Kongo 6
Kongo Karya Michael Crichton Bagian 6
erat, dan meskipun dalam hal ini baik orangtua maupun anak bersifat simbolis,
tindakan tersebut sudah memadai untuk menghentikan ke-kerasan. Dalam kasus ini,
Amy bukan saja mencegah serangan gorila jantan itu, melainkan sekaligus
melindungi Elliot, dengan memperlakukannya seperti bayi jika gorila-gorila itu ?mau menerima bayi berjanggut setinggi 180 sentimeter. Ternyata mereka mau.
Mereka menghilang di balik semak belukar. Amy melepaskan Elliot dari pelukannya.
Ia menatap Elliot dan memberi isyarat, Makhluk bodoh.
"Terima kasih, Amy," Elliot berkata, lalu men-ciumnya.
Peter gelitik Amy Amy gorila baik.
"Oh, memang," ujar Elliot, dan selama beberapa menit berikut ia menggelitik Amy,
sementara Amy berguling-guling di tanah sambil mendengus-de-ngus bahagia.
Pukul 14.00, mereka tiba kembali di perkemahan. Ross berkata, "Anda berhasil
menangkap gorila?" 469 "Tidak," jawab Elliot.
"Hmm, tidak apa-apa," Ross berkomentar, "sebab saya tidak bisa menghubungi
Houston." Elliot tercengang. "Ada pemblokiran elektronik lagi?"
"Lebih buruk dari itu," balas Ross. Ia telah menghabiskan satu jam dengan
berusaha membentuk hubungan satelit ke Houston, dan ia gagal. Setiap kali
hubungannya terputus setelah beberapa detik. Akhirnya, setelah memastikan tak
ada kerusakan pada peralatannya, ia memeriksa tanggal hari itu. "Sekarang
tanggal 24 Juni," ia berkata. "Tanggal 28 Mei kami juga mengalami masalah
komunikasi dengan ekspedisi Kongo pertama. Dua puluh tujuh hari yang lalu."
Karena Elliot belum mengerti, Munro menjelaskan, "Maksudnya, gangguan ini
disebabkan oleh radiasi matahari."
"Ya," ujar Ross. "Ini gangguan ionosfer akibat radiasi matahari." Sebagian besar
gangguan pada ionosfer bumi lapisan molekul-molekul terionisasi pada ketinggian
?antara 80 dan 400 kilometer disebabkan oleh fenomena-fenomena seperti bercak pada ?permukaan matahari. Berhubung matahari berotasi setiap 27 hari, gangguan
tersebut sering berulang satu bulan kemudian.
"Oke," kata Elliot, "gangguan ini disebabkan radiasi matahari. Berapa lama ini
akan berlangsung?" Ross menggelengkan kepala. "Biasanya bebe -
470 rapa jam saja, paling lama satu hari. Tapi gangguan kali ini tampaknya cukup
parah, dan timbul secara mendadak. Lima jam lalu komunikasi kita masih sempuma,
dan sekarang terputus sama sekali. Pasti ada sesuatu yang tidak lazim. Gangguan
ini bisa berlangsung satu minggu."
"Satu minggu tanpa komunikasi" Tanpa hubungan komputer atau apa pun?"
"Begirulah," Ross menyahut dengan nada datar. "Mulai saat ini, kita sepenuhnya
terputus dari du-nia luar."
471 5 Kobaran matahari terbesar di tahun 1979 tercatat pada tanggal 24 Juni. Kejadian
tersebut diamati oleh Kitt Peak Observatorium di dekat Tucson, Arizona, lalu
dilaporkan ke Space Environment Services Center di Boulder, Colorado. Mula-mula
pihak SESC sempat meragukan data yang masuk: dengan standar astronomi solar pun,
kobaran yang diberi nama 78/06/414aa ini berukuran raksasa.
Penyebab kobaran matahari belum diketahui pasti, namun pada umumnya dikaitkan
dengan ber-cak-bercak matahari. Dalam kasus ini, kobaran bersangkutan tampak
sebagai bercak berdiameter 16.000 kilometer yang luar biasa terang. Kobaran itu
bukan saja mempengaruhi garis-garis spektrum hidrogen alfa dan kalsium
terionisasi, tapi juga spektrum cahaya putih yang dipancarkan matahari, dan
peristiwa ini teramat langka.
Pihak SESC kembali tercengang ketika melihat perhitungan komputer. Kobaran
matahari melepaskan energi dalam jumlah sangat besar; kobaran
472 berukuran sedang pun dapat melipatduakan ultraviolet yang dipancarkan oleh
seluruh permukaan matahari. Tapi akibat kobaran 78/06/414aa, radiasi ultraviolet
melonjak hampir tiga kali lipat. Dalam 8,3 menit setelah penampakan pertama
?waktu yang dibutuhkan cahaya untuk mencapai bumi dari matahari lonjakan radiasi
?ultraviolet itu mulai memberondong ionosfer bumi.
Akibat kobaran tersebut, komunikasi radio di sebuah planet yang berjarak 149
juta kilometer mengalami gangguan serius, terutama transmisi-transmisi radio
yang menggunakan sinyal berkekuatan rendah. Stasiun-stasiun radio komersial
dengan pemancar berkekuatan beberapa kilowatt nya-ris tidak terpengaruh, tapi
ekspedisi Kongo yang memancarkan sinyal berkekuatan 20.000 watt tidak berhasil
membentuk hubungan satelit. Dan karena kobaran matahari itu juga memancarkan
sinar-X dan zarah-zarah atom yang baru mencapai bumi setelah satu hari, gangguan
tersebut akan berlangsung paling tidak satu hari, mungkin bahkan lebih lama
lagi. Di markas ERTS di Houston, para teknisi melaporkan pada Travis bahwa SESC
meramalkan gangguan selama empat sampai delapan hari.
"Maksudnya, kita akan kehilangan kontak selama empat sampai delapan hari?" tanya
Travis. "Kelihatannya begitu. Ross pasti akan mengerti kalau dia gagal membuka hubungan
hari ini," salah satu teknisi berkata.
asi 473 TERISOLASI "Mereka butuh dukungan komputer kita," ujar Travis. Staf ERTS telah melakukan
lima simulasi komputer, dan hasilnya selalu sama: kecuali jika ERTS mengirim
pasukan kecil ke sana, ekspedisi pimpinan Ross berada dalam masalah serius.
Peluang mereka untuk selamat hanya 0,244 1:4, itu pun dengan hubungan komputer ?yang kini terputus.
Travis bertanya-tanya, apakah Ross dan yang lain menyadari betapa gawatnya
situasi mereka. "Sudah ada Bidang 5 baru untuk Mukenko?" ia bertanya.
Bidang 5 pada satelit-satelit Landsat merekam data inframerah. Ketika terakhir
melintas di atas Kongo, Landsat memperoleh informasi baru yang penting mengenai
Mukenko. Gunung berapi itu telah bertambah panas sejak lintasan Landsat
sebelumnya sembilan hari yang lalu; peningkatan suhunya tercatat sebesar delapan
derajat. "Belum ada," jawab teknisi yang menangani data tersebut. "Dan menurut komputer
takkan ada letusan dalam waktu dekat. Penyimpangan sebesar empat derajat masih
termasuk lazim untuk sistem sensor Landsat, dan peningkatan suhu selebihnya tak
bisa dijadikan dasar untuk perkiraan lebih lanjut."
"Hmm," Travis bergumam. "Tapi tanpa dukungan komputer kita, apa yang bisa mereka
lakukan untuk menghalau monyet-monyet itu?"
Itulah pertanyaan yang telah menyibukkan pikiran
474 para anggota rombongan ERTS selama satu jam terakhir. Dengan terputusnya
komunikasi, mereka terpaksa mengandalkan komputer-komputer yang ada dalam kepala
masing-masing. Elliot merasa prihatin ketika menyadari kemampuan berpikir otaknya sendiri
ternyata tidak memadai. "Kami semua sudah terbiasa bergantung pada komputer," ia
belakangan berkomentar. "Di hampir semua laboratorium, kita bisa memperoleh
memori dan kecepatan komputasi yang disesuaikan dengan keperluan kita, siang
maupun malam. Kami sudah begitu terbiasa, sehingga tak pernah lagi
memikirkannya." Cepat atau lambat mereka pasti akan berhasil menguraikan bahasa monyet itu, tapi
mereka menghadapi masalah waktu. Mereka tak punya waktu berbulan-bulan untuk
mempelajarinya; mereka cuma punya beberapa jam. Tanpa dukungan program APE,
situasi mereka benar-benar genting. Munro mengatakan mereka takkan sanggup
bertahan jika monyet-monyet itu melancarkan serangan frontal lagi, padahal ia
memperkirakan justru itulah yang akan terjadi.
Penyelamatan Elliot oleh Amy memberi gagasan pada mereka. Amy telah
memperlihatkan kemampuannya berkomunikasi dengan gorila-gorila itu; barangkali
ia juga bisa bertindak sebagai penerjemah. "Tak ada salahnya dicoba," Elliot
mendesak. Masalahnya, Amy sendiri menyangkal kemung -
475 kinan tersebut. Ketika ditanya, "Amy bicara makhluk bicara?" ia memberi isyarat,
Tidak bicara. "Tidak sama sekali?" tanya Elliot, yang teringat bagaimana Amy mendesah-desah
ketika menghadapi gorila-gorila itu. "Peter lihat Amy bicara makhluk bicara."
Tidak bicara. Suara ribut.
Elliot menyimpulkan Amy sanggup meniru pengucapan gorila-gorila itu, namun tidak
mengetahui makna bunyi-bunyi tersebut. Kini sudah le-wat pukul dua; empat-lima
jam lagi malam akan tiba.
Munro berkata, "Sudahlah. Dia tak bisa menolong kita." Ia lebih suka membongkar
perkemahan dan mencoba menerobos pengepungan saat hari masih terang. Ia yakin
mereka takkan sanggup bertahan sampai besok jika tetap berada di daerah
kekuasaan gorila-gorila itu.
Namun ada sesuatu yang mengusik pikiran Elliot.
Setelah bertahun-tahun mengamati Amy, ia tahu Amy mengartikan segala sesuatu
secara harfiah, seperti anak kecil. Dalam menghadapi Amy, terutama jika Amy
sedang tidak berminat bekerja sama, ia harus mengajukan pertanyaan secara tepat
agar memperoleh tanggapan yang sesuai. Kini ia menatap Amy dan berkata, "Amy
bicara makhluk bicara?"
Tidak bicara. "Amy paham makhluk bicara?"
476 Amy tidak menyahut. Ia sedang asyik mengunyah tumbuhan rambat.
"Amy, dengarkan Peter."
Amy menoleh ke arahnya. "Amy paham makhluk bicara?"
Amy paham makhluk bicara, Amy menjawab dengan memberi isyarat. Sikap Amy begitu
yakin, sehingga Elliot sempat meragukan apakah Amy mengerti pertanyaannya.
"Amy lihat makhluk bicara, Amy paham?"
Amy paham. "Amy yakin?" Amy yakin. "Gila," Elliot bergumam.
Munro menggelengkan kepala. "Kita hanya punya beberapa jam sebelum matahari
terbenam," ia berkomentar. "Dan kalaupun Anda bisa mempelajari bahasa gorila-
gorila itu, bagaimana cara Anda akan bicara dengan mereka?"
477 6 Pukul 15.00, Elliot dan Amy telah bersembunyi di semak-semak di lereng bukit.
Satu-satunya tanda kehadiran mereka adalah corong mikrofon yang menyembul dari
balik dedaunan. Mikrofon itu disambungkan ke alat perekam video di samping kaki
Elliot, yang digunakannya untuk merekam suara kawanan gorila di bukit-bukit
sekitar. Satu-satunya kesulitan adalah menentukan gorila mana yang dibidik oleh mikrofon
pengarah itu gorila mana yang sedang diperhatikan Amy, dan apakah keduanya ?sama. Elliot tak bisa memastikan bahwa Amy menerjemahkan ucapan gorila yang
tengah direkamnya. Kelompok terdekat terdiri atas-delapan gorila, dan perhatian
Amy beralih terus. Salah satu betina membawa bayi berusia enam bulan, dan suatu
ketika, waktu bayi itu disengat tawon, Amy memberi isyarat, Bayi marah. Tapi
Elliot sedang merekam suara seekor jantan.
Amy, ia berisyarat, Amy harus lebih perhatikan.
Amy perhatikan. Amy gorila baik.
478 Ya, balas Elliot. Amy gorila baik. Amy perhatikan gorila jantan. Amy tidak suka.
Dalam hati Elliot mengumpat, lalu menghapus rekaman terjemahan Amy sepanjang
setengah jam. Rupanya Amy memperhatikan gorila yang salah. Ketika kembali
menyalakan alat perekam, Elliot memutuskan untuk merekam apa saja yang sedang
diperhatikan Amy. Ia berisyarat, Makhluk mana Amy perhatikan"
Amy perhatikan bayi. Itu pun tidak berguna, sebab bayi tersebut belum bisa berbicara. Elliot memberi
isyarat, Amy perhatikan betina.
Amy suka perhatikan bayi.
Ketergantungannya pada Amy terasa bagaikan mimpi buruk. Elliot terpaksa
mengandalkan seekor binatang yang jalan pikiran maupun perilakunya baru mulai ia
pahami; ia terputus dari dunia luar dan alat-alat buatan manusia, sehingga
semakin tergantung pada binatang itu; meski demikian, ia harus percaya padanya.
