Pencarian

Taiko 14

Taiko Karya Eiji Yoshikawa Bagian 14


menggapai-gapai tangan rekan-rekan di atas mereka, para prajurit menempuh jarak tiga ratus lima
puluh meter ke puncak. Cahaya pucat mulai tampak di langit malam mendahului fajar yang akan menyusul. Awan-awan
mulai terkuak, dan kemegahan matahari pagi menembus lautan kabut tebal.
"Langit mulai cerah!" "Berkah dari para dewa!" "Kondisinya sempurna!"
Di puncak gunung, para prajurit mengenakan baju tcmpur, lalu membagi diri menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama akan melancarkan serangan fajar terhadap kubu musuh di gunung itu,
sementara kelompok kedua akan menyerang Tobigasu.
Orang-orang Takeda telah menyepelekan bahaya yang mengancam mereka. dan kini mereka
berteriak-teriak bingung. Api yang disulut oleh pasukan Tokugawa menyebabkan asap hitam
mengepul-ngepul dari kubu musuh. Dalam keadaan kocar-kacir, orang-orang Takeda melarikan diri
ke arah Tobigasu. Tapi ketika itu divisi kedua Tadatsugu sudah membobol tembok benteng.
Pada malam sebelumnya, setelah keberangkaran Tadatsugu, seluruh pasukan Nobunaga telah
diperintahkan maju. Namun ini bukan awal pertempuran.
Pasukannya mengabaikan hujan deras dan terus maju sampai ke dekat Gunung Chausu. Sejak itu
sampai fajar, para prajurit memancang tonggak-tonggak yang mereka bawa, lalu mengikat
ujung-ujungnya dengan tali, sehingga membentuk pagar kayu runcing yang menyerupai kelabang
meliuk-liuk. Ketika fajar mendekat, Nobunaga memeriksa pertahanan dari atas kudanya. Hujan telah berhenti.
dan pembangunan pagar sudah rampung.
Nobunaga berpaling kepada para jendral Tokugawa dan berseru sambil tertawa. "Tunggu saja! Hari
ini kita akan membiarkan pasukan Kai mendekat, setelah itu mereka akan menjadi sasaran empuk
bagi kita." Begitukah" Para jendral Tokugawa tampak bimbang. Mereka menduga Nobunaga hanya berusaha
menenangkan mereka. Tapi yang terlihat jelas oleh mereka adalah bahwa para prajurit dari
Gifu - pasukan yang memanggul tonggak dan tali sejak dari Okazaki - kini berada di medan
tempur. Dan ketiga puluh ribu tonggak telah membentuk pagar panjang yang mirip ular.
"Biarkan pasukan elite Kai menyerbu!"
Tapi konstruksi itu sendiri tak dapat digunakan untuk menyerang musuh. Dan untuk membinasakan
musuh dengan cara yang digambarkan Nobunaga, mereka harus dipancing agar mendekati pagar.
Untuk menarik musuh, salah satu kesatuan Sakuma Nobumori dan para penembak di bawah Okubo
Tadayo dikirim ke luar pagar untuk menunggu pasukan Kai.
Tiba-tiba terdengar seruan keras. Orang-orang Takeda telah bersikap sembrono menghadapi
musuh, dan mereka berteriak-teriak ketika melihat asap hitam mengepul-ngepul dari arah Tobigasu,
di belakang mereka. 1 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Musuh juga ada di belakang kita!" "Mereka menyerang dari belakang!"
Ketika kebingungan mereka berubah menjadi panik, Katsuyori memberikan perintah menyerbu.
"Jangan tunda sedetik pun! Menunggu musuh hanya memberikan keuntungan padanya!"
Rasa pcrcaya dirinya, serta kepercayaan pasukan yang didasarkan atas rasa percaya diri tersebut,
menghasilkan pernyataan tekad berikut: Jangan pertanyakan keputusanku! Percayakan nasib
kalian pada kegagahan yang tak kenal kekalahan sejak masa Yang Mulia Shingen.
Tetapi peradaban terus maju seperti kuda yang berlari kencang. Bangsa barbar dari
Selatan - orang-orang Portugal - telah merombak teknik bertempur dengan memperkenalkan
senjata api. Betapa malangnya Takeda Shingen yang tidak memiliki kebijaksana-an untuk
meramalkan ini. Provinsi Kai, dilindungi oleh gunung, jurang, dan sungai, terpotong dari pusat
kemajuan dan terpencil dari pengaruh-pengaruh asing. Ditambah lagi, para samurainya dikuasai
oleh kecongkakan yang khas penghuni provinsi pegu-nungan. Mereka tidak khawatir mengcnai
kekurangan mereka, dan tidak berminat mempelajari adat kebiasaan yang berlaku di tempat lain.
Akibatnya. mereka sepenuhnya mengandalkan pasukan berkuda dan para prajurit pilihan. Pasukan di bawah
Yamagata melancarkan serangan sengit terhadap pasukan Sakuma Nobumori di luar pagar.
Sebaliknya. Nobunaga telah merancang suatu strategi ilmiah, dengan memanfaatkan taktik dan
senjata modern. Hujan baru berhenti; tanahnya berair dan berlumpur.
Sayap kiri pasukan Kai - kedua ribu orang di bawah Yamagata - memperoleh perintah dari jendral
mereka untuk tidak menyerang pagar kayu runcing. Mereka mengambil jalan memutar untuk
mengelilinginya, tapi lumpurnya memusuhi mereka. Hujan deras yang turun semalam telah
menyebabkan sungai menggenangi daerah sekitar. Bencana alam ini terjadi di luar dugaan
Yamagata, yang sebelumnya sudah mempelajari keadaan medan. Dengan setiap langkah, para
prajurit tenggelam sampai ke tulang kering. Kuda-kuda bahkan tak sanggup bergerak sama sekali.
Menambah kesulitan mereka, para penembak Oda di bawah Okubo mulai menembaki sisi pasukan
Yamagata. "Berbalik!" perintah Yamagata.
Mendengar perintah singkat ini, pasukannya yang berlepotan lumpur sekali lagi mengubah arah,
dan menyerang pasukan senapan di bawah komando Okubo. Percikan-percikan lumpur menghujani
kedua ribu orang berbaju tempur itu. Diterjang hujan peluru, mereka berjatuhan, menjerit-jerit ketika
darah merah mengucur dari tubuh mereka. Terinjak-iniak oleh kuda-kuda mereka sendiri, mereka
berteriak-teriak dalam kebingungan yang menyedihkan.
Akhirnya kedua pasukan bertemu. Selama puluhan tahun, teknik perang terus berubah. Cara
tempur kuno di mana setiap samurai menyerukan namanya dan mengumumkan bahwa ia
keturunan si anu, bahwa junjungannya merupakan penguasa provinsi ini-itu, kini menghilang
dengan tcpat. Jadi, begitu pertempuran satu lawan satu pecah - pedang melawan pedang dan prajurit melawan
2 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
prajurit - kengeriannya tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Senjata terbaik adalah senapan, kemudian tombak. Tombak tidak digunakan untuk menusuk,
melainkan mencambuk dan memukul, dan itulah yang diajarkan guna menghadapi pertempuran.
Karena itu, semakm panjang sebuah tombak, semakin baik. Tombak-tombak dengan gagang
sepanjang empat sampai enam meter merupakan pemandangan lumrah.
Para prajurit biasa tidak dibekali latihan maupun kebcranian yang dituntut oleh situasi, dan
sesungguhnya mereka hanya sanggup memukul dengan tombak masing-masing. Tidak jarang
seorang prajurit terampil menerjang ke tengah-tengah mereka dengan membawa tombak pendek,
menusuk-nusuk ke segala arah, dan hampir tanpa kesulitan, memperoleh nama harum sebagai
prajurit yang seorang diri membantai lusinan musuh.
Diserang oleh gerombolan orang seperti itu, baik pasukan Tokugawa maupun pasukan Oda tak
berdaya. Korps di bawah Okubo disapu bersih hampir seketika. Namun alasan korps Okubo dan
pasukan Sakuma bcrada di luar pagar sebenarnya untuk memancing musuh agar maju, bukan
untuk meraih kemenangan. Karena itu, sesungguhnya mereka bisa saja berbalik dan lari. Tapi
begitu berhadap-hadapan dengan para prajurit Kai, mereka tak sanggup mencegah dendam
bertahun-tahun yang membakar hati mereka.
"Ayo maju!" mereka berseru-seru.
Mereka pun tak bisa menerima cemooh dan ejekan para prajurit Kai. Akhirnya orang-orang Oda
mengabaikan sikap berhati-hati di tengah-tengah pertumpahan darah, dan hanya memikirkan
provinsi dan nama harum mereka sendiri.
Sementara itu, Katsuyori dan para jendralnya rupanya beranggapan bahwa waktunya sudah tiba,
sebab batalion-batalion tengah dari pasukan Kai yang berkekuaran lima belas ribu orang mulai maju
seperti awan raksasa. Formasi mereka yang rapi bubar seperti kawanan burung yang baru terbang,
dan ketika mereka akhirnya mendekati pagar pertahanan Oda, masing-masing korps menyerukan
teriakan perangnya secara serempak.
Di mata orang-orang Takeda, pagar kayu runcing itu bukanlah rintangan berarti. Mereka pikir,
mereka sanggup membobolnya dengan sekali terjang, lalu langsung menerobos ke tengah-tengah
pasukan utama Oda. Sambil bersorak-sorak, pasukan Kai menerjang pagar itu. Tekad mereka membara - ada yang
berusaha memanjatnya, ada yang mencoba mendobraknya dengan palu godam dan tombak besi,
ada yang berupaya memotongnya dengan gergaji, dan ada yang menyiramnya dengan minyak dan
membakarnya. Sampai saat itu, Nobunaga membiarkan pertempuran ditangani oleh korps Sakuma dan Okubo di
luar pagar, dan barisan di Gunung Chausu hanya membisu. Tapi tiba-tiba...
"Sekarang!" Kipas perang Nobunaga yang berwarna emas menebas udara, dan para komandan resimen
penembak saling bcrlomba ketika meneriakkan perintah, "Tembak!" "Tembak!"
Bumi terasa bergetar Gunung seolah-olah terbelah dan awan-awan tercabik-cabik. Asap mesiu
3 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menye-lubungi pagar kayu runcing, dan kuda-kuda serta prajurit-prajurit Kai berjatuhan seperti
nyamuk. "Jangan mundur!" komandan-komandan mereka mendesak. "Ikuti aku!"
Dengan nekat para prajurit meneruskan serangan, meloncati rekan-rekan mereka yang telah tcwas,
tapi mereka tak sanggup menghindari hujan peluru yang berhamburan. Sambil menjerit-jerit
memilukan, mereka pun berakhir sebagai mayat.
Pada gilirannya, pasukan Kai tak dapat bertahan lebih lama.
"Mundur!" teriak empat atau lima komandan berkuda. Hanya dengan susah payah perintah itu
meluncur dari tenggorokan yang tercekik rasa panik. Salah satu dari mereka roboh, bermandikan
darah, sementara satu orang lain bertempur dari kudanya yang jatuh diterjang peluru.
Namun tak peduli betapa mengerikan pembantaian yang dialami orang Kai, mereka belum patah
scmangat. Hampir sepertiga dari orang-orang mereka gugur dalam serangan pertama, tapi begitu
mereka mundur, pasukan baru sekali lagi bergegas ke arah pagar kayu runcing. Darah yang
membasahi ketiga puluh ribu tonggak belum sempat mengering.
Letusan senapan dari balik pagar segera menjawab serangan itu, seakan-akan hendak berkata.
"Kami sudah menunggu."
Sambil menatap pagar yang tampak merah oleh darah rekan-rekan mereka, para prajurit Kai yang
ganas berteriak-teriak, saling memberi semangat, bersumpah bahwa mereka takkan mundur satu
langkah pun. "Sudah waktunya menyambut kematian." "Ajal kita telah tiba!"
"Bentuk perisai maut agar yang lain dapat melewati kita!"
"Perisai maut" merupakan taktik terakhir di mana para prajurit di barisan terdepan mengorbankan
diri untuk melindungi gerak maju barisan berikut. Kemudian barisan itu bertindak sebagai perisai
bagi barisan selanjutnya, dan dengan cara itu, seluruh pasukan maju selangkah demi selangkah.
Sungguh cara yang mengerikan uniuk maju.
Orang-orang itu memang gagah berani, namun sebenarnya serangan mereka tak lebih dari unjuk
kekuaran yang sia-sia. Padahal di antara para jendral yang memimpin serangan terdapat ahli-ahli
taktik yang andal. Katsuyori, tentu saja, berada di barisan belakang. Ia mendesak-desak anak buahnya agar terus
maju, tapi memberitahu para komandannya bahwa kemenangan tak mungkin dapat diraih, tak ada
alasan untuk menuntut pengorbanan demikian besar.
"Tembok itu harus diruntuhkan!"
Rupanya mereka percaya bahwa hal itu bisa dilakukan. Begitu senapan telah ditembakkan, untuk
mengisi peluru dan mesiu memakan waktu. Jadi, begitu pasukan senapan melepaskan tembakan
serempak, suara letusan akan berhenti selama beberapa saat. Oleh para jendral Kai, waktu jeda
itulah yang dianggap sebagai peluang yang dapat dimanfaatkan; jadi "perisai maut" tidaklah
4 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
percuma. Namun Nobunaga sudah memikirkan titik lemah ini, dan untuk senjata yang baru, ia telah menyusun
taktik baru pula. Dalam hal ini, ia membagi ketiga ribu penembaknya ke dalam tiga grup. Setelah
seribu orang pertama menembakkan senapan masing-masing, mereka segera melangkah ke
samping dan kelompok kedua segera maju, dan langsung melepaskan tembakan. Kemudian
mereka pun membuka barisan dan cepat-cepat digantikan oleh kelompok ketiga. Dengan cara ini,
waktu jeda yang diharap-harapkan oleh musuh tak pernah timbul sepanjang pertempuran.
Disamping itu, di sana-sini terdapat bukaan pada pagar kayu runcing. Setelah mengukur jarak
waktu antara dua serangan, pasukan tombak dari pihak Tokugawa dan Oda akan menerjang keluar
dari balik pagar dan cepat-cepat mrnghantam kedua sisi pasukan Kai.
Tcrhalang oleh pagar pertahanan dan hujan peluru, para prajurit Kai tidak dapat maju. Ketika
mereka berusaha mundur, mereka dibuat repot oleh musuh yang mengejar dan melancarkan
serangan menjepit. Kini para prajurii Kai, yang begitu membanggakan disiplin dan latihan mereka
sama sekali tak punya waktu untuk memamerkan keberanian.
Seluruh korps Yamagata telah mundur. Meninggalkan mayat orang-orang yang telah
mengorbankan nyawa. Hanya Baba Nobufusa yang tidak masuk ke dalam perangkap itu.
Baba telah bentrok dengan pasukan Sakuma Nobumori. Tapi karena Nobumori sesungguhnya
hanya bertugas sebagai umpan, pasukan Oda pura-pura mundur. Korps Baba mengejar mereka
dan merebut perkemahan di Maruyama, tapi Baba telah diperintahkan untuk tidak maju lebih jauh,
dan ia tidak mengirim satu prajurit pun melewati Maruyama. "Kenapa tidak maju"!" Baba berulang
kali ditanyai, baik oleh markas besar Katsuyori maupun oleh perwira-perwiranya sendiri.
