Titik Muslihat 5
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown Bagian 5
menjadi pengasuh mereka. "Mike," katanya, "Aku perlu bantuan untuk mengangkat GPR dari kereta itu."
Tolland membantunya mengeluarkan Ground Penetrating Radar, dan meletakkannya di
atas salju. Peralatan itu tampak seperti tiga buah bilah penggali salju mini
yang telah ditempelkan sejajar pada bingkai aluminum. Keseluruhan peralatan itu
panjangnya tidak lebih dari satu yard dan dihubun gkan dengan kabel ke sebuah
alat pelemah gelombang arus listrik dengan baterai yang diletakkan di atas
kereta luncur. "Itu radar?" tanya Corky sambil berseru melawan angin.
Norah mengangguk. Ground Penetrating Radar jauh lebih mampu mendeteksi es air
asin dibandingkan PODS. Transmiter GPR mengirimkan gelombang energi
elektromagnetis menembus es, dan gelombang itu terpantul kembali dengan
gelombang yang berbeda bergantung pada struktur kristal yang memantulkannya. Air
tawar murni membeku dalam pola-pola geometris yang bulat dan pipih. Namun, air
laut membeku dalam bentuk yang lebih menyerupai pola-pola geometris yang
bercabang-cabang atau seperti anyaman jaring. Ini dikarenakan oleh kandungan
sodiumnya yang mengakibatkan gelombang GPR memantui kembali secara acak sehingga
mengurangi jumlah refleksi.
Norah menyalakan mesin itu. "Aku akan mengambil semacam foto lokasi gema yang
bersilangan dari lapisan es di sekitar sumur penarikan," serunya. "Piranti lunak
yang ada di dalam mesin ini akan mengirimkan gambar bagian persilangan dari
dataran es dan kemudian mencetaknya. Semua es dari air laut akan tercetak
sebagai bayangan." "Cetakan?" Tolland tampak terkejut. "Kau dapat mencetak dari sini?"
Norah menunjuk ke sebuah kabel yang menjulur dari GPR ke sebuah alat yang masih
berada di atas kereta luncur di bawah penutupnya. "Tidak ada pilihan lain, harus
dicetak. Layar monitor komputer memerlukan terlalu banyak tenaga baterai yang
berharga, jadi ahli glasiologi lapangan mencetak data ke printer beattransfer.
Warnanya memang tidak cemerlang, tetapi lebih baik dibandingkan tinta toner
printer laser yang menggumpal dalam suhu di bawah minus dua puluh derajat. Aku
belajar dari pengalaman burukku di Alaska."
Kemudian Norah meminta semua orang untuk berdiri di balik GPR, sementara dia
bersiap untuk mengatur posisi transmiter sedemikian rupa sehingga alat tersebut
dapat memindai area yang mengelilingi lubang meteorit. Luas area yang dipindai
tersebut hampir tiga kali lipat lapangan futbal. Tetapi ketika Norah melihat ke
belakang ke arah mereka tadi datang, dia tidak dapat melihat lokasi yang
diinginkannya. "Mike, aku harus menyejajarkan transmiter GPR dengan area
meteorit, tetapi obor ini membuatku silau. Aku akan kembali naik ke lereng untuk
menghindar dari cahaya itu. Aku akan merentangkan lengan lenganku sejajar dengan
obor, dan kau menyesuaikan kesejajaran GPR itu."
Tolland mengangguk. Dia kemudian berlutut di samping peralatan radar tersebut.
Norah menjejakkan crampon-nya. ke dalam es dan mencondongkan tubuhnya ke depan
dan melawan arah angin ketika dia berjalan mendaki tanjakan menuju habisphere.
Angin katabatic hari ini bertiup jauh lebih kuat daripada yang dibayangkannya,
dan dia merasakan badai akan segera datang. Itu bukan masalah. Semua ini akan
selesai dalam beberapa menit saja. Mereka akan tahu aku benar. Norah berjalan
sejauh dua puluh yard ke arah habisphere. Dia tiba di batas kegelapan tepat
ketika tali pengamannya menegang.
Norah menatap kembali ke dataran es. Ketika matanya sudah menyesuaikan dengan
kegelapan, perlahan -lahan garis obor itu mulai tampak beberapa derajat di
sebelah kirinya. Dia menggeser posisinya hingga betul-betul sejajar dengan
oborobor itu. Kemudian dia merentangkan lengannya seperti kompas, lalu memutar
tubuhya untuk menunjukkan vektor yang tepat. "Aku sudah sejajar dengan obor-obor
itu sekarang!" serunya.
Tolland memperbaiki letak alat GPR, kemudian melambai ke arah Norah. "Semua
siap!" Norah melihat untuk terakhir kalinya, dan merasa bersyukur karena jalan pulang
mereka masih menyala. Ketika dia memandang ke arah lereng, ada hal aneh yang
terjadi. Untuk sesaat, obor terdekat menghilang dari pandangannya. Sebelum Norah
menjadi khawatir, obor itu menyala lagi. Jika Norah belum punya pengalaman di
tempat ini, dia pasti sudah mengira ada sesuatu yang lewat di antara obor itu
dan tem patnya berdiri. Tentu saja tidak ada orang lain di sini ... kecuali jika
Ekstrom mulai merasa berdosa telah mengirim mereka dan kemudian mengirimkan regu
NASA untuk mencari mereka. Namun, Norah meragukan hal itu. Mungkin bukan apa-
apa, dia memutuskan. Tiupan angin mungkin saja memadamkan sinar obor itu sesaat.
Norah kembali menuju GPR. "Semua sudah sejajar?" Tolland mengangkat bahunya.
"Kukira begitu."
Norah menghampiri peralatan kendali di atas kereta luncur dan menekan sebuah
tombol. Bunyi dengungan tajam keluar dari dalam GPR, lalu berhenti. "Baik," kata
Norah. "Selesai."
"Begitu saja?" tanya Corky.
"Semua pekerjaan ini sudah selesai. Pengambilan gambar itu hanya memerlukan
waktu satu detik saja."
Di atas kereta luncur, mesin printer heat-transfer sudah mulai berdengung dan
mengeluarkan bunyi klik. Alat pencetak itu terbungkus plastik bening dan
perlahan -lahan mulai mengeluarkan kertas yang tebal. Norah menunggu hingga alat
itu selesai mencetak, kemudian dia merogoh ke balik penutup plastik itu, dan
mengambil hasil cetakan. Mereka akan lihat, pikirnya sambil membawa kertas hasil
cetakan itu ke dekat obor sehingga semua orang dapat melihat hasilnya.
Tidak akan ada air asin. Semuanya berkumpul mengelilingi Norah ketika ahli glasiologi itu berdiri di
dekat obor sambil memegang erat kertas hasil cetakan dengan tangannya yang
terbungkus sarung tangan. Dia menghela napas dalam-dalam dan membuka gulungan
kertas itu untuk memeriksanya. Gambar yang tertera di atas kertas itu membuatnya
tersentak ketakutan. "Oh, Tuhan!" serunya sambil menatap kertas itu dan tidak percaya dengan apa yang
sedang dilihatnya. Seperti yang diharapkan, hasil cetakan tersebut
memperlihatkan bagian di daerah lubang penarikan meteorit yang terisi air dengan
jelas. Tetapi yang tidak pernah diduga Norah adalah gambar buram berwarna
keabuan yang tampak seperti bentuk manusia yang mengambang di tengah lubang.
Darah Norah seperti memheku. "Oh, Tuhan ... ada mayat di dalam lubang
penarikan." Semuanya menatap dengan terpaku dan diam.
Tubuh seperti hantu itu mengambang dengan kepala di bawah di dalam terowongan
sempit itu. Terlihat gambaran mengerikan seperti sayap yang terent ang di
belakang mayat tersebut. Sekarang Norah menyadari apa sebenarnya gambaran itu.
GPR telah menangkap jejak samar dari mantel berat si korban yang terlihat
panjang dan berbulu unta lebat.
"Itu ... Ming," Norah berbisik. "Dia pasti terpeleset ...." Norah Mangor tidak
pernah membayangkan melihat tubuh Ming di dalam sumur penarikan akan menjadi
kurang penting diban dingkan dengan kejutan lain yang diperlihatkan hasil
cetakan itu. Tetapi matanya kemudian menelusuri gambar lubang itu, lalu dia
melihat yang lainnya. Es di bawah terowongan penarikan ....
Norah menatap. Pikiran pertamanya, ada yang salah dengan hasil pemindaian itu.
Lalu semakin dia mempelajari gambar itu lebih dekat, kesadaran yang mencemaskan
itu semakin meningkat, seperti badai yang mengelilingi mereka.
Tepi kertas itu berkibar liar ditiup angin ketika Norah berputar dan melihat
kertas itu dengan lebih saksama.
Tetapi... itu tidak mungkin!
Tiba-tiba, Norah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kesadaran itu terasa seperti
akan menguburnya. Norah lupa akan Ming.
Sekarang Norah mengerti. Air asin di dalam terowongan! Dia jatuh berlutut di
atas salju di samping obor. Dia hampir tidak dapat bernapas. Dia menggenggam
kertas itu dalam tangannya, dan tubuhnya mulai gemetar.
Tuhanku ... ini bahkan tidak pernah terpikirkan olehku.
Kemudian, dengan kemarahan yang tiba-tiba meledak, dia memalingkan kepalanya ke
arah habisphere NASA. "Bajingan kalian!" dia menjerit, suaranya terbawa angin.
"Bajingan terkutuk kalian!"
DI DALAM kegelapan, hanya berjarak lima puluh yard saja dari Norah dan kawan
-kawannya, Delta-One memegang peralatan CrypTalk di dekat mulutnya dan
mengatakan dua kata saja kepada pengontrolnya. "Mereka tahu."
49 NORAH MANGOR masih berlutut di atas salju ketika Michael Tolland yang
kebingungan mengambil kertas hasil cetakan Ground Penetrating Radar itu dari
tangan Norah yang gemetar. Walau merasa terguncang ketika melihat mayat Ming
yang mengambang, Tolland berusaha memusatkan pikirannya untuk memahami gambar di
depannya. Dia melihat bagian di lubang penarikan meteorit itu. Kemudian, dia menatap turun
mulai dari permukaan lubang hingga ke bawah sedalam dua ratus kaki di dalam es.
Dia kemudian melihat tubuh Ming mengambang di dalam terowongan. Mata Tolland
mengarah lebih ke bawah lagi, dan dia merasa ada yang salah. Tepat di bawah
terowongan penarikan, terlih at semacam pilar gelap dari es air laut yang
memanjang lurus ke bawah menuju ke samudra lepas di bawahnya. Pilar vertikal
dari es air asin itu sangat besar. Diameternya sama dengan diameter lubang di
atasnya. "My God!" seru Rachel ketika dia melongok melalui bahu Tolland. "Tampaknya
terowongan penarikan meteorit itu berlanjut terus ke bawah dan menembus lapisan
es menuju ke lautan!"
Tolland berdiri terpaku. Otaknya tidak dapat menerima apa yang dia ketahui
adalah satu-satunya alasan yang masuk akal untuk misteri ini. Corky juga tampak
sama terkejutnya. Norah berteriak, "Seseorang telah mengebor dari bawah lapisan es!" Matanya
menjadi liar karena sangat marah. "Seseorang sengaja menyisipkan batu itu dari
bawah es!" Walau keyakinan di dalam diri Tolland ingin menolak kata-kata Norah, jiwa
ilmuwan di dalam dirinya tahu Norah bisa saja benar. Keadaan Milne Ice Shelf
yang mengambang di atas samudra memberikan banyak akses bagi kapal selam untuk
masuk. Karena semua benda menjadi jauh lebih ringan ketika berada di bawah air,
bahkan sebuah kapal selam kecil seperti kapal Triton berkapasitas satu orang
yang selalu digunakan Tolland untuk menjelajah laut, dapat dengan mudah membawa
meteorit tersebut dengan lengan pengangkut nya. Kapal selam itu mungkin
mendekati samudra, menyelam ke bagian bawah dataran es, dan mengebor ke atas
menembus es. Kemudian, kapal selam itu bisa menggunakan lengan peng angkut yang
lebih panjang atau balon yang berisi udara untuk mengangkat meteorit itu ke
atas. Begitu meteorit itu sudah ada di tempatnya, air laut yang masuk ke atas
hingga ke terowongan di belakang meteorit itu akan mulai membeku. Begitu
terowongan tersebut sudah cukup tertutup untuk menyangga meteorit itu, kapal
selam tersebut dapat menarik kembali lengannya dan menghilang dan membiarkan
alam menutup sisa terowongan itu dan menghapus semua jejak muslihat tadi.
"Tetapi mengapal" tanya Rachel sambil mengambil kertas cetakan itu dari tangan
Tolland dan mengamatinya. "Mengapa mereka lakukan itu" Kauyakin GPR itu bekerja
dengan benar?" "Tentu saja, aku yakin! Dan hasil cetakan itu dapat dengan sempurna menjelaskan
keberadaan makhluk bersel satu itu di dalam air!" jawab Norah.
Tolland harus mengakui, logika Norah masuk akal walaupun menakutkan.
Dinoflagelata bercahaya itu mungkin saja telah mengikuti naluri mereka dan
berenang ke atas memasuki terowongan meteorit, lalu terperangkap tepat di bawah
meteorit dan membeku di dalam es. Kemudian, ketika Norah memanaskan meteorit
itu, es yang tepat berada di bawah batu itu mencair sehingga membebaskan
plankton -plankton itu. Sekali lagi, mereka berenang ke atas, dan kali ini
mereka mencapai permukaan air di dalam habisphere. Tetapi mereka akhirnya mati
karena kekurangan air asin.
"Ini gila!" teriak Corky. "NASA memiliki meteorit dengan fosil serangga ruang
angkasa di dalamnya. Mengapa mereka harus repot-repot merekayasa tempat di mana
mereka menemukannya" Mengapa mereka mau bersusah payah menguburkannya di bawah
lapisan es?" "Siapa yang tahu," Norah balas berteriak, "tetapi hasil cetakan GPR tidak pernah
berbohong. Kita diperdaya. Meteorit itu bukanlah meteorit yang tercatat dalam
catatan Jungersol. Meteorit itu disisipkan ke dalam es baru-baru ini. Mungkin
dalam setahun ini karena jika tidak begitu, plankton plankton itu pasti sudah
mati!" Norah kemudian mengum pulkan peralatan GPR dan menaikkannya ke atas
kereta luncur, lalu mengikatnya dengan' erat. "Kita harus kembali dan melaporkan
ini pada seseorang! Presiden akan menyiarkan sebuah data yang salah. NASA
memperdayanya!" "Tunggu sebentar!" teriak Rachel. "Setidaknya kita harus memindai sekali lagi
untuk mendapatkan kepastian. Semua ini tidak masuk akal. Siapa yang akan
percaya?" "Semua orang," kata Norah sambil mempersiapkan kereta luncurnya. "Saat aku
memasuki habisphere dan mengebor sampel inti dari bagian bawah lubang penarikan
dan menemukan keberadaan es air laut, aku jamin kalian semua akan
memercayainya!" Norah melepaskan rem kereta luncur yang membawa perlengkapannya, mengarahkannya
kembali ke habisphere, dan mulai menaiki lereng itu sambil menjejakkan crampon-
nya. ke dalam es sambil menarik kereta luncur di belakangnya dengan mudah
sekali. Dia adalah perempuan yang tahu apa yang dikerjakannya.
"Ayo!" teriak Norah sambil menarik sekelompok orang yang terikat di belakangnya
dengan tali pengaman ketika dia berputar balik menuju ke jalan yang disinari
cahaya obor. "Aku tidak tahu apa yang dikerjakan NASA di sini, tetapi aku betul-
betul tidak suka dipergunakan sebagai pion bagi - "
Leher Norah Mangor tersentak ke belakang seolah dahinya baru terbentur dengan
sebuah kekuatan yang tak terlihat. Norah mengeluarkan suara terengah kesakitan.
Dia kemudian limbung, lalu terjengkang ke atas tanah. Seketika itu juga, Corky
menjerit dan berputar seolah bahunya di dorong ke belakang. Dia jatuh ke atas es
dan mengerang kesakitan. RACHEL SEGERA melupakan semua yang tercetak pada kertas yang berada di dalam
tangannya, Ming, meteorit, dan terowongan aneh di bawah es. Dia baru saja
merasakan proyektil kecil menyerempet telinganya dan nyaris mengenai pelipisnya.
Secara naluriah, dia berlutut dan menarik Tolland ke bawah bersamanya.
"Ada apa ini!" teriak Tolland.
Hujan es adalah satu-satunya jawaban yang dapat dibayangkan Rachel - embusan
butir-butir es dari atas lereng es - namun melihat kekuatan yang tadi menghantam
Corky dan Norah, Rachel tahu hujan es itu pasti berkecepatan seratus mil per
jam. Yang menakutkan adalah, tiba-tiba semburan bendabenda seukuran kelereng itu
sekarang sepertinya terfokus pada Rachel dan Tolland, berterbangan di sekitar
mereka, dan menghasilkan ledakan butir-butir es. Rachel berguling, menjejakkan
crampon-nya ke dalam es, dan bergegas bergerak ke arah satu-satunya perlindungan
yang ada - kereta luncur. Tolland sampai tidak lama kemudian dengan susah payah,
dan kemudian mengambil posisi berlindung di sisi Rachel.
Tolland melihat Norah dan Corky yang tidak terlindung di atas es. "Tarik tali
mereka!" Tolland berteriak sambil meraih tali dan mencoba menarik mereka.
Tetapi tali penyelamat mereka tertahan oleh kaki kereta luncur.
Rachel memasukkan kertas cetakan tadi ke dalam saku Velcro pakaian Mark IX yang
dikenakannya, merangkak dengan segala upaya keluar dari balik kereta luncur,
lalu mencoba melepaskan lilitan tali dari kaki kereta luncur itu. Tolland berada
tepat di belakang. Tiba-tiba hujan es itu menghambur ke arah kereta tersebut, seolah serangan alam
itu telah melupakan Corky dan Norah dan sekarang langsung mengarah pada Rachel
dan Tolland. Satu dari proyektil itu menghantam tutup plastik kereta, sebagian
dari butiran salju itu menempel di sana, tetapi kemudian terpantul kembali, dan
mendarat di lengan mantel Rachel.
Ketika Rachel melihatnya, dia langsung tertegun. Dalam sekejap, kebingungan
Rachel berubah menjadi ketakutan. "Hujan es" ini adalah buatan manusia. Bola-
bola es itu berbentuk bulat sempurna seukuran buah ceri. Permukaannya halus dan
mengilap. Namun bagian tepinya tidak terlalu halus sehingga tampak seperti
peluru senapan kuno yang dicetak dengan mesin. Dapat dipastikan kalau peluru-
peluru es itu adalah buatan m anusia.
Peluru es .... Sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan militer, Rachel sangat mengenal
senjata hasil percobaan baru yang bernama "IM" atau Improvised Munitions. Ini
adalah senapan salju yang dapat menggunakan salju sebagai peluru es, senapan
gurun yang dapat memampatkan pasir sehingga menjadi proyektil kaca, dan senjata
berbasis air yang dapat menem bakkan air yang sangat kuat sehingga dapat
mematahkan tulang. Senjata Improvised Munitions memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan senjata biasa karena senjata-senjata IM ini menggunakan
sumber daya yang ada dan amunisinya betul-betul dapat dibuat di tempat, sehingga
memberikan peluru yang tak terbatas bagi para tentara yang menggunakannya
sehingga mereka tidak harus membawa peluru biasa yang berat. Rachel tahu, peluru
es yang ditembakkan ke arah mereka sekarang telah dipadatkan "sesuai dengan
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebutuhan" dari salju yang dijejalkan .ke dalam bagian belakang senapan.
Seperti yang biasa terjadi dalam dunia intelijen, semakin banyak yang diketahui
seseorang, skenario yang ada menjadi semakin menakutkan. Saat ini bukanlah
pengecualian. Rachel lebih suka mengabaikannya, tetapi pengetahuannya tentang
senjata IM dengan cepat membawanya pada satu kesimpulan yang menakutkan: mereka
sedang diserang pasukan Operasi Khusus Amerika Serikat, satu-satunya kesatuan
milker di negara ini yang baru-baru ini diizinkan menggunakan senjata percobaan
IM di lapangan. Kehadiran pasukan khusus membawa kesimpulan kedua yang bahkan lebih mengerikan
lagi: kemungkinan untuk menyelamatkan diri dari serangan ini hampir mendekati
nol. Pikiran tentang kematian itu terhenti ketika sebutir peluru es menemukan area
terbuka, menerjang melalui tum pukan peralatan yang diletakkan di atas kereta
luncur tanpa ampun, dan menembak perutnya. Bahkan dalam pakaian Mark IX yang
tebal ini, Rachel merasa perutnya baru saja ditinju., Matanya mulai berkunang-
kunang dan dia terhuyung-huyung ke belakang, dan secara refleks merenggut
peralatan di atas kereta luncur untuk mendapatkan keseimbangan. Michael Tolland
menjatuhkan tali penyelamat Norah dan mendorong tubuhnya ke depan untuk
menghambat kejatuhan Rachel. Namun dia terlambat. Rachel jatuh ke belakang, dan
menarik tumpukan peralatan bersamanya. Dia dan Tolland jatuh berguling-guling di
atas salju bersama tumpukan peralatan elektronik itu.
"Itu ... peluru ...." Rachel megap-megap. Udara di paruparunya untuk sejenak
terasa sesak. "Lari!"
50 KERETA BAWAH tanah Washington Metro Rail yang sekarang meninggalkan stasiun
Federal Triangle sepertinya tidak dapat melesat cukup cepat dari Gedun g Putih
seperti yang diharapkan. Gabrielle Ashe. Dia duduk membeku di sudut kosong
kereta api itu ketika bayangan -bayangan gelap di luar melintas dengan cepat.
Map merah besar dari Marjorie Tench yang tergeletak di atas pangkuan Gabrielle,
terasa menekan seperti beban sepuluh ton.
Aku harus berbicara dengan Sexton! pikirnya. Kereta api itu sekarang mempercepat
lajunya ke arah gedung kantor Sexton. Segera!
Sekarang, di dalam keremangan cahaya yang silih berganti masuk ke dalam kereta,
Gabrielle merasa seperti sedang mengalami perjalanan halusinasi yang disebabkan
oleh obat. Barisan cahaya yang sunyi datang silih berganti di atasnya seperti
lampu-lampu diskotik dalam gerak lambat. Terowongan yang membosankan tampak
muncul dari segala sisi seperti jurang yang dalam.
Katakan ini tidak terjadi.
Dia melihat ke bawah, ke arah map di atas pangkuannya. Ketika dia membuka
tutupnya, Gabrielle merogoh ke dalam dan menarik selembar foto. Lampu di dalam
kereta api berkedip sesaat dan sekilas sinar yang menyilaukan itu menerangi
gambar yang mengejutkan: Sedgewick Sexton terbaring tanpa busana di kantornya.
Wajahnya yang terlihat puas, menghadap dengan sempurna ke kamera, sementara
tubuh Gabrielle yang gelap berbaring tanpa busana di sebelahnya.
Gabrielle gemetar. Dengan cepat dia memasukkan foto tadi ke dalam, dan dengan
gugup menutup kembali tutup mapnya.
Habis sudah. Begitu kereta api itu keluar dari terowongan dan menuju ke rel di atas tanah di
dekat L'Enfant Plaza, Gabrielle merogoh ponselnya dan menelepon nomor pribadi
ponsel sang senator. Terdengar suara mesin penjawab. Karena merasa bingung,dia
menelepon kantor sang senator. Sekretarisnya yang menjawab.
"Ini Gabrielle. Dia ada?"
Suara sekretaris itu terdengar jengkel. "Ke mana saja kau" Dia mencarimu.
"Aku tadi ada rapat yang berlangsung lama. Aku harus berbicara dengannya
segera." "Kau harus menunggu hingga besok pagi. Dia sedang di Westbrooke."
Westbrooke Place Luxury Apartements adalah gedung tempat tinggal Sexton di D.C.
"Dia tidak menjawab nomor pribadinya," kata Gabrielle.
"Malam ini adalah P.E.," sekretaris itu mengingatkan. "Dia pulang lebih awal."
Gabrielle menggerutu. Personal Event, acara pribadi. Karena terlalu gugup,
Gabrielle lupa Sexton telah menjadwalkan sore ini untuk sendirian di rumahnya.
Sexton menjelaskan dia betul-betul tidak ingin diganggu selama menikmati acara
P.Enya. Gedor pintuku hanya jika gedung ini terbakar, katanya. Selain hal itu,
semua harus menunggu hingga besok pagi.
Sekarang Gabrielle memutuskan bahwa gedung tempat tinggal Sexton memang sedang
terbakar. "Aku ingin kau menghubunginya untukku."
"Tidak mungkin."
"Ini serius, aku betul-betul - "
"Tidak bisa. Itu betul-betul tidak mungkin. Dia meninggalkan penyerantanya di
atas mejaku ketika berjalan pulang tadi dan mengatakan padaku dia tidak boleh
diganggu malam ini. Dia bersungguh-sungguh." Sekretaris itu berhenti sejenak. "Lebih dibandingkan
biasanya." Sialan. "Baik, terima kasih." Gabrielle menutup teleponnya.
"L'Enfant Plaza," suara rekaman mengumumkan di dalam gerbong kereta api bawah
tanah itu. "Menghubungkan semua stasiun. "
Gabrielle menutup mata dan berusaha menjernihkan pikirannya, tetapi gambar-
gambar yang menghancurkan itu menyerbu masuk ... foto-foto mengerikan dirinya
dan sang senator ... tumpukan dokumen yang mendukung bahwa Sexton menerima suap.
Gabrielle masih dapat mendengar suara serak Tench tadi. Lakukan hal yang benar.
Tandatangani pengakuan resmi itu. Akui hubungan gelap kalian.
Ketika kereta mengerem memasuki stasiun, Gabrielle memaksakan dirinya untuk
membayangkan apa yang akan dilakukan sang senator jika foto-foto itu sampai pada
pers. Hal pertama yang muncul dalam benaknya mengejutkan sekaligus membuatnya
malu. Sexton akan be rbohong. Apakah ini perkiraannya semata tentang kandidat yang dijagokannya"
Ya. Dia akan berbohong ... dengan sangat pandai.
Jika foto-foto ini sampai ke media tanpa Gabrielle mengakui hubungan gelap itu,
sang senator akan dengan mudah mengatakan bahwa foto-foto itu adalah hasil
rekayasa yang kejam. Sekarang ini adalah zamannya penyuntingan foto secara
digital. Semua orang yang pernah online pasti pernah melihat foto-foto tipuan
yang sempurna di mana kepala para selebritis ditempelkan ke tubuh orang lain
secara digital dan tubuh yang sering kali dipakai adalah tubuh bintang film
porno yang sedang beraksi. Gabriel pernah menyaksikan kemampuan sang senator
untuk menatap kamera televisi dan berbohong dengan begitu meyakinkan tentang
hubungan gelap mereka. Gabrielle tidak ragu sang senator dapat meyakinkan semua
orang bahwa foto -foto itu adalah usaha yang sia-sia saja untuk menggagalkan
kariernya. Sexton akan menyerang dengan kemarahan besar, bahkan mungkin
menyindir Presiden sendirilah yang memerintahkan pemalsuan foto-foto tersebut.
Tidak aneh jika Gedung Putih belum mengeluarkan foto-foto itu kepada umum.
Gabrielle berpikir, foto-foto tersebut dapat menjadi senjata makan tuan, seperti
yang terjadi sebelumnya. Sejelas-jelasnya foto-foto tersebut, foto-foto itu
tetap tidak dapat membawa kesimpulan apa pun.
Gabrielle merasa tiba-tiba ada harapan baru.
Gedung Putih tidak dapat membuktikan semua foto ini asli.
Kekuatan permainan yang dilakukan Tench pada Gabrielle dapat dikatakan kejam
walau disampaikan secara sederhana: akui hubungan gelapmu atau saksikan Sexton
masuk penjara. Tiba-tiba semuanya menjadi sangat masuk akal. Gedung Putih
membutuhkan Gabrielle untuk mengakui hubungan gelapnya atau foto-foto itu tidak
akan ada artinya. Sepercik rasa percaya diri tiba-tiba mencerahkan suasana
hatinya. Ketika kereta api berhenti dan pintu-pintu bergeser terbuka, ada pintu lain yang
tampaknya terbuka di dalam benak Gabrielle dan menyingkapkan sebuah kemungkinan
tak terduga yang menggembirakan .
