Dalam Mihrab Cinta 2
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 2
Mendengar hal itu Ketua Bagian Keamanan hanya gelenggeleng kepala. Pak Kiai tersentak, ada
keraguan berbalut kekuatiran menyusup dalam hatinya, namun diam saja.
*** Sampai di rumah ia ternyata juga menemukan hal yang
sama. Ia menegaskan bahwa ia terfitnah. Ia tidak pernah
mencuri di pesantren. Namun penjelasannya itu tidak bisa
diterima oleh seluruh anggota keluarganya. Kemarahan
ayahnya juga tidak reda. Kedua kakak dan ibunya lebih
percaya pada keputusan pesantren.
"Sudah lebih baik kau mengakui dosamu itu dan
bertaubat. Sesali perbuatanmu itu dan jangan keras kepala!"
Kakak sulungnya yang sudah punya dua anak itu marah.
Hanya adiknya, Nadia, yang tidak berkomentar. Nadia
lebih merasa iba pada kondisi kakaknya.
"Apa tidak sebaiknya dibawa ke dokter untuk diobatkan
Ma. Kasihan Kak Syamsul." Kata Nadia.
Pak Bambang langsung menyahut garang, "Kita tidak
perlu kasihan sama maling. Biar dia rasakan akibat
kejahatannya!" Tak ada yang berani membantah. Bu Bambang masih
tampak marah. Rasa marahnya saat itu mengalah-kan rasa
kasihan pada anaknya itu.
Syamsul istirahat di kamarnya dengan mata berkacakaca. Jika keluarga sudah tidak lagi percaya
padanya. Apalah arti hidup di dunia ini. Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. la
bersihkan luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu
dengan rivanol. Setelah itu ia oleskan Betadine.
"Apakah kau juga tidak percaya bahwa aku tidak
mencuri, Nadia?" Tanya Syamsul.
Nadia diam. Tidak menjawab.
"Jawab Nadia, aku butuh seseorang yang menguat-kan
aku. Aku bisa gila!" Seru Syamsul serak.
17 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudahlah, Kak. Jangan bahas itu lagi. Yang penting
kakak sembuh dulu. Nadia akan rawat kakak. Kakak jangan
kecil hati, selama Allah bersama kakak, maka kakak jangan
takut bahwa semua manusia memusuhi kakak."
"Jadi kau percaya bahwa bukan aku pencurinya" Kau
percaya penjelasanku, Nadia."
"Itu tidak penting, Kak. Saya ingin kakak berubah lebih
baik. Dan Nadia akan selalu menganggap Kak Syamsul adalah
kakak Nadia." Syamsul kecewa. Nadia pun tidak juga mempercayainya.
*** Assalamualaikum. Adikku Nadia. maafkan kakak. Kakak merasa tak
ada yang bisa lagi kakak lakukan kecuali
pergi. Apalah arti hidup ini jika keluarga.
sendiri sudah tidak lagi percaya kepada
Kakak. Kakak tidak. tahu harus berbuat apa
lagi agar kalian percaya bahwa kakak bukanlah maling. Adikku Nadia, maafkan Kakak. Kakak pinjam dulu
uangmu dua ratus lima puluh ribu di
kamarmu. Sekali lagi kakak sampaikan kakak
pinjam dulu. Sebab kakak tidak punya uang
sama sekali. Kalau kau mau tape recorder
kakak di kamar bisa kaujual untuk mengganti. Jika tidak, maka suatu saat
Insya Allah kakak kembalikan.
Adikku Nadia, kakak tidak tahu apakah kakak.
akan jadi lebih baik sesuai harapanmu.
Ataukah kakak. akan jadi lebih buruk.
Bahkan kakak tidak tahu jika nasib akhirnya
mengharuskan jadi pencur! beneran. Seperti
yang kalian yakini saat ini.
Adikku Nadia, ketahuilah, dan sampaikanlah
kepada ayah. ibu dan kedua kakak kita. jika
kakak akhirnya jadi pencuri maka sebenarnya
yang membuat kakak jadi pencuri adalah
kalian. Keluarga kakak sendiri. Karena kalian percaya
18 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kakak adalah seorang maling, seorang pencuri. Adikku Nadia, maafkan seluruh dosa kakak.Juga
sampaikan permohonan maaf kepada keluarga,
Kakak tidak tahu akan kembali apa tidak.
Yang jelas kakak akan mencari daerah yang
tidak mengenal kakak. Sehingga mereka tidak
akan menyebut kakak sebagat maling, pencuri. Sedih dan sakit rasanya jika kakak
terus disebut maling, pencuri.
Tak usah diharap kakak pulang. Kalau kalian
mendengar kakak mati pun jangan datang
menjenguk. Sebab kakak memang tidak pantas
untuk jadi anggota keluarga Haji Bambang
Hardjono, B.A. Pengusaha Batik Paling Kaya
dan paling Terhormat di Pekalongan.
Salam kakakmu, Syamsul Hadi Nadia membaca surat dari kakaknya itu dengan airmata
bercucuran. la langsung berteriak-teriak memanggil Mamanya. Sang Mama datang tergopoh-gopoh, begitu
membaca surat itu rasa keibuannya terbit. la pun menangis.
Namun Sang Ayah dan kedua kakak Nadia malah geram dan
marah. "Kita harus cari Syamsul, Pa. Kelihatannya dia memang
tidak bersalah. Kita harus berdiri bersama anak kita, Pa."
Kata Bu Bambang. "Iya, Pa. Kita bisa minta polisi mengusut kasus di
pesantren itu. Kalau Kak Syamsul tidak bersalah kan berarti
dia dianiaya." Tambah Nadia.
"Kalian ini, dasar perempuan, baru membaca surat
gombal kayak gitu saja berubah. Itu hanya akting si Syamsul.
Aku sudah tidak percaya lagi sama anak brengsek itu!" Jawab
Pak Bambang marah. 19 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita lihat saja dulu perkembangannya. Paling dua hari
lagi Syamsul juga pulang." Sahut kakak pertama.
"Iya Syamsul telah memilih jalannya. Dia sudah dewasa.
Sudah lulus SMA. Biarkan ini semua jadi pembelajaran
baginya." Imbuh kakak kedua.
Jika sudah demikian Bu Bambang dan Nadia tidak bisa
berbuat apa-apa. Hanya saja dalam hati Bu Bambang berdoa
semoga Syamsul anaknya baik-baik saja, dan mau pulang
kembali. *** Sudah satu minggu Syamsul pergi. la mengelana di Kota
Semarang. Tidur dari masjid ke masjid. Makan seadanya.
Dengan berbekal ijazah SMA ia melamar pekerjaan dari kantor
ke kantor, pabrik ke pabrik, tapi belum juga diterima. Sebab
semua pabrik mensyaratkan ada keterangan surat kelakuan
baik dari kelurahan. Berarti ia harus pulang. Dan itu yang
tidak mau ia lakukan. Ia sudah berusaha mencari kerja, tapi tak juga dapat.
Akhirnya timbul dalam pikirannya, mungkin jalannya untuk
makan adalah dengan mencuri, mencopet dan menjambret. Ia
masih maju mundur melakukan hal itu. Akhirnya ia nekat. Ia
naik bus mini warna kuning jurusan Mangkang-Penggaron.
Sampai di Jrakah ia melakukan aksi perdananya. Mencopet.
Dan.. .naas! Korbannya waspada. la ketahuan. la langsung lompat
dari bus. Bus berhenti. Semua orang berterik-teriak, "Copet,
copet!" Orang yang mendengar hal itu langsung berlarian
mengejarnya. la lari ke arah Ngaliyan. Terus berlari. Sampai
dekat kampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. la babak
belur dihakimi massa. Untung ada patroli polisi. Nyawanya
diselamatkan oleh polisi.
Berita tertangkapnya dirinya di Ngaliyan masuk koran
terkemuka di Jawa Tengah, Suara Mahardika. Juga masuk
berita televisi. Untung ia tidak bawa KTP. KTP dan semua
barangnya ia titipkan pada seorang takmir masjid tua di dekat
Pasar Bulu. Ia mengaku bernama Burhan. Dari Jakarta.
Keluarganya di Pekalongan membaca isi koran dan
melihat berita itu. Mereka tersentak. Bu Bambang menangis,
"Ia benar-benar jadi pencuri!"
Pak Bambang dan kedua kakaknya mengatakan,
"Sudahlah ia kita ikhlaskan. Untung dia memakai nama
samaran, jadi tidak mencemarkan nama keluarga."
Hanya Nadia yang tidak percaya.
"Saya yakin copet itu bukan Kak Syamsul. Itu orang lain
yang mirip Kak Syamsul," kata Nadia.
"Kamu itu masih bau kencur. Tahu apa masalah dunia
kriminal, Nadia!" Sengit kakak kedua.
Nadia tidak bisa menjawab. Dalam
membuktikan bahwa anggapannya benar.
20 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** hati ia ingin Dua Sejak itu ia mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu.
Ia satu sel dengan dua orang narapida yang tertangkap karena
mencuri sepeda motor. Dua nara-pidana itu mengajaknya
untuk bergabung dalam komplotannya. Ia pura-pura
mengiyakan, sebab ia takut jadi bulan-bulanan mereka. Ia
diberi tahu trik-trik mencuri sepeda motor yang canggih. Juga
trik-trik mencuri rumah orang kaya.
"Di daerah Papandayan dan Candi, Semarang atas,
banyak rumah mewah. Jika kita berhasil menggasak
satu rumah saja. Kita bisa kaya mendadak." Kata napi
berkumis tebal. Ia lalu diberi tahu peta daerah-daerah strategis untuk
beroperasi. Ia masihbimbangbagaimana meneruskan hidup. Ia
teringat cita-citanya. Ingin jadi mubaligh ternama sekaligus
pengusaha Muslim yang berhasil. Maka setelah lulus SMA ia
minta masuk pesantren sambil kuliah. Ia memilih pesantren
di Kediri. Waktu di SMA memang ia agak nakal. Tapi dalam
hati terkecil, cita-citanya adalah jadi mubaligh.
Dan kejadian di pesantren itu mengubah segalanya. Ia
teringat Burhan. Anak pengusaha dari Jakarta itulah sumber
petakanya. Ia dijebak Burhan, saat pesantren sedang panas
oleh kejadian beberapa pencurian. Uang santri hilang. Ia jadi
kambing hitam. Dan kini ia benar-benar mendekam jadi
pencuri. Sudah satu minggu ia dipenjara. Ia mulai bosan. Napi
berkumis tebal berkata padanya,
"Kau tenang saja Bur. Minggu depan bos kami akan
datang. Dia akan menebus kami. Kau akan kami usahakan
ikut ditebus. Tapi konsekuensinya, kau harus ikut
memperkuat kami." Ia mengangguk. Jika itu benar-benar terjadi, ia memang
benar-benar akan masuk di dunia hitam. Ia berdoa semoga
ada mukjizat yang mengeluarkannya dari penjara. Tapi ia
tidak bisa mengelak dari kejahatan-nya mencopet. Ia
diputuskan mendekam di sel selama enam bulan. Satu bulan
pertama ia akan menjalaninya di Polsek Tugu. Dan ada
kemungkinan dipindah ke Penjara Kedungpane.
Siang itu ia baru saja menyantap jatahnya makan siang.
Seorang polisi datang dan membawanya keluar. Di ruang
tamu ia melihat seorang gadis berjilbab. Hatinya berdesir.
21 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nadia. Antara gembira dan sedih terbit dalam hatinya.
Gembira bertemu adiknya, sedih karena kini adiknya tahu ia
benar-benar seorang kriminil.
"Nadia!" Serunya pada adiknya.
Nadia menoleh ke arahnya. Kaget. Tidak percaya.
"Kau.. .kau bukan KakSs.. .s..." Nadia gagap tidak
percaya. "Tenang. Aku kakakmu, Nadia."
Nadia menggeleng-gelengkan kepala dan menangis.
"Tidak.. .tidak.. .tidak, Kak!"
"Tenang Nadia, beri kesempatan aku bercerita. Mari kita
bicara dengan tenang."
Nadia duduk tenang. Air matanya bercucuran.
"Kau sendirian, Nadia?" Nadia mengangguk.
"Keluarga semua baik?"
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nadia kembali mengangguk.
"Apa mereka sudah tahu aku disel?"
"Begitu membaca koran Suara Mahardika dan menonton
berita di televisi mereka semua yakin yang tertangkap adalah
kakak, meskipun memakai nama Burhan. Hanya aku yang
tidak percaya, maka aku kemari. Ternyata dugaanku salah.
Kakak memang seorang penjahat!"
Syamsul menangis. "Maafkan aku Nadia. Demi Allah ini yang pertama kali
aku lakukan. Dan aku berharap yang terakhir kalinya."
Syamsul lalu menjelaskan perjalanan hidupnya sejak pergi
dari rumah sampai kehabisan uang. Dan kejadian di Ngaliyan
itu. "Tolonglah aku, Adikku."
Nadia diam. Rasa kasihannya keluar setelah mendengar
cerita kakaknya. "Hanya kau yang kuharapkan, Adikku.Tolonglah!"
"Bagaimana aku bisa menolongmu Kak?"
"Tebuslah aku biar aku bisa keluar dari sini."
"Berapa Kak?" "Kau bawa kartu ATM?"
"Iya." "Isinya berapa?"
"Tiga juta." "Baik. Biar aku negosiasi dengan polisi dulu. Baru
kauambil uang di ATM ya."
"Baik Kak." la lalu bernegosiasi dengan polisi. Karena ia sudah
belajar cara negosiasi dengan polisi, maka urusannya mudah.
Apalagi ia menyebut seorang nama yang ia dapat dari kedua
napi itu. Nama itu dikenal sebagai beking para kriminal.
Akhirnya ia bisa keluar dari penjara dengan menebus cuma
duajuta lima ratus. Ia berterima kasih kepada adiknya. Dan ketika adiknya
22 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengajaknya pulang, ia tidak mau.
"Mereka pasti sudah tidak sudi melihat mukaku."
"Tenang, Kak. Mereka akan Nadia yakinkan bahwa yang
dipenjara itu bukan kakak. Tapi Burhan. Orang yang mirip
kakak. Mereka kan tidak tahu kalau kakak sudahbebas.
Kakak bilang saja tidak pernah dipenjara. Nadia tidak akan
membocorkan hal ini pada mereka.
la tetap tidak mau. Nadia memberinya uang lima ratus
ribu, lalu kembali ke Pekalongan dengan perasaan sedih.
Syamsulberharap akan menemukan cahaya yang terang
dalam hidupnya. *** Syamsul merasa tidak bisa bertahan di Semarang. la
ingin mengadu nasib yang lebih baik di tempat lain. Maka
dengan bus ekonomi ia nekat pergi ke Jakarta setelah
mengambil barang-barangnya di masjid dekat PasarBulu.
Sampai di Jakarta ia tak tahu harus berbuat apa. Ia tiba
di Lebak Bulus pagi buta. Bingung mau ke mana. Setelah
shalat Subuh ia berjalan-jalan di terminal melihat-lihat. Ia
merasa karena terlanjur nekat maka ia harus nekat. Akhirnya
ia nekat naik angkot jurusan Parung. Ia ingin mencari masjid.
Ia ingin tinggal di masjid.
Sampai di Parung ia turun, lalu berjalan kaki mencari
masjid. Bertemu dengan sebuah masjid ia utarakan
keinginannya untuk tinggal.
"Mungkin saya bisa bantu-bantu menjaga dan
membersihkan masjid. Kebetulan saya dulu dari pesantren."
Katanya pada orang yang ada di masjid.
"Maaf Dik, kebetulan sudah ada yang tinggal di sini. Dua
orang malah. Juga dari pesantren. Sekarang sedang kuliah di
UIN Syarif Hidayatullah. Maaf kami tidak nambah orang."
la kecewa. Berkali-kali ia temukan masjid. la utarakan
niatnya. Dan jawabannya mirip: tidak menerima tambahan
orang. Di masjid yang terakhir, saat itu menjelang Ashar, dan
dia sangat kelelahan, takmir masjid menyarankan agar dia
mengontrak rumah saja. "Adik kan bisa mencari kerja. Tidak harus tinggal di
masjid. Adik cari saja kontrakan di dekat masjid ini. Kalau
kami perlu bantuan, Adik, kami bisa panggil Adik. Kalau
tinggal di masjid tidak bisa. Kamarnya cuma satu dan telah
ditempati Pak Ali, imam masjid ini, bersama isteri dan
anaknya. Gimana Dik" Nanti saya bantu cari yang murah. Oh
ya siapa tadi nama Adik?"
Pada bapak yang halus budi itu, ia tidak berani berdusta,
"Nama saya Syamsul Pak."
"Ya jadi begitu saran saya Dik Syamsul. Oh ya nama saya
Abbas. Panggil saja Pak Abbas. Kebetulan saya Ketua RT 2 di
perumahan ini." 23 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya ia ikut saran Bapak itu. Ia mendapatkan rumah
satu kamar. Sewa per tahunnya dua juta. Ia menggigitbibir.
"Saya cuma punya empat ratus ribu, Pak."
"Baik. Pemilik rumah ini mengatakan katanya bisa dicicil
empat kali. Sekali cicil berarti lima ratus ribu. Kamu ada
empat ratus, bagaimana kalau yang seratus ribu saya
usahakan. Adik bisa bayar kapan saja adik ada. Tapi cicilan
selanjutnya adik usaha sendiri."
"Saya pinjam tiga ratus ya Pak. Biar saya ada pegangan
bulan ini." "O...boleh." Jadilah ia menyewa rumah. Sejak hari itu ia tinggal di
sebuah perumahan tak jauh dari Parung. Ia mulai kenal
dengan masyarakat. Namun sudah satu bulan ia belum juga
dapat kerjaan. Uang pegangannya tinggal lima kali makan. Ia
bingung. Ia harus berbuat apa. Cicilan rumah bulan depan
juga belum ada. Akhirnya ia berkata pada diri sendiri, "Aku
harus nekat. pecundang!" Minta belas kasihan orang itu mental Hari itu ia naik angkot ke Lebak Bulus. Lalu naik Kopaja
yang sesak penumpang. Ia nekat mengamalkan 'ilmu' yang
didapat dari dua napi saat ia dipenjara. Berhasil! Seorang
cewek berambut keriting jadi korban. Ia lalu beroperasi di bus
yang lain. Berhasil! Seorang ibu-ibu setengah baya berpakaian
modis jadi korban. "Kalau mencopet jangan terlalu tamak. Sehari dapat dua
itu bagus. Yang ketiga dan keempat biasanya hilang
konsentrasi." Ia teringat kata-kata napi berkumis tebal. Ia
merasa harus pulang. Sampai di kontrakan ia Wrung hasil
jarahannya. Dari dompet cewek keriting cuma lima puluh ribu. Tapi
ada kartu ATM-nya. Dari dompet ibu-ibu setengah baya
modis, lumayan, enam ratus ribu. Semuanya serarus ribuan,
enam. Ada KTP dan SIM-nya. Ia ambil uang itu, ia masukkan
ke dalam dompetnya. Sementara dompet korbannya ia simpan
di laci almari. 24 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Meskipun diliputi rasa berdosa ia merasa lebih tenang.
Malam harinya ia pergi ke pemilik rumah nyicil kontrakan.
Hari berikutnya ia melakukan hal yang sama. Dapat cuma
satu korban. Ia pulang. Ia tak mau ambil risiko. Korbannya
kali ini seorang cewek berjilbab modis, kelihatannya
mahasiswi. Ya, mahasiswi setelah ia lihat ada kartu
mahasiswanya. Cantik juga, katanya dalam hati ketika
melihat fotonya. Ada foto yang lain. Foto mahasiswi itu dengan
seorang pria. Mungkin pacarnya, gumamnya. Ia terkesiap.
"Tunggu, agaknya aku kenal dengan lelaki ini." Katanya.
Ia amati dengan seksama, "Benar. Ini si Bajingan Burhan itu.
O jadi ini pacar atau calon isterinya yang lain." Ia semakin
yakin ketika membaca tulisan di balik foto berukuran 6x 8 itu.
"Silvie bersama Mas Burhan di Sby."
Ia tersenyum. Ia penasaran. Ia lihat KTP cewek itu.
"Ini saatnya perhitunganku berlaku." Ia ingat Burhan
sudah serius dengan Dalmayanti, santriwati dari Tulungagung. Putri seorang kepala KUA. "Burhan ini benarbenar buaya! Tidak bisa dibiarkan!"
Setelah mengambil uang dan KTP dari dompet korbannya
ia melangkah keluar sambil menenteng tas ranselnya.
Sekalian shalat Ashar ia hendak pinjam kendaraan pada Pak
Abbas. Ia ingin mencari alamat yang ada di KTP itu yang
kelihatannya tidak jauh dari tempat ia tinggal. Cewek itu
ringgal di Villa Gratia, Parung bagian timur. Sementara
dirinya ada di Parung bagian barat.
Bakda Ashar ia meluncur dengan sepeda motor Pak
Abbas. Tak lama ia temukan Villa Gratia itu. Perumahan elite.
Pintu masuknya dijaga satpam. Ia tak jadi masuk. Ia terus
saja jalan. Ia harus berpenampilan yang tidak mencurigakan.
Ia teringat di ranselnya ada kopiah putih yang biasa ia pakai
kalau shalat. Ia pakai kopiah itu baru pakai helm. Ia lihat
alamat rumah cewek itu. Jl. Flamboyan 19. Ia tersenyum. Ia
sudah mantap meng-hadapi satpam. Ia kembali ke Villa
Gratia. Ketika mau masuk satpam menghentikannya. Ia lepas
helmnya, sehingga tampak ia pakai kopiah. Seketika satpam
bersikap lebih ramah. "Mau ke mana Pak Ustadz" Ke rumah siapa?" tanya
satpam itu. Ia tersenyum dalam hati. "Baru pakai kopiah saja
langsung dipanggil ustadz. Wah boleh juga ini, aku ternyata
bakat jadi ustadz juga." Batinnya.
"Mm. Saya mau ke Flamboyan 17." Jawabnya mantap.
Sengaja ia tidak bilang Flamboyan 19. Ia teringat pada nasihat
25 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
napi berkumis tebal, "Jangan pernah mengatakan sasaran
kita sebenarnya kepada siapapun saat observasi! Termasuk
ketika bertanya atau menjawab pertanyaan."
"O mau ke rumah Pak Broto ya. Jadi si Kecil Dela itu
sudah mau ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak Broto dapat
ustadz, padahal baru kemarin sore bilang ke saya." Kata
satpam itu. "Iya. Alhamdulillah. Nanti kalau dengar ada yang mencari
guru ngaji bisa bilang saya ya." Ia tersenyum.
"Ya, insya Allah, Ustadz, tapi komisinynya, Ustadz."
"Beres, Pak." Ia lalu masuk dengan tenang. Rumah-rumah di
perumahan itu mewah semua. Seperti istana. Ia masuk Jalan
Flamboyan. Rumah bernomor 19, luar biasa besar. Dalam hati
ia berkata, "Si Burhan bajingan itu beruntung punya mertua
tajir begird." Ia lalu mencari masjid. Ketemu masjidnya juga
mewah dan bagus. Ia teringat kata-kata satpam tadi, "Jadi si
Kecil Dela itu sudah mau ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak
Broto dapat ustadz, padahal baru kemarin sore bilang ke
saya." Ia ter-senyum. Ia berharap Pak Broto belum
menemukan guru ngaji. Ia merasa harus nekat. "Mau nyopet
aja perlu nekat, masak mau ngajar ngaji tidak nekat. Tak ada
salahnya tho copet ngajar ngaji biar dosanya terhapus dikitdikit." Batinnya dalam hati.
Lalu dengan mantap ia memarkir sepeda motornya di
depan rumah di Jalan Flamboyan no. 17. Ia pencetbel.
Seorang pembantu wanita agak tua membuka pintu.
"Oh, Pak Ustadz. Mau ketemu siapa?"
"Pak Broto ada, Bu?"
"Ada. Silakan masuk Pak Ustadz."
Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk
bersarung dan berbaju koko keluar.
"Oh Ustadz. Di mana kita pernah bertemu ya Pak
Ustadz?" Pak Broto merasa kenal.
"Mungkin di suatu masjid. Saya juga lupa Pak Broto. Gini
Pak Broto langsung saja, ada yang memberitahu saya,
katanya Pak Broto perlu guru pri vat ngaji untuk si Kecil
Delia. Apa betul?" Syamsul menjawab dengan sangat tenang.
"Benar Pak Ustadz. Sudah ada seorang guru ngaji yang
datang tadi pagi tapi saya tidak cocok, sebab dia tidak
ada background pesantrennya. Saya ingin guru ngaji yang
pemah belajar di pesantren."
"Kebetulan saya dulu pernah nyantri di Kediri. Asli saya
dari Pekalongan Pak Broto. Sekarang saya tinggal di
perumahan di Parung bagian barat."
"O ya...ya...ya. Alhamdulillah kalau begitu. Semoga si
Delia mau. Sekarang tinggal Della-nya mi. Oh ya nama Pak
Ustadz siapa ya" Saya lupa?"
Syamsul ingin tertawa. Belum pernah bertemu tapi
26 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa sudah kenal. Kadang orang kaya itu aneh.
"Nama saya Syamsul, Pak Broto."
"O ya..ya...ya. Saya
segera clear urusannya."
panggilkan Delia dulu. Biar Pak Broto lalu masuk memanggil-manggil anaknya. Tak
lama, ia kembali keluar bersama anak putri berumur enam
tahun. "Ini Dik Delia ya?" sapa Syamsul dengan ramah.
"Iya." Jawab Delia acuh tak acuh.
"Kenalkan nama kakak Syamsul, panggil Kak Syamsul."
"Kak Syamsul mau jadi ustadz Delia ngaji ya?"
"Iya. Itu jika Delia mau berteman dengan Kak Syamsul."
"Kak Syamsul bisa nyanyi nggak. Soalnya Delia inginnya
tuh ustadz Delia juga yang pinter nyanyi."
"Uda Delia ingin, Kak Syamsul nyanyi apa?"
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Coba Kak Syamsul nyanyi lagu daerah dari Kalimantan!"
"Wah kalau itu mah kecil. Nih dengerin baik-baik ya
Delia: Ampar-ampar pisang pisangku belum masak.
Masak bigi dihubung bari-bari.
Mangga lepak mangga lepak
Patah kayu bengkok.. Syamsul lalu menyanyi dengan semangat. Delia lalu ikut
bernyanyi. Begitu lagu selesai, Delia langsung berkata pada
ayahnya, "Saya mau ayah. Kak Syamsul pinter."
Pak Broto tersenyum, "Ya sudah kalau begitu. Ayah mau
bicara sama Kak Syamsul dulu ya. Kamu masuk sana!"
Delia lalu masuk dengan berlari dan berteriak, "Hore aku
puny a ustadz pinter nyanyi...!"
"Alhamdulillah Pak Ustadz. Seperti yang Ustadz dengar
sendiri. Delia mau. Terus kontrak kita bagai-mana?"
"Saya ikut aturan bapak saja. Saya tidak meragukan
profesionalitas Pak Broto."
Kening Pak Broto berkerut.
"Hmm baiklah. Saya samakan dengan privat pianonya
Delia saja ya Ustadz?"
"Saya ikut. Tolong dijelaskan detilnya."
"Satu minggu empat kali pertemuan. Satu pertemuan
satu setengah jam. Sehingga satu minggu ada enam jam. Satu
27 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jamnya saya hargai seratus ribu. Jadi satu minggu
enam ratus ribu. Dan satu bulannya dua juta empat
ratus ribu. Kalau ada jam tambahan maka harga per jamnya
seratus ribu. Begitu Ustadz, bagaimana?"
"Sepakat." "Terus pengaturan jamnya bagaimana, Ustadz?"
"Begini saja. Pak Broto saja yang bikin dengan melihat
jam kegiatan Delia. Insya Allah habis ini saya ke masjid. Saya
shalat Maghrib di masjid perumahan ini, Insya Allah. Setelah
shalat kita bicarakan di masjid jadwalnya. Bagaimana Pak?"
"Baik Pak Ustadz. Baik."
"Kalau begitu saya pamit dulu."
Syamsul meninggalkan rumah itu dan pergi ke masjid.
Sambil menunggu ia berbincang-bincang dengan penjaga
masjid. Ia banyak mendapatkan info yang berharga. Termasuk
tentang penghuni rumah no.19 Jalan Flamboyan. Silvie
ternyata mahasiswi jurusan ekonomi UI. Silvie anak tunggal.
Ayahnya seorang pengusaha di bidang travel dan pariwisata.
Namanya Pak Heru. "Pak Heru itu bisa dikatakan yang paling kaya di
perumahan ini. Ia punya travel yang sudah punya cabang di
hampir seluruh kota besar di Indonesia. Cabang travelnya juga ada di Singapura, Malaysia dan
Arab Saudi." Begitulah penjaga masjid itu menerangkan.
"Hanya saja Pak Heru sedikit pelit. Kalau membantu
masjid sedikit. Masihbagusan Pak Broto yang tak pernah
hitungan kalau membantu."
Waktu Maghrib tiba. Jamaah berdatangan . Penjaga itu
yang azan dan iqamat. Saat shalat mau didirikan penjaga
masjid itu mempersilakan Syamsul jadi imam. Syamsul ragu
dan tidak mau. Tapi Pak Broto yang sudah hadir memaksanya
agar ia mau. Akhirnya ia pun jadi imam. Dalam hati ia
beristighfar sebelum maju dan berkata, "Ya Rabbi apakah kau
mau menerima shalat seorang pencopet?" hamba-hamba-Mu yang diimami Ia shalat dengan membaca surat-surat pendek.
Bacaannya tartil. Satu tahun di pesantren cukup baginya
untuk membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Usai shalat
ia berbincang-bincang dengan Pak Broto. Kesepakatankesepakatan ten tang hari dan jam dengan
cepat tercapai. Di tengah asyiknya berbincang, Pak Heru ikut nimbrung. Pak
28 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Heru bercerita tentang musibah yang menimpa putrinya
semata wayang, "Sekali ini dia naik bus kota langsung kecopetan. SIM,
STNK, KTP, Kartu Mahasiswa hilang. Untung pas tidak bawa
ATM. Ia juga kehilangan empat ratus ribu." Pak Broto diam
mendengarkan. Demikian juga Syamsul. Dalam hati Syamsul
berkata, "Pak, si Copet yang mencopet putri Bapak ada di
depan Bapak." Seorang jamaah yang mendengar dari kejauhan
mendekat sambil berkata, "Mungkin karena kurang zakat kali,
Pak." "Masak" Kan tiap tahun harta saya sudah saya zakati 2,5
persen." "Mungkin yang kurang infak shadaqahnya. Shadaqah
kan tolak balak. Bener nggak, Ustadz?"
Syamsul mengangguk. Pak Heru terdiam. Syamsul harus minta diri pulang.
Sebab ia pinjam kendaraan Pak Abbas hanya sampai jam
delapan malam. Dalam perjalanan ia berniat untuk taubat
dan jadi manusia baik sungguhan.
*** Tiga Sejak itu Syamsul mulai menata hidupnya. la merasa jika
gaji privat ngajinya cukup, maka tidak perlu lagi mencopet.
Dan ia berjanji dalam hati akan mengem-balikan dompet
korban-korbannya ke alamatnya masing-masing.
Seminggu empat kali ia mengajar Delia. Dan agar tidak
mengecewakan kala mengajar, ia pergi ke toko buku untuk
membeli beberapa buku cerita anak Islami. Dongeng-dongeng
anak. Buku-buku permainan anak. Juga psikologi anak.
Syamsul berusaha sebisa mungkinmenjadikan Delia keranjingan mengaji. Tempat ngajinya tidak melulu di ruang
belajar Delia. Kadang di taman. Kadang di masjid. Bahkan
terkadang ia ajak jalan pakai kendaraan dan mencari daerah
yang enak untuk mengaji. Pak Broto senang sekali dengan
kemajuan putri bungsunya itu.
Dari mulut Delia, Syamsul banyak tahu tentang Silvie.
Sebab Delia diajar matematika oleh Silvie. Dan akhirnya Silvie
pun kenal Syamsul. Selain mengajar Delia, Syamsul mulai
mendapat tawaran mengajar anak yang lain. Ia merasa bisa
hidup mandiri dari uang yang halal. Saat ia merasa ada uang
lebih ia langsung menabung. Dan untuk menambah ilmu
serta menguat-kan statusnya, Syamsul masuk kuliah di
Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta. Dengan begitu statusnya
adalah mahasiswa. Ia juga berani kredit kendaraan. Karena
29 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanpa kendaraan ia tidak bisa ke mana-mana.
Suatu ketika selesai mengajar Delia ia bertemu Pak Heru
di masjid. Ayah Silvie itu mengajaknya berbincang-bincang.
"O jadi Ustadz Syamsul kenal dengan Burhan Faishal
yang sekarang masih di Pesantren Al Furqon" Burhan itu
calon menantu saya. Dia putra Pak Anwar pemilik percetakan
besar di Pasar Rebo lho nak."
"O ya Pak. Saya kenal sekali dengan dia. Kebetulan saya
dan dia satu pesantren. Tapi benar, Burhan itu calon
menantu Bapak?" "Benar Ustadz. melamar Silvie." Malah Nak Burhan sendiri sudah "Sama keluarganya Pak?"