Namun Baba menolak bergerak. "Aku punya alasan tersendiri untuk berpikir sejenak, dan sebaiknya
aku berhenti di sini untuk mengamati perkembangan. Yang lainnya silakan maju. Raihlah nama
harum." Setiap komandan yang mendekati pagar kayu runcing mengalami kekalahan total. Kemudian
Katsuie dan Hideyoshi membawa batalion masing-masing mengelilingi desa-desa ke arah utara,
dan mulai berusaha agar markas besar pasukan Kai terpotong dari garis depan.
Hari sudah hampir siang, dan matahari berada di langit yang menjanjikan akhir musim hujan. Kini
matahari membakar bumi dengan panas menyengat, dan dengan warna yang menunjukkan bahwa
musim kemarau akan melanda dengan hebat.
Pertempuran pecah pada waktu fajar, pada pertengahan kedua Jam Macan. Dengan pergantian
pasukan yang tanpa henti, para prajurit Kai bermandikan keringat dan tersengal-sengal. Darah yang
mengucur di pagi hari telah mengering dan menempel seperti lem pada baju tempur, rambut, serta
kulit mereka. Dan kini terlihat darah segar k mana pun mata memandang.
Di belakang pasukan utama, Katsuyori melolong seperti roh jahat. Ia telah mengerahkan setiap
batalion, termasuk korps cadangan yang biasanya disimpan untuk keadaan darurat. Seandainya
Katsuyori lebih cepat membaca situasi, ia mungkin bisa menyelesaikan urusan ini tanpa perlu
menderita kerugian demikian hebat. Tapi sesaat demi sesaat ia justru mengubah kesalahan kecil
menjadi kesalahan berakibat fatal. Pendek kata, pertempuran itu tidak ditentukan oleh semangat
tempur dan keberanian semata-mata. Ibaratnya, pasukan Nobunaga dan Ieyasu memasang
5 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
perangkap di medan berburu, lalu menunggu kedatangan bebek liar atau babi hutan. Pasukan Kai
yang melancarkan serangan demikian sengit hanya mengorbankan prajurit-prajurit berharga dengan
membentuk "perisai maut" yang sia-sia.
Konon, bahkan Yamagata Masakage, yang sejak pagi bertempur begitu gagah di sayap kiri,
akhirnya gugur dalam pertempuran. Jendral-jendral termasyhur lainnya, orang-orang dengan
keberanian tiada tara, berjatuhan satu per satu, sampai jumlah yang mati dan cedera mencapai
lebih dari setengah pasukan.
"Sudah jelas musuh akan kalah. Bukankah ini saat yang tepat?"
Jendral yang mengucapkan kata-kata itu adalah Sassa Narimasa yang menyaksikan jalannya
pertempuran bersama Nobunaga.
Nobunaga segera menyuruh Narimasa menyampaikan perintahnya kepada pasukan di balik pagar
kayu runcing. Ia berkata, "Keluar dari pagar dan serang mereka. Binasakan semuanya!"
Markas besar Katsuyori pun hancur dalam serangan itu. Orang-orang Tokugawa mendesak dari sisi
kiri. Pasukan Oda menerobos barisan depan Takeda dan melancarkan serangan sengit terhadap
pasukan utama Kai. Terperangkap di tengah-tengah, panji-panji yang tak terhitung jumlahnya,
pataka-pataka komandan, bendera-bendera isyarat, kuda-kuda yang meringkik, baju tempur
mengilap, serta tombak dan pedang yang berkilau seperti bintang di sekitar Katsuyori kini
diselubungi darah dan kepanikan.
Hanya pasukan Baba Nobuiusa yang tetap diam di Maruyama yang masih utuh. Baba mengutus
seorang samurai pada Katsuyori, dengan pesan yang menyarankan untuk mundur.
Katsuyori mengentak-entakkan kaki dengan jengkel. Tapi ia pun tak sanggup menolak kenyataan.
Setelah dipaksa bertekuk lutut, pasukan utamanya mundur sambil berlumuran darah.
"Sebaiknya kita mundur sementara, tuanku." "Telanlah amarah tuanku dan pikirkan apa yang
menanti kita." Dengan berusaha mati-matian, para jendral Katsuyori berhasil meloloskannya dari
lubang jarum. Sangat jelas bagi pihak musuh bahwa pasukan utama Kai mundur dalam keadaan
kacau-balau. Setelah mcngantar Katsuyori sampai ke suatu jembatan yang berdekatan dengan markas, para
jendral berbalik dan membentuk barisan untuk menghadang pasukan pengejar. Mereka semua
gugur scbagai pahlawan. Baba menyertai Katsuyori dan sisa pasukannya sampai ke Miyawaki, tapi
akhirnya jendral tua itu mengalihkan kudanya ke arah barat. Seribu pikiran berkecamuk di
benaknya. Umurku sudah panjang, atau bisa juga disebut pendek. Panjang atau pendek, rasanya hanya saat
inilah yang kekal. Saat kematian... mungkinkah kehidupan abadi lebih dari itu"
Kemudian, tepat sebelum memacu kudanya ke tengah-tengah musuh, ia bersumpah. "Aku akan
memohon maaf pada tuanku Shingen di dunia berikut. Aku penasihat dan jendral yang tak becus.
Selamat tinggal, gunung-gunung dan sungai-sungai Kai!"
Sambil berbalik, ia menitikkan setetes air mata bagi provinsinya, lalu tiba-tiba memacu kudanya.
"Maut! Aku takkan mencemarkan nama Yang Mulia Shingen!"
6 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suaranya tenggelam dalam lautan musuh. Rasanya tak perlu ditambahkan bahwa semua
pengikutnya meniru contohnya. dan menemui ajal dengan gagah berani.
Sejak awal, tak seorang pun sanggup memahami pertempuran ini seperti Baba. Ia telah mempunyai
firasat bahwa seusai pertempuran, marga Takeda akan runtuh dan bahkan binasa. Itu memang
suratan takdir. Walau demikian, meski dibekali kemampuan untuk melihat jauh ke depan, ia tak
sanggup menyelamatkan marga Takeda dari bencana. Arus perubahan terlalu kuat untuk dilawan.
Bcrsama sekitar selusin pembantu berkuda, Katsuyori menyeberangi tempat dangkal di
Koma-tsugase, dan akhirnya meminta perlindungan di Benteng Busetsu. Katsuyori laki-laki
pemberani, tapi kini ia terdiam seperti orang bisu-tuli.
Seluruh permukaan Shidaragahara tampak merah - merah tua - ketika matahari mulai terbenam.
Pertempuran besar hari ini di mulai sekitar fajar dan berakhir menjelang malam. Tak seekor kuda
pun terdengar meringkik: tak satu prajurit pun berseru Dataran luas itu segera ditelan kegelapan


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam suasana sunyi. Embun malam turun sebelum mereka yang gugur selesai diangkat. Konon mayat orang-orang
Takeda saja berjumlah lebih dari sepuluh ribu.
Menara-Menara Azuchi BELUM lama berselang, sang Tenno telah menganugerahkan gelar Anggota Dewan Negara pada
Nobunaga, dan kini Nobunaga dinobatkan sebagai Jendral Kebenaran. Upacara pemberian selamat
atas promosi terakhir ini diselenggarakan pada Bulan Kesebelas, dan kemegahannya mengalahkan
segala sesuatu yang pernah terjadi pada zaman-zaman sebelumnya.
Kediaman Nobunaga di ibu kota adalah bekas istana Shogun di Nijo. Setiap hari tamu-tamu
memadati istana; kerabat kekaisaran, samurai, ahli seni minum teh, penyair, dan saudagar dari
kota-kota dagang Naniwa dan Sakai yang berdekatan.
Mitsuhide sudah bersiap-siap meninggalkan Nobunaga dan kembali ke bentengnya di Tamba, dan
ketika hari masih terang, ia mendatangi Istana Nijo untuk mohon diri.
"Mitsuhide." Hideyoshi menyapanya sambil tersenyum lebar.
"Hideyoshi," balas Mitsuhide sambil tertawa.
"Urusan apa yang membawamu kemari hari ini?" tanya Hideyoshi, lalu meraih lengan Mitsuhide.
"Oh, besok Yang Mulia akan berangkat." jawab Mitsuhide sambil menyeringai.
"Betul. Kira-kira di mana kita akan bcrjumpa lagi?" "Kau mabuk?"
7 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tidak satu hari pun berlalu tanpa mabuk kalau aku berada di ibu kota. Yang Mulia pun minum lebih
banyak jika dia di sini. Dan kalau kau menghadap sekarang, Yang Mulia tentu akan mengajakmu
minum sake dulu." "Apakah Yang Mulia mengadakan pesta minum lagi?" tanya Mitsuhide.
Memang benar, belakangan ini Nobunaga minum lebih banyak, dan seorang pengikut tua, yang
telah mengabdi selama bertahun-tahun, sempat berkomentar bahwa Nobunaga belum pernah
minum sebanyak sekarang. Hideyoshi selalu turut serta dalam setiap keramaian. tapi ia tidak memiliki daya tahan seperti
Nobunaga. Walaupun kelihatan berbadan rapuh, sesungguhnya Nobunaga jauh lebih kuat
dibanding Hideyoshi. Jika diamati dengan saksama, orang dapat melihat kekuatan batinnya.
Hideyoshi justru sebaliknya. Dari luar ia tampak seperti warga pedesaan yang sehat, namun
sesungguhnya staminanya tidak berarti.
Ibunya masih scring menegurnya karena mengabaikan kesehatan. Tak ada salahnya
bersenang-senang, tapi tolong perhatikan kesehatanmu. Sejak lahir kau sakit-sakitan, dan sampai
kau berumur empat atau lima tahun, para tetangga menyangka kau takkan hidup sampai dewasa."
Keprihatinan ibunya berpengaruh pada Hideyoshi, karena ia mengetahui kenapa ia demikian lemah
ketika masih kecil. Waktu ibunya mengandungnya, mereka begitu miskin, sehingga kadang-kadang
tidak ada makanan di meja, dan keadaan malang itu tentu berakibat pada pertumbuhannya di
dalam rahim. Bahwa ia sanggup bertahan hidup boleh dikata semata-mata berkat kegigihan ibunya. Jadi, biarpun
Hideyoshi bukannya tidak menyukai sake, ia selalu teringat pesan ibunya setiap kali memcgang
cawan di tangan. Dan ia tak sanggup menghapus kenangan pahit tentang bagaimana ibunya begitu
sering menangis karena suaminya pemabuk.
Namun tak seorang pun menduga bahwa pandangannya mengenai sake begitu serius.
Orang-orang berkata mengenai dirinya. "Dia tidak minum banyak, tapi dia sangat suka pesta
minum. Dan kalau dia minum, dia minum dengan bebas." Sesungguhnya, tak ada orang yang lebih
berhati-hati daripada Hideyoshi. Dan omong-omong soal minum, Mitsuhide, yang kini
berbincang-bincang dengan Hideyoshi di selasar, juga tidak ketinggalan. Meski demikian, Mitsuhide
tampak kecewa, dan sudah jelas bahwa kebiasaan Nobunaga menenggak seke - yang baru saja
dikonfirmasi oleh Hideyoshi - mcmbuat para pengikutnya pusing tujuh keliling.
Hideyoshi tertawa dan membantah apa yang baru saja dikatakannya. "Ah, aku hanya bergurau."
Merasa geli melihat Mitsuhide menanggapinya dengan begitu serius, ia menggeleng-gelengkan
wajahnya yang merah. "Sebenarnya aku hanya membodoh-bodohimu. Pesta minum sudah sdesai,
dan buktinya aku berada di sini, dalam keadaan mabuk. Itu pun hanya kelakar saja." Ia tertawa.
"Ah, kau memang nakal," Mitsuhide memaksakan senyum. Ia tidak marah, karena ia bukannya tak
suka pada Hideyoshi. Sebaliknya. Hideyoshi tak sedikit pun menyimpan perasaan buruk terhadap
Mitsuhide. Ia selalu berusaha bergurau dengan rekannya yang berwarak serius itu, tapi sekaligus
menghormatinya jika situasi menuntut demikian.
Mitsuhide rupanya mengakui Hideyoshi sebagai orang yang bermanfaat. Dalam tangga senioritas,
Hideyoshi sedikit lebih tinggi daripada Mitsuhide, dan ia berada di atas Mitsuhide dalam susunan
8 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempat duduk di markas besar staf lapangan. Namun, seperti para jendral veteran lainnya,
Mitsuhide bangga akan kedudukan keluarganya, garis keturunannya, dan pendidikannya. Ia
memang tidak menganggap enteng Hideyoshi, tapi ia menunjukkan sikap merendahkan terhadap
seniornya itu dengan komentar-komentar seperti, "Kau orang yang menyenangkan."
Sikap merendahkan ini diakibatkan oleh watak Mitsuhide. Tapi, meski sadar bahwa ia direndahkan,
Hideyoshi tidak merasa sedih. Justru sebaliknya, ia menganggap wajar bahwa ia direndahkan oleh
se-seorang dengan kecerdasan luar biasa seperti Mitsuhide. Ia tidak keberatan mengakui kelebihan
Mitsuhide dalam hal kecerdasan, pendidikan, dan latar belakang.
"Ah, bctul. Aku lupa," Hideyoshi berkata, seakan-
akan baru teringat sesuatu. "Aku belum mengucapkan selamat padamu. Pemberian benteng di
Tamba tentu membuatmu gembira untuk beberapa waktu. Tapi rasanya memang pantas setelah
pengabdian selama bertahun-tahun. Aku berdoa agar ini menandai awal perubahan nasib bagimu,
dan agar kau selalu sejahtera dalam tahun-tahun mendatang."
"Tidak, segala kemurahan hati Yang Mulia melebihi apa yang patui kuterima." Mitsuhide selalu
membalas kesopanan dengan kesopanan. Tapi kemudian ia melanjutkan. "Walaupun aku diberi
sebuah benteng, daerah itu, seperti kauketahui, dulunya dipegang oleh bekas shogun, dan sampai
sekarang pun masih ada sejumlah marga setempat yang mengurung diri di balik tembok dan
menolak tunduk padaku. Jadi, masih terlalu dini untuk mengucapkan selamat."
"Oh, kau terlalu merendah." Hideyoshi membantah. "Begitu kau pindah ke Tamba bersama
Hosokawa Fujiraka dan putranya, marga Kameyama langsung menyerah, jadi kau sudah
memperoleh hasil, bukan" Aku mengamati caramu merebut Kameyama dengan penuh perhatian,
dan Yang Mulia juga memuji kemampuanmu menaklukkan musuh dan mengambil alih benteng itu
tanpa kehilangan satu orang pun."
"Kameyama hanya merupakan permulaan. Kesulitan sesungguhnya masih menghadang di depan."
"Hidup ini hanya patut dijalani jika kita menghadapi kesulitan. Kalau tidak begitu, tidak ada
tantangan. Dan tak ada yang lebih memuaskan daripada mewujudkan perdamaian di suatu daerah
yang diberikan oleh Yang Mulia kepadamu, dan memerintahnya dengan baik. Kau akan menjadi
penguasa di sana, dan bisa berbuat apa saja sesuai kehendakmu," ujar Hideyoshi.
Tiba-tiba kedua orang itu merasa bahwa pertemuan mereka yang tak disengaja ini sudah
berlangsung terlalu lama.
