Pencarian

Hati Seorang Pemburu 3

Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter Bagian 3


sebuah poci dari perapian dan membawanya ke meja. "Kau pasti
masih ingat. Keluarganya pernah melewati Celah Cumberland
bersama kita selama beberapa waktu."
Laura memutar bola matanya. "Oh, ya. Bocah terkutuk itu."
"Kami tidak terkutuk," kata Jamie.
Ia melambai. "Yang benar saja, apa itu penting?" Ia mengambil
tempat di seberang Jamie.
Dia tidak berubah, pikir Jamie. Dia hanya memedulikan dirinya
sendiri. Mencintai hanya dirinya sendiri, Hal itu sangat sesuai dengan
rencanaku. Aku tidak bisa mengambil risiko berada di dekat orang
yang mungkin benar-benar mencintaiku.
Sebuah pintu di ujung seberang ruangan terbuka dan Lucien
Goode melangkah masuk ke ruang makan.
Hidung Jamie bergerak-gerak. Aku pasti mengenali baunya di
mana pun. Dia tampak tua dan khawatir. Pertemuan kami di hutan
pasti sudah menambah usianya. Bagus. Bertambah tualah, Lucien
Goode. Bertambah tua dan lemahlah sebelum waktunya.
"Papa! Lihat siapa yang datang," kata Amanda.
Lucien menatap Jamie. Jamie mengedikkan bahu dan
mengangkat dagunya. "Jamie Fier," kata Amanda.
"Fier?" Mata Lucien menyipit. "Kukira kau sudah mati."
"Tidak, kau hanya berhasil membunuh ibu dan ayahku," jawab
Jamie, tak mampu menahan kemarahan dari suaranya.
"Aku tidak bertanggung jawab atas kematian ayahmu"atau
ibumu, dalam hal ini," jawab Lucien.
Tenanglah, kata Jamie sendiri. Tenang. Hari saat kau bisa
menghamburkan kemarahanmu dan menghancurkannya akan datang.
Tapi bukan sekarang. Simpan saja pembalasanmu. Jadikan semakin
manis. Semanis darah yang mengalir hangat. Darah Lucien Goode.
"Aku minta maaf, Mr. Goode," kata Jamie, memaksa diri untuk
berbicara dengan sopan. "Kau, tentu saja, benar. Aku masih muda.
Lebih mudah bagiku untuk menyalahkan dirimu daripada orang-orang
yang kucintai." "Bagaimana ayahmu meninggal?" tanya Amanda,
pandangannya memancarkan keprihatinan yang tulus.
"Seekor hewan liar merobek tenggorokannya," jawab Jamie.
Laura tersentak dan menutupi mulutnya. "Aku mau muntah.
Apa kita harus mendiskusikan ini sebelum makan malam?"
"Dia ada benarnya," kata Mr. Goode menyetujui. "Kalau kau
tidak keberatan untuk pergi sekarang, anak muda..."
"Aku sudah mengundangnya makan malam bersama kita,
Papa," sela Amanda. ebukulawas.blogspot.com
"Gadis bodoh," sergah ayahnya. "Seharusnya kau
menanyakannya lebih dulu kepadaku." Ia menggeleng. "Tidak apa.
Kami akan membagi makanan kami... sekalipun kau tidak mau
membagi makananmu, kalau tidak salah ingat."
Jadi dia masih ingat, pikir Jamie. Bagus. Dengan begitu
pembalasanku akan menjadi lebih manis.
Amanda menuangkan sesendok besar setup ke mangkuk
masing-masing dan membagikan potongan-potongan roti cokelat.
Dengan diam-diam, Jamie melirik Laura. Laura akan menjadi istri
yang baik, pikirnya. Istri yang tidak akan pernah mencintaiku. Egois
dan selalu memikirkan diri sendiri. Berkemauan keras dan selalu
mengeluh. Sebagai istriku, dia akhirnya akan mengetahui
ketidakbahagiaan sejati. Ketakutan dan penderitaan sejati.
"Katakan apa yang terjadi sesudah kepala rombongan
meninggalkan kalian," kata Amanda.
Kepala rombongan" Ayahmu yang meninggalkanku, pikir
Jamie. Tapi ia menyembunyikan kemarahan dari wajahnya. "Aku
tertangkap suku Shawnee."
Amanda tersentak dan memegang tenggorokannya.
"Mengerikan sekali! Tapi kau berhasil melarikan diri."
Jamie menyantap sesendok setupnya. "Akhirnya. Tapi sebelum
itu aku banyak belajar dari mereka. Aku bisa berjalan dengan diamdiam di dalam hutan"seperti bayangan."
Lucien Goode mendengus. "Tidak ada yang bisa bergerak tanpa
bersuara." "Aku sudah menjadi pakar pemburu." Jamie menyandar ke
kursi. "Itu sebabnya aku kemari."
Ia memasukkan tangan ke dalam saku dan mengeluarkan
posternya. Dengan hati-hati, ia membuka lipatannya. "Aku melihat
ini." Ia menatap Lucien Goode dengan pandangan curiga. "Lima
ratus dolar dalam bentuk emas merupakan uang yang sangat banyak.
Kau pasti sangat kaya, Mr. Goode."
"Kami amat kaya," kata Laura menyombong.
"Laura," kata ayahnya memarahi. "Bukan begitu cara berbicara
wanita terhormat." Laura mengangkat bahu. "Aku yakin dia mengetahuinya, Papa.
Semua orang mengetahui bahwa kita orang terkaya di lembah
"Kami paling beruntung," tambah Amanda dengan nada
merendah. Dan tidak lama lagi kalian akan paling sial, jawab Jamie dalam
hati. Ia mendorong kursinya menjauhi meja. "Aku bisa menemukan
serigalanya," kata Jamie kepada Lucien Goode.
Pria yang lebih tua itu tertawa. "Kau" Aku sudah
mempekerjakan pelacak terbaik di kawasan ini untuk memburu
makhluk itu. Orang-orang yang sudah berburu di dalam hutan itu
selama tiga puluh tahun lebih."
"Mungkin benar," kata Jamie, "tapi menurutku aku bisa
melacaknya." "Aku tidak peduli apa pendapatmu, Nak," kata Lucien.
"Serigala ini"berbeda. Dia mengalahkan orang-orangku. Kami
pernah menangkapnya beberapa malam yang lalu dan dia berhasil
melarikan diri! Dia memandangku lurus di mata seakan-akan
mengenaliku!" Jamie melipat poster dan menyelipkannya kembali ke saku.
"Aku bisa menemukannya. Aku bisa membunuhnya."
"Kau diterima kalau mau menyia-nyiakan waktumu," jawab
Lucien. "Aku memerlukan seseorang yang bisa menunjukkan di mana
serigala itu menyerang. Mungkin putrimu..."
"Baik, baik," gumam Lucien Goode. "Amanda harus melakukan
urusan rumah di pagi hari, tapi Laura bebas. Laura, ajak dia
berkeliling besok. Tunjukkan semua yang harus diketahuinya. Aku
ingin kepala serigala ini tergantung di dindingku. Aku ingin kulitnya
membentang menjadi karpet di depan perapianku agar aku bisa
membersihkan kakiku dengannya."
"Hanya ada satu hal lagi," kata Jamie.
Lucien Goode mengalihkan pandangannya dari Laura kepada
Jamie secepat kilat. "Apa itu?"
"Aku tidak menginginkan uang," kata Jamie menjelaskan.
Lucien Goode mengerutkan kening. "Kau mau melakukannya
tanpa bayaran?" Jamie menggeleng. "Aku menginginkan bayaran, tapi bukan
koin emasmu." "Oh?" Lucien Goode menatapnya, matanya menyipit.
Jamie balas menatapnya. "Aku ingin menikah dengan putrimu."
Lucien Goode tergelak. Ia menampar perutnya yang buncit.
"Kuberitahu, Jamie Fier. Bunuh serigala yang sudah merepotkan
diriku ini dan akan kuberikan apa pun yang kauminta. Sementara itu,
aku tidak terlalu berharap."
Nikmatilah napasmu selagi kau masih bisa, pikir Jamie
memperingatkan Lucien. Lebih cepat dari dugaanmu, kau akan
menghela napasmu yang terakhir.
********** Keesokan paginya Jamie dengan penuh semangat mengetuk
pintu depan rumah Goode. Sehari bersama Laura, pikirnya sambil
tersenyum. Mungkin aku bahkan bisa menciumnya satu atau dua kali.
Sebaiknya kunikmati saja kebersamaanku dengannya.
Pintu terbuka. Amanda melangkah ke serambi sambil membawa
sebuah keranjang piknik. "Halo, Jamie," katanya tergesa-gesa.
"Kukira kita mungkin bisa berpiknik sesudah kutunjukkan sekitar
sini." "Di mana Laura?" tanya Jamie. "Seharusnya dia yang
mengantarku berkeliling."
"Dia sedang menderita pusing yang hebat. Kesehatannya sangat
rapuh. Dia sering pusing dan demam."
Jamie menyipitkan mata. "Sejujurnya," kata Amanda seakan-akan tahu Jamie tidak
mempercayainya. Sambil tertawa ringan, ia melangkah turun dari
serambi. "Ayo, Jamie. Akan kutunjukkan tempat ini."
Jamie melirik ke jendela lantai dua. Tidak lama lagi, Laura, kau
tidak akan bisa menghindariku semudah itu, pikirnya.
Ia berbalik dan mengawasi Amanda mengayunkan keranjang
pikniknya sambil berjalan. Jamie menggeleng saat teringat bagaimana
Amanda dulu mengejar-ngejar dirinya, memberitahu bahwa dia
mencintai dirinya. Dia sudah tumbuh dewasa, pikir Jamie.
