Pencarian

Keponakan Penyihir 3

Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis Bagian 3


gajah membentenginya. Beruangberuang dan
babi hutanbabi hutan yang gemuk dan serius
menggeram di belakangnya.
Macan tutul dan macan kumbang yang berpenampilan dingin dan berwajah menyindir
(seperti dalam bayangannya) menatapnya dan mengayunkan ekorekor mereka. Yang
paling menggetarkan baginya adalah banyaknya jumlah mulut yang terbuka. Para hewan
sebenarnya membuka mulut karena terengahengah, tapi
Paman Andrew berpikir mereka membuka mulut untuk memakannya.
190 Paman Andrew berdiri gemetaran sambil melemparkan pandangan ke sekelilingnya.
Dia tidak pernah membunuh hewan ketika berada dalam keadaan menguntungkan,
karena biasanya dia agak takut pada mereka, dan tentu saja bertahuntahun
melakukan percobaan kejam dengan hewan membuatnya semakin membenci dan takut
pada mereka. "Nah, Sir," kata Bulldog sangat serius, "kau
ini hewan, sayuran, atau mineral?" Itulah yang
sebenarnya dikatakan hewan itu, tapi yang
bisa didengar Paman Andrew hanyalah, "Grrrarrhow!"
191 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's BAB 11 Digory dan Pamannya Sama-sama dalam Kesulitan
KAU mungkin berpikir hewanhewan sangatlah bodoh karena tidak melihat Paman
Andrew merupakan makhluk yang sejenis dengan kedua anak itu dan si kusir kereta.
Tapi kau harus ingat para hewan belumlah
tahu tentang pakaian. Mereka berpikir rok
Polly, setelan Norfolk Digory, dan topi bulat si
kusir kereta adalah bagian tubuh seperti bulu
di tubuh mereka. Mereka bahkan tidak akan
tahu ketiga manusia itu berjenis sama kalau
Digory, Polly, dan si kusir belum bicara pada
mereka dan Strawberry tidak berpikir begitu.
Lagi pula Paman Andrew jauh lebih tinggi
daripada kedua anak itu dan lebih kurus daripada si kusir kereta. Dia mengenakan
pakaian serbahitam kecuali rompi putihnya (yang tidak
terlalu putih lagi sekarang). Rambut tebal ber192
ubannya (kini tampak kian berantakan) tidak
kelihatan seperti apa pun yang terdapat pada
ketiga manusia lain. Jadi wajar saja kalau
para hewan kebingungan. Yang paling buruk,
Paman Andrew tampaknya tidak bisa bicara.
Dia berusaha melakukannya. Ketika Bulldog
berbicara padanya (atau, seperti yang disangkanya, pertama menggeram kemudian
menggonggong kepadanya) dia mengulurkan tangannya yang gemetar dan tergagap,
"Anjing baik, anjing manis." Tapi para hewan tidak bisa
mengerti ucapannya seperti dia tidak bisa mengerti ucapan mereka. Mereka tidak
mendengar katakata apa pun, hanya suara berdesis yang
aneh. Mungkin lebih baik kalau mereka tidak
mengerti apaapa, karena tidak ada anjing yang
kuketahui, apalagi Anjing yang Bisa Berbicara
Narnia, senang dipanggil "Anjing Baik" seperti
kau suka bila dipanggil "Pria Kecil".
Kemudian Paman Andrew terjatuh dan pingsan.
"Nah!" kata Babi Hutan. "Ternyata hanya
pohon. Sudah kuduga." (Ingat, mereka belum
pernah melihat orang pingsan atau bahkan
sesuatu terjatuh.) Bulldog, yang mengendusi seluruh tubuh
Paman Andrew, mendongak dan berkata, "Dia
193 hewan. Tentu saja hewan. Dan mungkin jenis
yang sama dengan makhlukmakhluk yang
tadi." "Aku tidak melihat kemiripannya," kata salah satu beruang. "Hewan tidak akan
sekadar berbaring seperti itu. Kita kan hewan dan kita
tidak berbaring begitu. Kita berdiri. Seperti
ini." Dia berdiri dengan kaki belakangnya,
mundur selangkah, tersandung cabang rendah
dan terjatuh telentang. "Lelucon ketiga, lelucon ketiga, lelucon ketiga!" kata Jackdaw penuh semangat.
"Aku masih berpikir dia sejenis pohon,"
kata Babi Hutan. 194 "Kalau dia memang pohon," kata beruang
yang lain, "mungkin ada sarang lebah di
dalamnya." "Aku yakin dia bukan pohon," kata Luak.
"Kurasa dia berusaha bicara sebelum dia tergeletak."
"Itu hanya suara angin di antara cabangcabangnya," kata Babi Hutan.
"Kau tidak bermaksud," kata Jackdaw kepada Luak, "bahwa kau berpikir dia hewan
yang bisa bicara, kan" Dia bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun."
"Namun, kalian tahu," kata Gajah (gajah
betina tentu saja, karena suaminya, bila kau
ingat, telah dipanggil untuk rapat dengan
Aslan), "namun, kalian tahu, dia mungkin saja
memang sejenis hewan. Bukankah gumpalan
putih di bagian ujung sini semacam wajah"
Dan bisakah lubanglubang itu mata dan mulut" Tidak ada hidung, tentu saja. Tapi
yah - ehem - kita tidak boleh berpikiran sempit. Tidak
banyak di antara kita punya sesuatu yang bisa
benarbenar disebut sebagai Hidung." Dia melirik belalai panjangnya dengan rasa
bangga yang pantas dimaklumi.
"Aku sangat keberatan dengan pernyataan
itu," kata Bulldog. 195 "Gajah benar juga," kata Tapir.
"Ah, aku tahu!" kata Keledai ceria. "Mungkin dia hewan yang tidak bisa bicara
tapi mengira dia bisa."
"Bisakah dia dibuat berdiri?" tanya Gajah
berpikir keras. Dia meraih lembut sosok lunglai
Paman Andrew dengan belalainya dan mendirikannya dengan salah satu sisi di atas.
Sayangnya terbalik sehingga dua setengah sovereign, tiga setengah crown, dan
enam pence terjatuh dari sakunya. Tapi tidak ada gunanya. Paman
Andrew terjatuh lagi. "Nah kan!" kata beberapa suara. "Dia sama
sekali bukan hewan. Dia bahkan tidak hidup."
"Aku yakin dia memang hewan," kata Bulldog. "Cium saja dia sendiri."
"Penciuman bukan segalanya," kata Gajah.
"Lho," kata Bulldog, "kalau kita tidak bisa
memercayai hidung kita, apa lagi yang bisa
dipercayai?" "Yah, otak mungkin," Gajah menjawab ringan.
"Aku sangat keberatan dengan pernyataan
itu," kata Bulldog. "Yah, kita harus melakukan sesuatu tentang
dia," kata Gajah. "Karena mungkin saja dia
Kebahatan, dan dia harus ditunjukkan ke
196 Aslan. Bagaimana pendapat sebagian besar kalian" Apakah dia hewan atau sejenis
pohon?" "Pohon! Pohon!" kata lusinan suara.
"Baiklah," kata Gajah. "Kalau begitu, jika
dia memang pohon berarti dia akan mau ditanam. Kita harus menggali lubang."
Dua tikus tanah membereskan masalah itu
dengan cukup cepat. Ada sedikit perdebatan
tentang ujung Paman Andrew yang mana yang
harus dimasukkan ke tanah, dan dia nyaris
sekali ditanam dengan kepala di bawah. Beberapa hewan berkata kakikakinya pasti
cabang dan karena itu benda abuabu dan berbulu lebat (maksudnya kepalanya) pasti
akar. Tapi kemudian hewanhewan lain berkata bahwa bagian ujung yang bercabang dua
lebih kotor berlumpur dan lebih menjulur panjang,
seperti selayaknya akar. Jadi akhirnya dia ditanam dengan kepala di atas. Ketika
mereka menutup lubang dengan tanah, badan Paman
Andrew terkubur hingga di atas lututnya.
"Dia kelihatan layu sekali," kata Keledai.
"Tentu saja dia butuh disiram," kata Gajah.
"Kurasa aku bisa bilang (tanpa bermaksud
menyinggung siapa pun yang hadir) bahwa
mungkin, untuk pekerjaan semacam ini, jenis
hidungku - " 197 "Aku sangat keberatan dengan pernyataan
itu," kata Bulldog. Tapi Gajah tetap berjalan
perlahan ke sungai, mengisi belalainya dengan
air, dan kembali untuk mengurus Paman
Andrew. Hewan cerdas itu terus melakukan ini
sampai bergalongalon air telah disemprotkan
ke Paman Andrew, dan air mengalir dari bagian
buntut jas panjangnya seolah dia mandi dengan
pakaian lengkap. Akhirnya semprotan air itu
menyadarkannya. Dia terbangun dari pingsannya, membuka mata dan melihat. Benar-
benar pemandangan yang luar biasa!
198 Tapi kita harus meninggalkan dia untuk merenungkan segala perbuatan jahatnya
(kalau dia memang mungkin melakukan sesuatu yang
begitu masuk akal seperti itu) dan beralih ke
halhal yang lebih penting.
Strawberry berlari bersama Digory di punggungnya sampai suara hewanhewan lain
tidak terdengar lagi, dan kini grup kecil Aslan dan
para anggota dewan yang dipilihnya sudah
cukup dekat. Digory tahu dia tidak bisa begitu
saja mengganggu pertemuan resmi tersebut, tapi
tidak perlu melakukan itu. Hanya dengan satu
kata dari Aslan, gajah jantan, gagakgagak,
dan para makhluk sisanya menyingkir ke samping. Digory turun dari kuda dan
mendapati dirinya bertatapan muka dengan Aslan. Dan
Aslan lebih besar, indah, bersinar keemasan,
dan mengerikan daripada perkiraannya. Dia
tidak berani menatap langsung matanya yang
menakjubkan. "Saya mohon - Pak Singa - Aslan - Sir," kata
Digory, "bisakah Anda - bolehkan saya - saya
mohon, maukah Anda memberi saya buah
ajaib di negeri ini yang bisa menyembuhkan
ibu saya?" Digory benarbenar berharap sang singa akan
menjawab "Ya". Dia sangat takut sang singa
199 akan menjawab "Tidak". Tapi dia terkejut
sekali ketika Aslan tidak melakukan keduanya.
"Inilah anak lakilaki itu," kata Aslan, menatap tidak pada Digory, tapi pada
anggota dewannya. "Inilah anak lakilaki yang melakukannya."
Astaga, pikir Digory, apa yang telah kulakukan"
"Putra Adam," kata sang singa. "Ada penyihir jahat di negeri baruku Narnia.
Ceritakan kepada para makhluk agung ini bagaimana
dia bisa sampai di sini."
Lusinan hal berbeda yang bisa dia katakan
berkelebat di benak Digory, tapi dia punya
akal sehat untuk tidak mengatakan apa pun
kecuali kejadian yang sebenarbenarnya.
"Aku yang membawanya, Aslan," dia menjawab dengan suara pelan.
"Untuk tujuan apa?"
"Aku ingin mengeluarkannya dari duniaku
sendiri dan mengembalikannya. Aku kira aku
sedang membawanya ke negerinya sendiri."
"Bagaimana dia bisa tiba di duniamu, Putra
Adam?" "Dengan - dengan Sihir."
Sang singa tidak mengatakan apaapa dan
Digory tahu ceritanya sudah cukup.
200 "Sihir pamanku, Aslan," katanya. "Dia mengirim kami keluar dari dunia kami
dengan cincincincin ajaib, setidaknya aku terpaksa pergi karena dia sudah
mengirim Polly tanpa persetujuannya, kemudian kami bertemu sang
penyihir di tempat bernama Charn dan dia
memegangi kami ketika - "
"Kau bertemu penyihir itu?" tanya Aslan
dengan suara rendah yang nyaris mengandung
geraman. "Dia terbangun," kata Digory menyesal. Kemudian wajahnya memucat, "Maksudku, aku
membangunkannya. Karena aku ingin tahu apa
yang akan terjadi kalau aku memukul bel.
Polly tidak mau melakukannya. Bukan salahnya.
Aku - aku bertengkar dengannya. Aku tahu seharusnya aku tidak melakukan itu.
Kurasa aku agak terkena mantra tulisan di bawah bel itu."
"Benarkah?" tanya Aslan, masih dengan nada
sangat rendah dan dalam. "Tidak," kata Digory. "Sekarang aku tahu
aku tidak terkena mantra. Aku hanya berpurapura."