"Ya baru bicara bilateral dengan saya. Belum dengan
orangtuanya. Tapi dia sudah kasih cincin sama Silvie."
"Agak aneh, yang Bapak maksud Burhan yang ada tahi
lalatnya di jfdatnya?"
"Iya benar." "Aneh." "Aneh apa Ustadz?"
"Saya akan memberikan informasi penting. Tapi Bapak
mau bersumpah untuk tidak memberitahukan jatidiri saya
kepada Burhan Pak" Ini demi kebaikan keluarga Bapak dan
keluarga Burhan?" "Info apa Ustadz?"
"Info penting. Kalau Bapak tidak mau bersumpah tidak
akan saya beritahu."
Pak Heru penasaran. Akhirnya ia mau bersumpah
menuruti syarat Syamsul. "Baik Pak. Tolong dengar baik-baik. Burhan memang
santri yang cerdas. Tapi menurut saya tidak cocok, maaf, jadi
menantu Bapak. Kasihan Silvie nantinya."
"Kenapa bisa begitu Ustadz" Ustadz jangan lancang ya!"
"Sabar dulu Pak. Tunggu saya selesai berbicara. Setahu
saya Burhan Faishal itu sudah serius bertunangan dengan
seorang santriwati namanya Damayanti binti Ustman.
Santriwati asal Tulungagung. Saya tahu persis. Sayang saya
tidak punya foto mereka berdua."
30 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ustadz jangan memfitnah dong. Ustadz jangan mainmain ya."
"Begini Pak Heru. Alamat tinggal saya saat ini jelas. Pak
Broto tahu siapa saya. Jadi kalau saya macam-macam Bapak
bisa menindak saya. Saya sarankan Pak Heru langsung
membuktikan sendiri. Jangan beritahu Silvie. Kalau Silvie
diberitahu pasti akan telpon atau SMS Burhan. Dan Burhan
akan berusaha menutupi kebe-naran. Saya sarankan Bapak
langsung ke Tulungagung. Ke rumah tunangan Burhan. Saya
punya alamatnya. Baru setelah itu Bapak boleh mengambil
keputusan." "Baik Ustadz. Kata-kata Ustadz saya pegang. Mana
alamatnya." Syamsul menulis alamat kantor di mana ayah Damayanti
kerja. "Pak Utsman, ayah Damayanti itu kepala KUA, jadi
mudah mencarinya. Saya juga akan pegang sumpah Bapak.
Ini hanya Bapak yang tahu."
"Baik. Saya akan ke sana secepatnya. Kebetulan saya
harus melihat travel saya di Surabaya."
Dalam hati Syamsul berkata, "Saya tidak memfitnah
Burhan. Saya hanya ingin menyelamatkan Silvie dari orang
licik seperti Burhan. Ampuni saya jika ini salah wahai Tuhan."
Meskipun dia juga mengakui ia melaku-kan ini juga karena
didorong dendam. *** Hari terus berjalan. Satu minggu kemudian, di suatu
Ahad pagi, Syamsul sedang bincang-bincang dengan Pak
Abbas mengenai kegiatan remaja masjid di dekat tempat
tinggalnya untuk menyambut Ramadhan. Pak Heru datang.
Syamsul kaget. Jangan-jangan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, hal-hal di luar yang ia per-hitungkan. Syamsul
minta waktu pada Pak Abbas untuk menemui Pak Heru.
"Assalamu'alaikum." Sapa Pak Heru.
"Wa'alaikumussalam. Ada
Syamsul. apa Pak Heru?" Jawab Pak Heru malah menangis, "Terima kasih Ustadz. Terima
kasih. Kalau tidak karena info Ustadz mungkin saya akan
menanggung malu besar. Dan anak saya akan tidak jelas
masa depannya." 31 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada apa sebenarnya Pak Heru?"
"Saya sudah ke Tulungagung Ustadz. Saya sudah
bertemu dengan Pak Utsman. Apa yang Ustadz sampaikan
benar. Pak Utsman bercerita panjang lebar tentang hubungan
putrinya dengan Burhan. Sampai akhirnya, di akhir cerita Pak
Utsman menangis. Karena pertunangan putrinya dengan
Burhan itu harus dia putus karena akhlak Burhan yang
ternyata sangat buruk. Akhir bulan kemarin Burhan
dikeluarkan dari pesantren karena terbukti mencuri. Burhan
sekarang sedang disel di Polres Kediri karena melukai
pengurus pesantren dengan senjata tajam. Saya benar-benar
menyesal percaya pada anak itu. Oleh anak itu saya dirugikan
empat puluh juta. Dia bilang pinjam buat modal usaha buka
toko buku di Kediri. Setelah saya cek toko itu fiktif."
"Saya tidak mengira sejauh itu Burhan tergelincir. Terus
Silvie gimana Pak" Apa dia sudah tahu?"
"Ya. Silvie sudah tahu semuanya. Sebab saya ke
Tulungagung langsung mengajak dia. Dia bersyukur tahu
semuanya. Dan Silvie ingin pura-pura tidak tahu. Tidak usah
berkata apa-apa pada Burhan. Dalam waktu cepat Burhan
pasti bebas dan pasti akan langsung datang. Setelah keluarga
Damayanti memutuskan hubungan, jelas Burhan akan
langsung mengejar Silvie. Saat Burhan datang itulah Silvie
ingin memberinya pelajaran atas kedustaannya selama ini."
Syamsul hanya manggut-manggut. la merasa dalam hal
itu tidak berhak turut campur. Sekarang dia merasa lega. la
berharap berita yang dibawa Pak Heru benar. Dengan
demikian namanya yang telah hitam di mata pesantren dan
keluarganya kembali pulih.
"Meskipun Burhan itu temanku. Dalam masalah ini saya
tidak bisa ikut campur. Dan saya tidak berhak berbicara apaapa. Saya hanya berdoa semoga
semuanya jadi baik." Pelan
Syamsul. "Iya Ustadz benar. Oh ya Ustadz, sekali lagi kami
sekeluarga mengucapkan terima kasih atas informasinya.
Kalau Ustadz ada waktu kapan-kapan setelah mengajar Delia,
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ustadz bisa mampir ke rumah. Sebab ibunya Silvie ingin
memberikan sesuatu pada Ustadz sebagai tanda terima
kasih." "Sama-sama Pak. Sudah menjadi kewajiban seorang
Muslim untuk saling menjaga dan mengingatkan."
"Saya pamit dulu Ustadz."
"Mari Pak Heru."
"Assalamu 'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Begitu Pak Heru pergi, Syamsul langsung lari ke wartel
untuk memastikan kabar itu. la langsung menelpon ke Kediri,
ke kantor pengurus pesantren. Yang menerima agaknya Lurah
Pondok. 32 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ini siapa ya?" tanya Lurah Pondok. Syamsul malah
gantian bertanya, "Ini Lurah Pondok Pesantren Al Furqon Pagu ya?"
"Iya benar. Ini siapa?"
"Ini alumni pesantren tahun kemarin, Kang. Aku dengar
kabar ada sanrri yang disel di Polres apa benar?"
"Ya benar. Karena dia mencuri dan menyerang pengurus
yang akan meringkusnya."
"Dia itu yang namanya siapa itu, yang berambut
gondrong yang dicurigai banyak orang. Saya kok lupa?"
Syamsul menyelidik. "O yang berambut gondrong itu namanya Syamsul. Yang
disel bukan dia. Aduh kalau teringat dia kami jadi merasa
sangat berdosa. Dia korban fitnah. Kami masih ceroboh dulu.
Yang dipenjara itu Burhan."
"O ya yang berambut gondrong itu Syamsul ya. Saya kok
lupa. Dia korban fitnah maksudnya bagaimana?"
"Dia korban fitnah perangkap si Burhan. Kami semua
berdosa padanya. Kami ingin minta maaf padanya. Tapi tidak
tahu dia di mana sekarang?"
"Sudah ke keluarganya?"
"Sudah. Kami minta maaf pada mereka. Keluarganya
sangat marah pada kami. Dan keluarganya menyesal, karena
Syamsul sudah lama minggat dari rumah."
"Minggat dari rumah?"
"Ya. Aduh saya jadi ingin menangis. Betapa kecerobohan
kami telah menyengsarakannya."
"Masya Allah, betapa dahsyat ya dampak fitnah itu."
"Iya benar. Sangatbesar. Makanya fitnah lebih kejam dari
pembunuhan. Oh ya siapa namamu?"
"Namaku Adi, Kang. Gitu
lamu'alaikum. Salam buat Pak Kiai."
dulu Kang ya. Assa- la tidak bohong. Nama lengkapnya Syamsul Hadi. Dan
dia mengambil tiga huruf terakhir dari namanya, yaitu Adi.
Padahal ada banyak nama Adi di pesantrennya. Lurah Pondok
itu pasti tidak mengira kalau dia yang nelpon. "Biarlah mereka
mencariku. Dan akan aku maafkan jika mau mencium telapak
kakiku." Gumam-nya sambil matanya berkaca-kaca 33 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengingat ketika ia dipukul hingga berdarah-darah. Tangan
dan kaki diikat. Dicacimaki. Digunduli. Dan dikeluarkan
dengan sangat tidak hormat.
Ia juga ingat keluarganya. Nadia pasti sangat bahagia
mendengarnya. Ibu dan ayahnya juga. Tidak tahu kedua
kakaknya. Namun ia tidak akan menelpon mereka. Ia akan
pulang jika telah sukses dan jadi orang. Ia ingin membuktikan
bahwa dirinya bisa mandiri. Dan bisa berhasil. Namun tidak
memungkiri ia sangat rindu pada adiknya itu. Sore itu juga ia
memberi kabar singkat pada adiknya lewat telpon. Begitu
adiknya mengangkat hp ia bertanya,
"Ini Nadia ya?"
Adiknya itu menjawab "Ini siapa ya?"
"Nadia ini aku. Syamsul kakakmu. Kakak memberi tahu
bahwa kakak masih hidup. Kau belajar yang rajin ya. Agar
hidup mulia dan bahagia. Itu saja ya. Wassalam."
Langsung ia tutup. *** Jam lima sore usai mengajar Delia, Syamsul
menyempatkan diri bertandang ke rumah Pak Heru. Ia ingin
menghormati tawaran Pak Heru. Syamsul disambut ramah
oleh anggota keluarga itu. Bu Heru menyampaikan banyak
terima kasih. Dan banyak bertanya kepada Syamsul. Di
antaranya mengenai asal-usul Syamsul.
"Saya dari Pekalongan Bu. Dari keluarga yang biasa-biasa
saja. Tidak ada yang istimewa dari saya dan keluarga saya.
Saya termasuk orang yang terlambat kuliah. Baru tahun ini
saya kuliah. Setelah lulus SMA saya masuk pesantren."
Terang Syamsul. Ia tidak mau membuka lebih dari itu. Tidak
juga bagaimana ia pernah difitnah Burhan. Juga tidak tentang
dompet Silvie yang ia copet. Hanya dompet Silvie yang belum
ia kembalikan. Ia berniat secepatnya mengembalikan.
"Ini Ustadz sebagai tanda terima kasih. Saya ingin
memberikan hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini di
bidang travel. Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan
hadiah tiket dan akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan
ini." Syamsul senang sekali mendengarnya. Tapi ia teringat
dengan program Ramadhan untuk remaja masjid yang telah ia
rancang bersama Pak Abbas. Ia tidak mau meninggalkannya.
Dengan hati berat ia menjawab,
"Bukannya saya menolak, Bu. Sungguh saya ingin
umroh. Namun Ramadhan ini saya punya tanggung ja-wab
penuh mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan
tempat saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa."
Bu Heru kelihatan agak kecewa. Namun segera
tersenyum, "Sebenarnya kami ingin Ustadz berangkat
bersama kami. Kalau memang begitu ya tidak apa-apa. Nanti
34 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kami ganti lain kali yang lebih baik, insya Allah."
"Ibu kewajiban mencegah saya. Jadi tidak usah memaksakan diri. Sudah menjadi
kita saling menjaga. Sudah kewajiban saya untuk
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan semampu
ibu tidak usah repot-repot."
Pembicaraan berkumandang. berlanjut hingga azan Maghrib Bakda Maghrib ia pulang. Dan ia kembali teringat adik
dan ibunya di Pekalongan. Ia berdoa semoga mereka semua
dalam keadaan baik. Ia berusaha memaafkan apa yang telah
dilakukan keluarganya padanya. Termasuk kedua kakaknya
yang memperlihatkan rasa tidak sukanya kepadanya. Ia
berharap semuanya jadi baik dan bahagia. Ia yakin ibunya
sekarang pasti ingin bertemu dengannya. Namun sekali lagi ia
menegaskan dalam hati, ia belum ingin pulang. Karenanya,
agar ibunya tenang ia akan kirim paket hadiah kejutan.
*** Empat Keesokan harinya, ia ke Pasar Ciputat. Mencari dua
jilbab model terbaru. Satu untuk ibunya dan yang satu untuk
Nadia. Ia juga beli kertas kado. Ia bungkus dengan rapi. Di
dalam bungkusan itu ia sertakan sepucuk surat yang isinya,
Assalamu'alaikum wr wb Ditengah hiruk pikuk dan kerasnya Ibukota
Jakarta, aku kirim doa semoga adikku Nadia,
ibuku dan keluargaku di Pekalongan baikbaik
saja dalam lindungan Allah Swt. Bersama surat ini saya kirimkan hadiah
Ramadhan untuk ibuku dan adikku Nadia.
Hadiah dari seorang yang belepotan dosa.
35 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yang hina karena dicampakkan oleh keluarga.
Semoga hadiah ini diterima, karena ini
dibeli dari tetes keringat yang halal.
Bukan dari minta-minta apalagi mencuri,
mencopet dan sejenisnya. Mohon doanya.
Wassalam, Syamsul NB: Nadia, uang-mu nanti akan kakak kembalikan
lewat wesel secepatnya. insya Allah. O ya,
surat ini gak usah dibalas karena alamatnya
fiktif (Namanya juga orang ga punya rumah
hehe). Lalu ia paketkan kilat tercatat di kantor pos. la merasa
bahagia bisa mengirim hadiah itu. Pada waktu yang sama ia
juga mengirim paket untuk Silvie. Isinya adalah dompet Silvie,
persis seperti saat ia copet dulu. Tak kurang malah ia tambahi
lima puluh ribu. Ia juga tulis surat singkat,
Dik Silvie, maaf dompetnya saya pinjam agak
lama. Sekali lagi maaf ya. Ini saya
kembalikan tidak ada yang kurang malah
uangnya saya tambahi lima puluh ribu.
Anggap saja itu sedekah saya. Saya berharap
dengan sedekah pada orang kaya seperti.
Anda tetap dapat pahala. Terima kasih
dompet Anda telah menolong saya. Selamat
menyambut puasa. Ia merasa lega. Hutang-hutangnya terasa telah terlunasi.
Ia merasa siap memasuki Bulan Suci Ramadhan dengan jiwa
yang lebih mantap dan dada yang lapang. Besok adalah hari
terakhir bulan Sya'ban. Lusanya sudah puasa.
Selesai mengirim hadiah itu ia kuliah. Dan pulang ke
kontrakan menjelang Ashar. Ia langsung merebahkan
tubuhnya ke kasur tipis yang ia gelar di atas karpet. Ia pasang
beker. Ia pejamkan mata sebentar. Beberapa detik sebelum
azan ia bangun dan ke masjid. Setelah shalat ia
langsung meluncur ke Flamb
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
3624. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
oyan 17, mengajar ngaji Delia.
Selesai memberi privat, ia ingin langsung pulang. Tapi ia
dicegat penjaga masjid di jalan.
"Ustadz Syamsul maaf mengganggu. Saya mau minta
tolong. Begini, nanti malam kan pengajian rutin. Kebetulan
temanya menyambut Bulan Suci Ramadhan. Lha sayangnya
Ustadz Farid yang menjadi pembicara tidak bisa hadir. Tolong
Ustadz gantikan ya?" Jelas penjaga masjid perumahan mewah
itu. "Aduh mendadak banget ya?"
"Tolonglah Ustadz. Kasihan jamaah jika tak ada yang
ngisi." Ia mengerutkan dahi. Ia sebenarnya sangat capek dan
letih. Juga belum persiapan. Tapi ia teringat bahwa copet
untuk berbuat jahat saja berani nekat, masak untuk berbuat
baik tidak berani nekat. Akhirnya ia menjawab,
"Baiklah saya coba."
Ia tidak jadi pulang. Ia lebih baik langsung ke masjid
saja. Sampai di masjid ia dibuatkan teh hangat oleh penjaga
masjid. Malam itu jadilah ia mengisi ceraman di masjid yang
dihadiri oleh empat ratus orang jamaah. Di antara jamaah itu
ada Pak Broto, Bu Broto, Pak Heru, Bu Heru, Silvie dan orangorang penting penghuni perumahan
mewah itu. Syamsul menjelaskan bagaimana Rasulullah menyambut Ramadhan
dengan persiapan prima. "Kita semua juga harus menyambut Ramadhan dengan
penuh rasa cinta, bahagia. Seperti rasanya seorang kekasih
menyambut datangnya kekasihnya." Katanya memberi
perumpamaan. Para jamaah puas. Di antara jamaah itu ada seorang
Direktur Program Religius sebuah televisi swasta terkemuka
Jakarta. Isi ceramah yang ia sampaikan agaknya mengetuk
kalbunya. Bapak Direktur itu mengajaknya berbincangbincang setelah ceramah.
"Gaya bahasa Ustadz enak. Diksinya enak. Timbre-nya
pas. Bumbunya pas. Isinya mengena. Joke-joke-nya
berkualitas. Ustadz lulusan universitas mana?" tanya Bapak
Direktur. "Saya masih kuliah Pak. Ini kan karena Ustadz Farid
tidak datang, maka saya dipaksa menggantikan."
"Tapi bagus kok."
Direktur itu lalu menawarkan kepada Syamsul untuk jadi
ustadz di acara ceramah pagi. "Saya lihat Ustadz cocok. Ya
satu dua kali saja selama Bulan Suci Ramadhan. Gimana
Ustadz?" "Saya kuatir kalau saya belum pantas Pak."
"Yang menilai kan orang lain Ustadz. Ceramah Ustadz
1 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bagus kok. Kita deal Ustadz ya. Jadwalnya besok sayaberitahu
sekaligus temanya. Bagaimana Ustadz?" Ia kembali
teringatbahwa copet untuk berbuat jahat saja berani nekat
masak untuk berbuat baik tidak berani nekat. Akhirnya ia
menjawab, "Baiklah saya coba."
" Alhamdulillah."
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nama saya Doddy Alfad. Ini kartu nama saya." Syamsul
menerima kartu nama itu. *** Sore hari berikutnya, Syamsul kembali ke Perumahan
Villa Gracia. Untuk mengajar Delia dan untuk menemui Pak
Doddy berkenaan dengan ceramah pagi di stasiun televisi
swasta terkemuka. Seperti biasa Syamsul menunggu di
masjid. Sebab janji dengan Pak Doddy adalah selepas shalat
Isya. Ketika Syamsul sedang berbincang dengan penjaga
masjid, Pak Heru datang. Wajahnya serius.
"Ustadz, keluarga Burhan mau datang ke rumah setelah
Maghrib. Apa Ustadz ikut menemui mereka?" Pak Heru
memberitahu. Mau tidak mau hati Syamsul bergetar.
Bagaimana tidak, ia diminta untuk menemui orang yang
pernah memfitnahnya. "Tidak usah Pak. Ikut menemui dalam kapasitas saya
sebagai apa" Kan tidak jelas. Bapak dan keluarga yang
menemui kan sudah cukup." Jawab Syamsul berusaha
tenang. "Oh ya Ustadz benar. Ya sudah itu saja Ustadz yang ingin
saya sampaikan." Pak Heru lalu kembali pulang. Syamsul
berkata, "Lho Pak tidak shalat Maghrib berjamaah di masjid?"
"Sebentar saya ganti baju dan ambil peci." Sahut Pak
Heru sambil tersenyum. Syamsul memandang pemilik perusahaan travel itu
dengan tersenyum pula. Syamsul kembali ke ruang takmir
melanjutkan perbincangan dengan penjaga masjid.
"Kenapa Pak Heru kok sekarang berubah sejak bertemu
dengan Ustadz?" kata penjaga masjid.
"Berubah bagaimana?"
"Berubah lebih rendah hati. Lebih sering ke masjid. Dan
sif at pelitnya sedikit berkurang."
"Itu bukan karena bertemu dengan saya Pak. Tapi
memang sudah saatnya berubah. Manusia kan berproses.
Umar bin Khattab saja untuk jadi baik kan juga ada
prosesnya." Penjaga masjid itu manggut-manggut.
"Ustadz benar."
Azan Maghrib dikumandangkan dan Syamsul kembali
didaulat jadi imam. Ketika ia meluruskan barisan ia kaget.
2 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sepintas ia melihat Burhan masuk masjid diikuti keluarganya.
Ia tetap mengendalikan hati. Setelah istighfar tiga kali untuk
menyucikan dan menyejukkan hati, barulah ia takbiratul
ikhram. Di rakaat pertama ia membaca Asy Syams dan di rakaat
kedua membaca Az Zilzalah. Ia meneteskan airmata ketika
membaca faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarah wa
man ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah.
Selesai shalat dan zikir, Syamsul memberikan kultum. Ia
mengulas dua ayat terakhir surat Az Zilzalah yang baru saja ia
baca. Burhan yang jadi makmum dan jadi pendengar nyaris
tidak percaya dengan yang ia dengar. Dalam hati ia berkata,
"Bagaimana mungkin si Syamsul yang telah hancur itu bisa
jadi penceramah" Bagaimana ceritanya ia sampai di sini"
Apakah dia sudah tahu perkembangan terbaru yang terjadi di
pesantren?" Ada sedikit kekuatiran dan kecemasan yang
menyusup dalam hatinya. "Kalau ia sudah tahu bisa bikin
masalah." Tapi ia menghibur hatinya bahwa pasti Syamsul
tidak tahu. Dan Syamsul tidak mungkin bertindak bodoh,
sebab ia sedang jadi imam. Kalaupun Syamsul sudah tahu
apa yang terjadi di pesantren, anggapannya, Syamsul pasti
tidak tahu hubungan dirinya dengan Silvie. Putri Pak Heru
yang kaya raya itu. Selesai kultum Syamsul langsung keluar masjid dengan
tenang. Ia melangkah di samping Burhan. Ia pura-pura tidak
tahu. Burhan berdiri mendekatinya dan berjalan di
sampingnya, membisikkan sesuatu untuk memancing emosi
Syamsul. Bisikan itu hanya Syamsul yang dengar,
"Hai maling, gimana ceritanya kau bisa jadi imam di sini"
Apa sah shalatnya makmum yang diimami seorang penjahat"
Nanti kalau aku jadi orang sini sebaiknya kauangkat kaki
sebelum diusir dengan tidak terhormat kedua kali!?"
Bergemuruh dada Syamsul mendengarnya. Amarahnya
membara. Emosinya sudah di ubun-ubun kepala. la siap
membalas dengan serangan yang lebih dahsyat. Belum sempat
ia bicara Delia memanggilnya,
"Ustadz Syamsul... Ustadz Syamsul?"
Suara Delia itu meluruhkan amarahnya. Menyejukkan
hatinya. "Ada apa Delia?" Jawab Syamsul langsung menengok ke
arah Delia yang berjalan cepat ke arahnya. Ia tidak
memperhatikan Syamsul. Burhan yang masih di samping
Syamsul, ikut memandang Delia.
"Mau minta tanda tangan. Ini tugas dari Bu Guru
agama." "Oya...sini." Syamsul menerima buku tugas dan pena dari Delia dan
menandatanganinya. 3 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah?" tanya Syamsul.
"Masih ada satu lagi." Kata Delia. Burhan masih belum
beranjak. Masih memperhatikan.
"Apa?" tanya Syamsul.
"Ada pesan dari Mbak Silvie?"
Syamsul langsung merasa mendapat senjata untuk
menjawab bisikan Burhan yang sungguh menghina. Untuk
lebih menyerang Burhan yang ada di sampingnya Syamsul
pura-pura tanya pada Delia,
"Silvie yang mana?"
"Itu lho Ustadz, Mbak Silvie putrinya Pak Heru. Yang
biasa kasih privat matematika."
Lalu sambil berjongkok, seolah ingin memperhatikan
pesan dengan serius Syamsul melirihkan suara, dengan
bertanya, "Mbak Silvie yang cantik itu?"
Delia mengangguk-angguk sambil tersenyum. Burhan
yang mendengar hal itu hatinya terbakar luar biasa.
"Pesannya apa?" tanya Syamsul sambil mendekatkan ke
telinganya. Burhan didera rasa penasaran yang luar biasa.
Delia mendekatkan mulutnya dan membisikkan beberapa
kata ke telinga Syamsul. Seketika Syamsul berkata, "Yang
benar?" "Benar. Delia berani sumpah mati!"
"Ya ya Ustadz percaya. Sampaikan pada Mbak Silvie:
Ustadz juga sama gitu ya?"
"Baik Ustadz. Cihui... Ustadz juga sama... Ustadz juga
sama!" Delia berlari ke arah jamaah putri.
Burhan tidak bisa menyembunyikan cemburunya. la
langsung bertanya pada Syamsul, "Kau kenal Silvie?"
"Maaf itu bukan urusanmu Sobat. Maaf saya tergesagesa. Saya harus ngisi di tempat lain."
Syamsul langsung berjalan cepat ke arah sepeda
motornya. la pura-pura sibuk. la nyalakan sepeda motornya.
Sampai di jalan ia teringat janji dengan Pak Doddy setelah
Isya. Ia berpikir langsung saja ke rumah Pak Doddy.
Sementara Burhan masih dibakar amarah dan cemburu. la
ingin cepat-cepat sampai ke rumah Pak Heru. Dan
melampiaskan marahnya pada Silvie. la ingin menanyakan
apa yang disampaikan pada Syamsul itu.
"Awas kau Silvie!"
*** Burhan dan keluarganya sampai di rumah Silvie.
Rombongan dua mobil dari Pasar Rebo itu disambut dengan
ramah oleh Pak Heru, Bu Heru, Silvie, Pak Broto dan Mas
Budi, satpam penjaga pintu gerbang perumahan yang sedang
tidak tugas. Mas Budi memakai baju takwa, sebab bakda
shalat Maghrib langsung digandeng Pak Heru.
Silvie bersikap tenang dengan jilbab merah jambu-nya.
Dalam balutan jilbab mahasiswi ekonomi UI tampak begitu
4 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anggun. Ibunda Burhan memuji kecantikan Silvie. Dan Silvie
hanya tersenyum saja. Dialog dua keluarga terjadi. Di tengah
dialog, Burhan minta waktu pada Silvie untuk bicara berdua.
Burhan ingin melampiaskan kemarahannya. Tapi dengan
halus Silvie menolak. Burhan tampak kecewa. Pembicaraan
terus berlanjut, "Sebagaimana Pak Heru ketahui, Burhan dan Silvie
sudah lama saling mengenal. Burhan juga, katanya, telah
memberikan cincin pengikat kepada Silvie. Kedatangan
keluarga kami ini ingin menguatkan ikatan itu secara resmi.
Dalam bahasa transparannya kami ingin meminang Silvie
untuk Burhan." Jelas Ayah Burhan dengan sangat tenang dan
penuh keyakinan. "Inilah yang kami tunggu-tunggu." Jawab Pak Heru
tenang. Burhan mendengar hal itu dengan kebahagiaan yang
sulit digambarkan. Namun Pak Heru melanjutkan, "Sebenarnya saya dan
keluarga ingin ke rumah Pak Anwar. Hanya saja ternyata kami
didahului. Keluarga Pak Anwar lebih dulu datang. Kami
senang dengan kedatangan ini. Karena Pak Anwar memakai
bahasa transparan. Maka saya juga akan menjawab dengan
bahasa transparan. Dengan segala kerendahan hati saya
selaku ayah Silvie menyampaikan. Saya tidak bisa menerima
lamaran Pak Anwar untuk Burhan. Karena satu dan lain hal
yang semoga kita sama-sama bisa memakluminya. Mohon
maaf jika keputusan ini kurang berkenan."
Burhan kepalang. dan keluarganya tersentak kaget bukan "Apa saya tidak salah dengar Pak"!" seru Burhan spontan
sambil berdiri. Karena yang berbicara Burhan, Silvie langsung
menukas, "Tidak!"
"Apa"!" Burhan mengulang dengan sedikit lebih keras.
"Apa telingamu bermasalah, Bung. Ayahku cukup
berbicara satu kali. Tak perlu diulang. Ini cincin dustamu itu
saya kembalikan! Dasar santri bajingan!" Darah muda Silvie
bergolak. la yang biasanya berbicara lembut saat itu
amarahnya meledak. Pak Anwar yang sebenarnya marah mencoba meredakan
5 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suasana yang sama sekali jauh dari yang ia bayangkan itu.
"Sebentar-sebentar, masalah sebenarnya apa" Kenapa
Pak Heru menolak. Tolong bisa dijelaskan. Mari kita berdialog
dengan kepala dingin. Mungkin ada salah paham."
"Saya ingin Pak Anwar menerima dan menghargai
keputusan kami. Meskipun tanpa alasan sama sekali. Toh
sebenarnya antara Silvie dan Burhan tak ada ikatan apa-apa
secara agama. Saya tidak perlu menjelaskan. Kiranya Pak
Anwar pasti sudah mengerti alasan kami. Kalau kami
menjelaskan nanti malah semakin tidak enak." Jawab Pak
Heru tenang. "Tidak bisa Pak! Tidak bisa menolak tanpa alasan. Tolong
jelaskan! Atau jangan-jangan saya tidak diterima karena Silvie
sudah tidak layak bagi saya!" tukas Burhan.
"Burhan, kalau bicara yang sopan! Silvie sudah tidak
layak bagaimana" Apa maksudmu?" seru Pak Anwar, ayah
Burhan. "Ya sekarang kan zaman edan. Bisa saja tho Silvie sudah
hamil dengan pria lain misalnya?"
Jawaban tertahankan, Burhan itu membuat emosi Silvie tak "Tutup mulutmu, Bajingan! Aku sudah tahu siapa kamu"
Kau tak lebih dari sampah busuk! Dikeluarkan dari pesantren
karena mencuri dan memfitnah orang! Dipenjara karena
melukai orang. Penipu ulung, mana modal empat puluh juta
yang kaupinjam untuk toko bukumu itu. Toko buku fiktif.
Terus bagaimana dengan Dalmayanti" Setelah kau ditolak di
Tulungagung kau lari ke sini. Jika sampah itu telah dibuang
dari pesantren dan tidak diterima di mana-mana apa kami
harus menerima. Bukankah lebih baik sampah itu didaurulang dulu agar berguna. Kalian ini ingin
dihormati tapi tidak bisa menghormati. Dan kau Pak Anwar, sudah tahu anaknya
sampah masih juga tidak tahu diri! Mungkin kalian tidak
percaya yang saya sampaikan! Masih ingin bukti" Ini!"
Silvie melempar Koran. Koran itu mcnggeletak di meja.
Ada sebuah judul yang tertera jeas: DIPENJARA KARENA
6 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
KEJAHATAN DI PESANTREN. Dan terpampang jelas foto
Burhan yang gundul. Melihat hal itu Pak Anwar dan isterinya
langsung pucat pasi. Mereka sangat malu.
"Hei, Maling, apa kaukira bisa menipu kami bahwa
gundulmu itu karena umroh, bukan karena digunduli di
pesantren!" Kata-kata Silvie sangat mengguncang Burhan. la tidak
kuasa menahan amarahnya. "Kurang ajar kau! Berani menghina aku ya!" Dan., plak!
Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu
sungguh tidak diduga. Burhan kembali Ingin menghajar Silvie.
Namun Mas Budi cepat bertindak. la segera mengatasi
Burhan. Burhan melawan, tapi Mas Budi yang jago karate itu
dengan mudah melumpuhkannya.
Mulut Silvie berdarah. Sambil meringis ia berkata,
"Saya tidak terima. Ini harus diproses hukum!"
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pak Anwar, dengan berlinang airmata berkata terbata,
"Nak Silvie, Pak Heru dan Bu Heru maafkan kami. Sungguh
kami sangat terpukul. Baru kali ini kami tahu apa yang
sebenarnya terjadi dengan anak kami. Selama ini kami
percaya penuh padanya. Kami memang kurang kontrol dan
terlalu memanjakannya. Saya tidak tahu dengan apa yang
telah diperbuatnya sampai dia dikeluarkan dari pesantren dan
dipenjara. Saya juga tidak tahu perihal penipuannya. Maafkan
kami. Tapi tolong jangan laporkan Burhan ke polisi. Saya
minta..." Silvie menggeleng. "Tindak kejahatan harus diproses oleh hukum!" Silvie
lalu minta Mas Budi mengamankan Burhan.
