Hati Yang Terberkahi 16
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara Bagian 16
langsung mencampurnya. Kafe Eve terlihat penuh sesak hingga banyak orang yang
terpaksa berdiri hanya untuk sekedar minum. Nadia muncul dan mulai mengambil minuman dan
mengantarnya ke meja-meja.
"Apakah itu Nadia atau pegawai baru kita?" tanya Master menatapku bingung.
Aku hanya dapat tertawa dan hatiku terasa begitu bahagia.
*** ~ 670 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tak berapa lama kemudian setiap orang di bar sudah mendapatkan minuman dan
makanannya sendiri. Lawrence masuk dan melihat Nadia yang melayani minuman,
namun tidak memanggilnya hingga saat pesanan minumnya tiba diantar oleh Nadia. "Apa
kamu sudah mulai bekerja di sini karena kekuatanmu yang menghilang?" tanya Lawrence
pada Nadia. Nadia melihat Lawrence dan meletakkan gelas minuman Lawrence, "Silakan
menikmati," katanya sambil tersenyum dan gelas itu perlahan-lahan membeku keseluruhan.
Lawrence terkejut dan memegang pergelangan tangan Nadia. "Kekuatanmu sudah
kembali?" "Bukan urusanmu," jawab Nadia langsung menarik tangannya.
"Nadia," kata Lawrence tidak melepas tangannya. "Maafkan aku yang terlalu sibuk
mengurus pekerjaanku, tapi kamu pasti mengerti sibuknya pekerjaan sebagai anggota BtP
ditambah dengan Kelompok Pembebas akhir-akhir ini, bagaimanapun juga aku mencemaskanmu."
"Mengapa?"tanya Nadia menatapnya.
"Karena aku kekasihmu dan aku menyukaimu."
Nadia tersenyum mencibir. "Kamu berpura-pura menjadi orang yang kucari. Siapa
kamu sebenarnya manusia palsu?" Lawrence terkejut dan melepas pergelangan tangan
Nadia, wajahnya berubah. "Dan kita tidak pernah ada hubungan apa pun sebelumnya,
sekarang dan hingga selamanya," kata Nadia berbalik pergi. Ia menatap Jaime yang sedang
bekerja, ia sudah menentukan pilihannya dan tidak akan mundur lagi.
Wajah Lawrence terlihat marah dan keluar dari Kafe Eve.
"Nadia?" Nadia berbalik dan menemukan Gris serta Angelina sedang memasuki kafe. "Gris,
Angelina!" teriak Nadia. Dia begitu merindukan mereka dan langsung berlari memeluk mereka
berdua. "Aku merindukan kalian."
Gris merasa kesal. "Tidak adil, padahal aku mau marah padamu," kata Gris, "Tapi
sekarang aku benar-benar merindukanmu juga." Akhirnya Gris menangis diikuti Angelina,
bahkan Nadia juga ikut-ikutan. Mereka bertiga berpelukan sambil menangis di tengah Kafe
Eve. *** Aku menatap mereka dan merasa tersentuh. Memahami perasaannya dan tentu saja
Nadia sudah merasa kesepian selama ini. Kini mereka bertiga terlihat menangis sambil
berpelukan, ~ 671 ~ - B L E S S E D H E A R T -
lalu aku menatap Master. "Master, apa perlu kita mengusir mereka keluar karena
mengganggu tamu?" ~ 672 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 40 KEKUATAN KEMBALI MASALAH KEMBALI Hari menjelang sore saat pesta usai dan Nadia terlihat duduk dengan Gris dan
Angelina. Mereka terlihat berbicara panjang lebar, sedangkan aku sedang menghadapi sidang
dan ditatap oleh Madame dan Susan. Master hanya terlihat duduk acuh tak acuh. "Ke
mana saja kamu" Tahukah kamu kalau kami begitu khawatir saat rumah itu terbakar!" kata
Madame. "Aku" ... kalian ingatkan, kalau aku terluka, jadi aku pergi ke pemandian air
panas untuk mengobati luka karena kecelakaan mobil Michelle kemarin," kataku tidak berani
menatap mata Madame. "Aku juga sudah menelepon Master minta cuti seminggu."
Madame tidak menerimanya. "Seharusnya kamu menelepon kami di mana kamu berada
setelah tiba di tempat itu, agar kami tidak khawatir."
"Aku tidak percaya," kata Susan langsung memotong pembicaran.
"Hah?" tanyaku.
"Kalau kamu pergi ke pemandian air panas, di mana oleh-olehnya?" tanya Susan
sambil menyodorkan tangannya. "Benar!" tambah Madame menyetujuinya.
~ 673 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Semudah itu" Ternyata sidang mana pun jika sogokannya tepat, akan segera ditutup
kasusnya. "Akan kuambil dari mobil," kataku buru-buru. Aku terpaksa masuk ke dalam mobil
van, teleport kembali ke kota itu sekali lagi dan berlari sepanjang kota untuk
memborong 12 kotak kue khas kota tersebut sebagai oleh-oleh. Bersyukur karena uang negara itu masih
tersisa. Seketika itu aku teringat sesuatu dan segera membuka dompetku di mana aku
menemukan cukup banyak uang yang tersisa dari biaya perang kemarin. Akan tetapi tidak ada
sedikit pun dari uang kotor ini yang pantas untuk dipakai membeli barang yang kuinginkan.
Benda yang melambangkan ketulusan dan kesungguhanku tidak boleh dibangun di atas
penderitaan atau kesakitan siapa pun juga. Benda itu hanya boleh dibangun atas
kejujuran dan kerja keras serta ketulusan hati.
Sejujurnya aku memiliki sebuah tabungan darurat yang masih tersisa, namun
jumlahnya cuma sedikit. Aku menutup mata dan menarik nafasku dalam-dalam untuk berpindah
kembali ke dalam van. Berikutnya aku masuk ke dalam Kafe Eve dengan tangan kosong dan
menyeret Master ke dapur belakang yang mengejutkan Madame dan Susan.
"Jaime ada apa?" tanya Master kelabakan, diseret olehku ke belakang dapur.
"Master," kataku menunduk dalam-dalam padanya. "Aku mohon untuk dapat mengambil
gaji bulan ini seminggu lebih cepat."
Master menatapku. "Apakah ini masalah oleh-oleh" Kamu tidak perlu memaksakan
diri untuk memberikan mereka oleh-oleh."
"Tidak, Tidak," kataku. "Oleh-olehnya sudah dibeli dan ada di dalam mobil, aku
hanya memerlukannya untuk membeli sesuatu hal lain," jawabku sungguh-sungguh menatap
Master. "Baiklah, kalau begitu," kata Master sambil mengeluarkan telepon genggamnya dan
mulai mengetikkan sesuatu. "Gaji bulan ini akan kukirimkan penuh ke dalam rekeningmu
tapi kamu harus mengganti kekosongan jam kerjamu bulan depan."
Wajahku langsung menjadi cerah. "Terima kasih, terima kasih Master," kataku
berkali-kali. "Gajimu sudah terkirim ke rekeningmu," kata Master berbalik kembali ke dalam
ruangan bar. Aku sendiri langsung keluar dari pintu dapur dan menerobos ke dalam van serta
mulai bekerja. sepuluh menit kemudian aku menuruni van dan masuk melalui pintu depan.
Meletakkan enam kotak kue di hadapan Master, Madame dan Susan yang segera dibuka
oleh Susan untuk dilihat isinya dan aku kemudian menuju ke meja Nadia, Angelina serta
Gris. "Oleh-olehmu," kataku pada Nadia setelah tersenyum menyapa Angelina dan Gris.
~ 674 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia menatapku kemudian berdiri dan menarikku ke sudut ruangan menjauhi meja
Gris dan meja Master. "Dari mana kamu mengambilnya seingatku kita tidak membeli apa pun
juga dari sana." "Aku kembali ke sana," kataku tersenyum.
Nadia memicingkan matanya. "Hm ... jika aku tahu teleport bisa semenarik itu.
Sebaiknya kamu berjanji akan mengajariku!"
Aku menatapnya dan tersenyum. "Tentu saja."
Nadia balik tersenyum padaku dan saat hendak berbalik aku segera menarik
tangannya, "Tunggu," bisikku dan tanganku menyelinap masuk ke dalam kantong celanaku untuk
mengeluarkan sebuah cincin berwarna putih berkilat dengan beberapa butir permata
di atasnya. Jantungku berdebar- debar begitu keras, aku tidak tahu apakah aku akan
memasangkan cincin ini ke jari manisnya atau...
Apakah dia akan menolak jika aku memasangkannya pada jari manisnya"
Aku tidak kuat menahan detakan jantung ini dengan terpaksa aku meletakkannya
begitu saja di atas telapak tangannya.
Memang sekali pengecut tetap pengecut.
"Cincin untukmu," kataku menatap matanya. "Tunggulah aku setahun ini."
Nadia menatap cincin itu dan setelah cukup lama dia melihatku dan tersipu malu.
"Apakah kamu tidak akan mengenakannya untukku?"
Kupikir seluruh tempat ini mendadak bersinar dan aku bahkan dapat mendengar
nyanyian malaikat di sekelilingku. Jari-jariku mengambil kembali cincin itu dari telapak
tangannya, membalikkan tangan kirinya sambil menyentuh jari-jarinya dengan lembut. Aku
melihatnya untuk sesaat dan dia balas menatapku. Perlahan-lahan aku memasukkan cincin itu
ke dalam jari manisnya. Hatiku terasa begitu gembira dan mataku menjadi basah.
Tubuh Nadia mendekat padaku dan menyentuhkan kepalanya pada bahuku. Aku dapat
mencium aroma manis tubuhnya. "Apakah kamu tidak akan mengucapkan kata-kata
itu?" bisiknya begitu lembut mengguncang hatiku.
Kedua tanganku bergerak dan memeluknya, merapatkan diriku padanya. "Aku
mencintaimu, dulu sekarang dan selamanya."
Mencintai seseorang memang akan membuatmu merasakan rasa sakit dua kali lipat
namun juga akan membuatmu merasakan kebahagiaan dua kali lipat daripada dirimu
sendirian. ~ 675 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku juga," bisik Nadia lirih.
Nadia menggerakkan kepalanya menatapku dan aku juga menatap ke dalam matanya.
Aku menyentuh pipinya dan perlahan-lahan mendekatkan bibirku pada bibirnya. Mendadak
wajah dan tubuh Nadia menghilang.
"Nadia?" panggilku.
"Bodoh," kata Nadia sedikit tertawa geli. "Kamu tidak melihat kita berada di
mana?" Aku melihat ke sekeliling dan melihat Master, Madame, Susan, Gris dan Angelina
sedang menatap ke arah kami dengan tatapan terkejut, bengong dan mungkin lebih besar
tidak percaya. "Kalian tidak jadi ciuman?" tanya Susan mendadak.
Wajahku langsung memerah dan seketika itu juga aku merasa bibirku dikecup dan
Nadia sudah muncul tiga kaki menjauhiku berjalan kembali ke tempat duduk. Hatiku
terasa begitu lembut dan aku berjalan kembali ke meja tempat Master, Susan dan Madame berada.
Mereka menatapku dengan tegas dan penuh rasa ingin tahu, yang membuatku yakin bahwa aku
akan kembali disidang dan pasti akan dicercar dengan banyak pertanyaan sehingga aku
mengambil inisiatif. "Aku memilih untuk tidak mengometari apa pun tentang hubunganku dengan Nadia,"
kataku tegas di hadapan Madame dan Susan. Mereka melihatku dengan tatapan tidak puas
dan masih ingin bertanya sesuatu. Aku segera menambahkan, "Tapi aku akan mengatakan pada
kalian bahwa benar aku mencintainya dengan sepenuh hatiku," kataku sungguh-sungguh
menatap Madame dan Susan. Wajah kedua wanita itu segera tersenyum dan mengacungkan jempol membuat wajahku
merah dan jelas dipenuhi kebahagiaan.
*** "Wow Nadia!! Apa yang baru saja terjadi?" tanya Gris melirik Nadia mengguncang
tubuhnya dan meminta penjelasan. "Apa yang terjadi" Kalian hendak berciuman" Kalian sudah
pacaran" Jangan katakan kalian juga sudah merencanakan berpergian berdua
seminggu lalu dan mungkin sudah menikah dalam perlarian?"
"Kami belum menikah." Wajah Nadia terlihat memerah karena ia hampir
melakukannya. "Seperti yang kukatakan, kami hanya kebetulan bertemu di sana. Dia sedang
mengobati sakit tulangnya karena kecelakaan dan aku hanya mencoba mencari ketenangan untuk
mengembalikan kekuatanku."
~ 676 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Entah alasan itu bisa diterima atau tidak"
"Dan kalian berakhir saling jatuh cinta di sana?" tanya Gris tidak percaya,
Nadia hanya menunduk dengan wajah memerah.
"Apakah sekarang kamu pacaran dengannya?" tanya Angelina yang membuat Nadia
terdiam
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan wajahnya menjadi semakin merah.
"Bagaimana dengan Lawrence?" tanya Gris tersenyum. "Apa sekarang kamu mau
mendua" kamu sudah menjadi cewek nakal ternyata."
"Lawrence, dia penipu!" kata Nadia mendadak. "Dia sama sekali bukan orang yang
kucari meski aku tidak tahu dari mana dia mengetahui isi percakapanku dengan orang
bertopeng itu." Gris menatap Angelina dan sebaliknya juga. "Kupikir dari kami?"
"Kalian?" "Kamu tahu rekaman itu kami perdengarkan kepadanya," tambah Gris. "Waktu itu
kamu sangat sedih karena dia melupakanmu di bagian itu." Nadia mengingat kembali saat
itu dan ia hanya bisa mendesah. Semua itu sudah berlalu dan lagipula mereka melakukannya
untuk mengibur dirinya. "Apakah kamu sudah menemukan orang bertopeng yang sesungguhnya?" tanya Angelina.
"Ya," kata Nadia matanya bersinar cerah.
"Siapa?" tanya Gris dan Angelina serentak.
"Rahasia," kata Nadia senang.
*** "Apakah kamu sudah menghubungi Michelle?" tanya Madame.
Aku tidak tahu untuk apa aku menelepon Michelle, toh tadi pagi juga baru bertemu
dengannya. "Untuk apa?"
Sebuah lengan memeluk leherku dari belakang dan setengah mencekik. "Kamu masih
berani bertanya untuk apa, setelah kamu merusak mobilku, apartemenku, aku
menyembuhkanmu dan membangun rumahmu kembali?"
"Itu alasannya," jawab Madame melihat Michelle muncul di belakangku.
"Michelle?" tanyaku karena tampaknya ia masuk dari pintu dapur belakang sehingga
aku tidak menyadarinya. ~ 677 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Bukan," kata suara wanita itu. "Aku adalah kembaran Michelle yang jahat dan
ingin menghajarmu." Aku tertawa senang.
"Aku merindukanmu," kata Michelle mendadak memelukku.
"Aku tidak," jawabku jujur. "Aduuhhhh...aduh..."
Michelle mencubit pinggangku sakit sekali.
*** "Nadia, kupikir kamu baru saja patah hati karena kamu baru saja diduakan," sahut
Gris tersenyum jahil. "Kecuali kamu bersedia menjadi yang kedua."
"Mengapa?" balas Nadia. Gris menunjuk tangannya pada meja belakang di mana
terlihat Michelle dengan akrab memeluk Jaime. Wajah Nadia sedikit banyak berubah,
"Michelle sahabat akrabnya," kata Nadia menahan perasaannya.
*** "Mich, jangan memelukku," jawabku.
"Kenapa" Apa aku tidak boleh memelukmu?" balas Michelle.
"Jaime sekarang sudah punya pacar dan kamu sedang memeluknya di depan pacarnya?"
kata Susan. "Jaime" Pacar" Kamu laku juga?" tanya Michelle padaku dengan wajah jahil. Aku
hanya dapat tersenyum meringis. Michelle melirik ke sekeliling dan kebetulan melihat
menatap Nadia yang sedang melihat ke arahnya. "Putri?"
"Namanya Nadia," kata Susan meluluskan. "Mereka bahkan hampir berciuman dan
Jaime sudah menyerahkan cincin untuknya."
Michelle melihatku sungguh-sungguh. "Kamu pacaran dengannya sekarang" Dan
cincin?" Mata Michelle melihat pada sebuah cincin putih yang berada pada jariku, "Cincin
itu?" "Begitulah," kataku. "Hukk....!!!!"
Sebuah tinju bersarang di perutku dan Michelle berdiri. "Aku masih banyak
pekerjaan, sampai jumpa," katanya dan langsung keluar dari Kafe Eve melalui pintu depan.
Tak lama dari pintu depan masuk Barth yang hari ini terpaksa datang dua kali mengantar
sayuran dan juga titipan minuman Kafe Eve berhubung sayur, daging dan minuman pagi hari
sudah habis karena pesta dadakan. ~ 678 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa yang terjadi?" tanya Barth melihat kami sedang duduk. "Gadis cantik yang
baru saja keluar kelihatannya sedang menangis sedih sekali."
Susan dan Madame melihat ke arahku. Master hanya diam dan aku tidak tahu apa
yang terjadi. Mungkin sebaiknya aku pura-pura tetap tidak tahu.
*** Malam itu Master dan Madame menawarkan diriku untuk tidur di tempat mereka namun
aku menolak. Aku memilih untuk tinggal di belakang rumahku yang bekas terbakar dan
pekerja sedang mengerjakannya. Aku membeli dan memasang tenda darurat yang cukup besar
untuk diriku sendiri. *** Nadia menyerahkan dua kotak kue pada Dr.Kumar. "Terima Kasih Dokter telah
melindungiku." "Apakah kekuatanmu sudah kembali?" tanya Dr.Kumar.
Nadia tersenyum dan memegang cangkir air minum di atas meja Dr. Kumar dan
langsung membekukannya. "Tampaknya sudah."
"Apa yang terjadi?"
"Hanya sekedar siklus bulanan wanita, seperti yang tertulis," kata Nadia
mengedipkan matanya membuat Dr.Kumar tersenyum.
*** "Kekuatannya sudah kembali!"
"Apa kamu bisa memastikan hal itu?"
"Seratus persen, dia membekukan air depanku. Apa yang harus aku lakukan
selanjutnya." "Kita harus memaksa untuk melanjutkan ke rencana yang berikutnya, tidak kusangka
Almaria yang keras kepala itu mau mengembalikan kekuatannya."
"Baiklah." *** Beberapa hari berlalu tanpa masalah, rumah sederhanaku akan selesai sekitar satu
atau dua bulan lagi. Sisa uang yang didapat dari Vito setelah mengambil kembali uang
jaminan dari ~ 679 ~ - B L E S S E D H E A R T -
pengembalian mobil van, yang membuat penyewa mobil sedikit kecewa, kuserahkan
pada Master. Namun segera ditolak oleh mereka karena rumahnya sudah diperbaiki oleh
BtP dan uang itu akhirnya habis untuk membeli perabot dalam rumah seperti meja makan,
kulkas, sofa, televisi, peralatan masak, tempat tidur dll, yang akan segera dikirimkan
begitu rumah tersebut selesai. BtP tidak mau mengganti isi dalamnya.
Dapat dikatakan semuanya kembali ke titik nol atau mungkin minus mengingat aku
masih berhutang pada Master, tapi aku tidak perduli karena selama aku tetap bekerja
posisi itu akan cepat bergerak ke positif. Nadia menjalani rutinitas sehari-harinya seperti
biasa. Beberapa kali seminggu dia datang ke Kafe Eve di malam hari dan jika ada yang berbeda,
maka itu adalah dua orang pengawal yang kelihatannya mengikuti Nadia ke mana pun ia
berada tanpa terlihat. Aku dapat merasakan energi mereka, kemungkinan besar mereka adalah
bodyguard yang dikirim oleh Divisi Intelijen BtP Pusat.
"Jaime," panggil Nadia yang sedang menikmati minumannya dan melihatku melayani
beberapa tamu. "Iya?" "Mengapa kamu tidak memakai cincinmu?" Mata Nadia terlihat menegurku.
Aku menyukai pertanyaan itu, membuktikan ia memperhatikanku. Tanganku segera
membuka sebuah kancing atas pakaian kerjaku dan memperlihatkan cincin itu
tergantung pada sebuah rantai di dadaku. "Aku harus mengeringkan gelas setiap saat dan
cincin itu dapat menggoresnya," kataku.
"Bukan untuk merayu perempuan lain?" tanya Nadia menatap jahil padaku.
Aku tertawa. Oh aku menyukai perhatiannya, sungguh.
Wajah Nadia mendadak menjadi lesu dan berkata, "BtP Internasional menolak untuk
menerima surat penolakanku untuk menjadi finder," katanya.
Perhatianku segera terarah padanya. "Apakah itu berarti kita harus kembali ke
rencana semula?" Nadia tersenyum. "Tidak, itu hanya berarti agar aku perlu untuk tidak menjadi
Perfect copier." "Maksudnya?" ~ 680 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku hanya perlu dengan sengaja gagal dalam beberapa tes awal mereka dan dengan
mudah mereka akan menolakku," kata Nadia tersenyum nakal yang membuatku tertawa. "Tapi
mereka mempercepat kepergianku ke BtP pusat untuk mengadakan tes."
"Oh, yah" kapan?"
Nadia menunduk dan menghembuskan nafas dalam-dalam. "Satu minggu lagi."
"Secepat itu?" tatapku padanya.
"BtP Pusat memberitahu semakin cepat aku menjalani tes, maka semakin bagus."
Aku terdiam. Mungkin memang sebaiknya dia pergi ke BtP Pusat untuk sementara
waktu dan menjalani tes di sana daripada tetap di sini. Vito belum terlihat menggerakkan
anak buahnya untuk mengurus Nadia. Akan tetapi, aku yakin ia pasti akan melakukan sesuatu.
Semakin cepat Nadia pergi dan gagal dalam tes, semakin aman dirinya dan saat dia kembali
ke tempat ini tidak akan ada lagi orang yang akan mengejarnya karena dia bukan lagi
seorang calon finder. "Pergilah," kataku. "Semakin cepat tentu semakin baik."
"Apa kamu mau mengusirku?" tatap Nadia tidak senang.
Aku meringis, "Oh ayolah Nadia, aku akan meratapi setiap detik kepergianmu,"
kataku sungguh-sungguh. "Aku hanya berpikir semakin cepat kamu gagal dalam tes dan
meninggalkan gelar Calon Finder- mu maka akan semakin aman dirimu. Kamu bisa
kembali ke sini secepat mungkin setelah itu."
"Tapi Jaime, bagaimana jika mereka menolak untuk mengembalikanku ke sini dan
menahanku di sana, memaksaku untuk menjadi finder. Kamu tahu posisi finder
sangat penting untuk BtP," bisik Nadia tidak yaki.
Aku tidak memikirkan hingga ke sana.
Hening... "Apa yang harus kulakukan?" tanyaku karena tidak memiliki ide sama
sekali. "Menurutmu apa?"
Aku berpikir sejenak. "Aku tidak tahu."
Nadia tampak tersinggung dan menatapku dengan tegas. "Cuma itukah yang ingin
kamu katakan?" Aku terdiam. "Nadia, apalagi yang mau kukatakan?"
~ 681 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mereka itu BtP dan Nadia anggota BtP, tidak mungkin mereka mencelakai Nadia, Apa
yang dapat kulakukan jika mereka menahan Nadia di sana" Mau menerjang BtP dan merebut
Nadia dari tempat itu" Apakah aku segila itu"
Nadia mendorong kursinya dan membayar minumannya. "Aku mau pulang." Dia
meninggalkanku yang masih tidak mengerti.
Oh wanita, aku tidak akan pernah memahami mereka.
Malam itu aku berpikir keras di dalam tendaku. Apa yang kesalahanku dan apa
sebaiknya yang harus kukatakan padanya"
Jangan pergi, aku mencintaimu. Aku merindukanmu, tetaplah di sisiku. Jangan
tinggalkan aku. Apa aku juga akan mengatakan aku akan menyerang BtP untuk menyelamatkannya jika
BtP menahannya" Sialan, aku tidak mengerti wanita. Mungkin sebaiknya aku nekat
berkata,"Menikahlah denganku sekarang juga atau bercintalah denganku sekarang juga. Hmm... atau
mungkin lebih baik jadilah ibu dari anak-anakku secepatnya."
Kemudian memaksanya untuk menerima ketiga-tiganya sekaligus dengan urutan yang
dia inginkan. Atau mungkin dia boleh memilih salah satu dari itu dan aku akan
melompat bahagia. Saat malam semakin larut .Aku nekat menghubungi telepon genggamnya yang
segera diangkat olehnya. "Apa?" tanya suara ketus Nadia yang mengetahui aku yang meneleponnya.
"Menikahlah denganku," kataku nekat.
"Apa kamu sudah punya cukup modal untuk nikah?" balas Nadia.
Seketika aku terdiam, bola mataku berputar ke atas mengingat-ingat semua uangku
sudah ludes. Aku tidak punya tempat tinggal milikku sendiri dan gajiku hanya
sepertigapuluh gaji Nadia serta masih memiliki utang. "Nadia, lupakan pernikahan. Bercintalah
denganku." kataku kembali nekat. "Tet ... Tot ..., anda sedang tidak beruntung, coba lagi besok pagi," kata Nadia
tersenyum hampir tertawa geli dan mengakhirnya dengan kata. "Selamat malam Jaime aku
menunggu
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kabarmu besok pagi dan sebaiknya kamu berusaha lebih keras."
Dan dia mematikan teleponnya, aku hanya dapat mengurut dada tidak mengerti.
Dasar wanita! ~ 682 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Mengapa belum juga kamu bereskan masalahnya?"
"Tidak bisa, BtP Pusat sudah mengirimkan begitu banyak penjaganya dan mereka
bahkan memeriksa semua makanan dan minumannya. Seseorang telah memperingatkan BtP pusat
untuk melindunginya sehingga penjagaan pada dirinya menjadi begitu ketat. Aku
tidak bisa mengerjakan tugasku tanpa bentrok dengan mereka dan bahkan keberangkatannya
sudah dipercepat sekitar enam hari lagi."
"Lakukan segala cara, jika ia sudah mendarat di BtP Pusat, rencana kita sudah
dipastikan gagal. Gunakan semua cara, bukankah kamu diutus ke sana untuk mendekati gadis
itu." "Apa itu juga berarti aku boleh bentrok dengan mereka yang menjaga gadis itu?"
"Jika terpaksa kamu boleh melakukannya, namun pastikan kerusakannya seminimal
mungkin. Apa pun yang terjadi rencana kita harus berjalan."
"Apakah benar semua cara?" Terdengar suara senang.
"Lakukanlah, aku sudah memberimu izin. Meski sebaiknya kamu tidak terlalu
membuka dirimu jika tidak terpaksa dan ingat bekerja sama dengan yang lainnya jika sudah
memulainya." ~ 683 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 41 NADIA DAN PERTEMUAN ALINERGI Pagi ini aku mendapatkan telepon dari Nadia yang langsung terputus saat aku
mengangkatnya. Aku langsung meneleponnya kembali berulang-ulang kali, namun
hanya mendapati jawaban bahwa telepon genggamnya dalam keadaan tidak aktif. Karena
merasa penasaran dan sudah merindukannya aku nekat teleport pada kamarnya, namun tidak
menemukan siapa pun di dalamnya.
Mungkin dia sedang belajar di dalam kelasnya.
Sepanjang siang hingga malam ini, aku tetap menunggu Nadia dan terus menerus
mencuri waktu di sela-sela waktu kerjaku untuk menghubungi telepon genggamnya. Akan
tetapi telepon genggamnya tetap saja tidak aktif sehingga membuatku menjadi gelisah.
Pada malam harinya, aku kembali teleport ke dalam kamarnya dan tidak berhasil menemukan
dirinya maupun tanda-tanda dia telah kembali ke dalam kamar. Pakaian dan selimut di atas
kasur masih terlihat seperti kedatanganku tadi pagi. Firasatku seketika menjadi buruk
dan segera menghubungi Angelina yang mengatakan Nadia sama sekali tidak terlihat di kelas
atau di mana pun juga di dalam BtP. Kepala bagian divisinya Nadia juga sudah menghubungi
mereka untuk menanyakan keberadaan Nadia. Angelina terdengar cemas dan
menambahkan Gris sama sekali tidak dapat melukiskan keberadaan Nadia seakan-akan ada sesuatu
yang ~ 684 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menyembunyikan Nadia. Jantungku berdetak keras. Aku langsung membiarkan diriku
teleport ke taman belakang rumah Vito, dialah satu-satunya orang yang kuketahui
sedang mencoba menangkap Nadia dan memiliki berbagai kekuatan yang mungkin dapat
menutupi Nadia dari pencarian siapa pun.
Di tengah taman yang remang-remang itu aku menarik nafas dan berteriak keras,
"VITOOO!!!!" begitu suaraku berhenti terdengar, saat itu juga seluruh taman ini
mendadak menjadi terang benderang, beberapa lampu sorot terarah padaku dan aku mendengar
banyak suara senjata api yang dikeluarkan dan mengarah padaku. Aku menunggu dan
mengeraskan diriku menjadi berlian. "Jaime?" Vito muncul dari dalam dengan pakaian tidurnya. "Apa yang kamu lakukan
di tengah malam seperti ini?"
"Di mana Nadia?" tanyaku langsung.
Vito terlihat terkejut. "Perlahan-lahan anak muda, aku sama sekali tidak
mengerti apa yang kamu katakan. Seingatku di sini bukan tempat gadismu ingin bersembunyi."
