamkan kata-kataku.
memberitahuku bahwa ia berada di ambang batas kekuatannya.
Aku melihat sekilas Rachel, berjalan terpincang-pincang menuju asal
suara pasukan yang berdatangan menuruni tangga.
sekitar matanya, membutakan penglihatannya.
mengayunkan cakar Grizzly nya dengan liar.
seperti boneka sepak bola.
"TSEEER!" Tobias menukik dan menancapkan cakarnya. Satu Hork-Bajir terjatuh
sambil memegangi matanya. Cassie menggigit kaki HorkBajir yang lain lalu
menarik rahang mematikannya dari sisi ke sisi.
Tapi Rachel masih belum tertolong.
Aku mulai gugup. Saat ini aku sedang dikepung oleh barisan blokade
Hork-Bajir. Bokongku tertekan ke dinding.
Aku membusungkan dada dan mengaum. Tujuh ratus pond gigi-gigi
tajam terlihat. Dengan kecepatan merkuri. Seekor macam Siberia jantan.
Kucing terbesar di muka bumi.
Namun, aumanku memantul kembali dan membuka kebenaran. Aku
dapat mendengar keyakinan yang sirna. Aku mendeteksi keputus asaan.
"Ghafrash nyut!" Seru sebuah suara seperti gemericik kerikil. "Mati!"
Hork-Bajir terdekat menerjang sambil mengayunkan pisaunya.
Dengan mulut terbuka, aku melompat. Taringku tertancap dalam
menembus kulit armornya dan ke dalam dagingnya.
Ia tersentak mundur dan jatuh tertiban tubuhku. Aku berguling dan
memijak lantai. Telinga kananku! Masih menempel di pisau pergelangan
tangannya. Telah terpotong!
Tinggal dua Hork-Bajir lagi di depanku. Aku telah melupakan setiap
strategi pertempuran. Sekarang, ini hanya menjadi serangan brutal.
Sebuah pisau tertancap pada kaki belakangku" fokus, Jake.. bangkitlah.
FWAAP! Ekor pisau membelah udara di atasku.
Itu Ax. Fwaap, fwaap, fwaap! Dua Hork-Bajir lagi merosot dan terkulai di lantai. Yang ketiga menjerit
sambil memegangi lututnya.
Ax menunduk. Sebuah bilah pisau dari Hork-Bajir membelah udara.
Kemudian terdengar tabrakan dan decitan logam-logam.
Pssssssshhh h h h htttttt!
Sebuah pipa uap retak! Ledakan uap!
Kepulan uap melintasi lantai. Uap itu segera menyelimuti seluruh
ruangan. Menyelimuti siapa saja dan apa saja. Kepanikan melanda.
Sekarang atau tidak sama sekali.
lebih dari satu inchi. Kabut panas mulai membakar mata, kulit, dan
tenggorokanku. Melewati para Hork-Bajir yang tersedak, aku berlari
menuju pintu garasi itu dan membenturkan tubuh penuh darahku ke panel
berat. Pintu itu mulai berderit terbuka, naik beberapa inchi, kemudian naik
terbuka dengan cepat. Enam inchi, dua belas inchi, delapan belas inchi.
Cassie segera merangkak keluar melalui celah yang terbuka,
kemudian Ax dan Tobias.
mendesak.
Sesosok Hork-Bajir muncul dari dalam uap, melihatku dan mulai berlari
ke arahku. Hari ini sungguh tidak berpihak padaku.
Kehilangan semuanya atau kehilangan dua orang"
Aku menjatuhkan diri dan berguling melewati pintu, melompat dan
memecahkan kotak kaca terdekat yang berisi sakelar darurat untuk
menutup pintu. Alternatif apa lagi yang kupunya" Pilihan apa yang kupunya"
Pintu garasi itu terhenti, berdecit, kemudian berubah arah dan turun
perlahan. Mata serigala Cassie, menatapku.
BAB 2 Hork-Bajir itu menjatuhkan tubuhnya dan menyelip ke bawah pintu.
Aku menangkapnya dengan mulut dan cakarku. Kami berdua terjatuh.
Rasanya seperti terjerembab ke dalam mesin pengering pakaian dengan
sepuluh bilah pisau dapur yang tajam.
Kugunakan berat tubuhku, taringku, kekuatan terakhirku. Ketika
akhirnya otot-ototnya mengendur, aku melepaskan diri. Pintu garasi hampir
menutup. Aku melihat melalui celah yang hampir menutup, disana dalam
keremangan, tubuh Gorila Marco muncul dari dalam uap. Ia menyeret
Rachel yang mengaum dan meronta-ronta. Dan tidak lebih dari enam kaki
di belakang mereka, selusin Hork-Bajir.
Ax meraih pipa panjang untuk mengganjal celah pintu. Roda-roda gigi
dari pintu mulai berderit dan kemudian pipa itu mulai melengkung tertimpa
pintu. Cassie berteriak. Pintu baja itu hanya tinggal beberapa inchi lagi menyentuh lantai ketika
jari-jari hitam muncul dari bagian bawah pintu. Dan dengan kekuatan yang
luar biasa, Marco mengangkat pintunya. Memaksa Rachel masuk
melewatinya. Tubuhnya berlumur darah.
Kemudian Marco membungkuk, merangkak melewati pintu dan
melepaskan pipanya. Empat Hork-Bajir segera menjatuhkan diri, berusaha
meluncur menggapai pintu"
BOOM! Pintunya menutup. Tidak satu pun Hork-Bajir yang berhasil lewat.
Kami berlari di sepanjang jalan parkir spiral yang kosong.
Aku demorf sambil berlari. Bulu-bulu oren, putih, dan hitam mulai
menipis kemudian menghilang. Ekorku menyusut menjadi tulang ekor
manusia. Isi perut yang menggantung keluar terhisap ke dalam kembali.
Tulang-tulangku bergeser dan membentuk ulang menjadi kaki
belakang. Aku terantuk lantai. Kaki depanku terhisap dan kemudian muncul
kembali menjadi tangan manusia. Kaki belakangku memanjang, cakarcakar menyusut dan berubah menjadi jari-jari manusia.
"Ayo pergi dari sini!"
Kami sampai di atas trotoar tinggi, perubahan kami sudah sepenuhnya
sempurna. Kami berlari, terengah-engah di antara deretan mobil-mobil
yang diparkir. Membuat seorang petugas tercengang melihat seekor elang
dan lima anak memakai spandex robek berjalan ke pusat kota.
Pusat kota yang sibuk. "Awas!" Honk! Honk! Seorang pengendara menginjak rem. Seketika mobil berdecit dan
terhenti. Aku melompat mundur ke antara mobil-mobil yang diparkir di tepi
jalan. Rachel dan Marco berlari ke tepi jalan.
"Cassie!" Ia berada di tengah jalan, membeku.
Aku segera turun ke jalan. Pengemudi itu membuka pintu mobilnya.
"Sialan!" Ia mengacungkan tinjunya. "Dasar sekumpulan anak jalanan?"
Aku meraih lengan Cassie. Membawanya menyingkir dari jalan raya.
Masuk ke dalan gang dimana Rachel dan Marco berada, termasuk Ax.
"Cassie!" Aku mengguncang tubuhnya. Ia tertegun.
"Empat orang," Katanya dengan cemas. "Aku mungkin telah
membunuh empat orang, mungkin lima." Ia menatapku. Tatapan
tenangnya yang seperti biasa telah hilang. "Jake!" Bisiknya. "Bagaimana
mungkin aku tahan dengan ini semua?"
Dengan lembut aku mendorongnya masuk ke dalam gang dan melihat
melewati bahuku. Yeerk bisa berada di jalan raya.
"Semakin hari kita semakin sama seperti mereka," Ia bersikeras. "Ya,
kan?" Air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya. "Jake?"
Aku tidak memiliki energi untuk ini. Keraguan, intropeksi, analisis. Aku
hanya tidak punya energi lagi.
"Tidak," Kataku datar.
Mengapa ia melakukan ini" Kenapa harus saat ini"
Yeah, kami hanya memiliki satu panggilan lagi saat ini. Kita punya misi
dan sekarang kolam Yeerk yang baru akan segera dibuka.
Dia mulai menangis tanpa suara. Aku tahu saat ini ia perlu
membicarakan semua itu. Ia perlu membahas semua yang kami rasakan
setelah pertempuran tadi dan ia ingin aku membantunya.
Tapi aku malah berbalik pergi.
Rachel dan Marco berada di ujung gang.
"Kau salah!" Ringis Rachel, masih membara. "Aku bisa mengalahkan
mereka semua." Tinjunya menghantam tempat sampah. Marco bahkan
menendangnya lebih keras.
"Matamu tertutup darah! Kau bahkan tidak melihat pasukan
berkerumun yang menuruni tangga. Kau bertingkah seperti orang tolol.
Seperti seorang yang egois dan gila?"
"Tenanglah," Kataku, berjalan di antara mereka seperti pemimpin
seharusnya. Tapi Marco tidak mendengarkan.
"Kau hampir mati, Rachel." Wajahnya memerah, terbakar amarah dan
frustasi. "Tidakkah kau belajar" Kau membawa semua orang pada resiko
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saat Jake berkata untuk mundur. Kita tidak bisa selalu memenuhi
keegoisan pribadimu untuk mengacau."
"Dan saat kita semua mengikuti program Marco, segalanya baik-baik
saja?" Ia mengambil kaleng kosong dan melemparnya ke seberang gang.
"Pujalah Marco yang agung?"
"Lupakan tentang menyelamatkan nyawamu lain kali?"
"Aku bilang, tenanglah!" Teriakku.
Ada gemerisik tiba-tiba di ujung gang yang jauh. Kami semua
menegang. Di pojok jalan seorang bocah laki-laki sedang mengintip, bocah yang
terlihat sangat aneh. Rachel mendengus. Itu Ax, dalam morf manusia.
"Aku belum mendengar Tobias." Kata Ax kepadaku.
"Coba lagi. Tanyakan padanya jika sudah aman."
Aku mendongak menatap langit senja yang terlihat dari atas gang.
Sebuah siluit burung pemangsa melayang di atas kemudian menghilang di
balik kaca bertingkat tinggi.
"Oh, bagus sekali! Jadi ia sekarang mau pulang." Marco beranjak ke
balik tempat sampah kemudian mulai morf. "Aku mau pulang."
