Pencarian

Once 3

Once Karya Phoebe Bagian 3


"Kalau sudah selesai istirahat, kau boleh bilang padaku. Kita akan segera pulang."
"Aku tidak ingin pulang!" Lavender bergumam pelan.
Rex menoleh lagi kepadanya untuk yang ke tiga kali, lebih lama dari sebelumnya. "Kenapa""
"Aku punya masalah yang tidak bisa ku ceritakan. Kita disini saja, aku akan membayar penginapan untuk kita!"
"Dengan apa" Aku meninggalkan dompetmu di rumah." Rex lalu mendesah, ia meyesal melakukannya."Aku juga tidak mungkin membiarkanmu menginap di rumahku!"
"Kalau begitu kita tidur di halte saja, atau dimanapun asalkan aku tidak perlu pulang kerumah. Aku tidak ingin pulang malam ini. Jika aku pulang maka habislah aku."
"Jadi itu sebabnya kau membawa barang-barang sebanyak itu""
Lavender mengangguk. "izinkan aku menginap di rumahmu sekali saja! Kau pernah berjanji akan melindungiku, kan" Sekarang saatnya kau memulai semuanya. Aku butuh pertolonganmu. Aku tidak mungin pulang sekarang."
"Bagaimana bila ayahmu mencari""
"Aku sudah meminta Beth membujuknya. Jika ayahku tidak mengizinkan, pasti Beth akan menjemputku. Aku mohon padamu!" "Kau bisa menceritakan padaku masalahmu""
Lavender menggeleng, "belum saatnya. Tapi aku pasti menceritakannya suatu saat nanti. Karena itu, tolonglah. Beth sedang berusaha menyelesaikan masalahku sekarang dan aku tidak boleh pulang sebelum dia menemukan jalan keluarnya. Demi jantung ayahmu yang ada padaku, kau memperbolehkanku menginap di rumahmu, kan" Aku akan menjaga sikap. Aku berjanji!"
Rex memandangi Lavender lama. Apakah ia akan mengzinkan Lavender untuk menginapdi rumahnya" Jiwa raganya menolak, tapi hatinya mendorong
Rex untuk membiarkan Lavender menginap di rumahnya. Sekali saja, ini juga bukan kesalahan yang ayahnya benci. Dia sedang menolong seorang teman, kan" Rex menghela nafas panjang lalu mengangguk dengan berat. "Tapi kau harus patuh pada peraturanku, Lav!"
Bab 15 Rex sedang sibuk mengisi Canelloni dengan daging cincang dan keju saat mendengar pintu rumahnya di ketok berkali-kali. Maka Rex segera menyelesaikan pekerjaannya dan memanggang cannelloni di dalam microwave sebelum ia berakhir terpaku di depan pintu rumahnya yang terbuka. Fabian Ouray berdiri di depan pintu rumahnya dan memandangnya dengan tatapan bijaksana. Rex kenal dengan laki-laki itu, dia pernah melihat laki-laki itu menunggui Lavender di rumah sakit. Dengan perasaan heran Rex menoleh kepada Beth yang berdiri di samping ayahnya.
"Remingthon Curtberth"" Fabian bertanya dengan suara beratnya.
Rex mengangguk, "Lavender menginap disini""
"Ya, dia sedang tidur. Kalian datang untuk menjemputnya" Aku akan membangunkannya..."
"Tidak perlu!" Fabian memotong ucapan Rex lalu menoleh kepada Beth. "Biarkan aku bicara dengannya Beth. Kau tunggu di sini saja." Kemudian kepada Rex, "Boleh aku masuk""
"Ya, tentu. Silahkan masuk tuan!" Rex membuka pintunya lebar-lebar dan mempersilahkan Fabian Ouray masuk. Ia masih berusaha melirik Beth dengan pandangan penuh tanya namun Beth hanya mengangkat bahunya. Dengan perasaan bingung, Rex menyusul Fabian ke dalam dan mempersilahkannya untuk duduk di satu-satunya sofa yang berada di ruangan itu. Pria itu memperhatikan tas besar milik Lavender yang berada di atas meja. Dia pasti mengira kalau putrinya berniat untuk pindah kemari. Rex menghela nafas gugup lalu melangkah kedapur dan kembali lagi dengan secangkir kopi untuk Fabian. Laki-laki itu tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Ia meminta Rex duduk di dekatnya dan Fabian memutar tubuhnya agar mereka bisa berhadap-hadapan.
"Maaf, tuan. Aku tidak bermaksud menahan Lavender di rumahku. Aku sudah berniat untuk mengantarnya pulang kemarin sore tapi dia tidak bersedia untuk pulang." Rex memulai dengan nada yang teramat sopan.
Fabian Ouray tersenyum lagi. "Aku kemari tidak untuk membicarkan hal
itu!" "Jadi"" "Remingthon Curtberth. Aku tidak akan banyak basa-basi karena aku memang tidak menyukainya. Aku juga tidak punya banyak waktu. Tapi demi Lavender aku berusaha untuk kemari pagi-pagi-maaf sebelumya karena aku mengganggumu terlalu pagi-demi sebuah permohonan."
Dahi Rex menjadi berlipat-lipat permohonan" "Untuk tidak terlalu dekat dengan Lavender" Aku selalu mencoba hal itu tuan. Jangan khawatir, begitu semester ini selesai, aku akan."
"Kenapa kau berfikir seperti itu" Kau tidak menyukai Lavender""
"Aku menyukainya, dia gadis yang menyenangkan."
"Kalau begitu maukah kau mengabulkan permohonanku" Aku akan melakukan apapun untukmu jika kau meminta sesuatu sebagai gantinya. Demi putriku, menikahlah dengannya!"
Rex terpaku, kebingungannya semakin membesar karena ini. "Maaf, Tuan. Anda tidak sedang mempermainkanku, kan" Aku tau kalau aku tidak pantas untuk Lavender dan aku juga tidak pernah bermimpi untuk menikah dengannya. Lagipula dia masih sangat muda untuk menikah secepat ini."
"Aku mengerti. Aku juga memikirkan hal itu, tapi Beth mengatakan kepadaku kalau Lavender sangat bergantung padamu. Kita tidak tau berapa lama Lavender bisa bertahan dengan jantung barunya, jadi ku harap aku bisa melihatnya menikah sebelum kami benar-benar kehilangannya. Lavender menggunakan jantung milik mendiang ayahmu, kan" Apakah kau tidak mau menjaga bagian dari ayahmu yang tersisa secara langsung""
"Tapi aku masih tidak bisa mengerti mengapa harus."
"Mungkin karena belakangan ini Lavender lebih suka berada disini bila dibandingkan dengan di rumah. Aku tidak bisa membiarkannya tinggal disini, maka ku harap bisa membawa sesuatu yang membuatnya betah disini agar Lavender lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Menikahlah dengan putriku dan tinggallah bersama kami di rumah."
Rex berfikir lama, bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi padanya hanya karena Laveder menginap di rumahnya satu kali" Atau ada hal lai
n yang membuat hal mustahil ini terjadi" Beth, seharusnya Rex bertanya kepada Beth karena laki-laki itu pasti tau maksud dari semua ini.
"Bagaimana" Kau bersedia menikah dengan putriku""
"Aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Ku rasa kami perlu membicarakan hal ini. maksudku aku dan Lavender perlu membicarakan hal ini lagi."
"Baiklah, kalau begitu bicarakanlah dengannya. Aku menunggu jawaban kalian pada makan malam hari ini. Datanglah kerumahku bersama Lavender, kau tidak sedang sibuk, kan" Ini hari minggu!"
"Ya, aku akan datang bersama Lavender. Aku rasa malam ini aku tidak sibuk sama sekali."
Fabian mengangguk beberapa kali lalu berdiri dan mengulurkan tangannya untuk menjabat Rex. Rex menyambutnya dan mengantarkan Fabian Ouray kembali ke luar dari rumahnya. Ini pertama kalinya Rex berdekatan dengan ayah Lavender dan yang pertama kali ini ternyata untuk meminta Rex menikahi putrinya. Rex tidak habis fikir dengan apapun yang terjadi. Pasti terjadi sesuatu.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Beth"" Rex berbisik sambil memegangi Lengan Beth yang hampir saja melarikan diri dengan mengikuti ayahnya berjalan menyusuri gang. Tuan Fabian sudah berjalan lebih dulu dan sepertinya tidak menyadari bahwa Rex menahan putranya.
"Aku hanya memintamu menjaga adikku dari bahaya yang mengintainya dirumah. Aku tau bagaimana hubunganmu dengan Lavender, apa saja masalah di antara kalian dan aku mungkin akan meminta pertanggung jawabanmu untuk itu. Tapi tidak, aku lebih memilih untuk memohon agar kau menjaga adikku. Itu saja! Sekarang sudah bisa lepaskan aku" Aku harus menyusul ayahku!"
Rex melepaskan lengan Beth yang di genggamnya. Ia masih kebingungan dengan apa yang sudah terjadi. Beth menyiratkan seolah-olah semua ini adalah rencananya dan ia melakukan ini untuk Lavender. Bahaya seperti apa yang mengintai Lavender di rumah" Apa yang terjadi pada gadis itu sebenarnya" Rex mengerang kesal, bila Beth meminta pertanggung jawabannya, itu berarti semua masalah ini terjadi karena dirinya.
*** Lavender membuka matanya dan menemukan dirinya berada di sebuah ruangan asing. Ini kamar Rex, kamar khas laki-laki dengan bendera Canada yang menyelubungi bagian belakang pintu dan gitar di sudut ruangan. Lavender memandangi ruangan ini lebih jelas lagi. Lemari pakaian dan tidak ada ranjang. Kasur busa yang sangat tebal itu hanya di alasi sebuah karpet berwarna hijau zaitun sebelum menyentuh lantai. Jendela kamar sama sekali tidak ada, tapi sebagai gantinya, ada sebuah pintu kaca dengan tirai tembus pandang yang mengarah ke balkon. Lavender sama sekali tidak menyangka kalau lantai atas
benar-benar hanya berisi satu buah kamar, tidak ada yang lain. Pantas saja Rex menolak untuk membiarkan Lavender menginap di rumahnya karena hal itu menyebabkan Rex harus merelakan kamarnya dan tidur di luar. Mungkin di sofa bawah.
Lavender bersandar ke dinding dan menggeliat. Ia memandangi jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul Sembilan hampir sepuluh. Sepertinya Lavender benar-benar merasa lelah sehingga tertidur dalam jangka waktu yang lama. Lavender beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu yang terkunci, Rex memintanya mengunci pintu dari dalam semalam. Hal itu menunjukkan kalau Rex semakin berhati-hati dengan sikapnya. Lavender menggeliat lagi dan menyusuri tangga menuju lantai bawah. Ia menemukan Rex sedang mengeluarkan sepiring caneloni panggang dari microwave. Rex menoleh kepadanya.
"Sudah bangun rupanya."
"Aku lapar!" desis Lavender manja. "Canellonimu kelihatannya enak! Boleh aku cicipi""
"Kita makan di balkon saja bagaimana" Aku ingin membicarakan sesuatu!"
Lavender menatap Rex penuh tanya, ingin membicarakan sesuatu" Dia tidak perlu bertanya karena akan segera mengetahuinya. Lavender mengangguk dan mendekati Rex di meja makan. "Boleh, ada yang perlu ku bantu""
"Bawakan Coklat panas itu saja!"
"Lalu"" "Silahkan kesana lebih dulu. Masih ada hal lain yang harus ku lakukan dengan Canelloninya!"
Lavender mengambil dua buah mug yang terisi penuh dengan coklat panas lalu membawanya pergi menuju lantai atas. Ia menaiki tahap demi tahap anak tangga dengan sangat hat
i lalu membuka pintu selebar mungkin. Setelah tiba di Balkon, Lavender meletakkan dua buah mug coklat panas itu dipagar beton setinggi pinggangnya lalu memandangi pemandangan yang baru untuknya. Dari atas, kawasan sempit itu terlihat sangat menakjubkan. Lavender bisa melihat atap rumah tetangga yang lain dan beberapa kamar yang berada di tingkat atas seperti rumah Rex ini. Ada juga rumah besar di sebuah sudut sehingga menutupi pemandangannya lebih jauh. Lavender mendesah, ia memandangi ke sekeliling balkon dan menemukan beberapa buah kaktus dan sebarisan bunga Lavender yang baru akan berbunga di dalam bak persegi panjang yang terbuat dari keramik.
Lavender tersenyum melihat itu, ia teringat kembali dengan bunga Lavender yang di lihatnya pertama kali saat ia terbangun di rumah sakit.
Langkah kaki Rex yang mendekat terdengar dengan sangat jelas. Laki-laki itu muncul dengan dua buah piring yang penuh cannelloni panggang. Dia meletakkannya di tempat yang sama dengan tempat Lavender meletakkan mugnya lalu duduk di pinggiran balkon. Saat ia menoleh, Lavender menatapnya dengan serius lalu merengek.
"Aku tidak bisa duduk sepertimu. Kakiku tidak terlalu tinggi!"
Rex kembali turun dan mengambil sebuah kursi plastik berukuran kecil di dalam kamarnya. Ia meletakkannya di depan Lavender dan kembali duduk. Lavender mendekatkan kursi itu yang akhirnya di manfaatkan menjadi pijakannya agar bisa duduk di atas pagar balkon yang terbuat dari beton itu.
"Ku fikir kau akan menggendongku!" Desisnya.
Rex tersenyum seperti biasa. "Tadi katanya lapar. Sekarang makanlah!"
Lavender mengambil piring bagiannya dan mulai menyantap Cannelloni yang berisi daging dengan lelehan keju itu. Beberapa saat kemudian dari mulutnya terdengar gumaman betapa enaknya sarapan kali ini. Ia terus menyantap cannelloni-nya tanpa henti dan menggerutu karena Rex ternyata bisa menghabiskan cannelloni buatannya sendiri dengan sangat cepat.
"Aku mengakui kemampuanmu!" Lavender mengakhiri suapannya dengan mengusap bibirnya yang berminyak. Ia lalu meraih mug dan mulai meneguk Coklat panasnya dengan sangat perlahan.
"Kenyang""
"Ya, terimakasih."
"Kalau begitu sudah saatnya bicara!"
Lavender mendengus. Dia baru ingat kalau Rex ingin membicarakan sesuatu. "Ya, bicara mengenai apa""
"Kau tau kalau ayahmu datang hari ini kerumahku"" "Kapan""
"Pagi ini, bersama Beth!"
"Menjemputku"" Lavender kemudian menggeleng. "Sepertinya tidak!" "Kau dan Beth merahasiakan sesuatu" Kalian punya masalah"" "Sedikit..." Jawab Lavender sambil meneguk coklat panasnya sekali lagi. Sikapnya masih tenang, mungkin karena sudah kenyang. "Masalah apa" Bisa menceritakannya padaku""
"Kau juga tidak mau menceritakan tentang masalahmu, kan" Aku bertanya apa yang menyebabkan pertengkaranmu dengan ayahmu. Kau tidak ingin menceritakannya."
