Pencarian

Petualangan Disirkus Asing 4

Lima Sekawan 07 Petualangan Di Sirkus Asing Bagian 4


Bab 24, ANNA MARIA Philip memanggil Jack. "Coba carikan daging! Yang banyak, lalu bawa kemari!"
"Sebentar kuambilkan," kata Toni, lalu bergegas pergi. Tidak lama kemudian ia
"sudah kembali, dengan sebuah keranjang berisi daging kuda. Philip membuka pintu
kandang beruang, lalu mencampakkan bongkah-bongkah daging itu ke dalam, sambil
berbicara dengan riang pada beruang-beruang yang sudah sangat kelaparan itu. Dan
kini mereka sudah mau makan. Mereka tidak lagi takut, atau marah. Ketiga beruang
itu melahap daging yang diberikan.
"Biarkan mereka makan sampai sekenyang-kenyangnya," kata Philip. "Sesudah itu
mereka pasti tidur. Saat itu terali-terali kandang bisa dibetulkan. Biarkan obor
yang menyala tertancap di depan lubang tempat mereka tadi keluar. Mereka takkan
berani keluar, selama di situ ada api."
Orang-orang mengerumuni Philip, "ia teman Jack." Demikianlah pembicaraan yang
terdengar di antara mereka. "Jack mendatangkannya kemari, karena ia tahu
bagaimana caranya menangani beruang. Pasti ia datang dari sirkus lain. Lihatlah
Bos memanggilnya!" "Bos yang sejak awal memperhatikan segala kejadian itu dari balik jendela
karavannya, sangat terkesan melihat kemampuan Philip, ia juga sangat berterima
kasih. Pedro memberi tahu Philip bahwa Bos memanggilnya. Bersama Jack,
diantarnya anak itu ke tempat pemimpin sirkus. Dalam bahasa campur aduk, Bos
memuji-muji sambil mengucapkan terima kasih. Pedro menerjemahkannya sambil
nyengir. "Bos mengatakan, kau menyelamatkan beruang dari kemungkinan ditembak mati.
Sebagai imbalannya, jika ada sesuatu yang kau ingini, kau tinggal mengatakannya
saja!" Dengan cepat, Jack mendului menjawab, "Cuma satu saja keinginan kami. Bolehkah
kami tinggal bersama kalian" Philip akan mengurus kawanan beruang, selama Fank
masih sakit. Tapi di samping dia, masih ada pula beberapa anak perempuan, adik-
adik kami. Bolehkah mereka juga ikut bersama sirkus" Kami tidak ingin membiarkan
mereka mengembara sendiri, jika nanti benar-benar pecah perang saudara di Tauri-
Hessia." Pedro menerjemahkan permintaan itu. Bos langsung mengangguk. Rupanya ia mengira
anak-anak perempuan itu juga artis-artis sirkus. "Ya, mereka boleh ikut tinggal
bersama kita," katanya. "Jika mereka punya keahlian tertentu, nanti mereka akan
diberi kesempatan tampil. Tapi besok pagi kita harus pergi dari sini. Kota
Borken sudah terlalu berbahaya bagi kita. Daerah sekitar sini merupakan tanah
milik Adipati Paritolen, yang mungkin ikut terlibat dalam peristiwa lenyapnya
Raja. Karenanya lebih baik kita cepat-cepat saja menyingkir, sebelum terjadi
keributan di sini." "Apa katanya?" tanya Jack dengan tegang. Pedro menerjemahkan ke dalam bahasa
Inggris. Jack dan Philip menarik napas lega. Syukurlah! Jadi mereka bisa ikut
dengan sirkus, yang keesokan paginya akan pergi meninggalkan daerah itu! Dengan
begitu mereka akan menyingkir dari daerah yang berbahaya. Dan mungkin pula
mereka kemudian akan bisa mengirim kabar pada Bill. Setelah itu anak-anak
kembali ke karavan yang ditempati Pedro. Mereka ingin berunding di situ. Saat
itu sudah pukul dua dinihari. Tapi mereka tidak merasa mengantuk, karena masih
terpengaruh oleh berbagai kejadian yang dialami malam itu. Orang-orang sirkus
yang berpapasan dengan mereka, menepuk-nepuk punggung Philip, yang membalas
dengan senyuman serta anggukan kepala. Akhirnya mereka sampai di karavan, di
mana Dinah dan Lucy-Ann menunggu bersama Kiki.
"Tutup pintu!" oceh Kiki dengan segera. "Bersihkan kaki. Jemput Raja!"
"Alangkah baiknya jika itu bisa kami lakukan, Kiki," kata Jack sambil tertawa,
sementara burung kakaktua itu terbang lalu hinggap di bahunya. "Tapi janganlah
kau terlalu banyak mengoceh tentang Raja. Aduh, Lucy-Ann, bisa remuk tulang "rusukku nanti, jika sekeras itu kau merangkulku! Kau ini seperti beruang saja!"
"Habis aku tadi begitu cemas memikirkan kalian berhadapan dengan beruang-
"beruang itu," kata Lucy-Ann, lalu merangkul Philip. "Kejadiannya begitu seram,
sehingga aku merasa seperti sedang bermimpi buruk. Kami berdua kesepian di sini,
karena Gussy juga pergi. Betulkah ia akan didandani seperti anak perempuan?"
"Ya, betul," kata Jack. ia duduk di atas kasur. "Sekarang kita harus berunding,
mengatur rencana. Kita izinkan Bos tinggal bersama sirkus ini, berkat kehebatan
Philip tadi dalam menjinakkan kedua beruang itu. Tidak ada tempat persembunyian
lain yang lebih baik selain di sini!"
"Ya, memang," kata Dinah. "Tapi bagaimana jika Adipati menyuruh orang-orangnya
mencari kita di sini, di samping ke tempat-tempat lain" Gussy takkan bisa
dikenali jika sudah didandani seperti anak perempuan. Tapi bagaimana dengan aku,
Lucy-Ann, dan Philip" Kami pasti akan langsung ketahuan, dengan pakaian kami
seperti ini!" "Ya betul juga katamu itu," kata Jack. "Penampilanku juga masih terlalu nampak
"asing. He, Pedro uang tabunganku kan sudah lumayan, hasil pertunjukan Kiki
"selama ini. Bisakah kau membelikan pakaian daerah sini untuk kami?"
"Serahkan saja urusan itu pada Mak," kata Pedro. "Ibuku sangat cekatan dalam
soal jahit- menjahit. Nanti ia akan meminta kain pada Lucia, wanita tua yang
mengurus pakaian para artis sirkus. Kita juga bisa meminta bahan perias muka
sedikit pada Toni, agar kulit muka kalian dipoles menjadi coklat. Tapi kalian
jangan bicara dalam bahasa Inggris terus, dong!"
"Betul mulai sekarang kita berbicara dalam bahasa karangan kita sendiri!" kata
"Philip sambil tertawa. "Kita orang Ngocehlandia, dan kita berbicara dalam bahasa
sana! Bunyinya begini gunalilipundipundi tapularkawunati!" Semua tertawa
"mendengar ocehan Philip.
"Bagus!" kata Pedro. "Kalau orang-orang suruhan Adipati datang mencari kemari,
akan kukatakan pada mereka bahwa kalian berasal dari negara Ngocehlandia. Lalu
jika kalian mereka tanyai, kalian jawab seperti tadi."
Tahu-tahu Kiki mengoceh, ia menirukan kata-kata yang tadi diucapkan oleh Philip.
Anak-anak mendengarkan dengan geli. "Hebat," kata Jack, sambil mengelus-elus
burung itu. "Kau ternyata burung asli Ngocehlandia!"
Dinah menguap. Dengan segera Kiki menirukannya. Tahu-tahu semua merasa mengantuk
sekali. "Yuk, kita tidur saja sebentar," kata Pedro sambil bangkit. "Nanti,
pagi-pagi benar kita sudah harus berangkat. Kita bertiga yang laki-laki tidur di
kolong, dengan alas selimut tebal. Sedang Gussy, kurasa ia sudah mendengkur di
pembaringan satu lagi yang ada di dalam karavan Mak dengan wajah cantik "seperti anak perempuan!"
Tapi Gussy tidak tidur, ia berbaring sambil mendengarkan bunyi napas Mak yang
tenang, sekali- sekali diselingi dengkuran pendek. Anak itu sangat jengkel, dan
juga tersinggung oleh perbuatan Mak terhadap dirinya! Ketika didandani tadi, ibu
Pedro itu menyisir rambutnya dengan berbagai macam gaya. Akhirnya diputuskan
bahwa Gussy paling mirip anak perempuan jika diberi pita kecil pada kedua sisi
kepalanya, dan tidak hanya dengan satu pita di ubun-ubun. Setelah itu ia
didandani dengan gaun panjang yang agak dekil dan berwarna norak, serta blus
sempit berwarna merah. Di pinggangnya dibelitkan selendang berwarna merah. Gussy
nyaris menangis saat itu, karena malu. Tapi Mak tidak peduli. Waktu Gussy tidak
mau berdiri diam ketika pita sedang diikatkan ke rambutnya, Mak memukul
pantatnya. Gussy begitu kaget diperlakukan sekasar itu, sehingga lupa berteriak.
"Anda kan tahu, aku ini pangeran," desis Gussy.
"Ah, apa! Kau ini cuma anak laki-laki biasa saja. Aku tidak punya waktu untuk
pangeran- pangeranan." Gussy mendesah, ketika teringat lagi pada kejadian itu.
ia mencoba tidur, dengan pita masih terikat ke rambut, serta dengan pakaian aneh
yang kelihatannya setengah baju tidur, dan setengah mantel panjang. Gussy
bergidik, membayangkan bagaimana ia tadi dibebaskan dari ruang di atas menara.
Tidak lebih baik ia jangan berpikir-pikir lagi tentang ayunan yang didudukinya
"tadi sewaktu ditarik menyeberang, jauh di atas tanah! Gussy bergidik lagi, kini
karena teringat pada pamannya. Jangan-jangan ia mati terbunuh!
Tahu-tahu hari sudah pagi. Saat itu cepat sekali datang, menurut perasaan anak-
anak. Philip langsung pergi ke kandang beruang, untuk memeriksa. Terali-terali
yang didobrak ternyata sudah dipasang kembali dan diperkokoh. Beruang-beruang
yang sudah kenyang makan sedang tidur-tiduran. Tapi begitu melihat Philip
datang, mereka segera menyongsongnya, sambil mendengus-dengus ramah. Seekor di
antaranya berusaha meraih anak itu. Philip berbicara sebentar dengan mereka.
Ketiga beruang itu mendengarkan dengan penuh minat, seolah-olah mereka mengerti.
Fank sudah agak lebih baik keadaannya. Tapi ia belum bisa bangun. Ketika Philip
datang menjenguk, laki-laki bertubuh kecil itu memegang tangannya, lalu
berbicara dalam bahasa asing. Tapi Philip bisa menangkap maksudnya. Orang itu
mengucapkan terima kasih padanya. Fank sangat menyayangi beruang-beruangnya,
seolah-olah mereka itu saudaranya. Malam sebelumnya ia sangat cemas, ketika
mendengar mereka terlepas dari kandang.
"Akan kuurus mereka sampai Anda sudah sembuh kembali," kata,Philip. Rupanya Fank
mengerti, karena ia menyalami Philip dengan sikap berterima kasih. Kini tinggal
urusan pakaian untuk Jack serta anak-anak yang lain.
Tiga jam lagi rombongan sirkus akan meninggalkan tempat itu. Jadi Mak harus
bergegas-gegas mengusahakan pakaian untuk mereka, agar tidak ketahuan bahwa
mereka orang Inggris. Mak mendatangi Lucia, wanita tua yang mengurus pakaian
para artis. Bukan pakaian mereka yang sehari-hari, melainkan yang gemerlapan,
yang dipakai kalau mengadakan pertunjukan. Pakaian itu sangat penting artinya
bagi para artis. Karenanya Lucia selalu sibuk. Menjahit, dan juga menyetrika.
Dalam pekerjaan itu, tidak ada yang bisa menandingi kerapian kerja Lucia.
Ketika rombongan sirkus sudah siap untuk berangkat, takkan ada lagi yang bisa
mengetahui bahwa Jack, Philip, Dinah, dan Lucy-Ann sebenarnya anak-anak Inggris!
