Pengorbanan The Sacrifice 2
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice Bagian 2
lakukan mengingat sekarang Yeerk memusatkan
pasukan di Bumi. Aku rasa pertanyaannya
adalah, apakah kau akan membantu mereka">
benar.> Tobias
berkata. aku bertanya tibatiba.
Tobias berkata
tenang. bahkan tidak membenci Yeerk. Sepertinya,
mereka berusaha bertahan hidup. Dan kita juga
berusaha bertahan hidup. Aku tidak yakin
mengapa hal tersebut harus jadi pilihan.>
berperang. Tidakkah kau lihat" Apa yang
Yeerk minta" Tubuh. Jika mereka bisa
mengubah tubuh siput mereka maka"
mereka tidak perlu lagi mengambil induk
semang. Kan" Memang sih mereka hanya
berubah dua jam. Dan mereka masih perlu
sinar Kandrona. Tapi">
Jadi ,Tobias dan Cassie punya pikiran yang
sama. manusia. Dan makhluk yang punya kesadaran
lainnya. Tidak hanya anjing dan kucing.>
tanpa permisi terlebih dahulu. Aku tidak bisa
membayangkan Yeerk meminta izin sebelum
menyadap DNA manusia. Dan aku tidak bisa
membayangkan ada manusia yang mau
memberikan DNA mereka untuk disadap
Yeerk.> Tobias menyeimbangkan sayapnya dan
tampak mengencangkan pegangan cakarnya
pada cabang pohon. tidak tahu. Gini, Ax, ini adalah dunia yang
baru. Kita terus saja berjalan melakukan hal
yang kita yakini. Tidak ada peraturan dari langit
yang turun dan memberitahu apa yang harus kita
lakukan dan yang tidak.>
Tobias berkata. punya waktu untuk mencoba peraturan mana
yang harus dipakai untuk menyelesaikan
masalah. Seperti moralitas menyadap DNA. Jadi
kita yang harus melihat sendiri mana yang bagus
mana yang tidak. Kita tidak bisa terpaku kepada
satu ide dan membela ide tersebut mati-matian,
tanpa mengetahui benar apakah ide tersebut
berujung bagus " di dunia nyata.>
Tobias diam beberapa saat, lalu mengepak
pergi. Jantungku berlomba. Kemungkinan baru
terbuka. Solusi-solusi baru.
Mungkin Elfangor sudah melihat sesuatu
kemungkinan. Yang sepertinya tidak mungkin
karena Andalite terlalu terdoktrin oleh pikiran
militer kami. Kami melawan musuh. Tidak ada
kompromi. Dulu sekali kami memutuskan berubah wujud
adalah milik kami. Terlalu berbahaya untuk
dibagi. Tapi mungkin Cassie benar. Mungkin
kedamaian bisa dicapai dengan memberikan
pilihan kepada spesies lain.
Di lain pihak, mungkin tergantung kepada
spesiesnya. Manusia. Yeerk. Jika masing-masing diberi kebebasan,
akankah mereka menggunakan teknologi
pengubah wujud untuk kebaikan" Atau
kejahatan" Pimpinan tinggi sudah memerintahkan ku
untuk menghentikan serangan ke kolam
Yeerk. Hal yang mudah untuk dilakukan.
Sedikit kisi-kisi kepada Yeerk dan misi
tersebut akan gagal sebelum sempat dimulai.
Tapi jika aku membantu misi ini, karantina
yang diinginkan pemimpin tinggi akan
mengalami hambatan. Apa yang akan dilakukan Elfangor"
Aku tidak perlu lagi menanyakan hal itu.
Elfangor sudah memberikan jawabannya.
Dia memberikan kubus pengubah wujud
kepada manusia. Dan kemudian dia mati.
Aku, pun, sudah memberikan kepercayaan
kepada manusia. Kepercayaanku, jika bukan keyakinan ku.
Dan jika aku mati" Yah, aku berharap aku akan mati semulia
abangku. Aku tahu aku seharusnya menghubungi
pemimpin tinggi. Tapi sekarang aku sudah
membuat keputusan. Aku bersedia untuk tidak mematuhi
perintah langsung. Dan aku bersedia untuk
mati. Tapi aku tidak bersedia untuk menipu
Andalite. Mengatakan aku akan melakukan
sesuatu, dan nyatanya melakukan yang lain.
Aku tahu perbedaannya, tapi aku belajar untuk
mencari alasan. Untuk mempertahankan apa
yang tidak bisa dipertahankan.
Sungguh sebuah tindakan yang manusiawi.
Malam berikutnya, aku memimpin enam
manusia dewasa berjalan menembus hutan.
Loren, ibu Tobias, sudah memiliki kemampuan
berubah wujud, namun dia memilih untuk tidak
menggunakannya kecuali kami sangat membutuhkan bantuannya untuk bertempur.
Keputusan yang bijaksana.
Tobias terbang di depan memberikan
petunjuk arah kepadaku melalui bahasapikiran. Para manusia dewasa berusaha
sedapat mungkin tidak membuat suara
sembari berjalan membawa alat-alat kemah
dari logam yang sudah ringsek.
Jake, Rachel, Marco, dan Cassie dalam
wujud burung pemangsa, terbang jauh di
depan pada posisi yang berbeda-beda.
Animorphs pembantu juga bersama kami.
James dan dua letnannya, Craig dan Erica,
memimpin kelompok yang terdiri atas tujuhbelas
orang. Aku tidak tahu siapa saja yang di darat
dan yang di udara. Jika misi ini gagal, mereka diinstruksikan
untuk kabur dan menyelamatkan diri mereka
sendiri. Dengan begini setidaknya sebagian
anggota masih terus hidup untuk melanjutkan
perjuangan. Toby dan beberapa pejuang Hork-Bajir
merdeka bergerak diam di atas pepohonan.
Kami adalah tentara kecil yang beraneka
ragam yang sedang dalam perjalanan diam-diam
menuju tempat kerja orang-orang Garda
Nasional. Menurut Tobias, ada empat truk besar yang
diparkir di jalan tol di mana ada sekitar sepuluh
penjaga yang sedang bekerja memperbaiki
saluran air yang bocor. Mereka bekerja malam
hari, agar tidak terganggu arus lalu lintas di siang
hari. Kami mengincar truk mereka.
"Berapa jauh lagi?" ibu Rachel mengeluh
dengan marah. "Shhhh!" Eva berbisik.
"Aku tidak percaya kita melakukan ini," Naomi
melanjutkan. Dia sudah mengomel sejak kami
meninggalkan perkemahan. "Kita semua sudah setuju membantu misi ini,"
Loren memberi alasan. "Mari kita teruskan dan
berharap untuk yang terbaik."
Ibu Rachel malah berhenti. Dengan
enggan, aku memerintahkan yang lain untuk
berhenti juga. "Berharap yang terbaik?" dia
mengulang. "Cuma itu yang bisa kau
tawarkan" Apa aku seorang yang mengkhawatirkan anak-anak kita?"
Aku tidak bisa menahan untuk menjawab.
aku memberitahunya. menakuti orang lain.> "Dan menurutmu aku terhibur akan hal itu?"
Ibu Rachel semakin menuntut. "Terhibur
mengetahui putri sulungku, putri pertamaku,
putri kecilku, sudah berubah menajdi monster"
Menjadi semacam orang aneh haus darah?"
Tobias berkata secara
pribadi. sekitar satu seperempat mil lagi dari tempat
kerja. Teruslah ke arah timur menuju jalan.>
untuk tetap diam,> aku berkata kepada Naomi.
Mulutnya terbuka dengan kaget tapi dia tidak
bicara lagi. aku berbalik
dan maju berjalan, memimpin kelompok kecil
manusia dewasa ke timur melaluli pepohonan
yang rapat. Akhirnya, kami tiba di jalan.
Beberapa meter dari situ, kami melihat kru
pekerja Garda. Barikade berbaris di jalan sekitar
satu mil dari dua arah. Dan untungnya, barikade
tersebut berupa mobil-mobil truk.
Marco berkata. beraksi.> Ayah Marco terhuyung maju ke jalan. Yang
lain mengikuti beberapa kaki di belakang,
peralatan kemah mereka berdentang-dentang
dan berkilau kena cahaya lampu senter.
Terkejut, komandan Garda Nasional mengawasi para orangtua yang datang mendekat
itu. "Halo! Halo!" Peter memanggil. "Sukurlah,
kami pikir kami tidak akan pernah bertemu orang
lain." Si komandan menghampiri ayah Marco
dengan hati-hati. Dua penjaga yang lain
menghentikan pekerjaan mereka dan berdiri
dalam keadaan siaga. "Pak" Apakah ada
masalah?" Ayah Marco menunjuk ke orangtua yang lain.
"Kami sudah dua hari tersesat di hutan. Malam
itu, seekor beruang masuk ke perkemahan kami
di tengah malam. Kami menyambar apa yang
kami bisa dan lari. Dan, er, kami tersesat."
Ayah Marco memang terlihat seperti sudah
tersesat di hutan selama beberapa hari. Dia
tampak mengurus. Pakaiannya lusuh dan robekrobek. Wajahnya kumuh dan tidak dicukur.
Ibu Marco terlihat lebih parah daripada
suaminya. Dia memakai topi tua yang
dipasang rendah di kepalanya. Wajah dan
tangannya tercoreng arang. Pengendalimanusia akan bisa mengenalinya sebagai
induk semang Visser One yang dulu, dan
mungkin saja salah satu pekerja Garda
Nasional adalah Yeerk. Ibu Rachel terlihat marah dan lelah. Persis
seperti wanita yang tidak terbiasa mandi pagi
tidak dengan shower dan segala gaya hidup
yang disebut Rachel dengan "gaya yuppie."
Orangtua Cassie juga memakai pakaian
yang terlihat cocok dengan kondisi mereka.
Masing-masing menyandang ransel kecil.
Dan ibu Tobias paling belakang, matanya
disayukan, agar tampil lemah dan takut. Loren
memang tergolong kecil dari segi ukuran dan
tinggi badan. Tapi dia sudah berhasil bertahan
dari kondisi hidup yang keras. Menurut
pendapatku, abangku Elfangor menikahi
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wanita yang sangat berani.
Aku tetap di dalam hutan, mengawasi,
berkomunikasi dengan Animorphs yang lain.
aku
berkata. bukan Yeerk. Mereka terkejut dengan
kemunculan para orangtua. Tapi sepertinya
mereka tidak terlihat takut ataupun curiga.>
Komandan memberi tanda kepada anak
buahnya untuk berhenti bekerja dan mendekat.
"Apa ada yang sakit?" dia bertanya kepada ayah
Marco. "Ada yang dehidrasi" Kapan terakhir kali
kalian makan?" Ayah Marco meletakkan tangan ke dada. "Aku
merasa nyeri di sini."
Dengan sigap, Peter dipapah oleh tiga
anggota Garda ke truk di konvoi paling depan.
Mereka lalu mendudukkannya di tanah. Satu
orang mengecek nadi. Satu lagi menawari
minum. Beberapa saat kemudian, orang yang ketiga
menemukan tempat pada tiga truk untuk
ditempati lima orangtua yang lain. Komandan
sedang berbicara dengan radio, melaporkan ke
markas bahwa dia dan tiga anak buahnya akan
kembali membawa enam orang yang tersesat,
satu di antaranya mengalami sakit di dada.
Dan sementara ini semua berlangsung, HorkBajir, di bawah pimpinan Jolphimee-Celpik, tanpa
suara turun dari pepohonan. Saat konvoi
bergerak menuju markas, para Hork-Bajir akan
melumpuhkan tujuh anggota Garda Nasional
yang masih bekerja dengan diam-diam. Untuk
jaga-jaga jika salah satunya adalah Yeerk.
Jolphimee-Celpik tidak akan melukai yang bukan
Yeerk dan mereka akan dilepaskan dengan aman
setelah misi kami selesai.
Rachel, Jake, Cassie, dan Marco mendarat
tidak terlihat dan mulai kembali ke asal untuk
berubah lagi. aku
memberitahu Tobias dan yan lain.
"Begitu tiba di markas, kami akan segera
membawa Anda ke dokter," komandan
memberitahu ayah Marco. "Ayo lekas
bergerak!" Beberapa saat kemudian, tiga truk menderu
kembali ke markas. Komandan dan tiga anak
buahnya tidak tahu selain enam orangtua,
mereka juga membaw empat makhluk lain.
Dan sedang diikuti oleh kawanan alien setinggi
tujuh kaki yang berayun dari pohon ke pohon.
Aku berubah menjadi harrier dan terbang
mengikuti konvoi. Tobias. masih bersama kami">
aja selesai menghitung.>
aku berkata. harrier terbang sekitar setengah mil di bawah
kau, Tobias. Rachel, Jake, dan Cassie menjadi
kutu di badan Marco.>
Aku bisa melihatnya, samar-samar.
Dia jadi gorilla yang sedang menumpang di
belakang truk yang terakhir.
Sesuai harapan kami. Si komandan sudah
menghubungi markas dan menjelaskan keadaan
darurat sehingga konvoi kecil kami tidak
diberhentikan di gerbang markas.
Para penjaga hanya melambai kea rah turk
tanpa melakukan pemeriksaan.
Sekarang kami berharap para Hork-Bajir bisa
melompat ke dalam markas dari pepohonan yang
tumbuh di sekitar. Kami juga berharap James dan
kelompoknya ada di dekat sini.
Truk pertama, yang membawa ayah Marco,
berbelok menuju stasiun medis.
Dua truk yang lain berhenti di lapangan kecil
yang penuh dengan kendaraan militer
dan pribadi. Pengemudi truk yang kedua keluar dan
berjalan ke belakang truk.
Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku
mendengar teriakan tertahan saat makhluk
pisau besar menangkap dan menariknya
menjauh dari truk. Teriakan tertahan
berikutnya, disusul dengan gebukan pelan
saat penjaga itu jatuh pingsan, dan diseret.
Skenario yang sama juga terjadi di
belakang truk yang satu lagi. Para Hork-Bajir
sudah tiba di sini. Komandan dan satu tentara
bersama ayah Marco. Dua pekerja yang lain
sudah diamankan. Lalu Naomi dan Walter, masing-masing
dengan tenang berjalan menuju kursi
pengemudi kedua truk dan bersiap di
belakang kemudi. aku mendengar Marco berkata. markas yang besar. Jika kau seorang bom
seribu pon, di manakah kau akan berada">
selatan markas ini,> Tobias berkata. seperti peta yang diunduh Marco. Dan aku
melihat empat truk lagi di gudang motor
sebelah barat.>
James. bersiap menyediakan kendaraan jika kalian
membutuhkan.> menyakiti seseorang,> Jake berkata. bersalah.> James berkata.
Marco, menjebol beberapa pintu.>
Dua truk menderum menuju gudang.
Tidak banyak kegiatan yang terjadi di markas.
Seorang pria dan dua wanita berjalan keluar dari
aula yang sepertinya kantin dan memandang
kami dengan penasaran, namun tidak repot-repot
memeriksa. Mungkin karena sudah larut.
Sebagian besar orang Garda, yang bukan bagian
dari kru jalan, mungkin sudah tidur di barak
mereka. Rachel berkata.
hidung kutu kau bau.> dia membalas,
aku mendengar Jake
berkata. secepat mungkin. Kau juga, Ax. Aku berubah jadi
harimau.> Dua truk berhenti di belakang gudang yang
terakhir. Menurut pendapatku, sepertinya penjaga
di Gudang L tidak memperhatikannya.
Tobias
berkata. depan masing-masing duabelas gudang.>
Jake
mengumumkan. dilumpuhkan bersamaan, sebelum kita mulai.
Apa semua bisa mendengarku">
orang untuk membantu,> James menjawab.
Gudang A. Tuan, kau bantu mereka. Begitu
penjaga sudah kau lumpuhkan, setiap tim
melakukan yang sama, lumpuhkan penjaganya.> Jake meneruskan menunjuk tim untuk
Gudang C ke L. Rachel.
Aku mendarat dalam bayang-bayang dan
mulai berubah ke wujud asalku. akan mendekat. Biar kita bisa tahu apakah
penjaganya manusia biasa atau Pengendali.>
Saat aku sudah jadi Andalite, aku berjalan
dari gang sempit di antara Gudang A dan
bangunan kecil. Dua penjaga yang ditempatkan di depan
gudang tidak terlihat seperti mereka sedang
waspada. Yang satu sibuk mengunyah
permen karet dan membersihkan kukunya
dengan tusuk gigi. Yang satu lagi membolakbalik halaman koran.
Aku melangkah maju. gudang ini dikunci">
Kedua tentara itu mendongak.
Salah satu dari mereka terkesiap dan
melongo. Permen karet jatuh dari mulutnya.
Yang satu lagi mundur. "Apa-apaan?" tapi
wajahnya mempelajariku dengan terkesima. Dia
mengulurkan tangan, seolah aku ini anjing atau
kuda. "Aku tidk pernah melihat yang seperti ini
sebelumnya." Suaranya rendah dan sayup-sayup.
"Hey, kamu. Hey!"
aku menjawab.
sedikit.> Aku mendengar raungan Marco yang
terbahak. Aku tidak bisa menangkap apa yang
lucu dari situasi ini. Penjaga yang kedua menjatuhkan senjatanya
dan mundur mendekat ke penjaga yang pertama.
Penjaga pertama menyeimbangkan badan
dan menggapai radio di pinggangnya.
Sekarang aku yakin mereka bukan Yeerk.
Yeerk pastilah akan mengenaliku sebagai
"Andalite sampah" dan langsung berusaha
untuk membunuh ku. Si penjaga memencet tombol pada
radionya. Sebelum dia sempat bertindak lebih
jauh lagi, sebuah lengan berbulu merampas
radio tersebut. Tentara itu menemukan dirinya
berhadap-hadapan dengan gorilla yang besar.
Dia membeku. Penjaga yang kedua terjun mengambil
pistolnya. Tapi seekor burung hantu menyambar turun, membawa kabur pistol
tersebut ke angkasa. bisa tolong bukakan pintu gudangnya, Pak">
aku bertanya. Kedua penjaga saling berpandangan. Detik
berikutnya mereka berusaha kabur. Marco
menangkap penjaga pertama dan dengan
pelan menjatuhkannya. Seekor kucing hutan meloncat anggun dari
atap gudang. Mendarat di punggung penjaga
yang kedua. Ia jatuh tertelungkup. Tuan
berjalan tenang di punggung penjaga tersebut.
Marco berkata.
Tuan berjingkat pergi. Dengan belati di ekor, aku memutuskan rantai
yang mengunci pintu Gudang A.
Marco dan aku memasuki gudang tersebut.
Marco mendengus jijik. Gudang ini dipenuhi kotak-kotak yang disusun
bertumpuk sampai ke langit-langit. Di sisi setiap
kotak ada tulisan "SPAM" dengan huruf-huruf
hitam. aku bertanya.
Marco angkat bahu. diketahui oleh banyak orang. Ayo. Tempat ini
isinya cuma perbekalan. Kita pindah ke gudang
lain.> Kami meninggalkan Gudang A dan menuju
tempat tugas kami berikutnya dengan hati-hati,
Gudang B. Kami tidak perlu berhadapan dengan penjaga.
Toby dan salah satu Hork-Bajir sudah
menangkap dan menahan mereka bersama
penjaga dari gudang-gudang yang lain.
Gelap sekali di dalam gudang ini. Tapi kami
tidak menyalakan lampu supaya tidak
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menimbulkan kecurigaan jika ada penjaga lain
yang melihat dari markas. Jadi para orangtua
menggunakan senter, dengan seksama menghindari jendela. Rachel menggunakan
pandangan burunghantunya untuk membantu
pencarian. Cassie mengandalkan penciuman
super serigala. Seluruh rombongan kami menyebar ke
duabelas gudang, mencari peledak yang
Marco dan ayahnya yakin disimpan di suatu
tempat pada markas ini. Mendadak aku merasa gugup. Jumlah kami
begitu banyak. Spesies yang begitu beragam.
Perbedaan pengalaman yang begitu jauh.
Animorphs yang asli hanya sebuah tim kecil
dan misi kami pun terencana dengan baik.
Kecuali terkadang menjadi di luar kendali,
sebenarnya sering berakhir di luar kendali.
Tetap saja aku sekarang khawatir. Begitu
banyak hal yang bisa salah"
James berteriak. Sebentar saja anggota kami yang tidak
kebagian tugas berjaga-jaga sudah berkumpul
di dalam Gudang J. Ada sekitar duapuluh lima peti sepanjang
enam kaki yang berisi bahan peledak di sini.
