Pencarian

The Devils Dna 6

The Devil's Dna Karya Peter Blauner Bagian 6


tersenyum, tampak manis dan memesona. "Rashid Ali. Aku telah
mendengar berita-berita baik tentang Anda."
"Yang pasti bukan dari rekan kerjamu."
"Maka ia tak menghargai pengacara yang sungguh-sungguh baik."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian celingukan, sadar belum melihat Loughlin sejak tiba di
situ. Satu lagi yang berbeda dari kali terakhir itu.
"Bisakah Anda memberi tahu mengapa klien saya dibawa ke
sini?" Ooo)DW(ooO "Jalang brengsek," kata Paul Raedo, datang menghampiri Francis
di balik kaca. "Apakah begitu cara calon Hakim Agung bicara?"
"Aku tak pernah akur dengannya, kau tahu," gumam Paul. "Selalu
memamerkan diri di depan Jaksa Wilayah saat sama-sama berada di
lift. Seolah-olah itu bisa membawanya ke bagian pembunuhan hanya
dalam waktu tiga tahun."
Sebenarnya itu tak kedengaran seperti profil Deb sama sekali,
harus Francis akui. Wanita itu lebih tekun, pekerja keras, selalu
memastikan bahwa ia dinilai berdasarkan kinerja dan sama sekali tak
pernah bergantung pada penampilan fisik.
Di lain pihak, Paul tercantum dalam daftar Sepuluh Teratas orang
Brengsek milik Francis belakangan ini. Membiarkan Hoolian keluar
dari penjara sejak awal; lupa menghubungi keluarga korban;
mempermalukan diri di depan umum oleh Hakim Bronstein; dan
yang terburuk adalah menaruh berkas-berkas dengar pendapat
hukuman indisiplinernya tahun 1981 di map kasus. Francis berusaha
tak terlalu terobsesi dengan hal itu karena - ya, apa yang bisa ia
perbuat saat ini" Tapi kelak, setelah ini semua berakhir, ia akan
menarik Paul ke tepi dan berkata, Bung, cabut pisaumu dari
punggungku, aku benci tidur miring.
"K ukira aku harus masuk dan menyampaikan berita baik ini
padanya?" Paul mengangkat alis, menolong rambut cepak di puncak
kepalanya. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tak usah, biar Rashid yang mengurus. Ia bisa melakukannya
dengan baik." Ooo)DW(ooO Detektif Ali menaruh potongan linen warna khaki yang ia
perlihatkan pada Hoolian sebelumnya di meja, dengan tiga noda
gelap saling bertumpukan dengan ukuran serta warna yang sedikit
berbeda - serangkaian bulan gelap setengah, gerhana satu sama lain.
"Apa yang kulihat?" tanya Nona A.
"Ya..." Ali menguap. "Sebagaimana saya yakin Anda tahu,
banyak pembicaraan tentang adanya rantai bukti dalam kasus ini.
Orang mulai berpikiran macam- macam. Jadi, kemarin kami
memutuskan untuk pergi lagi ke gudang barang bukti dan
memastikan siapa tahu kami bisa memperoleh sesuatu selain sarung
bantal." "Jadi ini...?" "Ini adalah bagian dari kain penutup sofa Allison. Sofa tempatnya
berbaring ketika jenazahnya ditemukan."
"Yang mestinya kalian miliki sejak awal," sela Nona A. "Dan
yang lebih penting, yang mestinya aku miliki sejak awal."
Meski terganggu lantaran perempuan itu bicara padanya seolah ia
staf penjualan yang malas, Ali tak memperlihatkannya. "Kami semua
menginginkan kesempurnaan, No na Aaron. Hanya sebagian dari
kami yang mendapatkannya."
"Apa maksud pembicaraan Anda ini, Detektif" Klien saya sudah
berada di sini cukup lama. Jika Anda ingin menuntutnya karena
melawan penahanan atau omong kosong lain, mari kita bicarakan
dakwaannya dan lempar keluar kasusnya. Saya melihat surat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
perintah yang berhasil kalian minta dan ditandatangani Hakim
O'Brien. Ia pasti setengah tertidur waktu itu."
"Jadi noda pertama yang sedang kita lihat ini adalah darah." Ali
mengabaikannya dan menyentuh benda itu dengan kuku telanjang
berkilau. "Penyelidik forensik menyatakan itu adalah seorang wanita.
Kemungkinan besar darah si korban."
"Kalau begitu hentikan pemberitaan." No na A berkacak pinggang.
"Kalian menemukan darah korban di TKP-nya sendiri. Selamat,
Francis." Ia menatap tepat pada kaca satu arah itu. "Itu hal pertama
yang kau lakukan dengan benar dalam kasus ini."
"Ya... tidak secepat itu." Ali menahan jeda seperti tabuhan drum.
"Kita masih punya dua noda lain yang harus diperiksa."
"Aku tak sabar lagi."
Detektif itu tersenyum dan menunjuk noda paling besar. "Nah,
yang ini adalah darah juga. Namun, itu bukan milik korban. Dokter
forensik menganalisisnya semalam dan berhasil memperoleh profd
DNA-nya. Coba tebak" Ternyata cocok dengan sampel ludah klien
Anda, Tuan Vega, yang dengan murah hati disediakan untuk
Detektif Loughlin beberapa minggu lalu."
Mata No na A. melirik, mengingatkannya betapa marah
perempuan itu tentang tindakannya meludahi wajah Loughlin.
"Maaf, Detektif, tapi lalu kenapa?" ujarnya, tanpa mengendur.
"K lien saya menyatakan dalam wawancara awal bahwa ia tengah
mengerjakan sesuatu di apartemen korban, memperbaiki toiletnya
sebelum ia duduk di sofa menonton TV bersamanya. Tentu, ia bisa
saja melukai dirinya sendiri saat bekerja."
Hoolian menatapnya, terkesan; satu-satunya tanda wanita itu
sedikit kaget adalah garis-garis kerut halus mirip kipas yang
memancar dari sudut mata.
"Spekulasi yang bagus." Ali mengangguk. "Hanya ada satu hal."
"Apa itu?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Noda terakhir ini." Jarinya mengawang di atas noda terbesar.
"Anda mau tahu?"
"Saya yakin Anda akan segera memberitahukannya."
"Itu adalah cairan sperma Tuan Vega. Sebagaimana Anda lihat,
jumlahnyatukup banyak. Dan, cairan itu menyentuh noda darahnya
dan noda darah Dr. Wallis."
Dalam kedutan singkat, Hoolian melihat drama tiga babak di
wajah pengacaranya: syok, terluka, dikhianati. Lalu drama itu mati
sesaat, berusaha mencerna semuanya. Pada orang lain, mungkin tak
bakal ada jeda. Tetapi melihatnya setelah berondongan kata-kata
tanpa henti, kesunyian ini terasa membikin tuli.
"O h, aku mengerti," ujar Deb, akhirnya.
Mulutnya membentuk senyum pahit saat berbalik pada kaca lagi,
mengalihkan segenap amarah, dari Hoolian kepada para lelaki di
balik kaca itu. "Kalian mengira bisa membawa klien aku ke sini, mengancamnya
atas tuduhan palsu, dan menyodorkan omong kosong ini di bawah
hidungnya untuk mengoreknya sebelum pengacara datang."
"Tak ada yang memaksanya menjawab pertanyaan setelah ia
meminta pengacaranya," kata Detektif Ali. "Kami hanya saling
berbagi informasi, berharap ia bisa membantu kami. Jika ingin
mengeluarkan pernyataan tentang mengapa spermanya dapat
bercampur dengan darah Dr. Wallis, itu terserah ia sendiri."
Nona A tetap memelototi kaca itu, melanjutkan pertikaian tanpa-
katanya dengan Loughlin dan semua yang menonton.
"Jika kalian tak akan menuntut, aku akan membawa ia pulang,"
ujarnya. "Jelas kalian tak akan coba-coba menekan kami seandainya
menemukan sesuatu yang penting dalam penggerebekan pagi ini."
Ali duduk di sudut meja, hampir tak bergerak. Mengenakan
kemeja kerah dengan manset Prancis dan dasi biru gelap, ia mirip
model majalah yang sedang menunggu sesi pemotretan.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ah... Ada satu hal lagi yang lupa saya sebutkan."
"Ia tak akan bicara." Nona A menggelengkan kepala. "Kalau kau
masih ada pertanyaan lagi, angkat telepon dan hubungi kantorku
untuk membuat perjanjian. Detektif Loughlin dan Tuan Raedo punya
nomornya." "Baiklah." Rashid setengah tersenyum. "Kami hanya bertanya-
tanya mengapa Julian terlihat berjalan-jalan di sekitar 294 East 94th
Street. Itu saja." Nona A terlihat heran. "Tempat dokter wanita yang satu lagi tinggal," gumam Hoolian.
"Aku tak mengerti."
"Penjaga gedung itu mengidentifikasi Julian dari sebuah foto. Ia
bilang pernah melihatnya di sekitar situ. Tingkahnya 'mencurigakan.'
Itu kata-katanya, bukan kami."
"Aku sudah mengatakannya padamu, G.," sela Hoolian. "Aku
mengantar barang ke sana."
"Julian, diam."
Wanita itu mengucapkannya dengan terang dan acuh, seakan ia
mengembalikan bola dalam permainan tenis lewat backhand.
"Pembicaraan ini selesai." Ia menggaet Hoolian di lengan dan
menariknya bangkit. "Sampai jumpa di pengadilan."
Mereka berjalan keluar, meninggalkan Ali dengan kedua tangan
di saku. Di ruang skuad, setengah lusin detektif kembali ke mejanya,
berusaha terlihat sibuk, meski sedetik sebelumnya mereka berbaris di
balik kaca, mendengarkan setiap kata. Nona A berjalan melewati
barisan lemari berwarna hijau, tempat Loughlin dan Paul Raedo
duduk memunggungi, pura-pura tengah mempelajari map kasus.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Bagus sekali," ujarnya. "Mencoba menimpakan dua pembunuhan
pada klienku sementara kalian bahkan tak bisa membuktikan satu
pun." Ooo)DW(ooO "Jadi kita tak akan menuntutnya untuk penyerangan dan
perlawanan?" tanya Francis.
"Aku baru dengar dari Jaksa Wilayah." Paul menggelengkan
kepala dan menaruh ponselnya kembali di saku. "Ia ingin
membatalkannya. Ia melihat ini sebagai bagian dari aksi balas
dendam terhadap orang ini. Dan, eh, ia juga bertanya tentang caraku
memperoleh surat perintah." Paul terlihat malu- malu. "Ia pikir
mungkin kita membuat hakim bertanya-tanya tentang beberapa isu
prosedural." "O mong kosong," gumam Francis. "Jaman dulu, orang tak dapat
surat izin gara-gara mengarang omong kosong pada polisi New
York. Kau dapat peringatan atas perilaku."
"Jadi, bagaimana menurutmu?" Paul mengarahkan kepala ke arah
ruang interogasi yang kosong.
Francis mengusap rahang, sudah mengantisipasi untuk tak masuk
sendiri ke sana untuk mencegah suhu memanas.
"K urasa kita punya darah dan cairan sperma lelaki itu di TKP
pertama. Dan seseorang mengenali dirinya berada di dekat TKP
kedua. Ada sesuatu di sana."
"K urasa kau benar." Paul mengangguk. "Hingga kemarin, kau
sudah siap mencoretnya karena hal- hal aneh dengan DNA itu. Tapi
kini aku tak tahu apa yang terjadi."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku juga tidak," aku Francis. "Otakku serasa meleleh dari
telinga. Aku hampir bertanya-tanya apakah kita mengubur gadis
yang salah." "Jadi, apa yang kita lakukan sekarang! K ita bahkan tak punya
teori operasi, ya kan?"
"Maksudmu cara menjelaskan fakta bahwa kita punya cairan
sperma Hoolian di TKP pertama, penjaga mengenalinya dari luar
apartemen Christine, lalu darah wanita yang sama di kedua TKP?"
"Punya perkiraan?"
"Tidak." Francis mendesah. "Tapi, ia pasti punya kaitan dengan
keduanya, entah bagaimana. Meski mengapa ia tak membuka hati
saja dan memuntahkan semuanya, aku tak tahu. Mungkin ia memang
benar-benar menyimpan DN A wanita itu. Maksudku, ia mencuri
album fotonya. Mungkin ia menimbun sesuatu, seperti orang-orang
penyuka jimat. Kau tahu, orang mencari barang-barang aneh seperti
sepatu wanita atau semacamnya."
"Ya...aku tak begitu tahu hal- hal seperti itu." Mata Paul
mengembara ke samping. "Apakah tas besarnya ditemukan?"
"Tidak, kami sudah memeriksa dengan saksama lapangan itu di
siang hari dan tak menemukan apa-apa. Bukan berarti barang itu
akan memberi banyak manfaat seandainya kita tersandung masalah
surat perintahnya." "Jadi, bagaimana setelah ini?"
"Terus terbuka dengan pilihan yang kita punya. Aku menugaskan
sejumlah polisi untuk mengawasi rumah penampungan Hoolian
untuk dua hari ke depan, agar ia tak coba-coba. Rashid akan kembali
memeriksa berkas kasus itu satu per satu, kalau-kalau kita
melewatkan sesuatu. Yunior memeriksa catatan kelahiran untuk
melihat jika Eileen punya putri lain yang tak ia ceritakan. Jimmy
Ryan menyisir ulang lingkungan apartemen Christine, dan ada tiga
detektif lain yang mewawancara ulang setiap pasien dan staf yang
pernah dikenal wanita itu di rumah sakit."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Dan apa yang kau lakukan?"
"Aku akan pulang untuk tidur beberapa jam sebelum benar-benar
sinting. Aku harus sedikit menjernihkan kepalaku."
"Kau pulang?" Paul menatapnya seolah Francis baru mengumumkan dirinya akan menghabiskan akhir minggu bersama
gadis-gadis penghibur. "Jangan melihatku seperti itu, aku menghabiskan semua jatah
lembur tahun ini untuk beberapa minggu kemarin. Aku benar-benar
letih." "Uhh, aku tak tahu, Francis." Paul menggelengkan kepala.
"Menurutku, kau telah berubah."
"Maksudmu?" "Aku mulai berpikir, kau dan aku kini tak lagi sejalan. Ayahku tak
pernah cemas tentang jatah lemburnya. Ia melakukan apa saja yang
diperlukan demi pekerjaannya."
Francis menatap, mengira ia pasti bercanda. Semua orang tahu
ayah Paul seorang detektif tua korup bagian narkotika yang dikenal
dengan "Periksa-Dia" Raedo di masa jabatan sebelum Knapp. Tapi,
Paul hanya berdiri di sana, memandangnya, bulunya meremang
seperti pena landak. Tidak, pikir Francis. Kita memang tak lagi
sejalan. "Jangan repot-repot, Yang Mulia. Aku cuma di seberang."
