Pencarian

Giri 2

Giri Karya Marc Olden Bagian 2


dokter dan pembantu pembantu berlari lari kepada karateka yang tidak
sadarkan diri itu, wasit memanggil Robbie ke tengah ring, dan memegang
tangan kanan Robbie itu, mengangkatnya tinggi tinggi.
"Pemenang. Dengan tendangan k.o. Ronde ketiga. Robbie Ambrose."
Robbie tersenyum, berputar menghadap ke empat penjuru dan untuk
pertama kalinya menerima dan bersambut pada pujaan pujaan orang banyak
itu. BEBERAPA MENIT KEMUDIAN, di kamar ganti pakaian, Robbie melayani
pertanyaan pertanyaan dari pers, penggemar penggemar dan pemuja pemuja,
dan promotor promotor yang berhasrat menyelenggarakan pertandingan
pertandingan berikutnya. Robbie tampak santai, menjawab pertanyaan
pertanyaan dengan tenang dan sikap agak malu malu.
"Kapan aku mengetahui bahwa aku akan mengalahkannya" Pada ronde
pertama. Aku berterus terang kepada kalian, jika aku mengatakan bahwa ia
tidak mempersiapkan diri. Padahal persiapan itu suatu keharusan, orang harus
siap berperang. Itulah yang kita hadapi di atas ring, suatu peperangan."
"Robbie, kaupikir Morris menghindari
dirimu" Maksudku, ia yang sekarang menjadi
juara dan " "Nah, itu! Kaulah yang mengatakan itu, bukan aku. Aku bersedia melawan
siapa saja, kapan saja. Mempunyai peringkat ataupun tidak. Itu tidak menjadi
soal." "Betulkah berita, bahwa Waterling mendapatkan bagian besar hasil
pertandingan ini, dan kau hanya menerima sisa sisanya?"
Robbie tidak menanggapi pertanyaan itu dengan serius. "Berbicaralah
dengan para promotor mengenai uang. Aku mempunyai seorang pengacara di
New York yang menangani kontrak kontrak dan urusan uang itu. Kita katakan
saja bahwa aku merasa puas dengan penyelenggaraan dan hasil pertandingan
ini." Tawa. "Robbie, aku mendengar bahwa Mannie Decker masih berlatih. Kata orang,
ia berada dalam kondisi hebat. Ada kemungkinan kalian berdua akan bertemu
lagi" Ada yang mengatakan bahwa waktu itu merupakan penampilan dirimu
yang paling hebat, sampai Decker patah lututnya."
"Itu pertandinganku terakhir dalam karate non-kontak penuh. Decker tidak
bertanding dalam karate kontak penuh, sehingga, kurasa, kami tidak akan
bertemu lagi. Aku telah mengalahkannya dua kali. Itu sudah cukup menjelaskan
kedudukan kami masing masing."
"Robbie, bagaimana dengan Kejuaraan Terbuka Dunia pada bulan Januari
mendatang?" "Maksudmu, untuk memperebutkan trophy suibin itu?"
"Ya." "Aku akan mengikuti itu. Akan merupakan semacam peperangan juga, itu."
Trophy suibin, hadiah tunggal dalam turnamen
paling kesohor yang akan dilangsungkan pada bulan Januari di Paria. Suibin, sebuah replika
dari jambang persegi berusia 1.200 tahun yang kini dipamerkan di istana
kerajaan jepang. Replika itu dinilai seharga limapuluh ribu dollar.
"Morris, jika kau ikut mendengarkan," Robbie berkata dengan senyum
menyeringai, "Aku akan hadir di istana olah raga di Paris pada bulan Januari
mendatang." "Robbie, aku ada sustu janji di Los
Angeles pada bulan Januari, dan aku ingin
mengadu dirimu dengan "
"Sorry, tapi malam ini tidak ada bisnis. Hubungilah Management Systems
Consultants di New York. Pengacaraku ada di-sana dan ialah yang menangani
kontrak kontrak. Kalau aku kebetulan bebas, barangkali dapat diatur sesuatu."
"Robbie, kau hebat malam ini. Para dokter mengatakan bahwa rahang
Waterling patah di tiga tempat dan beberapa tulang iganya retak."
Robbie mengangkat bahu. Saat ini ia tidak menaroh perhatian seujung
rambut pun akan Waterling. Orang itu sudah tiada baginya, presis seperti
wanita itu, wanita yang dijadikannya korbanan untuk menjamin
kemenangannya malam itu. "Robbie, aku dari suatu jaringan televisi. Kami diberitahu, bahwa tidak
kurang dari sepuluh juta pria, wanita dan anak anak di amerika kini berlatih
karate." "Ya, kukira itu benar." "Yang sebagian besar, kukira, adalah untuk keperluan
beladiri. Ada pula sekedar sebagai gerak badan atau olah raga. Di manakah
letak rahasianya" Bagaimana seseorang harus berusaha dan berlatih untuk
menjadi seorang Robbie Ambrose?"
Robbie menggaruk leher belakangnya. "Keyakinan. Maksudku, jangan
berpikir bahwa anda akan menang. Anda harus yakin bahwa anda pasti menang.
Keakhlian, teknik, pengalaman. Anda harus mencapai derajat keyakinan yang
sedemikian tingginya hingga anda tidak ragu sedikitpun bahwa anda akan
menang." "Dan bagaimana seseorang harus berbuat untuk mencapai derajat
keyakinan itu?" "Ah, itu sederhana sekali. Persiapan. Mempersiapkan diri. Menjaga kondisi,
uji latih, lari, gerak badan, apa saja. Lakukan itu semua. Dan di atas segala
galanya, yakinlah bahwa itu semua ada gunanya."
Pekerja televisi itu mendekatkan tape rekordernya pada mulut Robbie.
"Seperti mengembangkan suatu ritus sendiri, begitu?"
Dengan tersenyum menyeringai, Robbie menatap pada orang itu.
Robbie mengangkat dan mengarahkan jari telunjuknya pada dada orang itu,
jari tangan itu telah menggaet pita rekorder itu keluar dari alat perekam.
"Presis," Robbie berkata. "Presis."
HARI MASIH GELAP ketika Decker memulai lari pagi di Central Park, tetapi
dalam beberapa menit lagi, matahari akan terbit dari belakang gedung gedung
pencakar langit di East Side itu. Park itu masih tertutup selama beberapa jam
lagi bagi lalu lintas, sehingga Decker dapat berlari lari dengan bebas.
Decker adalah seorang penyendiri, seorang yang tidak sanggup mengikatkan
diri pada siapa pun. Bekas isterinya, Maria, pernah mengatakan, "Ya dewa,
Mannie, betapa ingin aku mengetahui apakah tembok yang mengelilingi dirimu
itu menahan diriku di luar atau dirimu yang ditahannya di dalam."
Hanya akan menyakiti hati Maria, kalau ia, Mannie Decker, memberitahukan
bahwa bagi dirinya komitmen, keterikatan adalah Michi, dan Michi sudah mati.
Sejak itu, komitmen Decker adalah karate. Karate adalah suatu penguatan jiwa
manusia, diperolehnya kepercayaan diri dan ketenangan pikiran, suatu dunia
kemana ia dapat berpaling dan mengasingkan semua dunia lainnya. Dengan
merendamkan diri di dalamnya, adalah seperti menjadi bagian dari dua
kebudayaan, Timur dan Barat, namun tidak sungguh sungguh sebagian dari
kedua duanya. Maka, kehidupan Decker adalah suatu ke hidupan tanpa keterikatan. Ia cuma seorang penyimak, seorang penonton,
seorang pengembara yang lewat, menggenapi dirinya di dalam dojo, berbahagia
karena hidup menyendiri memungkinkan padanya membuat undang undangnya
sendiri. Di Seventy-second Street, Decker berlari mundur sejauh limapuluh yard,
kemudian ia berputar dan berlari sejajar dengan sebuah danau beku, yang di
atasnya ditebari tanda tanda 'es tipis'. Itulah aku, pikir Decker. Menari di atas
es tipis. Aku tidak ingin menyakiti hati Romaine. Tetapi aku juga tidak mau
LeClair menyakiti diriku.
Romaine Raymond masih terbaring tidur di apartemen Decker.Sebelum
meninggalkan apartemennya, Decker telah sebentar berhenti memandangi
penari cantik berusia duapuluh lima tahun itu. Selimut telah turun dari bahu
telanjang itu, memperlihatkan lengkung sebuah buah dada. Sikap tidur wanita
itu penuh kepolosan dan sensualitas, kedua duanya hakekat Romaine, seorang
wanita yang demikian polos terbuka, seorang wanita yang tuntutan sexualnya
begitu kuat, sehingga Decker hanya dapat tidur empat jam lamanya malam
tadi. Mereka semalam merayakan ulang tahun Romaine. Ketika pulang ke
apartemen Romaine dari makan malam itu, bertepatan pula dengan telefon
dari suami Romaine, Dorian. Khawatir bahwa Dorian yang kedengaran mabok
itu akan menelefon lagi, Romaine telah meminta agar dirinya dibawa
ke apartemen Decker. Mereka telah duduk di atas lantai apartemen Decker, minum anggur di
depan perapian, bercakap cakap dan tertawa, dan beberapa saat kemudian,
Romaine menyetel radio, mencari suatu setasiun hispanik. Setelah
menemukannya, Romaine melepaskan seluruh pakaiannya hingga cuma
memakai celana dalam lavender yang tipis sekali, dan dengan bersepatu
bertumit tinggi menarikan salsa untuk Decker. Sebuah tari paling sexy yang
pernah disaksikan Decker.
Yang dihasratkan Romaine dari kehidupan hanyalah menari. Selama
beberapa minggu a-fairnya dengan Decker, Romaine hanya mengetahui bahwa
Decker seorang pelatih karate, yang mempunyai dojo-nya di gedung
LincolnCenter yang sama dengan studio menarinya.
Decker telah merahasiakan identitas diri sebagai seorang polisi, dan kini
hampir-lah terlambat untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya kepada
Romaine. Decker khawatir akan penolakan Romaine. Dunia seorang polisi
sangatlah sempit dan berbahaya dan hanya sedikitlah wanita yang cukup kuat
untuk ikut mengambil bagian di dalamnya. Maria telah mencobanya dan gagal.
V Tarian Romaine telah menggelorakan nafsu birahi Decker, dan Romaine
mengetahui akan hal itu. Romaine melepaskan beha,mengungkapkan buah
dadanya yang penuh. Sebelum Decker dapat menyergapnya, Romaine" tertawa dan melompat ke
luar jangkauan Decker. Decker mengejar dengan merangkak , menangkap
bukulali Romaine, menyeretnya ke atas dirinya. Decker membenamkan muka
pada buah dada Romaine, membasahi daging mulus itu dengan lidahnya.
Romaine menangkap cuping telinga Decker dengan giginya, kemudian menjilati
pinggiran luar telinga Decker itu. Lidah Romaine bagaikan api, menyalakan
nafsu. "Biarkan aku," bisik Romaine. Romaine lebih suka menelanjangi Decker
dengan lambat dan sabar. Ketika mereka sama sama telanjang, Romaine yang
memimpin, ketika Deck er menungganginya, dengan bertopang pada tangan
dan lututnya, dan meletakkan zakarnya di antara buah dada Romaine. Romaine
bergemetar, mengerang dan menekankan kedua buah dadanya satu sama lain,
menghimpit daging yang terasa panas itu. Decker bergerak ke depan dan ke
belakang, dan setiap kali zakarnya mendekat pada mulut Romaine, Romaine
menjilatnya dengan serakah.
Sentuhan lidah itu sangat merangsang Decker, yang tiba tiba merasakan
betapa kedua tangan Romaine menangkup pantatnya, dengan kuku kukunya
dibenamkan ke dalam dagingnya. Romaine menarik Decker maju hingga zakar
itu sepenuhnya tertangkap oleh mulutnya, begitu dalam ke dalam mulutnya
sehingga Decker tidak sanggup menahan diri lebih lama lagi. Mereka
bergulung mendekat pada perapian itu. Romaine mendekap Decker erat erat,
tidak mengijinkannya menarik diri, sambil menelan dan mengerang, dan
getaran getaran tenggorokannya menggoncang sulbi Decker. Lidah Romaine
menyentil nyentil daging yang keras membengkak itu dan Decker menjalani
kematian penuh kenikmatan yang adalah jiwa persetubuhan.
Decker ambruk, terkuras habis.
Dan itu baru awalnya. Berjam jam kemudian barulah mereka masuk ke
kamar tidur, dan di situ Decker, yang terhanyut dalam nafsu birahi Romaine
yang tiada hanya memikirkan diri sendiri, membawa Romaine pada orgasme
demi orgasme.. Sebelum tertidur, Romaine berkata, "Aku "dapat mencintaimu,
Mannie. Betul betul aku dapat mencintaimu. Kau bisa memberi kesenangan
padaku dan kau dapat membuat diriku tertawa dan itu membuat diriku merasa
bahwa kau mengasihi diriku. Kalau aku bersamamu, aku merasa aman sekali.
Entah mengapa, tetapi aku mengatakan yang sebenarnya. Dan itu bukan karena
karatemu itu." Romaine menyentuh bibir Decker dengan ujung ujung jari jarinya. "Dan
janganlah kau khawatir. Aku tidak menuntut agar kau mencintai diriku. Aku
bahkan tidak menuntut agar kau baik padaku. Berbuatlah yang sewajarnya
saja, hanya itu yang kuminta."
Bagi Decker itu adalah saat yang paling
membuat dirinya merasa tidak enak, saat dirinya diingatkan bahwa ia dalam
persembunyian, berpura pura menjadi seorang lain. Di dalam hatinya Decker
mengetahui bahwa pada suatu hari akan ketahuanlah yang dilakukannya dan
yang akan menderita pada saat itu yalah Romaine yang cantik dan yang begitu
percaya. Ia, Decker, tidak mencintai Romaine. Namun, ia dapat berbuat wajar, baik,
pada Romaine. SUDAHLAH FAJAR, ketika Decker berlari meninggalkan park itu dan melalui
Central Park West dan jalan jalan yang masih kosong menuju ke dojo di West
Sixty-second. Do jo itu, yang dulu sebuah pabrik topi, adalah sebuah ruangan
luas dengan langit langit tinggi, berlantai kayu, satu dindingnya berkaca cermin
dan dengan jendela jendela yang memandang keluar ke atas LincolnCenter dan
Broadway. Decker kini berada di 'rumah'.