"Nadia menghilang dan aku menebak bahwa kamu telah menangkapnya."
"Wow, aku bahkan belum menggerakkan seujung jariku pada gadismu. Lagipula
mengapa aku hendak menyentuh gadismu yang kekuatannya sama sekali sudah hilang," balas
Vito. "Kekuatannya sudah kembali," sahutku melihat pada bahasa tubuhnya karena aku
tidak dapat membaca pikirannya. "Almaria mengembalikan kekuatannya" Itu baru berita." kata Vito yang terkejut
dan kemudian tertawa. "Tapi anak muda, aku sama sekali belum menyentuh gadis itu dan
menurutku ada banyak orang yang menginginkan gadis itu, terutama jika
kekuatannya sudah kembali." Aku melihat ke wajah tua Vito dan mencoba menebak apakah yang dikatakannya
benar. "Apa bukan kamu yang melakukannya?"
"Demi nama guruku dan kakak seperguruanku Xian. Aku belum menyentuhnya sama
sekali dan aku tidak tahu akan hal ini."
Tubuhku terdiam sejenak berpikir logis. Jika dia sudah mengatakan tidak
menyentuhnya hingga bersumpah atas nama gurunya meski setiap jengkal tanah di tempat ini
kubongkar tidak nantinya Nadia akan berada di sini. "Aku akan kembali lagi nanti," kataku
dan menghilang. Malam itu aku kembali ke kamar Nadia yang kosong dan memeras
pikiranku. Di mana Nadia dan siapa yang sudah menangkapnya"
~ 685 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kembali ke dalam kemah sederhanaku. Aku membuka laptop LXX-ku, kali ini aku akan
mengaduk-aduk seluruh kota dan juga seluruh alinergi yang ada. Bahkan jika perlu
aku akan mengobrak-abrik setiap jengkal tanah di sudut kota untuk menemukan Nadia.
Tanganku mengeluarkan flash disk yang berisi data seluruh alinergi dari kelompok mana pun
juga di Viginia. Aku tidak perduli berasal dari kelompok mana mereka, yang pasti aku
segera mengirimkan pesan singkat ke semua telepon genggam serta alamat e-mail mereka.
Agar semuanya berkumpul di salah satu hotel di Viginia tempat rapat alinergi
sebelumnya dilakukan, tertanggal besok malam. Aku mengundang mereka datang semua dan
pesannya singkat. Gunakan topeng dan bagi yang tidak datang, data diri akan diserahkan pada BtP.
Risiko tanggung sendiri Pada pagi harinya saat aku terbangun terlihat sebuah kertas yang merupakan
tulisanku ada di atas Laptop LXX-ku kertasnya bertuliskan,
"Aku sudah memasukkan semua data para alinergi kota Viginia ke dalam salah satu
tempat penyimpanan data di dalam internet. Apabila terjadi sesuatu pada diriku dan
tidak dapat meng-update data tersebut dalam 48 jam maka semua data para alinergi akan dengan
sendirinya dikirim ke pusat data BtP."
"Aku sengaja membuat menghilangkan ingatanku sendiri agar tidak dapat dibaca
oleh Xian dan Mindreader lainnya."
"Jangan membuka ingatan sendiri sebelum yakin Nadia bisa diselamatkan."
Jelas aku sendiri yang membuat rencana ini agar tetap dapat menyandera semua
alinergi dan mungkin agar nyawaku tetap terselamatkan. Siang itu juga aku menuju ke arah
hotel tempat pertemuan dan menemui manajernya untuk memesan ruangan berkumpul kami. Aku tidak
membayar sepeserpun karena mencuci otak manajernya serta beberapa stafnya dan
membuatnya mengizinkanku memakai ruangan pertemuan hotel malam ini dengan
gratis. Jika ada yang mengatakan tindakanku terlalu gegabah, aku harus mengakuinya
memang demikian. Tapi kali ini aku memang hendak menunjukan pada semua alinergi bahwa
Nadia tidak boleh dijadikan sasaran atau seluruh alinergi di Viginia akan kuseret ke
BtP. Biar mereka memiliki Nadia atau tidak, mereka harus membantuku menemukannya jika
mereka semua juga ingin selamat.
*** Albert duduk di meja kerjanya dan mengetuk-ngetukkan tangannya di atas meja. Ia
belum mendapat laporan apa pun atau tepatnya kehilangan kontak dari dua orang anak
buahnya ~ 686 ~ - B L E S S E D H E A R T -
yang menjaga Nadia. Seorang anggota BtP dari Divisi Intelijen mendekatinya dan
melaporkan. "Sir, belum ada laporan dari dua anggota kita hingga saat ini dan
juga keberadaan Nadia belum berhasil kami ketahui."
"Kembalilah dan tetap laporkan jika ada perkembangan," jawab Albert dengan kesal
menerima laporan yang sama sedari kemarin malam.
"Baik, Sir," kata anggota BtP dan keluar dari kantornya.
Albert menekan telepon di mejanya untuk memanggil sekretarisnya. "Hubungkan aku
dengan Lawrence." "Baik, Sir." *** Malam itu, beberapa orang mulai memasuki ruangan pertemuan yang berada di atas
hotel, semuanya bertopeng juga termasuk Xian, Vito dan Jushin. Aku mengenakan topeng
hitamku, berdiri di depan meja penerima tamu dan membagikan kepada mereka semua, satu
amplop untuk satu orang dan dengan tulisan di depan amplop, jangan dibuka sebelum
waktunya. Vito dengan topeng Zeusnya melihatku dan sedang menebak-nebak apa yang sedang
kulakukan. Saat semua orang yang berjumlah ratusan sudah tiba dan berkumpul di
dalam ruangan serta duduk di meja makan masing-masing, aku memberi perintah kepada
manajer hotel untuk menghidangkan makanan pada mereka. Dan aku berjalan ke atas panggung
untuk mengambil microphone pengeras suara dan berkata dengan penuh hormat. "Kalian
semua boleh melihat isi amplop tersebut." Mereka membuka amplop itu dan seketika
terdengar suara desahan dari mana-mana. "Selamat kalian sudah mendapatkan data diri kalian
masing- masing dan kalian bahkan bisa melacak rumah serta anggota keluarga kalian dari
sana jika kebetulan kalian melupakan keluarga kalian," kataku setengah bercanda dan
setengah menyakinkan mereka betapa seriusnya aku.
Beberapa pasang mata terlihat marah padaku dan mulai berteriak, "Apa yang kamu
inginkan?", "Siapa kamu?", "Beraninya kamu mengancam kami?"
Aku menatap ke arah mereka semua, "Siapa pun di antara kalian yang menculik
Nadia, harap membebaskannya atau semua data kalian akan langsung tiba di BtP. Dan tentu
kalian sudah mengerti apa akibatnya, bukan?" Semua orang di sana terdiam dan menjadi hening.
Seperti dikomando, sebagian besar dari mereka semua terlihat menatap pada Vito. Sehingga
aku mau tidak mau langsung menatap ke arahnya sepertinya semua orang sedang menunggu
keputusannya. ~ 687 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Vito berdiri dan menghadap pada semua orang. "Baiklah saudara-saudari sekalian,
aku hanya bisa mengatakan bahwa anak muda ini serius dengan perkataannya. Dia sudah
mengirim seluruh anggota Kelompok Pembebas ke BtP dan sebaiknya kalian mau mendengarkan
kata- katanya." Suara mendesah tertahan terdengar di mana-mana, meski makanan sudah
diletakkan di atas meja, namun tidak seorang pun yang terlihat menyentuh makanan
mereka. Vito melanjutkan, "Untuk aku sendiri sebagai ketua dari kelompokku para orang
kasar ini maupun kelompok para penyewa jasa sama sekali tidak menyentuh gadisnya. Jika ada
saudara-saudari sekalian yang mengetahui di mana gadis itu berada, sudi kiranya
untuk memberitahukan kepadanya agar seluruh kelompok kita dapat hidup dengan tenang."
Seorang pria berdiri di tengah tamu dan berkata, "Kita tidak tahu apakah dia
bisa dipercaya atau tidak. Mungkin saja setelah dia mendapatkan kembali gadis itu, dia akan
mencari alasan agar kami semua dikirimkan ke BtP. Karena dia menginginkan uang informasi dalam
jumlah besar dari kami semua!" Beberapa tamu terdengar menyahut, menyetujui hal itu.
Vito tertawa tergelak-gelak. "Jika kalian tidak memberikan informasi mengenai
gadisnya, kalian sudah pasti akan tiba di BtP lebih cepat dari yang kalian duga."
Aku mengeluarkan telepon genggamku dan menunjukkan pada mereka, "Satu tombol
panggil dan data kalian akan tiba di database BtP. Berikan aku informasi apa pun tentang
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nadia maka data kalian akan kuhapus selamanya."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" teriak seorang tamu lainnya, "Jika kami
menyerahkan Nadia sekarang, bukankah itu berarti kami semua akan terus menjadi
budakmu dan berada di bawah ancamanmu" Kamu bahkan bukan salah satu dari kami."
Aku menyetujui kebenaran kata-kata itu. "Setelah aku menghapus data-data kalian
semua, aku akan membiarkan Xian menghapus ingatanku tentang kalian dengan semua
kelompok ini. Apakah itu akan memuaskan kalian?" Beberapa tamu menatap pada Xian dan mereka
menggangguk menyetujui. "Jadi sekarang katakan di mana Nadia berada!" teriakku
pada mereka. Hening... Tidak ada jawaban.
Amarahku memuncak. "Apakah kalian benar-benar lebih menginginkan nyawa Nadia
lebih dari nyawa kalian sendiri" Jika aku tidak mendapatkan informasi tentang Nadia
maka aku akan dengan senang hati mengirim kalian semua ke BtP ataupun ke neraka."
Beberapa tamu berdiri dan mengerahkan kekuatan mereka masing-masing. "Kami akan
membunuhmu terlebih dahulu."
~ 688 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku tertawa. "Jika aku terbunuh data kalian juga akan terkirim dengan sendirinya
pada BtP, tapi aku tidak akan menolak untuk membunuh kalian satu per satu di sini dan
memaksa kalian mengaku." tubuhku menjadi keras seperti berlian dan siap untuk
pertempuran. Kecemasan diriku pada Nadia sudah membuatku menjadi tidak sabaran dan mudah
sekali dikuasai oleh emosi. Amarah kembali sudah kembali membutakanku.
"Aku tahu di mana Nadia berada!!!" teriak sebuah suara dari seorang pria tua
bertubuh kecil dan berkacamata layaknya seorang dosen atau mungkin dia adalah seorang dosen
tua, yang pastinya dia tidak mengenakan topeng sama sekali. Seluruh orang di sana berhenti
bergerak dan begitu juga diriku. Dosen tua itu berjalan naik ke atas podium dan kemudian
berbalik menghadap ke arah tamu. "Tenangkan diri kalian."
"Apa kamu tahu di mana Nadia?" tanyaku.
"Tidak," tatap dosen tua itu. "Tapi aku tahu siapa yang mengetahuinya, biarkan
aku berbicara terlebih dahulu." Aku menatapnya dan memutuskan untuk membiarkannya berbicara
serta menggangguk padanya. "Saudara sekalian, sebaiknya kalian menenangkan diri atau
kalian juga akan terjebak oleh jebakan musuh pada kita. Seseorang telah membuat rencana
untuk menghancurkan para alinergi bebas seperti kita dengan cara mengadu domba kita
dengan diri pemuda ini." Dosen itu menarik nafas. "Aku sudah mengikuti semua informasi
bagaimana dia mengirimkan Kelompok Pembebas pada BtP dan juga membunuh ratusan alinergi
sendirian. Jadi aku tidak ragu jika kita bertempur dengannya, maka kita sebagai
alinergi bebas juga sudah pasti akan hancur dan meski jika dia kalah kita akan menjadi
buronan seumur hidup." Seluruh tempat ini menjadi hening. "Dan aku juga tahu," tambah
Dosen itu, "Kita alinergi bebas ini sama sekali tidak mengetahui di mana Nadia berada."
Mataku menatap pada dosen kurus itu. "Apa maksudmu?"
"Kami benar-benar tidak mengetahui tentang gadismu dan itulah kenyataannya.
Seseorang telah mengatur agar kita akan bentrok dan hancur bersama. Kami ini semuanya
adalah alinergi bebas yang lebih mementingkan nyawa kami sendiri. Tidak ada gunanya
bagi kami untuk menahan Nadia yang bahkan hanya seorang calon finder jika data kami sudah
terbuka seperti ini dan sedang terancam memasuki BtP. Jika kami memilikinya, kami pasti
akan menyerahkannya padamu sedari tadi," sahut dosen itu sedikit ketakutan.
"Siapa maksudmu yang telah melakukan semua ini?" tanyaku.
"Lihatlah jika kita saling bentrok dan saling menghancurkan siapakah yang akan
beroleh untung?" tanya Dosen itu pada para tamu.
"BtP!!" teriak seorang wanita yang mengagetkan semua orang.
~ 689 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kita sedang menari di atas tangan BtP," kata dosen tua itu melihatku. "Dan
apakah kamu tidak berpikir bahwa kamu juga sedang dimanfaatkan oleh gadis itu untuk
menghancurkan kami?" Amarahku terbakar dan tanganku mengeras, "Terangkan kata-katamu itu."
Dosen itu mendorong kacamatanya. "Kami tidak menyimpan Nadia dan kami semua tahu
kamu adalah seorang yang dikendalikan oleh gadis itu. Siapa pun yang memegang
gadis itu memegang kelemahanmu, kamu persis seperti kerbau dicucuk hidungnya." Mataku
menatap tajam penuh kemarahan padanya tapi kata-katanya sedikit tepat. "Gadis itu adalah
anggota BtP. Apakah kamu tidak berpikir gadis itu sedang memanfaatkanmu" Gadis itu
mungkin saja sengaja menyembunyikan dirinya hanya agar kamu menghancurkan kami semua."
Kakiku melangkah mendekatinya. "Maksudmu?" tanyaku lagi penuh amarah.
Apakah maksudnya Nadia sudah mempermainkan diriku" Mungkinkah Nadia memanfaatkan
diriku" Apakah Nadia orang seperti itu"
"Bukalah matamu. Gadis itu mungkin sengaja berpura-pura mencintaimu dan
membuatmu jatuh cinta padanya untuk mengendalikanmu menghancurkan kami seperti kamu sudah
berhasil menghancurkan Kelompok Pembebas karena gadis itu. Semua orang tahu kamu
hanyalah kerbau bodoh berkekuatan besar! Dia itu mungkin saja mata-mata untuk
mengoda dan memanfaatkanmu." Sebuah ledakan energi dari diriku menerpa ke semua arah dan
mengejutkan semua orang, seperti hembusan angin keras. Aku melihat dosen tua itu
dengan penuh nafsu membunuh dan ingin membunuhnya.
Aku tidak akan menerima kenyataan itu ...
Dosen tua itu tergagap melihat kilat di mataku. "Saudara muda, aku ... aku hanya
ingin mengatakan ... jika gadismu tidak menipumu, mungkin ... mungkin seorang di antara
kita telah memanfaatkan kesempatan ini mengadu kita. Karena dia mengetahui
kelemahanmu. Aku hanya ingin kamu tahu kiranya kami juga tidak ingin dijadikan korban dalam
masalah ini, mintalah pada Xian gurumu yang juga salah seorang pendiri semua kelompok di
sini untuk meneliti kejujuran pikiran kami dan bebaskan kami yang tidak terlibat.
Kami tidak ingin menghalangimu bertemu dengan gadismu, kami juga akan berdoa untuk hubungan
kalian. Sesungguhnya meski aku sudah tua, aku juga takut mati, ampunilah nyawa
tua ini." Mendadak seluruh amarahku hilang, menatapnya. Dia adalah orang yang lebih tua
dan meminta pengampuan dari diriku yang lebih muda, juga dia sama sekali tidak
bersalah. Apakah aku akan kembali menjadi monster hanya karena amarahku lagi"
~ 690 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku mengerti dan aku meminta maaf atas kesalahanku. Nasehatmu telah membukakan
mataku," kataku sungguh-sungguh padanya. Lelaki harus berani mengakui
kesalahannya jika dia berbuat salah. "Rencanamu bagus aku akan mengikutinya." Aku melihat ke arah
Xian dan tidak menyangka dia adalah salah seorang pendiri dari semua kelompok ini.
"Xian," panggilku. "Aku memohon bantuanmu untuk pemecahan masalah ini."
Biarlah aku mengikut jalan ini terlebih dahulu. Tidak mungkin Nadia sengaja
bersembunyi dan membuatku bentrok dengan para alinergi ini .... Tapi dia anggota BtP yang
mungkin tidak menyukai alinergi lain ... dan Nadia tahu aku memiliki data-data alinergi
lain. Apakah Nadia sengaja memanfaatkanku untuk membersihkan Alinergi non-BtP dari Viginia"
Atau adakah atasannya yang memanfaatkan dirinya untuk mengunakanku"
Apakah dia juga mata-mata seperti Michelle"
Aku narik nafas dalam-dalam. Jika Nadia memintaku menghancurkan semua orang di
sini, apakah aku akan melakukannya"
Mungkin, aku akan melakukannya ...
Xian berdiri dan memancarkan bahasa pikirannya ke semua orang, "Semua orang di
sini, dengan memandang mukaku jika kalian mengetahui atau menangkap Nadia. Tolonglah
untuk mengaku demi kebaikan kita semua." Hening tidak satu pun yang berdiri, waktu
terus berjalan dan Xian kembali berkata, "Jika demikian aku akan membaca pikiran
kalian satu persatu, maafkan kelancanganku. Ini semua demi kebaikan kita bersama dan agar
seorang berbuat tidak mengakibatkan celaka pada kita semua. Aku akan memulai terlebih
dahulu dari saudara-saudaraku sendiri."
"Tidak perlu," teriak seseorang berdiri. "Aku mengetahuinya."
Kami semua melihat padanya dan tidak satu pun yang akan mempercayai apa yang
kami lihat. Jushin, Sensei pembuat topeng dengan topeng seorang yang sedang tertawa.
~ 691 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 42 KEBENARAN SEBUAH CERITA Seluruh tamu sudah pulang hanya tertinggal diriku, Xian, Vito dan Jushin di
ruangan besar ini. Kami sedang menunggu apa yang akan dikatakan olehnya dan atas permintaan
Xian, kini semua tamu sudah dipersilakan pulang terlebih dahulu yang tentunya dengan janji
bahwa kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Aku sudah menghapus semua data
mereka termasuk data yang kusimpan pada internet melalui telepon genggamku dan menatap
pada tubuh kecil Jushin. "Di mana Nadia?" tanyaku dengan kasar yang sudah mulai
merasakan amarahku mendidih karena pria kecil ini ternyata tidak sebaik yang kukira. Jika
tadi dirinya tidak mendapat giliran dibaca pikiran mungkin dia masih akan diam dan tertawa
saat aku bentrok dengan seluruh alinergi.
Atau dia memang sengaja melakukannya"
Jushin menatapku. "Tidak usah buru-buru, dia masih hidup tapi jika kamu tidak
mau mendengar ceritaku, aku tidak akan dapat menjamin nyawanya." Cerita" Mataku
mendelik padanya, terpaksa menelan amarahku dan menunggu. "Jaime, kamu tahu bahwa semua
kekuatanmu adalah pemberian kami?" tanya Jushin.
"Kamu juga ikut memberikan" Pergilah ke neraka." Aku melihat padanya dan
kemudian pada Xian dan Vito yang memang benar aku menerima sesuatu dari mereka. "Dan kalian tidak
~ 692 ~ - B L E S S E D H E A R T -
memberi semuanya, aku bahkan sudah menjadi alinergi dan bisa terbang jauh
sebelum bertemu kalian semua."
Meski aku tidak benar-benar menepis kemungkinan bahwa aku dapat terbang karena
diberi attunement oleh Almaria setelah kejadian Macallan 1946.
Jushin terlihat tidak perduli dan melanjutkan, "Semuanya dimulai sejak pertama
kali kamu menyerahkan darahmu padaku untuk membuat topeng," katanya menatapku. "Aku sudah
menantikan sepanjang hidupku untuk mencari seseorang yang sanggup menampung
kekuatan dari kami berempat. Xian, Vito, Almaria dan diriku."
Mendadak aku melihat berbagai gambaran dalam pikiranku jelas Jushin mengirim
gambaran padaku. *** "Kakak Xian, Kakak Vito kita harus menghentikan Kelompok Pembebas. Mereka sudah
mengacau terlalu jauh dan merusak kedamaian tempat ini," mohon Jushin pada
mereka berdua di dalam sebuah ruangan yang tampaknya merupakan ruang kerja Jushin
membuat topeng, "Jika ini terus berlanjut, kelompok Vito dan kelompok 3rd ku serta
Almaria akan diselidiki BtP." Vito mendesah. "Jushin, Kelompok Pembebas sekarang cukup besar dan kuat. Jika
aku membenturkan kelompokku dengannya, maka hanya akan ada kehancuran pada kedua
pihak saja. Sama seperti kamu tidak mungkin membenturkan kelompok 3rdmu dengan mereka
dan memancing BtP bergerak." Vito bersandar pada tempat duduknya dan menambahkan,
"Jushin, lagipula kita tidak mengetahui siapa di balik kelompok ini. Jika gegabah
bergerak, bukan Kelompok Pembebas yang hancur mungkin kelompok kitalah yang akan binasa oleh
mereka. Kita masing-masing punya kelompok dan tanggung jawab, tidak dapat bergerak
sesuka hati kita." Jushin menatap pada Xian. "Kakak, tidakkah kamu bisa melakukan sesuatu?" Xian
terlihat diam berpikir. ***
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu berlalu, terlihat Jushin menghubungi Vito dan Xian kembali. "Kakak-kakak
aku menemukan sebuah jalan keluar. Guru kita membagikan cara memberi attunement tiap
tingkatan pada kita berlima yang berbeda-beda sehingga tidak ada murid di antara
kita yang lebih kuat dari lainnya, juga untuk menjaga kedamaian di antara kita." Jushin
melanjutkan, "Kakak tahu, kekuatan Almaria dan Sherry adalah sama-sama memiliki kemampuan
untuk memberi attunement dasar pada seseorang agar mereka dapat memiliki energi yang
lebih ~ 693 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tinggi. Membuat tubuh mereka dapat mengakses langsung pada energi paling murni
dari semesta serta mempersiapkan pembangkitan kundalini pada tubuh mereka."
"Diriku dapat memberi attument pada orang tersebut agar dia dapat peka terhadap
energi dan perubahannya serta dapat melakukan dominan, receive, tyrant maupun segala jenis
macam energi dan menguatkan energinya termasuk membangkitkan kundalini. Kakak Vito
dapat memberi attunement pada seseorang agar mereka dapat merasakan energi orang lain
serta menyerapnya untuk menjadi kekuatan sendiri untuk sementara. Akan tetapi orang
tersebut harus menerima attunement dasar dari Sherry atau Almaria dan attunement lanjutan
dariku terlebih dahulu untuk mampu melakukannya," kata Jushin. "Sedangkan Kakak Xian
dapat memberi attunement tingkat mana pun juga. Dan secara khusus dapat memberi
attunement terakhir pada orang yang sudah mendapatkan attunement dari kami berempat untuk
menguatkan kekuatannya, menjadikannya permanen serta membuatnya menjadi sama
seperti salah satu di antara kita." Jushin terlihat semangat, "Bagaimana jika kita
memberi attunement kekuatan kita pada seseorang dan menghadapkan orang tersebut pada Kelompok
Pembebas yang setelahnya kita akan mengunci kekuatannya kembali."
Xian terlihat menjawab, "Tidak akan ada orang yang sanggup menerima attunement
dari kita berempat tanpa menghancurkan tubuhnya. Jika pun ada hanya beberapa orang saja,
di mana kita akan mencarinya" Lagipula kita semua tahu arti dari attunement terakhirku."
"Bagaimana dengan muridku?" tanya Vito pada Jushin dan Xian.
Xian langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan memberinya attunement,
dia tidak memenuhi syarat."
"Aku juga tidak," tambah Jushin.
"Kita belum mencobanya tapi kalian sudah terlalu cepat menilainya, berilah dia
kesempatan. Terutama Kakak Xian, muridku adalah orang kita sendiri juga, meski aku
menerimanya karena terpaksa," kata Vito terlihat meringis.
Xian menarik nafas dan berkata, "Adik Jushin, kamu tahu guru hanya
memperbolehkanku memiliki satu murid dan aku tidak ingin sembarangan memberi attunement terakhir
itu." "Kakak, kamu tidak mengambil murid. Maksudku hanya meminjamkan kekuatan padanya
dan setelah dia selesai, kamu bisa mengambilnya kembali. Kita semua tahu kakak
bisa memberinya attunement dan sekalian memasukkan beberapa pikiran pengontrol ke
bawah sadarnya agar kekuatannya akan menghilang dengan sendirinya saat kita tidak lagi
membutuhkan dirinya." Xian terdiam akan kebenaran kata-kata itu. "Kakak, kita
hanya mencari seseorang untuk menyelamatkan keadaan kita ini sebelum seluruh kelompok
kita hancur karena saling bentrok."
~ 694 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Jushin berdiri meninggalkan kursinya dan bergerak menuju ke sebuah lemari besar
yang memiliki banyak kotak-kotak lemari kecilnya. Ia menarik lemari kecil dan
mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya terdapat beberapa potongan kecil berukuran dua
kali lima sentimeter berwarna abu-abu. Kemudian membuka kembali sebuah lemari kecil
yang lain dan mengeluarkan sebuah bungkusan dengan potongan kecil berwarna hitam yang
berukuran sama di dalamnya. Dia menyerahkan masing-masing sebuah potongan kecil
berwarna hitam dan abu-abu pada Xian dan Vito. "Cobalah kalian menghancurkannya.
Potongan kecil itu kubuat dari darah mereka yang membuat topengnya padaku,
seluruh potongan kecil ini dapat dikatakan akan merespon sama seperti tubuh orang
tersebut. Untuk yang berwarna abu-abu, itu adalah milik murid Kak Vito saat dia membuat topeng
herculesnya. Untuk yang berwarna hitam adalah orang yang kumaksud."
Vito mengambil potongan hitam dan mengerahkan semua kekuatannya untuk
menghancurkan potongan kecil itu. Ia mendapati semakin keras ia mencoba
menghancurkan potongan kecil hitam, potongan kecil itu akan semakin keras melawan hingga
akhirnya potongan kecil itu hancur. Meski demikian potongan kecil berwarna abu-abu jauh
lebih keras dibandingkan dengan yang hitam. Xian mengamatinya dengan seksama dan mencoba
menghancurkan kedua potongan kecil itu dengan kekuatannya dan mendapati hal yang
sama. "Lihatkan, kekuatan muridku lebih tinggi sehingga potongannya lebih susah
dihancurkan, potongan hitam meski melawan, sangat mudah dihancurkan," kata Vito bersemangat.
Jushin menyerahkan sebuah potongan kecil abu-abu dan sebuah yang hitam lagi pada
Vito. "Untuk kedua potongan kecil ini biarlah kita mencoba mengattunenya, karena
potongan kecil abu-abu adalah milik murid Kak Vito, biarlah kita mulai dari attunement Kakak
Vito." Vito dengan senang hati menerima kedua potongan kecil itu dan menutup matanya
kemudian mendadak kedua potongan kecil hitam dan abu-abu itu melayang di depannya.
Potongan kecil berwarna hitam terlihat bergetar keras tanda akan hancur, namun hingga
Vito membuka matanya potongan kecil hitam itu belum juga hancur dan potongan kecil abu-abu
tampak stabil, mengalirkan energi lebih banyak. "Lihat, potongan kecil hitam itu
sedikit lagi akan hancur," kata Vito tertawa.
Jushin tersenyum dan kedua potongan kecil itu terbang ke depannya. Dia menutup
matanya dan kali ini kedua potongan kecil bergetar bersamaan, suara retak terdengar dari
kedua potongan kecil namun kedua potongan kecil itu masih mencoba tetap bertahan. Saat
Jushin membuka matanya kedua potongan kecil itu diterbangkan melayang ke hadapan Xian
yang segera disambut olehnya dengan menatap potongan kecil itu. Kemudian menutup
matanya sebentar dan mendadak sebuah aliran energi mengalir deras pada kedua benda itu.
Kedua potongan kecil bergetar dan berbunyi menjerit-jerit tinggi, seketika potongan
kecil abu-abu hancur menjadi serpihan di atas meja sedangkan potongan kecil hitam terlihat
bergetar hebat ~ 695 ~ - B L E S S E D H E A R T -
hingga pada akhirnya berhenti bergetar. Benda itu masih tetap terlihat utuh,
bahkan berkilat menjadi potongan jenis baru tanpa retakan. Vito, Xian dan Jushin menatap kedua
potongan kecil itu dan memahami artinya.
"Siapa pemilik potongan kecil ini, tipe alinergi apa?" tanya Vito melihatnya
dengan takjub. Jushin menggelengkan kepalanya. "Sepanjang aku membaca pikirannya, ia bukan
alinergi." "Bukan alinergi?" tanya Vito.
"Jika kemampuannya yang kamu pertanyakan, maka dia bukan alinergi," tambah
Jushin. "Tapi menurutku dia itu alinergi, di sini." Jushin menggerakkan tangannya
menyentuh tengah dadanya. "Hatinya, sebuah hati yang tidak pernah menyerah dan terus maju di saat
semua hal tidak memungkinkan lagi. Dia adalah alinergi di hatinya," kata Jushin menatap
Vito dan Xian. Vito terdiam dan memegang potongan kecil itu sambil mencoba menghancurkannya.
