Brisingr 5
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 5
kecokelatan terpapar matahari; rambut hitam dijalin menjadi kepang tebal yang panjang
sampai punggung; wajah yang masih tampak cantik meski kerut-kerut penuaan akibat
hidup yang keras tampak di sekitar mulutnya. Ia mengenakan gaun merah kecokelatan
yang sesungguhnya dibuat untuk wanita yang lebih pendek; pergelangan tangannya
tampak keluar beberapa inci dari lengan bajunya. Wanita itu telah mengikat kain hitam
panjang di kedua pergelangan tangannya, tapi kain yang sebelah kiri agak mengendur
dan terjuntai sampai ke sikunya. Eragon melihat lapisan tebal bekas luka di tempat yang
seharusnya tertutup kain hitam itu. Jenis luka yang hanya bisa didapatkan dari gesekan
borgol terus-menerus. Entah kapan, Eragon berpikir, wanita itu telah ditangkap,
musuh-musuhnya, dan ia telah melawan, melawan sampai pergelangan tangannya
koyak dan menampakkan tulangnya, jika dilihat dari bekas lukanya. Eragon
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bertanya-tanya apakah wanita tersebut bekas kriminal atau budak, dan ia merasakan
wajahnya berubah mendung memikirkan ada orang yang bisa begitu kejam menangani
tawanan di bawah kendalinya sehingga menyebabkan luka separah itu, bahkan jika luka
itu disebabkan oleh si tawanan sendiri. Di sebelah wanita itu ada gadis remaja yang
kecantikannya baru saja mekar saat menuju kedewasaan. Otot-otot lengan bawahnya
tampak luar biasa besar, seakan-akan gadis itu murid seorang pandai besi atau ahli
pedang, yang tampaknya mustahil bagi seorang gadis, sekuat apa pun tenaganya.
Angela baru saja selesai mengucapkan sesuatu kepada si wanita dan rekannya ketika
Eragon dan Saphira berhenti di belakang si penyihir berambut keriting itu. Dalam satu.
gerakan, Angela mengumpulkan tulang buku jari naganya dalam lembaran kulit dan
menyelipkannya ke bawah selempang kuning di pinggangnya. Sambil berdiri, ia
tersenyum lebar kepada Eragon dan Saphira. "Astaga, kalian memang muncul di
saat-saat tak terduga. Kalian tampaknya selalu menampakkan diri saat jarum pemintal
mulai memintal." Angela mengangkat bahu. "Kau tidak bisa mengharapkan kalimat
cerdas sepanjang waktu, bahkan dariku." Ia menunjuk ke kedua wanita asing tadi, yang
juga telah berdiri, dan berkata, "Eragon, maukah kau memberkati mereka" Mereka telah
mengalami banyak mara bahaya, dan jalan yang sulit masih terbentang di hadapan
mereka. Aku yakin mereka akan mensyukuri perlindungan apa pun yang diberkahi
Penunggang Naga." Eragon bimbang. Ia tahu. Angela jarang sekali menunjukkan tulang
naga kepada orang-orang yang meminta pertolongannyabiasanya hanya kepada
mereka yang diajak bicara Solembum karena ramalan jenis itu bukanlah tindakan sihir
yang kurang akurat, tapi lebih kepada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengungkapan kebenaran yang bisa menunjukkan misteri masa depan. Bahwa Angela
telah memutuskan melakukan ini kepada wanita cantik dengan bekas luka di
pergelangan tangan dan gadis remaja dengan lengan bawah seperti ahli pedang
memberitahu Eragon bahwa mereka bukanlah orang-orang biasa, orang-orang yang
telah, dan akan, memiliki peran penting dalam pembentukan Alagaesia yang baru.
Seakan memastikan kecurigaannya, Eragon melihat Solembum dalam bentuk kucingnya
yang biasa, bertelinga besar dengan bulu tebal, mengintip dari balik sudut sebuah tenda
di dekat mereka, , meng-amati keadaan dengan mata kuningnya yang tidak bisa
ditebak. Tapi Eragon masih bimbang, dihantui kenangan akan pemberkatan pertama
dan terakhir yang diberikannya bagaimana, akibat ketidakfamilierannya terhadap
bahasa kuno, ia telah merusak kehidupan seorang anak. Saphira" ia bertanya. Ekor
Saphira melecut udara. Jangan terlalu ragu. Kau sudah belajar dari kesalahanmu, dan
kau tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Jika begitu, kenapa kau harus
menahan diri untuk memberkati mereka yang mungkin akan diuntungkan karenanya"
Berkatilah mereka, dan lakukan dengan benar kali ini. "Siapa nama kalian?" Eragon
bertanya. "Jika kau mengizinkan, Shadeslayer," jawab wanita jangkung berambut hitam,
dengan sedikit aksen yang tidak dikenali Eragon, "nama memiliki kekuatan, dan kami
memilih agar nama kami tidak diketahui." Ia tetap mengarahkan tatapannya agak ke
bawah, tapi nada bicaranya tegas dan tidak ragu. Si gadis agak mengentakkan napas,
seakan terperangah mendengar keterusterangan si wanita. Eragon mengangguk, tidak
kesal maupun terkejut, meski penolakan si wanita membuatnya tambah penasaran. Ia
sebenarnya ingin mengetahui nama mereka, tapi untuk hal yang akan dilakukannya,
nama tidak penting. Menarik lepas sarung tangan kanannya, ia meletakkan telapak
tangan di tengah-tengah dahi si wanita yang hangat. Wanita itu tersentak begitu
disentuhnya, tapi tidak mundur. Cuping hidung wanita tersebut membesar, sudut-sudut
mulutnya menipis, kerutan muncul di antara kedua alisnya, dan Eragon merasakan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
wanita itu gemetar, seakan sentuhannya membuat wanita tersebut kesakitan,dan ia
sedang berjuang melawan keinginan untuk menepiskan tangan Eragon. Di latar
belakang, samar-samar Eragon merasakan Blodhgarm mendekat, siap menerkam si
wanita jika ternyata ia berbahaya. Bingung akan reaksi si wanita, Eragon membuka
sedikit penghalang dalam benaknya, menenggelamkan diri dalam aliran sihir, dan,
dengan kekuatan penuh bahasa kuno, ia berkata, "Atra gulia un ilian tauthr ono un antra
ono waise skoliro fra rauthr." Memberi energi pada kalimat tersebut, seperti yang
dilakukannya terhadap kalimat mantra, ia memastikan mantra itu akan membentuk
rangkaian kejadian dan maka memperbaiki keberuntungan wanita itu dalam hidupnya.
Eragon berhati-hati untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membatasi jumlah energi yang dipindahkannya ke dalam pemberkatan itu, karena jika
tidak dibatasi, mantra sejenis itu akan menghabiskan energi dalam tubuh sampai
menyerap semua tenaganya, menyebabkannya kering kerontang. Meski ia sudah
berhati-hati, tenaganya berkurang lebih banyak daripada perkiraannya semula;
penglihatannya merabun Serta kedua kakinya goyah dan ia terancam duduk lemas.
Sedetik kemudian, ia pulih. Dengan sangat lega ia menarik tangannya dari dahi si
wanita, yang juga tampak lega. Ia menatap Eragon seperti orang yang sedang berusaha
membersihkan diri dari sesuatu yang kotor. Melanjutkan pekerjaannya, Eragon beralih
kepada si gadis remaja. Wajah gadis itu melebar ketika Eragon melepaskan mantranya,
seakan gadis tersebut bisa merasakan mantra menyatu dengan tubuhnya. Gadis itu
membungkuk. "Terima kasih, Shadeslayer. Kami berutang padamu. Kuharap kau
berhasil mengalahkan Galbatorix dan Kekaisaran." Ia berbalik untuk pergi tapi berhenti
ketika Saphira mendengus dan menjulurkan kepala melewati Eragon dan Angela,
sehingga naga itu menjulang di atas kedua wanita. Membengkokkan lehernya,
Saphira mulamula mengembuskan napas di wajah wanita yang lebih tua lalu ke wajah
wanita yang lebih muda, kemudian memancarkan pikirannya dengan begitu kuat
sehingga akan menyentakkan semua orang kecuali yang memiliki pertahanan paling
tebal-karena ia dan Eragon melihat si wanita berambut hitam memiliki pertahanan yang
baik-Saphira berkata, Selamat berburu, Para Pengembara. Semoga angin mengibarkan
sayap kalian, semoga matahari selalu menghangatkan punggung kalian, dan semoga
kalian mencapai tujuan dengan mudah. Dan, Mata-Serigala, kuharap saat kau bertemu
dengan orang yang membuat tanganmu terjepit dalam jebakannya, kau tidak akan
membunuhnya terlalu cepat. Kedua wanita itu menjadi kaku saat Saphira mulai bicara.
Setelahnya, wanita yang lebih tua menepukkan kepalan tangan pada dadanya dan
berkata, "Itu tidak akan kulakukan, 0 Pemburu Cantik." Kemudian ia membungkuk
kepada Angela, berkata, "Berlatih dengan keras, seranglah lebih dulu, Peramal."
"Bladesinger." Dengan rok berkibar, ia dan si gadis remaja melangkah pergi dan tak
lama kemudian sudah tidak tampak lagi di antara labirin tenda kelabu yang identik. Kau
tidak meninggalkan tanda di dahi mereka" Eragon bertanya kepada Saphira. Elva
istimewa. Aku tidak akan menandai orang lain seperti itu lagi. Yang terjadi di Farthen
Dur hanya... terjadi begitu saja. Naluri yang mendorongku. Selain itu, aku tidak bisa
menjelaskan. Saat ketiganya melangkah menuju paviliun Nasuada, Eragon melirik
Angela. "Siapa mereka?" Bibir Angela mengerut. "Peziarah dalam perjalanan." "Itu
bukan jawaban," Eragon memprotes.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Bukan kebiasaanku untuk membagi-bagikan rahasia seperti kacang berlapis gula di
perayaan musim. dingin. Terutama jika rahasia tersebut bukan milikku." Eragon terdiam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
selama beberapa langkah. Kemudian: "Ketika seseorang menolak untuk memberiku
informasi tertentu, aku. malah jadi semakin bertekad untuk mengetahui kebenarannya.
Aku benci tidak tahu apa-apa. Bagiku, pertanyaan yang tidak terjawab bagaikan duri
yang membuatku kesakitan setiap kali aku bergerak sampai aku bisa mencabutnya."
"Kau mendapat simpatiku." "Kenapa?" "Karena jika demikian, kau harus menghabiskan
masa sadarmu selama-lamanya dalam keadaan kesakitan, karena dalam kehidupan ini
banyak pertanyaan yang tidak terjawab." Enam puluh kaki dari paviliun Nasuada,
sekontingen penombak yang berbaris melintasi perkemahan menghalangi jalan mereka.
Sementara menunggu para prajurit itu lewat, Eragon gemetar dan meniup kedua
tangannya. "Kuharap kita punya waktu untuk makan." Cepat tanggap seperti biasanya,
Angela berkata, "Gara-gara sihir tadi, bukan" Membuatmu kehabisan tenaga." Eragon
mengangguk. Memasukkan tangan ke dalam, salah satu kantong yang bergelantungan
di selempangnya, Angela mengeluarkan gumpalan cokelat keras dengan taburan biji
rami mengilat di atasnya. "Nih, ini akan membuatmu kenyang sampai waktunya makan
siang." "Apa ini?" Angela menyorongkannya ke arah Eragon, memaksa. "Makan saja.
Kau akan menyukainya. Percayalah padaku." Saat Eragon mengambil gumpalan
berminyak itu dari jari-jarinya, Angela menyambar pergelangan Eragon dengan tangan
yang sebelah lagi dan memegangnya sementara ia memeriksa kulit keras yang
menonjol di buku-buku jari Eragon. "Pandai sekali," kata Angela. "Tampak sejelek kutil
di kulit katak, tapi siapa yang peduli jika mereka bisa melindungimu, eh" Aku suka ini.
Aku sangat suka. Apakah kau terinspirasi dari Ascudgamln kaum kurcaci?" "Tidak ada
yang lepas dari perhatianmu, ya?" tanya Eragon. "Biarkan lepas. Aku hanya
menyibukkan diri dengan hal-hal nyata." Eragon mengerjap, terkesiap seperti biasanya
jika Angela memutarbalikkan kata-kata. Angela mengetuk kulit keras Eragon dengan
ujung kukunya yang pendek. "Aku akan melakukan ini pada diriku sendiri, sayangnya
bakal tersangkut di benang wol jika aku menenun atau merajut." "Kau merajut sendiri?"
Eragon bertanya, terkejut karena Angela mau melakukan sesuatu yang begitu biasa.
"Tentu saja! Itu cara menyenangkan untuk rileks. Lagi pula, jika aku tidak merajut
sendiri, bagaimana aku bisa mendapatkan sweter dengan perlindungan Dvalar terhadap
kelinci-kelinci gila yang dirajut pada Liduen
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Kvaedhi di bagian dalam dadanya, atau jaring rambut yang dicat kuning, hijau, dan
merah jambu terang?" "Kelinci-kelinci gila-" Angela mengibaskan rambut keritingnya
yang tebal. "Kau akan terheran-heran jika tahu berapa banyak penyihir yang mati akibat
digigit kelinci gila. Kejadian itu jauh lebih umum daripada perkiraanmu." Eragon
menatapnya. Kaupikir ia sedang bercanda" ia bertanya kepada Saphira. Tanya saja
padanya. Ia hanya akan menjawab dengan teka-teki lagi. Setelah barisan penombak
sudah lewat, Eragon, Saphira, dan Angela melanjutkan perjalanan menuju paviliun,
Solembum menyertai mereka, yang telah bergabung tanpa disadari Eragon. Memilih
langkah di antara kotoran kuda yang ditinggalkan pasukan kavaleri Raja Orrin, Angela
berkata, "Nah, katakan padaku: selain pertarunganmu. dengan Ra apakah ada sesuatu
yang sangat menarik terjadi padamu dalam perjalanan" Kau tahu aku suka sekali
mendengar hal-hal menarik." Eragon tersenyum, memikirkan para spirit yang telah
menghampirinya dan Arya. Meski demikian, ia tidak ingin membicarakannya, ia malah
berkata, "Karena kau bertanya, beberapa hal menarik memang terjadi. Misalnya, aku
bertemu seorang pertapa bernama Tenga yang tinggal di reruntuhan menara Elf. Ia
punya perpustakaan yang menakjubkan. Ada tujuh - " Angela berhenti begitu mendadak,
Eragon teruss berjalan tiga langkah sebelum tersadar dan berbalik. Si wanita penyihir
tampak terenyak, seakan kepalanya baru dipukul keras-keras. Melangkah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mendekatinya, Solembum bersandar di kaki Angela dan menengadah. Angela
membasahi bibir lalu berkata, "Apakah..." Ia terbatuk sekali. "Apakah kau yakin
namanya Tenga?" "Kau pernah bertemu dengannya?" Solembum mendesis, dan bulu di
punggungnya berdiri tegak. Eragon beringsut menjauh, ingin menghindari cakarannya.
"Bertemu dengannya?" Tertawa pahit, Angela berkacak pinggang. "Bertemu
dengannya" Aku melakukan yang lebih baik daripada itu! Aku adalah muridnya selama
sekitar... bertahuntahun yang sial." Eragon tidak mengira Angela akan mau
mengungkapkan sesuatu tentang masa lalunya dengan sukarela. Berniat untuk
mengetahui lebih banyak, Eragon bertanya, "Kapan kau bertemu. dengannya" Dan di
mana?" "Sudah lama sekali dan di tempat yang sangat jauh. Tapi kami berpisah dengan
buruk, dan sudah bertahun-tahun aku tidak pernah melihatnya." Angela mengerutkan
kening. "Bahkan, aku mengira ia sudah mati." Pada saat itu Saphira bicara, katanya,
Karena kau bekas murid Tenga, tahukah kau pertanyaan apa yang ia cari jawabannya"
"Aku sama sekali tidak tahu. Tenga selalu punya pertanyaan yang ingin ia cari
jawabannya. Jika berhasil, segera saja ia memilih pertanyaan baru, dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
begitu seterusnya. Ia mungkin sudah menjawab seratus pertanyaan sejak aku terakhir
kali melihatnya, atau ia masih menggerogoti teka-teki yang sama seperti terakhir aku
meninggalkannya." Yaitu" "Apakah fase bulan memengaruhi jumlah batu opal yang
terbentuk di akar Pegunungan Beor, seperti yang diyakini kaum kurcaci." "Tapi
bagaimana orang bisa membuktikan itu?" protes Eragon. Angela mengangkat bahu.
"Jika ada yang bisa membuktikan, orang itu adalah Tenga. Ia mungkin saja setengah
sinting, tapi ia sangat brilian." Ia pria yang suka menendang kucing, komentar
Solembum, seolah-olah itu bisa merangkum seluruh karakter Tenga. Kemudian Angela
menepukkan tangan sambil berkata, "Tidak usah dibicarakan lagi! Makan manisanmu,
Eragon, dan ayo kita menghadap Nasuada." MEMBAYAR KESALAHAN "Kalian
terlambat ," kata Nasuada saat Eragon dan Angela duduk di deretan kursi yang diatur
membentuk setengah lingkaran di hadapan singgasana bersandaran tinggi milik
Nasuada. Elva juga duduk di barisan setengah lingkaran itu, bersama pengasuhnya,
Greta, wanita tua yang telah memohon kepada Eragon di Farthen Dur untuk memberkati
anak asuhnya. Seperti sebelumnya, Saphira berbaring di luar paviliun dan
menyembulkan kepalanya melalui bukaan di satu sisi sehingga ia bisa ikut serta dalam
rapat. Solembum melingkar seperti bola di sebelah kepala Saphira. Tampaknya ia
tertidur, kecuali sekali-sekali ekornya mengibas. Bersama Angela, Eragon minta maaf
atas keterlambatan mereka, kemudian ia mendengarkan saat Nasuada menjelaskan
kepada Elva seberapa besar nilai kemampuannya untuk Varden-Seolah-olah Elva
belum tahu saja, komentar Eragon kepada Saphira-dan membujuknya untuk
melepaskan Eragon dari beban janjinya untuk berusaha membalikkan akibat dari
pemberkatannya. Nasuada berkata ia tahu apa yang dimintanya kepada Elva memang
sulit, tapi nasib seluruh negeri menjadi taruhannya, dan tidakkah layak mengorbankan
kenyamanan diri sendiri untuk menyelamatkan Alagaesia dari cengkeraman jahat
Galbatorix" Pidatonya mengesankan: fasih, bersemangat, dan penuh argumen yang
dimaksudkan untuk membangkitkan sikap mulia Elva. Elva, sedari tadi meletakkan
dagunya yang kecil dan runcing di kedua kepalan tangannya, mengangkat kepala dan
berkata, "Tidak." Keterkejutan orang-orang membuat paviliun hening. Mengalihkan
tatapan tanpa berkedip dari satu orang ke orang yang lain, ia menjelaskan: "Eragon,
Angela, kalian berdua tahu bagaimana rasanya untuk berbagi benak dan emosi dengan
seseorang pada saat ia meninggal. Kalian tahu betapa mengerikan, betapa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyakitkan hal itu, bagaimana rasanya seolah bagian dari diri kalian sendiri yang
lenyap selamanya. Dan itu hanya dari kematian satu orang. Tidak ada di antara kalian
berdua yang harus mengalaminya jika kalian tidak mau, sementara aku... aku tidak
punya pilihan selain merasakan itu semua. Aku merasakan semua kematian di
sekitarku. Bahkan sekarang aku bisa merasakan pudarnya kehidupan Sefton, salah satu
prajurit berpedangmu, Nasuada, yang terluka di Pertempuran Dataran Membara, dan
aku tahu kata-kata seperti apa yang bisa kuucapkan kepadanya yang akan mengurangi
kengeriannya akan kematian. Ketakutannya begitu besar, oh, membuatku gemetar!"
Dengan seruan tidak jelas, ia menutup wajah dengan kedua tangannya, seolah-olah
ingin menghindari pukulan. Kemudian: "Ah, ia sudah pergi. Tapi masih ada yang lain.
Selalu ada yang lain. Rangkaian kematian tidak pernah berakhir." Nada ucapannya yang
mengejek dengan pahit semakin jelas terdengar, seperti sedang mengolok-olok
menggunakan suara anak kecil. "Apakah kau sungguh-sungguh mengerti, Nasuada,
Lady Nightstalker... Ia yang Akan Jadi Ratu Dunia" Apakah kau benar-benar mengerti"
Aku adalah pemegang rahasia dari segala kepedihan di sekelilingku, baik fisik maupun
mental. Aku merasakannya seakan-akan itu adalah kepedihanku sendiri, dan sihir
Eragon memaksaku untuk mengurangi ketidaknyamanan mereka yang menderita, tidak
peduli apa akibatnya pada diriku sendiri. Dan jika aku menolak dorongan itu, seperti
sekarang ini, tubuhku memberontak: perutku penuh asam, kepalaku berdenyut-denyut
seolah-olah seorang kurcaci sedang memukulkan palu ke sana, dan aku sulit bergerak,
apalagi berpikir. Apakah ini yang kauinginkan untuk kutanggung, Nasuada" "Siang
dan malam aku tidak punya pertahanan terhadap kepedihan dunia. Sejak Eragon
memberkatiku, aku tidak tahu apa-apa selain kesakitan dan ketakutan, tidak pernah
merasakan kebahagiaan atau kesenangan. Sisi dunia yang lebih cerah, yang membuat
keberadaan ini bisa kutanggung, sama sekali tidak ada. Aku tidak pernah melihatnya.
Aku tidak pernah mengalaminya. Hanya kegelapan. Hanya kombinasi kesengsaraan
seluruh pria, wanita, dan anak-anak sejauh satu mil, menerjangku seperti badai pada
tengah malam. Berkat ini tidak memberiku kesempatan untuk menjadi seperti anakanak
lain. Tubuhku dipaksa tumbuh dewasa lebih cepat daripada normal, dan benakku
bahkan lebih cepat lagi. Eragon mungkin bisa melenyapkan kemampuan mengerikanku
ini dan dorongan yang menyertainya, tapi ia tidak bisa mengembalikanku menjadi diriku
yang semula, atau diriku yang seharusnya, tidak tanpa menghancurkan diriku yang
sekarang. Aku orang aneh, bukan anak-anak maupun orang dewasa, selamanya dikutuk
untuk berbeda. Aku tidak buta, kau tahu. Aku melihat bagaimana kau menyurut mundur
ketika mendengarku bicara." Elva menggeleng. "Tidak, permintaanmu terlalu berat. Aku
tidak akan mau teruss seperti ini demi dirimu, Nasuada, juga tidak demi Varden, atau
seluruh Alagaesia, bahkan tidak untuk ibuku, jika ia masih hidup sekarang. Ini tidak
layak,
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
demi apa pun. Aku bisa pergi untuk hidup sendiri, sehingga terbebas dari penderitaan
orang lain, tapi aku tidak ingin hidup seperti itu. Tidak, satusatunya solusi adalah Eragon
harus mencoba memperbaiki kesalahannya." Nasuada kembali membujuknya, tapi
seperti janji Elva, usaha Nasuada sia-sia saja. Akhirnya Nasuada meminta Angela,
Eragon, dan Saphira untuk ikut camper. Angela menolak dengan alasan ia tidak bisa
mengutarakannya lebih baik daripada Nasuada dan ia percaya pilihan Elva adalah hak
pribadinya, maka gadis kecil itu bisa melakukan apa pun keinginannya tan-pa harus
direcoki seperti elang dikerubungi burung-burung jay. Eragon memiliki pendapat yang
sama, tapi ia akhirnya berkata, "Elva, aku tidak bisa memberitahumu apa yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
seharusnya kaulakukan-hanya kau yang bisa menentukan-tapi jangan menolak
permintaan Nasuada begitu saja. Ia sedang berusaha menyelamatkan kita semua dari
cengkeraman Galbatorix, dan ia butuh dukungan kita jika ingin punya kesempatan
berhasil. Masa depan tidak tampak olehku, tapi aku percaya kemampuanmu mungkin
bisa menjadi senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan Galbatorix. Kau bisa
meramalkan setiap serangannya. Kau bisa mengatakan kepada kami bagaimana
persisnya meruntuhkan pertahanannya. Dan di atas segalanya, kau akan bisa
merasakan kapan Galbatorix dalam keadaan rentan, saat ia paling lemah, dan apa yang
bisa kita lakukan untuk menyerangnya." "Kau harus melakukan lebih baik daripada itu,
Penunggang, jika kau ingin mengubah pendirianku." "Aku tidak ingin mengubah
pendirianmu," kata Eragon. "Aku hanya ingin meyakinkan kau telah memikirkan akibat
keputusanmu ini matangmatang dan kau tidak bertindak terlalu gegabah." Gadis kecil itu
beringsut tapi tidak menjawab. Kemudian Saphira berkata: Apa kata hatimu, -0 Dahi
Bercahaya" Elva menjawab dengan nada halus, tanpa kebencian. "Aku telah
mengutarakan kata hatiku, Saphira. Mengucapkannya lagi akan berlebihan." Jika
Nasuada merasa frustrasi karena kekeraskepalaan Elva, ia tidak menunjukkannya,
meski ekspresinya keras, saat menyimpulkan diskusi ini. "Aku tidak menyetujui
pilihanmu, Elva, tapi kami akan tetap menghargainya, karena jelas sekali kami tidak
bisa melunakkanmu. Rasanya aku tidak bisa menyalahkanmu, karena aku tidak bisa
merasakan kepedihan yang kaurasakan setiap hari, dan jika aku berada dalam
posisimu, mungkin saja aku akan bersikap sama sepertimu. Eragon, jika kau
berkenan..." Atas perintahnya, Eragon berlutut di depan Elva. Mata ungu Elva yang
berkilauan terasa menembusnya ketika Eragon mengatupkan kedua tangannya yang
lebih besar di tangan Elva yang kecil. Kulit gadis kecil itu terasa panas seolah-olah ia
sedang demam. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Apakah akan menyakitkan, Shadeslayer?" tanya Greta, suara wanita tua itu bergetar.
"Seharusnya tidak, tapi aku tidak yakin. Mencabut mantra jauh lebih tidak pasti daripada
merapalkannya. Penyihir hampir tidak pernah melakukannya karena tingkat kesulitan
yang tinggi." Kerut-kerut di wajahnya semakin dalam karena khawatir, Greta
menepuk-nepuk kepala Elva dan berkata, "Oh, tabahlah, sayangku. Beranilah." Ia
tampaknya tidak sadar Elva melirik jengkel kepadanya. Eragon mengabaikan gangguan
itu. "Elva, dengarkan aku. Ada dua metode berbeda untuk melenyapkan mantra.
Pertama adalah si penyihir yang semula merapalkan mantra itu harus membuka diri bagi
energi yang memberi tenaga kepada sihir kita - " "Di situlah biasanya aku mengalami
kesulitan," sela Angela. "Itulah mengapa aku lebih bergantung pada ramuan, tanaman
dan objek sihir daripada merapal mantra." "Jika kau tidak keberatan..." Lesung pipinya
muncul, Angela berkata, "Maaf. Silakan lanjutkan." "Baik," gerutu Eragon. "Pertama
adalah si pria yang semula merapalkan mantra harus membuka diri-" "Atau si wanita,"
potong Angela. "Bisakah kau membiarkanku menyelesaikan ini?" "Sori." Eragon melihat
Nasuada menahan tawa. "Ia membuka diri kepada aliran energi dalam tubuhnya dan,
bicara dalam bahasa kuno, bukan hanya menarik kembali kata-kata yang dirapalkannya
semula tapi juga niat di baliknya. Ini lumayan sulit, seperti yang mungkin bisa
kaubayangkan. Kecuali si penyihir memiliki niat yang benar, ia malah bisa mengubah
mantra awalnya alih-alih mencabutnya. Kemudian ia harus menarik dua mantra yang
berkaitan. "Metode kedua adalah merapalkan mantra yang menangkal efek mantra
pertama. Tindakan ini tidak akan melenyapkan mantra pertama, tapi jika dilakukan
dengan benar, bisa membuat mantra semula tidak berbahaya. Dengan izinmu, aku akan
melakukan metode ini." "Solusi yang paling bagus," komentar Angela, "tapi siapa, tolong
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
katakan, yang akan menyediakan aliran energi terus-menerus yang dibutuhkan untuk
mempertahankan mantra penangkal ini" Dan karena seseorang harus bertanya,
kesalahan apa yang mungkin terjadi jika menggunakan metode ini?" Eragon tetap
menatap Elva. "Energinya harus berasal darimu," ia memberitahu Elva, meremas
tangan gadis kecil itu. "Tidak butuh banyak, tapi akan lumayan mengurangi staminamu.
