Pencarian

Canda Ala Sufi 1

Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin Bagian 1


CANDA ALA SUFI N A S H R U D D I N eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
jbookmaker by: http://jowo.jw.lt ISBN 979-3259-41-8 Pengantar Penerbit Dalam dunia lawak, kelucuan sering
diidentikkan dengan kepandiran. Pabila
seseorang bertindak bodoh, konyol, dan berani
melakukan hal-hal yang dianggap tabu, maka
orang-orang akan mencapnya sebagai pelawak
yang sesungguhnya. Apalagi, kalau dia juga mau
mengenakan pakaian yang aneh, kedodoran,
penuh warna, nyentrik, dan Iain-lain. Pendeknya,
mengumpulkan segala sesuatu yang cenderung
dibuat-buat... Benar, antara dunia lelucon dengan dunia
filsafat, misalnya, terdapat jurang dalam dan terjal
yang tak mungkin dijembatani. Yang pertama
Penerbit Cahaya Jl.Cikoneng I No. 5 .Tlp.(0251) 630119
Ciomas Bogor 16610 E-mail: pentcahaya@cbn.net.id
Judul asli: Nawadhir Juha al-Kubra
Karya Nashirudin Penerjemah: Muhdor Assegaf
Penyunting: Ali Asghar Ard.
Desain Cover: Eja Ass Cetakan Pertama: Shafar 1425 H/April 2004 M
" Hak cipta dilindungi undang-undang ( all rights reserved)
Perpustakaan Nasional RI: Data Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Nashruddin Canda ala sufi / Nashruddin; penerjemah, Muhdor Assegaf;
penyunting, Ali Asghar Ard. Cet.l. Bogor: Cahaya, 2004.
xxviii + 452 him; 17,5 cm
l.Tasawuf I. Judul II. Assegaf, Muhdor III. Ard., Ali Asghar
817 v CANDA ALA SUFI terlalu naif, dangkal, sepele, dan tak bermakna,
sementara yang kedua cenderung serius,
mendalam, universal, dan penuh makna.
Demikian pula antara dunia lawak dengan dunia
hikmah (kebijaksanaan para arif), misalnya. Yang
pertama bersifat duniawi, profan, melalaikan,
dan Iain-lain, sementara yang kedua bersifat
ilahiah, sakral, mengingatkan pada kematian dan
Iain-lain. Ya, antara dunia "tertawa" dengan dunia
"serius" terdapat pertentangan tajam yang tak
mungkin dirujukkan. Akan tetapi, Nashruddin (tokoh kita dalam
buku lucu ini) mampu merujukkan dua hal yang
tampak bertentangan tersebut. Dengan segala
tingkah-polahnya, dia berhasil memadukan "dua
dunia" yang mirip air dengan minyak itu. Dia
adalah seorang filosof besar di masanya, juga
seorang ulama dan ahli 'irfan (baca: sufi). Meski
dituduh gila, dia mampu menjadi orang terdekat,
penasihat, dan "penghibur" sang penakluk dari
Mongol, Taimurlank. Berkat jasanya, beberapa
perpustakaan dan ulama besar di masa itu
berhasil diselamatkan dari amukan amarah dan
penghancuran besar-besaran yang dilakukan
vi oleh kaisar Mongol itu. Akhirnya, agar tidak
mendahului, silakan pembaca budiman menikmati
sendiri humor segar tapi penuh hikmah
dari orang bijak ini... Bogor, April 2004 Penerbit Cahaya vii Pengantar Penerbit Isi Buku Pengantar Penerbit v 1 Yang Tahu Memberitahu Yang Tidak Tahu 1
Seandainya Unta Bersayap 3
Bintang di Negeri Kami seperti Bintang
di Negeri Kalian 3 Kamar Mandi di atas Menara 4
Berikan Sembilan Dirham 5
Keluar dari Kuburan 6 Aku Sendiri Sedang Memikirkan Itu 8
Manisan dan Pukulan 9 Jumlah Puasa Berdasarkan Jumlah Batu 10
ix CANDA ALA SUFI Asal-usul Bintang 12 Nashruddin Menjual Telur 12
Segala Sesuatu ada Hitungannya 13
Lobak Berisi Wortel 14 Bukan Pedagang Hari dan Bulan 15
Penjual Tangga 15 Sapi yang Mengetahui Kesalahannya 16
Kuburkan di Pemakaman Kuno 17
Ambil Air Wudumu, Kembalikan Sepatuku 18 Wafatnya Ayah Anakku 19 Sumbat Pipa: 19 Tak Tersentuh Apapun 20 Manfaat Pakaian di Hari Kiamat 21
Aku Telah Pindah ke Rumah Ini 23
Setiap Yang Melahirkan Pasti Akan Mati 24
Kebakaran di Mulut 25 Kalau Itik Tak Didapat, Cukup Kuahnya Saja 26 Tepung Dijemur di Atas Tali 27
Saya Kira Anda adalah Saya 27
Sebutir Delima untuk Satu Pertanyaan 28
Ayam Itu Tak Tahu Jalan 30
Keledai Akhirat 31 x Isi Buku 2 Tak Ada Ayam Betina Tanpa Ayam Jantan 35
Orang Kurdi Tak Mengerti Bahasa Turki 36
Bulan di Negeri Kami 37 Makanlah, Jubah Mewahku... 38
Andai Lebaran Tiap Hari 39
Wanita dan Sapi Hamil 40 Apa Urusanmu" 43 Keledai Itu Tak Mau 43 Pengaruh Amoniak 44 Andai Aku Hidup, Kuperlihatkan pada Kalian 45
Percaya pada Keledai, Bukan Jenggot Beruban 46
Ekornya Ada 47 Balasan untuk Katak 48 Silakan Kencing, Wahai Jagoan 49
Banyak Saja Diberikan, Apalagi Sedikit 50 Dunia Ada dalam Keledai Nashruddin
56 Karena Saran Seorang Teman 59
Ketakutan Terkadang Menimbulkan Keajaiban 62 xi CANDA ALA SUFI Menjatuhkan Hukuman dengan Pengalaman 64 Keributan Hilang, Mantel pun Melayang 65
Di Malam Bulan Purnama 66
3 Andai Aku Hidup 69 Andai Dia Mencuri Sesuatu 71
Haruskah Aku Pergi Lebih Jauh Lagi" 72
Sepotong Daging dan Sebilah Pisau 72
Burung Gagak Lebih Membutuhkan 74
Putra Ayahnya 74 Setengah Kepala 75 Nikahkan Orang yang Makan Kue Harisah 76 Keledaiku Sulit Dinaiki 77
Setetes Keringat Hammad 77
Jangan Kau Beri Nama Anakmu Ayyub 78
Kaki Sebelah Kiri Belum Berwudu 79
Bagaimana Melihat Sebelah Kanan 79
Menara al-Tis 80 Carilah Orang Lain untuk Membacakan Talqin 81 xii Isi Buku xiii Di Hadapan Hakim 81 Sapi yang Bersalah 82 Bulan yang Lama 83 4 Kuah Kelinci 85 Mengapa Menyuruhku Turun" 86
Berikan Jubahku, Kukembalikan Bajumu 87
Jalan di Atas Pohon 88 Lari Mendahului Burung 89
Naik Keledai Menghadap ke Belakang 90
Tak Disangka, Sapi Itu Naik ke Atas Bukit 91
Andai Aku Punya 92 Andai Kau Lepas Bajumu, Tentu Tidak Akan Basah 93
Jika Melihat Buah Pala, Dia akan Segera Lahir 95 Ingat Almarhumah Ibumu 96
Karena Rindu, Lupa Pakaianku 91
Telah Kuperoleh Apa yang Kuinginkan 97
Mendurhakai Ibu 98 Rumah Ini Mungkin Memiliki Dua Pintu 100 CANDA ALA SUFI Seekor Burung Bulbul 102 Bagian Lain Kutanami Pohon Jerami :102
Lebih Tua Nashruddin atau Anaknya 103
Alhamdulillih, Aku Mengeluarkanya dari Sumur 104
Aku Bersembunyi, Malu Padamu 105
Mungkin Dia Keluar 106 Saksi Lebih Baik 106 Ambilkan Denda darinya, Aku Tergesa-gesa 108 Naudzubillah \\Q Kehilangan Apa Lagi" 110
Belum Pernah Bicara Dengannya 111
Paku Sama dengan Abu 111 Bertanyalah padaku, Kemudian pada Kambingku 112
Kita Bangun Kamar Kecil di Sana 113
Bersama Orang Berusia Dua Puluh Tahun 114 Mengenalnya Sejak Bayi 114
Jangan Sombong, Ini Air Sebenarnya 115
Jangan Masuk ke Peti Jenazah 116
Mengapa Tidak Seperti Anakmu" 116
Lihat, Bagaimana Dia Lari
xiv Isi Buku Sebelum Kuberi Ter 118 Dia Adalah Aku, Lalu Siapa Aku" 119
Obat Sakit Mata seperti Obat Sakit Gigi 120
Sembilan Bulan Ditempuh Hanya Lima Hari 120 Naudzubillah, Andai Aku Memakainya 121
Andai Berjalan Satu Arab.,
Mereka Akan Jatuh 121 Roti Menjadi Es 122 Tanamlah Aku, Kuberikan pada Kalian Bebuahan 122
Perintah Itu Mudah, Tetapi Pelaksanaannya Sulit 123
Dia Sendiri Memberitahuku 125
Sayapku yang Lebar 126 Aku Bukan Manusia 128 Pemberian Allah atau Manusia" 129
Inilah Urusanku 131 Ucapkan Insya Allah 131 5 Mencari Tidur 133 Memberi Karena Janji 133 xv CANDA ALA SUFI Memotong Harga Handuk 134
Memberikan Uang, Memperoleh Seruling 134 Lihat, Apa yang akan Kulakukan 135
Agar Semua Orang Tahu Deritaku 136
Resep Masakan 137 Kapan Kiamat Tiba" 139
Mengapa Harus Memainkan Jemari" 139
Kalau Menungganginya, Aku Hilang 140
Nikmatnya Menemukan

Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesuatu yang Hilang 140 Pasti Akan Kembali 141 Ada Perbedaan antara Aku dan Engkau 141
Anggur Berumur 40 Tahun 142
Jika Kakinya Terpotong, Jangan Potong Kepalanya Juga 143
Kami Berwudu lalu Membatalkannya 145
Apa Urusanmu dan Apa Urusanku" 145
Kalau Suka Pergi, Dia akan Singgah di Rumah 146.
