Hati Yang Terberkahi 15
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara Bagian 15
rumahnya, siapa yang melakukan hal itu?"
Agen Janice mendesah. "Kami sedang menyelidikinya."
Berikutnya mereka mulai membahas tentang salah satu masalah darurat kali ini,
yaitu Pusat Data dan Informasi BtP telah dibobol oleh orang tidak dikenal. Seluruh data
intelijen mereka menyangkut Kelompok Pembebas maupun orang-orang yang dicurigai sebagai alinergi
di seluruh dunia bisa sudah mengalir keluar. Kerja keras mereka bertahun-tahun akan
menjadi sampah jika pembobol itu membiarkan informasi itu bebas berkeliaran. Karena
setiap alinergi yang dicurigai dan dipercaya akan membawa mereka pada informasi yang lebih
penting sudah pasti akan lari atau mengubah diri mereka setelah mengetahui mereka sedang
diincar oleh Divisi Intelijen BtP. Kerja keras bertahun-tahun, ratusan ribu jam kerja
dan biaya yang sangat besar untuk memata-matai dan mengikuti jejak para alinergi diam-diam
dapat terbuang percuma, hanya dalam seketika.
"Apakah ada kemungkinan Divisi Penelitian yang mengambilnya, mengingat mereka
ingin menambah jumlah rabbit mereka sehingga mengambil data kita dengan paksa?" tanya
seorang staf. Mereka semua di Divisi Intelijen tidak memihak atau membenci
Divisi Penelitian, akan tetapi tidak dapat dipungkiri, hampir semua alinergi tidak
menyukai Divisi Penelitian. "Kita tidak tahu," tambah Albert, "Sebelum pelakunya tertangkap semua orang
dapat menjadi tersangka termasuk setiap orang di sini."
Telepon Michelle mendadak berbunyi di tengah-tengah rapat. Membuat semua orang,
termasuk pemimpinnya, melihat ke arahnya. Michelle terkejut, telepon genggamnya
seingatnya tadi berada pada nada diam, karena dia ingat betul telah mengubah
bunyinya. Michelle mengangkat telepon genggamnya dan melihat panggilan dari serangkaian
nomor ~ 625 ~ - B L E S S E D H E A R T -
yang tidak dikenalnya. Sejenak ia menjadi sangsi karena tidak banyak orang yang
mengetahui nomornya dan lagipula siapa yang meneleponnya" Michelle terdorong untuk
menolak panggilannya dan mematikan telepon tersebut karena sedang rapat.
Apakah itu Jaime" Ataukah Kelompok Pembebas yang telah menangkap Jaime dan
meminta tebusan. Godaan antara mengangkat telepon di tengah-tengah rapat sangat kuat, akan tetapi
hal itu tidak etis. Akan tetapi... Michelle berdiri dan meminta maaf, "Aku sedang menunggu telepon darurat bolehkah
aku mengangkatnya?" tanya Michelle melihat pada pemimpinnya meminta izin. Albert
terdiam, merasa tidak begitu senang, akan tetapi menggangguk memperbolehkannya. Mereka
semua adalah mata-mata, informasi sangatlah penting bagi mereka sehingga salah satu
keharusan mereka adalah terus membuka saluran yang dapat dihubung di mana pun mereka
berada untuk mendapatkan informasi terbaru karena sedikit keterlambatan informasi bisa
berakibat fatal bagi mereka. Michelle berjalan keluar ruangan rapat dan mengangkat telepon
itu. "Siapa?" tanya Michelle.
"Cuckoo," kata sebuah suara serak di seberang. "Aku adalah orang yang membobol
database kalian dan menarik keluar data Kelompok Pembebas serta data orang-orang yang
dicurigai sebagai alinergi di seluruh negara."
Michelle terdiam. "Aku tidak akan membocorkan semua data ini ke internet kecuali kamu mau
menghubungkan aku dengan pemimpin tertinggimu dari saluran aman dan mengadakan video call ke
nomor ini, ingat hanya kamu dan pemimpin tertinggimu."
"Klik," terdengar suara telepon ditutup.
Michelle menatap telepon genggamnya dan kembali ke ruang rapat. Kemudian
mendekati Pemimpin itu sambil berbisik, "Sir, seseorang yang mengaku sebagai pembobol
database kita, mengatakan ingin berbicara dengan anda dan diriku berdua saja melalui
saluran aman dengan video call atau dia akan menyebarkan semua data kita ke internet."
Pemimpin itu terlihat berpikir sebentar dan kemudian mendekatkan bibirnya pada
mikrofon, "Rapat sementara akan ditunda, kalian semua boleh keluar. Tinggalkan aku dan
Michelle saja." ~ 626 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Suara gaduh terdengar dan mereka mulai meninggalkan ruangan rapat yang segera
menjadi kosong. "Apakah kita akan meneleponnya?" tanya Michelle.
Albert duduk berpikir sebentar sambil berbisik, "Kita tidak punya pilihan lain.
Jika dia membagikan informasi itu keluar maka seluruh Divisi Intelijen akan mendapat malu
dan juga usaha bertahun-tahun kita akan menjadi sia-sia. Setidaknya aku ingin
mendengarkan permintaannya terlebih dahulu, tapi kita tidak akan menggunakan saluran aman,
aku ingin nomornya dilacak." Michelle menggangguk dan menghubungkan teleponnya pada sebuah alat di tengah
meja rapat yang biasa digunakan untuk menghubungkan gadget atau telepon genggam
dengan proyektor, pengeras suara dan komputer untuk melacak nomor panggilan mana pun
juga. Ia segera menelepon ke nomor masuk tadi untuk melakukan panggilan video call. Saat
sambungan terkoneksi, pemimpin itu melihat sebuah wajah pada layar telepon
genggam dan menjawab, "Albert, pemimpin BtP bagian intelijen di sini."
"Cuckoo, di sini," sahut sebuah suara di belakang Albert.
Michelle dan Albert terkejut baru menyadari seseorang telah masuk ke dalam
ruangan rapat dan tepat berdiri di belakang Albert.
"Jangan bergerak Sir atau senjata apiku akan menembus punggungmu dan memasuki
jantungmu." Cuckoo terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahunan berpakaian
jas lengkap dan menekan sebuah senjata api pada punggung belakang Albert.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Albert tetap tenang.
Cuckoo itu melihat sekeliling yang kosong dan tersenyum berkata, "Aku ingin dua
orang di sudut itu memunculkan diri sekarang juga dan keluar dari ruangan ini." Michelle
melihat sekeliling dan tidak memahami. "Munculkan diri kalian atau peluru ini akan
menembus tubuhnya," sahut Cuckoo.
Albert menutup mata dan menarik nafas. "Munculkan diri kalian."
Seketika seorang pria dan seorang wanita bersenjata lengkap muncul dan menatap
Albert. "Sir?" "Suruh mereka keluar, aku hanya tidak ingin siapa pun mendengar apa yang akan
kita bicarakan," tambah Cuckoo.
"Kalian keluarlah," kata Albert. Kedua orang itu menggangguk dan keluar dengan
terpaksa. "Apa yang kamu inginkan?"
~ 627 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Cuckoo menurunkan senjata apinya dan duduk di salah satu kursi staf di samping
dan menatap Albert. "Kesepakatan dan uang."
"Untuk data yang kamu curi?"
Cuckoo tertawa. "Tidak, kebanyakan data dari kalian sama sekali tidak valid dan
tidak dapat ditelusuri. Jika memakai data kalian, maka aku hanya akan berputar-putar tanpa
hasil bertahun-tahun. Aku bingung bagaimana divisi sebesar kalian menyimpan begitu
banyak sampah tidak berguna. Mungkin kalian memelihara beberapa mata-mata musuh di
tempat ini." Albert terdiam, ia tidak menyangkal. "Apa yang kamu inginkan?"
"Uang atas informasi Kelompok Pembebas yang akan kujual untuk kalian dan sebagai
bonusnya, aku akan menghancurkan data yang kuambil dari kalian."
"Seberapa tepat informasi tersebut?"
Cuckoo tertawa keras. "Bagaimana jika aku memberikan barang contoh agar kamu
dapat mempercayai informasiku terlebih dahulu sebelum aku menjual keseluruhan data?"
Albert tersenyum. "Kita bisa membicarakan hal itu."
"Data mana yang cocok untuk sebagai barang contoh yah....?" Cuckoo mengetukkan
jarinya pada kepalanya beberapa kali seolah-olah sedang berpikir. "Hmm... saat ini
aktivitas Kelompok Pembebas di daerah Viginia telah meresahkan masyarakat tempat itu. Aku
tidak menyukainya, mungkin sebaiknya aku memberikan informasi mengenai Kelompok
Pembebas di kota Viginia. Tempat persembunyian mereka dan seluruh anggota
mereka," kata Cuckoo membuat Michelle menatap ke arahnya.
"Aku tidak menolak," kata Albert mencoba memainkan kartunya.
"Tapi dengan persyaratan," tambah Cuckoo.
Albert menyandarkan diri pada kursi. "Katakan."
"Aku ingin seluruh anggota mereka ditangkap sekaligus pada waktu yang sama dan
seluruh tempat persembunyian mereka digerebak pada saat yang sama hari ini juga," tambah
Cuckoo. "Hari ini?" balas Albert.
"Ya hari ini juga sebelum infomasi ini bocor. Aku juga tidak mau mengambil
risiko kalian menangkap sebagian kecil dari mereka sedangkan sebagian besar dari mereka
melarikan diri atau memindahkan markas mereka."
"Bagaimana aku bisa mempercayai data yang kamu berikan?" balas Albert.
~ 628 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Cuckoo tertawa. "Kamu bisa meragukannya dan tidak melakukan apa pun juga. Atau
kamu bisa mencobanya dan melihat apakah kamu bisa mempercayaiku sebelum aku menjual
data yang lebih besar lagi."
Albert mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja dan berpikir sejenak. Ia sudah cukup
lama menjadi pemimpin Divisi Intelijen BtP dan mengetahui dengan jelas setiap
kesempatan, tantangan atau jebakan. Perbedaannya sangatlah tipis. "Di mana datanya?"
"Aku akan memberikannya, tapi jika kamu berjanji memberiku beberapa hal."
"Kupikir kamu tidak menjual barang contoh."
Cuckoo tertawa, "Aku tidak meminta imbalan, hanya ingin niat baikmu menghargai
informasi yang kuberikan ini. Meski hanya barang contoh."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Mungkin kamu bisa memulai dari mengganti rugi kerugian yang disebabkan oleh
Kelompok Pembebas di daerah Viginia." Kata Cuckoo, "Apa kamu bisa melakukannya?"
"Akan kuusahakan jika datamu tepat," jawab Albert.
Cuckoo mendekatkan jarinya pada tubuh Albert dan menarik sebuah pulpen bagus
dari kantong depan baju Albert. Pulpen itu berwarna emas dan bertuliskan nama lengkap
Albert, "Aku juga ingin jika seseorang tertangkap oleh BtP dan dirinya membawa pulpen
ini agar kamu melindunginya dari Divisi Penelitian menjadikannya rabbit."
"Tidakkah kamu meminta terlalu banyak?" balas Albert.
Cuckoo menatap langsung ke mata Albert. "Jika kamu menyelamatkannya, anggap saja
seluruh data Kelompok Pembebas di negara mana pun yang kamu inginkan akan
menjadi milikmu. Cuma-Cuma."
"Apa kamu begitu ketakutan pada Divisi Penelitian sehingga membutuhkan bantuanku
untuk menyelamatkanmu?" pancing Albert.
"Hmm... Divisi Penelitian. Jika mereka ingin menangkapku mungkin mereka harus
menunggu jutaan tahun lagi," kata Cuckoo sombong.
Albert melirik padanya dan tertawa. "Kalau begitu untuk orang lain hmm.... Tentu
orang yang spesial." Albert mengetuk-ngetukan jarinya lagi dan menambahkan, "Aku
menyetujuinya, ambil saja pulpen itu meski pulpen itu besar artinya bagiku. Akan
tetapi jika infomasimu salah aku akan mengejarmu ke mana pun kamu berada dan akan membuatmu
menyesal dengan kedua tanganku sendiri."
~ 629 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sebuah flash disk dilemparkan pada Albert oleh Cuckoo.
"Di dalamnya berisi semua data anggota Kelompok Pembebas daerah Viginia yang
berjumlah 92 orang alinergi dan peta lokasi sebelas tempat pertemuan mau pun
penyimpanan senjata mereka. Jika kamu dapat menyerang mereka dalam waktu yang bersamaan
mungkin saja kamu bisa mendapatkan data-data dari mereka yang membimbingmu pada seluruh
Kelompok Pembebas internasional, tanpa membutuhkan bantuanku lagi. Cukup
menghemat waktu serta uangmu untuk membayarku."
Albert tersenyum mengambil flash disk itu dan menghubungkannya pada laptopnya
yang pastinya telah melakukan scan menyeluruh terlebih dahulu pada flash disk- nya
untuk mencegah adanya virus yang masuk. Di dalam flash disk itu Albert melihat data-
data diri
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setiap orang yang tercatat lengkap dengan semua alamat mereka. Pada sebagian
catatan anggota Kelompok Pembebas berisi juga foto kamar mereka masing-masing. Pada data
terakhir terlihat sebuah peta besar dan beberapa tempat dilingkari dan juga
foto-foto lokasi markas Kelompok Pembebas. "Para teleporter akan menyukai ini," kata Albert
melihat setiap lokasi juga memiliki fotonya. Laptop itu diarahkan pada Michelle untuk dilihat.
Michelle melihat beberapa tempat pada peta dan memberikan opininya, "Aku pernah
mendengar jika mereka memiliki tempat di kota Viginia. Akan tetapi sebelas
tempat sekaligus adalah tangkapan besar. Kita akan membungkam Kelompok Pembebas dalam
sekali pukul dan juga seluruh anggotanya. Hanya jika informasi ini benar."
"Mereka tidak bisa ditangkap?"
Albert dan Michelle melihat ke arah Cuckoo. "Apa?"
"Pada semua ingatan mereka sudah ditanam sebuah pikiran jahat yang terletak jauh
di dalam bawah sadar mereka. Jika diri mereka tertangkap atau dalam keadaan terdesak maka
mereka akan membunuh diri mereka dengan menelan sebuah racun yang tersimpan dalam gigi
mereka," Cuckoo terdiam sebentar dan melanjutkan, "Menurutku tanpa racun pun
mereka akan bersikeras untuk membunuh diri mereka."
Mata Cuckoo terlihat serius dan menambahkan, "Jika kalian hendak menangkap
mereka, mungkin sebaiknya menggunakan peluru bius untuk menidurkan mereka dan
menggunakan mindreader membaca pikiran mereka selama mereka tidak sadar. Membuat mereka
mengaku dalam keadaan sadar adalah hal yang tidak mungkin."
"Akan kita lihat nantinya," kata Albert percaya diri.
Gantian kini Cuckoo yang mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. "Dan menurutku ke-
92 orang anggota alinergi Kelompok Pembebas itu sebagian besar atau kemungkinan
besar ~ 630 ~ - B L E S S E D H E A R T -
seluruhnya, telah mendapatkan ingatan palsu untuk membenci BtP dan mengikuti
keinginan pemimpin mereka. Seseorang telah membuat mereka menjadi bonekanya."
"Benarkah itu?" tanya Michelle dan Albert melihat tegas pada Cuckoo untuk
mencoba melihat kebenaran kata-kata itu.
Cuckoo tersenyum. "Kalian bisa melihatnya sendiri." Sebuah bayangan tentang
ingatan palsu dari salah seorang mantan anggota Kelompok Pembebas melompat masuk ke dalam
pikiran Albert dan Michelle. "Dan pikiran jahat yang ditanamkan pada mereka adalah,"
Cuckoo kemudian mengirimkan bayangan pikiran jahat yang tertanam di bawah sadar anggota
Kelompok Pembebas, yang melompat keluar dan mengakibatkan dirinya membunuh diri.
Albert memegang kedua mejanya dan Michelle berteriak terkejut serta menarik
nafas dalam- dalam, menenangkan dirinya.
Seseorang mempermainkan mereka seperti boneka penurut.
"Mereka membenci BtP karena ingatan palsu yang ditanamkan?" tanya Albert menatap
Cuckoo. "Apakah itu benar?"
"Aku tidak tahu, akan tetapi itulah yang terlihat olehku. Kalian dari Divisi
Intelijen tentunya dapat mengetahui semuanya lebih jelas saat sudah menangkap mereka."
Cuckoo berdiri dan berkata, "Baiklah, menempa besi harus selagi panas, data itu
baru dan masih hangat sebaiknya kalian memprosesnya secepat mungkin sebelum data itu
mendingin. Semakin sedikit yang mengetahui hal ini akan semakin bagus. Maukah kamu
mengembalikan flash disk ku itu?" Albert melirik pada Cuckoo. "Bukankah kamu memberikannya pada kami sebagai
barang contoh?" "Hahaha, aku memberikan informasi padamu sebagai barang contoh tapi flash disk
itu bukan barang contoh dan tidak untuk dijual," kata Cuckoo.
Albert mengetikkan jarinya pada layar komputernya dan memindahkan semua isi data
dari flash disk ke dalam laptopnya yang kemudian mengembalikan flash disk tersebut
pada Cukcoo. "Katakan Cuckoo, bagaimana kamu bisa mengetahui mereka semua adalah
Kelompok Pembebas dan bukan penjahat biasa?"
Sebuah kabut biru muncul di tangan Cuckoo dan terbang menabrak tubuh Albert dan
seketika kabut itu membentuk bayangan Harimau. "Seperti itu dan sampai jumpa." Cuckoo
mendadak menghilang mengejutkan kedua orang itu.
~ 631 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa yang akan kita lakukan, Sir?" tanya Michelle pada pemimpinnya setelah
kepergian Cuckoo. "Rahasiakan ini dari yang lainnya dan," Albert masih menatap layar di laptopnya,
"Aku akan menghubungi divisi lain untuk bersiap-siap bergerak secara serentak jika data
ini valid." Albert menekan sebuah telepon di atas mejanya dan berkata, "Siapkan enam orang
pasukan khusus untuk menculik orang dan laporkan padaku setelah mereka siap." Tangan
Albert bergerak dan matanya berkeliaran di antara data-data yang ada, akhirnya ia
memilih enam buah data diri yang dilengkapi dengan foto kamar mereka. "Kita akan menculik
enam orang di antara semuanya yang kupilih secara acak dan jika mereka semua adalah anggota
Kelompok Pembebas. Maka dalam satu jam semua orang dalam data ini dan markas
Kelompok Pembebas di dalamnya akan menjadi sasaran operasi BtP Internasional."
Michelle menggangguk. *** Aku kembali ke ruangan penginapan dan melihat semua kertas, laptop dan benda-
benda lainnya yang tersisa. Semua ini adalah benda berbahaya dan aku sudah tidak
membutuhkannya lagi setelah aku akan menyimpan semua data mereka dalam sebuah
flash disk cadangan untuk diriku sendiri. Nadia terlihat sedang menatap layar
laptopnya, "Jaime aku benar-benar tidak percaya ada begitu banyak alinergi yang tidak terdaftar
pada BtP." "Kamu akan segera mengetahuinya nanti," kataku menatap dirinya.
"Aku?" balas Nadia.
Aku tersenyum, "Kelak kamu akan menjadi finder untuk menemukan mereka." Nadia
melihat padaku dan terlihat sedih. "Jangan cemberut. Ayo kerja," kataku dan
mendadak seluruh benda di dalam kamar, peta, kertas-kertas, laptop, telepon genggam,
printer, papan whiteboard dan semua perlengkapan lainnya, kecuali LXX-ku terbang berkumpul di
tengah- tengah ruangan membentuk sebuah bola besar. Aku juga mengerahkan kekuatanku agar
Nadia dan diriku perlahan-lahan terbang di atas lantai kamar penginapan.
"Jaime, apa yang kamu lakukan?" Nadia terkejut.
"Kamu akan tahu nantinya," kataku tertawa. Jendela penginapan yang besar terbuka
dan kami berdua terbang keluar di atas pepohonan Sakura dan memasuki kegelapan langit
menuju ke tengah hutan. Udara dingin bertiup menyambut kami dan rambut Nadia terlihat
berkibar ditiup angin, tak lama kemudian kami mendarat di sebuah tempat di tengah hutan
di mana aku mengumpulkan semua benda-benda itu dan melemparkan flash disk yang sudah
disentuh oleh pemimpin Divisi Intelijen ke dalamnya. Aku kemudian mengingat penyerang
yang ~ 632 ~ - B L E S S E D H E A R T -
membakar rumahku untuk menyalakan api di kedua tanganku dan membakar semua benda
itu menjadi cairan plastik dan abu.
Di dunia ini ada begitu banyak alinergi luar biasa yang dapat melacak jejak
hanya dari benda yang pernah digunakan sasaran mereka dan aku tidak ingin mengambil risiko
ketahuan. Flash disk tadi jika tidak kubawa pulang, mungkin akan berakhir di tangan beberapa
alinergi yang dapat membaca jejakku pada benda itu dan membuatku ketahuan. Yang pastinya
dengan benda-benda yang hancur terbakar menjadi cairan maupun abu yang tersebar di
udara tentu tidak akan ada yang bisa mendeteksi kami lagi.
Bersih sudah semua jejak yang ada.
"Tugas sudah selesai, sebaiknya kita membersihkan diri," kataku tertawa sambil
memikirkan jalan untuk mengembalikan kekuatan Nadia.
"Druk... drum ... dumm ... dum ...!!!" Kembang api menyala di kejauhan langit
malam. "Apakah ada perayaan?" tanyaku menatap Nadia dan membawanya terbang ke atas
sambil melihat pada hamparan lampu-lampu perkotaan serta kembang api yang masih meledak
di kegelapan langit. "Ya," sahut Nadia yang matanya berbinar melihat keindahan itu, "Nyonya pemilik
penginapan tadi menyarankan kita untuk ke sana, katanya hari ini ada perayaan di
kuil kota hingga larut malam."
Mataku mendadak ikut berbinar. "Kita ke sana?" tanyaku.
*** Nadia harus mengakui jauh dalam dirinya sebenarnya merasa sangat cemas akan
keadaan dirinya yang sama sekali tidak menunjukan perubahan apa pun juga. Dalam beberapa
hari ia akan segera menjadi buroanan divisi penelitan. Ia sudah mencoba kekuatannya
berkali-kali selama Jaime tidak ada namun sama sekali tidak memiliki perubahan apa pun juga.
Ia menatap Jaime, tidak ingin membebani pria yang belakangan ini sudah bekerja
begitu keras. Mungkin ada baiknya ia melepaskan beban pikirannya hari ini, melepaskan
kekhawatiran dan menikmati saat-saat mereka berdua.
Nadia tersenyum ceria dan menjawab, "Tentu saja."
*** Kami pun terbang kembali ke penginapan dan dari sana kami berdua diantar oleh
bus penginapan ke kota. Perayaannya benar-benar begitu meriah dan padat pengunjung.
Ada ~ 633 ~ - B L E S S E D H E A R T -
begitu banyak warung-warung yang berjejer didandani dengan lampu berwarna-warni
dan menjual segala jenis makanan ringan. Nadia memakai pakaian khas tempat ini,
sebuah kimono berwarna merah muda dengan motif bunga Sakura berwarna pink yang dijual
oleh Nyonya pemilik penginapan. Aku baru mengetahui jika dia juga memiliki pekerjaan
sampingan menjual kimono khas negara ini bagi tamu-tamu dari luar negeri.
Melihat Nadia dalam pakaian itu, aku tidak tergoda oleh kecantikannya dan juga cara pengaturan
rambutnya. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana agar dia mau menikahiku dan terus
membiarkan diriku berada di sisinya untuk melayaninya dan mencintainya hingga 100 tahun ke
depan. Aku menatap Nadia yang tertawa-tawa dan menarik nafas dalam-dalam.
Yah Tuhan, aku tahu aku adalah orang egois karena meminta terlalu banyak, tapi
kamu boleh melupakan semua permintaanku yang sebelum-sebelumnya dan sebagai gantinya
yang satu ini mohon Engkau mengabulkannya. Biarkanlah aku dapat membahagiakannya
seumur hidupku. Kami berjalan di antara banyaknya kerumunan orang. Aku segera menggenggam
tangannya agar tidak terpisah dan dia membalas menggenggam tanganku membuatku merasakan
hangat jari-jarinya. *** Nadia melihat keindahan sekeliling dan tanpa sadar matanya basah dan berusaha
menutupinya dari Jaime. Ia hanya memikirkan jika ia harus menjadi rabbit, ia
ingin saat-saat seperti ini, saat ia berduaan dengan Jaime akan menjadi kenangan terindah
baginya dan jika bisa. Air mata Nadia menetes.
Semoga semuanya tidak pernah berakhir.
*** Lampu-lampu jalanan, ledakan kembang api, lampu warna-warni sepanjang toko,
anak-anak yang tertawa berlarian, pasangan muda yang saling menggoda, hati yang mencintai
dan kekasihku di sampingku. Ingin rasanya aku hidup seperti ini terus menerus.
Aku menatap langit yang gelap dan untuk saat ini mengenai Kelompok Pembebas. aku
hanya bisa bertaruh. Setelah ini semuanya akan kuberikan pada Nadia untuk
melindunginya dari BtP atau siapa pun juga, tidak akan kubiarkan siapa pun melukainya.
*** ~ 634 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Bagaimana laporannya?" tanya Albert dari ruangan kerjanya.
"Sir, dari enam orang yang menjadi target operasi kali ini, tiga orang alinergi
tertangkap dan berhasil dibius sedangkan dua orang bunuh diri menjadi cairan dan kami tidak
dapat menemukan jejak seseorang lagi. Mindreader kami sudah memeriksa pikiran mereka
dan mereka positif adalah anggota Kelompok Pembebas daerah kota Viginia."
"Baiklah, tunggu perintahku selanjutnya," kata Albert menutup telepon dan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik nafas dalam-dalam serta bersandar. Ia menekan sebuah telepon menuju pada sekretarisnya
dan berkata, "Kumpulkan semua pemimpin divisi akan ada rapat darurat dalam 15 menit
dan suruh Michelle menghadap ke kantorku."
Tidak berapa lama Michelle tiba dalam ruangan dan dipersilakan duduk.
"Informasi ini valid," kata Albert tersenyum menatap Michelle. "Apakah kamu
memiliki gambaran siapa Cuckoo dan mengapa dia menghubungi nomor teleponmu?"
"Tidak, Sir," jawab Michelle.
Jari Albert kembali terketuk berirama di atas meja kerjanya. "Baiklah, aku ingin
kamu membuat rencana untuk menutupi kerusakan dan kerugian akibat aktivitas Kelompok
Pembebas pada satu tahun terakhir pada Viginia."
"Apa kita akan mengganti kerugian mereka?"
"Yah, hanya apabila kerusakan itu tidak diganti rugi oleh asuransi dan bukan
milik umum yang akan diganti oleh pemerintah kota setempat," kata Albert tersenyum senang.
"Dan aku yakin mobilmu serta apartemenmu memiliki ganti rugi asuransinya juga."
Michelle hanya dapat balas tersenyum.
Jika demikian dapat dikatakan hampir semua kerusakan ditutupi oleh asuransi dan
pemerintahan kota kecuali tempat tinggal Jaime.
*** Master melihat kendaraan keluar dari Markas Besar BtP Graceland dalam jumlah
yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Beberapa helikopter militer dan ambulans terbang
keluar yang membuat seakan-akan seluruh isi Markas Besar BtP Graceland bertaburan keluar.
"Apa yang terjadi?" tanya Madame pada Master. "Apakah akan terjadi perang?"
Master hanya dapat menggelengkan kepala.
Ratusan anggota BtP dari daerah Graceland bekerja sama dengan ratusan anggota
BtP dari seluruh negara terlihat bergabung dengan ratusan personil kepolisian dan tentara
keamanan ~ 635 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Viginia. Mereka mulai memenuhi dan mengepung begitu banyak rumah-rumah yang
dicurigai di berbagai sudut kota dan memblokade tempat-tempat persembunyian yang
dicurigai di kota Viginia.
Gerakan mereka cepat dan serentak di semua tempat. Tak berapa lama kemudian
siaran berita di mana-mana mulai mengabarkan secara langsung kekacauan yang terjadi di
Viginia. "... Anggota-anggota BtP dan para petugas secara serentak mulai menangkap puluhan
alinergi yang diduga kuat sebagai anggota Kelompok Pembebas...."
"... Ratusan senjata dan bahan peledak dari berbagai lokasi tersembunyi di Viginia
berhasil diamankan meski pada beberapa tempat terjadi pertempuran yang mengakibatkan
korban luka di kedua belah pihak dan ledakan di mana-mana..."
"... Kelompok Pembebas sedang dalam keadaan lengah dan tidak memiliki persiapan
apa pun sehingga korban jiwa hanya terdapat di pihak Kelompok Pembebas ..."
Penangkapan besar-besaran ini menghiasi siaran berita utama di seluruh negara.
*** Pada ruang rapat utama para pemimpin Divisi BtP Pusat terlihat mereka sedang
mengikuti apa yang sedang terjadi di Viginia bersama-sama. Salah seorang pemimpin Divisi
Pertahanan melihat pada Albert. "Kali ini Divisi Intelijen berjasa besar," sahutnya sambil
tertawa. Albert hanya tersenyum membalas sambil menatap kosong hasil lapaoran yang sedang masuk.
