Pencarian

Titik Muslihat 6

Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown Bagian 6


tubuhnya di atas lempengan es. Kepalanya seperti berputar. Di sekelilingnya
hanya ada laut yang bergolak. Tolland berbaring di dekatnya, dan menatapnya
dengan tatapan ingin tahu. Rachel merasa seolah Tolland mengira dirinya sedang
berlutut untuk berdoa. Tentu saja bukan itu yang dilakukannya, walau berdoa
mungkin memberikan mereka kesempatan untuk selamat seperti halnya usaha yang
akan dilakukan Rachel sekarang.
Tangan kanan Rachel meraba-raba pinggangnya dan menemukan kapak es masih
tergantung pada ikat pinggangnya. Jemarinya yang terasa kaku meraih gagang kapak
tersebut. Dia lalu membalikkan posisi kapak itu menjadi seperti huruf T
terbalik. Kemudian, dengan segala kekuatan yang ada, dia memukulkan kapak itu ke
atas es. Terdengar suara dug. Lagi. Dug. Darah yang mengalir pada pembuluh nadi
Rachel terasa seperti membeku. Dug. Tolland melihatnya dengan sangat bingung.
Rachel memukulkan kapak itu lagi. Dug.
Tolland mencoba menyangga tubuhnya dengan sikunya. "Ra ... chel?"
Rachel tidak menjawab. Dia memerlukan seluruh tenaganya untuk melakukan hal ini.
Dug. Dug. "Kukira ...," kata Tolland, "kita berada terlalu jauh di utara ... sehingga
SAA ... tidak mungkin dapat mendengar kita ...."
Rachel berpaling dengan tatapan terkejut. Dia sudah lupa kalau Tolland adalah
seorang ahli kelautan dan mungkin saja mengerti apa yang sedang dilakukannya
itu. Ide bagus ... tetapi aku tidak sedang memanggil SAA.
Rachel terus memukuli lapisan es itu.
SAA adalah singkatan dari Suboceanic Acoustic Array, sebuah peninggalan pada
masa Perang Dingin, dan sekarang digunakan para peneliti kelautan di seluruh
dunia untuk mendengarkan bunyi ikan paus. Karena bunyi-bunyi di bawah air dapat
menjalar hingga ratusan mil, jaringan SAA yang terdiri atas 59 mikrofon di dasar
laut di seluruh dunia dapat mendengarkan bunyi-bunyian yang terjadi di berbagai
samudra di bumi ini dalam persentase jumlah yang mengagumkan. Celakanya, area
yang terpencil di Arktika ini tidak termasuk dalam persentase tersebut. Tetapi
Rachel tahu ada lembaga lain yang mendengarkan hingga ke dasar samudra - lembaga
lain yang hanya diketahui oleh sedikit orang saja. Dia terus memukuli es. Pesan
yang dikirimnya sederhana dan jelas.
Dug. Dug. Dug. Dug ... Dug ... Dug. DUG. DUG. DUG.
Rachel tidak membayangkan bahwa usahanya itu akan menyelamatkan hidup mereka.
Dia mulai dapat merasakan tubuhnya menjadi begitu kaku karena dingin yang
merayapi tubuhnya. Dia ragu apakah dia masih dapat bertahan selama setengah jam
lagi. Proses penyelamatan mungkin membutuh kan waktu yang lama sehingga tidak
mungkin menyelamatkan mereka. Tetapi ini bukan tentang penyelamatan.
DUG. DUG. DUG. Dug ... Dug ... Dug ....
DUG. DUG. DUG. "Tidak ada waktu ... lagi ...," kata Tolland.
Ini bukan tentang kita, pikir Rachel. Ini tentang informasi yang ada di dalam
sakuku. Rachel membayangkan kertas hasil cetakan GPR yang dapat membuktikan
kejahatan terencana ini dan berada dalam saku Velcro pakaian Mark IX-nya. Aku
harus menyampaikan hasil cetakan GPR kepada NRO ... segera.
Walau dalam keadaan setengah sadar, Rachel yakin pesannya akan diterima. Pada
pertengahan tahun delapan puluhan, NRO telah mengganti SAA dengan peralatan yang
tiga puluh kali lebih baik. Classic Wizard adalah telinga NRO seharga 12 juta
dolar yang dipasang di dasar lautan, dan betul-betul menjangkau secara global.
Dalam beberapa jam saja, superkomputer Cray di pos pendengaran NRO / NSA di
Menwith Hill, Inggris, akan mengenali rangkaian kode yang tidak biasa di salah
satu hydrophone Arktika, memecahkan kode tersebut sebagai tanda S.O.S.,
menentukan koordinat area tempat kode tersebut berasal, dan menerbangkan pesawat
penyelamat dari Thule Air Force Base di Greenland. Pesawat itu kemudian akan
menemukan tiga mayat di atas sebuah bongkahan es. Membeku. Tewas. Salah satunya
adalah pegawai NRO ... dan perempuan itu membawa secarik kertas tahan cuaca di
dalam sakunya. Selembar hasil cetakan GPR.
Peninggalan terakhir Norah Mangor.
Ketika para penyelamat itu menemukan kertas hasil cetakan tersebut, sebuah
terowongan misterius yang digunakan untuk menyisipkan meteorit itu akan
terlihat. Dari situ, Rachel tidak tahu apa yang akan terjadi berikutnya, tetapi
setidaknya dia tahu bahwa rahasia itu tidak akan mati bersama mereka di atas es
ini. 60 SETIAP PERGANTIAN presiden ke dalam Gedung Putih selalu melibatkan tur pribadi
dengan mengunjungi tiga gudang yang berisi koleksi berharga dari perabotan
peninggalan Gedung Putih terdahulu yang dijaga dengan ketat. Koleksi itu berupa:
meja-meja, perlengkapan makan dari perak, laci-laci, tempat tidur, dan benda-
benda lainnya yang digunakan presiden-presiden terdahulu sejak George
Washington. Selama tur tersebut, presiden pengganti diundang untuk memilih
peninggalan-peninggalan yang disukainya dan menggunakannya sebagai perabotan di
dalam Gedung Putih selama masa pemerintahannya. Hanya tempat tidur di Lincoln
Bedroom yang merupakan perabotan tetap di Gedung Putih. Ironisnya, Lincoln
sendiri tidak pernah tidur di atasnya.
Meja tulis yang sekarang digunakan Zach Herney di Ruang Oval, dulu adalah milik
idolanya, Harry Truman. Meja tersebut, walau kecil menurut ukuran standar
modern, berfungsi sebagai pengingat harian bahwa Zach Herney benar-benar
menjabat di kantor ini dan dia bertanggung jawab atas kekurangan dalam
pemerintahannya. Herney menerima tanggung jawab itu sebagai suatu kehormatan dan
dia berusaha sekuatnya untuk menanamkan motivasi pada stafnya agar melakukan apa
pun yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
"Pak Presiden?" sekretarisnya memanggil ketika melo ngok ke dalam kantor.
"Telepon Anda sudah tersambung."
Herney melambai. "Terima kasih."
Dia lalu meraih teleponnya. Dia sesungguhnya ingin berbicara secara pribadi,
tetapi dia sangat yakin sekarang ini dia tidak akan mendapatkannya. Dua ahli
rias berdiri seperti serangga di sisinya, mendandani, dan menyisirinya. Langsung
dari mejanya, seorang petugas televisi mulai bersiap-siap, dan kerumunan
penasihat dan orang-orang humas berkeliaran di sekitar kantornya dan membahas
strategi yang ingin dipakai dengan penuh semangat.
Satu jam lagi ... Herney menekan tombol yang menyala pada telepon pribadinya. "Lawrence" Kau di
sana?" "Aku di sini." Suara sang administrator terdengar letih dan jauh.
"Semuanya baik-baik saja di sana?"
"Badai masih berlangsung, tetapi orang -orangku mengatakan padaku sambungan
satelit tidak akan terganggu. Kita akan baik-baik saja. Dalam satu jam dan mulai
menghitung mundur." "Bagus sekali. Aku harap kalian tetap semangat."
"Sangat tinggi. Staf-stafku gembira. Kami baru saja minum bir bersama."
Herney tertawa. "Aku senang mendengarnya. Begini, aku ingin menelepon dan
berterima kasih padamu sebelum melakukan siaran ini. Malam ini akan menjadi
malam yang sangat hebat."
Sang administrator berhenti sejenak. Lalu suaranya terdengar tidak yakin, tidak
seperti biasanya. "Begitulah, Pak. Kita sudah menunggu peristiwa ini lama
sekali." Herney ragu-ragu. "Suaramu terdengar sangat letih."
"Aku perlu sinar matahari dan tempat tidur yang sesungguhnya."
"Satu jam lagi. Tersenyumlah pada kamera-kamera itu, nikmati saat itu, kemudian
kami akan mengirim pesawat ke sana untuk membawamu kembali ke D.C."
"Aku akan menunggunya." Lalu lelaki itu terdiam lagi. Sebagai seorang negosiaror
yang handal, Herney terlatih untuk mendengarkan maksud yang tidak terucapkan
dalam sebuah perkataan. Ada sesuatu di dalam suara sang administrator. "Kauyakin
segalanya berjalan dengan lancar?"
"Sangat yakin. Semua sistem berjalan lancar." Sang administrator tampaknya
bersemangat untuk mengganti topik. "Anda sudah melihat hasil suntingan terakhir
dalam film dokumenter Michael Tolland?"
"Baru saja," jawab Herney. "Dia melakukan pekerjaan yang luar biasa."
"Ya. Menyertakannya ke sini ternyata merupakan keputusan yang baik."
"Kau masih marah karena aku melibatkan ilmuwan sipil?"
"Ya, jelas." Sang administrator menggeram namun dengan nada gembira. Suaranya
terdengar kuat seperti biasanya lagi.
Itu membuat Herney merasa lebih baik. Ekstrom tidak apaapa, pikir Herney. Dia
hanya agak letih. "Baik, aku akan melihatmu lewat satelit. Kita akan membuat
peristiwa ini menjadi peristiwa yang tak terlupakan."
"Betul." "Hey, Lawrence?" Suara Herney sekarang menjadi lebih rendah dan lebih lembut.
"Kau sudah berhasil menyelesaikan pekerjaan besar di sana. Aku tidak akan
melupakannya." DI LUAR habispbere, diterpa angin yang kencang, Delta-Three berjuang untuk
membereskan dan mengepak kembali kereta luncur yang berisi tumpukan peralatan
Norah Mangor. Begitu semua peralatan itu sudah berada di atas kereta, dia
menutupi semuanya dengan lembaran vinyl dan meletakkan tubuh Norah Mangor di
atasnya, lalu mengikatnya. Ketika dia bersiap untuk menyeret kereta tersebut
keluar kawasan itu, kedua kawannya datang meluncur menaiki lereng es menuju ke
arahnya. "Perubahan rencana," se ru Delta-One keras untuk mengalahkan deru angin. "Ketiga
temannya yang lain jatuh dari tebing."
Delta-Three tidak heran. Dia juga tahu apa artinya itu. Rencana Delta Force
untuk menciptakan kesan kecelakaan dengan mengatur empat mayat di atas lapisan
es tidak lagi merupakan pilihan yang dapat dilaksanakan. Meninggalkan satu mayat
saja akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan. "Kita sapu saja?" tanyanya.
Delta-One mengangguk. "Aku akan mengurusi obor-obor itu dan kalian berdua
menyingkirkan kereta luncur."
Sementara Delta-One dengan saksama mengikuti kembali jejak keempat ilmuwan itu
sambil mengumpulkan setiap jejak terakhir yang menandakan adanya orang di tempat
itu, DeltaThree dan kawannya bergerak ke lereng es dengan kereta luncur yang
penuh. Setelah berjuang melewati beberapa gundukan es, akhirnya mereka tiba di
tepi tebing Milne Ice Shelf yang curam. Mereka lalu mendorong, dan Norah Mangor
berserta kereta luncurnya meluncur tanpa suara dari tebing, dan melayang ke
dalam Samudra Arktika. Sapuan bersib, pikir Delta-Three.
Ketika mereka bergerak kembali ke pangkalan, dia merasa senang ketika melihat
angin sedang menyapu bersih jejak yang dibuat sepatu ski mereka.
61 KAPAL SELAM bertenaga nuklir Charlotte telah ditempatkan di Samudra Arktika
selama lima hari sekarang. Keberadaannya di sini sangat dirahasiakan.
Sebagai sebuah kapal selam yang besar, Charlotte dirancang untuk "mendengarkan
dan tidak terdengar." Mesin turbinnya yang seberat 42 ton ditopang dengan pegas
untuk meredam guncangan yang mungkin mereka timbulkan. Walau kegunaannya adalah
sebagai kapal selam pengintai, kapal selam kelas Los Angeles ini memiliki ukuran
paling besar dibandingkan kapal selam-kapal selam lainnya. Dengan panjang 360
kaki dari hidung ke buritan, jika badan kapal selam tersebut diletakkan di atas
lapangan futbal NFL, kapal selam ini akan menghancurkan kedua gawangnya dan
masih terus membujur hingga merusak beberapa baris kursi penonton. Dengan
panjang tujuh kali kapal selam kelas Holland pertama milik marinir AS, Charlotte
memiliki bobot 6.927 ton dan dapat menjelajah dengan kecepatan yang mengagumkan,
35 knot. Kedalaman jelajah normal kapal selam tersebut tepat di bawah thermocline, garis
perubahan temperatur alami yang mendistorsikan refleksi sonar dari atas dan
membuat kapal selam ini tidak terlihat oleh radar di permukaan. Dengan awak
kapal sebanyak 148 orang dan kedalaman selam maksimum 1.500 kaki, kapal selam
itu melambangkan kapal selam tercanggih dan juga merupakan kebanggaan bagi
Angkatan Laut Amerikat Serikat. Sistem evaporative electrolysis oxygenation, dua
reaktor nuklir, dan persediaan yang dikelola dengan baik, memberikan kapal selam
tersebut kemampuan untuk berlayar mengelilingi dunia 21 kali tanpa harus naik ke
permukaan. Kotoran manusia yang berasal dari awak kapal, seperti yang biasa
terjadi pada kebanyakan kapal penjelajah, dipadatkan menjadi kotak seberat enam
puluh pon dan dibuang ke lautan. Batu kotoran manusia yang besar itu dalam
gurauan mereka disebut sebagai "umpan paus."
Seorang teknisi duduk di depan layar osilator di ruang sonar yang merupakan
salah satu yang terbaik di dunia. Otaknya terdiri atas kamus dari suara-suara
dan bentuk-bentuk gelombang. Dia mampu membedakan antara bunyi kipas dari
belasan kapal selam Rusia, ratusan hewan laut, dan bahkan mampu menentukan letak
berbagai gunung api di dalam laut hingga ke Jepang.