"Yeah." Paul memunggunginya. "Aku pasti akan menghubungimu
jika ada gadis lain yang wajahnya dipukuli."
41 "HOOLIIIIAAAN!!"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seseorang bak badut di belakang kerumunan terus-menerus
melagukan namanya dengan nada sumbang yang mengganggu.
"Hooo-liiiii-aaaaaann!!!"
Rasanya seperti ada batu ampelas di taringnya. Hoolian
menundukkan kepala sementara Nona A mendorongnya melewati
bunyi desis kamera dan dinding suara-suara mengejek di luar gedung
itu. "Hey, Julian, sebelah sini!"
"Julian, kenapa kau membunuhnya?"
"Mereka memperlakukanmu dengan baik kali ini?"
"No na Aaron, apakah klien Anda ditahan kembali?"
Wanita itu mengangkat tasnya di depan wajah Hoolian dan
berusaha melambaikan tangan mencari taksi saat orang-orang itu
mengelilinginya seperti para pengeroyok di sekolah, meneriakkan
pertanyaan dan mengambil foto.
"K lien saya menjadi sasaran kampanye kotor tanpa henti dari
kepolisian dan jaksa wilayah,?" jawab perempuan itu. "Ia tak
dituntut secara resmi hari ini dan sebagaimana kalian tahu, dakwaan
sebelumnya telah dicabut."
"Hooliiiiaaaannn!!" suara sumbang itu semakin bertenaga dan
mengejek. "Hoooolii-oooliiii-ooo-liii-aaannnnn!!"
Ia memamerkan gigi dan berbalik menghadapi puluhan kamera,
mengabadikan senyumnya untuk koran esok pagi; ia tampak seperti
monyet yang akan ditembak bius karena melukai penjaga kebun
binatang. "Debbie, apakah mereka menanyai Julian tentang kasus Christine
Rogers?" Sebuah taksi kuning akhirnya menepi dan wanita itu segera
meraih pegangan pintu. "K ami tak punya komentar lagi saat ini.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Saya minta kalian menghormati privasi klien saya dan tujukan semua
pertanyaan pada kantor saya."
"Apa katanya" "
"Di mana kantornya" "
"Apa yang kau lakukan akhir minggu ini" "
Debbie membuka pintu dan mendorong Hoolian ke dalam taksi.
"Astor Place," ujarnya, masuk di belakangnya dan membanting
pintu, untuk terakhir kalinya "Hooliiiii - " mengikuti mereka saat
menjauh dari teriakan kerumunan itu.
Sang supir, seorang Sikh mengenakan turban - serban ala India -
dan janggut hitam mewah seolah seekor tupai menutupi bagian
bawah wajahnya, memperhatikan mereka dari kaca spion.
"Kalian masuk TV?"
"Sekarang ya," ujar Nona A, muram.
"Sudah kuduga aku mengenalmu. Kau dari acara Fear Factor?"
"Pemisah ini tak bisa menutup?"
Sebelum supir itu menjawab, Deb menutupnya sendiri dan
berpaling pada Hoolian. "Ada yang perlu kita bicarakan."
"Apa?" "Noda kecil darahmu di sofa mungkin bisa kujelaskan." Ia
memegang erat keranjang Nantucket di pangkuannya. "Tapi, cairan
spermamu?" Taksi itu berjalan zig- zag saat si pengemudi mengarungi blok dan
menuju daerah macet di Lexington.
"Haruskah aku menceritakannya?" Hoolian meraih sabuk
pengaman. "Ya. Aku betul-betul butuh sedikit pertolongan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian menatap keluar jendela dan tak berkata apa-apa hingga
mereka terhadang lampu merah dekat Bloomingdale's.
"Di sini begitu bersih sekarang. Dulu suka ada sampah di
jalanan." "Bicaralah padaku," ujar wanita itu. "Aku harus tahu faktanya?"
"Ia menyentuhku."
Tak ada seorang pun yang berbicara selama beberapa detik saat
mobil itu stop di dekat trotoar. Di salah satu jendela toko, menekin
wanita putih terbungkus kulit dan warna-warna berpose di depan
sebuah papan yang berbunyi A K U AKAN MEMATUHI POLISI FASHION.
"Maksudmu, Allison Wallis, seorang wanita dewasa, hampir
sepuluh tahun lebih tua darimu, dengan gelar dokter, memulai
interaksi seksual denganmu" Itu yang kau katakan padaku?"
Hoolian merasa dirinya tengah diawasi semua pejalan kaki
wanita, menembus jendela taksi. Mereka menatap matanya sedetik
dan bergegas pergi, memegang tasnya sedikit lebih erat.
"Itu yang ingin kuceritakan pada detektif dulu di tahun 1983, tapi
aku tak tahu bagaimana mengatakannya."
"Ia meraba-rabamu. Saat sedang mengalami menstruasi" Kau
benar-benar berharap aku percaya pada ucapanmu itu?"
"Mengapa tidak?" Hoolian melipat tangannya.
"Demi Tuhan, Julian - " ia berhenti, berusaha menguasai diri.
"Kau tahu berapa banyak waktu kuhabiskan untuk kasus ini" Kau
tahu berapa malam yang kulewatkan dari anak-anakku?"
"Aku tak pernah bohong padamu."
"Aku ingin mempercayai hal itu, tapi kau benar-benar
menakutkanku sekarang. Lututku goyah."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian merosot di lapisan vinil kelabu jok mobil, merasakan
empasan keluar dari sela-sela bantalan-bantalan itu. Hal- hal yang tak
sengaja orang tinggalkan.
"Baiklah," ujarnya. "Kejadiannya seperti yang kuceritakan. Aku
datang ke apartemennya kadang-kadang untuk memperbaiki sesuatu
dan kami ngobrol.'" "Tentang apa?" tanyanya tajam.
"Tentang hal- hal sehari-hari. Dan, kadang ia bercerita tentang hal-
hal yang menekannya di rumah sakit dan punggungnya terasa sakit.
Jadi, kadang aku memijatnya."
"Hmm." Deb mengangguk dan mendengus, memutuskan untuk
tetap tenang sejenak. "Itu menjadi sebuah kebiasaan. Kami akan duduk di sana,
menonton televisi, dan kupijat bahunya kadang-kadang. Itu saja.
Kami berdua tak menganggap penting perbuatan itu. Meski kini
setelah kupikir kembali, rasanya seperti, terkutuk, apa maksudnya
dulu itu?" Hoolian melirik, untuk melihat apakah wanita itu mempercayainya. "Lanjutkan," ucap Deb, waspada.
"Lalu malam itu, toilet tak mau berhenti mengalir dan aku
dipanggil para penghuni karena ayahku sedang keluar dan tukang
yang biasa sedang libur. Jadi akulah yang pontang-panting,
memperbaiki, berusaha membuat wanita-wanita ini senang. Aku
ingat Nyonya London di 7A wastafelnya bocor dan Nyonya
Rosensweig di 4D lampu ovennya bennasalah. Dan ketika
pekerjaanku selesai, aku benar-benar capek. Saat itulah ia
menawarkan untuk memijat bahuku sekali itu."
"Oo-kee." Mulut Deb membentuk lingkaran kecil.
"Lalu kami terbawa suasana dan kami kemudian berpelukan satu
sama lain," ujarnya. "Kau tahulah, seperti kakak-adik mulanya. 'O h,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
kau selalu ada untukku. Kau benar-benar temanku. Aku cinta
padamu...' Lalu, kami mulai bertindak sedikit lebih jauh."
Lampu berubah hijau dan mereka mulai menembus kepadatan
lalu lintas. "Julian, sekarang sudah tak zaman lagi memperhalus ucapan. Aku
ingin kau benar-benar blak-blakan padaku."
"Oke, penisku mengeras. Nah." ia duduk kembali.
"Ia tahu apa yang terjadi dan aku pun begitu." Ia tak bermaksud
bermain kata. "Kau tahu saat sesuatu terjadi dan kau berpura-pura
bahwa itu tak terjadi" Lalu setelah beberapa saat kau tak lagi bisa
berpura-pura?" "Ya," katanya kaku. "Kurasa aku pernah dengar."
Hoolian tak suka melihat Deb yang masih menahan diri di
hadapannya. Sadar benar wanita ini pasti telah mengacaukan
beberapa hal dalam hidupnya jika hanya bisa membela orang-orang
seperti Hoolian dan membesarkan kedua anaknya sendirian.
"Jadi begitulah yang terjadi," ujar Hoolian. "Dan aku hanya anak
kecil yang bahkan tak pernah punya kawan wanita cukup dekat
untuk bernapas di telinganya, sampai aku tak dapat lagi menahannya.
Mengerti?" "Kau langsung terejakulasi olehnya."
Lelaki itu meringis mendengar istilah klinis itu dan melirik ke
arah partisi untuk mengecek apakah si sopir turut mendengar. "Kau
tak perlu berkata seperti itu."
"Aku harus benar-benar yakin apa yang kita bicarakan kali ini."
Alur di antara hidung dan mulutnya memanjang. "Tak boleh ada
celah kesalahan." "Yeah, itulah yang terjadi," gumam Hoolian, berusaha
mendapatkan suaranya kembali. "Tapi ia menyukainya. Sungguh.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Aku butuh waktu tujuh atau delapan tahun untuk menyadarinya. Saat
itu aku cukup naif."
Ia bertanya-tanya apa yang akan Zana pikirkan setelah mendengar
cerita ini. "Dan setelah itu?"
Matanya melesat melewatinya. "Ia tampak mulai sedikit kecewa,
kurasa." "Oh?" ia biarkan kata itu menetes seperti jarum es dari bibirnya.
"Maksudku, awalnya ia baik-baik saja. Seperti ia siap
melupakannya dan bersikap seolah itu tak benar-benar terjadi.
Tetapi ia kemudian mulai gugup, seolah cemas seseorang akan
mengetahuinya." "Apakah ia bilang siapa?"
"Tidak, ia hanya berkata, 'Kau betul-betul harus pergi sekarang.
Kau tak boleh ada di sini lagi.'"
Hoolian benci pada kenyataan bahwa perempuan itu mengorek
semua kata-katanya dengan sisir halus, berusaha menjeratnya, seperti
para detektif itu. "Dan mengapa kau tak mengatakan semua ini pada Loughlin
dalam interogasi awal?"
"Ketika itu aku masih anak Katolik yang taat yang baru mulai
bercukur sebulan sebelumnya." Suaranya serak. "Aku bahkan tak
tahu kata apa yang akan kugunakan. Aku bisa mengucapkan seluruh
isi misa bahasa Latin dengan mudah ketimbang mengucapkan
"penis" atau "vagina."'
"Bagaimana dengan Figueroa, pengacaramu pada persidangan
pertama?" "Ia tahu semaunya. Aku ceritakan bagaimana kejadian persisnya,
tapi ia sepertimu. Tak mempercayaiku. Ia bilang, 'Bagus, Julian.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Sekarang simpan saja itu untuk dirimu sendiri. Kau tak akan
memperoleh apa-apa dari cerita itu dengan saksi di depanmu."
Ia menistakan bangsat tua itu. Hoolian masih bisa membayangkan
orang itu di kantor Court Street-nya, noda mustard terang di manset
setelan jaket, punggung-punggung buku hukum usang mengelupas di
rak, bicaranya kasar dan sok perhatian padahal yang ia inginkan
hanya menggerogoti harta si klien dan bersenang-senang dengan
kapal pribadinya di Florida Keys.
"Jika itu benar, mengapa kau tak mengatakannya padaku sejak
awal?" "Hal pertama yang kau katakan: 'Hanya jawab pertanyaan yang
diajukan. Saksi yang baik mengetahui, jangan pernah merendahkan
orang bodoh. Berfokuslah pada isu yang relevan dengan tuntutan.'
Yaitu" - ia menjentik dengan jemarinya - "apakah pengacaraku
tidak kompeten" Ya. Apakah ia memberiku hak untuk bersaksi"
Tidak. Mengapa pemerintah tak memunculkan bukti DNA yang
kami minta" Dan mengapa mereka tak mengejar semua saksi yang
bisa membersihkan namaku?"
Deb mengangguk, mengakui setiap poin seiring memucat
wajahnya. "Ya, tapi bagaimana penemuan darahmu dan darahnya di
kain penutup sofa?" "Seperti yang kau bilang. Aku mengerjakan banyak hal di gedung
malam itu. Kurasa aku mungkin tersayat saat memotong pipa dan
tetesannya mungkin mengenai sofanya saat kami bersama.
Bagaimana darahnya sampai ada di sofa, aku tak tahu. Itu pasti
terjadi setelah aku pergi dan orang lain datang dan menyerangnya."
"O h Tuhan." wanita itu membuka jendela taksi, membutuhkan
udara segar. "K uberi tahu kau, Julian. Lebih baik tak
membohongiku. Kalau kau bohong, bukan aku yang akan
menyeretmu kembali ke penjara. Kau dihukum dua puluh lima tahun
penjara, seandainya kau lupa."
"Apa aku terdengar seperti sedang berbohong?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Deb terdiam cemberut. Di sekeliling mereka, orang-orang mulai
meninggalkan kota lebih awal untuk mengejar akhir minggu yang
panjang. Pria dan wanita membawa tas dan koper kecil, bergegas
menuju Grand Central, melemparkan pandangan khawatir ke langit,
melewati kanopi Graybar Building, saat para tikus penggores kabel
suspensi terlihat seakan mereka tengah mencoba meninggalkan
kapal. Kembali lagi selama lima tahun mungkin tak akan begitu
menakutkannya beberapa hari yang lalu, sebelum ia berhubungan
dengan Zana dan anaknya. Tetapi hidup di luar telah menodaimu. Itu
membuatmu lupa bagaimana hidup di dalam kurungan.
"Bagaimana tentang hal satu lagi itu?" wanita itu berkata diam,
seolah-olah dengan hati- hati menarik benang yang menggantung dari
lengan baju Hoolian. "Apa?" "Wanita yang mereka tanyai tentangmu. Si pekerja magang di
Mount Sinai." "Ada apa dengannya?" ujar Hoolian datar.
"Apa kau akan menceritakan mengapa penjaga gedung melihatmu
berjalan-jalan di luar gedung?"
"Tempat kerjaku sembilan atau sepuluh blok dari sana. Aku
bahkan tak pernah mengantar barang ke gedungnya. Jika benar
demikian, pasti akan ada slip tanda terima dan mereka akan
menyodorkannya di depan wajahku."
"Lalu bagaimana dengan tanganmu?"
"Ya, ada apa memangnya?"
Ia membuka dan menutup kepalan tangan, sadar wanita itu
mengawasi gerak-geriknya setiap saat sekarang.
"Apa yang sebenarnya kau lakukan dengannya" Aku tahu kau
tidak menyayat d irimu sendiri di gudang. Kau bahkan tak menatapku
ketika kuanjurkan kau mengajukan tuntutan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia menekan bibirnya dan berpikir sejenak. "Apa yang akan terjadi
jika aku berkata yang sesungguhnya?"


