Hidup Abadi 2
Hidup Abadi Eternally Karya Maureen Child Bagian 2
Di sini, di perbukitan, datarannya terjal dan jum lah rumah lebih sedikit dengan jarak renggang satu sama lain. Di sini, kegelapan berkumpul di bagian-bagi an kosong dan luas. Langit malam disinari bintang-bin tang yang tidak akan tampak di bawah sinar lampu kota. Kieran keluar dari mobil, memasukkan kunci ke kantong, mengapit pedangnya saat ia mendongak menantang angin dan bersiap melakukan perburuan. Ia tidak memerlukan Pasangan Takdir untuk menjalankan tugasnya.
Yang ia butuhkan adalah kebencian yang akan membuatnya terus beraksi.
?"Enam KIERAN melangkah menjauhi jalan dan menuju semak-semak. Suara musik mengalun dari stereo tak jauh dari situ. Cahaya bulan menyinari sekeliling Kieran, melingkupi segala di bawahnya dengan kilau keperakan pucat.
Sesuatu mengais kotoran, namun itu tidak meng usiknya. Seekor binatang kecil yang berlari menjauh dari aroma kehadirannya tidak menarik bagi Kieran. Ia mengejar sesuatu yang lebih besar.
Kieran kembali menghirup aroma udara, memejamkan mata, berkonsentrasi dan mencari jejak iblis. Ketika ia menemukannya, matanya terbuka, dan menyipit saat ia berjalan perlahan menaiki bukit seperti hantu. Ia menutupi diri dengan cara yang hanya mampu dilakukan para Penjaga, bergerak tak kasatmata menaiki perbukitan berbatu itu, menapaki semak dan batu, setiap langkah senyapnya membawanya semakin dekat pada mangsa.
Jejak energi yang ditinggalkan iblis itu sangat tebal di sini, seakan jejak itu sudah menetap cukup lama, memikirkan gerakan selanjutnya. Kieran tidak dapat memberi waktu yang diinginkan, dibutuhkan iblis itu untuk apa pun rencana makhluk itu. Ia harus segera mengakhiri semua ini. Ia tidak menginginkan Whitechapel lain di sini, di Hollywood.
Saat ia bergerak, jangkrik terdiam dan hewanhewan malam tak bergerak seolah malam pun mena han napas, menunggu aksi kekerasan kembali terjadi. Angin berembus dan elemen jejak yang ia ikuti berputar di sekitarnya dengan pola yang berubah konstan. Namun Kieran telah melewati ratusan tahun untuk mengasah kemampuan melacak jejak. Ia tidak dapat dicegah lagi.
Sepatu botnya menapak pada batu bertabur kotoran, kaki panjangnya membawanya ke atas bukit dengan cepat. Napasnya stabil, detak jantungnya lambat, meski adrenalin bergejolak dalam tubuhnya. Perburuanlah segalanya. Perburuan telah membawanya melewati ratusan tahun.
Hanya ini yang ia tahu. Perburuan menempatkan diri untuk melawan iblis. Ia dilahirkan dan dibesarkan untuk bertempur. Saat hidup, ia mengabdi kepada sang Ratu. Sebagai sosok Abadi, ia mengabdi pada manusia entah mereka mengetahuinya atau tidak dan pada tanggung jawab nya sendiri.
Tatapan Kieran menyipit, memeriksa tiap bayangan, tiap lembah di perbukitan itu. Ia berhenti, mena han napas, dan mendengarkan dengan penuh konsentrasi tiap suara sehalus apa pun yang dapat mengarah kannya pada buruannya. Namun tidak terdengar apa pun.
Kieran mengertakkan gigi, menarik napas da-
lam-dalam, merasakan jejak itu mendingin. Ia menghu nus pedangnya dan membiarkan matanya menyapu perbukitan saat mengikuti jejak yang semakin tipis. Jejak yang ditinggalkan iblis itu menipis, seperti pita terurai, semakin jejak itu kehilangan kekuatan, semakin tinggi ia mendaki.
Di sekelilingnya, rumah-rumah tinggi menjulang dari daerah perbukitan. Teras-teras bermandikan cahaya dan kolam kecil bercahaya bagaikan genangan biru kehijauan. Pintu dibanting, mesin mobil dinyalakan, seekor anjing menggonggong.
Dan Kieran melawan gelombang rasa pahit saat ia mendekati puncak bukit. Ia tidak akan menemukan iblis itu di sini, ia menyadarinya sekarang. Makhluk brengsek itu sudah pergi, hilang di keramaian malam. Namun ada... sesuatu.
Brengsek. Ia membiarkan tangannya yang menggenggam pedang terjuntai ketika matanya mene mukan sesosok tubuh terbaring di tanah di hadapannya.
Seorang pemuda, Kieran menebak usianya tidak lebih dari tiga puluh tahun, terbaring hampa dan mati di puncak bukit, matanya terbuka lebar menatap langit malam yang tidak dapat dipandangnya lagi. Eks presi kaget terpatri selamanya di wajah pemuda itu dan Kieran tidak dapat memahami kenapa wajahwajah itu tampak sangat terkejut. Mengundang iblis untuk menempati tubuhmu tidak akan pernah berakhir menyenangkan namun selalu ada yang antusias untuk mendapatkan pengalaman itu.
Kieran berjongkok di samping tubuh itu, mencari-cari dalam kegelapan, dan ia menemukan garis warna tipis di sekitar mayat itu. Pelangi warna yang mengerikan seperti kabut dengan warna yang tidak terlalu jelas selalu tersisa di tubuh buangan iblis saat iblis meninggalkan tubuh itu. Dan, karena tanda energi iblis itu masih berpendar di sekitar tubuh itu, berarti iblis tersebut belum pergi terlalu jauh.
Itu berarti, pikir Kieran sambil berdiri dan tatap annya menyapu tanah terbuka di sekitarnya, ia kehilangan iblis itu hanya dalam beberapa saat. Makhluk buas itu pasti merasakan kehadirannya dan memutuskan untuk segera meninggalkan tubuh itu. Dan begitulah awalnya.
Seperti yang terjadi di Whitechapel.
Iblis itu beranjak dari satu tubuh ke tubuh lainnya, mengoyak dan merusak sepanjang perjalanannya menuju kota. Dia akan mengubur dirinya pada jiwa dan pikiran mereka yang bersedia dan berjiwa gelap, dan menggunakan tubuh mereka untuk melakukan pembunuhan yang sangat didambakannya. Bahkan saat ini, iblis itu sedang menempati jiwa baru. Di suatu tempat di kota ini, manusia yang menerima iblis di tubuhnya, memanfaatkan kekuatan dan kemarahan iblis tersebut seyakin iblis itu menguasai mereka. Kieran menyelipkan pedang ke sarungnya yang tergantung di samping tubuh dengan bunyi dentingan besi bertemu besi. Tidak ada lagi yang perlu diamati di sini. Tubuh itu tidak lebih dari sekadar pembuluhpembuluh kosong, pemilik aslinya sedang dalam perja lanan menuju neraka.
Iblis itu bisa berada di mana saja dan Kieran harus menunggu untuk menelusuri jejaknya. Menunggu hingga pembunuhan selanjutnya. Petunjuk berikutnya. Tanda energi selanjutnya yang akan mengambang di udara.
Ia menatap kembali tubuh yang pernah dikuasai iblis itu dan menggeleng. Kau bodoh. Dan sekarang kau membayar kebodohanmu. Andai kau tahu mana yang baik untukmu, tambahnya sambil berbalik berja lan menuruni bukit menuju tempat mobilnya menung gu, kau akan kembali ke neraka tempat kau seharusnya berada.
*** Julie memutus koneksi internet dan menutup laptopnya. Baru dua hari ia tinggal di Bonaventure tapi rasanya seperti dua tahun. Kamarnya sangat sempit sehingga ia bahkan tidak dapat mondar-mandir dengan bebas. Ia merasa berada dalam kurungan, namun ia juga tidak dapat melarikan diri.
Apakah keadaan ini akan terus berlanjut sejak saat ini" Apakah ia akan terus hidup dalam ketakutan" Ia tidak menyukai itu. Tidak menyukai perasaan tak berdaya dan berada di ujung tanduk. Tidak ingin menjadi orang yang selalu bersembunyi dari kehidupan karena teror yang mungkin akan terjadi.
Namun, ia memang telah melewati situasi yang hanya pernah dialami beberapa orang. Pembunuh per nah memasuki rumahnya. Membunuh seorang teman dan membuat teman lain terluka parah. Pembunuh yang sebenarnya bisa membunuhnya.
Kenapa dia tidak melakukannya" tanyanya lantang di ruangan kosong itu. Ia mengambil pensil, mengetukkan bagian penghapus pensil di tumpukan kertas. Suara ketukan yang timbul terdengar seperti detak jantung orang lain dan ia cukup putus asa hingga berpura-pura percaya bahwa itu memang detak jantung seseorang. Lebih baik daripada harus sendirian.
Ia menggeleng, melempar pensilnya dan berusa ha memahami alasan ia bisa selamat malam itu. Apakah itu karena peringatan Kieran" Apakah bersembunyi di kamar dengan pintu terkunci benar-benar membuatnya aman" Atau mungkinkah Alicia memang target pembunuhan dan ia akan tetap selamat apa pun yang terjadi"
Memang ada orang-orang aneh di dunia ini, ia menyadari hal itu. Sebagai wartawan, ia telah menulis kan banyak kisah mengenai orang-orang itu. Dan Alicia dulu seorang aktris. Ia tampil pada belasan atau lebih acara televisi peran-peran kecil, tapi bukankah itu cukup untuk membuat penguntit menjadikannya target" Mungkinkah Kate hanya terkena imbasnya" Berada di tempat yang salah dan waktu yang tidak tepat"
Oh Tuhan. ini tidak membantu. Ia tidak menye lesaikan apa pun dan itu membuatnya gila. Ia terbiasa melakukan sesuatu. Bekerja. Menggali peristiwa dan menganalisisnya dari berbagai sudut pandang.
Ia meletakkan satu tangan di tumpukan kertas di atas meja. Printer portabelnya sangat sibuk beberapa hari belakangan. Ia mencari nama Kieran MacIn tyre di internet dan mengikuti setiap petunjuk yang muncul. Selalu ada sumber informasi untuk digali. Selalu ada rahasia untuk disibak dan kebenaran untuk diungkap.
Namun ia cukup terkejut karena hanya menemu kan sedikit informasi mengenai konglomerat penyendiri itu. Tidak ada informasi mengenai keluarganya. Di mana dia dibesarkan. Bagaimana dia mendapatkan kekayaannya.
Namun sisi positifnya, gumam Julie sambil ber diri dan berjalan menuju jendela lebar itu, tidak ada yang menyebutkan bahwa dia pembunuh. Ia mendala mi pencariannya sebisa mungkin dan tidak menemukan informasi mengenai masalah kejiwaan, kasus hukum... tak ada apa pun.
Kenyataan itu membuatnya dirinya, sebagai war tawan, kesal. Selalu ada informasi. Selalu. Orang tidak menjalani hidup tanpa meninggalkan jejak. Namun, Kieran MacIntyre tampaknya mampu melakukannya.
Julie menyibakkan ujung tirai yang selalu ia tutup rapat dan dengan rakus memandangi dunia luar, seperti tahanan yang dikeluarkan dari sel dan mendapat kesempatan satu jam berada di halaman. Matahari terbenam mewarnai langit dengan warna keemasan dan merah, melukis tepian awan tinggi dan gelap yang mengancam, namun belum meneteskan hujan sepanjang hari.
Di suatu tempat di luar sana, sang pembunuh menjalani hidupnya. Mungkin duduk di restoran. Atau pergi ke bioskop. Atau terjebak kemacetan di jalan 405. Mungkin dia merenungkan pembunuhan yang dia lakukan. Menikmati kenangan itu.
Julie menggigil dan jari-jarinya menggenggam erat tirai jendela berbahan poliester berat berwarna pasir. Dia bebas, berkeliaran di kota, sementara aku terjebak di kamar hotel, ketakutan, pikir Julie. Yah, itu adil.
Tidak ada yang adil dalam situasi ini, ia mengingatkan diri sendiri. Kate tidak seharusnya berada di rumah sakit dan Alicia tidak seharusnya mati.
Televisi hotel sedang menayangkan siaran berita dan Julie membalik badan untuk menonton ketika pembaca berita menyebutkan kata Pengoyak Hollywood.
Wajah Alicia muncul sekilas di layar televisi sete lah gambar wanita pertama yang ditemukan mati di Hollywood Boulevard. Julie memeluk perut, menahan napas, dan mendengarkan pembaca berita yang tampak tak peduli, bahkan mencoba tersenyum pada penonton.
Sejumlah wanita mati tidak berarti apa pun selain sekadar berita bagi mereka, kata Julie, jijik pada si pembaca berita karena ketidakpeduliannya dan pada dirinya sendiri karena menonton berita itu. Ia mengambil remote control, mematikan televisi, dan meringis saat keheningan mendadak menghinggapi kamarnya. Ia tidak mungkin bertahan di tempat ini. Ia tidak bisa tinggal di kamar hotel ini, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di luar sana. Ia harus melakukan sesuatu. Apa pun itu.
Mungkin seharusnya ia melaporkan MacIntyre pada polisi. Mengenai peringatannya. Mengenai pedang brengsek itu, demi Tuhan. Namun ia tidak melakukannya. Sesuatu yang naluriah membuatnya diam dan sekarang, Ia ingin tahu apakah ia telah bertindak benar.
Bunyi ketukan di pintu mengagetkannya hingga ia terlonjak, lalu ia menertawakan diri sendiri karena ketegangan yang berdenyut-denyut dalam tubuhnya. Mungkin hanya petugas pembersih kamar, gumam Julie, berjalan menuju pintu dan berhenti sebentar sebelum membukanya untuk mengintip melalui lubang pintu.
Sepasang mata biru pucat menatapnya, ketajam
an mata itu membuat Julie melangkah mundur meski sesuatu dalam ketergesaan liar yang tidak ingin ia pelajari terlalu dalam menerpanya.
Buka pintunya. Suara berat Kieran bergemuruh di pintu dan seakan menari-nari di setiap ujung sarafnya. Jemari Julie gemetar dan jantungnya berdetak semakin kencang, berpacu keras dan kencang dalam dadanya.
Apa maumu" Berhenti, pikirnya, meski tangan nya tetap menggapai untuk membuka kunci pintu.
Woman, aku harus bicara padamu dan aku tidak berniat melakukannya dari lorong ini. Buka pintunya atau aku yang akan melakukannya.
Julie menelan ludah dengan susah payah, tangannya memegangi kunci pintu teratas yang belum terbuka. Orang bodoh macam apa dirinya bila membiarkan pria ini masuk ke kamarnya" Seorang pembunuh sedang berkeliaran bebas di luar sana dan sepanjang yang ia tahu pembunuh itu adalah pria ini.
Meski pemikiran itu bergolak di benaknya, Julie menentangnya. Kieran bukan pembunuh. Dia memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk membunuhnya pada malam pesta itu dan juga pada hari berikut nya.
Tapi mungkin saja, otaknya memperingatkan, ini memang rencananya. Mungkin pria ini suka membuat wanita memercayainya terlebih dulu sebelum membunuhnya.
Kalau begitu aku aman, gumam Julie. Karena aku tidak memercayainya.
Ia masih mengawasi pria itu melalui lubang pintu, melihat mata pria itu menyipit dan otot rahangnya menegang karena marah. Julie dapat melihat pria itu gemetar karena kekuatan, ketangguhan dan frustrasi. Setelah beberapa saat, pria itu menghela napas dan berkata tegas, Ya, kau memercayaiku. Kau tidak mau. Tapi kau memercayaiku.
Itu membuat Julie bereaksi. Ia melompat menjauh dari pintu dengan marah melepaskan kunci pintu dan menatap marah pada Kieran. Jangan memasuki pikiranku, oke"
Kieran berjalan melewati Julie, melangkah ke ka mar dan membuat kamar itu seolah menyusut karena kehadirannya. Julie membanting pintu di belakangnya, meringis karena bunyinya yang keras. Kieran ber diri tengah ruangan, menatap ruangan yang tampak tidak mendapat sentuhan penghuninya seolah mencari bahaya yang tidak disadari oleh Julie.
Aku tidak harus mendengarkan pikiranmu untuk tahu bahwa kau memercayaiku, kata Kieran, berbalik menghadap Julie. Kau belum melaporkanku pada polisi.
Mungkin aku sedang menunggu saat yang tepat.
Tidak. Kau tidak akan mengatakan apa pun pada mereka.
Kau tampak sangat yakin pada dirimu sendiri! bentak Julie, bersandar pada pintu dan melipat lengan di dada dalam cara yang ia tahu merupakan posisi bertahan klasik.
Tatapan pria itu teguh. Pucat dan dingin, mata itu dibayangi pikiran yang tidak bisa dibaca Julie. Tidak ingin memahaminya. Tapi ia merasa lebih baik dengan Kieran berada di sini. Oh Tuhan, ia terlalu lama sendirian. Sendirian, pikirannya cukup kosong untuk berpikir macam-macam dan menciptakan imaji nasi tak terbatas untuk dibayangkan.
Bahaya melekat pada Kieran bagaikan kekasih tapi Julie tidak merasa terancam. Apakah ia membo dohi dirinya sendiri" Apakah ia melakukan kesalahan mematikan hanya dengan membiarkan pria itu mende katinya"
Apa maumu" tanya Julie, mengurai lipatan lengannya dan memasukkan tangan ke kantong celana jins. Kenapa kau ada di sini"
Untuk membawamu keluar dari sini. Baru beberapa menit lalu ia mengharapkan hal yang sama persis. Namun sekarang, ia menentangnya. Aku tidak akan pergi ke mana pun.
Aku tidak bisa memburu iblis itu sambil menjagamu di sini.
Jadi kau Mulut Julie ternganga. Mengawasimu, ya.
Julie merasakan mata tak kasatmata mengawasi nya setiap kali ia membuka tirai kamar, karena itulah ia selalu menutup tirainya rapat-rapat. Namun, mende ngar pengakuan Kieran bahwa dia mengawasinya membuat Julie cemas.
Kenapa" Kau tahu alasannya, jawab Kieran singkat. Pembunuh itu menyadari keberadaanmu. Nyawamu dalam bahaya.
Tangan dingin melingkupi hatinya dan hawa dingin menusuk tulang menerpanya. Dan pembunuh itu, bukan darimu.
Itu benar. Bagaimana aku tahu bahwa itu yang sebenar-
nya" Aku tidak akan memainkan permainan yang tak menarik ini denganmu, Julie Carpenter. Kieran bergerak sangat cepat hingga Julie hanya bisa menang kap gerakan samar. Mendadak pria itu sudah berdiri di hadapannya, memegang lengan Julie, jari-jarinya menekan kulit di balik sweter kasmir hitam yang dikenakannya.
Kieran mengangkat tubuh Julie dan menjauhkan nya dari pintu, pegangan tangannya mengencang dan tatapannya menusuk mata Julie. Kau tahu aku bukan ancaman bagimu. Aku dapat melindungimu. Namun tidak bila kau tetap di sini.
Julie berusaha menyeimbangkan pijakannya, namun ia tahu tidak akan menemukan keseimbangan itu. Walaupun bila kedua kakinya bertelapak datar dan stabil menapak lantai, dengan tangan Kieran di lengannya, tatapan pria itu mengunci matanya, ia tidak akan merasa seimbang. Aromanya, parfum rempahnya, kulit dan aroma maskulinnya memenuhi Julie, membayangi pikirannya, mengaburkan penilaiannya.
Hawa panas memancar dari tangan Kieran ke lengannya kemudian memantul ke dalam dadanya bagaikan bola api. Napasnya tertahan di dada, kerongkongannya tercekat, dan mulutnya kering. Julie menatap matanya dan bersumpah ia dapat melihat jiwa yang setua sang waktu.
Apa" Hanya aku yang mampu melindungimu, kata Kieran, napasnya yang hangat menerpa wajah Julie.
Kenapa aku harus percaya" Julie mendengar dirinya berbicara dan diam-diam mengucapkan selamat pada diri sendiri karena akhirnya mampu bicara.
Karena kau tahu aku telah mengatakan kebena ran. Pembunuhnya iblis. Hanya aku yang mampu menemukannya. Hanya aku yang dapat menyelamatkanmu darinya.
Aku tidak percaya pada iblis, kata Julie pelan. Kejahatan ya, tapi iblis tidak.
Mereka nyata seperti aku dan kau, kata Kieran dan menariknya mendekat, mulutnya sekarang hanya terpisah beberapa jengkal dari Julie. Dan iblis ini tidak akan berhenti sampai aku menghentikannya. Kieran menatap Julie dan seperti ahli hipnotis ia menenangkan Julie dengan tatapannya. Menenang kannya dengan sentuhan. Menghangatkannya dengan suaranya.
Julie mengangkat kedua tangannya meletakkan telapak tangan di dada Kieran. Rasa dingin mantel kulit hitamnya di bawah tangan Julie terasa nyata. Kokoh. Detak jantungnya meyakinkan Julie bahwa dia manusia, meski dia berkeras mengatakan bahwa buru annya adalah iblis.
Dalam beberapa hari terakhir, seluruh dunianya, segala yang diketahui dan dipercayainya telah be rubah dan tak bisa kembali lagi. Dan dalam serpihan yang tersisa dari hidupnya, hanya Kieran MacIntyre satu-satunya yang masuk akal.
Seberapa gilakah pikiran itu" Apakah kau akan ikut denganku"
Ia tidak bisa tetap tinggal di hotel ini, tentunya. Ia pun tak bisa pulang ke rumah.
Dan tawaran itu satu-satunya pilihan tersisa. Ya.
*** Berada sedekat ini dengan Julie benar-benar menjadi pengganggu konsentrasi yang tidak sanggup Kieran atasi. Namun ia tidak memiliki pilihan lain. Iblis itu sudah berpindah tubuh dan sekarang telah dua hari berlalu sejak pembunuhan terakhir, sehingga tidak tersisa jejak untuk dilacak. Ia harus menunggu hingga iblis itu beraksi lagi sebelum menemukan kembali jejaknya.
Untuk saat ini, yang dapat ia lakukan hanyalah menempatkan Julie di tempat yang menurutnya akan aman dan tetap memeriksa bukit serta lembah di sekitar Hollywood.
Sudah berapa lama kau tinggal di sini" tanya Julie saat gerbang besi tinggi terbuka lebar ketika mobil mereka mendekat.
Sudah lama. Ia tidak akan memberikan informasi lain. Julie tidak akan memercayainya bila ia mengatakan kebenaran, lagi pula ia tidak tertarik membe rinya informasi lain. Pasangan Takdir atau bukan, ia tidak punya ruang untuk wanita itu dalam hidupnya. Jika ia dapat memanfaatkan Julie untuk meningkatkan kekuatannya, untuk membantunya menelusuri jejak dan menangkap iblis itu, semua akan berjalan baik.
Namun pikiran tentang hidup abadi bersama seorang Pasangan Takdir membuat sekujur tubuhnya dingin.
Ia mengemudikan mobil di jalanan sempit, dengan pepohonan berjajar di masing-masing tepinya saat mendaki bukit yang menghadap Los Angeles. Sudah lima puluh tahun ia tinggal di rumah ini, sudah cukup lama hingga saat ini, untuk menahan rumor agar tidak menyebar dan berkembang, ia berpura-pu ra menjadi anaknya sendiri. Keabadian sesuatu yang menyenangkan di satu sisi. Namun tinggal terlalu lama di satu tempat akan menimbulkan pertanyaan yang tidak akan dapat dijawab.
Gerbang berikutnya terbuka di puncak bukit dan tertutup kembali saat ia terus mengendarai mobil, mendekati rumah.
Kau tidak menerima banyak tamu tampaknya" tanya Julie.
Kieran melirik dalam cahaya redup dan melihat senyum kaku di bibir Julie.
Tidak. Well, bagaimanapun itu jawaban jujur. Dan ini kejujuran lain untukmu, kata Kieran saat mengemudikan mobil di tikungan terakhir jalan masuk dan memarkirnya di depan rumah besar yang lebih menyerupai benteng kuno Skotlandia daripada rumah di Hollywood. Jika kau menulis artikel mengenai diriku, rumah, atau apa pun tentang aku selama kau di sini aku akan menuntutmu. Kau dan koranmu.
Kedua alis merah tua Julie terangkat. Ya ampun. Jujur dan bersahabat. Dengar, aku di sini bukan sebagai wartawan, jadi tenang saja.
Baiklah. Kieran mematikan mesin mobil dan membuka pintunya. Ia terdiam, lalu berkata, Masuklah. Aku akan membawakan tasmu.
Julie keluar dari mobil dan bersiul, panjang dan lama, saat memandangi rumah yang dibangun bertahun-tahun lalu itu. Kieran berjalan menuju bagasi, mengambil tas-tas Julie, dan menutupnya lagi.
Ia memandang Julie yang memperhatikan rumahnya dan mencoba memandangi rumahnya seperti yang dilakukan Julie, dengan mata segar. Potongan batu abu-abu menutupi dinding sampai lantai tiga. Kaca abu-abu kebiruan berkilauan karena lampu. Menara berkamar menjulang angkuh di keempat sudut rumah dan pemandangan lembah dari kota terhampar di kaki bukit. Dan di atap, teras terbuka yang terbuat dari batu menjulang, memberi Kieran tempat untuk berjalan-jalan, berpikir di bawah sinar bulan, merenca nakan perburuan berikutnya.
Julie menoleh kepada Kieran. Ini mengagum-
kan. Ia mengangguk cepat. Terima kasih. Julie mengikuti Kieran ke jalan setapak berubin menuju pintu ganda lebar dari kayu ek. Tidak dapat dipercaya aku belum pernah melihat foto rumah ini di mana pun. Majalah arsitektur pasti sangat ingin mengambil gambarnya.
Kieran melirik melewati bahunya. Ini rumahku. Dan bukan objek dari rasa ingin tahu.
Kau salah, kata Julie, tetap melangkah dengan menoleh ke segala arah mengagumi jajaran bebatuan dari kaca. Rumahmu mencakup keduanya. Jika orang orang tahu betapa rumah ini sangat mengagumkan...
Kieran tiba-tiba berhenti dan Julie menabraknya. Matanya menatap Julie, ia menunggu, terdiam.
Akhirnya Julie mengangkat kedua tangannya. Baiklah. Benar. Tidak ada berita. Tidak ada foto. Kieran mengangguk membuka pintu dan mundur untuk mempersilakan Julie masuk terlebih dulu. Julie melangkah dan menghela napas sambil menoleh pada Kieran untuk mengungkapkan pujian atas udara beraroma lemon di dalam rumah itu.
Cahaya lampu memancar dari perpustakaan di sebelah kiri, menerangi lantai lobi yang terbuat dari marmer. Lukisan berpigura hampir setinggi Kieran berjejer di dinding lorong yang panjangnya seakan paling tidak satu kilometer. Vas cantik dari kristal mewa dahi rangkaian bunga mawar di atas meja mengilat di ujung tangga besar dari batu yang mengarah ke lantai atas.
Julie memutar badan untuk mengagumi sekelilingnya, mulutnya ternganga, matanya berkilau oleh kekaguman selagi memandangi setiap detail rumah itu. Dan yang mengejutkan Kieran merasakan tusukan tajam kebahagiaan karena melihat Julie mengagumi rumahnya.
Ini... mencengangkan, kata Julie, tatapannya akhirnya kembali pada Kieran. Senyumnya cerah dan matanya melebar saat berkata, Sungguh. Ini semua mengagumkan.
Terima kasih. Kieran membawa tas-tas itu ke atas dan Julie mengikuti dengan jarak satu atau dua anak tangga di belakangnya, sepatu tenisnya tidak ber suara di lantai batu yang dipijaknya.
Di lantai dua, Kieran berjalan menuju pintu keempat di sebelah kanan, lalu membuka pintu dan melangkah mundur. Julie melangkah masuk dan berhenti tepat di ambang pintu.
Saat pertama kali melihat rumah itu, dia terpana hingga kehabisan kata-kata. Sekarang, perasaan itu berlipat ganda. Dinding kamar bercat biru lembut dan tempat tidur dengan empat tiang dari kayu cherry yang dapat membuat lima orang tidur nyaman terletak di tengah ruangan.
Dan di ruangan ini lebih banyak bunga mawar, terletak di meja rias dengan cermin yang memantulkan kecantikan mereka. Kamar mandi pribadi terletak di sisi ruangan dan saat ia berjalan ke sana untuk mengintip, ia tidak begitu tercengang dengan kemewahan kamar mandi yang berukuran dua kali lebih besar daripada kamar tidurnya di rumah. Ubin hijau dan putih menutupi lantai dan bagian pancuran airnya ter lindungi. Bak whirlpool berwarna biru saga ditempatkan di pinggir jendela dan kotak kayu panjang menjadi tempat untuk meletakkan keranjang rotan berisi sabun mandi dan sampo yang mengalahkan hotel bintang lima.
Julie berbalik, memandang Kieran yang meletak kan tas-tasnya di atas tempat tidur, lalu menatap sekilas pada Julie. Kau akan nyaman di sini.
Ya, kata Julie, memandang sekeliling kamar dan dengan gembira menyadari ada teras pribadi yang tersembunyi di balik tirai. Aku kira begitu.
Kieran mengangguk lagi, lalu berkata, Tinggallah di sini. Makan malam akan siap dalam satu jam.
Kemudian ia meninggalkannya sendirian dan saat Julie berjalan menuju pintu Prancis dan membukanya, melangkah keluar ke teras batu, dia berpikir apakah dia akan betah tinggal di tempat ini. Lagi pula, dia tidak terlalu mengenal pria itu. Yang pasti, ia tidak menemukan berita buruk apa pun mengenai pria itu di internet, tapi seberapa besar artinya"
Embusan udara dingin menerpanya dan hawa dingin menyusup ke punggungnya, membuatnya menggigil.
Di hotel, ia merasa seperti tinggal di kurungan. Di sini... ia berbalik, menyandarkan pinggang di pagar batu dan memandang tempat tidurnya yang megah. Bukankah ini juga penjara" Bahkan akan lebih sulit untuk melarikan diri dari tempat ini"
Apakah dia melakukan tindakan yang benar dengan memercayai Kieran MacIntyre untuk melindungi nya"
Atau apakah dia hanya melompat dari penggorengan ke neraka"
?"Tujuh MAKHLUK buas itu bergerak tanpa lelah di bioskop. Dia berpindah tempat duduk hingga tiga kali sebelum akhirya duduk di belakang wanita muda berambut merah yang menguarkan aroma bunga dan... janji. Di sekitarnya, orang-orang bergumam lalu duduk diam menyaksikan film berkelip hidup di layar.
Menarik memang. Namun makhluk itu mempunyai sesuatu yang lebih penting untuk dipikirkan daripada kilasan film itu. Sang Penjaga sudah sangat dekat malam ini. Cukup dekat sehingga iblis itu terpaksa meninggalkan tubuh yang dia diami lebih cepat dari yang telah direncanakan. Walaupun sebenarnya, pikir iblis itu sembari mengusap dada manusia baru yang dia tem pati, perubahan rencana itu ada manfaatnya. Tubuh ini lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih tampan. Semuanya untuk yang terbaik, pikir makhluk itu.
MacIntyre memang hebat, namun setelah, satu abad dan dengan rencana lebih matang, aku lebih hebat, pikir makhluk buas itu.
Dan kesenangan itu tak dapat dipungkiri. Di tempat duduk di depannya, wanita itu menyen takkan kepala ke belakang dan menertawakan sesuatu di layar. Tatapannya terpaku pada lekukan leher wanita itu dan dia pun ikut tertawa.
*** Julie melangkah memasuki dapur terluas yang pernah ia lihat. Peralatan masak dari baja antikarat berdentingan di dinding dan meja dapur seluas paling tidak satu hektar dan granit hitam bersinar di bawah lampu pijar. Dinding-dindingnya merah bata, nyaris serasi dengan batu bata di perapian raksasa di sisi lain ruangan itu.
Bahkan pada bulan Januari, California terasa agak dingin, dan hanya dengan memandang lidah api yang menyentak dan menjilat pada batang kayu seuku ran batang pohon, Julie merasa lebih hangat. Perapian.
Di dapur. Oh ya, tentu saja, pikir Julie. Ia bisa membiasakan diri pada tempat seperti ini. Walaupun rumah ini sangat besar. Ia tersesat dua kali dalam perjalanannya untuk makan malam. Tidak mengejutkan di tempat sebesar kastil ini.
Ini mengagumkan, kata Julie, melirik Kieran saat pria itu menutup pintu kulkas seukuran lemari pendingin di restoran dengan entakan pinggulnya.
Terima kasih. Kieran meletakkan mangkuk porselen biru besar berisi salad kentang dan satu mangkuk lain, dengan ukuran sama, berisi salad pasta.
Di tengah meja antik dari kayu walnut, tersaji sepiring besar ayam goreng cokelat keemasan yang harumnya membimbing Julie ke dapur. Namun, Bukan ini yang kuharapkan.
Salah satu alis hitam Kieran terangkat. Kau tidak suka ayam"
Bukan, jawab Julie, berjalan mendekat ke pera pian. Bukan itu, hanya saja ia mengangkat kedua tangan dan melambaikannya ke sekeliling rumah tempat seperti ini. Sangat tua, jadi aku tak tahu. Ayam goreng dan salad kentang tampak biasa.