Burhan langsung digelandang ke pos satpam. Di pos
satpam, Burhan diberi pelajaran tambahan oleh dua orang
satpam. Keluarga Burhan pulang dengan membawa malu luar
biasa. Seorang lelaki berjas abu-abu berkata pada Pak Anwar
dengan kesal bercampur marah, "Saya sangat malu pada Pak
Heru. Pak Heru itu teman baik saya di SMA. Saya jadi tahu
kenapa tadi Pak Heru pura-pura tidak kenal saya. Itu garagara ternyata saya mengantar seorang
penjahat ke rumahnya. Mengantar seorang penjahat untuk melamar anaknya. Saya
malu Pak Anwar! Sejak sekarang hubungan bisnis kita putus!"
Ketika polisi datang mengambil Burhan dari pos satpam,
di saat yang sama Syamsul mengambil jadwalnya dari Pak
Doddy dan ia meneken kontrak tayang di televis. Tanda
tangannya bersanding dengan tanda tangan orang penting di
stasiun televisi itu. Angin yang bertiup spoi-spoi seolah mengalunkan firman
Allah, faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarah zva man
ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah.
7 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** Ramadhan tiba. Kaum Muslimin menyambutnya dengan
penuh bahagia. Syamsul sibuk dengan jadwalnya: mendampingi kegiatan remaja masjid, imam tarawih, privat,
kuliah, ceramah, dan shooting ceramah di televisi.
Ia muncul di televisi dua kali selama Ramadhan. Tanggal
9 Ramadhan dan tanggal 27 Ramadhan. Ia mempersiapkan
ceramahnya dengan sungguh-sungguh. Ia ajak remaja masjid
untuk menyertainya latihan. Seolah-olah di studio. Mereka
sebagai audiens nya. Ia minta masukan dan kritikan. Sampai
menemukan bentuk dan performa terbaik.
Tanggal 8 Ramadhan ia menelpon Nadia adiknya. Ia
meminta untuk nonton ceramah pagi di stasiun televisi A jam
D. "Jangan sampai tidak nonton. Kakak ikut dalam pengajian
itu. Ia tidak mengatakan sebagai pembicaranya. Beritahu
ayah, ibu dan kakak ya."
Ia juga menelpon pesantrennya. Kepada kurah Pesantren
ia bilang, "Kang tolong besok seluruh santri nonton ceramah pagi
distasiun televisi A jam D. Pengisinya seorang Ustadz muda
alumnus pesantren kita. Jangan lupa sampaikan pada Pak
Kiai." Ia tidak bilang itu dirinya. la masih mengaku sebagai
Adi. Seperti di telpon sebelumnya.
Pada hari H, ia tampil dengan sangat prima di televisi.
Ceramahnya hidup. Direktur Program dan para kru televisi
memuji. Di Pekalongan, adiknya Nadia, ibunya, ayahnya dan
kedua kakaknya menangis. Demikian juga di pesantrennya.
Di Flamboyan 19 Silvie menyaksikan dengan hati penuh
cinta. Tanpa sadar, ia berucap, "Orang seperti ini yang
kudamba. Sederhana. Rendah hati. Namun penuh potensi!"
Kata-kata Silvie itu didengar dengan baik oleh Pak Heru dan
Bu Heru. "Baiklah kita datangi Ustadz Syamsul nanti sore sebelum
kita terlambat. Semoga dia belum punya calon." Kata Pak
Heru menukas. Silvie terkesiap mendengarnya. Lalu hatinya berbuhgabunga. Ia mengamini doa ayahnya. Dalam
hati ia berharap di Bulan Suci Ramadhan ini ia mendapatkan cinta sejatinya.
Sejenak pikirannya berkelebat, teringat pada pesan sebuah
buku yang pernah dibacanya, "Cinta adalah sesuatu yang
menakjubkan. Kamu tidak perlu mengambilnya dari seseorang
untuk memberikannya kepada orang lain. Kamu selalu
memilikinya lebih dari cukup untuk diberikan kepada orang
lain." Silvie teringat pesan itu. Ia ingin memberikan cintanya
8 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kepada Ustadz Syamsul. Karena ia yakin, ia benar-benar
memiliki cinta untuk diberikan kepada Ustadz Syamsul,
ustadz idaman yang kini memenuhi ruang hatinya.
*** Sidang pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt.
Bagaimanakah kisah cinta Silvie dan Syamsul
selanjutnya" Akankah Syamsul menerima lamaran si Silvie"
Bagaimanakah kehidupan Syamsul selanjutnya" Akankah ia
makin sukses di kehidupannya mendatang" Dan Bagaimanakah kelanjutan cerita Syamsul seleng kapnya"
Bagaimana sikap keluarga dan pesantrennya yang dulu
mengusirnya" Temukan saja jawabannya di edisi romannya:
DALAM MIHRAB CINTA, yang semoga bisa segera
diluncurkan. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan
kepada kita semua untuk beramal kebaikan di dunia ini
untuk bekal kelak di akhirat nanti: faman ya'mal mitsqala
dzarratin khairaii yarah wa man ya'mal mitsqala dzarratin
syarran yarah. *** Candiwesi, Salatiga-Pesantren Basmala,
Semarang-Malaya University, Malaysia,
17 Agustus 2006 -27 Desember 2006.
Mahkota Cinta (Sebuah Novelet Pembangun Jiwa)
Satu Mata pemuda itu memandang ke luar jendela. Lautan
terhampar di depan mata. Ombak seolah menari-nari riang.
Sinar matahari memantul-mantul keperakan. Dari karcis yang
ia pegang, ia tahu bahwa feri yang ia tumpangi bernama
Lintas Samudera. Tujuan feri yang bertolak dari pelabuhan
Batam itu adalah pelabuhan Johor Bahru.
Ia memejamkan mata seraya meneguhkan hatinya. Ia
meyakinkan dirinya harus kuat. Ya, sebagai lelaki ia harus
kuat. Meskipun ia merasa kini tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Bagi seorang lelaki cukuplah keteguhan hati menjadi teman
dan penenteram jiwa. la kembali menegaskan niat, bahwa ia sedang melakukan
pengembaraan untuk mengubah takdir. Mengubah nasib.
Seperti saran Pak Hasan, ia harus berani berhijrah dari satu
takdir Allah ke takdir Allah lain yang lebih baik. Feri Lintas
Samudera terus melaju ke depan. Singapura semakin dekat di
depan, dan Batam semakin jauh di belakang. Namun, Lintas
9 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Samudera tidak hendak menuju Singapura, tapi menuju
pelabuhan Johor Bahru, Malaysia.
"Baru pertama ke Malaysia ya Dik?" tanya perempuan
muda yang duduk di sampingnya. Perempuan itu memakai
celana jin putih dan jaket ketat biru muda. Rambutnya diikat
kucir kuda. Ia menaksir usia perempuan itu sekitar tiga
puluhan lebih. "Iya Mbak. Mbak juga yang pertama?" jawabnya balik
bertanya. "Tidak. Saya sudah empat tahun di Malaysia."
"Berarti sejak tahun 2000 ya Mbak."
"Tidak. Sejak awal 2001."
"Kerja ya Mbak?"
"Iya Dik. Kalau adik, mau kerja" Atau mau sekolah?" Ia
berpikir sejenak. Ia tidak tahu pasti. Ke Malaysia mau bekerja
atau mau sekolah. Sesungguhnya selama ini ia merantau dari
satu daerah ke daerah lain, selain untuk bertahan hidup juga
demi mencari takdir yanglebih baik.
"Kok malah bengong Dik."
"E... tidak, saya ke Malaysia mungkin untuk dua-duanya.
Ya untuk cari kerja dan untuk sekolah lagi."
"Baguslah. Sudah ada pandangan mau kerja di mana"
Atau sudah ada agen yang mengurus semuanya."
"Belum sih Mbak. Nanti saya cari di sana saja. Mbak
kerja di mana?" "Saya kerja di sebuah kilang di kawasan Subang Jaya.
Kalau adik mau, saya bisa bantu. Saya punya banyak teman
yang bisa membantu. O ya kenalkan, nama saya Siti Martini.
Biasa dipanggil Mar atau Mari." Perempuan muda itu
mengulurkan tangan kanan-nya. Pemuda itu juga mengulurkan tangannya dan menjabat tangan perempuan
muda itu. "Terima kasih. Nama saya Ahmad Zul. Oleh teman-teman
saya selama ini saya biasa dipanggil Zul Einstein."
"Wah keren sekali. Memang namanya Zul Einstein?"
"Ya tidak Mbak. Saya diberi nama tambahan Einstein
oleh teman-teman saya karena mereka melihat saya banyak
melamun. Ya saya terima saja. Kalau tidak terima ya tetap
akan dipanggil begitu. Jadi, panggil saja saya Zul Mbak."
"Ya baik. Saya panggil Dik Zul. Gitu ya," kata perempuan
muda itu sambil melepaskan jabatan tangannya.
"Jadi Mbak kerja di kilang minyak ya Mbak?" Perempuan
muda itu malah tertawa kecil.
10 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kamu memang masih asli Indonesia. Kilang itu artinya
pabrik. Di Indonesia disebut pabrik. Sedangkan di Malaysia
disebut kilang. Jadi bukan bermakna kilang minyak. Saya
kerja di kilang kertas di kawasan Subang Jaya. Itu maknanya
saya kerja di pabrik kertas."
"Obegituya." "Rencananya nanti mau ke mana" Di Malaysia sudah ada
tempat yang dituju?"
"Tempat yang dituju secara pasti tidak ada. Saya hanya
membawa sebuah nama dan sebuah nomor telpon. Saya ingin
sampai ke Kuala Lumpur dulu, baru setelah itu saya akan
telpon orang itu." "Ya syukurlah. Saya pun nanti lewat Kuala Lumpur.
Kalau mau kita bisa jalan bersama."la diam saja. Tidak
menjawab apa-apa. Lintas Samudera terus melaju. Tidak terlalu cepat. Dan
juga tidak terlalu lambat.
Setelah menempuh perjalanan selama dua jam, Lintas
Samudera merapat di pelabuhan Johor Bahru. Begitu pintu
feri dibuka, para penumpang berebutan keluar. Zul keluar
dengan membawa tas cangklong hi tarn dan tas jinjing besar
biru tua. la mengiringi Mari yang berjalan di depannya.
Perempuan itu menenteng tas cangklong putih dan koper kecil
beroda warna hijau. Mereka berjalan menuju gedung pelabuhan. Petugas security pelabuhan sibuk memeriksa barang bawaan
para penumpang . Tas dan koper Mari diperiksa. Setelah
beberapa saat lamanya, Mari dipersilakan langsung menuju
imigrasi. Tas jinjing Zul juga diperiksa. Isinya hanyalah
pakaian, beberapa makanan ringan, dan sebuah mushaf AlQuran kecil pemberian Pak Hasan kala
ia berpamitan, sebelum berangkat. Petugas security itu memerintahkannya
untuk terus jalan. Zul bergegas menuju imigrasi. Mari sedang
serius mengisi formulir kedatangan untuk imigrasi.
"Harus diisi semua ya Mbak?" tanya Zul.
"Ya. Kecuali kolom yang khusus diisi petugas imigrasi,"
jawab Mari sambil tetap menulis. Sesekali ia mencocokkan
apa yang ia tulis dengan paspornya.
"Ini kolom alamat selama di Malaysia juga harus diisi
Mbak." "Sebaiknya iya."
"Wah saya belum punya alamat Mbak."
"Pakai alamat saya juga tidak apa-apa."
"Di mana Mbak?"
"No. 8A, Jalan USJ 1/18, Taman Subang Permai, Subang
11 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jaya. Nanti kalau pihak imigrasi tanya untuk apa datang ke
Malaysia, bilang saja untuk melancong dan mengunjungi
saudara." "Iya Mbak." Keduanya lalu masuk konter imigrasi. Tak ada masalah
berarti. Petugas imigrasi sama sekali tidak bertanya apapun
kepada Mari. Sebab ia masih punya visa multientry.Sedangkan
Zul hanya ditanya untuk apa datang ke Malaysia. Zul
menjawab seperti yang disarankan oleh Mari. Begitu keluar
dari gedung, puluhan sopir taksi menawarkan jasanya. Mari
menjawab tegas bahwa ia sudah ada yang menjemput. Zul
agak bingung menentukan langkah. Beberapa sopir taksi
mengham-pirinya. Ia masih ragu harus ke mana. Ia menatap
ke arah Mari yang melangkah dengan mantap. Mari menoleh
ke arahnya dan melambaikan tangan agar ikut dengannya.
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Zul merasa tidak ada salahnya pergi ke Kuala Lumpur
bersama Mari. Apalagi ia benar-benar asing di negeri Jiran ini.
"Kita tunggu bus di sini. Kita akan menuju ke Stesyen
Larkin. Dari Larkin kita naik bus ke Purduraya KL." Jelas
Mari. Sepuluh menit kemudian bus datang. Mari, Zul dan
puluhan penumpang berebutan naik. Bus itu mengantar
mereka ke Stesyen Larkin. Dari Larkin Mari mengajak Zul ke
loketbus Trans Nasional. "Biar saya yang bayar Dik."
"Jangan begitu Mbak, saya jadi tidak enak."
"Anggap saja kita bersaudara. Jadi santai saja."
"Satu orangnya berapa Mbak?"
"Dua puluh empat ringgit. Kita pakai bus yang ada
toiletnya. Biar nyaman di perjalanan. Yuk kita segera naik.
Sepuluh menit lagi bus akan berangkat."
Mereka berdua naik bus Trans Nasional. Zul dan Mari
duduk di kursi yang berdekatan. Selain wajah Indonesia,
tampaklah wajah-wajah China, India dan Melayu menjadi
penumpang bus cepat itu. Sopirnya berwajah Indonesia, dan
tampaknya ia seorang Muslim, sebab sebelum menjalankan
bus ia membaca basmalah. Bus berjalan keluar stesyen. Lalu melaju membelah kota
Johor Bahru dengan kecepatan sedang. Setengah jam
kemudian bus itu sudah meninggalkan Johor Bahru, dan
mulai melaju dengan kecepatan tinggi. Bus itu membelah
perkebunan kelapa sawit. Zul me-mandang ke kanan dan ke
kiri yang tampak hanyalah rimbunan pohon kelapa sawit yang
bagai berlarian ke belakang.
"Dari logat adik bicara, sepertinya adik orang Jawa." Mari
membuka pembicaraan sambil menaikkan resleting jaketnya
sehingga benar-benar rapat sampai ke leher. Ia tampaknya
agak kedinginan. "Iya Mbak benar. Saya asli Demak Mbak. Kalau Mbak?"
12 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Saya juga Jawa Dik. Saya asli Sragen."
"Maaf, e... Mbak sudah berumah tangga?"
"Sudah." "Sudah punya anak dong Mbak?"
"Belum. Bagaimana mau punya anak lha wong rumah
tangga saya hanya berumur dua minggu."
"Cuma dua minggu?"
"Iya bisa dikatakan demikian."
"Suami Mbak meninggal?"
"Tidak. Saya minta cerai. Sejak itu saya trauma dan
rasanya susah sekali untuk membina rumah tangga lagi."
"Maafkan saya Mbak, jadi mengingatkan pada hal-hal
yang tidak Mbak sukai."
"Ah tidak apa-apa. Walau bagaimanapun kejadian itu
telah menjadi bagian dalam sejarah hidup saya. Memang
menyakitkan jika diingat." Kata Mari sambil mengambil nafas
dalam-dalam. Seperti ada yang menyesak dalam dadanya.
Zul diam saja. la merasa tidak saatnya ia bicara. la kuatir
jika salah bicara justru akan memperburuk suasana.
"Mungkin ada baiknya juga ya saya cerita. Ya untuk
sekadar melepas beban yang menyesak di dada. Dan daripada
selama perjalan diam saja/' Mari kembali membuka
percakapan. "Tidak apa-apa kan" Kau mau mendengarkan
kan Dik?" lanjutnya sambil meman-dangi Zul. Zul jadi
menoleh. Pandangan mereka bertemu. Zul mengangguk pelan,
lalu kembali memandang lurus ke depan. Mari mulai
bercerita, "Saat itu saya masih kuliah di UNS Solo. Saya berkenalan
dengan orang yang kemudian jadi suami saya itu, ya saat
kuliah itu. Sebut saja namanya W. Saya tidak mau mengingat
nama lengkapnya. Saya sudah meng-haramkan diri saya
untuk menyebut namanya. Saya sangat membencinya hingga
tujuh turunan. "Baik saya lanjutkan ceritanya. Saat itu saya adalah
gadis yang masih lugu. Sekaligus gadis desa yang mudah
terpikat dengan gemerlap duniawi. Agaknya W mengerti benar
karakter diri saya. Sehingga dia bisa begitu mudah masuk
dalam kehidupan saya. Ia begitu lihai memikat dan menawan
hati saya. Jika ke kampus dia selalu memakai mobil
mengkilat. Orangtua W adalah saudagar kaya di Klewer dan
Tanah Abang Jakarta. Dia sering datang ke kost saya. Dan
sering menyenangkan hati saya dengan limpahan hadiahnya.
"Sampai akhirnya W mengatakan bahwa dia sangat
mencintai saya. Dia ingin sekali menikahi saya. Saya seperti
terbang di angkasa saat itu, karena sangat gembira. Saya
benar-benar sudah tergila-gila padanya.
Ibu saya sebenarnya tidak setuju saya kawin dengan W,
karena ibu saya ingin saya menikah dengan putra Pak Modin
13 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang sedang kuliah di IAIN Walisongo Semarang. Saya sama
sekali tidak mempedulikan keberatan ibu saya itu. Itulah
mungkin dosa besar saya pada ibu yang membuat saya
menderita dan menanggung nestapa.
"Ringkas cerita, kami pun menikah. Kami menikah tahun
1998. Ia langsung memboyong saya ke Solo Baru. Ternyata ia
sudah punya rumah cukup mewah di sana. Itu adalah hari
yang sangat indah bagi saya. Seminggu setelah menikah, W
pamit untuk pergi ke Jakarta. Dia bilang untuk urusan bisnis
dengan temannya. Beberapa hari setelah itu kiamat seolah
datang. Langit seperti runtuh menimpaku. W tertangkap polisi
dalam keadaan over dosis dengan seorang pelacur Jakarta. Ia
masuk bui. Keluarganya tidak peduli.
"Kakak perempuannya bahkan terang-terangan mengatakan sangat membenci W. Dari kakak perempuannya
itulah saya tahu bahwa W sesungguhnya lelaki yang sangat
bejat. Bahkan lebih bejat daripada makhluk paling bejat
sedunia sekalipun. Saya nyaris muntah ketika kakak
perempuannya itu bercerita bahwa dirinya pernah diperkosa
oleh W saat W sedang sakau. Ia tidak berdaya karena W
mengancam akan mem-bunuhnya. W itu tega memperkosa
kakak kandungnya sendiri, apa tidak menjijikkan" Apa tidak
melampaui batas" Seketika itu, tanpa bisa ditawar lagi saya
langsung mengajukan gugatan cerai. Dan sejak itu saya
benar-benar jijik dengan kaum lelaki dan saya bersumpah
tidak akan menikah lagi!"
Ada nada amarah dalam kata-kata Mari. Ada kebencian
yang luar biasa di sana. Zul merasa ngeri mendengarnya. Ia
merasa bingung harus bersikap bagaimana. Bus terus melaju
dengan kecepatan di atas seratus kilometer per jam. Mari
diam tidak melanjutkan ceritanya. Pandangannya lurus ke
depart. Jika diamati lebih seksama kedua mata itu
sesungguhnya berkaca-kaca. Sesaat lamanya keduanya dijaga
oleh diam. Akhirnya Zul memberanikan untuk membuka
suara, "Apa Mbak sampai sekarang masih jijik dengan kaum
lelaki. Termasuk saya?" Mari mengambil nafas dalam-dalam,
"Saat ini tidak lagi. Saya berusaha bersikap adil. Saya
tidak boleh menimpakan dosa seorang W pada semua kaum
lelaki. Tapi jujur saya perlu proses yang sangat panjang untuk
bisa bersikap adil dan tidak jijik pada kaum lelaki. Dan
disebabkan rasa jijik dan trauma pada lelaki saya pernah
punya keinginan untuk hidup berumah tangga dengan kaum
perempuan saja." "Sampai seperti itu Mbak."
"Iya. Gila bukan" Tapi jangan takut. Saya katakan, saya
14 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah punya keinginan. Hanya pada taraf keinginan. Dan itu
pun dulu. Sekarang sudah tidak lagi."
"Sejak kapan Mbak bisa kembali normal meman-dang
dunia. Maaf, untuk mudahnya saya katakan kembali normal
memandang dunia, termasuk kaum lelakinya. Sebab menurut
saya sikap jijik dan trauma pada lelaki itu sikap tidak
normal." "Prosesnya sangat panjang. Sampai saya bertemu dengan
seorang Ustadzah. Dia lulusan pesantren. Dia ikut suaminya
yang sedang mengambil program doktor. Ustadzah itu begitu
sabar menyempatkan waktu untuk memberikan pencerahan
kepada kami, para tenaga kerja wanita. Dan ia begitu sabar
mendengarkan semua keluhan saya. Saya pernah diajak oleh
Ustadzah itu tidur di rumahnya. Untuk melihat bagaimana
keadaan rumah tangganya. Dan saya melihat sendiri betapa
besar kasih sayang suami Ustadzah itu kepada keempat
anaknya yang semuanya perempuan. Sejak itulah saya tahu
bahwa ada juga lelaki baik di dunia ini."
"Bukankah Mbak memiliki seorang ayah?"
"Ya tentu saja punya. Namun ayah saya sudah tidak ada
sejak saya berusia dua tahun. Jadi saya tidak ingat apa-apa
tentang ayah. Dan ibu tidak menikah lagi. Kakak tertua saya
lelaki. Tapi ia tidak begitu peduli pada saya." Bus terus
melaju. Sejauh mata memandang adalah rerimbunan kebun
kelapa sawit yang tampak hijau tua.
"Bagaimana ceritanya Mbak bisa sampai ke Malaysia.
Dan apa sebenarnya yang Mbak cari?"
"Kalau diceritakan semuanya panjang. Singkat saja ya.
Setelah suami dipenjara dan saya tahu siapa dia sebenarnya,
saya mengajukan gugatan cerai. Rumah di Solo Baru disita
polisi karena ternyata suami punya piutang di beberapa bank
yang cukup besar jumlahnya. Saya tidak punya apa-apa. Ibu
sudah renta. Saya anak ragil. Saudara-saudara saya sudah
berkeluarga. Mereka juga hidup susah. Saya tidak berani
meminta bantuan mereka. "Saya nekat merantau ke Jakarta untuk mencari kerja.
Kebetulan ada teman yang mengajak. Alham-dulillah sebelum
menikah saya sudah selasai D.3
Akuntansi. Dan dengan berbekal ijazah D.3, saya
diterima bekerja di sebuah supermarket di Jakarta Selatan.
Saya sudah cukup nyaman saat itu. Saya hidup damai kurang
lebih dua tahun. Saya bahkan sempat nyambung kuliah, dan
menyelesaikan S1 di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di
Jakarta. Tapi tiba-tiba entah bagaimana, mantan suami saya itu
bisa tahu nomor telpon saya dan menelpon saya. Dia sudah
keluar dari penjara dan meminta saya agar kembali
kepadanya. Saya takut. Saya langsung pergi meninggalkan
15 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jakarta hari itu juga. Saya bersembunyi ke Bandung. Di
Bandung ada agen pengiriman tenaga kerja ke Malaysia. Saya
ikut agen. Akhirnya saya mengadu nasib dan terbang ke
Malaysia. Sampai sekarang saudara-saudara saya tidak saya
beritahu kalau saya di Malaysia. Terakhir saya nelpon mereka
saat saya masih di Bandung. Saya kuatir mantan suami saya
itu akan mengejar saya."
"Kenapa mesti takut Mbak. Bukankah Mbak adalah
perempuan yang merdeka. Dan Mbak akan dilindungi oleh
hukum?" 'Ah kamu ini Dik. Apa selama ini kamu hanya hidup di
dalam kamar dan tidur, sehingga membuka jendela pun
tidak!" Dunia mantan suami saya adalah dunia mafia. Dan
dunia mafia tidak mengenal hukum. Lebih baik saya di
Malaysia dulu, baru kalau saya sudah mendengar si W itu
telah mampus, saya akan balik ke Indonesia. Walau
bagaimanapun saya punya saudara dan saya sangat rindu
pada mereka. Saya pun ingin hidup berkeluarga dan tenang di
hari tua. Saya tidak akan menyerah. Saya akan terus
berusaha dan bertahan sampai Tuhan memutuskan takdir
finalnya untuk saya. Semenderita dan sesengsaranya saya,
saya masih percaya bahwa Tuhan itu ada. Tuhan itu adil dan
Dia juga Maha Penyayang. Saya masih percaya itu Dik."
Zul hanya diam mendengarnya. Ternyata tidak ha-nya
dia yang menghadapi perjalanan hidup yang rumit dan sulit.
Perempuan muda yang duduk di sampingnya bisa jadi
sebenarnya menjalani hidup yang lebih rumit yang tidak
sampai untuk dikisahkan kepada siapa pun.
"Kalau adik, bagaimana" Bagaimana bisa sampai harus
ke negeri Jiran ini" Adakah cerita yang bisa dibagi dan
didengar?" Mari balik bertanya. la merasa selama ini dia yang
banyak bercerita. la ingin gantian men-dengarkan cerita dari
Zul. "Perjalanan saya bisa sampai di dalam bus ini tak kalah
berlikunya dari apa yang Mbak ceritakan. Hanya saja saya
merasa tidak harus sekarang saya men-ceritakannya. Saya
janji saya akan gantian membagi cerita saya pada Mbak. Saya
yakin kita masih bisa bertemu di negeri Jiran ini. Itu pun
kalau Mbak benar-benar masih sudi menemui saya."
"Masak tidak sudi. Memang saya ini siapa?"
"Kuatir, Mbak masih menyisakan rasa jijik itu."
"Ah, kamu ini. Ya saya akan merasa jijik sama kamu jika
kelakuan kamu ternyata tidak berbeda dengan si W, mantan
suami saya itu." "Mbak kok seolah yakin benar kalau kelakuan saya
berbeda dengan mantan suami Mbak. Kenapa Mbak tidak
waspada" Kenapa Mbak justru malah mengajak saya jalan
bersama?" Mari tersenyum, lalu menjawab,
16 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dengar ya Dik. Orang yang sudah pernah terluka seperti
saya ini bisa membaca bahasa tubuh orang brengsek seperti
mantan suami saya dan yang sejenisnya. Dari cara lelaki
memandang dan menatap saja saya sudah tahu dia itu
sebenarnya serigala atau tidak. Saya tahu mana mata yang
jelalatan dan yang tidak jelalatan. Saya bisa meraba watak
seseorang dari gerak dan binar matanya. Tidak hanya mata
kaum lelaki. Bahkan mata kaum perempuan pun saya bisa
membedakan mana mata pelacur dan bukan pelacur. Mana
mata perempuan baik-baik dan perempuan tidak baik!"
"Jadi Mbak yakin saya ini orang baik?" sahutnya sambil
melihat ke luar jendela.
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sejauh ini saya yakin. Tidak tahu satu dua jam ke
depan. Bisa jadi kepercayaan saya padamu berubah." Jawab
Mari tegas. Zul merasakan ketegasan itu. Kalimat dan intonasi
perempuan itu seolah juga memberitahukan kepadanya agar
ia jangan mencoba bersikap mere-mehkannya. Dari ketegasan
itu, Zul mengerti bahwa perempuan muda di sampingnya
adalah perempuan yang memiliki karakter kuat. Dan tidak
mau di-remehkan. Entah kenapa ia ingin memandang perempuan di
sampingnya itu dengan lebih dalam. Keinginan itu tidak dapat
dilawannya. Ia pun memalingkan wajahnya perlahan dan
memandang ke arah wajah Mari. Mari ternyata sedang
memandang ke arahnya. Mata kedua-nya bertemu sesaat. Ada
getaran halus masuk ke dalam hati Zul. Wajah Mari tampak
kurus, tapi ada aura ketulusan yang memancar darinya. Dan
ada pesona yang mampu membuat hati Zul merasakan
getaran halus yang masuk begitu saja.
"Apakah ada kilatan binar serigala dalam mataku Mbak?"
Mari tersenyum, dan menjawab,
"Jujur saja Dik ya hampir di semua mata lelaki ada binar
liar serigala ketika melihat perempuan. Untuk itulah menurut
saya kenapa kaum lelaki diminta oleh Tuhan untuk menjaga
pandangan." Mendengar jawaban Mari, Zul diam dan tidak berkata
apa-apa. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia
memandang rerimbunan pohon kelapa sawit yang seperti
berlomba-lomba lari ke belakang. Dalam hati Zul
membenarkan perkataan Mari. Sebab saat ia memandang
wajah dan mata Mari dengan seksama, ia menemukan sihir
yang mampu mengubah dirinya menjadi serigala. Tiba-tiba ia
merasa menemukan kalimat untuk menjawab perkataan Mari,
"Dan hampir semua wajah dan mata perempuan itu
memiliki sihir yang mampu mengubah lelaki jadi serigala.
Maka sebaiknya memang keduanya saling menjaga. Agar tetap
menjadi manusia yang mulia dan tidak berubah menjadi
manusia serigala." 17 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mari tersenyum mendengarnya.
*** Dua Menjelang Maghrib bus Trans Nasional memasuki kota
Kuala Lumpur. Zul menikmati pemandangan senja di Kuala
Lumpur dengan seksama. Jalan tol yang lebar dan melingkar.
Gedung-gedung tinggi. Hutan kota yang masih terjaga. la
harus mengakui, Kuala Lumpur jauh lebih rapi dari Jakarta.
la mencari-cari gedung yang menjadi simbol Kuala Lumpur. la
melongok-longok, mencari-cari Menara Kembar. la tidak
melihatnya. "Menara Kembarnya mana
kelihatan?" tanyanya pada Mari.
ya Mbak, kok tidak "Kamu jangan memandang ke arah situ. Pandang-lah ke
arah sana. Di sela gedung menjulang itu. Itulah Menara
Kembar," jawab Mari sambil menunjuk ke arah Menara
Kembar. "Wah iya. Saya penasaran ingin lihat dari dekat."
"Jangan tergesa-gesa. Nanti kau akan punya waktu yang
cukup untuk melihatnya. Kau bahkan bisa makan di sana.
Kau juga bisa refreshing di sana. Di bawah menara itu ada
tamannya yang rapi dan indah. Namanya taman KLCC.
Taman itu terbuka untuk umum dan gratis."
Zul langsung membayangkan nyamannya berjalan-jalan
di bawah Menara Kembar dan nyantai di taman KLCC. Tibatiba ia teringat Najibah. Gadis satu desa
dengannya yang pernah menjadi tambatan hatinya. Najibah pernah minta
padanya untuk rekreasi ke Taman Kiai Langgeng. Dan ia
berjanji pada gadis itu akan mengajaknya ke Taman Kiai
Langgeng suatu kali. Namun sampai saat ini ia tidak bisa
memenuhi janji itu. Dan tidak mungkin rasanya memenuhi
janjinya itu. Sebab, gadis yang punya lesung pipi indah itu,
kini telah menikah dengan orang lain. Ah, seandainya ia kaya,
tentulah ia bisa menikahi gadis itu dan mengajaknya jalanjalan ke Taman Kiai Langgeng. Bahkan
mengajaknya ke Kuala Lumpur dan berjalan-jalan di taman KLCC itu.
Karena kemiskinannyalah, akhirnya 18 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Najibah memutuskan menikah dengan orang lain setelah tiga kali. Itu
pun setelah Najibah memintanya untuk segera menikahinya
dan ia merasa tidak mampu. Ia minta ditangguhkan beberapa
tahun lagi. Ia tidak bisa memberi jawaban pasti. Dan Najibah
merasa tidak bisa bergantung pada ketidakpastian.
"Maaf, Mas Zul, bukan saya tidak cinta sama Mas. Orang
tua saya minta saya segera menikah. Tahun ini. Jika Mas mau
ya tahun ini. Jika tidak ya anggap saja kita tidak berjodoh. Ini
demi kebaikan saya dan Mas." Itulah kata-kata Najibah yang
masih ia ingat terus. Kata-kata yang tidak mungkin ia
lupakan, karena saat itu ia tidak berdaya apa-apa sebagai
seorang lelaki. Ia sama sekali tidak bisa memenuhi harapan
orang yang dicintainya. Jangankan biaya untuk menikah,
biaya untuk makan sehari-hari saja ia sering tidak punya. Ia
benar-benar merasakan betapa susah jadi orang tidak punya.
Sampai untuk menikahi orang yang dicintai saja tidak bisa. Ia
benar-benar sedih dan menderita jika mengingatnya.
Sesungguhnya Najibah itu bukanlah gadis yang
materialistis, ia tidak minta apa-apa, selain akad nikah.
Namun akad nikah itu ada biayanya. Dan itu yang ia tidak
punya saat itu. Ia benar-benar tidak punya. Ia merasa dirinya
adalah orang paling miskin papa sedunia. Ah, ia berusaha
melupakan peristiwa itu. Namun belum juga bisa. Bahkan
sampai ia sudah di Kuala Lumpur pun peristiwa itu masih
saja teringat olehnya. Ia yang mengalami peristiwa yang tak
setragis Mari saja masih dibayangi oleh peristiwa itu, apalagi
Mari. Wajar jika perempuan muda itu sampai mengalami
trauma. "Heh, melamun apa! Kita sudah sampai di Pur-duraya!