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tergantung." Deb memastikan sabuknya terkunci. "Aku petugas
pengadilan. Aku tak mau bersumpah palsu. Jika berbohong tentang
sesuatu yang kau lakukan, kau harus maju sendiri."
"Aku khawatir aku telah melukai seseorang."
Wanita itu memejamkan mata dan menarik lututnya rapat. Selama
beberapa saat tampaknya tak mustahil ia akan mendorong lelaki itu
keluar dari taksi yang sedang melaju.
"Oke," katanya, perlahan- lahan menguasai diri. "Kau benar-benar
harus membuatku mengerti tentang hal ini."
"Ini hak istimewa pengacara-klien, kan?"
"Julian. Hentikan omong kosongnya."
Hoolian memajukan badan, memastikan si supir tak mendengar
pembicaraan mereka dan radio menyala.
"Aku selalu naik kereta bawah tanah setelah pulang kerja. Dan
seseorang dari tempat asalku mulai memperhatikan."
"Di mana?" selanya, siap membuyarkan cerita.
"Dari 86th Street ke Grand Central di kereta empat. Aku berkata,
"Bangsat, Bung, apa aku kenal kau dari penjara atau bagaimana"'
Lalu di 42nd Street ia mengikutiku dari kereta bersama kelompoknya
dan berkata, 'Hey, Bung, apa kau lihat- lihat"' aku memakai medali
Saint Christopher yang ayah berikan padaku."
"Maksudmu mereka mencegatmu untuk rantai seharga dua puluh
dolar?" "Emas itu sangat berarti bagiku." Ia menyentuh dadanya, tempat
dulu medali itu berada. "Jadi aku dan orang itu sampai keluar dari
peron." "Kalian berkelahi?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Benar. K ukira ia pasti membawa pisau, karena tanganku terluka
cukup parah. Darah mengaliri lenganku. Jadi aku mendorongnya - "
"Ke rel?" Hollian bisa mendengar tarikan napas Deb yang
tertahan. "Tidak, di tangga, tapi cukup jauh jatuhnya. Hingga peron tujuh.
Ia jatuh seperti dalam gerak lambat." Ia mengangkat tangannya
seperti dicambuk. "Butuh beberapa lama baginya untuk mencapai
dasar. Kemudian semua temannya mengejar turun."
"Ia baik-baik saja?"
"Aku tak tahu." ia memainkan kunci pintu. "Aku lari ke atas dan
keluar stasiun. Karena itulah aku takut menceritakannya padamu.
Aku takut aku mungkin mematahkan lehernya."
Deb memperhatikan Hoolian menaikturunkan kenop pintu. "Jadi,
boleh jadi kau membunuhnya" Itu yang sedang kau coba katakan
padaku?" "K ukira tidak. Aku memeriksa koran beberapa hari berikutnya,
dan tak ada berita apa pun tentang itu. Tapi aku mungkin melukainya
cukup parah." "Brengsek." Deb menyandarkan kepala. "Lalu kau berbohong
pada polisi dan pengacaramu tentang ini?"
"Aku panik, oke?" Supir itu menoleh, mendengar suara Hoolian
meninggi. "K ukira mereka akan menahanku kembali untuk
penyerangan atau perbuatan ceroboh membahayakan sebelum aku
kembali bersidang," bisiknya. "Dan semua orang akan mengira
mungkin aku telah melakukan apa yang mereka tuduhkan sejak
awal." "Dan, kau berharap aku percaya bahwa ini kebetulan terjadi pada
saat yang sama ketika gadis lain terbunuh?"
"Tidak, ini hampir seminggu sebelumnya. Kau bahkan melihatku
dengan balutan saat itu. Kau tak ingat?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kepercayaan diri wanita itu terguncang. Hoolian dapat melihat
dari cara Deb berpaling darinya, merapikan kerutan celana dan mulai
menggosok-gosok bibir terus- menerus, berusaha menghadirkan
kembali urutan waktu di pikirannya. "Harus kubilang, Julian, aku tak
tahu apa yang kupikirkan sekarang."
"Yeah, aku menceritakan yang sebenarnya."
"Begitu. Jadi, hanya kemarin kau berbohong?"
Hoolian menoleh keluar jendela dan merasakan kesunyian yang
dimunculkan liburan panjang itu. Betapa mencekam Manhattan yang
ditinggalkan pada saat-saat seperti ini. Bahkan di lingkungan tempat
penghuninya tak pergi berlibur ke luar kota, seolah bom telah
menghancurkan, hanya menyisakan gedung, membuat bayang-
bayang panjang. Ia melihat trotoar kosong, lampu hijau bagi pejalan
kaki yang tiada, hantu-hantu di jendela muncul, dan tinggi di atas,
menara jam Met Life tampak mencolok dengan langit kelabu di
belakang, tangannya dengan ganjil terhenti di angka 9.15.
"Kurasa mungkin kini aku tak terlihat seperti pria baik-baik lagi."
"Masak" Dari mana kau dapat pikiran seperti itu?"
42 MANTAN KEKASIH Allison, Doug Wexler, menyimpan potret lama
dirinya di atas lemari. Di sana, ia terlihat sebagai mahasiswa ceking
berambut acak-acakan yang tengah bermain Frisbee bersama
sekelompok anak kecil di sebuah desa Guatemala. Francis menyadari
foto itu sedikit lebih besar daripada foto- foto lain di kantor berlapis
kayu ek itu, termasuk foto keluarga dan potret bangunan yang
merupakan bagian dari kerajaan real estate yang diwariskan
ayahnya. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku setengah mengira Anda akan menelepon," ujar Doug, versi
setengah baya laki- laki dalam foto tadi namun lebih gemuk dan
sedikit letih, mengenakan kaus Lacoste lama dan celana chinos ke
kantor pada suatu Sabtu sore. "Sejak kulihat kasus Allison muncul di
koran lagi." "Mengapa?" "Aku tak tahu. Aku punya firasat beberapa hal belum benar-benar
beres saat itu." Francis, sedikit lebih awas setelah beberapa jam terlelap, melihat
foto tepat di belakang Doug itu lagi. Itu adalah ukuran keputusasaan
dan kebingungan mengapa ia ada di sini, kembali menapak dari
awal, mewawancarai mantan kekasih korban asli untuk melihat jika
ada hal penting yang mereka lewatkan pada 1983.
"Anda sedang di luar negeri saat pemakamannya, benar?" kata
Francis. "Aku tak ingat melihat Anda di sana."
"Aku tinggal di desa tanpa ada kamar mandi dalam rumah,
apalagi telepon." Doug menyisir rambut pirangnya yang menipis
dengan tangan. "Aku tidak mendengar berita itu hingga sebulan
setelannya." "Anda pasti sangat terkejut."
"Oh, Tuhan." Rahang Doug jatuh, membentuk bulan sabit kecil
berjanggut di bawah dagunya. "Mantan kekasih saya terbunuh di
gedung apartemen milik ayah saya" Saya bahkan tak pernah
memberi tahu istri tentang hal ini hingga beberapa tahun lalu."
"Tolong ingatkan saya lagi bagaimana kejadiannya." Francis
membuka buku catatan, tak acuh. "Bagaimana ia akhirnya menjadi
penyewa di salah satu apartemen ayah Anda setelah Anda putus
dengannya?" "Tak banyak yang bisa kuceritakan. Kami tetap berteman setelah
putus dan aku tahu ia kembali ke New York setelah kami lulus. Jadi,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
ayahku mengurus apartemen itu dan aku memberinya nomor untuk
dihubungi. Itu saja."
"Apakah Anda minta pada ayah Anda keringanan untuknya?"
tanya Francis, masih belum yakin apa yang sedang ia pancing saat
ini, tapi pendekatan baru dibutuhkan selepas kemarin.
"Aku tak banyak ikut campur. Aku hanya menyampaikan,
bantuan untuk teman. Saat itu, aku bahkan tak berpikir hendak
masuk bisnis real estate. Aku mengira bisa menyelamatkan dunia..."
Matanya menerawang rindu menyapu ruang kantornya, ke arah
karpet Turki dan jambangan Oriental, plakat penghargaan dan foto-
foto berbingkai berisi ayahnya tengah menerima penghargaan dari
berbagai walikota, dan pemandangan lantai enam puluh lima yang
membuat pusat kota Manhattan yang berkelok-kelok terlihat seperti
sirkuit chip komputer. "Aku merasa sangat buruk setelannya. Terutama karena aku
melewatkan pemakaman. Ayahku mengirim rangkaian bunga besar
dan membayar limusin ke pekuburan. Ia sangat terpukul."
"Kenapa" Apakah ia mengenal Allison?"
"Ya, tidak, tapi...," Doug tergagap. "Ia tewas di salah satu
apartemennya. Oleh putra pegawainya."
"Pernah ada pembicaraan untuk menuntut anak itu?"
"Mengapa Anda bertanya begitu?"
"Anda bilang ayahmu mengirim bunga dan membayar limusin ke
pekuburan. Aku yakin ia pria yang sangat murah hati, tapi seseorang
dibunuh di gedung miliknya oleh anak salah satu pegawainya.
Kedengarannya itu tindakan yang mungkin dilakukan."
"Ya, aku tak pernah mendengar tentang tuntutan apa pun, tapi saat
itu aku belum terlibat dalam bisnis ini." Doug mengangkat tubuh
dengan kedua lengan, seperti berusaha membuatnya terlihat cukup
besar untuk kursinya. "Dan sayangnya, ayahku sedang tak ada untuk
Anda tanyai." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Jika keluarga Allison memang mengajukan tuntutan, Anda
mungkin akan mengetahuinya. Bukankah begitu?"
"Mungkin. Pasti muncul di koran."
"Tampaknya aneh," kata Francis, tersadar mengapa ia tak pernah
memikirkan hal itu sebelumnya. "Aku cukup mengenal Tom dan
Eileen Wallis. Mereka tidak serakah, tapi Anda tahu, uang tetaplah
uang." "Aku selalu mengira mereka sedikit aneh."
"Mengapa?" Francis menengadah dari buku catatannya.
"O h, Allison tak selalu akur dengan mereka saat ia masih hidup."
"Sejak kapan?" Francis mendengar nada gusar dalam suaranya,
hampir merasa berhak akan hal itu, seolah kesal karena
diinformasikan sesuatu yang belum ia ketahui. "Aku tak pernah
dengar sebelumnya," katanya, berusaha terdengar lebih netral.
"K ukira mereka dekat."
"Memang. Mungkin sedikit terlalu dekat, kalau Anda bertanya
padaku." "Maksud Anda?" "O h, mereka selalu bertengkar tentang hal itu." Doug memijit
keningnya, seolah masih sakit kepala. "Tentang apa?"
"Tentang segala hal." Doug mengerutkan kening. "Makanan,
pakaian, apa saja. Mereka punya masalah serius tentang siapa yang
memegang kuasa." Entah mengapa, Francis membayangkan beruang kecil penuh
madu di meja dapur Christine Rogers.
"Anda yakin tak salah tentang hal ini?" kata Francis. "Itu sudah
lama sekali." "Percayalah padaku. Aku belum lupa. Ia bicara dengan ibunya di
telepon lalu histeris berjam-jam setelahnya. Tak ada yang bisa
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dilakukan untuk menghibur. Itu salah satu alasan aku berhenti
berpacaran dengannya. Anda tahu rasanya pergi dengan seseorang
dan Anda sadar di suatu titik bahwa ada sesuatu menghalangi yang
tak pernah bisa kalian sisihkan" Begitulah persoalannya. Seperti
sesuatu menghalangi matahari."
Francis meminggirkan buku catatan. "Aku beri tahu, Doug. Ini
kedengarannya tak cocok bagiku. Aku mengerjakan kasus ini sejak
lama. Aku mewawancarai orang-orang yang bekerja bersamanya,
anak-anak yang ia tangani, orang-orang di apartemennya. Dan tak
seorang pun yang menggambarkan apa yang Anda bicarakan."
"Ya, mereka boleh mengatakan apa saja yang mereka inginkan."
Doug mendesah, bersandar di sikunya. "Tapi aku di sampingnya saat
ia membuat dirinya sendiri kelaparan atau mengunci diri di kamar
mandi. Beberapa kali terlihat sayatan di pergelangan tangannya tapi
ia tak mau bercerita padaku soal asal luka- luka itu."
"Yang benar saja..." ujar Francis, berusaha mengingat-ingat
apakah ia pernah melihat tanda-tanda tersebut pada mayat gadis itu
dan mengira itu dibuat oleh penyerangnya. "Apa yang ada di
pikiranmu?" "Tidak ada. Itu di luar apa yang sanggup kuterima saat umurku
dua puluh. Aku ingat ia pernah berkata, 'Kadang aku ingin
menghilang.'" "Kata-katanya persis seperti itu?"
Francis merasakan perasaan aneh bahwa seseorang baru saja
masuk ke ruangan, tepat di luar jarak pandangnya.
"Ya, aku tak tahu persisnya," kata Doug. "Ia gadis yang lucu.
Kadang Anda akan mendapat kesan ia tak suka hidup di dunia orang
dewasa." "Apa yang membuatmu berkata seperti itu?"
"Karena satu-satunya momen ketika aku ingat bahwa ia benar-
benar bahagia adalah ketika bekerja dengan anak-anak di klinik
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Springfield. Kami menjadi relawan untuk membantu di salah satu
rumah sakit dua hari seminggu. Dan setelah selesai, aku pergi ke
tempat parkir, siap pergi mencari bir atau apalah. Tetapi ia masih
tetap bermain dengan anak-anak di dalam, bermain rumah-rumahan
atau kastil Lego di ruang tunggu. Bersama mereka, ia merasa
nyaman. Aku tak menilainya. Aku hanya bilang, tidak mudah
menjalin jenis hubungan layaknya orang dewasa dengan Allison."
"Aku tak yakin aku mengerti."
"Ya, aku tak ingin terlalu eksplisit, tapi - " Doug merendahkan
suara. "Ia agak, hmm, aneh menyangkut sisi fisik hubungan. Orang
jadi punya kesan ia lebih memilih bermain monopoli."
Francis meregangkan sisi rahangnya.
"Yeah, aku tahu apa yang Anda pikirkan." Doug menggelengkan
kepala. "Tapi bukan aku saja. Ia tak punya banyak kekasih, titik.
Sebelum atau sesudahnya, sejauh kutahu. Seolah ada hal lain
mengambil tempat dalam hidupnya."
"Seperti apa?" "Tak tahu. Setelah kuliah, aku hanya bertemu dengannya sekali,
ketika aku mengunjungi orang tuaku. Tapi yang ia inginkan hanyalah
menonton Star Trek."
"Ya, ia benar-benar menyukainya, bukan?"
"Aku dulu suka menggoda dengan mengatakan seleranya berhenti
pada usia dua belas."
