Pencarian

Once 1

Once Karya Phoebe Bagian 1


Once - Phoebe Bab 1 Di tengah kerasnya tunas di dalam diriku Ada sebuah madu yang sangat manis Dengan penuh kerahasiaan Menanti sesuatu yang datang untuk membukanya
"Ahnnn....! " Astaga, Lavender benar-benar sedang berusaha membunuh waktunya dengan Oral Sex. Rex bukanlah laki-laki pertama, tapi ia yakinkan kalau Rex akan kecanduan dengan dirinya seperti yang lain. Jika bukan karena banyak fikiran, Lavender yakinkan bahwa dirinya tidak mungkin melakukan ini. Setidaknya utuk hari ini karena Lavender sudah pernah melakukan hal seperti ini kepada Rex sebelumnya. Lavender sama sekali tidak berfikir untuk melakukan seks yang sesungguhnya. Ia belum pernah menginginkan hal seperti itu. Ah, Lavender menginginkannya tapi tentu saja bukan dengan sembarang pria. Dia ingin melakukan sesuatu seperti itu saat hatinya merasakan sesuatu.
Sebuah lenguhan panjang menandakan kalau Rex sudah mendapatkan kepuasannya. Lavender segera menjauhkan wajahnya dari tubuh Rex dan tersenyum kepada laki-laki yang baru menjadi kekasihnya sejak dua minggu yang lalu. Rex adalah laki-laki yang masuk kedalam pekarangan rumahnya melalui sebuah lubang besar di halaman belakang. Mereka berkenalan dan tidak membutuhkan waktu lama untuk meresmikan hubungan. Semenjak mereka berdua menjadi sepasang kekasih, Rex selalu mendatanginya kerumah dan mereka akan berbicara secara sembunyi-sembunyi di salah satu sudut halaman belakang. Tidak akan ada yang mengganggu mereka disana. Setidaknya di sepanjang sore. Seperti pasangan pada umumnya, Rex meminta Lavender untuk melayaninya dan Lavender tidak menolak meskipun ia tidak pernah memberikan seks yang sesungguhnya.
"Kau sangat hebat. Lav! Tekhnikmu tak terkalahkan." Rex berujar dengan
puas. Lavender tersenyum. "Tentu saja!"
"Ya, kau akan selalu membuatku ketagihan jika kali ini gagal seperti sebelumnya. Sekarang bagaimana" Bisakah kita melaju ke tahap selanjutnya""
"Maafkan aku, sayang! Aku sama sekali tidak menyangka kalau siang ini aku di beri tahu bahwa jadwal Home Schooling-ku maju. Aku harus segera kembali kedalam rumah karena beberapa menit lagi guruku akan datang. Kau tau, kalau aku tidak belajar di sekolah. Ayahku tidak mengizinkan aku untuk belajar di luar rumah!"
"Aku sungguh kecewa Lavender. Tapi baiklah, kita akan melakukannya lain kali, kan" Aku akan menunggumu menyerahkan diri padaku!" Rex tersenyum lalu berjalan sambil melambaikan tangan. Pemuda itu melangkah mendekati sebuah lubang di antara tanaman rambat yang lebat dan menghilang.
Lavender menghela nafas berat. Ia membayangkan akan merasakan sesuatu yang luar biasa saat pertama kali bertemu dengan Rex, ia berharap bisa merasakan bagaimana bercinta yang sebenarnya dengan seseorang yang sangat di cintainya. Tapi Rex sama sekali tidak seperti yang di harapkannya. Lavender mendekap dadanya.
Tuhan, hari ini lagi-lagi
aku tidak merasakan apa-apa
"Kau sudah selesai"" Sebuah suara mengganggu ke khusyukan Lavender. Ia mencari sumber suara yang mengganggunya barusan dan menemukan Nick Sherwood, guru home schooling-nya baru saja keluar dari dalam semak-semak bunga Daisy sambil memijati bahunya. Apa yang laki-laki itu lakukan disana" Ia mengetahui semuanya"
"Tuan Sherwood""
"Kau terlalu lama menyelesaikannya, Lav! Aku fikir aku akan kehilangan kendali dan keluar dari persembunyianku. Aku terlalu lama melipat tubuhku disana!"
"Kau..." Lavender masih tidak bisa menyangka. "Kau sejak kapan ada disana" Kau melihat semuanya""
Nick tersenyum bijaksana. Sejak ia mengenal Lavender, ia sudah menganggap Lavender seperti adiknya. Terlebih semenjak ia di mintai tolong oleh Lawrence, kakak sulung Lavender untuk menangani semua mata
pelajarannya karena gurunya yang lama sudah mengundurkan diri. Lavender terlalu malas untuk belajar. Ia selalu memiliki banyak alasan untuk menghindar. Lavender juga sering berpura-pura sakit sehingga Nick seringkali kehabisan akal untuk membujuknya mengikuti pelajaran. Tapi untuk yang kali ini, ia sama sekali tidak menyangka melihat aksi Oral Sex muridnya dengan mata kepalanya sendiri. Nick menggeleng-geleng tak percaya. "Aku harusnya memang datang le
bih cepat karena Lawrence mengajakku makan siang. Tapi rasanya aku tidak mengatakan padamu kalau akan mempercepat jam pelajaran!"
"Astaga! Kau." Lavender mendekat ia memandangi wajah Nick lebih lekat.
"Aksimu cukup hebat, Lav! Laki-laki tadi itu pacarmu" Dia sama sekali tidak salah mengatakan kalau kau memiliki tekhnik yang cerdas untuk Oral Sex!"
"Kau menginginkannya"" Lavender semakin merapatkan tubuhnya kepada Nick. Ia berusaha membuka ikat pinggang Nick dan melepaskan celananya. Sayangnya Nick segera mendorong kepalanya. "Biarkan aku memuaskanmu juga sebagai bayaran untuk tutup mulut."
"Aku tidak beniat untuk Oral Sex tanpa seks yang sesungguhnya. Perlu kau tau!" Nick kembali memperbaiki ikat pinggangnya dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih tegas. "Kembalilah ke rumah, Lav! Pelajaran akan kita mulai sekarang. Bukankah tadi kau bilang bahwa jam pelajaranmu di percepat""
"Tapi, tuan Sherwood. Itu hanya alasan!"
"Alasan apa" Karena tidak ingin melanjutkan ke tahap berikutnya"" Lavender mengangguk.
Nick menyentuh kepala Lavender yang hanya setinggi dadanya. "Berapa usiamu, Lav""
"Itu pertanyaan yang sangat sensitif. Tapi karena kau akan menjadi kakak iparku, aku akan menjawabnya. Usiaku tujuh belas tahun!" "Dan kau selalu melakukan ini setiap kali berpacaran"" "Aku hanya mencoba untuk mencari Chemistry dengan itu!" "Kau sudah pernah sampai ke tahap seks yang sesungguhnya"" Lavender menatap Nick sesaat, lalu menggeleng.
"Berhentilah melakukan hal itu kepada sembarang laki-laki. Kau hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur hidupmu. Maka sekali kau kehilangan itu, kau tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali. Jadi yakinkah dirimu untuk tidak kecewa terhadap dirimu sendiri karena menyerahkan hal yang penting seperti itu kepada sembarangan orang."
Lavender mengerutkan dahinya. "Tapi Oral Sex bisa berkali-kali, kan""
"Terserah. Yang pasti, sekarang bersiap-siaplah untuk memulai pelajaran dan."
"Aduh!" Nick tidak bisa melanjutkan ucapannya. Ia memandangi Lavender yang tiba-tiba saja terduduk sambil memegangi dadanya. Gadis itu kelihatan sangat kesakitan. Dahinya berkerut menandakan kalau nyeri yang di rasakannya serius. Nick segera merendahkan diri agar bisa sejajar dengan gadis itu. Lavender mengaduh sakit. "Lav""
Levender tidak merespon apa-apa. Ia memegangi dadanya.
"Lav, kau baik-baik saja""
"Tuan Sherwood. Aku tidak akan memintamu untuk membatalkan pelajaran. Tapi bisakah kita mengundurnya beberapa jam lagi" Dadaku sangat sakit, sepertinya aku butuh istirahat."
"Kau serius, kan" Ini bukan main-main."
"Pernahkah aku main-main""
Nick terdiam lama. Ia memang selalu mengira kalau Lavender berpura-pura sakit. Tapi tidak ada satupun yang menunjukkan kalau hal itu hanya main-main saja, Nick tau bagaimana ekspresi kesakitan yang sebenarnya dengan yang hanya berpura-pura. Ia yakin kalau Lavender tidak berpura-pura. Tapi anak itu tidak pernah berlaku seperti itu dihadapan orang lain. Hanya di hadapannya. Ia pernah bertanya kepada Lawrence tentang ini, tapi Lawrence selalu mengatakan kalau Lavender cukup nakal dan itu pasti bagian dari tipuannya. Anak itu selalu berpura-pura sakit untuk mendapatkan sesuatu. Ia bahkan pernah memalsukan surat beberapa kali untuk bolos sekolah, karena itulah ayahnya menghentikan pendidikan resmi di sekolah untuk Lavender. Anak itu selalu bermasalah.
"Baiklah, aku akan memberikanmu waktu dua jam saja. Beristirahatlah!"
*** "Jadi dia memergokimu"" Deliah, salah seorang pelayan muda yang paling dekat dengan Lavender menatapnya penasaran.
Lavender mengangguk dengan wajah penuh kemalanganya. "Dia benar-benar membuatku malu. Aku hampir saja melarikan diri begitu melihat wajahnya. Kau bisa bayangkan tidak" Tuan Sherwood akan menjadi kakak iparku dan aku harus menanggung rasa malu ini seumur hidup."
"Jadi kau berpura-pura sakit seperti ini untuk menghindarinya""
Lavender mengangguk lagi. "Dia pasti menertawakanku. Karena itu, tolonglah aku! Aku tidak bisa bertemu dengannya mungkin untuk selamanya. Katakan padanya kalau aku sedang istirahat dan belum bisa di bangunkan!"
"Kau memintaku berbohong
lagi"" "Kali ini untuk harga diri, sayang! Aku tidak memintamu berbohong untuk menghindari pelajaran. Aku hanya merasa malu!"
"Bisa kau bayangkan seandainya kau dan Rex benar-benar bercinta di halaman belakang tadi""
"Aku akan segera mencar pisau dapur dan mencungkil mataku dengan itu agar aku tidak bisa melihat ekspresi tuan Sherwood lagi!"
Deliah tertawa halus. "Tapi aku tidak akan bisa menghentikannya jika ia ingin menungguimu seperti biasa sebagai ganti jam pelajarannya yang kau abaikan!"
Levender menghela nafas berat. Nick Sherwood memang selalu melakukan hal seperti itu jika Lavender mengaku sakit. Ia akan membacakan buku yang berkaitan dengan pelajaran hari ini dan baru akan berakhir sesuai dengan saat jam pelajarannya berakhir. Apa yang harus Lavender lakukan"
"Hadapi saja!" "Atau aku bolos saja""
Deliah tertawa. "Kau mau bolos kemana" Ini rumahmu sendiri dan kau tidak memiliki celah untuk melarikan diri. Tuan Sherwood calon kakak iparmu, kan" Kau juga tidak akan bisa menghindarinya seumur hidup. Cepat atau lambat dia juga akan tinggal di rumah ini bersama keluarga kalian. Sekarang ayo keluar, kita berbincang-bincang di halaman saja sampai jam pelajaranmu tiba!"
Lavender menggeleng untuk menyatakan ketidak setujuannya tentang ajakan Deliah untuk berpindah ke halaman. "Kita di kamar ini saja. Sampai jam pelajaranku tiba!"
"Itu artinya kau mau belajar hari ini""
"Yah, meskipun aku harus merasa malu. Wajahku pasti memerah sepanjang pelajaran nanti, Aku akan kelihatan bodoh!"
"Kau kelihatannya tidak senang, tapi guru yang kali ini tidak mungkin di ganti lagi. Kau harus menerima Tuan Sherwood untuk mengajarimu sampai kau benar-benar lulus sekolah menengah. Nikmatilah, setidaknya kau mendapatkan guru yang tampan dan baik hati."
"Tapi aku pasti kelihatan sangat kikuk!"
"Karena Oral Sex tadi" Kau ini aneh, seringkali melakukan Oral Sex lalu malu hanya karena seorang laki-laki melihatnya" Lalu kau kemanakan mukamu saat menghadapi penis laki-laki yang selama ini menjadi pacarmu" Seharusnya kau mencoba seks yang sebenarnya, kau tau itu""
"Aku tidak tau harus melakukan apa untuk itu!"
"Kau hanya perlu membuka kakimu dan membiarkan sesuatu masuk kesana. Itulah yang ku sebut sebagai posisi x dan cara y!"
"Tapi tidak buruk melakukannya dengan mulut. Maksudku, pada awalnya memang sangat menjijikkan. Tapi lama kelamaan aku merasa kalau hal itu tidak ada bendanya dengan saat kita makan es krim"
"Kau sangat aneh, Lav! Mari kita selidiki. Apakah ada laki-laki yang kau sukai saat ini""
Lavender memandangi langit-langit kamarnya untuk berfikir. Ia mengingat seseorang. "Rex. Jika tidak aku tidak mungkin melakukan hal itu kepadanya!"
"Itu berarti kau tidak benar-benar menyukai Rex. Bukankah kau juga hampir melakukannya dengan tuan Sherwood jika laki-laki itu tidak menolak" Dengarkan aku, Lav. Jika suatu saat nanti kau menemukan laki-laki yang benar-benar kau cintai. Maka kau akan membukakan kakimu untuknya dan mengizinkannya menyatu denganmu."
"Benarkah""
"Tentu saja, Benar. Percayalah padaku!" Lavender mendekap dadanya lebih erat.
Tuhan, benarkah itu akan terjadi"
"Sekarang sudah saatnya Lav! Kau harus kembali ke kelasmu dibawah. Gurumu sudah menunggu!"
Lavender tersenyum. "Doakan aku, ya" Semoga saja aku tidak mempermalukan diri lagi di depan tuan Sherwood!" Lalu ia bangkit dari ranjangnya dan melangkah keluar. Beberapa orang pelayan yang sedang membersihkan lantai atas tampak begitu Lavender membuka pintu kamarnya. Nyaris semua pelayan muda seusianya tapi tidak ada satupun yang bisa dekat dengannya seperti Deliah. Ia merasa semua orang memusuhinya. Ketika Lavender melintas, ia mendengar bisik-bisik yang membuatnya tertegun. Lavender selalu mendengar kata-kata yang sama.
"Benarkah dia sakit""
"Tidak, dia selalu pura-pura. Nona muda yang manja!"
"Ya, seandainya aku memiliki harta sebanyak yang keluarga Ouray miliki, aku pastikan kalau diriku tidak membutuhkan apapun untuk terlihat menarik. Tapi nona muda itu malah berpura-pura sakit untuk menarik perhatian."
"Itu karena tidak ada yang memperhatikannya."
"Ya, hanya tuan Beth yang memper
hatikannya jika ia datang."