Ayo siap-siap turun!"
Zul kaget dan tersadar dari lamunannya.
"Kita sudah sampai Mbak?"
"Iya. Ayo turun. Itu orang-orang sudah pada turun."
Mereka berdua lalu turun dari bus. Lalu naik ke lantai dua.
Tempat dimana para penumpang berkumpul menunggu bus.
Tempat dimana penumpang datang dan pergi. Di lantai
dualah puluhan waning penjual oleh-oleh dan makanan
dibuka. Juga di lantai dualah puluhan agen bus membuka
konter. "Mbak ini sudah Maghrib ya?" tanya Zul.
"Iya sudah. Gini saja. Kita shalat dulu gantian. Tempat
shalat dan tandas ada di lantai tiga. Kita naik ke sana."
"Tandas itu apa Mbak."
"Toilet. Kalau bahasa orang Demak kakus."
"Wah thoMbak." kok 19 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nadanya agak menghina orang Demak "Kamu ini lelaki kok sentimentil begitu. Ayo kita naik!"
Mereka berdua lalu naik ke lantai tiga. Mereka ke tandas
dahulu, baru ke surau. Mereka shalat bergantian. Selesai
shalat Zul bingung. la baru sadar kalau ia tidak memiliki
tujuan yang jelas. Mari hanyalah temanbertemu di perjalanan.
"Inilah Kuala Lumpur Dik Zul. Ya selamat datang di
Kuala Lumpur. Semoga nasibmu berubah di sini. Berubah jadi
baik. Tidak sebaliknya. O ya, jadi kau mau menginap di
mana?" "Wah jujur saja Mbak. Saya tidak tahu harus menginap
di mana." "Katanya kau mengantongi sebuah nama dan nomor
telpon itu bagaimana?"
"Ya, saya coba telpon dulu Mbak."
"Pakai hp saya saja Dik, tak usah pakai telpon umum.
Tuh telpon umum antrenya kayak gitu," Mari mengulurkan hand phone-nya..
Zul menerima hand phone itu dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya merogoh saku cela-nanya. Ia
mengeluarkan sobekan kertas. Lalu memanggil nomor yang
tertulis di kertas itu. Beberapa saat ia menunggu tidak ada
jawaban. Lalu ia ulangi lagi. Empat kali ia memanggil dan
tidak ada yang mengangkat.
"Bagaimana Dik?"
"Tidak ada yang mengangkat Mbak."
"Mungkin sedang shalat. Kalau gitu ayo kita cari makan
dulu. Saya lapar. Setelah makan ditelpon lagi."
"Boleh." Mari berjalan di depan. Ia sangat hafal seluk beluk
Terminal Purduraya. Dan bisa dipastikan bahwa pekerja
Indonesia yang bekerja di sekitar Kuala Lumpur sangat akrab
dengan terminal bus paling padat di Kuala Lumpur ini. Mari
memilih makan di Kak Long Cafe. Sebuah cafe milik seorang
Muslimah keturunan China.
"Bisa jadi kita nanti akan sulit bertemu. Bahkan mungkin
akan tidak bertemu. Namun siapa tahu adik perlu bertemu
dengan saya suatu hari nanti. Atau perlu bantuan saya. Saya
akan kasih nomor telpon saya. Bisa ditulis?" kata Mari selesai
makan. 20 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bisa Mbak. Terima kasih ya atas segalanya. Berapa
Mbak nomornya?" jawab Zul.
"0176767676. Bacanya mudah 01 terus tujuh enam
empatkali." "Wah mudah diingat Mbak."
"Coba orang yang kautuju itu dikontak lagi."
Zul langsung menelpon nomor yang ia telpon
sebelumnya. Beberapa kali ia telpon tapi tidak juga berhasil.
"Tetap tidak ada yang mengangkat Mbak."
"Mmm...." gumam Mari sambil mengerutkan keningnya.
"Saya coba lagi Mbak."
Zul kembali melakukan panggilan. Tidak juga berhasil.
"Bagaimana, tidak berhasil juga?" tanyaMari.
"Iya." "Kau di sini asing. Kalau tidak ada teman kasihan. Kalau
kau mau kau bisa ikut saya menginap di tempat saya."
"Menginap di tempat Mbak?"
"Iya. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Di tempat saya
ada tiga kamar. Kau bisa menginap di salah satu kamarnya.
Paling tidak untuk sekadar melepas lelah. Besok kau bisa
mencari orang yang kautuju itu. Itu kalau kau mau."
Zul terdiam sesaat. Ia memang tidak kenal siapa-siapa di
Kuala Lumpur ini. Nama yang ada dalam sobekan kertasnya
pun sebenarnya tidak kenal. Nama itu adalah nama kenalan
Pak Hasan. Katanya ia adik kelas Pak Hasan sewaktu kuliah
di Jogja yang sekarang bekerja di Kuala Lumpur. Dan jujur ia
memang perlu istirahat. Perjalanan dari Batam sampai Kuala
Lumpur cukup membuatnya lelah. Apalagi dua hari sebelum
berangkat ia kerja lembur di sebuah bengkel.
"Bagaimana Dik" Kalau kau mau ayo kita berangkat.
Mumpung belum terlalu malam. Atau kau mau tidur di
bangku itu, ya tidak apa-apa. Tapi jangan kaget kalau nanti
ada operasi polisi dan kau dianggap gelandangan. O ya bisa
juga kau menginap di hotel Purduraya ini. Tinggal kau jalan
ke atas. Tapi ongkosnya ya lumayan." Mari menjelaskan
beberapa pilihan untuk Zul.
Zul masih belum mantap menentukan salah satu pilihan.
Hati kecilnya ingin menginap di hotel. Tapi uang yang ia miliki
benar-benar pas-pasan. Ia sebisa mungkin harus menghemat.
"Sudahlah Dik ayo ikut saya saja. Besok kau bisa pergi
ke mana kau suka. Ayo!" Kata Mari dengan tegas seraya
bergegas ke luar terminal. Ketegasan kata-kata Mari membuat
Zul seolah menemukan pilihan terbaik. Ia pun mengikuti
langkah Mari. Mereka keluar menyeberangi jalan raya. Mari
berjalan dengan cepat meskipun ia harus menyeret tas
kopornya. Zul berusaha mengimbangi di sampingnya.
"Kita mampir di supermarket sebentar. Lalu kita ke
Terminal Pasar Seni cari bus Rapid KL yang ke Subang."
21 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Iya Mbak. O iya Mbak ini hand phone-nya nanti lupa."
"Ayo cepat.dikit."
Mereka berjalan menyusuri trotoar. Mari masuk sebuah
supermarket dan belanja makanan, sikat gigi, odol, dan sabun
mandi cair. Zul menunggu di depan supermarket. Tak lama
kemudian mereka kembali berjalan. Sepuluh menit kemudian
mereka sudah sampai di Pasar Seni. Mari langsung naik Rapid
KL jurusan Subang. Zul ikut di belakangnya. Setelah
membayar karcis mereka duduk. Bus berjalan perlahan.
"Jangan kaget, nanti kau akan tinggal di tengah-tengah
tenaga kerja wanita. Artinya penghuni rumah itu semuanya
wanita. Saya salah satu di antaranya. Rumah saya dihuni
enam orang. Ada tiga kamar. Satu kamar berdua. Kebetulan
ada dua orang yang sedang pulang ke Indonesia. Jadi saat ini
dihuni empat orang. Kau nanti bisa tidur di kamar saya saja.
Kebetulan di kamar saya ada kamar mandinya. Jadi kau tidak
akan mengganggu teman-teman saya yang lain."
Mari menjelaskan kondisi rumahnya. Zul men-dengarkan
dengan seksama. la merasa sudah terlalu banyak berhutang
budi pada perempuan muda yang baru dikenalnya itu.
"Mbak baik sekali. Entah bagaimana
membalas budi Mbak. Saya malu pada Mbak."
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya harus "Jangan berpikir begitu. Kita ini sebagai manusia sudah
semestinya saling tolong menolong. Iya tho. Manusia tidak
bisa hidup sendirian. Iya tho Dik. Apalagi kita sama-sama
orang Jawa, dan sama-sama orang Indonesia dan sama-sama
orang Islam. Sudah jadi kewajiban-ku membantu adik. Ya
anggap saja aku ini kakakmu."
"Iya Mbak. Terima kasih Mbak."
Rapid KL membelah kota Kuala Lumpur. Karena
kelelahan Zul tertidur. Cukup pulas. Mari mengamati dengan
seksama, anak muda yang duduk di sampingnya itu. Wajah
polos khas Jawa. Wajah yang tampak begitu muda. Ada
guratan derita di sana. Namun ada juga gurat keberanian dan
kenekatan. Mari memperkirakan umur pemuda ini lima tahun
lebih muda darinya. la telah masuk dua puluh tujuh. la
perkirakan Zul tak lebih dari dua puluh dua.
Setelah satu jam berjalan akhirnya mereka sampai di
Subang. Mari membangunkan Zul. Zul bangun dengan
tergagap, "Sudah sampai tho Mbak?"
"Sudah Dik." Mari turun diikuti Zul. "Kita perlu jalan kira-kira dua ratus meter baru tiba di
22 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rumah. Tak apa ya?" "Tidak apa Mbak."
Mereka berjalan memasuki kawasan Taman Subang
Permai. Selama dalam perjalanan Mari bercerita tentang
teman-temannya. "Rumah saya rumah teras. Rumah teras artinya ya
rumah biasa seperti rumah-rumah di Indonesia yang ada
terasnya. Bukan rumah apartemen. Saya menyewa bersama
teman-teman dari orang China. Rumah itu ada tiga kamar.
Kamar paling depan ditempati oleh Linda dan Sumiyati. Linda
asli Sukabumi, ia lahir di Amsterdam. Linda ini belum
bersuami dan cantik. Kau hati-hati jangan sampai ada apaapa dengan dia ya. Jangan membuat
masalah di negeri orang. Awas ya, kau harus jaga iman kalau berhadapan dengannya!
Terus teman sekamarnya adalah Sumiyati, asli Blitar.
Sumiyati juga sudah bersuami. Kamar tengah saya yang
menempati. Saya sekamar dengan Iin. Kami memanggilnya
Iin. Nama aslinya Mutmainah. la asli Pati. Iin sudah bersuami
dan punya dua anak di Pati. Kamar yang paling belakang saat
ini kosong. Yang tinggal di situ adalah Reni dan Watik.
Keduanya sedang pulang kampung. Mereka berasal dari satu
kampung di Kendal Jawa Tengah. Sebetulnya kau bisa tidur di
kamar Reni dan Watik yang kosong. Tapi di kamar itu tidak
ada kamar mandinya. Lebih baik nanti kau tidur di kamar
saya saja. Biar saya dan Iin yang tidur di kamar Reni."
"Iya Mbak." "O ya jangan kaget ya. Jika nanti mereka itu banyak
bicara. Mereka itu perempuan-perempuan yang paling suka
ngobrol dan banyak cerita. Jika kau tidak ingin ngobrol kau
nanti langsung saja tidur."
"Iya Mbak." Lima belas menit berjalan akhirnya mereka sampai di
sebuah rumah, yang tak jauh berbeda dengan perumahan di
Indonesia. Hanya pintunya dirangkapi dengan pintu besi. Mari
langsung membuka pintu. Dan begitu ia masuk ia langsung
disambut histeris teman-temannya.
"Oi, Mbak Mar pulang!" teriak seorang perempuan muda
yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong.
"Hei kau bawa teman ya Mar?" tanya perempuan
berdaster panjang. "Iya. Ini, anggap saja adik saya. Namanya Zul. Dia
mungkin numpang cuma semalam saja/' jelas Mari.
"Adik apa adik?" ledek perempuan bercelana pendek.
Mari hanya tersenyum kecut.
"Kenalkan saya Zul, dari Demak."
"Saya Sumiyati, dari Blitar." Sahut perempuan bercelana
pendek. "Aku Iin. Soko Pati Mas."2 Perempuan berdaster
23 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memperkenalkan diri denganbahasa Jawa. "Yo anggep wae, iki
ning ngomahe dewe. Anggep wae ning ngomahe keluargane
dewe."3 "Inggih matur nuwun Mbak."4 Jawab Zul.
"Si Linda mana?" tanya Mari.
"Seperti biasa Mbak ke KL. Seperempat jam yang lalu ia
dijemput sama si Chong Tong," jelas Sumiyati.
"Tak ada kapoknya anak itu!" sahut Mari dengan nada
tidak suka. "Yo mugo-mugo5 Gusti Allah membukakan jalan baginya
untuk taubat," lirih Iin.
"Amin!"tukas Mari.
"E... Mas Zul kok berdiri di situ saja. Silakan duduk
Mas." Sumiyati mempersilakan Zul untuk 6 Mas. Monggo duduk di kursi.
"Ya Mbak terima kasih." Jawab Zul seraya duduk.
Sumiyati lalu bergegas ke dapur membuat minuman.
Sementara Mari dan Iin masuk ke kamar mereka. Mari
meminta Iin membantu merapikan kamar dan tempat tidur.
2 Aku lin. Dari Pati Mas. Ya anggap saja ini di rumah sendiri. Anggap saja di rumah keluarga sendiri
4 lya, terima kasih Mbak. 5 Semoga 6 Mari, silakan 3 Dan menjelaskan sebaiknya Zul tidur di kamar yang ada
kamar mandi di dalamnya. Iin sepakat. Dengan cepat mereka
merapikan dan menyimpan pakaian dan perkakas milik kaum
perempuan yang tidak sepatutnya dilihat kaum lelaki. Setelah
mereka lihat rapi dan mereka teliti tidak ada yang tidak patut,
mereka kembali ke ruang tamu dan mempersilakan Zul
membawa tasnya ke kamar. Zul menurut. Ia membawa tasnya ke kamar. Ia masuk
dan menutup pintu. Zul mencium bau wangi di kamar itu.
Kamar yang bersih dan rapi. Jauh sekali bedanya dengan
kamarnya dan teman-temannya saat bekerja di Batam. Zul
mencopot jaketnya. Beberapa menit kemudian kamarnya
diketuk. Ternyata Mari. Membawa nampan berisi teh hangat dan
24 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
satu piring roti donat yang tadi dibeli di supermarket.
"Istirahat saja. Ini minumnya. Di kamar mandi ada sikat
gigi yang masih baru, juga sabun cair, bisa kamu pakai jika
mau mandi. Handuknya sudah saya siapkan di kamar mandi."
Jelas Mari sambil meletakkan nampan itu di atas meja rias.
"Terima kasih Mbak."
"Jika perlu apa-apa bisa mengetuk kamar belakang. Saya
ada di sana." "Iya Mbak." "Baik. Selamat istirahat." Kata Mari dengan ter-senyum.
Ia keluar dari kamar dan menutup pintu kamar dengan pelan.
Zul merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk itu.
Terasa nyaman. Tapi ia merasa kulitnya seperti lengket
dengan pakaiannya. Sangat tidak nyaman. Ia lalu beranjak ke
kamar mandi dan mandi. Air yang mengguyur sekujur
tubuhnya itu serasa meremajakan seluruh syaramya. Barulah
setelah mandi iabisa istirahat dengan nyaman. Sesaat
sebelum tidur kilatan senyum Mari yang tulus terbayang di
mata. Ia tersenyum. Tiba-tiba ia teringat perkataan Mari tadi
siang, "Jujur saja Dik ya, hampir di semua mata lelaki ada binar
liar serigala ketika melihat perempuan. Untuk itulah menurut
saya kenapa kaum lelaki diminta oleh Tuhan untuk menjaga
pandangan." Ia kembali tersenyum. Lalu terlelap tidur.
Tiga Pukul tujuh pagi, Zul baru bangun tidur. la kaget karena
bangun terlalu siang. Sinar matahari telah menerobos jendela
dan masuk ke dalam kamarnya. la langsung bangkit dan
mengambil air wudhu dengan tergesa-gesa. la belum shalat
Subuh. Ketika hendak shalat ia bingung arah kiblat. Terpaksa
ia keluar kamar untuk menanyakan arah kiblat. Di ruang
tamu yang sekaligus menjadi ruang santai, Sumiyati dan Iin
sedang asyik nonton televisi.
"Waduh arah kiblat mana ya" Waduh kok saya tidak
dibangunkan. Jadi terlambat shalat Subuh!" Kata Zul setengah menggerutu. Tidak jelas kepada siapa kata-kata
itu ia tujukan. Pada Sumiyati atau pada Iin, atau pada keduaduanya.
"Maaf Dik, kami segan mau membangunkan. Kiblat ke
arah jendela Dik." Jawab Iin kalem sambil meman-dang ke
arah Zul yang masih jelas bekasnya dari tidur. Zul kembali ke
kamar dan shalat. Setelah itu ia kembali ke ruangan tamu. Ia
tidak melihat Mari. 25 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lha Mbak Mar ke mana" Apa masih tidur juga?"
"Ya tidak. Mbak Mar itu orang paling disiplin di rumah
ini. Ia sudah bangun sejak jam empat tadi. Biasanya shalat
Tahajjud. Terus nyuci pakaian. Tadi setelah shalat Subuh ia
langsung berangkat kerja." Jelas Sumiyati santai sambil
mengambil kacang tanah yang ada di depannya. Lalu
mengeluarkan isinya dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"O ya sebelum berangkat tadi Mar nitip pesan. Kalau
kamu sudah bisa menghubungi orang yang kamu tuju dan
mau pergi pagi ini atau siang ini tidak apa-apa. Kalau masih
betah dan mau menginap barang satu dua hari lagi ya tidak
apa-apa. Hanya saja Mar minta kalau siang ini orang itu tidak
juga bisa kauhubungi kau sebaiknya menginap semalam lagi.
Siang ini dia akan mencoba mencarikan informasi tentang
tempat yang lebih pas, sekaligus informasi tentang pekerjaan
jika ada/' Iin menyahut. "Sebaiknya, siang ini Mas istirahat saja dulu di sini. Kan
baru datang. Sambil menunggu informasi dari Mbak Mar jika
nanti ia kembali," sambung Sumiyati memberi saran.
"Saya mau keluar sebentar Mbak. Sekalian lihat-lihat
lingkungan. Saya mau coba telpon orang yang harus saya
hubungi itu sekali lagi," kata Zul.
"Ya, hati-hati Dik. Jangan lupa bawa paspor ya," tukas
Iin. Zul keluar mencari telpon. Lima puluh meter dari rumah
itu ia menemukan warung kelontong, namun di situ tertulis
kedai runcit. Di warung itu ada wartelnya. Dari wartel itu ia
mencoba menelpon nomor yang ia catat dari Pak Hasan.
Berulang-ulang ia menelpon, tapi tidak juga berhasil. Ia
mencoba menelpon Pak Hasan yang ada di Batam juga tidak
berhasil. Nomor Pak Hasan sedang tidak aktif. Ia kembali ke
rumah dan mendapati dua perempuan itu telah rapi dan siap
pergi. "Dik kami harus berangkat kerja. Ini kunci rumah, siapa
tahu kamu mau keluar. Jika nanti kamu mau pergi
meninggalkan rumah, tolong rumah dikunci. Dan kuncinya
letakkan saja di bawah pot bunga itu. Oh ya sarapannya
sudah kami siapkan di dapur. Makan saja yang banyak. Maaf
seadanya." Dengan lembut Iin menjelaskan.
"O ya Mas, kalau mau lihat film-film Malaysia. Nyalakan
saja DVD player itu. DVD-nya ada di rak biru itu," sahut
Sumiyati. "Kami pergi dulu ya. Yah demi mencari sesuap nasi
Mas." Imbuhnya sambil membuka pintu. Mereka berdua lalu
bergegas meninggalkan rumah. Ketika mereka sampai di
halaman hendak membuka pintu gerbang, sebuah mobil
sedan Proton Wira berhenti tepat di hadapan mereka. Seorang
perempuan berpakaian sangat ketat keluar dari mobil itu. la
melambaikan tangan pada pengendara mobil yang bermata
26 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sipit. "Baru pulang Lin?" sapa Iin.
"Iya Mbak. Tadi ketiduran di hotel," jawab perem-puan itu
santai. Zul melihat dari pintu yang masih terbuka.
"Kamu itu mbok ya ingat akhirat meskipun sedikitsedikitlah Lin" Ingatlah hari akhir kelak Lin!" Iin
menasihati dengan suara lembut. "Aduh Mbak, kalau mau ceramah di masjid saja. Saya
sedang capek nih. Sory ya Mbak. Saya harus istirahat. Lha itu
kok ada cowok di rumah kita. Siapa dial?" ketus Linda.
"Itu adik saya dari Demak," jawab Iin.
"Orangnya baik kok Lin. Namanya Zul. Jangan takut
santai saja," timpal Sumiyati.
"Siapa yang takut. Saya tak pernah takut sama lelaki.
Apalagi lelaki Indonesia kurus kaya gitu. Lelaki dari Amerika,
Rusia bahkan Nigeria sekalipun saya tidak pernah takut!
Kenapa kalian masih mematung saja di sini. Nanti kalian
terlambat didamprat sama majikan baru tahu rasa!" sengit
Linda. "Ya udah kami berangkat dulu. Jaga rumah baik-baik ya
Lin." "Ya," jawab Linda singkat sambil beranjak masuk rumah.
Ketika masuk rumah dan melewati Zul yang berdiri di
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
samping pintu Linda menyapa datar,
"Halo Mas, baru datang dari Indonesia ya?"
"Iya," jawab Zul singkat.
Linda langsung masuk ke dalam kamarnya. Sementara
Zul masih berdiri di samping pintu meman-dang lurus ke
depan, ke halaman dan jalan. la mendengar dengan jelas
percakapan tiga perempuan itu. Dan ia bisa meraba, kira-kira
apa pekerjaan perempuan muda bernama Linda yang baru
saja menyapanya itu. Dan siang itu ia bisa jadi hanya akan
berdua bersama Linda di rumah yang sepi itu. Ia berpikir apa
yang akan ia kerjakan seharian di rumah itu. Apakah ia akan
hanya tidur di kamar" Bagaimana kalau Linda mengajak
berbincang-bincang" Apakah ia akan bersikap cuek saja
terhadap Linda" Ataukah ia akan berpura-pura bersikap baik
kepadanya. Sebab ia paling tidak suka dengan perempuan
yang memiliki tanda-tanda sebagai perempuan tidak benar.
Dari cara Linda berpakaian dan dari pembicaraan yang baru
saja ia dengar, ia memiliki firasat kuat bahwa Linda adalah
jenis perempuan tidak benar. Zul mengambil nafas panjang. Ia
belum bisa memu-tuskan akan bersikap bagaimana.
"Mas pintunya ditutup saja. Di sini tidak lazim membuka
pintu lama-lama." Seru Linda dari kamarnya yang hanya
berjarak beberapa meter dari tempat Zul berdiri. Secara reflek
Zul menengok ke arah suara. Pintu kamar Linda terbuka lebar
dan Linda merebahkan tubuhnya begitu saja di tempat
27 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidurnya, dengan sepatu hak tingginya masih terpasang di
kedua kakinya. Zul merasakan getaran dalam dadanya. Ia
langsung menutup pintu dan bergegas masuk ke dalam
kamarnya. Sementara Iin dan Sumi masih berjalan ke arah hentian
bus. Dalam hati Iin memanjatkan doa agar Linda kembali ke
jalan yang benar. Ada yang meleleh dari kedua matanya yang
berkaca-kaca. la sangat sayang pada gadis cantik - yang
sudah tidak gadis lagi - itu. la ingat bagaimana awal
perjumpaannya dengan Linda di pagi yang cerah di KBRI
Kuala Lumpur. Linda yang berwajah Indo itu memperkenalkan diri sebagai karyawati sebuah kantor
maskapai penerbangan di Kuala Lumpur. Pagi itu Linda ada
sedikit urusan di bagian konsuler. la tidak menanyakan detil
urusan Linda sebenarnya. la sendiri punya urusan yang
membuatnya pusing, gajinya selama lima bulan tidak dibayar
oleh majikan. la hendak melaporkan hal itu ke pihak KBRI.
Dari yang tak lebih dari dua puluh menit itu ia tahu Linda
memiliki cita-cita yang tinggi. Linda bercerita tentang
keinginannya melanjutkan kuliah sampai S3 di negeri tempat
ia dilahirkan, yaitu Belanda.
"Saya harus cari uang dulu. Ibu saya tidak mungkin
membiayai saya kuliah. Ayah saya, saya tidak menge-nalnya
sejak kecil. Ibu hanya cerita ia orang Belanda dan sudah
menikah lagi di sana. Sudah jadi orang penting di Belanda.
Ibu saya tidak meridhai jika saya minta uang sepeser pun
pada ayah saya. Kata ibu saya, saya boleh ke Belanda, tapi
tidak boleh mengemis pada ayah saya, atau keluarga ayah
saya. Ibu saya sangat dendam pada ayah saya, dan
dendamnya itu telah diwariskan pada saya. Saya tidak akan
menceritakan perihal dendam itu. Pokoknya dendam yang
sangat menyakitkan. Intinya ayah saya pernah memperlakukan ibu saya dengan sangat tidak manusiawi di
Belanda. Dan itu saat me-ngandung saya.
"Ya alhamdulillah, berkat peluh dan keringat ibu saya,
akhirnya saya bisa selesai kuliah di Jakarta dan langsung
mendapat pekerjaan. Sekarang saya bisa kerja di Kuala
Lumpur ini dengan gaji yang lumayan. Saya akan menabung.
28 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kalau bisa saya akan lanjut kuliah S2 di sini baru nanti S3 di
Belanda. Jika saya sudah sukses, kaya dan bermartabat, saya
akan ajak ibu saya menemui ayah saya dengan kepala tegak.
Bahkan saya bercita-cita harus kaya hingga saya nanti bisa
punya perusahaan besar di Belanda. Harus lebih kaya dari
Mr. Van Braskamp. "Van Braskamp itulah nama ayah saya. Dia seorang
Belanda. Tapi saya sama sekali tidak kenal budaya Belanda.
Saya sejak umur dua tahun sudah di Sunda. Hidup bersama
kakek dan nenek saya. Ayah saya tidak meninggalkan apa-apa
kepada saya kecuali warna kulitnya yang membuat saya lebih
putih dari ibu saya. Itu saja. Tapi saya akan membuktikan
pada ayah saya itu, suatu saat saya bisa lebih terhormat dari
ayah saya di negeri ayah saya. Itulah cita-cita saya Mbak Iin.
Kalau Mbak Iin punya cita-cita apa" Untuk apa kerja di
Malaysia ini?" Iin masih ingat saat itu ia hanya menggelengkan kepala
lalu menjawab, "Saya tidak punya cita-cita yang tinggi seperti Dik Linda.
Saya hanya ingin dapat uang. Bisa membiayai suami saya
yang sedang sakit dan bisa membiayai dua anak saya yang
masih kecil-kecil yang sekarang diasuh oleh adik saya. Itu
saja. Juga punya tabungan untuk buka warung di kampung.
Itu saja Dik Linda."
Saat itu Linda tersenyum tangannya seraya berdoa, dan mengangkat kedua "Semoga cita-cita Mbak Iin dikabulkan oleh Allah. Amin."
Dalam hati ia ikut mengamini.
Di pertemuan yang singkat itu, ia sempat bertukar
nomor hand phone dengan Linda. Linda yang memberi
nomornya dulu. "Mbak ini nomor hope saya. Siapa tahu Mbak atau teman
Mbak ada yang ingin pulang liburan. Bisa pesan tiketkesaya."
Sejak itulah ia sering berkomunikasi dengan Linda.
Beberapa kali ia bertemu dengan Linda tanpa sengaja di
Menara Kembar Petronas KLCC. Seringkali Linda mentraktirnya makan. Selesai makan biasanya mengajak
29 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
shalat di surau yang ada di sana. Ia melihat Linda begitu
agamis. Dan dalam balutan jilbab muka Indo itu bagai
bidadari surga yang turun ke bumi. Ia sangat takjub pada
keelokan dan kebaikan Linda. Dari rasa takjub itulah rasa
sayangnya pada Linda terbit.
Sejak kenal dengan Linda, ia sering membayangkan
alangkah enaknya bisa kerja seperti Linda. Duduk tenang di
kantor yang ber-AC dengan bayaran yang tinggi. Kerjanya
cuma mengangkat telpon. Lihat layar komputer. Dan nulis
nota. Tidak seperti dirinya yang harus kerja di Warung
Runcit7 dengan majikan yang kasar dan pelit. Itulah yang ia
pikirkan pada waktu itu. Dan ia merasa alangkah
beruntungnya Linda. Cantik, pintar, masih sangat muda, dan
berpenghasilan tinggi. Tapi ia segera menyadari siapakah
dirinya dan siapakah Linda. Dirinya tak lebih hanya lulusan
MTs dengan penampilan sangat biasa, sementara Linda sudah
sarjana dan cantik pula. Pekerjaan kantor sepertinya tidak
boleh dikerjakan oleh orang desa - dengan wajah pas-pasan -
yang hanya lulusan MTs seperti dirinya.
Tapi jika melihat kehidupan Linda saat ini, ia yang hanya
orang desa dan cuma lulusan MTs seperti dirinya merasa lebih
bahagia daripada Linda. Buat apa pandai, sarjana dan cantik
jika hanya menjadi budak nafsu dan setan. Dan hidup dalam
lembah kehinaan. Baginya, sebagai wanita, kehormatan diri dan kesucian
diri adalah harta paling berharga setelah iman kepada Tuhan
Yang Mahakuasa. Entah sudah berapa kali ia berusaha
mengingatkan Linda, baik dengan cara yang paling halus
maupun cara yang sangat terang-terangan. Baik dengan
sindiran maupun ancaman siksa neraka jahanam. Tapi ia
melihat Linda sama sekali tidak ada perubahan. Bahkan
shalat pun sudah ia tinggalkan. Ia sudah jarang melihat wajah
blesteran Sunda Belanda itu berbalut mukena putih. Ia
merasa bidadari surga yang turun ke bumi itu telah hilang.
Jika menghayati apa yang terjadi pada Linda, hatinya
sering miris dan merinding. Betapa berbedanya Linda yang
dulu dengan sekarang. Alangkah mudahnya ketakwaan itu
sirna dan iman itu hilang lenyap di akhfr zaman seperti
7 Semacam warung kelontong sekarang. Tidak sedikit orang yang dulu dikenal karena
ketakwaannya tiba-tiba dalam waktu tak lama dikenal karena
kedurhakaannya. "Na'udzubillahi min dzalik. Ya Rabbi, jauhkanlah hamba
dari itu semua. Jangan Kaubiarkan iman ini lepas dari hati
hamba sedetik pun." Doanya dalam hati sambil mengusap
airmatanya. 30 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kenapa menangis Mbak Iin?" tanya Sumiyati.
"Tidak apa-apa. Aku hanya kasihan sama Linda. Jauhjauh merantau ke sini, siang malam hanya
untuk menjual kehormatan dan bermaksiat. Kalau tidak mau bertaubat
sungguh kasihan. Rugi di dunia, rugi di akhirat."
"Iya Mbak. Aku masih ingat awal-awal Linda hidup
bersama kita, ia masih shalat dan masih mau membaca Yasin.
Tapi sekarang sepertinya dia tidak memiliki Tuhan."
"Hus. Jangan bilang begitu Sum!" bentak Iin,
"Semoga saja semaksiat-maksiatnya Linda, dia masih
mengakui Allah sebagai Tuhannya," lanjutnya.
"Semoga saja Mbak. Hidup di perantauan seperti kita ini
memang tidak mudah. Keimanan kita benar-benar dipertaruhkan. Mbak tolong doakan saya ya. Itu, si Karan
kawan kerja saya di restoran sering menggoda saya. Saya
takut tergoda Mbak."
"Kau harus kuat Sum. Imanmu harus terus kau-pupuk.
Kita harus sating menguatkan dan meng-ingatkan. Kita harus
sating mengingatkan bahwa perzinahan itu termasuk dosa
besar. Dan sekali orang berzina, orang itu akan sulit lepas
dari belenggu dosa itu. Sangat memungkinkan ia akan
melakukan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Dan itulah
yang di-kehendaki setan. Jangan kita biarkan diri kita terperangkap oleh kesempatan melakukan
dosa besar itu. Sebisa mungkin kesempatan itu jangan dibiarkan ada. Aku sendiri
Sum, aku mengakui diriku tidak cantik. Tetapi aku juga
mengalami apa yang kaualami. Banyak yang menggoda. Tapi
aku berusaha untuk kuat dan berusaha menjaga agar jangan
sampai setan menciptakan kesempatan melakukan perbuatan
Pendekar Pengejar Nyawa 4 Sampul Maut Karya Wen Wu Bentrok Rimba Persilatan 1
Mendengar hal itu Ketua Bagian Keamanan hanya gelenggeleng kepala. Pak Kiai tersentak, ada
keraguan berbalut kekuatiran menyusup dalam hatinya, namun diam saja.
