The Chamber 3
Novel The Chamber Karya John Grisham Bagian 3
f dari dada Anda, untuk membersihkan jiwa." "Perlu waktu bertahun-tahun untuk
membersih- I kan jiwa saya, Pak Pendeta." J "Ada korban lain?" I Sam meletakkan
cangkir di meja dan perlahan- i f m menggosok-gosokkan kedua belah tangannya. Ia
mengamati mata Ralph Griffin -yang hangat dan penuh kepercayaan. "Bagaimana
kalau ada f korban lain?" tanyanya. "Orang mati?" ISam mengangguk, sangat
perlahan. "Orang-orang yang telah Anda bunuh?" Sam terus mengangguk. Griffin
menghela napas dalam dan merenungkan masalah itu sejenak. "Ah, Sam, terus
terang, saya tak ingin Anda mati tanpa mengakui dosa-dosa ini dan meminta
pengampunan dari Tuhan." J Sam teras mengangguk. "Berapa banyak?" tanya Griffin.
Sam bergeser menjauh dari meja dan memakai sandal mandi. Ia perlahan-lahan
menyalakan rokok dan mulai mondar-mandir di belakang kursi Griffin. Sang Pendeta
berganti posisi agar bisa melihat dan mendengar Sam. "Ada Joe Lincoln, tapi saya
sudah menulis surat pada keluarganya dan mengatakan menyesal." "Anda
membunuhnya?" "Ya. Dia orang Afrika Tinggal di tempat kami. Saya sangat
menyesalinya. Kejadiannya sekitar I950." Sam berhenti dan bersandar pada lemari
arsip. Ia bicara ke lantai, seolah-olah melamun. "Dan ada doa laki-laki kulit
putih yang membunuh ayah saya dalam suatu pemakaman, bertahun-tahun yang lalu.
Mereka dipenjarakan beberapa lama, dan ketika keluar, saya dan saudara-saudara
saya me- ' nunggu dengan sabar. Kami bunuh mereka berdua, tapi, terus terang,
saya tak pernah terlara menyesal. Mereka penjahat, dan mereka membunuh ayah
kami." "Membunuh selalu keliru, Sam. Anda sedang bergulat melawan pembunuhan
legal terhadap diri Anda sekarang." "Saya tahu." "Apakah Anda dan saudara-
saudara Anda ditangkap?" 'Tidak. Sheriff tua itu mencurigai kami', tapi tak bisa
membuktikan apa-apa. Kami terlalu hati-hati, Di samping itu, mereka benar-benar
sampah masyarakat, dan tak seorang pun peduli." "Itu tidak membuat tindakan Anda
benar." "Saya tahu. Tapi saya menganggap mereka mendapatkan apa yang layak
mereka dapatkan, lalu saya dibuang ke tempat ini. Hidup jadi punya arti baru
bila tinggal di death row. Kita menyadari betapa berharganya hidup. Sekarang
saya menyesal telah membunuh bocah-bocah itu. Sungguh menyesal." "Ada lainnya?"
Sam berjalan melintasi ruangan, menghitung setiap langkah, dan kembali ke lemari
arsip. Sang Pendeta menunggu. Waktu tak berarti apa-apa sekarang. "Ada dua
pembunuhan tanpa pengadilan, bertahun-tahun yang lalu," kata Sam, tak mampu
memandang mata Griffin. "Dua?". "Saya rasa dua. Mungkin tiga. Tidak... ya... ada
tiga, tapi pada yang pertama saya masih kanak-kanak, masih kecil, dan yang saya
lakukan hanyalah menyaksikan, Anda tahu, dari semak-semak. Itu pembunuhan oleh
Klan, ayah saya terlibat. Saya dan kakak saya Albert menyelinap ke dalam hutan
dan menyaksikannya. Jadi, itu tidak masuk hitungan, bukan?" "Tidak." Pundak Sam
merosot pada dinding. Ia memejamkan mata dan menundukkan 'kepala. "Yang kedua
dilakukan oleh satu gerombolan. Saya rasa saya sekitar lima belas tahun, dan
saya tepat berada di tengah-tengah kejadian itu. Seorang gadis diperkosa laki-
laki Afrika, setidaknya itulah yang dia katakan. Reputasi perempuan itu
menimbulkan banyak keraguan, dan dua tahun kemudian dia punya bayi separo
Afrika. Jadi, siapa tahu" Nah, dia menudingkan jari, kami menangkap bocah itu,
menyeretnya keluar, dan membunuhnya. Saya sama bersalahnya seperti anggota lain
dalam.kelompok itu." "Tuhan akan mengampuni Anda, Sam." "Anda pasti?" "Positif."
"Berapa pembunuhan yang akan Dia ampuni?" "Semuanya. Bila Anda mohon pengampunan
dengan sepenuh hati, Dia akan mengh batu tuhsnsa. Itu tertulis dalam Kitab SiT -
^ "Itu terlain tadah sebagai kenyataan " "bagaimana dengan pembunuhan lainnya"?
Sam mulai menggelengkan kepala ke d ke belakang, matanya terpejam. "Saya t" J*
bicara tentang yang itu. Pak Pendeta" mengembuskan napas dengan berat. "Anda
tidak perlu bicara pada saya tentang haj itu. Sam. Tapi bicaralah pada Tuhan."
"Saya tak tahu apakah bisa bicara kepada *" seorang tentang hal itu." "Tentu
Anda bisa. Pejamkanlah mata Anda ?" malam, antara sekarang sampai hari Selasa,
saa Anda berada dalam sel. dan aknkanlah segala perbuatan ini kepada Tuhan. Dia
akan langsung memaafkan Anda" "Rasanya tidak benar. Anda tahu. Saya membunuh
orang, lalu dalam hitungan beberapa menit Tuhan mengampuni saya Begitu saja
Terlalu gampang.' "Anda harus benar-benar menyesal." "Oh, saya benar-benar
menyesal. Sumpah. "Tahan melupakannya, Sam, tapi manusia tidak. Kita bertanggung
jawab pada Tuhan, tapi kita 0 tertanggung jawab terhadap hukum manusia. Tu ban
akan mengampuni Anda. namun Anda nanggung konsekuensi menurut apa yang dlten
tukan pemerintah " "-getuklah pemerintah. Saya toh sudah siap . Iliar dan sini"
-pish, mari kita l';,s,lk;m bahw* Anda siap. Sam berjalan ke meja dan duduk di
sudutnya, di sumping Griffin. "Anda tetaplah di sini. oke. Pak Pendeta" Saya
butuh pertolongan. Ada berbagai hal buruk terkubur dalam jiwa saya Akan butuh
waktu beberapa lama untuk mengeluarkannya" ' "Itu takkan suhu Sam, kalau Anda
benar-benar iiap" Sam menepuk lututnya. Teruslah datang, oke?" EMPAT PULUH EMPAT
Kantor depan itu penuh dengan asap biru ketib Adam masuk. Sam sedang mengepul-
ngepulkag rokok di meja, membaca berita tentang dirinya, sendiri di koran
Minggu. Tiga cangkir kopi kosong dan pembungkus permen bertebaran di meja. ]
"Kau sudah betah di sini, kan?" kata Adam, mem- j perhatikan sampah itu. "Yeah.
Sudah seharian aku di sini." "Banyak tamu?" "Aku takkan menyebut mereka tamu.
Hari ini dimulai dengan kedatangan Nugent, jadi itu cukup merusak segalanya.
Pendeta mampir untuk memeriksa apakah aku sudah berdoa. Kupikir perasaannya
tertekan ketika berlalu. Kemudian adikku Donnie mampir menjenguk sebentar. Aku
benar-benar ingin kau menemuinya. Katakan padaku kau membawa kabar baik." Adam
menggelengkan kepala dan duduk. "Tidak. Tak ada yang berubah sejak kemarin ft
adilan-pengadikn itu istirahat akhir pekan." "Apa mereka sadar Sabtu dan Minggu
juga masak hitungan" Juga jam itu tidak berhenti berdetak antukku pada akhir
pekan?" "Itu bisa jadi kabar baik. Mereka bisa jadi sedang mempertimbangkan
dalihku yang cemerlang.* "Mungkin, tapi aku curiga para hakim itu ada di rumah
mereka di tepi danau, minum bir dan memanggang daging. Tidak begitu menurutmu?"
"Yeah, kau mungkin benar. Ada berita apa di f koran?" "Ulasan lama yang sama
tentang diriku dan kejahatanku yang brutal, foto orang-orang yang berdemonstrasi
di luar sana, komentar dari McAllister. Tak ada yang baru. Aku belum pernah
menyaksikan kegemparan macam ini." M "Kau adalah tokoh saat ini, Sam. Wendajl Sher-Y man
dan penerbitnya sekarang menawarkan 150.000, tapi batas waktunya pukul enam sore
ini. Dia ada di Memphis, duduk dengan tape recorder, gatal untuk datang ke.sini.
Katanya dia butuh sedikitnya dua hari penuh untuk merekam kisahmu." "Hebat. Apa
yang mesti kulakukan dengan uang itu?" *"Berikanlah kepada cucu-cucumu
tercinta." "Kau serius" Apa kau akan memakainya" Aku akan melakukannya kalau kau
mau memakainya." "Tidak. Aku hanya bercanda. Aku tak ingin uang itu, dan Carmen
tidak membutuhkannya. Aku tak dapat memakainya dengan hati nurani bersih."
"Bagus. Sebab antara sekarang dan Selas? tak ingin duduk dengan orang asing dan
bi^ tentang masa lalu. Aku tak peduli berapa. banv uang yang dia miliki. Aku
lebih suka tak ada tentang kehidupanku." "Sudah kukatakan padanya untuk melupa^
urusan ini." "Bocah hebat." Sam berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir
melintasi ruangan. Adam mengarn. bil posisi di tepi meja dan membaca berita olah
raga di koran Memphis. "Aku akan senang bila semua ini selesai, Adam," kata
Sara, masih berjalan, bicara dengan tangannya. "Aku tak tahan menunggu seperti
ini, Sumpah, aku berharap eksekusi itu dilaksanakan malam ini." Ia mendadak
gelisah dan kesal, suaranya lebih keras. Adam meletakkan korannya. "Kita akan
menang, Sam. Percayalah padaku." "Menang apa.'" bentaknya marah. "Memenang-kan
penangguhan hukuman mati" Hebat! Keuntungan apa yang kita dapatkan" Enam bulan"
Setahun" Tahukah kau apa arti hal itu" Itu berarti suatu hari kelak kita harus
melakukan hal ini lagi: Aku harus menjalani seluruh ritual terkutuk ini lagi -
menghitung hari, kurang tidur, merencanakan strategi terakhir, mendengarkan
Nugent dan orang-orang goblok lain, bicara dengan psikiater, berbisik pada
pendeta, pantatku ditepuk-tepuk dan digiring ke kurungan ini, sebab aku
istimewa." Ia berhenti ji depan Adam dan memandang tajam padanya. Wajahnya
gusar, matanya basah dan pahit "Aku muak dengan semua ini, Adam! Dengarkan aku!
Ini lebih burak daripada mati." "Kita tak bisa menyerah, Sam." "Kita" Siapakah
kita" Leherkulah yang jadi taruhan, bukan lehermu. Kalau aku mendapat
penangguhan, kau akan kembali ke kantormu yang indah di Chicago dan meneruskan
hidupmu. Kau akan jadi pahlawan, sebab kau menyelamatkan klienmu. Fotomu akan
terpampang dalam Lawyer's Quarterly, atau entah majalah apa yang kalian pea.
Bintang muda cemerlang yang telah menaklukkan banyak orang di Mississippi.
Menyelamatkan kakeknya anggota Klan celaka. Klienmu, se-f baliknya, akan
digiring kembali ke sangkarnya yang sempit, tempat dia kembali menghitung hari."
Sam melemparkan puntung rokok ke lantai dan meraih pundak Adam. "Lihatlah aku,
Nak. Aku tak bisa mengalami ini lagi. Aku ingin kau menghentikan segalanya.
Batalkan. Teleponlah pengadilan dan katakan pada mereka bahwa kita mencabut
semua petisi dan dalih. Aku sudah tua. Biarkan aku mati dengan bermartabat."
Tangannya gemetar. Napasnya memburu. Adam .mengamati matanya yang biru
cemerlang, dike- , lilingi kerut-merat gelap, dan melihat secercah air mata
meluncur di satu sudut jatuh perlahan-lahan ke pipi, lalu menghilang dalam
jenggotnya yang kelabu. Untuk pertama kali Adam bisa mejicjW. kakeknya. Aroma
nikotin yang kuat berca keringat kering menimbulkan bau yang ' nyenangkan. Tapi
bau itu tidak memuakkan, J"*' ti bau yang dipancarkan orang yang biasa makai
banyak sabun dan air panas, AC, dan doran. Setelah tarikan napas kedua, bau jni
" ^ * anja sekali tidak mengganggu Adam. "Aku tak ingin kau mati, Sams" Sam
meremas pundaknya lebih keras. "Meng^ tidak?" ia mendesak. "Sebab aku baru saja
menemukanmu. Kau h kekku." Sam menatap sedetik lebih lama, lalu mengej. dux. la
melepaskan Adam dan mundur selangkah "Aku menyesal kau menemukanku dalam keadaan
seperti ini," katanya sambil menyeka mata. "Tak perlu minta maaf." Tapi aku
harus melakukannya. Aku menyesal tidak menjadi kakek yang lebih baik. Lihatlah
aku," katanya, memandang ke kaki. "Laki-laki celaka dalam baja monyet merah.
Pembunuh yang akan digas bagaikan binatang. Dan lihatlah dirimu, Laki-laki muda
tampan dengan pendidikan bail dan masa depan cemerlang. Di manakah aku keliru"
Apa yang terjadi padaku" Kuhabiskan hidu ku untuk membenci orang lain, dan lihat
apa yai harus kuterima. Kau, kau tidak membenci siap jpun. Dan lihatlah ke mana
kau menuju. Kita P nya darah yang sama. Mengapa aku ada di sini" sm perlahan-
lahan duduk di kursi, tapi sikunya bertumpu pada lutut, matanya terpejam. Lama
tak -alu pun bergerak atau bicara. Sekali-sekali terdengar suara penjaga di
gang, tapi mangan itu sunyi. "Kau tahu, Adam, aku lebih suka tidak mati dengan
cara mengerikan seperti ini," kata Sam parau dengan tinju menempel di pelipis,
masih memandang kosong ke lantai. "Tapi kematian ini sendiri tidak
mengkhawatirkanku lagi sekarang. Sudah lama aku tahu akan mati di sini, dan
ketakutanku yang terbesar adalah mati tanpa ada orang yang peduli. Bayangan itu
mengerikan, kau tahu. Mati dan tak seorang pun peduli. Tak seorang pun menangis
atau bersedih, berdukacita sepantasnya di pemakaman. Aku pernah bermimpi
melihat'mayatku dalam peti mati kayu murahan, tergeletak di rumah jenazah di
Clanton, dan tak seorang pun berada dalam mangan itu bersamaku. Bahkan Donnie
pun tidak. Dalam mimpi yang sama, sang pendeta terkekeh selama upacara
pemakaman, karena yang hadir cuma kami berdua, sendirian dalam kapel, berderet-
deret bangku dalam keadaan kosong. Tapi sekarang berbeda. Aku tahu ada orang
yang peduli padaku. Aku tahu kau akan sedih saat aku mati, sebab kau peduli. Dan
aku tahu kau akan berada di sana saat aku dikuburkan, untuk memastikan pemakaman
itu dilaksanakan dengan benar. Aku benar-benar siap pergi sekarang, Adam. Aku
siap." "Baiklah, Sam, aku menghormati itu. Dan aku janji akan berada di sini
sampai akhir yang ^ I Aku akan berdukacita dan berkabung, dan selaju |
[ semuanya selesai, aku akan memastikan kau 4' kuburkan dengan pantas. Tak
seorang pun ^ mempermainkanmu, Sam, selama aku ada di sinj Tapi kuharap kau
melihatnya dari sudut pandang. I ku. Aku harus mengusahakan yang terbaik, sebab
I aku muda dan masih punya sisa hidup. Jangan i membuatku menyesal karena tidak
berusaha lebih baik. Itu tidak adil bagiku." Sam melipat tangan di depan dada
dan memandang Adam. Wajahnya yang pucat tampak tenang, j matanya masih basah.
"Begini saja," katanya, 'j suaranya masih rendah dan pedih. "Aku siap pergi.
Akan kuhabiskan besok dan hari Selasa untuk mengurus persiapan terakhir.
Kuasumsikan ini akan terjadi Selasa tengah malam, dan aku akan siap; Kau,
sebaliknya, mainkanlah peranmu. Kalau kau bisa memenangkannya, bagus untukmu.
Kalau kau kalah, aku siap menghadapi nasib." "Jadi, kau akan bekerja sama?"
"Tidak. Tak ada sidang pemberian pengampunan. Tak ada lagi petisi atau dalih
lain. Sudah cukup banyak sampah yang kaubuat berkeliaran di luar sana untuk
menyibukkan dirimu. Dua dalil masih belum diputuskan. Aku takkan menanda tangani
petisi lain lagi." Sam berdiri, lututnya berkeretak dan goyah. 1 berjalan ke
pintu dan bersandar di sana. "Baga 828 mana dengan Lee?" ia bertanya lembut
sambil mengambil rokok. "Dia masih berada di lembaga rehabilitasi* Adam
berbohong. Ia tergoda untuk mengungkapkan urusan sebenarnya. Rasanya kekanak-
kanakan berbohong kepada Sam pada saat-saat terakhir hidupnya, namun Adam masih
menaruh harapan besar bahwa Lee akan ditemukan sebelum hari Selasa. "Kau ingin
menemuinya?" "Kurasa begitu. Bisakah dia keluar?" "Mungkin sulit, tapi akan
kucoba. Keadaannya lebih parah dari yang semula kuduga." "Dia pecandu alkohol?"
"Ya." "Cuma itu" Tidak kecanduan obat bius?" "Cuma alkohol. Dia bercerita padaku
bahwa dia sudah bertahun-tahun mengalami masalah ini. Lembaga rehabilitasi bukan
sesuatu yang baru:" "Diberkatilah hatinya. Anak-anakku tak punya kesempatan."
"Dia orang baik. Dia mengalami banyak kesulitan dalam perkawinannya. Putranya
meninggalkan rumah dalam usia muda dan tak pernah I kembali." "Walt, benar?"
"Benar," jawab Adam. Sungguh gerombolan orang patah hati yang malang. Sam bahkan
tidak i yakin nama cucunya. "Berapa umurnya?" "Aku tak tahu pasti. Mungkin
hampir seumurku." g|^^ 829 _ "Apakah dia tahu tentang diriku?" "Entahlah. Dia
sudah bertahun-tahun mem>| lang. Tinggal di Amsterdam." Sam mengambil sebuah
cangkir dari meja da mengisinya dengan kopi dingin. "Bagaimana de ngan Carmen?"
tanyanya. Secara naluriah Adam melirik jam tangan. Tig jam lagi aku akan
menjemputnya di bandara Memphis. Dia akan ke sini besok pagi." "Aku jadi
ketakutan setengah mati." Tenang, Sam. Dia orang yang hebat. Dia cerdas,
ambisius, cantik, dan aku sudah menceritakan segalanya tentang dirimu." "Mengapa
kau melakukan itu?" "Sebab dia ingin tahu." "Bocah malang. Apakah kauceritakan
padanya bagaimana tampangku?" "Jangan khawatir tentang itu, Sam. Dia tak peduli
bagaimana tampangmu." "Apakah kaukatakan padanya aku bukan monster buas?"
"Kuceritakan padanya kau orang yang mania, baik hari, dengan anting-anting, ekor
kuda, per-gelangan tangan lemah, dan dengan sepatu mandi karet lucu ini kau
tampak meluncur." "Gombal!'' "Dan kau tampaknya tokoh favorit di kalangan orang-
orang penjara ink.0 "Kau bohong! Kau tidak menceritakan semua itu kepadanya!"
Sam tersenyum lebar, tapi separo 830 serius; keprihatinannya menggelikan. Adam
tertawa, agak terlalu panjang dan keras, tapi humor itu bisa diterima. Mereka
berdua terkekeh dan mencoba sebaik mungkin kelihatan benar-benar geli oleh
lelucon itu. Mereka mencoba merentangnya lebih panjang, tapi dengan cepat
suasana ringan itu lewat dan suasana berat mengendap. Dengan se~, gera mereka
duduk di tepi meja, berdampingan, kaki pada kursi yang terpisah, menatap lantai,
sementara awan tebal asap tembakau mendidih di atas mereka dalam udara yang tak
bergerak. Begitu banyak yang ingin dibicarakan, tapi begitu sedikit yang
terucap. Teori-teori dan manuver hukum sudah mati. Mereka sudah membahas
tentang keluarga sejauh keberanian mereka. Cuaca hanya bisa diterka tak lebih
dari lima menit mendatang. Dan kedua laki-laki itu tahu mereka akan melewatkan
sebagian besar dari dua setengah hari mendatang bersama-sama. Masalah-masalah
serius bisa menunggu. Pokok pembicaraan yang tak menyenangkan bisa disisihkan
sedikit lebih lama. Dua kali Adam melirik jam tangan dan mengatakan sebaiknya ia
pergi, dan dua kali pula Sam mendesaknya agar tinggal. Sebab begitu Adam
berlalu, mereka akan datang menjemputnya dan membawanya kembali ke sel, sangkar
kecilnya tempat temperatur mencapai lebih dari 38 derajat. Tinggallah, ia
memohon. Larut malam itu, beberapa saat setelah tengah ma831 lama setelah Adam
menceritakan k tpntino T m Han ma^aUL____ ada Cjf Lettner lam. men tentang Lee
dan masalahnya, dan Walt, tentang McAllister dan Wyn serta teori tentang adanya
asisten, berjam-telah mereka menghabiskan pizza dan bicara1 * tang ibu. ayah,
kakek, dan seluruh keluar? fen~ =a yang saat mereka menyedihkan itu, Adam
mengatakan bahwt yang takkan pernah ia lupakan adalah saat berdua duduk di meja,
melewatkan waktu dalam keheningan, seolah-olah jam yang tak terlihat berdetak,
dengan Sam membelai lututnya. Sepertinya ia harus menyentuhku dengan cara yang
penuh kasih sayang, katanya kepada Carmen, seperti kakek yang baik menyentuh
cucu kecil yang ia cintai Carmen sudah mendengar cukup banyak untuk semalam.
Empat jam ia berada di teras, tersiksa hawa lengas dan menyerap kisah lisan
sejarah ayahnya yang menyedihkan. Namun Adam sangat hati-hati. fa mendaki
puncak-puncak dan melewatkan jurang-jurang yang menyedihkan - tak disebutnya
tentang Joe Lincoln atau pembunuhan sewenang-wenang atau gambaran tentang
kejahatan lain. Ia melukiskan Sam sebagai orang keras yang melakukan kesalahan
mengerikan dan sekarang dibebani penyesalan. Ia bermain-main dengan gagasan
memperlihatkan video pengadilan Sam kepada adiknya, tapi akhirnya memutuskan
tidak melakukannya. Itu akan dilakukannya kelak. Carmen cuma bisa menerima
sebanyak itu dalam semalam. Kadang-kadang ia sendiri tak berbagai hal yang ia
dengar -akhir ini. Kejam memukul a itu dalam semalam. Ia sa-SC a Mereka punya
waktu berdua "#" dengan EMPAT PULUH LIMA Senin, 6 Agustus, pukul 06.00. Empat
puluh du; jam tersisa. Adam memasuki kantornya dan mengunci pintu. Ia menunggu sampai pukul 07,00, lalu menelepon
kantor Slattery di Jackson. Tak ada jawaban, tentu saja, namun ia berharap akan
ada pesan rekaman yang mengarahkannya ke nomor lain yang mungkin mengarahkannya
pada seseorang yang bisa mengatakan sesuatu kepadanya. Slattery masih membiarkan
saja klaim inkompetensi mental itu; mengabaikannya seolah-olah itu cuma gugatan
kecil lain. Ia menelepon penerangan dan mendapatkan nomor rumah F. Flynn
Slattery, tapi memutuskan j tidak mengganggunya. Ia bisa menunggu sampai j pukul
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
09J0O. Adam tidur kurang dari tiga jam. Jantungnya j berdenyut-denyut keras,
adrenalinnya terpompa, j Kliennya sekarang hanya punya- waktu 42 jam, j dan
sialan, Slattery harus memutuskan, apa jM I teputusan itu. Tidak adil berlama-
lama dengan petisi itu, sementara ia bisa bergegas ke pengadilan lain dengannya.
Telepon berdering dan ia melonjak meraihnya. Death Clerk dari Pengadilan Fifth
Circuit me-ogabarinya bahwa pengadilan itu menolak dalih Sam tentang bantuan
hukum yang tidak efektif. Menurut pendapat pengadilan, klaim tersebut secara
prosedural tidak sah. Seharusnya sudah diajukan bertahun-tahun yang lalu.
Pengadilan tidak menerima kesahihan persoalan itu. "Kalau begitu, mengapa
pengadilan membiarkannya selama seminggu?" desak Adam. "Mereka bisa mengambil
keputusan remeh ini sepuluh hari yang lalu." Aku akan mengirimkan copy-nya
dengan fax sekarang," kata si panitera. "Terima kasih. Maaf, oke?" Tetaplah
berhubungan, Mr. Hall. Kami akan ada di sini menunggu Anda." Adam menutup
telepon dan beranjak mengambil kopi. Darlene tiba pagi-pagi pukul 07.30 dalam
keadaan letih dan kumal. Ia membawa fax dari Pengadilan Fifth Circuit,
bersamaJcue bagel raisin. Adam memintanya mengirimkan permohonan peninjauan atas
klaim ketidakefeJmfan ke Mahkamah Agung AS dengan fax. Itu sudah dipersiapkan
selama tiga hari, dan Mr. Olander di Washington mengatakan pada Darlene bahwa
Mahkamah sudah memeriksanya. 835 N Darlene kemudian membawakan dua aspirin dan
segelas air. Kepala Adam serasa pecah ketika ia mengemasi hampir semua berkas
Cayhall ke da- ] lam koper besar dan kardus. Ia memberi Darlene sebuah daftar
instruksi. Kemudian ia meninggalkan kantor cabang Kravitz & Bane di Memphis, dan
takkan pernah kembali. * Kolonel Nugent menunggu tak sabar agar pintu tier
terbuka, lalu menyerbu ke dalam gang dengan delapan belas anggota regu eksekusi
pilihan di belakangnya. Mereka menyerbu ke dalam ketenangan Tier A dengan segala
kecanggihan regu tentara Gestapo - delapan laki-laki bertubuh besar, separo
berseragam, separo berpakaian preman, mengikuti jago kecil yang melangkah tegap
di depan. Ia berhenti di sel enam, tempat Sam sedang berbaring di ranjang, sibuk
dengan urusannya sendiri. Narapidana-narapidana lainnya langsung menyaksikan dan
mendengarkan, tangan mereka tergantung di antara jeruji. "Sam, sudah saatnya
pindah ke Sel Observasi," kata Nugent, seolah-olah benar-benar khawatir dengan
urusan ini. Anak buahnya memagari dinding di belakangnya, di bawah deretan
jendela. " Sam perlahan-lahan menyeret tubuh dari ranjang dan berjalan ke
jeruji. Ia menatap tajam pada Nugent dan bertanya, "Mengapa?" "Sebab aku
mengatakannya demikian." -Tapi mengapa memindahkan aku delapan pinta dalam tier
ini" Apa tujuannya?" "Ini prosedur, Sam. Ada di buku." "jadi, kau tak punya
alasan yang bagus, kan?" "Aku tak membutuhkannya. Berbahklah." Sam berjalan ke
wastafel dan menyikat gigi lama-lama. Lalu ia berdiri di atas toilet dan kencing
dengan tangan pada pinggul. Lalu ia cuci tangan, sementara Nugent dan anak
buahnya mengawasi dan menggerutu. Kemudian ia menyalakan sebatang rokok,
menyelipkannya di antara gigi. menggeser tangan ke punggung, dan meng-ulurkannya
ke lubang pada pintu. Nugent mengikatkan borgol pada pergelangan tangan dan
mengangguk ke ujung tier agar pinta dibuka. Sam melangkah ke tier. Ia mengangguk
kepada J.B. GuUit yang mengawasi dengan ngeri, siap menangis. Ia mengedipkan
mata pada Hank Henshaw. Nugent memegang lengannya dan menuntunnya ke ujung gang,
melewati GuUit, Loyd Eaton, Stock Turner, Harry Ross Scott, Buddy Lee Harris,
dan - akhirnya - melewati Preacher Boy yang saat itu sedang berbaring di ranjang,
telungkup sambil menangis. Tier itu sampai pada dinding jeruji besi sama dengan
jeruji di depan sel, dan di tengah dinding itu ada pintu yang berat. Di sisi
seberangnya ada kelompok lain anak buah Nugent, semuanya mengawasi tanpa suara
dan menikmati setiap saat Di belakang mereka ada lorong pendek dan sempit menuju
Ruang Isolasi. Dan kemudian ke Kamar Gas. Sam dipindahkan sejauh empat belas
setengah meter lebih dekat ke maut. Ia bersandar pada dinding, mengepulkan
rokok, mengawasi dengan tenang membisu. Tak ada apa pun yang pribadi di sini,
cuma bagian dari kegiatan mtin. Nugent berjalan kembali ke sel enam dan
menyalakkan perintah. Empat penjaga memasuki sel Sam dan mulai mengemasi barang-
barangnya. Buku-buku, mesin tik, kipas angin, televisi, keperluan mandi,
pakaian. Mereka memegangnya seolah-olah barang-barang itu beracun dan membawanya
ke Sel Observasi. Kasur dan ranjangnya digulung dan dipindahkan oleh seorang
penjaga kekar berpakaian preman yang tak sengaja menginjak ujung seprai dan
merobekkannya. Para narapidana menyaksikan kesibukan mendadak itu dengan
perasaan ingin tahu bercampur sedih. Sel-sel sempit mereka seperti lapisan kulit
tambahan, dan melihat salah satu sel itu diperlakukan semena-mena tanpa belas
kasihan, terasa menyakitkan. Itu bisa terjadi pada mereka. Realita eksekusi
menerpa; mereka bisa mendengarnya pada suara sepatu lars berat yang hilir-mudik
di tier, dan suara-suara regu eksekusi yang tegas tapi teredam. Suara pintu
dibanting di kejauhan tentu takkan diperhatikan seminggu yang lalu. Sekarang
suara itu jadi kejutan yang mengenyakkan dan menggetarkan saraf. Petugas-petugas
itu mondar-mandir dengan ba-lang-barang Sam sampai sel enam kosong. Pekerjaan fa
berlangsung cepat. Mereka mengatur barang-barang di rumah barunya tanpa banyak
peduli. Tak seorang pun di antara delapan orang itu bekerja di The Row. Nugent
membaca pada suatti bagian catatan Naifeh yang berantakan bahwa anggota regu
eksekusi haruslah orang-orang yang sama sekali tak dikenal sang narapidana
Mereka barus diambil dari kamp lain. Tiga puluh satu petugas dan penjaga secara
sukarela mengajukan diri untuk tugas ini. Nugent hanya memilih yang terbaik.