Untuk apa dia bersikap seperti itu" Bukankah dia orang yang taat" Aku selalu melihatnya ke synagogue* di halaman belakang."
"Stt, aku juga ingin tau apa yang di lakukannya di Synagogue. Dia melarang siapapun untuk datang ke synagogue setiap sore!"
"Ah, ini bukan masalah apa yang di lakukannya di Synagogue. Hanya saja, sikap penipunya itu. Bukankah kontras sekali dengan sikap taat yang selalu di tunjukkannya""
Lavender berusaha menutup telinga. Tidak ada seorangpun yang berhak mengomentari hubungannya dengan Tuhan. Lalu mengapa semua orang merasa berhak" Untuk apa ia bertanya" Lavender percaya pada Tuhan dan ia yakin Tuhan akan memberikan apa yang di inginkannya. Lavender berusaha tersenyum tegar. Mereka benar bahwa tidak ada seorangpun yang menyukainya. Di rumah ini hanya ada Deliah dan Beth kakak laki-laki satu-satunya. Yang lain bertindak seolah-olah mereka tidak memiliki Lavender, atau Lavender tidak berhak memiliki mereka. Lavender memutar langkahnya. Ia ingin kembali kekamar dan mengurung diri. Tiba-tiba saja ia kehilangan semangat untuk belajar. Lavender hanya ingin mandi dan berdoa kepada Tuhan, ia ingin mendapatkan cinta seperti yang orang lain miliki. Lavender masih melamun saat ia menabrak seseorang. Perlahan Lavender mengangkat kepalanya dan menatap Nick Sherwood ada di depannya.
"Kau salah jalan. Lav" Bukankah tangga turun ada di sebelah sana""
Lavender mengerjap beberapa kali. Ia tidak percaya dengan apa yang di lihatnya kali ini. Nick berada di lantai atas rumahnya" Itu artinya laki-laki itu baru saja dari. "Kau dari kamar Lawrence""
"Kita tidak sedang membicarakan itu Lav. Kau tidak mungkin berjalan ke arah yang salah di rumahmu sendiri, kan""
"Tidak, aku hanya merasa tidak enak badan, jadi."
"Tapi aku melihatmu baik-baik saja!" Nick memotong.
"Aku benar-benar sakit!"
* tempat ibadah umat Yahudi
"Aku hanya akan mengikuti kebohonganmu sebanyak satu kali hari ini. Jadi..." Nick menggapai tubuh Lavender dengan ringannya lalu memanggul gadis itu di bahunya. "Kau harus belajar sekarang juga. Karena aku harus segera pergi makan malam bersama kakakmu!"
"Tunggu, kau pergi saja, aku tidak masalah jika tidak belajar hari ini demi kau dan Lawrence." Lavender masih membela diri meskipun ia sudah mendarat dengan sukses di bahu Nick. Nick Sherwood juga sudah melangkahkan kakinya menuju tempat dimana mereka biasa belajar.
"Kau harus belajar dulu!"
"Aku tidak apa-apa tidak belajar kali ini."
"Diamlah, Lav! Aku tidak bisa menerima alasan apapun selagi kau belum lulus sekolah!"
Bab 2 Mungkin ini kali terkhidmad Lavender berdoa. Ia menghadap managen itu dengan penuh konsentrasi. Melakukan hal itu setiap sore sama sekali tidak bisa membuatnya merasa bosan. Karena hanya itu yang bisa Lavender lakukan untuk mengisi waktunya, berdoa, berdoa, dan berdoa.
Tuhan, Jika benar Rex adalah orang yang aku cintai,
Tunjukkanlah. Aku ingin merasakan cinta Setidaknya sekali saja dalam hidupku.
"Lav, kau sudah lama menungguku""
Lavender membuka matanya. Itu suara Rex yang baru saja mengunjunginya di Synagogue seperti yang selalu di lakukannya. Laki-laki itu memandangi tempat ibadah di rumah itu dengan terkesima. Ia selalu menganggap kalau Synagogue adalah tempat yang aneh, dan Lavender sadar akan itu. Rex seorang Atheis. Lavender membalik tubuhnya secara sempurna lalu berhadap-hadapan dengan Rex. Laki-laki itu tersenyum dan Lavender membalas senyumnya.
"Aku sedang berdo'a, Rex!"
"Berdoa tentang apa""
"Tentangmu!" Rex mengangguk bangga. "Aku sangat senang sekali karena dirimu mengingatku dalam do'amu. Apa yang kau harapkan untuk terjadi padaku dalam do'amu""
"Haruskah aku mengatakannya" Itu rahasiaku dengan Tuhan!"
"Ah, ya baiklah. Sekarang bagaimana dengan jadwal harian kita" Kita akan pergi ke belakang Synagogue ini lagi" Aku ingin merasakan sentuhanmu sambil memandangi rumpun bunga Daisy!"
"Tentu saja aku akan melakukannya untukmu."
"Dan kita akan melanjutkan ke tahap selanjutnya""
Lavender tersenyum simpul. "Kita lihat saja nanti!"
*** Di tengah kerasnya tunas di dalam diriku
Ada sebuah madu yang sangat manis
Dengan penuh kerahasiaan Menanti sesuatu yang datang untuk membukanya
Tuhan, Segeralah kirimkan sesuatu itu. Aku ingin mekar
sebelum pada akhirnya mati dan layu
Desahan penuh kepuasan menggema dari bibir Rex. Lavender mungkin adalah gadis terhebat yang pernah melakukan hal itu kepadanya karena hal seperti ini sudah seringkali Rex lakukan di luar sana. Meskipun begitu, ia tetap merasa kalau Lavenderlah yang paling mahir sehingga Rex terus terdorong untuk mendatanginya setiap sore dan menikmati permainan lavender nyaris setiap hari. Tapi kali ini, Rex merasakan sesuatu yang aneh pada gadis itu. Lavender tidak semanis biasanya, hari ini Lavender jauh lebih menggebu-gebu lalu termenung setelah semuanya selesai. Gadis itu membeku di antara kedua paha Rex. Menanti sesuatu" Entahlah. Dia tidak berlaku seperti biasanya.
"Lav, kau ada masalah hari ini""
Lavender terbangun dari lamunannya lalu memberikan sebuah senyuman untuk Rex. "Tidak, semuanya baik-baik saja!"
"Kau sangat bernafsu hari ini. Apakah ada sesuatu yang terjadi denganmu""
"Tidak ada!" Jawab Lavender. Ia sedang memikirkan sesuatu dan baru tertegun beberapa saat ketika melihat Rex mencapai kepuasannya. Sesuatu yang tidak mungkin di katakannya kepada Rex bahwa hatinya tidak bisa merasakan apa-apa. Rex tidak juga bisa memberikannya perasaan yang Lavender inginkan. Entah perasaan seperti apa. Mungkin perasaan yang akan sangat luar biasa saat Lavender mendapati rasa itu ada dihatinya. Ia juga belum pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya.
"Bisakah kita."
"Kau hanya memiliki keperawanan itu sekali seumur hidupmu. Maka sekali kau kehilangan itu, kau tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali"
Lavender tidak bisa memungkiri kalau ia terus memikirkan kata-kata Nick tempo hari. Ya, Nick benar. Ia hanya akan melepas keperawanannya sekali dan tidak akan bisa mendapatkannya kembali jika sudah kehilangan hal itu. Akankah ia menyerahkannya kepada Rex. Mungkin Rex adalah pemuda tertampan yang pernah menjadi kekasihnya. Tapi tetap saja Lavender tidak pernah bisa merasakan perasaan yang di inginkannya saat bersama Rex. Ia ingin bercinta setidaknya sebanyak satu kali di dalam hidupnya. Tapi tentu saja Lavender tidak bisa melakukannya dengan orang yang tidak bisa memberikannya perasaan megah yang di inginkannya. Lavender ingin bukan hanya ada nafsu dalam percintaannya, tapi juga cinta, kepasrahan, ketuhanan.
"Aku tau kalau kau adalah gadis terhebat yang pernah melakukan hal ini kepadaku. Jadi sekarang saatnya kita untuk."
"Rex, kita putus saja!"
Rex terdiam dalam jeda yang panjang. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Lavender memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka sedangkan mereka baru saja selesai melakukan sebuah foreplay yang sangat luar biasa. "Apa""
"Ini bukan karena aku tidak menyukaimu. Aku sangat menyukaimu Rex. Tapi aku tidak bisa melakukan hal itu denganmu. Maafkan aku! Aku harap kau tidak datang lagi kemari! Aku akan menutup lubang itu dan ku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Dan Lavender meninggalkan Rex dalam keadaan tertegun.
Tidak bisa di pungkiri kalau Lavender merasakan kesedihan saat berpisah dari Rex. Airmatanya mengalir tanpa di kehendaki. Lavender sama sekali tidak berbohong saat ia mengatakan kalau dirinya menyukai Rex. Tapi Lavender tidak bisa bertahan hanya karena perasaan sederhana. Ia ingin cinta yang sesungguhnya, yang menggetarkan seluruh jiwa raganya dan Rex belum bisa memberikannya. Sekarang, yang bisa di lakukannya hanya menjauh dari Rex. Pergi menjauh hingga tanpa sengaja Lavender menabrak sesuatu. Saat ia menengadah, ia mendapati Nick Sherwood di hadapannya. Laki-laki itu menatap Lavender penuh dengan keheranan, mungkin karena ini pertama kalinya Nick melihat Lavender menangis.
"Lav, ada apa" Kau menangis""
"Lav"" Suara lain berteriak memanggil namanya.
Lavender menoleh dan mendapati Beth, kakak laki-lakinya berjalan cepat menyongsongnya. Jika saja tidak melihat Beth, Laveder akan memilih mendaratka tubuhnya dalam pelukan Nick. Tapi tentu saja Beth adalah pilihan terbaik bila di bandingkan dengan Nick, karena itulah Lavender melang
kah lebih cepat menyongsong Beth yang hanya tinggal beberapa langkah di dekatnya lalu membenamkan wajahnya di kedalaman pelukan Beth. Beth menerima pelukan adiknya dengan heran. Lavender terisak dan Beth sempat terpaku bingung dengan ekspresi adiknya. Ia memandangi Nick meminta penjelasan. "Kau tidak menyakiti adikku kan, Nick""
Nick menggeleng. "Aku mencarinya karena dia tidak ada di kelas. Seharusnya dia sudah siap belajar hari ini karena aku harus menemani Lawrence ke pesta temannya!"
"Ah, ya! Aku percaya untuk yang satu itu!" Beth lalu membelai kepala Lavender dengan gerakan yang sangat halus. "Kau punya masalah, Lav""
Lavender mengangguk. "Aku baru memutuskan untuk berpisah dari Rex!"
"Pacar barumu yang kau ceritakan padaku itu"" Beth tersenyum kepada Nick lalu bergumam. "Kau beruntung pernah merasakan itu. Bagaimana denganmu Nick""
"Aku dan Lawrence memasuki tahun ke enam. Setidaknya selama enam tahun belakangan aku tidak pernah merasa kehilangan cinta! Dan, yah.kadang-kadang aku merindukan rasanya. Kehilangan seperti itu akan membuat kita lebih bisa menghargai apa yang sudah menjadi milik kita."
"Nah, kau dengar Lav" Kau masih muda dan perasaan kehilangan juga penting untuk kau rasakan. Akan ada ganti yang lebih baik nantinya. Lalu apa yang menjadi alasan kalian bisa berpisah" Rex berselingkuh" Atau kau tidak menyukainya lagi" Ah, tapi kurasa kau masih menyukainya. Kau tidak mungkin menangis seperti ini jika tidak menyukai Rex."
"Dia tidak berselingkuh. Aku juga masih menyukainya. Aku hanya ingin mendapatkan perasaan yang lebih dari Rex, tapi dia tidak bisa memberikannya!"
"Perasaan"" Beth melirik Nick lagi. "Perasaan seperti apa""
"Mungkin cinta!" lavender bergumam pelan lalu menoleh kepada Nick Sherwood sejenak. "Apakah cinta dan suka berbeda""
Nick Sherwood mengangkat kedua bahunya. "Aku juga tidak begitu tau tentang hal itu! Bagiku cinta dan suka nyaris sama. Jadi sekarang bagaimana, Lav" Kau akan belajar" Jika kau memang benar-benar tidak bisa mengikuti pelajaran hari ini, aku akan memberi libur. Tapi untuk hari ini saja!"
Lavender mengendurkan pelukannya kepada Beth lalu menatap Nick lebih serius. "Kau mengizinkanku libur" Jadi aku tidak perlu sakit lagi" Aku cukup putus cinta dan kau pasti akan memberikan libur padaku!"
"Aku serius Lav! Aku harus menemani Lawrence, kau ingat" Seharusnya aku juga mengajarmu lebih cepat dari hari biasanya karena itu."
"Tapi libur kali ini akan ku simpan untuk lain kali. Aku tetap akan belajar jika kau hanya akan mengajar sebentar hari ini. Aku tidak akan menyia-nyiakan waktu bersantai. Tapi berjanjilah tuan Sherwood. Libur yang kau berikan kali ini boleh ku ambil kapan saja jika aku menginginkannya!"
VVV Lavender Ouray pada akhirnya membuat Nick tidak bisa berhenti memikirkannya. Gadis itu benar-benar tidak bisa berkonsentrasi belajar hari ini karena Lavender tidak henti-hentinya melamun. Nick tau bagaimana rasanya patah hati. Dan ia mengerti dengan perasaan Lavender meskipun, seperti yang tadi di katakannya kalau Nick tidak lagi merasakan patah hati sejak ia dan Lawrence memiliki hubungan khusus. Enam tahun, dan ia sudah melupakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang di cintai. Yang di ketahuinya dari Lawrence hanyalah rasa memiliki. Meskipun begitu, kepedihan Lavender karena berpisah dari Rex bisa di maklumi sehingga Nick sama sekali tidak ingin menegur Lavender saat gadis itu melamun.
Nick juga menyesali melihat kejadian itu hari ini. Ia sama sekali tidak menyangka akan melihat Lavender meminta Rex untuk tidak datang lagi dengan berani meskipun setelahnya ia harus menangis seperti tadi. Diam-diam masih terekam jelas di benak Nick saat Lavender mengatakan kalau ia masih menyukai Rex. Ia hanya ingin mendapatkan cinta. Nick menghela nafas, Alasan yang unik untuk gadis seusianya.
"Nick, apa yang kau fikirkan"" Lawrence bertanya sambil menyentuh lututnya.
Nick kembali ke dunia nyata dan melihat keramaian pesta lagi. Ia sedang memikirkan Lavender di rumah, anak itu mungkin menangis sejadi-jadinya karena sedang merasa kehilangan. "Aku sedang memikirkan adikmu!"
"Lavender""
Nic k mengangguk. "Hari ini dia baru saja putus cinta. Aku terganggu karena Lavender tidak berkonsentrasi belajar karena itu. Dia selalu melamun di sepanjang pelajaran."
