Pencarian

Hati Yang Terberkahi 1

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara Bagian 1


- B L E S S E D H E A R T -
~ 1 ~ - B L E S S E D H E A R T -
BLESSED HEART HATI YANG TERBERKAHI STORY OF A HEART KISAH SEBUAH HATI ~ 2 ~ - B L E S S E D H E A R T -
BLESSED HEART ADAM AKSARA ~ 3 ~ - B L E S S E D H E A R T -
PROLOG Aku menarik nafas panjang dan membiarkan udara dingin memenuhi rongga paru-
paruku. Dengan mata terpicing, langit biru di atas sana kutelanjangi. Mengintai awan
putih yang bergerombol laksana kawanan domba yang sekali-sekali terlihat bergerak menutupi
matahari. Aku harus mengakui bahwa samudera biru yang luas di atas sana adalah cerminan
kemegahan kehidupan yang membuatku begitu terpesona.
Angin berhembus lembut dan perlahan menyelimuti tubuhku. Kedatangannya membawa
juga sebuah pertanyaan yang menyelip ke dasar jiwaku yang selama ini jarang
kuhiraukan. Apakah arti dari kehidupan ini"
Pertanyaan itu membawa keheningan panjang. Angin berhenti berbisik, rerumput
tiba-tiba mematung, gerombolan awan yang bergumpal seperti bulu domba berhenti berarak,
dan beburung yang tadi ramai mencericit terdiam. Detik-detik kesunyian berlalu
terasa begitu lama dan panjang, namun otakku gagal menemukan secuil pun jawaban atas
pertanyaan ini. Haihh... Batinku menggerutu sambil menghempaskan napas. Mungkin pertanyaan itu
terlalu berat untukku. Aku merebahkan diri pada tanah berumput hijau. Aroma khas rumput tebal itu
memasuki rongga hidungku. Aku mengangkat tangan tepat di depan wajahku. Menghalau sinar
matahari yang menyerang mata. Pelan-pelan, kugerakkan jari-jemari mempermainkan sinar
matahari yang mencoba menerjang mataku dengan menerobos celah kecil di antara jemariku.
Aku bisa melihat tanganku memerah. Seolah darah dibalik kulitku ikut bercahaya. Sinar
matahari yang ~ 4 ~ - B L E S S E D H E A R T -
berhasil menerobos sela-sela jemariku membentuk tirai cahaya yang menyilaukan.
Keheningan panjang kembali menyusup masuk dan sebuah pertanyaan kembali memita
jawaban. Apakah arti keberadaanku dalam kehidupan ini"
Aku memejamkan mata dan membiarkan sebagian diriku untuk bersembunyi dalam
keheningan diri. Membiarkan diriku mencoba mencari sebuah jawaban.
Apakah keberadaanku ini memiliki arti untuk dunia" Untuk banyak orang" Atau
mungkin cukup hanya untuk seseorang saja"
Tanganku mengepal keras, geraham merapat, otot-ototku menegang, dan rasa kesal
memenuhi hatiku. Sebuah emosi kelam muncul bergejolak dalam diriku.
Sebenarnya, apakah aku berguna" Mengapa kehidupan, dunia, dan semua penghuninya
seolah-olah menolakku" Kehidupan sepertinya berjalan baik-baik saja dengan
adanya diriku atau tanpa diriku" Rasa sakit perlahan menghujam rongga dadaku. Sebutir air mata turun perlahan
dari sudut mata. Seolah-olah aku ini tiada berarti.
Batinku berguncang hebat. Senandung-senandung ketidakberdayaan merayap masuk
menggerogoti jiwaku. Mungkinkah kehidupan dan dunia ini akan bergerak lebih baik tanpa diriku"
Mungkinkah aku ini hanyalah seorang yang tiada berguna"
Mungkinkah... Sebaiknya aku menghilang saja"
... Senyap. Semua pergolakan ketidakberdayaan itu berhenti. Yang tersisa hanyalah
napas berat dalam irama konstan. Irama perlawanan dari paru-paru tuannya yang sedang
berjuang melawan keputusasaannya sendiri.
Ternyata benar! Aku adalah pengecut! Setiap bagian diriku langsung terdiam saat
kematian hanya berjarak setipis rambut menggodaku untuk menyambutnya.
Air mata pedih mengalir meremukkan jantungku. Lagi, aku mencoba membujuk diri
sendiri untuk mengikuti aroma pekat kematian yang wanginya memenuhi otak dan jiwaku.
~ 5 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Jika aku tidak berguna bukankah aku akan menjadi beban bagi semua orang" Cobalah
mengerti... Aku tidak pernah ingin hidup menjadi beban siapa pun juga.
Kepedihan, ketidakberdayaan, dan perasaan bersalah memenuhi diriku. Seperti
racun yang kini merayap bersama aliran darahku, siap merusak jantung dan hatiku. Semua
perasaan itu hanya menghasilkan keputusasaan.
Jauh... Sebuah teriakan kecil terdengar dari dalam diriku, suara dari bagian
diriku yang tersudut sedari tadi. Bagian yang masih ingin berjuang bersama kehidupan. Bagian
yang telah mencicipi indahnya kehidupan. Bagian yang pernah mengenal kehangatan,
penerimaan, kebahagiaan, dan sebuah arti. Bagian yang terus merindukan semua itu.
Aku tidak tahu... Aku merasa begitu lemah dan terpecah. Aku tidak tahu harus
melakukan apa, harus mendengar apa, atau melihat apa. Aku tak tahu...
Jantungku menendang rongga dadaku begitu keras. Memintaku mendengarkan hati yang
sedang berteriak. Aku terdiam beberapa saat menahan gejolak dalam diri. Tidak
menginginkan apapun untuk saat ini karena hanya kepedihan dan rasa sakit yang
ada. Angin hangat berhembus menyelimutiku. Sinar matahari yang tadinya menyengat
kulitku kini melembut, mungkin awan mencoba menaungiku. Memberiku keteduhan sejenak.
Bersabarlah... Terdengar bisikan dari bagian diriku yang mencintai kehidupan. Mencoba
membujukku untukku bertahan. Semangat hidupku berjuang tertatih-tatih, berusaha keras mencoba merengkuh kata
itu dan membangun sebuah rumah kecil di atasnya. Sebuah rumah kecil untuk berteduh dalam
keadaan lelah jiwa dan raga. Sebuah rumah yang bernama pengharapan di atas dasar
yang bernama kesabaran. Mungkin... Aku hanya belum menemukan tempatku, tempat di mana aku seharusnya berada.
Sebuah bisikan dari hati menyusup pada jiwa dan diriku, kembali memberikan
harapan. Darahku perlahan mulai mengalir memasuki bagian-bagian tubuhku yang telah
memutih, dan menghangatkannya. Mungkin... Kehidupan dan dunia ini adalah sebuah mesin besar yang beroperasi
dengan kerumitan yang begitu tinggi, tetapi di dalamnya ada keharmonisan yang
mencengangkan. ~ 6 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku dan semua orang di dalam kehidupan ini adalah sebuah roda gerigi kecil yang
menjadi bagian dari sebuah mesin kehidupan.
Hanya saja, aku adalah sebuah roda gerigi kecil yang tergeletak begitu saja di
luar mesin. Tidak berguna sama sekali, sedangkan semua orang dengan gerigi-gerigi mereka
berada pada tempat mereka masing-masing, sedang sibuk berputar, bekerja, dan berbunyi
indah. Suara gemerisik dedaunan tertiup angin dari kejauhan menyatu dengan suara kicau
burung. Kembali suara detak jantung terdengar memukul keras. Kali ini berbunyi seirama
dengan detak suara kehidupan yang membisikan penghiburan dan ketenangan.
Setiap roda gerigi yang tercipta pastinya memiliki tempat masing-masing. Begitu
juga aku, entah menjadi salah satu roda gerigi utama pemutar mesin, roda gerigi cadangan,
atau hanya sekedar gerigi tua yang tergeletak di samping mesin menunggu untuk
digunakan. Harapan mulai membuai dan menenangkan gelisah jiwaku.
Mungkin saat ini, waktuku untuk digunakan belum tiba.
Semua orang tahu bahwa sebuah gerigi cadangan juga akan dipakai pada saat
dibutuhkan. Bahkan sebuah roda gerigi tua jelek pun akan berguna saat tak ada lagi roda
cadangan yang tersisa atau saat mesin tua perlu dinyanyikan kembali.
Jantungku berdetak keras memompa lebih banyak semangat lagi. Mengisi bulir-bulir
kehidupan pada setiap kelemahan diri dan hatiku.
Ya, pada suatu saat nanti aku akan menemukan tempatku. Saat kehidupan
membutuhkanku dan mengundangku ke dalamnya. Hingga saat itu tiba, aku akan meminta kesabaran
mengayomiku. Tanganku terkepal seolah menggenggam semua energi yang baru kudapatkan. Aku
bertopang pada kedua kaki yang mulai menemukan tempat berpijaknya. Berdiri tegak menatap
sosok kehidupan yang begitu luas.
Saat ini aku hanyalah sebagai roda gerigi kecil dan harus puas hanya berada
dalam kotak cadangan. Aku akan sabar menunggu hingga saat mesin kehidupan membutuhkanku.
Karena aku tahu, sepanjang aku masih hidup dan terus bertahan, kehidupan akan
membawaku ke suatu tempat di mana ia akan membiarkan roda gerigiku berputar
bersamanya. ~ 7 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kedua tanganku terbuka ke samping. Seperti elang yang membuka sayapnya,
memandang pada langit biru siap untuk terbang menyambut cakrawala. Begitu juga aku siap
menyambut datangnya kehidupan dengan kesabaran dan kepasrahan untuk menjalaninya. Aku
berjanji pada diriku. Suatu saat nanti... Di tempat di mana aku dan gerigi-gerigi kecilku kelak akan berada, aku akan
berputar dan bernyanyi dengan semangat dan sepenuh hati. Membuat mesin kehidupan berputar,
ikut menyanyikan nada-nada baru yang sangat indah. Nada-nada yang belum pernah ada
sebelumnya dan bersinar menerangi seluruh penjuru dunia dengan cahaya dan
keberadaanku. Dalam hati, aku yakin bahwa meski setiap manusia terlahir berbeda. Namun,
semuanya terlahir untuk bersinar. Bersinar indah dengan cara mereka sendiri.
Kepuasan melandaku dan ketenangan sekali lagi menyelimutiku.
Aku percaya... Suatu saat nanti kamu dan juga aku akan bersinar terang menerangi seluruh
penjuru kehidupan dan tetap di sana hingga gerigi-gerigi kecil terakhir kita putus dan
aus. Tersenyum puas akan kehidupan kita dan membiarkan kematian merengut tubuh kosong
setelah seluruh cahayanya habis terbagikan.
Membiarkan roda aus kita jatuh terlepas dari mesin besar bernama kehidupan untuk
kembali didaur ulang. Hingga saat itu tiba, Bersabarlah. Karena siapa pun kita, di mana pun kita berada, sebuah tempat sedang menanti
kita. Karena untuk itulah kita diciptakan.
Untuk bersinar. ~ 8 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 1 NAMAKU JAIME "Petugas keamanan akhirnya berhasil meringkus lima tersangka pelaku perampokan
Bank Viginia. Kelima pelaku perampokan itu sebelumnya menembak dua petugas penjaga
bank dan menyandera dua belas karyawan bank bersama puluhan pengunjung selama 3 jam,"
terdengar suara seorang reporter wanita melaporkan.
"Dua dari lima pelaku perampokan itu adalah alinergi. Petugas kepolisian Viginia
sebelumnya tidak berdaya melakukan tindakan apa pun terhadap para pelaku
perampokan hingga anggota kesatuan khusus BtP dari Graceland tiba di lokasi..." Sebuah
televisi LCD flat yang tergantung pada dinding kafe sedang menayangkan siaran berita siang
dengan volume maksimal yang memekakkan seisi ruangan. Seluruh pengunjung kafe
memperhatikan siaran itu penuh ketertarikan.
Pada layar televisi terlihat rekaman ulang seorang yang berbadan besar turun
dari mobil patroli. Ia langsung berjalan cepat menembus garis polisi dan menerobos pintu
utama bank dengan dihujani tembakan dari dalam bank sehingga tubuhnya terlihat memercikan
api. Wajah pria itu tampak tenang dan tidak memedulikan serangan bertubi-tubi yang
diarahkan padanya, terus maju melesak masuk. Terlihat dengan tangan kosong ia menarik
keluar ~ 9 ~ - B L E S S E D H E A R T -


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang penembak terdekat yang dapat dijangkaunya. Dalam satu gerakan cepat
tubuh penyandera itu terlempar jauh hingga jatuh tepat di jalan berbatu di depan bank
yang langsung diringkus polisi terdekat. Tak lama berselang setelah ia masuk,
terdengar suara keributan dan benda yang hancur dari dalam bank. Disusul dengan beberapa sandera
berusaha menyelamatkan diri keluar dari bank dalam keadaan panik dan ketakutan.
"Seorang anggota BtP, Daniel Shaw, berjasa atas penyelamatan ini ..." lanjut
reporter televisi dengan antusias. Berikutnya, terlihat seorang gadis cantik sedang mewawancarai
seorang pria bertubuh kekar dengan pakaian seragam biru tuanya yang berlubang di sana sini
bekas terkena tembakan. Mendadak suara riuh sahut-menyahut memenuhi ruangan kafe.
"Selamat Daniel..."
"Selamat Pak Daniel..."
"Luar biasa Daniel..."
Suara sahut-sahutan dan suitan memuji Daniel memenuhi kafe, menenggelamkan suara
televisi dan memekakkan telinga siapa pun yang tidak menyukai suara bising.
Namun, semua itu membuat dada Daniel bertambah besar, membuncah oleh kebahagiaan. Terlihat
dari dagunya yang diangkat tinggi dan senyumnya yang memperlihatkan semua giginya.