Pada saat itu, dia sedang mendengarkan gema berulangulang yang aneh. Bunyi itu,
walau dapat dengan mudah dapat dibedakan, sungguh tidak diduganya.
"Kau tidak akan percaya dengan apa yang kudengar dari alat pendengar ini,"
katanya pada asisten pencatatnya sambil menyerahkan headphone-nya.
Asistennya itu mengenakan headphone tersebut, lalu kesan ragu muncul pada
wajahnya. "Ya, ampun. Ini jelas sekali. Apa yang harus kita lakukan?"
Tanpa menjawab pertanyaan temannya, petugas sonar itu sudah menelepon sang
kapten. Ketika kapten kapal selam itu tiba di ruang sonar, teknisi itu menyambungkan
kabel sonar itu langsung ke satu set pengeras suara.
Sang kapten menyimak tanpa menampakkan ekspresi tertentu.
Dug. Dug. Dug. DUG ... DUG ... DUG ... Semakin lambat. Semakin lambat. Pola suara itu mulai menghilang. Semakin samar.
"Di mana koordinatnya?" tanya sang kapten.
Teknisi itu berdehem. "Sebenarnya, Pak, bunyi itu berasal dari permukaan, kira-
kira tiga mil di sebelah kanan kapal kita."
62 DI LORONG gelap di luar ruang baca Senator Sexton, kaki Gabrielle Ashe gemetar.
Bukan karena terlalu lama berdiri, tetapi karena kekecewaan pada apa yang sedang
didengarnya. Pertemuan di ruang sebelah masih terus berlangsung, tetapi
Gabrielle tidak perlu mendengarkan kata-kata lainnya. Kenyataannya tampak sangat
jelas dan menyakitkan. Senator Sexton menerima suap dari perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta.
Marjorie Tench telah mengatakan yang sebenarnya. Perasaan tidak menyenangkan
yang sekarang dirasakan Gabrielle sedang menyebar ke seluruh tubuhnya adalah
perasaan dikhianati. Dia sudah memercayai Sexton. Dia berjuang bagi sang
senator. Tega sekali dia melakukan ini" Gabrielle pernah melihat sang senator
berbohong di depan umum dari waktu ke waktu untuk melindungi kehidupan
pribadinya, tetapi itu hanya politik.
Yang ini melanggar hukum. Dia bahkan belum terpilih, namun dia sudah mulai
menjual Gedung Putih! Gabrielle tahu dia tidak dapat mendukung senator itu lagi. Berjanji untuk
mengeluarkan undang-undang privatisasi NASA hanya merupakan bentuk penghinaan,
baik bagi hukum maupun sistem demokrasi. Bahkan seandainya sang senator percaya
bahwa ini adalah untuk kebaikan semua orang, menjual keputusan itu secara
terang-terangan sejak awal, akan menghancurkan check and balance pemerintahan,
mengabaikan argumen dari Kongres, penasihat, pemilih, dan pelobi. Yang lebih
penting lagi, dengan menjamin privatisasi NASA, Sexton telah meratakan jalan
bagi penyalahgunaan ilmu pengetahuan secara terus-menerus dan lebih membela para
pengusaha kaya dan mengorbankan investor publik yang jujur.
Gabrielle merasa mual, dan bertanya-tanya apa yang harus dia lakukan.
Sebuah telepon berdering keras di belakangnya, dan memecah kesunyian lorong
tersebut. Dengan terkejut, Gabrielle berputar. Bunyi itu berasal dari lemari di
ruang depan - sebuah ponsel di saku mantel milik salah satu tamu.
"Permisi, Kawan -kawan," kata seseorang berlogat Texas di ruang baca itu. "Itu
ponselku." Gabrielle dapat mendengar lelaki itu bangkit. Dia akan menuju ke sinil Gabrielle
lalu berputar dan berlari, melintasi kembali permadani seperti ketika dia masuk
tadi. Di pertengahan gang, dia kemudian membelok ke kiri, dan merunduk ke dalam
kegelapan dapur tepat ketika lelaki Texas itu keluar dari ruang baca dan menuju
ke ruang depan. Gabrielle membeku, tidak bergerak di kegelapan.
Lelaki Texas itu melewati Gabrielle tanpa melihatnya.
Di antara suara degup jantungnya yang berdebar-debar kencang, Gabrielle dapat
mendengar lelaki itu mencari-cari ponselnya di saku mantelnya yang tergantung di
dalam le mari. Akhirnya, dia menjawab ponselnya yang dari tadi berdering itu.
"Ya" ... Kapan" ... Betulkah" ... Kami akan menyalakannya. Terima kasih." Lelaki
itu menutup teleponnya dan berjalan kembali ke ruang baca, dan berseru ketika
tiba di dalam. "Hey! Nyalakan televisi. Tampaknya Zack Herney akan mengadakan
konferensi pers darurat malam ini. Pukul delapan. Di semua saluran. Entah itu
tentang AS menyatakan perang dengan Cina atau Stasiun Ruang Angkasa
Internasional baru saja jatuh ke samudra."
"Bukankah itu sesuatu yang akan membuat kita bisa bersulang?"


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semua orang tertawa. Gabrielle merasa dapur di sekelilingnya berputar. Konferensi pers pukul delapan
malam" Tampaknya Tench sama sekali tidak membual. Dia telah memberi waktu hingga
pukul delapan malam kepada Gabrielle untuk memberikan pernyataan yang berisi
pengakuan tentang hubungan gelap itu. Jauhkan dirimu dari sang senator sebelum
terlambat, kata Tench. Gabrielle menduga batas waktu itu itu adalah agar Gedung
Putih dapat membocorkan informasi tersebut ke koran besok pagi, tetapi sekarang
tampaknya Gedung Putih berniat untuk mengumumkan sendiri tuduhan mereka.
Sebuah konferensi pers darurat" Semakin Gabrielle mempertimbangkannya, hal itu
semakin tampak aneh. Herney akan mengumumkan informasi tersebut langsung"
Sendirian" Televisi menyala di ruang baca. Suara pembawa acaranya terdengar berapi-api
karena sangat gembira. "Gedung Putih belum memberi tahu topik apa yang akan
dibicarakan Presiden malam ini, dan karena itulah banyak terjadi spekulasi di
sini. Beberapa analis politik sekarang berpikir bahwa sebagai kelanjutan dari
menghilangnya Presiden akhir-akhir ini dari kampanyenya, Zach Herney mungkin
sedang mempersiapkan pengumuman bahwa dirinya tidak akan memerintah lagi untuk
kedua kalinya." Sorakan penuh harap terdengar di ruang baca.
Aneh, pikir Gabrielle. Dengan semua informasi buruk tentang Sexton yang
dimilikinya, tidak mungkin Presiden menyerah begitu saja malam ini. Konferensi
pers malam ini adalah tentang sesuatu yang lain. Hati Gabrielle merasa ciut
karena dia sudah mendapatkan peringatan tentang topik yang akan disiarkan itu.
Dengan tergesa-gesa, dia melihat jam tangannya. Kurang dari satu jam. Dia harus
membuat keputusan, dan dia tahu dengan siapa dia harus berbicara. Sambil
mengepit map berisi foto-foto tidak senonohnya di bawah lengannya, Gabrielle
diam-diam keluar dari apartemen.
Di gang, si penjaga tampak lega. "Aku mendengar ada sorak sorai di dalam.
Tampaknya kau hebat."
Gabrielle tersenyum dan segera menuju lift.
Di jalanan, malam yang mencemaskan itu terasa semakin pahit. Setelah memanggil
taksi, Gabrielle masuk dan mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa dia tahu
persis apa yang akan dilakukannya.
"Studio televisi ABC," katanya pada si pengemudi. "Cepat ya, Pak."
63 KETIKA MICHAEL Tolland terbaring miring di atas es, dia meletakkan kepalanya di
atas lengannya yang terjulur dan sudah tidak dapat dirasakannya lagi. Walau
kelopak matanya terasa berat, dia terus berusaha menjaganya agar tetap terbuka.
Dari sudut pandangnya, Tolland mencoba menatap gambaran terakhir dari dunia di
sekelilingnya yang sekarang hanya terdiri laut dan es dalam sudut pandang
miring. Ini sepertinya akhir yang cocok untuk sebuah hari di mana semua hal
tidak seperti yang terlihat sebelumnya.
Rasa tenang yang menakutkan mulai terasa di atas rakit dari es itu. Rachel dan
Corky sudah terdiam, dan pukulan pukulan itu sudah berhenti. Semakin mereka
mengambang dan menjauh dari Milne Ice Shelf, semakin tenang angin bertiup.
Tolland mendengar tubuhnya juga mulai lebih tenang. Dengan penutup kepala yang
dengan ketat menjepit telinganya, dia dapat mendengar napasnya sendiri. Suara
napasnya itu semakin lemah ... semakin dangkal. Tubuhnya tidak lagi dapat
melawan sensasi tekanan yang mengiringi peredaran darahnya yang berlomba
mengalir menjauh dari anggota tubuhnya seperti awak kapal yang lari meninggalkan
kapal. Secara naluriah, darahnya hanya mengalir ke organorgan vitalnya dalam
usaha terakhir untuk membuatnya tetap sadar.
Sebuah pertempuran m enuju kekalahan, dia tahu itu. Anehnya, tidak ada rasa
sakit lagi. Dia telah melewati tahap itu. Sensasi yang dirasakannya sekarang
adalah seperti dipompa. Mati rasa. Mengambang. Ketika gerak refleks pertamanya -
mengedip - mulai tidak bekerja, pandangan Tolland juga mulai memudar. Cairan mata
yang mengitari korneanya dan lensa matanya berulang kali membeku. Tolland
menatap lagi Milne Ice Shelf yang semakin kabur yang sekarang hanya tampak
sebagai bentuk putih samar dalam sinar bulan yang buram.
Dia merasa jiwanya mengakui kekalahan ini. Terhuyunghuyung di antara ada dan
tiada, dia menatap lagi ke ombak lautan di kejauhan. Angin menderu di
sekelilingnya. Saat itu Tolland mulai berhalusinasi. Anehnya, pada detik -detik terakhirnya
sebelum pingsan, dia tidak berhalusinasi tentang penyelamatan. Dia tidak
berhalusinasi tentang kehangatan dan kenyamanan. Khayalan terakhirnya bahkan
sangat mengerikan. Seekor monster muncul dari air di sisi bongkahan es yang niereka tumpangi, dan
menembus permukaan dengan desisan keras. Seperti monster laut lainnya dalam
dongeng-dongeng, monster ini datang dalam bentuk yang licin, hitam, dan
menakutkan dengan air yang berbuih di sekitarnya. Tolland memaksakan diri untuk
mengedipkan matanya. Pandangannya menjadi sedikit jelas. Hewan buas itu
mendekat, dan menabrak es seperti hiu besar menabrak perahu kecil. Monster
itubesar sekali, dan menjulang di depannya. Kulitnya berkilauan dan basah.
Ketika gambaran samar itu berubah menjadi kegelapan, semua yang tersisa hanyalah
bunyi-bunyian. Metal beradu dengan metal. Gigi menggerus es. Datang semakin
dekat. Menarik tubuh-tubuh itu pergi.
Rachel.... Tolland merasa dirinya juga mulai ditarik dengan kasar. Dan kemudian segalanya
menjadi gelap. 64 GABRIELLE ASHE berlari-lari ketika dia memasuki ruang produksi di lantai tiga
stasiun televisi ABC News. Walau begitu, dia bergerak lebih lambat dibandingkan
orang-orang lainnya di ruangan itu. Intensitas di ruang produksi ini selalu
tinggi selama 24 jam sehari, tetapi pada saat itu, sekat-sekat ruangan di
depannya tampak seperti lan tai bursa saham yang sedang berlomba. Para editor
dengan mata nyalang saling berteriak-teriak dari atas kompartemen mereka, para
wartawan berlarian dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya sambil melambai-
lambaikan kertas faks untuk mencocokkan catatan, dan pegawai-pegawai magang yang
panik, menghisap Snickers and Mountain Dew di antara tugas yang mereka kerjakan.
Gabrielle datang ke ABC untuk bertemu dengan Yolanda Cole.
Biasanya Yolanda dapat ditemui di area produksi eksklusif yang terdiri dari
kantor-kantor pribadi berdinding kaca yang di-peruntukkan bagi para pengambil
keputusan yang benarbenar memerlukan ketenangan untuk berpikir. Tetapi malam
ini, Yolanda sedang berada di tengah -tengah ruangan produksi yang terbuka - di
antara keramaian itu. Ketika Yolanda melihat Gabrielle, dia menjerit gembira
seperti biasanya. "Gabs!" Yolanda mengenakan pakaian batik dan kacamata dengan bingkai berpola
kulit penyu. Seperti biasanya, Yolanda mengenakan aksesoris dari perhiasan yang
berkilauan. Yolan da berjalan bergoyang-goyang, dan melambai. "Peluk!"
Yolanda Cole sudah menjadi editor acara di ABC News Washington selama enam belas
tahun. Yolanda adalah seorang perempuan Polandia dengan wajah berbintik-bintik,
bertubuh pendek gemuk, dan rambut yang mulai menipis. Dia dipanggil semua orang
dengan sebutan sayang: "Ibu". Penam pilannya yang keibuan dan ceria
menyembunyikan kecerdikannya yang tanpa belas kasihan jika ingin mendapatkan
berita. Gabrielle bertemu dengan Yolanda dalam acara Women in Politics yang
dipandu Yolanda. Gabrielle menghadiri acara itu tak lama setelah dia tiba di
Washington. Mereka berbincang-bincang tentang latar belakang Gabrielle,
tantangan menjadi seorang perempuan di D.C., dan akhirnya tentang E lvis Presley
- sebuah kesukaan bersama yang mere ka temukan secara mengejutkan sehingga mereka
bisa saling berbagi. Yolanda telah membimbingnya dan membantunya memperluas
koneksi. Gabrielle masih singgah kurang lebih sebulan sekali untuk menyapa dan
mengetah ui kabarnya. Gabrielle memeluknya erat, dan semangat Yolanda telah mengangkat semangatnya
juga. Yolanda melangkah mundur dan menatap Gabrielle. "Kau seperti berusia seratus
tahun, Nak! Ada apa denganmu?"
Gabrielle merendahkan suaranya. "Aku dalam masalah, Yolanda."
"Itu bukan kata-kata yang seharusnya kudengar. Kandidatmu tampaknya sedang naik
daun." "Ada tempat yang dapat kita gunakan untuk berbicara berdua saja?"