Siapakah Cuckoo sebenarnya" Siapakah pemimpin Kelompok Pembebas itu" Dan mengapa
Viginia" Apakah semua ini berhubungan dengan rencana Sherry empat tahun lalu"
Aku harus menanyakan hal itu padanya.
*** Vito menatap siaran televisi dengan Xian di sampingnya. "Aku menyuruh muridmu
untuk memberikan pukulan keras untuk Kelompok Pembebas di Viginia, tapi dia bahkan
melucuti hingga ke bulu-bulunya. Murid yang mengagumkan," kata Vito tertawa dan Xian
hanya diam menatap layar televisi. "Dengan demikian apakah dia akan keluar?" tanya Vito.
Xian menggangguk. "Kalau dia adalah orang yang kita maksud maka saat ini dia
pasti sudah dipenuhi amarah dan akan menggunakan semua cara untuk mencari Jaime serta segera
membunuhnya." "Yah, sudah menjadi kewajibannya kita utuk mengembalikan dirinya kembali ke
jalan yang benar," Vito menggerakkan jarinya dan seorang bodyguard-nya menggangguk. "Kita
ke tempat Jaime?" ~ 636 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Sebaiknya demikian," balas Xian. "Sebelum terlambat."
*** Pemimpin Kelompok Pembebas itu menatap layar dan segera dipenuhi amarah. "Jaime!
Kamu akan membayar ini semua dengan nyawamu!" Ia segera keluar diikuti dua orang
lainnya. "Empat hari sudah berlalu sejak kita mengejar Jaime. Tanyakan pada
anggota kita apakah mereka masih tidak berhasil melacak Jaime sama sekali hingga saat ini?"
Pempinan itu terlihat benar-benar marah, "Kali ini dia harus mati! Aku akan
membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri. Dendam ini tidak bisa menunggu lebih lama lagi,"
teriak Pempinan itu mengamuk dan sebuah vas bunga dan meja di sampingnya segera meledak
hancur. "Baik," jawab seorang yang mengikutinya.
"Dan kumpulkan seluruh anggota Kelompok Pembebas. Kita akan bersiap-siap
membalas dendam pada BtP, seharusnya seluruh markas mereka sedang kosong saat ini, kita
akan memberikan pukulan telak juga pada mereka," kata pemimpin itu.
*** Kami baru saja kembali dari kuil dan tempat perayaan. Saat ini kami sedang
berjalan santai di dalam kota melihat seisi kota yang terlihat ramai sekali dipenuhi orang berlalu-
lalang dan masih banyak toko yang beroperasi hingga larut malam. Aku melihat di salah satu
layar televisi dalam sebuah toko yang mengabarkan penangkapan alinergi dalam jumlah
besar di daerah Viginia. Layar-layar televisi menunjukkan letusan senjata, pertarungan
kekuatan antar alinergi dan kekacauan besar-besaran.
Nadia menatap televisi itu. "Jaime, apakah kamu yang melakukannya?"
"Tidak, orang BtPlah yang melakukannya," jawabku.
"Apakah mereka akan menjadi rabbit?"
Aku menggelengkan kepala. "Mereka mungkin akan bunuh diri atau mengalami
kerusakan otak sebelum dapat dijadikan rabbit. Seseorang telah bermain-main dengan nyawa
mereka." "Jaime," panggil Nadia mendadak suaranya terdengar berbeda.
"Ya?" Aku melihat wajahnya pucat. "Ada apa, Nadia?"
"Apakah itu orang tua yang kamu panggil Almaria?" Nadia terlihat pucat
mengangkat jarinya menunjuk pada satu sisi jalanan. Aku segera melihat ke arah yang ditunjuk oleh
Nadia, terlihat Max, Almaria dan Rick di sana.
~ 637 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Apa yang mereka lakukan di sini" Dan bagaimana mereka mengetahui tempat ini"
Firasatku menjadi buruk dan tanganku segera mendorong Nadia ke belakangku untuk
melindunginya. Tidak tahu apakah sebaiknya aku menyuruhnya lari atau tetap
berada di dekatku. Yang pasti perasaanku terasa begitu buruk.
"Jaime," panggil Almaria, "Apa kamu bersenang-senang dengan apa yang telah kamu
lakukan?" Bahasa tubuh Almaria terlihat jelas meneriakkan amarah, dendam dan
nafsu pembunuhan padaku. Aku segera mengalirkan seluruh energi ke tubuhku dan Nadia
untuk melindungi kami berdua. "Hampir ratusan alinergi tertangkap hari ini dan aku
mengucapkan selamat atas kerjamu," kata Almaria ringan.
"Terima kasih," kataku melihat sekeliling di mana orang-orang berlalu lalang
tidak merasa terganggu oleh kami, sedangkan Almaria, Rick dan Max berjalan semakin mendekat.
Bagaimana dia mengetahui aku yang melakukannya"
"Kamu tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Kelompok Pembebas untuk
membangun semua itu" Mencari anggotanya dan juga mengumpulkan semua
persenjataannya?" tanya Almaria berhenti berjalan dan menatapku. "Tentu sangat
tidak menyenangkan bagi Ketua Kelompok Pembebas itu melihat kerja kerasnya hancur
dalam hitungan jam." "Ya," kataku jelas, aku merasa seperti seekor tikus yang sedang diincar seekor
burung elang. "Sebaiknya aku sudah membunuhmu lama sebelum ini terjadi dan sekarang aku ingin
kamu menyerahkan nyawamu padaku sebelum kamu mengakibatkan kerusakan lebih banyak
pada kelompokku," kata Almaria dan wajahnya kini terlihat sangat bengis.
"Ternyata memang kamu," kata sebuah suara di belakang Almaria. Rick, Max dan
Almaria segera berbalik menemukan Vito dan dua orang bodyguard-nya terlihat di belakang
mereka. "Seharusnya kamu tidak melakukan perbuatan sejahat ini," kata Xian yang tiba-
tiba muncul di samping kami. Almaria melihat ke sekeliling, "Kakak, apa yang kalian maksud?"
"Kamu adalah ketua Kelompok Pembebas. Dan mengapa kamu memanipulasi ingatan
mereka?" tanya Vito, "Bahkan menanam pikiran jahat pada mereka sehingga mereka
akan bunuh diri." Almaria menatap Vito dan Xian serta mendadak mengamuk. "Jika BtP membuat anggota
mereka, mengapa aku tidak bisa membuat anggotaku sendiri" Apakah ini semua
karena kakak-kakak sekalian lebih membela Sherry?"
~ 638 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Adik, sadarlah," kata Xian.
Aku menatap Almaria yang marah dan berkata, "Suatu saat nanti Kelompok Pembebas
akan sama besarnya dengan BtP yang didirikan bajingan Sherry itu," terlihat wajah
Almaria bengis dan juga tersirat penderitaan mendalam.
"Adik, dendam telah membuatmu gila dan telah meracuni hatimu yang bersih," kata
Xian. "Ingatlah pesan Guru padamu."
Almaria terlihat marah dan menatap ke arahku, "Karena kamu semuanya menjadi
kacau." Mendadak Almaria menunjuk jari keriputnya padaku dan berteriak, "Keluarlah
kelinci kecilku dan serahkan nyawanya padaku."
Mendadak aku mendengar suara-suara tinggi berteriak dalam pikiranku. Seluruh
ketakutan, kebencian, kemarahan, kesedihan, penderitaan dan kegilaan berlompatan dan
berlarian memenuhi pikiranku, merobek-robek kewarasanku dan memberikan rasa sakit yang
menyengat. Aku berteriak keras sekali.
Tubuhku berbunyi berderak-derak dan aku memegang kepalaku seakan-akan seluruh
dunia sedang berputar. Tubuhku terjatuh dan aku terus berteriak-teriak sambil memegang
kepalaku yang terasa sakit sekali. Aku segera membenturkan kepalaku ke aspal jalanan
ingin mengurangi rasa sakit di kepala.
Jika Nadia saat itu berada di sampingku, aku tidak lagi mengetahuinya. Kematian
adalah satu-satunya jalan keselamatanku. Dengan seluruh kekuatanku, aku kembali
mengantamkan kepalaku ke pemukaan aspal berharap seluruh rasa sakit di kepalaku dan
penderitaan ini akan hilang. Kepalaku mengalirkan darah, akan tetapi belum dapat menghilangkan
kesakitan ini. Aku akan terus menghantamkan kepalaku pada lantai hingga rasa sakit luar biasa
ini menghilang meski pada saat itu nyawaku sudah menghilang.
~ 639 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 38 KEBENARAN DI BALIK MUSUH Aku berteriak putus asa. Teriakanku mengguncang sekeliling dan beberapa orang
yang berkeliaran di sekitarku terkejut serta menjauhi dan menatapku dengan tatapan
penuh tanda tanya. Kegilaanku mencapai puncak bersamaan kepalaku menghajar aspal berkali-
kali. Sesuatu mulai muncul membakar diriku dari dalam, kesedihan, keputus-asaan,
ketakutan dan semua emosi negatif dalam diriku biasanya akan berubah menjadi satu emosi saja.
KEMARAHAN. Aku berteriak keras karena gila dan marah, mataku yang buas menatap pada Almaria
yang sedang tersenyum. Dialah sumber dari semua masalahku.
Dengan cepat aku melompat tiba di depannya menghajar wajahnya bertubi-tubi dan
mendorongnya hingga jatuh ke permukaan aspal. Almaria segera menerjangku dengan
sebuah ledakan energi tapi aku segera mengerahkan kekuatan yang sama untuk
membatalkan terjangan kekuatan itu dan menduduki dadanya. Tanganku terus bergerak menghajar
wajahnya dengan niat menghancurkan tanganku sendiri, kepalaku terasa sakit
sekali. Aku ~ 640 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik kerah bajunya dan menghantamkan kepalaku pada dahi maupun wajahnya
berkali- kali. Aku berteriak keras, aku ingin rasa sakit di kepalaku hilang dengan cara apa pun
juga. Max muncul di sampingku mengerahkan kekuatan pikirannya menyuruhku berhenti. Aku
berteriak tidak senang karena terganggu dan menerjang pikirannya, mengirimkan seluruh
kegilaan dalam pikiranku kepadanya. Seketika itu juga wajahnya berubah. Ia berteriak
memegang kepalanya dan berteriak-teriak kalap serta tubuhnya terjatuh kejang-kejang. Rick
muncul di belakangku dan menarik diriku untuk menjauhi Almaria akan tetapi siku lenganku
menerjang memasuki rusuknya tanpa ampun yang membuatnya terpelanting karena sudah niatku
untuk menghancurkan sikuku sendiri. Tubuh Rick terbang mencium aspal dan mengakibatkan
sebuah mobil terpaksa berhenti mendadak di jalanan untuk tidak menabraknya. Ia
berteriak kesakitan dan segera menghilang dari tempat ini.
Beberapa wanita berteriak dan anak-anak menangis menjauhi kami. Aku kembali
memukuli Almaria, ingin menghancurkan tubuhku sendiri dengan mengadunya kepada orang yang
kubenci. Darah terpercik di sekeliling wajahku dan kedua tanganku sudah basah
oleh darah. Darah dari tanganku sendiri, aku melihat Almaria yang tersenyum menatapku karena
kini tubuhnya telah berubah menjadi berlian, terasa sangat keras. Aku tidak perduli,
aku mengerahkan kekuatanku dan menyerap kekuatan Almaria. Kedua kepalan tanganku
berubah seperti berlian dan menghajar wajah dan tubuhnya terus menerus. Berlian
menghajar berlian dengan kekuatan tinggi, suara keras berbunyi berirama dan mengerikan.
*** Rick menghilang dan muncul di salah satu markas Kelompok Pembebas Internasional.
Di sana sudah berkumpul sekitar dua ratusan orang alinergi pemberontak bersenjata
lengkap. "Rick," panggil seseorang di sana. "Di mana ketua" Bukannya kita disuruh
berkumpul untuk menyerang markas BtP untuk membalas dendam?"
Rick muntah darah sambil memegang rusuknya. "Lupakan itu, nyawa ketua dalam
bahaya kita harus segera menolongnya. Semua teleporter bantulah untuk membawa semua
anggota menuju ke tempat itu."
*** Vito dan Xian mendekatiku sambil berteriak, "Jaime hentikan."
Akan tetapi aku malah mengangkat tubuh Almaria dan melemparkannya ke arah mereka
yang ternyata luput. Tubuh Almaria yang keras menghantam tiang listik membuat tiang
tersebut langsung patah jatuh menimpa sebuah rumah. Orang-orang mulai berlarian menjauhi
kami, sedangkan diriku kembali menerjang maju ke arah Almaria dan mengangkat tubuhnya
ke atas ~ 641 ~ - B L E S S E D H E A R T -
serta membanting kepalanya ke atas aspal yang membuat aspal berlubang seketika.
Dari arah lain muncul puluhan orang yang mulai menyerangku dengan tembakan sambil
berteriak, "Lepaskan Ketua."
Aku tidak perduli dan terus menggerakkankan tangan dan kakiku menghajar tubuh
Almaria. Dia berkali-kali membalas pukulanku tapi aku tidak dapat merasakan apapun juga.
Rasa sakit dalam tubuhku begitu menyiksa. Aku hanya ingin menghancurkan diriku sendiri
hingga aku tidak merasakan apa pun lagi.
Mereka para alinergi itu mulai menembakiku dengan kekuatan alinergi mereka
seperti api, listrik, getaran energi dan juga senjata peledak lainnya. Akan tetapi tubuhku
persis seperti berlian sehingga ledakan dan tembakan mereka hanya melontarkan diriku yang
sambil memegang Almaria, sama sekali tidak terasa sakit di badanku. Aku berdiri dan
meraung keras sekali. AKU INGIN MEREKA MENGHANCURKAN TUBUHKU!!!!
*** "Almaria!! Hentikan perbuatanmu pada Jaime," teriak Xian pada pikiran Almaria.
"Atau dia akan membunuhmu." Almaria yang masih dalam pegangan Jaime tertawa dalam pikiran, "Aku ingin tahu
lebih cepat anak muda ini mati atau diriku."
Almaria mendesah dalam batinnya, sebenarnya dia sudah tidak dapat menarik
kembali pikiran jahat itu setelah dikeluarkan. Pikiran dan rasa sakit itu hanya berhenti
saat penderitanya mati. Untuk saat ini Xian sendiri pun tidak akan dapat menidurkan
pikiran Jaime. *** Kepalaku rasanya sakit sekali, aku ingin mereka melumatkan tubuhku dan
mengeluarkan rasa sakit dari tubuhku, membebaskanku dari penderitaan ini. Almaria sendiri dari
tadi berteriak mencoba menyerangku dengan kekuatannya namun sebelah tanganku yang memegang
Almaria, sampai mati pun tidak akan kulepaskan. Aku mulai terus menghajar wajah
Almaria, keras sekali, getarannya bahkan terasa sampai seluruh tubuhku. Seorang pria
bertubuh besar datang mendekatiku, aku dapat melihat tubuhnya berkilat seperti baja dan
mendekatiku untuk menangkapku, tanganku yang lain segera menghajar tangannya yang terulur untuk
menangkapku. Tangan baja itu segera remuk dan hancur membuatnya terjongkok
menjerit kesakitan, tanganku yang lain mengangkat tubuh Almaria dan melayangkannya pada
pria itu, menghancurkannya. ~ 642 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian, Vito dan dua orang bodyguard-nya sedang sibuk mengurus beberapa anggota
Kelompok Pembebas yang tiba. Aku merasa begitu kesal dan marah karena pukulanku
tidak dapat memasuki tubuh Almaria. Kedua tanganku memegang sebelah tangannya dan
menjatuhkan dirinya pada aspal jalanan serta mulai menendangnya bagian ketiaknya
keras sekali. Aku juga telah mencoba menginjak-injak wajahnya dan karena tidak
memberikan hasil sama sekali, aku segera menginjak tubuhnya ke bawah dan menarik sebelah
tangannya dengan niat mencabik tangannya copot dari tubuh. Sebuah roket meluncur ke arahku
dan meledak. Membuat diriku dan Almaria terbang membentur sebuah dinding pertokoan
dan menghancurkan dinding tersebut. Suara teriakan orang dari dalam toko terdengar
berlarian keluar. "Arggghhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!" Aku berteriak keras dan bangkit kembali sambil
menarik tangan Almaria yang berbentuk berlian mematahkannya ke arah berlawanan ke
belakang tubuhnya sambil menginjak punggungnya. Almaria akhirnya berteriak-teriak mulai
merasa kesakitan, tapi aku sudah tidak mendengar sepatah kata pun darinya. Pikiranku
menggila dan kesakitan menyiksa diriku teramat sangat. Rasa sakit, penderitaan ini dan
semuanya aku mulai mengalirkan semua kemarahanku pada tangan Almaria, mencabik, menendang dan
menarik sekuat tenaga. Hingga... terdengar suara berderik keras dan teriakan kesakitan Almaria. Tangan
itu tercabik lepas dari tangannya dan aku berteriak puas penuh kebuasan dan mengayunkan
tangan Almaria menghajar wajahnya sendiri yang berteriak kesakitan. Vito dan Xian yang
mendengar teriakan Almaria menatapku seketika keduanya segera melesat ke arahku,
Vito menyerangku dengan sebuah kekuatan tidak terlihat yang membuatku terbang ke
belakang kembali menembus dinding kamar dalam rumah dan Xian terlihat terbang ke arah
Almaria. Aku mengamuk dan segera bangkit meluncur terbang ke arah Almaria, tidak akan
membiarkannya lolos, namun saat aku mengarahkan tanganku untuk menangkap
Almaria. Xian yang mengandeng Almaria langsung menghilang dari hadapanku. Saat itu
tubuhku kembali diserang dengan berbagai kekuatan, senjata api dan tembakan roket. Aku
segera meluncur ke arah mereka, menghajar mereka dengan satu pukulan untuk satu orang,
tubuhku begitu keras dan tanganku juga sangat keras membuat tubuh mereka terasa seperti
tahu lunak. Saat tanganku menerobos ke dalam tubuh mereka, mereka langsung rubuh dalam satu
pukulan. Tubuhku berlumuran darah dari kepala hingga kaki. Kepalaku sakit, aku
berteriak marah dan menghajar siapa pun yang masih berdiri di sekelilingku.
Siapa pun yang berada di sana.
Aku terus melaju ke arah mana saja datangnya tembakan yang menghujaniku dan
terus menerjang siapa pun yang bergerak hingga tembakan dan ledakan pada akhirnya
berhenti ~ 643 ~ - B L E S S E D H E A R T -
semua. Tidak ada teriakan lagi, tidak ada suara apa pun lagi dan di sekelilingku
tiada berdiri seorang pun juga. Hanya kesunyian, kegelapan dan genangan darah bersama serakan
tubuh yang tidak lagi bergerak yang ada, semuanya menjadi hening. Aku kembali
merasakan kesakitan menjalari seluruh tubuh dan sarafku, mengila kembali dan menghantamkan
kepalaku ke permukaan aspal dan membuat lubang besar karena kepalaku dan tubuhku
sekeras berlian. Aku melihat sesosok tubuh sedang bergerak mendekatiku,
kemarahan langsung mengambil alih tubuhku dan segera meluncur ke sana sambil menggerakkan
tanganku hendak melancarkan serangan.
Nafasku tertahan untuk sejenak, aku melihat Nadia yang mendekatiku dengan wajah
pucat. Semuanya seolah-olah bergerak begitu lambat, tanganku yang berbentuk berlian
terarah pada tubuhnya dan sedang melaju menghajar tubuhnya.
Tanganku akan segera menembus tubuhnya dan menghancurkan seluruh daging dan
tulang- tulangnya. Semuanya bergerak begitu lambat.
Tanganku terus bergerak dan mata Nadia terlihat ketakutan.
Tidak. Tanganku masih melayang mendekati tubuhnya.
TIDAK!!!! Dengan segenap kekuatan, tanganku dipaksa berbelok arah namun tetap saja
tanganku mengenai tangannya dan menghajar tubuhnya hingga kakinya terdorong meninggalkan
permukaan jalan. TIDAKKKKK!!!! Aku melihat tubuh Nadia melayang jauh dan kimononya melambai-lamba terjatuh
sekitar lima atau tujuh meter ke belakang, menghajar permukaan jalan dan terguling
hingga akhirnya berhenti, terbujur tidak bergerak. Hatiku hancur dan amarahku seketika berhenti
bergejolak, tubuhku menjadi kaku dan perlahan-lahan mencoba bergerak mendekati Nadia yang
terlihat tergeletak di tanah dengan tangannya yang patah ke arah yang tidak wajar. Darah
membasahi pakaiannya dari dalam tubuh dan menggenang di aspal. Kakiku melangkah selangkah
demi selangkah ke arahnya, terasa begitu berat, aku merasa tidak bernafas sama
sekali. Pikiranku penuh, namun seolah-olah semuanya berhenti bersamaan. Saat tubuhku tepat berdiri
di samping tubuh Nadia. Aku mencoba melihatnya lebih jelas, mulutnya mengalirkan
darah dan genangan darah yang keluar dari tubuhnya semakin melebar, merah dan kental.
~ 644 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Seluruh kegilaan dan amarah dalam pikiranku berhenti seakan-akan menunggu
sesuatu. Nyawa Nadia adalah segala-galanya bagiku lebih dari nyawaku.
Aku terdiam. Seketika tubuh Nadia bergerak dan menatapku. "Ka... kamu tidak
apa ... pa?" tanyaku dan dengan sangat cepat menunduk ke arahnya hendak memeluknya, akan
tetapi tubuhku masih sekeras berlian dan bahkan berlumuran darah.
"Ja ... Jaime ... jangan mengamuk lagi...," katanya pucat dan memaksa sebelah
tangannya yang lain menyentuh pipiku..
"Jangan menyakiti dirimu lagi," katanya tersenyum dan tangan Nadia terjatuh ke
aspal jalanan, dia kehilangan kesadaran. Semua kemarahan dan kegilaan emosiku hilang
berganti dengan satu emosi yang lebih kental.
Ketakutan. Ketakutan akan kehilangan dirinya. Aku berteriak keras, meraung dengan air mata
yang membasahi mataku. Tubuhku segera berubah kembali menjadi normal dan aku
menyentuhnya untuk mengalirkan energi dan menghilang dari jalanan. Membawanya
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ke kamar penginapan kami. Di sana pikiranku bergejolak kembali dan
semampu mungkin aku menahannya. Tubuh dan jari-jariku bergetar keras, tapi aku harus melakukan sesuatu. Aku
menyentuh tangannya dan seperti orang mabuk yang berusaha memfokuskan diri, aku mencoba
menembus kabut pikiranku. Mencari kesadaranku agar dapat menggunakan kekuatan
yang bisa mengembalikan semua sel-sel tubuh Nadia ke beberapa saat sebelumnya. Akan
tetapi pikiranku seperti berkabut tebal tidak dapat menemukan apa pun yang kuinginkan.
Pikiranku penuh kekacauan dan emosi-emosi yang saling mengigit meminta perhatian. Aku
tidak mampu menggunakan kekuatanku, setiap kali aku mencoba menggunakannya kekuatan
itu mengalir keluar dari tanganku seperti pasir yang meluncur dari sela-sela jariku.
Aku tetap mencoba, memohon agar tubuh Nadia kembali ke kondisinya dua jam yang
lalu. Seperti membaca mantra aku memegang tangannya dan bibirku berulang-ulang kali
berbisik. "Kembali ke waktu dua jam lalu...," bisikku pada diriku sendiri.
"Kembali ke dua jam yang lalu..."
Di saat kami masih bersenang-senang, di saat Nadia masih tersenyum menatapku. Di
saat kami masih berjalan bergandengan tangan bersama-sama.
"Kembali ke saat itu." Tanganku menggenggam tangan Nadia lebih erat lagi. Air
mataku mengalir. Nafas Nadia semakin berat dan bibirnya bergerak memuntahkan darah,
mungkin ~ 645 ~ - B L E S S E D H E A R T -
rusuknya patah dan menancap pada organ tubuhnya, darahnya sudah membasahi
kimononya dan juga tatami penginapan, membentuk bercak darah yang besar. Tangannya semakin
dingin. Dadanya terlihat kembang-kempis dengan cara yang tidak wajar.
Ya Tuhan. Aku begitu ketakutan. Air mataku mengalir, tubuhku mengigil namun kabut di dalam
pikiranku tidak kunjung sirna. Kabut-kabut kemarahan, kebencian keputusan-asaan
membanjiri pikiranku dan emosi itu perlahan-lahan semakin merayapi tubuhku
kembali, semakin kuat menerjang pikiran dan tubuhku. Aku akan kembali kehilangan
kesadaranku dan kini emosi ketakutan sedang merayapiku, air mataku mengalir tidak berdaya,
tanganku gemetar menatap Nadia. Ya Tuhan... Aku mengangkat lenganku ke mulut dan membiarkan gigiku menggigit lenganku keras-
keras hingga mengeluarkan darah. Aku harus sadar, berharap rasa sakit bisa mengirimkan
kesadaran dan kejernihan pada pikiranku.
Pikiranku harus jernih. Nadia kembali muntah darah, aku meneteskan air mata putus asa. Aku harus sadar,
harus sadar, bagaimanapun juga.
Yah Tuhan, tolonglah aku, tolonglah dirinya.
Aku memegang tangan Nadia semakin erat, menutup mata memohon dengan sungguh-
sungguh sepenuh hatiku. Aku tidak memiliki apa pun lagi yang bisa kuandalkan.
Hanya kepadaNya-lah aku dapat berserah pada saat semua dayaku tidak berarti dan dalam
kesulitan tanpa jalan keluar. Yah Tuhan, aku membutuhkanMu.
Mendadak seluruh tubuhku terasa bergetar oleh sebuah energi atau getaran yang
bergulung- gulung merayap dan meledak-ledak dalam diriku dan membuatku muntah. Aku
memuntahkan apa pun juga dalam perutku, air mataku mengalir, ingusku mengalir
entah bagaimana dan saat itu mendadak untuk sejenak seluruh pikiranku menjadi jernih.
Waktu seakan-akan berhenti begitu juga udara yang berhembus. Aku segera memegang
tangan Nadia menutup mata langsung mengerahkan kekuatanku pada tubuh Nadia.
"Kumohon, kembali ke dua jam yang lalu," bisikku menyalurkan energi agar seluruh
sel tubuhnya kembali ke dua jam yang lalu.
~ 646 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tangannya yang patah menghadap ke arah lain kini perlahan-lahan bergerak kembali
ke arah normal, darahnya berhenti mengalir, dadanya yang kembang-kempis dengan cepat
mulai melambat dan nafasnya terdengar normal. Semua itu berlangsung dalam sekejap tapi
seakan- akan begitu lama bagiku. Air mataku mengalir deras saat melihat wajahnya mulai memerah kembali dan
bernafas tenang. Perasaanku dipenuhi kelegaan dan aku segera menggerakkan tubuhku
menjauhinya dan menyandar pada dinding di sudut ruangan untuk menangis. Entah mengapa air
mataku tidak dapat berhenti. Aku tidak tahu banyak hal, tapi yang pasti hari ini aku
ketakutan. Aku hampir saja kehilangan nyawaku dan hampir kehilangan nyawa Nadia yang membuatku
sadar, tempatku bukan di sini. Aku tidak akan pernah dapat menjadi pahlawan, aku
hanyalah seorang pengecut, seorang bartender, seorang dari kampung, aku hanya seorang
yang menginginkan kehidupan yang damai dan tenteram. Jika menjadi BtP berarti aku
harus hidup dipenuhi bahaya seperti ini.
Aku tidak menginginkannya.
Air mataku mengalir, kecelakaan mobil, pembunuhan, hari ini aku bahkan membunuh
begitu banyak orang. Apa yang sedang kulakukan di sini" Bermain-main dengan nyawa orang"
Apa yang sedang kulakukan di sini"
Aku tidak tahu lagi. *** Tubuh Nadia masih tertidur. Ia ingat dengan jelas saat Jaime mendadak berteriak
kesakitan mengejutkannya. Mata Jaime menjadi buas dan liar serta ia mulai menyakiti
dirinya sendiri semua itu membuat Nadia ketakutan.
Jaime membenturkan kepalanya dengan kasar, berteriak dan menggeram bagaikan
binatang buas yang terluka. Reaksi pertama dari dirinya secara alamiah adalah menarik
diri menjauh, menyuruhnya agar berlindung dan menjauh dari Jaime, secepatnya. Akan tetapi, ada
bagian dari dirinya yang lain yang ingin berusaha tetap di samping Jaime. Saat ia
berhasil mengumpulkan keberaniannya dan mendekati Jaime ingin membantu, mendadak tubuh
Jaime menyerang ke depan menangkap Almaria dan dengan brutal memukuli Almaria.
Beberapa orang mulai berlarian dan dengan dirinya yang sudah kehilangan kekuatan
alinergi, ia tidak berdaya melakukan apa pun juga dan terpaksa ikut menjauh. Ia hanyalah seorang
manusia biasa di antara dua alinergi yang sedang bertempur.
~ 647 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Berikutnya semakin banyak orang yang berdatangan dibawa oleh beberapa teleporter
untuk menyerang Jaime, namun mereka sama seperti telur yang menabrak batu. Darah
berpercikan ke mana-mana, daging terkoyak dan tubuh tergeletak tidak kehilangan nyawa.