Setiap peti distempeli peringatan dan
peraturan seperti "Tangani dengan Hati-hati"
dan "Dilarang Dibuka Tanpa Izin."
dalam dua atau tiga truk bersama kita nanti">
Cassie bertanya. Jake menjawab. sepuluh" Semua anggota baru harus
berangkat sebagai burung atau kutu pada
burung. Regu inti harus di dalam truk. Dan
Hork-Bajir juga, harus diusahakan masuk.
Pasti padat sekali. Tapi kita harus paksa. Ayo.
Mari mulai angkut.> Jake memanggil Tobias untuk memerintahkan
kedua truk dibawa ke Gudang J.
Saat truk-truk tiba, toby memberi tanda
kepada dua Hork-Bajir. Mereka mengambil posisi
di depan peti pertama dan mulai memegang
ujung-ujung peti dengan tangan mereka yang
seperti cakar. Kemudian mereka mengangkat peti tersebut
dari lantai. Dan bunyi pekik alarm memecah keheningan
malam. Jake menyemangati.
Ax, kau juga jadi manusia. Marco, Rachel, dan
Cassie, tetaplah di wujud kalian untuk
sekarang. Tapi tahan diri. Jangan bertempur
kecuali sangat diperlukan. James, kelompokmu tetap berubah dan jangan
sampai kelihatan.> Aku mulai berubah wujud. Hork-Bajir anggota Toby mempercepat
proses pengangkutan mereka.
CLUMPclumpclumpclump. Derap langkah sepatu boot tentara
bergaung dari markas. Duapuluh, tigapuluh,
mungkin lebih pasukan Garda Nasional
berbaris siaga. Teriakan. Lebih banyak alarm. "Para penjaga bergerak menuju gerbang,
Pangeran Jake," aku berkata. "Mereka akan
menghentikan kita di sana."
"Cepat! Cepat!" Ibu Rachel, dari kursi
pengemudi salah satu truk.
Rachel balas
membentak. "Mau ke mana kau?" Jake memanggil Marco,
yang masih berwujud gorilla, ia berhenti dan
berbalik menatap Jake.
"Berhenti sekarang atau kusuruh Toby
menghentikanmu!" Marco tertawa tidak percaya. Toby ngapain"> Jake menatapnya dingin. "Kembali ke sini.
Sekarang!" dia memerintah.
Marco mengulang. Jake menggelengkan kepala. "Tidak ada yang
berpaling dari pertempuran sekarang. Ini dia! Ini
saatnya. Mungkin saat yang terakhir. Kita datang
bersama. Kita keluar bersama. Aku tidak akan
membiarkan seorangpun tertinggal. Mengerti?"
Marco berdiri. Ragu-ragu. Bimbang.
Aku menonton, menahan napas. Jake adalah
sahabat karib Marco. Tapi ayah Marco akan
tertinggal di markas ini, kemungkinan di
bawah kekuasaan Yeerk. Akankah Marco
mematuhi Jake" Apakah misi ini akan tetap
berjalan" "Demi Tuhan, Marco," Ibu Rachel
menghardik. "Cepat selesaikan angkutan dan
naik ke sini. Ayahmu akan baik saja. Ayo
cepat!" Ternyata ada gunanya juga orang dewasa
yang sok ngatur dan tidak sabaran.
Marco melompat kembali ke truk.
Di gerbang markas, satu battalion tentara
dan kendaraan terus berkumpul.
Kami harus menembus barisan mereka.
Dan kami harus melakukannya dengan truk
yang penuh berisi bahan peledak.
Peti terakhir selesai diangkut ke dalam truk.
Kami sudah siap. "Rachel, Cassie, Marco, kembali jadi
manusia!" Jake memberi perintah. "Masuk ke
dalam truk. Tobias tetap di udara, oke?"
"Bagus," Jake berkata. "Ingat. Kita tidak
akan bertempur kecuali sangat diperlukan.
Kita akan melaju secepat mungkin."
Para Hork-Bajir melompat ke dalam truk, di
atas peti-peti. Rachel naik ke sebelah ibunya. Aku masuk
ke sebelah Rachel dan membanting pintu
sampai tertutup. Di kargo belakang, Loren dan
Eva duduk berhati-hati. Marco, Cassie, dan Jake berhimpitan di truk
yang kedua bersama Michelle. Ayah Cassie yang
mengemudi. "JALAN!" teriak Jake.
Konvoi kecil kami berjalan pelan tapi pasti
menuju gerbang depan. Kami tidak ingin
menabrak rubuh pagar karena mungkin akan
menyebabkan ledakan. Dan kami harap kami bisa keluar tanpa
membunuh pasukan Garda Nasional yang tidak
bersalah. Tapi tentara tersebut sudah menunggu. Tentu
saja. Tiga barisan tentara. Bersenjata. Senapan
mereka sudah siap sedia. Truk kami paling depan. Saat ibu Rachel
melihat barikade tentara, dia otomatis memperlambat laju truk. "Sekarang apa?"
katanya. "Sekarang apa!"
"Tabrak mereka," Rachel memberi instruksi
dingin. "Tidak!" "Tabrak mereka!" Rachel menginjakkan kaki
ke atas kaki ibunya yang ada pada pedal gas.
Truk melaju cepat. "Berhenti! Rachel! Hentikan!" Naomi menjerit.
"Kita akan membunuh mereka!"
Seorang tentara, sepertinya Kapten, melangkah maju ke depan pasukan dan
mengangkat tangannya. Aba-aba sederhana. Tidak ada senjata.
Tidak mengancam. Hanya meminta untuk
berhenti. Rachel menginjak kaki ibunya semakin
kuat. Naomi menjerit. Tergantung aku untuk mengambil alih.
"Rachel!" aku berteriak. "Aku perintahkan
untuk berhenti! Kau harus mematuhi
perintahku!" "Diam, Ax!" Rachel mengambil alih setir
dengan tangan kirinya. Naomi mendorong Rachel ke arahku,
mencoba menjauhkan tangan putrinya dari
setir. Susah payah mengendalikan kembali
truk ini. Tapi Rachel terlalu kuat. Terlalu bertekad.
Kami akan menabrak petugas Garda Nasional
itu. Kami akan membunuhnya.
Jadi aku menggunakan tangan manusiaku
yang kuat dan menarik tangan Rachel dari
setir. Ini membuatnya kaget. Tangannya
terlepas dari kemudi. Kakinya terlepas dari
pedal gas. Dengan suara decit yang mengerikan, truk
ini berhenti. Kurang dari sepuluh kaki dari si
Kapten. Rachel berpaling kepadaku dengan marah.
"Apa yang kau lakukan?"
"Jake, memberimu perintah," aku berbohong.
"Perintah apa?" dia menuntut.
"Perintah untuk berhenti," Naomi berkata,
mengerling kepadaku. "Aku juga mendengarnya."
Sesaat, Rachel tampak terpukul. Kemudian
kemarahan kembali muncul di wajahnya dan dia
menggebrak dashboard dengan telapak tangannya. Aku melihat ke belakang. Truk yang lain juga
dipaksa untuk berhenti. Jake turun keluar dan berjalan melewati kami,
menuju si kapten. Kapten, yang melihat seorang remaja, tampak
menjadi sedikit tenang. Ini membuatku tahu bahwa dia bukan
Yeerk. Dia tidak melihat anak muda sebagai
ancaman. Jika dia seorang Yeerk, pastilah dia tahu
mengenali Jake yang sedang dalam pencarian
mereka. Jake memberi tanda kepada kami, yang
manusia, untuk keluar dari truk. Yang lain
turun, aku juga turun. "Nak! Apa yang sedang terjadi?" kapten
bertanya. "Pak, apa Anda percaya makhluk dari
planet lain" Jake balas bertanya. "Alien?"
"Apa ini cuma sebuah lelucon?" tuding
kapten. "Kau terlihat banyak masalah, anak
muda." "Pak. Tolong jawab pertanyaanku. Aku
bersama dua truk yang penuh berisi bom.
Penting sekali Anda menjawab pertanyaan
tersebut." Kapten memberi tanda kepada anak
buahnya. Mereka mulai menyebar dan
mengepung konvoi kami. Senjata mereka
teracung ke depan. "Nak, aku tidak percaya piring terbang. Aku
tidak percaya makhluk hijau kecil. Aku tidak
tahu apa maksudmu. Yang kutahu adalah
remaja dan bom tidak bisa dekat-dekat. Jika
ini adalah kerjaan iseng anak sekolah, konyol,
tapi?" "Ax," Jake berkata. "Tolong ke sini sebentar."
Aku melangkah meninggalkan truk menuju ke
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebelah Jake. "Pak, apakah Anda melihat siaran gubernur di
televise baru-baru ini?" Jake bertanya kepada
kapten. "Apa Anda mendengar pidatonya tentang
invasi Yeerk?" "Tentu saja. Tapi aku menerima surat dari
Kepala bahwa itu semua hanya berita palsu.
Tipuan media. Gubernur sekarang dikirim ke
pusat rehab. Kabarnya dia terlibat obat-obatan
dan kehilangan akal sehatnya. Letnan Kolonel
Larsen dikirim ke persidangan karena hubungannya dengan gubernur. Beberapa
tentara di daerah dikirim ke kota untuk
menangani kepanikan yang ditimbulkannya."
"Kapten, aku meminta Anda untuk memerintahkan anak buah jangan menembak
kami. Anda sekalian akan menyaksikan sesuatu
yang mengerikan tetapi tidak berbahaya."
Si kapten menimbang pernyataan ini untuk
beberapa waktu sebelum menjawab. "Oke, nak,"
akhirnya dia berkata, "Aku tidak yakin mengapa
tapi aku berjanji." Dia berbalik menghadap
pasukannya dan memberi perintah untuk
menahan tembakan. "Ax?" Jake berkata.
Aku mulai kembali ke wujud asliku.
Seperti yang sudah kubilang, berubah wujud
tidak terlihat cantik dan anggun. Bagi yang tidak
terbiasa, jelas adalah sebuah pemandangan
yang mengerikan. SCHLUUP! Aku merasakan wajah manusiaku mulai
mengencang. Bibir ku melesak ke dalam dan
mulai tertutup rapat. Hidung manusia memesek dan digantikan
dengan torehan hidung Andalite.
CREEEEEEEK! Pundak manusia, dada, dan lengan
mengecil dan semakin menyempit, membentuk pundak, dada, dan lengan
Andalite yang ramping. Punggung Andalite yang kuat muncul di
belakang dalam satu gerakan mulus. Diikuti
oleh terbentuknya ekor dan belati di ujungnya.
Dengan suara denting kecil, kulitku
dipenuhi oleh bulu-bulu biru.
Melalui mataku yang masih campuran mata
manusia dan Andalite, aku melihat ekspresi di
wajah sang kapten. Dia terlihat terkejut. Aku
mendengarnya memanggil dokter.
"Tidak! Tidak perlu dokter. Dia baik-baik
saja," Jake berkata.
"Dia sekarat," kapten berteriak dengan
suara serak. "Tidak, Pak, tidak," Jake membalas. "Dia
hanya kembali ke wujud aslinya."
Aku selesai berubah dan mendapati diriku
dikelilingi oleh wajah-wajah manusia yang
menunjukkan berbagai emosi.
Ketertarikan. Ketakutan. Ketakjuban. Teror. Bahkan kegembiraan. "Mereka di sini!" satu tentara berteriak.
"Mereka benar-benar ada!"
"Makhluk Mars?" pria lain bertanya.
"Hal-hal yang diberitakan di internet belakangan ini. Jadi semua itu benar?" seorang
wanita berbisik. Pada saat ini, Jake memberi tanda dan para
Hork-Bajir berlompatan keluar dari truk.
Para tentara mundur. Aku mendengar suara
denting dan kokangan saat mereka mulai
membidikkan senjata. "Ingat, Pak!" Jake berkata lantang. "Kalian
tidak dalam bahaya."
"Tahan tembakan kalian!" Kapten menyahut. Tapi suaranya bergeatr. Dia
berbalik kepada Jake. "Aku kira semua itu
hanya tipuan," dia berkata. "Maksudku, tak
terbayangkan?" "Kapten, biar aku jelaskan bahwa
sebagaimana manusia yang tidak semuanya
jahat, alien juga ada yang baik. Bangsa Yeerk
adalah yang sedang menjajah Bumi. Andalite
dan Hork-Bajir adalah sekutu kita."
Jake bergerak ke arahku. "Kapten, kuperkenalkan ini AximiliEsgarrouth-Isthill. Dia adalah Andalite. Dan dia
sudah jadi bagian dari gerakan perlawanan
Bumi sedari awal. Abangnya, Pangeran
Perang Elfangor-Sirinial-Shamtul gugur dalam
pertempuran mempertahankan Bumi dari
Yeerk." Kapten mengangguk. Ketika aku mengulurkan tangan, dia sedikit ragu.
Kemudian kami melangkah maju dan
bersalaman. Singkat. Tangannya lebih kuat
dari tanganku. Aku menahan untuk tidak
berjengit. "Toby?" Jake memanggil. Dengan seanggun yang Hork-Bajir bisa, Toby
melangkah maju dari balik bayang-bayang.
Secara tak sadar, sang kapten mundur
selangkah. "Toby adalah pemimpin kelompok Hork-Bajir
merdeka, yang juga merupakan anggota
kehormatan dari gerakan perlawanan. Bersama
kami sudah bertempur melawan Yeerk. Jika
beruntung, kami bisa membebaskan lebih banyak
orang-orang Toby. Dan suatu hari kami juga akan
membebaskan planet asal mereka."
"Senang bertemu dengan anda." Toby
berkata. Kapten mengangguk. Menggumamkan sesuatu tentang alien yang lebih sopan
berbahasa daripada kebanyakan pasukannya.
"Ada satu hal lagi." Jake lanjut menceritakan
tentang Animorphs, dimulai dari Elfangor. "Tapi
sekarang Yeerk sudah mendapatkan teknologi
tersebut," dia mengakhiri. "Kami kehilangan
keuntungan terbesar kami. Situasi menjadi
buruk." Wajah kapten menunjukkan perubahan
kontras dari emosi yang dirasakannya. Dari tak
percaya menjadi percaya. Dari horor menjadi
tertarik. Akhirnya, dia angkat bicara.
"Jadi apa masalah yang dihadapi sekarang?"
dia bertanya. Jake menyunggingkan senyum kecil di
wajahnya. Sang kapten akhirnya paling tidak
ingin mendengarkan lebih jauh.
"Ada kompleks kolam Yeerk di bawah kota
kita," dia menjelaskan. "Menyebar jauh, ke bawah
setiap daerah di sekitarnya. Di situlah Yeerk
berkumpul setiap tiga hari sekali untuk makan.
Pintu masuk ke sana tersebar di beberapa
tempat dari restoran fast food sampai ke mall.
Tempat dengan konsentrasi musuh terbanyak
di planet ini. Baru-baru ini Yeerk berhasil
mengendalikan kereta bawah tanah dengan
enam sampai tujuh jalur transportasi. Jalur
tersebut mereka arahkan langsung ke
kompleks kolam. Kami melihat mereka
menggiring orang-orang masuk ke sana. Dari
situ, mereka akan dibawa dengan kereta
menuju kolam untuk disusupi." Jake berhenti
dan melihat reaksi kapten. "Kami membutuhkan bahan peledak Anda untuk
menghancurkan kompleks kolam tersebut."
"Tapi aku tidak mendapat perintah," kapten
memprotes. "Aku tidak bisa membiarkan
kalian meninggalkan markas dengan bahan
peledak itu." Saat itulah ibu Rachel melangkah maju.
"Kapten Olston!"
"Naomi. Apa yang kau lakukan di sini?" si
kapten berkata. Ibu Rachel dan kapten bersalaman.
"Bagaimana kabar Anda, Pak?"
Kapten tersenyum lemah. "Di luar ini
semua, uh, baik. Dan masih seorang tentara.
Terima kasih buat Anda."
Ibu Rachel berbalik kepada kami semua.
"Aku merepresentasi anak tertua Kapten
Olston saat dia dituduh melakukan pencurian
mobil." Kapten tersenyum hangat. "Keluargaku sangat
berterima kasih. Jika Robert jadi tersangka, aku
mungkin akan dibebastugaskan untuk melanjutkan kasus itu. Anda menyelamatkan
hidup anak dan karir saya."
Dia berdehem dan mengernyit. "Tapi apa
peran Anda dalam ini semua" Mengapa Anda
tidak maju dari tadi?"
"Aku tahu ini terdengar gila, Kapten Olston,
tapi invasi Yeerk memang benar sedang terjadi.
Tidak peduli apapun yang Anda dengar tentang
gubernur yang gila atau bohong atau sakit. Beliau
mengatakan yang sebenarnya dan sekarang,
jelas, beliau dihukum karena itu."
"Aku senang mendengar nama gubernur
dibersihkan," kapten berkata. "Beliau adalah
orang terbaik yang dimiliki oleh kantor negara
bagian ini." "Kami adalah gerakan perlawanan, Kapten,"
Naomi melanjutkan. "Dan anak ini?" dia berkata,
menunjuk Jake, "keponakanku, Jake, dialah
pemimpinnya. Jadi dengan dialah Anda harus
bicara. Aku hanya membantu sedikit."
Kapten mengernyit dan berbalik kepada Jake.
"Na, tidak bermaksud menyinggung, tapi kau
lebih muda daripada anak bungsuku. Dia anak
muda yang baik, tapi aku tidak akan
mempercayakannya membawa truk penuh
bom ke kota. Kau tidak bisa mengharapkan
aku memberi mu izin begitu saja, kan?"
Jake berkata tegas namun penuh
penghormatan. "Kami akan bertempur untuk
itu, jika perlu, Pak. Dan jika kami bertempur,
kami akan menang. Tapi kami tidak perlu
begitu. Apa yang kami mau adalah bantuan
dari Anda." Mendadak, terdengar perkelahian dan
teriakan. Sebuah tembakan dilepaskan dan
nyaris mengenai kepala Jake.
Tiga tentara bergulat dengan tentara
keempat di tanah. "Pak," seorang tentara melapor. "Prajurit
Grigsby membidik anak itu. Dia hendak
membunuhnya." Jake berbalik kepada kapten. "Grigsby
adalah Pengendali-manusia. Itu artinya ada
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yeerk di kepalanya. Mungkin lebih banyak lagi
di dalam pasukan Anda."
Kapten Olston menggeleng. "Aku agak sulit
menerima ini. Seperti yang kubilang, aku
mendapat perintah bahwa cerita Yeerk ini
adalah tipuan. Aku diberitahu bahwa beberapa
pasukan dibutuhkan di kota untuk mengatasi
kepanikan. Kepala berkata aku tidak boleh
mengganggu." "Maka pimpinan Anda adalah Yeerk," Jake
berkata. Wajah Kapten Olston berubah pucat. "Itu
berarti?" "Itu berarti Anda harus memutuskan tindakan
Anda sendiri." Ibu Rachel berkata.
Aku melihat wajah Kapten Olston dan
menurutku aku mengerti perasaannya. Kemauan
untuk menerima perintah dari atasan dan lalu
mematuhi mereka untuk menjaga pasukan agar
tidak berubah menjadi sekelompok massa.
"Pak," Jake berkata. "Kami tidak punya
banyak waktu. Ada Yeerk di mana-mana. Kita
mungkin sudah ketahuan. Mungkin ada Yeerk di
dalam pasukan Anda yang sudah berhasil
mengontak kota. Kami harus terus maju."
Ibu Rachel, kritikus terbesar Jake, meletakkan
tangannya ke pundak Jake. "Dengarkan anak ini,
Kapten Olston. Dia mungkin adalah orang yang
akan menyelamatkan nyawa kita semua. Bahkan
mungkin nyawa planet ini."
Sang kapten memandang Jake, lalu
memandangku, untuk waktu yang terasa lama.
Lalu dia berdehem lagi. "Apa yang kalian butuhkan, Nak?"
Ayah Marco dipanggil dari unit medis untuk
membantu. Kapten Olston menawarkan
tenaga pasukan, material, dan truk-truk.
Pertama, ayah Marco meminta maaf
kepada Kapten olston karena sudah harus
menipunya. Lalu dia menjelaskan bagaimana
seharusnya komposisi optimal untuk masingmasing truk.
"Tapi tidakkan itu akan menambah beban?"
Kapten Olston bertanya. "Ya. Tapi kita tidak punya pilihan lain,
menurutku. Kita cuma punya satu kali
kesempatan. Jadi kita akan memasukkan
sebanyak mungkin peledak ke dalam satu
kereta. Itu artinya kita akan mengangkut
banyak peledak dari sini."