"Baiklah, kita akan berjumpa lagi," kata Mitsuhide. "Tunggu sebentar," Hideyoshi berkata, lalu
tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Kau orang berpendidikan, jadi mungkin kau bisa menjawab ini.
Di antara benteng-benteng yang kini ada di Jepang, berapa banyak yang memiliki menara
pertahanan bertingkat, dan di provinsi-provinsi mana saja benteng-benteng itu terletak?"
"Benteng milik Saiomi Yoshihiro di Taieyama, di Provinsi Awa, mempunyai donjon bertingkat tiga
yang kelihatan dari laut. Selain itu, di Yamaguchi, di Provinsi Suo, Ouchi Yoshioki telah membangun
donjon bertingkat empat sebagai benteng utamanya.
Benteng itu mungkin yang paling mengagumkan di seluruh Jcpang."
9 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Hanya dua itu?"
"Sepanjang yang kuketahui. Tapi mengapa kau menanyakan hal ini sekarang?"
"Hmm, tadi aku berada bersama Yang Mulia. membahas berbagai rancangan benteng, dan Tuan
Mori menjelaskan kelebihan donjon dengan sangat giat. Dia menyarankan untuk menambahkan
donjon pada benteng yang akan dibangun Yang Mulia di Azuchi."
"Hah" Tuan Mori yang mana?" "Pelayan Yang Mulia, Ranmaru."
Alis Mitsuhide berkerut sejenak. "Apa kau agak ragu-ragu mengenai ini?"
"Tidak juga." Roman muka Mitsuhide segera kembali acuh tak acuh. Ia mengganti topik dan mengobrol selama
beberapa mcnit. Akhirnya ia mohon diri dan bergegas memasuki istana.
"Tuan Hideyoshi! Tuan Hideyoshi!"
Selasar utama Istana Nijo penuh dengan orang-orang yang datang dan pergi. Sekali lagi seseorang
terdengar memanggil. "Ah, Yang Terhormat Asayama." ujar Hideyoshi ketika ia berbalik sambil tersenyum.
Asayama Nichijo laki-laki yang luar biasa jelek. Araki Murashige, salah satu jendral Nobunaga, juga
terkenal karena keburukan rupanya, tapi paling tidak ia masih memiliki daya tarik tertentu. Asayama,
di pihak lain, adalah biksu bertampang licik. Ia menghampiri Hideyoshi dan cepat-cepat
merendahkan suara, seakan-akan mengetahui sesuatu yang penting.
"Tuan Hideyoshi?" "Ya, ada apa?"
"Sepertinya Tuan baru saja terlibat diskusi rahasia dengan Tuan Mitsuhide."
"Diskusi rahasia?" Hideyoshi tertawa. "Apakah ini tempat yang cocok untuk mengadakan diskusi
rahasia?" "Jika Tuan Hideyoshi dan Tuan Mitsuhide berbisik-bisik untuk waktu yang cukup lama di selasar
Istana Nijo, dengan sendirinya orang-orang akan bertanya-tanya."
"Tentu tidak." "Ya, memang begitu!"
"Rupanya Yang Terhormat juga agak mabuk?" "Benar. Aku minum terlalu banyak. Tapi serius, Tuan
mestinya lebih berhati-hati." "Maksudnya dalam menghadapi sake?"
"Jangan berlagak pilon. Aku ingin memperingatkan Tuan agar lebih waspada dalam berakrab-akrab
dengan Mitsuhide." "Kenapa?" 10 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dia itu sedikit terlalu cerdas."
"Wah, semua orang berkata bahwa Tuan orang paling cerdas di Jepang dewasa ini."
"Aku" Tidak, aku terlalu lamban," tangkis si biksu. "Sama sekali tidak," Hideyoshi meyakinkannya.
"Pengetahuan Yang Terhormat menyentuh semua bidang. Titik lemah seorang samurai adalah
dalam menghadapi bangsawan atau saudagar yang telah menghimpun kekuasaan, tapi di antara
orang-orang Oda tidak ada yang melebihi Tuan dalam hal ketajaman pikiran. Bahkan Yang Mulia
Katsuie pun tampak kagum pada kemampuan Tuan."
"Tapi di pihak lain aku sama sekali tidak memiliki keberhasilan di medan laga."
"Dalam pembangunan Istana Kekaisaran, dalam pemerintahan ibu koia, dan dalam berbagai urusan
keuangan, Tuan menunjukkan kemampuan yang luar biasa."
"Tuan bermaksud memuji atau meremehkan?" "Hmm, dalam golongan samurai, Tuan merupakan
orang yang luar biasa sekaligus tak berguna, dan terus terang, aku akan mcmuji sekaligus
meremehkan Tuan." "Aku tak sanggup menyaingi Tuan." Asayama tertawa keras-keras, memperlihatkan giginya yang
ompong di dua atau tiga tempat. Walaupun Asayama lebih tua daripada Hideyoshi - cukup tua
untuk menjadi ayahnya - ia memandang Hideyoshi sebagai seniornya.
Asayama tidak semudah itu menerima Mitsuhide. Ia mengakui kecerdasan Mitsuhide, tapi
pembawaan Mitsuhide yang serbaserius membuatnya tak nyaman.
"Semula aku mcnyangka bahwa aku hanya berprasangka buruk," ujar Asayama, "Tapi baru-baru ini
seseorang yang terkenal akan kemampuannya membaca watak orang berdasarkan tampang
mereka mengemukakan pendapat yang sama."
"Dan orang itu memberikan penilaian terhadap Mitsuhide?"
"Dia bukan sembarang orang. Tuan Ekkei, sang kepala biara, merupakan salah satu orang paling
terpelajar di zaman ini. Dia memberitahukan hal ini secara diam-diam."
"Memberitahukan apa?"
"Bahwa Mitsuhide memiliki tampang orang bijak yang mungkin tenggelam dalam kebijakannya
sendiri. Disamping itu, ada pertanda buruk bahwa dia akan mengganti junjungannya sendiri."
"Asayama." "Apa?"
"Tuan takkan menikmati umur panjang jika Tuan membiarkan ucapan seperti itu keluar dari mulut
Tuan," kata Hideyoshi dengan tajam. "Aku sudah mendengar bahwa Yang Terhormat merupakan
politikus yang lihai, tapi kurasa kegemaran berpolitik jangan dibiarkan berlanjut sampai
menyebarkan omongan seperti ini mengenai para pengikut Yang Mulia."
*** 11 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Para pelayan telah menggelar peta Omi berukuran besar di ruangan luas itu.
"Ini bagian tengah Danau Biwa," salah seorang dari mereka berkata.
"Di situ Kuil Sojitsu! Dan Kuil Joraku!" satu lagi berseru.
Pelayan-pelayan itu duduk bersama di satu sisi dan menjulurkan leher untuk melihat, persis seperti
anak burung layang-layang. Mori Ranmaru memisahkan diri dari kelompok itu, dan duduk
menyendiri. Usianya belum mencapai dua puluh tahun, tapi ia sudah lama melewati upacara akil
balig. Seandainya rambut di atas dahinya dipotong, ia akan tampak seperti samurai muda yang
gagah. "Jangan kauubah penampilanmu." Nobunaga pernah berpesan. "Aku menginginkanmu sebagai
pelayan, tak peduli berapa usiamu."
Ranmaru dapat bersaing dengan pemuda-pemuda lain dalam hal keapikan, dan jambul serta baju
sutranya menyebabkan ia kelihatan seperti kanakkanak.
Nobunaga mempelajari peta itu dengan cermat. "Peta ini digambar dengan baik," katanya, "bahkan
lebih teliti daripada peta-peta militer kita. Ranmaru, bagaimana kau dapat memperoleh peta yang
demikian terperinci dalam waktu begitu singkat?"
"Ibu hamba, yang kini telah masuk biara, mengetahui bahwa ada peta di gudang rahasia kuil
tertentu." Ibu Ranmaru, yang mengambil nama Myoko ketika menjadi biarawati adalah janda Mori Yoshinari.
Kelima putranya ditampung sebagai pengikut oleh Nobunaga. Kedua adik Ranmaru, Bomaru dan
Rikimaru, juga pelayan. Semua orang berpendapat bahwa sedikit sekali kemiripan di antara
mereka. Ini tidak berarti adik-adik Ranmaru berotak tumpul, tapi memang Ranmaru-lah yang begitu
menonjol. Dan ini bukan hanya merupakan pendapat Nobunaga yang menyayanginya tanpa batas.
Semua orang yang melihat Ranmaru segera menyadari bahwa kecerdasannya jauh di atas orang
lain. Kalau ia mengunjungi para jendral staf lapangan atau para pengikut senior, ia tak pernah
diperlakukan seperti anak kecil.
"Apa" Kau memperoleh peta ini dari Myoko?" Nobunaga mendadak menatap Ranmaru dengan
pandangan tidak lazim. "Ibumu biarawati, jadi sudah sewajarnya dia mondar-mandir di antara
sejumlah kuil, tapi jangan sampai dia dikelabui oleh mata-mata para biksu-prajurit yang masih terus
menyumpah-nyumpahiku. Mungkin ada baiknya kalau kau mencari waktu yang tepat dan
memberikan peringatan padanya."
"Ibu hamba selalu bersikap sangat hati-hati. Bahkan lebih dari hamba scndiri, tuanku."
Nobunaga membungkuk dan meneliti peta Azuchi dengan sungguh-sungguh. Di sinilah ia hendak
membangun benteng yang akan berfungsi sebagai ke-diaman yang baru, sekaligus sebagai pusat
pemerintahannya. Urusan tersebut baru belakangan ini dibicarakan Nobunaga, suatu keputusan yang diambilnya
karena lokasi Benteng Gitu tidak lagi sesuai dengan tujuannya.
12 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tanah yang sesungguhnya diinginkan Nobunaga terletak di Osaka. Tapi di atasnya terdapat
Honganji, kubu pertahanan musuh bebuyutannya, para biksu-prajurit.
Setelah mempelajari kebodohan para shogun. Nobunaga bahkan tidak mempertimbangkan untuk
membentuk pemerintahan di Kyoto. Itu keadaan lama, Azuchi jauh lebih cocok dengan
bayangannya. Dari sana ia dapat berjaga-jaga terhadap provinsi-provinsi Barat, sekaligus
menangkal serangan Uesugi Kenshin dari utara.
"Yang Mulia Mitsuhide berada di ruang tunggu. Dia mohon diperkenankan berbicara dengan tuanku
sebelum keberangkatannya." seorang samurai mengumumkan dari pintu.
"Mitsuhide?" ujar Nobunaga dengan ramah. "Suruh dia masuk." Kemudian ia kembali mempelajari
peta Azuchi. Mitsuhide masuk sambil menghela napas lega. Tak ada bau sake di istana, dan pikiran pertamanya
adalah, Hideyoshi lagi-lagi berhasil menipuku. "Mitsuhide, kemarilah."
Tanpa menoleh ke arah Mitsuhide yang membungkuk sopan, Nobunaga menyuruhnya menghampiri
peta. Mitsuhide maju dengan penuh hormat.
Nobunaga mungkin tukang mimpi, tapi kemampu-annya untuk mcwujudkan setiap angan-angan
tiada tandingan. "Bagaimana pendapatmu" Bukankah daerah bergunung yang menghadap ke danau ini cocok sekali
untuk membangun benteng?"
Nobunaga rupanya telah merancang struktur dan ukuran benteng itu di kepala. Ia menarik garis
dengan jarinya. "Benteng akan membentang dari sini ke sini. Kita akan membangun kota yang
mengelilingi benteng di kaki gunung, dengan daerah untuk para saudagar yang lebih tertata rapi
daripada di semua provinsi lain di Jepang," ia berkata. "Aku akan mencurahkan segala sesuatu
yang kumiliki untuk benteng ini. Aku harus memiliki sesuatu yang begitu mengesankan, sehingga
membuat semua penguasa provinsi lain terkagum-kagum. Walaupun tidak mewah, benteng itu
takkan memiliki saingan di seluruh kekaisaran. Bentengku akan menggabungkan keindahan, fungsi,
dan wibawa." Mitsuhide menyadari bahwa proyek ini bukanlah hasil kesombongan Nobunaga, jadi
ia mengemukakan pendapatnya secara terus terang. Tapi jawabannya yang terlalu serius tidak
mencukupi. Nobunaga terlalu terbiasa mendengar jawaban yang sepenuhnya setuju dengannya,
dan pernyataan yang hanya mengulangi ucapannya sendiri.
"Bagaimana menurutmu" Tidak baik?" Nobunaga bertanya dengan ragu-ragu.
"Hamba tidak berpikiran demikian." "Apakah waktunya sudah tepat?"
"Menurut hamba, sekarang waktu yang paling tepat."
Nobunaga berusaha memupuk rasa percaya dirinya. Tak scorang pun lebih menghargai kecerdasan
Mitsuhide daripada Nobunaga. Mitsuhide bukan saja dibekali kecerdasan modern, ia pun
menghadapi masalah-masalah politik yang terlalu sulit diatasi dengan keyakinan semata-mata.
Karena itu, Nobunaga bahkan lebih menyadari kejeniusan Mitsuhide dari-pada Hideyoshi yang
selalu memuji-mujinya. 13 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kabarnya kau cukup menguasai ilmu pembangunan benteng. Dapatkah kau mengemban tanggung
jawab ini?" "Jangan, jangan. Pengetahuan hamba tidak cukup untuk membangun benteng."


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak cukup?" "Pembangunan benteng serupa dengan pertempuran besar. Orang yang memimpinnya harus
pandai menggunakan orang maupun bahan. Seyogyanya tuanku memberikan tugas ini pada salah
satu jendral senior."
"Dan siapakah orangnya?" tanya Nobunaga.
"Yang Mulia Niwa paling cocok, sebab beliau pandai bergaul dengan yang lain."
"Niwa" Ya... dia memang dapat diandalkan." Pendapat ini rupanya sejalan dengan maksud
Nobunaga scndiri, dan ia mengangguk-angguk penuh semangat. "Omong-omong, Ranmaru
mengusulkan agar aku mendirikan donjon. Bagaimana pendapatmu tentang usul itu?"
Mitsuhide tidak menjawab. Ia bisa melihat Ranmaru dari sudut mata. "Tuanku menanyakan
untung-ruginya mendirikan donjon?"' ia bertanya.
"Benar. Apakah lebih baik membangun atau tidak membangun donjon."
"Tentu saja lebih baik kalau tuanku membangun donjon. Biarpun hanya dari segi wibawa
bangunannya." "Seharusnya ada beberapa bentuk donjon. Aku mendengar bahwa waktu kau masih muda, kau
sempat berkelana mengelilingi seluruh negeri dan berhasil mengumpulkan pengetahuan mendalam
tentang pembangunan benteng."
"Scsungguhnya pengetahuan hamba mengenai hal-
hal seperti itu sangat dangkal." Mitsuhide merendah. "Di pihak lain, Ranmaru tampaknya mendalami
bidang tersebut. Ketika hamba berkelana, hamba hanya melihat dua atau tiga benteng yang
memiliki donjon, dan itu pun dikerjakan secara kasar. Jika ini usul Ranmaru, dia tentu telah
memikirkan secara matang. " Mitsuhide tampak enggan untuk berbicara lebih lanjut.
Namun Nobunaga tak sedikit pun mempertimbangkan kepekaan perasaan kedua orang itu, dan
melanjutkan, "Ranmaru, kau tidak kalah terpelajar dari Mitsuhide, dan sepertinya kau sudah
mempelajari pembangunan benteng. Apa pendapatmu mengenai donjon! Bagaimana, Ranmaru?"
