Pencarian

Princess 4

Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion Bagian 4


memeluk perutku. Kami langsung terlelap, karena hidup
kami telah ditetapkan dengan sangat cermat, dan tak
satupun dari kita mengetahuinya.
Pagi keesokan harinya, aku meninggalkan Karim
yang sedang bercukur dan bergerak perlahan menuruni
tangga. Aku mendengar suara Norah sebelum aku
melihatnya. Ia sedang melantunkan kutipan sebuah
pepatah. Aku mengutuk sambil menarik nafas namun
mendengarkannya dengan tenang di gang masuk.
'Laki-laki yang menikahi perempuan karena
kecantikannya akan terperdaya; laki-laki yang menikahi
perempuan karena kebaikannya baru bisa dikatakan
menikah dengan benar."'
Aku sedang tidak ingin melawan sehingga aku pikir
lebih baik berbatuk-batuk untuk memberi tahu kehadiran-
ku. Ketika Norah mulai akan bicara lagi, aku berubah
pikiran. Aku menahan nafas dan menyiapkan telingaku
untuk mendengarkan kata-katanya.
'Asad, gadis itu sudah pernah menikah. Ia pun
segera bercerai. Siapa yang tahu alasannya"
Pertimbangkan anakku. Kamu bisa menikahi siapa pun
yang kamu inginkan. Kamu lebih baik menikah dengan
perempuan yang masih perawan, bukan dengan
181 perempuan yang sudah pernah dipakai! Di samping itu,
anakku, kamu lihat bola api, yaitu Sultana. Akankah
saudarinya berbeda dengannya"'
Aku membawa perut besarku menuju ruangan itu,
jantungku berdebar. Ia sedang memperingati Asad untuk
tak menikahi Sara. Tidak hanya itu; macan tutul tak akan mengganti tutul-
tutulnya; dalam hati Norah ia masih
membenciku. Aku adalah minuman pahit yang harus
ditelannya. Sadar akan karakter Asad yang bebas tanpa beban,
aku tidak dalam posisi mendukung cintanya dan cinta
Sara. Sekarang aku sekadar merestui keinginan mereka.
Aku bisa dengan mudah melihat ekspresi Asad
bahwa tak seorang pun bisa mengubah kemauannya. Ia
laki-laki yang sedang dimabuk cinta.
Percakapan itu berhenti ketika mereka melihat
wajahku, namun aku dengan susah payah menutupi
kemarahanku; aku geram karena Norah mengira bahwa
perkawinan anak laki-lakinya dengan saudariku akan
menimbulkan penderitaan. Tentu saja aku tidak bisa
membantah sifatku yang suka memberontak. Itu adalah
watak dari masa kecilku dan aku tak ingin mengubahnya.
Tapi aku merasa jengkel jika dikatakan bahwa Sara
memiliki watak yang sama denganku!
Di masa kecil, aku sering mendengar banyak orang
tua berkata: 'jika kamu berdiri di dekat pandai besi, kamu akan terkena panas
jelaga, namun jika kamu berdiri di
dekat penjual parfum kamu akan ikut wangi.' Aku
menyadari itu, sejauh yang dikhawatirkan Norah, Saralah
yang membawa jelaga untuk adik kecilnya.
Perasaanku sekarang sangat marah pada ibu
mertuaku. Kecantikan Sara menimbulkan kecemburuan
banyak perempuan. Aku tahu, penampilan Sara sangat
182 dekat dengan sifat yang lemah lembut dan kecerdasan
yang berkobar-kobar. Sara yang malang!
Asad berdiri dan mengangguk ringan ke arahku. Ia
menjauh dari hadapan kami. Norah tampak seperti
seseorang yang menderita luka pisau belati saat Asad
berbalik dan berkata: 'Keputusanku sudah bulat. Jika aku diterima oleh dia dan
keluarganya, tak ada yang bisa
menghalangiku.' Norah berteriak mencak-mencak mencela anaknya
yang tak tahu adat dan mencoba membebaninya dengan
rasa bersalah saat ia berseru bahwa ia tak akan lama lagi di dunia ini;
jantungnya melemah setiap hari. Ketika Asad mengabaikannya, ia menggelengkan
kepalanya dengan sedih. Dengan kening berkerut, sambil berpikir, ia
menyeruput segelas kopi. Pasti ia sedang merencanakan
sesuatu terhadap Sara seperti ia membuat rencana untuk
perempuan Libanon itu. Dengan emosi yang memuncak, aku membunyikan
bel untuk memanggil tukang masak, memintanya
menyediakan yogurt dan buah untuk sarapan. Marci
masuk ke dalam ruangan dan jemarinya yang ahli
memijat kakiku untuk menghilangkan rasa sakit. Norah
berusaha mengajak bicara, namun aku masih marah; aku
tak mau meresponnya. Ketika hendak menggigit stroberi
segar yang dikirim setiap hari dari Eropa rasa sakit akan melahirkan membuatku
terduduk di lantai. Aku takut dan
menjerit kesakitan, karena sakit yang sangat parah ini
datang terlalu cepat. Aku tahu bahwa sakit itu pasti
dimulai dengan denyutan, karena tanda-tanda sakit akan
melahirkan ini telah mulai timbul kemarin.
Kekacauan muncul ketika Norah berteriak keras
memanggil Karim, Sara, perawat khusus dan para
pelayan. Dalam sekejap, Karim menggendongku dan
membawaku cepat-cepat ke bagian belakang limusin yang
183 sangat panjang, yang dengan khusus dirancang untuk
mengantisipasi peristiwa semacam ini. Kursi-kursinya
dikeluarkan dan sebuah tempat tidur dipasang di satu sisi.
Tiga kursi kecil disediakan untuk duduk Karim, Sara dan
perawat. Dokter dari London dan suster lain telah siap
siaga dan mengikuti dengan limusin yang berbeda.
Aku berpegangan pada sandaranku sementara
perawat dengan sia-sia mencoba memeriksa detak
jantungku. Karim berteriak pada sopir untuk berjalan lebih cepat; namun perintah
itu segera dibatalkannya, dengan
menyatakan bahwa sembrono mengemudi akan
membunuh kita semua. Ia memukul bagian belakang
kepala sopir malang itu karena mengizinkan pengendara
lain memotong jalan mobil kami.
Karim mulai mengutuk dirinya sendiri karena tidak
mempersiapkan kawalan polisi. Sara berusaha sepenuh
tenaga menenangkan Karim, tapi suamiku itu sudah
seperti badai yang mengamuk. Akhirnya, perawat Inggris
berkata dengan keras di depan wajah Karim; perawat itu
menyampaikan bahwa kelakuan Karim bisa
membahayakan istri dan anaknya. Perawat itu
mengancam akan mengeluarkannya dari kendaraan jika
tidak juga diam. Sebagai seorang pangeran terkemuka kerajaan yang
tidak pernah menerima kritik dari perempuan dalam
hidupnya, Karim kaget dan tak bisa berkata-kata. Kami
semua bernafas lega. Petugas rumah sakit dan sejumlah besar staf yang
disuruh bersiaga sudah menunggu di pintu samping.
Petugas itu sangat gembira bahwa anak kami akan
dilahirkan di institusinya, karena pada saat itu banyak
keluarga muda kerajaan pergi keluar negeri untuk
melahirkan. 184 Aku melahirkan sangat lama dan sulit, karena aku
masih sangat muda dan berbadan mungil sedangkan
bayiku besar dan bandel. Aku tak begitu ingat saat
kelahiran itu; karena aku dibius. Ketegangan para staf
memenuhi ruangan, dan aku mendengar dokter mencerca
stafnya berkali-kali. Tak diragukan lagi, mereka semua,
begitu juga dengan suami dan keluargaku, berdoa
mengharapkan kelahiran seorang anak laki-laki. Upah
mereka akan besar jika anak laki-laki yang lahir; jika anak perempuan yang
lahir, akan muncul kekecewaan besar.
Persoalannya, aku sendiri sangat menginginkan anak
perempuan. Negeriku harus berubah, dan aku tersenyum
menantikan bayi perempuan.
Kegembiraan sang dokter dan stafnya
membangunkanku dari keadaan terbius. Seorang anak
laki-laki telah lahir! Aku yakin aku mendengar dokter itu berbisik ke telinga
perawatnya: 'Orang yang bersorban itu akan mengisi penuh kantongku karena hadiah
ini!' Pikiranku protes atas penghinaan pada suamiku ini,
namun aku lelap dalam rasa sangat ngantuk dan kata-
kata itu baru teringat lagi selama beberapa minggu
kemudian. Pada saat itu, Karim memberi si dokter hadiah
sebuah jaguar hitam baru dan uang sebanyak lima puluh
ribu poundsterling. Para perawat masing-masing diberi
perhiasan emas dan lima ribu poundsterling. Si petugas
yang berasal dari Mesir bersorak kegirangan menerima
sumbangan yang digunakan untuk pembangunan ruang
bersalin. Ia sangat senang mendapat bonus tiga bulan
gaji. Semua pikiran tentang anak perempuan menghilang
ketika putraku yang sedang menguap diletakkan di
pangkuanku. Anak perempuan akan menyusul kemudian.
Anak laki-laki ini akan dididik dengan cara yang
berbeda dan lebih baik dari generasi sebelumnya. Aku
185 merasakan kekuatan dari cita-cita menciptakan masa
depannya. Ia tak akan memiliki pikiran yang terbelakang; saudari-saudarinya akan
diberi tempat terhormat dan
dihargai; dan dia akan mengenal dan mencintai
pasangannya sebelum ia menikah. Sangat banyak
kemungkinan dari kecakapannya untuk bersinar dan
berkelip sebagai bintang baru. Dalam hati aku berbisik,
berkali-kali dalam sejarah seorang manusia menciptakan
perubahaan yang akan mempengaruhi jutaan orang. Aku
merasa bangga ketika aku membayangkan kebaikan bagi
umat manusia akan datang dari tubuh mungil yang
sekarang berada dalam pangkuanku. Sudah pasti, awal
baru bagi perempuan di Saudi Arabia bisa dimulai dari
darahku. Karim tak begitu memikirkan masa depan anak laki-
lakinya. Ia sedang keranjingan menjadi seorang ayah dan
sibuk dengan kata-kata bodoh tentang jumlah anak laki-
laki yang akan kami bikin bersama.
Kami sangat gembira! 186 15 Ujung kelahiran adalah kematian. Hidup dimulai dengan
hanya satu tiket terusan; namun terdapat banyak cara
untuk keluar. Cara pergi yang biasanya diharapkan
didasarkan pada pemenuhan kewajiban hidup. Yang
sangat menyedihkan adalah jika kematian menimpa
seseorang yang memiliki semangat hidup dan harapan.
Yang terburuk dalam hidup adalah jika masa muda
yang sedang mekar berakhir di tangan manusia lain.
Pada saat kelahiran putraku yang sangat
membahagiakan, aku dihadapkan dengan kematian kejam
dari seorang gadis yang muda dan tak berdosa.
Karim dan staf medis berusaha memisahkanku dari
perempuan Saudi lain yang berada hanya beberapa
langkah dari ruanganku. Ketika putraku tertidur di
sampingku dengan penjagaan yang ketat, anak-anak lain
ditempatkan di kamar anak-anak. Dari ruanganku, aku
ingin sekali mengetahui kisah hidup mereka. Seperti
sebagian besar keluarga kerajaan, aku menjalani hidup
terpisah dari warga negara biasa, dan sekarang aku
187 terdorong oleh sifat ingin tahuku untuk berbincang-
bincang dengan para perempuan tersebut.
Aku segera tahu, jika masa kecilku suram,
kehidupan sebagian besar perempuan Saudi lebih suram
lagi. Kehidupanku dikendalikan oleh laki-laki, namun aku
masih mendapat perlindungan karena nama keluargaku.
Mayoritas perempuan yang berkumpul di sekitar
jendela kamar bayi tak memiliki pendapat atas nasib
mereka. Saat anak pertamaku lahir, aku berumur delapan
belas tahun. Aku bertemu gadis-gadis kecil berumur
sekitar tiga belas tahun sedang menyusui anak mereka.
Perempuan muda lain, yang baru berumur tak lebih
dari usiaku, sudah melahirkan anak kelima.
Seorang anak perempuan muda menggugah rasa
ingin tahuku. Matanya hitam penuh dengan kepedihan
ketika ia mengarahkan pandangan kepada bayi-bayi yang
sedang menangis. Ia berdiri diam cukup lama dan aku
tahu ia tak lagi menatap apa yang ada di hadapannya. Ia
terbenam dalam peristiwa jauh dari tempat di mana kami
berada. Aku tahu, ia berasal dari sebuah desa kecil, tak jauh
dari kota ini. Biasanya, perempuan dari sukunya
melahirkan di rumah mereka sendiri, namun ia sudah
menderita sakit melahirkan selama lima hari lima malam,
sehingga suaminya membawanya ke kota untuk mendapat
bantuan medis. Aku berusaha mendekatinya selama
beberapa hari dan aku menjadi tahu bahwa ia menikah
pada usia dua belas tahun dengan laki-laki berumur lima
puluh tiga tahun; ia adalah istri ketiga, dan merupakan
istri yang paling disukai suaminya.
Muhammad, Nabi yang dicintai umat Islam,
188 mengajarkan bahwa laki-laki harus membagi waktu
mereka dengan adil di antara istri-istri mereka. Dalam
kasus ini, sang suami tinggal bersama istri mudanya, yang disenanginya,
sementara istri pertama dan kedua sering
membiarkan begitu saja kehilangan hak mereka.
Perempuan muda ini berkata, suaminya seorang
laki-laki dengan tenaga yang sangat kuat dan melakukan
'itu' beberapa kali dalam sehari. Matanya membelalak
ketika ia menggerakkan tangannya naik turun ala pompa
untuk membumbui ceritanya.
Sekarang ia takut, karena ia melahirkan anak
perempuan bukan anak laki-laki. Suaminya akan marah


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau ia datang menjemputnya pulang ke desa, karena
anak pertama dari dua istrinya yang lain adalah anak laki-laki. Sekarang
firasatnya mengatakan, ia akan dicaci-maki oleh suaminya.