Decker berlutut di depan sebuah foto besar berbingkai dari Gichin
Funikoshi, peletak dasar karate modern, orang yang telah mensistematikka'n
bentuk perkelahian kuno dan memperkenalkannya kepada jepang dari Okinawa
yang menjadi tempat asalnya. Decker memejamkan mata, bermeditasi selama
lima menit. Setelah pikirannya tenang dan jernih, ia membuka mata, menjura
pada Funikoshi dan berdiri
Selama setengah jam lebih Decker berlatih, memilih Ten No Kata Omote,
dimulai dengan lambat dan terus meningkatkan kecepatannya. Tiga kali
diulangnya latihan itu dengan kecepatan yang terus meningkat. Kemudian
dilakukannya seluruh kata itu dengan kecepatan puncak. Selesai dengan itu,
Decker mulai berlatih tendangan tendangan dasar. Yang disusul kemudian
dengan latihan empi, pukulan pukulan dengan siku.
Telefon berdering. Terkejut, Decker berhenti.
Telefon itu berdering lagi, dan Decker cuma bisa mema.idang ke arah
pesawat di atas meja itu. Belum pernah ada orang menelefon dirinya di dojo
itu. Juga departemen kepolisian tidak pernah.
Telefon itu berdering untuk ketiga kalinya. Decker mengangkat gagang
telefon i-tu. "Aku mengganggumu?" LeClair. Sialan!
Decker, dengan dadanya yang naik turun, menunggu sejenak sebelum
menjawab, "Baru saja selesai berlatih."
"Bagus. Legalah aku jadinya. Aku mengerti bahwa sebuah dojo merupakan
sebuah tempat keramat. Aku tidak ingin mengganggu seseorang yang sedang
berusaha menjangkau yang maha kuasa. Tetapi ada beberapa hal yang perlu
kubicarakan denganmu."
"LeClair, pagi ini aku akan hadir di
pengadilan. Akan kami ajukan bukti bukti baru terhadap calo yang menyerang
menantu Kanai itu. Tuduhannya kini pembunuhan. Aku diharuskan hadir,
karena akulah perwira yang menangkap keparat itu."
"Ya, aku mendengar tentang tuah Tada itu. Sayang. Alan Baksted. Apakah
nama itu tidak mengingatkanmu pada seseorang?"
Decker melepaskan sabuk hitamnya. "Menurut Kanai, orang itu seorang
partner dalam Golden Horizon."
"Sedianya. Semalam telah tertembak mati di Atlantic City. Seseorang
meninggalkan setengah losin uang kertas limapuluh dollar yang disob.ek
menjadi dua di atas mayatnya."
Dengan mengerutkan dahi, Decker menggigit bibir bawahnya. "Kasus maut
karena keserakahan. Agaknya ia menerima uang dari orang orang yang salah."
"Begitulah kurang lebih, tuan Manfred. Kau dan aku menangkap pesan itu.
Yang ingin kuketahui adalah, di manakah gerangan tuan Dorian Raymond
semalam. Peristiwa di Atlantic City itu memperlihatkan tanda tanda pekerjaan
seorang penembak yang akhli. Seperti sudah kauketahui, tuan Raymond adalah
seorang yang perlu kauawasi. Pukul berapakah kau akan berada di pengadilan?"
"Pukul setengah sepuluh."
"Kalau begitu masih ada dua jam
" "Sorry, tetapi agaknya anda melupakan sesuatu. Tidak ada ketentuan
bahwa aku hari ini akan menemui anda. Lagi pula, aku ada urusan urusan lain,


Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

belum lagi kusebutkan formulir formulir baru yang harus kuisi mengenai
almarhum tuan Tada."
LeClair ragu. "Ah, begitu. Beginilah, tuan Manfred, tolong jawab
pertanyaanku ini. Kapankah dapat kuharapkan akan menerima berita darimu
mengenai tempat beradanya Dorian Raymond semalam?"
Bertahan hidup. Dan siapakah yang akan dilemparkan kepada serigala serigala" Berbuatlah
baik. Decker memejamkan mata. "Aku mengetahui di mana Dorian semalam
berada." LeClair nenunggu. "Atlantic City. Menelefon isterinya dari sana antara pukul setengah sepuluh
dan sepuluh malam." "Bagus! Ya, ya, ya. Nah, mari kita tekan dari sebelah lain. Bagaimana kalau
kau menghubungi Kanai itu dan mencari tahu apakah ia dihubungi oleh
Marybelle agar datang membawa uang bagi suatu saham dalam Golden Horizon
itu?" "Kanai sibuk dengan penguburan anak menantunya, sehingga untuk sementara waktu tidak bisa menolong kita. Penguburan itu menyangkut ritus ritus dan upacara upacara
tertentu. Orang Jepang menganggap kematian
sebagai suatu kesedihan keramat. Kalau Baksted dibunuh karena daftar umpan itu
" "Yang sangat tidak mustahil "
" adalah lebih baik jika kita
menunggu seminggu atau dua sebelum mendekati Kanai."
"Aku bersyukur telah dapat membujuk departemen memberikan tas atase
itu kepadamu, Decker."
"Kanai tidak bodoh. Kita akan harus dari waktu ke waktu memberikan
sesuatu kepadanya." "Misalnya?" LeClair memang bukan tipe orang yang mudah menyerah.
"Informasi," Decker berkata. "Ia mencium ada sesuatu yang tidak beres
dengan Marybel-le. Ia mengetahui kalau ada polisi mulai bertanya tanya, sudah
waktu baginya "menata kembali segala sesuatunya. Kalau kita mendapatkan
bukti bahwa Marybelle itu sebuah perisai Molise, Kanai akan mau
mengetahuinya." "Decker, dalam dunia ini memang ada o-rang orang yang harus menderita
dan mereka sebaiknya menerima itu sebagai suatu kenyataan. Nah, sebelum
kau mulai mengungkapkan sesuatu kepada Kanai, kau bicarakan dulu denganku.
Mengerti?" "Jelas." "Bergairahlah sedikit, Decker," LeClair
berkata. Kau dan aku masih harus berjalan jauh. Kalau itu kita lakukan
bersama sama, mungkin akan kita selesaikan dalam separoh waktunya.
Kebetulan aku ada sesuatu mengenai
Sparrowhawk yang mungkin menarik bagimu. CIA tidak menghendaki kita
menyelidiki yang telah dilakukan Sparrowhawk untuk mereka di Saigon. Kami
mengetahui bahwa dirinya dipakai CIA sebagai tenaga lepas. Namun tidak
seorang pun mau mengatakan apa yang dikerjakannya itu. CIA keparat!"
"Aku hanya dapat mengatakan padamu yang kudengar," Decker berkata.
"Aku mendengar bahwa Sparrowhawk membunuh untuk mereka. Begitu pula
yang dilakukan Dorian Raymond."
"Itu tidak mengherankan. Kami mengetahui bahwa di Saigon, Sparrowhawk
dan Raymond mempunyai kontak dengan seorang jepang bernama George
Chihara. Orang jepang itu mempunyai seorang anak perempuan, yang kukira
kaukenal." "Michi. Kami merencanakan akan kawin. Ia mati."
"Menyedihkan." LeClair menunggu selama tiga detik, kemudian berkata lagi,
"Serangan roket vietcong atas rumahnya. Mayat mayat diketemukan dan
diidentifikasi. Sparrowhawk dan Raymond menyaksikan serangan itu, kalau aku
tidak salah mendengar."
Decker mulai melepaskan pembalut dari lututnya. "Ada orang ketiga
bersama mereka. Robbie Ambrose."
"Tuan Ambrose. Ya, ya. Kata orang, ia juga seorang karateka. Oke. Kini kita
dapati pelaku lain dalam permainan. Paul Molise, Jr., mengenal orang orang
mafia yang melihat peluang untuk menarik keuntungan dari perang, dan muncullah ia di Saigon.
Maka lengkaplah. Kita dapatkan sindikat, CIA, personel militer amerika, dan
kita dapati seorang bernama Chihara, orang Jepang itu. Belum lagi kita
sebutkan seorang inggris, mayor Sparrowhawk. Semuanya berkumpul di
sekeliling api unggun itu. Kausimaklah semua itu."
"Bagaimana dengan diriku sendiri" Aku juga berada di sana, ingat" Pada
waktu yang sama. Dan aku mengenal mereka semua."
LeClair tertawa dengan mulut tertutup. "Mereka membenci dirimu, Decker, dan
kau mengetahui hal itu. Itulah yang menyelamatkan dirimu. Kau berada di
pihak yang satu dan mereka berada di pihak lainnya. Kau seorang pengawal
pasukan komando A.L., dan seandainya tidak ada kontakmu dengan Michi
Chihara, kau tidak akan mempunyai hubungan atau sangkut paut dengan
mereka. Kecuali, barangkali, Robbie Ambrose. Ia telah dua kali mengalahkan
dirimu, eh?" "Ya."
"Decker, kau tadi mengatakan bahwa kau cuma mendengar tentang
gerombolan itu di Saigon. Apakah yang mengumpulkan mereka di sana itu"
Apakah yang kaudengar tentang itu?"
"Uang. Narkotika. Uang sogok atas proyek proyek pembangunan Vietnam,
penyelundupan berlian, penyelundupan emas, penyelundupan senjata. Segala
sesuatu merupakan suatu rahasia umum di Saigon, teristimewa pada zaman gila
itu. Teristimewa ketika itu. Di sini, semua diklasifikasikan. Di sana, bahkan
kera kera mengetahui apa yang sedang terjadi."
"Hmmrn, kukira akan kucoba CIA lagi. Mengerahkan sedikit pengaruh.
Lututmu baik?" "Tidak bisa menendang."
"Ya dewa, sayang sekali. Nah, harinya a-dalah besok pagi. Di kantorku,
pukul setengah sepuluh tepat. Dan yang baik pada nyonya Raymond, Decker.
Cobalah dengan sedikit kelembutan. Wanita menyukai itu."
Mannie Decker yang lebih dulu meletakkan gagang telefon.
MALAM ITU, Decker melatih murid muridnya dengan lebih berat dari biasanya,
karena ia mau membersihkan dirinya, melupakan yang sedang dilakukannya
pada Romaine. Dojo itu, Manhattan Karate Club, mempunyai lima orang instruktor, empat
orang amerika dan seorang Jepang. Dua dari orang o-rang amerika itu, Nick dan
Grace Harper, sepasang suami isteri yang mendekati usia memiliki club itu. Baru p^da akhir tahun tahun tujuhpuluhan, club itu memberi
keuntungan, membayar kembali duapu-luh lima tahun pengorbanan dan
keyakinan suami isteri Harper itu.
Dua instruktor lainnya adalah Luke, seorang guru berkulit hitam dan berusia
tigapuluh tahun, dan Tommy, pemuda Jepang berusia delapan belas tahun,
penyandang sabuk hitam, yang sudah berlatih sejak usia sembilan tahun.
Seperti biasa, ada juga tamu tamu. Ada yang datang menyaksikan dengan
maksud akan masuk menjadi anggota. Ada pula yang menunggu isteri, suami,
teman yang sedang berlatih di situ. Para tamu itu duduk di atas bangku bangku
panjang di dekat pintu keluar, bercakap cakap dengan berbisik bisik atau sama
sekali tidak bercakap cakap.
Decker jarang memperhatikan tamu tamu itu, teristimewa kalau ia sendiri
sedang mengajar. Tetapi malam itu, Decker melihat perhatian para
tamu itu ditujukan pada seorang wanita yang berdiri di lubang pintu.
Decker berhenti mondar mandir di atas lantai latihan dan ikut memperhatikan
wanita itu. Ua nita itu seorang jepang, kecil, anggun, menarik perhatian.
Wanita itu memakai mantel Black Diamond, topi kulit berbulu yang cocok
dengan mantel itu. Sepatu bot yang harganya mungkin sebulan gaji Decker.
Dengan keengganan Decker berpaling dari wanita itu dan kembali pada murid
muridnya. Ketika berjongkok memberi contoh suatu gerakan, Decker
kembali melihat ke arah pintu itu. Selama sedetik, Decker menyangka bahwa
wanita itu memandang pada dirinya. Namun itu sulit dipastikan dengan kaca
mata hitam berbingkai besar yang dipakai wanita jepang itu. Decker berdiri
lagi. Melanjutkan latihan itu. Ketika memberi contoh untuk membetulkan
si kap pertahanan seorang murid, Decker berdiri sedemikian rupa sehingga ia
dapat melihat ke arah pintu itu. Ah, sungguh menarik. Wanita jepang itu
memang memandang pada dirinya.
Wanita itu melepaskan kaca mata untuk dapat melihat secara lebih jelas,
dan kini mengenakannya kembali ketika Decker melihat ke arahnya. Setengah
senyum di atas wajah wanita itu menggemaskan Decker. Tetapi ia berkata pada
diri sendiri, sudahlah. Tidaklah patut jika seorang instruktor meninggalkan
murid muridnya untuk seorang tamu, betapa pun cantik tamu itu. Tetapi ....
ada sesuatu pada wanita itu yang membuat Decker bergerak mendekat. Decker
ingin berbicara dengan tamu itu.
Kemudian, wanita itu memiringkan kepala ke arah kiri dan tatapan mata
dari balik kacamata hitam itu ditujukan langsung pada Decker. Decker tidak
memalingkan mata kalau pun itu mau dilakukannya. Sebab sesuatu pada satu
gerak itu, cara wanita itu menggerakkan
kepala, mengingatkan Decker pada
Tetapi tidak, itu mustahil. Decker menggoyangkan kepala, bermaksud
menjernihkan pikiran. Mustahil! tetapi semakin berkeras
ia, semakin kuat ide itu menjadi
Tanpa berpikir pikir lagi, Decker menepuk bahu Luke, "Kauambil alih."
Luke melempar pandang sekilas ke arah pintu itu. Ada kekaguman dalam
suaranya, "Ah...oke, aku mengerti."