Melihat pelayannya tetap membisu sambil menundukkan kepala, ia bertanya. "Kenapa kau tidak
menjawab?" "Hamba bingung, tuanku." "Kenapa?"
"Hamba malu," jawab Ranmaru sambil menyembah dengan wajah di atas kedua tangan,
seakan-akan menanggung aib yang amat besar. "Yang Mulia Mitsuhide terlampau kejam. Dari
mana hamba dapat memperoleh ide mengenai pembangunan donjon" Terus terang, tuanku, segala
sesuatu yang tuanku dengar dari hamba - termasuk cerita bahwa benteng milik marga Ouchi dan
14 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satomi sama-sama memiliki donjon - disampaikan oleh Yang Mulia Mitsuhide pada hamba, ketika
hamba sedang bertugas jaga malam."
"Begitukah?" Nobunaga tertawa. "Jadi, hanya itu masalahnya?"
"Tapi Yang Mulia Mitsuhide menanggapinya dengan cara berbeda," Ranmaru melanjutkan.
"Jawaban yang baru saja diberikan beliau memberi kesan seakan-akan hamba telah mencuri ide
orang lain. Yang Mulu Mitsuhide sendiri yang memberitahu hamba bahwa beliau memiliki beberapa
gambar berharga dari donjon marga Ouchi dan Satomi, dan bahkan sebuah buku sketsa yang
langka. Jadi. mengapa beliau menahan diri dan mengalihkan tanggung jawab pada orang yang tak
berpengalaman seperti hamba?"
Walaupun penampilan Ranmaru kekanak-kanakan. sikapnya menunjukkan bahwa ia seorang
laki-laki. "Benarkah itu, Mitsuhide?" tanya Nobunaga.
Di bawah tatapan langsung Nobunaga, Mitsuhide tak sanggup tetap tenang. Tergagap-gagap ia
menjawab, "Ya." Ia pun tak sanggup mengendalikan kemarahannya terhadap Ranmaru. Mitsuhide
sengaja menyimpan pendapatnya sendiri dan mengangkat pengetahuan Ranmaru, sebab ia
mengctahui kasih sayang Nobunaga terhadap pemuda itu, dan secara tak langsung bermaksud
menunjukkan iktikad baiknya. Ia bukan saja memberi keuntungan pada Ranmaru, melainkan juga
berusaha tidak mempermalukannya.
Mitsuhide telah memberitahu Ranmaru segala sesuatu yang diketahuinya mengenai donjon dan
pembangunan benteng pada waktu mereka berjaga malam. Sungguh konyol bahwa Ranmaru
menyampaikan hal tersebut sebagai hasil pikirannya sendiri pada Nobunaga. Tapi jika Mitsuhide
berkata demikian sckarang, Ranmaru akan teramat malu, dan Nobunaga temu merasa muak.
Karena beranggapan bahwa mencegah situasi pelik seperti itu akan menguntung-kan baginya,
Mitsuhide bersikap scelah-olah Ranmaru yang mendapatkan ide tersebut. Tapi hasilnya justru
kebalikan dari yang diharapkannya.
Nobunaga sepertinya dapat menduga apa yang berkecamuk dalam benak Mitsuhide. Tiba-tiba ia
tertawa keras-keras. "Ternyata Mitsuhide pun bisa bersikap terlalu hati-haii. Tapi... bisakah
kauambilkan gambar-gambar itu?"
"Hamba memiliki Beberapa, tapi hamba ragu apakah gambar-gambar itu mencukupi."
"Jangan khawatir. Pinjamkan saja padaku untuk beberapa waktu."
"Hamba akan mengambil semuanya."
Mitsuhide menyalahkan diri sendiri karena telah berusaha membohongi Nobunaga, dan walaupun
urusannya sudah selesai, justru ia sendiri yang menderita kerugian. Namun, ketika pembicaraan
beralih pada benteng-benteng di provinsi lain, Nobunaga tetap kelihatan riang. Dan setelah makan
malam dihidangkan, Mitsuhide menarik diri tanpa perasaan buruk.
Keesokan paginya, sesudah Nobunaga meninggalkan Nijo, Ranmaru pergi menemui ibunya.
"Ibu, menurut adikku dan pelayan-pdayan lain, Tuan Mitsuhide mewanti-wanti Yang Mulia bahwa
15 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ibu mungkin membocorkan rahasia militer kepada para biksuprajurit, karena Ibu sering
keluar-masuk kuil. Jadi, kemarin, waktu dia berada di hadapan Yang Mulia, aku sempat membalas
perbuatannya. Bagai-manapun, sejak ayahku meninggal, keluarga kita lebih sering menikmati
kemurahan hati Yang Mulia daripada orang lain, sehingga tidak aneh kalau ada yang merasa
dengki. Berhati-hatilah dan jangan percaya pada siapa pun."
*** Segera setelah perayaan Tahun Baru di Tahun Keempat Tensho, pembangunan benteng di Azuchi
dimulai, seiring proyek kota benteng dengan ukuran yang tak pernah dilihat sebelumnya.
Pengrajin-pengrajin berkumpul di Azuchi bersama murid-murid dan tukang-tukang mereka. Mereka
berdatangan dari ibu kota dan Osaka, dari provinsi-provinsi Barat yang jauh, dan bahkan dari Timur
dan Utara: pandai besi. tukang batu. tukang plester, pengrajin logam, bahkan tukang pasang kertas dinding - wakil-wakil
dari setiap keterampilan yang ada.
Kano Eitoku yang tersohor dipilih untuk membuat gambar pada pintu-pintu, dinding-dinding
penyekat, dan langit-langit. Untuk proyek ini, Kano tidak sekadar mengandaikan tradisi
perguruannya sendiri. Ia berkonsultasi dengan para pemuka dari perguruan-perguruan lain, lalu
menciptakan karya-karya agung, menerangi dunia seni yang mengalami kemorosotan selama
tahun-tahun perang saudara.
Ladang-ladang buah murbei lenyap dalam semalam. digantikan oleh jaringan jalan yang terencana,
sementara di puncak gunung, kerangka donjon muncul scbelum orang-orang menyadarinya.
Benteng utama. yang dirancang berdasarkan mitos Gunung Meru, mempunyai empat
menara - mewakili para Raja Keempat Mata Angin - di sekeliling donjon bertingkat lima. Di
bawahnya terdapat gedung besar yang terbuat dari batu, dan dari gedung itu beberapa bangunan
tambahan memencar. Di bawah dan di atasnya terdapat lebih dari seratus bangunan yang
berhubungan, dan sulit dikatakan berapa tingkat dimiliki oleh masing-masing bangunan.
Di Ruang Pohon Prem, Ruang Delapan Pemandangan Termasyhur, Ruang Burung Pegar, dan
Ruang Kanak-Kanak Cina, si pelukis menerapkan keahliannya tanpa sempat memejamkan mata.
Tukang pernis, yang benci mendengar kata debu disebut-sebut, memberi lapisan pernis pada
pegangan tangan yang merah dan dinding-dinding yang hitam. Seorang ahli tembikar asal Gina
ditunjuk sebagai mandor pembuat ubin. Siang-malam asap mengepul-ngepul dari tempat
pembakarannya di tepi danau.
Seorang biksu tampak bergumam-gumam ketika memandang ke arah benteng. Ia hanya seorang
biksu pengembara, tapi alisnya yang tebal dan mulutnya yang lebar sangat menarik perhatian.
"Bukankah ini Ekei?" tanya Hideyoshi. Ia menepuk-nepuk pundak orang itu dengan pelan, agar
tidak mengejutkannya. Hideyoshi telah memisahkan diri dari sekclompok jendral yang berdiri tak
jauh. "Wah, wah! Tuan Hideyoshi!"
"Aku tak menyangka akan bertemu Tuan di sini," Hideyoshi berkata dengan riang. Sekali lagi ia
menepuk bahu Ekei dan tersenyum ramah. "Sudah lama sekali sejak kita terakhir kali berjumpa.
Kalau tidak salah, di rumah Tuan Koroku di Hachisuka."
16 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ya, benar. Belum lama ini - mungkin sekitar akhir tahun di Istana Nijo - aku mendengar Tuan
Mitsuhide berkata bahwa Tuan datang ke ibu kota. Aku datang bersama utusan Mori Terumoto dan
sempat berdiam di Kyoto selama beberapa waktu. Utusan itu sudah kembali sekarang, tapi karena
aku hanya biksu tanpa urusan mendesak, aku mendatangi berbagai kuil di Kyoto dan sekitarnya.
Kupikir proyek pembangunan Yang Mulia Nobunaga ini bisa menjadi kisah perjalanan menarik, jadi
aku mampir untuk melihatnya.
Terus terang, aku sangat terkesan."
"Kabarnya Tuan juga terlibat dalam kegiatan pembangunan," Hideyoshi mendadak berkomentar.
Ekei tampak terkejut, tapi Hideyoshi tertawa dan menambahkan, "Bukan, bukan pembangunan
benteng. Aku mendengar kabar bahwa Tuan membangun biara yang diberi nama Ankokuji."
"Ah, biara itu." Ketegangan di wajah Ekei mencair, dan ia pun tertawa. "Pembangunan Ankokuji
telah rampung. Kuharap Tuan bisa mengunjungiku suatu hari nanti, tapi kurasa kesibukan Tuan
sebagai penguasa Benteng Nagahama tidak memungkinkannya."
"Aku memang telah menjadi penguasa benteng, namun upahku masih rendah, jadi posisiku pun
tidak berarti banyak. Tapi aku yakin aku tampak lebih dewasa dibandingkan saat terakhir kali Tuan
melihatku di Hachisuka."
"Tidak. Tuan tidak berubah sedikit pun. Tuan masih muda, tapi hampir semua anggota staf
lapangan Yang Mulia Nobunaga sedang berada dalam masa kejayaan. Sejak semula aku sudah
terpukau oleh kemegahan rencana pembangunan bentengnya dan oleh semangat para jendralnya.
Tampaknya Yang Mulia Nobunaga memiliki kekuatan matahari terbit."
"Ankokuji dibiayai oleh Yang Mulia Mori, bukan" Provinsinya kaya dan kuat, dan kurasa dalam hal
orang-orang berbakat, marga tuanku Nobunaga bukan tandingannya."
Ekei berupaya agar tidak terlibat dalam percakapan seperti itu, dan sekali lagi ia memuji
pembangunan donjon serta pemandangan sekeliling.
Akhirnya Hideyoshi berkata, "Nagahama terletak di tepi pantai sebelah utara, tidak jauh dari sini.
Perahuku tertambat di sini, jadi mengapa Tuan tidak ikut dan menginap satu-dua malam" Aku
sedang bebas tugas, dan rasanya aku ingin kembali ke Nagahama."
Ekei memanfaatkan ajakan ini untuk berpamitan secara tergesa-gesa. "Mungkin lain kali. Tolong
sampaikan salamku pada Tuan Koroku, maksudku, Tuan Hikoemon." Dan tiba-tiba saja ia pergi.
Ketika Hideyoshi memperhatikan Ekei menjauh. dua biksu, yang sepertinya murid Ekei, keluar dari
rumah scorang warga biasa dan segera mengejarnya.
Hanya ditemui oleh Mosuke, Hideyoshi meneruskan perjalanan ke tempat pembangunan yang
menyerupai medan perang. Karena tidak diberi tanggung jawab penting dalam pembangunan
benteng, Hideyoshi sebenarnya tak perlu tinggal di Azuchi, tapi ia sering menempuh perjalanan laut
dari Nagahama ke Azuchi. "Tuan Hideyoshi! Tuan Hideyoshi!" seseorang memanggilnya. Ketika menoleh, Hideyoshi melihat
Ranmaru yang tersenyum dan memamerkan deretan gigi putih, berlari ke arahnya.
17 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Oh, Tuan Ranmaru. Di mana Yang Mulia?" "Sepanjang pagi beliau berada di donjon, tapi sekarang
beliau sedang beristirahat di Kuil Sojitsu."
"Kalau begitu, mari kita ke sana."
"Tuan Hideyoshi, biksu yang baru saja berbincang-bincang dengan Tuan... bukankah itu Ekei, ahli
fisiognomi itu?" "Benar. Aku mendengarnya dari orang lain. Tapi aku ragu apakah seorang ahli fisiognomi sanggup
melihat watak sesungguhnya dari orang lain." ujar Hideyoshi, pura-pura kurang tertarik pada topik
itu. Setiap kali Ranmaru mengobrol dengan Hideyoshi, ia tidak menjaga ucajpannya seperti kalau
berhadapan dengan Mitsuhide. Ini tidak berarti Ranmaru menganggap Hideyoshi orang yang
mudah dipengaruhi, tapi adakalanya Hideyoshi berlagak bodoh, dan Ranmaru merasa ia mudah
diajak bergaul. "Oh, tentu saja sanggup!" balas Ranmaru. "Ibu hamba selalu berkata demikian. Sebclum ayah
hamba gugur dalam pertempuran, seorang ahli ilmu firasat meramalkan kematiannya. Dan
sebenarnya, ehm, hamba tertarik pada salah satu ramalan Ekei."
"Apakah kauminta dia meramalkan nasibmu?" "Bukan, bukan. Ini bukan mengenai hamba."
Ranmaru menoleh ke kiri-kanan, lalu berbisik. "Ini mengenai Tuan Mitsuhide."
"Tuan Mitsuhide?"
"Ekei melihar pertanda buruk, bahwa Tuan Mitsuhide kelihatan seperti orang yang akan menentang
junjungannya." "Kalau kau mencari sifat seperti itu, kau pasti akan menemukannya. Bukan hanya dalam diri Tuan
Mitsuhide." "Hamba serius! Ekei berkata demikian."
Hideyoshi mendengarkannya sambil tersenyum simpul. Orang lain tentu akan menegur Ranmaru
karena kegemarannya bergosip, tapi kalau ia berbicara seperti ini, rasanya ia tak lebih dari bocah
nakal. Setelah menanggapinya secara main-main selama beberapa waktu, Hideyoshi bertanya lebih
serius, "Dari siapa kaudengar hal-hal itu?"
Ranmaru segera membuka rahasianya dengan berkata. "Dari Asayama Nichijo."
Hideyoshi mengangguk-angguk, seakan-akan telah menduganya. Tentunya bukan Asayama sendiri
yang memberitahu. Cerita itu pasti lewat orang lain. Coba lihat, apakah aku bisa menebaknya."
"Silakan." "Orang itu ibumu. bukan?"
18 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dari mana Tuan mengetahuinya?" Hideyoshi hanya tertawa.
"Dari mana Tuan mengetahuinya?" desak Ranmaru. "Myoko pasti pcrcaya pada hal-hal semacam
itu," kata Hideyoshi. "Atau lebih tepatnya, dia menggemari hal-hal seperti itu. Dan dia punya
hubungan baik dengan Asayama. Tapi kalau menurutku, aku cenderung percaya bahwa Asayama
lebih pandai menilai fisiognomi sebuah provinsi daripada jati diri orang lain."
"Fisiognomi sebuah provinsi?"
"Jika penilaian watak seseorang berdasarkan tampangnya dapat disebut fisiognomi, penilaian watak
sebuah provinsi dengan cara yang sama juga dapat disebut demikian. Aku menyadari bahwa Ekei
telah menguasai seni itu. Sebaiknya kau jangan terlampau akrab dengan orang-orang seperti dia.