"Bukan waktu yang tepat, Sayangku. Presiden akan memulai konferensi pers
setengah jam lagi, dan kami masih belum tahu apa topiknya. Aku harus menulis
komentar ahli, dan aku tidak tahu apa-apa."
"Aku tahu topik konferensi pers ini."
Yolanda menurunkan kacamatanya, dan tampak tidak percaya. "Gabrielle,
korespondensi kami di dalam Gedung Putih pun tidak punya bayangan tentang hal
ini. Dan kau berkata pihak Sexton memiliki informasi ini lebih dahulu?"
"Tidak. Maksudku, akulah yang memiliki informasi ini lebih dahulu. Beri aku
waktu lima menit, dan aku akan menceritakan segalanya padamu.
Yolanda melihat ke arah map merah dengan lambang Gedung Putih di tangan
Gabrielle. "Itu map internal Gedung Putih. Darimana kau mendapatkannya?"
"Dalam pertemuan pribadi dengan Marjorie Tench tadi sore."
Yolanda menatap lama. "Ikuti aku." Di dalam kantor pribadi Yolanda yang berdinding kaca, Gabrielle
menceritakan semuanya pada teman kepercayaannya itu, mengakui memiliki hubungan
gelap satu malam dengan Sexton, dan kenyataan bahwa Tench memiliki foto-foto
tentang kejadian itu. Yolanda tersenyum lebar dan menggelengkan kepalanya sambil tertawa. Tampaknya
dia sudah hidup dalam dunia kewartawanan begitu lama sehingga tidak ada lagi
yang dapat mengejutkannya. "Oh, Gabs, aku sudah punya firasat kau dan Sexton
memiliki hubungan gelap. Tidak mengejutkan . Dia punya reputasi sebagai playboy
sementara kau seorang gadis cantik. Aku prihatin tentang foto-foto itu. Meski
demi-kian, aku tidak akan mengkhawatirkannya."
Jangan khawatir tentang hal itu"
Gabrielle juga menjelaskan bahwa Tench menuduh Sexton menerima suap dari
perusahaan -perusahaan ruang angkasa dan Gabrielle baru saja mendengar pertemuan
rahasia antara Sexton dengan SFF sehingga memastikan informasi tersebut. Sekali
lagi, ekspresi Yolanda hanya memperlihatkan sedikit keterkejutan atau
keprihatinan sampai Gabrielle mengatakan ingin mengakui hubungan gelapnya dengan
sang senator. Sekarang Yolanda tampak bingung. "Gabrielle, jika kau menyerahkan sebuah dokumen
resmi yang mengatakan bahwa kau tidur bersama seorang senator AS dan dulu
berdiam saja di samping lelaki itu ketika dia menyangkal hal itu, itu urusanmu.
Tetapi menurutku, itu tindakan yang sangat buruk untuk kau-lakukan. Kau harus
berpikir lama dan keras tentang apa akibat tindakan itu padamu."
"Kau tidak mendengarkan aku. Aku tidak punya waktu sebanyak itu!"
"Aku mendengarkanmu, dan Sayangku, apakah waktu berjalan atau tidak, ada satu
hal pasti yang tidak boleh kau lakukan. Kau tidak boleh mengatakan bahwa seorang
senator AS terlibat skandal seks. Itu namanya bunuh diri. Begini saja, Nak, jika
kau ingin menjatuhkan seorang kandidat presiden, kau sebaiknya masuk ke mobilmu
dan pergi sejauh mungkin dari D.C. Kau akan menjadi perempuan yang mudah sekali
dikenali. Banyak orang mengeluarkan banyak uang supaya para calon presidennya
menempati tempat teratas. Ada banyak uang dan kekuasaan yang dipertaruhkan di
sini - kekuasaan yang mampu membuat orang membunuh untuk mendapat kannya.
Sekarang Gabrielle terdiam.
"Secara pribadi," Yolanda melanjutkan, "kupikir Tench bergantung padamu. Dia
berharap kau akan panik dan berbuat bodoh ... seperti meyakinkan pernyataannya
dan mengakui hubungan gelap itu." Kemudian dia menunjuk ke arah map merah di
tangan Gabrielle. "Foto-fotomu dan Sexton tidak akan berarti kecuali kau dan
Sexton mengakui kebenarannya. Gedung Putih tahu, kalau mereka membocorkan foto-
foto itu, Sexton akan dengan mudah menyatakan bahwa foto-foto itu palsu dan
melemparkan kembali foto-foto tersebut ke wajah presiden."
"Aku juga berpikir seperti itu, tetapi tetap saja isu tentang penyuapan itu
adalah - " "Sayangku, pikirkanlah. Jika Gedung Putih belum mengumumkan tentang penyuapan
itu, mereka mungkin memang tidak bermaksud untuk begitu. Presiden sangat
bersungguh sungguh tentang kampanye negatif. Dugaanku adalah, Presiden
memutuskan untuk menyelamatkan sebuah perusahaan pesawat ruang angkasa dari
sebuah skandal dan mengirim Tench untuk mengejarmu dengan bualannya dengan
harapan kau akan ketakutan karena telah menyembunyikan sebuah skandal seks
sehingga kau akhirnya menusuk punggung kan didatmu sendiri."
Gabrielle mempertimbangkannya. Pendapat Yolanda masuk akal juga, namun masih ada
yang terasa aneh. Gabrielle menun juk ke luar dinding kaca ke arah ruang berita
yang sedang riuh. "Yolanda, anak buahmu sedang bersiap-siap untuk meng hadapi
konferensi pers besar. Kalau Presiden tidak akan meng-umumkan isu tentang suap
dan skandal seks, lalu tentang apa?"
Yolanda tampak terpaku. "Tunggu sebentar. Kaupikir, konferensi pers ini tentang
kau dan Sexton?" "Atau penyuapan itu. Atau keduanya. Tench mengatakan padaku, aku punya
kesempatan hingga pukul delapan malam untuk menandatangani sebuah surat
pengakuan atau Presiden akan mengumumkan - "
Yolanda tertawa keras hingga menggetarkan dinding kaca kantornya. "Aduh! Tunggu
dulu! Kau membuatku tidak tahan lagi!"
Gabrielle sedang tidak ingin bergurau. "Apa?"
"Gabs, dengarkan," kata Yolanda sambil berusaha untuk menghentikan tawanya
sendiri, "perc ayalah padaku tentang ini. Aku sudah berurusan dengan Gedung
Putih selama enam belas tahun, dan tidak mungkin Zach Herney mengumpulkan media
global seperti ini hanya untuk mengatakan kecurigaannya bahwa Senator Sexton
telah menerima suap atau tidur denganmu. Itu jenis informasi yang kau bocorkan.
Presiden tidak akan mendapatkan popularitas dengan cara merusak program acara
tetap di televisi hanya untuk uring-uringan dan berkeluh kesah tentang skandal
seks atau dugaan samar-samar mengenai adanya pelanggaran dalam pendanaan
kampanye lawannya." "Samar-samar?" sergah Gabrielle."Secara terang-terangan menjual keputusanmu
mengenai undang-undang ruang angkasa demi mendapat uang jutaan dolar untuk iklan
kampanye sama sekali bukan isu samar-samar!"
"Kau yakin itu yang dikerjakan Sexton?" Sekarang nada kalimat Yolanda terdengar
keras. "Kau merasa cukup yakin untuk membuka aibmu sendiri di depan televisi
nasional" Pikirkan itu. Sekarang ini untuk mencapai sesuatu memerlukan sekutu yang banyak,
dan keuangan kampanye merupakan hal yang rumit. Mungkin saja apa yang dilakukan
Sexton itu adalah rapat yang sah."
"Dia melanggar hukum," kata Gabrielle. Benar, kan"
"Atau mungkin juga Marjorie Tench sudah membuatmu percaya Sexton sudah melanggar
hukum. Para kandidat memang selalu menerima donasi di belakang layar dari
perusahaan-perusahaan besar. Mungkin saja itu tidak baik, tetapi tidak bisa
dianggap melanggar hukum. Kenyataannya, sebagian besar masalah hukum yang muncul
tidak berhubungan dengan dari mana uang itu berasal, tetapi bagaimana seorang
kandidat memilih untuk menggunakannya."
Gabrielle ragu-ragu, sekarang dia merasa tidak yakin.
"Gabs, Gedung Putih mempermainkanmu sore ini. Mere ka berusaha membuatmu melawan
kandidatmu sendiri, dan sejauh ini kau sudah termakan bualan mereka. Jika aku
mencari seseorang untuk kupercaya, kupikir aku akan tetap bersama Sexton sebelum
meloncat ke kapal yang dipimpin Marjorie Tench."
Telepon Yolanda berdering. Dia mengangkatnya, lalu mengangguk, dan mengeluarkan
suara hm hm, hm hm, dan mencatat. "Menarik," akhirnya dia berkata. "Aku akan.
segera ke sana. Terima kasih."
Yolanda menutup teleponnya dan berpaling pada Rachel lagi dengan alis terangkat.
"Gabs, tampaknya kau sudah terbebas. Tepat seperti yang telah kuperkirakan."
"Ada apa?" "Aku belum tahu rinciannya, tetapi aku dapat mengatakannya ini padamu:
konferensi pers Presiden tidak ada hubungannya dengan skandal seks atau
pendanaan kampanye."
Gabrielle merasakan adanya secercah harapan dan sangat ingin memercayai Yolan
da. "Bagaimana kautahu hal itu?"
"Orang dalam Gedung Putih baru saja membocorkan kalau konferensi pers ini
berhubungan dengan NASA."
Gabrielle tiba-tiba duduk dengan tegak. "NASA?"
Yolanda mengedipkan matanya. "Malam ini mungkin malam keberuntunganmu. Aku
bertaruh, Presiden Herney merasa sangat tertekan oleh Senator Sexton sehingga
dia memutuskan Gedung Putih tidak punya pilihan lagi selain menghentikan
pendanaan International Space Station. Itu menje laskan semua liputan media
global akhir-akhir ini."
Sebuah konferensi pers untuk menghentikan proyek stasiun ruang angkasa"
Gabrielle tidak dapat membayangkannya.
Yolanda berdiri. "Tentang Tench yang menyerangmu sore ini" Mungkin saja itu
hanya sebuah usaha terakhir untuk menjegal Sexton sebelum Presiden berbicara di
depan umum dan menyampaikan berita buruk ini. Tidak ada yang dapat menjatuhkan
seorang calon presiden selain skandal seks. Bagaimana pun juga Gabs, aku harus
kembali bekerja. Nasihatku untukmu: ambil secangkir kopi, lalu duduklah di sini,


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kemudian nyalakan televisi, dan nikmati saja seperti orangorang lainnya. Kami
masih punya waktu dua puluh menit sebelum pertunjukan dimulai. Dan kuberi tahu
kau ya, Presiden tidak mungkin melakukan sesuatu yang akan mempermalukan dirinya
sendiri. Dia sudah membuat seluruh dunia menyaksikannya malam ini. Apa pun yang
akan dikatakannya, pasti sesuatu yang serius." Lalu Yolanda mengedipkan matanya
untuk meyakinkan Gabrielle. "Sekarang, berikan map itu padaku."
"Apa?" Tangan Yolanda terulur. "Foto-foto ini akan terkunci di dalam mejaku hingga
semuanya berakhir. Aku harus merasa yakin kau tidak akan melakukan sesuatu yang
bodoh." Dengan enggan, Gabrielle menyerahkan map itu.
Yolanda lalu menyimpannya di dalam laci mejanya, kemudian menguncinya, dan
mengantongi kunci tersebut. "Kau akan berterima kasih padaku, Gabs. Aku
bersumpah." Dengan bergurau, dia mengacak-acak rambut Gabrielle sambil berjalan
keluar. "Duduklah dengan tenang. Kukira berita baik akan segera terdengar."
Gabrielle duduk sendirian di dalam ruang berdinding kaca dan membiarkan
pembawaan Yolanda yang berapi-api itu mengangkat semangatnya juga. Yang dapat
dipikirkan Gabrielle saat ini hanyalah senyuman puas di wajah Marjorie Tench
sore tadi. Gabrielle tidak dapat membayangkan apa yang akan dikatakan Presiden
kepada dunia, tetapi dia tahu, itu tidak akan bagus untuk Senator Sexton.
65 RACHEL SEXTON merasa seolah dirinya sedang dibakar hidup-hidup.
Ini hujan api! Dia mencoba membuka matanya, tetapi yang dapat dilihatnya hanyalah sosok-sosok
buram dan sinar yang menyilaukan. Ada hujan di sekitarnya. Hujan yang
membakarnya. Menusuk-nusuk kulit telanjangnya. Dia berbaring miring dan dapat
merasakan keramik panas di bawah tubuhnya. Dia menggulung tubuhnya lebih erat
lagi hin gga ke posisi seperti janin sambil mencoba untuk melindungi dirinya
dari cairan yang menusuk-nusuknya dan memancar dari atas. Dia mencium bau kimia.
Mungkin kaporit. Dia mencoba untuk merangkak pergi, tetapi tidak bisa. Tangan-
tangan kuat itu menekan bah unya ke bawah, dan menahannya.
Biarkan aku pergi! Aku terbakar!
Secara naluriah, dia memberontak untuk membebaskan diri, dan lagi-lagi tubuhnya
ditahan oleh tangan -tangan kuat itu. "Jangan bergerak," kata suara seorang
lelaki dengan aksen Amerika. Suaranya terdengar profesional. "Sebentar lagi
selesai." Apanya yang akan selesai" Rachel bertanya-tanya. Rasa sakit ini" Hidupku" Dia
mencoba untuk memusatkan penglihatan nya. Sinar di dalam ruangan ini sangat
terang. Dia merasakan ruangan ini kecil. Sempit. B erlangit-langit rendah.
"Aku terbakar!" Rachel menjerit dalam bisikan.
"Kau tidak apa-apa," kata suara itu lagi. "Air ini suamsuam kuku. Percayalah
padaku." Rachel sadar dia tidak mengenakan pakaiannya, dan hanya mengenakan pakaian dalam
yang basah kuyup. Dia tidak sempat merasa malu karena benaknya dipenuhi banyak
pertanyaan. Kenangan-kenangan itu kembali seperti aliran air yang deras. Lapisan es itu.