Jika kau melakukan ini, kau tidak akan mampu berlari secepat biasanya atau
mengangkat kayu bakar sebanyak orang yang tenaganya tidak harus diserap mantra."
"Kenapa kau tidak bisa menyediakan energinya?" tanya Elva, menaikkan sebelah alis.
"Lagi pula kaulah yang bertanggung jawab atas keadaanku sekarang."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Aku mau saja, tapi semakin jauh aku darimu, semakin sulit untuk mengirimkan energi
kepadamu. Dan jika aku pergi terlalu jauh-misalnya satu mil atau lebih sedikit-itu akan
membunuhku. Sedangkan mengenai kesalahan yang mungkin terjadi, satusatunya risiko
adalah jika aku merapalkan mantra penangkal dengan tidak benar dan itu tidak bakal
memblokir pemberkatanku. Jika itu terjadi, aku hanya akan perlu merapalkan mantra
penangkal lain." "Dan bagaimana kalau yang kedua kali gagal juga?" Eragon terdiam
sejenak. "Maka aku bisa melakukan metode pertama yang kusebutkan tadi. Tapi aku
memilih untuk menghindarinya. Itu satusatunya cara untuk melenyapkan mantra
pertama, tapi jika usahaku gagal, kau bisa berakhir lebih buruk daripada sekarang." Elva
mengangguk. "Aku mengerti." "Apakah kau mengizinkanku melanjutkan?" Ketika gadis
itu mengangguk lagi, Eragon menarik napas panjang untuk bersiap-siap. Mata setengah
terpejam karena berkonsentrasi dengan keras, ia mulai bicara dalam bahasa kuno.
Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa sekeras pukulan palu. Ia berhati-hati untuk
mengucapkan setiap suku kata dengan lafal yang benar, setiap suara yang asing dari
bahasanya sendiri, demi menghindari kesalahan tragis. Mantra penangkal itu tertanam
dalam memorinya. Ia telah menghabiskan berjam-jam selama perjalanan dari Helgrind
untuk menciptakannya, memikirkannya masak-masak, menantang diri sendiri untuk
menciptakan alternatif yang lebih baik, semua demi persiapan untuk hari ketika ia harus
membayar kesalahannya kepada Elva. Saat ia bicara, Saphira mengalirkan
kekuatannya kepada Eragon, dan Eragon merasakan dukungannya, merasakan Saphira
mengawasinya lekat-lekat, siap ikut campur jika di dalam benak Eragon ia melihat
pemuda itu bakal melakukan kesalahan dalam rapalannya. Mantra penangkal itu sangat
panjang dan sangat sulit, karena Eragon berniat untuk menyebutkan seluruh hal yang
bisa diinterpretasikan dari pemberkatannya. Hasilnya, lima menit penuh sudah berlalu
sebelum Eragon mengucapkan kalimat, kata, kemudian suku kata terakhir. Dalam
keheningan yang timbul setelahnya, wajah Elva mendung karena. kecewa. "Aku masih
bisa merasakan mereka," katanya. Nasuada mencondongkan tubuh ke depan di
kursinya. "Siapa"// "Kau, Eragon, dia, semua orang yang merasa sakit. Mereka tidak
lenyap! Dorongan untuk menolong mereka, itu sudah tidak ada, tapi rasa sakitnya masih
menembus tubuhku." Nasuada membungkuk ke depan dari singgasananya. "Eragon?"
Eragon mengerutkan kening. "Aku pasti melewatkan sesuatu. Beri aku waktu sebentar
untuk berpikir, dan aku akan menciptakan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mantra yang mungkin bisa mengatasinya. Ada beberapa kemungkinan yang kupikirkan,
tapi..." Suaranya memudar, cemas karena mantra penangkalnya tidak berhasil bekerja
seperti dugaannya. Terlebih lagi, menyebarkan mantra khusus untuk memblokir
kesakitan yang dirasakan Elva akan jauh lebih sulit daripada berusaha melenyapkan
pemberkatan semula. Satu kata saja yang salah, satu frasa yang disusun dengan buruk,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan Eragon mungkin bisa menghancurkan rasa empati Elva, atau menyebabkannya
lupa bagaimana berkomunikasi dengan benaknya sendiri, atau menciptakan kesan
tentang rasa sakit baginya sendiri, sehingga ia tidak akan segera tahu jika terluka.
Eragon sedang berkonsultasi dengan Saphira ketika Elva berkata, "Tidak!"
Terheran-heran, Eragon menatapnya. Kegembiraan tampak memancar dari Elva.
Gigi-geliginya yang bundar seperti mutiara bersinar ketika ia tersenyum, matanya
berkilat penuh kemenangan. "Tidak, jangan kaucoba lagi." "Tapi, Elva, kenapa kau-"
"Karena aku tidak mau ada mantra lain yang mengurasku. Dan karena aku baru sadar
aku bisa mengabaikan mereka!" Ia mencengkeram lengan kursinya, gemetar karena.
bersemangat. "Tanpa dorongan untuk membantu siapa pun yang menderita, aku bisa
mengabaikan kesengsaraan mereka, dan itu tidak membuatku mual! Aku bisa
mengabaikan pria yang kakinya diamputasi, aku bisa tidak memedulikan wanita yang
tangannya baru saja terbakar, aku bisa mengabaikan mereka semua, dan aku tidak
merasa bersalah! Memang aku tidak bisa memblokir semuanya rapat-rapat, setidaknya
belum, tapi oh, betapa leganya! Hening. Keheningan yang kusyukuri! Tidak ada lagi
luka, lecet, memar, atau tulang yang patah. Tidak ada lagi kecemasan konyol dari benak
orang-orang muda. Tidak ada lagi penderitaan dari istri-istri yang ditinggalkan atau
suami-suami yang ditelantarkan. Tidak ada lagi ribuan luka tak tertahankan dari
peperangan. Tidak ada lagi panik membabi-buta yang mendahului kegelapan abadi."
Dengan air mata berlinang di pipi, ia tertawa, gelak kasar yang membuat rambut di
kepala Eragon berdiri. Kegilaan apa ini" tanya Saphira. Meski kau bisa
mengabaikannya, mengapa kau ingin teruss merasakan penderitaan orang jika Eragon
masih bisa membebaskanmu dari semua itu" Mata Elva memancarkan kegirangan luar
biasa. "Aku tidak akan pernah jadi orang biasa. Jika aku harus berbeda, maka biarkan
aku mempertahankan sesuatu yang membuatku berbeda. Selama aku bisa
mengendalikan kekuatan ini, yang sepertinya bisa kulakukan sekarang, aku tidak
keberatan menanggung beban ini, karena ini adalah pilihanku dan tidak dipaksakan
sihirmu, Eragon. Ha! Sejak saat ini, aku tidak akan harus mematuhi siapa-siapa dan
apa-apa. Jika aku membantu seseorang, itu karena aku mau. Jika aku melayani Varden,
itu karena kata hatiku menyuruhku melakukannya dan bukan karena kau memintaku,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Nasuada, atau karena aku akan muntah jika tidak menurut. Aku akan melakukan apa
saja yang kuinginkan, dan menyerang siapa pun yang menentangku, karena aku tahu
semua ketakutan mereka dan akan tidak ragu menggunakan pengetahuanku demi
memperoleh keinginanku." "Elva!" pekik Greta. "Jangan berkata begitu! Kau tidak
sungguh-sungguh!" Gadis kecil itu mengentakkan kepala ke arah Greta, sampai
rambutnya berkibar. "Ah ya, aku telah melupakanmu, pengasuhku. Selalu setia. Selalu
meributkan segala hal. Aku berterima kasih kepadamu karena telah mengambilku
setelah ibuku meninggal, dan karena telah merawatku sejak Farthen Dur, tapi aku tidak
membutuhkan bantuan-mu lagi. Aku akan tinggal sendirian, mengurus diri sendiri, dan
tidak terikat orang lain." Terperangah, wanita tua itu menutup mulutnya dengan lengan
baju dan menyurut mundur. Kata-kata Elva mengejutkan Eragon. Ia memutuskan tak
bisa membiarkan Elva tetap mempertahankan kemampuannya jika anak itu akan
menyalahgunakannya. Dengan bantuan Saphira, karena naga itu setuju dengannya, ia
memilih salah satu mantra penangkal yang paling menjanjikan yang telah dipikirkannya
tadi dan membuka mulut untuk merapalkannya. Secepat ular mematuk, Elva membekap
mulut Eragon dengan tangannya, menghalanginya bicara. Paviliun bergetar ketika
Saphira meraung, hampir membuat Eragon tuli karena pendengarannya yang lebih
tajam. Ketika semua orang sempoyongan, kecuali Elva, yang tangannya teruss ditekan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kuat-kuat ke wajah Eragon, Saphira berkata, Lepaskan dia, anak kecil! Akibat raungan
Saphira, keenam pengawal Nasuada menghambur ke dalam, menghunus senjata
mereka, sementara Blodhgarm dan Elf-Elf yang lain berlari menghampiri Saphira dan
berdiri di sebelah kedua bahunya, menarik dinding tenda sehingga mereka bisa
melihat apa yang sedang terjadi. Nasuada mengangkat tangan, dan pasukan Nighthawk
menurunkan senjata mereka, tapi para Elf tetap berada dalam posisi siap tempur.
Pedang mereka berpendar bagaikan es. Baik kericuhan yang disebabkannya maupun
pedang-pedang yang diarahkan kepadanya tampak tidak membuat Elva gentar. Ia
menelengkan kepala dan menatap Eragon seolah-olah pemuda itu adalah serangga
yang ditemukannya sedang merayap di pinggir kursinya, kemudian ia tersenyum dengan
ekspresi manis dan polos sekali, Eragon heran mengapa selama ini ia tidak memiliki
keyakinan lebih besar akan karakter gadis kecil itu. Dengan suara semanis madu
hangat, Elva berkata, "Eragon, berhenti. Jika kau merapalkan mantra itu, kau akan
menyakitiku sama seperti kau menyakitiku dulu. Kau tidak ingin melakukannya. Setiap
malam saat kau hendak tidur, kau akan memikirkanku, dan kenangan akan perbuatan
salahmu akan menyiksamu. Apa yang tadi hendak kaulakukan adalah tindakan jahat,
Eragon. Apakah kau hakim dunia" Apakah kau akan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyatakanku berbuat salah hanya karena kau tidak menyetujui tindakanku" Dengan
begitu kau telah mengakui kesenangan mengendalikan orang lain demi kepuasanmu.
Galbatorix akan menyukainya." Elva melepaskan Eragon, tapi pemuda itu terlalu
terguncang untuk bisa bergerak. Elva telah memukulnya dengan telak, dan ia tidak
mampu memberikan bantahan demi membela diri, karena pertanyaan dan pernyataan
yang diungkapkan Elva adalah sama persis seperti yang diarahkan kepada dirinya
sendiri. Pengertian Elva akan Eragon membuat pemuda itu merinding. "Aku juga
berterima kasih kepadamu, Eragon, karena sudah datang ke sini hari ini untuk
membayar kesalahanmu. Tidak semua orang mau mengakui dan menghadapi
kesalahan mereka. Meski demikian, kau sama sekali tidak mengambil hatiku hari ini.
Kau telah memperbaiki kesalahanmu sebisa mungkin, tapi itu hanyalah sebuah tindakan
yang harus dilakukan orang baik-baik mana pun. Kau tidak mengompensasi apa yang
telah kaulakukan terhadapku, dan kau tidak akan pernah bisa. Maka jika lain kali kita
bertemu, Eragon Shadeslayer, jangan anggap aku teman maupun musuh. Sikapku
padamu penuh pertentangan, Penunggang; aku siap untuk membencimu sesiap aku
mencintaimu. Hanya kau sendiri yang bisa menentukan bagaimana perasaanku
akhirnya nanti... Saphira, kau telah memberi bintang di dahiku, dan kau selalu baik
kepadaku. Aku adalah dan akan selalu menjadi pelayan setiamu." Mengangkat dagu
untuk membuat tubuhnya yang hanya tiga setengah kaki tampak lebih tinggi, Elva
menatap sekeliling pavilion. "Eragon, Saphira, Nasuada... Angela. Selamat Siang." Dan
dengan begitu, ia meluncur menuju pintu keluar. pasukan Nighthawk minggir ketika ia
melangkah di antara mereka dan keluar. Eragon berdiri, merasa limbung. "Monster jenis
apa yang telah kuciptakan?" Kedua Urgal anggota Nighthawk menyentuh kedua ujung
tanduk mereka, yang diketahui Eragon sebagai tindakan mengusir setan. Kepada.
Nasuada, ia berkata, "Maafkan aku. Tampaknya aku telah memperburuk keadaan
bagimu-bagi kita semua." Setenang danau di gunung, Nasuada merapikan jubahnya
sebelum menjawab: "Tidak apa-apa. Permainan ini hanya menjadi semakin rumit, itu
saja. Hal ini memang sudah diduga akan terjadi saat kita semakin dekat ke UruSesaat
kemudian, Eragon mendengar suara benda berdesing melalui udara ke arahnya. Ia
mengernyit, tapi meski ia tangkas, ia terlalu lamban untuk menghindari tamparan pedih
yang membuat kepalanya terlontar ke satu sisi dan tubuhnya sempoyongan menabrak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kursi. Ia berguling di dudukan kursi dan berdiri tegak kembali, tangan kirinya terangkat
untuk Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menangkis serangan berikutnya, lengan kanannya ditarik ke belakang, siap menikam
dengan pisau berburu yang telah disambar dari sabuknya saat bergerak tadi. Dengan
terkejut ia melihat Angela-lah yang telah menamparnya. Para Elf berdiri hanya beberapa
inci di belakang si peramal, siap menahannya j ika ia memutuskan untuk menyerang
Eragon lagi atau menyeretnya keluar jika Eragon menyuruh. Solembum berada dekat
kaki Angela, gigi dan cakar dipamerkan, dan bulu-bulunya berdiri tegak. Pada saat itu
Eragon tidak memedulikan para Elf. "Untuk apa kau melakukan itu?" ia berseru. Ia
mengernyit saat bibirnya yang pecah meregang, robekannya jadi semakin lebar. Darah
hangat berasa besi mengalir ke lehernya. Angela mengibaskan kepala. "Sekarang aku
harus menghabiskan sepuluh tahun ke depan untuk mengajari Elva bagaimana harus
bersikap! Itu bukan niat yang ada dalam kepalaku untuk satu dekade mendatang!"
"Mengajarinya?" seru Eragon. "Ia tidak akan membiarkanmu. Ia akan menghentikanmu
semudah ia menghentikanku tadi." "Humph. Tidak bakal. Ia tidak tahu apa yang
menggelisahkanku, atau apa yang bisa menyakitiku. Aku mengetahui ini sejak pertama
kali bertemu dengannya." "Maukah kau membagi mantra itu dengan kami?" tanya
Nasuada. "Setelah keadaan menjadi seperti ini, rasanya bijaksana jika kita memiliki
semacam proteksi terhadap Elva." "Tidak, rasanya aku tidak mau," kata Angela.
Kemudian ia pun berderap keluar dari paviliun, dan Solembum melangkah
mengikutinya, menggoyang-goyangkan ekor dengan anggun. Para Elf menyarungkan
kembali pedang mereka dan mundur agak jauh dari tenda. Nasuada menggosok-gosok
pelipisnya dengan gerakan memutar. "Sihir," ia menyumpah. "Sihir," Eragon menyetujui.
Keduanya bergerak ketika Greta menjatuhkan diri ke lantai dan mulai menangis
meraung-raung sambil menarik-narik rambutnya yang tipis, memukul wajahnya sendiri,
dan menariknarik bajunya. "Oh, sayangku yang malang! Aku kehilangan anak dombaku!
Hilang! Apa yang akan terjadi padanya, sendirian" Oh, betapa menderitanya aku,
putriku sendiri menelantarkanku. Balasan yang keji setelah kerja kerasku selama ini,
membungkuk-bungkuk seperti budak. Dunia ini keras dan kejam, selalu mencuri
kebahagiaan darimu." Ia mengerang. "Manisku. Mawarku. putriku yang cantik. Hilang!
Dan tidak ada yang menjaganya... Shadeslayer! Maukah kau menjaganya?" Eragon
mencengkeram lengan wanita tua itu dan membantunya berdiri, menenangkannya
dengan janji bahwa ia dan Saphira akan selalu mengawasi Elva lekat-lekat. Meski hanya
karena ia mungkin akan menusukkan belati ke rusuk kita, kata Saphira kepada Eragon.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
HADIAH-HADIAH EMAS Eragon berdiri di sebelah Saphira, sekitar lima puluh meter
dari paviliun Nasuada. Lega karena bisa terbebas dari kehebohan yang mengelilingi
Elva, ia menengadah menatap langit cerah berwarna biru terang dan memutar bahunya,
sudah merasa letih akibat kejadian-kejadian hari ini. Saphira berniat terbang ke Sungai
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jiet dan berendam di airnya yang dalam dan berarus tenang, tapi Eragon sendiri tidak
yakin ingin melakukan apa. Ia masih perlu menyelesaikan meminyaki baju besinya,
mempersiapkan diri untuk pernikahan Roran dan Katrina, mengunjungi Jeod, mencari
pedang yang layak bagi dirinya sendiri, dan juga... Ia menggaruk dagunya. Berapa lama
kau akan pergi" ia bertanya kepada Saphira. Saphira membuka lipatan sayapnya dan
siap terbang. Beberapa jam. Aku lapar. Begitu tubuhku bersih, aku akan menangkap
dua atau tiga rusa gemuk yang kemarin kulihat merumput di tepi barat sungai. Tapi
kaum Varden sudah menembak banyak rusa, aku mungkin harus terbang delapan belas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mil menuju Spine jika ingin mendapatkan buruan yang layak. Jangan pergi terlalu jauh,
Eragon memperingatkan, atau kau akan bertemu pasukan Kerajaan. Aku tidak akan
jauh-jauh, tapi jika aku kebetulan bertemu sekelompok kecil prajurit yang sendirian...
Saphira menjilat moncongnya. Aku akan menikmati pertarungan singkat. Lagi pula,
manusia rasanya sama dengan rusa. Saphira, kau tidak akan melakukan itu! Mata
Saphira berkelip. Mungkin, mungkin tidak. Tergantung apakah mereka menggunakan
baju besi. Aku benci harus menggigit logam, dan mengorek makanan dari cangkang
juga membuatku kesal. Begitu ya. Eragon melirik ke arah Elf yang terdekat dengannya,
seorang wanita jangkung berambut perak. Para Elf tidak akan mengizinkanmu pergi
sendiri. Maukah kau membiarkan dua di antara mereka menunggangimu" Kalau tidak
begitu, mereka akan sulit menyamai langkahmu. Tidak hari ini. Hari ini, aku mau
sendirian! Dengan kepakan sayap, ia mengudara, melesat jauh ke atas. Saat ia
berbelok ke barat, menuju Sungai Jiet, suaranya terdengar dalam benak Eragon, lebih
samar daripada sebelumnya karena jarak di antara mereka. Saat aku kembali, kita akan
terbang bersama-sama, ya, Eragon" Ya, saat kau kembali, kita akan terbang
bersama-sama, hanya berdua. Kegirangan Saphira mendengar itu membuat Eragon
tersenyum saat memerhatikannya melesat ke arah barat. Eragon menurunkan mata
saat Blodhgarm berlari ke arahnya, selincah kucing hutan. Elf itu bertanya ke mana
Saphira pergi dan tampak tidak puas dengan penjelasan Eragon, tapi jika ia keberatan,
ia tidak menunjukkannya. "Baik," kata Eragon kepada dirinya sendiri saat Blodhgarm
kembali Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pada rekan-rekannya. "Kerjakan apa yang harus dikerjakan lebih dulu." Ia berjalan
melintasi perkemahan sampai menemukan lapangan besar terbuka tempat sekitar tiga
puluh anggota Varden sedang berlatih menggunakan segala jenis senjata. Dengan lega
ia melihat mereka terlalu sibuk latihan sehingga tidak menyadari kehadirannya. Sambil
berjongkok, ia meletakkan tangan kanan pada tanah yang terinjak-injak dengan telapak
menghadap ke atas. Ia memilih kata-kata yang akan dibutuhkannya dalam bahasa kuno,
kemudian bergumam, "Kuldr, risa lam iet un malthinae unin bollr." Tanah di sebelah
tangannya tampak tidak berubah, meski ia bisa merasakan mantranya bergerak melalui
tanah sepanjang beberapa ratus kaki ke segala arah. Tidak lebih dari lima detik
kemudian, permukaan tanah mulai menggelegak seperti seteko air yang dibiarkan
terlalu lama di atas api besar, dan memancarkan cahaya kekuningan. Eragon telah
belajar dari Oromis bahwa ke mana saja seseorang melangkah, tanah pasti
mengandung partikelpartikel kecil dari hampir semua elemen, dan sementara
partikel-partikel itu terlalu kecil dan tersebar untuk diambil dengan cara biasa, seorang
penyihir yang andal, dengan usaha keras, bisa mendapatkannya. Dari tengah-tengah
petak tanah kekuningan, debu gemerlapan menyembur bagai air mancur lalu turun
kembali, mendarat di telapak tangan Eragon. di sana setiap butir yang gemerlapan
menyatu dengan yang lain, sampai membentuk tiga butir emas murni, bulat sebesar
hazelnut, di telapak tangannya. "Letta," kata Eragon, dan melepaskan aliran sihirnya.
Ia berjongkok bertumpu pada kedua tumitnya dan berpegangan pada tanah ketika
gelombang keletihan menyapunya. Kepalanya merunduk, dan kelopak matanya
menutup setengah jalan saat penglihatannya berkelip dan memudar. Menarik napas
panjang, ia mengagumi bulatan-bulatan emas sebening kaca di tangannya sementara
menunggu kekuatannya kembali. Cantik sekali, pikirnya. Kalau saja aku bisa melakukan
ini saat kami masih tinggal di Lembah Palancar... Tapi memang hampir lebih mudah
untuk menambang emas. Mantra ini yang paling membuatku kelelahan sejak aku
membawa Sloan turun dari Helgrind. Ia mengantongi emas itu dan kembali melangkah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyusuri perkemahan. Ia menemukan tenda tukang masak dan melahap makan siang
cukup banyak, yang dibutuhkannya setelah merapalkan begitu banyak mantra yang
menguras tenaga, kemudian kembali ke tempat penduduk dari Carvahall tinggal. Saat
mendekat, ia mendengar dentingan logam membentur logam. Penasaran, ia berbelok ke
arah datangnya suara. Eragon melangkah mengitari barisan tiga gerobak yang diparkir
menghalangi jalan masuk dan melihat Horst berdiri di celah selebar tiga puluh kaki di
antara tenda-tenda, memegang ujung batangan besi sepanjang lima kaki. Ujung lain
batangan besi itu berwarna. merah ceri terang dan diletakkan pada permukaan lan-
dasan tempa besar seberat sembilan puluh kilogram, yang berdiri di atas bonggol pohon
besar dan lebar. Di kedua sisi landasan tempa, kedua putra Horst yang kekar, Albriech
dan Baldor, bergantian menghantam batangan besi tersebut dengan palu besar, yang
diayunkan di atas kepala mereka dalam pukulan melingkar lebar.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Tungku sementara berpendar panas beberapa kaki di belakang landasan tempa.
Dentumannya terdengar sangat keras, Eragon menjaga jarak sampai Albriech dan
Baldor selesai menempa besi dan Horst mengembalikan batangan itu ke dalam tungku.
Melambaikan tangannya yang bebas, Horst berseru, "Ho, Eragon!" Kemudian ia
mengangkat satu jari, mencegah jawaban dari Eragon, dan menarik sumbat terbuat
dari wol dari telinga kirinya. "Ah, sekarang aku bisa mendengar lagi. Apa yang
membawamu ke sini, Eragon?" Sementara bicara, kedua putranya memasukkan lebih
banyak arang dari ember ke tungku dan mulai merapikan capit, palu, cetakan, dan
peralatan lain yang berserakan di tanah. Tubuh ketiganya berkilat karena keringat. "Aku
ingin tahu apa yang menyebabkan keributan," kata Eragon. "Seharusnya sudah kuduga
itu kau. Tidak ada orang lain yang bisa menimbulkan kehebohan seperti seseorang dari
Carvahall." Horst terbahak, janggutnya yang tebal berbentuk seperti sekop menghadap
ke langit sampai tawanya mereda."Ah, itu menggelitik harga diriku. Dan kaulah buktinya,
eh?" "Kita semua," jawab Eragon. "Kau, aku, Roran, semua orang dari Carvahall.
Alagaesia tidak akan sama begitu kita semua bergerak." Ia menunjuk tungku dan
peralatan lain. "Kenapa kau di sini" Aku mengira semua pandai besi-" "Memang,
Eragon. Memang. Meski demikian, aku berhasil meyakinkan sang kapten yang
bertanggung jawab di bagian perkemahan ini untuk membiarkanku bekerja lebih dekat
ke tenda kami." Horst menarik-narik ujung janggutnya. "Ini karena Elain, kau tahu. Bayi
ini, sangat mempersulitnya, dan tidak heran menimbang apa yang telah kami alami
untuk tiba di sini. Elain memang selalu rapuh, dan sekarang aku khawatir ia... yah..." Ia
mengguncang tubuh seperti seekor beruang mengusir lalat. "Mungkin kau bisa
memeriksanya jika ada waktu dan melihat apakah kau bisa meringankan sakitnya." "Aku
akan melakukannya," janji Eragon. Sambil menggeram puas, Horst mengangkat
setengah batangan besi keluar dari tungku untuk melihat warnanya dengan lebih baik.
Memasukkan batangan itu kembali ke tengah-tengah api, ia mengentakkan janggutnya
ke arah Albriech. "Sini, angin-anginkan. Sudah hampir siap." Saat Albriech mulai
memompa peniup dari kulit, Horst nyengir ke arah Eragon. "Ketika aku bilang kepada
Varden aku pandai besi, mereka begitu gembira, kau bakal mengira mereka
menganggapku Penunggang Naga. Mereka tidak punya banyak pengrajin logam, kau
tahu. Dan mereka memberiku peralatan yang tidak kumiliki, termasuk landasan tempa
itu. Ketika kami meninggalkan Carvahall, aku begitu sedih karena mengira tidak akan
bisa melakukan keahlianku lagi. Aku bukan pengrajin pedang, tapi di sini, ah, di sini ada
cukup pekerjaan untuk membuat Albriech, Baldor, dan aku sibuk sampai lima puluh
tahun mendatang. Upahnya tidak bagus, tapi setidaknya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kami tidak tergeletak dirantai di penjara bawah tanah Galbatorix." "Atau Para RaBaldor.