Sepertinya dia hanya biksu biasa, tapi sesungguhnya dia kaki tangan Mori Terumoto, si penguasa
provinsi-provinsi Barat. Bagaimana menurutmu, Ranmaru?" Hideyoshi menambahkan sambil
tertawa. "Bukankah aku lebih hebat daripada Ekei?"
Gerbang Kuil Sojitsu mulai tampak. Kedua laki-laki itu masih tertawa ketika mereka menaiki tangga
batu. Pembangunan benteng maju dengan pesat. Pada akhir Bulan Kedua tahun itu, Nobunaga telah
meninggalkan Gifu dan pindah. Benteng Gifu diberikan pada putra sulung Nobunaga, Nobutada,
yang berusia sembilan belas tahun.
Akan tetapi, sementara Benteng Azuchi - tanpa tandingan dalam kekokohan, sekaligus awal era
baru di bidang pembangunan benteng - menjulang tinggi di atas persimpangan strategis itu, ada
juga yang mempertanyakan nilai militernya, termasuk para biksu-prajurit dari Honganji, Mori
Terumoto dari provinsi-provinsi Barat, serta Uesugi Kenshin dari Echigo.
Azuchi bcrada di tepi jalan raya yang menghubungkan Echigo dengan Kyoto. Kenshin, tentu saja,
juga mempunyai rencana untuk memasuki ibu kota, jika kesempatan yang tepat tiba, ia akan
melintasi gunung-gunung, muncul di sebelah utara Danau Biwa, dan dengan sekali pukul,
mengibarkan panji-panjinya di Kyoto.
Sang Shogun dalam pengasingan, Yoshiaki, yang sudah cukup lama tidak terdengar kabarnya,
mengirim pesan-pesan pada Kenshin, dan mencoba menghasutnya untuk benindak.
Saat ini baru bagian luar Benteng Azuchi yang sudah rampung. Penyelesaian bagian dalamnya
akan makan waktu dua setengah tahun. Begitu pem-bangunan benteng itu tuntas, jalan antara
Echigo dan Kyoto bisa dianggap tak ada lagi. Sekaranglah waktu yang tepat untuk bergeratk. Aku
akan mengelilingi provinsi-provinsi dan membentuk persekutuan di antara semua pihak yang
menentang Nobunaga, termasuk Yang Mulia Terumoto dari provinsi-provinsi Barat, marga Hojo,
marga Takeda, dan marga Yang Mulia sendiri di Echigo. Tapi, jika Yang Mulia tidak bertindak
sebagai pemimpin prakarsa ini, aku tidak berani meramalkan keberhasilannya.
Kenshin memaksakan senyum. lalu berkata dalam hati. "Apakah cacing kecil ini hendak
menggeliat-geliat sampai dia berumur seratus tahun?" Kenshin bukan pemimpin bodoh yang
mungkin terpancing oleh umpan seperti itu."
Dari Tahun Baru sampai ke musim panas, Kenshin memindahkan pasukannya ke Kaga dan Noto,
dan mulai mengancam perbatasan Oda. Secepat kilat bala bantuan dikirim dari Omi. Di bawah
19 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
komando Shibata Katsuie, pasukan Takigawa, Hideyoshi, Niwa, Sasu, dan Maeda mengejar-ngejar
musuh dan membakar desa-desa yang digunakan sebagai tempat berlindung, sampai ke Kanatsu.
Seorang utusan datang dari kubu Kenshin dan berseru lantang bahwa surat yang dibawanya hanya
boleh dibaca oleh Nobunaga.
"Tak pelak lagi, ini tulisan tangan Kenshin sendiri," ujar Nobunaga ketika ia membuka segelnya.
Sudah lama aku mendengar nama besar Tuan, dan aku menyesal karena belum diberi kesempatan
bertatap muka. Sekaranglah kesempatan terbaik. Jika kita tidak bertemu dalam pertempuran, kita
berdua akan menyesal selama bertahun-tahun. Pertempuran akan dimulai besok, pada Jam Kelinci.
Aku akan menemui Tuan di Sungai Kanatsu. Semuanya akan diselesaikan pada waktu kita
berhadapan satu lawaan satu.
Surat itu berisi tantangan resmi untuk bertcmpur. "Ke mana utusannya?" tanya Nobunaga.
"Dia segera kembali," jawab seorang pengikutnya. Nobunaga mcrinding. Malam itu ia tiba-tiba
memerintahkan untuk membongkar perkemahan, dan pasukannya mundur.
Kenshin tertawa keras-keras ketika mendengar kabar itu. "Itulah Nobunaga. Seandainya dia tetap di
tempat, besok dia bisa menyerahkan semuanya untuk diinjak-injak oleh kaki kudaku, dan selain
bertemu dengannya, seharusnya aku sekaligus bisa membantu memenggal kepalanya di tepi
sungai itu." Tapi Nobunaga cepat-cepat kembali ke Azuchi, disertai satu regu prajuritnya. Ketika teringat surat
tantangan Kenshin yang bergaya kuno, mau tak mau ia tersenyum meringis.
"Mungkin cara inilah yang digunakan untuk memancing Shingen di Kawariakajima. Dia memang tak
kenal takut. Dan dia sangat bangga akan pedang panjangnya, yang dibuat oleh Azuki Nagamitsu.


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rasanya aku tidak berminat melihat pedang itu dengan mata kepala sendiri. Sayang sekali Kenshin
tidak lahir di masa lampau, ketika para samurai memakai baju tempur dengan lempeng emas. Entah
bagaimana pendapatnya mengenai Azuchi, yang mencampuradukkan gaya Jcpang, Cina, dan
bangsa barbar dari Selatan" Segala perubahan dalam persenjataan dan strategi telah membawa
kita ke sebuah dunia baru. Bagaimana mungkin seseorang berkeras bahwa seni perang tidak ikut
berubah pula" Barangkali dia menertawakan gerak mundurku sebagai tindakan pengecut, tapi
pemikirannya yang telah ketinggalan zaman justru kalah dibandingkan pemikiran para pengrajinku.
Mereka yang mendengarkan ini dengan sungguh-sungguh bisa belajar banyak. Ada juga yang
diajari. tapi tak pernah belajar apa pun.
Setelah Nobunaga kembali ke Azuchi, ia diberitahu bahwa terjadi sesuatu selama operasi di Utara,
antara panglima pasukannya, Shibata Katsutc, dan Hideyoshi. Penyebabnya tidak jelas, tapi kedua
orang ini berselisih mengenai strategi. Akibatnya Hideyoshi mengumpulkan anak buahnya dan
kembali ke Nagahama, sementara Katsuie cepat-cepat memohon pada Nobunaga dengan berkata,
"Hideyoshi merasa tak perlu menaati perintah tuanku dan kembali ke bentengnya. Sikapnya tak
dapat dimaafkan, dan dia harus dihukum karenanya."
Tak ada kabar dari Hideyoshi. Menyangka bahwa Hideyoshi memiliki alasan kuat untuk
tindakannya. Nobunaga memutuskan menunggu sampai semua jendral kembali dari operasi di
Utara, sebelum menyelesaikan masalahnya. Namun desas-desus terus berdatangan.
20 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Yang Mulia Katsuie marah sekali."
"Yang Mulia Hideyoshi terlalu lekas marah. Tak ada jendral yang menarik pasukannya di tengah
operasi militer tanpa mencoreng arang di kening sendiri."
Akhirnya Nobunaga menyuruh seorang pembantunya menydidiki persoalan itu.
"Apakah Hideyoshi benar-benar sudah kembali ke Nagahama?" tanya Nobunaga.
"Ya, kelihatannya dia memang berada di sana," pembantunya menjawab.
Nobunaga terpancing amarah, dan ia mengirim utusan untuk menyampaikan teguran keras.
"Sikapmu sungguh kurang ajar. Sebelum melakukan apa-apa. perlihatkanlah penyesalanmu."
Ketika utusannya kembali, Nobunaga bertanya. "Seperti apa ekspresinya waktu mendengar
teguranku?" "Dia tampak seakan-akan berpikir. 'Oh, begitu"'"
"Hanya itu?" "Kemudian dia mengatakan sesuatu mengenai beristirahat sejenak."
"Dia terlalu berani dan mulai besar kepala." Roman muka Nobunaga tidak memperlihatkan bahwa ia
benar-benar murka terhadap Hideyoshi, walaupun ia telah menegur Hideyoshi secara lisan. Namun,
ketika Katsuie dan para jendral lain akhirnya kembali. kemarahan Nobunaga pun meledak.
Salah satu sebabnya, walaupun Hideyoshi dikenakan tahanan rumah di Benteng Nagahama, ia
bukannya menunjukkan penyesalan, melainkan justru mengadakan pesta minum setiap hari. Tak
ada alasan bagi Nobunaga untuk tidak marah, dan orang-orang menerka bahwa dalam keadaan
paling buruk, Hideyoshi akan diperintahkan melakukan seppuku, dan dalam keadaan baik, ia
disuruh datang ke Benteng Azuchi untuk dihadapkan ke mahkamah militer. Tapi, setelah beberapa
saat, Nobunaga rupanya sudah melupakan kejadian itu, dan kemudian tak pernah menyinggungnya
lagi. *** Di Benteng Nagahama. Hideyoshi mulai terbiasa bangun siang. Setiap hari Nene melihat wajah
suaminya saat matahari sudah tinggi di langit.
Bahkan ibunya merasa khawatir dan berkomentar pada Nene, "Tidak biasanya dia seperti ini."
Sulit bagi Nene untuk menemukan jawabannya. Hideyoshi selalu tidur sampai siang karena ia
minum-minum pada malam harinya. Kalau ia minum di rumah, wajahnya langsung merah setelah
empat atau lima cawan kecil, kemudian ia cepat-cepat menyelesaikan makan malamnya. Setelah itu
ia mengumpulkan para samurai kawakan dan minum-minum sampai larut malam, tanpa
mengindahkan waktu. Akibatnya ia tertidur di ruang pelayan. Suatu malam, ketika istrinya sedang
berjalan di selasar utama bersama para dayang, ia melihat seorang laki-laki melangkah perlahan ke
arahnya. Laki-laki itu mirip Hideyoshi, tapi Nene berseru. "Siapa itu?" seakan-akan tidak
21 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengenalinya. Suaminya terperanjat, dan berbalik untuk menyem-bunyikan kebingungannya, tapi dengan
gerakannya yang kikuk, ia malah kelihatan seperti sedang berlatih menari. "Aku tersesat." Ia
menghampiri Nene dan menjaga keseimbangan dengan meraih bahu istrinya itu. "Ah, aku mabuk.
Nene, gendonglah aku! Aku tak sanggup jalan."
Kctika Nene melihat betapa Hideyoshi berusaha menutup-nutupi keadaannya, ia langsung tertawa.
Lalu ia menegur sambil berlagak marah. "Baik, baik, aku akan menggendongmu. Omong-omong, ke
mana tujuanmu?" Hideyoshi naik ke punggung Nene dan mulai tertawa cekikikan.
"Ke kamarmu. Bawa aku ke kamarmu!" ia me-
mohon dengan sangat, lalu menendang-nendang seperti anak kccil.
Nene, yang terbungkuk karena beban yang dibawanya, bergurau dengan dayang-dayangnya,
"Dengar, semuanya, ke mana aku harus membawa pengelana lusuh yang kutemui di jalan ini?"
Para dayang merasa begitu geli, hingga terpingkal-pingkal sampai keluar air mata. Kemudian
mereka mengelilingi laki-laki yang digendong Nene, dan bersenda gurau sampai pagi di kamar
Nene. Kejadian seperti itu dapat dihitung dengan jari satu tangan. Pada pagi hari, Nene sering merasa
seakan-akan tugasnya adalah menatap wajah suaminya yang cemberut. Apa yang disembunyikan
Hideyoshi" Mereka telah lima belas tahun menikah. Usia Nene kini sudah lebih dari tiga puluh, dan
suaminya empat puluh satu tahun. Ia tak bisa percaya bahwa roman muka getir yang setiap pagi
diperlihatkan Hideyoshi hanya akibat suasana hati yang sedang tidak enak. walaupun ia
menyesalkan sikap suaminya, dengan tulus ia berdoa agar diberi petunjuk untuk memahami
kesusahannya - biarpun hanya sedikil - dan meringankan penderitaannya.
Pada saat-saat scperri ini, Nene menganggap ibu Hideyoshi sebagai teladan. Suatu pagi ibu
mertuanya bangun lebih dini, dan pergi ke kebun sayur di pekarangan utara, ketika embun masih
membasahi bumi. "Nene," ia berkata, "masih banyak waktu sebelum Hideyoshi bangun. Mari kita petik terong di
kebun. Tolong bawakan keranjang."
Perempuan tua itu mulai memetik. Nene mengisi satu keranjang, lalu mengambil keranjang lain.
"Hei, Nene! Kau dan Ibu ada di sana?"
Suara itu milik suaminya - suaminya yang belakangan ini begitu jarang bangun pagi.
"Aku tidak tahu kau sudah bangun," Nene memohon maaf.
"Aku tiba-tiba saja terjaga. Para pelayan pun ke-lihatan kaget." Hideyoshi tersenyum cerah,
pe-mandangan yang sudah cukup lama tak pernah dilihat Nene. "Takenaka Hanbei melaporkan
bahwa kapal dengan bendera utusan sedang menuju ke sini dari Azuchi. Aku langsung bangun,
22 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pergi ke altar, lalu pergi ke sini untuk minta maaf karena mengabaikanmu akhir-akhir ini."
"Aha! Kau sudah minta maaf kepada para dewa!" ujar ibunya sambil terkekeh-kekeh.
"Benar. Setelah itu, rasanya aku harus minta maaf pada ibuku, dan bahkan pada istriku," Hideyoshi
menambahkan dengan sungguh-sungguh. "Untuk itukah kau datang ke sini?"
"Ya, dan kalau saja kalian mengerti bagaimana perasaanku, aku tak perlu melakukannya lagi,"
"Oh, anak ini memang pintar."
Walaupun ibu Hideyoshi mungkin agak curiga melihat putranya tiba-tiba bersikap demikian ceria, ia
segera memahami sebabnya.
"Tuan Maeda dan Tuan Nonomura baru saja tiba di gerbang. Mereka datang sebagai kurir resmi
dari Azuchi. Tuan Hikoemon langsung menyambut dan membawa mereka ke ruang penerima
tamu," Mosuke mengumumkan.
Hideyoshi menyuruh pelayannya pergi dan mulai memetik terong bersama ibunya. "Ah, terongnya
tumbuh subur. Ibu sendirikah yang menaburkan pupuk?"
"Bukankah kau harus bergegas untuk menemui para kurir Yang Mulia?" tanya ibunya.
"Tidak perlu. Aku sudah bisa menebak maksud kedatangan mereka, jadi tak perlu bingung. Aku
ingin memetik beberapa terong dulu. Tentu menyenangkan memamerkan warna zamrud yang
berkilau dan berselubung embun pagi pada Yang Mulia Nobunaga."
"Kau akan memberikan terong kepada para utusan sebagai tanda mata untuk Yang Mulia?"
"Bukan, aku sendiri yang akan membawanya pagi ini."
"Apa"!" Bagaimanapun, Hideyoshi telah membangkitkan kemarahan junjungannya, dan dikenakan tahanan
rumah. Pagi itu ibunya mulai merasa ragu, dan dalam sekejap hampir bingung karena cemas.
