Pencarian

Shogun 8

Shogun Karya James Clavell Bagian 8


beserta dua puluh orang malam ini juga harus melapor kepada
abangmu. Kau akan tiba di sana pada jam yang ditentukan. Pergi
sana!" Naga membungkuk lalu beranjak dari situ, mukanya
pucat-pasi. Kepada Hiromatsu Toranaga berkata dengan nada
yang sama kasarnya, "Empatkalikan jumlah pengawalku.
Batalkan acara berburu hari ini dan besok. Setelah rapat dengan
para bupati, aku akan langsung akan meninggalkan Osaka. Kau
harus menyusun persiapannya, sementara itu aku akan tetap di
sini. Aku tak mau menerima seorang pun yang tak diundang. Tak
seorang pun." Dia mengibaskan tangan dengan marah, mengusir kehadiran
setiap orang di dekatnya. "Kalian semua boleh pergi. Hiromatsu,
anda tetap tinggal."
Ruangan itu menjadi lengang. Hiromatsu senang karena
penghinaan yang bakal diterimanya akan bersifat pribadi, karena,
di atas semuanya, sebagai Kepala Pasukan Pengawal Pribadi
Istana, dialah yang paling bertanggung-jawab. "Tak ada
pengampunan bagi saya, Tuanku. Tak ada."
Toranaga asyik dengan pikirannya sendiri. Amarahnya tak
lagi kelihatan sekarang. "Kalau kita ingin menyewa jasa rahasia
Amida Tong, bagaimana caranya kita mencari mereka"
Bagaimana cara kita mendekati mereka?"
"Saya tak tahu, Tuanku."
"Siapa kira-kira yang tahu?"
"Kasigi Yabu." Toranaga melongok ke luar, ke pintu gerbang baru. Berkas
sinar fajar bercampur dengan kegelapan sebelah timur. "Bawa
dia ke mari, begitu fajar menyingsing."
"Anda pikir dia yang bertanggungjawab?"
Toranaga tak menjawab, tapi kembali merenung.
Akhirnya prajurit tua Hiro-matsu tak tahan menghadapi
kesenyapan ini. "Tolong Tuanku, izinkan saya melakukan
seppuku. Saya malu sekali atas kegagalan kami ini?"
"Hampir tak mungkin menghindar dari percobaan semacam
itu," ujar Toranaga.
"Ya. Tapi kita harus menangkapnya di luar, jangan di sekitar
anda." "Saya setuju. Tapi saya tak menganggap anda bertanggungjawab."
"Saya yang menganggap demikian. Ada yang harus saya
katakan, Tuanku, karena sayalah yang bertanggungjawab
terhadap keselamatan anda sampai anda kembali ke Yedo. Akan
lebih banyak terjadi percobaan pembunuhan terhadap diri anda,
dan semua mata-mata kita pun melaporkan adanya peningkatan
aktivitas pasukan di mana-mana. Ishido tengah mengerahkan
pasukannya." "Ya," Toranaga menjawab seenaknya. "Setelah Yabu, aku
ingin bertemu Tsukku-san, lalu Mariko-san. Lipatgandakan
penjagaan terhadap Anjin-san."
"Berita yang datang malam ini mengatakan Lord Onoshi telah
mengerahkan seratus ribu orang untuk menambah kekuatan
benteng pertahanannya di Kyushu," kata Hiromatsu
mencemaskan keselamatan Toranaga.
"Aku akan menanyakan masalah itu, kalau kita bertemu
nanti." Amarah Hiromatsu meledak. "Saya tak bisa memahami anda.
Saya rasa anda sia-sia mempertaruhkan segalanya. Ya, sia-sia.
Saya tak peduli kepala saya bisa dipenggal karena
memberitahukan ini, tapi itu benar. Seandainya Kiyama dan
Onoshi memihak pada Ishido, anda akan dicap pengkhianat!
Anda bagai orang mati"Anda sudah mempertaruhkan segalanya
dengan datang ke mari dan kalah! Kaburlah selagi masih ada
kesempatan. Paling tidak kepala anda masih bisa menempel di
leher!" "Saya belum berada dalam bahaya."
"Apakah serangan malam ini tak berarti apa-apa bagi anda"
Kalau anda tidak juga berganti kamar tidur, anda pasti mati
malam ini." "Ya, mungkin, tapi mungkin juga tidak," sahut Toranaga.
"Jumlah penjaga sudah dilipatgandakan di luar pintuku, juga
malam ini. Dan anda sendiri turut berjaga malam ini. Tak
seorang pembunuh pun yang akan dapat mendekati aku. Tidak
juga yang semalam itu, yang sudah begitu dipersiapkan. Dia tahu
betul jalannya, bahkan hapal betul kata-kata sandinya, neh" Kirisan bilang, dia mendengar pembunuh itu mengucapkannya. Jadi,
kurasa dia tahu betul yang mana kamarku. Yang diincar bukan
aku. Tapi Anjin-san."
"Orang barbar itu?"
"Ya." Toranaga sudah meramalkan akan ada bahaya lagi bagi orang
barbar itu setelah peristiwa luar biasa yang terjadi subuh itu.
Sudah jelas si Anjin-san terlalu berbahaya bagi sejumlah orang
untuk dibiarkan hidup begitu saja. Tapi Toranaga sudah
menduga bahwa serangannya akan memuncak di dalam kamar
pribadinya atau sekitarnya. Siapa yang mengkhianati aku" Dia
sudah mengabaikan informasi yang bocor dari Kiri atau Mariko.
Tapi seluruh puri dan kebun selalu memiliki tempat-tempat
rahasia bagi para pendengar gelap, pikirnya. Aku tengah berada
dalam genggaman musuh, dan kalau aku hanya punya satu matamata, maka Ishido"dan yang lainnya"mungkin sudah punya
dua puluh. Ah, tapi mungkin juga orang itu hanya mata-mata
biasa. "Lipatgandakan penjagaan terhadap Anjin-san. Harganya
sama dengan sepuluh ribu orang bagiku."
Begitu Putri Yodoko berangkat pagi ini, Toranaga langsung
kembali ke kebun pondok tehnya dan segera melihat kelesuan si
Anjin-san, begitu pula sinar matanya yang berbinar dan
keletihannya tampak menderanya, yang hampir-hampir tak lagi
dapat ditahannya, seketika itu disuruhnya orang barbar itu pergi,
sambil mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan pembicaraan esok pagi. Anjin-san telah diserahkan ke dalam perawatan
Kiri dengan instruksi untuk memanggilkan tabib baginya, untuk
memulihkan kekuatan-nya, untuk memberinya makanan
bangsanya sendiri kalau dia menghendaki-nya, dan bahkan telah
mengizinkannya berbaring di kamar tidur yang dipakai Toranaga
sendiri beberapa malam sebelumnya. "Berikan padanya apa saja
yang kau anggap perlu, Kiri-san," ujar Toranaga pada Kiri secara
pribadi. "Aku butuhkan dia dalam keadaan sehat, dalam waktu
cepat, rohani maupun jasmani."
Kemudian si Anjin-san meminta Toranaga supaya
mengeluarkan si imam dari penjara, yang sudah tua, lagipula
sakit. Toranaga menjawab bahwa dia akan mempertimbangkannya dan segera pula dimintanya orang barbar
itu berlalu dari hadapannya disertai ucapan terimakasih, tanpa
memberitahukan bahwa dia sudah memerintahkan seorang
samurai untuk pergi ke penjara pada saat itu juga untuk
menjemput imam yang dimaksud, yang mungkin sama-sama
berharga, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi Ishido.
Toranaga sudah lama tahu tentang imam itu, bahwa dia orang
Spanyol dan bermusuhan dengan orang Portugis. Akan tetapi
imam itu berada di sana atas perintah Taiko karena dia adalah
tawanan Taiko dan dia, Toranaga, sama sekali tak memiliki
kuasa hukum terhadap siapa pun juga di Osaka. Dia sengaja
menjebloskan si Anjin-san ke dalam penjara itu hanya untuk
berpura- pura terhadap Ishido bahwa orang asing itu sama sekali
tak ada harganya, dan sekaligus berharap si nakhoda yang
mengesankan itu akan sanggup mengorek keterangan si imam.
Usaha pembunuhan terhadap si Anjin-san di dalam sel telah
digagalkan seluruhnya dan serta-merta layar pelindung telah
diturunkan disekelilingnya. Toranaga telah mengganjar matamata vassalnya, Minikui, seorang tukang kaga (tandu) yang telah
berhasil membawa keluar Blackthorne dengan selamat dan
menghadiahi tukang kaga itu empat buah kaga berikut hak turuntemurun untuk mempergunakan jalan yang membentang
sepanjang Jalan Raya Tokaido"jalan raya utama yang
menyatukan Yedo dan Osaka"di antara Tahap Kedua dan
Ketiga yang termasuk ke dalam wilayahnya di Yedo dan telah
menyelundupkan tukang kaga itu secara diam-diam keluar Osaka
pada hari pertama. Beberapa hari kemudian sejumlah mata-mata
Toranaga yang lain melaporkan bahwa kedua tawanan itu sekarang sudah berteman si Imam, yang berbicara, dan si Anjin-san
mengajukan pertanyaan dan mendengarkan. Kenyataan bahwa
Ishido kemungkinan memiliki sejumlah mata-mata di dalam sel,
tak sampai merisaukannya pula. Pokoknya si Anjin-san
terlindung dan aman. Ishido kemudian dengan lihay berusaha
menggoyahkan semangat orang barbar itu dengan cara memencilkan si Anjin-san dari tawanan lainnya.
Toranaga mengingat-ingat kenikmatan yang diperolehnya
ketika dia dan Hiromatsu merencanakan 'penyergapan' kilat"
tentang 'bandit-bandit ronin' yang tak lain daripada sekelompok
kecil samurai elitenya yang ditempatkan secara rahasia di dalam
dan di seputar Osaka"dan juga kesenangan yang diperolehnya
dalam mengatur saat krisis bagi Yabu, yang secara tak terdugaduga ternyata telah mempengaruhi 'penyelamatan' itu. Keduanya
sama-sama terkekeh, karena sekali lagi mereka berhasil
memperalat Yabu sebagai boneka yang bertugas membuat malu
Ishido di kandangnya sendiri.
Segalanya sudah berhasil dengan sukses. Hingga hari ini.
Hari ini samurai yang diperintahkan menjemput si Imam,
telah kembali dengan tangan kosong. "Imam itu sudah mati,"
orang itu melaporkan. "Waktu namanya dipanggil, dia tidak
keluar, Tuanku Toranaga. Saya masuk ke dalam untuk
menjemputnya, tapi dia sudah mati. Para tahanan lainnya di
sekitarnya mengatakan, begitu sipir penjara memanggil
namanya, dia langsung pingsan. Dia sudah tak bernapas lagi
waktu saya membalikkan badannya. Maafkan saya, saya telah
gagal melaksanakan apa yang Tuan perintahkan. Saya tak tahu
apakah Tuan menghendaki kepalanya saja atau kepala berikut
badannya secara utuh. Mengingat dia itu orang barbar, jadi saya
bawa saja badan dan kepalanya sekaligus. Beberapa tahanan di
sel itu mengatakan mereka murid-muridnya yang telah berganti
agama menjadi Kristen. Mereka ingin menahan mayatnya dan
berusaha mempertahankannya. Saya berhasil membunuh sejumlah kecil di antara mereka lalu menyeret mayat si imam.
Mayatnya sudah berbau dan mengeluarkan belatung, sekarang
ada di halaman istana, Tuan."
Mengapa Imam itu mati" Toranaga kembali bertanya-tanya
pada dirinya sendiri. Lalu dilihatnya Hiromatsu tengah
memandang ke arahnya dengan penuh teka-teki. "Ya?"
"Saya hanya mau menanyakan, siapa yang menginginkan
kematian si nakhoda?"
"Orang Kristen."
Kasigi Yabu membuntuti Hiromatsu sepanjang koridor,
merasa dirinya hebat, di bawah mentari subuh. Tercium bau
menyengat di sela-sela semilirnya angin, yang mengingatkannya
pada Mishima, kampung halamannya. Dia senang pada akhirnya
dia dapat bertemu dengan Toranaga dan masa penantiannya
sudah berakhir. Dia sengaja mandi dan berpakaian dengan apik.
Surat-surat terakhir sudah ditulis bagi isteri dan ibunya dan surat
wasiat terakhirnya sudah siap untuk diberi cap, untuk menjaga
kalau-kalau wawancara itu menyerangnya nanti. Hari ini dia
sengaja memasukkan pedang Mura-samanya yang amat disegani
musuh di medan laga, ke dalam sarungnya.
Mereka membelok pada sudut satunya, tiba-tiba tanpa
terduga-duga Hiromatsu membuka sebuah pintu gerbang berlapis
besi lalu mendaki sejumlah anak tangga batu ke dalam pusat
istana sebelah dalam benteng. Tampak banyak sekali penjaga
yang bertugas. Yabu segera mencium bahaya.
Anak tangga itu berbelok-belok ke atas dan berakhir pada
tempat sebuah kubu yang tampaknya mudah dipertahankan. Para
penjaga membuka pintu. Hiromatsu melangkah keluar menuju
pintu. Apakah Hiromatsu diperintahkan untuk melemparkan aku
dari sini ataukah aku akan disuruh melompat" tanya Yabu pada
diri sendiri tanpa rasa takut sedikit pun.