*** Sampai di rumah ia ternyata juga menemukan hal yang
sama. Ia menegaskan bahwa ia terfitnah. Ia tidak pernah
mencuri di pesantren. Namun penjelasannya itu tidak bisa
diterima oleh seluruh anggota keluarganya. Kemarahan
ayahnya juga tidak reda. Kedua kakak dan ibunya lebih
percaya pada keputusan pesantren.
"Sudah lebih baik kau mengakui dosamu itu dan
bertaubat. Sesali perbuatanmu itu dan jangan keras kepala!"
Kakak sulungnya yang sudah punya dua anak itu marah.
Hanya adiknya, Nadia, yang tidak berkomentar. Nadia
lebih merasa iba pada kondisi kakaknya.
"Apa tidak sebaiknya dibawa ke dokter untuk diobatkan
Ma. Kasihan Kak Syamsul." Kata Nadia.
Pak Bambang langsung menyahut garang, "Kita tidak
perlu kasihan sama maling. Biar dia rasakan akibat
kejahatannya!" Tak ada yang berani membantah. Bu Bambang masih
tampak marah. Rasa marahnya saat itu mengalah-kan rasa
kasihan pada anaknya itu.
Syamsul istirahat di kamarnya dengan mata berkacakaca. Jika keluarga sudah tidak lagi percaya
padanya. Apalah arti hidup di dunia ini. Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. la
bersihkan luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu
dengan rivanol. Setelah itu ia oleskan Betadine.
"Apakah kau juga tidak percaya bahwa aku tidak
mencuri, Nadia?" Tanya Syamsul.
Nadia diam. Tidak menjawab.
"Jawab Nadia, aku butuh seseorang yang menguat-kan
aku. Aku bisa gila!" Seru Syamsul serak.
17 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudahlah, Kak. Jangan bahas itu lagi. Yang penting
kakak sembuh dulu. Nadia akan rawat kakak. Kakak jangan
kecil hati, selama Allah bersama kakak, maka kakak jangan
takut bahwa semua manusia memusuhi kakak."
"Jadi kau percaya bahwa bukan aku pencurinya" Kau
percaya penjelasanku, Nadia."
"Itu tidak penting, Kak. Saya ingin kakak berubah lebih
baik. Dan Nadia akan selalu menganggap Kak Syamsul adalah
kakak Nadia." Syamsul kecewa. Nadia pun tidak juga mempercayainya.
*** Assalamualaikum. Adikku Nadia. maafkan kakak. Kakak merasa tak
ada yang bisa lagi kakak lakukan kecuali
pergi. Apalah arti hidup ini jika keluarga.
sendiri sudah tidak lagi percaya kepada
Kakak. Kakak tidak. tahu harus berbuat apa
lagi agar kalian percaya bahwa kakak bukanlah maling. Adikku Nadia, maafkan Kakak. Kakak pinjam dulu
uangmu dua ratus lima puluh ribu di
kamarmu. Sekali lagi kakak sampaikan kakak
pinjam dulu. Sebab kakak tidak punya uang
sama sekali. Kalau kau mau tape recorder
kakak di kamar bisa kaujual untuk mengganti. Jika tidak, maka suatu saat
Insya Allah kakak kembalikan.
Adikku Nadia, kakak tidak tahu apakah kakak.
akan jadi lebih baik sesuai harapanmu.
Ataukah kakak. akan jadi lebih buruk.
Bahkan kakak tidak tahu jika nasib akhirnya
mengharuskan jadi pencur! beneran. Seperti
yang kalian yakini saat ini.
Adikku Nadia, ketahuilah, dan sampaikanlah
kepada ayah. ibu dan kedua kakak kita. jika
kakak akhirnya jadi pencuri maka sebenarnya
yang membuat kakak jadi pencuri adalah
kalian. Keluarga kakak sendiri. Karena kalian percaya
18 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kakak adalah seorang maling, seorang pencuri. Adikku Nadia, maafkan seluruh dosa kakak.Juga
sampaikan permohonan maaf kepada keluarga,
Kakak tidak tahu akan kembali apa tidak.
Yang jelas kakak akan mencari daerah yang
tidak mengenal kakak. Sehingga mereka tidak
akan menyebut kakak sebagat maling, pencuri. Sedih dan sakit rasanya jika kakak
terus disebut maling, pencuri.
Tak usah diharap kakak pulang. Kalau kalian
mendengar kakak mati pun jangan datang
menjenguk. Sebab kakak memang tidak pantas
untuk jadi anggota keluarga Haji Bambang
Hardjono, B.A. Pengusaha Batik Paling Kaya
dan paling Terhormat di Pekalongan.
Salam kakakmu, Syamsul Hadi Nadia membaca surat dari kakaknya itu dengan airmata
bercucuran. la langsung berteriak-teriak memanggil Mamanya. Sang Mama datang tergopoh-gopoh, begitu
membaca surat itu rasa keibuannya terbit. la pun menangis.
Namun Sang Ayah dan kedua kakak Nadia malah geram dan
marah. "Kita harus cari Syamsul, Pa. Kelihatannya dia memang
tidak bersalah. Kita harus berdiri bersama anak kita, Pa."
Kata Bu Bambang. "Iya, Pa. Kita bisa minta polisi mengusut kasus di
pesantren itu. Kalau Kak Syamsul tidak bersalah kan berarti
dia dianiaya." Tambah Nadia.
"Kalian ini, dasar perempuan, baru membaca surat
gombal kayak gitu saja berubah. Itu hanya akting si Syamsul.
Aku sudah tidak percaya lagi sama anak brengsek itu!" Jawab
Pak Bambang marah. 19 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kita lihat saja dulu perkembangannya. Paling dua hari
lagi Syamsul juga pulang." Sahut kakak pertama.
"Iya Syamsul telah memilih jalannya. Dia sudah dewasa.
Sudah lulus SMA. Biarkan ini semua jadi pembelajaran
baginya." Imbuh kakak kedua.
Jika sudah demikian Bu Bambang dan Nadia tidak bisa
berbuat apa-apa. Hanya saja dalam hati Bu Bambang berdoa
semoga Syamsul anaknya baik-baik saja, dan mau pulang
kembali. *** Sudah satu minggu Syamsul pergi. la mengelana di Kota
Semarang. Tidur dari masjid ke masjid. Makan seadanya.
Dengan berbekal ijazah SMA ia melamar pekerjaan dari kantor
ke kantor, pabrik ke pabrik, tapi belum juga diterima. Sebab
semua pabrik mensyaratkan ada keterangan surat kelakuan
baik dari kelurahan. Berarti ia harus pulang. Dan itu yang
tidak mau ia lakukan. Ia sudah berusaha mencari kerja, tapi tak juga dapat.
Akhirnya timbul dalam pikirannya, mungkin jalannya untuk
makan adalah dengan mencuri, mencopet dan menjambret. Ia
masih maju mundur melakukan hal itu. Akhirnya ia nekat. Ia
naik bus mini warna kuning jurusan Mangkang-Penggaron.
Sampai di Jrakah ia melakukan aksi perdananya. Mencopet.
Dan.. .naas! Korbannya waspada. la ketahuan. la langsung lompat
dari bus. Bus berhenti. Semua orang berterik-teriak, "Copet,
copet!" Orang yang mendengar hal itu langsung berlarian
mengejarnya. la lari ke arah Ngaliyan. Terus berlari. Sampai
dekat kampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. la babak
belur dihakimi massa. Untung ada patroli polisi. Nyawanya
diselamatkan oleh polisi.
Berita tertangkapnya dirinya di Ngaliyan masuk koran
terkemuka di Jawa Tengah, Suara Mahardika. Juga masuk
berita televisi. Untung ia tidak bawa KTP. KTP dan semua
barangnya ia titipkan pada seorang takmir masjid tua di dekat
Pasar Bulu. Ia mengaku bernama Burhan. Dari Jakarta.
Keluarganya di Pekalongan membaca isi koran dan
melihat berita itu. Mereka tersentak. Bu Bambang menangis,
"Ia benar-benar jadi pencuri!"
Pak Bambang dan kedua kakaknya mengatakan,
"Sudahlah ia kita ikhlaskan. Untung dia memakai nama
samaran, jadi tidak mencemarkan nama keluarga."
Hanya Nadia yang tidak percaya.
"Saya yakin copet itu bukan Kak Syamsul. Itu orang lain
yang mirip Kak Syamsul," kata Nadia.
"Kamu itu masih bau kencur. Tahu apa masalah dunia
kriminal, Nadia!" Sengit kakak kedua.
Nadia tidak bisa menjawab. Dalam
membuktikan bahwa anggapannya benar.
20 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** hati ia ingin Dua Sejak itu ia mendekam di penjara Polsek Semarang Tugu.
Ia satu sel dengan dua orang narapida yang tertangkap karena
mencuri sepeda motor. Dua nara-pidana itu mengajaknya
untuk bergabung dalam komplotannya. Ia pura-pura
mengiyakan, sebab ia takut jadi bulan-bulanan mereka. Ia
diberi tahu trik-trik mencuri sepeda motor yang canggih. Juga
trik-trik mencuri rumah orang kaya.
"Di daerah Papandayan dan Candi, Semarang atas,
banyak rumah mewah. Jika kita berhasil menggasak
satu rumah saja. Kita bisa kaya mendadak." Kata napi
berkumis tebal. Ia lalu diberi tahu peta daerah-daerah strategis untuk
beroperasi. Ia masihbimbangbagaimana meneruskan hidup. Ia
teringat cita-citanya. Ingin jadi mubaligh ternama sekaligus
pengusaha Muslim yang berhasil. Maka setelah lulus SMA ia
minta masuk pesantren sambil kuliah. Ia memilih pesantren
di Kediri. Waktu di SMA memang ia agak nakal. Tapi dalam
hati terkecil, cita-citanya adalah jadi mubaligh.
Dan kejadian di pesantren itu mengubah segalanya. Ia
teringat Burhan. Anak pengusaha dari Jakarta itulah sumber
petakanya. Ia dijebak Burhan, saat pesantren sedang panas
oleh kejadian beberapa pencurian. Uang santri hilang. Ia jadi
kambing hitam. Dan kini ia benar-benar mendekam jadi
pencuri. Sudah satu minggu ia dipenjara. Ia mulai bosan. Napi
berkumis tebal berkata padanya,
"Kau tenang saja Bur. Minggu depan bos kami akan
datang. Dia akan menebus kami. Kau akan kami usahakan
ikut ditebus. Tapi konsekuensinya, kau harus ikut
memperkuat kami." Ia mengangguk. Jika itu benar-benar terjadi, ia memang
benar-benar akan masuk di dunia hitam. Ia berdoa semoga
ada mukjizat yang mengeluarkannya dari penjara. Tapi ia
tidak bisa mengelak dari kejahatan-nya mencopet. Ia
diputuskan mendekam di sel selama enam bulan. Satu bulan
pertama ia akan menjalaninya di Polsek Tugu. Dan ada
kemungkinan dipindah ke Penjara Kedungpane.
Siang itu ia baru saja menyantap jatahnya makan siang.
Seorang polisi datang dan membawanya keluar. Di ruang
tamu ia melihat seorang gadis berjilbab. Hatinya berdesir.
21 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nadia. Antara gembira dan sedih terbit dalam hatinya.
Gembira bertemu adiknya, sedih karena kini adiknya tahu ia
benar-benar seorang kriminil.
"Nadia!" Serunya pada adiknya.
Nadia menoleh ke arahnya. Kaget. Tidak percaya.
"Kau.. .kau bukan KakSs.. .s..." Nadia gagap tidak
percaya. "Tenang. Aku kakakmu, Nadia."
Nadia menggeleng-gelengkan kepala dan menangis.
"Tidak.. .tidak.. .tidak, Kak!"
"Tenang Nadia, beri kesempatan aku bercerita. Mari kita
bicara dengan tenang."
Nadia duduk tenang. Air matanya bercucuran.
"Kau sendirian, Nadia?" Nadia mengangguk.
"Keluarga semua baik?"
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nadia kembali mengangguk.
"Apa mereka sudah tahu aku disel?"
"Begitu membaca koran Suara Mahardika dan menonton
berita di televisi mereka semua yakin yang tertangkap adalah
kakak, meskipun memakai nama Burhan. Hanya aku yang
tidak percaya, maka aku kemari. Ternyata dugaanku salah.
Kakak memang seorang penjahat!"
Syamsul menangis. "Maafkan aku Nadia. Demi Allah ini yang pertama kali
aku lakukan. Dan aku berharap yang terakhir kalinya."
Syamsul lalu menjelaskan perjalanan hidupnya sejak pergi
dari rumah sampai kehabisan uang. Dan kejadian di Ngaliyan
itu. "Tolonglah aku, Adikku."
Nadia diam. Rasa kasihannya keluar setelah mendengar
cerita kakaknya. "Hanya kau yang kuharapkan, Adikku.Tolonglah!"
"Bagaimana aku bisa menolongmu Kak?"
"Tebuslah aku biar aku bisa keluar dari sini."
"Berapa Kak?" "Kau bawa kartu ATM?"
"Iya." "Isinya berapa?"
"Tiga juta." "Baik. Biar aku negosiasi dengan polisi dulu. Baru
kauambil uang di ATM ya."
"Baik Kak." la lalu bernegosiasi dengan polisi. Karena ia sudah
belajar cara negosiasi dengan polisi, maka urusannya mudah.
Apalagi ia menyebut seorang nama yang ia dapat dari kedua
napi itu. Nama itu dikenal sebagai beking para kriminal.
Akhirnya ia bisa keluar dari penjara dengan menebus cuma
duajuta lima ratus. Ia berterima kasih kepada adiknya. Dan ketika adiknya
22 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengajaknya pulang, ia tidak mau.
"Mereka pasti sudah tidak sudi melihat mukaku."
"Tenang, Kak. Mereka akan Nadia yakinkan bahwa yang
dipenjara itu bukan kakak. Tapi Burhan. Orang yang mirip
kakak. Mereka kan tidak tahu kalau kakak sudahbebas.
Kakak bilang saja tidak pernah dipenjara. Nadia tidak akan
membocorkan hal ini pada mereka.
la tetap tidak mau. Nadia memberinya uang lima ratus
ribu, lalu kembali ke Pekalongan dengan perasaan sedih.
Syamsulberharap akan menemukan cahaya yang terang
dalam hidupnya. *** Syamsul merasa tidak bisa bertahan di Semarang. la
ingin mengadu nasib yang lebih baik di tempat lain. Maka
dengan bus ekonomi ia nekat pergi ke Jakarta setelah
mengambil barang-barangnya di masjid dekat PasarBulu.
Sampai di Jakarta ia tak tahu harus berbuat apa. Ia tiba
di Lebak Bulus pagi buta. Bingung mau ke mana. Setelah
shalat Subuh ia berjalan-jalan di terminal melihat-lihat. Ia
merasa karena terlanjur nekat maka ia harus nekat. Akhirnya
ia nekat naik angkot jurusan Parung. Ia ingin mencari masjid.
Ia ingin tinggal di masjid.
Sampai di Parung ia turun, lalu berjalan kaki mencari
masjid. Bertemu dengan sebuah masjid ia utarakan
keinginannya untuk tinggal.
"Mungkin saya bisa bantu-bantu menjaga dan
membersihkan masjid. Kebetulan saya dulu dari pesantren."
Katanya pada orang yang ada di masjid.
"Maaf Dik, kebetulan sudah ada yang tinggal di sini. Dua
orang malah. Juga dari pesantren. Sekarang sedang kuliah di
UIN Syarif Hidayatullah. Maaf kami tidak nambah orang."
la kecewa. Berkali-kali ia temukan masjid. la utarakan
niatnya. Dan jawabannya mirip: tidak menerima tambahan
orang. Di masjid yang terakhir, saat itu menjelang Ashar, dan
dia sangat kelelahan, takmir masjid menyarankan agar dia
mengontrak rumah saja. "Adik kan bisa mencari kerja. Tidak harus tinggal di
masjid. Adik cari saja kontrakan di dekat masjid ini. Kalau
kami perlu bantuan, Adik, kami bisa panggil Adik. Kalau
tinggal di masjid tidak bisa. Kamarnya cuma satu dan telah
ditempati Pak Ali, imam masjid ini, bersama isteri dan
anaknya. Gimana Dik" Nanti saya bantu cari yang murah. Oh
ya siapa tadi nama Adik?"
Pada bapak yang halus budi itu, ia tidak berani berdusta,
"Nama saya Syamsul Pak."
"Ya jadi begitu saran saya Dik Syamsul. Oh ya nama saya
Abbas. Panggil saja Pak Abbas. Kebetulan saya Ketua RT 2 di
perumahan ini." 23 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Akhirnya ia ikut saran Bapak itu. Ia mendapatkan rumah
satu kamar. Sewa per tahunnya dua juta. Ia menggigitbibir.
"Saya cuma punya empat ratus ribu, Pak."
"Baik. Pemilik rumah ini mengatakan katanya bisa dicicil
empat kali. Sekali cicil berarti lima ratus ribu. Kamu ada
empat ratus, bagaimana kalau yang seratus ribu saya
usahakan. Adik bisa bayar kapan saja adik ada. Tapi cicilan
selanjutnya adik usaha sendiri."
"Saya pinjam tiga ratus ya Pak. Biar saya ada pegangan
bulan ini." "O...boleh." Jadilah ia menyewa rumah. Sejak hari itu ia tinggal di
sebuah perumahan tak jauh dari Parung. Ia mulai kenal
dengan masyarakat. Namun sudah satu bulan ia belum juga
dapat kerjaan. Uang pegangannya tinggal lima kali makan. Ia
bingung. Ia harus berbuat apa. Cicilan rumah bulan depan
juga belum ada. Akhirnya ia berkata pada diri sendiri, "Aku
harus nekat. pecundang!" Minta belas kasihan orang itu mental Hari itu ia naik angkot ke Lebak Bulus. Lalu naik Kopaja
yang sesak penumpang. Ia nekat mengamalkan 'ilmu' yang
didapat dari dua napi saat ia dipenjara. Berhasil! Seorang
cewek berambut keriting jadi korban. Ia lalu beroperasi di bus
yang lain. Berhasil! Seorang ibu-ibu setengah baya berpakaian
modis jadi korban. "Kalau mencopet jangan terlalu tamak. Sehari dapat dua
itu bagus. Yang ketiga dan keempat biasanya hilang
konsentrasi." Ia teringat kata-kata napi berkumis tebal. Ia
merasa harus pulang. Sampai di kontrakan ia Wrung hasil
jarahannya. Dari dompet cewek keriting cuma lima puluh ribu. Tapi
ada kartu ATM-nya. Dari dompet ibu-ibu setengah baya
modis, lumayan, enam ratus ribu. Semuanya serarus ribuan,
enam. Ada KTP dan SIM-nya. Ia ambil uang itu, ia masukkan
ke dalam dompetnya. Sementara dompet korbannya ia simpan
di laci almari. 24 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Meskipun diliputi rasa berdosa ia merasa lebih tenang.
Malam harinya ia pergi ke pemilik rumah nyicil kontrakan.
Hari berikutnya ia melakukan hal yang sama. Dapat cuma
satu korban. Ia pulang. Ia tak mau ambil risiko. Korbannya
kali ini seorang cewek berjilbab modis, kelihatannya
mahasiswi. Ya, mahasiswi setelah ia lihat ada kartu
mahasiswanya. Cantik juga, katanya dalam hati ketika
melihat fotonya. Ada foto yang lain. Foto mahasiswi itu dengan
seorang pria. Mungkin pacarnya, gumamnya. Ia terkesiap.
"Tunggu, agaknya aku kenal dengan lelaki ini." Katanya.
Ia amati dengan seksama, "Benar. Ini si Bajingan Burhan itu.
O jadi ini pacar atau calon isterinya yang lain." Ia semakin
yakin ketika membaca tulisan di balik foto berukuran 6x 8 itu.
"Silvie bersama Mas Burhan di Sby."
Ia tersenyum. Ia penasaran. Ia lihat KTP cewek itu.
"Ini saatnya perhitunganku berlaku." Ia ingat Burhan
sudah serius dengan Dalmayanti, santriwati dari Tulungagung. Putri seorang kepala KUA. "Burhan ini benarbenar buaya! Tidak bisa dibiarkan!"
Setelah mengambil uang dan KTP dari dompet korbannya
ia melangkah keluar sambil menenteng tas ranselnya.
Sekalian shalat Ashar ia hendak pinjam kendaraan pada Pak
Abbas. Ia ingin mencari alamat yang ada di KTP itu yang
kelihatannya tidak jauh dari tempat ia tinggal. Cewek itu
ringgal di Villa Gratia, Parung bagian timur. Sementara
dirinya ada di Parung bagian barat.
Bakda Ashar ia meluncur dengan sepeda motor Pak
Abbas. Tak lama ia temukan Villa Gratia itu. Perumahan elite.
Pintu masuknya dijaga satpam. Ia tak jadi masuk. Ia terus
saja jalan. Ia harus berpenampilan yang tidak mencurigakan.
Ia teringat di ranselnya ada kopiah putih yang biasa ia pakai
kalau shalat. Ia pakai kopiah itu baru pakai helm. Ia lihat
alamat rumah cewek itu. Jl. Flamboyan 19. Ia tersenyum. Ia
sudah mantap meng-hadapi satpam. Ia kembali ke Villa
Gratia. Ketika mau masuk satpam menghentikannya. Ia lepas
helmnya, sehingga tampak ia pakai kopiah. Seketika satpam
bersikap lebih ramah. "Mau ke mana Pak Ustadz" Ke rumah siapa?" tanya
satpam itu. Ia tersenyum dalam hati. "Baru pakai kopiah saja
langsung dipanggil ustadz. Wah boleh juga ini, aku ternyata
bakat jadi ustadz juga." Batinnya.
"Mm. Saya mau ke Flamboyan 17." Jawabnya mantap.
Sengaja ia tidak bilang Flamboyan 19. Ia teringat pada nasihat
25 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
napi berkumis tebal, "Jangan pernah mengatakan sasaran
kita sebenarnya kepada siapapun saat observasi! Termasuk
ketika bertanya atau menjawab pertanyaan."
"O mau ke rumah Pak Broto ya. Jadi si Kecil Dela itu
sudah mau ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak Broto dapat
ustadz, padahal baru kemarin sore bilang ke saya." Kata
satpam itu. "Iya. Alhamdulillah. Nanti kalau dengar ada yang mencari
guru ngaji bisa bilang saya ya." Ia tersenyum.
"Ya, insya Allah, Ustadz, tapi komisinynya, Ustadz."
"Beres, Pak." Ia lalu masuk dengan tenang. Rumah-rumah di
perumahan itu mewah semua. Seperti istana. Ia masuk Jalan
Flamboyan. Rumah bernomor 19, luar biasa besar. Dalam hati
ia berkata, "Si Burhan bajingan itu beruntung punya mertua
tajir begird." Ia lalu mencari masjid. Ketemu masjidnya juga
mewah dan bagus. Ia teringat kata-kata satpam tadi, "Jadi si
Kecil Dela itu sudah mau ngaji ya Ustadz. Cepat sekali Pak
Broto dapat ustadz, padahal baru kemarin sore bilang ke
saya." Ia ter-senyum. Ia berharap Pak Broto belum
menemukan guru ngaji. Ia merasa harus nekat. "Mau nyopet
aja perlu nekat, masak mau ngajar ngaji tidak nekat. Tak ada
salahnya tho copet ngajar ngaji biar dosanya terhapus dikitdikit." Batinnya dalam hati.
Lalu dengan mantap ia memarkir sepeda motornya di
depan rumah di Jalan Flamboyan no. 17. Ia pencetbel.
Seorang pembantu wanita agak tua membuka pintu.
"Oh, Pak Ustadz. Mau ketemu siapa?"
"Pak Broto ada, Bu?"
"Ada. Silakan masuk Pak Ustadz."
Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk
bersarung dan berbaju koko keluar.
"Oh Ustadz. Di mana kita pernah bertemu ya Pak
Ustadz?" Pak Broto merasa kenal.
"Mungkin di suatu masjid. Saya juga lupa Pak Broto. Gini
Pak Broto langsung saja, ada yang memberitahu saya,
katanya Pak Broto perlu guru pri vat ngaji untuk si Kecil
Delia. Apa betul?" Syamsul menjawab dengan sangat tenang.
"Benar Pak Ustadz. Sudah ada seorang guru ngaji yang
datang tadi pagi tapi saya tidak cocok, sebab dia tidak
ada background pesantrennya. Saya ingin guru ngaji yang
pemah belajar di pesantren."
"Kebetulan saya dulu pernah nyantri di Kediri. Asli saya
dari Pekalongan Pak Broto. Sekarang saya tinggal di
perumahan di Parung bagian barat."
"O ya...ya...ya. Alhamdulillah kalau begitu. Semoga si
Delia mau. Sekarang tinggal Della-nya mi. Oh ya nama Pak
Ustadz siapa ya" Saya lupa?"
Syamsul ingin tertawa. Belum pernah bertemu tapi
26 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa sudah kenal. Kadang orang kaya itu aneh.
"Nama saya Syamsul, Pak Broto."
"O ya..ya...ya. Saya
segera clear urusannya."
panggilkan Delia dulu. Biar Pak Broto lalu masuk memanggil-manggil anaknya. Tak
lama, ia kembali keluar bersama anak putri berumur enam
tahun. "Ini Dik Delia ya?" sapa Syamsul dengan ramah.
"Iya." Jawab Delia acuh tak acuh.
"Kenalkan nama kakak Syamsul, panggil Kak Syamsul."
"Kak Syamsul mau jadi ustadz Delia ngaji ya?"
"Iya. Itu jika Delia mau berteman dengan Kak Syamsul."
"Kak Syamsul bisa nyanyi nggak. Soalnya Delia inginnya
tuh ustadz Delia juga yang pinter nyanyi."
"Uda Delia ingin, Kak Syamsul nyanyi apa?"
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Coba Kak Syamsul nyanyi lagu daerah dari Kalimantan!"
"Wah kalau itu mah kecil. Nih dengerin baik-baik ya
Delia: Ampar-ampar pisang pisangku belum masak.
Masak bigi dihubung bari-bari.
Mangga lepak mangga lepak
Patah kayu bengkok.. Syamsul lalu menyanyi dengan semangat. Delia lalu ikut
bernyanyi. Begitu lagu selesai, Delia langsung berkata pada
ayahnya, "Saya mau ayah. Kak Syamsul pinter."
Pak Broto tersenyum, "Ya sudah kalau begitu. Ayah mau
bicara sama Kak Syamsul dulu ya. Kamu masuk sana!"
Delia lalu masuk dengan berlari dan berteriak, "Hore aku
puny a ustadz pinter nyanyi...!"
"Alhamdulillah Pak Ustadz. Seperti yang Ustadz dengar
sendiri. Delia mau. Terus kontrak kita bagai-mana?"
"Saya ikut aturan bapak saja. Saya tidak meragukan
profesionalitas Pak Broto."
Kening Pak Broto berkerut.
"Hmm baiklah. Saya samakan dengan privat pianonya
Delia saja ya Ustadz?"
"Saya ikut. Tolong dijelaskan detilnya."
"Satu minggu empat kali pertemuan. Satu pertemuan
satu setengah jam. Sehingga satu minggu ada enam jam. Satu
27 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jamnya saya hargai seratus ribu. Jadi satu minggu
enam ratus ribu. Dan satu bulannya dua juta empat
ratus ribu. Kalau ada jam tambahan maka harga per jamnya
seratus ribu. Begitu Ustadz, bagaimana?"
"Sepakat." "Terus pengaturan jamnya bagaimana, Ustadz?"
"Begini saja. Pak Broto saja yang bikin dengan melihat
jam kegiatan Delia. Insya Allah habis ini saya ke masjid. Saya
shalat Maghrib di masjid perumahan ini, Insya Allah. Setelah
shalat kita bicarakan di masjid jadwalnya. Bagaimana Pak?"
"Baik Pak Ustadz. Baik."
"Kalau begitu saya pamit dulu."
Syamsul meninggalkan rumah itu dan pergi ke masjid.
Sambil menunggu ia berbincang-bincang dengan penjaga
masjid. Ia banyak mendapatkan info yang berharga. Termasuk
tentang penghuni rumah no.19 Jalan Flamboyan. Silvie
ternyata mahasiswi jurusan ekonomi UI. Silvie anak tunggal.
Ayahnya seorang pengusaha di bidang travel dan pariwisata.
Namanya Pak Heru. "Pak Heru itu bisa dikatakan yang paling kaya di
perumahan ini. Ia punya travel yang sudah punya cabang di
hampir seluruh kota besar di Indonesia. Cabang travelnya juga ada di Singapura, Malaysia dan
Arab Saudi." Begitulah penjaga masjid itu menerangkan.
"Hanya saja Pak Heru sedikit pelit. Kalau membantu
masjid sedikit. Masihbagusan Pak Broto yang tak pernah
hitungan kalau membantu."
Waktu Maghrib tiba. Jamaah berdatangan . Penjaga itu
yang azan dan iqamat. Saat shalat mau didirikan penjaga
masjid itu mempersilakan Syamsul jadi imam. Syamsul ragu
dan tidak mau. Tapi Pak Broto yang sudah hadir memaksanya
agar ia mau. Akhirnya ia pun jadi imam. Dalam hati ia
beristighfar sebelum maju dan berkata, "Ya Rabbi apakah kau
mau menerima shalat seorang pencopet?" hamba-hamba-Mu yang diimami Ia shalat dengan membaca surat-surat pendek.
Bacaannya tartil. Satu tahun di pesantren cukup baginya
untuk membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Usai shalat
ia berbincang-bincang dengan Pak Broto. Kesepakatankesepakatan ten tang hari dan jam dengan
cepat tercapai. Di tengah asyiknya berbincang, Pak Heru ikut nimbrung. Pak
28 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Heru bercerita tentang musibah yang menimpa putrinya
semata wayang, "Sekali ini dia naik bus kota langsung kecopetan. SIM,
STNK, KTP, Kartu Mahasiswa hilang. Untung pas tidak bawa
ATM. Ia juga kehilangan empat ratus ribu." Pak Broto diam
mendengarkan. Demikian juga Syamsul. Dalam hati Syamsul
berkata, "Pak, si Copet yang mencopet putri Bapak ada di
depan Bapak." Seorang jamaah yang mendengar dari kejauhan
mendekat sambil berkata, "Mungkin karena kurang zakat kali,
Pak." "Masak" Kan tiap tahun harta saya sudah saya zakati 2,5
persen." "Mungkin yang kurang infak shadaqahnya. Shadaqah
kan tolak balak. Bener nggak, Ustadz?"
Syamsul mengangguk. Pak Heru terdiam. Syamsul harus minta diri pulang.
Sebab ia pinjam kendaraan Pak Abbas hanya sampai jam
delapan malam. Dalam perjalanan ia berniat untuk taubat
dan jadi manusia baik sungguhan.
*** Tiga Sejak itu Syamsul mulai menata hidupnya. la merasa jika
gaji privat ngajinya cukup, maka tidak perlu lagi mencopet.
Dan ia berjanji dalam hati akan mengem-balikan dompet
korban-korbannya ke alamatnya masing-masing.
Seminggu empat kali ia mengajar Delia. Dan agar tidak
mengecewakan kala mengajar, ia pergi ke toko buku untuk
membeli beberapa buku cerita anak Islami. Dongeng-dongeng
anak. Buku-buku permainan anak. Juga psikologi anak.
Syamsul berusaha sebisa mungkinmenjadikan Delia keranjingan mengaji. Tempat ngajinya tidak melulu di ruang
belajar Delia. Kadang di taman. Kadang di masjid. Bahkan
terkadang ia ajak jalan pakai kendaraan dan mencari daerah
yang enak untuk mengaji. Pak Broto senang sekali dengan
kemajuan putri bungsunya itu.
Dari mulut Delia, Syamsul banyak tahu tentang Silvie.
Sebab Delia diajar matematika oleh Silvie. Dan akhirnya Silvie
pun kenal Syamsul. Selain mengajar Delia, Syamsul mulai
mendapat tawaran mengajar anak yang lain. Ia merasa bisa
hidup mandiri dari uang yang halal. Saat ia merasa ada uang
lebih ia langsung menabung. Dan untuk menambah ilmu
serta menguat-kan statusnya, Syamsul masuk kuliah di
Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta. Dengan begitu statusnya
adalah mahasiswa. Ia juga berani kredit kendaraan. Karena
29 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanpa kendaraan ia tidak bisa ke mana-mana.
Suatu ketika selesai mengajar Delia ia bertemu Pak Heru
di masjid. Ayah Silvie itu mengajaknya berbincang-bincang.
"O jadi Ustadz Syamsul kenal dengan Burhan Faishal
yang sekarang masih di Pesantren Al Furqon" Burhan itu
calon menantu saya. Dia putra Pak Anwar pemilik percetakan
besar di Pasar Rebo lho nak."
"O ya Pak. Saya kenal sekali dengan dia. Kebetulan saya
dan dia satu pesantren. Tapi benar, Burhan itu calon
menantu Bapak?" "Benar Ustadz. melamar Silvie." Malah Nak Burhan sendiri sudah "Sama keluarganya Pak?"
"Ya baru bicara bilateral dengan saya. Belum dengan
orangtuanya. Tapi dia sudah kasih cincin sama Silvie."