Ada jeda lama. Dan sepanjang waktu itu
Digory berpikir, "Aku sudah mengacaukan segalanya. Sekarang tidak ada kesempatan
membawakan apa pun untuk Ibu."
201 Ketika sang singa berbicara lagi, katakatanya
bukanlah untuk Digory. "Kalian lihat, temanteman," katanya, "bahkan sebelum dunia baru dan bersih yang
kuberikan kepada kalian berusia tujuh jam, kekuatan kejahatan telah memasukinya,
dibangunkan dan dibawa ke sini oleh Putra Adam ini."
Para hewan, bahkan Strawberry, memutar mata
mereka ke Digory sampai anak itu berharap
tanah akan menelannya. "Tapi janganlah kalian
menjadi muram," kata Aslan, masih berbicara
pada para makhluk Narnia. "Kejahatan akan
sampai pada kejahatan, tapi perjalanannya masih sangat jauh, dan aku akan
memastikan yang terburuk hanya akan menimpa diriku
sendiri. Sementara itu, marilah kita menyusun
peraturan sehingga untuk ratusan tahun tanah
ini tetap akan menjadi tanah bahagia di dunia
yang bahagia. Dan karena ras Adam telah
melakukan kerusakan, ras Adamlah yang akan
membantu memperbaikinya. Mendekatlah, kalian berdua."
Katakata terakhir ditujukan kepada Polly


Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan si kusir kereta yang kini telah tiba. Mata
dan mulut Polly terbuka lebar, dia menatap
lekat Aslan sambil menggenggam erat tangan
si kusir. Si kusir melihat sekilas ke sang singa,
202 membuka topi bulatnya, belum ada yang pernah melihatnya tanpa topi itu. Ketika
topi telah dilepas, dia tampak lebih muda dan
ramah, juga lebih seperti orang desa dan kurang seperti kusir kereta sewaan
London. "Nak," kata Aslan kepada si kusir. "Aku
telah mengenalmu lama. Apakah kau mengenaliku?"
"Yah, tidak, Sir," kata si kusir. "Setidaknya,
tidak dengan cara yang biasa. Namun entah
bagaimana saya merasa, kalau saya boleh bebas
bicara, sepertinya kita sudah pernah bertemu."
"Memang benar," kata sang singa. "Kau
tahu lebih banyak daripada yang kaukira, dan
kau akan hidup untuk mengenalku lebih dekat
lagi. Apakah tanah ini memuaskanmu?"
"Jamuan yang menyenangkan, Sir," jawaban
si kusir. "Apakah kau ingin tinggal di sini selamanya?"
"Yah, begini, Sir, saya sudah menikah," kata
si kusir. "Saya pikir, kalau istri saya juga
berada di sini, kami akan samasama tidak
mau kembali ke London. Karena kami sebenarnya orangorang desa."
Aslan mendongakkan kepala bersurai lebatnya, membuka mulut, dan menyuarakan
sebuah nada panjang, tidak terlalu keras, tapi penuh
203 kekuatan. Ketika mendengarnya, jantung Polly
melompat dalam dadanya. Dia yakin suara itu
panggilan, dan siapa pun yang mendengarnya
akan mau mematuhi dan (terlebih lagi) akan
menjadi mampu mematuhi, sebanyak apa pun
dunia dan masa yang berada di antaranya.
Jadi walaupun Polly dipenuhi rasa takjub, dia
tidak benarbenar kaget atau terkejut ketika
tibatiba wanita muda berwajah ramah dan
jujur keluar entah dari mana dan berdiri di
sampingnya. Polly langsung tahu dia istri si
kusir, dijemput dari dunia kita tidak dengan
cincin ajaib yang merepotkan, tapi dengan
begitu cepat, sederhana, dan manis seperti burung yang terbang ke sarangnya.
"Wanita muda itu sepertinya sedang mencuci karena dia mengenakan celemek, lengan
bajunya digulung hingga ke siku, dan ada busa sabun di kedua
tangannya. Kalau dia punya waktu untuk mengenakan pakaian terbaiknya (topi
terbaiknya dihiasi buah ceri imitasi) dia akan tampak
buruk. Begini saja seadanya, dia tampak manis.
Tentu saja dia mengira dia sedang bermimpi.
Itulah sebabnya dia tidak langsung berlari menuju suaminya dan bertanya apa
sebenarnya yang telah terjadi pada diri mereka. Tapi ketika
melihat sang singa, dia tidak merasa cukup
204 yakin ini mimpi, tapi entah bagaimana dia
tidak tampak ketakutan. Kemudian dia membungkuk kecil memberi hormat, dengan
cara yang masih diketahui beberapa gadis desa pada
masamasa itu. Setelah itu, dia menghampiri
suaminya dan melingkarkan tangan ke tangan
si kusir, lalu berdiri di sana melihat ke sekelilingnya dengan agak malumalu.
"Anakanakku," kata Aslan, memaku matanya pada kedua manusia itu, "kalian akan
menjadi raja dan ratu pertama Narnia."
Mulut si kusir ternganga karena terkejut,
wajah istrinya berubah menjadi sangat merah.
"Kalian akan memerintah dan memberi nama
pada makhlukmakhluk ini, menjaga keadilan
205 di antara mereka, juga melindungi mereka dari
musuhmusuh mereka ketika para musuh bangkit. Para musuh itu memang akan bangkit,
karena ada penyihir jahat di dunia ini."
Dengan kesulitan, si kusir menelan ludah
duatiga kali dan berdeham.
"Maaf, Sir," katanya, "bukannya saya tidak
berterima kasih sekali kepada Anda (istri saya
pun akan melakukan hal yang sama), tapi
saya bukanlah orang yang cocok untuk pekerjaan seperti itu. Begini, saya tidak
pernah dapat banyak pendidikan."
"Yah," kata Aslan, "bisakah kau menggunakan cangkul, bajak, dan memanen makanan
dari bumi?" "Ya, Sir, saya bisa melakukan pekerjaan semacam itu, karena dibesarkan untuk
melakukannya." "Bisakah kau memerintah makhlukmakhluk
ini dengan lembut dan adil, mengingat bahwa
mereka bukanlah budak seperti hewanhewan
bodoh di dunia tempat kau dilahirkan, tapi
hewanhewan yang bisa berbicara dan rakyat
bebas?" "Saya mengerti itu, Sir," jawab si kusir.
"Saya akan berusaha memperlakukan mereka
tanpa membedabedakan."
206 "Dan apakah kau akan membesarkan anakanak juga cucucucumu untuk melakukan hal
yang sama?" "Saya pasti akan berusaha melakukan itu,
Sir. Saya akan berusaha sebaikbaiknya: bukankah begitu, Nellie?"
"Dan kau tidak akan menjadikan salah satu
anakmu sebagai favorit dibanding anakanakmu
yang lain atau dibanding makhlukmakhluk
lain, atau membiarkan yang satu membawahi
yang lain atau menggunakannya dengan tidak
benar?" "Saya tidak akan pernah bisa membiarkan
hal seperti itu terjadi, Sir, dan itu kebenaran.
Saya akan menghukum mereka bila aku mengetahui mereka melakukan itu," kata si
kusir. (Sepanjang percakapan ini suaranya menjadi
kian lambat dan kaya. Lebih seperti suara
orang desa yang pasti dimilikinya saat dia
masih kanakkanak dan tidak seperti aksen
kelas rendahan yang tajam dan cepat.)
"Dan jika para musuh datang menantang
tanah ini (karena mereka akan datang) lalu
ada perang, apakah kau akan jadi yang pertama maju bertempur dan terakhir
mengundurkan diri?" "Yah, Sir," kata si kusir sangat lambat,
207 "seseorang tidak akan tahu pasti apa yang
terjadi sebelum dia mencobanya. Yang bisa
saya katakan adalah saya mungkin akan jadi
pria lembek di saat seperti itu. Saya tidak
pernah berkelahi kecuali dengan tinju saya.
Tapi saya akan berusaha - setidaknya, saya harap saya akan berusaha - memenuhi
bagian saya." "Kalau begitu," kata Aslan, "kau akan melakukan segala tindakan yang harus
dilakukan seorang raja. Proses penobatanmu akan segera
dilakukan. Kau, anakanakmu, dan cucucucumu akan diberkahi, dan beberapa akan
menjadi rajaraja Narnia, yang lain akan menjadi rajaraja Archenland yang
terletak di pegunungan selatan sana. Dan kau, putri kecil (di sini dia
menoleh ke arah Polly) dipersilakan tinggal.
Apakah kau sudah memaafkan anak lakilaki
itu karena telah menyakitimu di Aula Sosok di
istana terlantar Charn yang terkutuk?"
"Ya, Aslan, kami sudah berbaikan," jawab
Polly. "Bagus kalau begitu," kata Aslan. "Dan
sekarang untuk si anak lakilaki itu sendiri."
208 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's BAB 12 Petualangan Strawberry DIGORY menutup mulutnya rapatrapat.
Perasaannya kian tidak nyaman. Dia berharap, apa pun yang terjadi, dia tidak
akan ceroboh atau melakukan apa pun yang konyol.
"Putra Adam," kata Aslan. "Apakah kau
siap memperbaiki kesalahan yang telah kaulakukan pada negeri terindahku Narnia
tepat di hari kelahirannya?"
"Yah, aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan," kata Digory. "Jadi begini, sang
ratu melarikan diri dan - "
"Aku tanya, apakah kau siap?" tanya sang
singa. "Ya," jawab Digory. Dia sempat punya ide
gila untuk menjawab, "Aku akan berusaha
membantumu kalau kau berjanji mau menolong
ibuku," tapi dia sadar tepat pada waktunya
209 bahwa sang singa bukanlah sejenis makhluk
yang bisa kauajak tawarmenawar. Tapi ketika
dia berkata "Ya", pikirannya melayang kepada
ibunya dan dia mengingat kembali harapanharapan besar yang tadinya dia miliki,
dan betapa semuanya akan terbang pergi. Tenggorokannya pun terasa tersumbat dan
air mata mengalir deras saat dia merepet:
"Tapi aku mohon, aku mohon - maukah
kau - bisakah kau memberiku sesuatu yang bisa
menyembuhkan ibuku?" Hingga saat itu dia
terus menatap kaki besar sang singa dan cakarcakar raksasa yang ada di sana,
tapi kini dalam keputusasaan, dia mendongak untuk menatap wajahnya. Yang dia
lihat membuatnya sangat terkejut, lebih daripada apa pun di
dalam hidupnya. Karena ternyata wajah keemasan itu kini menunduk di dekat
wajahnya sendiri dan (yang paling menakjubkan) air mata
besar yang berkilauan tampak di mata sang
singa. Air mata itu begitu besar dan bercahaya
dibanding air mata Digory sehingga sesaat anak
itu merasa seolah sang singa pasti lebih sedih
karena keadaan ibunya daripada dirinya sendiri.
"Anakku, anakku," kata Aslan. "Aku tahu.
Kesedihan memang begitu menguasai. Baru kau
dan aku yang tahu soal itu di tanah ini.
210 Marilah kita saling membantu. Tapi aku harus
memikirkan ratusan tahun hidup Narnia. Sang
penyihir yang kaubawa ke dunia ini akan
kembali ke Narnia lagi. Tapi itu bisa dicegah.
Aku berniat menanam sebuah pohon di Narnia
yang akan melindungi Narnia dari penyihir itu
selama bertahuntahun. Supaya tanah ini akan
memiliki pagi cerah yang lama sebelum ada
awan datang menutupi mataharinya. Kau harus
mengambilkan bibit yang bakal menjadi pohon
itu untukku." "Ya, Sir," kata Digory. Dia tidak tahu bagaimana caranya tapi merasa sangat
yakin kini dia akan bisa melakukan itu. Sang singa menarik napas dalamdalam,
menundukkan kepala lebih rendah dan memberi anak itu kecupan
singa. Dalam sekejap Digory merasakan kekuatan dan keberanian baru mengalir ke
dalam tubuhnya. "Anakku tersayang," kata Aslan, "aku akan
memberitahumu apa yang harus dilakukan. Berputar dan tataplah arah Barat,
katakan kepadaku apa yang kaulihat?"
"Aku melihat pegunungan yang teramat besar, Aslan," kata Digory. "Aku melihat
sungai menuruni tebingtebing, menjadi air terjun. Dan
di balik tebing itu ada bukitbukit hijau tinggi
211 dengan hutan. Dan di balik semua itu daerahdaerah lebih tinggi yang tampak
hampir kelam. Kemudian, jauh sekali, ada gununggunung bersalju yang bertumpuk - seperti lukisan
Pegunungan Alpen. Dan di belakang semua itu tidak ada apaapa kecuali cakrawala."