"Jika begitu mengapa tidak membawa
sepuluh atau dua puluh truk" Kami punya
sebanyak itu." "Terlalu banyak truk akan menarik perhatian,"
Jake berkata. "Terutama jika pasukan Anda
sudah diperintahkan untuk jauh-jauh dari kota.
Tapi kami akan menerima beberapa turk lagi, jika
Anda bersedia. Lima, totalnya. Dan Anda
bersama beberapa pasukan."
Kami kembali di Gudang J.
Para Hork-Bajir dan pasukan kapten
mengangkut peledak dan mengaturnya sedemikian rupa agar lebih stabil.
"Bagaimana dengan timer dan sekeringnya?"
kapten bertanya. "Aku yang akan mengatur sekering dan timer,"
kata ayah Marco. "Aku seorang insinyur. Bahan
peledak bukan keahlianku tapi aku bisa belajar
jika diperlukan." "Biarkan sersanku membantumu," Kapten
Olston berkata. "Bahan peledak adalah
keahliannya." Dia bicara kepada seorang asisten
yang segera berlari dan kembali beberapa menit
kemudian dengan seorang wanita kecil berambut
pirang. Sersan Tara Weston.
Sementara sersan dan ayah Marco bekerja,
aku tinggal di belakang dan berpikir,
Berpikir bahwa teknologi peledak itu masih
primitif untuk standar Andalite, namun demikian
aku yakin cukup untuk misi ini. Jika kami bisa
membawa sebanyak itu peledak ke stasiun
bawah tanah dan memasukkanya ke dalam
kereta yang kosong. Sebuah "Jika" yang besar.
Aku melihat ke arah ibu Rachel yang
bersandar di sisi truknya, menenggak air dari
botol. Cukup menarik melihat Kapten Olston
sangat berterima kasih kepada ibu Rachel.
Rachel sendiri yakin ibunya tidak banyak
berguna. Kami juga yakin begitu. Tapi jelas,
kapten menilai ibu Rachel sebagai pengacara
yang sangat berguna. Karena ibu Rachel, kapten bisa mempertahankan pangkatnya. Dan karena
sang kapten pintar dan pemimpin yang jujur,
kami bisa mendapatkan bantuan yang kami
perlukan. Aku mulai berpikir Rachel bersikap tidak
adil terhadap ibunya. Aku pikir Rachel
mungkin juga merasa begitu.
Aku melihatnya mendekati ibunya. Dia
tidak terlihat sesombong biasanya.
Meskipun aku tidak setuju dengan apa
yang disebut manusia sebagai menguping,
aku tidak bisa tidak mendengar percakapan
mereka. "Mom," Rachel berkata lembut. "Aku" aku
minta maaf. Aku?" "Rachel, tidak apa-apa"
Kelanjutannya tidak bisa aku dengar. Tibatiba bahu Rachel mulai berguncang.
Dia menangis. Sungguh hal yang aneh dan
tak nyaman untuk dilihat. Tapi aku senang
melihat dia menangis. Rachel adalah satu manusia yang aku tidak
pernah merasa kasihan kepadanya. Namun
sekarang, anehnya, aku merasakan sedikit rasa
kekeluargaan. Mungkin Rachel, seperti aku,
mendadak sadar bahwa jurang antara sekarang
dan masa kecilnya dulu sudah begitu jauh dan
dalam. Mereka sudah selesai mengangkut peledak.
Terdengar teriakan perintah untuk bersiap-siap
berangkat. Para tentara Garda Nasional dan
Hork-Bajir menuju posisi mereka masing-masing
di dalam lima truk. Kami berubah menjadi burung
dan mengikuti dari udara. James dan
kelompoknya sudah diminta untuk mengikuti kami
dari dekat. Para orangtua mendapat ucapan terima kasih
dan diminta untuk segera kembali ke
perkemahan. Di sana mereka akan menunggu
berita keberhasilan misi ini. Atau berita
kegagalan. Mereka tidak menolak. Ibu Rachel mencium pipi putrinya dan mundur
ke dalam bayang-bayang. Marco menyalami ayahnya dan memeluk
ibunya. Bangga. Tapi protektif.
Tobias menjadi manusia dan mengucapkan
selamat tinggal kepada ibunya. Dia menggenggam tangan ibunya, meyakinnya
bahwa semua akan baik saja.
Cassie dan kedua orangtuanya saling
berangkulan. Kening mereka bersentuhan
selama beberapa saat sebelum berpisah.
Aku tahu apa yang sedang terjadi. Semua
orang sedang mengatakan kepada keluarga
mereka apa yang biasanya dikatakan orang
jika mereka hendak berpisah selamanya. Aku
tidak dapt kesempatan untuk melakukan hal
tersebut kepada orangtua atau abangku,
Elfangor. Jake juga tidak sempat mengucapkan
selamat tinggal kepada orangtuanya.
Jake, Pangeran ku, berdiri sendirian.
Ini mungkin malam terakhir kami.
Aku tahu dia merasakan ketidakhadiran
keluarganya. Aku tidak bisa menjadi
keluarganya. Dia tidak bisa menjadi keluargaku. Tapi aku bisa menjadi teman
baginya. Aku berjalan mendekatinya. "Kau adalah
Pangeran ku," aku berkata. "Dan apapun yang
akan terjadi, ketahuilah aku bangga sudah
bertempur melayanimu."
Jake tersenyum sendu dan meletakkan
tangannya ke pundakku. "Ax, untuk yang
terakhir kalinya?" "Ya?" "Jangan panggil aku "Pangeran.?"
Kami sampai di kota. Tobias melaporkan. bawah Jalan Shawmut yang tidak digunakan
banyak orang. Belum. Tapi sudah dijaga ketat.>
Jake setuju.
Dengan arahan Tobias, konvoi lima truk kami
melewati jalanan di kota. Kami para Animorphs
mengikuti, menyebar di udara.
Masih pagi sekali, sebelum jam sibuk. Lalu
lintas masih lengang. Tapi trotoar dipenuhi oleh
orang-orang yang sedang digiring menuju pintu
masuk stasiun bawah tanah.
Beberapa masih memakai piyama dan gaun
tidur dan jubah mandi. Jelas para Yeerk tidak lagi hanya menangkapi
para pengendara dan pengguna jalan. Mereka
menyatroni rumah-rumah penduduk. Memaksa
mereka turun dari tempat tidur dan menodong
mereka dengan senjata untuk pergi ke stasiun
bawah tanah dan naik ke kereta.
Konvoi kami sudah sampai di stasiun Jalan
Shawmut dan berhenti. Kapten Olston melompat dari truk yang
pertama dan memberi tanda pasukannya
untuk segera mengikuti. Pasukannya terdiri
dari sekelompok kecil pria dan wanita yang
dipilihnya sendiri. Kapten dan pasukannya, dengan senjata
siaga, berjalan cepat menuju sekelompok
tentara Garda Nasional yang berjaga di pintu
masuk. Kelompok penjaga itu, sepuluh orang,
segera merapatkan barisan dan meletakkan
tangan pada senjata mereka.
"Minggir, prajurit," Kapten Olston memerintahkan dengan lantang. "Kami
mengangkut beberapa peralatan."
"Pak," seorang detasemen menjawab.
"Kami tidak mendapat perintah untuk
menerima peralatan."
"Siapa komandan kalian?" sang kapten
menggelegar. Mendadak, ada suara langkah kaki pada
tangga logam. Para tentara menyebar sedikit.
Seorang mayor muncul dari stasiun di
bawah dan tersenyum sinis. "Kapten Olston!
Aku cukup terkejut melihatmu. Aku sudah
memerintahkan kau untuk tetap di markas."
"Memang," Kapten Olston berkata dingin.
"Tapi perintah itu sudah dicabut."
"Siapa yang mencabut?" sang mayor
bertanya, senyumnya tampak semakin melebar.
"Dia." Kapten Olston mengangguk kepada
sesuatu di belakang mayor. Mayor berbalik dan
berteriak kaget. Marco, dalam wujud gorilla, menjatuhkannya.
Terjadi begitu cepat, para Yeerk tidak sempat
bertindak. Beruang grizzly, harimau, serigala, dan
Andalite muncul diam-diam seolah entah dari
mana dan memukul kesepuluh orang itu sampai
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pingsan. Toby dan beberapa Hork-Bajir keluar dari truk,
mengumpulkan mayor Yeerk dan tentaranya, dan
mengikat mereka di dekat tangga stasiun.
Kesebelas orang itu lantas dikunci di dalam booth
karcis. Tobias memberikan sinyal aman dan
meyakinkan kami dia tidak melihat ada pasukan
Yeerk lain yang menyerbu ke arah kami. Kami
bergabung dengan Hork-Bajir di peron stasiun.
James dan kelompoknya juga ikut bersama kami.
Begitu ada kereta yang melesat datang ke
stasiun. kata Jake muram.
Aku mengawasi beberapa gerbong yang
melewati kami. Setiap gerbong penuh dengan
orang-orang yang ketakutan. Beberapa
menekankan wajah mereka ke jendela. Ada
juga yang memukul kaca dan berteriak minta
tolong. Selebihnya hanya diam terpaku dan
tanpa harapan. Kami berdiri di peron, menunggu untuk
terlihat. Dan seperti yang kami inginkan, Yeerk
memerintahkan kereta untuk berhenti mendadak. Pintu-pintunya membuka. Orang-orang
berlari keluar dan serabutan menuju tangga.
Yang di gerbong pertama, sudah berada di
terowongan, berlari kembali ke peron.
Semuanya ketakutan, semuanya ingin kabur,
mereka tidak memperhatikan kelompok kecil
aneh kami yang berbaris di peron.
Seekor beruang grizzly. Rachel.
Seekor gorilla. Marco. Seekor harimau. Jake. Seerkor serigala. Cassie.
Seekor singa. James. Seekor buaya. Collette. Seekor kucing hutan. Tuan.
Seekor banteng. Kelly. Dan Andalite. Begitu kereta sudah kosong, sepuluh
Pengendali-manusia berseragam militer melangkah ke peron dari dalam kereta.
Satu Pengendali maju ke depan. "Jadi," dia
berkata, tertawa, "sepertinya ada sirkus di kota."
Dia berbalik kepada rekan-rekannya. "Bagaimana
jika kita bergabung dengan mereka di tengah
arena?" Mendadak, para Pengendali-manusia berubah wujud. suara Rachel terdengar bersemangat. selesai berubah!> yang seimbang. Kita melawan Yeerk. Bukan
menjadi mereka.> Pengendali-manusia yang pertama berubah menjadi badak. Ada yang menjadi
beruang kutub. Ada yang jadi cheetah.
Tujuh sisanya menjadi serigala.
Dengan tiba-tiba si badak menurunkan
kepalanya, mendengus, dan berlari menyerang! Jake memerintah.
Rachel menyerang badak dengan kecepatan grizzly yang mengejutkan. Mereka
bertabrakan! Otot Rachel yang menakjubkan menyerap
sebagian besar tumbukan, tapi cula badak
mengenai kakinya. Merobek sebuah luka yang
besar. Itu adalah tanda yang ditunggu semua orang.
Pertempuran dimulai. Semua binatang
melompat maju. Kucing hutan Tuan menyerang cheetah, yang
dengan mudah melompat menghindar" tapi
Collette sudah menunggu. SNAAAAAAP! Dengan rahang buaya yang mematikan, dia
menangkap kaki belakang cheetah dan menarik
kucing itu ke bawah. Secara brutal buaya
mengguncang kucing itu ke kiri dan ke kanan.
Kepala cheetah menghantam pinggir kereta.
Collette melepaskan tubuh yang sudah tidak
bergerak itu. aku memperingatkan. Dengan berguling, Marco menghindari si
badak. Dan meninju kepalanya saat dia lewat.
Satu mata tandukku berputar"
FWAP! Satu serigala gugur, tapi"
"Grrrrrrr, grrrr, grrOWWWWWRR!"
Dua serigala yang lain, menggeram,
menggertak, melolong ke arah ku. Mencoba
untuk menyudutkan ku ke dinding.
FWAP! Belati ekorku menyabet telinganya.
Serigala yang berdarah itu mendengking
tapi tidak mundur. Dia memamerkan giginya
dan menggeram lebih keras. Bulu-bulu di
tengkuknya berdiri. Lalu, mereka berdua
melompat ke arahku. FWAP! FWAP! Mereka jatuh dengan debam keras ke
lantai dan terbaring penuh darah. Aku
melompati tubuh tak berdaya mereka. Tapi
sebelum aku bisa mencari musuh yang lain"
WHUMPF! Sesuatu yang besar jatuh menimpaku!
Sesuatu yang berat dan menyesakkan.
Si beruang kutub. Aku berjuang untuk menyabetkan ekor, tapi
sia-sia. Bobot beruang kutub yang luar biasa
mencegah anggota tubuhku untuk bergerak.
Aku tidak bisa bernapas. Aku tidak bisa
melihat. Aku mulai tak sadarkan diri.
Lalu, aku mendengar letusan senapan.
Beban yang membebaniku terasa semakin
berat. Kemudian mendadak, beberapa orang
Garda mengangkat mayat beruang kutub itu
dari ku. Pasukan Kapten Olston bergabung bersama kami di peron dan menembaki para
penyerang. Aku bangkit berdiri. Melihat beruang
kutub yang sudah mati, badak mati, cheetah mati.
Dan banyak serigala yang mati.
Banyak serigala yang mati!
Jantungku berhenti. Aku melihat ke segala arah sekaligus.
Di mana Cassie" Yang lainnya terlihat masih sibuk. Tim kami
dan pasukan Kapten Olston berlarian untuk
mengambil bahan peledak dari truk yang
menunggu di luar stasiun. Mereka sedang
mengisi kereta dengan bom.
Aku melangkahi satu per satu mayat
serigala.Pasukan Kapten Olston tidak akan bisa
membedakan para serigala yang satu dengan
yang lain. Dalam pertempuran, aku juga tidak bisa,
kecuali mereka menyerangku langsung.
Cassie! Aku sangka aku membenci Cassie.
Tapi tidak. Aku merasa dia sama seperti yang
lain. Dan sekarang dia sudah mati.
Aku menyesali kata-kata kasarku. Aku sangat
menyesalinya. "Ax! Ayo! Banyak yang harus kita lakukan."
Aku berbalik, tidak percaya kepada telingaku.
Suara itu milik Cassie. Dia berdiri di sebelah Jake dekat anak tangga
stasiun. Mereka berdua sudah kembali jadi
manusia. "Ayo, Ax," Jake berkata. "Aku perlu kau.
Kita harus mengambil sesuatu keputusan."
Aku berlari untuk bergabung dengan
mereka. Aku melihat ke Cassie dan dia juga
melihatku. Aku tidak perlu bilang kepadanya bahwa
aku tidak membencinya. Aku rasa dia sudah tahu. Kereta dipenuhi oleh bahan peledak yang
sudah diatur untuk meledak lima menit setelah
detonatornya diaktifkan. Lima menit tersebut akan memberi kesempatan untuk manusia yang belum disusupi,
Pengendali-manusia, dan Hork-Bajir melarikan
diri. Aku mengakui tidak satupun dari kami yang
peduli dengan keselamatan Taxxon.
Lebih dari lima menit akan memberi waktu
buat Yeerk untuk menonaktifkan bom.
"Oke," Jake berkata. "Semua sudah siap. Kita
butuh tiga orang untuk mengendalikan kereta.
Aku satu. Artinya aku butuh dua orang
sukarelawan untuk ikut bersamaku."
"Karena pada dasarnya ini salahku," Cassie
berkata, "aku ikut."
"Tidak bisa," Rachel menentang. "Aku juga
ikut." Marco melangkah maju. "Jake, maaf, teman,
tapi kau tidak bisa jadi salah satu dari tiga
orang itu." "Mengapa tidak?" Jake angkat bahu. "Aku
tidak punya keluarga."
"Mungkin sekarang iya," Marco berkata
tegas. "Tapi maksudku adalah kami semua
punya keluarga sekarang. Keluarga yang
sangat kami pedulikan. Kau adalah orang
yang paling kami percaya. Kau yang membuat
kami bersatu, membuat kami tetap hidup, dan
membuat kami tetap waras. Kaulah orang
yang kami percaya bisa membawa kami keluar
hidup-hidup dari sini dan kembali ke
perkemahan." Cassie dan Rachel mengangguk.
tergantikan dalam misi ini.> Tobias berkata.
Jake mangambil napas dalam-dalam. "Oke.
Oke. Aku tidak bilang kalian benar. Tapi kita
tidak punya waktu untuk berdebat. Kalian
menang. Tapi siapa jadinya yang pergi" Ingat,
siapapun yang pergi mungkin tidak akan
kembali." Aku melangkah maju.
Jake menatapku untuk waktu yang lama.
"Mengapa?" kusebutkan,> aku menjawab. Sekarang aku
sudah resmi jadi pengkhianat bangsaku
sendiri. Dan jika Animorphs yang lain tahu aku
sudah menyetujui rencana karantina pemimpin
tertinggi, mereka juga akan menganggapku
sebagai pengkhianat Bumi.
Jika aku tidak kembali dari misi ini, mungkin
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itulah yang terbaik. Yang kuinginkan hanyalah
pilihan untuk mati seperti Elfangor. Untuk
memberikan dampak sebesar mungkin kepada
Yeerk. Untuk menghentikan perang ini sebisaku.
Jake tidak bertanya lagi. Dan aku berpikir
mungkin dia tahu lebih banyak dari yang
kusadari. Bisa dibilang aku berharap begitu.
Mungkin suatu hari, kami punya kesempatan
untuk membicarakan ini. Suatu hari. "Aku ikut," Marco berkata.
"Aku ikut," Cassie mengulangi.
"Enak saja," Rachel menentang. "Bagaimana
denganku!" "Cassie ikut," Jake berkata. "Jika nanti ada
keputusan yang harus diambil, aku mau Cassie
yang memutuskannya. Dengan dia yang pergi
aku merasa aku juga pergi. Dan Marco juga pergi
karena" aku tidak tahu. Kurasa Marco akan
menikmati perjalanannya. Rachel, aku butuh kau
di sini bersamaku." Cassie tersenyum kepada Jake dan dia balas
senyum. Bahkan Rachel terlihat puas.
Meskipun kami sedang menghadapi kematian,
entah bagaimana semua terasa seperti dulu saja.
Sebelum perang menjadi semakin parah.
Entah bagaimana, kami terasa kompak
lagi. Dari dalam terowongan, kami mendengar
suara deru mesin dan peluit.
"Laksanakan!" Jake berkata buru-buru.
"Pergi. Sebentar lagi aka nada kereta yang
lewat di belakang. Jika mereka melihat ada
yang berhenti, mereka akan curiga."
Tidak ada yang memeluk atau mengatakan
selamat tinggal. Tidak ada waktu. Marco,
Cassie, dan aku berlari masuk ke kereta dan
menuju ruang mesin. Marco menekan tuas
untuk menghidupka kereta.
Kereta menyentak dan mulai bergerak.
"Ayo," Cassie berkata kepadaku. "Kita
lakukan pemeriksaan. Pastikan semuanya
sudah beres." Detonator sudah dipasang di gerbong
belakang ruang mesin. Cassie dan aku
memeriksa ulang semua yang sudah dipasang
rapi oleh ayah Marco dan Sersan Weston.
Kereta bertambah cepat. Kami masuk lebih
dalam ke terowongan. Lebih dekat ke kolam
Yeerk. Suara ribut roda kereta pada rel terdengar
semakin keras. Kami membelok tajam di
tikungan. WHUMPF! Cassie dan aku terlempar ke sisi seberang
gerbong kereta. "Kita mendekati stasiun," Marco berteriak.
"Tiarap. Yeerk yang melihat kereta ini kosong,
pasti akan segera menembakinya."
Lampu-lampu stasiun sudah terlihat.
Cassie dan aku berjongkok. Aku membiarkan
mata tanduk tetap berdiri supaya aku bisa melihat
keadaan melalui bagian bawah jendela.
Pengendali Hork-Bajir dan Pengendalimanusia sedang mengawal kerumunan besar
orang-orang di peron. Mereka melangkah maju,
siap menyambut kereta yang mereka kira akan
berhenti. Tapi kereta kami terus melaju melewati
stasiun. Dan para Yeerk mulai menembak.
Tseeew! Tseeew! Api Dracon menghancurkan jendela
beberapa gerbong. Lampu-lampu di dalam kereta berkedip
padam, lalu menyala lagi. Dan aku mencium
bau asap. Teriakan! Suara Marco. Tapi aku tidak
mengerti apa yang dikatakannya.
Bau gosong yang pahit semakin menguat.