Hari Ini untuk Kemarin, Kemarin untuk Hari Ini 146
xvi Isi Buku xvii Aku Tak Punya Waktu untuk ke Baghdad 148
Aku di Luar Rumah, Kamu di Dalam 148
Tertimpa Musibah 150 Cukup Keras Kepala 150 Beri Aku Sendok Besar, agar Mati Sepertimu 153 Bulan Lebih Banyak Manfaatnya 155
Kaleng Berisi Sepuluh Kilogram 155
AjalTelahTiba 157 Kita Naiki dan Bawa Barang Kita yang Berat 160
Tambahkan Mantra dengan Sedikit Ter 161
Jika Aku Mati, Kuburkan Aku Berdiri 161
Aku Datang untuk Memberitahumu 162
Allah Satu, Jawaban Juga Satu 162
Sumpit Seharga Tiga Ribu 164
Sampai Kapan Manusia Lahir dan Mati 165
Kami Baru Setengah Jalan 165
Tidak Memiliki Ahli Waris 166
Minta Ongkos untuk Sepuluh Hari 167
Pasti Akan Diketahui Orang 168
Bagaimana Membedakan Wanita dan Pria" 168
CANDA ALA SUFI 6 Agar Dia Tahu Nilai yang Kuberi 171
Lebih Sedih Ditinggal Keledai Ketimbang Istri 171
Mengeluh Tibanya Musim Semi" 172
Tak Terlintas untuk Turun dari Mimbar 173
Engkau Akan Membutuhkan Orang-Orang Kikir 174 Tanyakan Saja pada Ahlinya 174
Belum Pernah Membocorkan Rahasia 175 Belum Selesai Kencing 175
Biji Gandum Sama dengan Gandum 176
Ikan yang Pernah Memakan Nabi Yunus 177
Berkabung atas Induk Mereka 177
Kembalinya Uang yang Hilang 178
Kura-Kura yang Sedang Membajak 179
Engkau Sehat, Bukan" 180
Dilatih Tirakat, Tak Membuatnya Luput dari Ajal 181
Menaruh Harta di Bawah Kepala 182
Patuh pada Saran Istri, akan Selalu Mandi 183 Kalau Terus Begini, Aku Tidak Makan 185
xviii Isi Buku Lari dari Rahmat Tuhan 185
Hebat, Api Tungku pun Takut pada Istriku 187 Datang dan Pulang dengan Tangan Kosong 187 Tanyakan pada Mayat 188 Bermain dengan Topiku 189
Burung Itu Hanya Bicara, Ayamku Dapat Berpikir 190
Tak Dihentikan, Aku Jatuh 192
Inilah Kepala Keledaiku 193
Jangan Tanya, Aku Takkan Bicara 193
Tidak Adil Juga Tidak Lalim 194
Engkau Dapat Berenang Walau Sedikit 196
Selamat dari Cercaan Orang Lain 197
Tidak Dapat Menaikinya 199
Cinta Istri dengan Kalung Mutiara Biru 200
Mereka Bertengkar Karena Usia" 201
Mengapa Tak Bicara Lebih Dulu" 202
Mengapa Tidak Memakannya" 203
Bertemu Teman Lama 204 Jangan Membuatnya Tipis atau Tebal 207
Dijadikan Kasur, Bantal, dan Selimut 208
xix CANDA ALA SUFI Engkau Punya Suara, Dia Punya Uang 210
Menafsirkan Mimpinya 211 7 Tak Patut Menghinaku 213
Kau Sembunyikan Suaranya,
Bagaimana Baunya" 215
Kabar Gembira, Gajah Betina 215
Semoga Allah Memperbaiki Prilaku Hakim Itu 217 Kebiasaannya Selalu Berlawanan 219
Menghadapkan Wajah ke Pakaian 220
Tidak Dicekik, Dia Mencekik 221
Balasan Setimpal 222 Kamu Juga Benar 224 Menjual Asap Makanan, Bayarnya Suara Uang 226 Tak Menyantap Makanan, Dimakan di Hadapannya 228
Sebuah Lilin 229 Andai EngkauTahu 230 Sudah Berjenggot Saja Tertidur,
Apalagi Anak Kecil 231 xx Isi Buku Kalau Begitu, Aku Tertawa Juga 233
Dia Memperoleh Upah, Kamu Memperoleh Suara 235
Ambillah Tidak Apa-apamu Itu 239
Binatang yang Bekerja Itu Besar 240
Aku Bagian Dalam, Dia Bagian Luar 241
Pergilah dengan Keledai 242
Membuka Mulut Hingga Hampir Robek 243
Ibumu Memiliki Banyak Anak" 243
Sumur Terbalik 244 Harta Orang Miskin 245 Penggembalaan Penuh dengan Air 245
Ikat dari Bawah 246 Berikan pada Tukang Roti 246
Memperbaiki Kesalahan dengan Benda Tajam 247 Tangga yang Digunakan Nabimu 248
Kebetulan, Akunya yang Tak Ada 249
Sudah Cukup Berat Muatannya 250
Tak Ada yang Lebih Baik dari Ciptaan Allah 251 Burung Gagak Memburu Seekor Kerbau 253
Keledai Dapat Membaca 259
xxi CANDA ALA SUFI Ayam Sudah Dimasak Bertelur" 263
Merasakan Kehangatan dari Jarak Satu Farsakh 368
Tak Ada Jalan, Kecuali Pura-pura Bertengkar 273
Alhamdulillah, Anda Datang Lebih Cepat 276
Membeli dengan Bijinya 278
Sedang Mimpi Indah, Ambilkan Kacamataku 279 Tak Tahu Hitungannya 279 Kasurnya Tak Cukup untuk Empat Orang 280 Menanyakan tentang Tamu Langit 282
Ambil Air Wudumu, Kembalikan Sepatuku 283 Manusia atau Jin" 284
Menjadi Orang Dungu 285 Melakukannya Karena Patuh pada Kalian
Jauhi Hal Ini! 288 Kuucapkan Selamat Jalan padamu 291
Menyuruhku Makan 292 xxii Isi Buku 8 Hutang pada Tuhan" 295
Dengar Perkataannya Karena Hormat 297
Aku Tak Lupa, Kamulah yang Lupa 299
Tetapi Suamimu Satu 300 Allah Mahatahu Hati Orang yang Terbakar 302
Maaf, Tidak Ada Tulisannya 302
Senang Kotoran" 303
Penjual Minyak Zaitun Kamu atau Aku" 304
Kalau Punya Akal, Lekas ke Danau 305
Mencari Keledai Sambil Bernyanyi" 306
Hanya Belajar sebagian Ketrampilan " 306
Karpet dari Wol, tapi Belum Jadi" 307
Unta Menggigit Telinga Sendiri " 307
Mencium Aroma Sup " 308
Keluar dan Kejarlah Aku " 309
Aku akan Mematuhi Perintahmu " 310
Ukir Cincin Ini dengan Huruf Kha dan Sin" 311
Hanya Menunjuk dengan Jari" 313
Aku Akan Menjualnya " 314
xxiii CANDA ALA SUFI Puisi Nashruddin" 315
Ketika Keluar, Ada Kepalanya"" 316
Berilah Nama Prematur " 317
Tak Berjalan di Atas Gunung.... 318
Tidak Melakukan Apa-apa, Mengapa Mar ah"" 319
Seorang Hakim dan Pedagang " 320
Nashruddin dan Ateis " 320
Nashruddin dan Penguasa Kurdi" 330
Kemana Larinya Daging Itu" 333
Kemana Larinya Suaraku" 335
Mau Kau Perlihatkan pada Siapa"" 336
9 Hanya Membuatku Sedikit Gila Mau 337 Nashruddin dan Seekor Beruang 338
Kambing Betina Tetangganya
341 Akan Berubah Seperti yang Anda Harapkan 344 Masalahnya Bertambah Sulit 345
Pulang dari Rumah Pengantin Baru 345
Makan Sambil Berpuisi 346
xxiv Isi Buku xxv Sudah Tidur Sebelum Datang Kemari 347
Berdasarkan Musyawarah 348
Tidak Memiliki Enam Jari 349
Tidak Harus Sesuai dengan Teori 349
Menunggu Hingga Dia Terapung 352
Taburkan Saja Gula di Tengahnya 353
Berkata, Pasti akan Melakukannya 354
Sama Umurnya 356 Tempat yang Menunjukkan Makanan 356
Dimana Lagi aku Harus Tinggal" 358
Memohon Keledai, Disuruh Memikul Anak Kuda 359
Memasukkan Benang ke Lubang Jarum 362
Nashruddin Menjual Udara 362
Aku Tidak Tahu Semua Itu 366
Pembalikan Tak Dibatasi, Menjadi Tetap 367 Apa Artinya Hukuman, Jika Gucinya Sudah Pecah 368
Ada Kepala Untanya 368 Di Atas Uang Dinar, Enam Setengah Girisy- 370
Mimpi Kawin 373 Carikan untuknya Seorang Pemuda 373
CANDA ALA SUFI Kapas Turun dari Langit 374
Arti Kata Abajadun 376 Biarkan Aku Menangis 378 Atikah bin Nashruddin 379
10 Bacakan Surat Ini Dua Baris Saja 381
Membalik agar Kering 382 Ucapan Selamat Setelah Minum 383
Pejabat yang Biasa Berkata "Ambillah" 385
Besok Suaranya Keluar 386
Impas 387 Anda Orang Besar, Kami Orang kecil 388


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Susah Mencerna Kertas 389
Takut Suara Meriam 391 Melepas Anak Panah 393 Bahayanya pada Bagian Dalam 394
Tariklah Nafas Sekali Lagi! 397
Mari Laksanakan Shalat Jenazah 400
Menyelaraskan Panjang dan Lebar 403
Bukan Hiburan 404 Mengapa Harus Membayar" 404
Petani atau Penguasa 405 xxvi Isi Buku Jalan Menuju Kesadaran 406
Dimanakah Kebenaran" 406
Inti Kesehatan 407 TamuAllah-407 Jubah Menghentikan Rezeki 408
Tak Mungkin Menyelamatkan Anda 411
Bagaimana Aku Menipumu 411
Ini Sarung Clurit! 412 Pindahkan Saja Rumah ke Ladang 413
Kaki dalam Air 413 Membeli di Toko Sepatu 414
Skor Satu Satu 415 Jika Pemimpinnya Taimurlank 417
Lebih Pintar Dariku 418 Tunggulah Empat Puluh Hari Lagi! 422
11 Ssst...Diamlah!-425 Nashruddin dan Orang-orang Buta 426
Apa yang Masih Kau Inginkan" 427
Menghindari Pertanyaan 429
Bentuknya Aneh Tanpa Ekor 430
Kaki Tertusuk Duri 431 xxvii CANDA ALA SUFI Aku Sudah Menjadi Bubur 432
Malu pada Allah 432 Anjing Besar Hitam Menakutkan 433
Jangan Biarkan Kepalanya Tertinggal 436
Tempat Taimurlank di Akhirat 437
Malaikat Izrail Membiarkanku 438
Teringat Masa Kecil 439 Burung Sebenarnya 440 Jika Ekor Srigala Putus - 440
Menggapai Cahaya Rembulan 442
Aku Jawab Itu Mashdar 443
Tanyakan Saja padaku 444
Dimana Garam dan Bumbunya" 445
Biarkan Aku Mati dalam Pengasingan 447
Memiliki Banyak Keinginan 447
Menghadapi Maut 448 Keramat Nashruddin Setelah Meninggal 449
Memberitahu Kalian 451 Tempat yang Dituju Keledai 452
xxviii * * * * * eBook oleh : Nurul Huda Kariem MR.
1 Yang Tahu Memberitahu Yang Tidak Tahu
Suatu hari, Nashruddin Effendy berdiri
di mimbar; di depan massa, untuk
memberikan nasihat. Dia berkata, "Tahukah
kalian, apa yang akan saya katakan kepada
kalian"" Orang-orang itu menjawab, "Tidak!
Kami tidak tahu." Kemudian Nashruddin berkata
kepada mereka, "Baiklah, kalau kalian tidak
tahu... Tidak ada gunanya berbicara dengan
orang-orang yang tidak tahu." Dia pun turun dan
meninggalkan mereka. Beberapa hari kemudian, dia kembali dan
berbicara pada mereka dengan pertanyaan sama,
1 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
yang pernah dilontarkannya. Dia berkata,
"Tahukah kalian, apa yang akan saya katakan
kepada kalian"" Mereka menjawab, "Ya, kami
tahu." Dia kemudian berkata, "Jika kalian sudah
tahu apa yang akan saya sampaikan, saya tidak
perlu lagi mengatakannya." Lalu, dia pun pergi
meninggalkan mereka. Orang-orang itu pun kebingungan; apa yang
seharusnya mereka katakan untuk menjawab
pertanyaan Nashruddin itu. Namun, mereka
sepakat untuk pada kesempatan mendatang, jika
Nashruddin melontarkan pertanyaaan serupa,
sebagian di antara mereka akan menjawab ya dan
sebagian lain akan menjawab tidak.
Beberapa hari kemudian, Nashruddin
kembali ke tempat itu dan berkata, "Tahukah
kalian, apa yang akan saya katakan pada kalian""
Jawaban mereka pun beragam; sebagian berkata,
"Ya, kami tahu," dan sebagian lagi mengatakan,
"Tidak, kami tidak tahu." Nashruddin berkata
kepada mereka, "Baik, sebagian di antara kalian
sudah mengetahuinya dan sebagian lain tidak.
Karena itu, saya berharap, yang tahu raem
beritahu yang tidak tahu." Lalu dia pun pergi
meninggalkan mereka. Seandainya Unta Bersayap Suatu hari, Nashruddin berdiri di
hadapan khalayak; memberikan petuah
kepada mereka. Dia berujar," Wahai kaum
muslimin, kalian hendaknya memanjatkan puja
dan puji ke hadirat Allah Swt, yang tidak menciptakan
unta bersayap. Kalau saja unta itu
memiliki sayap dan dapat terbang, tentu ia akan
senang bertengger di atap rumah kalian, sehingga
rumah itu runtuh dan menimpa kepala kalian."
Bintang di Negeri Kami seperti Bintang
di Negeri Kalian Suatu ketika, di sela-sela nasihatnya,
Nashruddin berkata, "Wahai kaum
muslimin, sesungguhnya cuaca di negeri kami
2 3 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI tidaklah berbeda sedikit pun dengan cuaca di
negeri ini." Orang-orang lalu bertanya
kepadanya, "Bagaimana Anda dapat membuktikannya""
Dia menjawab, "Sesungguhnya
bentuk dan jumlah bintang yang ada di langit
negeri kalian serupa sekali dengan bentuk dan
jumlah bintang yang ada di langit negeri kami,
Ag Syahr. Oleh karena itu, cuacanya pun sama."
Kamar Mandi di atas Menara
Suatu hari, Nashruddin masuk ke
kamar mandi. Lantaran suasana begitu
hening dan sunyi, dia mencoba bernyayi.