Daniel adalah pria kekar dengan otot padat yang akan membuat iri setiap
binaraga. Tubuhnya besar dan tingginya lebih dari 190 cm, membuatnya tampak menjulang saat berdiri
menerima sambutan itu sambil tertawa bangga. Wajahnya tampak garang dengan dagu persegi
yang kokoh serta mata yang lebar diikuti alis hitam tebal di atasnya. Namun, mungkin
bagi beberapa orang wajahnya akan terlihat lucu atau menggemaskan karena terlihat
polos atau sedikit kobodoh-bodohan. "Terima kasih, terima kasih, ini semua berkat bantuan rekan-rekan juga..." sahut
Daniel mencoba merendah dan melirik pada rekan-rekan semejanya. Dua orang pria dan
seorang wanita yang juga memakai seragam biru tua dengan lencana perak berukirkan BtP,
lengkap dengan senjata api mereka masing-masing dan juga sepatu kulit yang terlihat
mengancam. Namun, mata Daniel tampaknya dikhususkan untuk menatap seorang pria yang duduk
di sebelah kanannya. Seorang pria yang terlihat sedang kesal dan balas menatap
Daniel dengan sorot yang sangat tidak bersahabat. Pria itu menggelengkan kepala penuh rasa
ketidaksukaan. Tubuhnya jauh lebih kecil daripada Daniel, tetapi sorot matanya yang berkilat
tampak berbahaya. Jari-jari tangan kurusnya mengetuk-ngetuk permukaan meja seperti
perampok licik yang baru saja kehilangan uang dan memikirkan cara untuk membalas dendam.
~ 10 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kamu masih berani memanggil kami rekan-rekan setelah kamu sendiri yang
menerobos masuk ke dalam bank dan menerjang semua pembobol itu. Sedangkan kami..." suara
melengkingnya berhenti sejenak, matanya melirik pada seorang wanita dan seorang
pria lain yang berada di meja yang sama, "hanya dapat melihatmu beraksi laksana superhero
dan kembali ke markas tanpa sempat keluar dari mobil."
Daniel tertawa semakin keras merasa hal itu sangat lucu dan menggembirakan
hatinya, "Maafkan aku..." jawabnya sambil menyengir tanpa terlihat sedikit pun rasa
bersalah di wajahnya, malah lebih terkesan mengejek rekannya.
"Lain kali jika kamu mencoba bertindak sendiri lagi..." protes pria kurus itu. Ia
berdiri dan terlihat lebih pendek hampir setengah kepala dari Daniel. Ia menaikkan kedua
tangannya ke hadapan Daniel yang segera terlihat api menyala dari jari-jarinya dan menyambar-
nyambar. Sebelum pria itu dapat melanjutkan kalimatnya, Daniel sudah menambahkan, "Maaf
Jess, lain kali masih giliranku tampil lagi." Mendadak terdengar bunyi berderak.
Seluruh permukaan kulit Daniel terlihat berkilat seperti baja. Tangannya segera
mencengkeram kedua tangan pria kecil bernama Jess yang sedang mengeluarkan api.
Jess terlihat sangat tidak senang. Ia membuat seluruh tubuhnya memancarkan api.
Hal itu membuat seluruh pengunjung bersorak tertahan diterjang oleh hawa panas. Tangan
Daniel yang mencengkeram Jess mulai memerah karena menyerap panas dari tubuh Jess,
tetapi ia tetap tersenyum memperlihatkan gigi-giginya, seolah-olah semua itu tiada
berarti. Seorang wanita berambut hitam panjang dari meja yang sama mendadak berdiri. Ia
menghunuskan sebuah pedang panjang jenis katana yang berkilat tajam dari dalam
sarungnya yang berwarna hitam gelap. Katana itu kini tepat berada di antara wajah Jess dan
Daniel. Pedang panjang berkilat itu seketika bergetar mendengung dan menjerit tinggi
membuat seluruh tamu di dalam kafe terdiam dengan perasaan tidak nyaman. Daniel dan Jess
saling berpandangan. Serta-merta keduanya melepas tangan dan kekuatan mereka masing-
masing. Api yang membakar tubuh Jess pun redup dan kulit tubuh Daniel kembali menjadi
normal. "Mio, kami hanya bercanda," ujar keduanya hampir bersamaan sambil meringis.
Jelas mereka takut pada wanita itu. Wanita yang dipanggil Mio menatap mereka bergantian.
Detik berikutnya ia menyarungkan kembali katana itu lalu berbalik meninggalkan
mejanya. Ia berjalan keluar dari kafe setelah melirik sekilas ke arahku.
Aku hanya diam menatap kepergiannya. Dia wanita yang cantik, bulu matanya
lentik, rambutnya panjang dan hitam gelap serasi dengan kulitnya yang putih. Selain itu,
dia hanya berbicara sepatah dua kata. Keangkuhan yang tampak kontras dengan kecantikannya.
~ 11 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Keberadaannya selalu mengeluarkan aura setajam pedang. Siapa pun yang melihatnya
akan merasa seperti berhadapan dengan silet yang seolah siap menyayat siapa pun yang
berani mengusiknya. Suara-suara dari pengunjung kembali terdengar setelah Mio benar-
benar hilang dari pintu kafe. Daniel serta Jess pun kembali terlibat saling dorong yang
membuat suasana di kafe semakin riuh. "Jaime... kamu boleh membersihkan dapur belakang. Sepertinya mereka akan membual
dan membuat keributan sepanjang hari tanpa memesan makanan dan minuman lagi," ujar
pemilik kafe yang berumur pertengahan enam puluhan padaku dari balik meja bar. Aku
menggangguk. "Master, aku tidak membual," protes Daniel tersinggung karena mendengar kata-
kata pemilik kafe. Ia sedang berdiri mengunci leher Jess di bawah lengan dan ketiaknya yang
membuat tubuh Jess membungkuk berada di bagian belakang tubuhnya. "Master lihat sendiri
berita di TV... aku memenangi si pecundang Jess ini."
"Iya, iya... kamulah yang terbaik," jawab pemilik kafe sambil tersenyum. Para
pengunjung lebih sering memanggilnya Master karena nama aslinya lebih sering membuat lidah
siapa pun tergelincir saat mencoba mengejanya. "Itu pun hanya jika kamu mau memesan
minuman lagi untuk semua orang di sini," tambahnya.
Semua orang segera bersorak dan bersuit-suitan tanda setuju. Master
menggelengkan kepala melihat Daniel yang terdiam dengan tangannya yang tetap sibuk mengunci leher
Jess. "Pergilah," Master mengerakkan kepalanya sambil melirikku sejenak, "meski dia
nekat mentraktir minum semua yang hadir di sini, ia tidak akan berani mentraktir
banyak. Aku yang tua ini pun masih bisa menanganinya sendirian."
Beberapa orang tertawa tanda setuju dan menggoda Daniel. "Katakan saja jika kamu
tidak berani mentraktir minuman untuk kami semua, Pecundang!" kata Jess yang kini
memasukkan tangannya melalui belakang paha Daniel. Tangannya seketika mencengkeram kuat
kemaluan Daniel yang membuat Daniel berteriak keras kesakitan.
Aku segera ke ruangan belakang kafe, meninggalkan suara-suara riuh tinggi rendah
yang kini kembali mengelegar. Kiranya Daniel benar-benar membobol kantongnya sendiri dan
mentraktir semua orang di dalam kafe. Mungkin Jess akan segera menantangnya
untuk adu minum setelah ini. Mereka berdua mudah ditebak.
Aku menatap sebuah logo kecil yang bertuliskan nama kafe ini pada pembungkus
korek api yang disediakan khusus untuk para tamu, Kafe Eve. Nama yang diambil dari nama
cucu pertama Master, Evelyn Maliszkewiczovna Cherstvennikov. Kafe ini didirikan
sekitar 3 ~ 12 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tahun lalu. Niat awal Master pembangunan kafe ini hanyalah untuk menghabiskan
masa tuanya setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai bartender senior pada sebuah
hotel internasional yang terkenal. Kafe ini menyediakan berbagai menu makanan layaknya
kafetaria biasa, tetapi pada malam harinya tempat ini akan berubah menjadi Bar
Eve. Bar yang menyediakan berbagai jenis anggur mewah, minuman-minuman berkelas dengan
berbagai campurannya. Aku berjalan ke belakang kafe dan mendorong sebuah pintu dorong kecil setinggi
pinggang orang dewasa yang memisahkan kafe dengan ruangan dapur. Meski ruangan dapur ini
terlihat kecil, jangan pernah menganggapnya remeh karena di tempat yang kecil ini semua
perlengkapan dapur tercanggih dapat ditemukan. Mulai dari oven terbaru, berbagai
alat masak yang baru ditayangkan di televisi beberapa minggu lalu, mesin pembuat
roti, alat pemanggang dalam berbagai bentuk, mesin pembuat dan pemotong adonan mie dalam
segala ukuran, semua ada di tempat ini.
Kafe Eve memang serba lengkap. Di luar dapur, tepat di samping bangunan Kafe Eve
terdapat taman mawar yang siap dipetik untuk dijual. Hanya jika ada pengunjung
yang mendadak membutuhkan mawar untuk merayu pasangannya. Namun, sepanjang ingatanku
yang telah bekerja di sini selama 3 tahun - yang berarti sejak awal Kafe Eve
dibuka - hanya ada beberapa orang yang mendadak meminta mawar untuk merayu pasangannya. Yang
pasti, jumlah mereka tidak melebihi hitungan sebelah jari tanganku. Hal buruknya,
urusan merawat taman mawar itu sudah menjadi pekerjaan tetapku selama hampir 3 tahun.
"Madame, ada yang bisa aku bantu?" tanyaku saat mendapati sosok wanita berbadan
besar yang sedang membungkuk di sudut dapur. Seorang wanita gemuk dengan wajah bulat
merah dan rambut yang mulai memutih terlihat sibuk membongkar beberapa peralatan
memasak dari lemari bawah. Dari sisi mana pun, Madame - istri Master - selalu tampak ceria.
Ia tidak dapat duduk diam atau berhenti bekerja sejenak. Ia masih tampak semangat bekerja
dan melakukan apa pun dengan tangannya sendiri di usianya yang sudah mencapai 60-an.
Semboyan hidupnya tidak jauh beda dengan Master, "Duduk diam itu menambah
penyakit." Menurut cerita Master, istrinya ini lebih berbakat menggunakan otot daripada
menggunakan otak. Setiap orang yang mengenalnya pasti akan menyetujui hal itu. Semua orang
senang pada Madame. Ia tipe orang yang terbuka dan ramah pada siapa pun. Sikap dan
jalan pikirannya mudah dibaca karena Madame tidak terbiasa menyembunyikan perasaan
atau pikirannya. Ia selalu berbicara blak-blakan. Jika marah, suara amarahnya mungkin
akan terdengar hingga jauh ke depan. Namun, seketika suara itu hilang, maka hilang
juga amarah dari hatinya. Untuk urusan pakaian, Madame gemar memakai pakaian model lama.
Tampaknya biaya pakaian dan kosmetik sudah dihabiskannya untuk semua peralatan
~ 13 ~ - B L E S S E D H E A R T -
memasak. Namun, wajahnya yang selalu ceria membuat Madame tetap terlihat cantik
dengan pakaian apa pun yang dia gunakan.
"Ah, Jaime, kebetulan sekali. Bisakah kamu susunkan piring-piring ini ke tempat
lain" Mungkin ke sudut lemari atas sana," ujarnya dengan suara besar sambil
menunjukkan piring- piring yang baru dikeluarkannya.
Aku mendekati piring-piring itu. Saat melewati meja dapur, ekor mataku berhasil
menangkap sebuah benda baru di samping Madame. Sebuah juicer canggih yang baru ditayangkan
oleh

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TV shopping seminggu lalu . Aku masih mengingat dengan jelas yang mata Madame
bercahaya saat memandang iklan itu.
Ini dia biang keroknya. Dapur kecil ini memiliki banyak peralatan canggih bukan karena dibutuhkan,
tetapi semata- mata karena Madame yang gila berbelanja. Sang penguasa dapur ini suka gatal mata
dan tangannya jika melihat peralatan-peralatan dapur canggih di etalase toko-toko
dan terutama dari TV shopping. Ia akan segera dapat membayangkan dan mengatakan betapa
bagusnya benda-benda itu jika berada di dapurnya. Betapa berguna semua itu untuk membuat
makanan lebih baik dan sebagainya. Hal itu membuat Master semakin sering menggaruk
kepalanya dan membuat rambutnya semakin rontok. Aku berani bertaruh dengan sebulan gajiku
bahwa juicer ini akan terkubur di lemari untuk waktu yang sangat lama setelah
digunakan sekali, dua kali, atau mungkin sama sekali tidak pernah digunakan seperti beberapa
barang lainnya. "Mengapa di depan kedengaran ramai?" tanya Madame, sambil menyibukkan kedua
tangannya mencari tempat untuk menyimpan juicer itu.
Aku mengangkat piring-piring dan memindahkannya ke dalam lemari atas. "Mereka
berhasil menyelesaikan sebuah kasus tadi padi," tanganku tetap sibuk menyusun piring satu
per satu, "Daniel yang melakukannya seorang diri," sambungku.
"Oh Daniel" Kasus apa?"
Aku tersenyum melihat ketertarikan Madam pada topik Daniel ini. Dari semua
pengunjung Kafe Eve, Daniel adalah pengunjung favorit Madame, alasannya karena Daniel
selalu makan dengan kapasitas tiga sampai lima perut orang normal. Lelaki bertubuh besar itu
selalu menikmati masakan Madam dengan antusias. Ia belum pernah memprotes masakan
Madame. Aku menyangsikan lidah Daniel masih berfungsi dengan normal. Ia selalu melumat
makanan apa pun hanya dalam beberapa kunyahan dan langsung menelannya. Bagi Daniel,
jelas jumlah lebih penting daripada rasa dan Madame senang dengan hal itu. "Makan yang
banyak agar dapat tumbuh sehat dan kuat," adalah salah satu motto favorit Madame.
~ 14 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Atau terkena diabetes dan juga obesitas.
"Perampokan oleh alinergi," jawabku.
"Oh, aliner..." mata Madame terbuka lebar sejenak, "Apakah itu berarti akan ada..."
DUARRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Ada sesuatu yang meledak dengan begitu keras. Terdengar begitu dekat dari kafe.
Lemari- lemari di dapur bergetar karena ledakan itu. Panci yang digantung di dinding
berkelotakan dan beberapa ada yang terjatuh. Tubuhku yang terkejut tanpa sadar melompat dan
segera menunduk. Membuat piring-piring di tanganku terjatuh ke lantai mengeluarkan
suara keras dan pecah berserakan. Jantungku berdetak cepat dan untuk sesaat telingaku
berdenging. Madame berteriak keras karena terkejut, sembari berjongkok melindungi dirinya.
Terdengar suara hiruk pikuk kursi digeser, botol atau gelas yang pecah dan langkah orang-
orang bergerak terburu-buru keluar dari depan kafe. Saat semuanya berakhir, aku
mendapati diriku sedang berjongkok di lantai dapur dengan kedua tanganku melindungi kepala dan
menatap miris pecahan piring di sekitarku.