Aku mendengar masalah itu sebelum bisa
melihatnya. Suara berderak, mendesis, suara
pecutan, kabel listrik yang terlepad dari langitlangit. Kabel itu berayun liar di dalam gerbong
seperti cambuk listrik. Percikan api biru dan
putih terbang ke segala arah.
Kabel itu berayun ke arah kami!
Cassie masuk ke bawah kursi. Kabel itu nyaris
mengenainya, meleset beberapa senti saja. "Jika
kabel itu mengenai sekring, kereta ini akan
meledak sebelum kita sampai di kolam!" dia
berteriak. Kabel menyabet udara di atas kepalaku!
Aku menunduk. "Tidak adakah yang bisa dilakukan?" Marco
berteriak. "Aku punya ide." Cassie berguling keluar dari
bawah kursi, berjuang untuk berdiri, dan
mengambil palang pegangan yang dipasang di
sepanjang gerbong. Kabel listrik mengenai palang logam tersebut!
Percikan biru dan putih menjalar menuju Cassie!
Cassie melepaskan pegangannya sepersekian
detik sebelum percikan tersebut menjalar
melewatinya. Kereta menderu di tikungan. Cassie terlempar
lagi ke sisi gerbong yang satunya. Begitu juga
aku. Kuku ku terangkat ke udara dan aku jatuh
menyamping dengan keras. "Kita tidak bisa pelan-pelan?" Cassie berteriak.
"Tidak!" Marco menyahut. "Aku belum
mempelajari cara mengerem."
Saat itu, aku mendengar pintu di bagian
belakang gerbong menggeser terbuka.
Dan aku melihat tiga Hork-Bajir dengan banlengan berwarna biru bergegas menuju kami.
Mereka pasti bersembunyi di dalam kereta
sedari tadi. Tidak ada penjelasan lain.
Bagaimana mungkin kami tidak melihat
mereka" Aku buru-buru bangkit. Susah payah
menjaga keseimbangan. Cassie dalam keadaan tidak berubah
wujud. Begitu juga Marco.
Semua tergantung padaku. Aku harus mencegah Hork-Bajir membunuh
kami sebelum kereta sampai di tujuannya. Aku
bersiap untuk bertempur. Kulengkungkan ekor
ke atas kepalaku. Kabel listrik menyentak dan mendesisi di
sekitar ku. Hork-Bajir berjalan mantap, mata mereka
terpaku kepadaku, mata pisau di lutut dan siku
mereka terhunus. Kemudian" WHOOOSH! Sesuatu melesat dari pintu gerbong yang
dibuka oleh para Hork-Bajir.
Seekor elang ekor-merah! "Tseeer!" Burung itu mencakar kepala para Hork-Bajir
dengan cakarnya yang mematikan!
Kereta kembali berbelok tajam.
Dan karena terkejut, Hork-Bajir meraih
palang logam untuk pegangan menyeimbangkan diri. Tepat pada saat itu, kabel listrik juga
menyentuh palang tersebut.
ZZZZZAAAAATTTTT!!!! Lampu gerbong berkedap-kedip. Palang
logam berubah menjadi biru dan putih. Percikan
api terbang liar ke udara.
Aku melihat tiga Hork-Bajir berban-lengan biru
sesaat berubah menjadi sosok yang berkilau
karena sengatan listrik mengalir ke dalam tubuh
mereka. Kemudian, semuanya berakhir.
Arus listrik, mengalami korslet, dan padam.
Para Hork-Bajir jatuh ke lantai.
Cassie berguling keluar dari bawah kursi.
Keadaan nyaris gelap gulita. Satu-satunya
cahaya datang dari lampu-lampu redup pada
dinding terowongan. aku memanggil.
Tobias tidak menjawab. Tapi aku melihat
elang ekor-merah melesat keluar dari jendela
yang rusak dan terbang menghilang.
aku berkata kepada
Cassie. Cassie berlari ke jendela. "Terima kasih,
James," dia berteriak.
Tapi suaranya samar-samar tertelan oleh deru
kereta. Di dalam terowongan gelap kami terus
melaju cepat. Kereta sekarang berlari di atas rel yang
baru dibangun. Selang beberapa meter kami
melewati Taxxon dan Hork-Bajir yang sedang
menggali terowongan diterangi oleh cahaya
tongkat flare. Beberapa dari mereka melihat penasaran
ke arah kereta kosong yang melaju di dalam
kegelapan, tapi mereka melanjutkan perkerjaan mereka. Marco keluar dari ruang mesin. "Kita
hampir sampai. Sekitar dua menit sebelum
menabrak. Sebaiknya kita mulai berubah
wujud menjadi binatang yang cocok. Kecoak
atau kutu. Yang penting bisa selamat dari
benturan yang sangat keras."
"Bagaimana dengan detonatornya?" Cassie
bertanya. "Aku akan aktifkan kuncinya sekarang," kata
Marco. "Tidak!" jerit Cassie. "Kau tidak bisa
mengaktifkannya sekarang. Nanti orang-orang
hanya akan punya waktu tiga menit untuk
melarikan diri. Waktunya tidak akan cukup."
"Cassie!" Marco mengeluh. "Resikonya nanti
semakin besar jika?"
aku memotongnya. sudah setuju untuk memberi mereka waktu lima
menit. Kurang dari itu berarti tidak menghormati
dan tidak manusiawi.> Cassie memandangku dan tersenyum.
"Oke. Dua lawan satu. Kalian menang." Marco
berhenti. "Jadi, siapa yang akan mengaktifkan
detonator?" "Lempar koin," kata Cassie cepat.
"Cara yang kami pakai untuk memutuskan
keputusan yang besar," jawab Marco hampa.
"Pertama, kau pilih kepala atau ekor. Lalu kau
lempar koin. Sisi mana yang muncul saat koin
mendarat, itulah yang menang."
Prosedurnya cukup sederhana. Tapi aku
berpikir jika memang metode ini yang dilakukan
manusia dalam mengambil keputusan besar"
yah, banyak hal terjelaskan.
sisi. Dan kita ada bertiga.>
"Oh." Cassie. "Benar."
"Tidak bermaksud menyinggung, Cassie,"
Marco berkata. "Tapi menurutku harus antara
Ax dan aku." "Kenapa" Kau tidak percaya aku hanya
akan memberi waktu lima menit untuk
melarikan diri?" "Aku tidak percaya kau tidak akan
mengorbankan dirimu sendiri nanti. Tidak
boleh ada yang sok pahlawan."
Cassie terlihat malu tapi tidak membantah
Marco lagi. Aku memasuki proses pengambilan
keputusan dengan lempar koin. Aku memilih
"kepala" dan aku "menang".
"Kau tahu caranya mengaktifkan kunci
detonator"> Marco bertanya, sembari berubah
menjadi kutu. Marco berubah dengan cepat. beruntung, Axman. Sampai ketemu nanti.>
Aku melihat kepalanya mengecil seukuran
peniti. Tangannya tertarik dan menghilang.
Tubuhnya memendek dan menipis. Lalu
kemudian, zip! Dia tidak lebih besar dari
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebutir nasi. Material sisik yang gelap mulai menutupi
wajah Cassie. Tangannya meleleh ke samping dan sayap
menerobos keluar dari pundaknya. Kakinya
mengerut sampai seolah mereka terbuat dari
kawat dan dia jatuh ke depan.
Kurang dari tiga puluh detik, dia sudah jadi
kecoak. Aku melihatnya bergerak cepat ke bawah
kursi. Kereta terus melaju. Kami sudah dalam sekali
di terowongan. Di sekeliling kami hanya ada
warna hitam. Aku mengeluarkan kepala dari
salah satu jendela yang rusak dan melihat apa
yang ada di ujung rel. Cahaya redup. Stasiun di kompleks kolam
Yeerk. Satu menit berlalu. Kereta semakin dekat dengan tempat tujuan.
Stasiun terakhir. Di mana kereta ini dirancang
berhenti untuk menurunkan penumpang.
Tapi kereta ini tidak akan berhenti. Kereta ini
tidak akan melambat. Hork-Bajir dan Pengendali-manusia berseliweran di peron stasiun. Beberapa
mengawasi kereta yang dengan cepat menuju
arah mereka dengan was-was.
Para pengendali tersebut mendadak bubar.
Mereka sadar ada yang salah.
Tiga puluh detik. Dua puluh Sembilan detik.
Detonatornya. Aku menekan tiga digit pertama
dari kode yang terdiri atas empat figit. Lalu aku
mulai berubah wujud. Untungnya, perubahan dimulai dari bagian
belakangku. Dengan sedikit keberuntungan,
hal terakhir yang akan berubah adalah jariku.
Aku adalah pelayan bangsaku"
Lime belas detik. Aku adalah pelayan pangeranku"
Empat belas detik. Aku merasakan ekorku menggulung.
Sensasi mengerut yang aneh dan kering. Kuku
ku terasa seperti terbuat dari kertas dan
renyah. Dadaku terbelah, membentuk thoraks
dan perut kecoak. Sembilan detik. Delapan detik. Aku adalah pelayan kehormatan"
Aku bisa mendengar teriakan dan jeritan di
antara suara deru kereta. Jelas sebentar ada
tabrakan yang tidak bisa dihindari.
Rangka luar yang berwarna gelap muncul
di punggung tangannku. Jari-jariku memendek.
Tiga detik. Dua detik. Aku menekan digit ke empat sebelum jariku
menghilang. Kereta menabrak ujung rel dan aku
merasakannya melayang ke atas.
Kereta ini melengkung di udara.
Dan terlipat menghantam kolam Yeerk.
Dampaknya luar biasa. Bahkan kecoak pun
merasakannya. Seolah Bumi meledak.
Aku terlempar ke udara dan mendarat di suatu
permukaan yang bisa apa saja " dinding, lantai,
atau langit-langit. Untungnya, berat tubuh kecoak
tidak cukup besar untuk membuatku terluka.
Meskipun untuk beberapa saat aku kehilangan
arah. Begitu semua gerakan berhenti, aku sadar aku
sedang mengambang. Kereta mendarat di kolam
Yeerk. Gerbongnya digenangi oleh cairan.
Aku mulai berubah kembali. Aku berharap
Cassie dan Marco juga selamat.
Untungnya, gerbong belum dipenuhi oleh
cairan saat aku selesai berubah menjadi Andalite.
Kepala dan pundakku di atas permukaan air yang
keruh dan berlendir. Semua jendela gerbong sudah pecah. Tidak
ada masalah keluar dari puing-puing kereta ini.
Saat aku keluar, pemandangannya sungguh kelam dan penuh tragedi.
Manusia, Hork-Bajir, Taxxon berlarian
menuju lokasi tabrakan. Aku rasa mereka belum menyadari jika ini
bukanlah kecelakaan, melainkan sebuah
serangan. Bangkai siput di mana-mana. Mengambang
di permukaan kolam. Mengendap di sisi kereta
yang hancur. Berserakan di dermaganya.
Manusia dan Hork-Bajir yang ada di dalam
kandang berteriak ribut minta dilepaskan.
Aku memandang berkeliling dan melihat
kepala yang aku kenal timbul dari air berlendir.
Cassie! Dia memiringkan kepala ke kiri dan
menepuknya dengan pangkal telapang
tangan. Eksresinya terlihat jijik. Lalu aku
melihat dia menarik siput dari telinganya.
Dia melemparkan bangkai siput itu ke
kereta. Terdengar suara berat, dan basah saat
siput menabrak sisi kereta.
"Hey! Jika kalian sudah selesai berenang,
tidakkah sebaiknya kalian mengumumkan
sesuatu?" Marco! Dia berdiri di atas reruntuhan. Dia
sedang berubah wujud. Cassie naik ke sebelahnya. "Dengarkan
aku! Dengar!" dia berteriak.
Tidak ada yang memperhatikannya.
"Ax! Mereka tidak mendengarku! Terlalu ribut
mereka tidak bisa mendengarku!"
Dia mencoba lagi. Dan akhirnya beberapa
orang menyadari ada gadis muda yang berdiri di
atas reruntuhan kereta di tengah kolam. Akhirnya,
ratusan makhluk yang ketakutakn itu mendengarkan. "Ada sepuluh bom dengan berat seribu pon di
dalam kereta," Cassie berteriak. "Empat menit
lagi akan meledak. Kalian punya empat menit
untuk keluar. Siapapun yang masih di sini empat
menit lagi akan mati."
Jika tadi mereka panik, setelah pengumuman
Cassie mereka jadi rusuh bukan main.
Sekarang Yeerk yakin tabrakan barusan
bukanlah kecelakaan. Hork-Bajir berlari menuju pintu keluar.
Menjatuhkan sejumlah Pengendali-manusia. Bahkan Taxxon pun terlihat berusaha kabur ke
pintu keluar. Beberapa Pengendali yang bisa, mulai
berubah wujud menjadi burung, cheetah, tikus,
apapun yang cepat. Apapun yang bisa terbang
keluar dari sini. Marco dan aku berlari ke kandang tempat
manusia dan Hork-Bajir yang belum disusupi
dikurung. FWAP! FWAP! FWAP! Aku menggunakan ekorku untuk memotong
terali, kunci, rantai, dan kepala gembok. Marco
membantu membebaskan orang-orang, membantu mereka berdiri, dan lari.
Cassie berdiri di tengah makhluk-makhluk
yang panic. "Keluar! Keluar!" dia berteriak.
"Ayo semua!" Beberapa Pengendali-manusia tidak langsung berlari ke pintu keluar. Mereka
malah membantu kami untuk membebaskan
tawanan. Mungkin mereka adalah induk
semang yang Yeerk nya kebetulan tadi
sedang di kolam. Mungkin mereka adalah
Pengendali yang bekerja sama dengan
gerakan perdamaian Yeerk.
Dengan cepat para penolong ini mengumpulkan alat-alat dan potonganpotongan
logam. Mereka mulai menghancurkan kunci-kunci kandang kurungan. Satu per satu kandang mereka
buka untuk membebaskan tawanan.
Aku berbalik ke kolam. Dan melihat Marco
dalam wujug gorilla sedang berusaha
membuka salah satu kandang. Seorang
Pengendali-manusia wanita berlari membawa
kunci. Dia berbalik cepat dan membantunya
membuka kandang, membebaskan orangorang yang terkurung.
Tepat pada saat itu, sesuatu yang sangat
besar timbul ke permukaan kolam.
Orang-orang mundur ketakutan, dan mulai
berlari kabur. Aku tidak mempertanyakan tindakan
mereka. Kepala makhluk di kolam menyerupai
gurita. Duapuluh mata semerah darah
menonjol pada wajahnya yang menggembung.
Duapulug tentakel tumbuh dari dasar
kepalanya, masing-masing sebesar belut.
Visser One. Bukan wujud terseramnya, tapi
lumayan mengerikan. tubuh kalian sebelum kalian bisa kabur!>
Marco berdiri tegap. Kami bisa melayani. Tapi perkelahian nya
bakal singkat. Sekitar satu setengah menit. Dua
menit, paling lama. Dan tidak ada yang menang.>
Mata merah si visser memelototi Marco. Dia
bergerak dengan perlahan di antara bangkai
siput-siput menuju pinggir kolam. Marco masih
belum bergerak. Visser mengangkat satu
tentakelnya, hendak menyerang Marco. Namun
sekali lagi beberapa matanya berputar melihat
puing kereta. Marco berkata dengan tenang.
belakangmu. Suwer.> Kupikir Visser One akan meledak. Kemurkaan
terpancar dari wujudnya. Kemurkaan dan
frustasi. Dia mencoba untuk bicara tapi suaranya
hanya berupa gelegak seperti orang tersedak.
Dan kemudian makhluk yang mirip gurita itu
menyelam ke bawah permukaan kolam.
Tidak diragukan visser sedang berubah wujud
menjadi sesuatu yang memungkinkan dia
selamat dari sini. Visser One selalu mementingkan dirinya sendiri.
Sekarang, kandang-kandang kurungan sudah
kosong. Kompleks kolam ini sudah sepi.
Kolamnya sendiri masih ada, penuh dengan
Yeerk, baik yang mati maupun yang selamat dari
tabrakan kereta. "Waktunya untuk cabut!" perintah Marco.
Dengan segera, kami berubah menjadi
burung. Dua osprey dan seekor northern harrier.
Dan kami terbang menyusul kerumunan
yang sudah melarikan diri.
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kami mengepak cepat di sepanjang
terowongan yang penuh oleh Hork-Bajir,
Taxxon, Pengendali-manusia, dan manusiamanusia biasa yang berdesakan berusaha
menuju permukaan. Menuju kebebasan.
Berbagai macam burung terbang serabutan
dan ada yang menabrak dinding dalam
kepanikannya untuk keluar. Orang-orang
berjatuhan di lantai, terinjak-injak oleh
manusia yang terlalu panik untuk berpikir.
Di sekitar kami kekacauan dan kegilaan
dan ketakutan. Hal paling sedih dari semua
yang sudah kusaksikan dalam perang
mengerikan ini. Keputusasan karena telah
mengetahui kematian. Kami baru saja melewati belokan panjang
yang cukup jauh dari kompleks kolam ketika
bom pertama meledak. BA-BOOOOOM! Ada jeda singkat dan kemudian seolah ada
angin puyuh yang bertiup karena ledakan
datang dari ujung terowongan.
Sebagian besar atap roboh karena
guncangan. Lantai terbelah dan jatuh
melongsor. Telingaku pekak oleh suara
teriakan dan tangisan dan jeritan.
Aku kehilangan Cassie dan Marco. Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan kecuali
tetap terbang. Udara dipenuhi debu dan puingpuing. Panasnya luar biasa. Tapi aku masih
bertahan terbang. BABOOOOM! BABOOOOM! BABOOOOM!
Ledakan demi ledakan susul menyusul di
sepanjang terowongan. Akhirnya, secara ajaib, aku melihat cahaya
dari apa yang tadi berupa langit-langit
terowongan. Hanya sedikit celah kecil. Tapi itu
sudah cukup. Aku terbang melewatinya, terbang naik, keluar
dari bawah tanah penuh petaka menuju langit
luas. Di akhir hari, kami bertengger di atap salah
satu pencakar langit di daerah itu.
Kehancurannya sangat mencengangkan.
Di bawah kami,ada lubang besar di tempat
yang tadinya adalah kota.
Semuanya terperosok ke dalam. Setengah
mall, beberapa gedung kantor, stasiun kereta,
toko-toko " semuanya hilang.
Sebagian besar kota rubuh begitu saja,
tertelan oleh ledakan yang seperti ledakan
nuklir kecil. Gedung yang masih berdiri, retak-retak.
Beberapa miring ke satu sisi.
Seluruh daerah dipenuhi suara ambulans,
pemadam kebakaran, kendaraan militer, dan
orang-orang yang ingin melihat.
Marco berkata getir, kerusakan besar. Seperti yang kita harapkan.
Aku bertaruh kita sudah membunuh jutaan
Yeerk.> Cassie setuju, tapi tidak ada nada
kepuasan atau gembira di dalam suaranya.
Aku juga tidak merasa puas ataupun gembira.
Ada banyak mayat di bawah sana. Mayat
manusia. Mayat Taxxon. Mayat Hork-Bajir.
Dan mungkin saja tiga yang mati atau terluka
parah adalah orangtua dan abang Jake. Aku tahu
kami smeua bertanya-tanya apakah mereka ada
di kolam saat ledakan terjadi. Aku juga tahu kami
semua tidak akan membicarakan itu. Tidak
kepada Jake dan tidak kepada yang lain.
Apa yang bisa kami katakan"
Aku juga tidak bisa melupakan banyak
Pengendali-manusia yang bertahan untuk
menyelamatkan orang-orang yang bukan Pengendali. Aku rasa aku tahu bahwa Cassie benar. Aku
selalu tahu tapi tidak mengakui bahwa Aftran
bukan satu-satunya anggota gerakan perdamaian Yeerk. Masih banyak Yeerk lain,
yang jika diberi kesempatan, akan memilih untuk
tidak menjajah. Akan memilih untuk tidak
membunuh. Jika mereka cukup beruntung untuk
diberikan pilihan tersebut.
Ya. Cassie benar. Kami mendengar kepakan sayap dan Jake
dalam wujud alap-alap turun bergabung
bersama kami. dengan selamat,> Jake berkata. Olston dan pasukannya berhasil keluar dari
area tepat waktu.> Jake berhenti. Lalu
berkata,
Rachel berkata pelan.