Aneh rasanya tergantung pada seekor gorila, tapi apa boleh buat.
Satu jam kemudian, ketika cahaya matahari sudah semakin meredup, ia membawa Amy
kembali ke perkemahan. Munro telah menyiapkan segala sesuatu sebaik mungkin.
Pertama-tama ia menggali sejumlah lubang yang
479 AMY BICARA MAKHLUK BICARA
menyerupai perangkap gajah di luar perkemahan; lubang-lubang dalam dengan
tonggak-tonggak run-cing, ditutup daun dan dahan-dahan.
Ia melebarkan parit di beberapa tempat, dan menyingkirkan pohon-pohon mati yang
mungkin digunakan sebagai jembatan.
Ia memangkas dahan-dahan rendah yang menjulur ke atas perkemahan. Kalaupun
gorila-gorila itu memanjat pepohonan, mereka tetap berada sekitar sembilan meter
di atas tanah terlalu tinggi untuk melompat turun.
?Ia membagi-bagikan senapan dan kaleng-kaleng berisi gas air mata pada ketiga
pengangkut yang masih tersisa Muzezi, Amburi, dan Harawi.
?Bersama Ross ia memperbesar arus listrik pada pagar pengamanan sampai hampir 200
ampere. Itulah arus maksimum yang dapat dialirkan anyaman logam' tersebut tanpa
meleleh. Mereka terpaksa mengurangi frekuensi arus dari empat menjadi dua
denyutan per detik. Berkat penam-bahan arus tersebut, pagar itu tidak lagi
sekadar penghalang, melainkan rintangan mematikan. Binatang-binatang yang
pertama menerjang pagar akan tewas seketika, meskipun kemungkinan terjadinya
hubungan pendek juga meningkat.
Ketika matahari terbenam, Munro mengambil keputusan paling sulit. Ia mengisi
unit-unit RSFD dengan setengah amunisi yang masih tersisa. Kalau itu habis,
senapan-senapan mesin akan berhenti
480 menembak. Munro akan terpaksa mengandalkan Elliot, Amy, dan terjemahan mereka.
Dan Elliot tampak prihatin ketika kembali dari bukit.
481 7 "Berapa lama lagi sampai Anda siap?" Munro bertanya pada Elliot.
"Dua jam, mungkin lebih." Elliot minta bantuan Ross, dan Amy menghampiri Kahega
untuk minta makanan. Ia tampak bangga dan bersikap seperti orang penting.
Ross berkata, "Bagaimana, sukses?"
"Kita akan segera tahu," jawab Elliot. Pertama-tama ia akan menguji terjemahan
Amy dengan mengulangi bunyi-bunyi yang berhasil direkamnya. Jika Amy
menerjemahkan bunyi-bunyi itu secara konsisten, mereka akan tahu bahwa ia dapat
diandalkan. Namun pekerjaan itu teramat rumit. Peralatan mereka terbatas pada VTR setengah
inci serta alat perekam kecil; tak ada kabel sambungan. Semua orang lain di
perkemahan tak boleh bersuara sementara mereka melakukan uji coba: merekam,
merekam ulang, mendengarkan bunyi-bunyi desahan.
Dalam waktu singkat mereka telah menyadari
bahwa telinga mereka tak sanggup membeda-beda-kan bunyi-bunyi tersebut semuanya?terdengar sama. Lalu Ross mendapat ide.
"Bunyi-bunyi ini direkam sebagai sinyal elek-trik," katanya.
"Ya..." "Nan, pemancar satelit kita punya memori sebesar 256K."
"Tapi kita tak bisa menghubungi komputer di Houston."
"Bukan itu maksud saya," ujar Ross. Ia menjelaskan bahwa untuk membentuk
hubungan satelit, komputer 256K itu membandingkan sinyal internal seperti pola
?uji video dengan sinyal yang dipancarkan dari Houston. Mesin itu memang dibuat
?begitu, tapi program pencocokannya juga bisa digunakan untuk tujuan lain.
"Maksudnya, untuk membandingkan bunyi-bunyi itu?" tanya Elliot.
Ternyata memang bisa, tapi prosesnya teramat lamban. Bunyi-bunyi yang direkam
harus dipin-dahkan ke memori komputer, lalu direkam ulang dengan VTR pada bagian
lain bidang frekuensi pita. Kemudian mereka harus memasukkan sinyal tersebut ke
memori komputer dan memutar rekaman pembanding kedua. Elliot memperhatikan Ross
menukar-nukar kaset dan disket. Setiap setengah jam Munro menghampiri mereka
untuk menanyakan kemajuan yang sudah dicapai. Ross se-483
482 PERTAHANAN TERAKHIR makin jengkel dan ketus. "Kami sudah berusaha sekuat tenaga," katanya. Kini
sudah pukul 20.00. Hasil-hasil pertama cukup membesarkan hati. Terjemahan Amy ternyata konsisten.
Pukul 21.00 mereka telah berhasil mencocokkan hampir selusin kata:
MAKANAN.9213.112
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
MAKAN.8844.334 AIR.9978.004 MINUM.7743.334 {PEMBENARAN} YA.6654.441 {PENOLAKAN} TIDAK.8883.220
DATANG.5459.440 PERGI.5378.404 BUNYI KOMPLEKS: " JAUH.5444.343
BUNYI KOMPLEKS: " SINI.6344.344
BUNYI KOMPLEKS: " MARAH
" BURUK.4232.477 Ross meninggalkan komputer. "Silakan," ia berkata pada Elliot. "Sekarang giliran
Anda." Munro berjalan mondar-mandir di perkemahan. Inilah saat yang paling dibencinya.
Semuanya menunggu, tegang, gelisah. Sebenarnya ia ingin berkelakar dengan Kahega
dan para pengangkut, tapi Ross dan Elliot membutuhkan ketenangan untuk tugas
mereka. Ia menoleh ke arah Kahega.
484 Kahega menunjuk ke langit dan Nmenggosok-gosok jari.
Munro mengangguk. Ia pun merasakannya, kelembapan yang menekan, muatan listrik yang begitu
kentara, hingga seakan-akan bisa diraba. Hujan akan turun. Sekarang ini lagi,
Munro berkata dalam hati. Sore tadi memang terdengar letusan-letusan menggele-
gar, namun ia menganggapnya badai petir di tempat jauh. Tapi bunyi itu berbeda,
lebih tajam, menyerupai ledakan yang terjadi saat pesawat terbang melintas
dengan kecepatan melebihi kecepatan suara. Munro pernah mendengar bunyi seperti
itu, dan ia sudah bisa mengira-ngira artinya.
Ia menatap kerucut Mukenko yang gelap, lalu mengamati Mata Iblis yang tampak
samar-samar. Ia memperhatikan kedua berkas sinar laser hijau yang bersilangan di
langit. Salah satunya ternyata bergetar saat mengenai daun-daun di puncak
pepohonan. Mula-mula Munro menyangka ia salah lihat, bahwa daun-daun itu yang bergerak,
bukan berkas sinarnya. Tapi setelah beberapa saat ia merasa yakin: berkas laser
itulah yang bergetar, bergerak naik-turun membelah kegelapan malam.
Munro sadar ini merupakan perkembangan yang mencemaskan, tapi saat itu ada
urusan yang lebih mendesak. Ia menoleh, menatap Ross dan Elliot yang sedang
mengotak-atik peralatan mereka. Ke -
485 duanya bercakap-cakap dengan tenang, dan bersikap seolah-olah mereka tidak
terburu-buru. Sebenarnya Elliot sudah bekerja secepat mungkin. Ia telah merekam sebelas kata.
Kini ia harus menyusun pesan yang tak mungkin disalahartikan. Dan itu tidak
semudah yang dibayangkan.
Pertama, bahasa gorila-gorila itu bukan bahasa lisan murni. Mereka menggunakan
kombinasi isyarat dan bunyi untuk menyampaikan informasi. Ini menimbulkan
masalah klasik mengenai struktur bahasa bagaimana sesungguhnya informasi di-?sampaikan" (L.S. Verinski pernah berkomentar bahwa seandainya makhluk luar
angkasa memperhatikan orang Itali berbicara, mereka akan berkesimpulan bahasa
Itali pada dasarnya bahasa isyarat, dengan tambahan bunyi untuk memberi
penekanan.) Elliot membutuhkan pesan sederhana yang tidak tergantung pada
isyarat tangan. Tapi ia buta sama sekali mengenai cara penyusunan kata dalam bahasa gorila, yang
mungkin saja bisa mengubah arti suatu kalimat misalnya "aku pukul" dan "pukul
?aku". Dan pesan singkat pun bisa menjadi tidak jelas jika diterjemahkan" secara
harfiah ke dalam bahasa lain.
Menghadapi ketidakpastian ini, Elliot mempertimbangkan untuk menggunakan kata
tunggal. Tapi tak satu kata pun pada daftarnya cocok untuk tujuan tersebut.
Alternatif kedua adalah memancarkan beberapa pesan singkat, untuk berjaga-jaga
486 seandainya salah satu di antaranya ternyata tidak jelas. Akhirnya ia memilih
tiga kalimat pendek: PERGI JAUH, TIDAK DATANG, dan SINI BU-RUK; dua dari ketiga
kombinasi itu memiliki kelebihan, karena tidak tergantung pada urutan kata.
Pukul 21.00 mereka telah berhasil memisah-misahkan komponen-komponen bunyi
bersangkutan. Tapi mereka masih menghadapi tugas rumit. Elliot membutuhkan loop,
suatu cara untuk mengulangi bunyi-bunyi itu secara terus-menerus. Yang paling
mendekati kebutuhan tersebut adalah VCR, yang menggulung balik secara otomatis
untuk mengulangi pesannya. Elliot bisa menyimpan enam bunyi dalam memori 256K,
tapi selang waktunya di antara masing-masing bunyi itu memegang pe-ran
menentukan. Selama satu jam berikut, mereka sibuk menekan-nekan tombol dan
berusaha menggabung-gabungkan semua bunyi agar terdengar te-pat untuk telinga
mereka. Pukul 22.00 Munro menghampiri Elliot sambil membawa senapan laser. "Anda yakin
ini akan berhasil?" Elliot menggelengkan kepala. "Saya tak bisa memastikannya." Selusin hambatan
yang mungkin akan mereka alami terlintas dalam benaknya. Mereka merekam suara
seekor betina, tapi apakah gorila-gorila itu akan menanggapi seekor betina"
Apakah mereka akan menanggapi suara yang tidak disertai isyarat tangan" Apakah
pesannya cukup jelas" Apakah selang waktu di antara bunyi-bunyi
487 itu sudah tepat" Bagaimana kalau mereka sama sekali tidak menggubris pesan itu"
Tak seorang pun dapat menjawab pertanyaari-pertanyaan tersebut. Satu-satunya
cara adalah dengan mencobanya.
Upaya memancarkan pesan itu merupakan masalah tersendiri. Ross telah membuat
pengeras suara dengan mengambil pengeras suara kecil dari alat perekam dan
merekatkannya pada payung yang dipasang pada tripod. Pengeras suara darurat itu
menghasilkan volume cukup besar, tapi suaranya tidak jelas dan tidak meyakinkan.
Tak lama kemudian, mereka mulai mendengar suara mendesah-desah.
Munro langsung mengarahkan senapan laser. Ia mengamati semak-semak melalui
kacamata khususnya. Sekali lagi suara itu datang dari segala arah; dan meskipun
mendengar daun-daun bergerisik di hutan, ia tidak melihat gerakan di dekat
perkemahan. Kera-kera di pepohonan membisu. Yang terdengar hanyalah suara
tersengal-sengal. Kini Munro pun yakin bunyi-bunyi itu merupakan sejenis bahasa.
Seekor gorila muncul dan Kahega melepaskan tembakan. Berkas sinar laser dari
senapannya membelah kegelapan malam. Satu unit RFSD meletup-letup, peluru mulai
berhamburan. Tanpa bersuara gorila itu menghilang kembali di balik rum-pun pakis
yang lebat. 488 Munro dan yang lain segera mengambil posisi di tepi perkemahan. Mereka berlutut
dengan te-gang, sementara lampu inframerah memproyeksikan tyayangan mereka ke
anyaman pagar dan hutan di baliknya.
Bunyi mendesah-desah itu terdengar selama beberapa menit, lalu berangsur-angsur
menjauh, sampai suasana kembali hening.
"Ada apa ini?" tanya Ik>ss.
Munro mengerutkan kening. "Mereka menunggu-"
"Menunggu apa?"?Munro menggelengkan kepala. Ia mengelilingi perkemahan, mengamati para penjaga
yang lain, dan berusaha memecahkan teka-teki itu. Sudah berkali-kali ia
mengantisipasi perilaku binatang-binatang macan kumbang yang terluka, banteng
?yang terpojok tapi ini berbeda. Ja terpaksa mengakui tidak tahu apa yang akan
?terjadi. Mungkinkah gorila tadi bertugas mengintai pertahanan mereka" Ataukah
serangan sesungguhnya sudah dimulai, lalu dibatalkan karena sebab yang tidak
jelas" Jangan-jangan ini sekadar siasat untuk menggerogoti saraf lawan" Munro
pernah menyaksikan gerombolan simpanse yang sedang berburu menggertak kawanan
kera babon sebelum melancarkan serangan sesungguhnya. Dalam keadaan kacau-balau
yang menyusul, seekor babon muda terpisah dari kelompoknya, lalu dikejar dan
dibunuh tanpa ampun. Kemudian ia mendengar gemuruh guntur.