Amanda membuatku merasa diterima sewaktu tiba, pikirnya. Ia
memperlakukan diriku seperti teman.
Tapi dia seorang Goode. Dan dia harus mati. Mereka semua
harus mati. Dengan langkah-langkah panjang, ia mengejar Amanda dan
meraih keranjang itu dari tangan Amanda. Ia memandang lahan yang
membentang di hadapan mereka berdua. Kau pasti akan sangat
bahagia di sini, Ibu, pikirnya. Tanah ini seharusnya menjadi milik kita.
Tidak lama lagi akan begitu.
Di kejauhan Jamie melihat ternak-ternak tengah merumput di
dekat hutan. Ia mendengar suara mereka menguak. Mereka bisa
mencium baunya sama seperti ia mencium bau mereka.
"Serigala biasanya menyerang ternak yang ada di dekat hutan,"
kata Amanda kepadanya. "Pepohonan memberikan perlindungan padanya," jawab Jamie.
Amanda tersentak. "Kau benar-benar mengira bisa
menangkapnya, bukan?"
Jamie mengangkat bahu. "Dia kelaparan." Lapar akan
kekuasaan. Lapar akan pembalasan.
Amanda mulai berlari. "Ayo, Jamie! Ada sesuatu yang istimewa
yang ingin kutunjukkan padamu."
Jamie berpura-pura terhambat oleh keranjang piknik itu. Ia
tidak ingin Amanda melihat betapa cepat kemampuan larinya. Ia
mengikuti Amanda masuk ke dalam hutan.
Amanda melesat di sela-sela pepohonan.
Keluar-masuk ke bayang-bayang. Sewaktu Jamie tidak lagi bisa
melihatnya, ia menghela napas dalam-dalam dan mencium bau tubuh
Amanda. Dan mengejarnya. Setiap kali dirinya berubah kembali, ada
sebagian kemampuan serigala yang tetap bertahan.
Tidak lama kemudian Jamie telah mendengar suara gemuruh
air. Hutan menghilang digantikan tebing. Tepat di baliknya, Jamie
melihat air terjun yang menggemuruh.
Amanda duduk di tanah dan memberi isyarat memanggilnya.
Jamie meletakkan keranjangnya dan berjongkok di samping Amanda.
"Cantik, bukan?" tanya Amanda. "Terkadang kau bisa melihat
pelangi di sana." Ia meraih ke dalam keranjang dan mengulurkan kaki
ayam kepada Jamie. Jamie menggigit daging itu. Amanda memasaknya agak terlalu
matang untuk seleranya yang telah berubah.
"Apa kau pernah memikirkan diriku selama bertahun-tahun
ini?" tanya Amanda. "Ya," jawab Jamie jujur. "Aku memikirkan kau, Laura, dan
ayahmu." Aku memimpikan pembalasan yang akan kulakukan pada
kalian, tambahnya dalam hati.
"Aku memikirkan dirimu setiap hari. Aku meminta Papa untuk
kembali menjemputmu." Amanda mendesah kelelahan. "Tapi dia tidak
bersedia." Ia memegang tangan Jamie. "Aku selalu tahu bahwa suatu hari
nanti kau akan menjadi milikku. Aku tidak pernah berhenti
mencintaimu." Bab 23 JAMIE membeku. Dia tidak mungkin mencintaiku! Tidak bisa.
Tidak boleh ada yang mencintaiku. Tidak sekarang. Selamanya juga
tidak! "Aku sudah tidak sabar untuk menikah denganmu," kata
Amanda. "Aku tahu kau akan menemukan serigala itu, Jamie.
Kuharap dalam waktu dekat."
Amanda mengira aku ingin menikah dengannya"bukan dengan
Laura. Jamie teringat Amanda pernah memintanya menikahi dirinya
agar tidak ditinggalkan di jalan. Ia ingat Amanda selalu meraih
tangannya, mengatakan bahwa dia jatuh cinta padanya.
Tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Amanda masih anakanak waktu itu. Dia tidak mungkin benar-benar mencintaiku. Atau
mungkin" Tenggorokan Jamie tercekat. Aku tidak bisa membiarkan dia
mencintaiku. Terlalu berbahaya. Aku akan menjadi serigala selamalamanya kalau dia melihatku saat aku berubah.
Kalau Amanda tahu bahwa aku berniat menikahi Laura, dia
akan membenciku. Aku akan aman dengan begitu, pikir Jamie.
"Jamie, ada apa?" tanya Amanda.
Jamie menelan ludah dengan susah payah. Ya, aku harus
membuat Amanda membenciku. Aku akan mendorong kebenciannya.
Membimbingnya. Akan kubiarkan dia menganggap dirinya yang ingin
kunikahi sampai kuantarkan serigalanya untuk Lucien. Sesudah itu
aku akan memilih Laura"dan mematahkan hati Amanda.
Pembalasan itu akan sesuai bagi Amanda. Jelas dia akan
membenciku. Dan aku akan aman.
Ia menengadah, menatap lurus ke mata Amanda. "Aku sudah
melupakan betapa cantiknya dirimu," katanya.
Amanda memerah. "Oh, Jamie," bisiknya. "Aku sudah
menunggu lama sekali agar kau mau mengatakan hal seperti itu.
Memperhatikanku. Benar-benar memperhatikan diriku."
Jamie mencondongkan tubuh mendekatinya. Dekat. Semakin
dekat. Ia mencium Amanda. Dengan penuh semangat Amanda
membalas ciumannya. Jamie menarik diri. Ia mulai merasa tidak enak mengenai
tindakannya terhadap Amanda. Dia seorang Goode, katanya
mengingatkan diri sendiri sekali lagi. Dia musuhmu. Dan dia
berbahaya bagimu. Amanda bangkit berdiri. "Berdirilah di tepi bersamaku." Ia
melangkah ke tepi tebing.
Betapa mudahnya untuk menyelinap diam-diam di
belakangnya"dan mendorongnya. Jeritan Amanda akan menggema
di air terjun. Seharusnya kudorong dia, pikir Jamie liar, masih merasa
terganggu dengan pernyataan cinta Amanda. Seharusnya kubunuh dia
sekarang dan menyingkirkan ancamannya padaku.
Jamie bangkit berdiri. Ia masih mengenakan mokasin. Sepatu
itu melunakkan langkahnya, menyebabkan gerakannya tidak bersuara.
Ia melangkah mendekati Amanda, dengan ringan, dengan hati-hati.
Dorongan yang kuat. Dorongan yang lembut. Amanda berdiri


Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu dekat dengan tepi jurang sehingga dorongan yang bagaimana
pun akan berhasil. Tapi hal itu tidak akan memuaskannya.
Karena keluarga Amanda, Jamie telah kehilangan kedua
orangtuanya. Karena keluarga Amanda, ia ditinggalkan di
pegunungan. Tidak seorang pun berani membelanya. Bahkan Amanda, yang
mengaku mencintainya. Karena keserakahan keluarga Amanda, Jamie telah tertangkap
suku Shawnee. Karena keluarga Amanda, ia menderita perubahan
setiap bulan purnama dan menjadi seekor serigala.
Rasanya hanya layak bila serigala yang membunuh mereka.
Membantai mereka semua. Amanda berpaling sedikit dan memejamkan mata. "Kau bisa
merasakan kabutnya?" tanyanya.
Air terjunnya menderu-deru. Airnya tercurah melewati tebing
yang tinggi ke sungai di bawahnya.
"Crimson Falls," bisik Amanda khidmat. "Kau tahu kenapa
mereka menamainya begitu?"
"Tidak." Amanda berbalik dan tersenyum. "Aku menyukai ceritanya.
Dulu ada seorang prajurit Indian yang mencintai seorang gadis Indian.
Tapi dia mengira gadis itu tidak mencintainya. Dia begitu
menginginkan cintanya sehingga memberikan jiwanya kepada serigala
saat bulan purnama untuk mendapatkan gadis itu sebagai istrinya."
Jamie merasa kedinginan. Ceritanya terlalu dekat dengan
kebenarannya. Ia tidak ingin mendengarkan sisanya, tapi tidak mampu
menahan diri untuk tidak bertanya, "Apa yang terjadi?"
"Suatu malam, saat bulan purnama, dia keluar dengan diamdiam dari gubuknya dan berubah menjadi serigala. Istrinya mengikuti.
Sewaktu melihat suaminya berubah menjadi serigala, dia patah hati.
Dia menerjunkan diri di sini. Dan tewas."
Ketakutan menyapu Jamie. "Apa yang terjadi dengan prajurit
itu?" "Dia juga melompat ke air terjun ini," kata Amanda. "Menurut
legenda, selama sebulan, air terjun berubah merah. Jadi mereka
menyebut tempat ini Crimson Falls"Air Terjun Merah."
"Cerita bodoh," kata Jamie. Ia berbalik, ingin percaya bahwa itu
hanya cerita"dan bukan kebenaran.
"Kau tahu kenapa dia melompat?" seru Amanda kepadanya.
Jamie berbalik. Amanda tidak lagi tersenyum, dan matanya
yang gelap berkilauan. Amanda maju selangkah mendekatinya.
"Prajurit itu terlambat menyadari bahwa gadis itu benar-benar
mencintainya. Dan menurut legenda, saat gadis itu melihat suaminya,
prajurit itu tahu bahwa dia akan menjadi serigala untuk selamanya."
"Legenda," kata Jamie. Tapi ia tahu legenda berasal dari
kebenaran. Amanda mengulurkan tangan dan meraih gigi yang menjuntai
pada tali kulit di leher Jamie.