Kelebatan deja vu itu muncul kembali. Star Trek. Francisberusaha mengikuti alur hubungan kembali ke titik awal. "The
Cage." Kapten Pike. Orang dari The Searchers. Gadis yang
menghilang. Seperti rentetan lampu Natal. Satu kedipan, ya. Dua
kedipan, tidak. "Anda tahu, aku melihatnya beberapa tahun lalu." Doug tiba-tiba
duduk tegak. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Siapa?" "Ibu Allison. Eileen. Aku sedang di restoran dan bermaksud
menyapa, tapi ia hanya melihat padaku seolah aku tembus pandang."
"Mungkin ia tak mengenalimu. Doug, kita semua makin tua."
"Tidak, bukan itu masalahnya. Ia tahu siapa aku. Aku
memperkenalkan diri." Doug menoleh ke belakang, ke arah foto-foto
di lemari. "Tapi ia tak ingin tahu keadaanku sekarang. Karena ia
tahu, Allison tak akan pernah mencapai umur seperti sekarang.


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa orang memang tak bisa menerima keadaan."
43 "NONA, ANDA bisa bantu saya?"
Eileen tengah berada di bagian anak-anak di Bloomingdale's,
mencari jaket musim dingin untuk cucu-cucunya dalam ses i diskon
Hari Columbus. Mereka harus memakai baju lapis, sebagaimana ibu
mereka, Jennifer, selalu katakan. Ia sendiri mengenakan selimut
perca untuk flu- flunya yang misterius. Malangnya, semakin sulit dan
sulit saja mengatasinya. Baju hangat. Kita semua membutuhkan baju
hangat untuk melindungi. Sesuatu untuk memerangkap udara di
antaranya. Ia menelusuri rak demi rak, mencari-cari ukuran yang tepat agar
mereka tidak terlihat tenggelam dalam kentang raksasa lagi, dengan
kaki-kaki kecil mencuat di bawah. Jangan biarkan mereka terbenam.
Kau harus melindungi mereka. Kau harus bertahan.
"Permisi?" ia melambai pada gadis pramuniaga ramping yang
berjalan menuju gudang dengan setumpuk sweter merah di tangan.
"Anda bisa bantu saya mencari sesuatu di sini?"
"Tanya pada Karen. Ia bagian anak-anak."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Eileen pergi melewati gaun-gaun malam penuh jumbai dan rok
flanel. Apakah mereka mengubah tata ruang di sini" Bukankah baru
kemarin ia membeli mantel Minggu untuk Allison" Bahan kulit
dengan kerah beludru halus yang senang ia gosok-gosokkan ke pipi.
Bukankah mereka memainkan lagu yang sama, "Dancing Queen," di
mikrofon" Sebuah gumpalan rambut merah melayang dari belakang barisan
gaun pesta. Jantungnya memukul tajam. Itu dia. Itu bukan dia.
"Permisi...saya butuh bantuan..."
Semuanya berbalik kembali. Rok kotak-kotak, bintang-bintang
sekarat, dongeng-dongeng. Kau harus tetap kuat. Jangan biarkan
mereka terbenam. Kulit kita tak cukup untuk melindungi. Kita butuh
lapisan lebih banyak lagi.
Dilihatnya papan bagian anak-anak dan berbelok ke kiri. Pakaian-
pakaiannya terlalu besar untuk mereka. Mereka masih begitu kecil.
Bagaimana mereka akan membela diri" Ibu mereka tak dapat
melindungi. Ia sendiri terbungkus begitu banyak lapisan, gadis
Indiana manis di kota besar, takut akan apa yang ada tepat di
depannya. Gumpalan rambut merah itu berlalu melewati barisan j ins. Eileen
merasakan lonjakan di perutnya dan tegangan akrab di otot paha,
perasaan waswas seperti mengawasi anak kecil yang bermain terlalu
jauh ke ujung tebing. Seorang anak perempuan bertulang kecil
dengan tangan mungil menghilang di sekitar deretan blus. Bermain
petak umpet dengannya. Eileen mulai mengikuti. Tak mungkin. Tak
mungkin. Bintang-bintang mati tak mungkin menyala kembali.
Anak itu tertangkap tepat di luar kamar ganti. Tersengal-sengal,
seorang wanita tua tak seharusnya berlari- lari. Ia meraih pergelangan
halus dan kurus. Kena kau, aku tak akan pernah melepasmu lagi.
Ia menangkap tulang rapuh itu dan meremasnya. Anak itu, yang
berpaling, entah bagaimana telah berubah. Matanya cokelat.
Kulitnya berwarna tembaga. Anak itu tak lagi ada di sana.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, maaf." Eileen melepas dan berpaling. "Aku melamun tadi."
44 SEGERA SETELAH Hoolian berjalan menuju dapur di Elmont
Catering Hall malam itu, ia dapat melihat sesuatu telah berubah.
Zana bersandar di depan tungku, mengisap rokok dan berbincang
dengan salah seorang pelayan. Ia menyisir rambutnya ke belakang,
memutar pergelangan tangannya sedikit, dan memberikan senyum
yang sama pada lelaki itu dengan senyum yang Hoolian pikir hanya
diberikan padanya. Hoolian menggantungkan jaket di dekat talenan dan mendehem,
sengaja agar kehadirannya diketahui.
"Yo." Hoolian melambai dengan percaya diri, ingin menunjukkan
bahwa ia tak keberatan melihat Zana ngobrol dengan pria lain.
Wanita itu menjatuhkan kepala ke belakang dan tertawa
mendengar sesuatu yang dilontarkan pelayan itu, mengembuskan
asap rokok ke langit- langit dengan siku terlipat melindungi iganya.
Dapur itu seperti kamar uap, penuh dengan piring panas dari
mesin cuci piring Hobart, mentega mendesis dalam wajan, para koki
meletakkan lembaran- lembaran salmon di atas roti gandum, dan
lobster riuh rendah di panci didih. Di ruang utama di pintu sebelah,
DJ tengah melakukan cek suara untuk resepsi pernikahan, memutar
lagu "Celebration," dengan suara bass menyala begitu keras hingga
pengantin pria dan wanita di puncak kue pernikahan bergetar.
"Hey, kau menerima pesan dariku?" Hoolian menghampiri dan
menyentuh bahunya. "Aku sudah berusaha menghubungimu sejak
dua hari lalu. Ada yang harus kujelaskan padamu."
Pria yang tengah berbicara dengan Zana menoleh, keping emas
kecil berkilau di daun telinga merah mudanya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau keberatan?" ujar pria itu.
Ia adalah pemuda kulit putih riang dengan tuksedo sewaan, leher
merah, rambut gaya shaggy, dan roman kemerahan yang tampak
sedikit gembung oleh steroid. Terlepas dari ukuran tubuhnya,
Hoolian merasakan sesuatu yang lembek, seakan-akan ia hanya aktor
yang pura-pura memeran-kan.lelaki perkasa.
"Aku tak bicara padamu." Hoolian melemaskan bahunya.
Dengan gugup, Zana menjepit rokok di antara ibu jari dan
telunjuknya, sikunya merapat ke tubuh, seakan memperlihatkan
keanggunan ala Eropa. "Sejak kapan kau merokok?" tanya Hoolian. "Kau tak
melakukannya di dekat anakmu, kan?"
"Tolong, kau tak perlu mempermalukanku."
"Kenapa" Karena aku mencoba bicara padamu?"
"Ini bukan waktu yang tepat." Zana menjatuhkan pandangan.
"Ya, bisakah kita bicara setelah pulang di kereta" Ada hal- hal
yang harus kau pahami tentang apa yang terjadi malam itu."
"Ada yang akan mengantarku." Ia melirik lelaki berambut
gondrong itu. "Hey, bisa tolong beri kami ruang, Orang Besar?" Hoolian
memaksakan seulas senyum. "Sempit sekali."
Zana ragu-ragu, mengetuk-ngetukkan puntung rokok sebelum
mengangguk hati- hati. "Tak apa, Nicky."
Lelaki besar itu undur hanya beberapa langkah, memeriksa dasi
kupu-kupunya pada sebuah jambangan berkilat sementara bartender
mengeluarkan sampanye dari peti.
"Kukira kau pasti kesal?" kata Hoolian. "Kau pasti berpikir aku
semacam monster, kan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Zana merapatkan kaki dan menyesuaikan posturnya dengan sikap
resmi yang bagi Hoolian terasa angkuh dan sedikit mengintimidasi.
"Aku tak mengatakan apa-apa."
Rokok itu mendekati telinganya, sedikit bergetar.
"Kau pikir aku melakukan semua perbuatan yang mereka
tuduhkan?" "Tidak, sebaliknya aku percaya padamu," jawabnya. "Yang
berbohong tentang nama aslinya."
"Aku terpaksa melakukannya." Ia menggosok-gosok tangan,
merasa kotor. "Aku tak ingin membuatmu takut - "
"Katakan," sela perempuan itu. "Berapa lama kau di penjara?"
"Hampir dua puluh tahun."
Ini jelas bukan waktu yang tepat untuk berdalih tentang pengacara
brengsek dan saksi yang menghilang.
"Hanya itu yang mereka timpakan padamu untuk membunuh dua
wanita" Tidak cukup." Sudut bibirnya turun, seolah ia terhina secara
pribadi. "Hanya untuk satu kasus, dan aku tak melakukannya." Ia
memukul samping kakinya dengan kepalan. "Kalau kau membaca
keseluruhan cerita dari awal sampai akhir, di situ dikatakan bahwa
mereka menghapus dakwaan. Mereka melakukan kesalahan."
"Lalu mengapa mereka menahanmu kembali?"
"Mereka hanya ingin menjeratku untuk sesuatu karena tahu
mereka keliru sejak awal dan tak ingin mengakuinya. Dengar, semua
itu omong kosong. Mereka menjebakku. Aku menjadi korban."
Zana membuang rokok ke dalam gelas anggur separo kosong
berisi sampanye, membuat suara desis dingin. "Tolong, aku hanya
ingin tahu satu hal."
"Apa itu?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apakah kau akan menyakitiku juga?"
Ia bicara begitu perlahan hingga Hoolian hampir tak
mendengarnya. "Apa?"
"Bukankah itu yang akan kau lakukan?"
"Tidak. Tentu saja tidak. Kau gila?"
"Aku meninggalkan putraku bersamamu, aku bermaksud
membiarkannya naik kereta bersamamu."
"Ah, terkutuk." Rasa malu segera menyergapnya. "Apa
kabarnya?" "Polisi masuk ke kamar tidurnya. Menurutmu, bagaimana?"
"Bangsat." "Aku pergi dari Kosovo karena polisi masuk rumah. Dan
sekarang" Mungkin ini salahku."
"Bukan, ini bukan salahmu..."
Mesin cuci piring membuka di belakang, mengeluarkan kabut
lembab yang melanda. Berapa kali ini akan terus terjadi" Kapan ia
akan keluar dari mimpi buruk yang terus berulang dan menemukan
jalan kembali ke kehidupan yang sepatutnya dinikmati"
"Dengar." Ia menggapai wanita itu. "Bukan aku orang jahatnya di
sini - " "Jangan sentuh aku!" ia mundur. "Pergi sajalah."
Nicky berjalan lambat menghampiri, ikat pinggangnya bak sabuk
petinju kelas berat melingkari tubuhnya. "Semua baik-baik saja?"
"Ya, Bung, kami baik-baik saja." Hoolian melambaikan tangan
menghalau. "Mundur saja. Aku belum selesai bicara dengannya."
"Sepertinya ia sudah selesai."
"Memangnya kau bisa telepati" Aku tak dengar ia minta
pendapatmu." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau membuatnya takut."
"Ia tidak ketakutan. Zana, bisakah kaujelaskan apa yang terjadi
pada si bodoh ini?" Wanita itu berpaling, menyeka tangan ke celemek.
"Nah, jelas." N icky menaruh tangannya di siku Hoolian. "Ia ingin
kau meninggalkannya."
"Hey, maricon, kenapa kau pegang-pegang" Kau ingin jadi
pacarku atau apa?" "Tenang, amigo."
"O h, kau bicara bahasa Spanyol sekarang?" Hoolian mengibaskan
tangan itu. "Chinga tu madre. Paham itu?"
"Kau ingin bercinta dengan ibuku?"
"Yeah, aku ingin bercinta dengan ibumu. Dengan kakak
perempuanmu. Nenekmu juga. Cara de crica."
"Siapa yang kau sebut banci?" pria besar itu mendorongnya ke
arah tungku. "Bajingan."
Hoolian mendengar bunyi bel alarm berdering di telinganya.
Sebelum ia menyadari apa yang ia lakukan, dijambaknya rambut
lelaki itu, kemudian disentaknya sekeras mungkin, dan menghantamkan keningnya ke wajah lelaki itu. Dilihatnya percik api
kecil dan bara menyala melayang di udara.
Ketika pandangannya telah jernih, ia merasa sakit kepala luar
biasa dan Nicky merosot di meja, darah mengalir dari hidung dan
matanya menyala- nyala geram karena terluka.
Kini ia tak bisa lagi mundur. Hoolian merenggut wajan dari
tungku di dekatnya dan mengacung-acungkannya, mengabaikan rasa
panas dari pegangan wajan dan bara menyala- nyala di hadapannya.
Segera saja, semua orang di dapur sunyi senyap waspada. Ia melihat
dua dari mereka lari keluar sementara yang lain mulai menjauhkan
pisau-pisau. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Rasa takut mereka membuatnya merasa hidup, memberinya
perasaan kuat dan berkuasa yang tak ia miliki sejak keluar dari
penjara. Seperti perasaan lega, menyaksikan lapisan segala hal
mengelupas, mengetahui bahwa sekali kau merenggut rangkaian
bunga, dasi kupu-kupu, gaun pengantin, hiasan meja - semua
lambang sopan santun dan budi bahasa penuh kepalsuan - yang
tersisa hanya masalah siapa yang mau dan mampu memukul dengan
baik. Tapi kemudian ia melihat Zana menatapnya, dari wajahnya ke
wajan dan kembali lagi. Seolah ia melihatnya makin kecil dan
senjata yang dipegangnya kian besar.
Hoolian menyadari pegangan itu terlalu panas untuk terus
digenggam. Ditaruhnya wajan itu tepat saat Kevin, pemilik
perusahaan katering, bergegas masuk ke dalam dapur.
"Christopher! Apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada apa-apa." Telapak tangannya terasa berdenyut akibat
terbakar. Kevin menatap N icky yang memegangi hidungnya. "Kau tak
perlu datang malam ini," tukasnya, berusaha meredakan suasana
secepat mungkin. "Kami bisa menggantikanmu."
"Ya, aku sudah di sini sekarang."
"Tak apa, kami akan mengganti uangmu." Kevin mengambil
napas dalam-dalam, membuat kontak mata pada setiap orang di
ruangan itu untuk memastikan tak ada orang lain yang terluka. "Kau
akan dikabari lagi."