"Kau melihat dengan baik," kata sang singa.
"Sekarang daratan Narnia berakhir di mana
air terjun jatuh, dan sekali kau mencapai ujung
tertinggi tebing kau akan keluar dari Narnia
dan masuk ke Daerah Barat yang Liar. Kau
harus menjelajahi pegunungan itu sampai raenemukan lembah hijau dengan danau
biru yang dipagari pegunungan es. Di ujung danau ada
bukit hijau yang curam. Di bagian atas bukit
itu ada taman. Di tengah taman itu terdapat
pohon. Petik sebuah apel dari pohon itu dan
bawalah kepadaku." "Ya, Sir," kata Digory lagi. Dia sama sekali
tidak punya bayangan bagaimana akan memanjat tebing dan menemukan jalan melewati
seluruh pegunungan itu, tapi dia tidak ingin
mengatakan itu karena takut akan terdengar
seperti sedang membuatbuat alasan. Tapi dia
akhirnya berkata, "Aku berharap, Aslan, kau
tidak tergesagesa. Aku tidak akan mampu
pergi ke sana dan kembali dengan cepat."
212 "Anak Adam kecil, kau akan mendapat bantuan," kata Aslan. Dia kemudian berputar
menghadap Kuda yang sepanjang waktu ini
berdiri diam di samping mereka, mengayunayunkan ekornya untuk mengusir lalat,
dan mendengarkan dengan kepala dimiringkan ke
salah satu sisi karena percakapan itu agak
sulit dimengerti. "Anakku," kata Aslan kepada Kuda, "apakah kau mau menjadi kuda bersayap?"
Seharusnya kau melihat bagaimana si kuda
mengibaskan surainya dan betapa lubang hidungnya mengembang, juga entakan pelan
yang dilakukannya dengan salah satu kaki belakangnya. Jelas sekali dia sangat
ingin menjadi kuda bersayap. Tapi dia hanya berkata:
"Kalau kauinginkan itu, Aslan - kalau kau
benar bersungguhsungguh - aku tidak tahu
kenapa harus aku yang dipilih - aku bukanlah
kuda yang sangat pintar."
"Bersayaplah. Jadilah ayah untuk semua kuda
bersayap," aum Aslan dengan suara yang menggetarkan tanah. "Namamu kini Fledge."
Kuda itu mendadak melonjak, seperti yang
dilakukannya di harihari dulu yang melelahkan
ketika dia menarik kereta. Kemudian dia raeringkik.
213 Dia meregangkan lehernya seolah ada lalat menggigiti bahunya dan dia ingin
menggaruknya. Kemudian, seperti ketika para hewan muncul dari tanah, keluar dari
bahu Fledge sayapsayap yang melebar dan

Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tumbuh, lebih besar daripada sayapsayap elang, lebih besar daripada sayapsayap angsa, lebih besar daripada sayapsayap malaikat
di jendela gereja. Sayap Fledge berwarna cokelat kemerahan tembaga
dan berkilau. Dia mengibaskan kedua sayap
itu kuatkuat dan melompat ke udara. Sekitar
enam meter di atas Aslan dan Digory dia
mendengus, meringkik, dan mengangkat kaki
214 depannya. Kemudian setelah mengelilingi mereka sekali, dia mendarat di bumi
dengan keempat kakinya, tampak canggung dan terkejut, tapi luar biasa bahagia.
"Apakah menyenangkan rasanya, Fledge?"
tanya Aslan. "Luar biasa rasanya, Aslan," kata Fledge.
"Apakah kau bersedia membawa putra Adam
kecil ini di punggungmu menuju lembah gunung
yang kuceritakan tadi?"
"Apa" Sekarang" Saat ini juga?" tanya Strawberry - atau Fledge, begitulah kita
harus memanggilnya sekarang - "Hore! Ayolah, makhluk kecil, aku sudah pernah
membawa makhluk sepertimu di punggungku. Dulu, dulu sekali.
Ketika ada lapangan hijau dan gula."
"Apa yang sedang dibisikkan dua putri
Hawa?" tanya Aslan, berbalik mendadak sekali
ke arah Polly dan istri si kusir, yang sudah
mulai akrab. "Kalau Anda tidak keberatan, Sir," jawab
Ratu Helen (karena itulah nama Nelle si istri
kusir sekarang), "saya rasa gadis kecil ini juga
ingin pergi, kalau itu tidak menyusahkan."
"Bagaimana pendapat Fledge tentang hal
ini?" tanya sang singa.
"Oh, aku tidak keberatan harus membawa
215 dua orang, apalagi keduanya kecil," jawab
Fledge. "Tapi kuharap Gajah tidak mau ikut
juga." Gajah sama sekali tidak berminat, lalu raja
baru Narnia membantu kedua anak itu menaiki
Fledge. Lebih tepatnya, dia mengangkat tubuh
Digory dengan kasar tapi meletakkan Polly
dengan lembut dan anggun di punggung kuda,
seolah gadis cilik itu terbuat dari keramik dan
mudah pecah. "Nah, mereka sudah siap, Strawberry - ah maksudku, Fledge. Ini benar-
benar tidak terduga."
"Jangan terbang terlalu tinggi," pesan Aslan.
"Jangan mencoba melewati puncak gununggunung es. Awasi baikbaik lembahlembah,
daerahdaerah hijau, terbanglah melewati tempattempat itu. Akan selalu ada jalan
tembus. Dan sekarang, pergilah dengan restuku."
"Oh, Fledge!" kata Digory, mencondongkan
tubuh ke depan untuk menepuk lembut leher
mengilap kuda itu. "Ini menyenangkan. Berpeganglah erat padaku, Polly."
Detik berikutnya daratan berada jauh di
bawah mereka dan tampak berputarputar ketika Fledge, seperti burung dara
raksasa, berputar sekalidua kali sebelum memulai penerbangan jauh ke arah
baratnya. Saat mencoba 216
melihat ke bawah, Polly nyaris tidak bisa melihat sang raja dan ratu, bahkan
Aslan hanyalah tampak seperti titik kuning cerah di hamparan
rumput hijau. Tak lama kemudian angin menerpa wajah mereka dan sayapsayap Fledge
mengepak dengan ritme teratur.
Seluruh Narnia, berbagai warna dari ladang,
bebatuan, bunga heather, dan beragam jenis
pohon terhampar di bawah mereka, sungai
meliuk melewatinya seperti pita perak. Belumbelum mereka sudah bisa melihat
bagian puncak perbukitan rendah yang terletak di arah utara di sebelah kanan
mereka. Di balik perbukitan itu tanah perawan yang luas berlekuklekuk naikturun
hingga bertemu horison. Di sebelah kiri mereka pegunungannya lebih tinggi,
tapi terkadang ada celah di antara hutan cemara yang memberimu pemandangan
sekilas daratan selatan yang terhampar setelahnya. Daratan yang tampak begitu
biru dan nun jauh di sana.
"Pasti Archenland ada di sana," kata Polly.
"Ya, tapi lihat di depan!" kata Digory.
Karena kini tebingtebing besar penghalang
berdiri di depan dan mereka nyaris dibutakan
sinar matahari yang berdansa di permukaan
air terjun besar. Di sinilah sungai menggeram
217 dan mengalir deras turun menuju Narnia dari
asalnya di daratandaratan barat yang tinggi.
Mereka kini sudah terbang sangat tinggi sehingga gemuruh air terjun itu hanya
bisa terdengar sebagai suara pelan yang tipis, tapi mereka belumlah cukup tinggi
untuk bisa terbang melewati bagian puncak tebingtebing.
"Kita harus sedikit berzigzag di sini," kata
Fledge. "Berpeganglah eraterat."
Dia mulai terbang ke kiri dan ke kanan,
semakin tinggi pada setiap belokan. Udara
terasa kian mendingin dan mereka mendengar
pekikan elangelang jauh di bawah mereka.
"Wah, lihat! Lihat ke belakang," kata Polly.
Di sana mereka bisa melihat seluruh lembah
Narnia terhampar hingga menyentuh kilauan
laut, tepat sebelum langit timur. Dan kini mereka sudah begitu tinggi sehingga
bisa melihat garisgaris tegas sosok pegunungan yang tampak
kecil di balik tanah perawan barat laut, juga
daratan yang tampak seperti bentangan pasir
jauh di selatan. "Kalau saja ada seseorang yang bisa memberitahu kita apa saja tempattempat itu,"
kata Digory. "Tapi kurasa tempattempat itu memang belum ada," kata Polly. "Maksudku, belum
ada 218 219 orang di sana, dan belum ada yang terjadi di
sana. Dunia ini baru dimulai hari ini."
"Memang, tapi orangorang pasti akan sampai ke sana," kata Digory. "Lalu mereka
akan punya sejarah, ya kan?"
"Yah, untunglah mereka belum punya sejarah
sekarang," kata Polly. "Karena tidak ada yang
bisa benarbenar mempelajari sejarah. Segala
pertempuran, tanggaltanggal, dan halhal membosankan itu."
Kini mereka berada di atas tebingtebing
dan dalam beberapa menit kemudian dataran
lembah Narnia sudah hilang dari jangkauan
pandangan. Mereka terbang di atas daerah liar
dengan perbukitan curam dan hutanhutan gelap, masih dengan mengikuti aliran
sungai. Sosok samar gununggunung yang luar biasa
besar muncul di depan. Tapi matahari kini
tepat setinggi mata para pengelana sehingga
mereka tidak bisa melihat dengan benarbenar
jelas ke arah sana. Tapi kemudian matahari
terbenam lebih rendah dan lebih rendah lagi
hingga langit barat menjelma menjadi kuali
raksasa penuh emas leleh. Akhirnya matahari
pun tenggelam di balik puncak bergerigi yang
berdiri membatasi cahaya, puncaknya tampak
setajam dan sedatar seolah potongan karton.
220 "Tidak terlalu hangat di atas sini," kata
Polly. "Dan sayapsayapku sudah mulai terasa
sakit," kata Fledge. "Tidak ada tandatanda
lembah dengan danau, seperti yang dikatakan
Aslan. Bagaimana kalau kita turun dan mencari
tempat yang enak untuk menginap" Sepertinya
kita tidak akan mencapai tempat itu malam
ini juga." "Ya, lagi pula sepertinya ini waktunya makan
malam, kan?" kata Digory.
Jadi Fledge merendahkan terbangnya. Ketika
mereka sudah lebih dekat dengan daratan dan
berada di antara perbukitan, udara menghangat
dan setelah berjalan berjamjam tanpa mendengar apa pun kecuali kepakan sayap
Fledge, senang rasanya bisa mendengar suarasuara daratan yang familier lagi -
suara percikan air sungai di dasar bebatuannya dan derikan pepohonan yang ditiup
angin sepoisepoi. Wangi hangat dan nyaman tanah, rumput, dan bunga
yang telah disinari mentari mencapai hidung
mereka. Akhirnya Fledge mendarat. Digory berputar turun kemudian membantu Polly
turun dari punggung Fledge. Keduanya senang bisa
meregangkan kaki kaku mereka.
Lembah tempat mereka berada sekarang ber221
ada di tengah pegunungan. Tebingtebing tinggi
bersalju, yang salah satunya tampak semerah
mawar karena memantulkan sinar matahari
terbenam, menjulang di atas mereka.
"Aku lapar," kata Digory.
"Kalau begitu, makanlah," kata Fledge melahap semulut penuh rumput. Kemudian dia
mendongak - masih sambil mengunyah, ujungujung rumput muncul di setiap sisi
bibirnya seperti kumis - dan berkata, "Ayolah, kalian
berdua. Tak usah malumalu. Ada cukup banyak untuk kita semua."
"Tapi kami tidak bisa makan rumput," kata
Digory. "H'm, h'm," kata Fledge berbicara dengan
mulut penuh. "Yah - h'm - kalau begitu aku
tidak tahu apa yang harus kalian makan. Padahal rumput ini lezat sekali."
Polly dan Digory bertukar pandangan bingung.
"Yah, aku sih yakin seseorang mungkin sudah menyiapkan makanan kita," kata
Digory. "Aku yakin Aslan akan melakukan itu kalau
saja kau memintanya tadi," kata Fledge.
"Apakah tidak mungkin dia sudah tahu tanpa diminta?" tanya Polly.
"Aku tidak ragu dia pasti sudah tahu," kata
222 kuda itu (masih dengan mulut penuh). "Tapi
aku juga punya dugaan dia lebih suka bila
kau meminta terlebih dahulu."
"Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?"
tanya Digory. "Aku yakin aku tidak tahu," kata Fledge.