Ternyata, dia kagum dengan suaranya sendiri,
sehingga dia berbicara sendiri bahwa seseorang
tidak boleh kikir dengan kenikmatan suaranya
yang indah untuk dapat dinikmati oleh saudarasaudaranya
sesama muslim. Setelah keluar dari kamar mandi, dia segera
menuju masjid jami dan langsung naik ke atas
menara. Kemudian dia melantunkan beberapa
lagu pujian yang biasa dilantunkan pada saat azan
zuhur. Orang-orang yang berada di sekitar masjid
pun bingung dan terkejut, mendengar lantunan
suara Nashruddin yang sangat sombong dan tak
enak didengar. Salah seorang di antara mereka memanggilnya
dan berkata, "Hai bodoh, celaka
kamu! Mengapa kamu mengejutkan banyak
orang dengan lantunan suaramu yang sangat
buruk itu dan bukan pada waktunya""
Nashruddin pun menjawab dari atas menara,
"Wahai saudaraku, seandainya ada orang yang
mau berbaik hati dan dermawan, kemudian dia
membangunkan untukku sebuah kamar mandi
di atas menara ini, tentu akan kuperdengarkan
padamu suaraku yang indah dan lebih merdu
ketimbang kicau burung gelatik."
Berikan Sembilan Dirham Suatu malam, Nashruddin bermimpi;
dia memperoleh uang sebanyak sembilan
4 5 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
dirham dari seseorang, sebagai ganti sepuluh
dirham yang dimintanya. Lalu, keduanya pun
berselisih dan bertengkar. Setelah lama berdebat,
tiba-tiba Nashruddin terbangun dari tidurnya,
namun tidak menemukan sepeser uang pun di
tangannya. Karena sangat menginginkan uang itu, dia
pun marah-marah dan mencela diri. Kemudian,
dia kembali berbaring di atas tempat tidur untuk
melanjutkan tidurnya dan menutupi sekujur
tubuhnya dengan selimut. Lantas dia mengkhayalkan
musuhnya itu. Sembari merigulurkan
tangannya, Nashruddin berkata, "Berikan uang
yang sembilan dirham itu padaku dan jangan
khawatir." Keluar dari Kuburan Suatu hari, Nashruddin bertamasya ke
sebuah negeri dan sampailah dia di
sebuah pekuburan. Dari arah berlawanan, dia
melihat sekelompok penunggang kuda yang
6 sedang menuju ke arahnya. Dia pun ketakutan.
Tiba-tiba, terlihat olehnya sebuah kuburan
tua yang terbuka. Terlintas di benaknya untuk
bersembunyi di dalam kuburan itu. Nashruddin
pun melepas bajunya dan kemudian masuk ke
dalamnya. Ketika para penunggang kuda tersebut
menghampiri Nashruddin, terlihatlah oleh
mereka Nashruddin yang sedang berada di dalam
kuburan itu dalam keadaan setengah telanjang.
Mereka heran melihat tingkah laku Nashruddin
yang aneh itu. Mereka pun bertanya, "Hai, apa yang sedang
kau lakukan di dalam kuburan itu"" Sesaat,
Nashruddin pun bingung untuk menjawab
pertanyaan mereka itu. Dia kemudian mendapat
akal dan berkata, "Aku adalah penghuni kubura
n ini dan aku sudah bosan tinggal di sini. Aku telah
meminta izin kepada Tuhanku untuk keluar
sebentar dan pergi jalan-jalan. Tuhanku telah
memberiku izin." Orang-orang berkuda itu pun terbahak
dibuatnya, lalu meninggalkan Nashruddin begitu
saja. 7 CANDA ALA SUFI Aku Sendiri Sedang Memikirkan Itu
Suatu hari, saat pemilik kebun buah
dan sayur sedang bepergian, Nashruddin
masuk ke kebun itu dan memetik bebuahan dan
sayuran yang dapat diraih tangannya, hingga tas
yang dibawanya penuh dengan buah dan sayur.
Ketika hendak keluar, terlihat oleh Nashruddin
pemilik kebun yang baru pulang. Dia pun
bingung dan ketakutan. Pemilik kebun itu berkata padanya, "Apa
yang yang sedang kau lakukan di sini"" Dengan
gagap, Nashruddin menjawab, "Badai telah
membawa dan menjatuhkanku di tempat ini,
karena marah padaku."
Pemilik kebun itu kembali bertanya, "Baik,
lalu siapa yang memetik semua yang ada dalam
tasmu itu"" Nashruddin menjawab "Angin kencang telah
mempermainkanku; ia membawaku ke sana
kemari dan aku pun berusaha berpegangan pada
apapun yang dapat kupegang, sehingga tanganku
menarik buah dan sayuran ini."
CANDA ALA SUFI Kemudian, pemilik kebun itu bertanya
kembali, "Baik, lalu siapa yang meletakkan semua
itu ke dalam tasmu itu""
Nashruddin tak menjawab pertanyaan itu,
namun dia berkata, "Aku sendiri sedang memikirkan
itu. Aku jujur padamu bahwa aku
memang sedang mencari jawabannya sejak
pertama aku melihatmu, namun aku belum menemukannya."
Manisan dan Pukulan Suatu hari, Nashruddin pergi jalan
jalan ke kota Qauniyyah. Dia lalu masuk
ke sebuah toko yang khusus menjual manisan.
Tanpa berkata apa-apa, Nashruddin mendekati
salah satu nampan manisan di toko itu. Sambil
membaca Bismillahirrahmanirrahim, dia pun
mencicipinya. Melihat tingkah-laku Nashruddin itu, sang
pemilik toko menegurnya seraya berkata,
"Alangkah beraninya kamu, makan harta orang
lain tanpa seizin pemiliknya!"


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

9 8 CANDA ALA SUFI Nashruddin seolah tak mendengar teguran
itu. Dia tak perduli dan terus menikmati manisan
itu. Tidak lama kemudian, penjual manisan itu
mengambil sebuah tongkat dan memukulkannya
ke tubuh Nashruddin. Namun, Nashruddin tidak
peduli dan terus saja makan. Bahkan, dia makan
semakin cepat. Setelah merasa kenyang, dia pun
berhenti lalu berkata, "Semoga Allah memberkahi
penduduk kota Qauniyyah ini; yang suka
menyuguhi manisan kepada tamunya, namun
juga memukulinya." Jumlah Puasa berdasarkan Jumlah Batu
Ketika bulan Ramadhan tiba, terlintas
dalam benak Nashruddin untuk membeli
sebuah pot guna menghitung jumlah harihari
puasa yang telah berlalu; yaitu meletakkan
satu batu ke dalam pot setiap harinya, sehingga
tidak salah dalam menghitung jumlah hari dan
tidak bergantung pada hitungan orang lain.
Tidak lama kemudian, anak perempuannya
10 CANDA ALA SUFI yang masih kecil melihat perbuatan yang biasa
dilakukan ayahnya itu. Dia lalu berusaha meniru
sang ayah guna meringankan beban pekerjaan
ayahnya itu. Karenanya, dia pun memasukkan
batu ke dalam pot tersebut sebanyak-banyaknya
hingga penuh. Beberapa saat kemudian, orang-orang yang
lewat di depan rumah Nashruddin menanyakan
padanya; berapa lama sudah mereka berpuasa.
Nashruddin pun berkata kepada mereka,
"Tunggu sebentar, akan kutunjukkan pada kalian
jawaban yang benar."
Tergopoh-gopoh, Nashruddin masuk ke
rumahnya dan membongkar pot itu serta menghitung
jumlah batu yang ada di dalamnya.
Ternyata, jumlahnya bertambah hingga 120 batu.
Dia berkata dalam hati, "Bila kukatakan dengan
jujur jumlah batu yang ada dalam pot ini kepada
mereka, tentu mereka akan menyangkaku bodoh.
Aku harus membaginya menjadi dua!"
Kemudian, Nashruddin keluar menemui
mereka dan berkata, "Ini adalah hari ke-60 bulan
Ramadhan...." 11 CANDA ALA SUFI Mereka pun tertawa seraya berkata,
"Mungkinkah jumlah hari bulan Ramadhan
bertambah"" Nashruddin pun berkata, "Celaka
kalian! Aku telah bantu kalian, namun kalian
menghinaku. Andai kukatakan jumlah sebenarnya
menurut hitungan batu yang ada dalam pot
itu, maka hari ini adalah hari yang ke-120 bulan
Ramadhan. Karena itu, terimalah dengan puas
jawaban yang kusampaikan pada kalian; itulah
yg terbaik bagi kalian."
Asal-usul Bintang Suatu hari, Nashruddin ditanya oleh
beberapa orang. Jika bulan yang baru
tampak, maka di manakah bulan yang
lama" Nashruddin menjawab, "Mereka memotongnya
dan membuatnya menjadi bintangbintang
baru." Menjual Telur Suatu hari, terlintas dalam benak
Nashruddin untuk berdagang. Lalu, dia
CANDA ALA SUFI membeli sejumlah besar telur dengan harga satu
girish untuk setiap sembilan telurnya. Namun,
dia men jualnya seharga satu girish untuk setiap
sepuluh telurnya; lebih murah dari harga belinya.
Seseorang berkata kepadanya sembari
mengejek, "Dagang macam apa itu, tak memberi
keuntungan!" Namun, Nashruddin malah
menjawab, "Keuntungan bukanlah syarat dalam
perdagangan.... Aku cukup senang bila temantemanku
berkata bahwa aku adalah pedagang
yang laris." Segala Sesuatu Ada Hitungannya
Suatu saat, Nashruddin duduk-duduk
di tepi sungai. Tiba-tiba, dia melihat 12
orang buta yang ingin menyeberang. Nashruddin
pun menawarkan bantuan kepada mereka;
menggendong mereka satu persatu dengan
bayaran satu dirham per orang. Mereka pun
setuju dan Nashruddin pun melaksanakan
tugasnya. Sembilan orang selamat sampai ke
seberang sungai. 12 13 CANDA ALA SUFI Ketika hendak mengantarkan orang ke-10,
tubuhnya mulai capai dan kelelahan. Namun, dia
tetap saja menggendongnya hingga ke tengah
sungai. Setelah sampai di tengah, Nashruddin tak
kuat lagi menggendongnya sehingga dia
terlempar ke sungai. Orang itu pun terbawa arus
air. Sementara teman-teman orang itu berteriak
dan menangis, Nashruddin berkata kepada
mereka, "Mengapa kalian berteriak dan menangis"
Segala sesuatu kan ada hitungannya.
Kalian cukup membayarku untuk sembilan
orang saja. Semoga Allah Swt memberi ganti
untukku." Lobak Berisi Wortel Dalam sebuah kesempatan, Nashruddin didatangi seseorang yang
menyembunyikan telur di tangannya. Orang ini
berkata kepada Nashruddin, "Jika engkau bisa
menebak teka-tekiku ini, aku akan membuatkan
untukmu makanan yang lezat."
CANDA ALA SUFI Nashruddin pun bertanya, "Bagaimana
bentuk dan warnannya"" Dia berkata, "Bentuknya
bulat, bagian luarnya putih, dan bagian
dalamya kuning."Maka, Nashruddin menjawab,
"Aku dapat menebaknya; itu adalah lobak yang
bagian tengahnya dikeluarkan, lalu diisi dengan
wortel." Bukan Pedagang Hari dan Bulan
Suatu saat, Nashruddin ditanya oleh
seseorang, "Sekarang ini hari apa dan
bulan apa"" Nashruddin menjawab, "Sejak kapan
aku menjadi pedagang hari dan bulan, sehingga
aku dapat menjawab pertanyaanmu itu""
Penjual Tangga Suatu hari, Nashruddin pergi menuju
sebuah kebun yang tertutup pagar
;mbok, dengan membawa sebuah tangga. Dia
14 15 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
lalu meletakkan tangga itu ke dinding dan
memanjatnya. Setelah sampai di atas, dia mengangkat
tangga itu lalu menurunkannya ke dalam.
Kemudian, dia masuk ke dalam kebun itu.