Apakah aku juga harus mengganti piring-piring ini"
Madame mengurut dadanya masih sambil berlutut. Ia menatapku ketakutan, "Apa yang
terjadi?" Dengan enggan aku perlahan berdiri dan bergerak keluar melalui pintu belakang
dapur untuk melihat ke depan jalanan kafe. Tidak jauh dari kafe terlihat sebuah mobil baja
pengangkut tahanan milik BtP dalam posisi terbalik di tengah jalanan dan sedang terbakar.
Beberapa anggota BtP yang tadinya keluar dari dalam kafe - termasuk Daniel dan Jess -
terlihat melesat berlarian ke arah mobil tersebut. Mereka semua mengerahkan kekuatan
mereka masing-masing. Ada yang terbang, ada yang mengendarai binatang, ada yang
langsung melompat sangat jauh namun sebagian besar berlari ke arah mobil dengan tubuh
dipenuhi kekuatan mereka masing-masing.
Aku segera berbalik ke dalam dapur. "Tebakan Madame tepat," ujarku, "BtP
mengirim alinergi perampok tadi pagi ke dalam Markas Besar BtP dan Kelompok Alinergi
Pembebas mencoba menyelamatkan teman mereka."
Kejadian yang selalu berulang terutama setiap kali ada alinergi yang tertangkap.
Madame mulai berdiri sambil menggerutu, "Aku tetap saja tidak habis pikir... yang
alinergilah, BtP-lah..." Suaranya semakin lama makin merendah hingga akhirnya
senyap sama sekali. Ia telah kembali sibuk dengan pekerjaan kedua tangannya. Sedangkan
aku ~ 15 ~ - B L E S S E D H E A R T -
terpaksa memungut pecahan piring yang sudah hancur dalam berbagai bentuk dan
ukuran di lantai. "Ada yang terluka?"
Aku dan Madam terlonjak hampir berbarengan saat tiba-tiba mendengar suara
Master. Ia telah berdiri di ambang pintu dapur.
"Hanya piring yang pecah," jawab Madam pendek.
Master menggeleng prihatin dan berlalu ke ruangan depan.
* * * * Alinergi dan BtP. Aku mencoba mengingat awal dari semua ini. Tepatnya sekitar enam tahun yang
lalu, beberapa tahun setelah melewati tahun 2012 yang menjadi legenda. Saat itu
terjadi hujan energi besar-besaran yang membanjiri bumi selama beberapa hari. Aurora muncul di
hampir seluruh penjuru dunia. Seluruh saluran televisi menyiarkan bahwa hujan energi
berasal dari luar angkasa karena bumi memasuki sebuah selubung energi yang sangat tinggi.
Saat itu aku masih bersekolah. Aku masih mengingat dengan jelas guru sainsku -
seorang pria lembut yang memiliki suara tinggi dan feminim - mengatakan bahwa bumi
mengelilingi matahari dalam bentuk elips dan matahari sebagai pusat tata surya juga
mengelilingi pusat Galaksi Bima Sakti. Sebagian orang percaya bahwa pusat tata surya kita juga
mengelilingi matahari sentral bernama Alcyone dari gugus bintang Pleiades dengan jangka waktu
25.800 - 26.000 tahun. Enam tahun lalu tata surya dan bumi memasuki zona yang yang
bernama photon belt. Zona itu berisi energi photon tinggi dan membuat seluruh
bumi serta isinya bertansformasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi. Membuat manusia
berubah menjadi manusia cahaya akibat perubahan struktur atom dalam tubuh manusia oleh
energi photon tersebut. Sebagian orang yang lain percaya bahwa saat itu pusat Galaksi Bima Sakti yang
merupakan black hole bernama Sagitarius A* (Sagitarius A-star, ed.) berada dalam satu
garis lurus dengan matahari dan bumi sehingga membuka sebuah pintu gerbang surgawi atau
gerbang perubahan menuju manusia cahaya. Ada juga yang mengatakan bahwa waktu itu adalah
perubahan dari Zaman Picses atau zaman keraguan ke Zaman Aquarius atau zaman
keemasan. Bumi yang dianggap mengalami kesesatan selama ribuan tahun akan mengalami masa
kejayaan di Zaman Aquarius yang disebut-sebut sebagai Golden Age. Pada Zaman
Aquarius, ~ 16 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kebahagiaan dan cahaya akan memenuhi bumi. Tidak ada lagi kejahatan. Semuanya
hanya terisi penuh oleh kasih sayang.
Kupikir guru sainsku sudah terlalu berlebihan dengan kepercayaannya karena tidak
ada ilmuan yang mempercayai hal itu. Begitu juga aku.
Aku masih ingat dengan jelas. Saat itu, limpahan energi yang membanjiri bumi
membuat banyak peralatan elektronik rusak, termasuk mobil-mobil yang berhenti berfungsi.
Selama 3 hari berturut-turut seluruh peralatan elektronik tidak dapat digunakan. Hujan
energi juga mempengaruhi sebagian kecil manusia. Mulai dari pengaruh ringan, seperti pusing,
mual, pingsan hingga pengaruh berat yang berakibat pada kematian. Kondisi itu semakin
dipersulit dengan padamnya semua peralatan elektronik rumah sakit. Jumlah korban meninggal
terus bertambah karena pasien yang hidupnya tergantung pada peralatan elektronik di
rumah sakit tak dapat bertahan lebih lama.
Meskipun sebagian besar manusia pada saat itu ada yang tidak merasakan efek apa
pun, ada sebagian kecil manusia yang mendadak memiliki kemampuan di luar akal sehat
manusia. Hal itu terjadi sekitar 21 hari setelah terjadinya limpahan energi pada seluruh
tempat di bumi. Mereka tiba-tiba bisa merasakan energi yang meledak-ledak dalam diri maupun di
luar diri mereka. Sebagian orang merasa tubuh mereka begitu ringan. Sebagian dari mereka
dapat mengendalikan dan menggunakan energi yang ada di sekitar mereka. Dengan energi
itu mereka dapat berubah menjadi apa pun sesuai keinginan pikiran mereka.
Para mistikus dan para penganut spiritual berspekulasi bahwa hujan energi telah
membuat pemurnian pada tubuh dan peningkatan kekuatan jiwa mereka. Energi dalam jumlah
besar telah mengubah sel dan DNA tubuh mereka hingga mengaktifkan lebih dari 90%
kemampuan terpendam yang dimiliki otak maupun DNA tubuh manusia. Padahal, manusia normal
hanya mampu mengaktifkan kemampuan otak dan DNA dalam diri mereka sekitar 3% sampai 5%
seumur hidup mereka. Bahkan, ada yang berspekulasi bahwa dengan kekuatan
pikiran, beberapa diantara mereka dapat mengubah energi menjadi benda.
Kemampuan ini merupakan kekuatan terpendam manusia yang biasanya hanya dimiliki
oleh para yogi 1. Setelah berlatih puluhan tahun, para yogi dapat mengubah tubuh
fisik mereka menjadi energi murni yang lebih tinggi. Dahulu kala, para yogi dapat terbang,
menghilang, berpindah tempat, mengendalikan binatang buas, mengendalikan api, angin, air,
berubah wujud, menciptakan emas dari tangan mereka, mengeluarkan permata dari dalam
mulut, serta dapat melakukan banyak hal aneh lainnya.
1 Orang yang mendalami tapa menurut aliran Yoga.
~ 17 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Para mistikus menerangkan bahwa manusia sebenarnya memiliki begitu banyak
kekuatan tersembunyi jauh di dalam diri mereka yang selama ini tertidur. Salah satunya
adalah kundalini 2 . Energi terpendam yang dimiliki setiap manusia dan sangat luar
biasa jika diaktifkan. Para petarung zaman dahulu mengaktifkan inti kundalini mereka
melalui meditasi untuk mendapatkan kekuatan yang dapat menghancurkan batu dengan satu jari,
melayang di atas sehelai daun, atau membunuh lawan dengan pukulan jarak jauh.
Hujan energi ternyata telah mengaktifkan banyak kemampuan tersembunyi manusia.
Menurut tetua-tetua spiritual, hal ini seperti menerima kembali kodrat sesungguhnya
sebagai seorang manusia karena Tuhan telah menciptakan manusia dengan segala kesempurnaan .
Mereka yang menerima limpahan energi itu adalah orang-orang yang disempurnakan kembali
oleh- Nya. Tapi mungkin Tuhan lupa menyempurnakanku juga.
Istilah pasaran untuk mereka yang memiliki kekuatan khusus setelah hujan energi
tersebut adalah orang-orang yang mampu mengendalikan energi atau biasa dipanggil oleh
penduduk local sebagai Alinergi atau juga Blessed People. Secara medis, orang-orang yang
berubah itu memiliki nama ilmiah khusus. Entahlah, aku tidak ingat dengan jelas karena
begitu panjang dan rumit. Secara luas mereka dipanggil sebagai Alinergi.
* * * * Duarrr!!!!!!! Trettt!!!!! Trett!!!!!
Suara ledakan dan tembakan senjata api terdengar kembali dari luar. Aku
terlonjak sesaat karena terkejut. Selanjutnya, menghela napas mencoba menenangkan diriku kembali.
Madame kembali berteriak kecil dan berjongkok melindungi diri. Ia tetap saja
tidak bisa bersikap biasa dengan bunyi tempakan dan ledakan seperti itu. Padahal, dalam
setahun

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terakhir ini saja, peristiwa seperti ini sudah terulang lima kali. Setelah
beberapa tarikan nafas, aku kembali sibuk memasukkan pecahan piring ke dalam tong sampah lalu mengambil
mesin penghisap debu untuk membersihkan pecahan kecilnya. Suara mesin penghisap debu
mulai menderu dan aku kembali mengingat sejarah para alinergi.
* * * * Para alinergi hanya berjumlah sekitar 0,001% atau mungkin hanya 0.0001% dari
keseluruhan umat manusia. Jumlah sesungguhnya bisa jadi kurang dari itu. Hingga saat ini
belum ada hitungan akurat tentang jumlah para alinergi. Yang pasti jumlah mereka sangat
sedikit. Mereka dipuja dan dibenci dalam satu waktu bersamaan. Beberapa orang menganggap
2 Kekuatan tanpa batas yang berada di ujung tulang ekor tiap manusia.
~ 18 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mereka sebagai manusia terpilih yang diutus Tuhan. Mereka dianggap akan
menyelamatkan semua orang dari bencana besar mendatang serta membimbing umat manusia menuju ke
arah kesempurnaan ataupun tempat yang dikehendaki Sang Pencipta.
Meski setelah itu jelas mereka semua akan menyesali apa yang sudah mereka
katakan. Manusia yang tidak mengalami perubahan apa pun saat hujan energi dianggap
sebagai golongan orang-orang yang kurang tulus saat diberkati. Mereka yang mengalami
sakit atau meninggal saat limpahan energi terjadi dianggap sebagai golongan orang-orang
yang tidak mau bertobat atau dosa-dosanya terlalu berat untuk diampuni. Begitulah istilah
lelucon saat itu. Seharusnya pada saat itu aku lebih tulus beribadah dan lebih banyak berbuat
kebaikan sehingga dapat diberkati dan tidak terlupakan.
Sialan! Ini semua kesalahan Joni tetanggaku yang selalu mengajakku berkelahi. Ia
juga sering menjahiliku saat sedang berdoa sehingga sejak saat itu aku selalu membuka
mata saat berdoa dan kadang tertarik untuk mengusili orang lain juga.
Para alinergi seiring berjalannya waktu berhasil mengendalikan kekuatan mereka
dan memiliki begitu banyak kemampuan di luar akal sehat manusia normal. Mereka dapat
berjalan di atas air, mengerai kain di tengah-tengah udara, menghilang,
mengeluarkan api atau listrik dari tubuh mereka, membunuh orang dalam sekejap, membelah lautan,
melakukan perjalanan sekejap atau teleport, membuat tubuh mereka kebal, terbang dan
sebagainya. Apa yang selama ini hanya ada dalam mimpi dan imajinasi liar manusia dapat mereka
lakukan dengan begitu mudah. Terbang... Tanpa terasa aku mendesah panjang mendengar kata itu. Aku segera mengenyahkan
mimpi yang telah begitu lama menyiksaku. Setelah mematikan mesin penghisap debu, aku
bergerak ke tumpukan piring kotor di atas tempat pencucian dan mulai mencuci. Kembali
pada kehidupanku yang nyata sebagai seorang pelayan.
* * * * BtP adalah sebutan untuk pasukan khusus para alinergi yang bekerja sebagai
penjaga keamanan. Pasukan ini merupakan hasil bentukan pihak PBB beberapa bulan setelah
terjadinya pemalinergi massal. Sesudah pemalinergi massal itu terjadi, bumi
benar-benar menjadi neraka bagi manusia biasa, tetapi menjadi surga bagi para alinergi.
Bagaimana tidak, mereka yang tiba-tiba mendapatkan kekuatan luar biasa itu mulai memanfaatkan
kekuatan ~ 19 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mereka untuk kepentingan pribadi. Perampokan dan pembunuhan paling sering
terjadi di semua negara. Dunia perbankan di seluruh negara mengalami kerugian besar-besaran
hanya dalam hitungan minggu. Kejahatan merajarela di semua tempat.
Para mistikus dan para penganut spiritual hanya bisa menatap langit sambil
bertanya mengapa hujan energi juga membasahi orang jahat. Ironisnya, hampir tidak ada
pemuka agama, kaum mistikus, dan penganut spiritual yang terkenal bijak yang menjadi
alinergi. Dapat dikatakan lebih banyak orang jahat dan egois yang terberkati daripada
mereka yang baik sehingga dunia menjadi kacau.
Mungkin alasan aku tidak terberkati adalah kurang jahat dan egois.
Kepanikan juga membuat banyak orang-orang di seluruh negara menarik uang mereka
dari bank akibat ketidakpercayaan pada lembaga perbankan. Di mana-mana terjadi rush
yang menyebabkan bank-bank negara berjatuhan, krisis ekonomi global terjadi, dan
kerusuhan yang berdampak hebat pada seluruh negara. Kasus lain seperti kekerasan,
pembunuhan, penganiayaan, dan pengrusakan juga terjadi dalam jumlah yang tak terhitung
banyaknya. Semua itu menyebabkan kondisi keamanan berada di titik paling berbahaya
sepanjang kehidupan manusia di bumi. Beberapa alinergi bahkan terang-terangan melakukan
tindak kejahatan di depan umum. Kekuatan yang terlalu besar telah membuat mereka mabuk dan terlena. Para penegak
hukum, seperti polisi, tentara, bahkan pasukan khusus tidak berdaya saat berhadapan
dengan alinergi yang memiliki kekuatan-kekuatan luar biasa. Mereka selalu berakhir menjadi
korban tambahan dari ulah para alinergi itu. Beberapa alinergi yang berhati mulia dan
mencoba menjadi pahlawan untuk menegakkan kebenaran serta mencegah kejahatan juga
bernasib buruk. Mereka lebih sering dihajar secara massal oleh para alinergi pengacau.