"Kalung yang aneh," katanya. "Kata orang prajurit Indian itu
memakai gigi serigala di lehernya."
Jamie menegang. Dari mana Amanda mengetahui tentang
semua ini" pikirnya penasaran. "Ini hadiah dari suku Shawnee. Tidak
ada artinya apa-apa," katanya. "Ceritamu hanya legenda," katanya,
dengan perasaan semakin jengkel.
"Kurasa kau benar," kata Amanda. "Pelayan kami mengetahui
begitu banyak legenda Indian, dan dia bisa menceritakan semuanya
dengan baik. Dia hampir-hampir membuatku mempercayai
semuanya." Jamie mengerutkan kening. "Pelayan apa?"
Amanda meraih tangannya, dan mulai melangkah. "Kau tidak
ingat" Aku sudah memberitahumu bahwa kami pernah memiliki
pelayan keturunan Indian."
Jamie sekarang teringat. Teringat pada celoteh Amanda tentang
Indian dan pelayannya. "Katanya serigala memiliki indra yang lebih tajam," lanjut
Amanda. "Serigala bisa melihat dalam kegelapan. Dia mengetahui
begitu banyak tentang serigala hingga terkadang aku membayangkan
dia sebenarnya seekor serigala."
Jamie berhenti dengan tiba-tiba dan menyentakkan tangannya
dari genggaman Amanda. Amanda berbalik menatapnya.
"Apa?" katanya. "Ada apa lagi sekarang?"
"Apa yang terjadi dengan pelayanmu?" tanya Jamie, takut
mendengar jawabannya. "Dia merasa sangat tidak bahagia. Ibunya suku Shawnee, dan
ayahnya pedagang kulit keturunan Prancis. Orang-orang
mencurigainya karena darah Indian-nya, jadi dia kembali kepada suku
Shawnee." Jantung Jamie terasa seakan-akan berubah menjadi sebongkah
es. "Kau pernah bertemu lagi dengannya sesudah pindah ke
Kentucky?" tanyanya.
Amanda menggeleng. "Tidak, tapi aku ingin bertemu
dengannya. Aku pasti bisa mengenalinya. Penampilannya tidak biasa."
"Maksudmu?" tanya Jamie, takut bahwa sebenarnya ia telah
mengetahui jawabannya, tapi merasa harus mendengar Amanda
sendiri mengatakannya. Untuk mengkonfirmasi kecurigaannya.
"Sulit untuk dijabarkan. Dia sekitar sepuluh tahun lebih tua
daripada diriku, tapi tampaknya seperti..." Amanda mengerutkan
kening. "Dia tampak seperti seorang wanita tua, keriput dan bungkuk.
Dengan segaris uban di rambutnya."
Amanda tersenyum cerah. "Karena itu orang Indian
memanggilnya Withering Woman."
Bab 24 WITHERING WOMAN! Jamie merasa darah bagai meninggalkan wajahnya. Apa lagi"
Apakah Withering Woman pernah mengaku bahwa selama bulan
purnama, dirinya sendiri berubah menjadi serigala"
"Jamie! Jamie!"
Jamie mendengar suara Amanda dari kejauhan. Air terjun
menggemuruh dalam kepalanya. Dunia bagai berputar-putar di
sekitarnya. Pegunungan. Pepohonan. Air terjun. Amanda.
Mata cokelat yang lebar, menatap dirinya. Mengawasinya.
Kenapa ia menatap diriku seperti itu" Begitu tajam" Apakah dia
bisa melihat kebenaran tentang diriku"
Apakah dia tahu menjadi apa diriku saat bulan purnama"
Apakah itu sebabnya dia terus-menerus membicarakan tentang
serigala dan prajurit yang berubah menjadi serigala"
Jamie melangkah ke tebing kembali dan menatap ke kejauhan.
Ia takut legenda Crimson Falls bukan legenda sama sekali. Apakah
Withering Woman pernah menerapkan mantranya sebelum dengan
dirinya" Apa ada orang lain yang pernah menukarkan jiwa mereka
untuk mendapatkan cinta"
Apakah Withering Woman semuda yang dikatakan Amanda"
Atau dia setua yang dipercayai Jamie"setua pegunungan dan angin"
"Jamie?" Ia merasakan jemari lembut Amanda merengkuh lengannya.
"Jamie" Ada apa" Kau tampak begitu pucat. Kau tampak sakit,"
katanya, keprihatinan yang tulus terdengar dalam suaranya.
"Siapa yang menceritakan legenda Crimson Falls kepadamu?"
tanya Jamie dengan suara serak.
"Withering Woman. Kalau mendengar ceritanya, tempat ini
seakan-akan indah sekali. Itu sebabnya Papa ingin pindah kemari.
Menurutku tempat ini indah."
"Apa lagi yang diceritakannya padamu?"
Amanda mendesah. "Dia mengajarkan beberapa rahasia
penyembuhan. Hanya beberapa hal. Kenapa?"
Jamie berbalik. Darahnya terasa dingin hingga menusuk tulang.
"Tidak ada apa-apa."
Ia menatap tajam kepada Amanda. Jamie melihat kepolosan.
Amanda hanya mengetahui legendanya, putus Jamie. Bukan
kebenarannya. "Kita harus kembali," katanya kepada Amanda. "Cuaca akan
gelap tidak lama lagi. Aku tidak suka memikirkan apa yang akan
terjadi seandainya serigalanya menemukan dirimu sendirian di luar di
malam hari." ********** "Apa pendapatmu?" tanya Lucien Goode. Ia menjejalkan
tembakau ke dalam pipanya. "Kaupikir bisa membunuh serigala
pencuri ini?" "Ya, Sir," jawab Jamie, penuh percaya diri. "Kurasa dia tinggal
di pegunungan dan hanya turun karena merasa lapar." Lapar akan
pembalasan, pikir Jamie. Jamie telah menikmati makan malamnya, berbagi dengan
keluarga Goode. Ia memaksa diri untuk membalas tatapan hangat
Amanda. Tapi tatapannya sendiri terus kembali ke Laura.
Laura duduk bersama mereka di ruang tamu sekarang, jarum
rajut di pangkuannya. Jemarinya bergerak dengan lambat seakan-akan
ia tidak benar-benar berminat.
Mungkin sebaiknya kutunggu sebelum membunuhmu, Laura,
pikir Jamie. Aku bisa menikmati keberadaanmu di dekatku di malam
hari. Ia mengalihkan pandangannya ke api yang menyala kecil di
perapian. Ia tidak ingin ada yang melihat cibirannya.
Mungkin aku tidak akan membunuhmu sama sekali. Kau bukan
ancaman bagiku. Karena kau tidak mencintaiku, kau bisa melihatku
sebagai serigala"dan sama sekali tidak akan mencelakakan diriku.
Kau bisa menemaniku selama bertahun-tahun.
Hukumanmu adalah diperlakukan dengan kejijikan dingin dan
kekejaman yang sama seperti yang selalu kautunjukkan padaku. Kau
akan mengutuk hari pernikahan kita.
Dan kau akan tetap menjadi istriku"dalam kekuasaanku"
selama-lamanya. Dan bagaimana dengan Amanda" Mungkin aku juga tidak akan
membunuhnya. Hukumannya adalah penolakan dan penderitaan saat
dia mengetahui bahwa aku tidak akan menikah dengannya.
Penderitaan dan kesepian sedalam cinta yang katanya ditujukan
padaku. Sakit hati dan kesedihan seumur hidup akan menjadi
pembalasanku terhadapnya.
Tapi Lucien. Lurien harus mati"tepat seperti kematian ayahku.
Pemikiran itu mengisinya dengan harapan.
"Piring-piring itu lama sekali dicucinya!" seru Amanda sambil
bergegas masuk ke dalam ruangan. Ia mendesah. "Kupikir takkan
pernah selesai." Jamie berpaling dari perapian. Amanda memandangnya dengan
cinta di matanya. Jamie tidak akan merasa aman sebelum ia melihat
pandangan Amanda dipenuhi penderitaan dan kebencian.
Sebentar lagi. Sebentar lagi hal itu akan terjadi.
"Apa kau sudah menunjukkan kepada Jamie tempat kita hampir
menangkap serigalanya?" tanya ayahnya.
"Tidak, Papa. Kurasa tidak perlu. Aku justru menunjukkan
Crimson Falls kepadanya." Ia memandang Jamie dan merendahkan
suaranya. "Dan aku mengetahui rahasianya."
Bab 25 JANTUNG Jamie berdetak begitu kencang sehingga ia bisa
mendengarnya. Mulutnya terasa kering.
Rahasiaku! Amanda mengetahui kebenaran tentang diriku!
Laura mencondongkan tubuh di kursinya. "Aku suka rahasia.
Katakan," desaknya dengan penuh semangat. "Katakan rahasia
Jamie." Tidak, pikir Jamie. Jangan beritahu mereka. Ia merasa sulit
bernapas. Ia ingin melarikan diri. Seperti seekor serigala. Berlari
dengan cekatan menuju keselamatan.
"Ayolah, Nak," kata Lucien. "Katakan."
Amanda menggigit bibir bawahnya dan memandang Jamie. Ia
tersenyum dengan sikap merahasiakan. "Menurutnya legenda itu
bodoh." Jamie mengembuskan napas dan gemetar. Rahasia sejatinya
masih tetap aman. Laura kembali merosot di kursinya. "Kau tidak
memberitahukan cerita bodoh bagaimana Crimson Falls mendapatkan
namanya, bukan?" "Kurasa cerita itu romantis," kata Amanda.