Di luar dugaannya Toranaga ada di sana, dan lebih tak dapat
dipercaya lagi, Toranaga bangun untuk menyalaminya dengan
kegembiraan yang sama sekali tak layak diharapkannya.
Toranaga adalah penguasa delapan propinsi, sedangkan dia
hanyalah Penguasa Izu. Bantal-bantal telah diletakkan dengan
rapi. Sebuah poci teh diberi sarung sutera agar tetap hangat.
Seorang gadis cilik cantik berwajah segi empat yang berpakaian
indah, membungkuk ke arahnya. Namanya Sazuko. Dia gundik
resmi Toranaga yang ketujuh, yang termuda dan sedang hamil
tua. "Senang sekali bisa berjumpa lagi dengan anda, Yabu-san.
Maaf, saya telah membiarkan anda menunggu."
Kini Yabu merasa pasti Toranaga telah memutuskan untuk
memenggal kepalanya, dengan berbagai macam cara, sebab,
menurut tradisi, musuh kita tak akan hormat sehormat waktu dia
merencanakan atau telah mempersiapkan kehancuran kita. Yabu
mencabut kedua belah pedangnya lalu meletakkannya dengan
hati-hati pada batu besar"sengaja menjauh dari pedangnya,
kemudian duduk di tempat terhormat.
"Saya kira menarik sekali untuk menikmati fajar, Yabu-san.
Saya kira pemandangan di sini luar biasa"malah lebih bagus
daripada di menara Pangeran. Neh?"
"Ya, memang bagus," sahut Yabu tanpa pikir panjang, tak
pernah merasa sedemikian tinggi di sebuah puri sebelumnya. Dia
merasa pasti Toranaga menyinggung-nyinggung menara
'Pangeran' mengandung makna bahwa perundingannya dengan
Ishido telah diketahui. "Saya merasa memperoleh kehormatan
dapat melihatnya bersama anda."
Di bawah mereka terbentang kota, pelabuhan dan pulau-pulau
yang masih terlelap, Awaji di sebelah baratnya, garis pantai
tampak menghampar ke sebelah timur, cahaya yang mulai
merekah di langit sebelah timur meronai gumpalan awan dengan
berkas lembayung. "Ini Putri Sazuko. Sazuko, ini sekutu saya, Lord Kasigi Yabu
yang terkenal itu, daimyo yang telah membawa orang barbar dan
kapalnya yang amat berharga itu!" Sazuko membungkuk dan
memujinya sesaat. Yabu membungkuk dan wanita muda itu
balas membungkuk lagi. Dia menyodorkan cangkir teh pertama
kepada Yabu tapi daimyo itu menolak perhormatan tersebut
dengan sopan, sebagai tanda dimulainya upacara minum teh. Dia
malah meminta wanita itu agar memberikannya pada Toranaga,
yang sudah tentu menolak. Toranaga memaksa Yabu agar
menerimanya. Akhirnya, demi kelanjutan upacara, sebagai tamu
terhormat, Yabu terpaksa menerimanya. Hiromatsu menerima
cangkir kedua, jari jemarinya yang sudah berbonggol tampak
berupaya menggenggam benda porselin itu dengan susah-payah,
sedangkan tangan yang satunya lagi memegang pangkal pedangnya yang tergeletak di pangkuannya. Toranaga menerima
cangkir ketiga dan mulai mereguk tehnya, lalu bersama-sama
mereka memusatkan perhatian kepada alam dan mengamati
mentari terbit.

Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Burung-burung camar memecah kesunyian. Kota mulai hirukpikuk. Hari baru kembali hadir.
Putri Sazuko mendesah, matanya basah oleh air mata.
"Membuat saya merasa seperti dewi di ketinggian begini,
mengamati keindahan yang luar biasa ini, neh" Sedih sekali
kalau semua ini harus lenyap selamanya, Tuanku. Sedih sekali,
neh?" "Ya," sahut Toranaga.
Ketika mentari setengahnya di atas cakrawala, Sazuko
membungkuk lalu pergi. Di luar dugaan Yabu, para pengawal
juga melangkah dari sana. Kini mereka hanya bertiga.
"Saya senang sekali menerima hadiah anda, Yabu-san.
Dermawan sekali. Bayangkan, kapal dengan segenap isinya,"
tambah Toranaga lagi. "Apa yang saya miliki milik anda juga," ujar Yabu, yang
masih terpengaruh oleh suasana subuh. Mudah-mudahan
waktuku masih banyak, pikirnya. Betapa luwesnya Toranaga
melakukan semua ini! Menyodorkan detik-detik terakhir
keindahan semacam ini. "Terimakasih untuk fajar ini."
"Ya," sahut Toranaga. "Inilah milik saya untuk anda. Saya
senang anda bisa menikmati hadiah saya."
Hening sejenak. "Yabu-san. Apa yang anda ketahui tentang Amida Tong?"
"Hanya sekedar yang sudah diketahui orang banyak bahwa itu
adalah sekelompok rahasia yang terdiri dari sepuluh"sepuluh
unit"termasuk pemimpin dan tak pernah lebih dari sembilan
orang pembantunya dalam wilayah yang mana pun, terdiri dari
lelaki dan perempuan. Mereka semua telah disumpah
berdasarkan sumpah suci dan rahasia Dewa Amida Buddha,
Penyebar Kasih Abadi, bagi kepatuhan, kesederhanaan dan
kematian; guna menjadikan seluruh hidup mereka sarana yang
sempurna untuk membunuh, untuk membunuh hanya atas
perintah pemimpinnya, dan bilamana mereka gagal membunuh
orang yang ditentukan, apakah dia itu pria, wanita atau anakanak, mereka harus menghabisi nyawanya seketika itu juga.
Mereka itu orang-orang fanatik yang merasa yakin bahwa
mereka akan terbang langsung dari kehidupan ini menuju
keabadian - kebudhaan. Tak satu pun di antara mereka yang
pernah tertangkap hidup-hidup." Yabu tahu tentang percobaan
pembunuhan terhadap Toranaga tempo hari. Seluruh penduduk
Osaka mengetahui hal itu, juga tahu bahwa Penguasa Kwanto,
Propinsi Kedelapan, kini mengurung diri dengan aman di dalam
benteng baja. "Mereka jarang membunuh orang, kerahasiaannya
amat terjamin. Sama sekali tak ada peluang untuk menuntut
balas terhadap tindakan mereka karena tak ada yang tahu siapa
mereka, di mana mereka tinggal, atau di mana mereka dilatih."
"Kalau kita ingin memakai mereka, bagaimana cara
menghubunginya?" "Yang saya pernah dengar ada tiga tempat"di Kuil Heinan,
pada pintu gerbang Amida, dan juga di Kuil Johji. Dalam
sepuluh hari, kalau kita dianggap sebagai majikan yang patut
diterima, kita akan dihubungi melalui sejumlah perantara.
Sedemikian misteriusnya dan sedemikian berliku-likunya
mereka, sehingga kalau kita ingin mengkhianati mereka atau
menangkap mereka rasanya takkan mungkin. Pada hari
kesepuluh mereka akan meminta sejumlah uang perak,
jumlahnya tergantung pada orang yang akan dibunuh. Tak ada
tawarmenawar, kita harus membayar jumlah yang mereka minta
sebelumnya. Mereka hanya menjamin bahwa salah seorang
anggotanya akan melaksana-kan pembunuhan itu dalam waktu
sepuluh hari. Menurut legenda, jika pembunuhan itu terlaksana
dengan sukses, pembunuh tersebut akan kembali ke kuil
kemudian menghabisi nyawanya sendiri disertai upacara besarbesaran."
"Kau begitu, anda pikir kita takkan dapat mengetahui siapa
yang membayar serangan pagi ini?"
"Tidak." "Anda pikir akan ada yang lainnya?"
"Mungkin. Mungkin juga tidak. Mereka dikontrak untuk satu
kali percobaan pembunuhan saja, neh" Tapi ada baiknya anda
melipatgandakan penjagaan"di antara para samurai anda, juga
di antara para isteri anda.
Perempuan Amida sudah dilatih memberi racun, sama seperti
menggunakan keris dan mencekik orang, begitu kata mereka."
"Anda pernah memanfaatkan mereka?"
"Belum." "Tapi ayah anda pemah?"
"Saya tak tahu, tidak pasti. Saya diberitahu bahwa Taiko
pemah meminta ayah saya menghubungi mereka, sekali waktu."
"Apakah serangannya berhasil?"
"Apa saja yang dilakukan Taiko selalu berhasil.
Bagaimanapun caranya."
Yabu merasakan ada orang di belakangnya dan mendugaduga bahwa itu pasti para pengawal yang datang kembali secara
diam-diam. Kini dia memperkirakan jarak menuju ke pedangnya.
Apakah kau pernah mencoba membunuh Toranaga" tanyanya
lagi pada diri sendiri. Aku memang telah memutuskan begitu,
tapi kini aku ragu. Aku sudah berubah. Mengapa"
"Apa yang harus anda bayarkan untuk kepala saya?"
Toranaga bertanya kepadanya.
"Perak di seluruh Asia ini tak cukup untuk dapat menggoda
saya dan mempekerjakan mereka buat melakukan hal itu."
"Berapa yang harus dibayarkan oleh orang lain?"
"Dua puluh ribu koku"lima puluh ribu"seratus"mungkin
lebih, saya tak tahu."
"Maukah anda membayar seratus ribu koku untuk menjadi
Shogun" Silsilah anda masih termasuk marga Takashima, neh?"
Yabu menjawab bangga, "Saya takkan membayar sepeser
pun. Uang itu kotor"hanya berguna untuk bermain dengan
perempuan atau bagi para saudagar dedak. Tapi seumpamanya
itu mungkin, yang saya kira tidak mungkin, saya akan
mengorbankan hidup saya, isteri saya dan ibu saya, segenap
samurai di Izu, berikutnya isteri dan anak-anak mereka untuk
menjadi Shogun suatu waktu nanti."
"Lalu, apa yang akan sumbangkan bagi Propinsi Kedelapan?"
"Semuanya, kecuali nyawa isteri, ibu dan putra saya."
"Dan untuk Pronpinsi Suruga?"
"Tak bakalan," sahut Yabu mencemooh, "Ikawa Jikkyu itu tak
ada harga-nya. Seumpamanya saya tak berhasil memenggal
kepalanya dan kepala keturunannya di alam fana ini, saya akan
melakukannya di alam baka. Akan saya kencingi dia dan
benihnya selama sepuluh ribu kali sebelum saya lahir kembali ke
dunia ini." "Bagaimana kalau saya menghadiahkan kepala Ikawa dan
seluruh Suruga serta propinsi berikutnya, Totomi?"
Yabu tiba-tiba merasa letih dengan permainan kucing-tikus
dan percakapan tentang Amida itu. "Tampaknya anda sudah
bertekad untuk memenggal kepala saya"Tuanku Toranaga"
baiklah. Saya sudah siap. Terimakasih untuk fajar ini. Tapi saya
tak mau menodai keindahan ini dengan omong kosong
berikutnya, jadi lebih baik selesaikan sekarang saja."
"Tapi saya tidak menginginkan kepala anda, Yabu-san," ujar
Toranaga "Siapa gerangan yang menanamkan ide itu di kepala
anda" Apakah ada musuh yang membisikkan kata-kata beracun
ke telinga anda" Ishido barangkali" Bukankah anda pikir saya
berani menjamu anda di sini tanpa pengawalan sekiranya saya
menganggap anda bukan sahabat?"
Lambat-lambat Yabu membalikkan badan. Dia menduga akan
melihat samurai dengan pedang beracun di belakangnya. Tak ada
orang! Dia kembali berpaling ke arah Toranaga. "Saya tak
mengerti." "Saya sengaja membawa anda ke mari supaya kita bisa
berbicara empat mata. Sekalian menikmati fajar. Maukah Anda
memerintah propinsi Izu, Suruga dan Totomi"kalau saya
menang"dalam perang ini?"
"Ya. Mau sekali," sahut Yabu, harapannya bangkit kembali.
"Anda bersedia jadi vassal saya" Menerima saya sebagai
kepala marga anda?" Yabu tidak ragu. "Tidak," sahutnya. "Selaku sekutu, ya.
Selaku pemimpin saya, ya. Selalu lebih rendah dari anda, ya.
Seluruh hidup saya dan milik saya dijadikan milik anda, ya. Tapi
Izu milik saya. Saya ini daimyo Izu dan saya takkan
menyerahkan atau menguasakan Izu ke tangan siapa pun. Saya
telah bersumpah setia kepada ayah saya, juga kepada Taiko yang
telah mengukuhkan wilayah kami itu secara turun-temurun,
pertama kepada ayah saya dan setelah itu kepada saya. Taiko-lah
yang menegaskan pemberian wilayah Izu kepada saya dan para
pengganti saya untuk selamanya. Beliaulah kepala marga kami
yang sesungguhnya dan saya bersumpah takkan mengakui yang
lainnya sampai Pangeran Yaemon dewasa."
Hiromatsu memilin-milin pedangnya dengan tangan.