Semua itu membuat para alinergi dinilai sebagai penjahat dan berbahaya. Meskipun
pada saat itu ada banyak alinergi yang tidak melakukan hal buruk, mereka cenderung
menyembunyikan kekuatan mereka. Melindungi diri sendiri dari para manusia yang membenci
alinergi dan juga dari sesama alinergi. Karena di antara alinergi juga sering terjadi pertentangan
dan pembunuhan. Baik itu manusia maupun alinergi mereka merasa terancam oleh keadaan itu. Mereka
yang terberkati meski cuma sekitar 0,001% dari jumlah penduduk tetapi kerusakan yang
mereka hasilkan sangat mengerikan. Menyebabkan semua orang lebih memilih untuk
bersembunyi di dalam rumah. Alat-alat perang militer berkeliaran di jalan-jalan utama kota.
Penjarahan dan demonstrasi terjadi terus-menerus.
~ 20 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Gedung kantor dan markas besar polisi dihancurkan oleh para alinergi. Tempat-
tempat pangkalan militer dikuasai oleh mereka. Kelompok-kelompok alinergi pengacau
bermunculan. Di saat seperti itu semua orang menyadari mereka sedang berada di
dunia yang kacau-balau. Banyak orang yang berdoa dan menangis, bertanya mengapa mereka
ditinggalkan di dunia bersama para alinergi bajingan yang menciptakan neraka di
bumi. Bertanya-tanya mungkinkah mereka adalah orang-orang yang tertinggal setelah
penghakiman terakhir setelah orang-orang suci diangkat ke surga. Tuhan hanya
menyisakan para pengacau di bumi bersama mereka - kaum buangan. Apakah jalan menuju kepada-
Nya sudah tertutup" Jalan yang tersisa untuk mereka hanya kebinasaan hidup di tangan
para alinergi. Pada akhirnya untuk mencoba menyelesaikan masalah ini, PBB bekerja sama dengan
semua pemerintah negara di dunia untuk mendirikan pasukan khusus bernama Blessed to
Protect Special Force atau BtP. BtP adalah pasukan khusus yang berisi para alinergi
untuk menjaga keamanan dari alinergi pengacau yang berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan.
BtP pertama didirikan dengan semboyan yang sangat panjang dan bertele-tele.
Kewajiban dan hak mereka terurai dalam pasal-pasal yang sangat banyak dan panjang. Namun,
semboyan mereka yang populer di masyarakat adalah "Menjaga keamanan dengan
sukarela!" Mereka diibaratkan sebagai para pahlawan, orang-orang yang terberkati untuk
melindungi yang lemah, Born to Protect atau lahir untuk melindungi. BtP pertama di bentuk
oleh PBB dengan cara mengumpulkan para alinergi yang bersedia untuk bekerja sama membasmi
kejahatan. Bersatu untuk keadilan! Alinergi yang secara tulus mau bekerja untuk kemanusiaan dan dunia berkumpul
bersama di bawah bendera BtP. Mereka bagaikan para missionaris atau pekerja sosial yang
berasal dari berbagai negara, dengan rasa tanggung jawab tinggi pada kemanusiaan dan gaji
seadanya rela berkumpul di bawah bendera palang merah. Mereka dikirim ke garis terdepan medan
perang yang peluru dan bom berterbangan di langit layaknya wabah belalang. Semua ini
untuk menghadapi krisis keamanan dunia. Demi melindungi sesama, lahir untuk melindungi
yang lemah begitulah kata mereka.
Mereka adalah pahlawan sesungguhnya yang berani mati demi melindungi apa yang
mereka cintai dan yakini. Sepanjang yang kuingat mereka hanyalah, "Kumpulan domba-domba cantik, berhati
bersih dan imut yang dikirim ke kumpulan para serigala kelaparan."
~ 21 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Hasilnya" Gedung-gedung BtP pertama yang dibangun selama hampir setahun cuma
beroperasi 2 bulan. Selanjutnya semua bangunan baik di pusat dan cabang di
seluruh negara hangus dalam waktu yang hampir bersamaan dalam beberapa minggu saja. Tentu saja
semuanya dibumihanguskan oleh alinergi pengacau yang sebagian besar dari sudah
bergabung dengan para mafia, teroris, maupun penjahat dunia. Alinergi pengacau -
entah bagaimana - ternyata lebih kaya daripada PBB dan badan pemerintahan tiap negara.
Mereka memakai pesawat tempur canggih dan perlengkapan perang lainnya, membiayai para
teroris untuk menghancurkan markas-markas pusat BtP. Tindakan mereka disambut hangat
para teroris untuk sekaligus menjatuhkan pemerintahan yang sedang berjalan. Mereka
benar-benar tidak ingin dikekang oleh siapa pun.
Para alinergi pengacau juga punya semboyan, "Bersatu untuk kejahatan," dan
mereka bersatu di bawah bendera lain untuk mengeroyok anggota BtP.
Setelah mengalami kekalahan telak dan memalukan, PBB dipaksa untuk berpikir
keras mencari penyebab kegagalan mereka mengambil alih keamanan dunia. Salah satu dari
beberapa alasan utama adalah karena anggota alinergi yang dengan sukarela
membantu BtP sangat sedikit dan hidup dalam kondisi memprihatinkan sehingga rentan untuk
disusupi, dibeli, atau menjadi pengkhianat.
Uang adalah segala-galanya bagi kebanyakan manusia. Hitung saja perbandingan
antara orang yang ingin menjadi pengusaha sukses, orang kaya, bintang film terkenal
dengan orang yang ingin menjadi pekerja sosial untuk membantu sesamanya. Saat kebanyakan
alinergi menggunakan kekuatan mereka untuk keuntungan sendiri. Bayangkan saja berapa
banyak alinergi yang mau dengan sukarela memanfaatkan kekuatannya untuk menjaga
keamanan dan mempertaruhkan nyawa di barisan terdepan" Mereka akan menghadapi alinergi
pengacau demi orang-orang lain dan hidup dalam kesengsaraan. Padahal, mereka sebenarnya
sanggup memiliki kekayaan dan duduk bersenang-senang bergelimang harta di salah satu
pulau terindah di bumi. Dapat membawa siapa pun yang mereka inginkan, tanpa harus
membiarkan diri mereka terluka dan menderita kesakitan hanya untuk sebuah idealisme.
Hanya sedikit orang yang mau mengorbankan nyawa mereka dan menolak kesenangan
yang ada untuk sebuah keyakinan. Yang jelas saat ini kebanyakan dari mereka sudah
tewas atau juga terlupakan. Inilah kenyataan, kebanyakan pahlawan tanpa jasa itu miskin dan terlupakan.
Lihat saja sejarah jika tidak percaya.
* * * * ~ 22 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Uang jelas adalah salah satu masalah utama bagi setiap orang dan tentu juga
masalah utama

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagiku. "Jaime, nanti sirami halaman dan jalanan di depan kafe," pesan Madame sambil
menuangkan jus apel dari juicer terbarunya. Ia terlihat puas dengan hasil kerja benda itu.
"Baik Madame," jawabku sambil membilas piring terakhir. Aku beranjak keluar dari
pintu belakang dan muncul di sisi samping belakang kafe. Terik matahari yang panas dan
menyilaukan menyambutku bersama hembusan angin yang membawa debu. Pertempuran di
jalanan depan Kafe Eve sudah berhenti. Anggota BtP yang berada di sana sudah
menyimpan kekuatan mereka dan tampak berdiri di sepanjang jalan untuk berjaga-jaga.
Beberapa dari mereka sepertinya sudah kembali bersantai di Kafe Eve karena terdengar suara
gelak tawa dari dalam kafe. Mobil tahanan yang terbalik mengalami kerusakan yang cukup
parah kini mengambang di udara. Salah seorang BtP menerbangkannya untuk dipindahkan ke
Markas Besar BtP. Aku bergerak ke sebuah sudut belakang kafe dan menarik selang air yang
tergeletak. Jari- jariku mulai memutar keran air untuk menghidupkannya.
* * * * BtP generasi kedua dibangun kembali setelah belajar dari kegagalan BtP pertama.
Semboyan dan pasal-pasal mereka juga sama panjangnya dengan yang pertama, tetapi
peraturan mendasarnya sudah berubah. Istilah populer di masyarakat adalah "KEKAYAAN atau
MATI." BtP generasi kedua inilah yang berlanjut hingga sekarang. Mereka, para petinggi
pemerintahan negara-negara yang bergabung dalam PBB, menyetujui untuk memberikan
gaji luar biasa tinggi pada setiap alinergi yang bersedia bekerja pada BtP. Gaji
bulanan mereka hampir sebesar gaji pemain sepak bola dunia yang tenar atau artis internasional
terkenal. Selain itu, bagi alinergi yang bersedia bergabung, seluruh berkas perkara
kejahatan yang mereka miliki akan diputihkan sepenuhnya.
Bagi alinergi yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah akan menerima
hukuman mati tanpa proses pengadilan. Tidak peduli apakah mereka sebelumnya pernah melakukan
kejahatan atau tidak sama sekali. Menjadi alinergi dan tidak bergabung dengan
BtP adalah kejahatan dengan sanksi hukuman mati.
PBB dan semua negara memberikan ultimatum pada para alinergi selama seminggu
penuh sejak diterbitkan dan diefektifkannya peraturan baru. Semua alinergi diminta
segera mendaftarkan diri pada setiap pemerintahan tempat mereka bermukim sebelum
perburuan besar-besaran pada alinergi akan dilaksanakan oleh seluruh kekuatan militer
dunia. ~ 23 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Pengumuman itu segera membanjiri halaman depan dan menjadi topik utama seluruh
media informasi selama beberapa hari.
Pada hari pertama pendaftaran jaringan pendaftaran online BtP mengalami
kemacetan akibat banyaknya alinergi yang mendaftar. Hal yang tidak mengherankan mengingat
besarnya gaji yang ditawarkan. Lagipula mengapa perlu membahayakan diri membobol bank jika ada
cara yang lebih mudah untuk mendapatkannya. Selain itu, sejumlah besar uang hadiah
disediakan oleh seluruh negara bagi setiap orang yang dapat melaporkan seorang alinergi
yang tidak mau bekerja sama. Alinergi mana pun segera merasa terancam dengan keadaan ini.
Mereka dapat saja dijual oleh teman baik mereka sendiri atau bahkan keluarga mereka karena
jumlah uang yang disediakan bahkan dapat membeli sebuah rumah mewah di tengah kota besar.
Menurut sebuah kabar burung atau mungkin hanya sebuah legenda yang beredar,
pemimpin tertinggi dan sekaligus pendiri BtP kedua adalah seorang yang sangat mengerikan.
Dalam waktu satu malam, dia melumpuhkan hampir seluruh pemimpin kelompok alinergi
pengacau dan meninggalkan kelompok mereka tanpa pemimpin. Hal itu membuat sebagian besar
anggota kelompok alinergi pengacau yang awalnya masih ragu untuk bergabung pada
BtP langsung kocar-kacir dan berpindah ke BtP. Tidak ada yang mengetahui kebenaran
legenda itu. Namun, dari kabar angin yang beredar, dia bukanlah seorang alinergi, tetapi
seorang petapa yogi tua yang sudah memiliki berbagai jenis kekuatan jauh sebelum
terjadinya hujan energi. Seorang yang sudah memecahkan misteri kehidupan dan tercerahkan
melampaui seluruh kefanaan dunia. Hasilnya" Dalam sekejap seluruh dunia menjadi aman. Tidak sampai seminggu
tingkat kejahatan menurun drastis. Meskipun masih ada beberapa alinergi yang bergabung
dengan dunia gelap, seperti para pengacau keamanan, teroris, mafia, atau pengedar obat
terlarang karena ideologi dan beberapa hal lain, mereka biasanya tidak mengacau keamanan
masyarakat. Namun, mereka lebih bertindak sebagai pelindung atau alat jagal
organisasi. Tentunya mereka juga dibayar dengan sangat tinggi.
Sejak saat itu keadaan segera berbalik, setiap kejahatan oleh manusia biasa atau
kelompok teroris dapat dengan mudah ditumpas oleh anggota BtP yang bergerak cepat
membantu pihak keamanan tiap-tiap negara.
* * * * Aku bergerak perlahan mendekati jalanan dan tempat parkir di depan kafe sambil
membiarkan selang airku terus menyemprotkan air.
~ 24 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tiga orang anggota BtP melewatiku untuk memasuki Kafe Eve sambil berbicara
keras. "Jadi bagaimana dengan nasib alinergi perampok bank itu?"
"Lebih buruk dari kematian," jawab rekan di sebelahnya sambil menggeleng
prihatin. "Rabbit, " bisik yang lainnya dan membuat ketiga orang itu terdiam sambil
berjalan memasuki kafe dengan perasaan buruk..
Aku yang mendengar pembicaraan itu tanpa sadar ikut menghembuskan nafas panjang.
* * * * Rabbit. Semua orang mengetahui arti dari satu kata itu. Alinergi yang tertangkap
di luar karena tidak mendaftar pada BtP sejak pengumuman BtP kedua berjalan, tetap
mendapat hukuman mati. Akan tetapi mereka tidak lagi ditembak atau dihukum mati di
tempat. Di dalam organisasi BtP terdapat salah satu divisi yang memiliki peranan penting,
yakni Divisi Penelitian BtP. Divisi ini didirikan khusus untuk meneliti para alinergi.
Merekalah yang akan menampung para alinergi illegal sebagai rabbit atau kelinci percobaan. Alinergi
yang sudah menjadi rabbit hanya akan memiliki satu nasib, yaitu dihujani berbagai jenis
obat-obatan dan percobaan gila-gilaan hingga daging dan tulang-tulang mereka terlepas serta
nyawa mereka melayang perlahan-lahan. Para rabbit akan mengalami siksaan berkepanjangan. Harapan satu-satunya yang
terbaik bagi mereka untuk melepaskan diri dari penderitaan dan kesakitan tiada akhir itu
adalah kematian. Kabar buruknya adalah para peneliti BtP selalu berusaha semaksimal mungkin untuk
mempertahankan nyawa para rabbit. Semuanya hanya untuk satu tujuan, meneliti
mereka lebih lama. Yang pasti, jika orang tersebut menjadi rabbit, dia sudah memasuki
salah satu neraka yang ada di dunia. Oleh karena itu, tidak sedikit alinergi lebih memilih
mati daripada tertangkap oleh anggota BtP.