"Apa yang romantis tentang dua orang yang bunuh diri dengan
terjun dari tebing?" tanya Laura. "Dan tentang seseorang yang
berubah menjadi serigala. Siapa yang percaya bahwa kejadiannya
memang ada?" "Aku tidak mengatakan bahwa mempercayai cerita itu," kata
Amanda. "Aku hanya merasa cerita itu menarik."
Jamie mengembuskan napas lega. Ia benar. Amanda tidak
mempercayai legenda itu. Amanda tidak mengetahui kebenarannya.
"Cerita yang menarik, tapi aku setuju dengan Laura. Sama
sekali tidak bisa dipercaya," kata Jamie.
Laura memandang Jamie. "Aku tidak mengira kau dan aku akan
pernah menyetujui sesuatu hal."
Jamie tersenyum kepadanya. "Kau takkan pernah mengetahui
pemikiran orang lain."
Laura kembali merajut. Sesaat kemudian, ia menengadah dan
menggosok matanya. "Kurasa aku membutuhkan kacamata," katanya.
"Jarumnya terus mengabur dan aku tidak bisa melihat apa yang
kulakukan." "Mungkin kau hanya kelelahan," kata Amanda, suaranya
terdengar prihatin. Laura menekankan punggung tangannya ke kening dengan
sikap yang dramatis. "Kurasa kau benar. Aku mau tidur." Ia
meletakkan rajutannya dan bangkit berdiri. Ia terhuyung.
Amanda bergegas mendekat dan menyelipkan lengannya di
bawah ketiak Laura. "Ada apa?" tanyanya.
Laura menggeleng. "Aku hanya merasa pusing. Tolong buatkan
susu hangat." Jamie hampir-hampir tertawa. Laura benar-benar aktris yang
hebat, berpura-pura tidak sehat sehingga diperlakukan seperti seorang
putri. Laura baik-baik saja sebelum Amanda masuk ke dalam
ruangan, pikir Jamie. Dan baik-baik saja selama makan. Sekarang
Amanda melayaninya bagai pelayan.
Well, semua itu akan berubah begitu kita menikah, pikir Jamie.
Tidak lama lagi semuanya akan berubah.
********** Beberapa malam kemudian, Jamie menjelajahi pegunungan
sambil menyandang senapan panjang. Ia telah melihat sarang serigala
di kaki pegunungan. Ia semakin lama semakin membenci cara berburu manusia. Ia
tidak melihat adanya unsur olahraga di sana. Dengan menggunakan
senapan panjang dan membunuh dari tempat persembunyian tidak
memberinya kesempatan untuk menatap mata korbannya. Mencium
bau ketakutannya. Mengadu keberanian dan kekuatan. Pertempuran
sejati demi hidup. Tapi malam ini, ia tidak berani mengambil risiko. Waktunya
tiba untuk melaksanakan langkah terakhir rencananya. Saat
menemukan gua yang kosong itu, ia berjongkok di balik sesemakan


Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan menunggu, senapan panjangnya diarahkan ke lubang di batu.
Menjelang subuh ia mendengar geraman-geraman pelan dan
salakan menggoda. Ia melihat serigala jantan keperakan itu mendekat.
Serigala yang diinginkannya.
Serigala betinanya, yang berwarna cokelat, dan tiga ekor
anaknya mengikuti masuk ke dalam gua. Sebuah keluarga. Sebuah
keluarga yang akan dihancurkan Jamie.
Serigala-serigala itu tiba-tiba berhenti. Serigala peraknya
mengendus-endus udara. Dia mencium bauku, pikir Jamie tersadar. Ia membidikkan
senapannya dan menarik picunya.
Tidak terjadi apa-apa. Serigala itu menggeram dan menerjang ke semak-semak tempat
Jamie bersembunyi. Hewan itu menubruk Jamie hingga jatuh ke
tanah. Jamie menatap gigi-gigi tajam semulut penuh. Air liur menetes
dari rahang terbuka serigala itu kepada dirinya. Jamie merasakan berat
tubuh serigala itu menekan dadanya. Membuat napasnya terempas
keluar. Menjepitnya ke tanah.
Jamie mencengkeram bulu tebal di tenggorokan makhluk buas
itu. Ia mendorongnya sekuat tenaga.
Jamie menjejakkan kakinya ke tanah untuk memperkuat
dorongannya. Dan mereka berdua pun jatuh bergulingan di lereng
bukit. Terus berguling-guling hingga mendarat di dekat kaki bukit.
Serigalanya terpental dari atas tubuh Jamie. Jamie mencabut
pisaunya. Ia bergegas bangkit berdiri.
Serigala itu menyeringai dan berjongkok rendah. Jamie
mengetahui pemikiran serigala itu, mengetahui bagaimana caranya
berpikir seperti seekor serigala. Ia menunggu.
Serigala itu menyalak dan melompat ke udara. Hewan itu
menabrak Jamie dan, sekali lagi, menjatuhkannya ke tanah.
Jamie mendorong kepala serigala itu dengan lengannya. Lalu
menghunjamkan pisaunya ke jantung hewan itu.
Makhluk keperakan itu melolong dan lalu tidak bergerak. Jamie
mendorong hewan yang telah mati itu dari atas dadanya. Ia menatap
serigala itu. "Lucien Goode yang bertanggung jawab atas kematianmu,"
katanya pelan. "Pembalasanku akan menjadi pembalasanmu juga."
Ia mengangkat serigala itu ke punggungnya dan menarik
kakinya melewati bahu. Lalu ia berjalan kembali ke tanah pertanian
Goode membawa kemenangannya"serigala yang telah dilacak dan
dibunuhnya. Kau bukan serigala yang menyerang ternak Lucien Goode, pikir
Jamie mengakui, sambil menyeringai puas. Tidak, serigala itu yang
menangkapmu. Ia terkejut menyadari seberapa sering ia menganggap dirinya
sendiri sebagai serigala. Setiap kali bulan purnama, indranya menjadi
semakin tajam. Ia mendengar suara kumbang-kumbang bergegasgegas menerobos balok kayu yang telah membusuk. Suara bajingbajing tidur mendengkur di pepohonan.
Rumah Goode terlihat. Jamie memindahkan bebannya sehingga
melintang di bahunya yang lebar. Ia menghela napas dalam-dalam,
lalu tersenyum. Ya, ia akan menemui Lucien Goode di rumahnya.
Ia menyeberangi halaman. Dengan hati-hati ia
menyeimbangkan bangkai serigalanya, lalu mengetuk pintu keraskeras.
Lucien muncul. Jamie menjatuhkan bangkai serigala di depan
kakinya. "Aku datang untuk mengklaim hadiahku," katanya.
Mata Lucien membelalak. "Itu serigala yang sudah membantai
ternakku! Aku pasti mengenalinya di mana pun." Ia berjongkok dan
memeriksa hewan itu. "Bagaimana caramu membunuhnya?"
"Dengan pisauku," kata Jamie menjelaskan.
"Dia menyerangku. Aku tidak punya pilihan lain."
Lucien menengadah. Matanya menyipit. "Kau membuatku
terkesan, Jamie Fier. Aku tidak pernah menduganya." Ia bangkit
berdiri. "Ayo ke ruang kerjaku dan kita diskusikan rincian hadiahmu."
Jamie mengikuti Lucien masuk ke dalam rumah.
"Amanda! Laura!" teriak Lucien.
Gadis-gadis itu bergegas meninggalkan dapur.
"Jamie sudah membunuh serigalanya dan sekarang dia
menginginkan hadiahnya. Kalian semua, ke kantorku."
Jamie mengikuti Lucien ke ruang kerjanya. Lucien duduk di
belakang meja kayu besar. Jamie berdiri di depannya, Amanda dan
Laura di sampingnya. Amanda memeluk leher Jamie. "Oh, Jamie, aku senang sekali
akhirnya kau membunuh serigala itu. Kita bisa menikah sekarang.
Bagus sekali, bukan?" katanya.
Jamie meraih pergelangan tangan Amanda dan
menyingkirkannya. "Aku tidak ingin menikah denganmu. Aku ingin
menikah dengan Laura."
Wajah Amanda berubah pucat pasi. Air mata menggenang di
matanya. Jamie melihat apa yang telah diharapkannya. Penderitaan.
Kedukaan. Penolakan. "Kau tidak bersungguh-sungguh," kata Amanda sambil terisak.
Ia memegangi lengan Jamie. "Dia tidak mencintaimu. Dia takkan
pernah mencintaimu seperti aku mencintaimu."
"Tapi aku ingin menikah dengannya." Jamie dengan sikap
dingin mendorong Amanda pergi.
Ia kembali memandang Lucien Goode. "Kau mau merestui
pernikahanku dengan Laura?"
"Oh, my!" jerit Laura. Ia menekankan punggung tangan ke
keningnya. "Kurasa aku mau pingsan." Dengan anggun ia teronggok
di lantai. Lucien bangkit berdiri dari kursinya dan bergegas mendekati
Laura. Sambil mendengus dan mengerang, ia menggendong Laura. Ia
melirik ke belakang kepada Jamie. "Aku sudah terlalu tua untuk ini.
Dia memerlukan suami yang bisa menggendongnya ke kamar setiap
kali jatuh pingsan. Kau kurestui."
Kemenangan menyapu jamie saat mengawasi Lucien
memondong Laura keluar dari ruangan. Aku bisa menciumnya di
udara. Pembalasan sudah dekat, dan begitu manis. Luar biasa manis.
Amanda melangkah maju mendekatinya dan menamparnya.
Pipi Jamie terasa pedas, tapi kemarahan dalam pandangan Amanda
menggembirakannya. "Kau membuatku berpikir ingin menikah denganku," katanya.