Decker lewat di depan Luke, berjalan ke arah wanita Jepang itu. Yang kini
secara terang terangan tersenyum padanya. Kini tidak menyangsikan lagi. Para
tamu yang duduk di atas bangku bangku panjang itu tanpa menyembunyikannya
memandang pada kedua orang itu: wanita misterius itu dan karateka itu.
Pikiran Decker goncang. Bagian dirinya yang manakah, Decker bertanya
dalam hati, yang bertanggung jawab atas yang dilihatnya itu" Matanya"
Pikirannya, yang menolak melepaskan masa lalu" Ataukah hatinya, yang tidak
bisa berhenti mencintai seorang wanita yang sudah mati"
Decker melangkah maju untuk memeluk khayalan itu.
Dan dunianya berubah untuk selama lamanya.
"Michi?" "Mannie," Suara wanita itu berbisik. Lirih. Namun suara itu suatu sentakan
dahsyat bagi Decker. wanita itu mengulurkan kedua lengannya padanya, tetapi Decker hanya dari
berdiri di situ dan menangis.
emang Michi. Dan Michi masih hidup.
Bersambung ke Dua DUA K A I - K E N Di Jepang zaman feodal, pisau yang dipergunakan kaum wanita untuk membela
diri. DUA JAM SETELAH MENINGGALKAN DOJO ITU, Decker dan Michi berlutut di
depan sebuah tokonoma, sebuah ruangan kecil di dalam dinding ruangan duduk
apartemen Michi di East-End Avenue. Mereka telah mengenakan kimono sutera
hitam dengan roons,lambang keluarga Chihara di punggung lengan kimono
masing ma-sing. Lambang dalam emas, perak dan putih itu melukiskan seorang
pemanah zaman pertengahan yang membidikkan anak panahnya yang terakhir
pada seekor elang yang terbang tinggi. Lukisan itu melambangkan asal usul
keluarga Chihara dari klan Minamoto, pemanah pemanah Jepang feodal yang
paling tersohor. Sebuah surat gulungan, ditulis tangan dalam emas,biru, hijau dan putih,
tergantung pada dinding ruangan kecil itu. Surat gulungan itu juga
memperlihatkan seorang pemanah, tetapi yang seorang itu duduk seorang diri
sedang bermeditasi di dekat sebuah sungai di bawah pohon pohon rindang.
Yang dilukiskan itu adalah Yoshiiye dari klan Minamoto, pemanah ulung
pertama yang tampil dalam buku buku sejarah Jepang. Kemampuannya dengan
panah dan busur, dan sebagai seorang akhli strategi perang, telah mendatang
gelar Hachiman Taro bagi dirinya, putera tertua dewa perang.
Di atas lantai ruangan kecil itu terdapat dua buah jambang berisi beberapa
tangkai bunga mawar kuning yang kecil kecil. Decker
melihat bahwa Michi dengan sengaja telah mengoyak sehelai kelopak dari
sekuntum mawar dalam masing masing jambang itu. Furyu.
Suatu peringatan akan ketidak sempurnaan dalam kesempurnaan. Suatu
peringatan bahwa alam, seperti segala lainnya, bersifat fana, dan seringkali
menyakitkan. Ketika di dojo tadi, mereka tidak banyak berbicara satu sama lain. Ha, orang
Jepang menyebutkannya. Kemampuan untuk menikmati kehadiran sahabat dan
orang orang yang dicintai di dalam keheningan.
Tetapi, di dalam taxi, Michi telah berkata, "Aku mencintaimu, Manny. Aku
tidak pernah berhenti mencintaimu. Aku, kita, akan mengatakan yang
selebihnya pada waktunya."
Dan Decker, karena tidak sanggup mengukur kebahagiaannya, karena tidak
menentukan syarat syarat apa pun atas kembalinya Michi di dalam hidupnya,
tidak meminta apa apa lagi.
Ia hanya mengatakan bahwa juga dirinya tidak pernah berhenti mencintai
Michi. "Ibu dan kakak perempuanku tewas di Saigon," Michi berkata, "Tetapi ayahku
tidak. Ia jatuh ke dalam tangan orang orang Vietnam utara. Bertahun tahun
lamanya aku berusaha membebaskannya. Aku tidak ada pilihan lain."
Dan Decker mengetahui yang terjadi selanjutnya. Giri.Keluarga Chihara
terkurung oleh tradisi garis darah yang kejur dan tegar, yang didukung oleh
suatu masyarakat yang sama tegarnya. Garis darah Chihara, yang dapat dijejaki
asal usulnya hingga seribu tahun ke masa lalu, adalah dari samurai yang
mengabdi kaisar kaisar dan shogun, pangeran dan pemimpin pemimpin klan.
Akhirnya, kaum samurai itu sendiri telah bangkit sebagai suatu golongan elite.
Keluarga Chihara selamanya anggota dengan hak hak istimewa dari golongan militer
jepang yang berkuasa. Dalam perang dunia kedua, ayah Michi, George Chihara, merupakan
samurai teladan, seorang anggota Jinrai
Butai,pasukan halilintar suci, nama julukan
bagi Tokko-tai, pasukan penyerang khusus.
Pilot pilot kamikaze ****** ***** Saigon, 1974.Pertama kali Decker bertemu dengan George Chihara, tidak: lebih
tepat dikatakan 'pertama kali melihat George Chihara', dan Decker tidak akan
pernah melupakan peristiwa itu.
Tanpa diketahui oleh Chihara, anak perempuannya dan Decker melihat dari
sebuah jendela villa Chihara, bagaimana Chihara membasmi hingga habis,
berlosin losin anjing cacad, kelaparan dan galak, yang telah dikumpulkan oleh
pelayan pelayan Chihara dari jalanan jalanan kota Saigon
Chihara menghabisi anjing sebanyak itu dengan menggunakan senjata panah.
Seekor demi seekor dengan sebatang anak panah.
Michi ketika itu memalingkan muka. "Sekali. sebulan ia melakukan itu.
Selama beratus ratus tahun, para pemanah berlatih dengan cara itu."
Di luar, di bawah sana, Chihara pemanah, keturunan samurai, melanjutkan
pembunuhan anjing anjing malang itu.
Berhati hatilah menghadapi lelaki haram jadah itu, pikir Decker. Sedapat
mungkin hindarilah keparat berdarah dingin itu.
SELAMA SERIBU TAHUN keluarga Chihara diajar untuk memilih giri di atas ninjo,
perasaan perasaan manusiawi, demi pelestarian kelompok dan kelembagaan di
atas perseorangan. Giri adalah kewajiban, kesetiaan, tanggung jawab sosial.
Ninjo adalah kekacauan dan kerawanan, tragedi dan kegaduhan. Bagi Michi,
jatuh cinta pada Decker memerlukan keberanian dan ketabahan besar, dan
Decker bertambah kuat mencintai Michi karenanya. Namun begitu, Michi tidak
dapat sepenuhnya melepaskan diri dari beban seribu tahun itu, dan Decker
menyadari hal itu. Namun, dalam impian buruk yang bernama 'Vietnam' itu,
cinta adalah satu satunya yang menjadi miliknya. Yang tidak akan
dilepaskannya.

Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Cinta yang mempertemukan Michi dengan Decker.Di Saigon mereka bertemu
pada Tanabata,pesta Jepang yang merayakan dua kekasih - sepasang bintang
yang diberi nama Vega dan Altair, yang menurut legenda bertemu sekali dalam
setahun pada bulan Juli, kalau tidak turun hujan. Ketika bertemu Michi di
sebuah jalanan di Saigon, Decker yang berusia duapuluh empat tahun tidak
membawa persembahan apa pun kecuali sebait syair di sakunya. Gadis Jepang
berusia duapuluh dua tahun itu terkejut melihat seorang amerika mengenal
adat kebiasaan itu. "Semakin buruk keadaannya di sini," Decker berkata, "semakin kugantungkan
segala sesuatu pada pengharapan. Menulis syair ternyata menenteramkan hati.
Entah apa yang mesti kulakukan dengan syairku ini."
Michi, dengan menatap pada Decker, mengulurkan tangannya. Sakaye, kakak
perempuan yang menenami Michi ke pesta itu, menyaksikan pria amerika itu
memberikan syairnya kepada Michi, melihat tangan mereka bersentuhan dan
berlama lama sejenak dalam persentuhan itu. Teringat pada ayah mereka,
Sakaye mengetahui bahwa yang baru disaksikannya itu sama berbahayanya
dengan NVA, tentera Vietnam utara, yang setiap hari makin mendekati kota
Saigon. Tetapi, bahkan sebelum bertemu dengan Michi, Decker sudah mengetahui
tentang ayah? Michi. Salah seorang pengusaha Jepang yang pa
ling kaya di asia tenggara. George Chihara memiliki dua buah perusahaan
penerbangan, real estate di Vietnam selatan, laos dan ma-cao, sebuah
perusahaan pembangunan, dan pabrik mainan anak anak. Dan karena CIA
menempati tiga lantai dari gedung kedutaan besar amerika di Saigon, Decker
mengetahui bahwa Chihara mempunyai hubungan dengan CIA, yang
memanfaatkan hubungan itu untuk berdagang narkotika dan menyelundupkan
emas dan berlian. Chihara masih mempunyai hubungan pula dengan mafia amerika, keluarga
Molise di New York. Di Saigon, sindikat gelap telah menjadi kaya dengan
pembangunan militer amerika, dan dalam perdagangan narkotika dan emas itu.
Sindikat gelap itu juga mendapat bagian berjuta juta dollar dalam hubungan
dengan club club basis basis amerika yang tersebar di seluruh Vietnam selatan.
Daya tarik Chihara bagi dunia kejahatan terorganisasi amerika adalah hubungan
hubungannya yang 'mahal ' dengan politisi Vietnam yang korup dan jendral
jendral amerika tertentu.
Chihara adalah kuromaru yang terkemuka di antara orangorang jepang di
Saigon. Diambil dari nama tirai hitam dalam teater kabuki, seorang kuromaru
adalah seorang calo kekuasaan dalam dunia gelap bisnis jepang. Chihara telah
dijuluki 'si Ular' karena kecepatannya' dalam menyingkirkan saingan saingan
dalam bisnis. CIA membutuhkan Chihara.
Dan karena Chihara mengetahui terlalu banyak, ia juga ditakuti oleh CIA.
DI APARTEMEN DUPLEX Michi di Manhattan dan yang berpemandangan atas East
River, Michi dan Decker melepaskan pakaian masing masing, kemudian mandi
sebelum berendam di dalam bak mandi besar itu. Ada musik pita kaset -koto,
harpa bertali tigabelas dan seruling dan juga samisen, sebuah balalaika jepang.
Di dalam ruangan duduk yang besar itu terdapat sebuah perapian, dan
pesawat pesawat telefon dengan sambungan langsung dengan Tokyo, sebuah
televisi dan sebuah telex yang tersembunyi dibalik sebuah penyekat berwarna
hitam dan merah. Uang untuk semua itu berasal dari batu batu intan. Michi
memimpin kantor New York 'Pantheon Diamonds' dari Tokyo, dan menjadi
seorang eksekutif jepang yang paling dibayar tinggi.
Decker menceritakan tentang pekerjaan dirinya kepada Michi dan bahwa
dirinya juga seorang 'petugas lapangan', suatu hal yang tidak diberitahukan
Decker pada keluarganya sendiri.
Michi berkata, "Kedengarannya berbahaya. Tidak seorang pun ingin dikhianati."
"Aku berhati hati."
"Dan kau senang dengan hidup dalam ketegangan dan menjadi petugas
lapangan." "Seperti biasanya, kau memahami benar di
riku. Mengetahui bahwa ada orang yang mengetahui begitu banyak tentang
diriku, mestinya membuatku cemas. Tetapi karena kau orang itu, aku
menerimanya." "Karena aku menerimamu sebagaimana kau adanya. Selalu."
."Di Saigon, aku telah berjanji padamu. Aku telah berjanji akan datang
padamu, untuk membawa dirimu pergi bersamaku dengan salah satu
penerbangan terakhir yang meninggalkan kota itu. Aku telah datang, Michi.
Sungguh, aku telah datang menjemput dirimu."
"Aku tahu. Aku diberitahu bahwa kau memegang janjimu itu."
Decker memejamkan mata. "Tetapi terlambat. Terlalu terlambat. Rumah itu
sudah hancur. Roket roket vietcong. Menewaskan keluargamu. Menewaskan
dirimu, kusangka." "Seorang teman, Kiye, yang berada di rumah pada saat itu dan adalah
mayatnya yang salah diidentifikasikan sebagai diriku. Katamu mayor
Sparrowhawk yang memberitahukan padamu bahwa aku telah mati."
"Ia. Dan Dorian Raymond dan Robbie Ambrose. Mereka mengatakan melihat
sendiri rumah itu kena roket. CIA menguatkan kisah mereka. Ya dewa, lama
sekali aku membenci Sparrowhawk. Membenci Dorian, membenci Robbie."
Michi memandang lama sekali pada Decker sebelum bertanya, "Mengapa?"
"Beranggapan bahwa mereka semestinya dapat menyelamatkan dirimu. Tetapi,
aku memang tidak pernah bisa cocok dengan mereka. Telah beberapa kali
berbenturan dengan haram jadah haram jadah itu."
Banyak yang diketahui Decker mengenai permainan kotor yang dilakukan
Sparrowhawk, Dorian dan Robbie bersama CIA pada hari hari terakhir sebelum
jatuhnya kota Saigon. "Pada hari terakhir itu," Decker berkata, "Telah kulakukan segala galanya
untuk menjemput dirimu. Tetapi sialan, ada saja yang tidak beres. Aku
diperintahkan menjemput sejumlah perwira, membawa mereka ke kedutaan
besar dan kemudian ke dalam helikopter.Aku diperintahkan mengumpulkan
warga negara sivil amerika. Belum pernah aku sesibuk saat itu. Seandainya aku
tidak menjalaninya sendiri, aku bisa bersumpah bahwa ada seseorang yang
mengatur segala sesuatu sedemikian rupa untuk memisahkan kita berdua satu
dari yang lainnya." Decker tidak melihat Michi mengerjapkan mata. Ketika melihat padanya,
Michi menundukkan kepala, memandang pada air di dalam bak mandi itu. Michi
bahkan lebih cantik daripada yang diingat oleh Decker. Dengan kulit bagaikan
gading murni, dan mata sejernih batu permata kelam. Rambut Michi kini lebih
pendek, tetapi tubuhnya masih selangsing dulu, tetap menggiurkan seperti
dalam mimpi mimpi Decker.
