Pencarian

Taiko 13

Taiko Karya Eiji Yoshikawa Bagian 13


anak kita?" 16 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sekarang Oichi mengerti. Segala sesuatu yang dianggapnya suratan takdir ternyata merupakan
hasil strategi politik. Perkawinannya merupakan perkawinan politik. Sejak pertama Nagamasa
memandang Nobunaga sebagai orang yang perlu diawasi. Tapi Nobunaga sungguh-sungguh
menyayangi adik iparnya. Nobunaga yakin bahwa pewaris marga Asai memiliki masa depan yang baik. dan ia percaya
padanya. Dengan menggebu-gebu ia mendukung perkawinan itu. Tapi sejak awal pertalian itu tidak
kokoh, karena adanya hubungan yang jauh lebih tua antara marga Asai dan marga Asakura dari
Echizen. Persekutuan mereka tidak sekadar kerja sama pertahanan, melainkan merupakan
hubungan kompleks yang didasarkan atas persahabatan dan saling menolong. Sudah
bertahun-tahun marga Asakura dan Oda bermusuhan. Ketika Nobunaga menyerang marga Saito di
Giro, seberapa banyak mereka menghalanginya dan membantu pihak Saito"
Nobunaga mengatasi rintangan ini dengan mengirim janji tertulis kepada marga Asakura, bahwa ia
takkan memasuki wilayah mereka.
Tak lama setelah upacara pernikahan, baik ayah Nagamasa dan marga Asakura - ia berutang budi
pada mereka - mulai mendesak Nagamasa agar memandang istrinya dengan curiga. Sementara
itu, marga Asai telah bergabung dengan orang-orang Asakura, sang Shogun, Takeda Shingen dari
Kai, dan para biksu-prajurit di Gunung Hiei, membentuk persekutuan yang menentang Nobunaga.
Pada tahun berikutnya Nobunaga menyerbu Echizen. Tiba-tiba ia diserang dari belakang.
Nagamasa memotong jalur mundur Nobunaga. dan bersama marga Asakura ia merencanakan
pembinasaan orang itu. Waktu itu Nagamasa memperlihatkan pada Nobunaga bahwa penilaiannya
takkan dipengaruhi oleh istrinya, tapi Nobunaga tak mau percaya. Kekuatan Asai dan keberanian
laki-laki yang dipercayai Nobunaga telah menjadi api yang berkobar di hadapannya, bahkan telah
menjadi rantai yang membelenggu. Tapi setelah kekalahan Echizen, Benteng Odani tidak lagi
merupakan ancaman. Meski demikian, pada saat ini Nobunaga masih berharap tidak perlu membunuh Nagamasa. Tentu
ia menghargai keberanian Nagamasa, tapi lebih dari itu, ia diganggu oleh kasih sayangnya terhadap
Oichi. Orang-orang menganggapnya aneh, mengingat bahwa ketika menaklukkan Gunung Hiei
dengan api, laki-laki ini tidak keberatan dijuluki Raja Setan.
Musim gugur terus berlanjut. Pada waktu fajar, embun pada rumput di sekeliling benteng terasa
basah dan dingin. "Tuanku, hamba membawa berita buruk." Nada suara Fujikake Mikawa gelisah sekali. Malam itu
Nagamasa tidur di dekat kelambu yang melindungi istri dan anak-anaknya, tapi ia sendiri tidak
melepaskan baju tempur. "Ada apa, Mikawa?" Ia segera keluar dari kamar tidur. Napasnya berat. Serangan fajar! Itulah yang
penama-tama terlintas dalam benaknya. Tapi bencana yang dilaporkan Mikawa bahkan lebih gawat
daripada itu. "Kubu Kyogoku jatuh ke tangan orang-orang Oda semalam."
"Apa?" 17 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Mula-mula hamba pun tidak percaya. Tapi tuanku bisa melihatnya dari menara jaga."
"Tidak mungkin." Nagamasa segera menaiki menara, berkali-kali kakinya tersandung di tangga
yang gelap. Walaupun kubu Kyogoku berada cukup jauh dari menara, kubu im terlihat seakan-akan
berada tepat di bawah Nagamasa. Di puncak benteng itu terlihat sejumlah besar panji, tapi tak satu
pun milik marga Asai. Salah satunya berkibar-kibar tertiup angin, dan menandakan kehadiran
Kinoshita Hideyoshi. "Kita dikhianati! Hah! Biar kutunjukkan pada mereka! Biar kutunjukkan pada Nobunaga dan semua
samurai di negeri ini." Nagamasa berkata sambil memaksakan senyum. "Akan kuperlihatkan
bagaimana Asai Nagamasa menyambut maut!"
Nagamasa menuruni tangga menara. Para pengikut yang mengikutinya seakan-akan menyertai
junjungan mereka jauh ke bawah permukaan bumi.
"Apa... apa yang terjadi?" salah seorang jendral meratap.
"Onogi Tosa, Asai Genba, dan Mitamura Uemon menyeberang ke pihak musuh," jawab jendral lain.
Orang lain berkata dengan getir. "Walaupun mereka pengikut senior, mereka mengkhianati
ke-percayaan yang diberikan ketika memperoleh tanggung jawab atas Kyogoku."
"Biadab." Nagamasa berbalik dan berkata. "Jangan mengeluh terus!"
Mereka berdiri di ruangan luas berlantai kayu di kaki tangga, yang diterangi lentera redup. Ruangan
itu menyerupai kerangkeng atau sel penjara berukuran besar. Banyak di antara yang terluka dibawa
ke sini. dan berbaring di tikar-tikar jerami sambil mengerang-erang.
Ketika Nagamasa melewati mereka, para samurai yang terbaring pun berusaha untuk berlutut.
"Takkan kubiarkan mereka mati sia-sia! Takkan kubiarkan!" Nagamasa berkata sambil menitikkan
air mata. Sekali lagi ia berpaling kepada para jendral dan memperingatkan mereka agar jangan
mengeluh. "Percuma saja menghina orang lain. Kalian semua harus memilih jalan masing-masing - apakah itu
menyerah pada musuh atau gugur bersamaku. Kedua belah pihak memiliki kewajiban moral.
Nobunaga berjuang untuk membentuk tatanan baru. Aku berjuang demi nama dan kehormatan
golongan samurai. Kalau kalian merasa lebih baik menyerah pada Nobunaga, datangilah dia. Aku
takkan menghentikan kalian!" Setelah berkata demikian, Nagamasa keluar untuk memeriksa
pertahanan benteng. Belum lagi ia berjalan seratus langkah, sesuatu yang lebih gawat daripada
pengkhianatan kubu Kyogoku dilaporkan padanya.
"Tuanku! Tuanku! Berita buruk!" Salah satu perwiranya, bermandikan darah, berlari menghampiri
Nagamasa dan berlutut di hadapannya.
"Kyutaro, ada apa?"
Sebuah firasat buruk mulai mencengkeram Naga-masa. Wakui Kyutaro bukanlah samurai yang
18 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditempatkan di kubu ketiga; ia pengikut ayah Nagamasa. "Ayahanda tuanku, Tuan Hisamasa. baru
saja melakukan seppuku. Hamba menerobos barisan musuh untuk menyampaikan kabar ini pada
tuanku." Sambil tersengal-sengal Kyutaro mengeluarkan jambul Hisa-masa dan kimono sutra yang
membungkusnya, dan meletakkan keduanya ke tangan Nagamasa. "Apa" Kubu pertama juga
sudah jatuh?" "Sesaat sebelum tajar. sekelompok prajurit menyusuri jalan rahasia dari Kyogoku ke depan gerbang
benteng. Mereka mengibarkan panji Onogi dan mengatakan bahwa Onogi perlu menemui Yang
Mulia Hisamasa karena ada hal mendesak yang ingin dibicarakan. Karena menyangka Onogi
memimpin anak buahnya sendiri, para penjaga membuka gerbang benteng, tapi begitu mereka
membukanya, sejumlah besar prajurit menyerbu dan menerobos sampai ke benteng dalam."
"Prajurit musuh?"
"Sebagian besar dari mereka pengikut Hideyoshi. tapi orang-orang yang menunjukkan jalan adalah
anak buah Onogi, si pengkhianat."
"Hmm. bagaimana dengan ayahku?"
"Beliau bertempur dengan gagah sampai akhir. Beliau sendiri yang menyulut api di benteng dalam,
lalu melakukan bunuh diri, tapi musuh memadamkan kebakaran dan kini menduduki benteng."
"Ah! Itulah sebabnya kami tidak melihat api maupun asap."
"Seandainya api terlihat berkobar di kubu pertama, tuanku tentu akan mengirim bala bantuan, atau
membakar kubu ini dan melakukan bunuh diri bersama istri dan anak-anak tuanku. Hamba rasa
inilah yang ditakuti dan berusaha dicegah oleh musuh."
Tiba-tiba Kyutaro membenamkan kukunya ke tanah dan berkata. "Tuanku... maut sudah
menjemput." Ia roboh dan mengembuskan napas penghabisan. Kyutaro sudah memenangkan
pertempurannya yang terakhir.
"Satu lagi samurai gagah mendahului kira." Se-seorang berkata di belakang Nagamasa, lalu mulai
melantunkan sebuah doa dengan suara pelan.
Bunyi tasbih memecah keheningan. Ketika berbalik. Nagamasa melihat tasbih itu dalam genggaman
Biksu Kepala, Yuzan - seorang pengungsi.
"Hamba turut menyesal bahwa Yang Mulia Hisamasa menemui ajal tadi pagi." kata Yuzan.
"Yang Terhormat, aku ada permintaan," ujar Nagamasa dengan mantap. Ucapannya tenang, tapi
nada sedih dalam suaranya tak dapat disembunyikan. "Aku mendapat giliran berikut. Aku ingin
mengum-pulkan seluruh pengikutku dan mengadakan upacara pemakaman, paling tidak secara
simbolis, pada waktu aku masih hidup. Di lembah di balik Odani terdapat batu peringatan berukir
nama kematian yang diberikan Yang Terhormat padaku. Sudikah Yang Terhormat mengatur agar
batu itu dipindahkan kc dalam benteng" Sebagai biksu. Yang Terhormat tentu diizinkan melewati
barisan musuh." "Tentu saja." 19 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yuzan langsung pergi. Salah satu jendral Nagamasa hampir bertabrakan dengannya ketika ia
bergegas masuk. "Fuwa Mitturuni berada di depan gerbang benteng." "Siapa dia?"
"Pengikut Yang Mulia Nobunaga."
"Musuh?" Nagamasa berseru. "Usir dia. Pengikut Nobunaga tidak kubutuhkan. Kalau dia tidak mau
pergi, lempari dia dengan batu dari gerbang."
Samurai itu menuruti perintah Nagamasa dan segera kembali, tapi tak bma kemudian komandan
lain datang. "Kurir pihak musuh masih berdiri di depan gerbang. Dia tidak akan pergi, tak peduli apa yang kita
katakan. Dia berdalih bahwa perang adalah perang dan perundingan adalah perundingan, dan
bertanya kenapa kita menunjukkan sikap tak pantas terhadap seseorang yang mewakili
provinsinya." Nagamasa tidak memedulikan keluhan ini, lalu mencaci maki orang yang menyampaikannya.
"Mengapa kau menjelaskan protes orang yang telah kuperintahkan untuk diusir"
Pada saat itu, jendral ketiga maju. "Tuanku, peraturan perang mengharuskan tuanku menemui dia,
biarpun hanya sejenak. Hamba tak sudi jika orang berkata bahwa Asai Nagamasa begitu bingung,
sehingga kehilangan ketenangan dan menolak menerima utusan musuh."
"Baiklah, biarkan dia masuk. Aku akan menemuinya. Di sebelah sana," kata Nagamasa sambil
menunjuk ke ruang jaga. Lebih dari setengah prajurit di dalam benteng Asai berharap bahwa damai melangkah melewati
gerbang. Mereka bukannya tidak menghormati atau tidak setia pada junjungan mereka, tapi
"kewajiban" yang digembar-gemborkan oleh Nagamasa serta alasan untuk perang ini amat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan Echizen dan kebenciannya terhadap ambisi dan
keberhasilan Nobunaga. Para prajurit sangat memahami kontras ini.
Dan masih ada lagi. Walaupun Benteng Odani masih bertahan, kubu pertama dan kedua telah
jatuh. Masih adakah harapan menang bagi mereka yang terkurung dalam benteng terpencil ini"
Jadi, kedatangan utusan pihak Oda terasa bagaikan langit biru bersih yang mereka nanti-nanti.
Fuwa memasuki benteng, melangkah ke ruangan tempat Nagamasa menunggu, dan berlutut di
hadapannya. Orang-orang di dalam memandang tajam ke arah Fuwa; rambut mereka acak-acakan, dan luka
terlihat di tangan maupun kepala mereka. Suara Fuwa yang sedang berlutut demikian lembut,
sehingga orang mungkin meragukan bahwa ia seorang jendral.
"Hamba mendapat kehormatan dengan ditunjuk sebagai utusan Yang Mulia Nobunaga."
"Basa-basi tidak diperlukan di medan perang. Kemukakanlah maksud kedatanganmu."
"Tuanku Nobunaga mengagumi kesetiaan Yang Mulia terhadap marga Asakura, tapi kini marga
20 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Asakura telah runtuh, dan sekutu mereka, sang Shogun, berada dalam pengasingan. Segala utang
budi dan dendam sekarang telah menjadi bagian dari masa lampau, jadi untuk apa marga Oda dan
Asakura saling menggempur" Bukan itu saja, tapi tuanku Nobunaga merupakan kakak ipar Yang
Mulia; Yang Mulia merupakan suami adik tuanku."
"Ini semua sudah pernah kudengar. Jika kau mencari kesepakatan untuk berdamai, aku menolak
tegas. Aku takkan termakan oleh kefasihan lidahmu." "Dengan segala hormat. Yang Mulia tidak
mem- punyai pilihan selain menyerah. Sikap yang diperlihatkan Yang Mulia sampai sekarang patut
dijadikan teladan. Mengapa Yang Mulia tidak menyerahkan benteng ini secara jantan, lalu bekerja
demi masa depan marga tuanku" Jika Yang Mulia setuju, tuanku Nobunaga bersedia memberikan
seluruh Provinsi Yamato kepada Yang Mulia."
Nagamasa melepaskan tawa bernada menghina. Ia menunggu sampai juru runding dari pihak
musuh selesai bicara. "Tolong sampaikan pada Yang Mulia Nobunaga bahwa aku takkan terbujuk
oleh kata-kata manis. Yang dia cemaskan adalah adiknya, bukan aku."
"Pandangan Yang Mulia sungguh sinis."
"Terserah penilaianmu," Nagamasa mendesis. "Kembalilah dan beritahu dia bahwa aku tidak
bermaksud menyelamatkan diri melalui hubunganku dengan istriku. Dan katakan pada Nobunaga
bahwa dia sebaiknya menyadari bahwa Oichi kini istriku, bukan adiknya lagi."
"Hmm, kalau begitu Yang Mulia siap mengalami nasib yang sama seperti benteng ini?"
"Aku telah membulatkan tekad, bukan untuk diriku saja, melainkan juga untuk istriku."