"Aku benci padamu, Jamie Fier. Aku membencimu dengan segenap
hatiku. Kau akan menyesal karena tidak menikah denganku."
Bab 26 AMANDA membenci dirinya. Jamie menahan senyum
puasnya. Kata-kata Amanda membuatnya lega.
Ia mengawasi Amanda menghambur keluar ruangan, air mata
membanjiri wajah gadis itu. Sebagian kecil dari diri Jamie menyesal
karena harus menyakiti Amanda. Tapi cinta Amanda tidak
memberinya pilihan lain. Kau seharusnya membenci ayahmu juga untuk ini, Amanda,
pikir Jamie. Dia sudah menghancurkan keluargaku. Dan sekarang aku
menghancurkan keluarganya.
******** Keesokan harinya, Jamie dan keluarga Goode berangkat ke
pusat perkampungan untuk upacara pernikahan.
Saat sarapan, Laura mengaku merasa kurang enak badan untuk
perjalanan panjang ke kota. Tapi Jamie berkeras.
Sekali ini, Lucien Goode setuju dengan pendapatnya.
Saat kereta bergulir melintasi pedalaman, Jamie duduk di
belakang bersama Amanda. Lucien Goode dan Laura duduk di depan.
Jamie melirik dan mendapati Amanda tengah memelototinya,
lengannya terlipat di dada. Amanda terus memandangnya seperti itu
sepanjang pagi. Kemarahan Amanda membuat Jamie heran bercampur gembira.
Amanda tidak mengatakan sepatah kata pun padanya sejak semalam.
Laura tidak henti-hentinya mengeluh.
Kepalaku sakit. Aku mau pingsan. Kurasa sebaiknya aku makan di atas.
Jamie tersenyum. Usaha Laura untuk mencegah pernikahan
mereka sia-sia. "Kurasa kau akan senang bermain jadi perawat bagi istrimu
yang penyakitan," kata Amanda pada akhirnya.
"Dia cantik. Ia pasti sangat membahagiakan diriku," jawab
Jamie. "Dia tidak akan memasak untukmu atau mencucikan pakaianmu
atau merawatmu." Amanda membungkuk mendekat, matanya
berkaca-kaca dan tatapannya tajam. "Dia tidak akan merawatmu
seperti aku merawatmu, Jamie."
"Sudah kukatakan sejak dulu, saat kita masih melewati Celah
Cumberland, bahwa aku takkan pernah menikah denganmu," kata
Jamie mengingatkan. "Kau masih membenci kami, bukan?" bisik Amanda serak.
"Kau mencoba untuk menghukumku karena perbuatan Papa padamu."
Jamie memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan
kebencian menggelegak dalam pandangannya. Ya! Aku membencimu.
Juga Laura. Dan ayahmu. Kalau saja kau mengetahuinya"kalau saja kau tahu semua
yang sudah dilakukan ayahmu terhadapku.
Sebentar lagi. Sebentar lagi kau akan mengetahuinya. Sebentar
lagi kalian semua akan mengetahuinya.
"Aku benci padamu!" Amanda meludah.
Aku senang, pikir Jamie. Ia ingin mendengar kata-kata itu
berulang-ulang. Kata-kata yang akan mengamankan dirinya dari
kutukan terakhir serigala.
Kereta bergulir melewati gerbang depan besar benteng yang
berfungsi sebagai ibukota Crimson Falls. Banyak petani, seperti
Lucien Goode, tinggal di luar benteng. Beberapa orang memilih untuk
tinggal dekat benteng, rumah-rumah mereka dibangun pada dinding
benteng. Jamie belum pernah memasuki sebuah benteng. Benteng itu
berbentuk persegi dan sangat luas. Pondok-pondok berjajar di
dindingnya, bagian belakangnya memberi perlindungan tambahan
terhadap serangan Indian.
Atapnya miring hanya ke satu arah"menjauhi dinding
belakang. Sekalipun tampak aneh, Jamie bisa melihat keuntungan
rancangan seperti itu. Orang bisa berbaring di atas atap dan mendapat
perlindungan dari musuh. Ada pondok-pondok balok kayu tambahan yang berdiri di
tengah-tengah benteng. Bengkel senapan. Penjara. Ruang pertemuan.
Lucien menghentikan kereta di depan ruang pertemuan. Jamie
melompat turun dari bagian belakang kereta. Ia membantu Laura
turun. Begitu kakinya menyentuh tanah, Laura merosot ke tubuh
Jamie, menekankan pipinya ke bahu Jamie. "Oh, Jamie, apakah kita
harus melakukannya sekarang" Aku merasa pusing sekali. Begitu
lemah. Aku hampir-hampir tidak bisa berdiri."
Jamie menangkup dagu Laura dan menengadahkannya. Ia
terkejut melihat wajah Laura sangat pucat. Keringat membasahi alis
mata dan bagian atas bibirnya.
"Kau hanya gugup, Laura," kata Jamie tegas. "Kau akan merasa
lebih baik begitu kita menikah."
Laura menggeleng kepalanya sedikit. "Kurasa aku justru
menjadi lebih buruk."
Jamie meraih lengannya dan membimbingnya masuk ke ruang
pertemuan tempat pendeta telah menunggu. Ia memeluk Laura di
sampingnya, mendukungnya sementara pendeta melaksanakan
upacaranya. Jamie bisa merasakan Laura agak gemetar. Dia benar-benar
berbakat, pikir Jamie. Dia pasti sangat sukses di panggung.
Seharusnya dia memburu karier sebagai aktris.
Pendeta berdeham. "Apakah ada yang mengetahui alasan
kenapa kedua orang ini seharusnya tidak menikah?"
Jamie memandang ke balik kepala Laura dan menatap Amanda.
Ia bisa melihat dagu Amanda mulai gemetar. Bibir Amanda merekah.
Lalu tatapannya bertemu dengan pandangan Jamie. Amanda
mengatupkan mulutnya rapat-rapat.
"Baiklah," kata pendeta. "Apakah kau, Laura Goode, bersedia
untuk menerima Jamie Fier sebagai suamimu?"
"Ya," bisik Laura.
"Dan kau, Jamie Fier, bersediakah menerima Laura Goode
menjadi istrimu?" "Ya," katanya. "Kalau begitu kunyatakan kalian sebagai suami-istri."
Laura jatuh pingsan. Jamie berjongkok di samping Laura dan menepuk-nepuk
pipinya. "Laura" Laura, bangun."
Kelopak mata Laura bergetar. Ia mendesah. "Aku merasa tidak
enak badan." Amanda berlutut di sampingnya dan meraih tangannya. "Ini
karena semangatmu menjadi pengantin," kata Amanda kepada
kakaknya. "Aku tidak merasa bersemangat," kata Laura. "Aku merasa
kelelahan." Amanda memelototi Jamie seakan-akan hendak mengatakan,
"Sudah kukatakan."
Jamie menyelipkan lengannya di bawah ketiak Laura dan
mengangkatnya dari lantai. Lucien mengusap keningnya.
"Dia selalu pingsan. Senang rasanya sekarang ada kau yang bisa
menggendongnya." Jamie membawa Laura keluar ke kereta dan meletakkannya di
bagian belakang. Mereka memulai perjalanan panjang ke rumah
pertanian Goode. Pada saat kereta tiba di depan rumah, cuaca telah gelap. Jamie
melompat turun dari bagian belakang kereta. "Ayo, Laura," katanya
dengan tidak sabar. Ia menarik lengan Laura dengan kasar.
Tidak lama lagi Laura akan belajar bahwa tidak ada gunanya
berpura-pura sakit. "Oh, Jamie," gumam Laura. "Aku rasanya sakit."
"Baik, kalau begitu," kata Jamie. Ia menarik Laura ke arahnya.
Lalu mengangkatnya. Kepala Laura menggantung-gantung dari bahu
Jamie. "Amanda," seru Laura dengan lemah. "Amanda?"
Amanda turun dari kereta dan memegang tangan kakaknya.
"Ada apa, Laura?"
"Aku merasa pusing sekali. Bisa tolong buatkan susu hangat
dan antarkan ke kamar tidurku" Tidurku selalu jauh lebih nyenyak
sesudah meminum susu hangatmu."
"Tentu saja," kata Amanda. Ia berlalu tanpa memandang Jamie.
Jamie tadinya menduga Amanda akan mengungkapkan
protesnya dalam upacara pernikahan. Ia penasaran kenapa Amanda
tidak melakukannya. Mungkin Amanda memutuskan bahwa menjadi
suami Laura sudah merupakan hukuman, pikir Jamie.
Jamie masuk ke dalam rumah sambil menggendong tubuh
Laura yang lemas. Laura terasa semakin lama semakin berat saat
Jamie menaiki tangga.

Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kamar tidur terakhir di sebelah kanan," kata Laura dengan
suara pelan. Jamie melangkah menyusuri lorong dan memasuki kamar tidur
Laura"kamar tidur mereka.
Kau istriku sekarang, Laura. Tapi sangat sedikit sekali yang
kauketahui tentang pria yang menikahimu. Betapa cocoknya malam
pernikahan kita diberkati dengan bulan purnama.
Jamie membaringkan Laura di ranjang. Papan-papan kayu yang
mendukung kasurnya berderit. Laura menempelkan tangan di
keningnya. "Maafkan aku, Jamie. Maaf aku jatuh pingsan sesudah kita
selesai mengucapkan janji nikah."
Jamie berlutut di samping ranjang dan menepuk-nepuk
tangannya. "Tidak apa-apa, Laura. Kita masih tetap menikah.
Sekarang tidak ada yang bisa mengubahnya."