Setelah keluar dari bak mandi itu, mereka mengeringkan badan dan
mengenakan kimono. Setelah berlutut di depan tokonoma mereka bangkit dan
masuk ke dapur. Michi membuat teh, dan Decker mengatakan kepada Michi
bahwa ia bertugas menyelidiki Sparrowhawk dan Dorian Raymond. Anehnya,
Decker merasa bahwa Michi tidak heran mendengar keterangannya itu.
Ketika Michi mengatakan bahwa sejak bulan September ia telah berada di
New York, Decker menanyakan mengapa Michi tidak lebih dini menghubungi
dirinya. Michi menuangkan teh. "Aku mesti meminta padamu , Manny, bahwa di
antara kita ada keiyaku, ya?"
Decker mengangguk. Kaiyaku adalah suatu kontrak, suatu perjanjian, dengan
ruang mengubah persetujuan itu kalau keadaan menghendakinya.
Michi berkata. "Aku meminta agar di depan umum, kau memanggilku
Michelle. Aku adalah Michelle Asama, keturunan eurasia."
Decker menantikan penjelasan Michi.
"Seperti sudah kauketahui, di Saigon, ayahku mempunyai urusan urusan yang
tidak selalu benar, jujur dan bermoral. Bagian yang itu dari ayahku mau
kujauhkan dari diriku. Aku tidak menghendaki perhatian pembesar amerika
atau CIA atau orang lain menghubung hubungkan diriku dengan ayahku dan
zaman itu. Aku kini mempunyai suatu kehidupan baru."
"Kau tidak menghendaki aku merusakkan itu. Itukah sebabnya kau malam ini
datang ke dojo menemui diriku?"
"Aku tidak akan datang seandainya aku sudah tidak mencintaimu, dan kau
mengetahui benar, hal itu. Namun betul, aku tidak ingin dicanggungkan oleh
suatu .pertemuan yang tidak terduga duga, maka itu aku yang datang padamu.
Kadang kadang kepada kami, anak anak samurai diperkenankan hoben no uso,
kebenaran sesuai kebutuhan. Yang kalian namakan 'kedustaan yang
diperlukan1. Namun padamu tidak kuterapkan itu."
"Aku mempercayaimu. Michelle. Nama bagus. Perancis."
Michi menuangkan teh lagi. "Orang orang perancis masih juga ada di
indochina bertahun tahun setelah menderita kekalahan. Kukira yang sama akan
terjadi dengan orang orang amerika. Jadi, ada persetujuan itu di-antara kita"
Aku adalah Michelle. Di depan umum"
"Kau sudah mengetahui bahwa aku akan menyetujuinya sebelum kau
memintanya." "Ya."
Decker memandang kembali pada Michi. Michi sekarang lebih kuat. Lebih
berketetapan hati. Pada usia duapuluh delapan tahun, Michi tampak sepuluh
tahun lebih muda. Entah bagaimana, Decker merasa bahwa Michi sudah
mengetahui banyak tentang dirinya, dan karena itulah Michi tidak menanyakan
hal hal yang lazimnya ditanyakan setelah suatu perpisahan yang enam tahun lamanya. Decker mengesampingkan pikiran itu.
Jangan ada sesuatu yang melintang di antara dirinya dan Michi. Apa pun.
"Ayahmu." Decker berkata.
"Ia telah dijual kepada vietcong. Mereka memasang harga di atas kepalanya.
Ada orang yang mau mendapatkan hadiah itu. Jangan menanyakan padaku
siapa orang itu. Pada waktunya, Manny, pada waktunya akan kukatakan."
Michi meninggalkan Decker dan pergi ke tokonoma itu, berdiri di situ seakan
akan menimba kekuatan dari leluhurnya. Decker menyusul ke situ. Dan untuk
kedua kalinya malam itu, Decker menangis. Dan ketika Michi mengulurkan
tangan, memegang tangan Decker, Decker teringat akan suatu janji lain di
antara mereka. Pada suatu saat lain, dan di sebuah tempat keramat lain.
Tokyo. Mereka tidak terbang dengan pesawat yang sama, untuk sebentar
menghindar dari peperangan dan ayah Michi. Tempat suci Yasukuni, salah satu
pusat agama paling ter-mashur di Jepang. Michi dan Decker berjalan jalan
dengan bergandengan tangan di antara pohon pohon sakura. Minum air suci
untuk menyucikan bibir mereka sebelum memasuki gedung gedung keramat itu.
Di depan Serambi Pemujaan Utama mereka melemparkan mata uang dalam
sebuah kotak, bertepuk tangan membangunkan para dewa yang tidur,
kemudian merangkap tangan, menundukkan kepala dan berdoa.
Michi berkata, "Bahkan kalau kita mati secara terpisah, kita akan bertemu
lagi dan mekar di dalam taman ini, yang adalah suatu tempat berlindung bagi
semua bunga ." :Kita akan bertemu di sini sesudah mati, Michi. Aku berjanji."
************ DI DEPAN RUANGAN KECIL ITU Michi berkata, "Kau tentu mengerti bahwa
kewajibanku terhadap keluargaku, pada ayahku, mendahului segala galanya.
Bahkan sebelum dirimu?"
"Aku mengerti." Decker tidak menyukai itu, tetapi ia tidak bisa berbuat apa
apa. Dari ruangan kecil itu, Michi membawa Decker ke kamar tempat tidurnya.
Sesuai cara Jepang, Michi tidur di atas futon, kasur yang digelar di atas lantai.
Mereka melepaskan kimono masing masing dan Decker mengagumi tubuh indah,
berbuah dada kecil itu, teringat dan terkenang, berhasrat. Tetapi tidak perlu
ber-senggama dengan Michi. Belum.
Mendekap tubuh Michi sudahlah cukup. Mereka berbaring bersama. Dan,
walaupun masih ada pertanyaan pertanyaan timbul dalam pikiran Decker, ia
diam, tidak mengajukannya. Decker melawan kantuknya. Ya dewa, ia tidak
mempunyai niat memejamkan mata dan mengakhiri
itu, bangun dan mendapatkan Michi, Michelle, tiada di situ lagi. Dan dirinya seorang diri di apartemennya
sendiri, " masih dirundung kepedihan karena kehilangan
Michi. Tetapi Michi mengelus elus wajahnya, ujung ujung t jari lembut itu
menggosok gosok bekas luka di atas hidungnya, bibir Michi di atas matanya, dan
Michi mengatakan bahwa ia akan berada di samping Decker di pagi hari. Decker
menyerah dan tertidur dalam pelukan Michi.
Michi mnendekapnya, membelai rambutnya. Menunggu.
Dan setelah pernafasan Decker rata, Michi mengetahui bahwa ia kini dapat
berangkat. Michi meninggalkan futon itu, berlutut di .sampingnya, memandang
pada Decker. Decker tidak bergerak. Michi mengetahui bahwa memang harus
begitu, karena ia telah " memasukkan obat bius dalam teh yang diminum Decker. Sebutir air mata
jatuh dari mata Michi. Di mana ada cinta, di situ ada kepedihan.Michi
menekankan kedua tangan yang dikepalkannya pada keningnya. Bernalar
mengenai cinta adalah kehilangan nalar itu sendiri.
Manny, kekasih hatiku, maafkan aku.
Michi meninggalkan kamar itu, membiarkan Decker sendiri dengan impian
impiannya. Michi secara khusus mencuci cangkir teh Decker. Ya, ia harus berhati hati
jika bersama Decker. Ada pertanyaan harus dijawab.
Kemudian, Michi cepat cepat berpakaian, celana panjang, sepatu bot, baju
kaos hangat, dan ia masuk ke dalam ruangan kerja, duduk di meja, menunggu
telefon. Ia harus memperhatikan hal hal yang sekecil kecilnya juga. Ditariknya
pesawat telefon itu ke arah dirinya,mengangkatnya dan mematikan fungsi bel.
Sesaat kemudian, Michi merogo ke bawah map meja dan mengeluarkan sebuah
foto yang telah disembunyikannya di situ. Foto itu bisa berarti kematian bagi
dirinya. Foto itu diambil enam tahun yang lalu di sebuah nightclub di Le Loi
Boulevard, Saigon. Foto hitam-putih dari lima orang pria yang duduk diseputar
sebuah meja. Ayah Michi merupakan orang di tengah. Di sebelah kanannya
adalah Paul Molise, Jr. dan Dorian Raymond; di sebelah kirinya, Robbie
Ambrose dan Trevor Sparrowhawk. Seolah olah yakin akan pengkhianatan
mereka, tidak seorang pun tampak tersenyum.
Dan pengkhianatan telah terjadi. Ayah, ibu dan kakak perempuan Michi telah
dihancurkan oleh keempat orang amerika itu. Sebagai satu satunya yang masih
hidup, Michi berkewajiban membalas dendam yang mati itu. Balaslah
penghinaan dengan keadilan, Confucius berujar. Penghinaan, demikian ujar
tradisi samurai, adalah suatu cacad pada sebatang pohon, yang bertumbuh
menjadi besar bersama berlalunya waktu. Sesudah enam tahun, kini tiba
waktunya bagi Michi untuk membunuh keempat orang amerika itu.
Dari laci meja itu, Michi mengeluarkan sebuah sambo,sebuah penampan putih
dari kayu, dan di atas penampan itu terdapat sebilah kai-ken yang terbungkus
dalam kertas tisyu. Dengan belati setajam pisau cukur itu, Michi pelan pelan
mengiris leher keempat orang a-merika di dalam foto itu. Tangan Michi tidak
bergemetar sedikit pun. Selesai melakukan itu, Michi mengembalikan kai-ken dan sambo itu ke dalam
laci dan mengunci kembali laci itu. Kemudian, dengan membawa foto itu, Michi
ke ruangan duduk, melempar dan membakar habis foto itu di dalam perapian.
Setelah kembali ke kamar kerjanya, Michi cuma perlu menunggu semenit
atau dua sebelum lampu merah di sebelah pesawat telefon itu menyala. Michi
mengangkat gagang telefon i-tu. Mendengar sebentar, kemudian berbicara.
"Aku sekarang dapat datang ke tempatmu."
Michi meletakkan kembali gagang telefon itu dan kemudian berjalan ke pintu
kamar tempat Decker masih tertidur nyenyak. Cukup besarkah cinta Decker
untuk memaafkan dirinya, jika mengetahui yang ia, Michi, telah lakukan" Kalau
seseorang dapat memberi maaf, orang itu dapat juga mengutuk.
Michi mengambil mantelnya, dan beberapa detik kemudian sudah berada di
luar apartemennya, berjalan ke lift.
APARTEMEN Dorian Raymond di Amsterdam Avenue dan HOth Street di
Manhattan menghadap pada katedral gothik terbesar di dunia: Cathedral of St
John the Divine. Tetapi katedral itu kemudian dijuluki pula dengan nama St
John the Unfinished, yang belum selesai, karena hanya duapertiga bangunan itu
yang selesai sejak peletakan batu pertama pada tahun 1892. Apartemen Dorian
juga belum selesai. Perhatikan nunero uno, nomor satu.
Seluruh dekorasi dalam apartemen Dorian itu diperlengkapi oleh pegawai
perbekalan kepolisian.

Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malam itu Dorian sedang berdandan di depan kaca cermin kamar mandi dan
mengingatkan diri sendiri pada sebab ia tidak menyukai kebenaran. Begitu
seseorang mengetahui kebenaran itu, orang itu harus melakukan sesuatu. Hari
itu ia beberapa kali menelefon, berbohong, mengeluarkan sejumlah uang dan
sampai pada suatu teori mengenai Robbie Ambrose. Bahwa Robbie itulah
seorang pembunuh sinting, seorang pembunuh-pemerkosa yang menghabisi
sejumlah wanita dengan kedua tangannya. Dan zakarnya.
Problem: apakah yang harus dilakukannya dengan berita seperti itu"
Menyerahkan Robbie kepada yang berwajib" Atau memanfaatkannya bagi
kepentingannya sendiri"
Benar, bahan harus dilengkapkan, sebelum Robbie dapat diseret ke muka
pengadilan. -Yang diketahuinya itu masih terlalu lemah. Namun naluri dan
pengalaman menyatakan bahwe teorinya benar. Kalau bersangkutan dengar
wanita, Robbie memang sebuah kasus besar.
Seorang sinting yang suka membunuh.
Di Vietnam, Dorian sudah mendengar yang macam macam tentang Robbie.
Teristimewa pada waktu waktu Robbie bertugas sendiri, atau tidak bersama
dirinya, Dorian, atau Sparrowhawk. Bahwa Robbie seorang double veteran,
serdadu yang bersenggama dengan seorang wanita Vietnam sebelum
memnbunuhnya. Lalu hari ini, cuma beberapa jam setelah Dorian menyingkirkan Alan Baksted
untuk selama lamanya dari bisnis kasino.
Ya, ia telah mencapai halaman depan surat surat kabar. Sebagian besar. Di
New York memang cuma dicapainya halaman empat dalam Daily News. Namun
ia mendapatkan satu paragraf di halaman pertama New York Times. Tidak
jelek, biarpun cuma satu paragraf.
Lalu yang penting itu! Tepat di bawah
berita mengenai Baksted. Ocean City. Seorancwanita diperkosa dan dibunuh. Seorang wanita
yang menjadi pegawai sebuah toko cendera
mata di Atlantic City, yang mempunyai
pekerjaan sampingan sebagai wanita
panggilan, pelacur. Dorian mengerutkan dahi.
Seperti bermimpi saja. Dan mulai bekerja
keraslah otaknya Sebelum kembali ke markas, Dorian telah membeli seadanya majalah, surat
kabar yang mempunyai halaman pemberitaan tentang seni bela diri. Ya, dewa!
Robbie masuk peringkat teratas dalam memperebutkan kejuaraan kelas berat
apa yang disebut karate kontak-penuh. Robbie menghiasi sampul tiga buah
majalah, menjadi kisah dalam semua majalah itu dan pertandingan
pertandingan dengan permunculan Robbie agaknya menarik jumlah penonton
paling besar.Seorang superstar. Hampir tigapuluh kemenangan k.o.