Jangan bilang begitu, sebuah suara berat tibatiba muncul entah dari mana membuat Julie terlonjak kaget saat pria tinggi besar mengenakan celana jins biru dan T-shirt gelap bertuliskan Navy SEAL muncul dari luar rumah.
Nathan Hawke, kata Kieran, Julie Carpenter. Dia akan tinggal di sini sementara waktu.
Senang bertemu denganmu, kata si pria besar, meski dari ekspresi muramnya, Julie tidak yakin pria itu senang. Dan untuk makanannya, sepertinya enak. Makanan enak pertama yang kumakan sejak aku tiba di sini.
Maksudnya" tanya Julie.
Nathan menggeleng sambil berjalan menuju tempat cuci piring, memutar keran dan membasuh tangannya. Biasanya kami duduk di ruang makan untuk lima puluh orang, dan makan Salmon yang diterbangkan dari Highlands. Atau lobster yang diterbangkan dari Maine. Hati angsa dan siput, demi Tuhan. Sudah saatnya kita mendapatkan makanan yang sesungguhnya.
Kieran terdiam, memandang pria itu, lalu menatap Julie. Kupikir kau akan lebih nyaman di sini.
Tentu saja, pikir Julie. Petani akan lebih nyaman berada di dapur dengan bekal makanan. Tidak perlu membuatnya jengah dengan berharap Julie akan mengerti tata krama makan. Demi Tuhan. Pria ini memang dari abad berbeda.
Kieran mengambil sebotol anggur dari lemari es. Ia membukanya dan mengangguk menatap meja. Tidak perlu pedulikan dia, kata Kieran. Duduk. Makan.
Wow. Ramah sekali. Julie mengambil tempat duduk terdekat dari perapian, masih melawan hawa dingin yang menusuk tulang. Ia duduk dan mengambil sepotong ayam. Aku tebak bukan kau yang memasak ini.
Tawa keras dan pendek menyembur dari mulut Nathan saat dia menempatkan diri di seberang Julie.
Pengurus rumah tangga yang memasak, jawab Kieran, menjalankan tugas dengan baik dengan tidak memedulikan Nathan.
Nathan mulai mengisi piringnya dengan makanan dan Julie menduga tidak akan banyak makanan tersisa. Julie menatap dari satu pria ke pria lain dan berta nya-tanya apa yang sedang terjadi" Kedua pria itu tam pak sangat berbeda. Apakah Nathan teman serumah Kieran" Kerabat" Penyewa kamar"
Julie nyaris terbahak karena pemikiran itu. Pria yang tinggal di kastil sebesar ini tentu tidak perlu menyewakan kamar.
Kieran duduk di sampingnya dan Julie entah bagaimana bisa menghentikan getaran menyenangkan yang hampir membuatnya menghela napas.
Jadi, kata Julie memecah keheningan yang mulai dirasakannya, apa kalian teman lama"
Nathan melirik Kieran dan mengangkat bahu. Aku sudah tinggal di sini beberapa lama.
Oh. Dan apakah ada yang perlu kuketahui mengenai... Suaranya tersendat. Pertanyaan tidak menye nangkan dan menghakimi. Melihat cara Kieran menciumnya, Julie bertaruh Kieran berorientasi lurus selurus penggaris. Namun, dua pria tampan, tinggal di kastil, terpencil dari orang lain... well, lagi pula ini Hollywood dan lebih baik tahu sejak awal.
Kieran mengerutkan dahi, memandang Julie. Apa maksudmu"
Nathan tersedak potongan ayam. Dia menggeleng, lalu berkata, Tidak mungkin, Nona. Aku tinggal di sini. Itu saja.
Aku senang mengetahuinya. Bukan karena per soalan itu penting bagiku, pikir Julie, mengambil sesen dok salad kentang sebelum kedua pria itu menghabiskan semuanya. Ia tidak berada di sini untuk alasan per cintaan, menyedihkan sekali. Ia berada di sini karena pembunuh gila mungkin sedang memburunya. Api di belakangnya mengirimkan kehangatan ke seluruh sistem tubuhnya dan saat tangan Kieran menyentuh tangannya yang telanjang, kulitnya bagaikan tersengat listrik. Seharusnya ia tidak mengganti sweter hitamnya dengan blus sutra lengan pendek ini. Demi ketenangan pikirannya sendiri, ia menjauh dari Kieran.
Kieran menyadarinya dan mengerutkan dahi. Sangat disayangkan.
Jadi apa yang kalian lakukan" tanya Julie, kembali memecah keheningan. Maksudku pekerjaan.
Tidak ada pertanyaan kata Kieran tegas, mena tap Julie dengan ekspresi yang dirancang untuk menekan para pengecut. Lalu dia menatap Nathan. Dia wartawan,
Ah... Nathan mengangguk dan menatap Julie se akan wanita itu menempel di potongan kaca di bawah mikroskop. Beberapa saat kemudian, Nathan mengalihkan pandang darinya dan memandang Kieran. Santos menelepon ketika kau keluar. Sepertinya penting. Aku akan meneleponnya nanti.
Siapa Santos" Julie mencoba bertanya, tidak berharap mendapat jawaban.
Teman, kata Kieran, lalu mencondongkan tubuh melewati Julie untuk meraih botol anggur.
Dia sengaja melakukannya, Julie tahu itu. Dia menjangkau cukup jauh, lengannya menyentuh dada Julie dan menyalakan tubuh Julie seperti pertunjukan kembang api di Disneyland. Puncak payudaranya geli dan darahnya berdesir.
Demi Tuhan, ini hanya sebuah sentuhan. Dengar, kata Julie, terdengar sedikit lebih kasar dibanding biasanya. Aku bersedia datang ke sini, tapi aku tidak mau diperlakukan seperti tahanan.
Tidak ada yang memperlakukanmu seperti tahanan, bantah Kieran.
Aku tidak diizinkan bertanya, Julie mengingat-
kan. Sebaliknya, kau bisa menanyakan apa saja. Kau hanya tidak akan mendapatkan jawaban.
Nathan mendengus dan Julie menatap marah padanya.
Percikan api terpantul di tubuh Kieran, berganti an antara bayangan dan cahaya di wajah dan matanya. Pemandangan itu menghipnotis, pikir Julie dan memaksa diri untuk berpaling.
Kau aman di sini. Julie terlonjak dan matanya kembali menusuk Kieran. Sudah kukatakan jangan lakukan itu lagi, kata Julie tegas. Aku tidak mau kau masuk ke pikiranku.
Kieran mengedikkan bahu. Kalau begitu cegah
aku. Caranya" Senyum menghiasi mulut Kieran dan Julie seolah nyaris terjatuh dari kursi karena terkejut. Pria itu seharusnya lebih sering tersenyum. Tentu saja, jika dia melakukannya, Julie mungkin akan terlibat masalah yang lebih besar.
Tidak ada pertanyaan yang dijawab, kata Kieran, tampak jelas menikmati kebingungan Julie.
Ini sempurna. Ia sangat bodoh karena ikut bersama pria itu datang ke sini.
Kau tahu" kata Julie, tiba-tiba berdiri dan men jauhi meja makan. Aku sudah selesai. Terima kasih makan malamnya. Ia berbalik menuju pintu belakang lalu berhenti. Oh ya. Apakah kau mengizinkanku pergi ke luar"
Kieran mengangguk samar. Tetap di sekitar rumah saja.
Lagi pula bagaimana caranya melewati gerbang besi selamat datangmu itu" gerutu Julie dan menarik pintu hingga terbuka. Ia membanting pintu hingga tertutup di belakangnya dan keheningan meng hinggapi dapur selama beberapa menit yang terasa sangat lama.
Akhirnya Nathan menoleh kepada temannya. Kenapa kau membawanya kemari" Aku tahu aku masih baru sebagai Penjaga. Tapi kukira kita seharusnya berhati-hati. Menjaga rahasia dan hal-hal sialan semacam itu.
Kieran mengembuskan napas, mengangkat gelasnya, dan menghabiskan anggur putih dingin yang masih tersisa. Sambil meletakkan gelasnya lagi, ia menatap pria di seberangnya.
Nathan Hawke baru mati tiga tahun lalu. Dia sangat baru dalam hal Penjaga ini, dan menurut tradisi harus dilatih oleh Penjaga yang lebih berpengalaman, dalam hal ini Kieran.
Sebagai anggota Navy SEAL, Nathan sudah memiliki keterampilan yang dapat membantunya melewati keabadian. Sekarang yang dia perlukan adalah menggunakan keterampilan itu untuk memburu iblis.
Demi Tuhan, wanita itu wartawan, kata Nathan sambil mengibaskan tangan ke pintu tertutup dan halaman belakang di balik pintu itu. Bukankah itu memicu masalah"
Ya dan tidak, jawab Kieran sambil menghela napas, tiba-tiba mengingat semua orang dan kehidupannya selama 464 tahun.
Karena pekerjaannya, ia akan banyak bertanya, berusaha mencari kebenaran. Tapi karena siapa dirinya yang sesungguhnya, ia tidak akan menggunakan informasi apa pun yang ia temukan.
Kau yakin akan hal itu" Nathan terlihat tidak yakin sama sekali.
Aku yakin, jawab Kieran, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu belakang. Bersihkan semua ini setelah kau selesai makan. Mrs. Rosen tidak akan membiarkan kita berdua hidup jika dapur masih kotor saat dia bangun.
Kita abadi, Nathan mengingatkan sambil terse nyum tipis.
Dan dia bisa membuat hidup abadi menjadi mimpi buruk jika dia mau. Jadi bereskan ini. Tanpa berkata apa-apa lagi, Kieran membuka pintu belakang dan melangkah ke teras berlantai batu.
Pohon-pohon tinggi mengelilingi halaman dan bangunan rumah, lebih tinggi dan menara pun, melin dungi bangunan dan orang-orang yang penasaran. Ada rumah-rumah mengesankan lain di daerah ini sepengetahuan Kieran, dan kebanyakan rumah itu terlihat dari jalan raya atau dari atas bukit. Namun saat Kieran membangun tempat ini, dia berpikir ke depan.
Pinus, ek, mapel, pepohonan tinggi yang dapat dia temukan ditanam dengan strategis, memastikan Kieran mendapatkan kesunyian yang dibutuhkan saat ingin identitasnya tidak terbongkar. Namun, ia dikenal dermawan. Ia bersedia menyumbang uangnya demi tujuan-tujuan mulia. Selain dapat membantu orang lain, kemurahan hatinya menciptakan selubung misteri, sehingga semua orang menghargai privasinya. Terutama karena orang-orang itu tidak ingin membuatnya tersinggung dan berhenti menyumbang.
Itu semua berjalan lancar selama lebih dari lima puluh tahun.
Hingga Julie Carpenter memasuki hidupnya. Tatapan Kieran, yang saat malam setajam siang hari, menyapu halaman belakang rumah, memeriksa semak, bunga, tiap air mancur dan bangku taman. Semua seperti biasanya.
Lalu ia menemukan Julie, di pinggir kebun, duduk di bangku dari kayu redwood di bawah pohon ek yang Kiean impor saat belum terlalu tinggi dari Skotlandia. Kenangan dalam hidupnya. Pengingat bahwa kehidupan itu sudah berakhir.
Seakan ia butuh kehidupan saja.
Kieran meninggalkan teras dan berjalan di atas rumput yang terpotong rapi. Pengurus rumah tangga dan suaminya, pengurus kebun, sudah bersama Kieran selama empat puluh tahun. Mereka memercayai keberadaan Penjaga, karena dilahirkan dalam keluarga yang sudah bersumpah akan setia dan melayani. Bila nanti pasangan Rosen sudah terlalu tua atau tidak kuat lagi untuk bekerja, mereka akan tinggal di rumah yang sudah disiapkan Kieran di Bahama. Dan anak mereka beserta istrinya akan pindah ke kastil dan melanjutkan tugas untuk membantu para Penjaga.
Pijakan kakinya di rumput basah itu tak terdengar. Ia dapat membuat dirinya tak terlihat, menyelinap tanpa disadari Julie. Namun Kieran menduga Julie tidak bisa lagi menerima kejutan lain. Guncanganguncangan itu juga mengganggu dirinya, banyak hal yang berubah dalam hidupnya belakangan ini, ia mengingatkan diri sendiri bahwa hidup Julie bahkan lebih kacau.
Julie tidak siap menghadapi semua peristiwa yang sekarang dia hadapi. Dan meski malu mengakuinya, Kieran tidak membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah bagi Julie.
Julie menengadah ketika Kieran mendekat dan segera berdiri seolah bersiap kabur. Lalu ia berubah pikiran, mengangkat dagunya dan berkata singkat, Bahkan tahanan pun memiliki hak untuk mendapatkan sedikit privasi.
Kau bukan tahanan. Bukan" Bagaimana dengan tetap di sekitar rumah " Bukankah itu yang kaukatakan beberapa menit lalu"
Itu demi keselamatanmu. Dan bagaimana aku tahu bahwa aku aman di
sini" Kau dapat merasakannya. Jangan memberitahuku apa yang kurasakan. Aku tidak perlu melakukannya, jawab Kieran, berjalan mendekat, melangkah kecil, seakan sedang mendekati binatang liar yang siap kabur.
Kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaanpertanyaanku"
Kau tahu alasannya. Kau wartawan. Aku sudah berjanji tidak akan menulis apa pun tentang ini, kata Julie, sumpah serapah berdengung di sekitarnya. Lagi pula, untuk siapa aku menuliskannya" Majalah hantu" Psychotic Monthly" Tidak seorang pun bakal memercayai cerita ini. Ia berhenti, menyibakkan rambut dengan satu tangan dan menggerutu Aku bahkan tidak percaya tapi aku menjalaninya.
Kieran menangkap desah kebingungan dalam suara Julie. Bukan keputusasaan namun penyerahan diri, dan itu mengganggunya. Kieran mengernyit, sadar bahwa ia mengagumi sifat alami Julie meski itu mengganggunya. Dan saat ini, melihat fondasi kuatnya terguncang walau hanya sedikit, membuatnya resah. Ia mengulurkan tangan. Ikut denganku. Julie memandang tangan Kieran, lalu matanya, dan bertanya, Kenapa"
Woman, apa kau harus selalu bertanya" Apa tidak ada sedikit saja hasrat mengambil risiko dalam darahmu"
Well, maafkan aku kalau begitu, bentak Julie. Belakangan ini aku melewati hari-hari berat, kalaukalau kau lupa.
Amarah Kieran nyaris meledak karena frustrasi, tapi dia hanya bertanya, Apa kau akan ikut"
Julie memeluk perut untuk melawan hawa dingin malam di bulan Januari itu dan mempertimbangkan ajakan Kieran selama beberapa menit. Saat ia sedang berpikir, Kieran melepaskan kemeja hitam lengan panjangnya, berjalan mendekat dan menyampirkannya di bahu Julie.
Untuk apa ini" Kau kedinginan, jawab Kieran, mengulurkan lengannya lagi.
Julie segera memakai kemeja itu, menyelipkan lengannya ke kemeja yang terlalu panjang baginya. Kehangatan dan aroma tubuh Kieran yang melekat pada kemeja itu membuat Julie lebih hangat dibandingkan bila ia terbungkus selimut wol. Lalu ia menatap Kieran yang bertelanjang dada di bawah sinar bulan dan bertanya, Kau tidak kedinginan"
Senyum tipis merekah di bibir Kieran lalu segera lenyap. Tidak. Julie masih memandangi Kieran, rasa ingin tahu terpancar di matanya, jadi Kieran memberi Julie hadiah kecil dengan menambahkan, Aku orang Skotlandia. Musim dingin California tidak lebih dingin daripada musim panas kami yang cukup lembut.
Julie meletakkan tangannya di atas tangan Kieran dan saat jemari Kieran menggenggamnya, Julie berkata, Terima kasih.
Karena..." Karena menjawab pertanyaanku dengan lebih dari satu kata.
Kieran tersenyum lagi dan segera mengernyit saat menyadarinya. Ia tidak pernah tersenyum sesering ini dalam dua puluh tahun terakhir seperti yang ia lakukan sejam terakhir. Julie mengubah dirinya, entah wanita itu berniat demikian atau tidak, dan Kieran tidak senang dengan kenyataan itu.
Bagaimana kau bisa melakukannya" tanya Julie saat Kieran mulai melangkah kembali ke rumah, menuntun Julie dalam kegelapan dengan langkah akurat.
Melakukan apa" Mengubah senyuman menjadi kerutan dahi dalam sekejap mata"
Ada pertanyaan lagi" Tidak ada jawaban lagi"
Kieran membuka pintu belakang, mengangguk pada Nathan yang masih duduk, lalu berbelok ke kiri dan terus berjalan, membawa Julie menaiki tangga di belakang lemari yang penuh dengan bahan makanan yang bisa mencukupi kebutuhan mereka selama berbulan-bulan.
Wow, gumam Julie saat menaiki anak tangga batu yang lebar, kau siap melakukan penyerbuan tampaknya"
Lagi-lagi, pertanyaan. Lagi-lagi, balas Julie sambil tertawa, tanpa jawaban.
Kau wanita mengesalkan, Julie Carpenter. Itu pernah dikatakan orang padaku, kata Julie mengakui, berusaha mengikuti langkah panjang Kieran saat mereka menanjak naik, naik, dan terus naik. Kita mau ke mana"
Kieran menggenggam tangan Julie lebih erat. Sabar.
Halo" Barangkali kau belum mengenalku. Aku Julie dan aku tidak pernah sabar.
Ya. Aku mengetahuinya, jawab Kieran, berhenti di pelataran di puncak rumah.
Julie melirik ke bawah ke lorong panjang di bela kang mereka. Lampu dinding berbentuk pegangan obor kuno mengeluarkan cahaya emas hangat menerangi lantai yang mengilat. Lukisan berjajar di dinding dan ketika Julie mengenali lukisan Monet, ia bertanyatanya apakah lukisan itu asli.
Mengingat kekayaan berlimpah pria ini, ia berani bertaruh bahwa lukisan itu asli. Mengagumkan. Dekorasi mewah ini. Kastil ini.
Pria ini. Kieran membuka pintu kayu yang berat, yang melengkung di bagian atasnya, lalu melangkah mundur agar Julie masuk terlebih dulu. Dan di hadapan Julie menunggu serangkaian anak tangga lagi, tapi tangga ini mengarah ke atap. Di atas kepalanya, bintang-bintang bersinar terang di langit luas, hitam, dan tampak tak berbatas. Julie mendongak menentang angin dingin yang menerpa wajahnya saat naik menuju atap batu dan perlahan memutar tubuh, mengagumi pemandangan di sekelilingnya. Oh, Tuhanku...
Di puncak pepohonan, ia dapat melihat lautan cahaya, membentang berkilo-kilometer. Cahaya itu sangat banyak, cakrawala tampak kabur karena kilauannya. Angin berembus di sela pepohonan membuat pucuk-pucuk pinus bergesekan dan cabangcabang mapel dan ek bergemeresak terdengar seperti nenek-nenek sedang terkekeh.
Julie berjalan perlahan di atas atap dan sesaat ia merasa seakan sedang kembali ke masa lalu. Rasanya ia dapat mendengar dentingan baju besi, desing anak panah menembus udara. Ia bahkan nyaris percaya jika ia menengok ke bawah, ia akan melihat para kesatria berlatih di halaman.
Hidup Abadi Eternally Karya Maureen Child di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Julie berbalik, melihat Kieran berjalan ke arahnya dan sengatan sesuatu yang panas dan liar serta tak terbendung membuncah dalam dirinya. Cahaya bulan berkilau di dada dan rambut hitamnya, serta terpantul di mata gelapnya. Pria itu berjalan dengan hati-hati dan anggun, sehingga Julie teringat akan macan tutul atau harimau yang sedang mengendap-endap.
Dan sekarang ia bisa merasakan perasaan kijang dalam situasi yang sama.
Siapakah pria ini dulu"
Lebih banyak yang masih tersembunyi daripada yang sudah diketahuinya. Masih banyak rahasia pada diri pria itu yang tidak dapat ia terka. Ia tidak pernah bisa lupa saat Kieran mengatakan pembunuh yang sedang dia buru adalah iblis. Kalau begitu apa sebutan untuk orang ini" Gila" Dan apa sebutan untuk Julie yang mau berduaan dengannya"
Saat Kieran sudah cukup dekat, dia menatap Julie. Kau sedang bertanya-tanya mengenai diriku. Julie terdiam. Sudah kubilang, jangan masuk ke pikiranku.
Tidak perlu membaca pikiranmu jika ekspresimu sudah sangat jelas mengatakan apa yang kau pikirkan.
Luar biasa. Terlalu berlebihan untuk ekspresi datar yang kumiliki sebagai wartawan.
Ada pertalian di antara kita, kata Kieran, suara rendahnya mendengungkan bunyi yang seolah bergema dalam keheningan. Entah salah satu dari kita senang atau tidak dengan kondisi ini. Kau tidak dapat menyembunyikan perasaan-perasaanmu dariku.
Aku bisa mencobanya, jawab Julie, meskipun tahu Kieran mungkin benar.
Dan akan kaulakukan, aku tidak ragu. Namun untuk saat ini, kemarilah. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.
Kedua ails Julie terangkat. Masih ada lagi" Kieran kembali tersenyum tipis dan Julie merasakan lututnya lunglai. Sungguh, pria ini terlalu kuat bagi dirinya sendiri. Atau bagi Julie, dalam hal ini.
Ya, masih ada lagi. Kieran meraih tangan Julie dan membimbingnya ke pinggir atap di mana terdapat teleskop bernilai seni tinggi, terletak di bawah tarpaulin.
Benda ini sangat tidak cocok ditempatkan di sini, gumam Julie saat Kieran menarik tarpaulin dan menghabiskan beberapa menit untuk mengarahkan teleskop ke langit. Sangat... modern.
Kieran melirik Julie dan menyunggingkan senyum tipisnya lagi. Tidak ada alasan untuk tidak menghargai keduanya, masa lalu dan masa depan.
Wow, kata Julie, bersandar pada menara batu yang dingin di belakangnya. Pria Renaisans. Mata Kieran berkilau. Lebih daripada yang kau
tahu. Apa lagi yang tidak aku tahu tentang dirimu" gumam Julie lebih pada dirinya sendiri daripada pada Kieran, karena ia tahu Kieran tidak akan menjawab.
Sangat banyak, jawab Kieran lembut, lalu menggeleng seolah sedang menghapus pertanyaan Julie. Sekarang, kemarilah dan lihat.
Julie mendekat dan membiarkan Kieran meman dunya menuju teleskop, tangan Kieran di pinggul Julie terasa hangat, kuat, dan menyenangkan. Ia membungkuk perlahan dan menempatkan matanya di bagian lensa dan napasnya tertahan. Oh, ini sangat indah. Memang.
Melalui teleskop, bulan tampak sangat dekat sehingga bisa disentuh. Bulan itu berkilau sangat indah dan bersinar di kegelapan. Ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan ketidaktahuan untuk bertindak yang Julie rasakan beberapa hari belakangan lenyap, meninggalkannya tanpa perasaan apa pun selain kekaguman. Atas alam semesta.
Atas kehidupan. Perlahan, dengan enggan, Julie menjauhkan kepala dari teleskop dan menegakkan badan untuk melihat Kieran. Ia menatapnya dengan sungguhsungguh selama beberapa saat sebelum berkata, Kau pria yang sangat menarik, Kieran MacIntyre. Penyendiri. Dermawan. Pemburu iblis berpedang. Astronom amatir. Ada lagi"
Beberapa, kata Kieran mengaku, bergerak men dekati Julie. Cukup dekat sehingga Julie bisa menangkap aroma tubuhnya, tercium jelas karena angin dingin yang berembus melewatinya. Sensasi itu seakan menyelimutinya, mengancam untuk menenggelamkan nya.
Ada yang ingin kauceritakan" bisik Julie. menggigil saat suara lembutnya akhirnya menyeruak dari ketegangan karena kerongkongannya tercekat.
Mungkin, sahut Kieran dan menunduk ke kepala Julie.
Ini tidak akan menyelesaikan apa pun, kata Julie pada diri sendiri meski ia tetap berjinjit dan bertumpu pada tubuh Kieran.
Dan saat ini, ia tak lagi peduli.
?"Delapan SAAT bibirnya mencium bibir Julie, Kieran dapat merasakan sulur-sulur itu mengikat mereka semakin erat. Walaupun Kieran mengira dirinya sudah siap untuk merasakan lagi ikatan dengan calon Pasang an Takdir-nya, ia merasa dunia berguncang di bawah kakinya.
Hanya dengan menyentuh dan merasakan Julie, memberinya emosi dan sensasi yang belum pernah ia rasakan selama bertahun-tahun. Karena perasaan itu hampir teratasi, ia mengerang memenuhi golakan hasrat yang mencakar dan mencengkeram dari dalam. Kieran sangat menginginkan wanita ini, dengan kerinduan yang tiba-tiba dan sangat kuat hingga nyaris membuatnya terjatuh.
Suara lirih dan mendesak di kepalanya memper ingatkannya untuk berhenti. Untuk mengambil langkah mundur. Untuk hanya menyentuh Julie dari kejauhan dan menjaga agar ikatan mereka tidak terlalu kuat.
Untuk menggunakan Julie hanya untuk memper barui kekuatan dan kemampuan yang bisa diberikan Julie padanya. Namun Kieran tidak mendengarkan suara bijak dan logis itu.
Sebaliknya, ia membuka diri sepenuhnya bagi sulur-sulur ikatan di antara mereka, membiarkan pikiran-pikiran Julie membanjiri pikirannya, meluapinya dengan pola-pola bergerigi, kusut, tidak logis. Pikiran Julie seliar dan serumit sifatnya. Dia dipenuhi berbagai warna kehidupan.
Lidahnya menyatu dengan lidah Julie. Tangan Julie mencengkeram rambut Kieran, mendorong kepala Kieran agar lebih dekat padanya. Lengan Kieran melingkar di pinggang Julie dan mendekap tubuhnya erat-erat. Ia merasakan setiap lekuk dan garis tubuh Julie seolah terbakar, membakar tubuhnya sendiri lalu menjalar ke tubuh Kieran hingga ia tidak tahu siapa yang mengawalinya.
Dan ikatan di antara mereka semakin dalam. Kieran mendesah, bentuk tanggapan atas segala hal yang terganggu karena Julie memasuki kehidupannya yang sunyi, namun ia belum bisa menghentikan ciuman itu. Ia harus merasakan Julie lebih utuh lagi. Julie mengerang dalam ciumannya dan desahan lembut itu merasukinya dengan kebutuhan dan gairah yang belum pernah Kieran kenal.
Kieran mendorong kepala Julie ke belakang, menumpunya pada tangannya saat ia melahapnya, mengambil semua yang Julie berikan diam-diam me nuntut Julie untuk memberi lebih banyak lagi. Ia seperti orang kelaparan yang tiba-tiba disodori satu meja penuh hidangan kerajaan.
Dan gelombang warna, pikiran, kenangan, sema kin mengakar dalam benaknya.
Hasrat. Ketakutan. Kegamangan. Dan bayangan pria lain.
Kecemburuan mengoyaknya bagaikan serpihan kaca, merobek jiwanya sampai ia menyadari kenang an-kenangan Julie yang bisa ia saksikan.
Pengkhianatan. Pria yang Julie cintai meninggalkannya demi wanita lain.
Seorang teman. Ia dapat merasakan air mata Julie.
Ia tercekat oleh kemarahan Julie dan merasakan-
nya. Harga diri menyusul kemudian, merasakan kebahagiaannya dalam membangun kembali hidupnya. Berhasil dalam karier yang dicintainya.
Lalu ketakutan bergemuruh dalam dirinya, lebih kuat di banding sebelumnya. Takut pada Kieran. Takut pada sesuatu yang bersembunyi dalam kegelapan. Takut pada apa yang dia rasakan.
Ikatan merantai mereka dalam simpul ketat gairah, tak satu pun di antara mereka yang mampu atau rela melepaskannya. Kieran merengkuh Julie, me nyelipkan satu tangan ke balik kemeja Julie, berhasrat merasakan sapuan lembut kulit Julie pada kulitnya.
Angin dingin menusuk berembus di atas atap batu itu, menampar mereka seakan seseorang, di suatu tempat, sedang berusaha memisahkan mereka. Usaha itu tidak berhasil.
Saat ini, Kieran tahu bahwa tak satu pun kekuasaan di dunia ini atau di tempat lain yang bisa memisahkannya dari wanita ini.
Bahu Julie bergetar dalam dekapan Kieran dan ia mendesah dalam ciuman Kieran saat jemari pria itu mengusap rusuknya, tepian bra-nya... dan tangan Kieran tiba di bawahnya, menggeser benda rapuh itu untuk menyentuh payudara Julie hingga tiap sel tubuhnya seakan meledak karena kebutuhan.
Tidak. Julie tiba-tiba melepaskan diri, napasnya terengah. Rambutnya menerpa wajahnya karena tertiup angin, ia menarik diri dari pelukan Kieran dan berdiri memandang pria itu dengan mata membelalak kaget. Jangan.
Tubuh Kieran terasa terbakar. Keras dan panas, serta siap, ia tidak menginginkan hal lain selain melempar tubuh Julie ke lantai batu, melucuti pakaiannya dan memilikinya. Ia tahu bahwa jika ia memiliki Julie, ikatan di antara mereka bisa semakin lebar atau terputus sama sekali. Dan ia sadar bahwa ia menginginkan kepastian. Ikatan rapuh yang membayang di antara mereka, yang tidak cukup kuat untuk membantunya dan tidak cukup lemah untuk ia abaikan, sulit ia terima.
Kau menginginkanku. Aku merasakannya. Julie menarik napas dengan gemetar dan tertawa pendek, tanpa rasa humor dalam tawanya. Ya. aku menginginkanmu. Aku juga menginginkan cokelat bebas kalori, tapi aku tidak akan mendapatkannya.
Kieran menggeleng menolak ditinggalkan. Brengsek, ia sangat menginginkan Julie. Satu ciuman lagi dan Julie akan menyerahkan dirinya. Satu ciuman lagi. Satu sentuhan lagi...
Namun, seolah dapat membaca pikirannya, Julie melangkah mundur dan mengangkat satu tangan dengan telapak tangan mengarah ke Kieran.
Permainan apa yang sedang kaumainkan, woman" Suara Kieran tertahan, menegang dengan kebutuhan yang masih mencengkeram kerongkongan nya. Kau bukan anak kecil, takut pada keinginannya sendiri. Apa yang menghalangimu dariku"
Aku tidak takut pada keinginan, brengsek. Dan ini bukan permainan. Julie tertawa lagi, dengan suara lantang yang lebih menyiratkan penderitaan daripada kegembiraan. Permainan. Oh Tuhan, aku berharap ini memang permainan. Julie menatapnya tajam saat ia menggeleng dan mengacungkan jari telunjuknya pada Kieran. Saat kau menyentuhku aku melihat... peristiwa-peristiwa. Kejadian-kejadian yang tidak masuk akal. Kejadian-kejadian yang seharusnya tidak bisa kulihat.
Seolah seember air dingin ditumpahkan ke dirinya, hasrat Kieran padam dengan hanya satu tarikan napas. Bodoh. Ia sangat tenggelam dalam pikiran Julie, ia lupa melindungi wanita itu agar tidak menyerap ter lalu banyak kenangan-kenangannya. Pikirannya. Rencananya.
Penyesalan. Apa yang telah dilihatnya" Seberapa banyak"
Kieran mencoba merengkuhnya, namun Julie menggeleng kuat-kuat dan menjauh dari jangkauannya. Tidak. Tidak ada sentuhan lagi. Tidak ada apa pun sampai kau menceritakan... apa yang sedang terjadi"
Suara Julie melemah dan Kieran dengan frustasi mengusap wajahnya sendiri. Ia terlalu cepat mendorongnya terlalu jauh membiarkan dirinya tersesat selama beberapa saat. Dan sekarang, ia harus mengha dapi konsekuensinya. Dengan muram ia meminta, Katakan padaku apa yang kaulihat.
Julie masih menggeleng, membasahi bibirnya, menarik napas dengan gemetar dan berbisik, Pertem puran. Sebuah kastil terbuat dari batu hitam mengilat, berkilau tertimpa sinar matahari. Kapal-kapal. Kapalkapal tua, lengkap dengan layarnya. Meriam-meriam diluncurkan, asap membubung di udara. Keributan. Ia menarik napas. Sangat hebat. Orang-orang berteriak dan bunyi ledakan bersahutan di udara. Aku melihat para kesatria. Ia menutup mulutnya dengan tangan seakan mencoba menelan kata terakhir. Namun terlambat.
Ia mengangkat dagunya, menatap Kieran, dan air mata yang mengalir di mata hijaunya membuat hati Kieran pedih. Apakah ada hal lain di dunia ini yang lebih sulit untuk dihadapi seorang pria selain melihat seorang wanita tangguh menangis"
Dan aku melihatmu. Julie menghentikan perkataannya, lalu berkata, Tidak, bukan seperti itu. Aku tidak melihatmu. Aku adalah kau. Aku melihat melalui matamu. Menyaksikan pertempuran berteriak kepada orang-orang untuk berlindung. Menebaskan pedang berat, demi Tuhan. Lalu aku melihat. . .
Apa" tanya Kieran, kerongkongannya sendiri tercekat saat mengingat kembali kenangan-kenangan nya melalui mata Julie.