Mungkin semua yan g dikatakan Tench padaku tentang penyuapan itu hanyalah
kebohongan. Lagi pula, apa yang benar-benar telah Gabrielle lihat" Sekali lagi, tidak ada
yang meyakinkan: beberapa fotokopi dokumen bank, selembar foto buram Sexton di
sebuah garasi. Semuanya ada kemungkinan dipalsukan. Tench bisa saja secara
cerdik memperlihatkan kepada Gabrielle catatan -catatan keuangan palsu yang
digabungkan secara bersamaan dengan foto-foto perselingkuhan mereka yang asli.
Tench berharap Gabrielle akan mengakui keseluruhan paket itu sebagai dokumen
asli. Strategi ini disebut "pengesahan karena adanya keterkaitan," dan para
politisi selalu menggunakannya untuk menjual konsep-konsep yang meragukan.
Sexton tidak bersalah, kata Gabrielle pada dirinya sendiri. Gedung Putih sudah
putus asa, dan mereka memutuskan untuk mengambil risiko dengan cara menakut-
nakuti Gabrielle dan mengancam akan memublikasikan hubungan gelap mereka. Mereka
ingin Gabrielle meninggalkan Sexton secara terang-terangan - dengan skandal yang
sudah mereka perbuat. Keluar selagi kau bisa, begitu Tench mengatakan padanya.
Waktumu hingga pukul delapan malam nanti. Tekanan terakhir seperti yang
dilakukan orang-orang di bagian penjualan. Semuanya cocok, pikirnya.
Kecuali satu hal.... Satu-satunya bagian yang membingungkan dari teka-teki ini adalah Tench telah
mengirimkan email anti-NASA padanya. Ini jelas mengesankan NASA betul-betul
ingin Sexton menegaskan posisi anti-NASA-nya sehingga Gedung Putih dapat
menggunakannya melawan Sexton sendiri. Atau bukan begitu" Gabrielle sadar bahwa
pesan -pesan dalam email itu memiliki penjelasan masuk akal yang sempurna.
Bagaimana jika pesan -pesan itu tidak betul-betul dari Tench"
Mungkin saja Tench menangkap seorang pengkhianat di dalam staf Gedung Putih yang
mengirimkan data-data bagi Gabrielle, lalu dia memecat orang itu, dan memanggil
Gabrielle untuk mengadakan pertemuan. Tench bisa saja berpurapura bahwa dia
membocorkan rahasia NASA dengan sengaja - untuk menjebak Gabrielle.
Pintu hidrolik kereta bawah tanah itu sekarang mendesis di stasiun L'Enfant
Plaza. Pintu bersiap menutup.
Gabrielle menatap peron, pikirannya bergerak dengan cepat. Dia tidak tahu apakah
kecurigaan-kecurigaannya ini masuk akal atau apakah ini semua hanya imajinasinya
saja. Tetapi apa pun yang terjadi, dia tahu, dia harus berbicara dengan sang
senator segera - malam RE. atau bukan.
Sambil mengepit map berisi foto-fotonya, Gabrielle bergegas turun dari kereta
begitu pintu berdesis akan menutup. Dia memiliki tujuan baru.
Westbrooke Place Apartements.
51 BERTARUNG ATAU lari. Sebagai seorang ahli biologi, Tolland tahu perubahan fisiologi yang besar akan
terjadi ketika suatu organisme merasakan adanya bahaya. Adrenalin membanjiri
lapisan luar otak, memompa denyut jantung dengan kuat, dan memerintahkan otak
untuk membuat keputusan paling purba dan paling naluriah dari semua keputusan
biologis lainnya - bertempur atau melarikan diri.
Naluri Tolland memerintahkannya untuk melarikan diri, namun akal sehatnya
mengingatkan dia masih terikat oleh tali pengaman yang menghubungkannya dengan
Norah Mangor. Lagi pula tidak ada tujuan untuk lari. Satu-satunya tempat
hanyalah habisphere yang jaraknya bermil-mil jauhnya, dan para penyerangnya,
siapa pun mereka, berada di puncak lereng es sehingga menghilangkan pilihan itu.
Di belakang Tolland, dataran es yang luas itu terbentang sepanjang dua mil dan
berakhir di lereng curam yang menuju samudra yang sangat dingin. Melarikan diri
ke arah itu artinya mati. Selain itu, ada yang menghambatnya untuk melarikan
diri. Tolland tahu dia tidak bisa meninggalkan yang lainnya. Norah dan Corky
masih terbaring di tempat terbuka, terhubung kepada Rachel dan Tolland.
Tolland tetap merunduk di dekat Rachel ketika pelurupeluru es itu terus
menerjang sisi kereta luncur yang ditum puki peralatan. Dia memungut peralatan
yang berserakan, mencari-cari senjata, pistol api, radio ... apa saja.
"Lari!" teriak Rachel. Napasnya masih tersengal. Lalu, anehnya hujan peluru es
itu tiba-tiba berhenti. Bahkan dalam deru angin yang kuat, malam itu tiba-tiba
terasa tenang ... seolah badai telah mereda secara tak terduga.
Namun kemudian, Tolland menyaksikan pemandangan paling menakutkan yang pernah
dia lihat dan muncul dengan hati-hati di sekitar kereta luncur.
Meluncur dengan mudah, keluar dari kegelapan memasuki batas cahaya dari obor
yang ditinggalkan Norah, tiga sosok seperti hantu muncul dan bergerak tanpa
suara di atas sepatu ski. Sosok-sosok itu mengenakan pakaian putih. Mereka tidak
membawa tongkat ski, tetapi membawa senapan besar yang tidak tampak seperti
senjata yang pernah dilihat Tolland sebelumnya. Sepatu ski mereka juga aneh,
pendek dan futuristik, lebih mirip Rollerblades panjang.
Dengan tenang, seolah mereka tahu mereka telah memenangkan'pertempuran ini,
ketiga sosok itu berhenti di samping korban terdekat mereka - Norah Mangor yang
pingsan. Tolland bangkit dengan gemetar, lalu mengintai penyerang mereka dari
balik kereta luncur. Para pengunjung itu balas menatap Tolland melalui kacamata
ski elektronik yang mengerikan. Tampaknya mereka tidak tertarik padanya.
Setidaknya untuk saat itu.
DELTA-ONE tidak merasa kasihan ketika menatap ke bawah ke arah perempuan di
depannya yang terbaring tidak sadarkan diri di atas es. Dia telah dilatih untuk
melaksanakan perintah, bukan untuk menanyakan motif perintah itu.
Perempuan itu mengenakan setelan hangat berwarna hitam dan tebal, dan kini di
sisi wajahnya terlihat jejak bilur. Napasnya pendek-pendek dan sesak. Salah satu
senapan es IM milik anak buahnya telah mengenai sasaran dan membuatnya pingsan.
Sekarang waktunya menyelesaikan pekerjaannya.
Ketika Delta-One berlutut di samping perempuan yang tidak sadarkan diri itu,
kawan -kawan satu timnya sedang mengarahkan senapan mereka ke target lainnya -
satu pada seorang lelaki kecil yang tidak sadarkan diri yang terbaring di atas
es di dekat si perempuan , dan satu lagi pada kereta luncur yang terbalik yang
menjadi tempat persembunyian bagi dua orang korban lainnya. Walau kawan-kawan
Delta-One dapat dengan mudah menyelesaikan pekerjaan itu, ketiga korban yang
tersisa itu tidak bersenjata dan mereka tidak dapat lari ke mana-mana. Tergesa-
gesa menghabisi mereka semua sekaligus merupakan tindakan sembrono. Jangan
pernah memecah perhatianmu kecuali sangat dibutuhkan. Hadapi musuh satu per
satu. Tepat seperti yang selama ini mereka pelajari, Delta Force akan membunuh
orang-orang ini satu per satu. Ajaibnya, mereka tidak akan meninggalkan jejak
yang dapat memberikan informasi tentang bagaimana korban -korban ini tewas.
Delta-One berjongkok di sebelah perempuan yang pingsan itu, kemudian dia melepas
sarung tangan tebalnya dan mengambil segenggam salju. Setelah salju dipadatkan,
dia membuka mulut perempuan itu dan mulai menjejalkan salju padat tadi ke dalam
mulut korban hingga masuk ke tenggorokannya. Dia menyumpal mulut perempuan itu
hingga penuh dan menekan salju hingga mengisi saluran udaranya. Perempuan itu
akan tewas dalam tiga menit.
Cara pembunuhan ini diciptakan kelompok mafia Rusia, dan disebut byelaya smert
atau kematian putih. Korban ini akan kehabisan udara jauh sebelum salju di dalam
tenggorokannya mencair. Begitu tewas, tubuhnya masih tetap hangat dalam waktu
yang cukup lama untuk mencairkan penyumbat di tenggorokannya. Bahkan walaupun
permainan kotor ini dicurigai, tidak ada senjata pembunuhan atau bukti kekerasan
yang akan segera terlihat. Pada akhirnya seseorang mungkin akan mengetahuinya,
tetapi itu akan membutuhkan waktu. Peluru es akan berbaur dengan alam
sekitarnya, terkubur di dalam salju, dan memar di kepala perempuan itu akan
tampak seperti memar karena terjatuh - sesuatu yang tidak mengejut kan dalam
embusan angin yang amat kencang ini.
Ketiga orang lainnya akan dilumpuhkan dan dibunuh dengan cara yang sama.
Kemudian Delta-One akan menaikkan semuanya ke atas kereta luncur, menarik mereka
ke atas beberapa ratus yard, melepaskan tali yang mengikat mereka semua, dan
kemudian mengatur tubuh mereka secara terpencar. Beberapa jam kemudian,
keempatnya akan ditemukan dalam keadaan membeku di salju dan kelihatan seperti
korban hipotermia karena terlalu lama berada dalam suhu yang amat dingin. Tentu
saja, orang-orang yang menemukan para korban akan bingung apa yang dilakukan
keempat orang tersebut di tempat seperti ini, tetapi tidak seorang pun dari
mereka yang akan terkejut jika korban-korban itu tewas. Lagi pula, obor-obor
yang mereka pasang telah m ati, cuaca di tempat itu sangat berbahaya, dan
tersesat di Milne Ice Shelf dapat segera membawa kematian.
Delta-One sekarang telah selesai menjejalkan salju di tenggorokan perempuan itu.
Sebelum dia mengalihkan perhatiannya pada yang lainnya, Delta-One melepaskan
tali penyelamat perempuan itu. Dia dapat memasangnya lagi nanti, tetapi saat
ini, dia tidak mau dua orang yang masih bersembunyi di belakang kereta luncur
itu memiliki gagasan untuk menyelamatkan perempuan itu dengan menariknya.
MICHAEL TOLLAND baru saja menyaksikan sebuah pembunuhan yang lebih aneh dari
yang dapat dibayangkan pikirannya yang paling gelap sekalipun. Setelah
melepaskan tali Norah, ketiga penyerang itu sekarang mengalihkan perhatian
mereka pada Corky. Aku harus melakukan sesuatu!
Corky sudah sadar dan mengerang, lalu mencoba untuk duduk. Tetapi salah satu
dari tentara itu mendorongnya hing ga terbaring kembali, lalu berlutut di
atasnya, dan menjepit lengan Corky di atas es dengan cara menekannya dengan
lutut. Corky berteriak kesakitan. Suaranya tertelan deru angin.
Dalam kengerian yang amat sangat, Tolland mengaisngais peralatan yang berserakan
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di dalam kereta luncur yang terbalik.
Pasti ada sesuatu di sini! Sepucuk senjata! Sesuatu! Semua yang dilihatnya
hanyalah peralatan diagnostik es dan sebagian besar telah rusak karena tembakan
peluru es tadi. Di sampingnya, Rachel yang merasa pusing, sedang berusaha duduk
dan menggunakan kapak esnya untuk menopangnya. "Lari ... Mike ...."
Tolland menatap kapak yang dipasang di pinggang Rachel. Itu bisa menjadi
senjata. Tolland menimbang -nimbang kemungkinan yang dimilikinya jika dia
menyerang tiga orang bersenjata dengan sebuah kapak kecil.
Itu namanya bunuh diri. Ketika Rachel berguling dan duduk, Tolland melihat sesuatu di belakang Rachel.
Sebuah tas yang menggembung dari bahan vinyl. Sambil berdoa tas tersebut berisi
pistol api atau radio, Tolland merangkak melewati Rachel dan meraih tas itu. Di
dalamnya Tolland menemukan lembaran bahan kain Mylar yang terlipat rapi. Tidak
ada gunanya. Tolland juga memiliki sesuatu yang mirip itu di kapal
penelitiannya. Sebuah balon cuaca kecil dan dirancang untuk membawa peralatan
pengamat cuaca yang tidak lebih berat daripada komputer pribadi. Balon Norah itu
tidak akan membantu, apalagi tanpa tangki gas helium.
Mendengar suara erangan Corky yang makin kencang, Tolland merasakan perasaan
tidak berdaya yang tidak pernah dirasakannya sejak bertahun -tahun. Rasa putus
asa yang luar biasa. Rasa kehilangan yang tidak ada bandingannya. Seperti
kilasan perjalanan hidup seseorang yang muncul sebelum dia mati, tiba-tiba
pikiran Tolland beralih ke pengalaman masa kecilnya. Pada saat itu dia sedang
berlayar di San Pedro dan mempelajari cara terbang dengan menggunakan layar
kapal laut berbentuk segitiga seperti yang dilakukan pelaut kuno - bergantungan
pada tali yang bersimpul, melayang di atas samudra, menceburkan diri ke dalam
air dan tertawa-tawa, melayang naik, dan kemudian turun kembali seperti seorang
anak yang bergantungan pada seutas tali penarik lonceng. Saat itu nasibnya
ditentukan oleh layar kapal laut yang terkembang dan embusan angin samudra.
Mata Tolland segera kembali pada balon Mylar di tangan nya. Dia sadar,
pikirannya belum mau menyerah, tetapi malah mencoba mengingatkannya akan sebuah
solusi! Terbang dengan layang gantung.
Corky masih berjuang melawan penangkapnya ketika Tolland menarik tas pelindung
di sekitar balon itu hingga terbuka. Tolland menyadari benar bahwa rencana ini
mungkin sia-sia saja, tetapi dia tahu jika mereka tetap berada di sini, mereka
semua pasti mati. Dia mengenggam balon Mylar yang masih terlipat itu. Kancing
penguncinya memeringatkan: PERHATIAN: JANGAN DIGUNAKAN SAAT ANGIN BERKECEPATAN
LEBIH DARI SEPULUH KNOT Peduli setan dengan itu! Sambil memegang kain balon
tersebut dengan erat supaya tidak terkembang, Tolland merangkak melewati Rachel
yang sedang bersender menyam ping. Tolland dapat melihat tatapan bingung Rachel
ketika Tolland merapatkan dirinya pada perempuan itu, "Pegang ini!"
Tolland memberi Rachel bahan yang terlipat itu lalu menggunakan tangannya yang
masih bebas untuk menyelipkan kancing pengunci balon itu melalui salah satu
carabiner di tali pinggang pengamannya. Kemudian, dia berguling, dan menyelipkan
alat pengunci tersebut pada carabiner milik Rachel.
Sekarang Tolland dan Rachel menyatu.
Menempel di pinggul. Di antara tubuh mereka, tali pengaman terbentang di atas salju menuju Corky yang
masih berjuang ... dan sepuluh yard lebih jauh lagi, ke pengait yang sudah lepas
di samping tubuh Norah Mangor.
Norah sudah tewas, kata Tolland pada dirinya sendiri.
Tidak ada yang dapat kaulakukan.
Para penyerang itu berjongkok di dekat tubuh Corky yang masih menggeliat. Salah
satu di antaranya mulai memadatkan segenggam salju, dan bersiap untuk menjejal-
kannya ke dalam tenggorokan Corky. Tolland tahu, mereka hampir kehabisan waktu.
Tolland merampas balon yang masih terlipat dari tangan Rachel. Bahan balon itu
berupa bahan setipis kertas tisu, tapi jelas tidak dapat robek. Semoga berhasil.
"Berpeganglah!"
"Mike?" kata Rachel. "Apa - "
Tolland menebarkan bahan kain Mylar yang masih terlipat rapi itu ke udara di
atas kepala mereka. Tiupan angin yang deras langsung menyambarnya dan
mengembangkan nya seperti sebuah parasut dalam badai. Lembaran kain itu segera
mengembang terbuka sambil meng eluarkan suara keras.
Tolland merasa sentakan kuat di tali pengamannya, dan dia menyadari dirinya
terlalu menganggap remeh kekuatan angin katabatic. Dalam waktu sangat singkat,
Tolland dan Rachel sudah setengah terbang, tertarik menuruni lereng es. Sesaat
kemudian, Tolland merasa sebuah hentakan lagi ketika tali pengamanannya tertarik
karena terhubung dengan Corky Marlinson. Dua puluh yard ke belakang, temannya
yang ketakutan tertarik lepas dari kuncian penyerangnya yang terkejut karena
kejadian yang tiba-tiba ini sehingga menyebabkan salah satu dari mereka
terjengkang ke belakang. Corky mengeluarkan teriakan ketakutan ketika dia juga terseret dengan cepat
menyeberangi es, hampir membentur kereta luncur yang terbalik, dan kemudian
terombang-ambing sambil terus melaju. Tali kedua ikut terseret di samping tubuh
Corky ... itu tali yang tadi terhubung dengan tubuh Norah Mangor.
Tidak ada yang dapat kaulakukan, kata Tolland pada dirinya sendiri.
Seperti boneka-boneka manusia yang saling terkait, mereka meluncur menuruni
lereng es. Peluru-peluru es beterbangan, tetapi Tolland tahu para penyerang itu
telah kehilangan kesempatan mereka. Di belakang Tolland, prajuritprajurit
berbaju putih itu tampak semakin memudar, mengerut menjadi titik-titik yang
diterangi obor-obor. Tolland sekarang merasa es menggesek bagian bawah pakaian tebalnya dengan
kecepatan tinggi seolah ingin merobeknya, dan perasaan lega karena sudah
terbebas memudar dengan cepat. Kurang dari dua mil, tepat di depan mereka, Milne
Ice Shelf tiba-tiba saja berakhir dan berganti dengan karang yang sangat curam -
dan setelah itu ... terjun seratus kaki ke bawah menuju gelegak gelombang ombak
Samudra Arktika yang sanggup membunuh siapa saja yang berani berhadapan
dengannya. 52 MARJORIE TENCH tersenyum ketika menuruni tangga menuju White House
Communications Office yang merupakan fasilitas penyiaran terkomputerisasi yang
mengatur penyebaran siaran pers yang disusun di lantai atas, di ruang
Communication Bullpen. Pertemuan dengan Gabrielle Ashe telah berjalan dengan
baik. Apakah Gabrielle cukup takut atau tidak untuk menandatangani pernyataan
hubungan gelapnya, itu tidak pasti. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba.
Gabrielle akan bertindak pandai dengan melarikan diri dari Sexton, pikir Tench.
Gadis malang itu tidak tahu betapa kerasnya Sexton akan jatuh.
Dalam beberapa jam lagi, konferensi pers Presiden tentang meteorit akan
menumbangkan Sexton. Itu sudah pasti. Gabrielle Ashe, jika dia mau bekerja sama,
akan menjadi pukulan mematikan yang membuat Sexton merangkak pergi dengan malu.
Keesokan harinya, Tench akan mengeluarkan pernyataan pengakuan Gabrielle kepada
pers berikut rekaman penyangkalan Sexton terdahulu.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Lagi pula, politik tidak hanya tentang memenangkan pemilu, tetapi juga tentang
menang secara meyakinkan - memiliki momentum untuk menjalankan visi seseorang.
Menurut sejarah, setiap presiden yang berhasil memasuki Gedung Putih dengan
perbedaan suara yang tipis, tidak akan mencapai banyak hal. Dia akan dilemah kan
Kongres dan orang-orang di Capitol Hill sepertinya tidak ingin Presiden
melupakannya. Idealnya, perusakan kampanye Senator Sexton harus menyeluruh - sebuah serangan
ganda yang menyerang baik dari segi politiknya maupun segi etikanya. Strategi
ini, dikenal di Washington sebagai "high-low," diambil dari taktik peperangan
militer. Paksa musuh untuk bertempur di dua garis pertempuran. Ketika seorang
kandidat memiliki satu informasi negatif tentang lawannya, dia sering menunggu
hingga mendapatkan dua informasi, lalu menyebarkan kedua informasi tersebut ke
masyarakat secara bersamaan. Sebuah serangan ganda selalu lebih efektif daripada
serangan tunggal, khususnya ketika serangan ganda itu dapat menggabungkan aspek-
aspek yang terpisah dalam kampanyenya - serangan pertama pada politiknya, dan yang
kedua melawan karakternya. Bantahan dari sebuah serangan politik membutuhkan
logika, sementara bantahan pada serangan karakter memerlukan perasaan. Membantah
keduanya dalam waktu yang bersamaan akan menjadi tindakan yang sulit untuk
menjaga keseimbangan. Malam ini, Senator Sexton akan berjuang keras untuk keluar dari mimpi buruk
politiknya karena kemenangan NASA yang mengejutkan itu, tetapi saat dia berusaha
untuk mempertahankan posisi kampanyenya mengenai NASA, dia juga harus menghadapi
tuduhan kebohongan publik yang akan ditegaskan oleh pengakuan salah seorang
anggota tim kampanyenya yang berpengaruh.
Sesampainya di ambang pintu Communications Office, Marjorie merasa bersemangat
dengan ketegangan dalam pertempuran ini. Politik adalah peperangan. Dia menarik
napas panjang dan melihat jam tangannya. 6:15 malam. Tem bakan pertama akan
diletuskan. Dia masuk. Kantor Comunications Office kecil saja. Bukan karena kekurangan ruangan, tetapi
karena mereka tidak membutuh kan ruangan besar. Kantor ini merupakan salah satu
dari stasiun komunikasi massa yang paling efisien di dunia dan hanya
mempekerjakan hanya lima orang staf. Pada saat itu, kelima pegawai itu sedang
berdiri di dekat kumpulan peralatan eletronik seperti para perenang yang bersiap
mendengar tembakan untuk memulai pertandingan.
Mereka sudah siap, pikir Tench ketika melihat tatapan mereka yang bersemangat.
Fakta yang selalu mengagumkan bagi Tench tentang kantor kecil ini adalah, dengan
hanya diberikan waktu dua jam lebih awal, mereka sudah dapat menghubungi
berbagai negara di lebih dari sepertiga dunia. Dengan koneksi elektronik yang
terhubung dengan puluhan ribu sumber berita global - dari konglomerat-konglomerat
televisi terbesar hingga koran koran daerah terkecil - White House Communications
Office dapat menjangkau dunia hanya dengan menekan beberapa tombol saja.
Komputer-komputer di sana dapat mengirimkan siaran pers ke stasiun-stasiun
radio, televisi, koran-koran, dan media internet dari Maine hingga Moskow.
Email-email dikirimkan ke jaringan berita online. Telepon-telepon secara
otomatis menghubungi content manager dari berbagai media dan memutar pengumuman
yang sudah direkam. Halaman situs mereka menyediakan berita terkini dengan isi
yang sudah diformat sebelumnya. Sumber-sumber yang menyiarkan berita secara
langsung, seperti CNN, NBC, ABC, CBS, dan sindikasi kantor berita asing, akan
diserang dari semua sudut dan dijanjikan siaran televisi langsung secara gratis.
Apa pun yang sedang disiarkan oleh jaringan-jaringan besar ini akan segera
dihentikan untuk menayangkan pengumuman Presiden.
Penetrasi sepenuhnya. Seperti seorang jenderal memeriksa pasukannya, Tench berjalan tanpa berkata-kata
ke arah meja di mana mesin prin ter berada dan dia mengambil hasil cetakan yang
bertuliskan "Siaran Pers Terbaru" yang sekarang disiapkan di semua mesin
transmisi seperti tempat peluru yang sudah terisi pada senapan.
Ketika Tench membacanya, dia tertawa dalam hati. Untuk standar siaran pers
biasa, siaran pers ini ditangan i dengan sungguh-sunggh dan lebih mirip iklan
dibandingkan pengumuman. Tetapi Presiden telah memerintahkan kantor komunikasi
ini agar mengerahkan upaya semaksimal mungkin. Dan mereka sudah melakukannya.
Teks ini sempurna, kata kun cinya kaya, dan isinya ringan. Kombinasi yang
berbahaya. Bahkan jaringan kantor berita yang menggunakan program "mengendus
kata kunci" otomatis untuk memilah -milah surat yang masuk pun akan melihat
tanda seru dalam surat yang satu ini:
Dari : White House Communications Office Perihal : Pidato Darurat Presiden.
Presiden Amerika Serikat akan mengadakan konferensi pers darurat malam ini pada
pukul : malam Waktu Bagian Timur dari Briefing Room Gedung Putih. Topik
pengumuman ini sampai sekarang masih rahasia. Siaran langsung A/V akan dapat
disaksikan melalui saluran biasa.
Sambil meletakkan kembali kertas tadi di atas meja, Marjorie Tench melihat ke
sekeliling Communications Office dan meng-angguk kepada stafnya sebagai isyarat
dia puas. Mereka tampak bersemangat.
Tench menyalakan rokoknya, lalu menghisapnya seben tar, dan membiarkan mereka
semua menunggu. Akhirnya, dia tersenyum. "Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Nyalakan
mesin kalian." 53 SEMUA ALASAN masuk akal telah menguap dari benak Rachel Sexton. Dia tidak lagi
memikirkan meteorit, hasil cetakan GPR yang ada di dalam sakunya, Ming, dan
serangan mengerikan di atas lapisan es. Hanya ada satu hal dalam benaknya.
Dorongan untuk bertahan hidup.
Dataran es di bawahnya melintas cepat dalam pandangan yang kabur seperti jalan
raya halus yang tidak pernah berakhir. Rachel merasa tubuhnya mati rasa. Apakah
itu karena rasa takut atau karena terbungkus pakaian pelindung, dia tidak tahu,
tetapi dia tidak merasakan sakit. Dia tidak merasakan apa-apa.
Belum. Berbaring menyamping dan terikat ke tubuh Tolland di bagian pinggang, Rachel
berbaring berhadapan dengannya dalam posisi pelukan yang aneh. Di atas mereka,
tidak pasti tepatnya di mana, sebuah balon mengembang, penuh berisi angin,
seperti parasut di belakang mobil balap. Corky terseret di belakang mereka,
berkelok-kelok dengan liar seperti sebuah kendaraan traktor yang tidak
terkendali. Obor-obor yang menandai titik tempat mereka tadi diserang telah
menghilang di kejauhan. Suara mendesis yang berasal dari bahan nylon pakaian Mark IX mereka yang
menggesek es, terdengar semakin tajam ketika mereka terus meluncur semakin
cepat. Rachel tidak tahu berapa kecepatan mereka meluncur sekarang, tetapi'
kecepatan angin paling tidak mencapai enam puluh mil per jam, dan landasan pacu
yang sempurna di bawah mereka tampak membuat mereka meluncur semakin cepat
setiap detiknya. Balon Mylar yang kedap air itu tampaknya tidak akan sobek atau
melepaskan pegangannya. Kita harus melepaskan diri, pikir Rachel. Mereka berhasil melarikan diri dari
mulut singa dan sekarang sedang menuju ke mulut buaya. Samudra mungkin jaraknya
kurang dari satu mil ke depan sekarang! Bayangan tentang air sedingin es
mengingatkan Rachel kembali pada kenangan yang sangat menakutkan dari masa
kecilnya. Angin bertiup lebih kencang, dan kecepatan mereka semakin bertambah. Di belakang
mereka, tidak pasti di mana, Corky berteriak ketakutan. Dalam kecepatan seperti
ini, Rachel tahu mereka hanya memiliki waktu beberapa menit sebelum mereka
terseret melewati tebing dan terjun ke samudra yang dingin sekali.
Tolland tampaknya mem iliki pemikiran yang sama karena sekarang dia berjuang
untuk membuka kancing pengunci yang menyatukan mereka.
"Aku tidak dapat melepaskan ikatan kita!" dia berteriak. "Terlalu tegang!"
Rachel berharap tiupan angin bisa mereda sejenak sehingga dapat membuat Tolland
melonggarkan ikatannya. Tetapi angin katabatic terus menarik mereka dengan
kecepatan yang konstan. Rachel mencoba membantu. Dia memutar tubuhnya dan
memukulkan ujung crampon-nya. ke dalam es sehingga es yang terpecah beterbangan
ke udara. Kecepatan mereka sedikit berkurang.