Pengendali-manusia yang dibuat yeerk
selama seminggu terakhir ini. Ribuan
mungkin. Kita tidak tahu ada berapa banyak
yang melarikan diri.> Jake setuju. Yeerk tidak akan bisa makan. Mereka akan
melewati tiga hari yang mengerikan, pada
akhirnya, hasilnya adalah banyak Yeerk yang
mati. Dan akan ada banyak manusia yang
bebas. Belum lagi para Hork-Bajir yang juga
akan merdeka. Marco menyimpulkan. paling menyedihkan dari semua ini">
mana,> Cassie menjawab.
kemenangan terbesar kita. Dan aku belum
pernah merasa sangat tertekan seperti ini
seumur hidup.> tertekan,> Tobias berkata, datang.> Bayangan besar menutupi kota. Kami
mendongak dan melihat pesawat Blade Visser
One melayang, sejumlah Bug Fighter mengelilinginya. selamat,> Marco berkata muram.
selamat,> komentar Tobias. menyakitinya. Dan dia harus menjelaskan banyak
hal kepada Dewan Tinggi Yeerk.>
Jake berkata. kita di sini. Ayo pulang ke perkemahan.>
Satu per satu, kami terbang pergi menuju
rumah. Visser One bukan satu-satunya yang harus
menjelaskan sesuatu. Aku juga, harus menjelaskan tindakanku
kepada komandan tinggi Andalite yang marah. Itu
jika aku memutuskan untuk berbicara dengan
mereka. Mereka tidak akan mengerti dan aku tidak
akan bisa menjelaskan. Tapi baik atau buruk, aku sudah menyerahkan
banyak kepada manusia. Manusia. Penuh kekerasan tapi cinta damai.
Penuh gairah tapi juga pakai otak.
Manusiawi tapi kejam. Impulsif tapi perhitungan.
Dermawan tapi egois. Manusia. Spesies yang saling bertentangan dan banyak kekurangan.
Namun.. namun, entah bagaimana aku
tahu mereka mewakili harapan besar seluruh
galaksi. Mungkin satu-satunya harapan.
Jake, memanggilku dengan bahasapikiran pribadi.
dia berkata.
aku menjawab. Lalu
kepada diriku sendiri, aku menambahkan
dalam hati,
150 151 Pendekar Naga Mas 1 Pendekar Hina Kelana 5 Neraka Karang Hantu Munculnya Sinto Gendeng 1
lakukan mengingat sekarang Yeerk memusatkan
pasukan di Bumi. Aku rasa pertanyaannya
adalah, apakah kau akan membantu mereka">
berkata.
tenang.
mereka berusaha bertahan hidup. Dan kita juga
berusaha bertahan hidup. Aku tidak yakin
mengapa hal tersebut harus jadi pilihan.>
Yeerk minta" Tubuh. Jika mereka bisa
mengubah tubuh siput mereka maka"
mereka tidak perlu lagi mengambil induk
semang. Kan" Memang sih mereka hanya
berubah dua jam. Dan mereka masih perlu
sinar Kandrona. Tapi">
Jadi ,Tobias dan Cassie punya pikiran yang
sama.
lainnya. Tidak hanya anjing dan kucing.>
membayangkan Yeerk meminta izin sebelum
menyadap DNA manusia. Dan aku tidak bisa
membayangkan ada manusia yang mau
memberikan DNA mereka untuk disadap
Yeerk.> Tobias menyeimbangkan sayapnya dan
tampak mengencangkan pegangan cakarnya
pada cabang pohon.
baru. Kita terus saja berjalan melakukan hal
yang kita yakini. Tidak ada peraturan dari langit
yang turun dan memberitahu apa yang harus kita
lakukan dan yang tidak.>
Tobias berkata.
yang harus dipakai untuk menyelesaikan
masalah. Seperti moralitas menyadap DNA. Jadi
kita yang harus melihat sendiri mana yang bagus
mana yang tidak. Kita tidak bisa terpaku kepada
satu ide dan membela ide tersebut mati-matian,
tanpa mengetahui benar apakah ide tersebut
berujung bagus " di dunia nyata.>
Tobias diam beberapa saat, lalu mengepak
pergi. Jantungku berlomba. Kemungkinan baru
terbuka. Solusi-solusi baru.
Mungkin Elfangor sudah melihat sesuatu
kemungkinan. Yang sepertinya tidak mungkin
karena Andalite terlalu terdoktrin oleh pikiran
militer kami. Kami melawan musuh. Tidak ada
kompromi. Dulu sekali kami memutuskan berubah wujud
adalah milik kami. Terlalu berbahaya untuk
dibagi. Tapi mungkin Cassie benar. Mungkin
kedamaian bisa dicapai dengan memberikan
pilihan kepada spesies lain.
Di lain pihak, mungkin tergantung kepada
spesiesnya. Manusia. Yeerk. Jika masing-masing diberi kebebasan,
akankah mereka menggunakan teknologi
pengubah wujud untuk kebaikan" Atau
kejahatan" Pimpinan tinggi sudah memerintahkan ku
untuk menghentikan serangan ke kolam
Yeerk. Hal yang mudah untuk dilakukan.
Sedikit kisi-kisi kepada Yeerk dan misi
tersebut akan gagal sebelum sempat dimulai.
Tapi jika aku membantu misi ini, karantina
yang diinginkan pemimpin tinggi akan
mengalami hambatan. Apa yang akan dilakukan Elfangor"
Aku tidak perlu lagi menanyakan hal itu.
Elfangor sudah memberikan jawabannya.
Dia memberikan kubus pengubah wujud
kepada manusia. Dan kemudian dia mati.
Aku, pun, sudah memberikan kepercayaan
kepada manusia. Kepercayaanku, jika bukan keyakinan ku.
Dan jika aku mati" Yah, aku berharap aku akan mati semulia
abangku. Aku tahu aku seharusnya menghubungi
pemimpin tinggi. Tapi sekarang aku sudah
membuat keputusan. Aku bersedia untuk tidak mematuhi
perintah langsung. Dan aku bersedia untuk
mati. Tapi aku tidak bersedia untuk menipu
Andalite. Mengatakan aku akan melakukan
sesuatu, dan nyatanya melakukan yang lain.
Aku tahu perbedaannya, tapi aku belajar untuk
mencari alasan. Untuk mempertahankan apa
yang tidak bisa dipertahankan.
Sungguh sebuah tindakan yang manusiawi.
Malam berikutnya, aku memimpin enam
manusia dewasa berjalan menembus hutan.
Loren, ibu Tobias, sudah memiliki kemampuan
berubah wujud, namun dia memilih untuk tidak
menggunakannya kecuali kami sangat membutuhkan bantuannya untuk bertempur.
Keputusan yang bijaksana.
Tobias terbang di depan memberikan
petunjuk arah kepadaku melalui bahasapikiran. Para manusia dewasa berusaha
sedapat mungkin tidak membuat suara
sembari berjalan membawa alat-alat kemah
dari logam yang sudah ringsek.
Jake, Rachel, Marco, dan Cassie dalam
wujud burung pemangsa, terbang jauh di
depan pada posisi yang berbeda-beda.
Animorphs pembantu juga bersama kami.
James dan dua letnannya, Craig dan Erica,
memimpin kelompok yang terdiri atas tujuhbelas
orang. Aku tidak tahu siapa saja yang di darat
dan yang di udara. Jika misi ini gagal, mereka diinstruksikan
untuk kabur dan menyelamatkan diri mereka
sendiri. Dengan begini setidaknya sebagian
anggota masih terus hidup untuk melanjutkan
perjuangan. Toby dan beberapa pejuang Hork-Bajir
merdeka bergerak diam di atas pepohonan.
Kami adalah tentara kecil yang beraneka
ragam yang sedang dalam perjalanan diam-diam
menuju tempat kerja orang-orang Garda
Nasional. Menurut Tobias, ada empat truk besar yang
diparkir di jalan tol di mana ada sekitar sepuluh
penjaga yang sedang bekerja memperbaiki
saluran air yang bocor. Mereka bekerja malam
hari, agar tidak terganggu arus lalu lintas di siang
hari. Kami mengincar truk mereka.
"Berapa jauh lagi?" ibu Rachel mengeluh
dengan marah. "Shhhh!" Eva berbisik.
"Aku tidak percaya kita melakukan ini," Naomi
melanjutkan. Dia sudah mengomel sejak kami
meninggalkan perkemahan. "Kita semua sudah setuju membantu misi ini,"
Loren memberi alasan. "Mari kita teruskan dan
berharap untuk yang terbaik."
Ibu Rachel malah berhenti. Dengan
enggan, aku memerintahkan yang lain untuk
berhenti juga. "Berharap yang terbaik?" dia
mengulang. "Cuma itu yang bisa kau
tawarkan" Apa aku seorang yang mengkhawatirkan anak-anak kita?"
Aku tidak bisa menahan untuk menjawab.
aku memberitahunya.
Ibu Rachel semakin menuntut. "Terhibur
mengetahui putri sulungku, putri pertamaku,
putri kecilku, sudah berubah menajdi monster"
Menjadi semacam orang aneh haus darah?"
pribadi.
kerja. Teruslah ke arah timur menuju jalan.>
Mulutnya terbuka dengan kaget tapi dia tidak
bicara lagi.
dan maju berjalan, memimpin kelompok kecil
manusia dewasa ke timur melaluli pepohonan
yang rapat. Akhirnya, kami tiba di jalan.
Beberapa meter dari situ, kami melihat kru
pekerja Garda. Barikade berbaris di jalan sekitar
satu mil dari dua arah. Dan untungnya, barikade
tersebut berupa mobil-mobil truk.
lain mengikuti beberapa kaki di belakang,
peralatan kemah mereka berdentang-dentang
dan berkilau kena cahaya lampu senter.
Terkejut, komandan Garda Nasional mengawasi para orangtua yang datang mendekat
itu. "Halo! Halo!" Peter memanggil. "Sukurlah,
kami pikir kami tidak akan pernah bertemu orang
lain." Si komandan menghampiri ayah Marco
dengan hati-hati. Dua penjaga yang lain
menghentikan pekerjaan mereka dan berdiri
dalam keadaan siaga. "Pak" Apakah ada
masalah?" Ayah Marco menunjuk ke orangtua yang lain.
"Kami sudah dua hari tersesat di hutan. Malam
itu, seekor beruang masuk ke perkemahan kami
di tengah malam. Kami menyambar apa yang
kami bisa dan lari. Dan, er, kami tersesat."
Ayah Marco memang terlihat seperti sudah
tersesat di hutan selama beberapa hari. Dia
tampak mengurus. Pakaiannya lusuh dan robekrobek. Wajahnya kumuh dan tidak dicukur.
Ibu Marco terlihat lebih parah daripada
suaminya. Dia memakai topi tua yang
dipasang rendah di kepalanya. Wajah dan
tangannya tercoreng arang. Pengendalimanusia akan bisa mengenalinya sebagai
induk semang Visser One yang dulu, dan
mungkin saja salah satu pekerja Garda
Nasional adalah Yeerk. Ibu Rachel terlihat marah dan lelah. Persis
seperti wanita yang tidak terbiasa mandi pagi
tidak dengan shower dan segala gaya hidup
yang disebut Rachel dengan "gaya yuppie."
Orangtua Cassie juga memakai pakaian
yang terlihat cocok dengan kondisi mereka.
Masing-masing menyandang ransel kecil.
Dan ibu Tobias paling belakang, matanya
disayukan, agar tampil lemah dan takut. Loren
memang tergolong kecil dari segi ukuran dan
tinggi badan. Tapi dia sudah berhasil bertahan
dari kondisi hidup yang keras. Menurut
pendapatku, abangku Elfangor menikahi
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wanita yang sangat berani.
Aku tetap di dalam hutan, mengawasi,
berkomunikasi dengan Animorphs yang lain.
berkata.
kemunculan para orangtua. Tapi sepertinya
mereka tidak terlihat takut ataupun curiga.>
Komandan memberi tanda kepada anak
buahnya untuk berhenti bekerja dan mendekat.
"Apa ada yang sakit?" dia bertanya kepada ayah
Marco. "Ada yang dehidrasi" Kapan terakhir kali
kalian makan?" Ayah Marco meletakkan tangan ke dada. "Aku
merasa nyeri di sini."
Dengan sigap, Peter dipapah oleh tiga
anggota Garda ke truk di konvoi paling depan.
Mereka lalu mendudukkannya di tanah. Satu
orang mengecek nadi. Satu lagi menawari
minum. Beberapa saat kemudian, orang yang ketiga
menemukan tempat pada tiga truk untuk
ditempati lima orangtua yang lain. Komandan
sedang berbicara dengan radio, melaporkan ke
markas bahwa dia dan tiga anak buahnya akan
kembali membawa enam orang yang tersesat,
satu di antaranya mengalami sakit di dada.
Dan sementara ini semua berlangsung, HorkBajir, di bawah pimpinan Jolphimee-Celpik, tanpa
suara turun dari pepohonan. Saat konvoi
bergerak menuju markas, para Hork-Bajir akan
melumpuhkan tujuh anggota Garda Nasional
yang masih bekerja dengan diam-diam. Untuk
jaga-jaga jika salah satunya adalah Yeerk.
Jolphimee-Celpik tidak akan melukai yang bukan
Yeerk dan mereka akan dilepaskan dengan aman
setelah misi kami selesai.
Rachel, Jake, Cassie, dan Marco mendarat
tidak terlihat dan mulai kembali ke asal untuk
berubah lagi.
memberitahu Tobias dan yan lain.
"Begitu tiba di markas, kami akan segera
membawa Anda ke dokter," komandan
memberitahu ayah Marco. "Ayo lekas
bergerak!" Beberapa saat kemudian, tiga truk menderu
kembali ke markas. Komandan dan tiga anak
buahnya tidak tahu selain enam orangtua,
mereka juga membaw empat makhluk lain.
Dan sedang diikuti oleh kawanan alien setinggi
tujuh kaki yang berayun dari pohon ke pohon.
Aku berubah menjadi harrier dan terbang
mengikuti konvoi.
kau, Tobias. Rachel, Jake, dan Cassie menjadi
kutu di badan Marco.>
Aku bisa melihatnya, samar-samar.
Dia jadi gorilla yang sedang menumpang di
belakang truk yang terakhir.
Sesuai harapan kami. Si komandan sudah
menghubungi markas dan menjelaskan keadaan
darurat sehingga konvoi kecil kami tidak
diberhentikan di gerbang markas.
Para penjaga hanya melambai kea rah turk
tanpa melakukan pemeriksaan.
Sekarang kami berharap para Hork-Bajir bisa
melompat ke dalam markas dari pepohonan yang
tumbuh di sekitar. Kami juga berharap James dan
kelompoknya ada di dekat sini.
Truk pertama, yang membawa ayah Marco,
berbelok menuju stasiun medis.
Dua truk yang lain berhenti di lapangan kecil
yang penuh dengan kendaraan militer
dan pribadi. Pengemudi truk yang kedua keluar dan
berjalan ke belakang truk.
Aku tidak bisa melihat wajahnya, tapi aku
mendengar teriakan tertahan saat makhluk
pisau besar menangkap dan menariknya
menjauh dari truk. Teriakan tertahan
berikutnya, disusul dengan gebukan pelan
saat penjaga itu jatuh pingsan, dan diseret.
Skenario yang sama juga terjadi di
belakang truk yang satu lagi. Para Hork-Bajir
sudah tiba di sini. Komandan dan satu tentara
bersama ayah Marco. Dua pekerja yang lain
sudah diamankan. Lalu Naomi dan Walter, masing-masing
dengan tenang berjalan menuju kursi
pengemudi kedua truk dan bersiap di
belakang kemudi.
seribu pon, di manakah kau akan berada">
melihat empat truk lagi di gudang motor
sebelah barat.>
James.
membutuhkan.>
Dua truk menderum menuju gudang.
Tidak banyak kegiatan yang terjadi di markas.
Seorang pria dan dua wanita berjalan keluar dari
aula yang sepertinya kantin dan memandang
kami dengan penasaran, namun tidak repot-repot
memeriksa. Mungkin karena sudah larut.
Sebagian besar orang Garda, yang bukan bagian
dari kru jalan, mungkin sudah tidur di barak
mereka.
berkata.
harimau.> Dua truk berhenti di belakang gudang yang
terakhir. Menurut pendapatku, sepertinya penjaga
di Gudang L tidak memperhatikannya.
berkata.
mengumumkan.
Apa semua bisa mendengarku">
penjaga sudah kau lumpuhkan, setiap tim
melakukan yang sama, lumpuhkan penjaganya.> Jake meneruskan menunjuk tim untuk
Gudang C ke L.
Aku mendarat dalam bayang-bayang dan
mulai berubah ke wujud asalku.
penjaganya manusia biasa atau Pengendali.>
Saat aku sudah jadi Andalite, aku berjalan
dari gang sempit di antara Gudang A dan
bangunan kecil. Dua penjaga yang ditempatkan di depan
gudang tidak terlihat seperti mereka sedang
waspada. Yang satu sibuk mengunyah
permen karet dan membersihkan kukunya
dengan tusuk gigi. Yang satu lagi membolakbalik halaman koran.
Aku melangkah maju.
Kedua tentara itu mendongak.
Salah satu dari mereka terkesiap dan
melongo. Permen karet jatuh dari mulutnya.
Yang satu lagi mundur. "Apa-apaan?" tapi
wajahnya mempelajariku dengan terkesima. Dia
mengulurkan tangan, seolah aku ini anjing atau
kuda. "Aku tidk pernah melihat yang seperti ini
sebelumnya." Suaranya rendah dan sayup-sayup.
"Hey, kamu. Hey!"
terbahak. Aku tidak bisa menangkap apa yang
lucu dari situasi ini. Penjaga yang kedua menjatuhkan senjatanya
dan mundur mendekat ke penjaga yang pertama.
Penjaga pertama menyeimbangkan badan
dan menggapai radio di pinggangnya.
Sekarang aku yakin mereka bukan Yeerk.
Yeerk pastilah akan mengenaliku sebagai
"Andalite sampah" dan langsung berusaha
untuk membunuh ku. Si penjaga memencet tombol pada
radionya. Sebelum dia sempat bertindak lebih
jauh lagi, sebuah lengan berbulu merampas
radio tersebut. Tentara itu menemukan dirinya
berhadap-hadapan dengan gorilla yang besar.
Dia membeku. Penjaga yang kedua terjun mengambil
pistolnya. Tapi seekor burung hantu menyambar turun, membawa kabur pistol
tersebut ke angkasa.
aku bertanya. Kedua penjaga saling berpandangan. Detik
berikutnya mereka berusaha kabur. Marco
menangkap penjaga pertama dan dengan
pelan menjatuhkannya. Seekor kucing hutan meloncat anggun dari
atap gudang. Mendarat di punggung penjaga
yang kedua. Ia jatuh tertelungkup. Tuan
berjalan tenang di punggung penjaga tersebut.
yang mengunci pintu Gudang A.
Marco dan aku memasuki gudang tersebut.
Marco mendengus jijik. Gudang ini dipenuhi kotak-kotak yang disusun
bertumpuk sampai ke langit-langit. Di sisi setiap
kotak ada tulisan "SPAM" dengan huruf-huruf
hitam.
Marco angkat bahu.
isinya cuma perbekalan. Kita pindah ke gudang
lain.> Kami meninggalkan Gudang A dan menuju
tempat tugas kami berikutnya dengan hati-hati,
Gudang B. Kami tidak perlu berhadapan dengan penjaga.
Toby dan salah satu Hork-Bajir sudah
menangkap dan menahan mereka bersama
penjaga dari gudang-gudang yang lain.
Gelap sekali di dalam gudang ini. Tapi kami
tidak menyalakan lampu supaya tidak
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menimbulkan kecurigaan jika ada penjaga lain
yang melihat dari markas. Jadi para orangtua
menggunakan senter, dengan seksama menghindari jendela. Rachel menggunakan
pandangan burunghantunya untuk membantu
pencarian. Cassie mengandalkan penciuman
super serigala. Seluruh rombongan kami menyebar ke
duabelas gudang, mencari peledak yang
Marco dan ayahnya yakin disimpan di suatu
tempat pada markas ini. Mendadak aku merasa gugup. Jumlah kami
begitu banyak. Spesies yang begitu beragam.
Perbedaan pengalaman yang begitu jauh.
Animorphs yang asli hanya sebuah tim kecil
dan misi kami pun terencana dengan baik.
Kecuali terkadang menjadi di luar kendali,
sebenarnya sering berakhir di luar kendali.
Tetap saja aku sekarang khawatir. Begitu
banyak hal yang bisa salah"
James berteriak. Sebentar saja anggota kami yang tidak
kebagian tugas berjaga-jaga sudah berkumpul
di dalam Gudang J. Ada sekitar duapuluh lima peti sepanjang
enam kaki yang berisi bahan peledak di sini.