"Wanita!" Rex bergumam pasti. "Aku membawa wanita kekamarku dan ayahku sangat marah. Dia sangat tidak suka ada wanita di rumah ini." "Hanya karena itu""
Rex menggeleng. "Wanita itu adalah kekasih ayahku, teman kuliahku, tetangga pada waktu itu. Kau tau masalah pelik yang aku dan ayahku alami" Kami bersaing tentang wanita dan ayahku memenangkannya karena aku tidak punya uang seperti ayah. Aku harus menerima kalau wanita yang ku sukai ternyata adalah kekasih ayahku. Sangat buruk. Tapi yang lebih buruk adalah aku memanfaatkanmu untuk menghilangkan kesedihan itu!"
"Jadi, saat kau bersamaku kau mencintai wanita lain""
"Menyukai, aku belum bisa mengatakan cinta untuk wanita itu, aku hanya cemburu karena dia membuat ayahku sibuk dan tidak mengingatku lagi. Lalu aku berusaha menjauhkan wanita itu dari ayah dengan berbagai cara. Termasuk menggodanya. Dan.aku tidak perlu menceritakan mengenai apa yang terjadi selanjutnya kan""
Lavender mengangguk, selanjutnya sudah bisa di tebak. Rex menggoda wanita itu dan berhasil membawanya ke kamar dimana Lavender tidur malam tadi, lalu ayahnya memergokinya dan mereka bertengkar. Mungkin saja Rex lari keluar dan ayahnya mengejar lalu mereka melanjutkan perdebatan di jalan sehingga kecelakaan itu terjadi. Lavender menghela nafas. "Kau sangat jahat Rex!
" Rex mengangguk. "Jadi masalahmu""
"Aku akan menceritakannya lain kali."
"Tidak bisa, kau harus menceritakannya sekarang juga agar aku bisa memutuskan apakah aku akan menikah denganmu atau tidak."
Lavender tertebelalak, Rex mengatakan apa" Menikah dengannya"
"Ayahmu memintaku menikahimu. Aku yakin ini adalah rencana Beth, kata-katanya tadi pagi menyiratkan kalau dia mengatur semuanya. Kau punya masalah apa sehingga dia memintaku untuk menjagamu""
Jadi ini rencana Beth" Lavender membatin. Dia tidak menyangka kalau Beth meminta ayahnya untuk memohon kepada Rex tentang pernikahan itu. Tapi Lavender tidak mencintai Rex, dia hanya menyukainya karena Rex teman yang menyenangkan. Tapi utuk menikah.Astaga. Beth bertindak seolah-olah tidak ada jalan keluar lain yang biasa di lakukan selain menikahkannya dengan
seseorang. Atau mungkin memang tidak ada" Haruskah seperti ini" Lavender menelan ludahnya lalu bergumam pelan. "Rex, sebenarnya aku."
*** "Sebenarnya aku berselingkuh dengan kakak iparku!"
Rex berusaha memenuhi rongga dadanya dengan udara sebanyak-banyaknya demi mendapat ketenangan. Ia tidak bisa menerima cerita Lavender tentang kisah cintanya dengan kakak iparnya sendiri. Gadis itu menjalin hubungan dengan suami kakaknya karena mengagumi Nick yang menolongnya saat Rex akan melakukan perbuatan yang sangat buruk kepadanya. Sekarang Rex mengerti mengapa Beth menganggap dirinya adalah orang yang paling pantas untuk bertanggung jawab mengenai hal ini. Jika saja tidak ada kejadian itu, maka Nick tidak perlu menolong Lavender dan Lavender tidak perlu mengaguminya. Gadis itu bahkan tidak bisa membedakan perasaan kagum dengan cinta"
Ya, jika saja Rex tidak melakukan hal itu.ia mendesah halus. Laki-laki bernama Nick itu memandangi Rex dengan tatapan misterius, ia sedang menyelidiki, tapi mungkin masih membenci. Hal itu menjadi hal yang paling mengganggu Rex hari ini. Semestinya Rex menghabiskan waktu dengan bekerja malam ini, tapi ia menggunakan cuti bulanannya yang jarang di ambil demi memenuhi undangan Fabian Ouray. Ia akan memberi jawaban malam ini juga.
"Tidakkah terlalu berlebihan, ayah"" Lawrence terdengar tidak setuju tentang ide menikahkan Lavender saat ini. "Lavender baru memasuki usia delapan belas tahun."
"Ayah juga memikirkan hal yang sama Lawrence. Tapi Lavender membutuhkan anak muda ini." Fabian lalu menoleh kepada Lavender yang duduk di sebelah Rex. "Benar, kan" Sayang""
Lavender melirik Nick sejenak lalu mengangguk dengan takut-takut. "Aku membutuhkannya, tapi dia selalu menolak untuk berdekatan denganku!"
Rex berdelik menatap Lavender. Gadis itu sedang menceritakan apa" Sejak kapan dia benar-benar membutuhkan Rex" Dia hanya membutuhkan seseorang untuk menghentikan interaksi buruknya dengan Nick. Dia hanya membutuhkan Rex untuk menghentikan perbuatannya.
"Dan kau menginginkan dia untuk menjadi suamimu"" Lawrence berujar
lagi. "Ya, aku ingin dia selalu di dekatku. Aku harap kalian menyetujuinya. Aku tau ini mungkin hal yang mengejutkan bagi semuanya. Tapi aku selalu berusaha mendekatinya dan dia selalu menolak karena menganggap dirinya tidak pantas. Bahkan dia bilang, saat berpacaran denganku dulu-pun dia sama sekali tidak terfikir akan melanjutkan hubungan kami secara serius karena itu!"
"Setidaknya dia tau diri." Nick berdesis. Ia sedang berusaha mengintimidasi dan berharap Rex menyerah dengan rencana bodoh ini.
"Aku rasa ini bukanlah hal yang perlu di perdebatkan lagi, ayah!" Beth berusaha mempercepat obrolan makan malam yang tidak mengenakkan ini. "Kalianpun tidak berhak untuk menganggu rencana ini. Dan Nick, aku bangga jika pemuda yang sangat tau diri ini menjadi saudara iparku. Setidaknya sikap tau dirinya tidak akan membuat pemuda ini bertindak salah di rumah ini, benarkan
Rex"" Rex tersenyum getir. Kehadirannya sedang menjadi perdebatan yang panas di keluarga Ouray sekarang. Tentu saja ia sadar kalau dirinya sama sekali tidak pantas untuk jadi menantu keluarga ini. Keluarganya bukan bangsawan ataupun orang kaya, Rex bahkan tidak memiliki keluarga normal seprti yang kebanyakan orang miliki. Nick benar, dia cuk
up sadar diri. "Jadi bagaimana jawabanmua atas permintaanku tadi pagi" Fabian kembali berbicara. Ia menatap Rex dengan pandangan tajam yang mengharapkan jawaban secepatnya.
Rex memandangi Lavender dan Beth secara bergantian lalu menghela nafas berat. Pandangannya tertumpu kepada Nick untuk beberapa saat. Seharusnya ini semua tidak menjadi urusannya. Tapi cara Beth menghubung-hubungkan masalah ini dengan kesalahan masa silamnya tak pelak membuat Rex merasa terbebani. Ia kembali menatap Fabian Ouray dengan mantap lalu berujar tegas. "Aku bersedia menikah dengannya. Tapi aku harap kalian mengizinkanku menikah dengan Lavender dengan uang yang ku kumpulkan selama ini. Mungkin bukan acara pernikahan besar seperti yang seharusnya seorang putri dapatkan. Tapi aku hanya akan mengajukkan hal itu sebagai satu-satunya syarat. Aku tidak akan menikah dengannya jika kalian tidak mengizinkanku melakukan hal itu."
Fabian tersenyum simpul lalu menatap Beth dengan serius. "Adik ipar pilihanmu memiliki harga diri yang sangat tinggi Beth." Lalu kepada Lawrence dan Nick. "Dia sangat pantas menjadi bagian dari keluarga Ouray, kan""
Kemudian Fabius menoleh kepada Lavender dan memandangnya dengan lembut. "Kapan kau ingin pernikahanmu dilaksanakan, Lav"" "Bisakah kita mengadakannya dalam minggu ini""
*** "Kau yang merencanakan semua ini, kan"" Nick berusaha menyembunyikan suaranya yang bisa saja melengking karena marah. Nick sangat menyesali perilakunya pada saat itu yang membuat Beth mengetahui hubungannya dengan Lavender. Sekarang Beth pasti sedang mengatur rencana untuk memisahkan Lavender dan dirinya sehingga membuat Nick terpaksa membawa Beth ke halaman belakang demi mempertanyakan hal yang sangat mengganggunya.
Beth hanya tersenyum sinis dan menatap Nick dengan pandangan penuh hinaan. "Kau terganggu""
"Kau berusaha memisahkanku dari Lavender" Seharusnya kau mengatakan hubunganku kepada Lawrence agar aku dan Lavender bisa bersatu!"
"Aku tidak akan menyakiti saudaraku" Lavender tidak membutuhkanmu. Kau dengar sendiri tadi, dia membutuhkan Rex!"
"Kau sudah bertindak bodoh, Laki-laki itu tidak pantas untuk Lavender. Apa kau tau apa yang sudah di perbuatnya kepada adikmu""
"Aku tau. Tapi semua orang bisa berubah, kan" Orang jahat sepertinya bisa saja berubah menjadi lebih baik. Sama halnya dengan orang sepertimu yang berubah menjadi binatang. Harusnya kau sadar dengan perbuatanmu. Seharusnya kau menghentikan perbuatanmu dan Lavender setelah menikahi Lawrence."
"Ini bukan sepenuhnya salahku."
"Lalu aku harus menyalahkan Lavender" Dia masih kecil dan sangat sempit. Dia bahkan tidak memiliki teman yang cukup untuk menghilangkan kesepiannya. Seharusnya kau yang lebih dewasa bisa memaklumi sikapnya, dan meluruskan kesalahannya. Tapi kau malah memanfaatkannya, Nick. Menggunakan perasaan adikku untuk mengecapya berkali-kali."
"Aku mencintainya!" Kali ini suara Nick terdengar lebih keras. Ia sangat terganggu dengan hinaan Beth terhadapnya. Apa tidak ada seorangpun yang mengerti dengan perasaannya" Dia mencintai Lavender dengan seluruh jiwa raganya. Ia selalu ingin bersama gadis itu dan saat ini perasaan itu mencapai
puncaknya. Nick tidak pernah bermaksud memanfaatkan Lavender. Tidak sama sekali.
"Karena itu berhentilah. Kau fikir dengan cintamu ini Lavender bisa bahagia" Apakah selama bersamanya kau tidak merasakan penderitaan adikku sama sekali" Apakah kau tidak sadar kalau Lavender selalu berusaha untuk menghindarimu" Dia tidak mencintaimu seperti yang kau fikirkan, Nick. Dia hanya gadis bodoh yang mengagumi sosok yang menolongnya saat Lavender sedang berada dalam kesulitan. Dia tidak mencintaimu seperti yang dia katakan. Kau harusnya tau, gadis yang tidak memiliki pergaulan sama sekali seperti Lavender bahkan tidak bisa membedakan perasaan cinta dan kagum. Dia hanya ingin merasakan cinta begitu menyadari dirinya semakin dekat dengan ambang kematian. Lavender hanya menjadikanmu pelampiasan dari perasaan yang belum di dapatnya hingga kini!"
Bab 16 Pernikahan yang sangat biasa, tanpa pesta pernikahan yang megah seperti impian kebanyakan gadis di selur
uh dunia. Lavender tidak boleh kecewa karena pernikahan ini di lakukan Rex dalam keadaan terpaksa. Lavender seharusnya bersyukur karena Rex bersedia menikahinya dan mereka sudah menjadi suami istri. Pernikahan ini bahkan di lakukan tanpa libur kuliah ataupun libur bekerja. Mereka melakukan aktifitas seperti biasa dan baru mengadakan pernikahan mereka setelah Rex pulang bekerja. Untungnya segala ritual pernikahan itu di lakukan di rumah Ouray sehingga anggota keluarga tidak perlu pergi jauh pada malam hari seperti ini. Tapi sepertinya tidak ada yang kecewa dengan pernikahan yang di buat oleh Rex. Dia mengadakan pesta kecil-kecilan di rumah setelah upacara pernikahan selesai yang membuat semua orang berkumpul di ruang tengah dengan wajah ceria.
Lavender duduk di dekat Lawrence yang terus menggenggam tangannya. Sesekali ia melirik Rex yang mengobrol bersama ayahnya dan Beth yang kelihatannya mengobrol serius dengan Nick di sudut ruangan. Lavender menghela nafas, Beth dan Nick pasti berdebat lagi disana.
"Gaunmu sangat bagus!" Lawrence memuji.
Lavender memandangi gaun yang di kenakannya. Sebuah gaun pengantin dari sutra dengan lengan panjang yang ketat memperlihatkan lengannya yang ramping. Setidaknya gaun itu adalah satu hal yang membuat Lavender merasa puas dengan pernikahan ini. Rex memberikan gaun yang cantik untuknya. "Kau tidak akan meminta gaun pernikahanku, kan""
Lawrence tertawa mendengar ucapan Lavender. "Aku hanya memuji. Tidak boleh""
"Boleh, tapi seharusnya Rex dulu yang memujiku cantik karena menggunakan gaun ini. Dia terlalu sibuk dengan ayah!"
"Ayah kelihatannya menyukai suamimu. Kau harus lega dengan itu. Nick saja jarang mengobrol dengan ayah. Jadi benar dia mantan pacarmu" Dimana kalian kenal""
"Dia masuk ke synagogue saat aku sedang berdo'a. aku meminta Tuhan mengirimkan seorang pria yang harusnya menjadi kekasihku saat itu, lalu dia datang secara ajaib. Tembok di belakang synagogue berlubang dan dia masuk dari sana."
"Dan kalian berkencan sejak itu" Dia selalu datang lewat lubang itu untuk menemuimu" Cerita kalian seperti dongeng, manis sekali!"
Lavender tersenyum lalu menguap. Ia sangat mengantuk.
"Kau sudah mengantuk, Lav" Kau tidak boleh tertidur sekarang! Ini malam pernikahanmu, kan" Seharusnya kalian menikmati saat-saat mesra pada malam pertama kalian."
"Maksudmu bercinta""
"Kau terlalu terbuka mengatakan itu!"
