Kisah Para Nabiallah 11
Kisah Para Nabiallah Bagian 11
mereka mengutamakan para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru
menampakkan kemarahan dan wajahnya berubah. Beliau berkata: "Janganlah kalian
11 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengutamakan aku atas Yunus bin Mata."
Melalui pernyataan itu, beliau berusaha meletakkan suatu pondasi pemikiran yang harus dilalui
oleh kaum Muslim di mana para nabi memang memiliki derajat tertentu di sisi Allah SWT. Boleh
jadi ada nabi yang lebih afdal atau yang lebih mulia daripada yang lain. Siapakah yang
menetapkan hal itu" Tidak ada seorang pun selain Allah SWT. Ada pun kaum Muslim
hendaklah mereka berhenti pada batas tertentu yang seharusnya mereka berikan berkaitan
dengan sopan santun terhadap para nabi. Selama Allah SWT menyampaikan shalawat kepada
rasul sebagai bentuk penghormatan dan memerintahkan mereka untuk menyampaikan
shalawat kepadanya, dan selama Rasulullah seperti nabi-nabi yang lain, maka hendaklah
mereka juga bershalawat kepada semua nabi tanpa perbedaan, meskipun pada bentuk
shalawat itu sendiri. Sementara itu, bayi yang mungil itu yang lahir di Mekah bergerak setelah tahun gajah.
Kemudian berita tersebar di sana sini dan Sampailah ke telinga kakeknya bahwa cucunya telah
dilahirkan. Abdul Muthalib segera menuju ke tempat itu dan membawa cucunya yang yatim lalu
berkeliling dengannya di Ka'bah sambil memikirkan namanya. Abdul Muthalib tidak merasa
terpukau dengan nama-nama yang mulai beredar di benaknya. Ia tampak bingung menentukan
nama yang paling tepat buat cucunya, bahkan kebingungannya itu berlanjut sampai enam hari,
sehingga sang Nabi disunat. Ketika malam telah menyelimuti kawasan Mekah, datanglah
kepadanya suara yang sama yang dulu pernah dilihatnya dan didengarnya yang
memerintahkannya untuk menggali zamzam. Di tengah-tengah tidurnya, suara itu membisikkan
kepadanya bahwa nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad.
Orang-orang Quraisy bertanya kepada Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan
kepada cucumu?" Abdul Muthalib menjawab sambil mengingat bisikan suara yang didengarnya
saat mimpi, "Muhammad." Nama tersebut sebenamya tidak umum di kalangan orang-orang
Jahilliyah. Mereka bertanya, "Mengapa Abdul Muthalib tidak memakai narna-nama kakekkakeknya
dan nama-nama yang biasa dipakai di kalangan mereka." Abdul Muthalib menjawab:
"Aku ingin Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi."
Kami tidak mengetahui dorongan apa yang mendikte Abdul Muthalib untuk menyatakan kalimat
tersebut. Apakah kalimat itu bersumber dari realitas kebanggaan orang-orang Arab yang
populer atau berasal dari realitas kebanggaan tradisional" Atau, apakah berangkat dari realitas
kegembiraan yang dalam dengan kelahiran si cucu, ataukah kalimat itu bersumber dari suasana
ruhani yang jernih dan bisikan alam gaib" Tentu kami tidak bisa menjawab. Yang dapat kami
ketahui adalah bahwa seseorang tidak akan layak menyandang predikat manusia yang dipuji di
bumi dan dipuji oleh Allah SWT di langit seperti predikat yang disandang oleh Muhammad bin
Abdillah. Nabi Muhammad saw muncul ke alam wujud dalam keadaan yatim. Beliau ditinggalkan oleh
ayahnya saat beliau masih janin di dalam perut ibunya. Allah SWT berfirman:
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS. adh-Dhuha:
6) Allah SWT melindunginya. Orang-orang sufi mengatakan bahwa sebab-sebab kemanusiaan
seperti adanya kakeknya Abdul Muthalib dan bagaimana ia mengasuhnya dan melindunginya
tidak lain hanya bentuk lahiriah yang tidak begitu penting, sedangkan bentuk batiniah yang
sebenarnya adalah kita berada di hadapan manusia yang dilindungi dan diasuh oleh Tuhannya
sejak masih kecil. Allah SWT mendidiknya saat beliau masih kecil, dan mengujinya dengan
keyatiman saat beliau masih janin serta mengujinya dengan kelaparan sejak masih kecil, dan
dewasa dengan kematian si ibu, saat beliau masih kecil dengan keterasingan di tengah-tengah
keramaian, dan dengan terjaga di tengah-tengah tidur serta dengan penderitaan demi
penderitaan. Allah SWT telah menyiapkannya sejak usia dini untuk memikul beban risalah
12 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terakhir. Selanjutnya, ibunya seringkali memeluknya lebih dari sebelumnya. Ia melihat bahwa banyak
dari wanita-wanita yang menyusui tidak berkenan untuk mengasuhnya. Adalah sudah menjadi
tradisi yang berkembang di Mekah di mana keluarga-keluarga yang mulia mengirim anaknya ke
kawasan dusun agar anak tersebut menyerap dan menghirup udara segar serta memperoleh
mainan yang memadai. Dan biasanya wanita-wanita yang menyusui anak-anak lebih tertarik
menyusui anak-anak dari orang-orang kaya. Namun ketika pemimpin manusia seorang yang
fakir, maka wanita-wanita yang biasa menyusui tidak berminat kepadanya.
Marilah kita telusuri bagaimana Halimah binti Abi Duaib menceritakan kisahnya bersama anak
kecil yang disusuinya: "Saat itu terjadi musim tandus dan kami tidak memiliki sesuatu sehingga
aku dan suamiku mengalami kemiskinan yang luar biasa. Lalu kami menetapkan keluar ke
Mekah dan menemani wanita-wanita dari Bani Sa'ad. Kami semua mencari anak-anak yang
masih menvusu agar orang tua mereka dapat membantu kami untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Binatang yang aku tunggangi sangat lemah dan sangat kurus yang itu semua disebabkan oleh
kekurangan makanan. Bahkan kami khawatir kalau-kalau ia berhenti di tengah perjalanan dan
mati. Dan kami tidak tidur semalaman karena melihat kondisi anak kecil yang bersama kami. Ia
menangis karena tidak menemukan makanan yang dapat dimakannya. Ia menangis karena
kelaparan dan tidak mendapat air susu, baik dari air susuku maupun air susu unta yang dibawa
oleh suamiku, sehingga kami tidak dapat memuaskan dahaganya. Di tengah-tengah malam,
aku merasakan keputusasaan. Aku bertanya-tanya bagaimana aku dapat melakukan sesuatu
dalam keadaan yang demikian.
Akhirnya, kami sampai di Mekah. Sementara itu, wanita-wanita yang ingin mencari anak-anak
yang dapat mereka susui telah mendahului kami. Mereka mengambil anak-anak kecil yang
mereka sukai, kecuali satu anak, yaitu Muhammad di mana ayahnya telah meninggal dan ia
berasal dari keluarga yang miskin meskipun sebenarnya kedudukannya sangat mulia di antara
tokoh-tokoh Quraisy. Oleh karena itu, wanita-wanita enggan untuk mengasuhnya. Namun aku
dan suamiku tidak sepaham dengan mereka karena aku tidak peduli dengan keyatiman dan
kcfakirannya. Kemudian aku malu untuk kembali dan tidak mengambil bayi yang dapat aku
susui kemudian. Di samping itu, aku malu jika mendapat cercaan dari wanita-wanita itu. Lalu
aku merasakan adanya kasih sayang yang memenuhi hatiku terhadap anak kecil yang tampan
itu yang akan diganggu oleh udara yang kotor."
Kisah tersebut mengatakan bahwa saat anak-anak kecil mendapatkan wanita-wanita yang
menyusuinya, maka Muhammad bin Abdillah sedang tidur dalam keadaan lapar di ranjangnya
yang kasar, tanpa disusui oleh siapa pun. Suatu hikmah yang tinggi berkehendak agar bayi
yang masih menyusui itu menghadapi dunia dalam keadaan yatim dan dalam keadaan
kelaparan agar ia dapat merasakan penderitaan anak-anak yatim dan orang-orang yang lapar
sebelum ia menyelamatkan mereka.
Halimah mengatakan bahwa ia meyakinkan suaminya bahwa ia merasakan keinginan yang
kuat untuk mengambil anak yatim ini, sehingga suaminya menyetujuinya. Halimah tidak
mengetahui rahasia keinginannya yang samar agar ia kembali untuk mengambil anak yatirn
yang masih menyusu ini. Ia tidak mengetahui bahwa Allah SWT telah menanamkan rasa cinta
kepada anak kecil itu dalam hatinya seperti Allah SWT menanamkan cinta kepada Musa pada
hati isteri Fir'aun. Jika Musa menolak wanita-wanita lain untuk menyusuinya kecuali ibunya
setelah Allah SWT mencegahnya dari susuan wanita-wanita lain agar ibunya merasa bahagia
dan tidak bersedih, maka Muhammad bin Abdillah - seorang anak kecil yang masih menyusu
dan mulia - -justru ditolak oleh wanita-wanita yang menyusui, sedangkan ia sendiri tidak pernah
menolak seseorang pun. Halimah kembali kepadanya dan ia memberitahu bahwa ia akan mengasuhnya. Nabi
13 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Muhammad saw adalah seorang yang mulia. Halimah meletakkan tangannya di dadanya,
sehingga anak kecil itu tertawa. Halimah mencium di antara kedua matanya. la meletakkannya
di kamarnya. Halimah mengetahui bahwa kedua air susunya telah kering, namun tiba-tiba air
susunya memancar dengan keras sebagai bentuk kasih sayang dan tanda kebesaran dari Allah
SWT. Kini Halimah pun dapat menyusuinya. Apakah itu merupakan hikmah yang tinggi di mana
anak kecil tersebut merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit" Ataukah anak kecil itu sudah
dapat mendidik dirinya untuk zuhud dan qanaah sebelum ia mendidik orang-orang dewasa
tentang pengorbanan dan kesatriaan"
Halimah kembali ke gurun Bani Sa'ad dan ia membawa Muhammad bin Abdillah. Belum lama ia
menyaksikan tanahnya yang tandus sehingga tiba-tiba kebaikan dunia terbuka dan mekar di
hadapanya, di mana bumi dipenuhi dengan kehijau-hijauan setelah mengalami masa tandus.
Pohon-pohon berbuah dan buah kurma tampak berseri-seri setelah sebelumnya layu, bahkan
susu-susu binatang pun mulai tampak banyak. Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada
tempat tersebut. Halimah mengetahui bahwa kabaikan ini telah datang bersama kedatangan
anak kecil yang diberkahi, sehingga cintanya kepada anak itu semakin bertambah. Bahkan
suaminya pun menjadi tawanan cinta yang lain kepada Muhammad saw.
Pada suatu hari ia berkata kepada isterinya: "Apakah engkau mengetahui wahai Halimah
bahwa engkau telah mengambil seorang anak yang mulia?" Halimah berkata: "Anak kecil itu
tidak menangis dan tidak berteriak kecuali ketika ia telanjang." Ketika anak kecil itu gelisah di
tengah malam dan tidak tidur, maka Halimah membawanya keluar dari kemah dan ia berhenti
bersamanya di bawah sinar bintang. Saat itu anak itu tampak bergembira ketika menyaksikan
langit. Setelah kedua matanya terpuaskan oleh pandangan ke arah langit, ia pun mulai tidur.
Ketika anak itu mencapai tahun yang kedua, maka ia telah disapih, sehingga ibunya ingin
mengambilnya, tetapi Halimah tidak kuat untuk menahan perpisahan ini. Halimah menjatuhkan
dirinya di hadapan kedua kaki sang ibu dan ia mulai menciuminya dan ia meminta agar
membiarkannya bersama anaknya sehingga anak itu benar-benar kuat dan dapat kembali
menghirup udara segar gurun. Akhirnya, Rasulullah saw tinggal di tempat Bani Sa'ad sampai
lima tahun. Dan pada masa lima tahun ini terjadi peristiwa penting yang terkenal dengan
peristiwa pembelahan dada. Kehendak Ilahi telah menetapkan kepada Ruhul Amin, yaitu Jibril
untuk menemui Muhammad bin Abdillah dan membelah dadanya dengan perintah Ilahi serta
menyuci hatinya dengan rahmat dan mengeringkannya dengan cahaya dan mengeluarkan
bagian dunia darinya. Seperti biasanya Rasulullah saw keluar pada suatu hari bersama saudara susuannya dengan
menunggangi sekawanan domba menuju tempat pengembalaan. Di tengah hari, saudaranya
berlari-lari dalam keadaan takut dan menangis sambil berteriak bahwa Muhammad telah
terbunuh. Muhammad diambil oleh dua orang laki-laki yang memakai baju yang putih lalu kedua
orang itu menelentangkannya dan membelah dadanya.
Mendengar hal itu, Halimah sangat kaget dan terpukul. Ia segera pergi sambil berlari mencari
Muhammad dan diikuti oleh suaminya yang mengikuti petunjuk anak kecil dari saudara
Muhammad. Akhirnya, mereka menemukan Muhammad sedang duduk di atas tanah di mana
wajahnya tampak pucat dan kedua matanya menyala.
Halimah dan suaminya mencium dengan lembut dan mulai menampakkan kasih sayangnya.
Kemudian mereka bertanya, "apa yang terjadi?" Muhammad menjawab: "Ketika aku
memperhatikan domba-domba yang sedang bermain aku dikagetkan dengan kedatangan dua
orang yang memakai pakaian yang putih. Mula-mula aku menyangka bahwa mereka adalah
burung yang besar, namun ternyata aku salah. Mereka adalah dua orang yang tidak aku kenal
yang memakai pakaian warna putih. Salah seorang dari mereka berkata kepada temannya
dengan menunjuk ke arahku, "Apakah ini anaknya?" Yang lain menjawab, "benar." Aku
merasakan ketakutan yang luar biasa. Lalu mereka mengambilku dan menidurkan aku serta
14 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membelah dadaku dan mereka mengambil sesuatu darinya hingga mereka mendapatinya dan
membuangnya jauh-jauh. Setelah itu, mereka bersembunyi laksana bayangan."
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Anas dan juga diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad. Para
mufasir berbeda pendapat tentang simbolisme yang dalam ini. Sebagaian besar ulama
menakwilkan peristiwa tersebut. Pakar-pakar klasik, seperti Qurthubi berpendapat bahwa
peristiwa itu diisyaratkan oleh firman-Nya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu
dadamu". " (QS. Alam Nasyrah: 1)
Sedangkan tokoh-tokoh hadis, seperti Ghazali berpendapat bahwa manusia istimewa seperti
Muhammad saw tidak mungkin terlepas dari bimbingan Ilahi dan tidak mungkin terkena waswas
sekecil apa pun yang biasa menimpa manusia biasa. Jika suatu kejahatan menjadi suatu
gelombang yang memenuhi cakrawala, maka di sana terdapat hati yang segera memungutnya
dan terpengaruh dengannya, namun hati para nabi dengan adanya bimbingan Allah SWT tidak
akan terpanggil dan tidak terkena arus kejahatan tersebut.
Dengan demikian, usaha para nabi terfokus pada peningkatan kemajuan atau ketinggian, bukan
memerangi kerendahan. Diriwayatkan oleh Abdillah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw
bersabda: "Tidak ada seseorang di antara kalian kecuali ia diawasi oleh temannya dari
kalangan jin dan temannya dan dari kalangan malaikat." Para sahabat berkata: "Apakah hal itu
juga berlaku kepadamu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ya, tetapi Allah SWT
membantuku, sehingga ia berserah diri dan tidak memerintahkan kepadaku kecuali dalam
kebaikan." Begitulah sikap orang-orang yang dahulu dan para ahli hadis berkaitan dengan peristiwa
pembelahan dada. Kami kira bahwa kejadian yang luar biasa tersebut berhubungan dengan
persiapan Nabi untuk melalui Isra' dan Mi'raj. Ia merupakan perjalanan di mana Rasulullah saw
akan menebus alam angkasa dan akan mencapai alam langit. Kemudian beliau akan
melampaui alam ini, sehingga sampai di Sidratul Muntaha yang di sana terdapat Janatul
Ma'wah. Pandangan tersebut kembali kepada pendapat kami yang mengatakan bahwa peristiwa
pembelahan dada berulang lebih dari sekali saat Rasul saw mencapai usia lima puluh tahun.
Dan peristiwa pembelahan dada terjadi kedua kalinya pada malam Isra' dan Mi'raj.
Bukhari meriwayatkan dari Malik bin Sh'asha'a bahwa Rasulullah saw menceritakan kepada
mereka peristiwa malam Isra' di mana beliau bersabda: "Ketika aku berada di Hathim - atau
beliau berkata di Hijr - saat aku dalam keadaan antara tidur dan bangun, maka seorang datang
kepadaku lalu ia membelah antara ini dan ini. Yaitu antara kerongkongan dan perutnya. Beliau
melanjutkan: Lalu ia mengeluarkan hatiku dan membawa mangkok dari emas yang penuh
dengan keimanan lalu ia menyuci hatiku. Kemudian diulanginya."
Kami kira bahwa pembelahan dada merupakan bentuk simbolis yang menunjukkan kesucian
Rasul saw dan sebagai bentuk penyiapannya untuk melalui Isra' dan Mi'raj. Itu merupakan
pemberitahuan dari Ilahi bahwa anak ini akan mencapai suatu kedudukan yang belum pernah
dicapai oleh manusia dan tidak akan dicapai manusia sesudahnya. Setelah peritiwa
pembelahan dada, berubahlah kehidupan anak kecil itu di mana sebagian besar waktunya
digunakan untuk merenung dan menyendiri. Dari roman wajahnya tampak keseriusan yang
biasanya menghiasi wajah orang-orang dewasa.
Berlalulah hari demi hari, tahun demi tahun dan Selesailah masa menetapnya bersama Halimah
di dusun Bani Sa'ad. Beliau sangat terpengaruh dan sangat terkesan dengan keadaan di sana.
Diriwayatkan bahwa beliau pemah mengingat masa kecilnya di Bani Sa'ad dan beliau
membanggakannya. Beliau menyebutkan pengorbanan mereka dan sikap mereka yang baik.
Beliau berkata: "Aku termasuk dari Bani Sa'ad, tanpa bermaksud menyombongkan diri. Jika
mereka berhadapan atau menyaksikan salah seorang mereka lapar, maka mereka akan
membagi makanan di antara mereka."
15 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kemudian Muhammad bin Abdillah kembali ke Mekah saat usianya lima tahun. Beliau hidup
beberapa hari bersama ibunya di mana si ibu merasakan kesedihan yang dalam atas kepergian
ayahnya. Sesuai janji untuk mengingat ayahnya yang telah pergi, Aminah menetapkan untuk
mengunjungi kuburannya di Yatsrib. Jarak antara Mekah dan Yatsrib lebih dari lima ratus kilo
meter di gurun yang kering yang jauh dari tanda-tanda kehidupan. Anak itu menempuh
peijalanan yang berat. Setelah perjalanan yang berat ini, Muhammad bin Abdillah tinggal di
tempat paman-paman dari ibunya di Madinah selama satu bulan. Muhammad melihat rumah
yang di situ ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan. Ia berziarah bersama ibunya ke kuburan
yang sederhana yang ayahnya dikuburkan di dalamnya. Mula-mula pikirannya terfokus pada
keadaan yatim sambil ia mulai memperhatikan linangan air mata ibunya yang diam.
Selesailah masa satu bulan keberadaannya di sisi paman-pamannya. Kemudian ibunya
menemaninya untuk kembali ke Mekah. Kedua anak manusia itu sampai di pertengahan jalan.
Muhammad bin Abdillah tidak mengetahui rahasia kepucatan wajah ibunya. Lalu malaikatul
maut turun di suatu tempat yang yang bernama Abwa. Di situlah Aminah binti Wahab telah
bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT.
Sang ibu meninggal dan meninggalkan anak satu-satunya bersama seorang pembantu.
Pembantu itu menampakkan rasa kasihnya terhadap anak kecil yang kehilangan ayahnya saat
masih janin dan kehilangan ibunya saat berusia enam tahun. Muhammad bin Abdillah kini
menjadi sendiri dan ia dalam keadaan menangis. Ia mencapai kematangan setelah ia melewati
kesedihan kehidupan dan kerasnya kehidupan sebagai anak yatim.
Rasulullah saw pernah ditanya setelah masa diutusnya: "Bagaimana pandanganmu?" Beliau
menjawab: "Pengetahuan adalah modalku. Akal adalah dasar agamaku. Cinta adalah
pondasiku. Zikrullah adalah kesenanganku. Dan kesedihan adalah temanku."
Allah SWT telah menyiramkan kepadanya sungai-sungai kesedihan sehingga beliau dapat
memberikan kepada manusia buah dari kegembiraan dan ketulusan.
Anak kecil itu kembali ke Mekah dalam keadaan sedih dan ia tampak terpaku. Lalu Abdul
Muthalib, kakeknya menampakkan cinta yang luar biasa dan penghormatan padanya. Setelah
dua tahun ketika Muhammad bin Abdillah berusia delapan tahun, maka meninggallah salah
satu benteng yang terbaik yang menjaganya, yaitu kakeknya Abdul Muthalib. Kemudian anak
kecil itu kini merenungi kakeknya laksana orang dewasa. Ia tampak tegar seperti layaknya
orang dewasa. Kita tidak mengetahui mengapa terjadi demikian. Mengapa hikmah Allah SWT mencegah Nabi
yang terakhir untuk mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kasih sayang seorang ibu, dan
bimbingan seorang kakek" Apakah Allah SWT ingin memberi Nabi yang terakhir suatu kasih
sayang dan cinta yang semata-mata bersumber dari sisi-Nya" Apakah Allah SWT ingin
mendidiknya dengan kesedihan dan memberinya perasaan-perasaan yang penuh dengan
penderitaan" Apakah Allah SWT ingin membuat hati Rasul-Nya hanya tertuju kepadanya"
Dahulu Allah SWT berkata kepada Musa:
"Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku." (QS. Thaha: 41)
Dahulu Allah SWT memberi kabar gembira kepada Musa di dalam Taurat sebagaimana Isa
memberi kabar gembira di dalam Injil dengan kedatangan seorang Nabi setelahnya yang
bernama Ahmad. Dan Nabi Musa meminta kepada Tuhannya agar memberinya dan memberi
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
umatnya puncak keutamaan, lalu Allah SWT menjawab bahwa Dia telah menetapkan
keutamaan ini kepada Nabi yang terakhir Ahmad dan umatnya.
Allah SWT telah memilih Musa untuk diri-Nya. Meskipun Demikian, Dia tidak mencegahnya
untuk mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan mendidiknya di tengah-tengah keluarganya.
Namun Dia berkehendak untuk menjadikan Nabi yang terakhir tercegah dari mendapatkan
kasih sayang seorang manusia dan cinta seorang manusia, sehingga Nabi tersebut hanya
16 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendapatkan kasih sayang Ilahi dan cinta Ilahi.
Allah SWT berfirman menceritakan tentang keadaan Rasul terakhir:
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapun
terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang
yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu
maha hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). " (QS. ad-Dhuha: 6-11)
Makna ayat tersebut secara harfiah adalah bahwa beliau dalam keadaan yatim lalu Allah SWT
melindunginya; beliau dalam keadaan tersesat lalu Allah SWT memberinya petunjuk; beliau
dalam keadaan fakir lalu Allah SWT memampukannya. Allah SWT melindunginya dengan
mengasuhnya, membimbingnya, dan mencukupinya. Itu adalah derajat keutamaan yang tidak
pernah dicapai oleh seseorang pun di dunia.
Setelah kematian kakeknya, maka pamannya Abu Thalib mengasuhnya. Allah SWT telah
meletakkan kecintaan pada hati pamannya, sehingga pamannya mengutamakan Muhammad
saw daripada anak-anaknya dan memuliakannya serta menghormatinya, bahkan Abu Thalib
mendudukkannya di ranjangnya yang biasa dibentangkannya di hadapan Ka'bah di mana tidak
ada seorang pun yang duduk selainnya.
Muhammad bin Abdillah hidup di jantung gurun Mekah sebagai seorang yang memiliki
kesadaran yang tinggi di antara kaum yang sedang lalai dan kaum yang mabuk-mabukan dan
para penyembah berhala serta para pedagang minuman keras dan para syair dan orang-orang
yang berperang dan tokoh-tokoh kabilah.
Muhammad bin Abdillah seorang yang banyak diam dan ketika usianya semakin dewasa, maka
ia bertambah banyak diam. Beliau tidak berbicara kecuali jika diajak seseorang berbicara;
beliau tidak terlibat dalam permainan hura-hura anak-anak muda; beliau merasakan kesedihan
yang dalam; beliau sering menyendiri dan membuka matanya di hamparan pasir-pasir.
Mulutnya terdiam dan akalnya berpikir. Beliau merenungkan di masa kecilnya bagaimana
kaumnya bersujud terhadap berhala dan terpukau dengannya; bagaimana orang-orang berakal
mau bersujud kepada batu-batu yang tidak memberikan mudharat dan manfaat dan tidak
berbicara serta tidak dapat melakukan apa-apa. Beliau mewarisi dari kekeknya Ibrahim
kebencian yang fitri terhadap dunia berhala dan patung.