Pemilik kebun itu ternyata memergokinya
dan menunggunya di bawah tangga. Lalu, dia
berkata kepada Nashruddin, "Siapakah engkau
dan apa yang engkau lakukan di sini""
Nashruddin pun menjawab, "Aku adalah
penjual tangga." Pemilik kebun itu berkata, "Sejak
kapan tangga dijual di sini"" Nashruddin menjawab,
"Masya Allah, bukankah engkau sudah
tahu bahwa tangga itu dijual di mana-mana dan
di setiap tempat""
Sapi yang Mengetahui Kesalahannya
Tatkala Nashruddin sedang duduk
santai di kebunnya, tiba-tiba dia dikejut
kan oleh seekor sapi yang masuk ke tempat itu,
sehingga merusak segala tanaman yang ada di
sana. Lantaran marah, dia mengambil tongkat
dan kemudian mengejarnya. Namun, sapi itu lari
dari hadapannya. Seminggu kemudian, Nashruddin melihat
sapi itu sedang menarik gerobak salah seorang
petani. Tanpa pikir panjang, Nashruddin menghampiri
sapi itu dan memukulinya dengan
sebatang tongkat yang dibawanya. Tentu saja,
sang petani terheran-heran melihat tindakan
Nashruddin terha dap sapi itu. Dia tidak habis
pikir. Karena itu, dia bertanya kepada Nashruddin,
"Hai, mengapa engkau memukuli sapiku" Apa
kesalahannya"" Nashruddin pun menjawab, "Hai bodoh,
jangan turut campur urusan yang tak kau
ketahui! Sapi ini tahu apa kesalahannya..."
Kuburkan di Pemakaman Kuno
Nashruddin memberikan wasiat
kepada keluarganya. Bila meninggal,
dia minta agar dimakamkan di pemakaman tua.
16 17 CANDA ALA SUFI Keluarga Nashruddin pun bertanya, "Mengapa
demikian"" Nashruddin menjawab, "Jika malaikat
Munkar dan Nakir datang untuk bertanya
padaku, maka aku akan menjawab bahwa aku
sudah lama tinggal di kuburan ini dan aku dulu
sudah pernah ditanya oleh mereka berdua. Dan
jika kedua malaikat itu melihat kuburanku,
mereka akan membenarkan perkataanku,
sehingga dia akan meninggalkanku begitu saja
tanpa mengajukan pertanyaan apapun padaku.
Dengan demikian, aku akan terbebas dari
dahsyatnya pertanyaan kubur. Inilah cara yang
terbaik." Ambil Air Wudumu, Kembalikan Sepatuku
Suatu hari, Nashruddin berwudu di
sebuah sungai. Setelah selesai dan hendak
memakai sepatunya, tiba-tiba salah satu sepatu
itu jatuh ke sungai dan hanyut terbawa arus air.
Seketika, Nashruddin membalikkan tubuhnya ke
arah sungai dan dengan geram dia berkata,
18 CANDA ALA SUFI "Ambillah air wudumu dan kembalikan
sepatuku." Wafatnya Ayah Anakku Suatu hari, Nashruddin mengenakan
pakaian serba hitam. Salah seorang
teman bertanya padanya, "Bukankah seseorang
mengenakan pakaian hitam ketika tertimpa
musibah"" Nashruddin menjawab, "Ya, aku
berkabung atas wafatnya ayah anakku."
Sumbat Pipa Di hari yang panas menyengat,
Nashruddin kehausan. Saat itu, dia
baru saja kembali dari perjalanan yang sangat
jauh. Tetapi, wajah Nashruddin tampak berseri
ketika dia melihat sebuah pipa air di seberang
jalan. Sayang, bagian ujung pipa tempat
keluarnya air tertutup oleh sepotong kayu.
19 CANDA ALA SUFI Sembari mendekatkan mulutnya yang
menganga ke arah penutup itu, dia menarik
sumbat kayu itu dengan sekuat tenaga. Setelah
lepas, air dari pipa itu menyembur dengan sangat
kuat sehingga seluruh tubuh Nashruddin
menjadi basah kuyup. Nashruddin pun memelototi
kayu itu seraya berteriak, "Andai kamu
tidak gila, orang-orang tidak akan meletakkanmu
di tempat yang lebih rendah darimu!"
Tak Tersentuh Apapun Suatu hari, Nashruddin pergi ke
gunung untuk mencari kayu. Dia membawa
beberapa buah semangka sebagai bekal
untuk menghilangkan rasa dahaga di pegunungan
tandus tanpa setetes air pun. Setiapkali merasa
haus, dia membelah semangka itu dan memakannya
sepotong demi sepotong. Bagian
semangka yang belum merah, dia buang ke
tempat sampah. Dengan cara demikian, dia
menghabiskan seluruh semangka itu; memakan
CANDA ALA SUFI sebagiannya dan membuang sebagiannya lagi ke
tempat sampah. Tengah hari, ketika udara sedang terikteriknya,
Nashruddin merasa kehausan. Sayang,
dia tidak memiliki buah semangka lagi. Yang
tersisa hanyalah bagian-bagian yang dibuangnya


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke tempat sampah. Akhirnya, dia pun mengambil
potongan-potongan semangka itu sembari
berkata, "Ini masih bersih dan tak tersentuh
apapun." Dan seluruh potongan semangka itu
pun habis dimakannya. Manfaat Pakaian di Hari Kiamat
Suatu waktu, Nashruddin memelihara
seekor kambing sebagai cadangan
makanan saat musim hujan tiba. Lantaran sangat
mencintai kambing itu, dia membuatkan untuknya
sebuah kandang yang bagus.
Melihat kambing nan elok itu, teman-teman
Nashruddin hendak merampasnya, namun
mereka tidak berhasil. Akhirnya, mereka sepakat
menipu Nashruddin. 20 21 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI Salah seorang di antara mereka mendatanginya
dan berkata, "Wahai Nashruddin, apa
yang akan kau lakukan dengan kambingmu itu"
Esok atau lusa kiamat akan segera tiba. Mari kita
sembelih kambing itu dan kami akan menjamumu
dengan dagingnya." Nashruddin tak peduli akan ucapannya,
namun teman-temannya terus berdatangan satupersatu
sambil mengutarakan kalimat yang
senada. Nashruddin menjadi kesal dan marah.
Dia lalu berjanji pada mereka untuk menyembelih
kambing itu keesokan harinya dan
mengundang mereka untuk menghadiri pesta
jamuan yang mewah. Esok harinya, Nashruddin menyembelih
kambing itu. Dia lalu menyalakan bara untuk
membakar dagingnya. Saat Nashruddin me
lakukan semua aktivitas itu, mereka meninggal
kan Nashruddin dan pergi berekreasi ke tempat
yang jauh. Untuk meyakinkan Nashruddin,
mereka meninggalkan pakaian mereka masing
masing. Karena tak seorang pun yang membantu,
pekerjannya menjadi kacau dan buruk.
Nashruddin lalu mengumpulkan pakaian mereka
dan memasukkannya ke dalam bara hingga
terbakar hangus. Ketika kembali, mereka
mendapatkan pakaian itu sudah menjadi abu.
Melihat itu, mereka serempak berusaha memukuli
Nashruddin. Ketika melihat mereka akan
memukulinya, Nashruddin menoleh kepada
mereka dan berkata, "Lalu, apa manfaat pakaian pakaian
itu, bila kalian percaya bahwa kiamat
pasti akan tiba, baik hari ini ataupun esok""
Aku Telah Pindah ke Rumah Ini
Suatu malam, seorang pencuri memasuki
rumah Nashruddin dan hendak membawa
kabur hampir semua barang milik
Nashruddin yang ada di rumahnya. Sementara,
dia hanya memperhatikan gerak-gerik pencuri
itu dari kamarnya. Setelah pencuri itu keluar dari rumahnya,
Nashruddin mengikuti jejak pencuri itu hingga
22 23 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI ke rumahnya. Lalu, Nashruddin ikut masuk dan
pencuri itu pun menoleh padanya sembari
berkata, "Hai orang tua, apa yang sedang kau
lakukan di sini"" Nashruddin pun menjawab,
"Bukankah aku telah pindah ke rumah ini""
Setiap yang Melahirkan Pasti akan Mati
Suatu saat, Nashruddin meminjam
sebuah ketel kepada salah seorang
tetangganya. Setelah beberapa hari, dia
mengembalikannya. Namun, di dalam ketel itu
telah ditaruh sebuah bejana kecil.
Melihat bejana dalam ketel itu, tetangganya
merasa heran dan menanyakan itu kepada
Nashruddin. Nashruddin pun menjawab bahwa
ketel itu telah beranak. Orang itu percaya, lalu
mengambil ketel dan bejana itu untuk kemudian
pulang. Selang beberapa hari, Nashruddin pergi ke
rumah orang itu dan meminjam ketel itu
kembali. Namun kali ini, Nashruddin lama sekali
tidak mengembalikan ketel itu. Pemilik ketel itu
pun mendatangi Nashruddin untuk memintanya
kembali. Karenanya, Nashruddin berkata,"Aduh,
sayang sekali, ketel milikmu telah mati."
Sang pemilik ketel itu pun menjadi bingung
dan berujar dengan suara tersendat, "Sejak kapan
sebuah ketel dapat hidup dan mati"" Nashruddin
pun menjawab, "Mengapakah engkau percaya
kalau ketel itu dapat beranak, sementara engkau
tidak percaya kalau ia juga bisa mati""
Kebakaran di Mulut Suatu ketika, Nashruddin merasa
sangat lapar. Dia lalu mencari makanan.
Tak lama kemudian, teman-temannya meraberinya
semangkok sup panas. Karena tak tahan
lagi, dengan segera Nashruddin menyantap sup
panas itu tanpa mendinginkannya terlebih dulu.
Suapan pertama dinikmatinya dengan sangat
cepat sehingga mulut Nashruddin terbakar. Dia
merasa seakan-akan api telah berkobar dalam
perut dan mulutnya. Karena merasa kepanasan,
24 25 CANDA ALA SUFI Nashruddin pun lari tak tentu arah, hingga
sampailah dia di pasar. Dia berteriak dan berkata,
"Jangan mendekatiku; ada kebakaran di
mulutku." Kalau Itik Tak Didapat, Cukup Kuahnya Saja
Suatu hari, Nashruddin melihat seekor
itik di pinggir sebuah danau. Dia lalu
berusaha menangkapnya, namun tidak berhasil,
karena itik itu berlari dengan cepat dari hadapannya.
Kebetulan, saat itu Nashruddin membawa
sepotong roti. Dia kemudian mencelupkan roti
itu ke air danau dan mengunyahnya. Tiba-tiba,
salah seorang temannya lewat di hadapan
Nashruddin dan berkata," Alangkah nikmatnya
apa yang sedang kaumakan! Apa itu""
Nashruddin pun menjawab, "Sup itik... Jika kau
tak beroleh itik, cukup kau celupkan rotimu ke
dalam air bekas itik berenang!"
CANDA ALA SUFI Tepung Dijemur di Atas Tali
Tetangga Nashruddin ingin meminjam tali
jemuran. Nashruddin lalu masuk ke dalam
rumah dan keluar kembali seraya berkata, "Maaf,
keluarga say a sedang memakainya untuk
mengeringkan tepung."
Mendengar jawaban Nashruddin, orang itu
berkata, "Bagaimana mungkin mengeringkan
repung dengan tali jemuran"" Nashruddin
menjawab, "Subhanallah, itu sesuatu yang
mungkin bila Anda sudah memiliki niat untuk
tidak meminjamkannya kepada orang lain."
Saya Kira Anda adalah Saya
Suatu hari, Nashruddin berjumpa
dengan seorang pria yang belum pernah
dikenalnya. Anehnya, Nashruddin berbicara
padanya dengan sangat akrab; seolah-olah teman
karib yang sudah lama tak bertemu.
Ketika orang asing itu hendak beranjak pergi,
Nashruddin bertanya padanya, "Maaf, wahai
26 27 CANDA ALA SUFI tuanku, saya belum mengenal Anda. Siapakah
sebenarnya Anda ini"" Orang itu menjawab,
"Kalau begitu, mengapa Anda tadi berbicara
sangat akrab pada saya; seakan-akan kita sudah
lama kenal"" Nashruddin kemudian berkata padanya,
"Maaf, sedari tadi saya memperhatikan sorban
dan jubah Anda; sungguh itu seperti sorban dan
jubah saya. Jadi saya kira Anda adalah saya."
Sebutir Delima untuk Satu Pertanyaan
Seorang pelajar mendapatkan kesulitan
mengenai beberapa persoalan dalam pelajarannya.
Dia sudah bertanya kepada beberapa orang
ulama, tetapi tak seorang pun di antara mereka
yang dapat menjawabnya. Mereka malah berkata
padanya, "Satu-satunya orang yang dapat
menyelesaikan seluruh pertanyaanmu itu adalah
Syaikh Nashruddin yang tinggal di kota Aq
Syahr." Pelajar tersebut lalu pergi ke kota tempat
28 CANDA ALA SUFI tinggal Nashruddin. Sesaat sebelum tiba di
rumah Syaikh Nashruddin, dia berjumpa dengan
seorang pria tua, mengenakan jubah dan sorban,
sedang asyik membajak sawah. Pelajar itu
mendekati dan berbincang-bincang dengannya.
Dia tidak tahu kalau orang tua itu adalah Syaikh
Nashruddin yang sedang dicarinya.