Lavender terdiam dalam jeda yang panjang. ia melirik Rex yang masih berbincang-bincang dengan ayahnya sesaat lalu termenung. Haruskah ia bercinta dengan Rex malam ini" Tapi di pernikahan mereka tidak ada perjanjian yang melarang hal itu. Mereka bahkan tidak membuat perjanjian apa-apa. Ini juga bukan pernikahan pura-pura, melainkan pernikahan yang sebenarnya. Lavender memegangi Jantungnya yang berdetak dalam tempo yang sangat cepat.
"Kenapa, Lav""
"Apakah aku bisa melakukannya""
"Kalian belum pernah melakukannya" Lalu apa yang kau lakukan saat bersamanya" Kau selalu berada di rumahnya dan baru pulang setelah malam, kalian juga pergi akhir pekan kemarin, kan" Kau juga menginap di rumahnya dan baru pulang saat makan malam. Ku kira kalian sudah melakukan hal seperti itu, karena itulah ayah sampai memohon kepadanya untuk menikahimu."
"Saat di rumahnya aku belajar. Dia pembimbing pelajaran dasarku!"
Lawrence tertawa geli, ternyata ia salah sangka. "Kalau begitu seharusnya kau melakukannya malam ini, kan"-lihat, dia kemari!"
Lavender termenung, ia melihat Rex mendatanginya dan mengulurkan tangannya untuk disambut. Laki-laki itu tersenyum kepadanya lalu bergumam lembut kepadanya.
"Ayolah, Lav! Kau bisa menunjukkan kamar kita" Aku rasa sudah saatnya untuk kita berdua saja!"
Lavender menyambut tangannya dan menoleh kepada Lawrence yang mengancungkan jempolnya. Benarkah ia dan Rex akan melakukannya malam ini" Lavender kemudian menatap Beth yang tersenyum kepadanya, juga Nick. Astaga,
pandangan Nick seolah-olah akan membunuhnya saat itu juga. Rex menggandeng tangannya menghadap kepada Fabian Ouray untuk berpamitan. Selang beberapa menit kemudian mereka sudah berada di kamar Lavender yang di sulap menjadi
kamar pengantin oleh Deliah tanpa di pinta. Lavender duduk di atas ranjangnya masih dengan perasaan yang sangat gugup. Ia memandangi Rex yang membuka jasnya lalu berjalan mendekati jendela.
"Apakah kita akan melakukannya"" Lavender memberanikan diri bertanya.
Rex menoleh kepadanya. "Melakukan apa""
"Melakukan apapun yang di lakukan orang pada malam pertama!"
"Aku tidak akan melakukannya."
"Lalu mengapa kau mengajakku ke kamar""
"Karena aku mengantuk, besok pagi kita harus ke kampus dan aku harus bekerja pada siang harinya. Kau juga harus mengantar Beth ke bandara, kan""
Lavender menghela nafas lega. Ia tau Rex tidak akan memaksanya. Sejak dulu Rex tidak pernah memaksanya. Lavender mendekati Rex lalu memberikan punggungnya. "Kalau begitu bantu aku membuka pakaianku. Orang-orang bisa curiga jika aku memakai pakaian ini sampai besok pagi. Aku juga tidak bisa membukanya sendiri. Korsetnya terlalu ketat, Deliah membuatku terikat dengan ini!"
Rex mendesah lalu membantu Lavender membuka gaunnya dengan mata tertutup. Ia hanya berusaha meraba punggung Lavender dan membuka tali pengikat korsetnya saat menemukan juntaian disana. Lamat-lamat terdengan helaan lega dari Lavender karena ia bebas bernafas. Rex hanya tersenyum, ia melanjutkan bantuannya lagi hingga Lavender menjauh darinya secara tiba-tiba.
"Kau menutup matamu" Pantas saja..."
Rex belum ingin membuka matanya. Ia mengembangkan tangannya lebar-lebar lalu bertanya. "Ada apa""
"Kau menyentuh bokongku!"
"Maaf, aku tidak sengaja!"
"Mengapa tidak kau buka saja matamu, Rex""
"Kalau aku membukanya maka ku pastikan kalau aku akan melakukan hal yang lebih dari sekedar menyentuh bokong secara tidak sengaja. Kau sudah selesai dengan gaunmu" Kalau begitu cepat ganti pakaianmu!"
"Baiklah, tunggu sebentar lagi!"
Rex mengikuti instruksi dari Lavender dengan patuh. Ia menunggu sebentar lagi. Hingga Lavender mengizinkannya membuka mata. Gadis itu sudah berganti
dengan piama sutranya yang berwarna merah jambu. Ia tersenyum lalu membuka ikat pinggang dan kemejanya di tempat itu juga. Sekarang Rex sudah siap tidur dengan celana dan T-Shirtnya. Ia berusaha mengambil sebuah bantal dari ranjang saat Lavender memeganginya.
"Kau mau bawa bantal ini kemana""
"Ke lantai, aku akan tidur di lantai."
"Kau tidur di ranjang bersamaku!"
"Aku tidak bisa melakukannya. Lav!"
"Kalau kau berkeras untuk tidur di lantai, aku juga akan mengikutimu tidur di lantai. Aku tidak bisa membiarkanmu tidur dilantai. kau sudah membantuku, sudah seharusnya kau mendapatkan tempat istirahat yang empuk. Aku seharusnya memberikan kamar tamu untukmu, tapi itu tidak mungkin terjadi dengan status kita sekarang, kan""
"Aku sudah terbiasa tidur di lantai!" Rex merujuk kepada kasur busanya di rumah.
"Tidur tanpa ranjang dan tidur di lantai berbeda." Lavender menarik bantalnya sehingga terlepas dari tangan Rex lalu menggantikannya dengan tangannya. "Ayolah, kau tidur di ranjang saja."
"Bagaimana kalau aku melakukan sesuatu padamu""
"Aku percaya kalau kau tidak mungkin melakukan itu, kan" Aku percaya dengan dirimu yang sekarang. Jadi kau juga harus percaya dengan dirimu sendiri kalau kau bisa menjagaku seperti janjimu!"
Rex mendengus lalu menarik lengannya dari genggaman Lavender. "Baiklah!" Gumamnya sambil berjalan ke sisi lain tempat tidur. Lavender tersenyum senang sambil menepuk-nepuk bantal untuk Rex dan Rex hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
*** Lavender membuka matanya dan menyadari kalau ia bangun lebih pagi dari biasanya. Ia tersenyum saat melihat Rex yang tertidur lelap disampingnya, ini pertama kali Lavender melihat Rex tertidur. Sangat damai. Lavender membelai wajah Rex pelan-pelan, laki-laki itu bergerak sangat sedikit lalu kembali tidur dengan nyaman. Dia pasti sangat lelah. Rex sudah menjaga Lavender seperti janjinya di rumah sakit.
Bantu dia, Tuhan Aku akan menjaganya jika dia terbangun nanti Aku akan terus mengawasinya.
Kata-kata Rex sewaktu di rumah sakit terngiang lagi. Ya, Rex sangat berubah. Atau tidak" Rex mungkin hanya belum menunjukkan siapa dirinya sebenarnya saat bersama dengan Lavender dulu. Mu
ngkin Sekaranglah Rex yang sebenarnya timbul. Rex yang sangat baik yang berjanji untuk menjaganya bila Lavender bisa menerima jantung ayahnya.
Bunyi pintu di ketuk membuat Lavender khawatir akan membuat Rex terbangun. Ia turun dari ranjangnya pelan-pelan dan segera membuka pintu lalu meletakkan telunjuk di depan mulutnya agar Deliah tidak berisik. Deliah memandang ke dalam kamar dan tersenyum, ia mungkin tidak tahan untuk berbicara di depan pintu sehingga menarik Lavender keluar kamar untuk mengatakan isi hatinya yang sangat mendesak untuk di keluarkan.
"Kalian tidur seranjang""
"Dia suamiku. Lalu aku harus memaksanya tidur di kamar mandi" Sedang apa kau disini pagi-pagi""
"Aku fikir aku harus membantumu untuk melakukan sesuatu. Membantumu membuka pakaian pengantinmu, misalnya!"
"Kau sedang mengejek" Kenapa tidak datang tadi malam""
"Dia sudah membuka gaunmu" Wah...kalian melakukan apa saja semalam""
Lavender terdiam sejenak saat tanpa sengaja melihat Nick melintas di depan mereka. Laki-laki itu meliriknya lalu segera turun menuruni tangga dengan langkah yang kuat. "Dia pasti mendengar perkataanmu!"
"Dia marah!" Deliah berpendapat. "Dia terlalu menunjukkan perasaannya. Tapi baguslah, bukankah itu tujuan pernikahan ini" Jadi bagaimana" Dia membuka pakaianmu""
"Dia melakukannya sambil menutup mata!"
"Astaga, dia berubah sekali. Seharusnya dia memaksamu melakukan Oral Sex seperti dulu!" Dan Deliah terpaksa berteriak kecil saat Lavender mencubit pinggangnya.
"Hentikan. Aku bahkan sudah melupakannya."
"Dan dia""
"Ku fikir dia tidak berselera lagi denganku!"
"Atau dia sedang menahan diri" Dia pernah hampir memperkosamu karena menginginkanmu. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan hal itu begitu saja. Katakan padaku, apakah kau menyukainya""
"Ya, dia menyenangkan."
"Maksudku apakah dia adalah laki-laki yang membuatmu ingin bercinta dengannya seperti Nick""
"Apakah aku harus memikirkan hal seperti itu" ku kira aku sudah cukup dewasa untuk berhenti beranggapan kalau cinta berarti harus bercinta."
"Ya, kau benar. Kau sudah menikah, itu artinya kau sudah dewasa." Kali ini kata-kata Deliah terdengar mengejek. "Yang ku maksud bukan cinta berarti bercinta. Maksudku apakah kau punya perasaan yang membuatmu siap menyerahkan apa saja untuknya" Apa saja disini bukan berarti keperawanan, tapi juga nyawa dan hidupmu!"
Lavender menggeleng. " Sepertinya belum. Aku hanya percaya kepadanya dan merasa nyaman bersamanya. Apakah itu belum cukup""
"Kau masih merasakan kalau Nicklah satu-satunya orang yang membuatmu seperti itu""
Lavender memperbesar bola matanya menyadari ucapan Deliah terlalu keras. Deliah segera menutup mulutnya rapat-rapat lalu mengubah ucapannya menjadi sebuah bisikan yang pelan. "Ku rasa kau harus mengalihkan perasaanmu kepada suamimu. Maksudku berusahalah meraba perasaanmu kepadanya. Kau harus bisa berhenti mencintai Nick. Berhenti takhluk kepadanya dan menyerahkan dirimu."
"Bagaimana caranya""
"Kaulah satu-satunya orang yang tau, Nona!"
Lavender berdesis tidak puas. "Kalau begitu bawakan kami sarapan. Aku tidak ingin bertemu Nick pagi ini di meja makan. Dia bisa memojokkan Rex lagi dalam obrolan keluarga pagi ini."
*** Setelah menikah, Lavender benar-benar berusaha untuk tidak lepas dari Rex. Ia akan berangkat kuliah pada pagi hari dan pulang ke rumah Rex sampai Rex menjemputnya untuk kembali ke rumah Ouray. Lavender melakukan itu dari senin sampai kamis dan menghabiskan jum'at, sabtu dan minggu di rumah bersama Rex. Memasak di dapur adalah jadwal penting mereka berdua, setelah bosan keudanya malah kan tertidur di kamar sehingga Lavender menyadari
bahwa bobot tubuhnya naik beberapa pon. Rex juga terlihat lebih gemuk dan mereka benar-benar terlihat seperti pasangan yang sangat sejahtera. Sejauh ini, Lavender pantas berbangga diri karena upayanya untuk menghindari Nick sangat berhasil. Nick tidak pernah berusaha mendekatinya semenjak Rex berada di rumah ini.
Tapi hari ini, Lavender nyaris saja di bawa pergi oleh Nick jika Rex tidak datang bersama ayahnya. Dengan mudahnya Lavender melepaskan diri dari Nick dan memeluk lengan Rex
erat-erat. Lavender sangat ingin menghindar dari pandangan Nick. Sayangnya, Fabian Ouray mengajak semua keluarganya berkumpul untuk mengobrol di ruang tengah. Mereka membicarakan banyak hal dan Lavender merasa kikuk karena pandangan Nick tidak lepas darinya. Ia berbisik meminta Rex untuk membawanya pergi tapi Rex menolak dengan alasan menghargai ayahnya. Ia sangat kesal.
Rex hanya menoleh kepada Lavender sesekali setiap kali gadis itu menarik Koran yang di baca olehnya untuk menarik perhatian. Beberapa saat kemudian, Lavender memandangi Rex dengan tatapan memohon yang manja sambil menendang kakinya beberapa kali. Perbuatan itu berhasil membuat Rex berdelik.
"Sebentar lagi!" Rex berdesis.
Lavender menghentak-hentakkan kakinya kelantai, permintaannya di tolak
lagi. "Apa yang di inginkannya, Rex"" Fabius bertanya sambil terus membaca bukunya, dia sudah memperhatikan kelakuan maja Lavender kepada suaminya sejak tadi. "Dia mau mengajakmu kemana""
"Tidak, ayah! Lavender hanya bertingkah, seperti biasa!"
Fabius terkekeh. "Itulah resikonya menikah dengan anak kecil seperti Lavender. Pergilah bersamanya, aku tidak keberatan sama sekali!"
Rex menoleh kepada Lavender dan melihat betapa senangnya wajah gadis itu mendapat persetujuan dari ayahnya. Ia mendengus kesal lalu berpamitan kepada Fabius dan juga Nick. Rex terus berusaha bersikap baik terhadap Nick, ia bertindak seolah-olah tidak tau menau mengenai hubungannya dan Lavender selama ini. Rex membiarkan Lavender menggandeng tangannya dan menariknya menuju pintu samping.
"Kita mau kemana""
"Ke halaman belakang." Jawab Lavender singkat. "Untuk apa""
"duduk-duduk saja. Ayolah!"
Lavender menarik lengan Rex dengan penuh semangat dan dalam beberapa menit, mereka berdua sudah sampai di belakang synagogue. Rex bersandar ke dinding Synagogue dengan nyaman dan Lavender duduk di sebelahnya sambil mempermainkan setangkai bunga Daisy yang berada di tangannya. Mereka diam beberapa lama karena tidak tau harus mengatakan apa. Lavender terlihat aneh, itu yang Rex rasakan.
"Kenapa kau melakukan ini""
"Apa kau tidak tau kalau Nick memandangiku""
"Dia memandangimu karena kau terus menggangguku."
Lavender mendesah. "Maafkan dia, ya" Dia selalu menyinggungmu selama
ini." "Tidak masalah, aku memang pantas mendapatkannya." "Kenapa pantas""
"Karena aku sudah membuatnya membenciku. Itu salahku sediri dan sekarang aku menerima akibatnya."