Sebagian besar alinergi di luar BtP bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah
tertangkap hidup-hidup. Seperti peristiwa yang baru saja terjadi, alinergi yang tertangkap
pasti akan berusaha diselamatkan oleh rekan-rekan mereka. Jika upaya penyelamatan itu
gagal, mereka lebih memilih memberikan pertolongan terakhir pada rekannya yang tertangkap itu,
yaitu menembak atau meledakannya hidup-hidup.
Divisi Penelitian BtP sudah mendapat banyak kritikan dari berbagai Badan
Kemanusiaan Internasional karena cara kerja mereka yang kejam dan tidak manusiawi. Namun,
semua itu hanya dianggap seperti angin lalu oleh mereka. Bahkan mereka semakin menjadi-
jadi. Hal ini karena para petinggi negara - yang rata-rata adalah manusia biasa - ingin memiliki
sebuah kekuatan yang dapat digunakan jika skenario terburuk terjadi, yakni semua
alinergi ~ 25 ~ - B L E S S E D H E A R T -
berkomplot hendak mengambil alih pemerintahan. Mereka berharap jika hal itu
terjadi, mereka sebagai manusia biasa memiliki sebuah kekuatan atau teknologi untuk
melindungi diri dari para alinergi. Divisi Penelitian BtP adalah ujung tombak harapan
mereka untuk mendapatkan pengetahuan mengendalikan para alinergi.
Pengetahuan adalah kekuatan.
Meskipun Divisi Penelitian BtP berada dalam badan organisasi BtP, tetapi
sebenarnya divisi tersebut berdiri sendiri. Divisi Penelitian BtP memiliki posisi yang sangat kuat
sehingga memiliki hak prerogatif untuk menolak perintah dari Pemimpin BtP. Anggota BtP
banyak yang tidak menyukai divisi satu ini. Namun, tetap saja mereka harus tunduk pada
peraturan yang ada. Anggota BtP yang melakukan kesalahan juga dapat dijatuhi hukuman
pelanggaran disiplin dan berakhir di divisi penelitian.
Mengingat alinergi perampok tadi aku hanya bisa mengatakan mereka idiot. Gaji
besar, tugas mudah dan hidup senang. Hanya orang-orang bodoh dengan otak seperti agar-agar
saja yang menolak bergabung dengan BtP hingga mau menjadi perampok. Aku menggerakkan
selang air lebih jauh untuk membiarkan air melahap debu-debu kering. Setengah
berharap jika hujan rejeki juga akan segera membasahi nasib dan dompetku yang kering
seperti gurun pasir. Gaji satu hari rata-rata anggota senior BtP sama dengan gajiku bekerja di kafe
selama dua bulan atau lebih. Gaji junior BtP atau mereka yang baru mendaftarkan diri dan
sedang menjalani pelatihan untuk menjadi anggota regular BtP memiliki gaji per hari
minimal sama dengan gajiku satu bulan. Hal ini membuatku harus bekerja lebih dari dua tahun
untuk gaji satu bulan anggota BtP. Mereka benar-benar para elit di atas elit.
"BtP," gumamku saat melihat beberapa anggota BtP dengan seragam lengkap memasuki
mobil mewah mereka yang terparkir di depan Kafe Eve. Terkadang aku hampir
menangis melihat betapa berbedanya diriku dan para BtP. Kami sama-sama manusia, tapi dari
sudut mana pun jelas mereka sangat berbeda denganku. Ya, seperti kucing dan harimau.
Jika seekor harimau mengaum akan membuat orang bergetar, bayangkan seekor kucing kurap kurus
yang mengeong. Dan berikan perbandingannya. Aku seekor kucing dan mereka harimaunya.
Anggota BtP rata-rata memiliki rumah mewah atau apartemen pribadi. Mereka
minimal mengendarai mobil sport atau setidaknya mobil mewah edisi terbaru. Sedangkan aku
hanya memilki sebuah sepeda motor butut yang menjadi tungganganku setiap hari. Motor
tua yang kubeli dengan mengumpulkan gajiku dengan susah payah. Dan motor tua itu lebih
sering merengek, ngambek, dan terbatuk-batuk seperti istri tua yang minta diperhatikan.
Namun, aku menyukainya. Jelek-jelek milik sendiri dan lagi pula dia telah menemaniku
dalam ~ 26 ~ - B L E S S E D H E A R T -
beberapa tahun ini mengarungi panas dan hujan sepanjang perjalanan ke Kafe Eve
maupun ke kota. Aku tidak akan menjualnya dengan harga berapa pun.
"Cring," suara lonceng pintu depan kafe berbunyi menyadarkanku dari lamunan tak
jelas. Seorang wanita muda agak gemuk memasuki kafe, Susan. Sejak berdirinya Kafe Eve,
Master hanya memiliki dua orang pelayan, yaitu aku dan Susan. Melihat kedatangan Susan,
aku segera mengakhiri acara menyiram dan acara mengasihani diriku sendiri. Aku
mengintip dari jendela kaca depan kafe untuk melihat jam dinding besar dalam kafe yang
menunjukkan hampir pukul 15.00. Saatnya serah terima tugas dengan Susan. Terburu-buru aku
mematikan kran air, menggulung selang dan menggantungnya kembali pada dinding luar Kafe
Eve.

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku mendapati bajuku sedikit basah dan berjalan memasuki dapur dari pintu
belakang. Di sana, kulihat Madame dan Susan sedang bergosip dengan info terbaru mereka.
Setengah mencoba menangkap percakapan mereka berdua karena keduanya terlihat begitu
asyik. Namun, setelah beberapa kata... baju baru si anu..., kosmetik... dan istri anu yang
melahirkan... aku memutuskan untuk berhenti menguping pembicaraan mereka. Aku
segera merapikan beberapa piring dan alat masak di dapur sebelum menyerahkan seluruh
pekerjaan pada Susan. Aku mengucapkan selamat tinggal pada Master yang sibuk dibalik meja
bar. Ia memberiku anggukan kepala dan sepenggal senyuman. Madame dan Susan hanya melirik
padaku saat aku permisi dari mereka, tidak ingin keasyikan mereka bergosip
terganggu. Aku segera bergegas ke belakang kafe untuk mengambil sepeda motor bututku. Menit
berikutnya aku sudah melesat di jalanan dan melewati depan Markas Besar BtP.
Mobil tahanan yang tadi meledak dan terbakar ternyata menyisakan pecahan kaca dan
patahan besi yang berserakan di aspal jalan. Aku berusaha keras agar sepeda motorku tidak
melindas potongan-potongan kecil besi dan pecahan kaca itu. Tidak ingin ban motorku
menjadi sasaran dan aku harus mendorong motorku hingga ke rumah seperti tahun kemarin.
Kafe Eve berada tepat di depan Markas Besar BtP yang hanya dipisahkan oleh
jalanan aspal lebar sehingga hampir semua pelanggan kafe adalah anggota BtP. Master pernah
bercerita, ia mendirikan Kave Eve karena mengincar anggota BtP yang terkenal berduit sebagai
calon pelanggannya. Mengapa tidak" Mereka punya banyak uang dan boros dalam makan
maupun minuman. Mereka sama sekali tak pernah mempermasalahkan harga makanan dan
minuman di kafe itu. Dan yang tak kalah penting.... tip mereka selalu lembaran uang besar, mereka
hampir tidak memiliki lembaran uang kecil. Sialnya mereka lebih sering membayar dengan kartu.
Angin dingin menggelitik pori-pori wajahku saat sepeda motorku melaju kencang di
sepanjang jalanan lebar dan sepi yang terus menurun. Di kiri - kanan jalanan
dipenuhi ~ 27 ~ - B L E S S E D H E A R T -
pohon-pohon besar berdaun rindang. Di sebelah kanan, perbukitan menjulang anggun
berselimut hutan hijau yang masih asri. Jalanan yang kulalui terus menurun.
Pepohonan di kiri jalan semakin jarang dan mulai terlihat tebing-tebing batu yang curam dan
langsung menjorok ke laut lepas. Ombak berdebur menghantam dinding tebing yang keras dan
udara dari laut menerpa tubuhku. Aku selalu dapat menikmati suasana indah ini dalam
setiap perjalanan pulang dan pergi bekerja.
Markas Besar BtP untuk negara ini dibuka secara resmi sekitar empat atau lima
tahun yang lalu. Di tempat ini, di sebuah dataran tinggi sekaligus tepi laut terpencil yang
dulunya bernama Stoneline dan sekarang sudah berganti nama menjadi Graceland. Organisasi
BtP Internasional meminta daerah ini langsung ke pemerintahan karena wilayah
Graceland mudah diakses dari jalur darat, laut, dan udara. Jadi, tidak heran jika di belakang
Markas Besar BtP yang curam dan yang langsung menghadap ke laut lepas itu terdapat dermaga kecil
khusus BtP dan beberapa kapal cepat yang siap bergerak jika dibutuhkan. Aku mendengar
bahwa mereka memiliki kapal selam khusus. Di dalam komplek Markas Besar BtP, selain
terdapat gedung-gedung utama untuk tiap-tiap divisi, juga dibangun landasan terbang
pesawat khusus BtP. TINNNN! TINNNN! TINN!!!!!!
Aku terkejut dan buru-buru menepikan sepeda motorku, keluar dari jalanan
beraspal memasuki wilayah rerumputan berbatu. Tubuh dan motorku berguncang saat melindas
bebatuan dan hampir menabrak pembatas jalan. Dalam waktu bersamaan empat mobil
sport mewah melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Mesin mobil itu meraung keras.
Gesekan ban mobil di aspal jalan saat berbelok tajam di tikungan menyisakan asap berbau
menyengat. Bahkan menyisakan pola kehitaman di permukaan jalan.
"Haih..." desahku kesal. Aku berusaha mengembalikan sepeda motor kembali ke
permukaan aspal. Meskipun sudah paham dengan kebiasaan anggota BtP yang selalu memacu
mobil mereka dengan kecepatan gila-gilaan, aku tetap tak bisa menyembunyikan
kekesalanku. Bahkan, mereka terbiasa merendahkan orang yang mengendarai mobil dengan
kecepatan aman yang menurut mereka adalah 120 km/ jam.
Mengendarai sepeda motor bututku sekitar sepuluh menit menembus angin, tetes air
hujan jatuh mengenai tanganku, terasa dingin. Dengan keheranan aku menatap ke langit
yang tadinya cerah dan begitu terik. Kini awan gelap bergulung-gulung mulai bergerak
dengan cepat, terlihat butiran-butiran air hujan terus berjatuhan terbawa hempasan
angin dingin, berguguran satu per satu dari langit yang mulai gelap. Hanya butuh sekitar tiga
menit berikutnya suara petir mengelegar di mana-mana dan hujan pun mulai turun
mengganas. ~ 28 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku berbelok ke kanan. Keluar dari jalanan beraspal dan memasuki jalan setapak
menuju sebuah rumah kayu kecil yang berjarak sekitar 30 meter dari aspal jalanan. Satu-
satunya rumah dalam jarak puluhan kilometer. Dengan terburu-buru, aku masuk ke beranda
untuk menghindari lebatnya hujan. Aku membuka pintu gudang tempat biasa aku menyimpan
sepeda motorku. Gudang berukuran 3 x 3 meter itu selain dihuni oleh sepeda
motorku juga dipenuhi beberapa barang tak terpakai yang dibiarkan bertumpuk-tumpuk. Setelah
memastikan sepeda motorku berdiri dengan baik di tempatnya, aku segera menutup
pintu reyot gudang dan menguncinya dengan gembok besar yang terasa dingin.
Hujan sudah terdengar berisik menjatuhi atap rumah. Aku membuka pintu rumah,
masuk dan melemparkan sekumpulan kunci serta dompet ke atas sebuah meja kecil di ruang
tamu. Menatap dompetku itu tanpa sadar aku menghela napas berat karena hanya
tertinggal beberapa lembar uang di dalamnya. Aku akan membutuhkan lebih dari sekadar
penghematan untuk bertahan hidup hingga mendapatkan gaji berikutnya.
Rumah yang kutempati ini milik Master. Terbuat dari kayu beratap genting.
Puluhan tahun lalu daerah sekitar rumah ini adalah salah perkebunan milik keluarga besar
Master. Namun, usaha perkebunan itu tak lagi berjalan untuk waktu lama sehingga rumah ini pun
terbengkalai. Rumah berukuran 5 x 15 meter ini memiliki ruang tamu yang cukup luas, sebuah
kamar tidur di lantai dua, dan dapur sederhana. Kamar mandi berada di luar rumah--terpisah
dari rumah utama. Di sebelah kiri rumah, terdapat gudang yang menjadi tempat penyimpanan
sepada motorku. Saat pertama aku tiba di sini, bangunan rumah ini sudah sangat reyot. Banyak
genting yang bocor, pintu-pintu rusak dan binatang berkeliaran di dalamnya. Namun, lantai
rumah ini yang terbuat dari lapisan kayu masih bagus karena terbuat dari kayu tua yang keras.
Atas kebaikan Master, rumah ini direnovasi seadanya - tentu saja aku sendiri yang mengerjakannya
dengan bahan-bahan darinya. Selama rumah ini tidak bocor saat hujan dan terdapat aliran
listrik, semuanya sudah terasa sempurna bagiku. Air bersih cukup berlimpah di rumah ini
karena tersedia tempat penampungan air bersih yang dulu digunakan untuk perkebunan. Di
ruang depan, terdapat sebuah sofa kulit kecil, meja kecil dan sebuah sofa panjang dari
kulit yang merupakan kesukaanku. Di ruang tengah, terdapat sebuah televisi lama berukuran
21 inch, karpet kuno yang warnanya sudah pudar, meja komputer dan komputer bekas. Di
bagian belakang, terdapat dapur dan meja makan dari kayu.
Rumah yang sangat nyaman untukku. Semua perabotan di rumah ini adalah bekas
perabotan dari rumah lama Madame yang masih cukup layak dipakai - terutama bekas peralatan
dapur Madame yang tersusun berjibun di dapur kecil rumah ini. Saat aku membuka pintu
belakang untuk memasuki kamar mandi, suara petir mengelegar keras dan hujan semakin deras
diikuti ~ 29 ~ - B L E S S E D H E A R T -
deruan angin. Samar-samar terdengar suara ombak memecah keras di sela-sela suara
keras hujan yang turun membasahi atap rumah.
Setelah mandi dan berganti pakaian, aku membuat secangkir jus jeruk hangat di
dapur. Kemudian menghempaskan tubuhku di sofa panjang dari kulit sapi dan mengambil
salah satu buku yang tergeletak di atas meja kecilku. Buku mengenai DNA dan genetika yang
dibuat dalam bentuk cerita menarik dan belum kuselesaikan kemarin.