"Sekarang!" Rachel berteriak sambil mengangkat kakinya. Untuk sesaat tali balon
itu agak mengendur. Tolland menyentaknya, mencoba mengambil keuntungan dari tali
yang mengendur itu untuk membuka kancing pengunci dari carabiner mereka. Masih
belum dapat bergerak sama sekali.
"Lagi!" Tolland berteriak.
Kali ini mereka berdua berusaha menggeliat dan menjejakkan sepatu mereka ke es,
sehingga mengakibatkan es beterbangan lebih banyak lagi. Kali ini usaha mereka
lebih terasa ada dampaknya.
"Sekarang!" Dengan isyarat dari Tolland, mereka berdua berusaha menahan laju mereka dengan
menghentakkan kaki ke atas es. Ketika balon itu mulai menarik mereka ke depan
lagi, Tolland menekankan ibu jarinya ke dalam selot pengunci carabiner, memuntir
kaitannya, dan mencoba melepaskan kancing pengunci balon tersebut. Walau kali
ini hampir berhasil, Tolland masih memerlukan tali yang mengendur sedikit lagi.
Kaitan itu, seperti yang pernah dibanggakan Norah, adalah pengait nomor satu.
Kait pengaman Joker khusus dibuat dengan lubang tambahan di dalam metalnya
sehingga kait tersebut tidak akan dapat terbuka jika ada ketegangan sedikit
saja. Terbunuh karena kancing pengaman, pikir Rachel dan tidak merasa terhibur sedikit
pun oleh ironi ini. "Satu kali lagi!" Tolland berteriak.
Dengan mengumpulkan kekuatan dan harapannya, Rachel berputar sejauh yang dia
bisa dan memukulkan kedua ujung sepatunya ke dalam es. Dengan melengkungkan pun
ggungnya, dia berusaha memindahkan semua berat tubuhnya ke ujung sepatunya.
Tolland mengikuti cara Rachel hingga perut mereka bertumbukan dan sambungan pada
ikat pinggang mereka membuat tali pengaman mereka menegang. Tolland memukulkan
ujung sepatunya lagi dan Rachel melengkung lebih dalam. Getaran itu mengirimkan
gelombang yang mengejutkan di kakinya. Rachel merasa pergelangan kakinya akan
patah. "Tahan ... tahan ...." Tolland mengubah posisinya untuk melepaskan kait pengaman
Joker itu ketika kecepatan mereka berkurang. "Hampir ...."
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Crampon di sepatu bot Rachel hancur. Kerangka dari metal itu terlepas dari
sepatu botnya dan terlempar memasuki kegelapan malam, memantul melewati Corky.
Balon itu segera meluncur lagi ke depan membuat Rachel dan Tolland terseret
mengikutinya. Tolland kehilangan pegangannya pada kaitan itu.
Seolah marah karena tadi dihentikan, balon Mylar itu meluncur lagi ke depan
sekarang, bahkan menarik lebih kuat, dan menyeret mereka menuruni lereng es
menuju laut. Rachel tahu mereka mendekati tebing itu dengan cepat, dan sekarang
mereka menghadapi bahaya lain sebelum jatuh sedalam seratus kaki ke Samudra
Arktika. Tiga gundukan salju berdiri di tengah jalan mereka. Walau dilindungi
penebal di dalam pakaian Mark IX mereka, pengalaman meluncur pada kecepatan
tinggi dan melewati gundukan salju membuat Rachel merasa takut sekali.
Masih berjuang dengan putus asa untuk membuka tali pengamannya, Rachel mencoba
mencari jalan untuk melepaskan diri dari balon itu. Saat itu lah dia mendengar
bunyi "tiktik" yang berirama di atas es - bunyi menghentak yang cepat dari metal
ringan di atas es terbuka.
Kapak itu. Dalam ketakutannya, Rachel sudah melupakan kapak yang terpasang dengan tali ke
ikat pinggangnya. Alat dari metal ringan itu sekarang memantul-mantul di samping
kakinya. Dia melihat tali balon. Tali itu terbuat dari nylon tebal dan terjalin
dengan kuat. Rachel meraih ke bawah, dan meraba-raba mencari kapak yang
memantul-mantul itu. Dia menangkap pegangan kapak itu dan menariknya. Masih
dalam posisi menyamping, Rachel berjuang untuk menaikkan lengannya ke atas
kepalanya, lalu meletakkan sisi kapak yang tajam bergerigi itu di atas tali
tebal tersebut. Dengan kaku, dia mulai menggergaji tali balon yang tebal dan
tegang itu. "Ya!" seru Tolland sambil sekarang mulai meraba-raba dan mencari kapaknya
sendiri. Sambil terus meluncur dengan posisi menyamping, Rachel meregang. Dia mengangkat
lengannya dan menggergaji tali tegang itu. Tali itu kuat, dan serat-seratnya
perlahan mulai terurai. Tolland menggenggam kapaknya sendiri, lalu memutar
tubuhnya, dan mengangkat lengannya ke atas kepalanya. Setelah itu, dia berusaha
untuk menggergaji di tempat yang sama dengan yang digergaji Rachel, namun dari
sisi yang berlawanan. Kapak mereka beradu ketika mereka bekerja sama seperti
penebang pohon. Tali itu mulai berjumbai di kedua sisinya sekarang.
Kita akan selamat, pikir Rachel. Tali ini akan putusl Tiba-tiba, balon Mylar
berwarna perak di depan mereka tersapu ke atas seolah menabrak udara yang
bergerak ke atas. Rachel sadar dan dia menjadi ketakutan karena balon itu hanya
mengikuti kontur permukaan tanah saja.
Mereka sudah sampai. Di gundukan-gundukan itu.
Dinding berwarna putih menjulang di depan mereka hanya sebentar saja sebelum
akhirnya mereka tiba di sana. Hantaman yang menerpa sisi tubuh Rachel ketika
mereka menabrak gundukan yang menjulang itu, mendorong angin dari paru-parunya
dan kapak di tangannya terlepas. Seperti seorang pemain ski air yang terseret
tali, Rachel merasa tubuhnya terseret ke atas gundukan itu dan kemudian melun
cur. Dia dan Tolland tiba-tiba terlontar dengan sentakan ke atas yang membuat
mereka pusing. Cerukan di antara gundukan-gundukan itu terentang jauh di bawah
mereka, tetapi tali balon yang sudah berjumbai itu menahan mereka dengan kuat,
mengangkat tubuh mereka yang meluncur tadi ke atas, dan terus membawa mereka ke
udara melewati palung pertama. Untuk sesaat, Rachel melihat apa yang ada di
depan mereka. Dua gundukan lagi, sebuah dataran pendek, dan kemudian laut lepas.
Seolah memperkuat ketakutan Rachel, teriakan Corky Marlinson yang keras menembus
udara. Di belakang mereka, dia terseret melewati gundukan pertama. Mereka
bertiga melayang ke udara, sementara balon itu terus berjuang ke atas seperti
seekor hewan liar yang mencoba melepaskan diri dari rantai penangkapnya.
Tiba-tiba, seperti letusan senjata api di malam hari, ada bunyi hentakan
menggema di atas kepala mereka. Tali berjumbai itu putus, ujung tali pengamannya
jatuh mengenai wajah Rachel. Seketika itu juga mereka jatuh. Di atas mereka,
balon Mylar mengembara tak terkendali ... berputar-putar melayang menuju laut.
Tersangkut pada carabiner dan tali pengaman di pinggang, Rachel dan Tolland
jatuh berguling-guling kembali ke tanah. Ketika gundukan salju dari gundukan
kedua menjulang ke arah mereka, Rachel bersiap untuk mengalami tabrakan. Setelah
melalui gundukan kedua, mereka terhempas ke sisi belakang gundukan tersebut.
Pakaian busa dan permukaan gundukan yang menurun meredakan hantaman mereka.
Ketika dunia di sekeliling Rachel berubah menjadi bayangan buram yang terdiri
dari lengan-lengan, kaki-kaki, dan es, dia merasa dirinya meluncur turun dengan
cepat melaju ke tengah-tengah lembah di antara gundukan es itu. Secara naluriah
dia merentangkan lengan dan kakinya, mencoba untuk memperlambat laju mereka
sebelum mereka menabrak gun dukan berikut. Dia merasakan luncuran mereka
melambat, walau hanya sedikit. Dan tam paknya hanya beberapa detik kemudian
Rachel dan Tolland sudah kembali tertiup naik ke atas gundukan terakhir.
Sesampainya di puncak, mereka merasakan tubuh mereka seperti tanpa beban seiring
mereka melewati puncak gundukan itu. Kemudian, dengan penuh ketakutan, Rachel
merasa mereka mulai meluncur turun lagi ke sisi belakang gundukan tersebut dan
keluar ke daratan yang terakhir ... delapan puluh kaki terakhir dari Milne
Glacier. Ketika mereka menggelincir ke arah lereng, Rachel dapat merasakan seretan Corky
pada tali pengamannya dapat menahan mereka, dan dia tahu mereka semua meluncur
lebih lambat. Namun dia juga tahu itu agak terlambat. Ujung dataran es seperti
dengan cepat mendatangi mereka, dan Rachel berteriak putus asa.
Lalu terjadilah. Mereka tergelincir keluar dari tepi dataran es. Hal terakhir
yang Rachel ingat adalah jatuh.
54 WESTBROOKE PLACE Apartments terletak di 2201 N Street NW dan mempromosikan
dirinya sebagai satu dari sedikit alamat yang terhormat Washington. Gabrielle
bergegas melalu pintu putar yang berkilap dan memasuki lobi dari lantai pualam
di mana terdapat sebuah air mancur dengan bunyi gemericik yang memekakkan
telinga. Penjaga pintu di meja depan tampak terkejut melihat Gabrielle. "Ms. Ashe" Saya
tidak tahu Anda akan singgah malam ini."
"Aku sudah terlambat." Gabrielle dengan cepat menandatangani buku tamu. Jam
dinding di atasnya menunjukkan 6:22 malam.
Penjaga pintu itu menggaruk kepalanya. "Pak Senator memberiku daftar, tetapi
Anda tidak termasuk - "
"Mereka selalu melupakan orang yang paling banyak menolong mereka." Lalu
Gabrielle tersenyum menggoda kemudian berjalan melewati lelaki itu menuju lift.
Sekarang penjaga pintu itu tampak cemas. "Aku sebaiknya menelepon ke atas."
"Terima kasih," kata Gabrielle ketika dia memasuki lift dan naik. Telepon sang
senator kan dimatikan. Setelah menaiki lift hingga ke lantai sembilan, Gabrielle keluar dan menyusuri
lorong yang tampak anggun. Di ujung lorong, di depan pintu apartemen Sexton, dia
dapat melihat seorang pengawal keamanan pribadi - istilah yang lebih terhormat
untuk tukang pukul - yang bertubuh besar sedang duduk. Dia tampak bosan. Gabrielle
heran ketika melihat ada penjaga bertugas, walau tampaknya tidak seheran penjaga
itu ketika melihat Gabrielle datang. Dia terlonjak berdiri ketika Gabrielle
mendekat. "Aku tahu," seru Gabrielle masih di tengah -tengah lorong. "Ini malam P.E. Dia
tidak mau diganggu."
Penjaga itu mengangguk mengerti. "Senator memberiku perintah keras tidak ada
tamu - " "Ini darurat." Penjaga itu sekarang menghalangi pintu dengan tubuhnya. "Senator
sedang ada rapat pribadi."
"Begitukah?" Gabrielle mengeluarkan map merah dari bawah lengannya. Dia
memperlihatkan cap Gedung Putih di depan wajah penjaga itu. "Aku baru saja dari
Ruang Oval. Aku harus memberikan informasi ini kepada Senator. Betapa pun
dekatnya hubung an tamu itu dengan Sexton, dia harus menunggu Senator untuk
beberapa menit saja. Sekarang biarkan aku masuk."
Penjaga itu agak pucat karena melihat lambang Gedung Putih di atas map itu.
Jangan buat aku membukanya, pikir Gabrielle.
"Tinggalkan map itu," kata lelaki itu. "Aku akan membawanya ke dalam untuknya."
"Enak saja. Aku memiliki perintah langsung dari Gedung Putih untuk menyerahkan
ini secara pribadi. Jika aku tidak berbicara dengannya segera, kita semua harus
mulai mencari pekerjaan besok pagi. Kau mengerti?"
Penjaga itu tampak sangat bingung, dan Gabrielle merasa sang senator, tidak
seperti biasanya, betul-betul berkeras untuk tidak mau menerima tamu malam ini.
Dia mendekati lelaki itu dengan mengancam. Sambil mendekatkan map Gedung Putih
itu ke arah wajah si penjaga, Gabrielle merendahkan suaranya ketika membisikkan
empat kata yang paling ditakuti semua petugas keamanan di Washington.
"Kau tidak mengerti keadaannya."
Petugas keamanan yang bekerja pada para politisi tidak pernah mengerti keadaan
yang sedang terjadi, dan mereka membenci kenyataan itu. Mereka hanya seperti
senjata sewaan, harus bersembunyi di balik kegelapan , tidak pernah yakin apakah
harus patuh pada perintah atau mengambil risiko kehilangan pekerjaan mereka
karena bersikeras mengabaikan situasi krisis yang sedang terjadi.
Penjaga tersebut menelan ludahnya, dan melihat map berlambang Gedung Putih itu
lagi. "Baik, tetapi aku akan bilang pada Pak Senator kalau kau yang meminta
masuk." Lelaki itu membuka kunci pintu, dan Gabrielle mendorong melewatinya sebelum
lelaki itu berubah pikiran. Gabrielle memasuki apartemen dan diam-diam menutup
pintu lagi, lalu mengun cinya.
Sekarang ketika dia berada di ruang depan, Gabrielle dapat mendengar suara-suara
tidak jelas dari ruang baca Sexton di dalam - suara beberapa orang lelaki. Malam
RE. kali ini jelas bukan pertemuan pribadi seperti yang tersirat dari telepon
yang diterima Sexton siang tadi.
Ketika Gabrielle berjalan di gang menuju ke ruang baca, dia melewati sebuah
lemari yang terbuka. Di dalamnya dia melihat enam mantel lelaki mahal yang
tergantung di sana. Semuanya dari bahan wol dan tweed yang unik. Beberapa tas
kerja diletakkan di lantai. Tampaknya mereka sedang bekerja malam ini. Gabrielle
seharusnya ingin langsung berjalan melewati tas-tas kerja itu, tetapi satu dari
tas kerja itu menarik perhatiannya. Pelat nama yang tertempel menunjukkan logo
perusahaan yang istimewa. Sebuah roket berwarna merah terang.
Dia berhenti, lalu berlutut untuk membacanya: SPACE AMERICA, INC.
Gabrielle bingung, lalu dia memeriksa tas-tas kerja lainnya.
BEAL AEROSPACE. MICROSCOM, INC. ROTARY ROCKET COMPANY. KISTLER AEROSPACE.
Suara serak Marjorie Tench menggema dalam pikirannya. Tahukah kau bahwa Sexton
menerima suap dari perusahaan luar angkasa swasta"
Denyut nadi Gabrielle mulai meningkat ketika dia melihat ke gang gelap yang
menuju ke pintu lengkung yang mem bawanya ke ruan g baca senator. Dia tahu dia
seharusnya berbicara dan memberitahukan kedatangannya. Namun, kenyataannya dia
merasakan dirinya diam-diam berjalan mendekat ke depan. Dia maju beberapa kaki
lagi mendekati pintu itu dan berdiri diam dalam kegelapan ... mendengarkan
percakapan di ruang baca itu.
55 SEMENTARA DELTA-three tetap berada di belakang untuk mengambil jenazah Norah
Mangor dan kereta luncurnya, kedua prajurit lainnya berlari mengejar buruan
mereka. Mereka menggunakan sepatu ski bertenaga ElektroTread. Dengan model yang mirip
sepatu ski bermotor Fast Trax, Electro-Tread rahasia ini merupakan sepatu ski
salju dengan tambahan telapak roda bergerigi seperti roda tank versi mini dan
mirip roda pada mobil salju. Kecepatannya dapat dikendalikan hanya dengan
menekankan ujung ibu jari dan telunjuk yang mengakibatkan tekanan pada dua
lempengan kecil di dalam sarung tangan kanan. Sebuah baterai diletakkan di
sekitar kaki, berfiingsi sebagai insulator, dan memungkinkan sepatu-sepatu ski
itu berlari tanpa suara. Hal yang jenius di sini adalah, energi kinetik yang
dihasilkan oleh gravitasi dan telapak roda bergerigi yang berputar ketika
penggunanya meluncur menuruni bukit, secara otomatis diambil untuk mengisiulang
baterai itu ketika menempuh tanjakan berikutnya.
Dengan menjaga posisi angin tetap di belakang mereka, Delta-One membungkuk
rendah, dan melihat ke arah laut ketika mempelajari dataran es di depannya.
Sistem penglihatan malamnya jauh berbeda dari model Patriot yang digunakan
marinir. Delta-One melihat melalui alat yang tidak perlu dipegang. Alat tersebut
ditempelkan pada wajahnya dengan lensa enam elemen berukuran 40 x 90 mm, tiga
elemen Magnification Doubler, dan Super Long Range IR. Ketika menggunakan alat
itu, lingkungan di sekitarnya akan terlihat kebiruan, bukan kehijauan seperti
biasa - skema warna yang khusus dirancang bagi daerah berefleksi tinggi seperti di
Arktika. Ketika Delta-One tiba di gundukan es pertama, kacamata ski-nya itu
memperlihatkan beberapa garis terang dari salju yang baru saja diinjak, dan naik
melewati gundukan seperti panah neon di malam hari. Tampaknya ketiga buronannya
itu tidak berpikir untuk melepaskan layar darurat mereka atau tidak mampu. Jika
mereka tidak dapat melepaskan diri pada gundukan salju terakhir, mereka sekarang
pasti sudah berada di samudra lepas. Delta-One tahu pakaian pelindung buruannya
itu akan memperpanjang harapan hidup mereka di air, tetapi ombak di lepas pantai
akan menyeret mereka ke laut. Tidak terelakkan lagi, mereka pasti akan
tenggelam. Walau Delta-One merasa yakin, dia telah dilatih untuk tidak pernah menyimpulkan
sesuatu. Dia harus melihat mayat mereka. Sambil membungkuk rendah, dia menekan
kedua jarinya sehingga sepatu skinya bergerak lebih cepat, dan melaju ke
tanjakan pertama. MICHAEL TOLLAND tergeletak tidak bergerak dan merasakan luka-lukanya di
tubuhnya. Dia babak-belur, tetapi dia tidak merasakan adanya patah tulang. Dia
agak meragukan pakaian Mark IX berisi gel yang dipakainya ini dapat
menghilangkan traumanya yang parah. Ketika dia membuka matanya, pikirannya
dengan lambat mulai terfokus. Semuanya terasa lebih lembut di sini ... lebih
tenang. Angin masih menderu, tetapi tidak terlalu ganas.
Kita sudah melampaui tepian itu, bukan"
Setelah memusatkan pikirannya, Tolland mendapati dirinya sedang berbaring di es
dan menindih tubuh Rachel Sexton dengan carabiner mereka yang saling mengunci
dan terpelintir. Dia dapat merasakan napas Rachel di bawahnya, tetapi tidak
dapat melihat wajahnya. Dia berguling dari atas tubuh Rachel, namun otot
-ototnya hampir tidak mampu bergerak.
"Rachel ...?" Tolland tidak yakin apakah bibirnya tadi mengeluarkan suara atau tidak. Tolland
ingat detik-detik terakhir saat mereka meluncur. Mereka terangkat naik oleh
balon itu, lalu tali penghubung mereka yang putus membuat tubuh mereka terjatuh
ke sisi belakang gundukan kedua, kemudian terseret lagi ke atas dan melewati
gundukan terakhir, dan melintas cepat ke arah tepian - dataran es terakhir.
Tolland dan Rachel telah jatuh, tetapi aneh-nya, mereka tidak jatuh terlalu
jauh. Bukan seperti dugaan mereka jatuh tercebur ke laut, mereka jatuh hanya
dari ketinggian kurang lebih sepuluh kaki sebelum mereka menghantam lapisan es
berikutnya dan menggelincir hingga berhenti beserta tubuh Corky yang terseret di
belakang mereka. Sekarang, Tolland mengangkat kepalanya, dan melihat ke arah laut. Tidak jauh
dari situ, es berakhir pada tebing curam, dan dari tempatnya berbaring dia dapat
mendengar bunyi lautan. Ketika menatap kembali ke arah lereng es, Tolland
berusaha menatap menembus malam. Dua puluh yard ke belakang, matanya bertemu
dengan dinding es tinggi, seolah bergantung di atas mereka. Saat itulah dia
sadar apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka ternyata telah jatuh dari lereng es
utama ke teras es yang lebih rendah. Bagian itu rata, seluas lapangan hoki, dan
dapat runtuh ke laut kapan saja karena sebagian sudah luruh.
Longsoran es, pikir Tolland sambil menatap daratan es yang berbahaya di mana
mereka berbaring sekarang. Tempat itu berupa sepotong lapisan lebar yang
menggantung di lereng es seperti sebuah balkon besar, sisi-sisinya dikelilingi
tebing curam ke arah lautan. Lapisan es itu menempel di lereng es hanya pada
bagian belakangnya saja, dan Tolland dapat melihat penghubung itu sama sekali
tidak permanen. Tepian tempat teras ini bergantung pada Milne Ice Shelf ditandai
dengan sebuah retakan hampir selebar empat kaki. Sebentar lagi gravitasi akan
memenangkan pertempuran ini.
Ketika Tolland melihat tubuh Corky Marlinson yang tak bergerak meringkuk di atas
es, ketakutan yang dia rasakan hampir setara dengan ketakutannya ketika melihat
retakan itu. Corky terbaring sepuluh yard jauhnya dan masih terikat pada tali
pengaman yang menghubungkan mereka.
Tolland mencoba untuk berdiri, tetapi dia masih terhubung dengan tubuh Rachel.
Kemudian dia kembali berbaring, dan mulai melepas pengait-pengait yang saling
mengunci itu. Rachel tampak lemah ketika dia juga mencoba duduk. "Kita tidak ... tercebur?"
Suaranya terdengar bingung.
"Kita jatuh ke lapisan es yang lebih rendah," kata Tolland ketika akhirnya dia
dapat melepaskan diri dari Rachel. "Aku harus menolong Corky."
Dengan rasa sakit, Tolland berusaha berdiri, tetapi kakinya terasa lemah. Dia
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akhirnya meraih tali penghubung itu dan menariknya. Tubuh Corky mulai
menggelincir ke arah mereka melintasi es. Setelah belasan kali menarik, sekarang
tubuh Corky tergeletak beberapa kaki dari mereka.
Corky Marlinson tampak babak-belur. Kacamata ski-nya hilang, pipinya terluka,
dan hidungnya berdarah. Kekhawatiran Tolland kalau-kalau Corky sudah tewas
segera terhapus ketika Corky berguling dan menatapnya dengan tatapan marah.
"Gila," bentaknya. " Tipuan kecil apa tadi itu?" Tolland merasa sangat lega.
Sekarang Rachel sudah dapat duduk dan meringis. Dia melihat sekelilingnya. "Kita
harus ... pergi dari sini. Lempengan es ini sepertinya akan runtuh."
Tolland sangat setuju. Satu-satunya pertanyaan adalah bagaimana caranya.
Tetapi mereka tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana cara melarikan diri
dari tempat itu. Suara desingan dengan nada tinggi yang sudah tidak asing lagi,
jelas terdengar di atas mereka di atas lereng es. Tatapan Tolland melebar ketika
melihat dua sosok berpakaian putih dengan mudah meluncur di atas sepatu ski
mereka sampai di tepian es dan berhenti bersamaan. Kedua orang itu berdiri di
sana sesaat, melongok ke bawah ke arah mangsa mereka yang sudah babak belur
seperti seorang juara catur yang sedang menikmati skak-mat sebelum akhirnya
membunuh korbannya. DELTA-ONE terkejut juga ketika melihat ketiga orang itu masih hidup. Walau
begitu dia tahu, ini hanyalah untuk sementara. Mereka terjatuh di bagian dari
lereng es yang sudah mulai longsor ke laut. Buruan mereka ini dapat saja
dilumpuhkan dengan cara yang mereka gunakan pada perempuan tadi, tetapi solusi
yang jauh lebih baik baru saja muncul sendiri. Cara yang membuat tidak seorang
pun dari korban itu akan ditemukan.
Sambil menatap melewati tepian tebing, Delta-One memusatkan tatapannya pada
celah yang mulai merekah di antara lereng es dan lempengan es yang menggantung
itu. Bagian es yang diduduki para buronannya itu bergantung dan sangat berbahaya
... siap untuk lepas dan jatuh ke laut dalam beberapa hari ini.
Tapi kenapa tidak hari ini ....
Di tebing es ini, setiap beberapa jam sekali di malam hari akan selalu terdengar
suara yang memekakkan telinga: bunyi es yang longsor dan terpisah dari lereng es
dan kemudian runtuh ke laut. Siapa yang akan memerhatikan kejadian itu"
Merasakan kehangatan adrenalin yang mengalir deras dan selalu muncul setiap kali
dia mempersiapkan pembunuhan, Delta-One meraih kantung persediaan dan
mengeluarkan benda berat berbentuk jeruk lemon. Benda itu adalah perlengkapan
standar bagi regu penyerangan militer dan disebut flashbang - sebuah granat ledak
"tidak membunuh" yang dapat membingungkan musuh untuk sementara karena sinarnya
yang menyilaukan dan suaranya yang memekakkan telinga. Malam ini Delta-One tahu,
flash-bang ini akan mampu membunuh juga.
Dia menempatkan diri ke dekat tepian dan bertanya-tanya seberapa dalam retakan
yang telah memisahkan teras itu dengan lereng es. Dua puluh kaki" Lima puluh
kaki" Dia tahu hal itu tidak penting. Rencananya akan berjalan baik tanpa harus memerhatikan itu semua.
Dengan ketenangan yang dihasilkan dari banyaknya eksekusi yang pernah
dilakukannya, Delta-One mengatur waktu sepuluh detik sebelum granat itu meledak,
mencabut penguncinya, dan melemparkan granat tersebut ke retakan yang dalam itu.
Bom itu melayang ke kegelapan dan menghilang.
Setelah itu, Delta-One dan kawannya menyingkir ke puncak gundukan es dan
menunggu. Ini akan menjadi peman dangan yang bagus.
Bahkan dalam keadaan setengah sadar, Rachel Sexton mengetahui dengan pasti benda
apa yang baru saja dilemparkan para penyerang mereka ke dalam retakan itu. Entah
Michael Tolland juga mengetahuinya atau dia membaca ketakutan di mata Rachel,
itu tidak terlalu jelas, tetapi Rachel melihat wajah lelaki itu pucat pasi, dan
dengan cepat menatap ke retakan besar di lempengan es di mana mereka terdapat
pada saat ini, dan menyadari apa yang akan segera terjadi.
Seperti awan badai yang diterangi sinar petir, es di bawah Rachel bersinar dari
dalam. Sinar putih terang yang menakut kan itu tersebar ke segala arah. Dalam
seratus yard di sekitar mereka, dataran es itu berkilap putih. Lalu disusul
gemuruh suara. Tidak bergemuruh seperti gempa bumi, tetapi lebih seperti
gelombang suara pengejut yang memekakkan telinga dengan kekuatan yang
menggoyahkan keberanian. Rachel merasa apa yang terjadi telah meruntuhkan
lempengan es di mana dia berada dan serasa merobek tubuhnya.
Dalam sekejap, sebuah baji seolah telah diayunkan di antara lereng es dan
lempengan es yang menopang mereka. Tebing itu mulai terpotong dengan suara
retakan yang membuatnya begitu ketakutan. Rachel menatap Tolland. Tatapan mereka
terkunci dalam ketakutan yang membuat mereka membeku. Corky berteriak di dekat
mereka. Lalu pijakan mereka jatuh.
Untuk sesaat Rachel merasa seperti tidak berbobot, melayang-layang di atas
jutaan pon bongkahan es. Kemudian mereka jatuh ke bawah bersamaan dengan
potongan es besar yang menopang mereka - terjun ke dalam laut yang sangat dingin.
56 SUARA GESEKAN es dengan es yang memekakkan telinga menyerang telinga Rachel
ketika lempengan es besar itu meluncur turun di depan Milne Ice Shelf, dan
membuat percikan air yang tinggi ke udara ketika lempengan itu jatuh ke air.
