Princess 5
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion Bagian 5
Wajah dinginnya mulai memudar, dan ia
menyemprotkan kata-kata ke arahku: 'Aku ada di bandara
ketika kamu datang, kamu dan anak-anakmu.' Ia
menatap jijik pada anak-anakku. 'Kamu hampir saja
menabrak kami ketika kamu check-in di penjualan tiket!'
Ia melihat dengan benci ke mataku ketika ia menyebut
kebangsaanku: 'Kalian pikir, orang Saudi bisa membeli
dunia"' Hari yang melelahkan telah menguras kekuatanku.
Namun air mataku yang jatuh lebih mengejutkan
diriku ketimbang perempuan itu. Sambil terisak-isak, aku menepuk bahunya dan
mengatakan padanya aku minta
maaf. Aku sedang mengalami masalah besar sehingga
harus mengejar-ngejar penerbangan. Dengan air mata
yang mengalir di pipiku, aku kembali ke tempat dudukku.
Perempuan itu gampang iba, karena ia tak
membiarkanku pergi begitu saja setelah aku
memperlihatkan kesedihan. Ia dengan hati-hati
meletakkan anaknya ke kursi dan berlutut di kursi
sampingku. Badanku menjadi kaku, kemudian aku berbalik,
namun ia terus bergerak menghadapkan wajahnya ke
wajahku dan berkata: 'Tolong, maafkan aku. Aku juga
sedang mengalami masalah besar. Jika kukatakan
padamu apa yang terjadi pada anak perempuanku di
negaramu, mungkin sekali di tangan beberapa laki-laki di negaramu, kau akan
mengerti mengapa aku sangat benci
dengan orang Saudi."
Setelah melalui begitu banyak hal menakutkan
ketimbang yang bisa ditanggung oleh orang dalam
hidupnya, aku tak ingin lagi mendapatkan gambaran
245 ketidakadilan dalam pikiranku. Tak kupercaya, aku
mengucapkan kata-kata 'aku minta maaf. Perempuan itu
tampaknya mengerti kalau aku sedang dalam puncak
kegalauan, sehingga ia bersedia pergi dari sisiku.
Namun perempuan itu bersikeras ingin menceritakan
peristiwa mengerikan yang menimpanya, dan sebelum
penerbangan berakhir, aku mengetahui penyebab luka
hatinya. Setelah mendengar ceritanya, aku semakin benci
terhadap masyarakat patriarkhis yang mengancam semua
perempuan, bahkan anak-anak, yang berani menginjak
tanah Arab Saudi, apa pun kebangsaan mereka.
Perempuan itu bernama Widad; ia berasal dari
Libanon. Kekacauan yang terus-menerus akibat perang
sipil di negeri kecil yang dahulu indah itu telah memaksa warganya mencari
pekerjaan di Arab Saudi dan negara-negara Teluk. Suami Widad termasuk orang yang
beruntung karena mendapat pekerjaan sebagai eksekutif
di salah satu bisnis yang sedang berkembang di Riyadh.
Setelah merasa mapan, ia membawa istri dan anak-
nya yang masih kecil ke ibu kota padang pasir ini.
Widad senang hidup di Riyadh. Perang di Libanon te-
lah menghapuskan keinginannya untuk kembali ke tempat
kelahirannya itu di mana peluru beterbangan dan banyak
orang tak berdosa mati. Ia bahagia hidup di tempat yang
baru. Ia bisa mengontrak sebuah rumah yang bagus,
membeli perabotan, dan semua anggota keluarga bisa
bersatu kembali. Widad sangat terkesan dengan sidikitnya kejahatan di negeri
kami. Dengan hukuman yang sangat
berat terhadap orang-orang yang bersalah, hanya ada
sedikit orang yang berani berbuat jahat di Arab Saudi,
pencuri yang tertangkap akan kehilangan tangan, dan
seorang pembunuh atau pemerkosa akan kehilangan
kepalanya. Dengan pikiran tenang seperti itu, ia lalai
menjaga anak perempuannya dari bahaya orang asing.
246 Dua bulan lalu, Widad mengadakan pesta kecil
dengan teman-teman perempuannya. Sama seperti
perempuan Saudi, di negeri kami istri-istri orang asing tak punya banyak
kesibukan. Widad menyajikan makanan
ringan, dan tamu-tamunya bermain kartu. Dua dari
perempuan-perempuan itu membawa anak-anak mereka,
sehingga anak perempuan Widad benar-benar gembira
bermain di taman. Setelah para tamu pergi, Widad membantu dua
pelayan India-nya membersihkan rumah untuk
menyambut suaminya pulang malam itu. Telepon
berbunyi, dan Widad bercakap-cakap cukup lama dari
biasanya. Ketika ia melongok keluar melalui jendela, ia
tak melihat apa-apa. Ia memanggil salah satu pelayannya
dan menyuruhnya membawa masuk putrinya. Putri Widad
tak ditemukan. Setelah mencari-cari dengan rasa cemas,
tamu terakhir ingat bahwa anak itu sedang duduk-duduk
di pinggir trotoar di depan rumah sambil menggendong
bonekanya. Suami Widad pulang, dan turut mencari
sampai ke tetangga. Tak seorang pun melihat putrinya.
Setelah berminggu-minggu melakukan pencarian,
Widad dan suaminya hanya bisa mengira bahwa putri
tunggal mereka telah diculik dan kemungkinan besar
dibunuh. Ketika semua harapan terhadap putri
kesayangannya hilang, Widad merasa tak bisa lagi tinggal di Riyadh. Ia pun
kembali ke keluarganya di Libanon yang hancur karena perang. Untuk melanjutkan
hidup, suaminya tetap bekerja di Riyadh dan tinggal di rumah
yang sama. Sepuluh hari setelah Widad sampai di Beirut, ia
mendengar ketukan keras di pintu apartemennya. Takut
dengan pertempuran milisi yang baru saja terjadi di
tempat tetangganya, ia berpura-pura bahwa di rumahnya
tak ada orang hingga ia mendengar teriakan tetangganya
247 yang menyampaikan kabar dari suaminya di Riyadh.
Tetangga itu baru saja menerima telepon dari suami
Widad. Teleponnya sudah diputus, namun tetangga itu
telah mencatat pesan yang sulit dipercaya untuk Widad.
Widad harus naik kapal ke Cyprus dan segera pergi
ke kedutaan Saudi di negeri itu. Visanya untuk masuk
kembali ke Arab Saudi sudah menunggu. Ia harus segera
kembali secepat mungkin ke Riyadh. Putri mereka masih
hidup! Perlu tiga hari perjalanan kapal dari Jounieh di
Libanon ke Larnaca di Cyprus. Di sanalah visanya bisa
distempel, baru kemudian perjalanan diteruskan dengan
naik pesawat ke Riyadh. Pada saat Widad sampai di
Riyadh, teka-teki menghilangnya anak mereka
diungkapkan. Setelah reda rasa terkejutnya karena saat pulang ke
rumah mendapati putrinya berdiri di pintu gerbang, suami Widad membawa putrinya
itu ke klinik untuk memastikan
apakah putrinya telah diperkosa, sebuah peristiwa yang
paling ia takutkan. Setelah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, hasilnya mengerikan. Dokter mengatakan
pada suami Widad bahwa anaknya tidak menderita
serangan seksual, tetapi baru saja menjalani operasi
besar. Salah satu ginjalnya telah diambil. Luka bekas
operasinya buruk, dan infeksi terjadi karena lukanya tak bersih.
Para staf rumah sakit saling berspekulasi ketika me-
lakukan pemeriksaan. Mereka bertanya-tanya tentang tipe
donor dan prosedur operasi. Hampir pasti anak ini tidak
menjalani operasi di Arab Saudi; karena pada saat itu
operasi pencangkokan ginjal belum umum dilakukan di
kerajaan Saudi. Setelah polisi mengadakan penyelidikan, mereka
248 berkesimpulan bahwa anak ini telah dibawa ke India oleh
seorang Saudi yang sangat kaya, yang anaknya butuh
transplantasi ginjal. Mungkin saja orang kaya itu telah
menculik lebih dari seorang anak untuk kemudian dipilih
satu yang paling cocok. Tak seorang pun mampu
menceritakan kejadian sebelum pengambilan ginjal,
karena sang anak hanya bisa mengingat mobil panjang
hitam dan bau tak sedap dari saputangan yang ditutupkan
ke mulutnya oleh seorang laki-laki besar. Ia baru
terbangun setelah merasakan sakit yang amat sangat. Ia
ditempatkan dalam sebuah kamar dengan perawat yang
tak bisa berbicara bahasa Arab; ia tak melihat orang lain.
Ketika ia hendak dilepaskan, matanya ditutup kain,
dinaikkan ke mobil lama sekali dan tanpa diduga-duga
diturunkan di depan pintu rumahnya.
Tak diragukan lagi, orang yang telah menculik anak
ini pastilah sangat kaya, karena ketika ayahnya melompat dari mobil untuk
memeluknya, anak itu menunjukkan
sebuah tas kecil penuh dengan uang lebih dari dua puluh
ribu dollar dan perhiasan mahal yang banyak.
Dapat dimengerti, Widad menganggap hina negeriku
dan terhadap kekayaan minyak yang telah membentuk
sebuah masyarakat yang menganggap harta mereka
dapat mengatasi semua rintangan hidup. Mereka
mengambil bagian tubuh yang suci dari seorang anak kecil yang tak berdosa dan
meninggalkan uang untuk menghilangkan kemarahan orang-orang yang terluka!
Ketika Widad melihat pandanganku yang
menyangsikan ceritanya, ia buru-buru memperlihatkan
padaku anaknya yang sedang tidur dan membuka luka
merah panjang yang dengan jelas menunjukkan
kedalaman moral yang akan disepakati oleh beberapa
orang. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, me-
249 rasa ngeri. Widad menatap gadis kecil yang sedang tidur itu
dengan penuh kasih; kepulangan anaknya tak lebih dari
sebuah keajaiban. Kata-kata perpisahan dari Widad
menghapus kebanggaanku yang rentan terhadap
bangsaku: 'Aku masih simpati terhadap perempuan Saudi.
Selama tinggal sebentar di Arab Saudi, aku telah melihat cara hidup kalian.
Jelas, uang bisa membuat lancar
segalanya, tapi orang-orang seperti bangsa Saudi tak
akan bertahan lama.' Ia berhenti sejenak merenung,
sebelum kemudian melanjutkan: 'Walaupun benar bahwa
kesulitan uang telah mendorong orang-orang asing datang
ke Arab Saudi, kalian orang Saudi tetap dibenci oleh
semua orang yang mengenal kalian.'
Aku lihat Widad terakhir kali di bandara internasional
London, saat ia memeluk hangat anak kesayangannya.
Setelah melakukan beberapa pemeriksaan medis pa-
da putrinya di London, Widad lebih memilih mengambil
risiko terkena bom musuh-musuh Libanon ketimbang
menghadapi kemunafikan dan kejahatan yang tak dapat
dibayangkan dari orang-orang di negeriku, Saudi.
Aku dan anak-anak menginap semalam di London.
Kami menyeberangi Channel dengan kapal feri dan tiba di
Perancis di hari berikutnya. Dari sana kami pergi naik
kereta api menuju Zurich. Ketika aku mengambil seluruh
uang dari rekening putraku di bank Swiss, aku tinggalkan anak-anak di hotel
selama beberapa jam. Dengan uang
lebih dari enam juta dollar di tangan, aku merasa aman.
Aku menyewa mobil dan sopirnya untuk pergi ke
Jenewa; dari sana kami kembali terbang ke London dan
kemudian ke Kepulauan Channel (Channel Islands). Di
sana, aku mendeposito uang ke sebuah rekening atas
namaku, dan menyisakan uang tunai yang kuambil dari
peti di Riyadh untuk biaya pengeluaran kami. Kemudian
250 kami terbang ke Roma, di sana aku menyewa sopir untuk
mengantar kami kembali ke Paris.
Di Paris, aku menyewa seorang pegawai rumah
tangga, seorang sopir dan seorang pengawal. Kemudian,
atas nama tertentu, aku menyewa sebuah rumah di
daerah pinggiran kota Paris. Dengan perjalanan yang
berliku-liku itu, aku yakin Karim tak akan pernah bisa
menemukan kami. Sebulan kemudian, aku terbang ke Frankfrut,
sementara pengawasan anak-anak kuserahkan pada
pegawai rumah tangga. Di sana, aku masuk ke sebuah
bank dan mengatakan bahwa aku berasal dari Dubai dan
ingin mendepositokan uang dalam jumlah besar. Aku
mendapat perlakuan istimewa dan dikawal menuju kantor
menejer bank. Di sana aku mengeluarkan sejumlah besar
uang dari tasku dan meletakkannya di atas meja menejer
Ketika menejer terkejut melihat uang itu, kukatakan
padanya bahwa aku ingin menelpon suamiku yang sedang
berbisnis di Arab Saudi. Tentu saja aku bukan sekadar
ingin membayar biaya telpon dan meletakkan lima ratus
dollar di tangannya. Dengan cepat menejer itu berdiri dan hampir saja kakinya
terkilir ketika ia mempersilakanku
untuk menelpon selama yang kubutuhkan. Ia menutup
pintu dan bilang bahwa jika membutuhkannya, ia berada
di sebuah kantor, setelah tiga ruang ke bawah.
Aku menelpon Sara. Aku tahu bayinya sekarang
sudah lahir, dan kemungkinan besar ia berada di rumah.
Aku bernafas lega ketika salah seorang pelayan
mengatakan ya, nyonya ada di rumah. Sara berteriak
gembira ketika mendengar suaraku. Aku segera bertanya
kepadanya apakah teleponnya disadap, dan ia
mengatakan tak tahu. Dengan suara terburu-buru, ia
menambahkan bahwa Karim sangat khawatir dan
melacakku dari Dubai sampai London, tapi tak
251 mendapatkan jejak apa-apa. Pada keluarga besar, Karim
menceritakan apa yang terjadi dan benar-benar menyesal.
Ia tak menginginkan apa pun kecuali aku dan anak-
anak kembali ke rumah. Karim bilang, kami harus bicara.
Aku minta Sara menyampaikan sebuah pesan
singkat pada suamiku. Aku ingin ia tahu bahwa aku
merasa jijik padanya; ia tak akan pernah melihat kami
lagi. Lagi pula, aku sedang mengurus kewarganegaraanku
dan anak-anak di negara lain. Setelah aku merasa aman
di negara baruku, aku akan memberitahu saudari-
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saudariku tentang kehidupan baruku, tapi Karim tak boleh tahu di mana kami
berada. Untuk membuat lebih
khawatir, kuminta Sara untuk mengatakan pada Karim
bahwa Abdullah, putranya, tak ingin lagi berhubungan
dengan ayahnya. Dengan cara itu, aku memberi pelajaran pada
Karim. Aku gembira, mengetahui Sara melahirkan anak
laki-laki dan keluargaku yang lain berada dalam keadaan
sehat. Sara bilang bahwa ayah dan Faruq sangat marah;
keduanya menyuruhku kembali ke Riyadh dan menuruti
apa yang diinginkan Karim, karena istri berkewajiban
tunduk pada suami. Aku tak mengharapkan lagi sesuatu
dari kedua orang itu. Sara mencoba melunakkanku dan berkata bukankah
lebih baik tinggal bersama madu daripada menjalani hidup di tempat pengasingan.
Aku bertanya padanya apakah ia
akan menerima hidup seperti itu dengan Asad.
Ia diam tak menjawab. Selesai menelpon, aku memasukkan kembali uangku
ke dalam tas dan keluar dari bank tanpa pemberitahuan
lebih lanjut dari sang menejer. Aku merasa menyesal
telah melakukan tipu daya, namun aku tahu, jika
menelpon dari telepon bayaran, aku bisa membahayakan
252 diriku, karena operator mungkin akan segera
memberitahukan negara penelpon pada mesin perekam
tersembunyi, yang terhubung ke Karim.
Ketika merenungkan kata-kata Sara, wajahku
tersenyum lebar. Rencanaku berhasil. Namun aku pikir
lebih baik membiarkan Karim merasakan penderitaan
yang dalam. Ia perlu beberapa waktu untuk tahu bahwa
aku tak akan pernah menerima keberadaan istri yang
banyak, tak peduli harga yang harus kubayarkan.
Sebenarnya, anak-anak tak tahu apa-apa tentang
drama kehidupan kami. Secara meyakinkan, aku ceritakan
bisnis ayah mereka yang harus pergi ke Timur selama
beberapa bulan. Karena itu, daripada tinggal di Riyadh
dan menderita kebosanan, ayah menyarankan kita untuk
menikmati waktu yang menyenangkan di pinggir kota
Perancis. Abdullah heran mengapa ia tak pernah
menerima telepon dari ayahnya. Untuk mengatasi ini aku
buat dia sibuk dengan pelajaran dan aktifitas sosial.
Pikiran anak muda lebih cepat beradaptasi dari yang kita bayangkan. Kedua putri
kami masih terlalu kecil untuk
memikirkan keadaan yang menakutkan.
Mereka menghabiskan hari dengan berjalan-jalan.
Yang terasa hilang adalah ketidakhadiran ayah mereka.
Aku melakukan yang terbaik untuk menggantinya.
Aku menghibur diriku dengan memikirkan alternatif
alternatif. Aku tak bisa menerima bila anak-anak harus hidup
dengan orangtua mereka yang kacau balau terus
menerus. Hidup tanpa ibu tidak lazim. Jika Karim menikah lagi, sangat mungkin
aku akan membunuhnya. Dan aku
tak mungkin mengasuh anak-anakku tanpa kepala, karena
sudah pasti kepalaku akan dipisahkan dari tubuhku
setelah aku membunuh ayah mereka! untuk sesaat aku
253 memikirkan mata pisau tajam pedang algojo dan ngeri
jika suatu hari akan merasakan dinginnya pedang itu. Aku tahu aku beruntung
berasal dari keluarga kerajaan,
karena aku, seperti Faruq beberapa tahun yang lalu,
dengan mudah bisa melewati situasi hukum dan etika
yang sulit tanpa campur tangan para penjaga agama.
Kalau aku bukan keluarga kerajaan, aku akan mendapat
lemparan batu yang mengakhiri hidupku akibat tindakan
seperti yang kulakukan ini. Kami keluarga kerajaan
menjaga dan menyimpan skandal di dalam dinding-
dinding istana kami; tak satupun orang di luar keluarga
yang akan tahu tentang pelarianku. Hanya Karim yang
bisa menyebabkan kematianku, dan tak peduli apa pun
tindakanku, aku tahu dengan pasti bahwa suamiku tidak
memiliki nyali untuk menumpahkan darahku.
Aku menelpon Sara sekali sebulan. Selama jauh dari
keluarga dan negeraku, hari-hariku terasa gelisah. Tetapi ada keuntungan yang
didapat: ketetapan hati dan
kesabaranku akan membatalkan rencana Karim untuk
mengacaukan kehidupan kami dengan beristri lagi.
Setelah lima bulan hidup di pengasingan, aku setuju
berbicara dengan Karim melalui telepon. Aku terbang ke
London untuk menelpon. Dari pembicaraan itu aku yakin
bahwa Karim sangat sedih, sangat ingin sekali bertemu
denganku dan anak-anak. Ia sekarang akan memasuki
perangkapku yang kedua. Kami merencanakan pertemuan di Venice di akhir
pekan depan. Suamiku benar-benar kaget melihatku
ditemani empat pengawal Jerman yang kekar. Kukatakan
pada Karim, aku tak lagi memercayai kata-katanya; ia
mungkin saja menyewa penjahat yang kejam untuk
menculikku dan membawaku kembali ke Riyadh untuk
menghadapi cara tak adil sistim hukum di negara kami
terhadap istri yang tak patuh! Wajahnya memerah. Ia
254 bersumpah wajahnya merah karena malu. Tapi
menurutku, ia gusar karena tak mampu mengendalikan
istrinya. Kebuntuan kami berakhir dengan kesepakatan. Aku
hanya akan kembali ke Riyadh jika Karim menandatangani
dokumen hukum yang menyebutkan bahwa sepanjang ia
dan aku terikat pernikahan, ia tak akan menikah lagi. Jika ia melanggar janji,
aku akan diceraikan, dan mendapatkan hak pengasuhan anak dan separuh
kekayaannya. Tambah lagi, di bawah kendaliku, aku berhak menyimpan uang
yang kuambil dari rekening putraku di Swiss. Karim harus mengganti dana milik
Abdullah. Di samping itu, ia akan
mendepositokan satu juta dollar atas nama masing-
masing putri kami di rekening bank Swiss. Aku akan
menyimpan sendiri pasporku dengan surat-surat yang
selalu di perbaharui sehingga aku bisa bepergian tanpa
larangan. Kukatakan pada Karim bahwa setelah ia
menandatangani kertas-kertas penting itu, aku akan tetap di Eropa dengan anak-
anak sebulan lagi. Aku telah
memperingatkannya dengan kebulatan tekadku; mungkin
saja hasratnya padaku akan lenyap setelah ia
pertimbangkan. Aku tak tertarik untuk mengulangi lagi
nyanyian yang sama. Karim mengerinyit atas kata-kataku,
yang kusampaikan dengan keras dan jarang didengarnya.
Aku menemani Karim ke bandara. Ia jelas tidak
senang. Tapi aku sendiri tak begitu puas, tak seperti yang sebelumnya
kubayangkan. Hal ini dikarenakan permainan
terbesar dalam kehidupanku telah menghasilkan
kemenangan yang memilukan. Aku merasa tak begitu
gembira memaksa seorang laki-laki melakukan apa yang
benar. Satu bulan kemudian aku menelpon Karim untuk
mendengar keputusannya. Ia mengaku bahwa aku adalah
255 kekuatannya, hidupnya. Ia ingin keluarganya kembali,
dengan semuanya seperti dulu. Terus-terang kukatakan
padanya bahwa ia jelas saja tidak bisa berharap
memutuskan cinta dengan pisau dingin ketidakacuhan dan
kemudian menginginkan perkawinan tanpa cacat.
Kita adalah pasangan paling beruntung yang
memiliki cinta, keluarga dan kekayaan tak terbatas. Ia
yang merusak semua itu, bukan aku.
Aku kembali ke Riyadh. Suamiku menunggu, dengan
bibir bergetar dan senyum ragu-ragu. Abdullah dan kedua
putriku berlari senang melihat ayah mereka. Melihat
kebahagiaan anak-anak, kegembiraanku pun pulih
perlahan-lahan. Aku merasa menjadi orang asing di rumahku, tanpa
gairah dan tidak bahagia. Jika melihat ke belakang
setahun yang lalu, terlalu banyak yang terjadi pada diriku.
Aku membutuhkan tujuan yang nyata, sebuah tantangan.
Aku memutuskan, aku akan kembali ke sekolah; sekarang
sudah ada universitas untuk perempuan di negaraku. Aku
akan mencari kehidupan normal dan meninggalkan
rutinitas kosong putri-putri kerajaan.
Sedangkan terhadap Karim, aku hanya bisa
menunggu waktu untuk menghapus kenangan buruk
perilakunya. Aku telah melewati sebuah transisi dalam
perjuangan mempertahankan perkawinanku dari
kehadiran perempuan lain. Karim telah menjadi figur
utama dalam hidupku sampai ia melemahkan fondasi
perkawinan kami dengan mengatakan akan menikahi
perempuan lain. Bagian penting dari cinta kami sudah
rusak. Sekarang ia hanya menjadi ayah dari anak-anakku,
dan sedikit lebih dari itu.
Aku dan Karim mulai membangun kembali rumah
tangga dan memberikan ketentraman pada anak-anak
kami, karena kami sangat berharga bagi mereka. Ia
256 mengatakan benar-benar merasa kehilangan cinta kami.
Ia berani menebus kesalahannya di mataku. Ia ber-
kata, jika aku tetap tak dapat memaafkan tingkah lakunya dulu, kita semua dan
anak-anak mungkin akan kehilangan
kegembiraan di masa-masa selanjutnya. Aku hanya
berkata sedikit tapi aku tahu kalau yang dikatakannya itu benar.
Trauma perang pribadi sudah berlalu, namun rasa
damai jauh dari manis. Aku sering mengenang luka
emosional yang kudapat dalam hidupku; dan sedihnya,
semua luka itu ditimbulkan oleh laki-laki. Akibatnya, aku tak bisa menjadi orang
yang sangat menghargai lawan
jenisku itu. 257 20 Tiba-tiba, Agustus 1990. Sebuah pesta makan malam sedang berlangsung di
rumah kami di Jeddah ketika kami mendengar berita
mengejutkan bahwa dua tetangga kami terperangkap
dalam perjuangan melawan kematian saat melintasi
perbatasan negara kecil, Kuwait. Berita itu diteriakkan
oleh putra kami, Abdullah, yang sedang mendengarkan
BBC melalui radionya. Aku dan Karim sedang menjamu
dua puluh tamu dari lingkaran eksklusif. Setelah tenang
beberapa saat, bunyi riuh yang sukar dipercaya bergema
di seluruh ruangan. Beberapa orang Saudi, termasuk angota keluarga
kerajaan yang terlibat dalam negosiasi antara Kuwait dan Irak, benar-benar
percaya bahwa Saddam Hussein akan
menginvasi Kuwait. Karim hadir pada konferensi yang
berakhir dengan kebuntuan pada hari itu, 1 Agustus 1990, 258
di Jeddah. Putra Mahkota Kuwait, Sheikh Saud Al Abdullah Al Salem Al Sabah, baru
saja kembali ke Kuwait dengan
harapan perang dapat dihindari.
Ketika putra kami berteriak bahwa pasukan Irak
sudah dahulu masuk ke kota Kuwait, terbuktilah adanya
serangan itu. Aku ingin tahu apakah keluarga besar Al
Sabah bisa menyelamatkan diri. Sebagai seorang ibu,
pikiranku tertuju pada anak-anak yang tak berdosa.
Aku lihat wajah Karim di ruangan yang penuh sesak.
Di balik wajahnya yang tenang, ia sangat marah.