"Aye, itu juga." Horst memberi tanda kepada kedua putranya untuk mengambil palu lagi
dan kemudian, memegang sumbat di sebelah telinga kirinya, ia berkata, "Ada lagi yang
kauperlukan dari kami, Eragon" Besinya sudah siap, dan aku tidak bisa
meninggalkannya di dalam api lebih lama tanpa membuatnya terlalu lunak." "Kau tahu di
mana Gedric?" "Gedric?" Kerutan di antara alis Horst semakin dalam. "Ia seharusnya
sedang berlatih pedang dan tombak bersama pria-pria lain, sebelah sana sekitar
seperempat mil." Horst menunjuk dengan ibu jarinya. Eragon berterima kasih kepadanya
lalu pergi ke arah yang tadi ditunjuk Horst. Dentingan besi beradu besi kembali
terdengar berulang-ulang, sejernih suara genta serta setajam dan semenusuk jarum
kaca menembus udara. Eragon menutup telinga dan tersenyum. Hatinya lega melihat
Horst telah kembali melakukan apa yang disukainya dan bahwa, meski harus
kehilangan rumah, Horst masih orang yang sama seperti ketika di Carvahall. Entah
bagaimana keteguhan dan keriangan si pandai besi membuat keyakinan Eragon
kembali menyala bahwa mereka bisa mengalahkan Galbatorix, pada akhirnya
segalanya akan baik-baik saja, dan seluruh hidupnya serta semua orang dari Carvahall
akan kembali normal. Tidak lama kemudian Eragon tiba di lapangan tempat pria-pria
dari Carvahall sedang berlatih menggunakan senjata baru mereka. Gedric ada di sana,
seperti kata Horst tadi, berlatih bersama Fisk, Darmmen, dan Morn. Eragon hanya perlu
bicara sebentar dengan seorang veteran bertangan satu yang melatih mereka agar
membebaskan Gedric untuk sementara. Si penyamak kulit itu berlari menghampiri
Eragon dan berdiri di hadapannya, tatapannya mengarah ke bawah. Pria itu pendek dan
berkulit hitam, dengan rahang kotak seperti anjing mastiff, alisnya tebal, dengan lengan
kekar berotot karena mengaduk kuali berbau busuk tempat ia mengasap kulit. Meski ia
jauh dari tampan, Eragon tahu ia pria yang baik dan jujur. "Apa yang bisa kubantu,
Shadeslayer?" Gedric bergumam. "Kau sudah melakukannya. Dan aku datang ke sini
untuk berterima kasih dan membayarmu." "Aku" Bagaimana aku telah membantumu,
Shadeslayer?" Ia bicara perlahan, dengan hati-hati, seakan-akan Eragon sedang
memasang jebakan untuknya. "Tidak lama setelah aku melarikan diri dari Carvahall, kau
mendapati seseorang telah mencuri tiga kulit kerbau dari pondok pengeringan di dekat
kuali penyamakan. Apakah aku benar?" Wajah Gedric semakin gelap karena malu, dan
ia menggerakgerakkan kakinya. "Ah, itu karena aku tidak mengunci pondok itu, kau
tahu. Siapa saja bisa menyelinap masuk dan mengambil kulit-kulit itu. Lagi Pula,
menimbang apa yang terjadi setelah itu, aku menganggapnya tidak penting. Aku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghancurkan sebagian besar persediaanku sebelum kami bergerak menuju
Pegunungan Spine, agar pasukan Kekaisaran dan Para Ramenjijikkan itu tidak bisa
mengambil sesuatu yang berguna. Siapa pun yang mengambil kulit-kulit itu
membantuku dari menghancurkan tiga lembar lagi. Jadi menurutku, biarkanlah yang
sudah terjadi." "Mungkin," kata Eragon, "tapi aku masih merasa berkewajiban untuk
memberitahumu bahwa akulah yang mencuri kulit-kulitmu. Di sini Gedric menatap mata
Eragon, menatapnya seperti melihat seorang biasa, tanpa rasa takut, kagum, atau
segan, seolaholah si penyamak kulit sedang menimbang-nimbang kembali pendapatnya
tentang Eragon. "Aku mencurinya, dan aku tidak bangga karenanya, tapi aku
membutuhkan kulit-kulit itu. Tanpanya, mungkin aku tidak akan bertahan cukup lama
untuk mencapai kaum elf di Du Weldenvarden. Aku selalu memilih untuk menganggap
tindakan itu sebagai meminjam, tapi sejujurnya, aku mencuri, karena aku tidak punya
niat untuk mengembalikannya. Maka, aku minta maaf kepadamu. Dan karena aku tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
akan mengembalikan kulit-kulit itu, atau sisanya, rasanya layak jika aku membayarnya."
Dari dalam sabuknya, Eragon mengeluarkan butiran emas- keras, bulat, dan hangat
akibat suhu tubuhnya-dan menyerahkannya kepada Gedric. Gedric menatap benda
seperti mutiara terbuat dari logam bersinar tersebut, rahangnya yang besar terkatup
rapat, kerut-kerut di sekitar bibirnya yang tipis tampak keras dan kukuh. Ia tidak
menghina. Eragon dengan menimang emas itu di tangannya, atau menggigitnya, tapi
ketika bicara, ia berkata, "Aku tidak bisa menerima ini, Eragon. Aku seorang penyamak
yang andal, tapi kulit yang kubuat tidak seberharga ini. Kemurahan hatimu sangat
kuhargai, tapi aku tidak akan merasa nyaman menerima emas ini. Aku akan merasa
tidak layak mendapatkannya." Tidak terkejut, Eragon berkata, "Kau tidak akan menolak
seseorang yang ingin menawar dengan harga pantas, bukan?" "Tidak." "Bagus. Maka
kau tidak bisa menolakku. Sebagian besar orang menawar lebih rendah. Dalam kasus
ini, aku memilih untuk menawar lebih tinggi, tapi aku tetap akan menawar dengan
ngotot, seakan-akan sedang mempertahankan beberapa keping koin. Bagiku,
kulit-kulit itu pantas mendapatkan harga setiap butir emas ini, dan aku tidak akan
membayarmu lebih rendah daripada itu, bahkan jika kau menghunuskan pisau ke
leherku." Jemari Gedric yang tebal mengepal butiran emas di tangannya. "Karena kau
memaksa, aku tidak akan berlaku tidak sopan untuk menolaknya. Tidak ada orang yang
bilang Gedric Ostvensson membiarkan rezeki lewat begitu saja karena ia sibuk
mengungkapkan betapa dirinya sendiri tidak berharga. Terima kasihku untukmu,
Shadeslayer." Ia menyimpan butiran emas itu dalam kantong di sabuknya,
membungkusnya Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dengan secarik kain wol untuk melindunginya agar tidak tergores. "Garrow
membesarkanmu dengan baik, Eragon. Ia membesarkanmu dan Roran dengan baik. Ia
mungkin semasam cuka serta sekeras dan sekering rutabaga musim dingin, tapi ia telah
membesarkan kalian berdua dengan baik sekali. Ia akan bangga padamu, kurasa.
Kesedihan yang tidak diundang membuat dada Eragon sesak. Saat Gedric berbalik
untuk kembali kepada kawan-kawannya, ia berhenti. "Jika aku boleh bertanya, Eragon,
kenapa kulit-kulit itu sangat berharga untukmu" Kaugunakan untuk apa?" Eragon
tergelak. "Untuk apa" Wah, dengan bantuan Brom, aku membuat pelana untuk Saphira
dari kulit-kulit itu. Saphira tidak menggunakannya sesering dulu-tidak sejak para Elf
memberi kami pelana naga yang lebih layak-tapi pelana pertama itu membantu sekali
dalam sekian banyak pergumulan dan pertarungan, dan bahkan saat Pertempuran
Farthen Dur." Rasa takjub membuat alis Gedric terangkat tinggi, menunjukkan kulit
berwarna pucat yang biasanya tersembunyi di kerutan yang dalam. Seperti pecahan di
batu granet biru keabu-abuan, cengiran lebar merekah di rahangnya, mengubah
ekspresinya. "pelana!" ia tersentak. "Bayangkan, aku menyamak kulit untuk pelana
seorang Penunggang! Dan aku sama sekali tidak tahu saat melakukannya! Bukan,
bukan seorang Penunggang, tapi sang Penunggang. Ia yang akhirnya akan
menumbangkan sang tiran gelap! Kalau saja ayahku bisa melihatku sekarang!"
Menendangkan kaki, Gedric berjingkrak gembira. Masih sambil nyengir lebar, ia
membungkuk kepada Eragon dan kembali ke tempat teman-teman sedesanya berada,
bercerita kembali kepada semua orang yang ada di sana. Berniat untuk melarikan diri
sebelum banyak orang mengerubunginya, Eragon menyelinap, pergi di antara dua
barisan tenda, senang dengan apa yang telah dicapainya. Mungkin butuh waktu lama,
pikirnya, tapi aku selalu membayar utang. Tidak lama kemudian, ia tiba di tenda lain,
dekat batas timur perkemahan. Ia mengetuk tiang di antara dua tingkap tenda. Dengan
suara keras, pintu disibakkan ke samping untuk menunjukkan istri Jeod, Helen, berdiri di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sana. Ia menatap Eragon dengan dingin. "Kurasa kau ingin bicara. dengannya." "Jika ia
ada di sini." Eragon tahu betel Jeod ada di sana, karena ia bisa merasakan benak pria
itu sejelas merasakan benak Helen. Selama sesaat, Eragon mengira Helen akan
melarangnya bertemu dengan Jeod, tapi kemudian wanita itu mengangkat bahu dan
minggir ke samping. "Kalau begitu masuk saja." Eragon mendapati Jeod sedang duduk
di bangku kecil tanpa sandaran, sedang sibuk membaca gulungan perkamen, buku, dan
berlembar-lembar kertas yang ditumpuk tinggi di tempat tidur tanpa selimut. Sejumput
rambut tipis menggelantung didahi Jeod, mirip bekas luka yang memanjang dari batok
kepala sampai pelipisnya. "Eragon!" ia berseru ketika melihatnya, kerut-kerut
konsentrasi di wajahnya menghilang. "Selamat datang, selamat datang!" Ia menjabat
tangan Eragon dan menawarinya bangku yang tadi didudukinya. "Nih, aku akan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
duduk di tepi ranjang. Tidak, silakan, kau. tamu. kami. Apakah kau mau makan atau
minum" Nasuada memberi kami ransum tambahan, jadi jangan takut kau akan
membuat kami kelaparan. Ini jauh lebih sederhana daripada yang bisa kami suguhkan
di Teirm, tapi tidak ada orang yang pergi berperang dan berharap bisa makan enak,
termasuk seorang raja." "Secangkir teh akan menyenangkan," kata Eragon. "Maka teh
dan biskuit." Jeod melirik ke arah Helen. Mengambil teko dari lantai, menumpukannya di
pinggul, Helen memasukkan ujung botol kulit ke moncong teko, lalu menekan. Teko itu
bergetar dengan suara menderu lirih ketika air mengalir ke dasarnya. Jemari Helen
semakin keras mencengkeram botol kulit, menekannya sampai aliran air semakin
sedikit. Ia berdiri di sana, dengan wajah seperti seseorang yang melakukan pekerjaan
menjijikkan, sementara tetesan air menyebabkan suara menjengkelkan saat
menghantam bagian dalam teko. Senyum minta maaf tampak pada wajah Jeod. Ia
menatap selembar kertas dekat lututnya sementara menunggu Helen selesai. Eragon
memperhatikan kerutan pada bahan sisi tenda. Tetesan air yang bersuara keras teruss
berlangsung selama lebih dari tiga menit. Ketika teko akhirnya penuh, Helen mencabut
botol kulit yang sekarang kempis dari moncong teko, menggantungnya di pasak pada
tiang utama tenda, lalu berderap keluar. Eragon mengangkat sebelah alis pada Jeod.
Jeod membentangkan tangan. "Posisiku dalam Varden ternyata tidak sepenting yang
diharapkan Helen, dan ia menyalahkanku. Ia setuju meninggalkan Teirm bersamaku,
berharap, atau setidaknya kuduga ia berharap, bahwa Nasuada akan mengikut-sertakan
aku ke lingkaran inti para penasihatnya, atau menghadiahiku tanah dan harta layak
untuk tuan tanah, atau semacam hadiah besar karena telah membantu mencuri telur
Saphira bertahun-tahun lalu. Yang tidak diperhitungkan Helen adalah kehidupan
sederhana petarung pedang biasa: tidur di tenda, memasak sendiri, mencuci pakaian
sendiri, dan seterusnya. Bukannya ia hanya memikirkan kekayaan dan status, tapi kau
harus mengerti, ia dilahirkan di salah satu keluarga pengusaha pengapalan terkaya di
Teirm, dan sebagian besar waktu dalam pernikahan kami, aku pun sukses dalam bisnis.
Ia tidak terbiasa mengerjakan apa-apa sendiri seperti ini, dan ia masih harus
membiasakan diri dengan keadaan." Bahunya dinaikkan kemudian agak melorot.
"Harapanku sendiri adalah petualangan ini-jika boleh dibilang ada sisi romantisnya-akan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempersempit jarak di antara kami yang telah semakin lebar beberapa tahun
belakangan, tapi seperti biasa, tidak ada yang semudah kelihatannya." "Apakah kau
merasa seharusnya Varden memberimu penghormatan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lebih besar?" tanya Eragon. "Bagiku sendiri, tidak. Bagi Helen..." Jeod bimbang. "Aku
ingin ia bahagia. Hadiah untukku adalah berhasil melarikan diri dengan selamat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bersama Brom dari Gilpasukannya; kepuasan saat mengetahui aku telah membantu
memukul telak Galbatorix; bisa kembali ke kehidupanku yang dulu dan masih bisa
membantu Varden lebih lanjut; dan bisa menikahi Helen. Itu semua adalah hadiah
untukku, dan aku puas menerimanya. Semua keraguanku lenyap ketika melihat Saphira
terbang keluar dari asap yang membubung di Dataran Membara. Tapi aku tidak tahu
apa yang harus dilakukan tentang Helen. Tapi aku sudah melantur. Ini bukan
masalahmu, dan aku tidak seharusnya membebanimu." Eragon menyentuh segulung
perkamen dengan ujung telunjuknya. "Kalau begitu katakan padaku, kenapa banyak
sekali kertas" Apakah kau menjadi penyalin dokumen sekarang?" Pertanyaan itu.
membuat Jeod geli. "Bukan, meski perkeraanku sama melelahkannya. Karena akulah
yang menemukan lorong rahasia ke dalam istana Galbatorix, di Urubeberapa buku
langka dari perpustakaanku di Teirm, Nasuada telah menugaskanku untuk mencari
kelemahan-kelemahan yang sama di kota kota Kekaisaran yang lain. Jika aku bisa
menemukan sesuatu yang menyebutkan terowongan untuk mencapai bagian bawah
tembok Dras- Leona, misalnya, mungkin bisa menghindari pertumpahan darah." "Kau
mencari di mana?" "Di mana saja yang kubisa." Jeod menyisir ke belakang sejumput
rambut yang menggelantung di dahinya. "Sejarah; mitos; legenda; sajak; lagu; catatan
agama; tulisan para Penunggang, penyihir, pengelana, orang-orang gila, penguasa
kecil, berbagai jenis jenderal, siapa saja yang memiliki pengetahuan tentang pintu
tersembunyi, mekanisme rahasia, atau sesuatu mirip seperti itu yang bisa
menguntungkan kita. Jumlah materi yang harus kuperiksa banyak sekali, karena semua
kota telah berdiri selama ratusan tahun, dan beberapa malah sudah berdiri sebelum
manusia tiba di Alagaesia." "Apakah mungkin kau menemukan sesuatu?" "Tidak,
rasanya tidak. Biasanya orang tidak akan berhasil mengorek rahasia masa lalu. Tapi
aku mungkin masih bisa mencari, jika waktunya cukup. Aku tidak punya keraguan
bahwa apa yang kucari memang ada di setiap kota; kota-kota, itu terlalu tua untuk tidak
menyimpan jalan-jalan rahasia masuk dan keluar tembok mereka. Meski demikian, hal
yang lain sama sekali adalah apakah catatan tentang jalan-jalan rahasia itu memang
ada dan apakah kita memilikinya. Orang-orang yang mengetahui adanya pintu tingkap
tersembunyi dan sejenisnya biasanya ingin menyimpan informasi itu untuk diri mereka
sendiri." Jeod mengambil setumpuk kertas di sebelahnya di tempat tidur dan
mendekatkan mereka ke wajahnya, kemudian mendengus dan menyingkirkan
kertas-kertas tersebut. "Aku berusaha mencari jawaban teka-teki yang diciptakan
orang-orang yang tidak ingin teka-teki itu dipecahkan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Ia dan Eragon melanjutkan berbicara tentang hal lain yang tidak penting sampai Helen
muncul kembali, membawa tiga gelas teh mengepul berwarna merah tua. Saat Eragon
menerima gelasnya, ia melihat kemarahan Helen yang tadi telah mereda, dan ia
bertanya-tanya apakah Helen mencuri dengar perkataan Jeod tentang dirinya. Helen
menyerahkan gelas kepada Jeod dan, dari tempat di belakang Eragon, mengambil
sebuah piring kaleng penuh biskuit pipih dan sebuah pot tembikar kecil berisi madu.
Kemudian ia mundur beberapa kaki dan berdiri bersandar pada tiang utama tenda,
meniup gelasnya sendiri. Demi sopan santun, Jeod menunggu sampai Eragon
mengambil sekeping biskuit dan menggigitnya sebelum berkata, "Kehormatan apa yang
kudapatkan dari kunjunganmu ini, Eragon" Kecuali aku salah, ini bukan kunjungan
biasa." Eragon menyeruput tehnya. "Setelah Pertempuran Dataran Membara, aku
berjanji padamu akan bercerita tentang bagaimana Brom tewas. Itulah alasanku datang
ke sini." Warna kelabu menggantikan warna merah di pipi Jeod. "Oh." "Aku tidak harus
menceritakannya, jika kau tidak mau," Eragon segera menambahkan. Dengan usaha
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
keras, Jeod menggeleng. "Tidak. Aku mau mendengarkan. Kau hanya membuatku
terkejut." Ketika Jeod tidak meminta Helen untuk pergi, Eragon tidak yakin apakah ia
harus melanjutkan, tapi kemudian ia memutuskan bahwa tidak masalah Helen atau
orang lain mendengar kisahnya. Dengan suara perlahan dan mantap, Eragon mulai
menceritakan kembali kejadian yang telah berlangsung sejak ia dan Brom meninggalkan
rumah Jeod. Ia bercerita tentang pertemuan mereka dengan segerombolan Urgal,
bagaimana mereka mencari-cari Ramereka di luar kota, dan bagaimana Ramereka
kabur menghindari serangan Murtagh. Kerongkongan Eragon tercekat ketika
menceritakan saat-saat terakhir Brom, tentang gua batu pasir yang dingin tempatnya
berbaring, perasaan tak berdaya yang menyerang Eragon ketika menatap kehidupan
Brom meredup, tentang bau kematian yang menyebar di udara, tentang kata-kata
terakhir Brom yang terakhir, tentang makam batu pasir yang dibuat Eragon dengan sihir,
dan tentang bagaimana. Saphira mengubah makam batu itu menjadi berlian. "Kalau saja
waktu itu aku tahu apa yang kuketahui sekarang," kata Eragon, "maka aku bisa
menyelamatkannya. Tapi..." Tidak mampu mengeluarkan kata-kata melalui
tenggorokannya yang terkatup, ia mengusap mata dan meneguk tehnya. Ia berharap
minuman itu lebih keras. Desahan meluncur dari mulut Jeod. "Dan maka berakhirlah
hidup Brom. Celakanya, keadaan kita semua jadi lebih buruk tanpanya. Jika bisa
memilih saat kematiannya, kurasa ia akan memilih mati seperti ini, dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengabdian kepada Varden, melindungi Penunggang Naga terakhir yang merdeka."
"Apakah kau tahu ia pernah menjadi Penunggang?" Jeod mengangguk. "Varden
memberitahuku sebelum aku bertemu dengannya." "Tampaknya ia jenis pria yang tidak
mau mengungkapkan apa-apa tentang dirinya sendiri," komentar Helen. Jeod dan
Eragon tertawa. "Ia memang begitu," kata Jeod. "Aku masih belum bisa pulih dari
keterkejutanku melihat kalian berdua, Eragon, berdiri di depan pintu rumah kami. Brom
selalu menyimpan pikirannya sendiri, tapi kami jadi berkawan baik ketika berkelana
bersama-sama, dan aku tidak mengerti mengapa ia membiarkanku menganggapnya
sudah meninggal sekitar berapa, enam belas, tujuh belas tahun" Terlalu lama. Terlebih
lagi, karena. Brom-lah yang membawa telur Saphira ke Varden setelah ia membunuh
Morzan di Giltanpa mengungkapkan bahwa Brom masih hidup. Maka aku
menghabiskan hampir dua dekade merasa yakin bahwa petualangan terbesar dalam
hidupku telah berakhir dalam kegagalan dan, hasilnya, kami telah kehilangan
satu-satunya harapan memiliki Penunggang Naga untuk membantu kami
menggulingkan Galbatorix. Itu beban yang tidak mudah untuk kupikul, aku bisa
meyakinkanmu..." Dengan sebelah tangan, Jeod mengusap alisnya. "Ketika aku
membuka pintu depan rumah kami dan sadar apa yang sedang kulihat, aku mengira
bayangan dari masa laluku telah datang untuk menghantuiku. Brom bilang ia
menyembunyikan diri untuk meyakinkan bahwa dirinya masih akan hidup untuk melatih
Penunggang yang baru ketika pria atau wanita itu muncul, tapi penjelasannya tidak
pernah betul-betul memuaskanku. Kenapa menurutnya ia perlu menyembunyikan diri
dari semua orang yang mengenalnya dan menyayanginya" Apa yang ditakutkannya"
Apa yang dilindunginya?" Jeod mengelus-elus gagang gelas dengan jemarinya. "Aku
tidak bisa membuktikannya, tapi menurutku Brom pasti telah menemukan sesuatu di
Gilsehingga membuat Brom meninggalkan seluruh kehidupannya sampai saat itu. Itu
terkaan penuh khayalan, aku mengakuinya, tapi aku tidak bisa memikirkan tindakan
Brom tanpa menduga ada informasi tertentu yang tidak pernah dibaginya bersamaku
atau kepada orang lain." Sekali lagi Jeod mendesah, dan mengusap wajahnya yang
panjang dengan tangan. "Setelah sekian tahun terpisah, aku punya harapan Brom dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
aku akan berkelana bersama-sama sekali lagi, tapi nasib berkata lain. Kemudian
kehilangan dirinya lagi untuk kedua kali hanya beberapa minggu setelah mendapati
bahwa ia masih hidup adalah lelucon kejam yang diberikan dunia ini kepadaku." Helen
melangkah melewati Eragon dan berdiri di sebelah Jeod, menyentuh pundaknya. Jeod
memberinya senyum sedih dan melingkarkan lengan pada pinggang istrinya yang
ramping. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Aku senang kau dan Saphira memberi Brom makam yang bahkan akan membuat raja
kurcaci iri. Ia layak mendapatkannya dan lebih dari itu atas segala yang telah
dilakukannya demi Alagaesia. Meskipun begitu orang-orang menemukan makamnya,
aku punya kecurigaan menakutkan mereka takkan segan untuk segera
memecahkannya demi mendapatkan berlian." "Jika mereka melakukannya, mereka
akan menyesal," gumam Eragon. Ia bertekad akan kembali ke sana begitu memiliki
kesempatan dan meletakkan mantra di makam Brom untuk melindunginya dari
pembongkar makam. "Lagi pula, mereka akan terlalu sibuk berburu bunga bakung emas
untuk mengganggu Brom." "Apa?" "Bukan apa-apa. Tidak penting." Mereka bertiga
meneguk teh. Helen menggigit sekeping biskuit. Kemudian Eragon bertanya, "Kau
pernah bertemu Morzan, bukan?" "Bukan kejadian-kejadian yang paling menyenangkan,
tapi ya, aku bertemu dengannya." "Seperti apa dia?" "Sebagai seorang manusia" Aku
tidak bisa bilang, meski sudah terbiasa mendengar kisah tentang kekejamannya. Setiap
kali aku dan Brom berselisih jalan dengannya, ia berusaha membunuh kami. Atau lebih
tepatnya, menangkap, menyiksa, kemudian membunuh kami, dan tidak ada yang
mendekati kenyataan." Eragon terlalu tegang untuk menanggapi lelucon Jeod. Jeod
beringsut di ranjangnya. "Sebagai seorang pejuang, Morzan sangat menakutkan.
Seingatku kami sering sekali melarikan diri darinya-ia dan naganya. Hanya sedikit hal
yang sama menakutkannya seperti seekor naga marah mengejarmu." "Bagaimana
rupanya?" "Kau tampaknya sangat tertarik padanya." Eragon mengerjap sekali. "Aku
penasaran. Ia adalah Kaum Terkutuk terakhir yang mati, dan Brom-lah yang
membunuhnya. Dan sekarang putra Morzan adalah musuh terbesarku." "Coba
kuingat-ingat," kata Jeod. "Ia jangkung, bahunya lebar, rambutnya gelap seperti bulu
gagak, dan matanya berlainan warna. Satu biru dan satu lagi hitam. Dagunya tidak
berjanggut, dan salah satu ujung jarinya buntung; aku lupa jari yang mana. Wajahnya
tampan, dalam cara kejam dan congkak, dan jika ia bicara, ia sangat karismatik. Baju
besinya selalu digosok mengilap, entah berupa rangkaian cincin atau lempengan baja,
seolaholah ia tidak takut tepergok musuhmusuhnya, yang kurasa memang tidak. Jika ia
tertawa, kedengarannya seakan-akan ia sedang kesakitan." "Bagaimana dengan kawan
wanitanya, Selena" Apakah kau bertemu dengannya juga?"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Jeod tertawa. "Jika aku pernah bertemu dengannya, aku tidak akan ada di sini
sekarang. Morzan mungkin saja seorang ahli pedang yang ditakuti, penyihir yang tidak
mudah dikalahkan, seorang pengkhianat dan pembunuh, tapi wanita itulah yang
menyebabkan teror paling mengerikan pada semua orang. Morzan hanya
menggunakannya untuk tugas yang paling menjijikkan, sulit, atau sangat rahasia
sehingga tidak ada orang lain yang mau melakukannya. Wanita itu adalah Tangan
Hitam Morzan, dan kehadirannya selalu menandakan kematian seketika, penyiksaan,
pengkhianatan, atau kejadian mengerikan lainnya." Eragon merasa mual mendengar
ibunya dideskripsikan dengan cara seperti itu. "Wanita itu benar-benar jahat, sama
sekali tidak punya rasa kasihan atau perikemanusiaan. Kata orang, ketika ia
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menawarkan pengabdiannya, Morzan mengujinya dengan cara mengajarinya kata
sembuh dengan bahasa kuno- karena wanita itu juga perapal mantra selain petarung
biasa-dan kemudian menyuruhnya melawan dua belas prajurit berpedang Morzan yang
terbaik." "Bagaimana cara wanita itu mengalahkan mereka?" "Ia menyembuhkan
mereka dari rasa takut, benci, dan semua perasaan yang membuat pria bisa
membunuh. Dan ketika mereka berdiri saja sambil nyengir tolol pada satu sama lain
seperti domba idiot, ia menghampiri kedua belas pria itu dan menggorok leher mereka...
Apakah kau baikbaik saja, Eragon" Kau sepucat mayat." "Aku tidak apa-apa. Apa lagi
yang bisa kauingat?" Jeod mengetuk sisi gelasnya. "Selena adalah sesuatu yang
menakutkan. Ia juga agak misterius. Tidak ada orang selain Morzan yang tahu nama
aslinya sampai beberapa bulan sebelum kematian Morzan. Bagi masyarakat umum,
tidak ada yang menganggap Selena apa pun kecuali seorang Tangan Hitam; para
Tangan Hitam yang kita kenal sekarang-koleksi mata-mata, pembunuh bayaran, dan
penyihir yang menjalankan kegiatan curang Galbatorix-adalah usaha Galbatorix untuk
menciptakan kembali kegunaan Selena terhadap Morzan. Bahkan di antara kaum
Varden, hanya segelintir saja yang tahu namanya, dan sebagian besar dari mereka
sekarang sudah membusuk di dalam. kubur. Seingatku, Brom-lah yang berhasil
mengetahui identitasnya. Sebelum aku pergi ke Varden membawa informasi tentang
jalan masuk rahasia ke dalam Kastil Ilirea-yang dibangun kaum Elf bermilenia lalu dan
yang diperluas Galbatorix untuk membangun benteng hitam yang sekarang
mendominasi Urumenghabiskan waktu cukup panjang untuk memata-matai kediaman
Morzan dengan harapan bisa menggali kelemahan Morzan... Aku percaya Brom bisa
masuk ke aula Morzan dengan cara menyamar menjadi salah satu pelayan. Saat itulah
ia mengetahui hal-hal tentang Selena. Tapi tetap saja, kami tidak pernah tahu mengapa
wanita itu begitu berbakti kepada Morzan. Mungkin ia mencintainya. Bagaimanapun, ia
sangat loyal kepada Morzan, bahkan sampai mati. Tidak lama setelah Brom membunuh
Morzan, kabar Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sampai ke telinga kaum Varden bahwa Selena meninggal karena sakit. Seakan-akan ia
adalah elang terlatih yang sangat mencintai tuannya, ia tidak bisa hidup tanpanya." Ia
tidak loyal sepenuhnya, pikir Eragon. Ia mengkhianati Morzan dengan cara membawaku
lari, meski hasilnya ia harus kehilangan nyawa. Kalau saja ia juga bisa menyelamatkan
Murtagh. Sedangkan tentang kejahatan yang dilakukannya seperti dalam cerita Jeod,
Eragon memilih untuk menganggap Morzan telah memutarbalikkan kebaikan dalam. diri
Selena. Demi kewarasannya sendiri, Eragon tidak bisa menerima kenyataan kedua
orangtuanya jahat. "Selena mencintainya," kata Eragon, menatap, ampas di dasar
gelasnya. "Pada awalnya, ia mencintai Morzan; mungkin kemudian cintanya luntur.
Murtagh adalah putra Selena." Jeod mengangkat sebelah alis."Benar begitu" Kau
mendengarnya dari Murtagh sendiri, kurasa?" Eragon mengangguk. "Wah, itu menjawab
beberapa pertanyaan yang ada dalam benakku selama ini. Ibu Murtagh... Aku heran
Brom tidak berhasil mencari tahu rahasia itu." "Morzan berbuat apa saja semampunya
demi menyembunyikan keberadaan Murtagh, bahkan dari Kaum Terkutuk yang lain."