Setiap peti distempeli peringatan dan
peraturan seperti "Tangani dengan Hati-hati"
dan "Dilarang Dibuka Tanpa Izin."
Cassie bertanya. Jake menjawab.
berangkat sebagai burung atau kutu pada
burung. Regu inti harus di dalam truk. Dan
Hork-Bajir juga, harus diusahakan masuk.
Pasti padat sekali. Tapi kita harus paksa. Ayo.
Mari mulai angkut.> Jake memanggil Tobias untuk memerintahkan
kedua truk dibawa ke Gudang J.
Saat truk-truk tiba, toby memberi tanda
kepada dua Hork-Bajir. Mereka mengambil posisi
di depan peti pertama dan mulai memegang
ujung-ujung peti dengan tangan mereka yang
seperti cakar. Kemudian mereka mengangkat peti tersebut
dari lantai. Dan bunyi pekik alarm memecah keheningan
malam.
Cassie, tetaplah di wujud kalian untuk
sekarang. Tapi tahan diri. Jangan bertempur
kecuali sangat diperlukan. James, kelompokmu tetap berubah dan jangan
sampai kelihatan.> Aku mulai berubah wujud. Hork-Bajir anggota Toby mempercepat
proses pengangkutan mereka.
CLUMPclumpclumpclump. Derap langkah sepatu boot tentara
bergaung dari markas. Duapuluh, tigapuluh,
mungkin lebih pasukan Garda Nasional
berbaris siaga. Teriakan. Lebih banyak alarm. "Para penjaga bergerak menuju gerbang,
Pangeran Jake," aku berkata. "Mereka akan
menghentikan kita di sana."
"Cepat! Cepat!" Ibu Rachel, dari kursi
pengemudi salah satu truk.
membentak. "Mau ke mana kau?" Jake memanggil Marco,
yang masih berwujud gorilla, ia berhenti dan
berbalik menatap Jake.
"Berhenti sekarang atau kusuruh Toby
menghentikanmu!" Marco tertawa tidak percaya.
Sekarang!" dia memerintah.
berpaling dari pertempuran sekarang. Ini dia! Ini
saatnya. Mungkin saat yang terakhir. Kita datang
bersama. Kita keluar bersama. Aku tidak akan
membiarkan seorangpun tertinggal. Mengerti?"
Marco berdiri. Ragu-ragu. Bimbang.
Aku menonton, menahan napas. Jake adalah
sahabat karib Marco. Tapi ayah Marco akan
tertinggal di markas ini, kemungkinan di
bawah kekuasaan Yeerk. Akankah Marco
mematuhi Jake" Apakah misi ini akan tetap
berjalan" "Demi Tuhan, Marco," Ibu Rachel
menghardik. "Cepat selesaikan angkutan dan
naik ke sini. Ayahmu akan baik saja. Ayo
cepat!" Ternyata ada gunanya juga orang dewasa
yang sok ngatur dan tidak sabaran.
Marco melompat kembali ke truk.
Di gerbang markas, satu battalion tentara
dan kendaraan terus berkumpul.
Kami harus menembus barisan mereka.
Dan kami harus melakukannya dengan truk
yang penuh berisi bahan peledak.
Peti terakhir selesai diangkut ke dalam truk.
Kami sudah siap. "Rachel, Cassie, Marco, kembali jadi
manusia!" Jake memberi perintah. "Masuk ke
dalam truk. Tobias tetap di udara, oke?"
akan bertempur kecuali sangat diperlukan.
Kita akan melaju secepat mungkin."
Para Hork-Bajir melompat ke dalam truk, di
atas peti-peti. Rachel naik ke sebelah ibunya. Aku masuk
ke sebelah Rachel dan membanting pintu
sampai tertutup. Di kargo belakang, Loren dan
Eva duduk berhati-hati. Marco, Cassie, dan Jake berhimpitan di truk
yang kedua bersama Michelle. Ayah Cassie yang
mengemudi. "JALAN!" teriak Jake.
Konvoi kecil kami berjalan pelan tapi pasti
menuju gerbang depan. Kami tidak ingin
menabrak rubuh pagar karena mungkin akan
menyebabkan ledakan. Dan kami harap kami bisa keluar tanpa
membunuh pasukan Garda Nasional yang tidak
bersalah. Tapi tentara tersebut sudah menunggu. Tentu
saja. Tiga barisan tentara. Bersenjata. Senapan
mereka sudah siap sedia. Truk kami paling depan. Saat ibu Rachel
melihat barikade tentara, dia otomatis memperlambat laju truk. "Sekarang apa?"
katanya. "Sekarang apa!"
"Tabrak mereka," Rachel memberi instruksi
dingin. "Tidak!" "Tabrak mereka!" Rachel menginjakkan kaki
ke atas kaki ibunya yang ada pada pedal gas.
Truk melaju cepat. "Berhenti! Rachel! Hentikan!" Naomi menjerit.
"Kita akan membunuh mereka!"
Seorang tentara, sepertinya Kapten, melangkah maju ke depan pasukan dan
mengangkat tangannya. Aba-aba sederhana. Tidak ada senjata.
Tidak mengancam. Hanya meminta untuk
berhenti. Rachel menginjak kaki ibunya semakin
kuat. Naomi menjerit. Tergantung aku untuk mengambil alih.
"Rachel!" aku berteriak. "Aku perintahkan
untuk berhenti! Kau harus mematuhi
perintahku!" "Diam, Ax!" Rachel mengambil alih setir
dengan tangan kirinya. Naomi mendorong Rachel ke arahku,
mencoba menjauhkan tangan putrinya dari
setir. Susah payah mengendalikan kembali
truk ini. Tapi Rachel terlalu kuat. Terlalu bertekad.
Kami akan menabrak petugas Garda Nasional
itu. Kami akan membunuhnya.
Jadi aku menggunakan tangan manusiaku
yang kuat dan menarik tangan Rachel dari
setir. Ini membuatnya kaget. Tangannya
terlepas dari kemudi. Kakinya terlepas dari
pedal gas. Dengan suara decit yang mengerikan, truk
ini berhenti. Kurang dari sepuluh kaki dari si
Kapten. Rachel berpaling kepadaku dengan marah.
"Apa yang kau lakukan?"
"Jake, memberimu perintah," aku berbohong.
"Perintah apa?" dia menuntut.
"Perintah untuk berhenti," Naomi berkata,
mengerling kepadaku. "Aku juga mendengarnya."
Sesaat, Rachel tampak terpukul. Kemudian
kemarahan kembali muncul di wajahnya dan dia
menggebrak dashboard dengan telapak tangannya. Aku melihat ke belakang. Truk yang lain juga
dipaksa untuk berhenti. Jake turun keluar dan berjalan melewati kami,
menuju si kapten. Kapten, yang melihat seorang remaja, tampak
menjadi sedikit tenang. Ini membuatku tahu bahwa dia bukan
Yeerk. Dia tidak melihat anak muda sebagai
ancaman. Jika dia seorang Yeerk, pastilah dia tahu
mengenali Jake yang sedang dalam pencarian
mereka. Jake memberi tanda kepada kami, yang
manusia, untuk keluar dari truk. Yang lain
turun, aku juga turun. "Nak! Apa yang sedang terjadi?" kapten
bertanya. "Pak, apa Anda percaya makhluk dari
planet lain" Jake balas bertanya. "Alien?"
"Apa ini cuma sebuah lelucon?" tuding
kapten. "Kau terlihat banyak masalah, anak
muda." "Pak. Tolong jawab pertanyaanku. Aku
bersama dua truk yang penuh berisi bom.
Penting sekali Anda menjawab pertanyaan
tersebut." Kapten memberi tanda kepada anak
buahnya. Mereka mulai menyebar dan
mengepung konvoi kami. Senjata mereka
teracung ke depan. "Nak, aku tidak percaya piring terbang. Aku
tidak percaya makhluk hijau kecil. Aku tidak
tahu apa maksudmu. Yang kutahu adalah
remaja dan bom tidak bisa dekat-dekat. Jika
ini adalah kerjaan iseng anak sekolah, konyol,
tapi?" "Ax," Jake berkata. "Tolong ke sini sebentar."
Aku melangkah meninggalkan truk menuju ke
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebelah Jake. "Pak, apakah Anda melihat siaran gubernur di
televise baru-baru ini?" Jake bertanya kepada
kapten. "Apa Anda mendengar pidatonya tentang
invasi Yeerk?" "Tentu saja. Tapi aku menerima surat dari
Kepala bahwa itu semua hanya berita palsu.
Tipuan media. Gubernur sekarang dikirim ke
pusat rehab. Kabarnya dia terlibat obat-obatan
dan kehilangan akal sehatnya. Letnan Kolonel
Larsen dikirim ke persidangan karena hubungannya dengan gubernur. Beberapa
tentara di daerah dikirim ke kota untuk
menangani kepanikan yang ditimbulkannya."
"Kapten, aku meminta Anda untuk memerintahkan anak buah jangan menembak
kami. Anda sekalian akan menyaksikan sesuatu
yang mengerikan tetapi tidak berbahaya."
Si kapten menimbang pernyataan ini untuk
beberapa waktu sebelum menjawab. "Oke, nak,"
akhirnya dia berkata, "Aku tidak yakin mengapa
tapi aku berjanji." Dia berbalik menghadap
pasukannya dan memberi perintah untuk
menahan tembakan. "Ax?" Jake berkata.
Aku mulai kembali ke wujud asliku.
Seperti yang sudah kubilang, berubah wujud
tidak terlihat cantik dan anggun. Bagi yang tidak
terbiasa, jelas adalah sebuah pemandangan
yang mengerikan. SCHLUUP! Aku merasakan wajah manusiaku mulai
mengencang. Bibir ku melesak ke dalam dan
mulai tertutup rapat. Hidung manusia memesek dan digantikan
dengan torehan hidung Andalite.
CREEEEEEEK! Pundak manusia, dada, dan lengan
mengecil dan semakin menyempit, membentuk pundak, dada, dan lengan
Andalite yang ramping. Punggung Andalite yang kuat muncul di
belakang dalam satu gerakan mulus. Diikuti
oleh terbentuknya ekor dan belati di ujungnya.
Dengan suara denting kecil, kulitku
dipenuhi oleh bulu-bulu biru.
Melalui mataku yang masih campuran mata
manusia dan Andalite, aku melihat ekspresi di
wajah sang kapten. Dia terlihat terkejut. Aku
mendengarnya memanggil dokter.
"Tidak! Tidak perlu dokter. Dia baik-baik
saja," Jake berkata.
"Dia sekarat," kapten berteriak dengan
suara serak. "Tidak, Pak, tidak," Jake membalas. "Dia
hanya kembali ke wujud aslinya."
Aku selesai berubah dan mendapati diriku
dikelilingi oleh wajah-wajah manusia yang
menunjukkan berbagai emosi.
Ketertarikan. Ketakutan. Ketakjuban. Teror. Bahkan kegembiraan. "Mereka di sini!" satu tentara berteriak.
"Mereka benar-benar ada!"
"Makhluk Mars?" pria lain bertanya.
"Hal-hal yang diberitakan di internet belakangan ini. Jadi semua itu benar?" seorang
wanita berbisik. Pada saat ini, Jake memberi tanda dan para
Hork-Bajir berlompatan keluar dari truk.
Para tentara mundur. Aku mendengar suara
denting dan kokangan saat mereka mulai
membidikkan senjata. "Ingat, Pak!" Jake berkata lantang. "Kalian
tidak dalam bahaya."
"Tahan tembakan kalian!" Kapten menyahut. Tapi suaranya bergeatr. Dia
berbalik kepada Jake. "Aku kira semua itu
hanya tipuan," dia berkata. "Maksudku, tak
terbayangkan?" "Kapten, biar aku jelaskan bahwa
sebagaimana manusia yang tidak semuanya
jahat, alien juga ada yang baik. Bangsa Yeerk
adalah yang sedang menjajah Bumi. Andalite
dan Hork-Bajir adalah sekutu kita."
Jake bergerak ke arahku. "Kapten, kuperkenalkan ini AximiliEsgarrouth-Isthill. Dia adalah Andalite. Dan dia
sudah jadi bagian dari gerakan perlawanan
Bumi sedari awal. Abangnya, Pangeran
Perang Elfangor-Sirinial-Shamtul gugur dalam
pertempuran mempertahankan Bumi dari
Yeerk." Kapten mengangguk. Ketika aku mengulurkan tangan, dia sedikit ragu.
Kemudian kami melangkah maju dan
bersalaman. Singkat. Tangannya lebih kuat
dari tanganku. Aku menahan untuk tidak
berjengit. "Toby?" Jake memanggil. Dengan seanggun yang Hork-Bajir bisa, Toby
melangkah maju dari balik bayang-bayang.
Secara tak sadar, sang kapten mundur
selangkah. "Toby adalah pemimpin kelompok Hork-Bajir
merdeka, yang juga merupakan anggota
kehormatan dari gerakan perlawanan. Bersama
kami sudah bertempur melawan Yeerk. Jika
beruntung, kami bisa membebaskan lebih banyak
orang-orang Toby. Dan suatu hari kami juga akan
membebaskan planet asal mereka."
"Senang bertemu dengan anda." Toby
berkata. Kapten mengangguk. Menggumamkan sesuatu tentang alien yang lebih sopan
berbahasa daripada kebanyakan pasukannya.
"Ada satu hal lagi." Jake lanjut menceritakan
tentang Animorphs, dimulai dari Elfangor. "Tapi
sekarang Yeerk sudah mendapatkan teknologi
tersebut," dia mengakhiri. "Kami kehilangan
keuntungan terbesar kami. Situasi menjadi
buruk." Wajah kapten menunjukkan perubahan
kontras dari emosi yang dirasakannya. Dari tak
percaya menjadi percaya. Dari horor menjadi
tertarik. Akhirnya, dia angkat bicara.
"Jadi apa masalah yang dihadapi sekarang?"
dia bertanya. Jake menyunggingkan senyum kecil di
wajahnya. Sang kapten akhirnya paling tidak
ingin mendengarkan lebih jauh.
"Ada kompleks kolam Yeerk di bawah kota
kita," dia menjelaskan. "Menyebar jauh, ke bawah
setiap daerah di sekitarnya. Di situlah Yeerk
berkumpul setiap tiga hari sekali untuk makan.
Pintu masuk ke sana tersebar di beberapa
tempat dari restoran fast food sampai ke mall.
Tempat dengan konsentrasi musuh terbanyak
di planet ini. Baru-baru ini Yeerk berhasil
mengendalikan kereta bawah tanah dengan
enam sampai tujuh jalur transportasi. Jalur
tersebut mereka arahkan langsung ke
kompleks kolam. Kami melihat mereka
menggiring orang-orang masuk ke sana. Dari
situ, mereka akan dibawa dengan kereta
menuju kolam untuk disusupi." Jake berhenti
dan melihat reaksi kapten. "Kami membutuhkan bahan peledak Anda untuk
menghancurkan kompleks kolam tersebut."
"Tapi aku tidak mendapat perintah," kapten
memprotes. "Aku tidak bisa membiarkan
kalian meninggalkan markas dengan bahan
peledak itu." Saat itulah ibu Rachel melangkah maju.
"Kapten Olston!"
"Naomi. Apa yang kau lakukan di sini?" si
kapten berkata. Ibu Rachel dan kapten bersalaman.
"Bagaimana kabar Anda, Pak?"
Kapten tersenyum lemah. "Di luar ini
semua, uh, baik. Dan masih seorang tentara.
Terima kasih buat Anda."
Ibu Rachel berbalik kepada kami semua.
"Aku merepresentasi anak tertua Kapten
Olston saat dia dituduh melakukan pencurian
mobil." Kapten tersenyum hangat. "Keluargaku sangat
berterima kasih. Jika Robert jadi tersangka, aku
mungkin akan dibebastugaskan untuk melanjutkan kasus itu. Anda menyelamatkan
hidup anak dan karir saya."
Dia berdehem dan mengernyit. "Tapi apa
peran Anda dalam ini semua" Mengapa Anda
tidak maju dari tadi?"
"Aku tahu ini terdengar gila, Kapten Olston,
tapi invasi Yeerk memang benar sedang terjadi.
Tidak peduli apapun yang Anda dengar tentang
gubernur yang gila atau bohong atau sakit. Beliau
mengatakan yang sebenarnya dan sekarang,
jelas, beliau dihukum karena itu."
"Aku senang mendengar nama gubernur
dibersihkan," kapten berkata. "Beliau adalah
orang terbaik yang dimiliki oleh kantor negara
bagian ini." "Kami adalah gerakan perlawanan, Kapten,"
Naomi melanjutkan. "Dan anak ini?" dia berkata,
menunjuk Jake, "keponakanku, Jake, dialah
pemimpinnya. Jadi dengan dialah Anda harus
bicara. Aku hanya membantu sedikit."
Kapten mengernyit dan berbalik kepada Jake.
"Na, tidak bermaksud menyinggung, tapi kau
lebih muda daripada anak bungsuku. Dia anak
muda yang baik, tapi aku tidak akan
mempercayakannya membawa truk penuh
bom ke kota. Kau tidak bisa mengharapkan
aku memberi mu izin begitu saja, kan?"
Jake berkata tegas namun penuh
penghormatan. "Kami akan bertempur untuk
itu, jika perlu, Pak. Dan jika kami bertempur,
kami akan menang. Tapi kami tidak perlu
begitu. Apa yang kami mau adalah bantuan
dari Anda." Mendadak, terdengar perkelahian dan
teriakan. Sebuah tembakan dilepaskan dan
nyaris mengenai kepala Jake.
Tiga tentara bergulat dengan tentara
keempat di tanah. "Pak," seorang tentara melapor. "Prajurit
Grigsby membidik anak itu. Dia hendak
membunuhnya." Jake berbalik kepada kapten. "Grigsby
adalah Pengendali-manusia. Itu artinya ada
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yeerk di kepalanya. Mungkin lebih banyak lagi
di dalam pasukan Anda."
Kapten Olston menggeleng. "Aku agak sulit
menerima ini. Seperti yang kubilang, aku
mendapat perintah bahwa cerita Yeerk ini
adalah tipuan. Aku diberitahu bahwa beberapa
pasukan dibutuhkan di kota untuk mengatasi
kepanikan. Kepala berkata aku tidak boleh
mengganggu." "Maka pimpinan Anda adalah Yeerk," Jake
berkata. Wajah Kapten Olston berubah pucat. "Itu
berarti?" "Itu berarti Anda harus memutuskan tindakan
Anda sendiri." Ibu Rachel berkata.
Aku melihat wajah Kapten Olston dan
menurutku aku mengerti perasaannya. Kemauan
untuk menerima perintah dari atasan dan lalu
mematuhi mereka untuk menjaga pasukan agar
tidak berubah menjadi sekelompok massa.
"Pak," Jake berkata. "Kami tidak punya
banyak waktu. Ada Yeerk di mana-mana. Kita
mungkin sudah ketahuan. Mungkin ada Yeerk di
dalam pasukan Anda yang sudah berhasil
mengontak kota. Kami harus terus maju."
Ibu Rachel, kritikus terbesar Jake, meletakkan
tangannya ke pundak Jake. "Dengarkan anak ini,
Kapten Olston. Dia mungkin adalah orang yang
akan menyelamatkan nyawa kita semua. Bahkan
mungkin nyawa planet ini."
Sang kapten memandang Jake, lalu
memandangku, untuk waktu yang terasa lama.
Lalu dia berdehem lagi. "Apa yang kalian butuhkan, Nak?"
Ayah Marco dipanggil dari unit medis untuk
membantu. Kapten Olston menawarkan
tenaga pasukan, material, dan truk-truk.
Pertama, ayah Marco meminta maaf
kepada Kapten olston karena sudah harus
menipunya. Lalu dia menjelaskan bagaimana
seharusnya komposisi optimal untuk masingmasing truk.
"Tapi tidakkan itu akan menambah beban?"
Kapten Olston bertanya. "Ya. Tapi kita tidak punya pilihan lain,
menurutku. Kita cuma punya satu kali
kesempatan. Jadi kita akan memasukkan
sebanyak mungkin peledak ke dalam satu
kereta. Itu artinya kita akan mengangkut
banyak peledak dari sini."
"Jika begitu mengapa tidak membawa
sepuluh atau dua puluh truk" Kami punya
sebanyak itu." "Terlalu banyak truk akan menarik perhatian,"
Jake berkata. "Terutama jika pasukan Anda
sudah diperintahkan untuk jauh-jauh dari kota.