489 Kahega menunjuk ke langit sambil menggelengkan kepala. Itulah yang ditunggu
kawanah gorila. "Persetan," Munro bergumam.
Pukul 22.30 mereka mulai diguyur hujan lebat. Dalam sekejap pengeras suara
mereka basah ku-yup. Hujan itu juga mengakibatkan hubungan pen-dek pada kabel-
kabel listrik, dan pagar pengamanan langsung mati. Lampu-lampu malam berkedap-
kedip dan dua bote lampu meledak. Tanah berubah menjadi lumpur; jarak pandang
berkurang sampai lima meter. Yang lebih parah lagi, hujan yang menerpa dedaunan
menimbulkan suara begitu keras, sehingga mereka terpaksa berteriak-teriak untuk
berkomunikasi. Rekaman mereka belum rampung; pengeras suara kemungkinan besar
takkan berfungsi, dan pasti takkan mampu mengalahkan suara hujan. Hujan lebat
juga akan mempengaruhi senapan-senapan laser dan mencegah penyebaran gas air
mata. Para anggota rombongan ERTS tampak galau.
Lima menit kemudian gorila-gorila itu menye^ rang.
Kedatangan mereka tidak diketahui di tengah hujan lebat. Mereka muncul begitu
saja, menerjang pagar pengamanan dari tiga arah sekaligus. Elliot langsung
menyadari bahwa serangan tersebut berbeda dari serangan-serangan sebelumnya.
Gorila-gorila itu telah mempelajari keadaan, dan kini bertekad menggempur lawan
sampai habis. 490 Binatang penyerang, yang dilatih untuk kecerdikan dan kebuasan. Meskipun Elliot
sendiri yang berkesimpulan demikian, ia tetap terkesima ketika melihat bukti
nyata dengan mata kepalanya sendiri. Gorila-gorila itu melancarkan serangan
bergelombang, bagaikan pasukan tempur berdisiplin tinggi. Namun bagi Elliot,
serangan mereka lebih mengerikan dibandingkan serangan pasukan manusia. Di mata
mereka, manusia hanya binatang. Sebuah spesies asing yang tak perlu diberi
ampun. Manusia hanya hama yang harus diberantas.
Gorila-gorila tersebut tidak peduli mengapa Elliot dan yang lain berada di situ,
atau alasan apa yang membawa mereka ke Kongo. Mereka membunuh bukan karena
lapar, karena membela diri, atau karena ingin melindungi anak-anak mereka.
Mereka membunuh karena mereka dilatih untuk membunuh.
Serangan mereka berlangsung cepat. Dalam beberapa detik saja mereka telah
berhasil meroboh-kan pagar. Tanpa hambatan mereka menyerbu ke perkemahan, sambil
mendengus-dengus dan mengaum. Hujan lebat membuat mereka basah ku-yup. Elliot
melihat sepuluh sampai lima belas gorila di perkemahan. Mereka menginjak-injak
tenda dan menyerang semua orang. Azizi langsung tewas dengan tengkorak remuk
akibat hantaman sepasang dayung batu.
Munro, Kahega, dan Ross menembakkan senapan laser, namun hasilnya tidak seperti
yang 491 diharapkan Berkas-berkas sinar laser tampak terpecah-pecah akibat siraman hujan;
peluru-peluru pelacak berdesing-desing. Salah satu unit RFSD mengalami gangguan,
larasnya berputar-putar dan memuntahkan peluru ke segala arah. Munro dan yang
lain segera tiarap. Beberapa gorila mati di-berondong peluru, dan mereka jatuh
sambil mendekap dada, seperti manusia yang tewas ditembak.
Elliot berpaling pada peralatan rekam, tapi tiba.-tiba saja ditindih oleh Amy
yang dicekam panik dan mendengus-dengus ketakutan. Elliot menyingkirkannya dan
menekan tombol play. Kini semua orang sudah terlibat pertempuran jarak dekat. Munro telentang di
lumpur, diduduki seekor gorila. Ross tidak kelihatan. Kahega sedang bergulat
dengan lawannya. Elliot tidak sempat memperhatikan bunyi keresek yang keluar
dari pengeras suara, dan gorila-gorila itu pun tampaknya tak peduli.
Salah satu pengangkut, Muzezi, menjerit ketika ia melangkah-ke hadapan sebuah
unit RFSD; tubuhnya terguncang-guncang akibat terjangan peluru, dan ia jatuh ke
belakang. Paling tidak selusin gorila tergeletak tewas atau cedera, sambil
mengerang-erang. Unit RFSD yang mengalami gangguan telah kehabisan peluru;
larasnya masih berputar-putar, namun hanya berbunyi klik-klik-klik. Seekor
gorila membalikkan mesin itu, yang lalu menggeliat-geliut di lumpur, seperti
makhluk hidup. Elliot melihat seekor gorila mengoyak-ngoyak
492 tenda Mylar secara sistematis. Di seberang perkemahan, gorila lain memukul-mukul
dua panci aluminium bagaikan sepasang dayung logam. Semakin. banyak gorila
memasuki perkemahan, tanpa menggubris suara rekaman yang kasar. Elliot melihat
seekor gorila melintas di bawah pengeras suara, dekat sekali, tanpa
memedulikannya sama sekali. Serta-merta ia menyadari bahwa rencana mereka telah
gagal. Riwayat mereka sudah tamat; kematian hanya soal waktu.
Seekor gorila menerjangnya sambil meraung dan merentangkan tangan yang
menggenggam dayung batu. Dengan ngeri Amy menutup mata Elliot. "Amy!" ia
berseru, lalu melepaskan tangan Amy. Ia telah pasrah menghadapi hantaman dayung
batu dan rasa nyeri yang luar biasa.
Ia melihat gorila itu mendekat. Tubuhnya menegang. Tapi 1,8 meter di hadapan
Elliot gorila itu berhenti begitu mendadak, hingga terpeleset dan jatuh ke
belakang. Gorila itu duduk dengan bingung sambil memiringkan kepala, seakan-akan
mendengarkan sesuatu. Baru sekarang Elliot sadar bahwa hujan sudah hampir berhenti. Ia memandang
berkeliling dan melihat seekor gorila lain juga berhenti dan memasang
telinga lalu satu lagi dan satu lagi dan satu lagi. Suasana di perkemahan ? ? ?menjadi hening ketika semua gorila berdiri seperti patung di tengah kabut.
493 Semuanya mendengarkan bunyi-bunyi yang ber-kumandang dari pengeras suara.
Elliot menahan napas; ia tak berani berharap. Gorila-gorila itu tampak bingung.
Tapi Elliot mendapat kesan bahwa setiap saat mereka bisa mengambil keputusan
bersama dan kembali menyerang bertubi-tubi.
Namun itu tidak terjadi. Semua gorila melangkah menjauh. Munro bangkit dengan
susah payah, lalu memungut senapannya dari lumpur. Tapi ia tidak menembak.
Gorila di hadapannya seakan-akan tidak menyadari kehadiran Munro.
Di bawah hujan rintik-rintik dan cahaya lampu malam yang berkedap-kedip, gorila-
gorila itu menyingkir satu per satu. Mereka tampak terbingung-bingung. Pengeras
suara terus memancarkan bunyi berkeresek.
Gorila-gorila itu mundur teratur, melintasi pagar yang roboh, dan menghilang di
hutan belantara. Para anggota ekspedisi berpandangan sambil menggigil karena
basah kuyup. Dua puluh menit kemudian, ketika sedang mem-benahi perkemahan, mereka kembali
diguyur hujan lebat. 494 HARI 13 MUKENKO 25 Juni 1979 di scan dan didjvu kan unluk dimhader (dimhad.co.cc) oleh
OBI Dilarang meng-komersil- kan atau kcsiaJan menimpa anda selamanya
1 Keesokan paginya seluruh perkemahan tertutup lapisan abu hitam tipis, dan di
kejauhan Mukenko menyemburkan asap hitam dalam jumlah besar. Amy menarik-narik
lengan baju Elliot. Pergi sekarang, ia memberi isyarat.
"Tidak, Amy," balas Elliot.
Tak satu pun anggota ekspedisi ingin meninggalkan lokasi, termasuk Elliot.
Ketika terbangun, ia langsung memikirkan data tambahan yang masih perlu
dikumpulkannya sebelum mereka meninggalkan Zinj. Elliot tak lagi puas dengan
tulang belulang salah satu makhluk-makhluk itu; seperti manusia, keunikan mereka
melebihi struktur fisik se-mata dan juga mencakup perilaku. Elliot hendak
membuat rekaman video gorila-gorila kelabu itu, dan melengkapi rekaman suara
yang telah dimilikinya. Tekad Ross untuk menemukan intan semakin menggebu, dan
Munro pun tak kalah berminat.
Pergi sekarang. 497 INTAN "Kenapa harus pergi sekarang?" Elliot bertanya pada Amy.
Tanah buruk. Pergi sekarang.
Elliot buta soal kegiatan vulkanik, namun ia tidak terkesan oleh apa yang
dilihatnya. Mukenko memang lebih aktif dibandingkan hari-hari sebelumnya, tapi
gunung berapi itu sudah menyemburkan asap dan gas sejak mereka tiba di Virunga.
Ia bertanya pada Munro, "Apakah keadaannya membahayakan?"
Munro angkat bahu. "Kahega pikir begitu, tapi itu mungkin hanya alasan supaya
dia bisa cepat pulang."
Amy berlari menghampiri Munro sambil mengangkat tangan, lalu memukul-mukul tanah
di hadapan orang itu. Munro menganggapnya sebagai tanda bahwa Amy hendak
bermain. Ia tertawa dan mulai menggelitiknya. Amy memberi isyarat.
"Apa katanya?" tanya Munro. "Kau bilang apa, hmm?"
Amy mendengus-dengus dengan girang dan terus memberi isyarat.
"Dia bilang pergi sekarang," Elliot menerjemahkan.
Munro berhenti menggelitik Amy. "O ya?" ia bertanya dengan tajam. "Apa persisnya
yang dia katakan?"
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Elliot dibuat terkejut oleh tanggapan Munro yang begitu serius, meskipun Amy
menganggap perhatian orang itu sudah sewajarnya. Ia kembali
498 berisyarat, kali ini lebih pelan, sambil menatap Munro.
"Dia bilang tanah ini buruk."
"Hmm," Munro bergumam. "Menarik." Ia menoleh ke arah Amy, lalu menatap jam
tangannya. Amy memberi isyarat, Orang bulu hidung de-ngar Amy pulang sekarang.
"Dia minta Anda mendengarkannya dan pulang sekarang," ujar Elliot.
Munro angkat bahu. "Katakan padanya saya mengerti."
Elliot menerjemahkan pesan itu. Amy tampak tidak senang, dan tidak memberi
isyarat lagi. "Mana Ross?" tanya Munro. "Di sini," Ross menyahut.
"Ayo kita berangkat," kata Munro, kemudian mereka menuju ke Kota Hilang.
Ternyata ada kejutan lagi untuk mereka Amy memberi isyarat bahwa ia ingin ikut,?dan ia bergegas menyusul yang lain.
Ini hari terakhir mereka di Kota Hilang, dan semua anggota ekspedisi Kongo
menggambarkan reaksi serupa: misteri kota itu, yang semula begitu kental, kini
telah terkupas. Pagi itu mereka melihat kota tersebut apa adanya sekumpulan
?reruntuhan tua di tengah hutan panas dan lembap.
Semuanya merasa jemu, kecuali Munro. Munro merasa cemas.
Elliot berbicara mengenai pengucapan dan me -
499 ngapa ia menginginkan rekaman suara, dan membahas kemungkinan mengawetkan otak
salah satu monyet untuk dibawa pulang. Ia bercerita bahwa para ahli masih
berselisih paham mengenai asal-usul bahasa. Dulu orang menduga bahasa merupakan
pengembangan suara-suara binatang, tapi kini telah diketahui bahwa suara-suara
itu dikendalikan oleh limbic system dalam otak, sementara bahasa sesungguhnya
berasal dari bagian lain yang disebut Broca's area. Munro tidak
memperhatikannya. Ia terus mendengarkan bunyi gemuruh yang bersumber dari
Mukenko. Munro memiliki pengalaman tangan pertama dengan gunung berapi. Ia berada di
Kongo ketika Mbuti, gunung berapi lain dalam barisan Virunga, meletus pada tahun
1968. Ketika mendengar suara letusan tajam sehari sebelumnya, ia segera
mengenali bunyi itu sebagai bromides, gejala yang biasa mendului gempa bumi dan
belum dapat dijelaskan. Munro menyimpulkan Mukenko akan meletus dalam waktu
dekat, dan ketika melihat berkas sinar laser bergoyang semalam, ia langsung tahu
bahwa terjadi getaran baru pada bagian atas lereng gunung.