Di dalam dirinya terdapat penghinaan yang besar terhadap sembahan-sembahan dari batu ini,
suatu penghinaan yang menjadikannya tidak mau mendekat selama-lamanya terhadap patung
tersebut. Namun hatinya yang besar dipenuhi dengan kesedihan yang lebih hebat dari
kesedihan kakeknya Ibrahim. Beliau sedih karena akal manusia menyembah batu dan emas,
kesombongan serta kekuasaan penguasa; beliau mendengar apa yang dikatakan manusia dan
mengamat-amati urusan kehidupan dan keadaan masyarakat; beliau juga menyaksikan betapa
banyak pertentangan dan perkelahian di antara manusia yang justru disebabkan oleh
masalahmasalah yang sepele, sehingga keheranan beliau semakin bertambah dan sudah barang
tentu kesedihannya pun semakin dalam. Tidakkah manusia mengetahui bahwa mereka akan mati
seperti ayahnya, ibunya, dan kakeknya" Mengapa mereka menimbulkan pertentangan ini,
hingga mereka mendapatkan lebih banyak kejahatan"
Ketika usianya semakin bertambah, maka bertambahlah kezuhudannya dalam hidup, dan
sepak terjangnya terus bersinar memenuhi penjuru Mekah. Beliau tidak sama dengan
seseorang pun dari kalangan pemuda saat itu. Meskipun kami kira bahwa kesedihannya
disebabkan oleh hal-hal yang umum, tetapi beliau tidak mengungkapkan kegelisahan hatinya
pada seseorang pun. Beliau belum bertujuan untuk memperbaiki masyarakat atau
kemanusiaan. Benar bahwa pertanyaan-pertanyaan kritis timbul dalam benaknya dan ingin
17 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
segera menemukan jawaban, tetapi akalnya sendiri tidak dapat menemukan jawaban atau jalan
keluar. Inilah yang dimaksud dengan makna ayat:
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk."
(QS. adh-Dhuha: 7) Yang dimaksud ad-Dhalal (kesesatan) di sini ialah kebingungan akal dalam menafsirkan
kejahatan dan usaha melawannya karena ketiadaan senjata dan kecilnya usia. Semua itu justru
menambah sikap diam anak kecil itu dan menjauhkannya dari dunia yang akan mencemari
akal, sehingga akalnya selamat dari segala noda dan tetap di bawah naungan kejernihannya.
Anak kecil itu tetap jauh dari dosa-dosa yang dilakukan oleh kaumnya yang berupa
kecenderungan untuk menyembah berhala dan cinta kekuasaan dan kebanggaan. Ia selalu
mendekat dan lebih mendekat kepada hakikatnya yang suci; ia mampu mempengaruhi orang
lain dengan jiwanya yang bersih dan rahmatnya atau kasih sayangnya tertuju kepada manusia,
bahkan kepada binatang dan burung. Ketika ia duduk akan makan lalu ada burung merpati
berkeliling di seputar makanannya rnaka ia meninggalkan makanannya untuk burung itu. Pada
saat orang-orang memukul anjing yang mendekat kepada makanan mereka, maka ia justru
mencabut suapan yang ada di mulutnya dan memberikannya pada anjing, kucing, anak-anak
kecil, dan orang-orang fakir. Bahkan seringkali di waktu malam ia tidur dalam keadaan lapar
karena ia memberikan makanannya ke orang lain.
Muhammad saw adalah seorang fakir yang harus bekerja agar dapat makan, maka beliau
bekerja sebagai pengembala kambing, seperti Nabi Daud, Nabi Musa, dan nabi-nabi yang lain
yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian beliau melakukan perjalanan bersama kafilah
pamannya Abu Thalib menuju Syam saat beliau berusia tiga belas tahun. Beliau menyaksikan
keadaan umat-umat yang lain, maka keheranannya semakin bertambah terhadap masa
jahiliyah ini. Ketika beliau menyaksikan orang-orang tersesat, maka kesedihannya semakin
bertambah dan hatinya semakin tersentuh dan pikirannya semakin dalam.
Pada saat perjalanan menuju ke Syam ini terjadi suatu peristiwa terhadap anak kecil itu.
Kemungkinan besar itu justru menambah kebingungannya. Seorang pendeta yang bernama
Buhaira berdiri di jendela rumah yang menjadi tempat peribadatannya di Suria. Tiba-tiba ia
memperhatikan suatu awan putih - tidak seperti biasanya - yang menghiasai langit yang biru.
Saat itu udara sangat terang, sehingga munculnya awan tersebut sangat mengherankan.
Kemudian pandangan Buhaira yang tertuju ke langit, kini tertuju ke bumi di mana ia mendapati
awan itu menyerupai burung yang putih yang menaungi kafilah kecil yang menuju ke arah utara.
Buhaira memperhatikan bahwa awan tersebut mengikuti kafilah.
Jantung Buhaira berdebar dengan keras karena ia mengetahui melalui buku-buku peninggalan
kaum Masehi yang otentik bahwa seorang nabi akan muncul ke dunia setelah Isa. Sifat dan
kabar nabi tersebut diceritakan dalam buku-buku kuno. Buhaira segera meninggalkan
tempatnya, lalu ia segera memerintahkan untuk menyiapkan makanan yang besar. Kemudian ia
mengutus seseorang untuk menemui kafilah tersebut dan mengundang mereka untuk jamuan
makan. Salah seorang mereka berkata dengan nada bercanda kepada Buhaira: "Demi Lata dan
'Uzza, engkau hari ini tampak lain wahai Buhaira. Engkau tidak pernah melakukan demikian
kepada kami, padahal kami telah melewati dan singgah di tempat ini lebih dari sekali. Ada
peristiwa apa gerangan wahai Buhaira?"
Buhaira menjawab: "Hari ini kalian adalah tamu-tamuku." Pertanyaan orang tersebut tidak
dijawab dengan terang-terangan. Ia sengaja menghindarinya dan tidak menyingkapkan rahasia
kemuliaan yang datangnya tiba-tiba ini. Buhaira memberi makan mereka dan mulai
memperhatikan di antara mereka adanya seseorang yang memiliki tanda-tanda yang dibacanya
dalam kitab-kitabnya yang kuno tentang seorang rasul yang ditunggu. Namun ia tidak
menemukannya, hingga ia bertanya kepada mereka: "Wahai kaum Quraisy, apakah ada
seseorang yang tidak hadir bersama jamuanku ini?" Mereka menjawab: "Benar, ada seseorang
18 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang tidak ikut bersama kami. Kami meninggalkannya karena ia masih kecil." Buhaira berkata:
"Sungguh aku telah mengundang kamu semua. Panggilah ia supaya hadir bersama kami dan
memakan makanan ini." Salah seorang lelaki dari kaum Quraisy berkata: "Demi Lata dan 'Uzza,
sungguh tercela bagi kami untuk meninggalkan Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib dari
jamuan yang kami diundang di dalamnya.
Pamannya meminta maaf karena Muhammad masih kecil, kemudian sebagian mereka berdiri
dan menghadirkannya. Belum lama Buhaira memandangi kejernihan dua mata Muhammad,
sehingga ia mengetahui bahwa ia telah mendekati tujuannya. Buhairah terpaku ketika
memandangi Muhammad bin Abdillah sehingga kaum selesai makan dan mereka berpisah.
Muhammad bin Abdillah duduk sendirian. Buhaira menghampirinya dan berkata: "Wahai anak
kecil, demi kedudukan Lata dan 'Uzza, sudikah kiranya engkau memberitahu aku terhadap apa
yang aku tanyakan kepadamu?" Buhaira ingin mengetahui sikap anak ini terhadap berhala
kaumnya. An (http://cerita-silat.mywapblog.com)
1924. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
ak kecil itu menjawab: "Jangan engkau bertanya kepadaku tentang Lata dan
'Uzza. Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada keduanya." Buhaira
berkata: "Dengan izin Allah aku ingin bertanya kepadamu." Anak kecil itu menjawab: "Tanyalah
apa saja yang terlintas di benakmu."
Buhaira bertanya kepada anak kecil itu tentang keluarganya, kedudukannya di tengah-tengah
kaumnya, mimpinya dan pendapat-pendapatnya. Dialog tersebut terjadi jauh dari pantauan
kaum karena mereka tidak akan diam ketika mendengar bahwa Muhammad membenci
berhalaberhala mereka. Kemudian Muhammad menjawab pertanyaan-pertanyaan Buhaira dengan
yakin, hingga membuat Buhaira mantap bahwa ia sekarang duduk bersama seorang Nabi yang
kabar berita gembiranya disampaikan oleh Nabi Isa sebagaimana disampaikan oleh nabi-nabi
dari kaum Israil dari kaum Nabi Musa. Setelah itu, ia bangkit meninggalkan anak kecil itu dan
menuju ke Abu Thalib ia bertanya tentang kedudukan anak kecil itu di sisinya. Abu Thalib
menjawab: "Ia adalah anakku." Buhaira berkata: "Tidak mungkin ayahnya masih hidup." Abu
Thalib berkata: "Benar. Ia anak saudaraku. Ayahnya dan ibunya telah meninggal." Buhaira
berkata: "Engakau benar, kembalilah kamu ke negerimu dan hati-hatilah dari kaum Yahudi."
Abu Thalib bertanya tentang rahasia dari apa yang dikatakan oleh pendeta itu. Pendeta itu
mulai mengetahui bahwa ia telah berbicara lebih dari yang semestinya. Lalu ia berkata: "Ia akan
memiliki kedudukan tertentu." Buhaira tidak menjelaskan lebih dari itu dan ia tidak menentukan
kedudukan yang dimaksud. Lalu berlalulah peristiwa tersebut tanpa terlintas dari benak seseorang atau tanpa menggugah
kesadaran di antara mereka. Kisah tersebut tidak membawa pengaruh berarti bagi kafilah atau
kepada Nabi sendiri. Kafilah menganggap bahwa penghormatan pendeta kepada Muhammad
bin Abdillah dan memberitahunya akan kedudukan yang akan disandangnya adalah sematamata
basa-basi yang biasa diucapkan di atas meja makan ketika para tamu memuji
kedermawanan tuan rumah. Dan sebagai balasannya, orang yang mengundang akan memuji
akhlak para pemuda mereka. Alhasil, peristiwa tersebut tidak membawa pengaruh apa pun,
baik bagi Muhammad maupun bagi sahabat-sahabat yang ikut dalam kafilah, sehingga mereka
tidak mengetahui rahasia perkataan pendeta dan mereka tidak menyebarkan pembicaraan
yang mereka dengar darinya. Peristiwa itu tersembunyi meskipun ia sungguh sangat
membingungkan Muhammad. Apa gerangan yang terjadi antara dirinya dan orang-orang Yahudi, sehingga pendeta perlu
mengingatkan pamannya dari ancaman mereka" Apa kedudukan yang akan diembannya
seperti yang diceritakan oleh pendeta itu" Dan apa hubungan semua ini dengan
kesedihankesedihannya yang dalam serta kebingungannya" Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sedikit demi sedikit berputar di benaknya. Kemudian seperti biasanya kafilah tersebut kembali ke Mekah.
Muhammad kembali menuju keterasingannya. Ia memperhatikan keadaan alam di sekitarnya.
Kemudian ia melihat kembali penderitaannya; ia berusaha untuk mendapatkan kehidupannya;
ia mengabdi kepada manusia dan mengorbankan apa saja demi kemuliaan mereka.
Hari demi hari berlalu. Muhammad saw tampil dengan pakaian ketulusan kasih sayang, dan
amanah serat cinta, sebagaimana pelita dipenuhi oleh cahaya, sehingga kejujurannya terkenal
di tengah-tengah kaumnya. Bahkan kejujuran dan amanatnya tidak bakal diragukan oleh
seseorang pun dari penduduk Mekah. Dan ketika beliau datang dengan membawa risalahnya
dan beliau ditentang mayoritas masyarakatnya, namun tak seorang pun yang berani meragukan
kejujurannya. Mereka hanya menuduh bahwa ia terkena sihir atau kesadarannya telah hilang.
Pada tahun ketiga belas dari masa kenabian, ketika semua kabilah sepakat untuk
1 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membunuhnya dan mengucurkan darahnya di antara para kabilah dan mereka mengepung
rumahnya, maka di saat situasi yang sulit ini beliau menetapkan untuk berhijrah. Tetapi
sebelumnya beliau mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib, anak pamannya untuk tetap tinggal
di rumahnya agar ia dapat mengembalikan amanat yang dititipkan oleh semua musuhnya dan
para sahabatnya. Ini beliau maksudkan agar Ali dapat menyerahkan amanat tersebut di waktu
pagi kepada para pemiliknya. Anda dapat melihat betapa para musuhnya merasa aman
terhadap harta mereka ketika dijaga oleh Muhammad saw.
Hari demi hari berlalu dan tahun demi tahun pun lewat. Sementara itu, kesucian dan kejujuran
Muhammad saw semakin meningkat. Dan di tengah lautan keheningan yang mencekam, ketika
Muhammad bin Abdillah menyebarkan layar perahunya yang putih, maka ia harus menemui
hakikat azali yang bertemu dengan-nya semua nabi dan rasul. Muhammad bin Abdillah
mengetahui bahwa alam yang besar ini mempunyai Tuhan Pengatur dan Pencipta; Tuhan yang
Maha Satu dan yang tiada tuhan selain-Nya.
Muhammad dijauhkan dari suasana kenikmatan dan foya-foya yang biasa dilakukan oleh para
pemuda seusianya. Dan ketika pemuda Mekah berbangga-bangga dengan banyaknya
minuman keras yang mereka minum dan banyaknya bait-bait syair yang mereka katakan
tentang wanita, maka Muhammad bin Abdillah telah menemukan jati dirinya di suatu gua yang
tenang di gunung yang besar. Ia memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam keheningan
gua tersebut. Ia merenung dengan hatinya tentang keadaan alam; ia memikirkan keagungan
rahasia-rahasianya dan rahmat Penciptanya serta kebesaran-Nya.
Pada tahun yang kedua puluh lima, beliau mengenal Ummul Mu'minin, isterinya yang pertama,
yaitu Khadijah binti Khuwailid yang saat itu berusia empat puluh tahun. Khadijah adalah wanita
yang mulia dan mempunyai cukup harta. Ia berdagang dan suaminya telah meninggal. Banyak
orang yang mendekatinya dengan alasan untuk mendapatkan kekayaannya. Khadijah mencari
seseorang laki-laki yang dapat membawa harta dagangannya menuju Syam, lalu Khadijah
mendengar berita yang cukup banyak berkenaan dengan kejujuran dan amanat serta kesucian
Muhammad bin Abdilah. Akhirnya, Khadijah mengutus Muhammad saw untuk membawa
barang dagangannya. Muhammad saw pergi dalam perjalanannya yang kedua ke Syam saat
beliau berusia dua puluh lima tahun. Allah SWT memberkati perjalannya di mana beliau kembali
dengan membawa keuntungan yang berlipat ganda yang diserahkannya kepada Khadijah.
Muhammad saw tidak peduli dengan harta Khadijah dan tidak peduli kepada kecantikannya;
Muhammad saw hanya memandang kemuliaan yang dipegangnya. Kemudian Khadijah
merasakan getaran cinta terhadap Muhammad saw. Dan Akhirnya, ia mengutarakan keinginan
untuk menikah dengannya, hingga Muhammad saw pun setuju.
Paman Muhammad saw, Abu Thalib berdiri dan menyampaikan khotbah pada saat perayaan
perkawinannya: Muhammad saw tidak dapat dibandingkan dengan seorang pun dari kaum
Quraisy karena ia adalah seorang yang mulia, baik dari sisi akal maupun ruhani. Meskipun ia
seorang yang fakir namun harta adalah naungan yang akan hilang dan benda yang bersifat
sementara. Setelah menikah, Muhammad saw justru mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk
merenung dan menyendiri serta beribadah. Kemudian kehidupan yang dijalaninya justru
meningkatkan kemuliaannya, sehingga keutamaannya tersebar di sana sini. Beliau tidak pernah
terlibat dalam pergulatan yang keras untuk memperebutkan materi-materi dunia. Beliau selalu
menggunakan akal sehatnya daripada terlibat dalam kesesatan mereka dan kegelapan berhala
yang menyelimuti banyak orang pada saat itu. Kemudian usianya kini mendekati empat puluh
tahun. Setelah merasakan kesunyian di tengah-tengah masyarakat, beliau lebih memilih untuk
menjauh dari mereka. Beliau mencari-cari hakikat, sehingga Allah SWT membimbingnya untuk
menyendiri di gua Hira. Akhirnya, beliau dapat keluar dari Mekah. Beliau berjalan beberapa mil.
2 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kemudian beliau mulai mendaki dan mendaki. Setiap kali ia mendaki gunung, maka tempat itu
semakin luas. Udara tampak lembut dan tersingkaplah hijab, dan pandangan semakin
terbentang. Kemudian beliau memasuki gua. Keheningan menyelimuti segala sesuatu, namun
hati tetap sadar dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalang-halangi pandangan internal
yang dalam. Dalam suasana kesunyian terkadang lahirlah pemikiran-pemikiran yang cemerlang
yang kemudian menyebarkan sayap-sayapnya dan membumbung, pertama-tama di atas
angkasa gua lalu tersebar menuju ke tempat yang lebih luas. Tidak ada sesuatu pun yang
membatasinya atau mengekang kebebasannya.
Kita tidak mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas pada manusia termulia dan terbesar di
atas bumi itu saat beliau duduk di gua Hira beberapa bulan. Apa yang beliau pikirkan dan apa
gerangan yang beliau risaukan" Mimpi apa yang ada di benaknya dan perasaan-perasaan apa
yang lahir dalam hatinya" Bagaimana keadaan batu-batu yang ada di sisinya" Apakah atomatom
batu yang berputar di sekelilingnya menyahuti tasbihnya yang diam, seperti atom-atom
batu yang bersahut-sahutan bersama Daud saat ia membaca kitabnya Zabur.
Kami tidak mengetahui secara pasti bentuk kelahiran yang terjadi dalam dirinya. Yang kita
ketahui adalah bahwa beliau tidak berpikir tentang kenabian dan beliau tidak berpikir untuk
memberikan petunjuk kepada manusia; beliau tidak melakukan praktek-praktek sufisme karena
beliau sudah menjadi seorang sufi sebelum diutus di tengah-tengah manusia. Kemudian Allah
SWT memilihnya sebagai Nabi lalu beliau meninggalkan uzlahnya dan turun ke medan serta
membawa senjata. Beliau mempertahankan kebenaran, sehingga beliau bertemu dengan
Tuhannya. Mula-mula lahirlah tasawuf dan setelahnya lahirlah jihad di jalan Allah SWT.
Tasawuf bukanlah puncak atau hasil sebagaimana diyakini oleh manusia sekarang, tetapi ia
adalah permulaan jalan yang panjang di mana pada akhirnya yang bersangkutan menggunakan
senjata sebagai bentuk usaha untuk membela manusia dan kehormatannya.
Pada suatu hari beliau duduk di gua Hira dan tiba-tiba beliau dikagetkan dengan kedatangan
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jibril yang berdiri di depan pintu gua. Malaikat tersebut memeluknya erat-erat lalu
memerintahkannya untuk membaca sambil berkata: "Bacalah!" Muhammad bin Abdillah
menjawab: "Aku tidak mampu membaca." Beliau ingin mengatakan bahwa beliau tidak
mengenal bacaan dan tulisan. Kalau begitu, apa yang harus beliau baca" Malaikat kembali
memeluknya dengan kuat sehingga Rasulullah saw menganggap bahwa ia meninggal.
Kemudian malaikat melepasnya dan memerintahkannya untuk membaca. Beliau kembali
menjawab: "Aku tidak bisa membaca." Malaikat yang mulia kembali memeluknya dan kembali
memerintahkan untuk membaca. Dan lagi-lagi Rasulullah saw menjawab dengan gemetar: "Apa
yang aku baca?" Kemudian Jibril membaca permulaan ayat-ayat yang turun kepada beliau:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya." (QS. al-'Alaq: 1-5)
Setelah peristiwa itu, Jibril menghilang secara tiba-tiba sebagaimana ia muncul secara tiba-tiba.
Rasulullah saw merasakan dalam dirinya kejadian yang luar biasa yang pernah dirasakan oleh
Nabi Musa saat beliau mendengar panggilan-panggilan suci di lembah Thuwa. Sebagaimana
Nabi Musa lari ketakutan, maka Muhammad bin Abdillah pun segera menuju ke rumahnya
dalam keadaan ketakutan. Ia turun ke gunung dan kembali ke rumahnya dan kembali ke
isterinya. Tubuhnya yang mulia bergetar denga keras dan beliau merasakan ketakutan dan
kegelisahan. Apakah beliau kali ini berhubungan dengan jin atau alam perdukunan" Apakah beliau telah
mengigau sehingga beliau mendengar suara-suara dan melihat wajah-wajah yang belum
pernah dilihatnya" Rasulullah saw mengkhawatirkan dirinya karena beliau sangat benci kepada
perdukunan. Beliau memasuki rumahnya dengan keadaan gemetar. Beliau berkata kepada
3 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
isterinya: "Selimutilah aku, selimutilah aku!" Kemudian isterinya segera menyelimuti dengan
selimut dari wol dan mengusap keringat yang berada di keningnya. Isterinya dikagetkan dengan
kepucatan wajah beliau yang mulia dan kegemetaran tubuhnya.
Khadijah bertanya kepadanya: "Apa yang sedang terjadi?" Kemudian Muhammad saw
menceritakan secara detail apa yang dialaminya. Kemudian ia berkata: "Sungguh aku khawatir
terhadap diriku." Khadijah mengetahui bahwa ia sekarang berhadapan dengan masalah yang
serius, suatu berita gembira yang ia tidak mengetahui hakikatnya, suatu berita gembira yang
seharusnya tidak dihadapi Muhammad saw dengan kekhawatirkan dan kegelisahan.
Khadijah berkata dengan maksud untuk meredakan ketakutannya: "Tenanglah. Demi Allah,
Allah SWT tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah seorang
yang baik, yang menyambung tali silaturahmi, yang berbicara dengan jujur, dan yang
menghormati tamu." Meskipun kalimat-kalimat tersebut penuh dengan kedamaian dan kesejukan, tetapi kegelisahan
Rasul saw juga belum hilang. Kemudian Khadijah pergi bcrsama beliau ke rumah Waraqah bin
Nofel, yaitu anak dari paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani dan dia mampu
menulis kitab dalam bahasa Ibrani dan ia cukup mengetahui kitab-kitab Taurat dan Injil di mana
matanya telah buta karena masa tua.
Khadijah berkata kepadanya: "Wahai putra pamanku, dengarlah dari anak saudaramu."
Waraqah berkata: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?" Rasulullah saw
menceritakan apa yang dialaminya secara sempurna. Waraqah berkata sambil mengangkat
kepalanya yang tampak keheranan: "Itu adalah Namus (Jibril) yang Allah SWT turunkan kepada
Musa." Sebagai seorang yang mengerti, Waraqah bin Nofel mengetahui bahwa ia berada di
hadapan seorang Nabi yang berita gembiranya disampaikan oleh Taurat dan Injil.
Setelah keheningan sesaat, Waraqah berkata: "Seandainya aku masih hidup ketika kaummu
mengeluarkanmu dan mengusirmu." Rasulullah saw bertanya: "Mengapa aku harus diusir oleh
mereka"'' Waraqah menjawab: "Benar, tidak ada seorang pun yang akan datang seperti dirimu
kecuali engkau akan mengalami penderitaan dan pengusiran. Seandainya aku hadir di saat itu
niscaya aku akan menolongmu."
Demikianlah, akhirnya Islam pun dikembangkan. Kehendak Allah SWT terlaksana dan Allah
SWT telah memilih Nabi yang terakhir di muka bumi dan orang Muslim yang pertama.
Barangkali pembaca akan bertanya: Apa hakikat dari Islam" Apabila Muhammad saw sebagai
Nabi yang terakhir yang diutus oleh Allah SWT di muka bumi dan kita mengetahui bahwa para
nabi semuanya sebagai Muslim, maka bagaimana beliau dapat dikatakan mendahului mereka
dalam keislaman dan menjadi orang Muslim yang pertama"
Islam yang dibawa oleh Muhammad saw tidak berbeda dalam esensinya dengan Islam yang
dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa atau nabi yang lain, tetapi yang berbeda adalah
bentuknya, sedangkan esensinya tetap seperti semula, yakni berdasarkan tauhid. Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw berbeda dalam bentuknya dengan Islam yang dibawa nabinabi
sebelumnya karena sebab yang penting, yakni bahwa Islam ini merupakan ajaran yang
universal dan berisi aspek kemanusiaan yang abadi. Islam tidak terbatas atas orang-orang Arab
tetapi ia berlaku atas semua golongan. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw tidak
terbatas untuk kabilah tertentu atau bangsa tertentu atau bumi tertentu atau lingkungan tertentu
atau zaman tertentu, tetapi ia untuk semua manusia. Atau dengan kata lain, ia merupakan
ajakan untuk membangkitkan akal manusia di mana saja mereka berada tanpa ada batasan
tempat atau waktu. Universalitas ajaran Islam tidak dikenal pada risalah-risalah Ilahi sebelumnya di mana setiap
risalah itu diperuntukkan bagi bangsa tertentu dan zaman tertentu. Oleh karena itu, mukjizatmukjizat
yang mengagumkan yang bersifat temporal seringkali mendukung risalah-risalah yang
dahulu. Ketika Islam datang sebagai bentuk ajakan untuk menghidupkan akal manusia secara
4 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bebas, maka di sana tidak ada alasan untuk membawa mukjizat yang mengagum-kan. Hanya
ada satu kata yang dapat dijadikan pembuka untuk berdakwah dan membuka akal manusia,
yaitu kata "iqra"' (bacalah). Dan hendaklah bacaan ini berdasarkan nama Allah SWT. Dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Coba Anda
renungkan permulaan pertumbuhan dan puncak pencapaian. Di sini tersembunyi mukjizat yang
hakiki jika Anda berusaha mencari mukjizat yang hakiki.
Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Mulia, yang memberikan nikmat penciptaan dan rezeki
serta rahmat dan kelembutan. Dia Maha Mulia yang mengajarkan manusia apa saja yang tidak
diketahuinya. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ajakan untuk membaca. Ia adalah dakwah
yang menunjukkan kedudukan ilmu. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
orang-orangyang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28)
antara hamba-hamba-Nya hanyalah Takut kepada Allah SWT tidak akan muncul kecuali berdasarkan ilmu. Mustahil kebodohan
dengan bentuk apa pun akan melahirkan rasa takut. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam
ilmu adalah hal yang pokok. Ia bukan kemewahan dan bukan hanya perhiasan. Kaum Muslim
telah mengalami masa kemuliaan dan kejayaan dan mereka berhasil menguasai bumi ketika
mereka memahami Islam secara benar, tetapi ketika pemahaman ini jauh dari mereka, maka
mereka kembali dalam keadaan yang paling buruk, bahkan lebih buruk daripada masa jahiliah.