Mengapa Toranaga tak mengizinkan aku menghabisi nyawanya
untuk sekali ini dan selamanya" Itu sudah disepakati. Mengapa
harus melewati pembicaraan yang melelahkan ini" Kepalaku
berdenyut-denyut dan aku mau kencing, aku ingin berbaring.
Toranaga menggaruk pahanya. "Apa yang ditawarkan Ishido
kepada anda?" "Kepala Jikkyu"begitu kepala anda sudah lenyap. Berikut
propinsi Jikkyu." "Apa imbalannya?"
"Dukungan, kalau perang meletus. Untuk menyerang sayap
selatan anda." "Anda menerima tawarannya?"
"Anda lebih mengenal saya daripada tawaran itu semua."
Sejumlah mata-mata Toranaga dalam rumah tangga Ishido
melaporkan bahwa tawar-menawar itu sudah disepakati dan
sudah termasuk tugas untuk membunuh ketiga putranya, Noboru,
Sudara dan Naga. "Tak ada apa-apa lagi" Hanya dukungan?"
"Pokoknya asal saya siap membantu," sahut Yabu lemah.
"Termasuk pembunuhan?"
"Saya ingin ikut berperang, kalau sudah mulai, dengan
segenap pasukan saya. Untuk sekutu saya. Pokoknya saya
sanggup, demi suksesnya. Selama Yaemon belum dewasa, kita
memang butuh seorang penguasa tunggal. Perang antara Anda
dan Ishido nampaknya tak terelakkan lagi. Itu jalan satusatunya."
Yabu berusaha membaca pikiran Toranaga. Dia sebenarnya
mencemooh ketidaktegasan Toranaga, karena menyadari bahwa
dirinya sebenarnya lebih hebat, bahwa Toranaga membutuhkan
dukungannya, bahwa pada akhirnya dia akan berhasil
menaklukkannya. Tapi sementara ini, apa yang harus diperbuat"
tanyanya pada diri sendiri sambil membayangkan alangkah
baiknya andainya Yuriko, isterinya, ada di sini untuk membimbingnya. Perempuan itu pasti tahu cara yang terbaik.
"Saya bisa bermanfaat bagi anda. Saya bisa membantu anda
untuk menjadi penguasa tunggal," ujar Yabu lagi, bertekad untuk
mengambil risiko. "Mengapa saya ingin menjadi penguasa tunggal?"
"Kalau Ishido sampai menyerang, saya bisa membantu anda
mengalahkan-nya. Kalau dia sampai merusak perdamaian," sahut
Yabu. "Bagaimana caranya?"
Yabu memberitahu Toranaga tentang rencananya dengan
senapan itu. "Sebuah resimen samurai dengan lima ratus senapan?"
Hiromatsu meledak. "Ya! Bayangkan kekuatan senjata api itu. Semuanya terdiri
dari pasukan elite yang dilatih untuk bertindak seperti satu orang.
Bersama-sama dua puluh meriamnya."
"Rencana busuk. Memuakkan!" ujar Hiro-matsu. "Anda dapat
merahasia-kannya. Kalau kita mulai, maka musuh juga akan
mulai. Kengerian seperti ini takkan ada akhirnya. Tak ada
kehormatan di sana dan juga tak ada masa depan."
"Bukankah perang mendatang ini adalah masalah satusatunya yang kita perhatikan, Tuanku Hiromatsu?" tanya Yabu.
"Bukankah kita semua berkewajiban memperhatikan keselamatan Tuanku Toranaga" Bukankah itu adalah kewajiban
segenap sekutu dan vassalnya?"
"Ya." "Yang harus dipikirkan Tuanku Toranaga adalah
memenangkan pe-perangan yang paling besar ini. Itu akan
memberinya semua kepala musuhnya"juga kekuatan mereka.
Saya tegaskan, strategi ini akan mem-buahkan kemenangan
baginya." "Sebaliknya, saya bilang tak bakal. Rencana itu menjijikan,
tidak terhormat." Yabu berpaling ke arah Toranaga. "Era baru memang
menghendaki pemikiran jernih tentang makna kehormatan yang
sepenuhnya." Seekor burung camar terbang melintasi kepala mereka sambil
berkoak. "Apa yang dikatakan Ishido tentang rencana anda itu?" tanya
Toranaga. "Saya tidak membicarakan itu dengan dia."
"Mengapa" Kalau anda pikir itu akan bermanfaat bagi saya,
itu juga akan sama bermanfaatnya bagi dia. Kurang lebih
begitulah." "Anda sudah menghadiahkan kemolekan fajar bagi saya.
Anda juga bukan petani seperti Ishido. Anda ini paling bijak,
juga paling berpengalaman di seluruh kekaisaran."
Apa alasan sesungguhnya" Toranaga sedang menanyakan
pada dirinya sendiri. Atau apakah kau sudah memberitahukan
juga pada Ishido" "Kalau rencana ini diikuti, maka setengah
pasukan itu akan menjadi milik Anda dan saya, begitu?"
"Setuju. Saya akan memimpin mereka."
"Orang yang saya tunjuk harus menjadi wakil anda?"
"Setuju. Saya butuh si Anjin-san untuk melatih anak buah
saya menjadi penembak senapan dan meriam."
"Tapi dia itu akan tetap menjadi milik saya. Anda bisa
merawatnya seperti anda merawat Pangeran itu" Anda bisa
bertanggung jawab penuh dan melakukan sesuatu yang tepat
baginya persis seperti yang saya perintahkan?"
"Setuju." Toranaga mengamati gugusan awan lembayung untuk sesaat.
Rencana ini cuma omong kosong belaka, pikirnya. Aku sendiri
yang akan mengumumkan Langit Lembayung (perang) dan
menyerbu Kyoto, memimpin segenap pasukanku. Seratus ribu
melawan sepuluh kalinya. "Siapa yang akan menjadi
jurubahasanya" Saya tak bisa terus-menerus menugaskan Toda
Mariko-san." "Untuk beberapa minggu saja, Tuan. Akan saya usahakan
supaya si barbar itu memahami bahasa kita."
"Itu akan memakan waktu tahunan. Orang barbar satusatunya yang sanggup menguasainya cuma imam-imam itu, neh"


Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka membutuhkan waktu bertahun-tahun. Tsukku-san di sini
sudah hampir tiga puluh tahun, neh" Dia takkan mampu belajar
lebih cepat daripada kita mempelajari bahasa mereka yang kotor
itu." "Ya. Tapi saya berani bertaruh si Anjin-san akan
memahaminya secara kilat." Yabu menjelaskan kepada mereka
rencana yang pernah diusulkan Omi kepadanya seolah-olah itu
adalah idenya sendiri. "Itu terlalu berbahaya."
"Itu akan membuatnya belajar dengan cepat, neh" Dengan
cara itu dia juga akan mudah dijinakkan."
Setelah diam sejenak, Toranaga berkata, "Bagaimana caranya
anda memendam rahasia ini selama melatihnya"
"Izu adalah semenanjung, keamanan di sana bagus sekali.
Saya akan bermarkas di Anjiro, jauh ke selatan dan amat jauh
dari Mishima dan perbatasannya, dan itu akan lebih aman bagi
anda." "Bagus! Akan kami siapkan merpati pos yang
menghubungkan Anjiro dan Osaka dan Yedo sekarang juga."
"Bukan main! Saya cuma butuh lima atau enam bulan?"
"Kita beruntung kalau cuma butuh waktu enam hari!"
Hiromatsu menggertak. "Anda mau mengatakan bahwa jaringan spionase (mata-mata)
anda yang terkenal itu kini sudah dibubarkan, Yabu-san" Anda
pasti telah menerima laporan dari sana-sini, bukan" Bukankah
Ishido sedang mengerahkan pasukannya" Bukankah Onoshi
demikian pula" Bukankah kita kini terperangkap di sini?"
Yabu tidak menjawab. "Bagaimana?" tanya Toranaga lagi.
Yabu berkata, "Laporan-laporan yang masuk menyatakan
bahwa itu memang sedang terjadi, bahkan lebih dari itu saja. Jadi
diperlukan waktu enam hari, maka akan jadi enam hari dan itu
sudah karma. Tapi saya yakin anda terlalu pintar untuk sampai
dapat terperangkap di tempat ini, atau sampai terpancing mengumumkan perang."
"Seandainya saya menyetujui rencana anda, apakah anda akan
menyukai saya sebagai pepimpin anda?"
"Ya! Dan kalau anda menang, saya mendapat kehormatan
untuk menerima Suruga dan Totomi sebagai bagian dari wilayah
kekuasaan saya, untuk selamanya."
"Toromi akan tergantung pada suksesnya rencana anda."
"Setuju." "Anda akan mematuhi saya" Dengan segenap kehormatan
anda?" "Ya. Demi bushido, demi Budha, demi nyawa ibu, isteri dan
semua anak cucu saya."
"Bagus!" ujar Toranaga senang. "Mari kita kencingi bersama
persetujuan ini." Toranaga melangkah ke tepi benteng. Dia mendaki
lempengan batu pada menaranya, kemudian pada dinding
jembatannya. Tujuh puluh kaki di bawahnya tampak kebun
kompleks sebelah dalam puri. Hiromatsu menahan napas, ngeri
melihat keberanian majikannya. Dia melihat Toranaga berpaling
dan mengisyaratkan Yabu agar berdiri di sisinya. Yabu menurut,
padahal sentuhan secuil saya dapat membuatnya jatuh menemui
ajalnya. Toranaga melepas kimononya lalu menyibakkan kancutnya,
begitu pula Yabu. Mereka kencing bersama dan menyatukan air
kencing mereka dan mengamati tetesannya jatuh di kebun
menjadi embun. "Persetujuan terakhir yang saya sahkan dengan cara ini adalah
dengan Taiko," ujar Toranaga, merasa lega karena sudah dapat
mengosongkan kandung kemihnya. "Itu waktu beliau
memutuskan memberi saya Kwanto, Propinsi Kedelapan sebagai
wilayah kekuasaan saya. Sudah tentu, waktu itu pihak musuh,
Hojo, masih menguasainya; jadi pertama-tama saya harus
menaklukkan mereka. Mereka itu musuh terakhir kita yang
masih ada. Sudah tentu pula saya harus merelakan wilayah kami
yang sudah turun-temurun, yaitu Imagawa, Owari dan Ise, pada
saat itu juga demi menjaga kehormatan kami. Sekalipun begitu,
saya terpaksa menyetujui dan mengencingi persetujuan itu."
Toranaga mengangkangi jembatan menara benteng dengan
mudah lalu menyesuaikan kembali kancutnya dengan hati puas
seakan dia tengah berdiri dalam kebun itu sendiri, bahkan tak
kelihatan seperti elang bertengger di atas sana. "Persetujuan itu
memang sama-sama menguntungkan kami berdua. Kami
berhasil menaklukkan Hojo dan menebas lima ribu kepala tahun
itu. Membinasakan si Hojonya sendiri berikut segenap sukunya.
Mungkin juga anda benar, Kasigi Yabu-san. Mungkin anda bisa
menolong saya seperti saya menolong Taiko. Tanpa saya, Taiko
takkan pernah bisa menjadi Taiko."
"Saya bisa membantu anda menjadi penguasa tunggal,
Toranaga-sama. Tapi bukan Shogun."
"Tentu saja. Justru itulah kehormatan yang tidak saya cari,
seperti juga yang dikatakan oleh musuhmusuh saya lainnya."
Toranaga melompat ke bawah dan tiba dengan selamat pada batu
hampar. Dia sempat menoleh ke arah Yabu yang masih berdiri
pada sebuah jembatan menara benteng yang sempit, tengah
menyesuaikan kembali ikat pinggang kimononya. Toranaga
tergerak ingin mendorongnya ke bawah karena kekurangajarannya itu. Tapi dia malah duduk dan berteriak lantang,
"Agak lega rasanya. Bagaimana kandung kemih anda, Tinju
Besi?" "Penuh, Tuanku, sakit sekali." Orang tua itu melangkah ke
sisi dan ikut mengosongkan kandung kemihnya dengan penuh
rasa syukur terhadap benteng itu, tapi dia tak berdiri di tempat
Toranaga dan Yabu barusan berdiri. Dia senang sekali tak perlu
mengesahkan persetujuan itu dengan Yabu. Itu adalah
persetujuan yang takkan kuhormati. Tak bakal!
"Yabu-san. Semua ini harus tetap dirahasiakan. Saya kira
anda baiknya berangkat dalam dua atau tiga hari ini," ujar
Toranaga. "Ya. Bersama senapan dan si barbar, Toranagasama?"
"Ya. Anda akan berangkat dengan kapal," Toranaga berpaling
pada Hiro-matsu. "Siapkan kapal tempur itu."
"Kapalnya sudah siap. Senapan dan mesiunya masih di ruang
geladak bawah," Hiromatsu menyahut, wajahnya nyata
menunjukkan tidak senangnya.
"Bagus!" Kau berhasil, Yabu ingin berteriak. Kini kau memiliki
senapan, si Anjin-san, semuanya. Bahkan enam bulan itu pun
sudah jadi memilikmu pula. Toranaga takkan pernah mau
berperang dalam waktu secepat itu.
Bahkan jika Ishido jadi membunuhnya beberapa hari
mendatang ini, kau masih memiliki segalanya. Oh,
Budha lindungilah Toranaga sampai aku sudah di laut!