Laura mulai terengah-engah. Jemarinya menarik-narik kerah
putih gaunnya. "Aku tidak bisa bernapas." Ia tersentak. "Aku
memerlukan udara. Aku harus bernapas. Please... tolong buka
jendelanya." "Tentu saja, Laura." Jamie bangkit berdiri dan melangkah ke
jendela. Ia menarik tirainya ke samping. Ia memandang ke langit
malam. Bulan akan terbit tidak lama lagi.
Ia mendengar suara langkah kaki yang ringan dan berbalik.
Amanda berdiri di ambang pintu yang remang-remang, diterangi lilin
yang dipegangnya. Jamie menatap lurus ke matanya. Dan hanya
melihat dua bulatan hitam. Sulit ditebak. Jamie tidak bisa mengetahui
apa yang dirasakan Amanda, apa yang dipikirkannya.
Amanda memegang segelas susu di tangannya yang masih
bebas. Ia melangkah masuk ke dalam kamar dan meletakkan lilinnya
di meja samping ranjang. Apinya bergoyang-goyang. Dengan
mengabaikan Jamie, ia duduk di ranjang dan menyelipkan tangan di
bawah kepala Laura. Laura mengerang.
"Ayo, Laura, kau harus minum ini," desak Amanda dengan
suara lembut tapi tegas. Jamie mengawasi sementara Laura memegang gelas dengan
kedua tangannya dan mendekatkannya ke bibir.
"Aku mau berbicara dengan ayahmu," kata Jamie. Ia melangkah
menyeberangi ruangan. "Bisa kautemani Laura sebentar?"
Amanda mengangguk dan berpaling. "Akan kulakukan apa pun
untukmu, Jamie. Apa pun. Aku mencintaimu. Aku tahu seharusnya
tidak boleh. Aku tahu bahwa seharusnya membencimu. Tapi aku tidak
bisa. Aku masih mencintaimu."
Bab 27 JAMIE menghentikan langkahnya dan berbalik. "Kau tidak
serius," sergahnya. Ia bisa merasakan denyut nadinya bertambah
cepat. Darah mengalir deras dalam telinganya.
"Aku tahu bahwa sudah mengatakan aku membencimu. Aku
ingin membencimu. Tapi kurasa aku akan selalu mencintaimu, tidak
peduli apa pun yang kaulakukan," kata Amanda mengakui.
"Aku berharap kau dan Laura berbahagia," tambahnya pelan.
Amanda kembali memperhatikan kakaknya.
Jamie melangkah ke lorong. Kakinya terasa lemah.
Amanda mencintaiku! Dengan begini seluruh rencanaku
berubah. Sekarang aku terpaksa membunuhnya. Dia tidak memberiku
pilihan lain. Tapi terlebih dulu aku harus membereskan ayahnya. Jamie
bergegas menuruni tangga dan melangkah masuk ke ruang kerja
Lucien Goode. Lucien duduk di kursi di samping perapian, mengisap
pipa dan membaca koran. Ia menengadah.
"Mmm. Kurasa kau akan tinggal di sini sekarang," katanya
tanpa emosi. "Ya, Sir, kurasa begitu," kata Jamie, dengan napas berat. Ia
melangkah ke jendela. "Apa kau keberatan kalau kubuka tirainya?"
Lucien melambai. "Anggap saja di rumahmu sendiri."
Oh, pasti, pikir Jamie. Aku pasti menganggap diriku di rumah
sendiri. Jamie menarik tirai ke samping, menatap ke malam yang
hitam... dan menunggu. Menunggu bulan purnama cukup tinggi di langit malam. Ia bisa
melihat bahwa angin bertiup semakin kencang, membungkukkan
cabang-cabang pohon. Malam ini pasti bagus, pikirnya, malam yang
bagus untuk membalas dendam.
Ia bisa melihat berkas-berkas cahaya bulan menerobos bayangbayang malam. Ia menengadah dan menunggu.
"Papa?" Jamie berputar balik mendengar suara Amanda. Amanda telah
berdiri di ambang pintu. "Papa, aku ingin berjalan-jalan. Sekarang sesudah serigalanya
terbunuh, pasti aman," katanya.
Lucien menunjuk senapan yang tergantung di atas perapian. "Isi
peluru senapan itu dan bawalah. Sekadar berjaga-jaga."
Amanda melangkah dengan santai menyeberangi ruangan.
Cepat! pikir Jamie. Cepat. Ia melihat bulan purnama, mendaki
semakin mendekati puncaknya. Hampir tiba. Tinggal sesaat lagi....
Ia tidak bisa membiarkan Amanda melihatnya sebagai serigala.
Ia akan hancur kalau hal itu terjadi.
Amanda mengambil senapan dari raknya dan melangkah ke
meja kerja ayahnya. Ia membuka tutup tanduk mesiu dan
memiringkannya ke laras senapan. Bubuk mesiu berhamburan di meja
ayahnya. Ia mendesah. "Aku tak pernah bisa melakukannya dengan
baik." Jamie bergegas menyeberangi ruangan. "Sini. Biar aku yang
mengisinya." Ia meraih tanduknya dan menuangkan bubuk mesiu ke
laras senapan. "Jangan terlalu banyak, Jamie," kata Lucien. "Aku tidak ingin
senapannya meletus di wajahnya."
Jamie meletakkan tanduk mesiu. Ia membungkus bola timahnya
dengan sepotong kain kecil dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Tangannya gemetar. Mulutnya terasa kering.
Tenang, katanya sendiri. Kau masih punya waktu. Mulutnya
mulai terisi air liur. Ia memutar-mutar bola terbungkus kain itu dalam
mulutnya. Ia mengambilnya, dan memasukkannya ke laras senapan,
dan menjejalkannya dengan tongkat penyodok. Lalu ia menambahkan
bubuk mesiu lagi. ebukulawas.blogspot.com
Ia mengulurkan senapan itu ke Amanda. "Selesai."
Amanda memandangnya, pandangannya hangat. "Terima kasih,
Jamie. Laura sudah tidur jadi kukira tidak apa-apa kalau
kutinggalkan." "Sebaiknya kau berjalan-jalan sekarang. Sudah larut," kata
jamie, sangat ingin agar Amanda segera meninggalkan rumah.
"Kau mau ikut?" tanya Amanda.
"Tidak!" Mata Amanda membelalak. Jamie menghela napas untuk
menenangkan diri. "Tidak, aku ingin berbicara dengan ayahmu."
Amanda mencium pipi ayahnya. "Selamat malam, Papa. Aku
mungkin agak lama, jadi tidak perlu menungguku."
Lucien mendengus dan meneruskan membaca koran. Amanda
melangkah keluar dari ruangan. Jamie kembali ke jendela. Ia
menengadah menatap langit malam. Ia tak perlu melihat bulannya
untuk berubah menjadi serigala. Tapi ia ingin mengetahui saat
perubahannya dimulai. Ia melihat bulatan keperakan itu menanjak semakin tinggi.
Awan melintas di depannya. Cahaya bulan menerangi tepi-tepi awan
yang tipis. Ia merasakan tubuhnya tergelitik. Jamie bisa mendengar
napasnya yang serak menggema di sekitarnya. Ia merasakan getaran
pertama tubuhnya. Dan lalu sakit yang hebat"setajam pisau menembus
jantungnya. Malam ini, akhirnya, penderitaan ini layak dijalaninya. Proses
perubahan yang menyakitkan akan memberikan apa yang paling
kuinginkan"pembalasan!
Tubuhnya terlipat dan jatuh berlutut.
Lucien Goode bangkit berdiri dari kursinya. "Ada apa
denganmu" Kau juga sakit?" tanyanya, suaranya terdengar waspada.
Jamie menengadah dan memelototi musuhnya. "Perhatikan
diriku, Lucien Goode," katanya. "Perhatikan dan lihat apa akibat
pengkhianatanmu." "Apa... apa maksudmu?" tanya Lucien.
Jamie menggeram pelan dan memamerkan gigi-giginya. Ia tahu
mata biru-keperakannya bersinar liar. Ia bisa merasakannya. Kekuatan
yang tidak tertundukkan menggila dalam dirinya bagai sungai yang
mengamuk. "Apa yang terjadi padamu?" tanya Lucien Goode. "Apa yang
kaulakukan?" Lucien mundur selangkah. Lalu mundur selangkah lagi. "Apa
yang terjadi?" tanyanya.
Jamie mendengar kepanikan dalam suaranya. Ia mencium bau
keringat pada kulit Lucien.
Sebentar lagi. Tidak akan lama lagi. Ia akan mencicipi darah
Lucien Goode.... Jamie memejamkan mata dan membiarkan sakitnya perubahan
menelannya. Sewaktu siksaan itu berakhir, ia membuka mata dan
memandang Lucien Goode dengan mata seekor serigala.
Lucien Goode mundur hingga menghantam meja. Matanya
melotot. Pipanya jatuh dari tangannya yang terkulai. "Withering
Woman... dia pernah bercerita. Legenda-legenda. Aku tidak tahu
bahwa dia menceritakan kejadian yang sebenarnya! Aku takkan
pernah mempercayainya kalau tidak menyaksikannya dengan mata
kepala sendiri," kata Lucien.
Tatapan Lucien menyambar ke sekeliling ruangan. Jamie
berjongkok dan menyeringai.
Cari senjata, Lucien Goode, tantangnya. Serang aku. Perlama
kematianmu. Ada bau yang menyerbu cuping hidungnya. Asam dan manis
sekaligus. Ketakutan! Aku bisa mencium bau ketakutan.
Perutnya menggemuruh. Mulutnya mulai mengeluarkan air liur.