"Kini potongan kecil ini terlalu keras untuk kita hancurkan. Apa yang akan terjadi
jika dia tidak dapat lagi kita kendalikan" Dia bahkan mungkin memangsa kita." Jushin menatap
Vito berusaha keras menghancurkan potongan kecil itu dan tidak menghasilkan apa pun
juga sehingga ia mengambil potongan kecil itu dengan ringan dan dengan mudah
memutarnya perlahan di tengah hingga akhirnya putus terbelah dua, membuat Vito terdiam
tidak percaya. "Aku mengusulkannya juga karena aku sudah mengetahui kelemahannya, dia tidak
akan dapat dihancurkan dengan kekerasan, tapi jika kita menemukan kelemahannya, dia
tidak ada ubahnya seperti agar-agar."
"Apa dia akan menerima attunement kita dan bersedia berhadapan dengan Kelompok
Pembebas?" tanya Vito masih meragukan.
"Kita akan membuatnya melakukannya tanpa disadarinya. Dengan kekuatan kita
bertiga dan anggota dari kita semua, dapat dikatakan nyaris tidak ada hal yang tidak dapat
kita lakukan. Aku akan mempersiapakan semuanya jika kakak-kakak setuju," tambah Jushin.
Terlihat Vito dan Xian diam dan pada akhirnya Vito membuka suara, "Beri kami
beberapa hari untuk memikirkannya."
*** Beberapa hari setelahnya.
"Namanya Jaime, seorang pelayan di Kafe Eve," kata Jushin, "Aku sudah memesan
Alphonso untuk memesan sebuah Macallan 1946 dari kafe tempatnya bekerja. Jika
pemilik kafe itu memintanya untuk mengambil minuman itu, aku sudah mempersiapkan orang-
~ 696 ~ - B L E S S E D H E A R T -
orangku untuk menjalankan rencana selanjutnya, Diana dan juga termasuk Maria.
Akan lebih baik jika Kak Vito bisa menyediakan beberapa pria untuk menyempurnakan rencana
ini." "Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Vito.
"Aku ingin Almaria memberinya attunement terlebih dahulu sebelum diriku karena
dia adalah dasar dari kekuatan kita, tapi aku yakin Almaria pasti menolak jika kita
memintanya langsung," tambah Jushin. "Jika semua rencana ini berjalan lancar, bukan
mustahil Almaria akan memberinya attunement. Oleh karenanya aku mengirimkan Maria untuk ikut di
dalam rencana ini karena Almaria sangat menyayanginya. Meski Maria tidak akan
mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya."
*** "Jushin, aku sudah mempersiapkan sekitar dua puluhan orang untuk membuatnya
terluka. Pastikan Maria akan mengantarkannya ke tempatmu untuk mendapatkan attunement
dari Almaria serta dirimu, akan tetapi aku tidak menyangka dia akan mengirim dua
puluhan orangku ke rumah sakit sendirian. Apakah dia tidak meninggal?" tanya Vito.
"Nyaris," kata Jushin tertawa. "Berterima kasihlah pada kekuatan penyembuhanku,
tapi kita berhasil mendapatkan attunement dari Almaria dan aku juga sudah memberinya
attunement- ku. Berikutnya kita akan membuatnya menyadari kekuatannya terlebih dahulu agar
dia membiasakan dirinya dengan energi tersebut sebelum menerima attunement
berikutnya." "Caranya?" "Aku akan mengutus Alphonso untuk melakukannya."
*** Alphonso menelepon pada Jushin dengan menggunakan panggilan video call, "Guru,
mobilku akan segera melewatinya." Jushin mendadak muncul di dalam mobil hummer
Alphonso dan melirik keluar dari samping jendela kaca gelap mobil. "Apa benar
dia orangnya, Guru" Aku tadi sudah mencobainya dan dia tidak memiliki kekuatan apa
pun juga," kata Alphonso. Jushin melihat seorang pemuda yang sedang mengendarai sepedanya. "Benar,"
katanya dan segera mengerahkan kekuatannya untuk memutuskan kedua rem sepeda. Dia juga
membengkokkan bagian dalam besi stang sepeda sehingga tidak dapat digerakkan
lagi ke arah lain. "Turunkan aku di depan persimpangan jalan tanpa terlihat olehnya. Aku
akan mengawasinya dan memastikannya untuk menggunakan kekuatannya," kata Jushin dan
membuat tubuhnya menghilang sepenuhnya.
~ 697 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Dia terbang," kata Jushin tertawa menghubungi Vito, "Saatnya untuk melanjutkan
ke tahap selanjutnya," *** Terlihat Almaria, Jushin, Vito dan Xian berkumpul di lantai atas sebuah gedung
pada suatu
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam beberapa hari sebelum perampokan Bank Viginia besar-besaran oleh Kelompok
Pembebas. "Mereka sudah menangkap Lily, seorang alinergi yang dapat membaca
pikiran dan akan segera dikirimkan ke BtP internasional," kata Almaria. "Kita harus
melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya. Gadis kecil itu dapat dicuci otak oleh BtP untuk
memihak pada mereka dan melawan kita."
"Tapi kita tidak tahu di mana dia disembunyikan. Mindreader seperti Lily mungkin
di tempatkan di tempat dengan penjagaan khusus. Kita tidak mungkin menyerang BtP
untuk menyelamatkan seorang gadis," jawab Jushin gusar. "Terlalu berisiko."
"Aku akan membiarkan diriku tertangkap dan mengurusnya," sahut Xian mengejutkan
mereka semua. Vito menyetujui hal itu dan menimpali dengan bahasa pikiran hanya pada Xian,
"Kebetulan dari yang informasi kudapatkan Kelompok Pembebas akan melakukan pembobolan bank
beberapa hari lagi. Sebaiknya kamu memanfaatkan waktu itu untuk kabur setelah
kamu menemukan Lily." Xian menggangguk pada Vito dan menatap Jushin. "Jushin, mengenai pelayan yang
sudah kamu attunement. Sebelum aku memberinya attunement-ku, aku ingin mengenali
dirinya lebih jauh," kata Xian langsung pada pikiran Jushin tanpa terdengar Almaria.
"Kamu dapat bersembunyi di tempatnya dan sekalian tinggal bersamanya sambil
menilai apakah kamu akan memberinya attunement atau tidak," balas Jushin juga dengan
pikiran. Almaria diam tampak tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
*** "Aku sudah memberi attunement sementaraku padanya," kata Xian. "Berikutnya
adalah giliran Vito sebelum aku dapat memberikan attunement penuhku padanya."
Vito diam memikirkan sesuatu dan akhirnya menjawab, "Aku akan segera memberinya
attunement jika dia setuju untuk menyerang Kelompok Pembebas," balas Vito.
"Apakah kamu sudah menemukan kelemahannya agar pemuda itu bersedia bentrok dengan
Kelompok Pembebas tanpa diketahui olehnya?"
~ 698 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Nadia F. Cheney, itu kelemahannya," jawab Xian. "Dan dia akan menghadiri rapat
alinergi besok malam." "Aku akan melakukan sesuatu," tambah Vito. "Mungkin membuat gadis itu menjadi
sasaran Kelompok Pembebas dan membiarkan mereka bertempur. Kelompok Pembebas sedang
membutuhkan modal perjuangan dengan uang hadiah yang cukup besar mereka pasti
akan bergerak." *** "Umpan sudah ditebar dan Kelompok Pembebas sudah mengejar gadis itu. Akan tetapi
kelihatannya Almaria kitalah yang memakan umpannya. Apakah menurut kalian
Almaria ada hubungannya dengan Kelompok Pembebas ?" tanya Vito.
"Aku tidak tahu, tapi sebaiknya jangan sampai rencana kita menjadi senjata makan
tuan. Pemuda itu tidak menghajar Kelompok Pembebas malah menghajar Almaria, kita harus
melakukan sesuatu," tambah Jushin.
"Jika demikian kita harus memaksa anak muda itu untuk menyerang langsung
Kelompok Pembebas ," kata Vito.
*** "Kamu gila," teriakku sedikit kalap tidak percaya. "Kamu boleh bercerita dan aku
akan menganggap semua ini sampah." Membayangkan dirikulah yang mereka kejar sedari
awal hingga mereka memanfaatkan Nadia demi menggerakkan diriku membuatku semakin
marah. Membuat Nadia menjadi korban.
"Pria itu akan memanfaatkan dirimu dan membuatmu tersiksa." Ramalan sialan itu
semakin tepat setelah Nadia menembakku dan aku memukuli serta melukainya hingga sangat
parah dan membahayakan jiwanya Aku melihat pada Xian dan Vito yang juga tidak membantah sepatah kata pun
perkataan Jushin. Semuanya membuatku meragukan diriku sendiri. "Aku tidak mengerti sama
sekali, katakanlah kalian mempersiapkanku untuk menghadapi Kelompok Pembebas dan kalian
menjadi Tuhan yang mengatur kehidupanku," kataku marah dan memukul meja.
"Bukankah aku sudah menghadapinya untuk kalian, jadi di mana Nadia. Mengapa kalian masih
menangkapnya dan apalagi yang kalian inginkan dariku?"
"Jaime," kata Jushin. "Kami membutuhkanmu untuk menghadapi Kelompok Pembebas,
tapi sesudah Almaria tidak ada lagi, kami tidak memerlukanmu lagi. Ingatlah pepatah,
Pemburu memakai busur karena menginginkan burung, saat anak panah meluncur, burung
terpanah, busur pun istirahat. Kami tidak lagi membutuhkanmu."
~ 699 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku tidak perduli jika kalian sudah tidak membutuhkanku lagi aku hanya ingin
Nadia bebas, itu saja?" Aku menatap pada Xian dan Vito mencoba mencari jawaban.
Xian akhirnya membuka mulutnya, "Jaime adalah benar kami membimbingmu agar dapat
menaklukkan Kelompok Pembebas dan untuk itu aku berterima kasih. Sedangkan untuk
masalah Nadia saat ini aku sama sekali tidak merencanakannya." Xian melihat ke
arah Vito. "Aku juga tidak," kata Vito buru-buru. "Jushin sendiri yang merencanakannya,
kami bahkan belum membicarakan apa yang akan kita lakukan padamu."
"Brakk!!!!" Jushin memukul meja. "Kakak, kakak, aku mengambil tindakan menculik
Nadia adalah untuk masa depan kita. Pemuda ini tidak lagi kita butuhkan. Kita harus
menarik kembali semua kekuatannya dan menjadikannya orang biasa kembali." Nafasku
tertahan dan melihat padanya. "Menjadi orang biasa kembali" Menyegel kekuatanku?"
"Apa yang sudah kulakukan hingga kamu begitu hebat hendak memutuskan nasibku!"
Aku berdiri dan marah menghadap Jushin. "Mungkin sebaiknya aku berhenti berbasa-basi
dan mulai menghajarmu agar kamu bersedia memberitahukan padaku di mana Nadia
berada." "Kamu tahu Jaime, berhentilah seolah-olah kamu menjadi pahlawan untuk gadismu.
Sedari awal kami sama sekali tidak takut pada Nadia dan mungkin Nadia tidak akan pernah
menjadi sasaran perburuan dan menderita jika bukan karena kamu," kata Jushin menatapku
mengejek. "Kamulah yang menyebabkannya menderita. Kamulah yang membuatnya tersiksa.
Kamulah yang menghancurkannya karena cintamu padanya."
Nafsu membunuhku tersirap naik dan menatapnya dengan penuh kemarahan "Tidak
perlu kamu mengucapkannya sekeras itu dan kini aku sudah muak dengan ceritamu."
"Begitu juga aku," kata Jushin. "Kamu boleh membunuhku tapi selama hidupmu kamu
tidak akan bertemu dengannya lagi."
Kedua tanganku terarah untuk menghajar Jushin dan mendadak terdengar suara di
dalam pikiranku. "Jaime, sebaiknya kamu mendengarkan dirinya terlebih dahulu, setelah
kamu mengetahui di mana Nadia berada kamu boleh menghajarnya kapan pun kamu mau.
Ingat hanya dia yang mengetahui di mana Nadia berada."
Aku menoleh pada Xian yang sedang melihatku, dan berbicara dalam pikiranku
padanya, "Tidakkah kamu bisa membaca pikirannya?"
"Tidak akan mudah," kata Xian. "Dia mungkin akan membuat pelindung yang sangat
kuat." Aku terdiam dan balik menatap Jushin. "Apa yang kamu inginkan?"
~ 700 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kekuatan yang kami berikan padamu," kata Jushin. "Kami tidak butuh tambahan
seorang finder sepertimu yang dapat mengancam keselamatan kami. Apalagi kamu akan segera
mengemis menjadi anggota BtP."
"Bagaimana jika aku tidak menerima bahwa kekuatan ini milik kalian dan tidak
bersedia mengembalikannya untukmu?" tanyaku penuh kebencian.
Kekuatan ini adalah milikku.
"Kalau begitu kamu boleh dengan tenang berlalu dari sini," kata Jushin. Aku
mencoba menarik nafas dalam-dalam dan berpikir jernih. Meski aku tahu, aku tidak akan
dapat berpikir saat ini. "Adik, masalah itu nanti kita bicarakan perlahan-lahan," tambah Xian.
"Akan kuberikan," kataku tegas memotong. "Selain kemampuan terbangku kamu boleh
mengambil semuanya, tapi kamu bebaskan Nadia terlebih dahulu. Apakah kita
sepakat?" Jushin terdiam menarik nafas, "Berikan kekuatanmu terlebih dahulu dan Nadia akan
menyusul." Aku tidak akan mempercayai rubah licik ini lagi. "Biarkan aku melihat Nadia dan
kamu boleh mengunci kekuatanku sendiri atau mungkin kamu tidak akan sanggup karena
cuma Xian yang bisa menembus pikiranku," ejekku dan untuk sekejap aku dapat melihat
percikan di matanya yang menunjukkan rasa jijik.
Apakah ia tersinggung mendengar cuma Xian yang bisa mengakses pikiranku"
Jushin menatap Xian dan Vito berbicara pada bahasa lain. "Kakak Xian, Kakak Vito
sebaiknya kita mengambil kekuatannya terlebih dahulu, dengan demikian tidak akan
ada masalah untuk kita di depan."
Xian kelihatan ragu dan Vito balik bertanya, "Apa kamu memiliki Nadia?"
"Ya," kata Jushin.
"Jaime, Jushin berjanji akan mengembalikan Nadia jika kekuatanmu kami kunci.
Bagaimana menurutmu?" Vito bertanya padaku.
Aku melihat pada Vito dan kemudian pada Xian. "Kecuali Xian berjanji padaku akan
membebaskan Nadia, aku tidak akan menyerahkan kekuatanku pada kalian," kataku
karena aku yakin Xian tidak akan mengingkari janjinya dan juga ia kakak tertua mereka
serta aku ingin melihat reaksi Jushin.
"Jadi kamu tidak percaya padaku?" tanya Jushin tersinggung.
~ 701 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku memandangnya dan merasa muak. "Untuk anjing busuk sepertimu" Sekalipun kamu
berbicara dalam bahasa manusia, aku tetap tidak akan percaya kamu lebih tinggi
dari seekor anjing hina. Jika Xian berkata sepatah kata aku mempercayainya sepuluh kata,
jangan samakan anjing dengan manusia. Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri."
Aroma kemarahan Jushin terpancar keluar dari pori-pori tubuhnya hingga dapat tercium
olehku dan aku sangat menikmatinya. "Jaime, aku akan mengambil kekuatanmu," kata Xian.
"Kecuali kekuatan terbangku kamu boleh mengambil semuanya," kataku kembali dan
memang aku tidak membutuhkan kekuatan apa pun selain kekuatan terbangku. "Dan
pastikan Nadia aman." Untuk sesaat aku melihat senyuman di wajah Jushin yang membuatku
merasakan firasat buruk dan jijik. Kekuatanku segera meledak dan menarik kerah
bajunya, mendorongnya hingga ke dinding. "Apa arti senyumanmu itu" Katakan padaku apa
yang kamu rencanakan?" "Aku, aku tidak ada," jawab Jushin mendadak.
"Katakan di mana Nadia berada! Aku tidak mempercayaimu lagi." Tubuh Jushin
mendadak menjadi seperti kabut asap hendak meloloskan diri akan tetapi aku segera
menyerap energinya padaku. Aku pun ikut menjadi kabut bersamanya bertiup empat lima
langkah dari tempat semula dan menjadi padat kembali tetap dengan kedua tanganku menangkap
kerah bajunya serta mendorongnya ke dinding ruangan. "Jangan bermain gila padaku,"
kataku mulai mengerahkan kekuatanku untuk mendominasinya.
"Kakak!" panggil Jushin meminta pertolongan.
"Adik Jushin, panggilah Nadia kemari, mengenai Jaime aku berjanji akan mengambil
kekuatannya kembali," kata Xian memutuskan.
Jushin terlihat serba salah, wajahnya persis seperti cacing terkena garam.
"Di mana dia?" tanyaku melihatnya dalam-dalam.
"BtP ..." Aku mengeraskan cengkeramanku pada kerah bajunya dan menatapnya penuh nafsu
membunuh, "Kamu masih mau bercanda?"
"Dia berada di Divisi Penelitian Graceland, dia sudah ditangkap menjadi rabbit,"
teriak Jushin. Seluruh bulu kudukku merinding dan seketika energiku terpancar deras menerjang
pelindungtubuh Jushin untuk mendominasinya. Setelah berhasil melakukannya, aku
segera ~ 702 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mengayunkan dahiku ke depan menghajar hidung tua Jushin. "Mulailah mengatakan
kebenaran, Aku tidak ingin bercanda di saat seperti ini."
"Dia benar di sana," kata Jushin yang memulai terlihat sedikit ketakutan karena
aku berhasil mendominasi dirinya sepenuhnya dan mengunci semua kekuatannya.
"Adik Jushin, apakah yang kamu katakan itu benar?" tanya Vito.
"Aku menyuruh orangku untuk mengurungnya di dalam sana," tambah Jushin.
"Untuk apa?" tanyaku marah.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kamu sudah menghancurkan Kelompok Pembebas. Mengapa tidak sekalian
menghancurkan BtP dan Divisi Penelitian sekaligus. Bukankah kamu begitu hebat?" balas Jushin
mengejek. Darahku mendidih dan nafsu membunuhku melejit tinggi sekali. "Anjing!!! Jika
tadi kamu mengambil kekuatanku terlebih dahulu, bukankah Nadia akan tetap di dalam Divisi
Penelitian!!!!" teriakku kalap.
"Dan tetap saja kamu akan mencoba menerobos ke sana untuk menyelamatkan dirinya
dan membunuh dirimu sendiri hanya dengan kekuatan terbangmu," kata Jushin tersenyum
licik begitu senang. Tanganku berubah menjadi berlian dan melayangkannya pada wajah Jushin.
Aku akan membunuhnya. Akan tetapi saat tanganku mendekati wajah Jushin tangan Xian dan Vito mendadak
sudah memegang tanganku menyelamatkan selembar nyawa Jushin. "Jaime, kamu boleh
mengonfirmasi keberadaan Nadia terlebih dahulu sebelum membunuhnya," kata Vito,
"Jangan mau dipermainkan olehnya lagi. Kita belum mendapatkan kebenaran apa pun
juga." Aku sadar perkataan Vito benar adanya, masih ada waktu untuk menghajar Jushin
jika Nadia sudah ditemukan. "Adik, Jushin, tidak seharusnya kamu bercanda," kata Xian menatapnya.
"Tapi aku mengatakan kebenaran," kata Jushin.
Aku sudah tidak tahu lagi jika kebenaran dapat keluar dari bibirnya. Bukankah
tadi ia berkata memiliki Nadia dan menginginkan kekuatanku, sekarang ia bahkan berputar balik
kata mengatakan Nadia berada di Divisi Penelitian dan ingin aku menerjang ke dalam
Markas Besar BtP. Aku akan melakukan sesuatu pada anjing ini.
~ 703 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** Satu hari yang lalu. Pagi hari tepat pada pukul 08:03 terdengar pintu kamar Nadia diketok beberapa
kali. Nadia yang baru saja selesai mandi dan berganti pakaian bersiap-siap menuju ke kantin
asrama, membuka pintunya dan melihat tiga orang Polisi Khusus BtP yang khusus menangani
kedisiplinan para anggota BtP berada di depan pintunya.
"Nadia F. Cheney?" tanya seorang Polisi Khusus BtP berhidung bengkok mungkin
bekas patah. Nadia sedikit terkejut menatap para tamu itu. "Ya, ada apa?"
"Kami harap anda mengikuti kami sekarang," jawab polisi itu dengan nada memaksa.
"Ada masalah apa?" Wajah Nadia menjadi sedikit pucat tidak merasa ia pernah
melanggar kedisiplinan apa pun juga, apalagi ia melihat seorang dari polisi khusus itu
sudah menodongkan sebuah senjata tembak kejut listrik pada dirinya sedari tadi.
Senjata yang digunakan sebagai penangkapan para alinergi.
"Sebaiknya kita bicara setelah sampai di kantor," balas pria itu tegas.
"Baiklah," kata Nadia, sejak ia tidak dibeli pilihan lain. "Saya ingin mengambil
sesuatu terlebih dahulu, tunggu sebentar." Nadia berbalik hendak menutup pintu tapi
sebelah tangan Polisi Khusus BtP sudah menahannya.
"Biarkan pintunya terbuka."
Nadia menggangguk, ia kembali ke dalam kamar dan membuka lemarinya. Sejujurnya
ia memiliki firasat yang sangat buruk, sehingga ia mengambil sebuah pulpen berwarna
emas yang diberikan oleh Jaime padanya. Seingatnya pulpen itu bertuliskan nama
Albert. D. Lecheruen yang menurut Jaime, akan membantunya jika ia akan menghadapi masalah
jika menjadi tawanan Divisi Penelitian. Semua anggota BtP tahu Polisi Khusus BtP
adalah anjing pesuruh Divisi Penelitian dan semua tawanan mereka akan berakhir di divisi
tersebut. Nadia mengeluarkan telepon genggamnya dan menghubungi Jaime, nada dering masuk segera
terdengar. Tepat saat Jaime mengangkat teleponnya mendadak hubungan terputus
membuat Nadia menatap telepon genggamnya yang telah padam tidak dapat dihidupkan lagi.
Di belakangnya terlihat salah seorang Polisi Khusus BtP yang mengarahkan sebelah
tangannya ke arah Nadia, tampaknya telah melakukan sesuatu pada telepon genggamnya
berkata, "Tidak ada telepon."
*** ~ 704 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Di dalam kantor Polisi Khusus BtP, Nadia berhadapan dengan seorang yang paling
dibenci hampir keseluruhan anggota BtP. Bahkan dengan kehadirannya di sana saja telah
membuat bulu kuduk Nadia merinding melihat sosok kurus dan kantong mata yang berwarna
hitam gelap. Nixon "The Ripper," Pemimpin Divisi Penelitian BtP pusat alias kepala
dari seluruh perternakan rabbit. Nixon sedang mengunjungi BtP cabang Graceland sehubungan
dengan tertangkapnya sejumlah anggota Kelompok Pembebas di daerah Viginia dan sedang
berusaha untuk menambah jumlah rabbit dengan menggunakan kekuasaannya.
Jantung Nadia terasa menciut.
Apa yang dilakukan Pemimpin tertinggi Divisi Penelitian BtP ini di sini"
"Sir, Kami telah membawanya."
Nixon menggangguk kepalanya dan menatap Nadia sambil membuka sebuah kertas
laporan. "Jadi, kamu kehilangan kekuatanmu selama seminggu penuh dan kini sudah berhasil
mendapatkan semua kekuatanmu kembali. Apa yang terjadi" Bagaimana kamu bisa
kehilangan kekuatanmu dan mendapatkannya kembali?"
Nadia merasa dirinya tenggelam jatuh ke dasar bumi. "Hanya masalah datang bulan
dan energiku terpengaruh Sir," jawab Nadia.
"Ahaa...," jawab Nixon membuka lembaran laporan. "Menurut laporan check-up ini
kamu benar-benar kehilangan energi dan menjadi normal, tidak mungkin seorang yang
datang bulan akan memiliki energi seperti ini. Mereka biasanya memiliki laporan energi
yang bergerak naik turun tidak stabil," kata Nixon membuat gerakan zig-zag naik turun
dengan tangannya, "Tidak seperti laporan ini."
"Dari mana kamu mendapatkannya?" Nadia merasakan amarah dan sedikit ketakutan
dalam dirinya melihat laporan dirinya dapat berakhir di tangan Nixon. Nadia masih
ingat Dr. Kumar berkata ini rahasia mereka berdua sehingga tidak mungkin ada orang lain yang
akan mendapatkan laporan itu. Kecuali Dr.Kumar menyerahkannya sendiri kepada Nixon.
Bajingan pengkhianat. "Bagaimana kamu mengembalikan kekuatanmu" Dan bagaimana kamu kehilangan
kekuatanmu?" tanya Nixon dengan binar di matanya. Divisi Penelitian berdiri
untuk mendapatkan cara menghilangkan kekuatan alinergi dan juga memberikan kekuatan
alinergi pada yang tidak memiliki.
Nadia hanya diam menatapnya, "Aku ingin berbicara dengan kepala bagianku."
Menurut peraturan yang ada, setiap penangkapan anggota BtP harus mendapat ijin dari
kepala bagian di divisi mana anggota tersebut sebelumnya berada.
~ 705 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nixon tahu hal itu akan membuat semuanya semakin rumit. Sepanjang ingatannya,
belum pernah ada kepala bagian BtP yang pernah dengan rela menyerahkan anggota mereka
padanya. Setiap kepala bagian divisi BtP bahkan menghalanginya mengambil tawanan
divisi mereka untuk diserahkan pada Divisi Penelitian dengan banyak alas an, apalagi
anggota mereka sendiri, "Masukan dia ke dalam ruang tahanan, aku akan memeriksanya
setelah ini." "Kamu tidak bisa menangkap dan memasukkanku ke dalam tahanan seperti ini tanpa
ada kepala bagianku?" kata Nadia dan dia sudah memegang pulpen emas untuk diserahkan
pada kepala bagiannya. Jika dia menyerahkan pulpen itu pada Nixon, mungkin saja Nixon
akan menyimpannya sendiri. Nixon tertawa. "Tentu saja aku bisa."
Nadia terlihat marah dan melirik ke arah kiri-kanannya. Berencana untuk
menghilangkan diri dan melarikan diri dari tempat ini untuk mencari bantuan dari kepala divisinya.
Namun sayang, seorang anggota Polisi BtP sedari awal telah mengarahkan pistol kejut
padanya untuk siap menembak kapan pun jika ia menggunakan kekuatannya. Mereka polisi khusus
BtP yang sudah terbiasa dan berpengalaman dalam menghadapi para alinergi maupun anggota
BtP yang memliki bermacam-macam kekuatan. Tidak akan mudah untuk dapat lari dari
mereka, mungkin hanya akan mendapat siksaan dan luka saja jika dirinya mencoba lari dari
tiga orang anggota polisi khusus ini.
Nixon terlihat sibuk menelusuri laporan data Nadia dan menggaruk kepalanya,
"Kamu sudah dipesan oleh BtP pusat. Mungkin akan memerlukan beberapa hari untuk mengurus
semua ini. Untuk sementara, bersantailah di ruang tahanan dan aku akan menelitimu secepat
mungkin." Nixon menutup laporan itu dan menatapnya dengan serius. "Masukan dia ke ruang
tahanan." Dua orang Polisi Khusus BtP segera menarik dirinya dan membawanya menuju ke
sebuah lorong panjang serta turun dengan lift ke lantai paling dasar. Menuju ke sebuah
pos di mana petugas di sana memaksa Nadia mengosongkan seluruh isi kantongnya termasuk
pulpen berwarna emas itu dan juga cincin putih miliknya, membuat perasaan Nadia terasa
sakit. Setelah itu seorang polisi BtP mengeluarkan sebuah jarum suntik dan menarik
lengan Nadia dengan kasar untuk menyuntikkan cairan di dalamnya pada lengan Nadia yang
membuat kepalanya terasa kosong. Nadia pernah mendengar, cairan itu adalah sejenis bius
sementara yang dibuat oleh Divisi Penelitian untuk mengacaukan fokus pikiran alinergi agar
kekuatan alinergi tersebut untuk sementara tidak dapat digunakan. Nadia kemudian didorong
ke dalam sebuah ruangan dengan pintu besi yang hanya memiliki sebuah lubang dengan terali
besi seukuran kepala anak-anak di depan pintunya. Ruangan itu kecil dan sempit, hanya
ada sebuah tempat tidur dan kakus. Nadia duduk di dalam ruangan setelah petugas
mendorongnya masuk dan mengunci pintu besi dengan suara, "Click," yang mengerikan.
~ 706 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Ia sudah tertangkap, mimpi paling buruknya.
"Siapa di sana?" panggil sebuah suara dari sel lain.
Nadia berdiri dan berjalan ke arah pintu mencoba melihat dari terali besi kecil
itu. Mencari ke arah suara dan tidak menemukan apa pun, tapi ia kelihatannya mengenal suara
tersebut. "Dokter Kumar?"
"Nadia?" balas suara dari ruangan tahanan di depan. "Jadi mereka juga
menangkapmu?" "Dokter sendiri?"