"Kalau begitu, tak ada lagi yang perlu dibicarakan." Dengan ini, Fuwa langsung kembali ke
perkemahan Nobunaga. Kemudian, keputusan - atau lebih tepat, kehampa-an - menyebabkan suasana di dalam benteng
menjadi muram. Para prajurit yang mengharapkan utusan pihak Oda membawa damai, hanya dapat
menduga-duga bahwa perundingannya gagal. Kini mereka memperlihatkan kesedihan secara
terang-rerangan, sebab sejenak mereka berharap nyawa mereka dapat diselamatkan.
Ada satu alasan lagi bagi suasana muram yang menyelubungi benteng. Walaupun pertempuran
sedang berlangsung, upacara pemakaman bagi ayah Nagamasa terus berjalan, dan keesokan
harinya suara-suara yang menembangkan sutra terdengar dari menara.
Mulai hari itu Oichi dan keempat anaknya mengenakan baju duka dari sutra berwarna putih. Tali
yang mengikat rambut mereka berwarna hitam. Mereka seakan-akan memiliki kemurnian yang tidak
berasal dari dunia ini, walaupun mereka masih hidup, dan walaupun para pengikut yang telah
bertekad menemui ajal dalam benteng merasa nasib mereka terlalu malang untuk diungkapkan
melalui kata-kata. Yuzan kembali ke benteng, diikuti pekerja yang menggotong batu peringatan. Sesaat sebelum fajar,
dupa dan kembang-kembang diletakkan di mangan utama benteng, untuk melaksanakan upacara
pemakaman bagi mereka yang masih hidup.
21 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yuzan berpidato di hadapan para pengikut marga Asai yang telah berkumpul. "Dengan menjunjung
tinggi namanya sebagai samurai. Yang Mulia Asai Nagamasa. penguasa benteng ini, gugur
bagaikan bunga yang indah. Karena itu sudah sepantasnya kalian, sebagai pengikutnya,
memberikan peng-hormatan terakhir."
Nagamasa duduk di balik batu peringatan, seolah-olah ia sendiri sudah mati. Mula-mula para
samurai tampak tak mengerti. Mereka bertanya-tanya apakah semuanya ini memang diperlukan,
dan berkasak-kusuk dalam suasana aneh.
Tetapi Oichi dan anak-anaknya serta para anggota keluarga yang lain berlutut di hadapan batu
peringatan dan meletakkan dupa ke dalam alat pembakar.
Seseorang mulai menangis, dan tak lama kemudian semuanya terpengaruh. Para laki-laki berbaju
tempur yang memenuhi ruangan menundukkan kepala dan memalingkan wajah. Tak seorang pun
mengangkat kepala. Seusai upacara, Yuzan berjalan di depan, beberapa samurai memanggul batu peringatan dan
menggotongnya keluar benteng. Kali ini mereka berjalan sampai ke Danau Biwa. menaiki perahu
kecil, dan di suatu tirik yang berjarak kira-kira seratus meter dari Pulau Chikubu, mereka
menenggelamkan batu itu ke dasar danau.
Nagamasa berkata tanpa takut, menghadapi kematian yang menantinya. Kelemahan semangat
juang para prajurit yang meletakkan harapan pada perundingan damai tak luput dari perhatiannya.
Upacara pemakaman bagi yang masih hidup berpengaruh baik terhadap moral pasukannya. Jika
junjungan mereka telah bertekad gugur dalam pertempuran, mereka pun akan mengikuti
langkahnya. Saat kematian telah tiba. Tekad Nagamasa yang menyedihkan telah membangkitkan
semangat anak buahnya. Tetapi, walaupun ia jendral yang cakap, ia bukan seorang jenius.
Nagamasa tidak tahu bagaimana membuat orang rela mengorbankan nyawa. Mereka berdiri,
menunggu serangan penghabisan.
Tiga Putri MENJELANG siang, prajurit-prajurit di gerbang mulai berteriak. "Mereka datang!"
Para penembak dorong-mendorong di atas tembok pertahanan, berlomba-lomba memilih sasaran.
Tapi satu-satunya musuh yang mendekat adalah seorang penunggang kuda, dan ia menghampiri
gerbang dengan gaya seenaknya. Seandainya ia dikirim sebagai utusan, ia pasti dikawal oleh
sejumlah penunggang kuda lainnya. Dengan curiga pasukan itu bertahan, menyaksikan orang itu
mendekat. Ketika ia semakin dekat, salah satu komandan berkata pada seorang prajurit bersenapan, "Dia pasti
jendral musuh. Dia tidak kelihatan seperti kurir, dan dia sangat berani. Tembak dia sekarang juga."
Sebcnarnya komandan itu menghendaki agar satu orang melepaskan tembakan peringatan, tapi
tiga atau empat anak buahnya menarik picu secara bersamaan.
22 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ketika mereka menembak, si penunggang kuda berhenti, seakan-akan merasa heran. Kemudian ia
mengacungkan kipas perang berlambang matahari merah pada latar belakang emas,
melambai-lambaikannya di atas kepala, dan berseru, "Hei, prajurit! Tunggu dulu! Apakah Kinoshita
Hideyoshi termasuk orang yang mau kalian tembak" Kalau begitu, tembaklah aku setelah aku
bicara dengan Yang Mulia Nagamasa." Ia berlari sambil bicara, sampai berada hampir tepat di
bawah gerbang benteng. "Hmm, rupanya Kinoshita Hideyoshi dari pihak Oda. Mau apa dia di sini?" Jendral marga Asai yang
menatap ke bawah merasa curiga terhadap maksud kedatangan Hideyoshi, tapi lupa untuk
mencoba menembaknya. Hideyoshi menengadahkan kepala. "Aku ingin menyampaikan pesan ke benteng dalam," ia kembali
berseru. Apa yang terjadi" Suara-suara yang tengah berdebat terdengar jelas. Tak lama kemudian, tawa
mengejek bercampur dengan suara-suara itu, dan seorang jendral marga Asai menyembulkan
kepala melewati tepi tembok.
"Lupakan saja. Kurasa Tuan hanya juru runding yang dikirim sebagai utusan oleh Nobunaga. Tuan
hanya membuang-buang waktu, enyahlah dari sini!"
Hideyoshi meninggikan suaranya. "Diam! Mana ada peraturan yang memperbolehkan seorang
pengikut mengusir tamu majikannya, tanpa lebih dulu minta izin pada majikannya" Benteng ini


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

boleh dibilang sudah berada di tangan kami, dan aku takkan mau repot-repot menjadi utusan
sekadar untuk mempercepat penaklukannya." Ucapan Hideyoshi sedikit pun tidak bernada
merendah. "Aku datang sebagai wakil Yang Mulia Nobunaga, dan ingin memberikan peng-hormatan
terakhir. Kalau kami tidak salah dengar. Yang Mulia Nagamasa sudah bertekad menyambut maut,
dan telah menyelenggarakan upacara pe-makamannya pada saat dia masih hidup. Mereka pernah
berteman. Jadi bukankah Yang Mulia Nobunaga seharusnya diperkenankan membakar dupa"
Sudah tidak adakah tenggang rasa bagi seseorang yang menjunjung tinggi persahabatan" Apakah
ketetapan hati Yang Mulia Nagamasa dan para pengikutnya tidak lebih dari kepura-puraan" Apakah
ini sekadar gertakan atau keberanian palsu seorang pengecut?"
Wajah di atas gerbang menghilang, mungkin karena malu. Selama beberapa saat tak ada jawaban,
tapi akhirnya gerbang membuka sedikit.
"Jendral Fujikake Mikawa bersedia menemui Tuan." ujar laki-laki yang memberi isyarat untuk masuk
kepada Hideyoshi. Tapi kemudian ia menambahkan, "Tuanku Nagamasa menolak menerima
kedatangan Tuan." Hideyoshi mengangguk. "Tak mengapa. Aku menganggap Yang Mulia Nagamasa telah tiada, dan
aku takkan mempersoalkan hal ini."
Sambil bicara, ia melangkah masuk tanpa menoleh kiri-kanan. Bagaimana mungkin laki-laki ini
berjalan demikian tenang di tengah-tengah musuh"
Ketika Hideyoshi menyusuri jalan setapak yang panung dan gerbang pertama ke gerbang utama, ia
sama sekali tidak memedulikan orang yang mengantarnya. Pada waktu ia mendekati pintu benteng
dalam, Mikawa keluar untuk menyambutnya.
23 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah lama kita tidak berjumpa." ujar Hideyoshi, seakan-akan hanya bertegur sapa biasa.
Mereka pernah bertemu sebelumnya, dan Mikawa membalas ucapan Hideyoshi sambil tersenyum.
"Ya. memang sudah lama. Bertemu dalam situasi seperti sekarang agak di luar dugaan, Tuan
Hideyoshi." Semua prajurit di dalam benteng tampak bermata merah, tapi wajah jendral tua ini tidak kelihatan
seperti wajah seseorang di bawah tekanan.
"Jendral Mikawa, terakhir kali kita bertemu pada hari pernikahan Putri Oichi, bukan" Sudah lama
sekali." "Memang demikian."
"Hari itu hari bahagia bagi kedua marga."
"Tak ada yang dapai meramalkan nasib. Tapi kalau Tuan mengingat gangguan dan bencana di
masa lampau, situasi ini pun tidak terlalu aneh. Mari, silakan masuk. Aku tak bisa memberikan
sambutan berarti, tapi perkenankanlah aku menawarkan secawan teh."
Mikawa mengajaknya ke pondok minum teh. Ketika Hideyoshi menatap punggung jendral tua
berambut putih itum, ia menyadari bahwa Mikawa telah melewati garis pemisah antara hidup dan
mati. Pondok minum teh yang mereka tuju berukuran kecil dan agak terpencil, di ujung jalan setapak
yang menembus pepohonan. Hideyoshi duduk, dan merasa ia berada di dunia lain. Dalam
keheningan di pondok minum teh, baik tuan rumah maupun tamunya untuk sementara dibersihkan
dari penumpahan darah di dunia luar.
Penghujung musim gugur telah di ambang pintu. Daun-daun di pohon-pohon terdengar berdesir,
tapi tak setitik debu pun menempel pada lantai kayu yang mengilap.
"Kabarnya para pengikut Yang Mulia Nobunaga mulai mempraktekkan upacara minum teh." Sambil
beramah tamah, Mikawa mengangkat sendok air ke ketel besi.
Hideyoshi menyadari kesantunan orang itu dan cepat-cepat minta maaf. "Tuanku Nobunaga dan
para pengikutnya memahami upacara minum teh, tapi aku sendiri hanya orang bodoh dan tidak
mengerti apa-apa mengenai itu. Aku hanya menyukai rasa teh."
Mikawa meletakkan cawan dan mengaduk teh dengan sapu kecil. Gerakannya yang anggun hampir
menyerupai gerakan wanita. Tangan dan tubuh yang ditempa oleh baju tempur tidak tampak kaku
sedikit pun. Dalam ruangan yang dihiasi cawan teh dan ketel sederhana, gemerlap baju tempur
jendral tua ini berkesan ganjil.
Aku bertemu dengan orang yang tepat, pikir Hideyoshi dan ia lebih memperhatikan watak orang itu
daripada tehnya. Tapi bagaimana Oichi bisa dibawa keluar dari benteng" Jika Nobunaga merasa
susah, Hideyoshi pun demikian. Sejauh ini semua rencana Hideyoshi berhasil, sehingga ia juga
merasa bertanggung jawab untuk mengatasi masalah ini.
24 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Benteng Odani akan takluk kapan saja mereka menghendakinya, tapi tak ada gunanya
mengerjakan sesuatu dengan ceroboh, lalu terpaksa mencari permata dalam reruntuhan. Lebih jauh
lagi, Nagamasa telah memperlihatkan pada kedua pihak bahwa ia telah bertekad menyambutr
kematian, dan istrinya bersikap sama.
Nobunaga menyimpan harapan yang tak mungkin terkabul, yaitu memenangkan pertempuran dan
menyelamatkan Oichi tanpa cedera.
"Jangan pikirkan etika," ujar Mikawa, sambil menawarkan cawan teh dari tempat ia berlutut di depan
tungku. Hideyoshi duduk dengan gaya prajurit, bersilang kaki. Ia menerima cawan yang disodorkan
kepadanya, dan menghabiskan isinya dengan tiga teguk.
"Ah, nikmat sekali. Aku tidak tahu bahwa teh bisa senikmat ini. Dan aku tidak sekadar berusaha
menyanjung." "Satu cawan lagi?"
"Tidak, dahagaku telah terpuaskan. Paling ridak. dahaga di mulutku. Tapi aku tidak tahu bagaimana
memenuhi dahaga di dalam hatiku, Jendral Mikawa, tampaknya Jendral orang yang bisa diajak
bicara. Sudikah jendral mendengarkanku?"
"Aku pengikut marga Asai. dan Tuan utusan marga Oda. Dari posisi itulah aku akan mendengarkan
tuan." "Kumohon Jendral mengatur pertemuan antara aku dan Yang Mulia Nagamasa."
"Permohonan itu telah ditolak pada waktu Tuan berdiri di depan gerbang. Tuan diperkenankan
masuk karena Tuan mengaku kedatangan Tuan bukan untuk menemui Yang Mulia Nagamasa.
Tuan telah sampai di sini. Menarik kembali ucapan Tuan merupakan siasat yang tidak terpuji. Aku
tak bisa mengizinkan Tuan menemui beliau."
"Bukan. Bukan. Aku tidak bermaksud menemui Yang Mulia Nagamasa yang masih hidup. Sebagai
wakil tuanku Nobunaga, aku ingin memberi penghormatan kepada arwah Yang Mulia."
"Jangan bermain kata. Kalaupun aku menyampaikan keinginan Tuan kepada Yang Mulia, tak ada
alasan untuk berharap beliau sudi menerima Tuan. Sesungguhnya aku berharap mengambil bagian
dalam etiket samurai dengan minum teh bersama Tuan. Jika Tuan mempunyai rasa malu, pergilah
sekarang, sebelum Tuan mencoreng arang di kening Tuan."
Jangan bergerak. Jangan pergi. Hideyoshi telah bertekad untuk tidak mengalah sebelum berhasil
mencapai tujuannya. Ia duduk sambil membisu. Mengumbar kata bukan strategi tepat untuk
menghadapi jendral tua yang berpengalaman ini.
"Hmm, aku akan mengantar Tuan ke gerbang." Mikawa menawarkan.
Dengan geram Hideyoshi memandang ke arah lain. dan tidak mengatakan apa-apa. Sementara itu,
sang tuan rumah menyiapkan secawan teh untuk dirinya. Setelah menghirupnya dengan cara yang
serasi, ia menyingkirkan peralatan membuai teh.
"Aku tahu permintaanku ini egois, tapi perkenankanlah aku tinggal sedikit lebih lama," ujar
25 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hideyoshi. Ia tetap tak bergerak. Roman mukanya menunjukkan bahwa ia takkan beranjak dari
tempatnya. "Tuan boleh tinggal di sini selama Tuan suka, tapi ini tidak akan bermanfaat."
"Belum tentu." "Hanya ada satu cara untuk mengartikan kata-kata yang baru saja kuucapkan. Apa yang hendak
Tuan lakukan di sini?"
"Aku mendengarkan suara air mendidih di dalam ketel."
"Air di dalam ketel?" Mikawa tertawa. "Dan Tuan mengaku tidak tahu apa-apa mengenai upacara
minum teh!" "Memang, aku tidak tahu apa-apa mengenai itu, tapi suaranya menyenangkan. Mungkin karena aku
hanya mendengar teriakan perang dan pekikan kuda selama perang berkepanjangan ini, tapi suara
airnya menye-nangkan sekali. Izinkanlah aku duduk sejenak di sini. agar aku bisa merenung."