Aku tetap menatap langit. Rachel, telah berubah menjadi Rajawali
bondol, membawa tubuhnya ke atas sampai melewati batu bata. Aku tahu
ia hendak menyusul Tobias. Semenjak sub-Visser menangkap dan
menyiksanya, Tobias tidak pernah sama lagi seperti dulu. Bahkan lebih
banyak waktunya yang dihabiskan untuk menyendiri daripada sebelumnya.
Tidak bagus. "Pangeran Jake," Kata Ax. "Haruskah kita bertemu di gudang jerami
malam ini dan melanjutkan misi besok?"
Aku mendesah, isak tangis Cassie sudah berangsur sekarang. Dia
bangkit dari trotoar, dalam bayang-bayang tumpukan kardus, ia berjalan
perlahan menuju jalan utama.
"Aku tidak tahu, Ax." Kataku memperhatikan Cassie. "Maukah kau
membantuku" Bisakah kau memastikan ia pulang dengan aman?"
BAB 3 Aku tiba di rumah seorang diri.
Aku demorf di atas pohon di depan pekaranganku. Aku tahu itu
beresiko, morf sangat dekat dengan rumah, tapi aku sudah sangat
kelelahan. Ketika aku menginjak rumput, kakiku terasa lemas.
Kerikil kecil menusuk kaki tanpa alasku saat aku terhuyung menyusuri
jalan setapak. Lampu teras menyala namun lampu lainnya padam.
Aku terhenti dengan tangan berada di kenop pintu, lalu memandang
tubuhku. Spandex bersepeda dan kaos ketat. Aku tampak seperti sedang
akan memberikan testimonial pada iklan Tae Bo. Aku memiliki pakaian
yang tersimpan di garasi. Aku harus segera mengenakannya.
Garasi terasa sangat jauh. Aku sangat lelah. Otot-otoku lemas"
Aku membuka pintu. Melupakan tentang pakaian normalku. Orang
tuaku, jika mereka berada di rumah mereka mungkin hanya berfikir pakaian
morf ini hanya seperti fashion baru. Kau tahu - sesuatu seperti yang biasa
Rachel pikirkan. Ya, ia berkata ini seperti potongan ketat atau semacam
itu. Kakakku Tom, kakakku dengan Yeerk berada di dalam kepalanya,
tidak akan berfikir demikian.
Tapi Tom tidak ada dirumah. Jum"at malam artinya ia sedang berada
di The Sharing. Organisasi utama untuk para pengendali.
Aku membuka kulkas dan meraih sisa potongan pizza lalu mulai
memakannya. Aku meninggalkan dapur mendaki tangga menuju kamarku.
Satu, dua, tiga"aku bisa merasakannya, kepalaku terkulai ke dalam
bantal, lalu tidur nyenyak. Lalu bermimpi. Bukan mimpi buruk, hanya mimpi
tentang" "Jake?" Kepalaku tersentak. Potongan kecil pizza tersangkut di tenggorokanku.
Suaranya keras dan mengejek. "Telanjang kaki" Kau bersepeda dengan
telanjang kaki" Malam hari?"
Itu Tom. Ia berdiri di puncak tangga. Tinggi dan mantap. Menghalangi
langkahku. Malam singkat di The Sharing.
Aku terbatuk, terbatuk karena potongan pizza yang nyangkut.
"Hey," Kataku memaksa setengah tersenyum. "Aku.. ah.. aku dari
rumah Marco. Menonton pertandingan. Kami menonton sepanjang hari dan
ya, lalu Detroit mencetak skor dan Marco melompat serta menumpahkan
pepsi ke Jeans dan sneaker ku. Jadi, aku meninggalkannya disana untuk
dicuci." "Yeah?" Ujar Tom, kerutannya memudar. "Ya, kau terlihat sangat
bodoh. Tapi kelihatannya itu tidak biasa, kan?" Sekarang Ia menyeringai.
"Terserahlah." Aku berlari menaiki sisa tangga dan memukul perutnya.
Begitulah yang akan dilakukan adik laki-laki.
Ia jatuh ke lantai, berpura-pura cedera tapi menggaet kakiku hingga
aku tersandung saat aku berjalan menuju kamar.
Kami berdua tertawa. "Aku mau menyerah." jatuh," Kataku, membalikkan keseimbangan. "Aku "Yeah, baiklah." Ia beranjak menuju kamarnya. Apakah ia
menyadarinya" Apakah ia percaya pada kebohongan yang ku buat"
Rutinitas kepalsuan yang ku lontarkan pada kakak laki-laki yang bukan
kakak laki-lakiku lagi, namun adalah musuh.
Aku berbaring di kasurku, menarik selimut sampai ke leher. Mulai
hendak menutup" Suara berisik di ambang pintu.
Aku terbangun, menyalakan lampu.
"Hey, Midget." Tom menepuk dahinya sambil berdiri di ambang pintu
kamarku. "Apa ada darah di kakimu?"
Napasku terhenti. Terkadang, saat kau demorf, darah dari sisa pertarungan tetap ada.
"Ah," Suaraku tersendat. Otakku berjalan lamban. "Kau tahu
sepedaku. Sudah rusak. Rantai tololnya mengenai kulitku. Aku harus
meminta ayah membelikanku yang baru." Aku kembali menjatuhkan diriku
di atas bantal lalu mematikan lampu.
Menunggu. Tom akhirnya pergi. Namun, ketika aku melirik ke arah ambang pintu, bayangan Tom
masih ada. Apa ia ingin menanyakan hal lain"
Aku sudah sangat lelah untuk bertanya. Rasa kantuk menyeret turun
kelopak mataku. Apapun itu bisa menunggu hingga pagi.
Mataku menutup. Aku melihat Cassie. Memandang bayangannya
berjalan menyusuri gang. Jauh dariku. Menuju ke jalan utama yang sibuk
dimana mobil-mobil melintas.
Aku melihat mata Tom yang curiga. Selalu mengawasi. Memandang
licik. Matanya dikendalikan oleh siput parasit yang sangat kecil namun
sangat nyata yang bersarang di dalam otaknya. Yeerk. Penjajah asing,
yang melakukan penaklukan diam-diam pada ras manusia.
Dan tiba-tiba, aku berdiri di depan dinding besar, membentuk liga di
atas kepalaku dan terbentang bermil-mil dengan dua arah. Aku mendapati
tanganku menyentuh lubang kecil dimana air perlahan merembes dan
mengalir. Di sisi lain, aku mendengar laut berdesir. Memukul dan
menghantam tiap serat dinding.
Dan aku penasaran: Berapa lama dinding ini akan bertahan"
BAB 4 E " DEET! DE " DEET!
Suara alarm seperti bor di dalam kepalaku. Aku mengerang.
DE " DEET! Cukup sudah! Aku hendak menekan tombol jam di radio untuk
menahan lima menit lagi. Tanganku menepuk udara. Tak ada meja di samping tempat tidur"
Aku membuka mata. Dimana"
Jantungku berhenti berdetak.
Aku sedang menatap layar segitiga. Layar komputer datar menjulang
terpasang di dinding seberang tempat tidurku. Tembaga Eerie di puncak
layar menampilkan cahaya abu-abu 5:58:16 A.M.
Dibawah jam itu sebuah kata bertuliskan "YANG HARUS DILAKUKAN"
dan sebuah kalimat: "Melapor"
Ini bukan kamarku. Bukan sama sekali.
DE " DEET! DE - DEET!
Tubuhku waspada dan aku segera beranjak dari tempat tidur.
Alarm berhenti. Pikiranku disadarkan oleh kejutan. Pergi
memperingatkan. Pergi dari sana, Pergi dari sana!
dari sana! Ia Aku menuju panel hitam tinggi di dinding. Sebuah pintu, nampaknya.
Pergi! Aku mencoba, namun tidak ada kenop pintunya. Tidak ada tuas. Tidak
ada apa pun. Aku terjebak. "Anda belum dipersiapkan untuk pergi bekerja!" Seru sebuah suara
komputer yang melengking.
Aku memukul lebih keras. Memukul panel tersebut dengan kepalan
tangan. Keplan tangan yang"
Aku berhenti tiba-tiba saat aku melihat kepalan tanganku. Ia besar.
Maksudku, ia kasar dan memiliki pembuluh vena yang melintang di
antara bulu-bulu, kepalan tangan berotot seperti aku sering berlatih di
Gold"s Gym dan menjadi anggota disana.
Tangan ini seperti tangan manusia dewasa.
Jantungku berdetak lagi, sekarang terpompa dengan sangat cepat.
Aku memeriksa bingkai pintu kaca untuk melihat pantulan diriku, untuk
melihat wajah yang kukenal.
Dan ya, aku melihat mataku. Gelap seperti malam. Dan seluruh
wajahku, wajah" Aku menelan ludah. Rambut pendekku" Tinggi enam kakiku"
Jenggotku"! Aku meraba wajahku. Jemariku menjelajahi daguku. Kasar seperti
enam puluh grit amplas. Aku butuh bercukur.
Nafasku tersendat. Kepalaku serasa mau meledak.
Jake yang sedang menatapku sudah dewasa!
Tidak setua itu. Namun seperti sudah lulus kuliah beberapa tahun lalu.
Lebih tua sepuluh tahun dari bocah tadi malam.
Apa yang terjadi" Dimana yang lainnya" Bagaimana aku bisa berada
di tempat ini" Jantungku berdegup terlalu keras.
Aku akan segera mendapatkan serangan jantung jika tidak tenang.
Aku melangkah kembali ke tempat tidurku dan duduk di tepian kasur yang
tidak lebih lebar dari torso. Sebuah pijakan dari metal.
"Oke," Kataku keras. "Oke." Gunakan otakmu. Temukan penjelasan
yang masuk akal. Trik Ellimist" Yeah, bisa jadi. Tapi kenapa ia tidak berbicara"
Eksperimen Yeerk, mungkin" Apakah aku sedang tertangkap"
Sulit berfikir jernih saat kau bangun dan mendapati dirimu seperti Tom
Hanks di film Big. Setidaknya, ia terbangun di kamarnya sendiri, dengan
pakaiannya sendiri. Singkatnya, aku sedang mengenakan jump-suit oren
bodoh, warna topi anti matahari Orioles.
Aku meraba bajuku. Tentu saja! Aku tahu apa yang terjadi disini. Akhirnya ini terjadi.
Aku tahu ini hanya masalah waktu, tekanan pemimpin, pertempuran,
pekelahian tak berujung melawan musuh yang semakin kuat.
Aku akhirnya dilanda penyakit psikotik.
Aku sudah menjadi gila. Dan ini adalah bangsalku.