Seiring lempengan itu tercebur ke bawah, luncurannya melambat, dan tubuh Rachel
yang tadi terasa tanpa bobot sekarang jatuh di atas es. Tolland dan Corky
mendarat di dekatnya. Saat lempengan es tersebut tercebur masuk lebih dalam ke laut, Rachel dapat
melihat permukaan laut yang berbuih, berlomba menaiki lempengan itu dengan
kecepatan yang lambat seperti mengeje k. Naik ... naik ... dan tiba-tiba air
berbuih itu tiba. Mimpi buruk masa kanak-kanaknya kembali. Es ... air ...
kegelapan. Kengerian itu sangat menakutkan.
Bagian atas lempengan itu jatuh ke bawah permukaan air, dan Samudra Arktika yang
sangat dingin itu telah menyelimuti tepi lempengan es itu dalam satu sapuan
ombak. Ketika air laut menyerbu ke sekitar Rachel, dia merasa seolah tersedot ke
bawah. Kulit wajahnya mengencang dan terasa terbakar ketika air asin itu
menerpanya. Lempengan es yang menopangnya menghilang di bawah kakinya, dan
Rachel berjuang untuk ke permukaan lagi, gel dalam pakaiannya membantunya.
Rachel menelan air laut dan berjuang keras untuk naik ke permukaan. Dia dapat
melihat teman -temannya menggelepar-gelepar di dekatnya, dan ketiganya masih
terjalin pada tali pengaman. Begitu Rachel dapat meluruskan tubuhnya lagi,
Tolland berteriak. "Es itu kembali lagi ke atas!"
Ketika kata-kata Tolland menggema di atas gemuruh air laut, Rachel merasa
gejolak air yang mengerikan di bawahnya mulai naik ke atas. Seperti sebuah
lokomotif besar bersiap untuk mengubah arah, lempengan es itu telah berhenti
menukik di bawah permukaan air dan sekarang mulai naik kembali tepat di bawah
mereka. Beberapa kaki di kedalaman air, sebuah gemuruh suara dengan frekuensi
rendah beresonansi ke atas menembus air seiring lempengan es sebesar kapal selam
itu mulai mencari-cari jalannya untuk kembali ke atas.
Lempengan itu naik ke permukaan laut dengan cepat, bertambah cepat ketika
mendekati permukaan air, seolah menyambar dari kegelapan. Rachel merasa dirinya
terangkat. Samudra bergolak di segala penjuru ketika es tersebut menyentuh
tubuhnya. Rachel meraba-raba dengan sia-sia, mencoba menyeimbangkan diri ketika
es besar itu mendorongnya ke atas bersama jutaan galon air laut. Mengambang ke
atas permukaan air, lempengan raksasa itu muncul di atas permukaan, terombang-
ambing, dan mencari pusat gravitasinya. Rachel berjuang di dalam air setinggi
pinggangnya di atas lempengan es yang luas dan datar itu. Ketika air mulai
meninggalkan permukaan es, gelombangnya menelan Rachel dan menyeretnya ke arah
tepian lempengan es tersebut. Tergelincir dan terbaring di atas perutnya, Rachel
dapat melihat tepian itu seolah dengan cepat mendekati dirinya. Tahan! Suara ibu
Rachel berseru dengan cara yang sama seperti ketika Rachel kecil menggelepar-
gelepar di bawah kolam es. Tahan! Jangan tenggelam!
Renggutan keras pada tali pengaman Rachel membuatnya tersedak. Dia terhenti
hanya beberapa yard dari tepi lempengan tersebut. Gerakan itu membuatnya
berputar di tempat. Sepuluh yard darinya, dia dapat melihat tubuh Corky yang
terpaku dan masih terhubung dengannya, juga tersentak berhenti. Mereka berdua
tergelincir dan hampir keluar dari lempengan itu di sisi yang berlawanan dan
gerakan Corky-lah yang telah menahan Rachel sehingga tidak terseret gelom bang.
Ketika air sudah surut dan menjadi lebih dangkal, satu sosok gelap lainnya
muncul di dekat Corky. Lelaki itu merangkak sambil memegangi tali Corky, dan
memuntahkan air asin. Michael Tolland. Ketika air terakhir surut melewati tubuh Rachel dan mengalir ke luar dari
lempengan es di bawah mereka, dia tetap berbaring tanpa mengeluarkan suara
karena ketakutan sambil mendengarkan suara lautan. Kemudian, karena merasakan
serangan dingin yang luar biasa, Rachel bangkit merangkak dengan tangan dan
lututnya. Lempengan es masih bergerak maju dan mundur, seperti es batu dalam
segelas air. Dengan setengah sadar dan kesakitan, Rachel merangkak mendekati
teman -temannya. Tinggi di atas lereng es, Delta-One mengintai melalui kaca-mata ski untuk
penglihatan malam ke arah air yang beriak-riak di sekitar bongkahan es terbaru
di Samudra Arktika itu. Walau dia tidak melihat seorang pun di air, dia tidak
heran. Samudra itu gelap, dan pakaian pelindung serta penutup kepala buruan
mereka berwarna hitam. Ketika dia menyapukan pandangannya ke permukaan es besar yang mengambang itu,
dia merasa kesulitan untuk memusatkan pandangannya. Bongkahan es itu dengan
cepat bergerak menjauh menuju laut bersama arus ombak laut lepas yang kuat. Dia
hampir menggeser tatapannya kembali ke laut ketika dia melihat sesuatu yang
tidak terduga. Tiga titik hitam di atas bongkahan es. Apakah itu mereka" Delta-
One mencoba memusatkan penglihatannya.
"Kaulihat sesuatu?" tanya Delta-Two.
Delta-One tidak menjawab karena dia masih berusaha memusatkan penglihatan dengan
alat pembesarnya. Dia sangat terkejut ketika melihat tiga manusia tergeletak
tidak bergerak di atas pulau es, seperti titik noda yang memucat. Apakah mereka
masih hidup atau sudah tewas, Delta-One tidak tahu. Sukar untuk memastikannya.
Jika mereka masih hidup, bahkan dalam pakaian tahan cuaca sekalipun, mereka akan
mati dalam satu jam. Tubuh mereka sudah basah, badai sebentar lagi akan datang,
dan mereka sedang terhanyut ke arah laut lepas menuju salah satu samudra yang
paling mematikan di planet ini. Mayat mereka tidak akan pernah ditemukan. "
Hanya bayangan," kata Delta-One sambil berpaling dari tebing itu. "Ayo kita
kembali ke pangkalan."
57 SENATOR SEDGEWICK Sexton meletakkan gelas minumannya yang berisi Courvoisier di
atas perapian di apartemennya di Westbrook dan menyalakan api perapian selama
beberapa saat sambil berpikir. Keenam orang lelaki yang duduk di ruang bacanya
terdiam sekarang ... menunggu. Obrolan ringan mereka telah usai. Sekarang
waktunya Senator Sexton melemparkan kartunya. Mereka tahu. Sexton juga tahu.
Politik adalah berjualan.
Ciptakan rasa percaya. Biarkan mereka tahu kau mengerti permasalahan mereka.
"Seperti yang mungkin kalian ketahui," kata Sexton sam bil berpaling kepada
mereka, "dalam beberapa bulan terakhir ini, aku sudah bertemu dengan banyak
orang dengan posisi yang sama seperti kalian." Dia tersenyum dan duduk bersama
mereka. Tetapi hanya kalianlah yang kubawa ke rumahku. Kalian orang-orang
istimewa, dan aku merasa terhormat bisa bertemu dengan kalian."
Sexton melipat tangannya dan mengedarkan tatapannya ke sekelilingnya, membuat
kontak mata dengan semua tamunya. Kemudian, dia memusatkan perhatiannya pada
orang pertama yang menarik perhatiannya - seorang lelaki bertubuh besar dengan
topi koboi. "Space Industries dari Houston," kata Sexton. "Aku senang kau mau datang."
Lelaki Texas itu menggerutu. "Aku benci kota ini."
"Aku tidak menyalahkanmu. Washington sudah berlaku tidak adil padamu."
Lelaki Texas itu menatap dari balik tepi topinya tetapi tidak mengatakan apa-
apa. "Dua belas tahun yang lalu," Sexton mulai, "kau membuat penawaran kepada
pemerintah Amerika Serikat. Kau menawarkan diri untuk membangun sebuah stasiun
ruang angkasa bagi pemerintah hanya dengan biaya lima miliar dolar."
"Ya, memang. Aku masih memiliki cetak birunya." "Namun, NASA menyakinkan
pemerintah bahwa pem bangunan stasiun ruang angkasa Amerika Serikat itu
seharusnya adalah proyek NASA."
"Betul. NASA sudah mulai membangunnya hampir sepuluh tahun yang lalu."
"Satu dasawarsa. Dan tidak saja stasiun ruang angkasa NASA itu belum beroperasi
sepenuhnya, tetapi NASA juga sudah menghabiskan biaya duct puluh kali lipat
dibandingkan dengan harga yang kautawarkan. Sebagai seorang pembayar pajak untuk
negeri ini, aku merasa muak."
Gerutu persetujuan terdengar di sekeliling ruangan. Sexton mengedarkan matanya
lagi, berhubungan kembali dengan kelompok itu.
"Aku sangat mengetahui," kata sang senator. Tatapannya menyapu semua orang
sekarang, "bahwa beberapa dari perusahaan kalian telah menawarkan peluncuran
pesawat ulangalik swasta hanya dengan biaya 50 juta dolar untuk satu kali
peluncuran." Mereka mengangguk lagi. "Namun, NASA masih juga mengalahkan kalian dengan menarik biaya 38 juta dolar
untuk setiap peluncuran ... walau biaya yang sesungguhnya untuk setiap kali
mereka menerbangkan pesawat ulang aliknya adalah lebih dari 150 juta dolar!"
"Begitulah cara mereka menendang kami dari bisnis ruang angkasa," kata seorang
lelaki. "Perusahaan swasta tidak mungkin bersaing dengan perusahaan yang mampu
melakukan peluncuran penerbangan ulang-alik dengan kerugian empat rat us persen
dan tetap tidak bangkrut."
"Kalian juga tidak perlu bangkrut." Mereka kembali mengangguk.
Sexton sekarang menatap seorang pengusaha dengan tampang galak di sebelahnya,
seseorang yang catatan kepribadiannya menarik perhatian Sexton. Seperti halnya
beberapa pengusaha yang mendanai kampanye Sexton, orang ini mantan insinyur
militer yang merasa kecewa karena gaji yang rendah dan birokrasi pemerintah, dan
kemudian memutuskan untuk meninggalkan posisinya di kemiliteran untuk mencari
keberuntungannya dalam usaha pesawat ruang angkasa.
"Kistler Aerospace," kata Sexton sambil menggelengkan kepalanya dengan putus
asa. "Perusahaanmu telah merancang dan membuat roket yang dapat meluncurkan
barang hanya dengan biaya dua ribu dolar per pon dibandingkan dengan biaya NASA
yang sebesar sepuluh ribu dolar per pon." Sexton berhenti sebentar untuk
menambahkan nuansa drama dalam kalimatnya, "Namun kau tetap tidak punya
pelanggan." "Bagaimana aku bisa punya pelanggan?" lelaki itu menjawab. "Minggu lalu NASA
mengalahkan kami dengan meminta Motorola membayar hanya 812 dolar per pon untuk
meluncurkan satelit telekomunikasinya. Pemerintah melun curkan satelit itu
dengan kerugian sembilan ratus persen!"
Sexton mengangguk. Para pembayar pajak dengan terpaksa harus memban tu sebuah
lembaga yang sepuluh kali tidak efisien dibandingkan dengan para pesaingnya.
"Sangat jelas dan menyakitkan," katanya. Suaranya terdengar muram. "NASA
berusaha sangat keras untuk melumpuhkan persaingan di ruang angkasa. Mereka
menyingkirkan usaha pesawat ruang angkasa swasta dengan mengenakan biaya
pelayanan di bawah harga pasar."
"Ini seperti WalMart di bidang ruang angkasa," kata orang Texas itu.
Perumpamaan yang sangat tepat, pikir Sexton. Aku harus mengingatnya. WalMart
adalah perusahaan retail yang terkenal nama buruknya dengan bergerak ke wilayah
baru, menjual barang-barang di bawah harga pasar, dan menjung kalkan semua
pesaing lokalnya hingga bangkrut.
"Aku sangat muak dan bosan," kata lelaki Texas itu, "karena harus membayar
jutaan dolar untuk pajak usaha sehingga Paman Sam dapat menggunakan uang
tersebut untuk mencuri pelangganku!"
"Aku tahu," kata Sexton. "Aku mengerti."
"Karena kekurangan sponsor dari perusahaan lain, Rotary Rocket jadi bangkrut,"
kata seorang lelaki berpakaian rapi sekali berkata. "Hukum yang melarang iklan
itu adalah sebuah kejahatan!"
"Aku sangat setuju." Sexton terkejut ketika tahu cara lain NASA untuk memonopoli
ruang angkasa adalah dengan menyetujui mandat federal yang melarang iklan
sponsor dipasang di pesawat ruang angkasa. Alih-alih membolehkan perusahaan
swasta untuk mendapatkan pendanaan melalui sponsor perusahaan lain dan
mengiklankan logonya, seperti yang terjadi pada perlombaan mobil balap
profesional, pesawat ruang angkasa hanya boleh menampilkan kata USA dan nama
perusahaan tersebut. Di sebuah negara yang menghabiskan 185 miliar dolar setiap
tahunnya untuk iklan, tidak satu sen pun uang dari iklan yang boleh masuk ke
kantung perusahaan ruang angkasa swasta.
"Itu perampokan," tukas salah satu dari tamu Sexton. "Perusahaanku berharap
dapat bertahan sampai bisa melun curkan prototipe pesawat ulang-alik wisata yang
pertama di negara ini pada bulan Mei mendatang. Kami berharap ada liputan pers
besar-besaran. Perusahaan Nike baru saja menawari kami tujuh juta dolar untuk
mengecat logo Nike dan kata 'Just do it!' pada sisi pesawat ulang-alik kami.
Sementara Pepsi menawari kami dua kali lipat untuk 'Pepsi: Pilihan generasi
baru.' Tetapi menurut hukum federal, jika pesawat kami menempelkan iklan, kami
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilarang untuk melun curkannya!"
"Benar," kata Senator Sexton. "Dan jika terpilih, aku akan bekerja untuk
menghapuskan hukum anti-iklan itu. Itu janjiku. Ruang angkasa seharusnya terbuka
bagi iklan seperti halnya bidang-bidang usaha lainnya yang terbuka bagi iklan."
Sexton menatap tamu-tamunya. Matanya menatap tajam, suaranya menjadi lebih
lembut sekarang. "Kita semua harus waspada bahwa hambatan yang paling besar
untuk privatisasi NASA bukanlah hukum, melainkan cara pandang masyarakat.
Kebanyakan masyarakat Amerika masih meromantisasi program ruang angkasa Amerika.
Mereka masih percaya NASA adalah badan pemerintah yang diperlukan."
"Itu karena film-film Hollywood terkutuk!" seorang lelaki berkata. "Berapa
banyak film yang menceritakan tentang NASA yang berhasil menyelamatkan dunia
dari asteroid" Demi Tuhan! Itu hanya propaganda!"
Sexton tahu, banyaknya film tentang NASA yang dihasilkan Hollywood sebenarnya
hanyalah pertimbangan ekonomis belaka. Mengikuti Top Gun, sebuah film terkenal
yang dibintangi Tom Cruise yang seolah merupakan iklan Angkatan Udara AS selama
dua jam, NASA menyadari potensi yang sesungguhnya dari Hollywood sebagai humas
jempolan. NASA diam-diam mulai menawarkan akses secara cuma-cuma ke berbagai
perusahaan film untuk memfilmkan semua fasilitas NASA yang mengesankan, dari
landasan peluncuran, pengendali misi, dan fasilitas-fasilitas pelatihan. Para
produser, yang biasa membayar dalam jumlah besar untuk biaya lisensi onsite
ketika mereka membuat film di tempat lain, segera menyambar kesempatan untuk
menghemat anggaran sebesar jutaan dolar ini dengan cara membuat film thriller
NASA dengan tempat syuting "gratis". Tentu saja, Hollywood hanya akan
mendapatkan izin jika naskahnya disetujui NASA.
"Pencucian otak massa," gerutu seorang Hispanik yang menjadi salah satu tamunya.
"Film -film itu tidak lebih parah dibandingkan berbagai tindakan NASA untuk
menarik perhatian masyarakat umum. Mengirimkan orang tua ke ruang angkasa" Dan
sekarang NASA merencanakan awak pesawat pesawat ulang-alik yang semuanya
perempuan" Semuanya hanya untuk publisitas!"
Sexton mendesah. Nadanya terdengar terpukul. "Betul, dan aku tahu aku tidak
harus mengingatkan mengenai apa yang terjadi pada tahun delapan puluhan ketika
Departemen Pendidikan bangkrut dan menuduh NASA memboroskan jutaan dolar yang
sesungguhnya dapat dipergunakan untuk pendidikan. NASA merancang aksi hubungan
masyarakat untuk membuktikan bahwa NASA memerhatikan pendidikan. Mereka kemudian
mengirimkan seorang guru sekolah negeri ke ruang angkasa." Sexton berhenti.
"Kalian pasti ingat Christa McAuliffe."
Ruangan itu menjadi sunyi.
"Bapak-bapak," kata Sexton sambil berhenti dengan mengesankan di depan perapian.
"Aku percaya sudah waktunya masyarakat Amerika mengerti kebenaran, demi kebaikan
masa depan kita semua. Sudah waktunya masyarakat Amerika mengerti bahwa NASA
tidak memimpin kita terbang ke arah langit, tetapi malah mencegah eksplorasi
ruang angkasa. Ruang angkasa tidak berbeda dengan industri yang lain, dan
membatasi ruanggerak perusahaan swasta dapat dianggap mendekati tindakan
kriminal. Coba kita lihat industri komputer di mana ledakan kemajuannya sudah
sedemikian rupa sehingga kita sulit untuk mengikutinya dari minggu ke minggu!
Mengapa" Karena industri komputer adalah sistem pasar bebas: industri komputer
menghasilkan efisiensi dan visi dengan keuntungan. Bayangkan jika industri
komputer dipegang pemerintah" Kita pasti masih berada di zam an purba. Kita
mengalami kemadekan di bidang ruang angkasa. Kita seharusnya menempatkan
eksplorasi ruang angkasa ke tangan yang berhak, yaitu sektor swasta. Masyarakat
Amerika akan terpaku ketika melihat perkembangannya, pada berbagai lapangan
pekerjaan yang ditawarkannya, dan mimpi-mimpi yang terwujud. Aku percaya kita
harus membiarkan sistem pasar bebas memacu kita ke ketinggian baru di ruang
angkasa. Jika aku terpilih, hal itu akan menjadi misi pribadi untuk membuka pintu dan
membiarkannya terbuka lebar-lebar."
Sexton mengangkat gelasnya yang berisi cognac.
"Kawan -kawan, kalian datang ke sini malam ini untuk memutuskan apakah aku
adalah seseorang yang patut kalian percaya. Kuharap aku sedang dalam proses
untuk mendapat kannya. Kalau kalian membutuhkan investor untuk membangun sebuah
perusahaan, aku juga membutuhkan investor untuk membangun kepresidenan. Seperti
halnya para pemegang saham perusahaan mengharapkan imbalan, kalian sebagai
investor politik pasti juga mengharapkan balas jasa. Pesanku bagi kalian malam
ini sederhana saja: berinvestasilah padaku, dan aku tidak akan melupakan kalian.
Tidak akan pernah. Misi kita adalah satu dan sama."
Sexton mengangkat gelasnya ke arah mereka untuk bersulang.
"Dengan bantuan kalian, Kawan-kawan, aku akan segera menduduki Gedung Putih ...
dan kalian semua akan meluncurkan mimpi kalian."
HANYA LIMA belas kaki dari situ, Gabrielle Ashe berdiri terpaku di balik
bayangan. Dari ruang baca terdengar suara denting gelas-gelas minuman yang
beradu dengan nada merdu dan derak api di perapian.
58 DENGAN PANIK, seorang teknisi muda NASA berlari menyeberangi habisphere. Telah
terjadi sesuatu yang mengerikan! Dia menemukan Administrator Ekstrom yang sedang
sendirian di dekat area pers.
"Pak," kata teknisi itu sambil terengah-engah ketika sudah berada di depan
Ekstrom. "Baru saja terjadi kecelakaan!"
Ekstrom berpaling. Dia tampak sedang melamun, seolah pikirannya tengah dibebani
masalah-masalah lainnya. "Apa katamu" Sebuah kecelakaan" Di mana?"
"Di lubang penarikan. Sesosok mayat baru saja muncul. Mayat itu mengambang. Dia
Dr. Wailee Ming." Wajah Ekstrom berubah menjadi pucat. "Dr. Ming" Tetapi "Kami sudah
mengangkatnya, tetapi sudah terlambat. Dia sudah tewas."
"Ya, Tuhan! Berapa lama sudah dia di sana?"
"Kami duga, kira-kira satu jam. Tampaknya dia terjatuh, lalu tenggelam ke dasar,
tetapi ketika tubuhnya menggembung, dia mengambang lagi."
Kulit Ekstrom yang kemerahan sekarang berubah menjadi lebih gelap. "Sialan!
Siapa lagi yang tahu tentang ini?"
"Tidak ada, Pak. Hanya kami berdua. Kami menariknya keluar, tetapi kemudian kami
berpikir sebaiknya memberi tahu Anda dulu sebelum - "
"Kau sudah bertindak benar." Ekstrom lalu menghela napas berat. "Sembunyikan
mayat Dr. Ming segera. Jangan bicara sepatah kat a pun."
Teknisi muda itu merasa bingung. "Tetapi, Pak, saya - "
Ekstrom meletakkan tangannya yang besar di bahu lelaki itu. "Dengarkan aku baik-
baik. Ini adalah sebuah kecelakaan tragis yang sangat kusesali. Tentu saja aku
akan segera mengurusnya dengan baik ketika waktunya tiba. Sekarang, belum
waktunya." "Anda ingin saya menyembunyikan mayatnya?"
Mata Skandinavia milik Ekstrom yang dingin menatap tajam. "Dengarkan aku baik-
baik. Kita dapat mengatakannya pada semua orang, tetapi apa gunanya" Satu jam
lagi kita akan menggelar konferensi pers. Mengumumkan bahwa ada kecelakaan fatal
di sini akan seperti mengirimkan awan mendung pada berita penemuan itu dan
efeknya akan menghancurkan semangat. Dr. Ming telah berbuat kecerobohan. Aku
tidak berniat membuat NASA bertanggung jawab atas itu. Para ilmuwan sipil ini
telah mendapatkan perhatian yang cukup dan aku tidak akan mengizinkan salah satu
dari mereka membuat kesalahan ceroboh sehingga menodai saat kemenangan kita.
Kecelakaan Dr. Ming akan tet ap menjadi rahasia hingga konferensi pers ini
berakhir. Kau mengerti?"
Pria itu mengangguk dengan wajah pucat. "Saya akan menyimpan mayatnya."
59 MICHAEL TOLLAND telah berada di laut cukup sering sehingga dia tahu dengan pasti
bahwa lautan akan mengambil korbannya tanpa rasa sesal dan ragu-ragu. Ketika dia
berbaring keletihan di atas potongan es yang sangat besar, dia hanya dapat
melihat garis Milne Ice Shelf yang menjulang itu menyusut di kejauhan. Dia tahu
arus Samudra Arktika yang kuat dan mengalir menjauhi Pulau Elizabeth, akan
berputar dengan kelokan besar mengelilingi puncak es kutub dan akhirnya akan
melewati pulau di Rusia utara. Itu tidak penting sekarang. Untuk tiba di sana
memerlukan berbulan-bulan dari sekarang.
Kita hanya memiliki waktu 30 menit ...45 menit paling lama.
Tanpa perlindungan dari gel yang disuntikkan ke dalam pakaian mereka, Tolland
tahu mereka sudah akan tewas sekarang. Syukurlah, pakaian Mark IX telah menjaga
mereka agar tetap kering - aspek terpenting dari pertahanan pada cuaca dingin. Gel
penahan cuaca di sekeliling tubuh mereka tidak hanya menjadi bantal ketika
mereka jatuh, tetapi sekarang juga menolong mereka menghemat suhu panas yang
tinggal sedikit dalam tubuh mereka.
Tidak lama lagi hipotermia akan terjadi. Dimulai dengan mati rasa yang samar-
samar pada bagian kaki dan lengan ketika darah hanya mengalir ke pusat tubuh
untuk melindungi organ organ dalam yang penting. Halusinasi dan demam akan
muncul kemudian, seiring denyut nadi dan pernapasan yang melambat untuk
menghemat oksigen yang ada di otak. Kemudian, tubuh akan membuat usaha terakhir
untuk mempertahankan panas yang tersisa dengan cara mematikan semua kegiatan
kecuali jantung dan pernapasan. Setelah itu kesadaran akan menghilang. Pada
akhirnya, jantung dan pusat pernapasan di otak akan berhenti berfungsi
sekaligus. Tolland berpaling ke arah Rachel, berharap dapat berbuat sesuatu untuk
menolongnya. MATI RASA yang mulai menjalari seluruh tubuh Rachel Sexton ternyata. tidak
sesakit yang dia bayangkan. Hampir terasa seperti obat bius. Morfin alamiah. Dia
telah kehilangan kacamata ski-nya saat jatuh dari lereng es, dan dia hampir
tidak dapat membuka matanya lebar-lebar karena dingin.
Dia dapat melihat Tolland dan Corky berbaring di atas es di dekatnya. Tolland
sedang menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan. Corky bergerak, tetapi jelas
sangat kesakitan. Tulang pipi kanannya terbentur dan berdarah Tubuh Rachel
gemetar dengan keras ketika pikirannya berusaha mencari jawaban. Siapa" Mengapa"
Benaknya bercampur baur dengan rasa berat di dalam tubuhnya. Tidak ada yang
masuk akal. Dia merasa tubuhnya perlahan-lahan menghentikan aktivitasnya,
dihanyutkan sebuah kekuatan tak terlihat yang menariknya untuk tidur. Dia
melawannya. Kemarahan yang meluap-luap menyala di dalam dirinya sekarang, dan
dia mencoba memperbesar nyala itu.
Mereka mencoba membunuh kita! Rachel melongok ke arah lautan yang mengancam di
sekelilingnya dan merasakan bahwa penyerang mereka telah berhasil. Kita semua
sudah tewas. Bahkan sekarang, walau Rachel tahu dia tidak akan hidup untuk
mengetahui kebenaran seluruhnya tentang permainan mematikan yang dimainkan di
Milne Ice Shelf, dia merasa sudah tahu siapa yang bertanggung jawab.
Administrator Ekstromlah yang akan mendapatkan paling banyak keuntungan. Dialah
yang mengirim mereka ke luar habisphere. Dia memiliki hubungan dengan Pentagon
dan pasukan khusus itu. Tetapi apa keuntungan Ekstrom dengan menyelipkan
meteorit di bawah es" Apa yang akan diperoleh orang-orang itu"
Rachel mengingat-ingat Zach Herney sambil bertanyatanya apakah Presiden membantu
persekongkolan ini atau dia hanya pion yang tidak tahu apa-apa. Herney tidak
tahu apa-apa. Dia tidak bersalah. Presiden jelas telah ditipu oleh NASA. Satu jam lagi
Presiden akan mengumumkan penemuan NASA yang palsu itu. Dan dia akan
melakukannya dengan dilengkapi sebuah video dokumenter yang berisi dukungan dari
empao orang ilmuwan sipil.
Empat ilmuwan sipil yang sudah mati.
Rachel tidak dapat melakukan apa-apa untuk menghentikan konferensi pers itu,
tetapi dia bersumpah siapa pun yang bertanggung jawab atas penyerangan itu tidak
akan bisa lolos dengan mudah.
Rachel mengumpulkan tenaganya, lalu mencoba duduk. Anggota tubuhnya terasa
seberat batu granit, seluruh sendisendinya sangat sakit ketika dia membengkokkan
lengan dan kakinya. Perlahan, dia mencoba bangkit, berlutut, dan menstabilkan
Kereta Berdarah 16 Pendekar Cambuk Naga 2 Rahasia Sendang Bangkai Pendekar Bayangan Setan 12
menjadi pengasuh mereka. "Mike," katanya, "Aku perlu bantuan untuk mengangkat GPR dari kereta itu."