"Aku tidak tahu apa yang hendak Tuan renungkan, tapi aku tidak mengizinkan Tuan menemui Yang
Mulia, atau bahkan maju satu langkah ke arah menara." ujar Mikawa ketika ia berdiri untuk pergi.
Hideyoshi hanya menjawab. "Bunyi ketel ini sungguh menyenangkan." Ia bergeser mendekati
tungku, dan sambil terkagum-kagum menatap ketel besi itu. Yang tiba-tiba menarik perhatiannya
adalah pola yang menonjol pada permukaan besi. Sukar untuk menentukan apakah pola itu
menggambarkan manusia atau monyet, tetapi makhluk kecil itu. dengan kaki dan tangannya
ditopang oleh dahan-dahan pohon, berdiri dengan sombong di antara langit dan bumi.
Dia mirip aku! pikir Hideyoshi. tanpa mampu menahan senyum. Tiba-tiba ia teringat pada masa
setelah ia meninggalkan rumah Matsushita Kahei dan menjelajahi gunung dan hutan, tanpa
makanan dan tanpa tempat berteduh.
Hideyoshi tidak tahu apakah Mikawa berdiri di luar dan mengintip, atau telah pergi dengan gusar,
tapi yang jelas. Mikawa tidak lagi berada di pondok minum teh.
Ah, ini menarik. Ini benar-benar menarik, pikir Hideyoshi. Sepertinya ia sedang bicara dengan ketel
itu. Seorang diri ia menggelengkan kepala. Sambil menggeleng ia merenungkan keputusannya
untuk tidak bergerak, tak peduli apa yang terjadi.
Di suatu tempat di pekarangan, Hideyoshi mendengar suara lugu dua anak kecil yang sedang
berusaha agar tidak tertawa. Anak-anak itu menatap Hideyoshi melalui celah-celah pagar yang
mengelilingi pondok minum teh.
"Lihat, dia mirip monyet." "Ya! Persis seperti kera."
"Dari mana dia, ya?"
"Dia pasti utusan Dewa Monyet."
Hideyoshi berbalik dan menemukan anak-anak itu berlindung di balik pagar.
26 Pendekar Bloon Batu Lahat Bakutuk m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sementara Hideyoshi asyik mengamati ketel air. kedua anak itu diam-diam mengamati dirinya.
"Oh!" Kegembiraan Hideyoshi meluap-luap. Anak-anak itu adalah dua dari keempat anak
Nagamasa. Hideyoshi yakin bahwa anak laki-laki itu Manju, dan anak perempuan di sebelahnya
kakaknya, Chacha. Ia melemparkan senyum pada mereka.
"Tuan Monyei tersenyum."
Kedua anak itu langsung mulai berbisik-bisik. Hideyoshi pura-pura cemberut. Hasilnya bahkan lebih
hebat daripada senyuman. Menyadari bahwa orang asing bermuka monyet itu mau bermain-main
dengan mereka, Manju dan Chacha menjulurkan lidah dan mengerut-ngerutkan muka.
Hideyoshi memelototi mereka, dan mereka memelototi Hideyoshi,
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
27Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:25:05
mencoba siapa yang tahan lebih lama.
Hideyoshi tertawa berderai, mengaku kalah.
Manju dan Chacha tertawa gembira. Dengan lambaian tangan. Hideyoshi memberi isyarat agar
mereka mendekat dan bermain-main lagi.
Ajakan itu menggugah rasa ingin tahu kedua anak itu, dan diam-diam mereka membuka pintu
pagar. "Tuan datang dari mana?"
Hideyoshi turun dari serambi dan mulai mengikat tali sandal jeraminya. Manju menggodanya
dengan menggelitik tengkuk Hideyoshi dengan sebatang rumput. Hideyoshi tidak menanggapi
keusilan ini, dan terus mengikat tali sandal.
Tapi ketika ia berdiri, dan kedua anak melihat roman mukanya, mereka ketakutan dan berusaha
kabur. Hideyoshi sendiri pun sempat terkejut. Begitu Manju mulai lari, Hideyoshi menangkap kerah
bajunya. Pada waktu yang sama ia berusaha menangkap Chacha dengan tangannya yang satu
lagi, tapi gadis cilik itu menjerit sekuat tenaga dan lari sambil menangis. Manju begitu kaget,
sehingga bahkan tidak merengek. Tapi ketika ia terjatuh dan menatap Hideyoshi dari bawah,
melihat wajah orang itu berikut seluruh langit dalam keadaan terbalik, ia akhirnya berteriak.
Fujikake Mikawa telah meninggalkan Hideyoshi seorang diri di pondok minum teh, dan telah
melewati jalan setapak. Mikawa-lah orang pertama yang mendengar jeritan Chacha dan teriakan
Manju di pondok itu. Dengan cemas ia kembali ke sana, untuk memeriksa apa masalahnya "Apa"
Manusia celaka!" Mikawa melepaskan teriakan ngeri, dan secara naluriah tangannya bergerak
meraih gagang pedang. Sambil berdiri mengangkangi Manju, Hideyoshi berdiri dengan nada memaksa agar orang tua itu
berhenti. Ketegangan memuncak. Mikawa hendak menyerang Hideyoshi dengan pedangnya, tapi
mundur ketakutan ketika melihat apa yang akan dilakukan lawannya. Sebab mata dan pedang di
tangan Hideyoshi menunjukkan bahwa ia siap menusuk batang leher Manju tanpa ragu sedikit pun.
Bulu roma jendral tua yang tenang itu berdiri tegak.
"Ma... manusia celaka! Hendak kauapakan anak iru?" Nada suara Mikawa hampir sedih.
Perlahan-lahan ia mendekat. Seluruh tubuhnya gemetar karena menyesal dan geram. Waktu para
pengikut yang menyertai jendral itu memahami apa yang terjadi, mereka berteriak-teriak,
melambai-lambaikan tangan, dan segera memberitahukan kejadian ini pada semua orang.
Para penjaga dari gerbang utama dan benteng dalam juga telah mendengar jeritan Chacha, dan
kini bergegas ke tempat kejadian.
Mengelilingi musuh aneh yang memelototi mereka sambil menempelkan pedangnya ke leher Manju,
para samurai membentuk lingkaran baja. Mereka menjaga jarak, mungkin karena ngeri terhadap
apa yang terlihat di mata dan tangan Hideyoshi. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat,
1 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
selain berseru-seru bingung.
"Jendral Mikawa!" Hideyoshi memanggil satu wajah di antara mereka. "Apa jawaban jendral" Cara
ini memang agak kasar, tapi aku tidak melihat jalan lain untuk menyelamatkan muka junjunganku.
Kalau jendral tidak menjawab, aku akan membunuh Tuan Manju!" Hideyoshi memandang
berkeliling dengan pandangan garang. "Jendral Mikawa, perintahkan prajurit-prajurit ini mundur!
Setelah itu kita bicara. Begitu sulitkah untuk menentukan apa yang harus jendra) lakukan"
Pemahaman Jendral sungguh lamban. Mungkinkah Jendral membunuhku, sekaligus
menyelamatkan anak laki-laki ini tanpa menyebabkan dia menderita cedera" Masalah Jendral
serupa dengan masalah tuanku Nobunaga yang hendak menaklukkan benteng ini, sekaligus
menyelamatkan Oichi. Bagaimana mungkin Jendral menyelamatkan nyawa Manju" Kalaupun aku
ditembak dengan senapan, pedang ini akan menembus lehernya pada saat yang sama."
Beberapa saat hanya lidah Hideyoshi yang aktif, dan kata-katanya meluncur deras. Tapi sekarang
matanya ikut bergerak-gerak, dan seiring dengan peragaan kefasihan lidahnya, seluruh indranya
terus memperhatikan musuh yang mengelilinginya.
Tak ada yang dapat berbuat apa-apa. Mikawa menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan
besar, dan dengan saksama ia mendengarkan ucapan Hideyoshi. Ia telah pulih dari rasa kagetnya
dan kembali memancarkan ketenangan yang ia perlihatkan sebelumnya, di pondok minum teh.
Akhirnya Mikawa memberi isyarat kepada orang-orang yang mengepung Hideyoshi. "Jauhi dia.
Serahkan urusan ini padaku. Biarpun aku harus bertukar tempat dengannya, Tuan Muda tidak boleh
celaka. Semua kembali ke pos masing-masing." Kemudian ia berpaling pada Hideyoshi dan
berkata, "Seperti yang Tuan minta, mereka sudah bubar. Sekarang harap serahkan Tuan Manju
padaku." "Tidak!" Hideyoshi menggeleng tegas, tapi kemudian mengubah nada suaranya. "Aku akan
melepaskan Tuan Muda, tapi aku ingin mengembalikannya langsung kepada Yang Mulia
Nagamasa. Bersediakah Jendral mengatur penemuan antara aku dan Yang Mulia Nagamasa
besena Putri Oichi?"
Nagamasa berdiri di tengah kerumunan yang baru saja bubar. Ketika mendengar Hideyoshi, ia tak
dapat menahan diri lebih lama. Dikuasai oleh kasih sayang kepada putranya, ia bergegas maju
sambil mencaci maki Hideyoshi.
"Permainan busuk macam apa ini, mempertaruhkan nyawa bocah tak berdosa, hanya agar kau bisa
bicara! Jika kau memang jendral Oda yang bernama Kinoshita Hideyoshi, kau seharusnya malu
karena menggunakan siasat busuk seperti ini. Baiklah! Jika kau menyerahkan Manju padaku, kita
akan bicara." "Oh! Yang Mulia ada di sini?" ujar Hideyoshi. Tanpa memedulikan roman muka laki-laki itu.
Hideyoshi membungkuk memberi hormat. Namun ia tetap mengangkangi Manju dan menempelkan
ujung pedang pendeknya ke leher anak laki-laki itu.
Fujikake Mikawa berkata dengan suara bergetar. "Tuan Hideyoshi! lepaskanlah anak itu! Tidak
percayakah Tuan pada janji Yang Mulia" Serahkanlah Tuan Muda padaku."
Hideyoshi tidak memperhatikan ucapan Mikawa, melainkan memandang ke arah Asai Nagamasa.
Ketika menatap wajah pucat Nagamasa dan matanya yang putus asa. Hideyoshi akhirnya
mendesah panjang. 2 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ah, Rupanya Yang Mulia pun mengenal kasih sayang terhadap darah daging sendiri" Yang Mulia
mengerti ikatan batin dengan orang yang dicintai" Hamba pikir Yang Mulia tidak memahami hal-hal
semacam ini." "Bajingan, kau tetap tidak mau melepaskan putra-ku" Kau akan membunuh anak kecil ini?"
"Sedikit pun hamba tidak bermaksud demikian. Tapi Yang Mulia, seorang ayah, sama sekali tidak
menghargai pertalian darah."
"Bicaramu tak keruan! Bukankah setiap orangtua menyayangi anaknya?"
"Betul. Bahkan binatang liar pun demikian." Hideyoshi sependapat. "Dan karena itu, hamba kira
Yang Mulia tak mungkin mencemooh tuanku Nobunaga yang karena keinginannya untuk
menye-lamatkan Oichi tak dapat menghancurkan benteng ini. Dan bagaimana dengan Yang Mulia
sendiri" Bagaimanapun. Yang Mulia suami Oichi. Bukankah Yang Mulia memanfaatkan kelemahan
tuanku Nobu-naga dengan berusaha mempertautkan nyawa Oichi dan anak-anaknya dengan nasib
benteng ini" Itu sama saja seperti aku kini mengancam Tuan Manju dengan pedangku agar dapat
bicara dengan Yang Mulia. Sebelum mencela tindakanku sebagai perbuatan pengecut, harap Yang
Mulia pertimbangkan dulu apakah strategi Yang Mulia sendiri tidak sama saja."
Sambil bicara, Hideyoshi menangkap Manju dan mendekapnya. Melihat kesan lega yang muncul di
wajah Nagamasa. Hideyoshi tiba-tiba melangkah maju. menyerahkan Manju, lalu menyembah di
depan kakinya. "Hamba mohon ampun atas perbuatan kasar ini. Sejak awal hamba melakukannya
tidak dengan sepenuh hati. Hamba mengambil tindakan ini terutama untuk mencoba mengurangi
penderitaan batin tuanku Nobunaga. Tapi hamba juga menyesalkan bahwa Yang Mulia, seorang
samurai yang memperlihatkan ketetapan hati sampai akhir hayatnya, setelah ini mungkin akan
dibicarakan sebagai orang yang kehilangan kendali diri dalam saat-saat terakhirnya. Jangan
membuat kesalahan. Tindakan ini antara lain juga demi kebaikan tuanku. Bebaskanlah Oichi dan


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anak-anaknya." Hideyoshi tidak merasa memohon pada komandan musuh. Ia menghadapi hati nurani laki-laki itu
dan sepenuhnya membeberkan perasaan sesungguhnya. Kedua tangannya bersilang di depan
dada, dan ia berlutut penuh hormat di depan Nagamasa. Terlihat jelas bahwa sikapnya itu lahir
secara tulus. Nagamasa memejamkan mata dan mendengarkan Hideyoshi sambil membisu. Ia menyilangkan
tangan, kakinya menapak kokoh, ia tampak seperti patung dengan baju tempur lengkap. Sepertinya
Hideyoshi sedang membacakan doa bagi arwah Nagamasa. yang seakan-akan sudah menjadi
mayat hidup, seperti dikemukakan Hideyoshi pada waktu ia memasuki benteng.
Sanubari kedua laki-laki itu - yang satu bermaksud berdoa, yang satu lagi bertekad
mati - bersentuhan sejenak. Batas antara dua musuh lenyap, dan seluruh perasaan Nagamasa
terhadap Nobunaga tiba-tiba terkelupas dari tubuhnya.
"Mikawa, bawalah Tuan Hideyoshi ke tempat lain dan temani dia. Aku memerlukan waktu untuk
berpamitan." "Berpamitan?" 3 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku akan meninggalkan dunia ini, dan aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada istri dan
anak-anakku. Aku sudah menanti-nanti kematian. dan bahkan telah mengadakan upacara
pemakaman, tapi... mungkinkah perpisahan saat kita masih hidup lebih berat daripada perpisahan
ketika maut menjemput" Kurasa utusan Yang Mulia Nobunaga sependapat bahwa yang pertamalah
yang lebih berat." Hideyoshi terperanjat. Ia mengangkat wajah dan menatap laki-laki di hadapannya. "Maksud Yang
Mulia, Oichi dan anak-anaknya boleh pergi?"
"Menyerahkan istri dan anak-anakku ke dalam pelukan maut dan membiarkan mereka binasa
bersama benteng ini sangatlah tercela. Aku telah memutuskan bahwa tubuhku sudah mati, namun
hatiku tetap dikuasai hawa nafsu dan prasangka yang dangkal. Ucapan Tuan membuatku malu.
Aku memohon agar Tuan bersedia menjaga Oichi yang masih begitu muda, dan anak-anakku."
"Dengan nyawa hamba. Yang Mulia." Hideyoshi membungkuk sampai keningnya menempel di
lantai. Ia langsung membayangkan wajah Nobunaga yang gembira.