GPR. Serangan. Siapa" Aku di mana" Dia mencoba menyatukan serpihan kenangan itu,
tetapi pikirannya terasa begitu lambat, seperti satu perangkat peralatan yang
tersumbat. Dari kebingungan yang mengacaukan itu, muncul satu pikiran lain:
Michael dan Corky ... di mana mereka"
Rachel mencoba untuk memusatkan penglihatannya yang kabur, tetapi hanya mampu
melihat beberapa orang lelaki berdiri di sampingnya. Mereka semua mengenakan
pakaian jumpsuit berwarna biru. Dia ingin berbicara, tetapi mulutnya menolak
untuk mengeluarkan satu kata pun. Rasa terbakar di kulitnya sekarang tiba-tiba
menghilang dan digantikan dengan gelombang rasa sakit yang bergulung melalui
ototototnya seperti getaran gempa.
"Biarkan," kata seorang lelaki. "Darahmu harus mengalir kembali ke dalam otot-
ototmu." Lelaki itu berbicara seperti layaknya seorang dokter. "Coba gerakkan
anggota tubuhmu sebanyak mungkin."
Rasa sakit yang menyiksa tubuhnya membuat Rachel merasa seperti dipukul dengan
sebuah palu. Dia berbaring di sana di atas keramik, dadanya menegang, dan dia
hampir tidak dapat bernapas.
"Gerakkan lengan dan kakimu," kata lelaki itu memaksa. "Walau terasa agak
menyakitkan." Rachel mencoba. Setiap gerakan yang dilakukannya membuatnya merasa seperti
sebilah pisau ditusukkan ke dalam sendi-sendinya. Semprotan air itu menjadi
lebih panas sekarang. Rasa terbakar itu kembali. Dan rasa sakit yang meng
hancurkan itu terus berlanjut. Pada saat Rachel merasa tidak sanggup untuk
menahan beberapa saat lagi, dia merasa seseorang menyuntiknya. Dengan cepat rasa
sakit itu mereda, semakin dan semakin berkurang, kemudian menghilang. Tubuhnya
sudah tidak terlalu menggigil lagi. Dia merasa dapat bernapas lagi.
Sekarang perasaan baru menyebar di seluruh tubuhnya: rasa tusukan peniti dan
jarum. Di mana-mana, menusuk semakin tajam, dan bertambah tajam. Jutaan tusukan
ujung jarum itu menjadi semakin keras setiap kali dia bergerak. Dia mencoba
untuk tidak bergerak, tetapi siraman air itu masih terus me-mukulinya. Lelaki
yang berjongkok di sampingnya memegangi lengannya, dan menggerakkannya.
Tuhan, sakit sekali! Rachel terlalu lemah untuk melawan. Air mata keletihan dan
kesakitan membanjiri wajahnya. Dia memejamkan matanya erat-erat, dan mencoba
menutup dirinya dari dunia.
Akhirnya, tusukan jarum dan peniti itu mulai menghilang. Hujan dari atas
berhenti. Ketika Rachel membuka matanya, pandangan matanya menjadi lebih jelas.
Saat itulah dia dapat melihat mereka.
Corky dan Tolland berbaring di dekatnya, menggigil, setengah telanjang, dan
basah kuyup. Dari penderitaan di wajah mereka, Rachel menduga mereka juga baru
saja mengalami hal yang sama. Mata cokelat Michael Tolland memerah dan berair.
Ketika Tolland melihat Rachel, dia sanggup tersenyum lemah. Bibirnya yang
berwarna biru bergetar. Rachel mencoba untuk duduk, dan melihat ke ruangan di sekelilingnya yang aneh.
Ternyata mereka bertiga terbaring geme-taran dalam keadaan setengah telanjang di
lantai sebuah kamar mandi kecil.
66 LENGAN-LENGAN kuat itu mengangkat tubuh Rachel.
Rachel merasa orang-orang asing yang kuat itu mengeringkan tubuhnya dan membung
kusnya dengan selimut. Dia kemudian ditempatkan di atas sebuah tempat tidur
periksa dan menerima urutan kuat-kuat di kedua lengan dan kakinya. Lalu suntikan
lagi di lengannya. "Adrenalin," kata seseorang.
Rachel merasa obat itu menjalar ke seluruh nadinya seperti kekuatan kehidupan,
dan memperkuat otot -ototnya. Walau dia masih merasakan kekosongan yang dingin,
Rachel mulai merasa darah mengaliri anggota tubuhnya.
Kembali dari kematian. Dia mencoba memusatkan penglihatannya. Tolland dan Corky berbaring di dekatnya,
dan gemetar di balik selimut ketika orang-orang itu memijat tubuh mereka, dan
memberikan suntikan seperti yang diberikan kepada Rachel tadi. Rachel merasa
yakin sekumpulan orang misterius ini telah menyelamat kan hidup mereka. Banyak
di antaranya basah kuyup, dan tampaknya masuk ke dalam ruang pancuran dengan
berpakaian lengkap ketika menolong mereka. Siapa mereka dan bagaimana mereka
menemukan dirinya dan teman-temannya tepat pada waktunya, Rachel tidak tahu. Itu
tidak penting saat ini. Kita hidup.
"Di mana ... kita?" Rachel berusaha berbicara, tetapi usaha sederhana untuk
berbicara itu ternyata mengakibatkan sakit kepala yang luar biasa.
Lelaki yang memijatnya menjawab. "Kalian berada di dek medis kapal selam kelas
Los Angeles - " "Bersiap!" seseorang berseru.
Rachel merasakan adanya kegemparan di sekitarnya, dan dia mencoba untuk duduk.
Salah satu dari lelaki berpakaian biru membantunya duduk, dan menaikkan selimut
yang membungkus tubuh Rachel. Rachel menggosok matanya dan melihat seseorang
berjalan memasuki ruangan.
Pendatang baru itu adalah seorang lelaki Afrika-Amerika yang kuat. Dia tampan
dan berwibawa. Seragamnya dari bahan khaki. "Istirahat," katanya sambil bergerak
ke arah Rachel, dan berhenti di sebelahnya. Setelah itu dia menatap Rachel
dengan matanya yang hitam dan tegas. "Harold Brown," katanya dengan suara dalam
dan berwibaw a. "Kapten U.S.S. Charlotte. Dan kau?"
U.S.S. Charlotte, pikir Rachel. Nama itu terdengar agak akrab dengannya. "Sexton
...," jawabnya. "Aku Rachel Sexton."
Lelaki itu tampak bingung. Dia melangkah mendekat, dan mengamatinya dengan lebih
saksama. "Ya, ampun. Jadi itu kau."
Rachel bingung. Dia mengenalku" Rachel yakin dia tidak mengenal lelaki ini,
walau ketika matanya berpindah dari wajah lelaki itu ke lambang di dadanya, dia
melihat emblem yang tidak asing lagi: rajawali sedang mencengkeram sebuah
jangkar yang dikelilingi kata-kata U.S. NAVY.
Sekarang dia mengerti mengapa dia tahu nama Charlotte.
"Selamat datang di kapal kami, Ms. Sexton," kata sang kapten. "Kau sudah
meringkas sejumlah laporan intelijen awal dari kapal ini. Aku tahu siapa kau."
"Tetapi apa yang kaulakukan di perairan ini?" sergah Rachel.
Wajah lelaki itu menjadi agak keras. "Sejujurnya, Ms. Sexton, aku baru saja
ingin menanyakan pertanyaan yang sama ke-padamu."
Perlahan-lahan Tolland duduk, lalu membuka mulutnya untuk berbicara. Rachel
menyuruhnya diam dengan gelengan kepala yang tegas. Tidak di sini. Jangan
sekarang. Dia yakin hal pertama yang ingin dikatakan Corky dan Tolland adalah
tentang meteorit itu dan penyerangan, tetapi itu bukanlah topik yang baik untuk
dibicarakan di depan awak kapal selam ini. Di dalam dunia intelijen, tidak
peduli ada krisis atau tidak, KERAHASIAAN masih tetap yang paling penting.
Meteorit itu tetap menjadi hal yang sangat rahasia.
"Aku harus berbicara dengan direktur NRO William Pickering," katanya kepada sang
kapten. "Pribadi, dan segera."
Sang kapten menaikkan alisnya. Tampaknya dia tidak terbiasa menerima perintah di
atas kapalnya sendiri. "Aku memiliki informasi rahasia yang harus kusampaikan kepadanya."
Sang kapten mengamatinya dengan lama. "Kita kembalikan dulu suhu tubuhmu, dan
kemudian aku akan sambungkan kau dengan direktur NRO."
"Ini mendesak, Pak. Aku - " Rachel tiba-tiba berhenti. Matanya baru saja melihat
jam dinding di atas lemari obat.
Pukul 19:51 Rachel mengedipkan matanya, lalu menatap lagi. "Apakah ... apakah jam itu
tepat"' "Kau sedang berada di sebuah kapal Angkatan Laut, Bu. Jam kami semuanya akurat."
"Dan itu ... waktu Timur?"
"Pukul 7:51 malam. Waktu Timur. Kita berada di Norfolk."
Tuhanku! serunya dalam hati. Rachel seperti terpaku. Baru pukul 7:51 malam"
Rachel mengira dia telah pingsan selama berjam-jam. Ini bahkan belum lewat dari
pukul delapan" Presiden belum berbicara di depan umum tentang meteorit itu! Aku
masih punya waktu untuk menghentikannya! Dia segera meluncur turun dari tempat
tidur periksa sambil membungkuskan selimut di sekitar tubuhnya. Kakinya terasa
gemetar. "Aku harus berbicara dengan Presiden sekarang juga."
Sang kapten tampak bingung. "Presiden apa?"
"Presiden Amerika Serikat!"
"Kupikir tadi kauingin berbicara dengan William Pickering."
"Aku tidak punya waktu. Aku perlu Presiden."
Sang kapten tidak bergerak. Tubuhnya yang besar menghalangi Rachel. "Sejauh yang
aku tahu, Presiden sekarang sedang bersiap memberikan konferensi pers yang
sangat penting dan disiarkan langsung. Aku ragu Presiden mau menerima telepon
pribadi." Rachel berdiri setegak mungkin di atas kakinya yang gemetar dan menatap mata
sang kapten dengan tajam. "Pak, kau tidak punya izin resmi untuk menerima
penjelasan dariku. Aku hanya dapat mengatakan bahwa Presiden akan berbuat
kesalahan fatal. Aku memiliki informasi yang harus didengarnya. Sekarang. Kau
harus memercayaiku."
Sang kapten menatapnya lama. Lalu sambil mengerutkan keningnya dia menatap jam
dinding itu lagi. "Sembilan menit" Aku tidak dapat menghubungkanmu melalui jalur
aman ke Gedung Putih dalam waktu sesingkat itu. Yang dapat kutawarkan padamu
hanyalah telepon radio. Tidak aman. Dan kami harus menjangkau kedalaman antena,
yang berarti akan membutuhkan waktu beberapa - "
"Lakukan sekarang!"
67 TELEPON RESEPSIONIS Gedung Putih terletak di lantai bawah Sayap Timur. Tiga
telepon resepsionis itu selalu dalam keadaan siaga. Pada saat itu, hanya dua
orang yang duduk di depan telepon tersebut. Operator ketiga sedang berlari
dengan kecepatan tinggi menuju Briefing Room. Di tangan perempuan itu tergenggam
sebuah telepon nirkabel. Dia tadi berusaha menyambungkan panggilan telepon itu
ke Ruang Oval, namun Presiden sudah dalam perjalanan menuju tempat kon ferensi
pers. Dia mencoba menelepon ajudan -ajudannya di ponsel mereka, tetapi sebelum
acara televisi itu selesai, semua ponsel di dalam Briefing Room dimatikan
sehingga tidak mengganggu jalannya acara.
Berlari dengan membawa telepon itu langsung ke Presiden pada waktu seperti ini
saja tampaknya sudah menim bulkan pertanyaan. Apalagi ketika agen penghubung
Gedung Putih dari NRO yang menelepon itu mengaku memiliki informasi yang harus
didengar Presiden sebelum siaran langsung, operator itu yakin dia harus
bergegas. Pertanyaannya sekarang adalah apakah dia akan tiba tepat pada
waktunya. DI DALAM sebuah ruang medis di dalam kapal selam U.S.S. Charlotte, Rachel Sexton
memegang gagang telepon, menempelkannya di telinganya, dan menunggu untuk
berbicara dengan Presiden. Tolland dan Corky duduk di dekatnya. Mereka masih
tampak gemetar. Corky mendapatkan lima jahitan dan menderita memar yang parah di
tulang pipinya. Ketiganya telah dibantu untuk mengenakan pakaian dalam termal
Thinsulate, pakaian lapangan Angkatan Laut yang berat, kaus kaki yang terbuat
dari bahan wol berukuran besar, juga sepatu bot kapal. Dengan secangkir kopi
panas di tangannya, Rachel mulai merasa seperti manusia lagi.
"Kenapa lama sekali?" desak Tolland. "Ini sudah pukul 7:56!"
Rachel tidak dapat membayangkan. Dia sudah berhasil tersambung dengan salah satu
operator di Gedung Putih, menjelaskan siapa dirinya, dan juga mengatakan bahwa
ini darurat. Operator itu tampak ramah. Dia menyuruh Rachel menunggu, dan hingga
kini tampakn ya menempatkan Rachel sebagi penelepon yang sangat penting sehingga
mau menyambungkannya langsung dengan Presiden.
Empat menit lagi, pikir Rachel. Cepatlah!
Sambil memejamkan matanya Rachel mencoba mengumpulkan pikirannya. Hari ini
sungguh hari yang luar biasa. Aku berada di dalam kapal selam nuklir Angkatan
Laut, Rachel berkata pada dirinya sendiri, dan merasa beruntung bisa berada di
sana. Menurut kapten kapal selam, Charlotte sedang mengadakan patroli rutin di
Laut Bering sejak dua hari yang lalu dan menerima bunyi-bunyi aneh dari bawah
laut yang berasal dari Milne Ice Shelf. Bunyi-bunyi itu adalah bunyi bor,
gemuruh jet, dan lalu-lintas gelombang radio tersandi. Mereka kemudian diminta
untuk mengatur-ulang arah mereka dan diperin tahkan untuk tetap diam dan
mendengarkan. Kira-kira satu jam yang lalu, mereka mendengar sebuah ledakan pada
lapisan es, dan kemudian bergerak untuk memeriksanya. Saat itulah mereka
mendengar panggilan S.O.S. dari Rachel.