Seorang pria. Muncul menembus asap dan keributan. Baju besinya berbeda. Semacam... simbol di penutup dadanya. Dan dia tidak memedulikan peperangan itu. Dia tidak berada di situ untuk bertempur. Dia di sana untuk membunuh.
Julie... Rahang Kieran terkatup rapat. Tangannya mengepal di samping tubuhnya.
Julie melanjutkan kata-katanya sekarang seakan tumpah dari mulutnya, seakan ia tidak mampu menahannya meski ingin menghentikannya. Dia di sana untuk membunuhmu.
Julie mundur selangkah dan matanya membelalak, segelintir air mata meluncur ke pipinya sinar bulan menimpanya dan air mata itu berkilau bagai perak. Oh Tuhan, dia memang membunuhmu. Pedang itu. Oh Tuhan. Suaranya hilang lagi, napasnya tertahan, dan ia menepuk-nepuk kepala dengan tangan seakan ingin mengusir bayangan-bayangan yang menyiksanya. Aku dapat merasakannya. Merasakan tepi pedang itu. Dia memukul kepalamu terlebih dulu. Mengoyak tubuhmu. Sakit. Rasa sakit yang sangat terasa. Tak terduga.
Julie. Rasanya perut Kieran terbuka dan ia cukup terkejut karena tidak melihat isi perutnya terburai hingga ke kakinya. Sudah begitu lama sejak terakhir ia mengingat kejadian hari itu. Sejak ia membiarkan dirinya mengingat kejadian itu. Sudah cukup ia memetik pelajaran pada hari kematiannya.
Semua ini tidak mungkin terjadi, bisik Julie, terkejut, terdengar tidak percaya. Tidak ada yang nyata dari semua ini. Tidak mungkin. Jadi bila semua ini tidak nyata, berarti aku gila. Seperti dia. Apakah kegilaan menular" Julie menggeleng kuat-kuat dan terus bergumam pelan di balik napasnya. Kenapa aku bisa melihat pria itu mati" Dia berdiri di sini. Itu tidak masuk akal, brengsek.
Tatapan Julie menusuk Kieran dan terpancar penderitaan serta tuduhan dari mata hijaunya. Tidak ada lagi yang masuk akal dalam hidupku setelah kau memasuki dapurku. Kenapa begitu" Kenapa kau datang ke rumahku" Kenapa kau menciumku" Kenapa semua ini terjadi"
Aku tidak bisa memberimu jawaban yang kau inginkan, jawab Kieran lembut. Setidaknya, tidak semua jawaban. Kieran mendekati Julie, tidak yakin apa yang harus ia lakukan. Ia menatap wajah Julie, memandangnya saat Julie merasakan kematiannya, pada masa lampau, ia sadar bahwa sekarang ia harus memberikan jawaban bagi setidaknya beberapa perta nyaan wanita itu. Julie telah menyentuh relung jiwanya yang paling dalam.
Kieran menemukan sudut tersembunyi tempat ia menyimpan kenangan akan hari kematiannya. Dan saat ini, karena gambaran-gambaran itu muncul kembali seperti mengambang di udara, ia merasakan kemarahan bergejolak dalam dirinya... sesegar yang dirasakannya saat itu.
Penting baginya untuk mengetahui pikiran-pikir an Julie, perasaan-perasaan wanita ini. Namun bahwa Julie telah menyelami masa lalunya, mengalami kesedihan yang sudah ia simpan untuk dirinya sendiri sekian lama, itu hal lain. Ia tidak menyukai ini semua. Brengsek, ia tidak butuh belas kasihan dari Julie. Ia tidak butuh air matanya. Apa tidak ada lagi yang pribadi"
Bukan kematian yang mengganggumu gumam Julie, jelas tidak menyadari pengaruh kata-katanya terhadap Kieran. Kau sudah siap untuk itu. Mengharapkannya. Itu karena pengkhianatan. Pengkhianatan menyayat lebih dalam dibanding pedang. Sakit. Sakit yang tajam. Begitu menyakirkan hingga saat dia menusukmu, kau bahkan tidak merasakannya. Cukup! tukas Kieran, dengan marah membentak Julie karena upayanya untuk mencoba memahami menguap dengan cepat. Sudah cukup. Aku tidak ingin mendiskusikan hal itu denganmu. Kematian seorang pria merupakan hal pribadi.
Pribadi" ulang Julie, sangat terkejut. Kematianmu" Pribadi"
Itu sudah lama sekali. Kau sudah mati, kata Julie datar. Sudah lama
mati. Ya. Tatapan Julie menyapu Kieran dari atas ke bawah dengan pandangan merendahkan dan marah. Kau tidak terlihat mati.
Kematian itu tidak berlangsung lama. Tentu. Julie tertawa lagi, liar dan sedikit histeris. Hanya kematian kecil kalau begitu. Sementara. Atau mungkin bukan. Mungkin itu hanya... apa" Penga laman nyaris mati di Medieval Times"
Bukan. Kieran tersenyum mencemooh saat Julie menyebutkan nama restoran tempat para pelayannya berdandan layaknya kesatria dan wanita Abad Pertengahan. Ia dan Santos pernah satu kali menonton pertunjukan di sana, namun di tengah-tengah acara mereka meninggalkan hiburan itu. Terlalu banyak kesalahan untuk mereka tonton hingga mereka tidak bisa menikmati hiburan yang disebut pertempuran dan perkelahian Abad Pertengahan itu. Situasinya tidak berbeda dari film yang akan membuat Nathan mengutuk film perang dengan begitu banyak ketidakakuratan. Setiap orang memiliki masanya masingmasing.
Julie memandangi Kieran seolah sedikit berharap pria itu menghilang diiringi rentetan bunyi rantai.
Dengan sedih, Kieran berkata, Aku bukan hantu.
Bukan, kata Julie sambil mengusapkan ujung jari ke bibirnya yang masih bengkak. Kau terlalu nyata sebagai hantu. Tapi. . .
Kieran menghela napas, secara tidak sadar menempatkan kakinya dalam posisi siap berperang. Jauh sebelum ia mati, ia sudah mempelajari bahwa berbicara dengan wanita bisa membuat pria merindukan medan pertempuran dengan peraturan bersih dan tidak rumit. Kieran melipat tangan di depan dada, memandangi Julie, berusaha menilai seberapa banyak informasi yang sanggup Julie terima tanpa membuat wanita itu histeris.
*** Saat Kieran memandangnya, mata Julie terlihat tegas, dagunya terangkat dan punggungnya secara naluriah menjadi tegak. Akan lebih banyak lagi yang terjadi di sini melebihi yang mampu ia bayangkan. Sebanyak itu yang ia tahu. Ia belum bisa memercayai gambaran-gambaran yang membakar otaknya, namun ia sangat yakin bahwa semua yang dilihatnya nyata.
Bahwa entah bagaimana dengan cara apa, ia memasuki pikiran Kieran dan melihat jauh lebih banyak daripada yang Kieran inginkan untuk ia lihat.
Namun sekarang sudah terlambat. Tidak ada lagi jalan kembali. Ia tidak bisa tidak melihat apa yang sudah ia lihat. Ia tidak dapat melupakan gambaran gambaran tadi. Dan ia tidak akan berpura-pura melupakannya.
Kau berutang penjelasan atas semua ini. Julie berkata sambil menyingkirkan helai rambut yang menutupi matanya saat angin meniup rambut ke wajahnya. Brengsek, Kieran, apa yang sedang terjadi" Katakan padaku. Aku tidak akan jatuh berantakan dan kupikir aku berhak mendapatkan jawaban.
Setelah jeda satu menit yang panjang Kieran mengangguk perlahan. Ya kau berhak. Aku akan menj elaskan sebisaku. Ia berhenti lagi, seakan sedang memilih kata-katanya dengan hati-hati. Aku sudah mengatakan padamu bahwa pembunuh yang berkeliaran di kota itu bukan manusia, tapi iblis.
Kieran telah mengatakannya, tapi Julie belum memercayainya. Ya, tapi
Dan hanya aku yang dapat menangkapnya. Ya. . .
Bulan sedikit tertutup gumpalan awan dan sinar pucatnya meredup, membuat Julie dan Kieran berdiri bersama, terbungkus bayangan. Julie menggigil dan menarik lebih erat kemeja yang diberikan Kieran pada nya.
Kieran mengembuskan napas, tatapannya terpa ku pada mata Julie dan berkata lembut, Aku Penjaga. Satu dari sekian banyak yang lain.
Julie menguatkan din untuk mendengarkan keseluruhan cerita, lalu bertanya, Apa maksudmu dengan Penjaga"
Prajurit. Pada akhirnya, seperti inilah kami. Kieran mengalihkan pandang dari mata Julie ke lampu-lampu kota yang terbentang sampai cakrawala. Ia berjalan ke tepi atap, menumpukan tangan di pagar batu teras itu, mencondongkan badan ke depan, memandangi malam.
Kami diberi pilihan, lanjut Kieran, suaranya nyaris tertelan desah lembut angin, saat kematian tiba. Kami bisa memilih untuk tetap mati, merelakan roh jiwa kami melanjutkan perjalanan. Untuk pergi menuju apa pun yang menunggu kami... atau, kami bisa memilih untuk terus bertarung.
Untuk terus... apa" Julie nyaris tidak percaya ia mengajukan pertanyaan itu. Apakah ia memercayai cerita ini" Apakah ia benar-benar mengira Kieran adalah prajurit yang sudah lama mati dan sedang mencari pertempuran baru"
Kieran melirik melewati bahunya dan entah kenapa mata pucatnya terlihat gelap. Tidak ada cahaya di mata itu. Tidak ada kehangatan. Hanya ada... kepasrahan. Pada nasibnya" Pada ketidakpercayaan Julie"
Julie tidak yakin. Kami menjadi Abadi. Itu mustahil.
Benarkah" Kieran berbalik untuk menghadap Julie, bergerak sangat cepat, sehingga Julie sulit menangkap gerakan itu. Lalu ia menyandarkan pinggangnya pada dinding batu yang dingin dan kembali memperhatikan Julie.
Kieran seperti pria kastil. Dada bidangnya yang telanjang berkilau tertimpa cahaya bulan yang redup. Rambutnya yang terlalu panjang tertiup angin dan mata tajamnya menyipit. Kastil yang kaulihat ketika kita berciuman. Berbatu hitam. Berkilauan tertimpa sinar matahari.
Ya. Julie dapat melihatnya lagi seakan ia dilahirkan di sana.
Kastil Edinburgh, bisik Kieran menerawang. Tidak ada lagi benteng serupa itu. Kastil itu seakan dibangun dari batu oleh tangan Tuhan sendiri. Di dekatnya, ombak laut berdebur menabrak dinding batu dan kapal-kapal yang kaulihat menembaki kastil adalah kapal-kapal Inggris. Ia mengucapkan kata terakhir dengan pahit. Saat Ratu-ku pergi, pasukan Inggris menyerang.
Ratu-mu" bisik Julie.
Mary, jawab Kieran, menegakkan tubuh, secara alamiah menampilkan postur menghormat. Ratu Skotlandia.
Oh Tuhan. . . Kieran berbalik membelakangi Julie, memandang kegelapan yang bertabur cahaya dan meneruskan perkataannya, lebih ditujukan pada dirinya sendiri daripada pada Julie, Pertempuran berlangsung sengit. Tak terduga. Kami bertarung gagah berani, namun meriam-meriam dan laut mengalahkan kami. Kami tidak dapat bertahan dari tembakan yang terusmenerus dari kapal-kapal itu.
Julie dihantui kesedihan yang tersirat dalam suara Kieran. Kieran berbicara dalam bisikan kesedihan yang merobek hati Julie meski ia masih belum percaya.
Aku mengarahkan pasukan, lanjut Kieran, tangannya kini mengepal di atas batu yang dingin. Kami mengangkat pedang dan pedang berdenting berbenturan, pukulan pada baju besi terdengar seperti alunan musik. Musik yang liar dan kejam. Lalu musik itu berhenti. Suara Kieran tertahan, rahangnya menegang dan kepalan tangan kanannya meninju dinding batu seakan batu itu adalah musuh yang telah mengalahkannya.
Bagaimana itu semua bisa terjadi" tanya Julie, tidak sungguh-sungguh mengharapkan jawaban.
Seorang kesatria Inggris menembus pasukan Skotlandia yang berjatuhan menyepak tubuh mereka saat berlari ke arahku. Aku mengangkat pedangku. .
Kieran menatap angkasa seolah sedang menyaksikan kembali peristiwa itu.
Sama seperti Julie. Otaknya memutar ulang gambaran-gambaran yang ia lihat beberapa saat lalu. Ia melihat kesatria itu melangkahi mayat-mayat, kakinya berjalan di kolam darah yang berkilau di atas batu hitam. Ia melihat kesatria itu mengangkat pedangnya dan mengarahkannya pada Kieran.
Julie merasakan guncangan yang dirasakan Kieran saat dia menahan tebasan pertama pedang dengan pedangnya sendiri, pedang lawannya nyaris mengenai sisi kepala Kieran. Julie dapat melihat Kieran mengelak dari tebasan pertama tapi tertusuk oleh tebasan kedua dengan terkejut dan sakit sebelum terjatuh saat lawannya berteriak, Demi Madeline!
Aku mati hari itu, lanjut Kieran tegang berbalik kembali menghadap Julie, menatap tajam mata Julie, menantangnya untuk tidak memercayai perkataannya. Itu terjadi pada bulan Mei tahun 1573. ?"Sembilan
MESKIPUN perutnya melilit dan mulas karena cemas dan bingung, Julie menatap mata Kieran dan tahu bahwa pria itu yakin pada perkataannya. Entah benar atau tidak, pernyataan itu merupakan kebenaran bagi Kieran.
Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan, Julie akhirnya mengaku dan diam-diam menambahkan atau kupikirkan.
Kau tidak perlu mengatakan apa pun, sahut Kieran dan rahang kuatnya menegang. Aku tidak men ceritakan ini padamu untuk mendapat belas kasihanmu. Atau olok-olokmu
Kieran . . . Jangan menyangkalnya, tukas Kieran, aku dapat membaca keraguan dalam matamu. Meski kau sudah melihat semua kejadian itu saat kita berciuman.
Ya, aku melihatnya, kau benar. Julie berjalan mendekati Kieran, terdorong oleh kebutuhan untuk menyentuh pria itu yang tak dapat ditolak.
Julie menyentuh lengan Kieran dan merasakan otot tubuh Kieran di bawah telapak tangannya. Aku tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Kenapa itu terjadi. Namun bagaimana aku bisa percaya bahwa semua yang kaukatakan itu benar" Manusia abadi"
Iblis" Itu terdengar seperti serial buruk di TV.
Kieran lalu bergerak cepat hingga Julie tidak sadar dia telah mendekat, merangkul pinggangnya, dan menarik tubuhnya mendekat. Dadanya sekeras besi, demikian pula bagian lain tubuhnya.
Perempuan, kata Kieran sambil menggeleng lemah, kau meminta jawaban dan saat mendapatkannya, kau tidak percaya. Sekarang dengarkan aku. Inilah semua yang perlu kau tahu. Aku Penjaga. Aku memburu iblis yang melarikan diri dari dimensi mereka melalui gerbang dan memasuki dimensi kita. Aku mengirim mereka kembali ke neraka mereka. Inilah tugasku. Inilah aku dan tugasku.
Kehangatan tubuh Kieran menular ke tubuh Julie, mengusir hawa dingin yang diembuskan oleh angin atau oleh kata-kata Kieran. Kekuatannya menye limuti Julie, matanya meminta Julie untuk mendengarkan. Namun untuk percaya" Bagaimana bisa" Semua ini terlalu fantastis. Namun...
Ada gerbang antardimensi" gumam Julie, bertanya-tanya mengapa satu lagi pernyataan aneh bisa mengagetkannya.
Ya, gerbang-gerbang itu ada.
Berapa banyak" tanya Julie, menyembunyikan kebingungannya dengan kembali menggunakan naluri untuk mengumpulkan informasi. Dimensi, maksudku.
Tak terbatas, kata Kieran dan tangannya ber-
gerak di punggung Julie, jari-jari kuatnya menekan kulit Julie melalui bahan sutra kemeja yang Kieran pinjamkan padanya.
Dan gerbang" Sebanyak dimensi. Mungkin lebih.
Satu masalah yang muncul ketika mengajukan pertanyaan adalah terkadang kita tidak menyukai jawabannya.
Ini berlebihan, kata Julie dan mendengar sendiri suaranya bergetar. Meski ia dapat mengakui, setidaknya pada diri sendiri, bahwa getaran yang mengguncangnya disebabkan oleh sentuhan Kieran pada tubuhnya, dan juga perkataannya. Bagaimana mungkin kau mengharapkanku memercayai semua ini"
Percaya atau tidak. Itu tidak penting, jawab Kieran, merengkuhnya hingga Julie harus mendongak agar tetap bisa menatap mata Kieran. Pelukan Kieran semakin erat, membawa Julie begitu dekat padanya, membuat Julie sulit bernapas.
Lalu kenapa aku ada di sini" tukas Julie cepat. Bila aku percaya atau tidak tidak penting, kenapa kau mengatakan itu semua padaku"
Karena kita terhubung , Kieran mengaku dan tampak kurang senang dengan kenyataan itu. Tentang telepati itu"
Ya. Tangan Kieran bergerak naik-turun di punggung Julie, menyusuri tulang punggungnya, menyulut api yang panas membara di tubuhnya. Apakah pria itu sedang berusaha menggoda, menenangkan, atau mengacaukan dirinya" Semua itu terjadi pada dirinya. Julie menghela napas, memejamkan mata, dan terayun mendekat ke tubuh Kieran.
Jadi kau tidak dapat melakukannya dengan orang lain"
Tidak. Ibu jari dan telunjuk Kieran membuka pengait bra Julie dengan mudah dan itu menunjukkan pengalamannya. Julie menghela napas saat tangan Kieran bergerak dari punggung ke dadanya untuk menangkup payudara Julie dengan tangannya yang besar dan hangat. Wow. Darah Julie bergejolak dan tubuhnya tersentak oleh harapan. Jemari Kieran memainkan puncak payudara Julie yang keras dan sensasi manis meluncur ke bagian tengah tubuh Julie.
Ya ampun. . . Julie menelan ludah, menggeleng dan mencoba tetap berpikir di tengah kekacauan pikir annya. Berpikirlah Julie... Namun terlalu sulit untuk berpikir dengan tangan Kieran berada pada tubuhnya. Mengapa kau bisa melakukan telepati itu padaku"
Kieran masih memainkan payudara Julie, menunduk dan merasakan leher Julie. Berhentilah bicara, gumam Kieran, napasnya berembus pada leher Julie.
Bibir, gigi, lidah Kieran menjelajahi tubuh Julie
dan mengirimkan gelombang harapan yang membanjiri tubuhnya. Kepalanya memanas, pikirannya seakan meleleh saat menyerah pada kebutuhan yang nyaris mencekiknya. Bagaimana ia bisa membiarkan ini terjadi" Kenapa ia bisa membiarkan diri menjadi kalut seperti ini"
Oh ya, pikir Julie saat tangan Kieran bergerak turun, semakin turun, dan terus turun sampai di ikat pinggang celana jinsnya, menyelinap ke baliknya, hingga tangan pria itu merangkumnya di sana. Itu alasannya.
Julie mencengkeram bahu Kieran, tahu ia harus mendorong pria itu agar menjauh sampai ia mendapat kan semua jawaban yang ia butuhkan. Namun sudah terlalu lama ia tidak mengalami kepuasan di luar kepuasan seputar pijatan di bawah pancuran mandi.
Kieran menyentuh dengan lihai hingga Julie merasa seolah kembang api meledak di balik matanya. Lutut Julie lemas dan ia berdiri goyah. Julie mengerang lembut dan bergerak mengikuti tangan Kieran, menginginkan lebih, menginginkan Kieran menyentuh inti dirinya. Ia berpegang pada Kieran seakan berusaha menyelamatkan diri, jemarinya mencengkeram erat bahu telanjang Kieran. Kepalanya menengadah dan bibir Kieran masih melanjutkan serangan-serangan lembutnya.
Satu tangan Kieran berada pada payudara Julie, mengusap lembut bagian itu dan satu tangan lagi di tubuh bagian bawah Julie yang sangat sensitif.
Kieran... Julie menarik napas akibat kebutuhan yang semakin memuncak dan menyentak dari dalam tubuhnya. Pilinan sesuatu yang nikmat terlepas di dalam tubuhnya dan dengan antusias Julie bergerak bersama tangan Kieran.
Setiap sel tubuhnya menyala dan bergetar. Perutnya mengencang, lehernya tercekat saat merasakan gelombang gairah semakin memuncak dalam dirinya. Dan saat puncak terasa semakin dekat hingga ia dapat merasakannya, Kieran semakin memanjakan inti tubuh Julie yang hangat.
Yang ingin Julie lakukan adalah melucuti pakaiannya, telentang di atap batu itu dengan Kieran berada di atas tubuhnya. Bagaimana pria ini bisa membuatnya merasakan semua ini hanya dengan satu sentuhan" Dengan satu ciuman"
Bagaimana mungkin ia membutuhkan ini semua"
Kieran bergeser, mendongak agar bisa menatap Julie. Dia menggeser tangan dari dada Julie ke belakang kepalanya. Dia menggenggam rambut Julie, membuat kepala Julie mendongak, dan memandang kedua mata Julie yang menggigil dan gemetar dalam cengkeramannya.
Please, gumam Julie, memandang Kieran dengan tatapan berkabut gairah yang seolah hampir membutakannya. Oh Tuhan, please...
Mari, kata Kieran dengan suara berat dan menuntut yang terlontar melalui giginya yang terkatup rapat. Mari dan biarkan aku memandangimu.
Julie menatap matanya, api berkilat di mata biru pucat yang dalam itu. Julie merenggangkan kaki, tubuhnya terangkat, menerima sentuhan Kieran saat pria itu melakukan sesuatu yang tak pernah Julie bayangkan. Kieran terus membelai, mengusap, mengelus, menyiksa, mendorongnya ke tepi, dan akhirnya melewati tepian itu.
Julie meneriakkan nama Kieran saat tubuhnya meledak dan di tengah upayanya untuk menarik napas, bibir Kieran kembali mengunci bibirnya. Julie memenuhi hasrat Kieran dengan kebutuhan baru yang sangat kaya pada dirinya sendiri. Ia belum pernah mengenal perasaan semacam ini sebelumnya.
Saat Kieran menciumnya, Julie kembali melihat pikiran-pikiran Kieran dan kali ini, gambaran itu menampilkan dirinya. Tanpa busana, terbaring di tempat tidur mewah, dengan Kieran di atas tubuhnya, menyatukan tubuh mereka hingga mereka terengah-engah.
Bahkan saat tubuhnya bergetar karena pelepasan luar biasa itu, gairah yang segar, bahkan lebih kuat, bangkit dalam dirinya.
Itu, kata Kieran saat akhirnya melepaskan bibirnya dari bibir Julie dengan tiba-tiba, alasan kenapa kita terhubung. Ada ikatan di antara kita. Ikatan takdir.
Takdir" sahut Julie saat Kieran perlahan melepaskan tubuh Julie dan membiarkannya berdiri gemetar.
Pikiran kita, tubuh kita. Saat bersatu, kita saling menguatkan. Kieran merapikan rambut Julie dari wajahnya dengan sentuhan lembut yang mengejutkan. Aku tidak mencarimu, Kieran mengaku, suaranya setenang angin yang masih berembus di atap itu. Namun kau di sini sekarang dan aku tidak bisa lagi mengelak.
Otak Julie masih bergejolak akibat kekuatan puncak yang baru saja ia rasakan, sementara Kieran mencoba membuka percakapan. Ya ampun ia tidak bisa menghilangkan dan menyalakan gairah dalam sekejap. Namun ia cukup yakin bisa mendengar perkataan Kieran dengan jelas. Kita saling menguatkan" Ya.
Jadi saat aku melihat pikiranmu kau melihat. . . Pikiranmu, ya, sahut Kieran, lalu menambahkan, kau merindukan keluargamu. Mereka sangat jauh dan kau tidak bisa bertemu mereka sesering yang kauinginkan.
Mata Julie berkedip saat memandang Kieran. Benar. Orangtua dan adiknya masih tinggal di Ohio dan berpisah dari mereka ternyata lebih sulit dari yang ia duga. Namun dengan Kieran melihat realita dalam pikirannya membuat Julie gelisah.
Aku tidak punya keluarga, kata Kieran pelan seolah berbisik, membuat Julie merasa iba. Tidak punya kakak" Adik"
Mereka meninggal saat masih anak-anak. Aku ikut sedih. Apa lagi yang bisa ia katakan" Kehidupan pada masa itu lebih sulit. Hidup lebih singkat.
Di Skotlandia kuno. Kau memercayaiku" tanya Kieran sambil tersenyum simpul.
Aku tidak yakin, Julie mengaku. Namun ia telah menyaksikan begitu banyak kenangan Kieran sehingga tidak mungkin tidak memercayainya sama sekali. Kenangan-kenangan itu muncul dalam gambargambar masa lalu yang jelas dan tajam. Gambaran masa lalu yang hanya bisa diciptakan oleh seseorang yang memang mengalami peristiwa-peristiwa itu.
Kehadiranmu... di luar harapanku, kata Kieran sambil menyibakkan rambut Julie dari wajahnya. Ada kelembutan pada dirimu yang membuatku tertarik.
Aku bukan wanita lemah, protes Julie, bangga pada kekuatan alaminya, kemampuannya untuk menjaga diri sendiri. Untuk memulihkan diri dari bencana.
Kelembutan dalam diri wanita bukan sesuatu yang memalukan.
Mungkin pada zamanmu, jawab Julie lalu memalingkan wajah. Tuhan, apakah ia mulai dapat menerima kenyataan bahwa pria ini sudah berusia empat ratus tahun" Bisakah pikirannya cukup sinting sampai bisa menerima kemungkinan itu"
Dan bila ia percaya, berapa banyak lagi yang harus ia dengar" Namun pada masa kini, lanjut Julie, jika seorang wanita ingin berbaur, ia harus lebih kuat, lebih tegas, lebih cepat, lebih cerdas daripada pria yang bekerja sama dengannya.
Kau tahu, bukan berarti aku tidak cocok untuk hidup pada masamu, kata Kieran, lagi-lagi dengan senyum tipis di bibir.
Julie gemas ingin menggigitnya.
Aku menyaksikan perubahan zaman. Dan beberapa perubahan itu menuju arah yang lebih baik.
Oh, terima kasih. Sambil menggeleng, Julie menatap Kieran dan berkata, Aku berdiri di sini, menatapmu, merasakan tanganmu menyentuh pipiku dan sepanjang waktu, aku tahu ini semua tidak nyata. Aku mendengarmu mengatakan kau membaca pikiran ku. Aku tahu aku telah melihat pikiranmu, tapi ini tidak masuk akal.
Kerutan dahi Kieran yang lebih familier bagi Julie dibanding senyumnya muncul sekilas. Kau masih mencoba menyangkal sesuatu yang hadir di antara kita"
Maksudmu mengenai takdir itu" Julie menarik napas dan mengalihkan pandang ke cahaya kota yang bekerlip bagai berlian. Kenapa tidak" Aku tidak percaya pada takdir, jawab Julie singkat. Aku percaya kita menentukan pilihan-pilihan kita sendiri. Nasib kita sendiri.
Lalu kenapa aku bisa tahu banyak tentang dirimu" balas Kieran, dengan lembut memutar wajah Julie agar kembali menatapnya. Dari mana aku tahu kau suka es krim dan membenci sushi" Tapi omongomong aku setuju soal itu. Ikan mentah tidak menggugah selera. Aku tahu kau menyukai hawa dingin dan membenci hawa panas. Bahwa kau lebih menyukai hujan dibanding sinar matahari. Bahwa kau bermimpi menulis buku, tapi belum memiliki kepercayaan diri untuk mencoba.
Berhenti, bisik Julie saat hawa dingin merayapi punggungnya. Terlalu banyak, hatinya menjerit. Dia tahu terlalu banyak. Bagaimana dia bisa tahu semua itu" Bagaimana Kieran bisa sangat mengenal dirinya"
Dan, tambah Kieran, dari mana aku tahu pria yang kaukira mencintaimu justru mengkhianatimu" Tubuh Julie kaku seketika.
Kau lebih baik tanpa dia. Maksudmu"
Suamimu, kata Kieran, suaranya berbisik. Dia penipu dan tukang selingkuh. Dia tidak layak untukmu.
Kau melihat... Karena malu, Julie hanya bisa memandangi Kieran, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ingatan akan Evan membanjiri benaknya dan dalam sekejap ia membandingkan Evan dengan pria di hadapannya. Dan Evan tampak sangat buruk.
Secara keseluruhan, Kieran MacIntyre pria yang sangat berbeda dari Evan. Kieran kuat dan percaya diri, menjalani hidup dengan tujuan, melakukan segala yang dia anggap sebagai tugas, mau tidak mau. Sedangkan Evan, dia menjalani hidup tanpa tujuan ter tentu, sama seperti dia menjalani pernikahan mereka tanpa tujuan pasti.
Ayahmu tidak pernah menyukai pria itu, tambah Kieran, lalu menambahkan, ayah bijaksana.
Oke, hentikan tukas Julie. Aku tidak akan berdiri di sini sementara kau mengobrak-abrik pikiranku, melihat serpihan kenangan dari masa laluku dan mem bicarakannya.
Aku tidak mengobrak-abriknya.
Julie tidak memedulikan perkataan Kieran, ia menatap pria itu dengan muka tersinggung. Oh dan selagi kita sedang membicarakannya, aku tidak pernah ingin berbicara mengenai pernikahanku lagi. Oke"
Setuju, jawab Kieran dengan ramah diikuti anggukan. Dan sebagai balasan, aku minta kau tidak lagi berbicara mengenai kematianku,
Sepakat. Oh Tuhan, ia baru saja melakukan tawar-menawar paling ganjil dalam hidupnya. Kau tidak akan mengintip isi kepalaku dan aku tidak akan mengintip isi kepalamu. Bagaimana ini semua bisa terjadi"
Aku akan membawamu masuk, kata Kieran, meraih siku Julie dengan tangannya yang besar. Julie tak beranjak. Kenapa"
Aku harus pergi. Untuk memburu iblis. Ya. Kieran membimbing Julie menuju tangga dan kekuatannya membuat Julie mau melangkah. Kau akan aman di sini.
Julie menoleh ke belakang ke arah kegelapan yang menyelimuti kastil... pada kerlip lampu kota... dan bulan setengah yang bersinar di langit. Aman"
Aman dari iblis kalau iblis memang ada mungkin. Namun aman dari Kieran MacIntyre... Julie tidak terlalu yakin.
*** Dengan rasa kesal dan jengkel yang menyesakkan dada, Kieran memasuki rumah. Ia tidak bermaksud memperlakukan Julie seperti itu. Menyentuhnya, menenggelamkan diri pada kehangatannya. Ia tidak bermaksud terlalu menyelami pikiran Julie hingga ia bisa melihat keluarganya, kecintaan mereka satu sama lain dan kecintaan mereka pada Julie, serta untuk diingatkan kembali bahwa ia tidak pernah mengenal kedekatan seperti itu. Keakraban seperti itu.
Selama lebih dari empat ratus tahun, ia tidak pernah membiarkan diri terikat pada manusia. Kehidupan mereka terlalu singkat. Membuka diri bagi persahabatan dan kasih sayang, hanya akan memicu kepedihan. Dan ia cukup memahami itu sehingga mampu menjalani kehidupan abadi ini.
Namun, baru sejam lalu ia melanggar prinsipnya sendiri gara-gara Julie Carpenter. Dan mengetahui bahwa kekuatannya semakin tumbuh dan kuat karena perlakuannya pada Julie hanya menyebabkan dirinya dilingkupi amarah.
Marah atas segala yang ia dapatkan dari momen kebersamaan mereka di tengah kegelapan malam tadi, bahkan di sini, di rumahnya, ia bisa merasakan jejak energi iblis. Ia tahu kebersamaannya dengan Julie sangat berharga meski ia terganggu. Bila Julie tetap di sampingnya, bila ia membiarkan ikatan itu tumbuh, maka iblis itu bisa segera tertangkap.
Lebih sedikit korban. Seperti seharusnya. Namun...
Entakan sepatu botnya pada tangga terdengar nyaring di tengah keheningan, tapi ia tidak peduli. Ujung mantel kulit hitamnya berkibar di sekitar lutut saat tiba di ujung tangga dan berbelok tajam menuju lorong rumah.
Rasa akrab pada rumah itu meresapi dirinya, meredakan rasa sakit pada jiwanya. Dinding batu keabuan, pintu melengkung, gambar wajah temanteman lama yang ia lukis ratusan tahun lalu. Ia berjalan melewati ruang makan dan tidak memperhatikan meja makan besar dari kayu walnut dengan hiasan selusin mawar putih dalam vas timah di tengahnya. Cahaya lembut dari lilin-lilin serupa obor kuno di dinding memunculkan bayangan pada dinding, tapi bayangan itu menenangkan bayangan yang ia akrabi. Di rumah ini, ia menemukan kedamaian. Sampai belakangan ini.
Kieran terus menyusuri lorong, yakin bahwa satu-satunya tempat ia bisa menemukan Nathan adalah dapur. Anggota Navy SEAL selalu lapar.
Kieran membanting pintu ayun, berhenti dan memandang Nathan yang sedang duduk menyantap daging ayam dengan jumlah lebih banyak dibanding saat makan malam.