Irak telah melanggar janji mereka; akibatnya, para
pemimpin pemerintahan kami harus memainkan peran
untuk meminimalkan bahaya. Mata coklatnya berkilat. Aku
tahu bahwa ia, bersama-sama dengan keluarga Al Saud
yang hadir, akan segera pergi memenuhi panggilan
tergesa-gesa konferensi keluarga.
Aku sering mendengar Karim berbicara tentang
kekejaman rezim Baath di Irak. Ia mengatakan berulang
kali bahwa bangsa Irak pada dasarnya agresif dan
cenderung melakukan kekerasan dalam kehidupan pribadi
mereka. Ia pikir hal itu bisa menjelaskan persetujuan
tanpa protes rakyat Irak terhadap sebuah negara polisi
yang brutal. Aku sendiri tak tahu banyak tentang politik di
wilayah itu, karena berita-berita di Saudi disensor dengan sangat ketat, dan
para lelaki tidak banyak mengungkapkan aktifitas politik pada para istri mereka.
Namun pendapat Karim dibenarkan oleh sebuah cerita
yang aku dengar dari orang Irak. Beberapa tahun yang
lalu, ketika sedang makan malam di luar di kota London,
aku, Karim, Asad, dan Sara mendengar dengan kaget
seorang kenalan berkebangsaan Irak membual bahwa ia
telah membunuh ayahnya karena bercekcok soal uang.
259 Si anak itu mengirimi ayahnya penghasilan yang
didapatnya dari berinvestasi di Paris. Ayahnya yang duda terpikat dengan seorang
perempuan desa dan menghabiskan uang kiriman dari anaknya untuk membeli
hadiah mahal bagi istri barunya itu. Ketika kembali ke Irak untuk berkunjung, si
anak tahu bahwa uangnya telah
dihabiskan. Ia tahu apa yang harus ia lakukan, yaitu
menembak mati ayahnya. Dengan teriakan keras, Karim protes terhadap
tindakan yang tak masuk akal itu. Orang Irak itu terkejut melihat suamiku yang
bingung dan tidak percaya, dan
merespon: 'Ayahku telah menghabiskan uangku! Uang itu
milikku!' Dalam pandangan laki-laki itu, ia memiliki alasan kuat untuk membunuh
ayahnya. Karim tak bisa membayangkan tindakan orang Irak
itu dan merasa jijik sehingga, tidak seperti perilakunya yang biasanya lembut,
ia melompat ke arah lelaki itu dan menyuruhnya meninggalkan meja kami. Orang
Irak itu pergi dengan terburu-buru. Karim bergumam bahwa
tindakan seperti itu sudah biasa di Irak, namun akalnya
tak bisa memahami bagaimana masyarakat Irak
membiarkan seorang anak membunuh ayahnya.
Karim, seperti sebagian besar laki-laki Saudi, sangat
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memuja dan menghormati ayahnya. Tak pernah
terpikirkan olehnya untuk meninggikan suaranya atau
bahkan membelakangi ayahnya. Dalam banyak
kesempatan, aku lihat Karim meninggalkan ruangan
dengan berjalan mundur. Seperti kebanyakan orang Arab, maaf harus kuakui,
aku adalah perokok berat, namun aku tak pernah
diizinkan merokok di depan ayah Karim.
Sebagai bagian dari sebuah monarki yang
ketinggalan zaman, Karim menaruh banyak perhatian
terhadap gerakan-gerakan di Timur Tengah yang berhasil
260 mengusir keluarga kerajaan dari singgasana. Dalam
sejarah Arab diungkapkan bagaimana para Raja dibuang
dengan kasar, dan banyak dari mereka yang mati dengan
lubang peluru di tubuh mereka. Sebagai salah satu
anggota keluarga kerajaan, Karim merasa takut jika
kemungkinan tersebut terjadi di negeri kami.
Tambah lagi, seperti kebanyakan orang Arab, Karim
merasa sangat malu dengan tontonan seorang Muslim
berperang melawan Muslim lainnya. Karena sebagian
besar dari kami orang Saudi telah meletakkan senjata
sejak wilayah kami diubah dari negeri para suku menjadi
sebuah kerajaan yang bersatu. Membiarkan darah
mengalir bukanlah cara yang dipilih para lelaki kami untuk melawan musuh;
membeli kekuasaan dianggap cara
menang yang lebih beradab.
Namun, sekarang, hidup kami dihadapkan dengan
drama perang yang sesungguhnya. Ketika para lelaki
dengan tergesa-gesa turut campur dalam pengambilan
keputusan diplomasi yang penting, kami para perempuan
menyuruh Abdullah membawa radionya ke ruang duduk.
Beritanya hanya sepotong-sepotong, tapi berganti-
ganti dari yang buruk ke yang semakin buruk bagi bangsa
Kuwait yang malang. Sebelum kami lelah, kami
mengetahui bahwa Kuwait sudah diduduki, negara kami
sudah diserbu oleh ribuan pengungsi. Kami merasa diri
kami jauh dari bahaya dan tak memikirkan keselamatan
pribadi kami atau bahaya untuk negara kami.
Minggu berikutnya keyakinan terhadap pengamatan
kami mulai goyah. Ketika tentara Saddam ditarik ke
perbatasan negara kami, berkembang rumor bahwa
Saddam akan menelan dua tetangganya dalam sekali
santapan. Orang-orang Saudi di wilayah timur mengungsi
bersama-sama dengan orang-orang Kuwait. Kami
261 menerima telepon dari anggota-anggota keluarga yang
gelisah, yang menyampaikan berita bahwa Riyadh sudah
dipenuhi ribuan orang yang panik. Banyak orang Saudi
segera merasa bahwa Riyadh tidak aman; penerbangan
dan jalan-jalan menuju Jeddah macet. Kekacauan
meledak di kerajaan kami yang tenang.
Aku dan Sara gemetar mendengar bahwa
perempuan-perempuan Kuwait, yang diizinkan
mengendarai dan tidak memakai cadar, juga ikut
memenuhi jalan raya dan jalan kecil di ibu kota kami.
Tak seorang perempuan Barat pun dapat
membayangkan perasaan kami yang bercampur aduk.
Kami sedang menerjang sebuah badai dan, ketika kami
merasa gembira campur takjub, saat itu juga kami merasa
cemburu bahwa saudari-saudari kami sesama Arab boleh
mengendarai mobil dan menampakkan wajah mereka di
negeri kami! Apakah pokok-pokok kehidupan kami, cadar dan
adat Saudi, sekarang dianggap tak lebih dari sebuah
kekacauan, yang mudah dibuang di tengah panasnya
permusuhan" Hidup tampak mudah bagi perempuan
perempuan Kuwait, sama sekali bertolak belakang dengan
beban yang harus kami tanggung menghadapi kekuasaan
lelaki. Kepedihan karena cemburu mengalir di urat nadi
kami. Meskipun kami bersimpati pada perempuan
perempuan yang kehilangan negara ini, rumah dan orang-
orang yang mereka cintai, kami jelas merasa sebal pada
orang-orang yang menyiarkan situasi puritan kami yang
tak masuk akal. Betapa kami sangat menginginkan hak-
hak seperti yang telah mereka dapatkan dengan begitu
mudah. Di bulan Agustus yang muram itu, aku mendapat
konfirmasi dari Karim soal rumor terbaru bahwa Raja kami setuju tentara asing
masuk ke negara kami. Aku
262 membayangkan bahwa hidup kami akan berubah.
Dengan kedatangan tentara Amerika, ada harapan
bagi impian paling ambisius para tokoh feminis di Saudi.
Tak satupun lelaki Saudi yang pernah
membayangkan melihat perempuan berpakaian militer
dan menjaga benteng pertahanan terakhir kekuasaan laki-
laki, Arab Saudi. Itu tidak mungkin! Para ulama terkejut sekali dan berbicara
keras tentang datangnya bahaya di
negeri kami. Gangguan terhadap kehidupan kami tidak pernah
bisa diukur. Tak ada gempa bumi yang bisa menggoncang
kami lebih dari ini. Sementara aku senang dengan perubahan ini, dan
yakin dengan manfaat yang ditimbulkannya, banyak
perempuan Saudi yang marah karena jijik. Mereka adalah
orang-orang yang kuanggap bodoh, yang resah terhadap
kemungkinan perempuan asing ini mencuri suami mereka.
Aku pikir kegelisahan itu wajar, karena sebagian besar
perempuan Saudi merasa ragu bercampur takut ketika
suami mereka pergi ke luar negeri, sedikit dari mereka
yang percaya bahwa suami mereka akan tetap setia di
tengah-tengah godaan perempuan-perempuan Barat yang
pirang. Banyak dari temanku menentramkan hati mereka
dengan pikiran bahwa hanya seorang pelacur atau
perempun aneh yang mempromosikan dirinya, yang akan
mempertimbangkan hidup bersama dengan laki-laki asing,
sesuatu yang merupakan sebuah kemunduran moral. Dari
bisik-bisiknya, perempuan-perempuan Saudi mengatakan
pernah membaca berita bahwa perempuan-perempuan
Amerika ini dizinkan masuk tentara semata-mata untuk
melayani laki-laki dan memenuhi kebutuhan seksual
mereka. Perasaanku berkecamuk menyikapi perempuan-
perempuan super ini yang datang dan pergi sesuai
263 kemauan mereka di negara yang bukan milik mereka.
Kami tidak tahu banyak tentang tentara perempuan
Amerika, karena negara kami menyensor semua berita
tentang para perempuan yang menentukan nasib mereka
sendiri agar tak berpengaruh terhadap warga negara Arab
Saudi. Bila sesekali kami melakukan perjalanan ke luar
negeri, kami hanya menuju pusat-pusat perbelanjaan,
bukan ke pangkalan militer. Ketika Asad membawakan
Sara kopian majalah dan surat kabar Amerika dan Eropa
yang tak disensor, kami heran melihat tentara perempuan
sungguh menarik. Banyak dari mereka adalah seorang
ibu. Pemahaman kami tidak mampu untuk
membayangkan kebebasan seperti itu. Keinginan kami
sangat sederhana: melepaskan penutup wajah,
mengendarai mobil dan bekerja. Negeri kami sekarang
menjadi tempat yang dipenuhi oleh orang-orang berjenis
kelamin sama dengan kami yang dipersiapkan dengan
baik untuk menghadapi laki-laki dalam pertempuran.
Perasaan kami, perempuan Arab terombang ambing.
Pada satu saat kami membenci semua perempuan
asing, orang Amerika dan Kuwait, yang ada di negeri
kami. Namun pada saat yang sama, perempuan-perempu-
an Kuwait menghangatkan hati kami dengan pertunjukkan
mereka menentang tradisi kuno berabad-abad supremasi
laki-laki. Meskipun masih konservatif, mereka tidak
mengalah pada adat masyarakat yang keranjingan dengan
dominasi laki-laki. Rasa cemburu datang dan pergi ketika kami menyadari bahwa
bagaimanapun juga mereka mengangkat status sebagai perempuan Muslim dalam
setiap sikap mereka, sementara kami perempuan Saudi
tak berbuat banyak untuk memuliakan kehidupan kami
kecuali dengan mengeluh. Di mana letak kesalahan kami"
Bagaimana mereka berjuang agar bisa melepas cadar
264 mereka dan memperoleh kebebasan mengendarai mobil
dalam waktu yang bersamaan"
Kami merasakan sakit cemburu namun juga ke-
gembiraan luar biasa. Bingung dengan semua yang terjadi
di sekeliling kami, kami, para perempuan bertemu setiap
hari untuk membahas perubahan sikap dan kesadaran
universal tiba-tiba berkenaan dengan malapetaka yang
menimpa perempuan Saudi. Di masa dulu, sangat sedikit
perempuan yang mau mengungkapkan keinginan mereka
tentang pembaharuan Islam di Arab Saudi, karena
kemungkinan berhasilnya begitu kecil dan hukuman
menantang status quo terlalu berat.
Bagaimanapun, negara kami adalah rumah Islam;
kami orang Saudi adalah 'penjaga agama Islam.' Untuk
menutupi rasa malu atas penindasan yang dipaksakan,
kami katakan dengan bangga warisan kami yang unik
pada saudari-saudari kami Kuwait: kami perempuan
perempuan Saudi adalah penjunjung tinggi simbol agama
Islam di seluruh dunia. Tetapi, tiba-tiba, perempuan kelas menengah Saudi
melemparkan belenggu yang mengekang
mereka. Mereka pun menghadapi para fundamentalis dan
berteriak pada dunia untuk membebaskan mereka
sebagaimana dunia telah membebaskan perempuan
perempuan Kuwait! Aku kaget ketika Sara terburu-buru masuk ke dalam
istana sambil berteriak. Aku sedang memikirkan bahan
kimia yang memenuhi udara dan dihirup oleh anak-
anakku! Apakah pesawat musuh yang mengangkut born
kimia telah luput dari pengawasan pasukan yang menjaga
negeri kami" Aku berdiri diam, menahan nafas, belum
memutuskan akan pergi kemana dan apa yang akan
kulakukan. Kemungkinan besar aku akan menggeliat di
lantai, memikirkan gagasan terakhirku. Aku memaki
265 diriku! Aku seharusnya mengikuti nasehat Karim dan
membawa anak-anak ke London, jauh dari kemungkinan
mati perlahan yang menyakitkan.
Kata-kata Sara akhirnya menghapus ketakutanku,
dan berita yang dikatakannya berdering seperti perayaan
di telingaku. Asad baru saja menelfonnya; Saudi, ya
perempuan Saudi benar-benar mengendarai mobil dan
turun ke jalan-jalan di Riyadh.
Aku berteriak senang; Aku dan Sara berpelukan dan
menari-nari. Putri bungsuku mulai terisak-isak takut
ketika ia masuk ke dalam ruangan dan melihat ibu serta
bibinya berteriak dan bergulingan di lantai. Aku
menenangkan ketakutannya dengan memeluknya di
pangkuanku dan meyakinkan dia bahwa apa yang kami
lakukan hanyalah ungkapan dari perasaan gembira; doaku
sudah terjawab. Kehadiran orang Amerika telah
mengubah kehidupan kami menjadi menakjubkan!
Karim menerobos masuk dengan tatapan mata
suram. Ia ingin tahu apa yang terjadi; ia bisa mendengar teriakan kami dari
taman. Apakah ia tidak tahu" Para perempuan telah
menghancurkan rintangan pertama, mereka menuntut hak
mereka untuk mengendarai mobil! Respon Karim
menenangkan reaksi kami. Aku tahu opininya tentang
masalah ini; ia akan mengatakan, dalam agama tak ada
larangan tentang hal ini. Seperti banyak laki-laki Saudi, ia menganggap tidak
diizinkannya perempuan untuk mengendarai merupakan sesuatu yang absurd.
Dengan rasa lelah, sekarang suamiku
mengemukakan hal yang tak masuk akal. 'Ini benar-benar
jenis tindakan yang kami tak ingin dilakukan perempuan!
Kita telah bertengkar sengit dengan orang-orang fanatik
agar ada kelonggaran! Ketakutan terbesar mereka adalah
kelonggaran yang diberikan hanya akan membuat
266 perempuan maju terus menuntut hak. Mana yang lebih
penting bagimu, Sultana,' teriak Karim, 'apakah memiliki tentara untuk
melindungi hidup kita dari ancaman orang
Irak atau memilih mengendarai mobil saat ini"'
Aku sangat marah pada Karim. Beberapa kali ia pro-
tes menentang adat bodoh yang merantai perempuan
Saudi di rumah mereka, dan sekarang ketakutannya pada
orang-orang fanatik memunculkan jiwa pengecutnya ke
permukaan. Betapa aku ingin sekali menikah dengan
seorang ksatria, seorang laki-laki dengan nyala api
kebajikan memandu hidupnya.
Dengan marah, aku menjawab bahwa kami
perempuan tidak bisa 'mencuri-curi keadaan'. Kami harus
mengambil kesempatan sekecil apa pun yang ada di
hadapan. Sekaranglah saatnya bagi kami, dan Karim
harus berpihak pada kami. Tentu saja, singgasana tak
akan jatuh hanya karena kami perempuan mengendarai
mobil di jalan-jalan di kota kami!
Kali ini suamiku marah pada semua perempuan dan
mengatakan padaku dengan suara keras bahwa insiden ini
akan menunda hak-hak perempuan selama berpuluh-
puluh tahun. Ia menyatakan, kegembiraan kami akan
berubah menjadi duka cita ketika kami menyaksikan
hukuman yang akan dijatuhkan pada orang-orang yang
begitu bodoh. Saat yang tepat akan datang bagi
perempuan untuk mengendarai, ia mengingatkan, namun
ini bukanlah saatnya untuk drama seperti itu. Kata-
katanya mengambang di udara ketika ia pergi. Seorang
laki-laki telah bicara!
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karim telah mencuri kegembiraan kami yang baru
sesaat. Aku menggeram seperti kucing di belakangnya,
dan bibir Sara bergetar ketika ia menarik kembali
senyumnya. Ia menolak kata-kata Karim dengan jijik. Ia
mengingatkanku bahwa para laki-laki di keluarga kita
267 berbicara simpati terhadap hak-hak perempuan, tapi
kenyataannya mereka tidak terlalu jauh berbeda dengan
para ekstrimis. Semua laki-laki seperti beban yang berat di kepala perempuan.
Padahal kami ingin beberapa beban
berat itu diangkat. Suami dan ayah kami adalah keluarga
kerajaan yang memerintah negeri ini; jika mereka tidak
bisa membantu kami, siapa yang lagi"
'Orang Amerika!' Aku berkata sambil tersenyum.
'orang Amerika!' Kata-kata Karim terbukti benar. Empat puluh tujuh
orang perempuan pemberani yang berdemonstarasi
menentang larangan informal mengendarai menjadi
korban kambing hitam para mutawa (Polisi Syariat).
Mereka perempuan dari kelas menengah, para pe-
ngajar perempuan lain atau para pelajar pemikir dan para pelaku. Akibat dari
keberanian mereka, hidup mereka
hancur oleh tindakan yang mereka lakukan; paspor
diambil, kehilangan pekerjaan dan keluarga mereka
diusik. Ketika sedang berbelanja di mall lokal, Aku dan Sara
mendengar pelajar-pelajar sekolah agama yang masih
muda sedang mengajak para laki-laki Saudi untuk
menentang perempuan-perempuan tersebut dengan
mengatakan mereka adalah pemimpin kejahatan dan
menjalani hidup sebagai pelacur; mereka telah dicela di
masjid dengan celaan seperti itu oleh para laki-laki yang mempunyai akal untuk
mengetahui! Aku dan kakakku berdiri di jendela toko untuk
mendengar anak muda itu, yang dengan keras
menyatakan bahwa godaan yang datang dari Barat akan
menyebabkan kehormatan semua orang Saudi hancur!
Aku ingin menemui para perempuan itu, untuk
bergabung dalam kebesaran mereka. Ketika aku
268 kemukakan ide itu pada Karim, reaksinya menutup
kemungkinan itu. Ia mengancam untuk mengurungku di
rumah jika aku mencoba melakukan pemberontakan
seperti itu. Pada saat itu aku benci suamiku, karena aku tahu ia dapat melakukan
ancamannya. Ia tiba-tiba sangat
cemas pada negara, secemas ia pada malapetaka yang
dapat ditimbulkan oleh kami perempuan terhadap
keluarga kerajaan. Dalam beberapa hari aku membangun keberanianku
dan mencoba menemui perempuan-perempuan pemberani
itu. Aku kembali ke mall. Ketika aku lihat sekelompok laki-laki di sebuah
bundaran, aku katakan pada sopir Filipinaku untuk pergi ke mereka dan mengatakan
ia adalah seorang Muslim (ada beberapa Muslim Filipina di Saudi Arab),
kemudian meminta kertas dan nomor telepon 'perempuan
yang berdosa ( fallen) itu. Ia mengatakan ingin menelepon ayah atau suami mereka
agar mereka memprotes tingkah
laku istri atau anak mereka.
Ia kembali dengan kertas di tangan; aku mempe-
ringatkannya agar tak memberitahu Karim.
Untungnya, tidak seperti pelayan-pelayan Arab,
orang orang Filipina cendrung menghindari konflik
keluarga kami dan tidak memberitahukan kebebasan kecil
yang kami rasakan kepada suami kami.
Kertas itu berisi daftar tiga puluh nama dan nomor
telepon. Tanganku gemetar ketika aku memencet angka
pertama. Hanya tiga panggilan yang dijawab setelah
menelpon berminggu-minggu. Tak peduli apa yang aku
katakan, mereka menjawab bahwa aku pasti menekan
nomor yang salah. Serangan yang diterima begitu bertubi-
tubi sehingga keluarga-keluarga itu memilih menolak atau tak menjawab telepon.
Dalam perjalanannya pergi ke luar negeri, Faruq
mampir berkunjung. Ia dan keluarganya, empat istri dan
269 sembilan anak, akan pergi ke Paris untuk beberapa
minggu. Abangku itu mengatakan ia ingin berjuang
melawan orang-orang Irak. Namun hari-harinya sudah
penuh dengan tanggung jawab bisnis yang benar-benar
lebih penting bagi negara kami daripada orang lain yang
berseragam (pasukan sekutu). Ia, Faruq, harus
melakukan tugasnya dan pergi meninggalkan Arab Saudi.
Aku tahu abangku pergi untuk menghindari perang
dengan aman. Aku tak bergairah hari itu untuk
menantang sikap pengecutnya; aku hanya tersenyum dan
mengatakan semoga perjalanannya selamat.
Topik pembicaraan tentang bolehnya perempuan
mengendarai dimulai ketika Faruq mengisyaratkan dengan
diam-diam bahwa salah satu perempuan yang memprotes
itu telah dihukum mati oleh ayahnya karena membuat
malu keluarga. Sang ayah berfikir bahwa dengan
mengeksekusi putrinya, orang-orang yang fanatik akan
meninggalkannya dan keluarga yang masih hidup akan
aman. Faruq benar-benar tersenyum; betapa aku
membenci abangku ini. Ia cocok benar dengan negeri
yang membiarkan perempuan ada di kakinya. Ia akan
berjuang sampai akhir untuk membuat perempuan tetap
pada posisi terendah, karena laki-laki seperti dia akan
sangat gentar terhadap perempuan yang kuat dan
memiliki karakter. Ketika aku bertanya pada Karim, ia mengatakan tak
tahu tentang peristiwa itu, dan menyuruhku agar tak
memikirkannya. Itu bukan urusan kita. Ia bilang, dirinya tak terkejut, karena
keluarga ikut menderita bersama
para perempuan pengacau itu. Ia dengan puas diri
menyatakan, 'aku sudah katakan itu padamu,' ingatnya
tentang prediksinya di hari percekcokan sebelumnya. Aku
merasa Karim sudah mencurangiku dengan kata-katanya
tentang kebebasan perempuan; sebenarnya, cara
270 berfikirnya tak jauh lebih baik dari Faruq. Apakah tak ada seorang laki-laki pun
di negeriku yang ingin membebaskan belenggu perempuan"
Rumor kematian perempuan muda tersebut tersebar
cepat di negeri kami, dan sampai hari ini, nasib
kematiannya belum bisa disangkal atau dibenarkan; nasib
seperti itu menggantung di hadapan kami, para
perempuan, sebuah ancaman terselubung pengorbanan
terakhir menunggu para perempuan pemberani.
Perang yang begitu kami takutkan datang dan pergi.
Para laki-laki tentara kami berjuang dan mati,
namun aku dengar dari Karim bahwa banyak dari mereka
yang tidak berperang dengan gagah berani. Dalam
kenyataannya, jika terungkap keadaan yang sebenarnya
tentang tentara kami, negara-negara sekutu merasa perlu
mencari taktik untuk memastikan bahwa kami orang Arab
tidak diserang. Suamiku memerah wajahnya karena malu
ketika ia mengatakan bahwa orang-orang Saudi melarikan
diri, bukannya mengejar musuh. Satu-satunya yang
membuat bangga adalah para pilot kami, yang berperang
dengan mempertahankan kehormatan.
Asad berpendapat bahwa kita tidak perlu merasa
malu tapi senang dengan kemudahan ini. Militer yang kuat akan membahayakan para
pimpinan kita; singgasana
tidak bisa bertahan dengan mesin militer yang jitu. Di
dunia Arab, militer yang hebat akan menjatuhkan
monarki; karena masyarakat ingin mengeluarkan suara
menyangkut kebijakan-kebijakan di negeri mereka.
Keluarga kami telah menyaksikan peristiwa-
peristiwa seperti itu; karenanya, lebih baik kami
mempertahankan sebuah organisasi orang-orang yang tak
mau berperang namun bisa dikendalikan. Tentu saja,
keluarga kami yang berkuasa sengaja membuat tentara
Saudi ceroboh, jauh dari kemampuan maksimum.
271 Akhirnya, peristiwa perang dipakai untuk
menggagalkan keyakinan kami akan perubahan sosial
perempuan Saudi. Pertempuran yang membuat mata-
mata Barat di seluruh dunia melihat kekacauan di
masyarakat kami berakhir terlalu cepat. Kekuatan musuh
kami yang mulai memudar, Saddam, mencabut perhatian
pada keadaan kami yang menyedihkan dan mengalihkan
rumor janji bantuan ke kaum Kurdi yang juga berada
dalam keadaan sulit, yang merana di pegunungan
bersalju. Di akhir perang, para lelaki di negara kami menjadi
lebih rajin beribadah, karena mereka telah diselamatkan
dari ancaman tentara yang menginvasi dan perempuan
yang merdeka. Siapa yang bisa menjawab: ancaman mana yang le-
bih menakutkan mereka" Perang atau perempuan yang
merdeka" 272 Suara azan berkumandang memenuhi udara,
membangkitkan hati setiap Muslim. Orang-orang yang
beriman dipanggil untuk melakukan Salat. 'Allah Maha
Besar, Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad
Utusan Allah, Tegakkanlah Salat, Tegakkanlah Salat. Allah Maha Besar; Tiada
Tuhan Selain Allah.' Hari menjelang malam; lingkaran kuning besar baru
saja tenggelam. Bagi Muslim yang beriman, inilah saatnya untuk melakukan Salat
Maghrib. Aku berdiri di balkon
kamar tidur dan melihat suami dan putraku meninggalkan
pekarangan istana kami, saling berpegangan tangan,
berjalan menuju masjid. Aku melihat banyak laki-laki
berkumpul, saling menyapa dengan semangat
persaudaraan. Kenangan-kenangan masa kecilku bergejolak dalam
pikiranku, dan aku menjadi gadis kecil lagi, tidak
mendapatkan cinta ayah yang hanya dikhususkan untuk
putranya yang sangat berharga, Faruq. Hampir tiga puluh
tahun berlalu, namun sampai sekarang tak ada yang
273 berubah. Hidupku telah sampai ke lingkaran penuh.