"Tiga menit lagi!" kata Tolland. Suaranya terdengar cemas sekarang ketika dia
menatap jam dinding. Rachel sekarang juga mulai cemas. Apa yang membuatnya lama sekali" Kenapa
Presiden tidak menerima .teleponnya" Jika Zach Herney mengumumkan data seperti
yang pada awalnya terlihat -
Rachel mengusir pikiran itu dari benaknya, dan mengguncang gagang teleponnya
dengan keras. Angkat! KETIKA OPERATOR Gedung Putih itu berlari ke arah pintu masuk Briefing Room, dia
bertemu dengan sekumpulan staf. Mereka semua sedang berbicara dengan bersemangat
ketika mereka melakukan persiapan terakhir. Sang operator dapat melihat Presiden
dalam jarak dua puluh yard dari tempatnya berdiri, dan dia menunggu di ambang
pintu. Para ahli rias sedang merias wajah Presiden.
"Numpang lewat!" seru perempuan yang membawa telepon nirkabel itu sambil mencoba
menerobos kerumunan orang. "Telepon untuk Presiden. Permisi. Numpang lewat!"
Sambil menggenggam telepon itu erat-erat, sang operator mendorong orang-orang
untuk mendapat jalan menuju Presiden. "Telepon untuk Presiden!" katanya
terengah-engah. "Numpang lewat!"
Tiba-tiba sebuah penghalang yang menjulang melangkah maju dan menghalangi
jalannya. Marjorie Tench. Wajah pan jang sang penasihat senior Presiden itu
memberengut pertan da tidak suka. "Ada apa?"
"Aku menerima telepon darurat!" kata operator itu sambil terengah -engah. "...
panggilan telepon untuk Presiden."
Tench tampak tidak percaya. "Tidak sekarang, tidak boleh!"
"Ini dari Rachel Sexton. Katanya ini darurat."


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tatapan marah yang membayangi wajah Tench lebih mengesankan kebingungan yang
dirasakannya daripada kemarahannya. Tench menatap telepon nirkabel itu. "Itu
sambungan telepon rumah. Itu tidak aman."
"Memang tidak, Bu. Tetapi telepon yang masuk pun memang biasanya dari jalur
terbuka. Ms. Rachel menelepon dari telepon radio. Dia harus berbicara dengan
Presiden segera." "Siaran langsung dalam sembilan puluh detik!"
Mata dingin Tench memandang sang operator, lalu dia mengulurkan tangannya yang
seperti kaki laba-laba. "Berikan telepon itu."
Jantung si operator berdebar keras sekarang. "Ms. Sexton ingin berbicara dengan
Presiden Herney langsung. Dia meminta menunda konferensi pers hingga dia
berbicara dengan Presiden. Aku meyakinkannya - "
Tench sekarang melangkah ke arah si operator. Suaranya terdengar seperti desisan
air yang mendidih. "Biarkan aku memberitahumu bagaimana semuanya berlangsung di
sini. Kau tidak mematuhi perintah dari putri lawan politik Presiden, kau hams
patuh padaku. Aku pastikan padamu ini adalah jarak terdekatmu dengan Presiden
hingga aku tahu apa yang sebenarnya terjadi." Si operator melihat ke arah
Presiden yang sekarang sudah dikerumuni para teknisi mikrofon, ahli rias, dan
beberapa anggota staf yang memberitahunya tentang revisi terakhir pidatonya.
"Enam puluh detik!" seorang penyelia televisi berseru.DI DALAM kapal selam Charlotte, Rachel Sexton sedang berjalan hilir mudik dengan
panik di dalam ruangan sempit itu ketika akhirnya dia mendengar suara "klik" di
sambungan te leponnya. Suara yang serak terdengar. "Halo?" "Presiden Herney?" seru Rachel.
"Marjorie Tench," suara itu mengoreksi. "Aku penasihat senior Presiden. Siapa
pun ini, aku harus memeringatkan kau bahwa telepon olok-olok ke Gedung Putih
merupakan pelanggaran - "
Demi Tuhan! "Ini bukan main -main! Aku Rachel Sexton, aku agen penghubung NRO
dan - " "Aku tahu siapa Rachel Sexton, Bu. Dan aku meragukan kalau kau memang dia. Kau
menelepon Gedung Putih dari saluran tidak aman dan mengatakan padaku untuk
menunda acara besar siaran kepresidenan. Itu sama sekali bukan momen yang pantas
bagi seseorang dengan - "
"Dengar," Rachel marah, "Aku baru saja memberi pengarahan singkat tentang
meteorit kepadamu dan staf Gedung Putih lainnya beberapa jam yang lalu. Kau
duduk di baris depan. Kau menonton pengarahan itu dari televisi di atas meja
Presiden! Ada pertanyaan?"
Tench terdiam sesaat. "Ms. Sexton, apa artinya ini?" "Artinya, kau harus
menghentikan Presiden! Data tentang meteoritnya salah semua! Kami baru saja tahu
ternyata meteorit itu disisipkan dari bawah lapisan es. Aku tidak tahu oleh
siapa, dan aku juga tidak tahu kenapa! Tetapi segalanya tidak seperti yang
terlihat sekarang! Presiden sebentar lagi akan menyampaikan data yang salah, dan
aku betul-betul menyarankan untuk - "
"Tunggu sebentar!" kata Tench sambil merendahkan suara-nya. "Kau benar-benar
mengerti apa yang kaukatakan?"
"Ya! Aku menduga bahwa Administrator NASA telah meng-atur semacam kebohongan
besar, dan Presiden Herney akan terjebak di tengah-tengahnya. Kau setidaknya
dapat menunda siaran langsung itu selama sepuluh menit sehingga aku dapat
menjelaskan padanya apa yang sebenarnya terjadi di sini. Sese-orang baru saja
berusaha membunuhku!"
Suara Tench menjadi sedingin es. "Ms. Sexton, aku akan memberimu satu
peringatan. Jika kau meragukan niatmu membantu Gedung Putih dalam kampanye ini,
seharusnya kau sudah memikirkannya jauh sebelum kau meyakinkan data tentang
meteorit itu kepada Presiden."
"Apa!" Apa dia mendengarkan aku tadi"
"Aku muak karena tindakanmu. Menggunakan jalur tidak aman merupakan tindakan
murahan. Secara tidak langsung mengatakan bahwa data meteorit itu dipalsukan"
Petugas intelijen macam apa yang menggunakan telepon radio untuk menghubungi
Gedung Putih dan menyampaikan informasi rahasia seperti ini" Kau pasti berharap
ada orang lain mendengarkan pesan ini."
"Norah Mangor terbunuh karenanya! Dr. Ming juga tewas. Kau harus memeringatkan
- " "Berhenti di situ! Aku tidak tahu apa permainanmu, tetapi aku ingatkan kau - dan
siapa pun yang mendengar percakapan ini - bahwa Gedung Putih memiliki rekaman
video yang diberikan ilmuwan -ilmuwan terpercaya NASA, para ilmuwan sipil, dan
Anda sendiri Ms. Sexton yang berisi dukungan bahwa data meteorit itu akurat. Aku
tidak tahu mengapa kau tiba-tiba mengubah laporanmu. Apa pun alasanmu, anggap
dirimu sekarang bebas dari tugas membantu Gedung Putih, dan jika kau berusaha
menodai penemuan ini dengan tuduhan kecurangan, aku jamin Gedung Putih dan NASA
akan menuntut mu atas dasar penghinaan dengan begitu cepatnya sehingga kau tidak
akan memiliki waktu untuk membereskan kopermu sebelum kau masuk penjara."
Rachel membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi tidak ada kata-kata yang
terucap. "Zach Herney telah bermurah had padamu," lanjut Tench dengan ketus, "dan terus
terang, pukulan publisitas Sexton yang murahan ini sangat picik. Hentikan
sekarang, atau kami akan menuntutmu. Aku bersumpah."
Sambungan terputus. Mulut Rachel masih terbuka ketika sang kapten mengetuk pintu.
"Ms. Sexton?" kata sang kapten sambil melongok ke dalam ruangan. "Kami berhasil
mendapatkan sinyal lemah dari Radio Nasional Kanada. Presiden Zach Herney telah
memulai konferensi persnya."
68 KETIKA BERDIRI DI balik podium di Briefing Room Gedung Putih, Zach Herney
merasakan panasnya lampulampu media dan dia tahu dunia sedang menatapnya.
Serangan kilat yang diatur dan dilangsungkan oleh White House Press Office telah
menciptakan keriuhan media yang menyebar dengan cepat. Mereka yang tidak dapat
mendengar kabar tentang pidato tersebut lewat televisi, radio, atau berita
online, sepertinya mendengar hal itu dari tetangga, teman kerja, dan keluarga.
Pada pukul delapan malam, siapa saja yang tidak tinggal di gua, pasti bertanya-
tanya tentang topik pidato Presiden kali ini. Di bar-bar dan ruang duduk di
seluruh dunia, jutaan orang menonton televisi mereka dengan sangat heran.
Pada saat itulah, saat menghadapi dunia, Zach Herney merasakan betapa berat
beban lembaga yang dipimpinnya. Tapi siapa pun yang berkata kekuasan tidak akan
menimbulkan kecanduan, pasti belum pernah benar-benar berkuasa. Ketika dia
memulai pidatonya, Herney merasakan ada sesuatu yang hilang. Dia bukanlah
seorang lelaki yang gugup di atas panggung, tetapi perasaan cemas yang semakin
menguat di dalam dirinya membuatnya terkejut.
Mungkin karena luasnya cakupan para pendengar, katanya pada dirinya sendiri.
Tetapi dia tahu ada penyebab lainnya. Nalurinya mengatakan begitu. Sesuatu yang
dilihatnya. Hal kecil saja, tetapi ....
Dia mengatakan pada dirinya untuk melupakannya. Itu bukan apa-apa. Tetapi hal
itu tetap ada di sana. Tench. Beberapa saat yang lalu, ketika Herney mulai bersiap untuk berdiri di atas
panggung, dia melihat Marjorie Tench di ruang lobi, dan sedang berbicara di
telepon nirkabel. Itu saja sudah aneh, dan lebih aneh lagi dengan adanya seorang
operator Gedung Putih yang berdiri di samping Tench dengan wajah pucat
ketakutan. Herney tidak dapat mendengar percakapan telepon yang diterima Tench
itu, tetapi dia dapat melihat kalau percakapan itu begitu seru. Tench sedang
berdebat dengan sengit dan penuh kemarahaan, sebuah sikap yang jarang dilihat
oleh sang presiden di antara ajudan -ajudannya - termasuk Tench. Herney berhenti
sebentar dan menatap mata Tench untuk bertanya.
Tench memberinya isyarat dengan mengacungkan ibu jari-nya. Herney belum pernah
melihat Tench memberi isyarat kepada siapa pun dengan mengacungkan ibu jari. Itu
adalah gambar terakhir delam benak Herney ketika dia berjalan menuju panggung.
DI ATAS permadani biru yang terhampar di area pers habisphere NASA di Pulau
Ellesmere, Administrator Lawrence Ekstrom duduk di tengah meja simposium yang
panjang, diapit para staf dan ilmuwan NASA. Di layar besar yang menghadap
mereka,pidato pembukaan Presiden disiarkan secara langsung. Sisa dari pegawai
NASA lainnya berkerumun di sekitar monitor, berdesakan dengan gembira ketika
Panglima Tertinggi mereka muncul dalam konferensi pers ini.
"Selamat malam," Herney berkata. Suaranya terdengar kaku tidak seperti biasanya.
"Kepada teman-teman sebangsaku, dan kepada teman-teman kita di seluruh
dunia ...." Ekstrom menatap ke arah batu hangus berukuran besar yang dipamerkan di depannya.
Lalu matanya beralih ke arah monitor di dekatnya. Dia dapat melihat dirinya
sendiri di sana, diapit para pegawainya yang paling cakap di hadapan bendera
Amerika yang besar dan logo NASA. Pencahayaan yang dramatis membuat panggung itu
tampak seperti sebuah lukisan bergaya neo-modern, seperti dua belas rasul dalam
perjamuan terakhir. Zach Herney telah mengubah segalanya menjadi pertunjukan
politik yang menggemparkan. Herney tidak punya pilihan. Ekstrom merasa seperti
seorang evangelis televisi, dan akan menyiarkan berita Tuhan untuk masyarakat
luas. Kira-kira dalam waktu lima menit lagi, Presiden akan memperkenalkan Ekstrom dan
staf NASA-nya. Kemudian, dengan sambungan satelit yang canggih dari ujung bumi,
NASA akan bergabung dengan Presiden untuk berbagi kabar gembira ini dengan
dunia. Setelah laporan singkat tentang bagaimana penemuan ini terjadi, apa arti
penemuan ini bagi ilmu pengetahuan ruang angkasa, dan penghargaan dari kedua
belah pihak, NASA dan Presiden akan menyerahkan acara tersebut kepada ilmuwan
sekaligus pesohor, Michael Tolland. Film dokumenter Tolland hanya akan diputar
selama kurang dari lima belas menit. Setelah itu, dengan kredibilitas dan se
mangat yang memuncak, Ekstrom dan Presiden akan meng ucapkan selamat malam, dan
menjanjikan informasi yang lebih banyak pada hari-hari berikutnya melalui
konferensi NASA yang tidak akan pernah berakhir.
Ketika Ekstrom duduk dan menunggu tanda untuknya, dia merasa sangat malu di
dalam hatinya. Dia tahu dia akan merasa-kan hal itu. Dia sudah menduganya.
Dia akan berbohong ... meyakinkan sesuatu yang tidak benar. Walau begitu,
kebohongan itu tidak terasa penting sekarang. Ekstrom memiliki beban yang lebih
besar dalam pikirannya. DALAM KERIUHAN ruang produksi ABC, Gabrielle Ashe berdiri berhimpitan dengan
orang-orang lain, semuanya menjulurkan leher mereka ke arah kumpulan televisi
yang digan tung di langit -langit. Kesunyian menguasai ruangan ketika saatnya
tiba. Gabrielle memejamkan matanya sambil berdoa supaya ketika dia membuka
matanya, dia tidak akan melihat foto-foto bugil dirinya.
UDARA DI dalam ruang baca Senator Sexton meriah dengan kegembiraan. Semua
tamunya sekarang berdiri. Mata mereka melekat pada televisi berlayar lebar di
hadapan mereka. Zach Herney berdiri di depan dunia, dan anehnya salam pertamanya sangat kaku.
Dia tampak tidak yakin untuk sesaat.
Dia tampak gemetar, pikir Sexton. Dia belum pernah tampak gemetar.
"Lihatlah dia," seseorang berbisik. "Ini pasti berita buruk."
Tentang stasiun ruang angkasa" Sexton bertanya-tanya. Herney menatap langsung ke
arah kamera dan menghela napas panjang. "Kawan-kawanku, saya sudah merasa
bingung selama beberapa hari ini untuk mengetahui bagaimana cara terbaik Untuk
menyampaikan pengumuman ini ...."