"Rex, apakah kau tidak menyukaiku""
Rex terdiam sesaat mendengar pertanyaan Lavender barusan. "Jika aku tidak menyukaimu mana mungkin aku ada disini. Kau menyenangkan, jelas saja aku menyukaimu."
"Kalau begitu maukah kau menciumku""
"Permintaan anehmu ini keluar lagi!" Desis Rex. Selama ini sudah berkali-kali Lavender meminta Rex untuk menciumnya. Tapi Rex selalu menolaknya. "Entah apa yang kau fikirkan aku tidak akan melakukannya."
"Aku istrimu, kenapa kau tidak mau melakukannya denganku"" Lavender juga menanyakan pertanyaan yang sana setiap kali Rex menolaknya.
Dan kali ini Rex tidak akan menjawab 'karena aku tidak bisa' seperti biasa. Mereka hanya akan mengulangi ucapan-ucapan tidak penting yang sudah berkali-kali di ucapkan jika Rex menjawab dengan jawaban yang sama. "Apa yang kau fikirkan" Kenapa kau ingin aku melakukan itu""
"Aku ingin memastikan perasaanku. Jika saat kau menciumku aku merasakan sesuatu, maka."
"Jadi seperti inilah caramu" Karena itu kau memutuskan hubungan kita waktu itu" Jika aku menciummu sekarang, maka aku akan ketergantungan denganmu, Lav! Jika kau tidak merasakan apa-apa, bagaimana denganku" Kau membuat perasaanku terus bertambah sedangkan aku hanya bahan uji coba untuk memastikan perasaanmu!"
Lavender berdesis. "bagaimana bila kita bercinta" Itu yang kau inginkan, bukan" Aku siap melakukannya."
"Dan jika kau tidak merasakan sesuatu"" "Entahlah."
"Kau akan menangis karena menyesal. Kenapa kau selalu mengatakan hal yang memancingku" Kau bisa membuatku kehilangan kendali jika seperti ini terus. Kau pasti tau benar bagaimana perasaanku padamu, kan" Bahkan di rumah sakit aku juga mengatakan kalau aku mencintaimu." Rex tidak mengerti mengapa tiba-t
iba saja ia menjadi sangat kesal. Bukan niatnya untuk meninggalkan Lavender sendirian, tapi kakinya melangkah kembali memasuki rumah dengan perasaan galau.
Lavender sendiri tidak bergerak, terkesima dengan sikap Rex hari ini. Mungkin sikapnya sudah keterlaluan sehingga membuat Rex marah. Lavender merasa bersalah, ia menangis tiba-tiba tanpa di inginkannya. Kedua tangannya mendekap dadanya dengan kuat, ia merasakan sakit, tapi sakit yang berbeda dengan yang di rasakannya selama ini. Lavender tidak tau di bagian mana ia merasa sakit, sekujur tubuhnya merasakan hal itu.
Tuhan, Kenapa ini" Kenapa aku merasa sakit sekali"
*** "Rex, maafkan aku!" Lavender bersis. Ia sudah berusaha menguatkan dirinya untuk menyusul Rex kedalam rumah. Ternyata Rex berada di dalam kamar membenamkan tubuhnya di sana dengan nyaman. Rex tertidur.
Lavender duduk di pinggir ranjang dengan perasaan sakit yang masih menjalarinya. Ia termenung memandangi Rex lama. Entah mengapa ia merasa sangat sedih, merasa ingin terus menangis tapi Lavender terus berusaha menahan diri agar tidak terisak dan membangunkan Rex yang terlihat galau meskipun terlelap. Rex pasti juga sedang memikirkan sikap kerasnya tadi. Rex pasti juga merasa bersalah.
Aku merasakan sesuatu yang menyakitkan Seolah-olah kelopakku yang terbuka
Akan gugur begitu saja Aku tidak ingin seperti ini, Tuhan
Tapi aku menyukainya, Aku menyukai rasa sakit ini
Lavender menghirup udara sebanyak-banyaknya. Ia mendekat kepada Rex dan mencium keningnya lembut. Rex terlihat lebih tenang, dia tersenyum dalam tidurnya. Sikap Rex itu berhasil membuat Lavender merasa lebih tenang. Ia meningalkan Rex di dalam kamar seorang diri untuk mencari Deliah di dapur. Lavender ingin menceritakan perasaannya. Mungkin ia merasakan sesuatu yang baru yang Deliah miliki jawabannya. Ia berjalan secepat mungkin dan mendapati Lawrence memanggilnya. Lavender menoleh untuk melihat Lawrence yang melambai-lambaikan tangannya agar Lavender mendekat. Iapun mendekat dengan tidak rela, mendekati kamar Lawrence berarti mendekati kamar Nick, hal yang sangat di takutinya belakangan ini.


Once Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau bisa membantuku, Lav""
"Membantu apa""
"Memijat kakiku, kakiku sakit sekali, mungkin karena kandunganku semakin membesar."
"Suamimu." "Ku rasa dia bersama ayah! Masuklah, Lav! Kau mau membantuku kan""
Lavender menatap ke arah yang tak menentu karena perasaannya yang ragu. Tapi demi Lawrence ia mengangguk dan mengikuti Lawrence untuk masuk ke dalam kamarnya. Lawrence berbaring di atas tempat tidur dan Lavender mulai memijati kakinya dengan perlahan. Ia berusaha melakukan yang terbaik, tapi kebisuan di antaranya dan Lawrence membuatnya teringat lagi dengan sikap Rex kepadanya tadi. Rasa sakit itu menjalar lagi dan Lavender menangis lagi. Ia berusaha untuk tidak terisak, tapi Lavender kesulitan menahan air matanya sehingga airmata itu jatuh menyentuh kaki Lawrence sebelum ia sempat menyekanya.
Rasa dingin yang tiba-tiba itu membuat Lawrence menarik kakinya dan memandangi Lavender dengan tatapan yang serius. Lavender menangis karena apa" Ini pertama kalinya Lawrence melihat Lavender menangis seorang diri secara mendadak sedangkan sebelumnya anak itu terlihat sangat tenang. "Ada apa Lav" Kenapa kau menangis""
Lavender menggeleng sambil menghapus air matanya. "Bukan hal yang penting."
"Bukan hal yang penting" Tapi kau sampai menangis seperti ini. Pasti hal yang penting yang membuatmu menangis seperti ini. Ceritakanlah, siapa tau aku punya jalan keluarnya!"
"Aku hanya teringat sesuatu, makanya menangis."
"Teringat apa""
"Rex." Lavender menangis lagi. Entah mengapa menyebut nama Rex tiba-tiba saja sangat menyakitkan untuknya. Ia terus berusaha menghapus airmatanya tapi airmatanya tidak berhenti mengalir.
Lawrence merasa hal itu pasti sangat menyakitkan sehingga Lavender terus mengeluarkan airmata tanpa henti. "Ada apa dengan Rex" Kalian bertengkar""
"Aku rasa dia marah padaku. Dia tidak pernah membentakku selama ini. Tadi dia melakukannya."
"Karena apa""
"Karena." Lavender terdiam sebentar. "Aku tidak bisa mengatakannya! Itu hal yang sangat pribadi."
"Tapi aku harus tau dulu masalahnya, baru bisa memberikan pendapat!"
"Jangan tertawa. Aku memintanya menciumku, mungkin sedikit memaksa sehingga dia merasa terganggu dan menolakku dengan kata-kata yang. dia tidak kasar, hanya saja dia meninggalkanku setelah menolakku! Aku merasa sangat sakit."
Lawrence tidak bisa menahan tawanya meskipun sebelumnya Lavender memintanya untuk tidak tertawa. Benar-benar hal yang tidak penting. Tapi Lavender menangis karena hal yang tidak penting" "Mungkin suasana hatinya sedang buruk, maklumilah!"
"Aku juga sedang berusaha, tapi tidak bisa. Bagaimana ini""
"Berbaikan saja. Minta maaflah kepadanya. Itu jalan satu-satunya." Lawrence lalu membantu Lavender menghapus air matanya dan membelai pipi adiknya. "Kau sangat mencintai Rex ya""
Lavender menggeleng. "Aku tidak tau!"
"Kau menangis seperti ini karena hal yang kecil. Bagaimana bila terjadi pertengkaran besar. Kau bisa saja berfikir untuk mati." "Benarkah, itu artinya aku mencintai Rex""
*** Rex sudah terlihat sangat baik hari ini. Ia bertindak seolah-olah tidak terjadi masalah apapun di antara mereka kemarin. Rex bahkan menunggu Lavender di depan kelasnya. Ia membuat Lavender terkejut dengan sebuah intrik kejutan yang biasa. Tapi Lavender merasa beban di hatinya menghilang saat itu juga.
"Aku punya kabar bagus!" Rex berbicara lebih dulu. "Hari ini kita ke pantai,
ya"" Lavender senang saat menyadari kalau hubungannya dan Rex benar-benar sudah membaik. Ia mengembangkan senyumnya. "Kabar bagus apa""
"Karena itulah ikut aku. Aku akan mengatakannya di Barrie nanti!"
Rex mengenggam tangan Lavender lagi. Ia memaksa Lavender untuk berlarian mengejar bus dan hal itu membuat senyum di wajah Lavender tidak bisa berhenti mengembang. Dia sangat bahagia hanya karena berbaikan dengan Rex" Ini pertama kalinya ia merasa senang seperti hari ini. Sesampainya di Barrie, mereka benar-benar berjalan di tepi pantai. Lavender merasakan angin laut berhembus, kaki-kaki telanjangnya menyentuh pasir yang lebut di selingi dengan belaian ombak lemah yang menyejukkan. Ia memandangi Rex yang berjalan di sebelahnya dengan wajah berbinar-binar. Rex terlihat sangat senang.
"Seharusnya kau bekerja hari ini, kan"" Lavender bertanya sambil berusaha membuang pandangannya jauh-jauh. Tapi sia-sia. Matanya kembali kepada Rex.
"Aku sudah mengundurkan diri!"
"Kenapa"" "Tabunganku sudah cukup, Lav!" Rex menoleh kepadanya, mereka berpandangan sejenak dan dunia terasa seolah-olah berhenti berputar. Rex kembali menoleh ke depan. "Aku akan menyelesaikan kuliah bulan depan. setelah mendapatkan sertifikatnya, aku akan berangkat ke New Zeland. Aku mendapat tawaran pekerjaan yang menjanjikan disana."
"Apa"" Lavender merasakan sakit itu lagi. Dadanya terasa sangat sesak.
"Kau tidak mendengarkan ucapanku""
"Maksudmu, kau akan pindah ke New Zeland" Lalu bagaimana denganku""
"Kau akan baik-baik saja, aku sedang berusaha mengejar mimpiku dan aku akan mendapatkannya segera..."
"Kau egois!" Lavender menangis lagi, airmatanya mengalir tanpa henti. Ia membuat Rex membeku melihat airmatanya. "Kau akan meninggalkanku" Impianmu sangat penting sehingga kau merasa harus meninggalkanku""
Kata-kata Lavender telah berhasil membuat Rex tertegun lama. Ia tersenyum tak menyangka dengan respon yang di dapatnya dari Lavender tentang cita-citanya untuk hidup di New Zeeland. "Astaga, Lav. Bula depan Beth akan pulang, kan" Kau akan aman karena Beth sudah ada untuk menjagamu kembali."
"Tapi aku tidak menginginkan Beth!" Lavender menendang pasir di hadapannya dengan kesal lalu berlari pergi meninggalan Rex sendiri. Ia sangat membenci Rex. Semula Lavender fikir hidupnya akan membaik setelah hubungan mereka juga membaik. Kenyataannya, Rex membuatnya kecewa lagi. Lawrence benar, Lavender merasa ingin mati karena hal ini. Apakah ini berarti dia mencintai Rex, benar-benar begitu" Tapi perasaan yang di rasakannya tidak seperti yang Deliah katakan. Dia tidak pernah berfikir untuk menyerahkan semua yang di milikinya kepada Rex. Dia hanya merasa ingin hidup nyaman bersama Rex, selamanya.
Bab 17 Kekecewaan benar-benar membuat Lavender
tidak menyapa Rex selama beberapa hari ini. ia menutup telinga setiap kali Rex mengajaknya bicara. Laveder bahkan selalu berusaha untuk tidak memandangnya terlalu sering. Tapi dirinya sama sekali tidak bisa menghindari kalau wajah Rex selalu menghiasi benaknya meskipun ia tidak sedang ingin memikirkan Rex. Lavender duduk termenung di synagogue. Perasaannya benar-benar sedih dan dirinya sama sekali tidak bisa menghindar untuk menangis bila sedang seorang diri. Meskipun ia sangat ingin melupakan kejadian itu, tapi Lavender merasa kalau melupakan sikap egois Rex tidak semudah melupakan masalah-masalahnya yang lain.
"Kau sedang seorang diri" Kemana suamimu" Biasanya kalian selalu bersama!"
Lavender mengangkat wajahnya dan memandangi Nick yang sedang berjalan mendekat kepadanya. Rasa takut itu hadir lagi, memperkeruh suasana hatinya. Bagaimana bila Nick memaksanya melakukan sesuatu dan dia tidak bisa menolak" "Kau mengikutiku""
"Ya!" "Untuk apa""
"Untuk melarung kerinduan. Kau tidak merindukanku, Lav" Sudah sangat lama kita tidak memiliki waktu berdua seperti saat ini." Nick berusaha menggapai tangan Lavender dan Lavender malah mundur untuk menjauh. Nick mengerutkan dahinya karena ini. Pertama kalinya Lavender menolaknya. "Kau sedang menolakku""
"Hentikan semua ini."
"Apa"" "Aku tidak bisa melanjutkan ini lagi. Kandungan kakakku semakin besar dan dia akan sangat kecewa mengetahui hal ini. Aku juga sudah bersuami. Aku tidak bisa mengkhianatinya."
"Lav! Kau sudah membuatku mengkhianati istriku dan sekarang kau bilang kalau kau tidak bisa mengkhianati suamimu" Apakah itu adil" Kau yang menggodaku sehingga aku ketergantungan denganmu. Ingat""
"Aku minta maaf karena hal itu."