Kisah kisah yang meliputi turnamen turnamen melaporkan bertandingnya
Robbie di Dallas, Minneapolis, Atlanta, Oklahoma City. Semuanya dimenangkan
oleh Robbie dengan KO, tidak ada yang melampaui ronde ke lima! Ya, pikir
Dorian, diperlukan sebuah granat di kedua tangan untuk menghentikan Robbie.
Setelah kembali di belakang mejanya di markas distrik, Dorian mencatat
tanggal tanggal pertandingan pertandingan yang diikuti Robbie. Kemudian
sersan detektif Dorian Raymond mengangkat telefon. Dalam waktu kurang dari
duapuluh menit telah didapatkan jawaban jawabannya. Menurut kepolisian di
empat kota, seorang wanita telah diperkosa dan dibunuh dalam waktu
duapuluh empat jam pada hari Robbie bertanding di kota kota
itu. Dan, sekalipun ada kemungkinan dipergunakan sebuah senjata, ada keyakinan
bahwa dalam bagian besar kasus i-tu, wanita bersangkutan telah dibunuh oleh
seseorang yang tahu cara menggunakan kedua tangannya.
Karate" Tinju" Satu di antaranya. New York yang terakhir di'sentuh' oleh Dorian. Bingo. Dua minggu yang lalu,
seorang wanita yang bekerja sebagai penyunting cerita dari sebuah perusahaan
film telah diperkosa dan dibunuh di dalam kantornya di Fifth Avenue. Itu
informasi dari daftar hijau. Karena tidak ada majalah olah raga atau seni bela
diri yang memuat pertandingan pertandingan yang dilangsungkan dalam bulan
itu, Dorian menelefon majalah terbesar di
kantor pusatnya di California dan
ternyata telah dilangsungkan suatu pertandingan karate di Madison Sguare
Garden pada malam wanita film itu terbunuh.
Pertandingan utama: Robbie Ambrose versus juara kelas berat canada.
Robbie Ambrose pemenang dengan KO pada ronde kedua.
Hingga di situ, Dorian meninggalkan markas distrik itu, dan berjalan dalam
cuaca dingin di luar yang delapan belas derajat, dan ia tidak berhenti berjalan
sebelum ditemukakannya sebuah bar dan di situ ia minum dua gelas dobbel.
Wiski. Disusul dengan bir.
Lima wanita yang mampus. Dihabisi seseorang yang pandai menggunakan kedua tangannya, dan setiap
kali dibarengi permunculan Robbie yang menang. Ya dewa, apakah yang harus
kulakukan" Sparrowhawk. Dorian bersandar bertopang siku di atas meja bar,
menekan mata dengan telapak tangan. Sparrowhawk akan menjadi gila kalau
mengetahui yang dilakukan Robbie di waktu luangnya itu. Sparrowhawk
mencintai haram jadah itu seperti anaknya sendiri. Dan celakalah orang yang
berani mencelakakan Robbie!
Tanganilah ini dengan berhati hati, Dorian. Jangan gegabah. Kumpulkan
bahan yang lebih lengkap mengenai Robbie, setelah itu barulah memikirkan
langkah yang harus diambil. Yang terbaik bagi dirimu.
Suatu pikiran mengerikan terkilas dalam benak Dorian. Robbie membunuh
sebelum setiap pertandingan" Ya dewa, kalau betul begitu, maka telah
dibunuhnya tigapuluh wanita!
Dorian menundukkan kepala. Seperti sebuah impian buruk saja. Informasi
berbahaya untuk dimiliki seseorang, kalau sampai Robbie mengetahui itu.
Di dalam kamar mandinya, Dorian merasakan mulutnya kering. Ia
memerlukan minuman. Kemudian terdengarlah dengung bel dari lantai dasar
dan Dorian tersenyum menyeringai. Saatnya berpesta. Sekali lagi Dorian
memeriksa penampilan dirinya.
Ketika beberapa saat kemudian bel pintu apartemennya berdengung, Dorian
merapihkan lagi rambutnya. Ya dewa, mengapa/ rambutnya tidak mau tumbuh
kembali" Sungguh tidak adil! Selagi berjalan ke pintu, Dorian memadamkan
lampu lampu besar, untuk menyembunyikan kepalanya yang mulai botak itu.
Dorian membuka pintu dan tersenyum. "Ah,
bagus, bagus, bagus "
Wanita itu melangkah masuk dan Dorian menutup kembali pintu itu,
menguncinya. Kembali memandang pada wanita itu. Cantik sekali. Lain.
Anggun. Wanita itu bergerak ke dalam pelukan Dorian, yang mendekapnya. Mulut,
lidah lidah bertemu. Tangan Dorian menekan pantat wanita itu. Dengan
kecepatan yang merupakan rekor baru baginya, Dorian sudah menjadi keras.
Wanita itu membantu. Memegang alat Dorian, memencetnya dan Dorian cuma
sepecahan detik terpisah dari meledak dalam tangan wanita itu. Gigi wanita itu
mencubit. cubit lidah Dorian.
Dorian Raymond mengangkat tubuh Michi dan membawanya ke kamar tidur.
* * *********** MUDAH SEKALI membuat Dorian membual.
Sex. Kemudian pujian pujian. Michi menyesap minumannya, terus menerus
mengisi gelas Dorian. Michi duduk di atas tempat tidur itu, selimut
membungkus tubuhnya. Mendengarkan.
Dorian, terlentang, merokok ganja.
"Semua orang terpukau oleh mafia. Sejak 'The Godfather' orang cuma
mendengar mafia, mafia, mafia... Segerombolan badut. Seorang tokoh mafia
yang kukenal selalu dalam ketakutan bahwa ada orang yang mau membunuh
dirinya. Maka setiap pagi disuruhnya isteri keluar menghidupkan mesin
mobilnya. Kalau isterinya selemat, barulah haram jadah itu keluar. Bah...."
Dorian tertawa sendiri. "Kalian wanita jepang memang hebat di tempat
tidur. Ini kumaksud sebagai pujian."
Michi membelai paha pria itu. "Berceritalah tentang yang hebat itu, tentang
Paulie Molise." Wanita. Timbul birahinya karena kejahatan, oleh bajingan, oleh polisi.
Selalu. Dorian tertawa lagi.
"Paulie," ia berkata. "Yeah, Paulie. Paulie, si Paruh, julukannya. Paulie
menjadi pintar. Surat surat berharga curian, merampas dana dana pensiun,
memalsu pinjaman pinjaman bank. Dan rongsokan. Pornografi, narkotika,
pembajakan. Ya dewa, ganja ini dahsyat."
Michi berkata, "Biar kubuatkan sebatang
lagi untukmu." Michi melakukan itu, menjilati ujung ujungnya,
memperagakannya pada Dorian.
Dorian menyeringai, ingat.
Michi menyalakan rokok itu untuk Dorian. "Katamu Paul Molise itu pengusaha
bonafide." "Kataku ia berpikir begitu." Dorian menyedot rokok itu. "Ia berpikir begitu.
Kantor di Park Avenue, seorang sekretares inggris, komputer, telex. Jam kerja
tetap, dari pukul sembilan hingga pukul lima. Bahkan tidak mengibuli isterinya.
Pulangnya ke Westchester, seperti pengusaha bursa."
"Mustahil ia tidak mempunyai pengawal pribadi yang bersenjata, yang
melindungi dirinya."
Dorian mendengus. "Nah, itulah yang kumaksudkan. Itu omong kosong film.
Paulie itu pengusaha bonafide dan berurusan dengan berbagai pengusaha bisnis
bonafide juga, dan yang seperti itu tidaklah cocok dengan adanya tukang
tukang pukul segala. Itu akan membikin takut orang. Menarik perhatian. Ia
mempunyai seorang pengemudi yang juga bertindak sebagai pengawal pribadi.
Tetapi orang itu tidak membuntutinya ke mana saja ia pergi. Sopir itu mungkin
sekali membawa." "Membawa?" "Senjata." Dorian mengangkat tangannya, membidikkan jari telunjuk, seperti
sebuah pistol. "Oh." "Bagaimana dengan sistem keamananmu?"
Michi menundukkan kepala dan tersenyum. "Domo arigato gozai mashite.
Terima kasih banyak."
Seminggu yang lalu, Dorian menerima
telefon ketika berada di markas distrik:
apakah ia dapat melakukan suatu survei
keamanan di 'Pantheon Diamonds' di Madison
Avenue. Dorian melakukannya. Mendatangi
'Pantheon Diamonds'. Memberikan
rekomendasinya. Agar dihubungi Management Systems Consultants untuk
mendapatkan alat alat tanda bahaya dan penjaga penjaga keamanan.
Michi, yang dikenalnya sebagai Michelle Asama yang berada di 'Pantheon
Diamonds' itu. Cantik. Anggun. Mengingatkan Dorian pada Saigon, hal hal yang
baik di sana. Sesudah survei itu, Michi menelefon ke markas distrik itu, khusus
mengucapkan terima kasih kepada Dorian. Mau apa lagi" Dorian mengundang
Michi untuk minum. Michelle Asama menerima.
Dorian menyedot rokoknya. Ia mulai merasa mengantuk. "Aku bertemu
beberapa erang Jepang di Saigon. Ya dewa, kalian orang orang yang aneh.
Tidak pernah mengundang seseorang ke rumah mereka. Kami tidak pernah
bertemu dengan keluarga pria jepang yang satu itu. Orang Jepang yang
berurusan dagang dengan kami itu." Dorian tam pak ragu ragu. "Ya, tidak
pernah bertemu dan 129 melihat mereka kecuali pada saat terakhir."
Michi bercondong ke depan. "Terakhir?"
Mata Dorian diarahkan ke langit langit. Berbicara enggan, tidak mau
teringat lagi pada masa lalu itu. "Jatuhnya kota Saigon. Sesaat sebelum kaum
komunis menyerbu masuk dan mengambil alih kota itu."
Sesaat sebelum kau mengkhianati mereka, pikir Michi.
Dorian pelan menyentuhnya, dan Michi menggerenyit. Dorian tidak melihat
itu. "Tidak pernah di rumah mereka." Dorian berkata. "Seperti kau."
"Kami memang orang orang yang penyendiri. Kami hidup dalam diri sendiri.
Keterangan atas segala sesuatu ada di dalam diri seseorang."
"Hmmm," Dorian mengeringkan gelasnya. Michi mengisinya lagi.
Dorian berkata, "Didalam diri, huh" Tetapi satu satunya 'di dalam' yang
kusukai adalah ke dalam dirimu."
Dorian semakin mengantuk, kata katanya sudah tidak jelas lagi,
menumpahkan minuman di atas dirinya sendiri dan di atas tempat tidur itu.
Michi dengan mudah dapat membunuh pria itu, cepat, dengan kedua tangan
telanjang. Michi cukup mahir untuk melakukan itu. Tetapi ia masih memerlukan
pria itu. Memerlukan informasi yang dapat diberikan pria itu mengenai tiga
orang amerika lainnya itu.
Dorian Raymond merupakan mata rantai terlemah, orang yang lebih mudah
diperalat daripada ketiga orang lainnya itu.
"Kau hampir tertidur," Michi berkata.
Dorian tertawa kecil. "Hampir. Itulah nama julukan yang diberikan ayahku
pada diriku. 'Pria Hampir'. Aku hampir menjadi pengacara. Berhenti kuliah
setahun kemudian. Bosan. Diuji coba dalam baseball melawan Nets. Hampir
berhasil. Selalu tergesa gesa, kata ayahku.'Pria Hampir' selalu tergesa gesa,"
Dorian menghela nafas. "Hampir mencapai kelanggengan dalam perkawinan.
Hampir. Orang baik, isteriku. Ia patut mendapatkan yang terbaik. Seorang
wanita yang manis. Kukira ia kini mendapatkan sesuatu. Seorang lelaki lain.
Aku dapat merasakan itu."
Dorian Raymond tertidur. Michi mengambil sisa rokok ganja itu dari jari jari tangan pria itu, dengan
marah mematikannya di dalam asbak. Ia akan mati kalau sudah tepat
waktunya. Michi mengenakan pakaiannya, dan membayangkan betapa menyenangkan
kalau ia menghabisi nyawa pria itu.
************ FAJAR. Pagi itu lonceng dalam kepala Decker tidak bekerja dengan mulus,
namun -akhirnya-mata sebelah dapat dibuka, lalu satunya.
Tidurnya semalam adalah yang paling nyenyak, yang paling menyegarkan
sejak beberapa waktu lamanya. Dan ia tidak bermimpi. Michi terbaring di
samping dirinya di atas futo itu, wajahnya lembut dan rentan di dalam
tidurnya. Decker bercondong ke arah Michi, mencium baunya, memejamkan
mata dengan nikmat. Di dalam tidurnya itu, Michi menjang-kaukan tangan pada
Decker, tangannya yang kecil menggenggam ibu jari tangan Decker. Seperti
seorang anak kecil. Decker tersenyum, mencium rambut Michi, dan kembali
membaringkan diri telentang di samping Michi.
Ketika Michi membuka mata, mereka bercumbu dan bercinta.
Dan mengucapkan janji janji.
GUSAR DAN KEHABISAN KESABARAN, Trevor Sparrowhawk berjalan ke sebuah
jendela dan membukanya dengan suatu hentakan jengkel.
Mereka beramai ramai berada di Long Island, menghadiri malam pembukaan
sebuah o-ditorium baru, yang melalui perusahaan perusahaan dan orang orang
pasangan, merupakan usaha bonafide paling baru dari keluarga Molise.
Sparrowhawk kembali ke kursinya. Memandang pada keempat orang yang
mengelilingi satu satunya meja dalam kantor itu.
Yang menjadi tokoh sentral adalah Paul Molise, berkulit kelam, jangkung.
Yang duduk paling dekat dengannya adalah Constantine Pangalos. Kemudian
adalah Lloyd Shaper, ber-berewok, gemuk, seorang akuntan yang jenius, dan
Livingstone Quarrels, berambut pirang dan bermata biru, seorang yahudi yang
mengaku dirinya seorang WASP dari Connecticut.