Wanita itu membuatmu marah" tanya Nathan, memandang Kieran sekilas.
Dia bukan urusanmu. Pasangan Takdir, kan" Nathan mencomot sepotong paha ayam, bersandar pada kursi dan menggigitnya.
Kieran mengernyit, teringat bahwa pria ini pernah berbicara dengan Santos. Santos tidak pernah bisa tutup mulut.
Hei, bukankah itu juga berkaitan dengan soal Penjaga yang perlu kupelajari" Nathan tampak geli, membuat Kieran sangat jengkel.
Pasangan Takdir hanya legenda, jelas Kieran, menolak mengingat kekuatan dan energi yang mengaliri tubuhnya saat menyentuh Julie dengan intens.
Seperti ia juga menolak kemungkinan peningkatan kekuatan yang bisa diperoleh bila ia dan Julie bercinta.
Bukan seperti itu yang kulihat, komentar Nathan, kemudian sambil melambaikan potongan ayam untuk menekankan pernyataannya, dia menambahkan, aku bisa melihat sesuatu di antara kalian ketika kalian berada di satu ruangan. Nathan terkekeh. Brengsek, aku sendiri rasanya memerlukan rokok tiap kali kau memandangnya.
Kieran merengut, namun seperti biasanya, Nathan tidak pernah merasa terintimidasi.
Jadi kukira legenda itu lebih nyata daripada dugaanmu. Tapi, aku tidak mencari satu wanita untuk selamanya. Sialan, tambahnya sambil tertawa, hubungan terlama yang pernah kujalani hanya berumur beberapa bulan. Satu wanita untuk selamanya" Tidak, terima kasih.
Kieran sepakat dengan pemikiran itu. Meski otaknya menyetujui pemikiran Nathan, tubuhnya membutuhkan Julie. Tangannya gatal ingin menyentuhnya, darahnya bergejolak karena Julie. Dan saat gairah itu begitu besar hingga bisa mendorongnya menaiki tangga dan memasuki kamar Julie, Kieran justru melangkah ke pintu belakang. Pintu itu menuju halaman belakang dan garasi berkapasitas sepuluh mobil.
Tetap awasi dia, kata Kieran, menatap lekat pada mata Nathan.
Kau mau pergi berburu" Ya.
Yakin kau tidak mau mengajakku"
Kieran berhenti. Kau tahu aturannya. Satu penjaga menangkap satu iblis. Waktumu akan tiba.
Tidak ada yang bilang bahwa kau tidak boleh membawa bantuan.
Benar. Lebih dari sekali para Penjaga bekerja sama terutama saat memburu iblis kejam. Namun pada akhirnya, tetap menjadi tugas satu pria atau wanita untuk menangkap iblis itu.
Lebih baik kau tetap di sini. Menjaga Julie. Dengan malas-malasan Nathan mengangguk. Kau bisa mengandalkanku.
Kieran mendongak menatap langit-langit seolah ia bisa melihat menembus rumah hingga sampai di kamar Julie. Lalu ia kembali menatap Nathan. Kieran tidak ingin meninggalkan Julie dan itu menegaskan bahwa ia harus menjaga jarak dari wanita yang dalam sekejap menjadi sosok penting baginya.
Aku memang mengandalkanmu jawab Kieran, lalu berjalan keluar dan membanting pintu di belakangnya.
*** Kegembiraan. Kebahagiaan karena dapat bergerak bebas menjelajahi dunia penuh tubuh yang menunggu untuk dibantai. Siapa yang harus dipilihnya" Bagaimana ia dapat memilih di antara tubuh-tubuh cantik ini" Si Rambut Merah di bioskop ini masih menarik perhatiannya, meski wanita berambut pirang di dekatnya tidak kalah menggiurkan.
Tapi, ia sudah pernah menikmati wanita berambut pirang. Variasi. Kunci untuk menikmati pekerjaan adalah variasi. lblis yang menyatu dalam tubuh pria tampan dengan mata berbinar dan jenggot tercukur rapi itu mendekati si Rambut Merah. Menggunakan energi sihir yang dianugerahkan para dewa padanya, makhluk itu memperkenalkan diri. Halo, namaku Bob Robison. Boleh aku mentraktirmu segelas kopi"
Wanita itu menoleh dan tersenyum padanya, tidak menyadari apa yang sedang dihadapinya. Tidak menyadari bahwa malam ini akan menjadi malam terakhirnya dan bahwa sebelum matahari muncul di cakrawala, wanita itu akan berteriak agar makhluk ini mengakhiri penderitaannya.
Menyenangkan. *** Kieran menelusuri kota, memasuki tiap lorong, memeriksa tiap sudut kumuh dan pelataran rumah. Ia berbicara pada para penghuni malam, mengajukan pertanyaan tentang keputusasaan, kesepian, dan tetap belum bisa melacak jejak iblis itu lagi.
Hidup Abadi Eternally Karya Maureen Child di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di rumah, ia sangat yakin dapat menemukannya. Sekarang, keraguan menjalar dalam dirinya dengan keheningan lembap dan kabut musim dingin yang berembus dari laut.
Ia membaui udara, mencari aroma yang akan menuntunnya menuju mangsanya. Ia memeriksa setiap bayangan yang terbentuk dari lampu neon, meng harapkan jejak energi iblis di tempat-tempat yang dia lewati. Bunyi langkah kakinya bergema dengan ganjil dalam keheningan malam saat ia bergerak cepat menuruni lorong penuh sampah dan bau busuk, serta mimpi-mimpi yang telah hancur.
Dan saat kota itu tetap menyembunyikan rahasianya, Kieran kembali berkendara menuju bukit. Iblis itu menjelajahi kota, tapi mengidamkan tempat sepi untuk melaksanakan niat jahatnya. Di semak belukar dan jajaran pohon Hollywood Hills, makhluk itu bisa mendapatkan keduanya. Di sinilah Kieran akan menemukannya di suatu tempat di perbukitan gelap diselimuti bayangan yang cukup lebar untuk menyembunyikan segala bentuk rahasia.
*** Tubuh Julie masih gemetar. Berendam air panas di bak yang sepertinya dibuat untuk tubuh raksasa sama sekali tidak membantu. Jubah mandi tebal dan mewah yang ia temukan di balik pintu kamar mandi juga tidak membantu.
Julie menelepon beberapa orang pertama untuk mengetahui keadaan Kate, yang syukurnya, mengalami kemajuan pesat di luar perkiraan dokter. Lalu ia menelepon ke rumah. Mungkin karena Kieran menyinggung tentang keluarganya, atau mungkin untuk alasan yang lebih sederhana, yaitu keinginan untuk merasakan akal sehat dan logika. Meski demikian, berbicara dengan ibunya, wanita paling logis di muka bumi ini, belum bisa meredakan kecemasan yang berkecamuk dalam dirinya.
Hawa dingin mengaliri darahnya, meski beberapa bagian tubuhnya terasa panas hingga ia tak mampu duduk tenang. Karena itu, ia berjalan mengelilingi kamar dan mencoba untuk tidak membayangkan ruangan ini sebagai sangkar emas.
Tapi bukankah tempat ini memang sangkar emas" Kieran MacIntyre memasuki kehidupannya, dengan jubah menggelembung dan mata memikatnya, lalu semua tidak lagi sama. Di sinilah ia, sedikit lebih baik dibanding dengan tahanan di kastil, demi Tuhan... membiarkan pria yang tidak ia kenal baik untuk
Oh Tuhan. Julie menutup wajahnya dengan telapak tangan, lalu menyibakkan rambutnya ke belakang.
Meski hawa dingin menusuk tulang masih menyakitinya, Julie membuka pintu Prancis itu dan melangkah ke balkon. Ia tahu ini tindakan konyol, tapi setidaknya berada di luar ruangan membuatnya tidak terlalu merasa terpenjara. Tentu saja ini hanya ilusi. Karena realita memang kurang menarik.
Ia merelakan diri untuk dibawa ke tempat ini dan tidak ada jalan keluar. Ia tidak tahu cara membuka gerbang pemeriksaan itu dan sangat yakin ia tidak bisa memanjat untuk melewatinya. Dan meski ia bisa menemukan cara untuk melewati gerbang itu, ia tidak memiliki kendaraan dan jarak menuju kota begitu jauh.
Oh, ya, datang ke sini memang tindakan brilian. Penjaga. Iblis. Takdir.
Tidak satu pun dari semua itu nyata. Tidak mungkin nyata.
Matanya menyipit saat memandang lautan cahaya di cakrawala. Ia membutuhkan lebih banyak informasi. Itu keahliannya. Menggali hingga ke bawah lapisan yang dipamerkan orang pada dunia. Ia telah sepintas lalu mencari informasi mengenai Kieran sejak kali pertama mereka bertemu. Namun sekarang, Ia harus menggali lebih dalam. Sembari melakukannya, ia bisa mencari informasi mengenai Nathan Hawke.
Ia membawa laptop. Kieran memberitahunya bahwa kastil ini dilengkapi layanan internet nirkabel. Kastil" Internet" Dua kata yang sulit digabungkan dalam satu kalimat.
Lagi pula, apa yang masuk akal dari semua peristiwa ini"
Meski nantinya ia tidak akan menemukan apa pun, setidaknya ia akan melakukan sesuatu. Menelusuri internet akan membuatnya sibuk hingga tak sempat memikirkan kebersamaan bersama Kieran di atas atap rumah.
Julie mengusap-usap lengannya, tatapannya beralih dari lautan cahaya di cakrawala ke kegelapan yang menyelimuti dinding kastil. Ada... sesuatu di luar sana. Ia mendesah melalui gigi-giginya yang mengertak, melawan perasaan bahwa ia sedang diawasi, dinilai, dipertimbangkan.
Ia tidak akan menyerah pada ketakutan tak beralasan. Ini tidak lebih dari sekadar imajinasi, didalangi oleh seorang pria yang berbakat melakukannya. Tidak ada siapa pun di luar sana, dalam kegelapan. Tidak seorang pun yang sedang mengawasinya.
Namun... Tubuh Julie menggigil dan ia menjauh dari dinding balkon. Lalu ia mengingatkan diri untuk kembali pada kenyataan, berbalik dan dengan langkah mantap memasuki kamar, menutup pintu dari kegelapan, dan bersiap melakukan penyelidikan penting.
*** Jeritan wanita itu masih terngiang di telinganya, iblis itu tertawa sambil mencengkeram kegembiraannya erat-erat. Dia menunduk memandang tubuh si Rambut Merah yang kini kosong, jiwanya sedang menuju ke dimensi yang telah digariskan untuknya.
Lagi pula keputusan untuk memilih si Rambut Merah merupakan keputusan tepat. Wanita itu memukaunya dengan perlawanan panik dan sia-sia untuk menyelamatkan diri. Darahnya seharum bunga.
Kenangannya sangat banyak dan kaya dan iblis itu menghela napas karena senang. Namun ia masih memiliki pekerjaan. Ia tidak punya waktu untuk beristira hat. Banyak yang harus dilakukan agar tubuh itu siap untuk sang Penjaga. Dan kali ini, ia akan meletakkan hadiahnya di tempat yang dapat ditemukan MacIntyre dengan mudah.
Sambil bersenandung, iblis itu mengambil pisau nya dan mulai bekerja.
*** Internet bisa membawa bencana.
Julie bersandar di kursinya dan berusaha mengatur napas. Tindakan itu tidak membantu. Oh Tuhan, Sekarang apa"
Sejam lalu, ia memasukkan nama Nathan Hawke pada mesin pencari favoritnya. Ia membayangkan dengan segera mengetahui bahwa Nathan masih hidup seperti dirinya, ia dapat menghentikan semua ini. Kemudian meyakinkan diri sendiri bahwa segala yang terjadi ini tidak nyata.
Itu ide buruk. Ia melirik buku catatan di samping laptop yang masih terbuka dan membaca kata yang telah ia garis bawahi dengan tinta hitam tebal.
Nathan Hawke, anggota Navy SEAL, meninggal 25 Maret 2003.
Bahkan tercantum foto Nathan pada berita orang meninggal dalam koran di kampung halamannya. Pria Rhode Island meninggal dalam tugas, begitu bunyi tajuk utamanya dan foto Nathan tampaknya diambil sore itu juga.
Julie ketakutan, namun belum menyerah atau percaya pada apa pun, ia menggali latar belakang Kieran lebih dalam. Ia tidak memedulikan fakta bahwa Nathan sudah meninggal karena beberapa jam lalu ia masih melihat pria itu menyantap ayam goreng, lalu memutuskan untuk fokus pada pria yang sejak awal telah menyeretnya ke dalam situasi ini.
Ia tidak lagi mengarahkan kursor untuk mencari informasi di internet. Sebaliknya, ia mengerahkan segaIa kemampuan wartawan yang ia miliki untuk mengupas lapis demi lapis kamuflase yang menyembu nyikan Kieran dari dunia.
Pada akhirnya, ia tetap tidak memperoleh jawab an. Justru lebih banyak pertanyaan. Kebingungan. Sekarang, ia menatap foto yang balik menatapnya dari layar komputer.
Foto itu diambil tahun 1955. Sekelompok pria berkumpul dalam upacara peresmian rumah sakit anak. Foto itu kabur dan kurang fokus, tapi bisa menjelaskan maksud cerita.
Di barisan belakang, Kieran MacIntyre berdiri agak terpisah dari yang lain. Mata pucatnya menatap tajam ke arah kamera seakan hendak melumatkan benda itu. Ia tampak tidak senang gambarnya diambil. Dan Julie memahami alasannya.
Siapa pun yang melihat gambar ini akan menduga bahwa pria dalam foto ini adalah ayah Kieran dan bahwa kemiripan antara dua pria itu terjadi hanya karena faktor keturunan.
Tapi Julie tahu. Ia mengenal wajah itu sebaik ia mengenal wajah nya sendiri.
Dan hanya ada satu penjelasan dalam hal ini. Semua yang dikatakan Kieran benar.
Julie bersandar di kursi dan memegang perutnya yang mendadak melilit. Ia mengingat kembali semua perkataan Kieran saat mereka di atap rumah mengenai hubungan di antara mereka. Mengenai tugasnya. Mengenai takdir.
Tentang mengapa saat mereka bersama, mereka saling menguatkan.
Apakah itu alasan Kieran sehingga dia membawanya ke tempat romantis di atap rumah" Alasan dia menyentuh Julie begitu mesra" Alasan dia memberinya kepuasan yang membuat Julie gemetar hingga ke tulang-tulang tubuhnya"
Demi mendapatkan kekuatan untuk berburu " Julie mengerang dan pada akhirnya menyadari kebenaran ini.
Kieran tidak membawanya ke tempat ini untuk melindunginya tapi untuk memanfaatkannya.
?"Sepuluh DALAM balutan celana jins, sweter abu-abu, dan sepatu olahraga, Julie menuruni tangga. Lima belas menit lalu, rencana ini terasa sangat beralasan. Namun sekarang, saat sedang melaksanakannya, ia meragukan rencana itu.
Perutnya melilit dan jantungnya berdetak seperti alat musik maraca. Jika ia menerima kenyataan bahwa Kieran memang seperti yang dia tuduhkan pada dirinya sendiri, berarti Julie juga harus menerima kenyataan bahwa iblis sedang berkeliaran bebas di kota.
Dan itu benar-benar membuatnya ketakutan. Namun tetap tinggal di benteng ini juga tidak membuatnya lebih tenang. Bagaimana ia bisa tenang" Kieran membawanya ke tempat ini bukan untuk melindunginya. Pria itu membawanya ke tempat ini karena dia yakin bahwa keberadaan Julie di sekitarnya akan membuat pria itu lebih kuat.
Well, sayang sekali. Ia tidak mau menjadi kelinci baterai Energizer. Ia tidak mau tinggal di tempat yang membuatnya merasa seperti tahanan.
Ia perlu berpikir. Dan hanya ada satu tempat di L.A. yang selalu ia datangi saat butuh menyendiri. Untuk menata pikiran nya, menghadapi masalah, dan mengambil keputusan. Dan malam ini ia perlu melakukan ketiga hal itu. Lagi pula, ini bukan berarti ia sedang memerankan tokoh wanita pahlawan tanpa otak dalam film horor dan berlari keluar untuk menemui monster bodoh itu. Meski tidak sedang berada di kastil ini, ia terhubung pada Kieran. Cara Kieran mengetahui pikir annya membuat Julie tidak akan merasa sendirian. Tak diragukan lagi, Kieran akan tahu keberadaan Julie. Karena itu, saat Julie berada di tempat lain di kota ini, mungkin ia akan seaman saat berada di kastil ini. Benar" Benar.
Tantangannya adalah cara keluar dari kastil sialan ini.
Ia menuruni satu anak tangga lagi, menoleh ke kanan dan kiri, mengira Nathan, anggota Navy SEAL yang sudah tewas itu, muncul tiba-tiba. Hei, jika mereka belum benar-benar mati, mungkin mereka bisa berubah menjadi asap atau kelelawar. Oh Tuhan, pikirnya, jangan kelelawar.
Namun tidak seorang pun muncul dan ia tetap melangkah. Ide itu tercetus saat Julie tengah berada di kamar, sedang terburu-buru berganti pakaian. Tak diragukan lagi, pria dengan uang melimpah seperti Kieran pasti memiliki mobil lebih dari satu. Dan agar bisa mengendarai mobil itu, Kieran harus membuka gerbang sialan di jalan masuk dengan panjang berkilo-kilometer itu. Well, biasanya orang-orang meletak kan pengontrol pintu garasi di mobil mereka. Dan Julie berani bertaruh sebenarnya ia sudah bertaruh bahwa pengontrol gerbang juga berada di mobil.
Yang perlu ia lakukan hanyalah mencuri satu mobil.
Semburan tawa liar mendekati histeris bergejolak di batang lehernya, berusaha menyembur keluar, dan jemari Julie berpegang erat pada pegangan tangga yang dingin dan halus itu. Jadi sekarang ia akan menjadi pencuri mobil. Sempurna. Tindakan bagus. Dan hei, jika kau akan mencuri mobil, pastikan kau mencurinya dari pria yang selalu membawa pedang.
Baru beberapa hari lalu hidupnya berjalan normal. Pekerjaan. Teman-teman. Rumah.
Malam ini, ia sedang berusaha melarikan diri dari kastil sebelum zombi menangkapnya. Oh, tidak, hidupnya tidak aneh.
Di ujung tangga, Julie berhenti, menahan napas dan mendengarkan. Selain bunyi detik jam kayu besar yang tampak setua sang waktu, tidak terdengar apaapa. Cahaya pucat menyinari dinding batu abu-abu dan menimbulkan bayangan lembut pada gambargambar foto di sepanjang lorong.
Mengetahui apa yang sedang ia hadapi sekarang, Julie menatap foto-foto itu sedikit lebih lama. Kesatria. Wanita bangsawan. Apakah mereka temanteman Kieran" Keluarga"
Bukan, Kieran bilang dia tak memiliki keluarga.
Dan tentunya kau harus memercayainya, karena sejauh ini dia selalu jujur padamu! Julie mengertakkan gigi dan merutuk dalam hati, dan terus melangkah menuju dapur, lalu ke pintu belakang. Sia-sia kalau harus menyusup keluar dari pintu depan. Sudah pasti anjing penjaga Kieran, Nathan, siap menghadapi tindakan semacam ini. Tapi mungkin Julie bisa meyakinkan Nathan bahwa ia
Kau mau ke mana" Julie berhenti melangkah, memegang dada, dan berbalik, semua dalam satu gerakan. Ia memandang pria tinggi yang sedang menatapnya, lalu membentak, Memukul kepalaku akan lebih baik daripada membuatku kaget setengah mati dengan mendekatiku diam-diam seperti ini.
Nathan mengerjap lalu mengangkat bahu. Maaf kan aku. Aku terbiasa bergerak diam-diam.
Selamat, tukas Julie, berusaha menarik napas sekaligus berpikir. Kau dapat nilai A plus dalam hal bertindak sembunyi-sembunyi.
Pria itu tersenyum dengan senyuman yang dapat meluluhkan Julie jika ia tidak tahu bahwa Kieran pasti telah meminta Nathan untuk mengawasinya. Oh, tidak. Jangan sampai ia kehilangan sisi manusiawinya.
Jadi. . . kata Nathan, membiarkan suaranya mengambang tanpa makna.
Aku sedang, eh Julie menarik napas dan mulai melaksanakan rencana yang dirancangnya bebe rapa menit lalu mencarimu. Kenapa"
Mata Nathan terlihat tenang dan menarik, tubuh nya bersikap siaga. Apakah semua prajurit bergaya seperti ini" Julie ingin tahu. Ia memperhatikan Kieran bersikap sama. Mungkin itu memang gaya semua Penjaga. Kenapa juga ia harus peduli"
Kurasa aku melihat sesuatu di luar jendela. Nathan bergerak. Seperti air raksa, gerakannya lentur, mendekati Julie dan menatapnya waspada. Kapan" Di mana"
Baru saja, Julie berbohong dan mensyukuri pelatihan yang ia miliki sebagai wartawan. Aku memandang sepintas keluar jendela di lantai atas dan aku bersumpah melihat bayangan... sesuatu, bergerak di luar sana.
Bukan kebohongan total. Ia merasakan seseorang mengawasinya saat sedang berdiri di beranda. Tentu itu bisa siapa saja. Tetangga yang berjalanjalan, remaja yang mencari tempat berpesta, iblis. Tidak. Ia segera menghentikan rentetan pikirannya. Tidak mungkin itu iblis. Namun bila itu memang iblis, makhluk itu pasti sudah pergi sekarang. Dan jika bukan, well, ia ingin melihat apakah makhluk itu bisa mengejarnya dengan mobil berkecepatan tinggi.
Tunggu di sini, kata Nathan singkat. Aku akan pergi ke depan dan memeriksa keadaan.
Baiklah, jawab Julie saat Nathan berbalik dan mulai menyusuri lorong menuju bagian depan rumah. Lakukan itu.
Segera setelah Nathan pergi, Julie berbalik dan beranjak ke dapur dari pintu belakang. Rasa bersalah merayapi dirinya karena meminta Nathan untuk mencari sesuatu yang tidak ada, tapi segera ia redam. Julie melakukan yang harus ia lakukan. Lagi pula, anggota Navy SEAL itu mungkin akan menikmati kegiatan men cari mangsa di tengah kegelapan.
Sekarang, jika ia dapat mencapai garasi selagi Nathan berada di bagian depan kastil, ia bisa melarikan diri sebelum pria itu menghentikannya.
Tubuh Julie menggigil akibat udara dingin malam, tapi ia tidak memedulikan hawa dingin dalam darahnya saat bergerak dari satu bayangan ke bayangan lain, menuju garasi raksasa di kastil itu. Langkahnya terdengar sangat keras di telinganya dan ia berdoa para Penjaga atau siapa pun mereka, tidak memiliki pendengaran luar biasa yang menyertai segala kemampuan seperti yang Kieran ceritakan.
Saat tiba di pintu kecil di salah satu sisi bangunan megah dari batu, Julie memutar pegangan pintu sambil berdoa pintu itu tidak terkunci. Kenop pintu berputar dan ia mulai berharap segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Ia menyelinap masuk, berjalan menuju bagian utama garasi dan saat ia berjalan, lampu menyala. Sensor gerak"
Sebaris mobil dari berbagai jenis berderet di hadapannya. Sedan-sedan mewah, mobil sport, termasuk ATV yang didambakan oleh semua orang di kesatuan militer. Bahkan ada sepeda motor kelas dunia di ujung ruangan, tapi ia tidak terlalu memperhatikan.
Julie bergegas menuju mobil pertama dari barisan itu, mobil sport hitam mungil dengan dua tempat duduk yang semoga bertenaga besar. Ia meraih pegangan pintu mobil itu, membisikkan doa dan... membukanya. Sesuai harapan, kunci mobil masih tergantung pada tempatnya dan ia melihat dua tombol di panel pengemudi. Samar-samar ia ingat Kieran menekan salah satu tombol saat mereka berkendara ke tempat ini, jadi tentu saja tombol itu merupakan pengendali pagar. Sedangkan satu tombol lagi pasti pengontrol pintu garasi.
Ia hanya memiliki satu atau dua menit begitu menyalakan mesin. Zombi Nathan tentu akan segera mengejarnya dan ia harus sudah siap pergi saat pintu garasi terbuka. Julie menarik napas dalam-dalam, menelan ludah, mengunci pintu mobil, lalu menekan tombol pembuka pintu garasi. Ia menyalakan mesin dan menunggu hingga pintu garasi terbuka cukup lebar hingga bisa dilewati sebelum menekan pedal gas.
Dari sudut mata, ia melihat Nathan berlari cepat melewati halaman ke arahnya, tapi Julie sudah meluncur menuju gerbang pertama. Ia menekan tombol, gerbang besi itu terbuka dan Julie melewatinya, menuruni jalan perbukitan itu menuju kegelapan. Ia bebas.
Untuk saat ini. *** Kieran mendongak dan matanya berkilat marah. Setiap indra yang ia miliki mengeluarkan peringatan.
Julie melarikan diri. Wanita brengsek. Ia memfo kuskan pikirannya pada pikiran Julie, membiarkan dirinya memasuki pikiran wanita itu dan merasakan kepuasan karena berhasil mengecoh Nathan yang harus bertanggung jawab pada Kieran karena gagal menjalankan tugas.
Kembalilah, perintah Kieran, memaksa Julie untuk mendengarkan pikirannya saat wanita itu sedang mencicipi kebebasan. Dia telah meninggalkan kastil. Meninggalkan perlindungannya.
Meski kemarahan bergejolak dan bergemuruh dalam dirinya, Kieran cukup bangga. Julie dapat mengelabui Nathan itu bukan upaya mudah dan dia mencuri mobil Kieran. Julie ternyata lebih lihai dibanding dugaan Kieran.
Julie mengabaikan perintah batin Kieran, dan kemarahan makin berkecamuk dalam diri pria itu. Kieran melihat melalui mata Julie, melihat pemandang an sekitar yang bergerak cepat saat Julie mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, ia tahu persis di mana Julie. Dia sudah berada di kaki bukit, menuju jalan raya.
Bagaimana dia bisa lepas dari pengawasan Nathan"
Kenapa dia ingin melarikan diri"
Kieran mengira mereka berdua telah saling memahami saat sedang berduaan di atap rumah. Ia mengira Julie telah memercayainya saat ia memberita hunya mengenai bahaya di sekeliling Julie.
Woman, bisik Kieran ke dalam pikiran Julie, kau menguji kesabaranku.
Kieran menyangka Julie sedang tertawa terbahak-bahak, namun pikiran Julie tiba-tiba menghilang seolah dalam kondisi emosional dan kacau, Julie menemukan cara untuk memblokir pikiran Kieran.
Brengsek, gerutu Kieran sambil menyusuri bukit yang dilingkupi debu dan semak. Seharusnya ia bercinta dengan wanita itu. Seharusnya ia menempa hubungan yang telah terjalin di antara mereka menjadi sesuatu yang lebih solid.
Ini salahnya. Ia ragu-ragu untuk memanfaatkan
Julie. Karena jauh di lubuk hatinya, ia khawatir ada hal lain yang melebihi perasaannya pada Julie dan ia enggan mengakuinya. Julie menghantuinya. Suaranya. Matanya. Pikirannya.
Ia tenggelam dalam pikiran Julie dan merasakan seperti apa rasanya hidup. Untuk mengenal cinta, kegembiraan, sakit hati. Gejolak pikiran Julie dan kekayaan jiwanya tidak dapat ditolak oleh pria yang telah hidup ratusan tahun tanpa apa pun selain kehampaan tanpa pendamping.
Cahaya bulan menyentuh lapisan awan dan bayangan membias di hadapannya dalam bentuk bayangan panjang dan berubah-ubah. Dari kejauhan percikan pikiran seseorang bergesekan dengan pikirannya dan Kieran berhenti tiba-tiba, menyebabkan kerikil dan tanah meluncur menuruni bukit. Iblis.
Pikiran iblis itu sehalus bisikan, tapi pikiran itu ada. Kegembiraan. Kesenangan. Kemenangan. Pikiranpikiran itu membanjiri Kieran seperti tumpahan minyak di permukaan laut.
Kieran menghirup udara untuk menyambut pikiran-pikiran itu, meski tiap sel tubuhnya mengatakan bahwa iblis itu sudah jauh sekarang. Tidak ada lagi petunjuk. Tidak ada semburat warna, tidak ada percikan listrik di udara. Namun iblis itu sudah mencapai tujuannya. Seiring bertambahnya kekuatan Kieran, kekuatan iblis itu juga meningkat. Semakin lama dia bertahan dalam dimensi ini, semakin kuat iblis itu.
Kieran mengertakkan gigi melawan amarah yang meluap dalam dirinya. Ia kembaii menuruni bukit, ingin segera menemukan Julie. Ia mengintai tiap bayangan, menjadi bagian dari malam yang mengelilinginya. Di kaki bukit, ia berbelok tajam dan bergegas menuju tempatnya memarkir mobil.
Aroma itu menerpanya terlebih dulu. Darah segar.
Kieran menarik pedangnya, mendekati mobil dengan sangat hati-hati. Ternyata ia tidak perlu berhati-hati. Tidak perlu diam-diam. Untuk mendekati mangsanya.
Mangsa itu sempat berada di sini dan sudah menghilang.
Tubuh telentang di atap mobil Kieran adalah wanita yang semula tinggi, cantik, berambut merah. Tubuh itu telanjang dan terkoyak, organ-organ tubuh bagian dalamnya teronggok rapi di tanah di depan mobil Kieran. Mata wanita itu membelalak kaget, menatap langit kelam seolah sedang bertanya kenapa dia harus mengakhiri hidup dengan cara seperti ini. Kieran tahu.
Ia tahu bila ia tidak menemukan iblis itu, lebih banyak lagi wanita yang akan dimusnahkan dan ditinggalkan sebagai pengingat akan perbuatan kejam makhluk itu.
Maafkan aku, bisik Kieran saat mengangkat tubuh wanita itu dari atap mobil dan dengan hati-hati meletakkannya di jalan aspal yang keras dan dingin. Ia tidak ingin meninggalkannya di sini sendirian dan menjadi santapan anjing hutan, tapi ia tidak memiliki pilihan lain.
Ia harus menemukan Julie.
*** Dermaga Santa Monica ramai seperti biasanya. Lampu-lampu neon bersinar terang, memancarkan gelombang warna untuk menyinari wajah-wajah orang yang naik-turun sepanjang dermaga. Musik mengalun dari salah satu restoran, pantomimer dengan wajah bercat putih membuat jengkel para pejalan kaki dan meski komidi putar di tempat itu senyap di malam hari, cahaya terpancar dari kincir raksasa dan tawa berderai bersama angin beraroma laut.
Mesin dindong berputar, berbunyi, dan berdentang tiap kali orang memasukkan koin, menembaki bebek imitasi, dan menyodok bola pada mesin pinball. Anak-anak muda berkeliaran di jembatan kayu untuk mencari masalah dan para pemancing duduk di sepan jang pagar kayu tanpa memedulikan kawanan remaja itu, dan berkonsentrasi pada tangkapan mereka.
Julie tahu ini tempat aneh untuk didatangi ketika ia perlu mengucilkan diri. Namun ia menemukan dermaga ini tak lama setelah pindah ke L.A. dan entah bagaimana atmosfer karnaval, keramaian orang yang tak ia kenal, semua itu memberikan semacam kebisingan sunyi. Ia bisa menyelami pikirannya sendiri selagi dikelilingi kehidupan kota dan entah bagaimana ia tidak merasa sendirian.
Wangi hot dog, Churro rasa kayu manis serta aroma manis kembang gula yang menyebabkan mual bercampur di udara dan Julie menghirupnya dalamdalam. Paling tidak semua ini normal. Semua ini dapat ia pahami.
Hidupnyalah yang tak terkendali.
L.A.P.D. memiliki satu pos jaga di tengah dermaga dan itu membuat Julie merasa sedikit lebih baik karena berada di tempat ini meski Kieran memperingatkannya untuk kembali. Ia sangat aman. Di sini, di tengah kerumunan orang, ia hanyalah satu wajah tak dikenal. Tentu saja bukan itu yang dipikirkan Kieran. Ia tahu pria itu sangat marah, tapi peduli apa, Julie juga pantas marah.
Pria itu memanfaatkannya.
Meski Julie merasakan sesuatu saat mereka bersama, meski sentuhan Kieran hangat dan Julie merasa kan gairah dan kebutuhan pria itu... Kieran hanya memanfaatkannya.
Dengan pikiran negatif memenuhi benaknya, ia mulai melangkah, memijakkan kaki di pasir dan meng ikuti suara ombak hingga ke tepi pantai. Riak ombak berkejaran ke tepi pantai, lalu surut kembali menuju kegelapan. Arus pasang kembali surut dan pasir basah berkilauan tertimpa cahaya bulan.
Di atasnya, dermaga terguncang oleh orangorang dan suara bising. Di sini, di pantai, hanya ada satu atau dua orang menyusuri tepian laut. Dan tidak jauh dari situ, seorang pria dan wanita berangkulan sambil memandang laut.
Sedikit rasa cemburu menerpa Julie saat kembali menatap luasnya air laut hitam yang berkilauan di bawah cahaya bulan setengah lingkaran.