"Aku tidak bisa memaafkannya. Ini bukanlah hal yang mudah. Berpisah denganmu bukanlah hal yang mudah. Aku harus menahan diri saat melihatmu dengan laki-laki itu. Aku merasa sangat sakit. Dan kau mengatakan untuk mengehentikan ini dengan mudah""
Nick sudah kehilangan kendali. Ia berusaha merengkuh tubuh Lavender dan ia mendapatkannya. Bersamaan dengan itu, hujan tiba-tiba saja turun dengan sanga lebat. Bunyi petir menggelegar membuat teriakan Lavender tidak terdengar oleh siapapun. Nick sudah menindih tubuhnya dan Lavender berusaha menolak. Ketakutannya terhadap Nick bertambah, ia bahkan melihat Nick menjadi sosok yang sangat menakutkan dengan paruh yang gelap seperti burung gagak. Lavender ketakutan. Ia menangis sejadi-jadinya, berusaha melepaskan diri. Dan Nick berhenti saat tubuh Lavender mulai melemah. Ia menatap Lavender dengan perasaan pilu. Gadis ini sudah membuatnya berubah menjadi orang yang berbeda. Nick hampir saja melakukan hal yang bodoh di dalam synagogue. Ia merasa sangat berdosa, tiba-tiba Nick merasa berlumuran dengan darah yang sangat kotor dan hitam.
Lavender terus terisak, ia menatap Nick dengan tatapan yang tidak bisa di terka. Terlebih saat Nick menjauhkan diri dari tubuhnya. Lavender segera menarik dirinya ke tepi dan bersandar di dinding sambil memeluk kedua lututnya. Ia membenamkan wajahnya disana dan terisak dengan lebih kencang. Dari mulutnya berujar kata maaf yang berulang-ulang dan sangat tidak beraturan. Ia mengatakan maaf tanpa henti, untuk tuan Sherwood. Nick membeku.
"Kau sangat mencintainya, Lav""
Lavender mengangkat wajahnya dan memandang Nick dalam. Ia mengangguk pelan, "Maafkan aku!"
"Ku fikir, kau menikah hanya karena Beth. Karena Beth menginginkanmu untuk menjauh dariku. Aku kira cinta kita ini akan terus ada selamanya dan aku siap untuk mencintaimu secara sembunyi-sembunyi seumur hidupku."
"Tuan Sherwood, maafkan aku!" Lavender mengucapkan maaf itu sekali lagi. Dia tidak bisa memikirkan kata-kata lain untuk di ucapkan selain maaf. Nick benar kalau semua ini adalah salah Lavender sendiri. Dia yang sudah memaksa Nick untuk mencintainya, dia menggoda Nick dengan berbagai cara sehingga Nick tidak bisa melepaskan diri darinya. Dan satu-satunya hal yang bisa di lakukannya saat ini hanya minta maaf. Atas nama Tuhannya, Lavender benar-benar meminta maaf. Dia sangat menyesal atas segala perbuatannya selama ini.
*** Rex mencari-ca ri Lavender hari ini. Gadis itu tidak berada di rumah padahal hujan sangat lebat di iringi angin yang cukup kencang. Hatinya merasa sangat cemas, Lavender sedang berada dimana jika dia tidak ada di satu sudutpun di rumah ini. Seharusnya Lavender tidak berada di luar kamarnya. Kekhawatiran Rex semakin berlipat-lipat saat menyadari kalau Lawrence juga sedang mencari Nick. Wanita itu bertanya kepada Rex 'apakah ia melihat Nick"' dan Rex hanya bisa menggeleng. Dengan perasaan khawatirnya, Rex meraih telpon untuk menghubungi Beth. Perlu waktu lama untuknya mendengar suara Beth di sebrang sana.
"Hallo"" "Beth, ini Rex!" "Ada apa Rex""
"Dimana adikmu biasa bersembunyi jika tidak ada seorangpun yang bisa menemukannya di rumah""
"Synagogue. Memangnya kenapa dia menghilang"" "Nanti ku ceritakan!"
Rex segera menghempas telponnya untuk menembus hujan dan berusaha menemukan Lavender. Ia melangkah cepat menuju pintu samping dan segera berlarian menuju halaman belakang. Rex berpapasan dengan Nick disana, tapi laki-laki itu membeku seolah-olah dia sedang berjalan dalam tidurnya. Nick bertindak seolah-olah Rex tidak tampak. Rex terdiam sejenak untuk memikirkan apa yang terjadi. Tapi ia tidak bisa menahan diri saat mengira Nick sudah melakukan hal buruk kepada Lavender. Rex segera melangkah dengan cepat menuju sinagog dan menemukan Lavender meringkuk di sudut ruangan. Isakannya terdengar sayup-sayup di sela hujan dan petir yang menggelegar. Lavender tampak sangat ketakutan.
Rex membeku melihat itu. Apa yang sudah terjadi pada Lavender" Apa yang Nick lakukan padanya. Ia melangkah dengan sangat perlahan, teramat perlahan sehingga membutuhkan waktu bermenit-menit untuk sampai di hadapan Lavender. Nick segera bersimpuh di hadapan Lavender dan memegang bahunya erat-erat. Lavender menolak kata 'Maafkan aku' masih terus menggema dari mulutnya dan ia mengucapkannya untuk tuan Sherwood" Nick"
"Lav." "Maafkan aku." Rex memejamkan matanya, perih. Ia memaksa Lavender untuk mengangkat wajahnya. Dan melihat tangisan disana. Lavender terisak keras dan kata maaf itu masih terus meluncur dari bibirnya. Rex memegang bahu Lavender lagi kuat-kuat dan mengguncangkan tubuhnya. Ia tidak sanggup menahan perasaan khawatirnya lagi.
"Lav, Ada apa" Apa yang di lakukannya padamu""
"Aku." Lavender nyaris saja mengucapkan kata maaf lagi jika Rex tida memeluknya. Ia mulai tersadar dan membalas pelukan Rex erat-erat. Kata maafkan aku yang tadinya terucap dari bibirnya berubah menjadi kata cinta yang mengalir begitu saja. Dia mengucapkannya dengan sangat tulus, penuh penyerahan dan sangat dalam."Aku mencintaimu, Rex. Demi Tuhan aku sangat mencintaimu!"
"Aku juga mencintaimu Lav! Aku minta maaf atas sikap egoisku selama ini."
Lavender memeluk Rex lebih erat. Rex juga melakukan hal yang sama, tiba-tiba saja Lavender merasakan kehangatan menyelubungi bibirnya. Rex menciumnya dengan sangat khidmat, laki-laki itu sedang mengabulkan permintaannya. Lavender tidak bisa melakukan hal lain selain memjamkanmatanya dan berusaha membalasnya. Lamat-lamat bunyi desiran air hujan berganti dengan bunyi kepakan sayap yang lambat-laun semakin jelas. Lavender membuka matanya perlahan dan di kedalaman ciuman Rex, ia melihat sebuah sayap keperakan membentang luas. Sayap itu bersumber dari punggung Rex. Ia melihat Keagungan itu, melihat Rex adalah malaikat untuknya. Dan Lavender tidak bisa menahan diri untuk menangis lagi.
Terimakasih Tuhan, Akhirnya seluruh kelopakku bermekaran
Dia sudah meneteskan madunya
Aku sangat bahagia dengan apa yang ku dapat kali ini
Rex melepaskan dirinya dan Lavender masih melihat pendaran sayap-sayap itu. Belum menghilang, tidak menghilang sama sekali. Keduanya terus berkepak sehingga membuat Rex seolah-olah akan segera terbang meninggalkannya. Lavender memeluk leher Rex erat-erat, dia tidak ingin Rex meninggalkannya saat ini.
"Kau sudah lebih baik"" Suara Rex terdengar begitu mewah, ia benar-benar memenuhi hati Lavender dengan gema-gema yang terdengar sangat luar biasa. Lavender mengangguk. "Tapi aku sangat lelah."
"Kau mau kembali ke kamar""
"Ya, aku rasa lebih baik disana dari pada disini."
"Kalau begitu berpeganganlah yang kuat, aku akan menggendongmu!"
Lavender menggigit bibirnya. Ia kemudian merasakan tubuhnya melayang menembus hujan menuju suatu tempat. Tidak masalah kemanapun, asalkan disisi Rex Lavender akan merasa aman. Rex adalah malaikatnya seperti yang pernah Beth katakan. Malaikat yang semulai di duganya adalah Nick. Ternyata Rexlah orangnya. Dan Do'anya di Synagogue pada waktu itu telah di kabulkan.
Tuhan, Jika benar Rex adalah orang yang aku cintai, Tunjukkanlah. Aku ingin merasakan cinta Setidaknya sekali saja dalam hidupku.
*** Deliah berdiri di salah satu sisi ranjang dengan wajah khawatir. Lavender tidak bersedia meminum obatnya sama sekali dan itu membuatnya nyaris frustasi. Gadis itu tidak bisa di bujuk jika ingin melakukan sesuatu. Jam makan malam bahkan sudah hampir habis dan Lavender juga tidak ingin memakannya. Dia meninggalkan makananya di atas meja riasnya tanpa di sentuh sama sekali. Deliah tau bahwa sudah terjadi sesuatu hari ini. Tapi tidak ada seorangpun yang bercerita kepadanya sehingga rasa penasaran dalam benaknya bercampur baur dengan rasa-rasa yang lain. Dia ingin bertanya, tapi kepada siapa" Kepada Lavender" Dia bahkan tidak mau bicara, Deliah juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya kepada Rex, apalagi Nick.
Dengan berat hati Deliah meninggalkan obatnya di atas nampan makanan dan keluar menuju ruang makan dimana seluruh keluarga berkumpul saat ini, kecuali Beth. Laki-laki itu sedang berada di California. Jika saja Beth ada disini, Deliah yakin kalau dirinya tidak akan kehilangan informasi penting. Beth akan menceritakan tentang cerita-cerita terbaru mengeai Nick dan Lavender seperti yang menjadi bahan pembicaraan mereka belakangan ini.
Deliah melirik Nick yang lebih banyak melamun dan Rex yang makan dengan sangat perlahan di atas meja makan. Semua orang sepertinya sedang tidak ceria hari ini, tidak ada seorangpun yang berbicara di meja makan. Tidak ada obrolan keluarga seperti yang biasa mereka lakukan.
"Maaf, Deliah!"
Deliah terbangun dari lamunannya. Ia memandangi orang yang melambaikan tangan kepadanya agar dirinya mendekat, Rex. Deliah segera bergerak secepat mungkin menuju sisi Rex di meja makan. Ia menghadap Rex dan melihat wajah khawatirnya dari dekat. "Ya" Ada yang bisa ku bantu""
"Bagaimana keadaan Lavender!"
"Dia tidak mau minum obat hari ini. aku sudah berusaha untuk membujuknya. Aku rasa dia sangat tertekan..." Deliah kemudian melirik Nick dan ia bisa melihat keingin tahuan di wajah laki-laki itu. Beberapa saat kemudian Deliah juga menatap Lawrence dan Fabian untuk memberi efek kalau dia sedang memberi tahu satu informasi yang penting. "Dia bahkan tidak menyentuh makanannya!"
Rex menghela nafas putus asa lalu menoleh kepada Fabian. "Boleh aku ke kamar duluan" Aku ingin melihat Lavender."
"Ya." Jawab Fabian. "Tentu saja. Bujuklah dia, aku akan menyusul setelah ini untuk menjenguknya!"
"Terima kasih, aku permisi!" Rex kemudian bangkit dari duduknya lalu menoleh kapada Deliah sebentar untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi.
Langahkahnya di buat selebar dan secepat mungkin untuk sampai ke lantai atas. Begitu sampai di kamar Lavender, Rex harus melihat Lavender yang berbaring dengan gelisah di atas ranjangnya. Ia sudah membuat piamanya menjadi kusut. Saat mendengar pintu kamarnya di tutup, Lavender menoleh dengan cemas, Rex tau kalau dia sangat khawatir. Lavender pasti mengira orang lain yang masuk karena ekspresi wajah ketakutannya segera berubah mejadi lega begitu melihat Rex. Rex mendekati Lavender dan duduk di tepi ranjang. Ia memandangi Lavender dengan sangat dalam, ia juga merasakan tangan-tangan Lavender yang hangat berusaha untuk menggenggam tangannya erat-erat.
"Kau masih takut"" Rex berdesis.
Lavender mengangguk. "Kenapa tidak makan""
"Aku tidak berselera."
"Minum obat" Bagaimana bila penyakitmu kambuh dan kau harus koma lagi di rumah sakit""
"Ku rasa itu lebih baik."
Rex memotong ucapan Lavender dengan sebuah delik kesal. "Kau ingin mati dan meninggalkan aku" Kau mengatakan kalau aku egois hanya karena ingin menga
jakmu pindah ke New Zeland dan sekarang kau ingin pergi sendirian""
"Jadi kau ingin mengajakku"" Lavender tersenyum senang.
"Ya, makanya dengarlah dulu omonganku sampai selesai. Baru pergi!"
Lavender kembali dengan senyum pahitnya dan menunduk. "Kalau begitu cepat bawa aku pergi. Aku tidak bisa tinggal di rumah ini lebih lama, Rex. Nick mengatakan kalau dia tidak akan melewatkanku jika aku berada di dekatnya sekali lagi. Aku takut jika dia akan melakukan sesuatu padaku!"
"Apakah tadi dia melakukan sesuatu""
Lavender menggeleng. "Tapi hampir saja."
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian. Yah, aku tidak akan melakukannya lagi. Mulai sekarang aku akan berada di sisimu lebih banyak. Sekarang makanlah! Setelah itu minum obatmu!"
"Aku masih tidak bisa tenang, aku tidak bisa melakukannya!"
"Kenapa" Kau harus sehat, mengerti" Besok pagi kau harus sarapan bersama dengan anggota keluarga yang lain karena aku akan meminta izin kepada ayahmu untuk membawamu pulang. Meskipun rumah ini sangat aman, aku merasa di rumahku lebih nyaman. Kau juga tidak perlu merasa khawatir setiap kali bertemu
Nick." Lavender bangkit dan memeluk Rex dengan erat. "Aku rasa itu lebih baik. Tapi kau tidak akan meninggalkanku terlalu lama, kan""
"Aku sudah bilang padamu, aku tidak bekerja lagi sekarang dan waktuku untuk berada di rumah lebih banyak. Setelah semua urusanku di akademi selesai, kita akan pindah ke New Zeland. Jika bisa kuliahmu berpindah kesana saja."
"Aku tidak perlu kuliah, kau yang harus mencari uang, bukan aku!"
Rex tertawa nyaring. "Kau licik sekali, Lav! Jadi kau ingin bersantai-santai di rumah""
"Kau buat restoran sendiri saja disana."
"Uangku tidak cukup untuk itu meskipun aku menjual rumahku!" "Rumah disini jangan di jual, jika kita berkunjung ke kanada, kita bisa menginap disana. Aku punya banyak barang berharga, kita bisa menjualnya
untuk memulai hidup baru-dan kau jangan menolak. Hartaku juga milikmu. Aku ingin cepat-cepat pergi dari sini dan menjauh dan Nick."
"Ya, aku juga tidak suka kalau kau harus di gangu lagi olehnya. Sekarang ayo, makan! Kita harus punya tenaga untuk berdebat dengan ayahmu besok pagi. Dia tidak akan setuju begitu saja jika aku membawamu keluar dari rumah ini."