BAB 5 Ini memang sungguh seperti bangsal. Mungkin dua belas banding dua
belas. Namun, tidak terlihat sangat institusional. Lebih terlihat seperti
pekerjaan renovasi dari neraka. Sebuah pencampuran aneh antara
arsitektur abad lama dengan instalasi logam modern.
Dua dinding cembung menjulang dua belas kaki membentuk ornament
mahkota. Sebuah westafel porselen tua terletak di sudut. Lantai kayu
terpampang dibawah kaki dan bercampur oleh setengah linoleum kuning.
Dari semua barang-barang lama ini, teraplikasi dengan fase konstruksi
kedua. Metalik berwarna cerah mencuat dari dinding abu-abu sintetis. Aku
berdiri dan berjalan menuju alas berbentuk ginjal ungu. Atapnya bergeser
dan menampilkan kerucut emas. Sudah didekorasi seperti itu " pikirku "
dengan pinggiran yang terbuat dari tabung bercahaya.
Flit, flit, flit. Lembaran kertas lembut menghantamku dari celah di
dinding dan jatuh ke lantai.
Flit, flit, flit. Lebih banyak kertas.
Whooosh! Sebuah hisapan keras hampir menarik celana bawahku ke arah
kerucut. Tabung bercahaya itu redup. Tutup ginjal tersebut bergeser dan
menutup. "Evakuasi selesai!" Suara komputer menggelegar. Aku hampir
tersenyum. Siapapun atau apapun yang menjadikanku tahanan disini
sangatlah luar biasa, namun mereka memiliki toilet yang rusak.
Ku hampiri sebuah nampan berwarna Brilliant Fuschia yang terletak di
samping silinder biru elektrik. Tungkai pucat menarik kubus ke dalam
dinding saat aku berjalan mendekat.
Whoop. Bam. Aku terbelalak. Whoop. Bam. Mereka muncul kembali dengan membawa Bacon renyah dan telur
orak-arik. Jus jeruk berputar dalam gelas biru.
Sebenarnya aku tidak lapar.
Aku mendekati panel tepi yang panjang, padat namun tembus cahaya.
Cahaya alami samar menembusnya. Degup jantungku bertambah cepat.
Sebuah jendela" Mungkin aku bisa melarikan diri.
Shleep! Dinding menghisap panel tersebut dan membuka celah selebar tiga
inchi. Sebuah celah jendela. Udara segar menembus masuk dan membelai
wajahku. Aku menekan mataku hingga menutup, kemudian membukanya,
lalu" Terstruktur, ribuan, menjulang di atasku. Kaca, baja, beton, batu.
Semua menjorok keluar menghadap ke arah langit merah.
Sebuah perkotaan. Namun, sama seperti bangsalku. Kota itu terlihat seperti seolah-olah
telah termodifikasi oleh seorang kontraktor gila. Gumpalan kacau mesin
hitam melekat seperti tumbuhan benalu yang melilit gedung pencakar
langit. Deformasi payah dari monument arsitektur abad pertengahan.
Beberapa bangunan telah tertutup sepenuhnya oleh mesin-mesin
industri ini, seperti kapal yang tertutup remis. Sebuah batang pohon
digantung dengan parasit".
Kata-kata itu membuatku tidak nyaman.
Parasit.. Dua tentara terlihat dalam jarak penglihatanku. Cahaya merah mereka
menyoroti ke seluruh kota.
Oh, sial. Pasukan Yeerk.
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka menuju ke beberapa gedung pencakar langit, sebuah
bangunan tinggi yang menghiasi horizon seperti kepingan besar gigi patah
yang berada di mulut kiper hoki. Dua gedung tersebut terihat tidak asing.
Persegi panjang. Menara kembar.
The World Trade Center! New York. Ini pasti adalah" kecuali"
Pasukan Yeerk di tempat terbuka" Itu artinya"itu berarti mereka
menyatakan serangan terbuka. Visser Three. Mereka telah memiliki cukup
kekuatan untuk mengacuhkan serangan sembunyi-sembunyi, dan rahasia!
DE-DEET! DE-DEET! Alarm kembali berbunyi. "Kualitas fasilitas udara terancam!" Suara komputer terdengar lebih
berwibawa sekarang. Jendela mulai menutup, menutupi sepotong
penglihatan kotaku. Oh tidak, jangan! Aku meraih dan menggapai panelnya. Menariknya
kembali. Salah satu pasukan itu bukan Yeerk.
Salah satunya adalah Bug Fighter. Hanya satu-satunya kecoa tanpa
kaki dengan dua tombak bergerigi. Ekornya tertarik ke atas badan
pesawat, menunjuk ke depan. Seperti ekor Andalite yang siap bertempur.
Itu adalah alat buatan Andalite, tapi dengan modifikasi yang menjijikan.
Mesin yang seharusnya bersinar biru sekarang menjadi merah membara.
Aku masih melawan tutup jendela itu. Aku harus melihatnya!
Kedua tentara tersebut meroket ke langit.
Mereka terus menembus melewati awan tipis lengket
menggantung di atas kota seperti asap dari ledakan yang besar.
yang "Pemberontakan dilarang!" Suara komputer yang tajam memekakkan
telingaku. Kedua tentara itu miring, melambat dan melayang. Mendarat di pijakan
yang menghubungkan gedung World Trade.
Aku membiarkan jendela menutup.
Tidak ada perang yang diluncurkan setelah semua ini.
Perang itu sepertinya, telah berakhir.
BAB 6 Tssssst. Pintu bangsal terbuka dan mendorongku dengan ledakan udara ke
dalam sebuah lorong remang apartemen tua. Aku mendengar pintu panel
lainnya membuka dan menutup bersamaan. Manusia tinggi, dan
berpakaian jumpsuit menyerbu koridor.
Aku ingin berteriak. Aku ingin menggapai orang
mengguncangnya dan berteriak, "Tempat gila macam apa ini?"
terdekat Tapi instingku menyuruhku agar tetap diam. Temukan jawabanmu
sendiri, katanya. Amati. Jangan percaya pada orang-orang aneh ini.
Pergunakanlah mereka. Aku membiarkan orang-orang yang mengenakan pakaian oren, hijau,
dan kuning ini membawaku menyusuri koridor. Udara mulai bertiup
kencang. Deruan dan dengungan samar yang kudengar lewat celah-celah
jendela terdengar semakin keras, hingga pada akhirnya suaranya
menggetarkan setiap partikel udara seperti ribuan penggemar opera
dengan berbagai ukuran. Dinding bangunan di ujung lorong terbuka. Setiap orang mulai berjalan
melewati sebuah celah. Dan aku mengikutinya " dengan rasa penasaran
dan takut " keluar ke dalam kerumunan, sebuah dermaga.
"Maju!" suara komputer memotong deruan mesin yang membanjiri
telingaku. Aku sadar, tubuhku telah memblokir lalu lintas.
Aku tersandung maju menuju garis SUV seukuran kapal yang
melayang-layang di atas lantai, pintu menjeblak terbuka dan memasukan
sekelompok orang-orang dengan jumpsuit berwarna. Dan setiap
detiknya" Whoosh! Salah satunya terlempar dari bangunan apartemen dan meluncur turun
ke jalan-jalan tiga ratus kaki di bawah sana.
Aku sengaja melewati cahaya merah yang mendeteksi seluruh kapal
dan dermaga serta penumpang dengan kilatan yang mengerikan. Aku
melangkah menuju apa yang terlihat seperti pesawat tempur Bug-Fighter
yang telah dilucuti. Tak ada senjata tempur atau pusat pengendali. Hanya
sebuah tempat dengan kursi dan jendela. Nampak seperti mobil anti
gravitasi. Segera aku duduk di kursinya, sebuah sabuk pengaman melintang
melewati dadaku. Sabuk pengaman lain telah melilit kakiku sebelum aku
mulai panik. Shoo-Shoo-Shoo Benda tanpa pusat pengendali itu mulai menyala. Sebuah suara
komputer menggelegar. "Midtown Express."
Pintu terkunci dan" Sheeeeeeeo! Menembus putaran udara! Menggelantung terbalik! Perutku teradukaduk. Melewati gedung-gedung abu-abu. Kapal lainnya melintas melewati
jendelaku. "Hey." Suara manusia berseru.
Kami membelok ke kanan. Terjungkir balik 180 derajat. Dan seketika
membentang jaringan jalan di bawahku.
"Hey, Essak-Duapuluh-Empat-Duabelas-Tujuh-Lima!" Suara pria itu
terdengar ramah. Aku tersentak.
Pria itu mengenakan setelan hijau, terenyak di sebuah kursi pesawat
di sebelah kiriku, memandangku dengan mata birunya. Pria berpakaian
hijau itu berbicara padaku!
Jantungku terhenti. Kepalaku seperti terpukul.
"Kapan peluncurannya?" Katanya.
Aku terpaku menatapnya, tidak bisa berbicara.
Peluncurannya" Peluncuran apa"
Rem udara berdecit. Kapal mulai menyerempet dermaga udara.
Suara komputer menggelegar, "Manajemen menengah!" Setiap orang
dengan pakaian hijau turun dan keluar dari kapal.
Pria dengan setelan hijau itu melemparkan senyum. "Tuan ilmuan
melupakan kopinya?" Ia menghilang ke dalam kerumunan. Pintu segera menutup.
Pria dengan setelan hijau itu"pria itu memanggilku dengan nama
Yeerk. BAB 7 Aku terlempar kembali. Meluncur ke atas puncak menara. Gedunggedung Chrysler memenuhi jendela. Teratur dan aneh seperti foto yang
ibuku punya di kantornya. Tepiannya bulat dan terbuat dari stainless stell
serta" Tunggu sebentar. Aku melihat lebih dekat dan memperhatikan sesuatu
yang tertutup semacam karung. Sebuah selubung perak, terbungkus
seperti balon hadiah. Para pekerja yang sibuk berlalu lalang diatas peron
yang menonjol dari setiap lantai gedung.
Pikiranku mulai menyelam"
Bahkan gedung Chrysler. Berubah.
Lebih dalam" Pria dengan setelan hijau itu memanggilku dengan nama Yeerk.