"Dia akan baik-baik saja besok pagi. Lavender sudah sering menangis karena patah hati. Dia selalu memutuskan semua kekasihnya di saat hatinya sedang
berada di puncak perasaan sukanya. Mungkin Lavender tidak ingin merasakan bagaimana rasanya di tinggalkan. Aku juga bingung dari mana dia mendapatkan laki-laki yang selama ini selalu menjadi pacarnya. Padahal dia tidak pernah keluar rumah. Semula ku kira semua laki-laki itu hanya khayalannya saja. Lagipula dia hanya bisa berada di rumah dan tidak bisa keluar karena hukuman kenakalannya, dia tidak bisa berpacaran bebas di rumah, kan""
Astaga, kau bahkan tidak tau sebebas apa adikmu di belakang rumah! Nick membatin. Iapun juga tidak akan tau tentang gaya berpacaran Lavender jika saja tidak sedang mengejar kucing Persia yang akan di hadiahkannya untuk Lawrence. Kucing itu masuk ke dalam rumah Ouray melalui lubang di tembok yang di tutupi tanaman rambat yang sangat lebat. Karena Nick terlalu sibuk terperangah melihat Lavender dan Rex, kucing itupun menghilang entah kemana.
"Ya, aku hanya tidak bisa melihatnya seperti itu. Lavender yang nakal jauh lebih baik daripada Lavender yang selalu bersedih!"
"Kau selalu memperhatikan Lavender!"
"Karena dia sudah seperti adikku! Aku yakin Beth di rumah juga sedang sibuk membujukknya!"
Lawrence tersenyum. "Aku rasa Beth tidak kesulitan sama sekali. Mungkin ia tidak harus membujuk Lavender. Lavender akan datang sendiri ke kamarnya dan tidur dalam pelukannya. Beth selalu ada di saat Lavender bersedih. Kurasa karena hubungan mereka yang paling dekat di rumah. Mungkin aku terlalu kaku sebagai anak tertua sehingga tidak ada seorang adikkupun yang dekat denganku!"
"Astaga, kenapa kau berkata sepert itu" Kau membuatku sedih!" Nick merangkul bahu Lawrence dan membelai lengannya. "Beth dan dirimu sebaya, dia mungkin tidak nyaman dengan saudara tirinya. Apalagi sebaya, mungkin dia takut jatuh cinta padamu!"
"Apa yang kau katakan ini""
"Hanya kemungkinan!"
"Lalu bagaimana dengan Lavender" Mengapa dia tidak bisa dekat denganku"" Nick angkat bahu. "kalian sama-sama perempuan!"
"Ya, itu bisa menjadi alasan mengapa Lavender seharusnya bisa dekat denganku, kan""
"Tidak juga, kebanyakan saudara perempuan di Negara ini bermusuhan dengan saudara perempuan mereka karena persaingan!"
Lawrence mendesah. "Tapi aku tidak meyakini kalau aku dan Lavender bermusuhan karena hal itu. Anak itu yang selalu menjauh!"
"Kau pernah berusaha mendekatinya"" "Beberapa kali!"
"Kau akan bisa dekat dengannya. Aku percaya. Sekarang makanlah, jangan sampai kau kehilangan selera makan dan menjadi kurus karena itu!"
"Aku suka mendengarmu memperhatikan keluargaku, Nick. Aku akan semakin yakin memilihmu sebagai suamiku!"
Nick tersenyum. Ya, beberapa bulan lagi ia dan Lawrence akan menikah. Tinggal hitungan bulan dan mereka akan benar-benar bersatu setelah menjalin kasih selama enam tahun. Nick percaya itu akan terjadi, ia selalu berdoa kepada Tuhan agar bisa menikah dengan Lawrence yang sudah sangat di yakininya sebagai pasangan terbaik untuknya. Nick memandangi Lawrence dengan kagum. Wanita inilah, yang selama enam tahun terus setia mendampinginya dalam susah dan senang. Pernikahan adalah impiannya sejak lama, dan saat Lawrence menerima lamarannya Nick benar-benar bahagia.
"Aku tidak bisa bersabar lagi menunggu hari pernikahan kita."
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu""
Nick angkat bahu. "Itu yang ada di hatiku saat ini!"
Bab 3 Tuhan, di dunia ini sangat banyak pasangan
Mengapa hanya aku yang merasa sendiri"
Mengapa hanya aku yang tidak bisa merasakan apa-apa"
Lavender bergumam halus di Synagogue. Hari ini adalah hari pertamanya tanpa Rex. Ia hanya bersedih kemarin dan kehilangan kesedihannya hari ini. Tapi kesedihan yang lenyap itu hanyalah kesedihan tanpa Rex. Kesedihan yang lain masih bertahan hingga kini. Kesedihan tanpa cinta dan tidak bisa merasakan cinta. Lavender menyeka airmatanya yang mengalir tanpa sepen
getahuannya. Ia hanya merasakan pipinya basah dan segera ingin menghilagkan noda basah itu secepatnya. Mungkin hari ini Lavender ingin pergi keluar rumah.
"Bagaimana keadaanmu, dear""
Beth menyapanya saat Lavender kembali masuk kedalam rumah. Lavender tidak ingin belajar hari ini dan ia harap Nick sibuk lagi bersama Lawrence lalu meninggalkannya sendirian. Lavender sangat kecewa, karena belum mendapatkan perasaan yang di inginkannya juga sedangkan usia tujuh belas tahunnya hampir berakhir.
"Aku masih kurang baik!"
"Karena apa""
Lavender menggeleng. "Cinta itu seperti apa, Beth" Bisakah aku merasakannya""
"Aku selalu merasakannya, cintaku padamu!" Beth tersenyum. "Tapi cinta sebagai saudara jelas berbeda dengan apa yang kau inginkan, bukan" Aku belum pernah merasakannya sama sekali. Jadi aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu!"
"Aku takut tidak bisa merasakannya. Aku ingin merasakannya sekali seumur hidupku!"
Beth menyentuh kepala Lavender dan membelainya halus. Hal itu adalah hal yang paling Lavender suka dari semua perilaku penuh perhatian Beth kepadanya. "Kau akan merasakannya suatu saat nanti. Percayalah!"
"Bagaimana jika Tuhan mengambil nyawaku lebih dulu""
"Tuhan akan mengirimkanmu malaikat sebagai ganti cinta itu untukmu. Di saat itu, kau bisa mendapakan cinta yang sangat agung..." "Dan aku bisa bercinta dengan malaikat""
Beth tertawa sebentar lalu memandang Lavender penuh kasih. "Jadi kau ingin merasakan cinta hanya untuk seks""
"Aku ingin merasakan bagaimana rasanya seks itu, tapi dengan seseorang yang aku cintai. Seseorang yang memberikanku perasaan agung seperti yang kau katakan!"
"Kau tau seks bebas itu tidak di benarkan dalam agama kita, kan""
"Lalu aku harus bermimpi menikah" Aku tidak bisa melakukan itu, kau tau sendiri keadaanku seperti apa!"
"Ya, baiklah. Tapi berhati-hatilah, Sayang! Kita memang hidup di Negara bebas seperti Canada, tapi kita tetap tidak bisa bertindak sembarangan, bukan""
"Ini hak azasi bukan""
"Yah, jika Tuhan mengirimkan malaikat untukmu, kau boleh bertanya kepadanya apakah dia akan bercinta denganmu" Jika dia mengatakan ya, kau boleh melakukannya." Beth lalu tersenyum geli secara sembunyi-sembunyi. Malaikat tidak akan memiliki nafsu untuk bercinta. Harapan adiknya sangat mustahil dan ia menjawab dengan hal yang mustahil pula. Demi menyenangkan Lavender, ia terpaksa. "Sekarang aku pergi dulu. Ayah bisa mengamuk jika aku tidak segera kembali bekerja!"
"Sampai Jumpa!" Lavender melambaikan tangan. Ia memandangi Beth yang membalas lambaiannya dan segera masuk ke dalam mobil. Mobil milik Beth pun kemudian melaju kencang tanpa supir.. Lavender memandangi rumahnya sejenak. Ia sudah bosan di rumah dan ingin keluar sesekali. Sayangnya bisa di pastikan kalau pintu utama tidak akan terbuka untuknya. Tapi Lavender boleh tenang karena ia belum meminta siapa-siapa untuk menutup lubang di tembok belakang. Ia akan keluar dari sana untuk terakhir kali sebelum tembok itu benar-benar di tutup. Lavender mengayunkan langkahnya menuju halaman belakang rumah, melintasinya dan mengelilingi Synagogue untuk menggapai lubang yang berada di belakangnya. Rumpunan bunga Daisy dan tanaman rambat itu membuat lubang besar pada tembok tersamarkan. Lavender berusaha melewatinya dengan sangat hati-hati hingga ia berada di sisi luar rumahnya. Lavender menemukan sebuah lingkungan kosong di balik tembok itu, pemandangan yang sudah puluhan kali di lihatnya setiap kali Lavender melarikan diri dari rumah untuk merasakan udara bebas. Ia melangkah menuju jalan raya dan dengan santainya bisa
menghirup udara bebas. Sebenarnya, Lavender merasa ada seseorang yang mengikutinya, tapi ia berusaha untuk tidak perduli. Ia benar-benar ingin bebas hanya untuk hari ini saja! "Lavender!"
Langkah Lavender terhenti. Suara Nick Sherwood" Apa yang di fikirkannya, benarkah Nick yang mengikutinya" Atau Lavender hanya memikirkan Nick karena laki-laki itu pasti akan memarahinya karena Lavender bolos lagi kali ini. Levender ingin memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang di panggilnya. Tapi sebelum itu, ia di bekap oleh seseorang dan di paksa masuk
kedalam sebuah mobil. Lavender ingin berteriak, sayangnya ia di bius sehingga tidak bisa melakukan apa-apa.
Tuhan, apa ini" Penculikan" Aku di culik"
*** Nick merasa kesal. Sangat kesal. Ia memandangi kursi kosong dimana seharusnya Lavender duduk. Anak itu satu-satunya murid di ruangan ini dan sekarang pergi entah kemana. Jika tidak ada Lavender, maka Nick bukanlah seorang guru. Ia hanya menjadi guru untuk Lavender di samping pekerjaannya yang lain. Tapi sekarang anak itu membuatnya kehilangan fungsi. Nick memandang ke jendela dan menangkap bayangan yang di kenalnya. Lavender sedang berjalan menuju Synagogue di halaman belakang. Nick menghadirkan sebuah senyum di sudut bibirnya.
Sedang apa kau disana, Lav" Ingin menemui pacar baru"
Nick berguman dalam hati sambil meletakkan bukunya di atas meja. Ia seharusnya memakai jasnya jika ingin keluar di udara dingin musim gugur. Tapi Lavender lebih menarik di bandingkan dengan jas. Nick segera mengayunkan langkahnya secepat mungkin untuk memergoki perilaku Lavender. Ia akan memaksa Lavender untuk belajar kali ini. Anak itu harus menyelesaikan pelajaranya sebelum pernikahan Nick dan Lawrence tiba. Jika tidak, Nick yakin kalau dirinya tidak lagi bisa bersikap tegas kepada Lavender karena saat itu Lavender sudah menjadi adik iparnya.
"Kau tidak mengajar"" Lawrence mencegat Nick. Ia baru saja pulang kerja. "Kau mau kemana""
"Mencari Lavender. Dia tidak ada di kelas!"
"lagi" Anak itu."
"Tunda dulu amarahmu!" Nick memotong ucapannya. "Aku meminta izin padamu untuk menyeret Lavender kembali!"
"Ya, demi kebaikannya, tentu saja aku izinkan!"
Nick tersenyum penuh terimakasih lalu berlari secepat mungkin menuju halaman belakang. Ia melihat Lavender melewati bangunan Synagogue sekilas, maka Nick semakin mempercepat langkahnya dan mendapati bayangan Lavender baru saja menghilang ke dalam semak tanaman rambat yang di lapisi rumpun bunga Daisy. Tidak ada pilihan lain selain mengikutinya. Nick tentu saja tau apa yang bisa di dapatnya dari dalam sana. Ada lubang di tembok dan Lavender sedang menuju ke luar rumah. Nick berusaha menyibak semak itu dengan hati-hati dan menemukan sebuah lubang besar yang tembus ke sebuah pekarangan kosong. Ia mendapati bayangan Lavender baru saja berbelok menuju jalan raya. Nick mengayunkan langkahnya dan mengikuti Lavender beberapa lama dalam jarak yang lumayan jauh.
Jadi ini yang sering kau lakukan Lav" Nick membatin lalu tersenyum. Sepertinya lubang di belakang synagoguge adalah kebebasan bagi Lavender. Tapi sewaktu ia meminta Rex untuk tidak datang lagi dan mengatakan akan menutup lubang itu, Mungkin Lavender sedang berusaha menutup kebebasannya. Nick berhenti melangkah saat melihat sebuah Van hitam dengan kaca gelap berhenti di antara jaraknya dan Lavender. Beberapa orang turun dan mengikuti Lavender dalam jarak yang sangat dekat. Mereka mau apa"
"Lavender!" Nick berteriak. Gadis itu berhenti melangkah dan Nick menyesali kesalahannya. Jika saja ia tidak berteriak...
Lavender di bekap dengan sesuatu hingga tubuhnya melemah. Gadis itu di seret masuk kedalam Van dan di bawa pergi. Nick merasa lumpuh, ia harus melakukan sesuatu. Harus melakukan sesuatu untuk Lavender.
*** "Rex""Lavender berdesis saat ia menyadari bahwa Van berhenti di sebuah tempat yang sepi dan semua orang didalam mobil memeganginya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang bisa Lavender kenal selain Rex. Laki-laki itu tengah merangkak di atas tubuhnya dan Lavender tidak bisa melawan meskipun ia terus mencoba berontak. Rex sudah membuka pakaiannya dan Lavender tidak cukup kuat untuk melepaskan diri dari orang-orang yang memegangi tangan dan kakinya.
"Rex, hentikan atau aku akan berteriak!"
"Kau bodoh" Aku tidak akan membiarkanmu berteriak jika tempat ini ada orang! Disini sangat sepi, nona. Dan kau." Rex tertawa sinis demi perasaannya. "Kau sial! Kau sudah membuatku sangat-sangat menginginkanmu dan aku harus mendapatkanmu sekarang juga!"
"Rex, hentikan!"
"Lav, aku mengharapkan ini setiap kali kau memulai hasratku dengan Oral Sex. Kau tau bagaimana rasanya aku harus menahan hal itu setiap hari" Kau har
us menyesalinya!" "Jika kau terus memaksakan kehendakmu itu padaku, kau akan menyesalinya!" Lavender tidak tau apa yang ia katakan dan mengapa ia sampai mengatakan hal itu. Yang ia tau, Rex berhenti bergerak. Pemuda itu memandangi Lavender dengan tatapan heran. Lavender sudah mengeluarkan airmata. Seharusnya ia tidak merasa heran, bukankah Lavender akan di perkosa. Tapi mengapa Rex merasakan ada suatu hal yang lain yang merasukinya. Seolah-olah, Lavender akan menghantuinya jika Rex terus melakukan kehendaknya.