Ia mengingat masa kecilnya, yang sekarang
tampaknya sudah lama sekali. Ia dibesarkan secara
buruk, dengan kerja keras serta pengorbanan. Ia
menggambarkan bagaimana ia membantu saudara
saudaranya yang banyak untuk mengembala kambing dan
unta, serta memeliharanya di kebun yang kecil. Aku ingin sekali mengetahui
bagaimana perasaannya kepada laki-laki dan perempuan serta kehidupan, tapi
karena ia tidak memiliki pengetahuan, aku tak mendapatkan jawaban
yang kucari. Ia pergi sebelum aku sempat mengucapkan salam
perpisahan. Aku merasa sedih tentang hidupnya yang
suram dan kembali ke kamarku dengan keadaan hati yang
sedih. Cemas akan keadaan putranya, Karim menempatkan
penjagaan bersenjata di pintu kamarku. Ketika aku pergi
berjalan pagi ke ruangan bayi aku terkejut menemukan
penjaga berdiri di depan ruangan lain. Aku pikir pasti ada 189
Putri lain di rumah sakit ini. Dengan rasa ingin tahu, aku meminta pada seorang
perawat untuk memberitahuku
siapa nama Putri itu. Keningnya berkerut ketika ia
mengatakan kepadaku bahwa hanya aku seorang Putri
yang ada di rumah sakit ini.
Ia menceritakan kepadaku kisahnya, tapi
sebelumnya ia menyampaikan bahwa ia telah
dipermalukan. Ia kemudian memaki semua orang di bumi
ini sebelum ia menggambarkan apa yang terjadi di ruang
212. mengatakan bahwa hal seperti ini tak akan pernah
terjadi di negerinya, karena Inggris benar-benar beradab, dan peristiwa ini
membuat mereka menganggap dunia
selain negerinya tampak benar-benar biadab.
Imajinasiku belum dapat membawaku pada
kemarahan yang sedemikian tinggi, sehingga aku
memohon dengan sangat padanya untuk menceritakan
apa yang terjadi sebelum Karim datang berkunjung sore
itu. Kemarin, katanya, staf rumah sakit kaget melihat
seorang gadis kecil yang akan melahirkan, dengan kaki
dibelenggu dan tangan diborgol, diantar ke ruang bersalin dengan penjagaan
bersenjata. Sekelompok mutawa (Polisi Syariat) yang sedang marah, diikuti oleh
petugas yang ketakutan, menemani para penjaga itu. Mereka menunjuk
seorang dokter untuk menangani kasus anak itu.
Dokter yang sangat kuatir itu diberitahu bahwa gadis
ini diadili menurut hukum Syariah dan dinyatakan
bersalah karena berbuat zina. Karena ini adalah kejahatan hudud (kejahatan
melawan Tuhan), hukumannya sangat berat. Para mutawa mengungkapkan kebenaran
menurut mereka sendiri, dan berada di sana sebagai pengemban
kesaksian untuk memberikan hukuman yang pantas.
Sang dokter, seorang Muslim dari India, tidak
memprotes para mutawa itu, namun ia dibuat marah 190
karena dipaksa melakukan sesuatu yang tak
diinginkannya. Ia mengatakan pada staf itu bahwa
hukuman yang biasa diberikan pada perbuatan zina
adalah hukum dera, namun dalam kasus ini ayahnya
bersikeras menunda kematian anaknya. Anak itu dijaga
sampai ia melahirkan, dan setelah ia melahirkan, ia akan dirajam sampai mati.
Dagu perawat itu gemetar marah ketika ia
menceritakaan bahwa gadis itu tak lebih dari seorang
anak kecil. Ia menebak umurnya paling baru empat belas
atau lima belas tahun. Ia hanya mengetahui sedikit
tentang sejarah hidup anak itu. Ia kemudian
meninggalkan sisi tempat tidurku, untuk pergi bergosip
dengan perawat lain di gang-gang rumah sakit.
Aku memohon kepada Karim untuk mengungkap
cerita itu. Ia yang ragu-ragu, mengatakan bahwa itu
bukan urusan kita. Setelah aku memohon dengan sangat
dan mencucurkan air mata, ia berjanji untuk menyelidiki
persoalan itu. Sara membuatku gembira ketika ia menyampaikan
cerita bagus tentang perkembangan percintaannya. Asad
telah berbicara dengan ayah dan telah menerima jawaban
positif yang diharapkan. Sara dan Asad akan menikah
dalam waktu tiga bulan ini. Aku ikut bahagia untuk
kakakku yang tak banyak mendapatkan kebahagiaan ini.
Kemudian ia memberitahuku berita baru lainnya
yang membuat perutku sakit karena khawatir. Ia dan
Asad telah membuat rencana untuk bertemu di Bahrain
akhir minggu nanti. Ketika aku protes, Sara mengatakan
ia akan bepergian untuk menemui Asad, dengan atau
tanpa pertolonganku. Ia berencana mengatakan kepada
ayah bahwa ia masih di istanaku, membantuku, seorang
ibu baru. Ia akan mengatakan kepada Norah bahwa ia
ingin kembali ke rumah ayah. Ia mengatakan tak seorang
191 pun akan menerka sebaliknya.
Aku bertanya bagaimana ia akan bepergian tanpa
izin ayah, karena aku tahu ayah yang menyimpan semua
paspor keluarga, terkunci dalam laci di kantornya. Di
samping itu, ia akan diminta surat izin dari ayah atau
kalau tidak, ia tak akan pernah diizinkan masuk pesawat.
Aku khawatir ketika Sara mengatakan padaku bahwa ia
telah meminjam paspor dan surat izin dari teman
perempuannya yang berencana melakukan perjalanan ke
Bahrain untuk mengunjungi kerabatnya tapi harus
dibatalkan ketika salah satu kerabatnya itu sakit.
Karena para perempuan Saudi memakai cadar, dan
penjaga keamanan di bandara tak akan berani meminta
mereka membuka cadar untuk dilihat wajahnya, maka
banyak perempuan Saudi yang saling meminjamkan
paspor mereka. Surat izin adalah kesulitan tambahan;
namun surat itu juga dipinjamkan bersama dengan
paspor. Sara akan mendapatkan surat resmi pada tanggal
terakhir rencana perjalanan ke negara tetangga, dan
mencapnya pada menit-menit terakhir, kemudian
memberi surat mandatnya pada teman yang sama.
Begitulah detilnya, di ruang operasi bawah tanah di
mana tak ada satu lelakipun di negeri kami pernah
memikirkannya. Aku selalu tertawa geli ketika dengan
mudah para perempuan menipu penjaga bandara, namun
sekarang yang akan melakukannya kakakku. Aku merasa
cemas. Dalam usaha mencegah Sara melakukan tindakan
yang sangat berbahaya itu, aku menceritakan kembali
kisah seorang gadis muda yang sedang menunggu
dihukum rajam. Sara, seperti aku, putus asa, namun
rencananya tetap tak tergoyahkan. Dengan ragu-ragu
bercampur takut yang terus meningkat, aku setuju akan
melindunginya. Ia tertawa lebar ketika memikirkan
192 pertemuannya dengan Asad tanpa pengawasan. Ia telah
mengatur untuk meminjam apartemen teman di Manama,
ibu kota negara kecil, Bahrain.
Sara mengangkat putraku dari bedung sutranya.
Dengan mata gembira, ia mengagumi
kesempurnaan bayiku, dan berkata bahwa dirinya juga
akan segera menikmati kesenangan menjadi ibu, karena
ia dan Asad menginginkan enam anak kecil yang
diramalkan dengan pasti oleh Huda.
Aku menunjukkan air muka bahagia yang
diharapkan kakakku namun kekhawatiran tetap
menyelimutiku. Karim kembali lebih awal malam ini dengan
membawa informasi tentang gadis yang dihukum itu. Ia
mengatakan, gadis itu tertangkap berbuat asusila dan
menjadi hamil setelah berhubungan seks dengan sejumlah
pemuda. Karim jijik dengan perilaku itu. Ia mengatakan,
karena menganggap remeh hukum di negara kita, ia telah
membuat malu nama orang tuanya; tak ada jalan lain
yang dapat dilakukan keluarganya.
Aku bertanya pada suamiku tentang hukuman untuk
pemuda yang ikut melakukan perbuatan zina itu, namun
ia tak punya jawaban. Aku mengatakan pasti hanya akan
menerima omelan jelek dan bukannya hukuman mati; di
dunia Arab, kesalahan atas hubungan seks yang tak syah
dibebankan pada pundak perempuan. Karim membuatku
heran dengan ketenangannya menerima eksekusi yang
telah direncanakan untuk anak itu, tak peduli betapapun
itu merupakan kejahatan. Meskipun aku menangis
mendesaknya untuk melakukan beberapa usaha
mencegah hukuman itu dengan memohon pada Raja,
yakni orang yang sering berhasil bersama dengan ayah
melenturkan hukuman yang sangat keras, Karim menolak
permintaanku dengan kejengkelan yang tak
193 disembunyikan dan bersikeras agar persoalan itu
diabaikan. Aku menarik diri dan cemberut ketika ia
mengucapkan selamat tinggal. Ia menghujani putra kami
dengan ciuman dan menjanjikan kehidupan sempurna,
sementara aku duduk kesal dan tak meresponnya.
Aku sedang bersiap-siap meninggalkan rumah sakit
ketika perawat Inggris masuk ke dalam kamarku dengan
wajah pucat karena marah. Ia membawa berita tentang
gadis yang dihukum itu. Ia memiliki ingatan yang luar
biasa dan mengingat setiap detil yang menyakitkan,
dengan kejernihan yang sempurna, seperti yang
diceritakan oleh dokter India. Gadis yang dihukum itu
melahirkan anak perempuan pagi-pagi sekali. Tiga
mutawa diberitahu tentang kemarahan komunitas asing,
dan mereka berdiri dengan penjagaan bersenjata di pintu
masuk ruang bersalin untuk memastikan agar tak ada
simpati dari orang asing yang akan membantu gadis itu
melarikan diri. Setelah melahirkan, gadis itu didorong
dengan kursi kembali ke kamarnya. Para mutawa
memberitahu dokter bahwa ibu yang baru melahirkan itu
akan dipindahkan hari itu, dan dibawa keluar untuk
dirajam karena dosanya melawan perintah Tuhan. Nasib
anak yang baru lahir tidak jelas karena keluarganya
menolak membesarkan bayi tersebut sebagai anggota
keluarga mereka. Dengan ketakutan di matanya, perawat itu
mengatakan bahwa gadis muda itu dengan berurai air
mata mengatakan kepada dokter peristiwa yang
membawanya kepada situasi tragis itu. Namanya Amal,
dan ia adalah anak seorang pemilik toko di Riyadh. Ia
baru berumur tiga belas tahun ketika peristiwa yang
menghancurkan dunianya itu terjadi. Ia baru saja
memakai cadar. 194 Saat itu malam Kamis (malam minggu kalau di dunia
Barat). Orangtua Amal sedang bepergian ke Emirat untuk
berakhir pekan dan tak akan kembali sampai Sabtu siang.
Tiga pelayan Filipina mereka sedang tidur, dan sopir-
nya berada di ruangan kecilnya di gerbang jauh dari
kediaman utama. Saudara Amal yang lain, yang sudah
menikah, tinggal di daerah lain di kota ini. Dari
keluarganya hanya ia dan kakak laki-lakinya yang
berumur tujuh belas tahun yang tinggal di rumah.
Abangnya dan tiga pelayan Filipina diperintahkan untuk
menjaganya. Abangnya mengambil kesempatan untuk
menjamu teman-temannya ketika orangtua mereka tidak
dirumah. Amal mendengar suara musik yang sangat keras
sampai tengah malam; ruang tempat bermain para anak
muda itu, tepat berada di bawah kamar tidurnya. Ia pikir abangnya dan teman-
temannya sedang mengisap marijuana, zat yang akhir-akhir ini memikat abangnya.
Akhirnya, ketika dinding kamar Amal mulai bergetar
karena suara bass stereo, ia memutuskan untuk turun
meminta kakaknya dan teman-temannya mengecilkan
suara musik mereka. Karena hanya mamakai pakaian
tidur yang tipis ia tidak bermaksud memasuki ruangan itu.
Ia hanya melongokkan kepalanya di jalan masuk dan
berteriak agar mereka tenang dan tidak berisik. Karena
cahaya temaram, dan ruangan gelap, dan karena
abangnya tidak merespon teriakannya, ia masuk ke dalam
untuk mencarinya. Saudara Amal tidak ada. Pemuda-pemuda di
ruangan itu bangkit nafsunya oleh obat-obatan dan bicara tentang perempuan,
sebab secara tiba-tiba Amal diterkam
oleh beberapa pemuda itu dan ditekan ke lantai.
Ia berteriak memanggil kakaknya dan berusaha
memberitahu pemuda-pemuda itu bahwa ia adalah anak
perempuan si empunya rumah. Namun jeritannya tidak
195 terdengar oleh otak yang sedang mabuk. Pakaiannya
direnggut dari tubuhnya. Ia dengan brutal diperkosa oleh teman-teman abangnya,
yang berubah menjadi gerombolan yang liar. Suara musik yang keras meredam
suara serangan itu, dan tak seorang pun mendengar
teriakan minta tolongnya. Amal pingsan setelah laki-laki ketiga memperkosanya.
Abangnya berada di kamar mandi, namun ia juga
mabuk dan ia merosot di dinding dan tertidur sampai pagi.
Kemudian ketika fajar mulai menyinsing dan menerpa
kepala para penyerangnya serta identitas Amal
sebenarnya terungkap, pemuda-pemuda itu melarikan diri
dari rumah. Amal dibawa ke rumah sakit terdekat oleh sopir dan
pelayan Filipina. Dokter di ruang gawat darurat menelpon polisi. Para mutawa pun
terlibat. Sebagai anak perempuan yang dipingit, Amal tidak bisa mengenali nama
para penyerangnya; yang ia tahu hanya mereka adalah kenalan
abangnya. Nama-nama mereka didapat dari kakak Amal.
Tapi pada saat mereka dikumpulkan dan ditanya
dihadapan polisi, mereka dengan susah payah mengarang
cerita. Sesuai dengan versi mereka tentang malam itu,
mereka tidak memakai obat-obatan.


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mereka mengakui hanya bermain dengan musik
yang keras dan melakukan kesenangan yang tak berdosa.
Mereka mengatakan gadis itu memasuki ruangan dengan
pakaian tidur yang tipis dan membujuk mereka untuk
bercinta. Gadis itu mengatakan kepada mereka bahwa ia
baru saja membaca buku tentang seks di kamar atas dan
diliputi oleh rasa sangat ingin tahu. Mereka bersumpah
bahwa awalnya mereka menolak, namun gadis itu terus
merayu dengan cara yang berani duduk di pangkuan
mereka, menciumi mereka dan meraba-raba tubuh
mereka akhirnya mereka tak lagi bisa menahannya. Gadis
196 itu datang tanpa muhrim dan memutuskan untuk
bersenang-senang dengan beberapa anak lelaki. Mereka
mengatakan bahwa gadis itu tak pernah puas dan
memohon pada mereka semua untuk ikut berpartisipasi.