Terdengar desah Dr. Kumar. "Maafkan aku Nadia, aku tidak bermaksud mencelakaimu.
Akan tetapi kemarin malam seseorang membobol ruanganku dan mengambil semua
catatanku, termasuk catatan tentang dirimu yang tidak diketahui siapa pun juga.
Seharusnya aku menghancurkan laporan itu."
Nadia menggigit bibirnya. "Siapa pun yang mencurinya telah menyerahkannya pada
Nixon. Apakah yang membobol ruanganmu itu adalah anggota Divisi Penelitian?"
"Mungkin saja. Sesungguhnya Nadia, aku terus berpikir. Adakah temanmu yang
mengetahui bahwa kamu kehilangan kekuatanmu" Aku hanya berasumsi siapa pun yang telah
mencuri data itu pastilah orang yang mengetahui tentang menghilangnya kekuatanmu
sepenuhnya. Karena pencuri itu hanya mengincar datamu."
Nadia mencoba mengingat, "Hanya beberapa orang teman dan tidak mungkin mereka
mengkhianatiku." "Apakah ada orang di luar BtP yang mengetahuinya?"
"Ada banyak," desah Nadia, mengingat orang-orang di luar BtP, kelompok 3rd atau
Kelompok Pembebas mengetahui dengan jelas kehilangan kekuatannya.
"Tapi kelihatannya orang dalam BtP yang melakukannya," kata Dr. Kumar.
Nadia tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi saat ini satu-satunya yang
diinginkannya adalah keluar dari tempat ini dan tidak ingin menjadi rabbit. Mungkinkah ia bisa
menggunakan pulpen itu, meski ia tidak mengetahui apakah pulpen emas itu dapat berguna, "Dr.
Kumar?" "Ya." "Apakah kamu mengenal seseorang bernama Albert. D. Lecheruen?"
"Kedengarannya nama itu tidak asing, dari divisi manakah dirinya?"
"Kemungkinan besar dari Divisi Intelijen," kata Nadia menebak.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
~ 707 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Yah, aku tahu," kata Dr. Kumar mendadak melompat bersemangat. "Dia adalah
pemimpin tertinggi Divisi Intelijen di BtP Internasional. Apa kamu mengenalnya" Apa dia
bisa menyelamatkan kita?"
"Kuharap demikian," kata Nadia mendadak merasa semangatnya hidup kembali.
"Seorang teman menitipkan pulpen emas bertuliskan namanya untuk digunakan di saat-saat
seperti ini." "Di mana pulpen itu?" tanya Dr. Kumar ikut semangat.
"Disimpan pada pos di depan sebelum aku dimasukkan dalam tahanan."
Dr. Kumar menjadi lesu. "Tapi kupikir jika temanmu memiliki koneksi sepenting
itu dia tidak akan diam melihatmu di sini. Dia pasti akan datang setelah mendengar
tentang dirimu yang tertangkap." Nadia menggenggam terali besi itu. "Dia pasti datang!" katanya yakin.
"Dari divisi manakah temanmu" Apakah aku mengenalnya" Apa dia juga akan bersedia
menyelamatkanku?" tanya Dr. Kumar yang juga tidak ingin berakhir menjadi rabbit.
Nadia tiba-tiba tertawa. "Dia yang menerbangkan bus kita pada saat terjadi
serangan Kelompok Pembebas?" "Dia, apakah dia masih hidup?"
"Iya, Dokter. Dia masih hidup."
Nadia mendengar desah lega Dr. Kumar. "Oh, terima kasih Tuhan. Kupikir dia sudah
meninggal dan aku selalu merasa bersalah akan hal itu. Meski aku mendapatkan
secarik kertas mengatakan dirinya baik-baik saja tapi aku belum mempercayai sepenuhnya.
Mungkin saja teman-temanku yang tidak ingin melihatku bersedih yang meninggalkan kertas
itu. " "Oh, Dokter. Dia baik-baik saja," jawab Nadia.
"Bagaimana kabarnya?"
"Kupikir dia masih sehat setelah mengirim seluruh Kelompok Pembebas ke BtP."
"Dia yang melakukannya?"
"Iya," kata Nadia merasa ikut bangga karena bagaimanapun juga ia ikut membantu.
"Namanya?" Nadia berpikir sebentar, "Cuckoo."
"Nama yang aneh, Aku harap dia segera datang," tambah Dr. Kumar
~ 708 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia menarik nafas dan berbisik, "Dia harus datang."
*** "Kamu dengar itu?" tanya sebuah suara dari sosok yang tidak terlihat.
"Kupikir demikian, gadis itu memiliki hubungan dengan bos besar," jawab yang
lain. "Mungkin sebaiknya kita menghubungi pusat sekarang. Tidak lucu gadis yang kita
lindungi dimasukkan untuk menjadi rabbit setelah BtP pusat memintanya enam hari lagi,"
jawab sebuah suara yang lain. "Kalian hendak ke mana?" tanya sebuah suara menatap mereka.
"Kamu bisa melihat kami?" tanya mereka.
"Tentu saja," jawab pria berpakaian BtP itu. "Dan aku memang sudah menunggu
kalian, anjing penjaga." *** Pada siang hari itu juga, Nixon tidak mau mengulur waktu lagi. Nadia dan Dr.
Kumar dipindahkan dari ruangan tahanan mereka menuju ke gedung Divisi Penelitian BtP
yang tepat berada di sebelah gedung Kepolisian Khusus BtP. Mereka dipaksa untuk mengenakan
pakaian putih polos yang biasa digunakan oleh pasien rumah sakit dan Nadia
digiring ke sebuah ruangan di mana terlihat berbagai perlengkapan penelitian dan alat-alat
operasi. Tubuhnya didorong untuk tidur di atas sebuah tempat tidur dari besi dan beberapa
alat dipasangkan pada kepala, tangan dan kakinya. Semua alat itu terasa dingin di
kulitnya dan seluruh ruangan itu berbau obat serta alkohol tajam. Seseorang menusukkan jarum
infus pada lengannya yang menimbulkan rasa sakit dan dirinya sama sekali tidak mampu
bergerak karena kedua kaki dan tangannya terikat dengan kencang. Beberapa orang berlalu-
lalang disekitarnya mulai terlihat mencatat angka-angka pada layar-layar di sampingnya
dan sebuah aliran listrik ringan tiba-tiba mengalir pada seluruh dirinya, membuat tubuhnya
bergetar dan kepalanya mulai terasa sangat pusing dan mual.
*** Pada pagi ini Nadia dipaksa minum beberapa jenis obat-obatan dan disuntik dengan
beberapa cairan pada dosis tertentu serta kembali dibawa untuk diteliti di bawah sebuah
mesin check- up yang membuatnya merasa pening dan mual. Seluruh tubuhnya gemetar dan warna
kulitnya menjadi pucat. Setelah melalui berbagai tes yang mengerikan, Nadia duduk
meringkuk dan menangis di sudut selnya, setelah muntah berkali-kali. Ia dapat melihat Dr.
Kumar kembali pada kamar tahanannya dengan rambut yang sudah memutih keseluruhan, wajahnya
terlihat ~ 709 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tua sepuluh tahun. Mereka terus menerus diberi obat bius setiap beberapa jam
sekali agar kekuatan mereka tetap dapat dikekang dan beberapa tahanan di sel lainnya telah
berteriak sedari tadi meminta tambahan obat bius dengan membenturkan kepalanya pada pintu
sel. Efek samping dari pengunaan obat bius yang berlebihan, kecanduan dan kehilangan
kewarasan. *** Nadia menangis keras. "Aku tidak mau ... tidak mau lagi..."
Hari ini dia menjalani pemeriksaan lagi, mungkin sudah yang ke delapan kalinya
hingga larut malam. Aliran listrik mengalir di sekujur tubuhnya dan Nadia segera berteriak
dan menangis keras. "Jaime, Jaime, di mana kamu ..." Ya Tuhan..."
*** Mataku terpejam, menarik nafas dan meniatkan diri untuk terhubung pada energi
paling murni dari semesta, yang setelah merasakan terjangan energi tanpa batas yang
berkumpul dalam diriku. Mataku membuka melihat pada wajah Jushin. "Kamu akan
merasakannya," kataku dan seketika membiarkan terjangan energi dari seluruh tubuhku mengalir
pada pelindung pikiran Jushin. Pelindung itu terasa begitu tebal namun sudah memiliki
begitu banyak kebobrokan. Membuatku teringat pada kata-kata Xian, hati yang bersih akan
membantumu memiliki kekuatan dan juga energi pelindung yang semakin kuat. Hati
yang dipenuhi emosi-emosi buruk akan menggerogoti hidupmu dan membuatmu melakukan
hal- hal kurang baik, begitu juga pelindungmu akan rusak.
Jushin mendadak berteriak begitu tinggi saat energiku mengalir deras yang
dibantu oleh aliran energi paling murni dari semesta menerjang hancur pelindungnya. Vito dan
Xian bergerak ingin memisahkan kami, akan tetapi terjadi sebuah ledakan energi yang
membuatku terlempar ke belakang menabrak sebuah meja dan menjatuhkan seluruh benda di
atasnya. Aku dapat melihat Jushin terduduk lemah bersandar pada dinding dan aku tersenyum
puas, berdiri dan mengeluarkan telepon genggamku serta menelepon Michelle dengan
mengubah agar nomor teleponku tidak dapat diketahui.
"Hallo, Michelle di sini."
"Cuckoo di sini."
"... Ada apa?" ~ 710 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku ingin tahu keberadaan Nadia. Bukankah kalian mengirim dua orang bodyguard
yang mengikutinya?" "Aku tidak tahu karena aku tidak mengurusnya," jawab Michelle.
"Telepon BtP pusat dan tanyakan, aku mendengar kabar bahwa dia berada di dalam
Divisi Penelitian. Aku akan menghubungimu lima menit lagi," Aku segera menutup telepon.
*** Michelle menekan telepon kantor dan mencoba menghubungi rekannya di BtP
internasional untuk menanyakan keadaan Nadia.
"Michelle, mohon menunggu," kata seorang rekannya. "Aku disuruh menghubungkanmu
pada Albert jika kamu menelepon menanyakan hal tentang Nadia."
Albert" "Baiklah aku akan menunggu."
"Michelle?" "Ya, Sir Albert."
"Aku berasumsi Cuckoo kita sudah menghubungimu untuk menanyakan keberadaan
Nadia," kata Albert. "Ya Sir, dia sudah menghubungi," kata Michelle hamper tidak percaya.
Albert mendesah. "Katakan padanya bahwa Nadia berada di Divisi Penelitian dan
Nixon baru saja mengirimkan permohonan transfer dirinya pada divisi tempat Nadia berada
untuk menjadi rabbit di Divisi Penelitian." Albert terdiam sebentar sebelum
melanjutkan, "Nadia sudah berada di dalam Divisi Penelitian sejak kemarin pagi."
*** "Rabbit?" kataku marah. "Apa yang terjadi padanya?"
"Aku tidak tahu mereka hanya mengatakan ingin memeriksa dirinya karena energinya
yang menghilang beberapa saat lalu dan kembali lagi secara tiba-tiba."
Aku memandang pada Jushin yang tersenyum puas melihatku, dia hanya belum
mengetahui apa yang sudah kulakukan padanya.
"Dia memiliki pulpen milik pemimpin kalian, tidakkah kalian bisa melakukan
sesuatu sekarang juga?" Kemarahan dan kekhawatiran membakar diriku.
~ 711 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kupikir tidak akan semudah itu. Kami sudah memberi laporan untuk divisi tempat
Nadia berada agar menolak permintaan transfer itu dan mengambil kembali Nadia. Akan
tetapi biasanya Divisi Penelitian akan mencoba mengulur waktu beberapa hari untuk
mengembalikannya hingga..." Suara Michelle terdengar mengecil. "Mereka puas
meneliti dan biasanya tidak ada yang masih waras setelah keluar dari tempat itu meski
hanya beberapa hari." "Kalau begitu keluarkan dia sekarang juga!" kataku berteriak marah penuh emosi.
"Kami tidak bisa! Kami harus menunggu izin dan konfirmasi dari Divisi Penelitian
terlebih dahulu. Paling cepat besok pagi kami baru dapat mengirimkan laporan itu dan lusa
untuk mengambil Nadia kembali."
"Ketuamu apakah dia tidak bisa melakukan sesuatu?" tanyaku dingin.
Michelle menjawab, "Maaf Cuckoo kami harus menunggu izin. Semua itu ada
prosedurnya, lagipula Divisi Penelitian tidak berada di bawah kekuasaan BtP Internasional,
mereka berdiri sendiri. Hal terbaik yang bisa kami lakukan adalah menunggu jika tidak ingin
terjadi kekacauan." "Aku yang akan mengeluarkannya dari sana sekarang," kataku menutup telepon.
Seluruh sel dalam diriku diisi kemarahan dan siap meledak, aku melihat pada Jushin yang
tersenyum dengan hidung yang sudah mengeluarkan darah akibat benturan dahiku padanya.
"Jika terjadi sesuatu pada Nadia, kamu akan membayarnya dengan nyawamu," kataku dan tubuhku
menghilang untuk dapat muncul di depan gerbang BtP.
*** "Adik Jushin, mengapa kamu melakukan hal itu," tanya Xian tidak begitu senang
dengan perbuatan itu. "Kakak! Ini semua demi kita juga, setidaknya jika dia menghancurkan BtP hal ini
akan menguntungkan diri kita," jawab Jushin.
Vito mendesah nafasnya dan mengeluarkan telepon genggamnya, untuk menghubungi
bawahan atau mata-matanya yang bersembunyi di dalam BtP. Memberi peringatan
menghadapi penyerangan dan sebaiknya menghindari pertempuran itu daripada mati
konyol. Xian mendesah dan melirik pada Jushin. "Sembuhkanlah hidungmu."
Tangan Jushin bergerak pada hidungnya untuk menyembuhkan, karena memang
penyembuhan adalah bidang yang paling dikuasainya. Mendadak tangan dan jari-jari
~ 712 ~ - B L E S S E D H E A R T -
keriputnya bergetar menyentuh hidungnya. Wajahnya terlihat pucat dan matanya
membelalak tidak percaya serta penuh ketakutan.
"Adik, apa yang terjadi?" tanya Xian.
"Kekuatanku..." bisik Jushin gemetar. "Kekuatanku... hilang."
Vito seketika memandang Jushin melihat wajahnya yang pucat dan melirik pada
Xian, "Apakah mungkin ada yang dapat menembus pelindung guru selain dirimu?"
Xian menatap Jushin yang ketakutan dan hanya diam tidak menjawab. Setiap orang
mengunci pikiran atau kekuatan dengan cara mereka sendiri dan dirinya tidak
mungkin dapat mengembalikan kekuatan Jushin. Hanya Jaime yang dapat mengembalikannya.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
~ 713 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 43 MENGHANCURKAN BtP Saat ini aku sama sekali tidak mempunyai persiapan rencana untuk menyelamatkan
Nadia dan juga tidak memiliki waktu untuk memikirkan semua itu. Aku ingin
menyelamatkannya sekarang juga. Tanganku terkepal erat dan melihat gerbang BtP yang tingginya
mencapai tiga meter di depanku, keseluruhannya terbuat dari baja berkilat yang memantulkan
cahaya lampu. Aku masih tidak yakin apakah aku akan menerobos tempat ini atau tidak. Mengingat
Jushin sebagai penyebab semua ini kemarahanku kembali memenuhi diriku, aku mungkin
sudah merengut kekuatannya dengan cara yang kupelajari dari Almaria, di saat dia
mengirimiku ingatan untuk mengembalikan kekuatan Nadia. Meski demikian tetap saja amarahku
pada Jushin belum hilang dan membuatku tidak mampu berpikir jernih setelah kemarahan
berebut ruang di setiap sel otakku.
Setiap detik yang berlalu mungkin membuat Nadia semakin tersiksa, aku tidak
dapat membuang waktu lebih lama lagi. Untuk saat ini aku hanya bisa menerobos langsung
dan beradaptasi setelahnya. Wajahku sudah berubah menjadi Cuckoo sedari tadi dan
kini kakiku melangkah mendekati pintu gerbang BtP, menarik nafas dalam-dalam dan mengubah
tanganku menjadi berlian serta menyinkronkannya dengan kekuatan alinergi yang
memiliki kekuatan raksasa. Dengan sepenuh kekuatan, tanganku terayun menghajar gerbang
besi ~ 714 ~ - B L E S S E D H E A R T -
utama BtP yang terbuat dari baja dengan sangat keras dan mengeluarkan bunyi yang
menggelegar nyaring. "DUANNNNGGGGGGG!!!!!" Di luar dari perkiraanku, gerbang itu membengkok terlepas
dari tempatnya dan terbang melayang hampir mencapai seratus meter ke depan,
sebelum akhirnya jatuh berguling-guling menghajar beberapa mobil mewah yang terparkir.
Seketika membuat suara gaduh dan puluhan alarm mobil anti-maling segera berbunyi nyaring
bersamaan. Genderang perang sudah kunyalakan. Kini aku hanya bisa melanjutkan langkah
kakiku memasuki wilayah BtP yang paling angker dan paling ditakuti oleh semua alinergi.
Aku berjalan sambil menatap gedung-gedung tinggi BtP, tidak pernah sekalipun aku
bermimpi akan memusuhi BtP, tapi inilah yang terjadi sekarang. Dua orang petugas BtP yang
merupakan penjaga gerbang terburu-buru keluar dari posnya dan mengarahkan
senjata mereka padaku. Aku menatap mereka dan mencuri beberapa informasi serta gambaran
tentang letak-letak keseluruhan bangunan BtP langsung dari pikiran mereka, detik
berikutnya mereka langsung jatuh tertidur karena aku memanipulasi pikiran mereka. Kakiku
bergerak melewati tubuh mereka yang tergeletak dan terus menuju ke tempat di mana mobil-
mobil mewah yang sedang diparkirkan. Sebelah tanganku bergerak mengalirkan energi pada
sebuah mobil BMW, menerbangkannya dan melemparkannya jauh ke sebuah gedung besar di
sebelah kananku yang berjarak sekitar 200 meter. Saat mobil itu sedang terbang
melayang di udara, aku segera menembakkan api dari tanganku yang menyambar mobil tersebut di
tengah udara. Mobil itu terbakar dan seketika meledak mengeluarkan suara yang keras
saat menabrak gedung tersebut. Serta merta aku berturut-turut menerbangkan lima mobil
berikutnya dan membiarkan mereka semua terbakar di udara serta melayang ke arah
gedung tersebut bertubi-tubi. Semua sirene tanda bahaya di dalam gedung BtP segera menyala membuat suara alarm
bising meraung-raung dan lampu-lampu sorot menyala dari gedung-gedung tinggi menyinari
diriku. Dengan tenang aku berbelok dan berjalan menuju ke arah kanan tempat gedung yang
sudah terbakar dan berlubang dihajar mobil. Kembali aku menggerakkan energiku untuk
berturut- turut mengangkat puluhan mobil mewah di sekitarku yang serempak terbang
membentuk gelombang, membuat mereka terbakar dan terbang meluncur menghajar gedung
tersebut. Berturut-turut terdengar suara-suara ledakan yang keras saat tangki bahan bakar
mobil pecah dan meledak tersambar api. Seketika seorang anggota BtP yang merupakan
teleporter muncul di belakangku mencoba menodongkan senjata apinya padaku dan dengan mudah kuhajar
hingga tubuhnya terpelanting puluhan meter ke depan, dia hanya tidak menyangka
aku juga dapat teleport ke belakang tubuhnya.
~ 715 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Dalam beberapa detik kemudian aku sudah dapat melihat begitu banyak anggota BtP
yang sedang berlarian ke arahku dan berkumpul untuk mengepung di sekelilingku. Aku
dapat melihat wajah-wajah yang kukenal di antara mereka sebagai pelanggan Kafe Eve.
"Di mana gedung Divisi Keamanan," teriakku keras agar dapat didengar semua orang. Dua
orang anggota BtP segera datang menyerang ke arahku, seorang lainnya adalah Daniel,
yang mengeraskan seluruh tubuhnya seperti baja, namun tubuhku telah menjadi berlian
dan menghajar perutnya dengan telak. Tinju itu membuatnya terlempar jauh tinggi dan
mendarat dengan suara berdebum pada beberapa mobil yang sedang diparkirkan dan
menghancurkannya. Seorang lagi aku bahkan tidak perlu memperdulikannya karena ia
terus menembak tubuh berlianku dengan senjata api tanpa arti. Yah, begitu juga yang
lainnya segera ikut-ikutan menembakkan senjata mereka dan ada juga yang menggunakan
energi mereka untuk membakar, menyetrum, hingga mencoba membekukanku. Akan tetapi aku
sudah mengubah kekuatanku agar tubuhku dapat menembus apa pun juga sehingga apa
pun yang mereka lakukan untuk menyerangku, semuanya melewati tubuhku begitu saja dan
aku terus maju di antara mereka yang membuat mereka mundur teratur.
*** "Dia datang! Apa yang harus kita lakukan?" tanya seseorang melalui teleponnya.
"Dia datang untuk mencari Nadia, amankan Nadia terlebih dahulu, sejauh ini
semuanya berjalan sesuai rencana kita."
"Tapi dia menyerang gedung Divisi Keamanan bukan ke Divisi Penelitian. Jika
demikian dia akan menghancurkan seluruh BtP!"
"Tetap tenang apa kamu sudah mendapatkan Nadia?"
"Sudah! Aku sudah mendapat telepon sebelum dia datang menyerang. Sekarang ke
mana aku harus membawanya?" "Ke mana saja selama dia tidak dapat menemukan gadis itu."
"Baiklah." "Ingat selama gadis itu di tangan kita, kita akan dapat memanfaatkan dirinya
sesuka hati kita. Masih ada rencana yang harus menggunakannya. Apa pun yang terjadi jangan biarkan
dia mendapatkan gadis itu!"
"Akan kulaksanakan."
*** ~ 716 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mio dengan rambut hitamnya yang panjang berkibar, berlari ke arahku sambil
mengayunkan pedang katana-nya menyerang. Pada awalnya aku merasa kekuatannya tidak akan
banyak berguna padaku yang kini dapat menembus apa pun juga, akan tetapi untuk sesaat
aku merasakan firasat buruk sehingga mengelak dari pedangnya di detik-detik
berbahaya. Pedangnya bergerak seperti kilat berhasil menyambar tanganku dan seketika itu
juga aku baru menyadari, tangan kiriku terputus di bagian lengan dan terjatuh ke lantai dengan
darah yang langsung membasahi lantai parkir, tidak ada rasa sakit, aku hanya merasa sesuatu
yang hangat mengalir keluar dengan deras dari lenganku.
"Sialan," makiku dan dengan cepat menunduk mengambil kembali potongan tanganku
yang mengalirkan darah dan menempelkannya pada lenganku sambil mengerahkan kekuatan
penyembuhan. Kembali ke beberapa menit sebelumnya yang segera membuat lenganku
pada tempat terputus terasa panas terbakar sangat menyakitkan. Beberapa anggota
alinergi sempat berhenti karena melihat tanganku yang terputus mengira aku akan segera menyerah.
Mereka hanya tidak menyangka aku akan memiliki kekuatan untuk menyambung lenganku
kembali. Mio yang melihatku baik-baik saja, menghunuskan pedang katana-nya dan kembali
menerjangku. Aku tahu Mio adalah alinergi yang dapat membuat benda apa pun untuk
bergetar membentuk gelombang tinggi yang dapat membelah di tingkat paling kecil
dari sebuah benda, di tingkat molekul atau atom. Jadi dapat dikatakan, ia akan
membelah apa pun juga, dengan demikian memakai tubuh berlian juga hanya akan dibelah olehnya.
Tanganku segera terarah pada Mio dan mendorongnya terbang jauh ke belakang seperti
layang-layang yang putus dari talinya. Seketika sesuatu yang tidak terlihat mendadak menangkap
tubuhku dari belakang dan mengangkatku untuk membenturkan belakang kepalaku ke lantai.
Beruntung aku sudah mengubah diriku menjadi berlian, akan tetapi tetap saja
sengatan itu memasuki kepalaku yang tertekuk menghajar lantai beton.
Dengan cepat aku mengerahkan kekuatan raksasaku untuk berusaha meloloskan diri
dari cengkeramannya dan segera menghilang bermaksud balas menghajar orang yang tidak
terlihat itu. Akan tetapi meski dalam keadaan menghilang seorang BtP berhasil
menembak dari belakangku dan pelurunya menembus kakiku, juga tubuhku. Darah segera
mengalir keluar. Aku kembali memunculkan diriku untuk mengobati luka itu dan berbalik ke
belakang terlihat pada seorang pria berambut kribo yang menggunakan senjatanya dengan
teropong pencari jejak panas. Tanganku segera terarah kepadanya, memberikan sebuah
terjangan energi untuk menerbangkannya. Namun kekuatanku terpental karena seorang alinergi
membuat energi pelindunguntuk pria itu dan beberapa kawanannya mulai mengarahkan
senjata api mereka pada diriku serta yang lainnya juga sudah mengerahkan
kekuatan mereka masing-masing pada tubuh mereka untuk bersiap-siap untuk menyerangku.
~ 717 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Untuk sesaat semua orang berhenti bergerak dan menatap ke arahku, menunggu. Aku
melihat ke sekeliling dan harus mengakui anggota BtP memang tidak dapat diremehkan,
mereka terlatih, bekerja sama, terorganisir dan saling menutupi kelemahan masing-
masing. Ini semua tidak akan mudah. Berdiri di tengah-tengah sorot cahaya aku dapat melihat api
yang membakar dari beberapa tubuh anggota BtP, listrik yang memercik, suara derak
besi, suara angin berputar kencang, beberapa anggota yang sedang terbang melayang, juga ada
anggota BtP yang mendengarkan suara geraman binatang mereka seperti serigala dan puma ke
arahku. "Menyerahlah," kata Mio yang sudah berbalik kembali mendekatiku bersama beberapa
anggota BtP lainnya yang perlahan-lahan mengurung diriku semakin rapat. "Tidak
ada gunanya kamu melawan lagi," teriak mereka.
Aku tersenyum melihat Mio yang menatapku dengan tajam dan sempat membuatku
bergidik, "Tidak sebelum aku menghancurkan Divisi Keamanan kalian," kataku pada mereka
sambil mengerahkan energiku mengubah diriku menjadi sumber api yang sangat panas dan
membakar sekeliling karena aku tahu jika jejak darahku yang tertinggal di lantai
apabila tidak dibakar maka akan dapat mengarah kepadaku jika diteliti.
Mio dan anggota BtP lainnya segera mundur serempak menjauh dari dariku yang
diikuti dengan suara tembakan dan juga serangan dari berbagai alinergi. Aku segera
mengerahkan api agar dapat memancar ke sekeliling sejauh mungkin, untuk membakar anggota-
anggota BtP maupun membakar mobil-mobil di sekitar yang segera menyebabkan ledakan-
ledakan dan membuat keributan semakin besar. Kakiku bergerak perlahan-lahan mendekati
gedung Divisi Keamanan yang juga merupakan gedung yang sudah terbakar saat ini karena
ledakan- ledakan mobil yang kukirimkan sebelumnya. Meski beberapa dari anggota BtP
menghindar tidak ingin terbakar, termasuk Mio, namun beberapa orang dari mereka mulai
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menembakiku kembali. Tembakan pria berambut kribo, sudah beberapa kali berhasil menyerempet
kaki dan tanganku yang berada ditengah-tengah pusaran ganas api. Dia memaksaku untuk
menggerakkan kekuatan apiku agar menyambar lebih jauh lagi, membuat beberapa
anggota BtP berteriak dan berguling karena baju mereka tersambar. MEski demikian, tetap
saja ada banyak monster di sana. Seorang wanita mengerahkan kekuatannya dan membuat
daerah sekelilingnya menjadi dingin serta membeku untuk melindungi rekan-rekan di
belakangnya. Seorang pria membuat dorongan angin mengusir arah terjangan api. Seorang
alinergi BtP membuat sebuah dinding pelindung tak terlihat untuk rekan-rekannya dan Jess
terlihat menarik api yang terlanjur membakar sesama anggota BtP dengan cepat.
Jelas mereka semua lebih terlatih dalam menyerang dan lebih berdisiplin bergerak
maupun bertahan dibandingkan dengan alinergi dari Kelompok Pembebas yang rata-rata
bergerak sendiri dan tidak teratur. Hanya dalam sekejap aku kembali terkurung dan
terjebak, menyerap ~ 718 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kembali seluruh kekuatan apiku. Aku langsung menghilangkan diriku dan
menggunakan kekuatan teleport untuk muncul di tengah-tengah kumpulan anggota-anggota BtP
untuk mencegah diriku menjadi sasaran tembakan dan dari sana aku mulai menghajar
mereka. Satu pukulan untuk satu orang. Memukul mereka hingga terbang menjauh atau juga
menendang mereka, yang penting aku tidak membunuh mereka dan akan membuat keributan
sebesar mungkin. "Aku akan menghancurkan Divisi Keamanan kalian," teriakku kembali
dengan keras dan mulai membabi-buta menyerang semua anggota BtP sambil bergerak
mendekat ke gedung Divisi Keamanan. Para anggota BtP yang berkumpul di tempat ini pun
perlahan- lahan semakin bertambah jumlahnya.
Yang Lain Other 2 Pendekar Naga Putih 46 Petualangan Di Alam Roh Pendekar Sadis 22
langsung mencampurnya. Kafe Eve terlihat penuh sesak hingga banyak orang yang
terpaksa berdiri hanya untuk sekedar minum. Nadia muncul dan mulai mengambil minuman dan
mengantarnya ke meja-meja.