Munro tahu perilaku gunung berapi tak dapat diramalkan. Ini terbukti dengan
kehadiran kota tua di kaki gunung berapi aktif, yang selama lebih dari lima
ratus tahun tetap tidak tersentuh. Pada lereng gunung sebelah atas kota, juga di
sebelah selatan, terdapat bekas aliran lahar yang masih
500 baru, tapi kota itu sendiri tidak terkena. Ini sebenarnya wajar saja bentuk-
?kerucut Mukenko menyebabkan sebagian besar letusan terjadi pada lereng selatan
yang landai. Tapi itu tidak berarti mereka aman dari bahaya. Jika terjadi
letusan, dalam tempo beberapa menit saja nyawa mereka bisa terancam. Yang
membuat keadaan menjadi berbahaya bukanlah lahar, yang jarang mengalir lebih
cepat daripada kecepatan orang berjalan kaki; lahar yang tersembur memerlukan
waktu berjam-jam untuk mengalir dari puncak Mukenko. Bahaya sesungguhnya saat
gunung berapi meletus justru terletak pada semburan abu dan gas.
Sama seperti sebagian besar orang yang tewas dalam kebakaran sebenarnya mati
karena meng-hirup asap, sebagian besar korban letusan gunung berapi mati lemas
akibat abu dan karbon monok-sida. Gas-gas vulkanik lebih berat dibandingkan
udara. Kota Hilang Zinj, yang terletak di sebuah lembah, bisa dengan cepat
terselubung awan beracun seandainya Mukenko menyemburkan gas dalam jumlah besar.
Pertanyaannya sekarang, seberapa cepat Mukenko mencapai tahap letusan besar.
Itulah sebabnya Munro demikian tertarik pada reaksi Amy. Primata diketahui
sanggup meramalkan peristiwa-peristiwa geologis seperti gempa bumi dan letusan
gunung berapi. Munro heran bahwa Elliot, yang sibuk membahas kemungkinan
membekukan otak gorila, tidak mengetahui hal tersebut. Dan ia lebih
501 heran lagi bahwa Ross, dengan pengetahuan geo-loginya yang mendalam, tidak sadar
bahwa hujan abu pagi itu merupakan awal dari letusan gunung berapi.
Sesungguhnya Ross pun tahu Mukenko akan meletus. Pagi itu ia kembali mencoba
membuka hubungan dengan Houston. Di luar dugaannya, transmisinya segera
menembus. Setelah notasi pengacak tercatat, ia mulai mengetikkan laporan
perkembangan terakhir, namun layar mendadak ko-song dan sebuah pesan tampak
berkedap-kedip: STSIUN HUSTN BRITA MNDSAK KSONGKN MEMRI.
Ini merupakan isyarat darurat; Ross belum pernah melihatnya pada suatu ekspedisi
lapangan. Ia mengosongkan memori, lalu menekan tombol transmit. Setelah beberapa
detik, layar monitor menampilkan pesan berikut:
KOMPUTR MENANGKP COLOK LETUSN BSAR MUKENKO SARAN TINGGLKN LOKASI SKARNG EXPEDS
TRANCM BAHAYA ULANGI TINGGLKN LOKASI SKARNG.
Ross memandang berkeliling. Kahega sedang mempersiapkan sarapan; Amy jongkok di
depan api unggun sambil menikmati pisang bakar (ia telah berhasil merayu Kahega
untuk membuatkan 502 makanan khusus baginya); Munro dan Elliot sedang minum kopi. Selain hujan abu
hitam, semuanya tampak seperti biasa di perkemahan. Ia kembali menatap layar.
COLOK LETUSN BSAR MUKENKO SARAN TINGGLKN LOKASI SKARANG.
Ross menatap kerucut Mukenko yang terus mengeluarkan asap. Ah, persetan, katanya
dalam hati. Ia menginginkan intan-intan itu, dan ia sudah melangkah terlalu
jauh. Tak mungkin mundur sekarang.
Pada layar tampak pesan yang berkedap-kedip: HARP KIRM BLASN. Ross mematikan
pemancar. Sepanjang pagi mereka berulang kali merasakan getaran menyentak, menimbulkan
awan debu pada bangunan-bangunan tua di Kota Hilang. Mukenko pun semakin sering
mengeluarkan suara gemuruh. Namun Ross tidak memedulikan semuanya itu. "Ini
berarti kita berada di negeri gajah," katanya. Ia mengutip sebuah pepatah lama
dari dunia geologi: Kalau mencari gajah, pergilah ke negeri gajah. Yang dimaksud
dengan negeri gajah adalah tempat mineral-mineral yang dicari kemungkinan besar
dapat ditemukan. "Dan kalau mencari intan," Ross melanjutkan sambil angkat bahu,
"pergilah ke gunung berapi."
503 Hubungan antara intan dan gunung berapi telah diketahui sejak lebih dari satu
abad, namun tetap belum dipahami sepenuhnya. Sebagian besar teori menyatakan
bahwa intan, yaitu kristal-kristal kar-bon murni, terbentuk di selubung atas
kerak bumi yang bertekanan dan bersuhu luar biasa, kira-kira 1.600 kilometer di
bawah permukaan. Intan-intan tersebut tetap berada di dalam perut bumi, kecuali
di daerah-daerah gunung berapi, tempat aliran magma cair membawa batu-batu itu
ke permukaan. Tapi ini tidak berarti orang harus mendatangi gunung berapi yang sedang meletus
untuk menangkap intan-intan yang disemburkan. Tambang intan pada umumnya
terdapat di gunung berapi yang sudah mati, dalam kerucut-kerucut yang telah
membatu dan dinamakan pipa kimberlite, berdasarkan formasi geologis di
Kimberley, Afrika Selatan. Virunga, yang terletak di dekat Rift Valley yang
secara geologis tidak stabil, menunjukkan tanda-tanda kegiatan vulkanik
berkesinambungan selama lebih dari lima puluh juta tahun. Mereka kini mencari
sisa gunung berapi yang dulu pernah ditemukan oleh para penduduk Zinj.
Beberapa saat sebelum tengah hari, upaya mereka membuahkan hasil. Pada bukit-
bukit di sebelah timur kota, mereka menemukan sejumlah terowongan yang menembus
ke dalam lereng Mukenko. Elliot merasa kecewa. "Saya sendiri tidak tahu,
504 apa sebenarnya yang saya harapkan," ia berkomentar belakangan, "tapi yang saya
lihat hanyalah terowongan-terowongan biasa, dengan tonjolan-tonjolan batu
berwarna cokelat buram di sana-sini. Saya tidak habis pikir mengapa Ross begitu
gembira." Tonjolan-tonjolan batu buram tersebut sesungguhnya intan; setelah
dibersihkan, batu-batu itu menyerupai kaca kotor.
"Mereka pikir saya sudah gila," ujar Ross, "karena saya melompat-lompat tak
terkendali. Tapi mereka tidak sadar apa yang ada di depan mata mereka."
Dalam pipa kimberlite biasa, intan tersebar-sebar dalam batuan dasar. Tambang-
tambang intan pada umumnya menghasilkan 32 karat seperlima ons untuk setiap ? ?seratus ton batu yang digali. Jika seseorang memandang ke dalam terowongan
tambang intan, tak satu intan pun akan terlihat. Namun tambang-tambang di Zinj
penuh dengan batu-batu menonjol. Dengan menggunakan parangnya, Munro berhasil
memperoleh enam ratus karat. Dan Ross melihat enam atau tujuh batu berukuran
sama dengan batu yang baru saja dicungkil Munro. "Saat itu," ia berkata
kemudian, "saya bisa melihat empat ribu sampai lima ribu karat. Tanpa perlu
menggali, tanpa perlu mengayak, tanpa perlu berbuat apa-apa. Tambang itu lebih
produktif daripada tambang Premier di Afrika Selatan. Betul-betul sukar
dipercaya." Elliot mengajukan pertanyaan yang juga sudah
505 terbentuk dalam benak Ross. "Kalau tambang ini begitu produktif," ia berkata,
".kenapa para penduduk Zinj meninggalkannya begitu saja?"
"Gorila-gorila itu lepas kehdali," ujar Munro. "Mereka melancarkan kudeta." Ia
mengucapkannya sambil tertawa dan memetik intan dari dinding batu.
Ross telah memikirkan kemungkinan itu. Ia juga sempat merenungkan dugaan Elliot
sebelumnya, bahwa kota tersebut mati karena dilanda wabah penyakit. Ia sendiri
menawarkan penjelasan yang lebih sederhana. "Saya kira, di mata mereka tambang-
tambang ini sudah tidak menghasilkan apa-apa," katanya. Sebagai batu perhiasan,
kristal-kris-tal tersebut memang tidak berharga semuanya berwarna biru karena
?terkontaminasi zat lain.
Takkan terbayang oleh para penduduk Zinj bahwa lima ratus tahun kemudian batu-
batu tak berharga itu akan lebih langka dan lebih bernilai dibandingkan sumber
daya mineral mana pun di dunia.
"Kenapa intan-intan biru ini menjadi rebutan semua orang?"
"Karena akan mengubah dunia," jawab Ross dengan nada lembut. "Intan-intan ini
akan mengakhiri zaman nuklir."
506 PERANG DENGAN KECEPATAN CAHAYA
Bulan januari 1979, ketika memberi kesaksian di hadapan Senate Armed Services
Subcommittee, Jenderal Franklin F. Martin dari Pentagon Advanced Research
Project Agency menyatakan, "Tahun 1939, pada awal Perang Dunia II, negara
terpenting di dunia bagi upaya militer Amerika adalah Kongo Belgia." Martin
menjelaskan bahwa Kongo, kini Zaire, selama empat puluh tahun berpengaruh sangat
besar terhadap kepentingan-kepen-tingan Amerika dan di masa mendatang akan ?menjadi lebih menentukan lagi. (Tanpa tedeng aling-aling Martin mengakui bahwa
"Amerika lebih rela berperang karena Zaire daripada karena negara Arab penghasil
minyak mana pun.") Dalam Perang Dunia II, Kongo tiga kali mengirim uranium secara rahasia ke
Amerika Serikat, yang lalu digunakan untuk membuat bom-bom atom yang meledak di
atas Jepang. Sejak tahun 1960 Amerika Serikat tidak lagi membutuhkan uranium,
namun tembaga dan kobalt menjadi ber -
507 nilai strategis. Pada tahun 1970-an Amerika Serikat mulai melirik cadangan
tantalum, wolfram, dan germanium di Zaire tiga unsur kimia yang sangat penting
?bagi industri elektronik semikonduktor. Di tahun 1980-an, "intan biru Tipe lib
akan merupakan sumber daya militer terpenting di dunia" dan Zaire diyakini
?mempunyai cadangan intan jenis tersebut. Dalam pandangan Jenderal Martin, intan
biru memegang peranan kunci karena "kita memasuki zaman ketika daya penghancur
suatu senjata kalah penting dibandingkan kecepatan dan ke-cerdasannya."
Selama tiga puluh tahun para pemikir militer terpesona oleh intercontinental
ballistic missiles rudal balistik antarbenua. Tapi Martin berpendapat bahwa
?"ICBM merupakan senjata kasar. Senjata tersebut masih jauh dari batas-batas
teoretis yang dibentuk oleh hukum-hukum fisika. Berdasarkan fisika Einstein, tak
ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya, yaitu 297.600 kilometer per detik.
Kita tengah mengembangkan laser energi tinggi dan sinar zarah untuk sistem-
sistem persenjataan yang beroperasi dengan kecepatan cahaya. Dibandingkan
senjata-senjata seperti itu, rudal balistik yang berkecepatan 27.200 kilometer
merupakan senjata lamban yang telah ketinggalan zaman, se-kuno pasukan berkuda
pada Perang Dunia I, dan sama mudahnya dimusnahkan."
Senjata berkecepatan cahaya paling cocok untuk ruang angkasa, dan pertama-tama
akan dipasang 508 pada satelit-satelit." Martin menyinggung bahwa pada tahun 1973 pun pihak Rusia
sudah berhasil menghancurkan satelit mata-mata Amerika VV/02; dua tahun
kemudian, Hughes Aircraft mengembangkan sistem bidik dan tembak cepat yang dapat
mengunci sasaran ganda, dan sanggup melepaskan delapan denyutan energi tinggi
dalam waktu ku-rang dari satu detik. Tahun 1978, tim Hughes berhasil mengurangi
waktu reaksi menjadi 50 nano-detik 50 per semiliar detik sementara akurasi
? ?ditingkatkan menjadi lima ratus tembakan tepat dalam waktu kurang dari satu
menit. Perkembangan seperti itu menandakan akhir riwayat ICBM sebagai senjata.
"Tanpa rudal-rudal raksasa, komputer-komputer mini berkecepatan tinggi akan jauh
lebih berpengaruh dibandingkan bom-bom atom dalam konflik-konflik di masa
mendatang, dan kecepatan komputasi akan merupakan faktor tunggal paling
menentukan dalam Perang Dunia III. Kecepatan komputer kini menjadi fokus dalam
perlombaan senjata, menggantikan daya ledak yang dua puluh tahun lalu masih
merupakan pertimbangan utama.
"Kita akan beralih dari komputer dengan sirkuit elektronik ke komputer dengan
sirkuit cahaya, dan peralihan ini semata-mata karena kecepatan Interferometer
?Fabry-Perot, padanan optikal untu" transistor, dapat bereaksi dalam 1 piko-detik
(10"12 detik), paling tidak seribu kali lebih cepat daripada Josephson junction
tercepat." Komputer optikal ge-509
nerasi baru tersebut, Martin menjelaskan, akan tergantung pada ketersediaan
intan-intan Tipe lib yang berlapis boron.