Jalanan di bawah kaki Jaime berwarna merah, darah memercik ke aspal seperti hujan, Jaime
membunuh orang satu per satu. Semua orang berlari menjauhi tempat itu dan Nadia juga
berlindung sambil tetap melihat Jaime dari kejauhan. Dari mana pun ia melihat, ia tidak
mengenal Jaime itu. Jaime yang biasa tersenyum dan lembut padanya kini dengan brutal mencabuti
nyawa orang. Ia ketakutan dan ingin lari menjauh meninggalkan Jaime.
Dia bukan Jaime yang dikenalnya.
Mendadak terdengar teriakan dari Jaime, yang membuat Nadia menatap tubuhnya yang
sudah berlumuran darah itu. Jaime kembali menghajar kepalanya pada aspal, menjerit
kesakitan, seluruh tubuhnya menjerit menunjukkan penderitaan dan kesakitan yang mendalam.
Nadia ketakutan tidak berani mendekati Jaime yang seperti itu. Jaime yang tidak
dikenalnya. Akan tetapi, kakinya melangkah ke tempatnya juga dan berharap ia dapat
menenangkannya. Berikutnya apa yang terjadi sangatlah cepat. Jaime berbalik menatap ke arahnya
dengan penuh kemarahan dan menyerang ke arahnya, memukulnya dengan sangat keras hingga
ia terpelanting jauh dan merasakan sakit yang menyengat. Tapi ia ingat samar-samar
Jaime mendekatinya dan ia berhasil mengatakan apa yang ingin dikatakan padanya,
kemudian ia pun kehilangan kesadaran.
Nadia terbangun dan menatap sekeliling, mendapati dirinya sedang dalam
penginapan. Ia mendengar suara isakan seseorang dan melihat Jaime berada di sudut ruangan
sedang menangis. *** "Jaime," panggil Nadia.
"Nadia," sahutku mendengar namaku dipanggil dan melihat Nadia yang sedang tidur
melihatku sambil mengarahkan tangannya ke arahku. Aku segera merangkak ke
sisinya dan menyambut tangannya. "Kamu baik-baik saja?"
Tangan Nadia yang lain bergerak perlahan menyentuh pipiku yang kotor dan penuh
darah yang mulai mengering. "Mengapa kamu menangis?" tanya Nadia.
Aku menggerakkan tubuhku dan menghapus air mataku. "Aku tidak menangis,"
sahutku. Aku melihat wajah Nadia yang pucat, meski tubuhnya sudah kembali normal, mungkin
ia tetap kekurangan darah. Aku melihat bola matanya, rambut yang mengenai dahinya,
bibirnya yang pucat dan air mataku mengalir kembali.
~ 648 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bagaimana mungkin aku telah berani melayangkan sebuah tanganku padanya" Apa yang
terjadi padaku" "Nadia," kataku membungkuk memeluknya. "Maafkan aku, maafkan aku..."
"Aku tidak apa-apa," kata Nadia memelukku. Cukup lama aku memeluknya hingga
Nadia akhirnya berkata, "Jaime."
"Yah." "Pergilah mandi tubuhmu kotor sekali."
Bibirku menyinggungkan sebuah senyuman. "Apa kamu akan mandi bersamaku" Tubuhmu
juga kotor." "Ya, setelah kamu menikahiku," balas Nadia. Seluruh tubuhku menjadi kaku untuk
sesaat tidak mampu menjawab. Apakah Nadia tidak ketakutan melihatku membunuh begitu
banyak orang, yang bahkan diriku sendiri merasa jijik dan takut melihat diriku sendiri.
Mata Nadia menutup dan tertidur kembali.
Mataku menjadi basah. Yah Tuhan... Kebaikan apa yang sudah kulakukan hingga Engkau begitu mengasihiku.
Aku menangis dalam diam dan membiarkannya tidur. Aku melihat muntahanku dan juga
bekas noda darah di samping Nadia, tidak mungkin aku dapat membersihkan semua
ini. Segera aku mengangkat Nadia dengan kekuatan terbangku membuatnya melayang
selembut mungkin. Kemudian kami keluar dari depan pintu kamar penginapan dan memasuki
sebuah kamar lain tepat di samping kamar kami yang kosong. Pintu penginapan ini masih
tradisional hanya bisa dikunci dari dalam sehingga aku dengan leluasa membuka kamar kosong
itu, menyalakan lampu dan menggelar sebuah kasur untuknya serta membiarkan Nadia
tidur di atasnya. Perlahan-lahan aku menyelimutinya dan kemudian melihat kedua tanganku
yang penuh darah kental yang mulai mengering. Aku pun membuka lemari untuk mengambil
kimono penginapan serta handuk, segera bergegas menuju ke arah pemandian.
Waktu sudah melewati tengah malam sehingga aku tidak menemukan siapa pun di
sana. Aku membersihkan seluruh diriku secepat mungkin dan setelah merasa bersih, aku
keluar menuju ke arah counter penginapan melihat sang nyonya sedang di sana dengan wajah
khawatir. Nyonya itu melihat ke arahku dan segera membuka mulutnya bercerita panjang lebar
membuatku terpaksa mengakses pikirannya.
"Aku mengkhawatirkan kalian hingga tidak bisa tidur," kata Nyonya itu. "Kurata
cemas katanya dia tidak bisa menemukan kalian di kota dan di sana sedang terjadi
kerusuhan." ~ 649 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kurata adalah nama pria supir yang membawa kami ke kota. Kami tadinya
mengingatkannya untuk pulang duluan dan kami akan menggunakan taksi pulang, namun dia berkeras
akan menunggu kami di sebuah warung makan. Aku menepuk dahi dan berkata, "Kami
melupakan Kurata sehingga pulang duluan dengan taksi." Nyonya itu melihatku dan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menceramahiku sedikit sambil pergi ke belakang counter dan kelihatannya menelepon Kurata untuk
memberitahukan bahwa kami sudah sampai di penginapan dan tidak lagi perlu
mencari kami. "Dia akan segera kembali," kata Nyonya itu. "Ada yang kamu butuhkan?"
"Apakah kalian mempunyai minuman?" tanyaku.
Nyonya itu menyebut beberapa nama dan aku memilih satu di antaranya, sekalian
aku mengatakan bahwa aku menyewa kamar sebelah dan akan membayar dua kamar. Nyonya
itu terlihat tidak senang saat aku mengatakan mengambil kamar tanpa persetujuan
darinya, namun setelah aku mengeluarkan uang sewa yang jauh lebih banyak, ia malah
tersenyum. "Dan," Aku mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk Nyonya itu, "Istriku
keguguran dan darahnya menodai tatami ruang pertama, juga ada muntahan, kupikir uang ini
cukup untuk membeli tatami baru." Nyonya itu menatap ke arahku ingin bertanya.
"Kumohon jangan bertanya lebih jauh," kataku dan menambahkan uangnya lagi. "Jika kamu mau
membantu mengganti kimono istriku dan membersihkan tubuhnya aku akan dengan
sangat senang menambahkan uang ini lagi, dia sedang kekurangan darah dan aku tidak tahu
harus melakukan apa lagi." Mataku menjadi basah. "Mohon bantulah dia," bisikku dan
tanganku yang menyerahkan uang bergetar dihadapannya sehingga Nyonya itu menatapku dengan
simpati. "Aku akan membangunkan Marlyn untuk membantuku dan aku akan memeriksanya
sekarang," kata Nyonya itu sedikit cemas.
Aku mengucapkan banyak terima kasih dan menyerahkan lebih banyak uang lagi.
"Jika kamu punya saran apa pun untuk menambah darahnya, aku akan menerima," kataku dan
duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian Nyonya itu membawakanku sebotol minuman, gelas
berisi es dan Marlyn muncul di sampingnya.
"Kami akan pergi melihatnya."
Aku berdiri dan menunduk dalam-dalam pada mereka sambil berkata, "Mohon
bantuannya." Cairan dari botol minuman tertuang memenuhi gelas berisi es dan aku segera
menyesapnya. Rasanya pahit, keras dan terasa pas untukku saat ini.
*** ~ 650 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia terbangun saat merasa seseorang sedang membuka bajunya. "Jaime?" bisik
Nadia. Ia melihat Nyonya pemilik penginapan berada di sampingnya sedang mengeringkan kain
untuk membasuh dirinya. "Maaf, kamu terbangun," kata Nyonya itu sambil mengangkat tangan Nadia dan
membasuhnya dengan air hangat. Suamimu memintaku untuk membersihkan dirimu dan
mengganti pakaianmu. Dia sedang di bawah."
Suami" Jaime" "Maaf merepotkan," kata Nadia yang merasa tubuhnya lemas dan kepalanya sedikit
pusing, mencoba untuk duduk tapi akhirnya tertidur kembali.
"Kamu kehilangan banyak darah, beristirahatlah." Nadia akhirnya diam pasrah
membiarkan tubuhnya dibasuh. "Sayang sekali, kimono mahalmu terkena noda darah mungkin
tidak dapat digunakan lagi dan Marlyn juga sedang mencoba membersihkan noda darah dari
tatami sebelah," kata Nyonya itu sambil bekerja.
"Maaf," bisik Nadia.
"Jangan," sahutnya cepat, "Suamimu sudah mengganti biaya yang cukup untuk
membeli tatami baru. Aku tidak keberatan jika dia mengotori satu atau dua lagi selama
dia menggantinya." Nadia terdiam cukup lama hingga pikirannya mulai jernih dan mengingat kembali
apa yang terjadi. Jaime ...batinnya, jika ia harus jujur, sebenarnya jauh di dalam dirinya,
ia masih takut pada Jaime. Melihat Jaime membantai dengan kejam, bukanlah pemandangan yang
mudah untuk dilupakan dan setiap orang yang waras akan menjauhi orang seperti itu.
Tidak ada yang akan mendekati seorang pembunuh dan tetap merasa tenang apalagi tinggal bersama
dengannya. Tapi Jaime juga menangis penuh penderitaan.
Teringat kembali kejadian tadi Nadia menutup matanya, air matanya mengalir, ia
ketakutan juga merasa begitu lemah tanpa kekuatannya. Ia ingin kekuatannya kembali, ia
ingin bisa berguna dan membantu Jaime dan juga dirinya sendiri. "Suamimu sudah membayarku
untuk tidak bertanya apa yang telah terjadi, tapi jika kamu membutuhkan teman bicara
aku akan dengan senang hati mendengarkannya," kata nyonya itu yang melihat air mata
Nadia. "Ia bukan suamiku, kami belum menikah...," kata Nadia.
Nyonya itu sedikit terkejut, "Oh, maafkan kesalahanku."
"..." ~ 651 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tangan nyonya itu tetap bekerja. "Kamu tahu" Dia membuatku teringat sama
suamiku." Nadia belum pernah melihat suami nyonya itu sama sekali sehingga tidak
mengetahuinya, mungkin suaminya sudah meninggal sehingga dia harus sendirian menjalani
penginapan ini. "Apakah Jaime mirip dengan suami nyonya?"
Nyonya itu melihat Nadia dan tersenyum, "Tidak, sama sekali tidak. Maksudku
caranya melihatmu kupikir sama dengan cara suamiku melihatku."
"Caranya melihat?" tanya Nadia melirik pada Nyonya itu.
"Yah, cara suamiku melihatku seolah-olah akulah satu-satunya wanita di dunia dan
ingin memilikiku sepenuhnya. Dia mungkin akan percaya jika aku mengatakan aku adalah
bidadari dari langit," kata Nyonya itu tertawa. "Umur berapa pun diriku jika ditatap
seperti itu tetap saja membuatku senang dan tersipu."
"Apakah dia menatapku seperti itu?" tanya Nadia tersipu.
Nyonya itu membuka lebar matanya tidak percaya. "Apa kamu tidak melihatnya
menatapmu. Oh... kamu seharusnya melihat pancaran di matanya..."
Nadia menutup matanya. "Apakah dia mencintaiku?" tanya Nadia malu.
"Apa kamu tidak menyukainya?" tanya nyonya itu balik memandang penuh selidik.
Nadia merasa wajahnya begitu memerah. "Aku tidak tahu..." katanya dan kemudian
berbisik, "Aku harap dia mau menikahiku..."
"Biar kuajari bagaimana menyenangkan seorang pria," kata Nyonya itu begitu
semangat. "Seorang wanita harus mampu memuaskan tiga bagian lelaki supaya dia akan lengket
pada wanita itu sepanjang hidupnya. Aku jamin priamu tidak akan pernah melepaskanmu
lagi jika kamu menguasai tiga bagiannya."
"Tiga bagian?" tanya Nadia.
Nyonya itu terlihat senang. "Pertama wanita harus dapat menyenangkan mata
prianya, wanita itu harus dapat tampil menarik untuk dapat mengunci mata pria sehingga ia tidak
akan melirik ke arah lain. Kamu memerlukan kecantikan luar dan dalam. Dan yang kedua
adalah perutnya, perempuan harus pandai memasak sehingga bisa membuat prianya kenyang
dan betah berada di rumah dan yang ketiga, wanita harus bisa menyenangkan bagian
itunya pria..." Nyonya itu terus berceloteh hingga membuat Nadia merasa wajahnya begitu
panas dan malu mendengar pembicaraan dewasa itu. Akan tetapi, tetap saja ia mendengar
dan nyonya itu terus bercerita panjang lebar. Nyonya itu tertawa gembira saat
menyelesaikan ~ 652 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tugasnya dan meninggalkan Nadia yang sedang terbaring di atas kasur dengan
kimono penginapan yang bersih. Nadia mendesah panjang, berpikir.
Apa artinya Jaime bagi dirinya" Seorang pria bertopeng yang membuatnya jatuh
cinta" Seorang bartender yang melayaninya dan juga seorang teman yang dapat berbagi"
Atau apa" Mengapa ia membiarkan dirinya bergantung pada Jaime di saat-saat ia membutuhkan
seseorang" Apakah jauh di dalam dirinya ia menemui Jaime karena percaya ia pasti
akan membantunya" Apakah karena dirinya tahu Jaime mencintainya"
Mengapa hatinya terasa sakit"
*** Aku sedang minum gelas kelima saat pria bernama Kurata pulang. Ia bercerita
panjang lebar tentang apa yang terjadi di kota dan katanya mobil-mobil polisi sudah
berdatangan untuk membereskan semua itu. Nyonya itu akhirnya turun dan mengatakan sudah mengganti
pakaian Nadia, sambil tersenyum aku meminta diri dari mereka dan menuju ke
kamar. Saat masuk aku melihat lampu kamar sudah dimatikan hanya membiarkan sinar bulan
memasuki kamar, Nadia sedang tertidur dan di sampingnya terdapat kasurku yang sudah
digerai, mungkin oleh nyonya rumah itu tepat di samping Nadia.
Aku menyusupkan diri ke dalam kasurku dan menatap langit-langit penginapan yang
remang- remang oleh cahaya bulan. Tidak dapat tidur dan berpikir Almaria adalah ketua
Kelompok Pembebas, sembilan puluhan anggotanya di Viginia tertangkap karenaku dan hari
ini mungkin ada ratusan alinergi yang juga terbunuh. Tugasku pada Vito sudah selesai
dan apa berikutnya yang akan kukerjakan"
"Jaime?" Aku mendengar suara Nadia memanggil. "Ya?" balasku. "Kamu belum tidur" Kamu
membutuhkan sesuatu?"
"Tidak," sahut Nadia.
"Tidurlah kamu butuh istirahat," sahutku lembut.
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Nadia tiba-tiba.
Jantungku berdebar keras. Aku menutup mataku, tidak mengetahui apa pun lagi.
Semua ini terasa begitu menyakitkan. "Aku pernah benar-benar mencintaimu."
"...." Nadia terdiam.
~ 653 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku melanjutkan, "Setelah aku melukaimu, hampir membunuhmu dan menodai kedua
tanganku dengan banyak darah aku tidak tahu lagi apakah aku masih pantas untuk
mencintaimu." Hati ini rasanya sakit sekali, mataku menjadi basah. "Kumohon
jangan membenciku. Aku sudah berubah menjadi sesuatu yang tidak kuketahui."
Tubuh Nadia bergerak mendekati kasurku dan menggenggam tanganku, "Jaime."
"Ya." "Aku sudah berpikir," bisik Nadia menatap ke arahku, "Jika aku kembali ke BtP
maka aku akan diharuskan menjadi seorang finder dan hidupku ke depan mungkin akan seperti
ini. Di mana alinergi-alinergi di luar BtP akan menyerangku dan mungkin akan menggunakan
anggota keluargaku atau orang-orang yang kusayangi untuk mengancam dan
membunuhku." "Mungkin," kataku menggenggam tangannya.
"Aku tidak ingin kembali ke BtP dan tidak membutuhkan kekuatanku lagi," kata
Nadia memutuskan. "Aku mungkin akan mencari tempat baru untuk tinggal menjauhi semua
mengenai alinergi atau BtP." Aku menggerakkan kepalaku menatap ke arahnya dan
Nadia terlihat sedang menatapku. "Maukah kamu menemaniku?" tanya Nadia tersenyum
lembut. Tubuhku bergetar dan perasaanku menjadi begitu sedih. Aku menggerakkan tubuhku
meringkuk dan kedua tanganku menggenggam tangannya. "Nadia," bisikku, "Aku sudah
membunuh orang. Aku juga bukan anggota BtP. Aku hanyalah seorang anak kampung
dari desa yang terpencil. Sejujurnya dalam hatiku aku tidak berani mencintaimu meski
ada bagian yang benar-benar menginginkanmu. Aku tidak berani bermimpi untuk dapat hidup
bersamamu." Aku terisak mengeluarkan seluruh isi hatiku dan kebenarannya.
Tubuh Nadia bergerak dan sebelah tangannya mengusap lembut rambutku, "Jaime."
"Aku benar-benar ingin berada di sampingmu seumur hidupku," kataku, "Begitu
ingin hingga menyesakkan dadaku. Tapi aku juga takut akan melukai dirimu, takut tidak pantas
bagi dirimu." Nadia tersenyum dan jarinya yang lentik memegang pipiku dan mengusap air mataku.
"Kamu cengeng sekali." "Kamu juga," kataku yang melihat air mata Nadia mengalir, tanganku bergerak
memeluknya. Aku benar-benar mencintainya. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan.
"Jaime," bisik Nadia dalam pelukanku, "Aku mencintaimu."
~ 654 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sesuatu yang begitu berat dari hatiku langsung terasa menghilang dan dalam
pelukannya aku merasa menemukan sebuah tempat untuk pulang. Air mataku mengalir dan kami
berpelukan. Untuk pertama kalinya aku menemukan tempatku pada dirinya.
Aku menjadi miliknya dan dia menjadi milikku, berjanji saling memiliki sekarang
sampai
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selama-lamanya. *** Lama kami terdiam dalam keheningan yang dipenuhi cinta dan air mata. Nadia
mendadak berbisik, "Jaime, aku menyukai tempat ini."
"Aku juga," kataku. "Tapi mungkin kita tidak dapat tinggal di sini setelah
kejadian tadi. Pastinya kita akan menemukan tempat yang seperti ini lagi."
Tubuh Nadia bergerak merapat dalam pelukanku. "Jaime, apa yang ingin kamu
lakukan di tempat baru kita nanti?"
Aku menutup mata sejenak dan membayangkan impianku. "Aku pernah punya mimpi
ingin membuka sebuah kafe di sebuah kota kecil dan hidup tenang."
Nadia tersenyum dan tertawa geli. "Dan apakah kamu akan memperbolehkan aku
membantumu?" Aku ikut tertawa kecil. "Tidurlah sekarang, besok kamu boleh memilih di mana
kamu hendak tinggal dan kupikir kita masih memiliki cukup uang untuk membeli sebuah rumah
kecil atau membuka kafe." Nadia menggangguk dan tertidur.
~ 655 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 39 ALMARIA Pada saat Nadia terbangun hari sudah mendekati siang, ia melihat dirinya sedang
tertidur di tempat tidur Jaime. Akan tetapi Jaime tidak ada di sana, sebagai gantinya ia
melihat sebuah memo di samping tempat tidur dan membacanya.
"Aku akan segera kembali."
Nadia memegang memo itu dan menarik nafas dalam-dalam melihat langit-langit kayu
penginapan. "Aku akan menunggumu ," bisik Nadia lirih.
*** Viginia pagi dini hari. Kakiku berdiri di depan pintu kafe dan menarik nafas mempersiapkan diri. Inilah
tempat terakhir di mana aku akan menyelesaikan semuanya. Almaria, aku tidak akan
memaafkannya, ia membuat orang menjadi bonekanya, memaksa orang membunuh diri. Hendak
membunuhku dan telah merengut kekuatan Nadia. Meski Nadia tidak membutuhkan
kekuatannya lagi, akan tetapi aku tidak bisa membiarkan semua ini begitu saja.
Aku tahu Nadia pasti merasa sakit kehilangan kekuatannya meski ia tidak mengatakan apa
pun juga. ~ 656 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Akan tetapi alasan sebenarnya aku datang ke sini adalah karena sebuah ketakutan
dalam diriku yang terus menghantuiku. Jika aku tidak membereskan masalah ini sekarang
untuk selamanya maka di mana pun aku berada kelak dengan Nadia. Bisa saja kami akan
diganggu oleh Almaria dengan sisa kelompoknya dengan alasan dendam atas apa yang sudah
kulakukan terhadap mereka. Dendam memang tidak ada akhirnya. Nadia bisa tetap
kehilangan kekuatannya tapi aku akan memastikan tidak ada ancaman di kehidupan
mendatang di saat kami memulai kehidupan baru. Aku tidak ingin Nadia terluka
lagi. Hari ini adalah hari terakhir untuk memutuskan segalanya. Aku mendorong pintu
Kafe Shangri-la dan menuruni tangga, aku akan melakukan semua cara agar dapat
melepaskan diri dari ikatan dendam ini. Aku juga sudah muak dengan semua ini.
Pintu masuk terdorong dan aku melihat puluhan orang sedang berkerumun di tengah-
tengah Kafe Shangri-la yang sedang melihat ke arahku. Maria, Biggs, Rei, Sensei pembuat
topeng bernama Jushin, Jack, Rick sang teleporter dan beberapa wajah tidak kukenal.
Jack melihatku dan langsung marah, ia mengalirkan kekuatan listriknya di seluruh tubuhnya dan
menembakkan ke arahku, dengan sia-sia karena aku juga sudah mengaktifkan
kekuatan listik miliknya sehingga serangan listrik darinya hanya terasa seperti tambahan energi
bagiku. "Mati, kamu!" teriak Jack mengeluarkan senjata apinya. Dalam sesaat ia mendadak
menghilang dari depanku dan semua orang di dalam kafe.
Maria terkejut, "Apa yang kamu lakukan padanya?"
Aku melirik pada Maria, "Kamu bisa meneleponnya jika dia membawa telepon
genggam." Semua orang sedang melihat padaku dalam hening dan aku dapat melihat Almaria
duduk di tengah-tengah dengan wajah yang pucat, kelihatannya ia bertambah tua sepuluh
tahun hanya dalam semalaman. "Jack, di mana kamu?" teriak Maria, berhasil menghubungi Jack. "Apa?" tanya
Maria pucat mendengar jawaban darinya dan menatap ke arahku.
"Di mana dia?" tanya Biggs.
"Di depan Markas Besar BtP," kata Maria dan membuat semua orang di sana mendesah
terkejut dan aku melihat ketakutan di beberapa mata mereka.
"Aku datang hanya ingin meminta agar kekuatan Nadia dikembalikan, jika aku tidak
mendapatkannya hari ini," aku melihat semua orang di sana. "Siapa pun yang
menghalangiku hari ini akan kukirim langsung ke dalam gedung BtP, tidak lagi di depan
gerbangnya." ~ 657 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku sebenarnya hanya ingin meminta damai, tapi setidaknya aku harus memulai dari
hal yang paling tidak masuk akal. Aku mencoba memintanya mengembalikan kekuatan
Nadia, yang mana aku yakin dia pasti tidak akan memberikannya. Setelah itu barulah aku
akan mencoba membuat perjanjian damai. Aku melukainya dan kelompoknya karena dia
mengunci kekuatan Nadia. Dan sekarang jika dia tidak mau mengembalikannya maka
aku juga tidak akan menagihnya kembali dengan syarat kita tidak lagi saling
mengganggu. Maria terlihat marah, "Kamu tidak tahu malu, padahal kami sudah menyelamatkan
nyawamu dan memberimu kekuatan. Inikah balasanmu."
Aku melihat ke arah Maria. "Kamulah yang menghancurkan minumanku dan tidak mau
menggantinya sehingga aku hampir terbunuh. Nenekmu membangkitkan kekuatanku juga
menanamkan pikiran jahat untuk membunuhku dan semalam ia sudah meminta nyawaku
namun sayang dia gagal. Dan dia," tambahku menunjuk pada Almaria, "Memanipulasi
ratusan orang anggota Kelompok Pembebas untuk diperalat olehnya, membuat mereka
menjadi bonekanya dan menanam pikiran jahat untuk agar mereka membunuh diri jika
tertangkap. Apakah ia masih manusia?"
Beberapa orang di sana segera melihat ke arah Almaria, sensei pembuat topeng
juga melihat pada Almaria dengan wajah tidak percaya. Rick menunduk terdiam.
Suasana menjadi hening. Apa yang terjadi" Mereka belum juga menyadari kebenaran ini"
"Menakjubkan!" kataku sambil tertawa. "Ternyata sebagian dari kalian pun tidak
mengetahuinya. Tak pernah kusangka dia berhasil membohongi kalian juga. Mungkin kalian
juga harus mengecek ingatan kalian sendiri dan bertanya apakah dia sudah
memanipulasi ingatan kalian untuk mengikutinya dan mungkin saja kalian juga akan bunuh diri
jika dia memintanya!" "DIAM!!!" teriak Maria. "Tidak mungkin nenek melakukannya." Ia menerjangku dan
menamparku, aku menerimanya.
Aku memang bajingan. "Tanyakan pada Rick kebenarannya," kataku.
Mereka semua menatap ke arah Rick, yang membuat Rick segera berkata. "Tidak, dia
menipu kita semua," katanya tergagap.
"Apa kamu ingin aku memperlihatkan pada mereka semua apa yang kulihat kemarin"
Aku dapat melakukannya jika itu keinginanmu,"tanyaku.
~ 658 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Rick segera bungkam dan Almaria menatapku seolah-olah ingin membunuhku. "Kamu
sudah menghancurkan mimpiku, hidupku dan sekarang kamu ingin menghancurkan semua yang
kumiliki," katanya terpatah-patah penuh kesakitan dan penderitaan yang mendalam
di setiap kata-katanya. "Apa kamu tidak puas sebelum membunuhku?"
Aku melihat matanya yang sarat kemarahan dan kepedihan, aku tidak tahu apa yang
telah terjadi. "Aku hanya ingin kekuatan Nadia kembali. Jika sedari awal kamu
mengembalikannya, semuanya tidak akan berakhir seperti ini."
"Puih," kata Almaria meludah. "Sampai mati pun tidak akan kulakukan."
Meski aku sudah mempersiapkan hasil ini tapi kemarahanku tersurut juga. Mendadak
semua orang di sana melayang yang menandakan mereka sudah dalam lingkup energiku. Aku
menatap Almaria dan berkata, "Aku akan mengirim mereka satu per satu ke Markas
Besar BtP atau langsung ke neraka, kali ini aku sudah tidak perduli ."
"Jaime," panggil sebuah suara dari samping Almaria. "Maukah kamu memberi waktu
untuk si tua ini untuk berbicara denganmu sebelum kamu mengirim kami?"
"Jushin!" teriak Almaria. "Apa kamu sudah tua dan takut mati?" Jushin melihat
Almaria dengan sorot yang membuat hatiku hampir luruh.
Sebenarnya aku juga tidak akan tega mengirim mereka satu per satu ke sana. Aku
hanya menggertak dan pada akhirnya toh aku hanya akan membuat perjanjian padanya agar
tidak saling mengganggu di masa mendatang.
Aku membiarkan semua orang mendarat kembali dan Jushin berjalan menuju ke
arahku, "Duduklah, aku akan bercerita sedikit." Jushin menarik kursi pada sebuah meja
bundar dan duduk di atasnya, aku mengikutinya dan duduk tapi tetap membiarkan diriku
bersiaga. "Maria, buatkan minuman." Maria menatap ke arah kakeknya tidak percaya. Akan
tetapi ia masuk ke balik meja kafe juga. Jushin terlihat sedih di atas meja. "Dengarlah
Jaime, kamu mungkin mau mengetahui bahwa Aku, Vito, Sherry, Xian dan Almaria adalah saudara
seperguruan." Sherry, aku teringat nama itu. Orang besar yang sering muncul di media massa
untuk mewakili BtP dari PBB. "Kami berlima belajar dari guru yang sama dan waktu itu." Jushin menatap pada
Almaria dan melanjutkan, "Almaria dan Sherry jatuh cinta pada Xian."
Aku tidak tahu ke mana cerita ini akan mengarah.
~ 659 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sebuah teh hangat dihidangkan padaku oleh Maria yang terlihat juga ingin
mendengar lanjutan cerita itu, tampaknya Maria sendiri tidak mengetahui cerita ini. "Waktu
itu, Xian adalah murid paling berbakat dan menerima seluruh pengajaran guru kami dengan
cepat. Almaria dan Sherry tergila-gila padanya. Vito tidak begitu berminat pada apa pun
kecuali mencari kekayaan sedangkan aku, sama sekali tidak menonjol, aku hanya mencintai
seni membuat topeng dan penyembuhan." Jushin terdiam ia merasa sulit untuk
melanjutkan cerita berikutnya namun tetap ia memaksakan diri, "Xian menikah dengan Sherry dan
membuat Almaria patah hati." Mataku tanpa sengaja melirik pada Almaria yang diam
tertunduk menahan kepedihan. "Saat itu, Almaria sedang mengandung Glenna, ibu Maria yang
kupikir adalah anakku sendiri."