"Agak aneh, yang Bapak maksud Burhan yang ada tahi
lalatnya di jfdatnya?"
"Iya benar." "Aneh." "Aneh apa Ustadz?"
"Saya akan memberikan informasi penting. Tapi Bapak
mau bersumpah untuk tidak memberitahukan jatidiri saya
kepada Burhan Pak" Ini demi kebaikan keluarga Bapak dan
keluarga Burhan?" "Info apa Ustadz?"
"Info penting. Kalau Bapak tidak mau bersumpah tidak
akan saya beritahu."
Pak Heru penasaran. Akhirnya ia mau bersumpah
menuruti syarat Syamsul. "Baik Pak. Tolong dengar baik-baik. Burhan memang
santri yang cerdas. Tapi menurut saya tidak cocok, maaf, jadi
menantu Bapak. Kasihan Silvie nantinya."
"Kenapa bisa begitu Ustadz" Ustadz jangan lancang ya!"
"Sabar dulu Pak. Tunggu saya selesai berbicara. Setahu
saya Burhan Faishal itu sudah serius bertunangan dengan
seorang santriwati namanya Damayanti binti Ustman.
Santriwati asal Tulungagung. Saya tahu persis. Sayang saya
tidak punya foto mereka berdua."
30 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ustadz jangan memfitnah dong. Ustadz jangan mainmain ya."
"Begini Pak Heru. Alamat tinggal saya saat ini jelas. Pak
Broto tahu siapa saya. Jadi kalau saya macam-macam Bapak
bisa menindak saya. Saya sarankan Pak Heru langsung
membuktikan sendiri. Jangan beritahu Silvie. Kalau Silvie
diberitahu pasti akan telpon atau SMS Burhan. Dan Burhan
akan berusaha menutupi kebe-naran. Saya sarankan Bapak
langsung ke Tulungagung. Ke rumah tunangan Burhan. Saya
punya alamatnya. Baru setelah itu Bapak boleh mengambil
keputusan." "Baik Ustadz. Kata-kata Ustadz saya pegang. Mana
alamatnya." Syamsul menulis alamat kantor di mana ayah Damayanti
kerja. "Pak Utsman, ayah Damayanti itu kepala KUA, jadi
mudah mencarinya. Saya juga akan pegang sumpah Bapak.
Ini hanya Bapak yang tahu."
"Baik. Saya akan ke sana secepatnya. Kebetulan saya
harus melihat travel saya di Surabaya."
Dalam hati Syamsul berkata, "Saya tidak memfitnah
Burhan. Saya hanya ingin menyelamatkan Silvie dari orang
licik seperti Burhan. Ampuni saya jika ini salah wahai Tuhan."
Meskipun dia juga mengakui ia melaku-kan ini juga karena
didorong dendam. *** Hari terus berjalan. Satu minggu kemudian, di suatu
Ahad pagi, Syamsul sedang bincang-bincang dengan Pak
Abbas mengenai kegiatan remaja masjid di dekat tempat
tinggalnya untuk menyambut Ramadhan. Pak Heru datang.
Syamsul kaget. Jangan-jangan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, hal-hal di luar yang ia per-hitungkan. Syamsul
minta waktu pada Pak Abbas untuk menemui Pak Heru.
"Assalamu'alaikum." Sapa Pak Heru.
"Wa'alaikumussalam. Ada
Syamsul. apa Pak Heru?" Jawab Pak Heru malah menangis, "Terima kasih Ustadz. Terima
kasih. Kalau tidak karena info Ustadz mungkin saya akan
menanggung malu besar. Dan anak saya akan tidak jelas
masa depannya." 31 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ada apa sebenarnya Pak Heru?"
"Saya sudah ke Tulungagung Ustadz. Saya sudah
bertemu dengan Pak Utsman. Apa yang Ustadz sampaikan
benar. Pak Utsman bercerita panjang lebar tentang hubungan
putrinya dengan Burhan. Sampai akhirnya, di akhir cerita Pak
Utsman menangis. Karena pertunangan putrinya dengan
Burhan itu harus dia putus karena akhlak Burhan yang
ternyata sangat buruk. Akhir bulan kemarin Burhan
dikeluarkan dari pesantren karena terbukti mencuri. Burhan
sekarang sedang disel di Polres Kediri karena melukai
pengurus pesantren dengan senjata tajam. Saya benar-benar
menyesal percaya pada anak itu. Oleh anak itu saya dirugikan
empat puluh juta. Dia bilang pinjam buat modal usaha buka
toko buku di Kediri. Setelah saya cek toko itu fiktif."
"Saya tidak mengira sejauh itu Burhan tergelincir. Terus
Silvie gimana Pak" Apa dia sudah tahu?"
"Ya. Silvie sudah tahu semuanya. Sebab saya ke
Tulungagung langsung mengajak dia. Dia bersyukur tahu
semuanya. Dan Silvie ingin pura-pura tidak tahu. Tidak usah
berkata apa-apa pada Burhan. Dalam waktu cepat Burhan
pasti bebas dan pasti akan langsung datang. Setelah keluarga
Damayanti memutuskan hubungan, jelas Burhan akan
langsung mengejar Silvie. Saat Burhan datang itulah Silvie
ingin memberinya pelajaran atas kedustaannya selama ini."
Syamsul hanya manggut-manggut. la merasa dalam hal
itu tidak berhak turut campur. Sekarang dia merasa lega. la
berharap berita yang dibawa Pak Heru benar. Dengan
demikian namanya yang telah hitam di mata pesantren dan
keluarganya kembali pulih.
"Meskipun Burhan itu temanku. Dalam masalah ini saya
tidak bisa ikut campur. Dan saya tidak berhak berbicara apaapa. Saya hanya berdoa semoga
semuanya jadi baik." Pelan
Syamsul. "Iya Ustadz benar. Oh ya Ustadz, sekali lagi kami
sekeluarga mengucapkan terima kasih atas informasinya.
Kalau Ustadz ada waktu kapan-kapan setelah mengajar Delia,
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ustadz bisa mampir ke rumah. Sebab ibunya Silvie ingin
memberikan sesuatu pada Ustadz sebagai tanda terima
kasih." "Sama-sama Pak. Sudah menjadi kewajiban seorang
Muslim untuk saling menjaga dan mengingatkan."
"Saya pamit dulu Ustadz."
"Mari Pak Heru."
"Assalamu 'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
Begitu Pak Heru pergi, Syamsul langsung lari ke wartel
untuk memastikan kabar itu. la langsung menelpon ke Kediri,
ke kantor pengurus pesantren. Yang menerima agaknya Lurah
Pondok. 32 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Ini siapa ya?" tanya Lurah Pondok. Syamsul malah
gantian bertanya, "Ini Lurah Pondok Pesantren Al Furqon Pagu ya?"
"Iya benar. Ini siapa?"
"Ini alumni pesantren tahun kemarin, Kang. Aku dengar
kabar ada sanrri yang disel di Polres apa benar?"
"Ya benar. Karena dia mencuri dan menyerang pengurus
yang akan meringkusnya."
"Dia itu yang namanya siapa itu, yang berambut
gondrong yang dicurigai banyak orang. Saya kok lupa?"
Syamsul menyelidik. "O yang berambut gondrong itu namanya Syamsul. Yang
disel bukan dia. Aduh kalau teringat dia kami jadi merasa
sangat berdosa. Dia korban fitnah. Kami masih ceroboh dulu.
Yang dipenjara itu Burhan."
"O ya yang berambut gondrong itu Syamsul ya. Saya kok
lupa. Dia korban fitnah maksudnya bagaimana?"
"Dia korban fitnah perangkap si Burhan. Kami semua
berdosa padanya. Kami ingin minta maaf padanya. Tapi tidak
tahu dia di mana sekarang?"
"Sudah ke keluarganya?"
"Sudah. Kami minta maaf pada mereka. Keluarganya
sangat marah pada kami. Dan keluarganya menyesal, karena
Syamsul sudah lama minggat dari rumah."
"Minggat dari rumah?"
"Ya. Aduh saya jadi ingin menangis. Betapa kecerobohan
kami telah menyengsarakannya."
"Masya Allah, betapa dahsyat ya dampak fitnah itu."
"Iya benar. Sangatbesar. Makanya fitnah lebih kejam dari
pembunuhan. Oh ya siapa namamu?"
"Namaku Adi, Kang. Gitu
lamu'alaikum. Salam buat Pak Kiai."
dulu Kang ya. Assa- la tidak bohong. Nama lengkapnya Syamsul Hadi. Dan
dia mengambil tiga huruf terakhir dari namanya, yaitu Adi.
Padahal ada banyak nama Adi di pesantrennya. Lurah Pondok
itu pasti tidak mengira kalau dia yang nelpon. "Biarlah mereka
mencariku. Dan akan aku maafkan jika mau mencium telapak
kakiku." Gumam-nya sambil matanya berkaca-kaca 33 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengingat ketika ia dipukul hingga berdarah-darah. Tangan
dan kaki diikat. Dicacimaki. Digunduli. Dan dikeluarkan
dengan sangat tidak hormat.
Ia juga ingat keluarganya. Nadia pasti sangat bahagia
mendengarnya. Ibu dan ayahnya juga. Tidak tahu kedua
kakaknya. Namun ia tidak akan menelpon mereka. Ia akan
pulang jika telah sukses dan jadi orang. Ia ingin membuktikan
bahwa dirinya bisa mandiri. Dan bisa berhasil. Namun tidak
memungkiri ia sangat rindu pada adiknya itu. Sore itu juga ia
memberi kabar singkat pada adiknya lewat telpon. Begitu
adiknya mengangkat hp ia bertanya,
"Ini Nadia ya?"
Adiknya itu menjawab "Ini siapa ya?"
"Nadia ini aku. Syamsul kakakmu. Kakak memberi tahu
bahwa kakak masih hidup. Kau belajar yang rajin ya. Agar
hidup mulia dan bahagia. Itu saja ya. Wassalam."
Langsung ia tutup. *** Jam lima sore usai mengajar Delia, Syamsul
menyempatkan diri bertandang ke rumah Pak Heru. Ia ingin
menghormati tawaran Pak Heru. Syamsul disambut ramah
oleh anggota keluarga itu. Bu Heru menyampaikan banyak
terima kasih. Dan banyak bertanya kepada Syamsul. Di
antaranya mengenai asal-usul Syamsul.
"Saya dari Pekalongan Bu. Dari keluarga yang biasa-biasa
saja. Tidak ada yang istimewa dari saya dan keluarga saya.
Saya termasuk orang yang terlambat kuliah. Baru tahun ini
saya kuliah. Setelah lulus SMA saya masuk pesantren."
Terang Syamsul. Ia tidak mau membuka lebih dari itu. Tidak
juga bagaimana ia pernah difitnah Burhan. Juga tidak tentang
dompet Silvie yang ia copet. Hanya dompet Silvie yang belum
ia kembalikan. Ia berniat secepatnya mengembalikan.
"Ini Ustadz sebagai tanda terima kasih. Saya ingin
memberikan hadiah untuk Ustadz. Karena bisnis kami ini di
bidang travel. Kami punyanya tiket. Kami ingin memberikan
hadiah tiket dan akomodasi umroh kepada Ustadz, Ramadhan
ini." Syamsul senang sekali mendengarnya. Tapi ia teringat
dengan program Ramadhan untuk remaja masjid yang telah ia
rancang bersama Pak Abbas. Ia tidak mau meninggalkannya.
Dengan hati berat ia menjawab,
"Bukannya saya menolak, Bu. Sungguh saya ingin
umroh. Namun Ramadhan ini saya punya tanggung ja-wab
penuh mengorganisir kegiatan remaja masjid di perumahan
tempat saya tinggal. Jadi maaf saya tidak bisa."
Bu Heru kelihatan agak kecewa. Namun segera
tersenyum, "Sebenarnya kami ingin Ustadz berangkat
bersama kami. Kalau memang begitu ya tidak apa-apa. Nanti
34 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kami ganti lain kali yang lebih baik, insya Allah."
"Ibu kewajiban mencegah saya. Jadi tidak usah memaksakan diri. Sudah menjadi
kita saling menjaga. Sudah kewajiban saya untuk
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan semampu
ibu tidak usah repot-repot."
Pembicaraan berkumandang. berlanjut hingga azan Maghrib Bakda Maghrib ia pulang. Dan ia kembali teringat adik
dan ibunya di Pekalongan. Ia berdoa semoga mereka semua
dalam keadaan baik. Ia berusaha memaafkan apa yang telah
dilakukan keluarganya padanya. Termasuk kedua kakaknya
yang memperlihatkan rasa tidak sukanya kepadanya. Ia
berharap semuanya jadi baik dan bahagia. Ia yakin ibunya
sekarang pasti ingin bertemu dengannya. Namun sekali lagi ia
menegaskan dalam hati, ia belum ingin pulang. Karenanya,
agar ibunya tenang ia akan kirim paket hadiah kejutan.
*** Empat Keesokan harinya, ia ke Pasar Ciputat. Mencari dua
jilbab model terbaru. Satu untuk ibunya dan yang satu untuk
Nadia. Ia juga beli kertas kado. Ia bungkus dengan rapi. Di
dalam bungkusan itu ia sertakan sepucuk surat yang isinya,
Assalamu'alaikum wr wb Ditengah hiruk pikuk dan kerasnya Ibukota
Jakarta, aku kirim doa semoga adikku Nadia,
ibuku dan keluargaku di Pekalongan baikbaik
saja dalam lindungan Allah Swt. Bersama surat ini saya kirimkan hadiah
Ramadhan untuk ibuku dan adikku Nadia.
Hadiah dari seorang yang belepotan dosa.
35 23. Panji Wulung OPA m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Yang hina karena dicampakkan oleh keluarga.
Semoga hadiah ini diterima, karena ini
dibeli dari tetes keringat yang halal.
Bukan dari minta-minta apalagi mencuri,
mencopet dan sejenisnya. Mohon doanya.
Wassalam, Syamsul NB: Nadia, uang-mu nanti akan kakak kembalikan
lewat wesel secepatnya. insya Allah. O ya,
surat ini gak usah dibalas karena alamatnya
fiktif (Namanya juga orang ga punya rumah
hehe). Lalu ia paketkan kilat tercatat di kantor pos. la merasa
bahagia bisa mengirim hadiah itu. Pada waktu yang sama ia
juga mengirim paket untuk Silvie. Isinya adalah dompet Silvie,
persis seperti saat ia copet dulu. Tak kurang malah ia tambahi
lima puluh ribu. Ia juga tulis surat singkat,
Dik Silvie, maaf dompetnya saya pinjam agak
lama. Sekali lagi maaf ya. Ini saya
kembalikan tidak ada yang kurang malah
uangnya saya tambahi lima puluh ribu.
Anggap saja itu sedekah saya. Saya berharap
dengan sedekah pada orang kaya seperti.
Anda tetap dapat pahala. Terima kasih
dompet Anda telah menolong saya. Selamat
menyambut puasa. Ia merasa lega. Hutang-hutangnya terasa telah terlunasi.
Ia merasa siap memasuki Bulan Suci Ramadhan dengan jiwa
yang lebih mantap dan dada yang lapang. Besok adalah hari
terakhir bulan Sya'ban. Lusanya sudah puasa.
Selesai mengirim hadiah itu ia kuliah. Dan pulang ke
kontrakan menjelang Ashar. Ia langsung merebahkan
tubuhnya ke kasur tipis yang ia gelar di atas karpet. Ia pasang
beker. Ia pejamkan mata sebentar. Beberapa detik sebelum
azan ia bangun dan ke masjid. Setelah shalat ia
langsung meluncur ke Flamb
(http://cerita-silat.mywapblog.com)
3624. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
oyan 17, mengajar ngaji Delia.
Selesai memberi privat, ia ingin langsung pulang. Tapi ia
dicegat penjaga masjid di jalan.
"Ustadz Syamsul maaf mengganggu. Saya mau minta
tolong. Begini, nanti malam kan pengajian rutin. Kebetulan
temanya menyambut Bulan Suci Ramadhan. Lha sayangnya
Ustadz Farid yang menjadi pembicara tidak bisa hadir. Tolong
Ustadz gantikan ya?" Jelas penjaga masjid perumahan mewah
itu. "Aduh mendadak banget ya?"
"Tolonglah Ustadz. Kasihan jamaah jika tak ada yang
ngisi." Ia mengerutkan dahi. Ia sebenarnya sangat capek dan
letih. Juga belum persiapan. Tapi ia teringat bahwa copet
untuk berbuat jahat saja berani nekat, masak untuk berbuat
baik tidak berani nekat. Akhirnya ia menjawab,
"Baiklah saya coba."
Ia tidak jadi pulang. Ia lebih baik langsung ke masjid
saja. Sampai di masjid ia dibuatkan teh hangat oleh penjaga
masjid. Malam itu jadilah ia mengisi ceraman di masjid yang
dihadiri oleh empat ratus orang jamaah. Di antara jamaah itu
ada Pak Broto, Bu Broto, Pak Heru, Bu Heru, Silvie dan orangorang penting penghuni perumahan
mewah itu. Syamsul menjelaskan bagaimana Rasulullah menyambut Ramadhan
dengan persiapan prima. "Kita semua juga harus menyambut Ramadhan dengan
penuh rasa cinta, bahagia. Seperti rasanya seorang kekasih
menyambut datangnya kekasihnya." Katanya memberi
perumpamaan. Para jamaah puas. Di antara jamaah itu ada seorang
Direktur Program Religius sebuah televisi swasta terkemuka
Jakarta. Isi ceramah yang ia sampaikan agaknya mengetuk
kalbunya. Bapak Direktur itu mengajaknya berbincangbincang setelah ceramah.
"Gaya bahasa Ustadz enak. Diksinya enak. Timbre-nya
pas. Bumbunya pas. Isinya mengena. Joke-joke-nya
berkualitas. Ustadz lulusan universitas mana?" tanya Bapak
Direktur. "Saya masih kuliah Pak. Ini kan karena Ustadz Farid
tidak datang, maka saya dipaksa menggantikan."
"Tapi bagus kok."
Direktur itu lalu menawarkan kepada Syamsul untuk jadi
ustadz di acara ceramah pagi. "Saya lihat Ustadz cocok. Ya
satu dua kali saja selama Bulan Suci Ramadhan. Gimana
Ustadz?" "Saya kuatir kalau saya belum pantas Pak."
"Yang menilai kan orang lain Ustadz. Ceramah Ustadz
1 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bagus kok. Kita deal Ustadz ya. Jadwalnya besok sayaberitahu
sekaligus temanya. Bagaimana Ustadz?" Ia kembali
teringatbahwa copet untuk berbuat jahat saja berani nekat
masak untuk berbuat baik tidak berani nekat. Akhirnya ia
menjawab, "Baiklah saya coba."
" Alhamdulillah."
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nama saya Doddy Alfad. Ini kartu nama saya." Syamsul
menerima kartu nama itu. *** Sore hari berikutnya, Syamsul kembali ke Perumahan
Villa Gracia. Untuk mengajar Delia dan untuk menemui Pak
Doddy berkenaan dengan ceramah pagi di stasiun televisi
swasta terkemuka. Seperti biasa Syamsul menunggu di
masjid. Sebab janji dengan Pak Doddy adalah selepas shalat
Isya. Ketika Syamsul sedang berbincang dengan penjaga
masjid, Pak Heru datang. Wajahnya serius.
"Ustadz, keluarga Burhan mau datang ke rumah setelah
Maghrib. Apa Ustadz ikut menemui mereka?" Pak Heru
memberitahu. Mau tidak mau hati Syamsul bergetar.
Bagaimana tidak, ia diminta untuk menemui orang yang
pernah memfitnahnya. "Tidak usah Pak. Ikut menemui dalam kapasitas saya
sebagai apa" Kan tidak jelas. Bapak dan keluarga yang
menemui kan sudah cukup." Jawab Syamsul berusaha
tenang. "Oh ya Ustadz benar. Ya sudah itu saja Ustadz yang ingin
saya sampaikan." Pak Heru lalu kembali pulang. Syamsul
berkata, "Lho Pak tidak shalat Maghrib berjamaah di masjid?"
"Sebentar saya ganti baju dan ambil peci." Sahut Pak
Heru sambil tersenyum. Syamsul memandang pemilik perusahaan travel itu
dengan tersenyum pula. Syamsul kembali ke ruang takmir
melanjutkan perbincangan dengan penjaga masjid.
"Kenapa Pak Heru kok sekarang berubah sejak bertemu
dengan Ustadz?" kata penjaga masjid.
"Berubah bagaimana?"
"Berubah lebih rendah hati. Lebih sering ke masjid. Dan
sif at pelitnya sedikit berkurang."
"Itu bukan karena bertemu dengan saya Pak. Tapi
memang sudah saatnya berubah. Manusia kan berproses.
Umar bin Khattab saja untuk jadi baik kan juga ada
prosesnya." Penjaga masjid itu manggut-manggut.
"Ustadz benar."
Azan Maghrib dikumandangkan dan Syamsul kembali
didaulat jadi imam. Ketika ia meluruskan barisan ia kaget.
2 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sepintas ia melihat Burhan masuk masjid diikuti keluarganya.
Ia tetap mengendalikan hati. Setelah istighfar tiga kali untuk
menyucikan dan menyejukkan hati, barulah ia takbiratul
ikhram. Di rakaat pertama ia membaca Asy Syams dan di rakaat
kedua membaca Az Zilzalah. Ia meneteskan airmata ketika
membaca faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarah wa
man ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah.
Selesai shalat dan zikir, Syamsul memberikan kultum. Ia
mengulas dua ayat terakhir surat Az Zilzalah yang baru saja ia
baca. Burhan yang jadi makmum dan jadi pendengar nyaris
tidak percaya dengan yang ia dengar. Dalam hati ia berkata,
"Bagaimana mungkin si Syamsul yang telah hancur itu bisa
jadi penceramah" Bagaimana ceritanya ia sampai di sini"
Apakah dia sudah tahu perkembangan terbaru yang terjadi di
pesantren?" Ada sedikit kekuatiran dan kecemasan yang
menyusup dalam hatinya. "Kalau ia sudah tahu bisa bikin
masalah." Tapi ia menghibur hatinya bahwa pasti Syamsul
tidak tahu. Dan Syamsul tidak mungkin bertindak bodoh,
sebab ia sedang jadi imam. Kalaupun Syamsul sudah tahu
apa yang terjadi di pesantren, anggapannya, Syamsul pasti
tidak tahu hubungan dirinya dengan Silvie. Putri Pak Heru
yang kaya raya itu. Selesai kultum Syamsul langsung keluar masjid dengan
tenang. Ia melangkah di samping Burhan. Ia pura-pura tidak
tahu. Burhan berdiri mendekatinya dan berjalan di
sampingnya, membisikkan sesuatu untuk memancing emosi
Syamsul. Bisikan itu hanya Syamsul yang dengar,
"Hai maling, gimana ceritanya kau bisa jadi imam di sini"
Apa sah shalatnya makmum yang diimami seorang penjahat"
Nanti kalau aku jadi orang sini sebaiknya kauangkat kaki
sebelum diusir dengan tidak terhormat kedua kali!?"
Bergemuruh dada Syamsul mendengarnya. Amarahnya
membara. Emosinya sudah di ubun-ubun kepala. la siap
membalas dengan serangan yang lebih dahsyat. Belum sempat
ia bicara Delia memanggilnya,
"Ustadz Syamsul... Ustadz Syamsul?"
Suara Delia itu meluruhkan amarahnya. Menyejukkan
hatinya. "Ada apa Delia?" Jawab Syamsul langsung menengok ke
arah Delia yang berjalan cepat ke arahnya. Ia tidak
memperhatikan Syamsul. Burhan yang masih di samping
Syamsul, ikut memandang Delia.
"Mau minta tanda tangan. Ini tugas dari Bu Guru
agama." "Oya...sini." Syamsul menerima buku tugas dan pena dari Delia dan
menandatanganinya. 3 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sudah?" tanya Syamsul.
"Masih ada satu lagi." Kata Delia. Burhan masih belum
beranjak. Masih memperhatikan.
"Apa?" tanya Syamsul.
"Ada pesan dari Mbak Silvie?"
Syamsul langsung merasa mendapat senjata untuk
menjawab bisikan Burhan yang sungguh menghina. Untuk
lebih menyerang Burhan yang ada di sampingnya Syamsul
pura-pura tanya pada Delia,
"Silvie yang mana?"
"Itu lho Ustadz, Mbak Silvie putrinya Pak Heru. Yang
biasa kasih privat matematika."
Lalu sambil berjongkok, seolah ingin memperhatikan
pesan dengan serius Syamsul melirihkan suara, dengan
bertanya, "Mbak Silvie yang cantik itu?"
Delia mengangguk-angguk sambil tersenyum. Burhan
yang mendengar hal itu hatinya terbakar luar biasa.
"Pesannya apa?" tanya Syamsul sambil mendekatkan ke
telinganya. Burhan didera rasa penasaran yang luar biasa.
Delia mendekatkan mulutnya dan membisikkan beberapa
kata ke telinga Syamsul. Seketika Syamsul berkata, "Yang
benar?" "Benar. Delia berani sumpah mati!"
"Ya ya Ustadz percaya. Sampaikan pada Mbak Silvie:
Ustadz juga sama gitu ya?"
"Baik Ustadz. Cihui... Ustadz juga sama... Ustadz juga
sama!" Delia berlari ke arah jamaah putri.
Burhan tidak bisa menyembunyikan cemburunya. la
langsung bertanya pada Syamsul, "Kau kenal Silvie?"
"Maaf itu bukan urusanmu Sobat. Maaf saya tergesagesa. Saya harus ngisi di tempat lain."
Syamsul langsung berjalan cepat ke arah sepeda
motornya. la pura-pura sibuk. la nyalakan sepeda motornya.
Sampai di jalan ia teringat janji dengan Pak Doddy setelah
Isya. Ia berpikir langsung saja ke rumah Pak Doddy.
Sementara Burhan masih dibakar amarah dan cemburu. la
ingin cepat-cepat sampai ke rumah Pak Heru. Dan
melampiaskan marahnya pada Silvie. la ingin menanyakan
apa yang disampaikan pada Syamsul itu.
"Awas kau Silvie!"
*** Burhan dan keluarganya sampai di rumah Silvie.
Rombongan dua mobil dari Pasar Rebo itu disambut dengan
ramah oleh Pak Heru, Bu Heru, Silvie, Pak Broto dan Mas
Budi, satpam penjaga pintu gerbang perumahan yang sedang
tidak tugas. Mas Budi memakai baju takwa, sebab bakda
shalat Maghrib langsung digandeng Pak Heru.
Silvie bersikap tenang dengan jilbab merah jambu-nya.
Dalam balutan jilbab mahasiswi ekonomi UI tampak begitu
4 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anggun. Ibunda Burhan memuji kecantikan Silvie. Dan Silvie
hanya tersenyum saja. Dialog dua keluarga terjadi. Di tengah
dialog, Burhan minta waktu pada Silvie untuk bicara berdua.
Burhan ingin melampiaskan kemarahannya. Tapi dengan
halus Silvie menolak. Burhan tampak kecewa. Pembicaraan
terus berlanjut, "Sebagaimana Pak Heru ketahui, Burhan dan Silvie
sudah lama saling mengenal. Burhan juga, katanya, telah
memberikan cincin pengikat kepada Silvie. Kedatangan
keluarga kami ini ingin menguatkan ikatan itu secara resmi.
Dalam bahasa transparannya kami ingin meminang Silvie
untuk Burhan." Jelas Ayah Burhan dengan sangat tenang dan
penuh keyakinan. "Inilah yang kami tunggu-tunggu." Jawab Pak Heru
tenang. Burhan mendengar hal itu dengan kebahagiaan yang
sulit digambarkan. Namun Pak Heru melanjutkan, "Sebenarnya saya dan
keluarga ingin ke rumah Pak Anwar. Hanya saja ternyata kami
didahului. Keluarga Pak Anwar lebih dulu datang. Kami
senang dengan kedatangan ini. Karena Pak Anwar memakai
bahasa transparan. Maka saya juga akan menjawab dengan
bahasa transparan. Dengan segala kerendahan hati saya
selaku ayah Silvie menyampaikan. Saya tidak bisa menerima
lamaran Pak Anwar untuk Burhan. Karena satu dan lain hal
yang semoga kita sama-sama bisa memakluminya. Mohon
maaf jika keputusan ini kurang berkenan."
Burhan kepalang. dan keluarganya tersentak kaget bukan "Apa saya tidak salah dengar Pak"!" seru Burhan spontan
sambil berdiri. Karena yang berbicara Burhan, Silvie langsung
menukas, "Tidak!"
"Apa"!" Burhan mengulang dengan sedikit lebih keras.
"Apa telingamu bermasalah, Bung. Ayahku cukup
berbicara satu kali. Tak perlu diulang. Ini cincin dustamu itu
saya kembalikan! Dasar santri bajingan!" Darah muda Silvie
bergolak. la yang biasanya berbicara lembut saat itu
amarahnya meledak. Pak Anwar yang sebenarnya marah mencoba meredakan
5 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suasana yang sama sekali jauh dari yang ia bayangkan itu.
"Sebentar-sebentar, masalah sebenarnya apa" Kenapa
Pak Heru menolak. Tolong bisa dijelaskan. Mari kita berdialog
dengan kepala dingin. Mungkin ada salah paham."
"Saya ingin Pak Anwar menerima dan menghargai
keputusan kami. Meskipun tanpa alasan sama sekali. Toh
sebenarnya antara Silvie dan Burhan tak ada ikatan apa-apa
secara agama. Saya tidak perlu menjelaskan. Kiranya Pak
Anwar pasti sudah mengerti alasan kami. Kalau kami
menjelaskan nanti malah semakin tidak enak." Jawab Pak
Heru tenang. "Tidak bisa Pak! Tidak bisa menolak tanpa alasan. Tolong
jelaskan! Atau jangan-jangan saya tidak diterima karena Silvie
sudah tidak layak bagi saya!" tukas Burhan.
"Burhan, kalau bicara yang sopan! Silvie sudah tidak
layak bagaimana" Apa maksudmu?" seru Pak Anwar, ayah
Burhan. "Ya sekarang kan zaman edan. Bisa saja tho Silvie sudah
hamil dengan pria lain misalnya?"
Jawaban tertahankan, Burhan itu membuat emosi Silvie tak "Tutup mulutmu, Bajingan! Aku sudah tahu siapa kamu"
Kau tak lebih dari sampah busuk! Dikeluarkan dari pesantren
karena mencuri dan memfitnah orang! Dipenjara karena
melukai orang. Penipu ulung, mana modal empat puluh juta
yang kaupinjam untuk toko bukumu itu. Toko buku fiktif.
Terus bagaimana dengan Dalmayanti" Setelah kau ditolak di
Tulungagung kau lari ke sini. Jika sampah itu telah dibuang
dari pesantren dan tidak diterima di mana-mana apa kami
harus menerima. Bukankah lebih baik sampah itu didaurulang dulu agar berguna. Kalian ini ingin
dihormati tapi tidak bisa menghormati. Dan kau Pak Anwar, sudah tahu anaknya
sampah masih juga tidak tahu diri! Mungkin kalian tidak
percaya yang saya sampaikan! Masih ingin bukti" Ini!"
Silvie melempar Koran. Koran itu mcnggeletak di meja.
Ada sebuah judul yang tertera jeas: DIPENJARA KARENA
6 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
KEJAHATAN DI PESANTREN. Dan terpampang jelas foto
Burhan yang gundul. Melihat hal itu Pak Anwar dan isterinya
langsung pucat pasi. Mereka sangat malu.
"Hei, Maling, apa kaukira bisa menipu kami bahwa
gundulmu itu karena umroh, bukan karena digunduli di
pesantren!" Kata-kata Silvie sangat mengguncang Burhan. la tidak
kuasa menahan amarahnya. "Kurang ajar kau! Berani menghina aku ya!" Dan., plak!
Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu
sungguh tidak diduga. Burhan kembali Ingin menghajar Silvie.
Namun Mas Budi cepat bertindak. la segera mengatasi
Burhan. Burhan melawan, tapi Mas Budi yang jago karate itu
dengan mudah melumpuhkannya.
Mulut Silvie berdarah. Sambil meringis ia berkata,
"Saya tidak terima. Ini harus diproses hukum!"
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pak Anwar, dengan berlinang airmata berkata terbata,
"Nak Silvie, Pak Heru dan Bu Heru maafkan kami. Sungguh
kami sangat terpukul. Baru kali ini kami tahu apa yang
sebenarnya terjadi dengan anak kami. Selama ini kami
percaya penuh padanya. Kami memang kurang kontrol dan
terlalu memanjakannya. Saya tidak tahu dengan apa yang
telah diperbuatnya sampai dia dikeluarkan dari pesantren dan
dipenjara. Saya juga tidak tahu perihal penipuannya. Maafkan
kami. Tapi tolong jangan laporkan Burhan ke polisi. Saya
minta..." Silvie menggeleng. "Tindak kejahatan harus diproses oleh hukum!" Silvie
lalu minta Mas Budi mengamankan Burhan.