Aku bukan Yeerk. Bagaimana ini bisa terjadi" Ada apa ini"
Ketika siput Yeerk masuk lewat lubang telingamu, ketika ia mulai
meleleh dan memipih ke dalam setiap lekukan otakmu, kau akan
menyadarinya. Percayalah. Karena kau tidak bisa makan, atau berbicara,
atau memanggil ingatanmu tanpa seizin Yeerk. Kau seperti orang tak
berdaya dari mimpi buruk tak berujung. Seorang tahanan di dalam
kepalamu sendiri. Tapi aku bukanlah tahanan. Mataku dapat bergerak bebas. Kakiku,
kalau saja ia tidak terlilit sabuk pengaman kapal, bisa pergi kemana pun ku
inginkan. Tidakkah siapapun yang telah bertanggung jawab atas semua ini
menjelaskannya padaku"
Sampai hari ini, aku adalah pemimpinnya"
Tidak! Aku masih seorang pemimpin dari kelompok kecil namun kuat
yang menentang penyerbuan Yeerk. Kelompok dari enam anak, lima
manusia dan satu Andalite. Kami menyebut diri kami sebagai Animorphs
karena senjata rahasia kami, kekuatan untuk menjadi hewan apa pun yang
kami sentuh. Kami semua melawan penyerbuan Yeerk yang dipimpin oleh
Visser Three. Para alien parasit yang datang ke bumi untuk mencuri tubuh
kami karena mereka tidak memiliki induk semang, Yeerk itu tidak lebih
seperti cacing menyedihkan yang menggeliat dan kau hindari dijalan
setelah hujan. Tidak ada Yeerk di dalam otakku. Aku bukanlah pengendali.
Bukan juga Essak-Duapuluh-Empat-atau apalah itu.
Bukan! Hanya" "Jake! Namaku Jake!"
Kata-kata itu terlontar begitu saja
Memecahkan keheningan di sekitar kabin.
tanpa bisa ku hentikan. "Ada apa denganmu?" Tanya pria bersetelan kuning dengan
penekanan. Delapan pasang mata menatapku. Empat wajah yang mungkin
diambil dari beragam etnik penduduk New York.
Penekanan pada kata "mungkin"
Karena ada satu hal penting.
Mereka bereaksi terhadapku.
Lihat, aku pernah ke New York sebelumnya. Sebuah perjalanan
singkat memang. Aku mungkin tidak memperhatikan banyak benda-benda budaya yang
seharusnya kuperhatikan, tapi aku memperhatikan satu hal. Kau bisa
berbicara sendiri atau meneriakkan lirik Limp Bizkit, kau bisa meneriakan
"The Star-Spangled-Banner" atau bahkan menginjak-injak bendera
Amerika , dan tak akan ada seorang pun- maksudku benar-benar tidak ada
" yang akan menghiraukanmu. Mereka mungkin akan melirikmu sejenak,
tapi kemudian berlalu. Yang ku katakan hanyalah, "Namaku Jake." Dan orang-orang ini
menatapku seakan aku sedang mengendarai Kawasaki di ruang keluarga.
Aku memaksa tersenyum. Mereka bukanlah orang Amerika. Mereka
adalah pengendali. Mereka semua adalah Yeerk.
Perhatikan langkahmu, Jake.
Aku menelan ludah, "Induk semangku," Kataku. "Kadang-kadang aku
masih"kesulitan. Kalian tahu, mengendalikannya."
Kapal itu berhenti lagi. "Obat," Suara Komputer.
"Mereka memiliki pil untuk situasi seperti itu." Pria bersetelan kuning
menjawab, "Kau harus mengunjungi klinik."
Ia bangkit dan berjalan keluar. Tujuh pria bersetelan kuning lainnya
mengikutinya. Pintu menutup. Kami membelok dari dermaga. Hanya
tinggal aku dan pria bersetelan oren.
Perjalanan singkat. "Penelitian dan pengembangan. Akhir perjalanan."
Pria bersetelan oren bingung ketika aku tidak masuk.
"Masuk ke klinik," Kataku lembut. "Tidak bagus." Aku menepuk
kepalaku. Ia memberiku tatapan bingung. Pintu segera menutup.
Aku sendirian. "Namaku JAKE!" Teriakku dan berteriak lagi.
Dan sesaat, aku berfikir aku sudah gila. Benar-benar gila. Mulai
berteriak seperti "Aku tidak mengenakan jumpsuit, aku mengenakan jeans!
Umurku bukan dua puluh lima tahun, aku masih anak-anak! Aku bukan
pengendali, aku manusia bebas!"
Namun tidak kulakukan. Kemungkinan ada seseorang, entah dimana
sedang memperhatikanku. Itulah yang dikatakan isi perutku. Aku mulai
mempercayai isi perutku. Turun, turun dan semakin turun. Kapal ini terasa seperti parasut, turun
perlahan dengan desiran angin, menuju perlahan ke arah jalan raya.
Aku memandang keluar ke arah taman kecil. Potongan kecil dari
taman kota. Rumput-rumput musim gugur bertebaran. Sosok-sosok
terbaris dengan tertib. Mungkin sepanjang lima puluh sampai seratus
barisan. Sebuah dentangan berbunyi lalu mereka berhenti dan berbalik serta
merubah haluan. Tahanan Andalite. Dan mereka sedang makan.
Tulang-tulangku serasa tersambar petir. Dunia dengan pengendali
Andalite bukan lagi sebuah dunia.
Di dunia yang ku kenal, hanya ada satu pengendali Andalite. Dan ia
merupakan kesalahan besar. Para pejuang Andalite yang sadar akan
menggunakan ekor pisaunya untuk bunuh diri sebelum mereka tertangkap.
Kapal berdengung hanya beberapa kaki di atas jalan, melewati
deretan jendela-jendela hitam di antara gedung-gedung. Kapal itu mulai
memasuki ruang terbuka yang luas. Area parkir. Sebuah aspal segitiga
terisi oleh kapal lainnya. Mesinnya mati, kapal itu sedang diparkir.
Aku tidak tahu dunia macam apa ini. Aku bahkan tidak tahu pukul
berapa ini. Sebuah dunia yang berada pada waktu sebelum, sesudah atau
bersamaan dengan duniaku"
Sebuah kenyataan aneh yang entah bagaimana terpaksa harus ku
terima" Mimpi burukku sendiri"
Aku tidak tahu. Namun aku tahu Yeerk sangat kuat disini. Mereka
pemilik kota ini. Dan mereka memiliki penduduknya.
Tapi mereka tidak memilikiku.
Selama aku masih bebas dan bisa mengontrol pikiranku, selalu ada
kesempatan " bukan " tapi kepastian bahwa aku bisa mengetahui apa
yang sebenarya terjadi disini.
Dan lalu mungkin, baru mungkin, entah bagaimana " walaupun di
dalam kota aneh ini " aku bisa menemukan yang lainnya dan bersamasama"
Pintu kapalku terbuka dan konsentrasiku buyar. Detak jantungku telah
kembali ke ritme normal. Pikiranku lebih tenang dan berfokus pada satu
hal. "Jake." Aku bernapas dengan tenang. "Kau tidak merencanakan yang
satu ini, tapi ini saatnya untuk membereskannya."
BAB 8 Pernah membayangkan skenario dimana para pemimpin dunia
menjadi gila, melepaskan rudal-rudal mereka ke antar benua dan
meluncurkan senjata nuklir ke seluruh planet" Pernahkah kau berfikir, ini
seperti kau melangkah keluar rumah, setelah sisa-sisa nuklir itu
dibersihkan dan kotamu menjadi gurun apokalips"
Ya, seperti itulah aku sekarang, seperti berada di gurun Time Square.
Tanah tandus yang habis di hujani bom atom. Sebuah lingkungan, tanpa
orang-orang dan hanya ada keheningan yang mengerikan.
Ya, memang lima ratus kaki di depan tertampang kota metropolis
Yeerk, namun di bawah sini adalah kota yang" tak ada satu pun taksi
yang mau lewat di lubang got semacam ini. Tak ada satupun pengendara
sepeda yang mau melintas. Tak ada wisatawan yang akan memfoto-foto
dengan kamera mereka. Tak ada penduduk yang mengenakan pakaian
potongan tipis keluar dari gedung-gedung tinggi.
Satu-satunya kehidupan adalah papan billboard listrik besar yang
menjulang beratus-ratus meter di atas. Tahu tidak, papan billboard besar
itu yang membuat Time Square terkenal" Aku mengamatinya. Papan itu
bahkan sama sekali tidak menampilkan iklan Coca-cola, JCV, atau Calvin
Klein. "Kau bisa pulang lagi." Kata-kata itu berkedip-kedip bagaikan kilat
listrik di atas sebuah planet yang kelam. Terlihat seperti sapi tanpa kepala
di bawah kata-kata yang menghadapi ke langit. Pohon-pohon yang kurus
dan lemas tumbuh horizontal seperti kawat berduri. "Lelah dengan kota
ini?" Kata-kata lain berbunyi. "Buatlah tempat tinggal Yeerk menjadi tempat
tinggalmu, juga. Tranportasi beroperasi tengah hari dan tengah malam
pada setiap awal periode, Yeerk Empire State Building."
Dan di bawah, tertampang tulisan kecil, "Divisi dewan petinggi untuk
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
relokasi ketidaklayakan dan pemberontakan induk semang." Kata-kata itu
di dampingi oleh label "EF"
Aku berhenti sejenak. Label itu bukanlah tulisan yang sudah lama ada
disana. Tulisan itu masih baru, bagus, dan penuh amarah.
Induk semang yang tidak layak dan memberontak"
Seberkas harapan muncul dari ketakutan di dalam pikiranku. Apakah
ada pemberontakan disini" Kelompok perlawanan yang mungkin berada di
suatu tempat" Jika aku bisa memiliki sekutu di kota ini, aku harus
menemukan mereka. Tapi aku harus menemukan yang pertama dulu. Mereka seharusnya
berada disini, kan" Hanya saja, dimana" Di kota New York yang
sebenarnya, Marco pasti sedang berada di toko video games manapun di
Manhattan, Rachel sedang dalam perjalanan dari pusat kota ke SoHo. Aku
mengamati toko-toko yang rusak dan jalanan yang kotor. Apakah ada
bagian dari kota ini yang masih berfungsi secara normal" Aku ragu.
Dari semua itu, aku baru menyadari Cassie adalah satu-satunya yang
paling mudah untuk ditemukan. Taman. Ia bisa saja ada di taman dan
sedang memberi makan merpati"
BAMBAMBAMBAMBAMBAMBAM! Aku menghantam tanah. BAMBAMBAMBAMBAMBAMBAM! Pistol mesin ditembakan. Aku berguling ke belakang kios dan mencaricari sumbernya.