Orang tuanya kembali dari Emirat. Ibu Amal lebih
percaya kepada cerita anaknya; walaupun sangat sedih, ia tidak bisa meyakinkan
suaminya bahwa anak mereka tak
berdosa. Ayah Amal, yang selalu merasa tak nyaman
dengan anak perempuan, terpukul oleh peristiwa itu,
namun merasa bahwa anak-anak lelaki itu hanya
melakukan apa yang akan dilakukan lelaki di dalam
kondisi seperti itu. Dengan hati berat, ia menyimpulkan
bahwa anak perempuannya harus dihukum karena telah
mencoreng nama baiknya. Abang Amal, takut akan
hukuman yang berat karena menggunakan obat-obatan,
tidak maju untuk membersihkan nama adiknya.
Para mutawa memberikan dukungan moral kepada
ayah Amal karena pendiriannya yang sangat kuat dan
menyiraminya dengan pujian karena keyakinan
agamanya. Gadis itu akan mati hari ini. Dipenuhi oleh rasa duka
cita dan takut, aku hampir tidak mendengar keterangan
selanjutnya dari perawat Inggris itu. Aku merasa
kebahagiaanku menghilang ketika aku membayangkan
gadis yang tak berdosa itu, dan kegagalan usaha sang ibu untuk menyelamatkannya
dari kematian yang kejam.
Aku sendiri tak pernah menyaksikan hukum rajam.
Tapi Omar pernah menyaksikannya tiga kali dan dengan
gembira menggambarkan kepada kami nasib yang
menunggu para perempuan lemah yang tidak dengan
hati-hati menjaga kehormatan mereka yang sangat
berharga. Ketika aku berumur dua belas tahun, seorang
perempuan dari salah satu desa kecil tak jauh dari Riyadh 197
dinyatakan bersalah karena berzina. Ia dihukum rajam
sampai mati. Omar dan para sopir tetangga kami
memutuskan untuk pergi dan menyaksikan pemandangan
itu. Orang berkerumun sangat banyak di sana sejak
pagi-pagi sekali. Mereka gelisah dan menunggu melihat
seseorang yang begitu jahat. Omar mengatakan, saat
orang-orang yang berkerumun marah karena tak sabar di
bawah panas matahari, seorang perempuan muda berusia
sekitar dua puluh lima tahun ditarik dengan kasar keluar dari mobil polisi. Ia
mengatakan perempuan itu sangat
cantik, benar-benar jenis perempuan yang akan melawan
perintah Tuhan. Tangan perempuan itu diikat. Kepalanya menunduk.
Dengan upacara resmi, seorang laki-laki membacakan
dengan keras kejahatan perempuan itu pada kerumunan.
Sehelai kain kotor digunakan untuk menyumbat mulutnya
dan sehelai kerudung hitam ditutupkan ke kepalanya. Ia
dipaksa berlutut. Seorang laki-laki yang sangat besar,
algojo, mencambuk perempuan itu di punggungnya
sebanyak lima puluh cambukan.
Sebuah mobil truk datang, dan kemudian
menuangkan sejumlah besar tumpukan batu. Laki-laki
yang telah selesai membacakan kejahatan yang dilakukan
perempuan itu menginformasikan pada kumpulan orang-
orang tersebut bahwa eksekusi dimulai. Kata Omar,
orang-orang yang berkumpul di situ, yang sebagian besar
laki-laki, dengan ramai-ramai mengambil batu dan mulai
melemparkannya kepada perempuan itu. Orang yang
dianggap bersalah itu langsung merosot ke tanah dan
tubuhnya dilempari dari segala arah. Kata Omar, batu-
batu itu terus menghantam tubuhnya seolah-olah tak
akan berakhir. Beberapa kali serangan batu itu berhenti
ketika seorang dokter memeriksa urat nadi perempuan
198 itu. Setelah hampir dua jam, dokter akhirnya
mengumumkan kematian perempuan itu dan pelemparan
batu pun dihentikan. Perawat Inggris itu menyela lamunan sedihku ketika
ia kembali ke ruanganku dengan sangat marah. Polisi dan
para mutawa sudah membawa gadis itu untuk menjalani
hukumannya. Ia mengatakan bahwa jika aku berdiri di
jalan keluar kamarku, aku bisa melihat wajahnya, karena
gadis itu tidak memakai cadar. Aku mendengar keributan
hebat di jalan masuk. Dengan cepat, aku memasang
cadarku. Tanpa kusadari kakiku pun beranjak melangkah.
Pesakitan itu begitu rapuh dan kekanak-kanakan,
berjalan di tengah kawalan para penjaga yang
menggiringnya menemui ajal. Dagunya menempel di
dada, sehingga sangat sulit melihat ekspresi wajahnya.
Tapi aku melihat bahwa dia adalah seorang anak
yang cantik. Ia mengangkat wajahnya sekilas dengan
takut dan menatap pada lautan manusia yang
menontonnya dengan rasa ingin tahu yang sangat besar.
Aku melihat ketakutannya yang amat sangat. Tak ada
sanak keluarga yang mengantarnya ke pemakaman itu,
hanya orang asing yang menatapnya pergi menuju
perjalanan yang gelap. Aku kembali ke ruanganku. Aku memeluk putraku
dengan lembut dan lega karena ia bukan dari jenis
kelamin yang lemah. Aku menatap wajahnya yang mungil
dengan takjub. Akankah ia juga menjunjung tinggi dan
memperkuat sistim yang begitu tidak adil bagi ibu dan
saudara perempuannya" Aku memikirkan kemungkinan
bahwa semua bayi perempuan seharusnya dibunuh saat
mereka lahir di negeriku. Mungkin sikap jahat laki-laki di negeri kami akan
melunak dengan ketidakhadiran kami,
para perempuan. Aku merasa ngeri, dan pertanyaan itu
muncul dalam pikiranku. Bagaimana seorang ibu bisa
199 melindungi putri-putri mereka dari hukum negeri ini"
Mata perawat Inggris itu basah oleh air mata. Ia
terisak dan bertanya kepadaku mengapa aku, seorang
Putri, tidak mencegah kegilaan itu. Aku mengatakan
kepadanya bahwa aku tidak bisa menolong orang yang
dihukum; perempuan tidak dibolehkan mengeluarkan
pendapat di negeriku, meskipun ia perempuan dari
keluarga kerajaan. Dengan sedih kukatakan kepada
perawat itu bahwa bukan hanya kematian seorang gadis
yang bisa ditetapkan, kehidupan mereka pun sulit, dan
kematian mereka tak akan tercatat. Dengan getir, aku
berpikir tentang orang yang sebenarnya bersalah namun
sekarang bebas berkeliaran, tanpa memikirkan atau peduli kepada kematian tragis
akibat perbuatan mereka. Karim datang dengan wajah gembira. Ia telah me-
ngatur kepulangan kami ke istana seteliti rencana perang.
Pengawalan polisi memudahkan perjalanan kami melintasi
lalu lintas yang sibuk di kota Riyadh yang sedang
berkembang. Karim menyuruhku diam ketika aku
menceritakan kejadian di rumah sakit. Ia tidak memiliki
hasrat untuk mendengarkan kesedihan seperti itu selagi
putranya berada di pangkuannya, yang mulai menempuh
takdirnya sebagai pangeran di negeri yang tak akan
menyakitinya dan akan mengasuh orang seperti dia.
Perasaanku sangat menderita ketika kulihat suamiku
tidak begitu memperdulikan nasib gadis dari kalangan
rendah. Aku menarik nafas dan merasa kesepian serta
takut tentang apa yang aku dan putri-putriku nanti hadapi di tahun-tahun yang
akan datang. 200 16 Tahun 1975 berisi kenangan suka dan duka bagiku; di
tahun ini aku, keluargaku dan negaraku menghadapi
kebahagiaan yang amat sangat namun, juga kesedihan
yang mematahkan hati. Dikelilingi oleh orang-orang yang mencintainya,
Abdullah anak yang kucintai merayakan ulang tahun
keduanya. Ada hiburan sebuah sirkus kecil dari Prancis
yang didatangkan dengan pesawat pribadi kami. Sirkus itu tinggal selama seminggu
di istana ayah Karim. Sara dan Asad selamat dalam kencan mereka yang
sangat berani. Sekarang mereka telah menikah dan
sedang menunggu anak pertama. Asad, yang sangat
mengharapkan kelahiran anaknya, terbang ke Paris dan
membeli semua persediaan pakaian bayi yang ada di tiga
toko besar. Norah, ibu yang tak dipercayainya,
mengatakan pada orang yang mau mendengar bahwa
Asad telah kehilangan akalnya. Terbungkus dalam cinta
201 yang kuat, kakakku yang lama menderita akhirnya
bersinar oleh perasaan bahagia.
Faruq sedang belajar di Amerika Serikat dan sudah
tak lagi terlibat dengan urusan saudari-saudarinya. Ayah menjadi takut ketika
Faruq memberitahukan telah jatuh
cinta pada perempuan kelas pekerja Amerika. Tapi ayah
langsung lega setelah Faruq berubah dan segera
menyampaikan pada kami bahwa ia lebih suka memiliki
istri seorang Saudi. Kami kemudian tahu bahwa
perempuan Amerika itu menampar kepala Faruq ketika
keduanya sedang bertengkar, gara-gara Faruq menuntut
kepatuhan dari perempuan itu.
Kami para pasangan modern Saudi mengalami masa
pelonggaran kekangan terhadap perempuan setelah usaha
selama bertahun-tahun oleh Raja Faisal dan istrinya Iffat.
Seiring dengan majunya pendidikan, muncul kebulatan
tekad untuk melakukan perubahan di negara kami.
Beberapa perempuan tak lagi menutupi wajah mereka,
menyingkirkan cadar mereka dan dengan berani menatap
muka atau menundukkan pandangan para laki-laki
dewasa Muslim yang berani menentang mereka.
Mereka masih menutup rambut mereka dan
memakai abaya, namun keberanian beberapa orang ini
memberi harapan kepada kita semua. Kami keluarga
kerajaan tak akan pernah diizinkan mendapatkan
kebebasan seperti itu; kelas menengahlah yang
menunjukkan kekuatan mereka. Sekolah-sekolah untuk
perempuan sekarang sudah dibuka tanpa demonstrasi
masyarakat karena mengikuti celaan para mutawa. Kami
merasa pasti bahwa pendidikan perempuan akhirnya akan
membawa persamaan hak. Sayangnya, hukuman mati
bagi perempuan dari kalangan fundamentalis yang tak
berpendidikan masih terjadi. Satu langkah kecil lagi, ingat kami satu sama lain.
202 Tiba-tiba, selama periode enam bulan, Karim dan
aku telah memiliki empat buah rumah baru. Istana baru
kami di Riyadh akhirnya selesai. Karim memutuskan
putranya lebih baik dibesarkan dengan menghirup udara
laut yang segar, sehingga kami membeli vila baru di tepi laut di Jeddah. Ayahku
memiliki apartemen bagus di
London hanya empat jalan jauhnya dari Pusat
Perbelanjaan Harrods, dan ia menawarkan properti itu
dengan harga murah kepada beberapa anak-anaknya
yang mungkin tertarik. Saudari-saudariku yang lain dan
suami-suami mereka telah memiliki apartemen di London,
dan Sara bersama Asad sedang dalam proses membeli
apartemen di Venice. Karim dan aku sangat ingin meraih
kesempatan memiliki rumah di kota yang penuh warna,
yang sangat disukai oleh orang Arab. Dan akhirnya,
sebagai hadiah ulang tahun perkawinan yang ketiga, dan
karena aku telah memberinya seorang putra laki-laki yang sangat berharga, Karim
membelikan aku sebuah vila indah
di Kairo. Pada saat kelahiran Abdullah, seorang tukang emas
langganan keluarga diterbangkan ke Riyadh dari Paris
untuk membawa berlian, ruby dan zambrud pilihan yang
telah ia desain menjadi tujuh kalung khusus, beserta
giwang dan gelangnya. Tak perlu dikatakan, aku merasa
sangat dihargai karena melakukan apa yang ingin aku
lakukan. Aku dan Karim menghabiskan sebanyak mungkin
waktu di Jeddah. Menyenangkan, Vila kami terletak di
tempat yang sering didambakan keluarga kerajaan.
Kami main triktrak sambil melihat putra kami, yang
diawasi para pelayan Filipina, berkecupak-kecupak di
dalam air biru hangat yang dipenuhi dengan ikan-ikan
eksotik. Meskipun perempuan diizinkan berenang, mereka
harus mengenakan abaya hingga mereka masuk ke air
203 setinggi leher. Baru setelah itu, mereka boleh melepaskan abaya. Salah satu
pelayan mengambil abaya yang
kuacungkan dengan tanganku, sehingga aku bisa
berenang dengan bebas, sejauh yang diizinkan bagi para
perempuan di Arab Saudi. Saat itu akhir Maret, bulan yang tidak panas, se-
hingga kami tidak lama-lama di air setelah tengah hari.
Aku menyuruh para pelayan mengangkat bayiku
yang sedang tertawa dan membilasnya di tempat
pancuran air hangat yang mudah dibawa-bawa. Kami
memandang bayi kami menendang-nendangkan kakinya
yang montok. Kami tersenyum lebar dan bangga; Karim
meremas tanganku dan menyatakan rasa bersalah dengan
kebahagiaan seperti ini. Kemudian aku menyalahkan dia
karena, demi mendapatkan kesenangan hidupnya sendiri,
para laki-laki telah memberi kesialan pada kami semua


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perempuan Saudi. Sebagian besar orang Arab percaya pada mata
jahat; kami tak pernah membicarakan keras-keras
kegembiraan hidup atau kecantikan anak-anak. Karena,
beberapa roh jahat mungkin akan mendengar dan
mencuri kesenangan kami itu atau menyebabkan duka
cita dengan mengambil orang yang kami cintai. Untuk
mencegah mata jahat ini, bayi-bayi dilindungi dengan
tasbih biru yang disematkan ke pakaian. Seberapa pun
maju pikiran kami, anak kami tidak akan terlepas dari
keyakinan ini. Sesaat kemudian, kami terhenyak kaget ketika Asad
berlari ke arah kami dengan kata-kata 'Raja Faisal tewas!