Tolland membantunya mengeluarkan Ground Penetrating Radar, dan meletakkannya di
atas salju. Peralatan itu tampak seperti tiga buah bilah penggali salju mini
yang telah ditempelkan sejajar pada bingkai aluminum. Keseluruhan peralatan itu
panjangnya tidak lebih dari satu yard dan dihubun gkan dengan kabel ke sebuah
alat pelemah gelombang arus listrik dengan baterai yang diletakkan di atas
kereta luncur. "Itu radar?" tanya Corky sambil berseru melawan angin.
Norah mengangguk. Ground Penetrating Radar jauh lebih mampu mendeteksi es air
asin dibandingkan PODS. Transmiter GPR mengirimkan gelombang energi
elektromagnetis menembus es, dan gelombang itu terpantul kembali dengan
gelombang yang berbeda bergantung pada struktur kristal yang memantulkannya. Air
tawar murni membeku dalam pola-pola geometris yang bulat dan pipih. Namun, air
laut membeku dalam bentuk yang lebih menyerupai pola-pola geometris yang
bercabang-cabang atau seperti anyaman jaring. Ini dikarenakan oleh kandungan
sodiumnya yang mengakibatkan gelombang GPR memantui kembali secara acak sehingga
mengurangi jumlah refleksi.
Norah menyalakan mesin itu. "Aku akan mengambil semacam foto lokasi gema yang
bersilangan dari lapisan es di sekitar sumur penarikan," serunya. "Piranti lunak
yang ada di dalam mesin ini akan mengirimkan gambar bagian persilangan dari
dataran es dan kemudian mencetaknya. Semua es dari air laut akan tercetak
sebagai bayangan." "Cetakan?" Tolland tampak terkejut. "Kau dapat mencetak dari sini?"
Norah menunjuk ke sebuah kabel yang menjulur dari GPR ke sebuah alat yang masih
berada di atas kereta luncur di bawah penutupnya. "Tidak ada pilihan lain, harus
dicetak. Layar monitor komputer memerlukan terlalu banyak tenaga baterai yang
berharga, jadi ahli glasiologi lapangan mencetak data ke printer beattransfer.
Warnanya memang tidak cemerlang, tetapi lebih baik dibandingkan tinta toner
printer laser yang menggumpal dalam suhu di bawah minus dua puluh derajat. Aku
belajar dari pengalaman burukku di Alaska."
Kemudian Norah meminta semua orang untuk berdiri di balik GPR, sementara dia
bersiap untuk mengatur posisi transmiter sedemikian rupa sehingga alat tersebut
dapat memindai area yang mengelilingi lubang meteorit. Luas area yang dipindai
tersebut hampir tiga kali lipat lapangan futbal. Tetapi ketika Norah melihat ke
belakang ke arah mereka tadi datang, dia tidak dapat melihat lokasi yang
diinginkannya. "Mike, aku harus menyejajarkan transmiter GPR dengan area
meteorit, tetapi obor ini membuatku silau. Aku akan kembali naik ke lereng untuk
menghindar dari cahaya itu. Aku akan merentangkan lengan lenganku sejajar dengan
obor, dan kau menyesuaikan kesejajaran GPR itu."
Tolland mengangguk. Dia kemudian berlutut di samping peralatan radar tersebut.
Norah menjejakkan crampon-nya. ke dalam es dan mencondongkan tubuhnya ke depan
dan melawan arah angin ketika dia berjalan mendaki tanjakan menuju habisphere.
Angin katabatic hari ini bertiup jauh lebih kuat daripada yang dibayangkannya,
dan dia merasakan badai akan segera datang. Itu bukan masalah. Semua ini akan
selesai dalam beberapa menit saja. Mereka akan tahu aku benar. Norah berjalan
sejauh dua puluh yard ke arah habisphere. Dia tiba di batas kegelapan tepat
ketika tali pengamannya menegang.
Norah menatap kembali ke dataran es. Ketika matanya sudah menyesuaikan dengan
kegelapan, perlahan -lahan garis obor itu mulai tampak beberapa derajat di
sebelah kirinya. Dia menggeser posisinya hingga betul-betul sejajar dengan
oborobor itu. Kemudian dia merentangkan lengannya seperti kompas, lalu memutar
tubuhya untuk menunjukkan vektor yang tepat. "Aku sudah sejajar dengan obor-obor
itu sekarang!" serunya.
Tolland memperbaiki letak alat GPR, kemudian melambai ke arah Norah. "Semua
siap!" Norah melihat untuk terakhir kalinya, dan merasa bersyukur karena jalan pulang
mereka masih menyala. Ketika dia memandang ke arah lereng, ada hal aneh yang
terjadi. Untuk sesaat, obor terdekat menghilang dari pandangannya. Sebelum Norah
menjadi khawatir, obor itu menyala lagi. Jika Norah belum punya pengalaman di
tempat ini, dia pasti sudah mengira ada sesuatu yang lewat di antara obor itu
dan tem patnya berdiri. Tentu saja tidak ada orang lain di sini ... kecuali jika
Ekstrom mulai merasa berdosa telah mengirim mereka dan kemudian mengirimkan regu
NASA untuk mencari mereka. Namun, Norah meragukan hal itu. Mungkin bukan apa-
apa, dia memutuskan. Tiupan angin mungkin saja memadamkan sinar obor itu sesaat.
Norah kembali menuju GPR. "Semua sudah sejajar?" Tolland mengangkat bahunya.
"Kukira begitu."
Norah menghampiri peralatan kendali di atas kereta luncur dan menekan sebuah
tombol. Bunyi dengungan tajam keluar dari dalam GPR, lalu berhenti. "Baik," kata
Norah. "Selesai."
"Begitu saja?" tanya Corky.
"Semua pekerjaan ini sudah selesai. Pengambilan gambar itu hanya memerlukan
waktu satu detik saja."
Di atas kereta luncur, mesin printer heat-transfer sudah mulai berdengung dan
mengeluarkan bunyi klik. Alat pencetak itu terbungkus plastik bening dan
perlahan -lahan mulai mengeluarkan kertas yang tebal. Norah menunggu hingga alat
itu selesai mencetak, kemudian dia merogoh ke balik penutup plastik itu, dan
mengambil hasil cetakan. Mereka akan lihat, pikirnya sambil membawa kertas hasil
cetakan itu ke dekat obor sehingga semua orang dapat melihat hasilnya.
Tidak akan ada air asin. Semuanya berkumpul mengelilingi Norah ketika ahli glasiologi itu berdiri di
dekat obor sambil memegang erat kertas hasil cetakan dengan tangannya yang
terbungkus sarung tangan. Dia menghela napas dalam-dalam dan membuka gulungan
kertas itu untuk memeriksanya. Gambar yang tertera di atas kertas itu membuatnya
tersentak ketakutan. "Oh, Tuhan!" serunya sambil menatap kertas itu dan tidak percaya dengan apa yang
sedang dilihatnya. Seperti yang diharapkan, hasil cetakan tersebut
memperlihatkan bagian di daerah lubang penarikan meteorit yang terisi air dengan
jelas. Tetapi yang tidak pernah diduga Norah adalah gambar buram berwarna
keabuan yang tampak seperti bentuk manusia yang mengambang di tengah lubang.
Darah Norah seperti memheku. "Oh, Tuhan ... ada mayat di dalam lubang
penarikan." Semuanya menatap dengan terpaku dan diam.
Tubuh seperti hantu itu mengambang dengan kepala di bawah di dalam terowongan
sempit itu. Terlihat gambaran mengerikan seperti sayap yang terent ang di
belakang mayat tersebut. Sekarang Norah menyadari apa sebenarnya gambaran itu.
GPR telah menangkap jejak samar dari mantel berat si korban yang terlihat
panjang dan berbulu unta lebat.
"Itu ... Ming," Norah berbisik. "Dia pasti terpeleset ...." Norah Mangor tidak
pernah membayangkan melihat tubuh Ming di dalam sumur penarikan akan menjadi
kurang penting diban dingkan dengan kejutan lain yang diperlihatkan hasil
cetakan itu. Tetapi matanya kemudian menelusuri gambar lubang itu, lalu dia
melihat yang lainnya. Es di bawah terowongan penarikan ....
Norah menatap. Pikiran pertamanya, ada yang salah dengan hasil pemindaian itu.
Lalu semakin dia mempelajari gambar itu lebih dekat, kesadaran yang mencemaskan
itu semakin meningkat, seperti badai yang mengelilingi mereka.
Tepi kertas itu berkibar liar ditiup angin ketika Norah berputar dan melihat
kertas itu dengan lebih saksama.
Tetapi... itu tidak mungkin!
Tiba-tiba, Norah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Kesadaran itu terasa seperti
akan menguburnya. Norah lupa akan Ming.
Sekarang Norah mengerti. Air asin di dalam terowongan! Dia jatuh berlutut di
atas salju di samping obor. Dia hampir tidak dapat bernapas. Dia menggenggam
kertas itu dalam tangannya, dan tubuhnya mulai gemetar.
Tuhanku ... ini bahkan tidak pernah terpikirkan olehku.
Kemudian, dengan kemarahan yang tiba-tiba meledak, dia memalingkan kepalanya ke
arah habisphere NASA. "Bajingan kalian!" dia menjerit, suaranya terbawa angin.
"Bajingan terkutuk kalian!"
DI DALAM kegelapan, hanya berjarak lima puluh yard saja dari Norah dan kawan
-kawannya, Delta-One memegang peralatan CrypTalk di dekat mulutnya dan
mengatakan dua kata saja kepada pengontrolnya. "Mereka tahu."
49 NORAH MANGOR masih berlutut di atas salju ketika Michael Tolland yang
kebingungan mengambil kertas hasil cetakan Ground Penetrating Radar itu dari
tangan Norah yang gemetar. Walau merasa terguncang ketika melihat mayat Ming
yang mengambang, Tolland berusaha memusatkan pikirannya untuk memahami gambar di
depannya. Dia melihat bagian di lubang penarikan meteorit itu. Kemudian, dia menatap turun
mulai dari permukaan lubang hingga ke bawah sedalam dua ratus kaki di dalam es.
Dia kemudian melihat tubuh Ming mengambang di dalam terowongan. Mata Tolland
mengarah lebih ke bawah lagi, dan dia merasa ada yang salah. Tepat di bawah
terowongan penarikan, terlih at semacam pilar gelap dari es air laut yang
memanjang lurus ke bawah menuju ke samudra lepas di bawahnya. Pilar vertikal
dari es air asin itu sangat besar. Diameternya sama dengan diameter lubang di
atasnya. "My God!" seru Rachel ketika dia melongok melalui bahu Tolland. "Tampaknya
terowongan penarikan meteorit itu berlanjut terus ke bawah dan menembus lapisan
es menuju ke lautan!"
Tolland berdiri terpaku. Otaknya tidak dapat menerima apa yang dia ketahui
adalah satu-satunya alasan yang masuk akal untuk misteri ini. Corky juga tampak
sama terkejutnya. Norah berteriak, "Seseorang telah mengebor dari bawah lapisan es!" Matanya
menjadi liar karena sangat marah. "Seseorang sengaja menyisipkan batu itu dari
bawah es!" Walau keyakinan di dalam diri Tolland ingin menolak kata-kata Norah, jiwa
ilmuwan di dalam dirinya tahu Norah bisa saja benar. Keadaan Milne Ice Shelf
yang mengambang di atas samudra memberikan banyak akses bagi kapal selam untuk
masuk. Karena semua benda menjadi jauh lebih ringan ketika berada di bawah air,
bahkan sebuah kapal selam kecil seperti kapal Triton berkapasitas satu orang
yang selalu digunakan Tolland untuk menjelajah laut, dapat dengan mudah membawa
meteorit tersebut dengan lengan pengangkut nya. Kapal selam itu mungkin
mendekati samudra, menyelam ke bagian bawah dataran es, dan mengebor ke atas
menembus es. Kemudian, kapal selam itu bisa menggunakan lengan peng angkut yang
lebih panjang atau balon yang berisi udara untuk mengangkat meteorit itu ke
atas. Begitu meteorit itu sudah ada di tempatnya, air laut yang masuk ke atas
hingga ke terowongan di belakang meteorit itu akan mulai membeku. Begitu
terowongan tersebut sudah cukup tertutup untuk menyangga meteorit itu, kapal
selam tersebut dapat menarik kembali lengannya dan menghilang dan membiarkan
alam menutup sisa terowongan itu dan menghapus semua jejak muslihat tadi.
"Tetapi mengapal" tanya Rachel sambil mengambil kertas cetakan itu dari tangan
Tolland dan mengamatinya. "Mengapa mereka lakukan itu" Kauyakin GPR itu bekerja
dengan benar?" "Tentu saja, aku yakin! Dan hasil cetakan itu dapat dengan sempurna menjelaskan
keberadaan makhluk bersel satu itu di dalam air!" jawab Norah.
Tolland harus mengakui, logika Norah masuk akal walaupun menakutkan.
Dinoflagelata bercahaya itu mungkin saja telah mengikuti naluri mereka dan
berenang ke atas memasuki terowongan meteorit, lalu terperangkap tepat di bawah
meteorit dan membeku di dalam es. Kemudian, ketika Norah memanaskan meteorit
itu, es yang tepat berada di bawah batu itu mencair sehingga membebaskan
plankton -plankton itu. Sekali lagi, mereka berenang ke atas, dan kali ini
mereka mencapai permukaan air di dalam habisphere. Tetapi mereka akhirnya mati
karena kekurangan air asin.
"Ini gila!" teriak Corky. "NASA memiliki meteorit dengan fosil serangga ruang
angkasa di dalamnya. Mengapa mereka harus repot-repot merekayasa tempat di mana
mereka menemukannya" Mengapa mereka mau bersusah payah menguburkannya di bawah
lapisan es?" "Siapa yang tahu," Norah balas berteriak, "tetapi hasil cetakan GPR tidak pernah
berbohong. Kita diperdaya. Meteorit itu bukanlah meteorit yang tercatat dalam
catatan Jungersol. Meteorit itu disisipkan ke dalam es baru-baru ini. Mungkin
dalam setahun ini karena jika tidak begitu, plankton plankton itu pasti sudah
mati!" Norah kemudian mengum pulkan peralatan GPR dan menaikkannya ke atas
kereta luncur, lalu mengikatnya dengan' erat. "Kita harus kembali dan melaporkan
ini pada seseorang! Presiden akan menyiarkan sebuah data yang salah. NASA
memperdayanya!" "Tunggu sebentar!" teriak Rachel. "Setidaknya kita harus memindai sekali lagi
untuk mendapatkan kepastian. Semua ini tidak masuk akal. Siapa yang akan
percaya?" "Semua orang," kata Norah sambil mempersiapkan kereta luncurnya. "Saat aku
memasuki habisphere dan mengebor sampel inti dari bagian bawah lubang penarikan
dan menemukan keberadaan es air laut, aku jamin kalian semua akan
memercayainya!" Norah melepaskan rem kereta luncur yang membawa perlengkapannya, mengarahkannya
kembali ke habisphere, dan mulai menaiki lereng itu sambil menjejakkan crampon-
nya. ke dalam es sambil menarik kereta luncur di belakangnya dengan mudah
sekali. Dia adalah perempuan yang tahu apa yang dikerjakannya.
"Ayo!" teriak Norah sambil menarik sekelompok orang yang terikat di belakangnya
dengan tali pengaman ketika dia berputar balik menuju ke jalan yang disinari
cahaya obor. "Aku tidak tahu apa yang dikerjakan NASA di sini, tetapi aku betul-
betul tidak suka dipergunakan sebagai pion bagi - "
Leher Norah Mangor tersentak ke belakang seolah dahinya baru terbentur dengan
sebuah kekuatan yang tak terlihat. Norah mengeluarkan suara terengah kesakitan.
Dia kemudian limbung, lalu terjengkang ke atas tanah. Seketika itu juga, Corky
menjerit dan berputar seolah bahunya di dorong ke belakang. Dia jatuh ke atas es
dan mengerang kesakitan. RACHEL SEGERA melupakan semua yang tercetak pada kertas yang berada di dalam
tangannya, Ming, meteorit, dan terowongan aneh di bawah es. Dia baru saja
merasakan proyektil kecil menyerempet telinganya dan nyaris mengenai pelipisnya.
Secara naluriah, dia berlutut dan menarik Tolland ke bawah bersamanya.
"Ada apa ini!" teriak Tolland.
Hujan es adalah satu-satunya jawaban yang dapat dibayangkan Rachel - embusan
butir-butir es dari atas lereng es - namun melihat kekuatan yang tadi menghantam
Corky dan Norah, Rachel tahu hujan es itu pasti berkecepatan seratus mil per
jam. Yang menakutkan adalah, tiba-tiba semburan bendabenda seukuran kelereng itu
sekarang sepertinya terfokus pada Rachel dan Tolland, berterbangan di sekitar
mereka, dan menghasilkan ledakan butir-butir es. Rachel berguling, menjejakkan
crampon-nya ke dalam es, dan bergegas bergerak ke arah satu-satunya perlindungan
yang ada - kereta luncur. Tolland sampai tidak lama kemudian dengan susah payah,
dan kemudian mengambil posisi berlindung di sisi Rachel.
Tolland melihat Norah dan Corky yang tidak terlindung di atas es. "Tarik tali
mereka!" Tolland berteriak sambil meraih tali dan mencoba menarik mereka.
Tetapi tali penyelamat mereka tertahan oleh kaki kereta luncur.
Rachel memasukkan kertas cetakan tadi ke dalam saku Velcro pakaian Mark IX yang
dikenakannya, merangkak dengan segala upaya keluar dari balik kereta luncur,
lalu mencoba melepaskan lilitan tali dari kaki kereta luncur itu. Tolland berada
tepat di belakang. Tiba-tiba hujan es itu menghambur ke arah kereta tersebut, seolah serangan alam
itu telah melupakan Corky dan Norah dan sekarang langsung mengarah pada Rachel
dan Tolland. Satu dari proyektil itu menghantam tutup plastik kereta, sebagian
dari butiran salju itu menempel di sana, tetapi kemudian terpantul kembali, dan
mendarat di lengan mantel Rachel.
Ketika Rachel melihatnya, dia langsung tertegun. Dalam sekejap, kebingungan
Rachel berubah menjadi ketakutan. "Hujan es" ini adalah buatan manusia. Bola-
bola es itu berbentuk bulat sempurna seukuran buah ceri. Permukaannya halus dan
mengilap. Namun bagian tepinya tidak terlalu halus sehingga tampak seperti
peluru senapan kuno yang dicetak dengan mesin. Dapat dipastikan kalau peluru-
peluru es itu adalah buatan m anusia.
Peluru es .... Sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan militer, Rachel sangat mengenal
senjata hasil percobaan baru yang bernama "IM" atau Improvised Munitions. Ini
adalah senapan salju yang dapat menggunakan salju sebagai peluru es, senapan
gurun yang dapat memampatkan pasir sehingga menjadi proyektil kaca, dan senjata
berbasis air yang dapat menem bakkan air yang sangat kuat sehingga dapat
mematahkan tulang. Senjata Improvised Munitions memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan senjata biasa karena senjata-senjata IM ini menggunakan
sumber daya yang ada dan amunisinya betul-betul dapat dibuat di tempat, sehingga
memberikan peluru yang tak terbatas bagi para tentara yang menggunakannya
sehingga mereka tidak harus membawa peluru biasa yang berat. Rachel tahu, peluru
es yang ditembakkan ke arah mereka sekarang telah dipadatkan "sesuai dengan
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebutuhan" dari salju yang dijejalkan .ke dalam bagian belakang senapan.
Seperti yang biasa terjadi dalam dunia intelijen, semakin banyak yang diketahui
seseorang, skenario yang ada menjadi semakin menakutkan. Saat ini bukanlah
pengecualian. Rachel lebih suka mengabaikannya, tetapi pengetahuannya tentang
senjata IM dengan cepat membawanya pada satu kesimpulan yang menakutkan: mereka
sedang diserang pasukan Operasi Khusus Amerika Serikat, satu-satunya kesatuan
milker di negara ini yang baru-baru ini diizinkan menggunakan senjata percobaan
IM di lapangan. Kehadiran pasukan khusus membawa kesimpulan kedua yang bahkan lebih mengerikan
lagi: kemungkinan untuk menyelamatkan diri dari serangan ini hampir mendekati
nol. Pikiran tentang kematian itu terhenti ketika sebutir peluru es menemukan area
terbuka, menerjang melalui tum pukan peralatan yang diletakkan di atas kereta
luncur tanpa ampun, dan menembak perutnya. Bahkan dalam pakaian Mark IX yang
tebal ini, Rachel merasa perutnya baru saja ditinju., Matanya mulai berkunang-
kunang dan dia terhuyung-huyung ke belakang, dan secara refleks merenggut
peralatan di atas kereta luncur untuk mendapatkan keseimbangan. Michael Tolland
menjatuhkan tali penyelamat Norah dan mendorong tubuhnya ke depan untuk
menghambat kejatuhan Rachel. Namun dia terlambat. Rachel jatuh ke belakang, dan
menarik tumpukan peralatan bersamanya. Dia dan Tolland jatuh berguling-guling di
atas salju bersama tumpukan peralatan elektronik itu.
"Itu ... peluru ...." Rachel megap-megap. Udara di paruparunya untuk sejenak
terasa sesak. "Lari!"
50 KERETA BAWAH tanah Washington Metro Rail yang sekarang meninggalkan stasiun
Federal Triangle sepertinya tidak dapat melesat cukup cepat dari Gedun g Putih
seperti yang diharapkan. Gabrielle Ashe. Dia duduk membeku di sudut kosong
kereta api itu ketika bayangan -bayangan gelap di luar melintas dengan cepat.
Map merah besar dari Marjorie Tench yang tergeletak di atas pangkuan Gabrielle,
terasa menekan seperti beban sepuluh ton.
Aku harus berbicara dengan Sexton! pikirnya. Kereta api itu sekarang mempercepat
lajunya ke arah gedung kantor Sexton. Segera!
Sekarang, di dalam keremangan cahaya yang silih berganti masuk ke dalam kereta,
Gabrielle merasa seperti sedang mengalami perjalanan halusinasi yang disebabkan
oleh obat. Barisan cahaya yang sunyi datang silih berganti di atasnya seperti
lampu-lampu diskotik dalam gerak lambat. Terowongan yang membosankan tampak
muncul dari segala sisi seperti jurang yang dalam.
Katakan ini tidak terjadi.
Dia melihat ke bawah, ke arah map di atas pangkuannya. Ketika dia membuka
tutupnya, Gabrielle merogoh ke dalam dan menarik selembar foto. Lampu di dalam
kereta api berkedip sesaat dan sekilas sinar yang menyilaukan itu menerangi
gambar yang mengejutkan: Sedgewick Sexton terbaring tanpa busana di kantornya.
Wajahnya yang terlihat puas, menghadap dengan sempurna ke kamera, sementara
tubuh Gabrielle yang gelap berbaring tanpa busana di sebelahnya.
Gabrielle gemetar. Dengan cepat dia memasukkan foto tadi ke dalam, dan dengan
gugup menutup kembali tutup mapnya.
Habis sudah. Begitu kereta api itu keluar dari terowongan dan menuju ke rel di atas tanah di
dekat L'Enfant Plaza, Gabrielle merogoh ponselnya dan menelepon nomor pribadi
ponsel sang senator. Terdengar suara mesin penjawab. Karena merasa bingung,dia
menelepon kantor sang senator. Sekretarisnya yang menjawab.
"Ini Gabrielle. Dia ada?"
Suara sekretaris itu terdengar jengkel. "Ke mana saja kau" Dia mencarimu.
"Aku tadi ada rapat yang berlangsung lama. Aku harus berbicara dengannya
segera." "Kau harus menunggu hingga besok pagi. Dia sedang di Westbrooke."
Westbrooke Place Luxury Apartements adalah gedung tempat tinggal Sexton di D.C.
"Dia tidak menjawab nomor pribadinya," kata Gabrielle.
"Malam ini adalah P.E.," sekretaris itu mengingatkan. "Dia pulang lebih awal."
Gabrielle menggerutu. Personal Event, acara pribadi. Karena terlalu gugup,
Gabrielle lupa Sexton telah menjadwalkan sore ini untuk sendirian di rumahnya.
Sexton menjelaskan dia betul-betul tidak ingin diganggu selama menikmati acara
P.Enya. Gedor pintuku hanya jika gedung ini terbakar, katanya. Selain hal itu,
semua harus menunggu hingga besok pagi.
Sekarang Gabrielle memutuskan bahwa gedung tempat tinggal Sexton memang sedang
terbakar. "Aku ingin kau menghubunginya untukku."
"Tidak mungkin."
"Ini serius, aku betul-betul - "
"Tidak bisa. Itu betul-betul tidak mungkin. Dia meninggalkan penyerantanya di
atas mejaku ketika berjalan pulang tadi dan mengatakan padaku dia tidak boleh
diganggu malam ini. Dia bersungguh-sungguh." Sekretaris itu berhenti sejenak. "Lebih dibandingkan
biasanya." Sialan. "Baik, terima kasih." Gabrielle menutup teleponnya.
"L'Enfant Plaza," suara rekaman mengumumkan di dalam gerbong kereta api bawah
tanah itu. "Menghubungkan semua stasiun. "
Gabrielle menutup mata dan berusaha menjernihkan pikirannya, tetapi gambar-
gambar yang menghancurkan itu menyerbu masuk ... foto-foto mengerikan dirinya
dan sang senator ... tumpukan dokumen yang mendukung bahwa Sexton menerima suap.
Gabrielle masih dapat mendengar suara serak Tench tadi. Lakukan hal yang benar.
Tandatangani pengakuan resmi itu. Akui hubungan gelap kalian.
Ketika kereta mengerem memasuki stasiun, Gabrielle memaksakan dirinya untuk
membayangkan apa yang akan dilakukan sang senator jika foto-foto itu sampai pada
pers. Hal pertama yang muncul dalam benaknya mengejutkan sekaligus membuatnya
malu. Sexton akan be rbohong. Apakah ini perkiraannya semata tentang kandidat yang dijagokannya"
Ya. Dia akan berbohong ... dengan sangat pandai.
Jika foto-foto ini sampai ke media tanpa Gabrielle mengakui hubungan gelap itu,
sang senator akan dengan mudah mengatakan bahwa foto-foto itu adalah hasil
rekayasa yang kejam. Sekarang ini adalah zamannya penyuntingan foto secara
digital. Semua orang yang pernah online pasti pernah melihat foto-foto tipuan
yang sempurna di mana kepala para selebritis ditempelkan ke tubuh orang lain
secara digital dan tubuh yang sering kali dipakai adalah tubuh bintang film
porno yang sedang beraksi. Gabriel pernah menyaksikan kemampuan sang senator
untuk menatap kamera televisi dan berbohong dengan begitu meyakinkan tentang
hubungan gelap mereka. Gabrielle tidak ragu sang senator dapat meyakinkan semua
orang bahwa foto -foto itu adalah usaha yang sia-sia saja untuk menggagalkan
kariernya. Sexton akan menyerang dengan kemarahan besar, bahkan mungkin
menyindir Presiden sendirilah yang memerintahkan pemalsuan foto-foto tersebut.
Tidak aneh jika Gedung Putih belum mengeluarkan foto-foto itu kepada umum.
Gabrielle berpikir, foto-foto tersebut dapat menjadi senjata makan tuan, seperti
yang terjadi sebelumnya. Sejelas-jelasnya foto-foto tersebut, foto-foto itu
tetap tidak dapat membawa kesimpulan apa pun.
Gabrielle merasa tiba-tiba ada harapan baru.
Gedung Putih tidak dapat membuktikan semua foto ini asli.
Kekuatan permainan yang dilakukan Tench pada Gabrielle dapat dikatakan kejam
walau disampaikan secara sederhana: akui hubungan gelapmu atau saksikan Sexton
masuk penjara. Tiba-tiba semuanya menjadi sangat masuk akal. Gedung Putih
membutuhkan Gabrielle untuk mengakui hubungan gelapnya atau foto-foto itu tidak
akan ada artinya. Sepercik rasa percaya diri tiba-tiba mencerahkan suasana
hatinya. Ketika kereta api berhenti dan pintu-pintu bergeser terbuka, ada pintu lain yang
tampaknya terbuka di dalam benak Gabrielle dan menyingkapkan sebuah kemungkinan
tak terduga yang menggembirakan .