"Ya, kau akan menyesalinya!" Sebuah suara membuat Rex membalikkan tubuhnya. Seorang laki-laki sudah berada di belakangnya, di ambang pintu Van yang terbuka. Laki-laki itu langsung menyerangnya, memukul Rex beberapa kali sehingga Rex tersungkur, Nick Sherwood. Semua laki-laki yang tadinya memegangi tubuh Lavender segera menyeruak turun dari dalam Van. Mereka berusaha untuk mengeroyok, tapi sepertinya Nick lebih gesit dan ia berhasil menjauhkan banyak orang. Nick memandangi Lavender sekilas dan kembali berusaha untuk menjatuhkan laki-laki yang lain sambil berteriak.
"Lav, selamatkan dirimu!"
Tapi Lavender tidak bergerak, ia terlalu terkesima. Lavender hanya beranjak keluar dari dalam mobil tanpa niat untuk melarikan diri lebih dulu. Ia masih Shock dengan apa yang akan terjadi padanya jika saja Nick tidak datang. Nick sedang menyelamatkannya.
"Kau ini siapa"" Rex berteriak. "Jangan ikut campur dengan urusan pribadiku!"
"Aku calon kakak ipar Lavender. Tentu saja aku harus ikut campur saat adik iparku dalam bahaya!"
Rex berdiri memandangi Nick dan Lavender bergantian. Lalu dalam gerakan cepat ia merogoh sebuah pisau lipat di dalam sakunya dan bertindak seolah-olah hendak menghujam Lavender dengan benda itu. Lavender terlalu
terksima untuk mengelak. Ia akan mati" Tapi malaikatnya belum datang! Lavender memejamkan matanya pasrah, tapi sebuah pelukan Nick mengamankannya. Rex mungkin sudah melukai punggung Nick. Lavender membuka matanya dan memandang wajah Nick yang sangat dekat. Nick baik-baik saja" ia bahkan masih bisa tersenyum. Rex berusaha menusuk lagi dengan pisaunya, tapi Nick segera berbalik dan meraih tangannya. Saat itu, Lavender semakin terkesima. Nick punya sebuah tato bergambar sayap di punggungnya dan terlihat jelas disela sobekan lebar di kemejanya.
Tuhan, malaikat untukku! Dia sudah datang"
"Kau harus menjauhi Lavender. Atau aku akan mematahkan tanganmu ini!"
Rex. Merasakan nyeri menusuk saat Nick memelintir pergelangan tangannya. Ia juga mulai di rasuki rasa takut. Apaka Nick mafia" Mengapa ia punya tato misterius itu" "Kau gangster""
"Lalu"" "Baiklah, aku tidak akan mengganggu adik iparmu lagi!"
"Kalau kau melakukan hal seperti ini lagi, aku akan mencincang tubuhmu. Sekarang pergilah!"
Sepertinya Rex benar-benar menyerah. Pemuda itu segera masuk kedalam mini Van miliknya dan melarikan diri setelah sebelumnya memandang Lavender dengan tatapan aneh. Ia pasti merasa kesal karena teman-temannya yang lain sudah lari lebih dulu. Hanya karena sebuah tato, seorang penjahat melarikan diri" Nick tiba-tiba bergindik, Lavender menyentuh punggungnya. Gadis itu menelusuri tato di sana. Nick segera berbalik dan memandang Lavender dengan tatapan khawatir.
"Kau tidak apa-apa, Lav""
"Kau tidak terluka""
Nick menggeleng. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu"" "Bajumu sobek!"
"Ya, aku baru membelinya minggu lalu. Kau harus menggantinya sebagai ucapan terima kasih, kau tau itu" Ini adalah kemeja kesayanganku!" "Tato itu."
"Ini" Hanya iseng sewaktu remaja. Aku ingin menjalankan operasi demi menghapusnya, tapi sayang. Aku menyukainya." Nick tersenyum. "Kau bagaimana Lav" Baik-baik saja""
Lavender terdiam sesaat. Lalu menyentuh dadanya. Ia mulai merasakan sesuatu yang menusuk. Lavender langsung terduduk di tanah begitu saja. Ia membuat Nick kembali teringat dengan ekspresi sakit yang selalu Lavender tunjukkan. Lavender menekan kuat dadanya.


Once Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lav, apa yang terjadi padamu""
Lavender memandangnya dengan tatapan aneh, Nick bisa merasakannya. Ia melepaskan dadanya dan berpidah ke tubuh Nick kedua lengannya melingkari leher Nick era
t. "Selamatkan aku!" Ujarnya ketakutan. "Selamatkan aku!"
Lav, Nick memandangi Lavender dengan tatapan kasihan gadis ini mungkin Shock saat dua kejadian naas hampir saja menyentuh hidupnya. Pemerkosaan dan pembunuhan. Ia sangat ketakutan. Nick membelai rambutnya dan mencium bibirnya. Hanya sekilas. Tapi Nick segera menarik diriya dari Lavender. Ia melakukannya" Astaga. Bagaimana mungkin Nick mencium adik iparnya" Nick termenung dan tidak menyadari bahwa Lavender terkulai lemah di tanah.
*** Lawrence memandangi kamar Lavender. Sudah hampir tengah malam dan Nick belum juga menelpon untuk mengabarinya. Apakah laki-laki itu sudah menemukan Lavender" Semenjak ibu tirinya meninggal, Lawrence selalu memiliki tanggung jawab penuh terhadap Lavender. Anak itu mungkin tidak merasa nyaman dengan sikapnya, karena itu Lavender selalu berusaha menjauh. Seharusnya Lawrence lebih banyak belajar bagaimana caranya menjadi ibu. Ia seharusnya bisa mendekati Lavender, bukan malah membuat gadis itu menjauh darinya. Langkah-langkah kaki terdengar dengan sangat jelas. Lawrence tau kalau itu pasti ayahnya. Ayahnya selalu memeriksa Lavender sebelum tidur. Apa yang akan ayahnya lakukan jika Lavender tidak ada di kamarnya"
"Lawrence"Kau ada disini""
Lawrence segera menutup pintu rapat-rapat lalu berbalik menghadap ayahnya. Ia mengusahakan sebuah senyum yang terbaik yang pernah di milikinya. "Ya, aku baru saja melihat Lavender!"
"Apakah dia sudah tidur""
"Ya, dia sangat nyenyak, Ayah! Sebaiknya kita tidak menganggunya dulu"
"Sayang sekali, padahal aku sangat merindukannya hari ini. Tapi baiklah, kau benar. Mungkin dia akan terbangun jika terganggu. Sekarang ayo, Ayah ingin mengobrol denganmu!"
Lawrence mengangguk sambil menggapai tangan ayahnya untuk di gandeng. Ia memutuskan untuk menunggu sampa besok pagi. Jika sampai besok Nick belum juga memberi kabar tentang Lavender, maka Lawrence akan melaporkan masalah ini ke polisi.
Bab 4 Tuhan, aku ingin berusia tujuh belas tahun selamanya Dan aku ingin memiliki kebebasan Untuk melakukan apapun. Kabulkanlah do'aku
Sebuah hela'an nafas berat mengawali pagi Lavender. Ia membuka matanya dan menemukan dirinya di sebuah tempat asing. Sebuah kamar yang tidak terlalu besar tapi sangat nyaman. Lavender berbaring di sebuah ranjang busa yang sangat empuk dan tebal sehingga membuatnya merasa bukan masalah untuk menggeliat dengan sedikit lebih ekstrim. Semua yang di lihatnya di ruangan ini berwarna putih, Lavender yakin kalau dirinya mungkin sedang berada di rumah sakit. Tidak, di rumah sakit tidak ada ranjang selebar yang di tidurinya sekarang. Tapi ini juga bukan kamarnya.
Lavender duduk untuk berfikir dan sedikit terkesiap saat selimutnya turun dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang polos dari cermin besar yang bersebrangan dengannya. Dengan cepat ia merespon kalau telah terjadi apa-apa dengan dirinya. Lavender meraba tubuhnya di balik selimut dan sama, ia tidak mengenakan apa-apa. Begitu menyentuh daerah sensitifnya, Lavender merasa lega. Tidak terjadi sesuatu yang aneh dengannya.
Ia menghela nafas dan kembali berbaring sambil memandangi atap ruangan itu. Semalam ia hampir saja mengalami kejadian buruk, di perkosa dan di bunuh jika saja tidak ada Nick yang menolongnya. Otaknya kembali memutar peristiwa saat ia melihat sayap dari punggung Nick, seperti nyata. Sayap itu berkepak-kepak dengan warna putih bercampur keperakan dengan bunyi yang sangat jelas. Apakah itu pertanda kalau Nick adalah malaikat untuknya" Lavender menyentuh dadanya, semalam ia benar-benar ketakutan sehingga dirinya merasa kalau dadanya sangat sakit, jantungnya seperti berhenti berdetak dan Lavender takut kalau dirinya akan mati saat itu juga. Tapi Nick menenangkannya dengan ciuman tadi malam. Ia tersenyum, Nick menciumnya"
Lavender di kejutkan oleh bunyi pintu yang di buka. Sebuah klik yang sangat halus mengawalinya dan kemudian Nick masuk membawa segelas susu dan beberapa potong roti panggang lalu meletakkan benda itu di atas meja. Nick lalu berbalik dan memandangnya dengan senyuman yang biasa. Tapi Lavender tidak bisa merasakan perput
aran waktu lagi, seluruh dunia berhenti melakukan apapun agar ia bisa memandangi Nick lebih lama.
Tuhan, Aku bingung untuk pertama kalinya Tunas di dalam diriku hampir saja meneteskan madunya Selembar kelopaknya mulai terbuka
"Kau sudah lebih baik"" Nick bergumam, tiba-tiba saja laki-laki itu sudah duduk di pinggir tempat tidur dan menyelimuti tubuh Lavender yang terbuka. "Aku membawamu kerumahku, harusnya aku membawamu ke rumah sakit tapi ku fikir, kau mungkin hanya Shock karena kejadian semalam."
Lavender berontak dan melemparkan selimutnya. "Aku tidak suka selimut. Apakah rumahmu tidak punya pendingin ruangan""
"Air Conditioner itu tidak sehat untuk pernafasan."
"Tapi aku kepanasan!" Lavender mengeluh, Nick mengambil kembali selimut dan kembali menyelimuti tubuhnya. "Kenapa kau berkeras menyelimutiku" Bukankah aku sudah bilang kalau aku kepanasan" Kau takut tergoda padaku" Bukankah kau sudah melihatku di telanjangi Rex kemarin""
Tawa Nick terdengar mengejek. Ia memandangi Lavender seolah-olah anak itu sedang bercanda. "Berapa usiamu" Tentu saja aku tidak akan tergoda pada anak-anak. Karena itu aku berani membuka pakaianmu. Bajumu kotor sekali, aku menemukannya dalam kubangan lumpur dan aku sudah mencucinya. Sebentar lagi kering! Ku kira, mereka akan membuangmu dalam keadaan telanjang disana setelah menghabisimu. Kau beruntung karena aku mengikutimu."
"Tapi tadi malam kau menciumku! Menurutmu itu keberuntungan""
Nick terdiam sebentar lalu, "Aku melakukan itu untuk menenangkanmu!"
"Benarkah""
"Kau tidak percaya" Aku tidak mungkin tertarik pada seorang gadis kecil. Sudah ku bilang, kan" Lagipula aku akan menikah dengan kakakmu."
"Jadi bukan masalah kalau aku mengatakan kepada Lawrence kalau kau menciumku, lalu membuka pakaianku..."
"Kata-katamu akan membuatnya salah paham. Sebaiknya kau rahasiakan masalah ini, demi kebaikan kita bersama. Atau Lawrence akan membencimu dan aku akan gagal menikah. Aku harap hal buruk seperti itu tidak pernah terjadi, aku bersumpah tidak akan memaafkan dirimu jika itu sampai terjadi."
Lavender membuang wajahnya sambil berdesis. "Aku akan merahasiakannya!"
"Benarkah""
"Karena kau sudah menolongku. Aku akan menghilangkan cerita tentang ciuman itu dan kau yang membuka pakaiaku. Aku hanya akan mengatakan kepada Lawrence kalau aku tidur di kamarmu dan aku membuka pakaianku sendiri!"
Nick menghela nafas berat. "Itu akan memiliki efek buruk yang sama persis."
"Aku tidak perduli. Sekarang aku mau pulang. Beth berjanji akan mengajakku jalan-jalan hari ini. Aku tidak mau kalau sampai ketinggalan cerita darinya! Kembalikan pakaianku!"
Nick menghela nafas lagi. Ia memindahkan sarapan yang tadi di bawanya ke atas rajang lalu keluar dari kamar itu. Begitu Nick keluar, Lavender menyentuh roti panggang yang berada dalam sebuah piring keramik dan memakannya dalam gigitan-gigitan kecil. Setelah itu, Lavender menghabiskan segelas susu daam sekali tegukan. Menu sarapan yang sama dengan yang selalu di dapatkannya di rumah. Nick Sherwood sudah seharusnya melakukan ini mengingat seberapa seringnya Nick sarapan di rumah bersama keluarganya selama enam tahun belakangan.
"Aku tunggu di luar!" Nick melemparkan pakaian Lavender tepat mengenai wajahnya lalu menutup pintu.
Lavender mengeluh, ia segera mengenakan pakaiannya secepat mungkin lalu menyusul Nick yang sudah menunggunya di luar dengan kebingungan sebelumnya karena mencari pintu keluar. Rumah Nick cukup besar untuk di tinggali oleh dirinya seorang, di dinding sangat banyak foto-fotonya dan Lawrence seolah-olah mereka adalah pasangan yang sudah di tentukan Tuhan dan di takdirkan untuk bersama. Lavender tersenyum iri dan berjalan pelan menuju pintu depan rumah itu. Nick sudah menunggunya di atas sebuah sepeda motor.
Lavender mendekatinya dan menyodorkan tangannya kepada Nick. "Tuan Sherwood. Pinjamkan aku uang, biar aku naik taksi saja!"
Nick menggeleng lalu meletakkan sebuah helm di tangan Lavender. "Pakai itu dan naiklah. Aku tidak punya uang kas sekarang. Uangku sudah habis karena membayar taksi untuk mengejar mini Van pacarmu itu semalam."
Terpaksa Lavender menurut. Ia naik di boncengan Nick dan menyandarkan kepalanya di punggung laki-laki itu. Disana bunyi kepakan sayap itu berasal, Lavender memjamkan matanya berharap mendengar bunyi itu lagi. Ia terus menanti dan tidak ada sesuatu yang lain yang bisa di dengarnya kecuali desauan angin yang berusaha Nick tembus dengan sepeda motornya. Lama kelamaan Lavender terlelap hinga akhirnya..
"Lav, bangunlah! Kita sudah sampai rumah!"
Lavender membuka matanya perlahan dan turun dari boncengan Nick. Ia segera melangkah memasuki rumah dan Nick menyusulnya. Sudah Lavender duga, Lawrence segera menyongsongnya dengan ekspresi cemas. Wanita itu menggenggam bahunya erat.