"Diam, Jushin," teriak Almaria marah.
Jushin bergerak berdiri dan berjalan ke arah Almaria, ia menyentuh tangan
Almaria dan mendadak Almaria tertidur. Jushin kembali berbalik duduk di kursi tadi. "Aku
mencintai Almaria dan menikahinya serta menganggap Glenna sebagai anakku." Maria terlihat
menatap Jushin dengan serius. "Kami lima bersaudara seperguruan kemudian mulai mengambil langkah hidup masing-
masing. Terutama setelah guru kami melakukan perjalanan meninggalkan kami semua
dan ia juga ingin kami semua mulai memakai apa yang sudah kami pelajari untuk
kepentingan banyak orang." Jushin melanjutkan, "Aku membuka toko topeng dengan Almaria,
kehidupan kami berjalan tenang dan damai. Glenna putri kami akhirnya lahir, tumbuh sehat
dan menikah kemudian melahirkan Maria, saat itu Almaria ingin mengundang semua
saudara seperguruan untuk berkumpul kembali setelah puluhan tahun berpisah. Aku
menyetujuinya dan menuliskan surat undangan untuk mengumpulkan kami semua."
Jushin mengenggam erat kedua tangannya. "Saat itu Xian dan Sherry sudah menikah
dan memiliki seorang putra, Vito memiliki banyak wanita akan tetapi selalu datang
sendirian. Aku dan Almaria membuat pesta kecil untuk merayakan kelahiran Maria, cucu kami."
Xian dan Sherry" Sherry BtP"
Aku hanya dapat menduga-duga dan Jushin terlihat sedikit tergoncang melanjutkan,
"Pada saat itu kami melihat Sherry dan Almaria kembali bertengkar. Sebuah pertengkaran
yang lumrah terjadi karena mereka berdua sedari kecil selalu bersaing dan saling
membenci. Namun kali itu mereka benar-benar bertengkar hingga Sherry turun tangan membunuh
Glenna."
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suasana sekitar kami seketika menjadi sunyi mencekam. "Mengapa?" tanya Maria
seketika, "Mengapa Sherry membunuh Ibu?"
~ 660 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sorot mata Jushin menyiratkan kemarahan. "Karena Almaria mengakui Glenna bukan
anak dariku dengannya. Akan tetapi anak dari Xian dan dirinya. Dan Glenna akan
menjadi pewaris tunggal kekuatan Xian."
Baiklah, aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Saat itu Xian hanya mengatakan "Bukan" dan diam bahkan tidak mengatakan apa pun
untuk menjelaskan hal itu. Ia hanya diam!" teriak Jushin dengan nada tinggi. "Sherry
marah, mengamuk dan mengutuk Xian yang tidak setia. Menikah dengannya namun juga
memberikan anak pada Almaria dan diam-diam lebih mencintai Glenna dibandingkan
putra mereka sendiri. Mereka akhirnya bertengkar hebat." Jushin terlihat begitu marah.
"Jadi Xian adalah kakekku yang sebenarnya?" tanya Almaria.
"BUKAN!!!" teriak Jushin keras sambil berdiri yang membuatku juga melompat
terkejut. Akhirnya ia berusaha menenangkan diri dan kembali duduk. "Aku pernah bertanya
pada Xian dan dia mengaku hanya mencintai Sherry, tidak pernah sekalipun menyentuh
Almaria." "Jadi siapa kakekku sebenarnya?" tanya Maria.
"Hanya Almaria yang tahu, akan tetapi saat itu Sherry sudah tidak lagi
mempercayai Xian dan membenci Almaria, kemudian," Jushin menarik nafas dalam-dalam. "Di saat
itulah Sherry kalap dan membunuh Glenna."
Dadaku terasa sesak. Sebuah bayangan memasuki diriku mungkin dikirim dari Jushin. Sherrykah" Seorang
wanita yang terlihat bermartabat berambut pirang panjang menusuk jantung seorang wanita
muda dengan sebelah tangannya dari belakang tepat di depan Xian, Almaria, Vito dan
Jushin. Wanita itu tertawa sambil menangis dan berkata, "Kalian mengkhianatiku dan kamu
Xian, menikahiku berjanji setia denganku namun membuat anak dengannya. Tanda cinta
kalian kini telah mati di tanganku dan kamu perempuan hina," menunjuk pada Almaria yang
tertegun. "Kamu tidak menang sedikit pun dariku sama sekali. Kini putrimu sudah mati dan
hanya ada seorang putraku yang akan mewarisi kekuatan Xian." Wanita berambut panjang itu
langsung menghilang dari hadapan mereka semua dengan sebelah tangannya. Aku bisa melihat
Almaria menangis sedih memeluk mayat Glenna. Xian, Vito dan Jushin mengelilingi
tubuh penuh darah itu berusaha memberikan bantuan dan penyembuhan dengan sia-sia
karena nyawa Glenna melayang dalam sekejap. Aku terdiam.
Saat itu Maria baru lahir sehingga gambar bayangan ini setidaknya berusia
sekitar belasan atau dua puluhan tahun lalu tapi Sherry sudah bisa menghilang atau teleport dan
mereka ~ 661 ~ - B L E S S E D H E A R T -
sudah memiliki ilmu penyembuhan bahkan sebelum hujan energi terjadi. Siapa
mereka berlima ini sebenarnya"
"Sejak itu Xian memutuskan untuk menjalani hidup sendiri tidak mau mencampuri
urusan apa pun lagi. Almaria menutup dirinya tidak membiarkan siapa pun menyentuh
dirinya lagi," Jushin terlihat meneteskan air mata. "Aku tidak mampu menghiburnya, karena aku
juga merasa kehilangan. Aku juga membesarkan ibu Maria dengan kedua tanganku,
memandikannya, bermain-main dengannya dan dia mati di depanku. Senyumnya,
tawanya, tangisnya puluhan tahun bersamaku lenyap. Aku tidak berdaya dan semakin
menghabiskan waktuku dengan topeng-topengku, tidak mampu menghibur siapa pun juga. Kami
berdua hancur," kata Jushin.
Maria meneteskan air mata dan memeluk kakeknya. Aku merasa Jushin terlihat lebih
tua dan dia memaksakan diri melanjutkan, "Saat alinergi mulai merajarela akibat hujan
energi, kami mendapat informasi bahwa Sherry merupakan salah satu pendiri utama BtP.
Sedangkan Vito mulai mengumpulkan alinergi-alinergi pengacau dengan kekuatannya dan
memperkerjakan mereka dibawahnya." Apakah tepat mengatakan lambang harimau itu adalah lambang milik Sherry"
"Aku tidak tahu kapan tepatnya, tapi saat itu Almaria ingin membangun kelompok
3rd untuk menampung orang-orang yang tidak ingin menjadi anggota BtP dan juga mereka yang
memilih untuk tidak mengikuti kelompok Vito. Aku menyetujuinya dan membantunya
karena ingin melihatnya kembali ke dalam kehidupannya. Aku tidak pernah
menyangka ia secara diam-diam membentuk Kelompok Pembebas untuk membalas dendam Glenna pada
Sherry." Jushin terlihat menyesal. "Aku seharusnya menyadari sejak ia terus
mengatakan bahwa Sherry mendirikan BtP untuk kepentingannya sendiri dan bahkan memanipulasi
seluruh anggota BtP untuk melindungi dirinya. Almaria membenci Sherry dengan
segenap jiwanya dan ingin membalas dendamnya dengan cara apa pun juga." Jushin menyeka
air matanya. "Jaime, saat ini Kelompok Pembebas yang didirikannya dengan susah payah
dan kerja kerasnya selama bertahun-tahun sudah hancur. Lebih dari dua ratusan orang
sudah menjadi korban dan dia..." Jushin menatap Almaria. "Seluruh kekuatannya sudah
musnah, Xian mencabut kekuatannya kemarin."
Aku tertegun, apakah Xian melakukannya"
"Mengapa Xian melakukannya?" tanyaku.
"Xian adalah ketua perguruan kami dan mendapat tanggung jawab dari guru kami
untuk mencabut kekuatan siapa pun yang sudah berada di luar kendali dan menapak pada
jalan kehancuran." Aku diam mendengarkan. "Rick dan Max mencintai Glenna seperti adik
~ 662 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mereka sendiri. Mereka tumbuh bersama dari kecil sehingga mungkin mereka
mendukung Almaria tanpa sepengetahuanku." Jushin menatapku. "Jaime, lihatlah Almaria,
tangannya sudah putus tertinggal sebelah dan dirinya sudah tua, ia hanya memiliki tempat
ini dan kami di sampingnya." Jushin berdiri dan kedua tangannya diletakkan di atas meja, bergerak menunduk
dan memukulkan kepalanya pada meja bersujud di hadapanku. "Jaime, aku mohon
maafkanlah dirinya dan sisakanlah sedikit tempat untuknya, dia sudah tidak berdaya. Dia
terlalu mencintai Glenna hingga membuatnya gila karena dendam."
Nafasku terasa sesak, aku segera mendorong kursi dan keluar. Keluar dari kafe
ini, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Tubuhku berpindah kembali ke penginapan dan
melihat Nadia sedang membereskan bajunya. Aku diam menatapnya dan Nadia melihat wajahku
yang pucat segera mendekatiku. "Apa yang terjadi?"
Aku melihat wajahnya dan memeluknya, aku tidak tahu. Aku hanya ingin memeluknya
dan dia memelukku, mataku basah.
Kami hanyalah orang malang yang gila karena cinta.
Tubuhnya yang hangat dan lembut. Aromanya yang harum, aku hanya menginginkan
dirinya dan kehidupan yang tenang. "Maafkan aku," bisikku dan melepaskan pelukanku. "Aku
akan segera kembali ..." Aku mengubah wujudku menjadi Cuckoo dan menuju ke kota tempat pertarungan
kemarin terjadi. Aku hampir tidak percaya saat melihat seluruh jalanan yang hancur,
tiang listik yang berjatuhan dan rumah-rumah yang hancur. Tempat ini yang sebelumnya adalah tempat
yang tenang dan damai dengan banyak senyuman di wajah penduduknya kini memperlihatkan
kehancuran, kesedihan, amarah dan tangisan. Beberapa penduduk terluka terkena
reruntuhan dan juga rumah mereka hancur dan yang paling mencolok dari seluruhnya adalah
bercak- bercak darah yang mengering dan sangat besar berada di mana-mana di sepanjang
jalanan juga dinding rumah-rumah. Beberapa penduduk di sana sedang menangisi rumahnya
yang hancur, beberapa wanita berteriak-teriak sedih. Aku melihat bocah lelaki dan
adik perempuannya yang kemarin kubelikan permen sedang mengais-ngasi puing-puing
reruntuhan rumah. Hatiku terasa sakit sekali.
Hanya karena sebuah kegilaan dan amarah, maka surga pun telah berubah menjadi
neraka. Aku berjalan mendekati seorang petugas medis di sana dan membaca pikirannya
serta mencuri bayangan ruang medisnya di mana mereka menyimpan jasad-jasad yang ada.
Aku segera memindahkan tubuhku ke sebuah rumah sakit sambil menghilang dan di sana
aku ~ 663 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menemukan potongan-potongan tubuh yang telah hancur dan begitu banyak kantong
mayat yang terisi. Semua ini jelas perbuatanku.
Setiap mayat ini memiliki sebuah nama. Memiliki cerita kehidupan mereka masing-
masing, memiliki orang-orang yang sedang menunggu kepulangan mereka, memiliki orang-
orang yang bergantung pada mereka. Mereka dicintai, dikasihi dan diharapkan sepenuh
hati oleh sahabat-sahabat mereka, kekasih mereka, orang tua mereka, atau ... anak-anak yang
sedang menunggu mereka. Dan kini mereka semua sudah mendingin, kaku tidak bergerak lagi. Mati di
tanganku. Apa yang telah kulakukan"
Aku menundukkan diriku dalam-dalam meminta maaf pada mereka. Air mataku menetes
jatuh ke lantai. Perasaanku begitu tersiksa. Jauh dalam diriku aku tahu aku
tidak akan termaafkan lagi.aku juga telah menjadi monster dan aku tidak berbeda jauh dari
Almaria. Almaria yang memanipulasi mereka dan akulah yang memberikan kematian pada
mereka. Aku bahkan lebih kejam dari Almaria.
Kelak aku akan menerima akibat dari perbuatanku.
Kakiku bergerak di antara mayat dan potongan tubuh itu. Setelah beberapa, aku
saat berhasil menemukan sebuah potongan lengan tangan tua dan mengambilnya serta menghilang
untuk muncul di dalam Kafe Shangri-la. Saat itu orang-orang masih berkumpul dan
Almaria terlihat sedang marah pada Jushin.
Aku dapat melihat Almaria menatapku penuh kemarahan. "Apa yang kamu lakukan di
sini! Aku tidak membutuhkan rasa kasihanmu, bunuh saja aku." Bagi orang yang
kehilangan orang yang dicintainya, hanya kematian dan balas dendamlah yang dapat membebaskan
mereka dari kesedihan yang mendalam untuk dapat tetap bertahan. Aku mendekati dirinya
dan menghilangkan perban yang menempel pada tangannya. Almaria masih memakiku tapi
aku membiarkannya saja, sebelah tangan Almaria menamparku dan membuatku terjatuh,
"Aku tidak butuh rasa kasihanmu, pergilah."
Aku tidak akan meladeninya, Almaria meludah pada wajahku dan aku hanya diam.
Tangan yang putus itu kupasangkan pada bagian yang terputus, mengerahkan seluruh
kekuatanku untuk meregenarasi tubuhnya pada tahap sel ataupun DNAnya agar kembali ke 20 jam
sebelumnya. Sebelah tangan lain Almaria kembali menamparku, "Kamu sudah
menghancurkan mimpiku untuk membalas dendam pada Sherry. Mengapa kamu tidak
sekalian mengambil nyawaku, apa gunanya nyawa tua ini lagi." Aku dapat melihat
mata Almaria yang basah. ~ 664 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Saat itu, sebelah tangan Almaria yang terputus tadinya mulai menyambung
sepenuhnya dan perlahan-lahan kembali bergerak. Aku menatapnya dan berkata, "Maafkan aku, hanya
ini yang bisa kulakukan," dan berbalik pergi.
"Tunggu!" teriak Almaria yang membuatku berbalik dan melihat Almaria berjalan ke
arahku, ia langsung menamparku kembali. "Aku tidak perlu kamu kasihani. Kemarin kamu
menghajarku dengan semua kekuatanmu dan mencabut lenganku. Ke mana semua
kemarahanmu itu, ke mana semua kebencianmu padaku itu?" Almaria menamparku lagi.
Kekuatannya benar-benar hilang dan tamparannya sama sekali tidak menyakitkanku,
hatikulah yang merasa sedih.
Almaria menangis di hadapanku dan aku ... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Kami terlalu mirip, kami hancur dan rusak karena orang yang kami kasihi dan dia
mengalami hal
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang lebih menyakitkan lagi karena benar-benar kehilangan putrinya.
"Baca pikiranku," teriak Almaria.
"Apa?" "Baca sekarang." Aku menurutinya dan aku melihat cara bagaimana Almaria menyegel
dan menutupi kekuatan Nadia, juga cara ia menanamkan pikiran jahat ke dalam bawah
sadar Nadia. Aku marah mengetahui ia juga menanam pikiran jahat pada Nadia. Akan
tetapi semuanya sudah berlalu karena sekarang aku tahu cara mengeluarkannya. "Pergi
kamu sekarang, Aku tidak berutang apa pun padamu lagi," katanya dan dia berbalik.
Aku hanya dapat menundukkan tubuh dan kepalaku dalam-dalam ke arahnya. Aku sudah
menghancurkan mimpinya, baik ataupun buruk, membuat kekuatannya menghilang dan
dia masih mengembalikan kekuatan Nadia. Tidak ada kata untuk menunjukkan betapa aku
berterima kasih. Aku hanya dapat menunduk dalam-dalam dan menghilang.
Meninggalkan tetesan air mata di atas lantai. Aku kembali ke penginapan melihat Nadia dan
karena Nadia melihatku mengalirkan air mata dia langsung memelukku dengan penuh kasih sayang.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan atau kulakukan.
Aku hanya merasa begitu bersyukur memiliki dirinya, tak lama kami berpelukan
dalam damai aku berbisik, "Nadia, Kita kembali Viginia sekarang."
Nadia melepas pelukanku dan menatapku. "Tapi..."
Aku tersenyum dan meletakkan sebuah jari pada bibirnya, "Cobalah menghilang."
Nadia menatapku tidak percaya dan mendadak detik berikutnya ia menghilang di
depanku. Aku sudah membuka kembali segel kekuatannya yang tertanam dalam pikirannya,
~ 665 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menghapus pikiran jahat dalam pikirannya dan juga membuat sebuah pelindung
energi untuknya. Menggantisipasi jika ada yang mencoba mengubah pikirannya lagi.
Almaria juga memberitahuku cara membangun pelindung dan meletakkan sebuah lambangku pada
Nadia. Aku berhutang padanya sangat banyak.
*** "Cuckoo di sini. Tampaknya kalian bersenang-senang dengan tangkapan yang ada.
Hubungi aku dengan video call hanya kamu dan Albert berdua, lebih dari dua orang aku
tidak akan membagi informasi apa pun juga," aku menelepon Michelle dengan telepon genggam
baru dan nomor baru, sama seperti kemarin aku memintanya untuk menghubungiku. Tak
berapa lama teleponku berbunyi kembali dan aku melihat sebuah gambar di sana, langsung
saja teleport tempat itu. Tempat tersebut berbeda dengan sebelumnya akan tetapi cukup
tertutup hanya Albert, Michelle dan diriku sang Cuckoo.
"Apa kalian menyukai informasiku?"
Albert duduk dan menatapku, "Siapa kamu sebenarnya?"
Aku tersenyum. "Aku minta kamu menjadikan anggota Kelompok Pembebas yang kamu
tangkap itu menjadi anggota BtP."
Albert melirik sekilas padaku dan mendesah, "Kalau pun aku menginginkannya, hal
tidak akan terjadi semudah yang aku mau. Kemarin beberapa anggotanya bunuh diri.
Seperti yang kamu katakan mereka ditanami pikiran jahat dan dimanipulasi. Siapa monster yang
mengendalikan mereka dari balik layar?"
"Pemimpinnya sudah mati," tambahku.
"Bagaimana mungkin?" tanya Michelle.
"Kejadian di salah satu negara di benua Asia itu, apakah kalian sudah turun
tangan di sana?" tanyaku. Albert menarik nafas, "Kami mendapat laporan sekitar dua ratusan Alinergi
tertangkap di sana sebagian besar telah meninggal, bunuh diri, menjadi gila dan terluka."
"Pemimpin Kelompok Pembebas meninggal di sana," kataku.
"Apa kamu mengetahui sesuatu tentang hal itu?" Albert menatapku curiga.
"Mereka sebenarnya sedang berkumpul ingin menyerang Markas Besar BtP pada saat
kalian sedang menyerang markas mereka di Viginia. Akan tetapi pemimpin mereka mendapat
masalah di tempat itu sehingga semua anggotanya terpaksa terjun ke sana dan,"
Aku terdiam. ~ 666 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tempat itu pun menjadi tempat pembunuhan massal." Tanganku gemetar sendirinya
mengingat betapa banyak yang sudah kubunuh meski aku sama sekali tidak mengingat
apa pun kecuali kegilaan dan kemarahan dalam diriku.
Apakah benar aku yang membunuh sebanyak itu" Aku tidak mengingatnya dan tidak
ingin mengingatnya sama sekali. Yang pastinya tempat itu sudah menjadi tempat
pembantaian. "Pemimpin mereka meninggal di sana," ulangku lagi.
Albert menatapku penuh curiga. "Apakah itu benar?"
Aku tersenyum meringis. "Benar atau tidak kamu dapat tanyakan pada mereka,
sekarang seluruh nasib dan hidup mati anggota Kelompok Pembebas di tanganmu. Mereka
hanyalah orang tidak berdosa yang diperalat."
"Tapi mereka tidak dapat disadarkan," tambah Albert
Saat itu juga aku memberikan gambaran letak pikiran jahat yang ditanam oleh
Almaria di dalam bawah sadar anggotanya. Mengirimkannya langsung pada pikiran Albert.
"Serahkan gambaran itu pada seorang mindreader maka mereka akan dapat membuang pikiran
jahat itu dan anggota Kelompok Pembebas akan terbebaskan."
Albert tertegun sebentar. "Tapi tidak ada seorang pun mindreader yang dapat
menarik keluar pikiran sedalam itu."
Aku hanya menatap Albert. "Sherry bisa melakukannya."
Albert tertegun. "Siapa kamu sebenarnya?"
"Dan sebagai bonus untukmu, aku mendapat informasi bahwa perfect copier atau
calon finder kalian dari BtP Graceland sedang menjadi target sasaran, sebaiknya kalian
melindunginya sebelum alinergi lain meninggalkan abunya untuk kalian." Aku
langsung menghilang kembali ke tempat penginapan di mana Nadia sedang menunggu dengan
seluruh barang yang sudah dirapikan. Aku membakar telepon genggamku menjadi abu, kami
membayar semua uang sewa dan langsung teleport ke dalam van yang berada di kota
Viginia. *** Setelah ditinggal oleh Cuckoo, Albert dan Michelle masih duduk di dalam ruangan
itu dan seseorang kemudian memunculkan dirinya dari sudut ruangan tersebut sambil
berjalan mendekati mereka. "Apa kamu sudah tahu siapa dirinya?" tanya Albert pada orang itu.
~ 667 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tentu saja, tidak perduli bagaimana ia mengubah wajahnya, energinya tidak akan
menipuku. Aku tahu siapa dia," kata orang itu.
*** Aku memilih untuk mengantar Nadia pulang dengan mobil daripada teleport, karena
sebaiknya Nadia memiliki rekaman kembali ke kamarnya melewati gerbang asrama BtP
setelah memiliki rekaman keluar dari asramanya. Sepanjang perjalanan, aku
menceritakan tentang bagaimana aku mendapatkan kembali kekuatannya dari Almaria.
"Apa kamu yakin akan menolak tawaran menjadi finder?" tanyaku kembali pada
Nadia. "Aku tidak ingin menjadi seorang finder dan memburu alinergi," tambahnya sudah
bertekad tidak akan menjawab panggilan BtP pusat.
"Jika mereka memaksamu?"
Nadia tersenyum. "Saat itu aku akan mencarimu untuk lari dari tempat ini. Apa
kamu bisa melakukannya?" Aku menarik nafas dalam-dalam memperlihatkan mukaku yang sungguh kecewa. "Kamu
tahu aku hampir menyesal telah membuang kesempatan untuk melarikan diri berdua
bersamamu," kataku sungguh-sungguh. "Kamu akan kembali ke BtP dan jauh dari
jangkauanku. Kemudian akan banyak pria-pria yang mengincarmu. Oh sungguh hatiku
sakit sekali." Nadia tertawa geli mendengarnya. "Yah, setelah kekuatanku kembali aku baru
berpikir masih banyak pria yang jauh lebih baik darimu." Aku memasang wajah marah dan
menatapnya. "Kapan kamu akan menjadi anggota BtP?" tanya Nadia padaku.
Aku mengarahkan wajahku kembali pada jalan. "Mungkin sekitar setahun lagi dan
Michelle mungkin akan merekomendasikanku pada kepala divisinya di Graceland."
"Aku akan menunggu," kata Nadia menunduk.
Bibirku tersinggung sebuah senyum menggoda, "Aku tidak mau, aku mau dirimu
sekarang." Wajah Nadia menjadi merah merona. "Kamu bisa memberikanku cincin terlebih
dahulu," katanya malu-malu. Oh, jantungku berdebar keras. Aku pasti akan memberikannya secepat mungkin.
Aku menatap padanya dan aku tahu semua masalah dapat dikatakan hampir selesai.
Setahun lagi, aku hanya perlu bersabar setahun lagi. Mobil kami melewati rumahku yang
sudah ~ 668 ~ - B L E S S E D H E A R T -
runtuh dan melihat beberapa pekerja sedang membersihkan puing-puing dan mungkin
akan segera mendirikan rumah baru. "Kamu mendapatkan rumah baru," kata Nadia
melihatnya. "Mudah-mudahan mereka sekalian memberikan isinya," kataku tertawa dan
melanjutkan perjalanan mobil ke asrama BtP. Diiringi beberapa lagu populer yang mengalir
dari radio mobil, tidak membutuhkan waktu yang lama hingga kami berhenti di depan gerbang
asrama BtP. "Kamu akan turun sekarang?" tanyaku yang sudah merindukannya.
Nadia melihatku sebentar. "Kamu akan ke mana?"
Aku melihat tidak jauh di depan ada Kafe Eve yang terlihat penuh dengan mobil,
tampaknya ada perayaan kecil-kecilan mungkin atas keberhasilan mereka membersihkan kota
Viginia dari Kelompok Pembebas. "Ke Kafe Eve, mungkin bekerja atau meminta sedikit
minuman," kataku tersenyum, sedikit merindukan mereka.
Nadia tersenyum. "Kalau begitu sebaiknya kita ke sana terlebih dahulu untuk
perayaan kecil kita dan mungkin kamu bisa mengantarku setelahnya." Aku menyetujuinya dan mobil
kami melaju ke arah Kafe Eve, lagipula aku belum mau berpisah darinya.
Kafe Eve terlihat penuh dengan mobil-mobil BtP yang memenuhi tempat parkir dan
dapat dikatakan telah berhamburan hingga ke ruas jalan. Aku melirik ke arah Nadia dan
kami pun turun setelah mobil berhenti tidak jauh dari kafe. Melihat pintu depan kafe yang
penuh aku memilih untuk memasuki dari pintu dapur belakang dan seperti yang kuduga. Dapur
terlihat seperti dalam keadaan perang. Susan terlihat keletihan mengantarkan pesanan,
Madame sibuk memasak makanan dan Master terlihat mencampur minuman dengan kecepatan normal
untuk menjaga citarasa minuman. Dan terlihat antrian pemintaan akan minuman yang
sangat panjang. "Jaime," teriak Madame melihatku dan Nadia berada di belakang pintu dapur. "Ke
mana saja kamu?" "Jalan-jalan," kataku sambil menggaruk pipiku.
"Dengan Nona Nadia" Baiklah-baiklah, cepat bantu Master, dia sudah mencampur
minuman sejak pagi hari dan aku akan menanyakanmu habis-habisan nanti," teriak Madame
kembali sibuk. Aku hanya bisa tersenyum menuju ke lokerku dan mengganti pakaian.
"Jaime! Kebetulan kamu datang," teriak Susan. "Bantu aku."
"Tapi aku harus membantu Master," kataku.
Wajah Susan segera cemburut. "Iyalah, Master juga sudah kecapekan, apa boleh
buat." ~ 669 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku akan membantu," sahut sebuah suara. Susan, Madame dan aku segera melihat ke
arah Nadia, dia terlihat sudah menyingsingkan lengan bajunya.
"Tapi..." kataku.
"Bagus," kata Susan langsung, sambil menuju ke loker pakaiannya dan
melemparkannya sebuah pakaian kerja cadangan yang bersih. "Kamu boleh membantuku. Di saat
seperti ini jangankan anggota BtP, Monster berkaki lima pun akan kuizinkan kalau dia
bersedia membantu." Nadia segera menyambarnya dan memasuki kamar mandi untuk berganti.
Tidak berapa lama kemudian, aku melihat Nadia sudah berganti pakaian dan keluar.
"Apa kamu serius untuk melakukannya?" tanyaku berbisik padanya, "Kamu alinergi dan
kamu banyak mengenal orang-orang ini, mereka mungkin akan memandang rendah dirimu."
Nadia mendekatiku dan tersenyum. "Kamu ingat nantinya kamu akan membuka kafe dan
aku akan membantu melayani" Tidak ada salahnya aku berlatih sekarang."
"Tapi..." Aku menatap cemas pada Nadia yang berdiri di depanku, tidak dapat
berkata apa pun juga. Nadia bergerak merapat mendekatiku dan mengecup pipiku serta berbisik, "Jangan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengkhawatirkanku. Aku akan baik-baik saja," sambil menyentuh pipiku.
"Baiklah, tapi jangan memaksakan diri," kataku berbalik melihat Madame dan Susan
yang sedang terbengong melihatku. "Apa?" tanyaku menghadap mereka.
"Dia menciummu?" tanya Madame dan Susan bersamaan, menghentikan apa pun yang
mereka kerjakan. Kupikir wajahku memerah, segera keluar dari dapur dan masuk ke dalam balik bar
meninggalkan mereka. Terlihat Master yang sudah berkeringat. Ia menatapku dengan
penuh kelegaan. "Kamu baik-baik saja?"
"Sempurna," kataku. Master kemudian menyebutkan beberapa jenis minuman dan aku
Bocah Tanpa Pusar 1 Pendekar Mabuk 022 Lentera Kematian Naga Sasra Dan Sabuk Inten 43
rumahnya, siapa yang melakukan hal itu?"
Agen Janice mendesah. "Kami sedang menyelidikinya."