"Apakah itu Nadia atau pegawai baru kita?" tanya Master menatapku bingung.
Aku hanya dapat tertawa dan hatiku terasa begitu bahagia.
*** ~ 670 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tak berapa lama kemudian setiap orang di bar sudah mendapatkan minuman dan
makanannya sendiri. Lawrence masuk dan melihat Nadia yang melayani minuman,
namun tidak memanggilnya hingga saat pesanan minumnya tiba diantar oleh Nadia. "Apa
kamu sudah mulai bekerja di sini karena kekuatanmu yang menghilang?" tanya Lawrence
pada Nadia. Nadia melihat Lawrence dan meletakkan gelas minuman Lawrence, "Silakan
menikmati," katanya sambil tersenyum dan gelas itu perlahan-lahan membeku keseluruhan.
Lawrence terkejut dan memegang pergelangan tangan Nadia. "Kekuatanmu sudah
kembali?" "Bukan urusanmu," jawab Nadia langsung menarik tangannya.
"Nadia," kata Lawrence tidak melepas tangannya. "Maafkan aku yang terlalu sibuk
mengurus pekerjaanku, tapi kamu pasti mengerti sibuknya pekerjaan sebagai anggota BtP
ditambah dengan Kelompok Pembebas akhir-akhir ini, bagaimanapun juga aku mencemaskanmu."
"Mengapa?"tanya Nadia menatapnya.
"Karena aku kekasihmu dan aku menyukaimu."
Nadia tersenyum mencibir. "Kamu berpura-pura menjadi orang yang kucari. Siapa
kamu sebenarnya manusia palsu?" Lawrence terkejut dan melepas pergelangan tangan
Nadia, wajahnya berubah. "Dan kita tidak pernah ada hubungan apa pun sebelumnya,
sekarang dan hingga selamanya," kata Nadia berbalik pergi. Ia menatap Jaime yang sedang
bekerja, ia sudah menentukan pilihannya dan tidak akan mundur lagi.
Wajah Lawrence terlihat marah dan keluar dari Kafe Eve.
"Nadia?" Nadia berbalik dan menemukan Gris serta Angelina sedang memasuki kafe. "Gris,
Angelina!" teriak Nadia. Dia begitu merindukan mereka dan langsung berlari memeluk mereka
berdua. "Aku merindukan kalian."
Gris merasa kesal. "Tidak adil, padahal aku mau marah padamu," kata Gris, "Tapi
sekarang aku benar-benar merindukanmu juga." Akhirnya Gris menangis diikuti Angelina,
bahkan Nadia juga ikut-ikutan. Mereka bertiga berpelukan sambil menangis di tengah Kafe
Eve. *** Aku menatap mereka dan merasa tersentuh. Memahami perasaannya dan tentu saja
Nadia sudah merasa kesepian selama ini. Kini mereka bertiga terlihat menangis sambil
berpelukan, ~ 671 ~ - B L E S S E D H E A R T -
lalu aku menatap Master. "Master, apa perlu kita mengusir mereka keluar karena
mengganggu tamu?" ~ 672 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 40 KEKUATAN KEMBALI MASALAH KEMBALI Hari menjelang sore saat pesta usai dan Nadia terlihat duduk dengan Gris dan
Angelina. Mereka terlihat berbicara panjang lebar, sedangkan aku sedang menghadapi sidang
dan ditatap oleh Madame dan Susan. Master hanya terlihat duduk acuh tak acuh. "Ke
mana saja kamu" Tahukah kamu kalau kami begitu khawatir saat rumah itu terbakar!" kata
Madame. "Aku" ... kalian ingatkan, kalau aku terluka, jadi aku pergi ke pemandian air
panas untuk mengobati luka karena kecelakaan mobil Michelle kemarin," kataku tidak berani
menatap mata Madame. "Aku juga sudah menelepon Master minta cuti seminggu."
Madame tidak menerimanya. "Seharusnya kamu menelepon kami di mana kamu berada
setelah tiba di tempat itu, agar kami tidak khawatir."
"Aku tidak percaya," kata Susan langsung memotong pembicaran.
"Hah?" tanyaku.
"Kalau kamu pergi ke pemandian air panas, di mana oleh-olehnya?" tanya Susan
sambil menyodorkan tangannya. "Benar!" tambah Madame menyetujuinya.
~ 673 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Semudah itu" Ternyata sidang mana pun jika sogokannya tepat, akan segera ditutup
kasusnya. "Akan kuambil dari mobil," kataku buru-buru. Aku terpaksa masuk ke dalam mobil
van, teleport kembali ke kota itu sekali lagi dan berlari sepanjang kota untuk
memborong 12 kotak kue khas kota tersebut sebagai oleh-oleh. Bersyukur karena uang negara itu masih
tersisa. Seketika itu aku teringat sesuatu dan segera membuka dompetku di mana aku
menemukan cukup banyak uang yang tersisa dari biaya perang kemarin. Akan tetapi tidak ada
sedikit pun dari uang kotor ini yang pantas untuk dipakai membeli barang yang kuinginkan.
Benda yang melambangkan ketulusan dan kesungguhanku tidak boleh dibangun di atas
penderitaan atau kesakitan siapa pun juga. Benda itu hanya boleh dibangun atas
kejujuran dan kerja keras serta ketulusan hati.
Sejujurnya aku memiliki sebuah tabungan darurat yang masih tersisa, namun
jumlahnya cuma sedikit. Aku menutup mata dan menarik nafasku dalam-dalam untuk berpindah
kembali ke dalam van. Berikutnya aku masuk ke dalam Kafe Eve dengan tangan kosong dan
menyeret Master ke dapur belakang yang mengejutkan Madame dan Susan.
"Jaime ada apa?" tanya Master kelabakan, diseret olehku ke belakang dapur.
"Master," kataku menunduk dalam-dalam padanya. "Aku mohon untuk dapat mengambil
gaji bulan ini seminggu lebih cepat."
Master menatapku. "Apakah ini masalah oleh-oleh" Kamu tidak perlu memaksakan
diri untuk memberikan mereka oleh-oleh."
"Tidak, Tidak," kataku. "Oleh-olehnya sudah dibeli dan ada di dalam mobil, aku
hanya memerlukannya untuk membeli sesuatu hal lain," jawabku sungguh-sungguh menatap
Master. "Baiklah, kalau begitu," kata Master sambil mengeluarkan telepon genggamnya dan
mulai mengetikkan sesuatu. "Gaji bulan ini akan kukirimkan penuh ke dalam rekeningmu
tapi kamu harus mengganti kekosongan jam kerjamu bulan depan."
Wajahku langsung menjadi cerah. "Terima kasih, terima kasih Master," kataku
berkali-kali. "Gajimu sudah terkirim ke rekeningmu," kata Master berbalik kembali ke dalam
ruangan bar. Aku sendiri langsung keluar dari pintu dapur dan menerobos ke dalam van serta
mulai bekerja. sepuluh menit kemudian aku menuruni van dan masuk melalui pintu depan.
Meletakkan enam kotak kue di hadapan Master, Madame dan Susan yang segera dibuka
oleh Susan untuk dilihat isinya dan aku kemudian menuju ke meja Nadia, Angelina serta
Gris. "Oleh-olehmu," kataku pada Nadia setelah tersenyum menyapa Angelina dan Gris.
~ 674 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia menatapku kemudian berdiri dan menarikku ke sudut ruangan menjauhi meja
Gris dan meja Master. "Dari mana kamu mengambilnya seingatku kita tidak membeli apa pun
juga dari sana." "Aku kembali ke sana," kataku tersenyum.
Nadia memicingkan matanya. "Hm ... jika aku tahu teleport bisa semenarik itu.
Sebaiknya kamu berjanji akan mengajariku!"
Aku menatapnya dan tersenyum. "Tentu saja."
Nadia balik tersenyum padaku dan saat hendak berbalik aku segera menarik
tangannya, "Tunggu," bisikku dan tanganku menyelinap masuk ke dalam kantong celanaku untuk
mengeluarkan sebuah cincin berwarna putih berkilat dengan beberapa butir permata
di atasnya. Jantungku berdebar- debar begitu keras, aku tidak tahu apakah aku akan
memasangkan cincin ini ke jari manisnya atau...
Apakah dia akan menolak jika aku memasangkannya pada jari manisnya"
Aku tidak kuat menahan detakan jantung ini dengan terpaksa aku meletakkannya
begitu saja di atas telapak tangannya.
Memang sekali pengecut tetap pengecut.
"Cincin untukmu," kataku menatap matanya. "Tunggulah aku setahun ini."
Nadia menatap cincin itu dan setelah cukup lama dia melihatku dan tersipu malu.
"Apakah kamu tidak akan mengenakannya untukku?"
Kupikir seluruh tempat ini mendadak bersinar dan aku bahkan dapat mendengar
nyanyian malaikat di sekelilingku. Jari-jariku mengambil kembali cincin itu dari telapak
tangannya, membalikkan tangan kirinya sambil menyentuh jari-jarinya dengan lembut. Aku
melihatnya untuk sesaat dan dia balas menatapku. Perlahan-lahan aku memasukkan cincin itu
ke dalam jari manisnya. Hatiku terasa begitu gembira dan mataku menjadi basah.
Tubuh Nadia mendekat padaku dan menyentuhkan kepalanya pada bahuku. Aku dapat
mencium aroma manis tubuhnya. "Apakah kamu tidak akan mengucapkan kata-kata
itu?" bisiknya begitu lembut mengguncang hatiku.
Kedua tanganku bergerak dan memeluknya, merapatkan diriku padanya. "Aku
mencintaimu, dulu sekarang dan selamanya."
Mencintai seseorang memang akan membuatmu merasakan rasa sakit dua kali lipat
namun juga akan membuatmu merasakan kebahagiaan dua kali lipat daripada dirimu
sendirian. ~ 675 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku juga," bisik Nadia lirih.
Nadia menggerakkan kepalanya menatapku dan aku juga menatap ke dalam matanya.
Aku menyentuh pipinya dan perlahan-lahan mendekatkan bibirku pada bibirnya. Mendadak
wajah dan tubuh Nadia menghilang.
"Nadia?" panggilku.
"Bodoh," kata Nadia sedikit tertawa geli. "Kamu tidak melihat kita berada di
mana?" Aku melihat ke sekeliling dan melihat Master, Madame, Susan, Gris dan Angelina
sedang menatap ke arah kami dengan tatapan terkejut, bengong dan mungkin lebih besar
tidak percaya. "Kalian tidak jadi ciuman?" tanya Susan mendadak.
Wajahku langsung memerah dan seketika itu juga aku merasa bibirku dikecup dan
Nadia sudah muncul tiga kaki menjauhiku berjalan kembali ke tempat duduk. Hatiku
terasa begitu lembut dan aku berjalan kembali ke meja tempat Master, Susan dan Madame berada.
Mereka menatapku dengan tegas dan penuh rasa ingin tahu, yang membuatku yakin bahwa aku
akan kembali disidang dan pasti akan dicercar dengan banyak pertanyaan sehingga aku
mengambil inisiatif. "Aku memilih untuk tidak mengometari apa pun tentang hubunganku dengan Nadia,"
kataku tegas di hadapan Madame dan Susan. Mereka melihatku dengan tatapan tidak puas
dan masih ingin bertanya sesuatu. Aku segera menambahkan, "Tapi aku akan mengatakan pada
kalian bahwa benar aku mencintainya dengan sepenuh hatiku," kataku sungguh-sungguh
menatap Madame dan Susan. Wajah kedua wanita itu segera tersenyum dan mengacungkan jempol membuat wajahku
merah dan jelas dipenuhi kebahagiaan.
*** "Wow Nadia!! Apa yang baru saja terjadi?" tanya Gris melirik Nadia mengguncang
tubuhnya dan meminta penjelasan. "Apa yang terjadi" Kalian hendak berciuman" Kalian sudah
pacaran" Jangan katakan kalian juga sudah merencanakan berpergian berdua
seminggu lalu dan mungkin sudah menikah dalam perlarian?"
"Kami belum menikah." Wajah Nadia terlihat memerah karena ia hampir
melakukannya. "Seperti yang kukatakan, kami hanya kebetulan bertemu di sana. Dia sedang
mengobati sakit tulangnya karena kecelakaan dan aku hanya mencoba mencari ketenangan untuk
mengembalikan kekuatanku."
~ 676 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Entah alasan itu bisa diterima atau tidak"
"Dan kalian berakhir saling jatuh cinta di sana?" tanya Gris tidak percaya,
Nadia hanya menunduk dengan wajah memerah.
"Apakah sekarang kamu pacaran dengannya?" tanya Angelina yang membuat Nadia
terdiam
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan wajahnya menjadi semakin merah.
"Bagaimana dengan Lawrence?" tanya Gris tersenyum. "Apa sekarang kamu mau
mendua" kamu sudah menjadi cewek nakal ternyata."
"Lawrence, dia penipu!" kata Nadia mendadak. "Dia sama sekali bukan orang yang
kucari meski aku tidak tahu dari mana dia mengetahui isi percakapanku dengan orang
bertopeng itu." Gris menatap Angelina dan sebaliknya juga. "Kupikir dari kami?"
"Kalian?" "Kamu tahu rekaman itu kami perdengarkan kepadanya," tambah Gris. "Waktu itu
kamu sangat sedih karena dia melupakanmu di bagian itu." Nadia mengingat kembali saat
itu dan ia hanya bisa mendesah. Semua itu sudah berlalu dan lagipula mereka melakukannya
untuk mengibur dirinya. "Apakah kamu sudah menemukan orang bertopeng yang sesungguhnya?" tanya Angelina.
"Ya," kata Nadia matanya bersinar cerah.
"Siapa?" tanya Gris dan Angelina serentak.
"Rahasia," kata Nadia senang.
*** "Apakah kamu sudah menghubungi Michelle?" tanya Madame.
Aku tidak tahu untuk apa aku menelepon Michelle, toh tadi pagi juga baru bertemu
dengannya. "Untuk apa?"
Sebuah lengan memeluk leherku dari belakang dan setengah mencekik. "Kamu masih
berani bertanya untuk apa, setelah kamu merusak mobilku, apartemenku, aku
menyembuhkanmu dan membangun rumahmu kembali?"
"Itu alasannya," jawab Madame melihat Michelle muncul di belakangku.
"Michelle?" tanyaku karena tampaknya ia masuk dari pintu dapur belakang sehingga
aku tidak menyadarinya. ~ 677 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Bukan," kata suara wanita itu. "Aku adalah kembaran Michelle yang jahat dan
ingin menghajarmu." Aku tertawa senang.
"Aku merindukanmu," kata Michelle mendadak memelukku.
"Aku tidak," jawabku jujur. "Aduuhhhh...aduh..."
Michelle mencubit pinggangku sakit sekali.
*** "Nadia, kupikir kamu baru saja patah hati karena kamu baru saja diduakan," sahut
Gris tersenyum jahil. "Kecuali kamu bersedia menjadi yang kedua."
"Mengapa?" balas Nadia. Gris menunjuk tangannya pada meja belakang di mana
terlihat Michelle dengan akrab memeluk Jaime. Wajah Nadia sedikit banyak berubah,
"Michelle sahabat akrabnya," kata Nadia menahan perasaannya.
*** "Mich, jangan memelukku," jawabku.
"Kenapa" Apa aku tidak boleh memelukmu?" balas Michelle.
"Jaime sekarang sudah punya pacar dan kamu sedang memeluknya di depan pacarnya?"
kata Susan. "Jaime" Pacar" Kamu laku juga?" tanya Michelle padaku dengan wajah jahil. Aku
hanya dapat tersenyum meringis. Michelle melirik ke sekeliling dan kebetulan melihat
menatap Nadia yang sedang melihat ke arahnya. "Putri?"
"Namanya Nadia," kata Susan meluluskan. "Mereka bahkan hampir berciuman dan
Jaime sudah menyerahkan cincin untuknya."
Michelle melihatku sungguh-sungguh. "Kamu pacaran dengannya sekarang" Dan
cincin?" Mata Michelle melihat pada sebuah cincin putih yang berada pada jariku, "Cincin
itu?" "Begitulah," kataku. "Hukk....!!!!"
Sebuah tinju bersarang di perutku dan Michelle berdiri. "Aku masih banyak
pekerjaan, sampai jumpa," katanya dan langsung keluar dari Kafe Eve melalui pintu depan.
Tak lama dari pintu depan masuk Barth yang hari ini terpaksa datang dua kali mengantar
sayuran dan juga titipan minuman Kafe Eve berhubung sayur, daging dan minuman pagi hari
sudah habis karena pesta dadakan. ~ 678 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa yang terjadi?" tanya Barth melihat kami sedang duduk. "Gadis cantik yang
baru saja keluar kelihatannya sedang menangis sedih sekali."
Susan dan Madame melihat ke arahku. Master hanya diam dan aku tidak tahu apa
yang terjadi. Mungkin sebaiknya aku pura-pura tetap tidak tahu.
*** Malam itu Master dan Madame menawarkan diriku untuk tidur di tempat mereka namun
aku menolak. Aku memilih untuk tinggal di belakang rumahku yang bekas terbakar dan
pekerja sedang mengerjakannya. Aku membeli dan memasang tenda darurat yang cukup besar
untuk diriku sendiri. *** Nadia menyerahkan dua kotak kue pada Dr.Kumar. "Terima Kasih Dokter telah
melindungiku." "Apakah kekuatanmu sudah kembali?" tanya Dr.Kumar.
Nadia tersenyum dan memegang cangkir air minum di atas meja Dr. Kumar dan
langsung membekukannya. "Tampaknya sudah."
"Apa yang terjadi?"
"Hanya sekedar siklus bulanan wanita, seperti yang tertulis," kata Nadia
mengedipkan matanya membuat Dr.Kumar tersenyum.
*** "Kekuatannya sudah kembali!"
"Apa kamu bisa memastikan hal itu?"
"Seratus persen, dia membekukan air depanku. Apa yang harus aku lakukan
selanjutnya." "Kita harus memaksa untuk melanjutkan ke rencana yang berikutnya, tidak kusangka
Almaria yang keras kepala itu mau mengembalikan kekuatannya."
"Baiklah." *** Beberapa hari berlalu tanpa masalah, rumah sederhanaku akan selesai sekitar satu
atau dua bulan lagi. Sisa uang yang didapat dari Vito setelah mengambil kembali uang
jaminan dari ~ 679 ~ - B L E S S E D H E A R T -
pengembalian mobil van, yang membuat penyewa mobil sedikit kecewa, kuserahkan
pada Master. Namun segera ditolak oleh mereka karena rumahnya sudah diperbaiki oleh
BtP dan uang itu akhirnya habis untuk membeli perabot dalam rumah seperti meja makan,
kulkas, sofa, televisi, peralatan masak, tempat tidur dll, yang akan segera dikirimkan
begitu rumah tersebut selesai. BtP tidak mau mengganti isi dalamnya.
Dapat dikatakan semuanya kembali ke titik nol atau mungkin minus mengingat aku
masih berhutang pada Master, tapi aku tidak perduli karena selama aku tetap bekerja
posisi itu akan cepat bergerak ke positif. Nadia menjalani rutinitas sehari-harinya seperti
biasa. Beberapa kali seminggu dia datang ke Kafe Eve di malam hari dan jika ada yang berbeda,
maka itu adalah dua orang pengawal yang kelihatannya mengikuti Nadia ke mana pun ia
berada tanpa terlihat. Aku dapat merasakan energi mereka, kemungkinan besar mereka adalah
bodyguard yang dikirim oleh Divisi Intelijen BtP Pusat.
"Jaime," panggil Nadia yang sedang menikmati minumannya dan melihatku melayani
beberapa tamu. "Iya?" "Mengapa kamu tidak memakai cincinmu?" Mata Nadia terlihat menegurku.
Aku menyukai pertanyaan itu, membuktikan ia memperhatikanku. Tanganku segera
membuka sebuah kancing atas pakaian kerjaku dan memperlihatkan cincin itu
tergantung pada sebuah rantai di dadaku. "Aku harus mengeringkan gelas setiap saat dan
cincin itu dapat menggoresnya," kataku.
"Bukan untuk merayu perempuan lain?" tanya Nadia menatap jahil padaku.
Aku tertawa. Oh aku menyukai perhatiannya, sungguh.
Wajah Nadia mendadak menjadi lesu dan berkata, "BtP Internasional menolak untuk
menerima surat penolakanku untuk menjadi finder," katanya.
Perhatianku segera terarah padanya. "Apakah itu berarti kita harus kembali ke
rencana semula?" Nadia tersenyum. "Tidak, itu hanya berarti agar aku perlu untuk tidak menjadi
Perfect copier." "Maksudnya?" ~ 680 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku hanya perlu dengan sengaja gagal dalam beberapa tes awal mereka dan dengan
mudah mereka akan menolakku," kata Nadia tersenyum nakal yang membuatku tertawa. "Tapi
mereka mempercepat kepergianku ke BtP pusat untuk mengadakan tes."
"Oh, yah" kapan?"
Nadia menunduk dan menghembuskan nafas dalam-dalam. "Satu minggu lagi."
"Secepat itu?" tatapku padanya.
"BtP Pusat memberitahu semakin cepat aku menjalani tes, maka semakin bagus."
Aku terdiam. Mungkin memang sebaiknya dia pergi ke BtP Pusat untuk sementara
waktu dan menjalani tes di sana daripada tetap di sini. Vito belum terlihat menggerakkan
anak buahnya untuk mengurus Nadia. Akan tetapi, aku yakin ia pasti akan melakukan sesuatu.
Semakin cepat Nadia pergi dan gagal dalam tes, semakin aman dirinya dan saat dia kembali
ke tempat ini tidak akan ada lagi orang yang akan mengejarnya karena dia bukan lagi
seorang calon finder. "Pergilah," kataku. "Semakin cepat tentu semakin baik."
"Apa kamu mau mengusirku?" tatap Nadia tidak senang.
Aku meringis, "Oh ayolah Nadia, aku akan meratapi setiap detik kepergianmu,"
kataku sungguh-sungguh. "Aku hanya berpikir semakin cepat kamu gagal dalam tes dan
meninggalkan gelar Calon Finder- mu maka akan semakin aman dirimu. Kamu bisa
kembali ke sini secepat mungkin setelah itu."
"Tapi Jaime, bagaimana jika mereka menolak untuk mengembalikanku ke sini dan
menahanku di sana, memaksaku untuk menjadi finder. Kamu tahu posisi finder
sangat penting untuk BtP," bisik Nadia tidak yaki.
Aku tidak memikirkan hingga ke sana.
Hening... "Apa yang harus kulakukan?" tanyaku karena tidak memiliki ide sama
sekali. "Menurutmu apa?"
Aku berpikir sejenak. "Aku tidak tahu."
Nadia tampak tersinggung dan menatapku dengan tegas. "Cuma itukah yang ingin
kamu katakan?" Aku terdiam. "Nadia, apalagi yang mau kukatakan?"
~ 681 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mereka itu BtP dan Nadia anggota BtP, tidak mungkin mereka mencelakai Nadia, Apa
yang dapat kulakukan jika mereka menahan Nadia di sana" Mau menerjang BtP dan merebut
Nadia dari tempat itu" Apakah aku segila itu"
Nadia mendorong kursinya dan membayar minumannya. "Aku mau pulang." Dia
meninggalkanku yang masih tidak mengerti.
Oh wanita, aku tidak akan pernah memahami mereka.
Malam itu aku berpikir keras di dalam tendaku. Apa yang kesalahanku dan apa
sebaiknya yang harus kukatakan padanya"
Jangan pergi, aku mencintaimu. Aku merindukanmu, tetaplah di sisiku. Jangan
tinggalkan aku. Apa aku juga akan mengatakan aku akan menyerang BtP untuk menyelamatkannya jika
BtP menahannya" Sialan, aku tidak mengerti wanita. Mungkin sebaiknya aku nekat
berkata,"Menikahlah denganku sekarang juga atau bercintalah denganku sekarang juga. Hmm... atau
mungkin lebih baik jadilah ibu dari anak-anakku secepatnya."
Kemudian memaksanya untuk menerima ketiga-tiganya sekaligus dengan urutan yang
dia inginkan. Atau mungkin dia boleh memilih salah satu dari itu dan aku akan
melompat bahagia. Saat malam semakin larut .Aku nekat menghubungi telepon genggamnya yang
segera diangkat olehnya. "Apa?" tanya suara ketus Nadia yang mengetahui aku yang meneleponnya.
"Menikahlah denganku," kataku nekat.
"Apa kamu sudah punya cukup modal untuk nikah?" balas Nadia.
Seketika aku terdiam, bola mataku berputar ke atas mengingat-ingat semua uangku
sudah ludes. Aku tidak punya tempat tinggal milikku sendiri dan gajiku hanya
sepertigapuluh gaji Nadia serta masih memiliki utang. "Nadia, lupakan pernikahan. Bercintalah
denganku." kataku kembali nekat. "Tet ... Tot ..., anda sedang tidak beruntung, coba lagi besok pagi," kata Nadia
tersenyum hampir tertawa geli dan mengakhirnya dengan kata. "Selamat malam Jaime aku
menunggu
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kabarmu besok pagi dan sebaiknya kamu berusaha lebih keras."
Dan dia mematikan teleponnya, aku hanya dapat mengurut dada tidak mengerti.
Dasar wanita! ~ 682 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Mengapa belum juga kamu bereskan masalahnya?"
"Tidak bisa, BtP Pusat sudah mengirimkan begitu banyak penjaganya dan mereka
bahkan memeriksa semua makanan dan minumannya. Seseorang telah memperingatkan BtP pusat
untuk melindunginya sehingga penjagaan pada dirinya menjadi begitu ketat. Aku
tidak bisa mengerjakan tugasku tanpa bentrok dengan mereka dan bahkan keberangkatannya
sudah dipercepat sekitar enam hari lagi."
"Lakukan segala cara, jika ia sudah mendarat di BtP Pusat, rencana kita sudah
dipastikan gagal. Gunakan semua cara, bukankah kamu diutus ke sana untuk mendekati gadis
itu." "Apa itu juga berarti aku boleh bentrok dengan mereka yang menjaga gadis itu?"
"Jika terpaksa kamu boleh melakukannya, namun pastikan kerusakannya seminimal
mungkin. Apa pun yang terjadi rencana kita harus berjalan."
"Apakah benar semua cara?" Terdengar suara senang.
"Lakukanlah, aku sudah memberimu izin. Meski sebaiknya kamu tidak terlalu
membuka dirimu jika tidak terpaksa dan ingat bekerja sama dengan yang lainnya jika sudah
memulainya." ~ 683 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 41 NADIA DAN PERTEMUAN ALINERGI Pagi ini aku mendapatkan telepon dari Nadia yang langsung terputus saat aku
mengangkatnya. Aku langsung meneleponnya kembali berulang-ulang kali, namun
hanya mendapati jawaban bahwa telepon genggamnya dalam keadaan tidak aktif. Karena
merasa penasaran dan sudah merindukannya aku nekat teleport pada kamarnya, namun tidak
menemukan siapa pun di dalamnya.
Mungkin dia sedang belajar di dalam kelasnya.
Sepanjang siang hingga malam ini, aku tetap menunggu Nadia dan terus menerus
mencuri waktu di sela-sela waktu kerjaku untuk menghubungi telepon genggamnya. Akan
tetapi telepon genggamnya tetap saja tidak aktif sehingga membuatku menjadi gelisah.
Pada malam harinya, aku kembali teleport ke dalam kamarnya dan tidak berhasil menemukan
dirinya maupun tanda-tanda dia telah kembali ke dalam kamar. Pakaian dan selimut di atas
kasur masih terlihat seperti kedatanganku tadi pagi. Firasatku seketika menjadi buruk
dan segera menghubungi Angelina yang mengatakan Nadia sama sekali tidak terlihat di kelas
atau di mana pun juga di dalam BtP. Kepala bagian divisinya Nadia juga sudah menghubungi
mereka untuk menanyakan keberadaan Nadia. Angelina terdengar cemas dan
menambahkan Gris sama sekali tidak dapat melukiskan keberadaan Nadia seakan-akan ada sesuatu
yang ~ 684 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menyembunyikan Nadia. Jantungku berdetak keras. Aku langsung membiarkan diriku
teleport ke taman belakang rumah Vito, dialah satu-satunya orang yang kuketahui
sedang mencoba menangkap Nadia dan memiliki berbagai kekuatan yang mungkin dapat
menutupi Nadia dari pencarian siapa pun.
Di tengah taman yang remang-remang itu aku menarik nafas dan berteriak keras,
"VITOOO!!!!" begitu suaraku berhenti terdengar, saat itu juga seluruh taman ini
mendadak menjadi terang benderang, beberapa lampu sorot terarah padaku dan aku mendengar
banyak suara senjata api yang dikeluarkan dan mengarah padaku. Aku menunggu dan
mengeraskan diriku menjadi berlian. "Jaime?" Vito muncul dari dalam dengan pakaian tidurnya. "Apa yang kamu lakukan
di tengah malam seperti ini?"
"Di mana Nadia?" tanyaku langsung.
Vito terlihat terkejut. "Perlahan-lahan anak muda, aku sama sekali tidak
mengerti apa yang kamu katakan. Seingatku di sini bukan tempat gadismu ingin bersembunyi."
"Nadia menghilang dan aku menebak bahwa kamu telah menangkapnya."