"Hmm, nanti kita bertemu lagi," ujar Nagamasa sambil berbalik. Dengan langkah panjang ia berjalan
menuju menara. Mikawa mengantar Hideyoshi ke sebuah ruang tamu, kali ini sebagai utusan resmi Nobunaga.
Rasa lega tercermin dalam mata Hideyoshi. Kemudian ia berbalik dan berkata kepada Mikawa.
"Maaf, dapatkah Jendral menunggu sejenak sementara aku memberi isyarat kepada orang-orang di
luar benteng?" "Isyarat?" Mikawa curiga, dan bukannya tanpa alasan.
Namun Hideyoshi melanjutkan seakan-akan permintaannya merupakan hal yang wajar. "Betul. Aku
berjanji memberi isyarat ketika aku datang ke sini atas perintah tuanku Nobunaga. Seandainya
perundingan tidak berjalan lancar, aku seharusnya menyulut kebakaran sebagai tanda penolakan
Yang Mulia Nagamasa. walaupun untuk itu aku harus mengorbankan nyawa. Setelah itu tuanku
Nobunaga akan langsung menyerang. Sebaliknya, jika semua berjalan sesuai rencana dan aku bisa
bertemu Yang Mulia Nagamasa, aku harus mengibarkan bendera. Pokoknya, kami telah sepakat
bahwa pasukan kami akan menunggu sinyal dariku."
Mikawa tampak terkejut ketika memperoleh penjelasan mengenai persiapan laki-laki di hadapannya.
Tapi yang membuatnya semakin terkejut adalah selongsong isyarat yang disembunyikan Hideyoshi
di dekat tungku di pondok minum teh.
Setelah mengibarkan bendera dan kembali ke ruang tamu. Hideyoshi tertawa dan berkata,
"Seandainya aku sempat mendapat kesan bahwa perundingan tadi tidak mengalami kemajuan, aku
sudah bersiap-siap lari ke pondok minum teh dan menendang cerawat ke dalam tungku. Itu pasti
akan membuat upacara minum teh jadi semarak sekali!"
Hideyoshi ditinggal seorang diri. Sudah tiga jam berlalu sejak Mikawa mengantarnya ke ruang tamu
dan memintanya menunggu sejenak.
Rupanya dia tidak terburu-buru, pikir Hideyoshi dengan jemu. Bayang-bayang malam sudah mulai
menggapai langit-langit di ruangan kosong itu. Ruangan itu cukup gelap, hingga perlu dinyalakan
4 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lentera, dan ketika Hideyoshi menatap ke luar, ia melihat matahari musim gugur membanjiri
pegunungan di sekeliling dengan cahaya merah.
Piring di hadapannya kosong. Akhirnya ia mendengar suara langkah. Seorang laki-laki memasuki
ruangan. "Benteng ini sedang dikepung. Tak banyak yang dapat kutawarkan, tapi Yang Mulia telah
memintaku menyiapkan makan malam untuk Tuan." Laki-laki itu menyalakan sejumlah lentera.
"Hmm, dalam keadaan seperti sekarang, Yang Mulia tak perlu memikirkan makan malam untukku.
Aku sendiri justru ingin bicara dengan Jendral Mikawa. Sebenarnya aku tak ingin merepotkan, tapi
mungkinkah Jendral Mikawa dipanggil ke sini?"
Mikawa muncul tak lama kemudian. Dalam waktu kurang dari empat jam ia tampak sepuluh tahun
lebih tua: seluruh tenaganya seakan-akan lenyap, dan kelopak matanya menunjukkan bekas air
mata. "Maafkan aku," katanya. "Aku telah melalaikan Tuan."
"Ini bukan waktunya merisaukan etiket." balas Hideyoshi. "Tapi aku heran mengapa Yang Mulia
Nagamasa begini berlama-lama. Apakah dia sudah berpamitan pada Oichi dan anak-anaknya" Hari
sudah malam." "Tuan benar. Tapi apa yang mula-mula diucapkan secara perkasa oleh tuanku Nagamasa... ehm...
Yang Mulia sedang memberitahu anak-istrinya bahwa mereka harus berpisah untuk
selama-lamanya... kurasa Tuan bisa membayangkan....'' Jendral tua itu menunduk dan mengusap
mata dengan jari. "Putri Oichi berkeras tak ingin meninggalkan sisi suaminya untuk kembali pada
kakaknya. Dia terus memohon, jadi sukar memastikan kapan mereka selesai."
"Ya, tapi..." "Putri Oichi bahkan memohon padaku. Dia berkata bahwa ketika dia menikah, dia bersumpah
bahwa benteng ini akan menjadi makamnya. Dan tampaknya Chacha pun memahami bencana
yang menimpa ayah dan ibunya. Tangisnya mengibakan hati dan dia bertanya mengapa dia harus
berpisah dengan ayahnya dan mengapa ayahnya harus mati. Jendral Hideyoshi, maafkanlah aku,
sikapku ini tidak pada tempatnya." Mikawa mengusap mata, berdeham, lalu menangis.
Hideyoshi bersimpati atas apa yang sedang dialami Mikawa, dan ia pun memahami kesedihan
Nagamasa dan Okhi. Hideyoshi lebih mudah terharu daripada orang-orang lain, dan kini air mata
mulai membasahi pipinya. Berulang kali ia tersedu-sedu dan menatap langit-langit. Tapi ia tidak
melupakan misinya dan menegur dirinya sendiri - ia tak boleh disesatkan oleh emosi. Ia menghapus
air matanya dan kembali mendesak.
"Aku telah berjanji untuk menunggu, tapi kita tak bisa menunggu terus. Aku berharap mereka diberi
batas waktu. Misalnya, Tuan bisa menentukan sampai jam berapa mereka diberi waktu."
"Tentu. Hmm... keputusan ini merupakan tanggung jawabku, tapi aku berharap Tuan sudi
menunggu sampai jam Babi. Setelah itu aku menjamin bahwa sang ibu beserta anak-anaknya
sudah meninggalkan benteng."
Hideyoshi tidak menolak. Namun sesungguhnya tak ada waktu untuk berlama-lama. Nobunaga
benekad merebut Odani sebelum matahari tenggelam. Seluruh pasukan sedang menunggu penuh
5 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
harap. Walaupun Hideyoshi telah mengibarkan bendera sebagai tanda bahwa usaha penyelamatan
berhasil, terlalu banyak waktu berlalu. Baik Nobunaga maupun para jendral tak bisa mengetahui
apa yang terjadi di dalam benteng. Selama masa penantian, Hideyoshi bisa membayangkan
kebingungan mereka, perbedaan pendapat yang terjadi di markas besar, dan keragu-raguan di
wajah Nobunaga ketika ia mendengarkan suara-suara bimbang.
"Usul Tuan masuk akal," ujar Hideyoshi. "Baiklah, mereka tak perlu terburu-buru. Kita tunggu
sampai Jam Babi." Mikawa gembira atas persetujuan Hideyoshi dan kembali ke menara. Saat itu hari sudah semakin
gelap. Beberapa pelayan membawakan sajian lezat dan sake bagi Hideyoshi.
Setelah para pelayan pergi. Hideyoshi minum seorang diri. Sepertinya seluruh tubuhnya menghirup
musim gugur dari cawan di tangannya. Sake yang diminumnya tak bisa membuat mabuk - dingin
dan agak pahit. Hah, sebaiknya ini pun kutenggak penuh semangat. Seberapa besar perbedaan
antara mereka yang menuju kematian dan mereka yang ditinggalkan" Mungkin hanya sekejap, jika
dilihat dari sudut filsafat, mengingat ribuan tahun yang telah berlalu. Ia berusaha untuk tertawa
keras. Tapi setiap kali ia mereguk minumannya, hatinya serasa disayat-sayat.
Entah kenapa, ia merasa seakan-akan dikelilingi isak tangis dalam keheningan yang mengimpit.
Kesedihan dan sedu sedan Oichi; Nagamasa; wajah anak-anak yang tak berdosa. Hideyoshi bisa
membayangkan apa yang sedang berlangsung di menara. Bagaimana seandainya aku berada di
tempat Asai Nagamasa" ia bertanya-tanya. Kemudian pikiran itu membelok, dan ia teringat ucapan
terakhirnya pada Nene. "Aku samurai. Aku mungkin gugur dalam pertempuran kali ini. Jika aku mati. kau sebaiknya
menikah lagi sebelum kau berusia tiga puluh. Setelah kau berusia tiga puluh, kecantikanmu akan
memudar, dan kemungkinan untuk memperoleh perkawinan bahagia semakin kecil. Kau mampu
menentukan pilihan sendiri, dan manusia sebaiknya siap untuk memilih-milih dalam menempuh
hidup ini. Jadi, jika kau sudah lebih dari tiga puluh, pilihlah jalan yang kauanggap terbaik. Aku tidak
menyuruhmu menikah lagi. Selain itu, seandainya kita punya anak. rencanakanlah masa depan
agar anak itu menjadi pusat perhatianmu, baik ketika kau masih muda atau bertahun-tahun
kemudian. Jangan menyerah pada keluhan perempuan. Berpikirlah sebagai seorang ibu. dan
gunakan naluri seorang ibu dalam segala hal."
Hideyoshi telah terlelap. Ini tidak berarti ia berbaring, ia duduk tegak dan kelihatan seperti sedang
bermeditasi. Dari waktu ke waktu kepalanya mengangguk. Ia ahli dalam hal tidur. Kemampuan ini
ber- kembang selama masa mudanya yang penuh keprihatinan, dan ia begitu berdisiplin, sehingga ia
bisa tertidur kapan saja ia mau, tak peduli waktu maupun tempat.
Ia terjaga karena mendengar bunyi rebana. Makanan dan sake telah disingkirkan. Cahaya lentera
berkedap-kedip. Rasa pening telah hilang dari kepala, begitu juga kelelahan yang semula
dirasakannya. Hideyoshi menyadari bahwa ia rupanya tidur cukup lama. Secara bersamaan ia
merasakan kegembiraan menyelubungi dirinya. Sebelum ia terlelap, suasana di benteng terasa
muram dan pilu, tapi kini suasananya telah berubah dengan bunyi rebana dan tawa, dan anehnya,
kehangatan yang ramah mengalir entah dari mana.
6 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mau tak mau Hideyoshi merasa seperti tersihir. Tetapi ia terjaga, dan semuanya nyata. Ia
mendengar bunyi rebana, dan seseorang sedang bersenandung. Suara-suara itu berasal dari
menara dan terdengar sayup-sayup, tapi Hideyoshi yakin bahwa baru saja ada orang tertawa
berderai-derai. Tiba-tiba Hideyoshi ingin berada di tengah keramaian, dan ia keluar ke selasar, ia melihat banyak
lentera dan banyak orang di kediaman Nagamasa, di seberang pekarangan luas. Angin lembut
membawa bau sake, dan pada waktu angin bertiup ke arahnya, ia mendengar para samurai
bertepuk tangan mengatur irama dan bersenandung.
Kembang-kembang merah Tua, Buah prem wangi.
Pohon-pohon hijau. Nilai laki-laki tergantung pada hati nuraninya. Laki-laki di antara laki-laki.
Samurai, itulah kami; Kembang di antara kembang. Samurai, itulah kami Hidup manusia berlalu
seperti ini. Apa artinya tanpa kesenangan Biarpun kita takkan melihat hari esok.
Terutama jika kita takkan melihat hari esok. Inilah teori yang dianut Hideyoshi. Ia, yang membenci
kegelapan dan mencintai cahaya, telah menemukan sebuah berkah di dunia ini. Hampir tanpa
sadar ia menuju ke arah keramaian, seakan-akan ditarik oleh suara-suara ceria. Pelayan-pelayan
tampak bergegas. Mereka membawa baki besar dengan tumpukan makanan, serta gentong berisi
sake. Gerak-gerik mereka memperlihatkan semangat yang sama seperti yang akan mereka perlihatkan
dalam pertempuran mempertahankan benteng. Pestanya semarak, dan semangat hidup tampil di
setiap wajah. Sebersit keraguan menyelinap ke benak Hideyoshi. "Hei! Bukankah itu Tuan
Hideyoshi?" "Oh, Jendral Mikawa!"
"Aku tidak berhasil menemukan Tuan di ruang tamu, lalu kucari ke mana-mana." Pipi Mikawa pun
memerah akibat sake, dan ia tidak lagi kelihaian begitu kurus dan cekung.
"Kenapa suasana demikian riang?" tanya Hideyoshi. "Jangan khawatir. Seperti kujanjikan,
semuanya akan berakhir pada Jam Babi. Konon, karena kita semua harus mati suatu hari, kita
sebaiknya mati dengan gemilang. Tuanku Nagamasa dan seluruh anak buahnya sedang
bergembira, jadi tuanku Nagamasa membuka semua gentong sake di benteng dan mengadakan
Sidang Samurai. Dengan cara ini, mereka akan saling berpamitan sebelum meninggalkan dunia ini."
"Bagaimana dengan perpisahan Yang Mulia dengan anak-istrinya?"
"Itu sudah diselesaikan." Meski dalam keadaan mabuk, Jendral Mikawa kembali menitikkan air
mata. Sidang Samurai - ini suatu hal biasa dalam setiap marga samurai, suatu kesempatan di mana
pembagian kasta antara junjungan dan pengikut diperlonggar, dan semuanya bersenang-senang
dengan minum-minum sambil bernyanyi.
Pertemuan itu mempunyai dua tujuan: inilah perpisahan Nagamasa dengan para pengikutnya yang
akan ikut menyambut kematian bersamanya, dan dengan anak-istrinya yang akan hidup terus.
7 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Tapi aku pasti akan jemu kalau hanya menunggu sampai Jam Babi," kata Hideyoshi. "Dengan
seizin Jendral, aku ingin menghadiri acara ini.
"Itulah sebabnya aku mencari-cari Tuan tadi. Dan itu pula keinginan Yang Mulia."
"Apa" Yang Mulia Nagamasa mengharapkan kehadiranku?"
"Tuanku Nagamasa berpesan, karena dia akan mempercayakan anak-istrinya kepada marga Oda,
mulai sekarang Tuan harus menjaga mereka. Terutama anak-anaknya yang masih kecil."
"Yang Mulia tidak perlu khawatir mengenai ini! Dan aku ingin menegaskannya secara langsung.
Sudikah Jendral mengantarku ke hadapan Yang Mulia?"
Hideyoshi mengikuti Mikawa ke sebuah ruangan besar. Semua mata di mangan itu beralih ke arah
Hideyoshi. Bau sake tercium jelas. Tentu saja semua orang mengenakan baju tempur lengkap, dan
semuanya telah bertekad untuk mati. Mereka akan mati bersama-sama. Seperti kuntum-kuntum
bunga yang terguncang-guncang oleh angin, mereka siap gugur bersamaan, tapi sekarang, ketika
mereka sedang bersenang-senang, tiba-tiba muncul musuh di tengah-tengah mereka! Sebagian
besar memelototi Hideyoshi dengan mata merah - kebanyakan orang akan gemetar ketakutan jika
dipandang seperti itu. "Permisi," ujar Hideyoshi, tanpa menujukan ucapannya pada orang tertentu. Ia masuk, berjalan
dengan langkah kecil, maju sampai ke hadapan Nagamasa, dan menyembah.