Jadi, ilmu dalam Islam merupakan tujuan yang mulia dan utama dalam penciptaan alam wujud.
Kisah Nabi Adam dan Hawa, sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an adalah bukan sematamata
kisah kesalahan memakan pohon tcrlarang, tetapi ia juga kisah yang memiliki dimensidimensi yang
dalam dan aspek-aspek yang beraneka ragam. Ketika Anda menyclami
kedalamannya, maka Anda akan dapat menemukan simbol-simbol dari makna-makna yang
lebih penting. Dialog internal yang dialami oleh para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam untuk
memakmurkan bumi dan menjadi khalifah di dalamnya serta pengajaran yang diperoleh Nabi
Adam tentang nama-nama semuanya dan bagaimana beliau mengemukakan nama-nama
tersebut kepada para malaikat, serta ketidaktahuan mereka tentang nama-nama itu, kemudian
usaha Nabi Adam untuk memberitahu mereka tentang apa yang diketahuinya serta
pengetahuan para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam dan para keturunannya untuk
memakmurkan bumi, semua ini menjadikan tujuan dari penciptaan manusia adalah pencapaian
ilmu atau ma'rifah secara umum. Pandangan tersebut dikuatkan oleh firman Allah SWT:
"Dan Ahu tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-(Ku)." (QS. adzDzariat: 56)
Lalu bagaimana kita memahaminya saat ini dan bagaimana generasi yang pertama dari kaum
Muslim dan dari sahabat-sahabat Rasul saw dan para pengikutnya dan para tentaranya
memahaminya" Saat ini kita memahaminya dengan pemahamam yang sederhana. Kita
mengetahui bahwa kalimat "untuk menyembah-Ku " berarti ritualitas dalam beribadah dan
aspek-aspek lahiriahnya, seperti mengucapkan kalimat syahadat, salat, puasa, haji, zakat dan
lain-lain. Sehingga orang-orang yang salat diperbolehkan untuk menyembah Allah SWT di
negeri mereka atau di rumah-rumah mereka, meskipun mereka hidup di bawah pemikiran
orang-orang Barat dan membeli produk-produk yang dibuat mereka serta memanfaatkan ilmu
dan kecanggihan tehnologi orang-orang Barat. Namun mereka sendiri tidak menghasilkan apaapa.
5 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka tidak dapat memberikan kontribusi kepada kehidupan; mereka tak ubah-nya
seperti bulu yang dimainkan oleh ombak. Sedangkan pemahaman yang dahulu berkaitan
dengan kalimat tersebut sebagai berikut:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-(Ku). " (QS. adzDzariat:
56) Ibnu Abbas membacanya: "Illa liya'rifuun." (Agar mereka mengetahui). Perhatikanlah
bagaimana pentingnya perbedaan antara praktek-praktek ibadah dengan bentuk-bentuknya dan
kedalamannya yang jauh dalam ma'rifah yang menyebabkan rasa takut kepada Allah SWT.
Orang Muslim yang pertama meyakini bahwa Allah SWT menciptakannya agar ia mengetahui
Allah SWT atau agar ia mengenal Allah SWT. Sehingga ambisi orang Muslim yang pertama
sangat mengagumkan. Mereka pergi untuk membebaskan dunia semuanya: satu tangan
berpegangan dengan Al-Qur'an dan tangan yang lain memegang pedang untuk
menghancurkan belenggu-belenggu yang menyeret manusia kepada kesesatan.
Kemudian jatuhlah dari Islam hakikat ilmu, sehingga umat Islam tidak dapat memimpin
kehidupan dan mereka justru men-dapatkan kehinaan. Allah SWT berfirman:
"Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama yang
diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran: 18)
Setelah kesaksian kepada Allah swt dan kesaksian kepada malaikat, maka disebutlah secara
langsung kesaksian kepada orang-orang yang berilmu. Maka, adakah penghormatan terhadap
ilmu yang lebih besar daripada penghormatan ini" Ilmu dalam Islam berbeda dengan ilmu
dalam peradaban Barat. Memang benar bahwa Islam yang bertanggung jawab terhadap
tumbuhnya pandangan ilmiah dan metode eksperimental di mana berdasarkan metode ini
tegaklah peradaban Barat yang kemudian melahirkan berbagai produksi, pembuatan, dan
penemuan. Dan metode eksperimental adalah metode al-Istiqra, yaitu suatu metode yang
mengikuti bagian-bagian terkecil (parsial) melalui jalan eksperimen yang dapat tunduk terhadap
eksperimen dan melalui jalan memperhatikan hal-hal yang tidak dapat tunduk terhadap suatu
eksperimen, atau melalui jalan matematis murni yang membutuhkan kepada matematis murni di
mana hal itu bertujuan untuk menyingkap hukum-hukum yang menguasai benda. Sistem ini
bidangnya adalah alam dan alatnya adalah panca indera dan akal. Sistem ini dimanfaatkan oleh
seorang Eropa yang bernama Roger Bikun. Ia mengakui bahwa ia sangat berhutang kepada
kaum Muslim dan peradaban Islam.
Seorang guru yang bernama Bruicll dalam bukunya Abna' al-Insaniah menceritakan tentang
dasar-dasar peradaban Barat di mana ia berkata: "Roger Bikun mempclajari bahasa Arab dan
ilmu-ilmu Arab di sekolah Oxford kepada guru-gurunya yang berasal dari Arab di Andalus. Dan
Roger Bikun dan Fenessis Bikun tidak dapat menisbatan keutamaan yang mereka peroleh
dalam menciptakan sistem eksperimental kepada diri mereka sendiri. Roger Bikun hanya
seorang duta dari duta-duta ilmu. Oleh karena itu, ia tidak malu ketika menyatakan bahwa
mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab adalah jalan satu-satunya untuk mengetahui
kebenaran." Demikianlah pernyataan pakar-pakar Barat yang jujur. Yang demikian ini bisa dijadikan
sanggahan terhadap orang-orang Barat yang tidak jujur agar mereka mengetahui bahwa
mereka sebenarnya mengambil senjata yang sebenarnya berasal dari Islam. Dan jika dikatakan
bahwa rahasia kebangkitan Barat saat ini dan keunggulannya atas Timur kembali kepada
pengambilannya terhadap sebab-sebab metode eksperimental, yaitu metode Islam, maka
rahasia kehancuran Barat dan kebingungannya serta kegelisahannya adalah karena mereka
tidak menghubungkan metode tersebut dengan kebesaran Allah SWT sebagaimana
6 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semestinya. Metode eksperimen-tal - sebagaimana diambil orang-orang Barat - dimulai dari
alam dan berakhir kepadanya sebagai sesuatu tujuan. Jadi, ruang lingkup pembahasan mereka
adalah berkisar kepada materi, dan alat-alat pembahasan adalah eksperimen dan pengamatan
serta istiqra. Tiada setelah alam kecuali kematian dan kematian adalah rahasia yang misterius dan
melawannya adalah hal yang mustahil. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi setelah
kematian; kita tidak mengetahui sesuatu pun tentang ruh. Tidak ada hubungan antara ilmu dan
akhlak; tidak ada jawaban dari ilmu tentang tujuan kehidupan ini. Kita hanya mempelajari
aspek-aspek lahiriah dan mencapai hukum-hukumnya saja. Demikianlah pandangan Barat
tentang ilmu di mana ia hanya sekadar alat dan sarana untuk mengatur alam dan berusaha
menguasainya. Sedangkan metode ilmiah dalam Islam menyatakan bahwa gerakan atom
dengan gerakan sistem tata surya di bawah kendali Zat Yang Maha Tahu dan Zat Yang Maha
Pencipta. Ilmu dalam Islam justru membimbing manusia untuk menuju Allah SWT:
"Dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesua-tu). " (QS. an-Najm: 42)
Ilmu justru mengantarkan manusia untuk mencapai rasa takut kepada Allah SWT sebagaimana
membimbingnya beribadah kepadanya dan mencintai-Nya:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang
yang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28)
Islam datang dan mengajak manusia untuk membaca, mengetahui, dan takut kepada Allah
SWT serta hanya beribadah kepadanya. Jika ilmu merupakan sayap pertama di dalam Islam,
maka sayap yang kedua adalah kebebasan. Rasulullah saw memberitahu dan menyatakan
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sembahan selain Allah SWT.
Seruan ini mengisyaratkan keruntuhan tuhan-tuhan yang mengusai bumi semuanya, baik tuhan
yang berupa kepentingan-kepentingan pribadi, kekayaan, raja, penguasa, pemikiran-pemikiran
yang mengusai manusia, warisan para kakek dan nenek, berhala-berhala yang terbuat dari batu
dan kayu, maupun berbagai macam tuhan lain yang bohong. Adalah salah jika seseorang
membayangkan bahwa kalimat "tiada Tuhan selain Allah" hanya sekadar hiasan mulut seorang
Muslim di mana segala sesuatu yang ada di sekitarnya penuh dengan kebohongan dan tidak
membenarkan apa yang dikatakannya. Kalimat tersebut dalam Islam merupakan per-gulatan
besar bersama kegelapan yang ada pada diri manusia, suatu pergulatan yang berakhir pada
penyerahan diri; pergulatan yang akan berpindah pada kehidupan yang lebih berat, sehingga
kehi-dupan akan berserah diri. Dan mustahil pergulatan itu akan terjadi kecuali jika terpenuhi
suatu kebebasan: kebebasan akal untuk meragukan dan menolak dan kebebasan yang
berakhir kepada pencapaian batas-batasnya dan kemampuannya serta kebebasan yang
meninggi untuk mencapai keimanan yang dalam dan kokoh. Itu adalah tanggung jawab yang
berarti bahwa ia harus memikul senjata untuk membebaskan orang lain sebagaimana ia
membebaskan dirinya sendiri. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ilmu yang berdiri di atas
kebebasan dan tanggung jawab yang tumbuh dari kebebasan, dan buah terAkhirnya adalah
tauhid dalam kedalamannya yangjauh.
Jika tauhid dipahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain
Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhawatiran atas rezeki,
manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang.
Muhammad bin Abdillah datang nntuk menyerukan bahwa hanya Allah SWT yang patut
disembah dan bahwa semua manusia adalah hamba-hamba-Nya. Dcngan membebaskan
manusia dari menyembah sesama mereka, maka kebcbasan yang hakiki telah dimulai.
Rasulullah saw memberitahu bahwa kematian adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah
yang lain. Ia bukan akhiran yang misteri dari kehidupan yang tidak dapat dipahami, tetapi ia
hanya sekadar perpindahan. Takut kepada kematian tidak akan menyelamatkan dari kematian
itu sendiri, dan cinta kepada kehidupan tidak akan memanjangkan ajal. Pada setiap ajal ada
7 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ketentuannya. Maka keberanian merupakan unsur dari unsur-unsur pembentukan kepribadian
Islam dan bagian dari bagian-bagian sel yang ada dalam tubuh seorang Muslim.
Rasulullah saw juga menyatakan bahwa rezeki di dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah
SWT: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya. " (QS. Hud: 6)
Jibril mewahyukan kepada Rasul saw bahwa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya sehingga
rezekinya disempurnakan. Jika demikian halnya, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk
khawatir terhadap rasa lapar dan gelisah terhadap hari esok. Semua ini terjadi dalam ruang
lingkup mengambil atau melalui jalanjalan menuju sebab. Yakni berusaha untuk mencapai
rezeki yang merupakan kewajiban bagi orang Muslim dan percaya terhadap kedermawan Allah
SWT yang juga merupakan suatu kewajiban bagi orang Muslim untuk mempercayainya. Allah
SWT berfirman: "Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan
kepadamu. " (QS. adz-Dzariat: 22)
Allah SWT telah menjamin rezeki di dunia dan memerintahkan manusia untuk berusaha
mencapai rezeki di akhirat. Rezeki di dunia adalah sesuatu yang sudah dijamin, sehingga
manusia tidak perlu melakukan usaha yang terlalu sengit untuk mencapainya. Cukup baginya
untuk berusaha secara benar dan seimbang. Sedangkan berkenaan dengan rezeki akhirat,
Allah SWT memerin-tahkan manusia untuk berusaha mencapainya karena ia adalah rezeki
yang Allah SWT tidak menjaminnya kecuali jika manusia berhasil melampaui dua jihad: jihad
yang besar dan jihad yang kecil. Jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu dan jihad kecil
adalah jihad melawan musuh di medan perang.
Dengan terbebasnya seorang Muslim dari kerisauan pada kematian, rezeki, dan rasa takut,
maka Islam memberi seorang Muslim senjatanya dan alat-alatnya dan ia memerintahkannya
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk mulai memerangi kekuatan-kekuatan kelaliman di muka bumi. Allah SWT berfirman
tentang umat Islam: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran: 110)
Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menyebutkan amal makruf nahi mungkar sebelum
keimanan kepada Allah SWT. Ini dimaksudkan agar akal manusia tergugah akan
pentingnyajihad di jalan Allah SWT. Amal makruf dan nahi mungkar tidak terwujud semata-mata
dengan memegang tongkat dan mencambukannya kepada punggung orang-orang Islam yang
tidak salat; ia juga tidak berupa usaha untuk menahan orang-orang Muslim yang tidak
berpuasa. Masalah itu lebih penting dan lebih besar dari sekadar memperhatikan hal-hal yang
bersifat lahiriah, sedangkan hal-hal yang bersifat batiniah tidak diperhatikan.
Ayat tersebut berarti, hendaklah seorang Muslim membawa senjata dan berdakwah di jalan
Allah SWT serta memerangi orang-orang lalim di muka bumi. Abu Bakar berkata: "Wahai
manusia, kalian membaca ayat berikut ini:"
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk," (QS. al-Maidah: 105)
Dan aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya ketika masyarakat melihat
orang yang lalim dan mereka tidak menghentikannya, maka Allah SWT akan menimpakan azab
kepada mereka semua."
Penafsiran Abu Bakar terhadap ayat tersebut sangat jelas artinya. Yakni bahwa pelaksanaan
ayat tersebut dapat diwujudkan dengan adanyajihad di jalan Allah SWT dengan mengangkat
senjata sebagai usaha untuk menghentikan orang-orang yang lalim. Setelah itu, seorang
Muslim dapat mengatakan: "Aku telah melaksanakan tugasku dan tidak akan berdampak
kepadaku orang yang sesat setelah aku memberikan petunjuk."
8 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Demikianlah pemahaman orang-orang Islam yang pertama. Maka bandingkanlah pemahaman
tersebut dengan pemahaman kita saat ini di mana kita telah kchilangan keberanian, dan rasa
takut telah menghinggapi tubuh orang-orang Islam. Kaum Muslim lebih mengutamakan
keselamatan diri mcrcka daripada memerangi orang-orang yang lalim.
Muhammad bin Abdillah datang dengan membawa risalah Islam yang di dalamnya terdapat
perintah Ilahi untuk rnemerangi orang-orang yang lalim dan mempertahankan kehormatan
orang-orang yang tertindas di muka bumi. Allah SWT berfirman:
"Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat
berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau
memperoleh kemenangan, maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.
Mengapa kamu tidak mau berperang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik
laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari negeri ini yang lalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisiMu,
dan berilah kami penolong dari sisi-Mu. " (QS. an-Nisa': 74-75)
Muhammad bin Abdillah membacakan kepada kaumnya tentang penafsiran Allah SWT
berkenaaan dengan makna kejayaan yang besar:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah", maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. atTaubah:
111) Bacalah ayat tersebut dua kali dan renungkanlah tentang kedermawan Allah SWT. Betapa
tidak, Dia membeli jiwa orang-orang mukmin dan harta mereka, padahal jiwa tersebut dan harta
tersebut pada hakikatnya adalah milik-Nya sendiri. Lihatlah bagaimana kemuliaan Allah SWT di
mana Dia membeli harta milik-Nya yang khusus dengan surga dan bagaimana Allah SWT
menganjurkan orang-orang Islam untuk berperang, dan Dia memberitahu mereka bahwa
urusan memerangi orang-orang lalim dan orang-orang yang tersesat bukanlah hal yang baru
atas orang-orang Islam. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut dalam Injil dan Taurat.
Sebagaimana Nabi Isa diutus dengan pedang, seperti yang disebutkan dalam lembaranlembaran
atau buku-buku orang-orang Nasrani, maka Nabi Musa pun diutus dengan membawa
pedang. Dan ketika Bani Israil berkata kepada Nabi Musa, "pergilah engkau bersama Tuhanmu
dan berperanglah, dan kami hanya di sini duduk-duduk saja,", maka kehendak Ilahi
menetapkan agar mereka mendapatkan kesesatan selama empat puluh tahun sebagai akibat
dari perbuatan mereka itu, agar generasi yang lemah dan hina itu hancur yang mereka justru
tidak memenuhi panggilan Allah SWT dan mereka membiarkan Nabi Musa bersama Tuhannya
berperang, padahal peperangan itu merupakan tanggung jawab mereka dan tugas mereka
yang harus mereka emban sebagai pengikut Nabi Musa.
Demikianlah esensi dari ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh Muhammad bin Abdillah.
Yakni ajakan untuk membaca dan menggali ilmu serta mendapatkan kebebasan dan yang
terpenting adalah usaha melawan kekuatan-kekuatan lalim. Suatu ajakan yang universal yang
tidak dikhususkan untuk kalangan tertentu atau untuk waraa kulit tertentu atau untuk kaum
tertentu atau untuk tempat tertentu; suatu ajakan kemanusiaan yang komprehensif yang
universal yang ingin mengikat ilmu dan kebebasan dan jihad dengan tujuan yang lebih tinggi,
yaitu mencapai tauhid kepada Allah SWT dan menyucikan-Nya serta keimanan terhadap hari
kemudian dan kebangkitan manusia semuanya di hadapan Allah SWT.
Adalah salah jika ada orang yang menganggap bahwa Islam hanya memperhatikan aspek
akhirat dan melupakan aspek duniawi. Menurut Islam dunia adalah lembar-lembar jawaban
9 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang akan dikoreksi di hari akhir. Ia adalah ujian dan tempat percobaan bagi manusia agar
manusia mengetahui apakah ia layak untuk menda-patkan kemuliaan dari Allah SWT yang
telah diberikan kepada Adam. Atau apakah iajustru layak untuk jadi bagian dari tanah neraka
Jahim dan batunya, sebagaimana firman Allah SWT:
"Yang bahan bakarnya manusia dan batu. " (QS. al-Baqarah: 24)
Rasulullah saw telah menjelaskan hikmah dari penciptaan manusia, penciptaan kehidupan dan
kematian ketika beliau menyampaikan firman Allah SWT dalam surah al-Mulk:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amabiya. " (QS. al-Mulk: 2)
Dunia adalah rumah pergulatan. Dan Allah SWT telah menciptakan kehidupan dan kematian
agar manusia menyadari siapa di antara mereka yang terbai amalnya. Tentu pengetahuan ini
tidak akan menambah kekuasaan Allah SWT. Pengetahuan itu justru dibutuhkan oleh manusia.
Allah SWT menciptakan manusia agar menusia mengetahui, danpengetahuan yang paling
penting adalah pengetahuan atau pengenalan terhadap diri. Dan pada hari kiamat manusia
akan mengenal dirinya secara sempurna dan ia akan mengenal balasan yang akan diterimanya
secara sempurna. Dan barangkali mukadimah yang kami sarikan dari hari akhir ini mengharuskan kehidupan di
atas bumi dipenuhi dengan kesucian dan kebersihan, yaitu diliputi dengan kemanusiaan yang
sempurna yang di dalamnya manusia layak untuk hidup. Demikianlah Islam yang dibawa oleh
Muhammad saw. Inilah asasnya dan hakikatnya. Itu adalah pondasi dan hakikat yang tidak
diciptakan oleh Muhammad saw dan tak didahului oleh rasul-rasul sebelumnya. Hakikat
risalahrisalah yang dulu semuanya adalah tauhid dan mempertahankan kebenaran serta keimanan
terhadap hari akhir dan menyerahkan jiwa dan anggota tubuh hanya kepada Allah SWT. Yang
baru dalam Islam adalah ilmu, kebebasan dan universalitas ajaran Islam serta warna keadilan
yang sangat kental, sehingga sangat tepat jika dikatakan bahwa karakter dari Islam adalah
keadilan. Barangkali bagian ini perlu diperhatikan.
Meskipun agama-agama samawi pada esensinya satu, tetapi kehendak Allah menuntut
turunnya lebih dari agama dan lebih dari satu nabi. Kehendak tersebut menuntut agar pada
setiap agama terdapat karakter yang khusus yang menggambarkan bentuk yang paling tepat
sesuai dengan kebutuhan utama yang di situ agama itu diturunkan dan sesuai dengan waktu
saat itu. Orang-orang Yahudi misalnya, mereka hidup di tengah-tengah suasana penyembahan
berhala dikalangan orang-orang Mesir kuno. Yahudisme diturunkan pada Bani Israil yang suka
membangkang dan karena itu, karakter utamanya adalah ketegasan (as-Sharamah) agar
mereka tidak terpengaruh dengan fenomena berhalaisme ala Mesir atau mereka terkena
pengaruh dari tindakan semena-mena Fir'aun. Dengan ketegasan inilah agama Yahudi selamat
dan dapat menjadi risalah penyelamatan dan pembebasan.
Namun Bani Israil yang memperbudak manusia dan mempunyai hati yang keras pada saat
yang sama mereka keluar dari Fir'aun untuk masuk ke cengkraman orang-orang Romawi di
mana orang-orang Romawi justru lebih lalim dan lebih kuat dari orang-orang Mesir. Oleh karena
itu, orang-orang Masehi bertanggung jawab untuk melakukan pembebasan baru tetapi dengan
cara yang berbeda sesuai dengan perubahan keadaan. Cara tersebut adalah menjauhkan
penggunaan kekuatan bersenjata karena kekuatan orang-orang Romawi mengungguli kekuatan
saat itu dan menguasai bumi secara keseluruhan. Maka kemenangan yang mungkin dapat
diperoleh adalah dengan cara menghindari tindak kekerasan dan lebih mengutamakan
pendekatan cinta. Dan pada kali yang lain orang-orang Masehi memperoleh kemenangan
melalui cara kedamaian dan cinta yang disebarkannya atas imperialisme Romawi dengan
segala senjatanya dan kekuasaannya.
Adapun Islam datang sebagai agama yang terakhir dan menyeluruh yang layak untuk
diterapkan di muka bumi, sehingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di
10 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalamnya kepada orang-orang yang berhak mewarisinya. Oleh karena itu, agama yang terakhir
ini harus mempunyai karakter khusus dan karakter itu adalah karakter keadilan.
Ketegasan hanya cocok untuk zaman tertentu dan kelompok tertentu dan keadaan tertentu,
sedangkan cinta adalah contoh yang tertinggi, tetapi ia tidak dapat menjadi sesuatu tolok ukur
untuk dibandingkan dengan tindakan-tindakan tertentu atau untuk dijadikan alat untuk
melakukan sesuatu. Dan jika ia menjadi tolok ukur bagi orang-orang yang memilki perasaan
yang tinggi atau budaya yang tinggi, maka ia tidak dijadikan tolok ukur umum dan universal.
Adapun keadilan, maka ia menjadi karakter Islam yang berarti keseimbangan dalam sifat-sifat
keutamaan dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Ini adalah tolok ukur yang
menyeluruh dan barometer yang akhir. Dan barangkali kebesaran keadilan dan pengaruhnya
dalam pengaturan alam bersandarkan kepada firman Allah SWT:
"Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)." (QS. Ali
'Imran: 18) Apabila Allah SWT dalam Islam merupakan cermin yang tertinggi, maka keadilan yang
disaksikan oleh Allah SWT terhadap diri-Nya sendiri harus menjadi karakter Islam dan kaum
Muslim. Keadilan dalam Islam bukan hanya keadilan ekonomi atau keadilan hukum atau
keadilan dalam balasan, tctapi ia mencakup semuanya. Sebelum semua ini dan sesudahnya,
kcadilan dalam Islam merupakan suatu sistem dalam kehidupan dan metode utama dalam
Islam. Ketika Anda memalingkan pandangan Anda dalam Islam, maka Anda akan menemukan
keadilan menghiasi seluruh wajah Islam. Di sana terdapat keadilan antara agama-agama yang
dulu, keadilan antara individu dan masyarakat, keadilan antara dunia dan agama, keadilan
antara pria dan wanita, keadilan untuk orang-orang yang fakir dan orang-orang yang kaya,
keadilan antara para penguasa dan rakyat, bahkan dengan keadilan itu sendiri bumi dan langit
ditegakkan dan Allah SWT menyebut diri-Nya sebagai al-'Adl (Yang MahaAdil).