Berikutnya mereka mulai membahas tentang salah satu masalah darurat kali ini,
yaitu Pusat Data dan Informasi BtP telah dibobol oleh orang tidak dikenal. Seluruh data
intelijen mereka menyangkut Kelompok Pembebas maupun orang-orang yang dicurigai sebagai alinergi
di seluruh dunia bisa sudah mengalir keluar. Kerja keras mereka bertahun-tahun akan
menjadi sampah jika pembobol itu membiarkan informasi itu bebas berkeliaran. Karena
setiap alinergi yang dicurigai dan dipercaya akan membawa mereka pada informasi yang lebih
penting sudah pasti akan lari atau mengubah diri mereka setelah mengetahui mereka sedang
diincar oleh Divisi Intelijen BtP. Kerja keras bertahun-tahun, ratusan ribu jam kerja
dan biaya yang sangat besar untuk memata-matai dan mengikuti jejak para alinergi diam-diam
dapat terbuang percuma, hanya dalam seketika.
"Apakah ada kemungkinan Divisi Penelitian yang mengambilnya, mengingat mereka
ingin menambah jumlah rabbit mereka sehingga mengambil data kita dengan paksa?" tanya
seorang staf. Mereka semua di Divisi Intelijen tidak memihak atau membenci
Divisi Penelitian, akan tetapi tidak dapat dipungkiri, hampir semua alinergi tidak
menyukai Divisi Penelitian. "Kita tidak tahu," tambah Albert, "Sebelum pelakunya tertangkap semua orang
dapat menjadi tersangka termasuk setiap orang di sini."
Telepon Michelle mendadak berbunyi di tengah-tengah rapat. Membuat semua orang,
termasuk pemimpinnya, melihat ke arahnya. Michelle terkejut, telepon genggamnya
seingatnya tadi berada pada nada diam, karena dia ingat betul telah mengubah
bunyinya. Michelle mengangkat telepon genggamnya dan melihat panggilan dari serangkaian
nomor ~ 625 ~ - B L E S S E D H E A R T -
yang tidak dikenalnya. Sejenak ia menjadi sangsi karena tidak banyak orang yang
mengetahui nomornya dan lagipula siapa yang meneleponnya" Michelle terdorong untuk
menolak panggilannya dan mematikan telepon tersebut karena sedang rapat.
Apakah itu Jaime" Ataukah Kelompok Pembebas yang telah menangkap Jaime dan
meminta tebusan. Godaan antara mengangkat telepon di tengah-tengah rapat sangat kuat, akan tetapi
hal itu tidak etis. Akan tetapi... Michelle berdiri dan meminta maaf, "Aku sedang menunggu telepon darurat bolehkah
aku mengangkatnya?" tanya Michelle melihat pada pemimpinnya meminta izin. Albert
terdiam, merasa tidak begitu senang, akan tetapi menggangguk memperbolehkannya. Mereka
semua adalah mata-mata, informasi sangatlah penting bagi mereka sehingga salah satu
keharusan mereka adalah terus membuka saluran yang dapat dihubung di mana pun mereka
berada untuk mendapatkan informasi terbaru karena sedikit keterlambatan informasi bisa
berakibat fatal bagi mereka. Michelle berjalan keluar ruangan rapat dan mengangkat telepon
itu. "Siapa?" tanya Michelle.
"Cuckoo," kata sebuah suara serak di seberang. "Aku adalah orang yang membobol
database kalian dan menarik keluar data Kelompok Pembebas serta data orang-orang yang
dicurigai sebagai alinergi di seluruh negara."
Michelle terdiam. "Aku tidak akan membocorkan semua data ini ke internet kecuali kamu mau
menghubungkan aku dengan pemimpin tertinggimu dari saluran aman dan mengadakan video call ke
nomor ini, ingat hanya kamu dan pemimpin tertinggimu."
"Klik," terdengar suara telepon ditutup.
Michelle menatap telepon genggamnya dan kembali ke ruang rapat. Kemudian
mendekati Pemimpin itu sambil berbisik, "Sir, seseorang yang mengaku sebagai pembobol
database kita, mengatakan ingin berbicara dengan anda dan diriku berdua saja melalui
saluran aman dengan video call atau dia akan menyebarkan semua data kita ke internet."
Pemimpin itu terlihat berpikir sebentar dan kemudian mendekatkan bibirnya pada
mikrofon, "Rapat sementara akan ditunda, kalian semua boleh keluar. Tinggalkan aku dan
Michelle saja." ~ 626 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Suara gaduh terdengar dan mereka mulai meninggalkan ruangan rapat yang segera
menjadi kosong. "Apakah kita akan meneleponnya?" tanya Michelle.
Albert duduk berpikir sebentar sambil berbisik, "Kita tidak punya pilihan lain.
Jika dia membagikan informasi itu keluar maka seluruh Divisi Intelijen akan mendapat malu
dan juga usaha bertahun-tahun kita akan menjadi sia-sia. Setidaknya aku ingin
mendengarkan permintaannya terlebih dahulu, tapi kita tidak akan menggunakan saluran aman,
aku ingin nomornya dilacak." Michelle menggangguk dan menghubungkan teleponnya pada sebuah alat di tengah
meja rapat yang biasa digunakan untuk menghubungkan gadget atau telepon genggam
dengan proyektor, pengeras suara dan komputer untuk melacak nomor panggilan mana pun
juga. Ia segera menelepon ke nomor masuk tadi untuk melakukan panggilan video call. Saat
sambungan terkoneksi, pemimpin itu melihat sebuah wajah pada layar telepon
genggam dan menjawab, "Albert, pemimpin BtP bagian intelijen di sini."
"Cuckoo, di sini," sahut sebuah suara di belakang Albert.
Michelle dan Albert terkejut baru menyadari seseorang telah masuk ke dalam
ruangan rapat dan tepat berdiri di belakang Albert.
"Jangan bergerak Sir atau senjata apiku akan menembus punggungmu dan memasuki
jantungmu." Cuckoo terlihat seperti seorang pria berusia 40 tahunan berpakaian
jas lengkap dan menekan sebuah senjata api pada punggung belakang Albert.
"Apa yang kamu inginkan?" tanya Albert tetap tenang.
Cuckoo itu melihat sekeliling yang kosong dan tersenyum berkata, "Aku ingin dua
orang di sudut itu memunculkan diri sekarang juga dan keluar dari ruangan ini." Michelle
melihat sekeliling dan tidak memahami. "Munculkan diri kalian atau peluru ini akan
menembus tubuhnya," sahut Cuckoo.
Albert menutup mata dan menarik nafas. "Munculkan diri kalian."
Seketika seorang pria dan seorang wanita bersenjata lengkap muncul dan menatap
Albert. "Sir?" "Suruh mereka keluar, aku hanya tidak ingin siapa pun mendengar apa yang akan
kita bicarakan," tambah Cuckoo.
"Kalian keluarlah," kata Albert. Kedua orang itu menggangguk dan keluar dengan
terpaksa. "Apa yang kamu inginkan?"
~ 627 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Cuckoo menurunkan senjata apinya dan duduk di salah satu kursi staf di samping
dan menatap Albert. "Kesepakatan dan uang."
"Untuk data yang kamu curi?"
Cuckoo tertawa. "Tidak, kebanyakan data dari kalian sama sekali tidak valid dan
tidak dapat ditelusuri. Jika memakai data kalian, maka aku hanya akan berputar-putar tanpa
hasil bertahun-tahun. Aku bingung bagaimana divisi sebesar kalian menyimpan begitu
banyak sampah tidak berguna. Mungkin kalian memelihara beberapa mata-mata musuh di
tempat ini." Albert terdiam, ia tidak menyangkal. "Apa yang kamu inginkan?"
"Uang atas informasi Kelompok Pembebas yang akan kujual untuk kalian dan sebagai
bonusnya, aku akan menghancurkan data yang kuambil dari kalian."
"Seberapa tepat informasi tersebut?"
Cuckoo tertawa keras. "Bagaimana jika aku memberikan barang contoh agar kamu
dapat mempercayai informasiku terlebih dahulu sebelum aku menjual keseluruhan data?"
Albert tersenyum. "Kita bisa membicarakan hal itu."
"Data mana yang cocok untuk sebagai barang contoh yah....?" Cuckoo mengetukkan
jarinya pada kepalanya beberapa kali seolah-olah sedang berpikir. "Hmm... saat ini
aktivitas Kelompok Pembebas di daerah Viginia telah meresahkan masyarakat tempat itu. Aku
tidak menyukainya, mungkin sebaiknya aku memberikan informasi mengenai Kelompok
Pembebas di kota Viginia. Tempat persembunyian mereka dan seluruh anggota
mereka," kata Cuckoo membuat Michelle menatap ke arahnya.
"Aku tidak menolak," kata Albert mencoba memainkan kartunya.
"Tapi dengan persyaratan," tambah Cuckoo.
Albert menyandarkan diri pada kursi. "Katakan."
"Aku ingin seluruh anggota mereka ditangkap sekaligus pada waktu yang sama dan
seluruh tempat persembunyian mereka digerebak pada saat yang sama hari ini juga," tambah
Cuckoo. "Hari ini?" balas Albert.
"Ya hari ini juga sebelum infomasi ini bocor. Aku juga tidak mau mengambil
risiko kalian menangkap sebagian kecil dari mereka sedangkan sebagian besar dari mereka
melarikan diri atau memindahkan markas mereka."
"Bagaimana aku bisa mempercayai data yang kamu berikan?" balas Albert.
~ 628 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Cuckoo tertawa. "Kamu bisa meragukannya dan tidak melakukan apa pun juga. Atau
kamu bisa mencobanya dan melihat apakah kamu bisa mempercayaiku sebelum aku menjual
data yang lebih besar lagi."
Albert mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja dan berpikir sejenak. Ia sudah cukup
lama menjadi pemimpin Divisi Intelijen BtP dan mengetahui dengan jelas setiap
kesempatan, tantangan atau jebakan. Perbedaannya sangatlah tipis. "Di mana datanya?"
"Aku akan memberikannya, tapi jika kamu berjanji memberiku beberapa hal."
"Kupikir kamu tidak menjual barang contoh."
Cuckoo tertawa, "Aku tidak meminta imbalan, hanya ingin niat baikmu menghargai
informasi yang kuberikan ini. Meski hanya barang contoh."
"Apa yang kamu inginkan?"
"Mungkin kamu bisa memulai dari mengganti rugi kerugian yang disebabkan oleh
Kelompok Pembebas di daerah Viginia." Kata Cuckoo, "Apa kamu bisa melakukannya?"
"Akan kuusahakan jika datamu tepat," jawab Albert.
Cuckoo mendekatkan jarinya pada tubuh Albert dan menarik sebuah pulpen bagus
dari kantong depan baju Albert. Pulpen itu berwarna emas dan bertuliskan nama lengkap
Albert, "Aku juga ingin jika seseorang tertangkap oleh BtP dan dirinya membawa pulpen
ini agar kamu melindunginya dari Divisi Penelitian menjadikannya rabbit."
"Tidakkah kamu meminta terlalu banyak?" balas Albert.
Cuckoo menatap langsung ke mata Albert. "Jika kamu menyelamatkannya, anggap saja
seluruh data Kelompok Pembebas di negara mana pun yang kamu inginkan akan
menjadi milikmu. Cuma-Cuma."
"Apa kamu begitu ketakutan pada Divisi Penelitian sehingga membutuhkan bantuanku
untuk menyelamatkanmu?" pancing Albert.
"Hmm... Divisi Penelitian. Jika mereka ingin menangkapku mungkin mereka harus
menunggu jutaan tahun lagi," kata Cuckoo sombong.
Albert melirik padanya dan tertawa. "Kalau begitu untuk orang lain hmm.... Tentu
orang yang spesial." Albert mengetuk-ngetukan jarinya lagi dan menambahkan, "Aku
menyetujuinya, ambil saja pulpen itu meski pulpen itu besar artinya bagiku. Akan
tetapi jika infomasimu salah aku akan mengejarmu ke mana pun kamu berada dan akan membuatmu
menyesal dengan kedua tanganku sendiri."
~ 629 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sebuah flash disk dilemparkan pada Albert oleh Cuckoo.
"Di dalamnya berisi semua data anggota Kelompok Pembebas daerah Viginia yang
berjumlah 92 orang alinergi dan peta lokasi sebelas tempat pertemuan mau pun
penyimpanan senjata mereka. Jika kamu dapat menyerang mereka dalam waktu yang bersamaan
mungkin saja kamu bisa mendapatkan data-data dari mereka yang membimbingmu pada seluruh
Kelompok Pembebas internasional, tanpa membutuhkan bantuanku lagi. Cukup
menghemat waktu serta uangmu untuk membayarku."
Albert tersenyum mengambil flash disk itu dan menghubungkannya pada laptopnya
yang pastinya telah melakukan scan menyeluruh terlebih dahulu pada flash disk- nya
untuk mencegah adanya virus yang masuk. Di dalam flash disk itu Albert melihat data-
data diri
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
setiap orang yang tercatat lengkap dengan semua alamat mereka. Pada sebagian
catatan anggota Kelompok Pembebas berisi juga foto kamar mereka masing-masing. Pada data
terakhir terlihat sebuah peta besar dan beberapa tempat dilingkari dan juga
foto-foto lokasi markas Kelompok Pembebas. "Para teleporter akan menyukai ini," kata Albert
melihat setiap lokasi juga memiliki fotonya. Laptop itu diarahkan pada Michelle untuk dilihat.
Michelle melihat beberapa tempat pada peta dan memberikan opininya, "Aku pernah
mendengar jika mereka memiliki tempat di kota Viginia. Akan tetapi sebelas
tempat sekaligus adalah tangkapan besar. Kita akan membungkam Kelompok Pembebas dalam
sekali pukul dan juga seluruh anggotanya. Hanya jika informasi ini benar."
"Mereka tidak bisa ditangkap?"
Albert dan Michelle melihat ke arah Cuckoo. "Apa?"
"Pada semua ingatan mereka sudah ditanam sebuah pikiran jahat yang terletak jauh
di dalam bawah sadar mereka. Jika diri mereka tertangkap atau dalam keadaan terdesak maka
mereka akan membunuh diri mereka dengan menelan sebuah racun yang tersimpan dalam gigi
mereka," Cuckoo terdiam sebentar dan melanjutkan, "Menurutku tanpa racun pun
mereka akan bersikeras untuk membunuh diri mereka."
Mata Cuckoo terlihat serius dan menambahkan, "Jika kalian hendak menangkap
mereka, mungkin sebaiknya menggunakan peluru bius untuk menidurkan mereka dan
menggunakan mindreader membaca pikiran mereka selama mereka tidak sadar. Membuat mereka
mengaku dalam keadaan sadar adalah hal yang tidak mungkin."
"Akan kita lihat nantinya," kata Albert percaya diri.
Gantian kini Cuckoo yang mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. "Dan menurutku ke-
92 orang anggota alinergi Kelompok Pembebas itu sebagian besar atau kemungkinan
besar ~ 630 ~ - B L E S S E D H E A R T -
seluruhnya, telah mendapatkan ingatan palsu untuk membenci BtP dan mengikuti
keinginan pemimpin mereka. Seseorang telah membuat mereka menjadi bonekanya."
"Benarkah itu?" tanya Michelle dan Albert melihat tegas pada Cuckoo untuk
mencoba melihat kebenaran kata-kata itu.
Cuckoo tersenyum. "Kalian bisa melihatnya sendiri." Sebuah bayangan tentang
ingatan palsu dari salah seorang mantan anggota Kelompok Pembebas melompat masuk ke dalam
pikiran Albert dan Michelle. "Dan pikiran jahat yang ditanamkan pada mereka adalah,"
Cuckoo kemudian mengirimkan bayangan pikiran jahat yang tertanam di bawah sadar anggota
Kelompok Pembebas, yang melompat keluar dan mengakibatkan dirinya membunuh diri.
Albert memegang kedua mejanya dan Michelle berteriak terkejut serta menarik
nafas dalam- dalam, menenangkan dirinya.
Seseorang mempermainkan mereka seperti boneka penurut.
"Mereka membenci BtP karena ingatan palsu yang ditanamkan?" tanya Albert menatap
Cuckoo. "Apakah itu benar?"
"Aku tidak tahu, akan tetapi itulah yang terlihat olehku. Kalian dari Divisi
Intelijen tentunya dapat mengetahui semuanya lebih jelas saat sudah menangkap mereka."
Cuckoo berdiri dan berkata, "Baiklah, menempa besi harus selagi panas, data itu
baru dan masih hangat sebaiknya kalian memprosesnya secepat mungkin sebelum data itu
mendingin. Semakin sedikit yang mengetahui hal ini akan semakin bagus. Maukah kamu
mengembalikan flash disk ku itu?" Albert melirik pada Cuckoo. "Bukankah kamu memberikannya pada kami sebagai
barang contoh?" "Hahaha, aku memberikan informasi padamu sebagai barang contoh tapi flash disk
itu bukan barang contoh dan tidak untuk dijual," kata Cuckoo.
Albert mengetikkan jarinya pada layar komputernya dan memindahkan semua isi data
dari flash disk ke dalam laptopnya yang kemudian mengembalikan flash disk tersebut
pada Cukcoo. "Katakan Cuckoo, bagaimana kamu bisa mengetahui mereka semua adalah
Kelompok Pembebas dan bukan penjahat biasa?"
Sebuah kabut biru muncul di tangan Cuckoo dan terbang menabrak tubuh Albert dan
seketika kabut itu membentuk bayangan Harimau. "Seperti itu dan sampai jumpa." Cuckoo
mendadak menghilang mengejutkan kedua orang itu.
~ 631 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa yang akan kita lakukan, Sir?" tanya Michelle pada pemimpinnya setelah
kepergian Cuckoo. "Rahasiakan ini dari yang lainnya dan," Albert masih menatap layar di laptopnya,
"Aku akan menghubungi divisi lain untuk bersiap-siap bergerak secara serentak jika data
ini valid." Albert menekan sebuah telepon di atas mejanya dan berkata, "Siapkan enam orang
pasukan khusus untuk menculik orang dan laporkan padaku setelah mereka siap." Tangan
Albert bergerak dan matanya berkeliaran di antara data-data yang ada, akhirnya ia
memilih enam buah data diri yang dilengkapi dengan foto kamar mereka. "Kita akan menculik
enam orang di antara semuanya yang kupilih secara acak dan jika mereka semua adalah anggota
Kelompok Pembebas. Maka dalam satu jam semua orang dalam data ini dan markas
Kelompok Pembebas di dalamnya akan menjadi sasaran operasi BtP Internasional."
Michelle menggangguk. *** Aku kembali ke ruangan penginapan dan melihat semua kertas, laptop dan benda-
benda lainnya yang tersisa. Semua ini adalah benda berbahaya dan aku sudah tidak
membutuhkannya lagi setelah aku akan menyimpan semua data mereka dalam sebuah
flash disk cadangan untuk diriku sendiri. Nadia terlihat sedang menatap layar
laptopnya, "Jaime aku benar-benar tidak percaya ada begitu banyak alinergi yang tidak terdaftar
pada BtP." "Kamu akan segera mengetahuinya nanti," kataku menatap dirinya.
"Aku?" balas Nadia.
Aku tersenyum, "Kelak kamu akan menjadi finder untuk menemukan mereka." Nadia
melihat padaku dan terlihat sedih. "Jangan cemberut. Ayo kerja," kataku dan
mendadak seluruh benda di dalam kamar, peta, kertas-kertas, laptop, telepon genggam,
printer, papan whiteboard dan semua perlengkapan lainnya, kecuali LXX-ku terbang berkumpul di
tengah- tengah ruangan membentuk sebuah bola besar. Aku juga mengerahkan kekuatanku agar
Nadia dan diriku perlahan-lahan terbang di atas lantai kamar penginapan.
"Jaime, apa yang kamu lakukan?" Nadia terkejut.
"Kamu akan tahu nantinya," kataku tertawa. Jendela penginapan yang besar terbuka
dan kami berdua terbang keluar di atas pepohonan Sakura dan memasuki kegelapan langit
menuju ke tengah hutan. Udara dingin bertiup menyambut kami dan rambut Nadia terlihat
berkibar ditiup angin, tak lama kemudian kami mendarat di sebuah tempat di tengah hutan
di mana aku mengumpulkan semua benda-benda itu dan melemparkan flash disk yang sudah
disentuh oleh pemimpin Divisi Intelijen ke dalamnya. Aku kemudian mengingat penyerang
yang ~ 632 ~ - B L E S S E D H E A R T -
membakar rumahku untuk menyalakan api di kedua tanganku dan membakar semua benda
itu menjadi cairan plastik dan abu.
Di dunia ini ada begitu banyak alinergi luar biasa yang dapat melacak jejak
hanya dari benda yang pernah digunakan sasaran mereka dan aku tidak ingin mengambil risiko
ketahuan. Flash disk tadi jika tidak kubawa pulang, mungkin akan berakhir di tangan beberapa
alinergi yang dapat membaca jejakku pada benda itu dan membuatku ketahuan. Yang pastinya
dengan benda-benda yang hancur terbakar menjadi cairan maupun abu yang tersebar di
udara tentu tidak akan ada yang bisa mendeteksi kami lagi.
Bersih sudah semua jejak yang ada.
"Tugas sudah selesai, sebaiknya kita membersihkan diri," kataku tertawa sambil
memikirkan jalan untuk mengembalikan kekuatan Nadia.
"Druk... drum ... dumm ... dum ...!!!" Kembang api menyala di kejauhan langit
malam. "Apakah ada perayaan?" tanyaku menatap Nadia dan membawanya terbang ke atas
sambil melihat pada hamparan lampu-lampu perkotaan serta kembang api yang masih meledak
di kegelapan langit. "Ya," sahut Nadia yang matanya berbinar melihat keindahan itu, "Nyonya pemilik
penginapan tadi menyarankan kita untuk ke sana, katanya hari ini ada perayaan di
kuil kota hingga larut malam."
Mataku mendadak ikut berbinar. "Kita ke sana?" tanyaku.
*** Nadia harus mengakui jauh dalam dirinya sebenarnya merasa sangat cemas akan
keadaan dirinya yang sama sekali tidak menunjukan perubahan apa pun juga. Dalam beberapa
hari ia akan segera menjadi buroanan divisi penelitan. Ia sudah mencoba kekuatannya
berkali-kali selama Jaime tidak ada namun sama sekali tidak memiliki perubahan apa pun juga.
Ia menatap Jaime, tidak ingin membebani pria yang belakangan ini sudah bekerja
begitu keras. Mungkin ada baiknya ia melepaskan beban pikirannya hari ini, melepaskan
kekhawatiran dan menikmati saat-saat mereka berdua.
Nadia tersenyum ceria dan menjawab, "Tentu saja."
*** Kami pun terbang kembali ke penginapan dan dari sana kami berdua diantar oleh
bus penginapan ke kota. Perayaannya benar-benar begitu meriah dan padat pengunjung.
Ada ~ 633 ~ - B L E S S E D H E A R T -
begitu banyak warung-warung yang berjejer didandani dengan lampu berwarna-warni
dan menjual segala jenis makanan ringan. Nadia memakai pakaian khas tempat ini,
sebuah kimono berwarna merah muda dengan motif bunga Sakura berwarna pink yang dijual
oleh Nyonya pemilik penginapan. Aku baru mengetahui jika dia juga memiliki pekerjaan
sampingan menjual kimono khas negara ini bagi tamu-tamu dari luar negeri.
Melihat Nadia dalam pakaian itu, aku tidak tergoda oleh kecantikannya dan juga cara pengaturan
rambutnya. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana agar dia mau menikahiku dan terus
membiarkan diriku berada di sisinya untuk melayaninya dan mencintainya hingga 100 tahun ke
depan. Aku menatap Nadia yang tertawa-tawa dan menarik nafas dalam-dalam.
Yah Tuhan, aku tahu aku adalah orang egois karena meminta terlalu banyak, tapi
kamu boleh melupakan semua permintaanku yang sebelum-sebelumnya dan sebagai gantinya
yang satu ini mohon Engkau mengabulkannya. Biarkanlah aku dapat membahagiakannya
seumur hidupku. Kami berjalan di antara banyaknya kerumunan orang. Aku segera menggenggam
tangannya agar tidak terpisah dan dia membalas menggenggam tanganku membuatku merasakan
hangat jari-jarinya. *** Nadia melihat keindahan sekeliling dan tanpa sadar matanya basah dan berusaha
menutupinya dari Jaime. Ia hanya memikirkan jika ia harus menjadi rabbit, ia
ingin saat-saat seperti ini, saat ia berduaan dengan Jaime akan menjadi kenangan terindah
baginya dan jika bisa. Air mata Nadia menetes.
Semoga semuanya tidak pernah berakhir.
*** Lampu-lampu jalanan, ledakan kembang api, lampu warna-warni sepanjang toko,
anak-anak yang tertawa berlarian, pasangan muda yang saling menggoda, hati yang mencintai
dan kekasihku di sampingku. Ingin rasanya aku hidup seperti ini terus menerus.
Aku menatap langit yang gelap dan untuk saat ini mengenai Kelompok Pembebas. aku
hanya bisa bertaruh. Setelah ini semuanya akan kuberikan pada Nadia untuk
melindunginya dari BtP atau siapa pun juga, tidak akan kubiarkan siapa pun melukainya.
*** ~ 634 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Bagaimana laporannya?" tanya Albert dari ruangan kerjanya.
"Sir, dari enam orang yang menjadi target operasi kali ini, tiga orang alinergi
tertangkap dan berhasil dibius sedangkan dua orang bunuh diri menjadi cairan dan kami tidak
dapat menemukan jejak seseorang lagi. Mindreader kami sudah memeriksa pikiran mereka
dan mereka positif adalah anggota Kelompok Pembebas daerah kota Viginia."
"Baiklah, tunggu perintahku selanjutnya," kata Albert menutup telepon dan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik nafas dalam-dalam serta bersandar. Ia menekan sebuah telepon menuju pada sekretarisnya
dan berkata, "Kumpulkan semua pemimpin divisi akan ada rapat darurat dalam 15 menit
dan suruh Michelle menghadap ke kantorku."
Tidak berapa lama Michelle tiba dalam ruangan dan dipersilakan duduk.
"Informasi ini valid," kata Albert tersenyum menatap Michelle. "Apakah kamu
memiliki gambaran siapa Cuckoo dan mengapa dia menghubungi nomor teleponmu?"
"Tidak, Sir," jawab Michelle.
Jari Albert kembali terketuk berirama di atas meja kerjanya. "Baiklah, aku ingin
kamu membuat rencana untuk menutupi kerusakan dan kerugian akibat aktivitas Kelompok
Pembebas pada satu tahun terakhir pada Viginia."
"Apa kita akan mengganti kerugian mereka?"
"Yah, hanya apabila kerusakan itu tidak diganti rugi oleh asuransi dan bukan
milik umum yang akan diganti oleh pemerintah kota setempat," kata Albert tersenyum senang.
"Dan aku yakin mobilmu serta apartemenmu memiliki ganti rugi asuransinya juga."
Michelle hanya dapat balas tersenyum.
Jika demikian dapat dikatakan hampir semua kerusakan ditutupi oleh asuransi dan
pemerintahan kota kecuali tempat tinggal Jaime.
*** Master melihat kendaraan keluar dari Markas Besar BtP Graceland dalam jumlah
yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Beberapa helikopter militer dan ambulans terbang
keluar yang membuat seakan-akan seluruh isi Markas Besar BtP Graceland bertaburan keluar.
"Apa yang terjadi?" tanya Madame pada Master. "Apakah akan terjadi perang?"
Master hanya dapat menggelengkan kepala.
Ratusan anggota BtP dari daerah Graceland bekerja sama dengan ratusan anggota
BtP dari seluruh negara terlihat bergabung dengan ratusan personil kepolisian dan tentara
keamanan ~ 635 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Viginia. Mereka mulai memenuhi dan mengepung begitu banyak rumah-rumah yang
dicurigai di berbagai sudut kota dan memblokade tempat-tempat persembunyian yang
dicurigai di kota Viginia.
Gerakan mereka cepat dan serentak di semua tempat. Tak berapa lama kemudian
siaran berita di mana-mana mulai mengabarkan secara langsung kekacauan yang terjadi di
Viginia. "... Anggota-anggota BtP dan para petugas secara serentak mulai menangkap puluhan
alinergi yang diduga kuat sebagai anggota Kelompok Pembebas...."
"... Ratusan senjata dan bahan peledak dari berbagai lokasi tersembunyi di Viginia
berhasil diamankan meski pada beberapa tempat terjadi pertempuran yang mengakibatkan
korban luka di kedua belah pihak dan ledakan di mana-mana..."
"... Kelompok Pembebas sedang dalam keadaan lengah dan tidak memiliki persiapan
apa pun sehingga korban jiwa hanya terdapat di pihak Kelompok Pembebas ..."
Penangkapan besar-besaran ini menghiasi siaran berita utama di seluruh negara.
*** Pada ruang rapat utama para pemimpin Divisi BtP Pusat terlihat mereka sedang
mengikuti apa yang sedang terjadi di Viginia bersama-sama. Salah seorang pemimpin Divisi
Pertahanan melihat pada Albert. "Kali ini Divisi Intelijen berjasa besar," sahutnya sambil
tertawa. Albert hanya tersenyum membalas sambil menatap kosong hasil lapaoran yang sedang masuk.