Jantungnya berdebar-debar. Aku bisa mencium bau ketakutanmu,
Lucien. Aku bisa melihatnya. Aku bisa mendengarnya pada napasmu
yang terengah. Lucien terhuyung-huyung menyeberangi ruangan ke perapian.
Ia meraih sebatang tongkat penyodok dan mengacungkannya ke arah
Jamie. "Seharusnya aku tahu. Kau mengaku ditangkap suku Shawnee.
Sekarang mulai jelas. Kaulah serigalanya! Kau serigala yang
membunuh ternakku. Segala sesuatu lainnya hanya tipuan."
Lucien mengayunkan tongkatnya. Matanya berkilau-kilau.
"Sayang sekali kau tidak mati bersama-sama dengan orangtuamu.
Tapi kau akan mati malam ini!"
Lucien menerjang Jamie. Ujung tongkat itu menggores
moncong Jamie sebelum ia sempat melompat menjauh. Jamie
menjulurkan lidahnya. Darah menetes ke sana. Darahnya.
Ia berjongkok rendah. Lucien berdiri di depan jendela. Ia
menyodok-nyodokkan tongkatnya ke udara.
Pandangan mereka bertemu dan terpaku. Musuh. Musuh
bebuyutan. Jamie kembali menarik lidahnya dan menjilat moncongnya. Ia
mengertakkan rahang, gigi-giginya yang tajam saling beradu. Klak!
Klak! Ia mengangkat punggung dan melipat bahunya. Ia menggeram
dalam. Otot-ototnya yang kuat mengencang. Lalu mengendur.
Ia melompat ke udara. Rahangnya menganga. Tatapannya
terpaku pada tenggorokan Lucien Goode yang pucat.
Lucien melontarkan tongkatnya ke arah Jamie dengan segenap
tenaganya. Jamie melihat tongkat itu melayang di udara. Bagai
sebatang tombak besi yang tajam. Melayang lurus ke jantungnya.
Bab 28 JAMIE berputar di udara. Tongkat penyodok itu menggores sisi
tubuhnya dan jatuh berdentang di lantai.
Cakar depan Jamie menghantam dada Lucien dan
mendorongnya ke belakang, membuatnya terhuyung-huyung. Tubuh
Lucien yang berat menghantam kaca jendela dan menghancurkannya.
Jamie merasakan tubuhnya terbawa menerobos jendela di atas
tubuh Lucien. Kepingan kaca berhamburan ke arah Jamie. Ia
memejamkan mata. Lucien mendarat dengan suara keras. Jamie berdiri di dadanya.
Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Lucien. Ia menarik lidahnya dan
memamerkan taring-taringnya yang panjang dan tajam. Mata Lucien
membelalak. "Tidaaaak!" jerit Lucien. Ia berjuang menyingkirkan Jamie dari
atas tubuhnya. Ia meninju dada Jamie.
Tapi tangan Lucien yang lemah dan gemuk tidak berarti bagi
kekuatan Jamie. Lucien seperti kura-kura yang terlentang"tidak
berdaya. Lucien berhenti melawan. Matanya memancarkan ketakutan.
Tatapannya penuh kesadaran tentang apa yang akan terjadi.
"Tidak!" jeritnya lagi. "Aku tahu kau menyalahkan diriku, tapi
kematian ibumu hanya kecelakaan, Kami tak punya pilihan kecuali
meninggalkan dirimu dan ayahmu. Kami sudah melihat suku
Shawnee. Kami tahu bahwa mereka ada di dekat kami. Kami tidak
bisa menunggu kalian selesai memperbaiki kereta! Dengan begitu
akan membahayakan kami semua."
Kau tahu! Kau tahu bahwa kau menghukum mati kami.
Sekarang, aku yang akan menjatuhkan hukuman bagimu! pikir Jamie
penuh kemenangan. Jamie menggeram pelan. Geraman kemenangan. Kepuasan
total. Lalu ia membenamkan gigi-giginya ke tenggorokan Lucien
yang lunak. Ia menikmati rasanya.
Lucien menjerit melengking. Lalu tercekik saat darah
menggelegak keluar dari mulutnya.
Tubuhnya tersentak-sentak. Lalu tidak bergerak sama sekali.
Tewas. Jamie mengawasi mata musuhnya yang berkaca-kaca. Ia
mengangkat kepalanya dan melolong"panjang dan rendah.
Suara kesepian. Tangis seekor serigala.
Jamie hanya memiliki sedikit waktu untuk menikmati
kemenangannya. Ia memandang ke halaman di belakang rumah.
Bagaimana kalau Amanda mendengar suara pecahnya kaca"
Bagaimana kalau dia mendengar jeritan ayahnya" Bagaimana kalau
dia berlari kemari untuk membantunya"
Hanya perlu satu kali memandang"satu kali memandang untuk
mengunci nasibku. Krak! Jamie mendengar suara ranting patah. Ia tersentak dan menatap
ke dalam kegelapan. Apakah Amanda ada di dekatnya"
Ia harus bersembunyi dari pandangan Amanda. Pandangan yang
dipenuhi cinta. Perlahan-lahan Jamie mundur, satu langkah demi satu langkah.
Ia akan aman di dalam kamar Laura. Dia tidak mencintaiku, pikirnya.
Aku bisa bersembunyi di sana hingga pagi. Lalu akan kutangani


Fear Street - Sagas Ix Hati Seorang Pemburu Heart Of The Hunter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Amanda. Jamie memandang Lucien Goode yang tergeletak dalam
genangan darahnya sendiri satu kali lagi.
Lalu ia melompat melalui jendela yang telah pecah, kembali ke
dalam ruang kerja. Perlahan-lahan, dengan hati-hati, Jamie keluar dari
ruangan dan menuju ke lantai atas. Di puncak tangga, lorong dalam
keadaan gelap. Remang-remang.
Ia berhenti dan mendengarkan. Kesunyian total mengisi rumah,
la bisa mendengar bunyi jengkerik di luar. Bunyi burung hantu. Tapi
di dalam rumah, ia tidak mendengar apa-apa kecuali ketenangan yang
menakutkan. Seakan-akan ada seseorang"atau sesuatu" yang telah
menanti. Kau hanya membayangkannya saja, pikirnya. Amanda sedang
berjalan-jalan di luar. Laura tidur. Lucien Goode tewas.
Jamie melihat cahaya pucat di ujung lorong, menebar dari
kamar tidur Laura. Ia mendekati kamar tidur. Ia menghirup napas
dalam-dalam. Bau darah masih tercium dengan kuat dari bulubulunya, tapi selain itu, ia bisa mencium bau Laura.
Lavender. Tubuh Laura selalu memancarkan bau bunga
lavender. Dan ia bisa mencium bau ketakutan yang masih tersisa.
Apakah Laura mendengar jeritan ayahnya" Apakah dia berada
di dalam, bersembunyi dan ketakutan" Apakah aku harus
membunuhnya juga" Jamie mendekati pintu yang setengah terbuka dengan hati-hati.
Ia mendorongnya dengan hidungnya. Engsel-engselnya yang kering
berderit. Ia membeku. Menunggu. Menunggu.
Ia tidak mendengar apa-apa. Ia mengintip ke dalam. Tatapannya
menelusuri seluruh ruangan.
Ke mana pun Jamie memandang, api lilin melontarkan bayangbayang yang menari-nari. Ia mengalihkan perhatiannya ke ranjang. Ia
melihat lengan Laura terjulur melewati tepi kasur.
Ayahmu sudah mati, Laura. Kau akan mewarisi tanahnya. Kau
akan memberikannya kepadaku. Aku akan memiliki tanah pertanian
yang kaya ini. Tanah pertanian yang diimpikan ayahku untuk keluarga
kami. Jamie menyelinap masuk dan menyeberangi ruangan. Waspada
kalau-kalau terdengar suara, ia mendekati ranjang Laura tanpa
menimbulkan suara. Ia tidak ingin membangunkan Laura. Tapi ia
ingin melihatnya. Jamie mengangkat kaki depannya dan meletakkannya di
ranjang. Ia menunduk memandang Laura dengan mata serigala. Ia
menatap kulit Laura yang pucat. Begitu putih. Tatapannya pindah ke
mulut Laura yang lembut. Bibir Laura agak membuka, berwarna agak
kebiruan yang aneh. Jamie melompat ke ranjang. Laura tidak bergerak. Matanya
tidak membuka. Ia hanya tergeletak di sana. Tidak bergerak.
Jamie menekankan hidungnya ke pipi Laura. Rasanya dingin.
Begitu dingin. Ia memiringkan kepala dan meletakkannya di dada Laura. Ia
tidak mendengar detak jantung. Tidak ada tarikan napas.
Jamie menggeram pelan saat kebenaran menghantamnya.
Laura tidak akan mewarisi tanahnya! Dia tidak akan
memberikan apa-apa kepada Jamie. Dia telah tewas!
Bab 29 BAGAIMANA dia bisa tewas" pikir Jamie penasaran. Apakah
dia benar-benar sakit seperti pengakuannya selama ini"
Ia menyodok pipi Laura yang dingin dengan hidungnya. Ia
membalik wajah Laura sehingga bisa melihat tenggorokannya. Tidak
ada memar. Tidak ada bekas-bekas kemerahan. Laura tampak tidak
tersentuh. Dengan waspada, Jamie memandang sekeliling ruangan. Ia
tidak mendengar suara apa pun. Ia tidak melihat ada yang tidak biasa.
Ia mengendus Laura. Ia mencium bau sesuatu yang pahit di dekat
mulutnya. Jamie melompat turun dari ranjang. Gelasnya ada di lantai,
pecah berantakan. Susunya membentuk genangan putih. Jamie
mengendusnya. Ia bisa mencium bau pahit yang sama.