"Kecuali kau mau mencoba rumput ini. Siapa
tahu kau akan menyukainya, lebih daripada
dugaanmu." "Oh, jangan konyol," kata Polly, mengentakkan kaki. "Tentu saja manusia tidak
bisa raakan rumput, sama seperti kau tidak bisa makan daging domba."
"Kumohon jangan sebutsebut daging domba
atau semacamnya," kata Digory. "Kau bakal
membuat keadaan lebih buruk."
Digory bilang sebaiknya Polly pulang sendiri
dengan cincinnya supaya bisa makan di sana.
Dia sendiri tidak bisa melakukan itu karena
telah berjanji akan pergi langsung memenuhi
permintaan Aslan. Lagi pula kalau dia muncul
lagi di rumah, apa pun bisa terjadi untuk
mencegahnya kembali ke sini. Tapi Polly bilang
dia tidak akan meninggalkannya sendiri sehingga Digory pun memuji Polly baik
sekali. "Ah iya," kata Polly, "aku masih punya
kantong berisi sisa permen toffee di jaketku.
223 Pastinya itu akan lebih baik daripada tidak
sama sekali." "Jauh lebih baik," kata Digory. "Tapi berhatihatilah memasukkan tangan ke
sakumu, jangan sampai cincinnya tersentuh."
Ini tindakan yang sulit dan butuh ketelitian
namun akhirnya mereka berhasil melakukannya.
Kantong kertas kecil itu sudah tergencet dan
lengket ketika mereka mengeluarkannya, jadi
sekarang mereka terpaksa merobek dan membersihkan kantong kertas yang menempel
ke permen, bukannya tinggal mengeluarkan permen
dari kantong. Beberapa orang dewasa (kau
tahu sendiri betapa mereka bisa begitu ributnya
hanya karena halhal seperti ini) akan lebih
memilih tidak makan malam sama sekali daripada memakan permenpermen toffee itu.
Masih ada sembilan permen di dalam kantong.
Digorylah yang punya ide cemerlang untuk
membagi masingmasing empat dan menanam
toffee kesembilan. Dia bilang, "Kalau batang
besi dari lampu tiang berubah menjadi pohon
lampu kecil, bisa saja permen ini jadi pohon
toffee, kan?" Jadi mereka menggali lubang
kecil di tanah yang berumput itu dan menanam
permen tersebut. Kemudian mereka memakan
bagian masingmasing, melakukannya selama
224 mungkin yang mereka bisa. Makan malam ini
menyedihkan sekali, bahkan dengan semua kertas yang mau tidak mau ikut termakan
oleh mereka. Setelah menyelesaikan makan malamnya yang
luar biasa, Fledge berbaring. Kedua anak itu
menghampirinya dan berbaring di sisi yang
berbeda, bersender di tubuh hangat kuda tersebut. Lalu ketika Fledge melebarkan
sayapnya di atas Digory dan Polly, mereka merasa cukup
nyaman dan hangat. Saat bintangbintang muda
yang terang keluar di dunia baru itu, mereka
membicarakan segalanya: tentang betapa Digory
berharap mendapatkan sesuatu untuk ibunya
dan tentang bagaimana dia malah dikirim untuk memenuhi permintaan Aslan.
Kemudian mereka akan saling mengulangi semua tanda
225 yang menunjukkan tempat yang mereka cari -
danau biru dan bukit dengan taman di atasnya.
Percakapan barulah memelan karena mereka
mulai mengantuk, ketika mendadak Polly duduk dengan mata terbuka lebar dan
berkata, "Sstt!" Mereka bertiga memasang telinga setajam
mungkin.

Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin hanya suara pohon yang ditiup
angin," kata Digory akhirnya.
"Aku tidak yakin," kata Fledge. "Yah pokoknya - tunggu! Suara itu terdengar lagi.
Demi Aslan, memang ada sesuatu."
Kuda itu bangkit dengan suara keras dan
lompatan besar, Digory dan Polly sudah lebih
dulu berdiri. Fledge berlari kecil ke sana
kemari, mengendusendus dan meringkik. Kedua
anak itu berjingkatjingkat ke kiri dan ke kanan, memeriksa ke balik setiap semak
dan pohon. Mereka terus menduga mereka telah
melihat sesuatu, bahkan ada satu saat ketika
Polly yakin sekali dia telah melihat sosok gelap
tinggi berjalan cepat menjauh ke arah barat.
Tapi mereka tidak menemukan apa pun dan
akhirnya Fledge berbaring lagi dan kedua anak
itu kembali menyelimuti diri (kalau penggunaan
kata ini memang tepat) di bawah sayapnya.
226 Mereka pun langsung tertidur. Fledge terjaga
lebih lama, menggerakkan telinga majumundur
dalam kegelapan dan terkadang kulitnya gemetar sedikit seolah ada lalat mendarat
di tubuhnya, tapi akhirnya dia pun terlelap.
227 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's BAB 13 Pertemuan Tak Terduga BANGUN, Digory, bangun, Fledge," terdengar suara Polly. "Permen yang kita tanam
semalam sudah menjadi pohon toffee.
Pagi ini juga indah sekali."
Sinar rendah matahari pagi mengalir membanjiri hutan, rerumputan tampak kelabu
karena embun, dan sarang labahlabah seperti perak. Tepat di sebelah mereka,
berdiri pohon kecil berbatang cokelat tua sekali, kirakira
seukuran pohon apel. Dedaunannya keputihan
dan seperti kertas, seperti tanaman bernama
honesty. Pohon itu dipenuhi buahbuah cokelat
kecil yang kelihatan seperti kurma.
"Hore!" kata Digory. "Tapi aku akan berenang dulu." Dia bergegas melewati satu
atau dua semak berbunga menuju tepi sungai. Apakah kau pernah berenang di sungai
gunung 228 yang mengalir deras seperti air terjun rendah
di atas bebatuan merah, biru, dan kuning
yang disinari matahari" Di laut rasanya juga
sama nyamannya, dalam beberapa hal malah
nyaris lebih baik. Tentu saja, dia harus berpakaian lagi tanpa mengeringkan
tubuh dulu, tapi itu bukan masalah. Ketika dia kembali,
gantian Polly yang turun ke sungai dan berenang. Setidaknya itulah yang dia
bilang dia lakukan, tapi kita tahu dia bukanlah perenang
yang baik dan mungkin lebih baik tidak terlalu
banyak bertanya. Fledge mengunjungi sungai
juga, tapi dia hanya berdiri di tengah aliran
air, menunduk cukup lama untuk meminum
air, kemudian mengibaskan surainya dan meringkik beberapa kali.
Polly dan Digory kemudian sibuk dengan
pohon toffee. Buahnya lezat, tidak benarbenar
seperti toffee - yang pasti lebih lembut dan
berair - tapi seperti buah yang mengingatkan
kita akan toffee. Fledge juga mendapatkan
sarapan yang menyenangkan. Dia mencoba salah satu buah toffee dan menyukainya,
tapi berkata dia lebih ingin makan rumput pada
jam sepagi itu. Lalu dengan sedikit enggan
kedua anak itu naik kembali ke punggungnya
dan perjalanan hari kedua pun dimulai.
229 Perjalanan kali ini lebih ringan daripada
kemarin, sebagian karena semua orang merasa
begitu segar, dan sebagian karena matahari yang
telah terbit berada di belakang mereka, sebab
tentu saja, semua kelihatan lebih indah ketika
cahaya berada di belakangmu. Perjalanan itu
menyenangkan sekali. Gununggunung besar bersalju berdiri di atas mereka di
setiap arah. Lembahlembahnya, jauh di bawah mereka,
tampak begitu hijau, dan semua aliran air yang
tercurah dari sungai es menuju sungai utama
tampak begitu biru, seolah mereka sedang terbang
di atas perhiasan raksasa. Mereka sebenarnya
ingin bagian petualangan ini berlangsung lebih
lama. Tapi tak lama kemudian mereka semua
mengendusendus udara dan berkata, "Apa ini?"
dan "Apakah kau mencium sesuatu?" dan "Dari
mana asalnya?" Karena saat itu tercium wangi
surgawi, begitu hangat dan keemasan, yang
seolah berasal dari buahbuah paling lezat dan
bungabunga paling indah di dunia, mendatangi
mereka dari suatu tempat di depan.
"Wangi ini datang dari lembah dengan danau
itu," kata Fledge. "Kau benar," kata Digory. "Dan lihat! Ada
bukit hijau di sisi jauh danau itu. Lihat, betapa
biru airnya." 230 "Pasti itu tempatnya," kata mereka bertiga.
Fledge terbang kian rendah dalam putaran
besar. Puncakpuncak berlapiskan es berdiri
semakin tinggi di atas mereka. Udara kian
terasa hangat dan manis setiap detiknya, begitu
manis sehingga hampir bisa membawa air mata
ke matamu. Fledge kini melayang dengan kedua
sayapnya terbentang diam di setiap sisi, kakikakinya bersiap mencengkeram tanah.
Bukit hijau yang terjal berkelebat di sekeliling mereka.
Sedetik kemudian dia mendarat pada salah
satu tanjakannya, dengan agak canggung. Ke231
dua anak itu terjatuh dari pundak Fledge,
mendarat tanpa terluka pada rumput hangat
dan tebal, lalu berdiri sambil sedikit terengah.
Mereka berada di tiga perempat jalan menuju
puncak bukit, langsung memutuskan untuk memanjat ke sana. (Kurasa Fledge tidak
akan bisa melakukan ini tanpa kedua sayapnya untuk
menyeimbangkan tubuh dan memberinya bantuan gerakan terbang sekalisekali.) Di
sekeliling bagian paling atas bukit ada dinding tumbuhan
hijau yang tinggi. Di dalam dinding itu, pepohonan tumbuh. Cabangcabang
pepohonan itu bergantungan di atas dinding, dedaunan
yang terlihat di cabangcabang tersebut tidak
hanya hijau, tapi juga biru dan keperakan saat
angin mengembus. Ketika para pengelana mencapai puncak, mereka nyaris berjalan
mengelilingi dinding hijau itu sebelum akhirnya menemukan pintu gerbang:
gerbangnya tinggi dan terbuat dari emas, tertutup rapat, dan menghadap ke arah
timur. Hingga saat ini kurasa Fledge dan Polly
berpikir mereka akan masuk ke sana bersama
Digory. Tapi pikiran mereka itu berubah. Kau
tidak akan pernah melihat tempat yang tampak
begitu tertutup. Hanya secara sekilas, kau akan
langsung bisa melihat tempat itu milik sese232
orang. Hanya orang bodoh yang bermimpi
masuk kecuali dia telah dikirim ke sana untuk
urusan yang sangat khusus. Digory sendiri lang-
sung mengerti teman-temannya tidak akan dan
tidak bisa masuk bersamanya. Dia melanjutkan
berjalan menghampiri gerbang sendirian.
Ketika dia sampai di sana dia melihat kata-
kata ditulis di emas dengan huruf-huruf perak.
Kata-katanya kira-kira seperti ini:
Masuklah melalui gerbang emas
atau tidak sama sekali, Ambil buahku untuk orang lain
atau dirimu sendiri, Karena bagi mereka yang mencuri
atau memanjat dindingku Akan mengetahui isi hati mereka
dan menemukan pilu. Ambil buahku untuk orang lain, kata Digory
kepada dirinya sendiri. Yah, itulah yang ingin
kulakukan. Kurasa itu berarti aku sama sekali
tidak boleh memakannya untuk diriku sendiri.
Aku tidak mengerti kata-kata di barisan ter-
akhir. Masuklah melalui gerbang emas. Yah,
siapa yang mau memanjat dinding kalau kita
bisa masuk lewat gerbang" Tapi bagaimana
233 cara membuka gerbang ini" Dia meletakkan
tangannya ke pintu gerbang dan daun pintunya
langsung berayun terbuka, menyajikan jalan
masuk, bergerak dengan engselnya tanpa suara
sedikit pun. Kini begitu dia bisa melihat tempat di dalamnya, taman itu tampak semakin
eksklusif daripada apa pun yang pernah dilihatnya. Dia berjalan masuk tanpa
suara sambil melihat ke sekelilingnya. Segalanya begitu senyap di dalam.
Bahkan air mancur yang berdiri di tengah
taman hanya menimbulkan suara samar. Wangi
yang menyenangkan mengelilinginya, tempat itu
begitu bahagia tapi juga sangat serius.
Dia langsung tahu yang mana pohon yang
benar, sebagian karena pohon itu berdiri tepat
di tengahtengah taman, dan sebagian karena
apelapel besar keperakan yang tumbuh di sana
begitu berkilauan serta menebarkan cahaya tersendiri pada tempattempat berbayang
yang tidak tercapai sinar matahari. Dia berjalan
lurus menghampiri pohon tersebut, memetik
apel, kemudian memasukkannya ke saku dada
jaket Norfolknya. Tapi dia tidak bisa mencegah
dirinya memandangi buah itu dan mengendusnya sebelum memasukkannya ke saku.