Tampang mereka sudah berubah. Warna kulit mereka sudah secoklat orang Tauri-
Hessia, dengan bantuan bahan perias yang dipinjam dari Toni. Bukan hanya muka
mereka saja, tapi juga leher lengan, dan juga kaki. Dinah dan Lucy-Ann memakai
pakaian anak perempuan Tauri-Hessia, yang terdiri dari gaun panjang dan
selendang, serta pita berwarna-warni yang menghiasi rambut mereka. Sedang Philip
dan Jack tidak ada bedanya lagi dengan anak-anak daerah situ. Tahu-tahu mereka
kelihatan lebih dewasa dari umur mereka yang sebenarnya. Lucy-Ann tercengang
ketika melihat abangnya, ia nyaris tidak mengenali Jack, yang rona mukanya
menjadi sangat coklat. Mak merasa puas melihat hasil kerjanya sendiri. Tapi ia
paling senang melihat Gussy. Takkan mungkin ada yang menyangka bahwa Gussy
sebenarnya anak laki-laki. Begitu cantik kelihatannya sekarang! Anak-anak
tertawa geli ketika Gussy muncul di ambang pintu karavan, lalu menuruni tangga.
Wajah anak malang itu merah padam karena marah, tapi juga karena malu.
"Ini cucuku, Anna Maria!" kata Mak, sambil tersenyum lebar. "Kalian jangan
nakal-nakal terhadapnya, ya!" Bibir Gussy bergerak-gerak, seperti menahan. "Cuma
anak perempuan cengeng saja yang suka begitu," katanya.
"Aduh cantiknya Gussy eh, maksudku Anna Maria!?" ?"Ya, secantik putri dalam lukisan," kata Jack menimpali. "Untung rambutnya
panjang sehingga ia semakin mirip anak perempuan!
" ?"Sebentar lagi akan kupotong pendek. Pendek, pendek sekali," kata Gussy dengan
jengkel. "Cak- cak, biar habis!"
"Tapi itu kan tidak bisa," kata Dinah. "Kau sendiri mengatakan, para pangeran di
negerimu ini harus panjang rambut mereka, seperti rambutmu sekarang ini."
"Kalau begitu aku tidak mau jadi pangeran! kata Gussy. Tampangnya begitu
"memelas saat itu. ia memandang Lucy-Ann dengan sedih, ia merasa bahwa anak
itulah yang paling baik hati, dibandingkan dengan yang lain-lain. "Janganlah aku
diganggu terus," katanya. "Aku merasa malu."
"Baiklah, Gus eh, Anna Maria kami tidak mengganggumu lagi. Sungguh!
" "Sudahlah, jangan bersedih hati tidak lama lagi kau pasti akan menjadi pangeran
"kembali. Aku yakin!"
"Ya, memang begitu jika pamanku masih hidup," kata Gussy dengan serius. "Tapi
"jika ia tewas aku harus menjadi raja!"
?"Hidup Raja!" oceh Kiki, sambil menegakkan jambul tinggi-tinggi. "Panggil
dokter, dan selamatkan Raja!"
Bab 25 SIRKUS DIGELEDAH Tidak lama kemudian nampak iring-iringan karavan bergerak di jalan yang berliku-
liku, pergi meninggalkan Borken. Dinah, Lucy-Ann, dan juga Gussy duduk dalam
karavan kecil yang dikemudikan oleh Pedro. Karavan itu ditarik seekor kuda
belang yang kecil. Jack mengemudikan karavan Mak. Wanita tua itu nampak sangat
senang. Setiap kali melihat Gussy yang kini sudah dijelmakannya menjadi anak
perempuan, Mak tertawa terbahak-bahak. Philip mengendalikan gerobak tempat
kandang beruang. Sedang Toni mengemudikan karavan kecil tempat tinggal Fank,
sambil bersiul-siul dengan riang. Fank berbaring di dalam. Pengasuh beruang itu
sudah semakin sembuh, ia merasa lega, karena ada Philip yang mengurus beruang-
beruangnya. Fank merasa berterima kasih pada Philip dan juga pada Toni, yang
"dengan gembira mau mengemudikan karavannya. Orang-orang sirkus memang selalu
siap untuk saling menolong. Itulah salah satu tabiat mereka yang baik.
Iring-iringan panjang itu bergerak dengan sangat lambat, karena tidak mau
menggelisahkan binatang-binatang yang dibawa. Fifo dan Fum ribut berceloteh,
sambil memandang ke luar.
"Akan ke manakah kita?" tanya Dinah pada Pedro, sambil memandang ke luar lewat
jendela yang terbuka. Pedro mengangkat bahu. ia juga tidak tahu.
"Pokoknya kita harus cepat-cepat pergi dari Borken, karena di situ sebentar lagi
pasti akan terjadi keributan," kata Pedro. "Kita pergi ke tempat lain, yang
lebih tenang. Mungkin kita akan melewati jalan-jalan desa. Soalnya, begitu
keributan pecah, jalan-jalan raya pasti akan penuh dengan tentara yang lalu
lalang." Dinah menarik kepalanya ke dalam, ia cocok sekali memakai pakaian gadis Tauri-
Hessia. "Kita akan mengambil jalan-jalan desa," katanya pada Lucy-Ann. "Sayang
kita belum bisa menghubungi Ibu, atau Bill. Mereka pasti sudah cemas sekali
memikirkan keadaan kita!"
Polisi tentunya sudah mereka beri tahu bahwa kita hilang," kata Lucy-Ann. "Lalu"polisi mencari- cari tapi di Inggris, dan bukan di sini. Yah, pokoknya kita
" "selamat sekarang, sudah berhasil lari dari menara! Aku sudah bosan terkurung
terus di sana! Tidak ada yang bisa kita lakukan sepanjang hari, selain bermain
kartu dengan kartu-kartu aneh yang mereka berikan pada kita!"
Sekitar pukul satu siang rombongan berhenti, untuk makan siang. Karavan-karavan
ditaruh di sisi jalan, dan orang-orang sirkus makan sambil duduk di samping
kendaraan masing-masing. Hawa saat itu seperti musim panas. Padahal saat itu
baru bulan April. Jadi masih musim semi. Matahari bersinar terik, dan di mana-
mana nampak bunga-bunga yang mekar. Tikus pohon peliharaan Philip ikut makan
dengan tuannya. Selama itu Penidur selalu ikut dengan Philip. Penidur takut
mendengar keberisikan orang-orang sirkus yang asyik mengobrol, ia baru berani
muncul, jika suasana tenang, ia duduk di telapak tangan Philip, sambil mengerat
biji-bijian yang dipegang dengan kedua kaki depannya. Sekali-sekali ia memandang
ke arah Philip. "Kau selalu menghibur kami dengan kekocakanmu selama kami terkurung di menara
itu," kata Philip dengan suara lirih pada Penidur. "Dan kau yang menyebabkan
Jack tahu di mana kami berada, ketika kau lari mendatanginya lewat celah di
bawah pintu! Kau benar-benar berjasa, Penidur!"
Sehabis makan siang, perjalanan diteruskan. Beruang-beruang tidur dengan
perasaan tenang, karena tahu bahwa Philip yang menjalankan karavan tempat
kandang mereka. Sewaktu berhenti tadi Philip memberi mereka makan lagi. Fank
merasa berbahagia, ketika mendengar beruang- beruangnya mendengus-dengus senang.
Iring-iringan sirkus sampai di jalan besar. Mereka harus lewat situ, sebelum
memasuki jalan desa yang sekitar tiga kilometer lebih jauh. Tapi baru separuh
jalan yang ditempuh ke arah itu, tiba-tiba terjadi sesuatu. Tiga buah kendaraan
militer yang besar-besar menyusul iring-iringan itu, lalu mencegatnya di depan.
Prajurit-prajurit berloncatan turun, dipimpin seorang kapten.
"Berhenti!" seru kapten itu pada pengemudi karavan yang paling depan. Seluruh
iring-iringan berhenti. Orang-orang sirkus berpandang-pandangan dengan cemas.
Kenapa mereka disuruh berhenti" Mereka kan tidak berbuat apa-apa! Mereka
meloncat turun dari karavan masing-masing, lalu menunggu dalam beberapa
gerombolan. Jack menjenguk ke dalam karavan yang dikemudikannya. "Kelihatannya karavan-
karavan akan digeledah, Mak," katanya. "Suruh Gussy melakukan sesuatu, dan omeli
dia seolah-olah anak itu cucu Anda. Dan kau, Gussy, ingat bahwa kau anak
perempuan! Jadi jangan membalas jika diomeli. Jangan bicara apa pun juga, jika
prajurit-prajurit itu nanti datang menggeledah. Tunjukkan sikap malu-malu,
sebisa-bisamu." Pedro juga langsung tahu, apa yang akan terjadi. "Kalian cepat keluar, lalu
membaur dengan orang sirkus," katanya pada Dinah dan Lucy-Ann. "Pergilah ke
tempat Toni dan Bingo. Aku juga akan ke sana. Kalian akan kurangkul, sehingga
kalian akan disangka adik-adikku."
Philip tetap berada di tempatnya, ia merasa aman, mengemudikan karavan beruang!
Ketiga binatang itu nanti pasti ribut jika didekati para prajurit, lalu ia harus
menenangkan mereka lagi. Dengan begitu ia akan disangka pengasuh beruang!
Sementara itu kapten tadi mendatangi Bos, alu berbicara padanya dengan nada
memerintah. "Iring-iringan Anda ini harus kami geledah," kata perwira tentara Tauri-Hessia
itu. "Anda dicurigai menyembunyikan seseorang yang kami cari. Lebih baik Anda
serahkan saja orang itu sekarang juga karena jika nanti ketahuan Anda "sembunyikan, Anda akan dijatuhi hukuman berat."
Bos yang saat itu sedang duduk di kursi besarnya di dalam karavan, memandang
kapten itu dengan heran. "Saya tidak mengerti maksud Anda," katanya. "Jika
dirasa perlu, silakan geledah karavan-karavan kami. Saya tidak keberatan!"
Bos menyangka para prajurit itu mencari seorang pemuda, yang mungkin melarikan


Lima Sekawan 07 Petualangan Di Sirkus Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diri. ia sama sekali tidak menduga bahwa yang cari itu seorang anak laki-laki.
Apalagi bahwa anak laki- laki itu Pangeran Aloysius! Kapten memberi komando.
Para prajurit lalu bergerak menelusuri iring-iringan karavan sambil mengamat-
amati dengan waspada kala ada yang bersembunyi di dalam semak-semak di pinggir
jalan. Setelah itu mereka mulai menggeledah. Setiap karavan diperiksa dengan
cermat. Selimut- selimut dan pakaian yang bertumpuk diangkat, untuk memeriksa
apakah ada orang bersembunyi di bawah. Ketika melihat Philip yang duduk di tempa
kusir gerobak beruang, para prajurit berhenti Mereka diperintahkan untuk mencari
Gussy sampai dapat. Tapi di samping Gussy, mereka juga harus mencari tiga anak
lagi. Dan jika mereka ada dalam rombongan sirkus, maka itu berarti Pangeran juga
tidak jauh dari situ. Para prajurit itu menghampiri kandang beruang, dengan
langkah berderap-derap. Suara mereka yang lantang menyebabkan beruang-beruang
merasa terganggu. Ketiga binatang buas itu menggeram-geram, serta berulang kali
menubruk terali kandang mereka. Toni mendatangi para prajurit itu, lalu meminta
mereka agar menjauh dari kandang beruang.
"Hati-hati, jangan terlalu dekat," katanya. "Mereka berbahaya! Kemarin kami
mengalam kerepotan dengan beruang-beruang itu. Mereka lepas, setelah mendobrak
terali. Ini bekas- bekasnya! Untung ada anak laki-laki itu, pembantu pengasuh
beruang, ia yang menenangkan mereka kembali."
Philip bisa menduga, apa yang dikatakan Toni pada para prajurit. Dengan segera
ia masuk ke kandang beruang, untuk menghindari kemungkinan ditanyai, ia berpura-
pura menenangkan ketiga beruang itu. Para prajurit memperhatikan dari jarak agak
jauh. Kapten mereka nampak puas. Anak laki-laki itu jelas termasuk orang sirkus,
sebagai pembantu pengasuh beruang. Tidak mungkin dia salah seorang anak yang
dicari-cari. Para prajurit mendatangi karavan yang berikut. Toni memandang
Philip, lalu mengedipkan mata. "Bagus!" bisiknya. "Kau tetap saja di dalam. Di
tengah ketiga beruang itu kau lebih aman. dibandingkan dengan di tempat lain!"
Satu demi satu, karavan yang berderet-deret itu didatangi. Dinah dan Lucy-Ann
hanya dipandang sekilas saja. Kedua anak itu pura-pura sedang memperhatikan
kedua simpanse yang dikeluarkan dari kandang mereka oleh Madame Fifi, pengasuh
mereka. Pedro juga ada di situ, menggandeng Dinah dan Lucy-Ann. Pemimpin pasukan
tentara yang menggeledah memandang Pedro dengan sikap curiga. Mungkinkah ia
salah seorang anak yang dicari" Kapten itu menggamit, memanggil Pedro.
Anak itu datang dengan segera, sambil menggandeng kedua anak perempuan. Sikapnya
santai-santai saja. Kapten mengatakan sesuatu padanya, dalam bahasa Tauri-
Hessia. Pedro menjawab dengan lancar, sambil menuding ke arah karavan ibunya.