Ayah dan Faruq, Karim dan Abdullah, kemarin,
sekarang dan esok. Kebiasaan-kebiasaan immoral diwarisi
dari ayah ke putranya. Laki-laki yang kucintai, laki-laki yang kubenci,
menyerahkan warisan memalukan dalam
perlakuan-perlakuan mereka terhadap perempuan.
Mataku mengikuti gerakan-gerakan darah daging
yang kucintai, darahku yang sangat berharga; suami dan
putraku berpegangan tangan memasuki masjid, tanpa
aku. Aku benar-benar merasa sebagai orang yang paling
kesepian yang pernah hidup.
274 Setelah Perang Teluk 1991 berakhir, muncul keinginan
untuk mewujudkan perdamaian di wilayah yang penuh
kekacauan, Timur Tengah. Para pemimpin dunia tak henti-
hentinya mengajukan usulan-usulan pada mereka yang
berkuasa untuk menghentikan kekerasan yang terus
berkecamuk. Di samping menginginkan perdamaian, banyak para
pemerhati Timur Tengah menginginkan perubahan di
dalam tradisi-tradisi kuno yang tidak memiliki landasan
agama, namun dipakai para bapak atau suami untuk
membelenggu kaum perempuan. Apabila momentum
perdamaian berhembus dalam gerakan diplomatik
Presiden George Bush, impian yang sulit dipahami tentang kebebasan perempuan
masih merana. Para penguasa
Barat tidak terlalu tertarik untuk menegakkan panji-panji keadilan bagi mereka
yang tak memiliki prestis politik:
kaum perempuan. Perang Teluk untuk membebaskan Kuwait juga
275 terbukti merupakan perang yang semakin tajam antara
laki-laki dan perempuan di Arab. Apabila perempuan
melihat harapan bagi perubahan sosial, laki-laki
merasakan bahaya perubahan masyarakat yang sedikit
berbeda dari dua abad yang lalu. Para suami, ayah, dan
anak laki-laki, tidak mau menentang kekuatan agama
radikal yang menekan hak-hak perempuan. Suara
kebebasan perempuan melemah akibat serangan balasan
dari para ekstremis agama, yang mempertahankan
kekuasaannya setelah pasukan asing datang ke wilayah
itu. Ancaman perselisihan yang lebih sengit telah dipakai oleh para ekstremis
agama untuk menyebarkan ketakutan
ke seluruh negeri. Menyedihkan, di tahun 1992, Sultana,
bersama dengan perempuan Saudi lain, telah dipaksa
mundur kembali ke barak masa lampau.
Sekarang, untuk kali pertamanya dalam sejarah,
mereka yang kaya dan kuat, menjadi target operasi dari
para Polisi Syariah. Mereka dirazia dan ditahan
sebagaimana warga Saudi lainnya. Para warga biasa,
bukannya prihatin dengan hilangnya kebebasan semua
warga negara, justru tertawa dan mengabaikan
pengawasan melekat terhadap kaum ningrat dan warga
kaya oleh para mutawa. Kebebasan mengendarai mobil,
melepaskan cadar, atau mengadakan perjalanan tanpa
izin suami/bapak adalah impian-impian yang hilang di
tengah-tengah perhatian yang lebih tertuju pada kekuatan yang mengancam jiwa,
yakni ancaman yang semakin
besar dari ekstrimis agama di wilayah itu. Siapa yang
tahu, kapan kesempatan lain, seperti perang, akan datang untuk melakukan
perubahan sosial bagi perempuan di
Arab" Ketika masyarakat modern sibuk berusaha memper-
baiki keadaan hidup, para perempuan di seluruh dunia
masih menghadapi ancaman otentik berupa penyiksaan
276 atau kematian akibat kendali primitif dari laki-laki. Kelim jubah perbudakan
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan telah dijahit dengan benang
kuat ketetapan hati laki-laki untuk mempertahankan
kekuasaan historis mereka atas perempuan.
Di musim semi 1983, aku bertemu dengan seorang
wanita Saudi yang mengubah kehidupanku selamanya.
Anda mengenalnya dengan nama Sultana. Kami sa-
ling tertarik, lalu bersahabat hampir seketika itu juga.
Semangat hidup dan gelora jiwanya yang
mengagumkan telah mengubah persepsiku yang tak benar
sebagai orang Barat tentang "perempuan di dalam
bungkus kain hitam," jenis manusia yang saat itu sulit kupahami.
Sebagai orang Amerika yang tinggal di sekitar Saudi
sejak 1978, saya telah bertemu dan bergaul dengan
banyak perempuan di sana. Tetapi di hadapanku, mereka
semua menggambarkan topeng-topeng kekalahan yang
ternoda. Dengan hidup di kota-kota sebagai pedagang
yang kaya, atau Keluarga Kerajaan, terlalu nyaman bagi
mereka untuk mengubah keseimbangan kehidupan
mereka yang rumit. Perempuan desa badui menanggung
kehidupan yang tak terperikan, namun mereka merasa
memiliki martabat yang luar biasa. Sungguh, saat
bertemu denganku, mereka mengeluh, bersimpati pada
seseorang seperti diriku yang "terpaksa" harus berpetualang sendirian di dunia
yang kejam, tanpa perlindungan atau bimbingan laki-laki. "Haram ," kata mereka, sambil menepuk-
nepuk punggungku, mengungkapkan keputusasaan mereka melihat orang
seperti aku. Di balik lapisan kepuasan atau simpati,
tersembunyilah keadaan mereka yang sebenarnya.
Sultana telah memperlihatkan padaku kemarahan
277 yang hampir mendekati putus asa, yang bersembunyi
dalam pikiran banyak perempuan Saudi di balik cadar
mereka. Dengan perspektif baru inilah, aku menjadi yakin bahwa perempuan Saudi
baru berbuat sedikit untuk
mempengaruhi kebudayaan mereka: yang terjadi justru
sebaliknya, kebudayaan Saudi telah membentuk mereka.
Di musim gugur 1988, Sultana memintaku, seorang
temannya, untuk menulis sejarah hidupnya. Banyak yang
telah terjadi di dalam kehidupan masa mudanya dan di
dalam kehidupan perempuan Saudi lainnya yang ia
anggap perlu diperbaiki. Tetapi aku masih berpegang pada akal sehat. Aku
ungkapkan keraguanku, apa untungnya
bagi dia melakukan usaha beresiko seperti itu. Aku juga
tergoda dengan pikiran pribadi yang lain dan dalih
pasivisme yang memang absah: aku cinta Timur Tengah;
para teman tersayangku di wilayah itu; aku tahu banyak
perempuan Saudi yang bahagia.
Keraguan dan penolakanku untuk melakukan kerja
penulisan itu tidak memiliki akhir, karena secara pribadi aku bosan dengan
kritisisme terus-menerus dari para
jurnalis Barat yang membuat pemberitaan tentang negeri
yang sekarang menjadi rumahku. Tak bisa dipungkiri,
orang-orang Muslim terisolasi karena laporan negatif
tanpa akhir dari pers dunia. Ada banyak sekali artikel dan buku yang sangat
kritis terhadap Timur Tengah, dan aku
tidak ingin bergabung beramai-ramai "menampar Arab,"
bersama-sama dengan mereka yang mencari
kesejahteraan ekonomi di tanah negeri kaya minyak itu.
Kukatakan pada Sultana, "Tidak, aku tidak ingin
mengecam." Aku justru ingin menunjukkan kebaikan,
keramahtamahan, dan kedermawanan orang Arab.
Sultana, Putri yang berjuang demi hak perempuan
(feminis), memaksa mataku melihat kebenaran yang
kasat mata. Meskipun memang benar banyak hal baik di
278 Arab Saudi, di dalam masyarakatnya tak ada perayaan
kehidupan hingga para perempuannya bebas hidup tanpa
ketakutan. Sultana menunjukkan hal yang mencolok:
"Jean, sebagai perempuan, sikapmu itu salah tern-
pat!" Sultana tidak bisa menerima kekalahan: Ia terus menjelaskan adanya
kecurangan terhadap perempuan. Ia
adalah tipe perempuan yang lebih baik dari aku. Ia tidak meingingkari risiko
kehidupan atau mencari bahaya di
dalam apa yang ia cari. Sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah hidupnya,
Sultana mengatasi semua rintangan, termasuk sikap
melawanku yang keras kepala. Setelah aku membuat
keputusan berbelit-belit, aku baru tahu, di dalam hatiku tidak ada jalan lain.
Barat Kristen dan Timur Islam
disatukan oleh sebuah ikatan yang dapat menahan
ketakutan yang kurasakan dalam gagasan menulis buku
biografi ini. Ini memang sebuah buku yang dimaksudkan
seperti itu. Penulisan buku ini membutuhkan banyak
pengorbanan: keselamatan Sultana dan keluarganya;
ketakutan bahwa teman-temanku di Arab belum
mengetahui buku ini; tetapi, terutama, aku menghadapi
hilangnya cinta, dukungan, dan persahabatan dari
Sultana, orang yang masih menawan dan menginspirasiku
dengan semangatnya yang menyala-nyala. Sedihnya, saat
buku ini diketahui umum, kami tidak bisa lagi jalan
bebarengan. Teman terkasihku itu akan terkunci jauh
dariku di belakang gelapnya kesunyian. Harus
kutambahkan, ini adalah keputusaan saling-asih kami.
Memperlihatkan persahabatan kami secara terus
terang, akan mendatangkan malapetaka bagi banyak
orang, terutama Sultana. Pada pertemuan kami yang terakhir di bulan Agustus
1991, kegembiraanku terhantui oleh rasa sia-sia yang
279 jahat. Sebaliknya, Sultana merasa gembira dan
menyatakan dirinya lebih baik mati daripada hidup dalam
penjajahan. Kata-katanya memberiku kekuatan untuk
menghadapi badai yang mendekat: "Hingga fakta-fakta yang hina ini diberitahukan
pada publik, tidak akan ada
yang menolong; buku ini seperti langkah awal seorang
bayi yang tidak akan pernah dapat lari tanpa usaha
pertama yang berani untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Jean, aku dan kamu yang akan mengaduk-aduk abu dan
menghidupkan api pertama. Katakan padaku, bagaimana
dunia akan datang membantu kita jika ia tidak mendengar
teriakan kita" Dalam jiwaku kurasakan; inilah permulaan
perubahan untuk kita, perempuan."
Bertahun-tahun aku tinggal di di Timur Tengah.
Selama tiga tahun, aku membaca dan membaca lagi
catatan dan buku harian Sultana. Kami mengadakan
pertemuan-pertemuan rahasia di banyak kota-kota besar
dunia. Saat aku tunjukkan draft terakhir buku ini, ia
membacanya dengan sangat gembira dan sekaligus duka.
Setelah membaca kalimat terakhir, temanku itu
mulai menangis. Dan ketika telah tenang, ia menyatakan
bahwa aku telah secara sempurna menangkap semangat
yang ia miliki, pengalaman hidupnya, seolah-olah aku
sendiri yang menjalaninya, seolah-olah aku telah
mendapatinya selama bertahun-tahun. Kemudian ia
memintaku mengisi blanko kosong hidupnya yang tidak
termuat dalam catatan hariannya. Inilah yang Sultana
inginkan supaya Anda pembaca ketahui:
Ayah Sultana masih hidup. Ia memiliki empat istri
dan empat istana di enam kota favoritnya di seluruh
dunia. Ia memiliki banyak anak dari istri-istrinya yang
masih muda. Sedihnya, hubungannya dengan Sultana
tidak melembut bersamaan dengan waktu. Ia jarang
mengunjungi anak-anak Sultana yang perempuan. Ia
280 hanya bangga dengan anak dan cucu laki-lakinya.
Faruq belum mengalami kedewasaan dan
kebiasaannya masih sama dengan seorang anak kecil
yang dimanja. Ia kejam kepada anak-anaknya yang
perempuan, meniru perlakuan ayahnya pada saudara
saudara perempuannya. Sekarang, Faruq memiliki empat
istri dan gundik yang tak terhitung jumlahnya. Akhir-akhir ini, ia dimarahi oleh
Raja karena melakukan korupsi yang berlebihan, tetapi tak ada tindakan untuk
membatasi perilakunya. Sara dan Asad abadi dalam kebahagiaan perkawinan
mereka. Sampai hari ini, mereka adalah orangtua dari
lima anak. Siapa tahu ramalan Huda tentang enam anak
akan benar. Hanya Sara, dari saudari-saudari Sultana,
yang tahu terbitnya buku ini.
Saudari-saudari Sultana dan keluarganya baik-baik
saja. Omar tewas dalam kecelakaan mobil di jalan raya
Dammam. Keluarganya di Mesir ditanggung hidupnya oleh
ayah Sultana. Ayah Randa membeli sebuah villa di selatan
Perancis, tempat Randa sekarang menghabiskan sebagian
besar waktunya. Ia belum menikah lagi setelah diceraikan oleh ayah Sultana.
Rumor di dalam keluarga menyebutkan
bahwa Randa memiliki kekasih orang Perancis, tetapi
kebenarannya masih diragukan.
Sultana tidak pernah lagi mendengar kabar Wafa; ia
membayangkan Wafa tinggal di sebuah desa dengan
banyak anak, menjalani sebuah kehidupan yang begitu
takut dengan perempuan muda berpendidikan.
Marci kembali ke Filipina dan merealisasikan cita-cita
hidupnya. Ia bekerja sebagai perawat sementara di
Riyadh. Tetapi ia pernah menulis surat pada Sultana yang 281
mengabarkan rencananya untuk bekerja di Kuwait; tak
tahan dengan pembatasan di Arab Saudi, katanya.
Sultana belum mendengar kabar dari Marci sejak itu. Ia
sangat berharap bahwa Marci tidak diperkosa atau
terbunuh dalam invasi Irak, nasib yang biasa menimpa
banyak perempuan muda yang cantik.
Huda meninggal beberapa tahun lalu. Ia
dimakamkan di padang pasir di Arabia, jauh dari tempat
asalnya, Sudan. Yang paling menyedihkan, Samira masih terkunci di
ruang perempuan. Tahani mendengar dua tahun lalu
bahwa Samira telah menjadi gila. Para pelayan
memberitakan bahwa ia telah berteriak berhari-hari dan
mulai mengucapkan ricauan yang tak dapat dipahami
orang. Ia terkadang terdengar bersedu-sedu, dan
menghabiskan makanan dalam nampan sehari, sehingga
ia masih hidup. Keluarga bersumpah, gadis itu akan
dilepaskan jika si paman yang memenjarakannya mati,
namun sekarang orang tua itu masih baik-baik saja di usia senjanya.
Bagaimanapun, kebebasan tidak akan berguna
lagi bagi Samira. Sultana meraih gelar master di bidang filsafat dua
tahun lalu. Meski tidak menggeluti profesi itu, ia
menyatakan bahwa pengetahuan yang ia peroleh telah
memberinya sebuah kedamaian batin dan rasa menyatu
dengan dunia. Dalam studinya, ia menemukan bahwa
banyak orang telah selamat dari ketidakadilan yang parah.
Menurutnya, kemajuan manusia bergerak lambat, tetapi
jiwa-jiwa pemberani terus mendorong maju, dan ia
bangga menjadi salah satunya.
Hubungan Karim dan Sultana masih terikat oleh adat
dan sating cinta dari anak-anak mereka. Ia menyesal,
cinta mereka tidak pernah pulih sepenuhnya setelah
peristiwa istri kedua. 282 Enam tahun lalu Sultana terkena penyakit kelamin:
setelah banyak penderitaan, Karim mengaku telah
berpartisipasi dalam petualangan seks mingguan dengan
orang asing. Beberapa pangeran lapis atas mengirim
pesawat setiap minggu untuk menjemput para pelacur di
Paris dan kemudian diterbangkan ke Arab Saudi.
Seorang germo memilih gadis-gadis yang paling
cantik dari seluruh dunia yang sedang magang di Perancis.
Setiap hari Selasa para pelacur itu naik pesawat ke
Arab; hari senin berikutnya mereka yang letih
diterbangkan keluar. Karim menceritakan tempat-tempat
khusus di kota-kota besar Arab Saudi yang menjadi
tempat bagi ratusan pelacur. Kebanyakan para pangeran
lapis atas Keluarga Kerajaan diundang untuk berpartisipasi dan merasa bebas
memilih perempuan-perempuan
pelacur itu. Bagi para laki-laki ini, perempuan ada hanya sebagai
objek kenikmatan atau sarana melahirkan anak.
Setelah takut dengan penyakit kelamin, Karim ber-
janji akan menghindari kencan mingguan. Tetapi Sultana
berkata ia tahu bahwa Karim tak kuasa menghindari
pesta-pesta seperti itu, dan terus memperturutkan dirinya tanpa malu. Cinta
mengagumkan mereka telah hilang
kecuali dalam kenangan; Sultana menyatakan, ia akan
tetap bertahan dengan suaminya dan melanjutkan
perjuangannya demi anak-anak perempuannya.
Sultana berkata bahwa bagian tersedih dari
hidupnya adalah terus menyaksikan bentuk-bentuk hitam
perlakukan terhadap dua anak perempuannya, yang
sekarang terbungkus dalam jubah dan cadar hitam.
Meski telah bertahun-tahun berjuang, adat-adat itu
masih saja melekat pada generasi baru wanita Saudi, dan
menentukan peran mereka dalam masyarakat
283 sebagaimana yang sudah-sudah.
Kehadiran pasukan Amerika selama Perang Teluk
yang memberi harapan kebebasan di mata Sultana, hanya
membuat para para mutawa semakin kuat; mereka
sekarang bangga menguasai Raja yang bertahta.
Sultana memintaku mengatakan kepada pembaca
seperti ini: semangat perlawanannya masih berkobar
sebagaimana ditunjukkan dalam seluruh halaman buku
ini. Namun pemberontakannya harus tetap dirahasiakan,
karena meski ia berani menjalani semua cobaan hidup, ia
tidak tahan jika harus kehilangan anak-anaknya. Siapa
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tahu, hukuman yang akan diberikan kepada orang
yang berani meneriakkan kehidupan tersembunyi dari
para perempuan di negeri tempat dua kota suci Islam itu"
Takdir Sultana terbentuk di bulan Januari 1902
ketika kakeknya, Abdul Azis, berjuang dan memperoleh
kembali tanah-tanah Arab Saudi. Sebuah dinasti telah
lahir. Putri Sultana Al Saud akan tetap berada di samping suaminya, Pangeran
Karim Al Saud, di Rumah Kerajaan
bani Saud, Kerajaan Arab Saudi.
284 APENDIK A Hukum-Hukum di Arab Saudi Hukum kriminal di Arab Saudi diambil secara kaku dari
ajaran Islam. Kata Islam berarti 'berserah diri pada
kehendak Allah'. Konsep yang paling penting dalam Islam
adalah Syariah, atau "jalan," yakni cara hidup total sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Allah. Semua masyarakat
yang beragama Islam diharapkan menjalankan hidupnya
sesuai dengan nilai-nilai tradisional yang diatur oleh
Muhammad, utusan Allah, yang lahir 570 Masehi dan
wafat 632 Masehi. Sangat sulit bagi sebagian besar orang Barat untuk
memahami kepatuhan total umat Muslim pada hukum
Alquran dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari
mereka. Alquran, bersama-sama dengan tradisi yang
dibangun oleh Muhammad, adalah hukum di Arab Saudi.
Saat tinggal di Arab Saudi, aku suatu waktu pernah
meminta pada seorang sarjana Islam, yang hidup sebagai
pengacara, untuk menggambarkan aplikasi keadilan di
Arab Saudi yang berakar dari ajaran Nabi. Penjelasannya
membantu menghilangkan kesalahpahamanku, dan aku
pikir para pembaca tertarik juga:
1. Ada empat sumber utama Syariah: Alquran, yakni
ayat-ayat yang diwahyukan oleh Allah melalui nabinya,
285 Muhammad; Sunnah atau tradisi Nabi; Ijma' atau
kesepakatan para Ulama; dan yang terakhir Qiyas,
atau sebuah metode untuk membuat ketentuan hukum
baru. 2. Raja Arab Saudi tidak bebas dari peraturan yang
ditetapkan oleh Syariah. 3. Sistim pengadilan sendiri sangat rumit. Sebuah
keputusan dapat ditinjau dengan oleh pengadilan
banding. Pengadilan ini biasanya terdiri dari tiga
anggota, dan akan menjadi lima jika hukumannya
berkenaan dengan hukuman kematian atau
pemotongan tangan. Raja adalah penengah terakhir
dalam pengadilan pembanding akhir dan berhak
memberi pengampunan. 4. Kejahatan dikelompokkan menjadi tiga bagian; Hudud,
Ta'zir, Qisas. Hudud adalah kejahatan yang dicela oleh
Allah; hukumannya diambil dari Alquran. Kejahatan
Ta'zir hukumannya diserahkan pada penguasa.
Kejahatan Qisas memberi si korban hak untuk
membalas. KEJAHATAN HUDUD Kejahatan Hudud termasuk mencuri, minum alkohol,
penistaan agama, persetubuhan di luar nikah dan
perzinahan. Orang yang diketahui bersalah karena mencuri
dihukum dengan membayar denda, penjara atau potong
tangan kanan. (Tangan kiri akan dipotong jika tangan
kanan sudah dipotong.) Orang yang diketahui bersalah karena mabuk,
menjual atau membeli minuman beralkohol, menghirup,
menyuntik obat-obatan atau mencampur obat-obatan
dihukum dengan delapan puluh cambukan.
286 Orang yang diketahui bersalah menistakan Islam
dihukum sesuai dengan keadaan. Kekerasan hukuman
bervariasi tergantung pada apakah orang itu Muslim atau
non-Muslim. Hukum cambuk adalah hukuman yang umum
bagi Muslim. Orang yang diketahui bersalah bersetubuh di luar
nikah adalah dicambuk. Laki-laki dicambuk berdiri dan
perempuan duduk. Wajah, kepala, dan organ-organ vital
orang yang bersalah itu dilindungi. Cambukan yang
biasanya berjumlah empat puluh kali, namun jumlah ini
bisa bervariasi sesuai keadaan.
Perzinahan adalah kejahatan yang paling serius. Jika
pezina itu sudah menikah, laki-laki atau perempuannya
akan dihukum lempar batu sampai mati (rajam), potong
kepala atau tembak. Rajam adalah metode yang biasa di
gunakan untuk hukuman. Bukti dari kejahatan ini harus
ditetapkan dengan pengakuan atau dilihat oleh empat
orang saksi. KEJAHATAN TA'ZIR Kejahatan Ta'zir sama dengan pelanggaran hukum
ringan di Amerika. Tidak ada hukuman yang ditentukan,
namun setiap orang dinilai menurut pertimbangan
individu, sesuai dengan keseriusan kejahatan dan duka
cita yang dipertunjukkan oleh kejahatan itu.
KEJAHATAN QISAS Jika orang yang diketahui bersalah karena kejahatan
terhadap individu atau keluarga, keluarga yang dirugikan memiliki hak untuk
balas dendam, dan hukumannya
dilaksanakan secara pribadi.
Jika terjadi pembunuhan, si keluarga korban
memiliki hak untuk membunuh si pembunuh dengan cara
287 yang sama sebagaimana orang yang mereka cintai
dibunuh, atau dengan cara apa pun yang mereka pilih.
Jika anggota keluarga tidak sengaja terbunuh
(seperti karena kecelakaan lalu lintas), keluarga
almarhum berhak meminta ganti rugi uang. Di masa lalu
unta digunakan sebagai alat pembayar ganti rugi;
sekarang diganti dengan harga yang sesuai. Ada
seperangkat kerusakan sesuai dengan berbagai macam
keadaan: pembayaran itu berkisar antara 120.000 sampai
300.000 Riyal Saudi ($45.000 - $80.000). Jika perempuan
yang terbunuh, ganti ruginya separuh laki-laki.
Jika orang memotong bagian tubuh orang lain,
keluarga atau korban boleh melakukan tindakan yang
sama terhadap orang yang bersalah itu.
SIAPA YANG BOLEH MEMBERIKAN KESAKSIAN
DALAM BERITA ACARA KRIMINAL
Saksi harus berakal sehat, sudah dewasa dan
muslim. Non-muslim tidak boleh memberikan kesaksian
dalam pengadilan kriminal. Perempuan juga tidak
dibolehkan kecuali itu untuk persoalan pribadi yang tidak boleh dilihat laki-
laki. Sebenarnya, kesaksian perempuan tidak dihargai sebagai fakta tapi lebih
hanya sekadar anggapan. Pengadilan boleh memutuskan apakah kesaksian itu
valid sesuai dengan keadaannya.
MENGAPA PEREMPUAN DILARANG MEMBERIKAN
KESAKSIAN DALAM BERITA ACARA KRIMINAL
Ada empat alasan yang diberikan mengapa
kesaksian perempuan tidak valid di pengadilan Saudi.
288 1. Perempuan lebih emosional dari laki-laki dan,
akibatnya, akan mendistorsi kesaksian mereka.
2. Perempuan tidak ikut berpartisipasi dalam
kehidupan publik, sehingga mereka tidak mampu
memahami apa yang mereka lihat.