Seharusnya dia tidak melakukan itu. Rasa
234 haus dan lapar yang mengerikan langsung menguasainya dan dia jadi ingin sekali
merasakan buah tersebut. Cepatcepat dia menyimpannya
ke saku, tapi masih banyak buah yang lain.
Apakah salah untuk mencicipi salah satunya"
Lagi pula, pikirnya, peringatan di gerbang itu
mungkin saja bukan benarbenar perintah, bisa
jadi itu hanya nasihat - dan siapa yang peduli
pada nasihat" Atau bahkan kalaupun itu memang perintah, apakah memakan sebuah
apel bakal berarti melanggarnya" Dia telah mematuhi bagian tentang mengambil
satu untuk "orang lain". Sementara berpikir tentang semua ini, kebetulan dia mendongak dan melihat ke
antara cabangcabang yang menjulang hingga bagian
atas pohon itu. Di sana, pada cabang di atas
kepalanya, burung menakjubkan bersarang. Aku
menggunakan kata "bersarang" karena dia tampak nyaris tertidur, tapi tidak juga.
Segaris tipis pada kelopak salah satu matanya terbuka.
Burung itu lebih besar daripada elang, dadanya
jingga, kepalanya dimahkotai bulubulu merah,
dan ekornya ungu. "Dan ini jelasjelas menunjukkan," kata
Digory setelahnya ketika dia menceritakan kisah
ini kepada orang lain, "bahwa kau tidak bisa
235 236 tidak terlalu berhatihati di tempattempat ajaib
ini. Kau tidak akan pernah tahu apa yang
sedang memerhatikanmu." Tapi kurasa apa pun
yang terjadi Digory tidak akan mengambil apel
itu untuk dirinya sendiri. Halhal seperti Janganlah Kau Mencuri, menurutku
tertanam jauh lebih dalam di kepala anakanak lelaki di
masamasa itu daripada sekarang. Tetap saja,
kita tidak pernah bisa yakin.
Digory baru saja hendak berbalik menuju
gerbang masuk ketika dia berhenti dan melihat
ke sekeliling untuk yang terakhir kalinya. Dia
terkejut luar biasa. Dia tidaklah sendirian. Di
sana, hanya beberapa meter dari dirinya, berdiri
sang penyihir. Dia baru saja melempar sisa
bagian tengah apel yang dimakannya. Air buah
itu ternyata lebih gelap daripada dugaanmu
dan meninggalkan noda mengerikan di sekeliling mulutnya. Digory langsung menebak
dia telah memanjat dinding tumbuhan. Dan dia
mulai melihat mungkin kalimat terakhir pada
gerbang tadi ternyata ada artinya, tentang mendapatkail keinginan hatimu dan
mendapatkan kepiluan di saat yang sama. Karena sang penyihir tampak lebih kuat
dan bangga daripada sebelumnya, dan bahkan entah bagaimana, penuh kemenangan.
Tapi wajahnya pucat seperti mayat, seputih garam.
237 Semua hal itu berkelebat sekaligus dalam
kepala Digory, kemudian dia beranjak dan
berlari menuju gerbang secepat yang bisa dilakukannya. Sang penyihir
mengikutinya. Segera setelah dia berada di luar, gerbang tertutup
sendiri di belakangnya. "Cepat, naik ke kuda,
Polly! Ayo, Fledge." Sang penyihir telah memanjat dinding, atau melompatinya,
dan sudah berada dekat di belakangnya lagi.
"Tetap di situ," teriak Digory, berbalik untuk
bertatapan dengannya, "atau kami semua akan
menghilang. Jangan mendekat barang satu sentimeter pun."
"Anak bodoh," kata sang penyihir. "Kenapa
kau lari dariku" Aku tidak bermaksud menyakitimu. Kalau kau tidak berhenti dan
mendengarkanku sekarang, kau akan kehilangan pengetahuan yang bisa membuatmu
bahagia seumur hidup."
"Yah, aku tidak mau mendengarnya, trims,"
kata Digory. Padahal itu tidak benar.
"Aku tahu kesulitan apa yang membawamu
ke sini," sang penyihir melanjutkan. "Karena
akulah yang berada di dekatmu semalam di
hutan dan mendengar semua kegalauanmu. Kau
telah memetik buah di taman tadi. Kini kau
membawanya di sakumu. Dan kau akan mem238
bawanya kembali, tanpa merasakannya, kepada
si singa. Untuk dimakan olehnya, untuk digunakan olehnya. Kau begitu polos!


Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah kau tahu buah apa itu" Aku akan memberitahumu.
Buah itu apel kebeliaan, apel kehidupan. Aku
tahu, karena aku telah mencicipinya, dan aku
sudah merasakan begitu banyak perubahan
pada diriku sehingga aku tahu aku tidak akan
menua atau mati. Makan buah itu, Nak,
makanlah. Lalu kau dan aku akan bersamasama hidup selamanya, menjadi raja dan
ratu untuk seluruh dunia ini - atau duniamu, kalau
kita memutuskan kembali ke sana."
"Tidak, terima kasih," kata Digory, "aku
tidak tahu apakah aku akan sangat peduli
untuk hidup terus sementara semua orang yang
kukenal meninggal. Lebih baik aku hidup dengan jangka waktu normal, mati, dan
pergi ke surga." "Tapi bagaimana dengan ibumu, kau selalu
bersikap seolah sangat menyayanginya?"
"Apa hubungannya dia dengan semua ini?"
tanya Digory. "Tidakkah kaulihat, bodoh, bahwa satu gigitan apel itu saja bakal bisa
menyembuhkannya" Kau telah memilikinya di sakumu. Hanya ada kita di sini dan
sang singa jauh di tempat
239 lain. Gunakan sihirmu dan kembalilah ke
duniamu sendiri. Semenit kemudian kau bisa
berada di samping tempat tidur ibumu, memberinya buah itu. Lima menit kemudian
kau akan melihat rona wajahnya kembali. Dia akan
berkata kepadamu rasa sakit yang dideritanya
telah hilang. Tak lama kemudian dia akan
bilang kepadamu dia merasa lebih kuat. Lalu
dia akan tertidur - pikirkan itu: berjamjam tidur nyenyak yang alami, tanpa rasa
sakit, tanpa obatobatan. Hari berikutnya semua
orang akan berkata betapa luar biasa kesembuhannya. Tak lama setelah itu dia
akan cukup sehat kembali. Semua akan baikbaik lagi. Rumahmu akan bahagia lagi.
Kau akan kembali menjadi seperti anak lakilaki lain."
"Oh!" Digory terperangah seolah dia telah
dilukai, dan meletakkan tangan di kepala. Karena kini dia tahu pilihan paling
buruk ada di hadapannya. "Apa yang telah dilakukan sang singa
untukmu sehingga kau rela menjadi budaknya?"
tanya sang penyihir. "Apa yang bisa dilakukannya padamu setelah kau kembali ke
duniamu sendiri" Dan apa yang akan ibumu pikir kalau
saja dia tahu kau bisa saja menghilangkan
rasa sakitnya, mengembalikan hidupnya, dan
240 menyelamatkan hati ayahmu dari rasa sedih,
tapi kau tidak melakukan itu - bahwa kau lebih
memilih memenuhi permintaan seekor binatang
liar di dunia asing yang bahkan tidak ada
hubungannya denganmu?"
"Memenurutku dia bukan binatang liar,"
kata Digory dengan suara yang seolah tertahan.
"Dia - entahlah - "
"Kalau begitu dia sesuatu yang lebih buruk,"
kata sang penyihir. "Lihatlah apa yang belumbelum sudah dilakukannya kepadamu,
lihatlah betapa dia telah membuatmu tidak berhati.
Itulah ulahnya kepada semua orang yang rnendengarkannya. Kau menjadi anak lelaki
yang kejam dan tak berbelas kasih! Kau lebih memilih membiarkan ibumu sendiri
mati daripada - " "Oh, diamlah," kata Digory sebal, masih
dengan suara yang sama. "Kaupikir aku tidak
menyadari itu" Tapi aku - aku sudah berjanji."
"Ah, tapi kau tidak tahu apa yang kaujanjikan. Dan tidak ada seorang pun di sini
yang bisa mencegahmu."
"Justru ibuku sendiri," kata Digory, agak
sulit baginya untuk mengucapkan katakata
itu, "tidak akan menyukainya - dia amat tegas
soal menepati janji - juga soal mencuri - dan
241 halhal seperti itu. Dia akan melarangku melakukannya - langsung tanpa raguragu -
kalau saja dia ada di sini."
"Tapi dia tidak akan pernah tahu," kata si
penyihir, berbicara dengan nada yang begitu
manis sehingga kau bakal terkejut seseorang
dengan wajah begitu kejam bisa berbicara seperti itu. "Kau tidak akan
memberitahunya bagaimana cara kau mendapatkan apel itu.
Ayahmu juga tidak perlu tahu. Tidak seorang
pun di duniamu perlu tahu apa pun tentang
seluruh cerita ini. Kau tidak perlu membawa
pulang gadis kecil itu pulang, ya kan?"
Di situlah sang penyihir membuat kesalahan
fatal. Tentu saja Digory tahu Polly bisa dengan
mudah pergi dengan cincinnya sendiri seperti
dirinya. Tapi tampaknya sang penyihir tidak
tahu soal itu. Dan kekejaman saran meninggalkan Polly di dunia itu mendadak
membuat segala hal yang sudah dikatakan sang penyihir
kepadanya terdengar begitu salah dan hampa.
Dan bahkan dalam selimut kabut kesedihan,
kepala Digory mendadak menjadi begitu jernih,
dan dia berkata (dengan nada suara yang
berbeda dan lebih keras):
"Tunggu dulu, sebenarnya apa peduli mu dengan semua ini" Kenapa mendadak kau
begitu 242 memerhatikan ibuku" Apa untungnya buatmu"
Apa permainanmu?" "Bagus, Digory," bisik Polly di telinganya.
"Cepat! Kita harus pergi sekarang." Polly tidak berani berkata apaapa sepanjang
argumen itu karena, kau harus mengerti, bukan ibu nya yang
sedang sekarat. "Ayo naik kalau begitu," kata Digory, mengangkat Polly ke punggung Fledge
kemudian ikut naik ke sana secepat yang dia biasa. Sang
kuda terbang membentangkan sayapnya.
"Pergilah kalau begitu, dasar bodoh," teriak
sang penyihir. "Ingatlah aku, Nak, saat kau
berbaring tua, lemah, dan sekarat. Ingatlah
bagaimana kau membuang begitu saja kesempatan mendapatkan kemudaan abadi! Tidak
akan ada lagi tawaran itu untukmu."
Mereka sudah terlalu tinggi sehingga mereka
hanya bisa mendengar suara sang penyihir.
Namun sang penyihir pun tidak membuat waktu untuk mendongak dan menatap
kepergian mereka. Mereka melihatnya berjalan ke arah
utara, menuruni turunan bukit.
Mereka memulai perjalanan itu pagipagi
sekali dan kejadian di taman tidaklah memakan
waktu lama, sehingga Fledge dan Polly samasama berkata mereka dapat dengan mudah
243 tiba di Narnia sebelum malam menjelang.
Digory tidak mengucapkan apaapa sepanjang
perjalanan pulang, Fledge dan Polly pun tidak
berani mengajaknya bicara. Digory merasa sangat sedih dan tidak selalu yakin dia
telah melakukan hal yang benar. Tapi setiap kali dia
mengingat air mata berkilau pada mata Aslan,
keraguan hilang dari hatinya.