Kilas Balik Merah Salju 2 Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Dendam Kesumat 2
Di sini, di perbukitan, datarannya terjal dan jum lah rumah lebih sedikit dengan jarak renggang satu sama lain. Di sini, kegelapan berkumpul di bagian-bagi an kosong dan luas. Langit malam disinari bintang-bin tang yang tidak akan tampak di bawah sinar lampu kota. Kieran keluar dari mobil, memasukkan kunci ke kantong, mengapit pedangnya saat ia mendongak menantang angin dan bersiap melakukan perburuan. Ia tidak memerlukan Pasangan Takdir untuk menjalankan tugasnya.
Yang ia butuhkan adalah kebencian yang akan membuatnya terus beraksi.
?"Enam KIERAN melangkah menjauhi jalan dan menuju semak-semak. Suara musik mengalun dari stereo tak jauh dari situ. Cahaya bulan menyinari sekeliling Kieran, melingkupi segala di bawahnya dengan kilau keperakan pucat.
Sesuatu mengais kotoran, namun itu tidak meng usiknya. Seekor binatang kecil yang berlari menjauh dari aroma kehadirannya tidak menarik bagi Kieran. Ia mengejar sesuatu yang lebih besar.
Kieran kembali menghirup aroma udara, memejamkan mata, berkonsentrasi dan mencari jejak iblis. Ketika ia menemukannya, matanya terbuka, dan menyipit saat ia berjalan perlahan menaiki bukit seperti hantu. Ia menutupi diri dengan cara yang hanya mampu dilakukan para Penjaga, bergerak tak kasatmata menaiki perbukitan berbatu itu, menapaki semak dan batu, setiap langkah senyapnya membawanya semakin dekat pada mangsa.
Jejak energi yang ditinggalkan iblis itu sangat tebal di sini, seakan jejak itu sudah menetap cukup lama, memikirkan gerakan selanjutnya. Kieran tidak dapat memberi waktu yang diinginkan, dibutuhkan iblis itu untuk apa pun rencana makhluk itu. Ia harus segera mengakhiri semua ini. Ia tidak menginginkan Whitechapel lain di sini, di Hollywood.
Saat ia bergerak, jangkrik terdiam dan hewanhewan malam tak bergerak seolah malam pun mena han napas, menunggu aksi kekerasan kembali terjadi. Angin berembus dan elemen jejak yang ia ikuti berputar di sekitarnya dengan pola yang berubah konstan. Namun Kieran telah melewati ratusan tahun untuk mengasah kemampuan melacak jejak. Ia tidak dapat dicegah lagi.
Sepatu botnya menapak pada batu bertabur kotoran, kaki panjangnya membawanya ke atas bukit dengan cepat. Napasnya stabil, detak jantungnya lambat, meski adrenalin bergejolak dalam tubuhnya. Perburuanlah segalanya. Perburuan telah membawanya melewati ratusan tahun.
Hanya ini yang ia tahu. Perburuan menempatkan diri untuk melawan iblis. Ia dilahirkan dan dibesarkan untuk bertempur. Saat hidup, ia mengabdi kepada sang Ratu. Sebagai sosok Abadi, ia mengabdi pada manusia entah mereka mengetahuinya atau tidak dan pada tanggung jawab nya sendiri.
Tatapan Kieran menyipit, memeriksa tiap bayangan, tiap lembah di perbukitan itu. Ia berhenti, mena han napas, dan mendengarkan dengan penuh konsentrasi tiap suara sehalus apa pun yang dapat mengarah kannya pada buruannya. Namun tidak terdengar apa pun.
Kieran mengertakkan gigi, menarik napas da-
lam-dalam, merasakan jejak itu mendingin. Ia menghu nus pedangnya dan membiarkan matanya menyapu perbukitan saat mengikuti jejak yang semakin tipis. Jejak yang ditinggalkan iblis itu menipis, seperti pita terurai, semakin jejak itu kehilangan kekuatan, semakin tinggi ia mendaki.
Di sekelilingnya, rumah-rumah tinggi menjulang dari daerah perbukitan. Teras-teras bermandikan cahaya dan kolam kecil bercahaya bagaikan genangan biru kehijauan. Pintu dibanting, mesin mobil dinyalakan, seekor anjing menggonggong.
Dan Kieran melawan gelombang rasa pahit saat ia mendekati puncak bukit. Ia tidak akan menemukan iblis itu di sini, ia menyadarinya sekarang. Makhluk brengsek itu sudah pergi, hilang di keramaian malam. Namun ada... sesuatu.
Brengsek. Ia membiarkan tangannya yang menggenggam pedang terjuntai ketika matanya mene mukan sesosok tubuh terbaring di tanah di hadapannya.
Seorang pemuda, Kieran menebak usianya tidak lebih dari tiga puluh tahun, terbaring hampa dan mati di puncak bukit, matanya terbuka lebar menatap langit malam yang tidak dapat dipandangnya lagi. Eks presi kaget terpatri selamanya di wajah pemuda itu dan Kieran tidak dapat memahami kenapa wajahwajah itu tampak sangat terkejut. Mengundang iblis untuk menempati tubuhmu tidak akan pernah berakhir menyenangkan namun selalu ada yang antusias untuk mendapatkan pengalaman itu.
Kieran berjongkok di samping tubuh itu, mencari-cari dalam kegelapan, dan ia menemukan garis warna tipis di sekitar mayat itu. Pelangi warna yang mengerikan seperti kabut dengan warna yang tidak terlalu jelas selalu tersisa di tubuh buangan iblis saat iblis meninggalkan tubuh itu. Dan, karena tanda energi iblis itu masih berpendar di sekitar tubuh itu, berarti iblis tersebut belum pergi terlalu jauh.
Itu berarti, pikir Kieran sambil berdiri dan tatap annya menyapu tanah terbuka di sekitarnya, ia kehilangan iblis itu hanya dalam beberapa saat. Makhluk buas itu pasti merasakan kehadirannya dan memutuskan untuk segera meninggalkan tubuh itu. Dan begitulah awalnya.
Seperti yang terjadi di Whitechapel.
Iblis itu beranjak dari satu tubuh ke tubuh lainnya, mengoyak dan merusak sepanjang perjalanannya menuju kota. Dia akan mengubur dirinya pada jiwa dan pikiran mereka yang bersedia dan berjiwa gelap, dan menggunakan tubuh mereka untuk melakukan pembunuhan yang sangat didambakannya. Bahkan saat ini, iblis itu sedang menempati jiwa baru. Di suatu tempat di kota ini, manusia yang menerima iblis di tubuhnya, memanfaatkan kekuatan dan kemarahan iblis tersebut seyakin iblis itu menguasai mereka. Kieran menyelipkan pedang ke sarungnya yang tergantung di samping tubuh dengan bunyi dentingan besi bertemu besi. Tidak ada lagi yang perlu diamati di sini. Tubuh itu tidak lebih dari sekadar pembuluhpembuluh kosong, pemilik aslinya sedang dalam perja lanan menuju neraka.
Iblis itu bisa berada di mana saja dan Kieran harus menunggu untuk menelusuri jejaknya. Menunggu hingga pembunuhan selanjutnya. Petunjuk berikutnya. Tanda energi selanjutnya yang akan mengambang di udara.
Ia menatap kembali tubuh yang pernah dikuasai iblis itu dan menggeleng. Kau bodoh. Dan sekarang kau membayar kebodohanmu. Andai kau tahu mana yang baik untukmu, tambahnya sambil berbalik berja lan menuruni bukit menuju tempat mobilnya menung gu, kau akan kembali ke neraka tempat kau seharusnya berada.
*** Julie memutus koneksi internet dan menutup laptopnya. Baru dua hari ia tinggal di Bonaventure tapi rasanya seperti dua tahun. Kamarnya sangat sempit sehingga ia bahkan tidak dapat mondar-mandir dengan bebas. Ia merasa berada dalam kurungan, namun ia juga tidak dapat melarikan diri.
Apakah keadaan ini akan terus berlanjut sejak saat ini" Apakah ia akan terus hidup dalam ketakutan" Ia tidak menyukai itu. Tidak menyukai perasaan tak berdaya dan berada di ujung tanduk. Tidak ingin menjadi orang yang selalu bersembunyi dari kehidupan karena teror yang mungkin akan terjadi.
Namun, ia memang telah melewati situasi yang hanya pernah dialami beberapa orang. Pembunuh per nah memasuki rumahnya. Membunuh seorang teman dan membuat teman lain terluka parah. Pembunuh yang sebenarnya bisa membunuhnya.
Kenapa dia tidak melakukannya" tanyanya lantang di ruangan kosong itu. Ia mengambil pensil, mengetukkan bagian penghapus pensil di tumpukan kertas. Suara ketukan yang timbul terdengar seperti detak jantung orang lain dan ia cukup putus asa hingga berpura-pura percaya bahwa itu memang detak jantung seseorang. Lebih baik daripada harus sendirian.
Ia menggeleng, melempar pensilnya dan berusa ha memahami alasan ia bisa selamat malam itu. Apakah itu karena peringatan Kieran" Apakah bersembunyi di kamar dengan pintu terkunci benar-benar membuatnya aman" Atau mungkinkah Alicia memang target pembunuhan dan ia akan tetap selamat apa pun yang terjadi"
Memang ada orang-orang aneh di dunia ini, ia menyadari hal itu. Sebagai wartawan, ia telah menulis kan banyak kisah mengenai orang-orang itu. Dan Alicia dulu seorang aktris. Ia tampil pada belasan atau lebih acara televisi peran-peran kecil, tapi bukankah itu cukup untuk membuat penguntit menjadikannya target" Mungkinkah Kate hanya terkena imbasnya" Berada di tempat yang salah dan waktu yang tidak tepat"
Oh Tuhan. ini tidak membantu. Ia tidak menye lesaikan apa pun dan itu membuatnya gila. Ia terbiasa melakukan sesuatu. Bekerja. Menggali peristiwa dan menganalisisnya dari berbagai sudut pandang.
Ia meletakkan satu tangan di tumpukan kertas di atas meja. Printer portabelnya sangat sibuk beberapa hari belakangan. Ia mencari nama Kieran MacIn tyre di internet dan mengikuti setiap petunjuk yang muncul. Selalu ada sumber informasi untuk digali. Selalu ada rahasia untuk disibak dan kebenaran untuk diungkap.
Namun ia cukup terkejut karena hanya menemu kan sedikit informasi mengenai konglomerat penyendiri itu. Tidak ada informasi mengenai keluarganya. Di mana dia dibesarkan. Bagaimana dia mendapatkan kekayaannya.
Namun sisi positifnya, gumam Julie sambil ber diri dan berjalan menuju jendela lebar itu, tidak ada yang menyebutkan bahwa dia pembunuh. Ia mendala mi pencariannya sebisa mungkin dan tidak menemukan informasi mengenai masalah kejiwaan, kasus hukum... tak ada apa pun.
Kenyataan itu membuatnya dirinya, sebagai war tawan, kesal. Selalu ada informasi. Selalu. Orang tidak menjalani hidup tanpa meninggalkan jejak. Namun, Kieran MacIntyre tampaknya mampu melakukannya.
Julie menyibakkan ujung tirai yang selalu ia tutup rapat dan dengan rakus memandangi dunia luar, seperti tahanan yang dikeluarkan dari sel dan mendapat kesempatan satu jam berada di halaman. Matahari terbenam mewarnai langit dengan warna keemasan dan merah, melukis tepian awan tinggi dan gelap yang mengancam, namun belum meneteskan hujan sepanjang hari.
Di suatu tempat di luar sana, sang pembunuh menjalani hidupnya. Mungkin duduk di restoran. Atau pergi ke bioskop. Atau terjebak kemacetan di jalan 405. Mungkin dia merenungkan pembunuhan yang dia lakukan. Menikmati kenangan itu.
Julie menggigil dan jari-jarinya menggenggam erat tirai jendela berbahan poliester berat berwarna pasir. Dia bebas, berkeliaran di kota, sementara aku terjebak di kamar hotel, ketakutan, pikir Julie. Yah, itu adil.
Tidak ada yang adil dalam situasi ini, ia mengingatkan diri sendiri. Kate tidak seharusnya berada di rumah sakit dan Alicia tidak seharusnya mati.
Televisi hotel sedang menayangkan siaran berita dan Julie membalik badan untuk menonton ketika pembaca berita menyebutkan kata Pengoyak Hollywood.
Wajah Alicia muncul sekilas di layar televisi sete lah gambar wanita pertama yang ditemukan mati di Hollywood Boulevard. Julie memeluk perut, menahan napas, dan mendengarkan pembaca berita yang tampak tak peduli, bahkan mencoba tersenyum pada penonton.
Sejumlah wanita mati tidak berarti apa pun selain sekadar berita bagi mereka, kata Julie, jijik pada si pembaca berita karena ketidakpeduliannya dan pada dirinya sendiri karena menonton berita itu. Ia mengambil remote control, mematikan televisi, dan meringis saat keheningan mendadak menghinggapi kamarnya. Ia tidak mungkin bertahan di tempat ini. Ia tidak bisa tinggal di kamar hotel ini, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di luar sana. Ia harus melakukan sesuatu. Apa pun itu.
Mungkin seharusnya ia melaporkan MacIntyre pada polisi. Mengenai peringatannya. Mengenai pedang brengsek itu, demi Tuhan. Namun ia tidak melakukannya. Sesuatu yang naluriah membuatnya diam dan sekarang, Ia ingin tahu apakah ia telah bertindak benar.
Bunyi ketukan di pintu mengagetkannya hingga ia terlonjak, lalu ia menertawakan diri sendiri karena ketegangan yang berdenyut-denyut dalam tubuhnya. Mungkin hanya petugas pembersih kamar, gumam Julie, berjalan menuju pintu dan berhenti sebentar sebelum membukanya untuk mengintip melalui lubang pintu.
Sepasang mata biru pucat menatapnya, ketajam
an mata itu membuat Julie melangkah mundur meski sesuatu dalam ketergesaan liar yang tidak ingin ia pelajari terlalu dalam menerpanya.
Buka pintunya. Suara berat Kieran bergemuruh di pintu dan seakan menari-nari di setiap ujung sarafnya. Jemari Julie gemetar dan jantungnya berdetak semakin kencang, berpacu keras dan kencang dalam dadanya.
Apa maumu" Berhenti, pikirnya, meski tangan nya tetap menggapai untuk membuka kunci pintu.
Woman, aku harus bicara padamu dan aku tidak berniat melakukannya dari lorong ini. Buka pintunya atau aku yang akan melakukannya.
Julie menelan ludah dengan susah payah, tangannya memegangi kunci pintu teratas yang belum terbuka. Orang bodoh macam apa dirinya bila membiarkan pria ini masuk ke kamarnya" Seorang pembunuh sedang berkeliaran bebas di luar sana dan sepanjang yang ia tahu pembunuh itu adalah pria ini.
Meski pemikiran itu bergolak di benaknya, Julie menentangnya. Kieran bukan pembunuh. Dia memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk membunuhnya pada malam pesta itu dan juga pada hari berikut nya.
Tapi mungkin saja, otaknya memperingatkan, ini memang rencananya. Mungkin pria ini suka membuat wanita memercayainya terlebih dulu sebelum membunuhnya.
Kalau begitu aku aman, gumam Julie. Karena aku tidak memercayainya.
Ia masih mengawasi pria itu melalui lubang pintu, melihat mata pria itu menyipit dan otot rahangnya menegang karena marah. Julie dapat melihat pria itu gemetar karena kekuatan, ketangguhan dan frustrasi. Setelah beberapa saat, pria itu menghela napas dan berkata tegas, Ya, kau memercayaiku. Kau tidak mau. Tapi kau memercayaiku.
Itu membuat Julie bereaksi. Ia melompat menjauh dari pintu dengan marah melepaskan kunci pintu dan menatap marah pada Kieran. Jangan memasuki pikiranku, oke"
Kieran berjalan melewati Julie, melangkah ke ka mar dan membuat kamar itu seolah menyusut karena kehadirannya. Julie membanting pintu di belakangnya, meringis karena bunyinya yang keras. Kieran ber diri tengah ruangan, menatap ruangan yang tampak tidak mendapat sentuhan penghuninya seolah mencari bahaya yang tidak disadari oleh Julie.
Aku tidak harus mendengarkan pikiranmu untuk tahu bahwa kau memercayaiku, kata Kieran, berbalik menghadap Julie. Kau belum melaporkanku pada polisi.
Mungkin aku sedang menunggu saat yang tepat.
Tidak. Kau tidak akan mengatakan apa pun pada mereka.
Kau tampak sangat yakin pada dirimu sendiri! bentak Julie, bersandar pada pintu dan melipat lengan di dada dalam cara yang ia tahu merupakan posisi bertahan klasik.
Tatapan pria itu teguh. Pucat dan dingin, mata itu dibayangi pikiran yang tidak bisa dibaca Julie. Tidak ingin memahaminya. Tapi ia merasa lebih baik dengan Kieran berada di sini. Oh Tuhan, ia terlalu lama sendirian. Sendirian, pikirannya cukup kosong untuk berpikir macam-macam dan menciptakan imaji nasi tak terbatas untuk dibayangkan.
Bahaya melekat pada Kieran bagaikan kekasih tapi Julie tidak merasa terancam. Apakah ia membo dohi dirinya sendiri" Apakah ia melakukan kesalahan mematikan hanya dengan membiarkan pria itu mende katinya"
Apa maumu" tanya Julie, mengurai lipatan lengannya dan memasukkan tangan ke kantong celana jins. Kenapa kau ada di sini"
Untuk membawamu keluar dari sini. Baru beberapa menit lalu ia mengharapkan hal yang sama persis. Namun sekarang, ia menentangnya. Aku tidak akan pergi ke mana pun.
Aku tidak bisa memburu iblis itu sambil menjagamu di sini.
Jadi kau Mulut Julie ternganga. Mengawasimu, ya.
Julie merasakan mata tak kasatmata mengawasi nya setiap kali ia membuka tirai kamar, karena itulah ia selalu menutup tirainya rapat-rapat. Namun, mende ngar pengakuan Kieran bahwa dia mengawasinya membuat Julie cemas.
Kenapa" Kau tahu alasannya, jawab Kieran singkat. Pembunuh itu menyadari keberadaanmu. Nyawamu dalam bahaya.
Tangan dingin melingkupi hatinya dan hawa dingin menusuk tulang menerpanya. Dan pembunuh itu, bukan darimu.
Itu benar. Bagaimana aku tahu bahwa itu yang sebenar-
nya" Aku tidak akan memainkan permainan yang tak menarik ini denganmu, Julie Carpenter. Kieran bergerak sangat cepat hingga Julie hanya bisa menang kap gerakan samar. Mendadak pria itu sudah berdiri di hadapannya, memegang lengan Julie, jari-jarinya menekan kulit di balik sweter kasmir hitam yang dikenakannya.
Kieran mengangkat tubuh Julie dan menjauhkan nya dari pintu, pegangan tangannya mengencang dan tatapannya menusuk mata Julie. Kau tahu aku bukan ancaman bagimu. Aku dapat melindungimu. Namun tidak bila kau tetap di sini.
Julie berusaha menyeimbangkan pijakannya, namun ia tahu tidak akan menemukan keseimbangan itu. Walaupun bila kedua kakinya bertelapak datar dan stabil menapak lantai, dengan tangan Kieran di lengannya, tatapan pria itu mengunci matanya, ia tidak akan merasa seimbang. Aromanya, parfum rempahnya, kulit dan aroma maskulinnya memenuhi Julie, membayangi pikirannya, mengaburkan penilaiannya.
Hawa panas memancar dari tangan Kieran ke lengannya kemudian memantul ke dalam dadanya bagaikan bola api. Napasnya tertahan di dada, kerongkongannya tercekat, dan mulutnya kering. Julie menatap matanya dan bersumpah ia dapat melihat jiwa yang setua sang waktu.
Apa" Hanya aku yang mampu melindungimu, kata Kieran, napasnya yang hangat menerpa wajah Julie.
Kenapa aku harus percaya" Julie mendengar dirinya berbicara dan diam-diam mengucapkan selamat pada diri sendiri karena akhirnya mampu bicara.
Karena kau tahu aku telah mengatakan kebena ran. Pembunuhnya iblis. Hanya aku yang mampu menemukannya. Hanya aku yang dapat menyelamatkanmu darinya.
Aku tidak percaya pada iblis, kata Julie pelan. Kejahatan ya, tapi iblis tidak.
Mereka nyata seperti aku dan kau, kata Kieran dan menariknya mendekat, mulutnya sekarang hanya terpisah beberapa jengkal dari Julie. Dan iblis ini tidak akan berhenti sampai aku menghentikannya. Kieran menatap Julie dan seperti ahli hipnotis ia menenangkan Julie dengan tatapannya. Menenang kannya dengan sentuhan. Menghangatkannya dengan suaranya.
Julie mengangkat kedua tangannya meletakkan telapak tangan di dada Kieran. Rasa dingin mantel kulit hitamnya di bawah tangan Julie terasa nyata. Kokoh. Detak jantungnya meyakinkan Julie bahwa dia manusia, meski dia berkeras mengatakan bahwa buru annya adalah iblis.
Dalam beberapa hari terakhir, seluruh dunianya, segala yang diketahui dan dipercayainya telah be rubah dan tak bisa kembali lagi. Dan dalam serpihan yang tersisa dari hidupnya, hanya Kieran MacIntyre satu-satunya yang masuk akal.
Seberapa gilakah pikiran itu" Apakah kau akan ikut denganku"
Ia tidak bisa tetap tinggal di hotel ini, tentunya. Ia pun tak bisa pulang ke rumah.
Dan tawaran itu satu-satunya pilihan tersisa. Ya.
*** Berada sedekat ini dengan Julie benar-benar menjadi pengganggu konsentrasi yang tidak sanggup Kieran atasi. Namun ia tidak memiliki pilihan lain. Iblis itu sudah berpindah tubuh dan sekarang telah dua hari berlalu sejak pembunuhan terakhir, sehingga tidak tersisa jejak untuk dilacak. Ia harus menunggu hingga iblis itu beraksi lagi sebelum menemukan kembali jejaknya.
Untuk saat ini, yang dapat ia lakukan hanyalah menempatkan Julie di tempat yang menurutnya akan aman dan tetap memeriksa bukit serta lembah di sekitar Hollywood.
Sudah berapa lama kau tinggal di sini" tanya Julie saat gerbang besi tinggi terbuka lebar ketika mobil mereka mendekat.
Sudah lama. Ia tidak akan memberikan informasi lain. Julie tidak akan memercayainya bila ia mengatakan kebenaran, lagi pula ia tidak tertarik membe rinya informasi lain. Pasangan Takdir atau bukan, ia tidak punya ruang untuk wanita itu dalam hidupnya. Jika ia dapat memanfaatkan Julie untuk meningkatkan kekuatannya, untuk membantunya menelusuri jejak dan menangkap iblis itu, semua akan berjalan baik.
Namun pikiran tentang hidup abadi bersama seorang Pasangan Takdir membuat sekujur tubuhnya dingin.
Ia mengemudikan mobil di jalanan sempit, dengan pepohonan berjajar di masing-masing tepinya saat mendaki bukit yang menghadap Los Angeles. Sudah lima puluh tahun ia tinggal di rumah ini, sudah cukup lama hingga saat ini, untuk menahan rumor agar tidak menyebar dan berkembang, ia berpura-pu ra menjadi anaknya sendiri. Keabadian sesuatu yang menyenangkan di satu sisi. Namun tinggal terlalu lama di satu tempat akan menimbulkan pertanyaan yang tidak akan dapat dijawab.
Gerbang berikutnya terbuka di puncak bukit dan tertutup kembali saat ia terus mengendarai mobil, mendekati rumah.
Kau tidak menerima banyak tamu tampaknya" tanya Julie.
Kieran melirik dalam cahaya redup dan melihat senyum kaku di bibir Julie.
Tidak. Well, bagaimanapun itu jawaban jujur. Dan ini kejujuran lain untukmu, kata Kieran saat mengemudikan mobil di tikungan terakhir jalan masuk dan memarkirnya di depan rumah besar yang lebih menyerupai benteng kuno Skotlandia daripada rumah di Hollywood. Jika kau menulis artikel mengenai diriku, rumah, atau apa pun tentang aku selama kau di sini aku akan menuntutmu. Kau dan koranmu.
Kedua alis merah tua Julie terangkat. Ya ampun. Jujur dan bersahabat. Dengar, aku di sini bukan sebagai wartawan, jadi tenang saja.
Baiklah. Kieran mematikan mesin mobil dan membuka pintunya. Ia terdiam, lalu berkata, Masuklah. Aku akan membawakan tasmu.
Julie keluar dari mobil dan bersiul, panjang dan lama, saat memandangi rumah yang dibangun bertahun-tahun lalu itu. Kieran berjalan menuju bagasi, mengambil tas-tas Julie, dan menutupnya lagi.
Ia memandang Julie yang memperhatikan rumahnya dan mencoba memandangi rumahnya seperti yang dilakukan Julie, dengan mata segar. Potongan batu abu-abu menutupi dinding sampai lantai tiga. Kaca abu-abu kebiruan berkilauan karena lampu. Menara berkamar menjulang angkuh di keempat sudut rumah dan pemandangan lembah dari kota terhampar di kaki bukit. Dan di atap, teras terbuka yang terbuat dari batu menjulang, memberi Kieran tempat untuk berjalan-jalan, berpikir di bawah sinar bulan, merenca nakan perburuan berikutnya.
Julie menoleh kepada Kieran. Ini mengagum-
kan. Ia mengangguk cepat. Terima kasih. Julie mengikuti Kieran ke jalan setapak berubin menuju pintu ganda lebar dari kayu ek. Tidak dapat dipercaya aku belum pernah melihat foto rumah ini di mana pun. Majalah arsitektur pasti sangat ingin mengambil gambarnya.
Kieran melirik melewati bahunya. Ini rumahku. Dan bukan objek dari rasa ingin tahu.
Kau salah, kata Julie, tetap melangkah dengan menoleh ke segala arah mengagumi jajaran bebatuan dari kaca. Rumahmu mencakup keduanya. Jika orang orang tahu betapa rumah ini sangat mengagumkan...
Kieran tiba-tiba berhenti dan Julie menabraknya. Matanya menatap Julie, ia menunggu, terdiam.
Akhirnya Julie mengangkat kedua tangannya. Baiklah. Benar. Tidak ada berita. Tidak ada foto. Kieran mengangguk membuka pintu dan mundur untuk mempersilakan Julie masuk terlebih dulu. Julie melangkah dan menghela napas sambil menoleh pada Kieran untuk mengungkapkan pujian atas udara beraroma lemon di dalam rumah itu.
Cahaya lampu memancar dari perpustakaan di sebelah kiri, menerangi lantai lobi yang terbuat dari marmer. Lukisan berpigura hampir setinggi Kieran berjejer di dinding lorong yang panjangnya seakan paling tidak satu kilometer. Vas cantik dari kristal mewa dahi rangkaian bunga mawar di atas meja mengilat di ujung tangga besar dari batu yang mengarah ke lantai atas.
Julie memutar badan untuk mengagumi sekelilingnya, mulutnya ternganga, matanya berkilau oleh kekaguman selagi memandangi setiap detail rumah itu. Dan yang mengejutkan Kieran merasakan tusukan tajam kebahagiaan karena melihat Julie mengagumi rumahnya.
Ini... mencengangkan, kata Julie, tatapannya akhirnya kembali pada Kieran. Senyumnya cerah dan matanya melebar saat berkata, Sungguh. Ini semua mengagumkan.
Terima kasih. Kieran membawa tas-tas itu ke atas dan Julie mengikuti dengan jarak satu atau dua anak tangga di belakangnya, sepatu tenisnya tidak ber suara di lantai batu yang dipijaknya.
Di lantai dua, Kieran berjalan menuju pintu keempat di sebelah kanan, lalu membuka pintu dan melangkah mundur. Julie melangkah masuk dan berhenti tepat di ambang pintu.
Saat pertama kali melihat rumah itu, dia terpana hingga kehabisan kata-kata. Sekarang, perasaan itu berlipat ganda. Dinding kamar bercat biru lembut dan tempat tidur dengan empat tiang dari kayu cherry yang dapat membuat lima orang tidur nyaman terletak di tengah ruangan.
Dan di ruangan ini lebih banyak bunga mawar, terletak di meja rias dengan cermin yang memantulkan kecantikan mereka. Kamar mandi pribadi terletak di sisi ruangan dan saat ia berjalan ke sana untuk mengintip, ia tidak begitu tercengang dengan kemewahan kamar mandi yang berukuran dua kali lebih besar daripada kamar tidurnya di rumah. Ubin hijau dan putih menutupi lantai dan bagian pancuran airnya ter lindungi. Bak whirlpool berwarna biru saga ditempatkan di pinggir jendela dan kotak kayu panjang menjadi tempat untuk meletakkan keranjang rotan berisi sabun mandi dan sampo yang mengalahkan hotel bintang lima.
Julie berbalik, memandang Kieran yang meletak kan tas-tasnya di atas tempat tidur, lalu menatap sekilas pada Julie. Kau akan nyaman di sini.
Ya, kata Julie, memandang sekeliling kamar dan dengan gembira menyadari ada teras pribadi yang tersembunyi di balik tirai. Aku kira begitu.
Kieran mengangguk lagi, lalu berkata, Tinggallah di sini. Makan malam akan siap dalam satu jam.
Kemudian ia meninggalkannya sendirian dan saat Julie berjalan menuju pintu Prancis dan membukanya, melangkah keluar ke teras batu, dia berpikir apakah dia akan betah tinggal di tempat ini. Lagi pula, dia tidak terlalu mengenal pria itu. Yang pasti, ia tidak menemukan berita buruk apa pun mengenai pria itu di internet, tapi seberapa besar artinya"
Embusan udara dingin menerpanya dan hawa dingin menyusup ke punggungnya, membuatnya menggigil.
Di hotel, ia merasa seperti tinggal di kurungan. Di sini... ia berbalik, menyandarkan pinggang di pagar batu dan memandang tempat tidurnya yang megah. Bukankah ini juga penjara" Bahkan akan lebih sulit untuk melarikan diri dari tempat ini"
Apakah dia melakukan tindakan yang benar dengan memercayai Kieran MacIntyre untuk melindungi nya"
Atau apakah dia hanya melompat dari penggorengan ke neraka"
?"Tujuh MAKHLUK buas itu bergerak tanpa lelah di bioskop. Dia berpindah tempat duduk hingga tiga kali sebelum akhirya duduk di belakang wanita muda berambut merah yang menguarkan aroma bunga dan... janji. Di sekitarnya, orang-orang bergumam lalu duduk diam menyaksikan film berkelip hidup di layar.
Menarik memang. Namun makhluk itu mempunyai sesuatu yang lebih penting untuk dipikirkan daripada kilasan film itu. Sang Penjaga sudah sangat dekat malam ini. Cukup dekat sehingga iblis itu terpaksa meninggalkan tubuh yang dia diami lebih cepat dari yang telah direncanakan. Walaupun sebenarnya, pikir iblis itu sembari mengusap dada manusia baru yang dia tem pati, perubahan rencana itu ada manfaatnya. Tubuh ini lebih tinggi, lebih kuat, dan lebih tampan. Semuanya untuk yang terbaik, pikir makhluk itu.
MacIntyre memang hebat, namun setelah, satu abad dan dengan rencana lebih matang, aku lebih hebat, pikir makhluk buas itu.
Dan kesenangan itu tak dapat dipungkiri. Di tempat duduk di depannya, wanita itu menyen takkan kepala ke belakang dan menertawakan sesuatu di layar. Tatapannya terpaku pada lekukan leher wanita itu dan dia pun ikut tertawa.
*** Julie melangkah memasuki dapur terluas yang pernah ia lihat. Peralatan masak dari baja antikarat berdentingan di dinding dan meja dapur seluas paling tidak satu hektar dan granit hitam bersinar di bawah lampu pijar. Dinding-dindingnya merah bata, nyaris serasi dengan batu bata di perapian raksasa di sisi lain ruangan itu.
Bahkan pada bulan Januari, California terasa agak dingin, dan hanya dengan memandang lidah api yang menyentak dan menjilat pada batang kayu seuku ran batang pohon, Julie merasa lebih hangat. Perapian.
Di dapur. Oh ya, tentu saja, pikir Julie. Ia bisa membiasakan diri pada tempat seperti ini. Walaupun rumah ini sangat besar. Ia tersesat dua kali dalam perjalanannya untuk makan malam. Tidak mengejutkan di tempat sebesar kastil ini.
Ini mengagumkan, kata Julie, melirik Kieran saat pria itu menutup pintu kulkas seukuran lemari pendingin di restoran dengan entakan pinggulnya.
Terima kasih. Kieran meletakkan mangkuk porselen biru besar berisi salad kentang dan satu mangkuk lain, dengan ukuran sama, berisi salad pasta.
Di tengah meja antik dari kayu walnut, tersaji sepiring besar ayam goreng cokelat keemasan yang harumnya membimbing Julie ke dapur. Namun, Bukan ini yang kuharapkan.
Salah satu alis hitam Kieran terangkat. Kau tidak suka ayam"
Bukan, jawab Julie, berjalan mendekat ke pera pian. Bukan itu, hanya saja ia mengangkat kedua tangan dan melambaikannya ke sekeliling rumah tempat seperti ini. Sangat tua, jadi aku tak tahu. Ayam goreng dan salad kentang tampak biasa.
Jangan bilang begitu, sebuah suara berat tibatiba muncul entah dari mana membuat Julie terlonjak kaget saat pria tinggi besar mengenakan celana jins biru dan T-shirt gelap bertuliskan Navy SEAL muncul dari luar rumah.