"Hamba datang, penuh terima kasih atas perintah Yang Mulia bahwa hamba pun patut diberi
cawan. Mengenai masa depan putra dan ketiga putri Yang Mulia, hamba akan menjaga mereka,
dan nyawa hamba menjadi tamhannya," Hideyoshi berkata dalam satu tarikan napas. Seandainya
ia berhenti sejenak atau tampak takut, biarpun hanya sedikit, para samurai di sekelilingnya mungkin
terpancing untuk bertindak gegabah karena mabuk dan rasa benci.
"Itulah permintaanku, Jendral Hideyoshi." Naga-masa meraih sebuah cawan dan menyerahkannya
pada Hideyoshi. Hideyoshi menerima cawan itu dan mereguk isinya. Nagamasa tampak puas. Hideyoshi tidak berani
menyebut nama Oichi maupun Nobunaga. Istri Nagamasa yang muda dan cantik duduk di sisi
ruangan bersama anak-anaknya, tersembunyi di balik tabir perak. Mereka berimpitan seperti bunga
seruni yang mekar di tepi sebuah kolam. Hideyoshi mengamati cahaya lentera yang bcrkedap-kedip
dari sudut mata, tetapi tidak langsung memandang ke arah mereka. Penuh hormat ia
mengembalikan cawannya kepada Nagamasa.
"Untuk sementara, lupakanlah permusuhan di antara kita," ujar Hideyoshi. "Setelah menerima sake
dalam sidang ini, dengan seizin Yang Mulia, aku ingin membawakan tarian pendek."
"Kau mau menari?" kata Nagamasa, mewakili keheranan semua orang yang hadir. Mereka
terpesona oleh laki-laki kecil ini.
Oichi menarik anak-anaknya mendekat, seperti induk ayam yang hendak melindungi anak-anaknya.
"Jangan takut. Ibu ada di sini," ia berbisik.
8 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah memperoleh izin dari Nagamasa. Hideyoshi berdiri dan berjalan ke tengah ruangan, ia baru
hendak mulai ketika Manju berseru. "Itu dia!"
Manju dan Chacha menggenggam baju Oichi. Mereka memandang laki-laki yang sebelumnya
begitu menakutkan itu. Hideyoshi mulai mengatur irama dengan entakan kaki. Secara bersamaan ia
membuka kipas yang memperlihatkan bulatan merah di atas dasar emas.
Dengan waktu tertuang. Aku menatap laku di gerbang. Sesekali angin sepoi Tak terduga di sini, kebetulan di sana: Tak
terduga, kebetulan. Labu yang merambat, betapa menarik.
Ia bersenandung dengan suara lantang, dan menari seakan-akan tak ada hal lain yang membebani
pikirannya. Tetapi sebelum tariannya rampung, letusan senapan terdengar dari luar tembok
benteng. Kemudian terdengar rembakan balasan dari jarak lebih dekat. Sepertinya pihak di dalam
maupun di luar benteng mulai menembak secara bersamaan.
"Persetan!" Hideyoshi mengumpat dan membanting kipasnya. Jam Babi belum tiba, tetapi
orang-orang di luar benteng tidak tahu apa-apa mengenai kesepakatan ini. Hideyoshi tidak
memberikan isyarat susulan.
Karena menduga mereka takkan menyerang, ia merasa cukup aman. Tetapi rupanya kesabaran
para jendral di markas besar akhirnya habis, dan mereka memutuskan untuk mendesak Nobunaga
agar segera mengambil tindakan.
Persetan! Kipas Hideyoshi jatuh di depan kaki para komandan benteng yang telah berdiri semua.
Dan ini menyebabkan perhatian mereka beralih pada Hideyoshi, yang sampai sekarang tidak
dianggap sebagai musuh. "Serangan!" seseorang berseru.
"Dasar pengecut! Dia membohongi kita!" Kerumunan samurai terbagi dua. Kelompok yang lebih
besar bergegas keluar, sementara sisanya mengepung Hideyoshi, siap mencincangnya dengan
pedang masing-masing. "Siapa yang memerintahkan ini" Jangan sentuh dia! Orang itu tidak boleh dibunuh!" Nagamasa
tiba-tiba berteriak sekuat tenaga.
Anak buahnya membalas berteriak, seolah-olah menentang, "Tapi pasukan musuh melancarkan
serangan besar-besaran!"
Nagamasa tidak memedulikan keluhan mereka, dan memanggil. "Ogawa Denshiro, Nakajima
Sakon!" Kedua laki-laki ini pembimbingnya. Ketika mereka maju dan menyembah, Nagamasa juga
memanggil Fujikake Mikawa. "Kalian bertiga akan melindungi anak-istriku dan mengantar Hideyoshi


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke luar benteng. Laksanakan!" Nagamasa memerintahkan.
9 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kemudian ia menatap Hideyoshi dengan tajam, dan sambil menenangkan diri sedapat mungkin,
berkata, "Baiklah, kupercayakan mereka padamu."
Istri dan anak-anaknya menyembah-nyembah di depan kakinya, tetapi Nagamasa menepiskan
mereka dan berseru. "Selamat tinggal!" Seiring ucapan itu, Nagamasa meraih kapak perang dan
berlari ke dalam kegelapan.
Satu sisi benteng telah diselubungi api. Sambil berlari, secara naluri Nagamasa melindungi
wajahnya dengan satu tangan. Serpihan-serpihan kayu yang terbakar menyerempet wajahnya.
Asap tebal berwarna hitam merayap di permukaan tanah. Samurai Oda pertama dan kedua yang
berhasil menerobos masuk telah menyerukan nama masing-masing. Lidah api telah mencapai
menara dan dengan rakus menjilati talang air. Nagamasa melihat sekelompok orang berhelm besi
bersembunyi di daerah itu, dan tiba-tiba melompat ke samping.
"Musuh!" Para pengikut terdekat dan anggota keluarga berdiri di sekitarnya, menyambut serbuan musuh. Di
atas mereka api mengamuk, di sekeliling mereka asap hitam bergulung-gulung. Baju tempur
terdengar gemerincing. tombak beradu dengan tombak, pedang dengan pedang. Dalam waktu
singkat mayat-mayat dan orang-orang terluka telah bergelimpangan di tanah. Sebagian besar
prajurit di dalam benteng mengikuti jejak Nagamasa dan berjuang selama mungkin, masing-masing
gugur dengan gagah. Hanya sedikit yang tertangkap atau menyerah. Keruntuhan Odani berbeda
bagaikan bumi dan langit dengan kekalahan orang-orang Asakura di Echizen atau kekalahan sang
Shogun di Kyoto. Ini membuktikan bahwa penilaian Nobunaga tidak keliru ketika ia memilih
Nagamasa sebagai adik ipar.
Kesulitan Hideyoshi, yang telah menyelamatkan Oichi dan anak-anaknya dari kobaran api, serta
kesulitan Fujikake Mikawa tidak berkaitan dengan pertempuran itu. Seandainya saja pasukan
penyerang mau menunggu tiga jam lagi, Hideyoshi dan orang-orang yang dipercayakan padanya
dengan mudah dapat meninggalkan benteng. Tapi hanya beberapa menit setelah mereka pergi,
bagian dalam benteng telah dipenuhi api dan prajurit-prajurit yang saling menggempur, sehingga
sukar sekali bagi Hideyoshi untuk melindungi keempat anak kecil itu dan membawa mereka keluar.
Fujikake Mikawa menggendong anak perempuan paling kecil di punggungnya; kakaknya, Haisu,
berada di punggung Nakajima Sakon, sedangkan Manju diikat di punggung gurunya, Ogawa
Denshiro. "Naiklah ke bahuku," Hideyoshi berkata pada Cacha, tapi gadis cilik itu tak mau beranjak dari sisi
ibunya. Dengan paksa Hideyoshi memisahkan mereka. "Kalian tidak boleh terluka. Aku memohon,
inilah permintaan Yang Mulia Nagamasa padaku."
Ini bukan saatnya memperlakukan mereka secara halus, dan meskipun ucapan Hideyoshi tetap
sopan, nada suaranya terasa mengancam. Oichi menaikkan Chacha ke punggung Hideyoshi.
"Semua sudah siap" Ikuti aku. Tuan Putri harap genggam tanganku." Sambil memikul Chacha.
Hideyoshi menarik tangan Oichi dan mulai melangkah maju. Oichi terseok-seok. dengan susah
payah berusaha menjaga keseimbangan. Tak lama kemudian ia menarik tangannya dari
genggaman Hideyoshi, tanpa berkata apa-apa. Ia terus berjalan seperti seorang ibu, dengan hati
kacau karena memikirkan anak-anaknya yang terperangkap di tengah kegilaan ini.
10 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nobunaga kini sedang mengamati kebakaran di Benteng Odani. Lidah apinya nyaris sanggup
menghanguskan wajahnya, begitu kecil jarak yang memisahkannya dari neraka itu. Gunung-gunung
dan lembah-lembah di ketiga sisi tampak merah, dan benteng yang sedang terbakar berderu-deru
bagaikan tungku pengecoran raksasa.
Ketika api akhirnya berubah menjadi abu yang mengepulkan asap dan semuanya telah berlalu.
Nobunaga tak sanggup menahan air mata atas nasib yang menimpa adik iparnya. Dasar bodoh! Ia
memaki Nagamasa. Ketika api memangsa semua kuil dan biara di Gunung Hiei berikut nyawa semua biksu dan orang
biasa di gunung itu. Nobunaga menyaksikannya tanpa berkedip. Tapi kini matanya berkaca-kaca.
Pem- bantaian di Gunung Hiei tak bisa dibandingkan dengan kematian adiknya.
Manusia memiliki akal sehat dan naluri, dan keduanya sering saling bertentangan. Tetapi Nobunaga
percaya penuh pada pemusnahan Gunung Hiei - bahwa dengan menghancurkan satu gunung, tak
terhitung banyaknya yang akan memperoleh ke-bahagiaan dan kemakmuran. Kematian Nagamasa
tidak memiliki arti sebesar itu. Nagamasa berjuang dengan pandangan sempit mengenai kewajiban
dan kehormatan, oleh sebab itu Nobunaga terpaksa melakukan hal yang sama. Nobunaga pernah
meminta agar Nagamasa melepaskan pandangannya yang picik dan mendukung visi Nobunaga
yang lebih luas. Sampai akhir ia memperlakukan Nagamasa dengan penuh pertimbangan dan
kemurahan hati. Tapi kemurahan hati harus ada batasnya. Sampai malam ini pun Nobunaga
bersedia menunjukkan sikap lunak, tapi para jendralnya tidak mengizinkan.
Walaupun Takeda Shingen dari Kai telah tiada, para jendral dan prajuritnya masih siaga, dan
kemampuan putranya konon melebihi kemampuan sang ayah. Musuh-musuh Nobunaga hanya
menunggu sampai ia tersandung. Hanya orang bodoh yang akan berlama-lama menunggu tanpa
bertindak di bagian utara Omi setelah menghancurkan Echizen dengan sekali pukul. Ketika
mendengar argumen-argumen seperti ini dari para jendralnya. Nobunaga pun tak sanggup
mengatakan apa-apa demi menyelamatkan adiknya. Tapi kemudian Hideyoshi memohon agar
ditunjuk sebagai utusan Nobunaga untuk satu hari saja. Namun, walaupun Hideyoshi sempat
mengirim isyarat menggembirakan ketika hari masih terang, senja pun tiba, lalu malam, tanpa
isyarat susulan dalam bentuk apa pun dari Hideyoshi. Para jendral Nobunaga marah sekali.
"Mungkinkah ini hanya siasat musuh?"
"Mungkin dia sudah mati terbunuh."
"Musuh sedang menyusun rencana sementara kita tidak berbuat apa-apa.
Nobunaga terpaksa mengalah, dan akhirnya memberikan perintah untuk melancarkan serangan
habis-habisan. Tapi, setelah mengambil keputusan tersebut, ia bertanya-tanya apakah ia tidak
mengorbankan nyawa Hideyoshi, dan penyesalannya nyaris tak tertahankan.
Tiba-tiba seorang samurai muda dengan baju tempur bertali hitam menghampirinya, la begitu
terburu-buru, sehingga tombaknya hampir mengenai Nobunaga.
"Tuanku!" ia terengah-engah.
11 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Berlutut!" seorang jendral membentak. "letakkan tombak di belakangmu!"
Di bawah tatapan para pengikut yang mengelilingi Nobunaga, samurai muda itu segera berlutut.
"Yang Mulia Hideyoshi baru saja kembali. Dia berhasil keluar dari benteng tanpa cedera."
"Apa" Hideyoshi telah kembali?" Nobunaga berseru.
"Seorang diri?" ia bertanya cepat-cepat.
Kurir muda itu menambahkan, "Dia disertai tiga orang Asai, serta Putri Oichi dan anak-anaknya."
Nobunaga gemetar. "Kau yakin" Kau melihat mereka?"
"Sekelompok samurai mengawal mereka dalam perjalanan ke sini, sejak mereka keluar dari
benteng yang roboh dimakan api. Mereka lelah sekali, jadi kami membawa mereka ke suatu tempat
aman dan memberi mereka air. Yang Mulia Hideyoshi memerintahkan hamba berlari ke markas
untuk melaporkan hal ini."
Nobunaga berkata. "Kau pengikut Hideyoshi. Siapa namamu?"
"Hamba kepala pelayan, Horio Mosuke."
"Terima kasih atas kabar baik yang kausampaikan. Sekarang pergilah, lalu beristirahat."
"Terima kasih, tuanku, tapi pertempuran masih berlangsung sengit." Dengan ini, Mosuke
cepat-cepat mohon diri dan bergegas ke arah teriakan para prajurit di kejauhan.
"Bantuan dewa-dewa...," seseorang bergumam sambil mendesah. Orang itu Katsuie.
Jendral-jendral lain pun mengucapkan selamat kepada Nobunaga.
"Ini berkah yang tak terduga. Tuanku tentu gembira sekali."
Perasaan yang sama menyelinap ke dalam hati mereka. Orang-orang ini iri terhadap keberhasilan
Hideyoshi, dan merekalah yang terus mendesak untuk melancarkan serangan besar-besaran.
Tapi, bagaimanapun, kegembiraan Nobunaga meluap-luap. dan suasana hatinya yang riang segera
membuat suasana di markas menjadi lebih cerah. Sementara yang lain sibuk mengucapkan
selamat, Katsuie yang cerdik diam-diam berkata pada Nobu-naga, "Perlukah hamba menyambut
dia?" Setelah memperoleh izin dari Nobunaga, ia beserta beberapa pengikut bergegas menuruni lereng
ke arah benteng. Akhirnya, di bawah perlindungan Hideyoshi, Oichi yang sudah dinanti-nanti tiba di
markas. Sekelompok prajurit pembawa obor berjalan di depan. Hideyoshi menyusul di belakang
mereka, masih sambil menggendong Chacha di punggungnya.
Hal pertama yang terlihat oleh Nobunaga adalah butir-butir keringat pada kening Hideyoshi,
berkilau-kilau terkena cahaya obor. Berikutnya ada jendral tua, Fujikake Mikawa, dan kedua
pembimbing, masing-masing dengan seorang anak di punggung. Nobunaga memandang
anak-anak itu sambil membisu. Wajahnya tidak memperlihatkan emosi. Kemudian, kira-kira dua
12 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
puluh langkah di belakang. Shibata Katsuie muncul. Sebuah tangan putih berpegangan pada bahu
baju tempurnya. Tangan itu tangan Oichi, yang kini setengah tak sadar.