Yang saat itu menjadi persoalan adalah Molise menghendaki sejumlah uang
dibawa keluar dari tempat itu.
"Pokoknya, jangan banyak omong kosong, Trevor," Molise berkata. "Kataku
panggil empat dari orang orangmu kemari. Aku menghendaki uang ini sekarang
juga dibawa keluar dari sini, sebelum ada orang mendengus dengus
kemari.Yang kumaksudkan ada lah orang orang pajak itu. Petugas pajak
federal, negara bagian, lokal, siapa saja."
"Dan aku mengatakan padamu bahwa tidak ada tenaga yang bebas. Satu
malam saja, Paul. Satu malam dapat menjadikan atau menghancurkan
oditorium ini. Aku memerlukan setiap orangku di sini. Suatu keributan saja di
sini, dan semua pekerjaan selama berbulan bulan boleh dimasukkan ke


Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keranjang sampah. Pers akan mengatakan bahwa kita tidak menyediakan
jaminan keamanan yang cukup." Sparrowhawk menjawab dengan tegas.
Paul Molise bersandar ke belakang di kursinya. Mendengarkan.
"Seorang pun tidak bisa kulepaskan. Ah... seorang barangkali. Robbie. Kalau
uang itu harus sekarang juga dibawa keluar, biar Robbie saja yang melakukan
itu. Ia memegang ijin menyandang senjata dan kau mengetahui bahwa ia dapat
diandalkan." Molise menarik nafas dalam dalam. Mencoba menjelaskan. "Ada masalah arus
uang tunai di Golden Horizon. Sekarang ini kuperlukan setiap dollar yang ada.
Kita belum berhasil menghubungi orang jepang Kanai sialan itu. Masih
menangisi anaknya." Anak menantunya." "Persetan. Bahkan kalau aku berhasil membujuknya mengambil sepuluh
persen itu, aku masih memerlukan uang lebih banyak untuk renovasi, dua kali
lipat dari yang kita rencanakan. Oke, Robbie memang hebat, tetapi hanya
seorang diri saja! Aku masih merasa khawatir. Dua orang, oke, tetapi seorang!
Aku tidak menyukai itu."
Sparrowhawk memenangkan duel itu. Akhirnya."Dua orang bolehlah. Dan
aku ada o-rang keduanya itu. Dorian. Malam ini ia di sini dengan seorang gadis
jepang yang cukup menggemparkan. Michelle Asama. Ia seorang klien kita."
Mereka yang berada di dalam ruangan itu mengetahui siapa wanita itu. Dan
mereka setuju. Seorang wanita intelijen, berkebudayaan, mampu mengelola
suatu bisnis; sebetulnya bukan tipe wanita yang bisa dibayangkan sebagai
kencan Dorian Raymond. Sparrowhawk telah beberapa kali bertemu dengan Michelle Asama. Pertama
kali di kantor Madison Avenue itu, secara pribadi memeriksa pemasangan alat
alat tanda bahaya, lemari besi baru dan telah memperkenalkan wanita itu
kepada penjaga penjaga keamanan yang akan bertugas melindungi 'Pantheon
Diamonds'. Dan Sparrowhawk juga beberapa kali bertemu dengan wanita itu
sedang bersama Dorian. Sikap Michelle Asama selalu formal, agak terlalu
formal, menyapa dengan menekankan kata 'tuan'. Dan, cuma khayalnya belaka
atau benar benarkah ia menangkap semacam sikap bermusuhan terhadap
dirinya pada wanita itu" Ah, tidak menjadi soal. Wanita itu seorang klien,
membayar selalu pada waktunya, dan bagaimana pun jangan mencampur
adukkan urusan bisnis dengan bersenang senang. Biarlah wanita itu sedingin es
antartika. Sparrowhawk setia pada isterinya, Unity dan sesudah lebih dari
duapuluh tahun perkawinan, Sparrowhawk masih lebih suka ditemani Unity
daripada wanita yang manapun.
Molise sedang berbicara pada
Sparrowhawk, menyetujui dipakainya Dorian
dan Robbie. Tetapi pria inggris itu cuma
mendengar dengan setengah telinga. Sesuatu
mengenai Michelle Asama yang dijumpai
Sparrowhawk malam itu seperti menari nari di
tepian bawah sadarnya. Sesuatu ketika mereka
tadi berjumpa dan bersalam salaman dan
bercakap cakap sejenak Duduk di kantor Molise, bersama Panga los, Paulie dan lain lainnya itu, tiba
tiba Sparrowhaw ingat. Mayor. Michelle Asama untuk pertama kali memanggilnya 'mayor1!
Itu belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih lebih lagi,Sparrowhawk
menyangsikan bahwa wanita itu pernah mendengar Dorian memakai sebutan
itu. Bahkan Molise tidak pernah memakai sebutan itu. Sparrowhawk sendiri tidak
memakainya bagi dirinya sendiri. Hanya Robbie yang memakai pangkat itu.
Molise berkata, "Mari kita pergi bersama Dorian dan Robbie sebelum aku
berubah pikiranku. Kalau tidak salah, Dorian membawa mobil. Berapakah kita
mesti membayarnya?" 136 Sparrowhawk berkata, "Sorry. Sudikah kau mengulangi pertanyaan itu?"
"Dorian. Berapa?"
"Seribu kukira cukup. Ia cuma mengemudikan mobil dari sini ke Manhattan.
Tidak usah mengetahui berapa banyak yang diangkut ke-sana. Ia bersama gadis
Jepang itu." Molise mengangkat bahu. "Biar gadis itu ikut dengannya. Akan kelihatan
wajar, pergi bersama seorang perempuan. Dorian seorang polisi. Ia bisa
mengibuli perempuan itu, mengatakan ada panggilan tugas. Hai, coba
kaukatakan padaku, bagaimana seorang dungu seperti Dorian bisa mendapatkan
seorang wanita dengan kelas seperti itu?"
Pangalos berkata, "Pihak perempuan itu yang kalah perang, maka ia harus
membayar." "Glaukoma," Quarrels berkata. "Coba periksa matanya. Pasti ia sakit
glaukoma. Ia mengira Dorian itu Clint Eastwood."
Molise berkata, "Seorang penjilat pantat seperti Dorian masuk ke dalam
celana wanita itu. Coba bayangkan!"
APAKAH TELAH DIBUATNYA SESUATU KESALAHAN" Sebagian dirinya mengatakan
bahwa yang telah terjadi itu memang tidak dapat dihindarkan. Namun bagian
dirinya yang lain memperingatkan: tinggalkan oditorium itu secepat mungkin,
sebelum pertanyaan pertanyaan diajukan. Michi menunggu di ruangan masuk
itu, didepan sebuah pintu tertutup dan seorang penjaga berseragam. Dorian ada di
balik pintu itu, dipanggil oleh Sparrowhawk dan Molise. Mereka membicarakan
dirinya" Keseleo dalam pembicaraan dan membuka tentang dirinya sendiri"
Mereka telah mengetahui tentang peristiwa beberapa menit yang lalu di kamar
toilet wanita itu" Michi memaksa diri agar tetap tenang. Tidak boleh ada rasa takut dalam
dirinya; ketakutan melemahkan dan merampas pikiran dari keampuhannya.
Pintu kantor itu dibuka dan Michi melihat keempat orang itu bersama sama
" Molise, Ambrose, Dorian dan Sparrowhawk. Michi memalingkan mukanya
sebelum mereka dapat melihat kebencian di atas wajahnya. Sesaat kemudian,
Dorian sudah melingkarkan lengannya pada bahu Michi. "Oke, manisku. Sudah
waktunya kita pulang."
Dorian menjinjing sebuah tas atase.
"Tugas kepolisian," Dorian berkata dengan menyeringai. "Harus kembali ke
Manhattan sekarang juga."
Pria itu berbohong, tetapi Michi tidak perduli. Ternyata mereka bukan
membicarakan dirinya. Michi memanjatkan ucapan terima kasih kepada para
dewa dan leluhurnya. Sebelum ia selesai, keempat orang itu sudah akan
mampus. Michi membiarkan Dorian memegang sikunya dan membimbingnya
keluar dari gedung itu dan menuju ke tempat parkir.
138 MENGINTEROGASI ORANG merupakan suatu seni yang menjadi keakhlian
Sparrowhawk. Sparrowhawk dan dua orang penjaga berseragam di oditorium itu berada di
dalam kantor yang agak. gundul itu bersama tiga gadis yang kini tampak agak
menyesal telah melaporkan yang telah mereka alami itu. -Sparrowhawk
menyelami keadaan itu. "Nona nona, kami sangat berterima kasih bahwa anda bertiga secara sukarela
datang melapor yang menyangkut keamanan di tempat ini. Tetapi perlu
kutekankan dan beri jaminan kepada anda bertiga, bahwa masalah ini tidak
kami perlakukan sebagai suatu masalah kepolisian. Kami akan menyelesaikan
hingga di sini saja, tanpa melibatkan anda bertiga. Kecuali, tentu, jika kalian
menghendaki lain." Ketiga gadis itu menggelengkan kepala.
"Nah, bagus. Anda bertiga ulangi saja yang telah anda sampaikan kepada
para petugas keamanan itu. Sepenuhnya sebagaimana kalian menyaksikan
peristiwa itu." Memasukkan tangan ke dalam laci meja, Sparrowhawk menghidupkan sebuah
alat rekor-der tersembunyi di situ. Kemudian dengan tersenyum ia bersandar ke
belakang di kursinya. "Nah, kurasa bisa kita mulai "
Muka muka merah. Senyum. Tawa cekikikan. Dan dua dari ketiga gadis itu
mulai berebut berbicara. 139 MICHI TELAH PERGI KE RUANGAN TOILET WANITA,melepaskan diri dari Dorian
Raymond, pergi dari hiruk pikuk dalam oditorium itu, pergi dari asap marijuana
yang mengapung di atas kepala para pengunjung itu. Di dalam ruangan toilet
itu ternyata semakin kuat bau manis memuakkan itu. Lebih banyak asap
marijuana. Bau itu mengingatkan Michi pada Dorian dan kalau mereka sedang
bersetubuh. Semakin benci dan kesallah itu.
Saat itu, dalam ruangan toilet itu, adalah tiga gadis belasan tahun, yang
bersandar pada meja meja cuci dan mengisap ganja dan minum dari sebotol
berisi vodka. Michi mencuci tangan dan setelah mengeringkannya berpaling untuk
meninggalkan lagi ruangan itu. Pintu ruangan itu melesat terbuka dan dua
pemuda berbadan kekar, pemain pemain rugby sekolah tinggi, masuk. Mereka
mabok dan teler karena obat bius. Yang seorang membawa sebuah botol
minuman. Dengan ngeri Michi melihat bahwa yang memegang botol itu terbuka
kancing celananya dan zakarnya, lembek dan kemerah merahan, tergantung
keluar dari celananya itu. Michi memalingkan muka, merasa jijik dan malu.
"Hai, kalian!" berteriak seorang dari gadis gadis itu, "ini ruangan toilet
wanita. Enyahlah kalian dari sini sebelum kupanggil penjaga keamanan."
Pemuda yang memakai jaket membentak pada gadis yang membuka mulut
itu, "Lonte. Kaubuka lagi mulutmu, dan akan kujejalkan alatku ke dalam
mulutmu itu. Sialan, cuma ada babi babi di sini."
"Tidak semuanya babi," kata temannya yang memakai baju kaos pemain
rugby. "Tidak semuanya babi, kawan."
Michi memutuskan untuk segera pergi dari situ.
Seorang dari tiga gadis itu maju mendekati kedua pemuda itu. Tetapi
sebelum sempat membuka mulut, pemuda berbaju kaos itu telah
mendorongnya pada dinding sekat, merapatkan diri dengan sepasang mata yang
kabur cuma beberapa inci dari mata gadis itu. "Hai, kalau aku mengatakan kau
mempunyai tubuh menggiurkan, apakah kau menjadi marah padaku?"
Michi berjalan ke pintu. Tetapi pemuda yang lebih besar dan berjaket itu
menghalang di jalannya. "Hai.... Nyonya dari timur jauh. Bagaimana kabar,
nyonya dari timur jauh" Kau suka 'ludes" Pil merah" Jangan khawatir, seluruh
dunia di dalam sakuku."
"Sudikah anda membiarkan aku lewat?"
"Coba memohon sekali lagi." "Mohon anda membiarkan aku lewat." Michi
menundukkan kepala. Pemuda di depan Michi itu melihat ke arah temannya. "Ya dewa, kawan,
yang satu ini milikku. Ditanggung hebat. Belum pernah kucoba seorang nyonya
timur jauh." Lengan pemuda itu melingkari pinggang Michi, meraihnya merapat pada
dirinya. Mereka bersentuhan pinggul. Pemuda itu kuat dan nafasnya berbau minuman
keras. "Kau dan aku, mama kecil. Kau coba sebutir dari 'ludes ini, dan kau akan
mencintai diriku sebagaimana aku mencintai dirimu." Tangannya yang satu lagi
keluar dari sakunya dengan butir butir Quaaludes.
Michi mengangkat lututnya dan menghujamkan kakinya ke bawah,
menginjakkan tumit sepatu botnya ke atas pergelangan kaki pemuda itu.
"Sialan!" Dengan bibir . pucat dan terkatub rapat karena kesakitan, pemuda
itu melangkah mundur. Tetapi masih berdiri di antara Michi dan pintu itu.
Di belakang Michi, pemuda yang seorang lagi berkata, "Ho...ho. Itu tidak
baik. Sama sekali tidak ramah."
Pemuda berbaju kaos itu berjuntai maju, matanya merah dan setengah
tersenyum. Berbahaya. Michi mendengarnya datang. Ketika menoleh, Michi melihat pemuda itu
menjangkau pada dirinya dengan kedua tangan. Michi melakukannya dalam
satu gerakan. Ia merunduk, membiarkan kedua lengan pemuda itu lewat di atas
dirinya, lalu menghujamkan sikunya ke belakang ke perut pria itu. Pria itu
terhenti di tempat, yang tampak dari matanya hanya putihnya, kedua
lengannya mendekap perutnya sendiri. Namun ia masih terhuyung ke depan,
tangan kirinya mencakar cakar udara. Michi menangkap pergelangan tangan
pria itu dalam kedua tangannya yang kecil itu. Tangan kanannya menemukan
jari kelingking pria itu. Mencengkeram itu keras keras, Michi menekuknya ke
belakang dengan seluruh tenaganya. Secepat kilat. Mematahkannya.