Setelah mendengarkan kata-katanya yang
sarat ilmu dan kesantunan, pelajar tersebut yakin
bahwa orang yang sedang diajaknya bicara adalah
seorang yang cerdas dan bijak. Karena itu, dia
mulai menanyakan tentang masalah yang sulit
dipahaminya. Tiba-tiba Nashruddin melihat sebuah
bungkusan kain berisi buah delima yang dibawa
pelajar itu. Nashruddin pun berkata padanya,
"Beri aku sebutir delima untuk setiap pertanyaan,
maka aku akan menjawab seluruh pertanyaanmu
itu." Dengan cara itu, sang pelajar menanyakan
seluruh kesulitan yang dihadapinya pada
Nashruddin. Setiapkali menjawab pertanyaan
yang diajukan, Nashruddin menerima sebutir
29 CANDA ALA SUFI delima. Sampai akhirnya, delima yang ada di
dalam bungkusan itu pun habis.
Kemudian, pelajar itu berkata, "Saya masih
memiliki satu pertanyaan lagi."Nashruddin pun
menjawab, "Tapi buah delimamu sudah habis.
Jadi, pergilah dari sini."Nashruddin pun kembali
membajak sawahnya. Sementara, pelajar itu
beranjak pulang sembari bergumam, "Jika para
petani negeri ini begitu pandai, apalagi para
ulamanya..." Ayam Itu Tak Tahu Jalan Suatu hari, Nashruddin meletakkan
beberapa ekor ayam jantan miliknya ke
dalam sebuah sangkar besar. Dia lalu membawanya
dari satu kota ke kota lainnya untuk
dijual. Di tengah jalan, dia merasa sangat berat
membawa kurungan itu. Dia lalu berkata pada
dirinya sendiri bahwa binatang-binatang itu akan
segera mati, karena satu sama lain saling ber
30 CANDA ALA SUFI himpitan dan kepanasan. Tak ada jalan lain
kecuali melepaskan semuanya, agar mereka dapat
hidup bebas sesuai dengan keinginannya.
Nashruddin membuka pintu sangkar itu.
Satu persatu ayam Nashruddin keluar dan
terbang berhamburan. Nashruddin mengambil
tongkatnya lalu pergi. Namun, tiba-tiba
dijumpainya seekor ayam yang sedang terdiam.
Nashruddin mengusirnya dan berkata padanya,
"Sialan! Semoga kamu cepat mati. Kamu dapat
membedakan waktu subuh dan waktu tengah
malam, namun mengapa kamu tidak tahu jalan
siang-siang begini."
KeledaiAkhirat Suatu hari, Nashruddin berjalan di
pekuburan. Tiba-tiba, kakinya terperosok
dan jatuh ke sebuah liang lahat tua. Tatkala
berada di dalam, terlintas dalam benaknya untuk
mencoba kalau-kalau dia dapat melihat rupa
malaikat Munkar dan Nakir, yang katanya akan
mendatangi orang yang berada dalam kubur.
31 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI Tak lama kemudian, terdengar gemerincing
keras suara lonceng, mendekat ke arah kuburan
di mana Nashruddin berada. Dia mengira kiamat


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah tiba. Dengan terburu-buru, dia keluar dari
kuburan itu; hendak melarikan diri. Namun,
keledai-keledai yang menjadi penyebab suara
ribut dan bising itu sudah mendekat padanya.
Melihat Nashruddin yang setengah telanjang
dan berjalan tergopoh-gopoh, keledai-keledai itu
ketakutan dan lari tunggang-langgang, sehingga
satu sama lain saling bertubrukan. Akibatnya,
semua barang bawaan berharga di punggung
mereka jatuh berserakan dan rusak.
Pemilik keledai-keledai itu pun kaget.
Mereka terheran-heran melihat keadaan dan
tingkah laku Nashruddin. Lantas mereka
bertanya, "Hai, siapa kamu dan sedang apa di
sini"" Nashruddin menjawab, "Aku penduduk
akhirat, kedatanganku ke sini adalah untuk
melihat-lihat dunia...."
Mereka berkata, "Berhenti! Kalau begitu, aku
akan tujukkan padamu bagaimana caranya
berdarmawisata." Mereka lalu menghajar
32 Nashruddin hingga kepalanya memar dan wajah
serta bagian tubuh lainnya berdarah. Setelah itu,
mereka meninggalkannya dalam keadaan
pingsan. Tengah malam, Nashruddin siuman. Dengan
sempoyongan, dia pulang ke rumah. Istrinya
kaget begitu membuka pintu dan me-lihatnya.
Dia lalu bertanya kepada Nashruddin, "Apa yang
terjadi padamu" Dari manakah engkau malammalam
begini"" Nashruddin menjawab, "Aku jatuh terperosok
ke dalam kuburan dan aku berkumpul
dengan orang-orang yang sudah mati." Istrinya
kembali bertanya, "Lalu, apa yang kau lihat di
sana"" Nashruddin menjawab, "Di akhirat tidak
ada apa-apa, kalau saja keledai-keledai itu tidak
lari ketakutan."[] 33 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
2 Tak Ada Ayam Betina Tanpa Ayam Jantan
Suatu hari, sekelompok anak muda
cota Aq Syahr mengajak Nashruddin
pergi ke pemandian. Mereka sepakat bahwa
masing-masing di antara mereka akan membawa
sebutir telur. Sesampainya di pemandian dan telah
melepas pakaian, Nashruddin berkata, "Ayo, kita
sama-sama membayangkan bahwa kita semua
adalah ayam betina yang sedang bertelur. Siapa
yang gagal bertelur, dia harus membayar ongkos
mandi semua orang yang ada di ruangan ini."
Lalu, mereka duduk dan menirukan suara
ayam betina saat hendak bertelur. Tak lama
35 CANDA ALA SUFI kemudian, masing-masing orang menunjukkan
telurnya dengan tangan mereka.
Setelah melihat mereka dalam keadaan
seperti itu, Nashruddin bangun dan berkokok
seperti layaknya seekor ayam jantan. Para
pemuda itu bertanya kepadanya, "Apa yang
sedang kau lakukan"" Nashruddin menjawab,
"Aku adalah ayam jantan kalian. Pernahkah
kalian melihat dalam hidup ini ayam betina tanpa
ayam jantan"" Orang Kurdi Tak Mengerti Bahasa Turki
Suatu hari, Nashruddin diundang ke
sebuah pesta besar yang diadakan orang
orang Kurdi. Dia pun datang dengan ditemani
seorang muridnya... Penduduk negeri itu menyambutnya dengan
upacara sangat meriah. Kebetulan, hidangan yang
disajikan bagi para tamu adalah makanan yang
dapat membuat perut menjadi mulas. Dan
ternyata benar; begitu Nashruddin menikmati
makanan itu, tiba-tiba dia buang angin dengan
CANDA ALA SUFI suara keras. Para tamu yang mendengarnya diam
saja, agar Nashruddin tidak malu. Sementara,
Nashruddin sendiri terlihat tenang-tenang saja,
tidak peduli. Setelah pulang ke negerinya, sang murid yang
ikut serta menegurnya dan berkata kepada
Nashruddin, "Maaf, di majlis yang mulia dan
terhormat seperti itu, saya kira tidak sepantasnya
Anda buang angin dengan begitu kerasnya."
Nashruddin pun menjawab, "Dasar bodoh!
Bukankah engkau tahu bahwa mereka adalah
orang Kurdi, sementara aku kentut dengan
bahasa Turki; mereka tidak akan memahaminya."
Bulan di Negeri Kami Suatu hari, Nashruddin pergi ke kota
Sayufy Khishar. Di sana, dia melihat
orang-orang sedang berkumpul di suatu tempat
tinggi guna melihat munculnya bulan sabit
sebagai tanda masuknya bulan Ramadhan.
Dia lalu mengejek mereka dan berkata, "Aku
heran pada kalian... Penduduk negeriku melihat
36 37 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI bulan seperti roda gerobak; mereka dapat
melihatnya tanpa harus bersusah payah.
Sementara, kalian telah menghabiskan waktu
untuk mencari bulan sabit yang lebih halus
ketimbang benang." Makanlah, Jubah Mewahku...
Suatu hari, Nashruddin diundang
untuk menghadiri sebuah walimah. Dia
lalu pergi dengan mengenakan pakaian jelek dan
lusuh. Sesampainya di tempat undangan, tak
seorang pun menyambut Nashruddin dengan
baik, bahkan menoleh pun tidak.
Melihat prilaku mereka yang kurang
menyenangkan itu, seketika Nashruddin keluar
dan pulang ke rumah. Dia lalu melepas
pakaiannya yang lusuh itu dan mengenakan
jubah paling bagus miliknya. Kemudian, dia
segera kembali ke tempat itu.
Setelah melihat Nashruddin dengan pakaian
begitu mewah, mereka langsung menyambutnya
dengan penuh penghormatan dan pengagungan.
Lalu, mendudukkannya di tempat terdepan dan
memberinya makanan paling enak dan mahal.
Tak lama, Nashruddin pun melepas jubahnya dan
berkata padanya, "Makanlah, wahai yang memiliki
kehormatan dan kemewahan."
Melihat tingkah aneh Nashruddin itu, orangorang yang berada di sekitarnya bertanya;
"Nashruddin, apa yang sedang kaulakukan
dengan jubahmu itu"" Dia menjawab, "Sesungguhnya
jubah mewahku ini mengetahui
segala yang tidak kalian ketahui dan dia lebih
berhak beroleh makanan ketimbang aku. Sebab,
seluruh penghormatan telah ditujukan padanya,
bukan padaku." Andai Lebaran Tiap Hari Saat musim paceklik, Nashruddin pergi
ke sebuah desa. Di sana dia melihat penduduknya
hidup sejahtera dan bahagia. Mereka
menyuguhkan padanya manisan paling enak dan
38 39 CANDA ALA SUFI makanan paling lezat. Nashruddin lalu bertanya
kepada mereka, "Mengapa penduduk desa ini
hidup dalam kemakmuran sementara orangorang di desaku kelaparan""
Salah seorang di antara mereka menjawab,
"Bukankah engkau tahu bahwa kita sekarang
berada di hari lebaran" Jauh-jauh sebelumnya,
setiap orang telah menyiapkan makanan dan
manisan sedap untuk menyambut datangnya
hari mulia ini." Nashruddin berpikir sejenak lalu
berkata,"Andai setiap hari adalah lebaran, tentu
negeriku akan bebas dari paceklik."
Wanita dan Sapi Hamil Suatu hari, Nashruddin pergi ke pasar
untuk menjual sapinya. Namun, tak
seorang pun berniat membelinya.
Tiba-tiba, salah seorang teman Nashruddin
melihatnya dan bertanya padanya, "Mengapa
sapimu belum juga laku hingga sekarang""
Nashruddin menjawab, "Ya, aku sudah mem
40 CANDA ALA SUFI bawanya ke sana kemari sedari pagi, namun
belum juga ada orang yang menawarnya."
Temannya berkata, "Bawalah ke sini sapimu itu...
Biarlah aku yang membawanya dan menawarkannya
pada orang-orang." Orang itu lalu menawarkannya pada orangorang sembari berkata, "Sapi ini masih perawan
dan hamil enam bulan..." Dengan cepat, para
pembeli berdatangan dan sapi itu akhirnya dibeli
oleh seseorang dengan harga yang lebih tinggi
dari yang diharapkan Nashruddin. Lalu,
Nashruddin berterima kasih pada temannya dan
pulang ke rumah dengan bahagia.
Selang beberapa hari, Nashruddin dikunjungi
beberapa orang ibu untuk melihat anak
gadisnya. Karena itu, istrinya minta pada
Nashruddin agar sejenak masuk ke kamar. Dia
lalu menemui mereka, memperlihatkan anak
perempuannya, dan menunjukkan beberapa
kelebihan serta kecantikan putrinya itu. Tentu
saja, dia melakukan itu agar mereka mau
meminangnya untuk anak mereka.
Tak lama kemudian, Nashruddin me
41 CANDA ALA SUFI manggil istrinya dan berkata padanya, "Buka
mulutmu dan ucapkan sebuah kalimat, karena
aku telah menemukan sebuah cara baru untuk
membuat laris barang dagangan yang tak laku."
Ya, cara itu akan Nashruddin terapkan pada anak
perawannya agar orang-orang berdatangan
untuk melamar anak perempuannya. Istri
Nashruddin lalu berkata pada dirinya sendiri,
"Mungkin suamiku ini telah menemukan sebuah
cara baru dan terbaik."