"Terimakasih," ujar Yabu yang ketulusannya langsung
terlihat. "Anda takkan mempunyai sekutu yang sesetia saya."
Begitu Yabu beranjak dari situ, Hiromatsu menghardik
Toranaga. "Perbuatan itu kelewatan. Perjanjian itu membuat saya
malu. Saya malu karena nasihat saya tak dihargai sedikit pun.
Jelas saya tak berguna lagi di sini karena saya sudah loyo betul.
Daimyo kentut itu tahu benar dia berhasil memperalat anda bagai
boneka. Dia begitu lancang berani memakai pedang Murasamanya di hadapan anda."
"Saya tahu," sahut Toranaga.
"Saya rasa dewa-dewa telah menyihir anda, Tuanku. Secara
terang-terangan dia menghina anda tapi anda malah membiarkan
dia bertingkah di depan anda. Secara terbuka anda membiarkan
Ishido membuat anda malu di hadapan kita semua. Anda malah
mencegah saya dan semua yang hadir di sini untuk melindungi
anda. Anda menolak menganugerahkan kehormatan pada cucu
perempuan saya untuk mati dengan tentram, padahal dia seorang
wanita samurai. Anda kehilangan kontrol selaku anggota Dewan
Bupati. Nyata sekali musuh anda telah memperalat anda, tapi
anda malah mengencingi perjanjian yang bagi saya merupakan
sebuah rencana yang paling menjijikkan. Anda bahkan melakukannya bersama-sama orang yang biasa melakukan
kemesuman, racun dan pengkhianatan seperti ayahnya dulu."
Tubuh Hiro-matsu bergetar karena marah. Toranaga tidak
menjawab, hanya menatapnya dengan tenang, tidak mengatakan
apa-apa. "Demi semua kami, yang masih hidup atau yang sudah
mati, anda jelas kena sihir!" Hiromatsu meledak, "Saya bertanya
pada anda"dan berteriak-teriak menghina anda, tapi anda cuma
memandangi saya! Anda yang sudah gila atau saya" Saya minta
izin untuk melakukan seppuku atau jika anda tak mengizinkan,
guna mendapatkan rasa tentram, saya akan menggunduli kepala
saya dan menjadi bikhu"apa saja, asal saya bisa angkat kaki
dari sini." "Anda tak boleh melakukan kedua-duanya. Anda harus
menyuruh orang memanggil imam Tsukku-san itu."
Toranaga kemudian tertawa.
** JAMES CLAVELL SHOGUN 2 19 PATER Alvito menuruni bukit dari puri dengan kawalan para
pembuka jalan Yesuit-nya yang biasa mendampingi. Semuanya
berpakaian seperti paderi Budha, bedanya, rosario dan salib
bergantung pada pinggang mereka. Ada empat puluh orang
pembuka jalan bangsa Jepang, semuanya putra-putra samurai
beragama Kristen dari keturunan orang baik-baik, mahasiswa
seminari di Nagasaki yang sengaja mendampinginya dari Osaka.
Semua menunggang kuda berikut perlengkapannya masingmasing dan sama-sama berdisiplin seperti umumnya rombongan
daimyo. Pater Alvito bergegas dengan langkah-langkah pendek, tak
memperduli-kan terik mentari yang menyengat, melewati semaksemak dan jalan jalan kota ke arah gedung Missi Yesuit, sebuah
rumah batu besar bergaya Eropa yang berdiri dekat dermaga,
nampak agak menjulang karena bangunan tambahannya, ruang
bendabenda berharga, gudang, tempat sutera Osaka dipertukarkan dan dibayarkan.
Langkah kaki iring-iringan itu terdengar berkeletekan
melewati pintu gerbang besi tinggi yang bertembok batu tinggi
pula, terus ke dalam halaman tengah yang beraspal kemudian
berhenti di dekat pintu utama.
Sejumlah pelayan sudah menunggu untuk membantu Pater
Alvito turun dari kudanya. Rahib itu turun dari pelana dan
melemparkan tali kekang kuda pada mereka. Suara sepatunya
berantukan pada batu waktu dia mendaki serambi bangunan
utama, membelok di ujungnya, melewati kapel kecil lalu
melangkah menyurusi halaman sebelah dalam yang berhiaskan
air mancur dan sepetak kebun sunyi. Pintu depan terbuka. Rahib
itu membuang jauh-jauh rasa cemasnya, menenangkan diri lalu
melangkah masuk. "Dia sedang sendirian?" tanyanya.
"Tidak, tidak, Martin," sahut Pater Soldi, lelaki Itali
berperawakan kecil berwajah ramah tapi bopeng yang menjabat
sekertaris Vikaris Jenderal selama hampir tiga puluh tahun, dua
puluh lima tahun di antaranya di Asia. "Kapten Jenderal Ferriera
sedang bersama Yang Mulia. Ya, burung merak itu ada
bersamanya, tapi Yang Mulia mengatakan anda boleh segera
masuk. Anda yang tak beres, Martin?"
"Tak ada apa-apa."
Soldi sempat menggumam sebentar lalu kembali
meruncingkan pinsilnya. "Tak ada apa-apa," sahut Pater bijak
itu. Baiklah, tapi aku akan segera tahu, pikir Soldi pula.
"Ya," sahut Alvito yang menyukai lelaki tua itu. Dia
melangkah ke pintu yang jauh. Sebatang kayu bakar tengah
menyala di perapian, menerangi seperangkat meja-kursi elok
yang telah menghitam karena tua dan berkilat karena digosok
dan dirawat. Sebuah lukisan Madonna (Bunda Maria) dan bayi
Kristus karya Tintoretto yang sengaja dibawa Vikaris Jenderal
dari Roma, yang selalu disenangi Pater Alvito, tampak
menggelantung di atas perapian.
"Anda akan menemui si Inggris lagi?" Pater Soldi berteriak ke
arahnya. Alvito tak menjawab. Dia mengetuk daun pintu.
"Masuk." Carlo dell Aqua, Vikaris Jenderal Asia, perwakilan tunggal
Vikaris Jenderal kaum Yesuit anggota Yesuit paling senior dan
karenanya orang paling berkuasa di Asia, juga kebetulan
bertubuh paling tingi. Tingginya enam kaki tiga inci, dengan
ukuran gemuk yang sesuai. Jubahnya berwarna jingga, salibnya
tak ada yang menandingi. Kepalanya sudah setengah botak,
rambut-nya putih, usianya enam puluh satu, kelahiran Napoli.
"Ah, Martin, masuk, masuk. Mau minum anggur?" tanya
Carlo dalam bahasa Portugis dialek Itali. "Kau sudah bertemu
dengan si Inggris itu?"
"Belum, Yang Mulia. Cuma Toranaga."
"Kabar buruk?" "Ya." "Anggur?" "Terimakasih." "Buruknya sejauh mana?" sela Ferriera yang tibatiba buka
mulut. Perwira itu duduk di sisi perapian, di kursi bersandaran
kulit dengan sikap sepongah dan segairah burung falcon"dia
dijuluki si fidaglio"Kapten Jenderal kapal Naodel Trato, Kapal
Hitam tahun ini. Usianya kira-kira tiga puluh, kecil ramping dan
menakjubkan. "Saya rasa buruk sekali, Kapten Jenderal. Toranaga
mengatakan, masalah-masalah perdagangan tahun ini tak dapat
ditunda-tunda lagi."
"Perdagangan memang tak bisa menunggu, begitupula saya,"
sahut Ferriera. "Begitu air laut pasang saya akan berlayar."
"Anda belum punya izin pelabuhan. Saya khawatir anda
masih harus menunggu."
"Saya pikir segalanya sudah diatur berbulan-bulan yang lalu,"
kembali Ferriera mengutuki peraturan-peraturan orang Jepang
yang menghendaki semua kapal, termasuk kapal mereka sendiri,
harus memiliki izin keluar-masuk pelabuhan. "Harusnya kita tak
diikat oleh berbagai macam peraturan goblok itu. Anda bilang
pertemuan ini cuma formalitas belaka"sekedar untuk
mengumpulkan dokumen-dokumen."
"Mestinya begitu, tapi saya keliru. Mungkin lebih baik saya
jelaskan." "Saya harus segera kembali ke Macao untuk menyiapkan
Kapal Hitam. Kita sudah membeli sutera terbaik seharga satu
juta dukat di Canton Fair pada bulan Pebruari dan kita akan
memuat paling tidak seribu kilo emas Cina. Saya rasa, sudah
saya jelaskan secara terperinci bahwa setiap keping uang Macao,
Malaka dan Goa, serta setiap keping uang para pedagang dan
pemuka Macao bisa dipinjam dan ditanamkan untuk
perdagangan tahun ini. Dan juga setiap keping uang anda."
"Kami baru menyadari bahwa itu juga sama pentingnya,"


Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sahut Carlo Dell Aqua terus terang.
"Maaf, Kapten Jenderal, tapi Toranaga itu Ketua Dewan
Bupati dan sudah menjadi tradisi semuanya akan menjadi
miliknya," ujar Alvito. "Dia tak mau membahas perdagangan
tahun ini atau surat-surat izin anda itu. Katanya, sejak dulu, dia
tak mengizinkan pembunuhan."
"Memangnya siapa yang melakukannya, Pater?" tanya Carlo
dell Aqua. "Apakah ini tipudaya lagi" Pembunuhan" Apa
hubungannya dengan kita?"
"Katanya: Mengapa orang-orang Kristen ingin membunuh
tawanan saya, si nakhoda itu?"
"Apa?" "Toranaga yakin percobaan pembunuhan semalam itu
ditujukan pada si Inggris, bukan pada dirinya. Dia juga
mengatakan bahwa ada usaha pembunuhan lainnya di penjara."
Alvito memusatkan matanya pada si perwira.
"Anda pikir saya yang melakukannya, Pater?" tanya Ferriera.
"Percobaan pembunuhan" Saya" Di Puri Osaka" Baru pertama
kali ini saya datang ke Jepang!"
"Anda menyangkal berbuat demikian?"
"Saya tidak menyangkal bahwa lebih cepat orang murtad itu
mati, lebih baik," sahut Ferriera dingin. "Jika orang Belanda dan
Inggris mulai menyebarkan kemesuman di Asia ini, maka kita
bisa susah. Kita semua."
"Sekarang saja kita sudah punya masalah," sahut Alvito lagi.
"Toranaga sudah mulai mengatakan bahwa dia tahu dari si
Inggris itu keuntungan berlipatganda yang dihasilkan berkat
monopoli Portugis atas perdagangan dengan Cina, bahwa orang
Portugis secara leluasa menaikkan harga sutera sehingga hanya
orang Portugis yang mampu membelinya di Cina dan membayarnya dengan komoditi satu-satunya yang dapat diterima
orang Cina sebagai tukarannya, yaitu keping perak Jepang"
yang secara menggelikan harganya direndahkan. Toranaga
berkata: "Karena permusuhan antara Cina dan Jepang dan karena
perdagangan langsung di antara keduanya dilarang dan hanya
bangsa Portugis yang memiliki izin untuk melaksanakan perdagangan, maka "laba" yang ditentukan oleh si Inggris itu harus
dijawab dengan resmi"secara tertulis"oleh pihak Portugis. Dia
bahkan "mengundang" anda, Yang Mulia, untuk menyampaikan
laporan bagi para bupati tentang nilai tukar keping perak bagi
sutera, atau sutera bagi keping perak, atau keping emas bagi
keping perak. Dia menambahkan bahwa dia sudah tentu, tidak
keberatan kita mengeruk keuntungan besar, asal kesemuanya itu
dihasilkan dari orang Cina."
"Tentu anda akan menolak permohonan yang sombong itu,"
ujar Ferriera memancing. "Itu sukar sekali."
"Kalau begitu, sampaikan laporan palsu saja."
"Itu akan membahayakan kedudukan kita secara keseluruhan.
Kita berdagang berdasarkan saling percaya mempercayainya
saja," ujar Carlo dell Aqua lagi.
"Anda bisa mempercayai Jepang-Jepang itu" Tentu saja tidak.
Keuntungan kita harus tetap dirahasiakan. Dasar Inggris murtad
terkutuk!" "Maaf kalau saya katakan bahwa Blackthorne itu nampaknya
banyak memiliki informasi khusus." Alvito melirik tak sengaja
pada dell Aqua yang nampaknya agak lengah.
Vikaris Jenderal masih juga tak berkomentar apa-apa.
"Apa lagi yang dikatakan Jepang-Jepang itu?" tanya Ferriera,
yang berpura-pura tak melihat saling lempar pandang di antara
mereka, dan berharap dia juga akan memperoleh porsi
selengkapnya dari pengetahuan keduanya.
"Toranaga meminta besok siang saya sudah menyiapkan peta
dunia yang menunjukkan garis-garis demarkasi antara Portugal
dan Spanyol, berikut namanama Sri Paus yang pernah
menyetujui perjanjian-perjanjian itu sekaligus dengan
tanggalnya. Dalam waktu tiga hari dia "memohon" penjelasan
tertulis tentang "usaha penaklukan" kita di Amerika, "sematamata untuk minat pribadi saya," begitulah kata-katanya, berikut
jumlah emas dan perak yang berhasil "direbut lagi?"jelas dia
menggunakan kata yang diucap-kan Blackthorne "dirampas?"
yang berhasil dibawa lagi ke Spanyol dan Portugal dari Amerika
itu. Dia juga meminta peta lainnya yang menunjukkan luas
wilayah Kekaisaran Spanyol dan Portugal seratus tahun yang
lalu, lima puluh tahun yang lalu dan sekarang ini, berikut posisi
markas kita dari Malaka sampai Goa"dia menyebutkan
semuanya secara cermat; semua nama-nama itu tertulis di
sepucuk kertas"dan juga jumlah pembunuh bayaran Jepang
yang pernah kita pekerjakan dulu pada setiap markas kita."