Nathan Hawke, kata Kieran, Julie Carpenter. Dia akan tinggal di sini sementara waktu.
Senang bertemu denganmu, kata si pria besar, meski dari ekspresi muramnya, Julie tidak yakin pria itu senang. Dan untuk makanannya, sepertinya enak. Makanan enak pertama yang kumakan sejak aku tiba di sini.
Maksudnya" tanya Julie.
Nathan menggeleng sambil berjalan menuju tempat cuci piring, memutar keran dan membasuh tangannya. Biasanya kami duduk di ruang makan untuk lima puluh orang, dan makan Salmon yang diterbangkan dari Highlands. Atau lobster yang diterbangkan dari Maine. Hati angsa dan siput, demi Tuhan. Sudah saatnya kita mendapatkan makanan yang sesungguhnya.
Kieran terdiam, memandang pria itu, lalu menatap Julie. Kupikir kau akan lebih nyaman di sini.
Tentu saja, pikir Julie. Petani akan lebih nyaman berada di dapur dengan bekal makanan. Tidak perlu membuatnya jengah dengan berharap Julie akan mengerti tata krama makan. Demi Tuhan. Pria ini memang dari abad berbeda.
Kieran mengambil sebotol anggur dari lemari es. Ia membukanya dan mengangguk menatap meja. Tidak perlu pedulikan dia, kata Kieran. Duduk. Makan.
Wow. Ramah sekali. Julie mengambil tempat duduk terdekat dari perapian, masih melawan hawa dingin yang menusuk tulang. Ia duduk dan mengambil sepotong ayam. Aku tebak bukan kau yang memasak ini.
Tawa keras dan pendek menyembur dari mulut Nathan saat dia menempatkan diri di seberang Julie.
Pengurus rumah tangga yang memasak, jawab Kieran, menjalankan tugas dengan baik dengan tidak memedulikan Nathan.
Nathan mulai mengisi piringnya dengan makanan dan Julie menduga tidak akan banyak makanan tersisa. Julie menatap dari satu pria ke pria lain dan berta nya-tanya apa yang sedang terjadi" Kedua pria itu tam pak sangat berbeda. Apakah Nathan teman serumah Kieran" Kerabat" Penyewa kamar"
Julie nyaris terbahak karena pemikiran itu. Pria yang tinggal di kastil sebesar ini tentu tidak perlu menyewakan kamar.
Kieran duduk di sampingnya dan Julie entah bagaimana bisa menghentikan getaran menyenangkan yang hampir membuatnya menghela napas.
Jadi, kata Julie memecah keheningan yang mulai dirasakannya, apa kalian teman lama"
Nathan melirik Kieran dan mengangkat bahu. Aku sudah tinggal di sini beberapa lama.
Oh. Dan apakah ada yang perlu kuketahui mengenai... Suaranya tersendat. Pertanyaan tidak menye nangkan dan menghakimi. Melihat cara Kieran menciumnya, Julie bertaruh Kieran berorientasi lurus selurus penggaris. Namun, dua pria tampan, tinggal di kastil, terpencil dari orang lain... well, lagi pula ini Hollywood dan lebih baik tahu sejak awal.
Kieran mengerutkan dahi, memandang Julie. Apa maksudmu"
Nathan tersedak potongan ayam. Dia menggeleng, lalu berkata, Tidak mungkin, Nona. Aku tinggal di sini. Itu saja.
Aku senang mengetahuinya. Bukan karena per soalan itu penting bagiku, pikir Julie, mengambil sesen dok salad kentang sebelum kedua pria itu menghabiskan semuanya. Ia tidak berada di sini untuk alasan per cintaan, menyedihkan sekali. Ia berada di sini karena pembunuh gila mungkin sedang memburunya. Api di belakangnya mengirimkan kehangatan ke seluruh sistem tubuhnya dan saat tangan Kieran menyentuh tangannya yang telanjang, kulitnya bagaikan tersengat listrik. Seharusnya ia tidak mengganti sweter hitamnya dengan blus sutra lengan pendek ini. Demi ketenangan pikirannya sendiri, ia menjauh dari Kieran.
Kieran menyadarinya dan mengerutkan dahi. Sangat disayangkan.
Jadi apa yang kalian lakukan" tanya Julie, kembali memecah keheningan. Maksudku pekerjaan.
Tidak ada pertanyaan kata Kieran tegas, mena tap Julie dengan ekspresi yang dirancang untuk menekan para pengecut. Lalu dia menatap Nathan. Dia wartawan,
Ah... Nathan mengangguk dan menatap Julie se akan wanita itu menempel di potongan kaca di bawah mikroskop. Beberapa saat kemudian, Nathan mengalihkan pandang darinya dan memandang Kieran. Santos menelepon ketika kau keluar. Sepertinya penting. Aku akan meneleponnya nanti.
Siapa Santos" Julie mencoba bertanya, tidak berharap mendapat jawaban.
Teman, kata Kieran, lalu mencondongkan tubuh melewati Julie untuk meraih botol anggur.
Dia sengaja melakukannya, Julie tahu itu. Dia menjangkau cukup jauh, lengannya menyentuh dada Julie dan menyalakan tubuh Julie seperti pertunjukan kembang api di Disneyland. Puncak payudaranya geli dan darahnya berdesir.
Demi Tuhan, ini hanya sebuah sentuhan. Dengar, kata Julie, terdengar sedikit lebih kasar dibanding biasanya. Aku bersedia datang ke sini, tapi aku tidak mau diperlakukan seperti tahanan.
Tidak ada yang memperlakukanmu seperti tahanan, bantah Kieran.
Aku tidak diizinkan bertanya, Julie mengingat-
kan. Sebaliknya, kau bisa menanyakan apa saja. Kau hanya tidak akan mendapatkan jawaban.
Nathan mendengus dan Julie menatap marah padanya.
Percikan api terpantul di tubuh Kieran, berganti an antara bayangan dan cahaya di wajah dan matanya. Pemandangan itu menghipnotis, pikir Julie dan memaksa diri untuk berpaling.
Kau aman di sini. Julie terlonjak dan matanya kembali menusuk Kieran. Sudah kukatakan jangan lakukan itu lagi, kata Julie tegas. Aku tidak mau kau masuk ke pikiranku.
Kieran mengedikkan bahu. Kalau begitu cegah
aku. Caranya" Senyum menghiasi mulut Kieran dan Julie seolah nyaris terjatuh dari kursi karena terkejut. Pria itu seharusnya lebih sering tersenyum. Tentu saja, jika dia melakukannya, Julie mungkin akan terlibat masalah yang lebih besar.
Tidak ada pertanyaan yang dijawab, kata Kieran, tampak jelas menikmati kebingungan Julie.
Ini sempurna. Ia sangat bodoh karena ikut bersama pria itu datang ke sini.
Kau tahu" kata Julie, tiba-tiba berdiri dan men jauhi meja makan. Aku sudah selesai. Terima kasih makan malamnya. Ia berbalik menuju pintu belakang lalu berhenti. Oh ya. Apakah kau mengizinkanku pergi ke luar"
Kieran mengangguk samar. Tetap di sekitar rumah saja.
Lagi pula bagaimana caranya melewati gerbang besi selamat datangmu itu" gerutu Julie dan menarik pintu hingga terbuka. Ia membanting pintu hingga tertutup di belakangnya dan keheningan meng hinggapi dapur selama beberapa menit yang terasa sangat lama.
Akhirnya Nathan menoleh kepada temannya. Kenapa kau membawanya kemari" Aku tahu aku masih baru sebagai Penjaga. Tapi kukira kita seharusnya berhati-hati. Menjaga rahasia dan hal-hal sialan semacam itu.
Kieran mengembuskan napas, mengangkat gelasnya, dan menghabiskan anggur putih dingin yang masih tersisa. Sambil meletakkan gelasnya lagi, ia menatap pria di seberangnya.
Nathan Hawke baru mati tiga tahun lalu. Dia sangat baru dalam hal Penjaga ini, dan menurut tradisi harus dilatih oleh Penjaga yang lebih berpengalaman, dalam hal ini Kieran.
Sebagai anggota Navy SEAL, Nathan sudah memiliki keterampilan yang dapat membantunya melewati keabadian. Sekarang yang dia perlukan adalah menggunakan keterampilan itu untuk memburu iblis.
Demi Tuhan, wanita itu wartawan, kata Nathan sambil mengibaskan tangan ke pintu tertutup dan halaman belakang di balik pintu itu. Bukankah itu memicu masalah"
Ya dan tidak, jawab Kieran sambil menghela napas, tiba-tiba mengingat semua orang dan kehidupannya selama 464 tahun.
Karena pekerjaannya, ia akan banyak bertanya, berusaha mencari kebenaran. Tapi karena siapa dirinya yang sesungguhnya, ia tidak akan menggunakan informasi apa pun yang ia temukan.
Kau yakin akan hal itu" Nathan terlihat tidak yakin sama sekali.
Aku yakin, jawab Kieran, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu belakang. Bersihkan semua ini setelah kau selesai makan. Mrs. Rosen tidak akan membiarkan kita berdua hidup jika dapur masih kotor saat dia bangun.
Kita abadi, Nathan mengingatkan sambil terse nyum tipis.
Dan dia bisa membuat hidup abadi menjadi mimpi buruk jika dia mau. Jadi bereskan ini. Tanpa berkata apa-apa lagi, Kieran membuka pintu belakang dan melangkah ke teras berlantai batu.
Pohon-pohon tinggi mengelilingi halaman dan bangunan rumah, lebih tinggi dan menara pun, melin dungi bangunan dan orang-orang yang penasaran. Ada rumah-rumah mengesankan lain di daerah ini sepengetahuan Kieran, dan kebanyakan rumah itu terlihat dari jalan raya atau dari atas bukit. Namun saat Kieran membangun tempat ini, dia berpikir ke depan.
Pinus, ek, mapel, pepohonan tinggi yang dapat dia temukan ditanam dengan strategis, memastikan Kieran mendapatkan kesunyian yang dibutuhkan saat ingin identitasnya tidak terbongkar. Namun, ia dikenal dermawan. Ia bersedia menyumbang uangnya demi tujuan-tujuan mulia. Selain dapat membantu orang lain, kemurahan hatinya menciptakan selubung misteri, sehingga semua orang menghargai privasinya. Terutama karena orang-orang itu tidak ingin membuatnya tersinggung dan berhenti menyumbang.
Itu semua berjalan lancar selama lebih dari lima puluh tahun.
Hingga Julie Carpenter memasuki hidupnya. Tatapan Kieran, yang saat malam setajam siang hari, menyapu halaman belakang rumah, memeriksa semak, bunga, tiap air mancur dan bangku taman. Semua seperti biasanya.
Lalu ia menemukan Julie, di pinggir kebun, duduk di bangku dari kayu redwood di bawah pohon ek yang Kiean impor saat belum terlalu tinggi dari Skotlandia. Kenangan dalam hidupnya. Pengingat bahwa kehidupan itu sudah berakhir.
Seakan ia butuh kehidupan saja.
Kieran meninggalkan teras dan berjalan di atas rumput yang terpotong rapi. Pengurus rumah tangga dan suaminya, pengurus kebun, sudah bersama Kieran selama empat puluh tahun. Mereka memercayai keberadaan Penjaga, karena dilahirkan dalam keluarga yang sudah bersumpah akan setia dan melayani. Bila nanti pasangan Rosen sudah terlalu tua atau tidak kuat lagi untuk bekerja, mereka akan tinggal di rumah yang sudah disiapkan Kieran di Bahama. Dan anak mereka beserta istrinya akan pindah ke kastil dan melanjutkan tugas untuk membantu para Penjaga.
Pijakan kakinya di rumput basah itu tak terdengar. Ia dapat membuat dirinya tak terlihat, menyelinap tanpa disadari Julie. Namun Kieran menduga Julie tidak bisa lagi menerima kejutan lain. Guncanganguncangan itu juga mengganggu dirinya, banyak hal yang berubah dalam hidupnya belakangan ini, ia mengingatkan diri sendiri bahwa hidup Julie bahkan lebih kacau.
Julie tidak siap menghadapi semua peristiwa yang sekarang dia hadapi. Dan meski malu mengakuinya, Kieran tidak membuat segala sesuatu menjadi lebih mudah bagi Julie.
Julie menengadah ketika Kieran mendekat dan segera berdiri seolah bersiap kabur. Lalu ia berubah pikiran, mengangkat dagunya dan berkata singkat, Bahkan tahanan pun memiliki hak untuk mendapatkan sedikit privasi.
Kau bukan tahanan. Bukan" Bagaimana dengan tetap di sekitar rumah " Bukankah itu yang kaukatakan beberapa menit lalu"
Itu demi keselamatanmu. Dan bagaimana aku tahu bahwa aku aman di
sini" Kau dapat merasakannya. Jangan memberitahuku apa yang kurasakan. Aku tidak perlu melakukannya, jawab Kieran, berjalan mendekat, melangkah kecil, seakan sedang mendekati binatang liar yang siap kabur.
Kenapa kau tidak mau menjawab pertanyaanpertanyaanku"
Kau tahu alasannya. Kau wartawan. Aku sudah berjanji tidak akan menulis apa pun tentang ini, kata Julie, sumpah serapah berdengung di sekitarnya. Lagi pula, untuk siapa aku menuliskannya" Majalah hantu" Psychotic Monthly" Tidak seorang pun bakal memercayai cerita ini. Ia berhenti, menyibakkan rambut dengan satu tangan dan menggerutu Aku bahkan tidak percaya tapi aku menjalaninya.
Kieran menangkap desah kebingungan dalam suara Julie. Bukan keputusasaan namun penyerahan diri, dan itu mengganggunya. Kieran mengernyit, sadar bahwa ia mengagumi sifat alami Julie meski itu mengganggunya. Dan saat ini, melihat fondasi kuatnya terguncang walau hanya sedikit, membuatnya resah. Ia mengulurkan tangan. Ikut denganku. Julie memandang tangan Kieran, lalu matanya, dan bertanya, Kenapa"
Woman, apa kau harus selalu bertanya" Apa tidak ada sedikit saja hasrat mengambil risiko dalam darahmu"
Well, maafkan aku kalau begitu, bentak Julie. Belakangan ini aku melewati hari-hari berat, kalaukalau kau lupa.
Amarah Kieran nyaris meledak karena frustrasi, tapi dia hanya bertanya, Apa kau akan ikut"
Julie memeluk perut untuk melawan hawa dingin malam di bulan Januari itu dan mempertimbangkan ajakan Kieran selama beberapa menit. Saat ia sedang berpikir, Kieran melepaskan kemeja hitam lengan panjangnya, berjalan mendekat dan menyampirkannya di bahu Julie.
Untuk apa ini" Kau kedinginan, jawab Kieran, mengulurkan lengannya lagi.
Julie segera memakai kemeja itu, menyelipkan lengannya ke kemeja yang terlalu panjang baginya. Kehangatan dan aroma tubuh Kieran yang melekat pada kemeja itu membuat Julie lebih hangat dibandingkan bila ia terbungkus selimut wol. Lalu ia menatap Kieran yang bertelanjang dada di bawah sinar bulan dan bertanya, Kau tidak kedinginan"
Senyum tipis merekah di bibir Kieran lalu segera lenyap. Tidak. Julie masih memandangi Kieran, rasa ingin tahu terpancar di matanya, jadi Kieran memberi Julie hadiah kecil dengan menambahkan, Aku orang Skotlandia. Musim dingin California tidak lebih dingin daripada musim panas kami yang cukup lembut.
Julie meletakkan tangannya di atas tangan Kieran dan saat jemari Kieran menggenggamnya, Julie berkata, Terima kasih.
Karena..." Karena menjawab pertanyaanku dengan lebih dari satu kata.
Kieran tersenyum lagi dan segera mengernyit saat menyadarinya. Ia tidak pernah tersenyum sesering ini dalam dua puluh tahun terakhir seperti yang ia lakukan sejam terakhir. Julie mengubah dirinya, entah wanita itu berniat demikian atau tidak, dan Kieran tidak senang dengan kenyataan itu.
Bagaimana kau bisa melakukannya" tanya Julie saat Kieran mulai melangkah kembali ke rumah, menuntun Julie dalam kegelapan dengan langkah akurat.
Melakukan apa" Mengubah senyuman menjadi kerutan dahi dalam sekejap mata"
Ada pertanyaan lagi" Tidak ada jawaban lagi"
Kieran membuka pintu belakang, mengangguk pada Nathan yang masih duduk, lalu berbelok ke kiri dan terus berjalan, membawa Julie menaiki tangga di belakang lemari yang penuh dengan bahan makanan yang bisa mencukupi kebutuhan mereka selama berbulan-bulan.
Wow, gumam Julie saat menaiki anak tangga batu yang lebar, kau siap melakukan penyerbuan tampaknya"
Lagi-lagi, pertanyaan. Lagi-lagi, balas Julie sambil tertawa, tanpa jawaban.
Kau wanita mengesalkan, Julie Carpenter. Itu pernah dikatakan orang padaku, kata Julie mengakui, berusaha mengikuti langkah panjang Kieran saat mereka menanjak naik, naik, dan terus naik. Kita mau ke mana"
Kieran menggenggam tangan Julie lebih erat. Sabar.
Halo" Barangkali kau belum mengenalku. Aku Julie dan aku tidak pernah sabar.
Ya. Aku mengetahuinya, jawab Kieran, berhenti di pelataran di puncak rumah.
Julie melirik ke bawah ke lorong panjang di bela kang mereka. Lampu dinding berbentuk pegangan obor kuno mengeluarkan cahaya emas hangat menerangi lantai yang mengilat. Lukisan berjajar di dinding dan ketika Julie mengenali lukisan Monet, ia bertanyatanya apakah lukisan itu asli.
Mengingat kekayaan berlimpah pria ini, ia berani bertaruh bahwa lukisan itu asli. Mengagumkan. Dekorasi mewah ini. Kastil ini.
Pria ini. Kieran membuka pintu kayu yang berat, yang melengkung di bagian atasnya, lalu melangkah mundur agar Julie masuk terlebih dulu. Dan di hadapan Julie menunggu serangkaian anak tangga lagi, tapi tangga ini mengarah ke atap. Di atas kepalanya, bintang-bintang bersinar terang di langit luas, hitam, dan tampak tak berbatas. Julie mendongak menentang angin dingin yang menerpa wajahnya saat naik menuju atap batu dan perlahan memutar tubuh, mengagumi pemandangan di sekelilingnya. Oh, Tuhanku...
Di puncak pepohonan, ia dapat melihat lautan cahaya, membentang berkilo-kilometer. Cahaya itu sangat banyak, cakrawala tampak kabur karena kilauannya. Angin berembus di sela pepohonan membuat pucuk-pucuk pinus bergesekan dan cabangcabang mapel dan ek bergemeresak terdengar seperti nenek-nenek sedang terkekeh.
Julie berjalan perlahan di atas atap dan sesaat ia merasa seakan sedang kembali ke masa lalu. Rasanya ia dapat mendengar dentingan baju besi, desing anak panah menembus udara. Ia bahkan nyaris percaya jika ia menengok ke bawah, ia akan melihat para kesatria berlatih di halaman.
Hidup Abadi Eternally Karya Maureen Child di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Julie berbalik, melihat Kieran berjalan ke arahnya dan sengatan sesuatu yang panas dan liar serta tak terbendung membuncah dalam dirinya. Cahaya bulan berkilau di dada dan rambut hitamnya, serta terpantul di mata gelapnya. Pria itu berjalan dengan hati-hati dan anggun, sehingga Julie teringat akan macan tutul atau harimau yang sedang mengendap-endap.
Dan sekarang ia bisa merasakan perasaan kijang dalam situasi yang sama.
Siapakah pria ini dulu"
Lebih banyak yang masih tersembunyi daripada yang sudah diketahuinya. Masih banyak rahasia pada diri pria itu yang tidak dapat ia terka. Ia tidak pernah bisa lupa saat Kieran mengatakan pembunuh yang sedang dia buru adalah iblis. Kalau begitu apa sebutan untuk orang ini" Gila" Dan apa sebutan untuk Julie yang mau berduaan dengannya"
Saat Kieran sudah cukup dekat, dia menatap Julie. Kau sedang bertanya-tanya mengenai diriku. Julie terdiam. Sudah kubilang, jangan masuk ke pikiranku.
Tidak perlu membaca pikiranmu jika ekspresimu sudah sangat jelas mengatakan apa yang kau pikirkan.
Luar biasa. Terlalu berlebihan untuk ekspresi datar yang kumiliki sebagai wartawan.
Ada pertalian di antara kita, kata Kieran, suara rendahnya mendengungkan bunyi yang seolah bergema dalam keheningan. Entah salah satu dari kita senang atau tidak dengan kondisi ini. Kau tidak dapat menyembunyikan perasaan-perasaanmu dariku.
Aku bisa mencobanya, jawab Julie, meskipun tahu Kieran mungkin benar.
Dan akan kaulakukan, aku tidak ragu. Namun untuk saat ini, kemarilah. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu.
Kedua ails Julie terangkat. Masih ada lagi" Kieran kembali tersenyum tipis dan Julie merasakan lututnya lunglai. Sungguh, pria ini terlalu kuat bagi dirinya sendiri. Atau bagi Julie, dalam hal ini.
Ya, masih ada lagi. Kieran meraih tangan Julie dan membimbingnya ke pinggir atap di mana terdapat teleskop bernilai seni tinggi, terletak di bawah tarpaulin.
Benda ini sangat tidak cocok ditempatkan di sini, gumam Julie saat Kieran menarik tarpaulin dan menghabiskan beberapa menit untuk mengarahkan teleskop ke langit. Sangat... modern.
Kieran melirik Julie dan menyunggingkan senyum tipisnya lagi. Tidak ada alasan untuk tidak menghargai keduanya, masa lalu dan masa depan.
Wow, kata Julie, bersandar pada menara batu yang dingin di belakangnya. Pria Renaisans. Mata Kieran berkilau. Lebih daripada yang kau
tahu. Apa lagi yang tidak aku tahu tentang dirimu" gumam Julie lebih pada dirinya sendiri daripada pada Kieran, karena ia tahu Kieran tidak akan menjawab.
Sangat banyak, jawab Kieran lembut, lalu menggeleng seolah sedang menghapus pertanyaan Julie. Sekarang, kemarilah dan lihat.
Julie mendekat dan membiarkan Kieran meman dunya menuju teleskop, tangan Kieran di pinggul Julie terasa hangat, kuat, dan menyenangkan. Ia membungkuk perlahan dan menempatkan matanya di bagian lensa dan napasnya tertahan. Oh, ini sangat indah. Memang.
Melalui teleskop, bulan tampak sangat dekat sehingga bisa disentuh. Bulan itu berkilau sangat indah dan bersinar di kegelapan. Ketakutan, kekhawatiran, kegelisahan ketidaktahuan untuk bertindak yang Julie rasakan beberapa hari belakangan lenyap, meninggalkannya tanpa perasaan apa pun selain kekaguman. Atas alam semesta.
Atas kehidupan. Perlahan, dengan enggan, Julie menjauhkan kepala dari teleskop dan menegakkan badan untuk melihat Kieran. Ia menatapnya dengan sungguhsungguh selama beberapa saat sebelum berkata, Kau pria yang sangat menarik, Kieran MacIntyre. Penyendiri. Dermawan. Pemburu iblis berpedang. Astronom amatir. Ada lagi"
Beberapa, kata Kieran mengaku, bergerak men dekati Julie. Cukup dekat sehingga Julie bisa menangkap aroma tubuhnya, tercium jelas karena angin dingin yang berembus melewatinya. Sensasi itu seakan menyelimutinya, mengancam untuk menenggelamkan nya.
Ada yang ingin kauceritakan" bisik Julie. menggigil saat suara lembutnya akhirnya menyeruak dari ketegangan karena kerongkongannya tercekat.
Mungkin, sahut Kieran dan menunduk ke kepala Julie.
Ini tidak akan menyelesaikan apa pun, kata Julie pada diri sendiri meski ia tetap berjinjit dan bertumpu pada tubuh Kieran.
Dan saat ini, ia tak lagi peduli.
?"Delapan SAAT bibirnya mencium bibir Julie, Kieran dapat merasakan sulur-sulur itu mengikat mereka semakin erat. Walaupun Kieran mengira dirinya sudah siap untuk merasakan lagi ikatan dengan calon Pasang an Takdir-nya, ia merasa dunia berguncang di bawah kakinya.
Hanya dengan menyentuh dan merasakan Julie, memberinya emosi dan sensasi yang belum pernah ia rasakan selama bertahun-tahun. Karena perasaan itu hampir teratasi, ia mengerang memenuhi golakan hasrat yang mencakar dan mencengkeram dari dalam. Kieran sangat menginginkan wanita ini, dengan kerinduan yang tiba-tiba dan sangat kuat hingga nyaris membuatnya terjatuh.
Suara lirih dan mendesak di kepalanya memper ingatkannya untuk berhenti. Untuk mengambil langkah mundur. Untuk hanya menyentuh Julie dari kejauhan dan menjaga agar ikatan mereka tidak terlalu kuat.
Untuk menggunakan Julie hanya untuk memper barui kekuatan dan kemampuan yang bisa diberikan Julie padanya. Namun Kieran tidak mendengarkan suara bijak dan logis itu.
Sebaliknya, ia membuka diri sepenuhnya bagi sulur-sulur ikatan di antara mereka, membiarkan pikiran-pikiran Julie membanjiri pikirannya, meluapinya dengan pola-pola bergerigi, kusut, tidak logis. Pikiran Julie seliar dan serumit sifatnya. Dia dipenuhi berbagai warna kehidupan.
Lidahnya menyatu dengan lidah Julie. Tangan Julie mencengkeram rambut Kieran, mendorong kepala Kieran agar lebih dekat padanya. Lengan Kieran melingkar di pinggang Julie dan mendekap tubuhnya erat-erat. Ia merasakan setiap lekuk dan garis tubuh Julie seolah terbakar, membakar tubuhnya sendiri lalu menjalar ke tubuh Kieran hingga ia tidak tahu siapa yang mengawalinya.
Dan ikatan di antara mereka semakin dalam. Kieran mendesah, bentuk tanggapan atas segala hal yang terganggu karena Julie memasuki kehidupannya yang sunyi, namun ia belum bisa menghentikan ciuman itu. Ia harus merasakan Julie lebih utuh lagi. Julie mengerang dalam ciumannya dan desahan lembut itu merasukinya dengan kebutuhan dan gairah yang belum pernah Kieran kenal.
Kieran mendorong kepala Julie ke belakang, menumpunya pada tangannya saat ia melahapnya, mengambil semua yang Julie berikan diam-diam me nuntut Julie untuk memberi lebih banyak lagi. Ia seperti orang kelaparan yang tiba-tiba disodori satu meja penuh hidangan kerajaan.
Dan gelombang warna, pikiran, kenangan, sema kin mengakar dalam benaknya.
Hasrat. Ketakutan. Kegamangan. Dan bayangan pria lain.
Kecemburuan mengoyaknya bagaikan serpihan kaca, merobek jiwanya sampai ia menyadari kenang an-kenangan Julie yang bisa ia saksikan.
Pengkhianatan. Pria yang Julie cintai meninggalkannya demi wanita lain.
Seorang teman. Ia dapat merasakan air mata Julie.
Ia tercekat oleh kemarahan Julie dan merasakan-
nya. Harga diri menyusul kemudian, merasakan kebahagiaannya dalam membangun kembali hidupnya. Berhasil dalam karier yang dicintainya.
Lalu ketakutan bergemuruh dalam dirinya, lebih kuat di banding sebelumnya. Takut pada Kieran. Takut pada sesuatu yang bersembunyi dalam kegelapan. Takut pada apa yang dia rasakan.
Ikatan merantai mereka dalam simpul ketat gairah, tak satu pun di antara mereka yang mampu atau rela melepaskannya. Kieran merengkuh Julie, me nyelipkan satu tangan ke balik kemeja Julie, berhasrat merasakan sapuan lembut kulit Julie pada kulitnya.
Angin dingin menusuk berembus di atas atap batu itu, menampar mereka seakan seseorang, di suatu tempat, sedang berusaha memisahkan mereka. Usaha itu tidak berhasil.
Saat ini, Kieran tahu bahwa tak satu pun kekuasaan di dunia ini atau di tempat lain yang bisa memisahkannya dari wanita ini.
Bahu Julie bergetar dalam dekapan Kieran dan ia mendesah dalam ciuman Kieran saat jemari pria itu mengusap rusuknya, tepian bra-nya... dan tangan Kieran tiba di bawahnya, menggeser benda rapuh itu untuk menyentuh payudara Julie hingga tiap sel tubuhnya seakan meledak karena kebutuhan.
Tidak. Julie tiba-tiba melepaskan diri, napasnya terengah. Rambutnya menerpa wajahnya karena tertiup angin, ia menarik diri dari pelukan Kieran dan berdiri memandang pria itu dengan mata membelalak kaget. Jangan.
Tubuh Kieran terasa terbakar. Keras dan panas, serta siap, ia tidak menginginkan hal lain selain melempar tubuh Julie ke lantai batu, melucuti pakaiannya dan memilikinya. Ia tahu bahwa jika ia memiliki Julie, ikatan di antara mereka bisa semakin lebar atau terputus sama sekali. Dan ia sadar bahwa ia menginginkan kepastian. Ikatan rapuh yang membayang di antara mereka, yang tidak cukup kuat untuk membantunya dan tidak cukup lemah untuk ia abaikan, sulit ia terima.
Kau menginginkanku. Aku merasakannya. Julie menarik napas dengan gemetar dan tertawa pendek, tanpa rasa humor dalam tawanya. Ya. aku menginginkanmu. Aku juga menginginkan cokelat bebas kalori, tapi aku tidak akan mendapatkannya.
Kieran menggeleng menolak ditinggalkan. Brengsek, ia sangat menginginkan Julie. Satu ciuman lagi dan Julie akan menyerahkan dirinya. Satu ciuman lagi. Satu sentuhan lagi...
Namun, seolah dapat membaca pikirannya, Julie melangkah mundur dan mengangkat satu tangan dengan telapak tangan mengarah ke Kieran.
Permainan apa yang sedang kaumainkan, woman" Suara Kieran tertahan, menegang dengan kebutuhan yang masih mencengkeram kerongkongan nya. Kau bukan anak kecil, takut pada keinginannya sendiri. Apa yang menghalangimu dariku"
Aku tidak takut pada keinginan, brengsek. Dan ini bukan permainan. Julie tertawa lagi, dengan suara lantang yang lebih menyiratkan penderitaan daripada kegembiraan. Permainan. Oh Tuhan, aku berharap ini memang permainan. Julie menatapnya tajam saat ia menggeleng dan mengacungkan jari telunjuknya pada Kieran. Saat kau menyentuhku aku melihat... peristiwa-peristiwa. Kejadian-kejadian yang tidak masuk akal. Kejadian-kejadian yang seharusnya tidak bisa kulihat.
Seolah seember air dingin ditumpahkan ke dirinya, hasrat Kieran padam dengan hanya satu tarikan napas. Bodoh. Ia sangat tenggelam dalam pikiran Julie, ia lupa melindungi wanita itu agar tidak menyerap ter lalu banyak kenangan-kenangannya. Pikirannya. Rencananya.
Penyesalan. Apa yang telah dilihatnya" Seberapa banyak"
Kieran mencoba merengkuhnya, namun Julie menggeleng kuat-kuat dan menjauh dari jangkauannya. Tidak. Tidak ada sentuhan lagi. Tidak ada apa pun sampai kau menceritakan... apa yang sedang terjadi"
Suara Julie melemah dan Kieran dengan frustasi mengusap wajahnya sendiri. Ia terlalu cepat mendorongnya terlalu jauh membiarkan dirinya tersesat selama beberapa saat. Dan sekarang, ia harus mengha dapi konsekuensinya. Dengan muram ia meminta, Katakan padaku apa yang kaulihat.
Julie masih menggeleng, membasahi bibirnya, menarik napas dengan gemetar dan berbisik, Pertem puran. Sebuah kastil terbuat dari batu hitam mengilat, berkilau tertimpa sinar matahari. Kapal-kapal. Kapalkapal tua, lengkap dengan layarnya. Meriam-meriam diluncurkan, asap membubung di udara. Keributan. Ia menarik napas. Sangat hebat. Orang-orang berteriak dan bunyi ledakan bersahutan di udara. Aku melihat para kesatria. Ia menutup mulutnya dengan tangan seakan mencoba menelan kata terakhir. Namun terlambat.
Ia mengangkat dagunya, menatap Kieran, dan air mata yang mengalir di mata hijaunya membuat hati Kieran pedih. Apakah ada hal lain di dunia ini yang lebih sulit untuk dihadapi seorang pria selain melihat seorang wanita tangguh menangis"
Dan aku melihatmu. Julie menghentikan perkataannya, lalu berkata, Tidak, bukan seperti itu. Aku tidak melihatmu. Aku adalah kau. Aku melihat melalui matamu. Menyaksikan pertempuran berteriak kepada orang-orang untuk berlindung. Menebaskan pedang berat, demi Tuhan. Lalu aku melihat. . .
Apa" tanya Kieran, kerongkongannya sendiri tercekat saat mengingat kembali kenangan-kenangan nya melalui mata Julie.