"Semua sudah masuk?" ia bertanya keras pada salah satu orangnya. "Ya, Sir."
"Baik. Semua ini untukmu, Sam." "Oh, terima kasih, Sir," kata Sam mencemooh
ketika memasuki sel itu. Nugent mengangguk ke ujung gang, dan pintu tertutup. Ia
melangkah ke depan dan mencengkeram jeruji dengan dua belah tangan. "Sekarang,
dengarkan, Sam," katanya muram. Sam menyandarkan punggung pada dinding,
memalingkan wajah dari Nugent. "Kami akan berada di sini kalau kau butuh
sesuatu, oke" Kami memindahkanmu ke-ujung sini agar kami bisa i mengawasimu
lebih baik. Oke" Adakah yang bisa kulakukan untukmu?" 839 Sam terus berpaling,
sama sekali tak meng-hiraukannya. "Baik." Ia mundur dan memandang anak buah-nya.
"Mari kita pergi." katanya kepada mereka. Pintu tier terbuka tak sampai tiga
meter dari Sam, dan regu eksekusi itu berbaris keluar. Sam menunggu. Nugent
memandang gang itu dari ujung ke ujung, lalu melangkah keluar dari tier. "Hei,
Nugent!" Sam mendadak berseru. "Bagaimana kalau kau melepaskan borgol ini!"
Nugent diam membeku dan regu eksekusi itu berhenti. "Kau keledai tolol!" Sam
berteriak lagi, semen-tara Nugent terburu-buru mundur, mencari-cari kunci,
meneriakkan perintah. Suara tawa meledak di sepanjang tier, suara terbahak-bahak
dan siulan riuh. "Kau tak bisa meninggalkanku dengan tangan terborgol!" Sam
berteriak ke gang. Nugent ada di pintu Sam, mengenakkan gigi, mengumpat,
akhirnya mendapatkan kunci yang tepat. "Berbalik," perintahnya. "Kau haram jadah
goblok!" Sam berteriak di antara jeruji, langsung ke wajah merah sang Kolonel
yang hanya terpisah kurang dari satu meter. Suara tertawa menderu lebih keras
lagi. "Dan kau yang bertanggung jawab atas eksekusiku!" kata Sam marah, cukup
keras untuk di dengar yang lain. "Kau mungkin akan mengega diri sendui!" -Tak
usah macam-macam," kata Nugent pendek. "Sekarang berbalikiah" Seseorang, entah
Hank Henshaw atau Harry loss Scott, berteriak keras, "Barney Fife!" dan seketika
seman itu bergema di sepanjang tier. "Barney Fife! Barney Fife! Barney Fife!"
"Diam!" Nugent balas berteriak. "Barney Fife! Barney Fife!" "Diam!" Sam akhirnya
berbalik dan mengulurkan tangannya agar Nugent bisa mencapainya. Borgol
dilepaskan dan sang Kolonel bergegas menerobos melewati pintu tier. "Barney
Fife! Barney Fife! Barney Fife!" mereka bernyanyi dengan paduan sempurna sampai
pintu berdentang menutup dan lorong itu kosong kembali. Suara mereka seketika
berhenti dan suara tertawa lenyap. Perlahan-lahan tangan mereka menghilang dari
jeruji. Sam berdiri menghadap gang, menatap tajam dua penjaga yang sedang
mengawasinya dari seberang pintu tier, la menghabiskan beberapa menit untuk
mengatur tempat itu - menancapkan kabel . kipas angin dan televisi, menyusun buku-
buku dengan rapi, seolah-olah akan dipakai, memeriksa apakah toiletnya bisa
diguyur dan airnya mengalir, la duduk di ranjang dan memeriksa seprai yang k
10selnya yang keempat di The Row dan tak disangsikan lagi merupakan sel yang
pahng smg841 kat ditempatinya, la mengenang kembali doa " pertama, terutama yang
kedua, di Tier B, temp,, sahabat dekatnya. Buster Moac, tinggal di sebelah Suatu
hari mereka mengambil Buster dan mem. bawanya ke sini, ke Sel Observasi; mereka
meng. awasinya 24 jam sehan agar ia tidak bunuh din. Sam menangis ketika mereka
menjemput Buster. Pada akhirnya setiap narapidana yang berhasil hidup sejauh ini
juga akan sampai pada perhentian berikutnya. Lalu pada perhentian terakhir.
Gamer Goodman adalah tamu pertama hari itu di dalam serambi mewah kantor
Gubernur. Ia menandatangani buku ramu.
berbincang-bincang ramah dengan si resepsionis cantik, dan cuma ingin tahu
apakah Gubernur bisa ditemui Resepsionis hendak mengatakan sesuatu ketika
telepon berdering pada switchboard. Ia menekan tomboi, meringis, mendengarkan,
mengernyit pada Goodman yang me-malingkan wajah, lalu mengucapkan terima kasih \
kepada si penelepon. "Orang-orang ini," ia mengeluh. "Maaf," kata Goodman seolah
tidak tahu-menahu "Ya, kasut mi sangat emosional. Rasanya seakan-akan sebagian
besar masyarakat di situ mendukung hukuman mati." "Tidak untuk yang ini,"
katanya, mencatat telepon itu pada sehelai formulir merah muda. "Hampa semua
telepon ini menentang eksekusinya.' -Benarkah" Sungguh suatu kejutan." -Akan
saya beritahu Miss Stark bahwa Anda ada di sini." Terima kasih." Goodman duduk
di tempat biasa dalam serambi itu. la kembali melihat-lihat koran pagi. Pada
hari Sabtu, harian di Tupelo melakukan kesalahan dengan mulai melakukan survei
telepon untuk menyaring opini masyarakat terhadap eksekusi Cayhall. Sebuah nomor
telepon toll-free dicantumkan pada halaman depan bersama dengan instruksinya,
dan - tentu saja - Goodman dan tim analis pasarnya membombardir nomor itu sepanjang
akhir pekan. Edisi hari Senin memuat hasilnya untuk pertama kali, dan angka itu
sungguh mencengangkan. Di antara 320 telepon masuk, 302 menentang eksekusi
tersebut Goodman tersenyum sendiri ketika membaca surat kabar itu. Tidak terlalu
jauh dari sana, sang Gubernur duduk di depan meja panjang di kantornya memeriksa
surat kabar yang sama. Wajahnya prihatin. Matanya sedih dan khawatir. Mona Stark
melintasi lantai marmer dengan secangkir kopi. "Gamer Goodman ada di sini.
Menunggu di serambi." "Biarkan dia menunggu." "Hotline kita sudah kebanjiran."
McAllister dengan tenang melihat jam tangan. Pukul 08.49. Ia menggosok dagu
dengan buku jari. Dari pukul 13.00 hari Sabtu sampai pukul 20.00 hari Minggu,
orang-orang pembuat pol sudah menefcpon ktnh dm dm rum warga Mmttw Tu;uh pu/uft
(Jtr/jpjn pmen rmndtokong mati. dan itu Kit an ha/ ysuvg mengejoifcn \ num. dari
sampc/ jwf -u ma. 31 persen jrjjj. Mh" Sum CayfcaJI ndak d"rfc.seJt0sj Alasan mereka bcr* ir: isi SeMgian hesar hrnw dapat M MrinJu Mi
untuk rnenghadapi W % KetahjtMwna ddukukmn 23 ranon ywm lab. Mj crnrratii vane
berbeda Jan generasi viarjnf Up gajfa Mt MM M> afn a*M MM * PkfCMmjtf pofit? Hm.
m oam" kulit putih, dan McAfee* MM WMJ WMf mttfumpmi MdM M ill M"j MtMT M HMI
pCMMJ. MsdaM " M MT Mrt ke"erunjha?? aemfcihnya 41 f f^M rnrnrnfanf e**efcus. -/aft hirru* den g An
vrnbtkM put mrnentjtng t/kmkmmfu Dan "JtJf kniMi >i' * kan MttSth ada tag*
Kantor kenfnr ree uh merofrinjirnv i trlepon uru opmftr MM eel ggu Snai i fj
pencil nj' nrarlcp" uduk mcngi Gubernur sudah Irtih [Mv'.t tnik.ii.ms.i kepad "Ya.
pertemuan dengd "Batalkan Sampaikan wal ulangkan Aku tid int Sebaiknya aku
tingg. Ada acara pukul ^puluh Mana tanpa melihatnya -kelompok Pramuka"
permintaan maafku. J.ul berselera dipotret pagi di miii Maka siang?" " r Anda
diharapkan membahas gugatan terhadap im ? " i utmcrMtas." 'Aku lak tahan dengan
Prcssgrove. Batalkan, lan pesankan ayam Dan. sesudah kupikir pikir. Goodman
masuk.* MiHia Stari herialan ke pintu, menghilang ?" jeaak. dan kembali be nama
Garner Goodman McAllister ?edang herdiri di depan tendela. menatap gedung gedung
di pusat kota b hrrbalik dan mclortlarkan vnvum letih "Selamat pagi. Mr. Goodman
Mereka her diaman "lan duduk Minggu sore. Goodman mengirimkan k r nadi lanamore
aurat permohonan untuk membatalkan sulang pembenM pengampunan, sesuai dengan
keinginan keras klien mereka "Masih tidak menghendaki sidang, huh?" kata Oubemur
dengan satu lagi senyum letih. "Klien kami hilang tidak. Dia lak punya apa-af |
agi untuk ditampahkan Kami sudah mencoba segalanya.* MM mengangsurkan secangkir
kon iam kepada CJoodman .i .t|>ti a uh u hi"Dia keras kepala. Selalu demikian,
saya ras? mana petisi-petisinya sekarang?" kata McA/j-begitu tulus. "Diproses
sesuai yang diharapkan." "Anda sudah pernah mengalami hal seperti jjj Mr.
Goodman. Saya belum. Bagaimana prakira^ Anda, menilik keadaan sekarang?" Goodman
mengaduk kopi dan merenungi^ pertanyaan itu. Tak ada ruginya bertenis teran?
kepada Gubernur. Pada titik ini tak ada kerugian apa pun. "Saya salah satu
pengacaranya, jadi cenderung optimis. Bisa saya katakan peluangnya tujuh puluh
persen ini akan terjadi.'' Gubernur merenungkan kata-kata ini sejenak. Ia nyaris
bisa mendengar telepon berdering dari balik \ dinding. Bahkan orang-orangnya
sendiri jadi resah dan tak pasti. "Tahukah Anda apa yang'Saya inginkan, Mr.
Goodman"* tanyanya sungguh-sungguh. Yeah, kau ingin telepon-telepon terkutuk itu
berhenti berdering, pikir Goodman pada diri sendiri. "Apa?" "Saya benar-benar
ingin bicara dengan Adam Hall. Di mana dia?" "Mungkin di Parchman. Saya bicara
dengannya i satu jam yang lalu." "Bisakah dia datang ke sini hati ini?" "Ya,
bahkan sebenarnya dia merencanakan kc j Jackson sore ini." "Bagus. Saya akan
menunggunya," 846 Goodman menahan senyum. Mungkin sudah ada lubang yang pecah
pada bendungan. Namun anehnya tanda-tanda pertama kemungkinan pemberian
pengampunan itu muncul pada front yang berbeda dan tak terduga. Enam blok dari
gedung pengadilan federal, Breck Jefferson memasuki kantor bosnya, Hakim F.
Flynn Slattery, yang sedang bicara di telepon dan agak jengkel terhadap seorang
pengacara. Breck memegang petisi tebal berisi permohonan peninjauan kembali
keputusan pengadilan yang lebih rendah, dan sebuah buku yang penuh dengan
catatan. "Ya?" Slattery menyalak sambil membanting telepon. "Kita perlu bicara
tentang Cayhall," kata Breck muram. "Anda tahu kita sedang menangani petisinya
yang menyatakan inkompetensi mental." "Mari kita tolak dan keluarkan dari sini.
Aku terlalu sibuk mengurusinya. Biarkan Cayhall membawanya ke Pengadilan Fifth
Circuit. Aku tak ingin benda terkutuk itu berada di sini." Breck tampak
tertekan, dan ucapannya keluar lebih lamban. Tapi ada sesuatu yang perlu Anda
libat." "Ah, sudahlah, Breck. Apakah itu?" "Dia mungkin mengajukan klaim yang
sahih." Wajah Slattery turun dan pundaknya merosot. "Sudahlah. Apa kau bercanda"
Apa itu" Kita akan menghadapi sidang tiga puluh menit lagj ^ dewan juri yang
sedang menunggu di luar sana,Breck Jefferson dulu mahasiswa nomor dua "j
kelasnya, di Sekolah Hukum Emory. Slatt^ diam-diam mempercayainya. "Mereka
menyatakan Sam tidak memiliki kompetensi mental untuk menghadapi eksekusi,
sesuai dengan satu undang, undang Mississippi yang bisa ditafsirkan luas."
"Setiap orang tahu dia gila." "Mereka punya ahli yang bersedia memberikan
kesaksian. Kita tak bisa mengabaikan itu." "Aku tidak percaya ini." 'Sebaiknya.
Anda melihatnya.'' Pak Hakim memijat kening dengan ujung jari. "Duduklah. Coba
kulihat." "Cuma beberapa mil lagi," kata Adam ketika m j la/u kencang menuju
penjara. "Bagaimana keada- I an mu?" Carmen tak banyak bicara sejak mereka we- I
ntnggalkan Memphia. Perjalanan pertamanya ke t Mississippi dihabiskan untuk
menyaksikan luasnya j daerah Delta, mengagumi bermil-mil tanaman ka- j pas dan
kacang yang tumbuh lebat, menyaksikan I mesin pemetik menggelinding di ladang-
ladang itu I dengan penuh kekaguman, menggelengkan kepali f menyaksikan
gerombolan gubuk miskin, "Aku ge- j lisah," ia mengaku, bukan untuk pertama
kalinya. I Mereka bicara singkat tentang Berkeley dan Chi- J cago serta apa yang
akan mungkin terjadi hun-tahun mendatang. Mereka tidak bicara apa pun tentang
ibu atau ayah mereka. Demikian pula Sam dan keluarganya tidak disinggung. "Dia
pun cemas." "Rasanya aneh, Adam. Melaju di jalan raya di daerah liar ini,
bergegas untuk menjumpai kakek yang akan dieksekusi." Adam membelai lutut
adiknya dengan kuat. "Kau mengambil tindakan yang benar." Carmen memakai celana
khaki oversize, sepatu hiking, dan kemeja denim merah yang sudah pudar. Benar-
benar seperti mahasiswi pascasarjana di bidang psikologi.' "Itu dia." Adam
mendadak menunjuk ke depan. Di kedua sisi jalan raya, mobil-mobil diparkir
dengan bumper berhadapan. Lalu lintas berjalan lambat, sementara orang-orang
berjalan ke arah penjara. "Apakah semua ini?" tanya Carmen. "Ini sirkus." Mereka
melewati tiga anggota Klan yang sedang berjalan di tepi trotoar. Carmen menatap
mereka, lalu menggelengkan kepala tercengang. Mereka beringsut ke depan, melaju
sedikit lebih cepat daripada orang-orang yang bergegas menghadiri demonstrasi.
Di tengah jalan raya di depan pintu masuk, dua polisi negara bagian mengarah-kan
lalu lintas. Mereka memberi tanda kepada Adam agar berbelok ke kanan, dan Adam
men urun.-Seorang penjaga Parchman menung suaru bidang di dekat selokan dangkal.
Mereka bergandengan tangan dan berjalan t gerbang depan, berhenti sejenak untuk
melihat ^ tuhan orang Klan berjubah yang bSk-mudfc . depan penjara. Pidato
berapi-api disiarkan den^ megafon yang setiap beberapa detik tidak ^ /ungsi
dengan benar. Satu kelompok berset&g^ cokelat berdiri dengan pundak saling
merapat, n^. megang poster, dan menghadap ke jalan raya. Tat kurang dari lima
van televisi diparkir di seberang jalan raya. Kamera ada di mana-mana. Sebuajj
helikopter peliput berita berputar-putar di atas. Di gerbang depan, Adam
memperkenalkan Car-men kepada teman barunya, Louise, penjaga yang mengurus izin
masuk. Ia cemas dan resah. Ada satu-dua perselisihan seru antara orang-orang
Klan, pers, dan penjaga. Segalanya gaduh saat itu, dan menurutnya bal itu takkan
membaik. Seorang penjaga berseragam mengawal merela ke mobil van penjara, dan
mereka bergegas meninggalkan gerbang depan. "Sungguh sulit dipercaya," kata
Carmen. "Makin buruk saja setiap hari. Tunggulah sam- j pai besok." j Mobil van
itu mengurangi kecepatan saat tot- f nyusuri jalan utama, di bawah naungan
pepohonan, j di depan rumah-rumah putih yang rapi itu. Carmen mengawasi
segalanya. "Ini tidak kelihatan
penjara," katanya. "Ini tanah pertanian. Tujuh belas ribu ekar. gawai penjara
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggal di rumah-rumah itu." "Bersama anak-anak," katanya sambil melihat sepeda
dan skuter yang bergeletakan di halaman depan. "Sungguh damai. Di mana
tahanannya?" "Tunggu saja." Van itu berbelok ke kiri. Lapisan batu habis dan
jalan tanah mulai. Tepat di depannya adalah The Row. "Kaulihat menara-menara di
sana?" Adam menunjuk. "Pagar dan kawat duri?" Carmen mengangguk. "Itulah Maximum
Security Unit Rumah Sam selama sembilan setengah tahun terakhir." jj "Di mana
kamar gasnya?" "Di dalam sana." Dua penjaga melihat ke dalam van, lalu memberi
tanda agar melewati gerbang ganda. Van itu berhenti dekat pintu depan, tempat
Packer sedang menunggu. Adam memperkenalkannya kepada Carmen, saat ini nyaris
tak bisa bicara. Mereka ^ berhenti di dalam; Packer menggeledah mereka dengan
lembut. Tiga penjaga lain mengawasi. "Sam sudah di dalam sana," kata Packer
sambil mengangguk ke kantor depan. "Masuklah." Adam menggandeng tangan adiknya
dan menggenggamnya dengan erat. Carmen mengangguk dan mereka berjalan ke pintu.
Adam membukanya. Sam sedang duduk di tepi meja, seperti biasa. Kakinya berayun-
ayun di bawah, ia tidak merokok. Udara dalam ruangan itu bersih dan sejuk. j.
melirik Adam, lalu memandang Carmen. Pacta . menutup pinto di belakang mereka.
Carmen melepaskan tangan Adam dan berjalan ke meja, memandang langsung ke mata
Sam, "Aku Carmen," katanya lembut. Sam turun dari meja. "Aku Sam, Carmen.
Kakekmu yang sesat." Ia menarik Carmen ke dekatnya dan mereka berpelukan. Adam
butuh satu-dua detik untuk menyadari Sam telah mencukur jenggotnya, rambutnya
lebih pendek dan tampak jauh lebih rapi. Pakaian terusannya dikancingkan sampai
ke leher, Sam memegang pundak Carmen dan mengamati wajahnya. "Kau secantik
ibumu," katanya parau. Matanya berkaca-kaca dan Carmen bergulat menahan air
mata. "Kau kelihatan hebat," katanya. "Jangan mulai berbohong, Carmen," kata
Adam, memecahkan kekakuan. "Dan mari berhenti menangis sebelum keadaan jadi tak
terkendali." "Duduklah," kata Sam kepadanya sambil menunjuk ke sebuah kursi. Ia
duduk di samping Carmen, memegang tangannya. "Urusan bisnis dulu, Sam," kata
Adam sambil bersandar pada meja. "Fifth Circuit baru saja me- i nolak permohonan
kita pagi ini. Jadi, kita lepas ke padang yang lebih hijau." "Kakakmu ini
sungguh pengacara yang hebat," , kata Sam pada Carmen. "Dia membawakan kabar
yang sama untukku setiap hari." Tentu saja, tak banyak yang bisa kukerjakan,"
leata Adam. "Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Sam. "Dia baik-baik saja." "Katakan
padanya aku menanyakannya. Aku mengingatnya sebagai orang yang baik." "Akan
kusampaikan." "Ada kabar dari Lee?" Sam bertanya pada Adam. Tidak. Apakah kau
ingin menemuinya?" "Kurasa begitu. Tapi kalau dia tak bisa datang, aku
mengerti." "Coba kulihat apa yang bisa kulakukan," kata Adam yakin. Dua
teleponnya kepada Phelps tak dijawab. Terus terang, saat ini ia tak punya waktu
untuk mencari Lee. Sam memiringkan tubuh lebih dekat pada Garmen. "Kata Adam
kau'belajar psikologi." "Benar. Aku mahasiswi pascasarjana di Cal Berkeley. Aku
akan..." Ketukan tajam pada pintu menyela percakapan itu. Adam membukanya
sedikit dan melihat wajah cemas Lucas Mann. "Permisi sebentar," katanya pada Sam
dan Carmen, lalu melangkah ke gang. -"Ada apa?" tanya Adam. "Garner Goodman
sedang mencarimu," kata Mann, nyaris berbisik. "Dia ingin kau langsung ke
Jackson." "Mengapa" Apa yang terjadi?" "Kelihatannya salah satu klaimmu 'e/ah
nai sasaran. '" ^ Jantung Adam berhenti. "Yang mana?" "Hakim Slaterry ingin
bicara tentan? 6 '"W petensi mental. Dia menjadwalkan sidai nS de, pendapat
pukul lima sore ini. Jangan kataK pun padaku, sebab aku mungkin akan jadi
sepihak negara Adam memejamkan mata dan dengan membenturkan kepala pada dinding.
Seribu pjfo^ bergulung liar dalam otaknya. "Pukul lima 50re ini. Slaterry9"
"Sulit dipercaya Dengar, kau perlu bergerai cepat " "Aku butuh telepon " "Ada
satu di dalam sana." kata Mann, mengangguk ke pintu di belakang Adam. "Dengar,
Adam, ini sama sekali bukan urusanku, tapi seandainya jadi kau. aku takkan
menceritakannya padu Sam. Ini masih berupa kemungkinan kecil, dan tak ada
gunanya membangkitkan harapannya. Seandainya kepufusan ada di tanganku, aku akan
we- I nunggu sampai sidang itu selesai." "Kau benar Terima kasih, Lucas."
"Kembali. Sampai jumpa di Jackson." Adam kembali ke ruangan; percakapan sudah I
melantur sampai pada kehidupan di Bay Ana. "Tak ada apa-apa." kata Adam sambil
mengernyit , dan berjalan tak acuh ke telepon, la tak meng hiraukan nomor.
percakapan tenang mereka saat menekan ?Gamer, mi Adam. Aku ada di sini bersama
Sam. Ada apa?" "Datanglah ke sini, Big Guy," Goodman berkata tenang. "Segalanya
bergerak." "Aku mendengarkan." Sam sedang menceritakan perjalanannya yang
pertama dan satu-satunya ke San Francisco berpuluh-puluh tahun yang lampau.
"Pertama, Gubernur ingin bicara pribadi denganmu. Tampaknya dia menderita. Kita
membuatnya jungkir balik dengan telepon-telepon itu, dan dia merasa kepanasan.
Yang lebih penting lagi, Slat-tery mempertimbangkan klaim inkompetensi mental
itu. Aku bicara dengannya tiga puluh menit yang lalu, dan dia sepenuhnya
kebingungan. Aku tidak membantu membereskan urusan. Dia ingin mengadakan sidang
pukul lima sore ini. Aku sudah bicara dengan Dr. Swinn. dan dia siap. Dia akan
mendarat di Jackson pukul setengah empat dan siap memberikan kesaksian." "Aku
segera berangkat," kata Adam dengan membelakangi Sam dan Carmen. "Temui aku di
kantor Gubernur." Adam meletakkan telepon. "Baru saja mengajukan dalih," ia
menerangkan kepada Sam, yang saat itu sama sekali tak peduli. "Aku harus ke
Jackson." ? "Mengapa terburu-buru" tanya Sam, bagaikan . "no vanc masih punya
waktu bertahun-tahun untuk hidup dan tak perlu melakukan pekerjaan pun. ^
"Terburu-buru" Apakah kau bilang terW buru" Sekarang pukul sepuluh, Sam, hari
Senj. Kita punya waktu 38 jam untuk menemukan ] jizat." "Takkan ada mukjizat,
Adam." Ia menoleh Carmen, masih memegang tangannya. "Jangan biarkan harapanmu
bangkit, Sayang." "Mungkin..." 'Tidak. Sekaranglah saatku, oke" Dan aku $a-ngat
siap. Aku tak ingin kau bersedih bila semua ini berakhir." "Kami harus pergi,
Sam," kata Adam, menyen-tuh pundaknya. "Aku akan kembali larut malam ini atau
besok pagi-pagi." Carmen membungkuk dan mencium pipi Sam, "Hatiku bersamamu,
Sam," bisiknya. Sam memeluknya sedetik, lalu berdiri di samping meja. "Hati-
hatilah, Nak. Belajarlah dengan giat. Dan jangan berpikir buruk tentang diriku,
oke" Aku ada di sini karena suatu alasan, Bukan salah siapa pun kecuali diriku.
Ada kehidupan yang lebih baik sedang menungguku di luar tempat ini." Carmen
berdiri dan memeluknya lagi. Ia menangis ketika mereka meninggalkan ruangan itu.
EMPAT PULUH ENAM Siang hari, Hakim Slattery telah tenggelam sepenuhnya dalam
kegentingan saat itu, dan meskipun berusaha keras menyembunyikannya, ia sangat
menikmati interval singkat di tengah badai tersebut. Pertama, ia membubarkan
juri dan pengacara dalam sidang perdata yang dipimpinnya dan sekarang ditunda,
la sudah dua kali bicara dengan panitera Pengadilan Fifth Circuit di New
Orleans, lalu dengan Hakim McNeely sendiri. Peristiwa besar itu muncul beberapa
menit selewat pukul 11.00, ketika Hakim Mahkamah Agung F. All-bright menelepon
dari Washington, meminta laporan terbaru. Allbright memantau kasus itu setiap
jam. Mereka bicara tentang undang-undang dan teori. Tak seorang pun di antara
mereka menentang hukuman mati, dan mereka berdua punya masalah dengan undang-
undang Mississippi yang sedang dibahas. Mereka khawatir undang-undang itu bisa
disalahgunakan oleh terpidana mati yang bisa berpura-pura gila dan menemukan
dokter sin ting untuk ikut berperan. Para wartawan dengan cepat mengetahui suaft
sidang entah apa telah dijadwalkan, dan mereka bukan saja membanjiri kantor
Slattery dengan telepon, rapi juga parkir di kantor resepsionisnya Marshall
dipanggil untuk membubarkan wartawan-wartawan itu. Sekretaris membawa pesan
setiap menit. Breck Jefferson menggali buku-buku hukum yang tak terhitung
jumlahnya dan hasil-hasil riset yang bertebaran di meja rapat. Slattery bicara
dengan Gubernur, Jaksa Agung, Garner Goodman, dan puluhan orang lain. Sepatunya
ada di bawah mejanya yang besar. Ia berjalan mengelilinginya sambil -memegang
pesawat telepon dengan kabel panjang, sepenuhnya menikmati kegilaan ini. Kalau
kantor Slattery sibuk, kantor Jaksa Agung sepenuhnya kacau. Roxburgh
terjingkrak-jingkrak mendengar kabar bahwa salah saru tembakan asal-asalan
Cayhall telah mengenai sasaran. Sepuluh tahun bergulat melawan beruang-beruang
ini, naik-turun mendaki jenjang pengadilan, keluar-masuk ruang sidang, bertempur
melawan hasil pemikiran hukum kreatif dari ACLU dan lembaga serupa, memproduksi
cukup banyak dokumen untuk menghancurkan hutan tropis, dan tepat ketika kau
melihatnya dalam sasaran, ia mengajukan satu ton dalih terakhir dan salah
satunya mendapatkan perhatian seorang hakim yang hatinya kebetulan sedang lembut
entah di mana. Ia menghambur menyusuri gang ke kantor Morris Henry, Dr. Death
sendiri, dan mereka berdua dengan tergesa-gesa mengumpulkan tim terbaik mereka
dalam hukum pidana. Mereka berkumpul dalam perpustakaan besar dengan berderet-
deret dan bertumpuk-tumpuk buku terbaru. Mereka meninjau petisi Cayhall dan
undang-undang yang bisa diterapkan, serta menyusun strategi. Dibutuhkan beberapa
saksi. Siapa yang -pernah menemui Cayhall pada bulan terakhir" Siapa yang bisa
memberi kesaksian tentang hal-hal yang ia ucapkan dan perbuat" Sudah tak ada
waktu lagi bagi dokter-dokter mereka untuk memeriksanya. Ia punya dokter,
sedangkan mereka tidak. Ini masalah yang signifikan. Untuk membuktikan
kewarasannya dengan dokter yang bereputasi, negara akan terpaksa minta waktu.