Carlo dell Aqua dan Ferriera tampak amat terkejut. "Ini jelas
harus ditolak," ujar perwira itu tak mampu menahan emosinya
lagi. "Anda tak dapat menolak Toranaga," sahut Carlo dell' Aqua.
"Saya kira, Yang Mulia, anda terlalu menganggap dia
penting," ujar Ferriera lagi. "Bagi saya Toranaga hanyalah salah
seorang di antara sekian banyak raja lalim atau pembunuh kafir
lainnya yang tak perlu ditakuti. Tolak saja dia. Tanpa Kapal
Hitam kita, seluruh armada mereka akan semaput. Mereka
mengemis sutera Cina kita. Tanpa sutera takkan ada kimono.
Mereka harus mengizinkan usaha dagang kita. Persetan dengan
Toranaga! Kita masih bisa berdagang dengan raja-raja Kristen
Jepang lain"siapa nama mereka" Onoshi dan Kiyama"dan
raja-raja Kristen Jepang lainnya, di Kyushu. Pokoknya, Nagasaki
terletak di sana, kita kuat sekali di sana, semua perdagangan
berpusat di sana." "Kita tak bisa, Kapten," sahut Carlo dell Aqua. "Ini
kunjungan pertama anda ke Jepang, jadi anda tak tahu masalah
kami di sini. Ya, mereka memang membutuhkan kita, tapi kita
lebih membutuhkan mereka. Tanpa kebaikan Toranaga"dan
Ishido"pengaruh kita terhadap raja-raja Kristen Jepang akan
hilang. Kita bisa kehilangan Nagasaki dan segala sesuatu yang
sudah kita bina dengan susah-payah selama lebih dari setengah
abad ini. Apakah anda ikut mempercepat usaha pembunuhan
terhadap nakhoda murtad itu?"
"Waktu itu saya berterus-terang pada Rodrigues, dan pada
siapa saja yang mau mendengarkan, bahwa orang Inggris itu
adalah perampok berbahaya yang akan mempengaruhi setiap
orang yang berurusan dengannya, oleh karena itu harus
disingkirkan secepat mungkin. Anda sendiri mengatakan begitu
dengan cara lain, Yang Mulia. Begitu pula anda, Pater Alvito.
Bukankah masalah ini sudah kita bahas dengan Onoshi dan
Kiyama dua hari yang lalu" Bukankah anda sendiri mengatakan
perampok itu berbahaya?"
"Ya. Tapi?" "Pater, harap maafkan saya, tapi sesekali prajurit merasa perlu
melaksanakan tugas Tuhan dengan cara terbaik menurut mereka.
Terus-terang, saya jengkel sekali pada Rodrigues karena tak mau
menciptakan "kecelakaan" selama angin badai itu. Mestinya, di
antara semua orang, dialah yang seharusnya lebih tahu! Demi
Tuhan Kristus, lihatlah apa yang telah diperbuat si Inggris itu
terhadap Rodrigues" Si goblok itu malah merasa berterimakasih
karena nyawanya sudah diselamatkan padahal itu tak lebih
daripada tipu daya si Inggris dalam rangka memperoleh
kepercayaan Rodrigues terhadapnya. Bukankah si Rodrigues itu
goblok sekali telah mem-biarkan si nakhoda murtad itu
merampas geladak belakang miliknya yang hampir merenggut
nyawanya" Tentang usaha pembunuhan di puri itu, siapa yang
tahu apa yang telah terjadi" Itu pasti diperintahkan oleh seorang
pribumi, itu tipu-daya Jepang. Saya tidak sedih mereka sudah
berusaha, cuma saya kecewa karena gagal. Kalau saya yang
merencanakan pembunuhannya, saya jamin nakhoda itu pasti
berhasil disingkirkan."
Alvito merenguk anggurnya. "Toranaga mengatakan bahwa
dia telah mengirimkan Blackhorne ke Izu."
"Semenanjung timur itu?" tanya Ferriera seolah tak percaya.
"Ya." "Lewat darat atau laut?"
"Dengan kapal."
"Bagus! Dengan sangat menyesal saya katakan bahwa semua
awak kapal saya bukan tidak mungkin bisa hilang ditelan badai
yang tak kenal ampun."
Alvito menjawab dingin, "Dan dengan sangat menyesal pula
saya nyata-kan, Kapten Jenderal, bahwa Toranaga pernah
bilang"akan saya kutip kata-katanya seutuhnya, "Saya sudah
menugaskan seorang pengawal pribadi bagi nakhoda itu,
Tsukku-san. Apabila sampai terjadi sesuatu pada dirinya, maka
masalah itu akan diselidiki dalam batas-batas kekuasaan saya
dan kekuasaan para bupati lainnya dan sekiranya, kebetulan ada
orang Kristen yang terlibat, maka besar kemungkinan dekrit
pengusiran orang asing akan ditinjau kembali dan semua gereja
Kristen, sekolah, tempat-tempat peristirahatannya juga akan
ditutup." Dell Aqua menjawab, "Tuhan tak menghendaki terjadinya
peristiwa itu." "Gertakan saja," ejek Ferriera.
"Tidak, anda keliru, Kapten Jenderal. Toranaga itu sepandai
Machiavelli dan sekejam Attila orang Hun itu." Alvito berpaling
lagi pada Carlo dell Aqua.
"Kalau sampai terjadi sesuatu pada si Inggris, mereka bisa
saja menuduh kita sebagai pelakunya."
"Ya." "Mungkin anda harus melengkapkan sumber masalahnya,
"sahut Ferriera lancang.
"Singkirkan Toranaga!"
"Sekarang bukan waktunya untuk bergurau," ujar Vikaris
Jenderal tiba-tiba. "Apa yang sudah berhasil begitu gemilang di India dan
Malaya, Brazil, Peru, Mexico, Afrika, daratan utama Eropa dan
di mana-mana akan berhasil pula di sini. Saya pernah
melaksanakannya di Malaka dan Goa selusin kali dengan
bantuan sekelompok pembunuh bayaran Jepang, dan pengaruh
maupun pengetahuan saya belum mampu menandingi Anda kala
itu. Kita peralat raja-raja Kristen Jepang itu. Kita bantu salah
seorang di antaranya buat menyingkirkan Toranaga seumpamanya dia yang menjadi perintang utama. Sekian ratus
penakluk sudah cukup. Pecah-belah mereka lalu jajah. Saya akan
mendekati Kiyama. Pater Alvito, anda bersedia menjadi jurubahasa?"
"Anda takkan bisa menyamakan orang Jepang dengan orang
India atau dengan orang-orang buas dan buta huruf seperti suku
Inca. Anda takkan bisa memecah-belah dan memerintah di sini.
Jepang bukan seperti bangsa lain. Sama sekali berbeda," ujar
Carlo dell Aqua. "Secara resmi saya memohon pada anda,
Kapten Jenderal, jangan campur tangan dalam bidang politik
dalam negeri negara ini."
"Saya setuju. Maafkan kata-kata saya tadi. Saya kasar dan
kekanak-kanakan kalau bicara terus-terang begitu. Untunglah
badai akhir-akhir ini boleh dibilang normal."
"Seandainya ada badai, itu sudah takdir Tuhan. Tapi anda tak
boleh menyerang nakhoda itu."
"Oh?" "Jangan. Dan anda juga tak boleh menyuruh orang lain
melakukannya." "Saya ditugaskan raja saya untuk membinasakan musuh raja.
Orang Inggris itu adalah musuh nasional. Parasit, perampok,
pembelot. Kalau saya memilih membinasakan dia, itu urusan
saya. Saya ini Kapten Jenderal Kapal Hitam tahun ini, dan
karenanya juga Gubemur Macao tahun ini pula, dengan
kekuasaan seperti wakil raja terhadap perairan ini tahun ini, dan
seandainya saya ingin menyingkirkannya, atau Toranaga, atau
siapa saja, saya akan berbuat begitu."
"Kalau begitu anda secara terbuka menentang perintah saya
*) dan karenanya harus dikucilkan segera."
"Masalah ini di luar kekuasaan anda. Ini masalah duniawi,
bukan masalah rohani."
"Kedudukan gereja di sini, sayangnya, sudah bercampur-baur
dengan politik dan dengan perdagangan sutera, sehingga
segalanya menyangkut keselamatan gereja juga. Dan selama
saya masih hidup, demi penebusan jiwa saya kelak, tak seorang
pun akan dibiarkan mengganggu kelangsungan hidup induk
gereka di sini!" "Terimakasih atas penjelasan itu, Yang Mulia. Saya akan
berusaha menambah pengetahuan saya tentang masalah orang
Jepang ini." "Saya anjurkan sebaiknya begitu, demi kepentingan anda
sendiri. Agama Kristen bisa ditolerir di sini karena semua
daimyo percaya mutlak bahwa bilamana mereka sampai
mengusir kita dan membasmi agama kita, Kapal Hitam takkan
*pernah dikucilkan kembali. = dikeluarkan dari keanggotaan Kita, kaumGereja Yesuit memang dicari dan mempunyai pengaruh tertentu karena hanya kitalah yang dapat
berbahasa Jepang, Portugis dan sekaligus menermahkannya dan
menjadi perantara ' bagi mereka kalau menyangkut bidang
perdagangan. Sayangnya, kepercayaan yang mereka anut itu
tidak benar. Saya yakin perdagangan akan tetap diteruskan,
terlepas dari posisi kita dan posisi gereja, karena saudagarsaudagar Portugis lebih memperhatikan minat pribadi mereka
daripada tugas bagi Tuhan kita."
"Barangkali juga minat para rahib yang sengaja memaksa kita
- bahkan sampai ke upaya untuk menanyakan pada Takhta Suci
sendiri mengenai kemungkinan adanya kekuasaan yang sah memaksa kita untuk berlayar ke pelabuhan yang telah mereka
putuskan dan berdagang dengan daimyo mana saja yang mereka
sukai, terlepas dari bahaya yang sudah jelas terlihat!"
"Anda sudah lupa diri, Kapten-Jenderal!"
"Saya tidak lupa bahwa Kapal Hitam yang tahun lalu hilang
sekitar tempat ini dan Malaka berikut semua awaknya, berikut
dua ratus ton emasnya dan lima ratus ribu uang receh Portugal
bernilai perak batangan, setelah tertunda-tunda tanpa perlu dalam
musim yang buruk karena permohonan anda pribadi.. Atau
dengan kata lain, malapetaka ini hampir menghancurkan setiap
orang dari sini sampai Goa."
"Itu semua perlu karena kematian Taiko dan politik dalam
negeri para penggantinya."
"Saya belum lupa, anda pernah meminta gubernur jenderal
agar menunda pemberangkatan Kapal Hitam tiga tahun yang
lalu, untuk mengirimkan, hanya bila anda menyetujui, ke
pelabuhan mana yang anda putuskan, atau bahwa dia pernah
menolak hal ini karena dianggap sebagai campur tangan yang
angkuh." "Itu untuk menjegal Taiko, guna menyeretnya ke dalam krisis


Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ekonomi di tengah perangnya yang nihil melawan Korea dan
Cina, disebabkan karena pembunuhan besar-besaran terhadap
para martir di Nagasaki yang diperintahkannya, karena
serangannya yang gila terhadap gereja dan juga dekrit
pengusiran orang asing yang baru dikeluarkannya, yang
mengusir kita semua dari Jepang. Jika anda bekerjasama dengan
kami, mengikuti nasihat kami, segenap penduduk Jepang bisa
menjadi Kristen dalam waktu hanya satu generasi!
Yang mana yang lebih penting"perdagangan atau penebusan
jiwa kita?" "Jawaban saya adalah penebusan jiwa. Tapi, karena anda
sudah menjelaskan pada saya mengenai masalah-masalah
tentang orang Jepang, izinkan pula saya menempatkan masalah
yang bersangkutan pada proporsi yang sebenarnya. Hanya
keping perak Jepang yang mampu membeli sutera dan emas
Cina. Keuntungan besar yang kita peroleh dan ekspor kita ke
Malaka dan Goa dan dari sana ke Lisabon, mampu mendukung
segenap kekaisaran Asia kita, segenap benteng, missi, ekspedisi,
missionaris, penemuan-penemuan, serta sebagian besar biaya
yang kita keluarkan, sanggup mencegah para pembelot untuk
menyusul target kita, menendang kita keluar dari Asia, yang
sekaligus akan memberi mereka kekayaan yang mereka perlukan
buat membinasakan kita dan keyakinan (Agama) kita di negeri
kita sendiri. Mana yang lebih penting Pater"pengkristenan
Spanyol, Portugal, Italia atau Jepang?"