Tapi kami akan menerima beberapa turk lagi, jika
Anda bersedia. Lima, totalnya. Dan Anda
bersama beberapa pasukan."
Kami kembali di Gudang J.
Para Hork-Bajir dan pasukan kapten
mengangkut peledak dan mengaturnya sedemikian rupa agar lebih stabil.
"Bagaimana dengan timer dan sekeringnya?"
kapten bertanya. "Aku yang akan mengatur sekering dan timer,"
kata ayah Marco. "Aku seorang insinyur. Bahan
peledak bukan keahlianku tapi aku bisa belajar
jika diperlukan." "Biarkan sersanku membantumu," Kapten
Olston berkata. "Bahan peledak adalah
keahliannya." Dia bicara kepada seorang asisten
yang segera berlari dan kembali beberapa menit
kemudian dengan seorang wanita kecil berambut
pirang. Sersan Tara Weston.
Sementara sersan dan ayah Marco bekerja,
aku tinggal di belakang dan berpikir,
Berpikir bahwa teknologi peledak itu masih
primitif untuk standar Andalite, namun demikian
aku yakin cukup untuk misi ini. Jika kami bisa
membawa sebanyak itu peledak ke stasiun
bawah tanah dan memasukkanya ke dalam
kereta yang kosong. Sebuah "Jika" yang besar.
Aku melihat ke arah ibu Rachel yang
bersandar di sisi truknya, menenggak air dari
botol. Cukup menarik melihat Kapten Olston
sangat berterima kasih kepada ibu Rachel.
Rachel sendiri yakin ibunya tidak banyak
berguna. Kami juga yakin begitu. Tapi jelas,
kapten menilai ibu Rachel sebagai pengacara
yang sangat berguna. Karena ibu Rachel, kapten bisa mempertahankan pangkatnya. Dan karena
sang kapten pintar dan pemimpin yang jujur,
kami bisa mendapatkan bantuan yang kami
perlukan. Aku mulai berpikir Rachel bersikap tidak
adil terhadap ibunya. Aku pikir Rachel
mungkin juga merasa begitu.
Aku melihatnya mendekati ibunya. Dia
tidak terlihat sesombong biasanya.
Meskipun aku tidak setuju dengan apa
yang disebut manusia sebagai menguping,
aku tidak bisa tidak mendengar percakapan
mereka. "Mom," Rachel berkata lembut. "Aku" aku
minta maaf. Aku?" "Rachel, tidak apa-apa"
Kelanjutannya tidak bisa aku dengar. Tibatiba bahu Rachel mulai berguncang.
Dia menangis. Sungguh hal yang aneh dan
tak nyaman untuk dilihat. Tapi aku senang
melihat dia menangis. Rachel adalah satu manusia yang aku tidak
pernah merasa kasihan kepadanya. Namun
sekarang, anehnya, aku merasakan sedikit rasa
kekeluargaan. Mungkin Rachel, seperti aku,
mendadak sadar bahwa jurang antara sekarang
dan masa kecilnya dulu sudah begitu jauh dan
dalam. Mereka sudah selesai mengangkut peledak.
Terdengar teriakan perintah untuk bersiap-siap
berangkat. Para tentara Garda Nasional dan
Hork-Bajir menuju posisi mereka masing-masing
di dalam lima truk. Kami berubah menjadi burung
dan mengikuti dari udara. James dan
kelompoknya sudah diminta untuk mengikuti kami
dari dekat. Para orangtua mendapat ucapan terima kasih
dan diminta untuk segera kembali ke
perkemahan. Di sana mereka akan menunggu
berita keberhasilan misi ini. Atau berita
kegagalan. Mereka tidak menolak. Ibu Rachel mencium pipi putrinya dan mundur
ke dalam bayang-bayang. Marco menyalami ayahnya dan memeluk
ibunya. Bangga. Tapi protektif.
Tobias menjadi manusia dan mengucapkan
selamat tinggal kepada ibunya. Dia menggenggam tangan ibunya, meyakinnya
bahwa semua akan baik saja.
Cassie dan kedua orangtuanya saling
berangkulan. Kening mereka bersentuhan
selama beberapa saat sebelum berpisah.
Aku tahu apa yang sedang terjadi. Semua
orang sedang mengatakan kepada keluarga
mereka apa yang biasanya dikatakan orang
jika mereka hendak berpisah selamanya. Aku
tidak dapt kesempatan untuk melakukan hal
tersebut kepada orangtua atau abangku,
Elfangor. Jake juga tidak sempat mengucapkan
selamat tinggal kepada orangtuanya.
Jake, Pangeran ku, berdiri sendirian.
Ini mungkin malam terakhir kami.
Aku tahu dia merasakan ketidakhadiran
keluarganya. Aku tidak bisa menjadi
keluarganya. Dia tidak bisa menjadi keluargaku. Tapi aku bisa menjadi teman
baginya. Aku berjalan mendekatinya. "Kau adalah
Pangeran ku," aku berkata. "Dan apapun yang
akan terjadi, ketahuilah aku bangga sudah
bertempur melayanimu."
Jake tersenyum sendu dan meletakkan
tangannya ke pundakku. "Ax, untuk yang
terakhir kalinya?" "Ya?" "Jangan panggil aku "Pangeran.?"
Kami sampai di kota.
banyak orang. Belum. Tapi sudah dijaga ketat.>
Dengan arahan Tobias, konvoi lima truk kami
melewati jalanan di kota. Kami para Animorphs
mengikuti, menyebar di udara.
Masih pagi sekali, sebelum jam sibuk. Lalu
lintas masih lengang. Tapi trotoar dipenuhi oleh
orang-orang yang sedang digiring menuju pintu
masuk stasiun bawah tanah.
Beberapa masih memakai piyama dan gaun
tidur dan jubah mandi. Jelas para Yeerk tidak lagi hanya menangkapi
para pengendara dan pengguna jalan. Mereka
menyatroni rumah-rumah penduduk. Memaksa
mereka turun dari tempat tidur dan menodong
mereka dengan senjata untuk pergi ke stasiun
bawah tanah dan naik ke kereta.
Konvoi kami sudah sampai di stasiun Jalan
Shawmut dan berhenti. Kapten Olston melompat dari truk yang
pertama dan memberi tanda pasukannya
untuk segera mengikuti. Pasukannya terdiri
dari sekelompok kecil pria dan wanita yang
dipilihnya sendiri. Kapten dan pasukannya, dengan senjata
siaga, berjalan cepat menuju sekelompok
tentara Garda Nasional yang berjaga di pintu
masuk. Kelompok penjaga itu, sepuluh orang,
segera merapatkan barisan dan meletakkan
tangan pada senjata mereka.
"Minggir, prajurit," Kapten Olston memerintahkan dengan lantang. "Kami
mengangkut beberapa peralatan."
"Pak," seorang detasemen menjawab.
"Kami tidak mendapat perintah untuk
menerima peralatan."
"Siapa komandan kalian?" sang kapten
menggelegar. Mendadak, ada suara langkah kaki pada
tangga logam. Para tentara menyebar sedikit.
Seorang mayor muncul dari stasiun di
bawah dan tersenyum sinis. "Kapten Olston!
Aku cukup terkejut melihatmu. Aku sudah
memerintahkan kau untuk tetap di markas."
"Memang," Kapten Olston berkata dingin.
"Tapi perintah itu sudah dicabut."
"Siapa yang mencabut?" sang mayor
bertanya, senyumnya tampak semakin melebar.
"Dia." Kapten Olston mengangguk kepada
sesuatu di belakang mayor. Mayor berbalik dan
berteriak kaget. Marco, dalam wujud gorilla, menjatuhkannya.
Terjadi begitu cepat, para Yeerk tidak sempat
bertindak. Beruang grizzly, harimau, serigala, dan
Andalite muncul diam-diam seolah entah dari
mana dan memukul kesepuluh orang itu sampai
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pingsan. Toby dan beberapa Hork-Bajir keluar dari truk,
mengumpulkan mayor Yeerk dan tentaranya, dan
mengikat mereka di dekat tangga stasiun.
Kesebelas orang itu lantas dikunci di dalam booth
karcis. Tobias memberikan sinyal aman dan
meyakinkan kami dia tidak melihat ada pasukan
Yeerk lain yang menyerbu ke arah kami. Kami
bergabung dengan Hork-Bajir di peron stasiun.
James dan kelompoknya juga ikut bersama kami.
Begitu ada kereta yang melesat datang ke
stasiun.
melewati kami. Setiap gerbong penuh dengan
orang-orang yang ketakutan. Beberapa
menekankan wajah mereka ke jendela. Ada
juga yang memukul kaca dan berteriak minta
tolong. Selebihnya hanya diam terpaku dan
tanpa harapan. Kami berdiri di peron, menunggu untuk
terlihat. Dan seperti yang kami inginkan, Yeerk
memerintahkan kereta untuk berhenti mendadak. Pintu-pintunya membuka. Orang-orang
berlari keluar dan serabutan menuju tangga.
Yang di gerbong pertama, sudah berada di
terowongan, berlari kembali ke peron.
Semuanya ketakutan, semuanya ingin kabur,
mereka tidak memperhatikan kelompok kecil
aneh kami yang berbaris di peron.
Seekor beruang grizzly. Rachel.
Seekor gorilla. Marco. Seekor harimau. Jake. Seerkor serigala. Cassie.
Seekor singa. James. Seekor buaya. Collette. Seekor kucing hutan. Tuan.
Seekor banteng. Kelly. Dan Andalite. Begitu kereta sudah kosong, sepuluh
Pengendali-manusia berseragam militer melangkah ke peron dari dalam kereta.
Satu Pengendali maju ke depan. "Jadi," dia
berkata, tertawa, "sepertinya ada sirkus di kota."
Dia berbalik kepada rekan-rekannya. "Bagaimana
jika kita bergabung dengan mereka di tengah
arena?" Mendadak, para Pengendali-manusia berubah wujud.
menjadi mereka.> Pengendali-manusia yang pertama berubah menjadi badak. Ada yang menjadi
beruang kutub. Ada yang jadi cheetah.
Tujuh sisanya menjadi serigala.
Dengan tiba-tiba si badak menurunkan
kepalanya, mendengus, dan berlari menyerang!
Rachel menyerang badak dengan kecepatan grizzly yang mengejutkan. Mereka
bertabrakan! Otot Rachel yang menakjubkan menyerap
sebagian besar tumbukan, tapi cula badak
mengenai kakinya. Merobek sebuah luka yang
besar. Itu adalah tanda yang ditunggu semua orang.
Pertempuran dimulai. Semua binatang
melompat maju. Kucing hutan Tuan menyerang cheetah, yang
dengan mudah melompat menghindar" tapi
Collette sudah menunggu. SNAAAAAAP! Dengan rahang buaya yang mematikan, dia
menangkap kaki belakang cheetah dan menarik
kucing itu ke bawah. Secara brutal buaya
mengguncang kucing itu ke kiri dan ke kanan.
Kepala cheetah menghantam pinggir kereta.
Collette melepaskan tubuh yang sudah tidak
bergerak itu.
badak. Dan meninju kepalanya saat dia lewat.
Satu mata tandukku berputar"
FWAP! Satu serigala gugur, tapi"
"Grrrrrrr, grrrr, grrOWWWWWRR!"
Dua serigala yang lain, menggeram,
menggertak, melolong ke arah ku. Mencoba
untuk menyudutkan ku ke dinding.
FWAP! Belati ekorku menyabet telinganya.
Serigala yang berdarah itu mendengking
tapi tidak mundur. Dia memamerkan giginya
dan menggeram lebih keras. Bulu-bulu di
tengkuknya berdiri. Lalu, mereka berdua
melompat ke arahku. FWAP! FWAP! Mereka jatuh dengan debam keras ke
lantai dan terbaring penuh darah. Aku
melompati tubuh tak berdaya mereka. Tapi
sebelum aku bisa mencari musuh yang lain"
WHUMPF! Sesuatu yang besar jatuh menimpaku!
Sesuatu yang berat dan menyesakkan.
Si beruang kutub. Aku berjuang untuk menyabetkan ekor, tapi
sia-sia. Bobot beruang kutub yang luar biasa
mencegah anggota tubuhku untuk bergerak.
Aku tidak bisa bernapas. Aku tidak bisa
melihat. Aku mulai tak sadarkan diri.
Lalu, aku mendengar letusan senapan.
Beban yang membebaniku terasa semakin
berat. Kemudian mendadak, beberapa orang
Garda mengangkat mayat beruang kutub itu
dari ku. Pasukan Kapten Olston bergabung bersama kami di peron dan menembaki para
penyerang. Aku bangkit berdiri. Melihat beruang
kutub yang sudah mati, badak mati, cheetah mati.
Dan banyak serigala yang mati.
Banyak serigala yang mati!
Jantungku berhenti. Aku melihat ke segala arah sekaligus.
Di mana Cassie" Yang lainnya terlihat masih sibuk. Tim kami
dan pasukan Kapten Olston berlarian untuk
mengambil bahan peledak dari truk yang
menunggu di luar stasiun. Mereka sedang
mengisi kereta dengan bom.
Aku melangkahi satu per satu mayat
serigala.Pasukan Kapten Olston tidak akan bisa
membedakan para serigala yang satu dengan
yang lain. Dalam pertempuran, aku juga tidak bisa,
kecuali mereka menyerangku langsung.
Cassie! Aku sangka aku membenci Cassie.
Tapi tidak. Aku merasa dia sama seperti yang
lain. Dan sekarang dia sudah mati.
Aku menyesali kata-kata kasarku. Aku sangat
menyesalinya. "Ax! Ayo! Banyak yang harus kita lakukan."
Aku berbalik, tidak percaya kepada telingaku.
Suara itu milik Cassie. Dia berdiri di sebelah Jake dekat anak tangga
stasiun. Mereka berdua sudah kembali jadi
manusia. "Ayo, Ax," Jake berkata. "Aku perlu kau.
Kita harus mengambil sesuatu keputusan."
Aku berlari untuk bergabung dengan
mereka. Aku melihat ke Cassie dan dia juga
melihatku. Aku tidak perlu bilang kepadanya bahwa
aku tidak membencinya. Aku rasa dia sudah tahu. Kereta dipenuhi oleh bahan peledak yang
sudah diatur untuk meledak lima menit setelah
detonatornya diaktifkan. Lima menit tersebut akan memberi kesempatan untuk manusia yang belum disusupi,
Pengendali-manusia, dan Hork-Bajir melarikan
diri. Aku mengakui tidak satupun dari kami yang
peduli dengan keselamatan Taxxon.
Lebih dari lima menit akan memberi waktu
buat Yeerk untuk menonaktifkan bom.
"Oke," Jake berkata. "Semua sudah siap. Kita
butuh tiga orang untuk mengendalikan kereta.
Aku satu. Artinya aku butuh dua orang
sukarelawan untuk ikut bersamaku."
"Karena pada dasarnya ini salahku," Cassie
berkata, "aku ikut."
"Tidak bisa," Rachel menentang. "Aku juga
ikut." Marco melangkah maju. "Jake, maaf, teman,
tapi kau tidak bisa jadi salah satu dari tiga
orang itu." "Mengapa tidak?" Jake angkat bahu. "Aku
tidak punya keluarga."
"Mungkin sekarang iya," Marco berkata
tegas. "Tapi maksudku adalah kami semua
punya keluarga sekarang. Keluarga yang
sangat kami pedulikan. Kau adalah orang
yang paling kami percaya. Kau yang membuat
kami bersatu, membuat kami tetap hidup, dan
membuat kami tetap waras. Kaulah orang
yang kami percaya bisa membawa kami keluar
hidup-hidup dari sini dan kembali ke
perkemahan." Cassie dan Rachel mengangguk.
Jake mangambil napas dalam-dalam. "Oke.
Oke. Aku tidak bilang kalian benar. Tapi kita
tidak punya waktu untuk berdebat. Kalian
menang. Tapi siapa jadinya yang pergi" Ingat,
siapapun yang pergi mungkin tidak akan
kembali." Aku melangkah maju.
Jake menatapku untuk waktu yang lama.
"Mengapa?"
sudah resmi jadi pengkhianat bangsaku
sendiri. Dan jika Animorphs yang lain tahu aku
sudah menyetujui rencana karantina pemimpin
tertinggi, mereka juga akan menganggapku
sebagai pengkhianat Bumi.
Jika aku tidak kembali dari misi ini, mungkin
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
itulah yang terbaik. Yang kuinginkan hanyalah
pilihan untuk mati seperti Elfangor. Untuk
memberikan dampak sebesar mungkin kepada
Yeerk. Untuk menghentikan perang ini sebisaku.
Jake tidak bertanya lagi. Dan aku berpikir
mungkin dia tahu lebih banyak dari yang
kusadari. Bisa dibilang aku berharap begitu.
Mungkin suatu hari, kami punya kesempatan
untuk membicarakan ini. Suatu hari. "Aku ikut," Marco berkata.
"Aku ikut," Cassie mengulangi.
"Enak saja," Rachel menentang. "Bagaimana
denganku!" "Cassie ikut," Jake berkata. "Jika nanti ada
keputusan yang harus diambil, aku mau Cassie
yang memutuskannya. Dengan dia yang pergi
aku merasa aku juga pergi. Dan Marco juga pergi
karena" aku tidak tahu. Kurasa Marco akan
menikmati perjalanannya. Rachel, aku butuh kau
di sini bersamaku." Cassie tersenyum kepada Jake dan dia balas
senyum. Bahkan Rachel terlihat puas.
Meskipun kami sedang menghadapi kematian,
entah bagaimana semua terasa seperti dulu saja.
Sebelum perang menjadi semakin parah.
Entah bagaimana, kami terasa kompak
lagi. Dari dalam terowongan, kami mendengar
suara deru mesin dan peluit.
"Laksanakan!" Jake berkata buru-buru.
"Pergi. Sebentar lagi aka nada kereta yang
lewat di belakang. Jika mereka melihat ada
yang berhenti, mereka akan curiga."
Tidak ada yang memeluk atau mengatakan
selamat tinggal. Tidak ada waktu. Marco,
Cassie, dan aku berlari masuk ke kereta dan
menuju ruang mesin. Marco menekan tuas
untuk menghidupka kereta.
Kereta menyentak dan mulai bergerak.
"Ayo," Cassie berkata kepadaku. "Kita
lakukan pemeriksaan. Pastikan semuanya
sudah beres." Detonator sudah dipasang di gerbong
belakang ruang mesin. Cassie dan aku
memeriksa ulang semua yang sudah dipasang
rapi oleh ayah Marco dan Sersan Weston.
Kereta bertambah cepat. Kami masuk lebih
dalam ke terowongan. Lebih dekat ke kolam
Yeerk. Suara ribut roda kereta pada rel terdengar
semakin keras. Kami membelok tajam di
tikungan. WHUMPF! Cassie dan aku terlempar ke sisi seberang
gerbong kereta. "Kita mendekati stasiun," Marco berteriak.
"Tiarap. Yeerk yang melihat kereta ini kosong,
pasti akan segera menembakinya."
Lampu-lampu stasiun sudah terlihat.
Cassie dan aku berjongkok. Aku membiarkan
mata tanduk tetap berdiri supaya aku bisa melihat
keadaan melalui bagian bawah jendela.
Pengendali Hork-Bajir dan Pengendalimanusia sedang mengawal kerumunan besar
orang-orang di peron. Mereka melangkah maju,
siap menyambut kereta yang mereka kira akan
berhenti. Tapi kereta kami terus melaju melewati
stasiun. Dan para Yeerk mulai menembak.
Tseeew! Tseeew! Api Dracon menghancurkan jendela
beberapa gerbong. Lampu-lampu di dalam kereta berkedip
padam, lalu menyala lagi. Dan aku mencium
bau asap. Teriakan! Suara Marco. Tapi aku tidak
mengerti apa yang dikatakannya.
Bau gosong yang pahit semakin menguat.
Aku mendengar masalah itu sebelum bisa
melihatnya. Suara berderak, mendesis, suara
pecutan, kabel listrik yang terlepad dari langitlangit. Kabel itu berayun liar di dalam gerbong
seperti cambuk listrik. Percikan api biru dan
putih terbang ke segala arah.
Kabel itu berayun ke arah kami!
Cassie masuk ke bawah kursi. Kabel itu nyaris
mengenainya, meleset beberapa senti saja. "Jika
kabel itu mengenai sekring, kereta ini akan
meledak sebelum kita sampai di kolam!" dia
berteriak. Kabel menyabet udara di atas kepalaku!