Elliot langsung menangkap konsekuensi paling se-rius dari senjata-senjata
berkecepatan cahaya senjata-senjata tersebut terlalu cepat untuk pemahaman
? manusia. Manusia telah terbiasa dengan perang mekanis, tapi perang di masa
mendatang akan merupakan perang mesin dalam pengertian yang sama sekali baru:
mesin-mesinlah yang akan mengendalikan perang yang berlangsung hanya beberapa
menit, dari awal sampai akhir.
Tahun 1956, di akhir masa kejayaan pesawat pembom strategis, para pemikir
militer membayangkan perang nuklir besar-besaran akan berlangsung dua belas jam.
Tahun 1963, berkat kehadiran ICBM, jangka waktu itu telah berkurang menjadi tiga
jam. Tahun 1974, para ahli teori meramalkan sebuah perang akan berlangsung
selama tiga puluh menit, namun "perang-setengah-jam" itu akan jauh lebih rumit
dibandingkan perang mana pun dalam sejarah umat manusia.
Pada tahun 1950-an, seandainya pihak Amerika dan Rusia meluncurkan semua pesawat
pembom dan roket mereka secara bersamaan, jumlah senjata di udara takkan
melebihi 10.000. Peristiwa interaksi senjata secara keseluruhan akan memuncak
pada angka 15.000 pada jam kedua. Ini berarti akan
510 terjadi empat interaksi senjata per detik di seputar dunia.
Tapi dalam peperangan modern, jumlah senjata dan "unsur-unsur sistem" meningkat
secara drastis. Para ahli memperkirakan terdapat 400 juta komputer di lapangan,
dengan interaksi senjata keseluruhan melebihi angka 15 miliar dalam setengah jam
pertama. Setiap detik akan terjadi 8 juta interaksi senjata dalam suatu konflik
ultracepat yang melibatkan pesawat terbang, rudal, tank, dan pasukan darat.
Perang seperti itu hanya dapat dikendalikan dengan mesin; reaksi manusia terlalu
lamban. Perang Dunia III takkan merupakan perang tekan tombol, sebab seperti
dikatakan Jenderal Martin, "Menekan tombol terlalu banyak memakan waktu paling ?tidak 1,8 detik, terlalu lama untuk peperangan modern."
Kenyataan ini menimbulkan masalah yang oleh Martin disebut "masalah batu".
Dibandingkan komputer berkecepatan tinggi, reaksi manusia teramat lamban.
"Komputer modern menyelesaikan 2.000 perhitungan dalam sekejap mata. Karena itu,
dari sudut pandang komputer-komputer yang akan menjalankan perang berikut,
manusia pada dasarnya merupakan unsur tetap dan tidak berubah, seperti batu.
Perang umat manusia tidak pernah berlangsung cukup lama, sampai perlu
memperhitungkan laju perubahan geologis. Di masa depan, perang komputer takkan
berlangsung cukup lama, 511 sampai perlu memperhitungkan laju perubahan manusia."
Karena reaksi manusia terlalu lamban, mereka terpaksa menyerahkan kendali
pengambilan keputusan pada komputer yang berpikir lebih cepat. "Dalam perang
masa depan, kita takkan memperoleh kesempatan untuk mengendalikan jalannya
konflik tersebut. Jika kita memutuskan untuk 'menjalankari' perang dengan
kecepatan manusia, hampir bisa dipastikan kita akan kalah. Satu-satunya harapan
kita adalah mempercayai mesin. Se-gala pertimbangan, nilai, dan pemikiran
manusia menjadi tak berguna. Perang Dunia akan merupakan perang yang sepenuhnya
dikendalikan oleh mesin, perang di mana kita tidak berani ikut cam-pur, karena
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
takut menghambat mekanisme pengambilan keputusan sehingga menyebabkan keka-
lahan." Dan transisi terakhir yang paling menentukan transisi dari komputer-
?komputer yang beroperasi dalam hitungan nano-detik ke komputer-komputer yang
bekerja dalam hitungan piko-detik tergantung pada intan-intan Tipe lib.
?Elliot merasa prihatin ketika membayangkan kendali akan diserahkan ke tangan
ciptaan manusia. Ross angkat bahu. "Itu tak terelakkan," katanya. "Di Ngarai Olduvai di Tanzania
terdapat sisa-sisa rumah berusia dua juta tahun. Makhluk hominid tidak puas
dengan gua dan tempat berteduh alami lainnya. Dia menciptakan tempat tinggalnya
sen - 512 diri. Manusia sudah sejak dulu mengubah alam, sesuai kebutuhan mereka."
"Tapi kita tidak boleh melepaskan kendali," ujar Elliot.
"Hal itu sudah kita lakukan sejak berabad-abad,", balas Ross. "Anda pikir
binatang beban atau kal-kulator saku itu apa, kalau bukan upaya untuk ? ?menyerahkan kendali" Kita tak ingin membajak ladang atau menghitung akar, jadi
kita serahkan tugas-tugas tersebut pada pihak lain yang kita latin, kita
kembangbiakkan, atau kita ciptakan."
"Tapi kita tak bisa membiarkan ciptaan kita mengambil alih kendali."
"Kita sudah melakukannya selama berabad-abad," Ross menegaskan. "Begini,
kalaupun kita menolak untuk mengembangkan komputer-komputer yang lebih cepat,
orang Rusia tetap akan melakukannya. Seandainya mereka tidak dihalau orang-orang
Cina, mereka sekarang sudah berada di Zaire untuk mencari intan. Kita tak bisa
menghentikan kemajuan teknologi. Begitu kita tahu sesuatu dapat dilaksanakan,
kita harus mengerjakan-nya."
"Tidak," kata Elliot. "Kita bisa membuat keputusan sendiri. Saya tidak mau
terlibat dalam urusan ini."
"Kalau begitu, silakan pergi," sahut, Ross. "Kongo toh bukan tempat yang cocok
untuk ilmuwan." Ia mulai membongkar ransel dan mengeluarkan
513 sejumlah kerucut keramik berwarna putih, serta beberapa kotak kecil yang
dilengkapi antena. Ia memasang sebuah kotak pada masing-masing kerucut, kemudian
memasuki terowongan pertama, menempelkan kerucut-kerucut pada dinding batu, dan
melangkah semakin jauh ke dalam kegelapan.
Peter tidak senang Peter.
"Memang tidak," ujar Elliot.
Kenapa tidak senang"
"Sulit untuk menjelaskannya, Amy."
Peter cerita Amy gorila baik.
"Aku tahu, Amy."
Karen Ross muncul kembali, lalu memasuki terowongan kedua. Elliot melihat berkas
sinar senter-nya ketika wanita itu menempelkan kerucut demi kerucut, kemudian
menghilang dari pandangan.
Munro melangkah ke tempat terang; semua kan-tongnya penuh intan. "Mana Ross?"
"Di dalam terowongan."
"Sedang apa dia?"
"Kelihatannya dia menyiapkan serangkaian ledakan uji coba." Elliot menunjuk tiga
kerucut keramik yang masih tergeletak di samping ransel Ross.
Munro memungut salah satu dan mengamatinya dengan teliti. "Anda tahu apa ini?"
ia bertanya pada Elliot. Elliot menggelengkan kepala.
"Ini bahan peledak RC," ujar Munro, "dan Ross
514 tampaknya sudah gila karena memasangnya di sini. Dia bisa menghancurkan seluruh
tempat ini." Resonant conventional, disingkat RC, merupakan bom waktu, gabungan rangkaian
mikroelektronik dan teknologi bahan peledak berkekuatan tinggi. "Kami
menggunakan RC untuk meledakkan jembatan-jembatan di Angola dua tahun lalu,"
Munro menjelaskan. "Jika dipasang dengan benar, enam ons bahan peledak bisa
meruntuhkan struktur baja seberat lima puluh ton. Anda membutuhkan sensor
seperti ini" ia menunjuk salah satu kotak pengendali di dekat ransel ?Ross "yang memantau getaran dari ledakan sebelumnya untuk memicu ledakan
?berikut. Gelombang resonansi yang timbul akan mengguncang-guncangkan sasaran
sampai hancur berantakan. Sangat mengesankan." Munro menoleh ke arah Mukenko
yang masih terus mengepulkan asap di atas mereka.
Ross muncul dari terowongan; ia tersenyum le-* bar. "Sebentar lagi kita akan
memperoleh jawaban pasti," katanya.
"Jawaban?" "Tentang jumlah endapan kimberlite. Saya memasang dua belas bom seismik.
Mestinya cukup untuk pengukuran yang pasti."
"Anda memasang dua belas bom resonansi," ujar Munro.
"Ya, hanya itu yang saya bawa. Mau tak mau harus cukup."
515 "Pasti cukup," kata Munro. "Mungkin malah lebih dari cukup. Gunung berapi
itu" ia menunjuk ke atas "sedang dalam tahap letusan."
? ?"Saya memasang delapan ratus gram bahan peledak," balas Ross. "Kurang dari satu
setengah pon. Takkan ada pengaruhnya."
"Sebaiknya jangan cari masalah."
Elliot mengikuti perdebatan singkat itu dengan perasaan waswas. Sepintas lalu
keberatan Munro berkesan mengada-ada beberapa ratus gram bahan peledak, sekuat
?apa pun, tak mungkin memicu letusan gunung berapi. Itu tidak masuk akal. Elliot
terheran-heran mengapa Munro begitu ngotot. Sepertinya Munro mengetahui sesuatu
yang tidak dan memang tak mungkin terbayang oleh Elliot dan Ross.
? ?516 3 Tahun 1978 Munro memimpin sebuah ekspedisi ke Zambia, yang antara lain diikuti
Robert Perry, ahli geologi muda dari University of Hawaii. Perry sempat bekerja
pada PROJECT VULCAN, program paling canggih yang dibiayai oleh Department of
Defense Advanced Research Project Division.
VULCAN demikian kontroversial, sehingga pada acara dengar pendapat House Armed
Services Subcommittee tahun 1975, Proyek DOD/ ARPD/VULCAN 7021 sengaja
dikategorikan sebagai "proyek jangka panjang untuk kepentingan keamanan
nasional". Tapi tahun berikutnya, anggota kongres David Inaga (D., Hawaii)
mempertanyakan DOD/ARPD/VULCAN 7021, dan menuntut penjelasan mengenai "tujuan
militer yang pasti, dan mengapa proyek tersebut harus sepenuhnya dibiayai di
Hawaii". Juru bicara Pentagon menjelaskan bahwa VULCAN merupakan "sistem peringatan dini
tsunami" 517 DOD/ARPD/VULCAN 7021 yang sangat bermanfaat bagi penduduk-penduduk Kepulauan Hawaii, serta bagi
pangkalan-pangkalan militer di sana. Para ahli dari Pentagon mengingatkan Inaga
pada tsunami tahun 1948 yang mula-mula memorak-porandakan Kauai, lalu dua puluh
menit kemudian menghantam Oahu dan Pearl Harbor. Selang waktu singkat itu
menutup kemungkinan untuk memperingatkan warga setempat.
"Tsunami tersebut disebabkan oleh tanah long-sor bawah air, akibat kegiatan
vulkanik di lepas pantai Jepang," mereka menjelaskan. "Tapi Hawaii pun mempunyai
gunung berapi aktif, dan Honolulu kini dihuni setengah juta orang, sedangkan
Angkatan Laut memiliki aset bernilai lebih dari 35 miliar dolar di sana.
Kemampuan untuk mem-prediksi aktivitas tsunami akibat letusan gunung berapi di
Hawaii merupakan kebutuhan yang berdampak jangka panjang."
Sesungguhnya, PROJECT VULCAN sama sekali tidak bersifat jangka panjang. Proyek
tersebut akan dilaksanakan pada letusan berikut Mauna Loa, gunung berapi aktif
terbesar di dunia, yang terletak di Pulau Hawaii. Tujuan VULCAN adalah
mengendalikan letusan gunung berapi yang-sedang terjadi. Mauna Loa dipilih
karena letusannya relatif lembut.
Meskipun ketinggiannya hanya mencapai 4.050 meter, Mauna Loa merupakan gunung
terbesar di dunia. Jika diukur dari kakinya di dasar samudra, volume Mauna Loa
lebih dari dua kali volume
518 Mount Everest. Gunung tersebut merupakan formasi geologis yang unik dan luar
biasa. Dan Mauna Loa sudah lama menjadi gunung berapi yang diteliti paling
saksama dalam sejarah. Sejak tahun 1928 terdapat stasiun pengamatan ilmiah di
bibir kawahnya. Mauna Loa juga gunung berapi yang terbanyak mengalami
interferensi dalam sejarah. Segala macam cara pernah digunakan untuk mengalihkan
aliran lahar yang menuruni lereng-lerengnya dengan interval tiga tahun, mulai
dari pesawat pembom sampai regu-regu pekerja ber-bekal sekop dan karung pasir.
VULCAN bermaksud mengubah jalannya letusan Mauna Loa dengan cara venting, yaitu
mengalirkan magma cair yang terkumpul melalui serangkaian ledakan bukan nuklir
di sepanjang garis-garis sesar pada perisai. Bulan Oktober 1978, VULCAN
dilaksanakan secara rahasia, dengan mengerahkan tim-tim helikopter Angkatan Laut
yang berpengalaman menangani bahan peledak resonansi berkekuatan tinggi. PROJECT
VULCAN berlangsung dua hari. Pada hari ketiga, Mauna Loa Volcanic Laboratory
yang dikelola pihak sipil mengumumkan bahwa "Letusan bulan Oktober Mauna Loa
lebih lembut dari yang diantisipasi, dan kegiatan peletusan lebih lanjut
diperkirakan tidak akan terjadi."