Seorang pria. Muncul menembus asap dan keributan. Baju besinya berbeda. Semacam... simbol di penutup dadanya. Dan dia tidak memedulikan peperangan itu. Dia tidak berada di situ untuk bertempur. Dia di sana untuk membunuh.
Julie... Rahang Kieran terkatup rapat. Tangannya mengepal di samping tubuhnya.
Julie melanjutkan kata-katanya sekarang seakan tumpah dari mulutnya, seakan ia tidak mampu menahannya meski ingin menghentikannya. Dia di sana untuk membunuhmu.
Julie mundur selangkah dan matanya membelalak, segelintir air mata meluncur ke pipinya sinar bulan menimpanya dan air mata itu berkilau bagai perak. Oh Tuhan, dia memang membunuhmu. Pedang itu. Oh Tuhan. Suaranya hilang lagi, napasnya tertahan, dan ia menepuk-nepuk kepala dengan tangan seakan ingin mengusir bayangan-bayangan yang menyiksanya. Aku dapat merasakannya. Merasakan tepi pedang itu. Dia memukul kepalamu terlebih dulu. Mengoyak tubuhmu. Sakit. Rasa sakit yang sangat terasa. Tak terduga.
Julie. Rasanya perut Kieran terbuka dan ia cukup terkejut karena tidak melihat isi perutnya terburai hingga ke kakinya. Sudah begitu lama sejak terakhir ia mengingat kejadian hari itu. Sejak ia membiarkan dirinya mengingat kejadian itu. Sudah cukup ia memetik pelajaran pada hari kematiannya.
Semua ini tidak mungkin terjadi, bisik Julie, terkejut, terdengar tidak percaya. Tidak ada yang nyata dari semua ini. Tidak mungkin. Jadi bila semua ini tidak nyata, berarti aku gila. Seperti dia. Apakah kegilaan menular" Julie menggeleng kuat-kuat dan terus bergumam pelan di balik napasnya. Kenapa aku bisa melihat pria itu mati" Dia berdiri di sini. Itu tidak masuk akal, brengsek.
Tatapan Julie menusuk Kieran dan terpancar penderitaan serta tuduhan dari mata hijaunya. Tidak ada lagi yang masuk akal dalam hidupku setelah kau memasuki dapurku. Kenapa begitu" Kenapa kau datang ke rumahku" Kenapa kau menciumku" Kenapa semua ini terjadi"
Aku tidak bisa memberimu jawaban yang kau inginkan, jawab Kieran lembut. Setidaknya, tidak semua jawaban. Kieran mendekati Julie, tidak yakin apa yang harus ia lakukan. Ia menatap wajah Julie, memandangnya saat Julie merasakan kematiannya, pada masa lampau, ia sadar bahwa sekarang ia harus memberikan jawaban bagi setidaknya beberapa perta nyaan wanita itu. Julie telah menyentuh relung jiwanya yang paling dalam.
Kieran menemukan sudut tersembunyi tempat ia menyimpan kenangan akan hari kematiannya. Dan saat ini, karena gambaran-gambaran itu muncul kembali seperti mengambang di udara, ia merasakan kemarahan bergejolak dalam dirinya... sesegar yang dirasakannya saat itu.
Penting baginya untuk mengetahui pikiran-pikir an Julie, perasaan-perasaan wanita ini. Namun bahwa Julie telah menyelami masa lalunya, mengalami kesedihan yang sudah ia simpan untuk dirinya sendiri sekian lama, itu hal lain. Ia tidak menyukai ini semua. Brengsek, ia tidak butuh belas kasihan dari Julie. Ia tidak butuh air matanya. Apa tidak ada lagi yang pribadi"
Bukan kematian yang mengganggumu gumam Julie, jelas tidak menyadari pengaruh kata-katanya terhadap Kieran. Kau sudah siap untuk itu. Mengharapkannya. Itu karena pengkhianatan. Pengkhianatan menyayat lebih dalam dibanding pedang. Sakit. Sakit yang tajam. Begitu menyakirkan hingga saat dia menusukmu, kau bahkan tidak merasakannya. Cukup! tukas Kieran, dengan marah membentak Julie karena upayanya untuk mencoba memahami menguap dengan cepat. Sudah cukup. Aku tidak ingin mendiskusikan hal itu denganmu. Kematian seorang pria merupakan hal pribadi.
Pribadi" ulang Julie, sangat terkejut. Kematianmu" Pribadi"
Itu sudah lama sekali. Kau sudah mati, kata Julie datar. Sudah lama
mati. Ya. Tatapan Julie menyapu Kieran dari atas ke bawah dengan pandangan merendahkan dan marah. Kau tidak terlihat mati.
Kematian itu tidak berlangsung lama. Tentu. Julie tertawa lagi, liar dan sedikit histeris. Hanya kematian kecil kalau begitu. Sementara. Atau mungkin bukan. Mungkin itu hanya... apa" Penga laman nyaris mati di Medieval Times"
Bukan. Kieran tersenyum mencemooh saat Julie menyebutkan nama restoran tempat para pelayannya berdandan layaknya kesatria dan wanita Abad Pertengahan. Ia dan Santos pernah satu kali menonton pertunjukan di sana, namun di tengah-tengah acara mereka meninggalkan hiburan itu. Terlalu banyak kesalahan untuk mereka tonton hingga mereka tidak bisa menikmati hiburan yang disebut pertempuran dan perkelahian Abad Pertengahan itu. Situasinya tidak berbeda dari film yang akan membuat Nathan mengutuk film perang dengan begitu banyak ketidakakuratan. Setiap orang memiliki masanya masingmasing.
Julie memandangi Kieran seolah sedikit berharap pria itu menghilang diiringi rentetan bunyi rantai.
Dengan sedih, Kieran berkata, Aku bukan hantu.
Bukan, kata Julie sambil mengusapkan ujung jari ke bibirnya yang masih bengkak. Kau terlalu nyata sebagai hantu. Tapi. . .
Kieran menghela napas, secara tidak sadar menempatkan kakinya dalam posisi siap berperang. Jauh sebelum ia mati, ia sudah mempelajari bahwa berbicara dengan wanita bisa membuat pria merindukan medan pertempuran dengan peraturan bersih dan tidak rumit. Kieran melipat tangan di depan dada, memandangi Julie, berusaha menilai seberapa banyak informasi yang sanggup Julie terima tanpa membuat wanita itu histeris.
*** Saat Kieran memandangnya, mata Julie terlihat tegas, dagunya terangkat dan punggungnya secara naluriah menjadi tegak. Akan lebih banyak lagi yang terjadi di sini melebihi yang mampu ia bayangkan. Sebanyak itu yang ia tahu. Ia belum bisa memercayai gambaran-gambaran yang membakar otaknya, namun ia sangat yakin bahwa semua yang dilihatnya nyata.
Bahwa entah bagaimana dengan cara apa, ia memasuki pikiran Kieran dan melihat jauh lebih banyak daripada yang Kieran inginkan untuk ia lihat.
Namun sekarang sudah terlambat. Tidak ada lagi jalan kembali. Ia tidak bisa tidak melihat apa yang sudah ia lihat. Ia tidak dapat melupakan gambaran gambaran tadi. Dan ia tidak akan berpura-pura melupakannya.
Kau berutang penjelasan atas semua ini. Julie berkata sambil menyingkirkan helai rambut yang menutupi matanya saat angin meniup rambut ke wajahnya. Brengsek, Kieran, apa yang sedang terjadi" Katakan padaku. Aku tidak akan jatuh berantakan dan kupikir aku berhak mendapatkan jawaban.
Setelah jeda satu menit yang panjang Kieran mengangguk perlahan. Ya kau berhak. Aku akan menj elaskan sebisaku. Ia berhenti lagi, seakan sedang memilih kata-katanya dengan hati-hati. Aku sudah mengatakan padamu bahwa pembunuh yang berkeliaran di kota itu bukan manusia, tapi iblis.
Kieran telah mengatakannya, tapi Julie belum memercayainya. Ya, tapi
Dan hanya aku yang dapat menangkapnya. Ya. . .
Bulan sedikit tertutup gumpalan awan dan sinar pucatnya meredup, membuat Julie dan Kieran berdiri bersama, terbungkus bayangan. Julie menggigil dan menarik lebih erat kemeja yang diberikan Kieran pada nya.
Kieran mengembuskan napas, tatapannya terpa ku pada mata Julie dan berkata lembut, Aku Penjaga. Satu dari sekian banyak yang lain.
Julie menguatkan din untuk mendengarkan keseluruhan cerita, lalu bertanya, Apa maksudmu dengan Penjaga"
Prajurit. Pada akhirnya, seperti inilah kami. Kieran mengalihkan pandang dari mata Julie ke lampu-lampu kota yang terbentang sampai cakrawala. Ia berjalan ke tepi atap, menumpukan tangan di pagar batu teras itu, mencondongkan badan ke depan, memandangi malam.
Kami diberi pilihan, lanjut Kieran, suaranya nyaris tertelan desah lembut angin, saat kematian tiba. Kami bisa memilih untuk tetap mati, merelakan roh jiwa kami melanjutkan perjalanan. Untuk pergi menuju apa pun yang menunggu kami... atau, kami bisa memilih untuk terus bertarung.
Untuk terus... apa" Julie nyaris tidak percaya ia mengajukan pertanyaan itu. Apakah ia memercayai cerita ini" Apakah ia benar-benar mengira Kieran adalah prajurit yang sudah lama mati dan sedang mencari pertempuran baru"
Kieran melirik melewati bahunya dan entah kenapa mata pucatnya terlihat gelap. Tidak ada cahaya di mata itu. Tidak ada kehangatan. Hanya ada... kepasrahan. Pada nasibnya" Pada ketidakpercayaan Julie"
Julie tidak yakin. Kami menjadi Abadi. Itu mustahil.
Benarkah" Kieran berbalik untuk menghadap Julie, bergerak sangat cepat, sehingga Julie sulit menangkap gerakan itu. Lalu ia menyandarkan pinggangnya pada dinding batu yang dingin dan kembali memperhatikan Julie.
Kieran seperti pria kastil. Dada bidangnya yang telanjang berkilau tertimpa cahaya bulan yang redup. Rambutnya yang terlalu panjang tertiup angin dan mata tajamnya menyipit. Kastil yang kaulihat ketika kita berciuman. Berbatu hitam. Berkilauan tertimpa sinar matahari.
Ya. Julie dapat melihatnya lagi seakan ia dilahirkan di sana.
Kastil Edinburgh, bisik Kieran menerawang. Tidak ada lagi benteng serupa itu. Kastil itu seakan dibangun dari batu oleh tangan Tuhan sendiri. Di dekatnya, ombak laut berdebur menabrak dinding batu dan kapal-kapal yang kaulihat menembaki kastil adalah kapal-kapal Inggris. Ia mengucapkan kata terakhir dengan pahit. Saat Ratu-ku pergi, pasukan Inggris menyerang.
Ratu-mu" bisik Julie.
Mary, jawab Kieran, menegakkan tubuh, secara alamiah menampilkan postur menghormat. Ratu Skotlandia.
Oh Tuhan. . . Kieran berbalik membelakangi Julie, memandang kegelapan yang bertabur cahaya dan meneruskan perkataannya, lebih ditujukan pada dirinya sendiri daripada pada Julie, Pertempuran berlangsung sengit. Tak terduga. Kami bertarung gagah berani, namun meriam-meriam dan laut mengalahkan kami. Kami tidak dapat bertahan dari tembakan yang terusmenerus dari kapal-kapal itu.
Julie dihantui kesedihan yang tersirat dalam suara Kieran. Kieran berbicara dalam bisikan kesedihan yang merobek hati Julie meski ia masih belum percaya.
Aku mengarahkan pasukan, lanjut Kieran, tangannya kini mengepal di atas batu yang dingin. Kami mengangkat pedang dan pedang berdenting berbenturan, pukulan pada baju besi terdengar seperti alunan musik. Musik yang liar dan kejam. Lalu musik itu berhenti. Suara Kieran tertahan, rahangnya menegang dan kepalan tangan kanannya meninju dinding batu seakan batu itu adalah musuh yang telah mengalahkannya.
Bagaimana itu semua bisa terjadi" tanya Julie, tidak sungguh-sungguh mengharapkan jawaban.
Seorang kesatria Inggris menembus pasukan Skotlandia yang berjatuhan menyepak tubuh mereka saat berlari ke arahku. Aku mengangkat pedangku. .
Kieran menatap angkasa seolah sedang menyaksikan kembali peristiwa itu.
Sama seperti Julie. Otaknya memutar ulang gambaran-gambaran yang ia lihat beberapa saat lalu. Ia melihat kesatria itu melangkahi mayat-mayat, kakinya berjalan di kolam darah yang berkilau di atas batu hitam. Ia melihat kesatria itu mengangkat pedangnya dan mengarahkannya pada Kieran.
Julie merasakan guncangan yang dirasakan Kieran saat dia menahan tebasan pertama pedang dengan pedangnya sendiri, pedang lawannya nyaris mengenai sisi kepala Kieran. Julie dapat melihat Kieran mengelak dari tebasan pertama tapi tertusuk oleh tebasan kedua dengan terkejut dan sakit sebelum terjatuh saat lawannya berteriak, Demi Madeline!
Aku mati hari itu, lanjut Kieran tegang berbalik kembali menghadap Julie, menatap tajam mata Julie, menantangnya untuk tidak memercayai perkataannya. Itu terjadi pada bulan Mei tahun 1573. ?"Sembilan
MESKIPUN perutnya melilit dan mulas karena cemas dan bingung, Julie menatap mata Kieran dan tahu bahwa pria itu yakin pada perkataannya. Entah benar atau tidak, pernyataan itu merupakan kebenaran bagi Kieran.
Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukatakan, Julie akhirnya mengaku dan diam-diam menambahkan atau kupikirkan.
Kau tidak perlu mengatakan apa pun, sahut Kieran dan rahang kuatnya menegang. Aku tidak men ceritakan ini padamu untuk mendapat belas kasihanmu. Atau olok-olokmu
Kieran . . . Jangan menyangkalnya, tukas Kieran, aku dapat membaca keraguan dalam matamu. Meski kau sudah melihat semua kejadian itu saat kita berciuman.
Ya, aku melihatnya, kau benar. Julie berjalan mendekati Kieran, terdorong oleh kebutuhan untuk menyentuh pria itu yang tak dapat ditolak.
Julie menyentuh lengan Kieran dan merasakan otot tubuh Kieran di bawah telapak tangannya. Aku tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Kenapa itu terjadi. Namun bagaimana aku bisa percaya bahwa semua yang kaukatakan itu benar" Manusia abadi"
Iblis" Itu terdengar seperti serial buruk di TV.
Kieran lalu bergerak cepat hingga Julie tidak sadar dia telah mendekat, merangkul pinggangnya, dan menarik tubuhnya mendekat. Dadanya sekeras besi, demikian pula bagian lain tubuhnya.
Perempuan, kata Kieran sambil menggeleng lemah, kau meminta jawaban dan saat mendapatkannya, kau tidak percaya. Sekarang dengarkan aku. Inilah semua yang perlu kau tahu. Aku Penjaga. Aku memburu iblis yang melarikan diri dari dimensi mereka melalui gerbang dan memasuki dimensi kita. Aku mengirim mereka kembali ke neraka mereka. Inilah tugasku. Inilah aku dan tugasku.
Kehangatan tubuh Kieran menular ke tubuh Julie, mengusir hawa dingin yang diembuskan oleh angin atau oleh kata-kata Kieran. Kekuatannya menye limuti Julie, matanya meminta Julie untuk mendengarkan. Namun untuk percaya" Bagaimana bisa" Semua ini terlalu fantastis. Namun...
Ada gerbang antardimensi" gumam Julie, bertanya-tanya mengapa satu lagi pernyataan aneh bisa mengagetkannya.
Ya, gerbang-gerbang itu ada.
Berapa banyak" tanya Julie, menyembunyikan kebingungannya dengan kembali menggunakan naluri untuk mengumpulkan informasi. Dimensi, maksudku.
Tak terbatas, kata Kieran dan tangannya ber-
gerak di punggung Julie, jari-jari kuatnya menekan kulit Julie melalui bahan sutra kemeja yang Kieran pinjamkan padanya.
Dan gerbang" Sebanyak dimensi. Mungkin lebih.
Satu masalah yang muncul ketika mengajukan pertanyaan adalah terkadang kita tidak menyukai jawabannya.
Ini berlebihan, kata Julie dan mendengar sendiri suaranya bergetar. Meski ia dapat mengakui, setidaknya pada diri sendiri, bahwa getaran yang mengguncangnya disebabkan oleh sentuhan Kieran pada tubuhnya, dan juga perkataannya. Bagaimana mungkin kau mengharapkanku memercayai semua ini"
Percaya atau tidak. Itu tidak penting, jawab Kieran, merengkuhnya hingga Julie harus mendongak agar tetap bisa menatap mata Kieran. Pelukan Kieran semakin erat, membawa Julie begitu dekat padanya, membuat Julie sulit bernapas.
Lalu kenapa aku ada di sini" tukas Julie cepat. Bila aku percaya atau tidak tidak penting, kenapa kau mengatakan itu semua padaku"
Karena kita terhubung , Kieran mengaku dan tampak kurang senang dengan kenyataan itu. Tentang telepati itu"
Ya. Tangan Kieran bergerak naik-turun di punggung Julie, menyusuri tulang punggungnya, menyulut api yang panas membara di tubuhnya. Apakah pria itu sedang berusaha menggoda, menenangkan, atau mengacaukan dirinya" Semua itu terjadi pada dirinya. Julie menghela napas, memejamkan mata, dan terayun mendekat ke tubuh Kieran.
Jadi kau tidak dapat melakukannya dengan orang lain"
Tidak. Ibu jari dan telunjuk Kieran membuka pengait bra Julie dengan mudah dan itu menunjukkan pengalamannya. Julie menghela napas saat tangan Kieran bergerak dari punggung ke dadanya untuk menangkup payudara Julie dengan tangannya yang besar dan hangat. Wow. Darah Julie bergejolak dan tubuhnya tersentak oleh harapan. Jemari Kieran memainkan puncak payudara Julie yang keras dan sensasi manis meluncur ke bagian tengah tubuh Julie.
Ya ampun. . . Julie menelan ludah, menggeleng dan mencoba tetap berpikir di tengah kekacauan pikir annya. Berpikirlah Julie... Namun terlalu sulit untuk berpikir dengan tangan Kieran berada pada tubuhnya. Mengapa kau bisa melakukan telepati itu padaku"
Kieran masih memainkan payudara Julie, menunduk dan merasakan leher Julie. Berhentilah bicara, gumam Kieran, napasnya berembus pada leher Julie.
Bibir, gigi, lidah Kieran menjelajahi tubuh Julie
dan mengirimkan gelombang harapan yang membanjiri tubuhnya. Kepalanya memanas, pikirannya seakan meleleh saat menyerah pada kebutuhan yang nyaris mencekiknya. Bagaimana ia bisa membiarkan ini terjadi" Kenapa ia bisa membiarkan diri menjadi kalut seperti ini"
Oh ya, pikir Julie saat tangan Kieran bergerak turun, semakin turun, dan terus turun sampai di ikat pinggang celana jinsnya, menyelinap ke baliknya, hingga tangan pria itu merangkumnya di sana. Itu alasannya.
Julie mencengkeram bahu Kieran, tahu ia harus mendorong pria itu agar menjauh sampai ia mendapat kan semua jawaban yang ia butuhkan. Namun sudah terlalu lama ia tidak mengalami kepuasan di luar kepuasan seputar pijatan di bawah pancuran mandi.
Kieran menyentuh dengan lihai hingga Julie merasa seolah kembang api meledak di balik matanya. Lutut Julie lemas dan ia berdiri goyah. Julie mengerang lembut dan bergerak mengikuti tangan Kieran, menginginkan lebih, menginginkan Kieran menyentuh inti dirinya. Ia berpegang pada Kieran seakan berusaha menyelamatkan diri, jemarinya mencengkeram erat bahu telanjang Kieran. Kepalanya menengadah dan bibir Kieran masih melanjutkan serangan-serangan lembutnya.
Satu tangan Kieran berada pada payudara Julie, mengusap lembut bagian itu dan satu tangan lagi di tubuh bagian bawah Julie yang sangat sensitif.
Kieran... Julie menarik napas akibat kebutuhan yang semakin memuncak dan menyentak dari dalam tubuhnya. Pilinan sesuatu yang nikmat terlepas di dalam tubuhnya dan dengan antusias Julie bergerak bersama tangan Kieran.
Setiap sel tubuhnya menyala dan bergetar. Perutnya mengencang, lehernya tercekat saat merasakan gelombang gairah semakin memuncak dalam dirinya. Dan saat puncak terasa semakin dekat hingga ia dapat merasakannya, Kieran semakin memanjakan inti tubuh Julie yang hangat.
Yang ingin Julie lakukan adalah melucuti pakaiannya, telentang di atap batu itu dengan Kieran berada di atas tubuhnya. Bagaimana pria ini bisa membuatnya merasakan semua ini hanya dengan satu sentuhan" Dengan satu ciuman"
Bagaimana mungkin ia membutuhkan ini semua"
Kieran bergeser, mendongak agar bisa menatap Julie. Dia menggeser tangan dari dada Julie ke belakang kepalanya. Dia menggenggam rambut Julie, membuat kepala Julie mendongak, dan memandang kedua mata Julie yang menggigil dan gemetar dalam cengkeramannya.
Please, gumam Julie, memandang Kieran dengan tatapan berkabut gairah yang seolah hampir membutakannya. Oh Tuhan, please...
Mari, kata Kieran dengan suara berat dan menuntut yang terlontar melalui giginya yang terkatup rapat. Mari dan biarkan aku memandangimu.
Julie menatap matanya, api berkilat di mata biru pucat yang dalam itu. Julie merenggangkan kaki, tubuhnya terangkat, menerima sentuhan Kieran saat pria itu melakukan sesuatu yang tak pernah Julie bayangkan. Kieran terus membelai, mengusap, mengelus, menyiksa, mendorongnya ke tepi, dan akhirnya melewati tepian itu.
Julie meneriakkan nama Kieran saat tubuhnya meledak dan di tengah upayanya untuk menarik napas, bibir Kieran kembali mengunci bibirnya. Julie memenuhi hasrat Kieran dengan kebutuhan baru yang sangat kaya pada dirinya sendiri. Ia belum pernah mengenal perasaan semacam ini sebelumnya.
Saat Kieran menciumnya, Julie kembali melihat pikiran-pikiran Kieran dan kali ini, gambaran itu menampilkan dirinya. Tanpa busana, terbaring di tempat tidur mewah, dengan Kieran di atas tubuhnya, menyatukan tubuh mereka hingga mereka terengah-engah.
Bahkan saat tubuhnya bergetar karena pelepasan luar biasa itu, gairah yang segar, bahkan lebih kuat, bangkit dalam dirinya.
Itu, kata Kieran saat akhirnya melepaskan bibirnya dari bibir Julie dengan tiba-tiba, alasan kenapa kita terhubung. Ada ikatan di antara kita. Ikatan takdir.
Takdir" sahut Julie saat Kieran perlahan melepaskan tubuh Julie dan membiarkannya berdiri gemetar.
Pikiran kita, tubuh kita. Saat bersatu, kita saling menguatkan. Kieran merapikan rambut Julie dari wajahnya dengan sentuhan lembut yang mengejutkan. Aku tidak mencarimu, Kieran mengaku, suaranya setenang angin yang masih berembus di atap itu. Namun kau di sini sekarang dan aku tidak bisa lagi mengelak.
Otak Julie masih bergejolak akibat kekuatan puncak yang baru saja ia rasakan, sementara Kieran mencoba membuka percakapan. Ya ampun ia tidak bisa menghilangkan dan menyalakan gairah dalam sekejap. Namun ia cukup yakin bisa mendengar perkataan Kieran dengan jelas. Kita saling menguatkan" Ya.
Jadi saat aku melihat pikiranmu kau melihat. . . Pikiranmu, ya, sahut Kieran, lalu menambahkan, kau merindukan keluargamu. Mereka sangat jauh dan kau tidak bisa bertemu mereka sesering yang kauinginkan.
Mata Julie berkedip saat memandang Kieran. Benar. Orangtua dan adiknya masih tinggal di Ohio dan berpisah dari mereka ternyata lebih sulit dari yang ia duga. Namun dengan Kieran melihat realita dalam pikirannya membuat Julie gelisah.
Aku tidak punya keluarga, kata Kieran pelan seolah berbisik, membuat Julie merasa iba. Tidak punya kakak" Adik"
Mereka meninggal saat masih anak-anak. Aku ikut sedih. Apa lagi yang bisa ia katakan" Kehidupan pada masa itu lebih sulit. Hidup lebih singkat.
Di Skotlandia kuno. Kau memercayaiku" tanya Kieran sambil tersenyum simpul.
Aku tidak yakin, Julie mengaku. Namun ia telah menyaksikan begitu banyak kenangan Kieran sehingga tidak mungkin tidak memercayainya sama sekali. Kenangan-kenangan itu muncul dalam gambargambar masa lalu yang jelas dan tajam. Gambaran masa lalu yang hanya bisa diciptakan oleh seseorang yang memang mengalami peristiwa-peristiwa itu.
Kehadiranmu... di luar harapanku, kata Kieran sambil menyibakkan rambut Julie dari wajahnya. Ada kelembutan pada dirimu yang membuatku tertarik.
Aku bukan wanita lemah, protes Julie, bangga pada kekuatan alaminya, kemampuannya untuk menjaga diri sendiri. Untuk memulihkan diri dari bencana.
Kelembutan dalam diri wanita bukan sesuatu yang memalukan.
Mungkin pada zamanmu, jawab Julie lalu memalingkan wajah. Tuhan, apakah ia mulai dapat menerima kenyataan bahwa pria ini sudah berusia empat ratus tahun" Bisakah pikirannya cukup sinting sampai bisa menerima kemungkinan itu"
Dan bila ia percaya, berapa banyak lagi yang harus ia dengar" Namun pada masa kini, lanjut Julie, jika seorang wanita ingin berbaur, ia harus lebih kuat, lebih tegas, lebih cepat, lebih cerdas daripada pria yang bekerja sama dengannya.
Kau tahu, bukan berarti aku tidak cocok untuk hidup pada masamu, kata Kieran, lagi-lagi dengan senyum tipis di bibir.
Julie gemas ingin menggigitnya.
Aku menyaksikan perubahan zaman. Dan beberapa perubahan itu menuju arah yang lebih baik.
Oh, terima kasih. Sambil menggeleng, Julie menatap Kieran dan berkata, Aku berdiri di sini, menatapmu, merasakan tanganmu menyentuh pipiku dan sepanjang waktu, aku tahu ini semua tidak nyata. Aku mendengarmu mengatakan kau membaca pikiran ku. Aku tahu aku telah melihat pikiranmu, tapi ini tidak masuk akal.
Kerutan dahi Kieran yang lebih familier bagi Julie dibanding senyumnya muncul sekilas. Kau masih mencoba menyangkal sesuatu yang hadir di antara kita"
Maksudmu mengenai takdir itu" Julie menarik napas dan mengalihkan pandang ke cahaya kota yang bekerlip bagai berlian. Kenapa tidak" Aku tidak percaya pada takdir, jawab Julie singkat. Aku percaya kita menentukan pilihan-pilihan kita sendiri. Nasib kita sendiri.
Lalu kenapa aku bisa tahu banyak tentang dirimu" balas Kieran, dengan lembut memutar wajah Julie agar kembali menatapnya. Dari mana aku tahu kau suka es krim dan membenci sushi" Tapi omongomong aku setuju soal itu. Ikan mentah tidak menggugah selera. Aku tahu kau menyukai hawa dingin dan membenci hawa panas. Bahwa kau lebih menyukai hujan dibanding sinar matahari. Bahwa kau bermimpi menulis buku, tapi belum memiliki kepercayaan diri untuk mencoba.
Berhenti, bisik Julie saat hawa dingin merayapi punggungnya. Terlalu banyak, hatinya menjerit. Dia tahu terlalu banyak. Bagaimana dia bisa tahu semua itu" Bagaimana Kieran bisa sangat mengenal dirinya"
Dan, tambah Kieran, dari mana aku tahu pria yang kaukira mencintaimu justru mengkhianatimu" Tubuh Julie kaku seketika.
Kau lebih baik tanpa dia. Maksudmu"
Suamimu, kata Kieran, suaranya berbisik. Dia penipu dan tukang selingkuh. Dia tidak layak untukmu.
Kau melihat... Karena malu, Julie hanya bisa memandangi Kieran, tidak tahu apa yang harus ia katakan. Ingatan akan Evan membanjiri benaknya dan dalam sekejap ia membandingkan Evan dengan pria di hadapannya. Dan Evan tampak sangat buruk.
Secara keseluruhan, Kieran MacIntyre pria yang sangat berbeda dari Evan. Kieran kuat dan percaya diri, menjalani hidup dengan tujuan, melakukan segala yang dia anggap sebagai tugas, mau tidak mau. Sedangkan Evan, dia menjalani hidup tanpa tujuan ter tentu, sama seperti dia menjalani pernikahan mereka tanpa tujuan pasti.
Ayahmu tidak pernah menyukai pria itu, tambah Kieran, lalu menambahkan, ayah bijaksana.
Oke, hentikan tukas Julie. Aku tidak akan berdiri di sini sementara kau mengobrak-abrik pikiranku, melihat serpihan kenangan dari masa laluku dan mem bicarakannya.
Aku tidak mengobrak-abriknya.
Julie tidak memedulikan perkataan Kieran, ia menatap pria itu dengan muka tersinggung. Oh dan selagi kita sedang membicarakannya, aku tidak pernah ingin berbicara mengenai pernikahanku lagi. Oke"
Setuju, jawab Kieran dengan ramah diikuti anggukan. Dan sebagai balasan, aku minta kau tidak lagi berbicara mengenai kematianku,
Sepakat. Oh Tuhan, ia baru saja melakukan tawar-menawar paling ganjil dalam hidupnya. Kau tidak akan mengintip isi kepalaku dan aku tidak akan mengintip isi kepalamu. Bagaimana ini semua bisa terjadi"
Aku akan membawamu masuk, kata Kieran, meraih siku Julie dengan tangannya yang besar. Julie tak beranjak. Kenapa"
Aku harus pergi. Untuk memburu iblis. Ya. Kieran membimbing Julie menuju tangga dan kekuatannya membuat Julie mau melangkah. Kau akan aman di sini.
Julie menoleh ke belakang ke arah kegelapan yang menyelimuti kastil... pada kerlip lampu kota... dan bulan setengah yang bersinar di langit. Aman"
Aman dari iblis kalau iblis memang ada mungkin. Namun aman dari Kieran MacIntyre... Julie tidak terlalu yakin.
*** Dengan rasa kesal dan jengkel yang menyesakkan dada, Kieran memasuki rumah. Ia tidak bermaksud memperlakukan Julie seperti itu. Menyentuhnya, menenggelamkan diri pada kehangatannya. Ia tidak bermaksud terlalu menyelami pikiran Julie hingga ia bisa melihat keluarganya, kecintaan mereka satu sama lain dan kecintaan mereka pada Julie, serta untuk diingatkan kembali bahwa ia tidak pernah mengenal kedekatan seperti itu. Keakraban seperti itu.
Selama lebih dari empat ratus tahun, ia tidak pernah membiarkan diri terikat pada manusia. Kehidupan mereka terlalu singkat. Membuka diri bagi persahabatan dan kasih sayang, hanya akan memicu kepedihan. Dan ia cukup memahami itu sehingga mampu menjalani kehidupan abadi ini.
Namun, baru sejam lalu ia melanggar prinsipnya sendiri gara-gara Julie Carpenter. Dan mengetahui bahwa kekuatannya semakin tumbuh dan kuat karena perlakuannya pada Julie hanya menyebabkan dirinya dilingkupi amarah.
Marah atas segala yang ia dapatkan dari momen kebersamaan mereka di tengah kegelapan malam tadi, bahkan di sini, di rumahnya, ia bisa merasakan jejak energi iblis. Ia tahu kebersamaannya dengan Julie sangat berharga meski ia terganggu. Bila Julie tetap di sampingnya, bila ia membiarkan ikatan itu tumbuh, maka iblis itu bisa segera tertangkap.
Lebih sedikit korban. Seperti seharusnya. Namun...
Entakan sepatu botnya pada tangga terdengar nyaring di tengah keheningan, tapi ia tidak peduli. Ujung mantel kulit hitamnya berkibar di sekitar lutut saat tiba di ujung tangga dan berbelok tajam menuju lorong rumah.
Rasa akrab pada rumah itu meresapi dirinya, meredakan rasa sakit pada jiwanya. Dinding batu keabuan, pintu melengkung, gambar wajah temanteman lama yang ia lukis ratusan tahun lalu. Ia berjalan melewati ruang makan dan tidak memperhatikan meja makan besar dari kayu walnut dengan hiasan selusin mawar putih dalam vas timah di tengahnya. Cahaya lembut dari lilin-lilin serupa obor kuno di dinding memunculkan bayangan pada dinding, tapi bayangan itu menenangkan bayangan yang ia akrabi. Di rumah ini, ia menemukan kedamaian. Sampai belakangan ini.
Kieran terus menyusuri lorong, yakin bahwa satu-satunya tempat ia bisa menemukan Nathan adalah dapur. Anggota Navy SEAL selalu lapar.
