Pencarian

Macan Tutul Di Salju 2

Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather Bagian 2


Akselerator partikel" Samar-samar Langdon ingat pernah mendengar kata itu.
Pertama kali dia mendengar istilah itu pada acara makan malam dengan beberapa
rekannya di Dunster House di Cambridge. Salah seorang teman dan ahli fisika
bernama Bob Brownell pernah datang pada acara makan malam itu dengan marah.
"Bedebah itu sudah membatalkannya!" umpat Brownell. "Membatalkan apa?" tanya
teman-temannya. "SSC itu." "Apa?" "Superconducting Super Collider!" Seorang
kenalan mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu
Harvard sedang membangunnya." "Bukan Harvard!" serunya. "Tapi pemerintah Amerika
Serikat! Itu bisa menjadi akselerator partikel terkuat di seluruh dunia! Salah
satu dari proyek terpenting di abad ini! Dua miliar dolar sudah dikeluarkan
untuk riset itu dan Senat menghentikannya! Dasar pelobi gereja sialan!
Ketika Brownell berhasil menguasai dirinya, dia menjelaskan bahwa akselerator
partikel adalah tabung bundar yang besar di mana partikel sub-atomik dipercepat
di dalamnya. Magnet di dalam tabung itu dinyalakan dan dimatikan secara
bergantian dengan cepat untuk "mendorong" partikel-pertikel itu agar berputar
hingga mencapai kecepatan yang luar biasa. Partikel-partikel yang dipercepat
secara penuh bisa berputar di dalam tabung tersebut dengan kecepatan 180.000 mil
per detik. "Tetapi itu hampir mendekati kecepatan cahaya," seru salah satu dosen yang
berkumpul di situ. "Tepat," sahut Brownell. Kemudian dia melanjutkan penjelasannya dan berkata
bahwa dengan mempercepat partikel dan menumbukkan mereka dari dua arah yang
berlawanan, para ilmuwan dapat menghancurkan partikel-partikel tersebut sampai
mendapatkan unsur pokok yang membentuknya sehingga kita dapat mengetahui
komponen alam yang paling dasar. "Akselerator partikel," kata Brownell, "adalah
hal penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan di masa mendatang. Partikel yang
bertabrakan merupakan kunci untuk memahami kumpulan balok yang membangun alam
semesta." Charles Pratt, seorang penulis buku Poet in Residence dari Harvard yang pendiam,
tampak tidak terkesan. "Menurutku itu seperti manusia purba yang sedang berusaha
memahami ilmu pengetahuan. Itu sama saja dengan menghancurkan sebuah jam hanya
untuk melihat bagaimana mesin di dalamnya bekerja."
Brownell menjatuhkan garpunya dan bergegas meninggalkan ruangan dengan marah.
Jadi CERN memiliki akselerator partikel" pikir Langdon, ketika lift vane membawa
mereka bergerak turun. Sebuah
* Partikel sub-atomik yang terbuat dari quark dan tunduk
tabung untuk menghancurkan partikel. Dia bertanya-tanya mengapa mereka hams
menguburnya di bawah tanah.
Ketika lift itu akhirnya berhenti di lantai dasar, Langdon merasa lega ketika
merasakan tanah yang padat di kakinya. Tetapi ketika pintu lift bergeser
terbuka, rasa leganya menguap. Robert Langdon sekali lagi menyadari kalau
dirinya tengah berdiri di dunia yang benar-benar asing.
Mereka menemukan gang yang terentang tanpa terlihat ujungnya di kedua sisi kiri
dan kanan lift. Gang itu adalah terowongan berdinding semen halus, dan cukup
lebar untuk dilalui truk beroda delapan belas. Tempat mereka berdiri terang
benderang, tapi ujung gang itu gelap seperti melihat sumur tanpa dasar. Sebuah
peringatan bagi Langdon bahwa mereka berada di dalam perut bumi sekarang. Dia
seolah dapat merasakan beban tanah dan batu yang sekarang menumpuk di atas
kepalanya. Sesaat dia merasa seperti seorang bocah berusia sembilan tahun ...
kegelapan itu memaksanya kembali ... kembali merasakan kegelapan selama lima jam
yang masih menghantuinya hingga kini. Sambil mengeraskan tinjunya, Langdon
berusaha melawan perasaan itu.
Vittoria tetap berdiam diri ketika mereka keluar dari lift dan kemudian dia
berjalan sendirian memasuki kegelapan tanpa ragu. Di atasnya terlihat lampu
menyala untuk menerangi jalan bagi Vittoria. Efeknya sungguh luar biasa ...
sepertinya terowongan ini menyambut tiap langkahnya. Langdon dan Kohler
mengikutinya, dan berjalan beberapa langkah di belakang perempuan itu. Lampu di
belakang mereka segera padam secara otomatis.
pada gaya yang besar - peny.
"Akselerator partikel itu berada di suatu tempat di
terowongan ini?" tanya Langdon perlahan. "Alat itu ada di sana." Kohler
menggerakkan tangannya ke sebelah kirinya di mana tabung yang terbuat dari krom
yang mulus dipasang di sepanjang dinding terowongan tersebut.
Langdon menatap tabung itu dengan bingung. "Itu akseleratornya?" Alat itu tidak
tampak seperti yang dibayangkannya. Alat itu betul-betul lurus, dengan diameter
kira-kira sebesar tiga kaki dan membentang secara horizontal di sepanjang
terowongan sampai akhirnya menghilang dalam kegelapan. Lebih terlihat seperti
sebuah saluran berteknologi tinggi, pikir Langdon. "Kukira percepatan partikel
itu berbentuk bundar."
"Akselerator ini memang bundar," sahut Kohler. "Memang terlihat lurus, tetapi
itu hanyalah tipuan penglihatan. Keliling terowongan ini sangat besar sehingga
lengkungannya tidak terlihat - seperti bumi."
Langdon terheran-heran. Terowongan ini berbentuk bundar" "Tetapi ... lingkaran
itu pasti luar biasa besar!"
"LHC merupakan mesin terbesar di dunia." Langdon masih melongo. Dia ingat pilot
yang membawanya ke sini pernah menyebutkan sesuatu tentang sebuah mesin
berukuran luar biasa besar yang ditanam di dalam tanah. Tetapi -
"Terowongan ini berdiameter lebih dari delapan kilometer ... dan panjangnya 27
kilometer." Kepala Langdon terasa seperti berputar. "Dua puluh tujuh kilometer?" Dia menatap
sang direktur, kemudian berpaling kembali untuk memandang kegelapan di
hadapannya. "Terowongan ini panjangnya 27 kilometer" Itu ... itu berarti lebih
dari enam belas mil!"
Kohler mengangguk. "Terowongan ini berbentuk bulat sempurna. Dia terentang
sampai ke Perancis sebelum berbalik lagi ke sini, ke titik ini. Partikel-
pertikel yang dipercepat sepenuhnya itu mengelilingi tabung ini lebih dari
sepuluh ribu kali dalam satu detik sebelum mereka saling bertabrakan.
Kaki Langdon terasa seperti meleleh ketika dia memandang ke dalam terowongan
yang menganga lebar itu. "Jadi maksudnya CERN menggali jutaan ton tanah hanya
untuk menghancurkan partikel-partikel kecil?"
Kohler mengangkat bahunya seperti menganggapnya sebagai hal yang sepele. "Kadang
kala, untuk menemukan kebenaran, orang harus memindahkan gunung.
16 RATUSAN MIL JAUHNYA dari CERN, sebuah suara berderak melalui sebuah walkie-
talkie. "Baik, aku berada di koridor."
Teknisi yang memantau layar video di ruang kontrol menekan sebuah tombol pada
transmiternya. "Kamera nomor 86 itu seharusnya berada di ujung."
Percakapan mereka di radio berhenti lama. Teknisi yang menunggu mulai
berkeringat. Akhirnya radionya berbunyi klik.
"Kamera itu tidak ada di sini," kata suara itu. "Aku dapat melihat tempat kamera
tersebut terpasang sebelumnya. Seseorang pasti sudah memindahkannya."
Teknisi itu menghela napas berat. "Terima kasih. Tunggu sebentar, ya?"
Dengan mendesah dia mengarahkan kembali perhatiannya pada sekumpulan layar video
di hadapannya. Kompleks yang luas lt;u memang terbuka untuk umum, dan mereka
pernah kehilangan beberapa kamera nirkabel sebelumnya. Biasanya dicuri oleh
pengunjung yang mencari kenang-kenangan. Tetapi biasanya kalau ada kamera yang
hilang dan dibawa keluar dari jangkauan gelombang mereka, layar monitor akan
terlihat kosong. Dengan bingung, sang teknisi memandang layar monitor di
hadapannya. Dia masih bisa melihat gambar yang sangat jelas dari kamera nomor
86. Jika kamera itu dicuri, kenapa kita masih mendapatkan sinyal" tanyanya dalam
hati. Tentu saja dia tahu hanya ada satu
jawaban untuk itu. Kamera itu masih ada di kompleks ini, dan seseorang telah
memindahkannya. Tetapi siapa" Dan mengapa"
Lama dia mengamati layar itu. Akhirnya dia mengangkat walkie-talkie-nyz. "Apakah
ada gudang di ruang tangga" Lemari atau ruangan kecil yang gelap?"
Suara itu menjawab dengan suara bingung. "Tidak. Kenapa?"
Teknisi itu mengerutkan keningnya. "Tidak apa-apa. Terima kasih atas
pertolonganmu." Dia lalu mematikan walkietalkienya. dan mengerutkan bibirnya.
Dengan memperhitungkan ukuran kamera itu yang kecil, teknisi itu tahu kalau
kamera nomor 86 dapat saja menyiarkan gambar dari mana pun di dalam kompleks
yang padat itu. Kelompok bangunan itu terdiri atas 32 gedung dan berdiri di atas
tanah beradius setengah mil yang terjaga ketat. Satusatunya kemungkinan adalah
kamera itu telah diletakkan di sebuah tempat yang gelap. Tentu saja, hal itu
tidak banyak membantu. Kompleks ini tentu memiliki banyak tempat gelap - lemari
ruang pemeliharaan, saluran pemanas, tempat penyimpanan peralatan berkebun,
lemari penyimpan perlengkapan kamar tidur, bahkan sebuah labirin terowongan
bawah tanah. Untuk menemukan kamera nomor 86 bisa memakan waktu sampai
berminggu-minggu. Paling tidak itulah masalahnya, pikirnya. Selain masalah yang
disebabkan oleh sebuah kamera yang berpindah tempat secara misterius itu, masih
ada masalah lain yang lebih menganggu. Sang teknisi menatap gambar yang
ditayangkan oleh kamera di hadapannya. Benda yang terlihat di layar pemantau itu
adalah benda yang tidak bergerak. Sebuah mesin modern yang belum pernah
dilihatnya. Dia mengamati tampilan elektronik yang berkedip di dasar benda
tersebut. Walau penjaga itu pernah menjalani pelatihan keras untuk mempersiapkan dirinya
dalam menghadapi keadaan yang penuh ketegangan, jia masih saja merasakan denyut
jantungnya meningkat. Dia mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak panik.
Pasti ada penjelasan mengenai benda itu. Benda itu terlalu kecil untuk dikatakan
berbahaya. Namun, keberadaannya di dalam kompleks itu adalah masalah baginya.
Sebuah masalah yang sangat mengganggu. Benar-benar hari yang istimewa, pikirnya.
Keamanan selalu menjadi prioritas utama bagi atasannya, tetapi hari ini adalah
hari yang tidak biasa dalam kurun waktu dua belas tahun dari karirnya. Teknisi
itu memerhatikan benda itu dalam waktu yang lama dan mulai merasakan badai
menggemuruh dari kejauhan.
Lalu, dengan dahi berkeringat, dia memutar nomor telepon atasannya.
17 TIDAK BANYAK ANAK yang ingat bagaimana mereka pertama kali bertemu dengan ayah
mereka, tetapi Vittoria Vetra masih dapat mengingatnya dengan jelas. Waktu itu
dia masih berusia delapan tahun dan tinggal di suatu asrama yatim piatu Katolik
bernama Orfanotrofio di Siena yang terletak di dekat Florence. Vittoria
ditinggalkan oleh orang tuanya yang tidak pernah dikenalnya. Saat itu hari
sedang hujan. Para biarawati memanggilnya dua kali untuk makan malam, tetapi
seperti biasanya, dia berpura-pura tidak mendengar. Dia berbaring di lapangan
dan memandangi rintik hujan ... merasakan butirannya jatuh di atas tubuhnya ...
mencoba menerka ke mana butiran berikutnya akan jatuh. Para arawati 'tu
memanggilnya lagi, kali ini sambil mengancam kalau penyakit pneumonia bisa
membuat seorang anak yang keras kepala kehilangan rasa ingin tahunya terhadap
alam. Aku tidak dapat mendengarmu, kata Vittoria pada dirinya sendiri.
Gadis kecil itu basah kuyup ketika seorang pastor datang menjemputnya. Dia tidak
mengenali lelaki itu. Lelaki itu orang baru di situ. Vittoria sudah bersiap-siap
untuk menghadapi lelaki yang diduganya akan mencengkeramnya dan menariknya ke
dalam. Tetapi pastor itu tidak melakukannya. Dia bahkan ikut berbaring dengannya
sehingga membuat jubahnya terendam di dalam kubangan air. Vittoria menjadi
sangat heran. "Para biarawati cerita kalau kamu banyak bertanya," kata
lelaki muda itu. Vittoria menggerutu. "Apakah bertanya itu jelek?" Lelaki itu
tertawa. "Wah, sepertinya cerita para suster itu
benar." "Apa yang kamu lakukan di sini?" "Sama seperti yang kamu lakukan ...
bertanya-tanya kenapa butiran hujan jatuh." "Aku tidak bertanya-tanya mengapa butiran hujan itu jatuh!
Aku sudah tahu!" Pastor itu menatapnya heran. "Kamu tahu?" "Kata Suster
Francisca, butiran air hujan itu adalah air mata
malaikat yang jatuh untuk mencuci dosa-dosa kita." "Wow!" serunya kagum. "Jadi
begitu penjelasannya." "Tentu saja tidak!" sergah gadis kecil itu. "Tetesan
hujan jatuh karena semua benda jatuh! Semua benda jatuh! Tidak hanya air hujan!"
Pastor muda itu menggaruk-garuk kepalanya, pura-pura bingung. "Nona muda, kamu
benar. Semua benda memang jatuh. Itu pastilah karena gaya tarik bumi." "Karena
apa?" Pastor muda itu mengangkat bahunya dengan lagak sedih.
"Jadi kamu belum pernah mendengar tentang gravitasi?" Vittoria duduk. "Apa itu
gravitasi?" tanyanya. "Katakan
padaku." Pastor itu mengedipkan matanya. "Bagaimana kalau aku
eritakannya padamu sambil makan malam?" Pastor muda itu adalah Leonardo Vetra.
Walaupun dia pernah meraih penghargaan sebagai mahasiswa fisika berbakat di
universitas, tapi dia juga mendengar panggilan lainnya dan belajar di seminari.
Leonardo dan Vittoria pun akhirnya bersahabat di dunia para biarawan yang dingin
dan penuh dengan peraturan. Vittoria membuat Leonardo tertawa, dan pastor muda
itu melindunginya, mengajarinya tentang berbagai hal indah seperti pelangi dan
sungai yang memiliki kisahnya sendiri. Dia juga menceritakan kepada gadis kecil
itu tentang cahaya, planet-planet, bintang-bintang dan alam, baik dari sisi
Tuhan maupun dari sisi ilmu pengetahuan. Kecerdasan Vittoria dan rasa ingin
tahunya yang besar membuat Leonardo senang mengajarinya. Leonardo pun
menganggapnya sebagai putrinya sendiri.