Rupanya ia mengatakan bahwa ia ikut dengan ibunya, serta seorang saudara
sepupunya, Anna-Maria. "Dan siapa kedua anak perempuan ini?" tanya Kapten dengan nada menyelidik.
"Mereka juga orang sirkus," jawab Pedro. "Mereka ikut dengan anak laki-laki yang
ada di gerobak beruang yang sudah Anda lihat tadi. Mereka orang Ngocehlandia. "Mereka tidak begitu bisa berbahasa Tauri-Hessia. Tapi mereka bisa berbahasa
Prancis, jika Anda ingin menanyakan sesuatu pada mereka."
Dinah mendengar Pedro menyebutkan kata 'Ngocehlandia'. ia langsung menebak bahwa
Pedro mengatakan ia dan Lucy-Ann berasal dari Ngocehlandia. Dengan segera Dinah
mulai berbicara asal jadi, pokoknya cepat! ia mengatakannya pada Kapten, sambil
tersenyum lebar serta menggerak-gerakkan tangan. Sedang Lucy-Ann mengangguk-
angguk, mengiakan kata-kata Dinah.
"Ya, ya, baiklah," kata Kapten, dalam bahasa Tauri-Hessia. "Sepatah kata pun tak
kumengerti. Apa katanya?" Dalam hati Pedro tertawa. Pada Kapten dikatakannya
bahwa Dinah kagum melihat Kapten, yang dikatakannya jauh lebih gagah jika
dibandingkan dengan kapten-kapten di negaranya, di Ngocehlandia. Kapten merasa
bangga, ia memberi hormat pada Dinah dan Lucy-Ann, lalu melangkah pergi, ia
merasa pasti, kedua anak perempuan itu tidak mungkin orang Inggris. Tapi di
manakah letak negara yang bernama Ngocehlandia itu" ia belum pernah mendengar
nama itu. Aneh-aneh saja negeri asal orang-orang sirkus ini! Kini para prajurit
menghampiri karavan Mak. Jack masih duduk di tempat pengemudi, dengan Kiki di
bahunya, ia sudah melarang burung itu supaya tidak mengoceh, karena khawatir
rahasia mereka terbongkar oleh kata-kata Inggris yang terdengar.
"Tapi kalau berbagai bunyi, itu boleh kautirukan," katanya. Kiki mengerti.
Ketika para prajurit mendekat, Kiki menegakkan jambulnya, lalu terbatuk-batuk.
Para prajurit memandangnya dengan heran.
"Powke," kata Jack, sambil menepuk-nepuk Kiki. "Powke, arka powke." ia tahu,
dalam bahasa setempat itu berarti "Kakaktua pintar", ia mendengarnya dari para
penonton yang mengagumi Kiki. Mereka sering menyebut-nyebut kedua kata itu.
"Arka powke!" Kakaktua pintar! Kiki bersendawa dengan keras, dua kali berturut-
turut. Para prajurit geli mendengarnya Sesudah itu Kiki berkotek-kotek seperti
ayam betina yang bertelur. Para prajurit semakin geli. Mereka tertawa. Dan
itulah yang ditunggu-tunggu oleh Kiki. Burung itu memandang para prajurit dengan
kepala tertunduk, lalu menirukan bunyi pesawat terbang yang sedang mengalami
kerusakan mesin. Para prajurit yang berkerumun kaget mendengar bunyi itu, lalu
cepat-cepat mundur. Kiki terkekeh-kekeh, ia tertawa terus dengan suaranya yang
konyol, sampai akhirnya para prajurit dan juga Jack ikut tertawa pula.
" "Mereka dikejutkan oleh suara membentak dari arah belakang mereka.
"Mengapa kalian membuang-buang waktu dengan anak ini?" tukas Kapten. "Kalian kan
bisa melihat bahwa ia anak sirkus, dengan burung kakaktua seperti itu. Ayo,
geledah karavan!" Jack sudah cukup banyak memahami kata-kata Tauri-Hessia. ia
menangkap makna perintah Kapten. Jadi ia tidak dicurigai. Begitu pula halnya
Philip, maupun kedua anak perempuan adik mereka. Sekarang tinggal Gussy. Akan
cukup tenangkah anak itu, sehingga mampu memainkan peranannya secara meyakinkan"
Dua orang prajurit menghampiri karavan Mak. Mereka melihat Gussy, yang duduk di
samping wanita itu. "Siapa anak ini?" tanya seorang dari mereka. "Siapa namanya?"
Bab 26, PEDAGANG KELILING
Gussy memandang kedua prajurit itu dengan sikap malu-malu, lalu menyembunyikan
muka ke dalam pangkuan Mak. ia berbuat seakan-akan takut melihat kedua prajurit itu.
Mak yang menyuruhnya bersikap begitu.
"Nah, nah," kata Mak dalam bahasa Tauri-Hessia, sambil menepuk-nepuk Gussy.
"Ayo, duduklah dan jawab pertanyaan tuan-tuan ini, Anna Maria!" Setelah itu ia"menoleh ke arah kedua prajurit. "Anda harus memaafkan anak ini," katanya, "ia
sangat pemalu tidak berani membuka mulut. Ayo duduk dong, dan tunjukkan apa
"yang sedang kaubuat pada tuan-tuan yang baik hati ini." Gussy meluruskan sikap
duduknya, lalu menunjukkan sepotong kain sulaman pada kedua prajurit yang
menanyainya. Tapi Gussy tetap menunduk, seolah-olah sangat malu. Jack yang
memandang dari balik jendela, terheran-heran melihat kepandaian Gussy berpura-
pura. Dan Mak juga sangat cerdik, menyuruh Gussy memamerkan kain yang sedang
disulam pada kedua prajurit itu. Padahal Mak yang membuatnya. Jack melihat
wanita itu menyulam, setiap malam. "ia cucuku yang paling kusayangi," kata Mak.
ia menyerocos terus. "Anak ini manis sekali, dan sangat penurut. Ayo, bicara
dong, Anna Maria! Ucapkan salam pada tuan-tuan ini."
"Malu," kata Gussy, lalu menyembunyikan mukanya lagi ke dalam pangkuan Mak.
"Sudah janganlah anak itu diganggu terus," kata salah seorang prajurit. "Aku
"juga punya anak di rumah, yang pemalunya seperti cucu Anda ini. Tapi lebih baik
pemalu, daripada kurang ajar. Indah sekali rambutnya! Anda pasti bangga, punya
cucu secantik dia." "Dan ia juga sangat pandai menjahit," kata Mak, sambil menepuk-nepuk kepala
Gussy. Ayo, duduk yang baik, Sayang tuan-tuan ini takkan menggigitmu!"
" ?"Kami masih harus meneruskan penggeledahan," kata prajurit yang pertama. "Ini,
hadiah untuk cucu Anda. Melihat dia, aku langsung teringat pada anakku yang di
rumah." Keping uang yang dilemparkan oleh prajurit itu ditangkap dengan cekatan oleh
Mak, dan langsung dikantungi. Jack menghembuskan napas panjang, ia merasa lega,
melihat kedua prajurit itu pergi, ia menjenguk ke dalam, lewat jendela.
"Mereka sudah pergi," katanya. "Wah,Gus hebat- sekali pertunjukanmu itu! Kau
"benar-benar berbakat sebagai aktor! Tingkah-lakumu persis anak perempuan yang
malu-malu." Gussy mengangkat kepalanya, yang selama itu masih disembunyikan dalam pangkuan
Mak. Mukanya merah, tapi matanya bersinar-sinar. Gussy tertawa. "Mak yang
menyuruhku berkelakuan begitu," katanya. "Aku dilarangnya menampakkan muka. Aku
harus malu-malu, dan menyembunyikan muka dalam pangkuannya."
"Itu ide yang bagus sekali," kata Jack. Sambil nyengir, ditatapnya Mak yang
tersenyum "Sungguh, Gussy, kau pantas diberi ucapan selamat! Tidak kusangka kau
bisa berperan seperti tadi."
"Aku memang suka memainkan peranan," kata Gussy. "Tapi tidak dalam pakaian anak
perempuan. Aku merasa konyol dengan pakaian begini. Tapi ide ini memang bagus
"sekali. Aku sudah aman sekarang, kan?"
"Kurasa sudah," kata Jack, sambil memandang ke arah depan. "Para prajurit sudah
kembali ke mobil-mobil mereka. Dan sekarang mereka naik. Ya mobil pertama
"berangkat. Uhh aku tadi sudah cemas sekali, ketika kedua prajurit itu masuk ke
"dalam karavan."
Begitu ketiga mobil tentara sudah pergi, Philip bergegas meninggalkan gerobak
beruang, ia cepat-cepat mendatangi anak-anak yang lain, sambil tertawa lebar.
Mereka berkumpul di dekat karavan Mak, untuk mendengar cerita Jack tentang
pertunjukan Gussy yang hebat. Gussy merasa senang. Enak rasanya dikagumi anak-
anak yang lain. Tapi kemudian air mukanya suram kembali, begitu melihat
bayangannya dalam cermin.
"Aku tidak suka melihat tampangku seperti sekarang ini," katanya, sambil menatap
bayangannya dalam cermin itu. "Sekarang aku hendak berganti pakaian, mengenakan
pakaianku yang biasa."
"Jangan jangan dulu!" kata Jack cepat-cepat. "Kau masih harus terus menyamar "menjadi anak perempuan, sampai kita sudah berada di tempat yang benar-benar
aman. Ayolah, Gussy katamu tadi, kau suka memainkan peranan!"
"Iring-iringan sirkus melanjutkan perjalanan. Dengan segera suasana sudah tenang
kembali. Tidak ada lagi yang bercakap-cakap. Semua masih capek karena kurang
tidur malam sebelumnya. Sekitar pukul enam sore mereka berhenti sebentar untuk
makan. Setelah itu perjalanan diteruskan. Iring-iringan sudah memasuki jalan
desa yang sepi. Keadaan jalan itu buruk, sehingga mereka terpaksa semakin
memperlambat gerak. Tapi tidak ada yang memprotes. Orang sirkus tidak pernah
bergegas-gegas kecuali menjelang pertunjukan akan dimulai. Pada saat-saat itu,
"semua sibuk sekali mengurus macam-macam. Malamnya mereka berhenti untuk tidur di
daerah yang berbukit-bukit. Semua tidur pulas.
Dan keesokan harinya perjalanan diteruskan lagi, tanpa tujuan yang pasti. Tiba-
tiba Bos mengatakan bahwa rombongan salah memilih jalan. Seharusnya memasuki
jalan lain pada persimpangan yang sementara itu sudah agak jauh di belakang
mereka. Orang-orang sirkus memutar karavan-karavan mereka, sambil mengomel-
ngomel. Mereka memang tidak sering berpapasan orang di jalan ini. Daerah itu
sangat sunyi. "Aku perlu berbelanja karena perbekalan sudah hampir habis," kata Mak
"menggerutu "Akan kukatakan pada Bos, bahwa kita harus pergi ke tempat di mana
ada toko-toko." Tapi Mak tidak benar-benar mengatakannya, karena takut pada Bos.
ia hanya mengomel terus, ia perlu membeli benang, ia ingin membeli buah-buahan
dalam kaleng, ia memerlukan jepitan rambut. Akhirnya Pedro bosan mendengarnya.
"Sudahlah, Mak," katanya. "Mungkin nanti kita berjumpa dengan pedagang
keliling!" "Apa itu?" tanya Jack. "Itu orang yang berkeliling mendatangi desa-desa
terpencil dengan gerobak yang berisi segala macam barang jualan," kata Pedro
menjelaskan. "Kurasa kita takkan berpapasan dengan pedagang begitu dalam keadaan
kacau seperti sekarang ini. Aku cuma mengatakannya, supaya Mak tidak terus
mengomel!" Petang itu Bos menyuruh rombongan berhenti agak lebih cepat dari biasanya. Tidak
lama kemudian sudah nampak api unggun dinyalakan di tepi jalan. Dari segala arah
menghambur bau masakan yang sedap. Ketika hari sudah hampir gelap, nampak sebuah
gerobak kecil mendaki bukit tempat rombongan sirkus berkemah. Madame Fifi yang
paling dulu melihatnya, ia berseru, memberi tahu yang lain-lainnya. Semua
menoleh ke arah kendaraan yang datang itu.
"Kau mujur, Mak!" seru Pedro pada ibunya. "Itu ada pedagang keliling, menuju
kemari!" Gerobak pedagang keliling itu dihentikan tidak jauh dari perkemahan
sirkus. Dua orang laki-laki duduk di depan, dengan pakaian penduduk Tauri-
Hessia. Kedua-duanya berkulit coklat, terbakar sinar matahari. Laki-laki yang
satu bertubuh kecil. Sedang temannya besar dan kekar.
"Lebih baik kau jangan menampakkan diri," kata Jack dengan tiba-tiba pada Gussy.