Hoolian menyentuh benjolan di kening dan menyadari
permukaannya masih sedikit lembab oleh darah Nicky. "Betulkah"
Aku bisa tinggal di sini membantu membersihkan setelah selesai."
"Tidak usah, tak apa-apa. Kukira kita punya cukup orang."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dari balik pundak sang manajer, Hoolian melihat seekor lobster
berjuang keluar dari panci didih, cakar merah terang menjangkau
perlahan di tepi panci. Lobster itu meregang ke arah cahaya, menggeliat di pinggiran
karet, melakoni usaha terakhir pelarian diri yang sia-sia.
Namun, ia sudah terlalu lama berada di panci. Ia tak punya
kesempatan. Bagian dalamnya sudah masak. Dengan hati terbakar
hebat, Hoolian menyaksikan cakar itu terkulai tak bernyawa ke sisi.
BAGIAN VI MULAI MELIHAT CAHAYA 45 SELASA PAGI setelah Hari Columbus, Francis pergi ke pertemuan
di kantor jaksa wilayah dan menemukan Tom dan Eileen Wallis


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang menatap Paul Raedo dan Dokter Dave di seberang meja
rapat. "Francis, ada apa ini?" Tom mencubit lipatan kulit di antara kedua
matanya. "Kau bilang kau melindungi keluargaku. Alih-alih, kami
diseret bolak-balik ke pengadilan, para wartawan menelepon kami di
rumah. Dan kini aku mendengar kisah gila tentang darah adikku
yang muncul di apartemen korban lain."
"Tom, Eileen, aku minta maaf." Francis mengambil tempat duduk
di bawah senapan Paul yang terpajang di dinding. "Kami berusaha
secepat mungkin menuju inti persoalan. Ternyata, terjadi kekacauan
bukti DNA dalam kasus ini dan kami perlu meluruskannya segera
sebelum pengacara mengambil keuntungan dan menggunakannya
untuk mengeruhkan kasus."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak mengerti sama sekali semua ini," ujar Tom, mengusap-
usap lengkung alisnya dengan jari. "Pertama, kau melepaskan
pembunuh adikku sebelum masa hukumannya berakhir. Lalu gadis
lain terbunuh dan entah bagaimana berhubungan dengan Allison.
Dan sementara itu, si Vega ini belum kembali ke penjara?"
"Boleh saya potong?" Dr. Dave menyela. "Ada beberapa aspek
dalam kasus ini yang harus kita cermati dengan saksama. Kami
sudah memastikan bahwa ada hubungan DNA yang jelas antara
keluarga Anda dan wanita yang darahnya kami temukan pada
pembunuhan Christine Rogers. Jadi, hal pertama yang mesti kita
ketahui adalah apakah Anda memiliki saudara perempuan lain."
"Tentu saja tidak." Tom memutar bola mata. "Pertanyaan gila
macam apa itu?" "Kami hanya mencari penjelasan logis tentang kemungkinan
pemilik darah itu," kata Dr. Dave.
Francis melayangkan pandangan ke seberang meja. "Eileen?"
Wanita itu duduk membisu, dengan setelan hitam dan kacamata,
patung sphinx yang elegan.
"Aku tahu ini hal yang sulit untuk dibicarakan," bujuk Francis,
mengira wanita itu mungkin telah menggandakan obat-obatnya sejak
terakhir kali ia bertemu dengannya. "Tetapi kami benar-benar harus
tahu. K ita semua di sini sama-sama dewasa. Kami semua mengerti
bahwa selalu ada persoalan sebelum dan sesudah orang menikah.
Jadi kau harus memberi tahu kami yang sebenarnya. Apakah kau
pernah memiliki anak lain yang mungkin kau serahkan untuk
diadopsi?" Perempuan itu mencopot kaca mata dan menatapnya, tak ada
awan di mata biru itu hari ini.
"Francis," ujarnya. "Jika punya bayi lain, aku mungkin tahu. Aku
mungkin bukan orang tua yang sangat perhatian, tapi yang seperti itu
pasti tak terlewatkan olehku."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Para lelaki mengangkat bahu.
"Tunggu sebentar, tunggu sebentar." Tom berhenti menggosok
kening, menyisakan titik merah. "Bagaimana tepatnya kalian
memastikan ada hubungan antara DNA yang lebih baru yang kalian
temukan ini dengan keluarga kami" Aku tak ingat memberi sampel
pada siapa pun." "Aku yang memberinya," ibunya menjawab.
"Ibu?" "Detektif Loughlin datang menjenguk minggu kemarin saat aku di
taman bersama anak-anak," katanya. "Jadi dengan senang hati aku
memberikan apa yang ia perlukan. Dalam sapu tangan. Maaf,
Sayang. Aku mungkin harus menceritakannya padamu."
Jakun Tom bergerak naik turun dan ia berpaling pada Francis,
seolah meminta penjelasan. Tetapi Francis menatap Eileen, berusaha
menyelidiki apa yang tengah dituju wanita. Apakahia menangkap
bayangan tipis senyum lebar di wajahnya"
"Ya, intinya adalah kami tak punya pilihan," ujar Dr. Dave,
mengambil sebatang pensil dan perlahan- lahan memutarnya. "Kami
akan meminta surat perintah penggalian kubur."
"Kalian akan menggalinya kembali?" Merah di kening Tom mulai
pudar. "Aku khawatir itu terpaksa dilakukan," ujar Dave. "Itu satu-
satunya cara untuk kita mengeliminasi saudara perempuan Anda
sebagai donor dalam kasus terbaru ini."
Francis mengangguk simpati pada Tom, mengerti benar
bagaimana rasanya menjaga keluarga yang terpecah untuk tetap
bersatu. "Tom, aku mengerti perasaanmu..."
"Kau tak mengerti perasaanku, Francis. Apakah mereka pernah
menggali kubur salah satu keluargamu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia menggeleng-gelengkan kepala pada ibunya.
"Tom, percayalah padaku," ujar Paul seraya mengulurkan tangan
"Jika saja ada cara lain..."
"Tapi bagaimana dengan kisah lain yang muncul akhir minggu
kemarin?" protes Tom. "Bahwa kau menemukan sesuatu yang
menghubungkan Julian Vega dengan TKP adikku" Mengapa kalian
tak menyelidiki hal itu saja?"
"Kami sedang menyelidikinya," ujar Francis. "Kami masih tetap
yakin ia memiliki kaitan dengan hal itu, tapi kami mengalami sedikit
kebuntuan karena DNA satu lagi. Jadi kami harus mencoba dan
menjelaskan asalnya."
"Aku setuju sepenuhnya," kata Eileen.
Francis merasakan retakan kristal kecil di udara. Ia menoleh dan
dilihatnya Paul, Tom, dan Dave sama seperti dirinya.
"Kalian semua akan melihat bahwa aku benar selama ini,"
ujarnya. "Itu bukan Allison."
"Bu..." Tom bersemu merah.
"Aku serius. Kebenaran akan muncul."
"Kau lihat apa yang kau lakukan, Francis?" Tom menekan
jemarinya ke atas meja hingga kukunya memutih. "Kau
menyemangatinya. Apa ia terdengar waras bagimu?"
"Tidak ada bedanya," gumam Dr. Dave.
"Apa maksudmu, 'Tidak ada bedanya'" Ini akan menjadi bahan
olok-olok media, saat aku tengah berusaha melindungi cabikan harga
diri sekecil apapun yang masih kami punya. Aku akan mengajukan
petisi ke pengadilan untuk mencegahnya..."
"Tak usah repot-repot." Paul mengacak-acak kertasnya.
"Apa maksudmu dengan 'tak usah repot'" Beraninya kau
memerintahku?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ini keputusan final kepala forensik. Kami tak memerlukan izin
keluarga untuk menggali mayat jika tubuhnya dikubur di lima
wilayah ini." Francis mempelajari reaksi sang ibu dan anaknya. Tom
memandang ibunya, dengan perasaan letih penuh duka sekaligus
muak. Eileen menatap ke ruang kosong, mengabaikannya, seperti
nakhoda yang tersenyum di haluan kapal besar, lupa puncak-p uncak
karang dan badai gelap di hadapannya.
"Jadi mengapa kalian repot-repot memanggil kami?" tanya Tom.
"Sopan santun saja," kata Paul.
46 HOOLIAN, DENGAN wajah ditumbuhi janggut dan mala merah
akibat kurang tidur di rumah penampungan, muncul di coffee shop
Nita sekitar jam makan siang. Satu sisi restoran dipenuhi ibu- ibu
muda dengan lingkaran dalam di sekitar mata mereka, sesekali
berjuang menyendok makanan ke mulut jika sedang tak repot
menghibur bayi mereka yang menjerit-jerit. Wanita-wanita tua
dengan sepatu lari dan jaket denim memperhatikan mereka dari
seberang jalan dengan perasaan terhibur.
"Apa yang kau lakukan di sini?" N ita mencegatnya di mangkuk
permen mint di samping meja kasir.
"Aku diusir dari rumah penampungan," jawab Hoolian, mengepit
tas besar yang ia ambil kembali dari orang-orang di Red Hook pagi
ini. "Mereka bilang aku memberi pengaruh buruk akibat pemberitaan
buruk di media." "Apa yang terjadi?" ia memperhatikan benjol di kening Hoolian
gara-gara menyundul Nicky. "Mereka menahanmu lagiuntuk kasus
gadis satu itu?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak, N ita, dengar, aku bersumpah aku tak ada kaitan sama
sekali dengan semua itu. Mereka hanya ingin menangkapku. Itu
jebakan, untuk menutupi apa yang mereka lakukan..."
Kelopak mata wanita itu makin berat; semakin banyak Hoolian
bicara, semakin sedikit yang ingin ia dengar dari lelaki itu.
"Dengar, aku hanya butuh tempat untuk tinggal beberapa lama.
Mereka semua menghakimiku di rumah Bellevue kemarin malam,
dan terlalu mengerikan rasanya. Semua orang di ranjang lain
mengawasiku dan para penjaga membicarakanku dari belakang. Aku
takut pergi ke kamar mandi. Rasanya seperti di penjara lagi, hanya
lebih buruk karena aku tak punya sel untuk bersembunyi. Aku
berada di ruang terbuka, dengan setiap orang bisa melukaiku."
"Kau tak bisa tinggal di sini lagi." N ita menyelipkan pulpen di
belakang telinganya. "Bos tahu tentang hal ini tempo hari dan hampir
memecatku." "Kalau begitu mungkin aku bisa ikut ke rumahmu, hanya untuk
beberapa malam. Aku akan tidur di lantai, di bak mandi. Aku tak
peduli..." "Tidak, Sayang, aku tak bisa melakukan itu."
Hoolian menunggu penjelasan, tetapi N ita tak berkata apa-apa.
Bahkan untuk menyodorkan alasan bahwa apartemennya terlalu
kecil. Ia hanya tak ingin sendirian dengannya.
"Kalau begitu aku tak tahu lagi ke mana aku harus pergi malam
ini." ia melipat tangan. "Aku tak bisa kembali ke rumah
penampungan. Bisa-bisa aku terbangun dengan pisau di dada."
"Tapi apa yang terjadi dengan kasusmu" Kukira kau akan
membuktikan bahwa kau tak membunuh gadis itu dan sebagai- nya."
"Sudah kucoba, tapi perhatianku agak teralihkan. Ada hal- hal lain
muncul. Aku dapat pekerjaan, bertemu seorang gadis. Terjadi
masalah..." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ini salahnya sendiri, ia menyadari. Jika saja selalu waspada
sepanjang waktu seperti saat di penjara, ia akan baikbaik saja. Tapi,
tidak, ia terhasut untuk menurunkan kewaspadaan. Membiarkan
dirinya digoda ilusi, ia lupa bahwa dirinya masih dalam pengawasan.
"Siapa gadis itu?" tanya Nita.
"Apa?" "Kau bilang kau mengalami salah paham dengan seorang gadis."
Matanya menyipit melihat tensoplas kecil warna kulit yang
menggantikan balutan di punggung tangan Hoolian. "Bukan dokter
yang disebut-sebut dalam berita, kan?"
"Bukan. Terkutuk. Nita. Dengar apa yang sedang kucoba katakan
padamu, tolong. Aku tahu semua orang yang pernah dipenjara
berkata mereka lak bersalah. Tapi aku benar-benar tak bersalah."
Bel berbunyi di dapur dan seorang koki menyembul di jendela
pembatas, menunjuk garden burger di atas selada layu.
"Kau harus membantuku, N ita. Aku serius. Kau sudah kenal aku
sejak lama. Aku anak baik. Mereka mengarang cerita aneh tentang
apa yang terjadi antara Allison dan aku. Mungkin kau bisa katakan
pada mereka bahwa setelah aku meninggalkan apartemennya aku
turun dan bermain halma denganmu."
"Kau ingin aku berbohong dan mengatakan aku bersamamu saat
wanita itu terbunuh dua puluh tahun lalu?"
"Dulu kita sering nongkrong bersama, kan?"
Nita menggeleng, jaring garis-garis itu perlahan mengencang di
wajahnya seolah seseorang menariknya. "Maaf, Sayang. Aku tak
bisa melakukan itu."
"Sialan." Hoolian membungkuk ke depan dan menopang diri. Rasanya
seperti ada minyak panas bocor dari perutnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Pelayan lain bergegas menuju meja kasir dan dengan gugup
menekan-nekan angka. Seorang wanita dengan sepasang bayi
kembar di kereta bayi menghampiri dengan cek dan lima puluh dolar
di tangan, memaksa Hoolian untuk menepi.
"Ya, mungkin kau bisa meminjamiku sedikit uang sampai aku
dapat gaji lagi?" tanyanya, mengangkat kepala. "Aku sedang mencari
kerja, dan aku akan mendapatkannya. Kau tahu itu, bukan?"
"Julian, aku sendiri hampir selalu bergantung pada tips. Kau
pernah mencoba bicara pada serikat kerja ayahmu, siapa tahu kau
berhak atas sejumlah uang?"
"Sudah kucoba, tapi keparat-keparat itu tak mau membalas surat
atau teleponku." "Kalau begitu aku tak tahu lagi..."
Laci mesin kasir membuka dengan satu sentakan dan wanita
dengan kereta bayi itu menengadahkan tangan meminta uang
kembalian. " Sesuatu. Ia membutuhkan sesuatu agar tetap hidup. Ia mulai
ketakutan dan paranoid hingga tak lagi mempercayai persepsi paling
dasar dari satu momen ke momen lainnya atau kemampuannya
bereaksi atas keadaan secara rasional.
Pelayan itu menghitung koin dan menaruhnya di telapak tangan
wanita itu. Dua, tiga, empat....... tak terelakkan. Ia akan kembali ke
penjara, apapun yang ia lakukan. Ia hanya seekor anjing, hina dan
liar, hanya bermimpi untuk terlepas dari tali.