"Dia akan memaksa Lawrence tinggal di rumah ini selamanya jika aku pergi! Dia harus begitu."
*** Rex benar, meminta izin kepada Fabian untuk membawa Lavender pergi memang bukanlah sesuatu yang mudah. Dia tidak berhasil meskipun mencobanya berkali-kali. Pada akhirnya Rex menyerah untuk memohon. Alasan yang Fabian ungkapkan memang masuk akal. Lavender membutuhkan pengobatan yang biayanya tidak sedikit dan Rex bukanlah jutawan yang kaya raya untuk bisa memfasilitasi itu. Rex tau kalau Fabian tidak bermaksud menghinanya. Laki-laki itu hanya khawatir dengan Lavender, itu saja.
Hari ini Rex memutuskan untuk tidak membicarakan rencananya untuk membawa Lavender keluar lagi. Rex lebih memilih untuk berdiam diri di kamar setelah sarapan sambil membayangkan perubahan rencana hidupnya. Apakah dia harus membatalkan rencananya untuk ke New Zeland" Tapi membiarkan Lavender terus berada di rumah ini sama saja dengan menyerahkan Lavender ke dalam mulut harimau. Nick masih mengincarnya. Laki-laki itu bahkan beberapa kali berusaha menyeret Lavender untuk pergi bersamanya jika Rex tidak memergokinya. Lambat laun hal itu mulai sangat mengganggu. Rex mungkin tidak bisa menahan diri jika terjadi sesuatu terhadap Lavender karena Nick. Rex memandangi Lavender yang berbaring di sisinya, mereka berhadap-hadapan sambil melempar senyum kepada satu sama lain. Gadis itu kemudian membelai pipi Rex dengan sentuhan seringan bulu. Ia mengagumi Rex.
"Berhentilah memandangiku, Lav!"
Lavender tersenyum semakin lebar. "Aku tidak bisa berhenti." "Kalau begitu aku yang berbalik."
"Jangan! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau melakukan itu." Rex tersenyum kepadanya. Mereka berdua tidak pernah berhenti tersenyum bila saling memandang seperti sekarang. "Sepertinya aku akan membatalkan
rencana ke New Zeland! Ayahmu tidak mengizinkanmu untuk pergi, akupun tidak bisa berpisah denganmu."
"Aku jug a sama. Tapi aku juga tidak sanggup untuk terus di rumah ini dibawah bayang-bayang terror yang Nick lakukan."
Rex membelai rambut Lavender lembut lalu tersenyum lagi. Ia memejamkan matanya perlahan-lahan karena mulai mengantuk. Lavender menatap Rex lekat-lekat. Ternyata Rex yang seharusnya bersamanya" Rex-lah yang pad akhirnya menjadi tempat termanis dimana dirinya akan berlabuh. Tapi Nick akan terus menghalangi mereka, bukan" Nick sudah bersumpah untuk tidak pernah melepasnya dan Lavender tidak bisa mengelak karena semua itu adalah salahnya. Ia tidak punya daya apa-apa untuk melawan, tapi Lavender akan membunuh Rex perlahan jika melihat istrinya terus di sentuh oleh laki-laki lain. Seharusnya Lavender mengatakan semuanya kepada Lawrence, tapi apa yang harus di katakannya" Semua ini adalah salahnya. Ia yang membuat Nick menjadi berubah seperti sekarang. Lavender menyesalinya. Lagi pula, hal ini akan sangat menyakiti ayahnya.
Tuhan, berilah aku dan Rex jalan
Biarkan aku hidup bersama Rex tanpa gangguan Nick
Tanpa penyakitku sebagai beban.
Tanpa ras bersalahku pada semua keadaan yang terjadi Karena ulahku.
Tuhan, Rex, suamiku Dia pasti sangat sedih karena semua ini Dia pasti tidak menginginkan hidup berdampingan Dengan seseorang yang menjadi bebannya Seharusnya dia menggapai cita-citanya
Aku mohon, Bantulah aku dan Rex. Biarkan kami bersama tanpa harus Mengorbankan siapa-siapa
"Kau akan tetap ke New Zeland , Kan"" Lavender bergumam perlahan. Ia berhasil membuat Rex membuka matanya lagi. "Kau tidak perlu membatalkan rencanamu itu!"
"Dan harus tanpamu" Tidak akan pernah!"
"Aku berjanji akan menyusulmu kesana. Dan saat itu kau harus memberikan bunga Lavender yang sangat banyak untukku seperti yang kau lakukan di rumah sakit. Saat itu aku ingin kau memberikannya dan aku langsung menyambutnya. Aku tidak akan terpejam saat itu. Aku berjanji."
"Dan kita akan hidup bersama di Newzeland" Bagaimana bila Nick menyusulmu!"
"Aku akan memohon kepada Tuhan agar kita bisa hidup bersama tanpa gangguan Nick."
"kau membuatku bermimpi Lav. Tapi, jika itu benar-benar terjadi, aku menunggu janjimu untuk datang padaku. Mengerti""
Lavender tersenyum lebih cerah. Ia dan Rex kembali bertatapan lama. Rex memandanginya dengan tatapan yang berbeda, laki-laki itu menyelidiki setiap inci tubuhnya lalu ke leher dan dada. Rex menelan ludahnya. Entah karena Lavender yang semakin gemuk, atau karena Lavender memang bertambah dewasa, belahan dada Lavender terlihat sangat menggiurkan. Rex mengulurkan tangannya dan itu membuat Lavender memejamkan matanya. Rex akan menyentuhnya untuk pertama kali. Lavender menahan nafas dan harus kecewa karena tidak merasakan apa-apa. Rex hanya memperbaiki pakaiannya agar bagian tubuh yang menggodanya itu tidak terlihat lagi.
"Kenapa"" Lavender bergumam kecewa.
"Tidak, aku rasa ini bukan saatnya untuk tergoda."
"Lalu kapan saatnya" Kau ingin melihatnya, kan"" Lavender nekad membuka satu persatu kancing piamanya dan meninggalkan tubuh bagian atasnya hanya mengenakan bra. Rex berdelik dan berusaha menutupi tubuh Lavender dengan piamanya. Sayangnya Lavender lebih bertenaga untuk merampas benda itu dari tangan Rex dan membuangnya jauh-jauh.
"Lav, sudah ku katakana ini bukan saatnya!"
"Aku sudah sangat lama menantikan ini. Kau suamiku, kan" Bercinta denganku bukan dosa!"
"Tapi kita tidak bisa melakukan ini tanpa persetujuan dokter. Kita harus berkonsultasi dulu kepada dokter, apakah kau boleh melakukan ini atau tidak."
"Aku tidak punya penyakit kelamin."
Rex tertawa, ia berhasil meraih selimut dan menutupi tubuh Lavender dengan sempurna. "Ini bukan menyangkut penyakit kelamin. Jantungmu belum tentu kuat menerima ini. Kita akan konsultasi dulu denga doktermu, mengerti""
"Tapi aku merasa ini bisa saja menjadi jalan keluar dari masalah kita!"
"Ya, aku mengerti dengan ucapanmu. Tapi sekali lagi, kita harus bertanya dulu apakah kau boleh melakukan hal ini atau tidak. Besok aku ada urusan di akademi. Kau juga kuliah, kan" Setelah dari sana kita ke rumah sakit, bagaimana""
"Aku akan pergi menemui dokter sore ini dan menanyakannya."
"Tap i sore ini aku tidak bisa menemanimu, Lav! Aku punya urusan!"
"Kau tidak perlu menemaniku. Aku bisa pergi sendiri, kau hanya perlu menunggu hasilnya. Pokoknya malam ini juga aku ingin kau sentuh. Aku tidak mau kau melewatkanku, bagaimana jika Nick melakukannya lebih dulu""
"Itu tidak akan terjadi, aku percaya itu!"
Lavender menghela nafas lega lalu berusaha menggapai tubuh Rex dan merangkulnya. Laki-laki ini membuatnya selalu merasa tenang. Bisakah Rex memberikannya perasaan mendebarkan saat mereka bercinta malam nanti" Lavender berharap nanti malam dia dan Rex bisa menyatu. Dia sangat ingin merasakannya.
Tuhan, Permintaan yang sama yang pernah ku ajukkan untuk Nick Kupanjatkan sekali lagi untuk Rex.
Aku tau jika aku melakukannya dengan Nick adalah sebuah dosa Tapi bukan dosa jika aku melakukannya dengan Rex, kan" Tuhan, izinkan aku menyatu dengan Rex sekali saja Sebelum akhirnya jantungku berhenti berdetak untuk selamanya.
Bab 18 "Kau belum bisa melakukan ini,! Jantungmu belum begitu siap. Kau masih harus menyesuaikan diri dengannya. Jika kau melakukan ini, aku khawatir akan terjadi sesuatu padamu. Aku rasa suamimu cukup bijaksana untuk menahan diri demi kebaikan kalian. Kau beresiko untuk melakukan seks dengan jantung yang lemah. Aku harap kau tidak melakukannya untuk beberapa bulan kedepan!"
Lavender menangis di taman rumah sakit seorang diri. Kata-kata dokter betul-betul membuatnya putus asa. Ia memandangi surat keterangan dari rumah sakit yang seharusnya di berikan kepada Rex hari ini juga. Tapi bagaimana mungkin dia bisa memberikan surat itu sedangkan Lavender sangat ingin melakukannya" Jika tidak hari ini, maka dia tidak akan pernah lagi bercinta dengan Rex untuk selamanya. Itulah yang terus di fikirkannya seharian ini. Lavender mungkin tidak akan pernah memberikan surat ini kepada Rex, mungkin dia akan lebih memilih merahasiakannya. Tapi bagaimana jika Rex menanyakannya"
"Ayo kita pulang!" Lawrence mengejutkan Lavender yang berusaha menyembunyikan air matanya. Sayangnya Lawrence melihatnya lebih dulu dan dia tidak menyangka kalau Lavender seperti ini lagi, menangis lagi. Hari ini Lawrence kebingungan saat Lavender berkeras menemaninya untuk memeriksa kandungan, lebih bingung lagi saat menyadari bahwa Lavender menghilang begitu mereka tiba di rumah sakit dan menemukannya menangis sendirian di halaman rumah sakit.
"Bisakah kita duduk sebentar lagi""
Lawrence tidak menjawab, ia lebih memilih untuk duduk di sebelah Lavender sebagai ungkapan setuju. "Kau kenapa Lav" Ada masalah apa lagi""
Lavender menyodorkan surat keterangan dari dokter yang ada di genggamannya kepada Lawrence. Dengan agak terburu-buru Lawrence membacanya dan berakhir dengan menatap Lavender iba. Lavender mencoba menenangkan diri dengan menghirup udara sebanyak yang dia bisa. Lawrence pasti mengerti.
"Jadi, kau dan Rex belum pernah bercinta sekalipun""
Lavender menggeleng. "Dia selalu menahan diri. Aku kira selama ini dia menolakku karena tidak menyukaiku, tapi ku rasa karena hal ini. Mungkin dia sudah mempelajari banyak tentang penyakitku!"
"Dan kau sangat kecewa""
"Tentu saja. Aku ingin menyenangkan hati suamiku sekali saja. Aku ingin Rex tidak menahan dirinya saat bersamaku, aku sudah menawarkan kepadanya untuk bercinta malam ini dan dia menyaranku untuk meminta izin kepada Dokterku. Sekarang bagaimana" Aku akan kecewa melihatnya menahan diri lagi."
"Kau benar-benar mencintainya, Lav""
"Tentu saja, dia suamiku!"
"Bagaimana dengan Nick""
Lavender terpaku saat nama Nick disebutkan. Ia menatap Lawrence dengan tatapan yang sangat serius. Apa yang Lawrence maksud dengan Nick" "Aku tidak mengerti apa maksudmu!"
"Aku tau bagaimana hubungan kalian selama ini. Aku juga tau kalau kalian berdua kerap kali bertemu diam-diam di belakangku. Aku sering melihatmu membawanya masuk ke kamarmu dan seringkali memergokinya menatapmu di meja makan atau di setiap ada kesempatan..."
"Jadi selama ini kau tau kalau aku dan Nick berselingkuh di belakangmu" Kenapa kau diam saja" Kenapa kau tidak memarahiku, atau memarahi Nick""
"Aku juga tidak mengerti mengapa aku bisa be
gitu. Yang ku tau, kau sangat membutuhkan Nick, setidaknya Nick bisa memberikan semangat hidup untukmu. Aku harap suatu saat nanti kau akan lebih sehat sehingga bisa mengembalikan Nick padaku. Saat Beth mengatakan kalau kau akan menikah, aku sama sekali tidak bisa menerimanya. Aku tau kalau Beth merencanakan itu untuk menjauhkanmu dari Nick, aku seringkali melihat mereka berdua bertengkar karena itu. Ku fikir pernikahanmu ini akan mengorbankanmu hanya karena kalian semua memikirkanku. Aku bersyukur punya saudara yang perduli dengan kebahagiaanku seperti kalian."
"Kau mencintai Nick" Bagaimana bisa kau merelakan suamimu menjalin cinta dengan orang lain""
"Aku mencintai Nick" Ya, dulu! Begitu melihatmu terjatuh dan koma terlalu lama di rumah sakit, aku mulai membencinya. Dia bahkan tidak perduli dengan perasaanku di rumah sakit dan selalu mengatakan berbagai macam kata cinta padamu tanpa malu-malu. Aku tidak ingin menikah dengannya. Aku ingin kau yang menikah dengannya. Aku menikah dengannya untuk mempertahankan
Nick agar dia bisa terus dekat denganmu dan memberikan motivasi demi kesembuhanmu karena ayah bersumpah akan menjauhkan Nick dari keluarga ini jika aku tidak menikah dengannya." "Tapi kau hamil, kan""
"Kau fikir ini anak Nick" Aku bahkan tidak pernah di sentuh olehnya lagi setelah kami menikah. Aku menemukan cinta lain Lav, cinta yang mustahil tapi memberikanku semangat untuk bertahan. Cinta yang membuatku mengandung seperti sekarang, bukan putra Nick."
"Beth"" Lawrence tersenyum, tebakan Lavender benar.
"Astaga, tapi Beth tidak pernah menunjukkan itu. Dia memang pernah mengatakan kalau kau adalah wanita yang di cintainya, tapi dia tidak pernah menunjukkan kalau dia menikmati cinta itu."