Setelah istri Nashruddin menemui mereka,
anak perempuannya i kut keluar; dia memberi hormat dan mencium tangan mereka dengan
ramah. Setelah itu, istri Nashruddin berkata pada
mereka, "Ibu-ibu yang mulia. Ada sepatah kata
yang ingin disampaikan oleh ayah gadis ini. Oleh
karena itu, kami harap agar Anda sekalian sedikit
bersembunyi." Kemudian, Nashruddin keluar dan berkata
pada mereka, "Wahai ibu-ibu mulia, kami tidak
akan berbicara panjang lebar. Kami hanya ingin
menyampaikan sepatah kata sangat ringkas;
putriku ini masih perawan dan sedang hamil
enam bulan. Sekian...."
CANDA ALA SUFI Mendengar itu, mereka satu sama lain saling
menatap. Lantas, sembari bergegas mereka pergi
meninggalkan rumah Nashruddin tanpa
berbicara sepatah kata pun.
Apa Urusanmu" Ketika Nashruddin berada di pasar,
;esorang pria datang menemuinya
dengan tergopoh dan berkata padanya, "Ada
kabar baik yang ingin kusampaikan padamu;
anakmu lahir laki-laki..." Nashruddin pun
menjawab, "Syukur alhamdulillah, anakku lahir
laki-laki. Lalu, apa urusanmu""
Keledai Itu Tak Mau Seorang tetangga menemui Nashruddin
guna meminta kembali keledainya yang
telah dipinjam. Nashruddin berkata kepadanya,
"Aku akan bermusyawarah lebih dulu dengan
keledai itu, semoga dia bersedia..."
42 43 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
Nashruddin lalu masuk ke kandang keledai
itu dan kembali menemui tetangganya seraya
berkata, "Aku sudah bermusyawarah dengan
keledai itu, namun dia tidak mau. Sebab, dia tahu
bahwa engkau akan memukulinya sampai luka,
dan dia akan mencerca dan mencela pemiliknya."
Pengaruh Amoniak Suatu saat, keledai Nashruddin tak mau
naik ke gunung, sekalipun dia telah
bersusah-payah memukulinya dengan tongkat.
Melihat itu, teman Nashruddin memberinya
resep untuk menghilangkan sifat malasnya itu,
yaitu dengan mengoleskan amoniak pada tubuhnya.
Nashruddin segera melakukan nasihat


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sahabatnya itu. Tak lama setelah obat itu dioleskan
pada tubuhnya, keledai itu langsung lari
dengan kencang sehingga Nashruddin pun tak
mampu mengejarnya. Setelah mencari kayu bakar dan hendak
pulang, Nashruddin merasa sangat kelelahan. Dia
lalu teringat pada obat untuk keledai yang
diberikan temannya itu. Dia kemudian mengambil
dan mengoleskan obat itu ke tubuhnya
sendiri dengan sangat banyak. Apa yang
dirasakan keledai itu kini juga dirasakan
Nashruddin. Dia kepanasan dan melompatlompat
sembari berlari dengan kencang; bak
orang kesurupan. Nashruddin pun tiba di rumahnya, jauh
lebih dulu ketimbang keledainya. Melihat
Nashruddin lari kencang dan melompat-lompat
seperti itu di depan rumah, istrinya terheranheran
dan berkata, "Celaka engkau, apa yang
telah menimpamu"" Nashruddin menjawab,
"Tidak ada apa-apa, tapi jika engkau ingin mengejarku.
oleskan saja sedikit obat ini pada
tubuhmu." Andai Aku Hidup, Kuperlihatkan pada Kalian
Suatu hari, Nashruddin bertanya
kepada istrinya, "Apa beda orang yang
sudah mati dengan orang yang masih hidup."
Istrinya menjawab, "Jika kedua tangan dan
kakinya dingin." 44 45 CANDA ALA SUFI Beberapa hari kemudian, saat musim hujan,
seperti biasanya Nashruddin pergi ke gunung
untuk mencari kayu. Tiba-tiba, kedua kaki dan
tangannya menjadi dingin. Lalu dia teringat pada
apa yang telah dikatakan istrinya. Nashruddin
pun bergumam, "Aku telah mati."
Nashruddin kemudian terlentang di bawah
pohon, beristirahat, dan membiarkan keledainya
merumput di tanah lapang. Tak lama kemudian,
datanglah beberapa ekor srigala dan menyergap
keledai miliknya. Sebenarnya, Nashruddin
melihat dan mendengar apa yang telah dilakukan
srigala-srigala itu, namun dia hanya mengintip
dan berkata kepada srigala-srigala itu, "Celaka
kalian, mengapa kalian menyergap seekor keledai
yang pemiliknya telah mati...Lalu siapa yang
akan menolongnya" Andai aku hidup, tentu
kuperlihatkan sesuatu pada kalian."
Percaya pada Keledai, Bukan Jenggot Beruban
Suatu saat, tetangga Nashruddin
hendak meminjam keledai miliknya.
CANDA ALA SUFI Nashruddin berkata padanya, "Keledaiku ada di
pasar." Nashruddin belum selesai memberikan
jawaban tentang keledain ya itu, ketika tiba-tiba terdengar ringkik keledai dengan suara sangat
keras dari dalam kandang.
Tetangga itu lalu berkata padanya, "Wahai
Syaikh, suara keledaimu telah menggema ke
seluruh penjuru dunia, namun engkau tidak mengakui
keberadaannya." Nashruddin pun
menggoyangkan kepalanya dan berkata sambil
memegang jenggotnya, "Aneh juga orang ini;
percaya pada keledai, tapi tidak percaya pada
jenggot beruban ini."
Ekornya Ada Suatu hari, Nashruddin sangat
membutuhkan uang dan hendak
menjual keledainya ke pasar. Di tengah jalan, ekor
keledai Nashruddin itu terlihat sangat kotor
sehingga membuat penampilannya menjadi
kurang enak dipandang. Lalu, Nashruddin
46 47 CANDA ALA SUFI mengambil pisau dan memotongnya, kemudian
memasukkannya ke dalam pundi pelana.
Setelah masuk pasar, para pembeli mengerumuninya.
Melihat adanya keganjilan pada
keledai itu, mereka pun tidak jadi membelinya.
Lantaran sikap mereka itu, Nashruddin berkata
kepada mereka, "Kita sepakati dulu harganya.
Sebab ekornya ada; aku menyimpannya."
Balasan untuk Katak Ketika kembali dari sebuah tempat
iengan menunggangi keledainya,
Nashruddin menjumpai sebuah danau. Tibatiba,
keledai itu sangat kehausan. Nashruddin
berusaha mendekat ke danau itu untuk memberinya
minum. Karena tempat yang dipijak kaki
keledai itu berair dan licin, kedua tangan dan kaki
Nashruddin terlepas dan hampir saja dia beserta
keledainya jatuh ke dalam air.
Dalam keadaan semacam itu, terdengarlah
suara beberapa ekor katak. Spontan saja keledai
CANDA ALA SUFI itu mundur ke belakang dan lari ketakutan,
sehingga Nashruddin dan keledainya selamat.
Nashruddin merasa sangat gembira dan terlintas
dalam benaknya untuk membalas jasa katakkatak
itu. Nashruddin lalu mengulurkan tangannya
ke dalam saku dan mengambil beberapa
dirham uang. Kemudian, dia melemparkannya
ke danau sembari berkata, "Uang-uang ini untuk
kalian semua, belilah manisan dan makanlah
dengan suka ria." Silakan Kencing, Wahai Jagoan
Suatu hari, Nashruddin berjalan di
sebuah pekuburan. Dia melihat seekor
anjing yang sedang kencing di atas kuburan.
Nashruddin lalu mengambil tongkatnya dan
mendekat pada anjing itu untuk memukulnya.
Tiba-tiba, anjing itu membuka mulutnya
dan menampakkan taringnya, kemudian menggonggong
padanya bagai seekor srigala yang
hendak memangsa. Nashruddin pun menjadi
takut dan mundur ke belakang. Lalu, dia berkata
48 49 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
kepada anjing itu, "Silakan kencing, wahai
jagoan." Banyak Saja Diberikan, Apalagi Sedikit
Nashruddin biasa berdoa kepada
Allah di waktu sahur, kemudian
memohon kepada-Nya agar diberi rezeki berupa
uang sebanyak seribu dirham emas. Namun, dia
tidak akan mengambilnya kecuali 999 dirham
saja. Nashruddin juga memiliki seorang tetangga
Yahudi, yang setiap hari mendengarkan doanya.
Suatu hari, tetangga Yahudinya itu hendak
menguji Nashruddin. Dia menaruh uang
sebanyak 999 dirham emas dalam sebuah pundi.
Ketika datang waktu sahur, seperti biasa,
Nashruddin mulai berdoa dengan doa yang biasa
dilakukannya. Orang Yahudi itu pun melemparkan
pundi itu ke dalam rumah Nashruddin
melalui cerobong asap. Lalu, si Yahudi itu
mengintip dan memperhatikan apa yang bakal
dilakukan Nashruddin. Melihat pundi berisikan uang itu,
Nashruddin bersyukur kepada Allah dan mengucapkan
alhamdulillah, karena Allah telah
mengabulkan doanya. Nashruddin mengambil
kantung itu dengan tenang dan sopan, lalu
menghitungnya. Ternyata, uang itu sesuai dengan
yang diharapkannya. Nashruddin berkata,
"Sesungguhnya yang memberikan kepadaku
uang sebanyak 999 dirham ini, tentu tidak akan
kikir dengan uang yang satu dirham."
Lalu, dia menyembunyikan pundi tersebut.
Melihat itu, dengan segera orang Yahudi itu pergi
ke rumah Nashruddin sambil tertawa dan
berkata, "Kembalikan uangku itu! Aku hanya
ingin menguji dan mempermainkanmu agar aku
tahu kesungguhanmu dalam memohon rezeki
kepada Allah Swt." Dengan penuh heran, Nashruddin berkata
kepada Yahudi itu, "Dirham mana yang kau
maksudkan" Apakah engkau pernah meminjamiku
uang"" Orang Yahudi itu menjawab, "Tidak,
wahai tuan, sesungguhnya uang itu bukanlah
uang yang kamu mohon kepada Tuhanmu, tetapi
50 51 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI itu uangku yang kulemparkan lewat cerobong
asap." Nashruddin berkata padanya, "Gila kamu,
cerita macam ini tidak akan ada yang mempercayainya.
Apakah engkau pernah mendengar,
di zaman sekarang ini, adanya seorang Yahudi
yang terlintas dalam benaknya untuk memberikan
uang sebanyak itu kepada orang lain
lewat cerobong asap" Sungguh, uang yang
kudapatkan itu adalah bukti nyata terkabulnya
doaku, dan itu datang dari khazanah kekayaan
Allah Swt yang Mahaluas."
Lalu, terjadilah perselisihan di antara
keduanya, dan Nashruddin bersikeras pada
pendapatnya. Setelah meliha^ Nashruddin begitu
berkeras dalam mempertahankan pendapatnya,
orang Yahudi itu berkesimpulan bahwa
perselisihan itu tidak akan terselesaikan kecuali
bila diajukan pada seorang hakim. Orang Yahudi
itu berkata pada Nashruddin, "Untuk mengakhir i
perselisihan ini, sebaiknya kita pergi ke seorang
hakim." Nashruddin menjawab, "Jika itu yang kau
harapkan, mari kita pergi ke sana. Akan tetapi,
aku sudah tua dan tidak dapat pergi ke tempat
hakim itu dengan berjalan kaki. Sebab, di
samping rumahnya jauh, aku juga tidak tahan
dengan hawa dingin. Sementara, aku tidak punya
baju tebal untuk menyelimuti tubuhku."
Yahudi itu berkata padanya, "Aku akan
sediakan untukmu keledai dan baju mantel
tebal." Lalu, keduanya pergi menuju rumah
seorang hakim. Sementara Yahudi itu berjalan
kaki, Nashruddin menunggang keledai dan
mengenakan baju mantel tebal milik Yahudi itu.
Setelah kedua orang itu masuk ke rumah
seorang hakim, si Yahudi itu membeberkan
persoalannya. Setelah selesai, hakim itu berkata
pada Nashruddin, "Lalu, bantahan apa yang akan
kau katakan dalam kasus ini""
Nashruddin pun angkat bicara, "Wahai
hakim, dia telah mengada-ada. Aku tidak mendapatkan
uang darinya, namun aku memperoleh
uang dirham itu dari anugrah Allah Swt yang
Mahaderma kepada hamba-Nya. Sehingga,
dakwaannya itu sangat tidak logis dan tak dapat
53 52 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
diterima. Seandainya ada seorang yang akan mati
kelaparan pun, karena kikirnya, dia tidak akan
memberikan bahkan sepotong roti pun. Lantas,
bagaimana mungkin dia akan memberikan
kepadaku uang sebanyak itu. Sungguh, dia ingin
menipuku dan merampas seluruh hartaku ini.