Terpikir olehnya untuk mengambil uang dari tangan wanita itu,
memukulnya, dan mendorong kereta untuk keluar dari sini. Tahu
pasti dirinya akan ditangkap saat ia tiba di kereta bawah tanah...tapi
setidaknya semua berakhir. Mereka akan menahan dan mengirimnya
kembali, dan begitulah akhirnya. Takdir selesai. Orang akan
menganggukkan kepala dan berkata, Ya, pantas saja. Dan mungkin
ia akhirnya akan mematikan pijar harapan terakhir yang lelah
menahannya dari tergelincir selamanya ke ngarai kegelapan.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tapi, ia merasakan sentakan tepat di bawah pinggangnya, dan
melihat N ita tengah menjejalkan dua lembar uang dua puluh dolaran
terlipat ke saku celananya.
"Keluarlah dari sini," gumamnya saat manajer botak itu bergegas
menghampiri. "Dan, jangan kembali lagi. Kau memanfaatkanku."
Hoolian melesakkan uang itu lebih dalam, mengambil segenggam
permen mint dari mangkuk perak, dan pergi.
47 FRANCIS MENGINJAK rem, mengikuti mobil jenazah melewati
barisan nisan dan keluar melalui gerbang lengkung besar gaya
Gothic, meninggalkan kedamaian abadi Cricklewood Cemetery
menuju hiruk-pikuk Fourth Avenue.
"Jadi kau bicara tentang ini pada Scottie Ferguson?" Ia
membetulkan kaca spion. "Ia berdiri di sana, merekam mesin keruk itu, dan mengajukan
pertanyaan sederhana." Paul gelisah di kursinya. "Kau ingin aku
bilang, 'Ini hanya pekerjaan biasa'?"
"Aku hanya jengkel kalau seseorang mengalihkan tanggung
jawabnya." Ia mengganti gigi persneling, ingat tindakan Paul yang
menunjuk jari padanya saat di pekuburan.


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak ada yang mengalihkan tanggung jawab, Francis. Jangan
paranoid." Ia mengikuti mobil van tim forensik ke arah Fort Hamilton
Parkway, menuju terowongan Brooklyn Battery. Truk-truk minyak
besar dan minivan berderak-derak di luar bintik butanya dari kedua
sisi, membelok tajam berbahaya dan memotong jalur di depannya
tanpa menyalakan lampu. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tak keliru menjadi paranoid dalam kasus ini," tukasnya, melirik
cepat dari bahu. "Bisa kau bayangkan apa yang terjadi jika
penggalian kubur gadis ini muncul di media?"
"Hey, hati- hati, kau hampir menabrak kerucut jalan."
"Aku lihat." Francis mengelak.
"Aku hanya bilang, tak perlu kita saling, menyalahkan."
"Tentu saja, Tuan Hakim. Jika salah satu dari kita jatuh, yang lain
juga." Mereka berhenti di lampu lalu lintas di depan jembatan kerek, air
kehijauan di Terusan Gowanus beriak-riak di bawah mereka. Tahun
delapan puluhan, Francis pernah naik kapal tongkang bersama
patroli pelabuhan ketika mereka menarik keluar sesosok mayat;
semua orang berkata mereka heran mayat itu tidak menumbuhkan
sirip setelah berhari- hari tertelungkup di cairan beracun itu. K ini
permukaannya menyinarkan urat minyak tua, dan seandainya ada
kepiting biru dan ubur-ubur di bawah sana, ekosistem baru mungkin
akan muncul. Kota ini. Kau tak pernah bisa yakin sepotong darinya
benar-benar mati untuk kebaikan.
"Jadi, bagaimana menurutmu?"
Francis memperhatikan kereta pemakaman bergetar di depan
mereka. "Maksudmu jika ternyata gadis yang kita kubur bukan
Allison?" "Aku tak takut untuk bilang bahwa aku takut." Paul
menaikturunkan kaki, seolah punya pedal sendiri. "Bagaimana jika
ibunya selama ini benar bahwa itu jenazah orang lain?"
"Jangan terlampau terburu-buru. Mungkin akan ada penjelasan
lain." "Misalnya?" Francis mendengarkan getaran mesin, tak berkata apa-apa.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ada apa dengan wanita itu, ngomong-ngomong?" tanya Paul. "la
selalu agak menyeramkan, tapi apa motifnya memberikan DNA
dalam sapu tangan kepadamu" K ukira kau mendapatkannya diam-
diam." "K ukira juga begitu. Tapi ternyata ia sudah mendahuluiku."
"Jadi, menurutmu ia tahu lebih banyak daripada yang ia
ucapkan?" "Aku sudah punya firasat sejak lama." Francis menginjak pedal
gas tepat saat lampu berganti. "Apa?"
"Firasat." "Jadi, apa firasatmu" Menurutmu, ia punya putri lain?"
"Aku baru melihat catatan medis St. Luke's Roosevelt bertanggal
satu setengah tahun yang lalu, ketika Christine Rogers bertugas di
ruang gawat darurat di sana."
"Ya, lalu?" "Mungkin bukan apa-apa. Tapi ia tengah bertugas pada malam
yang sama ketika mereka membawa Eileen Wallis ke rumah sakit
akibat menelan setengah botol Valium dan meminumnya bersama
dua gelas Bordeaux."
Ia mendengar bunyi gedebuk mobil dari sisi Paul namun tak
berani menoleh. "Kau bercanda."
"Sama sekali tidak." Ia memindahkan spion sekali lagi dan
dilihatnya Paul tampak mual. "Dengar, itu rumah sakit besar dan ia
bukan dokter yang menangani Eileen malam itu. Tapi itu benar-
benar menggangguku. Aku meminta Rashid dan dua orang lain
untuk menanyai staf rumah sakit dan mencari tahu jika ada yang
melihat mereka berdua bicara."
"Dan kalau benar begitu" Apa artinya?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak tahu. Kebetulan yang aneh, jika benar begitu."
Mereka melintasi jembatan itu, kawat-kawat penunjangnya
bergoyang ketika ban melewati jalan berstruktur besi. Francis
mafhum, perasaan itu telah ada sejak awal. Mungkin firasat samar. Ia
telah melihatnya mungkin kurang dari seperdelapan detik dua puluh
tahun lalu ketika bertanya pada Eileen kalau-kalau perempuan itu
ingin melihat jenazah anaknya. Semacam kehampaan sesaat meliputi
wanita itu. Seolah ia tengah menghapus sebuah wajah sebelum
muncul dengan wajah yang sesuai untuk ditunjukkan pada dunia.
"Aku katakan apa yang sedang kita kerjakan," katanya.
"Apa itu?" "Aku menghubungi Dr. Dave di kantor forensik dan memintanya
memasukkan profil Eileen terhadap DNA Christine Rogers."
"Apa?" kursi vinil yang diduduki Paul mendecit. "Kau pikir
mereka berkerabat?" "Apapun mungkin, Bung. Ia anak adopsi, mencari ibunya di kota
ini. Aku selalu terbuka akan berbagai kemungkinan."
"Oh, keparat." Keseimbangan mobil seperti bergeser dengan Paul
merosot di kursinya. "Sekarang kau yang me-nakutkanku, Francis.
Ada lagi yang masih kau sembunyikan dariku?"
"Tidak untuk saat ini."
Dua jalur ditutup untuk perbaikan di depan mereka dan mobil-
mobil mulai merapat sembarangan. Ia kehilangan mobil jenazah itu
di belakang minibus Access-A-Ride bagi penyan-dang cacat.
"Jangan ikut sinting denganku, Paul. Aku tak punya bukti sama
sekali. Aku bahkan tak punya teori sekarang. Itu hanya sesuatu agar
matamu tetap terbuka."
"Francis..." "Apa?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Sepertinya kau baru melewatkan jalan keluar."
48 GELISAH BUKAN kepalang setelah melewatkan malam di kereta A,
Hoolian muncul pagi itu di kantor serikat buruh ayahnya, Local
32BJ, tepat di utara Terusan, tempat jalanan menyebar keluar seperti
pisau-pisau tambahan pada pisau lipat Swiss Army. Dengan
membujuk dan menyodor-nyodorkan kop surat lama dan kartu
identitas, ia berhasil meminta naik ke lantai dua puluh, kantor para
perwakilan East Side. Ia tiba di luar bilik kelabu, dinding flanelnya dihiasi poster
"Keadilan bagi para Petugas Kebersihan" dan panji Klub Sepak bola
Coqui di Pucrto Rico. Seorang pria bertubuh subur dengan setelan ketat duduk di
belakang meja besar dengan topi penjaga pintu tua berwarna hijau
tersampir di ujung kanan ruangan. Wajahnya seperti omelet bengkak,
kaca mata setebal kaca mata pilot Perang Dunia I, dan sebentuk
cincin yang sepertinya telah terlepas dari seperangkat b uku kuningan
di tangan kirinya. Seandainya melepas jaket, Hoolian yakin ia akan
melihat butir-butir keringat di bawah lengannya.
"Pak Tavares?" "Siapa kau?" "Mereka mengirim saya ke sini dari Bagian Gaji. Mereka bilang
mungkin Anda bisa membantu."
"O, ya" Dengan siapa kau bicara tadi?" Mata pria itu tidak
beranjak dari layar komputernya.
"Carmen. Ia bilang saya harus menemui Anda sebelum pukul
sepuluh pagi atau setelah jam empat sore, karena di luar waktu itu
Anda sedang keluar untuk bicara dengan para anggota."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku harus bicara dengan Carmen."
"Jangan menyusahkannya." Hoolian melangkah ke dalam bilik itu
dan mencengkeram punggung kursi, menjaga agar tidak berkeringat
terlalu cepat. "Aku yang memaksanya, meminta waktu bertemu. Aku
hanya ingin tahu tentang pensiun ayahku dan fasilitas yang dimiliki."
"Ada apa memangnya?"
"Ia bekerja di sebuah gedung A di liast Side selama dua puluh dua
tahun, seringnya sebagai pengawas. Ak u ingin mencari tahu apa
yang berhak diwarisi keluarganya."
"Ia masih hidup?"
"Tidak. Meninggal akibat emfisema dan diabetes beberapa tahun
lalu." "Ibu?" "Ia telah lama wafat. Sejak 1970."
"Kalau begitu kau tak dapat apa-apa. Begitu saja."
Hoolian meremas belakang kursinya dengan kedua tangan,
berusaha menguasai diri. Sebongkah kecil harga diri yang ia jaga
selama ini baru saja diinjak dan diremukkan hingga menjadi debu. Ia
melihat ke arah topi penjaga itu di atas meja dan menggigit pipinya
agar tak menangis. Dua puluh dua tahun melayani tanpa arti, tanpa
penghargaan, tanpa peninggalan yang bisa diwariskan.
"Ayolah, amigo." Pria itu mengangkat teleponnya. "Kau ingin
bicara panjang lebar, bicara pada pelayan tokomu tentang merancang
perjanjian denganku. Apa kau sendiri masuk serikat?"
"Tidak." "Ayy. Untuk apa aku bicara denganmu kalau begitu?"
"Aku hanya mengira..." Suaranya menggantung seraya melirik
topi itu dengan pita emas di paruhnya. "Ak u hanya mengira mungkin
kau bisa membantuku..."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Vete a banar. Ini Local 32BJ, amigo, bukan Tentara Penyelamat.
Memangnya siapa ayahmu?"
"Osvaldo Vega."
"Benarkah?" "Kenapa, Anda mengenalnya?"
"Tidak, tapi..." ketidakpastian melintasi parasnya yang terbaca
dengan baik. "Kau serius" Osvaldo itu Sang Teladan!"
"Aku tahu..." "Tidak, maksudku, ia seperti pionir pengawas gedung dari Puerto
Rico." Tavares meraba-raba, menaruh telepon. "Sebelum ia, yang
mengurus gedung- gedung A di bawah 96th Street di East Side
semuanya orang Irlandia."
Hoolian setengah tersenyum, senang mendengar Papi dibicarakan
dengan rasa hormat yang selayaknya.
Tavares menurunkan kaca mata. "Jadi, kau anaknya yang baru
keluar dari penjara?"
"Begitulah." "Masalah dengan gadis yang terbunuh di gedung itu yang kembali
muncul di koran-koran beberapa minggu lalu?"
"Ya, tapi mereka menjebakku..." Ia begitu muak mendengar
dirinya mengulang- ulang perkataan yang sama hingga ia sendiri
mulai tak mempercayainya.
"Aku juga punya kakak yang keluar masuk penjara beberapa
kali," Tavares berucap muram, menarik- narik cincin yang sepertinya
ditakdirkan tak pernah lepas dari jari gemuknya. "Tak pernah bisa
lepas dari narkotika."
"Itu bukan urusanku," bentak Hoolian. "Masalahku adalah serikat
tak mau menolong ayahku menemukan pengacara yang baik."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hey, bro." Tavares mengangkat tangannya. "Aku tak bilang
serikat berjalan dengan sempurna saat itu, tapi memang tak banyak
yang bisa kami lakukan. Anggaran sangat terbatas. Kami hanya bisa
mengeluarkan penjahat kelas E dan D. Kau didakwa atas
pembunuhan, companero, itu sama sekali di luar peraturan. Kami
juga punya masalah sendiri."
Hoolian mengangguk, teringat kisah yang pernah ayahnya
ceritakan tentang korupsi di situ. Tapi, apa gunanya mengangkat
semua itu sekarang" Taruh pantat di bibirmu, begitu ucapan orang-
orang di penjara. Tempatkan pantat di bibir dan teruslah
menciumnya. Tak ada yang akan memberimu sesuatu dalam hidup
ini karena kau membuat mereka tak enak. Mereka menolongmu
karena takut padamu atau karena itu membuat mereka merasa baik.
"Seandainya aku bisa menolong, Sobat, tap i tanganku terikat.
Kami tak bisa memberi fasilitas apa pun untukmu dan kami tak
boleh terlibat dalam kasus itu. Aku tak tahu lagi apa yang bisa
kusampaikan padamu."
Hoolian mengambil topi penjaga pintu itu dan menyelidiki jahitan
di dalamnya, mendengar jendela membuka sedikit dalam suara
Tavares. "Ya, bisakah kau mungkin mencoba dan menolongku
menemukan seseorang yang pernah bekerja pada Papi?"
"Siapa itu?" "Mungkin agak sulit. Orang itu mungkin sudah mati sekarang.
Portir Dominika tua bernama Nestor. K ukira ia bahkan mungkin tak
masuk serikat." "Apa yang membuatmu berpikir ia tak masuk serikat?" Tavares
menegakkan tubuh, membela diri, harga dirinya tertantang.
"Aku ragu ia masuk negara ini secara sah. Aku selalu mengira
ayahku membayarnya di luar catatan resmi untuk membantu-bantu di
basement." "Kedengarannya tak seperti yang kudengar tentang Osvaldo tua.