Vittoria juga merasa bahagia. Sebelumnya gadis kecil itu tidak pernah tahu
betapa senangnya mempunyai seorang ayah. Ketika semua orang dewasa menjawab
pertanyaannya dengan memukul tangannya, Leonardo malah menunjukkan bukubukunya
selama berjam-jam kepadanya. Bahkan Leonardo juga menanyakan apa pendapat gadis
kecil itu. Vittoria berdoa agar Leonardo tinggal bersamanya selama-lamanya.
Kemudian suatu hari mimpi terburuknya menjadi kenyataan. Bapa Leonardo
mengatakan padanya kalau dia harus pergi meninggalkan rumah yatim piatu itu.
"Aku pindah ke Swiss," kata Leonardo menjelaskan. "Aku mendapatkan beasiswa
untuk belajar fisika di University of Jenewa."
"Fisika?" seru Vittoria. "Tapi kupikir kamu mencintai Tuhan!"
"Aku memang sangat mencintai-Nya. Karena itulah aku ingin mempelajari aturan-
aturan-Nya. Hukum-hukum fisika adalah kanvas yang digunakan Tuhan untuk
melukiskan adi karya-Nya."
Vittoria sangat bersedih. Tetapi Bapa Leonardo masih punya berita lain. Dia
bercerita kalau dia telah berbicara dengan atasannya, dan mereka mengizinkan
Bapa Leonardo mengadopsi Vittoria. "Bolehkah aku mengadopsimu?" tanya Leonardo.
"Apa arti mengadopsi?" tanya gadis kecil itu. Lalu Bapa Leonardo pun
menjelaskannya. Vittoria memeluknya selama lima menit dan menangis
karena bahagia. "Ya! Oh ya aku mau!"' Leonardo berkata dia harus pergi sementara
waktu untuk mempersiapkan rumah mereka di Swiss. Tetapi dia berjanji akan
menjemput Vittoria enam bulan mendatang. Itu merupakan penantian yang terpanjang
baginya, tetapi Leonardo menepati janjinya. Tepat lima hari sebelum ulang tahun
Vittoria kesembilan, gadis cilik yang cerdas itu pindah ke Jenewa. Dia
bersekolah di Geneva International School pada siang hari dan belajar bersama
ayahnya pada malam hari. Tiga tahun kemudian Leonardo Vetra menjadi pegawai CERN. Vittoria dan Leonardo
pindah ke sebuah tempat mengagumkan yang belum pernah dibayangkan oleh Vittoria
kecil sebelumnya. VITTORIA VETRA SEPERTI mati rasa ketika dia berjalan di sepanjang terowongan
LHC. Dia melihat pantulan bayangannya di dinding dan mulai merindukan ayahnya.
Biasanya dia selalu mampu mengatasi situasi dengan sangat tenang dan
menyesuaikan diri dengan baik. Tapi sekarang, dengan sangat tiba-tiba segalanya
seperti tidak masuk akal. Tiga jam terakhir tadi seperti berjalan dengan samar-
samar. Saat itu baru pukul 10 pagi di Pulau Balearic ketika Kohler meneleponnya. Ayahmu
telah dibunuh. Pulanglah segera. Walaupun saat itu Vittoria berada di atas dek
perahu yang sangat panas, kata-kata itu berhasil membekukan tulang belulangnya
ketika mendengar suara Kohler yang tanpa ekspresi itu mengabarkan berita duka
tersebut. Sekarang Vittoria sudah berada di rumah. Tetapi rumah siapa" CERN yang sudah
menjadi dunianya sejak dia masih berusia dua belas tahun tiba-tiba tampak begitu
asing baginya. Ayahnya, lelaki yang telah membuat tempat ini menjadi ajaib dan
menyenangkan, sekarang sudah pergi.
Tarik napas dalam, katanya pada diri sendiri, tetapi dia tidak A at menenangkan
pikirannya. Pertanyaan itu berputar cepat dan semakin cepat. Siapa yang membunuh
ayahnya" Dan kenapa" Siapa "ahli" dari Amerika ini" Kenapa Kohler mendesaknya
untuk melihat lab mereka"
Kohler bilang ada bukti yang mungkin menghubungkan pembunuhan ayahnya itu dengan
proyeknya yang terakhir. Bukti apa" Tidak ada seorangpun yang tahu apa yang
sedang kami lakukan! Dan bahkan jika seseorang mengetahuinya, mengapa dia
membunuh ayahnya" Ketika dia berjalan di sepanjang terowongan LHC untuk menuju ke labnya, Vittoria
sadar dia akan membuka cita-cita terbesar ayahnya tanpa kehadiran ayahnya
sampingnya. Vittoria membayangkan saat seperti ini dengan keadaan yang sangat
berbeda. Dia membayangkan ayahnya mengundang ilmuwanilmuwan terpenting di CERN
untuk datang ke labnya, lalu menunjukkan penemuannya kepada mereka, dan melihat


Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wajah mereka yang terperangah. Lalu ayahnya akan menjelaskan dengan binar-binar
kebapakan kalau tidak karena gagasan Vittoria, dia tidak akan mampu mewujudkan
proyek ini dengan berhasil ... dan anak perempuannya adalah bagian integral dari
terobosannya itu. Vittoria merasa tenggorokannya tercekat. Ayahku seharusnya
berbagi saat-saat seperti ini bersama-sama. Tapi dia sekarang sendirian. Tidak
ada rekan-rekannya. Tidak ada wajah-wajah gembira. Hanya ada orang Amerika yang
tidak dikenalnya, dan Maximilian Kohler. Maximilian Kohler. Sang Raja. Bahkan
sejak dia masih kecil pun, Vittoria sudah tidak enyukai lelaki itu. Walaupun
Vittoria menghormati kemampuan intelektual Kohler, pembawaannya yang dingin
tampak tidak munusiawi, dan sangat berlawanan dengan pembawaan ayahnya yang
hangat. Kohler memburu ilmu pengetahuan karena logikanya yang tak tercela ...
sedangkan ayahnya karena kekaguman spiritualnya. Dan anehnya, kedua orang itu
tampaknya dapat saline menghormati. Jenius, terimalah si jenius apa adanya,
seseorang pernah mengatakan hal itu kepadanya. Jenius, pikir Vittoria,
Ayahku ... Ayah. Ayahku sudah mati.. Mereka memasuki lab Leonardo Vetra yang
berupa serambi panjang yang bebas hama dan berdinding keramik putih. Langdon
merasa seolah dia sedang memasuki semacam rumah perawatan bagi penderita sakit
jiwa di bawah tanah. Di dinding koridor tersebut terpasang belasan bingkai
berisi gambargambar hitamputih. Walau Langdon memiliki karir dengan mempelajari
berbagai jenis gambar, gambar-gambar yang berderet di dinding itu terlihat
begitu asing baginya. Mereka tampak seperti klise film yang kacau yang terdiri
atas coratcoret dan bentuk spiral. Seni modern" Langdon merasa geli sendiri.
Mungkin ini adalah karya Jackson Pollok yang berusaha untuk melukis amphetamine.
"Plot acak," kata Vittoria ketika melihat ketertarikan Langdon pada gambar-
gambar tersebut. "Itu adalah citra komputer yang menggambarkan benturan yang
terjadi pada partikel-partikel. Ini adalah partikel Z," jelasnya, sambil
menunjuk pada sebuah titik tersembunyi yang sulit terlihat oleh orang awam.
"Ayahku menemukannya lima tahun yang lalu. Energi murni. Sama sekali tidak
memiliki massa. Mungkin saja itu merupakan unsur terkecil yang membentuk alam
ini. Materi tidak lain adalah energi yang terperangkap."
Materi adalah energi" Langdon memiringkan kepalanya. Terdengar sangat Zen.
Langdon lalu memandang coretan kecil di foto itu dan bertanya-tanya apa yang
akan dikatakan oleh temantemanya dari jurusan fisika di Harvard tentang hal ini
kalau dia bercerita kepada mereka dia berjalan-jalan di dalam sebuah Large
Hadron Collider dan mengagumi partikel Z pada suatu akhir pekan.
"Vittoria," kata Kohler ketika mereka mendekati sebuah pintu
"Aku harus mengatakan ini padamu kalau tadi pagi aku ke sini mencari ayahmu."
Vittoria agak terkejut. "Benarkah?" "Ya. Dan bayangkan bagaimana terkejutnya aku
ketika aku meneetahui kalau dia sudah mengganti kunci keamanan standar CERN
dengan yang lainnya." Lalu Kohler menunjuk sebuah alat elektronik yang rumit di
samping pintu itu. "Aku minta maaf," kata Vittoria. "Kamu tahu bagaimana perangai ayahku jika
menyangkut privasi. Ayah tidak mau ada seorang pun yang dapat memasuki ruangan
ini kecuali dirinya dan aku."
"Baiklah. Sekarang buka pintunya," kata Kohler. Vittoria berdiri diam beberapa
saat. Dia kemudian menarik napas dalam, dan berjalan menuju ke alat pengaman di
dinding itu. Langdon sama sekali tidak siap untuk menghadapi apa saja yang akan terjadi
setelah itu. Vittoria melangkah ke depan alat itu dan dengan berhati hati menempelkan mata
kanannya ke atas lensa menonjol yang mirip seperti sebuah teleskop. Kemudian dia
menekan sebuah tombol. Tiba-tiba terdengar suara ceklikan. Tak lama kemudian,
seberkas sinar berayun-ayun untuk memindai bola mata Vittoria seperti mesin foto
kopi. Ini sebuah alat pemindai retina," kata Vittoria menielaskan. iengaman yang tidak
pernah gagal. Alat ini hanya menerima dua pola retina. Retinaku dan retina
ayahku." Robert Langdon berdiri dengan rasa ngeri ketika menyadari sesuatu dalam
pikirannya. Bayangan jelas Leonardo Vetra muncul kembali: wajah bermandikan
darah, mata cokelatnya yang tinggal satu yang menatapnya nanar, dan rongga mata
yang kosong. Langdon mencoba menolak kenyataan ini, tetapi dia kemudian
melihatnya ... di lantai keramik putih yang terdapat di bawah alat pemindai
itu ... samar-samar terlihat noda kemerahan. Darah kering. Untunglah Vittoria
tidak melihatnya. Pintu baja itu bergeser terbuka dan Vittoria berjalan masuk.
Kohler menatap Langdon dengan tatapan tajam. Maksudnya jelas: Seperti yang aku
bilang ... bola mata yang hilang itu berguna untuk tujuan yang lebih penting.
18 KEDUA TANGAN PEREMPUAN itu diikat, dan pergelangan tangannya sekarang memar dan
agak membengkak. Si Hassassin yang berkulit gelap itu terbaring di sampingnya,
kecapekan, dan mengagumi hadiahnya yang terbaring telanjang. Dia bertanyatanya
apakah perempuan itu hanya pura-pura tertidur karena sudah tidak mau melayaninya
lagi. Dia tidak peduli. Dia sudah mendapatkan hadiah yang pantas. Dengan puas, dia
duduk di atas tempat tidur.
Di negeri nya, perempuan adalah harta yang untuk dimiliki. Mereka adalah makhluk
yang lemah. Alat untuk mendapatkan kepuasan. Benda bergerak yang diperlakukan
seperti hewan ternak. Dan mereka mengerti tempat mereka seharusnya. Tetapi di
sini, di Eropa, perempuan berpura-pura kuat dan mandiri yang ternyata malah
membuat si Hassassin senang dan bergairah. Memaksa mereka untuk tunduk kepadanya
adalah pemuasan yang selalu dinikmatinya.
Sekarang, walau birahinya telah terpuaskan, si Hassassin merasakan nafsu lain
yang berkembang dalam dirinya. Dia membunuh kemarin malam, membunuh dan
memotong-motong mayatnya. Baginya, membunuh adalah candu ... tiap kali
melakukannya, dia merasakan kepuasaan yang hanya bertahan untuk saja sehingga
membuatnya ingin melakukannya lagi dan keputusasaannya sudah menghilang.
Sekarang dia ingin merasakannya lagi.
Dia mengamati perempuan yang tertidur di sampingnya. Si Hassassin meraba leher
perempuan itu dan merasa terangsang oleh pemikiran kalau dia dapat dengan mudah
mengakhiri hidup perempuan itu dengan cepat. Tapi apa gunanya" Perempuan
hanyalah pelengkap, sebuah alat untuk mencapai kenikmatan dan makhluk yang
bertugas untuk melayani. Jemarinya yang kuat mengitari leher perempuan itu dan
merasakan denyut nadinya yang lembut. Kemudian, dia berusaha menahan nafsunya
dan memindahkan tangannya dari leher perempuan tersebut. Ada pekerjaan yang
lebih penting yang harus dilakukannya. Melayani sebuah tujuan yang lebih tinggi
daripada sekadar memuaskan gairahnya.
Ketika dia bangkit dari tempat tidurnya, dia merasa bangga dengan pekerjaan yang
akan dilakukannya. Dia masih tidak dapat membayangkan pengaruh lelaki bernama
Janus itu dan persaudaraan kuno yang diperintahnya. Hebatnya lagi, persaudaraan
tersebut sudah memilihnya. Mereka pasti sudah mengetahui kesadisannya ... dan
keahliannya. Sayang, dia tidak tahu kalau akar mereka saling bertautan.
Sekarang mereka telah memberikan kehormatan besar kepadanya. Dia menjadi tangan
dan suara mereka. Si pembunuh dan pembawa pesan mereka seperti malaikat yang
dikenal oleh bangsanya: Malak al haq - Malaikat Kebenaran.
19 LABORATORIUM VETRA TERNYATA sangat futuristik.
Dengan dinding berwarna putih yang dikelilingi oleh berbagai mputer dan
perlengkapan elektronik khusus, laboratorium itu tampak seperti semacam ruang
pengoperasian. Langdon bertanyatanya rahasia apa yang mungkin ada di dalam
ruangan ini sehingga bisa membuat seseorang mencungkil bola mata orang lain
untuk dipergunakan sebagai kunci masuk.
Kohler tampak gelisah ketika mereka masuk. Matanya seolah mencari-cari tanda-
tanda kalau ruangan ini sudah disantroni orang lain. Tetapi laboratorium itu
kosong. Vittoria juga bergerak lambat ... seolah lab itu menjadi asing baginya
tanpa kehadiran ayahnya. Tatapan mata Langdon segera tertuju pada bagian pusat ruangan, tempat beberapa
pilar pendek mencuat dari lantai. Seperti miniatur Stonehenge, pilar tersebut
terbuat dari baja berkilap dan berjumlah sekitar dua belas serta berdiri
membentuk lingkaran di tengah ruangan. Pilar-pilar tersebut tingginya kira-kira
tiga kaki, dan mengingatkan Langdon pada pameran batu mulia di museum. Tapi,
pilar-pilar yang ada di ruangan itu jelas bukan untuk menopang batu mulia.
Setiap pilar menopang sebuah tabung tebal tembus pandang seukuran kaleng bola
tenis. Tabung-tabung itu tampaknya kosong.
Kohler menatap tabung-tabung itu dan tampak bingung. Tampaknya dia kemudian
memutuskan untuk mengabaikan tabung-tabung itu. Dia lalu berpaling pada
Vittoria. "Ada yang dicuri?"
"Dicuri" Bagaimana mungkin?" sanggah Vittoria. "Alat pengenal retina itu hanya
memperbolehkan aku dan ayahku untuk memasuki ruangan ini." "Periksa saja
laboratoriummu dengan cermat." Vittoria mendesah dan memeriksa ruangan itu
selama beberapa saat. Dia kemudian menggerakkan bahunya. "Semuanya masih seperti
ketika ayahku meninggalkan ruangan ini. Masih tetap berantakan."