Mungkin saja sebentar lagi dia akan mengaku
bahwa keledai yang kutunggangi itu dan baju
mantel yang kupakai ini adalah miliknya juga."
Mendengar kata-kata Nashruddin, Yahudi
itu pun terkejut dan takut akan kehilangan
keledai serta baju mantelnya. Dia lalu berkata
pada Nashruddin,"Apakah keledai dan mantelku
itu akan kau dakwa menjadi milikmu juga"
Sungguh aku merasa kasihan padamu karena
engkau seorang yang tua, sehingga kubiarkan
engkau mengendarai keledaiku dan aku berjalan
kaki!" Nashruddin berkata kepada hakim itu,
"Wahai tuan hakim, bukankah telah Anda dengar
ucapannya" Mulai hari ini, saya tidak akan
mempercayainya. Sungguh aneh orang ini; segala
milikku.dia dakwa menjadi miliknya."
Setelah mendengar perang kata-kata antara
kedua orang itu, hakim itu lalu berdiri dan
memberikan keputusannya, "Keluarlah wahai
Yahudi... Telah tampak kebenaran atas semua
masalah ini. Sungguh, seluruh dakwaanmu
bohong dan tidak benar. Kamu ingin merampas
harta milik orang tua yang patut dikasihani ini."
Orang Yahudi itu pun keluar sambil
menangis dan mengadukan nasibnya yang


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

malang itu. Sementara, Nashruddin menunggangi
keledai itu dan pulang ke rumahnya
dengan tenang. Tak lama setelah orang Yahudi
itu tiba di rumahnya, Nashruddin pergi ke rumah
orang Yahudi itu dan mengembalikan seluruh
harta miliknya, tanpa berkurang satu dirham
pun; begitu juga keledai dan baju mantelnya.
Nashruddin lalu berkata padanya, "Janganlah
engkau turut campur dalam urusan hamba
dengan Tuhannya. Sebab, itu akan membuat
cemas dan gelisah hati seorang hamba."
Tenyata, kejadian itu menj
adi pelajaran besar bagi orang Yahudi itu. Tak lama kemudian, orang
Yahudi itu datang ke rumah Nashruddin untuk
54 55 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI bertaubat dan menyatakan keislamannya
kepadanya. Dunia Ada di Keledai Nashruddin
Tiga orang pendeta melancong ke
berbagai penjuru dunia. Setiapkali
singgah di sebuah negeri, mereka mencari dan
menemui ulama-ulama handal. Begitu sampai di
Romawi, mereka berkeinginan untuk bertemu
dengan ulama-ulama setempat. Sang raja
diberitahu oleh seseorang agar mengundang
Nashruddin untuk berdiskusi dengan mereka.
Sebab, dia adalah salah seorang ulama yang
sangat terkenal kepandaian dan kesantunannya
di negeri itu. Lalu, sang raja mengadakan jamuan makan
di halaman istana dan mengundang Nashruddin
beserta tiga pendeta itu. Tak lama kemudian,
Nashruddin datang untuk memenuhi panggilan
sang raja, namun dia tetap saja berada di atas
keledainya. Setelah semua berkumpul,
Nashruddin berkata kepada mereka, "Mari kita
mulai diskusi ini, lalu setelah itu kita menikmati
jamuan." Salah seorang di antara ketiga pendeta itu
bertanya pada Nashruddin, "Wahai tuan, di
manakah pertengahan dunia ini"" Nashruddin
menjawab pertanyaan itu dengan memberi
isyarat kepada tempat di mana keledainya
meletakkan kaki-depan-kanannya dan berkata,
"Tengah-tengah dunia persis di tempat itu."
Pendeta itu bertanya kembali, "Apa bukti
jawaban Anda itu"" Nashruddin menjawab, "Jika
kalian tak percayai, silakan ukur. Jika lebih atau
kurang, berarti aku bohong..."
Kemudian pendeta kedua bertanya, "Berapa
jumlah bintang di langit"" Nashruddin menjawab,
"Jumlahnya sebanyak rambut keledaiku."
Mendengar jawaban Nashruddin, mereka
kembali bertanya, "Bagaimana Anda dapat
mengetahuinya"" Nashruddin menjawab, "Jika
kalian tak percaya pada jawabanku ini, hitunglah!
Jika kurang, walau satu helai rambut saja, maka
engkaulah yang berhak untuk bicara." Lalu salah
56 57 CANDA ALA SUFI seorang di antara mereka bertanya, "Mungkinkah
rambut keledai dihitung"" Nashruddin menjawab,
"Ataukah engkau mau menghitung
bintang di langit""
Lalu, orang yang ketiga bertanya padanya,
"Berapa jumlah rambut jenggotku ini""
Nashruddin menjawab dengan tegas, "Sebanyak
bulu ekor keledaiku." Dia pun bertanya kembali,
"Bagaimana engkau dapat mengetahuinya""
Nashruddin pun menjawab, "Coba cabut rambut
jenggotmu itu dan orang lain mencabut rambut
ekor keledaiku. Jika sama jumlahnya, maka
akulah yang benar. Jika tidak, kamulah yang
benar." Mereka tertawa bahagia atas jawaban
Nashruddin yang begitu cepat dan memuaskan.
Mereka kagum pada kecerdasan dan kehalusan
budi pekerti Nashruddin. 58 CANDA ALA SUFI Karena Saran Seorang Teman
Setelah Taimurlank (perterus Jenghis
Khan peny.) berhasil mengalahkan
Sultan Bayazid Khan beserta pasukannya dalam
"Peristiwa Anqarah"yang terkenal itu, dia tinggal
selama beberapa waktu di kota Aq Syahr.
Saat itu, Nashruddin memiliki nama yang
harum dan hubungan yang baik dengan
Taimurlank, sehingga dengan begitu kota Aq
Syahr menjadi aman dari berbagai kejahatan dan
kekejaman yang biasa dilakukan Taimurlank
beserta anak buahnya manakala mereka
menginjakkan kedua kakinya di sebuah tempat.
Mereka biasa merampas harta benda penduduk
sesukanya, bahkan tidak segan-segan membunuh
siapasaja yang melawan. Suatu hari, Nashruddin bermaksud membalas
jasa Taimurlank dengan memberikan
hadiah berupa tiga butir buah yang ada bukan
pada musimnya. Nashruddin lalu meletakkan
buah itu di atas nampan dan membawanya ke
rumah Taimurlank. Di tengah jalan, buah itu menggelinding.
59 CANDA ALA SUFI Dengan kesal, Nashruddin berkata kepada buah
tersebut, "Hai, tenanglah di tempatmu. Kalau
tidak, aku akan memakanmu." Setiapkali
Nashruddin melangkah, buah itu selalu bergerak
dan menggelinding. Lantaran tak sabar,
Nashruddin akhirnya menyantap yang dua butir.
Dengan demikian, tinggallah satu butir yang akan
diberikan kepada Taimurlank. Lalu, Nashruddin
memberikan itu kepadanya dan dia pun merasa
bahagia sekali, sehingga memberi Nashru
ddin banyak hadiah berharga. Beberapa hari kemudian, karena tamak pada
hadiah yang diberikan Taimurlank, Nashruddin
datang kembali dengan membawa satu keranjang
buah Syamandar. Di tengah jalan, dia bertemu
dengan salah seorang sahabatnya, yang menyarankan
kepadanya agar buah Syamandar yang
dibawanya itu diganti dengan buah tin. Karena,
menurutnya, buah itu jauh lebih lembut dan
lebih patut diberikan kepada seorang raja.
Nashruddin pun tertarik pada sarannya itu
dan segera pergi ke pasar untuk membeli satu
keranjang buah tin. Namun, setelah hadiah itu
CANDA ALA SUFI sampai di tangan Taimurlank, dia tidak gembira
seperti sebelumnya. Dia marah karena menganggap
Nashruddin telah menghinanya.
Taimurlank lalu memerintahkan kepada para
pengawalnya untuk melemparkan seluruh buah
tin itu ke tubuh Nashruddin serta memukulinya.
Setiapkali Nashruddin merasakan pukulan,
dia selalu berkata dengan suara lirih, "Syukur
alhamdulillah." Tak lama kemudian, ucapan
Nashruddin itu terdengar Taimulank sehingga
dia tersentak dan kaget lalu berkata padanya,
"Hai, dalam keadaan seperti ini, mengapa engkau
malah bersyukur""
Nashruddin menjawab, "Benar baginda,
ketika berangkat dari rumah, aku membawa
hadiah untuk baginda berupa satu keranjang
buah Syamandar. Di tengah jalan, saya bertemu
dengan teman saya. Dia menyarankan kepada
saya agar mengganti buah itu dengan buah tin;
karena menurutnya lebih cocok untuk baginda.
Beruntung saya mau menuruti sarannya. Coba
kalau tidak, tentu kepala saya akan memar, mata
saya akan buta, dan hidung saya akan pecah
60 61 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
dihantam buah Syamandar. Jadi, seharusnyalah
saya bersyukur kepada Allah atas pertolonganNya yang gaib ini."
Ketakutan Terkadang Menimbulkan Keajaiban
Suatu hari, Nashruddin memasak
seekor angsa. Dia lalu membawanya ke
Taimurlank untuk dihadiahkan kepadanya. Di
tengah jalan, Nashruddin merasa sangat lapar.
Dia lalu menyantap paha angsa itu.
Taimurlank pun heran melihat angsa yang
tak utuh lagi, dan berkata kepada Nashruddin,
"Di manakah kaki angsa yang satunya."
Nashruddin menjawab, "Wahai paduka, sesungguhnya
seluruh angsa di kota ini hanya
memiliki satu kaki saja (sambil menunjuk pada
kaki Taimurlank yang pincang). Jika Anda tidak
mempercayainya, maka silakan Anda melihat
angsa yang ada di tepi kolam yang berada di
hadapan Anda." Saat itu, kebetulan ada seekor angsa yang
62 sedang berdiri dengan satu kaki di bawah terik
matahari sambil menyembunyikan kepalanya ke
dada. Taimurlank melihatnya dan pura-pura
menerima alasan Nashruddin. Namun, dengan
perlahan, tiba-tiba dia menginstruksikan kepada
seorang pemusik kerajaan untuk membunyikan
alat-alat musiknya dengan suara keras di dekat
kolam. Begitu mendengar hiruk-pikuk yang
mengagetkan itu, angsa tersebut dengan serta
merta berdiri tegak dengan kedua kakinya, lalu
bergoyang ke kanan dan ke kiri karena kaget dan
ketakutan. Melihat angsa itu lari, Taimurlank menoleh
pada Nashruddin dan berkata, "Mengapa engkau
masih mau berdusta padaku" Bukankah telah kau
lihat sendiri angsa itu berjalan dengan sepasang
kaki"" Nashruddin menjawab, "Wahai paduka,
tetapi Anda lupa bahwa ketakutan terkadang
dapat menimbulkan keajaiban. Coba saja kalau
Anda sedang ketakutan seperti angsa yang lemah
itu, mungkin Anda juga akan berjalan dengan
empat kaki!" 63 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI Menjatuhkan Hukuman dengan Pengalaman
Nashruddin menjadi seorang hakim.
Suatu hari, datanglah padanya
seseorang yang mengadukan bahwa telinganya
telah digigit oleh seseorang dan dia tidak terima
atas perlakuan itu. Tetapi, orangyang dituduhnya
menyangkal. Menurutnya, pria itulah yang
menggigit telinganya sendiri, bukan dirinya.
Nashruddin lalu berkata kepada kedua orang itu,
"Sabarlah sejenak, aku akan segera kembali dan
aku akan memutuskan perkara kalian."
Nashruddin masuk ke dalam rumahnya. Dia
mencoba menggigit telinganya dengan mendekatkannya
ke mulutnya. Namun, ketika hendak
menggigit telinganya, dia jatuh ke tanah dan
kepala nya terluka. Kemudian, dia mengikat
lukanya itu dan keluar menemui mereka.
Setelah kembali, pria yang mengadukan
dakwaan menghampirinya dan berkata padanya,
"Bagaimana tuan, mungkinkah seseorang
menggigit telinganya sendiri"" Nashruddin
menjawab, "Wahai anakku, sebagian orang dapat
menggigit telinganya sendiri, bahkan hingga
jatuh ke tanah dan kepalanya terluka."
Keributan Hilang, Mantel pun Melayang
Suatu saat, di tengah malam, Nashruddin
mendengar suara ribut di depan rumahnya;
dia ingin mengetahui penyebab keributan
itu. Namun istri Nashruddin melarangnya dan
berkata padanya, "Tetaplah engkau di tempat
tidurmu dan jangan keluar malam-malam
seperti ini." Nashruddin tidak peduli pada
omongan istrinya. Dia lalu keluar sembari meraih
mantelnya untuk menutupi tubuhnya.