Kemudian keheningan menyelinap di antara mereka, seperti binatang pemalu yang siap
untuk kabur begitu ada gerakan. Eragon teruss menatap, gelasnya. Berbagai
pertanyaan menyerangnya, tapi ia tahu Jeod tidak bisa menjawabnya dan rasanya tidak
ada orang lain yang bisa: Mengapa Brom menyembunyikan diri di Carvahall" Untuk
mengawasi Eragon, putra musuh yang paling dibencinya" Apakah memberi Zaradalah
lelucon kejam Brom" Dan mengapa Brom tidak berkata jujur tentang orangtuanya"
Eragon mencengkeram gelas lebih keras dan, tanpa disengaja, menghancurkannya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Ketiganya terlonjak mendengar suara keras gelas pecah. "Sini, mari kubantu," kata
Helen, segera melompat ke depan dan mengusap tunik Eragon dengan lap. Malu sekali,
Eragon meminta maaf berkali-kali, sementara Jeod dan Helen menenangkannya
dengan berkata itu bukan masalah besar dan Eragon jangan cemas. Sementara Helen
memunguti pecahan tembikar yang dikeraskan dengan api tersebut, Jeod mulai
mencari-cari di antara tumpukan buku, perkamen, dan kertas yang menutupi ranjang
sambil berkata, "Ah, hampir saja aku lupa. Aku punya sesuatu untukmu, Eragon, yang
mungkin bisa berguna. Jika bisa kutemukan di antara tumpukan ini..." Dengan seruan
gembira, ia menegakkan tubuh, melambaikan sebuah buku, yang kemudian
diserahkannya kepada Eragon. Itu adalah buku Domia abr Wyrda, Dominasi Nasib,
sejarah komplet Alagaesia yang ditulis Heslant si Biarawan. Eragon pertama kali
melihatnya di perpustakaan Jeod di Teirm. Ia tidak mengira akan memiliki kesempatan
untuk memeriksanya lagi. Menikmati rasanya, tangan Eragon menelusuri sampul depan
buku yang terbuat dari kulit berukir, licin karena usia, kemudian membukanya dan
mengagumi barisan rapi rune di dalamnya, ditulis dengan tinta merah mengilat.
Terpesona akan kumpulan besar ilmu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengetahuan yang dipegangnya, Eragon berkata, "Kau ingin aku memiliki ini?" "Ya,"
Jeod memastikan. Ia minggir ketika Helen mengambil pecahan gelas dari kolong
ranjang. "Kurasa kau bisa mengambil keuntungan darinya. Kau terlibat dalam
kejadian-kejadian historis, Eragon, akar dari kesulitan yang kauhadapi adalah kejadian
yang berlangsung dari dekade-dekade, abad-abad, dan milenia yang lalu. Jika aku jadi
kau, dalam setiap kesempatan aku akan mempelajari sejarah yang bisa mengajari kita
sesuatu, karena mungkin bisa membantumu mengatasi masalah-masalah yang
kauhadapi sekarang. Dalam kehidupanku sendiri, membaca catatan masa lalu telah
sering memberiku keberanian dan pandangan untuk memilih mana jalan yang tepat."
Eragon kepengin sekali menerima hadiah itu, tapi ia masih bimbang. "Brom bilang
Domia abr Wyrda adalah benda paling berharga di rumahmu. Juga langka... Lagi pula,
bagaimana dengan pekerjaanmu" Tidakkah kau membutuhkan buku ini un-tuk
penelitianmu?" "Domia abr Wyrda memang berharga dan langka," kata Jeod, "tapi
hanya di Kekaisaran, tempat Galbatorix membakar setiap eksemplar yang ditemukan
dan menggantung pemiliknya yang bernasib buruk. Di sini di perkemahan, aku sudah
punya enam eksemplar yang diserahkan kepadaku oleh anggota rumah tangga istana
Raja Orrin, dan buku ini bukanlah jenis yang disebut orang sebagai pusat pembelajaran
besar. Meski demikian, aku berat berpisah dengan buku ini, dan hanya karena kau bisa
menggunakannya dengan lebih baik daripadaku. Buku seharusnya berada di tangan
yang paling bisa menghargainya, dan tidak hanya diletakkan tanpa dibaca,
mengumpulkan debu dalam lemari yang terlupakan, setujukah kau?" "Setuju." Eragon
menutup Domia abr Wyrda dan sekali lagi menelusurkan jemari pada pola rumit di
sampulnya, terpesona pada desain meliuk-liuk yang dipahat pada kulitnya. "Terima
kasih. Aku akan menjaganya baik-baik selama buku ini berada di tanganku." Jeod
menunduk dan bersandar pada dinding tenda, tampak puas. Membalik buku pada
sisinya, Eragon memeriksa tulisan pada punggung buku tersebut. "Heslant itu biarawan
apa?" "Sekte kecil dan rahasia bernama Arcaena yang berasal dari daerah dekat
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kuasta. Ordo mereka, yang telah bertahan setidaknya selama lima ratus tahun, percaya
bahwa pengetahuan adalah hal yang suci." Senyum Samar membuat wajah Jeod
tampak misterius. "Mereka mendedikasikan diri untuk mengoleksi setiap potong
informasi di dunia dan melestarikannya melawan waktu ketika mereka percaya
semacam bencana besar yang tidak diketahui bentuknya akan menghancurkan seluruh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
peradaban di Alagaesia." "Kedengarannya seperti agama yang aneh," kata Eragon.
"Bukankah semua agama dianggap aneh bagi mereka yang tidak menjalankannya?"
Jeod beralasan. Eragon berkata, "Aku juga punya hadiah untukmu, atau lebih tepatnya,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
untukmu, Helen." Wanita itu menelengkan kepala, kerutan heran terbentuk di wajahnya.
"Keluargamu adalah pedagang, bukan?" Helen menggerakkan dagu untuk mengiyakan.
"Apakah kau sendiri familier dengan bisnis keluargamu?" Cahaya berkelip di mata
Helen. "Jika aku tidak menikah dengannya"-ia menggerakkan bahu ke arah Jeod-"aku
akan mengambil alih bisnis keluargaku saat ayahku meninggal. Aku adalah anak
semata wayang, dan ayahku mengajariku semua yang diketahuinya." Itu adalah apa
yang diharapkan Eragon untuk didengarnya. Kepada Jeod, ia berkata, "Kau berkata kau
puas dengan posisimu di Varden sini." "Memang begitu. Sebagian besar waktu." "Aku
mengerti. Meski demikian, kau mengambil risiko besar dengan membantu. Brom dan
aku, dan kau bahkan mengambil risiko lebih tinggi ketika membantu. Roran dan yang
lain-lain dari Carvahall." "Penyamun dari Palancar." Eragon tergelak dan melanjutkan.
"Tanpa bantuanmu, Kekaisaran pasti sudah akan menangkap mereka. Dan karena
tindakan pemberontakanmu, kalian berdua kehilangan semua yang kalian sayangi di
Teirm." "Kami akan kehilangan segalanya bagaimanapun caranya. Aku bangkrut dan si
Kembar mengkhianatiku kepada Kekaisaran. Hanya masalah waktu sebelum Lord
Risthart menangkapku." "Mungkin, tapi kau tetap membantu Roran. Siapa yang bisa
menyalahkanmu jika kau juga melindungi nyawamu pada saat yang sama"
Kenyataannya tetaplah kau meninggalkan kehidupanmu di Teirm demi membajak
Dragon Wing bersama Roran dan penduduk desa. Dan untuk pengorbananmu, aku
selalu berterima kasih. Maka ini adalah bagian dari rasa terima kasihku..." Menyelipkan
jari ke dalam sabuknya, Eragon mengeluarkan butiran emas kedua dan
menyerahkannya kepada Helen. Wanita itu menimangnya dengan lembut seolah-olah
sedang memegang bayi burung robin. Sementara ia menatap keheranan, dan Jeod
menjulurkan leher untuk melihat melalui sisi tangannya, Eragon berkata, "Itu tidak
banyak, tapi jika kau pandai, kau bisa membuatnya berkembang. Apa yang dilakukan
Nasuada dengan renda memberiku pelajaran bahwa ada banyak kesempatan bagi
seseorang untuk bisa makmur dalam keadaan perang." "Oh ya," desah Helen. "Perang
adalah keuntungan bagi pedagang." "Untuk satu hal, Nasuada berkata padaku kemarin
saat santap malam bahwa kaum kurcaci sedang kekurangan arak, dan seperti yang
sudah kauduga, mereka akan membayar berapa saja untuk membeli sebanyak mungkin
arak yang mereka inginkan, bahkan jika harganya berlipat seribu kali dari biasanya saat
sebelum perang. Tapi itu hanya usul. Kau mungkin bisa menemukan orang lain yang
lebih kepengin berdagang jika kau mencari sendiri." Eragon terhuyung satu langkah ke
belakang ketika tiba-tiba Helen menabrak dan memeluknya. Rambut wanita itu
menggelitik dagu Eragon. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Helen melepaskannya, mendadak merasa malu, kemudian kegembiraannya kembali
membuncah dan ia mengangkat butiran emas berwarna madu itu ke depan hidungnya
dan berkata, "Terima kasih, Eragon! Oh, terima kasih!" Ia menunjuk emas di tangannya.
"Ini bisa kugunakan. Aku yakin sekali. Dengannya, aku akan membangun kerajaan
bisnis yang bahkan lebih besar daripada yang telah dibangun ayahku." Butiran bersinar
itu lenyap ditelan kepalan tangannya. "Kau percaya ambisiku melebihi kemampuanku"
Aku akan buktikan kata-kataku. Aku tidak akan gagal!" Eragon membungkuk ke
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
arahnya. "Kuharap kau mengulang keberhasilan dan suksesmu akan memberikan
keuntungan bagi kita semua." Eragon melihat urat menonjol di leher Helen saat wanita
itu membungkuk memberi hormat dan berkata, "Kau sangat murah hati, Shadeslayer.
Sekali lagi terima kasih." "Ya, terima kasih," kata Jeod, bangkit dari ranjang. "Aku tidak
berpikir kami layak mendapatkannya" -Helen meliriknya galak, tapi diabaikan Jeod-"tapi
kami sangat menghargainya." Berimprovisasi, Eragon berkata, "Dan untukmu, Jeod,
hadiah untukmu bukanlah dariku, tapi dari Saphira. Ia telah setuju untuk membawamu
terbang kapan saja kalian berdua punya waktu luang selama satu atau dua jam."
Menyakitkan bagi Eragon untuk berbagi Saphira dengan orang lain, dan ia tahu Saphira
akan kesal karena ia tidak berkonsultasi dulu dengannya sebelum menyatakan
kesediaan Saphira membawa Jeod terbang, tapi setelah memberikan emas tadi kepada
Helen, ia akan merasa bersalah jika tidak memberi Jeod hadiah yang sama
berharganya. Mata Jeod berkaca-kaca. Ia menyambar tangan Eragon dan menjabatnya
lalu, masih mencengkeram tangan Eragon, ia berkata, "Aku tidak bisa membayangkan
kehormatan yang lebih tinggi. Terima kasih. Kau tidak tahu betapa kau telah banyak
membantu kami." Melepaskan diri dari cengkeraman Jeod, Eragon beringsut menuju
pintu tenda seanggun mungkin sambil mengucapkan pamit. Akhirnya, setelah
serangkaian terima kasih dari mereka dan ucapan "Itu bukan apa-apa," darinya, ia
berhasil keluar. Eragon memeluk Domia abr Wyrda kemudian menengadah menatap
matahari. Tidak lama lagi Saphira akan kembali, tapi ia masih punya waktu untuk
mengerjakan satu urusan lagi. Tapi mula-mula, ia harus mampir ke tendanya dulu; ia
tidak mau mengambil risiko merusakkan Domia abr Wyrda dengan membawa-bawanya
berkeliling perkemahan. Aku punya buku, pikirnya, kegirangan. Ia melangkah
cepat-cepat, mendekap buku itu di dadanya, sementara Blodhgarm dan Elf-Elf yang lain
mengikuti dekat di belakangnya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
AKU BUTUH PEDANG! Begitu Domia abr Wyrda sudah aman berada di tendanya,
Eragon pergi ke gudang persenjataan Varden, paviliun besar yang terbuka, penuh rak
berisi tombak, pedang, tongkat, busur, dan busur silang. Gundukan perisai dan baju
pelindung dari kulit memenuhi petipeti logam. Baju besi, tunik, pelindung kepala, dan
celana panjang yang lebih mahal tergantung di tiang-tiang kayu. Ratusan helm kerucut
bersinar seperti perak yang dipoles. Bundelan anak panah membentuk barisan dalam
paviliun, dan di antara semua itu duduk sejumlah pengrajin panah, sibuk memperbaiki
anak panah yang bulu-bulunya rusak di Pertempuran Dataran Membara. Pria-pria
keluar-masuk paviliun bagaikan arus tanpa henti: beberapa membawa senjata dan baju
besi untuk diperbaiki, yang lain adalah mereka yang baru saja direkrut dan akan diberi
senjata, dan masih banyak orang yang membawa-bawa senjata dari berbagai sudut
perkemahan. Semua orang berteriak-teriak sekuat tenaga. Dan di tengah-tengah
keributan itu berdiri pria yang Eragon cari: Fredric, master senjata kaum Varden.
Blodhgarm menemani Eragon saat ia melangkah masuk paviliun menghampiri Fredric.
Begitu mereka melangkah di bawah atap kain tenda, para pria di dalam langsung
berhenti bicara, mata mereka mengarah ke keduanya. Kemudian mereka melanjutkan
aktivitas, meski dengan langkah yang lebih cepat dan suara lebih rendah. Mengangkat
tangan memberi salam, Fredric bergegas menemui Eragon dan Blodhgarm. Seperti
biasa, pria itu mengenakan setelan baju pelindung berbulu dari kulit kerbau-yang
baunya hampir sama menakutkan seperti hewan aslinya semasa hidupberikut pedang
besar bergagang ganda yang tergantung miring di punggungnya, gagangnya menonjol
di atas bahu kanannya. "Shadeslayer!" sapanya dengan suara bergemuruh. "Apa yang
bisa kubantu di Siang yang indah ini?" "Aku butuh pedang." Senyum Fredric merekah
dari balik janggutnya. "Ah, aku sudah bertanya-tanya apakah kau akan mengunjungiku
berhubungan dengan masalah itu. Ketika kau berangkat ke Helgrind tanpa pedang di
tangan, aku pikir, yah, mungkin kau sudah tidak memerlukan senjata sekarang.
Mungkin kau bisa melakukan semua pertarungan dengan sihir." "Tidak, belum." "Yah,
aku tidak bisa bilang aku menyesal. Semua orang butuh pedang yang bagus, tidak
peduli betapa mahirnya mereka merapal mantra. Pada akhirnya, selalu terjadi adu
pedang. Lihat saja nanti, begitulah perang melawan Kekaisaran ini akan diakhiri, dengan
ujung pedang melesak ke jantung terkutuk Galbatorix. Heh, aku berani taruhan setahun
gaji bahwa Galbatorix pun punya pedang dan ia menggunakannya, meski ia bisa
mengeluarkan isi perutmu seperti ikan hanya dengan jentikan jemari. Tidak ada yang
bisa menandingi rasanya besi bagus di genggaman." Sementara bicara, Fredric
membawa mereka ke sebuah rak penuh pedang yang berdiri agak jauh dari yang lain.
"Pedang jenis apa yang kaucari?" ia bertanya. "Pedang Zar
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kuingat dengan benar. Dengan bilah selebar dua ibu jari-dua ibu jariku, lebih
tepatnya-dan bentuknya bagus untuk mengiris dan menusuk, ya?" Eragon mengiyakan,
dan si master senjata menggeram lalu mulai menarik pedang-pedang dari rak dan
mengayunkan mereka ke udara, untuk kemudian diletakkannya kembali dengan paras
tidak puas. "Pedang kaum Elf biasanya lebih tipis dan ringan daripada buatan kita atau
kaum kurcaci, karena mantra yang mereka tempa di bilahnya. Jika kita membuat
pedang sehalus mereka, pedang-pedang kita tidak akan bertahan semenit di
pertarungan sebelum bengkok, patah, atau gompal parah, sampai kau tidak bisa
memotong apa-apa menggunakannya." Matanya beralih ke Blodhgarm. "Bukan begitu,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Elf?" "Benar seperti katamu, manusia," jawab Blodhgarm dengan nada suara teratur
sempurna. Fredric mengangguk dan memeriksa sisi sebilah pedang lain, kemudian
mendengus lalu meletakkannya kembali di rak. "Artinya pedang apa pun yang kaupilih
mungkin akan terasa lebih berat daripada yang biasa kaupegang. Itu tidak akan
menimbulkan banyak kesulitan bagimu, Shadeslayer, tapi beban ekstra mungkin
memengaruhi kecepatan sabetanmu." "Terima kasih atas peringatannya," kata Eragon.
"Tidak masalah," kata Fredric. "Itulah tugasku di sini: menjaga agar sebanyak mungkin
kaum Varden tidak terbunuh dan membantu mereka membunuh sebanyak mungkin
prajurit sial Galbatorix. Itu pekerjaan yang baik." Meninggalkan rak tadi, ia melangkah ke
rak lain, tersembunyi di balik tumpukan perisai persegi empat. "Menemukan pedang
yang tepat untuk seseorang adalah seni tersendiri. Sebilah pedang harus terasa
bagaikan perpanjangan lenganmu, seolah-olah tumbuh dari dagingmu sendiri. Kau tidak
harus berpikir bagaimana kau ingin pedang itu bergerak; kau harus mampu
menggerakkannya secara naluriah seperti burung egret menggerakkan paruhnya atau
naga menggerakkan cakarnya. Pedang yang sempurna adalah penjelmaanmu sendiri;
apa yang kauinginkan, itulah yang akan dilakukannya." "Kau kedengaran seperti
penyair." Dengan paras rendah hati, Fredric mengangkat bahu. "Aku sudah memilih
pedang untuk pria-pria yang akan berbaris menuju medan perang selama dua puluh
enam tahun. Setelah beberapa lama kemampuan itu meresap ke dalam tulang,
menjadikan benakmu memikirkan takdir dan apakah pemuda yang kukirim dengan
tombak runcing akan masih hidup seandainya aku memberinya gada." Fredric berhenti
bicara dengan tangan mengambang di atas pedang yang berada di tengah-tengah rak
dan menatap Eragon. "Kau memilih bertarung dengan perisai atau tidak?" "Dengan
perisai," kata Eragon. "Tapi aku tidak bisa membawa-bawa perisai bersamaku ke
mana-mana sepanjang waktu. Dan rasanya tidak pernah ada perisai yang bisa
kugunakan ketika aku diserang." Fredric menepuk gagang pedang dan menggigit
bibirnya yang Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dibingkai janggut. "Hum. Jadi kau butuh pedang yang bisa kaugunakan tanpa perisai
tapi tidak terlalu panjang untuk digunakan bersama perisai jenis apa pun, mulai dari
yang kecil sampai yang besar. Artinya pedang dengan panjang sedang, mudah
diayunkan dengan satu tangan. Harus jenis yang bisa kaugunakan dalam sekaliasi apa
pun, cukup elegan untuk upacara penobatan dan cukup tangguh untuk mengusir
segerombolan Kull." Ia mengernyit. "Sama sekali tidak natural, yang dilakukan Nasuada,
bersekutu dengan para monster itu. Tidak akan bertahan lama. Makhluk seperti kita dan
mereka tidak seharusnya berbaur..." Ia mengguncang tubuh. "Sayang sekali kau hanya
menginginkan satu pedang. Atau aku salah?" "Tidak. Aku dan Saphira terlalu sering
bepergian untuk membawa-bawa setengah lusin pedang." "Kurasa kau benar. Lagi pula,
seorang pejuang sepertimu tidak diharapkan memiliki lebih dari satu. senjata. Kutukan
pedang bernama, aku menyebutnya." "Kenapa begitu?" "Setiap pejuang besar," Fredric
menjelaskan, "memegang pedang- biasanya pedang-yang punya nama. Entah
dinamainya sendiri atau, begitu ia membuktikan ketangguhannya dengan tindakan luar
biasa, para penyair memberikan nama untuknya. Sejak saat itu, ia harus terus
menggunakan pedang yang sama. Orang-orang mengharapkan itu. Jika ia muncul
dalam medan perang tanpanya, rekan-rekan pejuangnya akan bertanya di mana
pedangnya, dan mereka akan menduga-duga apakah ia malu akan kesuksesannya dan
apakah ia merendahkan mereka dengan menolak pengakuan yang mereka berikan
kepadanya, dan bahkan musuhmusuhnya pun akan menunda pertarungan sampai ia
mengambil pedangnya yang terkenal. Lihat saja nanti; segera setelah kau bertarung
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dengan Murtagh atau melakukan hal lain yang patut diingat dengan pedang barumu,
kaum Varden akan berkeras untuk menamainya. Dan mereka akan mengharapkan
pedang itu ada di pinggangmu setiap waktu sejak saat itu." Ia terus bicara sementara
melanjutkan melangkah ke rak ketiga: "Aku tak pernah menyangka bakal seberuntung
ini, membantu Penunggang memilih senjatanya. Kesempatan yang luar biasa! Rasanya
seperti titik tertinggi dalam pengabdianku di Varden." Mengambil sebilah pedang dari
rak, Fredric menyerahkannya kepada Eragon. Eragon memiringkan ujung pedang
naik-turun, kemudian menggelengkan kepalanya; bentuk gagang terasa salah di
tangannya. Si master senjata tidak tampak kecewa. Sebaliknya, penolakan Eragon
tampak semakin menyulut semangatnya, seolah-olah menikmati tantangan yang
diberikan Eragon kepadanya. Ia menyerahkan pedang lain ke tangan Eragon, dan sekali
lagi Eragon menggeleng; keseimbangan pedang itu terlalu jauh di depan. "Yang
membuatku khawatir," kata Fredric, kembali ke rak, "adalah semua pedang yang
kuberikan kepadamu akan mendapat hantaman yang akan menghancurkan
pedang-pedang biasa. Kau butuh pedang yang ditempa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kaum kurcaci. Pengrajin pedang mereka adalah yang terbaik selain kaum Elf, dan
kadang-kadang malah melebihi mereka." Fredric melirik Eragon. "Tunggu sebentar, aku
telah mengajukan pertanyaan yang salah! Bagaimana caramu diajari menahan dan
menangkis" Apakah sisi tajam bertemu sisi tajam" Aku ingat kau. melakukannya seperti
itu ketika berduel dengan Arya di Farthen Dur." Eragon mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Kenapa?" Fredric terbahak-bahak. "Bukan maksudku tidak sopan, Shadeslayer, tapi
jika kau. menghantam sisi tajam pedang dengan pedang lain, kau akan menimbulkan
kerusakan parah bagi keduanya. Itu mungkin bukan masalah dengan pedang bermantra
seperti Zarmelakukannya dengan pedang mana pun yang kumiliki di sini, tidak kecuali
kau ingin mengganti pedang setiap sehabis bertarung." Sebuah citra berkelebat dalam.
benak Eragon, memperlihatkan tepi pedang Murtagh yang gompal, kemudian ia merasa
kesal pada diri sendiri karena melupakan hal yang begitu jelas. Ia telah begitu terbiasa
dengan Zarakan rusak, dan, sejauh pengamatannya, tidak terpengaruh mantra apa pun.
Ia bahkan tidak yakin ada cara untuk menghancurkan pedang Penunggang. "Kau tidak
perlu mengkhawatirkan itu; aku akan melindungi pedangku dengan sihir. Apakah aku
harus menunggu sepanjang hari untuk menemukan pedang yang tepat?" "Sato
pertanyaan lagi, Shadeslayer. Apakah sihirmu akan bertahan selamanya?" Kening
Eragon semakin berkerut. "Karena kau bertanya, tidak. Hanya satu Elf yang mengerti
bagaimana harus membuat pedang Penunggang, dan wanita itu tidak memberitahukan
rahasianya kepadaku. Yang bisa kulakukan adalah mentransfer sejumlah energi ke
sebuah pedang. Energi itu akan menjaganya agar tidak rusak sampai menerima
hantaman yang bakal merusakkan pedang tersebut, menghabiskan pasokan energi di
dalamnya, yang pada saat itu pedang tersebut akan kembali ke kondisi semula dan,
kemungkinan terbesarnya, akan hancur berkeping-keping dalam genggamanku kali
berikut aku berhadapan dengan musuh." Fredric menggaruk janggutnya. "Aku percaya
padamu, Shadeslayer. Intinya adalah, jika kau menghantamkan pedangmu cukup
sering, kau akan menghabiskan mantranya, dan semakin keras kau menghantam,
semakin cepat mantra itu lenyap. Eh?" "Tepat sekali." "Maka kau akan tetap harus
menghindari hantaman dari pinggir, karena akan menghabiskan mantramu lebih cepat
daripada gerakan lain." "Aku tidak punya waktu untuk ini," Eragon menukas,
ketidaksabarannya tak terbendung. "Aku tidak punya waktu untuk mempelajari cara lain
dalam bertarung. Kekaisaran bisa menyerang kapan saja. Aku harus berkonsentrasi
melatih apa yang sudah kuketahui,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bukan berusaha untuk menguasai gerakan baru sama sekali." Fredric menepukkan
tangannya. "Maka aku tahu apa yang kaubutuhkan!" Melangkah menuju peti penuh
berisi baju besi, ia mulai mengaduk-aduk, bicara sendiri sementara melakukannya.
"Mula-mula ini, kemudian itu, dan kita akan lihat bagaimana hasilnya." Dari dasar peti, ia
mengeluarkan gada hitam besar dengan kepala menonjol. Fredric mengetukkan buku
jari pada gada itu. "Kau bisa mematahkan pedang dengan ini. Kau bisa memecahkan
baju besi dan membuat helm penyok, dan benda ini takkan rusak sedikit pun, tidak
peduli apa yang kauhantam." "Itu palu," Eragon memprotes. "Palu besi." "Memangnya
kenapa" Dengan kekuatanmu, kau bisa mengayunkannya seakan-akan benda ini
seringan ilalang. Kau pasti bakal jadi teror dalam medan perang jika membawa ini."
Eragon menggelengkan kepala. "Tidak. Memukul sesuatu bukan cara bertarung yang
kupilih. Lagi pula, aku tidak bakal bisa membunuh Durza dengan cara menusuk
jantungnya seandainya aku membawa gada alih-alih pedang." "Maka aku hanya punya
satu usul lagi untukmu, kecuali kau berkeras membawa pedang tradisional." Dari bagian
lain pavilion, Fredric membawakan Eragon yang diidentifikasikannya sebagai
falchion-pedang pendek yang bengkok seperti parang. Itu memang pedang, tapi bukan
jenis yang biasa dipegang Eragon, meski ia pernah melihat anggota Varden
membawabawanya. Falchion itu memiliki ujung membulat yang mengilap seperti
piringan, secemerlang koin perak; gagang pendeknya terbuat dari kayu terbungkus, kulit
hitam; besi melintang pada pangkal gagangnya diukir dengan rune kaum kurcaci; dan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bilah bermata satunya memanjang seukuran lengan Eragon dan ada fuller-garis
menonjol pada bilah pedang-yang tipis di kedua sisinya, dekat dengan punggung bilah
pedangnya. Falchion itu lures sampai sekitar enam inci dari ujungnya, tempat bagian
punggung bilahnya melengkung ke atas sampai puncaknya sebelum akhirnya kembali
melengkung ke bawah menuju ujungnya yang setajam jarum. Bilahnya yang melebar
mengurangi kemungkinan ujungnya bengkok atau patah jika menusuk baju besi dan
membuat ujung falchion itu berfungsi seperti taring. Tidak seperti pedang bermata
ganda, falchion dibuat untuk digenggam dengan bilah dan besi pengaman dalam posisi
vertikal pada tanah. Tapi bagian paling aneh dari falchion itu adalah setengah inci paling
bawah dari Ujungnya, termasuk pinggiran tajamnya, yang berwarna kelabu keperakan
dan agak lebih gelap daripada besi secemerlang cermin di bagian atasnya. Perbatasan
di antara dua area itu bergelombang seperti syal sutra berkibar diterpa angin. Eragon
menunjuk ke bagian yang berwarna kelabu. "Aku belum pernah melihat yang seperti ini.