TSEEW! TSEEW! Sinar Dracon membalas, diikuti oleh pekikan suara manusia yang
tertembak. Baku tembak di tengah-tengah Time Square" Gema suara
tembakan mereda dan digantikan oleh suara bergemeletak. Bunyi klik.
Kuku-kuku tajam mencakar beton. Agak aneh, dan juga mengeluarkan
suara setengah siulan"
"Ssssssniiit waaanaaa!" Suara yang keras dan serak terkekeh-kekeh.
Aku bergeser sedikit dari balik kios. Cukup yakin"
Taxxon. Sekumpulan Taxxon. Sekitar enam sampai delapan Taxxon.
Berkerumun dari jalan Fourty-Second, tepat di lurus di depanku. Tubuh
kelabangnya dibalut ikat pinggang penuh amunisi energi dan segenggam
pistol Dracon. Bekas luka torehan tertampang mengerikan di dada
cembung mereka. Aku melawan keinginan untuk kabur. Aku harus memainkan peran
sebagai seorang pengendali, dan seorang pengendali takkan kabur. Tapi
aku harus lari! Aku sedang berada di tempat terbuka. Sejauh yang ku lihat,
akulah satu-satunya manusia disini dan mereka tak akan lama berfikir
alasannya. Tidak ada pertemuan dengan Taxxon yang berakhir baik.
Kenapa berharap sesuatu yang berbeda kali ini"
Kemana aku harus pergi"
McDonald di sudut terlihat telah terbakar hangus. Logo emas
tergeletak hancur di trotoar. Aku akan jadi sasaran empuk. Gedung tinggi
memiliki lobi kaca. Tak ada tempat bersembunyi. Tiba-tiba,
"TSEEEERR!" Pekikan burung pemangsa. Kepakan sayap terlihat! Seekor elang ekor
merah mengepak di atas kepalaku. Ia terlihat sudah tua. Agak gemuk,
dengan beberapa bulu hilang dan kerutan di sekitar matanya. Ia terbang ke
dalam aliran uap di atas kereta bawah tanah.
Aku berkedip. Hilang. Ia telah hilang! "Tobias?" Tak ada jawaban. Apakah ini hanya khayalan"
"Sssssrreee sreeenaa!"
Aku tersentak kembali. Aku melangkah keluar dari belakang kios.
Pemimpin kelompok Taxxon itu melihatku. Lengan cakarnya bergerak
dengan cepat. Kecepatannya meningkat menjadi luar biasa.
BAB 9 Aliran uap kereta bawah tanah. Lari! Aku lari ke arah pintu masuk
kereta bawah tanah dan melangkahi tiga tangga sekaligus. Wham! Aku
menerobos gerbang berkarat.
"Ugh!" Bau tidak sedap. Bau busuk dan lembab. Bau.. Taxxon.
Aku menahan napas dari baru dan hawa panas di bawah tanah.
"Siapa kau?" "Yahh!" Jantungku hampir copot. Kepalaku sontak membentur pintu
pagar karena terkejut. Seorang pria, manusia. Hanya setinggi tiga kaki tapi seorang dewasa,
menatapku bingung. Ia melemparkan selebaran yang ia bawa di
belakangnya. Kurasa aku melihat tulisan "EF", tapi tidak begitu yakin.
"Apa yang kau lakukan dibawah sini?" Suaranya menakutkanku.
Seperti seorang juri yang sedang menjatuhkan hukuman mati padaku.
Aku masih berjuang untuk berusaha bernapas.
Pria itu mengangkat bahu dan melanjutkan, "Kau tidak akan bertahan
lama dibawah sini. Tak ada yang bisa."
Aku mendengar pintu gerbang terbuka. Terdengar gesekan kaki-kaki
Taxxon. Mata pria itu melebar. Ia melihat ke belakang dan mulai berlari.
Aku mengikutinya. Menyusuri terowongan keramik yang semakin
menyempit sampai bahuku tergores dinding terowongan. Kemudian masuk
ke dalam terowongan yang lebih kecil sehingga mengharuskanku
merangkak. Aku merangkak dengan cepat melalui dinding-dinding yang
lembab. Geraman Taxxon semakin terdengar samar. Geraman dan
teriakan yang samar mulai teredam digantikan oleh kegelapan total.
Kami muncul di sebuah ruang berkubah lebar dengan hawa dari
genangan beracun di pusatnya.
Di sekitar dangkalan itu, air kotor " lusuh dan menyedihkan " adalah
sekumpulan manusia dan alien yang hidup.
Kumpulan yang mengerikan.
Gedd kikuk yang melompat-lompat dengan lamban, Hork-Bajir yang
babak belur, yang telah kehilangan tangan atau kaki atau bahkan
keduanya, berkerumun di sekitar lubang bercahaya. Anak-anak manusia
yang cacat atau orang dewasa yang cacat terbaring di tikar kotor. Bekas
pasukan Andalite yang terluka, beberapa dari mereka sudah tidak memiliki
ekor pisau dan yang lainnya sudah tidak memiliki mata pengintai,
beristirahat dengan gelisah. Bau busuk yang menyengat dan rintihan yang
menyayat hati. ini semua adalah bukti nyata dari kekalahan, kesedihan, dan setengah
kehidupan. Suara kami yang mendadak menyontakkan mereka, sebagian besar
melihat ke arah kami dan menegang, namun lemah. Mereka siap untuk lari,
bukan melawan. Sudah jelas.
"Apa ini?" Aku menarik napas. "Siapa kau?" Asap di ruangan itu
membuatku pusing. Pria kecil itu berbisik-bisik pada sekelompok anak-anak kecil.
"Tergantung dengan siapa kau bertanya." Ujarnya. "Kaisar menyebut kami
buronan. EF menyebut kami pengungsi. Aku menyebut kami korban.
Korban dari kebijakan pusat. Tapi itu sama sekali tidak penting, kan" Kami
semua adalah mangsa." Ia tersenyum. "Tubuhmu kelihatan masih kuat.
Kau pastinya karena menderita sakit jiwa."
Aku hampir tidak menyangka. "Aku pastinya?"
"Ah," Nadanya melembut dan merendah. "Tenanglah, kawan.
Setidaknya dengan tubuh kuatmu, kau memiliki kesempatan untuk
melawan angakatan khusus Taxxon. Dengan bantuan kami, kau mungkin
bisa bertahan sebulan, atau mungkin dua bulan."
Mataku melotot. Wajah pria kecil itu menjauh. Bau busuk disini
menggerogoti otakku. Aku berbalik ke arah terowongan dan mulai
merangkak. "Tidak," Teriaknya, memperingati. "Kau harus tetap bersama kami.
Jika sendirian, kau tidak akan bertahan sampai dua jam!"
Aku harus segera keluar. Aku butuh udara segar. Aku hampir pingsan.
Aku kembali ke terowongan. Belok kiri. Belok kiri lagi. kembali ke
peron stasiun kereta bawah tanah. Cahayanya terlihat remang.
Tiba-tiba" Sebuah penghisap besar! Aku ditarik ke arah rel kereta dengan hisapan yang sangat kuat! Aku
harus melawannya! Aku berusaha lari ke pintu keluar tapi tubuhku sama sekali tidak bisa
melangkah maju. Seperti mimpi buruk dimana kakiku bertambah berat lima
puluh pond atau seperti berlari di atas air.
Aku menoleh ke arah rel sepuluh kaki di belakangku. Mereka ditutupi
cairan kotor, bergolak dan berputar bersama dengan Taxxon-taxxon!
Itu adalah aliran Taxxon hidup. Mereka tersedot di sepanjang jalan
bawah tanah, mata merekah mereka membelalak saat mereka terbang
terhisap. Ini adalah pengangkutan Taxxon.
Dan aku hanya tinggal sepuluh kaki lagi untuk terhisap bersama
mereka! "Ahh!" THWAAP! Thaap! THWAAP! Dua Taxxon meluncur terhisap. Terhuyung-huyung menabrak peron!
Mulut dengan penuh gigi taring tajam dan ratusan kaki bercakarnya
mengarah padaku. Tidaaak! Aku menggapai kursi dan menarik diriku mendekatinya, berusaha
melawan hisapan tersebut. Aku mendorong tempat sampah ke lantai,
menarik diriku melewatinya.
Aku melihat melewati bahuku. Para Taxxon itu juga sedang berjuang
melawan hisapan itu, namun mereka lebih besar dariku dan mereka
mengetahui cara yang tak dapat ku lakukan. Mereka menjatuhkan diri ke
lantai dan mulai menggali. Berbalapan layaknya Salamander.
Kursi! Deretan kursi! Dorong!
Mereka akan segera menghisapku.
Gerbang! Aku membukanya. Tangga keluar! Aku menggapainya!
"Ahhhhhh!" Sesuatu menggigit kakiku. Aku berputar-putar. Berusaha membanting
pintu gerbang diantara rahang-rahang yang menganga dan lidah-lidah
yang menjulur. Lalu aku memanjat ke dalam cahaya matahari. Naik, naik, dan naik.
Berkeringat, terengah-engah, dengan kakiku yang hampir lumpuh dan
terasa sakit. Kepalaku berdenyut-denyut saat aku mengahampiri pintu
putar. Jalan! Trotoar! Tubuhku ambruk dengan napas terengah-engah setelah menghirup
udara segar. Aku membalikan tubuhku dan seketika membeku.
Rupanya aku tidak sendirian.
BAB 10 "Gehhhtuupoorraanjjsoooot!"
Kalimat seperti suku kata yang menyambung-nyambung terdengar
dengan cepat. Benar-benar sulit dimengerti.
"Wutryoodooingindtheaghetoo?"
Oke, ini hanya mimpi. Hanya itu penjelasan yang masuk akal. Tapi,
gigitan Taxxon tadi dan kakiku yang terasa nyeri ini benar-benar terasa
nyata. Saat itulah aku memutuskan bahwa ini adalah dunia yang mungkin
tidak pernah bisa ku mengerti. Dan jika aku tidak bisa bertahan, aku akan
mati. Tujuanku menjadi sederhana: Keluar dari tempat ini dalam keadaan
hidup dengan jiwa dan tubuh yang utuh.
Aku mencoba untuk tidak membiarkan dua mahkluk di depanku,
sebagian besar terlihat seperti manusia kecuali untuk kaki ketiga, dan leher
yang sangat panjang, menakutkanku. Tapi sangat sulit.