Selanjutnya, Islam adalah agama yang sudah lama sebagaimana lamanya kedatangan para
nabi. Nabi Nuh as berkata dalam surah Yunus:
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku
tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orangorang
yang berserah diri (kepadanya)." (QS. Yunus: 72)
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as berkata dalam surah al-Baqarah saat keduanya membangun
Ka'bah: "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduh
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji
hami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menerima taubat lagi
Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 127-128)
Nabi Ibrahim tidak lupa untuk berwasiat kepada keturunannya dan di antara mereka adalah
Yakub agar mereka mati dalam keadaan Islam. Allah SWT berfirman:
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya, Demikian pula Yakub. (Ibrahim
berkata): 'Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah hamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.'" (QS. al-Baqarah: 132)
Ketika kematian mendekati Yakub, beliau mengumpulkan anak-anaknya di sekelilingnya dan
bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku" Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenak moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan hhaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha
Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya.'" (QS. al-Baqarah: 133)
Allah SWT memberitahu kita dalam surah Yunus tentang perkataan Nabi Musa kepada
11 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kaumnya: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu
benar-benar orang yang berserah diri." (QS. Yunus: 84)
Sementara itu, Nabi Sulaiman adalah seorang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat yang
menceritakan tentang kisahnya bersama Ratu Saba' ketika Ratu tersebut berkata:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44)
Demikian juga Nabi Yusuf, beliau berdoa kepada Allah SWT dan meminta kepadanya agar
mematikannya sebagai orang Muslim dan memasukannya dalam kelompok orang-orang yang
saleh. Allah SWT berfirman dan bercerita tentang Yusuf dalam surah Yusuf:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagaian kerajaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS.Yusuf: 101)
Sementara itu dalam surah al-Maidah, Allah SWT mewahyukan kepada kaum Hawariyin agar
mereka beriman kepadanya dan kepada rasul-Nya lalu mereka berkata:
"Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa Sesungguhnya kami adalah orangorang
yang patuh (kepada seruanmu)." (QS. al-Maidah: 111)
Jadi, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Yakub, Nabi Musa Harun, Nabi Sulaiman, Nabi
Yusuf, Nabi Isa adalah nabi-nabi yang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat tersebut. Maka
seluruh nabi adalah orang-orang Muslim, lalu bagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Nabi
yang terakhir dikatakan sebagai orang Muslim yang pertama"
Allah SWT berfirman dalam surah al-An'am yang ditujukan kepada Nabi yang terakhir:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am:
162-163) Maka, bagaimana beliau menjadi orang Muslim yang pertama, padahal penamaan umat beliau
dengan sebutan al-Muslimin adalah penamaan yang sebenarnya sudah dahulu dikenal di
kalangan nabi-nabi yang terdahulu dan kedatangannya ke alam wujud dan penamaan
agamanya dengan sebutan al-Islam sebenarnya berhutang kepada kakeknya yang jauh, yaitu
Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hajj:
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari
dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)
Tidak ada pertentangan dalam pendahuluan para nabi dengan sebutan al-Muslimin daripada
Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai orang Muslim yang pertama. Tentu kata alAwwal
(yang pertama) di sini tidak dipahami dari sisi waktu atau masa kemunculan, tetapi yang
dimaksud dengan orang Muslim di sini adalah akmalul muslimin (orang yang paling sempurna
di antara orang-orang Muslim). Suatu kali Aisyah pernah ditanya tentang akhlaknya Rasulullah
saw lalu dia menjawab dengan kalimatnya yang singkat: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."
Kita mengetahui bahwa Al-Qur'an al-Karim menetapkan akhlak yang mulia meskipun dalam
batasannya yang sederhana dan rendah, dan menyebutkan keutamaan akhlak dalam
tingkatannya yang tinggi. Oleh karena itu, akhlak seperti apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw:
apakah beliau memiliki akhlak yang sifatnya tengah-tengah, atau apakah beliau mendahului
dalam kebaikan, atau apakah beliau termasuk ashabul yamin (orang-orang yang berasal di
sebelah kanan), atau apakah beliau termasuk al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan
Allah SWT)" 12 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Rasulullah saw tidak hanya memiliki semua karakter tersebut dan atribut tersebut, bahkan
kedudukan beliau lebih dari itu semua. Beliau berada di puncak dari segala puncak keutamaan
akhlak, sehingga beliau berhak untuk mendapatkan sebutan dari Allah SWT:
"Dan sungguh pada dirimu terdapat budi pekerti yang agung. " (QS. al-Qalam: 4)
Para Mufasir berbeda pendapat tentang makna dari al-Huluqul 'adzim (budi pekerti yang
agung). Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Sebagian yang
lain mengatakan itu adalah Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau tidak memiliki
sesuatu kecuali keinginan untuk menuju jalan Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an al-Karim terdapat penjelasan tentang derajat beliau yang tinggi dalam dua
ayat yang mulia. Ayat yang pertama adalah firman-Nya:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am:
162-163) Beliau adalah orang yang paling utama di antara manusia semuanya; beliau memiliki
keutamaan yang melebihi semua manusia; beliau memiliki rahmat dan kemuliaan yang tidak
dapat ditandingi oleh seseorang pun. Meskipun beliau datang sebagai Nabi yang terakhir
namun justru karena posisi beliau sebagai Nabi yang terakhir, maka beliau menjadi bata yang
terakhir dalam pembangunan rumah kenabian yang tinggi, sehingga bata yang terakhir itu
harus menjadi puncak pembangunan manusia. Sedangkan ayat yang kedua adalah firman-Nya:
"Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta." (QS. al-Anbiya':
107)
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Arab saja; beliau bukan hanya menjadi
rahmat bagi orang-orang Quraisy dan beliau bukan menjadi rahmat bagi zamannya saja, begitu
juga beliau tidak menjadi rahmat bagi jazirah Arab saja, tetapi beliau menjadi rahmat bagi alam
semesta; beliau senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta: dimulai dari diturunkannya
wahyu kepadanya dengan kalimat iqra hingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang
ada di dalamnya kepada orang-orang yang berhak mewarisinya sampai hari kiamat. Alhasil,
beliau adalah rahmat yang dihadiahkan kepada manusia; beliau adalah rahmat yang tidak
menonjolkan mukjizat yang mengagumkan, tetapi beliau adalah rahmat yang memulai dakwah
dengan mengutamakan fungsi akal atau pembacaan dua kitab: pertama, pembacaan kitab alam
atau Al-Qur'an yang diciptakan atau kalimat-kalimat Allah SWT yang terdiri dari jutaan bentuk
dan kedua pembacaan Al-Qur'an yang diturunkan melalui malaikat Jibril di mana ia merupakan
kalamullah yang abadi. Dan kitab alam dibaca dengan ribuan cara: dibaca melalui penelusuran
dunia: "Katakanlah: 'Berjalanlah kamu di mnka bumi dan amat-amatilah.'" (QS. an-Naml: 69)
Atau dibaca melalui usaha menyingkap misteri dan penggunaan akal:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar.
" (QS. Fushilat: 53)
Atau dibaca melalui ilmu dan pengamatan:
"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang telah
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk
(mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut 1 Apakah di samping Allah
ada tuhan (yang lain)" Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS.
an-Naml: 61) Jika di sana terdapat ribuan jalan atau cara untuk membaca kalimat-kalimat Allah SWT dan
kitab alam, maka di sana terdapat satu jalan untuk membaca kalamullah yang abadi, yaitu
hendaklah Al-Qur'an dibaca dengan mata hati dan kecermelangan basirah, sehingga Al-Qur'an
13 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi bagian akhlak dari yang membaca sesuai dengan kemampuannya.
Sebelum turunnya Al-Qur'an, dunia diliputi dengan kekurangan, baik secara materi, ruhani,
undang-undang maupun dari dimensi kehidupan yang biasa melekat pada manusia saat itu.
Dan sebelum diutusnya Rasul saw yang beliau adalah manusia yang sempurna dan paling
utama, alam belum mencapai puncak dari penyerahan diri kepada Allah SWT atau puncak dari
keutamaan akhlak. Ketika Rasulullah saw diutus, maka manusia mengalami kesempurnaan dan
mampu mencapai tingkat kesempurnaannya. Dengan Kitab yang mulia ini dan Nabi yang
pengasih, Allah SWT yang menyempurnakan agama bagi manusia dan menyempurnakan
nikmat-Nya atas mereka, sebagaimana firman-Nya:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)
Namun semua itu tidak terwujud begitu saja, Nabi yang mulia harus berjuang secara serius dan
sungguh-sungguh, sehingga beliau menjadi manusia yang paling layak untuk mendapatkan
pujian pendduduk bumi dan penduduk langit. Dan Rasulullah saw telah melakukan semua itu.
Kita tidak mengenal seorang nabi yang perasaannya dihina dan dicaci maki lebih dari apa
diterima oleh Muhammad bin Abdillah; kita tidak mengenal seorang nabi yang memikul
berbagai penderitaan, dan memiliki kesabaran yang mengagumkan di jalan Allah SWT
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi kita.
Kemudian, seorang yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta tidak akan
mengajak manusia menuju kebenaran kecuali jika manusia tersebut dari kalangan orang-orang
yang kafir dan membangkang. Beliau berdakwah bagi orang yang berhak mendapatkan
dakwah; beliau siap memikul tanggung jawab dakwah dengan berbagai tantangan dan
cobaannya; beliau menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Setelah itu, beliau datang kepada
Allah SWT dengan hati yang puas dan air mata yang bercucuran dan dengan suara berbisik
berkata: "Ya Allah, jika tidak ada kemurkaan pada diri-Mu, maka aku tidak akan peduli dengan
manusia." Segala sesuatu akan menjadi mudah jika di sana terdapat ridha Allah SWT.
Setelah turunnya wahyu kepada Rasul saw, beliau memulai tahapan dakwah dan mengajak
manusia untuk menyembah Allah SWT. Dimulailah dakwah secara rahasia yang berlangsung
selama tiga tahun dalam persembunyian.
Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid beriman kepadanya, lalu beriman juga
sahabatnya, Abu Bakar sebagaimana beriman kepadanya anak pamannya, Ali bin Abi Thalib
yang saat itu masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman kepadanya
Zaid bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar juga ikut berdakwah, sehingga ia
memasukkan dalam dakwah teman-temannya, seperti Usman bin Affan, Thalha bin Ubaidilah,
dan Sa'ad bin Abi Waqas. Juga beriman seorang Masehi, yaitu Waraqah bin Nofel dan
Rasulullah saw melihatnya setelah kematiannya tanda kesenangan yang itu menunjukkan
ketinggian derajatnya di sisi Allah SWT. Setelah itu, Abu Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu
disusul oleh Zubair bin Awam dan Umar bin 'Anbasah serta Sa'id bin 'Ash. Jadi, Islam mulai
mengepakkan sayapnya secara rahasia di Mekah.
Kemudian berita tersebarnya akidah yang baru ini sampai kepada pembesar-pembesar
Quraisy, tetapi mereka tidak begitu peduli. Barangkali mereka membayangkan bahwa
Muhammad telah menjadi - karena uzlah yang dilakukannya di gua Hira - salah seorang juru
bicara tentang ketuhanan sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt dan Qas bin
Sa'adah. Demikianlah dakwah secara rahasia berhasil mengembangkan misinya dan dapat melindungi
akidah yang baru. Dan selama perjalanan tiga tahun yang dibutuhkan tahapan dakwah secara
rahasia keimanan telah tertanam dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw telah
mendidik mereka dan telah menanamkan kepada diri mereka sifat-sifat kemuliaan dan telah
menciptakan mereka sebagai benih pertama dari pasukan Islam. Pada suatu hari Jibril turun
14 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan membawa firman Allah SWT:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS. asy-Syu'ara': 214)
Demikianlah, datanglah perintah Ilahi agar Rasulullah saw berdakwah secara terang-terangan.
Lalu berkumpullah di sekeliling Nabi sekelompok tentara yang besar dan datanglah perintah
Ilahi agar beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan mengingatkan keluarga
dekatnya. Ketika Nabi melakukan hal tersebut, maka dakwah memasuki tahapan yang kedua.
Dan tahapan dakwah yang baru ini berakibat pada timbulnya penekanan terhadap para dai di
mana mereka mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan oleh masyarakat serta
diboikot. Orang-orang Quraisy mengetahui bahwa Muhammad berbahaya bagi mereka. Beliau bukan
hanya berbicara tentang ketuhanan, tetapi beliau mengajak rnanusia untuk mengikuti agama
baru, yaitu agama yang mencoba untuk menyingkirkan berhala-berhala dan patung-patung
mereka serta tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang mencoba menyingkirkan
kedudukan sosial mereka dan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka; agama yang
menyatakan bahwa tiada tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain hukum-Nya,
serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut menyebabkan penduduk kota
Mekah membencinya dan orang-orang yang memegang kekuasaan di dalamnya merasa
gelisah. Setelah pengumuman dakwah secara terang-terangan, dimulailah dan ditabuhlah gendrang
peperangan. Kemudian peperangan yang dahsyat terjadi antara para pembesar Quraisy dan
para pengikut Rasulullah saw. Orang yang pertama kali menyerang Islam adalah seorang tokoh
Mekah yang bernama Abu Lahab.
Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai
memanggilmanggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau
bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahwa seekor kuda akan
datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami belum pernah melihatmu
berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang diutus sebagai pemberi peringatan terhadap
kalian. Di hadapanku terdapat siksaan yang berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata:
"Sungguh celaka engkau, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami."
Dengan penghinaan inilah, peperangan terhadap Islam dimulai. Ketika kaum Muslim tidak
mampu mempertahankan diri mereka, maka mula-mula Allah SWT membantu mereka dan
menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu
Lahab: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat
kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahahan. Kelak dia akan masuk ke dalam api
yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali
dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5)
Dengan ayat-ayat yang pendek dan tepat tersebut, Abu Lahab memasuki kancah sejarah dari
pintunya yang paling pendek. Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya.
Abu Lahab adalah seorang yang menentang dakwah kebenaran karena ia mengkhawatirkan
kedudukannya dan kekayaannya, padahal harta yang dipertahankannya dan dijaganya tidak
memiliki arti sama sekali di sisi Allah SWT karena ia sekarang berada dan dijebloskan di
tengah-tengah neraka yang menyala-nyala, sedangkan isterinya membawa kayu bakar,
sehingga menambah nyala api itu sendiri. Dan di lehernya terdapat suatu belenggu sebagai
simbol keterikatannya dengan dunia binatang yang tidak berakal. Sebagian besar orang-orang
yang menentang dakwah adalah orang-orang yang berhubungan dengan dunia binatang yang
tidak sadar. Allah SWT berfirman: 15 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44)
Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, maka
kita akan terheran-heran.
Allah SWT berfirman: "Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang Satu saja" Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4-5)
Coba perhatikan bagaimana kebodohan kaum itu di mana mereka menganggap bahwa pada
hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka jutru merasa heran ketika terdapat hanya satu
tuhan atau tuhan yang esa. Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah
yang fitri dan jelas ini.
Allah SWT berfirman: "Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai
ejekan (dengan mengatakan): 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul" Sesungguhnya
hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar
(menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42)
Perhatikanlah betapa nekatnya kaum itu di mana mereka mulai menghina dan mengejek
Rasulullah saw, padahal beliau telah datang di tengah-tengah mereka untuk menyelamatkan
mereka dari api neraka, dan coba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhantuhan
mereka. Mereka membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak
bersabar dalam membela tuhan-tuhan tersebut. Demikianlah kesesatan mengejek kebenaran
dan kebodohan menghina ilmu. Mereka justru merasa heran terhadap kepandaiannya yang
dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan kayu,
bahkan terkadang mereka membuat tuhan dari adonan roti di mana mereka menyembahnya
kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami menyelamatkan kami
dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah mereka agar mereka dapat
mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya.
Meskipun demikian, dakwah Nabi terus berlanjut dan tertanam di muka bumi. Mereka orangorang
musyrik menuduh Nabi sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai
seorang gila, bahkan mereka menuduhnya sebagai seorang penyihir; mereka menuduh bahwa
beliau berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka
mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu.
Mereka meminta kepada beliau untuk mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka
memberitahu bahwa mereka tidak akan beriman kepadanya, sehingga terdapat suatu mata air
yang memancar dari bumi atau terwujud di depan mereka suatu taman dari pohon kurma dan
anggur yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana
yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang dengan Allah
SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah yang diserukannya,
atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu mendaki langit dan mereka masih
belum beriman terhadap pendakian itu meskipun ia mendaki di hadapan mata mereka dan
kembali dengan selamat, kecuali jika ia menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka
baca dari langit. Nabi tidak peduli dengan usaha mereka untuk menyakiti hati beliau; Nabi tetap memberitahu
mereka dengan penuh kelembutan bahwa apa saja yang mereka minta itu tidak sesuai dengan
Islam. Sebab, Islam hanya menyeru akal dan berusaha menciptakan kebebasan. Beliau
16 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyampaikan kepada mereka bahwa beliau hanya sekadar manusia yang diutus oleh Tuhan;
beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di mana seorang
tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di dalamnya harta dan anakanak, dan
mereka tidak akan selamat di dalamnya dari siksaan. Orang-orang yang mempunyai
kedudukan atau para tokoh mereka adalah para tiran-tiran di muka bumi di mana semua itu
tidak akan bermanfaat bagi mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak
dapat mereka hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.
Demikianlah Islam - sebagaimana agama-agama sebelumnya - mengumpulkan di
sekelilingnya orang-orang yang berakal dan orang-orang yang fakir serta orang-orang yang
menderita di muka bumi. Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi
kelompok sosial yang tertindas dan tersingkirkan di Mekah. Mereka menjadi makanan empuk
kelompok-kelompok yang lalim.
Islam bukan hanya memberikan solusi ekonomi terhadap tragedi kehidupan atau masyarakat,
tetapi Islam memberikan solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam
meyakini bahwa manusia bukan hanya sekadar perut yang harus dikenyangkan dan naluri
seksual yang harus dipuaskan, manusia bukan hanya dilihat dan dinilai dari sisi ini, namun
Islam justru meletakkan manusia pada tempatnya yang hakiki, tanpa membesar-besarkan atau
mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari bangunan fisik dan ruhani, terdiri
dari akal dan ambisi dan terdiri dari celupan dari Allah SWT dalam ruhnya.
Islam tidak mementingkan fisik saja dan meninggalkan ruhani, begitu juga sebaliknya.
Terkadang fisik boleh jadi mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, tetapi ruhani justru
mengalami penderitaan yang luar biasa. Karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari dimensi
manusia tidak akan membawa manusia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan. Maka, Islam
datang untuk membawa suatu solusi yang dapat menyelamatkan manusia dari dalam dirinya
sendiri dan Islam membebankan tugas ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an.
Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasul
saw, lalu beliau mengajarkannya kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi
orang-orang yang berjalan di pasar-pasar dan mengancam singgasana kebencian yang
menguasai Mekah, sehingga orang-orang musyrik justni meningkatkan usaha pengejekan dan
penghinaan terhadap Rasul saw. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah SWT
menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak mendustakannya, tetapi
mereka justru melalimi diri mereka sendiri. Mereka mulai menentang Nabi dan ayat-ayat Allah
SWT, padahal Nabi adalah salah satu dari ayat Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka katakan itu menyedihkan
hatimu, (janganlah hamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu,
akan tetapi orang-orang yang lalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (QS. al-An'am: 33)
Kemudian kaum musyrik meningkatkan penindasan kepada Rasul saw dan para pengikutnya.
Peperangan dimulai: dari peperangan urat saraf sampai peperangan fisik. Mereka mulai
menyiksa para pengikut Rasul saw, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh Islam
membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah
Islam akan berhenti dan kaum Muslin akan enggan untuk berdakwah. Mereka menganggap
bahwa kaum Muslim justru memilih untuk menyelamatkan diri mereka. Namun para tokoh-tokoh
Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikagetkan ketika melihat penekanan yang mereka
lakukan justru semakin membakar semangat kaum Muslim untuk berdakwah. Saat itu kaum
Muslim merasa yakin bahwa benih yang telah ditanam Rasulullah saw dalam diri mereka
menjadikan mereka tetap bersemangat untuk menyebarkan risalah Allah SWT di muka bumi,
yaitu suatu risalah yang mengembalikan bumi menuju kematangan (kesempurnaan) yang telah
hilang darinya dan kema-nusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang telah
17 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang.
Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah,
dan mereka bukan hanya memperbaiki masyarakat yang rusak, yaitu masyarakat jazirah Arab,
tetapi mereka mengetahui bahwa mereka akan membangun suatu manusia yang baru. Mereka
akan menciptakan manusia seutuhnya; mereka akan menghadirkan dunia dalam bentuk yang
baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran sang
Pencipta. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak dikenal. Dibandingkan dengan peradaban
yang dahulu dan modern, orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan
kontribusi kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat
dijadikan sebagai kebanggaan. Namun ketika Islam turun kepada mereka, mereka menjadi
cermin kejayaan manusia di mana mereka dapat memberikan sumbangan nyata pada umat
manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka dalam kemajuan yang
mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari Islam di mana Islam hanya
menjadi lembaran cerita-cerita dan kertas-kertas yang tidak berguna, maka saat itulah orangorang
Barat dapat menguasai kaum Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum
Muslim itu sendiri. Mereka justru mencapai kemajuan ketika kaum Muslim meninggalkan agama
mereka. Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memnghidupkan ajaran-ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.
Pada awal-awal masa tersebarnya Islam, kaum Muslim menyadari bahwa mereka menghadapi
peperangan yang tidak akan berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap
ada. Oleh karena itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan
mereka justru semakin meningkat, dan setiap penganiayaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy,
maka mereka tetap bertahan untuk mempertahankan kebenaran. Sebagai contoh, Amar bin
Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah seorang budak yang menjadi
korban dari sistem ekonomi yang berlaku saat itu, yaitu ekonomi yang berdasarkan kepada
sistem perbudakan. Seorang yang beriman tersebut disiksa di Mekah di mana ia tidak
memperoleh kebebasannya yang hakiki kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka
mengeluarkannya ke gurun dan menyiksanya beserta ibunya. Bahkan siksaan semakin
meningkat atas ibunya agar ia kembali menjadi musyrik. Ketika ia tetap mempertahankan
keimanannya dan dengan tegas menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal
menikamnya dengan belati yang ada di dua tangannya. Ia pun meninggal. Dan Islam
mengorbankan syahidnya yang pertama. Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin
Yasir. Banyak kalangan orang-orang bodoh mengatakan tentang persetujuan Islam terhadap sistem
perbudakan, atau Islam mendiamkan sistem perbudakan. Mereka lupa bahwa Islam dibangun
berdasarkan suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya;
Islam ingin mengeluarkan manusia dari kepemilikan sesama manusia menuju kepemilikan
kepada Allah SWT. Jika Islam tidak turun dengan nas-nas yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan,
maka dasar-dasarnya secara umum dan prinsip-prinsip utamanya menghentikan - baik dalam
tindakan maupun ucapan - sumber-sumber sistem ini. Allah SWT sebagai pemilik syariat
mengetahui bahwa sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan
berubah dengan perubahan waktu, dan karena Islam tidak turun pada waktu yang terdapat
perbudakan saja, tetapi ia turun secara umum dan menyeluruh untuk setiap zaman, maka Islam
sengaja melewati bentuk-bentuk yang temporal ini dari bentuk-bentuk eksploitasi menuju unsur
yang pertama atau dasar pertama yang menimbulkan bentuk-bentuk eksploitasi tersebut,
sehingga Islam mengharamkannya. Dengan cara demikian, Islam mengharamkan sistem
perbudakan secara bertahap, seperti proses pengharaman khamer. Jadi, keseriusan Islam
18 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sangat menonjol dalam usaha menghapus dan mengharamkan perbudakan.
Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam membolehkan para tentaranya untuk memperbudak
Pendekar Gila 4 Sang Ratu Tawon Pendekar 4 Alis Seri 9 Karya Khulung Lembah Nirmala 27
mereka mengutamakan para nabi dan mendahulukannya atas mereka, maka beliau justru
menampakkan kemarahan dan wajahnya berubah. Beliau berkata: "Janganlah kalian
11 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengutamakan aku atas Yunus bin Mata."
Melalui pernyataan itu, beliau berusaha meletakkan suatu pondasi pemikiran yang harus dilalui
oleh kaum Muslim di mana para nabi memang memiliki derajat tertentu di sisi Allah SWT. Boleh
jadi ada nabi yang lebih afdal atau yang lebih mulia daripada yang lain. Siapakah yang
menetapkan hal itu" Tidak ada seorang pun selain Allah SWT. Ada pun kaum Muslim
hendaklah mereka berhenti pada batas tertentu yang seharusnya mereka berikan berkaitan
dengan sopan santun terhadap para nabi. Selama Allah SWT menyampaikan shalawat kepada
rasul sebagai bentuk penghormatan dan memerintahkan mereka untuk menyampaikan
shalawat kepadanya, dan selama Rasulullah seperti nabi-nabi yang lain, maka hendaklah
mereka juga bershalawat kepada semua nabi tanpa perbedaan, meskipun pada bentuk
shalawat itu sendiri. Sementara itu, bayi yang mungil itu yang lahir di Mekah bergerak setelah tahun gajah.
Kemudian berita tersebar di sana sini dan Sampailah ke telinga kakeknya bahwa cucunya telah
dilahirkan. Abdul Muthalib segera menuju ke tempat itu dan membawa cucunya yang yatim lalu
berkeliling dengannya di Ka'bah sambil memikirkan namanya. Abdul Muthalib tidak merasa
terpukau dengan nama-nama yang mulai beredar di benaknya. Ia tampak bingung menentukan
nama yang paling tepat buat cucunya, bahkan kebingungannya itu berlanjut sampai enam hari,
sehingga sang Nabi disunat. Ketika malam telah menyelimuti kawasan Mekah, datanglah
kepadanya suara yang sama yang dulu pernah dilihatnya dan didengarnya yang
memerintahkannya untuk menggali zamzam. Di tengah-tengah tidurnya, suara itu membisikkan
kepadanya bahwa nama cucunya berasal dari al-Ham, yang berarti Muhammad atau Ahmad.
Orang-orang Quraisy bertanya kepada Abdul Muthalib: "Nama apa yang engkau berikan
kepada cucumu?" Abdul Muthalib menjawab sambil mengingat bisikan suara yang didengarnya
saat mimpi, "Muhammad." Nama tersebut sebenamya tidak umum di kalangan orang-orang
Jahilliyah. Mereka bertanya, "Mengapa Abdul Muthalib tidak memakai narna-nama kakekkakeknya
dan nama-nama yang biasa dipakai di kalangan mereka." Abdul Muthalib menjawab:
"Aku ingin Allah SWT memujinya di langit dan manusia memujinya di bumi."