"Siapa tahu mungkin mereka itu mata-mata. yang ditugaskan mengintai kita."
?"Aduh mudah-mudahan kita tidak digeledah sekali lagi," keluh Lucy-Ann.
"Laki-laki yang bertubuh kecil meloncat turun, ia pergi ke samping gerobak, lalu
menurunkan separuh dinding yang di situ. Dinding itu kini menjadi semacam meja.
Di dalam gerobak terdapat berbagai macam barang, diatur pada rak-rak. Kaleng-
kaleng berisi daging, ikan, dan buah- buahan. Lalu benang wol, katun, gulungan
renda, kain katun murahan. Peniti dan jepit rambut. Berbagai jenis sisir. Sabun.
Kembang gula. Isi gerobak itu mirip seperti yang biasa nampak di warung-warung
desa. "Segala-galanya ada di sini, Mak!" seru Pedro, yang sementara itu sudah datang
ke tempat itu. "Kau ingin kubelikan sesuatu, Mak?"
"Tidak, biar aku sendiri yang memilih," kata Mak, yang gemar berbelanja. "Kau
tinggal di sini, Anna Maria!"
"Bisakah kita juga membeli sesuatu, Jack?" tanya Dinah. "Kau kan punya uang sini
sedikit. Aku perlu sabun, serta beberapa barang lainnya. Mereka itu benar-benar
pedagang keliling - tidak mungkin mata-mata yang disuruh mengintai kita!"
"Ya, kelihatannya memang begitu," kata Jack. "Baiklah kita berbelanja ke situ."Tapi Gussy tidak boleh ikut."
Jadi Gussy tinggal seorang diri di karavan Mak, sementara yang lain-lain pergi
ke gerobak penjual keliling itu. Gussy sangat marah. Laki-laki yang bertubuh
kecil melayani mereka. Temannya yang bertubuh besar hanya membantu menyodorkan
ini dan itu, serta membungkus barang-barang yang dibeli. Orang itu bekerja
sambil membisu. Sedikit pun tidak berbicara. Tapi yang satunya lagi nyerocos
terus. Rupanya ia gemar mengobrol.
"Kalian punya kabar baru?" tanya orang itu pada Mak dan Lucia, yang datang untuk
membeli jepit rambut serta sisir. "Kalian kan datang dari arah Borken" Ada kabar
baru tentang Raja" Sampai sekarang belum diketahui bagaimana nasibnya!"
Mak bercerita tentang keributan yang terjadi malam-malam di kota itu. Lucia
menambahkan komentar-komentarnya.
"Di manakah Pangeran Aloysius sekarang?" tanya wanita itu. "Kabarnya, ia
disekolahkan ke Inggris. Jika Raja meninggal dunia, pangeran cilik itu terpaksa
harus kembali." "Tadi rombongan kami dicegat tentara, lalu digeledah," kata Madame Fifi. "Entah
apa yang mereka cari. Barangkali Raja!" Orang-orang yang mendengar tertawa
semua. Obrolan berlanjut, sementara orang-orang sirkus sibuk berbelanja.
Jack membeli kembang gula untuk anak-anak. Kiki bertengger di bahunya, seperti
biasa. "Selamat pagi, selamat malam, selamat makan," kata Kiki dengan sopan,
pada pedagang yang sedang sibuk melayani. Orang itu tertawa. Tapi temannya
menoleh dengan cepat, lalu menatap Kiki dengan tajam. Jack merasa cemas. Kenapa
orang yang bertubuh kekar itu memandang dengan cara begitu" Jack berusaha
melihat wajah orang itu dengan lebih jelas. Tapi sementara itu hari sudah gelap.
Dan ruangan di dalam gerobak lebih gelap lagi. Lucy-Ann menunjuk ke sebuah
stoples berisi manisan. "Aku ingin yang itu," katanya dalam bahasa Inggris. Jack melihat bahwa sikap
laki-laki bertubuh besar tadi berubah, ia nampaknya seperti menunggu kata-kata
yang mungkin akan diucapkan Lucy-Ann lagi. Orang itu meraih sebuah kaleng yang
terletak di atas sebuah rak. Tapi ia langsung tertegun, begitu Lucy-Ann
berbicara lagi. "Kita membeli sekaleng nenas, yuk! Itu kan kegemaran Kiki."
Laki-laki bertubuh besar itu berpaling. Jack cepat-cepat mendorong Lucy-Ann ke
tempat gelap, ia yakin sekarang, laki-laki itu pasti mata-mata! ia berusaha
memperhatikan. Tapi tidak banyak yang bisa dilihat. Rambutnya ikal, berwarna
hitam seperti rambut kebanyakan penduduk Tauri-Hessia. Lalu kumis hitam yang
"tipis. Hanya itulah yang bisa dikenali oleh Jack di tempat segelap itu.
"Ada apa, Jack?" tanya Lucy-Ann dengan heran, sementara abangnya bergegas
membawanya pergi menjauhi tempat itu, bersama Dinah dan Philip. Mereka langsung
ikut cemas, begitu diberi tahu oleh Jack. Mereka cepat-cepat pergi ke karavan
Mak. Untunglah, Gussy masih ada di situ.
"Cepat keluarkan sulamanmu, Gussy!" kata Jack. "Kami baru saja melihat seseorang
" yang mencurigakan. Orang itu mendengar Lucy-Ann dan Kiki berbicara dalam bahasa
Inggris, ia kelihatan sangat tertarik mendengar mereka!"
"Mudah-mudahan saja mereka lekas pergi lagi," kata Philip. "Akan kuawasi gerobak
mereka! Nanti kalau mereka sudah pergi, kalian akan kuberi tahu." Tapi kedua
pedagang keliling itu tidak pergi! Mereka menutup dinding samping gerobak
mereka, lalu duduk sambil masak di atas api unggun. "Kelihatannya mereka hendak
bermalam di sini," kata Philip melaporkan. "Dan Madame Fifi tadi bercerita,
laki-laki yang bertubuh kecil bertanya macam-macam padanya tentang Kiki apakah"pemiliknya juga orang sirkus ini, dan di mana anak itu tidur!"
"Sialan," kata Jack. "Bagaimana sekarang" Kita tidak mungkin bisa lari karena
"tidak tahu di mana kita berada saat ini. Yang jelas, jauh dari mana-mana! Yah
"kita cuma bisa berharap saja, moga-moga tidak terjadi apa-apa. Kita, yang laki-
laki, tidur di tempat yang biasa, di kolong karavanmu, Pedro. Sedang Gussy di
dalam karavan Mak. ia yang paling penting di antara kita. Kita penting hanya
karena Gussy lari bersama kita dan kemungkinannya Adipati beranggapan bahwa di


Lima Sekawan 07 Petualangan Di Sirkus Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"mana kita berada, Gussy pasti juga ada di situ!"
Dinah dan Lucy-Ann masuk ke karavan Pedro. Gussy tidur di tempat Mak. Ketiga
anak laki-laki merebahkan diri di atas selimut tebal, di kolong karavan Pedro.
Anak itu dengan segera sudah tidur pulas. Tapi Jack dan Philip masih berbisik-
bisik. Mereka masih tetap cemas. Tiba-tiba Jack mencengkeram lengan Philip.
"Ada orang datang," bisiknya, "ia kemari!" Jack duduk dengan berhati-hati,
sambil meraih senternya. Ya ada orang merangkak, menghampiri karavan. Dengan
"segera Jack menyalakan senternya. Sinarnya menerangi wajah seseorang berambut
hitam dan ikal. Itulah laki-laki bertubuh kekar, satu dari kedua pedagang
keliling. "Mau apa kau merangkak-rangkak kemari?" tukas Jack. "Kubangunkan orang-orang,
biar kau dihajar mereka!"
Bab 27, PERJUMPAAN YANG TIDAK DISANGKA-SANGKA
"Ssst desis orang itu. "Aku..." Sebelum ia bisa meneruskan kalimatnya tahu-tahu
"ada kejadian aneh! Kiki, yang selama itu memandang laki-laki yang datang itu
dengan heran, tahu-tahu terbang lalu hinggap dibahu orang itu! ia mengusap-
"usapkan paruhnya ke pipi laki-laki itu dengan mesra, sambil mendengkur-dengkur,
seperti burung merpati. "Kiki," kata laki-laki asing itu, sambil mengelus-elus tengkuk Kiki.
"Bill upil," kata Kiki dengan mesra. "Bill upil, jerangkan air, panggilkan
dokter!" Jack hanya bisa melongo. Kenapa Kiki tahu-tahu bersikap begitu aneh dan kenapa
"orang itu mengenal Kiki" Philip yang lebih dulu mengerti. Tahu-tahu ia merangkak
dengan cepat ke luar. "Bill! Bill! Bermimpikah aku" Benar-benar kaukah ini, Bill" Kau memakai rambut
palsu?" Sambil tertawa lebar, laki-laki bertubuh besar itu merenggut rambutnya
yang hitam ikal. Rambut itu langsung terlepas. Ya ia memakai rambut palsu!
"Kini wajahnya sudah wajah Bill lagi, meski di bawah hidungnya masih melintang
kumis hitam. Tentu saja itu juga palsu.
"Aduh, Bill! Sukar sekali bagiku untuk bisa percaya bahwa ini benar-benar
terjadi," kata Philip. Bill menyalaminya dengan hangat. Saat itu barulah Jack
datang menggabungkan diri. Matanya terbelalak, seakan-akan tidak bisa
mempercayai penglihatannya sendiri. Tapi laki-laki yang datang itu memang Bill.
ia langsung bertanya tentang keadaan Dinah dan Lucy-Ann.
"Lega hatiku melihat mereka berdua baik-baik saja," katanya. "Tadi aku hampir-
hampir tidak mengenali mereka lagi, dengan dandanan seperti itu. Tapi suara
Lucy-Ann yang jernih dan tinggi langsung kukenali. Dan Kiki, tidak mungkin aku
bisa tidak kenal lagi padanya. Aku tadi kaget sekali, ketika melihat dia
bertengger di bahumu, Jack. Di mana Dinah dan Lucy-Ann" Di dalam karavan ini?"
"Ya! Kami tadi menyangka kau dan temanmu mata-mata, karena kami mendengar kalian
bertanya-tanya di mana kami tidur," kata Jack. "Kami sedikit pun tidak mengira,
bahwa kau menyamar menjadi pedagang keliling. Yuk, kita masuk ke karavan! Pedro
kita bangunkan juga. ia sahabat kami."
Tidak lama sesudah itu mereka sudah duduk beramai-ramai dalam karavan Pedro yang
sempit. Lucy-Ann tidak mau jauh-jauh dari Bill. Berulang kali ia mengusap air
matanya yang bercucuran. "Aku menangis karena senang, Bill," kata Lucy-Ann. ia tertawa, sementara air
matanya masih terus mengalir. Bill mengusap air mata anak itu dengan sapu
tangannya, ia sangat sayang pada Lucy-Ann. "Melihatmu menangis, aku jadi
teringat pada Gussy," katanya. "Ingat tidak, Philip ketika kau mengambil "serbet dapur, untuk mengeringkan air matanya" Sudahlah kita sudah berkumpul
"lagi sekarang."
"Bagaimana kabar Ibu?" tanya Philip. "Pasti ia sangat cemas memikirkan kami!"
"O ya!" kata Bill. "Kami disergap oleh para penjahat lalu diikat, sebelum mereka
menculik kalian. Kami tidak berhasil membebaskan diri. Kami terpaksa menunggu
sampai dibebaskan oleh Bu Gump keesokan harinya, ketika ia lewat di dekat kami
terbaring dalam keadaan terikat. Saat itu tentu saja jejak kalian sudah lenyap.
Polisi yang kami beri tahu, mencari kalian ke segala penjuru di Inggris. Kami
tidak berani melaporkan bahwa Gussy juga ikut lenyap karena kami tidak ingin
"kabar itu sampai ke telinga orang Tauri-Hessia!"
"Sedang kami mula-mula diculik dengan mobil, lalu diangkut dengan pesawat
terbang kemari," kata Philip. "Jack bersembunyi dalam tempat bagasi di belakang
mobil, lalu menyelundup masuk ke pesawat terbang. Kemudian ia berhasil
membebaskan kami, yang ditawan di Puri Borken, bersama Gussy."
"Bersama Kiki, aku menggabungkan diri dengan rombongan sirkus ini," kata Jack.
"Pedro benar- benar sahabat sejati. Entah apa yang bisa kulakukan, jika ia tidak
ada. Kami minta tolong pada Toni dan Bingo untuk membantu kami membebaskan anak-
anak. Wah hal itu benar-benar berbahaya!"
"Jack menceritakan usaha pembebasan itu, sementara Bill mendengarkan dengan
kagum. Apa saja yang sudah mereka alami! Tapi mereka sedikit pun tak gentar. Dan
kini Gussy ada bersama mereka. Disamarkan menjadi anak perempuan!