Coba lihat, mahkluk itu hanya memiliki satu mata, besar, dan
menyalak padaku seperti teropong. Di tengah matanya terdapat iris mata
yang sebagian besar mirip dengan manusia kecuali ia bercahaya kuning
dan abu-abu samar. Tapi kau tahu, bahwa ada pupil mata terletak di tengah iris mata kita"
dalam kasus ini tidak seperti itu. Aku memperhatikan pupil matanya
bergerak mengitari irisnya dengan gerakan lamban seperti satelit. Mata itu
memandangku dengan penuh curiga seperti agen dinas presiden. Mereka
tampaknya benar-benar memperhatikanku sampai ke dalam.
Meskipun lebih tepatnya jika ku katakan, aku memandang mereka
sampai ke dalam. Karena aku bisa melihat paru-paru biru mengembang dan mengempis.
Dan dua jantung yang berwarna hijau terang memompa cairan kuning
melalui pembuluh vena. Bergulung-gulung usus melekat erat di dekat otototot yang kemerahan.
Kulit mereka sejernih gelas kaca. Jernih tanpa adanya distorsi saat
aku melihat ke dalam organ-organnya.
Sebuah model anatomi yang akan membuat guru biologi rela mati
karenanya. Tidak perduli dari planet mana mereka berasal, hidup atau mati
tidak masalah. Maksudku, aku benar-benar melihat jantung berdetak.
Sebuah target yang sempurna.
Si mata kuning bergerak maju dan membuatku tersontak. Ia
mengulangi pertanyaannya. Tiba-tiba, nada bicara dan kalimatnya mulai
berbeda" mulai berpola. Mulai masuk akal.
"Bangun-setelan-oren!" Katanya. "Apa-yang-kau-lakukan-di-tempatini" Membolos-kerja-adalah-kejahatan! Mengapa-kau-tidak-di-tempat-kerjamu?" Sebuah jari yang hampir tidak terlihat menjentikkan sesuatu yang
menempel di dadaku. Kemudian ia mendongak menatap gedung Chrysler
dengan penutup Mylar nya yang tertiup angin. Ada lencana pada jumpsuit
ku yang tak pernah ku ketahui. Tanpa ku sadari ada sebuah hologram
tertampang di atasku, dan nama Yeerk ku tertulis disana. Tertampang juga
sejumlah nomor perumahan, tempat kerja, dan sektor pekerjaan. Dibawah
tulisan "Pekerjaan" tertulis "Teknisi planet."
Aku menganga seperti orang tolol. Orang-orang ini adalah pasukan
keamanan jalan" Aku bekerja di gedung Chrysler"
"Mungkin ini tempat untuk orang bisu." Si mata perak mengejek.
"Sepertinya ia mengalami gangguan. Bisa kau katakan dimana rumahmu,
setelan oren?" Ia menggeram rendah sambil jarinya memegang sepasang
borgol berwarna merah. "Atau kau tidak bisa mengingatnya?"
Mereka bisa melihat dimana aku tinggal. Tapi aku menebak mereka
hanya ingin aku berbicara. Aku menatap lencanaku dan mencoba
membaca terbalik. "Aku..uh.."
RrrrrrrrrBoomBoom . . . RrrrrrrrrBoooooom . . .
Tanah berguncang dan ledakan yang memekakan telinga bergemuruh
di sepanjang jalan. Si mata kuning menoleh, kemudian berputar kembali
dan menggandengku. Menyeretku dengan kecepatan yang menakjubkan
menuju asal suara. Si mata perak mengikuti.
"Lantai delapan-puluh-delapan." Kataku berbohong. "Aku tinggal di..
uh.. menara kaisar." Kurasa itu terdengar bagus.
"Jangan sarkastis, setelan oren." Ia maju dan memborgol pergelangan
tanganku. "Kau pikir aku tidak tahu lantai delapan puluh tujuh sampai lantai
Sembilan puluh dua itu adalah dermaga" Kau ku tahan."
"Di bawah wewenang siapa?"
Aku berjuang melepaskan tanganku, namun borgol itu terbuat dari
sesuatu benda organik yang hidup. Semakin aku melawan, ikatannya
semakin erat. Mahkluk-mahkluk itu tertawa terbahak-bahak, suaranya seperti
dengungan terompet. "Kami ini adalah Orff, tolol. Agen keamanan dewan
tertinggi. Kami dibawah wewenang kami sendiri."
R rrrrrrr Boooooooooom m m m m!
Ledakan besar lain dan kepulan debu.
Orff itu bergerak menjauhiku.
"Hey!!" Si mata perak menggaetku. Aku di dorong paksa ke sudut, dengan
kaki pincang akibat gigitan Taxxon seraya bergerak menuju kepulan awan
debu. Namun, si Orff itu mengikutiku. Kaki tiganya bergerak seperti air
raksa. Kemudian, ia tepat berada di depanku. Kami berdiri di tengahtengah kepulan awan debu.
Aku mendengar sirene kapal dari kejauhan.
Suara siulan Taxxon terdengar saat mereka turun ke jalan,
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menumpahkan tiga-ratus-kaki-kaki yang berderap-derap di antara gedunggedung di sepanjang blok.
Ada apa ini" Apa yang terjadi"
Bisakah aku morf" Aku mencoba berfokus. Mencoba berfikir"
Tiba-tiba cahaya terang berwarna kuning-putih menyilaukanku, seperti
aku adalah seekor serangga yang sedang berada di dalam bola lampu.
Segalanya menjadi sunyi senyap, namun hanya beberapa detik.
KemudianBOOM. BOOM. BOOM! Trotoar berguncang hebat seraya gelombang tekanan yang sangat
keras melemparkan semua orang dari jalan. Seluruh gedung kaca di
sepanjang blok berubah menjadi air terjun pecahan-pecahan kaca dan
batu-batu yang mematikan.
Aku menangkat kepalaku ke arah apa yang nampaknya menjadi
sumber ledakan. Sebuah gedung pencakar langit yang luar biasa tinggi
terhuyung-huyung dengan bola api dibawahnya seperti pemain sirkus yang
berdiri di atas tali. Mulutku menganga tidak percaya saat bangunan anggun itu
bergoyang-goyang tak menentu.
Kemudian, seluruh strukturnya mulai ambruk ke tanah. Lebih
cepat"lebih cepat" dan roboh dalam sekejap. Jatuh..jatuh"dan "
Suara gemuruh menggelegar saat gedung itu runtuh dan terbelah dua,
menghilangkan gedung Chrysler.
Runtuhan demi runtuhan menghantam jalan Manhattan. Seharusnya
ini waktuku untuk menghilang.
Tapi yang bisa kulakukan hanyalah merangkak ke sebuah pintu dan
berbaring disana saat kepulan debu asap putih menerpaku dan serpihan
puing-puing kecil menghujani dari langit.
Lalu benda-benda yang lebih berat, kepingan baja dan beton mulai
menghujani jalan, dan kemudian segalanya menjadi gelap.
BAB 11 Suara sirene berdengung. Kepalaku terasa sakit luar biasa.
Aku membuka mataku di antara tumpukan puing-puing. Kobaran api
memenuhi seluruh gedung. Ada banyak kapal patroli. Para Taxxon dengan
kejam memasukan mahkluk-mahkluk yang terluka ke dalam kapal,
memuaskan hasrat kelaparan mereka dengan melemparkan mayat-mayat.
Orff menghilang. Borgolku entah bagaimana telah lenyap. Rupanya,
saat kau berada di negeri Yeerk, jika kau mendengar bunyi sirene dan
mereka hendak menangkapmu, jangan tunggu sampai mereka datang.
Bergegaslah kabur. Aku berlari dari pintu. "Ahhrgh!" Dan tiba-tiba menabrak seseorang bersetelan ungu. Sebelum aku bisa
mendapatkan keseimbangan lagi, aku melihat ke sebuah laras pistol
Dracon yang digenggam. Negeri Yeerk pastilah menciptakannya untukku.
Aku melihat pistolnya, melewati lengannya, terus ke arah mata
seorang wanita berkulit gelap yang tertutup debu. Saat mata kami bertemu,
ekspresinya berubah. Dari kemurkaan dan kekejaman ke campuran
misterius antara kebingungan, ketidakpercayaan, kelembutan, dan
kemarahan. Dadaku menghela tanpa sadar karena wanita ini"
Wanita ini".ingatanku"
"Ah!" Tiba-tiba ia mendorongku minggir.
TSEEW! Whumph. Seekor Taxxon terkulai ke jalanan seperti seekor cacing kembung
dengan gigi-gigi tajam hanya beberapa inchi dari kakiku. Kurang dari tiga
detik yang lalu bokongku akan jadi santapan Taxxon yang enak.
Wanita itu melesat ke depan. Aku berlari mengejarnya.
Ia telah menyelamatkan nyawaku.
Tapi bukan hanya karena itu aku mengejarnya.
Dengan kelincahan seorang atlet, dia berlari menyusuri gang sempit
dengan sisa-sisa reruntuhan peradaban manusia. Piano yang hancur,
bangkai dipan, beberapa sepeda motor yang berkarat. Semua itu kini telah
tertutup oleh gundukan beton dan kepingan-kepingan logam yang masih
mengepul. Aku memanggilnya, "Hey, tunggu." Ia behenti dan menoleh.
Aku melangkah maju dan raut wajahnya kembali aneh. Seperti ia
sedang mengingat-ingat, mengingat"
TSEEW! "Hey! Apa-apaan?"
Ia menembakku. Menembak udara tepat di atas kepalaku. Kemudian
ia menghilang melewati sebuah pintu logam besar di ujung gang, pintu
masuk samping ke dalam sebuah bangunan bata tinggi.
Apakah itu hanya tembakan peringatan" Atau ia memang berniat
menembakku" Aku mendorong pintu logam tebal dan berlari di antara kegelapan.
Cahaya-cahaya menembus dari sebagian atap yang tertiup angin dan
panggung utama yang dilapisi beludru, seperti panggung orchestra "
terdapat deretan kursi- kursi dan balkon bertingkat. Aku menuruni lorong
berkarpet, menggeret diriku menaiki panggung yang dipenuhi lantai rusak.
TSEEW! TSEEW! Sinar Dracon menyala di udara. 500 pond daging Taxxon berjatuhan
dari jala. WHUMP. Daging-daging itu menghantam lantai seperti balon yang meledak, dan
ya Tuhan mereka berbau busuk.
Wanita itu melesat ke belakang lukisan dengan setting kota yang
indah. Ada gambar gudang jerami merah dan rumput yang hijau. Kuda dan
hewan-hewan ternak lainnya sedang memakan rumput di belakangnya.