Racun! Ada yang meracuni Laura.
Amanda! pikir Jamie tersadar. Amanda sudah membunuh
kakaknya sendiri. Kenapa" Karena aku menikah dengannya"
Apakah dia merencanakan untuk membunuhku juga" Apakah
berjalan-jalan hanya alasan agar ada yang mengisikan senapan
untuknya" Aku harus berhati-hati. Aku tidak bisa membiarkannya melihat
diriku. Tidak malam ini. Tidak sementara bulan purnama tengah
bersinar dengan terangnya di langit.
Jamie menyeberangi kamar dan mengintip ke lorong. Lorong
gelap. Sunyi. Di mana Amanda" pikirnya penasaran. Amanda
bersembunyi di mana"
Jamie mendengar lolongan melengking. Amanda! Dia sudah
menemukan ayahnya, pikir Jamie tersadar.
Aku bisa melarikan diri ke hutan sekarang, berlari tanpa dia
sempat melihatku. Besok pagi aku akan kembali. Saat subuh. Dalam
bentuk manusia, dia bukan ancaman bagiku. Aku akan menanganinya
saat itu. Jamie merangkak keluar dari ruangan. Dengan diam-diam, ia
menuruni tangga. Pintu depan tertutup. Ia tidak mungkin bisa
membukanya. Ia tidak bisa melarikan diri melalui jendela yang pecah di kamar
kerja Lucien. Amanda akan melihatnya. Dan Jamie akan menjadi
serigala untuk selama-lamanya.
Jamie berlari ke bagian belakang rumah, ke dapur. Ia akan
menerobos jendela. Apa artinya beberapa luka dan goresan bila
alternatifnya adalah kematian"atau lebih buruk lagi"
Ia terkejut mendapati pintu belakang terbuka. Amanda pasti
lupa menutupnya saat keluar untuk berjalan-jalan, pikirnya.
Tidak lama lagi dia akan mencari bantuan. Aku harus ke hutan
sebelum mereka datang mencariku.
Jamie melesat menyeberangi dapur. Bergegas menerobos pintu
belakang... dan menghantam jeruji besi. Kakinya terkait seutas kawat.
Logam terdengar beradu dengan logam saat sebuah pintu dari jeruji
besi menutup di belakangnya.
Jamie berbalik. Ia melihat empat dinding dari jeruji besi tebal di
sekelilingnya. Ia menengadah. Di atas juga tertutup dengan jeruji besi.
Di bawah kakinya ia melihat lantai yang terbuat dari logam dingin.
Ia berputar dan mondar-mandir di dalam kandang itu. Jarak
yang pendek, hampir-hampir tidak mencukupi untuk panjang
tubuhnya sebagai serigala.
Terjebak! Terjebak dalam kandang, seperti seekor hewan.
Tanpa ada jalan keluar. "Jamie!" seru Amanda.
Ia mendengar suara langkah-langkah kaki Amanda menggema
di lorong. Jamie mendengar suara langkah-langkah itu semakin keras.
Semakin dekat. Jamie mundur. Mundur ke sudut. Ia meringkuk bagai sebuah
bola. Ia merasakan jeruji besi menekan punggungnya.
Ia mendengar suara Amanda memasuki dapur. Menyeberang ke
pintu belakang. Jamie tidak berani bergerak sedikit pun. Ia bahkan tidak
bernapas. Ia melihat cahaya api lilin menerangi ambang pintu.
Ia menengadah. Amanda berdiri tidak bergerak, menatapnya.
Bab 30 SAKIT yang hebat merobek-robek tubuh Jamie. Mencabikcabik dadanya. Menusuk jantungnya.
Jamie meringkuk di lantai. Tubuhnya gemetar, lalu tersentaksentak.
Tidak, pikirnya. Ini tidak mungkin terjadi. Amanda belum
menyentuhku, tapi rasanya seperti dia tengah membunuhku!
Hanya saja Jamie tidak mati.
Sakitnya bertambah hebat. Otot-ototnya menggembung... dan
kembali ke tempatnya. Tulang-belulangnya berderak-derak.
Jamie melolong. Ia bergulingan. Tubuhnya menghantam
dinding-dinding kandang. Tenggorokannya mengencang dan ia bisa merasakan
darahnya"berdenyut-denyut, berdentum-dentum menerobos
pembuluhnya. Dingin. Lalu panas.
Amanda berlutut di depan kandang. "Jamie, aku mencintaimu."
Tidak! jerit Jamie dalam benaknya. Tidak!
"Kucoba untuk membencimu," kata Amanda. "Tapi tidak bisa.
Aku sudah terlalu lama mencintaimu. Benar-benar mencintaimu."
Cinta sejati! Jamie merasakan bentuk tubuhnya berubah permanen.
Mengunci tulang-belulangnya. Membentuk otot-ototnya. Memastikan
bahwa ia akan selalu menjadi...
Serigala! Tubuhnya tersentak untuk yang terakhir kalinya. Lalu tidak
bergerak lagi. Dengan napas terengah-engah, Jamie memelototi
Amanda. Ia menggeram dalam.
"Jangan marah," bisik Amanda. "Aku selalu mencintaimu. Aku
selalu ingin kau menjadi milikku. Aku tahu kau tidak mencintaiku.
Tapi tidak apa-apa. Pada saatnya nanti, kau akan mencintaiku karena
aku akan merawatmu."
Jamie menyeringai. "Aku tahu kaulah serigala itu," kata Amanda kepadanya. "Gigi
yang kaukenakan sebagai kalung yang mengungkapkan rahasiamu.
Gigi itu mirip dengan yang ada dalam legenda, dan aku selalu
mempercayai legenda."
Jamie memamerkan gigi-giginya. Air liur menetes dari
rahangnya. "Kau tidak perlu khawatir. Akan kuurus mayat Papa. Aku
mengerti kenapa kau membunuhnya. Dia menyakiti dirimu dan
keluargamu. Aku takkan membiarkan siapa pun menyakitimu.
Selamanya." Amanda mendesah. "Aku tahu kau mungkin marah mengenai
Laura, dan aku harus memberitahukan segalanya padamu. Aku mulai
meracuninya perlahan-lahan pada malam kau tiba di sini. Sesudah
makan malam. Aku selalu mengawasimu saat bersantap. Kau tidak
bisa mengalihkan pahdanganmu dari Laura. Dan aku cemburu."
Jamie menggeram pelan, suara yang menyebabkan
tenggorokannya terasa bergetar.
"Aku tahu bahwa tindakanku keliru," lanjut Amanda, "tapi
mudah sekali untuk melakukannya. Dia selalu mengaku sakit,
terutama kalau harus bekerja. Jadi tidak ada seorang pun yang
mempercayainya saat dia benar-benar merasa tidak enak badan."
Amanda bergeser mendekati jeruji logam. "Aku begitu bahagia
sewaktu kau menunjukkan tanda-tanda bahwa kau juga mencintaiku.
Tapi sewaktu kau memilih Laura sebagai istrimu, kukira aku akan
mati karena penderitaan yang kautimpakan padaku."
Seharusnya aku membunuhmu di air terjun hari itu, pikir Jamie.
Seharusnya aku membunuhmu saat ada kesempatan.
Kesempatan yang takkan pernah kuperoleh lagi, pikirnya
tersadar. Ia menunduk memandang tenggorokan Amanda dan mengawasi
denyut nadinya. Memompa darah kental ke pembuluh-pembuluhnya.
Tapi ia tidak bisa menjangkau tenggorokan Amanda dari balik jeruji.
Ia tidak bisa menyentuh Amanda. Amanda aman dari dirinya.
"Aku menyesal kau tidak mencintaiku," kata Amanda pelan.
"Aku menyesal kau tidak memberiku pilihan kecuali mengubahmu
menjadi serigala untuk selama-lamanya. Bukan begitu rencanaku
untuk kita berdua agar bisa bersama-sama sepanjang sisa hidup kita,
tapi tidak ada yang bisa mengubahnya. Sekali dilakukan, tidak bisa
dibatalkan." Jamie menggigil mendengar kata-kata yang pernah didengarnya
dulu"kata-kata yang diucapkan Withering Woman.
Sekali dilakukan, tidak bisa dibatalkan.
Ia teringat kata-kata Withering Woman yang lain. Hanya cinta
sejati yang cukup kuat untuk mengubahnya menjadi serigala selamalamanya.
Bagaimana Amanda bisa benar-benar mencintaiku sementara
aku tidak mencintainya" pikir Jamie penasaran.
"Aku tahu kau mungkin marah kepadaku sekarang," kata
Amanda. Ia melangkah ke ambang pintu dan memegang kenop
pintunya. "Tapi aku pernah mengatakan bahwa suatu hari nanti kau
akan menjadi milikku."
Ia masuk ke dapur, menutup pintunya, dan mengintip melalui
sebuah celah kecil. "Dan sekarang kau benar-benar menjadi milikku. Untuk
selama-lamanya." DI BALIK JERUJI BESI SELAMA-LAMANYA. Kata-kata Amanda menyebabkan darahku terasa sedingin es.
Amanda menutup pintunya. Detakannya menggema ke dalam
malam. Aku mulai mondar-mandir.
Mondar-mandir, mondar-mandir. Tanpa ada jalan untuk
melarikan diri. Selamanya menjadi tawanan.
Di balik jeruji besi. Terjebak selamanya dalam tubuh seekor serigala.END
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 7 Pendekar Gila 49 Misteri Dendam Berdarah Piramida Kematian 1
^