"Tuanku" Kedatangan tuanku sudah dinanti-nanti." Hanbei datang menjemput Hideyoshi, yang
akhirnya meninggalkan ladang terong.
Setelah persiapan untuk perjalanan tuntas, Hideyoshi meminta para utusan menyertainya kembali
ke Azuchi. Tiba-tiba ia berhenti. "Oh, aku lupa sesuatu! Tanda mata untuk Yang Mulia." Ia menyuruh seorang
pengikut mengambil keranjang berisi terong. Semuanya sudah ditutup daun, dan embun masih
menempel. Usia kota benteng Azuchi belum lagi setahun, tapi sepertiganya telah rampung dan para warganya
hidup dalam kesejahteraan. Semua orang yang singgah di sini terkesan oleh kesibukan kota baru
ini, oleh jalan berlapis pasir perak yang menuju gerbang benteng, tangga yang dibuat dengan
bongkahan batu besar, dinding-dinding yang diplester, dan perlengkapan logam yang dipoles
23 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sampai berkilau. Dan scmcniara pemandangan itu memang memukau, kemegahan donjon bertingkat lima tak dapat
dilukiskan, apakah dilihat dari danau, dari jalan-jalan kota benteng di bawahnya, atau bahkan dari
pekarangan benteng sendiri.
"Hideyoshi, kau datang." Suara Nobunaga terdengar dari balik pintu geser yang tertutup. Ruangan
itu, di tengah-tengah pernis emas, merah, dan biru Azuchi, dihiasi oleh lukisan tinta yang bersahaja.
Hideyoshi masih agak jauh, menyembah di ruang sebelah.
"Kurasa kau sudah mendengamya, Hideyoshi, Hukumanmu sudah kubatalkan. Masuklah."
Hideyoshi maju perlahan-lahan dari ruang sebelah, sambil membawa keranjang berisi terong.
Nobunaga menatapnya curiga. "Apa itu?"
"Ehm, moga-moga tanda mata ini berkenan di hati tuanku." Hideyoshi bergerak maju dan
meletakkan keranjangnya di hadapan Nobunaga. "Ibu dan istri hamba menanam terong ini di kebun
di benteng." "Terong?" "Tuanku mungkin menganggapnya tanda mata yang konyol dan aneh, tapi karena hamba datang
naik perahu cepat, hamba pikir tuanku sempat melihat terong ini sebelum embunnya menguap.
Hamba sendiri yang memetik semuanya tadi pagi."
"Hideyoshi, kurasa yang hendak kauperlihatkan tentu bukan terong maupun embun yang belum
menguap. Apa sebenarnya yang hendak kausampaikan?"
"Tuanku tentu dapat menebaknya. Hamba pelayan yang tak berarti, tapi tuanku telah mengangkat
hamba dari petani bersahaja menjadi pengikut yang menguasai wilayah senilai dua ratus dua puluh
ribu gantang. Walau demikian, ibu hamba yang tua tak pernah lalai mengangkat pacul, menyiram
sayur-mayur, dan menabur pupuk di ladang. Setiap hari hamba berterima kasih atas pelajaran yang
diberikannya. Tanpa perlu berkata apa-apa, dia memberi tahu hamba, Tak ada yang lebih
berbahaya daripada petani yang menjadi orang besar, dan kau sebaiknya membiasakan diri bahwa
perasaan dengki orang lain berasal dari kesombongan mereka sendiri. Jangan lupa masa lalumu di
Nakamura, dan ingatlah selalu kemurahan hati yang ditunjukkan junjunganmu padamu."
Nobunaga mengangguk, dan Hideyoshi melanjutkan. "Percayakah tuanku bahwa hamba mungkin
menyusun strategi yang tidak menguntungkan bagi tuanku, kalau hamba memiliki ibu seperti itu"
Hamba menganggap pelajarannya sebagai jimat. Walaupun hamba bertikai secara terbuka dengan
panglima pasukan, dalam dada hamba tidak ada kepalsuan."
Pada titik itu, tamu di samping Nobunaga menepuk pahanya dan berkata, "Terong ini benar-benar
tanda mata yang baik. Nanti kita cicipi bersama."
Baru sekarang Hideyoshi menyadari bahwa ada orang lain di dalam ruangan: seorang laki-laki yang
tampak berusia tiga puluhan. Mulutnya yang besar memperlihatkan kemauannya yang keras.
Alisnya tebal, dan pangkal hidungnya agak melebar. Sulit dikatakan apakah ia keturunan petani
24 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau sekadar berbadan tegap, tapi sorot matanya serta kilauan kulitnya yang berwarna merah tua
menunjukkan bahwa ia memiliki kekuatan batin yang hebat.
'Apakah terong dari kebun ibu Hideyoshi juga menyenangkanmu, Kanbei" Aku sendiri senang
menerimanya," ujar Nobunaga sambil tertawa. Kemudian, dengan sikap lebih serius, ia
memperkenalkan tamunya pada Hideyoshi.
"Ini Kuroda Kanbei, putra Kuroda Mototaka, pengikut senior Odera Masamoto di Harima."
Mendengar ini, Hideyoshi tak sanggup menyem-bunyikan rasa terkejutnya. Kuroda Kanbei adalah
nama yang terus-menerus didengarnya. Disamping itu, ia sering melihat surat-suratnya.
"Wah! Jadi, Tuan-lah Kuroda Kanbei."
"Dan aku berhadapan dengan Yang Mulia Hideyoshi, yang namanya sudah sering kudengar?"
"Selalu dalam surat."
"Ya, tapi aku tak bisa menganggap ini sebagai pertemuan kita yang pertama."
"Dan sekarang aku ada di sini, memohon ampun pada junjunganku. Aku khawatir Tuan akan
menertawakanku. Inilah Hideyoshi, orang yang selalu dimarahi oleh junjungannya." Dan ia tertawa
dengan suar, yang seakan-akan menyapu segala sesuatu. Nobunaga pun tertawa lepas. Dengan
Hideyoshi ia bisa tertawa gembira mengenai hal-hal yang sebenarnya tidak menggembirakan.
Dalam waktu singkat, terong yang dibawa Hideyoshi selesai dimasak, dan tak lama kemudian ketiga
orang itu sudah memulai pesta minum. Kanbei sembilan tahun lebih muda dari Hideyoshi, tapi tak
kalah sedikit pan dalam pemahaman mengenai arus zaman atau intuisi tentang siapa vang akan
meraih tampuk kekuasaan. Ia tak lebih dari putra pengikut sebuah marga berpengaruh di Harima,
tapi ia mempunyai benteng kecil di Himeji, dan sejak muda telah menggenggam ambisi besar.
Selain itu, dari orang di provinsi-provinsi Barat, hanya ia sendiri yang cukup jeli membaca
perkembangan, sehingga mendatangi Nobunaga dan diam-diam menekankan pentingnya
penaklukan daerah tcrscbut. Pihak paling berkuasa di daerah Barat adalah marga Mori yang
memiliki pengaruh di dua puluh provinsi. Kanbei hidup di tengah-tengah mereka, tapi ia tidak silau
melihat kebesaran mereka. Ia menyadari bahwa sejarah bangsa mengalir ke satu arah. Dibekali
pengertian ini, ia mencari-cari satu orang: Nobunaga. Dari sudut itu saja, sulit menganggap Kanbei
sebagai orang kebanyakan. Sesungguhnya ia merupakan orang yang pandai membeda-bedakan.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa satu orang besar selalu dapat mengenali orang besar
lainnya. Dalam percakapan mereka pada pertemuan Hideyoshi dan Kanbei tampak akrab,
seakan-akan telah saling mengenal selama seratus tahun.
Si Monyet Menuju ke Barat
TlDAK lama setelah pertemuannya dengan Kanbei, Hideyoshi menerima tugas khusus dari
Nobunaga. 25 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sebenarnya." Nobunaga mulai berkata, "aku sendiri ingin memimpin pasukan dalam ekspedisi ini,
tapi keadaan tidak memungkinkan. Karena alasan itu, aku mempercayakan semuanya padamu.
Kau akan memimpin tiga pasukan, membawa mereka ke provinsi-provinsi Barat, dan membujuk
marga Mori agar mau tunduk padaku. Ini tanggung jawab besar yang hanya dapat diemban oleh
kau seorang. Bersediakah kau?"
Hideyoshi membisu. Ia begitu gembira dan dipenuhi rasa terima kasih sehingga tak sanggup
menjawab langsung. "Hamba menerima tugas ini," ia akhirnya berkata dengan emosi mendalam.
Ini baru kedua kali Nobunaga mengerahkan tiga pasukan dan menyerahkan kepemimpinan kepada
salah satu pengikutnya. Sebelumnya ia menugaskan Katsuie sebagai panglima tertinggi operasi di
Utara. Tapi karena demikian penting dan begitu sukar, penyerbuan ke provinsi-provinsi Barat tak
dapat dibandingkan dengan operasi di Utara.
Hideyoshi merasa seolah-olah beban yang teramat berat diletakkan ke atas bahunya. Ketika
melihat roman muka Hideyoshi yang ragu-ragu, Nobunaga tiba-tiba waswas dan bertanya-tanya
apakah tanggung jawab tersebut tidak terlalu berat. "Apakah Hideyoshi memiliki kepercayaan diri
untuk memikul tanggung jawab ini?" ia bertanya dalam hati.
"Hideyoshi, apakah kau akan kembali dulu ke Benteng Nagahama sebelum mengerahkan
pasukan?" tanya Nobunaga. "Atau kau lebih suka bertolak dari Azuchi?"
"Jika tuanku memperkenankan, hamba akan berangkat dari Azuchi hari ini juga."
"Kau tidak menyesal meninggalkan Nagahama?" "Tidak. Ibu, istri, dan anak angkat hamba berada
di sana. Mengapa hamba harus merasa sedih?"
Anak angkat yang dimaksud adalah putra keempat Nobunaga, Tsugimaru. Hideyoshi telah
diperkenankan Nobunaga untuk membesarkannya.
Nobunaga tertawa, lalu bertanya, "Kalau operasi ini ternyata berkepanjangan dan provinsi asalmu
jatuh ke tangan anak angkatmu, di mana kau akan membentuk wilayahmu sendiri?"
"Setelah menundukkan daerah Barat, hamba akan memintanya."
"Dan kalau tidak diberikan?"
"Barangkali hamba bisa menaklukkan Kyushu dan tinggal di sana." Nobunaga tertawa
terbahak-bahak, dan melupakan perasaan waswasnya kemula.
Dengan gembira Hideyoshi kembali ke ruangannya, dan segera menceritakan perintah Nobunaga
pada Hanbei. Hanbei langsung mengirim kurir pada Hikoemon, yang bertanggung jawab di
Nagahama selama Hideyoshi pergi. Hikoemon berjalan sepanjang malam, memimpin pasukan
untuk bergabung dengan majikannya. Sementara itu, sebuah pemberitahuan diedarkan pada
semua jendral Nobunaga, berisi kabar mengenai penugasan Hideyoshi.
Ketika Hikoemon tiba pada pagi hari dan mendatangi ruangan Hideyoshi, ia menemukan Hideyoshi
26 Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendirian, sedang mengoleskan moxa ke tulang kering.
"Itu persiapan yang baik untuk menghadapi operasi militer," ujar Hikoemon.
"Aku masih punya setengah lusin bekas luka di punggung, dari waktu aku diobati dengan moxa
ketika aku kanak-kanak." jawab Hideyoshi sambil mengenakan gigi karena menahan panas yang
hebat. "Aku tidak suka moxa karena sengatannya, tapi kalau aku tidak melakukan ini, ibuku akan
cemas. Kalau kaukirim kabar ke Nagahama, tolong tuliskan bahwa aku memakai moxa setiap hari."
Begitu selesai mengoleskan moxa, Hideyoshi berangkat ke garis depan. Pasukan yang bertolak dari
Azuchi pada hari itu benar-benar memesona.
Nobunaga me (http://cerita-silat.mywapblog.com)
27Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:25:15
ngamati mereka dari donjon. Si Monyet dari Nakamura sudah maju sekali, ia berkata dalam hati.
Tak terhitung banyaknya perasaan yang melintas di dadanya ketika ia menyaksikan panji
berlambang labu emas milik Hideyoshi menghilang di kejauhan.
Provinsi Harima merupakan mutiara giok dalam pertarungan antara naga dari Barat dan macan dari
Timur. Apakah provinsi itu akan bergabung dengan kekuatan Oda yang sedang bangkit" Atau justru
berpihak pada kekuasaan tua marga Mori"
Semua marga, baik yang besar maupun yang kecil, di provinsi-provinsi Barat yang membentang
dari Harima ke Hoki kini menghadapi pilihan yang sukar.
Beberapa berpcndapat. "Marga Mori merupakan kekuatan utama di daerah Barat. Mereka tentu
takkan runtuh." Yang lain, yang tidak begitu yakin, membalas. "Tidak, kita tak bisa mengabaikan orang-orang Oda
yang tiba-tiba menanjak dengan pesat."
Orang biasa mengambil keputusan dengan membandingkan kelebihan kedua belah pihak - luas
wilayah masing-masing, jumlah praiurit, dan sekutu. Tapi dalam hal ini, mengingat hebatnya
pengaruh marga Mori dan luasnya wilayah marga Oda, kekuatan kedua belah pihak tampak
seimbang. Siapa yang akan menaklukkan masa depan"
Provinsi-provinsi Barat yang terombang-ambing antara gelap dan terang serta tak sanggup
menentukan pilihan inilah yang dituju oleh pasukan Hideyoshi pada hari kedua puluh tiga di Bulan
Kesepuluh. Ke Barat. Ke Barat. Tanggung jawabnya teramat berat. Ketika Hideyoshi berkuda di bawah panji berlambang labu
emas, wajahnya tampak cemas. Usianya empat puluh satu tahun. Kedua bibirnya merapat,
membentuk garis panjang, sewaktu kudanya melangkah tenang. Debu yang ditcrbangkan angin
menyelubungi seluruh pasukan.
Sesekali Hideyoshi mengingatkan diri bahwa ia sedang maju ke provinsi-provinsi Barat. Bagi
Hideyoshi sendiri, hal ini tidak banyak pengaruhnya, tapi ketika ia bertolak dan Azuchi, para jendral
lain mengucapkan selamat padanya.
"Yang Mulia akhirnya mengambil keputusan tepat dan mengusahakan agar kau dapat berguna.
Tuan Hideyoshi, Tuan tidak kalah dari siapa pun. Tuan harus membalas kemurahan hati Yang
Mulia." Berlawanan dengan ini, Shibata Katsuie tampak sangat tidak senang. "Apa" Dia ditunjuk sebagai
panglima tertinggi operasi di provinsi-provinsi Barat"!" Katsuie tertawa mengejek ketika
membayangkannya. Mudah dipahami mengapa Katsuie berpikiran seperti itu. Pada waktu Hideyoshi masih seorang
1 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pelayan yang bertugas membawa sandal Nobunaga dan bertempat tinggal di kandang bersama
kuda-kuda, Katsuie sudah menjadi jendral marga Oda. Selain itu, ia menikah dengan adik
Nobunaga dan memimpin provinsi senilai lebih dari tiga ratus ribu gantang. Dan kemudian, ketika
Katsuie dijadikan panglima tertinggi operasi Utara, Hideyoshi telah melanggar perintah dan kembali
ke Nagahama tanpa pemberitahuan lebih dulu. Sebagai pengikut senior, Katsuie kini melakukan
berbagai manuver politik untuk mengecilkan arti penyerbuan kc provinsi-provinsi Barat.