"Wow, aku bahkan belum menggerakkan seujung jariku pada gadismu. Lagipula
mengapa aku hendak menyentuh gadismu yang kekuatannya sama sekali sudah hilang," balas
Vito. "Kekuatannya sudah kembali," sahutku melihat pada bahasa tubuhnya karena aku
tidak dapat membaca pikirannya. "Almaria mengembalikan kekuatannya" Itu baru berita." kata Vito yang terkejut
dan kemudian tertawa. "Tapi anak muda, aku sama sekali belum menyentuh gadis itu dan
menurutku ada banyak orang yang menginginkan gadis itu, terutama jika
kekuatannya sudah kembali." Aku melihat ke wajah tua Vito dan mencoba menebak apakah yang dikatakannya
benar. "Apa bukan kamu yang melakukannya?"
"Demi nama guruku dan kakak seperguruanku Xian. Aku belum menyentuhnya sama
sekali dan aku tidak tahu akan hal ini."
Tubuhku terdiam sejenak berpikir logis. Jika dia sudah mengatakan tidak
menyentuhnya hingga bersumpah atas nama gurunya meski setiap jengkal tanah di tempat ini
kubongkar tidak nantinya Nadia akan berada di sini. "Aku akan kembali lagi nanti," kataku
dan menghilang. Malam itu aku kembali ke kamar Nadia yang kosong dan memeras
pikiranku. Di mana Nadia dan siapa yang sudah menangkapnya"
~ 685 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kembali ke dalam kemah sederhanaku. Aku membuka laptop LXX-ku, kali ini aku akan
mengaduk-aduk seluruh kota dan juga seluruh alinergi yang ada. Bahkan jika perlu
aku akan mengobrak-abrik setiap jengkal tanah di sudut kota untuk menemukan Nadia.
Tanganku mengeluarkan flash disk yang berisi data seluruh alinergi dari kelompok mana pun
juga di Viginia. Aku tidak perduli berasal dari kelompok mana mereka, yang pasti aku
segera mengirimkan pesan singkat ke semua telepon genggam serta alamat e-mail mereka.
Agar semuanya berkumpul di salah satu hotel di Viginia tempat rapat alinergi
sebelumnya dilakukan, tertanggal besok malam. Aku mengundang mereka datang semua dan
pesannya singkat. Gunakan topeng dan bagi yang tidak datang, data diri akan diserahkan pada BtP.
Risiko tanggung sendiri Pada pagi harinya saat aku terbangun terlihat sebuah kertas yang merupakan
tulisanku ada di atas Laptop LXX-ku kertasnya bertuliskan,
"Aku sudah memasukkan semua data para alinergi kota Viginia ke dalam salah satu
tempat penyimpanan data di dalam internet. Apabila terjadi sesuatu pada diriku dan
tidak dapat meng-update data tersebut dalam 48 jam maka semua data para alinergi akan dengan
sendirinya dikirim ke pusat data BtP."
"Aku sengaja membuat menghilangkan ingatanku sendiri agar tidak dapat dibaca
oleh Xian dan Mindreader lainnya."
"Jangan membuka ingatan sendiri sebelum yakin Nadia bisa diselamatkan."
Jelas aku sendiri yang membuat rencana ini agar tetap dapat menyandera semua
alinergi dan mungkin agar nyawaku tetap terselamatkan. Siang itu juga aku menuju ke arah
hotel tempat pertemuan dan menemui manajernya untuk memesan ruangan berkumpul kami. Aku tidak
membayar sepeserpun karena mencuci otak manajernya serta beberapa stafnya dan
membuatnya mengizinkanku memakai ruangan pertemuan hotel malam ini dengan
gratis. Jika ada yang mengatakan tindakanku terlalu gegabah, aku harus mengakuinya
memang demikian. Tapi kali ini aku memang hendak menunjukan pada semua alinergi bahwa
Nadia tidak boleh dijadikan sasaran atau seluruh alinergi di Viginia akan kuseret ke
BtP. Biar mereka memiliki Nadia atau tidak, mereka harus membantuku menemukannya jika
mereka semua juga ingin selamat.
*** Albert duduk di meja kerjanya dan mengetuk-ngetukkan tangannya di atas meja. Ia
belum mendapat laporan apa pun atau tepatnya kehilangan kontak dari dua orang anak
buahnya ~ 686 ~ - B L E S S E D H E A R T -
yang menjaga Nadia. Seorang anggota BtP dari Divisi Intelijen mendekatinya dan
melaporkan. "Sir, belum ada laporan dari dua anggota kita hingga saat ini dan
juga keberadaan Nadia belum berhasil kami ketahui."
"Kembalilah dan tetap laporkan jika ada perkembangan," jawab Albert dengan kesal
menerima laporan yang sama sedari kemarin malam.
"Baik, Sir," kata anggota BtP dan keluar dari kantornya.
Albert menekan telepon di mejanya untuk memanggil sekretarisnya. "Hubungkan aku
dengan Lawrence." "Baik, Sir." *** Malam itu, beberapa orang mulai memasuki ruangan pertemuan yang berada di atas
hotel, semuanya bertopeng juga termasuk Xian, Vito dan Jushin. Aku mengenakan topeng
hitamku, berdiri di depan meja penerima tamu dan membagikan kepada mereka semua, satu
amplop untuk satu orang dan dengan tulisan di depan amplop, jangan dibuka sebelum
waktunya. Vito dengan topeng Zeusnya melihatku dan sedang menebak-nebak apa yang sedang
kulakukan. Saat semua orang yang berjumlah ratusan sudah tiba dan berkumpul di
dalam ruangan serta duduk di meja makan masing-masing, aku memberi perintah kepada
manajer hotel untuk menghidangkan makanan pada mereka. Dan aku berjalan ke atas panggung
untuk mengambil microphone pengeras suara dan berkata dengan penuh hormat. "Kalian
semua boleh melihat isi amplop tersebut." Mereka membuka amplop itu dan seketika
terdengar suara desahan dari mana-mana. "Selamat kalian sudah mendapatkan data diri kalian
masing- masing dan kalian bahkan bisa melacak rumah serta anggota keluarga kalian dari
sana jika kebetulan kalian melupakan keluarga kalian," kataku setengah bercanda dan
setengah menyakinkan mereka betapa seriusnya aku.
Beberapa pasang mata terlihat marah padaku dan mulai berteriak, "Apa yang kamu
inginkan?", "Siapa kamu?", "Beraninya kamu mengancam kami?"
Aku menatap ke arah mereka semua, "Siapa pun di antara kalian yang menculik
Nadia, harap membebaskannya atau semua data kalian akan langsung tiba di BtP. Dan tentu
kalian sudah mengerti apa akibatnya, bukan?" Semua orang di sana terdiam dan menjadi hening.
Seperti dikomando, sebagian besar dari mereka semua terlihat menatap pada Vito. Sehingga
aku mau tidak mau langsung menatap ke arahnya sepertinya semua orang sedang menunggu
keputusannya. ~ 687 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Vito berdiri dan menghadap pada semua orang. "Baiklah saudara-saudari sekalian,
aku hanya bisa mengatakan bahwa anak muda ini serius dengan perkataannya. Dia sudah
mengirim seluruh anggota Kelompok Pembebas ke BtP dan sebaiknya kalian mau mendengarkan
kata- katanya." Suara mendesah tertahan terdengar di mana-mana, meski makanan sudah
diletakkan di atas meja, namun tidak seorang pun yang terlihat menyentuh makanan
mereka. Vito melanjutkan, "Untuk aku sendiri sebagai ketua dari kelompokku para orang
kasar ini maupun kelompok para penyewa jasa sama sekali tidak menyentuh gadisnya. Jika ada
saudara-saudari sekalian yang mengetahui di mana gadis itu berada, sudi kiranya
untuk memberitahukan kepadanya agar seluruh kelompok kita dapat hidup dengan tenang."
Seorang pria berdiri di tengah tamu dan berkata, "Kita tidak tahu apakah dia
bisa dipercaya atau tidak. Mungkin saja setelah dia mendapatkan kembali gadis itu, dia akan
mencari alasan agar kami semua dikirimkan ke BtP. Karena dia menginginkan uang informasi dalam
jumlah besar dari kami semua!" Beberapa tamu terdengar menyahut, menyetujui hal itu.
Vito tertawa tergelak-gelak. "Jika kalian tidak memberikan informasi mengenai
gadisnya, kalian sudah pasti akan tiba di BtP lebih cepat dari yang kalian duga."
Aku mengeluarkan telepon genggamku dan menunjukkan pada mereka, "Satu tombol
panggil dan data kalian akan tiba di database BtP. Berikan aku informasi apa pun tentang
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Nadia maka data kalian akan kuhapus selamanya."
"Bagaimana aku bisa mempercayaimu?" teriak seorang tamu lainnya, "Jika kami
menyerahkan Nadia sekarang, bukankah itu berarti kami semua akan terus menjadi
budakmu dan berada di bawah ancamanmu" Kamu bahkan bukan salah satu dari kami."
Aku menyetujui kebenaran kata-kata itu. "Setelah aku menghapus data-data kalian
semua, aku akan membiarkan Xian menghapus ingatanku tentang kalian dengan semua
kelompok ini. Apakah itu akan memuaskan kalian?" Beberapa tamu menatap pada Xian dan mereka
menggangguk menyetujui. "Jadi sekarang katakan di mana Nadia berada!" teriakku
pada mereka. Hening... Tidak ada jawaban.
Amarahku memuncak. "Apakah kalian benar-benar lebih menginginkan nyawa Nadia
lebih dari nyawa kalian sendiri" Jika aku tidak mendapatkan informasi tentang Nadia
maka aku akan dengan senang hati mengirim kalian semua ke BtP ataupun ke neraka."
Beberapa tamu berdiri dan mengerahkan kekuatan mereka masing-masing. "Kami akan
membunuhmu terlebih dahulu."
~ 688 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku tertawa. "Jika aku terbunuh data kalian juga akan terkirim dengan sendirinya
pada BtP, tapi aku tidak akan menolak untuk membunuh kalian satu per satu di sini dan
memaksa kalian mengaku." tubuhku menjadi keras seperti berlian dan siap untuk
pertempuran. Kecemasan diriku pada Nadia sudah membuatku menjadi tidak sabaran dan mudah
sekali dikuasai oleh emosi. Amarah kembali sudah kembali membutakanku.
"Aku tahu di mana Nadia berada!!!" teriak sebuah suara dari seorang pria tua
bertubuh kecil dan berkacamata layaknya seorang dosen atau mungkin dia adalah seorang dosen
tua, yang pastinya dia tidak mengenakan topeng sama sekali. Seluruh orang di sana berhenti
bergerak dan begitu juga diriku. Dosen tua itu berjalan naik ke atas podium dan kemudian
berbalik menghadap ke arah tamu. "Tenangkan diri kalian."
"Apa kamu tahu di mana Nadia?" tanyaku.
"Tidak," tatap dosen tua itu. "Tapi aku tahu siapa yang mengetahuinya, biarkan
aku berbicara terlebih dahulu." Aku menatapnya dan memutuskan untuk membiarkannya berbicara
serta menggangguk padanya. "Saudara sekalian, sebaiknya kalian menenangkan diri atau
kalian juga akan terjebak oleh jebakan musuh pada kita. Seseorang telah membuat rencana
untuk menghancurkan para alinergi bebas seperti kita dengan cara mengadu domba kita
dengan diri pemuda ini." Dosen itu menarik nafas. "Aku sudah mengikuti semua informasi
bagaimana dia mengirimkan Kelompok Pembebas pada BtP dan juga membunuh ratusan alinergi
sendirian. Jadi aku tidak ragu jika kita bertempur dengannya, maka kita sebagai
alinergi bebas juga sudah pasti akan hancur dan meski jika dia kalah kita akan menjadi
buronan seumur hidup." Seluruh tempat ini menjadi hening. "Dan aku juga tahu," tambah
Dosen itu, "Kita alinergi bebas ini sama sekali tidak mengetahui di mana Nadia berada."
Mataku menatap pada dosen kurus itu. "Apa maksudmu?"
"Kami benar-benar tidak mengetahui tentang gadismu dan itulah kenyataannya.
Seseorang telah mengatur agar kita akan bentrok dan hancur bersama. Kami ini semuanya
adalah alinergi bebas yang lebih mementingkan nyawa kami sendiri. Tidak ada gunanya
bagi kami untuk menahan Nadia yang bahkan hanya seorang calon finder jika data kami sudah
terbuka seperti ini dan sedang terancam memasuki BtP. Jika kami memilikinya, kami pasti
akan menyerahkannya padamu sedari tadi," sahut dosen itu sedikit ketakutan.
"Siapa maksudmu yang telah melakukan semua ini?" tanyaku.
"Lihatlah jika kita saling bentrok dan saling menghancurkan siapakah yang akan
beroleh untung?" tanya Dosen itu pada para tamu.
"BtP!!" teriak seorang wanita yang mengagetkan semua orang.
~ 689 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kita sedang menari di atas tangan BtP," kata dosen tua itu melihatku. "Dan
apakah kamu tidak berpikir bahwa kamu juga sedang dimanfaatkan oleh gadis itu untuk
menghancurkan kami?" Amarahku terbakar dan tanganku mengeras, "Terangkan kata-katamu itu."
Dosen itu mendorong kacamatanya. "Kami tidak menyimpan Nadia dan kami semua tahu
kamu adalah seorang yang dikendalikan oleh gadis itu. Siapa pun yang memegang
gadis itu memegang kelemahanmu, kamu persis seperti kerbau dicucuk hidungnya." Mataku
menatap tajam penuh kemarahan padanya tapi kata-katanya sedikit tepat. "Gadis itu adalah
anggota BtP. Apakah kamu tidak berpikir gadis itu sedang memanfaatkanmu" Gadis itu
mungkin saja sengaja menyembunyikan dirinya hanya agar kamu menghancurkan kami semua."
Kakiku melangkah mendekatinya. "Maksudmu?" tanyaku lagi penuh amarah.
Apakah maksudnya Nadia sudah mempermainkan diriku" Mungkinkah Nadia memanfaatkan
diriku" Apakah Nadia orang seperti itu"
"Bukalah matamu. Gadis itu mungkin sengaja berpura-pura mencintaimu dan
membuatmu jatuh cinta padanya untuk mengendalikanmu menghancurkan kami seperti kamu sudah
berhasil menghancurkan Kelompok Pembebas karena gadis itu. Semua orang tahu kamu
hanyalah kerbau bodoh berkekuatan besar! Dia itu mungkin saja mata-mata untuk
mengoda dan memanfaatkanmu." Sebuah ledakan energi dari diriku menerpa ke semua arah dan
mengejutkan semua orang, seperti hembusan angin keras. Aku melihat dosen tua itu
dengan penuh nafsu membunuh dan ingin membunuhnya.
Aku tidak akan menerima kenyataan itu ...
Dosen tua itu tergagap melihat kilat di mataku. "Saudara muda, aku ... aku hanya
ingin mengatakan ... jika gadismu tidak menipumu, mungkin ... mungkin seorang di antara
kita telah memanfaatkan kesempatan ini mengadu kita. Karena dia mengetahui
kelemahanmu. Aku hanya ingin kamu tahu kiranya kami juga tidak ingin dijadikan korban dalam
masalah ini, mintalah pada Xian gurumu yang juga salah seorang pendiri semua kelompok di
sini untuk meneliti kejujuran pikiran kami dan bebaskan kami yang tidak terlibat.
Kami tidak ingin menghalangimu bertemu dengan gadismu, kami juga akan berdoa untuk hubungan
kalian. Sesungguhnya meski aku sudah tua, aku juga takut mati, ampunilah nyawa
tua ini." Mendadak seluruh amarahku hilang, menatapnya. Dia adalah orang yang lebih tua
dan meminta pengampuan dari diriku yang lebih muda, juga dia sama sekali tidak
bersalah. Apakah aku akan kembali menjadi monster hanya karena amarahku lagi"
~ 690 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku mengerti dan aku meminta maaf atas kesalahanku. Nasehatmu telah membukakan
mataku," kataku sungguh-sungguh padanya. Lelaki harus berani mengakui
kesalahannya jika dia berbuat salah. "Rencanamu bagus aku akan mengikutinya." Aku melihat ke arah
Xian dan tidak menyangka dia adalah salah seorang pendiri dari semua kelompok ini.
"Xian," panggilku. "Aku memohon bantuanmu untuk pemecahan masalah ini."
Biarlah aku mengikut jalan ini terlebih dahulu. Tidak mungkin Nadia sengaja
bersembunyi dan membuatku bentrok dengan para alinergi ini .... Tapi dia anggota BtP yang
mungkin tidak menyukai alinergi lain ... dan Nadia tahu aku memiliki data-data alinergi
lain. Apakah Nadia sengaja memanfaatkanku untuk membersihkan Alinergi non-BtP dari Viginia"
Atau adakah atasannya yang memanfaatkan dirinya untuk mengunakanku"
Apakah dia juga mata-mata seperti Michelle"
Aku narik nafas dalam-dalam. Jika Nadia memintaku menghancurkan semua orang di
sini, apakah aku akan melakukannya"
Mungkin, aku akan melakukannya ...
Xian berdiri dan memancarkan bahasa pikirannya ke semua orang, "Semua orang di
sini, dengan memandang mukaku jika kalian mengetahui atau menangkap Nadia. Tolonglah
untuk mengaku demi kebaikan kita semua." Hening tidak satu pun yang berdiri, waktu
terus berjalan dan Xian kembali berkata, "Jika demikian aku akan membaca pikiran
kalian satu persatu, maafkan kelancanganku. Ini semua demi kebaikan kita bersama dan agar
seorang berbuat tidak mengakibatkan celaka pada kita semua. Aku akan memulai terlebih
dahulu dari saudara-saudaraku sendiri."
"Tidak perlu," teriak seseorang berdiri. "Aku mengetahuinya."
Kami semua melihat padanya dan tidak satu pun yang akan mempercayai apa yang
kami lihat. Jushin, Sensei pembuat topeng dengan topeng seorang yang sedang tertawa.
~ 691 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 42 KEBENARAN SEBUAH CERITA Seluruh tamu sudah pulang hanya tertinggal diriku, Xian, Vito dan Jushin di
ruangan besar ini. Kami sedang menunggu apa yang akan dikatakan olehnya dan atas permintaan
Xian, kini semua tamu sudah dipersilakan pulang terlebih dahulu yang tentunya dengan janji
bahwa kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi. Aku sudah menghapus semua data
mereka termasuk data yang kusimpan pada internet melalui telepon genggamku dan menatap
pada tubuh kecil Jushin. "Di mana Nadia?" tanyaku dengan kasar yang sudah mulai
merasakan amarahku mendidih karena pria kecil ini ternyata tidak sebaik yang kukira. Jika
tadi dirinya tidak mendapat giliran dibaca pikiran mungkin dia masih akan diam dan tertawa
saat aku bentrok dengan seluruh alinergi.
Atau dia memang sengaja melakukannya"
Jushin menatapku. "Tidak usah buru-buru, dia masih hidup tapi jika kamu tidak
mau mendengar ceritaku, aku tidak akan dapat menjamin nyawanya." Cerita" Mataku
mendelik padanya, terpaksa menelan amarahku dan menunggu. "Jaime, kamu tahu bahwa semua
kekuatanmu adalah pemberian kami?" tanya Jushin.
"Kamu juga ikut memberikan" Pergilah ke neraka." Aku melihat padanya dan
kemudian pada Xian dan Vito yang memang benar aku menerima sesuatu dari mereka. "Dan kalian tidak
~ 692 ~ - B L E S S E D H E A R T -
memberi semuanya, aku bahkan sudah menjadi alinergi dan bisa terbang jauh
sebelum bertemu kalian semua."
Meski aku tidak benar-benar menepis kemungkinan bahwa aku dapat terbang karena
diberi attunement oleh Almaria setelah kejadian Macallan 1946.
Jushin terlihat tidak perduli dan melanjutkan, "Semuanya dimulai sejak pertama
kali kamu menyerahkan darahmu padaku untuk membuat topeng," katanya menatapku. "Aku sudah
menantikan sepanjang hidupku untuk mencari seseorang yang sanggup menampung
kekuatan dari kami berempat. Xian, Vito, Almaria dan diriku."
Mendadak aku melihat berbagai gambaran dalam pikiranku jelas Jushin mengirim
gambaran padaku. *** "Kakak Xian, Kakak Vito kita harus menghentikan Kelompok Pembebas. Mereka sudah
mengacau terlalu jauh dan merusak kedamaian tempat ini," mohon Jushin pada
mereka berdua di dalam sebuah ruangan yang tampaknya merupakan ruang kerja Jushin
membuat topeng, "Jika ini terus berlanjut, kelompok Vito dan kelompok 3rd ku serta
Almaria akan diselidiki BtP." Vito mendesah. "Jushin, Kelompok Pembebas sekarang cukup besar dan kuat. Jika
aku membenturkan kelompokku dengannya, maka hanya akan ada kehancuran pada kedua
pihak saja. Sama seperti kamu tidak mungkin membenturkan kelompok 3rdmu dengan mereka
dan memancing BtP bergerak." Vito bersandar pada tempat duduknya dan menambahkan,
"Jushin, lagipula kita tidak mengetahui siapa di balik kelompok ini. Jika gegabah
bergerak, bukan Kelompok Pembebas yang hancur mungkin kelompok kitalah yang akan binasa oleh
mereka. Kita masing-masing punya kelompok dan tanggung jawab, tidak dapat bergerak
sesuka hati kita." Jushin menatap pada Xian. "Kakak, tidakkah kamu bisa melakukan sesuatu?" Xian
terlihat diam berpikir. ***
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Waktu berlalu, terlihat Jushin menghubungi Vito dan Xian kembali. "Kakak-kakak
aku menemukan sebuah jalan keluar. Guru kita membagikan cara memberi attunement tiap
tingkatan pada kita berlima yang berbeda-beda sehingga tidak ada murid di antara
kita yang lebih kuat dari lainnya, juga untuk menjaga kedamaian di antara kita." Jushin
melanjutkan, "Kakak tahu, kekuatan Almaria dan Sherry adalah sama-sama memiliki kemampuan
untuk memberi attunement dasar pada seseorang agar mereka dapat memiliki energi yang
lebih ~ 693 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tinggi. Membuat tubuh mereka dapat mengakses langsung pada energi paling murni
dari semesta serta mempersiapkan pembangkitan kundalini pada tubuh mereka."
"Diriku dapat memberi attument pada orang tersebut agar dia dapat peka terhadap
energi dan perubahannya serta dapat melakukan dominan, receive, tyrant maupun segala jenis
macam energi dan menguatkan energinya termasuk membangkitkan kundalini. Kakak Vito
dapat memberi attunement pada seseorang agar mereka dapat merasakan energi orang lain
serta menyerapnya untuk menjadi kekuatan sendiri untuk sementara. Akan tetapi orang
tersebut harus menerima attunement dasar dari Sherry atau Almaria dan attunement lanjutan
dariku terlebih dahulu untuk mampu melakukannya," kata Jushin. "Sedangkan Kakak Xian
dapat memberi attunement tingkat mana pun juga. Dan secara khusus dapat memberi
attunement terakhir pada orang yang sudah mendapatkan attunement dari kami berempat untuk
menguatkan kekuatannya, menjadikannya permanen serta membuatnya menjadi sama
seperti salah satu di antara kita." Jushin terlihat semangat, "Bagaimana jika kita
memberi attunement kekuatan kita pada seseorang dan menghadapkan orang tersebut pada Kelompok
Pembebas yang setelahnya kita akan mengunci kekuatannya kembali."
Xian terlihat menjawab, "Tidak akan ada orang yang sanggup menerima attunement
dari kita berempat tanpa menghancurkan tubuhnya. Jika pun ada hanya beberapa orang saja,
di mana kita akan mencarinya" Lagipula kita semua tahu arti dari attunement terakhirku."
"Bagaimana dengan muridku?" tanya Vito pada Jushin dan Xian.
Xian langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan memberinya attunement,
dia tidak memenuhi syarat."
"Aku juga tidak," tambah Jushin.
"Kita belum mencobanya tapi kalian sudah terlalu cepat menilainya, berilah dia
kesempatan. Terutama Kakak Xian, muridku adalah orang kita sendiri juga, meski aku
menerimanya karena terpaksa," kata Vito terlihat meringis.
Xian menarik nafas dan berkata, "Adik Jushin, kamu tahu guru hanya
memperbolehkanku memiliki satu murid dan aku tidak ingin sembarangan memberi attunement terakhir
itu." "Kakak, kamu tidak mengambil murid. Maksudku hanya meminjamkan kekuatan padanya
dan setelah dia selesai, kamu bisa mengambilnya kembali. Kita semua tahu kakak
bisa memberinya attunement dan sekalian memasukkan beberapa pikiran pengontrol ke
bawah sadarnya agar kekuatannya akan menghilang dengan sendirinya saat kita tidak lagi
membutuhkan dirinya." Xian terdiam akan kebenaran kata-kata itu. "Kakak, kita
hanya mencari seseorang untuk menyelamatkan keadaan kita ini sebelum seluruh kelompok
kita hancur karena saling bentrok."
~ 694 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Jushin berdiri meninggalkan kursinya dan bergerak menuju ke sebuah lemari besar
yang memiliki banyak kotak-kotak lemari kecilnya. Ia menarik lemari kecil dan
mengeluarkan sebuah bungkusan yang di dalamnya terdapat beberapa potongan kecil berukuran dua
kali lima sentimeter berwarna abu-abu. Kemudian membuka kembali sebuah lemari kecil
yang lain dan mengeluarkan sebuah bungkusan dengan potongan kecil berwarna hitam yang
berukuran sama di dalamnya. Dia menyerahkan masing-masing sebuah potongan kecil
berwarna hitam dan abu-abu pada Xian dan Vito. "Cobalah kalian menghancurkannya.
Potongan kecil itu kubuat dari darah mereka yang membuat topengnya padaku,
seluruh potongan kecil ini dapat dikatakan akan merespon sama seperti tubuh orang
tersebut. Untuk yang berwarna abu-abu, itu adalah milik murid Kak Vito saat dia membuat topeng
herculesnya. Untuk yang berwarna hitam adalah orang yang kumaksud."
Vito mengambil potongan hitam dan mengerahkan semua kekuatannya untuk
menghancurkan potongan kecil itu. Ia mendapati semakin keras ia mencoba
menghancurkan potongan kecil hitam, potongan kecil itu akan semakin keras melawan hingga
akhirnya potongan kecil itu hancur. Meski demikian potongan kecil berwarna abu-abu jauh
lebih keras dibandingkan dengan yang hitam. Xian mengamatinya dengan seksama dan mencoba
menghancurkan kedua potongan kecil itu dengan kekuatannya dan mendapati hal yang
sama. "Lihatkan, kekuatan muridku lebih tinggi sehingga potongannya lebih susah
dihancurkan, potongan hitam meski melawan, sangat mudah dihancurkan," kata Vito bersemangat.
Jushin menyerahkan sebuah potongan kecil abu-abu dan sebuah yang hitam lagi pada
Vito. "Untuk kedua potongan kecil ini biarlah kita mencoba mengattunenya, karena
potongan kecil abu-abu adalah milik murid Kak Vito, biarlah kita mulai dari attunement Kakak
Vito." Vito dengan senang hati menerima kedua potongan kecil itu dan menutup matanya
kemudian mendadak kedua potongan kecil hitam dan abu-abu itu melayang di depannya.
Potongan kecil berwarna hitam terlihat bergetar keras tanda akan hancur, namun hingga
Vito membuka matanya potongan kecil hitam itu belum juga hancur dan potongan kecil abu-abu
tampak stabil, mengalirkan energi lebih banyak. "Lihat, potongan kecil hitam itu
sedikit lagi akan hancur," kata Vito tertawa.
Jushin tersenyum dan kedua potongan kecil itu terbang ke depannya. Dia menutup
matanya dan kali ini kedua potongan kecil bergetar bersamaan, suara retak terdengar dari
kedua potongan kecil namun kedua potongan kecil itu masih mencoba tetap bertahan. Saat
Jushin membuka matanya kedua potongan kecil itu diterbangkan melayang ke hadapan Xian
yang segera disambut olehnya dengan menatap potongan kecil itu. Kemudian menutup
matanya sebentar dan mendadak sebuah aliran energi mengalir deras pada kedua benda itu.
Kedua potongan kecil bergetar dan berbunyi menjerit-jerit tinggi, seketika potongan
kecil abu-abu hancur menjadi serpihan di atas meja sedangkan potongan kecil hitam terlihat
bergetar hebat ~ 695 ~ - B L E S S E D H E A R T -
hingga pada akhirnya berhenti bergetar. Benda itu masih tetap terlihat utuh,
bahkan berkilat menjadi potongan jenis baru tanpa retakan. Vito, Xian dan Jushin menatap kedua
potongan kecil itu dan memahami artinya.
"Siapa pemilik potongan kecil ini, tipe alinergi apa?" tanya Vito melihatnya
dengan takjub. Jushin menggelengkan kepalanya. "Sepanjang aku membaca pikirannya, ia bukan
alinergi." "Bukan alinergi?" tanya Vito.
"Jika kemampuannya yang kamu pertanyakan, maka dia bukan alinergi," tambah
Jushin. "Tapi menurutku dia itu alinergi, di sini." Jushin menggerakkan tangannya
menyentuh tengah dadanya. "Hatinya, sebuah hati yang tidak pernah menyerah dan terus maju di saat
semua hal tidak memungkinkan lagi. Dia adalah alinergi di hatinya," kata Jushin menatap
Vito dan Xian. Vito terdiam dan memegang potongan kecil itu sambil mencoba menghancurkannya.