Kami tidak mengetahui dorongan apa yang mendikte Abdul Muthalib untuk menyatakan kalimat
tersebut. Apakah kalimat itu bersumber dari realitas kebanggaan orang-orang Arab yang
populer atau berasal dari realitas kebanggaan tradisional" Atau, apakah berangkat dari realitas
kegembiraan yang dalam dengan kelahiran si cucu, ataukah kalimat itu bersumber dari suasana
ruhani yang jernih dan bisikan alam gaib" Tentu kami tidak bisa menjawab. Yang dapat kami
ketahui adalah bahwa seseorang tidak akan layak menyandang predikat manusia yang dipuji di
bumi dan dipuji oleh Allah SWT di langit seperti predikat yang disandang oleh Muhammad bin
Abdillah. Nabi Muhammad saw muncul ke alam wujud dalam keadaan yatim. Beliau ditinggalkan oleh
ayahnya saat beliau masih janin di dalam perut ibunya. Allah SWT berfirman:
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?" (QS. adh-Dhuha:
6) Allah SWT melindunginya. Orang-orang sufi mengatakan bahwa sebab-sebab kemanusiaan
seperti adanya kakeknya Abdul Muthalib dan bagaimana ia mengasuhnya dan melindunginya
tidak lain hanya bentuk lahiriah yang tidak begitu penting, sedangkan bentuk batiniah yang
sebenarnya adalah kita berada di hadapan manusia yang dilindungi dan diasuh oleh Tuhannya
sejak masih kecil. Allah SWT mendidiknya saat beliau masih kecil, dan mengujinya dengan
keyatiman saat beliau masih janin serta mengujinya dengan kelaparan sejak masih kecil, dan
dewasa dengan kematian si ibu, saat beliau masih kecil dengan keterasingan di tengah-tengah
keramaian, dan dengan terjaga di tengah-tengah tidur serta dengan penderitaan demi
penderitaan. Allah SWT telah menyiapkannya sejak usia dini untuk memikul beban risalah
12 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terakhir. Selanjutnya, ibunya seringkali memeluknya lebih dari sebelumnya. Ia melihat bahwa banyak
dari wanita-wanita yang menyusui tidak berkenan untuk mengasuhnya. Adalah sudah menjadi
tradisi yang berkembang di Mekah di mana keluarga-keluarga yang mulia mengirim anaknya ke
kawasan dusun agar anak tersebut menyerap dan menghirup udara segar serta memperoleh
mainan yang memadai. Dan biasanya wanita-wanita yang menyusui anak-anak lebih tertarik
menyusui anak-anak dari orang-orang kaya. Namun ketika pemimpin manusia seorang yang
fakir, maka wanita-wanita yang biasa menyusui tidak berminat kepadanya.
Marilah kita telusuri bagaimana Halimah binti Abi Duaib menceritakan kisahnya bersama anak
kecil yang disusuinya: "Saat itu terjadi musim tandus dan kami tidak memiliki sesuatu sehingga
aku dan suamiku mengalami kemiskinan yang luar biasa. Lalu kami menetapkan keluar ke
Mekah dan menemani wanita-wanita dari Bani Sa'ad. Kami semua mencari anak-anak yang
masih menvusu agar orang tua mereka dapat membantu kami untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Binatang yang aku tunggangi sangat lemah dan sangat kurus yang itu semua disebabkan oleh
kekurangan makanan. Bahkan kami khawatir kalau-kalau ia berhenti di tengah perjalanan dan
mati. Dan kami tidak tidur semalaman karena melihat kondisi anak kecil yang bersama kami. Ia
menangis karena tidak menemukan makanan yang dapat dimakannya. Ia menangis karena
kelaparan dan tidak mendapat air susu, baik dari air susuku maupun air susu unta yang dibawa
oleh suamiku, sehingga kami tidak dapat memuaskan dahaganya. Di tengah-tengah malam,
aku merasakan keputusasaan. Aku bertanya-tanya bagaimana aku dapat melakukan sesuatu
dalam keadaan yang demikian.
Akhirnya, kami sampai di Mekah. Sementara itu, wanita-wanita yang ingin mencari anak-anak
yang dapat mereka susui telah mendahului kami. Mereka mengambil anak-anak kecil yang
mereka sukai, kecuali satu anak, yaitu Muhammad di mana ayahnya telah meninggal dan ia
berasal dari keluarga yang miskin meskipun sebenarnya kedudukannya sangat mulia di antara
tokoh-tokoh Quraisy. Oleh karena itu, wanita-wanita enggan untuk mengasuhnya. Namun aku
dan suamiku tidak sepaham dengan mereka karena aku tidak peduli dengan keyatiman dan
kcfakirannya. Kemudian aku malu untuk kembali dan tidak mengambil bayi yang dapat aku
susui kemudian. Di samping itu, aku malu jika mendapat cercaan dari wanita-wanita itu. Lalu
aku merasakan adanya kasih sayang yang memenuhi hatiku terhadap anak kecil yang tampan
itu yang akan diganggu oleh udara yang kotor."
Kisah tersebut mengatakan bahwa saat anak-anak kecil mendapatkan wanita-wanita yang
menyusuinya, maka Muhammad bin Abdillah sedang tidur dalam keadaan lapar di ranjangnya
yang kasar, tanpa disusui oleh siapa pun. Suatu hikmah yang tinggi berkehendak agar bayi
yang masih menyusui itu menghadapi dunia dalam keadaan yatim dan dalam keadaan
kelaparan agar ia dapat merasakan penderitaan anak-anak yatim dan orang-orang yang lapar
sebelum ia menyelamatkan mereka.
Halimah mengatakan bahwa ia meyakinkan suaminya bahwa ia merasakan keinginan yang
kuat untuk mengambil anak yatim ini, sehingga suaminya menyetujuinya. Halimah tidak
mengetahui rahasia keinginannya yang samar agar ia kembali untuk mengambil anak yatirn
yang masih menyusu ini. Ia tidak mengetahui bahwa Allah SWT telah menanamkan rasa cinta
kepada anak kecil itu dalam hatinya seperti Allah SWT menanamkan cinta kepada Musa pada
hati isteri Fir'aun. Jika Musa menolak wanita-wanita lain untuk menyusuinya kecuali ibunya
setelah Allah SWT mencegahnya dari susuan wanita-wanita lain agar ibunya merasa bahagia
dan tidak bersedih, maka Muhammad bin Abdillah - seorang anak kecil yang masih menyusu
dan mulia - -justru ditolak oleh wanita-wanita yang menyusui, sedangkan ia sendiri tidak pernah
menolak seseorang pun. Halimah kembali kepadanya dan ia memberitahu bahwa ia akan mengasuhnya. Nabi
13 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Muhammad saw adalah seorang yang mulia. Halimah meletakkan tangannya di dadanya,
sehingga anak kecil itu tertawa. Halimah mencium di antara kedua matanya. la meletakkannya
di kamarnya. Halimah mengetahui bahwa kedua air susunya telah kering, namun tiba-tiba air
susunya memancar dengan keras sebagai bentuk kasih sayang dan tanda kebesaran dari Allah
SWT. Kini Halimah pun dapat menyusuinya. Apakah itu merupakan hikmah yang tinggi di mana
anak kecil tersebut merasa cukup dengan sesuatu yang sedikit" Ataukah anak kecil itu sudah
dapat mendidik dirinya untuk zuhud dan qanaah sebelum ia mendidik orang-orang dewasa
tentang pengorbanan dan kesatriaan"
Halimah kembali ke gurun Bani Sa'ad dan ia membawa Muhammad bin Abdillah. Belum lama ia
menyaksikan tanahnya yang tandus sehingga tiba-tiba kebaikan dunia terbuka dan mekar di
hadapanya, di mana bumi dipenuhi dengan kehijau-hijauan setelah mengalami masa tandus.
Pohon-pohon berbuah dan buah kurma tampak berseri-seri setelah sebelumnya layu, bahkan
susu-susu binatang pun mulai tampak banyak. Allah SWT memberikan berkah-Nya kepada
tempat tersebut. Halimah mengetahui bahwa kabaikan ini telah datang bersama kedatangan
anak kecil yang diberkahi, sehingga cintanya kepada anak itu semakin bertambah. Bahkan
suaminya pun menjadi tawanan cinta yang lain kepada Muhammad saw.
Pada suatu hari ia berkata kepada isterinya: "Apakah engkau mengetahui wahai Halimah
bahwa engkau telah mengambil seorang anak yang mulia?" Halimah berkata: "Anak kecil itu
tidak menangis dan tidak berteriak kecuali ketika ia telanjang." Ketika anak kecil itu gelisah di
tengah malam dan tidak tidur, maka Halimah membawanya keluar dari kemah dan ia berhenti
bersamanya di bawah sinar bintang. Saat itu anak itu tampak bergembira ketika menyaksikan
langit. Setelah kedua matanya terpuaskan oleh pandangan ke arah langit, ia pun mulai tidur.
Ketika anak itu mencapai tahun yang kedua, maka ia telah disapih, sehingga ibunya ingin
mengambilnya, tetapi Halimah tidak kuat untuk menahan perpisahan ini. Halimah menjatuhkan
dirinya di hadapan kedua kaki sang ibu dan ia mulai menciuminya dan ia meminta agar
membiarkannya bersama anaknya sehingga anak itu benar-benar kuat dan dapat kembali
menghirup udara segar gurun. Akhirnya, Rasulullah saw tinggal di tempat Bani Sa'ad sampai
lima tahun. Dan pada masa lima tahun ini terjadi peristiwa penting yang terkenal dengan
peristiwa pembelahan dada. Kehendak Ilahi telah menetapkan kepada Ruhul Amin, yaitu Jibril
untuk menemui Muhammad bin Abdillah dan membelah dadanya dengan perintah Ilahi serta
menyuci hatinya dengan rahmat dan mengeringkannya dengan cahaya dan mengeluarkan
bagian dunia darinya. Seperti biasanya Rasulullah saw keluar pada suatu hari bersama saudara susuannya dengan
menunggangi sekawanan domba menuju tempat pengembalaan. Di tengah hari, saudaranya
berlari-lari dalam keadaan takut dan menangis sambil berteriak bahwa Muhammad telah
terbunuh. Muhammad diambil oleh dua orang laki-laki yang memakai baju yang putih lalu kedua
orang itu menelentangkannya dan membelah dadanya.
Mendengar hal itu, Halimah sangat kaget dan terpukul. Ia segera pergi sambil berlari mencari
Muhammad dan diikuti oleh suaminya yang mengikuti petunjuk anak kecil dari saudara
Muhammad. Akhirnya, mereka menemukan Muhammad sedang duduk di atas tanah di mana
wajahnya tampak pucat dan kedua matanya menyala.
Halimah dan suaminya mencium dengan lembut dan mulai menampakkan kasih sayangnya.
Kemudian mereka bertanya, "apa yang terjadi?" Muhammad menjawab: "Ketika aku
memperhatikan domba-domba yang sedang bermain aku dikagetkan dengan kedatangan dua
orang yang memakai pakaian yang putih. Mula-mula aku menyangka bahwa mereka adalah
burung yang besar, namun ternyata aku salah. Mereka adalah dua orang yang tidak aku kenal
yang memakai pakaian warna putih. Salah seorang dari mereka berkata kepada temannya
dengan menunjuk ke arahku, "Apakah ini anaknya?" Yang lain menjawab, "benar." Aku
merasakan ketakutan yang luar biasa. Lalu mereka mengambilku dan menidurkan aku serta
14 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membelah dadaku dan mereka mengambil sesuatu darinya hingga mereka mendapatinya dan
membuangnya jauh-jauh. Setelah itu, mereka bersembunyi laksana bayangan."
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Anas dan juga diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad. Para
mufasir berbeda pendapat tentang simbolisme yang dalam ini. Sebagaian besar ulama
menakwilkan peristiwa tersebut. Pakar-pakar klasik, seperti Qurthubi berpendapat bahwa
peristiwa itu diisyaratkan oleh firman-Nya: "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu
dadamu". " (QS. Alam Nasyrah: 1)
Sedangkan tokoh-tokoh hadis, seperti Ghazali berpendapat bahwa manusia istimewa seperti
Muhammad saw tidak mungkin terlepas dari bimbingan Ilahi dan tidak mungkin terkena waswas
sekecil apa pun yang biasa menimpa manusia biasa. Jika suatu kejahatan menjadi suatu
gelombang yang memenuhi cakrawala, maka di sana terdapat hati yang segera memungutnya
dan terpengaruh dengannya, namun hati para nabi dengan adanya bimbingan Allah SWT tidak
akan terpanggil dan tidak terkena arus kejahatan tersebut.
Dengan demikian, usaha para nabi terfokus pada peningkatan kemajuan atau ketinggian, bukan
memerangi kerendahan. Diriwayatkan oleh Abdillah bin Mas'ud bahwa Rasulullah saw
bersabda: "Tidak ada seseorang di antara kalian kecuali ia diawasi oleh temannya dari
kalangan jin dan temannya dan dari kalangan malaikat." Para sahabat berkata: "Apakah hal itu
juga berlaku kepadamu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Ya, tetapi Allah SWT
membantuku, sehingga ia berserah diri dan tidak memerintahkan kepadaku kecuali dalam
kebaikan." Begitulah sikap orang-orang yang dahulu dan para ahli hadis berkaitan dengan peristiwa
pembelahan dada. Kami kira bahwa kejadian yang luar biasa tersebut berhubungan dengan
persiapan Nabi untuk melalui Isra' dan Mi'raj. Ia merupakan perjalanan di mana Rasulullah saw
akan menebus alam angkasa dan akan mencapai alam langit. Kemudian beliau akan
melampaui alam ini, sehingga sampai di Sidratul Muntaha yang di sana terdapat Janatul
Ma'wah. Pandangan tersebut kembali kepada pendapat kami yang mengatakan bahwa peristiwa
pembelahan dada berulang lebih dari sekali saat Rasul saw mencapai usia lima puluh tahun.
Dan peristiwa pembelahan dada terjadi kedua kalinya pada malam Isra' dan Mi'raj.
Bukhari meriwayatkan dari Malik bin Sh'asha'a bahwa Rasulullah saw menceritakan kepada
mereka peristiwa malam Isra' di mana beliau bersabda: "Ketika aku berada di Hathim - atau
beliau berkata di Hijr - saat aku dalam keadaan antara tidur dan bangun, maka seorang datang
kepadaku lalu ia membelah antara ini dan ini. Yaitu antara kerongkongan dan perutnya. Beliau
melanjutkan: Lalu ia mengeluarkan hatiku dan membawa mangkok dari emas yang penuh
dengan keimanan lalu ia menyuci hatiku. Kemudian diulanginya."
Kami kira bahwa pembelahan dada merupakan bentuk simbolis yang menunjukkan kesucian
Rasul saw dan sebagai bentuk penyiapannya untuk melalui Isra' dan Mi'raj. Itu merupakan
pemberitahuan dari Ilahi bahwa anak ini akan mencapai suatu kedudukan yang belum pernah
dicapai oleh manusia dan tidak akan dicapai manusia sesudahnya. Setelah peritiwa
pembelahan dada, berubahlah kehidupan anak kecil itu di mana sebagian besar waktunya
digunakan untuk merenung dan menyendiri. Dari roman wajahnya tampak keseriusan yang
biasanya menghiasi wajah orang-orang dewasa.
Berlalulah hari demi hari, tahun demi tahun dan Selesailah masa menetapnya bersama Halimah
di dusun Bani Sa'ad. Beliau sangat terpengaruh dan sangat terkesan dengan keadaan di sana.
Diriwayatkan bahwa beliau pemah mengingat masa kecilnya di Bani Sa'ad dan beliau
membanggakannya. Beliau menyebutkan pengorbanan mereka dan sikap mereka yang baik.
Beliau berkata: "Aku termasuk dari Bani Sa'ad, tanpa bermaksud menyombongkan diri. Jika
mereka berhadapan atau menyaksikan salah seorang mereka lapar, maka mereka akan
membagi makanan di antara mereka."
15 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kemudian Muhammad bin Abdillah kembali ke Mekah saat usianya lima tahun. Beliau hidup
beberapa hari bersama ibunya di mana si ibu merasakan kesedihan yang dalam atas kepergian
ayahnya. Sesuai janji untuk mengingat ayahnya yang telah pergi, Aminah menetapkan untuk
mengunjungi kuburannya di Yatsrib. Jarak antara Mekah dan Yatsrib lebih dari lima ratus kilo
meter di gurun yang kering yang jauh dari tanda-tanda kehidupan. Anak itu menempuh
peijalanan yang berat. Setelah perjalanan yang berat ini, Muhammad bin Abdillah tinggal di
tempat paman-paman dari ibunya di Madinah selama satu bulan. Muhammad melihat rumah
yang di situ ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan. Ia berziarah bersama ibunya ke kuburan
yang sederhana yang ayahnya dikuburkan di dalamnya. Mula-mula pikirannya terfokus pada
keadaan yatim sambil ia mulai memperhatikan linangan air mata ibunya yang diam.
Selesailah masa satu bulan keberadaannya di sisi paman-pamannya. Kemudian ibunya
menemaninya untuk kembali ke Mekah. Kedua anak manusia itu sampai di pertengahan jalan.
Muhammad bin Abdillah tidak mengetahui rahasia kepucatan wajah ibunya. Lalu malaikatul
maut turun di suatu tempat yang yang bernama Abwa. Di situlah Aminah binti Wahab telah
bertemu dengan kekasihnya, Allah SWT.
Sang ibu meninggal dan meninggalkan anak satu-satunya bersama seorang pembantu.
Pembantu itu menampakkan rasa kasihnya terhadap anak kecil yang kehilangan ayahnya saat
masih janin dan kehilangan ibunya saat berusia enam tahun. Muhammad bin Abdillah kini
menjadi sendiri dan ia dalam keadaan menangis. Ia mencapai kematangan setelah ia melewati
kesedihan kehidupan dan kerasnya kehidupan sebagai anak yatim.
Rasulullah saw pernah ditanya setelah masa diutusnya: "Bagaimana pandanganmu?" Beliau
menjawab: "Pengetahuan adalah modalku. Akal adalah dasar agamaku. Cinta adalah
pondasiku. Zikrullah adalah kesenanganku. Dan kesedihan adalah temanku."
Allah SWT telah menyiramkan kepadanya sungai-sungai kesedihan sehingga beliau dapat
memberikan kepada manusia buah dari kegembiraan dan ketulusan.
Anak kecil itu kembali ke Mekah dalam keadaan sedih dan ia tampak terpaku. Lalu Abdul
Muthalib, kakeknya menampakkan cinta yang luar biasa dan penghormatan padanya. Setelah
dua tahun ketika Muhammad bin Abdillah berusia delapan tahun, maka meninggallah salah
satu benteng yang terbaik yang menjaganya, yaitu kakeknya Abdul Muthalib. Kemudian anak
kecil itu kini merenungi kakeknya laksana orang dewasa. Ia tampak tegar seperti layaknya
orang dewasa. Kita tidak mengetahui mengapa terjadi demikian. Mengapa hikmah Allah SWT mencegah Nabi
yang terakhir untuk mendapatkan kasih sayang seorang ayah, kasih sayang seorang ibu, dan
bimbingan seorang kakek" Apakah Allah SWT ingin memberi Nabi yang terakhir suatu kasih
sayang dan cinta yang semata-mata bersumber dari sisi-Nya" Apakah Allah SWT ingin
mendidiknya dengan kesedihan dan memberinya perasaan-perasaan yang penuh dengan
penderitaan" Apakah Allah SWT ingin membuat hati Rasul-Nya hanya tertuju kepadanya"
Dahulu Allah SWT berkata kepada Musa:
"Dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku." (QS. Thaha: 41)
Dahulu Allah SWT memberi kabar gembira kepada Musa di dalam Taurat sebagaimana Isa
memberi kabar gembira di dalam Injil dengan kedatangan seorang Nabi setelahnya yang
bernama Ahmad. Dan Nabi Musa meminta kepada Tuhannya agar memberinya dan memberi
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
umatnya puncak keutamaan, lalu Allah SWT menjawab bahwa Dia telah menetapkan
keutamaan ini kepada Nabi yang terakhir Ahmad dan umatnya.
Allah SWT telah memilih Musa untuk diri-Nya. Meskipun Demikian, Dia tidak mencegahnya
untuk mendapatkan kasih sayang seorang ibu dan mendidiknya di tengah-tengah keluarganya.
Namun Dia berkehendak untuk menjadikan Nabi yang terakhir tercegah dari mendapatkan
kasih sayang seorang manusia dan cinta seorang manusia, sehingga Nabi tersebut hanya
16 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendapatkan kasih sayang Ilahi dan cinta Ilahi.
Allah SWT berfirman menceritakan tentang keadaan Rasul terakhir:
"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapun
terhadap anak yatim, maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang
yang meminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu
maha hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). " (QS. ad-Dhuha: 6-11)
Makna ayat tersebut secara harfiah adalah bahwa beliau dalam keadaan yatim lalu Allah SWT
melindunginya; beliau dalam keadaan tersesat lalu Allah SWT memberinya petunjuk; beliau
dalam keadaan fakir lalu Allah SWT memampukannya. Allah SWT melindunginya dengan
mengasuhnya, membimbingnya, dan mencukupinya. Itu adalah derajat keutamaan yang tidak
pernah dicapai oleh seseorang pun di dunia.
Setelah kematian kakeknya, maka pamannya Abu Thalib mengasuhnya. Allah SWT telah
meletakkan kecintaan pada hati pamannya, sehingga pamannya mengutamakan Muhammad
saw daripada anak-anaknya dan memuliakannya serta menghormatinya, bahkan Abu Thalib
mendudukkannya di ranjangnya yang biasa dibentangkannya di hadapan Ka'bah di mana tidak
ada seorang pun yang duduk selainnya.
Muhammad bin Abdillah hidup di jantung gurun Mekah sebagai seorang yang memiliki
kesadaran yang tinggi di antara kaum yang sedang lalai dan kaum yang mabuk-mabukan dan
para penyembah berhala serta para pedagang minuman keras dan para syair dan orang-orang
yang berperang dan tokoh-tokoh kabilah.
Muhammad bin Abdillah seorang yang banyak diam dan ketika usianya semakin dewasa, maka
ia bertambah banyak diam. Beliau tidak berbicara kecuali jika diajak seseorang berbicara;
beliau tidak terlibat dalam permainan hura-hura anak-anak muda; beliau merasakan kesedihan
yang dalam; beliau sering menyendiri dan membuka matanya di hamparan pasir-pasir.
Mulutnya terdiam dan akalnya berpikir. Beliau merenungkan di masa kecilnya bagaimana
kaumnya bersujud terhadap berhala dan terpukau dengannya; bagaimana orang-orang berakal
mau bersujud kepada batu-batu yang tidak memberikan mudharat dan manfaat dan tidak
berbicara serta tidak dapat melakukan apa-apa. Beliau mewarisi dari kekeknya Ibrahim
kebencian yang fitri terhadap dunia berhala dan patung.
Di dalam dirinya terdapat penghinaan yang besar terhadap sembahan-sembahan dari batu ini,
suatu penghinaan yang menjadikannya tidak mau mendekat selama-lamanya terhadap patung
tersebut. Namun hatinya yang besar dipenuhi dengan kesedihan yang lebih hebat dari
kesedihan kakeknya Ibrahim. Beliau sedih karena akal manusia menyembah batu dan emas,
kesombongan serta kekuasaan penguasa; beliau mendengar apa yang dikatakan manusia dan
mengamat-amati urusan kehidupan dan keadaan masyarakat; beliau juga menyaksikan betapa
banyak pertentangan dan perkelahian di antara manusia yang justru disebabkan oleh
masalahmasalah yang sepele, sehingga keheranan beliau semakin bertambah dan sudah barang
tentu kesedihannya pun semakin dalam. Tidakkah manusia mengetahui bahwa mereka akan mati
seperti ayahnya, ibunya, dan kakeknya" Mengapa mereka menimbulkan pertentangan ini,
hingga mereka mendapatkan lebih banyak kejahatan"
Ketika usianya semakin bertambah, maka bertambahlah kezuhudannya dalam hidup, dan
sepak terjangnya terus bersinar memenuhi penjuru Mekah. Beliau tidak sama dengan
seseorang pun dari kalangan pemuda saat itu. Meskipun kami kira bahwa kesedihannya
disebabkan oleh hal-hal yang umum, tetapi beliau tidak mengungkapkan kegelisahan hatinya
pada seseorang pun. Beliau belum bertujuan untuk memperbaiki masyarakat atau
kemanusiaan. Benar bahwa pertanyaan-pertanyaan kritis timbul dalam benaknya dan ingin
17 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
segera menemukan jawaban, tetapi akalnya sendiri tidak dapat menemukan jawaban atau jalan
keluar. Inilah yang dimaksud dengan makna ayat:
"Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk."
(QS. adh-Dhuha: 7) Yang dimaksud ad-Dhalal (kesesatan) di sini ialah kebingungan akal dalam menafsirkan
kejahatan dan usaha melawannya karena ketiadaan senjata dan kecilnya usia. Semua itu justru
menambah sikap diam anak kecil itu dan menjauhkannya dari dunia yang akan mencemari
akal, sehingga akalnya selamat dari segala noda dan tetap di bawah naungan kejernihannya.
Anak kecil itu tetap jauh dari dosa-dosa yang dilakukan oleh kaumnya yang berupa
kecenderungan untuk menyembah berhala dan cinta kekuasaan dan kebanggaan. Ia selalu
mendekat dan lebih mendekat kepada hakikatnya yang suci; ia mampu mempengaruhi orang
lain dengan jiwanya yang bersih dan rahmatnya atau kasih sayangnya tertuju kepada manusia,
bahkan kepada binatang dan burung. Ketika ia duduk akan makan lalu ada burung merpati
berkeliling di seputar makanannya rnaka ia meninggalkan makanannya untuk burung itu. Pada
saat orang-orang memukul anjing yang mendekat kepada makanan mereka, maka ia justru
mencabut suapan yang ada di mulutnya dan memberikannya pada anjing, kucing, anak-anak
kecil, dan orang-orang fakir. Bahkan seringkali di waktu malam ia tidur dalam keadaan lapar
karena ia memberikan makanannya ke orang lain.
Muhammad saw adalah seorang fakir yang harus bekerja agar dapat makan, maka beliau
bekerja sebagai pengembala kambing, seperti Nabi Daud, Nabi Musa, dan nabi-nabi yang lain
yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian beliau melakukan perjalanan bersama kafilah
pamannya Abu Thalib menuju Syam saat beliau berusia tiga belas tahun. Beliau menyaksikan
keadaan umat-umat yang lain, maka keheranannya semakin bertambah terhadap masa
jahiliyah ini. Ketika beliau menyaksikan orang-orang tersesat, maka kesedihannya semakin
bertambah dan hatinya semakin tersentuh dan pikirannya semakin dalam.
Pada saat perjalanan menuju ke Syam ini terjadi suatu peristiwa terhadap anak kecil itu.
Kemungkinan besar itu justru menambah kebingungannya. Seorang pendeta yang bernama
Buhaira berdiri di jendela rumah yang menjadi tempat peribadatannya di Suria. Tiba-tiba ia
memperhatikan suatu awan putih - tidak seperti biasanya - yang menghiasai langit yang biru.