3. Perempuan benar-benar didominasi oleh laki-laki,
orang yang dengan kasih Allah dikaruniai
keunggulan; oleh karena itu, perempuan akan
memberikan kesaksian sesuai dengan apa yang
dikatakan pada mereka oleh laki-laki.
4. Perempuan itu pelupa, dan kesaksian mereka tak
bisa dianggap dapat diandalkan.
289 APENDIK B Istilah Abaaya : jubah hitam panjang yang dipakai setelah
pakaian dalam perempuan. Abu Dhab i : kota yang terletak di Uni Emirat Arab
Al Sa'ud : keluarga yang memerintah kerajaan Arab
Saudi. Asir : nama tradisional untuk daerah barat daya
Arab Saudi. Baath : gerakan politik yang dimulai di Syria dan
menyebar ke Irak. Persatuan Arab adalah
inti doktrinnya. Bahrain : sebuah bangsa kepulauan yang
dihubungkan dengan Saudi Arabia oleh
jalan lintasan yang ditinggikan melewati
rawa-rawa. Bedouin : suku asli Arab, masyarakat nomaden
padang pasir. Dammam : kota di Saudi Arabia tempat minyak kali
pertama ditemukan tahun 1938.
Dar'iyah : kota tua Riyadh. Dubai : Kota yang terletak di Uni Emirat Arab.
290 Empty Quarter: padang pasir luas yang terletak di tenggara Arab Saudi. Nama
Arabnya Rub al Khali. Gutra : kain tutup kepala yang dipakai laki-laki
Arab. Haj : naik haji atau ziarah, salah satu rukun
Islam. Perjalanan ke Mekkah adalah cita-
cita hidup sebagian besar umat Islam.
Semua Muslim diwajibkan melakukan
perjalanan ini jika mereka telah mampu.
Halawa : upacara mencukur semua bulu tubuh.
Hijaz : nama tradisional untuk wilayah barat
Arab. Jeddah, yang terletak di Laut
Merah, adalah termasuk wilayah Hijaz.
Houmous : masakan Arab yang terbuat dari semacam
kacang panjang atau buncis, biasanya
disendok dengan sepotong roti yang
berlubang ditengahnya. Hudud : kejahatan serius yang dicela Allah dalam
Alquran. Ibn : berarti 'anak dari' (Khalid ibn Faisal;
Khalid anak Faisal) Igaal : tali hitam yang dipakai melingkari kain
penutup kepala pakaian orang Arab laki-
laki. Ijma : kesepakatan pendapat ulama.
Jeddah : kota indah di Saudi Arabia yang terletak
di Laut Merah. Jeddah terkenal dengan
populasi ekspatriatnya, yang suka
berenang dan menyelam di air yang asli.
Jerusalem : kota suci ketiga Islam, yang sekarang
dikuasai Israel. 291 Alquran : kitab suci orang Islam yang berisi ayat-
ayat Allah yang diwahyukan pada Nabi
Muhammad. Kurdi : kelompok etnik yang melakukan usaha
ekspansi melintasi perbatasan, 18
persennya berkebangsaan Irak, dengan
tujuan mernbentuk negara sendiri.
Kelompok ini terus berjuang untuk
mendapatkan otonomi. Kutab : metode kelompok untuk mengajar anak-
anak perempuan di Timur Tengah.
Laban : minuman seperti dadih yang menyegarkan
dan berasal dari Timur Tengah.
Madinah : kota suci kedua Islam, yang disebut 'kota
Nabi', dan di sanalah Nabi Muhammad
dimakamkan. Makkah : kota suci Islam tempat Tuhan
menyampaikan wahyunya pada nabi
Muhammad. Kota ini adalah tujuan jutaan
umat Islam setiap tahun. Malaz : wilayah kediaman di Riyadh yang terkenal
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai tempat tinggal orang-orang kaya
Saudi. Manama : ibu kota Bahrain, sebuah negara
kepulauan yang terhubung dengan Saudi
Arabia melalui jalan lintasan yang
ditinggikan. Mena Nouse : hotel terkenal di Kairo yang sering ditempati turis.
Mismaak : sebuah benteng di Riyadh yang digunakan
oleh bani Rashid dalam pertempuran
tahun 1902 yang mengembalikan
kekuasaan pada bani Saud.
292 Mutawa : Polisi Syariah. Najd : nama tradisional untuk wilayah Arabia
tengah. Riyadh terletak di lokasi ini.
penduduknya umumnya dikenal
berperilaku konservatif. Keluarga Saud
berasal dari adalah Najd.
Nasiriyah : Wilayah kediaman penduduk Riyadh yang
beranggotakan keluarga-keluarga
kerajaan dan orang-orang paling kaya
Saudi. Qisas : kejahatan yang dilakukan terhadap
seseorang. Korban atau keluarga korban
bisa membalas si terhukum dengan
kejahatan yang sama yang telah
dilakukannya. Qiyas : metode metode menetapkan sebuah hukum
baru. Ramadhan : bulan puasa yang dilakukan selama
sebulan oleh Muslim di seluruh dunia. Di
bulan inilah Alquran diturunkan.
Riyadh : ibukota Arab Saudi. Riya : mata uang Arab Saudi Sher : hukum Allah untuk orang-orang yang
beragama Islam. Syiah : cabang Islam yang pecah dari mayoritas
Sunni dalam hal pengganti Nabi
Muhammad. Souq : pasar penduduk asli Arab atau bazaar.
Sunnah : tradisi umat Islam yang diamanatkan oleh
Nabi Muhammad. Sunni : kelompok Islam mayoritas yang ortodoks.
Arab Saudi berpenduduk 95 % Sunni.
293 Sarah : bab-bab dalam Alquran. Terdapat 114
surat dalam Alquran. Taff : desa tempat peristirahatan di pegunungan
dekat Mekkah, Arab Saudi.
Ta'zir : kejahatan pelanggaran hukum ringan.
Thobe : pakaian panjang seperti jas yang dipakai
laki-laki Saudi. Secara tradisional, thobe
terbuat dari katun putih, namun selama
bulan-bulan musim dingin laki-laki sering
memakai thobe dengan bahan yang lebih
tebal dan warna yang lebih gelap.
(Segera setelah anak laki-laki mulai bisa
berjalan, ia diberi pakaian thobe dan
penutup kepala seperti yang dikenakan
ayahnya). Ulama : Ilmuan atau sarjana agama Islam yang
mengatur kehidupan beragama di Arab
Saudi. Yaman : sebuah negeri yang terletak di bagian
barat daya jazirah Arab. Di masa lalu,
orang-orang Yaman banyak menyediakan
kebutuhan tenaga kerja manual untuk
Arab Saudi. Ketika pemerintah Yaman
tetap setia pada Saddam Hussein selama
Perang Teluk, hampir sebagian besar
pekerja dari wilayah ini dipaksa keluar
dari kerajaan. 294 APENDIK C Kronologi 570 Nabi Muhammad lahir di Mekkah Arab Saudi.
610 Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah dan mengangkatnya sebagai Rasul.
622 Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Peristiwa yang dikenal dengan Hijrah ('Hijriah') ini
merupakan saat krisis hebat misi Muhammad di
muka bumi. Kalender Islam dimulai dari saat itu
dan disebut Hijriah. 632 Nabi Muhammad wafat di Madinah.
650 Kodifikasi Al-quran. 1446 Bani Saud, nenek moyang Sultana, meninggalkan kehidupan nomaden di padang
pasir dan tinggal di Dar'iyah (Riyadh kuno). 1744 Muhammad Al Saud membangun kerjasama
dengan Muhammad Al Wahhab, seorang guru
agama yang menganut pemahaman terhadap
Alquran secara kaku. Kombinasi kekuatan seorang
prajurit dan seorang guru menghasilkan tali sistim
yang kaku mengenai hukuman pada masyarakat.
1802-6 Putra-putra Muhammad Al Saud dan Muhammad
Al Wahhab, terinspirasi oleh ajaran Alquran,
295 menyerang dan menguasai Mekkah dan Madinah.
Mereka kejam, membunuh secara besar-besaran
semua penduduk laki-laki Taif, sebuah
perkampungan di dekat Mekkah. Dengan
kemenangan ini, sebagian besar orang Arab
bersatu di bawah satu otoritas.
1843-65 Bani Sa'ud memperluas kekuasaannya menuju Selatan sampai Oman.
1871 Turki Utsmani mengambil kendali atas Provinsi Hasa.
1876 Kakek Sultana, Abdul Aziz Ibnu Saud, pendiri kerajaan, lahir.
1887 Kota Riyadh direbut oleh Bani Rashid
1891 Bani Saud melarikan diri dari Riyadh menuju Empty Quarter (padang pasir
luas yang terletak di tenggara Arab Saudi. Nama Arabnya Rub al Khali)
1893-94 Bani Saud berjalan melintasi padang pasir menuju Kuwait.
September 1901. Abdul Aziz, yang saat itu berumur dua puluh lima tahun, bersama
dengan tentaranya, meninggalkan Kuwait menuju Riyadh.
Januari 1902. Abdul Aziz dan anak buahnya merebut Riyadh. Kerajaan bani Saud
baru dimulai. 1912 Ikhwan (Persaudaraan) ini didirikan berdasarkan faham Wahabisme, yang
tumbuh dengan sangat cepat dan menjadi kunci kekuatan Abdul Aziz ibnu
Saud. 1915 Abdul Aziz ibnu Saud memasuki perjanjian dengan pemerintah Inggris untuk
menerima ?5000 per bulan guna melawan Turki.
1926 Abdul Aziz menyatakan dirinya sebagai Raja Hijaz di Masjid Besar Makkah.
296 1932 Penyatuan dua kerajaan, Hijaz dan Najd, dengan nama Kerajaan Arab Saudi.
Kerajaan ini menjadi negeri kedua belas terbesar di seluruh dunia.
Mei 1993. Amerika Serikat memenangkan konsesi (atas Rusia) untuk mencari minyak
di Arab Saudi. 1933 Arab Saudi berperang melawan Yaman;
perdamaian diadakan satu bulan kemudian.
15 Mei 1934. Sebagai serangan balas dendam terhadap perang Yaman, Raja Abdul
Aziz diserang di masjid suci Makkah oleh tiga orang Yaman bersenjata
pisau. Anak tertuanya, Saud, berdiri di depan
ayahnya dan ia terluka. 20 Maret 1938. Minyak ditemukan di Dammam, Arab
Saudi. 1939 Perang di Eropa mengakibatkan produksi minyak berhenti.
1944 Produksi minyak di kerajaan Arab Saudi meningkat sampai 8 juta barrel
pertahun. 14 Februari 1945. Presiden Rosevelt bertemu Raja Abdul Aziz di atas USS Quincy.
17 Februari 1945. Perdana Mentri Inggris, Winston Churchill, bertemu Raja Abdul
Aziz di atas USS Quincy. Desember 1946. Orangtua Sultana menikah di Riyadh, Arab Saudi.
14 Mei 1948. Radio Mekkah, stasiun radio pertama di kerajaan Arab Saudi,
mendapat tentangan sengit
dari para Ulama. 14 Mei 1948. Negara Israel dibentuk dan perang Arab-Israel pertama dimulai.
1952 Raja Abdul Aziz melarang impor alkohol untuk non-Muslim.
297 9 November 1953. Raja Abdul Aziz, kakek Sultana,
wafat pada usia tujuh puluh tujuh tahun. Anak
sulungnya, Saud yang berumur lima puluh satu
tahun, menggantikannya menjadi Raja. Saudara
tirinya Faisal menjadi Putra Mahkota.
1957 Osama bin Laden lahir di Arab Saudi dari ibu orang Saudi dan ayah orang
Yaman. Osama adalah anak ke tujuh belas dari 51 anak Muhammad bin Laden,
seorang laki-laki tak berpendidikan yang dipercaya
keluarga kerajaan Saudi dalam kontrak-kontrak
pembangunan pemerintah Saudi. Meskipun latar
belakangnya sederhana, asosiasi Muhammad
dengan keluarga kerajaan membuatnya mampu
menumpuk kekayaan yang diperkirakan sampai
milyaran dolar. Maret 1958. Karena kekacauan finansial di kerajaan, pangeran Faisal mengambil
kendali administrasi Pemerintahan. Desember 1959. Raja Saud memecat saudaranya dari
tugas-tugas administrasi dan mengambil kendali
Pemerintah. 1962 Perbudakan dihapus di Kerajaan Arab Saudi.
Sebagian besar budak terus tinggal dengan
keluarga yang dulu memiliki mereka.
1963 Sekolah anak perempuan pertama dibuka;
kelompok-kelompok keagamaan rusuh.
3 November 1964. Raja Saud turun tahta dan
meninggalkan kerajaan menuju Beirut. Faisal dikukuhkan menjadi Raja, dan saudara
tirinya Khalid, menjadi Putra Mahkota.
1965 Walaupun diprotes, stasiun televisi pertama dibuka di Riyadh.
September 1965. Pangeran Khalid ibnu Musaid,
298 keponakan Raja Faisal, terbunuh ketika ia
memimpin protes bersenjata menentang
pembukaan stasiun televisi.
1966 Perang Tujuh Hari dimulai antara Israel dan
tetangga-tetangga Arabnya. Arab Saudi ikut
mengirim pasukan. Februari 1969 . Mantan Raja yang diberhentikan, Saud ibnu Abdul Aziz, wafat di
Atena setelah menghabiskan lebih dari 15 juta dollar setiap tahun
di masa pengasingannya. 6 Oktober 1973. Perang dimulai antara Israel dan
tetangga-tetangga Arabnya. Arab Saudi mengirim
pasukan. 20 Oktober 1973. Militer Amerika yang sangat marah ikut membantu Israel. Raja
Faisal mengumumkan perang suci dan mengembargo minyak untuk
Amerika. 25 Maret 1975. Raja Faisal dibunuh oleh keponakannya pangeran Faisal ibnu
Musaid, saudara pangeran yang terbunuh pada kerusuhan tahun 1965. Putra
Mahkota Khalid dinyatakan sebagai Raja. Saudara
tirinya Fadh diangkat sebagai Putra Mahkota yang
baru. 1977 Raja Khalid mengeluarkan dekrit pemerintah yang melarang perempuan
melakukan perjalanan ke luar
rumah mereka kecuali ditemani anggota keluarga
laki-laki. Perintah kedua adalah larangan
perempuan untuk belajar ke luar negeri. Dua dekrit
itu dikeluarkan karena insiden internasional yang
melibatkan Putri Misha'il, yang dieksekusi di depan
publik setelah bertemu dan jatuh cinta dengan
pelajar Saudi lain di Universitas Amerika di
Libanon. Kekasihnya juga dipenggal.
299 1979 Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik
dengan Mesir setelah negara ini berdamai dengan
Israel. Masjid Suci Mekkah diserang oleh para
ekstrimis di bulan November. Mereka memprotes
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan yang bekerja di luar rumah.
Pemerintah mendapatkan kembali kendali masjid
setelah sepuluh hari. Para menyerbu itu dieksekusi.
Di bulan-bulan selanjutnya, kebebasan untuk
perempuan Saudi dibatasi merespon ketakutan
pemerintah pada meningkatnya kegelisahan kaum
fundamentalis. Tentara Soviet menyerbu
Afghanistan. 1980 Osama bin Laden lulus dari Universitas King Abdul Aziz di Jeddah. Setelah
lulus, Osama meninggalkan
Arab Saudi menuju Afghanistan tempat ia
bergabung dengan Mujahidin untuk melawan
Soviet. Arab Saudi mengambil kendali penuh atas
ARAMCO dari Amerika Serikat.
1981 Arab Saudi menjadi anggota pendiri Gulf
Cooperation Council (Dewan Kerjasama Teluk).
]uni 1982 Raja Khalid wafat karena serangan jantung.
Fahd, saudara tirinya, dinyatakan sebagai Raja.
Saudara tiri Fahd, Abdullah diangkat menjadi Putra
Mahkota. 1986 Raja Fahd menambahkan gelar 'Penjaga Dua
Masjid Suci' pada namanya.
1987 Arab Saudi memulai lagi hubungan diplomatiknya dengan Mesir.
1988 Osama bin Laden membentuk jaringan 'Al-Qaida'.
Al-Qaida bermarkas besar di Afghanistan dan
Peshawar, Pakistan. 1989 Uni Soviet menarik diri dari Afghanistan. Osama bin Laden kembali ke Arab
Saudi, diterima sebagai 300 pahlawan oleh keluarga, teman dan keluarga
kerajaan. 2 Agustus 1990 Kuwait diserbu oleh Irak. Pemerintah Saudi memprotes invasi itu.
Pada tanggal 8 Agustus, Irak mencaplok Kuwait sebagai propinsi
kesembilan belasnya. Menentang protes Osama bin
Laden, Raja Fahd mengizinkan tentara asing masuk
Saudi Arabia. 27 Februari 1991. Pasukan koalisi memasuki kota
Kuwait. Presiden Bush mendeklarasikan
pembebasan Kuwait. Osama bin Laden sangat
marah pada Arab Saudi karena terlibat dalam
serangan udara atas Irak dan angkatan darat yang
memerdekakan tetangga mereka, kuwait. Para
pemimpin agama di Arab Saudi ketakutan dan
memusuhi kehadiran tentara perempuan asing.
Tekanan terus meningkat untuk memaksa
pemerintah Saudi membatasi kehadiran pasukan
perempuan dari semua bangsa. Melalui khotbah
dari masjid-masjid, Osama bin Laden mulai
berbicara menentang keluarga kerajaan. Ia
mengeluarkan rekaman yang mengkritik penguasa
bani Saud. Mengetahui bahwa keluarga kerajaan
akan menangkapnya, Osama bin Laden melarikan
diri keluar dari Arab Saudi dan pergi ke Pakistan,
kemudian Afghanistan sebelum menetap di Sudan.
Ia menggunakan kekayaannya untuk memperkuat
organisasi Al-Qaida. 1992 Sebuah born meledak di sebuah hotel di Aden, Yaman, yang diyakini sebagai
bom pertama dari sekian banyak born Al-Qaida yang berusaha
membunuh orang Amerika. 23 Februari 1993 Sebuah bom meledak di lantai dasar WTC (World Trade Center),
membunuh delapan 301 orang dan melukai kira-kira 1000 orang. Pelaku-
pelakunya segera di tangkap, diadili dan dihukum.
Salah satu penjahatnya Ramzi Yusef, memiliki
ikatan kuat dengan Osama bin Laden. Pada
tangggal 3 dan 4 Oktober: tentara Amerika Serikat
menyerang Mogadishu, Somalia, yang dicurigai
sebagai tempat latihan teroris Al-Qaida. Delapan
tentara terbunuh. Pada tanggal ini juga Dewan
Syuro dilantik. Dewan ini terdiri dari ketua dan
enam puluh anggota yang dipilih Raja Fahd.
Dikatakan bahwa Dewan Syuro tidak memiliki
kekuasaan nyata. 1994 Ketegangan antara Osama bin Laden dan keluarga kerajaan memuncak.
Pemerintah Saudi tidak berhasil menghentikan Osama bin Laden berbicara
menentang mereka dan Kerajaan. Akhirnya
kewarganegaraan Saudinya dicabut. Beberapa
percobaan pembunuhan terjadi pada hidup Osama.
Ia yakin ia telah menjadi target keluarga Bani
Saud. 1995 Raja Fahd menderita stroke. Dari hari ke hari yang menjalankan pemerintahan
dipercayakan pada Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud,
saudara tiri Raja Fahd. Dikatakan bahwa ada
ketegangan antara keduanya.
1996 Di bawah tekanan Amerika Serikat dan Arab Saudi, pemerintah Sudan menyuruh
Osama bin Laden pergi. Ia pindah ke Afghanistan di mana ia
mengeluarkan Deklarasi Jihad melawan Amerika
Serikat, menyeru umat Muslim untuk membunuh
setiap orang Amerika. Bom mobil meledak di Kobar
Tower di Arab Saudi. Sembilan belas petugas
reparasi Amerika terbunuh. Ratusan terluka.
Tersangkanya Al-Qaida. 302 7 Agustus 1997 Bom besar meledakkan kedutaan
Amerika di Nairobi, dan Tanzania. Dua ratus tiga
puluh empat orang tewas (termasuk 12 orang
Amerika) dan lebih dari 5000 orang terluka. Teroris
Al-Qaida dikaitkan dengan bom ini.
1999 Untuk kali pertamanya dalam sejarah Arab Saudi, dua puluh perempuan Saudi
menghadiri sidang Dewan Syuro. 2000 Kritik Internasional terhadap Kerajaan Saudi meningkat. Kelompok Hak-Hak
Asasi Manusia yang berbasis di London, Amnesty International,
menggambarkan perlakuan Arab Saudi pada
perempuan sebagai 'tak dapat dibenarkan oleh
hukum atau standar moral apa pun. Pemerintah
Saudi bereaksi dengan sangat marah sekali. Pada 5
Oktober, bom bunuh diri menyerang USS Cole.
Tujuh belas tentara Amerika tewas. Tiga puluh
enam terluka. Diduga perbuatan Al-Qaida.
11 September 2001. Amerika diserang Al-Qaida. Lima belas dari sembilan belas
pembajak yang terlibat berkebangsaan Saudi. Muncul ketegangan antara
Arab Saudi dan Amerika karena pemerintah Saudi
gagal bekerja sama penuh dengan para penyelidik
Amerika. Media Barat menyoroti Arab Saudi dan
sistimnya yang menindas perempuan. Pemerintah
Saudi bereaksi marah dan mendanai propaganda
secara luas untuk memuji-muji Bani Saud dan Arab
Saudi di media-media Barat. Ketika Media
membongkar fakta bahwa Arab Saudi
menghabiskan jutaan dollar setiap tahun untuk
membantu penyebaran ajaran kekerasan dari
Wahhabi, yang membuat jijik sebagian besar dunia
Muslim, sejumlah pemerintahan Barat dan media
outlet meminta keluarga Kerajaan Saudi
303 mengakhiri aliansi eksklusifnya dengan mahzab
Wahhabi yang fanatik. Sekali lagi, pemerintah
Saudi marah dan menolaknya. Pada bulan
Desember pemerintah Saudi mengambil langkah
yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu
memberikan kartu identitas untuk perempuan.
2002 Investor-investor Saudi menarik dananya dari Amerika Serikat karena
memprotes perkara hukum yang diajukan oleh keluarga korban 9/11 yang
mengklaim bahwa pemerintah Saudi berkonspirasi
dengan Al-Qaida. Pemerintah Arab Saudi menolak
menyokong rencana presiden Bush untuk
menyerang Irak dan memberi kesaksian tentang
presiden Irak Saddam Hussein.
2003 Amerika Serikat mengumumkan penarikan hampir semua tentaranya dari kerajaan
Saudi, mengakhiri kehadiran militer Amerika sejak tahun 1991. Kritik-
kritik untuk keluarga kerajaan menyebar di seluruh
Kerajaan. Pada bulan September, lebih dari 300
intelektual Saudi (laki-laki dan perempuan)
menanda tangani petisi menuntut reformasi politik.
Pada Oktober, Arab Saudi menjadi tuan rumah
Konferensi hak-hak Azasi Manusia untuk kali
pertamanya. Pemerintah mengumumkan
konferensi ini akan mengadakan pemilihan pertama
dan hanya sekali ini selama setahun. Pada
November, Raja Fahd memberikan kekuasaan
penuh pada Dewan Syuro, yang memungkinkan
Dewan ini untuk memprakarsai pembuatan
undang-undang tanpa meminta izin dulu pada
Raja. Januari 2004. Para Perempuan profesional Saudi
melepaskan cadar mereka dan menggempur
panggung perkumpulan internasional yang terdiri
304 dari 1000 laki laki di Forum Ekonomi Jeddah,
menuntut reformasi bagi perempuan. Para
pemimpin agama yang tertinggi di Arab Saudi
mengeluarkan pernyataan yang dahsyat, mencela
perempuan-perempuan itu, mengatakan
bahwa berkumpulnya laki-laki dan perempuan
tanpa memakai hijab yang islami sebagaimana
diperintahkan Allah adalah haram. Anggota
keluarga Al Saud mengatakan bahwa kebe-basan
masuk begitu cepat. Putra Mahkota Abdullah
mengingatkan bahwa ia 'tak akan mengizinkan
siapa pun turut campur dalam reformasi, baik itu
pertimbangan ultra-konservatif dan stagnasi atau
pertimbangan keliru para petualang. Pangeran
Sultan bin Turki bin Abdul Aziz Al Saud, yang
menuntut reformasi demokratis dalam kerajaan,
mengatakan bahwa ia dibujuk untuk menghadiri
pertemuan dengan anggota keluarga kerajaan
yang berkuasa di Jenewa. Selama pertemuan itu ia
diserang oleh lima orang laki-laki bertopeng, dibius
dan dibawa dengan paksa kembali ke Kerajaan
tempat ia dihukum sebagai tahanan rumah. Di
bawah tekanan demonstran yang tak pernah
terjadi sebelumnya, bom yang bertubi-tubi, usaha-
usaha pembunuhan dan problem-problem ekonomi,
banyak penduduk asing Saudi meragukan bahwa
keluarga kerajaan Saudi akan bisa bertahan tanpa
reformasi politik. 305 Document Outline Catatan Penulis Surat dari Putri Sultana Daftar Isi Pendahuluan 1 Masa Kecil 2 Keluarga 3 Kakakku Sara 4 Perceraian 5 Faruq 6 Perjalanan 7 Kematian 8 Sahabat 9 Perempuan Asing 10 Huda 11 Karim 12 Pernikahan 13 Kehidupan Perkawinan 14 Kelahiran 15 Rahasia Gelap 16 Kematian Raja 17 Ruangan Perempuan 18 Istri Kedua 19 Pelarian 20 Harapan Besar Epilog Kata Penutup APENDIK A : Hukum-Hukum di Arab Saudi
APENDIK B : Istilah APENDIK C : Kronologi Mencari Bende Mataram 8 Jodoh Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Pangeran Perkasa 2
Wajah dinginnya mulai memudar, dan ia
menyemprotkan kata-kata ke arahku: 'Aku ada di bandara
ketika kamu datang, kamu dan anak-anakmu.' Ia
menatap jijik pada anak-anakku. 'Kamu hampir saja
menabrak kami ketika kamu check-in di penjualan tiket!'