"Kini potongan kecil ini terlalu keras untuk kita hancurkan. Apa yang akan terjadi
jika dia tidak dapat lagi kita kendalikan" Dia bahkan mungkin memangsa kita." Jushin menatap
Vito berusaha keras menghancurkan potongan kecil itu dan tidak menghasilkan apa pun
juga sehingga ia mengambil potongan kecil itu dengan ringan dan dengan mudah
memutarnya perlahan di tengah hingga akhirnya putus terbelah dua, membuat Vito terdiam
tidak percaya. "Aku mengusulkannya juga karena aku sudah mengetahui kelemahannya, dia tidak
akan dapat dihancurkan dengan kekerasan, tapi jika kita menemukan kelemahannya, dia
tidak ada ubahnya seperti agar-agar."
"Apa dia akan menerima attunement kita dan bersedia berhadapan dengan Kelompok
Pembebas?" tanya Vito masih meragukan.
"Kita akan membuatnya melakukannya tanpa disadarinya. Dengan kekuatan kita
bertiga dan anggota dari kita semua, dapat dikatakan nyaris tidak ada hal yang tidak dapat
kita lakukan. Aku akan mempersiapakan semuanya jika kakak-kakak setuju," tambah Jushin.
Terlihat Vito dan Xian diam dan pada akhirnya Vito membuka suara, "Beri kami
beberapa hari untuk memikirkannya."
*** Beberapa hari setelahnya.
"Namanya Jaime, seorang pelayan di Kafe Eve," kata Jushin, "Aku sudah memesan
Alphonso untuk memesan sebuah Macallan 1946 dari kafe tempatnya bekerja. Jika
pemilik kafe itu memintanya untuk mengambil minuman itu, aku sudah mempersiapkan orang-
~ 696 ~ - B L E S S E D H E A R T -
orangku untuk menjalankan rencana selanjutnya, Diana dan juga termasuk Maria.
Akan lebih baik jika Kak Vito bisa menyediakan beberapa pria untuk menyempurnakan rencana
ini." "Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Vito.
"Aku ingin Almaria memberinya attunement terlebih dahulu sebelum diriku karena
dia adalah dasar dari kekuatan kita, tapi aku yakin Almaria pasti menolak jika kita
memintanya langsung," tambah Jushin. "Jika semua rencana ini berjalan lancar, bukan
mustahil Almaria akan memberinya attunement. Oleh karenanya aku mengirimkan Maria untuk ikut di
dalam rencana ini karena Almaria sangat menyayanginya. Meski Maria tidak akan
mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya."
*** "Jushin, aku sudah mempersiapkan sekitar dua puluhan orang untuk membuatnya
terluka. Pastikan Maria akan mengantarkannya ke tempatmu untuk mendapatkan attunement
dari Almaria serta dirimu, akan tetapi aku tidak menyangka dia akan mengirim dua
puluhan orangku ke rumah sakit sendirian. Apakah dia tidak meninggal?" tanya Vito.
"Nyaris," kata Jushin tertawa. "Berterima kasihlah pada kekuatan penyembuhanku,
tapi kita berhasil mendapatkan attunement dari Almaria dan aku juga sudah memberinya
attunement- ku. Berikutnya kita akan membuatnya menyadari kekuatannya terlebih dahulu agar
dia membiasakan dirinya dengan energi tersebut sebelum menerima attunement
berikutnya." "Caranya?" "Aku akan mengutus Alphonso untuk melakukannya."
*** Alphonso menelepon pada Jushin dengan menggunakan panggilan video call, "Guru,
mobilku akan segera melewatinya." Jushin mendadak muncul di dalam mobil hummer
Alphonso dan melirik keluar dari samping jendela kaca gelap mobil. "Apa benar
dia orangnya, Guru" Aku tadi sudah mencobainya dan dia tidak memiliki kekuatan apa
pun juga," kata Alphonso. Jushin melihat seorang pemuda yang sedang mengendarai sepedanya. "Benar,"
katanya dan segera mengerahkan kekuatannya untuk memutuskan kedua rem sepeda. Dia juga
membengkokkan bagian dalam besi stang sepeda sehingga tidak dapat digerakkan
lagi ke arah lain. "Turunkan aku di depan persimpangan jalan tanpa terlihat olehnya. Aku
akan mengawasinya dan memastikannya untuk menggunakan kekuatannya," kata Jushin dan
membuat tubuhnya menghilang sepenuhnya.
~ 697 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Dia terbang," kata Jushin tertawa menghubungi Vito, "Saatnya untuk melanjutkan
ke tahap selanjutnya," *** Terlihat Almaria, Jushin, Vito dan Xian berkumpul di lantai atas sebuah gedung
pada suatu
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam beberapa hari sebelum perampokan Bank Viginia besar-besaran oleh Kelompok
Pembebas. "Mereka sudah menangkap Lily, seorang alinergi yang dapat membaca
pikiran dan akan segera dikirimkan ke BtP internasional," kata Almaria. "Kita harus
melakukan sesuatu untuk menyelamatkannya. Gadis kecil itu dapat dicuci otak oleh BtP untuk
memihak pada mereka dan melawan kita."
"Tapi kita tidak tahu di mana dia disembunyikan. Mindreader seperti Lily mungkin
di tempatkan di tempat dengan penjagaan khusus. Kita tidak mungkin menyerang BtP
untuk menyelamatkan seorang gadis," jawab Jushin gusar. "Terlalu berisiko."
"Aku akan membiarkan diriku tertangkap dan mengurusnya," sahut Xian mengejutkan
mereka semua. Vito menyetujui hal itu dan menimpali dengan bahasa pikiran hanya pada Xian,
"Kebetulan dari yang informasi kudapatkan Kelompok Pembebas akan melakukan pembobolan bank
beberapa hari lagi. Sebaiknya kamu memanfaatkan waktu itu untuk kabur setelah
kamu menemukan Lily." Xian menggangguk pada Vito dan menatap Jushin. "Jushin, mengenai pelayan yang
sudah kamu attunement. Sebelum aku memberinya attunement-ku, aku ingin mengenali
dirinya lebih jauh," kata Xian langsung pada pikiran Jushin tanpa terdengar Almaria.
"Kamu dapat bersembunyi di tempatnya dan sekalian tinggal bersamanya sambil
menilai apakah kamu akan memberinya attunement atau tidak," balas Jushin juga dengan
pikiran. Almaria diam tampak tidak menyadari apa yang sedang terjadi.
*** "Aku sudah memberi attunement sementaraku padanya," kata Xian. "Berikutnya
adalah giliran Vito sebelum aku dapat memberikan attunement penuhku padanya."
Vito diam memikirkan sesuatu dan akhirnya menjawab, "Aku akan segera memberinya
attunement jika dia setuju untuk menyerang Kelompok Pembebas," balas Vito.
"Apakah kamu sudah menemukan kelemahannya agar pemuda itu bersedia bentrok dengan
Kelompok Pembebas tanpa diketahui olehnya?"
~ 698 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Nadia F. Cheney, itu kelemahannya," jawab Xian. "Dan dia akan menghadiri rapat
alinergi besok malam." "Aku akan melakukan sesuatu," tambah Vito. "Mungkin membuat gadis itu menjadi
sasaran Kelompok Pembebas dan membiarkan mereka bertempur. Kelompok Pembebas sedang
membutuhkan modal perjuangan dengan uang hadiah yang cukup besar mereka pasti
akan bergerak." *** "Umpan sudah ditebar dan Kelompok Pembebas sudah mengejar gadis itu. Akan tetapi
kelihatannya Almaria kitalah yang memakan umpannya. Apakah menurut kalian
Almaria ada hubungannya dengan Kelompok Pembebas ?" tanya Vito.
"Aku tidak tahu, tapi sebaiknya jangan sampai rencana kita menjadi senjata makan
tuan. Pemuda itu tidak menghajar Kelompok Pembebas malah menghajar Almaria, kita harus
melakukan sesuatu," tambah Jushin.
"Jika demikian kita harus memaksa anak muda itu untuk menyerang langsung
Kelompok Pembebas ," kata Vito.
*** "Kamu gila," teriakku sedikit kalap tidak percaya. "Kamu boleh bercerita dan aku
akan menganggap semua ini sampah." Membayangkan dirikulah yang mereka kejar sedari
awal hingga mereka memanfaatkan Nadia demi menggerakkan diriku membuatku semakin
marah. Membuat Nadia menjadi korban.
"Pria itu akan memanfaatkan dirimu dan membuatmu tersiksa." Ramalan sialan itu
semakin tepat setelah Nadia menembakku dan aku memukuli serta melukainya hingga sangat
parah dan membahayakan jiwanya Aku melihat pada Xian dan Vito yang juga tidak membantah sepatah kata pun
perkataan Jushin. Semuanya membuatku meragukan diriku sendiri. "Aku tidak mengerti sama
sekali, katakanlah kalian mempersiapkanku untuk menghadapi Kelompok Pembebas dan kalian
menjadi Tuhan yang mengatur kehidupanku," kataku marah dan memukul meja.
"Bukankah aku sudah menghadapinya untuk kalian, jadi di mana Nadia. Mengapa kalian masih
menangkapnya dan apalagi yang kalian inginkan dariku?"
"Jaime," kata Jushin. "Kami membutuhkanmu untuk menghadapi Kelompok Pembebas,
tapi sesudah Almaria tidak ada lagi, kami tidak memerlukanmu lagi. Ingatlah pepatah,
Pemburu memakai busur karena menginginkan burung, saat anak panah meluncur, burung
terpanah, busur pun istirahat. Kami tidak lagi membutuhkanmu."
~ 699 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku tidak perduli jika kalian sudah tidak membutuhkanku lagi aku hanya ingin
Nadia bebas, itu saja?" Aku menatap pada Xian dan Vito mencoba mencari jawaban.
Xian akhirnya membuka mulutnya, "Jaime adalah benar kami membimbingmu agar dapat
menaklukkan Kelompok Pembebas dan untuk itu aku berterima kasih. Sedangkan untuk
masalah Nadia saat ini aku sama sekali tidak merencanakannya." Xian melihat ke
arah Vito. "Aku juga tidak," kata Vito buru-buru. "Jushin sendiri yang merencanakannya,
kami bahkan belum membicarakan apa yang akan kita lakukan padamu."
"Brakk!!!!" Jushin memukul meja. "Kakak, kakak, aku mengambil tindakan menculik
Nadia adalah untuk masa depan kita. Pemuda ini tidak lagi kita butuhkan. Kita harus
menarik kembali semua kekuatannya dan menjadikannya orang biasa kembali." Nafasku
tertahan dan melihat padanya. "Menjadi orang biasa kembali" Menyegel kekuatanku?"
"Apa yang sudah kulakukan hingga kamu begitu hebat hendak memutuskan nasibku!"
Aku berdiri dan marah menghadap Jushin. "Mungkin sebaiknya aku berhenti berbasa-basi
dan mulai menghajarmu agar kamu bersedia memberitahukan padaku di mana Nadia
berada." "Kamu tahu Jaime, berhentilah seolah-olah kamu menjadi pahlawan untuk gadismu.
Sedari awal kami sama sekali tidak takut pada Nadia dan mungkin Nadia tidak akan pernah
menjadi sasaran perburuan dan menderita jika bukan karena kamu," kata Jushin menatapku
mengejek. "Kamulah yang menyebabkannya menderita. Kamulah yang membuatnya tersiksa.
Kamulah yang menghancurkannya karena cintamu padanya."
Nafsu membunuhku tersirap naik dan menatapnya dengan penuh kemarahan "Tidak
perlu kamu mengucapkannya sekeras itu dan kini aku sudah muak dengan ceritamu."
"Begitu juga aku," kata Jushin. "Kamu boleh membunuhku tapi selama hidupmu kamu
tidak akan bertemu dengannya lagi."
Kedua tanganku terarah untuk menghajar Jushin dan mendadak terdengar suara di
dalam pikiranku. "Jaime, sebaiknya kamu mendengarkan dirinya terlebih dahulu, setelah
kamu mengetahui di mana Nadia berada kamu boleh menghajarnya kapan pun kamu mau.
Ingat hanya dia yang mengetahui di mana Nadia berada."
Aku menoleh pada Xian yang sedang melihatku, dan berbicara dalam pikiranku
padanya, "Tidakkah kamu bisa membaca pikirannya?"
"Tidak akan mudah," kata Xian. "Dia mungkin akan membuat pelindung yang sangat
kuat." Aku terdiam dan balik menatap Jushin. "Apa yang kamu inginkan?"
~ 700 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kekuatan yang kami berikan padamu," kata Jushin. "Kami tidak butuh tambahan
seorang finder sepertimu yang dapat mengancam keselamatan kami. Apalagi kamu akan segera
mengemis menjadi anggota BtP."
"Bagaimana jika aku tidak menerima bahwa kekuatan ini milik kalian dan tidak
bersedia mengembalikannya untukmu?" tanyaku penuh kebencian.
Kekuatan ini adalah milikku.
"Kalau begitu kamu boleh dengan tenang berlalu dari sini," kata Jushin. Aku
mencoba menarik nafas dalam-dalam dan berpikir jernih. Meski aku tahu, aku tidak akan
dapat berpikir saat ini. "Adik, masalah itu nanti kita bicarakan perlahan-lahan," tambah Xian.
"Akan kuberikan," kataku tegas memotong. "Selain kemampuan terbangku kamu boleh
mengambil semuanya, tapi kamu bebaskan Nadia terlebih dahulu. Apakah kita
sepakat?" Jushin terdiam menarik nafas, "Berikan kekuatanmu terlebih dahulu dan Nadia akan
menyusul." Aku tidak akan mempercayai rubah licik ini lagi. "Biarkan aku melihat Nadia dan
kamu boleh mengunci kekuatanku sendiri atau mungkin kamu tidak akan sanggup karena
cuma Xian yang bisa menembus pikiranku," ejekku dan untuk sekejap aku dapat melihat
percikan di matanya yang menunjukkan rasa jijik.
Apakah ia tersinggung mendengar cuma Xian yang bisa mengakses pikiranku"
Jushin menatap Xian dan Vito berbicara pada bahasa lain. "Kakak Xian, Kakak Vito
sebaiknya kita mengambil kekuatannya terlebih dahulu, dengan demikian tidak akan
ada masalah untuk kita di depan."
Xian kelihatan ragu dan Vito balik bertanya, "Apa kamu memiliki Nadia?"
"Ya," kata Jushin.
"Jaime, Jushin berjanji akan mengembalikan Nadia jika kekuatanmu kami kunci.
Bagaimana menurutmu?" Vito bertanya padaku.
Aku melihat pada Vito dan kemudian pada Xian. "Kecuali Xian berjanji padaku akan
membebaskan Nadia, aku tidak akan menyerahkan kekuatanku pada kalian," kataku
karena aku yakin Xian tidak akan mengingkari janjinya dan juga ia kakak tertua mereka
serta aku ingin melihat reaksi Jushin.
"Jadi kamu tidak percaya padaku?" tanya Jushin tersinggung.
~ 701 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku memandangnya dan merasa muak. "Untuk anjing busuk sepertimu" Sekalipun kamu
berbicara dalam bahasa manusia, aku tetap tidak akan percaya kamu lebih tinggi
dari seekor anjing hina. Jika Xian berkata sepatah kata aku mempercayainya sepuluh kata,
jangan samakan anjing dengan manusia. Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri."
Aroma kemarahan Jushin terpancar keluar dari pori-pori tubuhnya hingga dapat tercium
olehku dan aku sangat menikmatinya. "Jaime, aku akan mengambil kekuatanmu," kata Xian.
"Kecuali kekuatan terbangku kamu boleh mengambil semuanya," kataku kembali dan
memang aku tidak membutuhkan kekuatan apa pun selain kekuatan terbangku. "Dan
pastikan Nadia aman." Untuk sesaat aku melihat senyuman di wajah Jushin yang membuatku
merasakan firasat buruk dan jijik. Kekuatanku segera meledak dan menarik kerah
bajunya, mendorongnya hingga ke dinding. "Apa arti senyumanmu itu" Katakan padaku apa
yang kamu rencanakan?" "Aku, aku tidak ada," jawab Jushin mendadak.
"Katakan di mana Nadia berada! Aku tidak mempercayaimu lagi." Tubuh Jushin
mendadak menjadi seperti kabut asap hendak meloloskan diri akan tetapi aku segera
menyerap energinya padaku. Aku pun ikut menjadi kabut bersamanya bertiup empat lima
langkah dari tempat semula dan menjadi padat kembali tetap dengan kedua tanganku menangkap
kerah bajunya serta mendorongnya ke dinding ruangan. "Jangan bermain gila padaku,"
kataku mulai mengerahkan kekuatanku untuk mendominasinya.
"Kakak!" panggil Jushin meminta pertolongan.
"Adik Jushin, panggilah Nadia kemari, mengenai Jaime aku berjanji akan mengambil
kekuatannya kembali," kata Xian memutuskan.
Jushin terlihat serba salah, wajahnya persis seperti cacing terkena garam.
"Di mana dia?" tanyaku melihatnya dalam-dalam.
"BtP ..." Aku mengeraskan cengkeramanku pada kerah bajunya dan menatapnya penuh nafsu
membunuh, "Kamu masih mau bercanda?"
"Dia berada di Divisi Penelitian Graceland, dia sudah ditangkap menjadi rabbit,"
teriak Jushin. Seluruh bulu kudukku merinding dan seketika energiku terpancar deras menerjang
pelindungtubuh Jushin untuk mendominasinya. Setelah berhasil melakukannya, aku
segera ~ 702 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mengayunkan dahiku ke depan menghajar hidung tua Jushin. "Mulailah mengatakan
kebenaran, Aku tidak ingin bercanda di saat seperti ini."
"Dia benar di sana," kata Jushin yang memulai terlihat sedikit ketakutan karena
aku berhasil mendominasi dirinya sepenuhnya dan mengunci semua kekuatannya.
"Adik Jushin, apakah yang kamu katakan itu benar?" tanya Vito.
"Aku menyuruh orangku untuk mengurungnya di dalam sana," tambah Jushin.
"Untuk apa?" tanyaku marah.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kamu sudah menghancurkan Kelompok Pembebas. Mengapa tidak sekalian
menghancurkan BtP dan Divisi Penelitian sekaligus. Bukankah kamu begitu hebat?" balas Jushin
mengejek. Darahku mendidih dan nafsu membunuhku melejit tinggi sekali. "Anjing!!! Jika
tadi kamu mengambil kekuatanku terlebih dahulu, bukankah Nadia akan tetap di dalam Divisi
Penelitian!!!!" teriakku kalap.
"Dan tetap saja kamu akan mencoba menerobos ke sana untuk menyelamatkan dirinya
dan membunuh dirimu sendiri hanya dengan kekuatan terbangmu," kata Jushin tersenyum
licik begitu senang. Tanganku berubah menjadi berlian dan melayangkannya pada wajah Jushin.
Aku akan membunuhnya. Akan tetapi saat tanganku mendekati wajah Jushin tangan Xian dan Vito mendadak
sudah memegang tanganku menyelamatkan selembar nyawa Jushin. "Jaime, kamu boleh
mengonfirmasi keberadaan Nadia terlebih dahulu sebelum membunuhnya," kata Vito,
"Jangan mau dipermainkan olehnya lagi. Kita belum mendapatkan kebenaran apa pun
juga." Aku sadar perkataan Vito benar adanya, masih ada waktu untuk menghajar Jushin
jika Nadia sudah ditemukan. "Adik, Jushin, tidak seharusnya kamu bercanda," kata Xian menatapnya.
"Tapi aku mengatakan kebenaran," kata Jushin.
Aku sudah tidak tahu lagi jika kebenaran dapat keluar dari bibirnya. Bukankah
tadi ia berkata memiliki Nadia dan menginginkan kekuatanku, sekarang ia bahkan berputar balik
kata mengatakan Nadia berada di Divisi Penelitian dan ingin aku menerjang ke dalam
Markas Besar BtP. Aku akan melakukan sesuatu pada anjing ini.
~ 703 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** Satu hari yang lalu. Pagi hari tepat pada pukul 08:03 terdengar pintu kamar Nadia diketok beberapa
kali. Nadia yang baru saja selesai mandi dan berganti pakaian bersiap-siap menuju ke kantin
asrama, membuka pintunya dan melihat tiga orang Polisi Khusus BtP yang khusus menangani
kedisiplinan para anggota BtP berada di depan pintunya.
"Nadia F. Cheney?" tanya seorang Polisi Khusus BtP berhidung bengkok mungkin
bekas patah. Nadia sedikit terkejut menatap para tamu itu. "Ya, ada apa?"
"Kami harap anda mengikuti kami sekarang," jawab polisi itu dengan nada memaksa.
"Ada masalah apa?" Wajah Nadia menjadi sedikit pucat tidak merasa ia pernah
melanggar kedisiplinan apa pun juga, apalagi ia melihat seorang dari polisi khusus itu
sudah menodongkan sebuah senjata tembak kejut listrik pada dirinya sedari tadi.
Senjata yang digunakan sebagai penangkapan para alinergi.
"Sebaiknya kita bicara setelah sampai di kantor," balas pria itu tegas.
"Baiklah," kata Nadia, sejak ia tidak dibeli pilihan lain. "Saya ingin mengambil
sesuatu terlebih dahulu, tunggu sebentar." Nadia berbalik hendak menutup pintu tapi
sebelah tangan Polisi Khusus BtP sudah menahannya.
"Biarkan pintunya terbuka."
Nadia menggangguk, ia kembali ke dalam kamar dan membuka lemarinya. Sejujurnya
ia memiliki firasat yang sangat buruk, sehingga ia mengambil sebuah pulpen berwarna
emas yang diberikan oleh Jaime padanya. Seingatnya pulpen itu bertuliskan nama
Albert. D. Lecheruen yang menurut Jaime, akan membantunya jika ia akan menghadapi masalah
jika menjadi tawanan Divisi Penelitian. Semua anggota BtP tahu Polisi Khusus BtP
adalah anjing pesuruh Divisi Penelitian dan semua tawanan mereka akan berakhir di divisi
tersebut. Nadia mengeluarkan telepon genggamnya dan menghubungi Jaime, nada dering masuk segera
terdengar. Tepat saat Jaime mengangkat teleponnya mendadak hubungan terputus
membuat Nadia menatap telepon genggamnya yang telah padam tidak dapat dihidupkan lagi.
Di belakangnya terlihat salah seorang Polisi Khusus BtP yang mengarahkan sebelah
tangannya ke arah Nadia, tampaknya telah melakukan sesuatu pada telepon genggamnya
berkata, "Tidak ada telepon."
*** ~ 704 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Di dalam kantor Polisi Khusus BtP, Nadia berhadapan dengan seorang yang paling
dibenci hampir keseluruhan anggota BtP. Bahkan dengan kehadirannya di sana saja telah
membuat bulu kuduk Nadia merinding melihat sosok kurus dan kantong mata yang berwarna
hitam gelap. Nixon "The Ripper," Pemimpin Divisi Penelitian BtP pusat alias kepala
dari seluruh perternakan rabbit. Nixon sedang mengunjungi BtP cabang Graceland sehubungan
dengan tertangkapnya sejumlah anggota Kelompok Pembebas di daerah Viginia dan sedang
berusaha untuk menambah jumlah rabbit dengan menggunakan kekuasaannya.
Jantung Nadia terasa menciut.
Apa yang dilakukan Pemimpin tertinggi Divisi Penelitian BtP ini di sini"
"Sir, Kami telah membawanya."
Nixon menggangguk kepalanya dan menatap Nadia sambil membuka sebuah kertas
laporan. "Jadi, kamu kehilangan kekuatanmu selama seminggu penuh dan kini sudah berhasil
mendapatkan semua kekuatanmu kembali. Apa yang terjadi" Bagaimana kamu bisa
kehilangan kekuatanmu dan mendapatkannya kembali?"
Nadia merasa dirinya tenggelam jatuh ke dasar bumi. "Hanya masalah datang bulan
dan energiku terpengaruh Sir," jawab Nadia.
"Ahaa...," jawab Nixon membuka lembaran laporan. "Menurut laporan check-up ini
kamu benar-benar kehilangan energi dan menjadi normal, tidak mungkin seorang yang
datang bulan akan memiliki energi seperti ini. Mereka biasanya memiliki laporan energi
yang bergerak naik turun tidak stabil," kata Nixon membuat gerakan zig-zag naik turun
dengan tangannya, "Tidak seperti laporan ini."
"Dari mana kamu mendapatkannya?" Nadia merasakan amarah dan sedikit ketakutan
dalam dirinya melihat laporan dirinya dapat berakhir di tangan Nixon. Nadia masih
ingat Dr. Kumar berkata ini rahasia mereka berdua sehingga tidak mungkin ada orang lain yang
akan mendapatkan laporan itu. Kecuali Dr.Kumar menyerahkannya sendiri kepada Nixon.
Bajingan pengkhianat. "Bagaimana kamu mengembalikan kekuatanmu" Dan bagaimana kamu kehilangan
kekuatanmu?" tanya Nixon dengan binar di matanya. Divisi Penelitian berdiri
untuk mendapatkan cara menghilangkan kekuatan alinergi dan juga memberikan kekuatan
alinergi pada yang tidak memiliki.
Nadia hanya diam menatapnya, "Aku ingin berbicara dengan kepala bagianku."
Menurut peraturan yang ada, setiap penangkapan anggota BtP harus mendapat ijin dari
kepala bagian di divisi mana anggota tersebut sebelumnya berada.
~ 705 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nixon tahu hal itu akan membuat semuanya semakin rumit. Sepanjang ingatannya,
belum pernah ada kepala bagian BtP yang pernah dengan rela menyerahkan anggota mereka
padanya. Setiap kepala bagian divisi BtP bahkan menghalanginya mengambil tawanan
divisi mereka untuk diserahkan pada Divisi Penelitian dengan banyak alas an, apalagi
anggota mereka sendiri, "Masukan dia ke dalam ruang tahanan, aku akan memeriksanya
setelah ini." "Kamu tidak bisa menangkap dan memasukkanku ke dalam tahanan seperti ini tanpa
ada kepala bagianku?" kata Nadia dan dia sudah memegang pulpen emas untuk diserahkan
pada kepala bagiannya. Jika dia menyerahkan pulpen itu pada Nixon, mungkin saja Nixon
akan menyimpannya sendiri. Nixon tertawa. "Tentu saja aku bisa."
Nadia terlihat marah dan melirik ke arah kiri-kanannya. Berencana untuk
menghilangkan diri dan melarikan diri dari tempat ini untuk mencari bantuan dari kepala divisinya.
Namun sayang, seorang anggota Polisi BtP sedari awal telah mengarahkan pistol kejut
padanya untuk siap menembak kapan pun jika ia menggunakan kekuatannya. Mereka polisi khusus
BtP yang sudah terbiasa dan berpengalaman dalam menghadapi para alinergi maupun anggota
BtP yang memliki bermacam-macam kekuatan. Tidak akan mudah untuk dapat lari dari
mereka, mungkin hanya akan mendapat siksaan dan luka saja jika dirinya mencoba lari dari
tiga orang anggota polisi khusus ini.
Nixon terlihat sibuk menelusuri laporan data Nadia dan menggaruk kepalanya,
"Kamu sudah dipesan oleh BtP pusat. Mungkin akan memerlukan beberapa hari untuk mengurus
semua ini. Untuk sementara, bersantailah di ruang tahanan dan aku akan menelitimu secepat
mungkin." Nixon menutup laporan itu dan menatapnya dengan serius. "Masukan dia ke ruang
tahanan." Dua orang Polisi Khusus BtP segera menarik dirinya dan membawanya menuju ke
sebuah lorong panjang serta turun dengan lift ke lantai paling dasar. Menuju ke sebuah
pos di mana petugas di sana memaksa Nadia mengosongkan seluruh isi kantongnya termasuk
pulpen berwarna emas itu dan juga cincin putih miliknya, membuat perasaan Nadia terasa
sakit. Setelah itu seorang polisi BtP mengeluarkan sebuah jarum suntik dan menarik
lengan Nadia dengan kasar untuk menyuntikkan cairan di dalamnya pada lengan Nadia yang
membuat kepalanya terasa kosong. Nadia pernah mendengar, cairan itu adalah sejenis bius
sementara yang dibuat oleh Divisi Penelitian untuk mengacaukan fokus pikiran alinergi agar
kekuatan alinergi tersebut untuk sementara tidak dapat digunakan. Nadia kemudian didorong
ke dalam sebuah ruangan dengan pintu besi yang hanya memiliki sebuah lubang dengan terali
besi seukuran kepala anak-anak di depan pintunya. Ruangan itu kecil dan sempit, hanya
ada sebuah tempat tidur dan kakus. Nadia duduk di dalam ruangan setelah petugas
mendorongnya masuk dan mengunci pintu besi dengan suara, "Click," yang mengerikan.
~ 706 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Ia sudah tertangkap, mimpi paling buruknya.
"Siapa di sana?" panggil sebuah suara dari sel lain.
Nadia berdiri dan berjalan ke arah pintu mencoba melihat dari terali besi kecil
itu. Mencari ke arah suara dan tidak menemukan apa pun, tapi ia kelihatannya mengenal suara
tersebut. "Dokter Kumar?"
"Nadia?" balas suara dari ruangan tahanan di depan. "Jadi mereka juga
menangkapmu?" "Dokter sendiri?"