Kieran membanting pintu ayun, berhenti dan memandang Nathan yang sedang duduk menyantap daging ayam dengan jumlah lebih banyak dibanding saat makan malam.
Wanita itu membuatmu marah" tanya Nathan, memandang Kieran sekilas.
Dia bukan urusanmu. Pasangan Takdir, kan" Nathan mencomot sepotong paha ayam, bersandar pada kursi dan menggigitnya.
Kieran mengernyit, teringat bahwa pria ini pernah berbicara dengan Santos. Santos tidak pernah bisa tutup mulut.
Hei, bukankah itu juga berkaitan dengan soal Penjaga yang perlu kupelajari" Nathan tampak geli, membuat Kieran sangat jengkel.
Pasangan Takdir hanya legenda, jelas Kieran, menolak mengingat kekuatan dan energi yang mengaliri tubuhnya saat menyentuh Julie dengan intens.
Seperti ia juga menolak kemungkinan peningkatan kekuatan yang bisa diperoleh bila ia dan Julie bercinta.
Bukan seperti itu yang kulihat, komentar Nathan, kemudian sambil melambaikan potongan ayam untuk menekankan pernyataannya, dia menambahkan, aku bisa melihat sesuatu di antara kalian ketika kalian berada di satu ruangan. Nathan terkekeh. Brengsek, aku sendiri rasanya memerlukan rokok tiap kali kau memandangnya.
Kieran merengut, namun seperti biasanya, Nathan tidak pernah merasa terintimidasi.
Jadi kukira legenda itu lebih nyata daripada dugaanmu. Tapi, aku tidak mencari satu wanita untuk selamanya. Sialan, tambahnya sambil tertawa, hubungan terlama yang pernah kujalani hanya berumur beberapa bulan. Satu wanita untuk selamanya" Tidak, terima kasih.
Kieran sepakat dengan pemikiran itu. Meski otaknya menyetujui pemikiran Nathan, tubuhnya membutuhkan Julie. Tangannya gatal ingin menyentuhnya, darahnya bergejolak karena Julie. Dan saat gairah itu begitu besar hingga bisa mendorongnya menaiki tangga dan memasuki kamar Julie, Kieran justru melangkah ke pintu belakang. Pintu itu menuju halaman belakang dan garasi berkapasitas sepuluh mobil.
Tetap awasi dia, kata Kieran, menatap lekat pada mata Nathan.
Kau mau pergi berburu" Ya.
Yakin kau tidak mau mengajakku"
Kieran berhenti. Kau tahu aturannya. Satu penjaga menangkap satu iblis. Waktumu akan tiba.
Tidak ada yang bilang bahwa kau tidak boleh membawa bantuan.
Benar. Lebih dari sekali para Penjaga bekerja sama terutama saat memburu iblis kejam. Namun pada akhirnya, tetap menjadi tugas satu pria atau wanita untuk menangkap iblis itu.
Lebih baik kau tetap di sini. Menjaga Julie. Dengan malas-malasan Nathan mengangguk. Kau bisa mengandalkanku.
Kieran mendongak menatap langit-langit seolah ia bisa melihat menembus rumah hingga sampai di kamar Julie. Lalu ia kembali menatap Nathan. Kieran tidak ingin meninggalkan Julie dan itu menegaskan bahwa ia harus menjaga jarak dari wanita yang dalam sekejap menjadi sosok penting baginya.
Aku memang mengandalkanmu jawab Kieran, lalu berjalan keluar dan membanting pintu di belakangnya.
*** Kegembiraan. Kebahagiaan karena dapat bergerak bebas menjelajahi dunia penuh tubuh yang menunggu untuk dibantai. Siapa yang harus dipilihnya" Bagaimana ia dapat memilih di antara tubuh-tubuh cantik ini" Si Rambut Merah di bioskop ini masih menarik perhatiannya, meski wanita berambut pirang di dekatnya tidak kalah menggiurkan.
Tapi, ia sudah pernah menikmati wanita berambut pirang. Variasi. Kunci untuk menikmati pekerjaan adalah variasi. lblis yang menyatu dalam tubuh pria tampan dengan mata berbinar dan jenggot tercukur rapi itu mendekati si Rambut Merah. Menggunakan energi sihir yang dianugerahkan para dewa padanya, makhluk itu memperkenalkan diri. Halo, namaku Bob Robison. Boleh aku mentraktirmu segelas kopi"
Wanita itu menoleh dan tersenyum padanya, tidak menyadari apa yang sedang dihadapinya. Tidak menyadari bahwa malam ini akan menjadi malam terakhirnya dan bahwa sebelum matahari muncul di cakrawala, wanita itu akan berteriak agar makhluk ini mengakhiri penderitaannya.
Menyenangkan. *** Kieran menelusuri kota, memasuki tiap lorong, memeriksa tiap sudut kumuh dan pelataran rumah. Ia berbicara pada para penghuni malam, mengajukan pertanyaan tentang keputusasaan, kesepian, dan tetap belum bisa melacak jejak iblis itu lagi.
Hidup Abadi Eternally Karya Maureen Child di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di rumah, ia sangat yakin dapat menemukannya. Sekarang, keraguan menjalar dalam dirinya dengan keheningan lembap dan kabut musim dingin yang berembus dari laut.
Ia membaui udara, mencari aroma yang akan menuntunnya menuju mangsanya. Ia memeriksa setiap bayangan yang terbentuk dari lampu neon, meng harapkan jejak energi iblis di tempat-tempat yang dia lewati. Bunyi langkah kakinya bergema dengan ganjil dalam keheningan malam saat ia bergerak cepat menuruni lorong penuh sampah dan bau busuk, serta mimpi-mimpi yang telah hancur.
Dan saat kota itu tetap menyembunyikan rahasianya, Kieran kembali berkendara menuju bukit. Iblis itu menjelajahi kota, tapi mengidamkan tempat sepi untuk melaksanakan niat jahatnya. Di semak belukar dan jajaran pohon Hollywood Hills, makhluk itu bisa mendapatkan keduanya. Di sinilah Kieran akan menemukannya di suatu tempat di perbukitan gelap diselimuti bayangan yang cukup lebar untuk menyembunyikan segala bentuk rahasia.
*** Tubuh Julie masih gemetar. Berendam air panas di bak yang sepertinya dibuat untuk tubuh raksasa sama sekali tidak membantu. Jubah mandi tebal dan mewah yang ia temukan di balik pintu kamar mandi juga tidak membantu.
Julie menelepon beberapa orang pertama untuk mengetahui keadaan Kate, yang syukurnya, mengalami kemajuan pesat di luar perkiraan dokter. Lalu ia menelepon ke rumah. Mungkin karena Kieran menyinggung tentang keluarganya, atau mungkin untuk alasan yang lebih sederhana, yaitu keinginan untuk merasakan akal sehat dan logika. Meski demikian, berbicara dengan ibunya, wanita paling logis di muka bumi ini, belum bisa meredakan kecemasan yang berkecamuk dalam dirinya.
Hawa dingin mengaliri darahnya, meski beberapa bagian tubuhnya terasa panas hingga ia tak mampu duduk tenang. Karena itu, ia berjalan mengelilingi kamar dan mencoba untuk tidak membayangkan ruangan ini sebagai sangkar emas.
Tapi bukankah tempat ini memang sangkar emas" Kieran MacIntyre memasuki kehidupannya, dengan jubah menggelembung dan mata memikatnya, lalu semua tidak lagi sama. Di sinilah ia, sedikit lebih baik dibanding dengan tahanan di kastil, demi Tuhan... membiarkan pria yang tidak ia kenal baik untuk
Oh Tuhan. Julie menutup wajahnya dengan telapak tangan, lalu menyibakkan rambutnya ke belakang.
Meski hawa dingin menusuk tulang masih menyakitinya, Julie membuka pintu Prancis itu dan melangkah ke balkon. Ia tahu ini tindakan konyol, tapi setidaknya berada di luar ruangan membuatnya tidak terlalu merasa terpenjara. Tentu saja ini hanya ilusi. Karena realita memang kurang menarik.
Ia merelakan diri untuk dibawa ke tempat ini dan tidak ada jalan keluar. Ia tidak tahu cara membuka gerbang pemeriksaan itu dan sangat yakin ia tidak bisa memanjat untuk melewatinya. Dan meski ia bisa menemukan cara untuk melewati gerbang itu, ia tidak memiliki kendaraan dan jarak menuju kota begitu jauh.
Oh, ya, datang ke sini memang tindakan brilian. Penjaga. Iblis. Takdir.
Tidak satu pun dari semua itu nyata. Tidak mungkin nyata.
Matanya menyipit saat memandang lautan cahaya di cakrawala. Ia membutuhkan lebih banyak informasi. Itu keahliannya. Menggali hingga ke bawah lapisan yang dipamerkan orang pada dunia. Ia telah sepintas lalu mencari informasi mengenai Kieran sejak kali pertama mereka bertemu. Namun sekarang, Ia harus menggali lebih dalam. Sembari melakukannya, ia bisa mencari informasi mengenai Nathan Hawke.
Ia membawa laptop. Kieran memberitahunya bahwa kastil ini dilengkapi layanan internet nirkabel. Kastil" Internet" Dua kata yang sulit digabungkan dalam satu kalimat.
Lagi pula, apa yang masuk akal dari semua peristiwa ini"
Meski nantinya ia tidak akan menemukan apa pun, setidaknya ia akan melakukan sesuatu. Menelusuri internet akan membuatnya sibuk hingga tak sempat memikirkan kebersamaan bersama Kieran di atas atap rumah.
Julie mengusap-usap lengannya, tatapannya beralih dari lautan cahaya di cakrawala ke kegelapan yang menyelimuti dinding kastil. Ada... sesuatu di luar sana. Ia mendesah melalui gigi-giginya yang mengertak, melawan perasaan bahwa ia sedang diawasi, dinilai, dipertimbangkan.
Ia tidak akan menyerah pada ketakutan tak beralasan. Ini tidak lebih dari sekadar imajinasi, didalangi oleh seorang pria yang berbakat melakukannya. Tidak ada siapa pun di luar sana, dalam kegelapan. Tidak seorang pun yang sedang mengawasinya.
Namun... Tubuh Julie menggigil dan ia menjauh dari dinding balkon. Lalu ia mengingatkan diri untuk kembali pada kenyataan, berbalik dan dengan langkah mantap memasuki kamar, menutup pintu dari kegelapan, dan bersiap melakukan penyelidikan penting.
*** Jeritan wanita itu masih terngiang di telinganya, iblis itu tertawa sambil mencengkeram kegembiraannya erat-erat. Dia menunduk memandang tubuh si Rambut Merah yang kini kosong, jiwanya sedang menuju ke dimensi yang telah digariskan untuknya.
Lagi pula keputusan untuk memilih si Rambut Merah merupakan keputusan tepat. Wanita itu memukaunya dengan perlawanan panik dan sia-sia untuk menyelamatkan diri. Darahnya seharum bunga.
Kenangannya sangat banyak dan kaya dan iblis itu menghela napas karena senang. Namun ia masih memiliki pekerjaan. Ia tidak punya waktu untuk beristira hat. Banyak yang harus dilakukan agar tubuh itu siap untuk sang Penjaga. Dan kali ini, ia akan meletakkan hadiahnya di tempat yang dapat ditemukan MacIntyre dengan mudah.
Sambil bersenandung, iblis itu mengambil pisau nya dan mulai bekerja.
*** Internet bisa membawa bencana.
Julie bersandar di kursinya dan berusaha mengatur napas. Tindakan itu tidak membantu. Oh Tuhan, Sekarang apa"
Sejam lalu, ia memasukkan nama Nathan Hawke pada mesin pencari favoritnya. Ia membayangkan dengan segera mengetahui bahwa Nathan masih hidup seperti dirinya, ia dapat menghentikan semua ini. Kemudian meyakinkan diri sendiri bahwa segala yang terjadi ini tidak nyata.
Itu ide buruk. Ia melirik buku catatan di samping laptop yang masih terbuka dan membaca kata yang telah ia garis bawahi dengan tinta hitam tebal.
Nathan Hawke, anggota Navy SEAL, meninggal 25 Maret 2003.
Bahkan tercantum foto Nathan pada berita orang meninggal dalam koran di kampung halamannya. Pria Rhode Island meninggal dalam tugas, begitu bunyi tajuk utamanya dan foto Nathan tampaknya diambil sore itu juga.
Julie ketakutan, namun belum menyerah atau percaya pada apa pun, ia menggali latar belakang Kieran lebih dalam. Ia tidak memedulikan fakta bahwa Nathan sudah meninggal karena beberapa jam lalu ia masih melihat pria itu menyantap ayam goreng, lalu memutuskan untuk fokus pada pria yang sejak awal telah menyeretnya ke dalam situasi ini.
Ia tidak lagi mengarahkan kursor untuk mencari informasi di internet. Sebaliknya, ia mengerahkan segaIa kemampuan wartawan yang ia miliki untuk mengupas lapis demi lapis kamuflase yang menyembu nyikan Kieran dari dunia.
Pada akhirnya, ia tetap tidak memperoleh jawab an. Justru lebih banyak pertanyaan. Kebingungan. Sekarang, ia menatap foto yang balik menatapnya dari layar komputer.
Foto itu diambil tahun 1955. Sekelompok pria berkumpul dalam upacara peresmian rumah sakit anak. Foto itu kabur dan kurang fokus, tapi bisa menjelaskan maksud cerita.
Di barisan belakang, Kieran MacIntyre berdiri agak terpisah dari yang lain. Mata pucatnya menatap tajam ke arah kamera seakan hendak melumatkan benda itu. Ia tampak tidak senang gambarnya diambil. Dan Julie memahami alasannya.
Siapa pun yang melihat gambar ini akan menduga bahwa pria dalam foto ini adalah ayah Kieran dan bahwa kemiripan antara dua pria itu terjadi hanya karena faktor keturunan.
Tapi Julie tahu. Ia mengenal wajah itu sebaik ia mengenal wajah nya sendiri.
Dan hanya ada satu penjelasan dalam hal ini. Semua yang dikatakan Kieran benar.
Julie bersandar di kursi dan memegang perutnya yang mendadak melilit. Ia mengingat kembali semua perkataan Kieran saat mereka di atap rumah mengenai hubungan di antara mereka. Mengenai tugasnya. Mengenai takdir.
Tentang mengapa saat mereka bersama, mereka saling menguatkan.
Apakah itu alasan Kieran sehingga dia membawanya ke tempat romantis di atap rumah" Alasan dia menyentuh Julie begitu mesra" Alasan dia memberinya kepuasan yang membuat Julie gemetar hingga ke tulang-tulang tubuhnya"
Demi mendapatkan kekuatan untuk berburu " Julie mengerang dan pada akhirnya menyadari kebenaran ini.
Kieran tidak membawanya ke tempat ini untuk melindunginya tapi untuk memanfaatkannya.
?"Sepuluh DALAM balutan celana jins, sweter abu-abu, dan sepatu olahraga, Julie menuruni tangga. Lima belas menit lalu, rencana ini terasa sangat beralasan. Namun sekarang, saat sedang melaksanakannya, ia meragukan rencana itu.
Perutnya melilit dan jantungnya berdetak seperti alat musik maraca. Jika ia menerima kenyataan bahwa Kieran memang seperti yang dia tuduhkan pada dirinya sendiri, berarti Julie juga harus menerima kenyataan bahwa iblis sedang berkeliaran bebas di kota.
Dan itu benar-benar membuatnya ketakutan. Namun tetap tinggal di benteng ini juga tidak membuatnya lebih tenang. Bagaimana ia bisa tenang" Kieran membawanya ke tempat ini bukan untuk melindunginya. Pria itu membawanya ke tempat ini karena dia yakin bahwa keberadaan Julie di sekitarnya akan membuat pria itu lebih kuat.
Well, sayang sekali. Ia tidak mau menjadi kelinci baterai Energizer. Ia tidak mau tinggal di tempat yang membuatnya merasa seperti tahanan.
Ia perlu berpikir. Dan hanya ada satu tempat di L.A. yang selalu ia datangi saat butuh menyendiri. Untuk menata pikiran nya, menghadapi masalah, dan mengambil keputusan. Dan malam ini ia perlu melakukan ketiga hal itu. Lagi pula, ini bukan berarti ia sedang memerankan tokoh wanita pahlawan tanpa otak dalam film horor dan berlari keluar untuk menemui monster bodoh itu. Meski tidak sedang berada di kastil ini, ia terhubung pada Kieran. Cara Kieran mengetahui pikir annya membuat Julie tidak akan merasa sendirian. Tak diragukan lagi, Kieran akan tahu keberadaan Julie. Karena itu, saat Julie berada di tempat lain di kota ini, mungkin ia akan seaman saat berada di kastil ini. Benar" Benar.
Tantangannya adalah cara keluar dari kastil sialan ini.
Ia menuruni satu anak tangga lagi, menoleh ke kanan dan kiri, mengira Nathan, anggota Navy SEAL yang sudah tewas itu, muncul tiba-tiba. Hei, jika mereka belum benar-benar mati, mungkin mereka bisa berubah menjadi asap atau kelelawar. Oh Tuhan, pikirnya, jangan kelelawar.
Namun tidak seorang pun muncul dan ia tetap melangkah. Ide itu tercetus saat Julie tengah berada di kamar, sedang terburu-buru berganti pakaian. Tak diragukan lagi, pria dengan uang melimpah seperti Kieran pasti memiliki mobil lebih dari satu. Dan agar bisa mengendarai mobil itu, Kieran harus membuka gerbang sialan di jalan masuk dengan panjang berkilo-kilometer itu. Well, biasanya orang-orang meletak kan pengontrol pintu garasi di mobil mereka. Dan Julie berani bertaruh sebenarnya ia sudah bertaruh bahwa pengontrol gerbang juga berada di mobil.
Yang perlu ia lakukan hanyalah mencuri satu mobil.
Semburan tawa liar mendekati histeris bergejolak di batang lehernya, berusaha menyembur keluar, dan jemari Julie berpegang erat pada pegangan tangga yang dingin dan halus itu. Jadi sekarang ia akan menjadi pencuri mobil. Sempurna. Tindakan bagus. Dan hei, jika kau akan mencuri mobil, pastikan kau mencurinya dari pria yang selalu membawa pedang.
Baru beberapa hari lalu hidupnya berjalan normal. Pekerjaan. Teman-teman. Rumah.
Malam ini, ia sedang berusaha melarikan diri dari kastil sebelum zombi menangkapnya. Oh, tidak, hidupnya tidak aneh.
Di ujung tangga, Julie berhenti, menahan napas dan mendengarkan. Selain bunyi detik jam kayu besar yang tampak setua sang waktu, tidak terdengar apaapa. Cahaya pucat menyinari dinding batu abu-abu dan menimbulkan bayangan lembut pada gambargambar foto di sepanjang lorong.
Mengetahui apa yang sedang ia hadapi sekarang, Julie menatap foto-foto itu sedikit lebih lama. Kesatria. Wanita bangsawan. Apakah mereka temanteman Kieran" Keluarga"
Bukan, Kieran bilang dia tak memiliki keluarga.
Dan tentunya kau harus memercayainya, karena sejauh ini dia selalu jujur padamu! Julie mengertakkan gigi dan merutuk dalam hati, dan terus melangkah menuju dapur, lalu ke pintu belakang. Sia-sia kalau harus menyusup keluar dari pintu depan. Sudah pasti anjing penjaga Kieran, Nathan, siap menghadapi tindakan semacam ini. Tapi mungkin Julie bisa meyakinkan Nathan bahwa ia
Kau mau ke mana" Julie berhenti melangkah, memegang dada, dan berbalik, semua dalam satu gerakan. Ia memandang pria tinggi yang sedang menatapnya, lalu membentak, Memukul kepalaku akan lebih baik daripada membuatku kaget setengah mati dengan mendekatiku diam-diam seperti ini.
Nathan mengerjap lalu mengangkat bahu. Maaf kan aku. Aku terbiasa bergerak diam-diam.
Selamat, tukas Julie, berusaha menarik napas sekaligus berpikir. Kau dapat nilai A plus dalam hal bertindak sembunyi-sembunyi.
Pria itu tersenyum dengan senyuman yang dapat meluluhkan Julie jika ia tidak tahu bahwa Kieran pasti telah meminta Nathan untuk mengawasinya. Oh, tidak. Jangan sampai ia kehilangan sisi manusiawinya.
Jadi. . . kata Nathan, membiarkan suaranya mengambang tanpa makna.
Aku sedang, eh Julie menarik napas dan mulai melaksanakan rencana yang dirancangnya bebe rapa menit lalu mencarimu. Kenapa"
Mata Nathan terlihat tenang dan menarik, tubuh nya bersikap siaga. Apakah semua prajurit bergaya seperti ini" Julie ingin tahu. Ia memperhatikan Kieran bersikap sama. Mungkin itu memang gaya semua Penjaga. Kenapa juga ia harus peduli"
Kurasa aku melihat sesuatu di luar jendela. Nathan bergerak. Seperti air raksa, gerakannya lentur, mendekati Julie dan menatapnya waspada. Kapan" Di mana"
Baru saja, Julie berbohong dan mensyukuri pelatihan yang ia miliki sebagai wartawan. Aku memandang sepintas keluar jendela di lantai atas dan aku bersumpah melihat bayangan... sesuatu, bergerak di luar sana.
Bukan kebohongan total. Ia merasakan seseorang mengawasinya saat sedang berdiri di beranda. Tentu itu bisa siapa saja. Tetangga yang berjalanjalan, remaja yang mencari tempat berpesta, iblis. Tidak. Ia segera menghentikan rentetan pikirannya. Tidak mungkin itu iblis. Namun bila itu memang iblis, makhluk itu pasti sudah pergi sekarang. Dan jika bukan, well, ia ingin melihat apakah makhluk itu bisa mengejarnya dengan mobil berkecepatan tinggi.
Tunggu di sini, kata Nathan singkat. Aku akan pergi ke depan dan memeriksa keadaan.
Baiklah, jawab Julie saat Nathan berbalik dan mulai menyusuri lorong menuju bagian depan rumah. Lakukan itu.
Segera setelah Nathan pergi, Julie berbalik dan beranjak ke dapur dari pintu belakang. Rasa bersalah merayapi dirinya karena meminta Nathan untuk mencari sesuatu yang tidak ada, tapi segera ia redam. Julie melakukan yang harus ia lakukan. Lagi pula, anggota Navy SEAL itu mungkin akan menikmati kegiatan men cari mangsa di tengah kegelapan.
Sekarang, jika ia dapat mencapai garasi selagi Nathan berada di bagian depan kastil, ia bisa melarikan diri sebelum pria itu menghentikannya.
Tubuh Julie menggigil akibat udara dingin malam, tapi ia tidak memedulikan hawa dingin dalam darahnya saat bergerak dari satu bayangan ke bayangan lain, menuju garasi raksasa di kastil itu. Langkahnya terdengar sangat keras di telinganya dan ia berdoa para Penjaga atau siapa pun mereka, tidak memiliki pendengaran luar biasa yang menyertai segala kemampuan seperti yang Kieran ceritakan.
Saat tiba di pintu kecil di salah satu sisi bangunan megah dari batu, Julie memutar pegangan pintu sambil berdoa pintu itu tidak terkunci. Kenop pintu berputar dan ia mulai berharap segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Ia menyelinap masuk, berjalan menuju bagian utama garasi dan saat ia berjalan, lampu menyala. Sensor gerak"
Sebaris mobil dari berbagai jenis berderet di hadapannya. Sedan-sedan mewah, mobil sport, termasuk ATV yang didambakan oleh semua orang di kesatuan militer. Bahkan ada sepeda motor kelas dunia di ujung ruangan, tapi ia tidak terlalu memperhatikan.
Julie bergegas menuju mobil pertama dari barisan itu, mobil sport hitam mungil dengan dua tempat duduk yang semoga bertenaga besar. Ia meraih pegangan pintu mobil itu, membisikkan doa dan... membukanya. Sesuai harapan, kunci mobil masih tergantung pada tempatnya dan ia melihat dua tombol di panel pengemudi. Samar-samar ia ingat Kieran menekan salah satu tombol saat mereka berkendara ke tempat ini, jadi tentu saja tombol itu merupakan pengendali pagar. Sedangkan satu tombol lagi pasti pengontrol pintu garasi.
Ia hanya memiliki satu atau dua menit begitu menyalakan mesin. Zombi Nathan tentu akan segera mengejarnya dan ia harus sudah siap pergi saat pintu garasi terbuka. Julie menarik napas dalam-dalam, menelan ludah, mengunci pintu mobil, lalu menekan tombol pembuka pintu garasi. Ia menyalakan mesin dan menunggu hingga pintu garasi terbuka cukup lebar hingga bisa dilewati sebelum menekan pedal gas.
Dari sudut mata, ia melihat Nathan berlari cepat melewati halaman ke arahnya, tapi Julie sudah meluncur menuju gerbang pertama. Ia menekan tombol, gerbang besi itu terbuka dan Julie melewatinya, menuruni jalan perbukitan itu menuju kegelapan. Ia bebas.
Untuk saat ini. *** Kieran mendongak dan matanya berkilat marah. Setiap indra yang ia miliki mengeluarkan peringatan.
Julie melarikan diri. Wanita brengsek. Ia memfo kuskan pikirannya pada pikiran Julie, membiarkan dirinya memasuki pikiran wanita itu dan merasakan kepuasan karena berhasil mengecoh Nathan yang harus bertanggung jawab pada Kieran karena gagal menjalankan tugas.
Kembalilah, perintah Kieran, memaksa Julie untuk mendengarkan pikirannya saat wanita itu sedang mencicipi kebebasan. Dia telah meninggalkan kastil. Meninggalkan perlindungannya.
Meski kemarahan bergejolak dan bergemuruh dalam dirinya, Kieran cukup bangga. Julie dapat mengelabui Nathan itu bukan upaya mudah dan dia mencuri mobil Kieran. Julie ternyata lebih lihai dibanding dugaan Kieran.
Julie mengabaikan perintah batin Kieran, dan kemarahan makin berkecamuk dalam diri pria itu. Kieran melihat melalui mata Julie, melihat pemandang an sekitar yang bergerak cepat saat Julie mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, ia tahu persis di mana Julie. Dia sudah berada di kaki bukit, menuju jalan raya.
Bagaimana dia bisa lepas dari pengawasan Nathan"
Kenapa dia ingin melarikan diri"
Kieran mengira mereka berdua telah saling memahami saat sedang berduaan di atap rumah. Ia mengira Julie telah memercayainya saat ia memberita hunya mengenai bahaya di sekeliling Julie.
Woman, bisik Kieran ke dalam pikiran Julie, kau menguji kesabaranku.
Kieran menyangka Julie sedang tertawa terbahak-bahak, namun pikiran Julie tiba-tiba menghilang seolah dalam kondisi emosional dan kacau, Julie menemukan cara untuk memblokir pikiran Kieran.
Brengsek, gerutu Kieran sambil menyusuri bukit yang dilingkupi debu dan semak. Seharusnya ia bercinta dengan wanita itu. Seharusnya ia menempa hubungan yang telah terjalin di antara mereka menjadi sesuatu yang lebih solid.
Ini salahnya. Ia ragu-ragu untuk memanfaatkan
Julie. Karena jauh di lubuk hatinya, ia khawatir ada hal lain yang melebihi perasaannya pada Julie dan ia enggan mengakuinya. Julie menghantuinya. Suaranya. Matanya. Pikirannya.
Ia tenggelam dalam pikiran Julie dan merasakan seperti apa rasanya hidup. Untuk mengenal cinta, kegembiraan, sakit hati. Gejolak pikiran Julie dan kekayaan jiwanya tidak dapat ditolak oleh pria yang telah hidup ratusan tahun tanpa apa pun selain kehampaan tanpa pendamping.
Cahaya bulan menyentuh lapisan awan dan bayangan membias di hadapannya dalam bentuk bayangan panjang dan berubah-ubah. Dari kejauhan percikan pikiran seseorang bergesekan dengan pikirannya dan Kieran berhenti tiba-tiba, menyebabkan kerikil dan tanah meluncur menuruni bukit. Iblis.
Pikiran iblis itu sehalus bisikan, tapi pikiran itu ada. Kegembiraan. Kesenangan. Kemenangan. Pikiranpikiran itu membanjiri Kieran seperti tumpahan minyak di permukaan laut.
Kieran menghirup udara untuk menyambut pikiran-pikiran itu, meski tiap sel tubuhnya mengatakan bahwa iblis itu sudah jauh sekarang. Tidak ada lagi petunjuk. Tidak ada semburat warna, tidak ada percikan listrik di udara. Namun iblis itu sudah mencapai tujuannya. Seiring bertambahnya kekuatan Kieran, kekuatan iblis itu juga meningkat. Semakin lama dia bertahan dalam dimensi ini, semakin kuat iblis itu.
Kieran mengertakkan gigi melawan amarah yang meluap dalam dirinya. Ia kembaii menuruni bukit, ingin segera menemukan Julie. Ia mengintai tiap bayangan, menjadi bagian dari malam yang mengelilinginya. Di kaki bukit, ia berbelok tajam dan bergegas menuju tempatnya memarkir mobil.
Aroma itu menerpanya terlebih dulu. Darah segar.
Kieran menarik pedangnya, mendekati mobil dengan sangat hati-hati. Ternyata ia tidak perlu berhati-hati. Tidak perlu diam-diam. Untuk mendekati mangsanya.
Mangsa itu sempat berada di sini dan sudah menghilang.
Tubuh telentang di atap mobil Kieran adalah wanita yang semula tinggi, cantik, berambut merah. Tubuh itu telanjang dan terkoyak, organ-organ tubuh bagian dalamnya teronggok rapi di tanah di depan mobil Kieran. Mata wanita itu membelalak kaget, menatap langit kelam seolah sedang bertanya kenapa dia harus mengakhiri hidup dengan cara seperti ini. Kieran tahu.
Ia tahu bila ia tidak menemukan iblis itu, lebih banyak lagi wanita yang akan dimusnahkan dan ditinggalkan sebagai pengingat akan perbuatan kejam makhluk itu.
Maafkan aku, bisik Kieran saat mengangkat tubuh wanita itu dari atap mobil dan dengan hati-hati meletakkannya di jalan aspal yang keras dan dingin. Ia tidak ingin meninggalkannya di sini sendirian dan menjadi santapan anjing hutan, tapi ia tidak memiliki pilihan lain.
Ia harus menemukan Julie.
*** Dermaga Santa Monica ramai seperti biasanya. Lampu-lampu neon bersinar terang, memancarkan gelombang warna untuk menyinari wajah-wajah orang yang naik-turun sepanjang dermaga. Musik mengalun dari salah satu restoran, pantomimer dengan wajah bercat putih membuat jengkel para pejalan kaki dan meski komidi putar di tempat itu senyap di malam hari, cahaya terpancar dari kincir raksasa dan tawa berderai bersama angin beraroma laut.
Mesin dindong berputar, berbunyi, dan berdentang tiap kali orang memasukkan koin, menembaki bebek imitasi, dan menyodok bola pada mesin pinball. Anak-anak muda berkeliaran di jembatan kayu untuk mencari masalah dan para pemancing duduk di sepan jang pagar kayu tanpa memedulikan kawanan remaja itu, dan berkonsentrasi pada tangkapan mereka.
Julie tahu ini tempat aneh untuk didatangi ketika ia perlu mengucilkan diri. Namun ia menemukan dermaga ini tak lama setelah pindah ke L.A. dan entah bagaimana atmosfer karnaval, keramaian orang yang tak ia kenal, semua itu memberikan semacam kebisingan sunyi. Ia bisa menyelami pikirannya sendiri selagi dikelilingi kehidupan kota dan entah bagaimana ia tidak merasa sendirian.
Wangi hot dog, Churro rasa kayu manis serta aroma manis kembang gula yang menyebabkan mual bercampur di udara dan Julie menghirupnya dalamdalam. Paling tidak semua ini normal. Semua ini dapat ia pahami.
Hidupnyalah yang tak terkendali.
L.A.P.D. memiliki satu pos jaga di tengah dermaga dan itu membuat Julie merasa sedikit lebih baik karena berada di tempat ini meski Kieran memperingatkannya untuk kembali. Ia sangat aman. Di sini, di tengah kerumunan orang, ia hanyalah satu wajah tak dikenal. Tentu saja bukan itu yang dipikirkan Kieran. Ia tahu pria itu sangat marah, tapi peduli apa, Julie juga pantas marah.
Pria itu memanfaatkannya.
Meski Julie merasakan sesuatu saat mereka bersama, meski sentuhan Kieran hangat dan Julie merasa kan gairah dan kebutuhan pria itu... Kieran hanya memanfaatkannya.
Dengan pikiran negatif memenuhi benaknya, ia mulai melangkah, memijakkan kaki di pasir dan meng ikuti suara ombak hingga ke tepi pantai. Riak ombak berkejaran ke tepi pantai, lalu surut kembali menuju kegelapan. Arus pasang kembali surut dan pasir basah berkilauan tertimpa cahaya bulan.
Di atasnya, dermaga terguncang oleh orangorang dan suara bising. Di sini, di pantai, hanya ada satu atau dua orang menyusuri tepian laut. Dan tidak jauh dari situ, seorang pria dan wanita berangkulan sambil memandang laut.
Sedikit rasa cemburu menerpa Julie saat kembali menatap luasnya air laut hitam yang berkilauan di bawah cahaya bulan setengah lingkaran.
Kilas Balik Merah Salju 2 Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Karya Hamka Dendam Kesumat 2