"Aku dan Beth baru berhubungan belakangan ini, Selama ini aku dan Beth seringkali bertemu dan berbincang-bincang, lambat laun aku mengatakan padanya tentang rumah tanggaku yang hambar tapi aku tidak bisa melepaskannya saat ini, untuk ayah juga untukmu. Kami sering bercerita dan aku selalu bersimpati dengan perhatiannya. Ketika aku mengatakan padanya kalau aku mengandung anaknya, dia sangat bahagia. Beth sangat dekat dengan ayah dan dia meminta ayah memaksa Nick untuk pindah ke rumah agar aku bisa dekat dengannya dan dia juga bisa dekat dengan calon bayinya. Tapi kebahagiaan itu tentu saja belum lengkap jika masih ada Nick. Sayangnya kami tidak bisa berbuat apa-apa sampai Beth menceritakan tentang Rex. Aku tidak tau banyak, yang ku ketahui, dia adalah mantan kekasihmu dan seperti di jodohkan oleh langit, kalian selalu bersama. Dan sepertinya, Beth memanfaatkan Rex untuk menyingkirkan Nick."
"Jadi kau tau rencana Beth tentang Rex""
"Dia menrencanakannya sendiri. Aku sudah bilang, kan" Aku adalah orang yang paling tidak setuju dengan rencana Beth itu. Aku takut bisa menyakitimu."
Lavender mendesah lalu memandang langit. Ia merasa lebih tenang sekarang. Tapi bagaimana dengan Nick. Nick adalah korban sesuangguhnya dalam keadaan seperti ini. Sekarang, tidak ada seorangpun yang mencintainya. "Aku jadi merasa bersalah dengan Nick!"
"Aku juga sama, Lav. Setelah ini aku akan jujur padanya. Aku dan dia akan bercerai setelah anakku lahir. Ku harap Nick bisa menerimanya." Lawrence menghela nafas panjang lalu tersenyum. Pandangannya kembali tertuju kepada
surat yang ada di genggamannya. Ia memandangi surat itu lama lalu menoleh kepada Lavender. "Bagaimana denganmu, Lav" Kau masih ingin bercinta dengan
Rex"" "Aku tidak akan bisa kalau begini. Aku sangat ingin melakukannya untuk Rex. Tapi kelihatannya keadaan tidak mengizinkanku untuk melakukan itu. Atau lebih baik aku memalsukan surat itu""
"Berarti kau bersedia mempertaruhkan nyawamu untuk Rex""
"Aku takut tidak bisa melakukan hal ini lagi jika tidak sekarang!"
Lawrence tersenyum penuh pengertian. "Jika kau yakin akan keputusanmu, aku akan membantumu. Aku akan membiarkanmu menyongsong kematianmu demi Rex. Jika kau mati, Nick bisa lebih tenang, kan" Berarti aku bisa berpisah dengannya tanpa masalah!"
Lavender tertawa lalu memukul bahu Lawrence kencang. "Kau jahat sekali. Kau mengorbankanku untuk
kebahagiaanmu!" *** Rex berjalan dengan emosi yang berusaha di tahannya sedemikian rupa. Hari ini, untuk kesekian kalinya ia berdebat hebat dengan Nick. Laki-laki itu berkeras mengatakan kalau Lavender adalah miliknya dan Rex harus menyerahkan Lavender kepadanya. Hanya ungkapan bodoh Nick untuk menandakan keputus asa-annya, tapi sangat mempengaruhi suasana hati Rex. Dia sangat terganggu dengan segala ucapan Nick tentang istrinya.
Nick masuk ke kamarnya dan membanting pintu keras-keras. Begitu berbalik, ia mendapati Lavender sudah duduk di atas ranjang dengan dandanan yang sangat cantik. Lavender mengenakan piama sutranya yang biasa, tapi suasana yang di ciptakan oleh senyumannya tampak berbeda. Lavender sudah berhasil memulihkan suasana hati Rex yang semula sangat kacau.
"Kau yang membuka pakaianku, atau aku yang melakukannya sendiri."
Rex tertawa renyah mendengar ucapan Lavender itu. Ia mendekat dan mengulurkan telapak tangannya. Mimik wajah Lavender berubah kesal. Gadis itu pasti tau kalau Rex meminta bukti yang meyakinkan dirinya kalau mereka boleh melakukan ini. Lavender menghentakkan kakinya ke lantai dan melangkah menuju tasnya yang berada di atas meja riasnya. Ia merogoh sesuatu dan agak lama lalu kembali kepada Rex sambil menyodorkan selembar kertas kepadanya. Rx membacanya dengan teliti, mengulanginya berkali-kali seolah tidak ingin
melewatkan satu hurufpun. Setelah yakin, senyum Rex mengembang dan meletakkan kertas itu di atas rak terdekat.
"Jadi kita aman melakukannya"" Gumam Rex.
"Tapi kau sudah merusak suasana hatiku. Seharusnya kau tidak memintaku menyerahkan kertas itu setelah apa yang ku lakukan untuk menggodamu. Kau tidak menghargaiku, Rex. Aku benar-benar mempersiapkan diri dengan sepenuh hati sedangkan kau, bertindak seolah-olah aku adalah seorang pembohong besar!"
"Jangan tersinggung, Lav! Ini demi kebaikanmu, kan" Kalau begitu aku mandi dulu."
Lavender menyambar tubuh Rex saat Rex berbalik membelakanginya. Gadis itu memeluk tubuh Rex dari belakang seerat yang dia bisa. Lavender tidak ingin kehilangan satu kesempatanpun. "Tidak perlu, aku tidak masalah jika kau berkeringat. Ini sudah malam Rex, aku takut terlalu lama menunggu dan kehilangan kesempatanku!"
Rex mendesah dan berbalik. Ia menatap Lavender dengan pandangan yang sama seperti biasanya. Pandangan yang penuh cinta. Hanya saja kali ini Rex tidak perlu menahan dirinya untuk mengungkapkan segala hal yang di rasakannya. "Tapi aku merasa tidak nyaman."
"Dulu kau bahkan tidak mandi untuk menemuiku di halaman belakang. Aku tidak masalah dengan itu. Cepatlah, aku tidak bisa menunggu."
"Sebentar saja, aku berjanji. Sekarang duduklah disana dan tunggu aku." Rex memaksa Lavender untuk melepas pelukannya dan menghilang di kamar mandi.
Lavender mendengus. Mengapa suasana saat bersama Rex tidak seromantis saat bersama Nick. Lavender juga merasa heran mengapa ia lebih menyukai suasana yang tidak romantis bersama Rex bila di bandingkan dengan suasana romantis bersama Nick. Rex sudah membuatnya melupakan segalanya. Lavender tidak bisa menunggu lama, ia melepaskan semua pakaiannya dan duduk di tengah ranjang untuk menunggu Rex, beberapa saat kemudian Rex keluar dari kamar mandi dengan handuknya. Ia membuat hati Lavender kembali cerah.
"Kenapa kau membuka pakaianmu sendiri"" Rex menge luh.
"Kau terlalu lama. Aku bisa mati duluan jika kau tidak melakukannya saat
ini juga." Rex menggigit bibirnya dan mendekati Lavender dengan sangat perlahan. Ranjang berderak saat Rex beringsut untuk memeluk Lavender di atas ranjang. Wajah Lavender memerah saat Rex membuka handuknya. Ia merasakan kulit
Rex menyentuh sekujur tubuhnya, sangat hangat. Rex mulai menyentuhnya dengan panas hingga keduanya berakhir di atas ranjang dalam keadaan telanjang. Sebagaimana adam dan hawa saat baru turun ke bumi. Hati Lavender di penuhi keinginan yang membuncah, ingin menyatu dengan Rex saat itu juga. Untuk pertama kali dalam hidupnya Lavender bercinta, merasakan dirinya di jamah oleh pria yang di cintainya, pria yang mengubahnya dari seorang gadis menjadi seorang wanita. Pria yang berjanji akan
melindunginya, pria yang selalu bersayap seperti malaikat setiap kali ia menatapnya dengan cinta. Akhirnya, tiba saatnya dimana Lavender menyerahkan kehidupannya untuk kebahagiaan seseorang. Deliah benar tentang cinta, ia bahkan rela mati demi Rex.
Tuhan, terimakasih sudah menciptakan Rex Terimakasih sudah memberikan cinta itu padanya Terimakasih karena aku tidak melakukan dosa Rex adalah yang pertama, dan terakhir untukku
Airmata Lavender meleleh saat ia merasakan perih menusuk. Bagian sensitifnya terasa sangat sakit, tapi hatinya terasa sangat nyaman. Ia akan baik-baik saja, itu yang terus di ucapkannya setiap kali Rex menanyakan keadaannya. Perlahan-lahan perjuangan menuju keindahan itu mulai merebak. Lavender merasakan jantungnya berdetak sangat cepat untuk pertama kali dan lambat laun, ia bisa mendengar percikan madu yang tumpah, ia melihat surga.
*** Langkah Nick Sherwood berhenti saat mendengar desahan dari kamar Lavender. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sesak membayangkan bagaimana gadis yang sangat di cintainya bergelut dengan pria lain di dalam sana. Ia ingin mengamuk, ingin mendobrak pintu dan menyeret laki-laki itu keluar lalu membunuhnya. Nick memegangi kepalanya. Sampai kapan ia akan terus begini" Langkahnya menyala lagi, semakin cepat menuju kamarnya. Ia tidak ingin mendengarkan desahan demi desahan yang menyiksa batinnya dengan kejam, Tapi otaknya terus saja memikirkan Lavender dan Lavender. Ini pertama kalinya Nick mendengar mereka bercinta. Gadis itu sudah kehilangan keperawanannya malam ini. Keperawanan yang selalu di tawarkannya kepada Nick, ia merasa semakin sakit.
Nick mengambil kunci sepeda motornya di atas meja, ia ingin pergi saat itu juga, menjauh dari rumah ini. Dari bayangan-bayangan tentang Lavender di dalam kamarnya. Astaga, ia tidak bisa melepaskan pemikirannya dari Lavender sedikitpun. Tanpa sengaja Nick menyenggol sebuah kertas dan membacanya dengan serius. Ekspresi khawatir tiba-tiba saja muncul di wajahnya, ia hampir saja keluar jika Lawrence tidak mengunci pintu kamar mereka untuk menghadangnya.
"Jangan ganggu mereka, Nick!"
"Apa maksudmu" Kau tau mengenai ini" Lavender tidak boleh melakukan itu. Dia bisa mati!"
"Itu keinginannya."
"Mati" Dia ingin mati""
"Demi orang yang dicintainya."
Nick terdiam sejenak, memandangi Lawrence dengan tatapan yang tidak menyangka. "Lavender tidak mencintainya!" "Lalu kau fikir dia mencintaimu""
Nick terdiam lagi. Ia termenung beberapa saat mengenai perkataan Lawrence barusan. Sesungguhnya Nick sudah tau kalau Lavender tidak lagi mencintainya seperti dulu. Tapi dia tidak bisa menerimaya begitu saja. Lavender sudah mengubah Nick terlalu banyak. "Biarkan aku menghentikannya, kau tidak menyayangi adikmu" Kau selalu mengatakan kalau kau sangat menyayanginya. Tapi kenyataannya kau membiarkan Lavender menyongsong kematiannya."
"Aku masih sama, Nick. Masih menyayanginya dan aku melakukan ini karena menyayanginya. Kau fikir bagaimana perasaanku selama ini melihatmu bersamanya" Aku menyimpan sakit hatiku karena aku menyayangi Lavender. Dan aku harus menahan diri kali ini juga karena Lavender. Dia ingin membahagiakan suaminya mskipun untuk itu dia harus mempertaruhkan nyawanya. Aku mendukungnya meskipun hatiku berontak karena aku tau, hal ini bisa saja membuatku kehilangan Lavender."
"Kau sangat kejam. Rasa sayangmu sangat kejam. Kau menikah denganku demi Lavender, membiarkan aku dan dia menjalani percintaan yang menyakitkan. Dan sekarang."
"Kapan kau akan berhenti"" Lawrence memotong. "Biarkanlah Lavender bahagia!"
"Dan kau bersedia menjadi jaminannya" Hidup bersamaku dalam penderitaan selamanya""
Lawrence terdiam lama. Ia ingin berpisah dengan Nick.
"Sekarang biarkan aku menghentikannya!" Nick bertindak tiba-tiba. Ia mendorong Lawrence agar menyingkir dari pintu. Sayangnya sikap keras Nick itu malah membuat Lawrence berteriak kesakitan, perutnya yang membesar membentur sesuatu.


Once Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cepat teriakan Lawrence mempengaruhi semua orang. Seisi rumah berdatangan satu persatu untuk membantunya. Lavender dan juga Rex. Nick termenung lama mengenang kejadian ini. Apa
yang sudah di lakukannya" Nick benar-benar sudah berubah menjadi iblis karena perasaan cintanya" Ia memandangi Lavender yang menatapnya penuh kebencian. Untuk pertama kalinya Lavender mengangkat wajahnya dan berbicara sengit kepadanya seolah-olah Nick adalah penyakit.
"Apa yang kau lakukan pada kakakku""
"Aku..." "Aku tidak perduli dengan apapun yang kau lakukan padaku selama ini!" Suara Lavender semakin meninggi, ia berteriak memamerkan emosi yang selama ini tidak perah di keluarkannya secara nyata. "Tapi aku tidak suka jika kau menyakiti kakakku!"
"Ini semua karenamu!" Nick berontak. Kata-kata itu keluar begitu saja dan tanpa disangka-sangka. Ia tidak suka disalahkan dan sekarang Nick menyalahkan Lavender. "Jika bukan karenamu, aku dan Lawrence mungkin saja sudah hidup bahagia sekarang. Kau sudah membuat aku kehilangan cintaku kepada Lawrence, kau yang menyebabkan kami menjalani rumah tangga yang kacau balau ini. Seharusnya kau sadar dengan kata-katamu sebelum menyalahkan aku!"
"Kau Licik! Ini bukan salahku sendiri..." Dan Lavender tidak bisa melanjutkan ucapannya. Emosi yang membuncah membuat dadanya tiba-tiba sakit. Ia kehilangan nafasnya, wajahnya mulai membiru dan Lavender mulai berkeringat. Jantungnya sakit lagi, dan ia merasa limbung. Perlahan tubuhnya melemah dan semua orang semakin gaduh. Ia akan mati"
Nick hanya bisa memandangi Lavender dan Lawrence. Ia merasa semua orang menyalahkannya meskipun mereka tidak mengatakannya. Pandangan mereka sangat menghakimi dan membuat Nick merasa ketakutan, ia segera berlari keluar rumah menuju entah kemana. Nick akan mencari tempat dimana tidak seorangpun akan mempersalahkannya atas kejadian ini.
Bab 19 Tuhan, Lavenderku tidak akan pergi, kan"
Aku menginginkannya untuk bersamaku lebih lama lagi
Aku tidak bisa kehilangan Lavender saat ini.