Terdengar desah Dr. Kumar. "Maafkan aku Nadia, aku tidak bermaksud mencelakaimu.
Akan tetapi kemarin malam seseorang membobol ruanganku dan mengambil semua
catatanku, termasuk catatan tentang dirimu yang tidak diketahui siapa pun juga.
Seharusnya aku menghancurkan laporan itu."
Nadia menggigit bibirnya. "Siapa pun yang mencurinya telah menyerahkannya pada
Nixon. Apakah yang membobol ruanganmu itu adalah anggota Divisi Penelitian?"
"Mungkin saja. Sesungguhnya Nadia, aku terus berpikir. Adakah temanmu yang
mengetahui bahwa kamu kehilangan kekuatanmu" Aku hanya berasumsi siapa pun yang telah
mencuri data itu pastilah orang yang mengetahui tentang menghilangnya kekuatanmu
sepenuhnya. Karena pencuri itu hanya mengincar datamu."
Nadia mencoba mengingat, "Hanya beberapa orang teman dan tidak mungkin mereka
mengkhianatiku." "Apakah ada orang di luar BtP yang mengetahuinya?"
"Ada banyak," desah Nadia, mengingat orang-orang di luar BtP, kelompok 3rd atau
Kelompok Pembebas mengetahui dengan jelas kehilangan kekuatannya.
"Tapi kelihatannya orang dalam BtP yang melakukannya," kata Dr. Kumar.
Nadia tidak mengetahui hal itu. Akan tetapi saat ini satu-satunya yang
diinginkannya adalah keluar dari tempat ini dan tidak ingin menjadi rabbit. Mungkinkah ia bisa
menggunakan pulpen itu, meski ia tidak mengetahui apakah pulpen emas itu dapat berguna, "Dr.
Kumar?" "Ya." "Apakah kamu mengenal seseorang bernama Albert. D. Lecheruen?"
"Kedengarannya nama itu tidak asing, dari divisi manakah dirinya?"
"Kemungkinan besar dari Divisi Intelijen," kata Nadia menebak.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
~ 707 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Yah, aku tahu," kata Dr. Kumar mendadak melompat bersemangat. "Dia adalah
pemimpin tertinggi Divisi Intelijen di BtP Internasional. Apa kamu mengenalnya" Apa dia
bisa menyelamatkan kita?"
"Kuharap demikian," kata Nadia mendadak merasa semangatnya hidup kembali.
"Seorang teman menitipkan pulpen emas bertuliskan namanya untuk digunakan di saat-saat
seperti ini." "Di mana pulpen itu?" tanya Dr. Kumar ikut semangat.
"Disimpan pada pos di depan sebelum aku dimasukkan dalam tahanan."
Dr. Kumar menjadi lesu. "Tapi kupikir jika temanmu memiliki koneksi sepenting
itu dia tidak akan diam melihatmu di sini. Dia pasti akan datang setelah mendengar
tentang dirimu yang tertangkap." Nadia menggenggam terali besi itu. "Dia pasti datang!" katanya yakin.
"Dari divisi manakah temanmu" Apakah aku mengenalnya" Apa dia juga akan bersedia
menyelamatkanku?" tanya Dr. Kumar yang juga tidak ingin berakhir menjadi rabbit.
Nadia tiba-tiba tertawa. "Dia yang menerbangkan bus kita pada saat terjadi
serangan Kelompok Pembebas?" "Dia, apakah dia masih hidup?"
"Iya, Dokter. Dia masih hidup."
Nadia mendengar desah lega Dr. Kumar. "Oh, terima kasih Tuhan. Kupikir dia sudah
meninggal dan aku selalu merasa bersalah akan hal itu. Meski aku mendapatkan
secarik kertas mengatakan dirinya baik-baik saja tapi aku belum mempercayai sepenuhnya.
Mungkin saja teman-temanku yang tidak ingin melihatku bersedih yang meninggalkan kertas
itu. " "Oh, Dokter. Dia baik-baik saja," jawab Nadia.
"Bagaimana kabarnya?"
"Kupikir dia masih sehat setelah mengirim seluruh Kelompok Pembebas ke BtP."
"Dia yang melakukannya?"
"Iya," kata Nadia merasa ikut bangga karena bagaimanapun juga ia ikut membantu.
"Namanya?" Nadia berpikir sebentar, "Cuckoo."
"Nama yang aneh, Aku harap dia segera datang," tambah Dr. Kumar
~ 708 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia menarik nafas dan berbisik, "Dia harus datang."
*** "Kamu dengar itu?" tanya sebuah suara dari sosok yang tidak terlihat.
"Kupikir demikian, gadis itu memiliki hubungan dengan bos besar," jawab yang
lain. "Mungkin sebaiknya kita menghubungi pusat sekarang. Tidak lucu gadis yang kita
lindungi dimasukkan untuk menjadi rabbit setelah BtP pusat memintanya enam hari lagi,"
jawab sebuah suara yang lain. "Kalian hendak ke mana?" tanya sebuah suara menatap mereka.
"Kamu bisa melihat kami?" tanya mereka.
"Tentu saja," jawab pria berpakaian BtP itu. "Dan aku memang sudah menunggu
kalian, anjing penjaga." *** Pada siang hari itu juga, Nixon tidak mau mengulur waktu lagi. Nadia dan Dr.
Kumar dipindahkan dari ruangan tahanan mereka menuju ke gedung Divisi Penelitian BtP
yang tepat berada di sebelah gedung Kepolisian Khusus BtP. Mereka dipaksa untuk mengenakan
pakaian putih polos yang biasa digunakan oleh pasien rumah sakit dan Nadia
digiring ke sebuah ruangan di mana terlihat berbagai perlengkapan penelitian dan alat-alat
operasi. Tubuhnya didorong untuk tidur di atas sebuah tempat tidur dari besi dan beberapa
alat dipasangkan pada kepala, tangan dan kakinya. Semua alat itu terasa dingin di
kulitnya dan seluruh ruangan itu berbau obat serta alkohol tajam. Seseorang menusukkan jarum
infus pada lengannya yang menimbulkan rasa sakit dan dirinya sama sekali tidak mampu
bergerak karena kedua kaki dan tangannya terikat dengan kencang. Beberapa orang berlalu-
lalang disekitarnya mulai terlihat mencatat angka-angka pada layar-layar di sampingnya
dan sebuah aliran listrik ringan tiba-tiba mengalir pada seluruh dirinya, membuat tubuhnya
bergetar dan kepalanya mulai terasa sangat pusing dan mual.
*** Pada pagi ini Nadia dipaksa minum beberapa jenis obat-obatan dan disuntik dengan
beberapa cairan pada dosis tertentu serta kembali dibawa untuk diteliti di bawah sebuah
mesin check- up yang membuatnya merasa pening dan mual. Seluruh tubuhnya gemetar dan warna
kulitnya menjadi pucat. Setelah melalui berbagai tes yang mengerikan, Nadia duduk
meringkuk dan menangis di sudut selnya, setelah muntah berkali-kali. Ia dapat melihat Dr.
Kumar kembali pada kamar tahanannya dengan rambut yang sudah memutih keseluruhan, wajahnya
terlihat ~ 709 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tua sepuluh tahun. Mereka terus menerus diberi obat bius setiap beberapa jam
sekali agar kekuatan mereka tetap dapat dikekang dan beberapa tahanan di sel lainnya telah
berteriak sedari tadi meminta tambahan obat bius dengan membenturkan kepalanya pada pintu
sel. Efek samping dari pengunaan obat bius yang berlebihan, kecanduan dan kehilangan
kewarasan. *** Nadia menangis keras. "Aku tidak mau ... tidak mau lagi..."
Hari ini dia menjalani pemeriksaan lagi, mungkin sudah yang ke delapan kalinya
hingga larut malam. Aliran listrik mengalir di sekujur tubuhnya dan Nadia segera berteriak
dan menangis keras. "Jaime, Jaime, di mana kamu ..." Ya Tuhan..."
*** Mataku terpejam, menarik nafas dan meniatkan diri untuk terhubung pada energi
paling murni dari semesta, yang setelah merasakan terjangan energi tanpa batas yang
berkumpul dalam diriku. Mataku membuka melihat pada wajah Jushin. "Kamu akan
merasakannya," kataku dan seketika membiarkan terjangan energi dari seluruh tubuhku mengalir
pada pelindung pikiran Jushin. Pelindung itu terasa begitu tebal namun sudah memiliki
begitu banyak kebobrokan. Membuatku teringat pada kata-kata Xian, hati yang bersih akan
membantumu memiliki kekuatan dan juga energi pelindung yang semakin kuat. Hati
yang dipenuhi emosi-emosi buruk akan menggerogoti hidupmu dan membuatmu melakukan
hal- hal kurang baik, begitu juga pelindungmu akan rusak.
Jushin mendadak berteriak begitu tinggi saat energiku mengalir deras yang
dibantu oleh aliran energi paling murni dari semesta menerjang hancur pelindungnya. Vito dan
Xian bergerak ingin memisahkan kami, akan tetapi terjadi sebuah ledakan energi yang
membuatku terlempar ke belakang menabrak sebuah meja dan menjatuhkan seluruh benda di
atasnya. Aku dapat melihat Jushin terduduk lemah bersandar pada dinding dan aku tersenyum
puas, berdiri dan mengeluarkan telepon genggamku serta menelepon Michelle dengan
mengubah agar nomor teleponku tidak dapat diketahui.
"Hallo, Michelle di sini."
"Cuckoo di sini."
"... Ada apa?" ~ 710 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku ingin tahu keberadaan Nadia. Bukankah kalian mengirim dua orang bodyguard
yang mengikutinya?" "Aku tidak tahu karena aku tidak mengurusnya," jawab Michelle.
"Telepon BtP pusat dan tanyakan, aku mendengar kabar bahwa dia berada di dalam
Divisi Penelitian. Aku akan menghubungimu lima menit lagi," Aku segera menutup telepon.
*** Michelle menekan telepon kantor dan mencoba menghubungi rekannya di BtP
internasional untuk menanyakan keadaan Nadia.
"Michelle, mohon menunggu," kata seorang rekannya. "Aku disuruh menghubungkanmu
pada Albert jika kamu menelepon menanyakan hal tentang Nadia."
Albert" "Baiklah aku akan menunggu."
"Michelle?" "Ya, Sir Albert."
"Aku berasumsi Cuckoo kita sudah menghubungimu untuk menanyakan keberadaan
Nadia," kata Albert. "Ya Sir, dia sudah menghubungi," kata Michelle hamper tidak percaya.
Albert mendesah. "Katakan padanya bahwa Nadia berada di Divisi Penelitian dan
Nixon baru saja mengirimkan permohonan transfer dirinya pada divisi tempat Nadia berada
untuk menjadi rabbit di Divisi Penelitian." Albert terdiam sebentar sebelum
melanjutkan, "Nadia sudah berada di dalam Divisi Penelitian sejak kemarin pagi."
*** "Rabbit?" kataku marah. "Apa yang terjadi padanya?"
"Aku tidak tahu mereka hanya mengatakan ingin memeriksa dirinya karena energinya
yang menghilang beberapa saat lalu dan kembali lagi secara tiba-tiba."
Aku memandang pada Jushin yang tersenyum puas melihatku, dia hanya belum
mengetahui apa yang sudah kulakukan padanya.
"Dia memiliki pulpen milik pemimpin kalian, tidakkah kalian bisa melakukan
sesuatu sekarang juga?" Kemarahan dan kekhawatiran membakar diriku.
~ 711 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kupikir tidak akan semudah itu. Kami sudah memberi laporan untuk divisi tempat
Nadia berada agar menolak permintaan transfer itu dan mengambil kembali Nadia. Akan
tetapi biasanya Divisi Penelitian akan mencoba mengulur waktu beberapa hari untuk
mengembalikannya hingga..." Suara Michelle terdengar mengecil. "Mereka puas
meneliti dan biasanya tidak ada yang masih waras setelah keluar dari tempat itu meski
hanya beberapa hari." "Kalau begitu keluarkan dia sekarang juga!" kataku berteriak marah penuh emosi.
"Kami tidak bisa! Kami harus menunggu izin dan konfirmasi dari Divisi Penelitian
terlebih dahulu. Paling cepat besok pagi kami baru dapat mengirimkan laporan itu dan lusa
untuk mengambil Nadia kembali."
"Ketuamu apakah dia tidak bisa melakukan sesuatu?" tanyaku dingin.
Michelle menjawab, "Maaf Cuckoo kami harus menunggu izin. Semua itu ada
prosedurnya, lagipula Divisi Penelitian tidak berada di bawah kekuasaan BtP Internasional,
mereka berdiri sendiri. Hal terbaik yang bisa kami lakukan adalah menunggu jika tidak ingin
terjadi kekacauan." "Aku yang akan mengeluarkannya dari sana sekarang," kataku menutup telepon.
Seluruh sel dalam diriku diisi kemarahan dan siap meledak, aku melihat pada Jushin yang
tersenyum dengan hidung yang sudah mengeluarkan darah akibat benturan dahiku padanya.
"Jika terjadi sesuatu pada Nadia, kamu akan membayarnya dengan nyawamu," kataku dan tubuhku
menghilang untuk dapat muncul di depan gerbang BtP.
*** "Adik Jushin, mengapa kamu melakukan hal itu," tanya Xian tidak begitu senang
dengan perbuatan itu. "Kakak! Ini semua demi kita juga, setidaknya jika dia menghancurkan BtP hal ini
akan menguntungkan diri kita," jawab Jushin.
Vito mendesah nafasnya dan mengeluarkan telepon genggamnya, untuk menghubungi
bawahan atau mata-matanya yang bersembunyi di dalam BtP. Memberi peringatan
menghadapi penyerangan dan sebaiknya menghindari pertempuran itu daripada mati
konyol. Xian mendesah dan melirik pada Jushin. "Sembuhkanlah hidungmu."
Tangan Jushin bergerak pada hidungnya untuk menyembuhkan, karena memang
penyembuhan adalah bidang yang paling dikuasainya. Mendadak tangan dan jari-jari
~ 712 ~ - B L E S S E D H E A R T -
keriputnya bergetar menyentuh hidungnya. Wajahnya terlihat pucat dan matanya
membelalak tidak percaya serta penuh ketakutan.
"Adik, apa yang terjadi?" tanya Xian.
"Kekuatanku..." bisik Jushin gemetar. "Kekuatanku... hilang."
Vito seketika memandang Jushin melihat wajahnya yang pucat dan melirik pada
Xian, "Apakah mungkin ada yang dapat menembus pelindung guru selain dirimu?"
Xian menatap Jushin yang ketakutan dan hanya diam tidak menjawab. Setiap orang
mengunci pikiran atau kekuatan dengan cara mereka sendiri dan dirinya tidak
mungkin dapat mengembalikan kekuatan Jushin. Hanya Jaime yang dapat mengembalikannya.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
~ 713 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 43 MENGHANCURKAN BtP Saat ini aku sama sekali tidak mempunyai persiapan rencana untuk menyelamatkan
Nadia dan juga tidak memiliki waktu untuk memikirkan semua itu. Aku ingin
menyelamatkannya sekarang juga. Tanganku terkepal erat dan melihat gerbang BtP yang tingginya
mencapai tiga meter di depanku, keseluruhannya terbuat dari baja berkilat yang memantulkan
cahaya lampu. Aku masih tidak yakin apakah aku akan menerobos tempat ini atau tidak. Mengingat
Jushin sebagai penyebab semua ini kemarahanku kembali memenuhi diriku, aku mungkin
sudah merengut kekuatannya dengan cara yang kupelajari dari Almaria, di saat dia
mengirimiku ingatan untuk mengembalikan kekuatan Nadia. Meski demikian tetap saja amarahku
pada Jushin belum hilang dan membuatku tidak mampu berpikir jernih setelah kemarahan
berebut ruang di setiap sel otakku.
Setiap detik yang berlalu mungkin membuat Nadia semakin tersiksa, aku tidak
dapat membuang waktu lebih lama lagi. Untuk saat ini aku hanya bisa menerobos langsung
dan beradaptasi setelahnya. Wajahku sudah berubah menjadi Cuckoo sedari tadi dan
kini kakiku melangkah mendekati pintu gerbang BtP, menarik nafas dalam-dalam dan mengubah
tanganku menjadi berlian serta menyinkronkannya dengan kekuatan alinergi yang
memiliki kekuatan raksasa. Dengan sepenuh kekuatan, tanganku terayun menghajar gerbang
besi ~ 714 ~ - B L E S S E D H E A R T -
utama BtP yang terbuat dari baja dengan sangat keras dan mengeluarkan bunyi yang
menggelegar nyaring. "DUANNNNGGGGGGG!!!!!" Di luar dari perkiraanku, gerbang itu membengkok terlepas
dari tempatnya dan terbang melayang hampir mencapai seratus meter ke depan,
sebelum akhirnya jatuh berguling-guling menghajar beberapa mobil mewah yang terparkir.
Seketika membuat suara gaduh dan puluhan alarm mobil anti-maling segera berbunyi nyaring
bersamaan. Genderang perang sudah kunyalakan. Kini aku hanya bisa melanjutkan langkah
kakiku memasuki wilayah BtP yang paling angker dan paling ditakuti oleh semua alinergi.
Aku berjalan sambil menatap gedung-gedung tinggi BtP, tidak pernah sekalipun aku
bermimpi akan memusuhi BtP, tapi inilah yang terjadi sekarang. Dua orang petugas BtP yang
merupakan penjaga gerbang terburu-buru keluar dari posnya dan mengarahkan
senjata mereka padaku. Aku menatap mereka dan mencuri beberapa informasi serta gambaran
tentang letak-letak keseluruhan bangunan BtP langsung dari pikiran mereka, detik
berikutnya mereka langsung jatuh tertidur karena aku memanipulasi pikiran mereka. Kakiku
bergerak melewati tubuh mereka yang tergeletak dan terus menuju ke tempat di mana mobil-
mobil mewah yang sedang diparkirkan. Sebelah tanganku bergerak mengalirkan energi pada
sebuah mobil BMW, menerbangkannya dan melemparkannya jauh ke sebuah gedung besar di
sebelah kananku yang berjarak sekitar 200 meter. Saat mobil itu sedang terbang
melayang di udara, aku segera menembakkan api dari tanganku yang menyambar mobil tersebut di
tengah udara. Mobil itu terbakar dan seketika meledak mengeluarkan suara yang keras
saat menabrak gedung tersebut. Serta merta aku berturut-turut menerbangkan lima mobil
berikutnya dan membiarkan mereka semua terbakar di udara serta melayang ke arah
gedung tersebut bertubi-tubi. Semua sirene tanda bahaya di dalam gedung BtP segera menyala membuat suara alarm
bising meraung-raung dan lampu-lampu sorot menyala dari gedung-gedung tinggi menyinari
diriku. Dengan tenang aku berbelok dan berjalan menuju ke arah kanan tempat gedung yang
sudah terbakar dan berlubang dihajar mobil. Kembali aku menggerakkan energiku untuk
berturut- turut mengangkat puluhan mobil mewah di sekitarku yang serempak terbang
membentuk gelombang, membuat mereka terbakar dan terbang meluncur menghajar gedung
tersebut. Berturut-turut terdengar suara-suara ledakan yang keras saat tangki bahan bakar
mobil pecah dan meledak tersambar api. Seketika seorang anggota BtP yang merupakan
teleporter muncul di belakangku mencoba menodongkan senjata apinya padaku dan dengan mudah kuhajar
hingga tubuhnya terpelanting puluhan meter ke depan, dia hanya tidak menyangka
aku juga dapat teleport ke belakang tubuhnya.
~ 715 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Dalam beberapa detik kemudian aku sudah dapat melihat begitu banyak anggota BtP
yang sedang berlarian ke arahku dan berkumpul untuk mengepung di sekelilingku. Aku
dapat melihat wajah-wajah yang kukenal di antara mereka sebagai pelanggan Kafe Eve.
"Di mana gedung Divisi Keamanan," teriakku keras agar dapat didengar semua orang. Dua
orang anggota BtP segera datang menyerang ke arahku, seorang lainnya adalah Daniel,
yang mengeraskan seluruh tubuhnya seperti baja, namun tubuhku telah menjadi berlian
dan menghajar perutnya dengan telak. Tinju itu membuatnya terlempar jauh tinggi dan
mendarat dengan suara berdebum pada beberapa mobil yang sedang diparkirkan dan
menghancurkannya. Seorang lagi aku bahkan tidak perlu memperdulikannya karena ia
terus menembak tubuh berlianku dengan senjata api tanpa arti. Yah, begitu juga yang
lainnya segera ikut-ikutan menembakkan senjata mereka dan ada juga yang menggunakan
energi mereka untuk membakar, menyetrum, hingga mencoba membekukanku. Akan tetapi aku
sudah mengubah kekuatanku agar tubuhku dapat menembus apa pun juga sehingga apa
pun yang mereka lakukan untuk menyerangku, semuanya melewati tubuhku begitu saja dan
aku terus maju di antara mereka yang membuat mereka mundur teratur.
*** "Dia datang! Apa yang harus kita lakukan?" tanya seseorang melalui teleponnya.
"Dia datang untuk mencari Nadia, amankan Nadia terlebih dahulu, sejauh ini
semuanya berjalan sesuai rencana kita."
"Tapi dia menyerang gedung Divisi Keamanan bukan ke Divisi Penelitian. Jika
demikian dia akan menghancurkan seluruh BtP!"
"Tetap tenang apa kamu sudah mendapatkan Nadia?"
"Sudah! Aku sudah mendapat telepon sebelum dia datang menyerang. Sekarang ke
mana aku harus membawanya?" "Ke mana saja selama dia tidak dapat menemukan gadis itu."
"Baiklah." "Ingat selama gadis itu di tangan kita, kita akan dapat memanfaatkan dirinya
sesuka hati kita. Masih ada rencana yang harus menggunakannya. Apa pun yang terjadi jangan biarkan
dia mendapatkan gadis itu!"
"Akan kulaksanakan."
*** ~ 716 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mio dengan rambut hitamnya yang panjang berkibar, berlari ke arahku sambil
mengayunkan pedang katana-nya menyerang. Pada awalnya aku merasa kekuatannya tidak akan
banyak berguna padaku yang kini dapat menembus apa pun juga, akan tetapi untuk sesaat
aku merasakan firasat buruk sehingga mengelak dari pedangnya di detik-detik
berbahaya. Pedangnya bergerak seperti kilat berhasil menyambar tanganku dan seketika itu
juga aku baru menyadari, tangan kiriku terputus di bagian lengan dan terjatuh ke lantai dengan
darah yang langsung membasahi lantai parkir, tidak ada rasa sakit, aku hanya merasa sesuatu
yang hangat mengalir keluar dengan deras dari lenganku.
"Sialan," makiku dan dengan cepat menunduk mengambil kembali potongan tanganku
yang mengalirkan darah dan menempelkannya pada lenganku sambil mengerahkan kekuatan
penyembuhan. Kembali ke beberapa menit sebelumnya yang segera membuat lenganku
pada tempat terputus terasa panas terbakar sangat menyakitkan. Beberapa anggota
alinergi sempat berhenti karena melihat tanganku yang terputus mengira aku akan segera menyerah.
Mereka hanya tidak menyangka aku akan memiliki kekuatan untuk menyambung lenganku
kembali. Mio yang melihatku baik-baik saja, menghunuskan pedang katana-nya dan kembali
menerjangku. Aku tahu Mio adalah alinergi yang dapat membuat benda apa pun untuk
bergetar membentuk gelombang tinggi yang dapat membelah di tingkat paling kecil
dari sebuah benda, di tingkat molekul atau atom. Jadi dapat dikatakan, ia akan
membelah apa pun juga, dengan demikian memakai tubuh berlian juga hanya akan dibelah olehnya.
Tanganku segera terarah pada Mio dan mendorongnya terbang jauh ke belakang seperti
layang-layang yang putus dari talinya. Seketika sesuatu yang tidak terlihat mendadak menangkap
tubuhku dari belakang dan mengangkatku untuk membenturkan belakang kepalaku ke lantai.
Beruntung aku sudah mengubah diriku menjadi berlian, akan tetapi tetap saja
sengatan itu memasuki kepalaku yang tertekuk menghajar lantai beton.
Dengan cepat aku mengerahkan kekuatan raksasaku untuk berusaha meloloskan diri
dari cengkeramannya dan segera menghilang bermaksud balas menghajar orang yang tidak
terlihat itu. Akan tetapi meski dalam keadaan menghilang seorang BtP berhasil
menembak dari belakangku dan pelurunya menembus kakiku, juga tubuhku. Darah segera
mengalir keluar. Aku kembali memunculkan diriku untuk mengobati luka itu dan berbalik ke
belakang terlihat pada seorang pria berambut kribo yang menggunakan senjatanya dengan
teropong pencari jejak panas. Tanganku segera terarah kepadanya, memberikan sebuah
terjangan energi untuk menerbangkannya. Namun kekuatanku terpental karena seorang alinergi
membuat energi pelindunguntuk pria itu dan beberapa kawanannya mulai mengarahkan
senjata api mereka pada diriku serta yang lainnya juga sudah mengerahkan
kekuatan mereka masing-masing pada tubuh mereka untuk bersiap-siap untuk menyerangku.
~ 717 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Untuk sesaat semua orang berhenti bergerak dan menatap ke arahku, menunggu. Aku
melihat ke sekeliling dan harus mengakui anggota BtP memang tidak dapat diremehkan,
mereka terlatih, bekerja sama, terorganisir dan saling menutupi kelemahan masing-
masing. Ini semua tidak akan mudah. Berdiri di tengah-tengah sorot cahaya aku dapat melihat api
yang membakar dari beberapa tubuh anggota BtP, listrik yang memercik, suara derak
besi, suara angin berputar kencang, beberapa anggota yang sedang terbang melayang, juga ada
anggota BtP yang mendengarkan suara geraman binatang mereka seperti serigala dan puma ke
arahku. "Menyerahlah," kata Mio yang sudah berbalik kembali mendekatiku bersama beberapa
anggota BtP lainnya yang perlahan-lahan mengurung diriku semakin rapat. "Tidak
ada gunanya kamu melawan lagi," teriak mereka.
Aku tersenyum melihat Mio yang menatapku dengan tajam dan sempat membuatku
bergidik, "Tidak sebelum aku menghancurkan Divisi Keamanan kalian," kataku pada mereka
sambil mengerahkan energiku mengubah diriku menjadi sumber api yang sangat panas dan
membakar sekeliling karena aku tahu jika jejak darahku yang tertinggal di lantai
apabila tidak dibakar maka akan dapat mengarah kepadaku jika diteliti.
Mio dan anggota BtP lainnya segera mundur serempak menjauh dari dariku yang
diikuti dengan suara tembakan dan juga serangan dari berbagai alinergi. Aku segera
mengerahkan api agar dapat memancar ke sekeliling sejauh mungkin, untuk membakar anggota-
anggota BtP maupun membakar mobil-mobil di sekitar yang segera menyebabkan ledakan-
ledakan dan membuat keributan semakin besar. Kakiku bergerak perlahan-lahan mendekati
gedung Divisi Keamanan yang juga merupakan gedung yang sudah terbakar saat ini karena
ledakan- ledakan mobil yang kukirimkan sebelumnya. Meski beberapa dari anggota BtP
menghindar tidak ingin terbakar, termasuk Mio, namun beberapa orang dari mereka mulai
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menembakiku kembali. Tembakan pria berambut kribo, sudah beberapa kali berhasil menyerempet
kaki dan tanganku yang berada ditengah-tengah pusaran ganas api. Dia memaksaku untuk
menggerakkan kekuatan apiku agar menyambar lebih jauh lagi, membuat beberapa
anggota BtP berteriak dan berguling karena baju mereka tersambar. MEski demikian, tetap
saja ada banyak monster di sana. Seorang wanita mengerahkan kekuatannya dan membuat
daerah sekelilingnya menjadi dingin serta membeku untuk melindungi rekan-rekan di
belakangnya. Seorang pria membuat dorongan angin mengusir arah terjangan api. Seorang
alinergi BtP membuat sebuah dinding pelindung tak terlihat untuk rekan-rekannya dan Jess
terlihat menarik api yang terlanjur membakar sesama anggota BtP dengan cepat.
Jelas mereka semua lebih terlatih dalam menyerang dan lebih berdisiplin bergerak
maupun bertahan dibandingkan dengan alinergi dari Kelompok Pembebas yang rata-rata
bergerak sendiri dan tidak teratur. Hanya dalam sekejap aku kembali terkurung dan
terjebak, menyerap ~ 718 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kembali seluruh kekuatan apiku. Aku langsung menghilangkan diriku dan
menggunakan kekuatan teleport untuk muncul di tengah-tengah kumpulan anggota-anggota BtP
untuk mencegah diriku menjadi sasaran tembakan dan dari sana aku mulai menghajar
mereka. Satu pukulan untuk satu orang. Memukul mereka hingga terbang menjauh atau juga
menendang mereka, yang penting aku tidak membunuh mereka dan akan membuat keributan
sebesar mungkin. "Aku akan menghancurkan Divisi Keamanan kalian," teriakku kembali
dengan keras dan mulai membabi-buta menyerang semua anggota BtP sambil bergerak
mendekat ke gedung Divisi Keamanan. Para anggota BtP yang berkumpul di tempat ini pun
perlahan- lahan semakin bertambah jumlahnya.
Yang Lain Other 2 Pendekar Naga Putih 46 Petualangan Di Alam Roh Pendekar Sadis 22