Saat itu udara sangat terang, sehingga munculnya awan tersebut sangat mengherankan.
Kemudian pandangan Buhaira yang tertuju ke langit, kini tertuju ke bumi di mana ia mendapati
awan itu menyerupai burung yang putih yang menaungi kafilah kecil yang menuju ke arah utara.
Buhaira memperhatikan bahwa awan tersebut mengikuti kafilah.
Jantung Buhaira berdebar dengan keras karena ia mengetahui melalui buku-buku peninggalan
kaum Masehi yang otentik bahwa seorang nabi akan muncul ke dunia setelah Isa. Sifat dan
kabar nabi tersebut diceritakan dalam buku-buku kuno. Buhaira segera meninggalkan
tempatnya, lalu ia segera memerintahkan untuk menyiapkan makanan yang besar. Kemudian ia
mengutus seseorang untuk menemui kafilah tersebut dan mengundang mereka untuk jamuan
makan. Salah seorang mereka berkata dengan nada bercanda kepada Buhaira: "Demi Lata dan
'Uzza, engkau hari ini tampak lain wahai Buhaira. Engkau tidak pernah melakukan demikian
kepada kami, padahal kami telah melewati dan singgah di tempat ini lebih dari sekali. Ada
peristiwa apa gerangan wahai Buhaira?"
Buhaira menjawab: "Hari ini kalian adalah tamu-tamuku." Pertanyaan orang tersebut tidak
dijawab dengan terang-terangan. Ia sengaja menghindarinya dan tidak menyingkapkan rahasia
kemuliaan yang datangnya tiba-tiba ini. Buhaira memberi makan mereka dan mulai
memperhatikan di antara mereka adanya seseorang yang memiliki tanda-tanda yang dibacanya
dalam kitab-kitabnya yang kuno tentang seorang rasul yang ditunggu. Namun ia tidak
menemukannya, hingga ia bertanya kepada mereka: "Wahai kaum Quraisy, apakah ada
seseorang yang tidak hadir bersama jamuanku ini?" Mereka menjawab: "Benar, ada seseorang
18 23. Tengkorak Maut Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang tidak ikut bersama kami. Kami meninggalkannya karena ia masih kecil." Buhaira berkata:
"Sungguh aku telah mengundang kamu semua. Panggilah ia supaya hadir bersama kami dan
memakan makanan ini." Salah seorang lelaki dari kaum Quraisy berkata: "Demi Lata dan 'Uzza,
sungguh tercela bagi kami untuk meninggalkan Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib dari
jamuan yang kami diundang di dalamnya.
Pamannya meminta maaf karena Muhammad masih kecil, kemudian sebagian mereka berdiri
dan menghadirkannya. Belum lama Buhaira memandangi kejernihan dua mata Muhammad,
sehingga ia mengetahui bahwa ia telah mendekati tujuannya. Buhairah terpaku ketika
memandangi Muhammad bin Abdillah sehingga kaum selesai makan dan mereka berpisah.
Muhammad bin Abdillah duduk sendirian. Buhaira menghampirinya dan berkata: "Wahai anak
kecil, demi kedudukan Lata dan 'Uzza, sudikah kiranya engkau memberitahu aku terhadap apa
yang aku tanyakan kepadamu?" Buhaira ingin mengetahui sikap anak ini terhadap berhala
kaumnya. An (http://cerita-silat.mywapblog.com)
1924. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
http://cerita-silat.mywapblog.com ( Saiful Bahri - Seletreng - Situbondo )
ak kecil itu menjawab: "Jangan engkau bertanya kepadaku tentang Lata dan
'Uzza. Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku benci daripada keduanya." Buhaira
berkata: "Dengan izin Allah aku ingin bertanya kepadamu." Anak kecil itu menjawab: "Tanyalah
apa saja yang terlintas di benakmu."
Buhaira bertanya kepada anak kecil itu tentang keluarganya, kedudukannya di tengah-tengah
kaumnya, mimpinya dan pendapat-pendapatnya. Dialog tersebut terjadi jauh dari pantauan
kaum karena mereka tidak akan diam ketika mendengar bahwa Muhammad membenci
berhalaberhala mereka. Kemudian Muhammad menjawab pertanyaan-pertanyaan Buhaira dengan
yakin, hingga membuat Buhaira mantap bahwa ia sekarang duduk bersama seorang Nabi yang
kabar berita gembiranya disampaikan oleh Nabi Isa sebagaimana disampaikan oleh nabi-nabi
dari kaum Israil dari kaum Nabi Musa. Setelah itu, ia bangkit meninggalkan anak kecil itu dan
menuju ke Abu Thalib ia bertanya tentang kedudukan anak kecil itu di sisinya. Abu Thalib
menjawab: "Ia adalah anakku." Buhaira berkata: "Tidak mungkin ayahnya masih hidup." Abu
Thalib berkata: "Benar. Ia anak saudaraku. Ayahnya dan ibunya telah meninggal." Buhaira
berkata: "Engakau benar, kembalilah kamu ke negerimu dan hati-hatilah dari kaum Yahudi."
Abu Thalib bertanya tentang rahasia dari apa yang dikatakan oleh pendeta itu. Pendeta itu
mulai mengetahui bahwa ia telah berbicara lebih dari yang semestinya. Lalu ia berkata: "Ia akan
memiliki kedudukan tertentu." Buhaira tidak menjelaskan lebih dari itu dan ia tidak menentukan
kedudukan yang dimaksud. Lalu berlalulah peristiwa tersebut tanpa terlintas dari benak seseorang atau tanpa menggugah
kesadaran di antara mereka. Kisah tersebut tidak membawa pengaruh berarti bagi kafilah atau
kepada Nabi sendiri. Kafilah menganggap bahwa penghormatan pendeta kepada Muhammad
bin Abdillah dan memberitahunya akan kedudukan yang akan disandangnya adalah sematamata
basa-basi yang biasa diucapkan di atas meja makan ketika para tamu memuji
kedermawanan tuan rumah. Dan sebagai balasannya, orang yang mengundang akan memuji
akhlak para pemuda mereka. Alhasil, peristiwa tersebut tidak membawa pengaruh apa pun,
baik bagi Muhammad maupun bagi sahabat-sahabat yang ikut dalam kafilah, sehingga mereka
tidak mengetahui rahasia perkataan pendeta dan mereka tidak menyebarkan pembicaraan
yang mereka dengar darinya. Peristiwa itu tersembunyi meskipun ia sungguh sangat
membingungkan Muhammad. Apa gerangan yang terjadi antara dirinya dan orang-orang Yahudi, sehingga pendeta perlu
mengingatkan pamannya dari ancaman mereka" Apa kedudukan yang akan diembannya
seperti yang diceritakan oleh pendeta itu" Dan apa hubungan semua ini dengan
kesedihankesedihannya yang dalam serta kebingungannya" Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sedikit demi sedikit berputar di benaknya. Kemudian seperti biasanya kafilah tersebut kembali ke Mekah.
Muhammad kembali menuju keterasingannya. Ia memperhatikan keadaan alam di sekitarnya.
Kemudian ia melihat kembali penderitaannya; ia berusaha untuk mendapatkan kehidupannya;
ia mengabdi kepada manusia dan mengorbankan apa saja demi kemuliaan mereka.
Hari demi hari berlalu. Muhammad saw tampil dengan pakaian ketulusan kasih sayang, dan
amanah serat cinta, sebagaimana pelita dipenuhi oleh cahaya, sehingga kejujurannya terkenal
di tengah-tengah kaumnya. Bahkan kejujuran dan amanatnya tidak bakal diragukan oleh
seseorang pun dari penduduk Mekah. Dan ketika beliau datang dengan membawa risalahnya
dan beliau ditentang mayoritas masyarakatnya, namun tak seorang pun yang berani meragukan
kejujurannya. Mereka hanya menuduh bahwa ia terkena sihir atau kesadarannya telah hilang.
Pada tahun ketiga belas dari masa kenabian, ketika semua kabilah sepakat untuk
1 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membunuhnya dan mengucurkan darahnya di antara para kabilah dan mereka mengepung
rumahnya, maka di saat situasi yang sulit ini beliau menetapkan untuk berhijrah. Tetapi
sebelumnya beliau mewasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib, anak pamannya untuk tetap tinggal
di rumahnya agar ia dapat mengembalikan amanat yang dititipkan oleh semua musuhnya dan
para sahabatnya. Ini beliau maksudkan agar Ali dapat menyerahkan amanat tersebut di waktu
pagi kepada para pemiliknya. Anda dapat melihat betapa para musuhnya merasa aman
terhadap harta mereka ketika dijaga oleh Muhammad saw.
Hari demi hari berlalu dan tahun demi tahun pun lewat. Sementara itu, kesucian dan kejujuran
Muhammad saw semakin meningkat. Dan di tengah lautan keheningan yang mencekam, ketika
Muhammad bin Abdillah menyebarkan layar perahunya yang putih, maka ia harus menemui
hakikat azali yang bertemu dengan-nya semua nabi dan rasul. Muhammad bin Abdillah
mengetahui bahwa alam yang besar ini mempunyai Tuhan Pengatur dan Pencipta; Tuhan yang
Maha Satu dan yang tiada tuhan selain-Nya.
Muhammad dijauhkan dari suasana kenikmatan dan foya-foya yang biasa dilakukan oleh para
pemuda seusianya. Dan ketika pemuda Mekah berbangga-bangga dengan banyaknya
minuman keras yang mereka minum dan banyaknya bait-bait syair yang mereka katakan
tentang wanita, maka Muhammad bin Abdillah telah menemukan jati dirinya di suatu gua yang
tenang di gunung yang besar. Ia memilih untuk menghabiskan waktunya di dalam keheningan
gua tersebut. Ia merenung dengan hatinya tentang keadaan alam; ia memikirkan keagungan
rahasia-rahasianya dan rahmat Penciptanya serta kebesaran-Nya.
Pada tahun yang kedua puluh lima, beliau mengenal Ummul Mu'minin, isterinya yang pertama,
yaitu Khadijah binti Khuwailid yang saat itu berusia empat puluh tahun. Khadijah adalah wanita
yang mulia dan mempunyai cukup harta. Ia berdagang dan suaminya telah meninggal. Banyak
orang yang mendekatinya dengan alasan untuk mendapatkan kekayaannya. Khadijah mencari
seseorang laki-laki yang dapat membawa harta dagangannya menuju Syam, lalu Khadijah
mendengar berita yang cukup banyak berkenaan dengan kejujuran dan amanat serta kesucian
Muhammad bin Abdilah. Akhirnya, Khadijah mengutus Muhammad saw untuk membawa
barang dagangannya. Muhammad saw pergi dalam perjalanannya yang kedua ke Syam saat
beliau berusia dua puluh lima tahun. Allah SWT memberkati perjalannya di mana beliau kembali
dengan membawa keuntungan yang berlipat ganda yang diserahkannya kepada Khadijah.
Muhammad saw tidak peduli dengan harta Khadijah dan tidak peduli kepada kecantikannya;
Muhammad saw hanya memandang kemuliaan yang dipegangnya. Kemudian Khadijah
merasakan getaran cinta terhadap Muhammad saw. Dan Akhirnya, ia mengutarakan keinginan
untuk menikah dengannya, hingga Muhammad saw pun setuju.
Paman Muhammad saw, Abu Thalib berdiri dan menyampaikan khotbah pada saat perayaan
perkawinannya: Muhammad saw tidak dapat dibandingkan dengan seorang pun dari kaum
Quraisy karena ia adalah seorang yang mulia, baik dari sisi akal maupun ruhani. Meskipun ia
seorang yang fakir namun harta adalah naungan yang akan hilang dan benda yang bersifat
sementara. Setelah menikah, Muhammad saw justru mendapatkan kesempatan yang lebih besar untuk
merenung dan menyendiri serta beribadah. Kemudian kehidupan yang dijalaninya justru
meningkatkan kemuliaannya, sehingga keutamaannya tersebar di sana sini. Beliau tidak pernah
terlibat dalam pergulatan yang keras untuk memperebutkan materi-materi dunia. Beliau selalu
menggunakan akal sehatnya daripada terlibat dalam kesesatan mereka dan kegelapan berhala
yang menyelimuti banyak orang pada saat itu. Kemudian usianya kini mendekati empat puluh
tahun. Setelah merasakan kesunyian di tengah-tengah masyarakat, beliau lebih memilih untuk
menjauh dari mereka. Beliau mencari-cari hakikat, sehingga Allah SWT membimbingnya untuk
menyendiri di gua Hira. Akhirnya, beliau dapat keluar dari Mekah. Beliau berjalan beberapa mil.
2 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kemudian beliau mulai mendaki dan mendaki. Setiap kali ia mendaki gunung, maka tempat itu
semakin luas. Udara tampak lembut dan tersingkaplah hijab, dan pandangan semakin
terbentang. Kemudian beliau memasuki gua. Keheningan menyelimuti segala sesuatu, namun
hati tetap sadar dan tidak ada sesuatu yang dapat menghalang-halangi pandangan internal
yang dalam. Dalam suasana kesunyian terkadang lahirlah pemikiran-pemikiran yang cemerlang
yang kemudian menyebarkan sayap-sayapnya dan membumbung, pertama-tama di atas
angkasa gua lalu tersebar menuju ke tempat yang lebih luas. Tidak ada sesuatu pun yang
membatasinya atau mengekang kebebasannya.
Kita tidak mengetahui pikiran-pikiran apa yang terlintas pada manusia termulia dan terbesar di
atas bumi itu saat beliau duduk di gua Hira beberapa bulan. Apa yang beliau pikirkan dan apa
gerangan yang beliau risaukan" Mimpi apa yang ada di benaknya dan perasaan-perasaan apa
yang lahir dalam hatinya" Bagaimana keadaan batu-batu yang ada di sisinya" Apakah atomatom
batu yang berputar di sekelilingnya menyahuti tasbihnya yang diam, seperti atom-atom
batu yang bersahut-sahutan bersama Daud saat ia membaca kitabnya Zabur.
Kami tidak mengetahui secara pasti bentuk kelahiran yang terjadi dalam dirinya. Yang kita
ketahui adalah bahwa beliau tidak berpikir tentang kenabian dan beliau tidak berpikir untuk
memberikan petunjuk kepada manusia; beliau tidak melakukan praktek-praktek sufisme karena
beliau sudah menjadi seorang sufi sebelum diutus di tengah-tengah manusia. Kemudian Allah
SWT memilihnya sebagai Nabi lalu beliau meninggalkan uzlahnya dan turun ke medan serta
membawa senjata. Beliau mempertahankan kebenaran, sehingga beliau bertemu dengan
Tuhannya. Mula-mula lahirlah tasawuf dan setelahnya lahirlah jihad di jalan Allah SWT.
Tasawuf bukanlah puncak atau hasil sebagaimana diyakini oleh manusia sekarang, tetapi ia
adalah permulaan jalan yang panjang di mana pada akhirnya yang bersangkutan menggunakan
senjata sebagai bentuk usaha untuk membela manusia dan kehormatannya.
Pada suatu hari beliau duduk di gua Hira dan tiba-tiba beliau dikagetkan dengan kedatangan
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jibril yang berdiri di depan pintu gua. Malaikat tersebut memeluknya erat-erat lalu
memerintahkannya untuk membaca sambil berkata: "Bacalah!" Muhammad bin Abdillah
menjawab: "Aku tidak mampu membaca." Beliau ingin mengatakan bahwa beliau tidak
mengenal bacaan dan tulisan. Kalau begitu, apa yang harus beliau baca" Malaikat kembali
memeluknya dengan kuat sehingga Rasulullah saw menganggap bahwa ia meninggal.
Kemudian malaikat melepasnya dan memerintahkannya untuk membaca. Beliau kembali
menjawab: "Aku tidak bisa membaca." Malaikat yang mulia kembali memeluknya dan kembali
memerintahkan untuk membaca. Dan lagi-lagi Rasulullah saw menjawab dengan gemetar: "Apa
yang aku baca?" Kemudian Jibril membaca permulaan ayat-ayat yang turun kepada beliau:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya." (QS. al-'Alaq: 1-5)
Setelah peristiwa itu, Jibril menghilang secara tiba-tiba sebagaimana ia muncul secara tiba-tiba.
Rasulullah saw merasakan dalam dirinya kejadian yang luar biasa yang pernah dirasakan oleh
Nabi Musa saat beliau mendengar panggilan-panggilan suci di lembah Thuwa. Sebagaimana
Nabi Musa lari ketakutan, maka Muhammad bin Abdillah pun segera menuju ke rumahnya
dalam keadaan ketakutan. Ia turun ke gunung dan kembali ke rumahnya dan kembali ke
isterinya. Tubuhnya yang mulia bergetar denga keras dan beliau merasakan ketakutan dan
kegelisahan. Apakah beliau kali ini berhubungan dengan jin atau alam perdukunan" Apakah beliau telah
mengigau sehingga beliau mendengar suara-suara dan melihat wajah-wajah yang belum
pernah dilihatnya" Rasulullah saw mengkhawatirkan dirinya karena beliau sangat benci kepada
perdukunan. Beliau memasuki rumahnya dengan keadaan gemetar. Beliau berkata kepada
3 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
isterinya: "Selimutilah aku, selimutilah aku!" Kemudian isterinya segera menyelimuti dengan
selimut dari wol dan mengusap keringat yang berada di keningnya. Isterinya dikagetkan dengan
kepucatan wajah beliau yang mulia dan kegemetaran tubuhnya.
Khadijah bertanya kepadanya: "Apa yang sedang terjadi?" Kemudian Muhammad saw
menceritakan secara detail apa yang dialaminya. Kemudian ia berkata: "Sungguh aku khawatir
terhadap diriku." Khadijah mengetahui bahwa ia sekarang berhadapan dengan masalah yang
serius, suatu berita gembira yang ia tidak mengetahui hakikatnya, suatu berita gembira yang
seharusnya tidak dihadapi Muhammad saw dengan kekhawatirkan dan kegelisahan.
Khadijah berkata dengan maksud untuk meredakan ketakutannya: "Tenanglah. Demi Allah,
Allah SWT tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Sungguh engkau adalah seorang
yang baik, yang menyambung tali silaturahmi, yang berbicara dengan jujur, dan yang
menghormati tamu." Meskipun kalimat-kalimat tersebut penuh dengan kedamaian dan kesejukan, tetapi kegelisahan
Rasul saw juga belum hilang. Kemudian Khadijah pergi bcrsama beliau ke rumah Waraqah bin
Nofel, yaitu anak dari paman Khadijah. Waraqah adalah seorang Nasrani dan dia mampu
menulis kitab dalam bahasa Ibrani dan ia cukup mengetahui kitab-kitab Taurat dan Injil di mana
matanya telah buta karena masa tua.
Khadijah berkata kepadanya: "Wahai putra pamanku, dengarlah dari anak saudaramu."
Waraqah berkata: "Wahai anak saudaraku, apa yang engkau lihat?" Rasulullah saw
menceritakan apa yang dialaminya secara sempurna. Waraqah berkata sambil mengangkat
kepalanya yang tampak keheranan: "Itu adalah Namus (Jibril) yang Allah SWT turunkan kepada
Musa." Sebagai seorang yang mengerti, Waraqah bin Nofel mengetahui bahwa ia berada di
hadapan seorang Nabi yang berita gembiranya disampaikan oleh Taurat dan Injil.
Setelah keheningan sesaat, Waraqah berkata: "Seandainya aku masih hidup ketika kaummu
mengeluarkanmu dan mengusirmu." Rasulullah saw bertanya: "Mengapa aku harus diusir oleh
mereka"'' Waraqah menjawab: "Benar, tidak ada seorang pun yang akan datang seperti dirimu
kecuali engkau akan mengalami penderitaan dan pengusiran. Seandainya aku hadir di saat itu
niscaya aku akan menolongmu."
Demikianlah, akhirnya Islam pun dikembangkan. Kehendak Allah SWT terlaksana dan Allah
SWT telah memilih Nabi yang terakhir di muka bumi dan orang Muslim yang pertama.
Barangkali pembaca akan bertanya: Apa hakikat dari Islam" Apabila Muhammad saw sebagai
Nabi yang terakhir yang diutus oleh Allah SWT di muka bumi dan kita mengetahui bahwa para
nabi semuanya sebagai Muslim, maka bagaimana beliau dapat dikatakan mendahului mereka
dalam keislaman dan menjadi orang Muslim yang pertama"
Islam yang dibawa oleh Muhammad saw tidak berbeda dalam esensinya dengan Islam yang
dibawa oleh Nabi Nuh, Nabi Musa, Nabi Isa atau nabi yang lain, tetapi yang berbeda adalah
bentuknya, sedangkan esensinya tetap seperti semula, yakni berdasarkan tauhid. Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw berbeda dalam bentuknya dengan Islam yang dibawa nabinabi
sebelumnya karena sebab yang penting, yakni bahwa Islam ini merupakan ajaran yang
universal dan berisi aspek kemanusiaan yang abadi. Islam tidak terbatas atas orang-orang Arab
tetapi ia berlaku atas semua golongan. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw tidak
terbatas untuk kabilah tertentu atau bangsa tertentu atau bumi tertentu atau lingkungan tertentu
atau zaman tertentu, tetapi ia untuk semua manusia. Atau dengan kata lain, ia merupakan
ajakan untuk membangkitkan akal manusia di mana saja mereka berada tanpa ada batasan
tempat atau waktu. Universalitas ajaran Islam tidak dikenal pada risalah-risalah Ilahi sebelumnya di mana setiap
risalah itu diperuntukkan bagi bangsa tertentu dan zaman tertentu. Oleh karena itu, mukjizatmukjizat
yang mengagumkan yang bersifat temporal seringkali mendukung risalah-risalah yang
dahulu. Ketika Islam datang sebagai bentuk ajakan untuk menghidupkan akal manusia secara
4 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bebas, maka di sana tidak ada alasan untuk membawa mukjizat yang mengagum-kan. Hanya
ada satu kata yang dapat dijadikan pembuka untuk berdakwah dan membuka akal manusia,
yaitu kata "iqra"' (bacalah). Dan hendaklah bacaan ini berdasarkan nama Allah SWT. Dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Coba Anda
renungkan permulaan pertumbuhan dan puncak pencapaian. Di sini tersembunyi mukjizat yang
hakiki jika Anda berusaha mencari mukjizat yang hakiki.
Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Mulia, yang memberikan nikmat penciptaan dan rezeki
serta rahmat dan kelembutan. Dia Maha Mulia yang mengajarkan manusia apa saja yang tidak
diketahuinya. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ajakan untuk membaca. Ia adalah dakwah
yang menunjukkan kedudukan ilmu. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
orang-orangyang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28)
antara hamba-hamba-Nya hanyalah Takut kepada Allah SWT tidak akan muncul kecuali berdasarkan ilmu. Mustahil kebodohan
dengan bentuk apa pun akan melahirkan rasa takut. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam
ilmu adalah hal yang pokok. Ia bukan kemewahan dan bukan hanya perhiasan. Kaum Muslim
telah mengalami masa kemuliaan dan kejayaan dan mereka berhasil menguasai bumi ketika
mereka memahami Islam secara benar, tetapi ketika pemahaman ini jauh dari mereka, maka
mereka kembali dalam keadaan yang paling buruk, bahkan lebih buruk daripada masa jahiliah.
Jadi, ilmu dalam Islam merupakan tujuan yang mulia dan utama dalam penciptaan alam wujud.
Kisah Nabi Adam dan Hawa, sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an adalah bukan sematamata
kisah kesalahan memakan pohon tcrlarang, tetapi ia juga kisah yang memiliki dimensidimensi yang
dalam dan aspek-aspek yang beraneka ragam. Ketika Anda menyclami
kedalamannya, maka Anda akan dapat menemukan simbol-simbol dari makna-makna yang
lebih penting. Dialog internal yang dialami oleh para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam untuk
memakmurkan bumi dan menjadi khalifah di dalamnya serta pengajaran yang diperoleh Nabi
Adam tentang nama-nama semuanya dan bagaimana beliau mengemukakan nama-nama
tersebut kepada para malaikat, serta ketidaktahuan mereka tentang nama-nama itu, kemudian
usaha Nabi Adam untuk memberitahu mereka tentang apa yang diketahuinya serta
pengetahuan para malaikat tentang rahasia pemilihan Nabi Adam dan para keturunannya untuk
memakmurkan bumi, semua ini menjadikan tujuan dari penciptaan manusia adalah pencapaian
ilmu atau ma'rifah secara umum. Pandangan tersebut dikuatkan oleh firman Allah SWT:
"Dan Ahu tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-(Ku)." (QS. adzDzariat: 56)
Lalu bagaimana kita memahaminya saat ini dan bagaimana generasi yang pertama dari kaum
Muslim dan dari sahabat-sahabat Rasul saw dan para pengikutnya dan para tentaranya
memahaminya" Saat ini kita memahaminya dengan pemahamam yang sederhana. Kita
mengetahui bahwa kalimat "untuk menyembah-Ku " berarti ritualitas dalam beribadah dan
aspek-aspek lahiriahnya, seperti mengucapkan kalimat syahadat, salat, puasa, haji, zakat dan
lain-lain. Sehingga orang-orang yang salat diperbolehkan untuk menyembah Allah SWT di
negeri mereka atau di rumah-rumah mereka, meskipun mereka hidup di bawah pemikiran
orang-orang Barat dan membeli produk-produk yang dibuat mereka serta memanfaatkan ilmu
dan kecanggihan tehnologi orang-orang Barat. Namun mereka sendiri tidak menghasilkan apaapa.
5 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka tidak dapat memberikan kontribusi kepada kehidupan; mereka tak ubah-nya
seperti bulu yang dimainkan oleh ombak. Sedangkan pemahaman yang dahulu berkaitan
dengan kalimat tersebut sebagai berikut:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-(Ku). " (QS. adzDzariat:
56) Ibnu Abbas membacanya: "Illa liya'rifuun." (Agar mereka mengetahui). Perhatikanlah
bagaimana pentingnya perbedaan antara praktek-praktek ibadah dengan bentuk-bentuknya dan
kedalamannya yang jauh dalam ma'rifah yang menyebabkan rasa takut kepada Allah SWT.