"Lav" Kau baik-baik saja" Darimana saja kau semalaman""
Lavender menoleh kepada Nick berharap Nick memberikan jawaban ia mencibir dan saat mulut Nick nyaris terbuka untuk mengatakan sesuatu, Lavender mendahuluinya. "Aku tidur di rumah temanku, kami mengobrol bersama semalaman, bercerita banyak hal lalu tertidur."
Lawrence mengangkat alisnya heran. "Kau punya teman""
"Tentu saja. Aku juga pernah sekolah dan aku punya teman untuk ku kunjungi kalau aku sedang keluar dari rumah ini!" Lavender menguap. Lalu, "Aku masih mengantuk, kami mengobrol semalaman suntuk dan baru tidur menjelang pagi. Sekarang aku kekamarku dulu. Kalian mengobrolah seperti biasa. Tapi panggilkan Deliah dulu untukku, ya""
*** Lavender membolak-balikkan tubuhnya yang telanjang menghadap cermin. Ia berdesis kesal beberapa kali saat merasakan keputus asaan tentang bentuk tubuhnya. Nick mengatakan kalau dirinya anak-anak dan dia tidak tertarik pada anak-anak. Lavender kecewa, ia tidak pernah di tolak dengan alasan itu. Bukankah tujuh belas tahun adalah usia yang pas bagi wanita untuk di katakan menarik" Lavender mendengus kesal lalu menempelkan tangan pada payudaranya. Hanya segegnggaman tangan.
"Apa lagi yang membuatmu kurang puas"" Deliah yang sejak tadi duduk di ranjang sambil memandanginya berujar. Lavender membuatnya heran hari ini. Tidak biasanya gadis itu tidak memiliki kebanggaan terhadap dirinya seperti yang biasa di tunjukkannya.
"Apakah benar aku seperti anak-anak""
"Kau hanya remaja. Tubuhmu masih akan terus berkembang!"
"Aku kecewa melihat tubuhku," Lavender merengut. "Tuan Sherwood mengatakan kalau aku seperti anak-anak!"
"Sampai kapanpun baginya kau tetap anak-anak, Lav. Dia mengenalmu sejak usiamu masih sepuluh tahun dan Tuan Sherwood juga melihat bagaimana kau tumbuh. Jadi dia tidak akan pernah mengubah anggapannya kalau kau adalah anak-anak. Belum lagi kau selalu bersikap nakal kepadanya. Dia calon kakak iparmu, bukankah lebih baik jika Tuan Sherwood menganggapmu sebagai anak-anak selamanya" Akan bahaya jika dia menganggapmu sebagai seorang gadis yang cantik dan seksi."
"Lavender mendesah lalu duduk di ranjang sambil membungkus tubuhya dengan selimut. "Kau tidak mengerti!" "Lav, boleh aku masuk""
Lavender dan Deliah menoleh ke pintu. Suara Lawrence menyela percakapan mereka dan Lavender bisa saja menolak untuk di temui oleh Lawrence seperti biasa. Tapi sepertinya tidak akan terjadi lagi. Ia memandangi Deliah meminta gadis itu untuk meninggalkannya dan Deliah sepertinya mengerti. Deliah bangkit dengan segera dan menyongsong pintu lalu membukanya, ia tersenyum kepada Lawrence dan membungkuk halus.
"Silahkan masuk, Nona!"
Lawrence mengangguk. Ia masuk dan menanti Deliah benar-benar pergi lalu menutup pintu. Selang beberapa detik, Lawrence sudah duduk di sisi ranjang Lavender dan heran saat melihat Lavender menyembunyikan tubuhnya yang tanpa pakaian di balik selimut katun berwarna putih.
"Kau tidak sedang memakai pakaian"" Lawrence memulai.
Lavender mengangg uk. "Aku kepanasan!"
"Bisa menyalakan pendingin ruangan kan""
"Air Conditioner tidak baik untuk perkembangan kesehatan remaja sepertiku. Aku akan tidur seperti ini saja dan membuka jendela. Tidak akan ada yang masuk, kan" Bukankah kamarku berada di lantai teratas rumah ini""
Lawrence mengangguk. "Terserah, lakukanlah apapun yang membuatmu nyaman asalkan kau mengunci pintu kamarmu jika akan tidur tanpa pakaian seperti ini. Kau sudah besar, La
v! Dan kau harus bisa menjaga dirimu sendiri!"
Lavender tersenyum. Ia menatap Lawrence dengan seksama. Seperti itukah tubuh dewasa yang di sukai oleh Nick Sherwood. Payudara yang penuh dan pinggul besar. Lawrence juga cantik jelita dan baik hati. Ia kalah banyak.
Lawrence menyentuh kepala Lavender saat menyadari kalau anak itu sedang memperhatikan tubuhnya. Ia memandangi Lavender dengan heran. "Kenapa kau memandangiku seperti itu""
"Kau cantik sekali, tubuhmu juga bagus. Aku ingin sepertimu!"
"Ini pertama kalinya ku dengar kau mengatakan itu. Aku sangat terkesan, sungguh. Ku fikir kau mmbenciku, makanya terus menjauh. Tapi hari ini kau mengatakan ingin menjadi sepertiku""
"Aku tidak membencimu. Aku hanya merasa tidak pantas menjadi adikmu. Semenjak aku dan Beth datang ke rumah ini, kami merasa kalau kau terlalu hebat untuk menjadi kakak kami. Kau pasti juga tidak ingin hidup dengan adik yang aneh sepertiku!"
"Kau tidak aneh, hanya belum dewasa saja!" Lawrence tersenyum lagi. "Ah, Ya! Tadi Nick bilang kalau hari ini seharusnya kalian belajar. Tapi jika kau tidak mau belajar, dia tidak akan memaksa."
"Dia ada dimana""
"Di ruang tengah. Menanti makan siang, Mau makan siang bersama""
Lavender menggeleng. "Aku sudah meminta Deliah membawakan makan siang ke kamarku. Aku juga tidak ingin belajar hari ini. Besok saja!"
"Kalau besok, dia akan datang lebih cepat. Itu yang di katakannya!"
Lavender diam sebentar memikirkan penawaran itu. Lalu, "Baiklah aku akan belajar hari ini setelah makan siang. Besok Beth akan berangkat ke California dan aku harus mengantarnya."
"Tentang itu, aku dan Nick juga akan ikut mengantarnya. Kalau begitu istirahatlah. Dan lain kali kalau ingin tidur di rumah temanmu lagi katakan dulu padaku, agar aku tidak perlu cemas seperti semalam!"
Lavender mengangguk dan tersenyum. "Lawrence, bolehkah aku bertanya sesuatu""
"Tanyakanlah!" "Tubuhmu bagus sekali, bagaimana cara mendapatkannya""
"Kalau kau ingin punya tubuh yang bagus, makanlah sedikit lebih banyak dari porsimu yang biasa. Jika kau selalu makan sedikit, bagaimana tubuhmu bisa tumbuh dengan baik. Kau bisa melakukannya Lav, usiamu masih muda dan masih memiliki banyak waktu untuk memiliki bentuk tubuh yang indah seperti milikku. Ah, tidak! Bahkan lebih indah lagi!"
"Apakah tuan Sherwood menyukainya""
"Kau sedang mengatakan apa" Kenapa bertanya seperti itu""
"Aku hanya ingin tau! Aku sedang dalam masa puberitas tingkat tinggi. Jadi jangan heran kalau aku menanyakan hal seperti itu!"
Lawrence tertawa kecil lalu mengangguk. "Dia mengatakan seperti itu. Dia menyukaiku!"
"Kau sering bercinta dengannya""
"Kau menanyakan hal itu tanpa malu-malu, Lav! Apakah ini bagian dari keingintahuanmu lagi""
Lavender mengangguk. Lawrence mengangkat bahunya lalu menatap Lavender lama. "Belum saatnya kau mengetahui hal seperti ini, Sekarang beristirahatlah, bukannya kau akan belajar setelah makan siang""
*** "Terimakasih untuk bantuanmu hari ini, Lav!" Nick Sherwood berkata sambil membuka-buka halaman bukunya mencari materi pelajaran yang tepat untuk hari ini. Ia sama sekali belum menyiapkannya karena keberadaan Lavender di dalam kamarnya semalam. Nick mendengus kesal saat melihat Lavender duduk di atas mejanya. Sedikit tidak sopan, tapi Nick akan memaafkannya untuk kali ini. "Ku fikir kau akan benar-benar mengatakan kepada Lawrence kalau kau tidur di kamarku dan seterusnya!"
Lavender yang memainkan ujung rambutnya memandang Nick sekilas lalu kembali berkonsentrasi pada rambutnya lagi. "Kau harus membayar itu degan sesuatu!"
"Bukannya kau bilang akan merahasiakannya karena aku sudah menyelamatkanmu""
"Kau sudah menciumku dan melihatku tanpa pakaian, Tuan Sherwood. Maka itulah bayaran untuk menolongku!"
Nick Sherwood menggeleng tak habis fikir. Lavender terdengar sangat perhitungan bila ia mengatakan hal seperti itu. "Baiklah, aku akan mentraktirmu di Mc Donals, atau kau lebih suka Creepers, mana yang kau inginkan""
"I want to have sex!" Lavender memandang Nick yang mematung dengan tatapan serius. "Bercintalah denganku, tuan Sherwood!"
"Lav"" Lavender mendekatkan wajahnya kepa
da Nick yang kelihatan mulai gugup. "Bukankah kau yang mengatakan padaku agar aku tidak menyerahkan keperawananku kepada sembaragan orang" Aku fikir aku harus praktek untuk mendapatkan pengalaman yang baik. Jadi aku menginginkanmu untuk menjadi yang pertama bagiku. Kau pasti sering melakukannya dengan Lawrence, kan" Kau cukup baik untuk di sebut pria yang berpengalaman" Aku rasa iya, Lawrence malu-malu saat aku menanyakan hal itu pagi ini! Karena itulah...." Lavender mengganti kata-kata selanjutnya dengan keluhan kesakitan. Nick memukul kepalanya dengan buku tebal yang tadinya di bolak-balik olehnya untuk mencari materi pelajaran.
Nick memandang Lavender dengan senyum dewasanya yang biasa. "Kau tidak seharusnya bercanda seperti itu dengan orang dewasa. Jangan lakukan lagi, That's a big No!"
"Tapi aku serius."
"Lavender!" Suara Beth yang memanggil-manggil namanya membuat Lavender menghentikan ucapannya. Ia memandangi pintu masuk ruangan yang biasa menjadi kelasnya saat Beth mengulangi panggilanya sekali lagi sebelum mendekat. Beth memeluknya seperti biasa.
"Kau akan belajar"" Beth menatap Lavender yang masih memeluknya. Gadis itu menengadah dan mengagguk ringan. Beth menoleh kepada Nick. "Bolehkah aku meminjam adikku sebenar, Nick""
"Tidak akan lama, kan""
"Lima belas menit saja!"
Nick mengangguk. Lalu menoleh kepada Lavender dengan tatapan serius. "Segera kemari setelah urusanmu dengan Bethoven selesai, Lav!"
Lavender mencibir. "Aku tidak yakin, aku tidak biasa memakai jam, jadi mungkin saja akan lebih dai lima belas menit."
"Aku akan menyewakan jam tanganku kalau begitu!" Nick melepas jam tangannya dan meraih tangan Lavender untuk memakaikan benda itu. Lavender terkesima, Sentuhan Nick benar-benar hangat dan membekas di tangannya.
"Jadi kau harus kembali tepat waktu. Besok tidak ada pelajaran, kan" Lebih seriuslah jika ingin lulus secepat mungkin. Atau kau ingin jadi anak-anak selamanya""
Lavender berdecak. Ia di tolak oleh Nick dan hal itu tidak bisa di pungkiri sudah sangat menyakitinya. Lavender meraih lengan Beth untuk di peluk, ia membuang wajahnya dari Nick dengan perasaan kesal lalu pergi. Nick-pun juga tidak bisa menyangka mengenai hal ini. Lavender mengajaknya untuk bercinta" Anak itu terlalu bebas berpacaran, dia sudah di rasuki keinginan-keinginan yang mustahil untuk Nick lakukan. Meskipun sebenarnya, anak seusianya di luar sana mungkin sudah kehilangan keperawanannya sejak lama. Lavender beruntung karena sangat banyak orang yang memperhatikannya. Ia tidak akan bisa melakukan hal itu kepada gadis kecil yang selalu di kasihinya seperti adiknya sendiri.
Bab 6 "Kau bisa bantu aku mengantarkan ini kepadanya, kan" Aku sedang tidak ingin bertemu dengannya hari ini. Kurasa dia juga tidak mau, makanya hari ini dia hanya menitipi tugas untukku lewat Lawrence!" Lavender memohon kepada Deliah sekali lagi.
Deliah mendengus sambil menatap Lavender dengan ekspresi yang sangat serius. "Apa lagi yang kau lakukan padanya kali ini""
"Aku belum siap untuk menceritakannya padamu. Kau bisa mengantarkan ini, kan" Dia pasti sedang menunggu Lawrence di ruang tengah karena Lawrence belum pulang kerja. Aku mohon, bantulah aku, ya""
"Baiklah!" Lavender tersenyum penuh terima kasih. Ia menggenggam jam tangan milik Nick erat-erat dan berjalan mendekati jendela kamarnya. Tapi kemudian kakinya tersandung karpet bulu di kamarnya sehingga ia terjatuh. Lavender terkesiap saat jam tangan itu terlepas dari tangannya, ia segera berdiri dan memandangi jendela. Benda itu tersangkut pada ujung tanaman rambat yang memenuhi tembok rumahnya. "Astaga, bagaimana ini" Jam tangan itu hampir terjatuh!"
Deliah mendekat dan menatap arah yang Lavender tunjuk. Jam tangan yang tersangkut itu merosot sedikit demi sedikit dan hampir jatuh. "Kau tunggu disini, aku akan memanggil orang untuk mengambilnya!"
"Tidak bisa. Dia bisa saja jatuh sebelum orang-orangmu datang."
"Kau tunggulah disini. Aku akan mencari orang dan akan segera kembali!" Deliah berbalik dan hampir saja benar-benar pergi jika saja Lavender tidak memanggilnya lagi. Ia kembali menolehkan kepalanya
kepada Lavender dan memandangnya penuh tanya.
"Kau antarkan tugasku saja. Biarkan aku yang mengusahakannya sendiri!"
Deliah tersenyum. "Hanya jam tangan saja, kau bisa mengambilnya saat dia jatuh dan bisa di perbaiki jika rusak. Tunggu saja dia jatuh dari bawah! Aku pergi
dulu!" Lavender hanya memberikan sebuah senyum sampai Deliah benar-benar menghilang meninggalkannya. Ia kembali menoleh ke luar jendela dan memandangi Jam tangan itu dengan seksama. Bagaimana mungkin ia bisa
membiarkan benda itu jatuh" Lavender berusaha mengukur jarak jam tangan itu dari jendela kamarnya. Setelah yakin bahwa posisinya cukup dekat, Lavender berusaha untuk menggapai-gapai benda yang saat ini sangat berharga untuknya. Ia kesulitan dan tidak bisa memungkiri itu tapi Lavender tidak akan menyerah. Gapaian demi gapaian masih berusaha ia ciptakan, terus memanjang-manjangkan tubuhnya sehingga benda itu berhasil di dapatkan dari genggamannya, tapi tiba-tiba.