Membaca buku sehabis kerja sambil menikmati minuman hangat adalah kebiasaan
rutinku karena aku sama sekali tidak berminat pada televisi. Aku lebih menyukai buku
karena lebih dapat dinikmati secara perlahan-lahan tanpa terburu-buru dan lebih imajinatif.
Hidupku selalu berkisar di antara Kafe Eve dan buku. Sudah bertahun-tahun aku menjalani
kehidupan rutin seperti ini. Suara hujan masih terdengar lebat saat mendadak aku terbangun dari tidur. Aku
lupa kapan tepatnya jatuh tertidur di atas sofa dengan buku yang tergeletak terbuka di
dada. Aku merasa nyaman di atas sofa usang ini. Aku kembali meringkukkan tubuh, berniat untuk
melanjutkan tidurku. Aku sama sekali tak berniat naik ke kamar tidurku di lantai atas. Juga
tidak beminat menikmati makan malam karena itu berarti aku dapat menghemat, lagipula aku tidak
merasa lapar. "Greekk.... Bum....!!!"
Terdengar sebuah suara ribut tepat di samping dinding rumah.
"Gree...kkkk.... Bum...!!!"
Suara pintu berdebam karena tertiup oleh angin.
Pintu gudang" Tidak mungkin ... bukankah aku tadi sudah menguncinya..."
Aku melirik pada jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam. Tiba-tiba pikiran
buruk melintas di benakku. Aku melompat dari sofa dan mengambil sebuah kapak bekas
yang tergantung pada dinding rumah. Kapak itu dulu digunakan oleh penjaga kebun untuk
mengusir binatang buas. Seorang diri di tengah tempat sepi dengan pintu gudang
yang terbuka setelah digembok pada malam hari, jelas bukan pertanda baik.
Perlahan-lahan kubuka pintu depan. Berusaha tak menimbulkan suara sekecil apa
pun. Air hujan dan angin dingin menerpa wajahku. Aku berusaha melihat sekeliling yang
gelap dengan bantuan sebuah lampu kecil di depan teras rumah. Jantungku berdetak
keras, kaki telanjangku perlahan melangkah keluar menginjak tanah basah di luar tanpa
bersuara. ~ 30 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Percikan air membasahi kaki dan lenganku. Angin dingin dan percikan hujan segera
menyegarkan tubuhku. Hanya dengan beberapa langkah aku sudah dapat melihat pintu
gudang dalam keadaan terbuka lebar. Aku hampir tidak percaya saat melihat gembok
yang mengunci pintu itu tergeletak di tanah dalam keadaan patah. Kemarahan memenuhi
diriku. Dengan kapak di tangan, aku memberanikan diri memasuki gudang itu.
"Siapa di sana!!!" teriakku sambil melangkah hati-hati memasuki gudang. Hanya
ada kegelapan yang kosong melompong. Napasku tertahan saat tak mendapati sepeda
motorku. Aku mengingat dengan jelas telah memasukkan sepeda motor bututku di dalamnya.
Namun, kini tempat ini sudah kosong.
"Ngekkkk...!!! BUM!!!" Pintu gudang kembali berbunyi tertiup angin yang
mendorongnya menghantam dinding samping rumah.
Sepeda motorku dicuri. Hanya itu satu-satunya kemungkinan.
Tidak mungkin... tidak mungkin... tempat ini begitu terpencil dan sudah 3 tahun
lamanya aku tinggal di sini, semuanya aman-aman saja. Lagipula sepeda motor butut, siapa
yang mau

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencurinya! Tanpa menghiraukan hujan deras dan angin kencang, aku segera berlari ke arah
jalan. Aku membiarkan tubuhku didera oleh air hujan dan udara dingin. Aku tak peduli.
Sepeda motor itu lebih utama. Aku berlari secepat yang aku mampu untuk menemukan bayangan
sepeda motorku di jalanan sambil memegang erat kapak di tanganku.
Mungkin saja pencuri sepeda motorku belum pergi cukup jauh. Aku tidak akan
melepaskannya jika menemukan pencuri itu.
Dengan segera, aku berlari memasuki jalanan beraspal dengan kaki telanjang dan
berbelok ke kanan. Sebab pencuri itu tidak mungkin berbelok ke kiri karena di sana cuma
terdapat Markas Besar BtP dan Kafe Eve. Tidak mungkin maling itu adalah anggota BtP yang
super kaya. Di tengah hujan lebat, aku hanya bisa melihat kegelapan dan remang-emang
uap putih napasku. Meskipun dengan napas yang semakin tersengal dan sesak, aku masih terus
berlari. Tubuhku menggigil kedinginan. Hujan deras dan angin kencang ini sama sekali
tidak menguntungkan bagiku. Namun, apa pun yang terjadi, aku harus mendapatkan kembali
sepeda motorku. Meskipun butut dan sering mogok, motor tua itu adalah satu-
satunya benda berharga yang kumiliki. ~ 31 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku terus berlari menerjang kegelapan di depanku dengan ditemani gemuruh ombak
dan hujan yang kian deras. Tubuhku mengigil merasakan air dingin yang membasahi
pakaian dan merayapi seluruh tubuh. Aku benar-benar tidak tahu apakah dengan begini aku akan
mendapatkan kembali sepeda motorku atau tidak. Aku hanya merasa harus mencoba,
harus melakukan sesuatu. Kakiku yang letih tetap kupaksa untuk berlari lebih cepat.
Tak peduli pada paru-paruku yang sudah sesak. Waktu terus berlalu, detik berganti menit dan
menit berganti jam. Entah sudah berapa lama dan seberapa jauh aku berjalan dan
berlari. Yang jelas, tetap saja aku tidak menemukan bayangan sepeda motorku. Lama kelamaan sesuatu
dalam diriku mulai membisikkan keraguan dan keputus-asaan. Membuatku berlari semakin
cepat dengan nafas kembang kempis di bawah hujan, tidak ingin menerima kenyataan itu.
Berlari hingga kedua kakiku terasa sakit dan paru-paruku semakin sesak.
Langkahku akhirnya terhenti sama sekali saat kelelahan sudah menguasaiku.
Mungkin pencurinya sudah mengendarainya jauh ke kota.
Dadaku terasa sesak. Aku mengeraskan cengkramanku pada kapak, mengencangkan
kepalan tangan yang lain, mengatupkan rahang keras-keras menahan amarah dan dinginnya
air hujan. Aku tahu, aku harus menerima kehilangan ini. Kekesalan memenuhi diriku dan aku
berteriak keras melampiaskan kekesalan yang hanya dijawab oleh suara hujan dan suara ombak
yang membentur karang. Aku harus menerima bahwa aku tidak akan dapat menemukan sepeda motorku lagi.
Mataku nanar menatap kegelapan di depanku. Tak ada apa pun yang bisa kuharapkan
dari kegelapan di depan sana san aku tak mungkin terus berlari. Lama aku berdiri
bawah guyuran hujan sebelum berbalik dan berjalan lemah kembali ke rumah.
Hanya ini yang dapat kulakukan untuk saat ini.
Beberapa saat kemudian sebuah mobil bergerak dengan kecepatan tinggi dari
belakangku. Melewatiku dan mencipratan air hujan yang tergenang di jalan ke seluruh tubuhku.
Aku hanya diam. Terlalu lelah untuk marah atau mengumpat. Meskipun aku ingin sekali
mengutuk pencuri sepeda motorku dan siapa pun yang mengendarai mobil tadi,
tetapi aku tak lagi punya daya. Kekuatanku sudah habis. Semangatku entah sudah terbang ke mana.
Apakah pencuri itu tidak mengetahui bahwa aku hanya memiliki sebuah kemewahan
dalam hidupku" Mengapa dia harus mencuri dariku yang miskin ini" Apakah pencuri itu
tidak tahu kalau seluruh anggota BtP itu lebih kaya"
Mengapa dia tidak mencuri mobil-mobil mewah milik anggota BtP saja!
~ 32 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku mencengkeram pegangan kapak begitu kuat. Seolah hendak meremukkan lengan
kapak itu. Air hujan mulai terasa sangat dingin di kulitku. Gigiku saling beradu
menahan dingin. Pakaian serta celanaku menjadi berat dan menempel di kulit karena basah oleh air
hujan. Tidakkah dia memahami betapa kerasnya aku harus berusaha untuk mendapatkan
sepeda motor itu" Bertahun-tahun menyimpan uang hingga rela menahan lapar dan
kesenangan. Apakah pencuri itu tidak memiliki hati sama sekali"
Aku berdiri terdiam di tengah hujan dan hanya dapat menitikkan air mata
kemarahan yang bercampur dengan air hujan. Aku melihat cahaya lampu terang dari Markas Besar
BtP di kejauhan yang terlihat begitu agung dan menakjubkan dibalik kegelapan malam.
Hatiku terasa perih. Betapa beruntungnya mereka yang dapat menjadi anggota BtP.
Kesedihan membuat air mataku kembali mengalir. Menguak sebuah luka lama yang
telah lama kupendam. Tiga tahun yang lalu, saat pertama kali aku menapak jalan ini
menuju ke Markas Besar BtP meninggalkan kampung halamanku.
Saat itu... Aku membawa sebuah mimpi.
~ 33 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 2 MIMPI DAN KENYATAAN Kampung halamanku terletak di bawah kaki gunung. Udaranya sangat menyegarkan.
Ribuan pepohonan hijau tumbuh rapat, mengisi setiap jengkal tanah, membentang
membentuk hutan alami yang mengeliling kampungku. Kicauan burung-burung tak
pernah berhenti yang membangunkan kami setiap pagi. Di dalam hutan tak jarang terlihat
kera dan simpai bergelantungan riang sambil bersahut-sahutan dengan anggota kelompoknya.
Memamerkan gigi-gigi mereka yang tonggos. Kawanan gajah tak jarang masih
melintas berkelompok-kelompok di tengah hutan. Suhu udara di dekitar tempat kami selalu
dingin, terutama saat menjelang tengah malam hingga pagi hari. Terkadang aku dapat
menemukan rusa yang berjalan di antara rumah-rumah kami yang tak berpagar, ular yang
bersembunyi dalam gentong-gentong yang diletakkan di bawah rumah, dan sering kali kawanan
monyet yang mencuri makanan dari piring-piring kami.
Desaku adalah desa kecil yang hanya dihuni beberapa puluh kepala keluarga. Kami
tinggal di rumah-rumah kayu berlantai tanah yang jauh dari kemewahan. Binatang-binatang
peliharaan kami masih berkeliaran di sepanjang jalanan. Sepanjang mata memandang, kami
hanyalah ~ 34 ~ - B L E S S E D H E A R T -
orang-orang kasar dengan pakaian seadanya. Pria-pria di tempat kami lebih sering
berkeliaran sambil bertelanjang dada dengan membawa parang di pinggang.
Jalanan di kampungku hanyalah tanah merah tanpa lapisan aspal. Setiap kali
hujan, lubang- lubang itu akan penuh terisi air dan akhirnya menjelma sebagai kubangan dalam,
lembek, dan licin. Kami memiliki truk dan sepeda motor. Namun, kami lebih sering memakai
kerbau dengan gerobak kayu sehingga tanah becek dan licin itu tidak pernah menjadi
masalah bagi kami. Keluargaku termasuk keluarga besar atau keluarga beranak banyak. Aku memiliki
sepuluh orang saudara kandung. Aku ingat, saat meninggalkan desaku, ibuku masih
mengandung. Ibuku menikah di usia 14 dan ayahku di usia 16 sebagaimana layaknya orang-orang
di desa. Memiliki anak yang banyak selalu berarti memiliki lebih banyak sumber daya
manusia untuk mengolah tanah di kampungku. Hal itu juga berarti adanya tambahan uang bagi
keluarga. Lagipula tidak ada apa pun yang menarik untuk dikerjakan di desaku di malam hari
yang hanya ada kesunyian panjang dan udara yang sangat dingin. Membuat anak adalah
hiburan tetap tiap kepala keluarga untuk mengisi malam-malam panjang mereka.
Ayahku gagah dan berbadan bak binaragawan. Ia benar-benar seorang lelaki sejati
dalam artian suaranya besar, tubuhnya berotot, senang bekerja keras, emosional, keras
kepala, dan senang melirik gadis-gadis cantik. Namun, ayahku adalah seorang yang jujur dan
polos. Aku dan saudara-saudaraku sepertinya lebih banyak mewarisi gen ayahku daripada ibu -
baik secara fisik maupun emosional. Aku adalah anak ketujuh yang entah bagaimana
selalu merasa ada yang salah dalam diriku. Seluruh keluargaku pekerja keras dan saking
kerasnya mereka bekerja, mereka cenderung lupa menggunakan otak mereka. Yang jelas semua
pekerjaan mereka dilakukan dengan otot. Secara pribadi, aku lebih senang
menggunakan otakku dalam bekerja. Namun, aku tetap saja mengencangkan otot-ototku karena
tugas dan kewajiban sebagai anggota keluarga selalu sulit untuk dihindari.
Di sekolah, aku lebih senang belajar, membaca buku, dan mempelajari hal-hal
baru. Tidak terlalu berminat untuk mengumpulkan teman dan belajar berkelahi dengan teman
sekolah yang berlainan desa. Namun, tetap saja berkelahi harus kupelajari secara
otodidak dan menyakitkan karena tidak mudah lepas dari masalah yang satu ini. Selain karena
pukulan dan tonjokan adalah bagian dari komunikasi antar pria di kampungku - tidak terkecuali
pada anak-anak - juga karena selalu ada anak dari desa lain yang dengan senang hati
memukulmu atau mengeroyokmu jika mendapatimu sedang sendirian. Jika orang bijak berkata
jangan dekati air apabila tidak mau basah - aku jelas tidak mau basah - masalahnya aku
tinggal di tengah lautan dengan curah hujan yang tinggi. Hal ini tidak dapat dielakkan
karena hanya ada satu sekolah untuk beberapa desa sekitar tempat kami. Jadi kami selalu bertemu
dengan ~ 35 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mereka, anak-anak dari desa lain yang selalu bermusuhan tanpa sebab. Dengan
demikian, berkelahi adalah salah satu keterampilan wajib yang harus kami kuasai di
sekolah, sejenis mata pelajaran utama. Berkelahi juga sudah seperti makanan sehari-hariku. Aku cukup mudah mengetahui
cara cepat menaklukkan lawan dan termasuk senang menyarangkan pukulan-pukulan pada
tempat-tempat yang tepat. Langsung melumpuhkan lawan daripada memukul puluhan
kali, tetapi tidak menghasilkan apa pun kecuali memar pada kedua belah pihak. Hal
inilah yang membuatku jarang diganggu, karena salah sedikit bisa saja mereka bakal tidak
punya anak kelak. Sesungguhnya aku sama sekali tidak suka berkelahi dan penakut. Namun, pernah
suatu hari saat aku masih kecil, aku pulang dalam keadaan menangis. Dengan polosnya, aku
mengadu pada ayah bahwa aku dipukuli oleh Joni, anak tetangga sebelah di sekolah. Ayahku
marah dan mengusirku keluar rumah sambil berteriak, "Kalau kau tidak memukulnya
kembali, kamu tidak boleh menginjakkan kaki di rumah ini lagi!"