"Tapi apa yang kaulakukan di sini, Bill?" tanya Jack. "Kenapa kau berpakaian
seperti orang Tauri-Hessia mengembara dengan kendaraan pedagang keliling" Aku
"merasa seperti sedang bermimpi, melihatmu tahu-tahu muncul di sini."
"Kau tidak mimpi, Jack," kata Bill sambil tertawa. "Aku benar-benar ada di sini.
Soalnya begini. Pemerintah negara kita, begitu mendengar tentang lenyapnya raja
Tauri-Hessia, dengan segera ingin tahu apakah berita itu benar atau tidak.
Kecuali itu juga ingin tahu, di mana Pangeran Aloysius kini berada. Karena
pemerintah Tauri-Hessia menitipkan Gussy padaku, diambil keputusan bahwa akulah
yang ditugaskan kemari, untuk menyelidiki."
"Apakah saat itu kau sudah mengira, bahwa kami mungkin ada di sini?"
"Ya," jawab Bill. "Aku menarik kesimpulan, ke mana pun Gussy dibawa, kalian
mestinya juga ikut sebagai sandera, jika pemerintah negara kita mengambil
"tindakan terhadap Gussy. Dan begitu kami mendapat kabar bahwa Raja lenyap, kami
langsung menduga bahwa Gussy pasti ada di Borken, yang merupakan daerah
kekuasaan Adipati Paritolen. Dan Raja pun mungkin ditawan di tempat yang sama.
Jadi aku langsung terbang kemari untuk mengadakan penyelidikan, ditemani seorang
rekan yang lancar berbahasa Tauri-Hessia. Kami memilih untuk mengembara sebagai
pedagang keliling, karena dengan begini kami bisa datang ke mana-mana dengan
aman." "Ibu kini pasti sangat khawatir, setelah kau juga pergi," kata Dinah.
"Besok aku akan mengirim kabar padanya," kata Bill. "Sekarang aku ingin
bertanya. Kalian punya dugaan, kira-kira di mana Raja disembunyikan?"
"Di Puri Borken," jawab Jack dengan segera. "Tentang itu aku yakin sekali. Akan
kujelaskan, kenapa begitu." Jack bercerita tentang pengalamannya di dalam puri.
"Kemudian kudengar Nyonya Tatiosa bercakap-cakap dengan Adipati Paritolen.
Mereka kedengarannya sangat bersemangat. Dan itu terjadi malam hari, menjelang
tersiarnya berita bahwa Raja hilang," kata Jack. "Ketika aku mendengarkan
pembicaraan mereka berdua, rupanya saat itu Raja sudah mereka tawan. Dan tempat
yang paling masuk akal, mestinya di puri itu karena dengan begitu, baik Raja "maupun Putra Makota, kedua-duanya ada dalam kekuasaannya." Bill mengikuti
penjelasan itu dengan penuh minat.
"Kurasa kau benar, Jack," katanya kemudian. "Kita harus berusaha masuk ke puri
itu. Ronald, rekan yang ikut kemari bersamaku, lancar sekali berbahasa sini.
Mungkin saja ia bisa menyelundup masuk Misalnya saja dengan mengaku tukang
"yang disuruh datang untuk membetulkan sesuatu, atau begitu."
"Aku tahu akal yang lebih bagus lagi," kata Jack dengan tiba-tiba. "Ada jalan
rahasia, lewat mana kita bisa menyusup masuk tanpa ketahuan. Aku secara
kebetulan saja menemukannya, sewaktu berkeliaran malam-malam di sana. Jalan
rahasia itu menuju ke ruang dansa yang besar. Pada salah satu dinding ruangan
itu ada sebuah lukisan yang bisa digeser ke samping. Lewat lubang yang terjadi,
kita sampai di ruangan itu. Tapi payahnya, aku tidak tahu cara menggeserkan
lukisan itu." "Itu bisa kita selidiki," kata Bill. "Wah, gagasanmu itu hebat, Jack! Maukah kau
menjadi penunjuk jalan kami, masuk ke puri" Kami perlu mengetahui apakah Raja
masih hidup, dan benarkah ia ada di Puri Borken! Satu hal sudah jelas rencana
persekutuan jahat itu kacau sekarang, setelah Gussy yang mereka tawan tahu-tahu
lenyap. Raja tidak ada lagi, tapi tidak ada Putra Mahkota yang bisa diangkat
menggantikannya! Kedudukan mereka sekarang sulit!"
"Tentu saja aku mau ikut, Bill," kata Jack bersemangat.
"Aku juga ikut," kata Philip. "Jangan! Kau harus tetap di sini, menemani adik-
adikmu," kata Bill. "Dan sekaligus juga mengawasi Gussy. Pedro juga bisa membantu."
"Bagaimana kita berangkat saja sekarang?" kata Jack dengan sikap tidak sabar.
?"Malam ini sangat gelap cocok untuk rencana kita."
?"Ya, memang sebaiknya kita berangkat selekas mungkin," kata Bill. ia berdiri.
"Tunggu sebentar di sini Ronnie akan kupanggil dulu. Aku juga masih harus
"menjelaskan beberapa hal padanya. Wah ia pasti tercengang nanti!"
"Bill bergegas pergi. Selama beberapa saat anak-anak membisu. Masing-masing sibuk
dengan pikirannya sendiri. Tiba-tiba Kiki mengoceh. "Dingdongbur, Bill masuk
sumur," ocehnya. "Pus pilek " dan Kiki bersin dengan keras.
?"Konyol, ah!" kata Jack. "Wah bukan main pengalaman kita malam ini! Bayangkan
" tahu- tahu Bill muncul di sini. Kiki yang tadi pertama-tama mengenalinya,
"ketika ia datang ke sini dengan merangkak-rangkak. Aku sendiri tidak tahu bahwa
itu Bill." "Sekarang semuanya pasti akan menjadi beres lagi," kata Lucy-Ann. "Itu sudah
pasti, karena Bill sudah ada di sini."
"Jangan terlalu cepat bergembira," kata Dinah. "Tugas mereka nanti, bukan urusan
enteng." Beberapa saat kemudian Bill datang lagi, kini ditemani rekannya yang
bernama Ronnie. Laki-laki bertubuh kecil itu kelihatan agak bingung, menjumpai
anak-anak sebanyak itu di dalam karavan. Tidak terdengar ocehannya, seperti
ketika ia beraksi sebagai pedagang keliling tadi sore!
"Nah kita sudah bisa berangkat sekarang?" tanya Bill. "Kalau sudah, kita "langsung saja pergi!" Jack mengikuti Bill dan rekannya ke gerobak mereka. Jack
langsung tahu, apa rencana selanjutnya. Mereka akan kembali dengan kendaraan itu
ke Borken. Takkan sampai sejam waktu yang diperlukan, karena rombongan sirkus
memang belum begitu jauh meninggalkan kota itu. Gerobak itu dikemudikan oleh
Ronnie. Kiki tidak mau ditinggal, ia bertengger di bahu Jack. Tidak sampai sejam
kemudian mereka sudah sampai di Borken. Kota itu gelap gulita.
"Sebaiknya gerobak ini kita taruh di lapangan bekas tempat perkemahan sirkus,"
kata Jack, lalu menunjukkan jalan ke tempat itu. "Letaknya di kaki bukit puri."
Ronnie menaruh kendaraan di belakang belukar lebat. Ketiga penumpangnya cepat-
cepat turun, lalu mulai mendaki bukit.
"Itu dia, menara lonceng yang kuceritakan tadi," kata Jack. "Kita harus berhati-
hati mendatanginya, karena siapa tahu mungkin ada penjaga di situ. Adipati
"Paritolen pasti sudah tahu bahwa anak-anak lari lewat menara itu. Soalnya, kami
terpaksa meninggalkan tali penyeberang yang terentang dari menara ke menara."
Tapi menara lonceng kelihatannya tidak dijaga. Sejak dari jauh sudah nampak
lampu-lampu menyala terang di sejumlah kamar di puri. Pada waktu selarut itu
masih ada lampu-lampu menyala di sana - itu berarti bahwa ada kejadian penting
di dalam! "Mereka mungkin sedang berembuk," kata Bill, sambil memandang jendela-jendela
yang terang. "Mungkin kita nanti bisa menyelidikinya."
"Pada salah satu dinding ruang rapat ada lubang untuk mengintip kalau itu
"memang ruang rapat," kata Jack. "Aku melihat sebuah meja bundar di situ,
dilengkapi dengan kursi-kursi, serta kertas dan pensil yang sudah diatur rapi.
Jika kita bisa mengintip lewat lubang itu ke dalam, mungkin kita akan melihat
hal-hal yang menarik di situ."
"Ya, siapa tahu," kata Bill. "Yuk kita masuk saja sekarang, ke menara lonceng!
"Mana tingkap di lantai yang kauceritakan tadi, Jack?"
Jack mencari-cari dengan bantuan sinar senternya. Dengan cepat tingkap itu sudah
ditemukan. Bill mengangkat tutupnya. Setelah mereka masuk ke bawah, ia
menutupnya kembali dengan cermat.
"Kau berjalan di depan, Jack," kata Bill, sambil menyalakan senternya yang
bersinar terang sekali. Jack kaget, karena baru saat itu ia melihat bahwa baik
Bill maupun Ronnie menggenggam pistol. Wah urusannya ternyata sangat gawat,
"kalau begini. "Lewat sini," kata Jack, sambil melangkahi barang-barang usang yang berserakan.
"Tapi kita harus hati-hati sekali!"
Bab 28, KEMBALI KE PURI BORKEN
Jack memanjat lewat lubang bulat yang terdapat di ujung ruangan sempit itu,
disusul oleh Bill dan Ronnie. Kini mereka berada di lorong yang sempit dan
rendah, yang mengarah curam ke atas. Jack berjalan mendului, diterangi sinar
senter Bill yang terang benderang. Sampai di ujung sebelah atas lorong itu, Jack
berhenti. "Kita sebentar lagi sampai di balik ruangan, yang di dindingnya ada lubang untuk
mengintip," katanya berbisik. "Jika di situ sedang berlangsung rapat atau apa
saja, kita akan bisa mengintip. Atau sebaiknya kau saja, Bill karena sepanjang
" pengetahuanku cuma ada satu lubang saja di situ."
"Nanti bilang ya, jika kita sudah sampai di situ," bisik Bill. Tidak lama
kemudian Jack melihat ada sinar terang memancar masuk ke lorong gelap itu.
Datangnya dari sisi kanan.
"Itu dia lubangnya," kata Jack berbisik. Bill mengangguk, ia tidak bisa melewati
Jack, karena lorong itu sangat sempit. Jadi Jack harus berjalan sampai sedikit
melewati lubang, memberi tempat bagi Bill untuk mengintip. Ronnie mendampingi
Bill, sambil membisu. Kiki sudah disuruh diam.
Bill mendekatkan matanya ke lubang pengintip, ia melihat ruangan yang
diperlengkapi dengan sebuah meja bundar, serta sejumlah kursi. Di atas meja
nampak alat-alat tulis yang diatur rapi. Tapi kini ruangan itu terang-benderang.
Banyak orang di situ, semuanya duduk di kursi-kursi yang tersedia. Adipati
Paritolen duduk di ujung meja, didampingi adiknya, Nyonya Tatiosa. Sedang di
sebelahnya lagi duduk seseorang. Bill mengenalinya, karena pernah melihat foto
orang itu. Itulah Perdana Menteri, suami Nyonya Tatiosa. Sikapnya sangat
prihatin. Kursi-kursi yang lain ditempati orang-orang berseragam militer. Di
seberang Adipati duduk seorang laki-laki bertubuh jangkung. Wajahnya mirip
sekali dengan Gussy. Itulah Raja! Bill menarik napas lega. Jadi Raja masih
hidup. Jika ia bisa dibebaskan, dengan segera keadaan akan bisa dibereskan, dan
perang saudara bisa dihindari. Bill berusaha mendengarkan perembukan yang sedang
berlangsung di dalam. Cukup banyak yang berhasil ditangkapnya, walau ia tidak
bisa mendengar dengan sangat jelas. Rupanya Raja didesak untuk mengundurkan
diri, dan diganti oleh Pangeran Aloysius.
"Baginda nanti menyesal, jika tidak bersedia menandatangani naskah pengunduran
diri ini," kata Adipati Paritolen. "Dunia luar takkan pernah mendengar apa-apa
lagi tentang Baginda."
Bill hanya bisa mengerti sedikit-sedikit saja, karena ia baru belajar bahasa
Tauri-Hessia ketika mendengar bahwa ia harus pergi ke negara itu. Tapi ia masih
bisa menangkap makna kata-kata Adipati. Perdana Menteri mengatakan sesuatu
dengan nada memprotes. Tapi Adipati Paritolen tidak mengacuhkannya. Nyonya
Tatiosa berdiri, berbicara sebentar dengan sikap sengit, lalu duduk kembali.