Dan waktu berarti penundaan eksekusi. Penundaan tak mungkin diberikan. Para
penjaga melihatnya setiap hari. Siapa lagi" Roxburgh menelepon
Lucas Mann, yang menyarankan agar ia bicara dengan Kolonel Nugent. Nugent
mengatakan baru menemui Sam beberapa jam sebelumnya, dan... ya, tentu ia akan
senang memberikan kesaksian. Bangsat itu tidak gila. Dia cuma jahat. Sersan
Packer melihatnya setiap hari. Psikiater penjara, Dr. N. Stegall, sudah menemui
Sam, dan ia bisa bersaksi. Nugent sangat bersemangat untuk membantu. Ia juga
mengusulkan pendeta penjara. Dan ia akan memikirkan lainnya, Morris Henry
menugaskan satu regu pasukan tempur beranggotakan empat pengacara untuk tidak
melakukan apa pun kecuali mencari-cari kelemahan Dr. Anson Swinn. Temukan kasus-
kasus lain di mana ia pernah terlibat. Bicaralah dengan pengacara-pengacara lain
di seluruh penjuru negeri. Cari transkrip kesaksiannya. Orang itu bukan apa-apa
kecuali orang sewaan, saksi profesional. Cari bahan-bahan untuk
mendiskreditkannya. Begitu selesai mengatur rencana penyerangan dan orang lain
melaksanakan pekerjaannya, Roxburgh naik lift ke lobi gedung itu untuk bicara
dengan pers. Adam parkir di tempat kosong di halaman gedung kapitol negara
bagian. Goodman sedang menunggu di bawah pohon peneduh dengan jas terlepas dan
lengan kemeja tergulung, dasi kupunya sempurna. Adam cepat-cepat memperkenalkan
Carmen kepada Mr. Goodman. "Gubernur ingin menemuimu pukul dua. Aku baru saja
meninggalkan kantornya, untuk ketiga kalinya pagi ini. Mari jalan ke tempat
kita," katanya, melambaikan tangan ke arah pusat kota. "Jaraknya cuma beberapa
blok." "Apakah kau menemui Sam?" Goodman menanyai Carmen. "Ya. Pagi ini." "Aku
senang kau melakukannya." "Apa yang sedang dipikirkan Gubernur?" tanya Adam.
Semua ini terlalu lamban baginya. Tenang, katanya pada diri sendiri. Tenang
saja. "Siapa tahu" Dia ingin bertemu denganmu secara pribadi. Barangkali
analisis pasar itu mempengaruhinya. Mungkin dia merencanakan akrobat untuk
media. Mungkin dia sungguh-sungguh. Aku tak dapat menebak apa-apa. Tapi dia
kelihatan letih." "Telepon-telepon itu berhasil?" "Luar biasa." "Tak ada yang
curiga?" "Belum. Terus terang, kita menyerang mereka begitu cepat dan keras,
sehingga aku sangsi tte-reka punya waktu untuk melacak telepon-telepon itu."
Carmen melantarkan pandangan kosong pada kakaknya yang terlalu sibuk dengan
pikiran sendiri untuk melihatnya. "Apa kabar terakhir dari. Slattery?" tanya
Adam ketika mereka menyeberangi jalan, berhenti sejenak tanpa bicara untuk
melihat demonstrasi yang tengah berlangsung di tangga depan gedung kapitol. "Tak
ada apa-apa sejak pukul sepuluh pagi ini. Paniteranya meneleponmu di Memphis,
dan sek- . retarismu memberikan nomorku di sini. Begitulah mereka menemukanku.
Dia menceritakan sidang itu, dan mengatakan Slattery ingin para pengacara
berkumpul di mang hakim pada pukul tiga untuk menyusun rencana." "Apa arti semua
ini?" tanya Adam, sangat be harap gurunya mengatakan mereka berada di tepj
kemenangan besar. Goodman merasakan keresahan Adam. "Term terang aku tidak.
tahu. Ini kabar baik, tapi t$ seorang pun tahu sampai sejauh mana akan bet-
tahan. Sidang pada tahap ini bukan sesuatu yang /uar biasa." Mereka menyeberangi
jalan lain dan memasuki gedung itu. Di lantai atas, kantor sementara ini
berdengung sibuk sementara empat mahasiswa hukum bicara pada telepon cordless.
Dua duduk dengan kaki di meja. Satu berdiri di depan jendela dan bicara dengan
serius. Satu sedang mondar-mandir di dinding seberang dengan telepon tertempel
di telinga. Adam berdiri di samping pintu, mencoba menyerap pemandangan itu.
Carmen sepenuhnya bingung. Goodman menjelaskan segalanya dengan bisikan keras.
"Kami rata-rata menelepon enam puluh M sejam. Kami memutar lebih dari itu, tapi
salurannya jelas penuh terus-menerus. Kami bertanggung jawab atas kemacetan itu,
dan ini mencegah telepon orang lain masuk ke sana. Pada akhir pekan kegiatan
lebih lambat. Hotline itu cuma memakai satu operator* Ia menyampaikan laporan
ringkas ini bagaikan manajer pabrik yang bangga memamerkan mesin otomatis model
terakhir. "Siapa yang mereka telepon?" tanya Carmen. Seorang mahasiswa melangkah
ke depan dan "emperkenalkan diri pada Adam kemudian pada Carmen. Ia sedang
bersenang-senang, katanya. "Kalian mau makan?" tanya Goodman.."Kami punya
sandwich." Adam menolak. "Siapa yang mereka telepon?" Carmen bertanya lagi.
"Telepon hotline Gubernur," Adam menjawab tanpa memberikan penjelasan. Mereka
mendengarkan .penelepon terdekat ketika ia mengubah suara dan membaca sebuah
nama dari daftar telepon. Ia sekarang menjadi Benny Chase dari Hickory Flat,
Mississippi; ia memberikan suara untuk Gubernur dan berpendapat bahwa Sam
Cayhall tidak seharusnya dieksekusi. Sudah tiba saatnya Gubernur melangkah ke
depan dan menangani situasi ini. Carmen melontarkan pandangan pada kakaknya,
namun Adam tak menghiraukan. "Mereka berempat mahasiswa hukum di Mississippi
College," Goodman menerangkan lebih jauh. "Sejak Jumat kami sudah memakai kira-
kira selusin mahasiswa berlainan usia, hitam dan putih, laki-laki dan perempuan.
Profesor Glass yang paling membantu menemukan orang-orang ini. Dia juga
menelepon. Begitu pula Hez Kerry dan anak buahnya di Defense Group. Sedikitnya
kami punya dua puluh orang untuk menelepon." Mereka menarik tiga kursi ke ujung
sebuah . meja dan duduk. Goodman mengambil minuman ringan dari kotak pendingin
dan meletakkannya di meja Ia meneruskan bicara dengan suara rendah. "John Bryan
sedang melakukan riset sewaktu ki\ bicara. Dia akan menyiapkan makalah pukul
empat nanti. Hez Kerry Juga sedang bekerja. Dia sedasi menghubungi rekan-rekan
lain di negara bagian yang masih memberlakukan hukuman mari, untai memeriksa
apakah undang-undang yang sama per-nah digunakan baru-baru ini." "Kerry orang
kulit hitam itu?" tanya Adam. "Yeah, dia direktur Southern Capital Defense
Group. Sangat cerdas." "Seorang pengacara kulit hitam bekerja jungkir balik
untuk menyelamatkan Sam." "Bagi Hez, itu tak ada bedanya. Ini cuma kasus hukuman
mati lainnya." "Aku ingin menemuinya." "Kau akan bertemu dengannya. Semua orang
ini akan hadir dalam sidang." "Dan mereka bekerja cuma-cuma?" tanya Car-men. j
"Kurang-lebih. Kerry digaji. Sebagian pekerjaan- j nya adalah memantau setiap
kasus hukuman mati di negara bagian ini, tapi karena Sam punya pengacara
sendiri, Kerry tidak terlibat langsung. Dia menyumbangkan waktunya, sebab dia
memang ingin melakukan ini. Profesor Class digaji oleh sekolah hukum, tapi ini
pasti di luar lingkup tugasnya di sana. Kami membayar mahasiswa-maha-siswi ini
lima dolar sejam." "Siapa yang membayar mereka?" tanya Adam. "Kravitz & Bane
tercinta." Adam meraih buku telepon terdekat. "Carmen harus memesan tiket
pesawat untuk sore ini." katanya sambil membalik-balik halaman kuning. "Akan
kuurus," kata Goodman, mengambil buku telepon itu. "Mau ke mana?" " "San
Francisco." "Akan kulihat apa yang tersedia. Dengar, ada deU kecil di pojok
sana. Mengapa kalian berdua tidak makan di sana" Kita akan jalan ke kantor
Gubernur pukul dua." "Aku perlu pergi ke perpustakaan," kata Adam, melihat jam
tangan. Saat itu hampir pukul 13.00. "Pergilah makan, Adam. Dan cobalah santai.
Bta punya waktu nanti untuk duduk mengumpulkan gagasan dan membicarakan
strategi. Saat ini kau perlu menenangkan diri dan makan." "Aku lapar," kata
Carmen, gelisah ingin sendirian bersama kakaknya selama beberapa menit. Mereka
keluar dari ruangan dan menutup pintu. Carmen menghentikan Adam di gang yang
jorok sebelum mereka sampai ke tangga. Tolong jelaskan padaku," ia mendesak,
memegang lengan Adam. "Apa?" "Ruangan sempit di sana."-'p. "Cukup jelas, kan?"
"Apakah itu legal?" "Itu tidak ilegal." A^m menela napas dalam dan menatap
dinding. "Apa yang mereka rencanakan Sam'7" "Mengeksekusinya." "Eksekusi, gas,
exterminate, membunuh, Se^ apa saja semaumu. Tapi itu pembunuhan, Carrr^
Pembunuhan legai. Itu keliru, dan aku beru^. menghentikannya Itu pekerjaan
busuk, dan kalau aku harus membengkokkan sedikit etika, aku ^ peduli." "Itu
busuk." "Begitu juga kamar gas itu." Carmen menggelengkan kepala dan menahan
ucapannya. Dua puluh empat jam yang lalu ia menikmati makan siang bersama
pacarnya di sebuah kafe di San Francisco. Sekarang ia tak tahu pasti di mana
dirinya. "Jangan menyalahkan aku karena ini. Carmen. Sekarang saat-saat
genting." "Oke," katanya, dan beranjak ke tangga. Gubernur dan pengacara muda
itu sendirian dalam kantor yang luas, duduk di kursi nyaman berjok kulit, kaki
disilangkan, dan ujungnya nyaris bersentuhan Goodman mengantar Carmen ke
bandara, mengejar penerbangan. Mona Stark tidak terlihat di sana "Rasanya aneh.
Anda tahu" Anda cucunya dan baru mengenalnya kurang dari sebulan." Kata-kata
McAllister tenang, nyaris letih. "Tapi saya sudah bertahun-tahun mengenalnya.
Dia sudah menjadi h,fiian kehidupan saya dalam jangka panjang. Dan 1 pikir sudah
lama saya menunggu-nunggu datangnya hari ini. Selama ini saya menginginkannya
mau, Anda tahu, agar dia dihukum karena membunuh anak-anak itu." la menyisihkan
poninya dan pelan-pelan menggosok mata. Kata-katanya begitu tulus, bagaikan dua
sahabat lama yang sedang bertemu untuk bertukar gosip. "Tapi sekarang saya tidak
pasti. Harus saya katakan pada Anda, Adam, urusan ini menimbulkan tekanan berat
pada saya." Kalau bukannya benar-benar jujur, ia tentu aktor yang sangat cakap.
Adam tak dapat membedakan. "Apa yang akan dibuktikan negara bila Sam mati?"
tanya Adam. "Apakah negara bagian ini akan menjadi tempat yang lebih baik untuk
hidup bila matahari terbit pagi hari Rabu dan dia mati?" Tidak. Tapi Anda tidak
percaya pada hukuman mati. Saya percaya." j I "Mengapa?" "Sebab harus ada
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hukuman akhir untuk pembunuhan. Tempatkanlah diri Anda pada posisi Ruth Kramer,
dan Anda akan merasa berbeda. Masalah Anda, Adam, juga orang-orang seperti diri
Anda, adalah karena Anda melupakan korbannya." "Kita bisa berdebat berjam-jam
tentang hukuman mati." "Anda benar. Mari kita sisihkan hal itu. Apakah Sam sudah
menceritakan sesuatu yang baru ten-| tang pengeboman itu?" "Saya tak bisa
mengemukakan apa yang ^ ceritakan Sam. Tapi jawabnya tidak." "Mungkin dia
bertindak sendirian, entahlah." "Apa bedanya saat ini, sehari sebelum ek%.
tosi?" "Saya tidak tahu pasti, terus terang. Tapi bila saya tahu Sam cuma
pembantu, dan ada orang lain yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu,
mustahil saya membiarkan dia dieksekusi. Saya bisa menghentikannya. Anda tahu.
Saya bisa melakukannya Saya akan menempuh kesulitan apa pun untuk itu. Secara
politis, itu mungkin akan merugikan saya. Kerusakannya bisa tak terpulihkan,
tapi saya tidak keberatan. Saya bosan dengan politik. Dan saya tidak menikmati
ditempatkan sebagai posisi pemberi dan pencabut nyawa. Tapi saya bisa mengampuni
Sam, kalau saya tahu yang sebenarnya." "Anda yakin dia mendapat pertolongan.
Anda sudah mengatakannya pada saya. Agen FBI yang bertanggung jawab dalam
penyelidikan juga yakin demikian. Mengapa Anda tidak bertindak atas keyakinan
Anda dan memberikan pengampunan?" "Sebab kami tidak pasti." "Jadi, sepatah kata
dari Sam, cuma satu nama diungkapkan pada jam-jam terakhir, dan - bingo, Anda
mengambil pena dan menyelamatkan nyawanya?" "Tidak, tapi mungkin saya bisa
memberikan penangguhan hukuman, sehingga nama itu bisa diselidiki.' -itt takkan
terjadi. Pak Gubernur. Saya sudah "coba. Saya sudah begitu sering menanyakandan
dia menyangkal, sampai hal itu tak panah lagi dibicarakan." "Siapa yang dia
lindungi?" ?"Kalau saja saya tahu." "Barangkali kita keliru. Pernahkah dia
memberi Anda perincian pengeboman itu?" "Sekali lagi, saya tak bisa membicarakan
percakapan kami. Tapi dia memikul tanggung jawab sepenuhnya." "Kalau begitu,
mengapa saya hams mempertimbangkan pemberian pengampunan" Kalau si pelaku
kejahatan sendiri menyatakan melakukannya dan bertindak sendirian, bagaimana
saya bisa menolongnya?" Tolonglah dia, sebab dia orang tua yang tak lama lagi
tentu akan mati juga. Tolonglah dia, sebab itulah tindakan yang benar, dan jauh
di dalam hati Anda ingin melakukannya. Itu butuh keberanian." "Dia membenci
saya, bukan?" "Ya. Tapi dia bisa berubah pendapat Beri dia pengampunan dan dia
akan jadi pengagum Anda yang paling hebat" McAllister tersenyum dan membuka
bungkus permen. "Apakah dia benar-benar tidak waras?"^ "Ahli kami mengatakan
demikian. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk meyakinkan Hakim Slattery."
"Saya tahu, tapi benarkah" Anda sudah men I habiskan waktu berjam-jam
bersamanya. Apakah j dia tahu apa yang sedang terjadi?" Pada titik ini, Adam
memutuskan menyisihkan kejujuran. McAllister bukan sahabat, dan tak bisa
sepenuhnya dipercaya. "Dia sangat sedih," Adam mengaku. "Terus terang, saya
heran kalau orang bisa mempertahankan kewarasan sesudah beberapa bulan di death
row. Sam sudah ma ketika masuk ke sana, dan kondisinya perlahan-lahan memburuk.
Itulah salah satu alasan dia menolak semua wawancara. Dia sungguh mengundang
kasihan," Adam tidak tahu apakah Gubernur mempercayai ucapan ini, tapi yang
pasti menyerapnya. "Bagaimana jadwal Anda besok?" tanya McAllister. "Entahlah.
Tergantung apa yang terjadi di pengadilan Slattery. Saya merencanakan melewatkan
sebagian besar hari itu bersama Sam, tapi mungkin juga berlarian mengajukan
dalih detik terakhir." "Saya sudah memberikan nomor pribadi saya. Mari saling
menghubungi besok." Sam makan tiga suap kacang pinto dan sebagian roti jagung,
lalu meletakkan nampan di ujung ranjang. Penjaga idiot yang sama dengan wajah
kosong mengawasinya melalui jeruji pintu tier itu. Hidup sudah cukup buruk dalam
sangkar-sangkar sempit berjejalan ini, tapi hidup seperti binatang dan diawas?
terus sungguh tak tertahankan rasanya. Saat to pukul 1800, saat siaran berita
malam, la sangat ingin mendengar apa yang dikatakan dunia tentang dirinya.
Stasiun Jackson mulai dengan mengungkapkan berita sidang pemenksaan menit
terakhir oleh Hakim Federal F. Flynn Slattery. Laporan itu dipotong sampai ke
depan gedung pengadilan federal Jackson, tempat seorang laki-laki muda penuh
semangat dengan sebuah mikrofon menerangkan sidang itu tertunda sedikit
sementara para pengacara berdebat dalam kantor Slattery. la mencoba sebaik
mungkin untuk menjelaskan secara ringkas pokok persoalannya Pembela sekarang
menyatakan Mr. Cayhall tidak me-rmliki kapasitas mental yang memadai untuk
memahami mengapa dirinya dieksekusi. Dalih pembelaan itu menyatakan ia sudah
pikun dan gila, sehingga dibutuhkan seorang psikiater terkemuka dalam usaha
terakhir untuk menghentikan eksekusi M. Sidang itu diharapkan akan dimulai
setiap saat, dan tak seorang pun tahu kapan keputusan bisa diambil oleh Hakim
Slattery. Kembali ke wanita pembawa berita, yang mengatakan bahwa, sementara
itu, di penjara negara di Parchman, seluruh sistem sudah siaga untuk
melaksanakan eksekusi. Seorang lelaki muda lain dengan ttftrjofon sekonyong-
konyong muncul di layar, berdiri di suatu tempat dekat gerbang depan penjara,
menjelaskan peningkatan penjagaan keamanan, la menunjuk ke kanan, dan kamera
menyorot ke daerah di dekat jalan raya tempat karnaval petti biasanya. PoJisi
patroli jalan raya ^ dengan kekuatan penuh, mengarahkan lalu /jn(^ dan mengawasi
dengan mata waspada satu bolan yang terdiri atas beberapa lusin anggota ^ Klux
Klan. Pemrotes-pemrotes lain, termasuk ber bagai kelompok pengagung keunggulan
ras putj. dan aboiisionis hukuman mati, demikian katanya Kamera berayun kembali
ke reporter itu, y^ sekarang berdiri bersama Kolonel George Nugem orang yang
bertindak sebagai kepala penjara Parchman dan bertanggung jawab atas eksekusi
itu. Nugent dengan muram menjawab beberapa pertanyaan, mengatakan segalanya
terkendali, dan bila pengadilan memberi lampu hijau, eksekusi itu akan
dilaksanakan menurut undang-undang. Sam mematikan televisi. Dua jam sebelumnya
Adam sudah menelepon dan menjelaskan sidang tersebut, jadi ia siap mendengar
bahwa dirinya sudah pikun dan gila serta hanya Tuhan yang tahu entah apa lagi.
Namun ia tak menyukainya. Menunggu dieksekusi sudah cukup mengerikan, tapi
mendengar kewarasannya dibicarakan dengan begitu enteng serasa bagaikan
pelanggaran keji atas privasi. Tier itu panas dan sepi. Televisi dan radio
dikecilkan. Di sampingnya, Preacher Boy dengan pelan menyanyikan The Old Rugged
Cross dan kedengaran cukup menyenangkan. Di lantai dekat dinding tertumpuk
pakaian barunya - kemeja katun putih polos, celana Dickies, 872 kaus kaki putih,
dan sepasang pantofel cokelat Siang itu Donnie melewatkan satu jam bersamanya. .
Ia mematikan lampu dan bersantai di ranjang. Tiga puluh jam lagi untuk hidup.
Ruang sidang utama- di gedung federal itu penuh sesak ketika Slattery akhirnya
membebaskan para pengacara dari ruangannya untuk ketiga kalinya Perdebatan
terakhir dari serangkaian perdebatan panas yang berlarut-larut hampir sepanjang
siang. Sekarang sudah hampir pukul tujuh. Mereka berduyun-duyun ke mang sidang
dan mengambil tempat di belakang meja yang sudah ditetapkan. Adam duduk bersama
Gamer Goodman. Pada sederet kursi di belakang mereka duduk Hez Kerry, John Bryan
Glass, dan tiga mahasiswa hukumnya. Roxburgh, Morris Henry, dan setengah ' lusin
asisten berkerumun di sekitar meja untuk pihak negara bagian. Dua deret di
belakang mereka, di belakang jerjak, duduklah sang Gubernur bersama Mona Stark
di satu sisi dan Larramore di sisi lain. Sisa kerumunan orang banyak itu
terutama wartawan - kamera tidak diizinkan di sana. Ada beberapa penonton yang
ingin tahu, mahasiswa hukum, dan pengacara-pengacara lain. Sidang itu terbuka
untuk umum. Di deretan belakang, memakai jas Sport dan dasi yang gaya, duduklah
Rollie Wedge. Slattery keluar dan semua orang berdiri "Silakan duduk," katanya
ke mikrofon. "Uhfujtg--catat," katanya kepada notulis pengadilan. Ia njg "
berikan ulasan ringkas mengenai petisi itu ^ undang-undang yang dipakai, lalu
menguraikan pa ramerer sidang tersebut. Ia tidak berminat mend., ngarkan
argumentasi berkepanjangan dan periang, an-pertanyaan tanpa tujuan, jadi
bekerjalah dengan cepat, katanya kepada para pengacara. "Apakah pihak yang
mengajukan petisi sudah siap?" ia bertanya ke arah Adam. Adam berdiri gelisah
dan berkata, "Ya, Sir. Pihak pengaju petis] memanggil Dr. Anson Swinn." Swinn
berdiri dari deretan pertama dan berjalan ke podium saksi; di situ ia disumpah.
Adam berjalan ke podium di tengah ruang sidang, memegang catatan dan menabahkan
diri. Catatannya terketik rapi, hasil riset dan persiapan sempurna oleh Hez
Kerry dan John Bryan Glass. Merela berdua, bersama staf Kerry, telah mencurahkan
sehari itu antuk Sam Cayhall dan sidang ini. Dan mereka siap bekerja sepanjang
malam dan sepanjang hari besok. Adam mulai mengajukan beberapa pertanyaan pokok
pada Swinn tentang pendidikan dan training-nya. Jawaban Swinn diwarnai aksen
tegas dari daerah upper Midwest, dan itu bagus. Seorang abu' harus bicara dengan
cara berbeda dan bepergian menempuh jarak jauh agar dipandang tinggi. Dengan
rambut hitam, jenggot hitam, kacamata 874 hitam, dan setelan jas hitam, ia
benar-benar menunjukkan penampilan seorang master brilian di bidangnya.
Pertanyaan-pertanyaan pendahuluan itu pendek dan to the point, tapi cuma karena
Slattery sudah memeriksa kualifikasi Swinn dan memutuskan ia bisa memberikan
kesaksian sebagai ahli. Pihak negara bagian bisa menyerang surat mandatnya pada
pemeriksaan silang, tapi kesaksian itu tetap akan dicatat. Dengan Adam memimpin
jalan, Swinn bicara tentang pertemuannya selama dua jam dengan Sairi Cayhall
hari Selasa lalu. Ia menguraikan kondisi fisiknya dan melakukannya sedemikian
rupa, sehingga Sam kedengaran seperti mayat. Kemungkinan besar ia gila, meskipun
kegilaan di sini merupakan istilah hukum, bukan istilah medis/ Ia bahkan
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan sederhana seperti: Apa yang
kaumakan untuk sarapan pagi" Siapa yang ada di sel di sampingmu" Kapan istrimu
meninggal" Siapa pengacaramu pada sidang pertama" Dan seterusnya, dan
seterusnya. Swinn dengan sangat hati-hati menutupi jejak dengan berkali-kali
mengatakan kepada pengadilan
bahwa dua jam sama sekali tidak cukup untuk memberikan diagnosis mendalam
terhadap Mr. Sam Cayhall. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk itu. Menurut
pendapatnya, Sam Cayhall tidak memahami fakta bahwa ia akan mati, tidak mengerti
mengapa ia dieksekusi, dan sama sekali tak menyadari dihukum karena suafu
kejahatan. ^ mengenakkan gigi agar riap kali tidak merjn ", rapi Swinn benar-
benar meyakinkan. Mr. Cayjf'f' sepenuhnya tenang dan santai, tak tahu apa pU|)
tentang nasibnya, menghabiskan hari-harinya de ngan percuma dalam sel dua kali
tiga meter, rv kup menyedihkan. Satu di antara kasus terhuni yang pernah ia
temui. Dalam situasi berbeda, Adam tentu ngeri raeng. ajukan saksi yang jelas
penuh kebohongan seperti itu. Namun saat ini ia bangga luar biasa akan laki-laki
kecil yang aneh ini. Nyawa seorang manusialah yang jadi taruhan. flattery takkan
memotong kesaksian Dr. Swinn. Kasus ini akan langsung diperiksa Pengadilan Fifth
Circuit dan mungkin Mahkamah Agung AS, dan ia lak ingin siapa pun di atas salah
mengerti tentang dirinya. Jadi, dengan keleluasaan yang diberikan sidang, Swinn
melontarkan hal-hal yang kemungkinan besar menjadi penyebab masalah Sam. Ia
menguraikan kengerian hidup dalam sel j selama 23 jam sehari; tahu bahwa kamar
gas cuma J berjarak selemparan batu; tak punya hak untuk ditemani, mendapat
makanan yang baik, seks, ke- J leluasaan bergerak, latihan, udara segar. Ia
sudah j banyak menangani terpidana mati di seluruh peti-juru negeri dan tahu
betul masalah mereka. Sam, i tentu saja, jauh berbeda karena usianya. Usia rata-
i rata terpidana mati adalah 31 tahun, dan biasanya i mereka melewatkan empat
tahun menunggu tor J 876 matian. Sam umur enam puluh tahun ketika per-eama kali
tiba di Parchman. Secara fisik dan mental, ia tidak tahan dengan itu. Tak
terhindarkan lagi kondisinya memburuk. Selama 45 menit Swinn diperiksa langsung
oleh Adam. Ketika kehabisan pertanyaan, Adam duduk. Steve Roxburgh melangkah ke
podium dan menatap Swinn. Swinn tahu apa yang akan terjadi, dan sedikit pun
tidak khawatir. Roxburgh mulai dengan menanyakan siapa yang membayar jasanya,
dan berapa yang dimintanya. Swinn mengatakan Kravitz & Bane membayarnya dua
ratus dolar per jam. Hebat. Tak ada juri di boks. Slattery tahu bahwa semua ahli
dibayar, atau mereka takkan bisa memberikan kesaksian. Roxburgh mencoba mencari
kelemahan kualifikasi profesional Swinn, tapi tidak mendapatkan apa-apa. Laki-
laki ini psikiater yang berpendidikan baik, terlatih baik, dan berpengalaman.
Jadi, apa salahnya kalau bertahun-tahun yang lalu ia memutuskan bisa mendapatkan
uang lebih banyak sebagai saksi ahli. Kualifikasinya tidak memudar. Dan Roxburgh
memutuskan takkan berdebat tentang masalah medis dengan seorang dokter.
Pertanyaan-pertanyaan jadi makin aneh ketika Roxburgh mulai menanyakan perkara-
perkara lain di mana Swinn memberikan kesaksian. Ada anak yang terbakar dalam'
kecelakaan mobil di Ohio, dan Swinn memberikan pendapat bahwa anak itu
sepenuhnya cacat mental. Tidak terlalu ekstrem. 877 "Apa tujuan Anda
sebenarnya?".'" Slattery menyela dengan keras. Roxburgh melihat catatan, lalu
berkata, "Yang Mulia, kami mencoba mendiskreditkan saksi ini." "Saya tahu. Tapi
itu takkan ada hasilnya, Mr. Roxburgh. Sidang ini tahu bahwa saksi sudah
memberikan kesaksian dalam banyak sidang di seluruh penjuru negeri. Apa
maksudnya?" "Kami mencoba menunjukkan bahwa dia bersedia memberikan opini yang
aneh bila uangnya tepat." "Pengacara melakukan hal itu setiap liari, Mi.
Roxburgh." Terdengar suara tawa sangat pelan di antara penonton, tapi sangat
terkendali. "Saya tak ingin mendengarnya," Slattery membentak. "Sekarang
teruskan." Roxburgh seharusnya duduk, tapi terlalu sayang melewatkan kesempatan
itu. Ia pindah ke ladang ranjau berikutnya dan mulai menanyakan pemeriksaan
Swinn terhadap Sam. Ia tak mencapai apa pun, Swinn menangkis setiap pertanyaan
dengan jawaban lancar yang makin menguatkan kesaksiannya dalam pemeriksaan
langsung. Ia banyak mengulangi uraian menyedihkan tentang keadaan Sam Cayhall.
Roxburgh tidak mendapatkan angka sama sekali, dan setelah terpukul habis,
akhirnya kembali ke tempat duduknya. Swinn dipersilakan meninggalkan tempat
saksi. Saksi selanjutnya, saksi terakhir bagi pihak yang pengajukan petisi,
merupakan kejutan, meskipun Slattery sudah menyetujuinya. Adam memanggil yix. E.
Gamer Goodman ke tempat saksi. Goodman disumpah, lalu duduk. Adam bertanya
mengenai representasi biro hukumnya bagi Sam Cayhall, dan secara ringkas Goodman
menguraikan sejarahnya untuk dicatat. Slaterry sudah tahu sebagian besar dari
hal itu. Goodman tersenyum ketika teringat usaha Sam untuk memecat Kravitz
&Bane. "Apakah Kravitz & Bane mewakili Mr. Cayhall saat ini?" tanya Adam.
"Benar." "Dan saat ini Anda berada di Jackson untuk menangani kasus ini?"
"Benar." "Menurut pendapat Anda, Mr. Goodman, apakah Anda percaya Sam Cayhall
sudah menceritakan segalanya tentang pengeboman Kramer kepada pengacaranya?"