*** Nick Sherwood memandangi tugas yang Deliah berikan kepadanya dengan tatapan heran. Jadi Lavender langsung menyelesaikannya" Anak itu sebenarnya adalah gadis yang cerdas. Hanya saja Lavender terlalu suka bermain-main dan sangat malas. Jika ia tekun, Nick percaya bahwa Lavender akan bisa lulus sekolah menengah dalam usia tujuh belas tahun. Mungkin selama ini Lavender tidak pernah tau kalau Nick memberikannya materi pelajaran satu tingkat di atas materi yang seharusnya Lavender dapatkan. Tapi semua itu berkat Lavender sendiri. Ia selalu bisa membuktikan kalau dirinya cukup bisa di akui dan selalu mengerjakan tugas dengan cepat agar bisa bermain dan bermalas-malasan.
"Dia meminta anda memeriksa isinya!" Deliah masih berdiri di hadapan Nick untuk melihat secara langsung apakah Nick memeriksa tugas yang Lavender kerjakan.
"Dia memintamu melaporkan ha itu juga""
"Ya, dia ingin tau apakah anda memberikan tugas ini secara professional atau hanya karena ingin menghindarinya saja. Saya rasa dia hanya ketakutan kalau anda sedang marah kepadanya!"
Nick tersenyum dan mulai membuka lembaran tugas yang Lavender kerjakan. Ia sudah bisa menebak kalau Lavender bisa menjawab setiap soal dengan sangat baik. Anak itu sudah berhasil dan tidak bisa di ragukan lagi. Nick mungkin tidak perlu memeriksa sampai akhir, tapi Deliah sedang melihatnya dan akan melaporkan cara Nick memeriksa tugas yang di berikannya kepada Lavender. Karena itu Nick memeriksanya sampai di lembaran akhir dan menemukan sesuatu yang membuatnya berdelik.
Lets have seks with me! -LavenderAnak itu benar-benar membuat Nick tidak sanggup berkata apa-apa. Ia benar-benar serius tentang keinginan seksualnya itu" Nick berdecak lalu memberi nilai di kertas kerja milik Lavender. Ia menoleh kepada Deliah kemudian, "Katakan padanya. Big No!"
Deliah mungkin tidak mengerti. Gadis itu mengerutkan dahinya lalu mendesah menyerah. Ia akan mengatakannya kepada Lavender. Big No! Deliah mengayunkan langkahnya menuju lantai atas saat beberapa pelayan mulai membuat gaduh. Ia menoleh untuk memandang Nick yang terlihat kebingungan. Tidak ada seorang pelayanpun yang bisa di tanyai. Deliah mulai di desaki rasa ingin tau dan segera berlari menyusul pelayan yang berlarian. Nick juga melakukan hal yang sama atas dasar rasa penasaran yang sama pula. Semua pelayan itu berkumpul di kamar Lavender, satu persatu dari mereka masuk kesana dan Nick bisa melihat kalau semuanya berkumpul di jendela. Nick segera menyeruak kerumunan dan melihat kearah dimana kebanyakan orang memandang. Lavender d bawah sana, terbaring di atas rumput dan tidak sadarkan diri.
"Astaga, dia melompat. Padahal aku sudah mengatakan padanya untuk meminta batuan." Deliah mendesah khawatir.
Nick mendengar itu dan merespon secara spontan. "Dia melompat" Karena
apa"" "Dia punya jam tangan, tadi benda itu terlempar keluar jendela dan tersangkut di tanaman rambat itu. Dia pasti terjatuh saat berusaha mengambilnya!"
Bodoh! Nick bergumam dalam hatinya. Ia segera berlari menuju keluar rumah dimana jendela kamar Lavender mengarah ke pekarangan samping. Gadis itu benar-benar tidak sadarkan diri dan Nick bisa melihat ta
ngannya yang masih menggenggam jam tangan yang Nick pinjamkan padanya. Untuk itu Lavender melompat" Untuk sebuah jam tangan yang tida ada harganya"
"Lav." "Mmm." Lavender bergumam. Ia sudah mulai sadar dan memandang Nick dengan mata setengah tertutup, lalu perlahan pandangannya mulai melebar. "Apa yang terjadi""
"Kau terjatuh dari lantai atas!"
"Astaga, aku pasti ceroboh! Maafkan aku sudah membuat banyak orang khawatir!"
Nick menggeram lalu menampar pipi Lavender dengan sangat perlahan. Ia memandang wajah gadis itu dengan ekspresi kesal yang tak terkira. Lavender terperangah karena tamparan pelan itu. Apa maksud Nick"
"Tuan Sherwood" Kau menamparku""
"Lain kali jika hal seperti ini terjadi lagi, segera panggil aku untuk membantu. Kalau kau tidak yakin bisa melakukannya sendiri, jangan pernah kau lakukan. Bagaimana bila terjadi apa-apa denganmu""
"Aku baik-baik saja. Bokongku hanya sakit sedikit."
"Pokoknya jangan pernah mencoba untuk melakukan hal yang seperti ini lagi atau aku akan melemparmu dari atas sebagai gantinya!" Nick menyesal tidak bisa menyembunyikan perasaan khawatirnya. Ia terlalu memperlihatkan isi hatinya kepada Lavender dan Nick hanya berharap Lavender tidak menyadarinya. Apa yang terjadi" Ia takut kehilangan Lavender. Tadi Nick sudah berfikir berbagai macam hal buruk yang bisa saja menghilangkan nyawa gadis itu. Nick tidak bisa membohongi dirinya kalau ia merasa sangat takut saat melihat Lavender yang tidak sadarkan diri dari jendela kamar di lantai atas.
Nick menarik lengan Lavender dan berusaha menggendongnya. Lavender terlihat agak terkejut namun gadis itu merangkul leher Nick erat-erat. Ia hanya memandangi wajah Nick sepuas yang ia bisa lakukan. Jika saja ia tau Nick akan melakukan hal semanis ini untuknya, maka Lavender meyakinkan kalau dirinya bersedia terjatuh berkali-kali dari lantai atas demi bisa berdekatan dengan Nick sedekat ini. Nick menoleh kepadanya sejenak, Lavender tersenyum saat itu. Nick sangat tampan saat mengkhawatirkannya.
*** "Dia terjatuh dari lantai dua Nona!"
Bunyi sepatu High Heels Lawrence berketuk-ketuk dalam langkah yang sangat cepat menuju kamar Lavender. Ia sangat khawatir karena Lavender cidera lagi. Gadis itu tidak bosan-bosannya membuat seisi rumah jantungan dengan tindakannya. Entah kali ini untuk yang ke berapa kali, tapi ini adalah pertama kalinya Lawrence mendengar bahwa Lavender sampai sempat tidak sadarkan diri.
"Dia ceroboh sekali." Lawrence berdesis dan menoleh kepada Deliah sekilas. "Kembalilah kedapur, terima kasih atas informasinya. Dan jangan katakan pada ayahku ataupun Beth tentang ini. Mereka bisa meninggalkan segala pekerjaan penting karena khawatir."
Deliah mengangguk lalu menyingkir. Lawrence kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga menuju lantai atas dan mulai memelankan langkahnya saat ia hampir medekati pintu kamar Lavender. Pintu itu sedikit terbuka dan Lawrence memutuskan untuk mengintip ke dalam. Ia nyaris saja terjatuh lemas melihat pemandangan yang paling mengerikan dalam hidupnya. Nick membiarkan Lavender memeluk tubuhnya. Nafasnya merasa sesak, Lawrence tidak bisa memungkiri kalau ia merasakan cemburu. Sayup-sayup terdengar bisikan Nick kepada Lavender.
"Lav, kau seharusnya berbaring."
*** "Lav, kau seharusnya berbaring!" Nick ingin melepaskan pelukan Lavender dari tubuhnya. Tapi Lavender menolak. Gadis itu malah semakin mempererat pelukannya.
"Kumohon, biarkan aku memelukmu lebih lama. Aku ingin mendengar detak jantungmu. Sebentar lagi."
Lavender tau kalau dirinya sudah merasa lebih baik. Tapi ia ingin berdekatan dengan Nick lebih lama. Ia menginginkan Nick untuk selalu berada disisinya. Nick sepertinya mengizinkan Lavender untuk berada disisinya lebih lama. Tubuh Nick yang semula keras perlahan mulai lebih melunak. Lavender menyandarkan kepalanya lebih dalam di dada Nick, ia memejamkan matanya.
Detakan jarum jam selalu membuatku kediginan
Lalu mengapa detak jantungnya membuatku merasa hangat"
Detakan itu mengalir di sekujur tubuhku
Jantungku dan jantungnya berdetak dalam irama yang sama
Seolah-olah kami telah menyatu menjadi orang ya
ng sama *** Lavender merasakan suasana yang dingin kali ini. Di meja makan, ia hanya melihat Lawrence tanpa ayahnya dan Beth seperti biasa. Lawrence tidak berbicara sepatah katapun sehingga ia merasa kalau suasana yang dingin menyelubungi ruang makan bisa saja membuatnya mati beku. Meskipun Lavender selalu menjauh dari Lawrence, ia tidak pernah merasakan ada tembok besar
menghalangi mereka berdua seperti saat ini. Lawrence bertindak seolah-olah tidak sadar dengan keberadaannya. "Ayah dan Beth belum pulang""
Lawrence menghentikan aktivitas makannya dengan tiba-tiba lalu memandang Lavender dengan tatapan dingin. Hanya sesaat, karena dirinya kembali memandang Lavender seperti biasa. Mungkin dia hanya salah paham dengan apa yang di lihatnya tadi. Lavender tidak mungkin berusaha merebut Nick darinya, kan"
"Ayah dan Beth makan di luar. Mereka harus menyiapkan data yang akan Beth bawa ke California. Kurasa mereka mungkin akan pulang larut!" Lavender mengangguk lalu kembali menyuap makanannya.
"Lav!" "Ya"" "Kau bisa menyelesaikan pendidikanmu segera"" Lavender berhenti mengunyah. "Kenapa""
"Aku sebenarnya sangat ingin menyimpan ini. Tapi ku rasa tidak ada salahnya mengatakan semuanya kepadamu. Aku melihat kau dan Nick berpelukan sore ini, dan aku tidak bisa memungkiri kalau aku merasa sangat cemburu. Aku tau kalau kau tidak mungkin berniat buruk dengan Nick, kan" Tapi tolonglah. Berusaha untuk tidak mendekati Nick lagi aku takut membencimu karena ini!"
Lavender menghempaskan Sendok dan garpunya. "Kau ingin aku menjauhi Kekasihmu" Kau bertindak seolah-olah aku merebut semua milikmu selama ini. Kau melarangku pergi kesekolah, Kau melarangku untuk berlari, memanjat pohon, kau tidak memperbolehkanku melakukan banyak hal, Kau bahkan tidak memperbolehkanku mengikuti Deliah untuk belanja ke supermarket. Kenapa kau harus mengatur hidupku""
"Ini demi kebaikanmu. Kau yang paling tau bagaimana keadaan dirimu, kau tidak cukup sehat untuk melakukan itu semua. Aku tidak punya pilihan lain sampai kami mendapatkan donor jantung untukmu!"
Nafas Lavender berhenti, ia merasakan kalau dadanya sakit lagi, untungnya hanya sesaat. Ia tau kalau kehidupannya semakin menipis, bertahun-tahun dan donor jantung itu belum juga di dapatkan. Tahun ini harusnya adalah tahun terakhir Lavender di dunia ini jika keluarganya belum mendapatkan jantung untuknya. Lalu mengapa Lavender tidak merasa di biarkan bebas untuk menikmati hidupnya yang hanya tinggal beberapa waktu lagi" Lawrence bertindak
seolah-olah dia adalah seorang pelindung padahal ia sedang menyiksa. Lavender benci kepadanya. "Aku benci padamu!" Dan Lavender memutuskan untuk berlari kekamarnya. Ia tidak ingin mendengarkan ocehan Lawrence yang terus berteriak kalau ia melakukan semua itu demi kebaikan Lavender. Lawrence berbohong, itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan kebaikan. Lavender membanting pintu kamarnya keras-keras lalu menguncinya dan menenggelamkan wajahnya di dalam bantal. Ia terisak beberapa lama hingga Lavender merasa detakan jam di sisinya terasa semakin jelas.
Jam tangan milik Nick, Lavender sama sekali belum mengembalikannya. Ia meraihnya dan mendekatkannya ketelinga. Beberapa saat kemudian Lavender menciumnya dengan perasaan sedih yang berlipa ganda. Ia menyentuh tubuhnya dengan benda itu, lalu membelai daerah sensitifnya dengan jam tangan yang terasa sangat dingin. Lama kelamaan Lavender mulai mendesah, ia sedang bermasturbasi!
Aku hanya ingin merasakan hidup
Ingin di izinkan untuk merasakan cinta itu
Tuhan, Tunas di dalam diriku sudah meneteskan madunya Ia hanya menunggu waktu Untuk mekar dengan sangat indah
Lavender mengerang, ia sudah mencapai puncak harapannya. Tapi mengapa Lavender sama sekali tidak merasa lega" Ia merasa menyesal dan akhirnya tidak bisa membendung air matanya. Hari ini, malam ini, ia merasa sangat kotor dan hina. Karena mencintai Nick" Karena melukai Lawrence" Atau karena berharap bisa memiliki Nick dan menjadi satu dengannya" Lavender tau kalau itu adalah dosa. Tapi hidupnya tidak akan lama lagi, kan" Jika saja Tuhan mengizinkannya untuk hidup lebih lama.
Lavender berjanji tidak akan meminta izin untuk melakukan sebuah dosa.
Bab 7 Tuhan, Aku bergantung kepadamu, Tolong kabulkan harapanku.
Aku tidak meminta untuk bisa memilikinya
Aku tidak meminta di berikan hidup yang lebih lama
Hanya izinkanlah aku untuk bisa menjadi satu dengannya
Sekali saja! Lavender menulis sebuah pesan dengan penuh konsentrasi. Ia menulisnya untuk Nick Sherwood, hanya satu kalimat sebagaimana pesan yang pernah di selipkannya dalam lembar tugas. I want to Have seks with you! Please!. Seharusnya Lavender bisa mengatakannya secara langsung jika saja Lawrence tidak mengawasinya kali ini.
"Kau akan menyelesaikannya dalam waktu singkat, Lav! Aku rasa kau akan bisa mengikuti ujian akhir bulan ini!"
Lavender mengangguk lemah. "Daftarkanlah aku. Aku akan ujian akhir bulan ini. Setelah itu aku akan pergi dan mungkin tidak akan kembali lagi!"