Aku menunduk. "Tidak adakah yang bisa dilakukan?" Marco
berteriak. "Aku punya ide." Cassie berguling keluar dari
bawah kursi, berjuang untuk berdiri, dan
mengambil palang pegangan yang dipasang di
sepanjang gerbong.
Percikan biru dan putih menjalar menuju Cassie!
Cassie melepaskan pegangannya sepersekian
detik sebelum percikan tersebut menjalar
melewatinya. Kereta menderu di tikungan. Cassie terlempar
lagi ke sisi gerbong yang satunya. Begitu juga
aku. Kuku ku terangkat ke udara dan aku jatuh
menyamping dengan keras. "Kita tidak bisa pelan-pelan?" Cassie berteriak.
"Tidak!" Marco menyahut. "Aku belum
mempelajari cara mengerem."
Saat itu, aku mendengar pintu di bagian
belakang gerbong menggeser terbuka.
Dan aku melihat tiga Hork-Bajir dengan banlengan berwarna biru bergegas menuju kami.
Mereka pasti bersembunyi di dalam kereta
sedari tadi. Tidak ada penjelasan lain.
Bagaimana mungkin kami tidak melihat
mereka" Aku buru-buru bangkit. Susah payah
menjaga keseimbangan. Cassie dalam keadaan tidak berubah
wujud. Begitu juga Marco.
Semua tergantung padaku. Aku harus mencegah Hork-Bajir membunuh
kami sebelum kereta sampai di tujuannya. Aku
bersiap untuk bertempur. Kulengkungkan ekor
ke atas kepalaku. Kabel listrik menyentak dan mendesisi di
sekitar ku. Hork-Bajir berjalan mantap, mata mereka
terpaku kepadaku, mata pisau di lutut dan siku
mereka terhunus. Kemudian" WHOOOSH! Sesuatu melesat dari pintu gerbong yang
dibuka oleh para Hork-Bajir.
Seekor elang ekor-merah! "Tseeer!" Burung itu mencakar kepala para Hork-Bajir
dengan cakarnya yang mematikan!
Kereta kembali berbelok tajam.
Dan karena terkejut, Hork-Bajir meraih
palang logam untuk pegangan menyeimbangkan diri. Tepat pada saat itu, kabel listrik juga
menyentuh palang tersebut.
ZZZZZAAAAATTTTT!!!! Lampu gerbong berkedap-kedip. Palang
logam berubah menjadi biru dan putih. Percikan
api terbang liar ke udara.
Aku melihat tiga Hork-Bajir berban-lengan biru
sesaat berubah menjadi sosok yang berkilau
karena sengatan listrik mengalir ke dalam tubuh
mereka. Kemudian, semuanya berakhir.
Arus listrik, mengalami korslet, dan padam.
Para Hork-Bajir jatuh ke lantai.
Cassie berguling keluar dari bawah kursi.
Keadaan nyaris gelap gulita. Satu-satunya
cahaya datang dari lampu-lampu redup pada
dinding terowongan.
Tobias tidak menjawab. Tapi aku melihat
elang ekor-merah melesat keluar dari jendela
yang rusak dan terbang menghilang.
Cassie. Cassie berlari ke jendela. "Terima kasih,
James," dia berteriak.
Tapi suaranya samar-samar tertelan oleh deru
kereta. Di dalam terowongan gelap kami terus
melaju cepat. Kereta sekarang berlari di atas rel yang
baru dibangun. Selang beberapa meter kami
melewati Taxxon dan Hork-Bajir yang sedang
menggali terowongan diterangi oleh cahaya
tongkat flare. Beberapa dari mereka melihat penasaran
ke arah kereta kosong yang melaju di dalam
kegelapan, tapi mereka melanjutkan perkerjaan mereka. Marco keluar dari ruang mesin. "Kita
hampir sampai. Sekitar dua menit sebelum
menabrak. Sebaiknya kita mulai berubah
wujud menjadi binatang yang cocok. Kecoak
atau kutu. Yang penting bisa selamat dari
benturan yang sangat keras."
"Bagaimana dengan detonatornya?" Cassie
bertanya. "Aku akan aktifkan kuncinya sekarang," kata
Marco. "Tidak!" jerit Cassie. "Kau tidak bisa
mengaktifkannya sekarang. Nanti orang-orang
hanya akan punya waktu tiga menit untuk
melarikan diri. Waktunya tidak akan cukup."
"Cassie!" Marco mengeluh. "Resikonya nanti
semakin besar jika?"
menit. Kurang dari itu berarti tidak menghormati
dan tidak manusiawi.> Cassie memandangku dan tersenyum.
"Oke. Dua lawan satu. Kalian menang." Marco
berhenti. "Jadi, siapa yang akan mengaktifkan
detonator?" "Lempar koin," kata Cassie cepat.
keputusan yang besar," jawab Marco hampa.
"Pertama, kau pilih kepala atau ekor. Lalu kau
lempar koin. Sisi mana yang muncul saat koin
mendarat, itulah yang menang."
Prosedurnya cukup sederhana. Tapi aku
berpikir jika memang metode ini yang dilakukan
manusia dalam mengambil keputusan besar"
yah, banyak hal terjelaskan.
"Oh." Cassie. "Benar."
"Tidak bermaksud menyinggung, Cassie,"
Marco berkata. "Tapi menurutku harus antara
Ax dan aku." "Kenapa" Kau tidak percaya aku hanya
akan memberi waktu lima menit untuk
melarikan diri?" "Aku tidak percaya kau tidak akan
mengorbankan dirimu sendiri nanti. Tidak
boleh ada yang sok pahlawan."
Cassie terlihat malu tapi tidak membantah
Marco lagi. Aku memasuki proses pengambilan
keputusan dengan lempar koin. Aku memilih
"kepala" dan aku "menang".
"Kau tahu caranya mengaktifkan kunci
detonator"> Marco bertanya, sembari berubah
menjadi kutu.
Aku melihat kepalanya mengecil seukuran
peniti. Tangannya tertarik dan menghilang.
Tubuhnya memendek dan menipis. Lalu
kemudian, zip! Dia tidak lebih besar dari
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebutir nasi. Material sisik yang gelap mulai menutupi
wajah Cassie. Tangannya meleleh ke samping dan sayap
menerobos keluar dari pundaknya. Kakinya
mengerut sampai seolah mereka terbuat dari
kawat dan dia jatuh ke depan.
Kurang dari tiga puluh detik, dia sudah jadi
kecoak. Aku melihatnya bergerak cepat ke bawah
kursi. Kereta terus melaju. Kami sudah dalam sekali
di terowongan. Di sekeliling kami hanya ada
warna hitam. Aku mengeluarkan kepala dari
salah satu jendela yang rusak dan melihat apa
yang ada di ujung rel. Cahaya redup. Stasiun di kompleks kolam
Yeerk. Satu menit berlalu. Kereta semakin dekat dengan tempat tujuan.
Stasiun terakhir. Di mana kereta ini dirancang
berhenti untuk menurunkan penumpang.
Tapi kereta ini tidak akan berhenti. Kereta ini
tidak akan melambat. Hork-Bajir dan Pengendali-manusia berseliweran di peron stasiun. Beberapa
mengawasi kereta yang dengan cepat menuju
arah mereka dengan was-was.
Para pengendali tersebut mendadak bubar.
Mereka sadar ada yang salah.
Tiga puluh detik. Dua puluh Sembilan detik.
Detonatornya. Aku menekan tiga digit pertama
dari kode yang terdiri atas empat figit. Lalu aku
mulai berubah wujud. Untungnya, perubahan dimulai dari bagian
belakangku. Dengan sedikit keberuntungan,
hal terakhir yang akan berubah adalah jariku.
Aku adalah pelayan bangsaku"
Lime belas detik. Aku adalah pelayan pangeranku"
Empat belas detik. Aku merasakan ekorku menggulung.
Sensasi mengerut yang aneh dan kering. Kuku
ku terasa seperti terbuat dari kertas dan
renyah. Dadaku terbelah, membentuk thoraks
dan perut kecoak. Sembilan detik. Delapan detik. Aku adalah pelayan kehormatan"
Aku bisa mendengar teriakan dan jeritan di
antara suara deru kereta. Jelas sebentar ada
tabrakan yang tidak bisa dihindari.
Rangka luar yang berwarna gelap muncul
di punggung tangannku. Jari-jariku memendek.
Tiga detik. Dua detik. Aku menekan digit ke empat sebelum jariku
menghilang. Kereta menabrak ujung rel dan aku
merasakannya melayang ke atas.
Kereta ini melengkung di udara.
Dan terlipat menghantam kolam Yeerk.
Dampaknya luar biasa. Bahkan kecoak pun
merasakannya. Seolah Bumi meledak.
Aku terlempar ke udara dan mendarat di suatu
permukaan yang bisa apa saja " dinding, lantai,
atau langit-langit. Untungnya, berat tubuh kecoak
tidak cukup besar untuk membuatku terluka.
Meskipun untuk beberapa saat aku kehilangan
arah. Begitu semua gerakan berhenti, aku sadar aku
sedang mengambang. Kereta mendarat di kolam
Yeerk. Gerbongnya digenangi oleh cairan.
Aku mulai berubah kembali. Aku berharap
Cassie dan Marco juga selamat.
Untungnya, gerbong belum dipenuhi oleh
cairan saat aku selesai berubah menjadi Andalite.
Kepala dan pundakku di atas permukaan air yang
keruh dan berlendir. Semua jendela gerbong sudah pecah. Tidak
ada masalah keluar dari puing-puing kereta ini.
Saat aku keluar, pemandangannya sungguh kelam dan penuh tragedi.
Manusia, Hork-Bajir, Taxxon berlarian
menuju lokasi tabrakan. Aku rasa mereka belum menyadari jika ini
bukanlah kecelakaan, melainkan sebuah
serangan. Bangkai siput di mana-mana. Mengambang
di permukaan kolam. Mengendap di sisi kereta
yang hancur. Berserakan di dermaganya.
Manusia dan Hork-Bajir yang ada di dalam
kandang berteriak ribut minta dilepaskan.
Aku memandang berkeliling dan melihat
kepala yang aku kenal timbul dari air berlendir.
Cassie! Dia memiringkan kepala ke kiri dan
menepuknya dengan pangkal telapang
tangan. Eksresinya terlihat jijik. Lalu aku
melihat dia menarik siput dari telinganya.
Dia melemparkan bangkai siput itu ke
kereta. Terdengar suara berat, dan basah saat
siput menabrak sisi kereta.
"Hey! Jika kalian sudah selesai berenang,
tidakkah sebaiknya kalian mengumumkan
sesuatu?" Marco! Dia berdiri di atas reruntuhan. Dia
sedang berubah wujud. Cassie naik ke sebelahnya. "Dengarkan
aku! Dengar!" dia berteriak.
Tidak ada yang memperhatikannya.
"Ax! Mereka tidak mendengarku! Terlalu ribut
mereka tidak bisa mendengarku!"
Dia mencoba lagi. Dan akhirnya beberapa
orang menyadari ada gadis muda yang berdiri di
atas reruntuhan kereta di tengah kolam. Akhirnya,
ratusan makhluk yang ketakutakn itu mendengarkan. "Ada sepuluh bom dengan berat seribu pon di
dalam kereta," Cassie berteriak. "Empat menit
lagi akan meledak. Kalian punya empat menit
untuk keluar. Siapapun yang masih di sini empat
menit lagi akan mati."
Jika tadi mereka panik, setelah pengumuman
Cassie mereka jadi rusuh bukan main.
Sekarang Yeerk yakin tabrakan barusan
bukanlah kecelakaan. Hork-Bajir berlari menuju pintu keluar.
Menjatuhkan sejumlah Pengendali-manusia. Bahkan Taxxon pun terlihat berusaha kabur ke
pintu keluar. Beberapa Pengendali yang bisa, mulai
berubah wujud menjadi burung, cheetah, tikus,
apapun yang cepat. Apapun yang bisa terbang
keluar dari sini. Marco dan aku berlari ke kandang tempat
manusia dan Hork-Bajir yang belum disusupi
dikurung. FWAP! FWAP! FWAP! Aku menggunakan ekorku untuk memotong
terali, kunci, rantai, dan kepala gembok. Marco
membantu membebaskan orang-orang, membantu mereka berdiri, dan lari.
Cassie berdiri di tengah makhluk-makhluk
yang panic. "Keluar! Keluar!" dia berteriak.
"Ayo semua!" Beberapa Pengendali-manusia tidak langsung berlari ke pintu keluar. Mereka
malah membantu kami untuk membebaskan
tawanan. Mungkin mereka adalah induk
semang yang Yeerk nya kebetulan tadi
sedang di kolam. Mungkin mereka adalah
Pengendali yang bekerja sama dengan
gerakan perdamaian Yeerk.
Dengan cepat para penolong ini mengumpulkan alat-alat dan potonganpotongan
logam. Mereka mulai menghancurkan kunci-kunci kandang kurungan. Satu per satu kandang mereka
buka untuk membebaskan tawanan.
Aku berbalik ke kolam. Dan melihat Marco
dalam wujug gorilla sedang berusaha
membuka salah satu kandang. Seorang
Pengendali-manusia wanita berlari membawa
kunci. Dia berbalik cepat dan membantunya
membuka kandang, membebaskan orangorang yang terkurung.
Tepat pada saat itu, sesuatu yang sangat
besar timbul ke permukaan kolam.
Orang-orang mundur ketakutan, dan mulai
berlari kabur. Aku tidak mempertanyakan tindakan
mereka. Kepala makhluk di kolam menyerupai
gurita. Duapuluh mata semerah darah
menonjol pada wajahnya yang menggembung.
Duapulug tentakel tumbuh dari dasar
kepalanya, masing-masing sebesar belut.
Visser One. Bukan wujud terseramnya, tapi
lumayan mengerikan.
Marco berdiri tegap.
bakal singkat. Sekitar satu setengah menit. Dua
menit, paling lama. Dan tidak ada yang menang.>
Mata merah si visser memelototi Marco. Dia
bergerak dengan perlahan di antara bangkai
siput-siput menuju pinggir kolam. Marco masih
belum bergerak. Visser mengangkat satu
tentakelnya, hendak menyerang Marco. Namun
sekali lagi beberapa matanya berputar melihat
puing kereta.
terpancar dari wujudnya. Kemurkaan dan
frustasi. Dia mencoba untuk bicara tapi suaranya
hanya berupa gelegak seperti orang tersedak.
Dan kemudian makhluk yang mirip gurita itu
menyelam ke bawah permukaan kolam.
Tidak diragukan visser sedang berubah wujud
menjadi sesuatu yang memungkinkan dia
selamat dari sini. Visser One selalu mementingkan dirinya sendiri.
Sekarang, kandang-kandang kurungan sudah
kosong. Kompleks kolam ini sudah sepi.
Kolamnya sendiri masih ada, penuh dengan
Yeerk, baik yang mati maupun yang selamat dari
tabrakan kereta. "Waktunya untuk cabut!" perintah Marco.
Dengan segera, kami berubah menjadi
burung. Dua osprey dan seekor northern harrier.
Dan kami terbang menyusul kerumunan
yang sudah melarikan diri.
Animorphs - 52 Pengorbanan The Sacrifice di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kami mengepak cepat di sepanjang
terowongan yang penuh oleh Hork-Bajir,
Taxxon, Pengendali-manusia, dan manusiamanusia biasa yang berdesakan berusaha
menuju permukaan. Menuju kebebasan.
Berbagai macam burung terbang serabutan
dan ada yang menabrak dinding dalam
kepanikannya untuk keluar. Orang-orang
berjatuhan di lantai, terinjak-injak oleh
manusia yang terlalu panik untuk berpikir.
Di sekitar kami kekacauan dan kegilaan
dan ketakutan. Hal paling sedih dari semua
yang sudah kusaksikan dalam perang
mengerikan ini. Keputusasan karena telah
mengetahui kematian. Kami baru saja melewati belokan panjang
yang cukup jauh dari kompleks kolam ketika
bom pertama meledak. BA-BOOOOOM! Ada jeda singkat dan kemudian seolah ada
angin puyuh yang bertiup karena ledakan
datang dari ujung terowongan.
Sebagian besar atap roboh karena
guncangan. Lantai terbelah dan jatuh
melongsor. Telingaku pekak oleh suara
teriakan dan tangisan dan jeritan.
Aku kehilangan Cassie dan Marco. Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan kecuali
tetap terbang. Udara dipenuhi debu dan puingpuing. Panasnya luar biasa. Tapi aku masih
bertahan terbang. BABOOOOM! BABOOOOM! BABOOOOM!
Ledakan demi ledakan susul menyusul di
sepanjang terowongan. Akhirnya, secara ajaib, aku melihat cahaya
dari apa yang tadi berupa langit-langit
terowongan. Hanya sedikit celah kecil. Tapi itu
sudah cukup. Aku terbang melewatinya, terbang naik, keluar
dari bawah tanah penuh petaka menuju langit
luas. Di akhir hari, kami bertengger di atap salah
satu pencakar langit di daerah itu.
Kehancurannya sangat mencengangkan.
Di bawah kami,ada lubang besar di tempat
yang tadinya adalah kota.
Semuanya terperosok ke dalam. Setengah
mall, beberapa gedung kantor, stasiun kereta,
toko-toko " semuanya hilang.
Sebagian besar kota rubuh begitu saja,
tertelan oleh ledakan yang seperti ledakan
nuklir kecil. Gedung yang masih berdiri, retak-retak.
Beberapa miring ke satu sisi.
Seluruh daerah dipenuhi suara ambulans,
pemadam kebakaran, kendaraan militer, dan
orang-orang yang ingin melihat.
Aku bertaruh kita sudah membunuh jutaan
Yeerk.>
kepuasan atau gembira di dalam suaranya.
Aku juga tidak merasa puas ataupun gembira.
Ada banyak mayat di bawah sana. Mayat
manusia. Mayat Taxxon. Mayat Hork-Bajir.
Dan mungkin saja tiga yang mati atau terluka
parah adalah orangtua dan abang Jake. Aku tahu
kami smeua bertanya-tanya apakah mereka ada
di kolam saat ledakan terjadi. Aku juga tahu kami
semua tidak akan membicarakan itu. Tidak
kepada Jake dan tidak kepada yang lain.
Apa yang bisa kami katakan"
Aku juga tidak bisa melupakan banyak
Pengendali-manusia yang bertahan untuk
menyelamatkan orang-orang yang bukan Pengendali. Aku rasa aku tahu bahwa Cassie benar. Aku
selalu tahu tapi tidak mengakui bahwa Aftran
bukan satu-satunya anggota gerakan perdamaian Yeerk. Masih banyak Yeerk lain,
yang jika diberi kesempatan, akan memilih untuk
tidak menjajah. Akan memilih untuk tidak
membunuh. Jika mereka cukup beruntung untuk
diberikan pilihan tersebut.
Ya. Cassie benar. Kami mendengar kepakan sayap dan Jake
dalam wujud alap-alap turun bergabung
bersama kami.
area tepat waktu.> Jake berhenti. Lalu
berkata,
selama seminggu terakhir ini. Ribuan
mungkin. Kita tidak tahu ada berapa banyak
yang melarikan diri.>
melewati tiga hari yang mengerikan, pada
akhirnya, hasilnya adalah banyak Yeerk yang
mati. Dan akan ada banyak manusia yang
bebas. Belum lagi para Hork-Bajir yang juga
akan merdeka.
pernah merasa sangat tertekan seperti ini
seumur hidup.>
mendongak dan melihat pesawat Blade Visser
One melayang, sejumlah Bug Fighter mengelilinginya.
hal kepada Dewan Tinggi Yeerk.>
Satu per satu, kami terbang pergi menuju
rumah. Visser One bukan satu-satunya yang harus
menjelaskan sesuatu. Aku juga, harus menjelaskan tindakanku
kepada komandan tinggi Andalite yang marah. Itu
jika aku memutuskan untuk berbicara dengan
mereka. Mereka tidak akan mengerti dan aku tidak
akan bisa menjelaskan. Tapi baik atau buruk, aku sudah menyerahkan
banyak kepada manusia. Manusia. Penuh kekerasan tapi cinta damai.
Penuh gairah tapi juga pakai otak.
Manusiawi tapi kejam. Impulsif tapi perhitungan.
Dermawan tapi egois. Manusia. Spesies yang saling bertentangan dan banyak kekurangan.
Namun.. namun, entah bagaimana aku
tahu mereka mewakili harapan besar seluruh
galaksi. Mungkin satu-satunya harapan.
kepada diriku sendiri, aku menambahkan
dalam hati,
150 151 Pendekar Naga Mas 1 Pendekar Hina Kelana 5 Neraka Karang Hantu Munculnya Sinto Gendeng 1