Siapakah Cuckoo sebenarnya" Siapakah pemimpin Kelompok Pembebas itu" Dan mengapa
Viginia" Apakah semua ini berhubungan dengan rencana Sherry empat tahun lalu"
Aku harus menanyakan hal itu padanya.
*** Vito menatap siaran televisi dengan Xian di sampingnya. "Aku menyuruh muridmu
untuk memberikan pukulan keras untuk Kelompok Pembebas di Viginia, tapi dia bahkan
melucuti hingga ke bulu-bulunya. Murid yang mengagumkan," kata Vito tertawa dan Xian
hanya diam menatap layar televisi. "Dengan demikian apakah dia akan keluar?" tanya Vito.
Xian menggangguk. "Kalau dia adalah orang yang kita maksud maka saat ini dia
pasti sudah dipenuhi amarah dan akan menggunakan semua cara untuk mencari Jaime serta segera
membunuhnya." "Yah, sudah menjadi kewajibannya kita utuk mengembalikan dirinya kembali ke
jalan yang benar," Vito menggerakkan jarinya dan seorang bodyguard-nya menggangguk. "Kita
ke tempat Jaime?" ~ 636 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Sebaiknya demikian," balas Xian. "Sebelum terlambat."
*** Pemimpin Kelompok Pembebas itu menatap layar dan segera dipenuhi amarah. "Jaime!
Kamu akan membayar ini semua dengan nyawamu!" Ia segera keluar diikuti dua orang
lainnya. "Empat hari sudah berlalu sejak kita mengejar Jaime. Tanyakan pada
anggota kita apakah mereka masih tidak berhasil melacak Jaime sama sekali hingga saat ini?"
Pempinan itu terlihat benar-benar marah, "Kali ini dia harus mati! Aku akan
membunuhnya dengan kedua tanganku sendiri. Dendam ini tidak bisa menunggu lebih lama lagi,"
teriak Pempinan itu mengamuk dan sebuah vas bunga dan meja di sampingnya segera meledak
hancur. "Baik," jawab seorang yang mengikutinya.
"Dan kumpulkan seluruh anggota Kelompok Pembebas. Kita akan bersiap-siap
membalas dendam pada BtP, seharusnya seluruh markas mereka sedang kosong saat ini, kita
akan memberikan pukulan telak juga pada mereka," kata pemimpin itu.
*** Kami baru saja kembali dari kuil dan tempat perayaan. Saat ini kami sedang
berjalan santai di dalam kota melihat seisi kota yang terlihat ramai sekali dipenuhi orang berlalu-
lalang dan masih banyak toko yang beroperasi hingga larut malam. Aku melihat di salah satu
layar televisi dalam sebuah toko yang mengabarkan penangkapan alinergi dalam jumlah
besar di daerah Viginia. Layar-layar televisi menunjukkan letusan senjata, pertarungan
kekuatan antar alinergi dan kekacauan besar-besaran.
Nadia menatap televisi itu. "Jaime, apakah kamu yang melakukannya?"
"Tidak, orang BtPlah yang melakukannya," jawabku.
"Apakah mereka akan menjadi rabbit?"
Aku menggelengkan kepala. "Mereka mungkin akan bunuh diri atau mengalami
kerusakan otak sebelum dapat dijadikan rabbit. Seseorang telah bermain-main dengan nyawa
mereka." "Jaime," panggil Nadia mendadak suaranya terdengar berbeda.
"Ya?" Aku melihat wajahnya pucat. "Ada apa, Nadia?"
"Apakah itu orang tua yang kamu panggil Almaria?" Nadia terlihat pucat
mengangkat jarinya menunjuk pada satu sisi jalanan. Aku segera melihat ke arah yang ditunjuk oleh
Nadia, terlihat Max, Almaria dan Rick di sana.
~ 637 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Apa yang mereka lakukan di sini" Dan bagaimana mereka mengetahui tempat ini"
Firasatku menjadi buruk dan tanganku segera mendorong Nadia ke belakangku untuk
melindunginya. Tidak tahu apakah sebaiknya aku menyuruhnya lari atau tetap
berada di dekatku. Yang pasti perasaanku terasa begitu buruk.
"Jaime," panggil Almaria, "Apa kamu bersenang-senang dengan apa yang telah kamu
lakukan?" Bahasa tubuh Almaria terlihat jelas meneriakkan amarah, dendam dan
nafsu pembunuhan padaku. Aku segera mengalirkan seluruh energi ke tubuhku dan Nadia
untuk melindungi kami berdua. "Hampir ratusan alinergi tertangkap hari ini dan aku
mengucapkan selamat atas kerjamu," kata Almaria ringan.
"Terima kasih," kataku melihat sekeliling di mana orang-orang berlalu lalang
tidak merasa terganggu oleh kami, sedangkan Almaria, Rick dan Max berjalan semakin mendekat.
Bagaimana dia mengetahui aku yang melakukannya"
"Kamu tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh Kelompok Pembebas untuk
membangun semua itu" Mencari anggotanya dan juga mengumpulkan semua
persenjataannya?" tanya Almaria berhenti berjalan dan menatapku. "Tentu sangat
tidak menyenangkan bagi Ketua Kelompok Pembebas itu melihat kerja kerasnya hancur
dalam hitungan jam." "Ya," kataku jelas, aku merasa seperti seekor tikus yang sedang diincar seekor
burung elang. "Sebaiknya aku sudah membunuhmu lama sebelum ini terjadi dan sekarang aku ingin
kamu menyerahkan nyawamu padaku sebelum kamu mengakibatkan kerusakan lebih banyak
pada kelompokku," kata Almaria dan wajahnya kini terlihat sangat bengis.
"Ternyata memang kamu," kata sebuah suara di belakang Almaria. Rick, Max dan
Almaria segera berbalik menemukan Vito dan dua orang bodyguard-nya terlihat di belakang
mereka. "Seharusnya kamu tidak melakukan perbuatan sejahat ini," kata Xian yang tiba-
tiba muncul di samping kami. Almaria melihat ke sekeliling, "Kakak, apa yang kalian maksud?"
"Kamu adalah ketua Kelompok Pembebas. Dan mengapa kamu memanipulasi ingatan
mereka?" tanya Vito, "Bahkan menanam pikiran jahat pada mereka sehingga mereka
akan bunuh diri." Almaria menatap Vito dan Xian serta mendadak mengamuk. "Jika BtP membuat anggota
mereka, mengapa aku tidak bisa membuat anggotaku sendiri" Apakah ini semua
karena kakak-kakak sekalian lebih membela Sherry?"
~ 638 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Adik, sadarlah," kata Xian.
Aku menatap Almaria yang marah dan berkata, "Suatu saat nanti Kelompok Pembebas
akan sama besarnya dengan BtP yang didirikan bajingan Sherry itu," terlihat wajah
Almaria bengis dan juga tersirat penderitaan mendalam.
"Adik, dendam telah membuatmu gila dan telah meracuni hatimu yang bersih," kata
Xian. "Ingatlah pesan Guru padamu."
Almaria terlihat marah dan menatap ke arahku, "Karena kamu semuanya menjadi
kacau." Mendadak Almaria menunjuk jari keriputnya padaku dan berteriak, "Keluarlah
kelinci kecilku dan serahkan nyawanya padaku."
Mendadak aku mendengar suara-suara tinggi berteriak dalam pikiranku. Seluruh
ketakutan, kebencian, kemarahan, kesedihan, penderitaan dan kegilaan berlompatan dan
berlarian memenuhi pikiranku, merobek-robek kewarasanku dan memberikan rasa sakit yang
menyengat. Aku berteriak keras sekali.
Tubuhku berbunyi berderak-derak dan aku memegang kepalaku seakan-akan seluruh
dunia sedang berputar. Tubuhku terjatuh dan aku terus berteriak-teriak sambil memegang
kepalaku yang terasa sakit sekali. Aku segera membenturkan kepalaku ke aspal jalanan
ingin mengurangi rasa sakit di kepala.
Jika Nadia saat itu berada di sampingku, aku tidak lagi mengetahuinya. Kematian
adalah satu-satunya jalan keselamatanku. Dengan seluruh kekuatanku, aku kembali
mengantamkan kepalaku ke pemukaan aspal berharap seluruh rasa sakit di kepalaku dan
penderitaan ini akan hilang. Kepalaku mengalirkan darah, akan tetapi belum dapat menghilangkan
kesakitan ini. Aku akan terus menghantamkan kepalaku pada lantai hingga rasa sakit luar biasa
ini menghilang meski pada saat itu nyawaku sudah menghilang.
~ 639 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 38 KEBENARAN DI BALIK MUSUH Aku berteriak putus asa. Teriakanku mengguncang sekeliling dan beberapa orang
yang berkeliaran di sekitarku terkejut serta menjauhi dan menatapku dengan tatapan
penuh tanda tanya. Kegilaanku mencapai puncak bersamaan kepalaku menghajar aspal berkali-
kali. Sesuatu mulai muncul membakar diriku dari dalam, kesedihan, keputus-asaan,
ketakutan dan semua emosi negatif dalam diriku biasanya akan berubah menjadi satu emosi saja.
KEMARAHAN. Aku berteriak keras karena gila dan marah, mataku yang buas menatap pada Almaria
yang sedang tersenyum. Dialah sumber dari semua masalahku.
Dengan cepat aku melompat tiba di depannya menghajar wajahnya bertubi-tubi dan
mendorongnya hingga jatuh ke permukaan aspal. Almaria segera menerjangku dengan
sebuah ledakan energi tapi aku segera mengerahkan kekuatan yang sama untuk
membatalkan terjangan kekuatan itu dan menduduki dadanya. Tanganku terus bergerak menghajar
wajahnya dengan niat menghancurkan tanganku sendiri, kepalaku terasa sakit
sekali. Aku ~ 640 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menarik kerah bajunya dan menghantamkan kepalaku pada dahi maupun wajahnya
berkali- kali. Aku berteriak keras, aku ingin rasa sakit di kepalaku hilang dengan cara apa pun
juga. Max muncul di sampingku mengerahkan kekuatan pikirannya menyuruhku berhenti. Aku
berteriak tidak senang karena terganggu dan menerjang pikirannya, mengirimkan seluruh
kegilaan dalam pikiranku kepadanya. Seketika itu juga wajahnya berubah. Ia berteriak
memegang kepalanya dan berteriak-teriak kalap serta tubuhnya terjatuh kejang-kejang. Rick
muncul di belakangku dan menarik diriku untuk menjauhi Almaria akan tetapi siku lenganku
menerjang memasuki rusuknya tanpa ampun yang membuatnya terpelanting karena sudah niatku
untuk menghancurkan sikuku sendiri. Tubuh Rick terbang mencium aspal dan mengakibatkan
sebuah mobil terpaksa berhenti mendadak di jalanan untuk tidak menabraknya. Ia
berteriak kesakitan dan segera menghilang dari tempat ini.
Beberapa wanita berteriak dan anak-anak menangis menjauhi kami. Aku kembali
memukuli Almaria, ingin menghancurkan tubuhku sendiri dengan mengadunya kepada orang yang
kubenci. Darah terpercik di sekeliling wajahku dan kedua tanganku sudah basah
oleh darah. Darah dari tanganku sendiri, aku melihat Almaria yang tersenyum menatapku karena
kini tubuhnya telah berubah menjadi berlian, terasa sangat keras. Aku tidak perduli,
aku mengerahkan kekuatanku dan menyerap kekuatan Almaria. Kedua kepalan tanganku
berubah seperti berlian dan menghajar wajah dan tubuhnya terus menerus. Berlian
menghajar berlian dengan kekuatan tinggi, suara keras berbunyi berirama dan mengerikan.
*** Rick menghilang dan muncul di salah satu markas Kelompok Pembebas Internasional.
Di sana sudah berkumpul sekitar dua ratusan orang alinergi pemberontak bersenjata
lengkap. "Rick," panggil seseorang di sana. "Di mana ketua" Bukannya kita disuruh
berkumpul untuk menyerang markas BtP untuk membalas dendam?"
Rick muntah darah sambil memegang rusuknya. "Lupakan itu, nyawa ketua dalam
bahaya kita harus segera menolongnya. Semua teleporter bantulah untuk membawa semua
anggota menuju ke tempat itu."
*** Vito dan Xian mendekatiku sambil berteriak, "Jaime hentikan."
Akan tetapi aku malah mengangkat tubuh Almaria dan melemparkannya ke arah mereka
yang ternyata luput. Tubuh Almaria yang keras menghantam tiang listik membuat tiang
tersebut langsung patah jatuh menimpa sebuah rumah. Orang-orang mulai berlarian menjauhi
kami, sedangkan diriku kembali menerjang maju ke arah Almaria dan mengangkat tubuhnya
ke atas ~ 641 ~ - B L E S S E D H E A R T -
serta membanting kepalanya ke atas aspal yang membuat aspal berlubang seketika.
Dari arah lain muncul puluhan orang yang mulai menyerangku dengan tembakan sambil
berteriak, "Lepaskan Ketua."
Aku tidak perduli dan terus menggerakkankan tangan dan kakiku menghajar tubuh
Almaria. Dia berkali-kali membalas pukulanku tapi aku tidak dapat merasakan apapun juga.
Rasa sakit dalam tubuhku begitu menyiksa. Aku hanya ingin menghancurkan diriku sendiri
hingga aku tidak merasakan apa pun lagi.
Mereka para alinergi itu mulai menembakiku dengan kekuatan alinergi mereka
seperti api, listrik, getaran energi dan juga senjata peledak lainnya. Akan tetapi tubuhku
persis seperti berlian sehingga ledakan dan tembakan mereka hanya melontarkan diriku yang
sambil memegang Almaria, sama sekali tidak terasa sakit di badanku. Aku berdiri dan
meraung keras sekali. AKU INGIN MEREKA MENGHANCURKAN TUBUHKU!!!!
*** "Almaria!! Hentikan perbuatanmu pada Jaime," teriak Xian pada pikiran Almaria.
"Atau dia akan membunuhmu." Almaria yang masih dalam pegangan Jaime tertawa dalam pikiran, "Aku ingin tahu
lebih cepat anak muda ini mati atau diriku."
Almaria mendesah dalam batinnya, sebenarnya dia sudah tidak dapat menarik
kembali pikiran jahat itu setelah dikeluarkan. Pikiran dan rasa sakit itu hanya berhenti
saat penderitanya mati. Untuk saat ini Xian sendiri pun tidak akan dapat menidurkan
pikiran Jaime. *** Kepalaku rasanya sakit sekali, aku ingin mereka melumatkan tubuhku dan
mengeluarkan rasa sakit dari tubuhku, membebaskanku dari penderitaan ini. Almaria sendiri dari
tadi berteriak mencoba menyerangku dengan kekuatannya namun sebelah tanganku yang memegang
Almaria, sampai mati pun tidak akan kulepaskan. Aku mulai terus menghajar wajah
Almaria, keras sekali, getarannya bahkan terasa sampai seluruh tubuhku. Seorang pria
bertubuh besar datang mendekatiku, aku dapat melihat tubuhnya berkilat seperti baja dan
mendekatiku untuk menangkapku, tanganku yang lain segera menghajar tangannya yang terulur untuk
menangkapku. Tangan baja itu segera remuk dan hancur membuatnya terjongkok
menjerit kesakitan, tanganku yang lain mengangkat tubuh Almaria dan melayangkannya pada
pria itu, menghancurkannya. ~ 642 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian, Vito dan dua orang bodyguard-nya sedang sibuk mengurus beberapa anggota
Kelompok Pembebas yang tiba. Aku merasa begitu kesal dan marah karena pukulanku
tidak dapat memasuki tubuh Almaria. Kedua tanganku memegang sebelah tangannya dan
menjatuhkan dirinya pada aspal jalanan serta mulai menendangnya bagian ketiaknya
keras sekali. Aku juga telah mencoba menginjak-injak wajahnya dan karena tidak
memberikan hasil sama sekali, aku segera menginjak tubuhnya ke bawah dan menarik sebelah
tangannya dengan niat mencabik tangannya copot dari tubuh. Sebuah roket meluncur ke arahku
dan meledak. Membuat diriku dan Almaria terbang membentur sebuah dinding pertokoan
dan menghancurkan dinding tersebut. Suara teriakan orang dari dalam toko terdengar
berlarian keluar. "Arggghhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!" Aku berteriak keras dan bangkit kembali sambil
menarik tangan Almaria yang berbentuk berlian mematahkannya ke arah berlawanan ke
belakang tubuhnya sambil menginjak punggungnya. Almaria akhirnya berteriak-teriak mulai
merasa kesakitan, tapi aku sudah tidak mendengar sepatah kata pun darinya. Pikiranku
menggila dan kesakitan menyiksa diriku teramat sangat. Rasa sakit, penderitaan ini dan
semuanya aku mulai mengalirkan semua kemarahanku pada tangan Almaria, mencabik, menendang dan
menarik sekuat tenaga. Hingga... terdengar suara berderik keras dan teriakan kesakitan Almaria. Tangan
itu tercabik lepas dari tangannya dan aku berteriak puas penuh kebuasan dan mengayunkan
tangan Almaria menghajar wajahnya sendiri yang berteriak kesakitan. Vito dan Xian yang
mendengar teriakan Almaria menatapku seketika keduanya segera melesat ke arahku,
Vito menyerangku dengan sebuah kekuatan tidak terlihat yang membuatku terbang ke
belakang kembali menembus dinding kamar dalam rumah dan Xian terlihat terbang ke arah
Almaria. Aku mengamuk dan segera bangkit meluncur terbang ke arah Almaria, tidak akan
membiarkannya lolos, namun saat aku mengarahkan tanganku untuk menangkap
Almaria. Xian yang mengandeng Almaria langsung menghilang dari hadapanku. Saat itu
tubuhku kembali diserang dengan berbagai kekuatan, senjata api dan tembakan roket. Aku
segera meluncur ke arah mereka, menghajar mereka dengan satu pukulan untuk satu orang,
tubuhku begitu keras dan tanganku juga sangat keras membuat tubuh mereka terasa seperti
tahu lunak. Saat tanganku menerobos ke dalam tubuh mereka, mereka langsung rubuh dalam satu
pukulan. Tubuhku berlumuran darah dari kepala hingga kaki. Kepalaku sakit, aku
berteriak marah dan menghajar siapa pun yang masih berdiri di sekelilingku.
Siapa pun yang berada di sana.
Aku terus melaju ke arah mana saja datangnya tembakan yang menghujaniku dan
terus menerjang siapa pun yang bergerak hingga tembakan dan ledakan pada akhirnya
berhenti ~ 643 ~ - B L E S S E D H E A R T -
semua. Tidak ada teriakan lagi, tidak ada suara apa pun lagi dan di sekelilingku
tiada berdiri seorang pun juga. Hanya kesunyian, kegelapan dan genangan darah bersama serakan
tubuh yang tidak lagi bergerak yang ada, semuanya menjadi hening. Aku kembali
merasakan kesakitan menjalari seluruh tubuh dan sarafku, mengila kembali dan menghantamkan
kepalaku ke permukaan aspal dan membuat lubang besar karena kepalaku dan tubuhku
sekeras berlian. Aku melihat sesosok tubuh sedang bergerak mendekatiku,
kemarahan langsung mengambil alih tubuhku dan segera meluncur ke sana sambil menggerakkan
tanganku hendak melancarkan serangan.
Nafasku tertahan untuk sejenak, aku melihat Nadia yang mendekatiku dengan wajah
pucat. Semuanya seolah-olah bergerak begitu lambat, tanganku yang berbentuk berlian
terarah pada tubuhnya dan sedang melaju menghajar tubuhnya.
Tanganku akan segera menembus tubuhnya dan menghancurkan seluruh daging dan
tulang- tulangnya. Semuanya bergerak begitu lambat.
Tanganku terus bergerak dan mata Nadia terlihat ketakutan.
Tidak. Tanganku masih melayang mendekati tubuhnya.
TIDAK!!!! Dengan segenap kekuatan, tanganku dipaksa berbelok arah namun tetap saja
tanganku mengenai tangannya dan menghajar tubuhnya hingga kakinya terdorong meninggalkan
permukaan jalan. TIDAKKKKK!!!! Aku melihat tubuh Nadia melayang jauh dan kimononya melambai-lamba terjatuh
sekitar lima atau tujuh meter ke belakang, menghajar permukaan jalan dan terguling
hingga akhirnya berhenti, terbujur tidak bergerak. Hatiku hancur dan amarahku seketika berhenti
bergejolak, tubuhku menjadi kaku dan perlahan-lahan mencoba bergerak mendekati Nadia yang
terlihat tergeletak di tanah dengan tangannya yang patah ke arah yang tidak wajar. Darah
membasahi pakaiannya dari dalam tubuh dan menggenang di aspal. Kakiku melangkah selangkah
demi selangkah ke arahnya, terasa begitu berat, aku merasa tidak bernafas sama
sekali. Pikiranku penuh, namun seolah-olah semuanya berhenti bersamaan. Saat tubuhku tepat berdiri
di samping tubuh Nadia. Aku mencoba melihatnya lebih jelas, mulutnya mengalirkan
darah dan genangan darah yang keluar dari tubuhnya semakin melebar, merah dan kental.
~ 644 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Seluruh kegilaan dan amarah dalam pikiranku berhenti seakan-akan menunggu
sesuatu. Nyawa Nadia adalah segala-galanya bagiku lebih dari nyawaku.
Aku terdiam. Seketika tubuh Nadia bergerak dan menatapku. "Ka... kamu tidak
apa ... pa?" tanyaku dan dengan sangat cepat menunduk ke arahnya hendak memeluknya, akan
tetapi tubuhku masih sekeras berlian dan bahkan berlumuran darah.
"Ja ... Jaime ... jangan mengamuk lagi...," katanya pucat dan memaksa sebelah
tangannya yang lain menyentuh pipiku..
"Jangan menyakiti dirimu lagi," katanya tersenyum dan tangan Nadia terjatuh ke
aspal jalanan, dia kehilangan kesadaran. Semua kemarahan dan kegilaan emosiku hilang
berganti dengan satu emosi yang lebih kental.
Ketakutan. Ketakutan akan kehilangan dirinya. Aku berteriak keras, meraung dengan air mata
yang membasahi mataku. Tubuhku segera berubah kembali menjadi normal dan aku
menyentuhnya untuk mengalirkan energi dan menghilang dari jalanan. Membawanya
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali ke kamar penginapan kami. Di sana pikiranku bergejolak kembali dan
semampu mungkin aku menahannya. Tubuh dan jari-jariku bergetar keras, tapi aku harus melakukan sesuatu. Aku
menyentuh tangannya dan seperti orang mabuk yang berusaha memfokuskan diri, aku mencoba
menembus kabut pikiranku. Mencari kesadaranku agar dapat menggunakan kekuatan
yang bisa mengembalikan semua sel-sel tubuh Nadia ke beberapa saat sebelumnya. Akan
tetapi pikiranku seperti berkabut tebal tidak dapat menemukan apa pun yang kuinginkan.
Pikiranku penuh kekacauan dan emosi-emosi yang saling mengigit meminta perhatian. Aku
tidak mampu menggunakan kekuatanku, setiap kali aku mencoba menggunakannya kekuatan
itu mengalir keluar dari tanganku seperti pasir yang meluncur dari sela-sela jariku.
Aku tetap mencoba, memohon agar tubuh Nadia kembali ke kondisinya dua jam yang
lalu. Seperti membaca mantra aku memegang tangannya dan bibirku berulang-ulang kali
berbisik. "Kembali ke waktu dua jam lalu...," bisikku pada diriku sendiri.
"Kembali ke dua jam yang lalu..."
Di saat kami masih bersenang-senang, di saat Nadia masih tersenyum menatapku. Di
saat kami masih berjalan bergandengan tangan bersama-sama.
"Kembali ke saat itu." Tanganku menggenggam tangan Nadia lebih erat lagi. Air
mataku mengalir. Nafas Nadia semakin berat dan bibirnya bergerak memuntahkan darah,
mungkin ~ 645 ~ - B L E S S E D H E A R T -
rusuknya patah dan menancap pada organ tubuhnya, darahnya sudah membasahi
kimononya dan juga tatami penginapan, membentuk bercak darah yang besar. Tangannya semakin
dingin. Dadanya terlihat kembang-kempis dengan cara yang tidak wajar.
Ya Tuhan. Aku begitu ketakutan. Air mataku mengalir, tubuhku mengigil namun kabut di dalam
pikiranku tidak kunjung sirna. Kabut-kabut kemarahan, kebencian keputusan-asaan
membanjiri pikiranku dan emosi itu perlahan-lahan semakin merayapi tubuhku
kembali, semakin kuat menerjang pikiran dan tubuhku. Aku akan kembali kehilangan
kesadaranku dan kini emosi ketakutan sedang merayapiku, air mataku mengalir tidak berdaya,
tanganku gemetar menatap Nadia. Ya Tuhan... Aku mengangkat lenganku ke mulut dan membiarkan gigiku menggigit lenganku keras-
keras hingga mengeluarkan darah. Aku harus sadar, berharap rasa sakit bisa mengirimkan
kesadaran dan kejernihan pada pikiranku.
Pikiranku harus jernih. Nadia kembali muntah darah, aku meneteskan air mata putus asa. Aku harus sadar,
harus sadar, bagaimanapun juga.
Yah Tuhan, tolonglah aku, tolonglah dirinya.
Aku memegang tangan Nadia semakin erat, menutup mata memohon dengan sungguh-
sungguh sepenuh hatiku. Aku tidak memiliki apa pun lagi yang bisa kuandalkan.
Hanya kepadaNya-lah aku dapat berserah pada saat semua dayaku tidak berarti dan dalam
kesulitan tanpa jalan keluar. Yah Tuhan, aku membutuhkanMu.
Mendadak seluruh tubuhku terasa bergetar oleh sebuah energi atau getaran yang
bergulung- gulung merayap dan meledak-ledak dalam diriku dan membuatku muntah. Aku
memuntahkan apa pun juga dalam perutku, air mataku mengalir, ingusku mengalir
entah bagaimana dan saat itu mendadak untuk sejenak seluruh pikiranku menjadi jernih.
Waktu seakan-akan berhenti begitu juga udara yang berhembus. Aku segera memegang
tangan Nadia menutup mata langsung mengerahkan kekuatanku pada tubuh Nadia.
"Kumohon, kembali ke dua jam yang lalu," bisikku menyalurkan energi agar seluruh
sel tubuhnya kembali ke dua jam yang lalu.
~ 646 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tangannya yang patah menghadap ke arah lain kini perlahan-lahan bergerak kembali
ke arah normal, darahnya berhenti mengalir, dadanya yang kembang-kempis dengan cepat
mulai melambat dan nafasnya terdengar normal. Semua itu berlangsung dalam sekejap tapi
seakan- akan begitu lama bagiku. Air mataku mengalir deras saat melihat wajahnya mulai memerah kembali dan
bernafas tenang. Perasaanku dipenuhi kelegaan dan aku segera menggerakkan tubuhku
menjauhinya dan menyandar pada dinding di sudut ruangan untuk menangis. Entah mengapa air
mataku tidak dapat berhenti. Aku tidak tahu banyak hal, tapi yang pasti hari ini aku
ketakutan. Aku hampir saja kehilangan nyawaku dan hampir kehilangan nyawa Nadia yang membuatku
sadar, tempatku bukan di sini. Aku tidak akan pernah dapat menjadi pahlawan, aku
hanyalah seorang pengecut, seorang bartender, seorang dari kampung, aku hanya seorang
yang menginginkan kehidupan yang damai dan tenteram. Jika menjadi BtP berarti aku
harus hidup dipenuhi bahaya seperti ini.
Aku tidak menginginkannya.
Air mataku mengalir, kecelakaan mobil, pembunuhan, hari ini aku bahkan membunuh
begitu banyak orang. Apa yang sedang kulakukan di sini" Bermain-main dengan nyawa orang"
Apa yang sedang kulakukan di sini"
Aku tidak tahu lagi. *** Tubuh Nadia masih tertidur. Ia ingat dengan jelas saat Jaime mendadak berteriak
kesakitan mengejutkannya. Mata Jaime menjadi buas dan liar serta ia mulai menyakiti
dirinya sendiri semua itu membuat Nadia ketakutan.
Jaime membenturkan kepalanya dengan kasar, berteriak dan menggeram bagaikan
binatang buas yang terluka. Reaksi pertama dari dirinya secara alamiah adalah menarik
diri menjauh, menyuruhnya agar berlindung dan menjauh dari Jaime, secepatnya. Akan tetapi, ada
bagian dari dirinya yang lain yang ingin berusaha tetap di samping Jaime. Saat ia
berhasil mengumpulkan keberaniannya dan mendekati Jaime ingin membantu, mendadak tubuh
Jaime menyerang ke depan menangkap Almaria dan dengan brutal memukuli Almaria.
Beberapa orang mulai berlarian dan dengan dirinya yang sudah kehilangan kekuatan
alinergi, ia tidak berdaya melakukan apa pun juga dan terpaksa ikut menjauh. Ia hanyalah seorang
manusia biasa di antara dua alinergi yang sedang bertempur.
~ 647 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Berikutnya semakin banyak orang yang berdatangan dibawa oleh beberapa teleporter
untuk menyerang Jaime, namun mereka sama seperti telur yang menabrak batu. Darah
berpercikan ke mana-mana, daging terkoyak dan tubuh tergeletak tidak kehilangan nyawa.