Langdon merasa bahwa Kohler sedang menimbang nimbang. Seolah lelaki tua itu
bertanya-tanya bagaimana caranya untuk mendesak Vittoria dan bagaimana dia dapat
mengatakannya pada perempuan itu. Tapi kemudian, Kohler memutuskan untuk
membiarkannya sementara waktu. Dia lalu menggerakkan kursi A va ke bagian tengah
ruangan dan memeriksa sekelompok tabung-tabung misterius yang tampaknya kosong
itu. "Rahasia sepertinya sebuah kemewahan yang tidak lagi dapat kami pertahankan,"
akhirnya Kohler berkata. Vittoria mengangguk setuju. Tiba-tiba dia tampak emosional, seolah berdiri di
dalam ruangan ini kembali mengingatkan dirinya pada sejumlah kenangan dengan
ayahnya. Biarkan dia sendiran, kata Langdon dalam hati. Seolah sedang
mempersiapkan sesuatu yang akan dikatakannya, Vittoria menutup matanya dan
bernapas. Dia kemudian menarik napas lagi. Dan lagi. Dan lagi ....
Langdon mengamati perempuan itu. Tiba-tiba dia merasa khawatir. Dia baik-baik
saja, 'kan" Lalu dia menoleh ke arah Kohler yang tampak tenang seperti sudah
pernah melihat ritual seperti ini sebelumnya. Sepuluh detik berlalu sebelum
akhirnya Vittoria membuka matanya.
Langdon tidak dapat memercayai perubahan di hadapannya itu. Vittoria Vetra telah
berubah. Bibirnya yang sensual berubah menjadi ciut, bahunya melorot, dan
matanya memandang dengan sorot yang lemah; tidak lagi menunjukkan tatapan
menantang. Seolah-olah Vittoria telah mengatur kembali setiap otot dalam
tubuhnya untuk menerima keadaan. Api kebencian dan kecemasan pribadi telah padam
seperti di siram air dingin.
"Dari mana aku harus mulai ...," tanya Vittoria dengan aksen lembut.
"Dari awal," sahut Kohler. "Ceritakan kepada kami tentang percobaan ayahmu."
"Mendamaikan ilmu pengetahuan dengan agama adalah cita-cita ayahku," kata
Vittoria. "Dia berharap dapat membuktikan kalau ilmu pengetahuan dan agama
betul-betul merupakan dua hal yang yang saling melengkapi - dua pendekatan berbeda
untuk mencari kebenaran yang sama." Dia berhenti sejenak seolah tidak dapat
memercayai apa yang akan dikatakannya. "Dan baru-baru ini ... Ayah menyusun satu
cara untuk melakukannya." Kohler tidak mengatakan apa-apa. "Ayah merencanakan
sebuah percobaan yang dia harap akan dapat meredam konflik yang paling pahit
dalam sejarah antara ilmu pengetahuan dan agama."
Langdon bertanya-tanya konflik yang mana yang dimaksud Nona Vetra tadi karena
ada begitu banyak konflik di antara keduanya.
"Penciptaan," jelas Vittoria. "Perselisihan tentang bagaimana alam semesta ini
diciptakan." Oh! Debat yang satu itu, pikir Langdon
"Alkitab menyatakan kalau Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini," Vittoria
menjelaskan. "Tuhan bersabda, 'Jadilah cahaya,' maka segala yang kita lihat
muncul dari sebuah kekosongan yang luas. Celakanya, salah satu dari hukum dasar
fisika menyatakan bahwa materi tidak dapat diciptakan dari sesuatu yang tidak
ada." Langdon pernah membaca tentang kebuntuan itu. Konon pemikiran bahwa Tuhan
menciptakan "sesuatu dari ketiadaan," sangat berlawanan dengan hukum fisika
modern sehingga karena itulah para ilmuwan menyatakan bahwa Kitab Kejadian tidak
masuk akal secara ilmiah.
"Pak Langdon," kata Vittoria sambil berpaling padanya, "aku yakin Anda pasti
mengenal Teori Ledakan Besar?"
Langdon menggerakkan bahunya, "Kurang lebih begitu." Ledakan Besar yang dia tahu
adalah model penciptaan alam semesta yang diterima secara ilmiah. Dia
sesungguhnya tidak benarbenar memahaminya, tetapi menurut teori itu, satu titik
energi yang sangat kuat meledak dengan kekuatan yang luar biasa besar sehingga
menyebar ke seluruh alam semesta. Kurang-lebihnya seperti itu.
Vittoria melanjutkan. "Ketika Gereja Katolik pertama kalinya menyatakan Teori
Ledakan Besar itu pada tahun 1927 - "
"Maaf?" Langdon tak dapat menahan dirinya untuk tidak menyela, "Anda tadi
mengatakan bahwa Ledakan Besar itu adalah pemikiran gereja Katolik?"
Vittoria tampak heran dengan pertanyaan Langdon. "Tentu Saja. Pemikiran tersebut
digagas oleh seorang biarawan Katolik bernama George Lemaitre pada tahun 1927."
"Tetapi, saya pikir ...," Langdon ragu-ragu. "Bukankah Ledakan Besar itu
dikatakan oleh seorang ahli astronomi dari Harvard bernama Edwin Hubble?"
Kohler nampak kesal. "Sekali lagi kesombongan ilmiah dari Amerika. Hubble
dipublikasikan pada tahun 1929, dua tahun setelah Lemaitre."
Langdon cemberut. Orang bilang Teleskop Hubble, Pak. Belum pernah ada orang
bilang Teleskop Lemaitre!
"Pak Kohler benar," kata Vittoria, "gagasan itu milik Lemaitre. Hubble hanya
menegaskan-nya dengan mengumpulkan bukti-bukti sahih yang membuktikan bahwa
Ledakan Besar itu mungkin terjadi."
"Oh," cetus Langdon sambil bertanya-tanya apakah para fans fanatik Hubble di
Jurusan Astronomi di Harvard pernah menyebut-nyebut nama Lemaitre dalam kuliah
mereka. "Ketika Lemaitre untuk pertama kalinya mengajukan Teori Ledakan Besar," Vittoria
melanjutkan, "para ilmuwan mengatakan pemikirannya sangat menggelikan. Materi,
menurut ilmu pengetahuan, tidak dapat diciptakan dari sesuatu yang tidak ada.
Jadi, ketika Hubble mengguncangkan dunia dengan pembuktian ilmiahnya bahwa
Ledakan Besar itu memang benar terjadi, gereja merasa menang. Mereka kemudian
mengatakan kalau ini adalah bukti bahwa Alkitab benar secara ilmiah. Itulah
kebenaran Tuhan." Langdon mengangguk, dan lebih memusatkan perhatiannya sekarang.
Tentu saja para ilmuwan tidak senang karena penemuan mereka digunakan oleh
gereja untuk menaikkan pengaruh agama, Jadi mereka segera merasionalkan Teori
Ledakan Besar tersebut, menghilangkan segala kata yang berbau agama, dan
kemudian mengakuinya sebagai gagasan milik mereka saja. Celakanya usaha mereka
tersebut memiliki satu kekurangan serius yang sering diungkit-ungkit oleh
gereja, bahkan hingga sekarang."
Kohler cemberut. "Singularitas," Dia mengucapkan kata itu seolah itu adalah
kutukan bagi keberadaannya.
"Ya, singularitas," kata Vittoria. "Kapan tepatnya penciptaan alam semesta ini
terjadi" Waktu nol." Dia menatap Langdon. "Bahkan sampai hari ini pun ilmu
pengetahuan tidak dapat menemukan titik awal penciptaan alam semesta. Kami dapat
menghitung bagaimana alam semesta dimulai, tetapi ketika kita mundur ke titik
awal dan mendekati waktu nol, tibatiba matematika tidak mampu menjelaskannya dan
semuanya menjadi tidak bermakna."
"Betul," kata Kohler dengan tajam. "Dan gereja mengisi kekurangan itu dengan
mengatakan bahwa itu adalah bukti keterlibatan Tuhan yang ajaib. Begitu 'kan
maksudmu?" Air muka Vittoria menjadi berubah. "Maksudku adalah ayahku selalu percaya kepada
keterlibatan Tuhan dalam peristiwa Ledakan Besar itu. Walau ilmu pengetahuan
tidak dapat memahami keterlibatan Tuhan dalam penciptaan alam semesta, ayahku
percaya suatu hari kelak ilmu pengetahuan akan mengerti." Dia kemudian
menggerakkan tangannya dengan sedih ke arah ruang kerja ayahnya. "Ayahku selalu
menunjukkan tulisan itu padaku setiap kali aku mulai raguragu."
ILMU PENGETAHUAN DAN AGAMA TIDAK BERTENTANGAN. ILMU PENGETAHUAN HANYA TERLALU
MUDA UNTUK MENGERTI. "Ayahku ingin menempatkan ilmu pengetahuan ke tempat yang lebih tinggi," kata
Vittoria, "ke tempat yang membuat ilmu pengetahuan dapat mendukung konsep
Tuhan." Dia membelai rambutnya yang panjang. Wajahnya tampak sendu. "Ayah
berencana untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh para
ilmuwan lainnya. Sesuatu yang tidak seorang pun memiliki teknologi untuk
melakukannya." Dia berhenti sejenak, seolah tidak yakin bagaimana mengatakan
kata berikutnya. "Ayah merancang sebuah percobaan untuk membuktikan bahwa Kitab
Kejadian itu benar."
Membuktikan Kitab Kejadian" Langdon bertanya-tanya. Jadilah cahaya" Materi
berasal dari ketiadaan"
Tatapan kosong Kohler tertuju pada ruangan itu. "Apa aku tidak salah dengar?"
"Ayahku menciptakan alam semesta ... dari ketiadaan." Kohler menoleh dengan
tajam. "Apa!" "Jelasnya, Ayah menciptakan Ledakan Besar itu." Kohler terlihat
seperti ingin meloncat dari kursinya dan
berdiri. Langdon benar-benar bingung. Menciptakan alam semesta"
Menciptakan kembali Ledakan Besar itu" "Tentu saja dibuat dalam bentuk yang jauh


Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lebih kecil," lanjut Vittoria. Dia berbicara dengan lebih cepat sekarang.
"Prosesnya luar biasa sederhana. Ayah mempercepat dua jenis partikel sinar yang
luar biasa kecil untuk mengitari tabung akselerator dari arah yang berlawanan.
Kedua sinar itu langsung bertabrakan dalam kecepatan yang sangat tinggi, saling
tarik menarik satu sama lain dan memadatkan semua energi mereka ke dalam satu
titik. Akhirnya mereka mencapai tingkat kepadatan energi yang luar biasa
tinggi." Vittoria kemudian mulai menjelaskan dengan menggunakan bahasa fisika
dan membuat mata sang direktur melotot.
Langdon mencoba mengikutinya. Jadi Leonardo Vetra sedang membuat simulasi titik
kepadatan energi yang menghasilkan alam semesta.
"Hasilnya menakjubkan. Jika dipublikasikan, penemuan ini akan mengguncangkan
dasar fisika modern." Perempuan itu sekarang memperlambat bicaranya seolah ingin
menikmati ketakjuban yang dihasilkan oleh apa yang dikatakannya. "Tanpa
disangka-sangka, dalam tabung akselerasi, di titik dengan kepadatan energi yang
luar biasa itu, partikel-partikel materi mulai muncul entah dari mana." Kohler
tidak bereaksi. Dia hanya memerhatikan Vittoria. "Materi," ulang Vittoria.
"Muncul dari ketiadaan. Sebuah pertunjukkan kembang api sub-atomik yang luar
biasa. Sebuah miniatur alam semesta muncul menjadi kenyataan. Ayahku tidak saja
membuktikan kalau materi dapat tercipta dari ketiadaan, tetapi juga Ledakan
Besar dan Kitab Kejadian dapat dijelaskan hanya dengan menerima keberadaan
sumber energi yang sangat besar." "Maksudmu, Tuhan?" tanya Kohler. "Tuhan,
Buddha, Yang Mahakuasa, Yahweh, Yang Maha Esa, Yang Tunggal. Sebut saja seperti
apa maumu - hasilnya sama saja. Ilmu pengetahuan dan agama mendukung kebenaran
yang sama - energi murni adalah sumber penciptaan."
Ketika Kohler akhirnya berbicara, suaranya terdengar muram. "Vittoria, kamu
membuatku bingung. Sepertinya kamu mengatakan bahwa ayahmu menciptakan
materi ... dari sesuatu yang tidak ada?"
"Ya." Vittoria kemudian menunjuk pada tabung-tabung kosong itu. "Dan itulah
buktinya. Di dalam tabung-tabung itu terdapat contoh materi yang diciptakan
ayahku." Kohler terbatuk dan bergerak ke arah tabung-tabung itu seperti seekor hewan yang
mengelilingi sesuatu yang mencurigakan. "Aku benar-benar tidak mengerti,"
katanya. "Bagaimana kamu bisa berharap orang lain akan percaya kalau tabung-
tabung ini berisi partikel-partikel materi yang diciptakan oleh ayahmu" Bukankah
partikel-partikel itu bisa berasal dari mana saja."
"Sebenarnya," kata Vittoria, suaranya terdengar percaya diri, "partikel-partikel
tersebut tidak berasal dari mana pun. Itu adalah partikel yang unik. Partikel-
partikel tersebut adalah sejenis zat yang tidak ada di mana pun di muka bumi ini
... karena itulah mereka harus diciptakan."
Air muka Kohler berubah menjadi sangat serius. "Vittoria, maksudmu dengan materi
jenis tertentu" Hanya ada satu jenis untuk materi, dan itu - " Kohler tiba-tiba
berhenti. Wajah Vittoria bersinar penuh kemenangan. "Kamu sendiri pernah mengatakannya,
Pak Direktur. Alam semesta ini hanya berisi dua jenis materi. Itu adalah fakta
ilmiah." Vittoria kemudian berpaling pada Langdon. "Pak Langdon, apa yang
dikatakan Alkitab tentang penciptaan" Apa yang diciptakan Tuhan?"
Langdon merasa kikuk, dan merasa tidak yakin apa hubungan semua ini. "Mmm, Tuhan
menciptakan ... terang dan gelap, surga dan neraka - "
"Tepat sekali," kata Vittoria. "Dia menciptakan segalanya berlawanan. Simetris.
Keseimbangan yang sempurna." Lalu dia berpaling kembali pada Kohler. "Pak
Direktur, ilmu pengetahuan mengakui hal yang sama seperti yang diakui agama,
bahwa Ledakan Besar menciptakan segalanya di alam semesta ini berikut dengan
lawannya." "Termasuk materi itu sendiri," bisik Kohler, seolah dia berbicara kepada dirinya
sendiri. Vittoria mengangguk. "Dan ketika ayahku menjalankan percobaannya, tentu saja
kedua jenis materi itu pun muncul."
Langdon bertanya-tanya apa maksud perkataan Vittoria tadi. Leonardo Vetra
menciptakan lawan dari materi"
Kohler tampak marah. "Materi yang sedang kamu bicarakan itu hanya ada di suatu
tempat di alam semesta. Pasti tidak ada di bumi. Dan bahkan mungkin juga tidak
ada di galaksi ini!"
Tepat," sahut Vittoria. "Itu membuktikan bahwa partikel di dalam tabung ini
harus diciptakan." Wajah Kohler mengeras. "Vittoria, kau tidak bermaksud bahwa tabung-tabung itu
berisi contoh hasil percobaan yang sesungguhnya, bukan?"
"Aku bermaksud begitu." Dia menatap dengan bangga pada tabung-tabung itu, "Pak
Direktur, Anda sedang melihat hasil percobaan paling unik di dunia: antimateri."