Burhan langsung digelandang ke pos satpam. Di pos
satpam, Burhan diberi pelajaran tambahan oleh dua orang
satpam. Keluarga Burhan pulang dengan membawa malu luar
biasa. Seorang lelaki berjas abu-abu berkata pada Pak Anwar
dengan kesal bercampur marah, "Saya sangat malu pada Pak
Heru. Pak Heru itu teman baik saya di SMA. Saya jadi tahu
kenapa tadi Pak Heru pura-pura tidak kenal saya. Itu garagara ternyata saya mengantar seorang
penjahat ke rumahnya. Mengantar seorang penjahat untuk melamar anaknya. Saya
malu Pak Anwar! Sejak sekarang hubungan bisnis kita putus!"
Ketika polisi datang mengambil Burhan dari pos satpam,
di saat yang sama Syamsul mengambil jadwalnya dari Pak
Doddy dan ia meneken kontrak tayang di televis. Tanda
tangannya bersanding dengan tanda tangan orang penting di
stasiun televisi itu. Angin yang bertiup spoi-spoi seolah mengalunkan firman
Allah, faman ya'mal mitsqala dzarratin khairan yarah zva man
ya'mal mitsqala dzarratin syarran yarah.
7 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
*** Ramadhan tiba. Kaum Muslimin menyambutnya dengan
penuh bahagia. Syamsul sibuk dengan jadwalnya: mendampingi kegiatan remaja masjid, imam tarawih, privat,
kuliah, ceramah, dan shooting ceramah di televisi.
Ia muncul di televisi dua kali selama Ramadhan. Tanggal
9 Ramadhan dan tanggal 27 Ramadhan. Ia mempersiapkan
ceramahnya dengan sungguh-sungguh. Ia ajak remaja masjid
untuk menyertainya latihan. Seolah-olah di studio. Mereka
sebagai audiens nya. Ia minta masukan dan kritikan. Sampai
menemukan bentuk dan performa terbaik.
Tanggal 8 Ramadhan ia menelpon Nadia adiknya. Ia
meminta untuk nonton ceramah pagi di stasiun televisi A jam
D. "Jangan sampai tidak nonton. Kakak ikut dalam pengajian
itu. Ia tidak mengatakan sebagai pembicaranya. Beritahu
ayah, ibu dan kakak ya."
Ia juga menelpon pesantrennya. Kepada kurah Pesantren
ia bilang, "Kang tolong besok seluruh santri nonton ceramah pagi
distasiun televisi A jam D. Pengisinya seorang Ustadz muda
alumnus pesantren kita. Jangan lupa sampaikan pada Pak
Kiai." Ia tidak bilang itu dirinya. la masih mengaku sebagai
Adi. Seperti di telpon sebelumnya.
Pada hari H, ia tampil dengan sangat prima di televisi.
Ceramahnya hidup. Direktur Program dan para kru televisi
memuji. Di Pekalongan, adiknya Nadia, ibunya, ayahnya dan
kedua kakaknya menangis. Demikian juga di pesantrennya.
Di Flamboyan 19 Silvie menyaksikan dengan hati penuh
cinta. Tanpa sadar, ia berucap, "Orang seperti ini yang
kudamba. Sederhana. Rendah hati. Namun penuh potensi!"
Kata-kata Silvie itu didengar dengan baik oleh Pak Heru dan
Bu Heru. "Baiklah kita datangi Ustadz Syamsul nanti sore sebelum
kita terlambat. Semoga dia belum punya calon." Kata Pak
Heru menukas. Silvie terkesiap mendengarnya. Lalu hatinya berbuhgabunga. Ia mengamini doa ayahnya. Dalam
hati ia berharap di Bulan Suci Ramadhan ini ia mendapatkan cinta sejatinya.
Sejenak pikirannya berkelebat, teringat pada pesan sebuah
buku yang pernah dibacanya, "Cinta adalah sesuatu yang
menakjubkan. Kamu tidak perlu mengambilnya dari seseorang
untuk memberikannya kepada orang lain. Kamu selalu
memilikinya lebih dari cukup untuk diberikan kepada orang
lain." Silvie teringat pesan itu. Ia ingin memberikan cintanya
8 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kepada Ustadz Syamsul. Karena ia yakin, ia benar-benar
memiliki cinta untuk diberikan kepada Ustadz Syamsul,
ustadz idaman yang kini memenuhi ruang hatinya.
*** Sidang pembaca yang dirahmati oleh Allah Swt.
Bagaimanakah kisah cinta Silvie dan Syamsul
selanjutnya" Akankah Syamsul menerima lamaran si Silvie"
Bagaimanakah kehidupan Syamsul selanjutnya" Akankah ia
makin sukses di kehidupannya mendatang" Dan Bagaimanakah kelanjutan cerita Syamsul seleng kapnya"
Bagaimana sikap keluarga dan pesantrennya yang dulu
mengusirnya" Temukan saja jawabannya di edisi romannya:
DALAM MIHRAB CINTA, yang semoga bisa segera
diluncurkan. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan
kepada kita semua untuk beramal kebaikan di dunia ini
untuk bekal kelak di akhirat nanti: faman ya'mal mitsqala
dzarratin khairaii yarah wa man ya'mal mitsqala dzarratin
syarran yarah. *** Candiwesi, Salatiga-Pesantren Basmala,
Semarang-Malaya University, Malaysia,
17 Agustus 2006 -27 Desember 2006.
Mahkota Cinta (Sebuah Novelet Pembangun Jiwa)
Satu Mata pemuda itu memandang ke luar jendela. Lautan
terhampar di depan mata. Ombak seolah menari-nari riang.
Sinar matahari memantul-mantul keperakan. Dari karcis yang
ia pegang, ia tahu bahwa feri yang ia tumpangi bernama
Lintas Samudera. Tujuan feri yang bertolak dari pelabuhan
Batam itu adalah pelabuhan Johor Bahru.
Ia memejamkan mata seraya meneguhkan hatinya. Ia
meyakinkan dirinya harus kuat. Ya, sebagai lelaki ia harus
kuat. Meskipun ia merasa kini tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Bagi seorang lelaki cukuplah keteguhan hati menjadi teman
dan penenteram jiwa. la kembali menegaskan niat, bahwa ia sedang melakukan
pengembaraan untuk mengubah takdir. Mengubah nasib.
Seperti saran Pak Hasan, ia harus berani berhijrah dari satu
takdir Allah ke takdir Allah lain yang lebih baik. Feri Lintas
Samudera terus melaju ke depan. Singapura semakin dekat di
depan, dan Batam semakin jauh di belakang. Namun, Lintas
9 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Samudera tidak hendak menuju Singapura, tapi menuju
pelabuhan Johor Bahru, Malaysia.
"Baru pertama ke Malaysia ya Dik?" tanya perempuan
muda yang duduk di sampingnya. Perempuan itu memakai
celana jin putih dan jaket ketat biru muda. Rambutnya diikat
kucir kuda. Ia menaksir usia perempuan itu sekitar tiga
puluhan lebih. "Iya Mbak. Mbak juga yang pertama?" jawabnya balik
bertanya. "Tidak. Saya sudah empat tahun di Malaysia."
"Berarti sejak tahun 2000 ya Mbak."
"Tidak. Sejak awal 2001."
"Kerja ya Mbak?"
"Iya Dik. Kalau adik, mau kerja" Atau mau sekolah?" Ia
berpikir sejenak. Ia tidak tahu pasti. Ke Malaysia mau bekerja
atau mau sekolah. Sesungguhnya selama ini ia merantau dari
satu daerah ke daerah lain, selain untuk bertahan hidup juga
demi mencari takdir yanglebih baik.
"Kok malah bengong Dik."
"E... tidak, saya ke Malaysia mungkin untuk dua-duanya.
Ya untuk cari kerja dan untuk sekolah lagi."
"Baguslah. Sudah ada pandangan mau kerja di mana"
Atau sudah ada agen yang mengurus semuanya."
"Belum sih Mbak. Nanti saya cari di sana saja. Mbak
kerja di mana?" "Saya kerja di sebuah kilang di kawasan Subang Jaya.
Kalau adik mau, saya bisa bantu. Saya punya banyak teman
yang bisa membantu. O ya kenalkan, nama saya Siti Martini.
Biasa dipanggil Mar atau Mari." Perempuan muda itu
mengulurkan tangan kanan-nya. Pemuda itu juga mengulurkan tangannya dan menjabat tangan perempuan
muda itu. "Terima kasih. Nama saya Ahmad Zul. Oleh teman-teman
saya selama ini saya biasa dipanggil Zul Einstein."
"Wah keren sekali. Memang namanya Zul Einstein?"
"Ya tidak Mbak. Saya diberi nama tambahan Einstein
oleh teman-teman saya karena mereka melihat saya banyak
melamun. Ya saya terima saja. Kalau tidak terima ya tetap
akan dipanggil begitu. Jadi, panggil saja saya Zul Mbak."
"Ya baik. Saya panggil Dik Zul. Gitu ya," kata perempuan
muda itu sambil melepaskan jabatan tangannya.
"Jadi Mbak kerja di kilang minyak ya Mbak?" Perempuan
muda itu malah tertawa kecil.
10 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kamu memang masih asli Indonesia. Kilang itu artinya
pabrik. Di Indonesia disebut pabrik. Sedangkan di Malaysia
disebut kilang. Jadi bukan bermakna kilang minyak. Saya
kerja di kilang kertas di kawasan Subang Jaya. Itu maknanya
saya kerja di pabrik kertas."
"Obegituya." "Rencananya nanti mau ke mana" Di Malaysia sudah ada
tempat yang dituju?"
"Tempat yang dituju secara pasti tidak ada. Saya hanya
membawa sebuah nama dan sebuah nomor telpon. Saya ingin
sampai ke Kuala Lumpur dulu, baru setelah itu saya akan
telpon orang itu." "Ya syukurlah. Saya pun nanti lewat Kuala Lumpur.
Kalau mau kita bisa jalan bersama."la diam saja. Tidak
menjawab apa-apa. Lintas Samudera terus melaju. Tidak terlalu cepat. Dan
juga tidak terlalu lambat.
Setelah menempuh perjalanan selama dua jam, Lintas
Samudera merapat di pelabuhan Johor Bahru. Begitu pintu
feri dibuka, para penumpang berebutan keluar. Zul keluar
dengan membawa tas cangklong hi tarn dan tas jinjing besar
biru tua. la mengiringi Mari yang berjalan di depannya.
Perempuan itu menenteng tas cangklong putih dan koper kecil
beroda warna hijau. Mereka berjalan menuju gedung pelabuhan. Petugas security pelabuhan sibuk memeriksa barang bawaan
para penumpang . Tas dan koper Mari diperiksa. Setelah
beberapa saat lamanya, Mari dipersilakan langsung menuju
imigrasi. Tas jinjing Zul juga diperiksa. Isinya hanyalah
pakaian, beberapa makanan ringan, dan sebuah mushaf AlQuran kecil pemberian Pak Hasan kala
ia berpamitan, sebelum berangkat. Petugas security itu memerintahkannya
untuk terus jalan. Zul bergegas menuju imigrasi. Mari sedang
serius mengisi formulir kedatangan untuk imigrasi.
"Harus diisi semua ya Mbak?" tanya Zul.
"Ya. Kecuali kolom yang khusus diisi petugas imigrasi,"
jawab Mari sambil tetap menulis. Sesekali ia mencocokkan
apa yang ia tulis dengan paspornya.
"Ini kolom alamat selama di Malaysia juga harus diisi
Mbak." "Sebaiknya iya."
"Wah saya belum punya alamat Mbak."
"Pakai alamat saya juga tidak apa-apa."
"Di mana Mbak?"
"No. 8A, Jalan USJ 1/18, Taman Subang Permai, Subang
11 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jaya. Nanti kalau pihak imigrasi tanya untuk apa datang ke
Malaysia, bilang saja untuk melancong dan mengunjungi
saudara." "Iya Mbak." Keduanya lalu masuk konter imigrasi. Tak ada masalah
berarti. Petugas imigrasi sama sekali tidak bertanya apapun
kepada Mari. Sebab ia masih punya visa multientry.Sedangkan
Zul hanya ditanya untuk apa datang ke Malaysia. Zul
menjawab seperti yang disarankan oleh Mari. Begitu keluar
dari gedung, puluhan sopir taksi menawarkan jasanya. Mari
menjawab tegas bahwa ia sudah ada yang menjemput. Zul
agak bingung menentukan langkah. Beberapa sopir taksi
mengham-pirinya. Ia masih ragu harus ke mana. Ia menatap
ke arah Mari yang melangkah dengan mantap. Mari menoleh
ke arahnya dan melambaikan tangan agar ikut dengannya.
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Zul merasa tidak ada salahnya pergi ke Kuala Lumpur
bersama Mari. Apalagi ia benar-benar asing di negeri Jiran ini.
"Kita tunggu bus di sini. Kita akan menuju ke Stesyen
Larkin. Dari Larkin kita naik bus ke Purduraya KL." Jelas
Mari. Sepuluh menit kemudian bus datang. Mari, Zul dan
puluhan penumpang berebutan naik. Bus itu mengantar
mereka ke Stesyen Larkin. Dari Larkin Mari mengajak Zul ke
loketbus Trans Nasional. "Biar saya yang bayar Dik."
"Jangan begitu Mbak, saya jadi tidak enak."
"Anggap saja kita bersaudara. Jadi santai saja."
"Satu orangnya berapa Mbak?"
"Dua puluh empat ringgit. Kita pakai bus yang ada
toiletnya. Biar nyaman di perjalanan. Yuk kita segera naik.
Sepuluh menit lagi bus akan berangkat."
Mereka berdua naik bus Trans Nasional. Zul dan Mari
duduk di kursi yang berdekatan. Selain wajah Indonesia,
tampaklah wajah-wajah China, India dan Melayu menjadi
penumpang bus cepat itu. Sopirnya berwajah Indonesia, dan
tampaknya ia seorang Muslim, sebab sebelum menjalankan
bus ia membaca basmalah. Bus berjalan keluar stesyen. Lalu melaju membelah kota
Johor Bahru dengan kecepatan sedang. Setengah jam
kemudian bus itu sudah meninggalkan Johor Bahru, dan
mulai melaju dengan kecepatan tinggi. Bus itu membelah
perkebunan kelapa sawit. Zul me-mandang ke kanan dan ke
kiri yang tampak hanyalah rimbunan pohon kelapa sawit yang
bagai berlarian ke belakang.
"Dari logat adik bicara, sepertinya adik orang Jawa." Mari
membuka pembicaraan sambil menaikkan resleting jaketnya
sehingga benar-benar rapat sampai ke leher. Ia tampaknya
agak kedinginan. "Iya Mbak benar. Saya asli Demak Mbak. Kalau Mbak?"
12 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Saya juga Jawa Dik. Saya asli Sragen."
"Maaf, e... Mbak sudah berumah tangga?"
"Sudah." "Sudah punya anak dong Mbak?"
"Belum. Bagaimana mau punya anak lha wong rumah
tangga saya hanya berumur dua minggu."
"Cuma dua minggu?"
"Iya bisa dikatakan demikian."
"Suami Mbak meninggal?"
"Tidak. Saya minta cerai. Sejak itu saya trauma dan
rasanya susah sekali untuk membina rumah tangga lagi."
"Maafkan saya Mbak, jadi mengingatkan pada hal-hal
yang tidak Mbak sukai."
"Ah tidak apa-apa. Walau bagaimanapun kejadian itu
telah menjadi bagian dalam sejarah hidup saya. Memang
menyakitkan jika diingat." Kata Mari sambil mengambil nafas
dalam-dalam. Seperti ada yang menyesak dalam dadanya.
Zul diam saja. la merasa tidak saatnya ia bicara. la kuatir
jika salah bicara justru akan memperburuk suasana.
"Mungkin ada baiknya juga ya saya cerita. Ya untuk
sekadar melepas beban yang menyesak di dada. Dan daripada
selama perjalan diam saja/' Mari kembali membuka
percakapan. "Tidak apa-apa kan" Kau mau mendengarkan
kan Dik?" lanjutnya sambil meman-dangi Zul. Zul jadi
menoleh. Pandangan mereka bertemu. Zul mengangguk pelan,
lalu kembali memandang lurus ke depan. Mari mulai
bercerita, "Saat itu saya masih kuliah di UNS Solo. Saya berkenalan
dengan orang yang kemudian jadi suami saya itu, ya saat
kuliah itu. Sebut saja namanya W. Saya tidak mau mengingat
nama lengkapnya. Saya sudah meng-haramkan diri saya
untuk menyebut namanya. Saya sangat membencinya hingga
tujuh turunan. "Baik saya lanjutkan ceritanya. Saat itu saya adalah
gadis yang masih lugu. Sekaligus gadis desa yang mudah
terpikat dengan gemerlap duniawi. Agaknya W mengerti benar
karakter diri saya. Sehingga dia bisa begitu mudah masuk
dalam kehidupan saya. Ia begitu lihai memikat dan menawan
hati saya. Jika ke kampus dia selalu memakai mobil
mengkilat. Orangtua W adalah saudagar kaya di Klewer dan
Tanah Abang Jakarta. Dia sering datang ke kost saya. Dan
sering menyenangkan hati saya dengan limpahan hadiahnya.
"Sampai akhirnya W mengatakan bahwa dia sangat
mencintai saya. Dia ingin sekali menikahi saya. Saya seperti
terbang di angkasa saat itu, karena sangat gembira. Saya
benar-benar sudah tergila-gila padanya.
Ibu saya sebenarnya tidak setuju saya kawin dengan W,
karena ibu saya ingin saya menikah dengan putra Pak Modin
13 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang sedang kuliah di IAIN Walisongo Semarang. Saya sama
sekali tidak mempedulikan keberatan ibu saya itu. Itulah
mungkin dosa besar saya pada ibu yang membuat saya
menderita dan menanggung nestapa.
"Ringkas cerita, kami pun menikah. Kami menikah tahun
1998. Ia langsung memboyong saya ke Solo Baru. Ternyata ia
sudah punya rumah cukup mewah di sana. Itu adalah hari
yang sangat indah bagi saya. Seminggu setelah menikah, W
pamit untuk pergi ke Jakarta. Dia bilang untuk urusan bisnis
dengan temannya. Beberapa hari setelah itu kiamat seolah
datang. Langit seperti runtuh menimpaku. W tertangkap polisi
dalam keadaan over dosis dengan seorang pelacur Jakarta. Ia
masuk bui. Keluarganya tidak peduli.
"Kakak perempuannya bahkan terang-terangan mengatakan sangat membenci W. Dari kakak perempuannya
itulah saya tahu bahwa W sesungguhnya lelaki yang sangat
bejat. Bahkan lebih bejat daripada makhluk paling bejat
sedunia sekalipun. Saya nyaris muntah ketika kakak
perempuannya itu bercerita bahwa dirinya pernah diperkosa
oleh W saat W sedang sakau. Ia tidak berdaya karena W
mengancam akan mem-bunuhnya. W itu tega memperkosa
kakak kandungnya sendiri, apa tidak menjijikkan" Apa tidak
melampaui batas" Seketika itu, tanpa bisa ditawar lagi saya
langsung mengajukan gugatan cerai. Dan sejak itu saya
benar-benar jijik dengan kaum lelaki dan saya bersumpah
tidak akan menikah lagi!"
Ada nada amarah dalam kata-kata Mari. Ada kebencian
yang luar biasa di sana. Zul merasa ngeri mendengarnya. Ia
merasa bingung harus bersikap bagaimana. Bus terus melaju
dengan kecepatan di atas seratus kilometer per jam. Mari
diam tidak melanjutkan ceritanya. Pandangannya lurus ke
depart. Jika diamati lebih seksama kedua mata itu
sesungguhnya berkaca-kaca. Sesaat lamanya keduanya dijaga
oleh diam. Akhirnya Zul memberanikan untuk membuka
suara, "Apa Mbak sampai sekarang masih jijik dengan kaum
lelaki. Termasuk saya?" Mari mengambil nafas dalam-dalam,
"Saat ini tidak lagi. Saya berusaha bersikap adil. Saya
tidak boleh menimpakan dosa seorang W pada semua kaum
lelaki. Tapi jujur saya perlu proses yang sangat panjang untuk
bisa bersikap adil dan tidak jijik pada kaum lelaki. Dan
disebabkan rasa jijik dan trauma pada lelaki saya pernah
punya keinginan untuk hidup berumah tangga dengan kaum
perempuan saja." "Sampai seperti itu Mbak."
"Iya. Gila bukan" Tapi jangan takut. Saya katakan, saya
14 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah punya keinginan. Hanya pada taraf keinginan. Dan itu
pun dulu. Sekarang sudah tidak lagi."
"Sejak kapan Mbak bisa kembali normal meman-dang
dunia. Maaf, untuk mudahnya saya katakan kembali normal
memandang dunia, termasuk kaum lelakinya. Sebab menurut
saya sikap jijik dan trauma pada lelaki itu sikap tidak
normal." "Prosesnya sangat panjang. Sampai saya bertemu dengan
seorang Ustadzah. Dia lulusan pesantren. Dia ikut suaminya
yang sedang mengambil program doktor. Ustadzah itu begitu
sabar menyempatkan waktu untuk memberikan pencerahan
kepada kami, para tenaga kerja wanita. Dan ia begitu sabar
mendengarkan semua keluhan saya. Saya pernah diajak oleh
Ustadzah itu tidur di rumahnya. Untuk melihat bagaimana
keadaan rumah tangganya. Dan saya melihat sendiri betapa
besar kasih sayang suami Ustadzah itu kepada keempat
anaknya yang semuanya perempuan. Sejak itulah saya tahu
bahwa ada juga lelaki baik di dunia ini."
"Bukankah Mbak memiliki seorang ayah?"
"Ya tentu saja punya. Namun ayah saya sudah tidak ada
sejak saya berusia dua tahun. Jadi saya tidak ingat apa-apa
tentang ayah. Dan ibu tidak menikah lagi. Kakak tertua saya
lelaki. Tapi ia tidak begitu peduli pada saya." Bus terus
melaju. Sejauh mata memandang adalah rerimbunan kebun
kelapa sawit yang tampak hijau tua.
"Bagaimana ceritanya Mbak bisa sampai ke Malaysia.
Dan apa sebenarnya yang Mbak cari?"
"Kalau diceritakan semuanya panjang. Singkat saja ya.
Setelah suami dipenjara dan saya tahu siapa dia sebenarnya,
saya mengajukan gugatan cerai. Rumah di Solo Baru disita
polisi karena ternyata suami punya piutang di beberapa bank
yang cukup besar jumlahnya. Saya tidak punya apa-apa. Ibu
sudah renta. Saya anak ragil. Saudara-saudara saya sudah
berkeluarga. Mereka juga hidup susah. Saya tidak berani
meminta bantuan mereka. "Saya nekat merantau ke Jakarta untuk mencari kerja.
Kebetulan ada teman yang mengajak. Alham-dulillah sebelum
menikah saya sudah selasai D.3
Akuntansi. Dan dengan berbekal ijazah D.3, saya
diterima bekerja di sebuah supermarket di Jakarta Selatan.
Saya sudah cukup nyaman saat itu. Saya hidup damai kurang
lebih dua tahun. Saya bahkan sempat nyambung kuliah, dan
menyelesaikan S1 di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di
Jakarta. Tapi tiba-tiba entah bagaimana, mantan suami saya itu
bisa tahu nomor telpon saya dan menelpon saya. Dia sudah
keluar dari penjara dan meminta saya agar kembali
kepadanya. Saya takut. Saya langsung pergi meninggalkan
15 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Jakarta hari itu juga. Saya bersembunyi ke Bandung. Di
Bandung ada agen pengiriman tenaga kerja ke Malaysia. Saya
ikut agen. Akhirnya saya mengadu nasib dan terbang ke
Malaysia. Sampai sekarang saudara-saudara saya tidak saya
beritahu kalau saya di Malaysia. Terakhir saya nelpon mereka
saat saya masih di Bandung. Saya kuatir mantan suami saya
itu akan mengejar saya."
"Kenapa mesti takut Mbak. Bukankah Mbak adalah
perempuan yang merdeka. Dan Mbak akan dilindungi oleh
hukum?" 'Ah kamu ini Dik. Apa selama ini kamu hanya hidup di
dalam kamar dan tidur, sehingga membuka jendela pun
tidak!" Dunia mantan suami saya adalah dunia mafia. Dan
dunia mafia tidak mengenal hukum. Lebih baik saya di
Malaysia dulu, baru kalau saya sudah mendengar si W itu
telah mampus, saya akan balik ke Indonesia. Walau
bagaimanapun saya punya saudara dan saya sangat rindu
pada mereka. Saya pun ingin hidup berkeluarga dan tenang di
hari tua. Saya tidak akan menyerah. Saya akan terus
berusaha dan bertahan sampai Tuhan memutuskan takdir
finalnya untuk saya. Semenderita dan sesengsaranya saya,
saya masih percaya bahwa Tuhan itu ada. Tuhan itu adil dan
Dia juga Maha Penyayang. Saya masih percaya itu Dik."
Zul hanya diam mendengarnya. Ternyata tidak ha-nya
dia yang menghadapi perjalanan hidup yang rumit dan sulit.
Perempuan muda yang duduk di sampingnya bisa jadi
sebenarnya menjalani hidup yang lebih rumit yang tidak
sampai untuk dikisahkan kepada siapa pun.
"Kalau adik, bagaimana" Bagaimana bisa sampai harus
ke negeri Jiran ini" Adakah cerita yang bisa dibagi dan
didengar?" Mari balik bertanya. la merasa selama ini dia yang
banyak bercerita. la ingin gantian men-dengarkan cerita dari
Zul. "Perjalanan saya bisa sampai di dalam bus ini tak kalah
berlikunya dari apa yang Mbak ceritakan. Hanya saja saya
merasa tidak harus sekarang saya men-ceritakannya. Saya
janji saya akan gantian membagi cerita saya pada Mbak. Saya
yakin kita masih bisa bertemu di negeri Jiran ini. Itu pun
kalau Mbak benar-benar masih sudi menemui saya."
"Masak tidak sudi. Memang saya ini siapa?"
"Kuatir, Mbak masih menyisakan rasa jijik itu."
"Ah, kamu ini. Ya saya akan merasa jijik sama kamu jika
kelakuan kamu ternyata tidak berbeda dengan si W, mantan
suami saya itu." "Mbak kok seolah yakin benar kalau kelakuan saya
berbeda dengan mantan suami Mbak. Kenapa Mbak tidak
waspada" Kenapa Mbak justru malah mengajak saya jalan
bersama?" Mari tersenyum, lalu menjawab,
16 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dengar ya Dik. Orang yang sudah pernah terluka seperti
saya ini bisa membaca bahasa tubuh orang brengsek seperti
mantan suami saya dan yang sejenisnya. Dari cara lelaki
memandang dan menatap saja saya sudah tahu dia itu
sebenarnya serigala atau tidak. Saya tahu mana mata yang
jelalatan dan yang tidak jelalatan. Saya bisa meraba watak
seseorang dari gerak dan binar matanya. Tidak hanya mata
kaum lelaki. Bahkan mata kaum perempuan pun saya bisa
membedakan mana mata pelacur dan bukan pelacur. Mana
mata perempuan baik-baik dan perempuan tidak baik!"
"Jadi Mbak yakin saya ini orang baik?" sahutnya sambil
melihat ke luar jendela.
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sejauh ini saya yakin. Tidak tahu satu dua jam ke
depan. Bisa jadi kepercayaan saya padamu berubah." Jawab
Mari tegas. Zul merasakan ketegasan itu. Kalimat dan intonasi
perempuan itu seolah juga memberitahukan kepadanya agar
ia jangan mencoba bersikap mere-mehkannya. Dari ketegasan
itu, Zul mengerti bahwa perempuan muda di sampingnya
adalah perempuan yang memiliki karakter kuat. Dan tidak
mau di-remehkan. Entah kenapa ia ingin memandang perempuan di
sampingnya itu dengan lebih dalam. Keinginan itu tidak dapat
dilawannya. Ia pun memalingkan wajahnya perlahan dan
memandang ke arah wajah Mari. Mari ternyata sedang
memandang ke arahnya. Mata kedua-nya bertemu sesaat. Ada
getaran halus masuk ke dalam hati Zul. Wajah Mari tampak
kurus, tapi ada aura ketulusan yang memancar darinya. Dan
ada pesona yang mampu membuat hati Zul merasakan
getaran halus yang masuk begitu saja.
"Apakah ada kilatan binar serigala dalam mataku Mbak?"
Mari tersenyum, dan menjawab,
"Jujur saja Dik ya hampir di semua mata lelaki ada binar
liar serigala ketika melihat perempuan. Untuk itulah menurut
saya kenapa kaum lelaki diminta oleh Tuhan untuk menjaga
pandangan." Mendengar jawaban Mari, Zul diam dan tidak berkata
apa-apa. Ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Ia
memandang rerimbunan pohon kelapa sawit yang seperti
berlomba-lomba lari ke belakang. Dalam hati Zul
membenarkan perkataan Mari. Sebab saat ia memandang
wajah dan mata Mari dengan seksama, ia menemukan sihir
yang mampu mengubah dirinya menjadi serigala. Tiba-tiba ia
merasa menemukan kalimat untuk menjawab perkataan Mari,
"Dan hampir semua wajah dan mata perempuan itu
memiliki sihir yang mampu mengubah lelaki jadi serigala.
Maka sebaiknya memang keduanya saling menjaga. Agar tetap
menjadi manusia yang mulia dan tidak berubah menjadi
manusia serigala." 17 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mari tersenyum mendengarnya.
*** Dua Menjelang Maghrib bus Trans Nasional memasuki kota
Kuala Lumpur. Zul menikmati pemandangan senja di Kuala
Lumpur dengan seksama. Jalan tol yang lebar dan melingkar.
Gedung-gedung tinggi. Hutan kota yang masih terjaga. la
harus mengakui, Kuala Lumpur jauh lebih rapi dari Jakarta.
la mencari-cari gedung yang menjadi simbol Kuala Lumpur. la
melongok-longok, mencari-cari Menara Kembar. la tidak
melihatnya. "Menara Kembarnya mana
kelihatan?" tanyanya pada Mari.
ya Mbak, kok tidak "Kamu jangan memandang ke arah situ. Pandang-lah ke
arah sana. Di sela gedung menjulang itu. Itulah Menara
Kembar," jawab Mari sambil menunjuk ke arah Menara
Kembar. "Wah iya. Saya penasaran ingin lihat dari dekat."
"Jangan tergesa-gesa. Nanti kau akan punya waktu yang
cukup untuk melihatnya. Kau bahkan bisa makan di sana.
Kau juga bisa refreshing di sana. Di bawah menara itu ada
tamannya yang rapi dan indah. Namanya taman KLCC.
Taman itu terbuka untuk umum dan gratis."
Zul langsung membayangkan nyamannya berjalan-jalan
di bawah Menara Kembar dan nyantai di taman KLCC. Tibatiba ia teringat Najibah. Gadis satu desa
dengannya yang pernah menjadi tambatan hatinya. Najibah pernah minta
padanya untuk rekreasi ke Taman Kiai Langgeng. Dan ia
berjanji pada gadis itu akan mengajaknya ke Taman Kiai
Langgeng suatu kali. Namun sampai saat ini ia tidak bisa
memenuhi janji itu. Dan tidak mungkin rasanya memenuhi
janjinya itu. Sebab, gadis yang punya lesung pipi indah itu,
kini telah menikah dengan orang lain. Ah, seandainya ia kaya,
tentulah ia bisa menikahi gadis itu dan mengajaknya jalanjalan ke Taman Kiai Langgeng. Bahkan
mengajaknya ke Kuala Lumpur dan berjalan-jalan di taman KLCC itu.
Karena kemiskinannyalah, akhirnya 18 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Najibah memutuskan menikah dengan orang lain setelah tiga kali. Itu
pun setelah Najibah memintanya untuk segera menikahinya
dan ia merasa tidak mampu. Ia minta ditangguhkan beberapa
tahun lagi. Ia tidak bisa memberi jawaban pasti. Dan Najibah
merasa tidak bisa bergantung pada ketidakpastian.
"Maaf, Mas Zul, bukan saya tidak cinta sama Mas. Orang
tua saya minta saya segera menikah. Tahun ini. Jika Mas mau
ya tahun ini. Jika tidak ya anggap saja kita tidak berjodoh. Ini
demi kebaikan saya dan Mas." Itulah kata-kata Najibah yang
masih ia ingat terus. Kata-kata yang tidak mungkin ia
lupakan, karena saat itu ia tidak berdaya apa-apa sebagai
seorang lelaki. Ia sama sekali tidak bisa memenuhi harapan
orang yang dicintainya. Jangankan biaya untuk menikah,
biaya untuk makan sehari-hari saja ia sering tidak punya. Ia
benar-benar merasakan betapa susah jadi orang tidak punya.
Sampai untuk menikahi orang yang dicintai saja tidak bisa. Ia
benar-benar sedih dan menderita jika mengingatnya.
Sesungguhnya Najibah itu bukanlah gadis yang
materialistis, ia tidak minta apa-apa, selain akad nikah.