Dibunuh oleh salah satu anggota keluarga!' Kami duduk
dan terbungkam diam ketika Asad menceritakan sedikit
detil peristiwa yang ia ketahui dari sepupu kerajaan.
Sebab kematian Raja Faisal adalah percekcokan
tentang pembukaan stasiun televisi yang terjadi sepuluh
204 tahun sebelumnya. Raja Faisal ingin sekali menjalankan
modernisasi bagi negeri kami yang terbelakang. Karim
menyatakan pernah mendengar Raja berkata: tak peduli
orang Saudi suka atau tidak, mengeluh atau berteriak, ia akan terus menarik maju
Arab Saudi menuju abad dua
puluh. Persoalan yang ia hadapi berkaitan dengan
kelompok agama yang sangat ekstrim adalah kelanjutan
dari situasi menyakitkan yang juga dialami oleh penguasa pertama dan ayah
Faisal, Abdul Azis. Orang-orang
beragama yang fanatik ini dengan sangat marah
menentang pembukaan stasiun radio, dan Raja pertama
mengatasinya dengan memerintahkan Alquran dibaca dan
dipancarkan lewat siaran radio itu. Orang-orang beragama fanatik itu tidak bisa
menemukan sedikitpun kesalahan
dalam metode penyebaran kata-kata Allah yang sangat
cepat seperti itu. Bertahun-tahun kemudian, ketika Raja
Faisal bekerja keras menyediakan stasiun televisi bagi
masyarakat, ia, seperti ayahnya, menghadapi banyak
tantangan dari para ulama konservatif.
Tragisnya, anggota keluarga kerajaan ikut-ikutan
dalam protes-protes seperti itu. Pada bulan September
1965, ketika aku masih kecil, aku melihat salah satu
sepupuku tertembak dan terbunuh oleh polisi saat ia
memimpin sebuah demonstrasi menentang pembangunan
stasiun televisi beberapa mil di luar Riyadh. Pangeran
pembelot ini, yang bergandengan tangan dengan para
pengikutnya, menghancurkan stasiun. Kejadian ini
berakhir bentrok dengan polisi, dan ia terbunuh. Hampir
sepuluh tahun berlalu, namun kebencian terus
menggelumbung dalam hati saudara laki-laki pangeran
itu, sehingga ia sekarang membalas dendam dengan
menembak dan membunuh pamannya, Raja Faisal.
Karim dan Asad terbang ke Riyadh, sementara Aku
205 dan Sara bersama-sama dengan saudara sepupu kerajaan
yang lain, berkumpul di istana. Kami semua saling
melepaskan kesedihan. Sangat sedikit para sepupuku
perempuan yang tak mencintai Raja Faisal, karena ia
adalah satu-satunya orang yang berbuat untuk perubahan
dan kebebasan. Dalam usaha memberdayakan
perempuan, beliau memiliki wibawa baik di kalangan
agamawan maupun di dalam keluarga kerajaan. Belenggu
perempuan ia rasakan seolah-olah sebagai belenggu yang
melilit dirinya. Beliau memohon kepada ayah kami untuk
mendukungnya dalam usaha perubahan sosial ini. Pada
suatu waktu aku sendiri mendengar beliau mengatakan
bahwa meskipun terdapat peran yang berbeda antara laki-
laki dan perempuan, sebagaimana diajarkan oleh Allah,
satu jenis kelamin tidak boleh mengusai jenis kelamin
lainnya. Dengan suara yang tenang, beliau nyatakan
bahwa dirinya tak akan bahagia hingga setiap warga
negara, laki-laki dan perempuan, menjadi penentu bagi
nasib mereka sendiri. Beliau percaya bahwa hanya melalui pendidikan, perempuan
dapat diberdayakan, karena
kebodohanlah yang membuat kita berada dalam
kegelapan. Memang, tak ada penguasa sebelum Raja
Faisal yang memperjuangkan keadaan menyedihkan dari
perempuan. Jika direnungkan, perjuangan singkat
mencapai kebebasan mulai tergelincir mundur ketika
hidup Raja Faisal direnggut oleh peluru dari keluarganya sendiri. Amat sayang,
kami para perempuan tahu bahwa
satu satunya kesempatan kami untuk bebas terkubur
bersama Raja Faisal. Kami marah dan benci kepada orang yang
menembak Raja, yang juga merupakan salah seorang
sepupu kami, Faisal ibnu Musaid, pembunuh harapan dan
mimpi. Salah satu sepupuku berteriak bahwa orang yang
membunuh ayah mereka sendiri adalah orang gila.
206 Lahir dalam lingkungan terkemuka kerajaan Saudi,
saudara tiri Raja Faisal, orang itu telah membuat kacau
semua yang berkaitan dengan keluarga dan tanggung
jawab singgasana. Seorang putra kerajaan yang fanatik,
mau mati demi mencegah pembangunan stasiun televisi,
dan seorang putra lagi membunuh Raja Faisal yang kami
hormati dan cintai. Tak ada sakit yang lebih pedih daripada memikirkan
Arab Saudi tanpa bimbingan Raja yang bijaksana seperti
Raja Faisal. Tak pernah sebelumnya aku menyaksikan
duka cita nasional seperti itu. Seolah-olah seluruh negeri dan semua penduduknya
diliputi penderitaan yang
mendalam. Pemimpin keluarga kami yang terbaik harus
menerima hantaman dari salah satu anggotanya sendiri.
Tiga hari kemudian, anak perempuan Sara
mengejutkan ibunya dengan lahir begitu cepat dan
mudah. Fadila yang mungil, demikian bayi itu diberi nama, mengikuti nama ibu
kami. Ia bergabung dengan bangsa
ini dalam suasana murung. Kesedihan kami masih dalam
dan sulit pulih, namun Fadila kecil menghidupkan kembali pikiran dan kegembiraan
kami melalui kehidupan barunya.
Sara, takut akan masa depan anak perempuannya,
meyakinkan Asad untuk menandatangani dokumen yang
mengatakan bahwa anak perempuan mereka akan bebas
memilih suaminya tanpa campur tangan keluarga. Sara
mendapat mimpi buruk bahwa Ia dan Asad terbunuh
dalam kecelakaan pesawat dan anak perempuan mereka
dibesarkan oleh keluarga kami menurut adat yang kaku.
Sambil menatap tajam Asad, Sara mengatakan lebih
baik jadi pembunuh daripada melihat anak perempuannya
menikah dengan laki-laki jahat. Asad, yang masih mabuk
cinta pada istrinya, menenangkan dengan
menandatangani kertas kontrak dan membuatkan
rekening di Bank Swiss atas nama bayi mereka sebanyak
207 satu juta dolar. Anak perempuan Sara akan memiliki
dukungan finansial dan legal untuk mengenyahkan mimpi
buruk. Faruq kembali dari liburan musim panas di Amerika
Serikat. Seingatku, kali ini ia lebih menjijikkan. Dengan bangga ia mengatakan
pada kami petualangannya dengan
para perempuan Amerika. Ia memaklumkan bahwa, benar
seperti yang pernah dikatakannya, mereka semua adalah
pelacur! Ketika Karim menyela dengan menyatakan bahwa ia
telah bertemu dengan banyak perempuan Amerika yang
bermoral tinggi jika lagi berada di Washington, Faruq
tertawa dan mengatakan bahwa itu semua telah banyak
berubah. Ia menyatakan bahwa ia bertemu dengan para
perempuan di bar yang melakukan inisiatif menggodanya
untuk bercinta bahkan sebelum ia sempat memintanya.
Karim merespon, itulah masalahnya; jika perempuan
sendiri yang pergi ke bar, ia kemungkinan besar sedang
mencari laki-laki untuk seks semalam atau hanya
bersenang-senang. Bagaimanapun, lanjut Karim,
perempuan di Amerika sama bebasnya seperti laki-laki.
Karim menyarankan Faruq untuk datang ke gereja
atau acara kebudayaan, di sana ia akan terkejut pada
tingkah laku perempuan. Faruq tetap tak berubah. Ia
mengatakan bahwa ia telah menguji moral perempuan
dari semua kalangan Amerika; mereka semua pasti
pelacur, tentu saja menurut pengalaman Faruq.
Seperti sebagian besar Muslim, Faruq tak pernah
mau melihat atau memahami adat dan tradisi dari agama
atau negeri lain. Satu-satunya pengetahuan yang dimiliki sebagian besar orang
Arab tentang masyarakat Amerika
berasal dari film-film dan acara televisi Amerika yang
bermutu rendah. Yang lebih penting lagi, laki-laki Saudi melakukan perjalanan
sendiri. Karena mereka dijauhkan
208 secara paksa dari persahabatan dengan kaum perempuan,
mereka hanya tertarik pada perempuan asing. Buruknya
lagi, mereka hanya mencari perempuan yang bekerja di
bar-bar sebagai penari telanjang atau di tempat
pelacuran. Pandangan yang miring seperti ini mendistorsi opini orang Saudi
tentang moralitas Barat. Karena
sebagian besar perempuan Saudi tidak melakukan
perjalanan, mereka percaya cerita yang dikatakan oleh
suami dan saudara laki-laki mereka. Hasilnya, mayoritas
orang Arab benar-banar percaya bahwa sebagian besar
perempuan Barat bersetubuh dengan siapa saja.
Kuakui, kakakku tampan dan eksotik, sehingga akan
menarik banyak lawan jenisnya. Tapi aku tahu dengan
pasti bahwa tidak setiap perempuan Amerika pelacur!
Kukatakan pada Karim, aku ingin sekali memiliki
kesempatan bepergian dengan Faruq. Betapa
menyenangkan jika berdiri di belakang Faruq dan
mengangkat tulisan yang berisi: LAKI-LAKI INI DIAM
DIAM MENGHINAMU DAN MENGANGGAPMU JIJIK! JIKA
KAMU KATAKAN YA PADA LAKI-LAKI INI, IA AKAN
MEWARTAKANMU SEBAGAI PELACUR KE SELURUH DUNIA!
Sebelum kembali ke Amerika, Faruq mengatakan
kepada ayah tentang kesiapannya untuk memperoleh istri
pertama. Hidup tanpa seks itu menderita, katanya, dan ia ingin ada perempuan
baginya setiap kali ia kembali ke
Riyadh untuk berlibur. Dan yang paling penting, inilah
saat baginya untuk memiliki putra. Karena tanpa anak
laki-laki, seorang pria tak ada harganya di Arab Saudi,
dan akan dianggap rendah oleh semua orang yang ia
kenal. Tentu saja istrinya itu tak akan hidup bersama
dengannya di Amerika Serikat; melainkan tinggal di istana ayah, yang akan dijaga
dengan hati-hati oleh Omar dan
pelayan-pelayan lain. Faruq mengatakan, ia mesti bebas
209 menikmati aturan moral yang longgar di Amerika.
Ia mensyaratkan istrinya harus selain perawan,
tentu saja muda, tak lebih dari tujuh belas tahun, sangat cantik, dan patuh.
Dalam dua minggu, Faruq bertunangan
dengan sepupu kerajaan, tanggal perkawinan ditentukan
pada bulan Desember, saat dia memiliki waktu lebih dari
sebulan di antara masa sekolah.
Melihat kakakku itu, aku mengakui beruntung
menikah dengan laki-laki seperti Karim. Pasti, suamiku
jauh dari sempurna. Tetapi Faruq adalah tipe khas laki-
laki Saudi; memiliki orang seperti itu sebagai tuan, akan membuat hidup terasa
berat dan membosankan. Sebelum Faruq kembali ke Amerika, seluruh
keluarga berkumpul di vila kami di Jeddah. Pada suatu
malam, para pria banyak minum dan karenanya suka
berdebat. Setelah makan malam, persoalan apakah
perempuan boleh mengendarai mobil muncul sebagai
bahan pembicaraan. Aku, Karim, Asad dan Sara setuju
untuk mendorong perubahan atas budaya bodoh yang tak
ada dasarnya sama sekali dalam Islam. Kami memberikan
contoh tentang perempuan yang menjadi pilot pesawat
terbang di negara-negara industri sementara kami tidak
diizinkan untuk mengendarai mobil! Banyak keluarga
Saudi yang tidak mampu memiliki lebih dari satu sopir,
dan apa yang dilakukan jika keluarga harus berangkat
ketika si sopir sedang tidak ada" Apa yang akan terjadi
jika muncul keadaan darurat medis sementara sopir tidak
ada" Tidakkah laki-laki Saudi berfikir begitu picik akan kemampuan perempuan
dengan memilih anak laki-laki
berumur dua belas atau tiga belas tahun (yang umum
terjadi di Arab Saudi) untuk mengemudi dibandingkan
perempuan dewasa" Faruq, ayah dan Ahmed merasa topik pembicaraan
ini menjengkelkan. Faruq menyatakan bahwa perempuan
210 dan laki-laki akan bertemu di padang pasir untuk
melakukan hubungan seksual! Ahmed mencemaskan
tentang cadar yang menghalangi penglihatan. Ayah
mengemukakan kemungkinan kecelakaan mobil, dan
mudahnya perempuan diserang atau terluka di jalan selagi menunggu polisi lalu
lintas. Ayah melihat ke sekeliling
ruangan untuk mendapatkan dukungan dari menantunya
yang lain bahwa perempuan yang berada di belakang setir
mobil akan membahayakan diri mereka sendiri dan orang
lain. Suami saudari-saudariku yang lain menyibukkan diri dengan mengisi gelas
mereka atau pergi ke kamar mandi.
Akhirnya, dengan kepercayaan diri yang keterlaluan,
seolah-olah memiliki ide brilian yang akan memenangkan
perdebatan, Faruq mengatakan; karena perempuan lebih
mudah dipengaruhi ketimbang laki-laki, perempuan akan
meniru anak muda di negeri ini, yang melakukan balap
mobil di sepanjang jalan. Biasanya, perempuan tidak akan berfikir panjang
kecuali berusaha menyamai anak muda
tersebut, dan akibatnya, tingkat kecelakaan yang sudah
tinggi akan semakin tinggi.