Di atas kudanya dalam perjalanan ke daerah Barat itu, tak putus-putusnya Hideyoshi
terkekeh-kekeh. Segala hal itu tiba-tiba melintas dalam benaknya pada waktu ia mulai jemu dengan ketenteraman di
jalan yang menuju ke Barat. Hideyoshi tertawa keras-keras. Hanbei, yang berkuda di sebelahnya,
menduga ada yang terlewatkan olehnya dan bertanya. "Tuanku mengatakan sesuatu?" sekadar
untuk memastikannya. "Oh, tidak," jawab Hideyoshi.
Pasukannya telah menempuh jarak cukup jauh hari ini, dan mereka telah mendekati perbatasan
Harima. "Hanbei, ada kejutan menyenangkan untukmu kalau kita memasuki Harima nanti."
"Hmm, apa kiranya?"
"Rasanya kau belum pernah berjumpa dengan Kuroda Kanbei."
"Belum, hamba belum pernah berjumpa dengannya, tapi sudah lama hamba mendengar namanya
disebut-sebut." "Dia tokoh yang patut diperhatikan. Kalau bertemu dia, kau tentu segera berteman dengannya."
"Hamba telah banyak mendengar centa tentang dia."
"Dia putra pengikut senior marga Odera, dan baru berumur tiga puluhan."
"Bukankah operasi ini diprakarsai olehnya?" "Benar. Dia cerdas dan bermata jeli." "Tuanku kenal
baik dengannya?" "Aku mengenalnya lewat surat, tapi baru-baru ini di Azuchi aku bertemu dia untuk pertama kali.
Kami berbincang-bincang secara terbuka selama setengah hari. Ah, aku merasa yakin sekali.
Dengan Takenaka Hanbei di sisi kiri dan Kuroda Kanbei di sisi kanan, aku telah memiliki staf
lapangan." Tiba-tiba terjadi sesuatu yang menimbulkan kekacauan dalam pasukan. Tawa salah seorang
pelayan meledak. Hikoemon menoleh dan memberikan perintah pada Mosuke, kepala para pelayan. Mosuke lalu
menghardik para pelayan di belakangnya. "Diam! Sebuah pasukan harus maju dengan penuh
wibawa." 2 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ketika Hideyoshi menanyakan apa yang terjadi, Hikoemon tampak salah tingkah. "Karena hamba
mengizinkan para pelayan berkuda, mereka bermain-main dan mengacaukan barisan, seakan-akan
hendak berpiknik. Mereka membuat kegaduhan dan bersenda gurau, dan Mosuke pun tak dapat
mengendalikan mereka. Mungkin lebih baik kalau hamba menyuruh mereka berjalan kaki."
Hideyoshi memaksakan tawa dan memandang ke belakang. "Mereka bcrsuka ria karena mereka
masih muda, dan kegembiraan mereka tentu sukar dihalau. Biarkan saja mereka. Belum ada yang
jatuh dari kudanya, bukan?"
"Yang paling muda dari mereka, Saluchi, rupanya tidak biasa berkuda, dan ada yang sengaja
membuatnya terjatuh."
"Saluchi jatuh dari kuda" Hmm, itu pun latihan yang berguna."
Berbeda dengan kepemimpinan Katsuie yang serbamuram, atau kekerasan dan ketegasan
Nobunaga, gaya kepemimpinan Hideyoshi berciri satu hal: keriangan. Apa pun kesulitan yang
menimpa pasukannya, mereka tetap memancarkan keriangan dan ke-harmonisan sebagai satu
keluarga besar. Jadi, walaupun para pelayan, yang berusia antara sebelas sampai enam belas tahun telah
melanggar disiplin militer, Hideyoshi sebagai "kepala keluarga" hanya mengedipkan mata dan
berkata. "Biarkan saja mereka.''
Hari sudah mulai gelap ketika barisan depan memasuki Harima, sebuah provinsi sekutu di
tengah-tengah wilayah musuh. Karena bingung tindakan apa yang harus mereka ambil, dan di
bawah tekanan hebat dari provinsi-provinsi tetangga mereka, para warga Harima kini menyalakan
api unggun di mana-mana dan menyambut kedatangan pasukan Hideyoshi dengan hangat.
Pasukan Hideyoshi telah menempuh langkah pertama dalam penyerbuan provinsi-provinsi Barat.
Ketika barisan panjang itu memasuki benteng sambil berbaris dua-dua, bunyi keletak-keletak
meramaikan suasana. Korps pertama terdiri atas para pembawa panji; korps kedua merupakan
korps penembak; yang ketiga korps pemanah; yang keempat pasukan tombak; yang kelima
pasukan pedang. Korps tengah terdiri atas samurai berkuda dan pcrwira-perwira yang menge-
lilingi Hideyoshi. Dengan para penabuh genderang, polisi militer, para inspektu,. para penuntun
kuda cadangan dan kuda beban, serta para pengintai. Pasukan itu berkekuatan sekitar tujuh ribu
lima ratus orang, dan setup penonton harus mengakuinya sebagai kekuatan yang hebat.
Kuroda Kanbei berdiri di gerbang, menyambut mereka. Ketika Hideyoshi melihatnya, ia segera turun
dari kuda dan menghampiri Kanbei sambil tersenyum. Kanbei pun maju dengan seruan selamat
datang dan tangan terentang. Mereka bertegur sapa seperti dua sahabat yang sudah saling
mengenal bertahun-tahun, lalu masuk ke dalam benteng. Kanbei memperkenalkan Hideyoshi
kepada para pengikutnya yang baru. Masing-masing orang menyebutkan namanya, dan
mengucapkan sumpah setia pada Hideyoshi.
Di antara orang-orang itu ada laki-laki yang tampak istimewa. "Hamba Yamanaka Shikanosuke." ia
memperkenalkan diri, "salah satu dari sedikit pengikut marga Amako yang masih hidup. Sampai
sekarang tuanku dan hamba bertempur saling berdampingan, tapi di resimen bcrbeda, jadi kita tak
pernah berjumpa. Tapi hati hamba melonjak gembira sewaktu mendengar bahwa tuanku akan
menyerbu daerah Barat, dan hamba memohon agar Yang Mulia Kanbei memberikan rekomendasi
3 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk hamba." Walaupun Shikanosuke sedang berlutut dengan kepala tertunduk, dengan mclihat bahunya yang
lebar Hideyoshi langsung tahu bahwa ia jauh lebih tinggi dan tegap dari rata-rata. Dalam keadaan
tegak, tinggi badan Shikanosuke melebihi 180 senti. Usianya sekitar tiga puluh tahun. Kulitnya
bagaikan besi dan sorot matanya menusuk seperti mata elang. Hideyoshi menatapnya sejenak,
seakan-akan tak dapat mengingat siapa laki-laki itu.
Kanbei membantunya. "Di zaman ini jarang ada orang sesetia dia. Dulu dia mengabdi pada Amako
Yoshihisa, seorang bangsawan yang dihancurkan oleh orang-orang Mori. Selama bertahun-tahun
Shika-nosuke memperlihatkan kesetiaannya, bahkan dalam keadaan paling memprihatinkan
sekalipun. Selama sepuluh tahun terakhir ia turut serta dalam berbagai pertempuran dan hidup
sebagai pengembara, mengusik marga Mori dengan pasukan-pasukan kecil, dalam rangka
mengembalikan bekas junjungannya ke wilayah yang menjadi haknya."
"Aku pun sudah mendengar nama Yamanaka Shikanosuke yang setia. Tapi apa maksudmu
sewaktu kau berkata bahwa kita bertempur di resimen berbeda?" tanya Hideyoshi.
"Dalam operasi melawan marga Matsunaga, hamba bertempur bersama pasukan Yang Mulia
Mitsuhide di Gunung Shigi."
"Kau hadir di Gunung Shigi?"
Sekali lagi Kanbei angkat bicara. "Tahun-tahun kesetiaan di tengah penderitaan akhirnya sia-sia
karena marga Amako dikalahkan marga Mori. Kemudian, dia diam-diam memohon bantuan Yang
Mulia Nobunaga. melalui jasa baik Yang Mulia Katsuie. Dalam pertempuran di Gunung Shigi-lah
Shikanosuke memenggal kepala Kawai Hidetaka yang terkenal ganas."
"Rupanya kau yang menghabisi Kawai," ujar Hideyoshi, seakan-akan segala keraguannya telah
sirna. Sekali lagi ia menatap Shikanosuke, kali ini sambil tersenyum lebar.
*** Dalam waktu singkat Hideyoshi telah memperlihatkan kehebatan pasukannya. Dua benteng,
masing-masing di Sayo dan Kozuki, bertekuk lutut, dan di bulan yang sama Hideyoshi menaklukkan
marga Ukita, sekutu marga Mori. Takenaka Hanbei dan Kuroda Kanbei selalu berada di sisi
Hideyoshi. Perkemahan utama dipindahkan ke Himeji. Selama itu, Ukita Naoie terus meminta bala bantuan
marga Mori. Pada waktu yang sama, orang-orang Mori memberikan pasukan berkekuatan delapan
ratus prajurit kepada Makabe Harutsugu, samurai paling tangguh di Bizen. Dengan pasukan itu,
Benteng Kozuki berhasil direbut kembali oleh Makabe.
"Hideyoshi ini ternyata tidak ada apa-apanya." Makabe berkoar.
Gudang-gudang mesiu dan makanan di Benteng Kozuki diisi lagi, dan pasukan baru dikirim sebagai
bala bantuan. "Hamba rasa kita tak bisa melepaskannya begitu saja," ujar Hanbei.
4 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Rasanya memang begitu." kata Hideyoshi dengan hati-hati. Sejak datang ke Himeji, Hideyoshi
telah mempelajari situasi di provinsi-provinsi Barat. "Menurutmu, siapa yang harus kutugaskan"
Kelihatannya pertempuran ini akan berlangsung sengit."
"Satu-satunya pilihan adalah Shikanosuke." "Shikanosuke?"
Kanbei segera menyatakan sependapat.
Shikanosuke menerima perintah Hideyoshi, menyiapkan pasukannya sepanjang malam, dan maju
ke Benteng Kozuki. Akhir tahun sudah dekat, dan udara teramat dingin.
Para perwira dan anak buah Shikanosuke dibakar oleh semangat yang sama seperti komandan
mereka. Orang-orang itu telah berikrar untuk menundukkan marga Mori dan mengembalikan
Katsuhisa, pemimpin marga Amako, ke kedudukan yang menjadi haknya, dan kesetiaan serta
keberanian mereka tak perlu diragukan.
Ketika jendral-jendral Ukita menerima laporan para pengintai bahwa mereka berhadapan dengan
marga Amako, di bawah komando Shikanosuke, mereka langsung diserang rasa ngeri. Hanya
mendengar nama Shikanosuke, mereka merasakan kengerian yang mungkin dialami seekor burung
kecil saat menghadapi macan yang mengamuk.
Mereka lebih takut terhadap serangan Shikanosuke daripada terhadap serangan yang dipimpin oleh
Hideyoshi sendiri. Dari segi itu, Shikanosuke merupakan orang paling tepat untuk merebut Benteng Kozuki.
Bagaimanapun. dengan kesetiaan dan keberaniannya yang tak tergoyahkan, ia telah menimbulkan
malapetaka dan membangkitkan kengerian seperti dewa yang murka. Jendral paling tangguh dari
marga Ukita pun, Makabe Harutsugu, meninggalkan Benteng Kozuki tanpa pertempuran, karena
yakin akan kehilangan terlalu banyak orang jika ia diam di tempat dan melawan Shikanosuke.
Pada saat anak buah Shikanosuke memasuki benteng dan melaporkan bahwa benteng itu berhasil
direbut tanpa pertumpahan darah. Makabe telah meminta bala bantuan. Setelah bergabung dengan
pasukan di bawah pimpinan saudaranya, sehingga kekuatan mereka mencapai sekitar seribu lima
ratus sampai seribu enam ratus orang, Makabe maju lagi untuk melancarkan serangan balasan, dan
berhenti di tengah awan debu di sebuah dataran tak jauh dari benteng.
Shikanosuke memperhatikannya dari menara jaga. "Sudah dua minggu tak ada hujan. Mari kita
berikan sambutan hangat untuk mereka," katanya sambil tertawa.
Shikanosuke membagi anak buahnya menjadi dua kelompok. Setelah larut malam, mereka
melancarkan serangan mendadak, dan satu kelompok membakar rumput-rumput kering di sekitar
musuh. Dikelilingi api yang berkobar-kobar, pasukan Ukita terpaksa lari dalam keadaan
kacau-balau. Kini korps kedua mulai benindak dan maju untuk membinasakan mereka. Tak ada yang tahu
berapa jumlah musuh yang tewas dalam pembantaian ini, tapi komandan musuh, Makabe
Harutsugu, dan saudaranya sama-sama menemui ajal.
"Rasanya mereka sudah jera sekarang." "Tidak, mereka akan kembali lagi."
5 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pasukan Shikanosuke kembali ke Kozuki sambil mengumandangkan nvanyian kemenangan. Tapi
kemudian seorang kurir dari markas besar di Himeji tiba, membawa perintah untuk mengosongkan
benteng dan kembali ke Himcji. Tidak mengherankan bahwa perintah ini menimbulkan kemarahan
besar dalam segenap pasukan. mulai dari Amako Katsuhisa, si kepala marga, hingga ke jajaran
bawah. Mengapa mereka harus mengosongkan benteng yang baru saja mereka rebut dan tangan
musuh - apalagi benteng ini terletak di tempat strategis"
"Bagaimanapun, dia panglima teninggi," ujar Shika-nosuke, yang harus menghibur Amako
Katsuhisa dan anak buahnya, dan kembali ke Himeji.
Ketika tiba di sana, ia segera menghadap Hideyoshi. "Jika hamba diperkenankan berbicara terus
terang, semua perwira dan anak buah hamba tercengang mendengar perintah Yang Mulia. Hamba
pun merasakan hal yang sama."
"Untuk menjaga kcrahasiaan rencanaku, aku sengaja tidak menyampaikan alasan gerak mundur ini
pada kurir yang kukirim, tapi sekarang aku akan menjelaskannya. Benteng Kozuki merupakan
umpan yang baik untuk memancing orang-orang Ukita. Jika kita mengosongkannya, mereka pasti
akan memulihkan persediaan perbekalan, senjata, dan mesiu. Mungkin mereka malah akan
menambah pasukan penjaga. Dan saat itulah kita bergerak!" Hideyoshi tertawa. Sambil
merendahkan suara, ia bersandar ke depan dan mwnuding ke arah Bizen dengan kipas perang.
"Tak pelak lagi. Ukita Naoie menduga aku akan kembali menyerang Benteng Kozuki. Hanya saja
kali ini dia sendiri memimpin pasukan besar, dan kita akan menyiasatinya. Jangan gusar,
Shikanosuke." Pergantian tahun telah tiba. Laporan-laporan para pengintai tepat seperti yang diduga: Orang-orang
Ukita memindahkan perbekalan dalam jumlah besar ke Benteng Kozuki. Komando benteng tersebut
diberikan pada Ukita Kagetoshi, dan pasukan pilihan dikirim untuk berjaga-raga di tembok
pertahanan. Hideyoshi mengepung benteng itu dan memerintahkan Shikanosuke beserta pasukannya yang
berkekuatan sepuluh ribu orang bersembunyi di sekitar Sungai Kumami.