Tiga kata yang mu dah, Senator Sexton ingin Herney meng-ucapkan itu. Kami telah
gagal. Herney berbicara sebentar mengenai betapa sayangnya NASA telah menjadi isu dalam
pemilihan ini dan karena itu, dia merasa harus mengawali pengumuman yang sudah
tertunda ini dengan permintaan maaf.
"Saya lebih suka mengumumkan ini di saat yang berbeda," katanya. "Tuduhan
politis yang beredar cenderung membuat orang-orang yang ragu kehilangan mimpi-
mimpi mereka. Tetapi sebagai Presiden, saya tidak punya pilihan selain berbagi
dengan kalian mengenai apa yang baru saja saya ketahui." Dia ter-senyum.
"Tampaknya keajaiban alam semesta merupakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
jadwal manusia ... apalagi jadwal seorang Presiden."
Semua orang di dalam ruang baca Sexton tampak terperanjat bersamaan. Apa"
"Dua minggu yang lalu," lanjut Herney, "Polar Orbiting Density Scanner baru
milik NASA, melintasi Milne Ice Shelf di Pulau Ellesmere, kepulauan terpencil
yang terletak di atas Delapan Puluh Derajat Lintang Utara di Samudra Arktika."
Sexton dan yang lainnya saling berpandangan dengan bingung.
"Satelit NASA ini," tambah Herney, "mendeteksi adanya sebuah batu besar yang
sangat padat yang terkubur dua ratus kaki di bawah es." Sekarang Herney
tersenyum untuk pertama kalinya. Dia sudah menemukan ketenangannya. "Pada saat
menerima data tersebut, NASA segera menduga bahwa PODS telah menemukan sebuah
meteorit." "Sebuah meteorit?" Sexton menggerutu dan berdiri. "Itu berita?"
"NASA mengirimkan satu regu ke lapisan es tersebut untuk mengambil sampel inti.
Pada saat itulah NASA berhasil ...." Dia berhenti. "Terus terang, mereka
berhasil menemukan pene-muan ilmiah paling hebat dalam abad ini."
Sexton melangkah dengan ragu ke arah televisi. Tidak ....
Tamu-tamunya mulai bergerak tidak tenang.
"Ibu-ibu dan Bapak-bapak," Herney mengumumkan, "beberapa jam yang lalu, NASA
telah menarik keluar sebuah meteorit seberat delapan ton dari dalam Samudra
Arktika yang berisi ...." Presiden berhenti lagi, dan memberi waktu bagi seluruh
dunia untuk mendekat pada pesawat televisi mereka. "Sebuah meteorit yang berisi
fosil dari makhluk hidup. Ada belasan buah. Bukti yang tidak dapat disangkal
lagi dan menunjukkan adanya kehidupan di luar bumi."
Setelah itu, setelah mendapatkan isyarat, sebuah gambar menyala di layar di
belakang Presiden. Layar tersebut menam pilkan gambar yang sangat jelas dari
fosil makhluk semacam serangga yang besar sekali, dan menempel pada sebuah batu
yang hangus. Di dalam ruang baca Sexton, enam wiraswasta itu terloncat dari duduknya dengan
mata terbelalak ketakutan. Sexton mematung di tempatnya berdiri.
"Kawan -kawan," kata Presiden, "fosil di belakang saya ini berusia 190 juta
tahun. Ditemukan dalam pecahan meteorit yang disebut Jungersol Fall yang jatuh
ke Samudra Arktika hampir tiga ratus tahun yang lalu. Satelit PODS NASA yang
baru dan menarik ini menemukan pecahan meteorit tersebut terkubur di bawah
lapisan es. NASA dan pemerintah telah menjaganya dengan sangat berhati-hati
selama lebih dari dua minggu terakhir untuk memastikan semua aspek penemuan yang
bersejarah ini sebelum diumumkan kepada khayalak. Kemudian, dalam waktu setengah
jam berikutnya, kalian akan mendengar dari sejumlah ilmuwan NASA dan sipil, dan
juga menyaksikan film dokumenter singkat yang telah disiapkan oleh wajah yang
sudah tidak asing lagi dan saya yakin kalian semua akan mengenalinya. Sebelum
saya melanjutkan, saya tentu harus memper-kenalkan, langsung via satelit dari
atas Lingkar Kutub Utara, seorang lelaki yang kepemimpinannya, visinya, dan
kerja kerasnya paling berperan dalam penemuan bersejarah ini. Dengan rasa hormat
yang dalam, saya perkenalkan Administrator NASA, Lawrence Ekstrom."
Herney menoleh ke layar tepat pada waktunya.
Gambar meteorit itu secara dramatis memudar dan berubah menjadi sebuah panel
yang tampak anggun dari para ilmuwan NASA yang duduk di belakang meja panjang,
dengan Lawrence Ekstrom sebagai sosok yang dominan.
"Terima kasih, Pak Presiden." Wajah Ekstrom terkesan keras dan bangga ketika dia
berdiri dan menat ap langsung ke arah kamera. "Saya sangat bangga berbagi dengan
kalian semua, ini ... waktu terhebat NASA."
Ekstrom lalu berbicara dengan penuh semangat mengenai NASA dan penemuannya.
Dipenuhi keriuhan patriotisme dan kemenangan, dengan sempurna dia melanjutkan
penjelasannya itu ke pertunjukan film dokumenter yang dibawakan oleh ilmu-wan
sipil sekaligus seorang selebritis, Michael Tolland.
Ketika menonton semuanya ini, Senator Sexton jatuh berlutut di depan televisi.
Jemarinya mencengkeram rambutnya yang berwarna keperakan. Tidak! Demi Tuhan,
tidak! 69 WAJAH MARJORIE Tench menjadi pucat ketika dia memisahkan diri dari sorak-sorai
kegembiraan di luar Briefing Room dan berjalan kembali ke ruangan kerjanya yang
sepi di Sayap Barat. Dia tidak ingin merayakan apa pun. Telepon dari Rachel
Sexton betul-betul tidak diduganya.
Sangat mengecewakan. Tench membantin g pintu kantornya, berjalan menuju mejanya, kemudian memutar
nomor operator Gedung Putih. "William Pickering. NRO."
Tench menyalakan rokok dan berjalan hilir mudik di ruangannya sambil menungu
operator menghubungi Pickering. Biasanya, Pickering sudah pulang jika sudah
malam, tetapi dengan peristiwa besar seperti konferensi pers di Gedung Putih
ini, Tench menduga Pickering masih berada di kantornya sepanjang malam, duduk di
atas kursinya di depan televisi sambil bertanya-tanya apa yang sedang terjadi,
sementara dia sebagai direktur NRO tidak mengetahuinya lebih awal.
Tench menyumpahi dirinya sendiri karena tidak memercayai nalurinya ketika
Presiden berkata dia ingin mengirim Rachel Sexton ke Milne. Tench sempat
waspada, dan merasa ini risiko yang tidak diperlukan. Tetapi Presiden meyakinkan
nya, dan menunjukkan kepada Tench bahwa seluruh staf Gedung Putih sudah menjadi
begitu sinis selama beberapa minggu terakhir dan akan mencurigai penemuan NASA


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ini jika informasi tersebut datang dari orang dalam Gedung Putih. Seperti yang
diperkirakan Herney, penegasan Rachel Sexton telah membungkam kecurigaan itu,
mencegah segala perdebatan internal, dan mendorong staf Gedung Putih untuk
bergerak maju dan bersatu. Sangat berharga, Tench merasa hams mengakuinya. Tapi
sekarang Rachel Sexton telah mengubah sikapnya.
Perempuan bodoh itu meneleponku dari saluran tidak aman.
Rachel Sexton jelas berniat untuk merusak kredibilitas penemuan itu, dan satu-
satunya yang dapat menenteramkan hati Tench adalah Presiden telah merekam
pengarahan singkat yang diberikan Rachel dalam video. Terima kasih Tuhan.
Setidaknya Herney sudah memikirkan untuk memiliki jaminan kecil. Tench mulai
takut mereka akan memerlukannya.
Tetapi pada saat ini, Tench mencoba untuk membendung langkah Rachel dengan cara
lain. Rachel Sexton adalah seorang perempuan yang cerdas, dan jika dia betul-
betul berniat untuk berhadapan langsung dengan NASA dan Gedung Putih, dia harus
mencari teman yang kuat. Pilihan pertama yang mungkin dipilih Rachel adalah
William Pickering. Tench sudah tahu bagaimana perasaan Pickering tentang NASA.
Dia harus menghubungi Pickering sebelum Rachel berbicara dengan sang direktur.
"Ms. Tench?" terdengar suara bening di saluran itu. "William Pickering di sini.
Ada apa gerangan sehingga saya menerima kehormatan ini?"
Tench dapat mendengar suara televisi di belakang suara Pickering yang sedang
menyiarkan komentar dari NASA. Dari nada suara Pickering, Tench sudah dapat
merasakan bahwa lelaki ini masih terpengaruh oleh konferensi pers tersebut.
"Anda punya waktu sebentar, Direktur?"
"Tadinya saya mengira Anda sedang sibuk berpesta. Betul-betul malam yang hebat
untuk Anda sekalian. Tampaknya NASA dan Presiden sudah kembali ke medan laga."
Tench mendengar kesan kagum yang kaku dari suara lelaki itu, digabung dengan
sedikit kesengitan. Tidak diragukan, kesengitan itu disebabkan ketidaksukaannya
yang mele genda ketika dia mendengarkan sebuah berita yang meng hebohkan pada
waktu yang bersamaan dengan semua orang di seluruh dunia.
"Saya minta maaf," kata Tench sambil berusaha membangun percakapan dengan cepat.
"Gedung Putih dan NASA terpaksa tidak memberi tahu Anda."
"Anda tahu," sahut Pickering, "NRO sudah mendeteksi akitivitas NASA di sana dua
minggu yang lalu dan kemudian mengadakan pemeriksaan."
Tench mengerutkan keningnya. Dia kesal. "Ya, saya tahu. Tetapi - "
"NASA mengatakan kepada kami, itu bukan apa-apa. Mereka bilang mereka sedang
mengadakan pelatihan di lingkungan yang ekstrem. Menguji peralatan atau semacam
itulah." Pickering berhenti sejenak. "Dan kami memercayai kebohongan itu."
"Mari jangan kita sebut itu kebohongan," kata Tench. "Lebih tepat disebut
sebagai pengarahan yang salah yang terpaksa dilakukan. Dengan memperhitungkan
besarnya dampak penemuan tersebut, saya percaya Anda mengerti kepentingan NASA
untuk menyembunyikannya ketika itu."
"Menyembunyikannya dari umum mungkin saja dapat dimengerti."
Berlaku uring-uringan bukanlah sifat lelaki semacam William Pickering, dan Tench
merasa hingga di sini sajalah Pickering bisa menekannya. "Saya hanya punya waktu
sedikit," kata Tench sambil berusaha untuk menempatkan dirinya kembali ke posisi
dominan. "tetapi saya pikir, saya harus menelepon Anda dan memeringatkan Anda."
"Memeringatkan saya?" Pickering menjadi waspada sesaat. "Apakah Zach Herney
sudah mengambil keputusan untuk meng-angkat seorang direktur NRO baru yang lebih
ramah terhadap NASA?"
"Tentu saja tidak. Presiden mengerti sikap kritis Anda ter-hadap NASA hanya
berdasarkan pertimbangan keamanan saja, dan Presiden berniat untuk memperbaiki
situasi seperti itu. Sebenarnya saya menelepon Anda tentang pegawai Anda."
Tench berhenti sejenak. "Rachel Sexton. Apa Anda sudah mendengar kabarnya malam
ini?" "Tidak. Saya mengirimnya ke Gedung Putih pagi tadi atas permintaan Presiden.
Kalian pasti sudah membuatnya sangat sibuk. Dia seharusnya sudah melapor."
Tench merasa lega karena telah menghubungi Pickering lebih dulu. Dia menghisap
rokoknya dan berbicara setenang mungkin. "Saya menduga Anda sebentar lagi akan
mendapat telepon dari Ms. Sexton."
"Bagus. Saya memang sedang menunggunya. Saya harus mengatakan pada Anda, ketika
konferensi pers Presiden berlangsung, saya khawatir Zach Herney akan melibatkan
Ms. Sexton di depan umum. Saya senang karena Presiden tidak melakukannya."
"Zach Herney adalah lelaki terhormat," kata Tench, "tetapi saya tidak dapat
mengatakan hal yang sama mengenai Ms. Sexton."
Ada kesunyian yang lama dalam saluran telepon itu. "Saya harap saya salah
mengerti ucapan Anda."
Tench mendesah panjang. "Tidak, Pak. Saya kira Anda tidak salah mengerti. Saya
lebih senang untuk tidak mengatakannya secara rinci melalui telepon, tetapi
Rachel Sexton tam paknya sudah memutuskan untuk merusak kredibilitas pengumuman
NASA ini. Saya tidak tahu alasannya. Tetapi setelah dia mengkaji dan memastikan
data NASA sore hari tadi, tibatiba dia berubah pikiran dan menyemburkan beberapa
tuduhan yang tidak mung -kin mengenai pengkhianatan dan penipuan yang dilakukan
NASA." Pickering terdengar tegang sekarang. "Maaf?" "Membingungkan memang. Saya tidak
senang karena harus mengatakan hal ini kepada Anda, tetapi Ms. Sexton
menghubungi saya dua menit sebelum konferensi pers berlangsung dan memeringatkan
saya untuk menunda segalanya."
"Atas dasar apa?"
"Terus terang, atas dasar yang aneh. Katanya dia menemukan kesalahan serius
dalam data tersebut."
Pickering terdiam lama karena tidak sepenuhnya yakin, tetapi dia terdiam terlalu
lama hingga membuat Tench tidak suka. "Kesalahan?" akhirnya Pickering bertanya.
"Memang terdengar menggelikan, setelah pengujian NASA selama dua minggu penuh
dan - " "Saya merasa sulit untuk percaya ketika mendengar sese orang seperti Rachel
Sexton meminta Anda untuk menunda konferensi pers Presiden kecuali dia punya
alasan yang sangat baik." Pickering terdengar bingung. "Mungkin Anda memang
sebaiknya mendengarkannya."
"Oh, yang benar saja." sergah Tench dengan keras hingga terbatuk. "Anda sudah
melihat konferensi pers tersebut. Data meteorit itu sudah dipastikan dan
dipastikan ulang oleh banyak ilmuwan. Termasuk ilmuwan sipil. Apakah Anda tidak
curiga ketika Rachel Sexton - putri dari seseorang yang akan dirugikan dengan
pengumuman ini - tiba-tiba mengubah pendiriannya?"