Ia melihat dengan benci ke mataku ketika ia menyebut
kebangsaanku: 'Kalian pikir, orang Saudi bisa membeli
dunia"' Hari yang melelahkan telah menguras kekuatanku.
Namun air mataku yang jatuh lebih mengejutkan
diriku ketimbang perempuan itu. Sambil terisak-isak, aku menepuk bahunya dan
mengatakan padanya aku minta
maaf. Aku sedang mengalami masalah besar sehingga
harus mengejar-ngejar penerbangan. Dengan air mata
yang mengalir di pipiku, aku kembali ke tempat dudukku.
Perempuan itu gampang iba, karena ia tak
membiarkanku pergi begitu saja setelah aku
memperlihatkan kesedihan. Ia dengan hati-hati
meletakkan anaknya ke kursi dan berlutut di kursi
sampingku. Badanku menjadi kaku, kemudian aku berbalik,
namun ia terus bergerak menghadapkan wajahnya ke
wajahku dan berkata: 'Tolong, maafkan aku. Aku juga
sedang mengalami masalah besar. Jika kukatakan
padamu apa yang terjadi pada anak perempuanku di
negaramu, mungkin sekali di tangan beberapa laki-laki di negaramu, kau akan
mengerti mengapa aku sangat benci
dengan orang Saudi."
Setelah melalui begitu banyak hal menakutkan
ketimbang yang bisa ditanggung oleh orang dalam
hidupnya, aku tak ingin lagi mendapatkan gambaran
245 ketidakadilan dalam pikiranku. Tak kupercaya, aku
mengucapkan kata-kata 'aku minta maaf. Perempuan itu
tampaknya mengerti kalau aku sedang dalam puncak
kegalauan, sehingga ia bersedia pergi dari sisiku.
Namun perempuan itu bersikeras ingin menceritakan
peristiwa mengerikan yang menimpanya, dan sebelum
penerbangan berakhir, aku mengetahui penyebab luka
hatinya. Setelah mendengar ceritanya, aku semakin benci
terhadap masyarakat patriarkhis yang mengancam semua
perempuan, bahkan anak-anak, yang berani menginjak
tanah Arab Saudi, apa pun kebangsaan mereka.
Perempuan itu bernama Widad; ia berasal dari
Libanon. Kekacauan yang terus-menerus akibat perang
sipil di negeri kecil yang dahulu indah itu telah memaksa warganya mencari
pekerjaan di Arab Saudi dan negara-negara Teluk. Suami Widad termasuk orang yang
beruntung karena mendapat pekerjaan sebagai eksekutif
di salah satu bisnis yang sedang berkembang di Riyadh.
Setelah merasa mapan, ia membawa istri dan anak-
nya yang masih kecil ke ibu kota padang pasir ini.
Widad senang hidup di Riyadh. Perang di Libanon te-
lah menghapuskan keinginannya untuk kembali ke tempat
kelahirannya itu di mana peluru beterbangan dan banyak
orang tak berdosa mati. Ia bahagia hidup di tempat yang
baru. Ia bisa mengontrak sebuah rumah yang bagus,
membeli perabotan, dan semua anggota keluarga bisa
bersatu kembali. Widad sangat terkesan dengan sidikitnya kejahatan di negeri
kami. Dengan hukuman yang sangat
berat terhadap orang-orang yang bersalah, hanya ada
sedikit orang yang berani berbuat jahat di Arab Saudi,
pencuri yang tertangkap akan kehilangan tangan, dan
seorang pembunuh atau pemerkosa akan kehilangan
kepalanya. Dengan pikiran tenang seperti itu, ia lalai
menjaga anak perempuannya dari bahaya orang asing.
246 Dua bulan lalu, Widad mengadakan pesta kecil
dengan teman-teman perempuannya. Sama seperti
perempuan Saudi, di negeri kami istri-istri orang asing tak punya banyak
kesibukan. Widad menyajikan makanan
ringan, dan tamu-tamunya bermain kartu. Dua dari
perempuan-perempuan itu membawa anak-anak mereka,
sehingga anak perempuan Widad benar-benar gembira
bermain di taman. Setelah para tamu pergi, Widad membantu dua
pelayan India-nya membersihkan rumah untuk
menyambut suaminya pulang malam itu. Telepon
berbunyi, dan Widad bercakap-cakap cukup lama dari
biasanya. Ketika ia melongok keluar melalui jendela, ia
tak melihat apa-apa. Ia memanggil salah satu pelayannya
dan menyuruhnya membawa masuk putrinya. Putri Widad
tak ditemukan. Setelah mencari-cari dengan rasa cemas,
tamu terakhir ingat bahwa anak itu sedang duduk-duduk
di pinggir trotoar di depan rumah sambil menggendong
bonekanya. Suami Widad pulang, dan turut mencari
sampai ke tetangga. Tak seorang pun melihat putrinya.
Setelah berminggu-minggu melakukan pencarian,
Widad dan suaminya hanya bisa mengira bahwa putri
tunggal mereka telah diculik dan kemungkinan besar
dibunuh. Ketika semua harapan terhadap putri
kesayangannya hilang, Widad merasa tak bisa lagi tinggal di Riyadh. Ia pun
kembali ke keluarganya di Libanon yang hancur karena perang. Untuk melanjutkan
hidup, suaminya tetap bekerja di Riyadh dan tinggal di rumah
yang sama. Sepuluh hari setelah Widad sampai di Beirut, ia
mendengar ketukan keras di pintu apartemennya. Takut
dengan pertempuran milisi yang baru saja terjadi di
tempat tetangganya, ia berpura-pura bahwa di rumahnya
tak ada orang hingga ia mendengar teriakan tetangganya
247 yang menyampaikan kabar dari suaminya di Riyadh.
Tetangga itu baru saja menerima telepon dari suami
Widad. Teleponnya sudah diputus, namun tetangga itu
telah mencatat pesan yang sulit dipercaya untuk Widad.
Widad harus naik kapal ke Cyprus dan segera pergi
ke kedutaan Saudi di negeri itu. Visanya untuk masuk
kembali ke Arab Saudi sudah menunggu. Ia harus segera
kembali secepat mungkin ke Riyadh. Putri mereka masih
hidup! Perlu tiga hari perjalanan kapal dari Jounieh di
Libanon ke Larnaca di Cyprus. Di sanalah visanya bisa
distempel, baru kemudian perjalanan diteruskan dengan
naik pesawat ke Riyadh. Pada saat Widad sampai di
Riyadh, teka-teki menghilangnya anak mereka
diungkapkan. Setelah reda rasa terkejutnya karena saat pulang ke
rumah mendapati putrinya berdiri di pintu gerbang, suami Widad membawa putrinya
itu ke klinik untuk memastikan
apakah putrinya telah diperkosa, sebuah peristiwa yang
paling ia takutkan. Setelah dilakukan pemeriksaan
menyeluruh, hasilnya mengerikan. Dokter mengatakan
pada suami Widad bahwa anaknya tidak menderita
serangan seksual, tetapi baru saja menjalani operasi
besar. Salah satu ginjalnya telah diambil. Luka bekas
operasinya buruk, dan infeksi terjadi karena lukanya tak bersih.
Para staf rumah sakit saling berspekulasi ketika me-
lakukan pemeriksaan. Mereka bertanya-tanya tentang tipe
donor dan prosedur operasi. Hampir pasti anak ini tidak
menjalani operasi di Arab Saudi; karena pada saat itu
operasi pencangkokan ginjal belum umum dilakukan di
kerajaan Saudi. Setelah polisi mengadakan penyelidikan, mereka
248 berkesimpulan bahwa anak ini telah dibawa ke India oleh
seorang Saudi yang sangat kaya, yang anaknya butuh
transplantasi ginjal. Mungkin saja orang kaya itu telah
menculik lebih dari seorang anak untuk kemudian dipilih
satu yang paling cocok. Tak seorang pun mampu
menceritakan kejadian sebelum pengambilan ginjal,
karena sang anak hanya bisa mengingat mobil panjang
hitam dan bau tak sedap dari saputangan yang ditutupkan
ke mulutnya oleh seorang laki-laki besar. Ia baru
terbangun setelah merasakan sakit yang amat sangat. Ia
ditempatkan dalam sebuah kamar dengan perawat yang
tak bisa berbicara bahasa Arab; ia tak melihat orang lain.
Ketika ia hendak dilepaskan, matanya ditutup kain,
dinaikkan ke mobil lama sekali dan tanpa diduga-duga
diturunkan di depan pintu rumahnya.
Tak diragukan lagi, orang yang telah menculik anak
ini pastilah sangat kaya, karena ketika ayahnya melompat dari mobil untuk
memeluknya, anak itu menunjukkan
sebuah tas kecil penuh dengan uang lebih dari dua puluh
ribu dollar dan perhiasan mahal yang banyak.
Dapat dimengerti, Widad menganggap hina negeriku
dan terhadap kekayaan minyak yang telah membentuk
sebuah masyarakat yang menganggap harta mereka
dapat mengatasi semua rintangan hidup. Mereka
mengambil bagian tubuh yang suci dari seorang anak kecil yang tak berdosa dan
meninggalkan uang untuk menghilangkan kemarahan orang-orang yang terluka!
Ketika Widad melihat pandanganku yang
menyangsikan ceritanya, ia buru-buru memperlihatkan
padaku anaknya yang sedang tidur dan membuka luka
merah panjang yang dengan jelas menunjukkan
kedalaman moral yang akan disepakati oleh beberapa
orang. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, me-
249 rasa ngeri. Widad menatap gadis kecil yang sedang tidur itu
dengan penuh kasih; kepulangan anaknya tak lebih dari
sebuah keajaiban. Kata-kata perpisahan dari Widad
menghapus kebanggaanku yang rentan terhadap
bangsaku: 'Aku masih simpati terhadap perempuan Saudi.
Selama tinggal sebentar di Arab Saudi, aku telah melihat cara hidup kalian.
Jelas, uang bisa membuat lancar
segalanya, tapi orang-orang seperti bangsa Saudi tak
akan bertahan lama.' Ia berhenti sejenak merenung,
sebelum kemudian melanjutkan: 'Walaupun benar bahwa
kesulitan uang telah mendorong orang-orang asing datang
ke Arab Saudi, kalian orang Saudi tetap dibenci oleh
semua orang yang mengenal kalian.'
Aku lihat Widad terakhir kali di bandara internasional
London, saat ia memeluk hangat anak kesayangannya.
Setelah melakukan beberapa pemeriksaan medis pa-
da putrinya di London, Widad lebih memilih mengambil
risiko terkena bom musuh-musuh Libanon ketimbang
menghadapi kemunafikan dan kejahatan yang tak dapat
dibayangkan dari orang-orang di negeriku, Saudi.
Aku dan anak-anak menginap semalam di London.
Kami menyeberangi Channel dengan kapal feri dan tiba di
Perancis di hari berikutnya. Dari sana kami pergi naik
kereta api menuju Zurich. Ketika aku mengambil seluruh
uang dari rekening putraku di bank Swiss, aku tinggalkan anak-anak di hotel
selama beberapa jam. Dengan uang
lebih dari enam juta dollar di tangan, aku merasa aman.
Aku menyewa mobil dan sopirnya untuk pergi ke
Jenewa; dari sana kami kembali terbang ke London dan
kemudian ke Kepulauan Channel (Channel Islands). Di
sana, aku mendeposito uang ke sebuah rekening atas
namaku, dan menyisakan uang tunai yang kuambil dari
peti di Riyadh untuk biaya pengeluaran kami. Kemudian
250 kami terbang ke Roma, di sana aku menyewa sopir untuk
mengantar kami kembali ke Paris.
Di Paris, aku menyewa seorang pegawai rumah
tangga, seorang sopir dan seorang pengawal. Kemudian,
atas nama tertentu, aku menyewa sebuah rumah di
daerah pinggiran kota Paris. Dengan perjalanan yang
berliku-liku itu, aku yakin Karim tak akan pernah bisa
menemukan kami. Sebulan kemudian, aku terbang ke Frankfrut,
sementara pengawasan anak-anak kuserahkan pada
pegawai rumah tangga. Di sana, aku masuk ke sebuah
bank dan mengatakan bahwa aku berasal dari Dubai dan
ingin mendepositokan uang dalam jumlah besar. Aku
mendapat perlakuan istimewa dan dikawal menuju kantor
menejer bank. Di sana aku mengeluarkan sejumlah besar
uang dari tasku dan meletakkannya di atas meja menejer
Ketika menejer terkejut melihat uang itu, kukatakan
padanya bahwa aku ingin menelpon suamiku yang sedang
berbisnis di Arab Saudi. Tentu saja aku bukan sekadar
ingin membayar biaya telpon dan meletakkan lima ratus
dollar di tangannya. Dengan cepat menejer itu berdiri dan hampir saja kakinya
terkilir ketika ia mempersilakanku
untuk menelpon selama yang kubutuhkan. Ia menutup
pintu dan bilang bahwa jika membutuhkannya, ia berada
di sebuah kantor, setelah tiga ruang ke bawah.
Aku menelpon Sara. Aku tahu bayinya sekarang
sudah lahir, dan kemungkinan besar ia berada di rumah.
Aku bernafas lega ketika salah seorang pelayan
mengatakan ya, nyonya ada di rumah. Sara berteriak
gembira ketika mendengar suaraku. Aku segera bertanya
kepadanya apakah teleponnya disadap, dan ia
mengatakan tak tahu. Dengan suara terburu-buru, ia
menambahkan bahwa Karim sangat khawatir dan
melacakku dari Dubai sampai London, tapi tak
251 mendapatkan jejak apa-apa. Pada keluarga besar, Karim
menceritakan apa yang terjadi dan benar-benar menyesal.
Ia tak menginginkan apa pun kecuali aku dan anak-
anak kembali ke rumah. Karim bilang, kami harus bicara.
Aku minta Sara menyampaikan sebuah pesan
singkat pada suamiku. Aku ingin ia tahu bahwa aku
merasa jijik padanya; ia tak akan pernah melihat kami
lagi. Lagi pula, aku sedang mengurus kewarganegaraanku
dan anak-anak di negara lain. Setelah aku merasa aman
di negara baruku, aku akan memberitahu saudari-
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
saudariku tentang kehidupan baruku, tapi Karim tak boleh tahu di mana kami
berada. Untuk membuat lebih
khawatir, kuminta Sara untuk mengatakan pada Karim
bahwa Abdullah, putranya, tak ingin lagi berhubungan
dengan ayahnya. Dengan cara itu, aku memberi pelajaran pada
Karim. Aku gembira, mengetahui Sara melahirkan anak
laki-laki dan keluargaku yang lain berada dalam keadaan
sehat. Sara bilang bahwa ayah dan Faruq sangat marah;
keduanya menyuruhku kembali ke Riyadh dan menuruti
apa yang diinginkan Karim, karena istri berkewajiban
tunduk pada suami. Aku tak mengharapkan lagi sesuatu
dari kedua orang itu. Sara mencoba melunakkanku dan berkata bukankah
lebih baik tinggal bersama madu daripada menjalani hidup di tempat pengasingan.
Aku bertanya padanya apakah ia
akan menerima hidup seperti itu dengan Asad.
Ia diam tak menjawab. Selesai menelpon, aku memasukkan kembali uangku
ke dalam tas dan keluar dari bank tanpa pemberitahuan
lebih lanjut dari sang menejer. Aku merasa menyesal
telah melakukan tipu daya, namun aku tahu, jika
menelpon dari telepon bayaran, aku bisa membahayakan
252 diriku, karena operator mungkin akan segera
memberitahukan negara penelpon pada mesin perekam
tersembunyi, yang terhubung ke Karim.
Ketika merenungkan kata-kata Sara, wajahku
tersenyum lebar. Rencanaku berhasil. Namun aku pikir
lebih baik membiarkan Karim merasakan penderitaan
yang dalam. Ia perlu beberapa waktu untuk tahu bahwa
aku tak akan pernah menerima keberadaan istri yang
banyak, tak peduli harga yang harus kubayarkan.
Sebenarnya, anak-anak tak tahu apa-apa tentang
drama kehidupan kami. Secara meyakinkan, aku ceritakan
bisnis ayah mereka yang harus pergi ke Timur selama
beberapa bulan. Karena itu, daripada tinggal di Riyadh
dan menderita kebosanan, ayah menyarankan kita untuk
menikmati waktu yang menyenangkan di pinggir kota
Perancis. Abdullah heran mengapa ia tak pernah
menerima telepon dari ayahnya. Untuk mengatasi ini aku
buat dia sibuk dengan pelajaran dan aktifitas sosial.
Pikiran anak muda lebih cepat beradaptasi dari yang kita bayangkan. Kedua putri
kami masih terlalu kecil untuk
memikirkan keadaan yang menakutkan.
Mereka menghabiskan hari dengan berjalan-jalan.
Yang terasa hilang adalah ketidakhadiran ayah mereka.
Aku melakukan yang terbaik untuk menggantinya.
Aku menghibur diriku dengan memikirkan alternatif
alternatif. Aku tak bisa menerima bila anak-anak harus hidup
dengan orangtua mereka yang kacau balau terus
menerus. Hidup tanpa ibu tidak lazim. Jika Karim menikah lagi, sangat mungkin
aku akan membunuhnya. Dan aku
tak mungkin mengasuh anak-anakku tanpa kepala, karena
sudah pasti kepalaku akan dipisahkan dari tubuhku
setelah aku membunuh ayah mereka! untuk sesaat aku
253 memikirkan mata pisau tajam pedang algojo dan ngeri
jika suatu hari akan merasakan dinginnya pedang itu. Aku tahu aku beruntung
berasal dari keluarga kerajaan,
karena aku, seperti Faruq beberapa tahun yang lalu,
dengan mudah bisa melewati situasi hukum dan etika
yang sulit tanpa campur tangan para penjaga agama.
Kalau aku bukan keluarga kerajaan, aku akan mendapat
lemparan batu yang mengakhiri hidupku akibat tindakan
seperti yang kulakukan ini. Kami keluarga kerajaan
menjaga dan menyimpan skandal di dalam dinding-
dinding istana kami; tak satupun orang di luar keluarga
yang akan tahu tentang pelarianku. Hanya Karim yang
bisa menyebabkan kematianku, dan tak peduli apa pun
tindakanku, aku tahu dengan pasti bahwa suamiku tidak
memiliki nyali untuk menumpahkan darahku.
Aku menelpon Sara sekali sebulan. Selama jauh dari
keluarga dan negeraku, hari-hariku terasa gelisah. Tetapi ada keuntungan yang
didapat: ketetapan hati dan
kesabaranku akan membatalkan rencana Karim untuk
mengacaukan kehidupan kami dengan beristri lagi.
Setelah lima bulan hidup di pengasingan, aku setuju
berbicara dengan Karim melalui telepon. Aku terbang ke
London untuk menelpon. Dari pembicaraan itu aku yakin
bahwa Karim sangat sedih, sangat ingin sekali bertemu
denganku dan anak-anak. Ia sekarang akan memasuki
perangkapku yang kedua. Kami merencanakan pertemuan di Venice di akhir
pekan depan. Suamiku benar-benar kaget melihatku
ditemani empat pengawal Jerman yang kekar. Kukatakan
pada Karim, aku tak lagi memercayai kata-katanya; ia
mungkin saja menyewa penjahat yang kejam untuk
menculikku dan membawaku kembali ke Riyadh untuk
menghadapi cara tak adil sistim hukum di negara kami
terhadap istri yang tak patuh! Wajahnya memerah. Ia
254 bersumpah wajahnya merah karena malu. Tapi
menurutku, ia gusar karena tak mampu mengendalikan
istrinya. Kebuntuan kami berakhir dengan kesepakatan. Aku
hanya akan kembali ke Riyadh jika Karim menandatangani
dokumen hukum yang menyebutkan bahwa sepanjang ia
dan aku terikat pernikahan, ia tak akan menikah lagi. Jika ia melanggar janji,
aku akan diceraikan, dan mendapatkan hak pengasuhan anak dan separuh
kekayaannya. Tambah lagi, di bawah kendaliku, aku berhak menyimpan uang
yang kuambil dari rekening putraku di Swiss. Karim harus mengganti dana milik
Abdullah. Di samping itu, ia akan
mendepositokan satu juta dollar atas nama masing-
masing putri kami di rekening bank Swiss. Aku akan
menyimpan sendiri pasporku dengan surat-surat yang
selalu di perbaharui sehingga aku bisa bepergian tanpa
larangan. Kukatakan pada Karim bahwa setelah ia
menandatangani kertas-kertas penting itu, aku akan tetap di Eropa dengan anak-
anak sebulan lagi. Aku telah
memperingatkannya dengan kebulatan tekadku; mungkin
saja hasratnya padaku akan lenyap setelah ia
pertimbangkan. Aku tak tertarik untuk mengulangi lagi
nyanyian yang sama. Karim mengerinyit atas kata-kataku,
yang kusampaikan dengan keras dan jarang didengarnya.
Aku menemani Karim ke bandara. Ia jelas tidak
senang. Tapi aku sendiri tak begitu puas, tak seperti yang sebelumnya
kubayangkan. Hal ini dikarenakan permainan
terbesar dalam kehidupanku telah menghasilkan
kemenangan yang memilukan. Aku merasa tak begitu
gembira memaksa seorang laki-laki melakukan apa yang
benar. Satu bulan kemudian aku menelpon Karim untuk
mendengar keputusannya. Ia mengaku bahwa aku adalah
255 kekuatannya, hidupnya. Ia ingin keluarganya kembali,
dengan semuanya seperti dulu. Terus-terang kukatakan
padanya bahwa ia jelas saja tidak bisa berharap
memutuskan cinta dengan pisau dingin ketidakacuhan dan
kemudian menginginkan perkawinan tanpa cacat.
Kita adalah pasangan paling beruntung yang
memiliki cinta, keluarga dan kekayaan tak terbatas. Ia
yang merusak semua itu, bukan aku.
Aku kembali ke Riyadh. Suamiku menunggu, dengan
bibir bergetar dan senyum ragu-ragu. Abdullah dan kedua
putriku berlari senang melihat ayah mereka. Melihat
kebahagiaan anak-anak, kegembiraanku pun pulih
perlahan-lahan. Aku merasa menjadi orang asing di rumahku, tanpa
gairah dan tidak bahagia. Jika melihat ke belakang
setahun yang lalu, terlalu banyak yang terjadi pada diriku.
Aku membutuhkan tujuan yang nyata, sebuah tantangan.
Aku memutuskan, aku akan kembali ke sekolah; sekarang
sudah ada universitas untuk perempuan di negaraku. Aku
akan mencari kehidupan normal dan meninggalkan
rutinitas kosong putri-putri kerajaan.
Sedangkan terhadap Karim, aku hanya bisa
menunggu waktu untuk menghapus kenangan buruk
perilakunya. Aku telah melewati sebuah transisi dalam
perjuangan mempertahankan perkawinanku dari
kehadiran perempuan lain. Karim telah menjadi figur
utama dalam hidupku sampai ia melemahkan fondasi
perkawinan kami dengan mengatakan akan menikahi
perempuan lain. Bagian penting dari cinta kami sudah
rusak. Sekarang ia hanya menjadi ayah dari anak-anakku,
dan sedikit lebih dari itu.
Aku dan Karim mulai membangun kembali rumah
tangga dan memberikan ketentraman pada anak-anak
kami, karena kami sangat berharga bagi mereka. Ia
256 mengatakan benar-benar merasa kehilangan cinta kami.
Ia berani menebus kesalahannya di mataku. Ia ber-
kata, jika aku tetap tak dapat memaafkan tingkah lakunya dulu, kita semua dan
anak-anak mungkin akan kehilangan
kegembiraan di masa-masa selanjutnya. Aku hanya
berkata sedikit tapi aku tahu kalau yang dikatakannya itu benar.
Trauma perang pribadi sudah berlalu, namun rasa
damai jauh dari manis. Aku sering mengenang luka
emosional yang kudapat dalam hidupku; dan sedihnya,
semua luka itu ditimbulkan oleh laki-laki. Akibatnya, aku tak bisa menjadi orang
yang sangat menghargai lawan
jenisku itu. 257 20 Tiba-tiba, Agustus 1990. Sebuah pesta makan malam sedang berlangsung di
rumah kami di Jeddah ketika kami mendengar berita
mengejutkan bahwa dua tetangga kami terperangkap
dalam perjuangan melawan kematian saat melintasi
perbatasan negara kecil, Kuwait. Berita itu diteriakkan
oleh putra kami, Abdullah, yang sedang mendengarkan
BBC melalui radionya. Aku dan Karim sedang menjamu
dua puluh tamu dari lingkaran eksklusif. Setelah tenang
beberapa saat, bunyi riuh yang sukar dipercaya bergema
di seluruh ruangan. Beberapa orang Saudi, termasuk angota keluarga
kerajaan yang terlibat dalam negosiasi antara Kuwait dan Irak, benar-benar
percaya bahwa Saddam Hussein akan
menginvasi Kuwait. Karim hadir pada konferensi yang
berakhir dengan kebuntuan pada hari itu, 1 Agustus 1990, 258
di Jeddah. Putra Mahkota Kuwait, Sheikh Saud Al Abdullah Al Salem Al Sabah, baru
saja kembali ke Kuwait dengan
harapan perang dapat dihindari.
Ketika putra kami berteriak bahwa pasukan Irak
sudah dahulu masuk ke kota Kuwait, terbuktilah adanya
serangan itu. Aku ingin tahu apakah keluarga besar Al
Sabah bisa menyelamatkan diri. Sebagai seorang ibu,
pikiranku tertuju pada anak-anak yang tak berdosa.
Aku lihat wajah Karim di ruangan yang penuh sesak.
Di balik wajahnya yang tenang, ia sangat marah.