Pemuda itu menjerit, merapatkan tangan yang rusak itu pada dadanya dan
bersempoyongan ke samping, membuat gadis gadis itu lari bersemburat
menghindar, sebelum pemuda itu menubruk meja cuci dan ambruk ke atas
lantai. Dengan telentang, pemuda itu bergulung gulung ke kanan dan ke kiri,
mengerang erang, tangan kirinya itu dihimpir di antara pahanya.
"Oh, wow," berseru seorang dari gadis gadis itu, menggelengkan kepala.
Michi berbalik dan melihat pemuda yang seorang lagi itu dengan terpincang
pincang bergerak ke arah dirinya. Wajah pemuda itu geram, seram, penuh
kebencian. Kinaku.Semangat. Tidak ada yang lebih penting bagi kemenangan. Dan itu
dinyatakan dalam KIAI, teriakan itu.
KiaiMichi itu bukan sekedar suara dari tenggorokan. Kiai itu adalah suatu
teriakan yudawan dari dalam dirinya,suatu suara yang dihentak dari darah dan
syaraf syarafnya, dari seribu tahun sebagai samurai, dan nyaring lengkingnya
mengerikan, bersifat hipnotikal. Bunyi itu menggeletar di dalam ruangan itu,
berpantul pantul dari dinding ke dinding, dari lantai ke langit langit.
Pemuda itu memandang ke dalam mata Michi dan yang dilihatnya di situ
seakan akan mencabut sukma. Dengan mengerjap ngerjapkan mata, pemuda
itu mundur selangkah, kemudian selangkah lagi. Ia mengerutkan dahi,
menggigit bibir bawahnya, membungkuk mengusap kakinya yang cidera itu.
Michi memungut dompetnya dari atas lantai dan berjalan lewat dekat
pemuda itu, tanpa satu kali pun menoleh ke belakang.
SPARROWHAWK berkata, :Ah, begitu "
Ketiga gadis itu saling berpandang pandangan, kemudian mengangguk. Dan
yang seorang berkata, "Ia luar biasa. Seperti Wanita Ajaib! Superwoman."
Sparrowhawk menggerenyit. "Terima kasih, nona nona. Terima kasih."
Setelah ketiga gadis itu pergi, masing masing diberi 'imbalan' berupa karcis
undangan untuk menghadiri perayaan natal di oditorium itu, Sparrowhawk
berkata kepada penjaga penjaga itu, "Periksalah klinik. Apakah ada pemuda
pemuda berobat di sana. Yang kita cari adalah jari patah, kaki cidera. Kalau
kalian menemukan pemuda pemuda itu, beritahukan padaku lewat radio. Aku
mau berbicara dengan mereka."
"Bagaimana dengan 'wanita ajaib' itu?"
"Serahkan urusan itu padaku. Tugas kalian adalah menemukan kedua badut
itu." Setelah seorang diri lagi di kantor itu
Sparrowhawk mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari saku jasnya dan
dengan menggunakan sebuah pena emas ditulisnya nama Michelle Asama di
atas sehelai yang putih bersih. Di bawah nama itu lalu ditambahkannya kata
mayor. Kemudian kata yudawan, tetapi itu dicoretnya lagi. Gantinya itu
ditulisnya pendekar. Itu agaknya lebih cocok.
Sparrowhawk teringat pada pendekar terakhir yang dijumpainya. Itu terjadi
di Saigon, dan nama pendekar itu adalah George Chihara.
PASANGAN KERJA Decker di markas distrik adalah seorang polisi wanita negro
berkulit langsat, Ellen Spiceland, yang berusia tiga-puluh tiga tahun. Mereka
akrab satu sama lain, dengan saling pengertian dan saling membantu.
Dalam suatu kasus bersama mereka yang pertama selama dua tahun
berpasangan dalam tugas mereka, Decker dan Ellen Spiceland telah berhasil
melacak seorang pemerkosa seorang gadis cilik. Penjahat itu seorang kuba,
seorang yang melarikan diri dari kuba Castro, mencari perlindungan dan hidup
baru di amerika serikat. Kedua detektif itu telah mengetuk pintu apartemen
pemerkosa itu dan dari dalam apartemen terdengar suara memper-silahkan
mereka masuk. Dan sesaat kemudian memandang pada sepucuk Browning
otomatik. Sebuah tembakan dilepaskan. Decker yang berhadapan paling
langsung dan mengira maut bagi dirinya sudah tiba, menegang untuk menerima
peluru mematikan itu. Namun tembakan itu bukan dari pistol penjahat itu. Ellen Spiceland
mempunyai kebiasaan untuk selalu memasuki bar bar tertentu, apartemen
apartemen tertentu dan club club malam dengan tangannya di dalam tasnya.
Kebiasaan itu, hari itu menghasilkan buah. Ellen Spiceland telah menembak
dari dalam tasnya dan menyarangkan sebutir peluru .38 satu inci di atas sabuk
orang kuba itu. Penjahat itu memerlukan tigapuluh enam jam penuh siksaan
untuk akhirnya mati karena luka tembakan itu. Itu pertama kalinya Spiceland
menewaskan seorang penjahat; yang di-rayakannya dengan sebotol Dom


Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perignon yang harganya tigapuluh lima dollar sebotol.
Ellen berkata kepada Decker,
"Duapuluh tahun aku menunggu untuk
menghabisi bedebah seperti haram jadah itu. Duapuluh tahun!" Ellen menunggu
reaksi Decker. Tidak ada.
Tetapi pada hari berikutnya, di atas meja Ellen ada sebuah bingkisan dengan
kartu ucapan selamat dari Decker. Dan sebelum minggu itu berlalu, semua
petugas markas distrik itu mengikuti contoh Decker, memberi selamat kepada
Ellen Spiceland atas keberhasilan itu.
*********** DENGAN MICHI KEMBALI DALAM HIDUPNYA, Decker ingin sekali dapat
menyingkirkan Charles Le-Clair segampang Ellen Spiceland menyingkirkan
dendam puluhan tahun itu.
LeClair tidak memberi kemungkinan kepada Decker menghentikan afairnya
dengan Romaine; jaksa penuntut itu berkeras akan mengganyang senator Terry
Dent dan Constantine Pangalos dan Management Systems Consultants, karena
seperti banyak jaksa federal lainnya, LeClair ingin melihat namanya dimuat di
surat kabar surat kabar. LeClair mencintai kekuasaan dan, seperti kemudian
diketahui pula oleh Decker, LeClair termasuk seorang dian-tara sejumlah orang
yang sedang dipertimbangkan bagi kedudukan jaksa agung muda, dibantah
jaksa agung di departemen kehakiman.
LeClair mempunyai keterangan mengapa ia
terus menekan Decker. "Keharusan tidak memberi pilihan kepada seseorang. Pokoknya, jangan dulu membiarkan nyonya Raymond menyelinap keluar dari hidupmu "
Selama hampir seminggu sejak kembalinya Michi, Decker mengajukan
bermacam macam a-lasan kepada Romaine, mengapa ia tidak datang pada
wanita itu. Decker mulai merasa kesal terhadap wanita itu.
Decker menemui Michi jika Michi bebas, jika Michi tidak sibuk dengan
'Pantheon Dia-monda'. Duapertiga bagian perusahaan itu dimiliki sebuah
gabungan modal di Tokyo, dengan Michi menguasai yang sepertiga lebihnya.
Seperti para eksekutif pria Jepang, Michi bekerja hingga jauh malam; dan Michi
juga menjadi pembicara pada seminar seminar perusahaan perusahaan amerika
yang berminat mempelajari praktek managerial Jepang. Journalwall Street,
Newsweek, ' Times New York, dan tiga buah majalah wanita memuat tulisan
tulisan mengenai Michelle Asama, wanita
eksekutif bisnis Jepang yang unik. Adalah LeClair yang membuat Decker tiba tiba bersikap melindungi Michi.
Jika jaksa untuk menelefon Decker di dojo, berartilah bahwa LeClair
menginginkan sesuatu informasi dengan segera.
"Aku hanya mau mengingatkan dirimu pada pertemuan kita besok," LeClair
berkata. "Aku sudah ingin sekali bertemu denganmu." Padahal dua hari
berselang mereka telah bertemu. Dan kemarin sudah berbicara pula lewet
telefon. LeClair, agaknya, sedang terdesak. "Telah kaudengar sesuatu dari
pacarmu?" "Maksudmu Romaine."
"Bagiku kau cuma mempunyai seorang perempuan. Apakah ada yang lain
yang tidak kuketahui?"
"Tidak ada yang perlu kauketahui." "Aku akhir pekan ini akan terbang menemui
jaksa agung. Sebetulnya suatu jamuan makan yang diselenggarakannya untuk
sejumlah perwira kepolisian brasilia. Kau telah mendengar tentang DeMain dan
Benitez." "Tidak." Kedua orang yang disebut LeClair itu adalah dua orang detektif New
York City yang ditugaskan dalam gugus tugas itu.
"Mereka dibebas tugaskan dari gugus tugas," LeClair berkata. "Mereka tidak
memenuhi persyaratan."
"Itu akan mempengaruhi karir mereka."
"Itulah yang telah kukatakan juga kepada mereka. Sudahlah, mereka sudah
kuperingatkan. Nah, kauuruslah nyonya Raymond itu. Kaucari tahu berita apa
yang dapat ditawarkannya kepada kita."
Dan jangan sampai gagal, pikir Decker. Sebab, LeClair tidak akan ragu atau
segan mencelakakan siapa pun. Termasuk Michi.
Decker menelefon Romaine dan merasa lega ketika Romaine ternyata tidak
di tempatnya. Decker tidak ada janji bertemu Michi malam itu, namun ia juga
tidak berhasrat menemui Romaine. Tidak segera. Tidak sebelumnya ia
memikirkan suatu cara untuk memperalat Romaine tanpa harus tidur
dengannya. Dan itu tidaklah mudah. Hatinya ada dengan Michi. Hada to hada,
kata orang jepang. Kulit menempel pada kulit. Kemampuan untuk
berkomunikasi dan, di atas segala galanya, kesediaan masing masing pihak
untuk memperlihatkan ketulusan masing masing. Hanya dengan Michi ia dapat
merasa begitu. Decker memang mengharapkan agar Romaine tidak menjawab
telefon itu. Tetapi setengah jam kemudian, riang dan bergairah, Romaine menelefon Decker di dojo itu, dan Decker
terpaksa berjanji akan menemui Romaine dalam waktu dua jam lagi. Itu
semualah yang menimbulkan kekesalan Decker terhadap LeClair.
*********** KETAKUTAN. Karena itulah Decker menyetubuhi Romaine dalam kegelapan,
takut melihat wajah wanita itu, dan tidak menginginkan wanita itu melihat
wajahnya. Dengan membiarkan Romaine mencintai dirinya, Decker menjadi
bertanggung jawab atas diri Romaine. Sex telah mendekatkan dirinya pada
Romaine; hasrat Romaine akan cinta telah merumitkan hubungan mereka.
Untuk siapa dan apakah sebetulnya 'karunia' sex malam itu" Romaine" Michi"
Karir Decker" Romaine menghasratkan Decker. Tetapi satu satunya yang dipunyainya
untuk diberikan, dirinya sendiri, bukan miliknya lagi untuk diberikan. Telah
menjadi milik o-rang lain.
Dalam kegelapan kamar itu Romaine berkata, "Mari akhir pekan ini kita
pergi. Aku ada uang."
"Aku tidak dapat." Decker berbohong. "Akan ada suatu turnamen. Aku
menjadi wasit dan berdemonstrasi."
Oh. Kalau begitu lain akhir pekan."
"Barangkali. Dari manakah kau tiba tiba menjadi kaya?"
"Dorian. Ia memberiku hampir seribu dollar."
"Terus beruntung di Atlantic City?"
Tidak. Kami telah makan siang bersama. Ia menginginkan kami rujuk
kembali dan ia mengatakan bahwa sedang mengerjakan suatu
urusan yang akan membuat dirinya kaya seumur hidup."
Decker memegang tangan Romaine, membenci diri sendiri."Urusan apakah
yang dapat membuat seseorang kaya seumur hidup?"
"Ia tidak mau mengatakannya. Lazimnya ia suka membual, tetapi sekali ini
ia diam saja. Ia cuma bercerita bahwa kemarin malam telah menghadiri pesta
pembukaan sesuatu. Sebuah oditorium atau gelanggang di Long Island. Banyak
tokoh terkenal." Romaine duduk di atas tempat tidur itu.
"Kau tidak akan percaya apa yang telah dikatakannya padaku. Katanya,
oditorium itu jumlah kursi dalam oditoirium itu tidak benar. Ada seorang
pengacara, seorang yunani, muncul dengan suatu gagasan untuk menyebutkan
jumlah lebih kecil dari kursi yang tersedia itu, tetapi tidak boleh hal itu
diketahui orang. Dorian mengatakan bahwa orang yunani itu sungguh lihai.
Banyak akalnya. Dorian memang menyukai orang orang seperti itu. Kalau aku,
kurasa kadang kadang orang bisa pintar kebelanjur."
Decker berkata, "Aku setuju denganmu. Memang iblis iblis licin, pengacara
pengacara itu. Dan katanya yang seorang itu adalah seorang yunani?"
TREVOR SPARROWHAWK merasa riang gembira, seperti biasanya jika suatu
pemburuan sedang berlangsung dengan lancar.
Duapuluh menit yang lalu, nyonya Rose-bery, sekretarisnya, telah menelefon
melaporkan tibanya informasi yang diminta Sparrowhawk mengenai diri
Michelle Asama. Trevor bertepuk tangan. Sekarang, bekerja!
Duduk di belakang mejanya, Sparrowhawk membaca tentang Michelle
Asama. Sumber informasinya: Management Systems Consultant juga! Koneksi
koneksi dan komputer komputer penyelidikan yang tersebar di seluruh dunia
yang dimilikinya. Dewan direksi MSC terdiri atas bekas akhli akhli penegak
hukum. Terutama petugas petugas terasnya. CIA. FBI. Departemen Kehakiman.