"Putri Oichi." kata Katsuie. "Kakak Tuan Putri ada di sebelah sini." Cepat-cepat Katsuie
menuntunnya kepada Nobunaga.
Ketika Oichi sadar kembali, ia hanya dapat men-
cucurkan air mata. Sejenak isak tangis perempuan itu menutupi semua bunyi lain di perkemahan.
Hati para jendral veteran yang hadir pun serasa disayat-sayat. Nobunaga, di pihak lain, tampak
muak. Inilah adik tercinta yang sampai beberapa saat lalu membuatnya begitu cemas. Mengapa ia
tidak menyambutnya dengan gembira" Adakah sesuatu yang telah mengusik suasana hatinya"
Para jendral kelihatan cemas. Bahkan Hideyoshi pun tidak memahami apa yang telah terjadi. Para
pengikut utama Nobunaga terus-menerus direpotkan oleh perubahan suasana hati junjungan
mereka yang serba mendadak. Ketika mereka melihat roman muka yang telah akrab bagi mereka,
tak seorang pun dari mereka sanggup berbuat apa-apa selain berdiri membisu; dan di
tengah-tengah keheningan, Nobunaga sendiri pun tak mampu menghibur diri.
Tidak banyak pengikut Nobunaga yang dapat membaca pikirannya dan membebaskannya dari
kekusutan akibat wataknya yang murung dan tertutup. Sesungguhnya, hanya Hideyoshi dan Akechi
Mitsuhide, yang kini tidak hadir, yang memiliki kemampuan itu.
Hideyoshi mengamati situasinya sejenak, dan karena sepertinya tak ada yang akan berundak, ia
berkata pada Oichi, "Wah, wah, Tuan Putri. Sapalah Yang Mulia. Percuma saja Tuan Putri berdiri di
sini dan menangis gembira. Ada apa" Bukankah Yang Mulia dan Tuan Putri kakak-beradik?"
Oichi tidak bereaksi. Ia bahkan tak sanggup memandang wajah kakaknya. Pikirannya berada di sisi
Nagamasa. Bagi Oichi, Nobunaga tak lebih dari jendral musuh yang membunuh suaminya dan
membawanya ke sini sebagai tawanan di perkemahan musuh.
Nobunaga tahu persis apa yang tersembunyi di dalam hati adiknya. Jadi, selain merasa puas
karena berhasil menyelamatkannya, ia pun menyesalkan perempuan bodoh ini, yang tidak
memahami betapa besar cinta kasih kakaknya.
"Hideyoshi, biarkan saja. Percuma saja, kau hanya buang-buang waktu." Nobunaga berdiri
mendadak. Ia mengangkat sebagian tirai yang mengelilingi markasnya.
"Odani telah takluk," ia berbisik sambil menatap kobaran api. Baik teriakan-teriakan perang maupun
deru api yang menghanguskan benteng mulai berkurang, dan bulan yang sedang menyusut
membanjiri gunung-gunung dan lembah-lembah dengan cahaya keperak-perakan ketika mereka
menunggu fajar. Pada saat itu, seorang perwira beserta anak buahnya berlari mendaki bukit sambil melepaskan
teriakan kemenangan. Ketika mereka meletakkan kepala Asai Nagamasa dan para pengikutnya di
hadapan Nobu-naga. Oichi menjerit, dan anak-anak yang berpegangan erat padanya mulai
menangis. Nobunaga berseru, "Hentikan! Katsuie! Bawa anak-anak keluar dari sini! Kuserahkan mereka ke
dalam perlindunganmu - baik Oichi maupun anak-anaknya. Bergegaslah dan bawa mereka ke
suatu tempat di mana tak seorang pun melihat mereka."
13 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kemudian Nobunaga memanggil Hideyoshi dan bcrkata padanya. "Kau akan bertanggung jawab
atas bekas wilayah marga Asai." Ia sudah memutuskan untuk kembali ke Gifu begitu Benteng Odani
berhasil direbut. Oichi terpaksa dipapah. Belakangan ia menikah dengan Katsuie. Tetapi salah satu dari ketiga putri
cilik Nagamasa mengalami nasib yang bahkan lebih aneh daripada ibunya. Putri tertua Nagamasa,
Chacha. di kemudian hari dikenal sebagai Putri Yodogimi, gundik Hideyoshi.
Awal bulan ketiga di tahun berikut telah tiba. Kabar baik sampai kepada Nene, berupa surat dari
suaminya. Walaupun beberapa dinding di Benteng Nagahama masih agak kasar, begitu lama waktu telah
berlalu, sehingga aku hampir tak sabar menunggu untuk melihat kalian berdua. Tolong beri tahu Ibu
agar bersiap-siap menghadapi kepindahan dalam waktu dekat.
Dengan surat-surat sesingkat ini, sukar untuk membayangkan apa yang telah terjadi, tapi
sesungguhnya suami-istri itu sudah beberapa kali saling mengirim surat setelah Tahun Baru. Tak
sedikit pun waktu Hideyoshi tersisa untuk bersantai-santai. Berbulan-bulan ia berperang di bagian
utara Omi, bertempur di sana-sini, dan kalaupun ada sedikit waktu luang, ia segera diutus ke tempat
lain. Jasa Hideyoshi pada penaklukan Odani tidak tertandingi oleh siapa pun. Sebagai tanda terima
kasih, Nobunaga untuk pertama kali menganugerahkan sebuah benteng bagi Hideyoshi beserta
tanah senilai delapan ratus ribu gantang dari bekas wilayah Asai. Sampai saat itu Hideyoshi hanya
seorang jendral, tapi dengan satu lompatan ia memasuki jajaran penguasa provinsi. Secara
bersamaan Nobunaga juga memberikan nama baru padanya: Hashiba.
Di musim gugur itu Hashiba Hideyoshi menjadi orang terkenal, dan kini berdiri sejajar dengan para
jendral veteran marga Oda yang lain. Namun ia tak puas dengan bentengnya yang baru di Odani;
benteng itu benteng defensif, baik untuk mengurung diri dan bertahan terhadap pengepungan, tapi
tidak cocok sebagai titik tolak untuk melancarkan serangan. Tiga mil ke arah selatan, di tepi Danau
Biwa, ia menemukan tempat yang lebih memadai: sebuah desa bernama Nagahama. Setelah
memperoleh persetujuan Nobunaga, ia segera mulai dengan kegiatan pembangunan. Ketika musim
semi tiba, menara yang berdinding putih, tembok-tembok yang kokoh, serta gerbang-gerbang besi
telah berhasil dirampungkan.
Hachisuka Hikoemon diberi tugas mengawal istri dan ibu Hideyoshi dari Sunomata, dan ia tiba dari
Nagahama beberapa hari setelah Nene menerima surat Hideyoshi. Nene dan ibu mertuanya dibawa
dengan tandu berlapis sampang, dan rombongan pengawal mereka terdiri atas seratus orang.
Ibu Hideyoshi minta pada Nene agar mereka melewati Gitu, dan agar Nene menghadap Nobunaga
untuk mengucapkan terima kasih atas segala berkah yang telah mereka nikmati. Nene merasa
tugas ini suatu tanggung jawab besar, dan bahkan menganggapnya sebagai siksaan. Ia yakin
bahwa jika ia mendatangi Benteng Gifu dan menghadap Nobunaga seorang diri, ia takkan sanggup
berbuat apa-apa selain duduk dan gemetar.
Hari yang telah ditentukan pun tiba, dan dengan meninggalkan ibu mertuanya di penginapan,
seorang diri Nene pergi ke benteng, sambil membawa oleh-oleh dari Sunomara. Setelah sampai di
benteng, ia seakan-akan melupakan segala kecemasan yang ia rasakan sebelumnya. Begitu
14 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berada di sana, untuk pertama kali ia memandang junjungannya, dan berlawanan dengan
dugaannya, Nobunaga bersikap terbuka dan ramah tamah.
"Kau pasti telah mengerahkan segenap tenagamu untuk mengurus benteng itu demikian lama,
sekaligus menjaga ibu mertuamu. Dan lebih dari itu, kau tentu kesepian sekali," kata Nobunaga
dengan sikap begitu akrab, sehingga Nenc menyadari bahwa keluarganya sendiri memiliki
hubungan dengan keluarga Nobunaga. Ia merasa bisa bersikap terus terang.
"Hamba merasa tak patut hidup tenteram di rumah, sementara orang lain sedang berperang.
Dewa-dewa mungkin menghukum hamba jika hamba mengeluh karena kesepian."
Nobunaga menghentikannya dengan tertawa. "Tidak, tidak. Hati seorang wanita tetap hati seorang
wanita, dan kau tak perlu menutup-nutupinya. Justru dengan merenungkan kesepian kala kau
mengurus rumah tangga, kau dapat lebih memahami kelebihan suamimu. Seseorang pernah
menulis sajak mengenai ini; bunyinya kira-kira begini. 'Dalam perjalanan, sang suami memahami
nilai istrinya di penginapan yang terselubung salju.' Aku bisa membayangkan bahwa Hideyoshi pun
sudah tak sabar. Bukan itu saja, tetapi benteng di Nagahama juga masih baru. Menanti selama
perang berlangsung pasti terasa berat, tapi kalau kalian bertemu nanti, kalian akan merasa seperti
pengantin baru lagi."
Nene tersipu-sipu dan menyembah. Rupanya ia teringat bagaimana rasanya menjadi pengantin
baru. Nobunaga pun dapat menebak pikirannya dan tersenyum.
Makanan dan cawan sake berwarna dibawa masuk. Setelah menerima cawan dari tangan
Nobunaga. Nene mencicipi sake-nya dengan anggun.
"Nene," ujar Nobunaga sambil tertawa. Akhirnya, setelah merasa sanggup memandang langsung
wajah junjungannya. Nene mengangkat kepala dan bertanya-tanya apa yang hendak dikatakannya.
Nobunaga berkata mendadak. "Satu hal, jangan cemburu."
"Ya, tuanku." Nene menjawab tanpa berpikir lebih dulu, tapi setelah itu wajahnya langsung
memerah lagi. Nene pun sempat mendengar desas-desus mengenai Hideyoshi. yang mendatangi Benteng Gifu
dengan ditemani perempuan cantik.
"Itulah Hideyoshi. Dia tidak sempurna. Tetapi cawan teh yang sempurna tidak memiliki daya pikat.
Semua orang mempunyai kekurangan. Kalau orang biasa mempunyai silat buruk, dia menjadi
sumber masalah: tetapi hanya sedikit orang yang memiliki kemampuan seperti Hideyoshi. Aku
sering bertanya-tanya, perempuan seperti apa yang akan memilih laki-laki seperti dia. Kini, setelah
bertemu denganmu hari ini, aku tahu bahwa Hideyoshi pasti mencintaimu. Jangan cemburu.
Hiduplah dengan rukun."
Bagaimana mungkin Nobunaga begitu memahami perasaan perempuan" Walaupun agak
menakutkan, ia merupakan laki-laki yang dapat dijadikan tempat bersandar oleh Nenc dan
suaminya. Nene tidak tahu apakah harus gembira atau merasa malu.
Ia kembali ke tempat penginapan di kota benteng. Tetapi yang paling banyak dibicarakan Nene
dengan ibu mertuanya yang telah menunggu bukanlah nasihat Nobunaga mengenai kecemburuan.
"Setiap kali se-seorang menyebut nama Nobunaga. semua orang gemetar ketakutan, jadi aku pun
15 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertanya-tanya seperti apa orangnya. Tapi rasanya hanya sedikit penguasa di negeri ini yang
selembut dia. Aku tak sanggup membayangkan bagaimana orang berperasaan halus seperu itu
bisa berubah menjadi momok menakutkan jika berada di atas kuda. Yang Mulia juga mengetahui
sesuatu mengenai Ibu, dan dia berkata bahwa Ibu mempunyai putra yang patut dibanggakan, dan
bahwa Ibu seharusnya merupakan orang paling bahagia di seluruh Jepang. Dia memberitahuku
bahwa negeri ini hanya memiliki sedikit orang seperti Hideyoshi, dan bahwa aku memilih suami


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang baik. Yang Mulia bahkan menyanjungku dan berkata bahwa aku mempunyai mata yang
tajam." Kedua perempuan itu melanjutkan perjalanan dengan damai. Mereka melintasi Fuwa, dan akhirnya
menatap ke luar dari tandu, mengagumi pe-mandangan musim semi di Danau Biwa.
BUKU LIMA TAHUN KETIGA TENSHO 1575 TOKOH dan TEMPAT TAKEDA KATSUYORI, putra Takeda Shingen dan Penguasa Kai
BABA NOBUFUSA, pengikut senior marga Takeda
YAMAGATA MASAKAGE, pengikut senior marga Takeda
KURODA KANBEI, pengikut marga Odera
MYOKO, nama yang dipilih ibu Ranmaru setelah masuk biara
UESUGI KENSHIN, penguasa Echigo
YAMANAKA SHIKANOSUKE, pengikut senior marga Amako
MORI TERUMOTO, penguasa provinsi-provinsi sebelah barat
KIKKAWA MOTOHARU, paman Terumoto
KOBAYAKAWA TAKAKAGE, paman Terumoto
ODA NOBUTADA. putra sulung Nobunaga
UKITA NAOIE, penguasa Benteng Okayama
ARAKI MURASHIGE, pengikut senior marga Oda
16 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
NAKAGAWA SEBEI, pengikut senior marga Oda
TAKAYAMA UKON, pengikut senior marga Oda
SHOJUMARU, putra Kuroda Kanbei
SAKUMA NOBUMORI, pengikut senior marga Oda
NAGAHAMA, benteng Hideyoshi
KOFU, ibu kota Kai AZUCHI, benteng baru Nobunaga di dekat Kyoto
HlMEJI, pangkalan milik Hideyoshi untuk invasi ke barat
PROVINSI-PROVINSI SEBELAH BARAT, wilayah marga Mori
ITAMI, benteng Araki Murashige
Keruntuhan Kai TAKEDA KATSUYORI telah mengalami tiga puluh musim gugur. Ia lebih tinggi dan lebih kekar
daripada ayahnya, Takeda Shingen, dan konon ia laki-laki yang tampan.
Tiga tahun telah berlalu sejak kematian Shingen. Bulan keempat merupakan akhir masa dukacita.
Perintah terakhir Shingen, "Sembunyikan duka kalian selama tiga tahun," dijalankan
secepat-cepatnya. Namun setiap tahun pada hari kematiannya, lentera-lentera di semua kuil di
Kai - dan terutama lentera-lentera di Kuil Kitin - dinyalakan untuk mengadakan upacara pcringatan
secara sembunyi-sembunyi. Selama tiga hari Katsuyori mengabaikan semua urusan militer dan
mengunci diri di Kuil Rishamon untuk bermeditasi.
Pada tahun ketiga, Katsuyori menyuruh buka pintu-pintu kuil untuk mengeluarkan asap dupa yang
dibakar selama upacara peringatan Shingen. Begitu Katsuyori selesai berganti pakaian, Atobe
Oinosuke minta waktu untuk menghadap.
"Tuanku." Oinosuke mulai berkata. "harap tuanku segera membaca surat ini, dan memberi jawaban
pada hamba. Jawaban lisan pun sudah cukup. Hamba akan menuliskannya untuk Tuanku."
Katsuyori cepat-cepat membuka surat itu. "Oh...
dari Okazaki." Terlihat jelas bahwa surat itu sudah beberapa lama ditunggu-tunggunya, dan
ekspresi yang melintas di wajah Katsuyori ketika membacanya juga bukan ekspresi biasa. Sesaat ia
17 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seakan-akan tak dapat mengambil keputusan.