Irak telah melanggar janji mereka; akibatnya, para
pemimpin pemerintahan kami harus memainkan peran
untuk meminimalkan bahaya. Mata coklatnya berkilat. Aku
tahu bahwa ia, bersama-sama dengan keluarga Al Saud
yang hadir, akan segera pergi memenuhi panggilan
tergesa-gesa konferensi keluarga.
Aku sering mendengar Karim berbicara tentang
kekejaman rezim Baath di Irak. Ia mengatakan berulang
kali bahwa bangsa Irak pada dasarnya agresif dan
cenderung melakukan kekerasan dalam kehidupan pribadi
mereka. Ia pikir hal itu bisa menjelaskan persetujuan
tanpa protes rakyat Irak terhadap sebuah negara polisi
yang brutal. Aku sendiri tak tahu banyak tentang politik di
wilayah itu, karena berita-berita di Saudi disensor dengan sangat ketat, dan
para lelaki tidak banyak mengungkapkan aktifitas politik pada para istri mereka.
Namun pendapat Karim dibenarkan oleh sebuah cerita
yang aku dengar dari orang Irak. Beberapa tahun yang
lalu, ketika sedang makan malam di luar di kota London,
aku, Karim, Asad, dan Sara mendengar dengan kaget
seorang kenalan berkebangsaan Irak membual bahwa ia
telah membunuh ayahnya karena bercekcok soal uang.
259 Si anak itu mengirimi ayahnya penghasilan yang
didapatnya dari berinvestasi di Paris. Ayahnya yang duda terpikat dengan seorang
perempuan desa dan menghabiskan uang kiriman dari anaknya untuk membeli
hadiah mahal bagi istri barunya itu. Ketika kembali ke Irak untuk berkunjung, si
anak tahu bahwa uangnya telah
dihabiskan. Ia tahu apa yang harus ia lakukan, yaitu
menembak mati ayahnya. Dengan teriakan keras, Karim protes terhadap
tindakan yang tak masuk akal itu. Orang Irak itu terkejut melihat suamiku yang
bingung dan tidak percaya, dan
merespon: 'Ayahku telah menghabiskan uangku! Uang itu
milikku!' Dalam pandangan laki-laki itu, ia memiliki alasan kuat untuk membunuh
ayahnya. Karim tak bisa membayangkan tindakan orang Irak
itu dan merasa jijik sehingga, tidak seperti perilakunya yang biasanya lembut,
ia melompat ke arah lelaki itu dan menyuruhnya meninggalkan meja kami. Orang
Irak itu pergi dengan terburu-buru. Karim bergumam bahwa
tindakan seperti itu sudah biasa di Irak, namun akalnya
tak bisa memahami bagaimana masyarakat Irak
membiarkan seorang anak membunuh ayahnya.
Karim, seperti sebagian besar laki-laki Saudi, sangat
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
memuja dan menghormati ayahnya. Tak pernah
terpikirkan olehnya untuk meninggikan suaranya atau
bahkan membelakangi ayahnya. Dalam banyak
kesempatan, aku lihat Karim meninggalkan ruangan
dengan berjalan mundur. Seperti kebanyakan orang Arab, maaf harus kuakui,
aku adalah perokok berat, namun aku tak pernah
diizinkan merokok di depan ayah Karim.
Sebagai bagian dari sebuah monarki yang
ketinggalan zaman, Karim menaruh banyak perhatian
terhadap gerakan-gerakan di Timur Tengah yang berhasil
260 mengusir keluarga kerajaan dari singgasana. Dalam
sejarah Arab diungkapkan bagaimana para Raja dibuang
dengan kasar, dan banyak dari mereka yang mati dengan
lubang peluru di tubuh mereka. Sebagai salah satu
anggota keluarga kerajaan, Karim merasa takut jika
kemungkinan tersebut terjadi di negeri kami.
Tambah lagi, seperti kebanyakan orang Arab, Karim
merasa sangat malu dengan tontonan seorang Muslim
berperang melawan Muslim lainnya. Karena sebagian
besar dari kami orang Saudi telah meletakkan senjata
sejak wilayah kami diubah dari negeri para suku menjadi
sebuah kerajaan yang bersatu. Membiarkan darah
mengalir bukanlah cara yang dipilih para lelaki kami untuk melawan musuh;
membeli kekuasaan dianggap cara
menang yang lebih beradab.
Namun, sekarang, hidup kami dihadapkan dengan
drama perang yang sesungguhnya. Ketika para lelaki
dengan tergesa-gesa turut campur dalam pengambilan
keputusan diplomasi yang penting, kami para perempuan
menyuruh Abdullah membawa radionya ke ruang duduk.
Beritanya hanya sepotong-sepotong, tapi berganti-
ganti dari yang buruk ke yang semakin buruk bagi bangsa
Kuwait yang malang. Sebelum kami lelah, kami
mengetahui bahwa Kuwait sudah diduduki, negara kami
sudah diserbu oleh ribuan pengungsi. Kami merasa diri
kami jauh dari bahaya dan tak memikirkan keselamatan
pribadi kami atau bahaya untuk negara kami.
Minggu berikutnya keyakinan terhadap pengamatan
kami mulai goyah. Ketika tentara Saddam ditarik ke
perbatasan negara kami, berkembang rumor bahwa
Saddam akan menelan dua tetangganya dalam sekali
santapan. Orang-orang Saudi di wilayah timur mengungsi
bersama-sama dengan orang-orang Kuwait. Kami
261 menerima telepon dari anggota-anggota keluarga yang
gelisah, yang menyampaikan berita bahwa Riyadh sudah
dipenuhi ribuan orang yang panik. Banyak orang Saudi
segera merasa bahwa Riyadh tidak aman; penerbangan
dan jalan-jalan menuju Jeddah macet. Kekacauan
meledak di kerajaan kami yang tenang.
Aku dan Sara gemetar mendengar bahwa
perempuan-perempuan Kuwait, yang diizinkan
mengendarai dan tidak memakai cadar, juga ikut
memenuhi jalan raya dan jalan kecil di ibu kota kami.
Tak seorang perempuan Barat pun dapat
membayangkan perasaan kami yang bercampur aduk.
Kami sedang menerjang sebuah badai dan, ketika kami
merasa gembira campur takjub, saat itu juga kami merasa
cemburu bahwa saudari-saudari kami sesama Arab boleh
mengendarai mobil dan menampakkan wajah mereka di
negeri kami! Apakah pokok-pokok kehidupan kami, cadar dan
adat Saudi, sekarang dianggap tak lebih dari sebuah
kekacauan, yang mudah dibuang di tengah panasnya
permusuhan" Hidup tampak mudah bagi perempuan
perempuan Kuwait, sama sekali bertolak belakang dengan
beban yang harus kami tanggung menghadapi kekuasaan
lelaki. Kepedihan karena cemburu mengalir di urat nadi
kami. Meskipun kami bersimpati pada perempuan
perempuan yang kehilangan negara ini, rumah dan orang-
orang yang mereka cintai, kami jelas merasa sebal pada
orang-orang yang menyiarkan situasi puritan kami yang
tak masuk akal. Betapa kami sangat menginginkan hak-
hak seperti yang telah mereka dapatkan dengan begitu
mudah. Di bulan Agustus yang muram itu, aku mendapat
konfirmasi dari Karim soal rumor terbaru bahwa Raja kami setuju tentara asing
masuk ke negara kami. Aku
262 membayangkan bahwa hidup kami akan berubah.
Dengan kedatangan tentara Amerika, ada harapan
bagi impian paling ambisius para tokoh feminis di Saudi.
Tak satupun lelaki Saudi yang pernah
membayangkan melihat perempuan berpakaian militer
dan menjaga benteng pertahanan terakhir kekuasaan laki-
laki, Arab Saudi. Itu tidak mungkin! Para ulama terkejut sekali dan berbicara
keras tentang datangnya bahaya di
negeri kami. Gangguan terhadap kehidupan kami tidak pernah
bisa diukur. Tak ada gempa bumi yang bisa menggoncang
kami lebih dari ini. Sementara aku senang dengan perubahan ini, dan
yakin dengan manfaat yang ditimbulkannya, banyak
perempuan Saudi yang marah karena jijik. Mereka adalah
orang-orang yang kuanggap bodoh, yang resah terhadap
kemungkinan perempuan asing ini mencuri suami mereka.
Aku pikir kegelisahan itu wajar, karena sebagian besar
perempuan Saudi merasa ragu bercampur takut ketika
suami mereka pergi ke luar negeri, sedikit dari mereka
yang percaya bahwa suami mereka akan tetap setia di
tengah-tengah godaan perempuan-perempuan Barat yang
pirang. Banyak dari temanku menentramkan hati mereka
dengan pikiran bahwa hanya seorang pelacur atau
perempun aneh yang mempromosikan dirinya, yang akan
mempertimbangkan hidup bersama dengan laki-laki asing,
sesuatu yang merupakan sebuah kemunduran moral. Dari
bisik-bisiknya, perempuan-perempuan Saudi mengatakan
pernah membaca berita bahwa perempuan-perempuan
Amerika ini dizinkan masuk tentara semata-mata untuk
melayani laki-laki dan memenuhi kebutuhan seksual
mereka. Perasaanku berkecamuk menyikapi perempuan-
perempuan super ini yang datang dan pergi sesuai
263 kemauan mereka di negara yang bukan milik mereka.
Kami tidak tahu banyak tentang tentara perempuan
Amerika, karena negara kami menyensor semua berita
tentang para perempuan yang menentukan nasib mereka
sendiri agar tak berpengaruh terhadap warga negara Arab
Saudi. Bila sesekali kami melakukan perjalanan ke luar
negeri, kami hanya menuju pusat-pusat perbelanjaan,
bukan ke pangkalan militer. Ketika Asad membawakan
Sara kopian majalah dan surat kabar Amerika dan Eropa
yang tak disensor, kami heran melihat tentara perempuan
sungguh menarik. Banyak dari mereka adalah seorang
ibu. Pemahaman kami tidak mampu untuk
membayangkan kebebasan seperti itu. Keinginan kami
sangat sederhana: melepaskan penutup wajah,
mengendarai mobil dan bekerja. Negeri kami sekarang
menjadi tempat yang dipenuhi oleh orang-orang berjenis
kelamin sama dengan kami yang dipersiapkan dengan
baik untuk menghadapi laki-laki dalam pertempuran.
Perasaan kami, perempuan Arab terombang ambing.
Pada satu saat kami membenci semua perempuan
asing, orang Amerika dan Kuwait, yang ada di negeri
kami. Namun pada saat yang sama, perempuan-perempu-
an Kuwait menghangatkan hati kami dengan pertunjukkan
mereka menentang tradisi kuno berabad-abad supremasi
laki-laki. Meskipun masih konservatif, mereka tidak
mengalah pada adat masyarakat yang keranjingan dengan
dominasi laki-laki. Rasa cemburu datang dan pergi ketika kami menyadari bahwa
bagaimanapun juga mereka mengangkat status sebagai perempuan Muslim dalam
setiap sikap mereka, sementara kami perempuan Saudi
tak berbuat banyak untuk memuliakan kehidupan kami
kecuali dengan mengeluh. Di mana letak kesalahan kami"
Bagaimana mereka berjuang agar bisa melepas cadar
264 mereka dan memperoleh kebebasan mengendarai mobil
dalam waktu yang bersamaan"
Kami merasakan sakit cemburu namun juga ke-
gembiraan luar biasa. Bingung dengan semua yang terjadi
di sekeliling kami, kami, para perempuan bertemu setiap
hari untuk membahas perubahan sikap dan kesadaran
universal tiba-tiba berkenaan dengan malapetaka yang
menimpa perempuan Saudi. Di masa dulu, sangat sedikit
perempuan yang mau mengungkapkan keinginan mereka
tentang pembaharuan Islam di Arab Saudi, karena
kemungkinan berhasilnya begitu kecil dan hukuman
menantang status quo terlalu berat.
Bagaimanapun, negara kami adalah rumah Islam;
kami orang Saudi adalah 'penjaga agama Islam.' Untuk
menutupi rasa malu atas penindasan yang dipaksakan,
kami katakan dengan bangga warisan kami yang unik
pada saudari-saudari kami Kuwait: kami perempuan
perempuan Saudi adalah penjunjung tinggi simbol agama
Islam di seluruh dunia. Tetapi, tiba-tiba, perempuan kelas menengah Saudi
melemparkan belenggu yang mengekang
mereka. Mereka pun menghadapi para fundamentalis dan
berteriak pada dunia untuk membebaskan mereka
sebagaimana dunia telah membebaskan perempuan
perempuan Kuwait! Aku kaget ketika Sara terburu-buru masuk ke dalam
istana sambil berteriak. Aku sedang memikirkan bahan
kimia yang memenuhi udara dan dihirup oleh anak-
anakku! Apakah pesawat musuh yang mengangkut born
kimia telah luput dari pengawasan pasukan yang menjaga
negeri kami" Aku berdiri diam, menahan nafas, belum
memutuskan akan pergi kemana dan apa yang akan
kulakukan. Kemungkinan besar aku akan menggeliat di
lantai, memikirkan gagasan terakhirku. Aku memaki
265 diriku! Aku seharusnya mengikuti nasehat Karim dan
membawa anak-anak ke London, jauh dari kemungkinan
mati perlahan yang menyakitkan.
Kata-kata Sara akhirnya menghapus ketakutanku,
dan berita yang dikatakannya berdering seperti perayaan
di telingaku. Asad baru saja menelfonnya; Saudi, ya
perempuan Saudi benar-benar mengendarai mobil dan
turun ke jalan-jalan di Riyadh.
Aku berteriak senang; Aku dan Sara berpelukan dan
menari-nari. Putri bungsuku mulai terisak-isak takut
ketika ia masuk ke dalam ruangan dan melihat ibu serta
bibinya berteriak dan bergulingan di lantai. Aku
menenangkan ketakutannya dengan memeluknya di
pangkuanku dan meyakinkan dia bahwa apa yang kami
lakukan hanyalah ungkapan dari perasaan gembira; doaku
sudah terjawab. Kehadiran orang Amerika telah
mengubah kehidupan kami menjadi menakjubkan!
Karim menerobos masuk dengan tatapan mata
suram. Ia ingin tahu apa yang terjadi; ia bisa mendengar teriakan kami dari
taman. Apakah ia tidak tahu" Para perempuan telah
menghancurkan rintangan pertama, mereka menuntut hak
mereka untuk mengendarai mobil! Respon Karim
menenangkan reaksi kami. Aku tahu opininya tentang
masalah ini; ia akan mengatakan, dalam agama tak ada
larangan tentang hal ini. Seperti banyak laki-laki Saudi, ia menganggap tidak
diizinkannya perempuan untuk mengendarai merupakan sesuatu yang absurd.
Dengan rasa lelah, sekarang suamiku
mengemukakan hal yang tak masuk akal. 'Ini benar-benar
jenis tindakan yang kami tak ingin dilakukan perempuan!
Kita telah bertengkar sengit dengan orang-orang fanatik
agar ada kelonggaran! Ketakutan terbesar mereka adalah
kelonggaran yang diberikan hanya akan membuat
266 perempuan maju terus menuntut hak. Mana yang lebih
penting bagimu, Sultana,' teriak Karim, 'apakah memiliki tentara untuk
melindungi hidup kita dari ancaman orang
Irak atau memilih mengendarai mobil saat ini"'
Aku sangat marah pada Karim. Beberapa kali ia pro-
tes menentang adat bodoh yang merantai perempuan
Saudi di rumah mereka, dan sekarang ketakutannya pada
orang-orang fanatik memunculkan jiwa pengecutnya ke
permukaan. Betapa aku ingin sekali menikah dengan
seorang ksatria, seorang laki-laki dengan nyala api
kebajikan memandu hidupnya.
Dengan marah, aku menjawab bahwa kami
perempuan tidak bisa 'mencuri-curi keadaan'. Kami harus
mengambil kesempatan sekecil apa pun yang ada di
hadapan. Sekaranglah saatnya bagi kami, dan Karim
harus berpihak pada kami. Tentu saja, singgasana tak
akan jatuh hanya karena kami perempuan mengendarai
mobil di jalan-jalan di kota kami!
Kali ini suamiku marah pada semua perempuan dan
mengatakan padaku dengan suara keras bahwa insiden ini
akan menunda hak-hak perempuan selama berpuluh-
puluh tahun. Ia menyatakan, kegembiraan kami akan
berubah menjadi duka cita ketika kami menyaksikan
hukuman yang akan dijatuhkan pada orang-orang yang
begitu bodoh. Saat yang tepat akan datang bagi
perempuan untuk mengendarai, ia mengingatkan, namun
ini bukanlah saatnya untuk drama seperti itu. Kata-
katanya mengambang di udara ketika ia pergi. Seorang
laki-laki telah bicara!
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karim telah mencuri kegembiraan kami yang baru
sesaat. Aku menggeram seperti kucing di belakangnya,
dan bibir Sara bergetar ketika ia menarik kembali
senyumnya. Ia menolak kata-kata Karim dengan jijik. Ia
mengingatkanku bahwa para laki-laki di keluarga kita
267 berbicara simpati terhadap hak-hak perempuan, tapi
kenyataannya mereka tidak terlalu jauh berbeda dengan
para ekstrimis. Semua laki-laki seperti beban yang berat di kepala perempuan.
Padahal kami ingin beberapa beban
berat itu diangkat. Suami dan ayah kami adalah keluarga
kerajaan yang memerintah negeri ini; jika mereka tidak
bisa membantu kami, siapa yang lagi"
'Orang Amerika!' Aku berkata sambil tersenyum.
'orang Amerika!' Kata-kata Karim terbukti benar. Empat puluh tujuh
orang perempuan pemberani yang berdemonstarasi
menentang larangan informal mengendarai menjadi
korban kambing hitam para mutawa (Polisi Syariat).
Mereka perempuan dari kelas menengah, para pe-
ngajar perempuan lain atau para pelajar pemikir dan para pelaku. Akibat dari
keberanian mereka, hidup mereka
hancur oleh tindakan yang mereka lakukan; paspor
diambil, kehilangan pekerjaan dan keluarga mereka
diusik. Ketika sedang berbelanja di mall lokal, Aku dan Sara
mendengar pelajar-pelajar sekolah agama yang masih
muda sedang mengajak para laki-laki Saudi untuk
menentang perempuan-perempuan tersebut dengan
mengatakan mereka adalah pemimpin kejahatan dan
menjalani hidup sebagai pelacur; mereka telah dicela di
masjid dengan celaan seperti itu oleh para laki-laki yang mempunyai akal untuk
mengetahui! Aku dan kakakku berdiri di jendela toko untuk
mendengar anak muda itu, yang dengan keras
menyatakan bahwa godaan yang datang dari Barat akan
menyebabkan kehormatan semua orang Saudi hancur!
Aku ingin menemui para perempuan itu, untuk
bergabung dalam kebesaran mereka. Ketika aku
268 kemukakan ide itu pada Karim, reaksinya menutup
kemungkinan itu. Ia mengancam untuk mengurungku di
rumah jika aku mencoba melakukan pemberontakan
seperti itu. Pada saat itu aku benci suamiku, karena aku tahu ia dapat melakukan
ancamannya. Ia tiba-tiba sangat
cemas pada negara, secemas ia pada malapetaka yang
dapat ditimbulkan oleh kami perempuan terhadap
keluarga kerajaan. Dalam beberapa hari aku membangun keberanianku
dan mencoba menemui perempuan-perempuan pemberani
itu. Aku kembali ke mall. Ketika aku lihat sekelompok laki-laki di sebuah
bundaran, aku katakan pada sopir Filipinaku untuk pergi ke mereka dan mengatakan
ia adalah seorang Muslim (ada beberapa Muslim Filipina di Saudi Arab),
kemudian meminta kertas dan nomor telepon 'perempuan
yang berdosa ( fallen) itu. Ia mengatakan ingin menelepon ayah atau suami mereka
agar mereka memprotes tingkah
laku istri atau anak mereka.
Ia kembali dengan kertas di tangan; aku mempe-
ringatkannya agar tak memberitahu Karim.
Untungnya, tidak seperti pelayan-pelayan Arab,
orang orang Filipina cendrung menghindari konflik
keluarga kami dan tidak memberitahukan kebebasan kecil
yang kami rasakan kepada suami kami.
Kertas itu berisi daftar tiga puluh nama dan nomor
telepon. Tanganku gemetar ketika aku memencet angka
pertama. Hanya tiga panggilan yang dijawab setelah
menelpon berminggu-minggu. Tak peduli apa yang aku
katakan, mereka menjawab bahwa aku pasti menekan
nomor yang salah. Serangan yang diterima begitu bertubi-
tubi sehingga keluarga-keluarga itu memilih menolak atau tak menjawab telepon.
Dalam perjalanannya pergi ke luar negeri, Faruq
mampir berkunjung. Ia dan keluarganya, empat istri dan
269 sembilan anak, akan pergi ke Paris untuk beberapa
minggu. Abangku itu mengatakan ia ingin berjuang
melawan orang-orang Irak. Namun hari-harinya sudah
penuh dengan tanggung jawab bisnis yang benar-benar
lebih penting bagi negara kami daripada orang lain yang
berseragam (pasukan sekutu). Ia, Faruq, harus
melakukan tugasnya dan pergi meninggalkan Arab Saudi.
Aku tahu abangku pergi untuk menghindari perang
dengan aman. Aku tak bergairah hari itu untuk
menantang sikap pengecutnya; aku hanya tersenyum dan
mengatakan semoga perjalanannya selamat.
Topik pembicaraan tentang bolehnya perempuan
mengendarai dimulai ketika Faruq mengisyaratkan dengan
diam-diam bahwa salah satu perempuan yang memprotes
itu telah dihukum mati oleh ayahnya karena membuat
malu keluarga. Sang ayah berfikir bahwa dengan
mengeksekusi putrinya, orang-orang yang fanatik akan
meninggalkannya dan keluarga yang masih hidup akan
aman. Faruq benar-benar tersenyum; betapa aku
membenci abangku ini. Ia cocok benar dengan negeri
yang membiarkan perempuan ada di kakinya. Ia akan
berjuang sampai akhir untuk membuat perempuan tetap
pada posisi terendah, karena laki-laki seperti dia akan
sangat gentar terhadap perempuan yang kuat dan
memiliki karakter. Ketika aku bertanya pada Karim, ia mengatakan tak
tahu tentang peristiwa itu, dan menyuruhku agar tak
memikirkannya. Itu bukan urusan kita. Ia bilang, dirinya tak terkejut, karena
keluarga ikut menderita bersama
para perempuan pengacau itu. Ia dengan puas diri
menyatakan, 'aku sudah katakan itu padamu,' ingatnya
tentang prediksinya di hari percekcokan sebelumnya. Aku
merasa Karim sudah mencurangiku dengan kata-katanya
tentang kebebasan perempuan; sebenarnya, cara
270 berfikirnya tak jauh lebih baik dari Faruq. Apakah tak ada seorang laki-laki pun
di negeriku yang ingin membebaskan belenggu perempuan"
Rumor kematian perempuan muda tersebut tersebar
cepat di negeri kami, dan sampai hari ini, nasib
kematiannya belum bisa disangkal atau dibenarkan; nasib
seperti itu menggantung di hadapan kami, para
perempuan, sebuah ancaman terselubung pengorbanan
terakhir menunggu para perempuan pemberani.
Perang yang begitu kami takutkan datang dan pergi.
Para laki-laki tentara kami berjuang dan mati,
namun aku dengar dari Karim bahwa banyak dari mereka
yang tidak berperang dengan gagah berani. Dalam
kenyataannya, jika terungkap keadaan yang sebenarnya
tentang tentara kami, negara-negara sekutu merasa perlu
mencari taktik untuk memastikan bahwa kami orang Arab
tidak diserang. Suamiku memerah wajahnya karena malu
ketika ia mengatakan bahwa orang-orang Saudi melarikan
diri, bukannya mengejar musuh. Satu-satunya yang
membuat bangga adalah para pilot kami, yang berperang
dengan mempertahankan kehormatan.
Asad berpendapat bahwa kita tidak perlu merasa
malu tapi senang dengan kemudahan ini. Militer yang kuat akan membahayakan para
pimpinan kita; singgasana
tidak bisa bertahan dengan mesin militer yang jitu. Di
dunia Arab, militer yang hebat akan menjatuhkan
monarki; karena masyarakat ingin mengeluarkan suara
menyangkut kebijakan-kebijakan di negeri mereka.
Keluarga kami telah menyaksikan peristiwa-
peristiwa seperti itu; karenanya, lebih baik kami
mempertahankan sebuah organisasi orang-orang yang tak
mau berperang namun bisa dikendalikan. Tentu saja,
keluarga kami yang berkuasa sengaja membuat tentara
Saudi ceroboh, jauh dari kemampuan maksimum.
271 Akhirnya, peristiwa perang dipakai untuk
menggagalkan keyakinan kami akan perubahan sosial
perempuan Saudi. Pertempuran yang membuat mata-
mata Barat di seluruh dunia melihat kekacauan di
masyarakat kami berakhir terlalu cepat. Kekuatan musuh
kami yang mulai memudar, Saddam, mencabut perhatian
pada keadaan kami yang menyedihkan dan mengalihkan
rumor janji bantuan ke kaum Kurdi yang juga berada
dalam keadaan sulit, yang merana di pegunungan
bersalju. Di akhir perang, para lelaki di negara kami menjadi
lebih rajin beribadah, karena mereka telah diselamatkan
dari ancaman tentara yang menginvasi dan perempuan
yang merdeka. Siapa yang bisa menjawab: ancaman mana yang le-
bih menakutkan mereka" Perang atau perempuan yang
merdeka" 272 Suara azan berkumandang memenuhi udara,
membangkitkan hati setiap Muslim. Orang-orang yang
beriman dipanggil untuk melakukan Salat. 'Allah Maha
Besar, Tiada Tuhan Selain Allah dan Nabi Muhammad
Utusan Allah, Tegakkanlah Salat, Tegakkanlah Salat. Allah Maha Besar; Tiada
Tuhan Selain Allah.' Hari menjelang malam; lingkaran kuning besar baru
saja tenggelam. Bagi Muslim yang beriman, inilah saatnya untuk melakukan Salat
Maghrib. Aku berdiri di balkon
kamar tidur dan melihat suami dan putraku meninggalkan
pekarangan istana kami, saling berpegangan tangan,
berjalan menuju masjid. Aku melihat banyak laki-laki
berkumpul, saling menyapa dengan semangat
persaudaraan. Kenangan-kenangan masa kecilku bergejolak dalam
pikiranku, dan aku menjadi gadis kecil lagi, tidak
mendapatkan cinta ayah yang hanya dikhususkan untuk
putranya yang sangat berharga, Faruq. Hampir tiga puluh
tahun berlalu, namun sampai sekarang tak ada yang
273 berubah. Hidupku telah sampai ke lingkaran penuh.