Dell Aqua menyalak galak ke arah sang perwira. "Sekali dan
selamanya, anda tak boleh melibatkan diri , dengan politik dalam
negeri di sini!" Sepotong bara jatuh dari perapian dan berkerlap-kerlip pada
permadani. Ferriera, dengan gesit cepat-cepat menendangnya ke
tempat asalnya. "Dan seandainya saya perlu dikekang, menurut
anda, apa yang harus diperbuat terhadap si pembelot atau
Toranaga?" Dell'Aqua duduk terhenyak, yakin bahwa dia sudah keluar
sebagai pemenang. "Saya tak tahu, tapi pikiran buat
mengenyahkan Toranaga juga rasanya mustahil.
Dia amat simpatik terhadap kita, dan amat berguna i dalam
meningkatkan laju perdagangan?" suaranya semakin
perlahan?" dan sekaligus meningkat-kan keuntungan anda."
"Juga keuntungan anda," sahut Ferriera, melemparkan
kembali "umpan" yang disodorkan padanya.
"Keuntungan kita sudah dipasrahkan ke dalam tangan Tuhan
kita. Seperti yang anda ketahui." Dell Aqua menuang anggur lagi
dengan tubuh yang sudah lunglai, menyodorkannya kepada
Ferriera dan menenangkannya. "Ayolah, Ferriera, kita tak perlu
bertengkar dengan cara begini. Masalah pembelot itu memang
mengerikan. Tapi bertengkar tak membuahkan apa-apa. Kami
butuh nasihat anda, otak anda dan kekuatan anda. Percayalah
pada saya, Toranaga itu penting sekali bagi kita. Tanpa dia, yang
dapat mengekang para bupati lainnya, seluruh negeri ini akan
kembali pada anarki lagi."
"Ya, itu benar, Kapten-Jenderal," sela Alvito yang suaranya
baru terdengar. "Tapi saya tak mengerti mengapa dia masih diam
di puri itu, malah ikut menyetujui ditangguhkannya pertemuan
itu. Rasanya sulit dipercaya bahwa dia bisa dikibuli. Dia pasti
tahu bahwa Osaka sudah dikepung ketat. Mestinya dia sudah
berangkat dari sana beberapa hari yang lalu."
Ferriera berkata, "Jika dia penting sekali, mengapa
mendukung Onoshi dan Kiyama" Bukankah keduanya berpihak
pada Ishido dalam menentangnya" Mengapa anda tak
menyarankan mereka supaya menentang ini" Itu baru saja
dibicarakan dua hari yang lalu."
"Waktu itu mereka hanya memberitahukan keputusan mereka
pada kita, Kapten. Tapi kita sendiri belum membicarakannya,
kan?" "Kalau begitu anda sudah membicarakannya, Yang Mulia.
Jika memang sangat penting, mengapa tidak anda perintahkan
saja mereka agar menentang keputusan itu" Dengan ancaman
akan dikucilkan." Dell Aqua menghela napas, "Persoalannya tidak sesederhana
itu. Anda tak boleh melakukan hal itu di Jepang, di sini. Mereka
membenci campur-tangan orang luar dalam masalah-masalah
dalam negeri mereka. Bahkan saran dari pihak kita pun harus
dikemukakan dengan lemah-lembut."
Ferriera mereguk habis anggur dari piala peraknya lalu
menuang lagi sedikit dan menenangkan diri, menyadari bahwa
dia memang memerlukan kaum Yesuit, bahwa tanpa dijurubahasai mereka, dia tak berdaya. Kau harus bisa mengatur
pelayaran ini supaya sukses, ujarnya pada diri sendiri. Kau
bertugas sebagai prajurit dan sudah mengabdi selama sebelas
tahun bagi raja untuk memperoleh nafkah"secara halal"dua
puluh kali lipat besarnya dari hadiah terbanyak yang dapat
dianugerahkannya dalam batas kekuasaannya bagimu, yakni
pangkat Kapten Jenderal Kapal Hitam selama setahun yang
berlayar setahun sekali, juga sepersepuluh hasil yang
dianugerahkan kepada-mu beserta kehormatannya, sepersepuluh
dari suteranya, emasnya, peraknya, dan semua keuntungan dari
setiap transaksinya. Kau akan kaya seumur hidup kini, malah
buat tiga puluh kali lahir kembali jika kau bisa memperoleh semuanya itu hanya dengan sekali berlayar saja. Dan kalau kau
berhasil melaku-kannya. Ferriera meraba pangkal pedang tipisnya, lalu pada salib
perak yang sebagian berhiaskan benang perak halus. "Demi
Darah Kristus, Kapal Hitam-ku akan berlayar pada waktunya
dari Macao ke Nagasaki, dan kemudian sebagai kapal niaga
terkaya dalam sejarah, dia akan menuju ke selatan waktu terang
bulan pada bulan Nopember, ke Goa dan dari sana terus pulang
ke rumah! Dengan Kristus sebagai hakimku, itulah yang akan
terjadi." Dan dia menambahkan, tanpa suara, "biarpun aku harus
membakar seluruh Jepang, Macao dan Cina untuk mencapai
semua itu, demi Bunda Maria!"
"Restu kami beserta anda, tentu saja," Carlo dell Aqua
menjawab dengan setulus hati. "Kami menyadari betapa
pentingnya pelayaran anda ini."
"Karena itu, apa saran anda" Tanpa surat izin keluar-masuk
pelabuhan dan surat reputasi berdagang, saya ibarat orang
timpang. Mungkinkah kita menghindari Dewan Bupati" Apa
barangkali ada jalan lain?"
Dell Aqua menggeleng. "Martin" Anda adalah ahli
perdagangan kita." "Maaf, tapi rasanya tidak mungkin," komentar Alvito. Sejak
tadi dia mendengarkan tukar pikiran yang seru antara kedua
orang itu disertai amarah yang sudah mendidih. Tak tahu adat,
angkuh, edan, haram, pikirnya, dan sesudahnya, oh, Tuhan, beri
aku kesabaran, sebab tanpa orang ini dan orang-orang lain
semacam dia, gereja di sini akan mati. "Saya yakin dalam satudua hari ini segala sesuatunya akan distempel, Kapten-Jenderal.
Toranaga sedang menghadapi problim-problim khusus saat ini,
tapi semuanya akan beres, saya yakin."
"Saya hanya akan menunggu seminggu. Tak lebih." Ancaman
dan rasa dendam di balik dada Ferriera terasa menakutkan.
"Akan kuhabisi si pembelot itu dengan tanganku sendiri. Akan
kukorek keterangan yang sebenarnya dari mulutnya. Apakah
Toranaga pernah berkomentar komentar tentang armada yang
dimaksud" Armada musuh?"
"Tidak." "Saya ingin sekali mengetahui yang sebenarnya, karena di
darat, kapal saya terlihat bergelambir lemak seperti babi gendut,
muatannya gembung dengan sutera kiriman yang lebih banyak
daripada biasa. Kapal kami adalah salah satu kapal terbesar di
dunia, tapi sayangnya saya tak punya pengawal, jadi jika ada
kapal fregat musuh yang menjegal kami di laut"atau kapal pelacur Belanda, si Erasmus"kita tak bisa berbuat banyak. Erasmus
bisa menyuruhku menurun-kan bendera Kerajaan Portugal tanpa
kesulitan sedikit pun. Si Inggris itu sebaiknya jangan dibiarkan
membawa kapalnya ke laut, dengan senapan, meriam dan mesiu
dalam kapalnya itu."
"Evero, e solamente vero," gumam dell Aqua. Ferriera
menghabiskan anggurnya. "Kapan Blackthorne akan dikirim ke
Izu?" "Toranaga tidak memberitahu," sahut Alvito. "Saya kira tak
lama lagi." "Hari ini?" "Entahlah. Para bupati akan mengadakan rapat dalam empat
hari ini. Rasanya baru setelah itu."
Dell Aqua berkata dengan serius, "Balckthorne tak boleh
diganggu. Juga Toranaga."
Ferriera bangkit dari duduknya. "Saya akan kembali ke
kapal saya. Anda mau makan malam bersama kami senja hari
nanti" Ada ayam kebiri lezat, juga daging sapi dan anggur
Madeira, serta roti yang masih hangat."
"Terimakasih, anda baik sekali." Dell Aqua terlihat gembira.
"Ya, makan enak lagi memang sedap. Anda baik sekali."
"Anda akan diberitahu segera sesudah saya mendapatkan
kabar dari Toranaga, Kapten-Jenderal," ujar Alvito.
"Terimakasih." Begitu Ferriera angkat kaki dan Vikaris Jendral merasa pasti
dia dan Alvito takkan didengar orang, dia berkata harap-harap
cemas, "Martin, apa lagi yang dikatakan Toranaga?"
"Dia menginginkan penjelasan tertulis tentang insiden
tembak-menembak dan tentang para penakluk daerah itu."
"Mamma mia?" "Toranaga ramah, malah lembut, tapi"yaah, saya belum
pernah melihat dia bersikap demikian sebelumnya."
"Apa persisnya kata-katanya?"
"Saya tahu, Tsukku-san, bahwasannya pemimpin ordo
Kristen anda yang sebelumnya, Pater da Cunha, pernah menulis
kepada para gubernur Macao, Goa dan Gubernur Jenderal
Spanyol di Manila, Don Sisco Viviera, pada bulan Juli 1558,
menurut penanggalan anda, minta disediakan ratusan tentara
Spanyol berikut senjata untuk mendukung sejumlah daimyo
Kristen melakukan pemberontakan, yang sebenarnya merupakan
hasutan dari kepala imam Kristen agar melawan kepala marga
mereka, yang tak lain adalah Taiko, Tunjungan saya almarhum.
Siapa daimyo-daimyo tersebut" Betulkah tak ada seorang
serdadu pun yang dikirim tapi ' sejumlah besar senjata
diselundupkan ke Nagasaki berdasarkan cap Kristen dari Macao"
Betulkan pemimpin anda yang berperawakan tinggi besar itu
diam- diam menyita senjata tersebut waktu dia kembali ke
Jepang untuk kedua kali, selaku Duta Besar Goa, pada bulan
Maret atau April 1590, menurut penanggalan anda, dan diamdiam menyelundupkannya lagi ke luar Nagasaki di dalam kapal
Portugis, Santa Cruz, kembali ke Macao?" Alvito menyeka
keringat pada kedua telapak tangannya.
"Apa lagi yang dikatakannya?"
"Tak ada yang penting, Yang Mulia. Saya tak punya
kesempatan buat menerangkan"dia langsung meminta saya
supaya ke luar seketika itu juga. Permintaan itu memang sopan,
tapi itu jelas pengusiran."
"Dari mana orang Inggris keparat itu memperoleh informasi
tersebut?" "Mestinya saya tahu."
"Tanggal-tanggal serta nama-nama itu, anda tak salah" Dia
mengatakan-nya persis seperti itu?"
"Tidak, Yang Mulia. Nama-namanya ditulis di kertas. Dia
memperlihat-kannya pada saya."
"Tulisan tangan Blackthorne?"
"Bukan. Nama-nama itu ditulis secara fonetis dalam bahasa
Jepang, dengan hurup kanji yang disebut hiragana."
"Kita harus selidiki siapa yang menjadi juru-bahasa Toranaga
sekarang. Dia cerdas luar biasa. Yang pasti bukan salah seorang
di antara kita, kan" Pasti bukan Bruder Manuel, kan?" tanyanya
pahit, menyebut nama baptis Masa-manu. Jiro adalah putra
seorang samurai Kristen yang disekolahkan oleh kaum Yesuit
sejak masih kanak-kanak dan, karena cerdas serta saleh, dia
dipilih untuk memasuki seminari, untuk dilatih sebagai imam,
lengkap dengan emat buah kaul yang belum terdapat di antara
orang Jepang sendiri. Jiro sudah mengabdi pada Serikat itu
selama 20 tahun, kemudian, secara tak sangka-sangka, dia keluar
sebelum ditahbiskan dan kini dia menjadi penentang gereja yang
paling gigih. "Bukan, Manuel masih di Kyushu, mudah-mudahan jiwanya
masuk neraka. Dia masih tetap musuh besarnya Toranaga, dia
tak pernah menolongnya. Untunglah, dia tak pernah berpihak
pada gerakan rahasia politik yang mana pun. Juru-bahasanya
adalah Putri Maria," ujar Alvito menyebut nama baptis mariko.
"Toranaga yang memberitahu itu pada anda?"
"Bukan, Yang Mulia. Tapi kebetulan saya tahu dia
mengunjungi puri dan suka kelihatan bersama-sama si Inggris
itu." "Anda yakin?" "Informasi kita cermat sekali."
"Bagus," ujar Carlo dell'Aqua. "Mungkin Tuhan membantu
kita lewat caranya yang gaib. Panggil dia ke mari segera!"
"Saya sudah bertemu dengannya secara kebetulan. Dia
tampak menyenangkan, seperti biasa, hormat, saleh seperti biasa,
tapi kata-katanya tajam sebelum saya sendiri sempat
menanyainya, "Tentu saja, kekaisaran ini sifatnya amat pribadi,
Pater, dan beberapa hal, karena tradisi, harus juga tetap pribadi
sifatnya. Apakah di Portugal dan dalam lingkungan Serikat
Yesus begitu juga?" "Tapi anda adalah Bapak Pengakuannya."
"Ya. Tapi dia tak mau berkomentar apa-apa."