Kicauan seekor burung terdengar dari kejauhan, yang menandakan kedatangan musim panas.
Katsuyori menatap langit lewat jendela. "Aku mengerti. Itu jawabanku."
Oinosuke memandang junjungannya. "Cukupkah itu, tuanku?" ia bertanya, sekadar untuk
memastikan. "Ya," jawab Katsuyori. "Kesempatan emas ini tak boleh disia-siakan. Kurir yang membawa pesan ini
harus orang yang dapat dipercaya."
"Urusan ini teramat penting. Tuanku tak perlu khawatir." Tidak lama setelah Oinosuke meninggalkan
kuil, sebuah pemberitahuan mengenai pengerahan pasukan mulai beredar. Prajurit-prajurit terlihat
berdatangan sepanjang malam, dan kesibukan di dalam dan di luar benteng tak ada
habis-habisnya. Ketika fajar menyingsing, sekitar lima belas ribu prajurit basah akibat embun pagi,
telah menunggu di lapangan upacara di luar benteng. Dan prajurit-prajurit lain masih terus
berdatangan. Sebelum matahari terbit, bunyi sangkakala yang menandakan keberangkatan
pasukan. Beberapa kali terdengar bergema di atas rumah-rumah di Kofu.
Malam itu Katsuyori hanya tidur sebentar, tapi kini ia telah mengenakan baju tempur lengkap.
Penampilannya bukan seperti orang yang kurang tidur, dan kesehatannya yang luar biasa serta
impiannya untuk mencapai hal-hal besar tampak bersinar, seperti embun pada daun-daun muda.
Ia tidak menyia-nyiakan satu hari pun sejak kematian ayahnya tiga tahun yang lalu. Pegunungan
dan sungai-sungai berarus deras membentuk pertahanan alami di sekeliling Kai, tapi Katsuyori tidak
puas dengan provinsi yang diwarisinya. Bagaimana-pun, ia dianugerahi keberanian dan kecerdikan
melebihi ayahnya. Katsuyori - berbeda dengan keturunan banyak marga samurai tersohor lainnya -
tak bisa disebut putra yang mengecewakan. Justru sebaliknya, kebanggaannya, kesadarannya
akan kewajiban, serta kegagahannya dalam pertempuran malah bisa dibilang berlebihan.
Meski marga Takeda berusaha merahasiakannya, berita mengenai kematian Shingen telah sampai
di provinsi-provinsi rnusuh, dan tidak sedikit yang merasa bahwa kescmpaun ini tak dapat diabaikan
begitu saja. Marga Uesugi telah melancarkan serangan mendadak, marga Hojo pun telah bcrubah
sikap. Dan bisa dipastikan bahwa jika ada peluang, marga Oda dan Tokugawa pun akan melakukan
serbuan dari wilayah masing-masing.
Katsuyori, seperti putra setiap orang besar, berada dalam posisi sulit. Meski demikian, ia tak pernah
membawa aib bagi nama ayahnya. Dalam hampir setiap pertempuran, ia keluar sebagai pemenang.
Karena itu, ada desas-desus bahwa kematian Shingen sengaja direkayasa, sebab ia seolah-olah
menampakkan diri setiap kali ada kesempatan.
"Jendral Baba dan Jendral Yamagata memohon waktu untuk menghadap tuanku sebelum pasukan
maju ke medan laga," seorang pengikut melaporkan.
Pasukan Kai sudah siap berangkat ketika pesan itu disampaikan pada Katsuyori. Baik Baba
Nobufusa dan Yamagata Masakage merupakan pengikut senior sejak masa Shingen.
18 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Katsuyori balik benanya. "Apakah keduanya sudah siap bergerak"
"Sudah, tuanku," balas si pembawa pesan.
Katsuyori mcngangguk-angguk. "Kalau begitu, bawa mereka ke sini."
Sesaat kemudian, kedua jendral itu muncul di hadapan Katsuyori. Ia sudah tahu apa yang akan
mereka katakan. "Tuanku bisa lihat sendiri." Baba mulai berkata. "kami langsung berangkat ke sini waktu menerima
kabar mengenai pengerahan pasukan semalam. Tapi kejadian ini sangat tidak lazim. Tak ada rapat
perang. dan kami berdua tidak memahami tujuan operasi militer ini. Keadaan dewasa ini tidak
memungkinkan kita melakukan pergerakan pasukan dengan sembrono." Yamagata melanjutkan.
"Mendiang ayah tuanku, tuanku Shingen, berulang kali mencicipi pahitnya kekalahan waktu kita
menyerang ke barat. Mikawa memang kecil, tapi prajurit-prajuritnya gagah berani, dan saat ini
marga Oda tentu sudah sempat mengambil langkah-langkah balasan. Kalau kita maju terlalu jauh,
kita mungkin tak dapat mundur dengan selamat."
Sambil bicara bergantian, kedua orang itu mengemukakan keberatan masing-masing.
Kedua-duanya merupakan veteran yang dilatih oleh Shingen sendiri, dan kecerdikan serta
keberanian Katsuyori tidak dipandang sebelah mata oleh mereka. Justru sebaliknya, mereka
menganggapnya sebagai ancaman. Katsuyori sudah agak lama merasakannya, dan wataknya
menyebab-kan ia tak dapat menerima saran mereka - bahwa langkah terbaik adalah menjaga
perbatasan Kai selama beberapa tahun.
"Kalian tahu bahwa aku tak mungkin melancarkan operasi militer secara gegabah. Tanyakan
detail-detailnya pada Oinosuke. Tapi kali ini bisa dipastikan kita akan merebut Benteng Okazaki dan
Benteng Hamamatsu. Aku akan menunjukkan bagaimana caranya mewujudkan sebuah impian
lama. Straregi kita harus dirahasiakan. Aku takkan memberitahukan rencanaku kepada para prajurit
sebelum kita mulai mendesak musuh."
Dengan tangkas Katsuyori menghindari keluhan kedua jendralnya yang kelihatan tak senang.
Saran untuk menemui Oinosuke demi memperoleh keterangan lebih lanjut terasa mengganjal di hati
mereka. Kedua jendral itu saling melirik, dan sekilas mereka bertukar pandang sambil
terheran-heran. Pasukan dikerahkan tanpa berkonsultasi dulu dengan mereka - jendral-jendral paling senior - dan
keputusan diambil dengan orang seperti Atobe Oinosuke.
Sekali lagi Baba mencoba berbicara dengan Katsuyori. "Nanti kami akan mendengarkan segala
sesuatu yang mau dikatakan oleh Tuan Oinosuke, tapi jika tuanku sebelumnya sudi menyampaikan
sepatah-dua kata mengenai rencana rahasia ini, kami sebagai jendral tua dapat menatap tempat
kematian kami dengan hati mantap."
"Aku tidak mau mengatakan apa-apa lagi di sini." ujar Katsuyori sambil memandang orang-orang di
hadapannya. Kemudian ia menambahkan dengan keras, "Aku senang bahwa kalian merasa
prihatin, tapi aku bukannya tidak sadar betapa pentingnya urusan ini. Selain itu, aku tak bisa
membatalkan rencana itu sekarang. Tadi pagi aku telah bersumpah demi Mihata Tatenashi."
19 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ketika mendengar nama-nama keramat ini, kedua jendral segera menyembah dan mengucapkan
doa dalam hati. Mihata Tatenashi merupakan benda pusaka yang sudah selama Beberapa generasi
dimuliakan oleh marga Takeda. Mihata merupakan panji dewa perang Hachiman: Tatenashi adalah
baju tempur pendiri marga. Marga Takeda memiliki peraturan yang tak dapat dilanggar, yaitu jika
seseorang telah mengucapkan sumpah dengan menyebut nama kedua benda pusaka itu,
sumpahnya tak dapat ditarik kembali.
Pengumuman Katsuyori bahwa ia bertindak bcrdasarkan sumpah keramat berarti tak ada alasan
lagi bagi kedua jendral untuk terus membantah. Pada saat itu, bunyi sangkakala memberi aba-aba
bagi pasukan untuk membentuk formasi dan bersiap-siap berangkat, sehingga kedua jendral
terpaksa mohon diri. Tapi, masih diliputi perasaan khawatir mengenai nasib marga, mereka berkuda
untuk menemui Oinosuke di tengah barisan.
Oinosuke mengosongkan tempat itu dan dengan bangga menceritakan rencana junjungan mereka.
Di Okazaki, yang kini diperintah oleh putra Ieyasu, Nobuyasu, ada laki-laki bernama Oga Yashiro
yang mengatur keuangan. Beberapa waktu sebelumnya, Oga menyeberang ke kubu Takeda dan
kini merupakan sekutu kepercayaan Katsuyori.
Kurir yang dua hari sebelumnya datang ke Tsutsujigasaki membawa pesan rahasia dari Oga, yang
menyatakan bahwa waktunya sudah tiba. Nobunaga berada di ibu kota sejak awal tahun. Bahkan
sebelum itu, ketika Nobunaga berusaha menghancurkan para biksu-prajurit di Nagashima, tidak
mengirimkan bala bantuan dan hubungan antara kedua provinsi menjadi agak tegang.
Pada waktu pasukan Takeda menyerang Mikawa dengan kecepatannya yang tersohor, Oga akan
menemukan jalan untuk menyulut kekacauan di Benteng Okazaki, membuka gerbang benteng, dan
membiarkan pasukan Kai masuk. Kemudian Katsuyori akan membunuh Nobuyasu dan menyandera
keluarga Tokugawa. Benteng Hamamatsu takkan mempunyai pilihan selain menyerah, dan pasukan
pengawalnya akan bergabung dengan pasukan Takeda, sehingga terpaksa melarikan diri ke Ise
atau Mino. "Ragaimana pendapat Tuan-Tuan" Bukankah ini merupakan berkah dari para dewa?" kata
Oinosuke dengan bangga, seakan-akan ia sendiri yang menyusun seluruh rencana itu. Kedua
jendral tua tidak berminat mendengar lebih banyak lagi. Mereka meninggalkan Oinosuke, dan
kembali ke resimen masing-masing, saling memandang sambil membisu.
"Baba, sebuah provinsi konon bisa runtuh, tapi gunung-gunung dan sungai-sungai tetap bertahan.
Kita berdua tak sampai hati melihat gunung dan sungai di sebuah provinsi yang hancur," ujar
Yamagata dengan perasaan mendalam.
Baba mengangguk, sorot matanya tampak sedih ketika ia berkata. "Akhir hayat kita mendekat
dengan cepat. Kita tinggal mencari tempat yang baik untuk gugur, untuk mengikuti bekas junjungan
kita, dan untuk menebus dosa-dosa kita sebagai penasihat yang buruk."
Reputasi Baba dan Yamagara sebagai kedua jendral Shingen yang paling berani telah jauh
melampaui perbatasan Kai. Kepala mereka sudah beruban semasa Shingen masih hidup, tapi
setelah kematiannya, rambut mereka dengan cepat berubah putih.
Daun-daun di pegunungan Provinsi Kai masih muda dan hijau menjelang musim panas tahun itu,
dan air Sungai Fuefuki melantunkan nyanyian kehidupan abadi. Tapi berapa prajurit yang
bertanya-ianya apakah mereka masih akan melihat gunung-gunung itu"
20 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pasukan Takeda bukan lagi pasukan di masa hidup Shingen. Nada sedih yang membunyikan
ketidak-pastian hidup terdengar dalam panji-panji yang berkibar-kibar dan dalam bunyi langkah
mereka. Tapi kelima betas ribu prajurit itu memukul genderang perang, mengibarkan panji-panji,
dan menyeberangi perbatasan Kai; kemegahan yang tercermin dalam mata rakyat tak kalah
gemilang dibandingkan dengan di masa Shingen.
Tepat ketika warna matahari terbenam menyerupai warna matahari saat terbit, tak peduli ke mana
pun mata memandang - ke para pembawa pataka atau panji-panji masing-masing resimen, atau ke
pasukan berkuda yang maju rapat-rapat di sekitar Katsuyori - tak ada tanda-tanda kemerosotan.
Katsuyori sendiri tampak sangat pcrcaya diri, karena ia membayangkan bahwa benteng musuh di
Okazaki sudah berada di tangannya. Dengan perhiasan emas pada helmnya memantul di pipi,
masa depan jendral itu kelihatan cemerlang. Dan sebenarnya ia telah berhasil mencapai beberapa
kemenangan yang memacu semangat tempur Provinsi Kai, bahkan setelah kematian Shingen yang
termasyhur. Bertolak dari Kai pada hari pertama di Bulan Kelima, mereka akhirnya melintasi Gunung Hira dari
arah Totomi dan memasuki wilayah Mikawa, lalu mendirikan perkemahan di tepi sebuah sungai
pada malam hari. Dari tepi seberang, dua samurai musuh berenang ke arah mereka. Para penjaga segera
menangkap kedua orang itu. Mereka ternyata samurai Tokugawa yang diusir dari provinsi mereka
sendiri. Mereka minta agar dibawa ke hadapan Katsuyori.
"Apa" Kenapa mereka lari ke sini?" Katsuyori tahu arti kejadian itu. Pengkhianatan Oga telah
terbongkar. Katsuyori telah membawa pasukannya sampai ke Mikawa. Apakah aku harus menyerang, atau
mundur" Katsuyori berulang kali bertanya pada diri sendiri. Ia sangat bingung dan merasa patah
semangat. Seluruh rencana Katsuyori didasarkan atas pengkhianatan Oga dan kekacauan yang
seharusnya ia buat di dalam Benteng Okazaki. Terbongkarnya kedok Oga serta penangkapannya
merupakan pukulan berat. Tapi, setelah maju begitu jauh, tidaklah panias bagi seorang samurai
untuk mundur tanpa berhasil mencapai apa pun. Di pihak lain, tidak pada tempatnya untuk maju
secara sembrono. Batin Katsuyori bergolak hebat. Dan ia serasa ditusuk-tusuk ketika teringat
bagaimana Baba dan Yamagata mewanti-wantinya agar tidak mengambil langkah gegabah,
sebelum pasukannya bertolak dari Kai.
"Kirim tiga ribu prajurit ke arah Nagashino,"
Katsuyori memerintahkan. "Aku sendiri akan menyerang Benteng Yoshida dan menyapu daerah
sekitarnya." Katsuyori membongkar kemah sebelum fajar dan menuju Yoshida. Tanpa keyakinan akan
kemenangan, ia membumihanguskan beberapa desa sebagai ajang pamer kekuatan. Ia tidak
menyerang Benteng Yoshida, mungkin karena Ieyasu dan putranya, Nobuyasu, telah menggulung
para pengkhianat dan cepat-cepat mengirim pasukan sampai ke Hajikamigahara.
Berbeda dengan pasukan Katsuyori yang kini tak dapat maju maupun mundur, sehingga hanya
berusaha agar tidak kehilangan muka, pasukan Tokugawa telah membasmi para pemberontak dan
menerjang dengan semangat menggebu-gebu.
21 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Apakah kita provinsi yang sekarat atau yang sedang menanjak?" demikian teriakan perang
mereka. Jumlah mereka memang kecil, tapi semangat mereka berbeda sama sekali dengan
pasukan Katsuyori. Barisan depan kedua pasukan itu dua atau tiga kali terlibat bentrokan senjata di Hajikamigahara.