Saat sedang berjalan di antara kerumunan
orang untuk mengetahui sumber keributan,
seseorang yang tidak dikenal mendekati
Nashruddin dan menarik mantelnya serta membawanya
kabur dan menghilang di kegelapan.
Nashruddin menoleh ke kanan dan ke kiri,
namun dia tidak melihat seorang pun karena
malam itu memang gelap sekali. Pada saat itulah
65 64

Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
orang-orang mulai membubarkan diri, sehingga
tak seorang pun tinggal di sekitar situ.
Dalam kesunyian seperti itu, Nashruddin
merasakan udara yang sangat dingin sekali.
Dengan tubuh menggigil, dia pulang ke rumah.
Di depan pintu, dia disambut istrinya dan
menanyakan tentang sumber keributan itu.
Nashruddin pun menjawab, "Begitu mantelku
melayang, keributan pun hilang."
Di Malam Bulan Purnama Saat malam purnama, Nashruddin
memandangi sebuah taman miliknya.
Dia lalu berkhayal, seakan-akan ada sesosok
bangkai yang tergeletak di situ. Nashruddin
kemudian membangunkan istrinya dan berkata
padanya, "Cepat! Ambilkan busur dan panah itu."
Istri Nashruddin melaksanakan perintah itu dan
dia sendiri kemudian memanah bangkai itu
hingga terkena bagian perutnya. Hati Nashruddin
menjadi tenang dan dia kembali ke tempat
tidurnya. Pagi harinya, Nashruddin pergi ke taman
miliknya itu untuk mencari bangkai yang telah
dipanahnya semalam, namun dia tidak mendapatkannya.
Dia hanya melihat sebuah jubah
tebal yang koyak di bagian pusarnya. Nashruddin
langsung bersyukur kepada Allah dan bersujud.
Istrinya berkata padanya, "Apa gerangan
yang terjadi sehingga engkau sujud begitu
khusuk"" Nashruddin menjawab, "Dasar
perempuan bodoh, engkau tidak melihat bahwa
panah itu tepat mengenai pusarnya dan mengoyaknya.
Andai aku mengenakannya, tentu
engkau tahu apa yang akan terjadi; aku akan
terluka dan mati!" Nashruddin lalu menunduk
dan memegang perutnya dengan kedua tangannya
sembari mengucapkan hamdalah. []
66 67 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
3 Andai Aku Hidup Suatu hari, Nashruddin pergi mencari
kayu. Dia lalu menuju ke sebuah pohon
untuk memotong dahannya, dan duduk di
samping pohon itu. Tiba-tiba, terdengar suara
seseorang yang berkata padanya, "Hai apa yang
sedang kau lakukan di sini" Lihat... sebentar lagi
engkau akan jatuh!" Nashruddin tidak begitu peduli akan ucapan
orang itu. Setelah selesai memotong dahan, tibatiba
dia jatuh dan kepalanya terluka. Nashruddin
segera menemui orang itu dan berkata padanya,
69 CANDA ALA SUFI CANDA ALA SUFI
"Wahai anakku, sekarang aku tahu bahwa engkau
benar-benar sakti. Sebab, engkau telah
meramalku dan ramalanmu itu benar terjadi.
Tolong, beri tahu aku bagaimana tanda-tanda
ketika aku akan mati."
Pria itu menjawab, "Jika keledaimu telah
membawa kayu bakarmu dan ia meringkik; suara
pertama menandakan bahwa setengah dari
ruhmu telah keluar. Jika ia meringkik untuk yang
kedua kalinya, itu berarti seluruh ruhmu telah
keluar." Setelah mendengarkan jawaban pria itu,
Nashruddin pun pergi. Dia berjalan dengan keledainya. Tiba-tiba,
dia menjumpai kafilah yang sedang berjalan
bersama beberapa ekor keledai. Melihat keledaikeledai
itu, keledai Nashruddin pun meringkik.
Nashruddin berkata, "Aduh, saatnya tiba
sakaratul maut." Tak lama kemudian, keledai
itu meringkik untuk yang kedua kalinya dan
Nashruddin berkata, "Sungguh aku sudah mati."
Dia lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan terlentang
bagai mayat. Tak lama, datanglah penduduk desa dan
melihat Nashruddin terlentang di atas tanah
tanpa bergerak sedikit pun. Mereka mengiranya
sesosok mayat, lalu memasukkannya ke dalam
peti mayat dan membawanya ke desanya untuk
dimakamkan. Di tengah jalan, orang-orang yang
membawa peti itu mendapatkan kesulitan untuk
melalui sebuah jalan berlumpur. Mereka lalu
berhenti dan bermusyawarah untuk memilih
jalan yang lebih dekat dan lebih mudah.
Saat mereka bermusyawarah, tiba-tiba
Nashruddin mengeluarkan kepalanya dari peti
mayat itu sambil memberikan isyarat ke sebuah
arah. Dia berkata, "Seandainya aku hidup, tentu
aku akan memerintahkan kalian untuk melalui
jalan sebelah sana. Sebab, aku tahu kalian dalam
keadaan tersesat." Andai Dia Mencuri Sesuatu
Seorang pencuri masuk ke rumah
Nashruddin. Istrinya berkata padanya
dengan ketakutan, "Bukankah engkau melihat
seorang pencuri yang sedang mengitari rumah
70 71 CANDA ALA SUFI kita ini"" Nashruddin menjawab dengan tenang,
"Janganlah engkau tergesa-gesa menuduhkan
sesuatu kepadanya. Seandainya dia mencuri
sesuatu, maka dengan mudah aku akan merebutnya."
Haruskah Aku Pergi Lebih Jauh Lagi"
Suatu malam, istri Nashruddin berkata
padanya, "Menjauhlah sedikit dariku."
Dengan cepat Nashruddin mengambil sepatunya
dan berjalan menempuh jarak perjalanan selama
dua jam. Ketika menjumpai seseorang, dia
berkata padanya, "Jika engkau berjumpa dengan
istriku, sampaikan padanya, haruskah aku pergi
lebih jauh lagi""
Sepotong Daging dan Sebilah Pisau
Setiapkali Nashruddin membawa
sepotong daging ke rumahnya, istrinya
CANDA ALA SUFI selalu memasaknya untuk teman-temannya,
sehingga di sore harinya Nashruddin hanya
makan roti saja. Suatu hari, Nashruddin bertanya pada
istrinya, "Mengapa setiapkali aku membawakan
daging pasti selalu habis dan aku tidak pernah
menikmatinya" Kau kemanakan daging itu""
Istrinya menjawab, "Setiapkali aku memasak dan
menggantungkannya di gantungan, kucing selalu
menyantapnya." Belum selesai istrinya berkata, Nashruddin
berdiri dan mengambil pisau yang tergantung di
dapur serta menyembunyikannya di laci lalu
menguncinya. Istrinya berkata padanya,
"Mengapa kau sembunyikan pisau itu""
Nashruddin menjawab, "Takut kucing." Dengan
penuh keheranan istrinya berkata kepada
Nashruddin, "Lalu apa yang akan diperbuat oleh
kucing dengan pisau itu"" Nashruddin
menjawab, "Orang yang diambil daging dalam
gantungannya yang hanya seharga dua girisy,
tentu tidak akan tamak dengan pisau yang
harganya 40 girisy."
73 72 CANDA ALA SUFI Burung Gagak Lebih Membutuhkan
Nashruddin beserta istrinya pergi ke
danau untuk mencuci pakaian. Setelah
keduanya sampai dan meletakkan pakaian, tibatiba
datang seekor gagak yang hinggap di atas
pakaian itu lalu membawa terbang sabun
miliknya. Melihat itu, istri Nashruddin berteriak dan
berkata, "Lihat! Gagak itu telah mencuri sabun
kita." Nashruddin menjawab dengan tenang,
"Mengapa mesti bingung... Bukankah baju sang
gagak jauh lebih kotor ketimbang pakaian kita"
Tentu dia lebih membutuhkan sabun."
Putra Ayahnya Suatu hari, seseorang bertanya kepada
Nashruddin, "Anak siapa ini""
Nashruddin menjawab, "Dia adalah anak kerbau
yang belum dapat membuka kedua matanya."
Ternyata, perkataan Nashruddin itu
CANDA ALA SUFI terdengar oleh ayahnya. Dia lalu berkata padanya
dengan penuh heran, "Dia adalah putra ayahnya,
namun, demi Allah, tidak seorang pun yang
tahu." Setengah Kepala Suatu hari, Nashruddin pergi ke sebuah
pemangkas rambut untuk mencukur
rambutnya. Setelah selesai, dia memberikan
kepadanya uang satu dirham. Setelah satu
minggu, Nashruddin datang kembali ke tempat
itu guna mencukur rambut untuk yang kedua
kalinya. Setelah selesai, seperti biasa, pemangkas
rambut itu berdiri di depan Nashruddin untuk
meminta ongkosnya. Nashruddin berkata kepadanya, "Wahai
sahabat, engkau ka n tahu bahwa kepalaku ini
botak, sehingga kepala ini sama dengan setengah
kepala. Bukankah engkau telah memangkas
rambutku ini dua kali" Ongkosnya yang satu
dirham itu!" 74 75 CANDA ALA SUFI Nikahkan Orang yang Makan Kue Harisah
Saat pernikahan Nashruddin, diadakanlah
sebuah walimah yang dihadiri beberapa
orang sahabat dan kerabat Nashruddin. Mereka
menikmati makanan yang telah disediakan. Di
antara makanan yang disajikan untuk mereka itu
adalah kue Harisah yang sangat disukai
Nashruddin. Saat menikmati jamuan tersebut,
mereka lupa untuk mengajak Nashruddin makan
bersama mereka. Nashruddin pun marah, lalu
keluar dan pergi. Tak lama kemudian, mereka menanyakan
Nashruddin, namun tidak mendapatkannya.
Karena itu, mereka mengutus seseorang untuk
mencarinya. Akhirnya, mereka menemukan
Nashruddin di rumah salah seorang kerabatnya.
Mereka lalu membawanya pulang dan bertanya
padanya, "Mengapa engkau pergi" Bukankah
malam ini adalah malam pengantinmu""
Nashruddin menjawab, "Aku tak butuh nikah.
Nikahkan saja orang yang makan kue Harisah."
CANDA ALA SUFI Keledaiku Sulit Dinaiki Suatu hari, Nashruddin mengadakan
perjalanan bersama sekelompok orang,
lalu mereka singgah di sebuah tempat. Ketika
mereka hendak meneruskan perjalanan,
Nashruddin meminta kepada salah seorang
temannya untuk mengambilkan keledainya. Dia
lalu mengambil keledai itu dan memberikannya
kepada Nashruddin. Ketika Nashruddin menaiki keledai itu dan
meletakkan kaki kanannya ke pelana,
Nashruddin terpeleset dan jatuh tersungkur ke
tanah. Seluruh temannya tertawa melihat itu.
Karena malu, Nashruddin berkata, "Aku tidak
tergelincir, tapi keledaiku ini memang sulit
dinaiki." Setetes Keringat Hammad Suatu saat, terlihat sebuah noda tinta
berwarna hitam di pakaian Nashruddin.
76 77 CANDA ALA SUFI Teman-temannya lalu menanyakan itu.
Nashruddin menjawab, "Aku tidak tahu. Namun
aku ingat, kemarin muridku Hammad yang
berasal dari negeri Habasyi (Ethiopia) datang
menemuiku dengan berkeringat dan mencium
tanganku. Aku kira, itu pasti bekas keringat
Hammad." Jangan Kau Beri Nama Anakmu Ayyub
Suatu hari, Nashruddin berdiri di atas
mimbar dan berkata, "Wahai kaum
muslimin, di sini kami tidak akan memberikan
nasihat kepada kalian, namun kami ingin
mengingatkan kalian agar tidak memberi nama
anak kalian Ayyub. Sebab, nama Ayyub, jika
seorang anak terus dipanggil demikian, akan
membuatnya ruwet seperti arti kata itu, karena
kata ayyub dalam bahasa Turki berarti tali."
CANDA ALA SUFI Kaki Sebelah Kiri Belum Berwudu


Canda Ala Sufi Nawadhir Juha Al-kubra Karya Nashruddin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suatu hari Nashruddin berwudu.
Namun, karena airnya sangat sedikit
sekali, dia tidak membasuh kaki kirinya. Ketika
shalat, Nashruddin mengangkat kaki kirinya itu
seperti angsa saat menghangatkan tubuh. Temantemanya
berkata padanya, "Apa yang sedang kau
lakukan, wahai Nashruddin"" Nashruddin
Pedang Tetesan Air Mata 6 Menuju Titik Nol Towards Zero Karya Agatha Christie Misteri Kejaran Teror 2
^