PROJECT VULCAN bersifat rahasia, namun Munro mengetahuinya suatu malam, waktu
para anggota ekspedisi yang dipimpinnya duduk me -
519 ngelilingi api unggun dalam keadaan mabuk di dekat Bangazi. Dan kini ia teringat
lagi, ketika Ross merencanakan serangkaian ledakan seismik di daerah gunung
berapi yang akan meletus. Pelajaran utama yang bisa ditarik dari VULCAN adalah
bahwa energi geologis terpendam yang luar biasa besar entah energi gempa bumi, ?gunung berapi, atau topan di Pasifik dapat dibebaskan secara fatal oleh pemicu
?berkekuatan relatif kecil.
Ross bersiap-siap meledakkan bom-bom seis-miknya.
"Menurut saya," ujar Munro, "Anda sebaiknya mencoba menghubungi Houston lagi."
"Itu tidak mungkin," balas Ross penuh keyakinan. "Saya harus mengambil keputusan
sendiri, dan saya telah memutuskan untuk menentukan jumlah cadangan intan di
bukit-bukit ini." Sementara kedua orang itu terus berdebat, Amy diam-diam menyingkir. Ia memungut
alat pemicu yang tergeletak di samping ransel Ross. Pada alat mungil tersebut
ada enam LED yang menyala, lebih dari cukup untuk menarik perhatian Amy. Ia
langsung mengangkat jari untuk menekan tombol-tombol itu.
Karen Ross menoleh. "Ya Tuhan."
Munro berbalik badan. "Amy," ia berkata dengan lembut. "Amy, jangan. Jangan. Amy
jangan nakal." Amy gorila baik Amy baik.
Amy menggenggam alat pemicu itu. Ia terpukau
520 oleh LED-LED yang berkedap-kedip. Ia menengok ke arah Munro dan yang Iain.
"Jangan, Amy," ujar Munro. Ia berpaling pada Elliot. "Tidak bisakah Anda
melarangnya?" "Ah, apa bedanya," kata Ross. "Silakan, Amy."
Serangkaian ledakan bergumuruh menyemburkan debu intan berkilau-kilau dari
terowongan-tero-wongan tambang. Kemudian suasana kembali hening. "Nah," ujar
Ross, "mudah-mudahan Anda puas. Sekarang sudah terbukti bahwa bahan peledak
sesedikit itu tidak berpengaruh pada gunung berapi. Untuk selanjutnya, saya
harap Anda menyerahkan semua urusan ilmiah pada saya, dan..."
Dan kemudian Mukenko bergetar, tempat mereka berdiri terguncang begitu keras,
hingga mereka semua terempas ke tanah.
521 4 Pukul 01.00 dini hari waktu Houston, R.B. Travis menatap monitor komputer di
ruang kerjanya sambil mengerutkan kening. Ia baru saja menerima citra
photosphere terakhir dari Kitt Peak Observatorium, melalui telemetri GSFC.
Sepanjang hari ia telah menanti data tersebut, dan ini hanya salah satu dari
sejumlah alasan mengapa Travis gusar.
Citra photosphere itu merupakan negatif matahari tampak hitam di layar, dengan ?serangkaian bercak berwarna putih menyilaukan. Paling tidak ada lima belas
bercak besar, salah satunya menyebabkan kobaran matahari yang kini merepotkan
Travis. Sudah dua hari Travis menginap di ERTS. Semua operasi kacau-balau. ERTS
mempunyai tim di Pakistan, tidak jauh dari perbatasan Afganistan yang sedang
bergolak; satu tim lagi di bagian tengah Malaysia yang sedang dilanda
pemberontakan komunis; lalu tim Kongo yang menghadapi
522 suku pedalaman yang sedang berperang serta sekelompok makhluk menyerupai gorila.
Akibat kobaran matahari yang sedang berlangsung, komunikasi dengan semua tim di
seputar bumi telah terputus selama lebih dari 24 jam. Setiap enam jam Travis
melakukan simulasi komputer untuk memperkirakan kondisi tim-tim itu. Hasilnya
tidak menggembirakan. Tim Pakistan tampaknya tidak terancam bahaya, namun akan
tertunda selama enam hari dan menghabiskan biaya tambahan sebesar 200.000 dolar;
tim Malaysia berada dalam kesulitan serius; sedangkan tim Kongo dikategorikan
CANNY istilah komputer di ERTS untuk "can not estimate", tidak dapat ?diperkirakan. Travis sudah dua kali mengalami situasi seperti itu di Amazon
?tahun 1976, dan di Sri Lanka tahun 1978 dan setiap kali ia kehilangan anggota
?ekspedisi. Perkembangannya tidak sesuai harapan. Namun laporan GSFC terakhir jauh lebih
bagus dibandingkan laporan sebelumnya. Rupanya mereka sempat mengadakan kontak
singkat dengan tim Kongo, meskipun tidak ada jawaban dari Ross. Travis bertanya-
tanya, apakah tim itu menerima peringatan mereka atau tidak. Sambil
menggelengkan kepala, ia menatap bulatan hitam di layar.
Richards, salah satu programmer utama, me-nyembulkan kepala di pintu. "Ada
berita tentang SLK."
"Apa beritanya?" tanya Travis. Berita apa pun
523 ERTS HOUSTON tentang Survei Lapangan Kongo langsung mendapat perhatiannya.
"Stasiun seismologi di Universitas Johannesburg di Afrika Selatan melaporkan
getaran yang terjadi mulai pukul 12.04 waktu setempat. Perkiraan pusat gempa
cocok dengan koordinat Mount Mukenko di barisan Virunga. Getaran ganda, lima
sampai delapan skala Richter."
"Ada konfirmasi?" tanya Travis.
"Nairobi adalah stasiun terdekat, dan mereka mencatat getaran-getaran
berkekuatan 6 sampai 9 skala Richter, atau Morelli 9, dengan semburan abu
dahsyat. Mereka juga memperkirakan kondisi atmosferik setempat memungkinkan
terjadinya pe-lepasan listrik hebat."
Travis menatap arlojinya. "Pukul 12.04 waktu setempat itu hampir satu jam lalu,"
katanya. "Kenapa saya tidak diberitahu?"
Richards menyahut, "Laporan-laporan dari stasiun-stasiun di Afrika baru saja
masuk. Saya rasa mereka menganggapnya bukan sesuatu yang istimewa hanya letusan
?gunung berapi biasa."
Travis menghela napas. Itulah masalahnya kegiatan vulkanik kini telah diketahui
?sebagai fenomena lumrah di muka bumi. Sejak tahun 1965, tahun pertama
diadakannya catatan global, telah terjadi 22 letusan besar setiap tahun, kira-
kira satu letusan setiap dua minggu, Stasiun-stasiun terpencil tidak merasa
perlu secepatnya melaporkan peristiwa yang begitu "biasa".
524 "Tapi mereka punya masalah," Richards melanjutkan. "Karena hubungan satelit
terputus, semua transmisi harus melewati kabel darat. Dan saya rasa sepanjang
pengetahuan mereka, bagian timur laut Kongo tidak berpenghuni."
Travis berkata, "Seberapa parah Morelli 9 itu?"
Richards diam sejenak. "Cukup parah, Mr. Travis."
525 5 Kawasan Virunga di Kongo dilanda gempa berkekuatan 8 skala Richter, atau IX
skala Morelli. Pada gempa sehebat itu, bumi terguncang begitu keras, hingga
berdiri pun terasa sulit. Tanah ber-ingsut ke samping dan membelah; pohon-pohon,
bahkan gedung-gedung berkerangka baja pun turn-bang.
Bagi Elliot, Ross, dan Munro, waktu lima menit yang menyusul awal letusan
merupakan mimpi buruk mengerikan. Elliot mengenang bahwa "semuanya bergerak.
Kami terempas ke tanah; kami terpaksa merangkak, seperti bayi. Bahkan setelah
kami menjauhi terowongan-terowongan tambang, kota tetap terayun-ayun bagaikan
mainan oleng. Tapi baru beberapa saat kemudian mungkin setengah ?menit bangunan-bangunan mulai ambruk. Lalu semuanya runtuh secara bersamaan:
?dinding-dinding, langit-langit, bongkahan-bongkahan batu besar. Pohon-pohon juga
terayun-ayun, dan akhirnya bertumbangan."
526 Kebisingannya memekakkan telinga, belum lagi suara Mukenko sendiri. Gunung
berapi itu tak lagi bergemuruh. Mereka mendengar bunyi ledakan lahar tanpa henti
dari kawah. Ledakan-ledakan itu menimbulkan serangkaian gelombang kejut. Bahkan
saat tanah tempat mereka berpijak tidak bergerak pun mereka tetap diempaskan
gelombang udara panas, tanpa peringatan lebih dulu. "Kami seakan-akan
terperangkap di tengah perang," Elliot berkomentar belakangan.
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Amy dicekam panik. Sambil mendengus-dengus ketakutan ia melompat ke pelukan
Elliot, serta-merta mengencingi pakaian orang itu ketika mereka berbalik dan
berlari ke arah perkemahan.
Sebuah getaran hebat mengempaskan Ross ke tanah. Ia bangkit lagi dan kembali
berjalan sambil terhuyung-huyung. Ia sepenuhnya sadar akan kelembapan dan abu
pekat yang menyelubungi mereka. Dalam beberapa menit saja langit di atas mereka
gelap gulita, petir mulai membelah awan-awan mendidih. Malam sebelumnya sempat
terjadi hujan lebat; hutan belantara di sekeliling mereka basah dan kelembapan
udara melebihi titik jenuh. Singkat kata, semua persyaratan untuk badai petir
telah terpenuhi. Ross terombang-ambing antara keinginan ganjil untuk menyaksikan
gejala teoretis yang unik itu dan keinginan untuk lari menyelamatkan nyawa.
Dan kemudian, diiringi kilatan cahaya putih ke-biruan yang menyilaukan mata,
badai petir mulai 527 "SEMUANYA BERGERAK"
mengamuk. Kilat menyambar-nyambar tanpa henti. Belakangan Ross memperkirakan ada
sekitar dua ratus petir selama satu menit pertama hampir tiga setiap detik.
?Guntur yang terdengar tidak merupakan ledakan-ledakan terpisah, melainkan bunyi
gemuruh berkesinambungan, bagaikan suara air terjun.
Segala sesuatu terjadi begitu cepat, sehingga mereka tak sempat memperhatikan
semuanya. Anggapan-anggapan yang selama ini mereka ya-kini dijungkirbalikkan
begitu saja. Salah satu pengangkut, Amburi, datang ke Kota Hilang untuk mencari
mereka. Ia sedang berdiri sambil melambaikan tangan di suatu tempat lapang,
ketika petir menyambar ke atas melalui sebatang pohon di dekatnya. Ross
sebenarnya sudah tahu bahwa kilat terjadi setelah aliran elektron ke bawah yang
tidak kelihatan, dan menerjang dari tanah ke awan di atas. Tapi kini ia
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri! Ledakan itu menyebabkan Amburi
terpental ke arah mereka; ia cepat-cepat bangkit sambil berteriak-teriak
histeris dalam bahasa Swahili.
Di sekeliling mereka pohon-pohon terbelah sambil mengeluarkan awan uap yang
mendesis-desis karena dilalui petir yang melesat ke atas. Belakangan Ross
berkata, "Kilat ada di mana-mana, menyambar-nyambar tanpa henti, diiringi bunyi
mendesis mengerikan. Orang itu Amburi sedang berteriak, dan sedetik kemudian ? ?petir menerjang melalui tubuhnya. Saya berdiri dekat sekali de-528
ngannya, namun nyaris tak ada panas, hanya cahaya putih menyilaukan. Tubuhnya
menjadi kaku, lalu ada bau menyengat ketika tubuhnya mendadak menyala, kemudian
dia jatuh ke tanah. Munro segera menindihnya untuk memadamkan api, tapi dia
sudah mati, dan kami kembali berlari. Tak ada waktu untuk menanggapi
kematiannya. Kami jatuh-bangun akibat guncangan gempa. Dalam sekejap kami
?setengah buta akibat petir. Saya ingat mendengar seseorang berteriak, tapi saya
tidak tahu siapa. Saat itu saya yakin kami semua akan mati."
Di dekat perkemahan, sebatang pohon raksasa tumbang, membentuk rintangan selebar
dan setinggi bangunan tingkat tiga. Ketika mereka menerobos di antara dahan-
dahan, petir yang terus menyambar-nyambar membuat kulit pohon menge-lupas dan
hangus. Amy meraung waktu kilat putih melintasi tangannya saat ia memegang dahan
yang basah. Seketika ia tiarap, lalu menyembunyikan kepala di bawah dedaunan,
dan menolak untuk berdiri lagi. Elliot terpaksa menyeretnya.