Apa itu?" Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Ini thriknzdal," kata Fredric. "Kaum kurcaci menciptakannya. Mereka menempa sisi
tajam dan punggung bilahnya secara terpisah. Sisi tajam mereka buat sangat keras,
lebih keras daripada yang berani kami lakukan dengan pedang-pedang kami. Bagian
Tiga Dara Pendekar 24 Pendekar Naga Putih 56 Pembunuh Bayaran Kisah Tiga Kerajaan 22
kecokelatan terpapar matahari; rambut hitam dijalin menjadi kepang tebal yang panjang
sampai punggung; wajah yang masih tampak cantik meski kerut-kerut penuaan akibat
hidup yang keras tampak di sekitar mulutnya. Ia mengenakan gaun merah kecokelatan
yang sesungguhnya dibuat untuk wanita yang lebih pendek; pergelangan tangannya
tampak keluar beberapa inci dari lengan bajunya. Wanita itu telah mengikat kain hitam
panjang di kedua pergelangan tangannya, tapi kain yang sebelah kiri agak mengendur
dan terjuntai sampai ke sikunya. Eragon melihat lapisan tebal bekas luka di tempat yang
seharusnya tertutup kain hitam itu. Jenis luka yang hanya bisa didapatkan dari gesekan
borgol terus-menerus. Entah kapan, Eragon berpikir, wanita itu telah ditangkap,
musuh-musuhnya, dan ia telah melawan, melawan sampai pergelangan tangannya
koyak dan menampakkan tulangnya, jika dilihat dari bekas lukanya. Eragon
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bertanya-tanya apakah wanita tersebut bekas kriminal atau budak, dan ia merasakan
wajahnya berubah mendung memikirkan ada orang yang bisa begitu kejam menangani
tawanan di bawah kendalinya sehingga menyebabkan luka separah itu, bahkan jika luka
itu disebabkan oleh si tawanan sendiri. Di sebelah wanita itu ada gadis remaja yang
kecantikannya baru saja mekar saat menuju kedewasaan. Otot-otot lengan bawahnya
tampak luar biasa besar, seakan-akan gadis itu murid seorang pandai besi atau ahli
pedang, yang tampaknya mustahil bagi seorang gadis, sekuat apa pun tenaganya.
Angela baru saja selesai mengucapkan sesuatu kepada si wanita dan rekannya ketika
Eragon dan Saphira berhenti di belakang si penyihir berambut keriting itu. Dalam satu.
gerakan, Angela mengumpulkan tulang buku jari naganya dalam lembaran kulit dan
menyelipkannya ke bawah selempang kuning di pinggangnya. Sambil berdiri, ia
tersenyum lebar kepada Eragon dan Saphira. "Astaga, kalian memang muncul di
saat-saat tak terduga. Kalian tampaknya selalu menampakkan diri saat jarum pemintal
mulai memintal." Angela mengangkat bahu. "Kau tidak bisa mengharapkan kalimat
cerdas sepanjang waktu, bahkan dariku." Ia menunjuk ke kedua wanita asing tadi, yang
juga telah berdiri, dan berkata, "Eragon, maukah kau memberkati mereka" Mereka telah
mengalami banyak mara bahaya, dan jalan yang sulit masih terbentang di hadapan
mereka. Aku yakin mereka akan mensyukuri perlindungan apa pun yang diberkahi
Penunggang Naga." Eragon bimbang. Ia tahu. Angela jarang sekali menunjukkan tulang
naga kepada orang-orang yang meminta pertolongannyabiasanya hanya kepada
mereka yang diajak bicara Solembum karena ramalan jenis itu bukanlah tindakan sihir
yang kurang akurat, tapi lebih kepada
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengungkapan kebenaran yang bisa menunjukkan misteri masa depan. Bahwa Angela
telah memutuskan melakukan ini kepada wanita cantik dengan bekas luka di
pergelangan tangan dan gadis remaja dengan lengan bawah seperti ahli pedang
memberitahu Eragon bahwa mereka bukanlah orang-orang biasa, orang-orang yang
telah, dan akan, memiliki peran penting dalam pembentukan Alagaesia yang baru.
Seakan memastikan kecurigaannya, Eragon melihat Solembum dalam bentuk kucingnya
yang biasa, bertelinga besar dengan bulu tebal, mengintip dari balik sudut sebuah tenda
di dekat mereka, , meng-amati keadaan dengan mata kuningnya yang tidak bisa
ditebak. Tapi Eragon masih bimbang, dihantui kenangan akan pemberkatan pertama
dan terakhir yang diberikannya bagaimana, akibat ketidakfamilierannya terhadap
bahasa kuno, ia telah merusak kehidupan seorang anak. Saphira" ia bertanya. Ekor
Saphira melecut udara. Jangan terlalu ragu. Kau sudah belajar dari kesalahanmu, dan
kau tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi. Jika begitu, kenapa kau harus
menahan diri untuk memberkati mereka yang mungkin akan diuntungkan karenanya"
Berkatilah mereka, dan lakukan dengan benar kali ini. "Siapa nama kalian?" Eragon
bertanya. "Jika kau mengizinkan, Shadeslayer," jawab wanita jangkung berambut hitam,
dengan sedikit aksen yang tidak dikenali Eragon, "nama memiliki kekuatan, dan kami
memilih agar nama kami tidak diketahui." Ia tetap mengarahkan tatapannya agak ke
bawah, tapi nada bicaranya tegas dan tidak ragu. Si gadis agak mengentakkan napas,
seakan terperangah mendengar keterusterangan si wanita. Eragon mengangguk, tidak
kesal maupun terkejut, meski penolakan si wanita membuatnya tambah penasaran. Ia
sebenarnya ingin mengetahui nama mereka, tapi untuk hal yang akan dilakukannya,
nama tidak penting. Menarik lepas sarung tangan kanannya, ia meletakkan telapak
tangan di tengah-tengah dahi si wanita yang hangat. Wanita itu tersentak begitu
disentuhnya, tapi tidak mundur. Cuping hidung wanita tersebut membesar, sudut-sudut
mulutnya menipis, kerutan muncul di antara kedua alisnya, dan Eragon merasakan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
wanita itu gemetar, seakan sentuhannya membuat wanita tersebut kesakitan,dan ia
sedang berjuang melawan keinginan untuk menepiskan tangan Eragon. Di latar
belakang, samar-samar Eragon merasakan Blodhgarm mendekat, siap menerkam si
wanita jika ternyata ia berbahaya. Bingung akan reaksi si wanita, Eragon membuka
sedikit penghalang dalam benaknya, menenggelamkan diri dalam aliran sihir, dan,
dengan kekuatan penuh bahasa kuno, ia berkata, "Atra gulia un ilian tauthr ono un antra
ono waise skoliro fra rauthr." Memberi energi pada kalimat tersebut, seperti yang
dilakukannya terhadap kalimat mantra, ia memastikan mantra itu akan membentuk
rangkaian kejadian dan maka memperbaiki keberuntungan wanita itu dalam hidupnya.
Eragon berhati-hati untuk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
membatasi jumlah energi yang dipindahkannya ke dalam pemberkatan itu, karena jika
tidak dibatasi, mantra sejenis itu akan menghabiskan energi dalam tubuh sampai
menyerap semua tenaganya, menyebabkannya kering kerontang. Meski ia sudah
berhati-hati, tenaganya berkurang lebih banyak daripada perkiraannya semula;
penglihatannya merabun Serta kedua kakinya goyah dan ia terancam duduk lemas.
Sedetik kemudian, ia pulih. Dengan sangat lega ia menarik tangannya dari dahi si
wanita, yang juga tampak lega. Ia menatap Eragon seperti orang yang sedang berusaha
membersihkan diri dari sesuatu yang kotor. Melanjutkan pekerjaannya, Eragon beralih
kepada si gadis remaja. Wajah gadis itu melebar ketika Eragon melepaskan mantranya,
seakan gadis tersebut bisa merasakan mantra menyatu dengan tubuhnya. Gadis itu
membungkuk. "Terima kasih, Shadeslayer. Kami berutang padamu. Kuharap kau
berhasil mengalahkan Galbatorix dan Kekaisaran." Ia berbalik untuk pergi tapi berhenti
ketika Saphira mendengus dan menjulurkan kepala melewati Eragon dan Angela,
sehingga naga itu menjulang di atas kedua wanita. Membengkokkan lehernya,
Saphira mulamula mengembuskan napas di wajah wanita yang lebih tua lalu ke wajah
wanita yang lebih muda, kemudian memancarkan pikirannya dengan begitu kuat
sehingga akan menyentakkan semua orang kecuali yang memiliki pertahanan paling
tebal-karena ia dan Eragon melihat si wanita berambut hitam memiliki pertahanan yang
baik-Saphira berkata, Selamat berburu, Para Pengembara. Semoga angin mengibarkan
sayap kalian, semoga matahari selalu menghangatkan punggung kalian, dan semoga
kalian mencapai tujuan dengan mudah. Dan, Mata-Serigala, kuharap saat kau bertemu
dengan orang yang membuat tanganmu terjepit dalam jebakannya, kau tidak akan
membunuhnya terlalu cepat. Kedua wanita itu menjadi kaku saat Saphira mulai bicara.
Setelahnya, wanita yang lebih tua menepukkan kepalan tangan pada dadanya dan
berkata, "Itu tidak akan kulakukan, 0 Pemburu Cantik." Kemudian ia membungkuk
kepada Angela, berkata, "Berlatih dengan keras, seranglah lebih dulu, Peramal."
"Bladesinger." Dengan rok berkibar, ia dan si gadis remaja melangkah pergi dan tak
lama kemudian sudah tidak tampak lagi di antara labirin tenda kelabu yang identik. Kau
tidak meninggalkan tanda di dahi mereka" Eragon bertanya kepada Saphira. Elva
istimewa. Aku tidak akan menandai orang lain seperti itu lagi. Yang terjadi di Farthen
Dur hanya... terjadi begitu saja. Naluri yang mendorongku. Selain itu, aku tidak bisa
menjelaskan. Saat ketiganya melangkah menuju paviliun Nasuada, Eragon melirik
Angela. "Siapa mereka?" Bibir Angela mengerut. "Peziarah dalam perjalanan." "Itu
bukan jawaban," Eragon memprotes.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Bukan kebiasaanku untuk membagi-bagikan rahasia seperti kacang berlapis gula di
perayaan musim. dingin. Terutama jika rahasia tersebut bukan milikku." Eragon terdiam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
selama beberapa langkah. Kemudian: "Ketika seseorang menolak untuk memberiku
informasi tertentu, aku. malah jadi semakin bertekad untuk mengetahui kebenarannya.
Aku benci tidak tahu apa-apa. Bagiku, pertanyaan yang tidak terjawab bagaikan duri
yang membuatku kesakitan setiap kali aku bergerak sampai aku bisa mencabutnya."
"Kau mendapat simpatiku." "Kenapa?" "Karena jika demikian, kau harus menghabiskan
masa sadarmu selama-lamanya dalam keadaan kesakitan, karena dalam kehidupan ini
banyak pertanyaan yang tidak terjawab." Enam puluh kaki dari paviliun Nasuada,
sekontingen penombak yang berbaris melintasi perkemahan menghalangi jalan mereka.
Sementara menunggu para prajurit itu lewat, Eragon gemetar dan meniup kedua
tangannya. "Kuharap kita punya waktu untuk makan." Cepat tanggap seperti biasanya,
Angela berkata, "Gara-gara sihir tadi, bukan" Membuatmu kehabisan tenaga." Eragon
mengangguk. Memasukkan tangan ke dalam, salah satu kantong yang bergelantungan
di selempangnya, Angela mengeluarkan gumpalan cokelat keras dengan taburan biji
rami mengilat di atasnya. "Nih, ini akan membuatmu kenyang sampai waktunya makan
siang." "Apa ini?" Angela menyorongkannya ke arah Eragon, memaksa. "Makan saja.
Kau akan menyukainya. Percayalah padaku." Saat Eragon mengambil gumpalan
berminyak itu dari jari-jarinya, Angela menyambar pergelangan Eragon dengan tangan
yang sebelah lagi dan memegangnya sementara ia memeriksa kulit keras yang
menonjol di buku-buku jari Eragon. "Pandai sekali," kata Angela. "Tampak sejelek kutil
di kulit katak, tapi siapa yang peduli jika mereka bisa melindungimu, eh" Aku suka ini.
Aku sangat suka. Apakah kau terinspirasi dari Ascudgamln kaum kurcaci?" "Tidak ada
yang lepas dari perhatianmu, ya?" tanya Eragon. "Biarkan lepas. Aku hanya
menyibukkan diri dengan hal-hal nyata." Eragon mengerjap, terkesiap seperti biasanya
jika Angela memutarbalikkan kata-kata. Angela mengetuk kulit keras Eragon dengan
ujung kukunya yang pendek. "Aku akan melakukan ini pada diriku sendiri, sayangnya
bakal tersangkut di benang wol jika aku menenun atau merajut." "Kau merajut sendiri?"
Eragon bertanya, terkejut karena Angela mau melakukan sesuatu yang begitu biasa.
"Tentu saja! Itu cara menyenangkan untuk rileks. Lagi pula, jika aku tidak merajut
sendiri, bagaimana aku bisa mendapatkan sweter dengan perlindungan Dvalar terhadap
kelinci-kelinci gila yang dirajut pada Liduen
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Kvaedhi di bagian dalam dadanya, atau jaring rambut yang dicat kuning, hijau, dan
merah jambu terang?" "Kelinci-kelinci gila-" Angela mengibaskan rambut keritingnya
yang tebal. "Kau akan terheran-heran jika tahu berapa banyak penyihir yang mati akibat
digigit kelinci gila. Kejadian itu jauh lebih umum daripada perkiraanmu." Eragon
menatapnya. Kaupikir ia sedang bercanda" ia bertanya kepada Saphira. Tanya saja
padanya. Ia hanya akan menjawab dengan teka-teki lagi. Setelah barisan penombak
sudah lewat, Eragon, Saphira, dan Angela melanjutkan perjalanan menuju paviliun,
Solembum menyertai mereka, yang telah bergabung tanpa disadari Eragon. Memilih
langkah di antara kotoran kuda yang ditinggalkan pasukan kavaleri Raja Orrin, Angela
berkata, "Nah, katakan padaku: selain pertarunganmu. dengan Ra apakah ada sesuatu
yang sangat menarik terjadi padamu dalam perjalanan" Kau tahu aku suka sekali
mendengar hal-hal menarik." Eragon tersenyum, memikirkan para spirit yang telah
menghampirinya dan Arya. Meski demikian, ia tidak ingin membicarakannya, ia malah
berkata, "Karena kau bertanya, beberapa hal menarik memang terjadi. Misalnya, aku
bertemu seorang pertapa bernama Tenga yang tinggal di reruntuhan menara Elf. Ia
punya perpustakaan yang menakjubkan. Ada tujuh - " Angela berhenti begitu mendadak,
Eragon teruss berjalan tiga langkah sebelum tersadar dan berbalik. Si wanita penyihir
tampak terenyak, seakan kepalanya baru dipukul keras-keras. Melangkah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mendekatinya, Solembum bersandar di kaki Angela dan menengadah. Angela
membasahi bibir lalu berkata, "Apakah..." Ia terbatuk sekali. "Apakah kau yakin
namanya Tenga?" "Kau pernah bertemu dengannya?" Solembum mendesis, dan bulu di
punggungnya berdiri tegak. Eragon beringsut menjauh, ingin menghindari cakarannya.
"Bertemu dengannya?" Tertawa pahit, Angela berkacak pinggang. "Bertemu
dengannya" Aku melakukan yang lebih baik daripada itu! Aku adalah muridnya selama
sekitar... bertahuntahun yang sial." Eragon tidak mengira Angela akan mau
mengungkapkan sesuatu tentang masa lalunya dengan sukarela. Berniat untuk
mengetahui lebih banyak, Eragon bertanya, "Kapan kau bertemu. dengannya" Dan di
mana?" "Sudah lama sekali dan di tempat yang sangat jauh. Tapi kami berpisah dengan
buruk, dan sudah bertahun-tahun aku tidak pernah melihatnya." Angela mengerutkan
kening. "Bahkan, aku mengira ia sudah mati." Pada saat itu Saphira bicara, katanya,
Karena kau bekas murid Tenga, tahukah kau pertanyaan apa yang ia cari jawabannya"
"Aku sama sekali tidak tahu. Tenga selalu punya pertanyaan yang ingin ia cari
jawabannya. Jika berhasil, segera saja ia memilih pertanyaan baru, dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
begitu seterusnya. Ia mungkin sudah menjawab seratus pertanyaan sejak aku terakhir
kali melihatnya, atau ia masih menggerogoti teka-teki yang sama seperti terakhir aku
meninggalkannya." Yaitu" "Apakah fase bulan memengaruhi jumlah batu opal yang
terbentuk di akar Pegunungan Beor, seperti yang diyakini kaum kurcaci." "Tapi
bagaimana orang bisa membuktikan itu?" protes Eragon. Angela mengangkat bahu.
"Jika ada yang bisa membuktikan, orang itu adalah Tenga. Ia mungkin saja setengah
sinting, tapi ia sangat brilian." Ia pria yang suka menendang kucing, komentar
Solembum, seolah-olah itu bisa merangkum seluruh karakter Tenga. Kemudian Angela
menepukkan tangan sambil berkata, "Tidak usah dibicarakan lagi! Makan manisanmu,
Eragon, dan ayo kita menghadap Nasuada." MEMBAYAR KESALAHAN "Kalian
terlambat ," kata Nasuada saat Eragon dan Angela duduk di deretan kursi yang diatur
membentuk setengah lingkaran di hadapan singgasana bersandaran tinggi milik
Nasuada. Elva juga duduk di barisan setengah lingkaran itu, bersama pengasuhnya,
Greta, wanita tua yang telah memohon kepada Eragon di Farthen Dur untuk memberkati
anak asuhnya. Seperti sebelumnya, Saphira berbaring di luar paviliun dan
menyembulkan kepalanya melalui bukaan di satu sisi sehingga ia bisa ikut serta dalam
rapat. Solembum melingkar seperti bola di sebelah kepala Saphira. Tampaknya ia
tertidur, kecuali sekali-sekali ekornya mengibas. Bersama Angela, Eragon minta maaf
atas keterlambatan mereka, kemudian ia mendengarkan saat Nasuada menjelaskan
kepada Elva seberapa besar nilai kemampuannya untuk Varden-Seolah-olah Elva
belum tahu saja, komentar Eragon kepada Saphira-dan membujuknya untuk
melepaskan Eragon dari beban janjinya untuk berusaha membalikkan akibat dari
pemberkatannya. Nasuada berkata ia tahu apa yang dimintanya kepada Elva memang
sulit, tapi nasib seluruh negeri menjadi taruhannya, dan tidakkah layak mengorbankan
kenyamanan diri sendiri untuk menyelamatkan Alagaesia dari cengkeraman jahat
Galbatorix" Pidatonya mengesankan: fasih, bersemangat, dan penuh argumen yang
dimaksudkan untuk membangkitkan sikap mulia Elva. Elva, sedari tadi meletakkan
dagunya yang kecil dan runcing di kedua kepalan tangannya, mengangkat kepala dan
berkata, "Tidak." Keterkejutan orang-orang membuat paviliun hening. Mengalihkan
tatapan tanpa berkedip dari satu orang ke orang yang lain, ia menjelaskan: "Eragon,
Angela, kalian berdua tahu bagaimana rasanya untuk berbagi benak dan emosi dengan
seseorang pada saat ia meninggal. Kalian tahu betapa mengerikan, betapa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyakitkan hal itu, bagaimana rasanya seolah bagian dari diri kalian sendiri yang
lenyap selamanya. Dan itu hanya dari kematian satu orang. Tidak ada di antara kalian
berdua yang harus mengalaminya jika kalian tidak mau, sementara aku... aku tidak
punya pilihan selain merasakan itu semua. Aku merasakan semua kematian di
sekitarku. Bahkan sekarang aku bisa merasakan pudarnya kehidupan Sefton, salah satu
prajurit berpedangmu, Nasuada, yang terluka di Pertempuran Dataran Membara, dan
aku tahu kata-kata seperti apa yang bisa kuucapkan kepadanya yang akan mengurangi
kengeriannya akan kematian. Ketakutannya begitu besar, oh, membuatku gemetar!"
Dengan seruan tidak jelas, ia menutup wajah dengan kedua tangannya, seolah-olah
ingin menghindari pukulan. Kemudian: "Ah, ia sudah pergi. Tapi masih ada yang lain.
Selalu ada yang lain. Rangkaian kematian tidak pernah berakhir." Nada ucapannya yang
mengejek dengan pahit semakin jelas terdengar, seperti sedang mengolok-olok
menggunakan suara anak kecil. "Apakah kau sungguh-sungguh mengerti, Nasuada,
Lady Nightstalker... Ia yang Akan Jadi Ratu Dunia" Apakah kau benar-benar mengerti"
Aku adalah pemegang rahasia dari segala kepedihan di sekelilingku, baik fisik maupun
mental. Aku merasakannya seakan-akan itu adalah kepedihanku sendiri, dan sihir
Eragon memaksaku untuk mengurangi ketidaknyamanan mereka yang menderita, tidak
peduli apa akibatnya pada diriku sendiri. Dan jika aku menolak dorongan itu, seperti
sekarang ini, tubuhku memberontak: perutku penuh asam, kepalaku berdenyut-denyut
seolah-olah seorang kurcaci sedang memukulkan palu ke sana, dan aku sulit bergerak,
apalagi berpikir. Apakah ini yang kauinginkan untuk kutanggung, Nasuada" "Siang
dan malam aku tidak punya pertahanan terhadap kepedihan dunia. Sejak Eragon
memberkatiku, aku tidak tahu apa-apa selain kesakitan dan ketakutan, tidak pernah
merasakan kebahagiaan atau kesenangan. Sisi dunia yang lebih cerah, yang membuat
keberadaan ini bisa kutanggung, sama sekali tidak ada. Aku tidak pernah melihatnya.
Aku tidak pernah mengalaminya. Hanya kegelapan. Hanya kombinasi kesengsaraan
seluruh pria, wanita, dan anak-anak sejauh satu mil, menerjangku seperti badai pada
tengah malam. Berkat ini tidak memberiku kesempatan untuk menjadi seperti anakanak
lain. Tubuhku dipaksa tumbuh dewasa lebih cepat daripada normal, dan benakku
bahkan lebih cepat lagi. Eragon mungkin bisa melenyapkan kemampuan mengerikanku
ini dan dorongan yang menyertainya, tapi ia tidak bisa mengembalikanku menjadi diriku
yang semula, atau diriku yang seharusnya, tidak tanpa menghancurkan diriku yang
sekarang. Aku orang aneh, bukan anak-anak maupun orang dewasa, selamanya dikutuk
untuk berbeda. Aku tidak buta, kau tahu. Aku melihat bagaimana kau menyurut mundur
ketika mendengarku bicara." Elva menggeleng. "Tidak, permintaanmu terlalu berat. Aku
tidak akan mau teruss seperti ini demi dirimu, Nasuada, juga tidak demi Varden, atau
seluruh Alagaesia, bahkan tidak untuk ibuku, jika ia masih hidup sekarang. Ini tidak
layak,
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
demi apa pun. Aku bisa pergi untuk hidup sendiri, sehingga terbebas dari penderitaan
orang lain, tapi aku tidak ingin hidup seperti itu. Tidak, satusatunya solusi adalah Eragon
harus mencoba memperbaiki kesalahannya." Nasuada kembali membujuknya, tapi
seperti janji Elva, usaha Nasuada sia-sia saja. Akhirnya Nasuada meminta Angela,
Eragon, dan Saphira untuk ikut camper. Angela menolak dengan alasan ia tidak bisa
mengutarakannya lebih baik daripada Nasuada dan ia percaya pilihan Elva adalah hak
pribadinya, maka gadis kecil itu bisa melakukan apa pun keinginannya tan-pa harus
direcoki seperti elang dikerubungi burung-burung jay. Eragon memiliki pendapat yang
sama, tapi ia akhirnya berkata, "Elva, aku tidak bisa memberitahumu apa yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
seharusnya kaulakukan-hanya kau yang bisa menentukan-tapi jangan menolak
permintaan Nasuada begitu saja. Ia sedang berusaha menyelamatkan kita semua dari
cengkeraman Galbatorix, dan ia butuh dukungan kita jika ingin punya kesempatan
berhasil. Masa depan tidak tampak olehku, tapi aku percaya kemampuanmu mungkin
bisa menjadi senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan Galbatorix. Kau bisa
meramalkan setiap serangannya. Kau bisa mengatakan kepada kami bagaimana
persisnya meruntuhkan pertahanannya. Dan di atas segalanya, kau akan bisa
merasakan kapan Galbatorix dalam keadaan rentan, saat ia paling lemah, dan apa yang
bisa kita lakukan untuk menyerangnya." "Kau harus melakukan lebih baik daripada itu,
Penunggang, jika kau ingin mengubah pendirianku." "Aku tidak ingin mengubah
pendirianmu," kata Eragon. "Aku hanya ingin meyakinkan kau telah memikirkan akibat
keputusanmu ini matangmatang dan kau tidak bertindak terlalu gegabah." Gadis kecil itu
beringsut tapi tidak menjawab. Kemudian Saphira berkata: Apa kata hatimu, -0 Dahi
Bercahaya" Elva menjawab dengan nada halus, tanpa kebencian. "Aku telah
mengutarakan kata hatiku, Saphira. Mengucapkannya lagi akan berlebihan." Jika
Nasuada merasa frustrasi karena kekeraskepalaan Elva, ia tidak menunjukkannya,
meski ekspresinya keras, saat menyimpulkan diskusi ini. "Aku tidak menyetujui
pilihanmu, Elva, tapi kami akan tetap menghargainya, karena jelas sekali kami tidak
bisa melunakkanmu. Rasanya aku tidak bisa menyalahkanmu, karena aku tidak bisa
merasakan kepedihan yang kaurasakan setiap hari, dan jika aku berada dalam
posisimu, mungkin saja aku akan bersikap sama sepertimu. Eragon, jika kau
berkenan..." Atas perintahnya, Eragon berlutut di depan Elva. Mata ungu Elva yang
berkilauan terasa menembusnya ketika Eragon mengatupkan kedua tangannya yang
lebih besar di tangan Elva yang kecil. Kulit gadis kecil itu terasa panas seolah-olah ia
sedang demam. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Apakah akan menyakitkan, Shadeslayer?" tanya Greta, suara wanita tua itu bergetar.
"Seharusnya tidak, tapi aku tidak yakin. Mencabut mantra jauh lebih tidak pasti daripada
merapalkannya. Penyihir hampir tidak pernah melakukannya karena tingkat kesulitan
yang tinggi." Kerut-kerut di wajahnya semakin dalam karena khawatir, Greta
menepuk-nepuk kepala Elva dan berkata, "Oh, tabahlah, sayangku. Beranilah." Ia
tampaknya tidak sadar Elva melirik jengkel kepadanya. Eragon mengabaikan gangguan
itu. "Elva, dengarkan aku. Ada dua metode berbeda untuk melenyapkan mantra.
Pertama adalah si penyihir yang semula merapalkan mantra itu harus membuka diri bagi
energi yang memberi tenaga kepada sihir kita - " "Di situlah biasanya aku mengalami
kesulitan," sela Angela. "Itulah mengapa aku lebih bergantung pada ramuan, tanaman
dan objek sihir daripada merapal mantra." "Jika kau tidak keberatan..." Lesung pipinya
muncul, Angela berkata, "Maaf. Silakan lanjutkan." "Baik," gerutu Eragon. "Pertama
adalah si pria yang semula merapalkan mantra harus membuka diri-" "Atau si wanita,"
potong Angela. "Bisakah kau membiarkanku menyelesaikan ini?" "Sori." Eragon melihat
Nasuada menahan tawa. "Ia membuka diri kepada aliran energi dalam tubuhnya dan,
bicara dalam bahasa kuno, bukan hanya menarik kembali kata-kata yang dirapalkannya
semula tapi juga niat di baliknya. Ini lumayan sulit, seperti yang mungkin bisa
kaubayangkan. Kecuali si penyihir memiliki niat yang benar, ia malah bisa mengubah
mantra awalnya alih-alih mencabutnya. Kemudian ia harus menarik dua mantra yang
berkaitan. "Metode kedua adalah merapalkan mantra yang menangkal efek mantra
pertama. Tindakan ini tidak akan melenyapkan mantra pertama, tapi jika dilakukan
dengan benar, bisa membuat mantra semula tidak berbahaya. Dengan izinmu, aku akan
melakukan metode ini." "Solusi yang paling bagus," komentar Angela, "tapi siapa, tolong
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
katakan, yang akan menyediakan aliran energi terus-menerus yang dibutuhkan untuk
mempertahankan mantra penangkal ini" Dan karena seseorang harus bertanya,
kesalahan apa yang mungkin terjadi jika menggunakan metode ini?" Eragon tetap
menatap Elva. "Energinya harus berasal darimu," ia memberitahu Elva, meremas
tangan gadis kecil itu. "Tidak butuh banyak, tapi akan lumayan mengurangi staminamu.