Raja membungkuk, mengatakan sesuatu dengan suara lirih. Bill sama sekali tidak
bisa menangkap kata-katanya.
"Baiklah," kata Adipati Paritolen. "Baginda kami beri waktu sampai besok pagi.
Sidang diundurkan sampai saat itu." Bangsawan itu berdiri, diikuti oleh yang
lain-lain. Semua meninggalkan ruang rapat. Raja digiring ke luar, dikawal ketat
oleh empat orang. Kini tidak ada lagi orang di dalam ruangan itu. Lampu-lampu
diredupkan. Bill menoleh pada Ronnie, lalu menceritakan apa yang dilihatnya "serta apa yang menurut perkiraannya terjadi di situ tadi.
"Kalau aku tidak salah tangkap tadi, Raja diberi waktu untuk berpikir-pikir,
sampai besok pagi. Jika ia tetap menolak untuk turun tahta, habislah riwayatnya.
Kurasa Raja akan tetap menolak "
Selama beberapa saat, suasana di balik dinding sunyi. Bill merenung, menimbang
untung-ruginya jika ia pergi ke ibu kota Tauri-Hessia, untuk meminta bantuan
guna membebaskan Raja. Tidak untuk itu tidak ada waktu lagi. Letak ibu kota
"terlalu jauh dari Borken. Hanya ada satu kemungkinan yang masih bisa dilakukan,
ia sendiri harus berusaha membebaskan Raja! ia membisikkan kesimpulannya pada
Jack. Anak itu mengangguk.
"Coba kita bisa mengetahui, ke mana Raja tadi dibawa! Satu hal sudah pasti ia
"takkan dikurung dalam ruang menara, setelah Gussy berhasil lari dari tempat itu.
Lebih baik kita terus ke ruang dansa, Bill. Mungkin kita bisa menggeser lukisan
besar itu." Jack berjalan mendului lagi. Mula-mula mendaki tangga, lalu menyusur
lorong gelap dan sempit. Jack berhenti, ketika mereka sampai di kaki jenjang
lagi. "Inilah tangga yang menuju ke lukisan itu," bisiknya pada Bill. "Mungkin kau
bisa menemukan cara menggeser lukisan itu ke samping." Mereka menaiki tangga.
Bill dan Ronnie meraba-raba dinding, mencari-cari. Tiba-tiba tangan Bill
menyentuh semacam tombol. Nah pasti inilah alat yang menyebabkan lukisan itu "tergeser ke samping. Bill menempelkan telinga ke dinding, ia tidak mendengar
apa-apa di ruangan sebelah. Bill menarik tombol. Lukisan tetap ada di tempatnya.
Bill mencoba dengan cara memutar. Tetap tidak terjadi apa-apa. Kini ia menekan
dan tombol itu melesak ke dalam. Saat itu juga terdengar bunyi benda tergeser.
Bill mendapat kesan, seolah-olah sebagian dari dinding di depannya tahu-tahu
lenyap. Padahal lukisan besar itu bergerak ke samping, meninggalkan lubang besar
di tempat semula. Bill mengintip ke luar.
"Tidak ada orang," bisiknya. "Yuk, kita masuk selama masih bisa." ia meloncat ke


Lima Sekawan 07 Petualangan Di Sirkus Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lantai, disusul oleh Jack dan Ronnie. Mereka memakai sepatu bersol karet, jadi
loncatan mereka sedikit pun tidak menimbulkan bunyi.
"Kuperiksa saja sebentar, apakah Raja tidak dikurung dalam kamar menara," kata
Jack berbisik- bisik. "Kalian tunggu saja di sini di balik tirai." Jack
"bergegas ke ruang samping, lalu berdiri di situ sambil memasang telinga. Setelah
memastikan bahwa tidak ada orang di situ, ia pun cepat-cepat lari ke atas,
mendaki tangga pilin. Sesampainya di atas, disorotkannya senter ke arah pintu
ruangan tempat Philip dan anak-anak yang lain waktu itu dikurung. Pintu itu
terbuka lebar! Ruangan yang ada di belakangnya gelap gulita. Nampak jelas bahwa
Raja tidak ada di situ. Jack bergegas turun lagi, lalu berjingkat-jingkat
menghampiri tirai tempat Bill dan Ronnie bersembunyi.
ia tidak ada di atas," katanya pada mereka. "Pintu kamar terbuka lebar."
?"Sssst aku mendengar sesuatu," bisik Bill. Mereka menahan napas. Terdengar
"langkah-langkah berat menghampiri tapi ternyata kemudian lewat. Bill mengintip
"dari balik tirai. "Dua orang prajurit," bisiknya. "Mungkin akan mengganti rekan mereka, yang
menjaga di depan kamar tempat Raja dikurung. Kita tunggu saja sebentar. Jika
nanti ada prajurit lain lewat lagi ke arah berlawanan, itu berarti dugaanku
benar. Setelah itu kita menyelinap ke dalam lorong yang dimasuki kedua prajurit
tadi." "Itu ada lagi yang datang!" desis Ronnie. Dua orang prajurit berjalan seiring
"ke arah berlawanan. Mereka bukan prajurit-prajurit yang tadi. Bill menunggu,
sampai langkah mereka tidak kedengaran lagi.
"Yuk," katanya kemudian. "Tapi kita harus waspada!" Mereka memasuki lorong gelap
dari mana kedua prajurit yang kedua muncul. Di ujungnya ada belokan tajam.
Setelah menuruni tangga yang tidak tinggi, mereka menyusur lorong yang lebih
sempit dari yang tadi. Lalu membelok lagi. Tiba-tiba mereka tertegun, karena
saat itu terdengar bunyi langkah orang mendekat. Di dekat mereka ada pintu. Bill
bergegas membukanya, lalu mendorong Ronnie dan Jack ke dalam ruangan yang ada di
belakangnya. Ruangan itu sangat gelap. Bill menyalakan senternya sebentar.
Mereka ternyata masuk ke dalam semacam gudang. Langkah yang terdengar tadi lewat
di depan ruangan itu, lalu setelah beberapa saat kembali lagi. Rupanya itu para
prajurit yang menjaga di situ. Jarak yang ditempuh oleh mereka rupanya agak
jauh, karena agak lama juga langkah mereka baru terdengar lewat lagi.
"Kurasa Raja dikurung di kamar yang letaknya di tengah lorong yang dikawal
prajurit-prajurit itu," kata Bill. "Nanti kita biarkan mereka lewat lagi
"setelah itu kita cepat-cepat memeriksa. Jika terdengar langkah mereka kembali,
kita akan masih sempat mencari tempat bersembunyi di ujung sebelah sana."
Setelah itu mereka menunggu. Dan begitu kedua prajurit yang menjaga sudah lewat,
Bill mengajak Jack dan Ronnie cepat-cepat keluar. Mereka meneruskan
penyelidikan, menyusur lorong. Ternyata lorong itu berakhir pada suatu tikungan.
Di depan mereka ada pintu kokoh yang digerendel. Dan ternyata juga dikunci,
ketika Bill mencoba hendak membukanya!
"Ssst!" desis Ronnie dengan tiba-tiba, lalu menarik Bill dan Jack ke sudut yang
gelap. Mereka kaget, karena tidak tahu apa yang menyebabkan Ronnie berbuat
begitu. Tapi dengan segera mereka melihat sendiri! Tepat di depan mereka ada
lagi sebuah pintu. Mereka tadi tidak melihatnya, karena tersamar sebagai bagian
dari dinding lorong. Dan kini pintu itu terbuka dengan pelan-pelan. Ada orang
keluar lewat situ, membawa lentera. Orang itu Adipati Paritolen. Jangan-jangan
ia datang untuk membunuh Raja! Atau mungkin ingin sekali mendesak, agar mau
turun tahta" Bill melihat bahwa bangsawan licik itu menggenggam anak kunci
besar. Pasti itu untuk membuka pintu kamar tempat Raja terkurung! Ketika Adipati
Paritolen mendengar langkah prajurit yang menjaga datang, ia cepat-cepat masuk
lagi, lalu menutup pintu rahasia itu. Rupanya ia hendak menunggu sampai kedua
prajurit itu sudah menjauh kembali.
"Ronnie," bisik Bill pada rekannya, "kita harus merampas anak kunci yang
dipegang Adipati! Dan ia pun sekaligus kita kuasai. Kau yang menyergapnya,
sementara aku membuka pintu. Tapi jangan sampai Adipati bisa berteriak!"
"Beres," kata Ronnie singkat. Sementara itu kedua prajurit yang menjaga sudah
sampai di depan pintu. Mereka memutar tubuh, lalu berbaris menjauh lagi. Begitu
mereka lenyap di balik tikungan, pintu rahasia terbuka lagi. Adipati Paritolen
melangkah ke luar dengan cepat. Tangannya yang satu memegang anak kunci. Sedang
lentera dipegang dengan tangan yang satu lagi. Kejadian yang menyusul
berlangsung begitu cepat, sehingga Jack hampir saja tidak bisa mengikutinya, ia
mendengar Adipati Paritolen berteriak dengan suara tertahan, karena mulutnya
disekap oleh Ronnie. Bill menyambar anak kunci, lalu lari menuju pintu. Sedang
Ronnie menyeret Adipati kembali ke pintu rahasia. Lentera padam, dan mereka
diselimuti kegelapan. Dengan segera Ronnie sudah muncul lagi. ia menyalakan
senter. "Di dalam ternyata ada semacam sel," kata Ronnie pada Bill, yang saat itu sedang
membuka kunci dan gerendel pintu. "Cocok untuk mengurung Adipati di dalamnya! ia
sudah kuikat. Sekarang ia boleh berteriak semau-maunya. Takkan ada orang yang
bisa mendengar suaranya."
"Bagus," kata Bill. "Aduh banyaknya gerendel yang di pasang di sini! Aku harus"cepat-cepat membuka semuanya, sebelum kedua penjaga itu muncul lagi di sini."
Ronnie memadamkan lampu yang menyala dekat pintu yang hendak dibuka oleh Bill.
"Mereka nanti tidak boleh melihat bahwa gerendel-gerendel sudah dibuka,"
katanya. "Cepatlah sedikit, Bill aku mendengar langkah mereka menuju ke sini
"lagi. Aku menunggu di sini bersama Jack untuk berjaga-jaga jika kedua prajurit
"itu curiga. Cepatlah sedikit, Bill!
"Bab 29, SAAT-SAAT MENEGANGKAN
Akhirnya Bill berhasil membuka pintu kokoh itu, lalu bergegas masuk. Dari dalam
nampak sinar terang memancar keluar. Ronnie menutup pintu kembali dengan cepat.
Jack menunggu dengan cemas. Bagaimana jika kedua prajurit itu sudah muncul lagi
di situ, sebelum Bill berhasil mengeluarkan Raja dari dalam kamar" Pintu terbuka
lagi. Tapi kali ini tidak ada cahaya memancar ke luar. Bill sudah memadamkan
lampu yang ada di dalam, ia keluar diikuti seseorang. Itu pasti Raja, pikir
"Jack dengan perasaan lega. Sementara itu kedua prajurit yang menjaga sudah
datang lagi. Derap langkah mereka terdengar jelas. Bill menarik Raja ke pintu
seberang, lalu mendorongnya masuk. Ronnie dan Jack menyusul. Pintu rahasia
ditutup kembali. "Bagaimana jika kedua prajurit itu melihat bahwa pintu kamar sudah terbuka
gerendel- gerendelnya!" tanya Jack. "Kau tadi tidak sempat menutup kembali."
"Kita lihat saja nanti," kata Bill. "Kurasa mereka pasti akan melihat karena
"mereka bertugas memeriksa dengan teliti."
Tiba-tiba Jack tersentak. "Mana Kiki" Tadi masih bertengger di bahuku! Karena
tegang, aku tadi tidak menyadari bahwa ia tahu-tahu terbang! Aduh, Bill Kiki
" masih ada di luar!" Burung itu memang masih ada di dalam lorong, ia terbang dengan gelisah, karena
tahu-tahu Jack tidak ada lagi. Ke manakah dia" Sementara itu kedua prajurit yang
menjaga sudah semakin dekat. Kiki terbang ke suatu bagian dinding yang agak
menonjol. Ketika kedua prajurit lewat di bawahnya, Kiki menjerit menirukan "suara burung hantu. "HUUUUU! HUUUU!" Kedua prajurit itu tertegun. Seorang di
antaranya mengatakan sesuatu pada temannya, dengan nada ketakutan. Kini Kiki
menirukan suara anjing. Mendengking, lalu menggeram-geram. Seram sekali
kedengarannya, menggema di lorong yang remang-remang itu. Kedua prajurit itu
memandang berkeliling dengan bingung. Kiki mengeong seperti kucing lapar, lalu
terkekeh-kekeh. Bersihkan kaki, buang ingusmu, si tuyul muncul, dordordor!"