"Kata-katamu mengerika sekali. Aku bersumpah, kau membuatku merinding!" Nick bergumam pelan sambil menoleh kepada Lawrence yang mungkin juga merasakan kengerian yang sama seperti yang Nick rasakan saat mendengar kata-kata terakhir Lavender. "Kalau begitu segeralah selesaikan tugasmu karena aku harus segera meletakkan buku-buku ini kembali di perpustakaan rumahmu!"
Lavender mengeluh, ia kembali mengerjakan tugas nya dengan cepat. Nick memberikan tugas dalam jumlah yang sangat banyak seolah-olah ini adalah tugasnya yang terakhir. Lavender tidak bisa merasakan konsentrasi yang penuh saat mendengar obrolah mesra Lawrence dan Nick. Dulu dirinya sama sekali tidak merasa terganggu. Tapi Lavender tidak bisa memungkiri kalau dia saat ini merasa sangat cemburu. Ia hanya mencoret-coret lembar kerjanya dengan
jawaban yang Lavender sendiri tidak bisa meyakini kebenarannya. Ia bersumpah kalau hatinya merasakan sakit, Lavender ingin segera pergi. Jika Nick menolaknya lagi ia ingin segera mati dan menghilang dari dunia ini.
Tolonglah Tuhan,wujudkan harapanku!
Lavender menyelesaikan tugasnya dan menoleh kepada Nick yang sedang mengobrol dengan Lawrence di dekat pintu masuk. Nick memandangnya sejenak lalu menunjuk meja miliknya seolah-olah sedang memberi tahu kepada Lavender kalau ia bisa meletakkan tugasnya di atas meja bila sudah menyelesaikannya. Lavender hanya bisa menghela nafas, sakit. Ia ingin meletakkan kertas pesannya di atas meja bersama tugasnya. Tapi melihat Nick berdiri membelakangi pintu, Lavender mengurungkan niatnya. Ia menoleh kepada Nick dan bergumam parau.
"Tuan Sherwood, aku sudah boleh kembali ke kamarku""
Nick mengangguk sejenak lalu kembali mengobrol bersama Lawrence yang duduk di hadapannya.
Lavender semakin putus asa. Ia berjalan pelan menuju keluar ruangan itu. Saat berdekatan dengan Nick, Lavender memberanikan diri untuk menyelipkan kertas pesannya di tangan Nick yang menyilang di belakang punggungnya. Ia semakin menunduk saat Nick terdiam sejenak dan berusaha menolehkan kepalanya sedikit kepada Lavender yang berdiri di belakangnya. Selang beberapa detik kemudian, Nick mengganggam kertas itu dan meremasnya seolah-olah benda itu adalah sampah. Lavender menundukkan wajahnya dalam.
Tolonglah, Tuhan Tolong wujudkan keinginanku
Tolonglah... *** Lavender menunggu Nick di perpustakaan rumahnya di lantai atas. Ia berdiri di dekat meja yang menghadap ke jendela dan memandangi pucuk pohon yang melambai-lambai di luar sana. Lavender sudah menanti Nick terlalu lama. Mungkin Nick tidak akan pernah datang ke perpustakaan seperti yang katakannya tadi. Mungkin Nick malah pergi bersama Lawrence. Ia menghela nafas berat. Apakah Tuhan tidak akan mengabulkan harapannya"
"Lav"" Lavender menoleh, Nick datang dan berdiri di belakang pintu yang tertutup. Ia sangat senang, meskipun perasaannya juga teriris mengingat kedekatan Lawrence dan Nick sepanjang pelajaran tadi. "Aku menunggumu!"
"Apa yang kau lakukan disini""
"Kau tidak melihat pesanku""
Nick menggeleng. "Aku melupakannya! Kau butuh bantuanku""
Lavender mengangguk, ia merasa sesak dan selanjutnya suara yang keluar dari mulutnya bergetar hebat. "Tuan Sherwood. Tolong jangan bersikap seolah-olah kau tidak perduli lagi." Lavender
mulai membuka pakaiannya dan ia sudah berhasil membuat Nick membeku. "Aku tidak akan membuatmu tertimpa masalah, aku berjanji. Aku juka tidak akan meminta dirimu untuk menikahiku. Tapi ku mohon, bercintalah denganku!" Lav...
"Tolonglah, lindungi aku dengan sayapmu,"
Aku sama seperti gadis yang lainnya Aku ingin di sentuh oleh orang yang aku cintai Aku ingin orang yang aku cintai itu mengubahku Dari seorang gadis menjadi seorang wanita
"Aku sangat ingin bercinta denganmu!" Lavender mulai meneteskan airmata seolah-olah dirinya bisa mati jika tidak melakukan ini. Gadis itu meraih tangan Nick dan menelisipkannya di bagian sensitifnya, di antara kedua pahanya, Nick berusaha menarik tangannya tapi Lavender menggenggamnya dengan kuat sehingga menimbulkan gesekan disana. Ia sudah berhasil membuat Lavender mendesah karena sentuhannya.
"Lav, aku tidak bisa melakukan hal itu denganmu."
"Tolonglah, Ini mungkin kesempatanku yang terakhir. Aku tidak mungkin bisa merasakan ini jika kau tidak melakukannya kali ini. Aku akan membuatmu puas meskipun kau menginginkanku melakukan itu dengan mulutku!"
Nick menarik tangannya secara paksa dan memeluk Lavender erat-erat. "Cukup. Aku sudah mengerti. Lav, kau tau lubang di belakang synagogue kan" Aku menunggumu di sisi luarnya malam ini, jam Sembilan. Aku harap kau tidak terlambat sama sekali. Aku menunggumu!"
Nick melepaskan pelukannya lalu meletakkan buku-bukunya di atas meja ia segera keluar dari ruangan itu dan menutup pintu rapat-rapat. Meninggalkan Lavender seorang diri. Gadis itu termenung. Itu berarti Nick bersedia melakukannya" Nick Sherwood bersedia bercinta dengannya" Lavender memegangi dadanya. Ia bingung dengan perasaanya saat ini.
Bab 8 Aku ingin hidup Aku ingin mengalami percintaan yang membuat jantungku berdetak kencang Tuhan, tolong jaga aku
Sebelum akhirnya jantungku benar-benar berhenti berdetak suatu saat nanti
Lavender merasakan pipinya mulai memanas mengenang apa yang akan di lakukannya dengan Nick malam ini. Ia memandang Nick yang sudah menunggunya dengan perasaan yang berbagai rupa. Laki-laki itu tersenyum kepada Lavender dari atas sepeda motornya. Ia menyodorkan helm untuk segera di pakai. Lavender termenung sesaat dan memandang Nick sambil memegangi pipinya yang kemerahan.
"Kita mau kemana""
"Ikut saja!" "Kalau begitu, bisa aku minta sebuah ciuman sebagai permulaan""
Nick memandangi wajah Lavender yang tampak berbinar-binar. Gadis itu berdandan malam ini, sangat manis. Nick tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya, mengapa Lavender tiba-tiba menjadi sangat menarik sedangkan Nick tau kalau tidak ada yang mungkin terjadi di antara mereka. Hubungan mereka mustahil dan itu nyata. Ia melambaikan tangannya meminta Lavender untuk mendekat. Setelah gadis itu mendekat kepadanya, Nick merangkul pinggang Lavender dan menengadah menanti Lavender mendekatkan bibirnya. Lavender seolah mengerti, ia membungkuk dan membiarkan Nick menciumnya beberapa saat.
"Sekarang pakai helm-mu dan kita akan segera berangkat!"
Lavender mematuhi segala perintah Nick, ia memakai helmnya dengan hati-hati. Rambutnya yang sebahu di bungkus rapi di dalam helm itu. Lalu Lavender duduk di belakang Nick dan memeluknya erat. Ia membiarkan Nick melajukan sepeda motornya dan membawa Lavender menjauh dari rumah. Semakin menjauh menuju perjalanan yang sangat panjang.
Tuhanku, yang memiliki rahmat
Dimana segala kemuliaan ada padamu Ampunilah dosa kami
Saat ini, hingga detik menjelang kematian nanti Dan berkatilah aku
Pantai yang sangat sepi setelah menempuh berjam-jam pelajaran. Lavender memandangi Jam tangan Nick yang di kenakannya. Sudah tengah malam. Ia turun dari sepeda motor dengan perasaan terkesima. Ini pertama kalinya Lavender melihat pantai semenjak ibunya menikah dengan ayahnya yang sekarang, juga semenjak namanya dan Beth menyandang nama Ouray. Sangat terang benderang di sinari cahaya bulan, sangat indah dan romantis. Nick menghentikan bunyi sepeda motornya dan duduk di atasnya. Ia memandangi Lavender yang tiba-tiba juga memandangnya.
"kau ingin duduk" Duduklah disini!" Nick menepuk-nepuk bangk
u sepeda motornya. Ia meminta Lavender untuk duduk di sebelahnya.
Lavender gemetar, ia ingin tenang tapi tidak bisa setenang dirinya menghadapi Rex ataupun kekasih-kekasihnya sebelum ini. Ini pertama kalinya Lavender merasa sangat gugup. Padahal ia sudah mencuci rambutnya dan meyakinkan kalau tubuhnya cukup wangi. Ia juga memakai pakaian dalam terbaiknya saat ini. Malam ini, Lavender mendapatkan kesempatan untuk menjadi seorang gadis yang normal, berdekatan dengan orang yang di cintainya, lalu menghabiskan malam bersama. Ia melangkah perlahan dan duduk di sebelah Nick, berharap Nick merangkul pinggangnya seperti tadi, saat mereka berciuman. Tapi sepertinya tidak. Nick memasukkan tangannya kedalam dua belah saku celananya.
Tidak masalah, apapun yang terjadi, aku tidak akan menyesal. Lavender bergumam dalam hati.
"Lav, kau mau kopi""
Lavender menggeleng. Ia tau itu hanya basa-basi. Tempat se-sepi ini tidak ada penjual kopi sama sekali. Nick hanya berusaha mencairkan suasana beku di antara mereka.
"Atau kita pergi nonton saja""
"Ini sudah tengah malam. Kau ingin aku menonton tontonan dewasa"" Lavender tersenyum. "Disini saja juga tidak masalah!"
"Kau mau." Nick diam sebentar, ia sedang memikirkan akan mengatakan hal apa. "Kau mau pulang, Lav""
"Kita baru saja sampai." "Tapi ini jam mu tidur kan""
"Tidak apa-apa. Bukan masalah yang besar jika aku tidak tidur semalam saja!" "Lav."


Once Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau bingung untuk memulai"" Lavender kehabisan kesabaran. "Tuan Sherwood. Ayo kita mulai sekarang juga. Aku sudah bersiap-siap. Aku tidak bisa menunggunya lebih lama lagi!"
"Lav, aku tidak akan bercinta denganmu!"
Lavender terdiam. Dia tidak ingin bercinta dengan Lavender" Lalu untuk apa Nick membawanya pergi jauh dari rumah" "Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal" "Kenapa kau."
"Kau sangat memaksa saat itu, Kau tidak mau mendengarkan ucapanku! Karena itu aku fikir kau perlu suasana yang nyaman untuk berbicara jauh dari rumah."
"Tapi tadi kau menciumku, kan""
"Itu hanya salam, seperti yang sebelumnya! Tapi kita tidak bisa melakukan hal seperti yang kau harapkan sekarang. Tidak, kita bahkan tidak mungkin melakukan ini selamanya. Pernikahanku dan Lawrence semakin dekat. Aku tidak ingin menyakiti Lawrence, kau juga kan" Dia sangat menyayangimu!"
"Aku tidak memintamu membatalkan pernikahanmu dengan Lawrence. Aku hanya berharap bisa menyatu denganmu."
"Suatu saat nanti, aku akan menemukan orang yang benar-benar siap berada disisimu. Orang yang selalu ada saat kau merasa kesusahan. Orang yang benar-benar melindungimu dan dia lebih berhak untuk itu!"
"Tapi kau juga sudah menyelamatkanku, Kau juga melindungiku." Lavender mulai menangis. Ia sangat kecewa dengan apa yang terjadi malam ini. Nick benar-benar mematahkan harapannya. "Kau punya sayap, kan" Kenapa kau tidak mencoba melindungiku sekali lagi" Aku hanya ingin kau melindugi keperawananku dengan itu. Setelah ini aku bisa melakukannya dengan laki-laki manapun."
"Kau berfikir begitu" Kalau kau hanya berfikir bercinta sebagai permulaan, maka kau sudah salah paham. Seharusnya bercinta sebagai satu-satunya, Lav!"
"Tapi aku mencintaimu. Sungguh. Aku merasakan apa yang ku cari selama ini dari banyak laki-laki. Aku menemukannya padamu!"
Nick terdiam sebentar. "Aku." Haruskah ia mengatakannya" "Aku juga merasakan hal aneh seperti itu belakangan ini. Tapi aku tidak mungkin menuruti
kehendakku. Jika aku melakukan ini, aku akan menyakitimu. Tuhan tidak akan memaafkan kita untuk ini. Kau tau kalau ini terlarang dalam agama kita""
Lavender menyeka air matanya. Perasaannya mulai mereda. Ya, ini adalah dosa, dan dosa tidak akan pernah berubah menjadi pahala apapun alasannya. Isakannya mulai tenang. Lavender membuka pakaiannya pelan-pelan dan bergumam dingin saat angin menyentuh tubuhnya yang telanjang. Nick tidak bisa bergerak, ia benar-benar harus menahan nafas menatap gadis kecil yang di kenalnya berbuat seperti itu.
"Lav, apa yang kau lakukan""
"Aku harus berdo'a dengan hati yang suci. Aku akan berdo'a untuk kita!" Lavender memaksakan sebuah senyum sebelum ia menjatuhkan tubuhnya di atas pasir dan berdo'a sambi
l memejamkan mata. "Tuhanku, pemilik rahmat. Tuhan yang memiliki ampun, juga cahaya kebahagiaan."
Nick benar-benar membeku. Gadis itu terlihat sangat tulus, suci dan astaga, tidak ada sebaris fikiran kotorpun terbersit di otaknya saat melihat Lavender berdo'a. Gadis itu begitu berpendar-pendar. Sangat cantik dan mempesona. Ia seperti bidadari kecil yang di terangi cahaya purnama. Tidak, sinar Lavender adalah sinar dari dirinya sendiri. Gadis itu bahkan bersinar lebih terang dari purnama di atas sana. Nick memandangi langit yang di penuhi ribuan pendar bintang. Mengapa tiba-tiba semuanya menjadi sangat indah. Mengapa baru sekarang Nick menyadari betapa indahnya dunia dan segala isinya"
Bab 9 Nick memandangi Lavender dengan sebuah senyum. Anak itu sangat khawatir dengan hasil ujian akhirnya. Ia membuka Amplop dengan wajah yang tanpa darah seolah-olah hasil yang buruk bisa menghilangkan nyawanya. Lavender membuka amplop keputusan hasil ujiannya dengan sangat perlahan dan hati-hati. Ia juga membuka lipatan demi lipatan amplopnya dengan sangat perlahan lalu memandangi isinya dengan tatapan terkesima. Sesaat kemudian ia melopat-lompat karena merasa sangat senang.