"Tidak." Rollie Wedge menegak sedikit dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Bisakah Anda jelaskan?" "Tentu. Selama ini ada bukti tak langsung yang
menunjukkan ada orang lain bersama Sam Cayhall pada saat pengeboman Kramer, dan
pengeboman-pengeboman lain yang mendahuluinya. Mr. Cayhall selalu menolak bicara
tentang hal ini dengan saya, pengacaranya, dan bahkan sampai sekarang 879 tidak
bersedia bekerja sama dengan pengacaranya Sudah jelas bahwa pada titik ini,
sangatlah penting dia mengungkapkan segalanya kepada pengacara-nya. Dia tak
mampu melakukannya. Ada beberapa fakta yang harus kami ketahui, namun dia tak
mau menceritakannya." Wedge gelisah dan sekaligus lega. Sam bersikeras, tapi
pengacaranya mencoba segala cara. Adam mengajukan beberapa pertanyaan lain, lalu
duduk. Roxburgh cuma mengajukan satu pertanyaan. "Kapan Anda terakhir bicara
dengan Mr. Cayhall?" Goodman sangsi dan memikirkan jawabannya. Terus terang ia
tak bisa mengingat secara tepat, kapan hal itu terjadi. "Saya tidak pasti. Sudah
dua atau tiga tahun." "Dua atau tiga tahun" Dan Anda pengacaranya?" "Saya salah
satu pengacaranya. Mr. Hall sekarang pengacara utama dalam kasus ini, dan dia
sudah menghabiskan waktu yang tak terhitung banyaknya bersama klien dalam bulan
terakhir ini." Roxburgh duduk, dan Goodman kembali ke tempat duduknya di
belakang meja. "Kami tak punya saksi lain, Yang Mulia," kata Adam. "Panggil
saksi pertama Anda, Mr. Roxburgh," kata Slattery. "Negara memanggil Kolonel
George Nugent," Roxburgh mengumumkan. Nugent ditemukan ber-ada di gang, dan
dikawal ke tempat saksi. Kemeja dan celana hijau zaitunnya bebas keratan, sepatu
bisnya mengilat, la menyatakan siapa dirinya dan apa yang ia kerjakan untuk
dicatat. "Saya ada di paichman satu jam yang lalu," katanya sambil melihat jam
tangan. "Baru saja terbang ke sini dengan helikopter milik negara." "Kapan Anda
terakhir melihat Sam Cayhall?" tanya Roxburgh. "Dia dipindahkan ke Sel Observasi
pukul sembilan pagi ini. Saat itu saya bicara dengannya." "Apakah secara mental
dia sadar, atau hanya meneteskan liur di sudut seperti idiot?" Adam akan
melompat dan mengajukan kebe-^ tatan, tapi Goodman memegang lengannya. "Dia
sangat sadar," kata Nugent bersemangat. "Sangat cerdas. Dia bertanya pada saya,
mengapa i dia dipindahkan dari selnya ke sel lain. Dia menyadari apa yang
terjadi. Dia tak menyukainya, tapi Sam memang tak menyukai apa pun akhir-akhir
ini." "Apakah Anda melihatnya kemarin?" "Ya." "Dan apakah dia bisa bicara, atau
cuma berbaring tak berdaya?" "Oh, dia cukup banyak bicara." "Apa yang kalian
bicarakan?" "Saya punya checWist tentang beberapa hal yang perlu saya bahas
bersama Sam. Dia sangat memusuhi bahkan mengancam saya dengan kekerasan fisik
Dia orang yang sangat kasar dengan lidah tajam. Setelah dia tenang sedikit, kami
bicara tentang santapan terakhirnya, saksi-saksinya, apa yang harus dilakukan
dengan barang-barang pribadinya, Beberapa hal seperti itu. Kami bicara tentang
efc sekusi tersebut." "Apakah dia sadar dirinya akan dieksekusi?" Nugent meledak
tertawa. "Pertanyaan macam apa itu?" "Jawab saja," kata Slattery tanpa senyum.
"Tentu saja dia tahu. Dia tahu benar apa yang sedang terjadi. Dia tidak gila.
Dia berkata pada saya bahwa eksekusi itu takkan terjadi, sebab pengacara-
pengacaranya akan membongkar artileri berat, begitulah istilahnya. Mereka sudah
merencanakan semua ini." Nugent mengibaskan kedua tangannya pada seluruh ruang
sidang. Roxburgh bertanya tentang pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan Sam, dan
Nugent tak menyisakan perincian kecil sekalipun. Rasanya ia ingat setiap patah
kata yang diucapkan Sam dalam dua minggu terakhir ini, terutama sarkasme
menyengat dan sindiran tajam. Adam tahu semua itu benar. Ia cepat-cepat mendekat
pada Garner Goodman, dan mereka memutuskan membatalkan pemeriksaan silang. Tak
banyak yang bisa didapatkan. Nugent berjalan tegap di gang dan keluar dari ruang
sidang. Laki-laki itu punya misi. Ia dibutuhkan di Parchman. Saksi kedua dari
pihak negara adalah Dr. N Stegall, psikiater pada Department of Corrections. la
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjalan ke tempat saksi, sementara Roxburgh berunding dengan Morris Henry.
"Harap beritahukan nama Anda untuk dicatat," kata Slattery. "Dr. N. Stegall."
"Ann?" tanya Hakim. "Bukan. N. Itu singkatan." Slattery menatapnya, lalu
memandang Roxburgh yang mengangkat pundak, seolah-olah tak tahu apa yang hams
diucapkan. Hakim bergeser lebih dekat ke tepi mejanya dan memandang ke tempat
saksi di bawah. "Dengar, Dokter, saya tidak meminta singkatan nama Anda, saya
minta nama Anda. Sekarang, tolong Anda sebutkan untuk dicatat, dan kerjakanlah
dengan cepak9 Ia mengalihkan tatapan dari Hakim, berdeham melonggarkan
tenggorokan, dan dengan enggan berkata, "Neldeen." Tak heran, pikir Adam.
Mengapa dia tidak * mengubahnya dengan nama lain saja" Roxburgh memanfaatkan
saat tersebut dan dengan cepat mengajukan sejumlah pertanyaan tentang
kualifikasi dan pendidikannya. Slattery sudah memutuskan
bisa memberikan kesaksian. "Sekarang, Dr. Stegall," Roxburgh mulai, hati-hati
menghindari panggilan Neldeen, "kapan Anda bertemu dengan Sam Cayhall"? 883
Stegall menatap kertas di tangannya. "Kamis tanggal 26 Juli." "Dan maksud
kunjungan ini?" "Sebagai bagian dari tugas saya, secara rutin saya mengunjungi
narapidana penghuni death row, \ terutama yang akan segera menghadapi eksekusi,
Saya memberikan konseling dan pengobatan, bila mereka memintanya." "Harap
jelaskan kondisi mental Mr. Cayhall." "Sangat waspada, sangat cerdas, sangat
tajam lidahnya, nyaris kasar. Bahkan dia sebenarnya cukup kasar pada saya, dan
dia minta saya agar tidak kembali." "Apakah dia bicara tentang eksekusinya?"
"Ya. Dia bahkan tahu cuma punya waktu tiga belas han lagi. dan menuduh saya
mencoba memberinya obat, sehingga dia tidak menimbulkan kesulitan bila saatnya
tiba. Dia juga mengungkapkan keprihatinan atas narapidana lain, Randy Dupree,
yang menurutnya kondisi mentalnya memburuk, Dia sangat prihatin dengan Mr.
Dupree, dan mempersalahkan saya karena tidak memeriksanya." "Menurut pendapat
Anda, apakah dia menderita suatu bentuk penurunan kapasitas mental?" "Sama
sekali tidak. Pikirannya sangat tajam." Tidak ada pertanyaan lain," kata
Roxburgh, lalu duduk. Igfc Adam berjalan ke podium dengan mantap. "Ce-makanlah
pada kami, Dr. Stegall, bagaimana kedaan Randy Dupree?" ia bertanya dengan
volume penuh. "Saya... uh... saya belum punya kesempatan untuk menemuinya." "Sam
menceritakan tentang dia sebelas hari yang lalu, dan Anda sama sekali tak peduli
untuk menengoknya?" "Selama ini saya sibuk." "Berapa lama Anda sudah memegang
jabatan sekarang?" "Empat tahun." "Dan selama empat tahun ini, berapa kali Anda
bicara dengan Sam Cayhall?" "Satu kali." "Anda tidak begitu peduli dengan para
narapidana di death row, bukan, Dr. Stegall?" "Tentu saja saya peduli." "Ada
berapa orangkah di death row sekarang ini?" "V/ell... uh... saya tidak pasti.
Sekitar empat puluh, saya rasa." "Berapa orang yang sudah pernah Anda ajak
bicara" Beri kami beberapa nama." Apakah itu ketakutan, kegusaran, atau
ketidaktahuan, tak seorang pun bisa mengatakannya. Tapi Neldeen diam membeku, la
meringis dan menggoyangkan kepala ke satu sisi, jelas berusaha mencabut satu
nama dari udara, dan jelas tak mampu melakukannya. Adam membiarkannya tergantung
Hie. sejenak. Ulu berkata. "Terima kasih, Dr. Stegajj la berbaJik dan berjalan
pelan-pelan ke kursinya "Panggil saksi Anda selanjutnya" Slattery menatahkan
"Negara memanggil Sersan Clyde Packer." Packer dijemput dan gang dan dikawal ke
b*, gun depan ruang sidang. Ia masih terseragam tapi pistolnya sudah
ditanggalkan Ia bersumpal) untuk mengatakan yang sebenarnya, dan duduk di tempat
saksi. Adam tidak terkejut dengan kesaksian Packer. Ia laki-laki jujur yang
sekadar menceritakan apa yang dilihatnya. Ia sudah sembilan setengah tahun
mengenal Sam. dan keadaannya sekarang sama dengan saat ia pertama tiba. Ia
mengetik surat dan dokumen hukum sepanjang hari. membaca banyak buku, terutama
buku-buku hukum, la mengetik permohonan peninjauan ulang untuk rekan-rekannya di
The Row, dan ia mengetik surat kepada istri dan pacar untuk beberapa orang yang
tak bisa membaca, fa terus-menerus merokok, sebab ingin mati dengan sendirinya
sebelum negara melakukannya Ia meminjamkan uang kepada teman-teman. Menurut
pendapnt Packer yang sederhana. Sam secara mental waras seperti halnya sembilan
setengah tahun yang lalu Dan pikirannya sangat Slattery membungkuk lebih dekat
ke ujung meja Hakim ketika Packer menceritakan permainan checker Sam melawan
f/ensbaw dan Gullit f -Apakah dia menang?" Hakim menyela I "Hampir selalu.
T. . .. I Mungkin titik balik sidang itu terjadi ketika I packer bercerita
tentang keinginan Sam melihat I matahari terbit sebelum ajal. Itu terjadi minggu
lalu, ketika suatu pagi Packer sedang bertugas jaga. Sam diam-diam mengajukan
permohonan itu. Ia tahu akan mati. katanya ia siap pergi, dan ingin keluar pagi-
pagi ke halaman bermain di ujung timur dan menyaksikan matahari terbit. Jadi,
Packer mengurusnya, dan Sabtu kemarin Sam menghabiskan satu jam menghirup kopi
dan menunggu matahari terbit. Sesudahnya ia sangat berterima kasih. Adam tak
punya pertanyaan untuk Packer. Ia dipersilakan berlalu dan meninggalkan ruang
sidang. Roxburgh mengumumkan saksi berikutnya adalah Ralph Griffin, pendeta
penjara. Griffin dikawal ke tempat saksi dan memandang sekeliling mang sidang
dengan perasaan tak enak. Ia menyebutkan nama dan pekerjaannya, lalu memandang
cemas pada Roxburgh. "Apakah Anda kenal Sam Cayhall?" tanya Roxburgh "Ya." ^
"Apakah Anda memberikan konseling kepadanya akhir-akhir ini?" "Ya." "Kapan Anda
terakhir melihatnya?" "Kemarin. Minggu." 887 "Dan bagaimana Anda menjelaskan
kead mentalnya?" ^ "Saya tak bisa menjelaskannya." "Maaf?" "Saya katakan saya
tak bisa menjelaskan koncfiSj mentalnya." "Mengapa tidak?" "Sebab saat ini saya
pendetanya, dan apa pun yang dia katakan atau kerjakan di depan saya sepenuhnya
rahasia. Saya tak bisa memberikan kesaksian yang memberatkan Mr. Cayhall."
Roxburgh terenyak sejenak, mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Jelaslah ia ataupun bawahannya yang pandai tak pernah memikirkan
situasi ini. Barangkali mereka berasumsi bahwa karena bekerja untuk negara,
pendeta ini akan bekerja sama dengan mereka. Griffin bersiaga menunggu serangan
dari Roxburgh. Slattery menyelesaikan persoalan dengan cepat. "Pendapat yang
sangat bagus. Mr. Roxburgh. Saksi ini tidak seharusnya berada di sini. Siapa
berikutnya?" Tidak ada saksi lain." kata sang Jaksa Agung, terburu-buru ingin
meninggalkan podium dan kembali ke tempat duduknya. Hakim menulis sejumlah
catatan panjang, lalu memandang ruang sidang yang penuh sesak. "Saya akan
membawa urusan ini untuk dipertimbangkan, dan saya akan memberikan keputusan,
mungkin besok pagi-pagi Begitu keputusan siap, kita akar memberitahu para
pengacara. Anda tak perlu tinggal di sini. Kami akan menelepon Anda. Sidang C
dibubarkan." Semua orang berdiri dan bergegas ke pintu belakang. Adam mengejar
Pendeta Ralph Griffin dan mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu kembali ke
meja tempat Goodman, Hez Kerry, Profesor Glass, dan para mahasiswa sedang
menunggu. Mereka berkerumun dan berbisik sampai orang banyak menghilang, lalu
meninggalkan mang sidang itu. Seseorang bicara tentang makanan dan minuman. Saat
itu hampir pukul 21.00. Para reporter sedang menunggu di luar pintu ruang
sidang. Adam melontarkan no comment so-j pan dan terus berjalan. Rollie Wedge
menyelinap di belakang Adam dan Goodman sewaktu mereka beringsut melintasi gang
yang penuh sesak, la menghilang saat mereka meninggalkan gedung. Dua kelompok
kamera sudah siap di luar. Di tangga depan, Roxburgh sedang melayani sekelompok
wartawan, dan tak jauh dari trotoar, Gubernur sedang memberikan komentar. Ketika
Adam berjalan melewatinya, ia mendengar McAllister mengatakan pemberian
pengampunan sedang dipertimbangkan, dan'malam ini akan menjadi malam panjang.
Esok akan lebih berat lagi. Apakah ia Stan menghadiri eksekusi" tanya seseorang.
Adam tak dapat mendengar jawabannya. Mereka bertemu di Hal and Mai's, sebuah
restoran dan tempat minum populer di pusat kota H, mendapatkan meja besar di
sudut dekat f>a .e* depan dan memesan bir. Sekelompok band y bermain di
belakang. Ruang makan dan bar ngn J sesak. * ior kami. Salah satu orangku
beralih ke praktek Adam duduk di sudut, di samping Hez, ^ untuk pertama kalinya
bersantai setelah berj^ jam. Bir masuk dengan cepat ke perutnya ^
menenangkannya. Mereka memesan kacang merjj, dan nasi. dan berbincang-bincang
tentang sidang tadi. Hez mengatakan ia tampil luar biasa, fjan para mahasiswa
itu penuh dengan pujian. Suasana. nya optimis. Adam mengucapkan terima kasih
atas bantuan mereka. Goodman dan Glass berada di ujung meja itu, tenggelam dalam
percakapan ten tang kasus hukuman mati lain. Waktu berlalu perlahan-lahan, dan
Adam menyerbu santap malamnya begitu disajikan. "Sekarang mungkin bukan saat
yang lepat untuk mengemukakan urusan ini," Hez berbisik, h tik ingin siapa pun
mendengarnya, kecuali Adam. Band itu makin keras lagi sekarang. "Kurasa kau akan
kembali ke Chicago begitu urusan ini selesai," katanya sambil melirik Goodman,
untuk memastikan ia masih terlibat percakapan dengan G las s "Kurasa begitu,"
kata Adam, tidak begitu yakin, la tak punya banyak waktu untuk memikirkan apa
pun setelah besok. "Nah, asal kau tahu saja, ada lowongan di kanBtaTdan kami
mencari pengacara bara. Tak ada Wgas lain kecuali menangani kasus hukuman mati,
jrau tahu." "Kau benar," kata Adam pelan. "Sekarang saat yang buruk untuk
mengemukakannya" "Pekerjaannya berat, namun memuaskan. Juga meremukkan hati. Dan
perlu." Hez mengunyah sepotong sosis dan mengguyurnya dengan bir. "Uangnya
sedikit, dibanding dengan apa yang kauterima dari biro hukum sekarang. Anggaran
belan-f ja ketat, jam kerja panjang, banyak klien." "Berapa?" "Aku bisa mulai
memberimu 30.000." "Saat ini aku mendapat. 62.000. Dan lebih banyak lagi akan
menyusul." Aku pernah mengalaminya. Aku mendapat 70.000 di sebuah biro hukum
besar di D.C., sara-! pai aku berhenti dan datang ke sini. Aku dipersiapkan
untuk jadi partner, tapi mudah saja untuk berhenti. Uang bukan segalanya." "Kau
menikmati ini?" "Lama-kelairjaan... ya. Perlu keyakinan moral yang kuat untuk
melawan sistem seperti ini. Cobalah kaupert imbangkan." Goodman sekarang
memandang ke arah mereka. "Apa kau akan kembali ke Parchman malam ini?" tanyanya
keras. Adam sedang menghabiskan bir kedua. Ia mgm ketiga, tapi tidak lebih.
Keletihan mengendap yang iJ>de, dengan cepat. "Tidat A berdetak. Tak J SUdah
^esa"^ ^da dalam taW * ^nu"C ^ menghaL m?h0n a^ Tuh^l^ sertai C^n' ^'^Wya la
ponya waJctu 24 iam e,fJcJcanEMPAT PULUH TUJUH Nugent menunggu sampai pukul
07.30 tepat untuk menutup pintu dan memulai rapat. Ia berjalan ke depan ruangan,
dan memeriksa pasukannya. "Aku baru saja meninggalkan MSU,"
katanya muram. "Narapidana itu jaga dan waspada, sama sekali bukan mayat hidup
seperti yang kita baca di koran pagi ini." Ia berhenti dan tersenyum,
mengharapkan setiap orang menikmati humornya. Lelucon itu lewat tajk tertangkap.
"Dia bahkan sudah sarapan, dan mengomel meminta waktu rekreasi. Jadi setidaknya
ada sesuatu yang normal di sini. Sekarang belum ada kabar dari pengadilan
federal di iBckson, jadi mm m berjalan sesuai jadwal kecuali kita mendengar
kabar sebaliknya. "Benar, Mr..M^"J meja di bagian Lucas sedang duduk feabar dan
mencoba depan ruangan, mefflbaC^ei. "Benar." tak menghiraukan sang* ^
diperhatikan. "Sekarang, ada duai? ^ menUgaskan Ser-Pertama adalah pers- Sa/ san
Moreland di sini untuk menangani bang$? 1 bangsat ini. Kita akan pindahkan
mereka ke Balai Pengunjung tepat di dalam gerbang depan, dan berusaha menahan
mereka di sana. Kita akan ka. ' rung mereka dengan penjaga, dan tantang mereka
untuk berkeliaran. Pukul empat sore ini, saya akan mengundi reporter mana yang
bisa menyaksikan eksekusi. Menurut hitungan kemarin, ada seratus nama lebih
dalam daftar permintaan. Mereka mendapat lima tempat duduk. "Masalah kedua
adalah apa yang terjadi di luar gerbang. Gubernur sudah setuju menugaskan tiga
lusin tentara untuk hari ini dan besok, dan mereka akan sampai ke sini tak lama
lagi. Kita harus menjaga jarak dari orang-orang gila itu, terutama para
skinhead, bajingan-bajingan itu sinting, tapi kita juga harus menjaga
ketertiban. Kemarin terjadi dua perkelahian, dan urusan bisa memburuk cepat
seandainya kita tidak mengawasi. Bila eksekusi berlangsung, mungkin akan ada
saat-saat tegang. Ada pertanyaan?" Tak ada satu pertanyaan pun. "Baiklah. Saya
harap setiap orang bertindak profesional hari ini, dan laksanakanlah tugas ini
dengan sikap bertanggung jawab. Bubar." Ia memberikan hormat cepat, dan dengan
bangga mengawasi mereka meninggalkan ruangan. Sam duduk di bangku dengan papan
checker di depannya, dan dengan sabar menunggu J.B. Gullil masuk ke halaman
rekreasi, la meneguk sisa kopi dingin dalam cangkir. Gullit melangkah melewati
pintu, dan berhenti sementara borgol dilepaskan. Ia menggosok per-gelangan
tangan, melindungi mata dari matahari, dan memandang temannya duduk seorang
diri. Ia berjalan ke bangku dan mengambil posisi di seberang papan. Sam tak pernah mengangkat muka. "Ada kabar baik, Sam?" Gullit
bertanya cemas. "Katakan padaku itu takkan terjadi." "Jalanlah saja," kata Sam,
menatap biji checker. "Itu tak bisa terjadi, Sam," ia merengek. "Sekarang
giliranmu jalan dulu. Jalanlah." Gullit perlahan-lahan menurunkan pandangan mata
ke papan checker. Teori yang beredar pagi itu mengatakan makin lama Slattery
duduk di atas petisi tersebut, makin besar kemungkinan pemberian penangguhan
hukuman. Namun ini merupakan kebijaksanaan konvensional dari mereka yang berdoa
memohon penangguhan. Tak ada kabar apa pun pada pukul 09.00, tak ada apa pun
pada pukul 09.30. Adam menunggu di kantor Hez Kerry, yang sudah dijadikan pusat
operasi selama 24 jam terakhir. Goodman ada di bagian lain kota itu. memimpin
serangan tak kenal ampun ke totfroe Gubernur, tugas yang kelihatannya sangat
dinikmatinya. John Bryan Glass parkir di luar kantor Slattery. Apabila Slattery
menolak penangguhan, mer^ akan langsung mengajukan banding ke Pengadil^ Fifth
Circuit. Naskah banding itu selesai puy 09.00, berjaga-jaga kalau diperlukan.
Kerry ju?4 sudah menyiapkan sebuah petisi meminta peninjauan oleh Mahkamah Agung
AS, bila Fifth Circuit menolak mereka. Berkas-berkas itu menunggu, Segalanya
menunggu. Untuk menyibukkan pikiran, Adam menelepon setiap orang yang bisa
diingatnya. Ia menelepon Carmen di Berkeley. Ia sedang tidur dan baik-baik saja.
Ia menelepon kondominium Lee, dan - tentu saja - tak ada jawaban. Ia menelepon
kantor Phelps dan bicara dengan seorang sekretaris. Ia menelepon Darlene untuk
memberitahu bahwa ia tidak tahu kapan akan kembali. Ia menelepon nomor pribadi
McAllister, tapi terantuk pada sinyal sibuk. Barangkali Goodman juga
menjejalinya dengan telepon. Ia menelepon Sam dan bicara tentang sidang kemarin
malam, dengan tekanan khusus pada Pendeta Ralph Griffin. Packer juga memberikan
kesaksian, ia menjelaskan, dan hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Nugent,
seperti biasa, adalah seorang bangsat. Ia mengatakan pada Sam bahwa ia akan ke
sana sore hari. Sam memintanya bergegas. Pukul 11.00, nama Slattery dikutuk dan
diumpat dengan kegusaran yang memang pada tempatnya. Adam sudah cukup tinggal di
sana. Ia menelepon Goodman dan mengatakan akan pergi ke Parchman. Ia mengucapkan
selamat tinggal kepada "ez Kerry, dan sekali lagi mengucapkan tenma kasih. .
"*2Sj Kemudian ia memacu mobilnya, keluar dan Jackson, menuju ke utara di
Highway 49. Parchman akan dicapai dalam dua jam bila ia mengemudi dalam batas
kecepatan. Ia menemukan stasiun radio yang menjanjikan berita terbaru dua kali
tiap jam, dan mendengarkan diskusi berkepanjangan tentang perjudian kasino di
Mississippi. Tak ada apa pun yang baru tentang eksekusi Cayhall pada siaran
berita pukul 11.30. Ia mengemudi dengan kecepatan delapan puluh sampai sembilan
puluh mil per jam, melewati garis kuning dan tikungan dan jembatan. Ia melaju
melewati zona-zona berbatas kecepatan di kota-kota dan desa-desa kecil. Ia tak
tahu pasti apa yang menariknya ke Parchman dengan kecepatan seperti itu. Tak
banyak yang bisa ia kerjakan begitu sampai di sana. Manuver-manuver hukum sudah
ditinggalkan di Jackson. Ia akan duduk bersama Sam dan menghitung jam. Atau
mungkin mereka akan merayakan hadiah luar biasa dari pengadilan federal. la
mampit di sebuah toko di tepi jalan dekat kota kecil Flora untuk membeli bensin
dan sari buah dan ketika mengemudi meninggalkan pompa bensin ia mendengar berita
itu. Ta& shew yang membosankan dan tak.putus-putusnya sekarang dipenuhi
ketegangan ketika ia mendengarkan uraian tentang kasus Cayhall. Hakim Pengadilan
Dis^ Amerika Serikat F. Flynn Slattery bani saja me nolak petisi terakhir
Cayhall, klaimnya yang me. nyatakan inkompetensi mental. Urusan itu akan
diajukan ke Pengadilan Fifth Circuit dalam satu jam. Sam Cayhall baru saja
mengambil satu Jangkah raksasa menuju kamar gas Mississippi, demikian kata
pembawa berita dengan dramatis. Bukannya menginjak pedal gas, Adam malah
mengurangi kecepatan dan meneguk minuman. Ia mematikan radio, la membuka jendela
membiarkan udara hangat bersirkulasi, la mengumpat Slattery sampai bermil-mil,
berbicara sia-sia pada kaca depan dan mencaci dengan segala macam cacian kotor.
Sekarang sudah beberapa saat lewat tengah hari. Slattery, dengan segala
pertimbangan, seharusnya bisa memutuskan lima jam yang lalu. Sialan, seandainya
punya nyali dia bisa mengambil keputusan tadi malam. Mereka tentu sudah bisa
berada di depan Pengadilan Fifth Circuit, h mengumpat Breck Jefferson juga
dengan cukup hebat. Sam sudah mengatakan padanya sejak awal bahwa Mississippi
menginginkan eksekusi. Negara bagian ini sudah ketinggalan di belakang
Louisiana, Texas, dan Florida, bahkan Alabama, Georgia, dan Virginia membunuh
dalam jumlah lebih besar dan patut dicemburui. Suatu tindakan harus diambil.
Pengajuan banding itu tak berujung-pangkal. Para penjahat itu dimanja. Kejahatan
merajalela. Sudah saatnya mengeksekusi seseorang dan menunjukkan kepada seluruh
negeri bahwa negara bagian ini serius dengan hukum dan ketertiban. Adam akhirnya
mempercayainya. Sesudah beberapa lama ia menghentikan sumpah serapah itu. Ia
menghabiskan minuman dan melemparkan botol dari mobil ke dalam selokan, terang-
terangan melanggar undang-undang Missis-, sippi tentang pembuangan sampah secara
semba-rangan. Sulit mengungkapkan pendapatnya sekarang tentang Mississippi dan
hukumnya. Ia bisa membayangkan Sam duduk dalam selnya, menyaksikan televisi,
mendengarkan berita. Hati Adam sakit mengingat orang tua itu. Sebagai pengacara
ia telah gagal. Kliennya akan mati di tangan pemerintah, dan tak ada apa pun
yang bisa ia kerjakan. Kabar itu menggegerkan pasukan wartawan dan juru kamera
yang sekarang merayap-rayap di sekitar Balai Pengunjung yang sempit tepat di
dalam gerbang depan. Mereka berkumpul di seputar televisi portabel dan
menyaksikan siaran stasiun mereka di Jackson dan Mississippi. Sedikitnya ada
empat potong tayangan langsung dari Parchman sementara wartawan lain yang tak
terhitung jumlahnya mondar-mandir di daerah itu. Wilayah mereka yang sempit
dibatasi dengan tali dan barikade, serta diawasi ketat oleh pasukan Nugent.
Keributan meningkat hebat di sepanjang jalan ketika kabar tersebut menyebar.
Orang -orang Klan, sekarang berkekuatan seratus orang, mulai berseru-seru keras
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke arah gedung administrasi. Para skinhead. Nazi, dan Arya melontarkan cacian
kepada siapa pun yang mendengarkan. Para biarawati dan pemrotes tenang lainnya
duduk di bawah payung dan mencoba mengabaikan tetangga mereka yang gaduh. Sam
mendengarkan berita itu ketika ia sedang memegang* semangkuk turnip green,
makanan terakhir sebelum santapan penghabisan. Ia menatap televisi, menyaksikan
adegan-adegan beralih dari Jackson ke Pare h man dan kembali lagi. Seorang
pengacara muda berkulit hitam yang belum pernah didengarnya bicara dengan
seorang reporter dan menjelaskan apa yang akan dilakukannya bersama tim pembela
Cayhall selanjutnya. Temannya Buster Moac pernah mengeluh tentang banyaknya
pengacara yang terlibat dalam kasusnya pada hari-hari terakhir sampai ia tak
bisa lagi mengingat siapa yang ada di pihaknya dan siapa yang mencoba
membunuhnya. Namun Sara yakin Adam dalam kendali. Ia menghabiskan turnip green
itu, dan meletakkan mangkuknya di atas nampan di kaki ranjang. Ia berjalan ke
jeruji dan mengejek ke wajah kosong penjaga yang mengawasinya dari balik pintu
tier. Gang itu sunyi. Televisi di tiap sel menyala, semuanya disetel kecil dan
ditonton dengan minat yang tak lazim. Tak ada satu suara pun bisa terdengar, dan
keadaan itu sendiri luar biasa langka. la melepaskan pakaian terusan merahnya
untuk "ang terakhir kali, menggulungnya, dan melemparkannya ke pojok, la
Tamu Dari Gurun Pasir 15 Animorphs - 50 The Ultimate Bara Naga 11
f dari dada Anda, untuk membersihkan jiwa." "Perlu waktu bertahun-tahun untuk
membersih- I kan jiwa saya, Pak Pendeta." J "Ada korban lain?" I Sam meletakkan
cangkir di meja dan perlahan- i f m menggosok-gosokkan kedua belah tangannya. Ia
mengamati mata Ralph Griffin -yang hangat dan penuh kepercayaan. "Bagaimana
kalau ada f korban lain?" tanyanya. "Orang mati?" ISam mengangguk, sangat
perlahan. "Orang-orang yang telah Anda bunuh?" Sam terus mengangguk. Griffin
menghela napas dalam dan merenungkan masalah itu sejenak. "Ah, Sam, terus
terang, saya tak ingin Anda mati tanpa mengakui dosa-dosa ini dan meminta
pengampunan dari Tuhan." J Sam teras mengangguk. "Berapa banyak?" tanya Griffin.