Tapi pasukan Kai pun bukan pasukan sembarangan, dan menyadari bahwa mereka tak dapat
menyaingi semangat tempur musuh, mereka tiba-tiba mundur.
Scruan, "Ke Nagashino! Ke Nagashino!" terdengar menggema. Mereka segera berbalik dan
membelakangi pasukan Tokugawa, lalu berangkat seakan-akan harus menangani urusan
mendesak di tempat lain. Nagashino merupakan medan pertempuran kuno, dan bentengnya konon tak dapat ditaklukkan.
Pada awal abad, benteng tersebut berada di tangan marga Imagawa. Belakangan marga Takeda
mengakuinya scbagai bagian dari Kai. Tapi kemudian, di tahun pertama Tensho, benteng itu direbut
oleh Ieyasu, dan kini berada di bawah komando Okudaira Sadamasa dari marga Tokugawa,
dengan pasukan penjaga berkekuatan lima ratus orang.
Karena nilai strategisnya, Nagashino merupakan pusat segala macam komplotan, pengkhianatan,
dan pertumpahan darah, bahkan di masa damai.
Pada malam di hari kedelapan Bulan Kelima. pasukan Kai telah mengepung benteng itu.
Benteng Nagashino berdiri di pertemuan Sungai Taki dan Ono, di daerah bergunung-gunung di
bagian timur Mikawa. Di belakangnya, ke arah timur laut, tak ada apa-apa selain gunung. Lebar
selokan pertahanannya, yang mengambil air dari arus deras kedua sungai, bcrkisar dari enam puluh
sampai sembilan puluh meter. Di bagian terendah, tepinya menjulang dua puluh tujuh meter, dan di
bagian tertinggi membentuk tebing setinggi empat puluh lima meter. Kedalaman airnya tak lebih dari
satu setengah sampai dua meter, tapi arusnya deras.
"Betapa pongahnya!" ujar Komandan Benteng Nagashino ketika ia mengamati penyusunan
pasukan Katsuyori dari menara jaga.
Sejak sekitar tanggal sepuluh, Ieyasu mulai mengirim kurir-kurir kepada Nobunaga. Beberapa kali
dalam sehari, untuk melaporkan situasi di Nagashino. Setiap ancaman bagi marga Tokugawa juga
dianggap ancaman terhadap marga Oda, dan suasana di Benteng Gifu sudah terasa lebih tegang
daripada biasanya. Nobunaga memberikan tanggapan positif, tapi ia tidak terburu-buru mengerahkan pasukannya.
Rapat perang berlangsung selama dua hari.
"Tak ada kemungkinan menang. Percuma saja kita kerahkan pasukan," Mori Kawachi
memperingatkan. "Tidak! Itu berarti kita melalaikan kewajiban kita!" orang lain berdalih.
Yang lain, sepertni Nobumori, mengambil jalan tengah. "Seperti dikatakan Jendral Mori, sudah jelas


Taiko Karya Eiji Yoshikawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa peluang menang melawan Kai kecil sekali, tapi kalau kita menunda pengiriman pasukan,
orang-orang Tokugawa bisa menuduh kita berbuat tidak jujur, dan kalau kita tidak berhati-hati, ada
22 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemungkinan mereka pindah ke pihak musuh, bergabung dengan pasukan Kai, dan berbalik
melawan kita. Hamba rasa kita sebaiknya mengerahkan pasukan secara pasif."
Kemudian, dari tengah-tcngah peserta rapat perang, sebuah suara terdengar lantang, "Tidak!
Tidak!" Suara itu milik Hideyoshi yang telah bergegas datang dari Nagahama.
"Sekarang ini benteng di Nagashino mungkin kelihatan tidak penting," lanjutnya. "tapi setelah
menjadi titik tolak bagi penyerbuan oleh Provinsi Kai, pertahanan orang-orang Tokugawa akan
menyerupai tunggul bobol, dan kalau itu terjadi, sudah jelas pasukan Tokugawa takkan sanggup
menahan Kai lama-lama. Jika kita sekarang memberikan keuntungan semacam itu pada Kai,
bagaimana kita bisa menjamin keamanan Benteng Gifu?" Ia bicara dengan lantang, suaranya
bergetar penuh emosi. Orang-orang yang hadir tak dapat berbuat lain dari memandangnya. Ia
kembali bcrkata. "Sepengetahuanku tidak ada strategi militer yang membenarkan pengutusan
pasukan secara pasif, kalau pasukan tersebut sudah dikerahkan. Daripada begitu, bukankah lebih
baik kalau kita maju segera dan dengan yakin" Apakah marga Oda akan runtuh" Apakah marga
Takeda akan meraih kemenangan?"
Semua jendral menyangka Nobunaga akan mengirim enam ribu atau tujuh ribu prajurit - pasti tak
lebih dari sepuluh ribu - tapi keesokan harinya ia memberi pcrintah untuk menyiapkan pasukan
besar berkekuatan tiga puluh ribu orang.
Walaupun Nobunaga tidak menyatakan sependapat dengan Hideyoshi selama rapat perang
berlangsung, ia kini menunjukkannya melalui tindakan vang diambilnya. Ia sungguh-sungguh, dan
ia sendiri yang akan memimpin pasukannya.
"Pasukan ini bisa saja disebut bala bantuan," Nobunaga berkata. "tapi sebenarnya nasib marga
Odalah yang sedang dipertaruhkan."
Pasukan besar itu bertolak dari Gifu pada hari ketiga belas, dan mencapai Okazaki keesokan
harinya. Pasukan Nobunaga hanya beristirahat satu hari. Pada pagi hari keenam belas, mereka sudah
sampai di garis depan. Kuda-kuda di seluruh desa mulai meringkik ketika mega-mega fajar mulai tampak. Panji-panji
terdengar berdesir terkena angin, dan sangkakala berkumandang. Jumlah prajurit yang bertolak dari
kota benteng Okazaki pada pagi itu memang luar biasa besar, dan para warga provinsi kecil itu
kelihatan takjub. Mereka lega sekaligus iri melihat pasukan serta perlengkapan yang dikerahkan
oleh provinsi hebat yang merupakan sekutu mereka. Ketika ketiga puluh ribu prajurit Oda berbaris
dengan segala panji dan pataka, jumlah kesatuan mereka sukar dipastikan. "Lihat
senapan-scnapan yang mereka miliki!" seru orang-orang di pinggir jalan. Para prajurit Tokugawa
pun tak sanggup menyembunyikan perasaan iri. Dari ketiga puluh ribu prajurit Nobunaga, hampir
sepuluh ribu merupakan pasukan senapan. Mereka juga menarik meriam besar yang terbuat dari
besi cor. Tapi yang paling aneh, hampir setiap prajurit yang tidak memanggul senapan membawa
tombak runcing yang biasa digunakan untuk membuat pagar pertahanan, serta sepotong tali.
"Kenapa orang-orang Oda membawa tombak seperti itu?" para penonton bertanya-tanya.
Pasukan Tokugawa yang berangkat ke garis depan pada pagi hari berjumlah kurang dari delapan
ribu orang. Dan itu sudah merupakan bagian terbesar dari kekuatan Mikawa. Satu-satunya hal yang
23 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak kurang adalah semangat mereka .
Bagi marga Oda, wilayah ini merupakan daerah asing - sebuah dacrah yang mereka datangi
sebagai bala bantuan. Tapi bagi para prajurit marga Tokugawa. ini adalah tanah leluhur mereka,
tanah yang tidak boleh diinjak musuh. Sejak awal, para prajurit rendahan pun berpegang pada
keyakinan ini. Dibandingkan perlengkapan pasukan Oda, jelaslah bahwa perlengkapan mereka
kalah jauh. Tapi mereka tidak merasa rendah diri. Setelah menempuh Beberapa mil, orang-orang
Tokugawa mempercepat langkah mereka. Ketika mendekati Desa Ushikubo, mereka berganti arah,
bergegas menjauhi pasukan Oda dan menuju Shidaragahara bagaikan awan badai.
Gunung Gokurakuji terletak tepat di depan dataran Shidaragahara, dan dari puncaknya posisi-posisi
Takeda di Tobigasu, Kiyoida, dan Arumigahara tampak jelas.
Nobunaga mendirikan markas besarnya di atas Gunung Gokurakuji, sementara memilih Gunung
Danjo. Ketiga puluh delapan ribu prajurit Tokugawa dan Oda di kedua gunung itu telah selesai
mengadakan pcrsiapan untuk menghadapi pertecmpuran.
Langit mulai dipenuhi awan, namun tak ada tanda-tanda petir maupun angin.
Di Gunung Gokurakuji, para jendral dari pasukan Oda dan Tokugawa berkumpul di sebuah kuil di
puncak gunung untuk mengadakan rapat gabungan. Di tengah-tengah rapat, dibentahu bahwa para
pengintai baru saja kembali.
Ketika Nobunaga mendengar ini, ia berkata. "Mereka datang pada waktu yang tepat. Bawa mereka
ke sini, agar kita semua bisa mendengarkan laporan tcntang pergerakan musuh."
Kedua pengintai memberikan laporan sambil bersikap sok penting. Yang pertama memulai dengan
berkata, "Yang Mulia Katsuyon mendirikan markasnya di sebelah barat Ammigahara. Para
pengikutnya serta pasukan berkudanya tampak cukup andal, jumlah mereka mencapai sekitar
empat ribu orang, dan sepertinya mereka sama sekali tidak gelisah."
Pengintai kedua melanjutkan. "Obata Nobusada dan korps penyerangnya mengawasi medan
pertempuran dari sebuah bukit rendah, agak ke selatan dari Kiyoida. Hamba melihat pasukan
utama berkekuatan sekitar tiga ribu orang di bawah Naito Shuri berkemah di Kiyoida sampai ke
Asai. Sayap kiri mereka, yang juga berkekuatan sekitar tiga ribu orang, bcrada di bawah komando
Yamagata Masakage dan Oyamada Nubushigc. Dan terakhir, sayap kanan dipimpin oleh Anayama
Baisetsu dan Baba Nobufusa. Mereka kelihatan sangat mengesankan."
"Bagaimana dengan pasukan yang mengepung Benteng Nagashino?" tanya Ieyasu.
"Kurang-lebih dua ribu orang tetap tinggal di sekitar benteng itu, dan mereka cukup merepotkan
pasukan yang bertahan. Sepertinya juga ada korps pengintai di sebuah bukit di sebelah barat
benteng, dan ada kemungkinan sekitar seribu prajurit bersembunyi di benteng-benteng sekitar
Tobigasu." Laporan kedua orang itu sebenarnya kurang lengkap. Tapi para jendral yang mereka sebut itu
terkenal garang dan berani, dan baik Baba maupun Obata tersohor sebagai ahli strategi. Wajah
para jendral Oda dan Tokugawa menjadi pucat ketika mendengar laporan kedua pengintai
mengenai posisi musuh, semangat tempur mereka, serta ketenangan dan rasa percaya diri vang
mereka perlihatkan. 24 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Semuanya mcmbisu, sepertni orang-orang yang diserang rasa takut tepat sebelum pertempuran
dimulai. Tiba-tiba Sakai Tadatsugu angkat bicara. Suaranya begitu keras, sehingga mengejutkan
orang-orang di sekelilingnya.
"Hasilnya sudah jelas. Tak perlu berdiskusi panjang-lebar. Mana mungkin musuh yang begitu lemah
sanggup melawan pasukan raksasa kita?"
"Cukup sekian perundingan kita," Nobunaga sependapa, lalu menepuk lutut. "Tadatsugu patut
dijadikan teladan. Di mata seorang pengecut, burung bangau yang terbang di atas sawah
menyerupai panji musuh dan membuatnya gemetar kctakutan." ia berkata sambil tertawa. "Aku
merasa sangat lega setelah mendengar laporan para pengintai. Tuan Ieyasu, kita harus
merayakannya!" Akibat pujian yang diterimanya, Sakai Tadatsugu terbawa luapan scmangat dan menambahkan.
"Menurut pendapat hamba, kelemahan musuh yang terbesar terletak di Tobigasu. Jika kita
mengambil jalan melingkar dan menyerang titik lemah mereka dari belakang dengan orang-orang
bersenjata ringan, moral seluruh pasukan mereka akan mengendur, dan prajurit-prajurit kita..."
"Tadatsugu!" Nobunaga berkata dengan tajam. "Apa manfaatnya siasat seperti itu dalam
pertempuran besar ini" Kau terlalu pongah. Kurasa lebih baik kalau semuanya menarik diri."
Dengan menggunakan teguran sebagai alasan, Nobunaga mengakhiri rapat itu. Sambil menahan
malu, Tadatsugu pergi bersama yang lain.
Namun, setelah semuanya meninggalkan kuil, Nobunaga berkata pada Ieyasu. "Maafkan aku
karena menegur Tadatsugu yang gagah dengan begitu keras di depan semua orang tadi. Kupikir
rencananya baik sekali, tapi aku takut karena mungkin ada yang membocorkannya pada musuh.
Sudikah Tuan menghiburnya nanti?"
"Tidak, memang tidak seharusnya Tadatsugu membeberkan rencana kita, walaupun dia berada di
antara sekutu. Itu pelajaran yang baik baginya. Dan aku pun belajar sesuatu."
"Teguranku tadi begitu keras, sehingga orang-orang kita sendiri pun takkan menyangka bahwa kita
akan menggunakan rencana itu. Panggil Tadatsugu, dan izinkan dia melancarkan serangan
dadakan ke Tobigasu."
"Aku percaya bahwa itulah keinginannya yang paling besar."
Ieyasu menyuruh pelayannya memanggil Tada-tsugu, lalu menyampaikan pesan Nobunaga.
Tadatsugu tidak memerlukan dorongan lebih lanjut untuk bertindak. Secara diam-diam ia
menyelesaikan persiapan untuk kesatuannya, lalu menghadap Nobunaga untuk pertemuan empat
mata. "Hamba akan berangkat saat matahari terbenam, tuanku." Hanya itu yang dikatakan Tadatsugu.
Nobunaga pun tidak banyak berkata. Tapi ia menugaskan lima ratus prajurit bersenapannya untuk
menyertai Tadatsugu. Seluruh pasukan berkekuatan lebih dari tiga ribu orang.
Mereka meninggalkan perkemahan pada senja kala, diselubungi kegelapan Bulan Kelima. Ketika
25 Pendekar Bloon Nagari Batas Ajal m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka berangkat, tirai hujan mengiris-iris kegelapan. Dalam keadaan basah kuyup mereka
berbaris sambil membisu. Sebclum mendaki Gunung Matsu, seluruh kompi bersembunyi di pekarangan sebuah kuil di kaki
gunung. Para prajurit melepaskan baju tempur masing-masing, meninggalkan kuda-kuda, dan
memanggul semua perlengkapan yang akan mereka bawa serta.
Lereng gunung teramat curam dan berlumpur akibat hujan yang sangat lebat. Setiap kali melan
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
26Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib | http://cerita-silat.mywapblog.com | Pendekar Bloon Perintah Dari Alam Gaib pdf created by Saiful Bahri (Seletreng - Situbondo) pd 23-04-2016 08:25:10
gkah maju, kaki mereka merosot lagi. Sambil berpegangan pada gagang tombak dan
Sengkala Angin Darah 1 Pendekar Bloon 3 Pemikat Iblis Serangan Hiu Martil 1
^