Mungkin semua yan g dikatakan Tench padaku tentang penyuapan itu hanyalah
kebohongan. Lagi pula, apa yang benar-benar telah Gabrielle lihat" Sekali lagi, tidak ada
yang meyakinkan: beberapa fotokopi dokumen bank, selembar foto buram Sexton di
sebuah garasi. Semuanya ada kemungkinan dipalsukan. Tench bisa saja secara
cerdik memperlihatkan kepada Gabrielle catatan -catatan keuangan palsu yang
digabungkan secara bersamaan dengan foto-foto perselingkuhan mereka yang asli.
Tench berharap Gabrielle akan mengakui keseluruhan paket itu sebagai dokumen
asli. Strategi ini disebut "pengesahan karena adanya keterkaitan," dan para
politisi selalu menggunakannya untuk menjual konsep-konsep yang meragukan.
Sexton tidak bersalah, kata Gabrielle pada dirinya sendiri. Gedung Putih sudah
putus asa, dan mereka memutuskan untuk mengambil risiko dengan cara menakut-
nakuti Gabrielle dan mengancam akan memublikasikan hubungan gelap mereka. Mereka
ingin Gabrielle meninggalkan Sexton secara terang-terangan - dengan skandal yang
sudah mereka perbuat. Keluar selagi kau bisa, begitu Tench mengatakan padanya.
Waktumu hingga pukul delapan malam nanti. Tekanan terakhir seperti yang
dilakukan orang-orang di bagian penjualan. Semuanya cocok, pikirnya.
Kecuali satu hal.... Satu-satunya bagian yang membingungkan dari teka-teki ini adalah Tench telah
mengirimkan email anti-NASA padanya. Ini jelas mengesankan NASA betul-betul
ingin Sexton menegaskan posisi anti-NASA-nya sehingga Gedung Putih dapat
menggunakannya melawan Sexton sendiri. Atau bukan begitu" Gabrielle sadar bahwa
pesan -pesan dalam email itu memiliki penjelasan masuk akal yang sempurna.
Bagaimana jika pesan -pesan itu tidak betul-betul dari Tench"
Mungkin saja Tench menangkap seorang pengkhianat di dalam staf Gedung Putih yang
mengirimkan data-data bagi Gabrielle, lalu dia memecat orang itu, dan memanggil
Gabrielle untuk mengadakan pertemuan. Tench bisa saja berpurapura bahwa dia
membocorkan rahasia NASA dengan sengaja - untuk menjebak Gabrielle.
Pintu hidrolik kereta bawah tanah itu sekarang mendesis di stasiun L'Enfant
Plaza. Pintu bersiap menutup.
Gabrielle menatap peron, pikirannya bergerak dengan cepat. Dia tidak tahu apakah
kecurigaan-kecurigaannya ini masuk akal atau apakah ini semua hanya imajinasinya
saja. Tetapi apa pun yang terjadi, dia tahu, dia harus berbicara dengan sang
senator segera - malam RE. atau bukan.
Sambil mengepit map berisi foto-fotonya, Gabrielle bergegas turun dari kereta
begitu pintu berdesis akan menutup. Dia memiliki tujuan baru.
Westbrooke Place Apartements.
51 BERTARUNG ATAU lari. Sebagai seorang ahli biologi, Tolland tahu perubahan fisiologi yang besar akan
terjadi ketika suatu organisme merasakan adanya bahaya. Adrenalin membanjiri
lapisan luar otak, memompa denyut jantung dengan kuat, dan memerintahkan otak
untuk membuat keputusan paling purba dan paling naluriah dari semua keputusan
biologis lainnya - bertempur atau melarikan diri.
Naluri Tolland memerintahkannya untuk melarikan diri, namun akal sehatnya
mengingatkan dia masih terikat oleh tali pengaman yang menghubungkannya dengan
Norah Mangor. Lagi pula tidak ada tujuan untuk lari. Satu-satunya tempat
hanyalah habisphere yang jaraknya bermil-mil jauhnya, dan para penyerangnya,
siapa pun mereka, berada di puncak lereng es sehingga menghilangkan pilihan itu.
Di belakang Tolland, dataran es yang luas itu terbentang sepanjang dua mil dan
berakhir di lereng curam yang menuju samudra yang sangat dingin. Melarikan diri
ke arah itu artinya mati. Selain itu, ada yang menghambatnya untuk melarikan
diri. Tolland tahu dia tidak bisa meninggalkan yang lainnya. Norah dan Corky
masih terbaring di tempat terbuka, terhubung kepada Rachel dan Tolland.
Tolland tetap merunduk di dekat Rachel ketika pelurupeluru es itu terus
menerjang sisi kereta luncur yang ditum puki peralatan. Dia memungut peralatan
yang berserakan, mencari-cari senjata, pistol api, radio ... apa saja.
"Lari!" teriak Rachel. Napasnya masih tersengal. Lalu, anehnya hujan peluru es
itu tiba-tiba berhenti. Bahkan dalam deru angin yang kuat, malam itu tiba-tiba
terasa tenang ... seolah badai telah mereda secara tak terduga.
Namun kemudian, Tolland menyaksikan pemandangan paling menakutkan yang pernah
dia lihat dan muncul dengan hati-hati di sekitar kereta luncur.
Meluncur dengan mudah, keluar dari kegelapan memasuki batas cahaya dari obor
yang ditinggalkan Norah, tiga sosok seperti hantu muncul dan bergerak tanpa
suara di atas sepatu ski. Sosok-sosok itu mengenakan pakaian putih. Mereka tidak
membawa tongkat ski, tetapi membawa senapan besar yang tidak tampak seperti
senjata yang pernah dilihat Tolland sebelumnya. Sepatu ski mereka juga aneh,
pendek dan futuristik, lebih mirip Rollerblades panjang.
Dengan tenang, seolah mereka tahu mereka telah memenangkan'pertempuran ini,
ketiga sosok itu berhenti di samping korban terdekat mereka - Norah Mangor yang
pingsan. Tolland bangkit dengan gemetar, lalu mengintai penyerang mereka dari
balik kereta luncur. Para pengunjung itu balas menatap Tolland melalui kacamata
ski elektronik yang mengerikan. Tampaknya mereka tidak tertarik padanya.
Setidaknya untuk saat itu.
DELTA-ONE tidak merasa kasihan ketika menatap ke bawah ke arah perempuan di
depannya yang terbaring tidak sadarkan diri di atas es. Dia telah dilatih untuk
melaksanakan perintah, bukan untuk menanyakan motif perintah itu.
Perempuan itu mengenakan setelan hangat berwarna hitam dan tebal, dan kini di
sisi wajahnya terlihat jejak bilur. Napasnya pendek-pendek dan sesak. Salah satu
senapan es IM milik anak buahnya telah mengenai sasaran dan membuatnya pingsan.
Sekarang waktunya menyelesaikan pekerjaannya.
Ketika Delta-One berlutut di samping perempuan yang tidak sadarkan diri itu,
kawan -kawan satu timnya sedang mengarahkan senapan mereka ke target lainnya -
satu pada seorang lelaki kecil yang tidak sadarkan diri yang terbaring di atas
es di dekat si perempuan , dan satu lagi pada kereta luncur yang terbalik yang
menjadi tempat persembunyian bagi dua orang korban lainnya. Walau kawan-kawan
Delta-One dapat dengan mudah menyelesaikan pekerjaan itu, ketiga korban yang
tersisa itu tidak bersenjata dan mereka tidak dapat lari ke mana-mana. Tergesa-
gesa menghabisi mereka semua sekaligus merupakan tindakan sembrono. Jangan
pernah memecah perhatianmu kecuali sangat dibutuhkan. Hadapi musuh satu per
satu. Tepat seperti yang selama ini mereka pelajari, Delta Force akan membunuh
orang-orang ini satu per satu. Ajaibnya, mereka tidak akan meninggalkan jejak
yang dapat memberikan informasi tentang bagaimana korban -korban ini tewas.
Delta-One berjongkok di sebelah perempuan yang pingsan itu, kemudian dia melepas
sarung tangan tebalnya dan mengambil segenggam salju. Setelah salju dipadatkan,
dia membuka mulut perempuan itu dan mulai menjejalkan salju padat tadi ke dalam
mulut korban hingga masuk ke tenggorokannya. Dia menyumpal mulut perempuan itu
hingga penuh dan menekan salju hingga mengisi saluran udaranya. Perempuan itu
akan tewas dalam tiga menit.
Cara pembunuhan ini diciptakan kelompok mafia Rusia, dan disebut byelaya smert
atau kematian putih. Korban ini akan kehabisan udara jauh sebelum salju di dalam
tenggorokannya mencair. Begitu tewas, tubuhnya masih tetap hangat dalam waktu
yang cukup lama untuk mencairkan penyumbat di tenggorokannya. Bahkan walaupun
permainan kotor ini dicurigai, tidak ada senjata pembunuhan atau bukti kekerasan
yang akan segera terlihat. Pada akhirnya seseorang mungkin akan mengetahuinya,
tetapi itu akan membutuhkan waktu. Peluru es akan berbaur dengan alam
sekitarnya, terkubur di dalam salju, dan memar di kepala perempuan itu akan
tampak seperti memar karena terjatuh - sesuatu yang tidak mengejut kan dalam
embusan angin yang amat kencang ini.
Ketiga orang lainnya akan dilumpuhkan dan dibunuh dengan cara yang sama.
Kemudian Delta-One akan menaikkan semuanya ke atas kereta luncur, menarik mereka
ke atas beberapa ratus yard, melepaskan tali yang mengikat mereka semua, dan
kemudian mengatur tubuh mereka secara terpencar. Beberapa jam kemudian,
keempatnya akan ditemukan dalam keadaan membeku di salju dan kelihatan seperti
korban hipotermia karena terlalu lama berada dalam suhu yang amat dingin. Tentu
saja, orang-orang yang menemukan para korban akan bingung apa yang dilakukan
keempat orang tersebut di tempat seperti ini, tetapi tidak seorang pun dari
mereka yang akan terkejut jika korban-korban itu tewas. Lagi pula, obor-obor
yang mereka pasang telah m ati, cuaca di tempat itu sangat berbahaya, dan
tersesat di Milne Ice Shelf dapat segera membawa kematian.
Delta-One sekarang telah selesai menjejalkan salju di tenggorokan perempuan itu.
Sebelum dia mengalihkan perhatiannya pada yang lainnya, Delta-One melepaskan
tali penyelamat perempuan itu. Dia dapat memasangnya lagi nanti, tetapi saat
ini, dia tidak mau dua orang yang masih bersembunyi di belakang kereta luncur
itu memiliki gagasan untuk menyelamatkan perempuan itu dengan menariknya.
MICHAEL TOLLAND baru saja menyaksikan sebuah pembunuhan yang lebih aneh dari
yang dapat dibayangkan pikirannya yang paling gelap sekalipun. Setelah
melepaskan tali Norah, ketiga penyerang itu sekarang mengalihkan perhatian
mereka pada Corky. Aku harus melakukan sesuatu!
Corky sudah sadar dan mengerang, lalu mencoba untuk duduk. Tetapi salah satu
dari tentara itu mendorongnya hing ga terbaring kembali, lalu berlutut di
atasnya, dan menjepit lengan Corky di atas es dengan cara menekannya dengan
lutut. Corky berteriak kesakitan. Suaranya tertelan deru angin.
Dalam kengerian yang amat sangat, Tolland mengaisngais peralatan yang berserakan
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
di dalam kereta luncur yang terbalik.
Pasti ada sesuatu di sini! Sepucuk senjata! Sesuatu! Semua yang dilihatnya
hanyalah peralatan diagnostik es dan sebagian besar telah rusak karena tembakan
peluru es tadi. Di sampingnya, Rachel yang merasa pusing, sedang berusaha duduk
dan menggunakan kapak esnya untuk menopangnya. "Lari ... Mike ...."
Tolland menatap kapak yang dipasang di pinggang Rachel. Itu bisa menjadi
senjata. Tolland menimbang -nimbang kemungkinan yang dimilikinya jika dia
menyerang tiga orang bersenjata dengan sebuah kapak kecil.
Itu namanya bunuh diri. Ketika Rachel berguling dan duduk, Tolland melihat sesuatu di belakang Rachel.
Sebuah tas yang menggembung dari bahan vinyl. Sambil berdoa tas tersebut berisi
pistol api atau radio, Tolland merangkak melewati Rachel dan meraih tas itu. Di
dalamnya Tolland menemukan lembaran bahan kain Mylar yang terlipat rapi. Tidak
ada gunanya. Tolland juga memiliki sesuatu yang mirip itu di kapal
penelitiannya. Sebuah balon cuaca kecil dan dirancang untuk membawa peralatan
pengamat cuaca yang tidak lebih berat daripada komputer pribadi. Balon Norah itu
tidak akan membantu, apalagi tanpa tangki gas helium.
Mendengar suara erangan Corky yang makin kencang, Tolland merasakan perasaan
tidak berdaya yang tidak pernah dirasakannya sejak bertahun -tahun. Rasa putus
asa yang luar biasa. Rasa kehilangan yang tidak ada bandingannya. Seperti
kilasan perjalanan hidup seseorang yang muncul sebelum dia mati, tiba-tiba
pikiran Tolland beralih ke pengalaman masa kecilnya. Pada saat itu dia sedang
berlayar di San Pedro dan mempelajari cara terbang dengan menggunakan layar
kapal laut berbentuk segitiga seperti yang dilakukan pelaut kuno - bergantungan
pada tali yang bersimpul, melayang di atas samudra, menceburkan diri ke dalam
air dan tertawa-tawa, melayang naik, dan kemudian turun kembali seperti seorang
anak yang bergantungan pada seutas tali penarik lonceng. Saat itu nasibnya
ditentukan oleh layar kapal laut yang terkembang dan embusan angin samudra.
Mata Tolland segera kembali pada balon Mylar di tangan nya. Dia sadar,
pikirannya belum mau menyerah, tetapi malah mencoba mengingatkannya akan sebuah
solusi! Terbang dengan layang gantung.
Corky masih berjuang melawan penangkapnya ketika Tolland menarik tas pelindung
di sekitar balon itu hingga terbuka. Tolland menyadari benar bahwa rencana ini
mungkin sia-sia saja, tetapi dia tahu jika mereka tetap berada di sini, mereka
semua pasti mati. Dia mengenggam balon Mylar yang masih terlipat itu. Kancing
penguncinya memeringatkan: PERHATIAN: JANGAN DIGUNAKAN SAAT ANGIN BERKECEPATAN
LEBIH DARI SEPULUH KNOT Peduli setan dengan itu! Sambil memegang kain balon
tersebut dengan erat supaya tidak terkembang, Tolland merangkak melewati Rachel
yang sedang bersender menyam ping. Tolland dapat melihat tatapan bingung Rachel
ketika Tolland merapatkan dirinya pada perempuan itu, "Pegang ini!"
Tolland memberi Rachel bahan yang terlipat itu lalu menggunakan tangannya yang
masih bebas untuk menyelipkan kancing pengunci balon itu melalui salah satu
carabiner di tali pinggang pengamannya. Kemudian, dia berguling, dan menyelipkan
alat pengunci tersebut pada carabiner milik Rachel.
Sekarang Tolland dan Rachel menyatu.
Menempel di pinggul. Di antara tubuh mereka, tali pengaman terbentang di atas salju menuju Corky yang
masih berjuang ... dan sepuluh yard lebih jauh lagi, ke pengait yang sudah lepas
di samping tubuh Norah Mangor.
Norah sudah tewas, kata Tolland pada dirinya sendiri.
Tidak ada yang dapat kaulakukan.
Para penyerang itu berjongkok di dekat tubuh Corky yang masih menggeliat. Salah
satu di antaranya mulai memadatkan segenggam salju, dan bersiap untuk menjejal-
kannya ke dalam tenggorokan Corky. Tolland tahu, mereka hampir kehabisan waktu.
Tolland merampas balon yang masih terlipat dari tangan Rachel. Bahan balon itu
berupa bahan setipis kertas tisu, tapi jelas tidak dapat robek. Semoga berhasil.
"Berpeganglah!"
"Mike?" kata Rachel. "Apa - "
Tolland menebarkan bahan kain Mylar yang masih terlipat rapi itu ke udara di
atas kepala mereka. Tiupan angin yang deras langsung menyambarnya dan
mengembangkan nya seperti sebuah parasut dalam badai. Lembaran kain itu segera
mengembang terbuka sambil meng eluarkan suara keras.
Tolland merasa sentakan kuat di tali pengamannya, dan dia menyadari dirinya
terlalu menganggap remeh kekuatan angin katabatic. Dalam waktu sangat singkat,
Tolland dan Rachel sudah setengah terbang, tertarik menuruni lereng es. Sesaat
kemudian, Tolland merasa sebuah hentakan lagi ketika tali pengamanannya tertarik
karena terhubung dengan Corky Marlinson. Dua puluh yard ke belakang, temannya
yang ketakutan tertarik lepas dari kuncian penyerangnya yang terkejut karena
kejadian yang tiba-tiba ini sehingga menyebabkan salah satu dari mereka
terjengkang ke belakang. Corky mengeluarkan teriakan ketakutan ketika dia juga terseret dengan cepat
menyeberangi es, hampir membentur kereta luncur yang terbalik, dan kemudian
terombang-ambing sambil terus melaju. Tali kedua ikut terseret di samping tubuh
Corky ... itu tali yang tadi terhubung dengan tubuh Norah Mangor.
Tidak ada yang dapat kaulakukan, kata Tolland pada dirinya sendiri.
Seperti boneka-boneka manusia yang saling terkait, mereka meluncur menuruni
lereng es. Peluru-peluru es beterbangan, tetapi Tolland tahu para penyerang itu
telah kehilangan kesempatan mereka. Di belakang Tolland, prajuritprajurit
berbaju putih itu tampak semakin memudar, mengerut menjadi titik-titik yang
diterangi obor-obor. Tolland sekarang merasa es menggesek bagian bawah pakaian tebalnya dengan
kecepatan tinggi seolah ingin merobeknya, dan perasaan lega karena sudah
terbebas memudar dengan cepat. Kurang dari dua mil, tepat di depan mereka, Milne
Ice Shelf tiba-tiba saja berakhir dan berganti dengan karang yang sangat curam -
dan setelah itu ... terjun seratus kaki ke bawah menuju gelegak gelombang ombak
Samudra Arktika yang sanggup membunuh siapa saja yang berani berhadapan
dengannya. 52 MARJORIE TENCH tersenyum ketika menuruni tangga menuju White House
Communications Office yang merupakan fasilitas penyiaran terkomputerisasi yang
mengatur penyebaran siaran pers yang disusun di lantai atas, di ruang
Communication Bullpen. Pertemuan dengan Gabrielle Ashe telah berjalan dengan
baik. Apakah Gabrielle cukup takut atau tidak untuk menandatangani pernyataan
hubungan gelapnya, itu tidak pasti. Tetapi tidak ada salahnya untuk mencoba.
Gabrielle akan bertindak pandai dengan melarikan diri dari Sexton, pikir Tench.
Gadis malang itu tidak tahu betapa kerasnya Sexton akan jatuh.
Dalam beberapa jam lagi, konferensi pers Presiden tentang meteorit akan
menumbangkan Sexton. Itu sudah pasti. Gabrielle Ashe, jika dia mau bekerja sama,
akan menjadi pukulan mematikan yang membuat Sexton merangkak pergi dengan malu.
Keesokan harinya, Tench akan mengeluarkan pernyataan pengakuan Gabrielle kepada
pers berikut rekaman penyangkalan Sexton terdahulu.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Lagi pula, politik tidak hanya tentang memenangkan pemilu, tetapi juga tentang
menang secara meyakinkan - memiliki momentum untuk menjalankan visi seseorang.
Menurut sejarah, setiap presiden yang berhasil memasuki Gedung Putih dengan
perbedaan suara yang tipis, tidak akan mencapai banyak hal. Dia akan dilemah kan
Kongres dan orang-orang di Capitol Hill sepertinya tidak ingin Presiden
melupakannya. Idealnya, perusakan kampanye Senator Sexton harus menyeluruh - sebuah serangan
ganda yang menyerang baik dari segi politiknya maupun segi etikanya. Strategi
ini, dikenal di Washington sebagai "high-low," diambil dari taktik peperangan
militer. Paksa musuh untuk bertempur di dua garis pertempuran. Ketika seorang
kandidat memiliki satu informasi negatif tentang lawannya, dia sering menunggu
hingga mendapatkan dua informasi, lalu menyebarkan kedua informasi tersebut ke
masyarakat secara bersamaan. Sebuah serangan ganda selalu lebih efektif daripada
serangan tunggal, khususnya ketika serangan ganda itu dapat menggabungkan aspek-
aspek yang terpisah dalam kampanyenya - serangan pertama pada politiknya, dan yang
kedua melawan karakternya. Bantahan dari sebuah serangan politik membutuhkan
logika, sementara bantahan pada serangan karakter memerlukan perasaan. Membantah
keduanya dalam waktu yang bersamaan akan menjadi tindakan yang sulit untuk
menjaga keseimbangan. Malam ini, Senator Sexton akan berjuang keras untuk keluar dari mimpi buruk
politiknya karena kemenangan NASA yang mengejutkan itu, tetapi saat dia berusaha
untuk mempertahankan posisi kampanyenya mengenai NASA, dia juga harus menghadapi
tuduhan kebohongan publik yang akan ditegaskan oleh pengakuan salah seorang
anggota tim kampanyenya yang berpengaruh.
Sesampainya di ambang pintu Communications Office, Marjorie merasa bersemangat
dengan ketegangan dalam pertempuran ini. Politik adalah peperangan. Dia menarik
napas panjang dan melihat jam tangannya. 6:15 malam. Tem bakan pertama akan
diletuskan. Dia masuk. Kantor Comunications Office kecil saja. Bukan karena kekurangan ruangan, tetapi
karena mereka tidak membutuh kan ruangan besar. Kantor ini merupakan salah satu
dari stasiun komunikasi massa yang paling efisien di dunia dan hanya
mempekerjakan hanya lima orang staf. Pada saat itu, kelima pegawai itu sedang
berdiri di dekat kumpulan peralatan eletronik seperti para perenang yang bersiap
mendengar tembakan untuk memulai pertandingan.
Mereka sudah siap, pikir Tench ketika melihat tatapan mereka yang bersemangat.
Fakta yang selalu mengagumkan bagi Tench tentang kantor kecil ini adalah, dengan
hanya diberikan waktu dua jam lebih awal, mereka sudah dapat menghubungi
berbagai negara di lebih dari sepertiga dunia. Dengan koneksi elektronik yang
terhubung dengan puluhan ribu sumber berita global - dari konglomerat-konglomerat
televisi terbesar hingga koran koran daerah terkecil - White House Communications
Office dapat menjangkau dunia hanya dengan menekan beberapa tombol saja.
Komputer-komputer di sana dapat mengirimkan siaran pers ke stasiun-stasiun
radio, televisi, koran-koran, dan media internet dari Maine hingga Moskow.
Email-email dikirimkan ke jaringan berita online. Telepon-telepon secara
otomatis menghubungi content manager dari berbagai media dan memutar pengumuman
yang sudah direkam. Halaman situs mereka menyediakan berita terkini dengan isi
yang sudah diformat sebelumnya. Sumber-sumber yang menyiarkan berita secara
langsung, seperti CNN, NBC, ABC, CBS, dan sindikasi kantor berita asing, akan
diserang dari semua sudut dan dijanjikan siaran televisi langsung secara gratis.
Apa pun yang sedang disiarkan oleh jaringan-jaringan besar ini akan segera
dihentikan untuk menayangkan pengumuman Presiden.
Penetrasi sepenuhnya. Seperti seorang jenderal memeriksa pasukannya, Tench berjalan tanpa berkata-kata
ke arah meja di mana mesin prin ter berada dan dia mengambil hasil cetakan yang
bertuliskan "Siaran Pers Terbaru" yang sekarang disiapkan di semua mesin
transmisi seperti tempat peluru yang sudah terisi pada senapan.
Ketika Tench membacanya, dia tertawa dalam hati. Untuk standar siaran pers
biasa, siaran pers ini ditangan i dengan sungguh-sunggh dan lebih mirip iklan
dibandingkan pengumuman. Tetapi Presiden telah memerintahkan kantor komunikasi
ini agar mengerahkan upaya semaksimal mungkin. Dan mereka sudah melakukannya.
Teks ini sempurna, kata kun cinya kaya, dan isinya ringan. Kombinasi yang
berbahaya. Bahkan jaringan kantor berita yang menggunakan program "mengendus
kata kunci" otomatis untuk memilah -milah surat yang masuk pun akan melihat
tanda seru dalam surat yang satu ini:
Dari : White House Communications Office Perihal : Pidato Darurat Presiden.
Presiden Amerika Serikat akan mengadakan konferensi pers darurat malam ini pada
pukul : malam Waktu Bagian Timur dari Briefing Room Gedung Putih. Topik
pengumuman ini sampai sekarang masih rahasia. Siaran langsung A/V akan dapat
disaksikan melalui saluran biasa.
Sambil meletakkan kembali kertas tadi di atas meja, Marjorie Tench melihat ke
sekeliling Communications Office dan meng-angguk kepada stafnya sebagai isyarat
dia puas. Mereka tampak bersemangat.
Tench menyalakan rokoknya, lalu menghisapnya seben tar, dan membiarkan mereka
semua menunggu. Akhirnya, dia tersenyum. "Ibu-ibu dan Bapak-bapak. Nyalakan
mesin kalian." 53 SEMUA ALASAN masuk akal telah menguap dari benak Rachel Sexton. Dia tidak lagi
memikirkan meteorit, hasil cetakan GPR yang ada di dalam sakunya, Ming, dan
serangan mengerikan di atas lapisan es. Hanya ada satu hal dalam benaknya.
Dorongan untuk bertahan hidup.
Dataran es di bawahnya melintas cepat dalam pandangan yang kabur seperti jalan
raya halus yang tidak pernah berakhir. Rachel merasa tubuhnya mati rasa. Apakah
itu karena rasa takut atau karena terbungkus pakaian pelindung, dia tidak tahu,
tetapi dia tidak merasakan sakit. Dia tidak merasakan apa-apa.
Belum. Berbaring menyamping dan terikat ke tubuh Tolland di bagian pinggang, Rachel
berbaring berhadapan dengannya dalam posisi pelukan yang aneh. Di atas mereka,
tidak pasti tepatnya di mana, sebuah balon mengembang, penuh berisi angin,
seperti parasut di belakang mobil balap. Corky terseret di belakang mereka,
berkelok-kelok dengan liar seperti sebuah kendaraan traktor yang tidak
terkendali. Obor-obor yang menandai titik tempat mereka tadi diserang telah
menghilang di kejauhan. Suara mendesis yang berasal dari bahan nylon pakaian Mark IX mereka yang
menggesek es, terdengar semakin tajam ketika mereka terus meluncur semakin
cepat. Rachel tidak tahu berapa kecepatan mereka meluncur sekarang, tetapi'
kecepatan angin paling tidak mencapai enam puluh mil per jam, dan landasan pacu
yang sempurna di bawah mereka tampak membuat mereka meluncur semakin cepat
setiap detiknya. Balon Mylar yang kedap air itu tampaknya tidak akan sobek atau
melepaskan pegangannya. Kita harus melepaskan diri, pikir Rachel. Mereka berhasil melarikan diri dari
mulut singa dan sekarang sedang menuju ke mulut buaya. Samudra mungkin jaraknya
kurang dari satu mil ke depan sekarang! Bayangan tentang air sedingin es
mengingatkan Rachel kembali pada kenangan yang sangat menakutkan dari masa
kecilnya. Angin bertiup lebih kencang, dan kecepatan mereka semakin bertambah. Di belakang
mereka, tidak pasti di mana, Corky berteriak ketakutan. Dalam kecepatan seperti
ini, Rachel tahu mereka hanya memiliki waktu beberapa menit sebelum mereka
terseret melewati tebing dan terjun ke samudra yang dingin sekali.
Tolland tampaknya mem iliki pemikiran yang sama karena sekarang dia berjuang
untuk membuka kancing pengunci yang menyatukan mereka.
"Aku tidak dapat melepaskan ikatan kita!" dia berteriak. "Terlalu tegang!"
Rachel berharap tiupan angin bisa mereda sejenak sehingga dapat membuat Tolland
melonggarkan ikatannya. Tetapi angin katabatic terus menarik mereka dengan
kecepatan yang konstan. Rachel mencoba membantu. Dia memutar tubuhnya dan
memukulkan ujung crampon-nya. ke dalam es sehingga es yang terpecah beterbangan
ke udara. Kecepatan mereka sedikit berkurang.