"Mengapa?" "Dia jelas sudah lebih dulu diperingatkan dan dilarang untuk
mem-bicarakan apa yang terjadi dan apa yang sudah dikatakan.
Saya kenal betul sifar mereka. Dalam hal ini, pengaruh Toranaga
bisa lebih besar daripada kita."
"Apakah keyakinannya begitu kecil" Apakah latihan kita
padanya tidak pada tempatnya" Pasti tidak. Dia sama taat dan
sama baiknya seperti wanita Kristen yang saya kenal. Suatu hari
dia bisa menjadi biarawati"mungkin Ibu Biara Jepang yang
pertama." "Ya. Tapi saat ini dia takkan mengatakan apa-apa.
"Gereja dalam bahaya. Ini penting, mungkin terlalu penting,"
ujar Carlo dell'Aqua lagi. "Dia akan memahami itu. Dia terlalu
cerdas untuk tidak menyadari hal itu."
"Saya mohon pada anda, jangan menguji keyakinannya dalam
hal ini. Kita harus mengaku kalah. Itulah yang dikatakannya
dengan jelas tempohari, sejelas pernyataan yang tertulis."
"Mungkin ada baiknya kita mencobanya. Demi penebusan
jiwanya sendiri." "Itu terserah anda, akan memerintahkannya berbuat demikian
atau tidak. Tapi saya yakin dia akan mematuhi Toranaga, Yang
Mulia, dan bukan kita."


Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Akan saya pikirkan si Maria ini. Ya," sahut Carlo dell Aqua.
Matanya beralih ke perapian, masalah-masalah dinasnya terasa
meremukkannya. "Maria yang malang. Si pembelot terkutuk,
orang Inggris itu! Bagaimana caranya kita menghindari jebakan
itu" Bagaimana caranya mengungkapkan fakta tentang senjata
itu" Bagaimana mungkin Vikaris jenderal dan wakil gubernur
seperti da Cunha, yang sudah terlatih sedemikian baik, dengan
pengetahuan umum selama tujuh tahun tentang Macao dan
Jepang"bagaimana mungkin dia bisa melakukan kesalahan
sengeri itu?" "Bagaimana mungkin?" tanyanya kepada lidah api di
perapian. Aku bisa menjawabnya, ujarnya pada diri sendiri. Itu amat
gampang. Dia panik atau dia lupa kejayaan Tuhan atau dia
menjadi takabur atau ketakutan. Siapa yang tidak merasa begitu
dalam situasi semacam itu" Diterima oleh Taiko waktu mentari
terbenam dengan suka-cita, sebuah pertemuan kemenangan
dengan segala kemegahan dan upacara hampir menyerupai tindakan penyesalan yang dalam dari pihak Taiko, yang nampaknya
sudah ingin menganut agama Kristen. Dan kemudian tiba-tiba
dibangunkan di tengah malam yang sama dengan dekrit
pengusiran Taiko yang menyatakan bahwa segenap ordo
keagamaan harus keluar dari Jepang dalam dua hari, dan tak
boleh kembali, dan yang lebih buruk lagi adalah bahwa semua
orang Jepang yang sudah menganut agama Kristen di seluruh
pelosok negeri itu diperintahkan untuk mengakui kesalahnya
pada saat itu juga dan mereka akan segera dibuang atau dihukum
mati. Dipenuhi rasa putus-asa yang demikian mendalam, Vikaris
Jenderal secara gegabah segera menghasut para daimyo Kristen
dari Kyushu"Onoshi, Misaki, Kiyama dan Harima dari
Nagasaki, untuk memberontak demi menyelamatkan gereja dan
telah menulis, dalam keadaan panik, kepada para penakluk
Spanyol untuk memperhebat pemberontakan itu.
Lidah api merepet dan menari di tungku api itu, Ya, semuanya
benar, pikir Carlo dell Aqua. Kalau saja aku tahu sejak dulu,
kalau saja da Cunha berkonsultasi denganku lebih dulu. Tapi
bagaimana dia bisa melakukannya" Makan waktu enam bulan
buat mengirim surat ke Goa dan boleh jadi enam pula buat
balasannya dan da Cunha benar-benar menulisnya saat itu juga,
tapi biar bagaimana pun dia itu Pater kepala di sini dan seorang
diri lagi dan harus dapat mengatasi malapetaka saat itu juga.
Sekalipun Carlo dell Aqua langsung berlayar begitu
menerima surat itu, berikut surat-surat kepercayaan yang dibuat
dengan tergesa-gesa selaku duta besar dari Gubernur Jenderal
Goa, masih juga makan waktu berbulan-bulan buat sampai di
Macao, hanya untuk menemukan da Cunha sudah meninggal,
dan dia serta segenap pater lainnya dilarang memasuki Jepang.
Namun senjata-senjata itu sudah lenyap.
Lalu, setelah sepuluh minggu, datang berita bahwa gereja tak
jadi dimusnahkan di Jepang, bahwa Taiko tak jadi mengeluarkan
peraturan barunya. Hanya lima puluh gereja yang sudah terlanjur
dibakar. Hanya Takayama yang dibinasakan. Dan gossip mulai
menjalar bahwa meskipun dekrit-dekrit itu masih tetap memiliki
kekuatan hukum, Taiko kini sudah bersiap-siap untuk
mengizinkan segala sesuatunya seperti semula, asal saja para
pater itu lebih bijaksana dalam usaha mereka mengkristenkan
orang Jepang, asal saja pengkristenan yang mereka jalankan itu
lebih bijaksana dan dilakukan dengan baik-baik, dan bahwa
takkan ada lagi pemujaan dan demonstrasi publik yang dilakukan
secara menyolok dan takkan lagi ada pembakaran kuil Budha
oleh kaum fanatik. Kemudian, sewaktu siksaan batin itu nampaknya akan
berakhir, Dell Aqua baru teringat bahwa senapan-senapan itu
telah lenyap berminggu-minggu sebelumnya, dengan cap kepala
biara, bahwa semua senapan itu masih berada di gudang Serikat
Yesus di Nagasaki. Penderitaan ini masih akan berlanjut bermingguminggu
sebelum senapan-senapan itu dapat diselundupkan kembali ke
Macao"ya, tapi dengan cap milikku kali ini, ujar Dell Aqua
memperingatkan dirinya sendiri, berharap rahasia tersebut akan
terkubur selamanya. Tapi rahasia-rahasia itu takkan memberimu
rasa tentram, betapa seringnya pun kau berharap atau berdoa.
Berapa banyak yang diketahui si pembelot Inggris itu"
Sejam lebih lamanya Dell Aqua duduk tak bergerak di kursi
malasnya yang terbuat dari kulit, tatapannya kosong ke perapian.
Alvito menanti dengan sabar di dekat lemari buku, kedua
tangannya di pangkuan. Cahaya mentari membiaskan sinarnya
pada salib perak di tembok di belakang vikaris jenderal. Pada
sebelah sisi dinding nampak sebuah lukisan minyak pelukis
Venesia, Titian, yang dibeli Dell Aqua semasa muda di Padua,
kota tempat ia menuntut ilmu hukum. Dinding yang satunya lagi
penuh oleh kitab Injil dan buku-buku bahasa Latin, Portugal,
Itali dan Spanyol, juga buku-buku dari percetakan pribadi milik
Serikat Yesus yang dapat dipindah-pindah di Nagasaki, yang
khusus dipesannya dan diangkut dari Goa sepuluh tahun yang
lalu dengan biaya tinggi, juga dua rak buku dan pamflet Jepang:
buku-buku kebaktian dan macam-macam ketekismus yang
diterjemahkan dengan susah-payah ke dalam bahasa Jepang oleh
para Yesuit; karya-karya yang diadaptasikan dari bahasa Jepang
ke dalam bahasa Latin untuk membantu putra altar (pembantu
pastor dalam upacara missa di gereja Katolik) mempelajari
bahasa itu; dan akhirnya nampak dua buah buku yang tak ternilai
harganya, buku tatabahasa Portugis-Jepang yang pertama
dicetak, karya seumur hidup Pater Sancho Alvarez yang dicetak
enam tahun yang lalu, dan kamus Portugis-Latin-Jepang yang
dicetak tahun lalu dalam huruf roman dan juga dalam huruf kanji
hiragana. Pekerjaan raksasa itu dimulai atas perintahnya dua
puluh tahun yang lalu, kamus Jepang pertama yang disusun.
Pater Alvito mengambil buku itu dan membelainya dengan
penuh kasih. Dia tahu buku itu adalah hasil karya seni yang unik.
Selama delapan belas tahun lamanya dia menyusun karya
semacam itu, tapi masih saja terdapat beberapa kekurangan.
Namun karya kreasinya itu akan menjadi sebuah kamus yang
jauh lebih rinci"bahkan dapat dikatakan sebagai buku petunjuk
mengenai negeri Jepang dan bangsa Jepang, dan dia tahu betul,
seandainya dia berhasil merampungkannya, maka kamus itu
akan menjadi sebuah karya monumental yang sebanding dengan
karya Pater Alvarez, dan bila suatu ketika namanya dikenang
orang, itu adalah berkat bukunya dan berkat Vikaris Jenderal,
pater kepala satusatunya yang dikenalnya.
"Kau akan meninggalkan Portugal dan bergabung dengan
missi Tuhan?" Pastor Yesuit berperawakan tinggi-besar itu
berkata padanya di hari pertama dia bertemu dengannya.
"Oh, ya, kalau bisa, Pater," jawabnya, sambil menatap
kepadanya dengan penuh harap . "Berapa umurmu, Nak?"
"Saya tak tahu, Pater, mungkin sepuluh, mungkin sebelas,
tapi saya bisa membaca dan menulis. Imam itu yang
mengajarkan pada saya, saya sebatang kara, saya tak punya
sanak-keluarga, saya bukan milik siapapun ...."
Dell Aqua membawanya ke Goa ketika itu dan dari sana ke
Nagasaki, tempat dia menggabungkan diri dengan seminari
Serikat Yesus, sebagai orang Eropa termuda di Asia dan sebagai
tempat terakhir yang bersedia me-nampungnya. Kemudian
datang keajaiban: bakat menguasai bahasa dan kedudukan yang
dipercayakan orang padanya sebagai juru-bahasa dan penasihat
perdagangan pertama bagi Harima Tadao, daimyo wilayah Hizen
di Kyushu, tempat Nagasaki terletak, dan kemudian bagi Taiko
sendiri. Dia ditahbiskan dan setelah itu bahkan berhasil
memperoleh hak istimewa kaul keempat. Ini adalah kaul khusus
yang melewati dan di atas kaul normal untuk hidup miskin,
hidup sederhana dan hidup patuh, yang dianugerahkan hanya
kepada kaum elite Yesuit, kaul kepatuhan yang ditujukan, pada
Paus secara pribadi"untuk menjadi sarana khusus bagi karya
Tuhan, untuk pergi ke mana saja Paus memerintahkannya secara
pribadi dan melakukan apa yang diinginkannya secara pribadi
pula; untuk menjadi seperti pendiri Serikat Yesus, yakni serdadu
Basque yang dinamakan Loyola, untuk dikukuhkan sebagai salah
seorang Regimini Militantis Ecclesiae, salah seorang serdadu
profesional, khusus dan pribadi dari Tuhan selaku jenderal yang
terpilih bagi dunia, selaku Wakil Kristus.
Aku memang amat mujur, pikir Alvito. Oh, Tuhan,
bimbinglah aku agar bisa menolong orang.
Akhirnya Dell Aqua bangkit, meluruskan badan, lalu
melangkah ke jendela. Sinar mentari berkilauan pada atap
keemasan pusat menara puri, kemegahan bangunan itu
mendasari kekokohannya yang luar biasa. Menara iblis,
pikirnya. Berapa lama lagi dia berdiri di sana untuk
memperingatkan anggota-anggota serikat kami" Cuma lima
belas"eh"bukan, tujuh belas tahun yang lalu Taiko
mempekerjakan empat ratus ribu orang untuk membangun
sekaligus menggali dan menumpahkan darah penduduk negeri
untuk monumennya tersebut, kemudian, dalam waktu hanya dua
tahun, Puri Osaka selesai dibangun. Orang yang luar biasa!
Bangsa yang luar biasa! Ya. Dan di situlah dia berdiri, tak
terbinasakan, kecuali lewat Tangan Tuhan. Dia mampu
merobohkannya dalam sekejap, jika Dia mau. Oh, Tuhan,
bimbing-lah aku dalam melaksanakan kehendak Mu.
"Nah, Martin, nampaknya kita punya tugas," Dell Aqua mulai
berjalan mondar-mandir, suaranya kini terdengar mantap bagai
langkahnya. "Tentang nakhoda Inggris itu. Kalau kita tidak
melindunginya, dia pasti dibunuh dan kita akan dibenci
Toranaga. Kalau kita berhasil melindunginya, dia akan
menggantung dirinya sendiri. Tapi beranikah kita menunggu"
Kehadirannya di sini merupakan ancaman bagi kita dan tak dapat
diramalkan berapa banyak kerusakan yang dapat dilakukannya
sebelum tanggal yang membahagiakan bagi kita itu tiba, sebelum
tanggal dia menggantung diri itu. Atau kita bisa membantu
Toranaga menghabisi dia. Atau, paling akhir, kita bisa menjadikannya Kristen."