Sam bergeser menjauh dari meja dan memakai sandal mandi. Ia perlahan-lahan
menyalakan rokok dan mulai mondar-mandir di belakang kursi Griffin. Sang Pendeta
berganti posisi agar bisa melihat dan mendengar Sam. "Ada Joe Lincoln, tapi saya
sudah menulis surat pada keluarganya dan mengatakan menyesal." "Anda
membunuhnya?" "Ya. Dia orang Afrika Tinggal di tempat kami. Saya sangat
menyesalinya. Kejadiannya sekitar I950." Sam berhenti dan bersandar pada lemari
arsip. Ia bicara ke lantai, seolah-olah melamun. "Dan ada doa laki-laki kulit
putih yang membunuh ayah saya dalam suatu pemakaman, bertahun-tahun yang lalu.
Mereka dipenjarakan beberapa lama, dan ketika keluar, saya dan saudara-saudara
saya me- ' nunggu dengan sabar. Kami bunuh mereka berdua, tapi, terus terang,
saya tak pernah terlara menyesal. Mereka penjahat, dan mereka membunuh ayah
kami." "Membunuh selalu keliru, Sam. Anda sedang bergulat melawan pembunuhan
legal terhadap diri Anda sekarang." "Saya tahu." "Apakah Anda dan saudara-
saudara Anda ditangkap?" 'Tidak. Sheriff tua itu mencurigai kami', tapi tak bisa
membuktikan apa-apa. Kami terlalu hati-hati, Di samping itu, mereka benar-benar
sampah masyarakat, dan tak seorang pun peduli." "Itu tidak membuat tindakan Anda
benar." "Saya tahu. Tapi saya menganggap mereka mendapatkan apa yang layak
mereka dapatkan, lalu saya dibuang ke tempat ini. Hidup jadi punya arti baru
bila tinggal di death row. Kita menyadari betapa berharganya hidup. Sekarang
saya menyesal telah membunuh bocah-bocah itu. Sungguh menyesal." "Ada lainnya?"
Sam berjalan melintasi ruangan, menghitung setiap langkah, dan kembali ke lemari
arsip. Sang Pendeta menunggu. Waktu tak berarti apa-apa sekarang. "Ada dua
pembunuhan tanpa pengadilan, bertahun-tahun yang lalu," kata Sam, tak mampu
memandang mata Griffin. "Dua?". "Saya rasa dua. Mungkin tiga. Tidak... ya... ada
tiga, tapi pada yang pertama saya masih kanak-kanak, masih kecil, dan yang saya
lakukan hanyalah menyaksikan, Anda tahu, dari semak-semak. Itu pembunuhan oleh
Klan, ayah saya terlibat. Saya dan kakak saya Albert menyelinap ke dalam hutan
dan menyaksikannya. Jadi, itu tidak masuk hitungan, bukan?" "Tidak." Pundak Sam
merosot pada dinding. Ia memejamkan mata dan menundukkan 'kepala. "Yang kedua
dilakukan oleh satu gerombolan. Saya rasa saya sekitar lima belas tahun, dan
saya tepat berada di tengah-tengah kejadian itu. Seorang gadis diperkosa laki-
laki Afrika, setidaknya itulah yang dia katakan. Reputasi perempuan itu
menimbulkan banyak keraguan, dan dua tahun kemudian dia punya bayi separo
Afrika. Jadi, siapa tahu" Nah, dia menudingkan jari, kami menangkap bocah itu,
menyeretnya keluar, dan membunuhnya. Saya sama bersalahnya seperti anggota lain
dalam.kelompok itu." "Tuhan akan mengampuni Anda, Sam." "Anda pasti?" "Positif."
"Berapa pembunuhan yang akan Dia ampuni?" "Semuanya. Bila Anda mohon pengampunan
dengan sepenuh hati, Dia akan mengh batu tuhsnsa. Itu tertulis dalam Kitab SiT -
^ "Itu terlain tadah sebagai kenyataan " "bagaimana dengan pembunuhan lainnya"?
Sam mulai menggelengkan kepala ke d ke belakang, matanya terpejam. "Saya t" J*
bicara tentang yang itu. Pak Pendeta" mengembuskan napas dengan berat. "Anda
tidak perlu bicara pada saya tentang haj itu. Sam. Tapi bicaralah pada Tuhan."
"Saya tak tahu apakah bisa bicara kepada *" seorang tentang hal itu." "Tentu
Anda bisa. Pejamkanlah mata Anda ?" malam, antara sekarang sampai hari Selasa,
saa Anda berada dalam sel. dan aknkanlah segala perbuatan ini kepada Tuhan. Dia
akan langsung memaafkan Anda" "Rasanya tidak benar. Anda tahu. Saya membunuh
orang, lalu dalam hitungan beberapa menit Tuhan mengampuni saya Begitu saja
Terlalu gampang.' "Anda harus benar-benar menyesal." "Oh, saya benar-benar
menyesal. Sumpah. "Tahan melupakannya, Sam, tapi manusia tidak. Kita bertanggung
jawab pada Tuhan, tapi kita 0 tertanggung jawab terhadap hukum manusia. Tu ban
akan mengampuni Anda. namun Anda nanggung konsekuensi menurut apa yang dlten
tukan pemerintah " "-getuklah pemerintah. Saya toh sudah siap . Iliar dan sini"
-pish, mari kita l';,s,lk;m bahw* Anda siap. Sam berjalan ke meja dan duduk di
sudutnya, di sumping Griffin. "Anda tetaplah di sini. oke. Pak Pendeta" Saya
butuh pertolongan. Ada berbagai hal buruk terkubur dalam jiwa saya Akan butuh
waktu beberapa lama untuk mengeluarkannya" ' "Itu takkan suhu Sam, kalau Anda
benar-benar iiap" Sam menepuk lututnya. Teruslah datang, oke?" EMPAT PULUH EMPAT
Kantor depan itu penuh dengan asap biru ketib Adam masuk. Sam sedang mengepul-
ngepulkag rokok di meja, membaca berita tentang dirinya, sendiri di koran
Minggu. Tiga cangkir kopi kosong dan pembungkus permen bertebaran di meja. ]
"Kau sudah betah di sini, kan?" kata Adam, mem- j perhatikan sampah itu. "Yeah.
Sudah seharian aku di sini." "Banyak tamu?" "Aku takkan menyebut mereka tamu.
Hari ini dimulai dengan kedatangan Nugent, jadi itu cukup merusak segalanya.
Pendeta mampir untuk memeriksa apakah aku sudah berdoa. Kupikir perasaannya
tertekan ketika berlalu. Kemudian adikku Donnie mampir menjenguk sebentar. Aku
benar-benar ingin kau menemuinya. Katakan padaku kau membawa kabar baik." Adam
menggelengkan kepala dan duduk. "Tidak. Tak ada yang berubah sejak kemarin ft
adilan-pengadikn itu istirahat akhir pekan." "Apa mereka sadar Sabtu dan Minggu
juga masak hitungan" Juga jam itu tidak berhenti berdetak antukku pada akhir
pekan?" "Itu bisa jadi kabar baik. Mereka bisa jadi sedang mempertimbangkan
dalihku yang cemerlang.* "Mungkin, tapi aku curiga para hakim itu ada di rumah
mereka di tepi danau, minum bir dan memanggang daging. Tidak begitu menurutmu?"
"Yeah, kau mungkin benar. Ada berita apa di f koran?" "Ulasan lama yang sama
tentang diriku dan kejahatanku yang brutal, foto orang-orang yang berdemonstrasi
di luar sana, komentar dari McAllister. Tak ada yang baru. Aku belum pernah
menyaksikan kegemparan macam ini." M "Kau adalah tokoh saat ini, Sam. Wendajl Sher-Y man
dan penerbitnya sekarang menawarkan 150.000, tapi batas waktunya pukul enam sore
ini. Dia ada di Memphis, duduk dengan tape recorder, gatal untuk datang ke.sini.
Katanya dia butuh sedikitnya dua hari penuh untuk merekam kisahmu." "Hebat. Apa
yang mesti kulakukan dengan uang itu?" *"Berikanlah kepada cucu-cucumu
tercinta." "Kau serius" Apa kau akan memakainya" Aku akan melakukannya kalau kau
mau memakainya." "Tidak. Aku hanya bercanda. Aku tak ingin uang itu, dan Carmen
tidak membutuhkannya. Aku tak dapat memakainya dengan hati nurani bersih."
"Bagus. Sebab antara sekarang dan Selas? tak ingin duduk dengan orang asing dan
bi^ tentang masa lalu. Aku tak peduli berapa. banv uang yang dia miliki. Aku
lebih suka tak ada tentang kehidupanku." "Sudah kukatakan padanya untuk melupa^
urusan ini." "Bocah hebat." Sam berdiri dan mulai berjalan mondar-mandir
melintasi ruangan. Adam mengarn. bil posisi di tepi meja dan membaca berita olah
raga di koran Memphis. "Aku akan senang bila semua ini selesai, Adam," kata
Sara, masih berjalan, bicara dengan tangannya. "Aku tak tahan menunggu seperti
ini, Sumpah, aku berharap eksekusi itu dilaksanakan malam ini." Ia mendadak
gelisah dan kesal, suaranya lebih keras. Adam meletakkan korannya. "Kita akan
menang, Sam. Percayalah padaku." "Menang apa.'" bentaknya marah. "Memenang-kan
penangguhan hukuman mati" Hebat! Keuntungan apa yang kita dapatkan" Enam bulan"
Setahun" Tahukah kau apa arti hal itu" Itu berarti suatu hari kelak kita harus
melakukan hal ini lagi: Aku harus menjalani seluruh ritual terkutuk ini lagi -
menghitung hari, kurang tidur, merencanakan strategi terakhir, mendengarkan
Nugent dan orang-orang goblok lain, bicara dengan psikiater, berbisik pada
pendeta, pantatku ditepuk-tepuk dan digiring ke kurungan ini, sebab aku
istimewa." Ia berhenti ji depan Adam dan memandang tajam padanya. Wajahnya
gusar, matanya basah dan pahit "Aku muak dengan semua ini, Adam! Dengarkan aku!
Ini lebih burak daripada mati." "Kita tak bisa menyerah, Sam." "Kita" Siapakah
kita" Leherkulah yang jadi taruhan, bukan lehermu. Kalau aku mendapat
penangguhan, kau akan kembali ke kantormu yang indah di Chicago dan meneruskan
hidupmu. Kau akan jadi pahlawan, sebab kau menyelamatkan klienmu. Fotomu akan
terpampang dalam Lawyer's Quarterly, atau entah majalah apa yang kalian pea.
Bintang muda cemerlang yang telah menaklukkan banyak orang di Mississippi.
Menyelamatkan kakeknya anggota Klan celaka. Klienmu, se-f baliknya, akan
digiring kembali ke sangkarnya yang sempit, tempat dia kembali menghitung hari."
Sam melemparkan puntung rokok ke lantai dan meraih pundak Adam. "Lihatlah aku,
Nak. Aku tak bisa mengalami ini lagi. Aku ingin kau menghentikan segalanya.
Batalkan. Teleponlah pengadilan dan katakan pada mereka bahwa kita mencabut
semua petisi dan dalih. Aku sudah tua. Biarkan aku mati dengan bermartabat."
Tangannya gemetar. Napasnya memburu. Adam .mengamati matanya yang biru
cemerlang, dike- , lilingi kerut-merat gelap, dan melihat secercah air mata
meluncur di satu sudut jatuh perlahan-lahan ke pipi, lalu menghilang dalam
jenggotnya yang kelabu. Untuk pertama kali Adam bisa mejicjW. kakeknya. Aroma
nikotin yang kuat berca keringat kering menimbulkan bau yang ' nyenangkan. Tapi
bau itu tidak memuakkan, J"*' ti bau yang dipancarkan orang yang biasa makai
banyak sabun dan air panas, AC, dan doran. Setelah tarikan napas kedua, bau jni
" ^ * anja sekali tidak mengganggu Adam. "Aku tak ingin kau mati, Sams" Sam
meremas pundaknya lebih keras. "Meng^ tidak?" ia mendesak. "Sebab aku baru saja
menemukanmu. Kau h kekku." Sam menatap sedetik lebih lama, lalu mengej. dux. la
melepaskan Adam dan mundur selangkah "Aku menyesal kau menemukanku dalam keadaan
seperti ini," katanya sambil menyeka mata. "Tak perlu minta maaf." Tapi aku
harus melakukannya. Aku menyesal tidak menjadi kakek yang lebih baik. Lihatlah
aku," katanya, memandang ke kaki. "Laki-laki celaka dalam baja monyet merah.
Pembunuh yang akan digas bagaikan binatang. Dan lihatlah dirimu, Laki-laki muda
tampan dengan pendidikan bail dan masa depan cemerlang. Di manakah aku keliru"
Apa yang terjadi padaku" Kuhabiskan hidu ku untuk membenci orang lain, dan lihat
apa yai harus kuterima. Kau, kau tidak membenci siap jpun. Dan lihatlah ke mana
kau menuju. Kita P nya darah yang sama. Mengapa aku ada di sini" sm perlahan-
lahan duduk di kursi, tapi sikunya bertumpu pada lutut, matanya terpejam. Lama
tak -alu pun bergerak atau bicara. Sekali-sekali terdengar suara penjaga di
gang, tapi mangan itu sunyi. "Kau tahu, Adam, aku lebih suka tidak mati dengan
cara mengerikan seperti ini," kata Sam parau dengan tinju menempel di pelipis,
masih memandang kosong ke lantai. "Tapi kematian ini sendiri tidak
mengkhawatirkanku lagi sekarang. Sudah lama aku tahu akan mati di sini, dan
ketakutanku yang terbesar adalah mati tanpa ada orang yang peduli. Bayangan itu
mengerikan, kau tahu. Mati dan tak seorang pun peduli. Tak seorang pun menangis
atau bersedih, berdukacita sepantasnya di pemakaman. Aku pernah bermimpi
melihat'mayatku dalam peti mati kayu murahan, tergeletak di rumah jenazah di
Clanton, dan tak seorang pun berada dalam mangan itu bersamaku. Bahkan Donnie
pun tidak. Dalam mimpi yang sama, sang pendeta terkekeh selama upacara
pemakaman, karena yang hadir cuma kami berdua, sendirian dalam kapel, berderet-
deret bangku dalam keadaan kosong. Tapi sekarang berbeda. Aku tahu ada orang
yang peduli padaku. Aku tahu kau akan sedih saat aku mati, sebab kau peduli. Dan
aku tahu kau akan berada di sana saat aku dikuburkan, untuk memastikan pemakaman
itu dilaksanakan dengan benar. Aku benar-benar siap pergi sekarang, Adam. Aku
siap." "Baiklah, Sam, aku menghormati itu. Dan aku janji akan berada di sini
sampai akhir yang ^ I Aku akan berdukacita dan berkabung, dan selaju |
[ semuanya selesai, aku akan memastikan kau 4' kuburkan dengan pantas. Tak
seorang pun ^ mempermainkanmu, Sam, selama aku ada di sinj Tapi kuharap kau
melihatnya dari sudut pandang. I ku. Aku harus mengusahakan yang terbaik, sebab
I aku muda dan masih punya sisa hidup. Jangan i membuatku menyesal karena tidak
berusaha lebih baik. Itu tidak adil bagiku." Sam melipat tangan di depan dada
dan memandang Adam. Wajahnya yang pucat tampak tenang, j matanya masih basah.
"Begini saja," katanya, 'j suaranya masih rendah dan pedih. "Aku siap pergi.
Akan kuhabiskan besok dan hari Selasa untuk mengurus persiapan terakhir.
Kuasumsikan ini akan terjadi Selasa tengah malam, dan aku akan siap; Kau,
sebaliknya, mainkanlah peranmu. Kalau kau bisa memenangkannya, bagus untukmu.
Kalau kau kalah, aku siap menghadapi nasib." "Jadi, kau akan bekerja sama?"
"Tidak. Tak ada sidang pemberian pengampunan. Tak ada lagi petisi atau dalih
lain. Sudah cukup banyak sampah yang kaubuat berkeliaran di luar sana untuk
menyibukkan dirimu. Dua dalil masih belum diputuskan. Aku takkan menanda tangani
petisi lain lagi." Sam berdiri, lututnya berkeretak dan goyah. 1 berjalan ke
pintu dan bersandar di sana. "Baga 828 mana dengan Lee?" ia bertanya lembut
sambil mengambil rokok. "Dia masih berada di lembaga rehabilitasi* Adam
berbohong. Ia tergoda untuk mengungkapkan urusan sebenarnya. Rasanya kekanak-
kanakan berbohong kepada Sam pada saat-saat terakhir hidupnya, namun Adam masih
menaruh harapan besar bahwa Lee akan ditemukan sebelum hari Selasa. "Kau ingin
menemuinya?" "Kurasa begitu. Bisakah dia keluar?" "Mungkin sulit, tapi akan
kucoba. Keadaannya lebih parah dari yang semula kuduga." "Dia pecandu alkohol?"
"Ya." "Cuma itu" Tidak kecanduan obat bius?" "Cuma alkohol. Dia bercerita padaku
bahwa dia sudah bertahun-tahun mengalami masalah ini. Lembaga rehabilitasi bukan
sesuatu yang baru:" "Diberkatilah hatinya. Anak-anakku tak punya kesempatan."
"Dia orang baik. Dia mengalami banyak kesulitan dalam perkawinannya. Putranya
meninggalkan rumah dalam usia muda dan tak pernah I kembali." "Walt, benar?"
"Benar," jawab Adam. Sungguh gerombolan orang patah hati yang malang. Sam bahkan
tidak i yakin nama cucunya. "Berapa umurnya?" "Aku tak tahu pasti. Mungkin
hampir seumurku." g|^^ 829 _ "Apakah dia tahu tentang diriku?" "Entahlah. Dia
sudah bertahun-tahun mem>| lang. Tinggal di Amsterdam." Sam mengambil sebuah
cangkir dari meja da mengisinya dengan kopi dingin. "Bagaimana de ngan Carmen?"
tanyanya. Secara naluriah Adam melirik jam tangan. Tig jam lagi aku akan
menjemputnya di bandara Memphis. Dia akan ke sini besok pagi." "Aku jadi
ketakutan setengah mati." Tenang, Sam. Dia orang yang hebat. Dia cerdas,
ambisius, cantik, dan aku sudah menceritakan segalanya tentang dirimu." "Mengapa
kau melakukan itu?" "Sebab dia ingin tahu." "Bocah malang. Apakah kauceritakan
padanya bagaimana tampangku?" "Jangan khawatir tentang itu, Sam. Dia tak peduli
bagaimana tampangmu." "Apakah kaukatakan padanya aku bukan monster buas?"
"Kuceritakan padanya kau orang yang mania, baik hari, dengan anting-anting, ekor
kuda, per-gelangan tangan lemah, dan dengan sepatu mandi karet lucu ini kau
tampak meluncur." "Gombal!'' "Dan kau tampaknya tokoh favorit di kalangan orang-
orang penjara ink.0 "Kau bohong! Kau tidak menceritakan semua itu kepadanya!"
Sam tersenyum lebar, tapi separo 830 serius; keprihatinannya menggelikan. Adam
tertawa, agak terlalu panjang dan keras, tapi humor itu bisa diterima. Mereka
berdua terkekeh dan mencoba sebaik mungkin kelihatan benar-benar geli oleh
lelucon itu. Mereka mencoba merentangnya lebih panjang, tapi dengan cepat
suasana ringan itu lewat dan suasana berat mengendap. Dengan se~, gera mereka
duduk di tepi meja, berdampingan, kaki pada kursi yang terpisah, menatap lantai,
sementara awan tebal asap tembakau mendidih di atas mereka dalam udara yang tak
bergerak. Begitu banyak yang ingin dibicarakan, tapi begitu sedikit yang
terucap. Teori-teori dan manuver hukum sudah mati. Mereka sudah membahas
tentang keluarga sejauh keberanian mereka. Cuaca hanya bisa diterka tak lebih
dari lima menit mendatang. Dan kedua laki-laki itu tahu mereka akan melewatkan
sebagian besar dari dua setengah hari mendatang bersama-sama. Masalah-masalah
serius bisa menunggu. Pokok pembicaraan yang tak menyenangkan bisa disisihkan
sedikit lebih lama. Dua kali Adam melirik jam tangan dan mengatakan sebaiknya ia
pergi, dan dua kali pula Sam mendesaknya agar tinggal. Sebab begitu Adam
berlalu, mereka akan datang menjemputnya dan membawanya kembali ke sel, sangkar
kecilnya tempat temperatur mencapai lebih dari 38 derajat. Tinggallah, ia
memohon. Larut malam itu, beberapa saat setelah tengah ma831 lama setelah Adam
menceritakan k tpntino T m Han ma^aUL____ ada Cjf Lettner lam. men tentang Lee
dan masalahnya, dan Walt, tentang McAllister dan Wyn serta teori tentang adanya
asisten, berjam-telah mereka menghabiskan pizza dan bicara1 * tang ibu. ayah,
kakek, dan seluruh keluar? fen~ =a yang saat mereka menyedihkan itu, Adam
mengatakan bahwt yang takkan pernah ia lupakan adalah saat berdua duduk di meja,
melewatkan waktu dalam keheningan, seolah-olah jam yang tak terlihat berdetak,
dengan Sam membelai lututnya. Sepertinya ia harus menyentuhku dengan cara yang
penuh kasih sayang, katanya kepada Carmen, seperti kakek yang baik menyentuh
cucu kecil yang ia cintai Carmen sudah mendengar cukup banyak untuk semalam.
Empat jam ia berada di teras, tersiksa hawa lengas dan menyerap kisah lisan
sejarah ayahnya yang menyedihkan. Namun Adam sangat hati-hati. fa mendaki
puncak-puncak dan melewatkan jurang-jurang yang menyedihkan - tak disebutnya
tentang Joe Lincoln atau pembunuhan sewenang-wenang atau gambaran tentang
kejahatan lain. Ia melukiskan Sam sebagai orang keras yang melakukan kesalahan
mengerikan dan sekarang dibebani penyesalan. Ia bermain-main dengan gagasan
memperlihatkan video pengadilan Sam kepada adiknya, tapi akhirnya memutuskan
tidak melakukannya. Itu akan dilakukannya kelak. Carmen cuma bisa menerima
sebanyak itu dalam semalam. Kadang-kadang ia sendiri tak berbagai hal yang ia
dengar -akhir ini. Kejam memukul a itu dalam semalam. Ia sa-SC a Mereka punya
waktu berdua "#" dengan EMPAT PULUH LIMA Senin, 6 Agustus, pukul 06.00. Empat
puluh du; jam tersisa. Adam memasuki kantornya dan mengunci pintu. Ia menunggu sampai pukul 07,00, lalu menelepon
kantor Slattery di Jackson. Tak ada jawaban, tentu saja, namun ia berharap akan
ada pesan rekaman yang mengarahkannya ke nomor lain yang mungkin mengarahkannya
pada seseorang yang bisa mengatakan sesuatu kepadanya. Slattery masih membiarkan
saja klaim inkompetensi mental itu; mengabaikannya seolah-olah itu cuma gugatan
kecil lain. Ia menelepon penerangan dan mendapatkan nomor rumah F. Flynn
Slattery, tapi memutuskan j tidak mengganggunya. Ia bisa menunggu sampai j pukul
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
09J0O. Adam tidur kurang dari tiga jam. Jantungnya j berdenyut-denyut keras,
adrenalinnya terpompa, j Kliennya sekarang hanya punya- waktu 42 jam, j dan
sialan, Slattery harus memutuskan, apa jM I teputusan itu. Tidak adil berlama-
lama dengan petisi itu, sementara ia bisa bergegas ke pengadilan lain dengannya.
Telepon berdering dan ia melonjak meraihnya. Death Clerk dari Pengadilan Fifth
Circuit me-ogabarinya bahwa pengadilan itu menolak dalih Sam tentang bantuan
hukum yang tidak efektif. Menurut pendapat pengadilan, klaim tersebut secara
prosedural tidak sah. Seharusnya sudah diajukan bertahun-tahun yang lalu.
Pengadilan tidak menerima kesahihan persoalan itu. "Kalau begitu, mengapa
pengadilan membiarkannya selama seminggu?" desak Adam. "Mereka bisa mengambil
keputusan remeh ini sepuluh hari yang lalu." Aku akan mengirimkan copy-nya
dengan fax sekarang," kata si panitera. "Terima kasih. Maaf, oke?" Tetaplah
berhubungan, Mr. Hall. Kami akan ada di sini menunggu Anda." Adam menutup
telepon dan beranjak mengambil kopi. Darlene tiba pagi-pagi pukul 07.30 dalam
keadaan letih dan kumal. Ia membawa fax dari Pengadilan Fifth Circuit,
bersamaJcue bagel raisin. Adam memintanya mengirimkan permohonan peninjauan atas
klaim ketidakefeJmfan ke Mahkamah Agung AS dengan fax. Itu sudah dipersiapkan
selama tiga hari, dan Mr. Olander di Washington mengatakan pada Darlene bahwa
Mahkamah sudah memeriksanya. 835 N Darlene kemudian membawakan dua aspirin dan
segelas air. Kepala Adam serasa pecah ketika ia mengemasi hampir semua berkas
Cayhall ke da- ] lam koper besar dan kardus. Ia memberi Darlene sebuah daftar
instruksi. Kemudian ia meninggalkan kantor cabang Kravitz & Bane di Memphis, dan
takkan pernah kembali. * Kolonel Nugent menunggu tak sabar agar pintu tier
terbuka, lalu menyerbu ke dalam gang dengan delapan belas anggota regu eksekusi
pilihan di belakangnya. Mereka menyerbu ke dalam ketenangan Tier A dengan segala
kecanggihan regu tentara Gestapo - delapan laki-laki bertubuh besar, separo
berseragam, separo berpakaian preman, mengikuti jago kecil yang melangkah tegap
di depan. Ia berhenti di sel enam, tempat Sam sedang berbaring di ranjang, sibuk
dengan urusannya sendiri. Narapidana-narapidana lainnya langsung menyaksikan dan
mendengarkan, tangan mereka tergantung di antara jeruji. "Sam, sudah saatnya
pindah ke Sel Observasi," kata Nugent, seolah-olah benar-benar khawatir dengan
urusan ini. Anak buahnya memagari dinding di belakangnya, di bawah deretan
jendela. " Sam perlahan-lahan menyeret tubuh dari ranjang dan berjalan ke
jeruji. Ia menatap tajam pada Nugent dan bertanya, "Mengapa?" "Sebab aku
mengatakannya demikian." -Tapi mengapa memindahkan aku delapan pinta dalam tier
ini" Apa tujuannya?" "Ini prosedur, Sam. Ada di buku." "jadi, kau tak punya
alasan yang bagus, kan?" "Aku tak membutuhkannya. Berbahklah." Sam berjalan ke
wastafel dan menyikat gigi lama-lama. Lalu ia berdiri di atas toilet dan kencing
dengan tangan pada pinggul. Lalu ia cuci tangan, sementara Nugent dan anak
buahnya mengawasi dan menggerutu. Kemudian ia menyalakan sebatang rokok,
menyelipkannya di antara gigi. menggeser tangan ke punggung, dan meng-ulurkannya
ke lubang pada pintu. Nugent mengikatkan borgol pada pergelangan tangan dan
mengangguk ke ujung tier agar pinta dibuka. Sam melangkah ke tier. Ia mengangguk
kepada J.B. GuUit yang mengawasi dengan ngeri, siap menangis. Ia mengedipkan
mata pada Hank Henshaw. Nugent memegang lengannya dan menuntunnya ke ujung gang,
melewati GuUit, Loyd Eaton, Stock Turner, Harry Ross Scott, Buddy Lee Harris,
dan - akhirnya - melewati Preacher Boy yang saat itu sedang berbaring di ranjang,
telungkup sambil menangis. Tier itu sampai pada dinding jeruji besi sama dengan
jeruji di depan sel, dan di tengah dinding itu ada pintu yang berat. Di sisi
seberangnya ada kelompok lain anak buah Nugent, semuanya mengawasi tanpa suara
dan menikmati setiap saat Di belakang mereka ada lorong pendek dan sempit menuju
Ruang Isolasi. Dan kemudian ke Kamar Gas. Sam dipindahkan sejauh empat belas
setengah meter lebih dekat ke maut. Ia bersandar pada dinding, mengepulkan
rokok, mengawasi dengan tenang membisu. Tak ada apa pun yang pribadi di sini,
cuma bagian dari kegiatan mtin. Nugent berjalan kembali ke sel enam dan
menyalakkan perintah. Empat penjaga memasuki sel Sam dan mulai mengemasi barang-
barangnya. Buku-buku, mesin tik, kipas angin, televisi, keperluan mandi,
pakaian. Mereka memegangnya seolah-olah barang-barang itu beracun dan membawanya
ke Sel Observasi. Kasur dan ranjangnya digulung dan dipindahkan oleh seorang
penjaga kekar berpakaian preman yang tak sengaja menginjak ujung seprai dan
merobekkannya. Para narapidana menyaksikan kesibukan mendadak itu dengan
perasaan ingin tahu bercampur sedih. Sel-sel sempit mereka seperti lapisan kulit
tambahan, dan melihat salah satu sel itu diperlakukan semena-mena tanpa belas
kasihan, terasa menyakitkan. Itu bisa terjadi pada mereka. Realita eksekusi
menerpa; mereka bisa mendengarnya pada suara sepatu lars berat yang hilir-mudik
di tier, dan suara-suara regu eksekusi yang tegas tapi teredam. Suara pintu
dibanting di kejauhan tentu takkan diperhatikan seminggu yang lalu. Sekarang
suara itu jadi kejutan yang mengenyakkan dan menggetarkan saraf. Petugas-petugas
itu mondar-mandir dengan ba-lang-barang Sam sampai sel enam kosong. Pekerjaan fa
berlangsung cepat. Mereka mengatur barang-barang di rumah barunya tanpa banyak
peduli. Tak seorang pun di antara delapan orang itu bekerja di The Row. Nugent
membaca pada suatti bagian catatan Naifeh yang berantakan bahwa anggota regu
eksekusi haruslah orang-orang yang sama sekali tak dikenal sang narapidana
Mereka barus diambil dari kamp lain. Tiga puluh satu petugas dan penjaga secara
sukarela mengajukan diri untuk tugas ini. Nugent hanya memilih yang terbaik.