"Sekarang!" Rachel berteriak sambil mengangkat kakinya. Untuk sesaat tali balon
itu agak mengendur. Tolland menyentaknya, mencoba mengambil keuntungan dari tali
yang mengendur itu untuk membuka kancing pengunci dari carabiner mereka. Masih
belum dapat bergerak sama sekali.
"Lagi!" Tolland berteriak.
Kali ini mereka berdua berusaha menggeliat dan menjejakkan sepatu mereka ke es,
sehingga mengakibatkan es beterbangan lebih banyak lagi. Kali ini usaha mereka
lebih terasa ada dampaknya.
"Sekarang!" Dengan isyarat dari Tolland, mereka berdua berusaha menahan laju mereka dengan
menghentakkan kaki ke atas es. Ketika balon itu mulai menarik mereka ke depan
lagi, Tolland menekankan ibu jarinya ke dalam selot pengunci carabiner, memuntir
kaitannya, dan mencoba melepaskan kancing pengunci balon tersebut. Walau kali
ini hampir berhasil, Tolland masih memerlukan tali yang mengendur sedikit lagi.
Kaitan itu, seperti yang pernah dibanggakan Norah, adalah pengait nomor satu.
Kait pengaman Joker khusus dibuat dengan lubang tambahan di dalam metalnya
sehingga kait tersebut tidak akan dapat terbuka jika ada ketegangan sedikit
saja. Terbunuh karena kancing pengaman, pikir Rachel dan tidak merasa terhibur sedikit
pun oleh ironi ini. "Satu kali lagi!" Tolland berteriak.
Dengan mengumpulkan kekuatan dan harapannya, Rachel berputar sejauh yang dia
bisa dan memukulkan kedua ujung sepatunya ke dalam es. Dengan melengkungkan pun
ggungnya, dia berusaha memindahkan semua berat tubuhnya ke ujung sepatunya.
Tolland mengikuti cara Rachel hingga perut mereka bertumbukan dan sambungan pada
ikat pinggang mereka membuat tali pengaman mereka menegang. Tolland memukulkan
ujung sepatunya lagi dan Rachel melengkung lebih dalam. Getaran itu mengirimkan
gelombang yang mengejutkan di kakinya. Rachel merasa pergelangan kakinya akan
patah. "Tahan ... tahan ...." Tolland mengubah posisinya untuk melepaskan kait pengaman
Joker itu ketika kecepatan mereka berkurang. "Hampir ...."
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Crampon di sepatu bot Rachel hancur. Kerangka dari metal itu terlepas dari
sepatu botnya dan terlempar memasuki kegelapan malam, memantul melewati Corky.
Balon itu segera meluncur lagi ke depan membuat Rachel dan Tolland terseret
mengikutinya. Tolland kehilangan pegangannya pada kaitan itu.
Seolah marah karena tadi dihentikan, balon Mylar itu meluncur lagi ke depan
sekarang, bahkan menarik lebih kuat, dan menyeret mereka menuruni lereng es
menuju laut. Rachel tahu mereka mendekati tebing itu dengan cepat, dan sekarang
mereka menghadapi bahaya lain sebelum jatuh sedalam seratus kaki ke Samudra
Arktika. Tiga gundukan salju berdiri di tengah jalan mereka. Walau dilindungi
penebal di dalam pakaian Mark IX mereka, pengalaman meluncur pada kecepatan
tinggi dan melewati gundukan salju membuat Rachel merasa takut sekali.
Masih berjuang dengan putus asa untuk membuka tali pengamannya, Rachel mencoba
mencari jalan untuk melepaskan diri dari balon itu. Saat itu lah dia mendengar
bunyi "tiktik" yang berirama di atas es - bunyi menghentak yang cepat dari metal
ringan di atas es terbuka.
Kapak itu. Dalam ketakutannya, Rachel sudah melupakan kapak yang terpasang dengan tali ke
ikat pinggangnya. Alat dari metal ringan itu sekarang memantul-mantul di samping
kakinya. Dia melihat tali balon. Tali itu terbuat dari nylon tebal dan terjalin
dengan kuat. Rachel meraih ke bawah, dan meraba-raba mencari kapak yang
memantul-mantul itu. Dia menangkap pegangan kapak itu dan menariknya. Masih
dalam posisi menyamping, Rachel berjuang untuk menaikkan lengannya ke atas
kepalanya, lalu meletakkan sisi kapak yang tajam bergerigi itu di atas tali
tebal tersebut. Dengan kaku, dia mulai menggergaji tali balon yang tebal dan
tegang itu. "Ya!" seru Tolland sambil sekarang mulai meraba-raba dan mencari kapaknya
sendiri. Sambil terus meluncur dengan posisi menyamping, Rachel meregang. Dia mengangkat
lengannya dan menggergaji tali tegang itu. Tali itu kuat, dan serat-seratnya
perlahan mulai terurai. Tolland menggenggam kapaknya sendiri, lalu memutar
tubuhnya, dan mengangkat lengannya ke atas kepalanya. Setelah itu, dia berusaha
untuk menggergaji di tempat yang sama dengan yang digergaji Rachel, namun dari
sisi yang berlawanan. Kapak mereka beradu ketika mereka bekerja sama seperti
penebang pohon. Tali itu mulai berjumbai di kedua sisinya sekarang.
Kita akan selamat, pikir Rachel. Tali ini akan putusl Tiba-tiba, balon Mylar
berwarna perak di depan mereka tersapu ke atas seolah menabrak udara yang
bergerak ke atas. Rachel sadar dan dia menjadi ketakutan karena balon itu hanya
mengikuti kontur permukaan tanah saja.
Mereka sudah sampai. Di gundukan-gundukan itu.
Dinding berwarna putih menjulang di depan mereka hanya sebentar saja sebelum
akhirnya mereka tiba di sana. Hantaman yang menerpa sisi tubuh Rachel ketika
mereka menabrak gundukan yang menjulang itu, mendorong angin dari paru-parunya
dan kapak di tangannya terlepas. Seperti seorang pemain ski air yang terseret
tali, Rachel merasa tubuhnya terseret ke atas gundukan itu dan kemudian melun
cur. Dia dan Tolland tiba-tiba terlontar dengan sentakan ke atas yang membuat
mereka pusing. Cerukan di antara gundukan-gundukan itu terentang jauh di bawah
mereka, tetapi tali balon yang sudah berjumbai itu menahan mereka dengan kuat,
mengangkat tubuh mereka yang meluncur tadi ke atas, dan terus membawa mereka ke
udara melewati palung pertama. Untuk sesaat, Rachel melihat apa yang ada di
depan mereka. Dua gundukan lagi, sebuah dataran pendek, dan kemudian laut lepas.
Seolah memperkuat ketakutan Rachel, teriakan Corky Marlinson yang keras menembus
udara. Di belakang mereka, dia terseret melewati gundukan pertama. Mereka
bertiga melayang ke udara, sementara balon itu terus berjuang ke atas seperti
seekor hewan liar yang mencoba melepaskan diri dari rantai penangkapnya.
Tiba-tiba, seperti letusan senjata api di malam hari, ada bunyi hentakan
menggema di atas kepala mereka. Tali berjumbai itu putus, ujung tali pengamannya
jatuh mengenai wajah Rachel. Seketika itu juga mereka jatuh. Di atas mereka,
balon Mylar mengembara tak terkendali ... berputar-putar melayang menuju laut.
Tersangkut pada carabiner dan tali pengaman di pinggang, Rachel dan Tolland
jatuh berguling-guling kembali ke tanah. Ketika gundukan salju dari gundukan
kedua menjulang ke arah mereka, Rachel bersiap untuk mengalami tabrakan. Setelah
melalui gundukan kedua, mereka terhempas ke sisi belakang gundukan tersebut.
Pakaian busa dan permukaan gundukan yang menurun meredakan hantaman mereka.
Ketika dunia di sekeliling Rachel berubah menjadi bayangan buram yang terdiri
dari lengan-lengan, kaki-kaki, dan es, dia merasa dirinya meluncur turun dengan
cepat melaju ke tengah-tengah lembah di antara gundukan es itu. Secara naluriah
dia merentangkan lengan dan kakinya, mencoba untuk memperlambat laju mereka
sebelum mereka menabrak gun dukan berikut. Dia merasakan luncuran mereka
melambat, walau hanya sedikit. Dan tam paknya hanya beberapa detik kemudian
Rachel dan Tolland sudah kembali tertiup naik ke atas gundukan terakhir.
Sesampainya di puncak, mereka merasakan tubuh mereka seperti tanpa beban seiring
mereka melewati puncak gundukan itu. Kemudian, dengan penuh ketakutan, Rachel
merasa mereka mulai meluncur turun lagi ke sisi belakang gundukan tersebut dan
keluar ke daratan yang terakhir ... delapan puluh kaki terakhir dari Milne
Glacier. Ketika mereka menggelincir ke arah lereng, Rachel dapat merasakan seretan Corky
pada tali pengamannya dapat menahan mereka, dan dia tahu mereka semua meluncur
lebih lambat. Namun dia juga tahu itu agak terlambat. Ujung dataran es seperti
dengan cepat mendatangi mereka, dan Rachel berteriak putus asa.
Lalu terjadilah. Mereka tergelincir keluar dari tepi dataran es. Hal terakhir
yang Rachel ingat adalah jatuh.
54 WESTBROOKE PLACE Apartments terletak di 2201 N Street NW dan mempromosikan
dirinya sebagai satu dari sedikit alamat yang terhormat Washington. Gabrielle
bergegas melalu pintu putar yang berkilap dan memasuki lobi dari lantai pualam
di mana terdapat sebuah air mancur dengan bunyi gemericik yang memekakkan
telinga. Penjaga pintu di meja depan tampak terkejut melihat Gabrielle. "Ms. Ashe" Saya
tidak tahu Anda akan singgah malam ini."
"Aku sudah terlambat." Gabrielle dengan cepat menandatangani buku tamu. Jam
dinding di atasnya menunjukkan 6:22 malam.
Penjaga pintu itu menggaruk kepalanya. "Pak Senator memberiku daftar, tetapi
Anda tidak termasuk - "
"Mereka selalu melupakan orang yang paling banyak menolong mereka." Lalu
Gabrielle tersenyum menggoda kemudian berjalan melewati lelaki itu menuju lift.
Sekarang penjaga pintu itu tampak cemas. "Aku sebaiknya menelepon ke atas."
"Terima kasih," kata Gabrielle ketika dia memasuki lift dan naik. Telepon sang
senator kan dimatikan. Setelah menaiki lift hingga ke lantai sembilan, Gabrielle keluar dan menyusuri
lorong yang tampak anggun. Di ujung lorong, di depan pintu apartemen Sexton, dia
dapat melihat seorang pengawal keamanan pribadi - istilah yang lebih terhormat
untuk tukang pukul - yang bertubuh besar sedang duduk. Dia tampak bosan. Gabrielle
heran ketika melihat ada penjaga bertugas, walau tampaknya tidak seheran penjaga
itu ketika melihat Gabrielle datang. Dia terlonjak berdiri ketika Gabrielle
mendekat. "Aku tahu," seru Gabrielle masih di tengah -tengah lorong. "Ini malam P.E. Dia
tidak mau diganggu."
Penjaga itu mengangguk mengerti. "Senator memberiku perintah keras tidak ada
tamu - " "Ini darurat." Penjaga itu sekarang menghalangi pintu dengan tubuhnya. "Senator
sedang ada rapat pribadi."
"Begitukah?" Gabrielle mengeluarkan map merah dari bawah lengannya. Dia
memperlihatkan cap Gedung Putih di depan wajah penjaga itu. "Aku baru saja dari
Ruang Oval. Aku harus memberikan informasi ini kepada Senator. Betapa pun
dekatnya hubung an tamu itu dengan Sexton, dia harus menunggu Senator untuk
beberapa menit saja. Sekarang biarkan aku masuk."
Penjaga itu agak pucat karena melihat lambang Gedung Putih di atas map itu.
Jangan buat aku membukanya, pikir Gabrielle.
"Tinggalkan map itu," kata lelaki itu. "Aku akan membawanya ke dalam untuknya."
"Enak saja. Aku memiliki perintah langsung dari Gedung Putih untuk menyerahkan
ini secara pribadi. Jika aku tidak berbicara dengannya segera, kita semua harus
mulai mencari pekerjaan besok pagi. Kau mengerti?"
Penjaga itu tampak sangat bingung, dan Gabrielle merasa sang senator, tidak
seperti biasanya, betul-betul berkeras untuk tidak mau menerima tamu malam ini.
Dia mendekati lelaki itu dengan mengancam. Sambil mendekatkan map Gedung Putih
itu ke arah wajah si penjaga, Gabrielle merendahkan suaranya ketika membisikkan
empat kata yang paling ditakuti semua petugas keamanan di Washington.
"Kau tidak mengerti keadaannya."
Petugas keamanan yang bekerja pada para politisi tidak pernah mengerti keadaan
yang sedang terjadi, dan mereka membenci kenyataan itu. Mereka hanya seperti
senjata sewaan, harus bersembunyi di balik kegelapan , tidak pernah yakin apakah
harus patuh pada perintah atau mengambil risiko kehilangan pekerjaan mereka
karena bersikeras mengabaikan situasi krisis yang sedang terjadi.
Penjaga tersebut menelan ludahnya, dan melihat map berlambang Gedung Putih itu
lagi. "Baik, tetapi aku akan bilang pada Pak Senator kalau kau yang meminta
masuk." Lelaki itu membuka kunci pintu, dan Gabrielle mendorong melewatinya sebelum
lelaki itu berubah pikiran. Gabrielle memasuki apartemen dan diam-diam menutup
pintu lagi, lalu mengun cinya.
Sekarang ketika dia berada di ruang depan, Gabrielle dapat mendengar suara-suara
tidak jelas dari ruang baca Sexton di dalam - suara beberapa orang lelaki. Malam
RE. kali ini jelas bukan pertemuan pribadi seperti yang tersirat dari telepon
yang diterima Sexton siang tadi.
Ketika Gabrielle berjalan di gang menuju ke ruang baca, dia melewati sebuah
lemari yang terbuka. Di dalamnya dia melihat enam mantel lelaki mahal yang
tergantung di sana. Semuanya dari bahan wol dan tweed yang unik. Beberapa tas
kerja diletakkan di lantai. Tampaknya mereka sedang bekerja malam ini. Gabrielle
seharusnya ingin langsung berjalan melewati tas-tas kerja itu, tetapi satu dari
tas kerja itu menarik perhatiannya. Pelat nama yang tertempel menunjukkan logo
perusahaan yang istimewa. Sebuah roket berwarna merah terang.
Dia berhenti, lalu berlutut untuk membacanya: SPACE AMERICA, INC.
Gabrielle bingung, lalu dia memeriksa tas-tas kerja lainnya.
BEAL AEROSPACE. MICROSCOM, INC. ROTARY ROCKET COMPANY. KISTLER AEROSPACE.
Suara serak Marjorie Tench menggema dalam pikirannya. Tahukah kau bahwa Sexton
menerima suap dari perusahaan luar angkasa swasta"
Denyut nadi Gabrielle mulai meningkat ketika dia melihat ke gang gelap yang
menuju ke pintu lengkung yang mem bawanya ke ruan g baca senator. Dia tahu dia
seharusnya berbicara dan memberitahukan kedatangannya. Namun, kenyataannya dia
merasakan dirinya diam-diam berjalan mendekat ke depan. Dia maju beberapa kaki
lagi mendekati pintu itu dan berdiri diam dalam kegelapan ... mendengarkan
percakapan di ruang baca itu.
55 SEMENTARA DELTA-three tetap berada di belakang untuk mengambil jenazah Norah
Mangor dan kereta luncurnya, kedua prajurit lainnya berlari mengejar buruan
mereka. Mereka menggunakan sepatu ski bertenaga ElektroTread. Dengan model yang mirip
sepatu ski bermotor Fast Trax, Electro-Tread rahasia ini merupakan sepatu ski
salju dengan tambahan telapak roda bergerigi seperti roda tank versi mini dan
mirip roda pada mobil salju. Kecepatannya dapat dikendalikan hanya dengan
menekankan ujung ibu jari dan telunjuk yang mengakibatkan tekanan pada dua
lempengan kecil di dalam sarung tangan kanan. Sebuah baterai diletakkan di
sekitar kaki, berfiingsi sebagai insulator, dan memungkinkan sepatu-sepatu ski
itu berlari tanpa suara. Hal yang jenius di sini adalah, energi kinetik yang
dihasilkan oleh gravitasi dan telapak roda bergerigi yang berputar ketika
penggunanya meluncur menuruni bukit, secara otomatis diambil untuk mengisiulang
baterai itu ketika menempuh tanjakan berikutnya.
Dengan menjaga posisi angin tetap di belakang mereka, Delta-One membungkuk
rendah, dan melihat ke arah laut ketika mempelajari dataran es di depannya.
Sistem penglihatan malamnya jauh berbeda dari model Patriot yang digunakan
marinir. Delta-One melihat melalui alat yang tidak perlu dipegang. Alat tersebut
ditempelkan pada wajahnya dengan lensa enam elemen berukuran 40 x 90 mm, tiga
elemen Magnification Doubler, dan Super Long Range IR. Ketika menggunakan alat
itu, lingkungan di sekitarnya akan terlihat kebiruan, bukan kehijauan seperti
biasa - skema warna yang khusus dirancang bagi daerah berefleksi tinggi seperti di
Arktika. Ketika Delta-One tiba di gundukan es pertama, kacamata ski-nya itu
memperlihatkan beberapa garis terang dari salju yang baru saja diinjak, dan naik
melewati gundukan seperti panah neon di malam hari. Tampaknya ketiga buronannya
itu tidak berpikir untuk melepaskan layar darurat mereka atau tidak mampu. Jika
mereka tidak dapat melepaskan diri pada gundukan salju terakhir, mereka sekarang
pasti sudah berada di samudra lepas. Delta-One tahu pakaian pelindung buruannya
itu akan memperpanjang harapan hidup mereka di air, tetapi ombak di lepas pantai
akan menyeret mereka ke laut. Tidak terelakkan lagi, mereka pasti akan
tenggelam. Walau Delta-One merasa yakin, dia telah dilatih untuk tidak pernah menyimpulkan
sesuatu. Dia harus melihat mayat mereka. Sambil membungkuk rendah, dia menekan
kedua jarinya sehingga sepatu skinya bergerak lebih cepat, dan melaju ke
tanjakan pertama. MICHAEL TOLLAND tergeletak tidak bergerak dan merasakan luka-lukanya di
tubuhnya. Dia babak-belur, tetapi dia tidak merasakan adanya patah tulang. Dia
agak meragukan pakaian Mark IX berisi gel yang dipakainya ini dapat
menghilangkan traumanya yang parah. Ketika dia membuka matanya, pikirannya
dengan lambat mulai terfokus. Semuanya terasa lebih lembut di sini ... lebih
tenang. Angin masih menderu, tetapi tidak terlalu ganas.
Kita sudah melampaui tepian itu, bukan"
Setelah memusatkan pikirannya, Tolland mendapati dirinya sedang berbaring di es
dan menindih tubuh Rachel Sexton dengan carabiner mereka yang saling mengunci
dan terpelintir. Dia dapat merasakan napas Rachel di bawahnya, tetapi tidak
dapat melihat wajahnya. Dia berguling dari atas tubuh Rachel, namun otot
-ototnya hampir tidak mampu bergerak.
"Rachel ...?" Tolland tidak yakin apakah bibirnya tadi mengeluarkan suara atau tidak. Tolland
ingat detik-detik terakhir saat mereka meluncur. Mereka terangkat naik oleh
balon itu, lalu tali penghubung mereka yang putus membuat tubuh mereka terjatuh
ke sisi belakang gundukan kedua, kemudian terseret lagi ke atas dan melewati
gundukan terakhir, dan melintas cepat ke arah tepian - dataran es terakhir.
Tolland dan Rachel telah jatuh, tetapi aneh-nya, mereka tidak jatuh terlalu
jauh. Bukan seperti dugaan mereka jatuh tercebur ke laut, mereka jatuh hanya
dari ketinggian kurang lebih sepuluh kaki sebelum mereka menghantam lapisan es
berikutnya dan menggelincir hingga berhenti beserta tubuh Corky yang terseret di
belakang mereka. Sekarang, Tolland mengangkat kepalanya, dan melihat ke arah laut. Tidak jauh
dari situ, es berakhir pada tebing curam, dan dari tempatnya berbaring dia dapat
mendengar bunyi lautan. Ketika menatap kembali ke arah lereng es, Tolland
berusaha menatap menembus malam. Dua puluh yard ke belakang, matanya bertemu
dengan dinding es tinggi, seolah bergantung di atas mereka. Saat itulah dia
sadar apa yang sesungguhnya terjadi. Mereka ternyata telah jatuh dari lereng es
utama ke teras es yang lebih rendah. Bagian itu rata, seluas lapangan hoki, dan
dapat runtuh ke laut kapan saja karena sebagian sudah luruh.
Longsoran es, pikir Tolland sambil menatap daratan es yang berbahaya di mana
mereka berbaring sekarang. Tempat itu berupa sepotong lapisan lebar yang
menggantung di lereng es seperti sebuah balkon besar, sisi-sisinya dikelilingi
tebing curam ke arah lautan. Lapisan es itu menempel di lereng es hanya pada
bagian belakangnya saja, dan Tolland dapat melihat penghubung itu sama sekali
tidak permanen. Tepian tempat teras ini bergantung pada Milne Ice Shelf ditandai
dengan sebuah retakan hampir selebar empat kaki. Sebentar lagi gravitasi akan
memenangkan pertempuran ini.
Ketika Tolland melihat tubuh Corky Marlinson yang tak bergerak meringkuk di atas
es, ketakutan yang dia rasakan hampir setara dengan ketakutannya ketika melihat
retakan itu. Corky terbaring sepuluh yard jauhnya dan masih terikat pada tali
pengaman yang menghubungkan mereka.
Tolland mencoba untuk berdiri, tetapi dia masih terhubung dengan tubuh Rachel.
Kemudian dia kembali berbaring, dan mulai melepas pengait-pengait yang saling
mengunci itu. Rachel tampak lemah ketika dia juga mencoba duduk. "Kita tidak ... tercebur?"
Suaranya terdengar bingung.
"Kita jatuh ke lapisan es yang lebih rendah," kata Tolland ketika akhirnya dia
dapat melepaskan diri dari Rachel. "Aku harus menolong Corky."
Dengan rasa sakit, Tolland berusaha berdiri, tetapi kakinya terasa lemah. Dia
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
akhirnya meraih tali penghubung itu dan menariknya. Tubuh Corky mulai
menggelincir ke arah mereka melintasi es. Setelah belasan kali menarik, sekarang
tubuh Corky tergeletak beberapa kaki dari mereka.
Corky Marlinson tampak babak-belur. Kacamata ski-nya hilang, pipinya terluka,
dan hidungnya berdarah. Kekhawatiran Tolland kalau-kalau Corky sudah tewas
segera terhapus ketika Corky berguling dan menatapnya dengan tatapan marah.
"Gila," bentaknya. " Tipuan kecil apa tadi itu?" Tolland merasa sangat lega.
Sekarang Rachel sudah dapat duduk dan meringis. Dia melihat sekelilingnya. "Kita
harus ... pergi dari sini. Lempengan es ini sepertinya akan runtuh."
Tolland sangat setuju. Satu-satunya pertanyaan adalah bagaimana caranya.
Tetapi mereka tidak punya waktu untuk memikirkan bagaimana cara melarikan diri
dari tempat itu. Suara desingan dengan nada tinggi yang sudah tidak asing lagi,
jelas terdengar di atas mereka di atas lereng es. Tatapan Tolland melebar ketika
melihat dua sosok berpakaian putih dengan mudah meluncur di atas sepatu ski
mereka sampai di tepian es dan berhenti bersamaan. Kedua orang itu berdiri di
sana sesaat, melongok ke bawah ke arah mangsa mereka yang sudah babak belur
seperti seorang juara catur yang sedang menikmati skak-mat sebelum akhirnya
membunuh korbannya. DELTA-ONE terkejut juga ketika melihat ketiga orang itu masih hidup. Walau
begitu dia tahu, ini hanyalah untuk sementara. Mereka terjatuh di bagian dari
lereng es yang sudah mulai longsor ke laut. Buruan mereka ini dapat saja
dilumpuhkan dengan cara yang mereka gunakan pada perempuan tadi, tetapi solusi
yang jauh lebih baik baru saja muncul sendiri. Cara yang membuat tidak seorang
pun dari korban itu akan ditemukan.
Sambil menatap melewati tepian tebing, Delta-One memusatkan tatapannya pada
celah yang mulai merekah di antara lereng es dan lempengan es yang menggantung
itu. Bagian es yang diduduki para buronannya itu bergantung dan sangat berbahaya
... siap untuk lepas dan jatuh ke laut dalam beberapa hari ini.
Tapi kenapa tidak hari ini ....
Di tebing es ini, setiap beberapa jam sekali di malam hari akan selalu terdengar
suara yang memekakkan telinga: bunyi es yang longsor dan terpisah dari lereng es
dan kemudian runtuh ke laut. Siapa yang akan memerhatikan kejadian itu"
Merasakan kehangatan adrenalin yang mengalir deras dan selalu muncul setiap kali
dia mempersiapkan pembunuhan, Delta-One meraih kantung persediaan dan
mengeluarkan benda berat berbentuk jeruk lemon. Benda itu adalah perlengkapan
standar bagi regu penyerangan militer dan disebut flashbang - sebuah granat ledak
"tidak membunuh" yang dapat membingungkan musuh untuk sementara karena sinarnya
yang menyilaukan dan suaranya yang memekakkan telinga. Malam ini Delta-One tahu,
flash-bang ini akan mampu membunuh juga.
Dia menempatkan diri ke dekat tepian dan bertanya-tanya seberapa dalam retakan
yang telah memisahkan teras itu dengan lereng es. Dua puluh kaki" Lima puluh
kaki" Dia tahu hal itu tidak penting. Rencananya akan berjalan baik tanpa harus memerhatikan itu semua.
Dengan ketenangan yang dihasilkan dari banyaknya eksekusi yang pernah
dilakukannya, Delta-One mengatur waktu sepuluh detik sebelum granat itu meledak,
mencabut penguncinya, dan melemparkan granat tersebut ke retakan yang dalam itu.
Bom itu melayang ke kegelapan dan menghilang.
Setelah itu, Delta-One dan kawannya menyingkir ke puncak gundukan es dan
menunggu. Ini akan menjadi peman dangan yang bagus.
Bahkan dalam keadaan setengah sadar, Rachel Sexton mengetahui dengan pasti benda
apa yang baru saja dilemparkan para penyerang mereka ke dalam retakan itu. Entah
Michael Tolland juga mengetahuinya atau dia membaca ketakutan di mata Rachel,
itu tidak terlalu jelas, tetapi Rachel melihat wajah lelaki itu pucat pasi, dan
dengan cepat menatap ke retakan besar di lempengan es di mana mereka terdapat
pada saat ini, dan menyadari apa yang akan segera terjadi.
Seperti awan badai yang diterangi sinar petir, es di bawah Rachel bersinar dari
dalam. Sinar putih terang yang menakut kan itu tersebar ke segala arah. Dalam
seratus yard di sekitar mereka, dataran es itu berkilap putih. Lalu disusul
gemuruh suara. Tidak bergemuruh seperti gempa bumi, tetapi lebih seperti
gelombang suara pengejut yang memekakkan telinga dengan kekuatan yang
menggoyahkan keberanian. Rachel merasa apa yang terjadi telah meruntuhkan
lempengan es di mana dia berada dan serasa merobek tubuhnya.
Dalam sekejap, sebuah baji seolah telah diayunkan di antara lereng es dan
lempengan es yang menopang mereka. Tebing itu mulai terpotong dengan suara
retakan yang membuatnya begitu ketakutan. Rachel menatap Tolland. Tatapan mereka
terkunci dalam ketakutan yang membuat mereka membeku. Corky berteriak di dekat
mereka. Lalu pijakan mereka jatuh.
Untuk sesaat Rachel merasa seperti tidak berbobot, melayang-layang di atas
jutaan pon bongkahan es. Kemudian mereka jatuh ke bawah bersamaan dengan
potongan es besar yang menopang mereka - terjun ke dalam laut yang sangat dingin.