Ayah dan Faruq, Karim dan Abdullah, kemarin,
sekarang dan esok. Kebiasaan-kebiasaan immoral diwarisi
dari ayah ke putranya. Laki-laki yang kucintai, laki-laki yang kubenci,
menyerahkan warisan memalukan dalam
perlakuan-perlakuan mereka terhadap perempuan.
Mataku mengikuti gerakan-gerakan darah daging
yang kucintai, darahku yang sangat berharga; suami dan
putraku berpegangan tangan memasuki masjid, tanpa
aku. Aku benar-benar merasa sebagai orang yang paling
kesepian yang pernah hidup.
274 Setelah Perang Teluk 1991 berakhir, muncul keinginan
untuk mewujudkan perdamaian di wilayah yang penuh
kekacauan, Timur Tengah. Para pemimpin dunia tak henti-
hentinya mengajukan usulan-usulan pada mereka yang
berkuasa untuk menghentikan kekerasan yang terus
berkecamuk. Di samping menginginkan perdamaian, banyak para
pemerhati Timur Tengah menginginkan perubahan di
dalam tradisi-tradisi kuno yang tidak memiliki landasan
agama, namun dipakai para bapak atau suami untuk
membelenggu kaum perempuan. Apabila momentum
perdamaian berhembus dalam gerakan diplomatik
Presiden George Bush, impian yang sulit dipahami tentang kebebasan perempuan
masih merana. Para penguasa
Barat tidak terlalu tertarik untuk menegakkan panji-panji keadilan bagi mereka
yang tak memiliki prestis politik:
kaum perempuan. Perang Teluk untuk membebaskan Kuwait juga
275 terbukti merupakan perang yang semakin tajam antara
laki-laki dan perempuan di Arab. Apabila perempuan
melihat harapan bagi perubahan sosial, laki-laki
merasakan bahaya perubahan masyarakat yang sedikit
berbeda dari dua abad yang lalu. Para suami, ayah, dan
anak laki-laki, tidak mau menentang kekuatan agama
radikal yang menekan hak-hak perempuan. Suara
kebebasan perempuan melemah akibat serangan balasan
dari para ekstremis agama, yang mempertahankan
kekuasaannya setelah pasukan asing datang ke wilayah
itu. Ancaman perselisihan yang lebih sengit telah dipakai oleh para ekstremis
agama untuk menyebarkan ketakutan
ke seluruh negeri. Menyedihkan, di tahun 1992, Sultana,
bersama dengan perempuan Saudi lain, telah dipaksa
mundur kembali ke barak masa lampau.
Sekarang, untuk kali pertamanya dalam sejarah,
mereka yang kaya dan kuat, menjadi target operasi dari
para Polisi Syariah. Mereka dirazia dan ditahan
sebagaimana warga Saudi lainnya. Para warga biasa,
bukannya prihatin dengan hilangnya kebebasan semua
warga negara, justru tertawa dan mengabaikan
pengawasan melekat terhadap kaum ningrat dan warga
kaya oleh para mutawa. Kebebasan mengendarai mobil,
melepaskan cadar, atau mengadakan perjalanan tanpa
izin suami/bapak adalah impian-impian yang hilang di
tengah-tengah perhatian yang lebih tertuju pada kekuatan yang mengancam jiwa,
yakni ancaman yang semakin
besar dari ekstrimis agama di wilayah itu. Siapa yang
tahu, kapan kesempatan lain, seperti perang, akan datang untuk melakukan
perubahan sosial bagi perempuan di
Arab" Ketika masyarakat modern sibuk berusaha memper-
baiki keadaan hidup, para perempuan di seluruh dunia
masih menghadapi ancaman otentik berupa penyiksaan
276 atau kematian akibat kendali primitif dari laki-laki. Kelim jubah perbudakan
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan telah dijahit dengan benang
kuat ketetapan hati laki-laki untuk mempertahankan
kekuasaan historis mereka atas perempuan.
Di musim semi 1983, aku bertemu dengan seorang
wanita Saudi yang mengubah kehidupanku selamanya.
Anda mengenalnya dengan nama Sultana. Kami sa-
ling tertarik, lalu bersahabat hampir seketika itu juga.
Semangat hidup dan gelora jiwanya yang
mengagumkan telah mengubah persepsiku yang tak benar
sebagai orang Barat tentang "perempuan di dalam
bungkus kain hitam," jenis manusia yang saat itu sulit kupahami.
Sebagai orang Amerika yang tinggal di sekitar Saudi
sejak 1978, saya telah bertemu dan bergaul dengan
banyak perempuan di sana. Tetapi di hadapanku, mereka
semua menggambarkan topeng-topeng kekalahan yang
ternoda. Dengan hidup di kota-kota sebagai pedagang
yang kaya, atau Keluarga Kerajaan, terlalu nyaman bagi
mereka untuk mengubah keseimbangan kehidupan
mereka yang rumit. Perempuan desa badui menanggung
kehidupan yang tak terperikan, namun mereka merasa
memiliki martabat yang luar biasa. Sungguh, saat
bertemu denganku, mereka mengeluh, bersimpati pada
seseorang seperti diriku yang "terpaksa" harus berpetualang sendirian di dunia
yang kejam, tanpa perlindungan atau bimbingan laki-laki. "Haram ," kata mereka, sambil menepuk-
nepuk punggungku, mengungkapkan keputusasaan mereka melihat orang
seperti aku. Di balik lapisan kepuasan atau simpati,
tersembunyilah keadaan mereka yang sebenarnya.
Sultana telah memperlihatkan padaku kemarahan
277 yang hampir mendekati putus asa, yang bersembunyi
dalam pikiran banyak perempuan Saudi di balik cadar
mereka. Dengan perspektif baru inilah, aku menjadi yakin bahwa perempuan Saudi
baru berbuat sedikit untuk
mempengaruhi kebudayaan mereka: yang terjadi justru
sebaliknya, kebudayaan Saudi telah membentuk mereka.
Di musim gugur 1988, Sultana memintaku, seorang
temannya, untuk menulis sejarah hidupnya. Banyak yang
telah terjadi di dalam kehidupan masa mudanya dan di
dalam kehidupan perempuan Saudi lainnya yang ia
anggap perlu diperbaiki. Tetapi aku masih berpegang pada akal sehat. Aku
ungkapkan keraguanku, apa untungnya
bagi dia melakukan usaha beresiko seperti itu. Aku juga
tergoda dengan pikiran pribadi yang lain dan dalih
pasivisme yang memang absah: aku cinta Timur Tengah;
para teman tersayangku di wilayah itu; aku tahu banyak
perempuan Saudi yang bahagia.
Keraguan dan penolakanku untuk melakukan kerja
penulisan itu tidak memiliki akhir, karena secara pribadi aku bosan dengan
kritisisme terus-menerus dari para
jurnalis Barat yang membuat pemberitaan tentang negeri
yang sekarang menjadi rumahku. Tak bisa dipungkiri,
orang-orang Muslim terisolasi karena laporan negatif
tanpa akhir dari pers dunia. Ada banyak sekali artikel dan buku yang sangat
kritis terhadap Timur Tengah, dan aku
tidak ingin bergabung beramai-ramai "menampar Arab,"
bersama-sama dengan mereka yang mencari
kesejahteraan ekonomi di tanah negeri kaya minyak itu.
Kukatakan pada Sultana, "Tidak, aku tidak ingin
mengecam." Aku justru ingin menunjukkan kebaikan,
keramahtamahan, dan kedermawanan orang Arab.
Sultana, Putri yang berjuang demi hak perempuan
(feminis), memaksa mataku melihat kebenaran yang
kasat mata. Meskipun memang benar banyak hal baik di
278 Arab Saudi, di dalam masyarakatnya tak ada perayaan
kehidupan hingga para perempuannya bebas hidup tanpa
ketakutan. Sultana menunjukkan hal yang mencolok:
"Jean, sebagai perempuan, sikapmu itu salah tern-
pat!" Sultana tidak bisa menerima kekalahan: Ia terus menjelaskan adanya
kecurangan terhadap perempuan. Ia
adalah tipe perempuan yang lebih baik dari aku. Ia tidak meingingkari risiko
kehidupan atau mencari bahaya di
dalam apa yang ia cari. Sebagaimana ditunjukkan dalam sejarah hidupnya,
Sultana mengatasi semua rintangan, termasuk sikap
melawanku yang keras kepala. Setelah aku membuat
keputusan berbelit-belit, aku baru tahu, di dalam hatiku tidak ada jalan lain.
Barat Kristen dan Timur Islam
disatukan oleh sebuah ikatan yang dapat menahan
ketakutan yang kurasakan dalam gagasan menulis buku
biografi ini. Ini memang sebuah buku yang dimaksudkan
seperti itu. Penulisan buku ini membutuhkan banyak
pengorbanan: keselamatan Sultana dan keluarganya;
ketakutan bahwa teman-temanku di Arab belum
mengetahui buku ini; tetapi, terutama, aku menghadapi
hilangnya cinta, dukungan, dan persahabatan dari
Sultana, orang yang masih menawan dan menginspirasiku
dengan semangatnya yang menyala-nyala. Sedihnya, saat
buku ini diketahui umum, kami tidak bisa lagi jalan
bebarengan. Teman terkasihku itu akan terkunci jauh
dariku di belakang gelapnya kesunyian. Harus
kutambahkan, ini adalah keputusaan saling-asih kami.
Memperlihatkan persahabatan kami secara terus
terang, akan mendatangkan malapetaka bagi banyak
orang, terutama Sultana. Pada pertemuan kami yang terakhir di bulan Agustus
1991, kegembiraanku terhantui oleh rasa sia-sia yang
279 jahat. Sebaliknya, Sultana merasa gembira dan
menyatakan dirinya lebih baik mati daripada hidup dalam
penjajahan. Kata-katanya memberiku kekuatan untuk
menghadapi badai yang mendekat: "Hingga fakta-fakta yang hina ini diberitahukan
pada publik, tidak akan ada
yang menolong; buku ini seperti langkah awal seorang
bayi yang tidak akan pernah dapat lari tanpa usaha
pertama yang berani untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Jean, aku dan kamu yang akan mengaduk-aduk abu dan
menghidupkan api pertama. Katakan padaku, bagaimana
dunia akan datang membantu kita jika ia tidak mendengar
teriakan kita" Dalam jiwaku kurasakan; inilah permulaan
perubahan untuk kita, perempuan."
Bertahun-tahun aku tinggal di di Timur Tengah.
Selama tiga tahun, aku membaca dan membaca lagi
catatan dan buku harian Sultana. Kami mengadakan
pertemuan-pertemuan rahasia di banyak kota-kota besar
dunia. Saat aku tunjukkan draft terakhir buku ini, ia
membacanya dengan sangat gembira dan sekaligus duka.
Setelah membaca kalimat terakhir, temanku itu
mulai menangis. Dan ketika telah tenang, ia menyatakan
bahwa aku telah secara sempurna menangkap semangat
yang ia miliki, pengalaman hidupnya, seolah-olah aku
sendiri yang menjalaninya, seolah-olah aku telah
mendapatinya selama bertahun-tahun. Kemudian ia
memintaku mengisi blanko kosong hidupnya yang tidak
termuat dalam catatan hariannya. Inilah yang Sultana
inginkan supaya Anda pembaca ketahui:
Ayah Sultana masih hidup. Ia memiliki empat istri
dan empat istana di enam kota favoritnya di seluruh
dunia. Ia memiliki banyak anak dari istri-istrinya yang
masih muda. Sedihnya, hubungannya dengan Sultana
tidak melembut bersamaan dengan waktu. Ia jarang
mengunjungi anak-anak Sultana yang perempuan. Ia
280 hanya bangga dengan anak dan cucu laki-lakinya.
Faruq belum mengalami kedewasaan dan
kebiasaannya masih sama dengan seorang anak kecil
yang dimanja. Ia kejam kepada anak-anaknya yang
perempuan, meniru perlakuan ayahnya pada saudara
saudara perempuannya. Sekarang, Faruq memiliki empat
istri dan gundik yang tak terhitung jumlahnya. Akhir-akhir ini, ia dimarahi oleh
Raja karena melakukan korupsi yang berlebihan, tetapi tak ada tindakan untuk
membatasi perilakunya. Sara dan Asad abadi dalam kebahagiaan perkawinan
mereka. Sampai hari ini, mereka adalah orangtua dari
lima anak. Siapa tahu ramalan Huda tentang enam anak
akan benar. Hanya Sara, dari saudari-saudari Sultana,
yang tahu terbitnya buku ini.
Saudari-saudari Sultana dan keluarganya baik-baik
saja. Omar tewas dalam kecelakaan mobil di jalan raya
Dammam. Keluarganya di Mesir ditanggung hidupnya oleh
ayah Sultana. Ayah Randa membeli sebuah villa di selatan
Perancis, tempat Randa sekarang menghabiskan sebagian
besar waktunya. Ia belum menikah lagi setelah diceraikan oleh ayah Sultana.
Rumor di dalam keluarga menyebutkan
bahwa Randa memiliki kekasih orang Perancis, tetapi
kebenarannya masih diragukan.
Sultana tidak pernah lagi mendengar kabar Wafa; ia
membayangkan Wafa tinggal di sebuah desa dengan
banyak anak, menjalani sebuah kehidupan yang begitu
takut dengan perempuan muda berpendidikan.
Marci kembali ke Filipina dan merealisasikan cita-cita
hidupnya. Ia bekerja sebagai perawat sementara di
Riyadh. Tetapi ia pernah menulis surat pada Sultana yang 281
mengabarkan rencananya untuk bekerja di Kuwait; tak
tahan dengan pembatasan di Arab Saudi, katanya.
Sultana belum mendengar kabar dari Marci sejak itu. Ia
sangat berharap bahwa Marci tidak diperkosa atau
terbunuh dalam invasi Irak, nasib yang biasa menimpa
banyak perempuan muda yang cantik.
Huda meninggal beberapa tahun lalu. Ia
dimakamkan di padang pasir di Arabia, jauh dari tempat
asalnya, Sudan. Yang paling menyedihkan, Samira masih terkunci di
ruang perempuan. Tahani mendengar dua tahun lalu
bahwa Samira telah menjadi gila. Para pelayan
memberitakan bahwa ia telah berteriak berhari-hari dan
mulai mengucapkan ricauan yang tak dapat dipahami
orang. Ia terkadang terdengar bersedu-sedu, dan
menghabiskan makanan dalam nampan sehari, sehingga
ia masih hidup. Keluarga bersumpah, gadis itu akan
dilepaskan jika si paman yang memenjarakannya mati,
namun sekarang orang tua itu masih baik-baik saja di usia senjanya.
Bagaimanapun, kebebasan tidak akan berguna
lagi bagi Samira. Sultana meraih gelar master di bidang filsafat dua
tahun lalu. Meski tidak menggeluti profesi itu, ia
menyatakan bahwa pengetahuan yang ia peroleh telah
memberinya sebuah kedamaian batin dan rasa menyatu
dengan dunia. Dalam studinya, ia menemukan bahwa
banyak orang telah selamat dari ketidakadilan yang parah.
Menurutnya, kemajuan manusia bergerak lambat, tetapi
jiwa-jiwa pemberani terus mendorong maju, dan ia
bangga menjadi salah satunya.
Hubungan Karim dan Sultana masih terikat oleh adat
dan sating cinta dari anak-anak mereka. Ia menyesal,
cinta mereka tidak pernah pulih sepenuhnya setelah
peristiwa istri kedua. 282 Enam tahun lalu Sultana terkena penyakit kelamin:
setelah banyak penderitaan, Karim mengaku telah
berpartisipasi dalam petualangan seks mingguan dengan
orang asing. Beberapa pangeran lapis atas mengirim
pesawat setiap minggu untuk menjemput para pelacur di
Paris dan kemudian diterbangkan ke Arab Saudi.
Seorang germo memilih gadis-gadis yang paling
cantik dari seluruh dunia yang sedang magang di Perancis.
Setiap hari Selasa para pelacur itu naik pesawat ke
Arab; hari senin berikutnya mereka yang letih
diterbangkan keluar. Karim menceritakan tempat-tempat
khusus di kota-kota besar Arab Saudi yang menjadi
tempat bagi ratusan pelacur. Kebanyakan para pangeran
lapis atas Keluarga Kerajaan diundang untuk berpartisipasi dan merasa bebas
memilih perempuan-perempuan
pelacur itu. Bagi para laki-laki ini, perempuan ada hanya sebagai
objek kenikmatan atau sarana melahirkan anak.
Setelah takut dengan penyakit kelamin, Karim ber-
janji akan menghindari kencan mingguan. Tetapi Sultana
berkata ia tahu bahwa Karim tak kuasa menghindari
pesta-pesta seperti itu, dan terus memperturutkan dirinya tanpa malu. Cinta
mengagumkan mereka telah hilang
kecuali dalam kenangan; Sultana menyatakan, ia akan
tetap bertahan dengan suaminya dan melanjutkan
perjuangannya demi anak-anak perempuannya.
Sultana berkata bahwa bagian tersedih dari
hidupnya adalah terus menyaksikan bentuk-bentuk hitam
perlakukan terhadap dua anak perempuannya, yang
sekarang terbungkus dalam jubah dan cadar hitam.
Meski telah bertahun-tahun berjuang, adat-adat itu
masih saja melekat pada generasi baru wanita Saudi, dan
menentukan peran mereka dalam masyarakat
283 sebagaimana yang sudah-sudah.
Kehadiran pasukan Amerika selama Perang Teluk
yang memberi harapan kebebasan di mata Sultana, hanya
membuat para para mutawa semakin kuat; mereka
sekarang bangga menguasai Raja yang bertahta.
Sultana memintaku mengatakan kepada pembaca
seperti ini: semangat perlawanannya masih berkobar
sebagaimana ditunjukkan dalam seluruh halaman buku
ini. Namun pemberontakannya harus tetap dirahasiakan,
karena meski ia berani menjalani semua cobaan hidup, ia
tidak tahan jika harus kehilangan anak-anaknya. Siapa
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tahu, hukuman yang akan diberikan kepada orang
yang berani meneriakkan kehidupan tersembunyi dari
para perempuan di negeri tempat dua kota suci Islam itu"
Takdir Sultana terbentuk di bulan Januari 1902
ketika kakeknya, Abdul Azis, berjuang dan memperoleh
kembali tanah-tanah Arab Saudi. Sebuah dinasti telah
lahir. Putri Sultana Al Saud akan tetap berada di samping suaminya, Pangeran
Karim Al Saud, di Rumah Kerajaan
bani Saud, Kerajaan Arab Saudi.
284 APENDIK A Hukum-Hukum di Arab Saudi Hukum kriminal di Arab Saudi diambil secara kaku dari
ajaran Islam. Kata Islam berarti 'berserah diri pada
kehendak Allah'. Konsep yang paling penting dalam Islam
adalah Syariah, atau "jalan," yakni cara hidup total sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Allah. Semua masyarakat
yang beragama Islam diharapkan menjalankan hidupnya
sesuai dengan nilai-nilai tradisional yang diatur oleh
Muhammad, utusan Allah, yang lahir 570 Masehi dan
wafat 632 Masehi. Sangat sulit bagi sebagian besar orang Barat untuk
memahami kepatuhan total umat Muslim pada hukum
Alquran dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari
mereka. Alquran, bersama-sama dengan tradisi yang
dibangun oleh Muhammad, adalah hukum di Arab Saudi.
Saat tinggal di Arab Saudi, aku suatu waktu pernah
meminta pada seorang sarjana Islam, yang hidup sebagai
pengacara, untuk menggambarkan aplikasi keadilan di
Arab Saudi yang berakar dari ajaran Nabi. Penjelasannya
membantu menghilangkan kesalahpahamanku, dan aku
pikir para pembaca tertarik juga:
1. Ada empat sumber utama Syariah: Alquran, yakni
ayat-ayat yang diwahyukan oleh Allah melalui nabinya,
285 Muhammad; Sunnah atau tradisi Nabi; Ijma' atau
kesepakatan para Ulama; dan yang terakhir Qiyas,
atau sebuah metode untuk membuat ketentuan hukum
baru. 2. Raja Arab Saudi tidak bebas dari peraturan yang
ditetapkan oleh Syariah. 3. Sistim pengadilan sendiri sangat rumit. Sebuah
keputusan dapat ditinjau dengan oleh pengadilan
banding. Pengadilan ini biasanya terdiri dari tiga
anggota, dan akan menjadi lima jika hukumannya
berkenaan dengan hukuman kematian atau
pemotongan tangan. Raja adalah penengah terakhir
dalam pengadilan pembanding akhir dan berhak
memberi pengampunan. 4. Kejahatan dikelompokkan menjadi tiga bagian; Hudud,
Ta'zir, Qisas. Hudud adalah kejahatan yang dicela oleh
Allah; hukumannya diambil dari Alquran. Kejahatan
Ta'zir hukumannya diserahkan pada penguasa.
Kejahatan Qisas memberi si korban hak untuk
membalas. KEJAHATAN HUDUD Kejahatan Hudud termasuk mencuri, minum alkohol,
penistaan agama, persetubuhan di luar nikah dan
perzinahan. Orang yang diketahui bersalah karena mencuri
dihukum dengan membayar denda, penjara atau potong
tangan kanan. (Tangan kiri akan dipotong jika tangan
kanan sudah dipotong.) Orang yang diketahui bersalah karena mabuk,
menjual atau membeli minuman beralkohol, menghirup,
menyuntik obat-obatan atau mencampur obat-obatan
dihukum dengan delapan puluh cambukan.
286 Orang yang diketahui bersalah menistakan Islam
dihukum sesuai dengan keadaan. Kekerasan hukuman
bervariasi tergantung pada apakah orang itu Muslim atau
non-Muslim. Hukum cambuk adalah hukuman yang umum
bagi Muslim. Orang yang diketahui bersalah bersetubuh di luar
nikah adalah dicambuk. Laki-laki dicambuk berdiri dan
perempuan duduk. Wajah, kepala, dan organ-organ vital
orang yang bersalah itu dilindungi. Cambukan yang
biasanya berjumlah empat puluh kali, namun jumlah ini
bisa bervariasi sesuai keadaan.
Perzinahan adalah kejahatan yang paling serius. Jika
pezina itu sudah menikah, laki-laki atau perempuannya
akan dihukum lempar batu sampai mati (rajam), potong
kepala atau tembak. Rajam adalah metode yang biasa di
gunakan untuk hukuman. Bukti dari kejahatan ini harus
ditetapkan dengan pengakuan atau dilihat oleh empat
orang saksi. KEJAHATAN TA'ZIR Kejahatan Ta'zir sama dengan pelanggaran hukum
ringan di Amerika. Tidak ada hukuman yang ditentukan,
namun setiap orang dinilai menurut pertimbangan
individu, sesuai dengan keseriusan kejahatan dan duka
cita yang dipertunjukkan oleh kejahatan itu.
KEJAHATAN QISAS Jika orang yang diketahui bersalah karena kejahatan
terhadap individu atau keluarga, keluarga yang dirugikan memiliki hak untuk
balas dendam, dan hukumannya
dilaksanakan secara pribadi.
Jika terjadi pembunuhan, si keluarga korban
memiliki hak untuk membunuh si pembunuh dengan cara
287 yang sama sebagaimana orang yang mereka cintai
dibunuh, atau dengan cara apa pun yang mereka pilih.
Jika anggota keluarga tidak sengaja terbunuh
(seperti karena kecelakaan lalu lintas), keluarga
almarhum berhak meminta ganti rugi uang. Di masa lalu
unta digunakan sebagai alat pembayar ganti rugi;
sekarang diganti dengan harga yang sesuai. Ada
seperangkat kerusakan sesuai dengan berbagai macam
keadaan: pembayaran itu berkisar antara 120.000 sampai
300.000 Riyal Saudi ($45.000 - $80.000). Jika perempuan
yang terbunuh, ganti ruginya separuh laki-laki.
Jika orang memotong bagian tubuh orang lain,
keluarga atau korban boleh melakukan tindakan yang
sama terhadap orang yang bersalah itu.
SIAPA YANG BOLEH MEMBERIKAN KESAKSIAN
DALAM BERITA ACARA KRIMINAL
Saksi harus berakal sehat, sudah dewasa dan
muslim. Non-muslim tidak boleh memberikan kesaksian
dalam pengadilan kriminal. Perempuan juga tidak
dibolehkan kecuali itu untuk persoalan pribadi yang tidak boleh dilihat laki-
laki. Sebenarnya, kesaksian perempuan tidak dihargai sebagai fakta tapi lebih
hanya sekadar anggapan. Pengadilan boleh memutuskan apakah kesaksian itu
valid sesuai dengan keadaannya.
MENGAPA PEREMPUAN DILARANG MEMBERIKAN
KESAKSIAN DALAM BERITA ACARA KRIMINAL
Ada empat alasan yang diberikan mengapa
kesaksian perempuan tidak valid di pengadilan Saudi.
288 1. Perempuan lebih emosional dari laki-laki dan,
akibatnya, akan mendistorsi kesaksian mereka.
2. Perempuan tidak ikut berpartisipasi dalam
kehidupan publik, sehingga mereka tidak mampu
memahami apa yang mereka lihat.
3. Perempuan benar-benar didominasi oleh laki-laki,
orang yang dengan kasih Allah dikaruniai
keunggulan; oleh karena itu, perempuan akan
memberikan kesaksian sesuai dengan apa yang
dikatakan pada mereka oleh laki-laki.