"Semua sudah masuk?" ia bertanya keras pada salah satu orangnya. "Ya, Sir."
"Baik. Semua ini untukmu, Sam." "Oh, terima kasih, Sir," kata Sam mencemooh
ketika memasuki sel itu. Nugent mengangguk ke ujung gang, dan pintu tertutup. Ia
melangkah ke depan dan mencengkeram jeruji dengan dua belah tangan. "Sekarang,
dengarkan, Sam," katanya muram. Sam menyandarkan punggung pada dinding,
memalingkan wajah dari Nugent. "Kami akan berada di sini kalau kau butuh
sesuatu, oke" Kami memindahkanmu ke-ujung sini agar kami bisa i mengawasimu
lebih baik. Oke" Adakah yang bisa kulakukan untukmu?" 839 Sam terus berpaling,
sama sekali tak meng-hiraukannya. "Baik." Ia mundur dan memandang anak buah-nya.
"Mari kita pergi." katanya kepada mereka. Pintu tier terbuka tak sampai tiga
meter dari Sam, dan regu eksekusi itu berbaris keluar. Sam menunggu. Nugent
memandang gang itu dari ujung ke ujung, lalu melangkah keluar dari tier. "Hei,
Nugent!" Sam mendadak berseru. "Bagaimana kalau kau melepaskan borgol ini!"
Nugent diam membeku dan regu eksekusi itu berhenti. "Kau keledai tolol!" Sam
berteriak lagi, semen-tara Nugent terburu-buru mundur, mencari-cari kunci,
meneriakkan perintah. Suara tawa meledak di sepanjang tier, suara terbahak-bahak
dan siulan riuh. "Kau tak bisa meninggalkanku dengan tangan terborgol!" Sam
berteriak ke gang. Nugent ada di pintu Sam, mengenakkan gigi, mengumpat,
akhirnya mendapatkan kunci yang tepat. "Berbalik," perintahnya. "Kau haram jadah
goblok!" Sam berteriak di antara jeruji, langsung ke wajah merah sang Kolonel
yang hanya terpisah kurang dari satu meter. Suara tertawa menderu lebih keras
lagi. "Dan kau yang bertanggung jawab atas eksekusiku!" kata Sam marah, cukup
keras untuk di dengar yang lain. "Kau mungkin akan mengega diri sendui!" -Tak
usah macam-macam," kata Nugent pendek. "Sekarang berbalikiah" Seseorang, entah
Hank Henshaw atau Harry loss Scott, berteriak keras, "Barney Fife!" dan seketika
seman itu bergema di sepanjang tier. "Barney Fife! Barney Fife! Barney Fife!"
"Diam!" Nugent balas berteriak. "Barney Fife! Barney Fife!" "Diam!" Sam akhirnya
berbalik dan mengulurkan tangannya agar Nugent bisa mencapainya. Borgol
dilepaskan dan sang Kolonel bergegas menerobos melewati pintu tier. "Barney
Fife! Barney Fife! Barney Fife!" mereka bernyanyi dengan paduan sempurna sampai
pintu berdentang menutup dan lorong itu kosong kembali. Suara mereka seketika
berhenti dan suara tertawa lenyap. Perlahan-lahan tangan mereka menghilang dari
jeruji. Sam berdiri menghadap gang, menatap tajam dua penjaga yang sedang
mengawasinya dari seberang pintu tier, la menghabiskan beberapa menit untuk
mengatur tempat itu - menancapkan kabel . kipas angin dan televisi, menyusun buku-
buku dengan rapi, seolah-olah akan dipakai, memeriksa apakah toiletnya bisa
diguyur dan airnya mengalir, la duduk di ranjang dan memeriksa seprai yang k
10selnya yang keempat di The Row dan tak disangsikan lagi merupakan sel yang
pahng smg841 kat ditempatinya, la mengenang kembali doa " pertama, terutama yang
kedua, di Tier B, temp,, sahabat dekatnya. Buster Moac, tinggal di sebelah Suatu
hari mereka mengambil Buster dan mem. bawanya ke sini, ke Sel Observasi; mereka
meng. awasinya 24 jam sehan agar ia tidak bunuh din. Sam menangis ketika mereka
menjemput Buster. Pada akhirnya setiap narapidana yang berhasil hidup sejauh ini
juga akan sampai pada perhentian berikutnya. Lalu pada perhentian terakhir.
Gamer Goodman adalah tamu pertama hari itu di dalam serambi mewah kantor
Gubernur. Ia menandatangani buku ramu.
berbincang-bincang ramah dengan si resepsionis cantik, dan cuma ingin tahu
apakah Gubernur bisa ditemui Resepsionis hendak mengatakan sesuatu ketika
telepon berdering pada switchboard. Ia menekan tomboi, meringis, mendengarkan,
mengernyit pada Goodman yang me-malingkan wajah, lalu mengucapkan terima kasih \
kepada si penelepon. "Orang-orang ini," ia mengeluh. "Maaf," kata Goodman seolah
tidak tahu-menahu "Ya, kasut mi sangat emosional. Rasanya seakan-akan sebagian
besar masyarakat di situ mendukung hukuman mati." "Tidak untuk yang ini,"
katanya, mencatat telepon itu pada sehelai formulir merah muda. "Hampa semua
telepon ini menentang eksekusinya.' -Benarkah" Sungguh suatu kejutan." -Akan
saya beritahu Miss Stark bahwa Anda ada di sini." Terima kasih." Goodman duduk
di tempat biasa dalam serambi itu. la kembali melihat-lihat koran pagi. Pada
hari Sabtu, harian di Tupelo melakukan kesalahan dengan mulai melakukan survei
telepon untuk menyaring opini masyarakat terhadap eksekusi Cayhall. Sebuah nomor
telepon toll-free dicantumkan pada halaman depan bersama dengan instruksinya,
dan - tentu saja - Goodman dan tim analis pasarnya membombardir nomor itu sepanjang
akhir pekan. Edisi hari Senin memuat hasilnya untuk pertama kali, dan angka itu
sungguh mencengangkan. Di antara 320 telepon masuk, 302 menentang eksekusi
tersebut Goodman tersenyum sendiri ketika membaca surat kabar itu. Tidak terlalu
jauh dari sana, sang Gubernur duduk di depan meja panjang di kantornya memeriksa
surat kabar yang sama. Wajahnya prihatin. Matanya sedih dan khawatir. Mona Stark
melintasi lantai marmer dengan secangkir kopi. "Gamer Goodman ada di sini.
Menunggu di serambi." "Biarkan dia menunggu." "Hotline kita sudah kebanjiran."
McAllister dengan tenang melihat jam tangan. Pukul 08.49. Ia menggosok dagu
dengan buku jari. Dari pukul 13.00 hari Sabtu sampai pukul 20.00 hari Minggu,
orang-orang pembuat pol sudah menefcpon ktnh dm dm rum warga Mmttw Tu;uh pu/uft
(Jtr/jpjn pmen rmndtokong mati. dan itu Kit an ha/ ysuvg mengejoifcn \ num. dari
sampc/ jwf -u ma. 31 persen jrjjj. Mh" Sum CayfcaJI ndak
untuk rnenghadapi W % KetahjtMwna ddukukmn 23 ranon ywm lab. Mj crnrratii vane
berbeda Jan generasi viarjnf Up gajfa Mt MM M> afn a*M MM * PkfCMmjtf pofit? Hm.
m oam" kulit putih, dan McAfee* MM WMJ WMf mttfumpmi MdM M ill M"j MtMT M HMI
pCMMJ. MsdaM " M MT
vrnbtkM put mrnentjtng t/kmkmmfu Dan "JtJf kniMi >i' * kan MttSth ada tag*
Kantor kenfnr ree uh merofrinjirnv i trlepon uru opmftr MM eel ggu Snai i fj
pencil nj' nrarlcp" uduk mcngi Gubernur sudah Irtih [Mv'.t tnik.ii.ms.i kepad "Ya.
pertemuan dengd "Batalkan Sampaikan wal ulangkan Aku tid int Sebaiknya aku
tingg. Ada acara pukul ^puluh Mana tanpa melihatnya -kelompok Pramuka"
permintaan maafku. J.ul berselera dipotret pagi di miii Maka siang?" " r Anda
diharapkan membahas gugatan terhadap im ? " i utmcrMtas." 'Aku lak tahan dengan
Prcssgrove. Batalkan, lan pesankan ayam Dan. sesudah kupikir pikir. Goodman
masuk.* MiHia Stari herialan ke pintu, menghilang ?" jeaak. dan kembali be nama
Garner Goodman McAllister ?edang herdiri di depan tendela. menatap gedung gedung
di pusat kota b hrrbalik dan mclortlarkan vnvum letih "Selamat pagi. Mr. Goodman
Mereka her diaman "lan duduk Minggu sore. Goodman mengirimkan k r nadi lanamore
aurat permohonan untuk membatalkan sulang pembenM pengampunan, sesuai dengan
keinginan keras klien mereka "Masih tidak menghendaki sidang, huh?" kata Oubemur
dengan satu lagi senyum letih. "Klien kami hilang tidak. Dia lak punya apa-af |
agi untuk ditampahkan Kami sudah mencoba segalanya.* MM mengangsurkan secangkir
kon iam kepada CJoodman .i .t|>ti a uh u hi"Dia keras kepala. Selalu demikian,
saya ras? mana petisi-petisinya sekarang?" kata McA/j-begitu tulus. "Diproses
sesuai yang diharapkan." "Anda sudah pernah mengalami hal seperti jjj Mr.
Goodman. Saya belum. Bagaimana prakira^ Anda, menilik keadaan sekarang?" Goodman
mengaduk kopi dan merenungi^ pertanyaan itu. Tak ada ruginya bertenis teran?
kepada Gubernur. Pada titik ini tak ada kerugian apa pun. "Saya salah satu
pengacaranya, jadi cenderung optimis. Bisa saya katakan peluangnya tujuh puluh
persen ini akan terjadi.'' Gubernur merenungkan kata-kata ini sejenak. Ia nyaris
bisa mendengar telepon berdering dari balik \ dinding. Bahkan orang-orangnya
sendiri jadi resah dan tak pasti. "Tahukah Anda apa yang'Saya inginkan, Mr.
Goodman"* tanyanya sungguh-sungguh. Yeah, kau ingin telepon-telepon terkutuk itu
berhenti berdering, pikir Goodman pada diri sendiri. "Apa?" "Saya benar-benar
ingin bicara dengan Adam Hall. Di mana dia?" "Mungkin di Parchman. Saya bicara
dengannya i satu jam yang lalu." "Bisakah dia datang ke sini hati ini?" "Ya,
bahkan sebenarnya dia merencanakan kc j Jackson sore ini." "Bagus. Saya akan
menunggunya," 846 Goodman menahan senyum. Mungkin sudah ada lubang yang pecah
pada bendungan. Namun anehnya tanda-tanda pertama kemungkinan pemberian
pengampunan itu muncul pada front yang berbeda dan tak terduga. Enam blok dari
gedung pengadilan federal, Breck Jefferson memasuki kantor bosnya, Hakim F.
Flynn Slattery, yang sedang bicara di telepon dan agak jengkel terhadap seorang
pengacara. Breck memegang petisi tebal berisi permohonan peninjauan kembali
keputusan pengadilan yang lebih rendah, dan sebuah buku yang penuh dengan
catatan. "Ya?" Slattery menyalak sambil membanting telepon. "Kita perlu bicara
tentang Cayhall," kata Breck muram. "Anda tahu kita sedang menangani petisinya
yang menyatakan inkompetensi mental." "Mari kita tolak dan keluarkan dari sini.
Aku terlalu sibuk mengurusinya. Biarkan Cayhall membawanya ke Pengadilan Fifth
Circuit. Aku tak ingin benda terkutuk itu berada di sini." Breck tampak
tertekan, dan ucapannya keluar lebih lamban. Tapi ada sesuatu yang perlu Anda
libat." "Ah, sudahlah, Breck. Apakah itu?" "Dia mungkin mengajukan klaim yang
sahih." Wajah Slattery turun dan pundaknya merosot. "Sudahlah. Apa kau bercanda"
Apa itu" Kita akan menghadapi sidang tiga puluh menit lagj ^ dewan juri yang
sedang menunggu di luar sana,Breck Jefferson dulu mahasiswa nomor dua "j
kelasnya, di Sekolah Hukum Emory. Slatt^ diam-diam mempercayainya. "Mereka
menyatakan Sam tidak memiliki kompetensi mental untuk menghadapi eksekusi,
sesuai dengan satu undang, undang Mississippi yang bisa ditafsirkan luas."
"Setiap orang tahu dia gila." "Mereka punya ahli yang bersedia memberikan
kesaksian. Kita tak bisa mengabaikan itu." "Aku tidak percaya ini." 'Sebaiknya.
Anda melihatnya.'' Pak Hakim memijat kening dengan ujung jari. "Duduklah. Coba
kulihat." "Cuma beberapa mil lagi," kata Adam ketika m j la/u kencang menuju
penjara. "Bagaimana keada- I an mu?" Carmen tak banyak bicara sejak mereka we- I
ntnggalkan Memphia. Perjalanan pertamanya ke t Mississippi dihabiskan untuk
menyaksikan luasnya j daerah Delta, mengagumi bermil-mil tanaman ka- j pas dan
kacang yang tumbuh lebat, menyaksikan I mesin pemetik menggelinding di ladang-
ladang itu I dengan penuh kekaguman, menggelengkan kepali f menyaksikan
gerombolan gubuk miskin, "Aku ge- j lisah," ia mengaku, bukan untuk pertama
kalinya. I Mereka bicara singkat tentang Berkeley dan Chi- J cago serta apa yang
akan mungkin terjadi hun-tahun mendatang. Mereka tidak bicara apa pun tentang
ibu atau ayah mereka. Demikian pula Sam dan keluarganya tidak disinggung. "Dia
pun cemas." "Rasanya aneh, Adam. Melaju di jalan raya di daerah liar ini,
bergegas untuk menjumpai kakek yang akan dieksekusi." Adam membelai lutut
adiknya dengan kuat. "Kau mengambil tindakan yang benar." Carmen memakai celana
khaki oversize, sepatu hiking, dan kemeja denim merah yang sudah pudar. Benar-
benar seperti mahasiswi pascasarjana di bidang psikologi.' "Itu dia." Adam
mendadak menunjuk ke depan. Di kedua sisi jalan raya, mobil-mobil diparkir
dengan bumper berhadapan. Lalu lintas berjalan lambat, sementara orang-orang
berjalan ke arah penjara. "Apakah semua ini?" tanya Carmen. "Ini sirkus." Mereka
melewati tiga anggota Klan yang sedang berjalan di tepi trotoar. Carmen menatap
mereka, lalu menggelengkan kepala tercengang. Mereka beringsut ke depan, melaju
sedikit lebih cepat daripada orang-orang yang bergegas menghadiri demonstrasi.
Di tengah jalan raya di depan pintu masuk, dua polisi negara bagian mengarah-kan
lalu lintas. Mereka memberi tanda kepada Adam agar berbelok ke kanan, dan Adam
men urun.-Seorang penjaga Parchman menung suaru bidang di dekat selokan dangkal.
Mereka bergandengan tangan dan berjalan t gerbang depan, berhenti sejenak untuk
melihat ^ tuhan orang Klan berjubah yang bSk-mudfc . depan penjara. Pidato
berapi-api disiarkan den^ megafon yang setiap beberapa detik tidak ^ /ungsi
dengan benar. Satu kelompok berset&g^ cokelat berdiri dengan pundak saling
merapat, n^. megang poster, dan menghadap ke jalan raya. Tat kurang dari lima
van televisi diparkir di seberang jalan raya. Kamera ada di mana-mana. Sebuajj
helikopter peliput berita berputar-putar di atas. Di gerbang depan, Adam
memperkenalkan Car-men kepada teman barunya, Louise, penjaga yang mengurus izin
masuk. Ia cemas dan resah. Ada satu-dua perselisihan seru antara orang-orang
Klan, pers, dan penjaga. Segalanya gaduh saat itu, dan menurutnya bal itu takkan
membaik. Seorang penjaga berseragam mengawal merela ke mobil van penjara, dan
mereka bergegas meninggalkan gerbang depan. "Sungguh sulit dipercaya," kata
Carmen. "Makin buruk saja setiap hari. Tunggulah sam- j pai besok." j Mobil van
itu mengurangi kecepatan saat tot- f nyusuri jalan utama, di bawah naungan
pepohonan, j di depan rumah-rumah putih yang rapi itu. Carmen mengawasi
segalanya. "Ini tidak kelihatan
penjara," katanya. "Ini tanah pertanian. Tujuh belas ribu ekar. gawai penjara
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tinggal di rumah-rumah itu." "Bersama anak-anak," katanya sambil melihat sepeda
dan skuter yang bergeletakan di halaman depan. "Sungguh damai. Di mana
tahanannya?" "Tunggu saja." Van itu berbelok ke kiri. Lapisan batu habis dan
jalan tanah mulai. Tepat di depannya adalah The Row. "Kaulihat menara-menara di
sana?" Adam menunjuk. "Pagar dan kawat duri?" Carmen mengangguk. "Itulah Maximum
Security Unit Rumah Sam selama sembilan setengah tahun terakhir." jj "Di mana
kamar gasnya?" "Di dalam sana." Dua penjaga melihat ke dalam van, lalu memberi
tanda agar melewati gerbang ganda. Van itu berhenti dekat pintu depan, tempat
Packer sedang menunggu. Adam memperkenalkannya kepada Carmen, saat ini nyaris
tak bisa bicara. Mereka ^ berhenti di dalam; Packer menggeledah mereka dengan
lembut. Tiga penjaga lain mengawasi. "Sam sudah di dalam sana," kata Packer
sambil mengangguk ke kantor depan. "Masuklah." Adam menggandeng tangan adiknya
dan menggenggamnya dengan erat. Carmen mengangguk dan mereka berjalan ke pintu.
Adam membukanya. Sam sedang duduk di tepi meja, seperti biasa. Kakinya berayun-
ayun di bawah, ia tidak merokok. Udara dalam ruangan itu bersih dan sejuk. j.
melirik Adam, lalu memandang Carmen. Pacta . menutup pinto di belakang mereka.
Carmen melepaskan tangan Adam dan berjalan ke meja, memandang langsung ke mata
Sam, "Aku Carmen," katanya lembut. Sam turun dari meja. "Aku Sam, Carmen.
Kakekmu yang sesat." Ia menarik Carmen ke dekatnya dan mereka berpelukan. Adam
butuh satu-dua detik untuk menyadari Sam telah mencukur jenggotnya, rambutnya
lebih pendek dan tampak jauh lebih rapi. Pakaian terusannya dikancingkan sampai
ke leher, Sam memegang pundak Carmen dan mengamati wajahnya. "Kau secantik
ibumu," katanya parau. Matanya berkaca-kaca dan Carmen bergulat menahan air
mata. "Kau kelihatan hebat," katanya. "Jangan mulai berbohong, Carmen," kata
Adam, memecahkan kekakuan. "Dan mari berhenti menangis sebelum keadaan jadi tak
terkendali." "Duduklah," kata Sam kepadanya sambil menunjuk ke sebuah kursi. Ia
duduk di samping Carmen, memegang tangannya. "Urusan bisnis dulu, Sam," kata
Adam sambil bersandar pada meja. "Fifth Circuit baru saja me- i nolak permohonan
kita pagi ini. Jadi, kita lepas ke padang yang lebih hijau." "Kakakmu ini
sungguh pengacara yang hebat," , kata Sam pada Carmen. "Dia membawakan kabar
yang sama untukku setiap hari." Tentu saja, tak banyak yang bisa kukerjakan,"
leata Adam. "Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Sam. "Dia baik-baik saja." "Katakan
padanya aku menanyakannya. Aku mengingatnya sebagai orang yang baik." "Akan
kusampaikan." "Ada kabar dari Lee?" Sam bertanya pada Adam. Tidak. Apakah kau
ingin menemuinya?" "Kurasa begitu. Tapi kalau dia tak bisa datang, aku
mengerti." "Coba kulihat apa yang bisa kulakukan," kata Adam yakin. Dua
teleponnya kepada Phelps tak dijawab. Terus terang, saat ini ia tak punya waktu
untuk mencari Lee. Sam memiringkan tubuh lebih dekat pada Garmen. "Kata Adam
kau'belajar psikologi." "Benar. Aku mahasiswi pascasarjana di Cal Berkeley. Aku
akan..." Ketukan tajam pada pintu menyela percakapan itu. Adam membukanya
sedikit dan melihat wajah cemas Lucas Mann. "Permisi sebentar," katanya pada Sam
dan Carmen, lalu melangkah ke gang. -"Ada apa?" tanya Adam. "Garner Goodman
sedang mencarimu," kata Mann, nyaris berbisik. "Dia ingin kau langsung ke
Jackson." "Mengapa" Apa yang terjadi?" "Kelihatannya salah satu klaimmu 'e/ah
nai sasaran. '" ^ Jantung Adam berhenti. "Yang mana?" "Hakim Slaterry ingin
bicara tentan? 6 '"W petensi mental. Dia menjadwalkan sidai nS de, pendapat
pukul lima sore ini. Jangan kataK pun padaku, sebab aku mungkin akan jadi
sepihak negara Adam memejamkan mata dan dengan membenturkan kepala pada dinding.
Seribu pjfo^ bergulung liar dalam otaknya. "Pukul lima 50re ini. Slaterry9"
"Sulit dipercaya Dengar, kau perlu bergerai cepat " "Aku butuh telepon " "Ada
satu di dalam sana." kata Mann, mengangguk ke pintu di belakang Adam. "Dengar,
Adam, ini sama sekali bukan urusanku, tapi seandainya jadi kau. aku takkan
menceritakannya padu Sam. Ini masih berupa kemungkinan kecil, dan tak ada
gunanya membangkitkan harapannya. Seandainya kepufusan ada di tanganku, aku akan
we- I nunggu sampai sidang itu selesai." "Kau benar Terima kasih, Lucas."
"Kembali. Sampai jumpa di Jackson." Adam kembali ke ruangan; percakapan sudah I
melantur sampai pada kehidupan di Bay Ana. "Tak ada apa-apa." kata Adam sambil
mengernyit , dan berjalan tak acuh ke telepon, la tak meng hiraukan nomor.
percakapan tenang mereka saat menekan ?Gamer, mi Adam. Aku ada di sini bersama
Sam. Ada apa?" "Datanglah ke sini, Big Guy," Goodman berkata tenang. "Segalanya
bergerak." "Aku mendengarkan." Sam sedang menceritakan perjalanannya yang
pertama dan satu-satunya ke San Francisco berpuluh-puluh tahun yang lampau.
"Pertama, Gubernur ingin bicara pribadi denganmu. Tampaknya dia menderita. Kita
membuatnya jungkir balik dengan telepon-telepon itu, dan dia merasa kepanasan.
Yang lebih penting lagi, Slat-tery mempertimbangkan klaim inkompetensi mental
itu. Aku bicara dengannya tiga puluh menit yang lalu, dan dia sepenuhnya
kebingungan. Aku tidak membantu membereskan urusan. Dia ingin mengadakan sidang
pukul lima sore ini. Aku sudah bicara dengan Dr. Swinn. dan dia siap. Dia akan
mendarat di Jackson pukul setengah empat dan siap memberikan kesaksian." "Aku
segera berangkat," kata Adam dengan membelakangi Sam dan Carmen. "Temui aku di
kantor Gubernur." Adam meletakkan telepon. "Baru saja mengajukan dalih," ia
menerangkan kepada Sam, yang saat itu sama sekali tak peduli. "Aku harus ke
Jackson." ? "Mengapa terburu-buru" tanya Sam, bagaikan . "no vanc masih punya
waktu bertahun-tahun untuk hidup dan tak perlu melakukan pekerjaan pun. ^
"Terburu-buru" Apakah kau bilang terW buru" Sekarang pukul sepuluh, Sam, hari
Senj. Kita punya waktu 38 jam untuk menemukan ] jizat." "Takkan ada mukjizat,
Adam." Ia menoleh Carmen, masih memegang tangannya. "Jangan biarkan harapanmu
bangkit, Sayang." "Mungkin..." 'Tidak. Sekaranglah saatku, oke" Dan aku $a-ngat
siap. Aku tak ingin kau bersedih bila semua ini berakhir." "Kami harus pergi,
Sam," kata Adam, menyen-tuh pundaknya. "Aku akan kembali larut malam ini atau
besok pagi-pagi." Carmen membungkuk dan mencium pipi Sam, "Hatiku bersamamu,
Sam," bisiknya. Sam memeluknya sedetik, lalu berdiri di samping meja. "Hati-
hatilah, Nak. Belajarlah dengan giat. Dan jangan berpikir buruk tentang diriku,
oke" Aku ada di sini karena suatu alasan, Bukan salah siapa pun kecuali diriku.
Ada kehidupan yang lebih baik sedang menungguku di luar tempat ini." Carmen
berdiri dan memeluknya lagi. Ia menangis ketika mereka meninggalkan ruangan itu.
EMPAT PULUH ENAM Siang hari, Hakim Slattery telah tenggelam sepenuhnya dalam
kegentingan saat itu, dan meskipun berusaha keras menyembunyikannya, ia sangat
menikmati interval singkat di tengah badai tersebut. Pertama, ia membubarkan
juri dan pengacara dalam sidang perdata yang dipimpinnya dan sekarang ditunda,
la sudah dua kali bicara dengan panitera Pengadilan Fifth Circuit di New
Orleans, lalu dengan Hakim McNeely sendiri. Peristiwa besar itu muncul beberapa
menit selewat pukul 11.00, ketika Hakim Mahkamah Agung F. All-bright menelepon
dari Washington, meminta laporan terbaru. Allbright memantau kasus itu setiap
jam. Mereka bicara tentang undang-undang dan teori. Tak seorang pun di antara
mereka menentang hukuman mati, dan mereka berdua punya masalah dengan undang-
undang Mississippi yang sedang dibahas. Mereka khawatir undang-undang itu bisa
disalahgunakan oleh terpidana mati yang bisa berpura-pura gila dan menemukan
dokter sin ting untuk ikut berperan. Para wartawan dengan cepat mengetahui suaft
sidang entah apa telah dijadwalkan, dan mereka bukan saja membanjiri kantor
Slattery dengan telepon, rapi juga parkir di kantor resepsionisnya Marshall
dipanggil untuk membubarkan wartawan-wartawan itu. Sekretaris membawa pesan
setiap menit. Breck Jefferson menggali buku-buku hukum yang tak terhitung
jumlahnya dan hasil-hasil riset yang bertebaran di meja rapat. Slattery bicara
dengan Gubernur, Jaksa Agung, Garner Goodman, dan puluhan orang lain. Sepatunya
ada di bawah mejanya yang besar. Ia berjalan mengelilinginya sambil -memegang
pesawat telepon dengan kabel panjang, sepenuhnya menikmati kegilaan ini. Kalau
kantor Slattery sibuk, kantor Jaksa Agung sepenuhnya kacau. Roxburgh
terjingkrak-jingkrak mendengar kabar bahwa salah saru tembakan asal-asalan
Cayhall telah mengenai sasaran. Sepuluh tahun bergulat melawan beruang-beruang
ini, naik-turun mendaki jenjang pengadilan, keluar-masuk ruang sidang, bertempur
melawan hasil pemikiran hukum kreatif dari ACLU dan lembaga serupa, memproduksi
cukup banyak dokumen untuk menghancurkan hutan tropis, dan tepat ketika kau
melihatnya dalam sasaran, ia mengajukan satu ton dalih terakhir dan salah
satunya mendapatkan perhatian seorang hakim yang hatinya kebetulan sedang lembut
entah di mana. Ia menghambur menyusuri gang ke kantor Morris Henry, Dr. Death
sendiri, dan mereka berdua dengan tergesa-gesa mengumpulkan tim terbaik mereka
dalam hukum pidana. Mereka berkumpul dalam perpustakaan besar dengan berderet-
deret dan bertumpuk-tumpuk buku terbaru. Mereka meninjau petisi Cayhall dan
undang-undang yang bisa diterapkan, serta menyusun strategi. Dibutuhkan beberapa
saksi. Siapa yang -pernah menemui Cayhall pada bulan terakhir" Siapa yang bisa
memberi kesaksian tentang hal-hal yang ia ucapkan dan perbuat" Sudah tak ada
waktu lagi bagi dokter-dokter mereka untuk memeriksanya. Ia punya dokter,
sedangkan mereka tidak. Ini masalah yang signifikan. Untuk membuktikan
kewarasannya dengan dokter yang bereputasi, negara akan terpaksa minta waktu.