Sepanjang hari Fledge terbang mantap dengan
sayapsayap yang tidak lelah, menuju timur
dengan mengikuti aliran sungai, melalui pegunungan dan melewati perbukitan yang
ditutupi hutan liar, kemudian melintasi air terjun besar, lalu turun, dan turun,
menuju hutanhutan Narnia yang ditutupi bayangan tebing raksasa, hingga akhirnya,
ketika langit memerah karena matahari terbenam di belakang mereka,
dia melihat tempat banyak makhluk berkumpul
di pinggir sungai. Dan tak lama kemudian dia
bisa melihat Aslan di antara makhlukmakhluk
itu. Fledge melayang turun, merentangkan keempat kakinya, merapatkan sayapsayap,
dan mendarat sambil berderap perlahan. Kemudian
dia berhenti. Digory dan Polly turun dari punggungnya. Digory melihat semua
hewan, dwarf, satyr, nymph (=peri alam yang cantik), dan
makhlukmakhluk lain menyingkir ke kiri dan
244 kanan, mempersilakannya lewat. Dia berjalan
menghampiri Aslan, menyerahkan apel di sakunya kepada singa itu, lalu berkata:
"Aku membawakanmu apel yang kauminta,
Sir." 245 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's BAB 14 Penanaman Pohon BAGUS sekali," kata Aslan dengan suara
yang menggetarkan bumi. Kemudian
Digory tahu semua penghuni Narnia telah mendengar katakata itu dan kisah tentang
mereka akan diceritakan dari orangtua ke anak di
dunia baru ini selama ratusan tahun dan mungkin selamanya. Tapi dia tidak
terancam merasa tinggi hati karena dia sama sekali tidak memikirkannya kini,
ketika berhadapan dengan Aslan. Kali ini dia mendapati dirinya mampu
bertatapan langsung dengan sang singa. Dia
telah melupakan segala masalahnya dan merasa
sangat puas. "Bagus sekali, Putra Adam," kata sang singa
lagi. "Karena buah ini kau telah merasa kelaparan, kehausan, dan kesedihan.
Tiada tangan lain selain tanganmu yang akan menumbuhkan
246 bibit pohon bakal pelindung Narnia. Lemparkan apel itu ke arah tepi sungai, di
sana tanahnya lembut."
Digory mematuhi perintah itu. Keadaan menjadi begitu sunyi sehingga kau bisa
mendengar suara jatuhnya yang pelan ketika apel itu mendarat di lumpur.
"Lemparan yang bagus," kata Aslan. "Marilah kita melanjutkan kepada penobatan
Raja Frank penguasa Narnia dan Helen ratunya."
Digory dan Polly kini menyadari kehadiran
pasangan suamiistri itu untuk pertama kalinya.
Mereka mengenakan baju yang unik dan indah,
dari bahu mereka jubah menggantung hingga
ke belakang mereka tempat empat dwarf memegangi ekor jubah sang raja, sementara
empat nymph sungai memegangi ekor jubah sang
ratu. Kepala mereka telanjang, tapi Helen telah
menggeraikan rambutnya dan ini benarbenar
membuat penampilannya jauh lebih cantik. Tapi
bukanlah tataan rambut maupun pakaian yang
membuat mereka begitu berbeda dengan diri
mereka yang dulu. Wajah mereka memiliki
ekspresi baru, terutama sang raja. Segala ketajaman, kelicikan, dan aura
menyebalkan yang didapatnya selama menjadi kusir kereta sewaan
tampaknya telah lenyap. Keberanian dan ke247
baikan hati yang selalu dimilikinya kini lebih
mudah dilihat. Mungkin udara dunia muda
itu, atau bercakapcakap dengan Aslan, atau
keduanya yang menyebabkan perubahan ini.
"Astaga," bisik Fledge ke Polly. "Majikan
lamaku telah berubah nyaris sebanyak diriku!
Wah, sekarang dia telah menjadi penguasa
sungguhan." "Ya, tapi jangan berbisik begitu ke telingaku," kata Polly. "Geli sekali."
"Sekarang," kata Aslan, "beberapa di antara
kalian bukalah jalinan yang telah kalian buat
dengan pepohonan itu dan marilah kita lihat
apa yang akan kita temukan di dalamnya."
Digory kini melihat empat pohon tumbuh
begitu dekat sehingga cabangcabang keempatnya terpilin atau terikat satu sama
lain dengan simpulsimpul, membentuk semacam sangkar.
Dua gajah dengan belalai mereka dan beberapa
dwarf dengan kapak kecil mereka segera membukanya. Ada tiga benda di dalamnya.
Salah satunya pohon muda yang tampaknya terbuat
dari emas, dan yang kedua adalah pohon yang
sepertinya terbuat dari perak, tapi benda ketiga
adalah sesuatu yang menyedihkan dengan pakaian berlumpur, duduk membungkuk di
antara kedua pohon itu. 248 "Ya ampun!" bisik Digory. "Paman Andrew!"
Untuk menjelaskan semuanya kita harus
mundur sedikit. Para hewan, kalau kau ingat,
telah berusaha menanam dan menyirami Paman Andrew. Ketika siraman itu
menyadarkannya, dia mendapati dirinya basah kuyup, terkubur hingga pahanya di
dalam tanah (yang dengan cepat berubah menjadi lumpur) dan
dikelilingi lebih banyak hewan liar daripada
yang pernah diimpikannya seumur hidup.
Mungkin tidaklah mengejutkan bila dia mulai
berteriak dan menjerit. Kejadian ini bila dilihat
dari satu sisi adalah hal baik, karena ini akhirnya meyakinkan semua makhluk
(bahkan Babi Hutan) bahwa dia memang makhluk hidup.
Jadi mereka menggalinya lagi (keadaan celana
panjangnya kini sangat buruk). Segera setelah
kakinya bebas, dia mencoba melarikan diri
tapi satu libatan cepat belalai Gajah di sekeliling pinggangnya langsung
menggagalkan usaha itu. Semua makhluk kini berpikir dia
harus ditahan di suatu tempat sampai Aslan
punya waktu untuk datang, melihatnya, dan
memberitahu mereka apa yang harus dilakukan
kepadanya. Jadi mereka membuat semacam
sangkar atau kurungan di sekelilingnya. Mereka
249 kemudian menawarkan apa pun yang ada di
benak mereka untuk makanannya.
Keledai mengumpulkan setumpuk tinggi perdu berduri kemudian melemparkannya ke
dalam sangkar, tapi Paman Andrew tidak tampak peduli. Para tupai memborbardirnya
dengan hujan kacangkacangan, tapi dia hanya menutupi kepala dengan kedua tangannya dan
berusaha menghindar. Beberapa burung terbang
bolakbalik dengan rajin, menjatuhinya dengan
cacingcacing. Beruang telah bersikap luar biasa
baik hati. Sore itu dia menemukan sarang
lebah liar dan bukannya memakannya sendirian
(padahal dia ingin sekali melakukan itu),
250 makhluk murah hati ini membawanya ke
Paman Andrew. Tapi tindakan ini ternyata
menjadi kegagalan yang paling parah. Beruang
menjatuhkan seluruh gumpalan lengket itu ke
lubang di atas sangkar dan sayangnya mengenai
Paman Andrew langsung di wajahnya (tidak


Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

semua lebah di dalamnya sudah mati). Si
beruang, yang sama sekali tidak akan keberatan
bila wajahnya terbentur sarang lebah, tidak
bisa mengerti kenapa Paman Andrew langsung
tergopohgopoh mundur, terjatuh, kemudian terduduk. Dan benarbenar nasib buruk
ketika dia menduduki tumpukan perdu berduri. "Yah,
lagi pula," seperti kata Babi Hutan, "sudah
cukup banyak madu masuk ke mulutnya dan
itu pasti ada gunanya." Mereka benarbenar
mulai menyukai piaraan aneh mereka dan berharap Aslan akan mengizinkan mereka
memeliharanya. Makhlukmakhluk yang lebih cerdas kini cukup yakin bahwa
setidaknya sebagian dari suara yang keluar dari mulut piaraan mereka itu punya
arti. Mereka menamakan dia Brendi karena dia sering sekali menyuarakan itu.
Namun akhirnya mereka harus membiarkannya di dalam sangkar selama semalam.
Aslan sibuk sepanjang hari memberi pengarahan
251 kepada raja dan ratu baru, juga melakukan
halhal penting lain, dan tidak bisa mengurusi
"Brendi yang malang". Dengan segala kacangkacangan, buah pir, apel, dan pisang
yang dilemparkan kepadanya, Paman Andrew mendapatkan makan malam yang lumayan,
tapi tidak bisa dibilang dia melalui malam itu dengan cukup nyaman.
"Bawa kemari makhluk itu," kata Aslan.
Salah satu gajah mengangkat Paman Andrew
dengan belalainya dan meletakkannya di depan
kaki sang singa. Paman Andrew terlalu ketakutan untuk bergerak.
"Aku mohon, Aslan," kata Polly, "bisakah
kau mengatakan sesuatu untuk - untuk membuatnya lebih tenang" Kemudian bisakah kau
mengatakan sesuatu untuk mencegahnya datang
ke sini lagi?" "Apakah menurutmu dia akan mau datang
ke sini lagi?" tanya Aslan.
"Yah, Aslan," kata Polly, "mungkin saja dia
mengirimkan orang lain. Dia begitu senang
melihat batang besi dari lampu tiang tumbuh
menjadi pohon lampu tiang, dan dia pikir - "
"Dia membuang tenaga memikirkan hal yang
percuma, Nak," kata Aslan. "Dunia ini berlimpah kehidupan selama beberapa hari
ini karena 252 lagu yang kugunakan untuk membangunkannya
masih mengalun di udara dan bergemuruh di
tanah. Lagu itu akan berakhir tidak lama lagi.
Tapi aku tidak mengatakan itu pada pendosa
tua ini, aku juga tidak bisa menenangkannya,
dia telah membuat dirinya sendiri tak mampu
mendengar suaraku. Kalau aku berbicara padanya, dia hanya akan mendengar auman
dan geraman. Oh, para putra Adam betapa pintarnya kalian mempertahankan diri
kalian dari segala yang mungkin berguna untuk kalian!
Tapi aku akan memberi satusatunya hadiah
yang masih mampu diterimanya."
Aslan menundukkan kepala besarnya dengan
agak sedih, dan mengembuskan napasnya ke
wajah ketakutan si penyihir. "Tidurlah," katanya. "Tidur dan terpisahlah selama
beberapa jam dari segala siksaan yang telah kautimpakan
pada dirimu sendiri." Paman Andrew langsung
berguling dengan mata terpejam dan mulai
bernapas teratur. "Bawa dia ke sisi dan baringkan dia," kata
Aslan. "Sekarang, para dwarf! Tunjukkan ke-
ahlian pandai besi kalian. Perlihatkan kepadaku
dua mahkota untuk raja dan ratu kalian."
Sekelompok besar dwarf yang jumlahnya
bahkan tidak bisa kaubayangkan bergegas men253
dekati Pohon Emas. Mereka mencabuti seluruh
daunnya, bahkan beberapa cabangnya juga dipatahkan, dengan kecepatan yang luar
biasa. Dan kini Digory dan Polly bisa melihat bahwa
bagianbagian pohon itu tidak hanya tampak
seperti emas tapi memang emas lunak sungguhan. Pohon itu tentu saja tumbuh dari
setengah sovereign yang terjatuh dari saku Paman Andrew ketika tubuhnya
dibalikkan, seperti juga pohon perak tumbuh dari setengah crown.
Seolah entah dari mana, tumpukan kayu kering
untuk bahan bakar, paron kecil, palupalu,
tang penjepit besi, dan pengembus angin untuk
menjaga api tetap menyala muncul. Detik
berikutnya (betapa para dwarf itu menyukai
pekerjaan mereka!) api berkobar, pengembus
angin berembus, emas meleleh, dan palu
254 mengentak. Dua tikus tanah, yang diperintah
Aslan untuk menggali (pekerjaan yang paling
mereka sukai) sebelumnya di hari itu, menuangkan setumpuk batu berharga di kaki
para dwarf. Di bawah jemari terampil para ahli besi
kecil itu, dua mahkota mulai terbentuk - bukan
bendabenda jelek dan berat seperti mahkota
Eropa, tapi ringan, halus, dan lingkaran berbentuk indah yang benarbenar bisa
kaukenakan dan tampak lebih bagus saat dikenakan. Mahkota raja dihiasi batubatu
rubi, sedangkan mahkota ratu dengan zamrud.
Ketika kedua mahkota itu telah didinginkan
di sungai, Aslan menyuruh Frank dan Helen
berlutut di depannya dan dia meletakkan mahkota di masingmasing kepala mereka.
Kemudian dia berkata, "Berdirilah, Raja dan Ratu Narnia, ayah dan ibu banyak
raja yang akan ada di Narnia, Isles, dan Archenland. Bertindaklah adil, penuh ampun, dan
berani. Doadoa ada bersama kalian."