Kakakku itu masih membuatku marah! Faruq keliru


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kalau percaya bahwa aku telah kehilangan semangat
masa muda. Aku jadi naik pitam melihat tampang puas
dirinya. Mengejutkan semua orang, aku melompat ke arah
Faruq, menjambak rambutnya dan menariknya sekuat
tenaga. Ayah dan Karim segera memaksaku melepaskan
jambakan. Tawa kakak-kakak perempuanku yang
terbahak memenuhi ruangan sementara suami-suami
mereka menatapku dengan pandangan bercampur antara
takut dan kagum. Faruq mencoba berdamai denganku sehari sebelum
ia berangkat ke Amerika. Kebencianku begitu tinggi
sehingga aku dengan sengaja mengarahkannya ke
percakapan tentang pernikahan dan desakan laki-laki di
211 negeri kami bahwa seorang istri harus perawan sementara
para suami telah mencoba mencicipi sebanyak mungkin
perempuan. Faruq menganggap pembicaraan itu serius
dan mulai mengutip Alquran dan memberitahuku tentang
pentingnya kesucian bagi perempuan.
Trik-trik lama yang biasa kulakukan di masa dahulu,
muncul lagi pada diriku. Aku menggelengkan kepalaku
dengan sedih dan menarik nafas dalam-dalam. Faruq
bertanya apa yang ada dalam hatiku. Aku mengatakan
padanya bahwa kali ini ia harus percaya padaku. Aku
setuju dengannya bahwa semua perempuan harus
perawan ketika mereka menikah. Aku menambahkan,
dengan kebencian tersembunyi yang tak dapat ia lihat,
bahwa watak para gadis muda kita sudah begitu berubah
dan jarang yang benar-benar perawan di antara mereka.
Pada Faruq yang penuh tanda tanya di wajahnya,
aku katakan dengan meyakinkan, bahwa perilaku
perempuan Saudi sedikit berubah ketika berada di Arab,
untuk apa perempuan mau kehilangan jiwa mereka" Dan
ketika para perempuan di negeri kita bepergian,
kutegaskan, mereka mencari pasangan seks dan
memberikan hadiah keperawanan yang sangat berharga
pada orang asing. Faruq menjadi marah sekali memikirkan lelaki selain
dirinya, seorang Saudi, merusak keperawanan perempuan
Saudi! Ia menanyakan, dengan nada sangat marah, dari
mana aku tahu informasi itu. Dengan wajah memelas, aku
meminta dengan sangat pada saudaraku itu untuk tidak
membocorkan pembicaraan ini, karena ayah dan Karim
akan malu. Kukatakan padanya bahwa kami para
perempuan sering mendiskusikan persoalan itu dan topik
yang sekarang terkenal adalah: keperawanan sudah tidak
ada lagi di negeri ini! Faruq mengerutkan bibirnya dan tenggelam dalam
212 pikirannya. Ia bertanya padaku apakah yang dilakukan
gadis muda di malam pertamanya, karena jika tak ada
darah keperawanan, gadis itu akan mendapatkan malu
dan dipulangkan ke ayahnya. Di Arab, seprai yang
berdarah dengan bangga diperlihatkan pada ibu mertua.
Dengan begitu, ia bisa menunjukkan pada teman
dan kerabatnya bahwa ibu mertua telah menerima
seorang menantu perempuan yang terhormat dan suci.
Aku mencondongkan diri lebih dekat dan
mengatakan pada Faruq bahwa sebagian besar
perempuan muda melakukan operasi untuk memperbaiki
selaput dara mereka. Aku tambahkan bahwa sebagian
besar perempuan muda berkali-kali memberikan
keperawanan mereka pada para lelaki yang tak menaruh
curiga. Sangat mudah membodohi laki-laki. Di Eropa, ada
banyak dokter yang memiliki keahlian untuk melakukan
operasi keperawanan, dan hanya sedikit yang diketahui
buka praktik di Arab Saudi.
Untuk semakin membuat takut Faruq, aku berbisik
bahwa jika kebetulan seorang gadis tidak bisa melakukan
operasi selaput dara sebelum perkawinannya, maka
mudah saja baginya untuk meletakkan beberapa helai hati
domba di dalam vaginanya sebelum melakukan hubungan
seks. Seorang suami tak akan tahu perbedaannya, bahwa
hati kambinglah yang telah ia perawani dan bukan
istrinya! Ketakutan baru mencengkram abangku yang egois.
Ia segera menelepon temannya, seorang dokter.
Sambil memegang telepon, wajahnya menjadi pucat saat
teman itu menyatakan bahwa operasi keperawanan
memang mungkin dilakukan. Kalau tentang hati kambing,
dokter itu belum pernah mendengarnya, namun itu
terdengar seperti sebuah rencana kotor yang dapat
dilakukan seorang perempuan tidak bermoral cepat atau
213 lambat. Karena merasa benar-benar terganggu, Faruq dua
kali kembali ke rumah pada hari itu, meminta nasehatku
bagaimana caranya ia bisa terhindar dari tipu daya seperti itu. Aku mengatakan
padanya, tak cara yang bisa
dilakukan, kecuali ia terus menjaga pengantin barunya
siang dan malam semenjak ia lahir. Ia hanya sekadar bisa menerima kenyataan
bahwa orang yang dinikahinya
adalah manusia juga, yang mungkin pernah melakukan
kesalahan di masa mudanya.
Faruq yang gelisah dan patah hati kembali ke Ame-
rika Serikat. Ketika aku ceritakan pada Karim, Sara dan Asad
tentang gurauanku, Sara tidak bisa mengendalikan
kegembiraannya. Karim dan Asad bertukar pandang
dengan gelisah dan menatap pada istri-istri mereka
dengan pikiran baru. Pernikahan Faruq tinggal menunggu waktu.
Pengantinnya sangat cantik. Betapa kasihan aku
padanya. Tapi aku dan Sara tertawa keras ketika kami
melihat Faruq kalut karena cemas. Kemudian suamiku
mengomeliku atas kenakalan yang kubuat. Faruq
mengakui padanya bahwa ia sekarang takut melakukan
hubungan seks. Bagaimana kalau dirinya ditipu" Ia tak
akan pernah tahu dan terpaksa hidup dalam keraguan
dengan istrinya dan semua istrinya yang akan datang.
Mimpi buruk paling ngeri bagi laki-laki Saudi adalah
kebersamaan dalam berhubungan seks dengan
perempuan yang dinikahinya. Jika perempuan itu pelacur,
itu takkan mambuat malu, tapi istrinya merepresentasikan nama keluarga dan akan
melahirkan anak-anaknya. Pikiran bahwa seorang suami telah ditipu, lebih berat
ketimbang yang bisa dipikul oleh abangku.
214 Aku telah mengaku pada suamiku bahwa terkadang
aku berbuat jahat dan menyatakan tanpa ragu-ragu
bahwa di hari pembalasan nanti aku siap bertanggung
jawab atas banyak dosa yang telah kulakukan. Sekalipun
begitu, pada malam perkawinan Faruq, aku tersenyum
puas. Aku menemukan dan memanfaatkan ketakutan
terbesar Faruq. 215 17 Tangan Nura gemetar ketika ia membaca Alquran, kitab
suci kami. Ia menunjukkan sebuah ayat padaku.
Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan
perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi di
antara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila
mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah
mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka
menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan yang
lain kepadanya. (QS. 4:15)
Aku memandang Nura, dan kemudian satu per satu,
pada kakak-kakakku yang lain. Tatapanku berhenti pada
wajah Tahani yang terpukul. Semua harapan untuk
temannya yang bernama Samira sudah hilang.
Sara, yang biasanya tenang dan bisa mengendalikan
diri, sekarang berbicara. 'Tak seorang pun bisa
menolongnya. Nabi sendiri yang memerintahkan metode
hukuman seperti ini.' Dengan geram, aku jawab: 'Samira tidak bersalah
karena perbuatan cabul. Ia hanya jatuh cinta dengan
216 orang Barat! Para ulama telah memutuskan bahwa laki-
laki diizinkan kawin dengan perempuan asing, perempuan
dari agama lain, tapi kita perempuan dilarang! Ini gila!
Hukum ini dan penafsirannya dibuat oleh laki-laki, untuk laki-laki!'
Nura mencoba menenangkanku, tapi aku sudah siap
melawan setiap inci tirani yang tak wajar ini, yang
sekarang menimpa salah satu anggota keluarga kami
yang tercinta: Samira Sehari sebelumnya, laki-laki di keluarganya dan para
ulama telah menjatuhi Samira hukuman kurungan di
ruangan yang gelap sampai ia dinyatakan mati. Samira
berumur dua puluh dua tahun. Kematian akan datang
perlahan pada orang yang begitu muda dan kuat.
Kejahatannya apa" Ketika sedang bersekolah di
London, ia bertemu dan jatuh cinta dengan orang yang
beragama lain. Sejak kami mulai dapat mengerti, kami
perempuan Saudi diajarkan bahwa perempuan Muslim
yang memiliki ikatan dengan seorang lelaki non-Muslim
berarti berbuat dosa: jika suaminya beragama Kristen
atau Yahudi, agama anak mereka tidak bisa dijamin.
Karena di dalam keluarga di Timur Tengah
keputusan terakhir berada di tangan suami, anak-anak
mungkin akan dibesarkan sebagai orang Kristen atau
orang Yahudi. Seorang istri atau seorang ibu tak dapat
berkata apa pun. Setiap Muslim diajarkan bahwa Islam adalah agama
terakhir dari Allah untuk umat manusia. Oleh karena itu, Islam adalah agama yang
lebih tinggi dari agama lainnya.
Kaum Muslim tidak diizinkan, secara sadar, hidup di
bawah kepemimpinan non Muslim. Karena itu pula,
mereka tidak diizinkan memiliki sebuah hubungan yang
mengarah ke keadaan seperti itu. Sekalipun begitu,
217 banyak laki-laki Saudi kawin dengan perempuan
beragama lain tanpa sanksi apa pun. Hanya saja,
perempuan Saudi akan membayar harga tertinggi bila
mereka berhubungan dengan non-Muslim. Para ulama
mengatakan bahwa perkawinan laki-laki Muslim dengan
perempuan dari agama lain dapat diizinkan, karena anak-
anak mereka akan dibesarkan menurut Islam, agama
ayah. Memikirkan ketidakadilan semacam itu, membuatku
berteriak marah. Aku dan saudariku mengerti bahwa
pengenaan hukum rajam atas hidup Samira akan
menimbulkan tragedi besar saat itu. Dan kami, teman
masa kecilnya, tak berdaya untuk menyelamatkannya.
Samira adalah sahabat tersayang Tahani sejak me-
reka berusia delapan tahun. Ia anak tunggal. Ibunya
menderita kanker indung telur, dan meskipun sudah
diobati, ia tidak bisa lagi memiliki anak. Yang
mengejutkan, ayah Samira tidak menceraikan istrinya
yang menjadi mandul itu, yang biasanya dilakukan oleh
mayoritas laki-laki Saudi.
Aku dan saudari-saudariku tahu bahwa jika
perempuan terkena penyakit serius, mereka akan
dikesampingkan oleh suami mereka. Stigma sosial atas
perceraian sangat menyakitkan, dan trauma finansial dan
emosional akan menghinggapi perempuan. Jika anak-anak
dari perempuan yang bercerai tidak lagi menyusu, anak-
anak itu juga akan diambil dari mereka. Masih beruntung
jika perempuan yang bercerai memiliki orangtua yang
sangat mencintai mereka dan menerima mereka kembali
di rumah, atau ada anak laki-laki tertua yang memberi
mereka tempat berlindung. Tanpa dukungan keluarga,
mereka akan hancur, karena tak ada janda atau
perempuan lajang yang bisa hidup sendiri di negeriku.
Memang ada panti-panti milik negara yang dibangun
218 khusus untuk menampung perempuan seperti ini, namun
hidup jadi suram dan setiap waktu terasa kejam. Masih
cukup beruntung jika ada janda yang memiliki
kesempatan untuk menikah lagi dan biasanya itu terjadi
pada perempuan yang sangat cantik atau bernasib balk.
Sebagaimana hal lain di masyarakat Saudi, kegagalan
perkawinan dan kesalahan perceraian ditimpakan pada
perempuan. Ibu Samira adalah salah satu perempuan yang
beruntung, suaminya benar-benar mencintainya dan tidak
berfikir untuk menyingkirkannya pada saat yang sangat
dibutuhkan. Ia bahkan tak menikah lagi untuk
mendapatkan anak laki-laki. Ayah Samira adalah laki-laki yang dianggap aneh
dalam masyarakat kami. Samira dan Tahani adalah sahabat karib. Dan karena
Sara dan aku tidak terlalu jauh jarak umurnya dengan
Tahani dan Samira, kami juga jadi kawan sepermainan.
Kami bertiga cemburu pada Samira dalam banyak
hal, karena ayahnya melimpahkan semua kasih sayang
pada anak satu-satunya. Tidak seperti sebagian besar
laki-laki Saudi generasinya, ia adalah laki-laki dengan
pikiran modern dan berjanji pada putrinya bahwa ia telah bebas dari adat kuno
yang dipaksakan pada perempuan di
negeri kami. Samira iba merasakan kepedihan atas buruknya
perlakuan ayah kami. Dalam setiap krisis ia menunjukkan
empati yang kuat pada kami. Mataku perih saat ingat air
mata Samira bercucuran menyaksikan perkawinan
pertama Sara. Ia memeluk leherku, merintih bahwa Sara
akan mati dalam kekuasaan suaminya! Dan sekarang dia,
Samira, terkunci dalam penjara tergelap, bahkan pelayan
pun dilarang berbicara saat mereka mendorongkan
makanan melalui lubang khusus di bawah satu-satunya
pintu. Ia tak akan pernah mendengar suara manusia lain.
219

Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dunianya benar-benar hanya suara nafasnya sendiri.
Tak tahan aku memikirkannya. Aku pergi menemui
Sara dan mengusulkan bagaimana kalau Karim dan Asad
memberi bantuan. Tahani mengangkat kepalanya dengan
penuh harap. Sara menggelengkan kepalanya pelan. Asad
telah melakukan penyelidikan. Baik paman atau bekas
suami tidak mau mencabut hukuman keras itu sampai
Samira meninggal. Ini adalah persoalan antara keluarga
dan Tuhan. Di tahun pernikahanku, Samira telah merencanakan
masa depannya dengan cermat. Sejak masih sangat muda
ia telah memiliki cita-cita untuk menjadi insinyur. Tak ada perempuan di Arab
Saudi mencapai gelar itu, karena
pekerjaan yang dianggap pantas untuk kami perempuan
adalah bidan, guru, atau pekerja sosial untuk anak-anak
dan perempuan. Tambah lagi, pelajar perempuan Saudi dilarang
berhubungan dengan guru laki-laki, sehingga ayah Samira
menggaji guru pribadi dari London untuk putrinya. Setelah bertahun-tahun
konsentrasi dan belajar di rumah, Samira
diterima oleh sekolah teknik di London.