Munro yang pertama tiba di perkemahan. Ia menemukan Kahega sedang berusaha
mengemasi tenda-tenda, tapi upaya itu mustahil di tengah guncangan dan petir
yang membelah langit pekat. Salah satu tenda Mylar terbakar. Mereka mencium bau
plastik hangus yang tajam. Antena parabola yang dipasang di tanah pecah
berantakan akibat tersambar kilat, dan kepingan-kepingan logam berhamburan ke
segala arah. 529 "Lari!" teriak Munro. "Lari!"
"Ndio mzee!" seru Kahega. Terburu-buru ia me-raih ranselnya. Ia menoleh ke
belakang, dan saat itu Elliot muncul dari kegelapan sambil menggendong Amy. Mata
kaki Elliot cedera dan langkahnya agak pincang. Amy langsung turun.
"Lari!" teriak Munro.
Sementara Elliot terus maju, Ross keluar dari awan abu. Ia terbatuk-batuk sambil
membungkuk. Sisi kiri tubuhnya tampak gosong dan hitam, kulit tangan kirinya
terbakar. Meski tidak menyadarinya, ia sempat tersambar petir. Ia menunjuk hi-
dung dan tenggorokannya. "Perih... sakit..."
"Karena gas," seru Munro. Ia merangkul pundak Ross, lalu mengangkat dan
membopongnya. "Kita harus naik ke bukit!"
Satu jam kemudian, di tempat yang lebih tinggi, mereka menatap kota yang
terselubung asap dan abu. Di bagian atas lereng gunung, mereka menyaksikan
sederetan pohon mendadak menyala akibat aliran lahar yang tidak kelihatan.
Mereka mendengar raungan kesakitan gorila-gorila di sebelah bawah, ketika
binatang-binatang itu dihujani lahar panas. Aliran lahar semakin mendekati
reruntuhan kota, dan akhirnya semuanya ditelan awan gelap.
Kota Hilang Zinj terkubur untuk selama-lama-nya.
Baru sekarang Ross menyadari bahwa intan-intan yang diincarnya pun telah lenyap.
530 MIMPI BURUK Mereka tidak punya makanan, tidak punya air, dan hanya sedikit amunisi. Terseok-
seok mereka menembus hutan, dengan pakaian hangus dan terkoyak, dengan wajah
kuyu, letih. Mereka tidak saling bicara, berjalan sambil membisu. Di kemudian
hari, Elliot berkata bahwa mereka "masuk ke sebuah mimpi buruk".
Dunia yang mereka lewati tampak tandus dan gersang. Air terjun dan sungai yang
sebelumnya bening kini hitam dan berbuih kelabu. Langit berwarna kelabu tua.
Sesekali ada kilatan merah dari puncak gunung berapi. Udara pun telah menjadi
kelabu. Mereka berjalan menembus dunia yang penuh jelaga dan abu, terhuyung-
huyung, terbatuk-batuk. Seluruh tubuh mereka tertutup abu ransel mereka seperti berpasir, wajah mereka ?terasa lengket saat diusap, rambut mereka kusam dan jauh lebih gelap. Mata dan
hidung mereka seperti terbakar.
531 Namun tak ada yang dapat mereka lakukan selain terus melangkah.
Ross berjalan gontai dan menyadari bahwa per-juangan pribadinya telah berakhir
secara ironis. Ross sudah sejak lama memasuki bank data mana pun di ERTS,
termasuk bank data yang berisi evaluasi terhadap dirinya. Ia hafal penilaian
yang diberikan padanya: CENDERUNG TERLALU PRAGMATIS (bisa jadi) SUKAR MENJALIN HUBUNGAN AN-TARMANUSIA
(yang ini membuatnya kesal) MEMILIKI KEBUTUHAN UNTUK BERKUASA (mungkin) ANGKUH
KARENA KEMAMPUAN INTELEKTUAL (sudah sewajarnya) KASAR (entah apa artinya) /
BERSEDIA MENGGUNAKAN SEGALA CARA UNTUK MENCAPAI TU-JUAN (apa salahnya")
Ia juga mengetahui prediksi perilakunya untuk tahap akhir suatu operasi: segala
omong kosong tentang matriks flopover. Dan baris terakhir dalam laporan itu:
SUBJEK HARUS DIAWASI DALAM TAHAP AKHIR PROSES MENCAPAI TUJUAN.
Namun kini semuanya itu tidak lagi relevan. Ia telah berusaha mendapatkan intan-
intan itu, tapi akhirnya gagal karena letusan gunung berapi ter-hebat di Afrika
selama satu dasawarsa. Ia tak bisa dipersalahkan atas apa yang terjadi. Ia akan
mem-buktikannya pada ekspedisi berikut....
Munro merasa seperti penjudi yang telah melakukan taruhan dengan benar, namun
tetap kalah. 532 Ia telah mengambil keputusan tepat dengan menghindari konsorsium Euro-Jepang,
tapi ternyata sia-sia belaka. Hmm, ia menghibur diri sambil meraba intan-intan
di sakunya, tidak sepenuhnya sia-sia....
Elliot meninggalkan Kota Hilang Zinj tanpa membawa foto, rekaman video, rekaman
suara, maupun tulang-belulang gorila kelabu. Catatan pengukuran yang sempat ia
lakukan pun hilang. Tanpa bukti-bukti nyata, ia tidak berani mengumumkan bahwa
ia telah menemukan spesies baru sekadar membahas kemungkinan tersebut pun
?rasanya kurang bijaksana. Sebuah kesempatan emas telah terlepas dari tangannya,
dan kini, saat melewati dunia yang serba kelabu, ia merasa alam telah kacau-
balau: burung-burung berjatuhan dari langit dan menggelepar-gelepar di tanah,
tercekik oleh gas-gas di udara di atas; kawanan kelelawar beterbangan pada siang
hari; binatang-binatang terdengar meraung dan melolong di kejauhan. Sekitar
tengah hari, mereka melihat seekor macan kumbang berlari tunggang-langgang
dengan bulu terbakar. Entah di mana, gajah-gajah menguak keras.
Mereka terjebak di suatu dunia kelabu yang menyerupai neraka; api dan kegelapan
abadi, tempat roh-roh yang tersiksa menjerit-jerit tanpa henti. Dan di belakang
mereka Mukenko menyemburkan asap dan lahar. Suatu ketika mereka terperangkap di
tengah hujan bara, gumpalan-gumpalan panas yang berdesis-desis ketika menerobos
dedaunan, membuat tanah lembap jadi berasap, membakar
533 pakaian mereka, menggosongkan kulit, dan meng-hanguskan rambut. Mereka menari-
nari kesakitan, dan akhirnya berteduh di bawah pohon-pohon besar.
Sejak awal letusan, Munro telah bertekad untuk menuju bangkai pesawat C-130,
tempat mereka bisa berlindung dan memperoleh perbekalan. Menurut taksirannya,
mereka dapat mencapai pesawat itu dalam waktu dua jam. Namun ternyata enam jam
berlalu sebelum pesawat raksasa yang tertutup abu itu muncul dari kegelapan
pekat. Salah satu sebab mereka menghabiskan begitu banyak waktu saat menjauhi Mukenko
adalah karena mereka harus menghindari Jenderal Muguru dan pasukannya. Setiap
kali menemukan jejak ban jip, Munro membawa mereka semakin jauh ke barat,
semakin jauh memasuki hutan belantara. "Percayalah, Anda lebih baik tidak
bertemu dia," katanya, "atau anak buahnya. Mereka takkan segan-segan memotong
hati Anda dan memakan-nya mentah-mentah."
Abu gelap pada sayap dan badan pesawat menimbulkan kesan pesawat itu jatuh di
tengah salju hitam. Abu itu meluncur bagaikan air terjun dari sebelah sayap yang
bengkok. Di kejauhan mereka mendengar genderang perang orang-orang Kigani,
diselingi dentuman mortir yang ditembakkan pasukan Muguru. Selain itu tak ada
suara apa pun. 534 Munro menunggu di hutan di dekat bangkai pesawat, sambil mengawasinya dengan
saksama. Ross menggunakan kesempatan itu untuk mencoba mengontak Houston. Ia
terus-menerus menepis abu yang menutupi layar, tapi tidak berhasil menghubungi
ERTS. Akhirnya Munro memberi aba-aba, dan semuanya mulai bergerak maju. Dengan panik
Amy menarik-narik lengan baju Munro. Jangan pergi, ia berisyarat. Ada orang.
Munro menatapnya sambil mengerutkan kening, lalu menoleh ke arah Elliot. Tak
lama kemudian terdengar bunyi benturan, dan dua prajurit Kigani dengan wajah dan
tubuh dicat putih keluar dari pesawat. Mereka membawa peti-peti wiski dan
berdebat bagaimana harus menurunkan peti-peti tersebut dari sayap tempat mereka
berdiri. Beberapa saat setelah itu, lima prajurit lain muncul di bawah sayap, mengangkat peti-peti yang
diserahkan pada mereka. Kedua prajurit pertama melompat turun, dan kelompok itu
menghilang ke hutan. Munro menatap Amy sambil tersenyum.
Amy gorila baik, Amy memberi isyarat.
Mereka menunggu dua puluh menit lagi. Baru setelah yakin keadaannya aman, Munro
mengajak mereka mendekati pesawat. Tapi ketika sedang menghampiri pintu kargo,
mereka mendadak dihujani anak panah berwarna putih.
"Masuk!" Munro berseru. Terburu-buru mereka naik ke roda pendarat yang bengkok,
memanjat ke 535 atas sayap, lalu masuk ke pesawat. Munro membanting pintu darurat; panah-panah
membentur bagian luarnya.
Di dalam pesawat ternyata gelap; lantainya miring dan tertekuk-tekuk. Peti-peti
perlengkapan berserakan di mana-mana. Pecahan-pecahan kaca bergerisik saat
diinjak. Elliot menggendong Amy ke sebuah kursi, kemudian menyadari bahwa orang-
orang Kigani telah menggunakan semua tempat duduk untuk membuang air besar.
Di luar, mereka mendengar suara genderang ser-ta hujan panah yang menimpa
pesawat. Mereka mengintai lewat jendela-jendela dan melihat orang-orang bercat
putih berlari di antara pohon-pohon, menyusup ke bawah sayap.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Ross.
"Tembak mereka," Munro menyahut ketus. Ia membuka sebuah peti dan mengeluarkan
beberapa magasin peluru untuk senapan mesin. "Amunisi kita lebih dari cukup."
"Tapi di luar sana ada lebih dari seratus orang."
"Ya, tapi hanya satu yang penting. Bunuh orang Kigani dengan garis merah di
bawah matanya, dan serangan mereka akan segera berhenti."
"Kenapa?" tanya Elliot.
"Karena orang itu Angawa, dukun mereka," ujar Munro sambil menuju kokpit. "Bunuh
dia, dan kita akan aman."
Panah-panah beracun menghantam jendela-jendela
536 plastik dan permukaan luar pesawat. Orang-orang Kigani juga melemparkan tinja.
Suara genderang terdengar bertalu-talu.
Amy ketakutan. Ia duduk di salah satu kursi dan memasang sabuk pengaman sambil
berisyarat, Amy pergi sekarang burung terbang.
Elliot menemukan dua prajurit Kigani bersembunyi di ruang penumpang di ekor
pesawat. Di luar dugaannya, ia membunuh keduanya tanpa ragu sedikit pun. Senapan
mesin di tangannya menyentak-nyentak, dan kedua prajurit itu terlem-par ke
belakang. "Bagus, Dokter," ujar Kahega sambil nyengir, meskipun Elliot gemetar tak
terkendali. Ia ter-duduk di kursi, di samping Amy.
Orang serang burung-burung terbang sekarang burung terbang Amy mau pulang.
"Sebentar lagi, Amy." kata Elliot, dan dalam hati ia berharap keinginannya akan
terkabul. Sementara itu, orang-orang Kigani menghentikan serangan frontal. Mereka mulai
menyc*ng dari belakang, tempat tidak ada jendela. Semuanya mendengar suara
langkah di ekor pesawat, lalu di badan pesawat di atas kepala mereka. Dua
prajurit berhasil masuk melalui pintu kargo belakang yang terbuka. Munro berseru
dari kokpit, "Kalau tertangkap, Anda akan dimakan!"
Ross menembak ke arah pintu belakang. Cipratan darah mengenai bajunya ketika
Tcedua prajurit itu diterjang peluru.
537 Amy tidak suka, Amy memberi isyarat. Amy mau pulang. Ia menggenggam sabuk
pengamannya dengan erat. "Itu dia si bangsat!" teriak Munro, dan langsung menarik picu senapan mesinnya.
Seorang pria muda berusia dua puluhan, dengan goresan cat merah di sekitar mata,
terempas ke tanah. Tubuhnya terguncang-guncang akibat berondongan Munro. "Hah,
kena!" ujar Munro. "Saya berhasil menembak si Angawa." Ia menyandarkan badan dan
membiarkan para prajurit membawa pimpinan mereka.
Sesuai perkiraan Munro, serangan orang-orang Kigani segera berhenti. Mereka
mundur ke hutan belantara yang sunyi. Munro membungkuk di atas mayat pilot dan
memandang ke luar. "Bagaimana sekarang?" tanya Elliot. "Apakah kita sudah menang?"
Munro menggelengkan kepala. "Mereka akan menunggu sampai malam. Setelah itu,
mereka akan kembali untuk menghabisi kita."
"Lalu apa yang harus kita-lakukan?" tanya Elliot.