Orang Muslim yang pertama meyakini bahwa Allah SWT menciptakannya agar ia mengetahui
Allah SWT atau agar ia mengenal Allah SWT. Sehingga ambisi orang Muslim yang pertama
sangat mengagumkan. Mereka pergi untuk membebaskan dunia semuanya: satu tangan
berpegangan dengan Al-Qur'an dan tangan yang lain memegang pedang untuk
menghancurkan belenggu-belenggu yang menyeret manusia kepada kesesatan.
Kemudian jatuhlah dari Islam hakikat ilmu, sehingga umat Islam tidak dapat memimpin
kehidupan dan mereka justru men-dapatkan kehinaan. Allah SWT berfirman:
"Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada
Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama yang
diridhai di sisi Allah hanyalah Islam." (QS. Ali 'Imran: 18)
Setelah kesaksian kepada Allah swt dan kesaksian kepada malaikat, maka disebutlah secara
langsung kesaksian kepada orang-orang yang berilmu. Maka, adakah penghormatan terhadap
ilmu yang lebih besar daripada penghormatan ini" Ilmu dalam Islam berbeda dengan ilmu
dalam peradaban Barat. Memang benar bahwa Islam yang bertanggung jawab terhadap
tumbuhnya pandangan ilmiah dan metode eksperimental di mana berdasarkan metode ini
tegaklah peradaban Barat yang kemudian melahirkan berbagai produksi, pembuatan, dan
penemuan. Dan metode eksperimental adalah metode al-Istiqra, yaitu suatu metode yang
mengikuti bagian-bagian terkecil (parsial) melalui jalan eksperimen yang dapat tunduk terhadap
eksperimen dan melalui jalan memperhatikan hal-hal yang tidak dapat tunduk terhadap suatu
eksperimen, atau melalui jalan matematis murni yang membutuhkan kepada matematis murni di
mana hal itu bertujuan untuk menyingkap hukum-hukum yang menguasai benda. Sistem ini
bidangnya adalah alam dan alatnya adalah panca indera dan akal. Sistem ini dimanfaatkan oleh
seorang Eropa yang bernama Roger Bikun. Ia mengakui bahwa ia sangat berhutang kepada
kaum Muslim dan peradaban Islam.
Seorang guru yang bernama Bruicll dalam bukunya Abna' al-Insaniah menceritakan tentang
dasar-dasar peradaban Barat di mana ia berkata: "Roger Bikun mempclajari bahasa Arab dan
ilmu-ilmu Arab di sekolah Oxford kepada guru-gurunya yang berasal dari Arab di Andalus. Dan
Roger Bikun dan Fenessis Bikun tidak dapat menisbatan keutamaan yang mereka peroleh
dalam menciptakan sistem eksperimental kepada diri mereka sendiri. Roger Bikun hanya
seorang duta dari duta-duta ilmu. Oleh karena itu, ia tidak malu ketika menyatakan bahwa
mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu Arab adalah jalan satu-satunya untuk mengetahui
kebenaran." Demikianlah pernyataan pakar-pakar Barat yang jujur. Yang demikian ini bisa dijadikan
sanggahan terhadap orang-orang Barat yang tidak jujur agar mereka mengetahui bahwa
mereka sebenarnya mengambil senjata yang sebenarnya berasal dari Islam. Dan jika dikatakan
bahwa rahasia kebangkitan Barat saat ini dan keunggulannya atas Timur kembali kepada
pengambilannya terhadap sebab-sebab metode eksperimental, yaitu metode Islam, maka
rahasia kehancuran Barat dan kebingungannya serta kegelisahannya adalah karena mereka
tidak menghubungkan metode tersebut dengan kebesaran Allah SWT sebagaimana
6 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
semestinya. Metode eksperimen-tal - sebagaimana diambil orang-orang Barat - dimulai dari
alam dan berakhir kepadanya sebagai sesuatu tujuan. Jadi, ruang lingkup pembahasan mereka
adalah berkisar kepada materi, dan alat-alat pembahasan adalah eksperimen dan pengamatan
serta istiqra. Tiada setelah alam kecuali kematian dan kematian adalah rahasia yang misterius dan
melawannya adalah hal yang mustahil. Kita tidak mengetahui apa yang terjadi setelah
kematian; kita tidak mengetahui sesuatu pun tentang ruh. Tidak ada hubungan antara ilmu dan
akhlak; tidak ada jawaban dari ilmu tentang tujuan kehidupan ini. Kita hanya mempelajari
aspek-aspek lahiriah dan mencapai hukum-hukumnya saja. Demikianlah pandangan Barat
tentang ilmu di mana ia hanya sekadar alat dan sarana untuk mengatur alam dan berusaha
menguasainya. Sedangkan metode ilmiah dalam Islam menyatakan bahwa gerakan atom
dengan gerakan sistem tata surya di bawah kendali Zat Yang Maha Tahu dan Zat Yang Maha
Pencipta. Ilmu dalam Islam justru membimbing manusia untuk menuju Allah SWT:
"Dan bahwasannya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesua-tu). " (QS. an-Najm: 42)
Ilmu justru mengantarkan manusia untuk mencapai rasa takut kepada Allah SWT sebagaimana
membimbingnya beribadah kepadanya dan mencintai-Nya:
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang
yang berilmu (ulama)." (QS. Fathir: 28)
Islam datang dan mengajak manusia untuk membaca, mengetahui, dan takut kepada Allah
SWT serta hanya beribadah kepadanya. Jika ilmu merupakan sayap pertama di dalam Islam,
maka sayap yang kedua adalah kebebasan. Rasulullah saw memberitahu dan menyatakan
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan tidak ada sembahan selain Allah SWT.
Seruan ini mengisyaratkan keruntuhan tuhan-tuhan yang mengusai bumi semuanya, baik tuhan
yang berupa kepentingan-kepentingan pribadi, kekayaan, raja, penguasa, pemikiran-pemikiran
yang mengusai manusia, warisan para kakek dan nenek, berhala-berhala yang terbuat dari batu
dan kayu, maupun berbagai macam tuhan lain yang bohong. Adalah salah jika seseorang
membayangkan bahwa kalimat "tiada Tuhan selain Allah" hanya sekadar hiasan mulut seorang
Muslim di mana segala sesuatu yang ada di sekitarnya penuh dengan kebohongan dan tidak
membenarkan apa yang dikatakannya. Kalimat tersebut dalam Islam merupakan per-gulatan
besar bersama kegelapan yang ada pada diri manusia, suatu pergulatan yang berakhir pada
penyerahan diri; pergulatan yang akan berpindah pada kehidupan yang lebih berat, sehingga
kehi-dupan akan berserah diri. Dan mustahil pergulatan itu akan terjadi kecuali jika terpenuhi
suatu kebebasan: kebebasan akal untuk meragukan dan menolak dan kebebasan yang
berakhir kepada pencapaian batas-batasnya dan kemampuannya serta kebebasan yang
meninggi untuk mencapai keimanan yang dalam dan kokoh. Itu adalah tanggung jawab yang
berarti bahwa ia harus memikul senjata untuk membebaskan orang lain sebagaimana ia
membebaskan dirinya sendiri. Demikianlah esensi dari Islam, yaitu ilmu yang berdiri di atas
kebebasan dan tanggung jawab yang tumbuh dari kebebasan, dan buah terAkhirnya adalah
tauhid dalam kedalamannya yangjauh.
Jika tauhid dipahami secara benar, maka manusia akan terbebas dari penyembahan selain
Allah SWT: manusia akan bebas terhadap rasa takut dari kematian, kekhawatiran atas rezeki,
manusia akan terbebas dari sikap bakhil dan ketakutan terhadap hari-hari yang akan datang.
Muhammad bin Abdillah datang nntuk menyerukan bahwa hanya Allah SWT yang patut
disembah dan bahwa semua manusia adalah hamba-hamba-Nya. Dcngan membebaskan
manusia dari menyembah sesama mereka, maka kebcbasan yang hakiki telah dimulai.
Rasulullah saw memberitahu bahwa kematian adalah perpindahan dari satu rumah ke rumah
yang lain. Ia bukan akhiran yang misteri dari kehidupan yang tidak dapat dipahami, tetapi ia
hanya sekadar perpindahan. Takut kepada kematian tidak akan menyelamatkan dari kematian
itu sendiri, dan cinta kepada kehidupan tidak akan memanjangkan ajal. Pada setiap ajal ada
7 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ketentuannya. Maka keberanian merupakan unsur dari unsur-unsur pembentukan kepribadian
Islam dan bagian dari bagian-bagian sel yang ada dalam tubuh seorang Muslim.
Rasulullah saw juga menyatakan bahwa rezeki di dunia sudah dijamin dan ditentukan oleh Allah
SWT: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya. " (QS. Hud: 6)
Jibril mewahyukan kepada Rasul saw bahwa suatu jiwa tidak akan memenuhi ajalnya sehingga
rezekinya disempurnakan. Jika demikian halnya, maka tidak ada alasan bagi manusia untuk
khawatir terhadap rasa lapar dan gelisah terhadap hari esok. Semua ini terjadi dalam ruang
lingkup mengambil atau melalui jalanjalan menuju sebab. Yakni berusaha untuk mencapai
rezeki yang merupakan kewajiban bagi orang Muslim dan percaya terhadap kedermawan Allah
SWT yang juga merupakan suatu kewajiban bagi orang Muslim untuk mempercayainya. Allah
SWT berfirman: "Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan
kepadamu. " (QS. adz-Dzariat: 22)
Allah SWT telah menjamin rezeki di dunia dan memerintahkan manusia untuk berusaha
mencapai rezeki di akhirat. Rezeki di dunia adalah sesuatu yang sudah dijamin, sehingga
manusia tidak perlu melakukan usaha yang terlalu sengit untuk mencapainya. Cukup baginya
untuk berusaha secara benar dan seimbang. Sedangkan berkenaan dengan rezeki akhirat,
Allah SWT memerin-tahkan manusia untuk berusaha mencapainya karena ia adalah rezeki
yang Allah SWT tidak menjaminnya kecuali jika manusia berhasil melampaui dua jihad: jihad
yang besar dan jihad yang kecil. Jihad besar adalah jihad melawan hawa nafsu dan jihad kecil
adalah jihad melawan musuh di medan perang.
Dengan terbebasnya seorang Muslim dari kerisauan pada kematian, rezeki, dan rasa takut,
maka Islam memberi seorang Muslim senjatanya dan alat-alatnya dan ia memerintahkannya
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk mulai memerangi kekuatan-kekuatan kelaliman di muka bumi. Allah SWT berfirman
tentang umat Islam: "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali 'Imran: 110)
Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menyebutkan amal makruf nahi mungkar sebelum
keimanan kepada Allah SWT. Ini dimaksudkan agar akal manusia tergugah akan
pentingnyajihad di jalan Allah SWT. Amal makruf dan nahi mungkar tidak terwujud semata-mata
dengan memegang tongkat dan mencambukannya kepada punggung orang-orang Islam yang
tidak salat; ia juga tidak berupa usaha untuk menahan orang-orang Muslim yang tidak
berpuasa. Masalah itu lebih penting dan lebih besar dari sekadar memperhatikan hal-hal yang
bersifat lahiriah, sedangkan hal-hal yang bersifat batiniah tidak diperhatikan.
Ayat tersebut berarti, hendaklah seorang Muslim membawa senjata dan berdakwah di jalan
Allah SWT serta memerangi orang-orang lalim di muka bumi. Abu Bakar berkata: "Wahai
manusia, kalian membaca ayat berikut ini:"
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu. Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi
mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk," (QS. al-Maidah: 105)
Dan aku mendengar Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya ketika masyarakat melihat
orang yang lalim dan mereka tidak menghentikannya, maka Allah SWT akan menimpakan azab
kepada mereka semua."
Penafsiran Abu Bakar terhadap ayat tersebut sangat jelas artinya. Yakni bahwa pelaksanaan
ayat tersebut dapat diwujudkan dengan adanyajihad di jalan Allah SWT dengan mengangkat
senjata sebagai usaha untuk menghentikan orang-orang yang lalim. Setelah itu, seorang
Muslim dapat mengatakan: "Aku telah melaksanakan tugasku dan tidak akan berdampak
kepadaku orang yang sesat setelah aku memberikan petunjuk."
8 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Demikianlah pemahaman orang-orang Islam yang pertama. Maka bandingkanlah pemahaman
tersebut dengan pemahaman kita saat ini di mana kita telah kchilangan keberanian, dan rasa
takut telah menghinggapi tubuh orang-orang Islam. Kaum Muslim lebih mengutamakan
keselamatan diri mcrcka daripada memerangi orang-orang yang lalim.
Muhammad bin Abdillah datang dengan membawa risalah Islam yang di dalamnya terdapat
perintah Ilahi untuk rnemerangi orang-orang yang lalim dan mempertahankan kehormatan
orang-orang yang tertindas di muka bumi. Allah SWT berfirman:
"Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat
berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau
memperoleh kemenangan, maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.
Mengapa kamu tidak mau berperang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik
laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari negeri ini yang lalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisiMu,
dan berilah kami penolong dari sisi-Mu. " (QS. an-Nisa': 74-75)
Muhammad bin Abdillah membacakan kepada kaumnya tentang penafsiran Allah SWT
berkenaaan dengan makna kejayaan yang besar:
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah", maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." (QS. atTaubah:
111) Bacalah ayat tersebut dua kali dan renungkanlah tentang kedermawan Allah SWT. Betapa
tidak, Dia membeli jiwa orang-orang mukmin dan harta mereka, padahal jiwa tersebut dan harta
tersebut pada hakikatnya adalah milik-Nya sendiri. Lihatlah bagaimana kemuliaan Allah SWT di
mana Dia membeli harta milik-Nya yang khusus dengan surga dan bagaimana Allah SWT
menganjurkan orang-orang Islam untuk berperang, dan Dia memberitahu mereka bahwa
urusan memerangi orang-orang lalim dan orang-orang yang tersesat bukanlah hal yang baru
atas orang-orang Islam. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut dalam Injil dan Taurat.
Sebagaimana Nabi Isa diutus dengan pedang, seperti yang disebutkan dalam lembaranlembaran
atau buku-buku orang-orang Nasrani, maka Nabi Musa pun diutus dengan membawa
pedang. Dan ketika Bani Israil berkata kepada Nabi Musa, "pergilah engkau bersama Tuhanmu
dan berperanglah, dan kami hanya di sini duduk-duduk saja,", maka kehendak Ilahi
menetapkan agar mereka mendapatkan kesesatan selama empat puluh tahun sebagai akibat
dari perbuatan mereka itu, agar generasi yang lemah dan hina itu hancur yang mereka justru
tidak memenuhi panggilan Allah SWT dan mereka membiarkan Nabi Musa bersama Tuhannya
berperang, padahal peperangan itu merupakan tanggung jawab mereka dan tugas mereka
yang harus mereka emban sebagai pengikut Nabi Musa.
Demikianlah esensi dari ajaran Islam sebagaimana yang dibawa oleh Muhammad bin Abdillah.
Yakni ajakan untuk membaca dan menggali ilmu serta mendapatkan kebebasan dan yang
terpenting adalah usaha melawan kekuatan-kekuatan lalim. Suatu ajakan yang universal yang
tidak dikhususkan untuk kalangan tertentu atau untuk waraa kulit tertentu atau untuk kaum
tertentu atau untuk tempat tertentu; suatu ajakan kemanusiaan yang komprehensif yang
universal yang ingin mengikat ilmu dan kebebasan dan jihad dengan tujuan yang lebih tinggi,
yaitu mencapai tauhid kepada Allah SWT dan menyucikan-Nya serta keimanan terhadap hari
kemudian dan kebangkitan manusia semuanya di hadapan Allah SWT.
Adalah salah jika ada orang yang menganggap bahwa Islam hanya memperhatikan aspek
akhirat dan melupakan aspek duniawi. Menurut Islam dunia adalah lembar-lembar jawaban
9 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang akan dikoreksi di hari akhir. Ia adalah ujian dan tempat percobaan bagi manusia agar
manusia mengetahui apakah ia layak untuk menda-patkan kemuliaan dari Allah SWT yang
telah diberikan kepada Adam. Atau apakah iajustru layak untuk jadi bagian dari tanah neraka
Jahim dan batunya, sebagaimana firman Allah SWT:
"Yang bahan bakarnya manusia dan batu. " (QS. al-Baqarah: 24)
Rasulullah saw telah menjelaskan hikmah dari penciptaan manusia, penciptaan kehidupan dan
kematian ketika beliau menyampaikan firman Allah SWT dalam surah al-Mulk:
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amabiya. " (QS. al-Mulk: 2)
Dunia adalah rumah pergulatan. Dan Allah SWT telah menciptakan kehidupan dan kematian
agar manusia menyadari siapa di antara mereka yang terbai amalnya. Tentu pengetahuan ini
tidak akan menambah kekuasaan Allah SWT. Pengetahuan itu justru dibutuhkan oleh manusia.
Allah SWT menciptakan manusia agar menusia mengetahui, danpengetahuan yang paling
penting adalah pengetahuan atau pengenalan terhadap diri. Dan pada hari kiamat manusia
akan mengenal dirinya secara sempurna dan ia akan mengenal balasan yang akan diterimanya
secara sempurna. Dan barangkali mukadimah yang kami sarikan dari hari akhir ini mengharuskan kehidupan di
atas bumi dipenuhi dengan kesucian dan kebersihan, yaitu diliputi dengan kemanusiaan yang
sempurna yang di dalamnya manusia layak untuk hidup. Demikianlah Islam yang dibawa oleh
Muhammad saw. Inilah asasnya dan hakikatnya. Itu adalah pondasi dan hakikat yang tidak
diciptakan oleh Muhammad saw dan tak didahului oleh rasul-rasul sebelumnya. Hakikat
risalahrisalah yang dulu semuanya adalah tauhid dan mempertahankan kebenaran serta keimanan
terhadap hari akhir dan menyerahkan jiwa dan anggota tubuh hanya kepada Allah SWT. Yang
baru dalam Islam adalah ilmu, kebebasan dan universalitas ajaran Islam serta warna keadilan
yang sangat kental, sehingga sangat tepat jika dikatakan bahwa karakter dari Islam adalah
keadilan. Barangkali bagian ini perlu diperhatikan.
Meskipun agama-agama samawi pada esensinya satu, tetapi kehendak Allah menuntut
turunnya lebih dari agama dan lebih dari satu nabi. Kehendak tersebut menuntut agar pada
setiap agama terdapat karakter yang khusus yang menggambarkan bentuk yang paling tepat
sesuai dengan kebutuhan utama yang di situ agama itu diturunkan dan sesuai dengan waktu
saat itu. Orang-orang Yahudi misalnya, mereka hidup di tengah-tengah suasana penyembahan
berhala dikalangan orang-orang Mesir kuno. Yahudisme diturunkan pada Bani Israil yang suka
membangkang dan karena itu, karakter utamanya adalah ketegasan (as-Sharamah) agar
mereka tidak terpengaruh dengan fenomena berhalaisme ala Mesir atau mereka terkena
pengaruh dari tindakan semena-mena Fir'aun. Dengan ketegasan inilah agama Yahudi selamat
dan dapat menjadi risalah penyelamatan dan pembebasan.
Namun Bani Israil yang memperbudak manusia dan mempunyai hati yang keras pada saat
yang sama mereka keluar dari Fir'aun untuk masuk ke cengkraman orang-orang Romawi di
mana orang-orang Romawi justru lebih lalim dan lebih kuat dari orang-orang Mesir. Oleh karena
itu, orang-orang Masehi bertanggung jawab untuk melakukan pembebasan baru tetapi dengan
cara yang berbeda sesuai dengan perubahan keadaan. Cara tersebut adalah menjauhkan
penggunaan kekuatan bersenjata karena kekuatan orang-orang Romawi mengungguli kekuatan
saat itu dan menguasai bumi secara keseluruhan. Maka kemenangan yang mungkin dapat
diperoleh adalah dengan cara menghindari tindak kekerasan dan lebih mengutamakan
pendekatan cinta. Dan pada kali yang lain orang-orang Masehi memperoleh kemenangan
melalui cara kedamaian dan cinta yang disebarkannya atas imperialisme Romawi dengan
segala senjatanya dan kekuasaannya.
Adapun Islam datang sebagai agama yang terakhir dan menyeluruh yang layak untuk
diterapkan di muka bumi, sehingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang ada di
10 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalamnya kepada orang-orang yang berhak mewarisinya. Oleh karena itu, agama yang terakhir
ini harus mempunyai karakter khusus dan karakter itu adalah karakter keadilan.
Ketegasan hanya cocok untuk zaman tertentu dan kelompok tertentu dan keadaan tertentu,
sedangkan cinta adalah contoh yang tertinggi, tetapi ia tidak dapat menjadi sesuatu tolok ukur
untuk dibandingkan dengan tindakan-tindakan tertentu atau untuk dijadikan alat untuk
melakukan sesuatu. Dan jika ia menjadi tolok ukur bagi orang-orang yang memilki perasaan
yang tinggi atau budaya yang tinggi, maka ia tidak dijadikan tolok ukur umum dan universal.
Adapun keadilan, maka ia menjadi karakter Islam yang berarti keseimbangan dalam sifat-sifat
keutamaan dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Ini adalah tolok ukur yang
menyeluruh dan barometer yang akhir. Dan barangkali kebesaran keadilan dan pengaruhnya
dalam pengaturan alam bersandarkan kepada firman Allah SWT:
"Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)." (QS. Ali
'Imran: 18) Apabila Allah SWT dalam Islam merupakan cermin yang tertinggi, maka keadilan yang
disaksikan oleh Allah SWT terhadap diri-Nya sendiri harus menjadi karakter Islam dan kaum
Muslim. Keadilan dalam Islam bukan hanya keadilan ekonomi atau keadilan hukum atau
keadilan dalam balasan, tctapi ia mencakup semuanya. Sebelum semua ini dan sesudahnya,
kcadilan dalam Islam merupakan suatu sistem dalam kehidupan dan metode utama dalam
Islam. Ketika Anda memalingkan pandangan Anda dalam Islam, maka Anda akan menemukan
keadilan menghiasi seluruh wajah Islam. Di sana terdapat keadilan antara agama-agama yang
dulu, keadilan antara individu dan masyarakat, keadilan antara dunia dan agama, keadilan
antara pria dan wanita, keadilan untuk orang-orang yang fakir dan orang-orang yang kaya,
keadilan antara para penguasa dan rakyat, bahkan dengan keadilan itu sendiri bumi dan langit
ditegakkan dan Allah SWT menyebut diri-Nya sebagai al-'Adl (Yang MahaAdil).
Selanjutnya, Islam adalah agama yang sudah lama sebagaimana lamanya kedatangan para
nabi. Nabi Nuh as berkata dalam surah Yunus:
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun darimu. Upahku
tidak lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orangorang
yang berserah diri (kepadanya)." (QS. Yunus: 72)
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail as berkata dalam surah al-Baqarah saat keduanya membangun
Ka'bah: "Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan Kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduh
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji
hami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menerima taubat lagi
Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 127-128)
Nabi Ibrahim tidak lupa untuk berwasiat kepada keturunannya dan di antara mereka adalah
Yakub agar mereka mati dalam keadaan Islam. Allah SWT berfirman:
"Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anaknya, Demikian pula Yakub. (Ibrahim
berkata): 'Hai anak-anakku, Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah hamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam.'" (QS. al-Baqarah: 132)
Ketika kematian mendekati Yakub, beliau mengumpulkan anak-anaknya di sekelilingnya dan
bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku" Mereka menjawab: 'Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenak moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan hhaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha
Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadanya.'" (QS. al-Baqarah: 133)
Allah SWT memberitahu kita dalam surah Yunus tentang perkataan Nabi Musa kepada
11 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kaumnya: "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakallah kepada-Nya saja, jika kamu
benar-benar orang yang berserah diri." (QS. Yunus: 84)
Sementara itu, Nabi Sulaiman adalah seorang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat yang
menceritakan tentang kisahnya bersama Ratu Saba' ketika Ratu tersebut berkata:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam." (QS. an-Naml: 44)
Demikian juga Nabi Yusuf, beliau berdoa kepada Allah SWT dan meminta kepadanya agar
mematikannya sebagai orang Muslim dan memasukannya dalam kelompok orang-orang yang
saleh. Allah SWT berfirman dan bercerita tentang Yusuf dalam surah Yusuf:
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagaian kerajaan
dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi,
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan
gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS.Yusuf: 101)
Sementara itu dalam surah al-Maidah, Allah SWT mewahyukan kepada kaum Hawariyin agar
mereka beriman kepadanya dan kepada rasul-Nya lalu mereka berkata:
"Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa Sesungguhnya kami adalah orangorang
yang patuh (kepada seruanmu)." (QS. al-Maidah: 111)
Jadi, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Yakub, Nabi Musa Harun, Nabi Sulaiman, Nabi
Yusuf, Nabi Isa adalah nabi-nabi yang Muslim sesuai dengan nas ayat-ayat tersebut. Maka
seluruh nabi adalah orang-orang Muslim, lalu bagaimana Nabi Muhammad saw sebagai Nabi
yang terakhir dikatakan sebagai orang Muslim yang pertama"
Allah SWT berfirman dalam surah al-An'am yang ditujukan kepada Nabi yang terakhir:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am:
162-163) Maka, bagaimana beliau menjadi orang Muslim yang pertama, padahal penamaan umat beliau
dengan sebutan al-Muslimin adalah penamaan yang sebenarnya sudah dahulu dikenal di
kalangan nabi-nabi yang terdahulu dan kedatangannya ke alam wujud dan penamaan
agamanya dengan sebutan al-Islam sebenarnya berhutang kepada kakeknya yang jauh, yaitu
Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman dalam surah al-Hajj:
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari
dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)
Tidak ada pertentangan dalam pendahuluan para nabi dengan sebutan al-Muslimin daripada
Rasulullah saw dan kedudukan beliau sebagai orang Muslim yang pertama. Tentu kata alAwwal
(yang pertama) di sini tidak dipahami dari sisi waktu atau masa kemunculan, tetapi yang
dimaksud dengan orang Muslim di sini adalah akmalul muslimin (orang yang paling sempurna
di antara orang-orang Muslim). Suatu kali Aisyah pernah ditanya tentang akhlaknya Rasulullah
saw lalu dia menjawab dengan kalimatnya yang singkat: "Akhlak beliau adalah Al-Qur'an."