Kemudian semua bersorak, menggongong,
meringkik, meniupkan belalai, atau mengepakngepakkan sayap. Pasangan rajaratu
itu pun berdiri tampak hikmat juga sedikit malu, tapi
kian tampak mulia dengan rasa malu mereka
255 itu. Dan sementara masih bersorak, Digory
mendengar suara dalam Aslan di sampingnya,
berkata: "Lihat!" Semua makhluk dalam kerumunan itu menoleh, kemudian semua menarik napas panjang
karena rasa takjub dan bahagia. Tak jauh dari
sana, berdiri menjulang hingga di atas kepala,
mereka melihat pohon yang pastinya tidak ada
di sana sebelumnya. Pohon itu pasti telah
tumbuh tanpa suara, namun semulus gerakan
bendera jika kau menariknya naik di tiang
bendera, sementara mereka semua disibukkan
acara penobatan. Cabangcabangnya yang terentang seolah menyebarkan cahaya dan
bukannya bayangan. Apelapel perak mengintip keluar
seperti bintang di antara setiap daun. Tapi
wangi yang keluar dari pohon itulah, jauh
melebihi pemandangan yang ditampilkannya,
yang membuat semua makhluk menarik napas.
Selama beberapa saat tidak ada yang bisa
memikirkan hal lain. "Putra Adam," kata Aslan, "kau telah bertanam dengan baik. Dan kalian, para
penghuni Narnia, jadikanlah perhatian pertama kalian
untuk menjaga pohon ini, karena pohon ini
pelindung kalian. Penyihir yang telah kucerita256
257 kan kepada kalian telah pergi ke utara dunia,
dia akan terus tinggal di sana, semakin kuat
dengan sihir hitamnya. Tapi selama pohon itu
hidup, dia tidak akan pernah datang ke Narnia.
Dia tidak akan berani mendekat dalam jarak
seratus mil dari pohon itu, karena wanginya
yang tercium bagai kebahagiaan, kehidupan,
dan kesehatan bagi kalian, terasa seperti kematian, ketakutan, dan kesedihan
baginya." Semua makhluk menatap lekatlekat dalam
diam ke arah pohon itu ketika Aslan tibatiba
memutar kepalanya (menyebarkan berkasberkas
cahaya keemasan dari surainya saat melakukan
itu) dan memaku mata besarnya pada Digory
dan Polly. "Ada apa, anakanak?" tanyanya,
karena dia melihat mereka sedang berbisikbisik dan saling menyikut.
"Oh - Aslan, Sir," kata Digory, wajahnya
memerah, "Aku lupa memberitahumu. Sang
penyihir telah memakan salah satu apel itu,
apel yang sama dengan yang tumbuh dari
pohon itu." Dia tidak benarbenar mengatakan
semua yang ada dalam pikirannya, tapi Polly
langsung mengungkapkannya untuknya. (Digory
selalu lebih takut bersikap konyol daripada
Polly.) "Jadi kami pikir, Aslan," kata Polly, "pasti
258 ada beberapa kesalahan dan dia tidak bisa
benarbenar terganggu dengan wangi apelapel
itu." "Kenapa kau berpikir begitu, Putri Hawa?"
tanya sang singa. "Yah, dia sudah memakan sebuah."
"Nak," dia menjawab, "itulah sebabnya segala hal lain kini menjadi sesuatu yang
menakutkan baginya. Itulah yang terjadi pada orangorang yang memetik dan memakan
buah pada saat yang salah dan dengan cara yang
salah. Buahnya berguna, tapi mereka membencinya selamanya."
"Oh, begitu," kata Polly. "Dan kurasa karena
dia mengambilnya dengan cara yang salah buah
itu tidak akan berguna baginya. Maksudku
buah itu tidak akan membuatnya terus muda
dan semacamnya?" "Sayang sekali," kata Aslan, menggelenggeleng. "Buahnya tetap akan berguna.
Segala hal selalu bekerja sesuai kodratnya. Dia telah
mendapatkan keinginan hatinya, dia memperoleh kekuatan tanpa kelemahan dan hari-
hari tak berakhir seperti dewi. Tapi perpanjangan
hari dengan hati yang jahat hanyalah perpanjangan penderitaan dan dia sudah
mulai mengetahui itu. Setelah mendapatkan segala yang 259
mereka inginkan, mereka tidak selalu menyukainya."
"Aku - aku hampir memakan buah itu juga,
Aslan," kata Digory. "Apakah aku akan - "
"Benar, Nak," kata Aslan. "Karena buah itu
selalu berfungsi - harus berfungsi - tapi buah itu
tidak akan berguna dengan baik bagi siapa pun
yang memetiknya karena keinginan sendiri. Kalau
ada penghuni Narnia yang tanpa diminta mencuri
apel dan menanamnya di sini untuk melindungi
Narnia, pohon yang tumbuh akan melindungi
Narnia. Tapi pohon itu akan melakukannya
dengan menjadikan Narnia kerajaan kuat dan
kejam seperti Charn, bukan tanah ramah yang
kuinginan. Dan sang penyihir membujukmu
untuk melakukan hal lain, anakku, benar kan?"
"Ya, Aslan. Dia membujukku membawa pulang apel untuk ibuku."
"Mengertilah kalau begitu, apel itu memang
akan menyembuhkannya, tapi bukan demi kebahagiaanmu ataupun kebahagiaannya. Akan
datang suatu hari ketika kalian berdua bakal
melihat ke belakang dan berkata lebih baik
mati karena penyakit itu."
Dan Digory tidak bisa mengatakan apa pun,
karena air mata telah membuatnya tersedak
dan dia telah melepaskan semua harapan me260
nyelamatkan nyawa ibunya. Namun di saat
yang sama dia tahu sang singa tahu apa yang
bakal terjadi, dan bahwa mungkin ada halhal
yang lebih buruk bahkan daripada kehilangan
seseorang yang kaucintai karena dijemput kematian. Tapi kini Aslan berkata lagi,
hampir dengan bisikan: "Itulah yang akan terjadi, Nak, dengan apel
curian. Bukan itu yang akan terjadi sekarang.
Yang akan kuberikan kepadamu sekarang akan
membawa kebahagiaan. Apel ini tidak akan
membawa kehidupan abadi di duniamu, tapi
akan menyembuhkan. Pergilah. Petikkan ibumu
sebuah apel dari pohon itu."
Selama beberapa saat Digory nyaris tidak
bisa mengerti. Seolah seluruh dunia telah jungkir balik dan tercampur baur.
Kemudian, seperti seseorang dalam mimpi, dia berjalan menghampiri pohon itu.
Raja dan Ratu Narnia bersorak untuknya, para makhluk lain juga
berteriak menyemangati. Dia memetik apel dan
memasukkannya ke saku. Kemudian dia kembali ke Aslan.
"Aku mohon," katanya, "bolehkah kami pulang sekarang?" Dia lupa mengucapkan
"terima kasih", tapi dia merasakannya dan Aslan tahu
itu. 261 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
MR. Collection's BAB 15 Akhir Kisah Ini dan Awal Kisah-kisah Lain
KALIAN tidak membutuhkan cincin saat
aku bersama kalian," kata suara Aslan.
Kedua anak itu mengejapngejapkan mata dan
mendongak. Mereka sekali lagi berada di Hutan
di Antara Duniadunia, Paman Andrew berbaring di rerumputan, masih terlelap.
Aslan berdiri di samping mereka.
"Mari," kata Aslan, "sudah tiba saatnya
bagi kalian untuk pulang. Tapi ada dua hal
yang terlebih dahulu harus diurus, peringatan
dan perintah. Lihat kemari, anakanak."
Mereka mengikuti petunjuk Aslan dan melihat
lubang kecil di rerumputan dengan dasar yang
juga ditumbuhi rumput, hangat dan kering.
"Terakhir kali kalian ke sini," kata Aslan,
"lubang itu mata air, dan ketika kalian melompat ke dalamnya kalian tiba di
dunia tem262 pat matahari yang sekarat bersinar di atas
reruntuhan Charn. Tidak ada mata air sekarang. Dunia itu telah berakhir, seolah
tidak pernah ada. Biarlah ras Adam dan Hawa mendapat peringatan."
"Ya, Aslan," kata kedua anak itu bersamasama. Tapi Polly menambahkan, "Tapi kami
tidaklah separah dunia itu ya kan, Aslan"
"Belum, Putri Hawa," jawabnya. "Belum.
Tapi kalian akan menjadi seperti itu. Tidaklah


Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pasti apakah orangorang jahat pada rasmu
tidak akan menemukan rahasia sedahsyat Kata
Kemalangan dan menggunakannya untuk menghancurkan semua makhluk hidup. Dan tak
lama lagi, amat sebentar lagi, sebelum kalian
menjadi pria tua dan wanita tua, negaranegara
besar di dunia kalian akan dikuasai para tiran
yang tidak lebih peduli pada kebahagiaan, keadilan, dan belas kasihan daripada
Maharani Jadis. Biarkan duniamu waspada. Itulah
peringatanku. Sekarang untuk perintahku. Segera mungkin, ambillah cincincincin
ajaib milik pamanmu ini dan kuburkan supaya tidak ada
yang bisa menggunakannya lagi."
Digory dan Polly mendongak dan menatap
wajah sang singa saat dia mengucapkan katakata ini. Dan mendadak (mereka tidak
pernah 263 tahu pasti bagaimana semua itu bisa terjadi)
wajah itu menjelma menjadi lautan emas cair
dan mereka mengapung di dalamnya. Rasa
manis dan kekuatan yang begitu besar berputarputar di sekeliling mereka, di atas
mereka, dan memasuki mereka sehingga mereka merasa
tidak pernah benarbenar bahagia, bijaksana,
atau baik, atau bahkan hidup dan terjaga
sebelumnya. Dan kenangan momen itu selalu
tersimpan di dalam diri mereka, selamanya
sepanjang hidup keduanya. Kalau mereka merasa sedih, takut, atau marah, kenangan
akan segala kebaikan keemasan itu dan perasaan
bahwa semua itu masih ada di sana, cukup
dekat, hanya di suatu belokan, atau di belakang suatu pintu, akan kembali dan
membuat mereka merasa yakin, jauh di dalam hati,
bahwa segalanya baikbaik saja. Menit berikutnya mereka bertiga (Paman Andrew
kini sudah terbangun) datang terlontar ke dalam kebisingan, panasnya, dan baubau
pekat London. Mereka berada di trotoar di luar pintu depan
rumah Ketterley, dan kecuali sang penyihir, si
kuda, dan kusir kereta, segalanya masih persis
seperti saat mereka meninggalkannya. Ada 1ampu tiang yang salah satu tangannya
menghilang, 264 ada puing kereta kuda sewaan, begitu juga
kerumunan orang. Semua orang masih berbicara dan ada beberapa orang berlutut di
samping para petugas polisi yang terluka, mengatakan halhal seperti, "Dia mulai
siuman" atau "Bagaimana perasaanmu sekarang, teman?" atau "Ambulans akan segera sampai
di sini." Wow! pikir Digory. Sepertinya seluruh petualangan itu sama sekali tidak memakan
waktu. Banyak orang di antara kerumunan itu menengok kirikanan untuk mencari Jadis dan
kudanya. Tidak ada yang memerhatikan kehadiran kedua anak itu karena tidak ada
yang melihat mereka pergi ataupun menyadari kepulangan mereka. Sedangkan Paman
Andrew, dengan keadaan pakaiannya sekarang dan madu
yang berlepotan di wajahnya, tidak akan bisa
dikenali siapa pun. Untungnya pintu depan
terbuka dan sang pelayan wanita sedang berdiri
di depan pintu mengawasi yang terjadi (hari
ini benarbenar hari yang seru bagi gadis itu!)
jadi Digory dan Polly tidak mendapatkan kesulitan mendorong paksa Paman Andrew
sebelum ada yang bertanyatanya.
Paman Andrew berlari menaiki tangga men265
dahului Digory dan Polly dan awalnya kedua
anak itu khawatir dia akan langsung menuju
lotengnya dan berniat menyembunyikan sisa
cincin yang dia miliki. Tapi mereka tidak perlu
cemas. Yang sedang dia pikirkan adalah botol
di dalam lemari pakaiannya. Kemudian dia
langsung menghilang di dalam kamar tidurnya
dan mengunci pintu. Ketika keluar lagi (tidak
terlalu lama setelah itu), dia mengenakan
mantel mandi dan langsung menuju kamar
mandi. "Bisakah kau mengambil cincincincin lainnya, Poll?" tanya Digory. "Aku mau
menengok ibuku." "Oke. Sampai ketemu nanti," kata Polly,
kemudian dia berlari dengan langkahlangkah
berisik saat menaiki lantai loteng.
Digory diam sesaat untuk mengatur napas,
lalu dia berjalan pelan ke kamar ibunya. Dan
di sanalah ibunya berbaring, seperti yang sering
dia lihat sebelumnya, bersandar pada bantal.
Wajahnya kurus dan pucat yang bisa membuatmu menangis bila melihatnya. Digory
mengeluarkan apel kehidupan dari sakunya.