Jika kau melakukan ini, kau tidak akan mampu berlari secepat biasanya atau
mengangkat kayu bakar sebanyak orang yang tenaganya tidak harus diserap mantra."
"Kenapa kau tidak bisa menyediakan energinya?" tanya Elva, menaikkan sebelah alis.
"Lagi pula kaulah yang bertanggung jawab atas keadaanku sekarang."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Aku mau saja, tapi semakin jauh aku darimu, semakin sulit untuk mengirimkan energi
kepadamu. Dan jika aku pergi terlalu jauh-misalnya satu mil atau lebih sedikit-itu akan
membunuhku. Sedangkan mengenai kesalahan yang mungkin terjadi, satusatunya risiko
adalah jika aku merapalkan mantra penangkal dengan tidak benar dan itu tidak bakal
memblokir pemberkatanku. Jika itu terjadi, aku hanya akan perlu merapalkan mantra
penangkal lain." "Dan bagaimana kalau yang kedua kali gagal juga?" Eragon terdiam
sejenak. "Maka aku bisa melakukan metode pertama yang kusebutkan tadi. Tapi aku
memilih untuk menghindarinya. Itu satusatunya cara untuk melenyapkan mantra
pertama, tapi jika usahaku gagal, kau bisa berakhir lebih buruk daripada sekarang." Elva
mengangguk. "Aku mengerti." "Apakah kau mengizinkanku melanjutkan?" Ketika gadis
itu mengangguk lagi, Eragon menarik napas panjang untuk bersiap-siap. Mata setengah
terpejam karena berkonsentrasi dengan keras, ia mulai bicara dalam bahasa kuno.
Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa sekeras pukulan palu. Ia berhati-hati untuk
mengucapkan setiap suku kata dengan lafal yang benar, setiap suara yang asing dari
bahasanya sendiri, demi menghindari kesalahan tragis. Mantra penangkal itu tertanam
dalam memorinya. Ia telah menghabiskan berjam-jam selama perjalanan dari Helgrind
untuk menciptakannya, memikirkannya masak-masak, menantang diri sendiri untuk
menciptakan alternatif yang lebih baik, semua demi persiapan untuk hari ketika ia harus
membayar kesalahannya kepada Elva. Saat ia bicara, Saphira mengalirkan
kekuatannya kepada Eragon, dan Eragon merasakan dukungannya, merasakan Saphira
mengawasinya lekat-lekat, siap ikut campur jika di dalam benak Eragon ia melihat
pemuda itu bakal melakukan kesalahan dalam rapalannya. Mantra penangkal itu sangat
panjang dan sangat sulit, karena Eragon berniat untuk menyebutkan seluruh hal yang
bisa diinterpretasikan dari pemberkatannya. Hasilnya, lima menit penuh sudah berlalu
sebelum Eragon mengucapkan kalimat, kata, kemudian suku kata terakhir. Dalam
keheningan yang timbul setelahnya, wajah Elva mendung karena. kecewa. "Aku masih
bisa merasakan mereka," katanya. Nasuada mencondongkan tubuh ke depan di
kursinya. "Siapa"// "Kau, Eragon, dia, semua orang yang merasa sakit. Mereka tidak
lenyap! Dorongan untuk menolong mereka, itu sudah tidak ada, tapi rasa sakitnya masih
menembus tubuhku." Nasuada membungkuk ke depan dari singgasananya. "Eragon?"
Eragon mengerutkan kening. "Aku pasti melewatkan sesuatu. Beri aku waktu sebentar
untuk berpikir, dan aku akan menciptakan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mantra yang mungkin bisa mengatasinya. Ada beberapa kemungkinan yang kupikirkan,
tapi..." Suaranya memudar, cemas karena mantra penangkalnya tidak berhasil bekerja
seperti dugaannya. Terlebih lagi, menyebarkan mantra khusus untuk memblokir
kesakitan yang dirasakan Elva akan jauh lebih sulit daripada berusaha melenyapkan
pemberkatan semula. Satu kata saja yang salah, satu frasa yang disusun dengan buruk,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan Eragon mungkin bisa menghancurkan rasa empati Elva, atau menyebabkannya
lupa bagaimana berkomunikasi dengan benaknya sendiri, atau menciptakan kesan
tentang rasa sakit baginya sendiri, sehingga ia tidak akan segera tahu jika terluka.
Eragon sedang berkonsultasi dengan Saphira ketika Elva berkata, "Tidak!"
Terheran-heran, Eragon menatapnya. Kegembiraan tampak memancar dari Elva.
Gigi-geliginya yang bundar seperti mutiara bersinar ketika ia tersenyum, matanya
berkilat penuh kemenangan. "Tidak, jangan kaucoba lagi." "Tapi, Elva, kenapa kau-"
"Karena aku tidak mau ada mantra lain yang mengurasku. Dan karena aku baru sadar
aku bisa mengabaikan mereka!" Ia mencengkeram lengan kursinya, gemetar karena.
bersemangat. "Tanpa dorongan untuk membantu siapa pun yang menderita, aku bisa
mengabaikan kesengsaraan mereka, dan itu tidak membuatku mual! Aku bisa
mengabaikan pria yang kakinya diamputasi, aku bisa tidak memedulikan wanita yang
tangannya baru saja terbakar, aku bisa mengabaikan mereka semua, dan aku tidak
merasa bersalah! Memang aku tidak bisa memblokir semuanya rapat-rapat, setidaknya
belum, tapi oh, betapa leganya! Hening. Keheningan yang kusyukuri! Tidak ada lagi
luka, lecet, memar, atau tulang yang patah. Tidak ada lagi kecemasan konyol dari benak
orang-orang muda. Tidak ada lagi penderitaan dari istri-istri yang ditinggalkan atau
suami-suami yang ditelantarkan. Tidak ada lagi ribuan luka tak tertahankan dari
peperangan. Tidak ada lagi panik membabi-buta yang mendahului kegelapan abadi."
Dengan air mata berlinang di pipi, ia tertawa, gelak kasar yang membuat rambut di
kepala Eragon berdiri. Kegilaan apa ini" tanya Saphira. Meski kau bisa
mengabaikannya, mengapa kau ingin teruss merasakan penderitaan orang jika Eragon
masih bisa membebaskanmu dari semua itu" Mata Elva memancarkan kegirangan luar
biasa. "Aku tidak akan pernah jadi orang biasa. Jika aku harus berbeda, maka biarkan
aku mempertahankan sesuatu yang membuatku berbeda. Selama aku bisa
mengendalikan kekuatan ini, yang sepertinya bisa kulakukan sekarang, aku tidak
keberatan menanggung beban ini, karena ini adalah pilihanku dan tidak dipaksakan
sihirmu, Eragon. Ha! Sejak saat ini, aku tidak akan harus mematuhi siapa-siapa dan
apa-apa. Jika aku membantu seseorang, itu karena aku mau. Jika aku melayani Varden,
itu karena kata hatiku menyuruhku melakukannya dan bukan karena kau memintaku,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Nasuada, atau karena aku akan muntah jika tidak menurut. Aku akan melakukan apa
saja yang kuinginkan, dan menyerang siapa pun yang menentangku, karena aku tahu
semua ketakutan mereka dan akan tidak ragu menggunakan pengetahuanku demi
memperoleh keinginanku." "Elva!" pekik Greta. "Jangan berkata begitu! Kau tidak
sungguh-sungguh!" Gadis kecil itu mengentakkan kepala ke arah Greta, sampai
rambutnya berkibar. "Ah ya, aku telah melupakanmu, pengasuhku. Selalu setia. Selalu
meributkan segala hal. Aku berterima kasih kepadamu karena telah mengambilku
setelah ibuku meninggal, dan karena telah merawatku sejak Farthen Dur, tapi aku tidak
membutuhkan bantuan-mu lagi. Aku akan tinggal sendirian, mengurus diri sendiri, dan
tidak terikat orang lain." Terperangah, wanita tua itu menutup mulutnya dengan lengan
baju dan menyurut mundur. Kata-kata Elva mengejutkan Eragon. Ia memutuskan tak
bisa membiarkan Elva tetap mempertahankan kemampuannya jika anak itu akan
menyalahgunakannya. Dengan bantuan Saphira, karena naga itu setuju dengannya, ia
memilih salah satu mantra penangkal yang paling menjanjikan yang telah dipikirkannya
tadi dan membuka mulut untuk merapalkannya. Secepat ular mematuk, Elva membekap
mulut Eragon dengan tangannya, menghalanginya bicara. Paviliun bergetar ketika
Saphira meraung, hampir membuat Eragon tuli karena pendengarannya yang lebih
tajam. Ketika semua orang sempoyongan, kecuali Elva, yang tangannya teruss ditekan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kuat-kuat ke wajah Eragon, Saphira berkata, Lepaskan dia, anak kecil! Akibat raungan
Saphira, keenam pengawal Nasuada menghambur ke dalam, menghunus senjata
mereka, sementara Blodhgarm dan Elf-Elf yang lain berlari menghampiri Saphira dan
berdiri di sebelah kedua bahunya, menarik dinding tenda sehingga mereka bisa
melihat apa yang sedang terjadi. Nasuada mengangkat tangan, dan pasukan Nighthawk
menurunkan senjata mereka, tapi para Elf tetap berada dalam posisi siap tempur.
Pedang mereka berpendar bagaikan es. Baik kericuhan yang disebabkannya maupun
pedang-pedang yang diarahkan kepadanya tampak tidak membuat Elva gentar. Ia
menelengkan kepala dan menatap Eragon seolah-olah pemuda itu adalah serangga
yang ditemukannya sedang merayap di pinggir kursinya, kemudian ia tersenyum dengan
ekspresi manis dan polos sekali, Eragon heran mengapa selama ini ia tidak memiliki
keyakinan lebih besar akan karakter gadis kecil itu. Dengan suara semanis madu
hangat, Elva berkata, "Eragon, berhenti. Jika kau merapalkan mantra itu, kau akan
menyakitiku sama seperti kau menyakitiku dulu. Kau tidak ingin melakukannya. Setiap
malam saat kau hendak tidur, kau akan memikirkanku, dan kenangan akan perbuatan
salahmu akan menyiksamu. Apa yang tadi hendak kaulakukan adalah tindakan jahat,
Eragon. Apakah kau hakim dunia" Apakah kau akan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyatakanku berbuat salah hanya karena kau tidak menyetujui tindakanku" Dengan
begitu kau telah mengakui kesenangan mengendalikan orang lain demi kepuasanmu.
Galbatorix akan menyukainya." Elva melepaskan Eragon, tapi pemuda itu terlalu
terguncang untuk bisa bergerak. Elva telah memukulnya dengan telak, dan ia tidak
mampu memberikan bantahan demi membela diri, karena pertanyaan dan pernyataan
yang diungkapkan Elva adalah sama persis seperti yang diarahkan kepada dirinya
sendiri. Pengertian Elva akan Eragon membuat pemuda itu merinding. "Aku juga
berterima kasih kepadamu, Eragon, karena sudah datang ke sini hari ini untuk
membayar kesalahanmu. Tidak semua orang mau mengakui dan menghadapi
kesalahan mereka. Meski demikian, kau sama sekali tidak mengambil hatiku hari ini.
Kau telah memperbaiki kesalahanmu sebisa mungkin, tapi itu hanyalah sebuah tindakan
yang harus dilakukan orang baik-baik mana pun. Kau tidak mengompensasi apa yang
telah kaulakukan terhadapku, dan kau tidak akan pernah bisa. Maka jika lain kali kita
bertemu, Eragon Shadeslayer, jangan anggap aku teman maupun musuh. Sikapku
padamu penuh pertentangan, Penunggang; aku siap untuk membencimu sesiap aku
mencintaimu. Hanya kau sendiri yang bisa menentukan bagaimana perasaanku
akhirnya nanti... Saphira, kau telah memberi bintang di dahiku, dan kau selalu baik
kepadaku. Aku adalah dan akan selalu menjadi pelayan setiamu." Mengangkat dagu
untuk membuat tubuhnya yang hanya tiga setengah kaki tampak lebih tinggi, Elva
menatap sekeliling pavilion. "Eragon, Saphira, Nasuada... Angela. Selamat Siang." Dan
dengan begitu, ia meluncur menuju pintu keluar. pasukan Nighthawk minggir ketika ia
melangkah di antara mereka dan keluar. Eragon berdiri, merasa limbung. "Monster jenis
apa yang telah kuciptakan?" Kedua Urgal anggota Nighthawk menyentuh kedua ujung
tanduk mereka, yang diketahui Eragon sebagai tindakan mengusir setan. Kepada.
Nasuada, ia berkata, "Maafkan aku. Tampaknya aku telah memperburuk keadaan
bagimu-bagi kita semua." Setenang danau di gunung, Nasuada merapikan jubahnya
sebelum menjawab: "Tidak apa-apa. Permainan ini hanya menjadi semakin rumit, itu
saja. Hal ini memang sudah diduga akan terjadi saat kita semakin dekat ke UruSesaat
kemudian, Eragon mendengar suara benda berdesing melalui udara ke arahnya. Ia
mengernyit, tapi meski ia tangkas, ia terlalu lamban untuk menghindari tamparan pedih
yang membuat kepalanya terlontar ke satu sisi dan tubuhnya sempoyongan menabrak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kursi. Ia berguling di dudukan kursi dan berdiri tegak kembali, tangan kirinya terangkat
untuk Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menangkis serangan berikutnya, lengan kanannya ditarik ke belakang, siap menikam
dengan pisau berburu yang telah disambar dari sabuknya saat bergerak tadi. Dengan
terkejut ia melihat Angela-lah yang telah menamparnya. Para Elf berdiri hanya beberapa
inci di belakang si peramal, siap menahannya j ika ia memutuskan untuk menyerang
Eragon lagi atau menyeretnya keluar jika Eragon menyuruh. Solembum berada dekat
kaki Angela, gigi dan cakar dipamerkan, dan bulu-bulunya berdiri tegak. Pada saat itu
Eragon tidak memedulikan para Elf. "Untuk apa kau melakukan itu?" ia berseru. Ia
mengernyit saat bibirnya yang pecah meregang, robekannya jadi semakin lebar. Darah
hangat berasa besi mengalir ke lehernya. Angela mengibaskan kepala. "Sekarang aku
harus menghabiskan sepuluh tahun ke depan untuk mengajari Elva bagaimana harus
bersikap! Itu bukan niat yang ada dalam kepalaku untuk satu dekade mendatang!"
"Mengajarinya?" seru Eragon. "Ia tidak akan membiarkanmu. Ia akan menghentikanmu
semudah ia menghentikanku tadi." "Humph. Tidak bakal. Ia tidak tahu apa yang
menggelisahkanku, atau apa yang bisa menyakitiku. Aku mengetahui ini sejak pertama
kali bertemu dengannya." "Maukah kau membagi mantra itu dengan kami?" tanya
Nasuada. "Setelah keadaan menjadi seperti ini, rasanya bijaksana jika kita memiliki
semacam proteksi terhadap Elva." "Tidak, rasanya aku tidak mau," kata Angela.
Kemudian ia pun berderap keluar dari paviliun, dan Solembum melangkah
mengikutinya, menggoyang-goyangkan ekor dengan anggun. Para Elf menyarungkan
kembali pedang mereka dan mundur agak jauh dari tenda. Nasuada menggosok-gosok
pelipisnya dengan gerakan memutar. "Sihir," ia menyumpah. "Sihir," Eragon menyetujui.
Keduanya bergerak ketika Greta menjatuhkan diri ke lantai dan mulai menangis
meraung-raung sambil menarik-narik rambutnya yang tipis, memukul wajahnya sendiri,
dan menariknarik bajunya. "Oh, sayangku yang malang! Aku kehilangan anak dombaku!
Hilang! Apa yang akan terjadi padanya, sendirian" Oh, betapa menderitanya aku,
putriku sendiri menelantarkanku. Balasan yang keji setelah kerja kerasku selama ini,
membungkuk-bungkuk seperti budak. Dunia ini keras dan kejam, selalu mencuri
kebahagiaan darimu." Ia mengerang. "Manisku. Mawarku. putriku yang cantik. Hilang!
Dan tidak ada yang menjaganya... Shadeslayer! Maukah kau menjaganya?" Eragon
mencengkeram lengan wanita tua itu dan membantunya berdiri, menenangkannya
dengan janji bahwa ia dan Saphira akan selalu mengawasi Elva lekat-lekat. Meski hanya
karena ia mungkin akan menusukkan belati ke rusuk kita, kata Saphira kepada Eragon.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
HADIAH-HADIAH EMAS Eragon berdiri di sebelah Saphira, sekitar lima puluh meter
dari paviliun Nasuada. Lega karena bisa terbebas dari kehebohan yang mengelilingi
Elva, ia menengadah menatap langit cerah berwarna biru terang dan memutar bahunya,
sudah merasa letih akibat kejadian-kejadian hari ini. Saphira berniat terbang ke Sungai
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jiet dan berendam di airnya yang dalam dan berarus tenang, tapi Eragon sendiri tidak
yakin ingin melakukan apa. Ia masih perlu menyelesaikan meminyaki baju besinya,
mempersiapkan diri untuk pernikahan Roran dan Katrina, mengunjungi Jeod, mencari
pedang yang layak bagi dirinya sendiri, dan juga... Ia menggaruk dagunya. Berapa lama
kau akan pergi" ia bertanya kepada Saphira. Saphira membuka lipatan sayapnya dan
siap terbang. Beberapa jam. Aku lapar. Begitu tubuhku bersih, aku akan menangkap
dua atau tiga rusa gemuk yang kemarin kulihat merumput di tepi barat sungai. Tapi
kaum Varden sudah menembak banyak rusa, aku mungkin harus terbang delapan belas
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mil menuju Spine jika ingin mendapatkan buruan yang layak. Jangan pergi terlalu jauh,
Eragon memperingatkan, atau kau akan bertemu pasukan Kerajaan. Aku tidak akan
jauh-jauh, tapi jika aku kebetulan bertemu sekelompok kecil prajurit yang sendirian...
Saphira menjilat moncongnya. Aku akan menikmati pertarungan singkat. Lagi pula,
manusia rasanya sama dengan rusa. Saphira, kau tidak akan melakukan itu! Mata
Saphira berkelip. Mungkin, mungkin tidak. Tergantung apakah mereka menggunakan
baju besi. Aku benci harus menggigit logam, dan mengorek makanan dari cangkang
juga membuatku kesal. Begitu ya. Eragon melirik ke arah Elf yang terdekat dengannya,
seorang wanita jangkung berambut perak. Para Elf tidak akan mengizinkanmu pergi
sendiri. Maukah kau membiarkan dua di antara mereka menunggangimu" Kalau tidak
begitu, mereka akan sulit menyamai langkahmu. Tidak hari ini. Hari ini, aku mau
sendirian! Dengan kepakan sayap, ia mengudara, melesat jauh ke atas. Saat ia
berbelok ke barat, menuju Sungai Jiet, suaranya terdengar dalam benak Eragon, lebih
samar daripada sebelumnya karena jarak di antara mereka. Saat aku kembali, kita akan
terbang bersama-sama, ya, Eragon" Ya, saat kau kembali, kita akan terbang
bersama-sama, hanya berdua. Kegirangan Saphira mendengar itu membuat Eragon
tersenyum saat memerhatikannya melesat ke arah barat. Eragon menurunkan mata
saat Blodhgarm berlari ke arahnya, selincah kucing hutan. Elf itu bertanya ke mana
Saphira pergi dan tampak tidak puas dengan penjelasan Eragon, tapi jika ia keberatan,
ia tidak menunjukkannya. "Baik," kata Eragon kepada dirinya sendiri saat Blodhgarm
kembali Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pada rekan-rekannya. "Kerjakan apa yang harus dikerjakan lebih dulu." Ia berjalan
melintasi perkemahan sampai menemukan lapangan besar terbuka tempat sekitar tiga
puluh anggota Varden sedang berlatih menggunakan segala jenis senjata. Dengan lega
ia melihat mereka terlalu sibuk latihan sehingga tidak menyadari kehadirannya. Sambil
berjongkok, ia meletakkan tangan kanan pada tanah yang terinjak-injak dengan telapak
menghadap ke atas. Ia memilih kata-kata yang akan dibutuhkannya dalam bahasa kuno,
kemudian bergumam, "Kuldr, risa lam iet un malthinae unin bollr." Tanah di sebelah
tangannya tampak tidak berubah, meski ia bisa merasakan mantranya bergerak melalui
tanah sepanjang beberapa ratus kaki ke segala arah. Tidak lebih dari lima detik
kemudian, permukaan tanah mulai menggelegak seperti seteko air yang dibiarkan
terlalu lama di atas api besar, dan memancarkan cahaya kekuningan. Eragon telah
belajar dari Oromis bahwa ke mana saja seseorang melangkah, tanah pasti
mengandung partikelpartikel kecil dari hampir semua elemen, dan sementara
partikel-partikel itu terlalu kecil dan tersebar untuk diambil dengan cara biasa, seorang
penyihir yang andal, dengan usaha keras, bisa mendapatkannya. Dari tengah-tengah
petak tanah kekuningan, debu gemerlapan menyembur bagai air mancur lalu turun
kembali, mendarat di telapak tangan Eragon. di sana setiap butir yang gemerlapan
menyatu dengan yang lain, sampai membentuk tiga butir emas murni, bulat sebesar
hazelnut, di telapak tangannya. "Letta," kata Eragon, dan melepaskan aliran sihirnya.
Ia berjongkok bertumpu pada kedua tumitnya dan berpegangan pada tanah ketika
gelombang keletihan menyapunya. Kepalanya merunduk, dan kelopak matanya
menutup setengah jalan saat penglihatannya berkelip dan memudar. Menarik napas
panjang, ia mengagumi bulatan-bulatan emas sebening kaca di tangannya sementara
menunggu kekuatannya kembali. Cantik sekali, pikirnya. Kalau saja aku bisa melakukan
ini saat kami masih tinggal di Lembah Palancar... Tapi memang hampir lebih mudah
untuk menambang emas. Mantra ini yang paling membuatku kelelahan sejak aku
membawa Sloan turun dari Helgrind. Ia mengantongi emas itu dan kembali melangkah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyusuri perkemahan. Ia menemukan tenda tukang masak dan melahap makan siang
cukup banyak, yang dibutuhkannya setelah merapalkan begitu banyak mantra yang
menguras tenaga, kemudian kembali ke tempat penduduk dari Carvahall tinggal. Saat
mendekat, ia mendengar dentingan logam membentur logam. Penasaran, ia berbelok ke
arah datangnya suara. Eragon melangkah mengitari barisan tiga gerobak yang diparkir
menghalangi jalan masuk dan melihat Horst berdiri di celah selebar tiga puluh kaki di
antara tenda-tenda, memegang ujung batangan besi sepanjang lima kaki. Ujung lain
batangan besi itu berwarna. merah ceri terang dan diletakkan pada permukaan lan-
dasan tempa besar seberat sembilan puluh kilogram, yang berdiri di atas bonggol pohon
besar dan lebar. Di kedua sisi landasan tempa, kedua putra Horst yang kekar, Albriech
dan Baldor, bergantian menghantam batangan besi tersebut dengan palu besar, yang
diayunkan di atas kepala mereka dalam pukulan melingkar lebar.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Tungku sementara berpendar panas beberapa kaki di belakang landasan tempa.
Dentumannya terdengar sangat keras, Eragon menjaga jarak sampai Albriech dan
Baldor selesai menempa besi dan Horst mengembalikan batangan itu ke dalam tungku.
Melambaikan tangannya yang bebas, Horst berseru, "Ho, Eragon!" Kemudian ia
mengangkat satu jari, mencegah jawaban dari Eragon, dan menarik sumbat terbuat
dari wol dari telinga kirinya. "Ah, sekarang aku bisa mendengar lagi. Apa yang
membawamu ke sini, Eragon?" Sementara bicara, kedua putranya memasukkan lebih
banyak arang dari ember ke tungku dan mulai merapikan capit, palu, cetakan, dan
peralatan lain yang berserakan di tanah. Tubuh ketiganya berkilat karena keringat. "Aku
ingin tahu apa yang menyebabkan keributan," kata Eragon. "Seharusnya sudah kuduga
itu kau. Tidak ada orang lain yang bisa menimbulkan kehebohan seperti seseorang dari
Carvahall." Horst terbahak, janggutnya yang tebal berbentuk seperti sekop menghadap
ke langit sampai tawanya mereda."Ah, itu menggelitik harga diriku. Dan kaulah buktinya,
eh?" "Kita semua," jawab Eragon. "Kau, aku, Roran, semua orang dari Carvahall.
Alagaesia tidak akan sama begitu kita semua bergerak." Ia menunjuk tungku dan
peralatan lain. "Kenapa kau di sini" Aku mengira semua pandai besi-" "Memang,
Eragon. Memang. Meski demikian, aku berhasil meyakinkan sang kapten yang
bertanggung jawab di bagian perkemahan ini untuk membiarkanku bekerja lebih dekat
ke tenda kami." Horst menarik-narik ujung janggutnya. "Ini karena Elain, kau tahu. Bayi
ini, sangat mempersulitnya, dan tidak heran menimbang apa yang telah kami alami
untuk tiba di sini. Elain memang selalu rapuh, dan sekarang aku khawatir ia... yah..." Ia
mengguncang tubuh seperti seekor beruang mengusir lalat. "Mungkin kau bisa
memeriksanya jika ada waktu dan melihat apakah kau bisa meringankan sakitnya." "Aku
akan melakukannya," janji Eragon. Sambil menggeram puas, Horst mengangkat
setengah batangan besi keluar dari tungku untuk melihat warnanya dengan lebih baik.
Memasukkan batangan itu kembali ke tengah-tengah api, ia mengentakkan janggutnya
ke arah Albriech. "Sini, angin-anginkan. Sudah hampir siap." Saat Albriech mulai
memompa peniup dari kulit, Horst nyengir ke arah Eragon. "Ketika aku bilang kepada
Varden aku pandai besi, mereka begitu gembira, kau bakal mengira mereka
menganggapku Penunggang Naga. Mereka tidak punya banyak pengrajin logam, kau
tahu. Dan mereka memberiku peralatan yang tidak kumiliki, termasuk landasan tempa
itu. Ketika kami meninggalkan Carvahall, aku begitu sedih karena mengira tidak akan
bisa melakukan keahlianku lagi. Aku bukan pengrajin pedang, tapi di sini, ah, di sini ada
cukup pekerjaan untuk membuat Albriech, Baldor, dan aku sibuk sampai lima puluh
tahun mendatang. Upahnya tidak bagus, tapi setidaknya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kami tidak tergeletak dirantai di penjara bawah tanah Galbatorix." "Atau Para RaBaldor.