"Aku lulus! Yeah.aku lulus!"
"Kau beruntung, bisa meyelesaikan sekolah lebih cepat di bandingkan teman-teman lain yang seusia denganmu!" "Ya, aku beruntung."
"kau akan melanjutkan kemana" Setelah ini kau bisa mendaftar kuliah, kan""
Lavender berhenti melompat lalu berfikir lama. "Aku tidak tau. Tidak pernah terfikir untuk melanjutkan pendidikan yang seperti apa setelah ini. Ku fikir aku akan belajar denganmu selamanya!"
"Apakah kau tidak punya mimpi""
"Seperti bercinta denganmu""
Nick tertawa renyah. Meskipun Lavender tidak memaksa seperti dulu tapi dia tidak pernah melunturkan niatnya untuk bercinta dengan Nick. Lavender seringkali mengungkapkan keinginannya dan ia berhasil membuat Nick berfikir panjang beberapa kali. Tapi tetap saja akhir dari fikirannya adalah tidak. Dia tidak bisa melakukan hal itu kepada gadis yang seharusnya menjadi adik iparnya.
Lavender kembali melompat-lompat sambil bergumam. "Aku tau kalau kau tidak bisa menyakiti Lawrence. Kau selalu mengatakan itu. Tapi aku harap, jika tuhan memberiku usia yang panjang. aku bisa melihat kau memandangku dengan penuh cinta. Aku harap Tuhan memperpanjang waktu kehidupanku di dunia!"
Nick tertegun. Ia selalu di dera perasaan ngeri setiap kali Lavender mengatakan hal seperti itu. Gadis itu bertindak seolah-olah dia akan mati secepat angin berhembus. Tapi perasaan takut Nick mulai lenyap saat melihat betapa bahagianya Lavender yang melompat-lompat sambil memandangi surat pemberi
tahuan kelulusannya. Ia terlihat sangat riang, dan Nick tidak bisa memungkiri kalau ia melihat Lavender secara khusus semenjak malam itu. Terkadang ia menyesal terlahir lebih dulu dan bertemu dengan Lawrence lebih dulu. Ia mungkin akan sangat bahagia bisa menjadikan Lavender miliknya tanpa harus menyakiti orang lain.
"Aduh!" Lavender terjatuh, ia duduk di lantai sambil memegangi dadanya dan menekannya kuat-kuat. Nick benar-benar terlihat khawatir. Setiap kali ia melihat Lavender bersikap seperti itu perasaan khawatirnya tidak bisa di tahan lagi untuk muncul ke permukaan, terlebih semenjak malam itu. Kejadian indah saat itu benar-benar membuat kekhawatiran Nick menjadi lebih berlipat-lipat. Nick mendekat dan duduk di hadapan Lavender dengan ekspresi cemas. Ia menggenggam bahu Lavender erat dan mengguncang tubuhnya perlahan.
"Ada apa, Lav" Apa yang terjadi padamu""
Lavender memandangnya dengan ekspresi kesakitan lalu melingkarkan lengannya di leher Nick dengan cepat. Beberapa detik kemudian Lavender berhasil menyelimuti bibir Nick dengan bibirnya. Hangat dan manis.
Nick terkejut dan segera menjauhkan wajahnya dari Lavender. Gadis itu mungkin mengerti dengan keheranan Nick padanya, ia melepaskan ciumannya. Nick menatapnya dengan pandangan heran. "Kau main-main" Aku benar-benar khawatir. Bercandamu sama sekali tidak lucu."
"Aku hanya ingin berdekatan denganmu. Kau tau bagaimana perasaanku, kan" Kita memiliki perasaan yang sama. Lalu apa sa
lahnya kita menikmatinya beberapa saat saja!"
Nick tersenyum, hanya sebentar saja. Ia akan menikmati perasaannya kepada Lavender sebentar saja. Nick memulai lebih dulu, ia mencium Lavender dengan sangat perlahan. Merasakan kehangatan di sekujur tubuhnya saat merasakan liat bibir gadis kecil yang mengisi sebagian hatinya. Mereka berciuman lama, benar-benar lama. Ia membuat Lavender merasakan getaran yang hebat terjadi padanya. Ini pertama kalinya Lavender berciuman dengan perasaan cinta. Sangat dahsyat dan luar biasa.
Tuhanku, yang memiliki rahmat Dimana segala kemuliaan ada padamu Ampunilah dosa kami
Saat ini, hingga detik menjelang kematian nanti
Dan berkatilah aku Lavender mulai berdesah di kedalaman ciuman Nick. Ia menyentuh dadanya sekali lagi, masih sakit. Tapi Nick berhasil membuat Lavender tidak merasakan sakit itu lagi. Lavender melupakan segalanya saat dekat dengan Nick. Ia bahkan melupakan dirinya sendiri. Yang di ingatnya hanya perasaan yang membuncah. Satu lagi kelopak tunas yang ada di dalam dirinya terbuka. Ia akan segera mekar dengan indahnya.
"Nick! Apa yang kau lakukan""
Nick mengenal suara itu. Suara Lawrence. Ia segera menjauh dari Lavender dan bangkit menatap Lawrence yang melangkah dengan sangat perlahan mendekatinya. "Kau benar-benar bertindak seperti ini, Nick" Dia adikku!"
"Tidak," Lavender menyela. "Jangan salahkan dia. Aku yang memintanya melakukan itu!"
"Kau"" "Aku merasa sakit dan dia berusaha menghilangkan rasa sakit itu..."
Lawrence tidak bisa menahan diri. Dia melayangkan sebuah tamparan keras untuk Lavender dan memandangnya penuh dengan kebencian. "Sejak kapan kau jadi seperti ini, Lav" Kau tau kalau Nick dan aku akan segera menikah" Kau bertindak sama murahannya dengan ibumu! Aku tidak akan membiarkanmu merebut Nick dariku. Tidak akan pernah. Kecuali aku mati!"
"Lalu bagaimana bila aku yang mati"" Lavender menangis lagi. Ia segera melarikan diri melewati Lawrence dan Nick dengan sangat terluka. Lavender membanting pintu yang di lewatinya sekuat tenaga sebelum ia benar-benar menghilang.
Lawrence menyesal mengatakan itu. Ia sangat cemburu dan kecemburuan sudah membuatnya menyakiti Lavender. Tidak seharusnya ia berfikir negatif tentang anak itu. Lavender mengagumi Nick, Lawrence mengetahui hal itu. Seharusnya Lawrence memberikan pengertian, bukan menyakitinya. Lawrence menoleh kepada Nick dan bergumam halus.
"Maafkan aku, Nick!"
"Aku yang seharusnya minta maaf." Nick menghela nafas dalam. Ia ingin mengatakan kalau dirinya mencintai Lavender. Jika saja ia menolak, maka ciuman itu tidak akan pernah terjadi.
"Aku menyakitinya lagi. Akhirnya aku tau mengapa Lavender tidak bisa dekat denganku. Aku masih menganggapnya musuh karena membenci ibunya
yang menggantikan ibuku. Aku tidak benar-benar menyayanginya." Lawrence mulai terisak. "Apa yang sudah ku lakukan" Aku sudah berusaha Nick, tapi."
"Nona!" Deliah menghentak pintu yang tertutup dengan keras sehingga seluruh perhatian Lawrence terpusat kepadanya. "Nona muda terjatuh. Maksudku, ia jatuh begitu saja saat berlarian di halaman samping. Saya rasa dia berusaha untuk mencapai Synagogue. Tapi dia terkapar di halaman begitu saja."
Nick dan Lawrence spontan berlarian menuju halaman samping dimana beberapa orang pelayan mengelilingi Lavender sambil berusaha membangunkannya. Nick tak menyangka ia akan melihat hal seperti ini lagi. Lavender tidak sadarkan diri di atas rerumputan. Wajahnya terlihat sangat ketakutan.
Tuhan, Aku masih ingin hidup Berikanlah aku waktu beberapa lama lagi Aku berjanji tidak akan mendekati Nick lagi Aku tidak akan menyakiti Lawrence
*** Nafas Nick sesak mengetahui kenyataan itu. Ternyata Lavender punya penyakit jantung" Ia terlalu muda untuk memiliki penyakit seperti itu. Semula Nick kira, selama ini Lavender hanya berpura-pura sakit, tapi ternyata dia benar-benar sakit. Jadi semua ekspresi kesakitannya selama ini bukan sandiwara" Seharusnya Nick tidak sembarangan menduga, padahal Nick selalu merasa khawatir setiap kali Lavender kesakitan. Ia seharusnya menyadari itu.
"Aku takut kehilangan Lavender!" Lawrence berdesis. "Aku
menyesali kata-kataku hari ini, Tuhan! Jika saja aku tau kalau begini jadinya. Aku bahkan rela menyerahkan Nick untuknya bila Lavender benar-benar menginginkannya. Sembuhkan dia. Tuhan, selamakan dia!"
Nick meneteskan airmatanya. Jika saja ia tau kalau akan begini jadinya, maka Nick tidak akan pernah menolak permintaan Lavender untuk bercinta dengannya. Mungkin Nick akan bersikap sedikit egois untuk menikmati cintanya dengan Lavender meskipun hanya sementara.
"Tolonglah, Ini mungkin kesempatanku yang terakhir. Aku tidak mungkin bisa merasakan ini jika kau tidak melakukannya kali ini"
Lavender pernah mengatakan itu. Seharusnya Nick menyadari sinyal yang Lavender berikan. Lavender hanya ingin merasakan cinta itu di saat-saat terakhir hidupnya. Nick menyesalinya. Ia menyesali segala sikap dan penolakannya kepada gadis itu, ia menyesalinya. Sekarang tidak ada pilihan lain selain menunggu keputusan Tuhan, Gadis yang nakal itu sudah koma selama dua hari. Ia berada di antara hidup dan mati. Lavender mungkin belum ingin mati, ia masih mempertahankan jantungnya untuk terus berdetak meskipun jantung itu tidak sanggup melakukannya tanpa bantuan alat-alat medis. Begitu mengetahui kabar tentang Lavender, ayahnya dan Beth benar-benar kehilangan konsentrasi saat berada di kantor. Mereka hanya akan tenang bila duduk di samping ranjang Lavender dan berbicara dengannya. Nick seringkali melakukan hal yang sama. Ia tidak perduli lagi dengan perasaan Lawrence, ia hanya takut kehilangan Lavender.
"Lav, bangunlah. Jika kau bangun, aku akan segera mengabulkan permintaanmu! Aku berjanji akan melakukan itu!"
Lawrence menyentuh tangan Lavender lalu menciumnya. "Bangunlah, Lav! Aku tidak akan menyakitimu lagi. Kau boleh berlari, kau boleh melakukan apapun yang kau mau. Aku tidak akan menghalanginya. Aku berjanji, Lav! Tolonglah aku, aku akan menderita jika tidak mendengar maafmu."
"Kabar gembira!" Beth tiba-tiba saja membuka pintu ruang rawat dengan bunyi yang sangat keras. "Ada pasien yang meninggal hari ini-terlalu kejam memang mengatakan bahwa kematian orang lain adalah kabar gembira-tapi keluarganya setuju untuk menyumbangkan jantungnya kepada Lavender. Semoga saja cocok, semoga saja Lavender bisa menerima jantung itu!"
Nick dan Lawrence saling pandang dengan ekspresi lega. Beth segera menyongsong adiknya dan membelai kepalanya. "Lav, semua orang mengharapkan kesembuhanmu. Maka sembuhlah, Aku akan menjadikanmu ratu jika kau bisa sembuh."
Bab 10 Lav, aku akan memberikan Nick untukmu. Bangunlah. Suara Lawrence,
Lav, Segeralah buka matamu, aku sangat merindukanmu, Nick
Ayolah, sayang aku akan menghajar siapaun yang menyakitimu. Setelah ini kau
tidak boleh terluka lagi. Cepatlah bangun, Suara Beth
Sayang, Cepatlah bangun. Tuhan sudah memberimu jantung baru dan kau harus
sehat dengan itu. Jangan kecewakan orang yang memberikan jantungnya untukmu,
Ayah. Lavender bisa mendengar semuanya. Tapi ia tidak bisa bangun meskipun ingin bangun. Selama ini ia mendengar janji-janji yang sangat indah jika dirinya bisa segera bangun. Tapi Tuhan belum menghendakinya untuk bangun. Lavender belum bisa membuka matanya.
Tuhan, Sembuhkan dia. Aku ingin dia tetap hidup meskipun aku tidak mungkin Bersamanya
Ada ayahku di dalam dirinya
Dan ku harap ayahku akan menjaganya
seperti dia menjagaku selama hidupnya!
Lavender tertegun. Do'a itu dari siapa" Siapa yang mendo'akannya dengan ungkapan tulus itu" Astaga, Lavender merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Ayahku ada di dalam dirinya" Orang itu pastilah keluarga dari orang yang mendonorkan jantung untuknya. Lavender belum bisa melihatnya, tapi ia menyayanginya. Menyayangi orang yang berdo'a untuknya setiap malam. Do'a yang sangat tulus yang tidak pernah di dapatinya selama ini.
Tuhan, aku tau kalau diriku penuh dosa Tapi aku ingin bagian dari ayahku tetap hidup Bantu dia menerima jantung ayahku Bantu dia, Tuhan
Aku akan menjaganya jika dia terbangun nanti Aku akan terus mengawasinya meskipun dari jauh.
Tuhan, Lihat dia, begitu cantik Tapi wajahnya sangat pucat.
Kapan aku bisa melihat rona di wajahnya"
Tuhan, Lin dungi dia, perhatikan dia
Berilah dia kehidupan yang seharusnya dimiliki oleh ayahku Kapan dia akan sadar"
Kapan kau mengizinkannya untuk membuka mata" Aku ingin dia tersenyum, aku ingin melihatnya tertawa. Aku akan menghapus air matanya jika ia menangis.
Lavender menghela nafas dalam. Ia menyukai setiap do'a yang orang itu panjatkan untuknya. Lavender ingin membuka mata dan melihatnya. Tapi apa yang terjadi" Dia masih belum bisa membuka matanya. Tuhan masih belum mengizinkannya untuk membuka mata. Lavender harus segera sembuh, ia harus berjuang untuk bisa melihat orang itu. Siapa dia"
Tuhan, Izinkan aku membuka mata Aku ingin melihatnya dan berterima kasih Karena dia sudah berbaik hati merelakan ayahnya Menjadi perantaramu untuk memberikanku hidup
*** "Belum ada tanda-tanda sejauh ini. "Dokter bergumam kepada seluruh keluarga yang berkumpul di ruang rawat saat ia memeriksa keadaan Lavender untuk kesekian kalinya. "Dia masih berjuang untuk menerima jantungnya yang baru."
"Tapi ini sudah seminggu!" Beth berdesis.
"Dia butuh dorongan dan motivasi. Saya harap seluruh keluarga terus memberinya dorongan untuk bertahan hidup." "Tentu saja kami akan melakukannya!"
Persekutuan Tusuk Kundai Kumala 13 Pendekar Hina Kelana 22 Peri Bunga Iblis Tawanan Azkaban 5
^