"Tampaknya mencurigakan, Ms. Tench, justru karena saya kebetulan tahu bahwa Ms.
Sexton dan ayahnya hampir tidak pernah saling berbicara. Saya tidak dapat
membayangkan kenapa, setelah bertahun-tahun melayani Presiden, Rachel Sexton
tiba-tiba mau memutuskan untuk mengalihkan dukungannya dan mengatakan kebohongan
untuk mendukung ayahnya."
"Ambisi, mungkin" Saya betul-betul tidak tahu. Mungkin kesempatan untuk menjadi
putri Presiden ...." Tench tidak menyelesaikan kalimatnya.
Seketika itu nada suara Pickering mengeras. "Tuduhan yang berbahaya, Ms. Tench.
Sangat berbahaya." Tench menggerutu. Apa yang diharapkannya" Dia sedang menuduh anak buah Pickering
melakukan pengkhianatan terhadap Presiden. Tentu saja lelaki itu akan membela
Rachel Sexton. "Sambungkan saya dengannya," pinta Pickering.
"Saya ingin berbicara dengan Ms. Sexton sendiri." "Saya khawatir itu tidak
mungkin," sahut Tench. "Dia tidak berada di Gedung Putih."
"Di mana dia?" "Presiden mengirimnya ke Milne pagi ini untuk memeriksa data mengenai meteorit
itu secara langsung. Seharusnya dia sudah kembali."
Sekarang Pickering terdengar bingung. "Saya tidak pernah diberi tahu - "
"Saya tidak punya waktu untuk mendengarkan harga diri yang terluka, Direktur.
Saya hanya menelepon sebagai rasa hormat saya kepada Anda. Saya ingin
memeringatkan Anda bahwa Rachel Sexton telah memutuskan untuk mengikuti agen-
danya sendiri yang berkaitan dengan pengumuman malam ini. Dia akan mencari
sekutu. Jika dia menghubungi Anda, Anda sebaiknya cukup bijaksana untuk
mengetahui bahwa Gedung Putih memiliki rekaman video yang diambil pada sore hari
ini. Rekaman itu berisi pernyataan dukungan Rachel pada data meteorit secara
keseluruhan di depan Presiden, kabinetnya, dan seluruh staf Gedung Putih. Jika
sekarang, dengan motif apa pun yang dimilikinya, Rachel Sexton bermaksud untuk
merusak nama baik Zach Herney atau NASA, maka saya bersumpah padamu, Gedung
Putih akan membuatnya jatuh dengan keras." Tench menunggu sesaat untuk
meyakinkan dirinya bahwa pesan-nya dimengerti dengan baik. "Saya berharap Anda
membalas penghormatan ini dengan menelepon saya dengan segera jika Rachel Sexton
menghubungi Anda. Dia menyerang Presiden secara langsung, dan Gedung Putih ingin
menahannya untuk dimintai keterangan sebelum dia melakukan kerusakan yang parah.
Saya akan menunggu telepon Anda, Pak Direktur. Itu saja. Selamat malam."
Marjorie Tench menutup teleponnya, dan merasa yakin sepanjang hidup Pickering,
belum pernah ada seorang pun yang berani berbicara seperti itu kepadanya.
Setidaknya hingga sekarang Pickering tahu, Marjorie tidak main-main.
* * * DI LANTAI teratas di kantor NRO, William Pickering berdiri di depan jendelanya
dan menatap kota Virginia di malam hari. Telepon dari Marjorie Tench betul-betul
sangat meng ganggu. Dia menggigit bibirnya ketika dia mencoba meng hubungkan
potongan -potongan yang ada dalam benaknya.
"Pak Direktur?" kata sekretarisnya sambil mengetuk pinru perlahan, "Ada telepon
lagi untuk Anda." "Tidak sekarang," sahut Pickering dengan cepat. "Dari Rachel Sexton."
Pickering memutar tubuhnya. Tampaknya Tench adalah seorang paranormal. "Baik.
Sambungkan dia segera."
"Sebenarnya, Pak, dia menelepon dari AV stream tersandi. Anda ingin menerimanya
di ruang rapat?" AV Stream" "Dia menelepon dari mana?" Sekretaris tersebut memberitahunya.
Pickering tertegun. Dengan bingung, dia bergegas menuju koridor dan langsung
menuju ke ruang rapat. Ini sesuatu yang harus dia lihat.
70 "RUANG KEDAP suara" di kapal selam Charlotte, yang dirancang mengikuti struktur
yang serupa di Bell Laboratories, secara resmi dikenal sebagai ruang tanpa gema.
Sebagai sebuah ruangan akustik yang bersih tanpa permukaan yang sejajar atau
yang dapat memantulkan suara, ruangan ini menyerap suara dengan keefisiensian
99,4 persen. Karena sifat konduktif akustik dari metal dan air, maka percakapan
di dalam ruangan biasa di dalam kapal selam selalu dengan mudah dapat didengar
oleh badan intelijen asing atau parasitic suction mics yang ditempelkan pada
dinding luar kapal selam. Sedangkan ruang kedap suara ini adalah ruang kecil di
dalam kapal selam di mana tidak ada sama sekali suara yang dapat keluar. Semua
percakapan di dalam kotak isolasi itu betulbetul aman.
Ruangan itu tampak seperti lemari besar dengan langitlangit, dinding, dan
lantainya dilapisi dengan busa yang menggembung dari segala penjuru. Ruangan itu
mengingat kan Rachel akan gua kecil di bawah air di mana stalagmit banyak
bermunculan, dan tumbuh di setiap sudut. Yang paling tidak membuat nyaman adalah
di sana tidak ada lantai.
Bagian dasar ruangan ini berupa jeruji kawat yang saling bertautan ketat, dan
dibentangkan secara mendatar di seluruh ruangan seperti jala ikan, sehingga
memberi kesan pada orang yang berada di situ seperti berdiri di udara. Jaring
kawat itu berlapis karet dan terasa kaku ketika diinjak. Ketika Rachel menatap
ke bawah melewati lantai jaring tersebut, dia merasa seperti melintasi sebuah
jembatan kawat yang bergantung di atas pemandangan surealis dari pola-pola kawat
yang ruwet. Tiga kaki di bawah mereka, hutan karet busa dengan ujung yang tajam,
mencuat ke atas sehingga menampilkan kesan yang tidak menyenangkan.
Begitu Rachel masuk, dia segera merasakan kehampaan yang membingun gkan, seolah
semua energi telah terhisap habis. Telinganya terasa seperti disumbat kapas.
Hanya suara napasnya yang terdengar di dalam kepalanya. Ketika dia berteriak,
efeknya sama seperti berbicara dalam bantal. Din ding di ruangan tersebut
tersebut menghisap setiap getaran, sehingga membuat getaran yang dapat
dirasakannya hanyalah getaran yang ada di dalam kepalanya saja.
Sekarang sang kapten telah pergi sambil menutup pintu berlapis busa di
belakangnya. Rachel, Corky dan Tolland duduk di tengah ruangan di balik meja
berbentuk U kecil. Meja tersebut berdiri di atas tiang besi penyangga yang
mencuat menembus jaring-jaring kawat di bawah mereka. Di atas meja dipasang
beberapa mikrofon berbentuk leher angsa, headphone, dan satu set perlengkapan
video dengan lensa kamera bersudut lebar yang terletak di atasnya. Ruangan ini
tampak seperti ruang simposium PBB mini.
Sebagai seseorang yang bekerja di komunitas intelijen AS yang merupakan pembuat
mikrofon laser, penyadap bawah air, dan peralatan pendengaran super sensitif
lainnya, Rachel sangat tahu hanya ada sedikit tempat saja yang betul-betul aman
untuk bercakap-cakap. Ruang kedap suara di sini tampaknya adalah salah satu dari
tempat -tempat semacam itu. Mikrofon dan headphone di atas meja memungkinkan
mereka untuk melakukan konferensi tatap-muka dan berbicara dengan bebas, dan
mengetahui getaran dari kata-kata mereka itu tidak dapat keluar dari ruangan
ini. Suara mereka, setelah masuk ke mikrofon, akan diubah menjadi kode sandi
selama perjalanan jauh mereka me-lewati atmosfir.
"Level check!' Tiba-tiba terdengar suara di dalam headphone mereka.
Rachel,Tolland, dan Corky terlonjak. "Anda mendengar saya, Ms. Sexton?"
Rachel mendekatkan dirinya ke arah mikrofon. "Ya. Terima kasih." Siapa pun Anda.
"Saya sudah berhasil menyambungkan Direktur Pickering untuk Anda. Direktur
menerima AV. Saya keluar sekarang. Anda akan menerima data stream Anda sebentar
lagi." Rachel mendengar saluran itu mati. Terdengar suara kresek-kresek dan kemudian
serangkaian bunyi bip dan klik di headphone-nya.. Dan kemudian dengan kejernihan
yang luar biasa, layar video di depan mereka menyala, dan Rachel dapat melihat
Direktur Pickering sedang duduk di ruang konferensi. Dia sendirian. Kepalanya
tegak dan menatap mata Rachel.
Tidak seperti biasanya, Rachel merasa lega ketika melihat direkturnya.
"Ms. Sexton," sapa Direktur Pickering. Ekspresinya tampak terkejut dan bingung.
"Apa yang terjadi?"
"Meteorit itu, Pak," sahut Rachel. "Saya pikir kita sepertinya menghadapi
masalah besar." 71 DI DALAM ruang kedap suara di dalam kapal selam Charlotte, Rachel Sexton
memperkenalkan Michael Tolland dan Corky Marlinson kepada Pickering. Kemudian
dia menceritakan dengan ringkas dan berurutan mengenai berbagai kejadian yang
mereka alami. Direktur NRO duduk tidak bergerak sambil menyimak semuanya.
Rachel menceritakan padanya tentang plankton bercahaya di dalam lubang penarikan
meteorit, lalu perjalanan mereka ke dataran es dan penemuan terowongan
penyisipan di bawah meteorit, dan akhirnya serangan mendadak yang dilakukan
kelompok militer yang diduganya sebagai Pasukan Khusus Amerika.
William Pickering terkenal sebagai seseorang yang mampu menyimak informasi yang
menggangu tanpa mengedipkan mata, namun tatapannya menjadi semakin bertambah
bingung bersamaan dengan perkembangan cerita Rachel. Rachel merasakan
ketidakpercayaan dan kemarahan dalam tatapan direkturnya ketika dia menceritakan
tentang pembunuhan Norah Mangor dan pengalaman mereka ketika berusaha melarikan
diri dari kematian. Walau Rachel ingin mengungkapkan kecurigaannya terhadap
keterlibatan Administrator NASA, tetapi dia mengenal Pickering dengan cukup baik
sehingga dia tidak akan menuduh tanpa ada bukti. Rachel hanya memberikan laporan
yang betul-betul sesuai dengan fakta kepada direkturnya itu. Ketika Rachel
selesai bercerita, Pickering tidak memberikan tanggapan selama beberapa detik.
"Ms. Sexton," akhirnya Pickering berkata. "Kalian semua ...," lalu dia menatap
ketiganya. "Jika apa yang tadi kau katakan itu benar, dan aku tidak dapat
membayangkan apa gunanya kalian bertiga berbohong tentang hal ini, kalian
bertiga sangat beruntung masih dapat hidup."
Semuanya mengangguk tanpa suara. Presiden telah mengundang empat ilmuwan
sipil... dan dua di antaranya telah tewas sekarang.
Pickering mendesah sedih, seolah tidak tahu apa yang harus dikatakannya lagi.
Kejadian itu hanya masuk akal sedikit saja baginya. "Apakah mungkin," tanya
Pickering, "terowongan penyisipan yang kalian lihat dalam cetakan GPR itu
merupakan fenomena alamiah biasa?"
Rachel menggelengkan kepalanya. "Bentuknya sangat sempurna." Kemudian, dia
membuka lipatan kertas cetakan GPR dan menghadapkannya ke arah kamera.
"Sempurna." Pickering mengamati gambar itu, lalu menggumam setuju. "Jangan sampai hilang
dari tanganmu." "Saya menelepon Marjorie Tench untuk memeringatkan nya supaya dia menghentikan
Presiden," kata Rachel. "Tetapi Ms. Tench memutuskan hubungan telepon."
"Aku tahu. Dia baru saja menceritakannya padaku."
Rachel menatapnya dengan pandangan terpaku. "Marjorie Tench menelepon Anda?"
Cepat juga perempuan itu bertindak.
"Baru saja dia meneleponku. Ms. Tench merasa sangat prihatin. Dia merasa kau
sedang berusaha bertindak bodoh dengan menghina Presiden dan NASA. Dia pikir


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tindakanmu itu untuk membantu ayahmu."
Rachel berdiri. Dia melambaikan kertas GPR dan menun juk pada kedua temannya.
"Kami hampir terbunuh, Pak! Apakah ini tampak seperti tindakan bodoh" Dan
mengapa saya mau - "
Pickering mengangkat tangannya. "Tenang. Apa yang tidak dikatakannya padaku
adalah kau tidak sendirian, melain kan kalian bertiga."
Rachel tidak dapat mengingat apakah Tench memberi waktu padanya untuk
menyebutkan nama Tolland dan Corky saat sang penasihat senior itu menerima
telepon darinya tadi. "Dia juga tidak mengatakan padaku bahwa kau memiliki bukti nyata," lanjut
Pickering. "Sebelum aku berbicara denganmu, aku merasa ragu pada ceritanya, dan
sekarang aku yakin bahwa Ms. Tench salah. Aku tidak meragukan ceritamu. Per-
tanyaannya sekarang adalah, apa arti semua ini?"
Terdengar kesunyian yang panjang.
William Pickering jarang kelihatan bingung, tetapi kali ini dia menggelengkan
kepalanya dengan ekspresi bingung. "Mari kita duga bahwa saat ini seseorang
memang telah menyisipkan meteorit itu di bawah es. Hal ini meminta penjelasan,
kenapa. Jika NASA memang memiliki meteorit dengan fosil yang me-nempel pada batu
itu, kenapa NASA, atau siapa pun dia, harus repot-repot memindahkan tempat
penemuan meteorit itu."
"Tampaknya," kata Rachel, "penyisipan itu dilakukan supaya terkesan bahwa PODS-
lah yang menemukan meteorit tersebut, dan meteorit itu terlihat sebagai pecahan
dari sebuah meteorit yang sudah terkenal."
"The Jungersol Fall," cetus Corky.