"Aye, itu juga." Horst memberi tanda kepada kedua putranya untuk mengambil palu lagi
dan kemudian, memegang sumbat di sebelah telinga kirinya, ia berkata, "Ada lagi yang
kauperlukan dari kami, Eragon" Besinya sudah siap, dan aku tidak bisa
meninggalkannya di dalam api lebih lama tanpa membuatnya terlalu lunak." "Kau tahu di
mana Gedric?" "Gedric?" Kerutan di antara alis Horst semakin dalam. "Ia seharusnya
sedang berlatih pedang dan tombak bersama pria-pria lain, sebelah sana sekitar
seperempat mil." Horst menunjuk dengan ibu jarinya. Eragon berterima kasih kepadanya
lalu pergi ke arah yang tadi ditunjuk Horst. Dentingan besi beradu besi kembali
terdengar berulang-ulang, sejernih suara genta serta setajam dan semenusuk jarum
kaca menembus udara. Eragon menutup telinga dan tersenyum. Hatinya lega melihat
Horst telah kembali melakukan apa yang disukainya dan bahwa, meski harus
kehilangan rumah, Horst masih orang yang sama seperti ketika di Carvahall. Entah
bagaimana keteguhan dan keriangan si pandai besi membuat keyakinan Eragon
kembali menyala bahwa mereka bisa mengalahkan Galbatorix, pada akhirnya
segalanya akan baik-baik saja, dan seluruh hidupnya serta semua orang dari Carvahall
akan kembali normal. Tidak lama kemudian Eragon tiba di lapangan tempat pria-pria
dari Carvahall sedang berlatih menggunakan senjata baru mereka. Gedric ada di sana,
seperti kata Horst tadi, berlatih bersama Fisk, Darmmen, dan Morn. Eragon hanya perlu
bicara sebentar dengan seorang veteran bertangan satu yang melatih mereka agar
membebaskan Gedric untuk sementara. Si penyamak kulit itu berlari menghampiri
Eragon dan berdiri di hadapannya, tatapannya mengarah ke bawah. Pria itu pendek dan
berkulit hitam, dengan rahang kotak seperti anjing mastiff, alisnya tebal, dengan lengan
kekar berotot karena mengaduk kuali berbau busuk tempat ia mengasap kulit. Meski ia
jauh dari tampan, Eragon tahu ia pria yang baik dan jujur. "Apa yang bisa kubantu,
Shadeslayer?" Gedric bergumam. "Kau sudah melakukannya. Dan aku datang ke sini
untuk berterima kasih dan membayarmu." "Aku" Bagaimana aku telah membantumu,
Shadeslayer?" Ia bicara perlahan, dengan hati-hati, seakan-akan Eragon sedang
memasang jebakan untuknya. "Tidak lama setelah aku melarikan diri dari Carvahall, kau
mendapati seseorang telah mencuri tiga kulit kerbau dari pondok pengeringan di dekat
kuali penyamakan. Apakah aku benar?" Wajah Gedric semakin gelap karena malu, dan
ia menggerakgerakkan kakinya. "Ah, itu karena aku tidak mengunci pondok itu, kau
tahu. Siapa saja bisa menyelinap masuk dan mengambil kulit-kulit itu. Lagi Pula,
menimbang apa yang terjadi setelah itu, aku menganggapnya tidak penting. Aku
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghancurkan sebagian besar persediaanku sebelum kami bergerak menuju
Pegunungan Spine, agar pasukan Kekaisaran dan Para Ramenjijikkan itu tidak bisa
mengambil sesuatu yang berguna. Siapa pun yang mengambil kulit-kulit itu
membantuku dari menghancurkan tiga lembar lagi. Jadi menurutku, biarkanlah yang
sudah terjadi." "Mungkin," kata Eragon, "tapi aku masih merasa berkewajiban untuk
memberitahumu bahwa akulah yang mencuri kulit-kulitmu. Di sini Gedric menatap mata
Eragon, menatapnya seperti melihat seorang biasa, tanpa rasa takut, kagum, atau
segan, seolaholah si penyamak kulit sedang menimbang-nimbang kembali pendapatnya
tentang Eragon. "Aku mencurinya, dan aku tidak bangga karenanya, tapi aku
membutuhkan kulit-kulit itu. Tanpanya, mungkin aku tidak akan bertahan cukup lama
untuk mencapai kaum elf di Du Weldenvarden. Aku selalu memilih untuk menganggap
tindakan itu sebagai meminjam, tapi sejujurnya, aku mencuri, karena aku tidak punya
niat untuk mengembalikannya. Maka, aku minta maaf kepadamu. Dan karena aku tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
akan mengembalikan kulit-kulit itu, atau sisanya, rasanya layak jika aku membayarnya."
Dari dalam sabuknya, Eragon mengeluarkan butiran emas- keras, bulat, dan hangat
akibat suhu tubuhnya-dan menyerahkannya kepada Gedric. Gedric menatap benda
seperti mutiara terbuat dari logam bersinar tersebut, rahangnya yang besar terkatup
rapat, kerut-kerut di sekitar bibirnya yang tipis tampak keras dan kukuh. Ia tidak
menghina. Eragon dengan menimang emas itu di tangannya, atau menggigitnya, tapi
ketika bicara, ia berkata, "Aku tidak bisa menerima ini, Eragon. Aku seorang penyamak
yang andal, tapi kulit yang kubuat tidak seberharga ini. Kemurahan hatimu sangat
kuhargai, tapi aku tidak akan merasa nyaman menerima emas ini. Aku akan merasa
tidak layak mendapatkannya." Tidak terkejut, Eragon berkata, "Kau tidak akan menolak
seseorang yang ingin menawar dengan harga pantas, bukan?" "Tidak." "Bagus. Maka
kau tidak bisa menolakku. Sebagian besar orang menawar lebih rendah. Dalam kasus
ini, aku memilih untuk menawar lebih tinggi, tapi aku tetap akan menawar dengan
ngotot, seakan-akan sedang mempertahankan beberapa keping koin. Bagiku,
kulit-kulit itu pantas mendapatkan harga setiap butir emas ini, dan aku tidak akan
membayarmu lebih rendah daripada itu, bahkan jika kau menghunuskan pisau ke
leherku." Jemari Gedric yang tebal mengepal butiran emas di tangannya. "Karena kau
memaksa, aku tidak akan berlaku tidak sopan untuk menolaknya. Tidak ada orang yang
bilang Gedric Ostvensson membiarkan rezeki lewat begitu saja karena ia sibuk
mengungkapkan betapa dirinya sendiri tidak berharga. Terima kasihku untukmu,
Shadeslayer." Ia menyimpan butiran emas itu dalam kantong di sabuknya,
membungkusnya Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dengan secarik kain wol untuk melindunginya agar tidak tergores. "Garrow
membesarkanmu dengan baik, Eragon. Ia membesarkanmu dan Roran dengan baik. Ia
mungkin semasam cuka serta sekeras dan sekering rutabaga musim dingin, tapi ia telah
membesarkan kalian berdua dengan baik sekali. Ia akan bangga padamu, kurasa.
Kesedihan yang tidak diundang membuat dada Eragon sesak. Saat Gedric berbalik
untuk kembali kepada kawan-kawannya, ia berhenti. "Jika aku boleh bertanya, Eragon,
kenapa kulit-kulit itu sangat berharga untukmu" Kaugunakan untuk apa?" Eragon
tergelak. "Untuk apa" Wah, dengan bantuan Brom, aku membuat pelana untuk Saphira
dari kulit-kulit itu. Saphira tidak menggunakannya sesering dulu-tidak sejak para Elf
memberi kami pelana naga yang lebih layak-tapi pelana pertama itu membantu sekali
dalam sekian banyak pergumulan dan pertarungan, dan bahkan saat Pertempuran
Farthen Dur." Rasa takjub membuat alis Gedric terangkat tinggi, menunjukkan kulit
berwarna pucat yang biasanya tersembunyi di kerutan yang dalam. Seperti pecahan di
batu granet biru keabu-abuan, cengiran lebar merekah di rahangnya, mengubah
ekspresinya. "pelana!" ia tersentak. "Bayangkan, aku menyamak kulit untuk pelana
seorang Penunggang! Dan aku sama sekali tidak tahu saat melakukannya! Bukan,
bukan seorang Penunggang, tapi sang Penunggang. Ia yang akhirnya akan
menumbangkan sang tiran gelap! Kalau saja ayahku bisa melihatku sekarang!"
Menendangkan kaki, Gedric berjingkrak gembira. Masih sambil nyengir lebar, ia
membungkuk kepada Eragon dan kembali ke tempat teman-teman sedesanya berada,
bercerita kembali kepada semua orang yang ada di sana. Berniat untuk melarikan diri
sebelum banyak orang mengerubunginya, Eragon menyelinap, pergi di antara dua
barisan tenda, senang dengan apa yang telah dicapainya. Mungkin butuh waktu lama,
pikirnya, tapi aku selalu membayar utang. Tidak lama kemudian, ia tiba di tenda lain,
dekat batas timur perkemahan. Ia mengetuk tiang di antara dua tingkap tenda. Dengan
suara keras, pintu disibakkan ke samping untuk menunjukkan istri Jeod, Helen, berdiri di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sana. Ia menatap Eragon dengan dingin. "Kurasa kau ingin bicara. dengannya." "Jika ia
ada di sini." Eragon tahu betel Jeod ada di sana, karena ia bisa merasakan benak pria
itu sejelas merasakan benak Helen. Selama sesaat, Eragon mengira Helen akan
melarangnya bertemu dengan Jeod, tapi kemudian wanita itu mengangkat bahu dan
minggir ke samping. "Kalau begitu masuk saja." Eragon mendapati Jeod sedang duduk
di bangku kecil tanpa sandaran, sedang sibuk membaca gulungan perkamen, buku, dan
berlembar-lembar kertas yang ditumpuk tinggi di tempat tidur tanpa selimut. Sejumput
rambut tipis menggelantung didahi Jeod, mirip bekas luka yang memanjang dari batok
kepala sampai pelipisnya. "Eragon!" ia berseru ketika melihatnya, kerut-kerut
konsentrasi di wajahnya menghilang. "Selamat datang, selamat datang!" Ia menjabat
tangan Eragon dan menawarinya bangku yang tadi didudukinya. "Nih, aku akan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
duduk di tepi ranjang. Tidak, silakan, kau. tamu. kami. Apakah kau mau makan atau
minum" Nasuada memberi kami ransum tambahan, jadi jangan takut kau akan
membuat kami kelaparan. Ini jauh lebih sederhana daripada yang bisa kami suguhkan
di Teirm, tapi tidak ada orang yang pergi berperang dan berharap bisa makan enak,
termasuk seorang raja." "Secangkir teh akan menyenangkan," kata Eragon. "Maka teh
dan biskuit." Jeod melirik ke arah Helen. Mengambil teko dari lantai, menumpukannya di
pinggul, Helen memasukkan ujung botol kulit ke moncong teko, lalu menekan. Teko itu
bergetar dengan suara menderu lirih ketika air mengalir ke dasarnya. Jemari Helen
semakin keras mencengkeram botol kulit, menekannya sampai aliran air semakin
sedikit. Ia berdiri di sana, dengan wajah seperti seseorang yang melakukan pekerjaan
menjijikkan, sementara tetesan air menyebabkan suara menjengkelkan saat
menghantam bagian dalam teko. Senyum minta maaf tampak pada wajah Jeod. Ia
menatap selembar kertas dekat lututnya sementara menunggu Helen selesai. Eragon
memperhatikan kerutan pada bahan sisi tenda. Tetesan air yang bersuara keras teruss
berlangsung selama lebih dari tiga menit. Ketika teko akhirnya penuh, Helen mencabut
botol kulit yang sekarang kempis dari moncong teko, menggantungnya di pasak pada
tiang utama tenda, lalu berderap keluar. Eragon mengangkat sebelah alis pada Jeod.
Jeod membentangkan tangan. "Posisiku dalam Varden ternyata tidak sepenting yang
diharapkan Helen, dan ia menyalahkanku. Ia setuju meninggalkan Teirm bersamaku,
berharap, atau setidaknya kuduga ia berharap, bahwa Nasuada akan mengikut-sertakan
aku ke lingkaran inti para penasihatnya, atau menghadiahiku tanah dan harta layak
untuk tuan tanah, atau semacam hadiah besar karena telah membantu mencuri telur
Saphira bertahun-tahun lalu. Yang tidak diperhitungkan Helen adalah kehidupan
sederhana petarung pedang biasa: tidur di tenda, memasak sendiri, mencuci pakaian
sendiri, dan seterusnya. Bukannya ia hanya memikirkan kekayaan dan status, tapi kau
harus mengerti, ia dilahirkan di salah satu keluarga pengusaha pengapalan terkaya di
Teirm, dan sebagian besar waktu dalam pernikahan kami, aku pun sukses dalam bisnis.
Ia tidak terbiasa mengerjakan apa-apa sendiri seperti ini, dan ia masih harus
membiasakan diri dengan keadaan." Bahunya dinaikkan kemudian agak melorot.
"Harapanku sendiri adalah petualangan ini-jika boleh dibilang ada sisi romantisnya-akan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mempersempit jarak di antara kami yang telah semakin lebar beberapa tahun
belakangan, tapi seperti biasa, tidak ada yang semudah kelihatannya." "Apakah kau
merasa seharusnya Varden memberimu penghormatan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lebih besar?" tanya Eragon. "Bagiku sendiri, tidak. Bagi Helen..." Jeod bimbang. "Aku
ingin ia bahagia. Hadiah untukku adalah berhasil melarikan diri dengan selamat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bersama Brom dari Gilpasukannya; kepuasan saat mengetahui aku telah membantu
memukul telak Galbatorix; bisa kembali ke kehidupanku yang dulu dan masih bisa
membantu Varden lebih lanjut; dan bisa menikahi Helen. Itu semua adalah hadiah
untukku, dan aku puas menerimanya. Semua keraguanku lenyap ketika melihat Saphira
terbang keluar dari asap yang membubung di Dataran Membara. Tapi aku tidak tahu
apa yang harus dilakukan tentang Helen. Tapi aku sudah melantur. Ini bukan
masalahmu, dan aku tidak seharusnya membebanimu." Eragon menyentuh segulung
perkamen dengan ujung telunjuknya. "Kalau begitu katakan padaku, kenapa banyak
sekali kertas" Apakah kau menjadi penyalin dokumen sekarang?" Pertanyaan itu.
membuat Jeod geli. "Bukan, meski perkeraanku sama melelahkannya. Karena akulah
yang menemukan lorong rahasia ke dalam istana Galbatorix, di Urubeberapa buku
langka dari perpustakaanku di Teirm, Nasuada telah menugaskanku untuk mencari
kelemahan-kelemahan yang sama di kota kota Kekaisaran yang lain. Jika aku bisa
menemukan sesuatu yang menyebutkan terowongan untuk mencapai bagian bawah
tembok Dras- Leona, misalnya, mungkin bisa menghindari pertumpahan darah." "Kau
mencari di mana?" "Di mana saja yang kubisa." Jeod menyisir ke belakang sejumput
rambut yang menggelantung di dahinya. "Sejarah; mitos; legenda; sajak; lagu; catatan
agama; tulisan para Penunggang, penyihir, pengelana, orang-orang gila, penguasa
kecil, berbagai jenis jenderal, siapa saja yang memiliki pengetahuan tentang pintu
tersembunyi, mekanisme rahasia, atau sesuatu mirip seperti itu yang bisa
menguntungkan kita. Jumlah materi yang harus kuperiksa banyak sekali, karena semua
kota telah berdiri selama ratusan tahun, dan beberapa malah sudah berdiri sebelum
manusia tiba di Alagaesia." "Apakah mungkin kau menemukan sesuatu?" "Tidak,
rasanya tidak. Biasanya orang tidak akan berhasil mengorek rahasia masa lalu. Tapi
aku mungkin masih bisa mencari, jika waktunya cukup. Aku tidak punya keraguan
bahwa apa yang kucari memang ada di setiap kota; kota-kota, itu terlalu tua untuk tidak
menyimpan jalan-jalan rahasia masuk dan keluar tembok mereka. Meski demikian, hal
yang lain sama sekali adalah apakah catatan tentang jalan-jalan rahasia itu memang
ada dan apakah kita memilikinya. Orang-orang yang mengetahui adanya pintu tingkap
tersembunyi dan sejenisnya biasanya ingin menyimpan informasi itu untuk diri mereka
sendiri." Jeod mengambil setumpuk kertas di sebelahnya di tempat tidur dan
mendekatkan mereka ke wajahnya, kemudian mendengus dan menyingkirkan
kertas-kertas tersebut. "Aku berusaha mencari jawaban teka-teki yang diciptakan
orang-orang yang tidak ingin teka-teki itu dipecahkan."
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Ia dan Eragon melanjutkan berbicara tentang hal lain yang tidak penting sampai Helen
muncul kembali, membawa tiga gelas teh mengepul berwarna merah tua. Saat Eragon
menerima gelasnya, ia melihat kemarahan Helen yang tadi telah mereda, dan ia
bertanya-tanya apakah Helen mencuri dengar perkataan Jeod tentang dirinya. Helen
menyerahkan gelas kepada Jeod dan, dari tempat di belakang Eragon, mengambil
sebuah piring kaleng penuh biskuit pipih dan sebuah pot tembikar kecil berisi madu.
Kemudian ia mundur beberapa kaki dan berdiri bersandar pada tiang utama tenda,
meniup gelasnya sendiri. Demi sopan santun, Jeod menunggu sampai Eragon
mengambil sekeping biskuit dan menggigitnya sebelum berkata, "Kehormatan apa yang
kudapatkan dari kunjunganmu ini, Eragon" Kecuali aku salah, ini bukan kunjungan
biasa." Eragon menyeruput tehnya. "Setelah Pertempuran Dataran Membara, aku
berjanji padamu akan bercerita tentang bagaimana Brom tewas. Itulah alasanku datang
ke sini." Warna kelabu menggantikan warna merah di pipi Jeod. "Oh." "Aku tidak harus
menceritakannya, jika kau tidak mau," Eragon segera menambahkan. Dengan usaha
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
keras, Jeod menggeleng. "Tidak. Aku mau mendengarkan. Kau hanya membuatku
terkejut." Ketika Jeod tidak meminta Helen untuk pergi, Eragon tidak yakin apakah ia
harus melanjutkan, tapi kemudian ia memutuskan bahwa tidak masalah Helen atau
orang lain mendengar kisahnya. Dengan suara perlahan dan mantap, Eragon mulai
menceritakan kembali kejadian yang telah berlangsung sejak ia dan Brom meninggalkan
rumah Jeod. Ia bercerita tentang pertemuan mereka dengan segerombolan Urgal,
bagaimana mereka mencari-cari Ramereka di luar kota, dan bagaimana Ramereka
kabur menghindari serangan Murtagh. Kerongkongan Eragon tercekat ketika
menceritakan saat-saat terakhir Brom, tentang gua batu pasir yang dingin tempatnya
berbaring, perasaan tak berdaya yang menyerang Eragon ketika menatap kehidupan
Brom meredup, tentang bau kematian yang menyebar di udara, tentang kata-kata
terakhir Brom yang terakhir, tentang makam batu pasir yang dibuat Eragon dengan sihir,
dan tentang bagaimana. Saphira mengubah makam batu itu menjadi berlian. "Kalau saja
waktu itu aku tahu apa yang kuketahui sekarang," kata Eragon, "maka aku bisa
menyelamatkannya. Tapi..." Tidak mampu mengeluarkan kata-kata melalui
tenggorokannya yang terkatup, ia mengusap mata dan meneguk tehnya. Ia berharap
minuman itu lebih keras. Desahan meluncur dari mulut Jeod. "Dan maka berakhirlah
hidup Brom. Celakanya, keadaan kita semua jadi lebih buruk tanpanya. Jika bisa
memilih saat kematiannya, kurasa ia akan memilih mati seperti ini, dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengabdian kepada Varden, melindungi Penunggang Naga terakhir yang merdeka."
"Apakah kau tahu ia pernah menjadi Penunggang?" Jeod mengangguk. "Varden
memberitahuku sebelum aku bertemu dengannya." "Tampaknya ia jenis pria yang tidak
mau mengungkapkan apa-apa tentang dirinya sendiri," komentar Helen. Jeod dan
Eragon tertawa. "Ia memang begitu," kata Jeod. "Aku masih belum bisa pulih dari
keterkejutanku melihat kalian berdua, Eragon, berdiri di depan pintu rumah kami. Brom
selalu menyimpan pikirannya sendiri, tapi kami jadi berkawan baik ketika berkelana
bersama-sama, dan aku tidak mengerti mengapa ia membiarkanku menganggapnya
sudah meninggal sekitar berapa, enam belas, tujuh belas tahun" Terlalu lama. Terlebih
lagi, karena. Brom-lah yang membawa telur Saphira ke Varden setelah ia membunuh
Morzan di Giltanpa mengungkapkan bahwa Brom masih hidup. Maka aku
menghabiskan hampir dua dekade merasa yakin bahwa petualangan terbesar dalam
hidupku telah berakhir dalam kegagalan dan, hasilnya, kami telah kehilangan
satu-satunya harapan memiliki Penunggang Naga untuk membantu kami
menggulingkan Galbatorix. Itu beban yang tidak mudah untuk kupikul, aku bisa
meyakinkanmu..." Dengan sebelah tangan, Jeod mengusap alisnya. "Ketika aku
membuka pintu depan rumah kami dan sadar apa yang sedang kulihat, aku mengira
bayangan dari masa laluku telah datang untuk menghantuiku. Brom bilang ia
menyembunyikan diri untuk meyakinkan bahwa dirinya masih akan hidup untuk melatih
Penunggang yang baru ketika pria atau wanita itu muncul, tapi penjelasannya tidak
pernah betul-betul memuaskanku. Kenapa menurutnya ia perlu menyembunyikan diri
dari semua orang yang mengenalnya dan menyayanginya" Apa yang ditakutkannya"
Apa yang dilindunginya?" Jeod mengelus-elus gagang gelas dengan jemarinya. "Aku
tidak bisa membuktikannya, tapi menurutku Brom pasti telah menemukan sesuatu di
Gilsehingga membuat Brom meninggalkan seluruh kehidupannya sampai saat itu. Itu
terkaan penuh khayalan, aku mengakuinya, tapi aku tidak bisa memikirkan tindakan
Brom tanpa menduga ada informasi tertentu yang tidak pernah dibaginya bersamaku
atau kepada orang lain." Sekali lagi Jeod mendesah, dan mengusap wajahnya yang
panjang dengan tangan. "Setelah sekian tahun terpisah, aku punya harapan Brom dan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
aku akan berkelana bersama-sama sekali lagi, tapi nasib berkata lain. Kemudian
kehilangan dirinya lagi untuk kedua kali hanya beberapa minggu setelah mendapati
bahwa ia masih hidup adalah lelucon kejam yang diberikan dunia ini kepadaku." Helen
melangkah melewati Eragon dan berdiri di sebelah Jeod, menyentuh pundaknya. Jeod
memberinya senyum sedih dan melingkarkan lengan pada pinggang istrinya yang
ramping. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Aku senang kau dan Saphira memberi Brom makam yang bahkan akan membuat raja
kurcaci iri. Ia layak mendapatkannya dan lebih dari itu atas segala yang telah
dilakukannya demi Alagaesia. Meskipun begitu orang-orang menemukan makamnya,
aku punya kecurigaan menakutkan mereka takkan segan untuk segera
memecahkannya demi mendapatkan berlian." "Jika mereka melakukannya, mereka
akan menyesal," gumam Eragon. Ia bertekad akan kembali ke sana begitu memiliki
kesempatan dan meletakkan mantra di makam Brom untuk melindunginya dari
pembongkar makam. "Lagi pula, mereka akan terlalu sibuk berburu bunga bakung emas
untuk mengganggu Brom." "Apa?" "Bukan apa-apa. Tidak penting." Mereka bertiga
meneguk teh. Helen menggigit sekeping biskuit. Kemudian Eragon bertanya, "Kau
pernah bertemu Morzan, bukan?" "Bukan kejadian-kejadian yang paling menyenangkan,
tapi ya, aku bertemu dengannya." "Seperti apa dia?" "Sebagai seorang manusia" Aku
tidak bisa bilang, meski sudah terbiasa mendengar kisah tentang kekejamannya. Setiap
kali aku dan Brom berselisih jalan dengannya, ia berusaha membunuh kami. Atau lebih
tepatnya, menangkap, menyiksa, kemudian membunuh kami, dan tidak ada yang
mendekati kenyataan." Eragon terlalu tegang untuk menanggapi lelucon Jeod. Jeod
beringsut di ranjangnya. "Sebagai seorang pejuang, Morzan sangat menakutkan.
Seingatku kami sering sekali melarikan diri darinya-ia dan naganya. Hanya sedikit hal
yang sama menakutkannya seperti seekor naga marah mengejarmu." "Bagaimana
rupanya?" "Kau tampaknya sangat tertarik padanya." Eragon mengerjap sekali. "Aku
penasaran. Ia adalah Kaum Terkutuk terakhir yang mati, dan Brom-lah yang
membunuhnya. Dan sekarang putra Morzan adalah musuh terbesarku." "Coba
kuingat-ingat," kata Jeod. "Ia jangkung, bahunya lebar, rambutnya gelap seperti bulu
gagak, dan matanya berlainan warna. Satu biru dan satu lagi hitam. Dagunya tidak
berjanggut, dan salah satu ujung jarinya buntung; aku lupa jari yang mana. Wajahnya
tampan, dalam cara kejam dan congkak, dan jika ia bicara, ia sangat karismatik. Baju
besinya selalu digosok mengilap, entah berupa rangkaian cincin atau lempengan baja,
seolaholah ia tidak takut tepergok musuhmusuhnya, yang kurasa memang tidak. Jika ia
tertawa, kedengarannya seakan-akan ia sedang kesakitan." "Bagaimana dengan kawan
wanitanya, Selena" Apakah kau bertemu dengannya juga?"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Jeod tertawa. "Jika aku pernah bertemu dengannya, aku tidak akan ada di sini
sekarang. Morzan mungkin saja seorang ahli pedang yang ditakuti, penyihir yang tidak
mudah dikalahkan, seorang pengkhianat dan pembunuh, tapi wanita itulah yang
menyebabkan teror paling mengerikan pada semua orang. Morzan hanya
menggunakannya untuk tugas yang paling menjijikkan, sulit, atau sangat rahasia
sehingga tidak ada orang lain yang mau melakukannya. Wanita itu adalah Tangan
Hitam Morzan, dan kehadirannya selalu menandakan kematian seketika, penyiksaan,
pengkhianatan, atau kejadian mengerikan lainnya." Eragon merasa mual mendengar
ibunya dideskripsikan dengan cara seperti itu. "Wanita itu benar-benar jahat, sama
sekali tidak punya rasa kasihan atau perikemanusiaan. Kata orang, ketika ia
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menawarkan pengabdiannya, Morzan mengujinya dengan cara mengajarinya kata
sembuh dengan bahasa kuno- karena wanita itu juga perapal mantra selain petarung
biasa-dan kemudian menyuruhnya melawan dua belas prajurit berpedang Morzan yang
terbaik." "Bagaimana cara wanita itu mengalahkan mereka?" "Ia menyembuhkan
mereka dari rasa takut, benci, dan semua perasaan yang membuat pria bisa
membunuh. Dan ketika mereka berdiri saja sambil nyengir tolol pada satu sama lain
seperti domba idiot, ia menghampiri kedua belas pria itu dan menggorok leher mereka...
Apakah kau baikbaik saja, Eragon" Kau sepucat mayat." "Aku tidak apa-apa. Apa lagi
yang bisa kauingat?" Jeod mengetuk sisi gelasnya. "Selena adalah sesuatu yang
menakutkan. Ia juga agak misterius. Tidak ada orang selain Morzan yang tahu nama
aslinya sampai beberapa bulan sebelum kematian Morzan. Bagi masyarakat umum,
tidak ada yang menganggap Selena apa pun kecuali seorang Tangan Hitam; para
Tangan Hitam yang kita kenal sekarang-koleksi mata-mata, pembunuh bayaran, dan
penyihir yang menjalankan kegiatan curang Galbatorix-adalah usaha Galbatorix untuk
menciptakan kembali kegunaan Selena terhadap Morzan. Bahkan di antara kaum
Varden, hanya segelintir saja yang tahu namanya, dan sebagian besar dari mereka
sekarang sudah membusuk di dalam. kubur. Seingatku, Brom-lah yang berhasil
mengetahui identitasnya. Sebelum aku pergi ke Varden membawa informasi tentang
jalan masuk rahasia ke dalam Kastil Ilirea-yang dibangun kaum Elf bermilenia lalu dan
yang diperluas Galbatorix untuk membangun benteng hitam yang sekarang
mendominasi Urumenghabiskan waktu cukup panjang untuk memata-matai kediaman
Morzan dengan harapan bisa menggali kelemahan Morzan... Aku percaya Brom bisa
masuk ke aula Morzan dengan cara menyamar menjadi salah satu pelayan. Saat itulah
ia mengetahui hal-hal tentang Selena. Tapi tetap saja, kami tidak pernah tahu mengapa
wanita itu begitu berbakti kepada Morzan. Mungkin ia mencintainya. Bagaimanapun, ia
sangat loyal kepada Morzan, bahkan sampai mati. Tidak lama setelah Brom membunuh
Morzan, kabar Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sampai ke telinga kaum Varden bahwa Selena meninggal karena sakit. Seakan-akan ia
adalah elang terlatih yang sangat mencintai tuannya, ia tidak bisa hidup tanpanya." Ia
tidak loyal sepenuhnya, pikir Eragon. Ia mengkhianati Morzan dengan cara membawaku
lari, meski hasilnya ia harus kehilangan nyawa. Kalau saja ia juga bisa menyelamatkan
Murtagh. Sedangkan tentang kejahatan yang dilakukannya seperti dalam cerita Jeod,
Eragon memilih untuk menganggap Morzan telah memutarbalikkan kebaikan dalam. diri
Selena. Demi kewarasannya sendiri, Eragon tidak bisa menerima kenyataan kedua
orangtuanya jahat. "Selena mencintainya," kata Eragon, menatap, ampas di dasar
gelasnya. "Pada awalnya, ia mencintai Morzan; mungkin kemudian cintanya luntur.
Murtagh adalah putra Selena." Jeod mengangkat sebelah alis."Benar begitu" Kau
mendengarnya dari Murtagh sendiri, kurasa?" Eragon mengangguk. "Wah, itu menjawab
beberapa pertanyaan yang ada dalam benakku selama ini. Ibu Murtagh... Aku heran
Brom tidak berhasil mencari tahu rahasia itu." "Morzan berbuat apa saja semampunya
demi menyembunyikan keberadaan Murtagh, bahkan dari Kaum Terkutuk yang lain."