Dan waktu berarti penundaan eksekusi. Penundaan tak mungkin diberikan. Para
penjaga melihatnya setiap hari. Siapa lagi" Roxburgh menelepon
Lucas Mann, yang menyarankan agar ia bicara dengan Kolonel Nugent. Nugent
mengatakan baru menemui Sam beberapa jam sebelumnya, dan... ya, tentu ia akan
senang memberikan kesaksian. Bangsat itu tidak gila. Dia cuma jahat. Sersan
Packer melihatnya setiap hari. Psikiater penjara, Dr. N. Stegall, sudah menemui
Sam, dan ia bisa bersaksi. Nugent sangat bersemangat untuk membantu. Ia juga
mengusulkan pendeta penjara. Dan ia akan memikirkan lainnya, Morris Henry
menugaskan satu regu pasukan tempur beranggotakan empat pengacara untuk tidak
melakukan apa pun kecuali mencari-cari kelemahan Dr. Anson Swinn. Temukan kasus-
kasus lain di mana ia pernah terlibat. Bicaralah dengan pengacara-pengacara lain
di seluruh penjuru negeri. Cari transkrip kesaksiannya. Orang itu bukan apa-apa
kecuali orang sewaan, saksi profesional. Cari bahan-bahan untuk
mendiskreditkannya. Begitu selesai mengatur rencana penyerangan dan orang lain
melaksanakan pekerjaannya, Roxburgh naik lift ke lobi gedung itu untuk bicara
dengan pers. Adam parkir di tempat kosong di halaman gedung kapitol negara
bagian. Goodman sedang menunggu di bawah pohon peneduh dengan jas terlepas dan
lengan kemeja tergulung, dasi kupunya sempurna. Adam cepat-cepat memperkenalkan
Carmen kepada Mr. Goodman. "Gubernur ingin menemuimu pukul dua. Aku baru saja
meninggalkan kantornya, untuk ketiga kalinya pagi ini. Mari jalan ke tempat
kita," katanya, melambaikan tangan ke arah pusat kota. "Jaraknya cuma beberapa
blok." "Apakah kau menemui Sam?" Goodman menanyai Carmen. "Ya. Pagi ini." "Aku
senang kau melakukannya." "Apa yang sedang dipikirkan Gubernur?" tanya Adam.
Semua ini terlalu lamban baginya. Tenang, katanya pada diri sendiri. Tenang
saja. "Siapa tahu" Dia ingin bertemu denganmu secara pribadi. Barangkali
analisis pasar itu mempengaruhinya. Mungkin dia merencanakan akrobat untuk
media. Mungkin dia sungguh-sungguh. Aku tak dapat menebak apa-apa. Tapi dia
kelihatan letih." "Telepon-telepon itu berhasil?" "Luar biasa." "Tak ada yang
curiga?" "Belum. Terus terang, kita menyerang mereka begitu cepat dan keras,
sehingga aku sangsi tte-reka punya waktu untuk melacak telepon-telepon itu."
Carmen melantarkan pandangan kosong pada kakaknya yang terlalu sibuk dengan
pikiran sendiri untuk melihatnya. "Apa kabar terakhir dari. Slattery?" tanya
Adam ketika mereka menyeberangi jalan, berhenti sejenak tanpa bicara untuk
melihat demonstrasi yang tengah berlangsung di tangga depan gedung kapitol. "Tak
ada apa-apa sejak pukul sepuluh pagi ini. Paniteranya meneleponmu di Memphis,
dan sek- . retarismu memberikan nomorku di sini. Begitulah mereka menemukanku.
Dia menceritakan sidang itu, dan mengatakan Slattery ingin para pengacara
berkumpul di mang hakim pada pukul tiga untuk menyusun rencana." "Apa arti semua
ini?" tanya Adam, sangat be harap gurunya mengatakan mereka berada di tepj
kemenangan besar. Goodman merasakan keresahan Adam. "Term terang aku tidak.
tahu. Ini kabar baik, tapi t$ seorang pun tahu sampai sejauh mana akan bet-
tahan. Sidang pada tahap ini bukan sesuatu yang /uar biasa." Mereka menyeberangi
jalan lain dan memasuki gedung itu. Di lantai atas, kantor sementara ini
berdengung sibuk sementara empat mahasiswa hukum bicara pada telepon cordless.
Dua duduk dengan kaki di meja. Satu berdiri di depan jendela dan bicara dengan
serius. Satu sedang mondar-mandir di dinding seberang dengan telepon tertempel
di telinga. Adam berdiri di samping pintu, mencoba menyerap pemandangan itu.
Carmen sepenuhnya bingung. Goodman menjelaskan segalanya dengan bisikan keras.
"Kami rata-rata menelepon enam puluh M sejam. Kami memutar lebih dari itu, tapi
salurannya jelas penuh terus-menerus. Kami bertanggung jawab atas kemacetan itu,
dan ini mencegah telepon orang lain masuk ke sana. Pada akhir pekan kegiatan
lebih lambat. Hotline itu cuma memakai satu operator* Ia menyampaikan laporan
ringkas ini bagaikan manajer pabrik yang bangga memamerkan mesin otomatis model
terakhir. "Siapa yang mereka telepon?" tanya Carmen. Seorang mahasiswa melangkah
ke depan dan "emperkenalkan diri pada Adam kemudian pada Carmen. Ia sedang
bersenang-senang, katanya. "Kalian mau makan?" tanya Goodman.."Kami punya
sandwich." Adam menolak. "Siapa yang mereka telepon?" Carmen bertanya lagi.
"Telepon hotline Gubernur," Adam menjawab tanpa memberikan penjelasan. Mereka
mendengarkan .penelepon terdekat ketika ia mengubah suara dan membaca sebuah
nama dari daftar telepon. Ia sekarang menjadi Benny Chase dari Hickory Flat,
Mississippi; ia memberikan suara untuk Gubernur dan berpendapat bahwa Sam
Cayhall tidak seharusnya dieksekusi. Sudah tiba saatnya Gubernur melangkah ke
depan dan menangani situasi ini. Carmen melontarkan pandangan pada kakaknya,
namun Adam tak menghiraukan. "Mereka berempat mahasiswa hukum di Mississippi
College," Goodman menerangkan lebih jauh. "Sejak Jumat kami sudah memakai kira-
kira selusin mahasiswa berlainan usia, hitam dan putih, laki-laki dan perempuan.
Profesor Glass yang paling membantu menemukan orang-orang ini. Dia juga
menelepon. Begitu pula Hez Kerry dan anak buahnya di Defense Group. Sedikitnya
kami punya dua puluh orang untuk menelepon." Mereka menarik tiga kursi ke ujung
sebuah . meja dan duduk. Goodman mengambil minuman ringan dari kotak pendingin
dan meletakkannya di meja Ia meneruskan bicara dengan suara rendah. "John Bryan
sedang melakukan riset sewaktu ki\ bicara. Dia akan menyiapkan makalah pukul
empat nanti. Hez Kerry Juga sedang bekerja. Dia sedasi menghubungi rekan-rekan
lain di negara bagian yang masih memberlakukan hukuman mari, untai memeriksa
apakah undang-undang yang sama per-nah digunakan baru-baru ini." "Kerry orang
kulit hitam itu?" tanya Adam. "Yeah, dia direktur Southern Capital Defense
Group. Sangat cerdas." "Seorang pengacara kulit hitam bekerja jungkir balik
untuk menyelamatkan Sam." "Bagi Hez, itu tak ada bedanya. Ini cuma kasus hukuman
mati lainnya." "Aku ingin menemuinya." "Kau akan bertemu dengannya. Semua orang
ini akan hadir dalam sidang." "Dan mereka bekerja cuma-cuma?" tanya Car-men. j
"Kurang-lebih. Kerry digaji. Sebagian pekerjaan- j nya adalah memantau setiap
kasus hukuman mati di negara bagian ini, tapi karena Sam punya pengacara
sendiri, Kerry tidak terlibat langsung. Dia menyumbangkan waktunya, sebab dia
memang ingin melakukan ini. Profesor Class digaji oleh sekolah hukum, tapi ini
pasti di luar lingkup tugasnya di sana. Kami membayar mahasiswa-maha-siswi ini
lima dolar sejam." "Siapa yang membayar mereka?" tanya Adam. "Kravitz & Bane
tercinta." Adam meraih buku telepon terdekat. "Carmen harus memesan tiket
pesawat untuk sore ini." katanya sambil membalik-balik halaman kuning. "Akan
kuurus," kata Goodman, mengambil buku telepon itu. "Mau ke mana?" " "San
Francisco." "Akan kulihat apa yang tersedia. Dengar, ada deU kecil di pojok
sana. Mengapa kalian berdua tidak makan di sana" Kita akan jalan ke kantor
Gubernur pukul dua." "Aku perlu pergi ke perpustakaan," kata Adam, melihat jam
tangan. Saat itu hampir pukul 13.00. "Pergilah makan, Adam. Dan cobalah santai.
Bta punya waktu nanti untuk duduk mengumpulkan gagasan dan membicarakan
strategi. Saat ini kau perlu menenangkan diri dan makan." "Aku lapar," kata
Carmen, gelisah ingin sendirian bersama kakaknya selama beberapa menit. Mereka
keluar dari ruangan dan menutup pintu. Carmen menghentikan Adam di gang yang
jorok sebelum mereka sampai ke tangga. Tolong jelaskan padaku," ia mendesak,
memegang lengan Adam. "Apa?" "Ruangan sempit di sana."-'p. "Cukup jelas, kan?"
"Apakah itu legal?" "Itu tidak ilegal." A^m menela napas dalam dan menatap
dinding. "Apa yang mereka rencanakan Sam'7" "Mengeksekusinya." "Eksekusi, gas,
exterminate, membunuh, Se^ apa saja semaumu. Tapi itu pembunuhan, Carrr^
Pembunuhan legai. Itu keliru, dan aku beru^. menghentikannya Itu pekerjaan
busuk, dan kalau aku harus membengkokkan sedikit etika, aku ^ peduli." "Itu
busuk." "Begitu juga kamar gas itu." Carmen menggelengkan kepala dan menahan
ucapannya. Dua puluh empat jam yang lalu ia menikmati makan siang bersama
pacarnya di sebuah kafe di San Francisco. Sekarang ia tak tahu pasti di mana
dirinya. "Jangan menyalahkan aku karena ini. Carmen. Sekarang saat-saat
genting." "Oke," katanya, dan beranjak ke tangga. Gubernur dan pengacara muda
itu sendirian dalam kantor yang luas, duduk di kursi nyaman berjok kulit, kaki
disilangkan, dan ujungnya nyaris bersentuhan Goodman mengantar Carmen ke
bandara, mengejar penerbangan. Mona Stark tidak terlihat di sana "Rasanya aneh.
Anda tahu" Anda cucunya dan baru mengenalnya kurang dari sebulan." Kata-kata
McAllister tenang, nyaris letih. "Tapi saya sudah bertahun-tahun mengenalnya.
Dia sudah menjadi h,fiian kehidupan saya dalam jangka panjang. Dan 1 pikir sudah
lama saya menunggu-nunggu datangnya hari ini. Selama ini saya menginginkannya
mau, Anda tahu, agar dia dihukum karena membunuh anak-anak itu." la menyisihkan
poninya dan pelan-pelan menggosok mata. Kata-katanya begitu tulus, bagaikan dua
sahabat lama yang sedang bertemu untuk bertukar gosip. "Tapi sekarang saya tidak
pasti. Harus saya katakan pada Anda, Adam, urusan ini menimbulkan tekanan berat
pada saya." Kalau bukannya benar-benar jujur, ia tentu aktor yang sangat cakap.
Adam tak dapat membedakan. "Apa yang akan dibuktikan negara bila Sam mati?"
tanya Adam. "Apakah negara bagian ini akan menjadi tempat yang lebih baik untuk
hidup bila matahari terbit pagi hari Rabu dan dia mati?" Tidak. Tapi Anda tidak
percaya pada hukuman mati. Saya percaya." j I "Mengapa?" "Sebab harus ada
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hukuman akhir untuk pembunuhan. Tempatkanlah diri Anda pada posisi Ruth Kramer,
dan Anda akan merasa berbeda. Masalah Anda, Adam, juga orang-orang seperti diri
Anda, adalah karena Anda melupakan korbannya." "Kita bisa berdebat berjam-jam
tentang hukuman mati." "Anda benar. Mari kita sisihkan hal itu. Apakah Sam sudah
menceritakan sesuatu yang baru ten-| tang pengeboman itu?" "Saya tak bisa
mengemukakan apa yang ^ ceritakan Sam. Tapi jawabnya tidak." "Mungkin dia
bertindak sendirian, entahlah." "Apa bedanya saat ini, sehari sebelum ek%.
tosi?" "Saya tidak tahu pasti, terus terang. Tapi bila saya tahu Sam cuma
pembantu, dan ada orang lain yang bertanggung jawab atas pembunuhan itu,
mustahil saya membiarkan dia dieksekusi. Saya bisa menghentikannya. Anda tahu.
Saya bisa melakukannya Saya akan menempuh kesulitan apa pun untuk itu. Secara
politis, itu mungkin akan merugikan saya. Kerusakannya bisa tak terpulihkan,
tapi saya tidak keberatan. Saya bosan dengan politik. Dan saya tidak menikmati
ditempatkan sebagai posisi pemberi dan pencabut nyawa. Tapi saya bisa mengampuni
Sam, kalau saya tahu yang sebenarnya." "Anda yakin dia mendapat pertolongan.
Anda sudah mengatakannya pada saya. Agen FBI yang bertanggung jawab dalam
penyelidikan juga yakin demikian. Mengapa Anda tidak bertindak atas keyakinan
Anda dan memberikan pengampunan?" "Sebab kami tidak pasti." "Jadi, sepatah kata
dari Sam, cuma satu nama diungkapkan pada jam-jam terakhir, dan - bingo, Anda
mengambil pena dan menyelamatkan nyawanya?" "Tidak, tapi mungkin saya bisa
memberikan penangguhan hukuman, sehingga nama itu bisa diselidiki.' -itt takkan
terjadi. Pak Gubernur. Saya sudah "coba. Saya sudah begitu sering menanyakandan
dia menyangkal, sampai hal itu tak panah lagi dibicarakan." "Siapa yang dia
lindungi?" ?"Kalau saja saya tahu." "Barangkali kita keliru. Pernahkah dia
memberi Anda perincian pengeboman itu?" "Sekali lagi, saya tak bisa membicarakan
percakapan kami. Tapi dia memikul tanggung jawab sepenuhnya." "Kalau begitu,
mengapa saya hams mempertimbangkan pemberian pengampunan" Kalau si pelaku
kejahatan sendiri menyatakan melakukannya dan bertindak sendirian, bagaimana
saya bisa menolongnya?" Tolonglah dia, sebab dia orang tua yang tak lama lagi
tentu akan mati juga. Tolonglah dia, sebab itulah tindakan yang benar, dan jauh
di dalam hati Anda ingin melakukannya. Itu butuh keberanian." "Dia membenci
saya, bukan?" "Ya. Tapi dia bisa berubah pendapat Beri dia pengampunan dan dia
akan jadi pengagum Anda yang paling hebat" McAllister tersenyum dan membuka
bungkus permen. "Apakah dia benar-benar tidak waras?"^ "Ahli kami mengatakan
demikian. Kami akan berusaha sebaik mungkin untuk meyakinkan Hakim Slattery."
"Saya tahu, tapi benarkah" Anda sudah men I habiskan waktu berjam-jam
bersamanya. Apakah j dia tahu apa yang sedang terjadi?" Pada titik ini, Adam
memutuskan menyisihkan kejujuran. McAllister bukan sahabat, dan tak bisa
sepenuhnya dipercaya. "Dia sangat sedih," Adam mengaku. "Terus terang, saya
heran kalau orang bisa mempertahankan kewarasan sesudah beberapa bulan di death
row. Sam sudah ma ketika masuk ke sana, dan kondisinya perlahan-lahan memburuk.
Itulah salah satu alasan dia menolak semua wawancara. Dia sungguh mengundang
kasihan," Adam tidak tahu apakah Gubernur mempercayai ucapan ini, tapi yang
pasti menyerapnya. "Bagaimana jadwal Anda besok?" tanya McAllister. "Entahlah.
Tergantung apa yang terjadi di pengadilan Slattery. Saya merencanakan melewatkan
sebagian besar hari itu bersama Sam, tapi mungkin juga berlarian mengajukan
dalih detik terakhir." "Saya sudah memberikan nomor pribadi saya. Mari saling
menghubungi besok." Sam makan tiga suap kacang pinto dan sebagian roti jagung,
lalu meletakkan nampan di ujung ranjang. Penjaga idiot yang sama dengan wajah
kosong mengawasinya melalui jeruji pintu tier itu. Hidup sudah cukup buruk dalam
sangkar-sangkar sempit berjejalan ini, tapi hidup seperti binatang dan diawas?
terus sungguh tak tertahankan rasanya. Saat to pukul 1800, saat siaran berita
malam, la sangat ingin mendengar apa yang dikatakan dunia tentang dirinya.
Stasiun Jackson mulai dengan mengungkapkan berita sidang pemenksaan menit
terakhir oleh Hakim Federal F. Flynn Slattery. Laporan itu dipotong sampai ke
depan gedung pengadilan federal Jackson, tempat seorang laki-laki muda penuh
semangat dengan sebuah mikrofon menerangkan sidang itu tertunda sedikit
sementara para pengacara berdebat dalam kantor Slattery. la mencoba sebaik
mungkin untuk menjelaskan secara ringkas pokok persoalannya Pembela sekarang
menyatakan Mr. Cayhall tidak me-rmliki kapasitas mental yang memadai untuk
memahami mengapa dirinya dieksekusi. Dalih pembelaan itu menyatakan ia sudah
pikun dan gila, sehingga dibutuhkan seorang psikiater terkemuka dalam usaha
terakhir untuk menghentikan eksekusi M. Sidang itu diharapkan akan dimulai
setiap saat, dan tak seorang pun tahu kapan keputusan bisa diambil oleh Hakim
Slattery. Kembali ke wanita pembawa berita, yang mengatakan bahwa, sementara
itu, di penjara negara di Parchman, seluruh sistem sudah siaga untuk
melaksanakan eksekusi. Seorang lelaki muda lain dengan ttftrjofon sekonyong-
konyong muncul di layar, berdiri di suatu tempat dekat gerbang depan penjara,
menjelaskan peningkatan penjagaan keamanan, la menunjuk ke kanan, dan kamera
menyorot ke daerah di dekat jalan raya tempat karnaval petti biasanya. PoJisi
patroli jalan raya ^ dengan kekuatan penuh, mengarahkan lalu /jn(^ dan mengawasi
dengan mata waspada satu bolan yang terdiri atas beberapa lusin anggota ^ Klux
Klan. Pemrotes-pemrotes lain, termasuk ber bagai kelompok pengagung keunggulan
ras putj. dan aboiisionis hukuman mati, demikian katanya Kamera berayun kembali
ke reporter itu, y^ sekarang berdiri bersama Kolonel George Nugem orang yang
bertindak sebagai kepala penjara Parchman dan bertanggung jawab atas eksekusi
itu. Nugent dengan muram menjawab beberapa pertanyaan, mengatakan segalanya
terkendali, dan bila pengadilan memberi lampu hijau, eksekusi itu akan
dilaksanakan menurut undang-undang. Sam mematikan televisi. Dua jam sebelumnya
Adam sudah menelepon dan menjelaskan sidang tersebut, jadi ia siap mendengar
bahwa dirinya sudah pikun dan gila serta hanya Tuhan yang tahu entah apa lagi.
Namun ia tak menyukainya. Menunggu dieksekusi sudah cukup mengerikan, tapi
mendengar kewarasannya dibicarakan dengan begitu enteng serasa bagaikan
pelanggaran keji atas privasi. Tier itu panas dan sepi. Televisi dan radio
dikecilkan. Di sampingnya, Preacher Boy dengan pelan menyanyikan The Old Rugged
Cross dan kedengaran cukup menyenangkan. Di lantai dekat dinding tertumpuk
pakaian barunya - kemeja katun putih polos, celana Dickies, 872 kaus kaki putih,
dan sepasang pantofel cokelat Siang itu Donnie melewatkan satu jam bersamanya. .
Ia mematikan lampu dan bersantai di ranjang. Tiga puluh jam lagi untuk hidup.
Ruang sidang utama- di gedung federal itu penuh sesak ketika Slattery akhirnya
membebaskan para pengacara dari ruangannya untuk ketiga kalinya Perdebatan
terakhir dari serangkaian perdebatan panas yang berlarut-larut hampir sepanjang
siang. Sekarang sudah hampir pukul tujuh. Mereka berduyun-duyun ke mang sidang
dan mengambil tempat di belakang meja yang sudah ditetapkan. Adam duduk bersama
Gamer Goodman. Pada sederet kursi di belakang mereka duduk Hez Kerry, John Bryan
Glass, dan tiga mahasiswa hukumnya. Roxburgh, Morris Henry, dan setengah ' lusin
asisten berkerumun di sekitar meja untuk pihak negara bagian. Dua deret di
belakang mereka, di belakang jerjak, duduklah sang Gubernur bersama Mona Stark
di satu sisi dan Larramore di sisi lain. Sisa kerumunan orang banyak itu
terutama wartawan - kamera tidak diizinkan di sana. Ada beberapa penonton yang
ingin tahu, mahasiswa hukum, dan pengacara-pengacara lain. Sidang itu terbuka
untuk umum. Di deretan belakang, memakai jas Sport dan dasi yang gaya, duduklah
Rollie Wedge. Slattery keluar dan semua orang berdiri "Silakan duduk," katanya
ke mikrofon. "Uhfujtg--catat," katanya kepada notulis pengadilan. Ia njg "
berikan ulasan ringkas mengenai petisi itu ^ undang-undang yang dipakai, lalu
menguraikan pa ramerer sidang tersebut. Ia tidak berminat mend., ngarkan
argumentasi berkepanjangan dan periang, an-pertanyaan tanpa tujuan, jadi
bekerjalah dengan cepat, katanya kepada para pengacara. "Apakah pihak yang
mengajukan petisi sudah siap?" ia bertanya ke arah Adam. Adam berdiri gelisah
dan berkata, "Ya, Sir. Pihak pengaju petis] memanggil Dr. Anson Swinn." Swinn
berdiri dari deretan pertama dan berjalan ke podium saksi; di situ ia disumpah.
Adam berjalan ke podium di tengah ruang sidang, memegang catatan dan menabahkan
diri. Catatannya terketik rapi, hasil riset dan persiapan sempurna oleh Hez
Kerry dan John Bryan Glass. Merela berdua, bersama staf Kerry, telah mencurahkan
sehari itu antuk Sam Cayhall dan sidang ini. Dan mereka siap bekerja sepanjang
malam dan sepanjang hari besok. Adam mulai mengajukan beberapa pertanyaan pokok
pada Swinn tentang pendidikan dan training-nya. Jawaban Swinn diwarnai aksen
tegas dari daerah upper Midwest, dan itu bagus. Seorang abu' harus bicara dengan
cara berbeda dan bepergian menempuh jarak jauh agar dipandang tinggi. Dengan
rambut hitam, jenggot hitam, kacamata 874 hitam, dan setelan jas hitam, ia
benar-benar menunjukkan penampilan seorang master brilian di bidangnya.
Pertanyaan-pertanyaan pendahuluan itu pendek dan to the point, tapi cuma karena
Slattery sudah memeriksa kualifikasi Swinn dan memutuskan ia bisa memberikan
kesaksian sebagai ahli. Pihak negara bagian bisa menyerang surat mandatnya pada
pemeriksaan silang, tapi kesaksian itu tetap akan dicatat. Dengan Adam memimpin
jalan, Swinn bicara tentang pertemuannya selama dua jam dengan Sairi Cayhall
hari Selasa lalu. Ia menguraikan kondisi fisiknya dan melakukannya sedemikian
rupa, sehingga Sam kedengaran seperti mayat. Kemungkinan besar ia gila, meskipun
kegilaan di sini merupakan istilah hukum, bukan istilah medis/ Ia bahkan
mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan sederhana seperti: Apa yang
kaumakan untuk sarapan pagi" Siapa yang ada di sel di sampingmu" Kapan istrimu
meninggal" Siapa pengacaramu pada sidang pertama" Dan seterusnya, dan
seterusnya. Swinn dengan sangat hati-hati menutupi jejak dengan berkali-kali
mengatakan kepada pengadilan
bahwa dua jam sama sekali tidak cukup untuk memberikan diagnosis mendalam
terhadap Mr. Sam Cayhall. Dibutuhkan lebih banyak waktu untuk itu. Menurut
pendapatnya, Sam Cayhall tidak memahami fakta bahwa ia akan mati, tidak mengerti
mengapa ia dieksekusi, dan sama sekali tak menyadari dihukum karena suafu
kejahatan. ^ mengenakkan gigi agar riap kali tidak merjn ", rapi Swinn benar-
benar meyakinkan. Mr. Cayjf'f' sepenuhnya tenang dan santai, tak tahu apa pU|)
tentang nasibnya, menghabiskan hari-harinya de ngan percuma dalam sel dua kali
tiga meter, rv kup menyedihkan. Satu di antara kasus terhuni yang pernah ia
temui. Dalam situasi berbeda, Adam tentu ngeri raeng. ajukan saksi yang jelas
penuh kebohongan seperti itu. Namun saat ini ia bangga luar biasa akan laki-laki
kecil yang aneh ini. Nyawa seorang manusialah yang jadi taruhan. flattery takkan
memotong kesaksian Dr. Swinn. Kasus ini akan langsung diperiksa Pengadilan Fifth
Circuit dan mungkin Mahkamah Agung AS, dan ia lak ingin siapa pun di atas salah
mengerti tentang dirinya. Jadi, dengan keleluasaan yang diberikan sidang, Swinn
melontarkan hal-hal yang kemungkinan besar menjadi penyebab masalah Sam. Ia
menguraikan kengerian hidup dalam sel j selama 23 jam sehari; tahu bahwa kamar
gas cuma J berjarak selemparan batu; tak punya hak untuk ditemani, mendapat
makanan yang baik, seks, ke- J leluasaan bergerak, latihan, udara segar. Ia
sudah j banyak menangani terpidana mati di seluruh peti-juru negeri dan tahu
betul masalah mereka. Sam, i tentu saja, jauh berbeda karena usianya. Usia rata-
i rata terpidana mati adalah 31 tahun, dan biasanya i mereka melewatkan empat
tahun menunggu tor J 876 matian. Sam umur enam puluh tahun ketika per-eama kali
tiba di Parchman. Secara fisik dan mental, ia tidak tahan dengan itu. Tak
terhindarkan lagi kondisinya memburuk. Selama 45 menit Swinn diperiksa langsung
oleh Adam. Ketika kehabisan pertanyaan, Adam duduk. Steve Roxburgh melangkah ke
podium dan menatap Swinn. Swinn tahu apa yang akan terjadi, dan sedikit pun
tidak khawatir. Roxburgh mulai dengan menanyakan siapa yang membayar jasanya,
dan berapa yang dimintanya. Swinn mengatakan Kravitz & Bane membayarnya dua
ratus dolar per jam. Hebat. Tak ada juri di boks. Slattery tahu bahwa semua ahli
dibayar, atau mereka takkan bisa memberikan kesaksian. Roxburgh mencoba mencari
kelemahan kualifikasi profesional Swinn, tapi tidak mendapatkan apa-apa. Laki-
laki ini psikiater yang berpendidikan baik, terlatih baik, dan berpengalaman.
Jadi, apa salahnya kalau bertahun-tahun yang lalu ia memutuskan bisa mendapatkan
uang lebih banyak sebagai saksi ahli. Kualifikasinya tidak memudar. Dan Roxburgh
memutuskan takkan berdebat tentang masalah medis dengan seorang dokter.
Pertanyaan-pertanyaan jadi makin aneh ketika Roxburgh mulai menanyakan perkara-
perkara lain di mana Swinn memberikan kesaksian. Ada anak yang terbakar dalam'
kecelakaan mobil di Ohio, dan Swinn memberikan pendapat bahwa anak itu
sepenuhnya cacat mental. Tidak terlalu ekstrem. 877 "Apa tujuan Anda
sebenarnya?".'" Slattery menyela dengan keras. Roxburgh melihat catatan, lalu
berkata, "Yang Mulia, kami mencoba mendiskreditkan saksi ini." "Saya tahu. Tapi
itu takkan ada hasilnya, Mr. Roxburgh. Sidang ini tahu bahwa saksi sudah
memberikan kesaksian dalam banyak sidang di seluruh penjuru negeri. Apa
maksudnya?" "Kami mencoba menunjukkan bahwa dia bersedia memberikan opini yang
aneh bila uangnya tepat." "Pengacara melakukan hal itu setiap liari, Mi.
Roxburgh." Terdengar suara tawa sangat pelan di antara penonton, tapi sangat
terkendali. "Saya tak ingin mendengarnya," Slattery membentak. "Sekarang
teruskan." Roxburgh seharusnya duduk, tapi terlalu sayang melewatkan kesempatan
itu. Ia pindah ke ladang ranjau berikutnya dan mulai menanyakan pemeriksaan
Swinn terhadap Sam. Ia tak mencapai apa pun, Swinn menangkis setiap pertanyaan
dengan jawaban lancar yang makin menguatkan kesaksiannya dalam pemeriksaan
langsung. Ia banyak mengulangi uraian menyedihkan tentang keadaan Sam Cayhall.
Roxburgh tidak mendapatkan angka sama sekali, dan setelah terpukul habis,
akhirnya kembali ke tempat duduknya. Swinn dipersilakan meninggalkan tempat
saksi. Saksi selanjutnya, saksi terakhir bagi pihak yang pengajukan petisi,
merupakan kejutan, meskipun Slattery sudah menyetujuinya. Adam memanggil yix. E.
Gamer Goodman ke tempat saksi. Goodman disumpah, lalu duduk. Adam bertanya
mengenai representasi biro hukumnya bagi Sam Cayhall, dan secara ringkas Goodman
menguraikan sejarahnya untuk dicatat. Slaterry sudah tahu sebagian besar dari
hal itu. Goodman tersenyum ketika teringat usaha Sam untuk memecat Kravitz
&Bane. "Apakah Kravitz & Bane mewakili Mr. Cayhall saat ini?" tanya Adam.
"Benar." "Dan saat ini Anda berada di Jackson untuk menangani kasus ini?"
"Benar." "Menurut pendapat Anda, Mr. Goodman, apakah Anda percaya Sam Cayhall
sudah menceritakan segalanya tentang pengeboman Kramer kepada pengacaranya?"