"Tetapi, apa untungnya menghubungkan meteorit ini dengan kejatuhan meteorit lain
yang sudah terkenal?" Pickering bertanya. Suaranya terdengar marah, "Bukankah
fosil-fosil itu merupakan penemuan yang mengagumkan di mana pun dan kapan pun
fosil tersebut ditemukan" Tidak peduli meteorit tersebut berhubungan dengan
peristiwa apa pun?" Ketiganya mengangguk. Pickering kelihatan ragu-ragu, dan tampak tidak senang. "Kecuali ... tentu
saja ...." Rachel melihat pikiran direkturnya berputar di balik matanya. Sang direktur
telah menemukan penjelasan yang paling sederhana bagi penempatan meteorit yang
diakui terjadi bersamaan dengan peristiwa yang dicatat Jungersol, tetapi
penjelasan paling sederhana biasanya juga yang paling membingungkan.
"Kecuali," lanjut Pickering, "penempatan yang cermat itu memang dimaksudkan
untuk memberikan kredibilitas pada data yang benar-benar palsu." Dia lalu
mendesah, dan berpaling pada Corky. "Dr. Marlinson, seberapa besar
kemungkinannya meteorit itu palsu."
"Palsu, Pak?" "Ya. Sebuah tiruan. Dibuat orang."
"Sebuah meteorit buatan?" Corky tertawa keras. "Betulbetul tidak mungkin!
Meteorit terse but telah diuji oleh banyak profesional. Termasuk soya sendiri.
Pemindaian kimiawi, spektograf, penentuan usia rubidium-strontium, semua telah
dilakukan. Batu tersebut tidak sama dengan bebatuan yang ada di bumi kita ini.
Meteorit itu asli. Semua ahli astrogeologi pasti akan sependapat."
Tampaknya Pickering mempertimbangkan hal ini lama sambil mengusap-usap dasinya
dengan lembut. "Tetapi jika dilihat dari keuntungan besar yang akan didapatkan
NASA dengan penemuan it u, lalu penyerangan terhadap kalian .... Kesimpulan
pertama yang paling logis yang dapat kutarik adalah meteorit ini memang palsu."
"Tidak mungkin!" sekarang Corky terdengar marah. "Dengan segala hormat, Pak,
meteorit bukanlah sejenis efek khusus gaya Hollywood yang dapat disulap di
sebuah laboratorium sehingga dapat mengelabui sejumlah ahli astrofisika yang
tidak mencurigainya. Meteorit adalah benda yang mengandung zat -zat kimiawi yang
rumit dengan susunan kristalin serta perbandingan -perbandingan elemen yang
unik!" "Saya tidak menantang Anda, Dr. Marlinson. Saya hanya mengikuti rantai logika
analisis. Dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa ada pihak yang ingin membunuh
Anda supaya Anda tidak akan dapat mengungkap bahwa meteorit tersebut disisipkan
di bawah lapisan es, saya terdorong untuk mencoba semua jenis skenario yang
tampaknya tidak mungkin di sini. Hal khusus apa yang membuat Anda yakin bahwa
batu itu memang meteorit?"
"Hal khusus?" Suara Corky terdengar menggelegar di dalam headphone. "Percampuran
zat yang sempurna pada lapisan luarnya, adanya chondrules, dan perbandingan
nikel yang tidak sama dengan bebatuan di bumi. Jika Anda menduga bahwa ada
seseorang yang ingin mengelabui kami dengan membuat batu di sebuah laboratorium,
maka yang dapat saya katakan hanyalah laboratorium itu pasti berusia 190 juta
tahun." Corky merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah batu sampel yang berbentuk
seperti cakram. Dia memeganginya ke dekat kamera. "Kami telah menghitung usia
sampel ini secara kimia dengan meng-gunakan sejumlah metode. Penentuan usia
rubidium-strontium adalah salah satu metode yang tidak dapat dipalsukan!"
Pickering tampak terkejut. "Anda memiliki sepotong sampel?"
Corky mengangkat bahunya, "NASA memiliki lusinan sampel di mana-mana."
"Maksud Anda," kata Pickering sambil menatap ke arah Rachel sekarang, "NASA
menemukan sebuah meteorit yang mereka pikir berisi kehidupan, tetapi mereka
membiarkan orang-orang pergi membawa sampel meteorit dengan mudahnya?"
"Intinya adalah," kata Corky, "sampel di tangan saya ini asli." Dia memegangi
batu itu dekat ke kamera lagi. "Anda dapat memberikan ini kepada setiap ahli
petrologi atau geologi atau astronomi di seluruh dunia. Mereka akan mengujinya,
dan mereka akan mengatakan pada Anda bahwa batu ini berusia 190 tahun, dan
secara kimiawi tidak sama dengan jenis batu apa pun di bumi ini."
Pickering maju ke depan, dan mengamati fosil yang menempel pada batu itu. Dia
tampak tertegun sejenak. Akhirnya dia mendesah. "Saya bukan ilmuwan. Yang dapat
saya katakan, jika meteorit itu memang asli, dan tampaknya memang demi-kian,
saya ingin tahu kenapa NASA tidak memperlihatkannya kepada dunia begitu saja.
Kenapa harus bersusah payah menye-lipkannya di bawah es seolah membujuk kita
untuk memercayai keasliannya?"
PADA SAAT itu, di dalam Gedung Putih, seorang petugas keamanan menelepon
Marjorie Tench. Penasihat senior itu mengangkat telepon pada dering pertama. "Ya?"
"Ms. Tench," kata si petugas, "Saya memiliki informasi yang Anda minta tadi.
Mengenai panggilan telepon lewat gelombang radio dari Rachel Sexton yang Anda
terima malam ini. Kami telah menemukan jejaknya."
"Katakan padaku."
"Petugas Secret Service mengatakan bahwa sinyal itu berasal dari sebuah kapal
selam ... U.S.S. Charlotte."
"Apa?" "Mereka tidak punya koordinatnya, Bu, tetapi mereka yakin dengan kode kapal
selam tersebut." "Oh, demi Tuhan!" Tench membanting gagang teleponnya tanpa berkata-kata lagi.
72 KESUNYIAN RUANGAN di ruang kedap suara di kapal selam Charlotte ini mulai
membuat Rachel sesak. Di layar, tatapan bimbang William Pickering sekarang
bergerak ke arah Michael Tolland. "Dari tadi Anda diam saja, Mr. Tolland."
Tolland mendongak seperti seorang siswa yang dipanggil secara tiba-tiba oleh
gurunya. "Ya, Pak?"
"Anda baru saja menyajikan film dokumenter yang sangat meyakinkan di televisi,"
kata Pickering. "Apa pendapat Anda tentang meteorit itu sekarang?"
"Begini, Pak," sahut Tolland. Jelas dia merasa tidak nyaman, "Saya setuju dengan
Dr. Marlinson. Saya percaya fosil dan meteorit temuan NASA itu asli. Saya sangat
mengetahui tentang teknik penentuan usia bebatuan, dan usia batu tersebut telah
dipastikan dengan berbagai pengujian. Demikian juga dengan kandungan nikelnya.
Data tersebut tidak dapat dipalsukan. Tidak ada keraguan bahwa batu tersebut
terbentuk 190 juta tahun yang lalu karena dia memperlihatkan adanya perbandingan
nikel yang tidak dimiliki batu bumi, juga berisi belasan fosil yang juga berusia
190 juta tahun. Saya tidak dapat menemukan penjelasan lain selain bahwa NASA
memang telah menemukan meteorit asli."
Pickering terdiam sekarang. Ekspresi wajahnya terlihat bingung. Rachel belum
pernah melihat direkturnya seperti itu sebelumnya.
"Apa yang harus kita lakukan, Pak?" tanya Rachel. "Jelas kita harus
memeringatkan Presiden mengenai masalah pada data tersebut."
Pickering mengerutkan keningnya. "Mari kita berharap Presi-den juga belum tahu
tentang hal itu." Rachel merasa tenggorokannya tercekat. Sindiran Pickering itu begitu jelas.
Presiden Herney mungkin saja terlibat. Tetapi Rachel sangat meragukannya, walau
baik Presiden dan NASA mendapat banyak keuntungan karena penemuan meteorit ini.
"Celakanya," kata Pickering, "dengan pengecualian dari hasil cetakan GPR yang
memperlihatkan adanya sebuah lorong penyisipan di bawah lapisan es, semua data
ilmiah memperlihatkan bahwa penemuan NASA ini dapat dipercaya." Dia terdiam, dan
merasa khawatir. "Dan masalah tentang penyerangan kalian ...." Dia lalu menatap
Rachel. "Tadi kau bilang Pasukan Khusus?"
"Ya, Pak." Lalu Rachel mengatakan lagi pada direkturnya tentang Improvised
Munition dan taktik yang mereka gunakan.
Pickering semakin terlihat tidak senang saat itu. Rachel merasa pimpinannya
sedang mengingat -ingat sejumlah orang yang mungkin memiliki akses ke satuan
militer berukuran kecil yang terkenal berbahaya itu. Tentu Presiden memiliki
akses ke sana. Mungkin Marjorie Tench juga dengan posisinya sebagai penasihat
senior. Administrator NASA, Lawrence Ekstrom, juga memiliki kemungkinan yang
sama karena dia memiliki ikatan dengan Pentagon. Sayangnya, ketika Rachel
mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang banyak sekali itu, dia menyadari
bahwa dalang di balik penyerangan itu bisa saja semua orang yang memiliki
kekuasaan tinggi di dunia politik dan memiliki koneksi yang tepat.
"Aku bisa saja menelepon Presiden sekarang juga," kata Pickering, "tetapi
kupikir itu tidak bijak, setidaknya sampai kita tahu siapa yang terlibat di
balik kejadian ini. Kemam puanku untuk melindungi kalian menjadi sangat terbatas
begitu kita melibatkan Gedung Putih. Lagi pula, aku tidak yakin apa yang akan
kukatakan pada Presiden. Jika meteorit itu asli, seperti yang kalian nyatakan,
maka dugaan kalian akan terowongan penyisipan dan serangan itu menjadi tidak
masuk akal. Presiden memiliki hak untuk mempertanyakan keabsahan pernyataanku."
Dia berhenti sejenak seolah memperhitungkan pilihan -pilihan yang ada.
"Tetapi ... apa pun kebenarannya atau siapa pun dalang di balik kejadian ini,
beberapa orang yang sangat berkuasa akan mendapatkan masalah bila informasi ini
sampai ke masyarakat. Aku pikir, aku harus mengamankan kalian segera sebelum
kita mulai membuat kegemparan."
Mengamankan kita" Komentar itu membuat Rachel heran. "Saya kira kami cukup aman
di dalam kapal selam nuklir ini, Pak."
Pickering tampak ragu. "Kehadiran kalian di kapal selam itu sudah bukan menjadi
rahasia lagi. Aku akan jemput kalian segera. Terus terang, aku merasa lebih baik
jika kalian bertiga sudah duduk di kantorku."
74 SENATOR SEXTON duduk membungkuk di atas sofanya dan merasa seperti orang
buangan. Apartemennya di Westbrooke Place yang satu jam yang lalu penuh dengan
teman teman baru dan para pendukung, sekarang tampak berantakan karena gelas-
gelas minuman dan kartu-kartu nama yang ditinggalkan pemilik-nya yang tergesa-
gesa keluar dari pintu. Sekarang Sexton sendirian di depan televisinya. Dia sangat ingin mematikannya
tetapi dia tidak dapat meninggalkan analisis dari media mengenai informasi baru
tersebut. Ini adalah Washington, dan para analis tidak perlu menunggu lama untuk
meluap-kan teori non ilmiah dan hiperbola filosofis mereka dan menem -bakkannya
ke soal politik. Seperti seorang algojo yang meng-gosokkan cuka di luka Sexton,
para penyiar berita menyatakan dan menyatakan lagi hal-hal yang sudah jelas itu.
"Beberapa jam yang lalu, kampanye Sexton membubung tinggi," kata sang analis.
"Sekarang, dengan adanya penemuan NASA ini, kampanye sang senator jatuh kandas
kembali ke bumi." Sexton berkedip sambil mengulurkan tangannya untuk meraih Courvoisier-nya dan
menenggak minuman tersebut langsung dari botolnya. Dia tahu malam ini akan
menjadi malam yang paling panjang dan paling sepi dalam hidupnya. Dia membenci
Marjorie Tench karena telah menjebaknya. Dia membenci Gabrielle Ashe karena
telah mengusulkan isu NASA sejak awal. Dia membenci Presiden karena sangat
beruntung. Dan dia membenci dunia karena sekarang tengah menertawakannya.
"Jelas, ini sangat memukul sang senator," kata seorang analis. "Dengan penemuan
ini, Presiden dan NASA telah mendapatkan kemenangan yang tidak terhingga. Berita
seperti ini akan meng-hidupkan kembali kampanye Presiden, apa pun sikap Sexton
terhadap NASA. Tetapi dengan pengakuan Sexton hari ini bahwa dia akan
menghapuskan pen danaan NASA sekaligus jika diperlu-kan ... yah, pengumuman
Presiden kali ini merupakan hantaman telak yang tidak akan memulihkan sang
senator dengan cepat."
Aku dijegal, kata Sexton pada dirinya sendiri. Gedung Putih benar-benar telah
menjebakku. Sekarang sang analis tersenyum. "Semua kredibilitas NASA yang dulu pernah hilang
di mata rakyat Amerika, sekarang sudah pulih dalam satu kali kesempatan.
Sekarang ada perasaan nasio-nalisme yang besar hingga ke jalanan di luar sana."
"Seperti yang sudah semestinya. Mereka mencintai Zach Herney, tetapi mereka
pernah kehilangan kepercayaan padanya. Kau harus mengakui, Presiden sedang
terkapar dan menerima pukulan keras akhir-akhir ini, tetapi sekarang Presiden
sudah bangkit kembali dengan cepat."
Sexton mengingat-ingat acara debat di CNN siang tadi, dan termenung sambil
berpikir dia pasti akan merasa mual. Semua keburukan NASA yang telah
dibangkitkan olehnya dengan hati-hati selama berbulan-bulan terakhir ini, kini
tidak saja berhenti dengan deritan nyaring, tetapi juga telah menjadi jangkar di
sekeliling lehernya. Dia sekarang tampak seperti orang bodoh. Dia telah
dipermainkan secara kurang ajar oleh Gedung Putih. Kini dia dapat membayangkan
kartun-kartun di semua koran pagi esok hari. Namanya pasti akan menjadi bahan
olok-olok di seluruh negeri. Jelas, SFF tidak akan mendanai kampanyenya secara
diam-diam lagi. Segalanya telah berubah. Semua orang yang tadi datang ke
apartemennya telah melihat seluruh mimpi mereka menghilang ke dalam toilet.
Pendekar Pemanah Rajawali 38 Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Harpa Iblis Jari Sakti 22
^