20 FASE KEDUA, pikir si Hassassin sambil berjalan memasuki kegelapan terowongan
itu. Obor dalam genggamannya itu memang berlebihan. Dia tahu itu. Tetapi itu hanya
untuk menghasilkan efek tertentu. Efek adalah segalanya. Menurutnya, ketakutan
adalah sekutunya. Ketakutan melumpuhkan lebih cepat dibandingkan dengan
peralatan perang apa pun.
Tidak ada cermin di lorong itu untuk memperlihatkan penyamarannya yang luar
biasa, tetapi dia tahu dari bayangan jubahnya yang berkibar-kibar itu kalau
dirinya tampak sempurna. Berbaur agar tidak kentara adalah bagian dari rencana
itu ... bagian dari rencana yang jahat itu. Dia tidak pernah membayangkan
dirinya akan bergabung di dalamnya. Bahkan dalam impiannya yang paling liar
sekalipun. Dua minggu yang lalu, dia pasti menganggap tugas yang menunggunya di ujung
terowongan itu sebagai tugas yang tidak mungkin. Sebuah misi bunuh diri. Seperti
berjalan telanjang masuk ke dalam kandang singa. Tetapi Janus telah mengubah
arti dari kata tidak mungkin.
Rahasia yang dikatakan Janus kepada si Hassassin dalam dua minggu terakhir ini
cukup banyak ... terowongan itu merupakan salah satu dari rahasia tersebut.
Sangat kuno, tapi masih dapat dilalui.
Ketika dia berjalan mendekat ke arah musuhnya, si Hassassin bertanya-tanya
apakah yang dihadapinya di dalam nanti akan semudah yang dikatakan Janus
padanya. Janus telah meyakinkan dirinya ada orang dalam yang akan membantunya.
Seseorang di dalam. Hebat. Semakin dia memikirkannya, semakin dia sadar kalau
ini seperti permainan anak-anak saja.
Wahad ... tintain ... thalatha ... arba, dia menghitung dengan bahasa Arab
ketika dia mulai mendekati ujung terowongan. Satu ... dua ... tiga ... empat.
21 "AKU KIRA KAMU pernah mendengar tentang antimateri, kan Pak Langdon?" kata
Vittoria sambil mengamati Langdon. Kulit Vittoria yang kecokelatan sangat
kontras dengan warna putih dinding laboratorium itu.
Langdon mendongak. Tiba-tiba dia merasa bodoh. "Ya. Kirakira begitulah."
Vittoria tersenyum tipis. "Anda pasti pernah nonton Star Trek."
Wajah Langdon memerah karena malu. "Yah, para mahasiswaku menikmatinya...." Dia
mengerutkan keningnya. "Bukankah antimateri adalah bahan bakar pesawat U.S.S.
Enterprise?" Vittoria mengangguk. "Kisah fiksi ilmiah yang bagus memiliki sumber ilmiah yang
bagus pula." "Jadi antimateri itu benar-benar ada?" "Itu adalah fakta alam.
Segalanya memiliki lawan. Proton mempunyai elektron. Up-quark mempunyai down-
quark. Ada simetri kosmis bahkan di tingkat sub-atomik. Antimateri adalah lawan
materi. Hal inilah yang menyeimbangkan perhitungan fisika.
Langdon ingat pada paham Galileo tentang dualitas. Para ilmuwan sudah
mengetahuinya sejak 1918," kata Vittoria, bahwa dua jenis zat tercipta saat
Ledakan Besar terjadi. satu jenis zat adalah yang kita dapat lihat di sini, di
bumi, ebatuan, pepohonan, orang-orang. Materi yang lainnya merupakan wannya sama
halnya dengan materi kecuali tugas partikelPartikelnya adalah kebalikan dari
yang lainnya." Kohler berbicara seolah bergerak keluar dari kabut. Tiba tiba dia terdengar
begitu khawatir. "Tetapi ada hambatan teknologi yang besar untuk menyimpan
antimateri dengan baik. Bagaimana dengan netralisasi?"
"Ayahku sudah membuat sebuah penyedot dengan polaritas yang berlawanan untuk
menarik positron antimateri keluar dari akselerator sebelum mereka hancur."
Kohler cemberut. "Tetapi penyedot akan menarik keluar materi juga. Tidak mungkin
ada yang bisa memisahkan partikelpertikel itu."
"Ayah menambahkan medan magnetik. Materi itu berada di kanan, sedangkan
antimateri berada di kiri. Kutub mereka saling berlawanan."
Dengan cepat keraguan di diri Kohler mulai runtuh. Dia menatap Vittoria dengan
kekaguman yang tampak jelas, kemudian dia tiba-tiba terbatuk-batuk. "He .... bat
...," katanya sambil mengusap mulutnya, "tapi ...," sepertinya logikanya belum
mau menyerah. "Kalaupun penyedot itu bisa bekerja, tabung ini terbuat dari
materi. Antimateri itu tidak dapat disimpan di dalam tabung yang terbuat dari
materi. Antimateri itu akan langsung bereaksi dengan - "
"Spesimen ini tidak bersentuhan dengan tabung," Vittoria menjelaskan, tampaknya
sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. "Antimateri itu ditahan. Tabung ini
disebut 'jebakan antimateri' karena mereka memang benar-benar memerangkap
antimateri di tengah-tengah tabung dan menopangnya pada jarak aman dari sisi dan
dasar tabung." "Ditopang" Tetapi ... bagaimana?" "Spesimen ini berada di antara
dua medan magnit yang saling bersinggungan. Lihatlah ke sini." Vittoria berjalan melintasi ruangan dan
menarik sebuah mesin elektronik yang besar. Alat yang aneh itu mengingatkan
Langdon pada semacam senjata sinar dalam film-film kartun - sebuah laras senapan
seperti kanon dengan sebuah teleskop di atasnya dan seutas kabel listrik kusut
bergantungan di bawahnya. Vittoria mengintip melalui teleskop itu ke arah salah
satu tabung, kemudian menyesuaikan beberapa tombol. Lalu dia melangkah mundur
dan meminta Kohler untuk melihatnya.
Kohler tampak tercengang. "Kamu mengumpulkan jumlah yang dapat dilihat?"
"Lima ribu nanogram," jawab Vittoria. "Sebuah plasma cair yang berisi jutaan
positron." "Jutaan" Tetapi orang lain hanya dapat mendeteksi beberapa partikel saja ... di
mana pun." "Xenon," kata Vittoria dengan datar. "Ayahku mempercepat pancaran partikel
melalui sebuah jet xenon, dan merontokkan elektron-elektronnya. Dia bersikeras
untuk merahasiakan prosedur ini, tetapi cara seperti ini membuat kami harus
terus-menerus menyuntikkan elektron mentah ke dalam akselerator."
Langdon benar-benar kehilangan akal. Dia bertanya-tanya apakah percakapan mereka
ini masih menggunakan bahasa Inggris atau sudah berganti ke dalam bahasa planet
lain. Kohler berhenti sejenak, kerutan pada keningnya semakin dalam. Tiba-tiba dia
tercengang. Tubuhnya melemah seperti baru saja tertembus peluru. "Secara teknis, hal itu
akan menghasilkan Vittoria mengangguk. "Ya. Dalam jumlah yang banyak." Kohler
kembali menatap tabung di hadapannya. Dengan tatapan tidak yakin, dia mengangkat
tubuhnya sendiri agar dapat menempelkan matanya pada teropong itu, dan mengintai
ke dalam. Dia menatapnya lama tanpa mengatakan apa-apa. Ketika akhimya dia duduk
lagi, keningnya bersimbah peluh. Tapi kerutan Pada wajahnya menghilang. Suaranya
terdengar seperti bisikan. Ya ampun, ... kamu benar-benar berhasil
melakukannya." Vittoria mengangguk. "Ayah-ku yang melakukannya." "Aku... aku tidak
tahu harus bilang apa." Vittoria berpaling pada Langdon. "Anda juga mau lihat?"
Lalu dia menunjuk pada peralatan aneh itu. Dengan perasaan tidak yakin, Langdon
maju ke depan. Dari ua kaki, tabung-tabung itu tampak kosong. Apa pun yang ada
di dalamnya pastilah sangat kecil. Langdon menempatkan matanya pada alat pelihat
itu. Langdon memerlukan beberapa saat sebelum dapat melihat sesuatu dengan
jelas. Kemudian dia melihatnya. Obyek itu tidak berada di dasar tabung seperti
yang diduganya semula, tetapi melayang di tengah, tertahan di udara. Langdon
melihat sebuah butiran berkilau dari cairan yang mirip merkuri. Seperti
terangkat oleh kekuatan sihir, cairan itu mengapung di udara. Gelombang kecil
metalik beriak melintasi permukaan tetesan itu. Cairan yang ditopang itu
mengingatkan Langdon pada sebuah video yang pernah ditontonnya, tentang setetes
air yang berada pada nol G. Walau dia tahu tetesan itu kecil sekali, dia dapat
melihat setiap perubahan lekuk dan riak ketika bola plasma itu bergulung
perlahan ketika dia melayang di udara. "Itu ... mengapung," katanya. "Memang
sebaiknya begitu," sahut Vittoria. "Antimateri sangat tidak stabil. Jika dilihat
dari sisi energinya, antimateri adalah cermin dari materi, sehingga yang satu
akan menghapus yang lainnya jika mereka bersentuhan. Menjaga antimateri agar
tetap terpisah dari materi tentu saja merupakan sebuah tantangan, karena segala
yang ada di bumi ini terbuat dari materi. Sampel ini harus disimpan tanpa
bersentuhan dengan apa pun - bahkan dengan udara sekalipun." Langdon kagum.
"Jebakan antimateri ini," Kohler menyela. Dia tampak terpesona ketika
menyentuhkan jari pucatnya di sekitar salah satu dasar tabung. "Mereka ini
rancangan ayahmu?" "Sebenarnya," sahut Vittoria, "itu rancanganku." Kohler
mendongak. Suara Vittoria terdengar biasa-biasa saja. "Ayahku ingin menghasilkan
partikel pertama dari antimateri, tetapi tetapi kemudian terhalang oleh
bagaimana menyimpannya. Lalu aku mengusulkan ini. Sebuah pelindung nanokomposit
kedap udara memiliki kutub elektromagnet yang berlawanan di masingmasing
ujungnya. "Tampaknya kejeniusan ayahmu sudah ada yang mengalahkan."
"Tidak juga. Aku meminjam gagasan ini dari alam. Kapal penangkap ikan dari
Portugis memerangkap ikan di antara tentakel mereka dengan menggunakan tegangan
nematocystis. Prinsip yang sama juga digunakan di sini. Setiap tabung memiliki
dua elektromagnet, masing-masing satu di ujungnya. Medan magnet yang saling
berlawanan bersinggungan di tengah-tengah tabung dan menahan antimateri itu di
sana, sehingga tertopang di tengah ruang hampa udara."
Langdon melihat tabung itu sekali lagi. Antimateri tersebut terapung di dalam
tabung kedap udara, dan sama sekali tidak menyentuh apa pun. Kohler benar. Ini
gagasan genius. "Di mana sumber listrik untuk magnetnya?" tanya Kohler. Vittoria
menjelaskan. "Pada pilar di bawah perangkap itu. Tabung ini dipasang pada sebuah
dok yang mengisi baterenya secara terus-menerus sehingga medan magnetnya tidak
pernah mati." "Dan kalau medan magnetnya mati?" "Akibatnya sudah pasti.
Antimateri itu jatuh dari penopangnya, menghantam dasar perangkap, dan kita
semua akan hancur." Telinga Langdon tergelitik. "Hancur?" Dia tidak menyukai kata itu.
Vittoria tampak tidak peduli. "Ya. Jika antimateri dan materi bersentuhan,
keduanya akan langsung hancur. Ahli fisika menyebutnya proses penghancuran."
Langdon mengangguk. "Oh." Ini adalah reaksi alam yang sederhana. Sebuah partikel
dari materi dan sebuah partikel dari antimateri bergabung dan menghasilkan dua
partikel baru yang disebut foton. Foton tak lain adalah satu titik kecil
cahaya." Langdon pernah membaca tentang foton - partikel-partikel cahaya - yang merupakan
bentuk termurni dari energi. Dia memutuskan untuk tidak jadi bertanya tentang
torpedo foton yang digunakan oleh Kapten Kirk untuk melawan bangsa Klingon.
"Jadi jika antimateri jatuh, kita akan melihat gelembung kecil cahaya?"
Vittoria mengangkat bahunya. "Tergantung apa yang kamu sebut kecil. Mari, aku
akan peragakan." Dia meraih tabung tersebut dan mulai melepaskannya dari tempat
pengisian listriknya. Tiba-tiba Kohler menjerit ketakutan dan meloncat ke depan, berusaha mencegah
tangan Vittoria. "Vittoria, kamu gila!"
22 DENGAN KETERKEJUTAN YANG amat sangat Kohler berdiri sejenak dengan tubuh gemetar
di atas kakinya yang lemah. Wajahnya pucat karena ketakutan. "Vittoria! Kamu
tidak boleh membuka perangkap itu!"
Langdon hanya bengong dan bingung oleh kepanikan sang direktur yang tiba-tiba
itu. "Lima ratus nanogram!" kata Kohler lagi. "Kalau kamu memecahkan medan magnet itu
- " "Pak Direktur," suara Vittoria meyakinkan, "ini benar-benar aman. Setiap
perangkap memiliki sebuah pengaman - sebuah batere cadangan kalau-kalau tabung ini
dipindahkan dari tempat pengisiannya. Spesimen ini masih tetap tertopang bahkan
kalau aku memindahkan tabung ini."
Kohler tampak ragu. Kemudian dengan wajah yang masih terlihat khawatir, Kohler
kembali duduk di kursi rodanya.
"Baterenya bekerja secara otomatis ketika perangkap ini dipindahkan dari
tempatnya. Batere ini bekerja selama 24 jam. Seperti tangki gas cadangan," kata
Vittoria menjelaskan. Dia lalu berpaling pada Langdon seolah dia merasakan
kecemasan yang juga dirasakan oleh lelaki itu. "Antimateri memiliki karakter
yang mengagumkan, Pak Langdon. Hal itulah yang membuatnya sangat berbahaya. Satu
sampel dengan berat sepuluh sepuluh miligram saja atau sebesar sebutir pasir,
diperkirakan mengandung energi sebanyak dua ratus metrik ton bahan bakar roket
konvensional." Kepala Langdon terasa seperti berputar lagi. "Ini adalah sumber
energi masa depan. Seribu kali lebih bertenaga dibandingkan dengan energi
nuklir. Seratus persen efisien. Dia juga tidak menghasilkan limbah. Tidak ada
radiasi. Tidak ada polusi. Hanya dengan beberapa gram saja kita dapat
menghidupkan listrik untuk satu kota besar dalam satu minggu."


Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak sampai satu gram" Dengan cemas Langdon melangkah menjauh dari podium.
"Jangan khawatir," kata Vittoria. "Sampel ini hanyalah pecahan yang sangat kecil
dari satu gram antimateri; hanya seperjuta-nya. Jadi relatif tidak berbahaya."
Lalu dia meraih tabung itu lagi dan memutar dasarnya.
Bibir Kohler bergerak-gerak, tetapi dia tidak berusaha menghalangi Vittoria.
Ketika perangkap itu terlepas, terdengar suara "bip" yang terdengar keras, dan
sebuah display LED* berukuran kecil menyala di dekat dasar perangkap tersebut.
Penunjuk angka berwarna merah itu berkedip dan menghitung mundur dari 24 jam.
24:00:00 ... 23:59:59 ... 23:59:58 ... Langdon mengamati hitungan mundur itu dan berpikir kalau
benda itu terlihat seperti bom waktu saja. "Batere itu," kata Vittoria
menjelaskan, "akan berfungsi selama jam penuh sebelum mati. Batere itu dapat
diisi ulang dengan cara meletakkan perangkap ini kembali ke atas podium. Benda
ini dirancang sebagai sebuah langkah pengamanan.