4. Perempuan itu pelupa, dan kesaksian mereka tak
bisa dianggap dapat diandalkan.
289 APENDIK B Istilah Abaaya : jubah hitam panjang yang dipakai setelah
pakaian dalam perempuan. Abu Dhab i : kota yang terletak di Uni Emirat Arab
Al Sa'ud : keluarga yang memerintah kerajaan Arab
Saudi. Asir : nama tradisional untuk daerah barat daya
Arab Saudi. Baath : gerakan politik yang dimulai di Syria dan
menyebar ke Irak. Persatuan Arab adalah
inti doktrinnya. Bahrain : sebuah bangsa kepulauan yang
dihubungkan dengan Saudi Arabia oleh
jalan lintasan yang ditinggikan melewati
rawa-rawa. Bedouin : suku asli Arab, masyarakat nomaden
padang pasir. Dammam : kota di Saudi Arabia tempat minyak kali
pertama ditemukan tahun 1938.
Dar'iyah : kota tua Riyadh. Dubai : Kota yang terletak di Uni Emirat Arab.
290 Empty Quarter: padang pasir luas yang terletak di tenggara Arab Saudi. Nama
Arabnya Rub al Khali. Gutra : kain tutup kepala yang dipakai laki-laki
Arab. Haj : naik haji atau ziarah, salah satu rukun
Islam. Perjalanan ke Mekkah adalah cita-
cita hidup sebagian besar umat Islam.
Semua Muslim diwajibkan melakukan
perjalanan ini jika mereka telah mampu.
Halawa : upacara mencukur semua bulu tubuh.
Hijaz : nama tradisional untuk wilayah barat
Arab. Jeddah, yang terletak di Laut
Merah, adalah termasuk wilayah Hijaz.
Houmous : masakan Arab yang terbuat dari semacam
kacang panjang atau buncis, biasanya
disendok dengan sepotong roti yang
berlubang ditengahnya. Hudud : kejahatan serius yang dicela Allah dalam
Alquran. Ibn : berarti 'anak dari' (Khalid ibn Faisal;
Khalid anak Faisal) Igaal : tali hitam yang dipakai melingkari kain
penutup kepala pakaian orang Arab laki-
laki. Ijma : kesepakatan pendapat ulama.
Jeddah : kota indah di Saudi Arabia yang terletak
di Laut Merah. Jeddah terkenal dengan
populasi ekspatriatnya, yang suka
berenang dan menyelam di air yang asli.
Jerusalem : kota suci ketiga Islam, yang sekarang
dikuasai Israel. 291 Alquran : kitab suci orang Islam yang berisi ayat-
ayat Allah yang diwahyukan pada Nabi
Muhammad. Kurdi : kelompok etnik yang melakukan usaha
ekspansi melintasi perbatasan, 18
persennya berkebangsaan Irak, dengan
tujuan mernbentuk negara sendiri.
Kelompok ini terus berjuang untuk
mendapatkan otonomi. Kutab : metode kelompok untuk mengajar anak-
anak perempuan di Timur Tengah.
Laban : minuman seperti dadih yang menyegarkan
dan berasal dari Timur Tengah.
Madinah : kota suci kedua Islam, yang disebut 'kota
Nabi', dan di sanalah Nabi Muhammad
dimakamkan. Makkah : kota suci Islam tempat Tuhan
menyampaikan wahyunya pada nabi
Muhammad. Kota ini adalah tujuan jutaan
umat Islam setiap tahun. Malaz : wilayah kediaman di Riyadh yang terkenal
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sebagai tempat tinggal orang-orang kaya
Saudi. Manama : ibu kota Bahrain, sebuah negara
kepulauan yang terhubung dengan Saudi
Arabia melalui jalan lintasan yang
ditinggikan. Mena Nouse : hotel terkenal di Kairo yang sering ditempati turis.
Mismaak : sebuah benteng di Riyadh yang digunakan
oleh bani Rashid dalam pertempuran
tahun 1902 yang mengembalikan
kekuasaan pada bani Saud.
292 Mutawa : Polisi Syariah. Najd : nama tradisional untuk wilayah Arabia
tengah. Riyadh terletak di lokasi ini.
penduduknya umumnya dikenal
berperilaku konservatif. Keluarga Saud
berasal dari adalah Najd.
Nasiriyah : Wilayah kediaman penduduk Riyadh yang
beranggotakan keluarga-keluarga
kerajaan dan orang-orang paling kaya
Saudi. Qisas : kejahatan yang dilakukan terhadap
seseorang. Korban atau keluarga korban
bisa membalas si terhukum dengan
kejahatan yang sama yang telah
dilakukannya. Qiyas : metode metode menetapkan sebuah hukum
baru. Ramadhan : bulan puasa yang dilakukan selama
sebulan oleh Muslim di seluruh dunia. Di
bulan inilah Alquran diturunkan.
Riyadh : ibukota Arab Saudi. Riya : mata uang Arab Saudi Sher : hukum Allah untuk orang-orang yang
beragama Islam. Syiah : cabang Islam yang pecah dari mayoritas
Sunni dalam hal pengganti Nabi
Muhammad. Souq : pasar penduduk asli Arab atau bazaar.
Sunnah : tradisi umat Islam yang diamanatkan oleh
Nabi Muhammad. Sunni : kelompok Islam mayoritas yang ortodoks.
Arab Saudi berpenduduk 95 % Sunni.
293 Sarah : bab-bab dalam Alquran. Terdapat 114
surat dalam Alquran. Taff : desa tempat peristirahatan di pegunungan
dekat Mekkah, Arab Saudi.
Ta'zir : kejahatan pelanggaran hukum ringan.
Thobe : pakaian panjang seperti jas yang dipakai
laki-laki Saudi. Secara tradisional, thobe
terbuat dari katun putih, namun selama
bulan-bulan musim dingin laki-laki sering
memakai thobe dengan bahan yang lebih
tebal dan warna yang lebih gelap.
(Segera setelah anak laki-laki mulai bisa
berjalan, ia diberi pakaian thobe dan
penutup kepala seperti yang dikenakan
ayahnya). Ulama : Ilmuan atau sarjana agama Islam yang
mengatur kehidupan beragama di Arab
Saudi. Yaman : sebuah negeri yang terletak di bagian
barat daya jazirah Arab. Di masa lalu,
orang-orang Yaman banyak menyediakan
kebutuhan tenaga kerja manual untuk
Arab Saudi. Ketika pemerintah Yaman
tetap setia pada Saddam Hussein selama
Perang Teluk, hampir sebagian besar
pekerja dari wilayah ini dipaksa keluar
dari kerajaan. 294 APENDIK C Kronologi 570 Nabi Muhammad lahir di Mekkah Arab Saudi.
610 Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah dan mengangkatnya sebagai Rasul.
622 Nabi Muhammad hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Peristiwa yang dikenal dengan Hijrah ('Hijriah') ini
merupakan saat krisis hebat misi Muhammad di
muka bumi. Kalender Islam dimulai dari saat itu
dan disebut Hijriah. 632 Nabi Muhammad wafat di Madinah.
650 Kodifikasi Al-quran. 1446 Bani Saud, nenek moyang Sultana, meninggalkan kehidupan nomaden di padang
pasir dan tinggal di Dar'iyah (Riyadh kuno). 1744 Muhammad Al Saud membangun kerjasama
dengan Muhammad Al Wahhab, seorang guru
agama yang menganut pemahaman terhadap
Alquran secara kaku. Kombinasi kekuatan seorang
prajurit dan seorang guru menghasilkan tali sistim
yang kaku mengenai hukuman pada masyarakat.
1802-6 Putra-putra Muhammad Al Saud dan Muhammad
Al Wahhab, terinspirasi oleh ajaran Alquran,
295 menyerang dan menguasai Mekkah dan Madinah.
Mereka kejam, membunuh secara besar-besaran
semua penduduk laki-laki Taif, sebuah
perkampungan di dekat Mekkah. Dengan
kemenangan ini, sebagian besar orang Arab
bersatu di bawah satu otoritas.
1843-65 Bani Sa'ud memperluas kekuasaannya menuju Selatan sampai Oman.
1871 Turki Utsmani mengambil kendali atas Provinsi Hasa.
1876 Kakek Sultana, Abdul Aziz Ibnu Saud, pendiri kerajaan, lahir.
1887 Kota Riyadh direbut oleh Bani Rashid
1891 Bani Saud melarikan diri dari Riyadh menuju Empty Quarter (padang pasir
luas yang terletak di tenggara Arab Saudi. Nama Arabnya Rub al Khali)
1893-94 Bani Saud berjalan melintasi padang pasir menuju Kuwait.
September 1901. Abdul Aziz, yang saat itu berumur dua puluh lima tahun, bersama
dengan tentaranya, meninggalkan Kuwait menuju Riyadh.
Januari 1902. Abdul Aziz dan anak buahnya merebut Riyadh. Kerajaan bani Saud
baru dimulai. 1912 Ikhwan (Persaudaraan) ini didirikan berdasarkan faham Wahabisme, yang
tumbuh dengan sangat cepat dan menjadi kunci kekuatan Abdul Aziz ibnu
Saud. 1915 Abdul Aziz ibnu Saud memasuki perjanjian dengan pemerintah Inggris untuk
menerima ?5000 per bulan guna melawan Turki.
1926 Abdul Aziz menyatakan dirinya sebagai Raja Hijaz di Masjid Besar Makkah.
296 1932 Penyatuan dua kerajaan, Hijaz dan Najd, dengan nama Kerajaan Arab Saudi.
Kerajaan ini menjadi negeri kedua belas terbesar di seluruh dunia.
Mei 1993. Amerika Serikat memenangkan konsesi (atas Rusia) untuk mencari minyak
di Arab Saudi. 1933 Arab Saudi berperang melawan Yaman;
perdamaian diadakan satu bulan kemudian.
15 Mei 1934. Sebagai serangan balas dendam terhadap perang Yaman, Raja Abdul
Aziz diserang di masjid suci Makkah oleh tiga orang Yaman bersenjata
pisau. Anak tertuanya, Saud, berdiri di depan
ayahnya dan ia terluka. 20 Maret 1938. Minyak ditemukan di Dammam, Arab
Saudi. 1939 Perang di Eropa mengakibatkan produksi minyak berhenti.
1944 Produksi minyak di kerajaan Arab Saudi meningkat sampai 8 juta barrel
pertahun. 14 Februari 1945. Presiden Rosevelt bertemu Raja Abdul Aziz di atas USS Quincy.
17 Februari 1945. Perdana Mentri Inggris, Winston Churchill, bertemu Raja Abdul
Aziz di atas USS Quincy. Desember 1946. Orangtua Sultana menikah di Riyadh, Arab Saudi.
14 Mei 1948. Radio Mekkah, stasiun radio pertama di kerajaan Arab Saudi,
mendapat tentangan sengit
dari para Ulama. 14 Mei 1948. Negara Israel dibentuk dan perang Arab-Israel pertama dimulai.
1952 Raja Abdul Aziz melarang impor alkohol untuk non-Muslim.
297 9 November 1953. Raja Abdul Aziz, kakek Sultana,
wafat pada usia tujuh puluh tujuh tahun. Anak
sulungnya, Saud yang berumur lima puluh satu
tahun, menggantikannya menjadi Raja. Saudara
tirinya Faisal menjadi Putra Mahkota.
1957 Osama bin Laden lahir di Arab Saudi dari ibu orang Saudi dan ayah orang
Yaman. Osama adalah anak ke tujuh belas dari 51 anak Muhammad bin Laden,
seorang laki-laki tak berpendidikan yang dipercaya
keluarga kerajaan Saudi dalam kontrak-kontrak
pembangunan pemerintah Saudi. Meskipun latar
belakangnya sederhana, asosiasi Muhammad
dengan keluarga kerajaan membuatnya mampu
menumpuk kekayaan yang diperkirakan sampai
milyaran dolar. Maret 1958. Karena kekacauan finansial di kerajaan, pangeran Faisal mengambil
kendali administrasi Pemerintahan. Desember 1959. Raja Saud memecat saudaranya dari
tugas-tugas administrasi dan mengambil kendali
Pemerintah. 1962 Perbudakan dihapus di Kerajaan Arab Saudi.
Sebagian besar budak terus tinggal dengan
keluarga yang dulu memiliki mereka.
1963 Sekolah anak perempuan pertama dibuka;
kelompok-kelompok keagamaan rusuh.
3 November 1964. Raja Saud turun tahta dan
meninggalkan kerajaan menuju Beirut. Faisal dikukuhkan menjadi Raja, dan saudara
tirinya Khalid, menjadi Putra Mahkota.
1965 Walaupun diprotes, stasiun televisi pertama dibuka di Riyadh.
September 1965. Pangeran Khalid ibnu Musaid,
298 keponakan Raja Faisal, terbunuh ketika ia
memimpin protes bersenjata menentang
pembukaan stasiun televisi.
1966 Perang Tujuh Hari dimulai antara Israel dan
tetangga-tetangga Arabnya. Arab Saudi ikut
mengirim pasukan. Februari 1969 . Mantan Raja yang diberhentikan, Saud ibnu Abdul Aziz, wafat di
Atena setelah menghabiskan lebih dari 15 juta dollar setiap tahun
di masa pengasingannya. 6 Oktober 1973. Perang dimulai antara Israel dan
tetangga-tetangga Arabnya. Arab Saudi mengirim
pasukan. 20 Oktober 1973. Militer Amerika yang sangat marah ikut membantu Israel. Raja
Faisal mengumumkan perang suci dan mengembargo minyak untuk
Amerika. 25 Maret 1975. Raja Faisal dibunuh oleh keponakannya pangeran Faisal ibnu
Musaid, saudara pangeran yang terbunuh pada kerusuhan tahun 1965. Putra
Mahkota Khalid dinyatakan sebagai Raja. Saudara
tirinya Fadh diangkat sebagai Putra Mahkota yang
baru. 1977 Raja Khalid mengeluarkan dekrit pemerintah yang melarang perempuan
melakukan perjalanan ke luar
rumah mereka kecuali ditemani anggota keluarga
laki-laki. Perintah kedua adalah larangan
perempuan untuk belajar ke luar negeri. Dua dekrit
itu dikeluarkan karena insiden internasional yang
melibatkan Putri Misha'il, yang dieksekusi di depan
publik setelah bertemu dan jatuh cinta dengan
pelajar Saudi lain di Universitas Amerika di
Libanon. Kekasihnya juga dipenggal.
299 1979 Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik
dengan Mesir setelah negara ini berdamai dengan
Israel. Masjid Suci Mekkah diserang oleh para
ekstrimis di bulan November. Mereka memprotes
Princess Kisah Tragis Putri Kerajaan Arab Saudi Karya Jean P Sassion di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
perempuan yang bekerja di luar rumah.
Pemerintah mendapatkan kembali kendali masjid
setelah sepuluh hari. Para menyerbu itu dieksekusi.
Di bulan-bulan selanjutnya, kebebasan untuk
perempuan Saudi dibatasi merespon ketakutan
pemerintah pada meningkatnya kegelisahan kaum
fundamentalis. Tentara Soviet menyerbu
Afghanistan. 1980 Osama bin Laden lulus dari Universitas King Abdul Aziz di Jeddah. Setelah
lulus, Osama meninggalkan
Arab Saudi menuju Afghanistan tempat ia
bergabung dengan Mujahidin untuk melawan
Soviet. Arab Saudi mengambil kendali penuh atas
ARAMCO dari Amerika Serikat.
1981 Arab Saudi menjadi anggota pendiri Gulf
Cooperation Council (Dewan Kerjasama Teluk).
]uni 1982 Raja Khalid wafat karena serangan jantung.
Fahd, saudara tirinya, dinyatakan sebagai Raja.
Saudara tiri Fahd, Abdullah diangkat menjadi Putra
Mahkota. 1986 Raja Fahd menambahkan gelar 'Penjaga Dua
Masjid Suci' pada namanya.
1987 Arab Saudi memulai lagi hubungan diplomatiknya dengan Mesir.
1988 Osama bin Laden membentuk jaringan 'Al-Qaida'.
Al-Qaida bermarkas besar di Afghanistan dan
Peshawar, Pakistan. 1989 Uni Soviet menarik diri dari Afghanistan. Osama bin Laden kembali ke Arab
Saudi, diterima sebagai 300 pahlawan oleh keluarga, teman dan keluarga
kerajaan. 2 Agustus 1990 Kuwait diserbu oleh Irak. Pemerintah Saudi memprotes invasi itu.
Pada tanggal 8 Agustus, Irak mencaplok Kuwait sebagai propinsi
kesembilan belasnya. Menentang protes Osama bin
Laden, Raja Fahd mengizinkan tentara asing masuk
Saudi Arabia. 27 Februari 1991. Pasukan koalisi memasuki kota
Kuwait. Presiden Bush mendeklarasikan
pembebasan Kuwait. Osama bin Laden sangat
marah pada Arab Saudi karena terlibat dalam
serangan udara atas Irak dan angkatan darat yang
memerdekakan tetangga mereka, kuwait. Para
pemimpin agama di Arab Saudi ketakutan dan
memusuhi kehadiran tentara perempuan asing.
Tekanan terus meningkat untuk memaksa
pemerintah Saudi membatasi kehadiran pasukan
perempuan dari semua bangsa. Melalui khotbah
dari masjid-masjid, Osama bin Laden mulai
berbicara menentang keluarga kerajaan. Ia
mengeluarkan rekaman yang mengkritik penguasa
bani Saud. Mengetahui bahwa keluarga kerajaan
akan menangkapnya, Osama bin Laden melarikan
diri keluar dari Arab Saudi dan pergi ke Pakistan,
kemudian Afghanistan sebelum menetap di Sudan.
Ia menggunakan kekayaannya untuk memperkuat
organisasi Al-Qaida. 1992 Sebuah born meledak di sebuah hotel di Aden, Yaman, yang diyakini sebagai
bom pertama dari sekian banyak born Al-Qaida yang berusaha
membunuh orang Amerika. 23 Februari 1993 Sebuah bom meledak di lantai dasar WTC (World Trade Center),
membunuh delapan 301 orang dan melukai kira-kira 1000 orang. Pelaku-
pelakunya segera di tangkap, diadili dan dihukum.
Salah satu penjahatnya Ramzi Yusef, memiliki
ikatan kuat dengan Osama bin Laden. Pada
tangggal 3 dan 4 Oktober: tentara Amerika Serikat
menyerang Mogadishu, Somalia, yang dicurigai
sebagai tempat latihan teroris Al-Qaida. Delapan
tentara terbunuh. Pada tanggal ini juga Dewan
Syuro dilantik. Dewan ini terdiri dari ketua dan
enam puluh anggota yang dipilih Raja Fahd.
Dikatakan bahwa Dewan Syuro tidak memiliki
kekuasaan nyata. 1994 Ketegangan antara Osama bin Laden dan keluarga kerajaan memuncak.
Pemerintah Saudi tidak berhasil menghentikan Osama bin Laden berbicara
menentang mereka dan Kerajaan. Akhirnya
kewarganegaraan Saudinya dicabut. Beberapa
percobaan pembunuhan terjadi pada hidup Osama.
Ia yakin ia telah menjadi target keluarga Bani
Saud. 1995 Raja Fahd menderita stroke. Dari hari ke hari yang menjalankan pemerintahan
dipercayakan pada Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz al Saud,
saudara tiri Raja Fahd. Dikatakan bahwa ada
ketegangan antara keduanya.
1996 Di bawah tekanan Amerika Serikat dan Arab Saudi, pemerintah Sudan menyuruh
Osama bin Laden pergi. Ia pindah ke Afghanistan di mana ia
mengeluarkan Deklarasi Jihad melawan Amerika
Serikat, menyeru umat Muslim untuk membunuh
setiap orang Amerika. Bom mobil meledak di Kobar
Tower di Arab Saudi. Sembilan belas petugas
reparasi Amerika terbunuh. Ratusan terluka.
Tersangkanya Al-Qaida. 302 7 Agustus 1997 Bom besar meledakkan kedutaan
Amerika di Nairobi, dan Tanzania. Dua ratus tiga
puluh empat orang tewas (termasuk 12 orang
Amerika) dan lebih dari 5000 orang terluka. Teroris
Al-Qaida dikaitkan dengan bom ini.
1999 Untuk kali pertamanya dalam sejarah Arab Saudi, dua puluh perempuan Saudi
menghadiri sidang Dewan Syuro. 2000 Kritik Internasional terhadap Kerajaan Saudi meningkat. Kelompok Hak-Hak
Asasi Manusia yang berbasis di London, Amnesty International,
menggambarkan perlakuan Arab Saudi pada
perempuan sebagai 'tak dapat dibenarkan oleh
hukum atau standar moral apa pun. Pemerintah
Saudi bereaksi dengan sangat marah sekali. Pada 5
Oktober, bom bunuh diri menyerang USS Cole.
Tujuh belas tentara Amerika tewas. Tiga puluh
enam terluka. Diduga perbuatan Al-Qaida.
11 September 2001. Amerika diserang Al-Qaida. Lima belas dari sembilan belas
pembajak yang terlibat berkebangsaan Saudi. Muncul ketegangan antara
Arab Saudi dan Amerika karena pemerintah Saudi
gagal bekerja sama penuh dengan para penyelidik
Amerika. Media Barat menyoroti Arab Saudi dan
sistimnya yang menindas perempuan. Pemerintah
Saudi bereaksi marah dan mendanai propaganda
secara luas untuk memuji-muji Bani Saud dan Arab
Saudi di media-media Barat. Ketika Media
membongkar fakta bahwa Arab Saudi
menghabiskan jutaan dollar setiap tahun untuk
membantu penyebaran ajaran kekerasan dari
Wahhabi, yang membuat jijik sebagian besar dunia
Muslim, sejumlah pemerintahan Barat dan media
outlet meminta keluarga Kerajaan Saudi
303 mengakhiri aliansi eksklusifnya dengan mahzab
Wahhabi yang fanatik. Sekali lagi, pemerintah
Saudi marah dan menolaknya. Pada bulan
Desember pemerintah Saudi mengambil langkah
yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu
memberikan kartu identitas untuk perempuan.
2002 Investor-investor Saudi menarik dananya dari Amerika Serikat karena
memprotes perkara hukum yang diajukan oleh keluarga korban 9/11 yang
mengklaim bahwa pemerintah Saudi berkonspirasi
dengan Al-Qaida. Pemerintah Arab Saudi menolak
menyokong rencana presiden Bush untuk
menyerang Irak dan memberi kesaksian tentang
presiden Irak Saddam Hussein.
2003 Amerika Serikat mengumumkan penarikan hampir semua tentaranya dari kerajaan
Saudi, mengakhiri kehadiran militer Amerika sejak tahun 1991. Kritik-
kritik untuk keluarga kerajaan menyebar di seluruh
Kerajaan. Pada bulan September, lebih dari 300
intelektual Saudi (laki-laki dan perempuan)
menanda tangani petisi menuntut reformasi politik.
Pada Oktober, Arab Saudi menjadi tuan rumah
Konferensi hak-hak Azasi Manusia untuk kali
pertamanya. Pemerintah mengumumkan
konferensi ini akan mengadakan pemilihan pertama
dan hanya sekali ini selama setahun. Pada
November, Raja Fahd memberikan kekuasaan
penuh pada Dewan Syuro, yang memungkinkan
Dewan ini untuk memprakarsai pembuatan
undang-undang tanpa meminta izin dulu pada
Raja. Januari 2004. Para Perempuan profesional Saudi
melepaskan cadar mereka dan menggempur
panggung perkumpulan internasional yang terdiri
304 dari 1000 laki laki di Forum Ekonomi Jeddah,
menuntut reformasi bagi perempuan. Para
pemimpin agama yang tertinggi di Arab Saudi
mengeluarkan pernyataan yang dahsyat, mencela
perempuan-perempuan itu, mengatakan
bahwa berkumpulnya laki-laki dan perempuan
tanpa memakai hijab yang islami sebagaimana
diperintahkan Allah adalah haram. Anggota
keluarga Al Saud mengatakan bahwa kebe-basan
masuk begitu cepat. Putra Mahkota Abdullah
mengingatkan bahwa ia 'tak akan mengizinkan
siapa pun turut campur dalam reformasi, baik itu
pertimbangan ultra-konservatif dan stagnasi atau
pertimbangan keliru para petualang. Pangeran
Sultan bin Turki bin Abdul Aziz Al Saud, yang
menuntut reformasi demokratis dalam kerajaan,
mengatakan bahwa ia dibujuk untuk menghadiri
pertemuan dengan anggota keluarga kerajaan
yang berkuasa di Jenewa. Selama pertemuan itu ia
diserang oleh lima orang laki-laki bertopeng, dibius
dan dibawa dengan paksa kembali ke Kerajaan
tempat ia dihukum sebagai tahanan rumah. Di
bawah tekanan demonstran yang tak pernah
terjadi sebelumnya, bom yang bertubi-tubi, usaha-
usaha pembunuhan dan problem-problem ekonomi,
banyak penduduk asing Saudi meragukan bahwa
keluarga kerajaan Saudi akan bisa bertahan tanpa
reformasi politik. 305 Document Outline Catatan Penulis Surat dari Putri Sultana Daftar Isi Pendahuluan 1 Masa Kecil 2 Keluarga 3 Kakakku Sara 4 Perceraian 5 Faruq 6 Perjalanan 7 Kematian 8 Sahabat 9 Perempuan Asing 10 Huda 11 Karim 12 Pernikahan 13 Kehidupan Perkawinan 14 Kelahiran 15 Rahasia Gelap 16 Kematian Raja 17 Ruangan Perempuan 18 Istri Kedua 19 Pelarian 20 Harapan Besar Epilog Kata Penutup APENDIK A : Hukum-Hukum di Arab Saudi
APENDIK B : Istilah APENDIK C : Kronologi Mencari Bende Mataram 8 Jodoh Si Naga Langit Karya Kho Ping Hoo Pangeran Perkasa 2