Sementara itu, Ukita Naoie, yang merencanakan serangan menjepit terhadap pasukan Hideyoshi
dengan bekerja sama dengan pasukan penjaga benteng, bertindak sebagai panglima pasukan
Bizen. Umpan telah terpasang. Ketika Naoie menyerang Hideyoshi, Shikanosuke menyambar bagaikan
angin puyuh, meluluhlaniakkan pasukan Naoie. Hanya dengan susah payah Naoie berhasil
menyelamatkan nyawanya. Setelah mengatasi orang-orang Ukita, Shikanosuke bergabung dengan
Hideyoshi untuk serangan besar-besaran terhadap Benteng Kozuki.
Hideyoshi melancarkan serangan api. Begitu banyak orang tewas dalam kobaran api di benteng itu,
sehingga tempat itu dikenal sebagai Lembah Neraka di Kozuki oleh generasi-generasi selanjutnya.
"Kali ini aku takkan menyuruhmu mengosongkan benteng." Hideyoshi berkata pada Amako
Katsuhisa. "Jagalah baik-baik."
Begitu Hideyoshi selesai membereskan Tajima dan Harima, ia kembali ke Azuchi dengan membawa
kemenangan. Ia tinggal kurang dari sebulan di sana, sebelum bertolak lagi ke dacrah Barat di Bulan
Kedua. 6 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Selama selang waktu itu, provinsi-provinsi Barat terburu-buru menyiapkan diri untuk menghadapi
peperangan. Ukita Naoie mengirim pesan mendesak kepada marga Mori:
Situasinya suram. Urusan mi tidak hanya menyangkut Provinsi Harima. Sekarang Amako Katsuhisa
dan Yamanaka Shikanosuke menduduki Benteng Kozuki, dengan dukungan Hideyoshi. Masalah ini
akan membawa dampak serius yang tak bisa dtabaikan oleh marga Mori. Apa maksud semuanya
ini, kalau bukan langkah pertama pihak Amako - yang telah dihancurkan oleh marga Mori - untuk
merebut kembali tanah mereka yang hilang" Seyogyanya marga Mori tidak menutup mata terhadap
perkembangan ini, melainkan mengirim pasukan besar dan menghancurkan mereka sekarang.
Kami, para samurai Ukita, akan membentuk barisan depan dan membalas budi atas
kebaikan-kebaikan di masa lampau.
Jendral-jendral kepercayaan Mori Terumoto adalah putra-putra kakeknya. Mori Motonari yang
tersohor. Mereka dikenal sebagai "Kedua Paman Marga Mori". Kcdua-duanya diwarisi bakat
Motonari. Kobayakawa Takakage adalah laki-laki berpengetahuan luas, sedangkan Kikkawa
Motoharu memiliki ketenangan, kebajikan, dan kecakapan.
Pada masa hidupnya, Motonari menguliahi anak-anaknya sebagai berikut. "Pada umumnya, tak ada


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang lebih mengundang bencana daripada orang yang ingin meraih kepemimpinan seluruh negeri,
tapi tidak memiliki kemampuan untuk memegang tampuk pemerintahan. Kalau orang seperti itu
memanfaatkan keadaan zaman dan berusaha merebut kekuasaan, kehancuranlah yang akan
menyusul. Sadarilah status kalian, pimpinlah provinsi-provinsi Barat, dan bertahanlah di kawasan
penting ini. Kalian tak perlu melakukan apa-apa selain berusaha agar tidak ketinggalan dari orang
lain. Peringatan Motonari masih dihargai sampai hari itu. Dan inilah sebabnya marga Mori tidak memiliki
ambisi seperti marga Oda, Uesugi, Takeda, maupun Tokugawa. Walaupun mereka menampung
bekas shogun, Yoshiaki, berkomunikasi dengan para biksu-prajurit Honganji, dan bahkan
membentuk persekutuan rahasia dengan Uesugi Kenshin, semuanya semata-mata demi
perlindungan provinsi-provinsi Barat. Di hadapan serbuan Nobunaga, benteng-benteng di
provinsi-provinsi yang berada di bawah kendali marga Mori merupakan garis pertahanan pertama
wilayah mereka . Tapi kini daerah Barat sendiri yang menghadapi serangan-serangan gencar. Satu mata ramai garis
pertahanan itu telah terputus, membuktikan bahwa provinsi-provinsi Barat pun tak dapat menutup
diri terhadap perputaran zaman.
"Pasukan utama sebaiknya dibentuk oleh gabungan kekuatan Terumoto dan Takakage, dan mereka
harus menyerang Kozuki bersama-sama. Aku akan memimpin para prajurit Inaba, Hoki, Izumo, dan
Iwami, bergabung dengan para prajurit Tamba dan Tajima di tengah jalan, lalu menyerbu ibu kota,
bekerja sama dengan para biksu-prajurit Honganji, dan menghantam markas besar Nobunaga di
Azuchi." Sirategi berani ini diajukan oleh Kikkawa Motoharu, tapi baik Mori Terumoto maupun Kobayakawa
Takakage tidak menyetujuinya, karena menganggap rencana itu terlalu ambisius. Akhirnya
diputuskan bahwa mereka akan menyerang Benteng Kozuki dulu.
Di Bulan Ketiga, pasukan Mori berkekuatan tiga puluh lima ribu orang bertolak ke Utara. Hideyoshi
telah pergi ke Benteng Kakogawa di Harima, tapi pasukannya hanya berjumlah tujuh ribu lima ratus
7 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang. Dengan mengerahkan sekutu-sekutunya di Harima pun pasukannya bukan tandingan
orang-orang Mori. Hideyoshi berusaha tetap tampak tenang, dan menyatakan bahwa bala bantuan akan dikirim jika
diperlukan. Namun pasukannya dan para sekutunya terguncang oleh kekuatan musuh yang mereka
hadapi. Tanda ketidaksetiaan segera terlihat. Bessho Nagaharu, penguasa Benteng Miki dan
sekutu utama Nobunaga di bagian timur Harima, membelot ke kubu musuh. Bessho menyebarkan
desas-desus palsu tentang Hideyoshi untuk membenarkan peng-khianatannya, dan secara
bersamaan ia mengundang pihak Mori ke bentengnya.
Sekitar waktu itulah Hideyoshi menerima kabar tak terduga: Uesugi Kenshin dari Echigo telah tiada.
Bukan rahasia lagi bahwa Kenshin amat menggemari sake, dan sementara orang menduga ia
meninggal akibat penyakit ayan. Tapi ada pula yang berpendapat ia dibunuh. Malam itu Hideyoshi
berdiri di atas Gunung Shosha, pandangannva menerawang ke bintang-bintang, dan ia mengenang
kehebatan dan kehidupan Uesugi Kenshin.
Benteng Miki mempunyai beberapa benteng cabang di Ogo, Hataya, Noguchi, Shikata, dan Kanki,
dan semuanya mengikuii jejak Miki dan mengibarkan bendera pemberontakan. Para komandan
benteng-benteng itu mencemooh Hideyoshi dan pasukannya yang kecil.
Pada titik inilah Kanbei mengusulkan strategi baru pada Hideyoshi.
"Kita mungkin akan terpaksa meremukkan benteng-benteng kecil itu satu per satu. Tapi menurut
hamba, merebut Benteng Miki dengan menyingkirkan kerikil-kerikil di sekiurnya merupakan strategi
terbaik." Hideyoshi mula-mula merebut Benteng Noguchi, memaksa Kanki dan Takasago untuk menyerah,
dan membakar desa-desa tetangga satu per satu. Ia sudah setengah berhasil menundukkan marga
Bessho ketika sepucuk surat penting dari Shikanosuke tiba dari Benteng Kozuki yang tengah
dikepung. Kami dikepung pasukan Mori berkekuatan besar. Situasi kami amat menyedthkan. Harap kirim bala
bantuan. Para prajurit Kobayakawa berjumlah lebih dari dua puluh ribu orang. Kikkawa memimpin
enam belas ribu orang. Selain itu, Ukita Naoie pun ber-gabung dengan pasukan berkekuatan lima
belas ribu orang, jadi seluruhnya pasti tak kurang dan lima puluh ribu orang. Untuk memutuskan
hubungan antara Kozuki dan sekutu-sekutunya, pasukan musuh menggali selokan panjang
melintasi lembah, serta mendirikan tembok pertahanan dan penghalang. Mereka juga memiliki
sekitar tujuh ratus kapal perang yang sedang berlayar di perairan Harima dan Settsu. Tampaknya
mereka akan mengirim bala bantuan dan perbekalan lewat darat.
Mau tak mau sepak terjang Hideyoshi terhenti oleh laporan ini. Masalah yang mereka hadapi
memang sangat berat. Dan mendesak untuk ditangani. Tapi bukan suatu kejutan, sebab
pengerahan pasukan Mori sebelumnya sudah diperhitungkan dalam rencana Hideyoshi.
Setiap kali menghadapi masalah, perasaan Hideyoshi diwujudkan dalam bentuk kening berkerut.
Karena telah meramalkan perkembangan terakhir, ia sudah minta bala bantuan dari Nobunaga, tapi
sejauh ini belum ada jawaban dari ibu kota. Hideyoshi tidak memiliki bayangan sama sekali apakah
bala bantuan sudah dikirim atau justru tidak akan datang.
Benteng Kozuki, yang kini mati-matian dipertahankan oleh Amako Katsuhisa dan Shikanosuke,
8 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terletak di pertemuan tiga provinsi: Bizen, Harima, dan Mimasaka. Walaupun hanya benteng kecil di
dekat desa pegunungan, Benteng Kozuki menempati posisi strategis yang sangat penting.
Jika seseorang hendak memasuki daerah Sanin, Kozuki merupakan tantangan pertama yang harus
dikuasai. Dengan sendirinya orang-orang Mori mempertimbangkan hal ini secara serius, dan
Hideyoshi terkesan oleh kejelian musuh dalam membaca situasi. Tapi kekuatannya tidak mcmadai
untuk membagi pasukannya menjadi dua.
Nobunaga bukanlah orang berjrwa kerdil yang tak sanggup mempercayakan tugas-tugas penting
pada orang-orang di bawah komandonya. Tapi pada dasarnya segala sesuatu harus berada di
tangannya. Ia berpegang pada prinsip bahwa jika seseorang mengancam kendalinya, orang itu tak
boleh dipercaya sedikit pun. Hideyoshi mengetahui hal ini dari pengalaman. Walaupun ia diberi
tanggung jawab sebagai panglima tertinggi dalam operasi itu, ia tak pernah mengambil keputusan
besar seorang diri. Jadi, ia acap kali mengirim kurir untuk menanyakan pendapai Nobunaga, biarpun timbul kesan
bahwa ia meminta petunjuk dari Azuchi untuk setiap persoalan sekecil apa pun. Ia mengutus
pengikut-pengikut kepercayaan untuk memberikan laporan terperinci, sehingga Nobunaga selalu
memahami perkembangan terakhir.
Setelah mengambil keputusan dengan cara seperti biasa, Nobunaga langsung memerintahkan
persiapan untuk keberangkatannya. Namun para jendral lain memperingatkannya. Nobumori.
Takigawa, Hachiya, Mitsuhide - semua nya berpendapat sama.
"Medan di Harima sangat berat, penuh gunung-gunung dan jalan setapak yang sukar dilewati.
Bukankah lebih baik kalau tuanku mengirim bala bantuan lebih dulu, dan menunggu tindakan
musuh?" Jendral lain melanjutkan. "Dan operasi tuanku di daerah Barat ternyata berkepanjangan,
para biksu-prajurit Honganji mungkin memotong jalan kita dari belakang, dan mengancam
prajurit-prajurit kita dari darat maupun laut."
Nobunaga berhasil dipengaruhi oleh alasan-alasan mereka dan menunda keberangkaiannya. Tapi
jangan lupa perasaan para jendral terhadap Hideyoshi, setiap kali rapat perang diadakan. Tanpa
mengatakan secara terbuka, mereka seakan-akan mempertanyakan mengapa Hideyoshi ditunjuk
sebagai panglima tertinggi. Tak perlu orang bermata jeli untuk mengetahui bahwa mereka
menganggap Hideyoshi tak sanggup mengemban tanggung jawab itu. Dan di samping segala
tuduhan tak langsung, masih ada satu hal lagi: biarpun Nobunaga sendiri yang pergi, tetap saja
Hideyoshi yang akan menerima semua pujian.
Dengan mcmimpin bala bantuan berkekuatan dua puluh ribu orang, Nobumori, Takigawa, Niwa, dan
Mitsuhide bertolak dari ibu kota dan mencapai Harima pada awal Bulan Kelima. Belakangan
Nobunaga mengirim putranya, Nobutada, untuk bergabung dengan mereka.
Sementara itu, setelah memperkuat pasukan utamanya dengan ujung tombak bala bantuan di
bawah komando Araki Murashige. Hideyoshi memindahkan seluruh pasukan, yang kini berada di
sebelah timur Benteng Kozuki, ke Gunung Takakura. Ketika mengamati posisi Benteng Kozuki dari
tempat itu, ia menyadari bahwa akan sukar sekali menghubungi orang-orang di dalam benteng.
Baik Sungai Ichi maupun anak-anak sungainya mengalir di kaki gunung tempat Benteng Kozuki
berdiri. Selain itu, baik ke barat laut maupun ke tenggara bentengnya terlindung oleh tebing-tebing
Gunung Okami dan Gunung Taihei. Mendekati benteng itu merupakan hal yang mustahil.
9 Pendekar Bloon Tokoh Tokoh Kembar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebenarnya ada satu jalan, tapi jalan itu ditutup oleh pihak Mori. Melewati jalan itu, kubu-kubu
pertahanan dan panji-panji musuh tampak di setiap sungai, lembah, dan gunung. Sebuah benteng
dengan pertahanan alami seperti ini dapat bertahan terhadap serangan musuh, tapi letaknya
menimbulkan kesulitan besar bagi bala bantuan yang berusaha mencapainya.
"Tak ada yang bisa kita lakukan." Hideyoshi berkeluh kesah. Sepertinya ia mengakui bahwa
sebagai jendral, ia kehabisan akal untuk menyusun strategi.
Akhirnya, ketika malam tiba, ia memerintahkan anak buahnya untuk membuat api unggun besar.
Tak lama kemudian, lidah api raksasa terlihat dari Gunung Takakura sampai ke sekitar Gunung
Mikazuki, melewati puncak-puncak dan lembah-lembah. Pada siang hari, tak terhitung banyaknya
panji dan bendera digantung di pepohonan di tempat-tempat tinggi, sehingga menunjukkan
kehadiran pasukan Hideyoshi kepada musuh, dan memberi semangat kepada pasukan kecil di
dalam benteng. Ini berlangsung sampai Bulan Kelima. sampai kedatangan bala bantuan
berkekuatan dua puluh ribu orang di bawah Nobumori, Niwa, Takigawa, dan Mitsuhide.
Semuanya kembali bersemangai, tapi hasil yang diperoleh tidak membenarkan kegembiraan seperti
itu. Masalahnya, kini terlalu banyak jendral tersohor berkumpul di satu tempat, dan dalam keadaan
bahu- membahu dengan Hideyoshi, tak seorang pun bersedia menduduki posisi lebih rendah. Baik Niwa
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 15 Pedang Pusaka Naga Putih Karya Kho Ping Hoo Kutunggu Di Pintu Neraka 3
^