* LED (Light Emitting Diode): Diode semikonduktor yang memancarkan cahaya jika
mendapat aliran listrik. Digunakan oleh P"alatan elektronik seperti jam digital -
peny. Selain itu, benda ini juga memungkinkan perangkap tersebut
untuk dibawa keluar dari laboratorium ini."
"Dibawa?" Kohler tampak sangat terkejut. "Kamu membawa barang ini ke luar lab?"
"Tentu saja tidak," kata Vittoria. "Tetapi kemampuannya untuk dapat dipindah-
pindahkan memungkinkan kita untuk mempelajarinya."
Vittoria kemudian membawa Langdon dan Kohler ke ujung ruangan. Dia membuka tirai
sehingga terlihat sebuah jendela di mana mereka bisa sebuah ruangan yang sangat
besar. Dinding, lantai dan langit-langitnya semuanya dilapisi oleh baja. Ruangan
itu mengingatkan Langdon pada tangki pengangkut yang pernah ditumpanginya ke
Papua Nugini untuk mempelajari Hanta atau tato tradisional masyarakat di sana.
"Ini adalah tangki penghancuran," jelas Vittoria. Kohler menatapnya. "Kamu
benar-benar meneliti penghancurannya?" "Ayahku sangat kagum dengan Ledakan Besar yang menghasilkan
sejumlah besar energi dari satu titik materi." Vittoria kemudian membuka sebuah
laci baja di bawah jendela tersebut. Dia meletakkan perangkap itu di dalam laci
dan menutup laci itu lagi. Setelah itu dia menarik sebuah pengungkit di bawah
laci tersebut. Sesaat kemudian, perangkap itu muncul di sisi lain kaca jendela
itu, dan menggelinding lembut pada sebuah lengkungan lebar dan melintasi lantai
baja hingga akhirnya berhenti hampir di tengah-tengah ruangan itu.
Vittoria tersenyum kecil. "Kalian akan menyaksikan pemusnahan antimateri-materi
kalian yang pertama. Hanya seperjuta dari satu gram. Sebuah spesimen yang
relatif kecil." Langdon menatap perangkap antimateri yang tergeletak sendirian di lantai tangki
yang sangat besar itu. Kohler juga melongok ke dalam jendela dan tampak tidak
yakin. "Biasanya," jelas Vittoria, "kami harus menunggu selama 24 jam penuh sampai
baterenya habis, tetapi ruangan ini memiliki magnet di bawah lantainya sehingga
menetralkan perangkap itu, menarik keluar antimateri dari penopangnya. Dan
ketika antimateri dan materi bersentuhan ...." "Pemusnahan terjadi," bisik
Kohler. "Satu hal lagi," kata Vittoria. "Antimateri mengeluarkan energi murni.
Jadi, jangan melihatnya dengan mata telanjang. Lindungi mata kalian."
Langdon memang khawatir, tetapi kini dia merasa kalau Vittoria menjadi agak
berlebihan. Jangan melihat tabung itu dengan mata telanjang" Benda itu berjarak
tiga puluh yard, di batasi oleh dinding kaca plexi yang sangat tebal. Lagipula
bintik di dalam tabung tabung itu tidak terlihat, sangat kecil. Lindungi mata
kalian" pikir Langdon. Energi sebesar apa yang dapat dihasilkan oleh titik -
Vittoria menekan tombol. Saat itu juga, Langdon merasa sangat silau. Sebuah
titik cahaya yang sangat terang menyala di dalam tabung itu dan kemudian meledak
serta menghasilkan gelombang cahaya yang menyebar ke segala penjuru, dan
menghantam jendela di depannya dengan kekuatan yang sangat besar. Langdon
terhuyung ke belakang ketika benda tersebut mengguncang ruang bawah tanah itu.
Cahaya itu masih menyala sesaat kemudian, terbakar dan setelah beberapa saat
kemudian, cahaya itu padam dengan sendirinya, berubah menjadi titik kecil, lalu
menghilang sama sekali. Langdon mengejapkan matanya yang terasa seperti buta dan
berusaha mengembalian penghhatannya. Dia menyipitkan matanya ketika menatap
ruangan yang membara di hadapannya. Tabung yang tadi berada di atas lantai telah
menghilang. Menguap dan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Langdon menatap
kagum. "Tuhanku!" Vittoria mengangguk sedih. "Itulah juga kata yang diucapkan
ayahku." 23 KOHLER MENATAP KE DALAM ruang pemusnahan dengan kekaguman yang luar biasa pada
pertunjukan yang tadi baru saja dilihatnya. Robert Langdon berdiri di sampingnya
dan terlihat bertambah linglung.
"Aku ingin melihat ayahku," Vittoria menuntut. "Aku sudah memperlihatkan lab
kami kepadamu. Sekarang aku ingin melihat ayahku."
Kohler berpaling padanya dengan pelan dan tampaknya tidak mendengar permintaan
Vittoria. "Mengapa kamu harus menunggu begitu lama, Vittoria" Kamu dan ayahmu
seharusnya segera mengatakan tentang penemuan ini kepadaku."
Vittoria menatapnya. Berapa banyak alasan lagi yang kamu inginkan" "Pak
Direktur, kita dapat memperdebatkan hal ini nanti. Sekarang aku ingin melihat
ayahku." "Kamu tahu apa artinya teknologi ini?" "Tentu saja," sahut Vittoria.
"Keuntungan besar bagi
CERN. Sekarang aku ingin - " "Karena itukah kamu merahasiakannya?" tanya Kohler.
"Karena kamu takut dewan direksi dan saya akan memutuskan untuk mendaftarkan
percobaan ini agar mendapatkan izin dari pihak yang berwenang?"
"Tentu saja penemuan ini harus mendapatkan izin," balas Vittoria dan merasa
dirinya harus kembali beradu argumen dengan Kohler. "Antimateri adalah teknologi
penting, tetapi juga berbahaya. Ayahku dan aku memerlukan waktu untuk
memperbaiki prosedurnya agar aman."
"Dengan kata lain kalian tidak memercayai dewan direksi dan takut mereka akan
lebih memerhatikan sisi komersialnya ketimbang sisi ilmu pengetahuannya?"
Vittoria terkejut mendengar nada Kohler yang datar. "Ada hal lainnya juga," kata
Vittoria. "Ayahku ingin mempublikasikan penemuan ini pada saat yang tepat."
"Maksudmu" Masak, sih, tidak tahu" "Materi dari energi" Sesuatu yang berasal
dari ketiadaan" Penemuan ini membuktikan bahwa Kitab Kejadian berisi fakta
ilmiah." "Tadi, ayahmu tidak mau faktor religius dari penemuannya ini hilang ditelan oleh
gencarnya komersialisme?" "Begitulah kira-kira." "Bagaimana dengan dirimu?"
Sayangnya pertimbangan Vittoria agak berbeda. Komersialisme adalah hal yang
penting dalam menentukan keberhasilan sebuah sumber energi baru. Walau teknologi
antimateri memiliki potensi sebagai sumber energi masa depan karena efisien dan
bebas polusi, tapi kalau penemuan ini dibeberkan sebelum waktunya, teknologi ini
akan menjadi bulan-bulanan para politisi dan memiliki nasib yang muram seperti
bahan bakar nuklir dan tenaga surya. Nuklir mengalami sejarah yang panjang
sebelum menjadi teknologi yang aman. Selain itu, ada beberapa kecelakaan yang
disebabkan nuklir dan sulit untuk dilupakan oleh masyarakat. Tenaga matahari
juga harus melewati jalan yang berliku agar bisa menjadi teknologi efisien. Tapi
sebelum sampai ke sana, kita sudah keburu bangkrut. Kedua teknologi itu memiliki
reputasi yang buruk, seakan layu sebelum berkembang. "Minatku," kata Vittoria,
"tidak semulia seperti ayahku
yang ingin menggabungkan ilmu pengetahuan dan agama." "Lingkungan?" Kohler
bertanya dengan hati-hati. Ini energi yang tiada habisnya. Tidak memerlukan
penggalian tambang. Tidak menimbulkan polusi. Tidak ada radiasi. Teknologi
antimateri dapat menyelamatkan planet ini."
Atau malah menghancurkannya," kata Kohler tajam. "Tergantung pada siapa yang
menggunakannya dan untuk apa." Vittoria merasa tubuh Kohler yang ringkih itu
mulai gemetar. "Siapa saja yangg mengetahui hal ini?" tanya Kohler.
"Tidak ada," jawab Vittoria. "Aku sudah mengatakannya padamu." "Lalu kamu pikir
mengapa ayahmu dibunuh?" Tubuh Vittoria menegang. "Aku tidak tahu. Ayah memang
punya musuh di sini, di CERN, kamu tahu itu. Tetapi ini tidak ada hubungannya
dengan antimateri. Kami berdua sudah bersumpah untuk merahasiakan penemuan ini
dari sepengetahuan orang lain sampai beberapa bulan lagi, hingga kami berdua
benarbenar siap." "Dan kamu yakin ayahmu menepati sumpahnya?" Sekarang Vittoria
menjadi sangat marah. "Sebagai pastor,
ayahku menepati sumpah yang jauh lebih besar daripada itu!" "Lalu bagaimana
dengan kamu. Apakah kamu pernah
mengatakannya kepada orang lain?" "Tentu saja tidak!" Kohler menarik napas. Dia
kemudian berhenti sejenak, seolaholah dia sedang memilih kata-kata berikutnya
dengan berhatihati. "Seandainya ada orang yang tahu. Dan seandainya ada orang
lain yang dapat memasuki lab ini. Menurutmu apa yang mereka cari di sini" Apakah
ayahmu menyimpan catatan di sini" Dokumentasi proses percobaannya?"
"Pak Direktur, aku sudah berusaha untuk bersabar. Aku membutuhkan beberapa
jawaban sekarang. Sementara Anda terus berbicara kalau ada orang yang sudah
menyantroni ruangan ini. Tetapi Anda sendiri sudah melihat kalau kami
menggunakan alat pengenal retina. Ayahku selalu berhati-hati terhadap
kerahasiaan dan keamanan."
"Oh, Vittoria. Cobalah untuk menghiburku," bentak Kohler sambil menatap
perempuan di hadapannya itu dengan galak. "Kirakira apakah ada yang hilang?"
"Aku tidak tahu." Dengan marah Vittoria meneliti ruangan lab itu. Semua contoh
antimateri tercatat. Ruang kerja ayahnya tampak rapi. "Tidak ada orang yang
datang ke sini," ungkapnya. "Semuanya tampak baik-baik saja di atas sini."
Kohler tampak heran. "Di atas sini?" Vittoria menjawab tanpa berpikir panjang.
"Ya, di sini, di lab atas. "Kalian juga menggunakan lab di lantai bawah?" "Ya. Sebagai tempat
penyimpanan." Kohler menggelindingkan kursi rodanya untuk mendekati Vittoria.
Dia terbatuk lagi. "Kalian menggunakan ruangan HazMat sebagai tempat
penyimpanan" Untuk menyimpan apa?"
Material berbahaya itu, apa lagi! Vittoria mulai habis kesabarannya.
"Antimateri." Kohler mengangkat tubuhnya dengan tangannya bertumpu pada lengan kursinya. "Jadi
ada spesimen lain" Mengapa kamu tidak mengatakannya padaku dari tadi?"
"Aku baru saja mengatakannya!" Vittoria balas membentak. "Habis dari tadi kamu
tidak memberikanku kesempatan!"
"Kita harus memeriksa spesimen itu," kata Kohler. "Sekarang." "Spesimen itu
hanya ada satu. Dan baik-baik saja. Tidak
seorang pun dapat - " "Hanya satu?" Kohler ragu-ragu. "Mengapa tidak disimpan
di sini saja?" "Ayahku ingin contoh tersebut disimpan di bawah lapisan tanah
keras untuk berjaga-jaga. Contoh itu lebih besar dari yang lainnya."
Kekhawatiran yang muncul pada wajah Kohler dan Langdon sekarang juga pada muncul
di wajah Vittoria. Kohler bergerak mendekatinya lagi. "Kalian menciptakan sebuah
spesimen yang lebih besar daripada lima ratus nanogram?"
Kami harus membuatnya," Vittoria membela diri. "Kami harus membuktikan bahwa
ambang batas pengeluaran berbanding hasil dapat kami lalui dengan aman."
Vittoria tahu, masalah yang dimiliki oleh sumber bahan bakar baru adalah selalu
mengenai pengeluaran dibandingkan dengan hasil. Misalnya seberapa banyak uang
yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan bahan bakar tertentu. Membangun sebuah
anjungan minyak yang hanya mampu menghasilkan satu barel minyak adalah kesia-
siaan belaka. Jika anjungan itu, dengan pengeluaran tambahan minimal, dapat
menghasikan jutaan barel minyak, maka Anda akan untung besar. Hal yang sama juga
terjadi dengan antimeter. Menyiapkan elektromagnet yang besar hanya untuk
menciptakan satu sampel kecil antimateri menghabiskan energi yang lebih besar
daripada hasil yang didapatkan. Untuk membuktikan kalau teknologi antimateri itu
efisien dan dapat berguna, kita hams menciptakan sampel dengan dengan ukuran
yang lebih besar. Walau ketika itu ayah Vittoria ragu-ragu untuk menciptakan spesimen yang lebih
besar, Vittoria tetap mendesaknya. Alasannya, agar antimateri tersebut bisa
dianggap sebagai penemuan yang serius, dia dan ayahnya harus membuktikan dua
hal. Pertama, mereka bisa mendapatkan jumlah biaya yang efektif. Dan kedua,
spesimen itu dapat disimpan dengan aman. Akhirnya Vittoria menang dan ayahnya
mengalah. Meskipun begitu, Leonardo tetap menjalankan peraturan yang ketat,
seperti kerahasiaan dan akses. Ayahnya bersikeras untuk menyimpan antimateri itu
disimpan di ruang Haz-Mat - sebuah lubang dari batu granit yang besar yang
merupakan sebuah ruangan tambahan di bawah lab sedalam tujuh puluh kaki di bawah
tanah. Spesimen itu akan menjadi rahasia mereka. Dan hanya mereka berdua yang
dapat memasuki ruangan itu.
"Vittoria?" tanya Kohler, suaranya terdengar tegang. "Seberapa besar spesimen
yang kalian berdua ciptakan?"
Vittoria merasa getir. Dia tahu jumlah itu akan membuat semua orang takjub,
bahkan bagi Maximilian Kohler yang berwibawa itu. Vittoria membayangkan
antimateri yang mereka simpan di bawah. Baginya itu merupakan sebuah pemandangan
yang hebat. Antimateri tersebut tertahan di dalam perangkapnya. Dan titik kecil
yang menari-nari itu dapat dilihat oleh mata telanjang. Itu bukan lagi sebuah
titik mikrokospis, tetapi sebuah tetesan kecil seukuran peluru senapan angin.
Vittoria menarik napas dalam. "Seperempat gram." Wajah Kohler memucat. "Apa!"
Dia kemudian terbatuk sangat "Seperempat gram! Itu setara dengan ... hampir lima
kiloton!" Kiloton. Vittoria membenci kata itu. Kata itu tidak pernah digunakan oleh
ayahnya dan dirinya. Satu kiloton setara dengan 1.000 metrik ton dinamit.
Kiloton adalah istilah senjata. Alat untuk membunuh. Tenaga yang dapat merusak.
Sedangkan Vittoria dan ayahnya menyebutnya dalam volt dan joule - hasil energi
konstruktif. "Antimateri sebanyak itu dapat menghancurkan segalanya
dalam radius setengah mil!" seru Kohler. "Ya, jika diledakkan sekaligus,"
Vittoria balas membentak,
"dan itu tidak dapat dilakukan oleh siapa pun!" "Kecuali seseorang yang tidak
memahaminya dengan baik. Atau kalau batere yang menghasilkan medan
elektromagnetik mati!" Kohler bersiap menuju ke lift.