"Kedua orang yang ada di bawah tentu saja tidak mengerti apa yang diocehkan oleh
Kiki. Tapi justru itulah yang menyebabkan mereka semakin takut. Keduanya saling
berpegangan. Bulu tengkuk mereka merinding. Kiki batuk dan mendeham-deham. ia
sama sekali tidak menyangka, bahwa bunyinya sangat menakutkan bagi kedua
prajurit itu. Tapi begitulah kenyataannya! Mereka mencampakkan senapan mereka,
lalu lari pontang-panting sambil berteriak-teriak.
Jack mendengar segala keributan itu. ia tadi membuka pintu rahasia secelah,
karena cemas memikirkan Kiki yang tertinggal di dalam lorong, ia nyengir,
mendengar Kiki beraksi. Kini ia memanggil-manggil dengan suara lirih. Kiki
mendengarnya, lalu terbang mendatangi. Sementara itu Bill menimbang-nimbang, apa
yang sebaiknya dilakukan sekarang. Kembali lewat jalan tadi rasanya akan terlalu
besar risikonya. Kedua prajurit yang lari ketakutan itu pasti akan kembali
dengan beberapa rekan mereka, untuk memeriksa asal-usul bunyi-bunyi misterius
itu. "Mungkin ada jalan lain untuk keluar dari sini," kata Bill pada Ronnie. "Lorong
tersembunyi di mana kita berada ini, kurasa tidak hanya menuju ke sel tempat
Adipati Paritolen kaukurung tadi."
"Kita tanyakan saja padanya," kata Ronnie. ia menyodorkan pistolnya ke depan.
"Kusodok dia dengan ini pasti ia akan mau bicara."
"Bill tertawa. "Kurasa itu tidak perlu," katanya. "Begitu ia melihat Raja, pasti
ia akan membuka mulut. Yang Mulia, sudikah Baginda menitahkan pada Adipati,
"agar ia menunjukkan jalan keluar dari sini?"
Raja ternyata bisa berbahasa Inggris dengan lancar, ia mengangguk. Matanya
bersinar-sinar. Rupanya ia memang ingin berbicara dengan bangsawan itu! Mereka
mendatangi bilik sempit, di mana Adipati Paritolen dikurung oleh Ronnie.
Bangsawan itu tergeletak di lantai, dalam keadaan terikat. Mukanya merah padam,
karena marah, ia kaget sekali, ketika Raja tahu-tahu muncul di depannya.
"Lepaskan tali yang mengikat kakinya, Ronnie. Tapi tangannya jangan," kata Bill.
"ia harus berdiri dengan sopan di hadapan rajanya."
Adipati Paritolen bangun dengan susah-payah, setelah Ronnie membuka tali yang
mengikat kakinya. Wajah bangsawan itu pucat pasi. Raja membentaknya dalam bahasa
Tauri-Hessia. Adipati Paritolen gemetar. Kepalanya tertunduk. Akhirnya ia
berlutut, dengan sikap memelas. Raja menyentuhnya dengan kaki, sambil
mengucapkan beberapa patah kata lagi. Adipati cepat- cepat berdiri lagi. Ia
mengatakan, "Ai, ai!" Jack tahu bahwa itu berarti, "Ya, ya!"
"ia mau menunjukkan jalan keluar," kata Ronnie.
"Untung saja," kata Bill. "Aku sudah mendengar suara ribut-ribut dalam lorong di
luar. Kedua prajurit tadi rupanya memanggil semua rekan mereka dan mereka
"sudah melihat bahwa Raja tidak ada lagi di dalam kamar. Suruh Adipati bergegas
Ronnie." Adipati Paritolen terhuyung keluar dari bilik sempit itu, dengan tangan masih
terikat ke belakang, ia menuju ke sebuah pintu, lalu membukanya dengan dorongan
kaki. Di belakang pintu ada tangga kecil, yang menuju ke bawah.
"Aku di depan," kata Ronnie dengan cepat, lalu mendului Adipati. Lewat tangga,
mereka sampai di sebuah ruangan sempit, dengan dinding berlapis papan. Ruangan
itu nampaknya merupakan kamar kerja. Adipati Paritolen mengatakan sesuatu,
sambil menganggukkan kepala ke suatu bagian dinding. Ronnie menghampiri tempat
yang ditunjuk, lalu menggeser papan di situ ke bawah. Ternyata di belakang
tempat itu ada lubang, yang bisa dimasuki satu orang. Di belakang lubang itu
tidak nampak apa-apa, karena ada sesuatu yang menutupi. Bill menepuk-nepuk
penutup itu. "Gorden," katanya. "Hebat sekali puri Anda, Adipati banyak sekali tempat "persembunyian di sini! Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Adipati Paritolen mengatakan sesuatu. "Katanya, gorden itu terpasang di
sepanjang dinding salah satu ruang tidur," kata Ronnie menerjemahkan. "Jika kita
menelusurinya, nanti akan ada jalan keluar menembusnya."
Ronnie berjalan di belakang gorden yang tergantung lepas dari langit-langit
sampai ke lantai. Akhirnya ia sampai pada bagian yang merupakan pertemuan antara
dua gorden yang berlainan. Ronnie menjenguk ke luar lewat celah antara kedua
gorden itu, lalu menyorotkan senternya berkeliling. Ternyata ruangan di depan
gorden itu kamar tidur. Tidak ada siapa-siapa di situ. Sementara itu yang lain-
lain juga sudah keluar. Jack bersin, karena hidungnya kemasukan debu. Kiki
langsung bersin pula. Adipati Paritolen memandangnya dengan heran.
"Sekarang ke mana?" tanya Ronnie, sambil menyodokkan pistolnya ke rusuk Adipati.
Bangsawan itu kaget. Nyaris saja ia terjungkir.
"Itu sebenarnya tidak perlu kaulakukan," kata Bill.
"Memang tapi juga tidak ada buruknya, jika dilakukan terhadap pengkhianat
"seperti dia ini," jawab Ronnie. "Orang yang suka mengancam pada saat ia
berkuasa, perlu diberi pelajaran! Nah sekarang jalan lagi, Adipati! Tunjukkan
"jalan keluar yang sesingkat-singkatnya!"
Kalimat yang terakhir diucapkannya dalam bahasa Tauri-Hessia. Adipati Paritolen
bergegas-gegas menjawab, sampai tergagap-gagap. Rupanya ia takut pada Ronnie.
"Sekarang sudah gampang, kata Adipati," kata Ronnie menerjemahkan. "Kita tinggal
menuruni tangga belakang, yang menuju ke bagian dapur. Di situ saat ini tidak
ada orang. Dan dari situ kita bisa keluar, lewat pintu belakang!"
Mereka bergegas mengambil jalan yang ditunjukkan. Di dapur ada tiga ekor kucing.
Mata mereka berkilat-kilat, kena sinar senter yang disorotkan Bill. Kiki meniru
suara anjing kecil menyalak. Kucing-kucing itu langsung lari.
"Kau ini memang benar-benar suka iseng, Kiki," kata Jack sambil tertawa.
Sementara itu Bill sudah membuka pintu dapur yang menuju ke luar. Mereka
melintasi pekarangan yang lapang, menuju ke pintu gerbang. Pintunya yang besar
terkunci. Tapi anak kuncinya digantungkan di sebelahnya. Bill membukanya dengan
cepat. Semua melangkah ke luar. Ternyata mereka sampai di jalan raya kota
Borken. "Di manakah kita menaruh mobil tadi?" kata Bill. "Jack, bisakah kau mengantarkan
Ronnie ke sana" Kami menunggu di sini."
Jack bergegas, mengantarkan Ronnie ke mobil gerobak, ia tahu jalan di sekitar
situ, karena sudah beberapa kali datang ke kota sewaktu rombongan sirkus masih
mengadakan pertunjukan di Borken. Dengan segera mereka sudah sampai di lapangan
tempat mobil tadi ditaruh. Tidak lama kemudian kendaraan besar itu sudah sampai
di dekat gerbang, dimana Bill menunggu bersama yang lain-lainnya. Bill mengambil
tempat di belakang, dengan Jack. Mereka menjaga Adipati Paritolen, yang disuruh
masuk ke situ. Raja duduk di depan, disamping Ronnie.
"He akan ke manakah kita?" tanya Jack, setelah beberapa waktu. "Ini kan bukan "jalan kembali.
?"Ya, memang," jawab Bill. "Kita sekarang harus langsung ke ibu kota Tauri-
Hessia, Jack karena Raja perlu selekas mungkin ada di sana. Negeri ini dilanda
"kekacauan tanpa Raja, tanpa Putra Makota Adipati kelihatannya hendak merebut
" "kekuasaan, sedang Perdana Menteri tidak bisa apa-apa...."
"Aku mengerti," kata Jack. "Tapi begitu Raja tampil kembali, keadaan akan aman
lagi, kan?" Bill mengangguk. "Ya begitu ia sudah tampil di depan rakyatnya!
"Dan Gussy sebaiknya juga ikut menampilkan diri sehingga rakyat tahu bahwa di
"antara mereka berdua tidak ada masalah apa-apa."
"Gussy pasti mau!" kata Jack. "Apakah kita nanti kembali untuk menjemputnya?"
"Ya Gussy nanti akan kita jemput, serta anak-anak yang lain. Kurasa Raja pasti
"ingin melihat mereka, yang selama ini ikut ditawan bersama Gussy. Raja kan tidak
tahu, apa yang terjadi selama ia ditawan oleh Adipati Paritolen."
Ternyata Raja memang ingin bertemu dengan anak-anak, setelah Bill mengisahkan
pengalaman Pangeran Aloysius alias Gussy padanya. Sesampainya di istana di
" "ibu kota, Raja disambut dengan gembira bercampur lega oleh beberapa pembantu
setianya. Setelah itu diajaknya Bill, Ronnie, dan juga Jack ke sebuah ruangan.
Sedang Adipati Paritolen digiring ke penjara, dikawal delapan prajurit. Empat
berjalan di depannya, dan empat di belakang.
"Kiri, kanan, kiri, kanan!" seru Kiki. "Hidup Raja!" Hari sudah menjelang pagi.
Sejam lagi matahari terbit Tiba-tiba Jack menguap, ia tidak bisa menahannya.
"Lebih baik kau tidur saja sebentar," kata Bill." Pagi nanti, Raja akan mengirim
kereta kebesarannya untuk menjemput anak-anak. Kau akan dipinjaminya pakaian
milik Gussy, supaya penampilanmu lebih pantas. Untuk anak-anak yang lain juga
akan dikirimkan pakaian. Terutama untuk Gussy. Pangeran kan tidak cocok, jika
tampil di depan rakyat dengan pakaian anak perempuan!"
"Sekarang semuanya sudah beres," kata Jack. "Aduh, aku sudah mengantuk sekali!
Kau juga akan tidur sekarang, Bill?"
"Tidak aku hendak menghubungi bibimu dulu lewat radio, untuk mengabarkan bahwa
"kita semua selamat," jawab Bill. "ia akan kusuruh kemari besok dengan pesawat
terbang, sehingga kita akan berkumpul kembali!"
Jack merebahkan diri di sofa. ia sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya. Tidak
sampai sedetik kemudian ia sudah tidur pulas.
Bab 30 "HIDUP RAJA!"
Jack terbangun, ketika seorang gadis pelayan yang cantik masuk membawa sarapan
untuknya. Sementara ia tidur tadi, rupanya ada orang datang untuk mengganti
pakaiannya, karena tahu-tahu ia sudah memakai piama dari kain sutra. Dan ia
tidak lagi berbaring di sofa, melainkan di sebuah tempat tidur yang nyaman. Jack
tercengang. "Wah aku rupanya capek sekali, sampai sama sekali tidak merasakan apa-apa
"tadi," pikirnya. "Hmm ini baru sarapan namanya!" katanya, sambil menikmati
"hidangan yang tersaji. "Kurasa Adipati Paritolen takkan mendapat sarapan sesedap
ini di penjara. Bagaimana pendapatmu, Kiki?"
?"Dokter pilek, panggil Raja," kata Kiki, sambil melirik ke arah jeruk yang masih
ada di piring Jack. Saat itu Bill masuk. Penampilannya sudah jauh lebih rapi
dibandingkan dengan malam sebelumnya.
"Nah, bangun juga kau akhirnya," kata Bill. ia memandang ke arah baki yang tadi
berisi makanan. "Astaga! Kau sendiri yang menghabiskan sarapan sebanyak itu?"
"Aku dibantu Kiki," kata Jack, sambil nyengir. "Anak-anak sudah dijemput, Bill?"
"Sudah! Aku ingin melihat tampang mereka saat kereta kebesaran datang menjemput,
sekaligus dengan membawa pakaian untuk mereka," kata Bill. "Raja benar-benar


Lima Sekawan 07 Petualangan Di Sirkus Asing di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

baik hati. Pedro, Toni, Bingo, disuruhnya ikut datang dan dibekali pakaian. "Mak juga dipanggil."