Ayahnya, yang bangga dengan putrinya yang cantik
dan pintar, menemani istri dan putrinya pergi ke London.
Ayah dan ibu Samira memberi Samira tempat
tinggal pribadi. Dua pelayan perempuan dan sekretaris
berkebangsaan Mesir dipekerjakan untuk tinggal bersama
putri mereka. Mereka mengucapkan selamat tinggal dan
kembali ke Riyadh. Tentu saja, tak seorang pun yang
mengira mereka tak akan pernah saling bertemu lagi.
Bulan-bulan berlalu, seperti kita duga, Samira
sangat pintar di sekolahnya.
Setelah empat bulan di London, Samira bertemu
Larry, seorang mahasiswa pertukaran pelajar dari
220 California. Keduanya Saling tertarik, seperti kata mereka,
karena Larry tinggi, maskulin dan pirang, dengan
semangat Californianya, sementara Samira eksotik,
ramping, dan terpuruk dalam kebingungan yang tercipta
karena tekanan laki-laki di negeri kami.
Samira menulis surat ke Tahani, bahwa ia telah
jatuh cinta. Ia tahu seorang Muslimah dilarang menikah
dengan seorang Kristen. Larry beragama Katolik, dan tak
mau pindah agama menjadi Muslim, sebuah prosedur
yang akan membantu keadaan mereka.
Dalam sebulan, Tahani menerima surat kedua, surat
yang nekat; Samira dan Larry tidak bisa lagi terpisahkan.
Keduanya telah hidup bersama di London, dan me-
reka akan lari ke Amerika untuk menikah. Kemudian,
Samira mengatakan, orang tuanya dapat membeli rumah
dekat putri mereka di Amerika Serikat. Ia sangat yakin
hubungan keluarga mereka yang sangat dekat tidak akan
rusak. Tapi ia terpaksa kehilangan kewarganegaraan
Saudinya. Kami tak akan pernah bertemu ia lagi di negara kami, karena ia
mengerti bahwa ia tak dapat kembali ke
negeri kami setelah skandal pernikahannya dengan orang
yang berbeda keyakinan. Tragisnya, orangtua Samira tidak pernah tahu
dilema anaknya, karena mereka berdua dan seorang
sopirnya tewas seketika saat sebuah truk tangki minyak
menabrak sisi mobil mereka yang sedang melintasi
jalanan sibuk di Riyadh. Di dunia Arab, ketika kepala keluarga (selalu laki-
lak)i meninggal, kakak laki-laki tertua mengambil alih
kekuasaan atas urusan anggota keluarga yang masih
hidup. Setelah kematian ayah Samira, kakak ayahnya
yang tertua yang sekarang jadi penjaga.
221 Dalam sebuah keluarga, jarang ada dua orang laki-
laki memiliki karakter yang serupa. Bila ayah Samira
penuh kasih sayang dan kelonggaran, pamannya adalah
lelaki yang keras dan kaku. Sebagai orang yang sangat
taat beragama, ia kerap mengungkapkan
ketidaksukaannya pada kemandirian anak perempuan dari
adiknya. Karena merasa malu, ia tidak mau bicara pada
ayah Samira sejak Samira mendaftar di sebuah sekolah di
London. Karena tidak suka pendidikan untuk anak
perempuan, menurutnya lebih baik anak perempuan yang
masih muda dinikahkan pada laki-laki yang
berpengalaman dan bijak. Ia baru saja menikahi anak
berusia tiga belas tahun, yang baru saja mendapat
menstruasi pertamanya beberapa bulan belakangan dan
merupakan anak perempuan dari laki-laki yang usianya
sepadan dengan dirinya. Paman Samira adalah ayah dari empat orang putri
dan tiga putra; putri-putrinya sudah menikah pada saat
tanda puber pertama muncul. Mereka mendapat lebih
sedikit pendidikan dan itupun hanya pelajaran memasak
dan menjahit. Mereka hanya mendapatkan pelajaran yang
mencukupi dalam membaca Alquran.
Setelah orang tuanya meninggal, Samira
mendapatkan goncangan kedua. Ada perintah dari
pamannya, yang sekarang menjadi kepala keluarganya:
'Kembali ke Riyadh dengan pernerbangan paling
awal. Bawa semua barang milikmu.'
Ketakutan akan mendapatkan hidup yang kejam di
bawah asuhan pamannya menyebabkan Samira
mengumpulkan keteguhan hatinya dan tanpa pikir
panjang masuk ke jalan yang tak dikenalnya. Dalam apa
yang kemudian menjadi kesalahan fatalnya, Samira dan
Larry melarikan diri bersama-sama ke California.
222 Ketidakpatuhan yang menyolok dari seorang anak
perempuan membuat penjaga Samira yang baru terbakar
emosi. Pada saat itu, ia tidak mengetahui kekasih asing
Samira. Ia tidak mengerti dengan ketidakpatuhan
gadisnya, karena ia tidak memiliki pengalaman dengan
perempuan yang keras kepala.
Di akhir bulan itu, dengan tidak mengetahui di mana
Samira berada, ia membayangkan keponakannya sudah
meninggal, tubuhnya membusuk di negeri orang kafir.
Perburuannya tanpa hasil, sampai akhirnya, atas
desakan putra tertuanya, ia mengalah dan memakai jasa
agen detektif untuk mencari jejak anak tunggal adiknya.
Di suatu pagi, paman Samira yang kejam, marah
marah datang ke rumah Tahani, setelah mendapat
petunjuk dari seorang agen. Ia meminta kakakku, sebagai
teman terpercaya Samira, menunjukkan tempat tinggal
'keponakannya yang tidak beriman dan kekasih kafirnya'.
Ia menggambarkan situasi itu dengan mata terbuka
lebar. Tahani heran dengan kemarahan sang paman, yang
membentur-benturkan kepalanya ke dinding rumah
Tahani; berseru pada Allah agar membantunya
membunuh keponakannya. Dengan pengaduan sengit, ia
berjanji akan membalas dendam pada kekasih kafir
Samira. Ia mengutuk saat kelahiran anak saudaranya itu.
Ia berdoa pada Tuhan untuk mendatangkan bencana
pada keponakannya yang durhaka. Ia menyatakan bahwa
Samira akan menghancurkan kehormatan keluarga
beberapa generasi mendatang.
Karena takut dengan teriakan dan kekerasan, Tahani
melarikan diri dari rumah dan pergi ke kantor suaminya,
Habbib. Ketika keduanya pulang ke istana, paman Samira
baru saja pergi, namun bukan tanpa meninggalkan
peringatan pada para pelayan bahwa siapa pun yang
223 memberikan perlindungan pada keponakannya akan
merasakan kemurkaannya. Untuk menghilangkan
ketakutan Tahani, Habib mencari paman itu dan
menenangkan kemarahannya. Ia meyakinkan pria itu
bahwa keponakannya tidak pernah berhubungan lagi
dengan Tahani. Terisolasi di negara lain, Samira tidak menyadari
bahwa pamannya, yang tidak pernah berhenti mencari
keponakannya, sekarang menyita semua surat keluarga.
Agar bisa memantau semua hubungan yang
dilakukan keponakannya, ia mengancam seluruh keluarga.
Suatu saat Samira pasti rindu untuk berhubungan dengan
keluarganya; ketika Samira si 'orang yang berdosa besar', begitu julukan yang
diberikan pamannya, telah lemah, ia
tak akan lolos dari mata waspada sang paman. Sang
paman hanya perlu menunggu.
Sementara itu, di California, Larry mulai tak yakin
akan cintanya, dan Samira bingung seperti orang hilang.
Ketakacuhan kekasihnya sangat menusuk hatinya;
ia menelfon Tahani dengan sangat ketakutan dan tak tahu
akan masa depannya. Apa yang harus dilakukannya" Ia
hanya memiliki sedikit uang dan tak punya banyak teman
di negara baru ini. Tanpa menikah dengan Larry, ia tak
akan diizinkan tinggal di Amerika. Habib, walaupun
membebaskan Tahani bersahabat dengan Samira,
menolak permintaan istrinya itu untuk mengirimi Samira
uang. Hanya dengan beberapa ribu dollar yang tersisa di
rekening banknya, Samira, dalam keadaan putus asa,
menelpon bibi tersayangnya, adik bungsu ayahnya. Sang
bibi, karena takut dengan kekuasaan kakaknya, dengan
patuh melaporkan telfon keponakannya. Diberitahu
tentang kesulitan keponakannya, sang paman dengan
hati-hati merencanakan penangkapannya agar Samira
224 bisa kembali di bawah kekuasaannya.
Samira dibujuk ke Kairo dengan janji akan diterima
kembali dengan damai di keluarga yang telah
ditinggalkannya. Uang dikirim untuk biaya perjalanan
pulangnya. Samira menelpon Tahani dan dengan berurai
air mata menceritakan bahwa ia tak punya pilihan. Cinta
Larry sudah pupus, dan ia tak sudi membantunya secara
finansial. Ia belum menyelesaikan sekolahnya sehingga ia tak bisa mencari
penghasilan. Ia tak memiliki uang. Ia
menelpon ke kedutaan Saudi di Washington dan London.
Staf kedutaan tidak ramah. Setelah ia menjelaskan
situasinya, ia dengan kasar disuruh kembali ke
keluarganya. Lari dari kenyataan itu tidak mungkin; ia
harus kembali ke Arab Saudi.
Samira berkata pada Tahani, ia harap-harap cemas
kalau bibinya mengatakan yang sebenarnya, karena
mereka bersumpah bahwa saudara laki-laki mereka telah
melunak dan setuju membiayai pendidikannya di London.
Barangkali, setelah segalanya, pamannya akan
merawat anak tunggal adiknya ini dengan baik. Tahani,
yang yakin kalau kemarahan sang paman tak akan pernah
hilang, tak dapat memberi peringatan, karena ia sangat
tahu keadaan Samira. Samira dijemput di Kairo oleh dua bibi dan dua
sepupu laki-lakinya. Mereka menenangkan kecemasan
Samira dengan membicarakan perjalanan kembali ke
London, segera setelah ia memperbaiki hubungan
keluarga. Dengan gembira, Samira menyimpulkan bahwa
semuanya akan berjalan baik.
Samira kembali ke Riyadh.
Ketika telepon dari Samira tak kunjung datang,
Tahani menjadi sangat depresi. Ia akhirnya menelpon
kerabat Samira, dan ia hanya mendapat kabar bahwa
225 Samira sedang demam dan merasa tidak cukup sehat
untuk menerima telpon dari temannya. Tahani mendapat
jaminan bahwa Samira akan menelponnya jika
kesehatannya sudah membaik.
Minggu kedua kepulangannya, salah satu bibi
Samira menjawab permintaan Tahani dengan
mengabarkan bahwa perkawinan Samira sudah diatur,
dan Samira berharap pada Tahani untuk berhenti
menghubunginya, karena calon suaminya tidak melihat
keuntungan bersahabat dengan teman masa kecil istrinya.
Samira akhirnya berusaha menghubungi Tahani.
Kata Samira, harapannya hancur seketika ia melihat
pamannya yang telah menunggu. Kemarahan sang paman
memuncak saat keponakannya yang 'tak beriman' itu
datang. Sejak malam kepulangannya, Samira dikurung di
kamarnya, menunggu putusan dari pamannya. Tak ada
anggota keluarga yang berani mengajukan protes atas
perlakuan terhadapnya. Ia berbisik pada Tahani bahwa
perkawinannya sedang dipersiapkan. Ia akan menikah
dalam satu bulan ini. Samira takut dengan gagasan itu,
karena hubungannya dengan Larry sudah sangat jauh: ia
sudah tak lagi perawan. Kami hanya sedikit mengetahui tentang perkawinan
itu, karena tak seorang pun di luar keluarga Samira yang diundang. Kami tahu
pasti itu bukanlah perkawinan yang
menggembirakan. Kami diberitahu kalau pengantin
prianya sudah berusia pertengahan lima puluh tahun dan
Samira adalah istrinya yang ketiga.
Kemudian, Habbib mendapat gosip tentang keluarga
itu dari salah satu sepupu laki-laki Samira. Ia mengatakan bahwa pada malam
pertama Samira melawan suaminya
dengan sekuat tenaga. Suaminya hampir saja tidak bisa
226 merenggut apa yang merupakan miliknya. Sang suami
bertubuh pendek, gemuk dan tidak terlalu jantan. Tentu
saja darah keperawanan sudah tak ada. Dalam
pertempuran sengit, ia tak memiliki waktu untuk
membuktikan keperawanan istrinya.
Ketika bertanya kepada bibi Samira, yang sekarang
menyesal karena telah ikut menjebak keponakannya,
Tahani mendapat jawaban bahwa pada awalnya sang
suami sangat cinta dengan harimau betina yang
ditangkapnya. Penghinaan dan pertahanan Samira yang


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat berani tak banyak menghilangkan niatnya untuk
menaklukkan Samira dengan paksa. Namun, seiring waktu
berlalu, sang suami mulai jemu dengan sikap menghina
Samira yang kasar dan menyesal telah membawa Samira
ke rumahnya. Samira membual pada bibinya bahwa kesulitan
hidup telah membuatnya berani meneriakkan rasa benci
ke wajah suaminya. Bermodalkan pengalaman bercinta
dengan lelaki sejati, Samira mengejek kemampuan
bercinta suaminya dan membandingkan dengan pacar
Amerikanya yang tinggi dan tampan.
Tanpa basa-basi, Samira dicerai dan diantar ke
depan pintu rumah pamannya. Dengan marah bekas
suami Samira mengatakan pada sang Paman bahwa
keluarga ini tak punya martabat dan sengaja
menikahkannya dengan seorang perempuan yang tak lagi
suci. Secara rinci, ia menceritakan semua tindakan
Samira yang 'memalukan' yang menaiki ranjang
pengantin dengan ingatan ke laki-laki lain.
Marah tanpa dasar, sang paman mencari petunjuk
Alquran, dan menemukan ayat yang memperkuatnya
untuk mengurung orang yang membuat malu keluarga.
Bekas suami Samira, yang merasa sakit hati karena
227 kejantanannya dihina, selanjutnya bersumpah akan
memberitahukan ke semua orang kerendahan martabat
keluarga paman Samira, kecuali Samira dihukum secara
serius. Habbib menyampaikan berita sedih pada Tahani
bahwa Samira telah dijatuhi hukuman kurungan di 'ruang
perempuan', sebuah hukuman yang sangat kejam.