"Karena itulah ayahku menyimpannya di Haz-Mat, di bawah sebuah pembangkit
listrik yang tidak akan mati dan sebuah sistem keamanan yang sangat hebat.
Kohler berpaling dan menatap Vittoria dengan penuh harap. "Kalian memiliki
pengamanan tambahan di Haz-Mat?" "Ya. Sebuah alat pengenal retina yang kedua."
Kohler hanya mengatakan dua kata. "Ke bawah. Sekarang."
RUANG LIFT ITU meluncur dengan cepat seperti sebuah batu yang jatuh. Tujuh puluh
kaki lagi ke dalam bumi. Vittoria yakin dirinya dapat merasakan ketakutan dalam
diri kedua lelaki itu ketika lift bergerak semakin dalam. Wajah Kohler yang
biasanya tanpa ekspresi sekarang tampak tegang. Aku tahu, piker Vittoria.
Spesimen itu sangat besar, tapi kami sangat berhati-hati - Mereka tiba di dasar.
Pintu lift terbuka, dan Vittoria mendahului mereka berjalan ke koridor yang
remang-remang. Di ujung gang itu ada sebuah pintu baja besar. HAZ-MAT.
(Hazardous Material). Alat pengenal retina yang sama dengan yang terpasang di
lantai atas, terdapat di dekat pintu tersebut. Vittoria mendekatinya. Dengan
berhatihati, dia ingin menempelkan matanya di atas lensa itu.
Vittoria mundur. Ada yang salah. Lensa yang biasanya bersih itu ternoda ...
dikotori oleh sesuatu yang tampak seperti ... darah" Dengan bingung dia
berpaling pada kedua lelaki yang berdiri di belakangnya, tetapi tatapannya hanya
bertemu dengan wajah-wajah yang pucat seperti lilin. Baik wajah Kohler maupun
wajah Langdon sama-sama terlihat pucat. Mata mereka menatap lekat pada lantai di
dekat kaki Vittoria. Vittoria mengikuti arah tatapan mereka ... di bawah.
"Jangan!" seru Langdon sambil meraih Vittoria. Tetapi
terlambat. Tapi Vittoria sudah keburu melihat benda di atas lantai itu. Benda
itu tampak sangat aneh, namun juga sangat akrab baginya. Dan Vittoria hanya
memerlukan waktu sedetik saja. Kemudian, dengan ketakutan yang amat sangat, dia
tahu benda apa itu. Benda yang seperti menatapnya dari bawah, tercampak seperti
potongan sampah, adalah sebuah bola mata. Vittoria langsung bisa mengenali bola
mata berwarna cokelat yang sudah begitu akrab dengannya selama ini.
24 TEKNISI KEAMANAN ITU menahan napasnya ketika komandannya melongok melalui
bahunya untuk mengamati sekumpulan monitor keamanan di hadapan mereka. Satu
menit berlalu. Teknisi itu sudah mengira kalau komandannya itu tidak akan mengatakan apa-apa.
Komandannya adalah seorang lelaki yang kaku mengikuti protokol. Dia tidak akan
menjabat sebagai dan pada sebuah kesatuan keamanan yang paling baik di dunia
kalau sering bertindak dengan gegabah. Tetapi apa yang dipikirkannya" Benda yang
mereka sedang amati dalam monitor itu tampak erti semacam sebuah tabung - tabung
tembus pandang. Mengenali tabung itu memang mudah, tapi sulk untuk menentukan
tabung apa itu. Di dalam tabung itu terlihat setetes cairan metal yang mengambang di udara,
seolah-olah karena efek khusus. Tetesan itu hilang timbul bersamaan dengan
kedipan layar LED yang menampilkan hitungan mundur berwarna merah yang membuat
teknisi itu merinding. "Bisa kamu tambah kontrasnya?" perintah komandannya tiba-tiba sehingga
mengejutkan teknisi itu. Teknisi itu pun langsung melaksanakan perintah tersebut, dan membuat gambar itu
menjadi agak lebih terang. Komandan itu kemudian mencondongkan tubuhnya ke depan


Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lagi, menatap dengan mata yang ditajamkan lebih dekat pada sesuatu yang baru
saja terlihat pada dasar tabung itu.
Teknisi itu mengikuti tatapan mata komandannya. Samar samar mereka dapat melihat
beberapa huruf tercetak di samping layar LED tersebut. Empat huruf besar itu
berkilau dalam kedipan cahaya.
"Kamu tetap di sini saja," kata komandan itu. "Jangan katakan apa-apa. Aku akan
mengatasi ini." 25 RUANG HAZ-MAT. Lima puluh meter di bawah tanah. Vittoria Vetra terhuyung ke
depan, hampir jatuh menimpa alat pengenal retina yang berlumuran darah itu. Dia
merasa lelaki Amerika itu bergegas menolongnya, memeganginya, menopang tubuhnya.
Di atas lantai, di dekat kakinya, bola mata ayahnya menatapnya. Dia merasa ada
udara meledak di dalam paruparunya. Mereka mencungkil mata Ayah! Dunianya terasa
berputar Kohler mendekatinya, dan berbicara. Langdon menuntun Vittoria Seolah
dalam mimpi, Vittoria menatap ke dalam alat pengenal retina itu. Alat itu
mengeluarkan bunyi "bip". Pintu baja pun bergeser terbuka. Walaupun Vittoria
sudah merasa ketakutan ketika melihat bola mata ayahnya, Vittoria merasa bahwa
dia masih akan melihat hal yang lebih menakutkan lagi di dalam. Dan ketika dia
menatap ke dalam ruangan, dia melihat bagian selanjutnya dari mimpi buruknya. Di
depannya, satu-satunya podium yang berisi tabung perangkap antimateri itu kosong
melompong. Tabung itu hilang. Mereka mencungkil mata ayahnya untuk mencuri tabung tersebut.
Kenyataan itu terlalu bertubi-tubi bagi Vittoria sehingga dia sulit untuk
mencernanya. Semua rahasia telah bocor. Spesimen yang seharusnya ditujukan untuk
membuktikan bahwa antimateri merupakan sumber energi yang aman dan dapat dibuat,
telah dicuri. Tetapi seharusnya tidak ada orang yang mengetahui keberadaan
spesimen itu di sinil Walaupun begitu, fakta tersebut tidak dapat disangkal. Seseorang telah
mengetahuinya. Vittoria tidak dapat membayangkan siapa orang itu. Bahkan Kohler
yang mereka sebut sebagai orang yang tahu segalanya di CERN, jelas juga tidak
tahu apa-apa tentang proyek ini. Ayahnya meninggal. Dibunuh karena
kejeniusannya. Ketika perasaan duka menyakiti hatinya, sebuah perasaan baru
muncul dan menggugah kesadaran Vittoria. Yang ini malah jauh lebih buruk.
Melumatkan dan menusuk dirinya. Vittoria merasa bersalah. Perasaan bersalah yang
luar biasa besar. Vittoria menyadari kalau dirinyalah yang meyakinkan ayahnya
untuk membuat spesimen itu dan mengabaikan pertimbangan mulia ayahnya. Kim,
ayahnya dibunuh karenanya. Seperempat gram .... Seperti teknologi lainnya -
senjata, bubuk mesiu, mesin bakar - jika berada di tangan yang salah, antimateri
dapat menjadi benda yang berbahaya. Sangat berbahaya. Antimateri adalah senjata
pembunuh yang kejam dan tidak dapat dihentikan. Sekali dipindahkan dari tempat
pengisiannya di CERN, jam digital di tabung perangkapnya akan menghitung mundur
tanpa dapat dicegah. Seperti serangkaian kereta api yang melaju tanpa kendali.
Dan ketika waktunya habis .... Sebuah cahaya yang sangat menyilaukan akan
tercipta. Kemudian gelegar guntur, lalu api akan melalap semuanya. Hanya satu
kilatan cahaya ... lalu kawah kosong. Sebuah kawah besar yang kosong.
Bayangan akan hasil kejeniusan ayahnya yang luar biasa telah digunakan sebagai
alat pemusnah membuat darah Vittoria mendidih. Antimateri adalah senjata teroris
yang sangat ampuh. Dia tidak mengandung logam sehingga tidak dapat dideteksi
oleh alat pengenal metal, tidak ada bahan kimia sehingga anjing pelacak tidak
dapat mengendusnya, tidak ada sekering yang dapat dimatikan jika petugas
menemukan tabung itu. Hitungan mundur sudah dimulai ....
Langdon tidak tahu apa lagi yang harus dilakukannya. Dia kemudian mengeluarkan
saputangannya dan menebarkannya di atas lantai untuk menutupi bola mata Leonardo
Vetra. Sekarang Vittoria berdiri di ambang pintu ruang Haz-Mat yang kosong,
wajahnya tegang karena sedih dan panik. Langdon ingin mendekatinya, tetapi
Kohler menghalangi. "Pak Langdon?" wajah Kohler terlihat tanpa ekspresi. Dia mengajak Langdon
menjauh sehingga kata-katanya tidak dapat didengar Vittoria. Dengan enggan
Langdon mengikutinya dan meninggalkan Vittoria yang sedang berusaha
mengembalikan kekuatannya. "Kamu seorang ahli," kata Kohler, bisikannya
terdengar mendesak. "Aku ingin tahu, apa maksud para bedebah Illuminati dengan
mencuri antimateri temuan Vetra?"
Langdon mencoba untuk memusatkan pikirannya. Walau dikelilingi oleh kegilaan,
reaksi pertamanya masih masuk akalpenolakan akademis. Kohler masih saja membuat
perkiraanperkiraan. Perkiraan yang tidak masuk akal. "Kelompok Illuminati sudah
tidak aktif lagi, Pak Kohler. Saya yakin itu. Kejahatan ini dapat dilakukan oleh
siapa saja. Mungkin saja oleh pegawai CERN yang mengetahui terobosan Pak Vetra
dan berpikir kalau proyek itu terlalu berbahaya jika dilanjutkan."
Kohler tampak terpaku. "Anda pikir ini kejahatan dengan alasan sepele, Pak
Langdon" Tidak masuk akal. Siapa pun yang membunuh Leonardo pasti menginginkan
satu hal; spesimen antimateri. Dan tidak diragukan lagi, mereka memiliki rencana
tersendiri." "Maksud Anda, terorisme?" "Tentu saja." "Tetapi Illuminati bukanlah
kelompok teroris." "Katakan itu kepada Leonardo Vetra." Langdon merasakan adanya
kebenaran yang pedih di dalam pernyataan itu. Leonardo Vetra memang telah dicap
dengan simbol Illuminati. Darimana simbol itu berasal" Cap keramat itu tampaknya
terlalu sulit untuk dipalsukan oleh seseorang yang mencoba menghapus jejaknya
dengan mengalihkan kecurigaan ke tempat lain. Pasti ada penjelasan yang masuk
akal. Sekali lagi, Langdon memaksa dirinya untuk mempertimbangkan segala kemungkinan.
Jika Illuminati masih aktif, dan jika mereka mencuri antimateri itu, apa niat
mereka sesungguhnya" Apa sasaran mereka" Jawaban yang disediakan otaknya muncul
dengan begitu cepat. Namun Langdon mengusirnya dengan cepat juga. Benar,
Illuminati memang mempunyai musuh yang jelas, tetapi serangan teroris dengan
skala besar untuk melawan musuh adalah hal tidak dapat dibayangkan. Itu sama
sekali bukan sifat Illuminati. Memang, Illuminati telah membunuh banyak orang,
tetapi targetnya adalah perorangan, target yang diserang dengan hati-hati.
Penghancuran besar-besaran adalah pekerjaan berat. Langdon berhenti sejenak.
Pasti ada alasan yang luar biasa besar - antimateri adalah pencapaian tertinggi
yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dan bisa digunakan untuk menghancurkan -
Langdon tidak mau menerima pikiran gila itu. "Ada penjelasan logis lainnya
selain terorisme," katanya tiba-tiba. Kohler menatapnya. Menunggu. Langdon
mencoba memilah-milah berbagai pemikiran yang ada di kepalanya. Illuminati
memang memiliki kekuatan yang luar biasa melalui institusi keuangan yang
dimilikinya. Mereka menguasai bank. Mereka memiliki simpanan emas dalam jumlah
besar. Mereka dikabarkan memiliki batu mulia yang sangat bernilai di bumi ini -
Berlian Illuminati, sebentuk berlian bermutu tinggi dengan ukuran yang sangat
besar. "Uang," kata Langdon. "Antimateri itu mungkin dicuri untuk dijual."
Kohler tampak ragu. "Untuk dijual" Kamu pikir di mana orang bisa menjual satu
tetes antimateri?" "Bukan spesimennya," bantah Langdon. "Tetapi teknologinya. Teknologi antimateri
pasti memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Mungkin seseorang mencuri sampel
ini untuk dianalisis bagi pengembangan litbang pihak lain."
"Spionase industri" Tetapi tabung itu hanya memiliki waktu selama 24 jam sebelum
baterenya habis. Para peneliti itu akan meledak sebelum berhasil mempelajari apa
pun." Mereka dapat mengisi baterenya sebelum meledak. Mereka dapat membuat podium
pengisian batere yang mirip dengan yang ada di CERN."
"Dalam waktu 24 jam?" tantang Kohler. "Kalaupun mereka juga mencuri skema
pengisian batere, mereka masih membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk
membuatnya. Itu bukan alat yang bisa dibuat dalam hitungan jam!" "Dia benar."
Suara Vittoria bergetar. Kedua lelaki itu menoleh dan melihat Vittoria yang
bergerak ke arali mereka. Dia berjalan dengan langkah yang gemetar seperti
suaranya. "Dia benar. Tidak seorang pun dapat membuat alat pengisj ulang yang mirip
seperti yang kami miliki tepat pada waktunya Membuat permukaannya saja
memerlukan waktu beberapa minggu Kemudian penyaring fluks, kumparan bantu,
lapisan pendingin, semua disesuaikan ke tingkat energi tertentu agar bisa
cocok." Langdon mengerutkan keningnya. Dia sudah bisa menangkap maksudnya. Sebuah
perangkap antimateri bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah disambungkan ke
soket listrik di dinding. Begitu dipindahkan dari CERN, tabung itu sudah
dipastikan akan meledak dalam waktu 24 jam.
Kini yang tersisa hanya satu kesimpulan yang sangat mengganggu.
"Kita harus rnemanggil Interpol," kata Vittoria. Suaranya terdengar lirih. "Kita
harus menelepon pihak yang berwenang. Segera." Kohler menggelengkan kepalanya.
"Tidak bisa." Katakata itu membuat Vittoria terpaku. "Tidak" Apa maksudmu?"
"Kamu dan ayahmu telah menempatkan aku pada posisi yang sulit."
"Pak Direktur, kita memerlukan bantuan. Kita harus menemukan tabung itu dan
mengembalikannya ke sini sebelum ada yang terluka. Kita bertanggung jawab!"
"Kita punya tanggung jawab untuk berpikir," kata Kohler, nadanya mengeras.
"Situasi ini memiliki dampak yang luar biasa untuk CERN."
"Anda lebih memikirkan reputasi CERN" Anda tahu apa yang bisa diakibatkan oleh
tabung itu di daerah berpenduduk" Tabung itu dapat meledakkan sebuah daerah
beradius setengah mil! Sama dengan sembilan blok di dalam kota!"
"Mungkin kamu dan ayahmu seharusnya mempertimbangkan hal ini sebelum kalian
menciptakan spesimen itu."