Departemen kepolisian New York, Surete perancis, divisi keamanan perusahaan
perusahaan multi-nasional amerika yang paling top.
Uang memang faktor perayu bagi akhli akhli itu untuk bekerja pada MSC.
Sparrowhawk sendiri menerima $750.000 setahun, ditambah segala
perongkosan dan bonus bonus. Namun begitu, daya tarik utama bagi bekas
polisi, mata mata dan penyelidik penyelidik itu adalah karena sebagian besar
orang orang itu adalah pelaku pelaku, orang orang yang sudah kecanduan
dengan permainan itu, yang tidak bisa hidup tanpa intrig atau tipu muslihat
busuk atau penyelidikan penyelidikan.
Sparrowhawk dengan MSC telah mengumpulkan suatu barisan yang hebat,
yang mampu sekali meringankan Michelle Asama atau siapa saja dari beban
rahasia yang menekan. Maka: sekarang tentang Michelle
Asama Catatan catatan awal kurang sekali. Dilahirkan di Saigon, namun banyak
informasi mengenai kehidupannya lenyap dan hancur pada ketika pengambil
alihan Saigon oleh kaum komunis di tahun 1975. Tinggal beberapa waktu
lamanya di Tokyo, tempat kelahirannya yang sebenarnya pada 29 agustus 1953.
Ayahnya seorang pemilik kapal, ibunya anak seorang importir perancis. Orang
tuanya itu tewas di sebuah hotel di Singapore ketika Michelle berusia
empatbelas tahun. Pendidikan di Tokyo dan Paris, dengan kursus kursus bisnis di amerika. Belum
kawin, tidak mempunyai anak, tidak mempunyai dosir kejahatan. Memiliki
sepertiga 'Penthe-on Diamonds', uang peninggalan ayahnya. Sebuah gabungan
jepang, memiliki bagian yang duapertiga. Yah, sejauh itu tidak ada yang
istimewa pada wanita itu.
Sparrowhawk menyesap tehnya, dan melanjutkan membaca bahan bahan itu.
Perusahaan yang berusia tiga tahun itu sebuah perusahaan pembuat laba dan
agaknya penyebabnya adalah nona Michelle Asama; ketajaman bisnisnya.
Pengetahuannya yang luas mengenai 'industri' batu permata dan penguasaannya
atas pasaran dan pemasarannya. Nona Michelle Asama dibayar sangat tinggi dan
bukan sekedar eksekutif boneka. Ia benar benar yang mengelola perusahaan
itu. Wanita itu benar benar seorang genius dalam bisnis, atau ia mempunyai
teman teman di lingkungan lingkungan atas.
Dan satu hal yang menarik perhatian Sparrowhawk: Michelle Asama tidak
mempunyai kartu kredit pribadi. Tidak satupun.
Namun begitu, catatan catatan tentang
Michelle Asama tidak menunjukkan adanya sedikitpun persoalan dengan imigrasi amerika,
perpajakan, kepolisian atau dinas dinas itu
dari negeri asalnya sendiri. Namun
begitu Mayor.Sebuah kata saja. Sparrowhawk juga tidak dapat menghapus
lukisan peristiwa yang dilaporkan oleh gadis
gadis belasan tahun itu "Seorang wanita melawan dua orang pria?" Robbie telah berkata ketika
mendengar kisah itu, "Tidak menyangsikan lagi, wanita itu hebat."
"Kalau kau mengatakan 'hebat', berapa tahun latihan itu berati?"
"Yah, mayor, itu berarti sedikitnya lima tahun. Selama itulah yang
diperlukan untuk menguasai teknik dasar karate. Dan itu pun jika orang
berlatih tiga kali dalam seminggu.Dari kisah itu, kukira wanita itu dapat
membunuh kedua badut itu. Namun ia bertindak secukupnya saja. Itu lihai
sekali. Betul betul menguasai keadaan."
Robbie diam, kemudian, "Dan kalau betul yang dikatakan ketiga cewek anda
itu mengenai kiai itu, maka wanita itu "siapa pun ia" memang benar benar
akhli dalam karate."
"Apakah itu berarti ia tergolong.... tergolong pada samurai?"
"Yah, itu mungkin saja. Maksudku anda benar, ia mungkin seorang samurai
atau mempunyai hubungan erat dengan seorang samurai. Di masa lalu, Jepang
mempunyai tidak sedikit samurai wanita. Mereka juga membunuh. Seperti
kaum pria. Kadang kadang bahkan lebih hebat. Dan mereka dapat mencapai
seseorang pria yang tidak mungkin dicapai oleh seorang samurai pria. Anda
mengerti maksudku?" "Mengerti." "Ya, mayor. Orang orang hebat, wanita wanita Jepang itu!"
Benar, pikir Sparrowhawk, teringat cara wanita wanita Chihara itu
menemukan ajal, ketika ia, bersama Robbie dan Dorian datang dengan maksud
mengambil wanita wanita itu.
Selama hidupnya sebagai tentara, belum pernah ia melihat seseorang, pria atau
wanita, mati dengan ketabahan seperti itu. Seorang ibu dan dua anak
perempuannya. Siap menemui maut. Kematian selalu datang terlalu dini atau
terlalu terlambat. Tetapi datang, itu pasti. Pintu kegelapan itu, rahasia besar
itu, faal tragik terakhir itu.
Maut itu selalu datang, pada waktunya.
TREVOR SPARROWHAWK, setelah berusia empatpuluh lebih, dan berpangkat
mayor, dibebastugaskan dari dinas aktif dan dipindahkan ke dinas administratif
di markas besar SAS, brigade Special Air Service, suatu kesatuan komando yang
merupakan korps rahasia dan elite, yang berspesialisasi dalam serangan
serangan dadakan dan dalam mengarahkan sasaran sasaran di belakang garis
pertahanan musuh bagi pembom pembom RAF. Namun, Sparrowhawk tidak
dapat bertahan lama dengan tugas di belakang meja. Ia seorang prajurit; ia
mendambakan kegairahan dan kegemparan pertempuran. Padahal pertempuran
adalah pekerjaan kaum muda. Sparrowhawk hanya bertahan setahun. Ia
mengundurkan diri dan bekerja pada sebuah perusahaan keamanan di London
yang terdiri dari bekas orang orang SAS seperti dirinya sendiri.
Namun, perusahaan itu bangkrut. Dan Sparrowhawk yang harus menghidupi
keluarganya, terpaksa bekerja dengan menyewakan tenaganya, otot ototnya.
Ia bekerja sebagai pengawal dan tukang pukul pedagang pedagang senjata,
syekh syekh arab, bintang bintang film amerika yang sedang melakukan
perjalanan, anak anak industrialis industrialis kaya. Beberapa pengusaha inggris
meminta nasehatnya mengenai sistem keamanan bagi diri dan perusahaan
mereka, dan sekali Sparrowhawk bertindak sebagai seorang perantara dalam
suatu penculikan di kota Roma. Ia semakin tua, tetapi tidak semakin kaya.
Untuk membayar perawatan medikal isteri-nya, Unity, Sparrowhawk
terpaksa mencuri. Mencuri rahasia rahasia industri dan benda benda antik gereja, dan surat
surat percintaan yang dipakai seorang detektif Scotland Yard untuk memeras
seorang anggota parlemen yang homosexual.
Maka, merupakan sesuatu yang melegakan, ketika timbul kesempatan
bagi Sparrowhawk 'berjaya'
kembali di bidangnya: menjadi serdadu sewaan. Di afrika selatan. Selesai dengan tugasnya dan dari padang semak
semak kembali ke Johannesburg, kepada Sparrowhawk ditawarkan lima ribu
dollar untuk mengawal seorang pedagang berlian ke Saigon. Pedagang itu
bermaksud membeli kumpulan berlian yang dimiliki
seorang jendral Vietnam selatan. Pada saat itu keadaan di Vietnam sudah berada pada puncak
kegawatan. Tentera Vietnam utara sudah di pintu gerbang Saigon.
Jendral yang didatangi Sparowhawk dan pedagang berlian itu sedang siap
siap lari meninggalkan gelanggang, namun tidak berniat pergi dengan tangan
kosong. Berlian, seperti emas, merupakan mata uang yang bebas inflasi.
Setelah selesai urusan jual beli berlian itu, kepada Sparrowhawk ditawarkan
pekerjaan di Saigon. CIA.
Ruttencutter, seorang pria New York yang menawarkan agar Sparrowhawk
bekerja untuk 'badan' itu, berkata, "Kami tidak ada pilihan lain. Yang terbaik
adalah tidak mendatangkan lebih banyak lagi orang orang kami ke sini. Maka
kami terpaksa menggunakan tenaga yang berdiri sendiri, tenaga tenaga 'free
lance' seperti dirimu. Dan ada orang orang yang memuji dan menganjurkan
dirimu kepada kami."
"Terima kasih," kata Sparrowhawk, mengutuk udara panas dan lembab itu.


Giri Karya Marc Olden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tetapi berarti bahwa kau harus menjaga diri tidak terlalu menonjol. Orang
orang polandia, perancis, hungaria yang duduk dalam komisi pengawasan
internasional di sini bernafsu sekali menuduhkan pelanggaran gencetan senjata
ke atas kepala kami. Haram jadah haram jadah itu melewatkan bagian besar
waktu mereka dengan pramuria pramuria bar. Semoga mereka mendapatkan
sifilis!" "Tetapi.... apakah yang harus kulakukan dalam suatu peperangan yang
tampaknya sudah mendekati akhirnya ini?"
"Oh, macam macam. Yang khususnya" Kita katakan saja kau akan menjadi
kurir dari sini ke hongkong, Singapore, thailan, laos. Merantau sebentar ke
kampucia. Mengangkut senjata lewat udara dengan perusahaan penerbangan
yang ada kepentingan kami di dalamnya. Mengikuti kegiatan teman teman kita
di lapangan lapangan terbang kecil di luar
160 Saigon." "Kedengaran menarik sekali. Tetapi ada sesuatu yang tidak kau singgung
singgung." Yaitu?"
"Kaulupa menyebutkan pekerjaan membunuh untuk kalian."
Ruttencutter memalingkan muka. "Apa yang harus terjadi, terjadilah, kata
orang." Ia berpaling kembali pada Sparrowhawk. "Sepuluh ribu dollar sebulan.
Berminat?" Sejenak lamanya, Separrowhawk menatap pada orang itu, kemudian
berkata, "Kapankah persekutuan kita ini dimulai?"
TUGAS TUGAS KHUSUS. Sekali, ikut mengambil bagian dalam menginterogasi
tawanan tawanan vietcong yang diculik dari desa desa atas permintaan CIA dan
dilakukan oleh Robbie Ambrose dan Dorian Raymond, dua orang anggota SEALs,
yang kadang kadang dikerahkan juga o-leh Ruttencutter.
Terlibat dengan CIA, menghasilkan kontak antara ketiga orang itu dengan
George Chihara, seorang pengusaha Jepang yang sangat berpengaruh. Chihara
juga seorang yang dipakai oleh CIA; perusahaan penerbangan yang seperti
menjadi milik Chihara itu ternyata adalah didukung oleh CIA dan dipakai untuk
mengangkut candu yang ditanam oleh suku suku di sebelah utara Saigon, untuk
menggendutkan rekening rekening bank politikus politikus
dan jenderal jenderal Vietnam selatan. Membantu perdagangan candu adalah
harga yang agaknya bersedia amerika membayarnya demi persekutuan
memerangi komunisme. Chihara juga yang mengatur agar agen
agen CIA dapat menerima kurs gelap dollar
yang tinggi , dan menggunakan pengaruhnya
yang kuat atas politikus politikus Vietnam
selatan jika hal itu diminta oleh pihak
amerika. Semua itu, ditambah usaha usaha
bonafide yang tidak sedikit, membuat Chihara
menjadi kaya sekali. Chihara bahkan menjadi
bertambah kaya lagi dengan bekerja sama
dengan Paul Molise, seorang dari mafia
amerika yang datang ke Saigon untuk
mendapatkan candu. Chihara yang mengurus
sehingga Paul Molise mendapat semua yang
dibutuhkannya APRIL 1975. Paul Molise bertanya, "Masih berapa lama lagi sebelum kota ini
jatuh ke tangan vietcong?"
Sparrowhawk menjawab, "Beberapa jam. Beberapa hari. Yang pasti dalam
minggu ini. Akan banjir darah. Banyak orang akan mati, dan kematian dengan
siksaan. Pembersihan. Kaum komunis adalah puritan yang fanatik."
"Aku mengundang dirimu dan Robbie dengan suatu maksud." Ketiga orang itu
berada di dalam kamar kamar Molise di sebuah hotel di Nguyen Hue Boulevard.
Tiga lantai di bawah, di atas jalanan tampak sebuah jeep yang dibalikkan masih
menyala di tempat para perampok meninggalkannya dengan pengemudinya
yang mati. Asap tebal tampak mengepul ke atas dari gedung kedutaan besar
amerika, istana kepresidenan dan sejumlah gedung pemerintahan, tempat
dokumen dokumen dibakar agar tidak jatuh ke tangan kaum komunis.
Kekuasaan dan ketenangan kini hanya dimiliki oleh orang orang yang telah
sanggup membayar ke-berangkatan mereka dari kota yang sudah dipastikan
nasibnya itu. Molise berkata, sAku ingin berbicara tentang George Chihara."
Sparrowhawk memandang pada Robbie. Ya dewa, kita membayar untuk
segala sesuatu dalam hidup ini. Molise telah menjanjikan suatu pekerjaan
seumur hidup kepada Sparrowhawk; menjadi presiden direktur suatu
perusahaan intelijen di New York, dengan gaji yang besarnya tidak pernah
diimpikan oleh Sparrowhawk. Malam itu, janji itu telah memberi hak kepada
Molise untuk menyeret Sparrowhawk dan Robbie ke jalanan berbahaya di
Saigon, sekedar untuk bercakap cakap. Dan sesudah berlaku jam malam!
Molise, Chihara, Ruttencutter, dunia hitam perancis dan politikus politikus
Vietnam selatan yang terkemukasudah saling mengenal. Ya, narkotika,
Kail Naga Samudera 1 Pendekar Bloon Karya S D Liong Tembang Tantangan 26
^