Ruang itu terletak di lantai paling atas rumah
pamannya. Kamar itu tanpa jendela yang memang dibuat
untuk memenjara Samira. Jendelanya ditutup dengan
semen. Penyekatan dilakukan untuk membuat teriakan tak
terdengar. Pintu dibuat secara khusus, dengan sebuah
lobang kecil di bawahnya untuk memasukkan makanan.
Sebuah lubang di lantai untuk tempat pembuangan
kotoran. Jika ada pekerja asing yang curiga, ia akan diberi
tahu bahwa salah satu anggota keluarga menderita sakit
otak alias gila akibat kecelakaan; dikhawatirkan ia bisa menyakiti dirinya
sendiri atau mungkin orang lain di
keluarga ini. Aku dan saudari-saudariku berkumpul untuk
menghibur Tahani, yang sangat berduka cita atas
pengurungan orang yang paling dekat di hatinya. Kami
semua merasa sakit, karena Samira merupakan salah satu
dari kami, perempuan Saudi yang tak memiliki penolong
untuk melawan ketidakadilan.
Sementara aku selalu merencanakan skema
penyelamatan, kakak-kakakku melihat situasi dengan
lebih jernih. Mereka mendengar kisah perempuan lain dengan
kasus yang sama, dan mereka jadi tahu bahwa tak ada
harapan untuk membebaskan Samira dari isolasi itu.
228 Selama beberapa malam aku tak bisa tidur. Aku
terbawa oleh perasaan putus asa dan tak berdaya. Aku
juga mendengar rumor tentang perempuan terhukum
lainnya di negeriku yang menerima hukuman dikurung di
'ruang perempuan', namun aku tak pernah menduga
bahwa tangisan penderitaan itu berasal dari seseorang
yang kukenal, seorang perempuan yang menjadi harapan
dan jiwa bagi negeri kami, seorang perempuan yang
sekarang hidup dalam kegelapan, tanpa cahaya dan suara
untuk menopang hidupnya. Aku terbangun di tengah malam karena mimpi
buruk. Ketentramanku hilang ketika aku menyadari bahwa
mimpi buruk itu nyata adanya; tak akan ada orang-orang
yang mengenal Samira dan fakta bahwa ia sekarang
menderita dan tak berdaya dalam penjara dan isolasi
total. Pertanyaan yang tak pernah berakhir berkeliaran
dalam otak-ku: Kekuasaan apa di bumi ini yang bisa
membebaskannya" Ketika aku menatap ke langit malam
padang pasir yang bertabur bintang, aku harus
menyimpulkan: tak seorang pun bisa.
229 18 Selasa, 28 Agustus 1980, adalah hari yang takkan pernah
kulupakan. Aku dan Karim baru saja kembali ke Riyadh
dari sebuah tempat peristirahatan di pegunungan yang
sejuk di Taif. Saat itu aku sedang bermalas-malasan di
sofa sementara salah satu pelayan Filipina memijat kakiku yang terasa pegal.
Anak-anak kami berada di perkemahan
di Dubai, Emirat, dan aku merasa hampa tanpa kehadiran
mereka. Ketika aku melongok ke tumpukan surat kabar yang
terkumpulkan selama dua bulan kepergian kami, ada
sebuah artikel menarik dari halaman surat kabar terbaru.
Salah seorang kerabatku, gubernur Asir, Pangeran Khalid
al Faisal, baru-baru ini mengambil kebijakan untuk
mengendalikan membengkaknya biaya perkawinan di
propinsinya dengan membatasi harga mas kawin atau
mahar yang harus dibayar mempelai pria kepada
mempelai perempuan. Sang Pangeran menetapkan 25.000 Riyal Saudi
($7.000) sebagai angka maksimal yang boleh diminta
orangtua pengantin perempuan. Dalam artikel disebutkan
230 bahwa instruksi itu disambut baik oleh para bujangan
yang sudah memenuhi syarat untuk menikah. Hal ini
dikarenakan pada tahun 1980, harga rata-rata pengantin
perempuan telah mencapai 100.000 Riyal Saudi
($27.000). Dengan harga semahal itu, banyak anak muda
di Arab Saudi yang tak mampu membeli seorang istri.
Artikel itu kubacakan kepada pelayan Filipina, tapi ia
tak begitu memerhatikan; ia tidak terlalu tertarik dengan keadaan menyedihkan
perempuan Saudi yang diperjualbelikan. Sekadar bisa bertahan hidup sudah
merupakan beban yang sangat berat bagi sebagian besar
orang Filipina. Mereka pikir kami, perempuan Saudi,
sudah cukup beruntung dengan memiliki waktu luang
yang tiada kira dan uang belanja yang sangat banyak
untuk membeli apa pun yang diinginkan.
Sebagai ibu dua orang putri, aku tak begitu peduli
dengan harga seorang pengantin perempuan, karena bila
saat menikah datang pada anak-anak kami, harga
pengantin perempuan tak begitu menjadi perhatian. Aku
dan Karim sudah sangat kaya. Uang tak lagi membuatku
putus asa di setiap harinya. Tapi aku melihat para laki-laki dalam keluargaku
cenderung mengalami kemunduran.
Mereka berbicara fasih tentang kebebasan perempuan,
namun dalam kebijakan hukum yang mereka buat,
mereka justru mempertahankan tekanan tinggi terhadap
status quo dan keinginan kembali ke zaman primitif.
Aku baru puas bila mas kawin dihapuskan sama
sekali. Berapa lama lagi kami para perempuan tak
diperjualbelikan seperti properti"
Aku mulai resah dan gelisah, karena semua kakak
perempuanku, kecuali Sara, masih berada di luar negeri.
Kakak yang paling kucintai sedang menjalani masa akhir
kehamilannya yang keempat dan menghabiskan sebagian
besar waktunya untuk tidur. Hidupku, yang kurencanakan
231 dengan baik sejak muda, tidak berjalan seperti yang
kubayangkan. Sebaliknya, aku justru terpaku dalam
rutinitas seperti yang dilakukan kakak-kakakku dan putri-putri kerajaan lain
yang menjadi sahabatku. Karena anak-anak sarapan paginya disuapi para
pelayan dan dijaga sepanjang hari, aku biasanya baru
bangun di siang hari. Setelah memakan buah-buahan
segar, aku akan berendam di dalam bak mandi dengan
sangat santai. Setelah berpakaian, aku akan bergabung
dengan Karim atau, jika ia sedang sibuk, dengan kakak-
kakakku untuk makan siang yang terlambat. Kami akan
bermalas-malasan dan membaca-baca setelah makan.
Kemudian aku dan Karim akan tidur siang sejenak.
Sesudah itu, ia akan kembali ke kantor atau
mengunjungi sepupunya, sementara aku menghabiskan
waktu dengan anak-anak. Aku menghadiri pesta-pesta yang diadakan kaum
perempuan di sore hari dan kembali ke istana sebelum
pukul delapan malam. Aku dan Karim bersepakat makan
malam bersama anak-anak untuk mengetahui aktifitas
mereka seharian. Kami hampir selalu menghadiri pesta
makan malam, karena kami termasuk kelompok terpilih
yang suka pergi bersama pasangan. Secara umum, kami
hanya berkumpul dengan anggota keluarga kerajaan, tapi
pada kesempatan tertentu, juga dengan orang asing
kalangan atas, para menteri luar negeri, dan keluarga-
keluarga pengusaha kaya Arab Saudi. Karena belum diberi
kebebasan sosial, kami sebagai generasi yang lebih muda
memutuskan untuk mendapatkannya dengan kekuasaan.
Kami tahu, kelompok-kelompok agama marah
melihat kami bergaul dengan orang asing, namun mereka
tak melakukan apa-apa untuk menekan Khalid, Raja
pujaan kami yang saleh. 232 Dalam pertemuan sosial seperti itu, para perempuan
berpakaian wah, karena mereka hanya memiliki sedikit
kesempatan untuk memamerkan perhiasan dan pakaian.
Aku dan Karim sering keluar hingga jam dua atau
tiga pagi. Rutinitas ini jarang terganggu kecuali kalau
kami sedang keluar negeri.
Satu pertanyaan yang selalu menghantuiku: untuk
apa semua ini" Aku tak lagi bisa menyangkal kenyataan ini. Aku,
Sultana yang berapi-api, telah menjadi orang biasa,
perempuan Saudi yang tumpul dan tanpa gairah; tak ada
sesuatu yang penting mengisi hari-hariku. Aku benci
kemalasan dan kehidupan mewahku. Tapi aku tak tahu
langkah apa yang bisa kuambil untuk menghilangkan
kebosananku. Setelah kakiku dipijat, aku ingin sekali berjalan-jalan
di taman. Dalam merancang taman, aku merujuk pada
taman indah Nura. Tak ada yang bisa membuatku lebih
damai kecuali di bawah teduhnya hutan kecil yang selalu
disirami dan dirawat dengan penuh semangat oleh dua
belas orang pekerja dari Sri Langka. Kami tinggal di salah satu padang pasir
paling panas di dunia, namun rumah
kami dikelilingi oleh taman hijau yang subur. Dengan
banyaknya uang dihabiskan untuk mendatangkan air
berlimpah dari kota pelabuhan untuk siram-siram empat
kali sehari, kami orang Saudi yang kaya bisa melepaskan
diri dari sengatan pasir merah yang menunggu secuil
kesempatan untuk merusak kota kami dan menghapuskan
jejak kami di bumi. Pada waktunya, padang pasirlah yang
akan menang, namun sekarang kami adalah tuan di
negeri sendiri. Aku berhenti beristirahat di sebuah gazebo yang
khusus dibangun untuk putri kami tertua, Maha, yang
akan segera merayakan ulang tahun kelimanya. Maha
233 adalah bocah pemimpi yang menghabiskan waktu berjam-
jam bersembunyi di dalam alat mainan yang tertutupi
tumbuh-tumbuhan merambat, melakukan permainan
rumit dengan teman-teman imajinasinya. Ia mirip aku
waktu masih kecil. Hanya saja, ia beruntung tak
mengalami revolusi kepribadian berat seperti ibunya,
karena Maha mendapatkan cinta ayahnya dan tak perlu
harus memberontak. Aku memetik bunga-bunga yang menjalar di atas
tempat favorit Maha. Aneka macam mainan Maha
dibiarkan bertumpuk tak beraturan. Aku tersenyum heran
betapa sifatnya sangat berbeda dengan adiknya, Amani,
yang sekarang berusia tiga tahun. Amani sangat
perfeksionis, mirip dengan bibinya, Sara.
Ketika aku berfikir tentang anak-anakku, aku
merasakan tekanan yang sangat kuat. Aku mengucapkan
rasa syukur pada Allah karena seorang putra dan dua
putriku sehat. Namun aku menitikkan air mata ketika
ingat kenyataan bahwa aku tak lagi bisa melahirkan anak.
Setahun yang lalu, saat aku melakukan pemeriksaan
rutin di Rumah sakit dan Pusat Penelitian Raja Faisal, aku didiagnosa mengidap
kanker payudara. Aku dan Karim
terkejut, karena kami pikir penyakit itu hanya menimpa
orang yang sudah berumur. Sebelum itu, aku tak pernah
kena penyakit apa pun dan melahirkan dua anak
terakhirku dengan mudah. Dokter yakin bahwa sekarang
aku sudah bebas dari sel berbahaya itu, namun aku
kehilangan satu payudara. Selanjutnya aku diperingatkan
agar tidak hamil lagi. Sebagai tindakan pencegahan agar tak berhasrat
memiliki anak lagi, yang akan membahayakanku, maka
dengan persetujuan Karim, aku melakukan operasi
sterilisasi. Aku sangat takut seandainya aku tak bisa hidup terus dan melihat
ketiga anakku tumbuh dewasa.
234 Aku resah dengan pikiran tentang sebuah keluarga
kecil. Saat itu, di Arab Saudi, jarang ada perempuan yang berhenti melahirkan
anak; hanya umur yang akan
menghentikannya; tak ada yang lain.
Suara Karim menyela pikiranku yang sedang kacau.
Aku melihatnya berjalan dengan cepat melintasi
rumput tebal. Dalam setahun terakhir, kami lelah
bercekcok, akibat penyakit yang menekan hidup kami.
Tiba-tiba aku memutuskan untuk menjadi Sultana yang


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dulu, gadis yang bisa membuat suaminya tertawa lepas
dan gembira. Aku tersenyum melihat kaki-kakinya yang panjang
dan atletis, terbungkus dalam thobe nya yang ketat.
Memandangnya masih membuat hatiku bahagia.
Ketika ia sudah dekat, aku menjadi tahu, pikirannya
sedang kacau. Aku mencari-cari penyebabnya. Ia perlu
beberapa saat untuk mengungkapkan apa yang
menyusahkannya. Aku memberi isyarat dengan tangan
untuk menyuruhnya duduk di sampingku. Aku ingin duduk
serapat mungkin, sehingga tubuh kami bisa bersentuhan,
asalkan tak ada yang melihat.
Karim membuatku kecewa karena ia duduk di ujung
terjauh gazebo. Ia tak membalas senyum sambutanku.
Pasti sesuatu yang berbahaya telah menimpa anak kami!
Aku melompat dan bertanya ada berita buruk apa. Ia
tampak terkejut karena aku dapat meraba kabar yang tak
menyenangkan. Kemudian Karim mengucapkan kata-kata
yang tak pernah kuduga bisa terdengar dari mulutnya.
'Sultana, sejak beberapa bulan yang lalu, aku telah
membuat keputusan, keputusan yang sangat sulit. Aku
tidak mendiskusikan ini denganmu, karena kamu sedang
sakit.' Aku mengangguk, tidak tahu apa yang sedang
235 menungguku, meskipun aku takut mendengarnya.
'Sultana, kamu istri yang paling penting dalam
hatiku dan akan selamanya begitu.'
Aku masih belum bisa menduga pesan yang ingin
disampaikan suamiku, namun aku yakin kata-katanya
menunjukkan bahwa ia sedang mempersiapkan aku untuk
menerima berita yang mungkin tak sanggup aku pikul.
Tanpa sadar air mata mengalir di wajahku. Aku tak ingin
ia mengungkapkan apa yang akan segera menjadi
kenyataan. 'Sultana, aku laki-laki yang masih bisa menurunkan
banyak anak. Aku ingin sepuluh, dua puluh, sebanyak
mungkin anak yang menurut Allah pantas bagiku.'
Ia berhenti sejenak namun rasanya sangat lama.