Vittoria merasa seperti baru saja ditikam. "Tetapi ... kami sudah sangat
berhati-hati." "Tampaknya itu tidak cukup." "Tetapi tidak ada yang mengetahui
antimateri yang kami ciptakan." Tiba-tiba Vittoria sadar, itu tentu alasan yang
aneh. Kenyataannya sudah ada orang yang mengetahui keberadaannya. Seseorang
sudah menemukannya. Vittoria tidak pernah mengatakannya kepada siapa pun. Hanya ada dua penjelasan
lagi. Apakah ayahnya telah memercayai seseorang tanpa memberi tahu dirinya. Hal
itu tentu saja tidak mungkin, karena Leonardo Vetra adalah ayahnya dan mereka
berdua sudah bersumpah untuk menjaga kerahasiaan ini. Kemungkinan kedua adalah,
mereka berdua telah diamati. Ponsel mereka mungkin" Vittoria menyadari kalau
mereka pernah beberapa kali berbincang-bincang ketika Vittoria sedang bepergian.
Apakah mereka berbicara terlalu banyak" Itu mungkin saja. Lalu e-mail. Tetapi
mereka sudah sangat berhatihati, 'kan" Sistem keamanan CERN" Apakah ada orang
yang memantau kegiatan mereka tanpa sepengetahuan mereka" Vittoria tahu semua
itu tidak penting lagi. Kenyataannya semuanya sudah terjadi. Ayahku sudah
meninggal. Pikiran itu membuatnya bereaksi. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari
saku celana pendeknya. Kohler bergegas mendekatinya. Sambil terbatuk-batuk keras, matanya bersinar
marah. "Siapa ... yang kamu telepon?"
"Petugas operator telepon CERN. Mereka dapat menghubungkan kita dengan
Interpol." "Kuasai dirimu!" seru Kohler tersedak, menahan batuknya di depan Vittoria. "Apa
kamu begitu naif" Tabung itu mungkin sudah berada entah di mana sekarang. Tidak
ada agen rahasia mana pun yang dapat bergerak untuk menemukannya tepat pada
waktunya." "Jadi, kita tidak akan melakukan apa-apa?" Kemudian Vittoria merasa menyesal
karena telah berkata kasar pada lelaki tua yang sakit-sakitan itu. Tetapi sang
direktur sudah menyimpang terlalu jauh sehingga Vittoria tidak dapat
mengenalinya lagi. "Kita akan melakukan sesuatu yang cerdas," sahut Kohler "Aku tidak mau reputasi
CERN dalam bahaya dengan melibatkan polisi yang belum tentu dapat membantu kita.
Tidak. Tidak tanpa pertimbangan yang masak."
Vittoria tahu pemikiran Kohler masuk akal juga, tetapi dia juga tahu kalau
logika berpikir Kohler tidak memiliki landasan moral. Ayahnya selama ini hidup
dengan tanggung jawab moral. Dia adalah ilmuwan yang berhati-hati, bertanggung
jawab, dan percaya pada kebaikan di hati tiap manusia. Vittoria juga percaya
pada hal itu, tetapi dia memahaminya dalam pengertian karma. Vittoria berjalan
menjauh dari Kohler dan menghidupkan ponselnya. "Kamu tidak bisa melakukannya,"
kata Kohler. "Coba saja hentikan aku." Kohler tidak bergerak. Sesaat kemudian,
Vittoria baru menyadarinya. Mereka berada sangat jauh di bawah tanah, ponselnya
tidak mendapatkan nada sambung. Dengan marah, dia bergerak menuju lift.
26 SI HASSASSIN BERDIRI di ujung terowongan batu. Obomya masih menyala terang,
asapnya berbaur dengan aroma lumut dan udara apak. Kesunyian menyelimutinya.
Sebuah pintu besi yang menghalangi jalannya tampak setua terowongan itu sendiri;
berkarat tapi masih tampak kuat. Dia menunggu dalam kegelapan, dan merasa yakin.
Hampir tiba waktunya. Janus sudah berjanji, seseorang di dalam akan membukakan
pintu itu untuk dirinya. Si Hassassin terheran-heran bagaimana orang dalam itu
bisa berkhianat. Dia akan menunggu di depan sepanjang malam untuk melaksanakan
tugasnya. Tetapi dia merasa tidak perlu menunggu begitu lama karena dia bekerja
untuk seseorang yang berkuasa.
Beberapa menit kemudian, tepat seperti jam yang dijanjikan, terdengar suara
berkelontang seperti beberapa kunci besar yang berat sedang beradu di balik
pintu besi ini. Bunyi logam beradu dan terdengar berdentam-dentam ketika
beberapa gembok dibuka. Satu per satu, tiga gerendel besar terbuka. Kunci-kunci
itu berkeretak seolah sudah berabad-abad tidak digunakan. Akhirnya ketiga kunci
itu pun terbuka. Kemudian sunyi. Si Hassassin menunggu dengan sabar. Lima menit,
tepat seperti yang diperintahkan padanya. Kemudian dengan darah yang
menggelegak, dia mendorong. Pintu besar itu pun terayun dan terbuka lebar.
27 "VITTORIA, AKU TIDAK akan membiarkanmu!" seru Kohler. Napasnya terlihat semakin
berat dan menjadi lebih parah lagi ketika lift bergerak meninggalkan Haz-Mat.
Vittoria menghalanginya. Dia sangat membutuhkan tempat berlindung, sesuatu yang
terasa akrab dari tempat ini sudah tidak lag' dirasakannya. Dia tahu, seharusnya
semuanya tidak terjadi seperti ini. Sekarang, dia harus menelan kegetiran dan
bertindak dengan cepat. Cari telepon.
Robert Langdon berdiri di sampingnya, diam seperti biasa. Vittoria sudah tidak
bertanya-tanya lagi siapa lelaki itu sebenarnya.
Seorang ahli" Apa Kohler tidak bisa lebih spesifik lagi" Pak Langdon dapat
membantu kita untuk menemukan pembunuh ayahmu. Tetapi ternyata Langdon sama
sekali tidak menolong. Keramahan dan kebaikan hatinya memang tampak tidak
dibuatbuat, tetapi dia jelas menyembunyikan sesuatu. Kedua-duanya menyembunyikan
sesuatu. Kohler menatap Vittoria lagi. "Sebagai Direktur CERN, aku punya tanggung jawab
terhadap masa depan ilmu pengetahuan Jika kamu membesar-besarkan masalah ini
sehingga membuat masyarakat internasional geger, maka CERN akan menderita - "
"Masa depan ilmu pengetahuan?" Vittoria berpaling padanya. "Apakah Anda ingin
melarikan diri dari tanggung jawab dengan membantah kalau antimateri itu berasal
dari CERN" Apakah kamu ingin mengabaikan hidup orang banyak yang sedang dalam
bahaya karena ulah kita?"
"Bukan kita," kata Kohler keras. " Kalian. Kamu dan ayahmu." Vittoria
mengalihkan tatapannya. "Dan sejauh membahayakan hidup orang banyak," kata
Kohler lagi, "ini memang tentang kehidupan. Kamu tahu kalau teknologi antimateri
memiliki dampak yang besar sekali bagi kehidupan di planet ini. Kalau CERN
bangkrut, hancur oleh skandal, semua orang merugi. Masa depan manusia berada di
tempat seperti CERN. Para ilmuwan seperti dirimu dan ayahmu, bekerja untuk
mengatasi berbagai masalah di masa depan."
Vittoria pernah mendengar kuliah Kohler yang mengagungagungkan ilmu pengetahuan,
tapi dia tidak pernah memercayainya. Ilmu pengetahuan itu sendiri menghasilkan
separuh dan masalah yang ingin dia pecahkan. "Kemajuan" adalah keburukan paling
parah yang pernah terjadi di bumi.
"Kemajuan ilmu pengetahuan memang memiliki risiko," kata Kohler. "Memang selalu
begitu. Program luar angkasa, penelitian genetika dan obat-obatan - semuanya
pernah mengalami kegagalan. Ilmu pengetahuan harus bertahan hidup dari kesalahan
yang pernah diperbuatnya dengan segala cara. Demi semua orang.
Vittoria mengagumi kemampuan Kohler dalam menimbang moral dari sudut pandang
ilmu pengetahuan. Kepandaian yang dimilikinya itu sepertinya berasal dari
perpisahannya dengan jiwanya sehingga membuatnya menjadi pribadi yang dingin dan
tanpa ekpresi. "Kamu pikir CERN begittu pentingnya bagi masa depan bumi sehingga
kita bisa terbebas dari tanggung jawab moral?"
"Jangan berdebat tentang moral denganku. Kalian sudah melewati batas ketika
kalian membuat spesimen itu. Kalian juga telah membuat seluruh fasilitas ini
dalam bahaya. Aku tidak hanya sedang berusaha melindungi lapangan kerja bagi
tiga ribu ilmuwan yang bekerja di sini, tapi juga reputasi ayahmu. Pikirkan
tentang ayahmu. Seseorang seperti ayahmu tidak seharusnya dikenang sebagai
pencipta senjata pemusnah masal."
Vittoria merasa kata-kata Kohler seperti meninjunya tepat di tengah sasaran.
Akulah yang meyakinkan ayahku agar membuat spesimen itu. Ini kesalahanku!
Ketika pintu lift terbuka, Kohler masih berbicara. Vittoria melangkah keluar
lift lalu mengeluarkan ponselnya, dan berusaha untuk menelepon kembali.
Masih tidak ada nada sambung. Sialan! Dia kemudian berjalan ke arah pintu.
"Vittoria, berhenti." Sepertinya asma yang diderita Kohler mulai kambuh ketika
dia berusaha mengejar Vittoria. "Pelanpelan, nak. Kita harus bicara." "Basta di
parlarel" Pikirkan ayahmu," seru Kohler. "Apa yang kira-kira akan


Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dia lakukan?" Vittoria terus berjalan. "Vittoria, aku belum mengatakan semuanya
padamu." Vittoria merasakan ayunan kakinya melambat. Aku tidak tahu apa yang
kupikirkan," kata Kohler. "Aku hanya mencoba melindungimu. Katakan saja apa
maumu. Kita perlu bekerja sama sekarang."
Vittoria benar-benar berhenti sekarang dan berdiri di tengah-tengah ruangan lab.
Tetapi dia tidak memutar tubuhnya. "Aku ingin menemukan antimateri itu. Dan aku
ingin tahu siapa pembunuh ayahku." Dia menunggu. Kohler mendesah. "Vittoria,
kami sudah tahu siapa pembunuh ayahmu. Maafkan aku." Sekarang Vittoria berpaling. "Apa katamu?" "Aku
tidak tahu bagaimana mengatakannya padamu. Ini
sulit - " "Kamu tahu siapa pembunuh ayahku?" "Kami punya petunjuk yang jelas.
Pembunuh itu meninggalkan semacam kartu nama. Karena itulah aku mengundang Pak
Langdon. Kelompok yang mengklaim untuk bertanggung jawab adalah bidang
kajiannya." "Kelompok" Kelompok teroris?" "Vittoria, mereka mencuri seperempat
gram antimateri." Vittoria menatap Robert Langdon yang berdiri di seberang
ruangan. Segalanya mulai tampak semakin jelas sekarang. Beberapa rahasia mulai
terkuak. Vittoria bertanya dalam hati kenapa tidak menyadarinya dari tadi.
Ternyata Kohler sudah memanggil pihak yang berwenang. Robert Langdon adalah
orang Amerika yang bersih, konservatif, dan jelas sangat cerdas. Siapa lagi
kalau bukan orang yang berwenang" Vittoria seharusnya dapat menerka sejak awal.
Dia merasa menemukan harapan baru ketika dia berpaling pada Langdon.
"Pak Langdon, aku ingin tahu siapa yang membunuh ayahku. Dan aku ingin tahu
apakah institusi Anda dapat membantu kami untuk menemukan antimateri itu."
Langdon tampak bingung. "Institusi saya?" "Anda bekerja untuk dinas intelijen
Amerika, bukan?" "Sebenarnya ... tidak." Kohler menyela. "Pak Langdon adalah
seorang dosen sejarah seni di Harvard University." Vittoria merasa seperti disiram air es.
"Seorang guru seni?" "Dan ahli simbologi." Kohler mendesah. "Vittoria, kami
yakin ayahmu dibunuh oleh kelompok pemuja setan." Vittoria mendengar kata itu
tapi otaknya tidak mampu mencernanya. Kelompok pemuja setan" "Kelompok yang mengaku bertanggung jawab
menyebut diri mereka Illuminati." Vittoria menatap Kohler kemudian ke arah Langdon sambil
bertanya-tanya apakah ini semacam lelucon saja. "Kelompok Illuminati?" dia
bertanya. "Seperti kelompok Illuminati Bavaria?"
Kohler tampak heran. "Jadi kamu sudah pernah mendengar tentang mereka?"
Vittoria hampir menangis karena putus asa. "Illuminati Bavaria: Tata Dunia Baru.
Itu adalah permainan komputer karya Steve Jackson. Separuh dari ilmuwan di sini
memainkan permainan itu di internet." Suara Vittoria menjadi serak. "Tetapi aku
tidak mengerti ...." Kohler menatap Langdon dengan tatapan bingung. Langdon
mengangguk. "Itu memang game yang populer. Persaudaraan kuno yang ingin
mengambil alih dunia. Game semi historis. Aku tidak tahu kalau game itu juga
terkenal di Eropa." Vittoria marah. "Apa yang kamu bicarakan" Kelompok Illuminati" Itu hanya
permainan dalam komputer!"
"Vittoria," kata Kohler. "Illuminati adalah kelompok yang mengaku bertanggung
jawab atas kematian ayahmu."
Vittoria berusaha untuk tetap tabah agar tidak menangis. Dia memaksa dirinya
untuk bertahan dan menanggapi keadaan dengan logis. Tetapi semakin dia berusaha
untuk mengerti, semakin dia tidak mengerti. Ayahnya baru saja dibunuh. CERN
menderita karena keamanan mereka yang ketat berhasil dibobol. Di suatu tempat,
ada sebuah bom waktu yang akan meledak sebentar lagi dan dia merasa bertanggung
jawab karenanya. Dan Direktur CERN malah memilih seorang guru seni untuk
menolong agar bisa menemukan persaudaraan pemuja setan dari negeri dongeng.
Vittoria tiba-tiba merasa sendirian. Dia beranjak pergi, tetapi Kohler
menghalanginya. Kohler merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu. Dia kemudian
mengeluarkan secarik kertas fakj kumal dan menyerahkannya pada Vittoria.
Vittoria terhuyung karena merasa sangat ngeri ketika matanya menatap pada gambar
itu. "Mereka mencapnya," kata Kohler. "Mereka mencap dada ayahmu."
28 SYLVIE BEAUDELOQUE, sekretaris Maximilian Kohler, sedanj panik. Dia berjalan
hilir-mudik di dalam ruang kerja atasannya yang kosong. Di mana sih dia" Apa
yang harus kulakukan"
Hari ini aneh sekali. Tentu saja, bekerja dengan seorangl Maximilian Kohler,
Sylvie selalu memiliki kemungkinan untuk mengalami hari yang aneh. Tetapi hari
ini Kohler bersikap sangan aneh.
"Cari Leonardo Vetra!" perintahnya ketika Sylvie tiba pagi ini.
Dengan patuh, Sylvie menyeranta, menelepon dan mengiriml e-mail ke alamat
Leonardo Vetra. Tidak ada jawaban. Kohler kemudian meninggalkan kantornya dengan
marah. Sepertinya dia ingin mencari Vetra sendiri. Ketika Kohler kembali ke
kantornya beberapa jam kemudian, Kohler tampak tidak sehat ... bukan berarti dia
pernah kelihatan benar-benar sehat. Tetapi kali ini atasannya itu terlihat lebih
buruk dari biasanya. Kohler mengunci diri di kantornya, tapi Sylvie masih dapat
mendengar kegiatan Kohler dari luar ruangan. Sekretaris itu mendengar suara
Modern Kohler bekerja, suara Kohler yang sedang menelepon Kohler mengirimkan
faks, dan berbicara lagi di telepon. Kemudian bosnya itu lalu pergi lagi. Dan
sejak itulah sang direktur kembali lagi ke kantornya.