Kita mengetahui bahwa Al-Qur'an al-Karim menetapkan akhlak yang mulia meskipun dalam
batasannya yang sederhana dan rendah, dan menyebutkan keutamaan akhlak dalam
tingkatannya yang tinggi. Oleh karena itu, akhlak seperti apa yang dimiliki oleh Rasulullah saw:
apakah beliau memiliki akhlak yang sifatnya tengah-tengah, atau apakah beliau mendahului
dalam kebaikan, atau apakah beliau termasuk ashabul yamin (orang-orang yang berasal di
sebelah kanan), atau apakah beliau termasuk al-Muqarrabin (orang-orang yang dekat dengan
Allah SWT)" 12 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Rasulullah saw tidak hanya memiliki semua karakter tersebut dan atribut tersebut, bahkan
kedudukan beliau lebih dari itu semua. Beliau berada di puncak dari segala puncak keutamaan
akhlak, sehingga beliau berhak untuk mendapatkan sebutan dari Allah SWT:
"Dan sungguh pada dirimu terdapat budi pekerti yang agung. " (QS. al-Qalam: 4)
Para Mufasir berbeda pendapat tentang makna dari al-Huluqul 'adzim (budi pekerti yang
agung). Sebagian mereka mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Sebagian yang
lain mengatakan itu adalah Islam. Ada juga yang mengatakan bahwa beliau tidak memiliki
sesuatu kecuali keinginan untuk menuju jalan Allah SWT.
Dalam Al-Qur'an al-Karim terdapat penjelasan tentang derajat beliau yang tinggi dalam dua
ayat yang mulia. Ayat yang pertama adalah firman-Nya:
"Katakanlah: 'Sesungguhnya Shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. al-An'am:
162-163) Beliau adalah orang yang paling utama di antara manusia semuanya; beliau memiliki
keutamaan yang melebihi semua manusia; beliau memiliki rahmat dan kemuliaan yang tidak
dapat ditandingi oleh seseorang pun. Meskipun beliau datang sebagai Nabi yang terakhir
namun justru karena posisi beliau sebagai Nabi yang terakhir, maka beliau menjadi bata yang
terakhir dalam pembangunan rumah kenabian yang tinggi, sehingga bata yang terakhir itu
harus menjadi puncak pembangunan manusia. Sedangkan ayat yang kedua adalah firman-Nya:
"Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta." (QS. al-Anbiya':
107)
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Beliau bukan hanya menjadi rahmat bagi orang-orang Arab saja; beliau bukan hanya menjadi
rahmat bagi orang-orang Quraisy dan beliau bukan menjadi rahmat bagi zamannya saja, begitu
juga beliau tidak menjadi rahmat bagi jazirah Arab saja, tetapi beliau menjadi rahmat bagi alam
semesta; beliau senantiasa menjadi rahmat bagi alam semesta: dimulai dari diturunkannya
wahyu kepadanya dengan kalimat iqra hingga Allah SWT mewariskan bumi dan apa saja yang
ada di dalamnya kepada orang-orang yang berhak mewarisinya sampai hari kiamat. Alhasil,
beliau adalah rahmat yang dihadiahkan kepada manusia; beliau adalah rahmat yang tidak
menonjolkan mukjizat yang mengagumkan, tetapi beliau adalah rahmat yang memulai dakwah
dengan mengutamakan fungsi akal atau pembacaan dua kitab: pertama, pembacaan kitab alam
atau Al-Qur'an yang diciptakan atau kalimat-kalimat Allah SWT yang terdiri dari jutaan bentuk
dan kedua pembacaan Al-Qur'an yang diturunkan melalui malaikat Jibril di mana ia merupakan
kalamullah yang abadi. Dan kitab alam dibaca dengan ribuan cara: dibaca melalui penelusuran
dunia: "Katakanlah: 'Berjalanlah kamu di mnka bumi dan amat-amatilah.'" (QS. an-Naml: 69)
Atau dibaca melalui usaha menyingkap misteri dan penggunaan akal:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru
dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar.
" (QS. Fushilat: 53)
Atau dibaca melalui ilmu dan pengamatan:
"Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang telah
menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk
(mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut 1 Apakah di samping Allah
ada tuhan (yang lain)" Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui." (QS.
an-Naml: 61) Jika di sana terdapat ribuan jalan atau cara untuk membaca kalimat-kalimat Allah SWT dan
kitab alam, maka di sana terdapat satu jalan untuk membaca kalamullah yang abadi, yaitu
hendaklah Al-Qur'an dibaca dengan mata hati dan kecermelangan basirah, sehingga Al-Qur'an
13 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjadi bagian akhlak dari yang membaca sesuai dengan kemampuannya.
Sebelum turunnya Al-Qur'an, dunia diliputi dengan kekurangan, baik secara materi, ruhani,
undang-undang maupun dari dimensi kehidupan yang biasa melekat pada manusia saat itu.
Dan sebelum diutusnya Rasul saw yang beliau adalah manusia yang sempurna dan paling
utama, alam belum mencapai puncak dari penyerahan diri kepada Allah SWT atau puncak dari
keutamaan akhlak. Ketika Rasulullah saw diutus, maka manusia mengalami kesempurnaan dan
mampu mencapai tingkat kesempurnaannya. Dengan Kitab yang mulia ini dan Nabi yang
pengasih, Allah SWT yang menyempurnakan agama bagi manusia dan menyempurnakan
nikmat-Nya atas mereka, sebagaimana firman-Nya:
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itujadi agama bagimu. " (QS. al-Maidah: 3)
Namun semua itu tidak terwujud begitu saja, Nabi yang mulia harus berjuang secara serius dan
sungguh-sungguh, sehingga beliau menjadi manusia yang paling layak untuk mendapatkan
pujian pendduduk bumi dan penduduk langit. Dan Rasulullah saw telah melakukan semua itu.
Kita tidak mengenal seorang nabi yang perasaannya dihina dan dicaci maki lebih dari apa
diterima oleh Muhammad bin Abdillah; kita tidak mengenal seorang nabi yang memikul
berbagai penderitaan, dan memiliki kesabaran yang mengagumkan di jalan Allah SWT
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi kita.
Kemudian, seorang yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta tidak akan
mengajak manusia menuju kebenaran kecuali jika manusia tersebut dari kalangan orang-orang
yang kafir dan membangkang. Beliau berdakwah bagi orang yang berhak mendapatkan
dakwah; beliau siap memikul tanggung jawab dakwah dengan berbagai tantangan dan
cobaannya; beliau menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Setelah itu, beliau datang kepada
Allah SWT dengan hati yang puas dan air mata yang bercucuran dan dengan suara berbisik
berkata: "Ya Allah, jika tidak ada kemurkaan pada diri-Mu, maka aku tidak akan peduli dengan
manusia." Segala sesuatu akan menjadi mudah jika di sana terdapat ridha Allah SWT.
Setelah turunnya wahyu kepada Rasul saw, beliau memulai tahapan dakwah dan mengajak
manusia untuk menyembah Allah SWT. Dimulailah dakwah secara rahasia yang berlangsung
selama tiga tahun dalam persembunyian.
Mula-mula Ummul Mu'minin, Khadijah binti Khuwailid beriman kepadanya, lalu beriman juga
sahabatnya, Abu Bakar sebagaimana beriman kepadanya anak pamannya, Ali bin Abi Thalib
yang saat itu masih kecil dan hidup di bawah asuhan Muhammad, dan juga beriman kepadanya
Zaid bin Tsabit, seorang pembantunya. Kemudian Abu Bakar juga ikut berdakwah, sehingga ia
memasukkan dalam dakwah teman-temannya, seperti Usman bin Affan, Thalha bin Ubaidilah,
dan Sa'ad bin Abi Waqas. Juga beriman seorang Masehi, yaitu Waraqah bin Nofel dan
Rasulullah saw melihatnya setelah kematiannya tanda kesenangan yang itu menunjukkan
ketinggian derajatnya di sisi Allah SWT. Setelah itu, Abu Dzar al-Ghifari juga masuk Islam, lalu
disusul oleh Zubair bin Awam dan Umar bin 'Anbasah serta Sa'id bin 'Ash. Jadi, Islam mulai
mengepakkan sayapnya secara rahasia di Mekah.
Kemudian berita tersebarnya akidah yang baru ini sampai kepada pembesar-pembesar
Quraisy, tetapi mereka tidak begitu peduli. Barangkali mereka membayangkan bahwa
Muhammad telah menjadi - karena uzlah yang dilakukannya di gua Hira - salah seorang juru
bicara tentang ketuhanan sebagaimana pernah dilakukan oleh Umayah bin Shalt dan Qas bin
Sa'adah. Demikianlah dakwah secara rahasia berhasil mengembangkan misinya dan dapat melindungi
akidah yang baru. Dan selama perjalanan tiga tahun yang dibutuhkan tahapan dakwah secara
rahasia keimanan telah tertanam dalam hati kaum Muslim yang pertama. Rasulullah saw telah
mendidik mereka dan telah menanamkan kepada diri mereka sifat-sifat kemuliaan dan telah
menciptakan mereka sebagai benih pertama dari pasukan Islam. Pada suatu hari Jibril turun
14 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan membawa firman Allah SWT:
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat." (QS. asy-Syu'ara': 214)
Demikianlah, datanglah perintah Ilahi agar Rasulullah saw berdakwah secara terang-terangan.
Lalu berkumpullah di sekeliling Nabi sekelompok tentara yang besar dan datanglah perintah
Ilahi agar beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan dan mengingatkan keluarga
dekatnya. Ketika Nabi melakukan hal tersebut, maka dakwah memasuki tahapan yang kedua.
Dan tahapan dakwah yang baru ini berakibat pada timbulnya penekanan terhadap para dai di
mana mereka mengalami penindasan, bahkan mereka didustakan oleh masyarakat serta
diboikot. Orang-orang Quraisy mengetahui bahwa Muhammad berbahaya bagi mereka. Beliau bukan
hanya berbicara tentang ketuhanan, tetapi beliau mengajak rnanusia untuk mengikuti agama
baru, yaitu agama yang mencoba untuk menyingkirkan berhala-berhala dan patung-patung
mereka serta tuhan-tuhan mereka yang mereka yakini; agama yang mencoba menyingkirkan
kedudukan sosial mereka dan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka; agama yang
menyatakan bahwa tiada tuhan lain selain Allah SWT, dan tiada hukum lain selain hukum-Nya,
serta tiada penguasa lain selain Dia. Kedatangan agama tersebut menyebabkan penduduk kota
Mekah membencinya dan orang-orang yang memegang kekuasaan di dalamnya merasa
gelisah. Setelah pengumuman dakwah secara terang-terangan, dimulailah dan ditabuhlah gendrang
peperangan. Kemudian peperangan yang dahsyat terjadi antara para pembesar Quraisy dan
para pengikut Rasulullah saw. Orang yang pertama kali menyerang Islam adalah seorang tokoh
Mekah yang bernama Abu Lahab.
Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw menaiki bukit Shafa dan beliau mulai
memanggilmanggil tokoh Quraisy dan para kabilah Mekah. Dan ketika semua berkumpul, beliau
bertanya kepada mereka: "Apakah kalian percaya jika aku memberitahu kalian bahwa seekor kuda akan
datang menyerang kalian?" Mereka menjawab: "Tentu, kami belum pernah melihatmu
berbohong." Beliau berkata: "Aku seorang yang diutus sebagai pemberi peringatan terhadap
kalian. Di hadapanku terdapat siksaan yang berat jika kalian menentang." Abu Lahab berkata:
"Sungguh celaka engkau, apakah karena ini engkau mengumpulkan kami."
Dengan penghinaan inilah, peperangan terhadap Islam dimulai. Ketika kaum Muslim tidak
mampu mempertahankan diri mereka, maka mula-mula Allah SWT membantu mereka dan
menolong mereka dengan menurunkan surah yang pendek yang mengecam tindakan Abu
Lahab: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah bermanfaat
kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahahan. Kelak dia akan masuk ke dalam api
yang bergejolak. Dan (begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali
dari sabut. " (QS. Allahab: 1-5)
Dengan ayat-ayat yang pendek dan tepat tersebut, Abu Lahab memasuki kancah sejarah dari
pintunya yang paling pendek. Gambaran tentang kejahatan Abu Lahab tertulis selama-lamanya.
Abu Lahab adalah seorang yang menentang dakwah kebenaran karena ia mengkhawatirkan
kedudukannya dan kekayaannya, padahal harta yang dipertahankannya dan dijaganya tidak
memiliki arti sama sekali di sisi Allah SWT karena ia sekarang berada dan dijebloskan di
tengah-tengah neraka yang menyala-nyala, sedangkan isterinya membawa kayu bakar,
sehingga menambah nyala api itu sendiri. Dan di lehernya terdapat suatu belenggu sebagai
simbol keterikatannya dengan dunia binatang yang tidak berakal. Sebagian besar orang-orang
yang menentang dakwah adalah orang-orang yang berhubungan dengan dunia binatang yang
tidak sadar. Allah SWT berfirman: 15 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.
Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya
(dari binatang ternak itu). " (QS. al-Furqan: 44)
Seandainya hari ini kita merenungkan reaksi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, maka
kita akan terheran-heran.
Allah SWT berfirman: "Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari
kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: 'Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan yang Satu saja" Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan'." (QS. Shad: 4-5)
Coba perhatikan bagaimana kebodohan kaum itu di mana mereka menganggap bahwa pada
hakikatnya terdapat multi tuhan dan mereka jutru merasa heran ketika terdapat hanya satu
tuhan atau tuhan yang esa. Mereka justru merasa heran ketika berhadapan dengan masalah
yang fitri dan jelas ini.
Allah SWT berfirman: "Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai
ejekan (dengan mengatakan): 'Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul" Sesungguhnya
hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar
(menyembah)nya. " (QS. al-Furqan: 41-42)
Perhatikanlah betapa nekatnya kaum itu di mana mereka mulai menghina dan mengejek
Rasulullah saw, padahal beliau telah datang di tengah-tengah mereka untuk menyelamatkan
mereka dari api neraka, dan coba perhatikan bagaimana pandangan mereka terhadap tuhantuhan
mereka. Mereka membayangkan bahwa mereka nyaris tersesat jika mereka tidak
bersabar dalam membela tuhan-tuhan tersebut. Demikianlah kesesatan mengejek kebenaran
dan kebodohan menghina ilmu. Mereka justru merasa heran terhadap kepandaiannya yang
dapat menyelamatkannya dari meninggalkan tuhan-tuhannya yang terbuat dari batu dan kayu,
bahkan terkadang mereka membuat tuhan dari adonan roti di mana mereka menyembahnya
kemudian memakannya. Mereka mengatakan bahwa tuhan-tuhan kami menyelamatkan kami
dari rasa lapar atau mereka mengatakan bahwa kami menyembah mereka agar mereka dapat
mendekatkan kami pada Allah sedekat-dekatnya.
Meskipun demikian, dakwah Nabi terus berlanjut dan tertanam di muka bumi. Mereka orangorang
musyrik menuduh Nabi sebagai seorang dukun; mereka menuduhnya juga sebagai
seorang gila, bahkan mereka menuduhnya sebagai seorang penyihir; mereka menuduh bahwa
beliau berbohong atas nama kebenaran dan beliau dibantu oleh kaum yang lain; mereka
mengatakan ini adalah dongengan orang-orang yang dahulu.
Mereka meminta kepada beliau untuk mendatangkan mukjizat dengan bentuk tertentu; mereka
memberitahu bahwa mereka tidak akan beriman kepadanya, sehingga terdapat suatu mata air
yang memancar dari bumi atau terwujud di depan mereka suatu taman dari pohon kurma dan
anggur yang memancar di tengah-tengahnya sungai, atau langit akan runtuh sebagaimana
yang beliau sampaikan kepada mereka sebagai bentuk azab atau beliau datang dengan Allah
SWT dan para malaikat dan mereka semua menjamin kebenaran dakwah yang diserukannya,
atau beliau memiliki rumah dari emas atau beliau mampu mendaki langit dan mereka masih
belum beriman terhadap pendakian itu meskipun ia mendaki di hadapan mata mereka dan
kembali dengan selamat, kecuali jika ia menghadirkan kitab kepada mereka yang dapat mereka
baca dari langit. Nabi tidak peduli dengan usaha mereka untuk menyakiti hati beliau; Nabi tetap memberitahu
mereka dengan penuh kelembutan bahwa apa saja yang mereka minta itu tidak sesuai dengan
Islam. Sebab, Islam hanya menyeru akal dan berusaha menciptakan kebebasan. Beliau
16 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyampaikan kepada mereka bahwa beliau hanya sekadar manusia yang diutus oleh Tuhan;
beliau datang kepada mereka untuk mengingatkan mereka akan suatu hari di mana seorang
tua tidak akan menyelamatkan anaknya dan tidak bermanfaat di dalamnya harta dan anakanak, dan
mereka tidak akan selamat di dalamnya dari siksaan. Orang-orang yang mempunyai
kedudukan atau para tokoh mereka adalah para tiran-tiran di muka bumi di mana semua itu
tidak akan bermanfaat bagi mereka pada hari kiamat. Siksaan yang bakal mereka terima tidak
dapat mereka hindari dan mereka pun tidak dapat meringankannya.
Demikianlah Islam - sebagaimana agama-agama sebelumnya - mengumpulkan di
sekelilingnya orang-orang yang berakal dan orang-orang yang fakir serta orang-orang yang
menderita di muka bumi. Berimanlah sekelompok orang-orang fakir di mana mereka menjadi
kelompok sosial yang tertindas dan tersingkirkan di Mekah. Mereka menjadi makanan empuk
kelompok-kelompok yang lalim.
Islam bukan hanya memberikan solusi ekonomi terhadap tragedi kehidupan atau masyarakat,
tetapi Islam memberikan solusi Ilahi terhadap keberadaan manusia secara umum; Islam
meyakini bahwa manusia bukan hanya sekadar perut yang harus dikenyangkan dan naluri
seksual yang harus dipuaskan, manusia bukan hanya dilihat dan dinilai dari sisi ini, namun
Islam justru meletakkan manusia pada tempatnya yang hakiki, tanpa membesar-besarkan atau
mengecilkannya. Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari bangunan fisik dan ruhani, terdiri
dari akal dan ambisi dan terdiri dari celupan dari Allah SWT dalam ruhnya.
Islam tidak mementingkan fisik saja dan meninggalkan ruhani, begitu juga sebaliknya.
Terkadang fisik boleh jadi mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan, tetapi ruhani justru
mengalami penderitaan yang luar biasa. Karena itu, pemuasan salah satu dimensi dari dimensi
manusia tidak akan membawa manusia kepada kesempurnaan atau kebahagiaan. Maka, Islam
datang untuk membawa suatu solusi yang dapat menyelamatkan manusia dari dalam dirinya
sendiri dan Islam membebankan tugas ini, yakni tugas perubahan ini kepada Al-Qur'an.
Al-Qur'an menjadi cermin dalam kehidupan di mana ayat-ayatnya diturunkan kepada Rasul
saw, lalu beliau mengajarkannya kepada kaum Muslim. Kemudian Al-Qur'an berubah menjadi
orang-orang yang berjalan di pasar-pasar dan mengancam singgasana kebencian yang
menguasai Mekah, sehingga orang-orang musyrik justni meningkatkan usaha pengejekan dan
penghinaan terhadap Rasul saw. Oleh karena itu, beliau semakin sedih lalu Allah SWT
menghiburnya. Allah SWT memberitahu beliau bahwa mereka tidak mendustakannya, tetapi
mereka justru melalimi diri mereka sendiri. Mereka mulai menentang Nabi dan ayat-ayat Allah
SWT, padahal Nabi adalah salah satu dari ayat Allah SWT.
Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasannya apa yang mereka katakan itu menyedihkan
hatimu, (janganlah hamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu,
akan tetapi orang-orang yang lalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (QS. al-An'am: 33)
Kemudian kaum musyrik meningkatkan penindasan kepada Rasul saw dan para pengikutnya.
Peperangan dimulai: dari peperangan urat saraf sampai peperangan fisik. Mereka mulai
menyiksa para pengikut Rasul saw, bahkan membunuhnya. Pada saat itu, musuh-musuh Islam
membayangkan bahwa dengan cara menindas kaum Muslim dan menekan mereka dakwah
Islam akan berhenti dan kaum Muslin akan enggan untuk berdakwah. Mereka menganggap
bahwa kaum Muslim justru memilih untuk menyelamatkan diri mereka. Namun para tokoh-tokoh
Quraisy dan para tokoh-tokoh Mekah dikagetkan ketika melihat penekanan yang mereka
lakukan justru semakin membakar semangat kaum Muslim untuk berdakwah. Saat itu kaum
Muslim merasa yakin bahwa benih yang telah ditanam Rasulullah saw dalam diri mereka
menjadikan mereka tetap bersemangat untuk menyebarkan risalah Allah SWT di muka bumi,
yaitu suatu risalah yang mengembalikan bumi menuju kematangan (kesempurnaan) yang telah
hilang darinya dan kema-nusiaan yang telah disia-siakan serta kehormatan yang telah
17 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditumpahkan dan kebebasan yang telah hilang.
Kaum Muslim yakin bahwa mereka bukan hanya membangun suatu negeri yang kecil di Mekah,
dan mereka bukan hanya memperbaiki masyarakat yang rusak, yaitu masyarakat jazirah Arab,
tetapi mereka mengetahui bahwa mereka akan membangun suatu manusia yang baru. Mereka
akan menciptakan manusia seutuhnya; mereka akan menghadirkan dunia dalam bentuk yang
baru dan dalam gambar yang baru yang merupakan cermin dari gambar kebesaran sang
Pencipta. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak dikenal. Dibandingkan dengan peradaban
yang dahulu dan modern, orang-orang Arab tidak memiliki apa-apa. Mereka tidak memberikan
kontribusi kepada dunia dalam bentuk ilmu, seni, atau peninggalan apa pun yang dapat
dijadikan sebagai kebanggaan. Namun ketika Islam turun kepada mereka, mereka menjadi
cermin kejayaan manusia di mana mereka dapat memberikan sumbangan nyata pada umat
manusia. Bahkan orang-orang Barat banyak berhutang kepada mereka dalam kemajuan yang
mereka capai saat ini. Sebaliknya, ketika mereka berpaling dari Islam di mana Islam hanya
menjadi lembaran cerita-cerita dan kertas-kertas yang tidak berguna, maka saat itulah orangorang
Barat dapat menguasai kaum Muslim karena mereka justru mendapatkan ilmu dari Kaum
Muslim itu sendiri. Mereka justru mencapai kemajuan ketika kaum Muslim meninggalkan agama
mereka. Jadi, ketika kaum Muslim memahami Islam secara benar dan berusaha untuk
Kisah Para Nabiallah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memnghidupkan ajaran-ajarannya niscaya mereka akan mencapai puncak keilmuan.
Pada awal-awal masa tersebarnya Islam, kaum Muslim menyadari bahwa mereka menghadapi
peperangan yang tidak akan berhenti. Selama kehidupan ada, maka pertentangan pun tetap
ada. Oleh karena itu, ketika mereka mendapatkan penganiayaan dan siksaan, maka keimanan
mereka justru semakin meningkat, dan setiap penganiayaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy,
maka mereka tetap bertahan untuk mempertahankan kebenaran. Sebagai contoh, Amar bin
Yasir mengalami penderitaan dan penganiayaan. Ia adalah salah seorang budak yang menjadi
korban dari sistem ekonomi yang berlaku saat itu, yaitu ekonomi yang berdasarkan kepada
sistem perbudakan. Seorang yang beriman tersebut disiksa di Mekah di mana ia tidak
memperoleh kebebasannya yang hakiki kecuali setelah ia memeluk Islam. Mereka
mengeluarkannya ke gurun dan menyiksanya beserta ibunya. Bahkan siksaan semakin
meningkat atas ibunya agar ia kembali menjadi musyrik. Ketika ia tetap mempertahankan
keimanannya dan dengan tegas menolak ajakan untuk menentang Islam, maka Abu Jahal
menikamnya dengan belati yang ada di dua tangannya. Ia pun meninggal. Dan Islam
mengorbankan syahidnya yang pertama. Wanita mulia itu bernama Sumayah, ibu dari Amar bin
Yasir. Banyak kalangan orang-orang bodoh mengatakan tentang persetujuan Islam terhadap sistem
perbudakan, atau Islam mendiamkan sistem perbudakan. Mereka lupa bahwa Islam dibangun
berdasarkan suatu prinsip yang ingin membebaskan perbudakan dengan segala bentuknya;
Islam ingin mengeluarkan manusia dari kepemilikan sesama manusia menuju kepemilikan
kepada Allah SWT. Jika Islam tidak turun dengan nas-nas yang terperinci yang mengharamkan sistem perbudakan,
maka dasar-dasarnya secara umum dan prinsip-prinsip utamanya menghentikan - baik dalam
tindakan maupun ucapan - sumber-sumber sistem ini. Allah SWT sebagai pemilik syariat
mengetahui bahwa sistem perbudakan adalah sistem ekonomi yang sementara yang akan
berubah dengan perubahan waktu, dan karena Islam tidak turun pada waktu yang terdapat
perbudakan saja, tetapi ia turun secara umum dan menyeluruh untuk setiap zaman, maka Islam
sengaja melewati bentuk-bentuk yang temporal ini dari bentuk-bentuk eksploitasi menuju unsur
yang pertama atau dasar pertama yang menimbulkan bentuk-bentuk eksploitasi tersebut,
sehingga Islam mengharamkannya. Dengan cara demikian, Islam mengharamkan sistem
perbudakan secara bertahap, seperti proses pengharaman khamer. Jadi, keseriusan Islam
18 24. Tiga maha besar Khu Lung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sangat menonjol dalam usaha menghapus dan mengharamkan perbudakan.
Jika dikatakan kepada kita bahwa Islam membolehkan para tentaranya untuk memperbudak
Pendekar Gila 4 Sang Ratu Tawon Pendekar 4 Alis Seri 9 Karya Khulung Lembah Nirmala 27