Sejauh yang kutahu, ia anggota terhormat hingga akhir hayatnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tak pernah mempekerjakan bajingan dan menghormati setiap
pemogokan yang kami lakukan. Ia juga bukan pengorganisir yang
buruk, ketika waktunya mengadakan pemilihan suara. K ukira ia tak
akan memasukkan seseorang yang bukan anggota cabang setempat
dalam daftar gaji. Merupakan kebijakan manajemen gedung untuk
mencari tahu apakah mereka tiba di sini secara sah."
"Tak mungkin orang ini masih hidup." Hoolian menaruh topi itu
ke samping, berubah pikiran dan memutuskan ia lak ingin ditipu lagi.
"Ia mungkin berusia enam puluh saat aku mengenalnya. Dan, ia
berkata pada orang-orang bahwa ia mengidap kanker hati."
"K au tak pernah tahu dengan port ir- portir tua ini. Mereka
leb ih kuat dar ipada kecoak. Jika cairan pembers ih, dan uap
karbon monoks ida tak memb unuh mereka, tak ada lag i yang
bisa. Yang pa ling hebat bertahan hidup, ya mereka."
Tidak. Mereka tak akan bisa me mper mainkannya lagi. Tak
ada yang b isa me mbodohinya unt uk berpik ir ba hwa keadaan
mungk in bisa me mbaik. Tinggalkan aku sendiri. Biarkan aku di
dalam kotak pekat kecil dengan jeruji di sekelilingnya.
"Jad i men gapa kau ingin berte mu denga nnya" "
"M ungk in ia b isa me mbant uku. "
"Apa mak sud mu" S eperti saks i, begitu" "
"Suda h kub ilan g itu sulit. " Ho olia n men ga ngguk.
Tavares bersiap men gangkat telepon, tetapi me naruh
tanga nnya kemba li. "K au ta hu, tak ada faedahnya j ika kami
terlibat. Kami tak mend apat apa- apa dari berhubungan denga n
kasus krimina l sete lah se mua persoalan yang ka mi a la mi
dengan pengorga nisas ian ulan g ini. "
"Ak u men gert i. "
"Tapi, d ua puluh ta hun waktu yang lama. " Tavares
merengut, men gucek jari d i te linga. "Da n, kami tak cukup
me mbant u terakhirkah itu, bukan" "


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ak u tak berkata apa- apa."
Hoolian berusa ha me masang ekspresi malu- malu yang ia
lihat d ipasang aya hnya saat N atal, ket ika t ips d ibagikan.
Biarkan bokong tetap di b ib irmu. Janga n lepaskan. Ia kini
sadar ayahnya itu sangat jago me nye mb unyikan perasaan.
Tavares me ngangkat telep on. "S iap a nama port ir itu tadi" "
49 TEPAT SEBELUM tengah malam, Dr. Dave berjalan menuju sebuah
bar dekat Bellevue bernama Recovery Room, memesan bir Guinness
dan menekan lagu The Doors di mesin lagu dengan kalimat
"CANCEL MY SUBSCRIPTION TO THE RESSURECTION..."
"K urasa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku," kata
Francis, menunggunya di bilik belakang.
"Kau membunuhku di hari-hari ini, Francis. Tak ada yang
kembali dengan hasil DNA kurang dari sehari. Tak pernah ada cerita.
Merusak sistem." "Jadi, apa yang kau dapat?"
Dokter itu memperhatikan badai pasir mengamuk dalam gelasnya,
kepala ikan stout perlahan- lahan terdiam. Matanya terlihat kecil dan
mengalami iritasi akibat mengamati reaksi rantai polimerase dan
layar gel tanpa henti sejak mereka membawa jenazahnya. Jim
Morrison meraung di belakang. Satu lagi yang tak semestinya
dimakamkan di kuburnya sendiri, pikir Francis. Mungkin Jim
tambun, botak, dan hidup di kondominium di Florida, main golf dua
kali seminggu bersama Elvis dan mengutuk tiap kali lagu hitsnya,
Light My Fire, mengalun di radio.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tak banyak yang tersisa setelah dua puluh tahun." Dave
mengembalikan gelasnya. "Kebanyakan hanya fragmen tulang dan
rambut. Tapi kami dapat cukup banyak."
"Dan" Apakah itu Allison?"
"Yang bisa kukatakan hanya ini." Dave mengangkat satu jari,
menolak diburu-buru. "Aku bisa memastikan bahwa ia adalah
wanita. Aku bisa mengatakan juga, ia anak Eileen Wallis. Usianya
mungkin antara dua puluh satu hingga tiga puluh tahun dan tingginya
tak lebih dari 160 sentimeter. Tak punya tanda-tanda osteoporosis
dan tak pernah hamil. Soal nama asli, bukan kewajibanku untuk
memastikan." "Jadi, ia bukan wanita yang DNA- nya ditemukan di bawah kuku
kedua gadis itu?" "Bukan." "Jadi Allison mungkin memang dikubur di makam yang benar?"
"Aku tidak tahu. DNA yang kami peroleh dari peti mati tak cocok
dengan sampel di sarung bantal yang berlabel Allison Wallis di
gudang barang bukti. Mungkin itu kesalahan pengarsipan. Tapi, aku
bisa memastikan bahwa wanita di peti mati dan yang darahnya kami
temukan di TKP jelas memiliki ibu yang sama."
"Bangsaaaat!" Francis menjejalkan seiris lemon ke dalam soda-
nya dan mengamati buih mendesis. "Kau mengatakan Allison
dibunuh oleh saudara perempuannya" Ibunya tetap mengatakan ia
tak pernah memiliki anak perempuan lain. Dan, tak ada DNA yang
cocok dengan gadis ini, siapa pun dia, di bank data DN A."
"Aku tak peduli. Aku punya bukti gel-ku. Di bawah kuku Allison
Wallis dan Christine Rogers terdapat darah yang sama. Jadi, yang
bisa kukatakan adalah penghuni makam yang kita gali itu adalah
saudara perempuan pemilik darah itu."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Lalu bagaimana tentang hal lain yang kutanyakan" Apa kau
membandingkan DNA Christine Rogers dengan DNA Eileen untuk
mengetahui apakah mereka berkerabat?"
"Mereka tak berhubungan darah, Francis. Berbeda keluarga."
"Kalau begitu aku angkat tangan."
Francis menghabiskan soda dan menaruh gelas. Oh, ia betul-betul
butuh minum sekarang. Hanya untuk melepas tempurung kepalanya
beberapa saat. Ia bisa lebih menjadi diri sendiri jika sedang minum-
minum. Lebih santai, lebih lucu, tak begitu tertekan oleh rasa
waspada. Dan, lebih berani. Ia tak akan mengendap-endap,
menghindari tempat-tempat gelap, jika sedang di bawah pengaruh
alkohol. Tidak, Tuan. Ia akan berani dan tanpa perhitungan. Seperti
ketika berada di bagian narkotika, ia orang pertama yang menerjang
pintu - konsekuensi nomor dua, siap melakukan apa saja yang
diperlukan, sementara yang lain menonton dengan mata bersinar
penuh kekaguman. Oh, diam, Francis, kau memang bajingan. Satu-satunya yang
hampir seburuk lelaki buta dengan pistol adalah seorang mabuk
yang bernostalgia. "Terkutuk, aku tak tahu apa yang kulakukan," ujarnya. "Mungkin
putriku benar." "Tentang apa?" "Malam itu, ia menelepon ke rumah dari Smith, berkata aku mulai
menjadi dinosaurus. Ia bilang, 'Cara pikir patriarki sudah kuno.' Kau
bisa bayangkan?" "Ya, aku tak bisa bilang cara kita berpikir dapat membawa
kemajuan dalam kasus ini."
"Tidak, kurasa aku tak bisa membantahnya," aku Francis.
Ia memperhatikan limau tergeletak di dasar gelas. Ayolah, Dewa
Segala Hal Kecil. Bantu aku. Aku tak punya minuman, persis saat
aku membutuhkannya. Buka pikiranku sedikit lebih lebar. Biarkan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
aku berpikir di luar garis. Makin lama kasus ini bergulir, makin kau
terjebak melihat mereka hanya satu arah, kau menjadi letih dan tak
lagi imajinatif karena menatap lurus terus ke depan sepanjang waktu,
melewatkan pemandangan di samping.
Ia memejamkan mata. Selama beberapa saat dunia gelap,
membayangkan dirinya telah buta. Menunggu bentuk-bentuk sisa
cahaya itu berhenti, membuat tubuhnya diam, dan membiarkan kulit
dunia yang transparan mengelupas.
Akhirnya Francis menyadari bunyi-bunyi di sekitarnya kian jelas
dan sedikit berubah. Ia bisa membedakan denting gelas anggur dari
bunyi gelas soda yang lebih berat. Ia mengenali ketukan ringan hak
sepatu runcing yang lewat, dengan ketukan sol sepatu karet seorang
pria yang dingin di belakangnya. Ia menyadari dirinya bisa mendapat
petunjuk tentang usia, perbedaan jarak, dan bahkan ekspektasi
romantis - jika ia mendengarkan cukup tekun di jeda-jeda
percakapan. Tapi ketika mencoba berfokus pada satu suara di bilik
tepat di belakang mereka, ia ternyata tak bisa cukup yakin
menentukan apakah seseorang itu pria atau wanita.
"Francis" Kau tak apa-apa?"
Ia membuka mata dan menyadari Dave tengah menatapnya. "Ya,
ampun, kupikir kau kejang."
"Tidak, aku hanya sedikit melamun," ujarnya, menatap buih
Guinness yang berdiam di separo gelas. "Dave, aku ingin bertanya
sesuatu." "Apa?" "Kau yakin gen tak pernah berbohong?"
"Apa?" "Aku tidak bicara tentang kekeliruan arsip. Aku tanya, apakah
DNA pernah salah menafsirkan?"
"Sudah kubilang, peluangnya satu dari satu triliun. Kau minum
apa, sih?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis menatap jejak residu kecokelatan tenggelam ke dasar
gelas Dave, mengingatkan pada layar gel yang ia pernah lihat di
laboratorium. Sesuatu terlucuti dari dalam hati, meninggalkannya
dengan kejernihan gelap sedingin batu.
"K urasa lebih baik kau biarkan aku menambah minuman,"
ujarnya. 50 RASANYA SEPERTI musik dalam mimpi. Untaian nada muram
lembut mengalir dan larut dalam udara lembab. Baru setelah Hoolian
mendekat lagu itu mulai terdengar jelas. Getaran murka di ujung
keyboard mengayun turun menjadi raungan gelap yang murung.
Nada santun di tengah-tengah tiba-tiba menjerembab dalam amukan
liar pada kunci-kunci hitam. Lalu, dengan cepat beralih kembali
menjadi satu melodi anggun, seperti seorang pemabuk meluruskan
dasinya di trotoar setelah ditendang keluar dari restoran bintang
empat. Kartu tanda anggota serikat pekerja yang diberikan Mr. Tavares
pada Hoolian berhasil meloloskannya dari penjaga pintu dan turun
ke basement ini. Jadi, sekarang ia berbelok di sudut dan mengambil
jalan melewati bilik-bilik penyimpanan yang pengap, mengikuti
bunyi salah satu lagu favorit ayahnya yang dengan sangat cermat
didekonstruksi dan ditata ulang oleh ilmuwan gila.
"Night and Day, you are the one... "
Ini adalah salah satu gedung di Upper East Side yang
mempertahankan kondisi asli lobi dan lorong-lorongnya, sementara
masa lalu membusuk di gudang bawah tanah. Ia berjalan melewati
sel-sel kawat kuda goyang kuno, tempat tidur kelambu rusak,
gramofon tua dengan telinga yang lebar, kotakkotak lemari, cermin
bermutu tinggi, seperangkat cangkir perak pudar, meja makan rusak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tanpa kaki, gunungan kepala rusa, karpet Persia diikat gulungan,
lampu antik dengan tirai seperti gaun kuno - semua tergolek di
ruangan berukuran dua kali tiga meter, seperti narapidana terlupakan
di penjara yang kokoh. "...and this torment won't through..."
Tenggorokannya tercekik batuk oleh debu, sadar ia akan membuat
buruannya lari bila terlalu gaduh sebelum sampai ke sana. Pemanas
bergemuruh di pintu sebelah, lidah api tenang menyala-nyala. Dua
puluh tahun telah menanti.
Ia menuju sudut dan berhenti, menyaksikan orang tua itu
membungkuk di atas mesin lagu yang berdiri tegak di gudang
penyimpanan. Sepasang bahu naik dan kasar membuat kejangan di
lengannya dan cakar yang tampak terkena artritis. Sulit dipercaya
seseorang yang begitu jompo dan penuh tonjolan dapat mengalunkan
musik yang begitu riang gembira, belia, dan gegap gempita.
Air menyiram melewati salah satu pipa di atas kepala dan lelaki
tua itu mengayunkan kepala ke belakang, menikmati kesenangan
bermain musik untuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain.
"Que hay de Nuevo, NestorT' Hoolian memanggil dari bawah
bohlam yang terayun. "Ingat padaku?"
Lelaki tua itu membeku, tangannya ragu-ragu di atas kunci-kunci,
melodi yang tak selesai itu mengambang di udara. Ia kemudian
berbalik, memandang tajam, dan perlahan- lahan tersenyum
memperlihatkan gigi gingsul kecokelatan, seolah ia telah duduk di
kursi tersebut sejak 1983, menunggu Hoolian menemukannya.
51 MESTINYA MEREKA bertemu di pengadilan hari itu, untuk
memutuskan apakah mereka akan maju terus berkaitan dengan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dakwaan Hoolian. Alih-alih demikian, mereka kembali ke ruang
rapat di lantai enam di 100 Centre Street. Paul Raedo duduk di
bawah potret Custer, seorang penuntut muda bagian pembunuhan
bernama Margaret Eng duduk di bawah salinan asli foto karya Ansel
Adams, dan Francis dalam jarak tembak senapan milik Paul. Hoolian
duduk murung di seberang meja, diapit Debbie A. dan saksi paling
barunya. "Harus saya akui, saya sangat skeptis," Paul mengawali
pembicaraan. "Saya pernah bicara dengan saksi ini tahun 1983 dan ia
tak punya pernyataan relevan untuk diberikan. Mengapa ia muncul
dengan'cerita berbeda setelah lama berlalu?"
"Saudara Vega memintanya." Debbie berputar di kursinya.
"Saudara Arroyo mengenal terdakwa sejak kecil."
Portir itu duduk di sebelah kanannya, lelaki tua lisut berwajah
sopan mengenakan jaket kotak-kotak usang. Francis yakin ia pasti
mendapatkannya dari penyewa apartemen kaya dari tahun 1962.
Topi jerami putih tergeletak di meja di hadapannya, dengan
pinggiran sobek seperti bekas gigitan. Ketika tersenyum, ia
menunjukkan kegelisahan di mulutnya, gigi- gigi kecil kecokelatan
saling beradu. Kenyataannya, segala hal tentang dirinya tampak
seperti bambu rusak, kecuali tangannya, dengan jemari panjang lebar
serta urat-urat seperti kabel baja.