Dan seperti sang penyihir Jadis yang tampak
berbeda ketika kau melihatnya di dunia kita
dengan ketika kau melihatnya di dunianya
266 sendiri, buah dari taman gunung itu pun tampak berbeda. Tentu saja ada berbagai
macam warna di kamar tidur itu, kain penutup tempat
tidur di ranjang, kertas dinding, sinar matahari
dari jendela, dan mantel tidur biru pucat yang
cantik milik Ibu. Tapi begitu Digory mengeluarkan apel yang dibawanya dari saku,
semua benda itu seolah nyaris tidak memiliki warna.
Semuanya, bahkan sinar matahari, tampak pudar dan suram. (Kau harus ingat saat
itu musim panas sehingga walaupun hari sudah
malam, matahari belumlah terbenam.) Kilau
terang apel itu menebarkan cahayacahaya aneh
di langitlangit. Tidak ada hal lain yang lebih
menarik untuk dilihat, kau tidak akan mampu
melihat yang lain. Dan harum apel kebeliaan
membuatmu berpikir ada jendela di ruangan
itu yang membuka ke Surga.
"Oh, Sayang, cantik sekali," kata ibu Digory.
"Ibu mau memakannya, kan" Aku mohon,"
kata Digory. "Aku tidak tahu apa kata dokter nanti,"
dia menjawab. "Tapi sungguh - aku hampir
merasa mampu memakannya."
Digory mengupas, memotongmotong, dan
memberikan apel itu kepada ibunya seiris demi
seiris. Dan tak lama setelah selesai memakan267
nya, ibu Digory tersenyum dan kepalanya kembali terbenam ke bantal. Dia pun
tertidur: tidur sungguhan, yang alami dan lembut, tanpa
obatobatan memuakkan itu, sesuatu yang
Digory sudah tahu, hal yang paling diinginkannya di dunia ini. Digory pun kini
yakin wajah ibunya tampak agak berbeda. Dia membungkuk
dan mencium ibunya dengan sangat lembut,
kemudian pelanpelan keluar dari kamar itu
dengan hati berdebar sambil membawa bagian
tengah apel tadi. Sepanjang hari itu, setiap
kali dia melihat bendabenda di sekitarnya dan
melihat betapa biasa dan tidak ajaibnya bendabenda itu, dia nyaris tidak berani
berharap. 268 Tapi ketika dia mengingat wajah Aslan, harapan pun muncul.
Malam itu dia mengubur bagian tengah apel
kehidupan di halaman belakang.
Pagi berikutnya ketika sang dokter melakukan kunjungan rutin, Digory
mencondongkan tubuh di atas pagar tangga dan mendengarkan.
Dia mendengar sang dokter keluar bersama
Bibi Letty dan berkata: "Miss Ketterley, ini kasus paling luar biasa
yang pernah kuketahui sepanjang karier kedokteranku. Ini - ini seperti keajaiban.
Aku tidak akan memberitahu anak lelakinya apa pun saat ini, kita tidak mau
menimbulkan harapanharapan kosong. Tapi menurut pendapatku - " Kemudian suaranya menjadi
terlalu pelan untuk didengar.
Siang itu dia turun ke taman dan menyiulkan
sinyal rahasia yang sudah disepakatinya bersama Polly (gadis kecil itu belum
bisa kembali ke sana sejak kemarin).
"Bagaimana?" tanya Polly, melihat dari atas
dinding. "Maksudku, tentang ibumu?"
"Kurasa - kurasa semua akan baikbaik saja,"
kata Digory. "Tapi kalau kau tidak keberatan
aku belum terlalu ingin membicarakannya. Bagaimana dengan cincincincinnya?"
269 "Aku sudah mendapatkan semuanya," kata
Polly. "Lihat, tenang saja, aku memakai sarung
tangan. Ayo kita kubur."
"Ya, ayo. Aku menandai tempat aku mengubur sisa apel kemarin."
Kemudian Polly memanjat dinding dan mereka pergi ke tempat itu bersamasama. Tapi
ternyata Digory tidak perlu menandai tempat
itu. Sesuatu sudah muncul dari dalamnya. Sesuatu itu tidaklah tumbuh seperti
pohonpohon baru di Narnia, di mana kau bisa melihatnya
benarbenar bertambah besar, tapi ada pucuk
yang tampak muncul di permukaan. Mereka
mengambil sekop dan mengubur semua cincin
ajaib, termasuk cincin milik mereka, mengelilingi pucuk tersebut.
Sekitar seminggu setelah kejadian ini sudah
bisa dipastikan keadaan ibu Digory membaik.
Dua minggu kemudian dia sudah bisa duduk
di luar rumah di taman. Dan sebulan kemudian
seluruh rumah itu telah menjadi tempat yang
sama sekali berbeda. Bibi Letty melakukan
segalanya yang diinginkan ibu Digory. Jendelajendela dibuka, gordengorden lusuh
disingkapkan untuk membuat ruangan lebih terang. Kini juga ada bungabunga baru
di mana pun, dan lebih banyak makanan yang bisa disantap,
270 piano tua sudah diperbaiki, ibu Digory mulai
bernyanyi lagi juga melakukan permainanpermainan bersama Digory dan Polly
sehingga Bibi Letty akan berkata, "Sungguh, Mabel,
kaulah bayi terbesar di antara kalian bertiga."
Ketika halhal memburuk, biasanya kau akan
mendapati halhal itu bertambah buruk selama
beberapa lama. Tapi sekalinya halhal membaik,
sering kali keadaan kian membaik dan membaik. Setelah sekitar enam minggu
kehidupan indah ini berjalan, datanglah surat panjang
dari ayah Digory di India, yang mengabarkan
berita gembira. Paman buyut Ayah, Paman
Kirke, telah meninggal dan tampaknya ini berarti ayah Digory menjadi kaya raya.
Dia akan pensiun dan pulang dari India untuk tinggal
terus. Lalu rumah besar di pedesaan, yang
telah didengar Digory sepanjang hidupnya namun belum pernah dia lihat, akan
menjadi rumah mereka. Rumah besar dengan deretan
baju zirah, istal, rumah anjing, sungai, taman,
rumah kaca, kebun anggur, hutan, dan pegunungan di belakangnya. Jadi Digory
merasa seyakin dirimu bahwa mereka semua akan
hidup bahagia selamalamanya. Tapi mungkin
kau ingin tahu satu atau dua hal lagi.
Polly dan Digory seterusnya menjadi teman
271 baik dan hampir setiap liburan Polly akan
tinggal bersama keluarga Digory di rumah pedesaan mereka yang indah. Di sanalah
dua anak itu belajar berkuda, berenang, memerah
susu, memasak, dan mendaki gunung.
Di Narnia, para hewan hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan. Sang penyihir
ataupun musuh lain tidak datang mengacaukan daratan tenteram itu selama ratusan
tahun. Raja Frank dan Ratu Helen juga anakanak
mereka hidup bahagia di Narnia. Anak kedua
mereka menjadi Raja Archenland. Anakanak
lakilaki menikahi nymph dan para anak perempuan menikahi dewa hutan dan dewa
sungai. Lampu tiang yang ditanam sang penyihir (secara tak sengaja) bersinar siang dan
malam di hutan Narnia sehingga tempat lampu itu tumbuh dinamakan Area Lentera.
Dan ketika, bertahuntahun kemudian, anak lain dari dunia kita datang ke Narnia
pada suatu malam bersalju, dia mendapati cahaya lampu itu masih menyala. Dan
petualangan itu, dengan suatu
cara, berhubungan dengan petualanganpetualangan yang baru saja kuceritakan
kepadamu. Jadi begini. Pohon yang tumbuh dari bagian
tengah apel yang ditanam Digory di halaman
272 belakang, terus tumbuh dan berkembang menjadi pohon yang kokoh. Karena tumbuh di
tanah dunia kita, jauh dari suara nyanyian
Aslan dan udara bersih Narnia, pohon itu
tidak berbuah apel yang bisa menyembuhkan
wanita sekarat seperti ibu Digory. Tapi pohon
itu tetap menghasilkan apelapel yang lebih
cantik daripada pohon apel mana pun di
Inggris, buahbuahnya pun sangat baik untuk
tubuhmu, walaupun tidak sepenuhnya ajaib.
Tapi di dalam dirinya, dalam sarinya, pohon
itu (bisa dibilang) tidak pernah melupakan
pohon lain di Narnia dari mana dirinya berasal.
Terkadang pohon itu akan bergerak secara
misterius walau tidak ada angin bertiup: kurasa
ketika ini terjadi ada angin kencang di Narnia
dan pohon di Inggris itu bergetar karena pada
saat itu pohon di Narnia sedang terguncangguncang dan berayunayun dalam tiupan
angin kencang barat daya. Apa pun yang sebenarnya
terjadi, akan dibuktikan kemudian bahwa masih
ada sihir di dalam batangnya. Karena ketika
Digory sudah berusia paro baya (dan dia telah
menjadi pria terpelajar yang terkenal, seorang
profesor dan petualang besar pada masa itu)
dan rumah tua Ketterley telah menjadi miliknya, ada badai besar di seluruh
selatan Inggris 273 yang menumbangkan pohon tersebut. Dia tidak
tega sekadar memotongmotongnya dan menjadikannya kayu bakar, jadi dia menyuruh
orang membuat lemari pakaian dari kayu pohon itu, kemudian menaruhnya di rumah
pedesaannya yang besar. Dan walaupun dia sendiri tidak menemukan kemampuan sihir
pada lemari pakaian tersebut, orang lain lebih beruntung. Itulah awalnya segala
kedatangan dan kepergian antara Narnia dan dunia kita, kisah
yang bisa karubaca di bukubuku lain dalam
seri ini. Ketika Digory dan keluarganya datang untuk
tinggal di rumah besar di pedesaan, mereka
membawa Paman Andrew untuk tinggal bersama mereka, karena ayah Digory berkata,
"Kita harus berusaha menjauhkan orang tua
itu dari masalah, lagi pula tidak adil Letty
yang malang harus selalu kerepotan menjaganya." Paman Andrew tidak pernah
mencoba sihir apa pun lagi sepanjang hidupnya. Dia
telah mendapatkan pelajaran, dan sejalan dengan bertambahnya usia, dia menjadi


Keponakan Penyihir The Magician's Nephew Karya C S. Lewis di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pria tua yang lebih ramah dan tidak egois daripada
sebelumnya. Tapi dia selalu gemar menjamu
tamu di ruang biliar dan memberitahu mereka
ceritacerita tentang wanita misterius, bang274
sawan dari bangsa asing, dengan siapa dia
berkeliling London. "Emosi wanita itu terlalu
meledakledak," dia akan berkata. "Tapi dia
wanita yang cantik sekali, Sir, cantik luar
biasa." "Dukung Penulis dan Penerbit
dengan membeli buku versi cetaknya"
Nurul Huda Kariem MR. a MR. Collection's 275 Ikuti kelanjutan petualangan di
Narnia! The Chronicles of Narnia #2
SANG SINGA, SANG PENYIHIR,
DAN LEMARI "Itu lemari ajaib. Ada hutan di dalamnya, dan
di sana sedang hujan salju! Ayo, mari lihat,"
kata Lucy memohon. Empat anak, Peter, Edmund, Susan, dan Lucy,
dievakuasi ke desa saat perang. Tapi, tak lama
kemudian mereka menemukan diri mereka
menghadapi bahaya yang sesungguhnya ketika
Lucy masuk ke dunia ajaib Narnia. Musim
salju dan Penyihir Putih adalah ancaman terbesar dan hanya keempat anak serta
singa agung, Aslan, yang bisa mematahkan kutukan
jahat itu. CLIVE STAPLES LEWIS lahir di Belfast tahun 1898.
Dia pengajar Sastra Inggris di Magdalen
College, Oxford, kemudian menjadi Profesor
Sastra Abad Pertengahan dan Masa Renaisans
di Cambrige University. Dia tinggal di Cambrige
sampai wafat di tahun 1963. Dia menulis
berbagai buku kritik sastra, yang paling terkenal adalah The Screwtape Letters,
juga empat novel dewasa. Ketujuh buku Chronicles of
Narnia adalah satusatunya karya C.S. Lewis
untuk anakanak. PAULINE BAYNES membuat ilustrasi untuk seluruh
buku dalam seri The Chronicles of Narnia.
Diawali dengan Sang Singa, sang Penyihir, dan
Lemari di tahun 1949, kariernya sebagai ilustrator pun kian berkembang.
Telur Mata Setan 3 Lima Sekawan 19 Karang Setan Darah Monster Tiga 2
^