Alvito mengerjapkan mata. "Apa?"
"Dia cerdas dan punya pengetahuan banyak tentang ajaran
Katolik. Bukankah orang Inggris itu kebanyakan sudah Katolik
dengan sendirinya" Jawabnya adalah "Ya" jika raja atau ratunya
Katolik, dan "tidak" kalau raja atau ratunya Protestan. Orang
Inggris umumnya tak peduli pada agama. Mereka memang
fanatik terhadap kita pada saat ini, tapi bukankah itu disebabkan
karena armadanya" Mungkin Blackthorne bisa dijadikan Kristen.
Itu bisa menjadi pemecahan yang sempurna"demi kejayaan
Tuhan dan sekaligus untuk menyelamatkan jiwa pembelotnya
dari api neraka, ke tempat mana dia pasti akan masuk."
"Berikutnya, Toranaga. Akan kita buatkan peta-peta yang
diinginkannya. Jelas tentang "lingkungan pengaruh". Bukankah
itulah sesungguhnya kegunaan garis-garis demarkasi itu, untuk
memisahkan pengaruh rekan-rekan Portugis dan Spanyol kita"
Si, e vero!Katakan padanya bahwa kalau sudah menyinggung
masalah-masalah yang penting, aku secara pribadi merasa
mendapat kehormatan untuk menyiapkannya bagi dia dan
memberikannya padanya secepat mungkin. Karena aku harus
mengecek fakta-faktanya di Macao, bisakah dia memberikan
penangguhan yang wajar" Dan sekaligus katakan bahwa anda
senang sekali dapat memberitahukan bahwa Kapal Hitam akan
berlayar tiga minggu lebih cepat, dengan muatan sutera dan emas
yang paling besar dalam sejarah, bahwa penempatan semua
barang-barang dan porsi muatannya dan?" pikirnya barang
sesaat" "dan paling tidak tiga puluh persen dari muatan itu akan
dijual lewat perantara pribadi Toranaga."
"Yang Mulia, KaptenJenderal tak suka berlayar lebih cepat
dan tak suka?" "Sudah menjadi tanggung jawab anda untuk mendapatkan
surat izin berlayar dari Toranaga bagi Ferriera. Pergilah dan
jenguklah dia dengan surat jawabanku. Biarkan dia terkesan
dengan effisiensi anda, bukankah itu salah satu hal yang
dikaguminya" Dengan surat izin kilat, Ferriera akan mengakui
adanya masalah kecil mengenai tibanya kapal dalam musim yang
lebih awal, dan bagi perantara itu sendiri, apa bedanya antara
pribumi yang satu dengan yang lain bagi kapten-jenderal itu"
Dia akan tetap memperoleh bagiannya."
"Namun Lord Onoshi, Kiyama dan Harima biasanya suka
membagi komisi muatan itu di antara mereka sendiri. Saya tak
tahu apakah mereka setuju atau tidak."
"Kalau begitu, pecahkan persoalan itu. Toranaga akan
menyetujui penangguhan terhadap sebuah konsesi. Konsesi satusatunya yang dia butuhkan adalah kekuasaan, pengaruh dan
uang. Apa yang dapat kita berikan padanya" Kita tak dapat
menyerahkan para daimyo Kristen itu kepadanya. Kita?"
"Belum," sahut Alvito.
"Bahkan seandainya pun kita bisa, saya belum tahu apakah
kita harus atau perlu berbuat demikian. Onoshi dan Kiyama itu
musuh besar, tapi mereka bersatu melawan Toranaga karena
keduanya merasa pasti dia akan membinasakan gereja"kalau
dia berhasil menguasai dewan."
"Toranaga akan menyokong gereja. Justru Ishido musuh kita
sesungguh-nya." "Aku tak sependapat dengan anda, Martin. Ingat, karena
Onoshi dan Kiyama Kristen, semua pengikutnya juga Kristen,
dalam jumlah puluhan ribu. Kita tak boleh melukai perasaan
mereka. Satu-satunya kelonggaran yang dapat kita sodorkan
pada Toranaga adalah sesuatu yang berhubungan dengan
perdagangan. Dia itu fanatik terhadap perdagangan, namun tak
pernah berhasil berpartisipasi secara pribadi. Jadi kelonggaran
yang saya sarankan boleh jadi menggodanya untuk memberikan
penangguhan yang mungkin dapat kita perpanjang untuk
selamanya. Anda tahu sendiri betapa senangnya orang Jepang
terhadap bentuk pemecahan seperti ini"lewat tongkat besar
beracun, yang lucunya pura-pura tak diakui benar-benar ada oleh
kedua belah pihak, eh?"
"Hemat saya, secara politis malah tidak bijaksana bagi Lord
Onoshi dan Kiyama untuk berbalik melawan Toranaga saat ini.
Mereka bahkan harus mengikuti pepatah lama tentang perlunya
mempertahankan taktik mundur itu secara terang-terangan,
bukan" Saya bisa menyarankan pada mereka bahwa tawaran
terhadap Toranaga sebanyak dua puluh lima persen"jadi masing-masing mendapat bagian yang sama, Onoshi, Kiyama dan
Harima dan Toranaga"itu bisa menjadi pertimbangan kecil
untuk melunakkan dampak dari tindakan mereka "memihak
sementara" pada Ishido dalam menentangnya."
"Maka Ishido akan tidak mempercayai mereka lagi dan malah
jadi lebih membenci kita kalau dia tahu."
"Ishido sudah amat membenci kita sekarang. Ketidakpercayaan Ishido terhadap mereka tidak lebih besar dari
ketidakpercayaan mereka terhadap Ishido dan kita sendiri belum
tahu mengapa mereka memihak padanya. Dengan persetujuan
Onoshi dan Kiyama, kita secara resmi mengajukan saran seakanakan itu semata-mata ide kita untuk mempertahankan sikap
netral antara Ishido dan Toranaga. Secara pribadi kita dapat


Shogun Karya James Clavell di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberitahu Toranaga tentang kemurahan hati mereka."
Dell Aqua mempertimbangkan kebaikan dan kekurangan
rencana itu. "Mengagumkan," ujarnya pada akhirnya.
"Laksanakan. Sekarang, mengenai si pembelot itu. Berikan buku
pedoman nakhodanya pada Toranaga hari ini juga. Kembalilah
pada Toranaga sesegera mungkin. Katakan pada Toranaga
bahwa buku pedoman itu dikirimkan kepada kita secara rahasia."
"Bagaimana saya menjelaskan adanya penangguhan dalam
memberikan itu kepada Toranaga?"
"Jangan jelaskan. Kemukakan faktanya saja: buku pedoman
itu dibawa oleh Rodrigues, tapi tak satu pun di antara kita yang
menyadari bahwa bungkusan yang disegel itu ternyata berisikan
buku-buku pedoman nakhoda yang dinyatakan hilang itu. Malah
kita tidak membukanya selama dua hari. Buku-buku itu sesungguhnya terlupakan karena kehebohan orang waktu menemukan
si pembelot Inggris itu. Buku-buku itu membuktikan bahwa
Blackthorne adalah perampok, pencuri, dan pengkhianat. Katakatanya sendiri yang membuktikannya untuk sekali dan
selamanya, yang pasti juga merupa-kan keadilan yang agung.
Beritahu Toranaga keadaan yang sebenarnya" bahwa Mura
yang memberikan buku-buku itu pada Pater Sebastio. Dia
kemudian mengirimkannya kepada kita karena pikirnya kita
pasti tahu apa yang harus kita perbuat terhadap semua itu. Itu
akan memperjelas posisi Mura, Pater Sebastio dan setiap orang.
Kita harus memberi tahu Mura lewat merpati pos apa yang telah
dilakukan nya. Saya yakin Toranaga akan menyadari bahwa kita
memang punya minat yang tulus terhadap persoalan Yabu.
Tahukah Toranaga bahwa Yabu telah mengikat janji dengan
Ishido?" "Saya bilang itu pasti, Yang Mulia. Tapi gossip mengatakan,
Toranaga dan Yabu sudah berteman sekarang."
"Aku tak percaya pada anak setan itu."
"Saya yakin Toranaga tidak berbuat begitu. Apalagi Yabu
sudah membuat pengakuan terhadapnya."
Tiba-tiba mereka semua dikejutkan oleh perdebatan sengit di
luar. Pintu terbuka dan seorang biarawan bertopi runcing masuk
bertelanjang kaki ke dalam ruangan, dan sempat membuat Pater
Soldi gemetar melihatnya.
"Pater Parez"apa yang anda lakukan di sini?" Dell Aqua
meledak. "Saya kembali lagi ke negeri busuk ini untuk memproklamasikan firman Tuhan pada kaum kafir."
"Tapi, berdasarkan dekrit pengusiran (Taiko) anda tak
diperbolehkan kembali apa pun alasannya, untuk menghasut
huru-hara. Anda berhasil kabur dari pembunuhan massal dan
mati sebagai martir di Nagasaki itu karena mujizat dan anda
sudah diperintahkan?"
"Itu sudah kehendak Tuhan, dan dekrit seorang kafir maniak
mesum tak ada urusannya dengan diri saya," sahut biarawan itu.
Dia orang Spanyol berperawakan pendek, ceking, berjenggot tak
terurus. "Saya ke sini untuk menyebarluaskan karya Tuhan." Dia
memandang sekilas pada Pater Alvito. "Bagaimana perdagangan,
Pater?" "Syukurlah, bagi Spanyol, baik sekali," Alvito menjawab
dingin. "Saya tak banyak melewatkan waktu di rumah-rumah
transaksi itu, Pater. Saya selalu berada di tengah kaum saya."
"Itu lebih dianjurkan," Dell' Aqua menyela tajam. "Tapi
manfaatkan waktu anda di tempat yang diperintahkan Paus"di
luar Jepang. Jepang adalah propinsi eksklusif kami. Dan juga
wilayah Portugal, bukan Spanyol. Haruskah saya peringatkan
kembali bahwa tiga orang Paus telah memerintahkan semua
sekte agar keluar dari Jepang kecuali kami" Raja Philip juga memerintahkan demikian."
"Jangan membuang-buang tenaga, Yang Mulia. Karya Tuhan
sanggup mengatasi semua perintah duniawi. Saya sudah kembali
dan akan membuka lebar-lebar semua pintu gereja sekaligus
memohon pada orang banyak agar bangkit menentang mereka
yang tak beriman." "Berapa kali lagi anda harus diperingatkan" Anda tak bisa
memperlakukan Jepang seperti orang Inca yang butuh
perlindungan akibat kebuasan hutannya, yang tak punya sejarah
maupun kebudayaan. Saya melarang anda berkhotbah dan
memerintahkan supaya tunduk pada perintah Takhta Suci."
"Kita akan mengkristenkan orang kafir. Dengar, Yang Mulia,
masih ada ratusan lagi saudara-saudara seiman saya di Manila
yang tengah menunggu kapal untuk diangkut ke mari, semuanya
orang Spanyol baik-baik, dan sejumlah besar "Conquistadores"
(penakluk) untuk melindungi kita kalau perlu. Kita akan berkhotbah secara terang-terangan dan mengenakan jubah secara terangterangan pula, bukannya berkhotbah secara sembunyi-sembunyi
dengan jubah sutera musyrik seperti kaum Yesuit itu!"
"Anda tak boleh menghasut yang berwenang atau
menghancurkan Induk Gereja menjadi abu!"
"Sudah saya katakan pada anda, kami telah berada di Jepang
dan akan tetap tinggal di Jepang. Kami akan menyebarluaskan
firman Tuhan"mengungguli anda, kardinal, uskup, raja atau
bahkan Paus yang mana pun, demi kejayaan Tuhan!" Rohaniwan
itu membanting pintu di belakangnya.
Dengan amarah yang mendidih, Dell Aqua menuang anggur
Madeira ke dalam gelasnya. Setetes anggur jatuh menempel pada
permukaan meja kerjanya yang dipolitur hingga mengkilap.
"Orang-orang Spanyol itu akan menghancurkan kita semua."
Dell Aqua meneguk minumannya lambat-lambat, berusaha
menenangkan diri. Akhirnya dia berkata, "Martin, suruh
beberapa orang kita untuk mengawasinya. Baiknya anda peringatkan Kiyama dan Onoshi sekarang juga. Tak bisa
dibayangkan apa yang akan terjadi kalau si goblok itu sampai
berlagak di depan publik."
"Ya, Yang Mulia." Sesampai di depan pintu Alvito ragu-ragu.
"Pertama-tama Blackthome dan kini Perez. Rasanya mustahil
kalau kebetulan. Mungkin orang-orang Spanyol di Manila sana
tahu betul siapa Blackthome dan sengaja mendatangkan dia
untuk merongrong kita di sini."
"Boleh jadi, tapi mungkin juga tidak," Dell Aqua
mengeringkan isi gelasnya lalu meletakkannya dengan hati-hati.
"Apa pun yang terjadi, dengan bantuan Tuhan dan ketekunan,
tak satu pun dari mereka yang akan diperbolehkan mengganggu
Induk Gereja Kudus"apa pun tebusannya."
** Bersambung ke: SHOGUN Buku III Pendekar Kidal 8 Roro Centil 04 Siluman Hitam Pusaka Jala Kawalerang 6
^