Aku menahan nafas ketakutan.
'Sultana, aku akan menikah lagi. Istri keduaku itu
hanya akan berperan melahirkan anak. Aku tak
menginginkan apa pun, selain anak. Cintaku selalu hanya
untukmu.' Bunyi yang bertalu-talu di kepalaku membuatku tak
bisa mendengar apa-apa. Aku terperangkap dalam realitas
gelap yang tak kupercaya. Tak pernah, tak pernah, tak
pernah kubayangkan kemungkinan seperti itu.
Karim menunggu reaksiku. Pertama-tama aku tak
bisa bergerak. Nafasku akhirnya kembali ke tubuhku
melalui hembusan yang dalam dan keras. Maklumat yang
disampaikannya perlahan merasuk ke dalam otakku dan
mulai hidup. Saat kekuatanku pulih, aku menjawabnya
dengan serangan tiba-tiba yang membuat kami jatuh
berguling di lantai. Dalamnya luka yang kurasakan, tidak bisa
diekspresikan dengan kata-kata. Aku ingin Karim
memohon maaf padaku ketika aku mencakar wajahnya,
236 menendang kunci pahanya, dan mencoba dengan putus
asa membunuhnya. Karim berjuang agar bisa berdiri. Aku berubah
menjadi kasar dan kuat akibat kegilaan yang tiba-tiba
merasukiku. Untuk mengendalikanku, Karim harus
menekanku ke tanah dan duduk mengangkangi tubuhku.
Teriakanku memecah suasana. Sebutan-sebutan
yang kuberikan pada suamiku menyebabkan para pelayan
yang berkumpul menjadi kaku. Seperti hewan liar, aku
meludahi wajah suamiku. Kulihat ia merasa heran dengan
amukan yang ia picu. Karena takut dengan apa yang disaksikan, para
pelayan berlarian ke berbagai tempat dan bersembunyi
dalam bangunan dan di balik rerumputan.
Akhirnya kemarahanku berakhir. Aku diam setengah
mati. Akal sehatku sudah pulih. Aku katakan pada Karim
bahwa aku ingin cerai. Aku takkan pernah bisa menerima
penghinaan berupa suami yang menikah lagi. Karim
menjawab, tak masalah bercerai asalkan anak-anak
diserahkan padanya dan dibesarkan oleh istri kedua. Ia
tak akan pernah mengijinkan anak-anak meninggalkan
rumahnya. Sekilas aku melihat kehidupan yang ada di
hadapanku. Dengan menikah lagi, Karim jauh dari
martabat dan sopan-santun laki-laki yang beradab.
Sebagian besar laki-laki dan perempuan mengerti
batas-batas yang dapat ditanggung. Dalam filosofiku, aku tak memiliki watak
untuk ikut berpesta pora yang
berlebih-lebihan. Karim bisa mengeluarkan kata-kata tipu daya yang
disukainya. Tapi aku mengerti implikasi kalau ia menikah lagi. Ia sungguh tak
bermaksud mempertahankan anak
anak. 237 Persoalannya tetap sederhana. Kami sudah menikah
selama delapan tahun. Ia hanya ingin mendapatkan surat
izin untuk melakukan hubungan seksual dengan
perempuan lain. Jelas, suamiku sudah bosan memakan
hidangan yang sama dan berhasrat mencari makanan
baru yang lebih eksotik sesuai dengan seleranya.
Aku marah besar karena Karim menganggap aku
adalah perempuan yang tidak cukup pintar untuk
menerima penjelasannya yang manis. Ya, aku memang
akan menerima apa yang ditakdirkan Allah untukku,
namun tidak jika berkaitan dengan suamiku di dunia.
Kukatakan pada Karim untuk enyah dari hadapanku;
karena hari ini aku tak mau ada pembunuhan.
Untuk kali pertamanya, aku benar-benar mengalami
perasaan tidak suka terhadap suamiku. Wajahnya bijak
dan baik; namun isi perutnya licik dan egois. Aku telah
tidur di sampingnya selama delapan tahun; namun ia tiba-
tiba menjadi orang asing yang tak kukenal sama sekali.
Aku menyuruhnya menghilang dari pandanganku.
Muak melihat ia hanyalah kerangka manusia tanpa otak.
Aku melihatnya berjalan menjauh, dengan kepala
menunduk, dan bahu turun. Bagaimana mungkin satu jam
sebelumnya aku sangat mencintainya" Namun sekarang
aliran cintaku melemah. Aku menyukai sifat Karim yang
hebat, menghargainya lebih dari laki-laki lain dalam
masyarakat kami. Tapi, menyedihkan, inti kehidupannya
tak lebih dari kebanyakan laki-laki.
Ya, kami telah melalui satu tahun yang sulit. Ya,
perkawinan bersifat membatasi dan kadang
menjengkelkan. Kami telah menikmati tujuh tahun masa
yang sangat bahagia dan hanya selama setahun
menderita kekacauan dan perubahan. Mungkin saja,
sedikit kesenangan segar, perempuan baru yang tidak
238 cerewet, masuk ke dalam mimpi suamiku.
Parahnya, ia laki-laki yang bisa mengancam pada
orang yang melahirkan anak-anaknya. Tanpa malu, ia
menyanjung-nyanjung istri kedua dan menetapkan
kebahagiaan bagi anak-anakku yang tersayang. Itu tentu
saja mengingatkanku akan realitas dominasi laki-laki di
tempatku. Ketika telah muncul rencana dalam otakku, aku
kasihan pada suamiku. Ia lupa telah menikah dengan
perempuan yang suka memberontak. Tak mudah anak-
anakku terlepas dari tanganku.
239 19 Tak seperti kebanyakan suami-suami di Saudi, Karim
menyimpan paspor keluarga di tempat yang mudah
dijangkau istrinya. Dan aku orang yang pintar meniru
tanda-tangannya. Stempel pribadinya tersimpan di atas
meja tulis di ruang kerjanya.
Pada saat aku menghimpun pikiran dan kembali ke
rumah, Karim sudah pergi. Jadi, ia penakut juga. Aku
yakin ia akan menginap di istana ayahnya selama satu
atau dua malam. Mendadak pikiranku melayang ke Norah. Aku marah
membayangkan mertuaku tersenyum-senyum melihat
keadaanku yang sulit ini. Ia pasti telah memilihkan istri kedua untuk anak
sulungnya. Sampai saat itu aku belum
tahu siapa yang akan menjadi istri barunya; mungkin ia
sepupu kerajaan yang masih kanak-kanak, karena kami
cenderung menikah dalam satu keluarga besar Aku
dengan tenang menyiapkan koper dan mengambil uang
simpanan ratusan ribu dolar dari peti.
Seperti kebanyakan keluarga kerajaan, Karim
240 memiliki harta simpanan sebagai persiapan menghadapi
kemungkinan munculnya revolusi yang sering terjadi
secara tak terduga di negeri yang diperintah oleh monarki.
Kami telah membicarakan cara menyelamatkan
hidup jika si lemah menumbangkan si kuat. Aku
memanjatkan doa yang kejam agar penganut Syiah yang
minoritas di Provinsi Timur menggulingkan para pemimpin
Sunni kami. Bayangan kepala Karim yang ditusuk
menimbulkan senyuman di mukaku yang cemberut.
Setelah mengemas semua perhiasanku ke dalam se-
buah tas kecil, aku mempersiapkan surat-surat
perjalananku tanpa kesulitan. Akhirnya aku siap.
Aku tidak bisa memercayai saudari-saudariku,
karena mereka sangat mungkin tergoda untuk
membocorkan kepergianku pada suami-suami mereka.
Dan para laki-laki itu kompak; Karim akan segera
diberitahu. Aku panggil pelayan kepercayaanku, karena ia pasti
orang pertama yang akan ditanya Karim. Aku katakan
padanya, jika suamiku bertanya tentang aku, bilang saja
aku pergi ke Jeddah selama beberapa hari.
Aku menelpon pilot langgananku dan
memberitahukan padanya bahwa kami sekeluarga akan
terbang ke Jeddah satu jam lagi; ia sudah harus ada di
bandara tepat pada waktunya. Aku menelpon para
pelayan di Jeddah dan memberi tahu mereka bahwa aku
akan mengunjungi seorang teman di kota itu; mungkin
aku akan datang ke rumah. Bila Karim menelpon dan ingin
bicara denganku, katakan padanya bahwa aku sedang
berada di rumah teman dan aku akan menelpon balik
sesegera mungkin. Kebohonganku itu dimaksudkan untuk mengulur-
ulur waktu agar Karim tidak mengetahui pelarianku
241 selama mungkin. Ketika aku sedang dalam perjalanan ke bandara,
aku melihat dengan takjub keramaian orang di jalan-jalan Riyadh di hari Kamis
malam. Kota itu dipenuhi oleh para
pekerja asing, karena orang-orang Saudi tidak mau
melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar. Suatu hari orang-
orang yang kurang mampu ini akan bosan dengan
perlakukan buruk dari kami; bangkai kami akan menjadi
makanan sekumpulan anjing liar yang berkeliaran di kota-
kota kami. Ketika pilot Amerika melihat bayangan hitam
melangkah ke arahnya, yang tak lain aku sendiri, ia
tersenyum dan melambaikan tangan. Ia telah
mengantarku ke banyak perjalanan. Ia mengingatkanku
pada pilot-pilot ramah dan bersahabat yang
menerbangkan aku dan ibuku untuk menemui Sara
beberapa tahun yang lalu. Kenangan itu membuat hatiku
tak tenang dan jadi rindu pada pelukan ibu yang
menentramkan. Ketika masuk ke dalam pesawat, kukatakan pada
pilot bahwa rencana berubah; salah satu anak kami sakit
di Dubai, dan aku baru saja menerima telepon dari Karim
yang menyuruhku agar pergi menemui anak itu dan
membatalkan penerbangan ke Jeddah. Karim sendiri akan
menyusul besok, jika sakitnya benar-benar
mengkhawatirkan. Aku dengan mudah sekali berbohong ketika
kukatakan pada pilot itu bahwa kami rasa anak bungsu
kami hanya rindu rumah dan kehadiranku akan
membuatnya tenang. Aku tertawa ketika aku bilang
bahwa anak-anak telah meninggalkan rumah selama tiga
minggu, waktu yang terlalu lama untuk seorang anak kecil kami.
Tanpa bertanya lebih lanjut, pilot itu mengubah jalur
242 penerbangan. Ia telah menerbangkan keluarga kami
selama bertahun-tahun dan mengenal kami sebagai
pasangan bahagia. Ia tak punya alasan untuk meragukan
perintahku. Segera setelah sampai di Dubai, aku menyuruh pilot
untuk tinggal di hotel yang biasa ia tinggali, Hotel
Sheraton Dubai. Aku akan menelponnya besok atau lusa
untuk memberitahukan rencanaku selanjutnya.
Kukatakan padanya bahwa ia bebas tugas untuk
sementara waktu karena Karim tidak memerlukan dia dan
pesawatnya dalam beberapa hari. Kami memiliki tiga Lear
jet; salah satunya selalu siap untuk digunakan Karim.
Anak-anak gembira luar biasa melihat ibunya datang
tanpa terduga. Pimpinan Summer Camp dari Inggris mengangguk-anggukkan kepalanya
dengan simpati ketika kukatakan bahwa nenek anak-anak sakit keras.
Aku akan membawa pulang anak-anak secepatnya
bersamaku ke Riyadh. Pimpinan itu terburu-buru pergi ke
kantornya untuk mengambil paspor anak-anak.
Ketika aku menjabat tangan laki-laki itu sebagai
tanda perpisahan, aku katakan bahwa aku tidak bisa
menemukan para pelayan yang menemani anak-anak ke


Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dubai. Mereka tak menjawab teleponku; aku rasa mereka
sedang makan malam. Maukah Anda menelpon mereka
esok pagi dan memberitahukan kepada mereka bahwa
aku menyuruh pilot, Joel, menunggu mereka di Hotel
Sheraton Dubai. Mereka harus segera berangkat dan
menemui pilot itu dengan surat ini. Bersamaan dengan itu aku mengulurkan sebuah
amplop berisi surat yang dialamatkan pada pilot Amerika tersebut.
Dalam surat itu aku meminta maaf karena
menggunakan jasanya dengan cara yang curang; aku
cantumkan kata-kata tambahan untuk Karim yang
243 menceritakan bagaimana aku membohongi si pilot itu.
Aku tahu Karim akan sangat marah kepadanya.
Tetapi kemarahannya akan segera reda jika ia tahu
situasinya. Pilot itu, Joel, adalah pilot kesayangan Karim. Ia
pasti tak akan kehilangan pekerjaannya.
Aku dan anak-anak naik ke dalam limosin yang
menunggu, yang akan mengantar kami ke bandara.
Penerbangan langsung ke London akan berangkat
satu jam lagi. Aku akan menggunakan kebohongan apa
pun untuk mendapatkan empat kursi di pesawat.
Ternyata aku tak perlu berdosa pada Allah. Hampir
tak ada penumpang; sebagian besar orang terbang
kembali ke Teluk pada akhir musim panas, bukannya
berangkat pergi meninggalkan wilayah ini. Anak-anak
mengantuk, dan tak banyak bertanya; aku katakan
kepada mereka bahwa mereka akan mendapat kejutan di
akhir perjalanan. Ketika anak-anak tidur, dengan tegang aku mem-
bolak-balik halaman sebuah majalah. Tak ada isinya yang
menarik perhatianku. aku sedang memikirkan langkah
selanjutnya dengan sangat hati-hati. Sisa hidupku
tergantung pada kejadian-kejadian beberapa minggu ke
depan. Perlahan, aku merasa seseorang dengan maksud
tertentu sedang menatap langsung ke arahku.
Apakah pelarianku dari Karim sudah diketahui"
Aku melihat ke seberang kursi. Seorang perempuan
Arab berumur sekitar tigapuluh tahun menatap tajam
padaku. Ia menggendong gadis kecil berusia sekitar tiga
atau empat tahun. Aku lega melihat orang yang
membuatku kalut ternyata seorang perempuan, seorang
ibu. Tatapan tajamnya membuatku bertanya-tanya. Aku
berdiri, menyelinap di antara kereta dorong dan duduk di 244
kursi kosong di sampingnya. Aku bertanya padanya ada
masalah apa. Apakah aku telah mengganggunya"
Rahasia Kunci Wasiat 5 Rajawali Emas 24 Dayang Dayang Dasar Neraka Pendekar Sakti 3
^