Kemudian keheningan menyelinap di antara mereka, seperti binatang pemalu yang siap
untuk kabur begitu ada gerakan. Eragon teruss menatap, gelasnya. Berbagai
pertanyaan menyerangnya, tapi ia tahu Jeod tidak bisa menjawabnya dan rasanya tidak
ada orang lain yang bisa: Mengapa Brom menyembunyikan diri di Carvahall" Untuk
mengawasi Eragon, putra musuh yang paling dibencinya" Apakah memberi Zaradalah
lelucon kejam Brom" Dan mengapa Brom tidak berkata jujur tentang orangtuanya"
Eragon mencengkeram gelas lebih keras dan, tanpa disengaja, menghancurkannya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Ketiganya terlonjak mendengar suara keras gelas pecah. "Sini, mari kubantu," kata
Helen, segera melompat ke depan dan mengusap tunik Eragon dengan lap. Malu sekali,
Eragon meminta maaf berkali-kali, sementara Jeod dan Helen menenangkannya
dengan berkata itu bukan masalah besar dan Eragon jangan cemas. Sementara Helen
memunguti pecahan tembikar yang dikeraskan dengan api tersebut, Jeod mulai
mencari-cari di antara tumpukan buku, perkamen, dan kertas yang menutupi ranjang
sambil berkata, "Ah, hampir saja aku lupa. Aku punya sesuatu untukmu, Eragon, yang
mungkin bisa berguna. Jika bisa kutemukan di antara tumpukan ini..." Dengan seruan
gembira, ia menegakkan tubuh, melambaikan sebuah buku, yang kemudian
diserahkannya kepada Eragon. Itu adalah buku Domia abr Wyrda, Dominasi Nasib,
sejarah komplet Alagaesia yang ditulis Heslant si Biarawan. Eragon pertama kali
melihatnya di perpustakaan Jeod di Teirm. Ia tidak mengira akan memiliki kesempatan
untuk memeriksanya lagi. Menikmati rasanya, tangan Eragon menelusuri sampul depan
buku yang terbuat dari kulit berukir, licin karena usia, kemudian membukanya dan
mengagumi barisan rapi rune di dalamnya, ditulis dengan tinta merah mengilat.
Terpesona akan kumpulan besar ilmu
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pengetahuan yang dipegangnya, Eragon berkata, "Kau ingin aku memiliki ini?" "Ya,"
Jeod memastikan. Ia minggir ketika Helen mengambil pecahan gelas dari kolong
ranjang. "Kurasa kau bisa mengambil keuntungan darinya. Kau terlibat dalam
kejadian-kejadian historis, Eragon, akar dari kesulitan yang kauhadapi adalah kejadian
yang berlangsung dari dekade-dekade, abad-abad, dan milenia yang lalu. Jika aku jadi
kau, dalam setiap kesempatan aku akan mempelajari sejarah yang bisa mengajari kita
sesuatu, karena mungkin bisa membantumu mengatasi masalah-masalah yang
kauhadapi sekarang. Dalam kehidupanku sendiri, membaca catatan masa lalu telah
sering memberiku keberanian dan pandangan untuk memilih mana jalan yang tepat."
Eragon kepengin sekali menerima hadiah itu, tapi ia masih bimbang. "Brom bilang
Domia abr Wyrda adalah benda paling berharga di rumahmu. Juga langka... Lagi pula,
bagaimana dengan pekerjaanmu" Tidakkah kau membutuhkan buku ini un-tuk
penelitianmu?" "Domia abr Wyrda memang berharga dan langka," kata Jeod, "tapi
hanya di Kekaisaran, tempat Galbatorix membakar setiap eksemplar yang ditemukan
dan menggantung pemiliknya yang bernasib buruk. Di sini di perkemahan, aku sudah
punya enam eksemplar yang diserahkan kepadaku oleh anggota rumah tangga istana
Raja Orrin, dan buku ini bukanlah jenis yang disebut orang sebagai pusat pembelajaran
besar. Meski demikian, aku berat berpisah dengan buku ini, dan hanya karena kau bisa
menggunakannya dengan lebih baik daripadaku. Buku seharusnya berada di tangan
yang paling bisa menghargainya, dan tidak hanya diletakkan tanpa dibaca,
mengumpulkan debu dalam lemari yang terlupakan, setujukah kau?" "Setuju." Eragon
menutup Domia abr Wyrda dan sekali lagi menelusurkan jemari pada pola rumit di
sampulnya, terpesona pada desain meliuk-liuk yang dipahat pada kulitnya. "Terima
kasih. Aku akan menjaganya baik-baik selama buku ini berada di tanganku." Jeod
menunduk dan bersandar pada dinding tenda, tampak puas. Membalik buku pada
sisinya, Eragon memeriksa tulisan pada punggung buku tersebut. "Heslant itu biarawan
apa?" "Sekte kecil dan rahasia bernama Arcaena yang berasal dari daerah dekat
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kuasta. Ordo mereka, yang telah bertahan setidaknya selama lima ratus tahun, percaya
bahwa pengetahuan adalah hal yang suci." Senyum Samar membuat wajah Jeod
tampak misterius. "Mereka mendedikasikan diri untuk mengoleksi setiap potong
informasi di dunia dan melestarikannya melawan waktu ketika mereka percaya
semacam bencana besar yang tidak diketahui bentuknya akan menghancurkan seluruh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
peradaban di Alagaesia." "Kedengarannya seperti agama yang aneh," kata Eragon.
"Bukankah semua agama dianggap aneh bagi mereka yang tidak menjalankannya?"
Jeod beralasan. Eragon berkata, "Aku juga punya hadiah untukmu, atau lebih tepatnya,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
untukmu, Helen." Wanita itu menelengkan kepala, kerutan heran terbentuk di wajahnya.
"Keluargamu adalah pedagang, bukan?" Helen menggerakkan dagu untuk mengiyakan.
"Apakah kau sendiri familier dengan bisnis keluargamu?" Cahaya berkelip di mata
Helen. "Jika aku tidak menikah dengannya"-ia menggerakkan bahu ke arah Jeod-"aku
akan mengambil alih bisnis keluargaku saat ayahku meninggal. Aku adalah anak
semata wayang, dan ayahku mengajariku semua yang diketahuinya." Itu adalah apa
yang diharapkan Eragon untuk didengarnya. Kepada Jeod, ia berkata, "Kau berkata kau
puas dengan posisimu di Varden sini." "Memang begitu. Sebagian besar waktu." "Aku
mengerti. Meski demikian, kau mengambil risiko besar dengan membantu. Brom dan
aku, dan kau bahkan mengambil risiko lebih tinggi ketika membantu. Roran dan yang
lain-lain dari Carvahall." "Penyamun dari Palancar." Eragon tergelak dan melanjutkan.
"Tanpa bantuanmu, Kekaisaran pasti sudah akan menangkap mereka. Dan karena
tindakan pemberontakanmu, kalian berdua kehilangan semua yang kalian sayangi di
Teirm." "Kami akan kehilangan segalanya bagaimanapun caranya. Aku bangkrut dan si
Kembar mengkhianatiku kepada Kekaisaran. Hanya masalah waktu sebelum Lord
Risthart menangkapku." "Mungkin, tapi kau tetap membantu Roran. Siapa yang bisa
menyalahkanmu jika kau juga melindungi nyawamu pada saat yang sama"
Kenyataannya tetaplah kau meninggalkan kehidupanmu di Teirm demi membajak
Dragon Wing bersama Roran dan penduduk desa. Dan untuk pengorbananmu, aku
selalu berterima kasih. Maka ini adalah bagian dari rasa terima kasihku..." Menyelipkan
jari ke dalam sabuknya, Eragon mengeluarkan butiran emas kedua dan
menyerahkannya kepada Helen. Wanita itu menimangnya dengan lembut seolah-olah
sedang memegang bayi burung robin. Sementara ia menatap keheranan, dan Jeod
menjulurkan leher untuk melihat melalui sisi tangannya, Eragon berkata, "Itu tidak
banyak, tapi jika kau pandai, kau bisa membuatnya berkembang. Apa yang dilakukan
Nasuada dengan renda memberiku pelajaran bahwa ada banyak kesempatan bagi
seseorang untuk bisa makmur dalam keadaan perang." "Oh ya," desah Helen. "Perang
adalah keuntungan bagi pedagang." "Untuk satu hal, Nasuada berkata padaku kemarin
saat santap malam bahwa kaum kurcaci sedang kekurangan arak, dan seperti yang
sudah kauduga, mereka akan membayar berapa saja untuk membeli sebanyak mungkin
arak yang mereka inginkan, bahkan jika harganya berlipat seribu kali dari biasanya saat
sebelum perang. Tapi itu hanya usul. Kau mungkin bisa menemukan orang lain yang
lebih kepengin berdagang jika kau mencari sendiri." Eragon terhuyung satu langkah ke
belakang ketika tiba-tiba Helen menabrak dan memeluknya. Rambut wanita itu
menggelitik dagu Eragon. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Helen melepaskannya, mendadak merasa malu, kemudian kegembiraannya kembali
membuncah dan ia mengangkat butiran emas berwarna madu itu ke depan hidungnya
dan berkata, "Terima kasih, Eragon! Oh, terima kasih!" Ia menunjuk emas di tangannya.
"Ini bisa kugunakan. Aku yakin sekali. Dengannya, aku akan membangun kerajaan
bisnis yang bahkan lebih besar daripada yang telah dibangun ayahku." Butiran bersinar
itu lenyap ditelan kepalan tangannya. "Kau percaya ambisiku melebihi kemampuanku"
Aku akan buktikan kata-kataku. Aku tidak akan gagal!" Eragon membungkuk ke
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
arahnya. "Kuharap kau mengulang keberhasilan dan suksesmu akan memberikan
keuntungan bagi kita semua." Eragon melihat urat menonjol di leher Helen saat wanita
itu membungkuk memberi hormat dan berkata, "Kau sangat murah hati, Shadeslayer.
Sekali lagi terima kasih." "Ya, terima kasih," kata Jeod, bangkit dari ranjang. "Aku tidak
berpikir kami layak mendapatkannya" -Helen meliriknya galak, tapi diabaikan Jeod-"tapi
kami sangat menghargainya." Berimprovisasi, Eragon berkata, "Dan untukmu, Jeod,
hadiah untukmu bukanlah dariku, tapi dari Saphira. Ia telah setuju untuk membawamu
terbang kapan saja kalian berdua punya waktu luang selama satu atau dua jam."
Menyakitkan bagi Eragon untuk berbagi Saphira dengan orang lain, dan ia tahu Saphira
akan kesal karena ia tidak berkonsultasi dulu dengannya sebelum menyatakan
kesediaan Saphira membawa Jeod terbang, tapi setelah memberikan emas tadi kepada
Helen, ia akan merasa bersalah jika tidak memberi Jeod hadiah yang sama
berharganya. Mata Jeod berkaca-kaca. Ia menyambar tangan Eragon dan menjabatnya
lalu, masih mencengkeram tangan Eragon, ia berkata, "Aku tidak bisa membayangkan
kehormatan yang lebih tinggi. Terima kasih. Kau tidak tahu betapa kau telah banyak
membantu kami." Melepaskan diri dari cengkeraman Jeod, Eragon beringsut menuju
pintu tenda seanggun mungkin sambil mengucapkan pamit. Akhirnya, setelah
serangkaian terima kasih dari mereka dan ucapan "Itu bukan apa-apa," darinya, ia
berhasil keluar. Eragon memeluk Domia abr Wyrda kemudian menengadah menatap
matahari. Tidak lama lagi Saphira akan kembali, tapi ia masih punya waktu untuk
mengerjakan satu urusan lagi. Tapi mula-mula, ia harus mampir ke tendanya dulu; ia
tidak mau mengambil risiko merusakkan Domia abr Wyrda dengan membawa-bawanya
berkeliling perkemahan. Aku punya buku, pikirnya, kegirangan. Ia melangkah
cepat-cepat, mendekap buku itu di dadanya, sementara Blodhgarm dan Elf-Elf yang lain
mengikuti dekat di belakangnya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
AKU BUTUH PEDANG! Begitu Domia abr Wyrda sudah aman berada di tendanya,
Eragon pergi ke gudang persenjataan Varden, paviliun besar yang terbuka, penuh rak
berisi tombak, pedang, tongkat, busur, dan busur silang. Gundukan perisai dan baju
pelindung dari kulit memenuhi petipeti logam. Baju besi, tunik, pelindung kepala, dan
celana panjang yang lebih mahal tergantung di tiang-tiang kayu. Ratusan helm kerucut
bersinar seperti perak yang dipoles. Bundelan anak panah membentuk barisan dalam
paviliun, dan di antara semua itu duduk sejumlah pengrajin panah, sibuk memperbaiki
anak panah yang bulu-bulunya rusak di Pertempuran Dataran Membara. Pria-pria
keluar-masuk paviliun bagaikan arus tanpa henti: beberapa membawa senjata dan baju
besi untuk diperbaiki, yang lain adalah mereka yang baru saja direkrut dan akan diberi
senjata, dan masih banyak orang yang membawa-bawa senjata dari berbagai sudut
perkemahan. Semua orang berteriak-teriak sekuat tenaga. Dan di tengah-tengah
keributan itu berdiri pria yang Eragon cari: Fredric, master senjata kaum Varden.
Blodhgarm menemani Eragon saat ia melangkah masuk paviliun menghampiri Fredric.
Begitu mereka melangkah di bawah atap kain tenda, para pria di dalam langsung
berhenti bicara, mata mereka mengarah ke keduanya. Kemudian mereka melanjutkan
aktivitas, meski dengan langkah yang lebih cepat dan suara lebih rendah. Mengangkat
tangan memberi salam, Fredric bergegas menemui Eragon dan Blodhgarm. Seperti
biasa, pria itu mengenakan setelan baju pelindung berbulu dari kulit kerbau-yang
baunya hampir sama menakutkan seperti hewan aslinya semasa hidupberikut pedang
besar bergagang ganda yang tergantung miring di punggungnya, gagangnya menonjol
di atas bahu kanannya. "Shadeslayer!" sapanya dengan suara bergemuruh. "Apa yang
bisa kubantu di Siang yang indah ini?" "Aku butuh pedang." Senyum Fredric merekah
dari balik janggutnya. "Ah, aku sudah bertanya-tanya apakah kau akan mengunjungiku
berhubungan dengan masalah itu. Ketika kau berangkat ke Helgrind tanpa pedang di
tangan, aku pikir, yah, mungkin kau sudah tidak memerlukan senjata sekarang.
Mungkin kau bisa melakukan semua pertarungan dengan sihir." "Tidak, belum." "Yah,
aku tidak bisa bilang aku menyesal. Semua orang butuh pedang yang bagus, tidak
peduli betapa mahirnya mereka merapal mantra. Pada akhirnya, selalu terjadi adu
pedang. Lihat saja nanti, begitulah perang melawan Kekaisaran ini akan diakhiri, dengan
ujung pedang melesak ke jantung terkutuk Galbatorix. Heh, aku berani taruhan setahun
gaji bahwa Galbatorix pun punya pedang dan ia menggunakannya, meski ia bisa
mengeluarkan isi perutmu seperti ikan hanya dengan jentikan jemari. Tidak ada yang
bisa menandingi rasanya besi bagus di genggaman." Sementara bicara, Fredric
membawa mereka ke sebuah rak penuh pedang yang berdiri agak jauh dari yang lain.
"Pedang jenis apa yang kaucari?" ia bertanya. "Pedang Zar
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kuingat dengan benar. Dengan bilah selebar dua ibu jari-dua ibu jariku, lebih
tepatnya-dan bentuknya bagus untuk mengiris dan menusuk, ya?" Eragon mengiyakan,
dan si master senjata menggeram lalu mulai menarik pedang-pedang dari rak dan
mengayunkan mereka ke udara, untuk kemudian diletakkannya kembali dengan paras
tidak puas. "Pedang kaum Elf biasanya lebih tipis dan ringan daripada buatan kita atau
kaum kurcaci, karena mantra yang mereka tempa di bilahnya. Jika kita membuat
pedang sehalus mereka, pedang-pedang kita tidak akan bertahan semenit di
pertarungan sebelum bengkok, patah, atau gompal parah, sampai kau tidak bisa
memotong apa-apa menggunakannya." Matanya beralih ke Blodhgarm. "Bukan begitu,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Elf?" "Benar seperti katamu, manusia," jawab Blodhgarm dengan nada suara teratur
sempurna. Fredric mengangguk dan memeriksa sisi sebilah pedang lain, kemudian
mendengus lalu meletakkannya kembali di rak. "Artinya pedang apa pun yang kaupilih
mungkin akan terasa lebih berat daripada yang biasa kaupegang. Itu tidak akan
menimbulkan banyak kesulitan bagimu, Shadeslayer, tapi beban ekstra mungkin
memengaruhi kecepatan sabetanmu." "Terima kasih atas peringatannya," kata Eragon.
"Tidak masalah," kata Fredric. "Itulah tugasku di sini: menjaga agar sebanyak mungkin
kaum Varden tidak terbunuh dan membantu mereka membunuh sebanyak mungkin
prajurit sial Galbatorix. Itu pekerjaan yang baik." Meninggalkan rak tadi, ia melangkah ke
rak lain, tersembunyi di balik tumpukan perisai persegi empat. "Menemukan pedang
yang tepat untuk seseorang adalah seni tersendiri. Sebilah pedang harus terasa
bagaikan perpanjangan lenganmu, seolah-olah tumbuh dari dagingmu sendiri. Kau tidak
harus berpikir bagaimana kau ingin pedang itu bergerak; kau harus mampu
menggerakkannya secara naluriah seperti burung egret menggerakkan paruhnya atau
naga menggerakkan cakarnya. Pedang yang sempurna adalah penjelmaanmu sendiri;
apa yang kauinginkan, itulah yang akan dilakukannya." "Kau kedengaran seperti
penyair." Dengan paras rendah hati, Fredric mengangkat bahu. "Aku sudah memilih
pedang untuk pria-pria yang akan berbaris menuju medan perang selama dua puluh
enam tahun. Setelah beberapa lama kemampuan itu meresap ke dalam tulang,
menjadikan benakmu memikirkan takdir dan apakah pemuda yang kukirim dengan
tombak runcing akan masih hidup seandainya aku memberinya gada." Fredric berhenti
bicara dengan tangan mengambang di atas pedang yang berada di tengah-tengah rak
dan menatap Eragon. "Kau memilih bertarung dengan perisai atau tidak?" "Dengan
perisai," kata Eragon. "Tapi aku tidak bisa membawa-bawa perisai bersamaku ke
mana-mana sepanjang waktu. Dan rasanya tidak pernah ada perisai yang bisa
kugunakan ketika aku diserang." Fredric menepuk gagang pedang dan menggigit
bibirnya yang Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dibingkai janggut. "Hum. Jadi kau butuh pedang yang bisa kaugunakan tanpa perisai
tapi tidak terlalu panjang untuk digunakan bersama perisai jenis apa pun, mulai dari
yang kecil sampai yang besar. Artinya pedang dengan panjang sedang, mudah
diayunkan dengan satu tangan. Harus jenis yang bisa kaugunakan dalam sekaliasi apa
pun, cukup elegan untuk upacara penobatan dan cukup tangguh untuk mengusir
segerombolan Kull." Ia mengernyit. "Sama sekali tidak natural, yang dilakukan Nasuada,
bersekutu dengan para monster itu. Tidak akan bertahan lama. Makhluk seperti kita dan
mereka tidak seharusnya berbaur..." Ia mengguncang tubuh. "Sayang sekali kau hanya
menginginkan satu pedang. Atau aku salah?" "Tidak. Aku dan Saphira terlalu sering
bepergian untuk membawa-bawa setengah lusin pedang." "Kurasa kau benar. Lagi pula,
seorang pejuang sepertimu tidak diharapkan memiliki lebih dari satu. senjata. Kutukan
pedang bernama, aku menyebutnya." "Kenapa begitu?" "Setiap pejuang besar," Fredric
menjelaskan, "memegang pedang- biasanya pedang-yang punya nama. Entah
dinamainya sendiri atau, begitu ia membuktikan ketangguhannya dengan tindakan luar
biasa, para penyair memberikan nama untuknya. Sejak saat itu, ia harus terus
menggunakan pedang yang sama. Orang-orang mengharapkan itu. Jika ia muncul
dalam medan perang tanpanya, rekan-rekan pejuangnya akan bertanya di mana
pedangnya, dan mereka akan menduga-duga apakah ia malu akan kesuksesannya dan
apakah ia merendahkan mereka dengan menolak pengakuan yang mereka berikan
kepadanya, dan bahkan musuhmusuhnya pun akan menunda pertarungan sampai ia
mengambil pedangnya yang terkenal. Lihat saja nanti; segera setelah kau bertarung
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dengan Murtagh atau melakukan hal lain yang patut diingat dengan pedang barumu,
kaum Varden akan berkeras untuk menamainya. Dan mereka akan mengharapkan
pedang itu ada di pinggangmu setiap waktu sejak saat itu." Ia terus bicara sementara
melanjutkan melangkah ke rak ketiga: "Aku tak pernah menyangka bakal seberuntung
ini, membantu Penunggang memilih senjatanya. Kesempatan yang luar biasa! Rasanya
seperti titik tertinggi dalam pengabdianku di Varden." Mengambil sebilah pedang dari
rak, Fredric menyerahkannya kepada Eragon. Eragon memiringkan ujung pedang
naik-turun, kemudian menggelengkan kepalanya; bentuk gagang terasa salah di
tangannya. Si master senjata tidak tampak kecewa. Sebaliknya, penolakan Eragon
tampak semakin menyulut semangatnya, seolah-olah menikmati tantangan yang
diberikan Eragon kepadanya. Ia menyerahkan pedang lain ke tangan Eragon, dan sekali
lagi Eragon menggeleng; keseimbangan pedang itu terlalu jauh di depan. "Yang
membuatku khawatir," kata Fredric, kembali ke rak, "adalah semua pedang yang
kuberikan kepadamu akan mendapat hantaman yang akan menghancurkan
pedang-pedang biasa. Kau butuh pedang yang ditempa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kaum kurcaci. Pengrajin pedang mereka adalah yang terbaik selain kaum Elf, dan
kadang-kadang malah melebihi mereka." Fredric melirik Eragon. "Tunggu sebentar, aku
telah mengajukan pertanyaan yang salah! Bagaimana caramu diajari menahan dan
menangkis" Apakah sisi tajam bertemu sisi tajam" Aku ingat kau. melakukannya seperti
itu ketika berduel dengan Arya di Farthen Dur." Eragon mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Kenapa?" Fredric terbahak-bahak. "Bukan maksudku tidak sopan, Shadeslayer, tapi
jika kau. menghantam sisi tajam pedang dengan pedang lain, kau akan menimbulkan
kerusakan parah bagi keduanya. Itu mungkin bukan masalah dengan pedang bermantra
seperti Zarmelakukannya dengan pedang mana pun yang kumiliki di sini, tidak kecuali
kau ingin mengganti pedang setiap sehabis bertarung." Sebuah citra berkelebat dalam.
benak Eragon, memperlihatkan tepi pedang Murtagh yang gompal, kemudian ia merasa
kesal pada diri sendiri karena melupakan hal yang begitu jelas. Ia telah begitu terbiasa
dengan Zarakan rusak, dan, sejauh pengamatannya, tidak terpengaruh mantra apa pun.
Ia bahkan tidak yakin ada cara untuk menghancurkan pedang Penunggang. "Kau tidak
perlu mengkhawatirkan itu; aku akan melindungi pedangku dengan sihir. Apakah aku
harus menunggu sepanjang hari untuk menemukan pedang yang tepat?" "Sato
pertanyaan lagi, Shadeslayer. Apakah sihirmu akan bertahan selamanya?" Kening
Eragon semakin berkerut. "Karena kau bertanya, tidak. Hanya satu Elf yang mengerti
bagaimana harus membuat pedang Penunggang, dan wanita itu tidak memberitahukan
rahasianya kepadaku. Yang bisa kulakukan adalah mentransfer sejumlah energi ke
sebuah pedang. Energi itu akan menjaganya agar tidak rusak sampai menerima
hantaman yang bakal merusakkan pedang tersebut, menghabiskan pasokan energi di
dalamnya, yang pada saat itu pedang tersebut akan kembali ke kondisi semula dan,
kemungkinan terbesarnya, akan hancur berkeping-keping dalam genggamanku kali
berikut aku berhadapan dengan musuh." Fredric menggaruk janggutnya. "Aku percaya
padamu, Shadeslayer. Intinya adalah, jika kau menghantamkan pedangmu cukup
sering, kau akan menghabiskan mantranya, dan semakin keras kau menghantam,
semakin cepat mantra itu lenyap. Eh?" "Tepat sekali." "Maka kau akan tetap harus
menghindari hantaman dari pinggir, karena akan menghabiskan mantramu lebih cepat
daripada gerakan lain." "Aku tidak punya waktu untuk ini," Eragon menukas,
ketidaksabarannya tak terbendung. "Aku tidak punya waktu untuk mempelajari cara lain
dalam bertarung. Kekaisaran bisa menyerang kapan saja. Aku harus berkonsentrasi
melatih apa yang sudah kuketahui,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
bukan berusaha untuk menguasai gerakan baru sama sekali." Fredric menepukkan
tangannya. "Maka aku tahu apa yang kaubutuhkan!" Melangkah menuju peti penuh
berisi baju besi, ia mulai mengaduk-aduk, bicara sendiri sementara melakukannya.
"Mula-mula ini, kemudian itu, dan kita akan lihat bagaimana hasilnya." Dari dasar peti, ia
mengeluarkan gada hitam besar dengan kepala menonjol. Fredric mengetukkan buku
jari pada gada itu. "Kau bisa mematahkan pedang dengan ini. Kau bisa memecahkan
baju besi dan membuat helm penyok, dan benda ini takkan rusak sedikit pun, tidak
peduli apa yang kauhantam." "Itu palu," Eragon memprotes. "Palu besi." "Memangnya
kenapa" Dengan kekuatanmu, kau bisa mengayunkannya seakan-akan benda ini
seringan ilalang. Kau pasti bakal jadi teror dalam medan perang jika membawa ini."
Eragon menggelengkan kepala. "Tidak. Memukul sesuatu bukan cara bertarung yang
kupilih. Lagi pula, aku tidak bakal bisa membunuh Durza dengan cara menusuk
jantungnya seandainya aku membawa gada alih-alih pedang." "Maka aku hanya punya
satu usul lagi untukmu, kecuali kau berkeras membawa pedang tradisional." Dari bagian
lain pavilion, Fredric membawakan Eragon yang diidentifikasikannya sebagai
falchion-pedang pendek yang bengkok seperti parang. Itu memang pedang, tapi bukan
jenis yang biasa dipegang Eragon, meski ia pernah melihat anggota Varden
membawabawanya. Falchion itu memiliki ujung membulat yang mengilap seperti
piringan, secemerlang koin perak; gagang pendeknya terbuat dari kayu terbungkus, kulit
hitam; besi melintang pada pangkal gagangnya diukir dengan rune kaum kurcaci; dan
Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bilah bermata satunya memanjang seukuran lengan Eragon dan ada fuller-garis
menonjol pada bilah pedang-yang tipis di kedua sisinya, dekat dengan punggung bilah
pedangnya. Falchion itu lures sampai sekitar enam inci dari ujungnya, tempat bagian
punggung bilahnya melengkung ke atas sampai puncaknya sebelum akhirnya kembali
melengkung ke bawah menuju ujungnya yang setajam jarum. Bilahnya yang melebar
mengurangi kemungkinan ujungnya bengkok atau patah jika menusuk baju besi dan
membuat ujung falchion itu berfungsi seperti taring. Tidak seperti pedang bermata
ganda, falchion dibuat untuk digenggam dengan bilah dan besi pengaman dalam posisi
vertikal pada tanah. Tapi bagian paling aneh dari falchion itu adalah setengah inci paling
bawah dari Ujungnya, termasuk pinggiran tajamnya, yang berwarna kelabu keperakan
dan agak lebih gelap daripada besi secemerlang cermin di bagian atasnya. Perbatasan
di antara dua area itu bergelombang seperti syal sutra berkibar diterpa angin. Eragon
menunjuk ke bagian yang berwarna kelabu. "Aku belum pernah melihat yang seperti ini.
Apa itu?" Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Ini thriknzdal," kata Fredric. "Kaum kurcaci menciptakannya. Mereka menempa sisi
tajam dan punggung bilahnya secara terpisah. Sisi tajam mereka buat sangat keras,
lebih keras daripada yang berani kami lakukan dengan pedang-pedang kami. Bagian
Tiga Dara Pendekar 24 Pendekar Naga Putih 56 Pembunuh Bayaran Kisah Tiga Kerajaan 22