Akhirnya, sambil menangis, mengusap ingus dengan lengan kecilku, dan menggigit
bibir, aku mendatangi rumah tetanggaku. Saat melihat ayah dan ibu Joni, aku terpaksa dengan
sopan memberi salam untuk permisi bertamu yang disambut hangat oleh mereka. Begini-
begini aku termasuk orang yang terkenal sopan dan santun di desaku. Saat itu, aku masuk ke
rumah mereka dengan sopan. Namun, saat berhadapan dengan Joni, aku langsung saja
meninju hidungnya tepat di depan kedua orang tuanya.
Karena Joni juga tidak mau kalah, kami berkelahi di depan ayah dan ibunya.
Akhirnya, aku dan Joni diantar kembali ke rumahku dalam keadaan luka bonyok. Kami berdua
menangis. Saat ayahku bertemu dengan ayahnya, mereka hanya tertawa dan kemudian membahas
masalah hama dan penyakit tanaman di ladang, juga tentang rencana panen bersama.
Mereka merasa tidak perlu terlalu mencampuri urusan anak-anak seperti kami. Lagipula
berkelahi adalah hal biasa. Jika orang tua mencampuri anak mereka terlalu banyak, hal itu


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

akan sangat membingungkan karena saat kedua orang tua kami sedang berbicara, aku dan Joni
yang tadi baru saja saling memukul kini sudah duduk bersama menikmati kue buatan ibuku
sambil berbicara tentang sekolah. Tepatnya, kami sedang menyusun sebuah rencana besar
untuk memukul Budi, anak dari desa lain yang suka menggangguku.
Kedua orang tua kami hanya tersenyum melihat kelakuan kami. Mereka tahu kadang
pukulan dan perkelahian bukan berarti hal buruk malah terkadang memberikan keakraban
yang dibutuhkan. Anak-anak mungkin akan marah dan saling memukul saat ini, tetapi
esok hari mereka sudah melupakan semuanya dan berteman kembali. Mereka tidak menyimpan
keburukan, kebencian, atau dendam dalam diri mereka. Mereka polos dan bebas.
~ 36 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Setidaknya itulah cara kami hidup di desa. Sejak saat itu, tidak masalah aku
menang atau kalah dalam perkelahian. Aku harus memberikan pukulan impas pada lawanku atau
aku tidak akan dapat pulang ke rumah. Kami juga lebih menghargai mereka yang bisa
memberikan perlawanan. Hidup di desa sangat mudah dan sederhana. Jika mereka tidak menyukai
sesuatu, mereka akan marah berteriak tepat di depan hidung lawan. Bahkan tidak jarang
memukul hidung lawan yang berakhir dengan perkelahian. Setelah itu selesai, mereka tidak
pernah mendendam. Tidak jarang, mereka yang pernah pukul-memukul hingga terluka dan
mengucurkan darah, terlihat duduk bersama menikmati makanan dan minuman di
acara-acara pesta atau rumah makan sambil bercanda dan saling mengagumi serta menghormati.
Dendam hanya bagi orang-orang picik. Kami membenci orang picik, karena kami
lelaki sejati yang selalu berkata jujur dan menunjukkan apa yang ada di hati kami.
Jika melihat nilai rapor sekolahku, mungkin aku bukan termasuk orang yang
cerdas. Pernah suatu kali aku dipanggil oleh guru karena mendapatkan nol besar pada pelajaran
matematika. "Tidak mungkin, bukankah semua jawabanku benar?" protesku saat itu.
Guru itu tersenyum sewot, "Cuma jawabannya yang benar, jalannya salah semua!
Ketahuan kalau kamu itu nyontek!" Murid-murid lainnya segera tertawa keras dengan sorak
riuh. Aku mengambil kertas jawaban dan hendak protes pada guruku. Namun, lelaki berambut
ikal yang sudah memutih itu seolah-olah mampu membaca pikiranku. Ia segera mengambil
penggaris kayu besar yang berukuran satu meter dan memukul papan tulis dengan keras, "Yang
benar itu persis seperti ini, semua jalan, rumus, titik, koma, dan angka-angkanya!"
Matanya melotot seolah hendak melompat keluar. "Jangan protes lagi!" tegasnya galak.
Wajahku jelas menjadi cemberut dan sewot. Aku merasa jalan dan rumus yang
kugunakan adalah benar dan lebih canggih daripada rumus yang diajarkannya. Aku memahami
rumus yang diajarkannya. Namun, aku juga menemukan beberapa rumus yang lebih keren
untuk digunakan dari beberapa buku matematikaku. Padahal, saat itu aku hendak
memamerkan kecanggihan rumus itu dan berharap mendapat pujian di depan teman. Alih-alih
mendapat pujian, aku malah mendapat nol besar. Padahal, aku telah bekerja keras dan
memaksakan diri memakai rumus terbaru yang rumit untuk mengangkat harkat, martabat, dan
derajatku di kelas serta menarik perhatian seorang murid perempuan terpintar di kelasku.
Untung tak dapat di raih malang tak dapat ditolak. Nasibku naas! Bukan
mendapatkan pujian, tetapi hanya malu yang kudapat. Awas, tunggu saja pembalasan ranjau
permen karet di tempat dudukmu! ~ 37 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kesalahan mungkin bukan pada guruku itu sebab selain dia sudah berumur hampir
60-an dan matematika yang diajarkan pada kami mungkin terakhir kali dipelajari olehnya 30-
an tahun lalu. Sialnya, teori usang itulah yang terus diajarkannya di kelas hingga saat
ini. Aku pernah mengintip buku paduan mengajarnya yang disesuaikan dengan kurikulum tahun di
saat ayahku masih bocah ingusan. Bukan hal aneh, karena pada akhirnya semua yang
dibutuhkan oleh kami di desa ini hanyalah rumus penambahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, rumus mencangkul, dan rumus membuat anak. Titik!
Aku harus mengakui bahwa sejak kecil aku adalah pengila buku; buku anak-anak,
buku cerita, buku cerita bergambar, buku ilmiah, buku pelajaran, dan tentu saja buku dewasa,
semuanya kubaca. Pada akhirnya semua yang pernah kubaca itu tidak berguna karena aku
lebih sering dipaksa ikut bekerja di ladang. Banyak melakukan pekerjaan berat membuatku
tumbuh sebagai lelaki yang berotot di setiap lekuk tubuhku seperti para lelaki gagah di
desaku. Namun, soal otak" Aku terpaksa pasrah saja. Kami adalah kerbau-kerbau dungu
berkekuatan besar jika memakai istilah orang-orang kota.
Pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang pengembala yang mendapat sebutir
telur elang" Ia meletakkan telur itu bersama telur-telur ayam untuk dierami. Pada saat
menetas, mereka terlihat sama. Meskipun demikian, anak elang itu merasa berbeda dengan
saudara- saudaranya. Seperti itulah perasaanku saat bersama dengan keluargaku. Aku merasa
berbeda meskipun tidak tahu apa yang membuatku berbeda. Aku selalu menginginkan
kehidupan yang lebih menarik dan lebih berwarna daripada kehidupan yang diserahkan orang
tuaku di depan mata: dua petak tanah untuk dikelola dan kebebasan memilih apakah aku akan
menanam tomat, kentang, ubi atau cabe di musim-musim tertentu.
Aku bahkan dipaksa untuk menanam bibit anak secepat mungkin!!!
Demi Tuhan, aku sangat ingin terbang bebas seperti elang yang terbang bebas di
langit. Melihat dunia dan seluruh isinya selagi masih hidup dan juga sebelum diikat
dengan Jaime, Jaime kecil. Aku pernah melihat sebuah iklan dengan tulisan "Keluarga" yang di
bawahnya terdapat gambar seseorang ayah yang sibuk dan kerepotan mengurusi anak-anak
bandelnya. Di samping lainnya terdapat gambar lain dengan tulisan "Bujangan" yang terlihat
seorang pria bujangan sedang tertawa bahagia dan memeluk beberapa pasangan lawan
jenisnya yang bertampang menarik dan seksi di kiri kanannya.
Para lelaki muda tentu mengerti perasaanku.
Sayangnya aku bukanlah orang yang dianugrahi keberuntungan itu. Sepertinya, aku
hanya ditakdirkan untuk mengolah tanah, berteman cangkul, dan menikah muda. Tawaran
putri- putri tetangga dan gadis dari desa tetangga sudah mulai berdatangan padaku.
Mungkin karena ~ 38 ~ - B L E S S E D H E A R T -
jelek-jelek begini kami termasuk keluarga terpandang dengan banyaknya warisan
tanah. Tentunya ditambah dengan keluarga kami yang termasuk bibit unggul dalam urusan
ketampanan wajah. Hidung mancung dan tubuh yang proposional sebagaimana layaknya
para pria seksi. Pernah ada suatu waktu saat masih kecil, aku bertemu seorang kakek tua - yang
katanya berasal dari kota. Ia sengaja datang ke desa kami yang kecil hendak tinggal
bersama kami. Orang-orang di desaku selalu percaya tamu adalah utusan Tuhan. Apalagi kakek itu
berumur 80 tahun dan masih terlihat sehat. Dia senang menceritakan kisah-kisah legenda
dan dongeng. Aku mempelajari banyak hal darinya, terutama tentang kehidupan di kota. Suatu
hari saat aku pulang dari sekolah dengan pakaian yang koyak dan bibir yang masih menyisahkan
darah akibat bertukar pukulan dengan teman sekolah, aku melihatnya sedang duduk
memancing di pinggir sungai. Aku menyapanya dan berjalan ke tempatnya. Aku duduk disampingnya
sambil menceburkan kaki ke sungai lalu mencuci bekas darah di wajahku.
"Kek ceritakan dongeng," pintaku padanya. Berapa kali pun dia menceritakan
dongeng, aku tetap menyukainya. Kakek itu tertawa sambil mengacak rambutku dengan tangannya yang tua dan
keriput. "Jaime, aku melihatmu hampir selalu mendengarkan dongeng-dongengku. Dongeng
manakah yang paling kau sukai?"
"Kisah pangeran menyelamatkan seorang putri dengan membunuh naga," kataku penuh
minat dan melompat berdiri penuh bersemangat. "Aku tidak akan pernah bosan
mendengar kisah itu." Kakek tertawa memperlihatkan gigi ompongnya. Kepalanya mengangguk-angguk. Ia
mulai mendongeng lagi dengan suaranya yang berirama indah seperti bersenandung. Ia
selalu berhasil membawaku melayang ke negeri para pangeran, putri dan naga sambil
ditemani gemericik air sungai mengalir deras. Pada akhir kisah itu, dia bertanya, "Apa
yang kamu sukai dari dongeng ini?"
Aku berdiri dan menepuk dada penuh kebanggaan, "Seorang lelaki sejati harus
berani melakukan apa pun demi orang yang dicintainya."
Kakek itu tertawa terbahak-bahak mendengar jawabanku. Aku merengut dan kembali
duduk di sampingnya. Aku merebahkan diri menatap pegunungan dan langit biru di atas
kami. Awan bergerak perlahan. Hening di antara kami berlangsung lama. Sepertinya dia
menungguku mengajukan pertanyaan selanjutnya. "Kek, aku pernah bermimpi beberapa
kali melihat seorang gadis yang kusukai menangis di depanku dan meminta
pertolonganku." Aku ~ 39 ~ - B L E S S E D H E A R T -
terdiam. Aku berdiri dan mengambil sebutir batu gepeng di dekatku lalu
melemparkannya ke permukaan sungai. Batu itu melompat tiga kali sebelum jatuh tenggelam. "Apakah
mimpiku akan menjadi kenyataan?"
"Mungkin," jawab kakek. Ia menarik tali pancingnya. "Apa yang kamu takutkan?"
Aku terdiam sesaat sebelum memberikan jawaban yang sudah menggangguku sejak
pertama kali mendengar dongeng itu. "Aku bukan seorang pangeran dan tidak memiliki
kerajaan, tapi aku berani mati demi seorang putri. Tidakkah putri itu akan menghina jika
mengetahui aku bukanlah seorang pangeran" Aku hanyalah anak seorang desa dengan sedikit warisan
tanah. Aku tidak memiliki istana dan harta berharga apa pun kecuali keberanian untuk
membunuh naga dan apa pun yang akan mengganggu tuan putriku."
Kakek itu melepaskan pancingnya dan menatapku dengan tatapannya yang lembut,
"Jaime, ingatlah. Kekayaan dan kekuasaan hanyalah kabut dalam kehidupan yang dapat
datang dan lenyap dengan cepat. Pada akhirnya yang dibutuhkan semua orang adalah ini,"
ujung jarinya menyentuh tengah dadaku. "Dada?" tanyaku polos.
"Hati." Ia tersenyum. "Hati yang bersih dan murni. Hati yang memaafkan. Hati
yang tidak pernah menyerah. Hati yang tulus mencintai. Hati yang penuh kelembutan dan
kekayaan hati lainnya. Dengan memiliki hati yang kaya dan bersih, dunia akan membukakan jalan
bagimu dan Tuhan akan menganugerahkan apa pun yang terbaik untukmu."
"Apakah seorang putri akan menerimaku jika aku memiliki kekayaan di hatiku?"
"Kamu akan menyelamatkan dunia ini," jawab kakek itu menatapku sungguh-sungguh
dan menyentuh kepalaku. Aku merasakan sebuah getaran ringan memasuki tubuhku dan
membuatku menjadi bersemangat.
Kata-kata itu membuatku terpesona untuk waktu yang lama. Hingga pada suatu hari
seorang teman sekelasku berkata bahwa seorang kakek tua yang suka mendongeng, baru saja
mengatakan dirinya akan menyelamatkan dunia dan kelak dirinya akan menjadi orang
besar. Hatiku tergetar dan menatap temanku yang kurus dan tersenyum bodoh itu.