56 SUARA GESEKAN es dengan es yang memekakkan telinga menyerang telinga Rachel
ketika lempengan es besar itu meluncur turun di depan Milne Ice Shelf, dan
membuat percikan air yang tinggi ke udara ketika lempengan itu jatuh ke air.
Seiring lempengan itu tercebur ke bawah, luncurannya melambat, dan tubuh Rachel
yang tadi terasa tanpa bobot sekarang jatuh di atas es. Tolland dan Corky
mendarat di dekatnya. Saat lempengan es tersebut tercebur masuk lebih dalam ke laut, Rachel dapat
melihat permukaan laut yang berbuih, berlomba menaiki lempengan itu dengan
kecepatan yang lambat seperti mengeje k. Naik ... naik ... dan tiba-tiba air
berbuih itu tiba. Mimpi buruk masa kanak-kanaknya kembali. Es ... air ...
kegelapan. Kengerian itu sangat menakutkan.
Bagian atas lempengan itu jatuh ke bawah permukaan air, dan Samudra Arktika yang
sangat dingin itu telah menyelimuti tepi lempengan es itu dalam satu sapuan
ombak. Ketika air laut menyerbu ke sekitar Rachel, dia merasa seolah tersedot ke
bawah. Kulit wajahnya mengencang dan terasa terbakar ketika air asin itu
menerpanya. Lempengan es yang menopangnya menghilang di bawah kakinya, dan
Rachel berjuang untuk ke permukaan lagi, gel dalam pakaiannya membantunya.
Rachel menelan air laut dan berjuang keras untuk naik ke permukaan. Dia dapat
melihat teman -temannya menggelepar-gelepar di dekatnya, dan ketiganya masih
terjalin pada tali pengaman. Begitu Rachel dapat meluruskan tubuhnya lagi,
Tolland berteriak. "Es itu kembali lagi ke atas!"
Ketika kata-kata Tolland menggema di atas gemuruh air laut, Rachel merasa
gejolak air yang mengerikan di bawahnya mulai naik ke atas. Seperti sebuah
lokomotif besar bersiap untuk mengubah arah, lempengan es itu telah berhenti
menukik di bawah permukaan air dan sekarang mulai naik kembali tepat di bawah
mereka. Beberapa kaki di kedalaman air, sebuah gemuruh suara dengan frekuensi
rendah beresonansi ke atas menembus air seiring lempengan es sebesar kapal selam
itu mulai mencari-cari jalannya untuk kembali ke atas.
Lempengan itu naik ke permukaan laut dengan cepat, bertambah cepat ketika
mendekati permukaan air, seolah menyambar dari kegelapan. Rachel merasa dirinya
terangkat. Samudra bergolak di segala penjuru ketika es tersebut menyentuh
tubuhnya. Rachel meraba-raba dengan sia-sia, mencoba menyeimbangkan diri ketika
es besar itu mendorongnya ke atas bersama jutaan galon air laut. Mengambang ke
atas permukaan air, lempengan raksasa itu muncul di atas permukaan, terombang-
ambing, dan mencari pusat gravitasinya. Rachel berjuang di dalam air setinggi
pinggangnya di atas lempengan es yang luas dan datar itu. Ketika air mulai
meninggalkan permukaan es, gelombangnya menelan Rachel dan menyeretnya ke arah
tepian lempengan es tersebut. Tergelincir dan terbaring di atas perutnya, Rachel
dapat melihat tepian itu seolah dengan cepat mendekati dirinya. Tahan! Suara ibu
Rachel berseru dengan cara yang sama seperti ketika Rachel kecil menggelepar-
gelepar di bawah kolam es. Tahan! Jangan tenggelam!
Renggutan keras pada tali pengaman Rachel membuatnya tersedak. Dia terhenti
hanya beberapa yard dari tepi lempengan tersebut. Gerakan itu membuatnya
berputar di tempat. Sepuluh yard darinya, dia dapat melihat tubuh Corky yang
terpaku dan masih terhubung dengannya, juga tersentak berhenti. Mereka berdua
tergelincir dan hampir keluar dari lempengan itu di sisi yang berlawanan dan
gerakan Corky-lah yang telah menahan Rachel sehingga tidak terseret gelom bang.
Ketika air sudah surut dan menjadi lebih dangkal, satu sosok gelap lainnya
muncul di dekat Corky. Lelaki itu merangkak sambil memegangi tali Corky, dan
memuntahkan air asin. Michael Tolland. Ketika air terakhir surut melewati tubuh Rachel dan mengalir ke luar dari
lempengan es di bawah mereka, dia tetap berbaring tanpa mengeluarkan suara
karena ketakutan sambil mendengarkan suara lautan. Kemudian, karena merasakan
serangan dingin yang luar biasa, Rachel bangkit merangkak dengan tangan dan
lututnya. Lempengan es masih bergerak maju dan mundur, seperti es batu dalam
segelas air. Dengan setengah sadar dan kesakitan, Rachel merangkak mendekati
teman -temannya. Tinggi di atas lereng es, Delta-One mengintai melalui kaca-mata ski untuk
penglihatan malam ke arah air yang beriak-riak di sekitar bongkahan es terbaru
di Samudra Arktika itu. Walau dia tidak melihat seorang pun di air, dia tidak
heran. Samudra itu gelap, dan pakaian pelindung serta penutup kepala buruan
mereka berwarna hitam. Ketika dia menyapukan pandangannya ke permukaan es besar yang mengambang itu,
dia merasa kesulitan untuk memusatkan pandangannya. Bongkahan es itu dengan
cepat bergerak menjauh menuju laut bersama arus ombak laut lepas yang kuat. Dia
hampir menggeser tatapannya kembali ke laut ketika dia melihat sesuatu yang
tidak terduga. Tiga titik hitam di atas bongkahan es. Apakah itu mereka" Delta-
One mencoba memusatkan penglihatannya.
"Kaulihat sesuatu?" tanya Delta-Two.
Delta-One tidak menjawab karena dia masih berusaha memusatkan penglihatan dengan
alat pembesarnya. Dia sangat terkejut ketika melihat tiga manusia tergeletak
tidak bergerak di atas pulau es, seperti titik noda yang memucat. Apakah mereka
masih hidup atau sudah tewas, Delta-One tidak tahu. Sukar untuk memastikannya.
Jika mereka masih hidup, bahkan dalam pakaian tahan cuaca sekalipun, mereka akan
mati dalam satu jam. Tubuh mereka sudah basah, badai sebentar lagi akan datang,
dan mereka sedang terhanyut ke arah laut lepas menuju salah satu samudra yang
paling mematikan di planet ini. Mayat mereka tidak akan pernah ditemukan. "
Hanya bayangan," kata Delta-One sambil berpaling dari tebing itu. "Ayo kita
kembali ke pangkalan."
57 SENATOR SEDGEWICK Sexton meletakkan gelas minumannya yang berisi Courvoisier di
atas perapian di apartemennya di Westbrook dan menyalakan api perapian selama
beberapa saat sambil berpikir. Keenam orang lelaki yang duduk di ruang bacanya
terdiam sekarang ... menunggu. Obrolan ringan mereka telah usai. Sekarang
waktunya Senator Sexton melemparkan kartunya. Mereka tahu. Sexton juga tahu.
Politik adalah berjualan.
Ciptakan rasa percaya. Biarkan mereka tahu kau mengerti permasalahan mereka.
"Seperti yang mungkin kalian ketahui," kata Sexton sam bil berpaling kepada
mereka, "dalam beberapa bulan terakhir ini, aku sudah bertemu dengan banyak
orang dengan posisi yang sama seperti kalian." Dia tersenyum dan duduk bersama
mereka. Tetapi hanya kalianlah yang kubawa ke rumahku. Kalian orang-orang
istimewa, dan aku merasa terhormat bisa bertemu dengan kalian."
Sexton melipat tangannya dan mengedarkan tatapannya ke sekelilingnya, membuat
kontak mata dengan semua tamunya. Kemudian, dia memusatkan perhatiannya pada
orang pertama yang menarik perhatiannya - seorang lelaki bertubuh besar dengan
topi koboi. "Space Industries dari Houston," kata Sexton. "Aku senang kau mau datang."
Lelaki Texas itu menggerutu. "Aku benci kota ini."
"Aku tidak menyalahkanmu. Washington sudah berlaku tidak adil padamu."
Lelaki Texas itu menatap dari balik tepi topinya tetapi tidak mengatakan apa-
apa. "Dua belas tahun yang lalu," Sexton mulai, "kau membuat penawaran kepada
pemerintah Amerika Serikat. Kau menawarkan diri untuk membangun sebuah stasiun
ruang angkasa bagi pemerintah hanya dengan biaya lima miliar dolar."
"Ya, memang. Aku masih memiliki cetak birunya." "Namun, NASA menyakinkan
pemerintah bahwa pem bangunan stasiun ruang angkasa Amerika Serikat itu
seharusnya adalah proyek NASA."
"Betul. NASA sudah mulai membangunnya hampir sepuluh tahun yang lalu."
"Satu dasawarsa. Dan tidak saja stasiun ruang angkasa NASA itu belum beroperasi
sepenuhnya, tetapi NASA juga sudah menghabiskan biaya duct puluh kali lipat
dibandingkan dengan harga yang kautawarkan. Sebagai seorang pembayar pajak untuk
negeri ini, aku merasa muak."
Gerutu persetujuan terdengar di sekeliling ruangan. Sexton mengedarkan matanya
lagi, berhubungan kembali dengan kelompok itu.
"Aku sangat mengetahui," kata sang senator. Tatapannya menyapu semua orang
sekarang, "bahwa beberapa dari perusahaan kalian telah menawarkan peluncuran
pesawat ulangalik swasta hanya dengan biaya 50 juta dolar untuk satu kali
peluncuran." Mereka mengangguk lagi. "Namun, NASA masih juga mengalahkan kalian dengan menarik biaya 38 juta dolar
untuk setiap peluncuran ... walau biaya yang sesungguhnya untuk setiap kali
mereka menerbangkan pesawat ulang aliknya adalah lebih dari 150 juta dolar!"
"Begitulah cara mereka menendang kami dari bisnis ruang angkasa," kata seorang
lelaki. "Perusahaan swasta tidak mungkin bersaing dengan perusahaan yang mampu
melakukan peluncuran penerbangan ulang-alik dengan kerugian empat rat us persen
dan tetap tidak bangkrut."
"Kalian juga tidak perlu bangkrut." Mereka kembali mengangguk.
Sexton sekarang menatap seorang pengusaha dengan tampang galak di sebelahnya,
seseorang yang catatan kepribadiannya menarik perhatian Sexton. Seperti halnya
beberapa pengusaha yang mendanai kampanye Sexton, orang ini mantan insinyur
militer yang merasa kecewa karena gaji yang rendah dan birokrasi pemerintah, dan
kemudian memutuskan untuk meninggalkan posisinya di kemiliteran untuk mencari
keberuntungannya dalam usaha pesawat ruang angkasa.
"Kistler Aerospace," kata Sexton sambil menggelengkan kepalanya dengan putus
asa. "Perusahaanmu telah merancang dan membuat roket yang dapat meluncurkan
barang hanya dengan biaya dua ribu dolar per pon dibandingkan dengan biaya NASA
yang sebesar sepuluh ribu dolar per pon." Sexton berhenti sebentar untuk
menambahkan nuansa drama dalam kalimatnya, "Namun kau tetap tidak punya
pelanggan." "Bagaimana aku bisa punya pelanggan?" lelaki itu menjawab. "Minggu lalu NASA
mengalahkan kami dengan meminta Motorola membayar hanya 812 dolar per pon untuk
meluncurkan satelit telekomunikasinya. Pemerintah melun curkan satelit itu
dengan kerugian sembilan ratus persen!"
Sexton mengangguk. Para pembayar pajak dengan terpaksa harus memban tu sebuah
lembaga yang sepuluh kali tidak efisien dibandingkan dengan para pesaingnya.
"Sangat jelas dan menyakitkan," katanya. Suaranya terdengar muram. "NASA
berusaha sangat keras untuk melumpuhkan persaingan di ruang angkasa. Mereka
menyingkirkan usaha pesawat ruang angkasa swasta dengan mengenakan biaya
pelayanan di bawah harga pasar."
"Ini seperti WalMart di bidang ruang angkasa," kata orang Texas itu.
Perumpamaan yang sangat tepat, pikir Sexton. Aku harus mengingatnya. WalMart
adalah perusahaan retail yang terkenal nama buruknya dengan bergerak ke wilayah
baru, menjual barang-barang di bawah harga pasar, dan menjung kalkan semua
pesaing lokalnya hingga bangkrut.
"Aku sangat muak dan bosan," kata lelaki Texas itu, "karena harus membayar
jutaan dolar untuk pajak usaha sehingga Paman Sam dapat menggunakan uang
tersebut untuk mencuri pelangganku!"
"Aku tahu," kata Sexton. "Aku mengerti."
"Karena kekurangan sponsor dari perusahaan lain, Rotary Rocket jadi bangkrut,"
kata seorang lelaki berpakaian rapi sekali berkata. "Hukum yang melarang iklan
itu adalah sebuah kejahatan!"
"Aku sangat setuju." Sexton terkejut ketika tahu cara lain NASA untuk memonopoli
ruang angkasa adalah dengan menyetujui mandat federal yang melarang iklan
sponsor dipasang di pesawat ruang angkasa. Alih-alih membolehkan perusahaan
swasta untuk mendapatkan pendanaan melalui sponsor perusahaan lain dan
mengiklankan logonya, seperti yang terjadi pada perlombaan mobil balap
profesional, pesawat ruang angkasa hanya boleh menampilkan kata USA dan nama
perusahaan tersebut. Di sebuah negara yang menghabiskan 185 miliar dolar setiap
tahunnya untuk iklan, tidak satu sen pun uang dari iklan yang boleh masuk ke
kantung perusahaan ruang angkasa swasta.
"Itu perampokan," tukas salah satu dari tamu Sexton. "Perusahaanku berharap
dapat bertahan sampai bisa melun curkan prototipe pesawat ulang-alik wisata yang
pertama di negara ini pada bulan Mei mendatang. Kami berharap ada liputan pers
besar-besaran. Perusahaan Nike baru saja menawari kami tujuh juta dolar untuk
mengecat logo Nike dan kata 'Just do it!' pada sisi pesawat ulang-alik kami.
Sementara Pepsi menawari kami dua kali lipat untuk 'Pepsi: Pilihan generasi
baru.' Tetapi menurut hukum federal, jika pesawat kami menempelkan iklan, kami
Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dilarang untuk melun curkannya!"
"Benar," kata Senator Sexton. "Dan jika terpilih, aku akan bekerja untuk
menghapuskan hukum anti-iklan itu. Itu janjiku. Ruang angkasa seharusnya terbuka
bagi iklan seperti halnya bidang-bidang usaha lainnya yang terbuka bagi iklan."
Sexton menatap tamu-tamunya. Matanya menatap tajam, suaranya menjadi lebih
lembut sekarang. "Kita semua harus waspada bahwa hambatan yang paling besar
untuk privatisasi NASA bukanlah hukum, melainkan cara pandang masyarakat.
Kebanyakan masyarakat Amerika masih meromantisasi program ruang angkasa Amerika.
Mereka masih percaya NASA adalah badan pemerintah yang diperlukan."
"Itu karena film-film Hollywood terkutuk!" seorang lelaki berkata. "Berapa
banyak film yang menceritakan tentang NASA yang berhasil menyelamatkan dunia
dari asteroid" Demi Tuhan! Itu hanya propaganda!"
Sexton tahu, banyaknya film tentang NASA yang dihasilkan Hollywood sebenarnya
hanyalah pertimbangan ekonomis belaka. Mengikuti Top Gun, sebuah film terkenal
yang dibintangi Tom Cruise yang seolah merupakan iklan Angkatan Udara AS selama
dua jam, NASA menyadari potensi yang sesungguhnya dari Hollywood sebagai humas
jempolan. NASA diam-diam mulai menawarkan akses secara cuma-cuma ke berbagai
perusahaan film untuk memfilmkan semua fasilitas NASA yang mengesankan, dari
landasan peluncuran, pengendali misi, dan fasilitas-fasilitas pelatihan. Para
produser, yang biasa membayar dalam jumlah besar untuk biaya lisensi onsite
ketika mereka membuat film di tempat lain, segera menyambar kesempatan untuk
menghemat anggaran sebesar jutaan dolar ini dengan cara membuat film thriller
NASA dengan tempat syuting "gratis". Tentu saja, Hollywood hanya akan
mendapatkan izin jika naskahnya disetujui NASA.
"Pencucian otak massa," gerutu seorang Hispanik yang menjadi salah satu tamunya.
"Film -film itu tidak lebih parah dibandingkan berbagai tindakan NASA untuk
menarik perhatian masyarakat umum. Mengirimkan orang tua ke ruang angkasa" Dan
sekarang NASA merencanakan awak pesawat pesawat ulang-alik yang semuanya
perempuan" Semuanya hanya untuk publisitas!"
Sexton mendesah. Nadanya terdengar terpukul. "Betul, dan aku tahu aku tidak
harus mengingatkan mengenai apa yang terjadi pada tahun delapan puluhan ketika
Departemen Pendidikan bangkrut dan menuduh NASA memboroskan jutaan dolar yang
sesungguhnya dapat dipergunakan untuk pendidikan. NASA merancang aksi hubungan
masyarakat untuk membuktikan bahwa NASA memerhatikan pendidikan. Mereka kemudian
mengirimkan seorang guru sekolah negeri ke ruang angkasa." Sexton berhenti.
"Kalian pasti ingat Christa McAuliffe."
Ruangan itu menjadi sunyi.
"Bapak-bapak," kata Sexton sambil berhenti dengan mengesankan di depan perapian.
"Aku percaya sudah waktunya masyarakat Amerika mengerti kebenaran, demi kebaikan
masa depan kita semua. Sudah waktunya masyarakat Amerika mengerti bahwa NASA
tidak memimpin kita terbang ke arah langit, tetapi malah mencegah eksplorasi
ruang angkasa. Ruang angkasa tidak berbeda dengan industri yang lain, dan
membatasi ruanggerak perusahaan swasta dapat dianggap mendekati tindakan
kriminal. Coba kita lihat industri komputer di mana ledakan kemajuannya sudah
sedemikian rupa sehingga kita sulit untuk mengikutinya dari minggu ke minggu!
Mengapa" Karena industri komputer adalah sistem pasar bebas: industri komputer
menghasilkan efisiensi dan visi dengan keuntungan. Bayangkan jika industri
komputer dipegang pemerintah" Kita pasti masih berada di zam an purba. Kita
mengalami kemadekan di bidang ruang angkasa. Kita seharusnya menempatkan
eksplorasi ruang angkasa ke tangan yang berhak, yaitu sektor swasta. Masyarakat
Amerika akan terpaku ketika melihat perkembangannya, pada berbagai lapangan
pekerjaan yang ditawarkannya, dan mimpi-mimpi yang terwujud. Aku percaya kita
harus membiarkan sistem pasar bebas memacu kita ke ketinggian baru di ruang
angkasa. Jika aku terpilih, hal itu akan menjadi misi pribadi untuk membuka pintu dan
membiarkannya terbuka lebar-lebar."
Sexton mengangkat gelasnya yang berisi cognac.
"Kawan -kawan, kalian datang ke sini malam ini untuk memutuskan apakah aku
adalah seseorang yang patut kalian percaya. Kuharap aku sedang dalam proses
untuk mendapat kannya. Kalau kalian membutuhkan investor untuk membangun sebuah
perusahaan, aku juga membutuhkan investor untuk membangun kepresidenan. Seperti
halnya para pemegang saham perusahaan mengharapkan imbalan, kalian sebagai
investor politik pasti juga mengharapkan balas jasa. Pesanku bagi kalian malam
ini sederhana saja: berinvestasilah padaku, dan aku tidak akan melupakan kalian.
Tidak akan pernah. Misi kita adalah satu dan sama."
Sexton mengangkat gelasnya ke arah mereka untuk bersulang.
"Dengan bantuan kalian, Kawan-kawan, aku akan segera menduduki Gedung Putih ...
dan kalian semua akan meluncurkan mimpi kalian."
HANYA LIMA belas kaki dari situ, Gabrielle Ashe berdiri terpaku di balik
bayangan. Dari ruang baca terdengar suara denting gelas-gelas minuman yang
beradu dengan nada merdu dan derak api di perapian.
58 DENGAN PANIK, seorang teknisi muda NASA berlari menyeberangi habisphere. Telah
terjadi sesuatu yang mengerikan! Dia menemukan Administrator Ekstrom yang sedang
sendirian di dekat area pers.
"Pak," kata teknisi itu sambil terengah-engah ketika sudah berada di depan
Ekstrom. "Baru saja terjadi kecelakaan!"
Ekstrom berpaling. Dia tampak sedang melamun, seolah pikirannya tengah dibebani
masalah-masalah lainnya. "Apa katamu" Sebuah kecelakaan" Di mana?"
"Di lubang penarikan. Sesosok mayat baru saja muncul. Mayat itu mengambang. Dia
Dr. Wailee Ming." Wajah Ekstrom berubah menjadi pucat. "Dr. Ming" Tetapi "Kami sudah
mengangkatnya, tetapi sudah terlambat. Dia sudah tewas."
"Ya, Tuhan! Berapa lama sudah dia di sana?"
"Kami duga, kira-kira satu jam. Tampaknya dia terjatuh, lalu tenggelam ke dasar,
tetapi ketika tubuhnya menggembung, dia mengambang lagi."
Kulit Ekstrom yang kemerahan sekarang berubah menjadi lebih gelap. "Sialan!
Siapa lagi yang tahu tentang ini?"
"Tidak ada, Pak. Hanya kami berdua. Kami menariknya keluar, tetapi kemudian kami
berpikir sebaiknya memberi tahu Anda dulu sebelum - "
"Kau sudah bertindak benar." Ekstrom lalu menghela napas berat. "Sembunyikan
mayat Dr. Ming segera. Jangan bicara sepatah kat a pun."
Teknisi muda itu merasa bingung. "Tetapi, Pak, saya - "
Ekstrom meletakkan tangannya yang besar di bahu lelaki itu. "Dengarkan aku baik-
baik. Ini adalah sebuah kecelakaan tragis yang sangat kusesali. Tentu saja aku
akan segera mengurusnya dengan baik ketika waktunya tiba. Sekarang, belum
waktunya." "Anda ingin saya menyembunyikan mayatnya?"
Mata Skandinavia milik Ekstrom yang dingin menatap tajam. "Dengarkan aku baik-
baik. Kita dapat mengatakannya pada semua orang, tetapi apa gunanya" Satu jam
lagi kita akan menggelar konferensi pers. Mengumumkan bahwa ada kecelakaan fatal
di sini akan seperti mengirimkan awan mendung pada berita penemuan itu dan
efeknya akan menghancurkan semangat. Dr. Ming telah berbuat kecerobohan. Aku
tidak berniat membuat NASA bertanggung jawab atas itu. Para ilmuwan sipil ini
telah mendapatkan perhatian yang cukup dan aku tidak akan mengizinkan salah satu
dari mereka membuat kesalahan ceroboh sehingga menodai saat kemenangan kita.
Kecelakaan Dr. Ming akan tet ap menjadi rahasia hingga konferensi pers ini
berakhir. Kau mengerti?"
Pria itu mengangguk dengan wajah pucat. "Saya akan menyimpan mayatnya."
59 MICHAEL TOLLAND telah berada di laut cukup sering sehingga dia tahu dengan pasti
bahwa lautan akan mengambil korbannya tanpa rasa sesal dan ragu-ragu. Ketika dia
berbaring keletihan di atas potongan es yang sangat besar, dia hanya dapat
melihat garis Milne Ice Shelf yang menjulang itu menyusut di kejauhan. Dia tahu
arus Samudra Arktika yang kuat dan mengalir menjauhi Pulau Elizabeth, akan
berputar dengan kelokan besar mengelilingi puncak es kutub dan akhirnya akan
melewati pulau di Rusia utara. Itu tidak penting sekarang. Untuk tiba di sana
memerlukan berbulan-bulan dari sekarang.
Kita hanya memiliki waktu 30 menit ...45 menit paling lama.
Tanpa perlindungan dari gel yang disuntikkan ke dalam pakaian mereka, Tolland
tahu mereka sudah akan tewas sekarang. Syukurlah, pakaian Mark IX telah menjaga
mereka agar tetap kering - aspek terpenting dari pertahanan pada cuaca dingin. Gel
penahan cuaca di sekeliling tubuh mereka tidak hanya menjadi bantal ketika
mereka jatuh, tetapi sekarang juga menolong mereka menghemat suhu panas yang
tinggal sedikit dalam tubuh mereka.
Tidak lama lagi hipotermia akan terjadi. Dimulai dengan mati rasa yang samar-
samar pada bagian kaki dan lengan ketika darah hanya mengalir ke pusat tubuh
untuk melindungi organ organ dalam yang penting. Halusinasi dan demam akan
muncul kemudian, seiring denyut nadi dan pernapasan yang melambat untuk
menghemat oksigen yang ada di otak. Kemudian, tubuh akan membuat usaha terakhir
untuk mempertahankan panas yang tersisa dengan cara mematikan semua kegiatan
kecuali jantung dan pernapasan. Setelah itu kesadaran akan menghilang. Pada
akhirnya, jantung dan pusat pernapasan di otak akan berhenti berfungsi
sekaligus. Tolland berpaling ke arah Rachel, berharap dapat berbuat sesuatu untuk
menolongnya. MATI RASA yang mulai menjalari seluruh tubuh Rachel Sexton ternyata. tidak
sesakit yang dia bayangkan. Hampir terasa seperti obat bius. Morfin alamiah. Dia
telah kehilangan kacamata ski-nya saat jatuh dari lereng es, dan dia hampir
tidak dapat membuka matanya lebar-lebar karena dingin.
Dia dapat melihat Tolland dan Corky berbaring di atas es di dekatnya. Tolland
sedang menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan. Corky bergerak, tetapi jelas
sangat kesakitan. Tulang pipi kanannya terbentur dan berdarah Tubuh Rachel
gemetar dengan keras ketika pikirannya berusaha mencari jawaban. Siapa" Mengapa"
Benaknya bercampur baur dengan rasa berat di dalam tubuhnya. Tidak ada yang
masuk akal. Dia merasa tubuhnya perlahan-lahan menghentikan aktivitasnya,
dihanyutkan sebuah kekuatan tak terlihat yang menariknya untuk tidur. Dia
melawannya. Kemarahan yang meluap-luap menyala di dalam dirinya sekarang, dan
dia mencoba memperbesar nyala itu.
Mereka mencoba membunuh kita! Rachel melongok ke arah lautan yang mengancam di
sekelilingnya dan merasakan bahwa penyerang mereka telah berhasil. Kita semua
sudah tewas. Bahkan sekarang, walau Rachel tahu dia tidak akan hidup untuk
mengetahui kebenaran seluruhnya tentang permainan mematikan yang dimainkan di
Milne Ice Shelf, dia merasa sudah tahu siapa yang bertanggung jawab.
Administrator Ekstromlah yang akan mendapatkan paling banyak keuntungan. Dialah
yang mengirim mereka ke luar habisphere. Dia memiliki hubungan dengan Pentagon
dan pasukan khusus itu. Tetapi apa keuntungan Ekstrom dengan menyelipkan
meteorit di bawah es" Apa yang akan diperoleh orang-orang itu"
Rachel mengingat-ingat Zach Herney sambil bertanyatanya apakah Presiden membantu
persekongkolan ini atau dia hanya pion yang tidak tahu apa-apa. Herney tidak
tahu apa-apa. Dia tidak bersalah. Presiden jelas telah ditipu oleh NASA. Satu jam lagi
Presiden akan mengumumkan penemuan NASA yang palsu itu. Dan dia akan
melakukannya dengan dilengkapi sebuah video dokumenter yang berisi dukungan dari
empao orang ilmuwan sipil.
Empat ilmuwan sipil yang sudah mati.
Rachel tidak dapat melakukan apa-apa untuk menghentikan konferensi pers itu,
tetapi dia bersumpah siapa pun yang bertanggung jawab atas penyerangan itu tidak
akan bisa lolos dengan mudah.
Rachel mengumpulkan tenaganya, lalu mencoba duduk. Anggota tubuhnya terasa
seberat batu granit, seluruh sendisendinya sangat sakit ketika dia membengkokkan
lengan dan kakinya. Perlahan, dia mencoba bangkit, berlutut, dan menstabilkan
Kereta Berdarah 16 Pendekar Cambuk Naga 2 Rahasia Sendang Bangkai Pendekar Bayangan Setan 12