Jalanan di bawah kaki Jaime berwarna merah, darah memercik ke aspal seperti hujan, Jaime
membunuh orang satu per satu. Semua orang berlari menjauhi tempat itu dan Nadia juga
berlindung sambil tetap melihat Jaime dari kejauhan. Dari mana pun ia melihat, ia tidak
mengenal Jaime itu. Jaime yang biasa tersenyum dan lembut padanya kini dengan brutal mencabuti
nyawa orang. Ia ketakutan dan ingin lari menjauh meninggalkan Jaime.
Dia bukan Jaime yang dikenalnya.
Mendadak terdengar teriakan dari Jaime, yang membuat Nadia menatap tubuhnya yang
sudah berlumuran darah itu. Jaime kembali menghajar kepalanya pada aspal, menjerit
kesakitan, seluruh tubuhnya menjerit menunjukkan penderitaan dan kesakitan yang mendalam.
Nadia ketakutan tidak berani mendekati Jaime yang seperti itu. Jaime yang tidak
dikenalnya. Akan tetapi, kakinya melangkah ke tempatnya juga dan berharap ia dapat
menenangkannya. Berikutnya apa yang terjadi sangatlah cepat. Jaime berbalik menatap ke arahnya
dengan penuh kemarahan dan menyerang ke arahnya, memukulnya dengan sangat keras hingga
ia terpelanting jauh dan merasakan sakit yang menyengat. Tapi ia ingat samar-samar
Jaime mendekatinya dan ia berhasil mengatakan apa yang ingin dikatakan padanya,
kemudian ia pun kehilangan kesadaran.
Nadia terbangun dan menatap sekeliling, mendapati dirinya sedang dalam
penginapan. Ia mendengar suara isakan seseorang dan melihat Jaime berada di sudut ruangan
sedang menangis. *** "Jaime," panggil Nadia.
"Nadia," sahutku mendengar namaku dipanggil dan melihat Nadia yang sedang tidur
melihatku sambil mengarahkan tangannya ke arahku. Aku segera merangkak ke
sisinya dan menyambut tangannya. "Kamu baik-baik saja?"
Tangan Nadia yang lain bergerak perlahan menyentuh pipiku yang kotor dan penuh
darah yang mulai mengering. "Mengapa kamu menangis?" tanya Nadia.
Aku menggerakkan tubuhku dan menghapus air mataku. "Aku tidak menangis,"
sahutku. Aku melihat wajah Nadia yang pucat, meski tubuhnya sudah kembali normal, mungkin
ia tetap kekurangan darah. Aku melihat bola matanya, rambut yang mengenai dahinya,
bibirnya yang pucat dan air mataku mengalir kembali.
~ 648 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bagaimana mungkin aku telah berani melayangkan sebuah tanganku padanya" Apa yang
terjadi padaku" "Nadia," kataku membungkuk memeluknya. "Maafkan aku, maafkan aku..."
"Aku tidak apa-apa," kata Nadia memelukku. Cukup lama aku memeluknya hingga
Nadia akhirnya berkata, "Jaime."
"Yah." "Pergilah mandi tubuhmu kotor sekali."
Bibirku menyinggungkan sebuah senyuman. "Apa kamu akan mandi bersamaku" Tubuhmu
juga kotor." "Ya, setelah kamu menikahiku," balas Nadia. Seluruh tubuhku menjadi kaku untuk
sesaat tidak mampu menjawab. Apakah Nadia tidak ketakutan melihatku membunuh begitu
banyak orang, yang bahkan diriku sendiri merasa jijik dan takut melihat diriku sendiri.
Mata Nadia menutup dan tertidur kembali.
Mataku menjadi basah. Yah Tuhan... Kebaikan apa yang sudah kulakukan hingga Engkau begitu mengasihiku.
Aku menangis dalam diam dan membiarkannya tidur. Aku melihat muntahanku dan juga
bekas noda darah di samping Nadia, tidak mungkin aku dapat membersihkan semua
ini. Segera aku mengangkat Nadia dengan kekuatan terbangku membuatnya melayang
selembut mungkin. Kemudian kami keluar dari depan pintu kamar penginapan dan memasuki
sebuah kamar lain tepat di samping kamar kami yang kosong. Pintu penginapan ini masih
tradisional hanya bisa dikunci dari dalam sehingga aku dengan leluasa membuka kamar kosong
itu, menyalakan lampu dan menggelar sebuah kasur untuknya serta membiarkan Nadia
tidur di atasnya. Perlahan-lahan aku menyelimutinya dan kemudian melihat kedua tanganku
yang penuh darah kental yang mulai mengering. Aku pun membuka lemari untuk mengambil
kimono penginapan serta handuk, segera bergegas menuju ke arah pemandian.
Waktu sudah melewati tengah malam sehingga aku tidak menemukan siapa pun di
sana. Aku membersihkan seluruh diriku secepat mungkin dan setelah merasa bersih, aku
keluar menuju ke arah counter penginapan melihat sang nyonya sedang di sana dengan wajah
khawatir. Nyonya itu melihat ke arahku dan segera membuka mulutnya bercerita panjang lebar
membuatku terpaksa mengakses pikirannya.
"Aku mengkhawatirkan kalian hingga tidak bisa tidur," kata Nyonya itu. "Kurata
cemas katanya dia tidak bisa menemukan kalian di kota dan di sana sedang terjadi
kerusuhan." ~ 649 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kurata adalah nama pria supir yang membawa kami ke kota. Kami tadinya
mengingatkannya untuk pulang duluan dan kami akan menggunakan taksi pulang, namun dia berkeras
akan menunggu kami di sebuah warung makan. Aku menepuk dahi dan berkata, "Kami
melupakan Kurata sehingga pulang duluan dengan taksi." Nyonya itu melihatku dan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menceramahiku sedikit sambil pergi ke belakang counter dan kelihatannya menelepon Kurata untuk
memberitahukan bahwa kami sudah sampai di penginapan dan tidak lagi perlu
mencari kami. "Dia akan segera kembali," kata Nyonya itu. "Ada yang kamu butuhkan?"
"Apakah kalian mempunyai minuman?" tanyaku.
Nyonya itu menyebut beberapa nama dan aku memilih satu di antaranya, sekalian
aku mengatakan bahwa aku menyewa kamar sebelah dan akan membayar dua kamar. Nyonya
itu terlihat tidak senang saat aku mengatakan mengambil kamar tanpa persetujuan
darinya, namun setelah aku mengeluarkan uang sewa yang jauh lebih banyak, ia malah
tersenyum. "Dan," Aku mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk Nyonya itu, "Istriku
keguguran dan darahnya menodai tatami ruang pertama, juga ada muntahan, kupikir uang ini
cukup untuk membeli tatami baru." Nyonya itu menatap ke arahku ingin bertanya.
"Kumohon jangan bertanya lebih jauh," kataku dan menambahkan uangnya lagi. "Jika kamu mau
membantu mengganti kimono istriku dan membersihkan tubuhnya aku akan dengan
sangat senang menambahkan uang ini lagi, dia sedang kekurangan darah dan aku tidak tahu
harus melakukan apa lagi." Mataku menjadi basah. "Mohon bantulah dia," bisikku dan
tanganku yang menyerahkan uang bergetar dihadapannya sehingga Nyonya itu menatapku dengan
simpati. "Aku akan membangunkan Marlyn untuk membantuku dan aku akan memeriksanya
sekarang," kata Nyonya itu sedikit cemas.
Aku mengucapkan banyak terima kasih dan menyerahkan lebih banyak uang lagi.
"Jika kamu punya saran apa pun untuk menambah darahnya, aku akan menerima," kataku dan
duduk di ruang tamu. Tak lama kemudian Nyonya itu membawakanku sebotol minuman, gelas
berisi es dan Marlyn muncul di sampingnya.
"Kami akan pergi melihatnya."
Aku berdiri dan menunduk dalam-dalam pada mereka sambil berkata, "Mohon
bantuannya." Cairan dari botol minuman tertuang memenuhi gelas berisi es dan aku segera
menyesapnya. Rasanya pahit, keras dan terasa pas untukku saat ini.
*** ~ 650 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia terbangun saat merasa seseorang sedang membuka bajunya. "Jaime?" bisik
Nadia. Ia melihat Nyonya pemilik penginapan berada di sampingnya sedang mengeringkan kain
untuk membasuh dirinya. "Maaf, kamu terbangun," kata Nyonya itu sambil mengangkat tangan Nadia dan
membasuhnya dengan air hangat. Suamimu memintaku untuk membersihkan dirimu dan
mengganti pakaianmu. Dia sedang di bawah."
Suami" Jaime" "Maaf merepotkan," kata Nadia yang merasa tubuhnya lemas dan kepalanya sedikit
pusing, mencoba untuk duduk tapi akhirnya tertidur kembali.
"Kamu kehilangan banyak darah, beristirahatlah." Nadia akhirnya diam pasrah
membiarkan tubuhnya dibasuh. "Sayang sekali, kimono mahalmu terkena noda darah mungkin
tidak dapat digunakan lagi dan Marlyn juga sedang mencoba membersihkan noda darah dari
tatami sebelah," kata Nyonya itu sambil bekerja.
"Maaf," bisik Nadia.
"Jangan," sahutnya cepat, "Suamimu sudah mengganti biaya yang cukup untuk
membeli tatami baru. Aku tidak keberatan jika dia mengotori satu atau dua lagi selama
dia menggantinya." Nadia terdiam cukup lama hingga pikirannya mulai jernih dan mengingat kembali
apa yang terjadi. Jaime ...batinnya, jika ia harus jujur, sebenarnya jauh di dalam dirinya,
ia masih takut pada Jaime. Melihat Jaime membantai dengan kejam, bukanlah pemandangan yang
mudah untuk dilupakan dan setiap orang yang waras akan menjauhi orang seperti itu.
Tidak ada yang akan mendekati seorang pembunuh dan tetap merasa tenang apalagi tinggal bersama
dengannya. Tapi Jaime juga menangis penuh penderitaan.
Teringat kembali kejadian tadi Nadia menutup matanya, air matanya mengalir, ia
ketakutan juga merasa begitu lemah tanpa kekuatannya. Ia ingin kekuatannya kembali, ia
ingin bisa berguna dan membantu Jaime dan juga dirinya sendiri. "Suamimu sudah membayarku
untuk tidak bertanya apa yang telah terjadi, tapi jika kamu membutuhkan teman bicara
aku akan dengan senang hati mendengarkannya," kata nyonya itu yang melihat air mata
Nadia. "Ia bukan suamiku, kami belum menikah...," kata Nadia.
Nyonya itu sedikit terkejut, "Oh, maafkan kesalahanku."
"..." ~ 651 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tangan nyonya itu tetap bekerja. "Kamu tahu" Dia membuatku teringat sama
suamiku." Nadia belum pernah melihat suami nyonya itu sama sekali sehingga tidak
mengetahuinya, mungkin suaminya sudah meninggal sehingga dia harus sendirian menjalani
penginapan ini. "Apakah Jaime mirip dengan suami nyonya?"
Nyonya itu melihat Nadia dan tersenyum, "Tidak, sama sekali tidak. Maksudku
caranya melihatmu kupikir sama dengan cara suamiku melihatku."
"Caranya melihat?" tanya Nadia melirik pada Nyonya itu.
"Yah, cara suamiku melihatku seolah-olah akulah satu-satunya wanita di dunia dan
ingin memilikiku sepenuhnya. Dia mungkin akan percaya jika aku mengatakan aku adalah
bidadari dari langit," kata Nyonya itu tertawa. "Umur berapa pun diriku jika ditatap
seperti itu tetap saja membuatku senang dan tersipu."
"Apakah dia menatapku seperti itu?" tanya Nadia tersipu.
Nyonya itu membuka lebar matanya tidak percaya. "Apa kamu tidak melihatnya
menatapmu. Oh... kamu seharusnya melihat pancaran di matanya..."
Nadia menutup matanya. "Apakah dia mencintaiku?" tanya Nadia malu.
"Apa kamu tidak menyukainya?" tanya nyonya itu balik memandang penuh selidik.
Nadia merasa wajahnya begitu memerah. "Aku tidak tahu..." katanya dan kemudian
berbisik, "Aku harap dia mau menikahiku..."
"Biar kuajari bagaimana menyenangkan seorang pria," kata Nyonya itu begitu
semangat. "Seorang wanita harus mampu memuaskan tiga bagian lelaki supaya dia akan lengket
pada wanita itu sepanjang hidupnya. Aku jamin priamu tidak akan pernah melepaskanmu
lagi jika kamu menguasai tiga bagiannya."
"Tiga bagian?" tanya Nadia.
Nyonya itu terlihat senang. "Pertama wanita harus dapat menyenangkan mata
prianya, wanita itu harus dapat tampil menarik untuk dapat mengunci mata pria sehingga ia tidak
akan melirik ke arah lain. Kamu memerlukan kecantikan luar dan dalam. Dan yang kedua
adalah perutnya, perempuan harus pandai memasak sehingga bisa membuat prianya kenyang
dan betah berada di rumah dan yang ketiga, wanita harus bisa menyenangkan bagian
itunya pria..." Nyonya itu terus berceloteh hingga membuat Nadia merasa wajahnya begitu
panas dan malu mendengar pembicaraan dewasa itu. Akan tetapi, tetap saja ia mendengar
dan nyonya itu terus bercerita panjang lebar. Nyonya itu tertawa gembira saat
menyelesaikan ~ 652 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tugasnya dan meninggalkan Nadia yang sedang terbaring di atas kasur dengan
kimono penginapan yang bersih. Nadia mendesah panjang, berpikir.
Apa artinya Jaime bagi dirinya" Seorang pria bertopeng yang membuatnya jatuh
cinta" Seorang bartender yang melayaninya dan juga seorang teman yang dapat berbagi"
Atau apa" Mengapa ia membiarkan dirinya bergantung pada Jaime di saat-saat ia membutuhkan
seseorang" Apakah jauh di dalam dirinya ia menemui Jaime karena percaya ia pasti
akan membantunya" Apakah karena dirinya tahu Jaime mencintainya"
Mengapa hatinya terasa sakit"
*** Aku sedang minum gelas kelima saat pria bernama Kurata pulang. Ia bercerita
panjang lebar tentang apa yang terjadi di kota dan katanya mobil-mobil polisi sudah
berdatangan untuk membereskan semua itu. Nyonya itu akhirnya turun dan mengatakan sudah mengganti
pakaian Nadia, sambil tersenyum aku meminta diri dari mereka dan menuju ke
kamar. Saat masuk aku melihat lampu kamar sudah dimatikan hanya membiarkan sinar bulan
memasuki kamar, Nadia sedang tertidur dan di sampingnya terdapat kasurku yang sudah
digerai, mungkin oleh nyonya rumah itu tepat di samping Nadia.
Aku menyusupkan diri ke dalam kasurku dan menatap langit-langit penginapan yang
remang- remang oleh cahaya bulan. Tidak dapat tidur dan berpikir Almaria adalah ketua
Kelompok Pembebas, sembilan puluhan anggotanya di Viginia tertangkap karenaku dan hari
ini mungkin ada ratusan alinergi yang juga terbunuh. Tugasku pada Vito sudah selesai
dan apa berikutnya yang akan kukerjakan"
"Jaime?" Aku mendengar suara Nadia memanggil. "Ya?" balasku. "Kamu belum tidur" Kamu
membutuhkan sesuatu?"
"Tidak," sahut Nadia.
"Tidurlah kamu butuh istirahat," sahutku lembut.
"Apa kamu mencintaiku?" tanya Nadia tiba-tiba.
Jantungku berdebar keras. Aku menutup mataku, tidak mengetahui apa pun lagi.
Semua ini terasa begitu menyakitkan. "Aku pernah benar-benar mencintaimu."
"...." Nadia terdiam.
~ 653 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku melanjutkan, "Setelah aku melukaimu, hampir membunuhmu dan menodai kedua
tanganku dengan banyak darah aku tidak tahu lagi apakah aku masih pantas untuk
mencintaimu." Hati ini rasanya sakit sekali, mataku menjadi basah. "Kumohon
jangan membenciku. Aku sudah berubah menjadi sesuatu yang tidak kuketahui."
Tubuh Nadia bergerak mendekati kasurku dan menggenggam tanganku, "Jaime."
"Ya." "Aku sudah berpikir," bisik Nadia menatap ke arahku, "Jika aku kembali ke BtP
maka aku akan diharuskan menjadi seorang finder dan hidupku ke depan mungkin akan seperti
ini. Di mana alinergi-alinergi di luar BtP akan menyerangku dan mungkin akan menggunakan
anggota keluargaku atau orang-orang yang kusayangi untuk mengancam dan
membunuhku." "Mungkin," kataku menggenggam tangannya.
"Aku tidak ingin kembali ke BtP dan tidak membutuhkan kekuatanku lagi," kata
Nadia memutuskan. "Aku mungkin akan mencari tempat baru untuk tinggal menjauhi semua
mengenai alinergi atau BtP." Aku menggerakkan kepalaku menatap ke arahnya dan
Nadia terlihat sedang menatapku. "Maukah kamu menemaniku?" tanya Nadia tersenyum
lembut. Tubuhku bergetar dan perasaanku menjadi begitu sedih. Aku menggerakkan tubuhku
meringkuk dan kedua tanganku menggenggam tangannya. "Nadia," bisikku, "Aku sudah
membunuh orang. Aku juga bukan anggota BtP. Aku hanyalah seorang anak kampung
dari desa yang terpencil. Sejujurnya dalam hatiku aku tidak berani mencintaimu meski
ada bagian yang benar-benar menginginkanmu. Aku tidak berani bermimpi untuk dapat hidup
bersamamu." Aku terisak mengeluarkan seluruh isi hatiku dan kebenarannya.
Tubuh Nadia bergerak dan sebelah tangannya mengusap lembut rambutku, "Jaime."
"Aku benar-benar ingin berada di sampingmu seumur hidupku," kataku, "Begitu
ingin hingga menyesakkan dadaku. Tapi aku juga takut akan melukai dirimu, takut tidak pantas
bagi dirimu." Nadia tersenyum dan jarinya yang lentik memegang pipiku dan mengusap air mataku.
"Kamu cengeng sekali." "Kamu juga," kataku yang melihat air mata Nadia mengalir, tanganku bergerak
memeluknya. Aku benar-benar mencintainya. Ya Tuhan apa yang harus kulakukan.
"Jaime," bisik Nadia dalam pelukanku, "Aku mencintaimu."
~ 654 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sesuatu yang begitu berat dari hatiku langsung terasa menghilang dan dalam
pelukannya aku merasa menemukan sebuah tempat untuk pulang. Air mataku mengalir dan kami
berpelukan. Untuk pertama kalinya aku menemukan tempatku pada dirinya.
Aku menjadi miliknya dan dia menjadi milikku, berjanji saling memiliki sekarang
sampai
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
selama-lamanya. *** Lama kami terdiam dalam keheningan yang dipenuhi cinta dan air mata. Nadia
mendadak berbisik, "Jaime, aku menyukai tempat ini."
"Aku juga," kataku. "Tapi mungkin kita tidak dapat tinggal di sini setelah
kejadian tadi. Pastinya kita akan menemukan tempat yang seperti ini lagi."
Tubuh Nadia bergerak merapat dalam pelukanku. "Jaime, apa yang ingin kamu
lakukan di tempat baru kita nanti?"
Aku menutup mata sejenak dan membayangkan impianku. "Aku pernah punya mimpi
ingin membuka sebuah kafe di sebuah kota kecil dan hidup tenang."
Nadia tersenyum dan tertawa geli. "Dan apakah kamu akan memperbolehkan aku
membantumu?" Aku ikut tertawa kecil. "Tidurlah sekarang, besok kamu boleh memilih di mana
kamu hendak tinggal dan kupikir kita masih memiliki cukup uang untuk membeli sebuah rumah
kecil atau membuka kafe." Nadia menggangguk dan tertidur.
~ 655 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 39 ALMARIA Pada saat Nadia terbangun hari sudah mendekati siang, ia melihat dirinya sedang
tertidur di tempat tidur Jaime. Akan tetapi Jaime tidak ada di sana, sebagai gantinya ia
melihat sebuah memo di samping tempat tidur dan membacanya.
"Aku akan segera kembali."
Nadia memegang memo itu dan menarik nafas dalam-dalam melihat langit-langit kayu
penginapan. "Aku akan menunggumu ," bisik Nadia lirih.
*** Viginia pagi dini hari. Kakiku berdiri di depan pintu kafe dan menarik nafas mempersiapkan diri. Inilah
tempat terakhir di mana aku akan menyelesaikan semuanya. Almaria, aku tidak akan
memaafkannya, ia membuat orang menjadi bonekanya, memaksa orang membunuh diri. Hendak
membunuhku dan telah merengut kekuatan Nadia. Meski Nadia tidak membutuhkan
kekuatannya lagi, akan tetapi aku tidak bisa membiarkan semua ini begitu saja.
Aku tahu Nadia pasti merasa sakit kehilangan kekuatannya meski ia tidak mengatakan apa
pun juga. ~ 656 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Akan tetapi alasan sebenarnya aku datang ke sini adalah karena sebuah ketakutan
dalam diriku yang terus menghantuiku. Jika aku tidak membereskan masalah ini sekarang
untuk selamanya maka di mana pun aku berada kelak dengan Nadia. Bisa saja kami akan
diganggu oleh Almaria dengan sisa kelompoknya dengan alasan dendam atas apa yang sudah
kulakukan terhadap mereka. Dendam memang tidak ada akhirnya. Nadia bisa tetap
kehilangan kekuatannya tapi aku akan memastikan tidak ada ancaman di kehidupan
mendatang di saat kami memulai kehidupan baru. Aku tidak ingin Nadia terluka
lagi. Hari ini adalah hari terakhir untuk memutuskan segalanya. Aku mendorong pintu
Kafe Shangri-la dan menuruni tangga, aku akan melakukan semua cara agar dapat
melepaskan diri dari ikatan dendam ini. Aku juga sudah muak dengan semua ini.
Pintu masuk terdorong dan aku melihat puluhan orang sedang berkerumun di tengah-
tengah Kafe Shangri-la yang sedang melihat ke arahku. Maria, Biggs, Rei, Sensei pembuat
topeng bernama Jushin, Jack, Rick sang teleporter dan beberapa wajah tidak kukenal.
Jack melihatku dan langsung marah, ia mengalirkan kekuatan listriknya di seluruh tubuhnya dan
menembakkan ke arahku, dengan sia-sia karena aku juga sudah mengaktifkan
kekuatan listik miliknya sehingga serangan listrik darinya hanya terasa seperti tambahan energi
bagiku. "Mati, kamu!" teriak Jack mengeluarkan senjata apinya. Dalam sesaat ia mendadak
menghilang dari depanku dan semua orang di dalam kafe.
Maria terkejut, "Apa yang kamu lakukan padanya?"
Aku melirik pada Maria, "Kamu bisa meneleponnya jika dia membawa telepon
genggam." Semua orang sedang melihat padaku dalam hening dan aku dapat melihat Almaria
duduk di tengah-tengah dengan wajah yang pucat, kelihatannya ia bertambah tua sepuluh
tahun hanya dalam semalaman. "Jack, di mana kamu?" teriak Maria, berhasil menghubungi Jack. "Apa?" tanya
Maria pucat mendengar jawaban darinya dan menatap ke arahku.
"Di mana dia?" tanya Biggs.
"Di depan Markas Besar BtP," kata Maria dan membuat semua orang di sana mendesah
terkejut dan aku melihat ketakutan di beberapa mata mereka.
"Aku datang hanya ingin meminta agar kekuatan Nadia dikembalikan, jika aku tidak
mendapatkannya hari ini," aku melihat semua orang di sana. "Siapa pun yang
menghalangiku hari ini akan kukirim langsung ke dalam gedung BtP, tidak lagi di depan
gerbangnya." ~ 657 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku sebenarnya hanya ingin meminta damai, tapi setidaknya aku harus memulai dari
hal yang paling tidak masuk akal. Aku mencoba memintanya mengembalikan kekuatan
Nadia, yang mana aku yakin dia pasti tidak akan memberikannya. Setelah itu barulah aku
akan mencoba membuat perjanjian damai. Aku melukainya dan kelompoknya karena dia
mengunci kekuatan Nadia. Dan sekarang jika dia tidak mau mengembalikannya maka
aku juga tidak akan menagihnya kembali dengan syarat kita tidak lagi saling
mengganggu. Maria terlihat marah, "Kamu tidak tahu malu, padahal kami sudah menyelamatkan
nyawamu dan memberimu kekuatan. Inikah balasanmu."
Aku melihat ke arah Maria. "Kamulah yang menghancurkan minumanku dan tidak mau
menggantinya sehingga aku hampir terbunuh. Nenekmu membangkitkan kekuatanku juga
menanamkan pikiran jahat untuk membunuhku dan semalam ia sudah meminta nyawaku
namun sayang dia gagal. Dan dia," tambahku menunjuk pada Almaria, "Memanipulasi
ratusan orang anggota Kelompok Pembebas untuk diperalat olehnya, membuat mereka
menjadi bonekanya dan menanam pikiran jahat untuk agar mereka membunuh diri jika
tertangkap. Apakah ia masih manusia?"
Beberapa orang di sana segera melihat ke arah Almaria, sensei pembuat topeng
juga melihat pada Almaria dengan wajah tidak percaya. Rick menunduk terdiam.
Suasana menjadi hening. Apa yang terjadi" Mereka belum juga menyadari kebenaran ini"
"Menakjubkan!" kataku sambil tertawa. "Ternyata sebagian dari kalian pun tidak
mengetahuinya. Tak pernah kusangka dia berhasil membohongi kalian juga. Mungkin kalian
juga harus mengecek ingatan kalian sendiri dan bertanya apakah dia sudah
memanipulasi ingatan kalian untuk mengikutinya dan mungkin saja kalian juga akan bunuh diri
jika dia memintanya!" "DIAM!!!" teriak Maria. "Tidak mungkin nenek melakukannya." Ia menerjangku dan
menamparku, aku menerimanya.
Aku memang bajingan. "Tanyakan pada Rick kebenarannya," kataku.
Mereka semua menatap ke arah Rick, yang membuat Rick segera berkata. "Tidak, dia
menipu kita semua," katanya tergagap.
"Apa kamu ingin aku memperlihatkan pada mereka semua apa yang kulihat kemarin"
Aku dapat melakukannya jika itu keinginanmu,"tanyaku.
~ 658 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Rick segera bungkam dan Almaria menatapku seolah-olah ingin membunuhku. "Kamu
sudah menghancurkan mimpiku, hidupku dan sekarang kamu ingin menghancurkan semua yang
kumiliki," katanya terpatah-patah penuh kesakitan dan penderitaan yang mendalam
di setiap kata-katanya. "Apa kamu tidak puas sebelum membunuhku?"
Aku melihat matanya yang sarat kemarahan dan kepedihan, aku tidak tahu apa yang
telah terjadi. "Aku hanya ingin kekuatan Nadia kembali. Jika sedari awal kamu
mengembalikannya, semuanya tidak akan berakhir seperti ini."
"Puih," kata Almaria meludah. "Sampai mati pun tidak akan kulakukan."
Meski aku sudah mempersiapkan hasil ini tapi kemarahanku tersurut juga. Mendadak
semua orang di sana melayang yang menandakan mereka sudah dalam lingkup energiku. Aku
menatap Almaria dan berkata, "Aku akan mengirim mereka satu per satu ke Markas
Besar BtP atau langsung ke neraka, kali ini aku sudah tidak perduli ."
"Jaime," panggil sebuah suara dari samping Almaria. "Maukah kamu memberi waktu
untuk si tua ini untuk berbicara denganmu sebelum kamu mengirim kami?"
"Jushin!" teriak Almaria. "Apa kamu sudah tua dan takut mati?" Jushin melihat
Almaria dengan sorot yang membuat hatiku hampir luruh.
Sebenarnya aku juga tidak akan tega mengirim mereka satu per satu ke sana. Aku
hanya menggertak dan pada akhirnya toh aku hanya akan membuat perjanjian padanya agar
tidak saling mengganggu di masa mendatang.
Aku membiarkan semua orang mendarat kembali dan Jushin berjalan menuju ke
arahku, "Duduklah, aku akan bercerita sedikit." Jushin menarik kursi pada sebuah meja
bundar dan duduk di atasnya, aku mengikutinya dan duduk tapi tetap membiarkan diriku
bersiaga. "Maria, buatkan minuman." Maria menatap ke arah kakeknya tidak percaya. Akan
tetapi ia masuk ke balik meja kafe juga. Jushin terlihat sedih di atas meja. "Dengarlah
Jaime, kamu mungkin mau mengetahui bahwa Aku, Vito, Sherry, Xian dan Almaria adalah saudara
seperguruan." Sherry, aku teringat nama itu. Orang besar yang sering muncul di media massa
untuk mewakili BtP dari PBB. "Kami berlima belajar dari guru yang sama dan waktu itu." Jushin menatap pada
Almaria dan melanjutkan, "Almaria dan Sherry jatuh cinta pada Xian."
Aku tidak tahu ke mana cerita ini akan mengarah.