"Ya, ya, ya, tapi mengapa baru sekarang?" tanya Paul.
"Maksudmu, ia hanya duduk-duduk saja selama dua puluh tahun
ini?" "Saudara Arroyo cemas tentang status imigrasinya." Debbie
memandang bolak-balik antara saksi baru itu dan Hoolian, keduanya
di sisi kiri. "Ia takut, jika bersaksi, ia akan dideportasi ke Republik
Dominika." "Apa aku mendengar unsur paksaan di sini?" Paul memajukan
badan, jempolnya menyentuh suspender merah seraya melirik
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Margaret Eng. "Apa orang ini mendadak berubah pikiran karena
klienmu muncul dan mengintimidasinya di tempat kerja?"
"Ceritakan saja kisahnya," sergah Francis.
Mereka semua menatap seakan ia baru menembakkan pistol ke
langit-langit. "Ya, ayolah," ujarnya. "Ia belum menjadi saksi tersumpah. Mari
kita dengar apa yang harus ia katakan. Berika ia Ratu Sehari"
Ia merasakan mata Hoolian menghujam dari seberang meja.
Francis sengaja memilih kursi sedikit ke kanan agar mereka tak perlu
berhadapan muka langsung. Ia, setidaknya, perlu waktu untuk
melakukannya meski perlahan-lahan.
Paul menyeringai dan diam-diam berunding dengan Margaret
Eng. Ia merapikan rambut hitamnya, memperbaiki kaca mata, dan
mengangguk tajam. "Baiklah, Ratu Sehari," kata Margaret. "Ia dimaafkan sejauh ia
mengatakan yang sebenarnya."
Debbie mulai menerjemahkan, tetapi portir tua itu mengangkat
tangannya. "Tak apa," katanya, bunyi agak cadel keluar lewat celah di
giginya. "Aku mengerti, sedikit."
Portir itu melirik Debbie A dan memberikan senyum pada
Hoolian. Dari sudut matanya, Francis melihat Hoolian tidak balas
tersenyum, lebih memilih berkonsentrasi melipat-tutup lembaran-
lembaran pernyataan pers yang ditinggal di atas meja.
"Anda boleh membawa penerjemah setelah kita selesai agar Anda
bisa mengajukan pertanyaan sendiri dan mendapat pernyataan
tertulis, tanpa Vega atau saya di ruangan," kata Debbie. "Saudara
Arroyo sudah mengatakan kisah lengkapnya saat ia datang ke kantor
saya bersama saudara Vega pagi ini."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ketegangan membentuk di tengah ruangan, mereka berenam
menyaksikan alur kayu yang sama di meja kayu pernis seolah bentuk
itu menarik mereka bersama.
"Cerita singkatnya, Saudara Arroyo bekerja di basement malam
itu," jelas Deb. "Ia melihat seseorang turun dari tangga darurat dan
keluar menuju gang di belakang gedung, tepat dalam bingkai waktu
peristiwa pembunuhan Allison Wallis."


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Omong kosong." Suspender Paul meregang seperti tali katapel.
"Kau ingin mendengar apa yang terjadi atau mau pamer
kosakata?" tanya Debbie.
"Teruskan." Francis memberi isyarat putaran dengan tangannya.
"Jam berapa saat itu?"
"Sekitar pukul dua tiga puluh hingga tiga kurang seperempat
pagi." Deb menatap portir itu, menegaskan. "Itu cocok dengan
rentang waktu yang ditetapkan."
"Bagaimana kau tahu waktu tepatnya?" tanya Francis, mengambil
alih pekerjaan Deb. "Pukul sembilan tiga puluh, Julian datang ke apartemen Allison
untuk memperbaiki toilet. Pukul sepuluh, mereka menonton televisi.
Channel Five, MTV. Mereka mulai saling nyaman, dan saat itulah
terjadinya hubungan kecil di antara mereka."
"Maksudmu saat ia mencoba memerkosanya." Paul memajukan
badan ke depan dengan siku.
"Saat mereka mencoba melakukan kontak sama suka." Debbie
mengibaskan jari. "Tak ada kesaksian yang berlawanan dengan hal
itu." "Tentu saja tidak." Paul tersenyum sinis. "Yang laki hidup dan
wanitanya mati." "Apapun yang terjadi, tak diragukan lagi bahwa peristiwa itu tak
terjadi," ujar Deb cepat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis tersenyum, mengenali Momen Percepatan, gaya familier
pembela dan kliennya saat berlomba melalui bagian genting kisah
mereka, seakan orang lain tak mengetahuinya.
"Gadis itu menarik diri," ujar Deb, sedikit melambat. "Hoolian
tidak siap. Gadis itu juga. Apapun. Mereka berdua ketakutan. Ada
bencana. Ada darah dan cairan sperma di kain sofa. Gadis itu
ketakutan, dan memintanya untuk pergi."
Francis mencuri pandang ke arah Hoolian, menangkap reaksinya.
Tapi Hoolian menggigiti bibir dan menunduk, tak berani
menghadapi mata para hadirin di ruangan.
"Setelah itu, ia menelepon beberapa kali ke ibunya di Sag Harbor
dan kakak lelakinya di kota itu," ujar Debbie. "Tentu, ada sesuatu
dalam pikirannya." "Yeah, kenyataan bahwa putra pengawas baru saja berniat
menaikinya," ujar Paul.
"Tak satu pun dari mereka menyebutkan hal itu," balas Deb.
"Menurut Tom,'mereka bicara tentang ke mana mereka akan pergi
untuk acara makan malam ulang tahun ibunya, yang sebentar lagi
berlangsung saat itu. Eileen tidak ingat sesuatu yang khusus dalam
percakapan itu, kecuali bahwa Allison terdengar sedikit 'jengkel.'"
"Ayolah, Deb, kau tahu apa yang terjadi dalam penyerangan
seksual," sela Paul lagi. "Kadang orang menunggu hingga besoknya
untuk melapor. Kecuali kali ini, ia punya kunci apartemen gadis itu
agar ia bisa kembali lagi malamnya."
"Ya....tidak juga...," Deb menanggapi. "Kami berpikir ada orang
lain yang juga punya kunci."
"Bagaimana mungkin" Hanya penyewa dan pengawas yang punya
kunci." "Ia bisa saja menduplikat dan memberikannya pada seseorang,
yang dapat membiarkan dirinya masuk dari depan."
"Bagaimana dengan penjaga pintu" Kau pikir ia tak akan tahu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian dan portir itu saling berpandangan dan tertawa.
"Apa yang lucu?" tanya Francis.
Hoolian segera berhenti tersenyum dan melirik, mengingatkan
Francis saat pertama kali mereka saling menatap satu sama lain.
Rusa mendengar suara pemburu di hutan. Mereka berdua membeku
sejenak, masih belum siap mengakui satu sama lain.
"Semua orang tahu Boodha begitu lelap tidur setelah tengah
malam, kau bisa menusukkan bom ceri di pantatnya dan ia tak akan
terbangun." Hoolian berpaling pada Nestor, berpura-pura tak
terganggu. "Betul begitu, kan?"
"Ay..." Lelaki tua itu menjatuhkan kepala ke belakang dengan
hardikan kasar. "El borracho bufon."
"Ya, terserahlah, tapi ini semua spekulasi sama sekali." Paul
melambaikan tangan. "Aku berharap lebih darimu, Deb. Kupikir kau
datang ke sini untuk bicara tentang sesuatu yang nyata."
"Memang. Saudara Arroyo melihat pembunuh itu meninggalkan
gedung tepat sebelum pukul tiga pagi."
"Memangnya siapa ia, dan mengapa ia tak mengungkapkan saat
aku mewawancarainya dua puluh tahun lalu?"
"K ukatakan," portir itu angkat bicara. "Tapi kau tak mendengar."
"Apa?" kata Paul. "Dengar, aku sudah memeriksa dengan
saksama berkas kasusnya. Kau kira aku sengaja mengabaikan
sesuatu seperti itu?"
Francis melihat Margaret Eng menundukkan kepala dan mulai
membuat catatan. Tidak bodoh, orang satu ini. Ia tahu bukti yang
berpotensi menunjukkan ketidakbersalahan untuk sebuah gugatan
perdata saat mendengarnya.
"Aku bilang, 'Pelirrojo! Pelirrojo! "' portir itu memukulkan
kepalannya ke atas meja. "Tapi kau tetap tak mendengar."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa ini, Debbie?" Paul bergerak seperti tengah menyekop
sampah ke arah sisi meja Deb. "Apa 'pelirrojo'" Kami bicara pada
orang ini sekali dan ia langsung menghilang."
"Karena kau menakutinya, mengatakan ia harus ke sidang dan
menjawab pertanyaan. Ia punya keluarga di sini tanpa paspor resmi.
Sekarang ia sudah punya."
Francis menatap orang tua itu, berpikir ia pasti orang yang tak
berperasaan. Membiarkan putra bosnya dipenjara dua puluh tahun
untuk kejahatan yang tidak ia lakukan, hanya karena takut ia
dideportasi. Di lain pihak, memangnya siapa dirinya" Hingga percakapan
terakhir dengan Dr. Dave, ia juga sering menghindari masalah
dengan segala cara, mengelak dari apa yang ada di depannya.
Ia mengubah posisi kursi dan berusaha membuat dirinya menatap
Hoolian langsung di matanya. Ia ingin melihat jika ada yang tersisa
dari anak yang pernah hadir di ruang interogasi dua puluh tahun lalu.
Mana gerakan pupil halus penuh kecurangan itu" Bulu mata
berkedip-kedip itu. Derap jemari itu. Semua tanda-tanda petunjuk
rasa bersalah itu. Bagaimana mungkin lelaki berjanggut, geram
namun dapat dimengerti, yang tua sebelum waktunya ini, mewujud
ke dalam dirinya" Ini terlalu sulit. Mereka berdua mengalihkan pandangan
berbarengan. Tak satu pun yang siap untuk melakukan konfrontasi
saat ini. "Apa makna kata itu memangnya" Pelirrojol" Paul melirik pada
Margaret Eng, yang sibuk mencatat. "Ingatkan aku."
"Itu artinya rambut merah," Hoolian berkata lembut, menatap
pangkuannya sendiri. "Ya, aku tahu." Paul menjatuhkan bolpen. "Korbannya berambut
merah. Lalu kenapa?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kali ini, Francis yang menjelaskan. "Paulie," katanya singkat,
berpaling. "K urasa orang ini tak bicara tentang si korban."
52 HOOLIAN TURUN lewat lift empat puluh menit kemudian bersama
pengacaranya dan Nestor, yang masih berusaha mencerna dan
memahami apa yang baru saja terjadi.
Lobi remang-remang berlantai marmer dipenuhi anggota keluarga
berwajah muram bergerak perlahan melewati detektor logam,
pegawai pengadilan berkemeja putih berteriak-teriak menyerukan
perintah, dan, tentu saja, para pemuda bermasalah itu, berjalan ke
arah pengadilan. Berjalan penuh lagak dengan kaus FUBU dan
sepatu N ike baru, bertingkah pongah tanpa menyadari apa yang akan
mereka hadapi di penjara kelak.
"Jalan keluar di sana." Nona Aaron menunjuk ke arah cahaya di
belakang pintu putar. "Cukup sampai di sini dulu saat ini."
Hoolian mengikuti keluar menuju trotoar, bersama Nestor di
belakangnya. "Jadi, apa selanjutnya?" ia melindungi matanya dari mika
berkilauan. "K ita akan mengajukan mosi untuk mencabut dakwaan." Nona A
memasang kaca matanya. "Polisi dan jaksa melakukan apa yang
menjadi pekerjaan mereka. Dan kita akan membuat gugatan perdata,
dengan syarat Arroyo tidak menghilang untuk dua puluh tahun ke
depan." Nestor tersenyum memperlihatkan gigi- gigi bengkoknya.
"Claro" ujarnya sembari sedikit mengangguk. Tentu saja.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Deb merapatkan bibir, jelas tidak terpesona oleh perilaku ala
bangsawan tua sopan itu. "Sir, aku ingin bertanya sesuatu padamu."
Orang tua itu menyentuh ujung topi jerami usangnya. "Cualquier
cosa." Apa saja. "Anda bilang, Anda sangat menyukai Vega."
"Si." "Dan sebelum ini Anda mengatakan pada saya betapa ayahnya
orang yang baik karena telah mempekerjakan dan memasukkan
Anda ke dalam daftar gaji, meski Anda tak memiliki paspor hijau."
"Air Ia mengangguk pada Hoolian. "Yo dar las gracias."
"Lalu mengapa Anda membiarkan anak ini menghabiskan dua
puluh tahun membusuk di penjara?"
Orang tua itu terus tersenyum dan mengangguk, seolah tak
mengerti sepatah kata pun yang wanita itu ucapkan.
"Hey, No na A?" Hoolian angkat bicara. "Jangan terlalu keras
padanya." "Julian, orang ini bisa maju dengan bukti yang ia miliki kapan
saja." "Ya, awalnya aku juga marah padanya," ia mendesah. "Tapi orang
kadang dipaksa keadaan tertentu."
"Keadaan?" Alis wanita itu meloncat di atas bingkai kaca mata
bintiknya. "Keadaan macam apa yang membenarkan anak usia tujuh
belas masuk penjara dari 1983 hingga sekarang?"
"Begini, ketika aku menemukannya di basement kemarin malam,
aku juga marah. Rasanya seperti, 'Aku akan membunuhmu, orang
tua. Kau menghancurkan hidupku.'" Hoolian memukulkan kepalannya ke telapak tangan. "Tetapi kemudian... tak tahulah.
Keadaannya berbeda jika menyangkut orang yang mendampingimu
saat kau tumbuh. Katakan, bagaimana aku akan membenci seseorang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
yang membolehkanku menjalankan lift servis ketika aku berumur
enam tahun?" "Ia jelas tak banyak memedulikanmu setelah itu."
"Aku tahu." Hoolian menggertakkan gigi. "Tapi apa yang akan
kulakukan" Ia takut. Ia takut kepada Raedo dan meninggalkan kota.
Ia tidak tahu apa yang akan menimpaku."
"Aku yakin ia dengar saat kau d itahan," ujar Nona A, masih gusar
padanya. "Ia punya masalahnya sendiri yang mesti diselesaikan. Ia mengira
dirinya sekarat oleh kanker hati. Anaknya tewas akibat overdosis.
Istrinya meninggalkannya. Orang punya hidup mereka sendiri,
kukira. Sejak lama, aku berhenti mengharapkan orang lain untuk
menjagaku." Mata lelaki tua itu meredup, berterima kasih dalam diam.
Anak Pendekar 10 Animorphs - 53 Jawaban The Answer Rajawali Hitam 2
^