Rex tau kalau Lavender mendengarnya. Gadis itu menangis meskipun ia tidak bisa melakukan apa-apa. Lavender kembali koma dan sekarang Rex selalu berada disisinya. Dia tidak ingin kehilangan Lavender saat ini, tidak ingin kehilangan setiap detik bersamanya.
"Lav, bangunlah. Kau bilang ingin melihatku memberikan bunga Lavender kepadamu di New Zeland. Kita akan memulai kehidupan baru, kan""
"Sudahlah, Rex!" Beth menepuk punggungnya.
Rex bahkan tidak sadar kalau Beth sudah datang. Ia memandang Beth yang terlihat sangat lelah. "Bagaimana keadaan Lawrence""
"Dia baik-baik saja. Aku bersyukur dan tidak kehilangan bayinya. Sekarang dia sedang beristirahat di rumah, ayahku menemaninya."
"Bagaimana dengan Nick, dia sudah di temukan""
Beth menggeleng. "Tidak ada yang tau dimana dia sekarang. Ayahku sangat marah dan berniat menuntutnya. Laki-laki itu bahkan tidak bisa di temukan di rumahnya. Dia menghilang."
"Aku khawatir dia akan menyakiti salah satu di antara mereka, karena itu aku tidak melepaskan Lavender dari pandanganku."
Beth tersenyum untuk memperbaiki suasana. Ia menatap Lavender lekat-lekat dan membelai rambutnya. "Kita mencari donor baru untuk Lavender. Jantung ayahmu sepertinya tidak bisa bertahan lama."
"Apakah sudah mendapatkannya""
Beth menggeleng. "Ada korban kecelakaan yang memiliki jantung utuh, aku harap bisa cocok dengan Lavender, tapi sepertinya tidak. Dokter tidak
memberikan informasi lanjutan apa-apa. Ku fikir Lavender mungkin lelah hidup dalam keadaan seperti ini. Dia bahkan tidak berjuang seperti saat dia koma setahun yang lalu. Kali ini dia sangat lemah." "Dia harus bertahan!"
"Aku mengerti perasaanmu, Beth. Tapi semua orang sudah merelakannya. Hanya tinggal dirimu. Seharusnya kau juga melakukan hal yang sama agar Lavender bisa pergi dengan tenang. Dia terhalang olehmu."
"Aku tidak bisa kehilagan Lavender sekarang."
"Tidak ada seorangpun yang bisa kehilangan Lavender sekarang." Beth menepuk bahu Rex sekali lagi dan pergi meninggalkan Rex sendirian untuk memikirkan ucapannya.
Rex termenung lama. Ia meraih tangan Lavender yang di gelayuti pipa infus. Begitu pucat. Beberapa kali ia harus mengalami siksaan karena darah Lavender mulai membeku. Tubuhnya juga sudah sangat kurus. Satu bulan bukanlah waktu yang singkat untuk mengalam
i penderitaan seperti yang Lavender rasakan. Bahkan Lawrence yang sudah lebih baik masih mengalami traumatis selama sebulan belakangan ini dan bertindak seolah-olah akan ada seseorang yang merampas bayinya. Ini terlalu lama, mungkinkah Lavender memang sudah merasa lelah"
"Lav, kau sudah benar-benar lelah" Aku masih mengharapkanmu untuk bangun. Tapi aku tidak bisa melihatmu seperti ini terus. Bisakah kau bangun sekali saja" Aku ingin mendengar suaramu sebelum kau pergi meninggalkanku." Rex tiba-tiba merasa sesak, Ia sangat cengeng saat menyeka airmatanya yang jatuh tanpa rencana. Tapi pergerakan jari Lavender di tangannya membuat Rex terkesiap, ia memandangi Lavender dan melihat gadis itu membuka mata. Dengan cepat Rex memanggil dokter dan dalam sekejap ruangan kembali penuh dan Rex harus menyingkir keluar ruangan. Rex tidak bisa memungkiri kalau dirinya sangat gelisah. Ia harap Lavender baik-baik saja. Gadis itu akan sembuh. Tapi sayangnya wajah dokter yang semula penuh harapan berubah seketika saat keluar dari ruang rawat untuk memanggil Rex lagi.
"Dia ingin bicara!"
Rex gamang. Ia terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk masuk kedalam ruang rawat dan menghadapi Lavender yang memandangnya dengan tatapan penuh harap. Ia membuka mulutnya dan berbicara dalam nada suara yang sangat pelan. Rex mendekatkan telinganya dan mendengarkan Lavender berbisik padanya.
"Aku...tidak bisa ber..tahan, lagi!"
Rex merasa sakit mendengar ucapan itu. Ia mencium dahi Lavender mesra di iringi dengan uraian air amatanya. "Jangan mengatakan hal itu, Lav! Aku tidak bisa kehilanganmu!"
"Kau.tetap ke New Zelan, kan"...mulailah hidup baru!"
"Jangan bicara lagi, aku akan memanggilkan dokter untukmu!" Rex berpaling, memanggil dokter dengan teriakannya. Ada satu buah kata yang terlewatkan, yang Lavender ucapkan tanpa bisa Rex dengar. Cukup Tuhan saja yang mendengarnya, tidak apa-apa.
Aku mencintaimu, Rex Tuhan, aku mencintainya
Bab 20 New Zeland, Remingthon Curtberth merasakan hal lain terjadi dalam hidupnya setelah kehilangan Lavender. Ia benar-benar gila bekerja dan melupakan kalau tubuhnya bisa merasa lelah. Rex pernah masuk rumah sakit beberapa kali karena ini, tapi ia di anggap sebagai koki yang sangat professional sehingga namanya dengan mudah melejit di antara hotel berbintang yang memperkerjakannya. Hal itu semakin memepermudah Rex untuk mewujudkan ambisinya. Ia sudah memiliki uang yang sangat banyak sehingga pada hari ini, tepat setahun ia kehilangan Lavender, Rex meresmikan sebuah rumah makan yang di beri nama Lavender.
"Wah, iparku sudah sukses!" Bethoven memujinya sambil menyeruput milk Shake yang tersaji diatas meja mereka. Tamu-tamu yang berdatangan ke pesta peresmian itu semakin ramai memenuhi undangan Rex.
Rex tersenyum lalu memandangi Lawrence dan Beth secara bergantian. "Terimakasih kalian sudah mau datang!"
"Ini sekalian bulan madu kami!" Lawrence berbicara dengan ceria sambil menepuk-nepuk bokong putranya yang tertidur pulas. "Ayah mengirimimu salam, kesehatannya semakin memburuk karena merindukan Lavender. Dia sangat ingin datang, tapi dokter tidak mengizinkannya!"
"Bagaimana dengan Nick" Kalian sudah mendapat kabar tentangnya""
Lawrence dan Beth saling pandang untuk beberapa lama. Beth sepertinya menawarkan diri kepada Lawrence untuk memberikan penjelasan kepada Rex dengan sebuah isyarat umum. Ia memulai ucapannya dengan sebuah deheman ringan. "Aku dengar, ia kembali kepada keluarganya di Dallas. Lalu beberapa bulan yang lalu Nick meninggal karena sakit. Tidak ada yang tau penyakit seperti apa, yang pasti saat kami mengunjunginya kesana, dia bahkan sudah melupakan banyak hal."
Termasuk tentang Lavender""
Beth mengangguk. "Dia bertindak seolah-olah kami adalah orang yang tidak di kenalnya. Dia tidak suka mendengar cerita yang banyak dan marah saat bayi Lawrence menangis di hadapannya. Nick tidak suka berisik. Pada saat kami
mengunjunginya waktu itu, dia sudah sakit-sakitan dan tidak ada satupun dari anggota keluarganya yang mau menceritakan tentang penyakitnya."
"Sudah, jangan di bahas lagi. Menyedihkan!" Lawrence memotong lalu
menoleh kepada Rex. "Sayang, kita sepertinya harus pergi sekarang. Anak kita sudah tertidur seperti ini. Aku juga sangat lelah!"
"Baiklah. Rex, kami pergi dulu, aku dan Lawrence baru tiba dan sepertinya kami masih butuh banyak istirahat."
"Ya, tapi sering-sering berkunjung selama kalian disini!"
"Tentu saja!" Rex mengikuti Lawrence dan Beth yang bangkit dari tempat duduk mereka untuk berjalan beriringan menuju keluar dari cafe milik Rex. Beth melambaikan tangannya untuk memanggil taksi dan berdiskusi dalam dialek inggris yang fasih. Beberapa saat kemudian, Beth dan Lawrence masuk kedalam taksi dan pergi setelah melambaikan tangan sebelumnya. Rex membalas lambaian itu dan tersenyum. Meskipun ia kehilangan ayahnya, tapi ayahnya memberikan Rex keluarga baru. Meskipun begitu hidup Rex tetap merasa sepi tanpa Lavender. Entah sedang apa dia sekarang, Lavender mungkin sedang memandangnya dari langit. Cerita yang konyol. Rex tau kalau orang yang sudah mati tidak akan berada di langit.
"Cafe Lavender""
Suara yang sangat lembut menyeruak di telinga Rex. Ia tau suara itu, sangat mengenalnya, suara yang selalu terngiang-ngiang di telinganya setiap detik. Rex menoleh ke arah suara dan mendapati seorang gadis berdiri di sampingnya sambil memandangi papan nama Cafenya. Ia mengenakan gaun siffon hitam dengan sepatu boot berwarna senada dengan gaunnya. Di lehernya melingkar sebuah Syal merah jambu dan ia juga membawa payung berwarna merah jambu. Jantung Rex seolah-olah berhenti. Lavender" Ia melihat Lavender"
Gadis itu menoleh kepada Rex lalu tersenyum dan berbisik, "Nama cafe-nya sama dengan namaku! Namaku juga Lavender!"
Rex masih diam tak menyangka. Ia hanya bisa terpaku menatap gadis yang mengaku bernama Lavender itu.
"Makanan disini enak tidak" Ada Canelloni""
"Ada," Akhirnya Rex bersuara juga. "Kami memanggangnya dengan daging di lapisi lelehan keju. Rasanya sangat luar biasa!" "Seperti yang pernah kau buatkan untukku"" Dada Rex tiba-tiba sesak. "Lav""
Gadis itu terseyum padanya, Lavender tersenyum padanya. Dada Rex tiba-tiba saja di jejali perasaan yang sangat tidak biasa. Matanya berkaca-kaca melihat Lavender berada di hadapannya setelah ia fikir bahwa dirinya kehilangan Lavender untuk selamanya. "Kau bukan hantu, kan""
"Aku manusia!" Lavender meraih tangan Rex untuk menepuk pipinya. "Kau bisa menyentuhku, kan" Aku bukan hantu!"
"Kau sudah meninggal, Lav! Jelas-jelas aku melihatmu di kubur."
"Aku juga pernah bermimpi seperti itu!" Lavender tersenyum lagi. Lalu mengulurkan tangannya. "Aku Daisy Melville. Setidaknya saat aku terbangun di suatu pagi, semua orang memanggilku dengan nama itu. Butuh satu tahun untuk menyesuaikan diri dengan keluarganya. Tidak, keluargaku!"
"Maksudmu""
"Rex, aku terlahir kembali untukmu!" Wajah Lavender tiba-tiba saja berubah menjadi serius. "Aku kira aku sudah mati saat itu. Aku menunggu berhari-hari, menunggu sesuatu yang tidak bisa ku mengerti. Lalu aku merasakan tubuhku menghilang dan lenyap beberapa saat. Setelah itu aku terbangun di sebuah kamar dengan jati diri yang baru. Daisy Melville. Aku punya seorang ibu yang sangat cantik, juga banyak sepupu yang sebaya. Aku tidak sakit seperti dulu, aku tidak mengingat kesedihan apapun. Aku hanya mengingatmu dan tentang Beth, Lawrence, ayah."
"Nick"" Lavender memiringkan kepalanya. "Nick" Siapa""
"Sudahlah, tidak perlu di ingat. Kau benar-benar Lavenderku" Kau tidak berbohong, kan" Tapi wajahmu sangat mirip, hanya saja rambutmu berwarna terang."
"Aku sudah seperti ini saat terbangun. Kau butuh bukti apa lagi tentang Lavender" Sekarang sudah saatnya kau menepati janjimu. Kau akan memberikanku bunga Lavender dalam jumlah yang sangat banyak, kan" Aku tidak akan memaafkanmu kalau aku tidak mendapatkan bunga Lavender itu saat
ini juga." Senyum Rex mengembang. Ia merasa sangat senang mendapati Lavender kembali dalam hidupnya. Rex merengkuh tubuh Lavender dan merangkul bahunya lalu mengajaknya masuk kedalam Cafe Lavender miliknya. Lavender terperangah, cafe itu seperti kebun Lavender sekarang, sangat banyak dan sangat harum.
"Cantik sekali!" desisnya.
Rex menoleh untuk menatapnya lembut. "Kau akan terus bersamaku, selamanya" Atau hanya untuk hari ini saja"" "Seumur hidupku."
"Benarkah" Lalu aku harus menikahimu lagi""
"Sepertinya begitu. Kau harus menikahi Daisy Melville, baru bisa mendapatkan kembali Lavendermu. Aku juga punya rencana untuk menjodohkan ibu Daisy dengan ayahku. Jadi ayahku tidak perlu hidup sendirian
lagi." Rex suka mendengar ceritanya. Lavender mungkin terlahir sebagai orang yang baru, tapi dia sama sekali tidak berubah. Masih tetap seperti yang di kenalnya selama ini. Lavender Ouray yang sebenarnya sudah lama menjadi miliknya. Lavender juga sangat bahagia, ia menanti pertemuan kembali mereka dalam waktu yang cukup lama untuk membuatnya merasa tidak bisa bersabar. Lavender selalu mencari dimana Rex berada dan pada akhirnya ia menemukan Rex lagi untuk bersama-sama selama yang mereka bisa. Lavender menyukai momen ini, saat ia dan Rex bisa bersama tanpa memikirkan kesedihan apapun. Tanpa penyakitnya sebagai beban, tanpa rasa bersalahnya karena kejadian masa lalu, bahkan tapa ingatan tentang Nick. Rex menghirup nafas sebanyak-banyaknya lalu terperangah saat melihat seorang laki-laki yang sangat di kenalnya memasuki Cafe , Nick" Entahlah, sebenarnya laki-laki itu sangat berbeda tapi mengingatkan Rex kepada Nick.
"Daisy. Kenapa kau lama sekali" Aku harus kembali ke Sydney sore ini!" Gerutunya.
Rex menatap Lavender dengan pandangan heran, gadis itu menatapnya dan tersenyum lalu berbisik di telinga Rex. "Dia kakak kandung Daisy. Maksudku, kakakku."
Thanks for My Litle Brother Fore
'Once' Great title,you Know!
tamat Will You Marry Me 1 Animorphs - 11 Petualangan Di Dua Dunia Pengelana Rimba Persilatan 1
^