"Tidak." Rollie Wedge menegak sedikit dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Bisakah Anda jelaskan?" "Tentu. Selama ini ada bukti tak langsung yang
menunjukkan ada orang lain bersama Sam Cayhall pada saat pengeboman Kramer, dan
pengeboman-pengeboman lain yang mendahuluinya. Mr. Cayhall selalu menolak bicara
tentang hal ini dengan saya, pengacaranya, dan bahkan sampai sekarang 879 tidak
bersedia bekerja sama dengan pengacaranya Sudah jelas bahwa pada titik ini,
sangatlah penting dia mengungkapkan segalanya kepada pengacara-nya. Dia tak
mampu melakukannya. Ada beberapa fakta yang harus kami ketahui, namun dia tak
mau menceritakannya." Wedge gelisah dan sekaligus lega. Sam bersikeras, tapi
pengacaranya mencoba segala cara. Adam mengajukan beberapa pertanyaan lain, lalu
duduk. Roxburgh cuma mengajukan satu pertanyaan. "Kapan Anda terakhir bicara
dengan Mr. Cayhall?" Goodman sangsi dan memikirkan jawabannya. Terus terang ia
tak bisa mengingat secara tepat, kapan hal itu terjadi. "Saya tidak pasti. Sudah
dua atau tiga tahun." "Dua atau tiga tahun" Dan Anda pengacaranya?" "Saya salah
satu pengacaranya. Mr. Hall sekarang pengacara utama dalam kasus ini, dan dia
sudah menghabiskan waktu yang tak terhitung banyaknya bersama klien dalam bulan
terakhir ini." Roxburgh duduk, dan Goodman kembali ke tempat duduknya di
belakang meja. "Kami tak punya saksi lain, Yang Mulia," kata Adam. "Panggil
saksi pertama Anda, Mr. Roxburgh," kata Slattery. "Negara memanggil Kolonel
George Nugent," Roxburgh mengumumkan. Nugent ditemukan ber-ada di gang, dan
dikawal ke tempat saksi. Kemeja dan celana hijau zaitunnya bebas keratan, sepatu
bisnya mengilat, la menyatakan siapa dirinya dan apa yang ia kerjakan untuk
dicatat. "Saya ada di paichman satu jam yang lalu," katanya sambil melihat jam
tangan. "Baru saja terbang ke sini dengan helikopter milik negara." "Kapan Anda
terakhir melihat Sam Cayhall?" tanya Roxburgh. "Dia dipindahkan ke Sel Observasi
pukul sembilan pagi ini. Saat itu saya bicara dengannya." "Apakah secara mental
dia sadar, atau hanya meneteskan liur di sudut seperti idiot?" Adam akan
melompat dan mengajukan kebe-^ tatan, tapi Goodman memegang lengannya. "Dia
sangat sadar," kata Nugent bersemangat. "Sangat cerdas. Dia bertanya pada saya,
mengapa i dia dipindahkan dari selnya ke sel lain. Dia menyadari apa yang
terjadi. Dia tak menyukainya, tapi Sam memang tak menyukai apa pun akhir-akhir
ini." "Apakah Anda melihatnya kemarin?" "Ya." "Dan apakah dia bisa bicara, atau
cuma berbaring tak berdaya?" "Oh, dia cukup banyak bicara." "Apa yang kalian
bicarakan?" "Saya punya checWist tentang beberapa hal yang perlu saya bahas
bersama Sam. Dia sangat memusuhi bahkan mengancam saya dengan kekerasan fisik
Dia orang yang sangat kasar dengan lidah tajam. Setelah dia tenang sedikit, kami
bicara tentang santapan terakhirnya, saksi-saksinya, apa yang harus dilakukan
dengan barang-barang pribadinya, Beberapa hal seperti itu. Kami bicara tentang
efc sekusi tersebut." "Apakah dia sadar dirinya akan dieksekusi?" Nugent meledak
tertawa. "Pertanyaan macam apa itu?" "Jawab saja," kata Slattery tanpa senyum.
"Tentu saja dia tahu. Dia tahu benar apa yang sedang terjadi. Dia tidak gila.
Dia berkata pada saya bahwa eksekusi itu takkan terjadi, sebab pengacara-
pengacaranya akan membongkar artileri berat, begitulah istilahnya. Mereka sudah
merencanakan semua ini." Nugent mengibaskan kedua tangannya pada seluruh ruang
sidang. Roxburgh bertanya tentang pertemuan-pertemuan sebelumnya dengan Sam, dan
Nugent tak menyisakan perincian kecil sekalipun. Rasanya ia ingat setiap patah
kata yang diucapkan Sam dalam dua minggu terakhir ini, terutama sarkasme
menyengat dan sindiran tajam. Adam tahu semua itu benar. Ia cepat-cepat mendekat
pada Garner Goodman, dan mereka memutuskan membatalkan pemeriksaan silang. Tak
banyak yang bisa didapatkan. Nugent berjalan tegap di gang dan keluar dari ruang
sidang. Laki-laki itu punya misi. Ia dibutuhkan di Parchman. Saksi kedua dari
pihak negara adalah Dr. N Stegall, psikiater pada Department of Corrections. la
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berjalan ke tempat saksi, sementara Roxburgh berunding dengan Morris Henry.
"Harap beritahukan nama Anda untuk dicatat," kata Slattery. "Dr. N. Stegall."
"Ann?" tanya Hakim. "Bukan. N. Itu singkatan." Slattery menatapnya, lalu
memandang Roxburgh yang mengangkat pundak, seolah-olah tak tahu apa yang hams
diucapkan. Hakim bergeser lebih dekat ke tepi mejanya dan memandang ke tempat
saksi di bawah. "Dengar, Dokter, saya tidak meminta singkatan nama Anda, saya
minta nama Anda. Sekarang, tolong Anda sebutkan untuk dicatat, dan kerjakanlah
dengan cepak9 Ia mengalihkan tatapan dari Hakim, berdeham melonggarkan
tenggorokan, dan dengan enggan berkata, "Neldeen." Tak heran, pikir Adam.
Mengapa dia tidak * mengubahnya dengan nama lain saja" Roxburgh memanfaatkan
saat tersebut dan dengan cepat mengajukan sejumlah pertanyaan tentang
kualifikasi dan pendidikannya. Slattery sudah memutuskan
bisa memberikan kesaksian. "Sekarang, Dr. Stegall," Roxburgh mulai, hati-hati
menghindari panggilan Neldeen, "kapan Anda bertemu dengan Sam Cayhall"? 883
Stegall menatap kertas di tangannya. "Kamis tanggal 26 Juli." "Dan maksud
kunjungan ini?" "Sebagai bagian dari tugas saya, secara rutin saya mengunjungi
narapidana penghuni death row, \ terutama yang akan segera menghadapi eksekusi,
Saya memberikan konseling dan pengobatan, bila mereka memintanya." "Harap
jelaskan kondisi mental Mr. Cayhall." "Sangat waspada, sangat cerdas, sangat
tajam lidahnya, nyaris kasar. Bahkan dia sebenarnya cukup kasar pada saya, dan
dia minta saya agar tidak kembali." "Apakah dia bicara tentang eksekusinya?"
"Ya. Dia bahkan tahu cuma punya waktu tiga belas han lagi. dan menuduh saya
mencoba memberinya obat, sehingga dia tidak menimbulkan kesulitan bila saatnya
tiba. Dia juga mengungkapkan keprihatinan atas narapidana lain, Randy Dupree,
yang menurutnya kondisi mentalnya memburuk, Dia sangat prihatin dengan Mr.
Dupree, dan mempersalahkan saya karena tidak memeriksanya." "Menurut pendapat
Anda, apakah dia menderita suatu bentuk penurunan kapasitas mental?" "Sama
sekali tidak. Pikirannya sangat tajam." Tidak ada pertanyaan lain," kata
Roxburgh, lalu duduk. Igfc Adam berjalan ke podium dengan mantap. "Ce-makanlah
pada kami, Dr. Stegall, bagaimana kedaan Randy Dupree?" ia bertanya dengan
volume penuh. "Saya... uh... saya belum punya kesempatan untuk menemuinya." "Sam
menceritakan tentang dia sebelas hari yang lalu, dan Anda sama sekali tak peduli
untuk menengoknya?" "Selama ini saya sibuk." "Berapa lama Anda sudah memegang
jabatan sekarang?" "Empat tahun." "Dan selama empat tahun ini, berapa kali Anda
bicara dengan Sam Cayhall?" "Satu kali." "Anda tidak begitu peduli dengan para
narapidana di death row, bukan, Dr. Stegall?" "Tentu saja saya peduli." "Ada
berapa orangkah di death row sekarang ini?" "V/ell... uh... saya tidak pasti.
Sekitar empat puluh, saya rasa." "Berapa orang yang sudah pernah Anda ajak
bicara" Beri kami beberapa nama." Apakah itu ketakutan, kegusaran, atau
ketidaktahuan, tak seorang pun bisa mengatakannya. Tapi Neldeen diam membeku, la
meringis dan menggoyangkan kepala ke satu sisi, jelas berusaha mencabut satu
nama dari udara, dan jelas tak mampu melakukannya. Adam membiarkannya tergantung
Hie. sejenak. Ulu berkata. "Terima kasih, Dr. Stegajj la berbaJik dan berjalan
pelan-pelan ke kursinya "Panggil saksi Anda selanjutnya" Slattery menatahkan
"Negara memanggil Sersan Clyde Packer." Packer dijemput dan gang dan dikawal ke
b*, gun depan ruang sidang. Ia masih terseragam tapi pistolnya sudah
ditanggalkan Ia bersumpal) untuk mengatakan yang sebenarnya, dan duduk di tempat
saksi. Adam tidak terkejut dengan kesaksian Packer. Ia laki-laki jujur yang
sekadar menceritakan apa yang dilihatnya. Ia sudah sembilan setengah tahun
mengenal Sam. dan keadaannya sekarang sama dengan saat ia pertama tiba. Ia
mengetik surat dan dokumen hukum sepanjang hari. membaca banyak buku, terutama
buku-buku hukum, la mengetik permohonan peninjauan ulang untuk rekan-rekannya di
The Row, dan ia mengetik surat kepada istri dan pacar untuk beberapa orang yang
tak bisa membaca, fa terus-menerus merokok, sebab ingin mati dengan sendirinya
sebelum negara melakukannya Ia meminjamkan uang kepada teman-teman. Menurut
pendapnt Packer yang sederhana. Sam secara mental waras seperti halnya sembilan
setengah tahun yang lalu Dan pikirannya sangat Slattery membungkuk lebih dekat
ke ujung meja Hakim ketika Packer menceritakan permainan checker Sam melawan
f/ensbaw dan Gullit f -Apakah dia menang?" Hakim menyela I "Hampir selalu.
T. . .. I Mungkin titik balik sidang itu terjadi ketika I packer bercerita
tentang keinginan Sam melihat I matahari terbit sebelum ajal. Itu terjadi minggu
lalu, ketika suatu pagi Packer sedang bertugas jaga. Sam diam-diam mengajukan
permohonan itu. Ia tahu akan mati. katanya ia siap pergi, dan ingin keluar pagi-
pagi ke halaman bermain di ujung timur dan menyaksikan matahari terbit. Jadi,
Packer mengurusnya, dan Sabtu kemarin Sam menghabiskan satu jam menghirup kopi
dan menunggu matahari terbit. Sesudahnya ia sangat berterima kasih. Adam tak
punya pertanyaan untuk Packer. Ia dipersilakan berlalu dan meninggalkan ruang
sidang. Roxburgh mengumumkan saksi berikutnya adalah Ralph Griffin, pendeta
penjara. Griffin dikawal ke tempat saksi dan memandang sekeliling mang sidang
dengan perasaan tak enak. Ia menyebutkan nama dan pekerjaannya, lalu memandang
cemas pada Roxburgh. "Apakah Anda kenal Sam Cayhall?" tanya Roxburgh "Ya." ^
"Apakah Anda memberikan konseling kepadanya akhir-akhir ini?" "Ya." "Kapan Anda
terakhir melihatnya?" "Kemarin. Minggu." 887 "Dan bagaimana Anda menjelaskan
kead mentalnya?" ^ "Saya tak bisa menjelaskannya." "Maaf?" "Saya katakan saya
tak bisa menjelaskan koncfiSj mentalnya." "Mengapa tidak?" "Sebab saat ini saya
pendetanya, dan apa pun yang dia katakan atau kerjakan di depan saya sepenuhnya
rahasia. Saya tak bisa memberikan kesaksian yang memberatkan Mr. Cayhall."
Roxburgh terenyak sejenak, mencoba memutuskan apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Jelaslah ia ataupun bawahannya yang pandai tak pernah memikirkan
situasi ini. Barangkali mereka berasumsi bahwa karena bekerja untuk negara,
pendeta ini akan bekerja sama dengan mereka. Griffin bersiaga menunggu serangan
dari Roxburgh. Slattery menyelesaikan persoalan dengan cepat. "Pendapat yang
sangat bagus. Mr. Roxburgh. Saksi ini tidak seharusnya berada di sini. Siapa
berikutnya?" Tidak ada saksi lain." kata sang Jaksa Agung, terburu-buru ingin
meninggalkan podium dan kembali ke tempat duduknya. Hakim menulis sejumlah
catatan panjang, lalu memandang ruang sidang yang penuh sesak. "Saya akan
membawa urusan ini untuk dipertimbangkan, dan saya akan memberikan keputusan,
mungkin besok pagi-pagi Begitu keputusan siap, kita akar memberitahu para
pengacara. Anda tak perlu tinggal di sini. Kami akan menelepon Anda. Sidang C
dibubarkan." Semua orang berdiri dan bergegas ke pintu belakang. Adam mengejar
Pendeta Ralph Griffin dan mengucapkan terima kasih kepadanya, lalu kembali ke
meja tempat Goodman, Hez Kerry, Profesor Glass, dan para mahasiswa sedang
menunggu. Mereka berkerumun dan berbisik sampai orang banyak menghilang, lalu
meninggalkan mang sidang itu. Seseorang bicara tentang makanan dan minuman. Saat
itu hampir pukul 21.00. Para reporter sedang menunggu di luar pintu ruang
sidang. Adam melontarkan no comment so-j pan dan terus berjalan. Rollie Wedge
menyelinap di belakang Adam dan Goodman sewaktu mereka beringsut melintasi gang
yang penuh sesak, la menghilang saat mereka meninggalkan gedung. Dua kelompok
kamera sudah siap di luar. Di tangga depan, Roxburgh sedang melayani sekelompok
wartawan, dan tak jauh dari trotoar, Gubernur sedang memberikan komentar. Ketika
Adam berjalan melewatinya, ia mendengar McAllister mengatakan pemberian
pengampunan sedang dipertimbangkan, dan'malam ini akan menjadi malam panjang.
Esok akan lebih berat lagi. Apakah ia Stan menghadiri eksekusi" tanya seseorang.
Adam tak dapat mendengar jawabannya. Mereka bertemu di Hal and Mai's, sebuah
restoran dan tempat minum populer di pusat kota H, mendapatkan meja besar di
sudut dekat f>a .e* depan dan memesan bir. Sekelompok band y bermain di
belakang. Ruang makan dan bar ngn J sesak. * ior kami. Salah satu orangku
beralih ke praktek Adam duduk di sudut, di samping Hez, ^ untuk pertama kalinya
bersantai setelah berj^ jam. Bir masuk dengan cepat ke perutnya ^
menenangkannya. Mereka memesan kacang merjj, dan nasi. dan berbincang-bincang
tentang sidang tadi. Hez mengatakan ia tampil luar biasa, fjan para mahasiswa
itu penuh dengan pujian. Suasana. nya optimis. Adam mengucapkan terima kasih
atas bantuan mereka. Goodman dan Glass berada di ujung meja itu, tenggelam dalam
percakapan ten tang kasus hukuman mati lain. Waktu berlalu perlahan-lahan, dan
Adam menyerbu santap malamnya begitu disajikan. "Sekarang mungkin bukan saat
yang lepat untuk mengemukakan urusan ini," Hez berbisik, h tik ingin siapa pun
mendengarnya, kecuali Adam. Band itu makin keras lagi sekarang. "Kurasa kau akan
kembali ke Chicago begitu urusan ini selesai," katanya sambil melirik Goodman,
untuk memastikan ia masih terlibat percakapan dengan G las s "Kurasa begitu,"
kata Adam, tidak begitu yakin, la tak punya banyak waktu untuk memikirkan apa
pun setelah besok. "Nah, asal kau tahu saja, ada lowongan di kanBtaTdan kami
mencari pengacara bara. Tak ada Wgas lain kecuali menangani kasus hukuman mati,
jrau tahu." "Kau benar," kata Adam pelan. "Sekarang saat yang buruk untuk
mengemukakannya" "Pekerjaannya berat, namun memuaskan. Juga meremukkan hati. Dan
perlu." Hez mengunyah sepotong sosis dan mengguyurnya dengan bir. "Uangnya
sedikit, dibanding dengan apa yang kauterima dari biro hukum sekarang. Anggaran
belan-f ja ketat, jam kerja panjang, banyak klien." "Berapa?" "Aku bisa mulai
memberimu 30.000." "Saat ini aku mendapat. 62.000. Dan lebih banyak lagi akan
menyusul." Aku pernah mengalaminya. Aku mendapat 70.000 di sebuah biro hukum
besar di D.C., sara-! pai aku berhenti dan datang ke sini. Aku dipersiapkan
untuk jadi partner, tapi mudah saja untuk berhenti. Uang bukan segalanya." "Kau
menikmati ini?" "Lama-kelairjaan... ya. Perlu keyakinan moral yang kuat untuk
melawan sistem seperti ini. Cobalah kaupert imbangkan." Goodman sekarang
memandang ke arah mereka. "Apa kau akan kembali ke Parchman malam ini?" tanyanya
keras. Adam sedang menghabiskan bir kedua. Ia mgm ketiga, tapi tidak lebih.
Keletihan mengendap yang iJ>de, dengan cepat. "Tidat A berdetak. Tak J SUdah
^esa"^ ^da dalam taW * ^nu"C ^ menghaL m?h0n a^ Tuh^l^ sertai C^n' ^'^Wya la
ponya waJctu 24 iam e,fJcJcanEMPAT PULUH TUJUH Nugent menunggu sampai pukul
07.30 tepat untuk menutup pintu dan memulai rapat. Ia berjalan ke depan ruangan,
dan memeriksa pasukannya. "Aku baru saja meninggalkan MSU,"
katanya muram. "Narapidana itu jaga dan waspada, sama sekali bukan mayat hidup
seperti yang kita baca di koran pagi ini." Ia berhenti dan tersenyum,
mengharapkan setiap orang menikmati humornya. Lelucon itu lewat tajk tertangkap.
"Dia bahkan sudah sarapan, dan mengomel meminta waktu rekreasi. Jadi setidaknya
ada sesuatu yang normal di sini. Sekarang belum ada kabar dari pengadilan
federal di iBckson, jadi mm m berjalan sesuai jadwal kecuali kita mendengar
kabar sebaliknya. "Benar, Mr..M^"J meja di bagian Lucas sedang duduk feabar dan
mencoba depan ruangan, mefflbaC^ei. "Benar." tak menghiraukan sang* ^
diperhatikan. "Sekarang, ada duai? ^ menUgaskan Ser-Pertama adalah pers- Sa/ san
Moreland di sini untuk menangani bang$? 1 bangsat ini. Kita akan pindahkan
mereka ke Balai Pengunjung tepat di dalam gerbang depan, dan berusaha menahan
mereka di sana. Kita akan ka. ' rung mereka dengan penjaga, dan tantang mereka
untuk berkeliaran. Pukul empat sore ini, saya akan mengundi reporter mana yang
bisa menyaksikan eksekusi. Menurut hitungan kemarin, ada seratus nama lebih
dalam daftar permintaan. Mereka mendapat lima tempat duduk. "Masalah kedua
adalah apa yang terjadi di luar gerbang. Gubernur sudah setuju menugaskan tiga
lusin tentara untuk hari ini dan besok, dan mereka akan sampai ke sini tak lama
lagi. Kita harus menjaga jarak dari orang-orang gila itu, terutama para
skinhead, bajingan-bajingan itu sinting, tapi kita juga harus menjaga
ketertiban. Kemarin terjadi dua perkelahian, dan urusan bisa memburuk cepat
seandainya kita tidak mengawasi. Bila eksekusi berlangsung, mungkin akan ada
saat-saat tegang. Ada pertanyaan?" Tak ada satu pertanyaan pun. "Baiklah. Saya
harap setiap orang bertindak profesional hari ini, dan laksanakanlah tugas ini
dengan sikap bertanggung jawab. Bubar." Ia memberikan hormat cepat, dan dengan
bangga mengawasi mereka meninggalkan ruangan. Sam duduk di bangku dengan papan
checker di depannya, dan dengan sabar menunggu J.B. Gullil masuk ke halaman
rekreasi, la meneguk sisa kopi dingin dalam cangkir. Gullit melangkah melewati
pintu, dan berhenti sementara borgol dilepaskan. Ia menggosok per-gelangan
tangan, melindungi mata dari matahari, dan memandang temannya duduk seorang
diri. Ia berjalan ke bangku dan mengambil posisi di seberang papan. Sam tak pernah mengangkat muka. "Ada kabar baik, Sam?" Gullit
bertanya cemas. "Katakan padaku itu takkan terjadi." "Jalanlah saja," kata Sam,
menatap biji checker. "Itu tak bisa terjadi, Sam," ia merengek. "Sekarang
giliranmu jalan dulu. Jalanlah." Gullit perlahan-lahan menurunkan pandangan mata
ke papan checker. Teori yang beredar pagi itu mengatakan makin lama Slattery
duduk di atas petisi tersebut, makin besar kemungkinan pemberian penangguhan
hukuman. Namun ini merupakan kebijaksanaan konvensional dari mereka yang berdoa
memohon penangguhan. Tak ada kabar apa pun pada pukul 09.00, tak ada apa pun
pada pukul 09.30. Adam menunggu di kantor Hez Kerry, yang sudah dijadikan pusat
operasi selama 24 jam terakhir. Goodman ada di bagian lain kota itu. memimpin
serangan tak kenal ampun ke totfroe Gubernur, tugas yang kelihatannya sangat
dinikmatinya. John Bryan Glass parkir di luar kantor Slattery. Apabila Slattery
menolak penangguhan, mer^ akan langsung mengajukan banding ke Pengadil^ Fifth
Circuit. Naskah banding itu selesai puy 09.00, berjaga-jaga kalau diperlukan.
Kerry ju?4 sudah menyiapkan sebuah petisi meminta peninjauan oleh Mahkamah Agung
AS, bila Fifth Circuit menolak mereka. Berkas-berkas itu menunggu, Segalanya
menunggu. Untuk menyibukkan pikiran, Adam menelepon setiap orang yang bisa
diingatnya. Ia menelepon Carmen di Berkeley. Ia sedang tidur dan baik-baik saja.
Ia menelepon kondominium Lee, dan - tentu saja - tak ada jawaban. Ia menelepon
kantor Phelps dan bicara dengan seorang sekretaris. Ia menelepon Darlene untuk
memberitahu bahwa ia tidak tahu kapan akan kembali. Ia menelepon nomor pribadi
McAllister, tapi terantuk pada sinyal sibuk. Barangkali Goodman juga
menjejalinya dengan telepon. Ia menelepon Sam dan bicara tentang sidang kemarin
malam, dengan tekanan khusus pada Pendeta Ralph Griffin. Packer juga memberikan
kesaksian, ia menjelaskan, dan hanya mengatakan hal yang sebenarnya. Nugent,
seperti biasa, adalah seorang bangsat. Ia mengatakan pada Sam bahwa ia akan ke
sana sore hari. Sam memintanya bergegas. Pukul 11.00, nama Slattery dikutuk dan
diumpat dengan kegusaran yang memang pada tempatnya. Adam sudah cukup tinggal di
sana. Ia menelepon Goodman dan mengatakan akan pergi ke Parchman. Ia mengucapkan
selamat tinggal kepada "ez Kerry, dan sekali lagi mengucapkan tenma kasih. .
"*2Sj Kemudian ia memacu mobilnya, keluar dan Jackson, menuju ke utara di
Highway 49. Parchman akan dicapai dalam dua jam bila ia mengemudi dalam batas
kecepatan. Ia menemukan stasiun radio yang menjanjikan berita terbaru dua kali
tiap jam, dan mendengarkan diskusi berkepanjangan tentang perjudian kasino di
Mississippi. Tak ada apa pun yang baru tentang eksekusi Cayhall pada siaran
berita pukul 11.30. Ia mengemudi dengan kecepatan delapan puluh sampai sembilan
puluh mil per jam, melewati garis kuning dan tikungan dan jembatan. Ia melaju
melewati zona-zona berbatas kecepatan di kota-kota dan desa-desa kecil. Ia tak
tahu pasti apa yang menariknya ke Parchman dengan kecepatan seperti itu. Tak
banyak yang bisa ia kerjakan begitu sampai di sana. Manuver-manuver hukum sudah
ditinggalkan di Jackson. Ia akan duduk bersama Sam dan menghitung jam. Atau
mungkin mereka akan merayakan hadiah luar biasa dari pengadilan federal. la
mampit di sebuah toko di tepi jalan dekat kota kecil Flora untuk membeli bensin
dan sari buah dan ketika mengemudi meninggalkan pompa bensin ia mendengar berita
itu. Ta& shew yang membosankan dan tak.putus-putusnya sekarang dipenuhi
ketegangan ketika ia mendengarkan uraian tentang kasus Cayhall. Hakim Pengadilan
Dis^ Amerika Serikat F. Flynn Slattery bani saja me nolak petisi terakhir
Cayhall, klaimnya yang me. nyatakan inkompetensi mental. Urusan itu akan
diajukan ke Pengadilan Fifth Circuit dalam satu jam. Sam Cayhall baru saja
mengambil satu Jangkah raksasa menuju kamar gas Mississippi, demikian kata
pembawa berita dengan dramatis. Bukannya menginjak pedal gas, Adam malah
mengurangi kecepatan dan meneguk minuman. Ia mematikan radio, la membuka jendela
membiarkan udara hangat bersirkulasi, la mengumpat Slattery sampai bermil-mil,
berbicara sia-sia pada kaca depan dan mencaci dengan segala macam cacian kotor.
Sekarang sudah beberapa saat lewat tengah hari. Slattery, dengan segala
pertimbangan, seharusnya bisa memutuskan lima jam yang lalu. Sialan, seandainya
punya nyali dia bisa mengambil keputusan tadi malam. Mereka tentu sudah bisa
berada di depan Pengadilan Fifth Circuit, h mengumpat Breck Jefferson juga
dengan cukup hebat. Sam sudah mengatakan padanya sejak awal bahwa Mississippi
menginginkan eksekusi. Negara bagian ini sudah ketinggalan di belakang
Louisiana, Texas, dan Florida, bahkan Alabama, Georgia, dan Virginia membunuh
dalam jumlah lebih besar dan patut dicemburui. Suatu tindakan harus diambil.
Pengajuan banding itu tak berujung-pangkal. Para penjahat itu dimanja. Kejahatan
merajalela. Sudah saatnya mengeksekusi seseorang dan menunjukkan kepada seluruh
negeri bahwa negara bagian ini serius dengan hukum dan ketertiban. Adam akhirnya
mempercayainya. Sesudah beberapa lama ia menghentikan sumpah serapah itu. Ia
menghabiskan minuman dan melemparkan botol dari mobil ke dalam selokan, terang-
terangan melanggar undang-undang Missis-, sippi tentang pembuangan sampah secara
semba-rangan. Sulit mengungkapkan pendapatnya sekarang tentang Mississippi dan
hukumnya. Ia bisa membayangkan Sam duduk dalam selnya, menyaksikan televisi,
mendengarkan berita. Hati Adam sakit mengingat orang tua itu. Sebagai pengacara
ia telah gagal. Kliennya akan mati di tangan pemerintah, dan tak ada apa pun
yang bisa ia kerjakan. Kabar itu menggegerkan pasukan wartawan dan juru kamera
yang sekarang merayap-rayap di sekitar Balai Pengunjung yang sempit tepat di
dalam gerbang depan. Mereka berkumpul di seputar televisi portabel dan
menyaksikan siaran stasiun mereka di Jackson dan Mississippi. Sedikitnya ada
empat potong tayangan langsung dari Parchman sementara wartawan lain yang tak
terhitung jumlahnya mondar-mandir di daerah itu. Wilayah mereka yang sempit
dibatasi dengan tali dan barikade, serta diawasi ketat oleh pasukan Nugent.
Keributan meningkat hebat di sepanjang jalan ketika kabar tersebut menyebar.
Orang -orang Klan, sekarang berkekuatan seratus orang, mulai berseru-seru keras
Novel The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ke arah gedung administrasi. Para skinhead. Nazi, dan Arya melontarkan cacian
kepada siapa pun yang mendengarkan. Para biarawati dan pemrotes tenang lainnya
duduk di bawah payung dan mencoba mengabaikan tetangga mereka yang gaduh. Sam
mendengarkan berita itu ketika ia sedang memegang* semangkuk turnip green,
makanan terakhir sebelum santapan penghabisan. Ia menatap televisi, menyaksikan
adegan-adegan beralih dari Jackson ke Pare h man dan kembali lagi. Seorang
pengacara muda berkulit hitam yang belum pernah didengarnya bicara dengan
seorang reporter dan menjelaskan apa yang akan dilakukannya bersama tim pembela
Cayhall selanjutnya. Temannya Buster Moac pernah mengeluh tentang banyaknya
pengacara yang terlibat dalam kasusnya pada hari-hari terakhir sampai ia tak
bisa lagi mengingat siapa yang ada di pihaknya dan siapa yang mencoba
membunuhnya. Namun Sara yakin Adam dalam kendali. Ia menghabiskan turnip green
itu, dan meletakkan mangkuknya di atas nampan di kaki ranjang. Ia berjalan ke
jeruji dan mengejek ke wajah kosong penjaga yang mengawasinya dari balik pintu
tier. Gang itu sunyi. Televisi di tiap sel menyala, semuanya disetel kecil dan
ditonton dengan minat yang tak lazim. Tak ada satu suara pun bisa terdengar, dan
keadaan itu sendiri luar biasa langka. la melepaskan pakaian terusan merahnya
untuk "ang terakhir kali, menggulungnya, dan melemparkannya ke pojok, la
Tamu Dari Gurun Pasir 15 Animorphs - 50 The Ultimate Bara Naga 11