Sylvie akhirnya memutuskan untuk mengabaikan atasannya unik serta melodramatis
itu. Tapi Sylvie mulai prihatin ketika Kohler tidak juga kembali pada waktu dia
harus disuntik. Kesehatan bosnya itu memerlukan perawatan yang teratur. Kohler pernah memutuskan
untuk tidak mau disuntik lagi, tapi hasilnya lalu buruk; dia mengalami kesulitan
bernapas, batukbatuk, dan dimarahi oleh perawatnya. Kadang-kadang Sylvie
berpikir kalau Kohler sesungguhnya sudah ingin mati saja.
Sylvie berpikir untuk menyerantanya dan memperingatkan Kohler akan jadwal
suntiknya. Tapi Sylvie tahu belas kasihan adalah hal yang paling dibenci oleh
Kohler yang sombong itu. Minggu lalu, Kohler pernah sangat marah pada seorang
ilmuwan yang datang mengunjunginya. Lelaki itu menunjukkan rasa kasihannya
kepada Kohler sehingga membuat pimpinannya itu berang. Kohler berusaha untuk
berdiri dari kursi rodanya dan melemparkan sebuah papan berpenjepit ke kepala
orang itu. Ternyata Raja Kohler dapat juga bertindak cekatan jika dia sedang
tersinggung. Tapi kemudian perhatian Sylvie terhadap keadaan kesehatan atasannya teralihkan
oleh sebuah masalah yang lebih pelik. Resepsionis CERN menghubunginya lima menit
yang lalu dengan suara yang panik dan berkata kalau ada panggilan penting untuk
sang direktur. "Dia tidak ada di tempat," kata Sylvie. Kemudian resepsionis
mengatakan kepada Sylvie siapa
yang menelepon. Sambil tertawa keras, Sylvie berkata, "Kamu sedang bercanda,
kan?" Dia lalu mendengarkan lagi, wajahnya kemudian berubah muram karena tidak
percaya dengan apa yang didengarnya. "Kamu memeriksa identitas si penelepon
dengan baik - " Sylvie mengerutkan keningnya. "Aku mengerti. Baiklah. Bisakah kamu
menanyakan apa - " Dia mendesah. "Tidak. Tidak apa-apa. Katakan padanya untuk
menunggu. Aku akan mencari Pak Direktur sekarang juga. Ya. Aku mengerti. Aku
akan segera mencarinya."
Tetapi Sylvie tidak kunjung menemukan Pak Direktur. Dia sudah berusaha
menghubungi ponselnya sebanyak tiga kali dan selalu mendapatkan pesan yang sama.
"Pemilik ponsel yang Anda hubungi sedang berada di luar jangkauan." Di luar
jangkauan" Memangnya seberapa jauh dia bisa bepergian" Sylvie pun akhirnya
memutar nomor penyeranta Kohler sebanyak dua kali. Tidak ada jawaban. Betul-
betul tidak seperti biasanya. Bahkan, dia juga mengirim e-mail ke komputer kecil
yang selalu dibawa-bawa oleh Kohler. Tidak ada jawaban juga. Sepertinya orang
itu menghilang ditelan bumi.
Jadi, apa yang harus kulakukan" Sekarang Sylvie bertanyatanya.
Sambil berjalan hilir mudik dan berusaha mencari bosnya, Sylvie tahu hanya
tinggal satu cara untuk menarik perhatian Kohler. Pak Direktur pasti tidak akan
menyukainya, tetapi orang yang meneleponnya itu bukanlah orang yang boleh
dibiarkan menunggu. Terlebih lagi, orang yang menelepon tadi sepertinya juga
tidak senang kalau Sylvie berkata Pak Direktur sedang tidak ada di tempat.
Sambil merasa terkejut dengan keberaniannya sendiri, Sylvie akhirnya membuat
keputusan. Dia berjalan masuk ke kantor Kohler dan mencari kotak logam yang
menempel di dinding yang berada di belakang meja kerjanya. Dia membuka tutupnya,
memandang berbagai tombol yang terdapat di sana, lalu menemukan tombol yang
tepat. Setelah itu dia menarik napas dalam dan meraih gagang mikrofon.
29 VITTORlA TIDAK INGAT bagaimana mereka bisa sampai ke dalam lift utama. Lift itu
bergerak naik. Kohler berada di belakangnya, napasnya terdengar berat. Tatapan
mata Langdon yang penuh keprihatinan juga tidak berhasil menenangkannya. Langdon
sudah mengambil kertas faks itu dari tangan Vittoria dan menyimpannya di dalam
saku jasnya agar jauh dari pandangan Vittoria. Tetapi gambar itu masih terus
membayanginya. Ketika lift itu bergerak naik, dunia Vittoria seperti berputar ke dalam
kegelapan. Papa! Dia berusaha menggapai-gapai ayahnya. Sepertinya Vittoria bisa
melihat dirinya sendiri sedang bersamasama dengan ayahnya. Saat itu dia berusia
sembilan tahun. Dia sedang berguling-guling menuruni bukit yang dihiasi oleh
bunga edelweiss, sementara langit Swiss berputar di atasnya.
Papa! Papa! Leonardo Vetra tertawa di samping putrinya, wajahnya
berseri-seri. "Ada apa, Malaikat Kecilku?" "Papa!" putri kecilnya terkekeh,
sambil mendekatkan tubuhnya minta dipeluk. "Coba tanya, what's the matter" "Untuk apa aku
menanyakan keadaanmu, Sayang. Kamu
terlihat gembira." "Ayo tanya saja." Leonardo mengangkat bahunya. "What's the
matter?" Putrinya langsung tertawa. "What's the matter" Semuanya adalah materi!
Bebatuan! Pepohonan! Atom-atom! Bahkan hewan pemakan semut itu! Semuanya itu
materi!" Leonardo tertawa. "Ini hanya akal-akalanmu saja, 'kan?" "Aku pandai
sekali, bukan?" "Einstein kecilku." Vittona mengerutkan keningnya. "Rambut orang
itu tampak tolol. Aku pernah melihat fotonya." "Walau begitu, dia mempunyai otak yang
pandai. Aku 'kan pernah menceritakan padamu tentang apa yang dibuktikan oleh
Einstein, bukan?" Mata Vittoria terbelalak karena ketakutan. "Papa! Jangan. Papa sudah berjanji!"
"E=MC 2," kata Leonardo sambil bercanda dan menggelitik putrinya. "E=MC2!"
"Jangan ada matematika! Aku sudah bilang padamu. Aku benci matematika!"
"Aku senang kamu membencinya. Karena anak perempuan memang tidak boleh belajar
matematika." Vittoria tiba-tiba mematung. "Tidak boleh?" "Tentu saja tidak
boleh. Semua orang juga tahu. Anak perempuan hanya boleh main boneka. Anak laki-
laki harus belajar matematika. Tidak ada matematika untuk anak perempuan. Aku
bahkan tidak boleh berbicara tentang matematika dengan anak perempuan." "Apa"
Tetapi itu tidak adil!" "Peraturan adalah peraturan. Tidak ada matematika untuk
anak perempuan." Vittoria tampak ketakutan. "Tetapi, main boneka itu
membosankan!" "Maafkan aku," kata ayahnya. "Aku bisa saja berbicara tentang matematika
kepadamu, tetapi kalau aku ketahuan ...." Ayahnya pura-pura melihat sekeliling
seperti ada orang yang sedang mengintai mereka dari perbukitan yang sunyi di
sekitar mereka. Vittoria mengikuti pandangan mata ayahnya. "Baiklah, katanya sambil berbisik.
"Aku mau belajar matematika. Tapi diam-diam saja, ya?"
Gerakan lift itu mengejutkan Vittoria. Dia membuka
matanya. Gambaran ayahnya sudah menghilang. Kenyataan kembali menyerbunya,
menyelimutinya dengan tangannya yang dingin. Dia memandang Langdon. Tatapannya
yang menyorotkan keprihatinan terlihat tulus dan terasa seperti malaikat
pelindung, terutama di sekitar aura Kohler yang
Tapi satu kekhawatiran mulai mendera kesadaran Vittoria dengan bertubi-tubi. Di
mana antimateri itu" Jawaban untuk pertanyaan yang mengerikan itu ternyata tidak
berjarak terlalu jauh. 30 "MAXIMILIAN KOHLER. Mohon segera menghubungi kantor Anda."
Ketika pintu lift itu terbuka di atrium utama, sinar matahari yang benderang
menyergap mata Langdon. Sebelum gema dari pengumuman itu menghilang, semua
peralatan elektronik di kursi Kohler mulai berbunyi "bip" dan berdering
sambungmenyambung. Penyerantanya. Teleponnya. E-mailnya. Kohler membaca pesan
yang masuk dengan perasan bingung yang membayang jelas di wajahnya. Sang
direktur sudah menjejak di permukaan sekarang dan sudah dapat dihubungi.
"Direktur Kohler, harap menghubungi kantor Anda." Mendengar namanya dipanggil
dengan pengeras suara membuat Kohler terkejut.
Dia menatap ke atas dengan wajah marah, tapi dia kemudian sadar kalau ada hal
yang penting di kantornya. Kohler menatap Langdon lalu beralih ke mata Vittoria.
Mereka tidak bergerak untuk beberapa saat, seolah ketegangan di antara mereka
telah terhapus dan digantikan oleh sebuah firasat yang menyatukan ketiganya.
Kohler mengambil ponselnya dari sandaran tangannya. Dia memutar sebuah nomor dan
terbatuk keras lagi. Vittoria dan Langdon menunggu.
"Ini ... Direktur Kohler," katanya sambil mendesah serak "Ya" Aku tadi berada di
bawah tanah, di luar jangkauan." Kohler lalu mendengarkan, mata kelabunya
membelalak. "Siapa" Ya sambungkan." Kemudian sunyi. "Halo" Ini Maximilian Kohler
Saya Direktur CERN. Dengan siapa saya berbicara?"
Vittoria dan Langdon menatapnya dalam diam ketika Kohler mendengarkan orang yang
meneleponnya itu berbicara.
Akhirnya Kohler berkata, "Tidak baik rasanya kalau kita membicarakannya di
telepon. Saya akan segera ke sana." Dia terbatuk lagi. "Temui saya ... di
Bandara Leonardo da Vinci. Empat puluh menit lagi." Napas Kohler tampaknya
sangat berat sekarang. Dia mulai batuk-batuk lagi dan hampir tidak dapat
berbicara. "Temukan tabung itu segera ... aku akan datang." Lalu dia mematikan
teleponnya. Vittoria berlari ke sisi Kohler, tetapi Kohler sudah tidak dapat berbicara lagi.
Langdon melihat Vittoria mengeluarkan ponselnya dan menyeranta perawat CERN.
Langdon merasa seperti berada dalam kapal yang tengah diamuk badai ...
terombang-ambing, tapi dia belum boleh pergi dari situ.
Temui saya di Bandara Leonardo da Vinci. Kata-kata Kohler menggema.
Bayangan-bayang ketidakpastian yang selama menyelimuti pikiran Langdon sepanjang
pagi itu, dalam sekejap menemukan bentuknya menjadi sebuah gambar yang jelas.
Ketika dia berdiri di ruang utama CERN, Langdon seperti mendapatkan
penjelasan ... seolah penghalang yang selama ini menutupi pemikirannya telah
terbuka. Ambigram. Pastor/ilmuwan yang terbunuh. Antimateri. Dan sekarang ...
sasaran itu. Kata Bandara Leonardo da Vinci hanya memiliki satu arti. Ketika dia
menyadari kenyataan yang sebenarnya, Langdon tahu kalau dia baru saja mengubah
keyakinannya. Sekarang dia percaya. Lima kiloton. Jadilah cahaya.
Dua orang paramedis mengenakan pakaian putih muncul sambil berlari menyeberangi
atrium. Mereka berlutut di sisi Kohler kemudian memasangkan topeng oksigen pada
wajahnya. Para ilmuwan yang berada di gang itu berhenti dan kembali berdiri.
Kohler menghirup napas panjang dua kali, lalu menyingkirkan itu dari mulutnya.
Kemudian dengan masih megap-megap, Dia menatap Vittoria dan Langdon lalu berkata
pendek, "Roma."
"Roma?" tanya Vittoria. "Antimateri itu ada di Roma" Siapa yang menelepon?"
Wajah Kohler berkerut, mata kelabunya berair. "... Swiss." Dia tersedak ketika
mengucapkan kata-katanya. Paramedis lalu memasang kembali topeng oksigen itu di
wajahnya. Ketika mereka bersiap untuk membawanya pergi, Kohler mengulurkan
tangannya dan meraih lengan Langdon. Langdon mengangguk. Dia mengerti. "Pergilah
...." Kohler bersuara serak di balik topengnya. "Pergilah ... telepon aku...."
Lalu paramedis itu mendorongnya pergi.
Vittoria berdiri terpaku sambil memandang lantai, lalu menatap Kohler yang
tengah dibawa pergi. Dia kemudian berpaling memandang Langdon. "Roma" Tetapi...
apa hubungannya dengan Swiss?"
Langdon meletakkan tangannya di atas bahu Vittoria dan berbisik lembut. "Garda
Swiss. Mereka adalah pengawal tersumpah di Vatican City."
31 MESIN PESAWAT TERBANG X-33 bergemuruh di angkasa dan menuju ke selatan, ke Roma.
Di dalamnya, Langdon duduk dalam keheningan. Lima belas menit terakhir terasa
kabur baginya. Sekarang, dia selesai memberikan keterangan singkat pada Vittoria
tentang Illuminati dan sumpah mereka untuk melawan Vatican, suasana di ruangan
itu menjadi seperti tenggelam.
Apa yang sedang kulakukan" Langdon bertanya-tanya. Aku seharusnya pulang ke
rumah begitu ada kesempatan! Tapi jauh di lubuk hatinya, dia tahu dirinya tidak
akan mendapatkan kesempatan itu.
Seharusnya dia pulang ke Boston. Walau begitu, kekaguman akademisnya memintanya
untuk bersikap bijaksana. Segala yang pernah dipercayainya tentang kematian
kelompok Illuminati tibatiba seperti hendak runtuh. Sebagian dari dirinya
rnenginginkan bukti. Penegasan. Tapi ada juga panggilan hati nurani. Dengan
Kohler yang merana karena sakit dan Vittoria yang sendirian, Langdon tahu apa
yang diketahuinya tentang Illuminati dapat membantu mereka. Langdon merasa


Macan Tutul Di Salju Leopard In The Snow Karya Anne Mather di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memiliki kewajiban moral untuk tetap tinggal.
Tapi ternyata masih ada alasan yang lain lagi. Walau Langdon merasa malu untuk
mengakuinya, ketakutannya yang terbesar ketika mendengar tentang tempat
antimateri ditemukan bukan hanya menyangkut nasib orang-orang yang berada di
Vatican City, tapi juga sesuatu hal yang lain.
Seni. Koleksi benda-benda seni terbesar di dunia sekarang sedang berada di atas
sebuah bom waktu. Di dalam 1.407 ruangan yang terdapat di Museum Vatican,
tersimpan 60.000 benda seni berharga seperti karya-karya Michaelangelo, da
Vinci, Bernini, dan Botticelli. Langdon bertanya-tanya apakah semua benda seni
itu bisa diselamatkan untuk menghadapi situasi terburuk. Dia tahu itu tidak
Pedang Keadilan 14 Wiro Sableng 095 Jagal Iblis Makam Setan Perguruan Sejati 6
^