Namun akad nikah itu ada biayanya. Dan itu yang ia tidak
punya saat itu. Ia benar-benar tidak punya. Ia merasa dirinya
adalah orang paling miskin papa sedunia. Ah, ia berusaha
melupakan peristiwa itu. Namun belum juga bisa. Bahkan
sampai ia sudah di Kuala Lumpur pun peristiwa itu masih
saja teringat olehnya. Ia yang mengalami peristiwa yang tak
setragis Mari saja masih dibayangi oleh peristiwa itu, apalagi
Mari. Wajar jika perempuan muda itu sampai mengalami
trauma. "Heh, melamun apa! Kita sudah sampai di Pur-duraya!
Ayo siap-siap turun!"
Zul kaget dan tersadar dari lamunannya.
"Kita sudah sampai Mbak?"
"Iya. Ayo turun. Itu orang-orang sudah pada turun."
Mereka berdua lalu turun dari bus. Lalu naik ke lantai dua.
Tempat dimana para penumpang berkumpul menunggu bus.
Tempat dimana penumpang datang dan pergi. Di lantai
dualah puluhan waning penjual oleh-oleh dan makanan
dibuka. Juga di lantai dualah puluhan agen bus membuka
konter. "Mbak ini sudah Maghrib ya?" tanya Zul.
"Iya sudah. Gini saja. Kita shalat dulu gantian. Tempat
shalat dan tandas ada di lantai tiga. Kita naik ke sana."
"Tandas itu apa Mbak."
"Toilet. Kalau bahasa orang Demak kakus."
"Wah thoMbak." kok 19 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nadanya agak menghina orang Demak "Kamu ini lelaki kok sentimentil begitu. Ayo kita naik!"
Mereka berdua lalu naik ke lantai tiga. Mereka ke tandas
dahulu, baru ke surau. Mereka shalat bergantian. Selesai
shalat Zul bingung. la baru sadar kalau ia tidak memiliki
tujuan yang jelas. Mari hanyalah temanbertemu di perjalanan.
"Inilah Kuala Lumpur Dik Zul. Ya selamat datang di
Kuala Lumpur. Semoga nasibmu berubah di sini. Berubah jadi
baik. Tidak sebaliknya. O ya, jadi kau mau menginap di
mana?" "Wah jujur saja Mbak. Saya tidak tahu harus menginap
di mana." "Katanya kau mengantongi sebuah nama dan nomor
telpon itu bagaimana?"
"Ya, saya coba telpon dulu Mbak."
"Pakai hp saya saja Dik, tak usah pakai telpon umum.
Tuh telpon umum antrenya kayak gitu," Mari mengulurkan hand phone-nya..
Zul menerima hand phone itu dengan tangan kanannya.
Sementara tangan kirinya merogoh saku cela-nanya. Ia
mengeluarkan sobekan kertas. Lalu memanggil nomor yang
tertulis di kertas itu. Beberapa saat ia menunggu tidak ada
jawaban. Lalu ia ulangi lagi. Empat kali ia memanggil dan
tidak ada yang mengangkat.
"Bagaimana Dik?"
"Tidak ada yang mengangkat Mbak."
"Mungkin sedang shalat. Kalau gitu ayo kita cari makan
dulu. Saya lapar. Setelah makan ditelpon lagi."
"Boleh." Mari berjalan di depan. Ia sangat hafal seluk beluk
Terminal Purduraya. Dan bisa dipastikan bahwa pekerja
Indonesia yang bekerja di sekitar Kuala Lumpur sangat akrab
dengan terminal bus paling padat di Kuala Lumpur ini. Mari
memilih makan di Kak Long Cafe. Sebuah cafe milik seorang
Muslimah keturunan China.
"Bisa jadi kita nanti akan sulit bertemu. Bahkan mungkin
akan tidak bertemu. Namun siapa tahu adik perlu bertemu
dengan saya suatu hari nanti. Atau perlu bantuan saya. Saya
akan kasih nomor telpon saya. Bisa ditulis?" kata Mari selesai
makan. 20 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Bisa Mbak. Terima kasih ya atas segalanya. Berapa
Mbak nomornya?" jawab Zul.
"0176767676. Bacanya mudah 01 terus tujuh enam
empatkali." "Wah mudah diingat Mbak."
"Coba orang yang kautuju itu dikontak lagi."
Zul langsung menelpon nomor yang ia telpon
sebelumnya. Beberapa kali ia telpon tapi tidak juga berhasil.
"Tetap tidak ada yang mengangkat Mbak."
"Mmm...." gumam Mari sambil mengerutkan keningnya.
"Saya coba lagi Mbak."
Zul kembali melakukan panggilan. Tidak juga berhasil.
"Bagaimana, tidak berhasil juga?" tanyaMari.
"Iya." "Kau di sini asing. Kalau tidak ada teman kasihan. Kalau
kau mau kau bisa ikut saya menginap di tempat saya."
"Menginap di tempat Mbak?"
"Iya. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Di tempat saya
ada tiga kamar. Kau bisa menginap di salah satu kamarnya.
Paling tidak untuk sekadar melepas lelah. Besok kau bisa
mencari orang yang kautuju itu. Itu kalau kau mau."
Zul terdiam sesaat. Ia memang tidak kenal siapa-siapa di
Kuala Lumpur ini. Nama yang ada dalam sobekan kertasnya
pun sebenarnya tidak kenal. Nama itu adalah nama kenalan
Pak Hasan. Katanya ia adik kelas Pak Hasan sewaktu kuliah
di Jogja yang sekarang bekerja di Kuala Lumpur. Dan jujur ia
memang perlu istirahat. Perjalanan dari Batam sampai Kuala
Lumpur cukup membuatnya lelah. Apalagi dua hari sebelum
berangkat ia kerja lembur di sebuah bengkel.
"Bagaimana Dik" Kalau kau mau ayo kita berangkat.
Mumpung belum terlalu malam. Atau kau mau tidur di
bangku itu, ya tidak apa-apa. Tapi jangan kaget kalau nanti
ada operasi polisi dan kau dianggap gelandangan. O ya bisa
juga kau menginap di hotel Purduraya ini. Tinggal kau jalan
ke atas. Tapi ongkosnya ya lumayan." Mari menjelaskan
beberapa pilihan untuk Zul.
Zul masih belum mantap menentukan salah satu pilihan.
Hati kecilnya ingin menginap di hotel. Tapi uang yang ia miliki
benar-benar pas-pasan. Ia sebisa mungkin harus menghemat.
"Sudahlah Dik ayo ikut saya saja. Besok kau bisa pergi
ke mana kau suka. Ayo!" Kata Mari dengan tegas seraya
bergegas ke luar terminal. Ketegasan kata-kata Mari membuat
Zul seolah menemukan pilihan terbaik. Ia pun mengikuti
langkah Mari. Mereka keluar menyeberangi jalan raya. Mari
berjalan dengan cepat meskipun ia harus menyeret tas
kopornya. Zul berusaha mengimbangi di sampingnya.
"Kita mampir di supermarket sebentar. Lalu kita ke
Terminal Pasar Seni cari bus Rapid KL yang ke Subang."
21 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Iya Mbak. O iya Mbak ini hand phone-nya nanti lupa."
"Ayo cepat.dikit."
Mereka berjalan menyusuri trotoar. Mari masuk sebuah
supermarket dan belanja makanan, sikat gigi, odol, dan sabun
mandi cair. Zul menunggu di depan supermarket. Tak lama
kemudian mereka kembali berjalan. Sepuluh menit kemudian
mereka sudah sampai di Pasar Seni. Mari langsung naik Rapid
KL jurusan Subang. Zul ikut di belakangnya. Setelah
membayar karcis mereka duduk. Bus berjalan perlahan.
"Jangan kaget, nanti kau akan tinggal di tengah-tengah
tenaga kerja wanita. Artinya penghuni rumah itu semuanya
wanita. Saya salah satu di antaranya. Rumah saya dihuni
enam orang. Ada tiga kamar. Satu kamar berdua. Kebetulan
ada dua orang yang sedang pulang ke Indonesia. Jadi saat ini
dihuni empat orang. Kau nanti bisa tidur di kamar saya saja.
Kebetulan di kamar saya ada kamar mandinya. Jadi kau tidak
akan mengganggu teman-teman saya yang lain."
Mari menjelaskan kondisi rumahnya. Zul men-dengarkan
dengan seksama. la merasa sudah terlalu banyak berhutang
budi pada perempuan muda yang baru dikenalnya itu.
"Mbak baik sekali. Entah bagaimana
membalas budi Mbak. Saya malu pada Mbak."
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saya harus "Jangan berpikir begitu. Kita ini sebagai manusia sudah
semestinya saling tolong menolong. Iya tho. Manusia tidak
bisa hidup sendirian. Iya tho Dik. Apalagi kita sama-sama
orang Jawa, dan sama-sama orang Indonesia dan sama-sama
orang Islam. Sudah jadi kewajiban-ku membantu adik. Ya
anggap saja aku ini kakakmu."
"Iya Mbak. Terima kasih Mbak."
Rapid KL membelah kota Kuala Lumpur. Karena
kelelahan Zul tertidur. Cukup pulas. Mari mengamati dengan
seksama, anak muda yang duduk di sampingnya itu. Wajah
polos khas Jawa. Wajah yang tampak begitu muda. Ada
guratan derita di sana. Namun ada juga gurat keberanian dan
kenekatan. Mari memperkirakan umur pemuda ini lima tahun
lebih muda darinya. la telah masuk dua puluh tujuh. la
perkirakan Zul tak lebih dari dua puluh dua.
Setelah satu jam berjalan akhirnya mereka sampai di
Subang. Mari membangunkan Zul. Zul bangun dengan
tergagap, "Sudah sampai tho Mbak?"
"Sudah Dik." Mari turun diikuti Zul. "Kita perlu jalan kira-kira dua ratus meter baru tiba di
22 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
rumah. Tak apa ya?" "Tidak apa Mbak."
Mereka berjalan memasuki kawasan Taman Subang
Permai. Selama dalam perjalanan Mari bercerita tentang
teman-temannya. "Rumah saya rumah teras. Rumah teras artinya ya
rumah biasa seperti rumah-rumah di Indonesia yang ada
terasnya. Bukan rumah apartemen. Saya menyewa bersama
teman-teman dari orang China. Rumah itu ada tiga kamar.
Kamar paling depan ditempati oleh Linda dan Sumiyati. Linda
asli Sukabumi, ia lahir di Amsterdam. Linda ini belum
bersuami dan cantik. Kau hati-hati jangan sampai ada apaapa dengan dia ya. Jangan membuat
masalah di negeri orang. Awas ya, kau harus jaga iman kalau berhadapan dengannya!
Terus teman sekamarnya adalah Sumiyati, asli Blitar.
Sumiyati juga sudah bersuami. Kamar tengah saya yang
menempati. Saya sekamar dengan Iin. Kami memanggilnya
Iin. Nama aslinya Mutmainah. la asli Pati. Iin sudah bersuami
dan punya dua anak di Pati. Kamar yang paling belakang saat
ini kosong. Yang tinggal di situ adalah Reni dan Watik.
Keduanya sedang pulang kampung. Mereka berasal dari satu
kampung di Kendal Jawa Tengah. Sebetulnya kau bisa tidur di
kamar Reni dan Watik yang kosong. Tapi di kamar itu tidak
ada kamar mandinya. Lebih baik nanti kau tidur di kamar
saya saja. Biar saya dan Iin yang tidur di kamar Reni."
"Iya Mbak." "O ya jangan kaget ya. Jika nanti mereka itu banyak
bicara. Mereka itu perempuan-perempuan yang paling suka
ngobrol dan banyak cerita. Jika kau tidak ingin ngobrol kau
nanti langsung saja tidur."
"Iya Mbak." Lima belas menit berjalan akhirnya mereka sampai di
sebuah rumah, yang tak jauh berbeda dengan perumahan di
Indonesia. Hanya pintunya dirangkapi dengan pintu besi. Mari
langsung membuka pintu. Dan begitu ia masuk ia langsung
disambut histeris teman-temannya.
"Oi, Mbak Mar pulang!" teriak seorang perempuan muda
yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong.
"Hei kau bawa teman ya Mar?" tanya perempuan
berdaster panjang. "Iya. Ini, anggap saja adik saya. Namanya Zul. Dia
mungkin numpang cuma semalam saja/' jelas Mari.
"Adik apa adik?" ledek perempuan bercelana pendek.
Mari hanya tersenyum kecut.
"Kenalkan saya Zul, dari Demak."
"Saya Sumiyati, dari Blitar." Sahut perempuan bercelana
pendek. "Aku Iin. Soko Pati Mas."2 Perempuan berdaster
23 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memperkenalkan diri denganbahasa Jawa. "Yo anggep wae, iki
ning ngomahe dewe. Anggep wae ning ngomahe keluargane
dewe."3 "Inggih matur nuwun Mbak."4 Jawab Zul.
"Si Linda mana?" tanya Mari.
"Seperti biasa Mbak ke KL. Seperempat jam yang lalu ia
dijemput sama si Chong Tong," jelas Sumiyati.
"Tak ada kapoknya anak itu!" sahut Mari dengan nada
tidak suka. "Yo mugo-mugo5 Gusti Allah membukakan jalan baginya
untuk taubat," lirih Iin.
"Amin!"tukas Mari.
"E... Mas Zul kok berdiri di situ saja. Silakan duduk
Mas." Sumiyati mempersilakan Zul untuk 6 Mas. Monggo duduk di kursi.
"Ya Mbak terima kasih." Jawab Zul seraya duduk.
Sumiyati lalu bergegas ke dapur membuat minuman.
Sementara Mari dan Iin masuk ke kamar mereka. Mari
meminta Iin membantu merapikan kamar dan tempat tidur.
2 Aku lin. Dari Pati Mas. Ya anggap saja ini di rumah sendiri. Anggap saja di rumah keluarga sendiri
4 lya, terima kasih Mbak. 5 Semoga 6 Mari, silakan 3 Dan menjelaskan sebaiknya Zul tidur di kamar yang ada
kamar mandi di dalamnya. Iin sepakat. Dengan cepat mereka
merapikan dan menyimpan pakaian dan perkakas milik kaum
perempuan yang tidak sepatutnya dilihat kaum lelaki. Setelah
mereka lihat rapi dan mereka teliti tidak ada yang tidak patut,
mereka kembali ke ruang tamu dan mempersilakan Zul
membawa tasnya ke kamar. Zul menurut. Ia membawa tasnya ke kamar. Ia masuk
dan menutup pintu. Zul mencium bau wangi di kamar itu.
Kamar yang bersih dan rapi. Jauh sekali bedanya dengan
kamarnya dan teman-temannya saat bekerja di Batam. Zul
mencopot jaketnya. Beberapa menit kemudian kamarnya
diketuk. Ternyata Mari. Membawa nampan berisi teh hangat dan
24 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
satu piring roti donat yang tadi dibeli di supermarket.
"Istirahat saja. Ini minumnya. Di kamar mandi ada sikat
gigi yang masih baru, juga sabun cair, bisa kamu pakai jika
mau mandi. Handuknya sudah saya siapkan di kamar mandi."
Jelas Mari sambil meletakkan nampan itu di atas meja rias.
"Terima kasih Mbak."
"Jika perlu apa-apa bisa mengetuk kamar belakang. Saya
ada di sana." "Iya Mbak." "Baik. Selamat istirahat." Kata Mari dengan ter-senyum.
Ia keluar dari kamar dan menutup pintu kamar dengan pelan.
Zul merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk itu.
Terasa nyaman. Tapi ia merasa kulitnya seperti lengket
dengan pakaiannya. Sangat tidak nyaman. Ia lalu beranjak ke
kamar mandi dan mandi. Air yang mengguyur sekujur
tubuhnya itu serasa meremajakan seluruh syaramya. Barulah
setelah mandi iabisa istirahat dengan nyaman. Sesaat
sebelum tidur kilatan senyum Mari yang tulus terbayang di
mata. Ia tersenyum. Tiba-tiba ia teringat perkataan Mari tadi
siang, "Jujur saja Dik ya, hampir di semua mata lelaki ada binar
liar serigala ketika melihat perempuan. Untuk itulah menurut
saya kenapa kaum lelaki diminta oleh Tuhan untuk menjaga
pandangan." Ia kembali tersenyum. Lalu terlelap tidur.
Tiga Pukul tujuh pagi, Zul baru bangun tidur. la kaget karena
bangun terlalu siang. Sinar matahari telah menerobos jendela
dan masuk ke dalam kamarnya. la langsung bangkit dan
mengambil air wudhu dengan tergesa-gesa. la belum shalat
Subuh. Ketika hendak shalat ia bingung arah kiblat. Terpaksa
ia keluar kamar untuk menanyakan arah kiblat. Di ruang
tamu yang sekaligus menjadi ruang santai, Sumiyati dan Iin
sedang asyik nonton televisi.
"Waduh arah kiblat mana ya" Waduh kok saya tidak
dibangunkan. Jadi terlambat shalat Subuh!" Kata Zul setengah menggerutu. Tidak jelas kepada siapa kata-kata
itu ia tujukan. Pada Sumiyati atau pada Iin, atau pada keduaduanya.
"Maaf Dik, kami segan mau membangunkan. Kiblat ke
arah jendela Dik." Jawab Iin kalem sambil meman-dang ke
arah Zul yang masih jelas bekasnya dari tidur. Zul kembali ke
kamar dan shalat. Setelah itu ia kembali ke ruangan tamu. Ia
tidak melihat Mari. 25 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Lha Mbak Mar ke mana" Apa masih tidur juga?"
"Ya tidak. Mbak Mar itu orang paling disiplin di rumah
ini. Ia sudah bangun sejak jam empat tadi. Biasanya shalat
Tahajjud. Terus nyuci pakaian. Tadi setelah shalat Subuh ia
langsung berangkat kerja." Jelas Sumiyati santai sambil
mengambil kacang tanah yang ada di depannya. Lalu
mengeluarkan isinya dan memasukkan ke dalam mulutnya.
"O ya sebelum berangkat tadi Mar nitip pesan. Kalau
kamu sudah bisa menghubungi orang yang kamu tuju dan
mau pergi pagi ini atau siang ini tidak apa-apa. Kalau masih
betah dan mau menginap barang satu dua hari lagi ya tidak
apa-apa. Hanya saja Mar minta kalau siang ini orang itu tidak
juga bisa kauhubungi kau sebaiknya menginap semalam lagi.
Siang ini dia akan mencoba mencarikan informasi tentang
tempat yang lebih pas, sekaligus informasi tentang pekerjaan
jika ada/' Iin menyahut. "Sebaiknya, siang ini Mas istirahat saja dulu di sini. Kan
baru datang. Sambil menunggu informasi dari Mbak Mar jika
nanti ia kembali," sambung Sumiyati memberi saran.
"Saya mau keluar sebentar Mbak. Sekalian lihat-lihat
lingkungan. Saya mau coba telpon orang yang harus saya
hubungi itu sekali lagi," kata Zul.
"Ya, hati-hati Dik. Jangan lupa bawa paspor ya," tukas
Iin. Zul keluar mencari telpon. Lima puluh meter dari rumah
itu ia menemukan warung kelontong, namun di situ tertulis
kedai runcit. Di warung itu ada wartelnya. Dari wartel itu ia
mencoba menelpon nomor yang ia catat dari Pak Hasan.
Berulang-ulang ia menelpon, tapi tidak juga berhasil. Ia
mencoba menelpon Pak Hasan yang ada di Batam juga tidak
berhasil. Nomor Pak Hasan sedang tidak aktif. Ia kembali ke
rumah dan mendapati dua perempuan itu telah rapi dan siap
pergi. "Dik kami harus berangkat kerja. Ini kunci rumah, siapa
tahu kamu mau keluar. Jika nanti kamu mau pergi
meninggalkan rumah, tolong rumah dikunci. Dan kuncinya
letakkan saja di bawah pot bunga itu. Oh ya sarapannya
sudah kami siapkan di dapur. Makan saja yang banyak. Maaf
seadanya." Dengan lembut Iin menjelaskan.
"O ya Mas, kalau mau lihat film-film Malaysia. Nyalakan
saja DVD player itu. DVD-nya ada di rak biru itu," sahut
Sumiyati. "Kami pergi dulu ya. Yah demi mencari sesuap nasi
Mas." Imbuhnya sambil membuka pintu. Mereka berdua lalu
bergegas meninggalkan rumah. Ketika mereka sampai di
halaman hendak membuka pintu gerbang, sebuah mobil
sedan Proton Wira berhenti tepat di hadapan mereka. Seorang
perempuan berpakaian sangat ketat keluar dari mobil itu. la
melambaikan tangan pada pengendara mobil yang bermata
26 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sipit. "Baru pulang Lin?" sapa Iin.
"Iya Mbak. Tadi ketiduran di hotel," jawab perem-puan itu
santai. Zul melihat dari pintu yang masih terbuka.
"Kamu itu mbok ya ingat akhirat meskipun sedikitsedikitlah Lin" Ingatlah hari akhir kelak Lin!" Iin
menasihati dengan suara lembut. "Aduh Mbak, kalau mau ceramah di masjid saja. Saya
sedang capek nih. Sory ya Mbak. Saya harus istirahat. Lha itu
kok ada cowok di rumah kita. Siapa dial?" ketus Linda.
"Itu adik saya dari Demak," jawab Iin.
"Orangnya baik kok Lin. Namanya Zul. Jangan takut
santai saja," timpal Sumiyati.
"Siapa yang takut. Saya tak pernah takut sama lelaki.
Apalagi lelaki Indonesia kurus kaya gitu. Lelaki dari Amerika,
Rusia bahkan Nigeria sekalipun saya tidak pernah takut!
Kenapa kalian masih mematung saja di sini. Nanti kalian
terlambat didamprat sama majikan baru tahu rasa!" sengit
Linda. "Ya udah kami berangkat dulu. Jaga rumah baik-baik ya
Lin." "Ya," jawab Linda singkat sambil beranjak masuk rumah.
Ketika masuk rumah dan melewati Zul yang berdiri di
Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
samping pintu Linda menyapa datar,
"Halo Mas, baru datang dari Indonesia ya?"
"Iya," jawab Zul singkat.
Linda langsung masuk ke dalam kamarnya. Sementara
Zul masih berdiri di samping pintu meman-dang lurus ke
depan, ke halaman dan jalan. la mendengar dengan jelas
percakapan tiga perempuan itu. Dan ia bisa meraba, kira-kira
apa pekerjaan perempuan muda bernama Linda yang baru
saja menyapanya itu. Dan siang itu ia bisa jadi hanya akan
berdua bersama Linda di rumah yang sepi itu. Ia berpikir apa
yang akan ia kerjakan seharian di rumah itu. Apakah ia akan
hanya tidur di kamar" Bagaimana kalau Linda mengajak
berbincang-bincang" Apakah ia akan bersikap cuek saja
terhadap Linda" Ataukah ia akan berpura-pura bersikap baik
kepadanya. Sebab ia paling tidak suka dengan perempuan
yang memiliki tanda-tanda sebagai perempuan tidak benar.
Dari cara Linda berpakaian dan dari pembicaraan yang baru
saja ia dengar, ia memiliki firasat kuat bahwa Linda adalah
jenis perempuan tidak benar. Zul mengambil nafas panjang. Ia
belum bisa memu-tuskan akan bersikap bagaimana.
"Mas pintunya ditutup saja. Di sini tidak lazim membuka
pintu lama-lama." Seru Linda dari kamarnya yang hanya
berjarak beberapa meter dari tempat Zul berdiri. Secara reflek
Zul menengok ke arah suara. Pintu kamar Linda terbuka lebar
dan Linda merebahkan tubuhnya begitu saja di tempat
27 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidurnya, dengan sepatu hak tingginya masih terpasang di
kedua kakinya. Zul merasakan getaran dalam dadanya. Ia
langsung menutup pintu dan bergegas masuk ke dalam
kamarnya. Sementara Iin dan Sumi masih berjalan ke arah hentian
bus. Dalam hati Iin memanjatkan doa agar Linda kembali ke
jalan yang benar. Ada yang meleleh dari kedua matanya yang
berkaca-kaca. la sangat sayang pada gadis cantik - yang
sudah tidak gadis lagi - itu. la ingat bagaimana awal
perjumpaannya dengan Linda di pagi yang cerah di KBRI
Kuala Lumpur. Linda yang berwajah Indo itu memperkenalkan diri sebagai karyawati sebuah kantor
maskapai penerbangan di Kuala Lumpur. Pagi itu Linda ada
sedikit urusan di bagian konsuler. la tidak menanyakan detil
urusan Linda sebenarnya. la sendiri punya urusan yang
membuatnya pusing, gajinya selama lima bulan tidak dibayar
oleh majikan. la hendak melaporkan hal itu ke pihak KBRI.
Dari yang tak lebih dari dua puluh menit itu ia tahu Linda
memiliki cita-cita yang tinggi. Linda bercerita tentang
keinginannya melanjutkan kuliah sampai S3 di negeri tempat
ia dilahirkan, yaitu Belanda.
"Saya harus cari uang dulu. Ibu saya tidak mungkin
membiayai saya kuliah. Ayah saya, saya tidak menge-nalnya
sejak kecil. Ibu hanya cerita ia orang Belanda dan sudah
menikah lagi di sana. Sudah jadi orang penting di Belanda.
Ibu saya tidak meridhai jika saya minta uang sepeser pun
pada ayah saya. Kata ibu saya, saya boleh ke Belanda, tapi
tidak boleh mengemis pada ayah saya, atau keluarga ayah
saya. Ibu saya sangat dendam pada ayah saya, dan
dendamnya itu telah diwariskan pada saya. Saya tidak akan
menceritakan perihal dendam itu. Pokoknya dendam yang
sangat menyakitkan. Intinya ayah saya pernah memperlakukan ibu saya dengan sangat tidak manusiawi di
Belanda. Dan itu saat me-ngandung saya.
"Ya alhamdulillah, berkat peluh dan keringat ibu saya,
akhirnya saya bisa selesai kuliah di Jakarta dan langsung
mendapat pekerjaan. Sekarang saya bisa kerja di Kuala
Lumpur ini dengan gaji yang lumayan. Saya akan menabung.
28 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kalau bisa saya akan lanjut kuliah S2 di sini baru nanti S3 di
Belanda. Jika saya sudah sukses, kaya dan bermartabat, saya
akan ajak ibu saya menemui ayah saya dengan kepala tegak.
Bahkan saya bercita-cita harus kaya hingga saya nanti bisa
punya perusahaan besar di Belanda. Harus lebih kaya dari
Mr. Van Braskamp. "Van Braskamp itulah nama ayah saya. Dia seorang
Belanda. Tapi saya sama sekali tidak kenal budaya Belanda.
Saya sejak umur dua tahun sudah di Sunda. Hidup bersama
kakek dan nenek saya. Ayah saya tidak meninggalkan apa-apa
kepada saya kecuali warna kulitnya yang membuat saya lebih
putih dari ibu saya. Itu saja. Tapi saya akan membuktikan
pada ayah saya itu, suatu saat saya bisa lebih terhormat dari
ayah saya di negeri ayah saya. Itulah cita-cita saya Mbak Iin.
Kalau Mbak Iin punya cita-cita apa" Untuk apa kerja di
Malaysia ini?" Iin masih ingat saat itu ia hanya menggelengkan kepala
lalu menjawab, "Saya tidak punya cita-cita yang tinggi seperti Dik Linda.
Saya hanya ingin dapat uang. Bisa membiayai suami saya
yang sedang sakit dan bisa membiayai dua anak saya yang
masih kecil-kecil yang sekarang diasuh oleh adik saya. Itu
saja. Juga punya tabungan untuk buka warung di kampung.
Itu saja Dik Linda."
Saat itu Linda tersenyum tangannya seraya berdoa, dan mengangkat kedua "Semoga cita-cita Mbak Iin dikabulkan oleh Allah. Amin."
Dalam hati ia ikut mengamini.
Di pertemuan yang singkat itu, ia sempat bertukar
nomor hand phone dengan Linda. Linda yang memberi
nomornya dulu. "Mbak ini nomor hope saya. Siapa tahu Mbak atau teman
Mbak ada yang ingin pulang liburan. Bisa pesan tiketkesaya."
Sejak itulah ia sering berkomunikasi dengan Linda.
Beberapa kali ia bertemu dengan Linda tanpa sengaja di
Menara Kembar Petronas KLCC. Seringkali Linda mentraktirnya makan. Selesai makan biasanya mengajak
29 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
shalat di surau yang ada di sana. Ia melihat Linda begitu
agamis. Dan dalam balutan jilbab muka Indo itu bagai
bidadari surga yang turun ke bumi. Ia sangat takjub pada
keelokan dan kebaikan Linda. Dari rasa takjub itulah rasa
sayangnya pada Linda terbit.
Sejak kenal dengan Linda, ia sering membayangkan
alangkah enaknya bisa kerja seperti Linda. Duduk tenang di
kantor yang ber-AC dengan bayaran yang tinggi. Kerjanya
cuma mengangkat telpon. Lihat layar komputer. Dan nulis
nota. Tidak seperti dirinya yang harus kerja di Warung
Runcit7 dengan majikan yang kasar dan pelit. Itulah yang ia
pikirkan pada waktu itu. Dan ia merasa alangkah
beruntungnya Linda. Cantik, pintar, masih sangat muda, dan
berpenghasilan tinggi. Tapi ia segera menyadari siapakah
dirinya dan siapakah Linda. Dirinya tak lebih hanya lulusan
MTs dengan penampilan sangat biasa, sementara Linda sudah
sarjana dan cantik pula. Pekerjaan kantor sepertinya tidak
boleh dikerjakan oleh orang desa - dengan wajah pas-pasan -
yang hanya lulusan MTs seperti dirinya.
Tapi jika melihat kehidupan Linda saat ini, ia yang hanya
orang desa dan cuma lulusan MTs seperti dirinya merasa lebih
bahagia daripada Linda. Buat apa pandai, sarjana dan cantik
jika hanya menjadi budak nafsu dan setan. Dan hidup dalam
lembah kehinaan. Baginya, sebagai wanita, kehormatan diri dan kesucian
diri adalah harta paling berharga setelah iman kepada Tuhan
Yang Mahakuasa. Entah sudah berapa kali ia berusaha
mengingatkan Linda, baik dengan cara yang paling halus
maupun cara yang sangat terang-terangan. Baik dengan
sindiran maupun ancaman siksa neraka jahanam. Tapi ia
melihat Linda sama sekali tidak ada perubahan. Bahkan
shalat pun sudah ia tinggalkan. Ia sudah jarang melihat wajah
blesteran Sunda Belanda itu berbalut mukena putih. Ia
merasa bidadari surga yang turun ke bumi itu telah hilang.
Jika menghayati apa yang terjadi pada Linda, hatinya
sering miris dan merinding. Betapa berbedanya Linda yang
dulu dengan sekarang. Alangkah mudahnya ketakwaan itu
sirna dan iman itu hilang lenyap di akhfr zaman seperti
7 Semacam warung kelontong sekarang. Tidak sedikit orang yang dulu dikenal karena
ketakwaannya tiba-tiba dalam waktu tak lama dikenal karena
kedurhakaannya. "Na'udzubillahi min dzalik. Ya Rabbi, jauhkanlah hamba
dari itu semua. Jangan Kaubiarkan iman ini lepas dari hati
hamba sedetik pun." Doanya dalam hati sambil mengusap
airmatanya. 30 24. Pendekar Pengejar Nyawa Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kenapa menangis Mbak Iin?" tanya Sumiyati.
"Tidak apa-apa. Aku hanya kasihan sama Linda. Jauhjauh merantau ke sini, siang malam hanya
untuk menjual kehormatan dan bermaksiat. Kalau tidak mau bertaubat
sungguh kasihan. Rugi di dunia, rugi di akhirat."
"Iya Mbak. Aku masih ingat awal-awal Linda hidup
bersama kita, ia masih shalat dan masih mau membaca Yasin.
Tapi sekarang sepertinya dia tidak memiliki Tuhan."
"Hus. Jangan bilang begitu Sum!" bentak Iin,
"Semoga saja semaksiat-maksiatnya Linda, dia masih
mengakui Allah sebagai Tuhannya," lanjutnya.
"Semoga saja Mbak. Hidup di perantauan seperti kita ini
memang tidak mudah. Keimanan kita benar-benar dipertaruhkan. Mbak tolong doakan saya ya. Itu, si Karan
kawan kerja saya di restoran sering menggoda saya. Saya
takut tergoda Mbak."
"Kau harus kuat Sum. Imanmu harus terus kau-pupuk.
Kita harus sating menguatkan dan meng-ingatkan. Kita harus
sating mengingatkan bahwa perzinahan itu termasuk dosa
besar. Dan sekali orang berzina, orang itu akan sulit lepas
dari belenggu dosa itu. Sangat memungkinkan ia akan
melakukan yang kedua, ketiga dan seterusnya. Dan itulah
yang di-kehendaki setan. Jangan kita biarkan diri kita terperangkap oleh kesempatan melakukan
dosa besar itu. Sebisa mungkin kesempatan itu jangan dibiarkan ada. Aku sendiri
Sum, aku mengakui diriku tidak cantik. Tetapi aku juga
mengalami apa yang kaualami. Banyak yang menggoda. Tapi
aku berusaha untuk kuat dan berusaha menjaga agar jangan
sampai setan menciptakan kesempatan melakukan perbuatan
Pendekar Pengejar Nyawa 4 Sampul Maut Karya Wen Wu Bentrok Rimba Persilatan 1