Tapi tidak lama " TSEEW! Ia membuat lubang di tengah kanvas itu dengan sinar Dracon dan
berjalan melaluinya. Tiga Taxxon tercepat yang pernah kulihat berlari
mengejarnya. Ia tersandung, mundur, dan menembak lagi dan lagi. Namun
tembakannya semakin lemah dan lemah yang hanya memberikan
tamparan lemah ke wajah Taxxon raksasa itu.
Dan aku tidak membawa senjata apapun!
Aku menatap baris demi baris deretan lampu-lampu dan menerka"
Aku berlari ke samping, dimana setumpuk tali-tali terikat oleh sebuah
baja berat. Aku membuka tali-tali itu dan menurunkan jangkar.
Whoooosh! Latar belakang kain halus jatuh menimpa lantai, menghantam sang
predator dan mangsa yang ada di bawahnya.
Tidak terjadi apa-apa. Taxxon- Taxxon itu melanjutkan menerjang ke depan sampai akhirnya
senjata wanita itu benar-benar tidak berfungsi. Ia melemparkan pistolnya
ke arah Taxxon terdekat, namun pistol itu hanya seperti mainan di dalam
mulutnya. Taxxon itu menelan pistolnya tanpa ragu.
Dengan sekuat tenaga aku memutuskan tali demi tali. Derikan suara
katrol memekakan telingaku bersamaan dengan seluruh lampu panggung
berjatuhan menimpa lantai.
Aku segera melihat tiga Taxxon kembung terjebak dan menggeliat di
lantai. Terjebak dalam jaring-jaring halus.
Aku berlari ke arah si wanita. Tangannya terperangkap di antara
Taxxon yang lemas. Tubuhnya di penuhi air liur menjijikan. Ia tersentak
saat aku mendekatinya, masih bersiap untuk melawan.
Aku membungkuk rendah dan membebaskan lengannya. Ia akhirnya
paham bahwa aku tidak akan menyakitinya.
Mata kami bertemu. "Cassie." Aku ingin memeluknya. Mengatakan padanya semuanya baik-baik
saja. Bahwa ia sungguh berani. Bahwa kami akan keuar dari sini hiduphidup.
Namun, matanya seperti dinding atau topeng. Aku mencari kedamaian
dan kesensitifan disana. Tapi tidak ada. Bibirnya melengkungkan senyum palsu yang sangat bukan seperti
Cassie. Dan pada akhirnya ia berbicara.
"Jadi, kau belum mati."
BAB 12 Aku menjawabnya dengan tersenyum, senyuman yang akan aku
berikan padanya jika kami kembali ke dunia yang ku kenal.
"Kota ini telah melakukan segala upaya untuk membunuhku. Tapi
belum, aku belum mati. Aku sendirian. Dimana yang lainnya" Bagaimana..
bagaimana kau bisa ada disini?"
Ia tidak menjawab, tapi ia mengayunkan kakinya melewati pinggiran
panggung, menghela napas dan turun ke bawah panggung. Aku
mengikutinya turun, dimana ia berhenti di sudut dan mengeluarkan kotak
tersembunyi. "Cassie, ada apa?" Ini tidak seperti dirinya yang akan mengabaikanku.
Dia bahkan tidak melihatku. "Aku pergi tidur kemarin malam, kurasa." Aku
melanjutkan. "Aku dirumah, tinggal bersama keluargaku. Kita baru saja
pulang dari misi yang kacau. Ingat" Aku bangun keesokan paginya dan
aku telah berumur dua-puluh-lima tahun dengan jenggot dan sama sekali
tidak ada ingatan tentang rentang waktu selama itu. Apakah ini ulah
Crayak atau Ellimist?"
"Aku tidak pernah mendengar nama mereka lagi bertahun silam."
Katanya. Nadanya sama sekali tidak bernostalgia. Ia mengobrak-abrik
kotaknya, kurasa ia mencari perban untuk membalut lengannya. Kotak itu
terisi dengan persediaan P3K, lima sampai enam pistol Dracon, setelan
ungu lainnya, makanan darurat dan"
Ia menoleh tepat saat mataku melebar.
Gulungan kabel ledakan, detonator, dinamit, rangkaian tegangan
rendah dan tinggi. "Aku yakin kau tidak bersama EF?" Katanya.
Aku menggelengkan kepala.
"Evolutionis Front" Kelompok pemberontak Yeerk" Kau tahu, yang
disebut pemberontak" Yang didedikasikan untuk melawan parasitisme dan
mendukung simbiotis buatan?"
Ia menyodorkan pistol Dracon ke tanganku dan mengambil dua untuk
dirinya sendiri. Dan kemudian aku melihat sekilas partikel emiter Kandrona
darurat saat ia menutup kotaknya.
"Kau pengendali?"
Ia tertawa. "Ya, siapa lagi" Nama Yeerk ku adalah Niss. Kami di EF
bersama-sama. Kami bekerja sama menentang dewan. Aku memimpin tim
yang bertanggung jawab atas ledakan pagi ini. Itulah mengapa para
Taxxon sangat menyukaiku. Ledakan itu akan memicu mereka, walaupun
kami tidak mengenai?"
"Apa!" Gelombang tak terkendali mulai meluap di dadaku. Rasanya
seperti mendengar ayahku mengaku menjadi pengedar obat terlarang atau
pembunuh. Itu sangat tidak mungkin. "Cassie, apa yang kau bicarakan"
Kau membuat ledakan yang akan membunuh ratusan pengungsi, orangorang EF yang berniat membantu" Itu membuatmu menjadi teroris!
Bagaimana mungkin kau membenarkan hal itu?"
"Ini perang, Jake. Segala cara dibenarkan." Dia berbicara dengan
percaya diri yang mengerikan. "Aku bukan anak-anak lagi. aku tidak perduli
dengan omong kosong yang ku percayai dulu."
"Seperti kehidupan dan kedamaian" Kau pikir sekarang itu hanyalah
omong kosong! Apakah kau tidak ingat misi terakhir kita " pertempuran di
gedung Ragsin" Kau perlu berbicara ketika kita keluar tapi aku
menghiraukannya. Hanya karena aku tidak ingin berurusan dengan itu, aku
sungguh menjadi orang yang bodoh malam itu, Cassie. Kau selalu merasa
bersalah, tapi itulah dirimu. Kau harus menyadari hal itu."
Ia tertawa acuh. "Kau berbicara mengenai kehidupan yang berbeda,
Jake. Telah banyak sekali misi setelah hari itu. Semua itu hanyalah
idealisme muda yang menyedihkan. Kau tidak mengerti. Kukatakan
akhirnya aku mengerti perang."
Cara dia berbicara, cara dia berbicara padaku, membuatku merasa
keberadaanku baginya hanya seperti sebuah sekrup di lantai panggung.
Apakah benar-benar tidak ada hubungan di antara kami" Apakah
teman-temanku benar-benar telah berubah"
"Para Taxxon menguasai bawah tanah." Kataku. "Orff mengatur
jalanan. Cassie, jika kau lihat sekitar, sudah jelas tidak ada kesempatan
untuk memenangkan perang ini."
"Perang ini belum berakhir!" Ia mendesis. Matanya berapi-api. Ia
kelihatan siap untuk menyerangku.
Tapi kemudian matanya berpindah menatap lencana di dadaku dan
sekejap kemarahannya lenyap. Wajahnya terlihat tenang kemudian
menjadi cerah. Ekspresinya berubah sangat cepat dan menakutkan.
BAB 13 "Kau seorang teknisi planet" Bekerja pada proyek gedung Chrysler!"
Tiba-tiba aku menjadi satu-satunya orang yang paling menarik di panggung
ini. Aku tidak tahu harus berkata apa. Ia berjalan ke arahku. Tangannya
yang tidak terluka mencengkeram lenganku. Suaranya menjadi intens,
hampir seperti terobsesi.
"Jake, para Yeerk meginginkan bulan. Mereka ingin membuatnya
menjadi pemancar radiasi kandrona matahari kecil. Jika mereka berhasil,
itu artinya bumi akan bermandikan sinar kandrona untuk selama-lamanya!
EF sekalipun tidak akan bisa menyentuh dan menonatifkannya. Tidak ada
yang bisa." Aku merasa seperti seorang pelanggan yang sedang mendengar nada
rumit dan manipulatif dari seorang penjual. Kesepakatannya sudah berada
di ambang, aku dapat merasakannya. Dan bagaimanapun juga itu
melibatkanku. "Pekerjaanmu membawamu lebih dekat dengan teknologi sinar-bulan
lebih dari siapa pun di EF. Kau tahu ruangan itu di gedung Chrysler" Yeerk
telah bekerja di bawah sana selama tiga bulan. Membuat sinar energi yang
akan mengaktifkan bulan. Penargetannya haruslah tepat. Sangat tepat.
Yeerk membutuhkan ketepatan kau dan tim mu untuk mengaktifkannya?"
Ia terlihat bergairah. Matanya berkilau saat ia berdiri tepat di
hadapanku. Ada sepercik cahaya yang ku kenal. Hanya saja itu bukanlah
rasa cinta pada manusia atau hewan. Itu semua adalah pikiran yang
dipenuhi sabotase, terorisme, dan strategi.
Dan sekarang ia sedang mengajakku masuk ke dalam pikirannya juga.
Aku mengangkat tanganku meraba matanya yang masih terbuka. Aku
menutupnya, menariknya dari ketidaksadaran dirinya.
"Katakan padaku sekarang! Bagaimana kita bisa berada disini"
Dimana yang lainnya" Bagaimana kau bisa tertangkap" Apakah semua ini
nyata?" Semangatnya masih tak berubah. Senyum palsunya muncul kembali.
ia tidak mau menjawab pertanyaanku, tapi jika ia menginginkan bantuanku,
ia harus menjawabnya. "Jika kau sungguh tidak ingat, akan kuberitahu." Jawabnya. "Kau tidak
akan menyukai jawabannya." Ia tertawa lagi sedikit kejam. "Bagaimana aku
bisa tertangkap" Aku telah dikhianati Jake, olehmu."
Jantungku terhenti. "Aku!" "Ya, kau adalah pengendali saat itu. Berterima kasihlah pada Tom."
"Kakakku?" Ia mengangguk. "Yeerk di kepala Tom akhirnya mendapatkan
jawabannya. Petunjuk, mungkin. Kecerobohan, aku tidak tahu. Tapi ia
menyangkamu adalah salah satu dari "Bandit Andalite" dan pada suatu
malam, ia menjadi yakin. Ia merencanakan serangannya dengan sangat
baik dan saat itu terjadi, kau sama sekali tidak punya kesempatan."