Ayolah dia orang paling lemah di antara murid lelaki di sini, lagipula dia lebih
senang berkumpul dengan murid perempuan. Kakek sialan itu seharusnya membuat keputusan
tegas, aku atau temanku itu yang akan menyelamatkan dunia.
Saat itu dari tempat duduk lain seorang murid paling beringas dan bertubuh besar
mendadak berdiri sambil berteriak, "Kakek tua itu bilang aku yang akan menyelamatkan
dunia." ~ 40 ~

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- B L E S S E D H E A R T -
Dia juga" Berikutnya di sudut lain temanku juga berdiri dan berteriak, "Aku! Kakek itu
bilang akulah yang akan menyelamatkan dunia!" Tak berapa lama tampaknya hampir separuh murid
lelaki di kelas berdiri dan ribut mengatakan merekalah yang akan menyelamatkan dunia
seperti kata kakek itu. Baiklah! Kakek tua pikun itu tidak perlu membuat keputusan siapa yang akan
menjadi penyelamat dunia. Dia baru saja memutuskan untuk membuat sekelompok pasukan
penyelamat dunia. Tak berapa lama, murid senior dari ruangan kelas sebelah yang hanya dipisahkan
oleh ijuk berlubang juga berteriak hal yang sama. Bahwa merekalah yang akan menyelamatkan
dunia, saling ejek langsung terjadi. Hingga seorang berteriak, "Yang paling kuatlah
yang akan menyelamatkan dunia," dan semua murid pria berlarian keluar dari kelas menuju ke
lapangan untuk menjadi penyelamat dunia. Tampaknya kakek itu mengatakan hal yang sama
pada semua murid pria sekolah. Aku segera berdiri menyisingkan lengan baju dan
berjalan keluar kelas. Siapa pun yang berdiri terakhir akan berhadapan denganku. Seseorang harus
menendang bokong kakek pemberi harapan palsu itu dan menceburkannya ke dalam sungai.
Sore itu saat sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah dengan keadaan wajah
lembam biru dan baju yang robek akibat berkelahi, aku kembali menemukan kakek itu
sedang memancing dengan tenang. Aku memicingkan mata saat menatapnya dari jauh.
Perlahan- lahan aku meletakkan tas sekolahku di tanah. Aku mengendap-endap mendekati kakek
itu dari belakang tanpa suara. Saat tepat berada di belakangnya, kakiku telah
terayun hendak menendangnya. Namun, tiba-tiba menggantung di tengah udara.
Aku tidak tega menendang seorang kakek.
"Mengapa tidak menendang?" tanya kakek itu tanpa membalikkan badannya sama
sekali. "Aku baru saja hendak menendang," jawabku mengayunkan kakiku untuk menendangnya.
Namun, mendadak ia menggeser duduknya sehingga kakiku menendang angin kosong.
Dengan satu tangan, ia menangkap kakiku yang menggantung dan menariknya dengan
ringan. Aku tak sempat melakukan perlawanan karena tiba-tiba saja aku kehilangan
keseimbangan. Dengan satu gerakan kecil, tangan kakek itu mendorong punggungku. Hanya dalam
hitungan detik, aku telah terlempar dan melayang jatuh ke dalam sungai.
~ 41 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kakek itu tertawa terpingkal-pingkal hingga memperlihatkan gigi ompongnya saat
melihatku keluar dari sungai dalam keadaan basah kuyup. Aku berkali-kali terpeleset saat
mencoba keluar dari sungai. "Apa kamu memenangkan pertandingan itu?" tanyanya senang.
"Tentu saja!!" sahutku marah dan terus berjalan tidak mau menghiraukannya lagi.
"Untuk menyelamatkan dunia?"
"Bukan!!!" kataku kesal,"Aku tidak mau tuan putriku diambil mereka!"
*** Pada suatu pagi, tepatnya sekitar 4 tahun lalu, yang berarti 2 tahun setelah
hujan energi terjadi. Aku bermimpi indah. Seluruh tubuhku terasa begitu nyaman. Aku mimpi
sedang melayang jauh di atas langit, merasakan energi lembut mengalir di sela-sela
tubuhku, dan saat aku membuka mata antara mimpi dan sadar, aku mendapati diriku sedang melayang
beberapa meter di atas tempat tidur.
Setelah hujan energi enam tahun yang lalu, aku memang sering bermimpi sedang
terbang di atas awan, jalanan, sungai, dan pepohonan. Namun, semuanya hanya sebatas mimpi.
Tidak pernah sebelumnya aku merasa senyata ini dan jelas aku yakin tidak sedang
bermimpi. Pagi itu juga aku memberitahukan pada kedua orang tuaku untuk permisi minggat ke kota
selamanya dan bergabung dengan BtP yang berada di Graceland. Akan tetapi, ayah
dan ibuku tidak mengizinkan. Aku dianggap berbohong atau sedang bermimpi karena aku tidak
bisa membuktikan pada mereka bahwa aku dapat terbang. Sebenarnya saat itu, aku tidak
peduli apakah aku sedang bermimpi atau tidak. Aku hanya ingin segera keluar dari desa.
Aku sudah benar-benar muak dengan kehidupanku. Aku sudah menyelesaikan sekolahku. Bahkan,
hingga jenjang tertinggi menurut standar di desaku meskipun itu di bawah standar
wajib belajar yang ditetapkan pemerintah. Lagipula aku telah mengganggur setahun.
Selama setahun ini aku terus bekerja di ladang, hanya dengan otot. Otakku benar-benar
tertidur setahun penuh. Dan demi Tuhan Yang Maha Pengasih. Tolong selamatkanlah aku dari paras-paras
cantik yang akan segera mengikat kedua kaki dan kebebasanku untuk 80 tahun ke depan
bersamanya. Aku harus kabur secepat mungkin jika tidak ingin menikah dan
memiliki Jaime kecil. Aku sudah sangat gelisah, muak, dan ingin secepat mungkin melompat ke dunia luar
mencari kehidupanku sendiri. Tidak ada lagi cangkul, tanah, terik matahari, dan gadis-
gadis desa yang disodorkan setiap hari untukku. Tidak ada lagi hama, jamur, kutu, serangga,
pompa obat, dan bibit tanaman. Aku ingin jiwa dan ragaku berkelana liar. Demi Tuhan, aku ingin
mencari ~ 42 ~ - B L E S S E D H E A R T -
gadis-gadis cantik di kota yang berkulit putih seperti yang kulihat di televisi,
bukan mereka yang terbakar hitam oleh terik matahari, berbahu raksasa, berotot kawat dan
perkasa. Aku ingin gadis-gadis yang meneteskan air mata dan melunakkan hatiku saat mereka
marah bukan gadis-gadis yang akan melemparkan kursi, menonjok hidungku, atau mengacungkan
parang padaku. Akhirnya, siang itu juga masalah tersebut kutuntaskan secara jantan. Dengan
nekad, aku mengumpulkan pakaian seadanya lalu menumpang truk yang menuju ke kota. Aku
meninggalkan rumah dan kampung halamanku setelah baku hantam dengan ayahku.
Pipiku lembam membiru dan nyeri seakan mengigit-gigit perutku. Aku ingat berteriak
keras di depan rumah, "Aku tidak akan pulang ke rumah ini lagi sebelum aku berhasil."
Ayahku membalas dengan teriakan yang tak kalah, "Kalau tidak berhasil, lebih
baik kau tidak usah menjadi manusia sekalian."
Sepanjang perjalanan menumpang di belakang truk yang naik turun melindas jalanan
tidak rata, otakku menyusun rencana perjalanan jauh ke Markas Besar BtP di Graceland.
Aku akan melaporkan diri bahwa aku memiliki kekuatan. Aku adalah seorang alinergi.
Aku membuat rencana perjalanan dengan melewati jalan darat dan jalan laut dengan
total sekitar 8 hari. Sebenarnya, bisa saja aku memilih melewati jalur udara yang
lebih cepat, tetapi biaya yang harus aku keluarkan tentu lebih besar lagi. Berhubung uang simpananku
hanya ada ala kadarnya, aku terpaksa berhemat. Lagipula, aku masih ingin melihat
banyak tempat lain sebelum berkunjung ke Markas Besar BtP.
Di sela-sela perjalanan panjang yang kutempuh, aku mengusap pipiku yang bengkak
dan masih berdenyut nyeri. Sialan batinku. Si tua itu benar-benar perkasa.
Pukulannya sungguh menyakitkan dan aku sama sekali tidak melayangkan sebuah pukulan pun pada
ayahku, hanya pukulan kosong. Pikiranku kini jauh lebih tenang. Aku bisa membayangkan
kehidupanku yang akan lebih indah dan lebih menarik sedang menantiku.
Aku bebas! Aku sudah menitipkan surat wasiat yang berisi penyerahan dua petak tanah warisan
kakek yang menjadi hakku pada adik yang sedang dikandung ibuku. Gadis-gadis yang
dijodohkan denganku juga telah kuserahkan pada ayahku untuk diambil menjadi istri kedua,
ketiga, atau bahkan keseratus. Semoga dia bertambah muda dengan para gadis yang bahkan rata-rata mereka tidak
dapat membaca dengan benar. Aku bisa gila!
~ 43 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Berikutnya, aku menghabiskan 4 hari 5 malam di perjalanan darat. Aku berusaha
menikmati indahnya pemandangan di sepanjang perjalanan. Berusaha tak peduli pada kerasnya
tempat duduk bus yang kutumpangi. Aku bahkan sempat mabuk darat yang cukup parah karena
supir-supir bus malam yang menyetir secara gila-gilaan. Mereka melaju,
membunyikan klakson dan menyalip kendaraan-kendaraan di depan mereka sepanjang perjalanan
seperti jalan milik bapak mereka sendiri. Malangnya, aku hanya dapat rebah lemas selama
perjalanan. Sepanjang perjalanan, aku sempat beberapa kali mencoba untuk terbang. Aku
berhasil melayang di atas kursi dengan ketinggian 5 sampai 10 cm.
Aku jelas dapat terbang!!!
Meskipun dari ratusan kali mencoba terbang, aku hanya berhasil melayang dengan
sukses tidak melebihi hitungan jari-jariku. Tetap saja aku terbang. Aku menyadari untuk
dapat terbang aku harus benar-benar berkonsentrasi dan memusatkan pikiran secara
intens. Untuk mendapatkan perasaan terbang itu begitu sulit dan tipis, aku seolah-olah sedang
berusaha berjalan di atas seutas kawat besi. Tidak mungkin ada manusia yang dapat
berjalan di atas seutas kawat tanpa melalui proses berlatih.
Kalaupun ada, pastinya bukan aku yang bodoh ini.
Perasaan pada saat melayang itu begitu nyaman dan menakjubkan. Mungkin sama
seperti perasaan orang-orang yang berhasil berdiri di atas seutas kawat tipis di
ketinggian gedung berlantai 100. Di ketinggian itu, kita pastilah dapat merasakan banyak hal yang
menakjubkan sambil menghirup aroma kebebasan.
Setelah tiga kali berganti bus, aku melanjutkan perjalananku dengan jalur laut.
Sepanjang perjalanan, aku hanya dapat melihat kapal, langit, dan laut. Singkat kata, aku
tidak melihat apa pun yang menarik dalam perjalanan kali ini. Aku tahu Markas Besar BtP dan
masa depan baruku sudah menunggu di seberang lautan. Dengan mengingat semua itu, semangatku
membara sangat tinggi. Tepat sesuai dengan rencana perjalanan, aku berlabuh di dermaga Viginia pada
hari kedelapan. Dari pelabuhan, aku mengambil taksi yang menuju ke BtP Graceland
mengingat tidak ada satu pun bus umum yang menuju ke daerah itu. Entah karena kelelahan,
aku segera tertidur pulas di belakang kursi begitu aku memasuki taksi tersebut. Membuat
supir taksi terpaksa membangunkanku untuk menanyakan tujuanku. Aku melihat supir taksi itu
yang kelihatan sedikit berbeda dengan supir taksi yang tadinya menuntunku masuk ke
taksinya dari pelabuhan. Dengan samar aku menjawab dan merasa tubuhku begitu lelah seakan-akan
terbangun dari tidur panjang. Aku mencoba menggerak-gerakkan badanku untuk
menyegarkan diri dan mengintip keluar melalui jendela kaca taksi.
~ 44 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Dari pelabuhan, taksi tersebut memasuki kota Viginia terlebih dahulu dalam
perjalanan ke Markas Besar BtP. Viginia merupakan salah satu kota terbesar dan modern yang
hanya berjarak sekitar 55 km dari Graceland - tempat markas BtP berdiri. Kota ini benar-
benar lebih modern daripada sebuah kota kecil yang berbatasan dengan desaku. Orang-
orang berpakaian serba mewah dan keren terlihat memenuhi jalanan dan pertokoan.
Viginia membuatku merasa seperti seekor monyet yang baru saja memasuki pesawat luar
angkasa. Saat melihat waktu dan tanggal yang berada di papan-papan iklan di sepanjang
pinggiran jalan, aku baru menyadari telah melakukan perjalanan selama setahun delapan hari
dari desaku. Yang berarti setahun lebih lama dari rencanaku. Padahal, aku yakin
sekali hanya melakukan perjalanan selama delapan hari. Nasib baik, supir taksi yang ramah dan
baik hati itu dengan sabar menjelaskan bahwa mereka di Viginia memakai kalender waktu
internasional, yang berarti setahun lebih cepat dibandingkan dengan kalender
lama yang dipakai di desa-desa terpencil. Bahkan nadanya terdengar sedikit mengejek dan
tertawa saat

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengatakan tidak jarang taksinya mengantar orang-orang desa yang datang ke
Viginia yang belum mengetahui hal itu sehingga dia harus menjelaskannya berkali-kali. Aku
hampir saja menduga kalau diriku telah diculik oleh makhluk luar angkasa selama setahun
penuh. Sekitar 35 km sebelum mencapai Markas Besar BtP, aku melihat kecepatan argo
taksi yang membuatku harus menelan ludah dan menyentuh dompetku. Takut jika uangku takkan
cukup untuk membayarnya. Saat itu aku baru menyadari dompetku telah lenyap dari saku celana dan dengan
gelisah aku melirik pada ranselku yang menyimpan pakaian. Mungkin saja aku menyelipkan
dompetku di dalam ransel bersama telepon gengam dan lainnya. Namun, ternyata ranselku juga
tidak terlihat di dalam taksi membuatku bertanya pada supir tersebut.
"Ranselmu ada di bagasi," kata supir tersebut sambil menghentikan taksi, "Kamu
Kisah Pengelana Di Kota Perbatasan 7 Pendekar Rajawali Sakti 89 Pedang Halilintar Tiga Dara Pendekar 27
^