"Asyik!" kata Jack. "Mak pasti senang sekali. Kalau tidak ada dia Gussy pasti
sudah ketahuan sewaktu rombongan sirkus digeledah. Wah, akan ramai kita
"berkumpul di sini nanti!"
"Oh ya," kata Bill. "Apalagi bibimu juga akan tiba hari ini."
"Seperti pertunjukan teater saja," seru Jack dengan senang. "Setelah kisah
berakhir, semua pelaku tampil di atas pentas!"
"Lebih baik kau bangun saja sekarang," kata Bill. "Ini sudah pukul sebelas
"sedang pukul dua belas Raja akan berpidato di depan rakyat. Setelah itu menyusul
perjamuan makan siang. Kau pasti menyesal nanti, karena terlalu rakus sekarang!"
Jack buru-buru turun dari tempat tidur. "Apa" Sudah pukul sebelas" Aduh mana
"mungkin pukul dua belas aku sudah siap berpakaian. Bagaimana caranya mengenakan
segala pakaian yang meriah ini" Ini pakaian pesta, Bill?"
"Ya pakaian pesta Tauri-Hessia," kata Bill. "Kalian pantas memakai pakaian
"begitu! Tapi kalau aku dan Ronnie, lebih baik kami berpakaian yang biasa-biasa
saja." Pukul dua belas kurang seperempat, Jack selesai berdandan. Diperhatikannya
bayangannya dalam cermin besar. "Wah! Penampilanku sekarang seperti pangeran
dalam kisah sandiwara kuno," katanya. "Aku nanti minta dipotret, ah! Teman-teman
di sekolah pasti terpingkal-pingkal, jika melihat fotoku dengan pakaian begini!"
Saat itu terdengar suara ramai bersorak-sorak di jalan. Jack membuka jendela,
lalu memandang ke bawah, ia melihat sebuah kereta megah bergerak lambat-lambat,
diiringi sebuah kereta lagi. Iring-iringan itu disambut orang banyak dengan
sorak-sorai meriah. Jack nyaris terjatuh dari jendela, sedang Kiki menjerit
dengan lantang. "Lihatlah, Kiki siapa yang berada dalam kendaraan paling
"depan!" seru Jack. "Itu kan Lucy-Ann, Philip, Gussy, dan Dinah! Bukan main
hebatnya pakaian mereka! Dan itu di kendaraan yang kedua itu Pedro, Mak,
" "Toni, dan Bingo! Mereka kelihatan seperti hendak tampil mengadakan pertunjukan
sirkus!" Kedua kendaraan itu membelok, masuk lewat gerbang istana. Jack menjulurkan
tubuhnya dari jendela ke luar. ia berteriak-teriak, rupanya ia lupa, bahwa saat
itu ia berada di istana seorang raja. Kiki tidak mau ketinggalan.
"Hore! Hore! Panggil dokter!" ocehnya. Tepat pukul dua belas tengah hari, Raja
muncul di atas balkon istana untuk menampakkan diri pada rakyatnya, serta
berpidato untuk memberi penjelasan tentang apa yang telah terjadi selama itu.
Pidatonya singkat dan tegas. Rakyat mendengarkan dengan tekun. Suasana sunyi
senyap selama Raja berpidato. Bill sangat kagum menyaksikan penampilan Raja. ia
mengucap syukur bahwa Adipati Paritolen tidak berhasil menggulingkannya, untuk
digantikan oleh Gussy. Pangeran itu masih kecil, dan masih harus banyak belajar.
Di kemudian hari, mungkin ia akan bisa menjadi raja yang baik, setara dengan
pamannya. Setelah itu Raja memanggil Gussy ke sampingnya, untuk diperlihatkan pada rakyat.
Mereka menyambutnya dengan tempik sorak meriah. Penampilan Gussy saat itu benar-
benar sesuai dengan kedudukannya selaku pangeran, ia memberi hormat, dengan
membungkukkan diri ke segala arah. ia memakai jubah yang sangat indah. Jubah itu
bergerak-gerak dipermainkan angin, menampakkan lapisan sebelah dalam yang
berwarna merah menyala. Jack tertawa sendiri ketika teringat penampilan Gussy
ketika ia terakhir kalinya melihat anak itu. Didandani seperti anak, perempuan,
sementara rambutnya yang panjang diikat dengan pita. Kasihan Gussy! Orang lain
tidak boleh sampai tahu mengenai hal itu, karena kalau itu sampai tersebar luas
orang pasti tidak akan henti-hentinya mengganggu anak itu. Sedang Gussy paling
tidak tahan kalau diganggu.
Sesudah itu menyusul acara perjamuan makan. Anak-anak duduk di meja tersendiri,
bersama Gussy dan Pedro. Mak, Toni dan Bingo juga ditempatkan di meja yang
khusus disediakan untuk mereka. Sambil makan, anak-anak mengobrol dengan ramai,
saling tukar-menukar kabar terakhir
"Fank sudah sehat kembali," kata Philip. "Untung saja, karena kalau ia belum
benar-benar sembuh, aku takkan bisa ikut hadir dalam acara ini. He, Penidur, "kau juga ingin ikut makan- makan" Ah, rupanya ia melihat buah badam itu.
Lihatlah, bagaimana ia memakannya, sambil memegang buah itu dengan kedua kaki
depannya! ?"Aku tidak suka melihat dia naik ke atas meja." Tapi Dinah tidak berkeras,
karena suasana saat itu terlalu menyenangkan, ia bercerita pada Jack, tentang
kekagetan mereka ketika datang berita bahwa mereka diundang ke istana, dan untuk
itu harus berdandan dengan pakaian yang sesuai.
"Kami sampai tidak percaya, pada mulanya," kata Dinah. "Coba kauceritakan lagi,
Jack, bagaimana kalian menyelamatkan Raja dan menangkap Adipati."
Gussy nampak sangat gembira, ia tidak henti-hentinya bercerita, dengan mata
berkilat-kilat. Kini ia berada di lingkungannya yang asli. ia sudah kembali
menjadi pangeran ahli waris tahta kerajaan, Pangeran Aloysius Gramondie dan
"bukan anak cengeng lagi yang rambutnya terlalu panjang!
"Itu Bibi Allie!" seru Lucy-Ann tiba-tiba, lalu lari melintasi ruang perjamuan,
ia tidak peduli lagi pada sekelilingnya, karena ingin menyongsong orang yang
begitu disayangi. "Kau datang juga, Bibi Allie!"
Bu Cunningham memasuki ruangan pesta, diantar dua pelayan istana yang menyerukan
namanya dengan suara lantang. Bill bergegas mendatangi istrinya, diikuti oleh
Dinah, Philip, dan Jack. Dengan mata bersinar-sinar, Bill menggandeng istrinya
untuk diperkenalkan pada Raja. Di samping Raja dikosongkan tempat untuk Bu
Cunningham, yang kedatangannya memang sudah ditunggu, ia baru saja datang dengan
pesawat terbang, ia kelihatan agak bingung menghadapi kegembiraan anak-anak
ketika menyambutnya. Gussy menunggu sampai suasana sudah tenang kembali. Setelah
itu ia menghampiri Bu Cunningham. ia membungkuk, lalu mencium tangan wanita itu,
persis seperti yang sebelumnya dilakukan oleh pamannya.
Selesai perjamuan makan, anak-anak diajak melihat-lihat istana. "Kau mujur,
Gussy bisa menghabiskan sisa liburanmu di sini," kata Jack. "Meski aku tidak
"ingin seumur hidupku tinggal di istana tapi kalau untuk berlibur selama
"beberapa minggu kau benar-benar mujur, Gussy!"
?"Kami pasti akan rindu padamu, Gus," kata Lucy-Ann. "Sebentar lagi kami harus
pulang ke Inggris. Sayang, petualangan kita berakhir sampai di sini saja!"
"Belum kalian belum harus pulang!" kata Gussy. Wajahnya berseri-seri. "Kalian
"masih akan menjadi tamuku di sini, selama beberapa waktu. Aku sudah minta izin
pada Paman. Maukah kalian" Atau kalian tidak begitu suka padaku" Kalian sering
menggangguku seperti ketika jariku berdarrah."
?"Ah, Gussy! Jika kami mengganggu seseorang, itu bukan berarti kami tidak suka
padanya!" kata Lucy-Ann. "Tapi betulkah katamu itu" Pamanmu meminta kami tinggal
selama beberapa waktu di sini" Kami semua" Aku tidak mau, jika tidak dengan Bill
dan Bibi Allie." "Ya, kalian semua," kata Gussy. "Termasuk Kiki dan juga Penidur. Tapi Pedro "tidak bisa, karena katanya ia harus ikut dengan rombongan sirkus. Mereka harus
meneruskan perjalanan, mengadakan pertunjukan di tempat lain. Maukah kalian
menemani aku di sini, sampai kita nanti kembali ke Inggris bersama-sama" Aku
masih harus menyelesaikan pendidikanku di sana."
"Tentu saja mau," kata Jack. "Aku tidak berkeberatan, tinggal beberapa minggu di
istana. Nanti aku akan minta difoto, selama kita berlibur di sini. Tanpa foto-
foto, kawan-kawan di sekolah pasti tidak percaya jika aku bercerita pada
mereka!" Petang itu Pedro, Mak, Toni, dan Bingo meminta diri, karena harus meneruskan
perjalanan. Mereka masih mengenakan pakaian pesta.
"Pakaian ini dihadiahkan pada kami," kata Pedro sambil nyengir. "Aku pasti hebat
nanti, jika muncul di tempat pertunjukan untuk membantu Toni dan Bingo memasang
peralatan mereka. Pedro yang hebat yang tidak ada duanya." ia mengatakan
"sambil membungkuk dalam-dalam, sampai kepalanya hampir menyentuh lantai. Mak
memukul pantatnya. "Hahh! Kau harus mengupas kentang untuk Mak malam ini!" kata wanita itu sambil
terbahak- bahak. Kiki menirukan suaranya. Mak semakin terpingkal-pingkal
mendengarnya. Agak sedih juga anak-anak, ketika orang-orang sirkus itu pergi.
"Mudah-mudahan kita bisa berjumpa lagi dengan mereka." kata Lucy-Ann. "Mereka
begitu baik hati." "Yuk kita sekarang ke Paman, untuk mengatakan bahwa kalian mau berlibur di
"sini," ajak Gussy. ia khawatir, jangan-jangan anak-anak berubah pikiran lagi.
"Di samping itu aku juga ingin meminta sesuatu padanya. Kalian harus
menolongku." Sampai di depan Raja, anak-anak memberi hormat dengan sopan. "Nah, Aloysius,"
kata Raja, "kau sudah berhasil membujuk sahabat-sahabatmu untuk ikut berlibur
denganmu di sini?" "Ya, Yang Mulia mereka mau," kata Gussy. "Tapi masih ada permohonan saya.
"Teman-teman akan mengatakan bahwa permohonan saya itu besar sekali artinya.
Maukah Baginda mengabulkan permohonan saya itu?"
"Apakah permohonan itu, Aloysius?" tanya Raja sambil tersenyum. "Ini, rambut
saya, Yang Mulia," kata Gussy. "Saya ingin rambut saya dipotong pendek sekali
"cak, cak sependek rambut Jack dan Philip. Saya tidak mau dikira anak
"perempuan!" "Bukan kebiasaan kita bahwa pangeran berambut pendek, Aloysius," kata Raja.
"Tapi aku bisa mengerti perasaanmu. Aku juga begitu dulu, ketika masih pangeran
dan bersekolah di Inggris. Baiklah rambutmu boleh dipotong pendek!"
"Wajah Gussy semakin berseri-seri. Nampak jelas bahwa ia sangat gembira. "Besok
akan langsung kusuruh potong pendek-pendek," katanya. "Besok, pagi-pagi sekali.
Rambutku akan kuminta dipotong pendek sekali supaya tidak mungkin dipasangi
"pita lagi!" "Terima kasih, Yang Mulia atas keramahan Baginda mengajak kami berlibur di
"sini," kata Jack, mewakili anak-anak. "Kami pasti akan senang di sini! Gussy
benar-benar baik hati, mau mengundang kami menjadi tamunya."
"Gussut kusut!" seru Kiki. "Gussut kusut! Yang Mulia! Baginda! Baginda! Panggil
dokter, bersihkan hidungmu!"
"Aduh, Kiki!" seru Jack kaget. Bagaimana jika Raja marah" Kiki menatap Raja
Tauri-Hessia, lalu mengangkat jambulnya tinggi-tinggi. Burung konyol itu
mengangguk. "Yang Mulia!" celotehnya dengan riang "Hidup Raja!"
TAMAT Gudang Download Ebook: www.zheraf.net
http://zheraf.wapamp.com Nemesis 5 Pendekar Mabuk 044 Pusaka Bernyawa Bunga Abadi Gunung Kembaran 2
^