Ia melanjutkan. "Kau, Marco, dan Ax segera ditangkap di gudang
jeramiku. Rachel telah terbunuh. Mereka memberitahuku hari berikutnya.
Hanya Tobias yang berhasil kabur."
Animorphs - 41 The Familiar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebuah sesakan mengganjal di tenggorokanku. Rachel mati"! Ada
suatu masa ketika aku memanfaatkan kecerobohannya. Aku selalu
menaruhnya di tempat berbahaya, lebih dari siapapun. Dan Tobias"
Dengan rentang hidup seekor elang, pastilah ia sudah mati saat ini.
Cassie menceritakan semua omong kosong ini, seperti seharusnya
aku mengetahuinya. Seperti seharusnya aku tahu bahwa ini, semua ini,
adalah kesalahanku" "Lari!" TSEEW! Kotak metal hitam di depanku melepuh.
"Turun!" TSEEW! Cassie membalas tembakan, mengenai Taxxon. Ia jatuh pingsan tepat
di atas rel di dekat lubang orkestra! Jatuh lima belas kaki ke lantai! Krek!
Lalu menggeliat kesakitan di dekat kaki kami.
Ia kelihatan sangat kesakitan, tapi masih hidup. Mungkin Cassie
menembaknya tepat di bagian belakangnya yang bertujuan agar ia tetap
hidup. Yang harus kami lakukan adalah lari.
Aku membuka pintu ke ruangan yang cukup untuk merangkak di
bawah panggung. "Cassie, ayo!" Ia segera merunduk. Aku mengikutinya.
Tapi kemudian ia berhenti. Ia berbalik melewatiku dan kembali keluar.
TSEEW! Tembakan kedua melubangi organ vital Taxxon, membuatnya mati
seketika. Aku menatap Cassie, mencari jawaban. Mencoba memahami matanya
yang terbakar kekejaman amarah.
"Mereka hanya anjing," Katanya. "Anggota polisi tidak resmi Orff
dilepaskan untuk menangkap kami yang disebut teroris. Orff sangat tidak
keberatan jika para Taxxon yang kelaparan ini lepas kendali dan memakan
kita alih-alih membawa kita ke stasiun. Mata dibayar mata."
Aku mengira mungkin ini Niss yang sedang berbicara. Yeerk dan
bukan Cassie. "Ayolah!" Teriaknya.
Aku mengikutinya. BAB 14 Kami menyeruak ke jalan. Lari dari dengungan sirene dan hovercraft
yang masih berada di tempat kejadian.
Setiap seratus yard, Cassie kembali berapi-api. Para Taxxon akhirnya
kalah dan kami berhenti di sebuah toko rusak. Sebuah kios Koran tua.
Berkeringat dan terengah-engah, aku melirik sebuah rak. Sebuah
sampul majalah olahraga tua yang lusuh dan terbakar matahari tertangkap
pandanganku. Aku mengambilnya.
"Ayahku?" Kataku terkejut. "Ia ada di berita!" Cassie melihat
tanggalnya. "Yeah," Katanya datar. "Itu sudah sepuluh tahun yang lalu. Yeerk
akhirnya berkuasa dalam hitungan minggu setelah kita tertangkap. Kami
akan mulai benar-benar menggeser keseimbangan."
Kamudian aku menggagalkannya.
Aku menjad tidak perduli, sombong, dan kejam pada diriku sendiri. Aku
terlalu banyak menggunakan orang lain, terutama Rachel.
"Yang lainnya." Kataku. "Dimana mereka sekarang?"
Cassie berhenti di samping tumpukan usang novel-novel romantis. "Ax
telah menjadi pengendali berpangkat tinggi. Dari yang ku dengar, ia
menjadi kunci dari penyerangan Yeerk ke planetnya sendiri. Planet
Andalite telah hancur. Jutaan telah mati. Puluhan Andalite telah ditangkap.
Kepemimpinan EF masih berfikir masih ada yang bebas di luar angkasa
sana, tapi aku tidak bisa membayangkannya?"
Aku merosot ke lantai di samping tumpukan kuning New York Times
yang bertanggal tiga minggu setelah aku tertidur dengan kaos spandex
bersepeda. "Tobias menjadi pemimpin sekelompok kecil Anti-Yeerk."
"Apakah ia " tahu - mengenai Rachel?"
"Ya, sama halnya dengan Marco." Suaranya menjadi dingin. "Marco
sekarang menjadi Visser Two. Yang ditugaskan di bumi. Ia telah
melakukan" hal mengerikan."
Ini tidak nyata. Aku tidak bisa mendengarnya lagi. Aku sungguh tidak
mempercayainya. "Visser Three yang kau ingat, sekarang telah menjadi kepala dewan.
Pemimpin tertinggi Yeerk. Kekaisaran Yeerk."
Tidak. Yeerk di kepala Cassie sudah menceritakanku kebohongan. Ia
sedang melemahkanku. Ia tahu.. ia tahu lewat ingatan Cassie apa yang
akan membuatku lemah. Tapi aku tidak akan kalah! Aku tidak gila! Temanku tidak akan" tidak.
Tidak akan! Tiba-tiba, aku telah berlari di jalan kosong. Aku tidak perduli lagi
kemana akan pergi. Aku hanya berlari dan berlari sampai tak kuat lagi.
"Bebas atau mati!" Aku mengulangnya pada diriku sendiri. "Bebas atau
mati!" "Bebas atau?" "Hentikan!" Cassie berdiri di depanku dan mendorongku ke dinding. Kemudian aku
merasakan wajahku basah oleh air mata. Mataku menjadi kabur. Napasku
terasa sesak. "Sangat beruntung aku bertemu dirimu, Jake. Pekerjaanmu sebagai
teknisi planet sangat memberikan kesempatan yang luar biasa bagi EF."
Cassie menjadi intens dan terobsesi lagi. "Rencana menyalakan bulan"
Kita harus mengacaukannya. Target sempurna dari sinar energi" Kita
harus mematikannya. Meledakan bulan akan membuat bumi terhujani
puing-puing. Hal itu akan mengacaukan satelit, menghancurkan pesawat
ruang angkasa, dan mengganggu struktur sosial Yeerk. Itu akan menjadi
serangan awal dari EF. Jake, kau dengar aku" Semua itu akan menjadi
serangan awal bagi EF dan yang telah ditunggu-tunggu oleh manusia
bebas." Dua kata-katanya membangkitkan telingaku seperti lonceng. "Manusia
bebas" "Ya, sekelompok kecil masih bertahan di pedesaan. Kelompok
buronan." "Jadi, masih ada harapan?"
"Sudah ku katakan padamu, perang belum berakhir. Tapi akan segera
terjadi. Semua harapan akan sirna jika sinar energi telah dinyalakan sesuai
dengan yang Yeerk inginkan." Dia tahu aku akan membantunya. Ia tahu ia
yang memimpinku sekarang. "Hiduplah seperti yang lencanamu katakan.
Perhatikan, dengarkan, dan curilah informasi. Tapi jangan lakukan apapun
sebelum aku menghubungimu. Aku akan mengirim seseorang yang
bekerja bersamaku untuk memberimu intruksi. Kita akan membutuhkan
kata sandi." Dengan enggan, aku menjepit kembali lencanaku ke baju. "Bagaimana
dengan "perdamaian?"" Aku berkata dengan senyum lemah.
Cassie menatapku seperti aku seorang anak umur dua tahun yang
naif. Ia mengulurkan tangan dan menyentuh wajahku dengan lembut. Dan
untuk sesaat, saat-saat yang indah, topeng kekerasannya mulai memudar.
Gadis yang kucintai kini sedang menatapku.
Tapi ia segera menghilang secepat ia datang.
"Sudah terlambat untuk perdamaian, Jake. Semua yang tersisa saat ini
adalah mendorong penjajah keluar secara paksa. Membuat bumi terlalu
berbahaya bagi mereka. Bagaimana tentang kata sandi yang berbeda"
Bagaimana jika itu" Animorphs?"
Aku setuju dan ia segera pergi, meninggalkanku dengan senapan
Dracon di tangan dan kehampaan di hati.
Apakah aku telah berada di sisinya" Kurasa aku mengingankannya.
Dan dia telah mengira aku memang akan berada di sisinya.
Namun, ia telah berubah. Terobsesi, terlalu fokus. Ia telah menjadi
roda penggerak mesin perang. Tapi, siapa yang tidak"
Apakah aku hanya pion dalam pikirannya" Hanya sebuah alat belaka"
Aku tahu jawabannya. Tapi aku tidak perduli. Itu mungkin akan membantuku menyelamatkannya.
BAB 15 Aku menaiki sebuah Hovercraft yang mendaratkanku di atas dermaga
kosong yang menopang dua menara setinggi dua ratus kaki di atas jalan
raya. Atap gedung Chrysler Mylar bersinar cokelat kemerahan di dalam
cahaya kota yang menakutkan.
Embusan angin yang kuat menampar keseimbangan tubuhku dan
mengoyak rambutku saat aku melangkah ke atas panel baja.
Panel itu mulai terangkat.
Bagaimana bisa aku menyelamatkan bulan kami dari transfigurasi
pengubahan menjadi mercusuar kekuatan Yeerk" Bagaimana aku bisa
melenyapkan Kandrona yang akan menyinari bumi dengan sinar ganasnya
selama-lamanya" Kalau saja aku punya petunjuk yang jelas seperti: menyusuplah ke
markas ilmuan musuh, rusakan teknologi Yeerk terbaru, ledakan bulan.
Hey, itu bahkan terdengar familiar. Kami pernah melakukan hal semacam
itu sebelumnya, kan" Bukan masalah.
Tapi tidak semudah itu. Ia mengatakan aku harus menunggunya.
Menunggu perintah dari Cassie yang tak ku kenal! Bagaimana bisa
aku membiarkan ini terjadi" Tidak ada satu pun Animorphs yang akan
melakukan perintah dari Yeerk. Bukankah aku yang membuat peraturan
dasar itu" Aku melangkah ke ambang pintu. Mempertimbangkan dua kali untuk
keputusanku membantu Cassie. Tiga kali, empat kali.
Panel munutup di belakangku, mengunci dengan bunyi dengungan
seperti biasanya. Lampu segitiga kecil menyala di lantai, menunjukanku ke
arah lift gravitasi terdekat.
Pendekar Laknat 3 Roro Centil 14 Manusia Beracun Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 1