~ 659 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sebuah teh hangat dihidangkan padaku oleh Maria yang terlihat juga ingin
mendengar lanjutan cerita itu, tampaknya Maria sendiri tidak mengetahui cerita ini. "Waktu
itu, Xian adalah murid paling berbakat dan menerima seluruh pengajaran guru kami dengan
cepat. Almaria dan Sherry tergila-gila padanya. Vito tidak begitu berminat pada apa pun
kecuali mencari kekayaan sedangkan aku, sama sekali tidak menonjol, aku hanya mencintai
seni membuat topeng dan penyembuhan." Jushin terdiam ia merasa sulit untuk
melanjutkan cerita berikutnya namun tetap ia memaksakan diri, "Xian menikah dengan Sherry dan
membuat Almaria patah hati." Mataku tanpa sengaja melirik pada Almaria yang diam
tertunduk menahan kepedihan. "Saat itu, Almaria sedang mengandung Glenna, ibu Maria yang
kupikir adalah anakku sendiri."
"Diam, Jushin," teriak Almaria marah.
Jushin bergerak berdiri dan berjalan ke arah Almaria, ia menyentuh tangan
Almaria dan mendadak Almaria tertidur. Jushin kembali berbalik duduk di kursi tadi. "Aku
mencintai Almaria dan menikahinya serta menganggap Glenna sebagai anakku." Maria terlihat
menatap Jushin dengan serius. "Kami lima bersaudara seperguruan kemudian mulai mengambil langkah hidup masing-
masing. Terutama setelah guru kami melakukan perjalanan meninggalkan kami semua
dan ia juga ingin kami semua mulai memakai apa yang sudah kami pelajari untuk
kepentingan banyak orang." Jushin melanjutkan, "Aku membuka toko topeng dengan Almaria,
kehidupan kami berjalan tenang dan damai. Glenna putri kami akhirnya lahir, tumbuh sehat
dan menikah kemudian melahirkan Maria, saat itu Almaria ingin mengundang semua
saudara seperguruan untuk berkumpul kembali setelah puluhan tahun berpisah. Aku
menyetujuinya dan menuliskan surat undangan untuk mengumpulkan kami semua."
Jushin mengenggam erat kedua tangannya. "Saat itu Xian dan Sherry sudah menikah
dan memiliki seorang putra, Vito memiliki banyak wanita akan tetapi selalu datang
sendirian. Aku dan Almaria membuat pesta kecil untuk merayakan kelahiran Maria, cucu kami."
Xian dan Sherry" Sherry BtP"
Aku hanya dapat menduga-duga dan Jushin terlihat sedikit tergoncang melanjutkan,
"Pada saat itu kami melihat Sherry dan Almaria kembali bertengkar. Sebuah pertengkaran
yang lumrah terjadi karena mereka berdua sedari kecil selalu bersaing dan saling
membenci. Namun kali itu mereka benar-benar bertengkar hingga Sherry turun tangan membunuh
Glenna."
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suasana sekitar kami seketika menjadi sunyi mencekam. "Mengapa?" tanya Maria
seketika, "Mengapa Sherry membunuh Ibu?"
~ 660 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sorot mata Jushin menyiratkan kemarahan. "Karena Almaria mengakui Glenna bukan
anak dariku dengannya. Akan tetapi anak dari Xian dan dirinya. Dan Glenna akan
menjadi pewaris tunggal kekuatan Xian."
Baiklah, aku tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Saat itu Xian hanya mengatakan "Bukan" dan diam bahkan tidak mengatakan apa pun
untuk menjelaskan hal itu. Ia hanya diam!" teriak Jushin dengan nada tinggi. "Sherry
marah, mengamuk dan mengutuk Xian yang tidak setia. Menikah dengannya namun juga
memberikan anak pada Almaria dan diam-diam lebih mencintai Glenna dibandingkan
putra mereka sendiri. Mereka akhirnya bertengkar hebat." Jushin terlihat begitu marah.
"Jadi Xian adalah kakekku yang sebenarnya?" tanya Almaria.
"BUKAN!!!" teriak Jushin keras sambil berdiri yang membuatku juga melompat
terkejut. Akhirnya ia berusaha menenangkan diri dan kembali duduk. "Aku pernah bertanya
pada Xian dan dia mengaku hanya mencintai Sherry, tidak pernah sekalipun menyentuh
Almaria." "Jadi siapa kakekku sebenarnya?" tanya Maria.
"Hanya Almaria yang tahu, akan tetapi saat itu Sherry sudah tidak lagi
mempercayai Xian dan membenci Almaria, kemudian," Jushin menarik nafas dalam-dalam. "Di saat
itulah Sherry kalap dan membunuh Glenna."
Dadaku terasa sesak. Sebuah bayangan memasuki diriku mungkin dikirim dari Jushin. Sherrykah" Seorang
wanita yang terlihat bermartabat berambut pirang panjang menusuk jantung seorang wanita
muda dengan sebelah tangannya dari belakang tepat di depan Xian, Almaria, Vito dan
Jushin. Wanita itu tertawa sambil menangis dan berkata, "Kalian mengkhianatiku dan kamu
Xian, menikahiku berjanji setia denganku namun membuat anak dengannya. Tanda cinta
kalian kini telah mati di tanganku dan kamu perempuan hina," menunjuk pada Almaria yang
tertegun. "Kamu tidak menang sedikit pun dariku sama sekali. Kini putrimu sudah mati dan
hanya ada seorang putraku yang akan mewarisi kekuatan Xian." Wanita berambut panjang itu
langsung menghilang dari hadapan mereka semua dengan sebelah tangannya. Aku bisa melihat
Almaria menangis sedih memeluk mayat Glenna. Xian, Vito dan Jushin mengelilingi
tubuh penuh darah itu berusaha memberikan bantuan dan penyembuhan dengan sia-sia
karena nyawa Glenna melayang dalam sekejap. Aku terdiam.
Saat itu Maria baru lahir sehingga gambar bayangan ini setidaknya berusia
sekitar belasan atau dua puluhan tahun lalu tapi Sherry sudah bisa menghilang atau teleport dan
mereka ~ 661 ~ - B L E S S E D H E A R T -
sudah memiliki ilmu penyembuhan bahkan sebelum hujan energi terjadi. Siapa
mereka berlima ini sebenarnya"
"Sejak itu Xian memutuskan untuk menjalani hidup sendiri tidak mau mencampuri
urusan apa pun lagi. Almaria menutup dirinya tidak membiarkan siapa pun menyentuh
dirinya lagi," Jushin terlihat meneteskan air mata. "Aku tidak mampu menghiburnya, karena aku
juga merasa kehilangan. Aku juga membesarkan ibu Maria dengan kedua tanganku,
memandikannya, bermain-main dengannya dan dia mati di depanku. Senyumnya,
tawanya, tangisnya puluhan tahun bersamaku lenyap. Aku tidak berdaya dan semakin
menghabiskan waktuku dengan topeng-topengku, tidak mampu menghibur siapa pun juga. Kami
berdua hancur," kata Jushin.
Maria meneteskan air mata dan memeluk kakeknya. Aku merasa Jushin terlihat lebih
tua dan dia memaksakan diri melanjutkan, "Saat alinergi mulai merajarela akibat hujan
energi, kami mendapat informasi bahwa Sherry merupakan salah satu pendiri utama BtP.
Sedangkan Vito mulai mengumpulkan alinergi-alinergi pengacau dengan kekuatannya dan
memperkerjakan mereka dibawahnya." Apakah tepat mengatakan lambang harimau itu adalah lambang milik Sherry"
"Aku tidak tahu kapan tepatnya, tapi saat itu Almaria ingin membangun kelompok
3rd untuk menampung orang-orang yang tidak ingin menjadi anggota BtP dan juga mereka yang
memilih untuk tidak mengikuti kelompok Vito. Aku menyetujuinya dan membantunya
karena ingin melihatnya kembali ke dalam kehidupannya. Aku tidak pernah
menyangka ia secara diam-diam membentuk Kelompok Pembebas untuk membalas dendam Glenna pada
Sherry." Jushin terlihat menyesal. "Aku seharusnya menyadari sejak ia terus
mengatakan bahwa Sherry mendirikan BtP untuk kepentingannya sendiri dan bahkan memanipulasi
seluruh anggota BtP untuk melindungi dirinya. Almaria membenci Sherry dengan
segenap jiwanya dan ingin membalas dendamnya dengan cara apa pun juga." Jushin menyeka
air matanya. "Jaime, saat ini Kelompok Pembebas yang didirikannya dengan susah payah
dan kerja kerasnya selama bertahun-tahun sudah hancur. Lebih dari dua ratusan orang
sudah menjadi korban dan dia..." Jushin menatap Almaria. "Seluruh kekuatannya sudah
musnah, Xian mencabut kekuatannya kemarin."
Aku tertegun, apakah Xian melakukannya"
"Mengapa Xian melakukannya?" tanyaku.
"Xian adalah ketua perguruan kami dan mendapat tanggung jawab dari guru kami
untuk mencabut kekuatan siapa pun yang sudah berada di luar kendali dan menapak pada
jalan kehancuran." Aku diam mendengarkan. "Rick dan Max mencintai Glenna seperti adik
~ 662 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mereka sendiri. Mereka tumbuh bersama dari kecil sehingga mungkin mereka
mendukung Almaria tanpa sepengetahuanku." Jushin menatapku. "Jaime, lihatlah Almaria,
tangannya sudah putus tertinggal sebelah dan dirinya sudah tua, ia hanya memiliki tempat
ini dan kami di sampingnya." Jushin berdiri dan kedua tangannya diletakkan di atas meja, bergerak menunduk
dan memukulkan kepalanya pada meja bersujud di hadapanku. "Jaime, aku mohon
maafkanlah dirinya dan sisakanlah sedikit tempat untuknya, dia sudah tidak berdaya. Dia
terlalu mencintai Glenna hingga membuatnya gila karena dendam."
Nafasku terasa sesak, aku segera mendorong kursi dan keluar. Keluar dari kafe
ini, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Tubuhku berpindah kembali ke penginapan dan
melihat Nadia sedang membereskan bajunya. Aku diam menatapnya dan Nadia melihat wajahku
yang pucat segera mendekatiku. "Apa yang terjadi?"
Aku melihat wajahnya dan memeluknya, aku tidak tahu. Aku hanya ingin memeluknya
dan dia memelukku, mataku basah.
Kami hanyalah orang malang yang gila karena cinta.
Tubuhnya yang hangat dan lembut. Aromanya yang harum, aku hanya menginginkan
dirinya dan kehidupan yang tenang. "Maafkan aku," bisikku dan melepaskan pelukanku. "Aku
akan segera kembali ..." Aku mengubah wujudku menjadi Cuckoo dan menuju ke kota tempat pertarungan
kemarin terjadi. Aku hampir tidak percaya saat melihat seluruh jalanan yang hancur,
tiang listik yang berjatuhan dan rumah-rumah yang hancur. Tempat ini yang sebelumnya adalah tempat
yang tenang dan damai dengan banyak senyuman di wajah penduduknya kini memperlihatkan
kehancuran, kesedihan, amarah dan tangisan. Beberapa penduduk terluka terkena
reruntuhan dan juga rumah mereka hancur dan yang paling mencolok dari seluruhnya adalah
bercak- bercak darah yang mengering dan sangat besar berada di mana-mana di sepanjang
jalanan juga dinding rumah-rumah. Beberapa penduduk di sana sedang menangisi rumahnya
yang hancur, beberapa wanita berteriak-teriak sedih. Aku melihat bocah lelaki dan
adik perempuannya yang kemarin kubelikan permen sedang mengais-ngasi puing-puing
reruntuhan rumah. Hatiku terasa sakit sekali.
Hanya karena sebuah kegilaan dan amarah, maka surga pun telah berubah menjadi
neraka. Aku berjalan mendekati seorang petugas medis di sana dan membaca pikirannya
serta mencuri bayangan ruang medisnya di mana mereka menyimpan jasad-jasad yang ada.
Aku segera memindahkan tubuhku ke sebuah rumah sakit sambil menghilang dan di sana
aku ~ 663 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menemukan potongan-potongan tubuh yang telah hancur dan begitu banyak kantong
mayat yang terisi. Semua ini jelas perbuatanku.
Setiap mayat ini memiliki sebuah nama. Memiliki cerita kehidupan mereka masing-
masing, memiliki orang-orang yang sedang menunggu kepulangan mereka, memiliki orang-
orang yang bergantung pada mereka. Mereka dicintai, dikasihi dan diharapkan sepenuh
hati oleh sahabat-sahabat mereka, kekasih mereka, orang tua mereka, atau ... anak-anak yang
sedang menunggu mereka. Dan kini mereka semua sudah mendingin, kaku tidak bergerak lagi. Mati di
tanganku. Apa yang telah kulakukan"
Aku menundukkan diriku dalam-dalam meminta maaf pada mereka. Air mataku menetes
jatuh ke lantai. Perasaanku begitu tersiksa. Jauh dalam diriku aku tahu aku
tidak akan termaafkan lagi.aku juga telah menjadi monster dan aku tidak berbeda jauh dari
Almaria. Almaria yang memanipulasi mereka dan akulah yang memberikan kematian pada
mereka. Aku bahkan lebih kejam dari Almaria.
Kelak aku akan menerima akibat dari perbuatanku.
Kakiku bergerak di antara mayat dan potongan tubuh itu. Setelah beberapa, aku
saat berhasil menemukan sebuah potongan lengan tangan tua dan mengambilnya serta menghilang
untuk muncul di dalam Kafe Shangri-la. Saat itu orang-orang masih berkumpul dan
Almaria terlihat sedang marah pada Jushin.
Aku dapat melihat Almaria menatapku penuh kemarahan. "Apa yang kamu lakukan di
sini! Aku tidak membutuhkan rasa kasihanmu, bunuh saja aku." Bagi orang yang
kehilangan orang yang dicintainya, hanya kematian dan balas dendamlah yang dapat membebaskan
mereka dari kesedihan yang mendalam untuk dapat tetap bertahan. Aku mendekati dirinya
dan menghilangkan perban yang menempel pada tangannya. Almaria masih memakiku tapi
aku membiarkannya saja, sebelah tangan Almaria menamparku dan membuatku terjatuh,
"Aku tidak butuh rasa kasihanmu, pergilah."
Aku tidak akan meladeninya, Almaria meludah pada wajahku dan aku hanya diam.
Tangan yang putus itu kupasangkan pada bagian yang terputus, mengerahkan seluruh
kekuatanku untuk meregenarasi tubuhnya pada tahap sel ataupun DNAnya agar kembali ke 20 jam
sebelumnya. Sebelah tangan lain Almaria kembali menamparku, "Kamu sudah
menghancurkan mimpiku untuk membalas dendam pada Sherry. Mengapa kamu tidak
sekalian mengambil nyawaku, apa gunanya nyawa tua ini lagi." Aku dapat melihat
mata Almaria yang basah. ~ 664 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Saat itu, sebelah tangan Almaria yang terputus tadinya mulai menyambung
sepenuhnya dan perlahan-lahan kembali bergerak. Aku menatapnya dan berkata, "Maafkan aku, hanya
ini yang bisa kulakukan," dan berbalik pergi.
"Tunggu!" teriak Almaria yang membuatku berbalik dan melihat Almaria berjalan ke
arahku, ia langsung menamparku kembali. "Aku tidak perlu kamu kasihani. Kemarin kamu
menghajarku dengan semua kekuatanmu dan mencabut lenganku. Ke mana semua
kemarahanmu itu, ke mana semua kebencianmu padaku itu?" Almaria menamparku lagi.
Kekuatannya benar-benar hilang dan tamparannya sama sekali tidak menyakitkanku,
hatikulah yang merasa sedih.
Almaria menangis di hadapanku dan aku ... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Kami terlalu mirip, kami hancur dan rusak karena orang yang kami kasihi dan dia
mengalami hal
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang lebih menyakitkan lagi karena benar-benar kehilangan putrinya.
"Baca pikiranku," teriak Almaria.
"Apa?" "Baca sekarang." Aku menurutinya dan aku melihat cara bagaimana Almaria menyegel
dan menutupi kekuatan Nadia, juga cara ia menanamkan pikiran jahat ke dalam bawah
sadar Nadia. Aku marah mengetahui ia juga menanam pikiran jahat pada Nadia. Akan
tetapi semuanya sudah berlalu karena sekarang aku tahu cara mengeluarkannya. "Pergi
kamu sekarang, Aku tidak berutang apa pun padamu lagi," katanya dan dia berbalik.
Aku hanya dapat menundukkan tubuh dan kepalaku dalam-dalam ke arahnya. Aku sudah
menghancurkan mimpinya, baik ataupun buruk, membuat kekuatannya menghilang dan
dia masih mengembalikan kekuatan Nadia. Tidak ada kata untuk menunjukkan betapa aku
berterima kasih. Aku hanya dapat menunduk dalam-dalam dan menghilang.
Meninggalkan tetesan air mata di atas lantai. Aku kembali ke penginapan melihat Nadia dan
karena Nadia melihatku mengalirkan air mata dia langsung memelukku dengan penuh kasih sayang.
Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan atau kulakukan.
Aku hanya merasa begitu bersyukur memiliki dirinya, tak lama kami berpelukan
dalam damai aku berbisik, "Nadia, Kita kembali Viginia sekarang."
Nadia melepas pelukanku dan menatapku. "Tapi..."
Aku tersenyum dan meletakkan sebuah jari pada bibirnya, "Cobalah menghilang."
Nadia menatapku tidak percaya dan mendadak detik berikutnya ia menghilang di
depanku. Aku sudah membuka kembali segel kekuatannya yang tertanam dalam pikirannya,
~ 665 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menghapus pikiran jahat dalam pikirannya dan juga membuat sebuah pelindung
energi untuknya. Menggantisipasi jika ada yang mencoba mengubah pikirannya lagi.
Almaria juga memberitahuku cara membangun pelindung dan meletakkan sebuah lambangku pada
Nadia. Aku berhutang padanya sangat banyak.
*** "Cuckoo di sini. Tampaknya kalian bersenang-senang dengan tangkapan yang ada.
Hubungi aku dengan video call hanya kamu dan Albert berdua, lebih dari dua orang aku
tidak akan membagi informasi apa pun juga," aku menelepon Michelle dengan telepon genggam
baru dan nomor baru, sama seperti kemarin aku memintanya untuk menghubungiku. Tak
berapa lama teleponku berbunyi kembali dan aku melihat sebuah gambar di sana, langsung
saja teleport tempat itu. Tempat tersebut berbeda dengan sebelumnya akan tetapi cukup
tertutup hanya Albert, Michelle dan diriku sang Cuckoo.
"Apa kalian menyukai informasiku?"
Albert duduk dan menatapku, "Siapa kamu sebenarnya?"
Aku tersenyum. "Aku minta kamu menjadikan anggota Kelompok Pembebas yang kamu
tangkap itu menjadi anggota BtP."
Albert melirik sekilas padaku dan mendesah, "Kalau pun aku menginginkannya, hal
tidak akan terjadi semudah yang aku mau. Kemarin beberapa anggotanya bunuh diri.
Seperti yang kamu katakan mereka ditanami pikiran jahat dan dimanipulasi. Siapa monster yang
mengendalikan mereka dari balik layar?"
"Pemimpinnya sudah mati," tambahku.
"Bagaimana mungkin?" tanya Michelle.
"Kejadian di salah satu negara di benua Asia itu, apakah kalian sudah turun
tangan di sana?" tanyaku. Albert menarik nafas, "Kami mendapat laporan sekitar dua ratusan Alinergi
tertangkap di sana sebagian besar telah meninggal, bunuh diri, menjadi gila dan terluka."
"Pemimpin Kelompok Pembebas meninggal di sana," kataku.
"Apa kamu mengetahui sesuatu tentang hal itu?" Albert menatapku curiga.
"Mereka sebenarnya sedang berkumpul ingin menyerang Markas Besar BtP pada saat
kalian sedang menyerang markas mereka di Viginia. Akan tetapi pemimpin mereka mendapat
masalah di tempat itu sehingga semua anggotanya terpaksa terjun ke sana dan,"
Aku terdiam. ~ 666 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tempat itu pun menjadi tempat pembunuhan massal." Tanganku gemetar sendirinya
mengingat betapa banyak yang sudah kubunuh meski aku sama sekali tidak mengingat
apa pun kecuali kegilaan dan kemarahan dalam diriku.
Apakah benar aku yang membunuh sebanyak itu" Aku tidak mengingatnya dan tidak
ingin mengingatnya sama sekali. Yang pastinya tempat itu sudah menjadi tempat
pembantaian. "Pemimpin mereka meninggal di sana," ulangku lagi.
Albert menatapku penuh curiga. "Apakah itu benar?"
Aku tersenyum meringis. "Benar atau tidak kamu dapat tanyakan pada mereka,
sekarang seluruh nasib dan hidup mati anggota Kelompok Pembebas di tanganmu. Mereka
hanyalah orang tidak berdosa yang diperalat."
"Tapi mereka tidak dapat disadarkan," tambah Albert
Saat itu juga aku memberikan gambaran letak pikiran jahat yang ditanam oleh
Almaria di dalam bawah sadar anggotanya. Mengirimkannya langsung pada pikiran Albert.
"Serahkan gambaran itu pada seorang mindreader maka mereka akan dapat membuang pikiran
jahat itu dan anggota Kelompok Pembebas akan terbebaskan."
Albert tertegun sebentar. "Tapi tidak ada seorang pun mindreader yang dapat
menarik keluar pikiran sedalam itu."
Aku hanya menatap Albert. "Sherry bisa melakukannya."
Albert tertegun. "Siapa kamu sebenarnya?"
"Dan sebagai bonus untukmu, aku mendapat informasi bahwa perfect copier atau
calon finder kalian dari BtP Graceland sedang menjadi target sasaran, sebaiknya kalian
melindunginya sebelum alinergi lain meninggalkan abunya untuk kalian." Aku
langsung menghilang kembali ke tempat penginapan di mana Nadia sedang menunggu dengan
seluruh barang yang sudah dirapikan. Aku membakar telepon genggamku menjadi abu, kami
membayar semua uang sewa dan langsung teleport ke dalam van yang berada di kota
Viginia. *** Setelah ditinggal oleh Cuckoo, Albert dan Michelle masih duduk di dalam ruangan
itu dan seseorang kemudian memunculkan dirinya dari sudut ruangan tersebut sambil
berjalan mendekati mereka. "Apa kamu sudah tahu siapa dirinya?" tanya Albert pada orang itu.
~ 667 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tentu saja, tidak perduli bagaimana ia mengubah wajahnya, energinya tidak akan
menipuku. Aku tahu siapa dia," kata orang itu.
*** Aku memilih untuk mengantar Nadia pulang dengan mobil daripada teleport, karena
sebaiknya Nadia memiliki rekaman kembali ke kamarnya melewati gerbang asrama BtP
setelah memiliki rekaman keluar dari asramanya. Sepanjang perjalanan, aku
menceritakan tentang bagaimana aku mendapatkan kembali kekuatannya dari Almaria.
"Apa kamu yakin akan menolak tawaran menjadi finder?" tanyaku kembali pada
Nadia. "Aku tidak ingin menjadi seorang finder dan memburu alinergi," tambahnya sudah
bertekad tidak akan menjawab panggilan BtP pusat.
"Jika mereka memaksamu?"
Nadia tersenyum. "Saat itu aku akan mencarimu untuk lari dari tempat ini. Apa
kamu bisa melakukannya?" Aku menarik nafas dalam-dalam memperlihatkan mukaku yang sungguh kecewa. "Kamu
tahu aku hampir menyesal telah membuang kesempatan untuk melarikan diri berdua
bersamamu," kataku sungguh-sungguh. "Kamu akan kembali ke BtP dan jauh dari
jangkauanku. Kemudian akan banyak pria-pria yang mengincarmu. Oh sungguh hatiku
sakit sekali." Nadia tertawa geli mendengarnya. "Yah, setelah kekuatanku kembali aku baru
berpikir masih banyak pria yang jauh lebih baik darimu." Aku memasang wajah marah dan
menatapnya. "Kapan kamu akan menjadi anggota BtP?" tanya Nadia padaku.
Aku mengarahkan wajahku kembali pada jalan. "Mungkin sekitar setahun lagi dan
Michelle mungkin akan merekomendasikanku pada kepala divisinya di Graceland."
"Aku akan menunggu," kata Nadia menunduk.
Bibirku tersinggung sebuah senyum menggoda, "Aku tidak mau, aku mau dirimu
sekarang." Wajah Nadia menjadi merah merona. "Kamu bisa memberikanku cincin terlebih
dahulu," katanya malu-malu. Oh, jantungku berdebar keras. Aku pasti akan memberikannya secepat mungkin.
Aku menatap padanya dan aku tahu semua masalah dapat dikatakan hampir selesai.
Setahun lagi, aku hanya perlu bersabar setahun lagi. Mobil kami melewati rumahku yang
sudah ~ 668 ~ - B L E S S E D H E A R T -
runtuh dan melihat beberapa pekerja sedang membersihkan puing-puing dan mungkin
akan segera mendirikan rumah baru. "Kamu mendapatkan rumah baru," kata Nadia
melihatnya. "Mudah-mudahan mereka sekalian memberikan isinya," kataku tertawa dan
melanjutkan perjalanan mobil ke asrama BtP. Diiringi beberapa lagu populer yang mengalir
dari radio mobil, tidak membutuhkan waktu yang lama hingga kami berhenti di depan gerbang
asrama BtP. "Kamu akan turun sekarang?" tanyaku yang sudah merindukannya.
Nadia melihatku sebentar. "Kamu akan ke mana?"
Aku melihat tidak jauh di depan ada Kafe Eve yang terlihat penuh dengan mobil,
tampaknya ada perayaan kecil-kecilan mungkin atas keberhasilan mereka membersihkan kota
Viginia dari Kelompok Pembebas. "Ke Kafe Eve, mungkin bekerja atau meminta sedikit
minuman," kataku tersenyum, sedikit merindukan mereka.
Nadia tersenyum. "Kalau begitu sebaiknya kita ke sana terlebih dahulu untuk
perayaan kecil kita dan mungkin kamu bisa mengantarku setelahnya." Aku menyetujuinya dan mobil
kami melaju ke arah Kafe Eve, lagipula aku belum mau berpisah darinya.
Kafe Eve terlihat penuh dengan mobil-mobil BtP yang memenuhi tempat parkir dan
dapat dikatakan telah berhamburan hingga ke ruas jalan. Aku melirik ke arah Nadia dan
kami pun turun setelah mobil berhenti tidak jauh dari kafe. Melihat pintu depan kafe yang
penuh aku memilih untuk memasuki dari pintu dapur belakang dan seperti yang kuduga. Dapur
terlihat seperti dalam keadaan perang. Susan terlihat keletihan mengantarkan pesanan,
Madame sibuk memasak makanan dan Master terlihat mencampur minuman dengan kecepatan normal
untuk menjaga citarasa minuman. Dan terlihat antrian pemintaan akan minuman yang
sangat panjang. "Jaime," teriak Madame melihatku dan Nadia berada di belakang pintu dapur. "Ke
mana saja kamu?" "Jalan-jalan," kataku sambil menggaruk pipiku.
"Dengan Nona Nadia" Baiklah-baiklah, cepat bantu Master, dia sudah mencampur
minuman sejak pagi hari dan aku akan menanyakanmu habis-habisan nanti," teriak Madame
kembali sibuk. Aku hanya bisa tersenyum menuju ke lokerku dan mengganti pakaian.
"Jaime! Kebetulan kamu datang," teriak Susan. "Bantu aku."
"Tapi aku harus membantu Master," kataku.
Wajah Susan segera cemburut. "Iyalah, Master juga sudah kecapekan, apa boleh
buat." ~ 669 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku akan membantu," sahut sebuah suara. Susan, Madame dan aku segera melihat ke
arah Nadia, dia terlihat sudah menyingsingkan lengan bajunya.
"Tapi..." kataku.
"Bagus," kata Susan langsung, sambil menuju ke loker pakaiannya dan
melemparkannya sebuah pakaian kerja cadangan yang bersih. "Kamu boleh membantuku. Di saat
seperti ini jangankan anggota BtP, Monster berkaki lima pun akan kuizinkan kalau dia
bersedia membantu." Nadia segera menyambarnya dan memasuki kamar mandi untuk berganti.
Tidak berapa lama kemudian, aku melihat Nadia sudah berganti pakaian dan keluar.
"Apa kamu serius untuk melakukannya?" tanyaku berbisik padanya, "Kamu alinergi dan
kamu banyak mengenal orang-orang ini, mereka mungkin akan memandang rendah dirimu."
Nadia mendekatiku dan tersenyum. "Kamu ingat nantinya kamu akan membuka kafe dan
aku akan membantu melayani" Tidak ada salahnya aku berlatih sekarang."
"Tapi..." Aku menatap cemas pada Nadia yang berdiri di depanku, tidak dapat
berkata apa pun juga. Nadia bergerak merapat mendekatiku dan mengecup pipiku serta berbisik, "Jangan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengkhawatirkanku. Aku akan baik-baik saja," sambil menyentuh pipiku.
"Baiklah, tapi jangan memaksakan diri," kataku berbalik melihat Madame dan Susan
yang sedang terbengong melihatku. "Apa?" tanyaku menghadap mereka.
"Dia menciummu?" tanya Madame dan Susan bersamaan, menghentikan apa pun yang
mereka kerjakan. Kupikir wajahku memerah, segera keluar dari dapur dan masuk ke dalam balik bar
meninggalkan mereka. Terlihat Master yang sudah berkeringat. Ia menatapku dengan
penuh kelegaan. "Kamu baik-baik saja?"
"Sempurna," kataku. Master kemudian menyebutkan beberapa jenis minuman dan aku
Bocah Tanpa Pusar 1 Pendekar Mabuk 022 Lentera Kematian Naga Sasra Dan Sabuk Inten 43