Munro telah memikirkannya. Ia tidak melihat kemungkinan untuk meninggalkan
pesawat dalam 24 jam berikut. Pada malam hari mereka harus bertahan, dan pada
siang hari mereka membutuhkan tempat lebih lapang di sekeliling pesawat.
Pemecahan paling praktis adalah membakar ilalang setinggi pinggang di sekitar
pesawat jika itu dapat dilakukan tanpa meledakkan sisa bahan bakar dalam ?tangki-tangki.
538 "Cari pelontar api," ia berkata pada Kahega, "atau tabung-tabung gas." Ia
sendiri mulai mencari dokumen-dokumen yang bisa memberitahukan le-tak tangki-
tangki pada pesawat C-130.
Ross menghampirinya. "Situasi kita gawat, bukan?"
"Ya," jawab Munro. Ia tidak menyinggung soal gunung berapi.
"Saya rasa saya telah membuat kesalahan."
"Hmm, Anda bisa menebusnya dengan memikirkan jalan keluar," ujar Munro.
"Saya akan berusaha," Ross berkata serius, lalu pergi ke belakang. Lima belas
menit kemudian, ia menjerit.
Munro langsung berbalik dan mengangkat senjata. Tapi kemudian ia melihat Ross
duduk di salah satu kursi sambil tertawa tak terkendali. Yang lain menatapnya
bingung. Munro memegang pundak Ross dan mengguncang-guncangnya. "Jangan
histeris," katanya, tapi Ross terus tertawa tanpa menggubrisnya.
Kahega berdiri di samping tabung gas bertulisan PROPAN. "Dia lihat ini, lalu
bertanya ada berapa lagi. Aku bilang ada enam, dan dia mulai tertawa."
Munro mengerutkan kening. Tabung itu berukuran besar, enam meter kubik. "Kahega,
untuk apa mereka membawa propan ini?"
Kahega angkat bahu. "Terlalu besar untuk memasak. Mereka hanya butuh lima, tiga
meter kubik untuk memasak."
539 Munro berkata, "Dan masih ada enam tabung lagi seperti ini?" "Ya, Bos. Enam."
"Banyak sekali," ujar Munro. Kemudian ia menyadari bahwa Ross, yang
berpengalaman merencanakan ekspedisi, telah menangkap kegunaan gas itu. Munro
pun sudah bisa menduganya, dan ia mengembangkan senyum.
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Elliot tampak jengkel. "Tolong jelaskan, ada apa sebenarnya!" ia menuntut. "Apa
artinya semuanya ini?"
"Artinya," jawab Munro sambil tertawa, "kita masih punya harapan."
Berkat 25.000 kilogram udara panas dari cincin pembakar propan, balon konsorsium
yang berkilau-kilau terangkat dari tanah dan dengan cepat naik ke langit malam
yang semakin gelap. Orang-orang Kigani menghambur keluar dari hutan sambil mengacungkan tombak dan
busur. Beberapa orang menembakkan anak panah, tapi balon itu sudah terlalu
tinggi dan terus menanjak.
Pada ketinggian .600 meter, balon itu terbawa angin ke arah timur, menjauhi
hamparan hutan belantara yang gelap, melintasi kawah Mukenko yang merah membara
serta tebing-tebing Rift Valley.
Dari sana balon itu menyeberangi perbatasan Zaire dan terbawa ke arah tenggara,
ke Kenya menuju peradaban.?540
EPILOG TEMPAT API Tanggal 18 September 1979, satelit Landsat 3 yang melintas pada ketinggian
nominal 918 kilometer di atas Afrika Tengah merekam larikan selebar 185
kilometer pada Bidang 6 (.7-8 milimikron pada spektrum inframerah). Citra yang
dihasilkan menembus lapisan awan di atas hutan belantara, dan dengan jelas
memperlihatkan letusan Mount Mukenko yang setelah tiga bulan masih terus
berlangsung. Perhitungan komputer menunjukkan bahwa volume abu dan batuan yang
disemburkan mencapai 6-8 kilometer kubik, sementara 2-3 kilometer kubik lahar
mengalir lewat lereng-lereng sebelah barat. Orang-orang pribumi menyebutnya
Kanyalifeka, "tempat api".
Tanggal I Oktober 1979, R.B. Travis secara resmi membatalkan Kontrak Biru, dan
melaporkan bahwa tak ada sumber alami intan Tipe lib yang dapat dieksploitasi
dalam waktu dekat. Perusahaan elektronik Jepang, Hakamichi, kembali menyatakan
minat terhadap proses pelapisan boron secara artifisial yang dikembangkan oleh
Nagaura. Perusahaan-perusahaan Amerika pun mulai meneliti proses serupa; proses
tersebut diharapkan telah sempurna pada tahun 1984.
Tanggal 23 Oktober 1979, Karen Ross mengundurkan diri dari ERTS dan pindah ke
U.S. Geological Survey EDC di Sioux Falls, South Dakota, yang terlibat dalam
kegiatan yang berkaitan dengan pihak militer dan tidak mengadakan penelitian
lapangan. Ia lalu menikah dengan John Bel-lingham, seorang ilmuwan di EDC.
Peter Elliot mengambil cuti tanpa batas di Berkeley Department of Zoology pada
tanggal 30 Oktober. Sebuah pernyataan pers menyebutkan bahwa "kematangan dan
ukuran tubuh Amy yang semakin bertambah, menyulitkan penelitian laboratorium
lebih lanjut". Proyek Amy secara resmi dinyatakan ditutup, meskipun hampir
seluruh staf menyertai Elliot dan Amy ke Institut d'Etudes Ethnologiques di
Bukama, Zaire. Di sini interaksi Amy dengan gorila-gorila liar terus dipantau di
lapangan. Bulan November 1979 Amy diperkirakan hamil; saat itu ia menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama kawanan gorila setempat, sehingga sukar
memastikannya. Ia menghilang pada bulan Mei 1980.*
Bulan Mei 1980, Amy menghilang selama empat bulan, tapi pada bulan September ia
muncul kembali sambil menggendong bayi jantan Elliot memberi isyarat padanya,
dan di luar dugaan melihat bayi itu menjawab, Amy suka Peter suka Peter.
Pemberian isyarat itu dilakukan dengan tangkas dan tepat, dan berhasil direkam
dengan video. Amy tidak bersedia mendekat bersama bayinya; ketika bayinya
menghampiri Elliot, Amy segera mengangkatnya dan menghilang di semak-semak.
Belakangan ia terlihat bersama kawanan gorila di lereng Mt. Kyambara, di bagian
timur laut Zaire. 542 Antara Maret sampai Agustus 1980, pihak institut menyelenggarakan sensus gorila.
Jumlah populasi keseluruhannya diperkirakan 5.000 individu, setengah dari
perkiraan George Schaller, ahli bio-logi lapangan, dua puluh tahun sebelumnya.
Data tersebut mengkonfirmasikan bahwa jumlah gorila pegunungan menurun drastis.
Tingkat reproduksi di kebun binatang terus meningkat, dan kecil kemungkinan
gorila akan mengalami kepunahan, namun habitat mereka terus bertambah sempit
akibat tekanan manusia. Para periset menduga gorila sebagai binatang liar di alam bebas akan lenyap
dalam beberapa tahun mendatang.
Kahega kembali ke Nairobi pada tahun 1979 dan bekerja di sebuah restoran Cina
yang jatuh bangkrut pada tahun 1980. Ia lalu bergabung dengan ekspedisi National
Geographic Society yang hendak mempelajari kuda nil di Botswana.
Aki Ubara, putra tertua pengangkut Marawani dan astronom radio di Cambridge,
Inggris, memenangkan Penghargaan Herskovitz pada tahun 1980 untuk penelitian
mengenai pancaran sinar-X dari sumber galaktik M322.
Charles Munro berhasil memperoleh keuntungan cukup besar ketika menjual 31 karat
intan biru Tipe lib di bursa Amsterdam pada akhir tahun 1979. Intan-intan itu
dibeli oleh Intel, Inc., sebuah perusahaan mikronik Amerika. Tak lama kemudian,
bulan Januari 1980, ia ditikam agen Rusia di
543 Antwerp; mayat agen itu lalu ditemukan di Brussels. Bulan Maret 1980 Munro
ditahan patroli perbatasan di Zambia, namun segala tuduhan ter-hadapnya
dibatalkan. Ia dilaporkan berada di Somalia pada bulan Mei, tapi laporan
tersebut tanpa konfirmasi. Ia masih tinggal di Tangier.
Citra Landsat 3 yang diperoleh pada tanggal 8 Januari 1980 menunjukkan bahwa
letusan Mukenko telah berhenti. Colok persilangan berkas sinar laser yang
terekam samar-samar pada lintasari-lin-tasan satelit sebelumnya, tidak terlihat
lagi. Proyeksi titik persilangan itu kini menandai lapangan lahar quatermain
berwarna hitam dengan ketebalan rata-rata 800 meter hampir 0,5 mil di atas ? ?Kota Hilang Zinj.
di scan dan di-djvu-kan unluk dimhader (dimhad.co.cc) oleh
Dilarang meng-komersil-kan ataa kesialan menimpa anda selamanya
Pendekar Pedang Kail Emas 1 Pendekar Bayangan Sukma Iblis Berbaju Hijau Gerombolan Setan Merah 1
erat, dan meskipun dalam hal ini baik orangtua maupun anak bersifat simbolis,
tindakan tersebut sudah memadai untuk menghentikan ke-kerasan. Dalam kasus ini,
Amy bukan saja mencegah serangan gorila jantan itu, melainkan sekaligus
melindungi Elliot, dengan memperlakukannya seperti bayi jika gorila-gorila itu ?mau menerima bayi berjanggut setinggi 180 sentimeter. Ternyata mereka mau.
Mereka menghilang di balik semak belukar. Amy melepaskan Elliot dari pelukannya.
Ia menatap Elliot dan memberi isyarat, Makhluk bodoh.
"Terima kasih, Amy," Elliot berkata, lalu men-ciumnya.
Peter gelitik Amy Amy gorila baik.
"Oh, memang," ujar Elliot, dan selama beberapa menit berikut ia menggelitik Amy,
sementara Amy berguling-guling di tanah sambil mendengus-de-ngus bahagia.
Pukul 14.00, mereka tiba kembali di perkemahan. Ross berkata, "Anda berhasil
menangkap gorila?" 469 "Tidak," jawab Elliot.
"Hmm, tidak apa-apa," Ross berkomentar, "sebab saya tidak bisa menghubungi
Houston." Elliot tercengang. "Ada pemblokiran elektronik lagi?"
"Lebih buruk dari itu," balas Ross. Ia telah menghabiskan satu jam dengan
berusaha membentuk hubungan satelit ke Houston, dan ia gagal. Setiap kali
hubungannya terputus setelah beberapa detik. Akhirnya, setelah memastikan tak
ada kerusakan pada peralatannya, ia memeriksa tanggal hari itu. "Sekarang
tanggal 24 Juni," ia berkata. "Tanggal 28 Mei kami juga mengalami masalah
komunikasi dengan ekspedisi Kongo pertama. Dua puluh tujuh hari yang lalu."
Karena Elliot belum mengerti, Munro menjelaskan, "Maksudnya, gangguan ini
disebabkan oleh radiasi matahari."
"Ya," ujar Ross. "Ini gangguan ionosfer akibat radiasi matahari." Sebagian besar
gangguan pada ionosfer bumi lapisan molekul-molekul terionisasi pada ketinggian
?antara 80 dan 400 kilometer disebabkan oleh fenomena-fenomena seperti bercak pada ?permukaan matahari. Berhubung matahari berotasi setiap 27 hari, gangguan
tersebut sering berulang satu bulan kemudian.
"Oke," kata Elliot, "gangguan ini disebabkan radiasi matahari. Berapa lama ini
akan berlangsung?" Ross menggelengkan kepala. "Biasanya bebe -
470 rapa jam saja, paling lama satu hari. Tapi gangguan kali ini tampaknya cukup
parah, dan timbul secara mendadak. Lima jam lalu komunikasi kita masih sempuma,
dan sekarang terputus sama sekali. Pasti ada sesuatu yang tidak lazim. Gangguan
ini bisa berlangsung satu minggu."
"Satu minggu tanpa komunikasi" Tanpa hubungan komputer atau apa pun?"
"Begirulah," Ross menyahut dengan nada datar. "Mulai saat ini, kita sepenuhnya
terputus dari du-nia luar."
471 5 Kobaran matahari terbesar di tahun 1979 tercatat pada tanggal 24 Juni. Kejadian
tersebut diamati oleh Kitt Peak Observatorium di dekat Tucson, Arizona, lalu
dilaporkan ke Space Environment Services Center di Boulder, Colorado. Mula-mula
pihak SESC sempat meragukan data yang masuk: dengan standar astronomi solar pun,
kobaran yang diberi nama 78/06/414aa ini berukuran raksasa.
Penyebab kobaran matahari belum diketahui pasti, namun pada umumnya dikaitkan
dengan ber-cak-bercak matahari. Dalam kasus ini, kobaran bersangkutan tampak
sebagai bercak berdiameter 16.000 kilometer yang luar biasa terang. Kobaran itu
bukan saja mempengaruhi garis-garis spektrum hidrogen alfa dan kalsium
terionisasi, tapi juga spektrum cahaya putih yang dipancarkan matahari, dan
peristiwa ini teramat langka.
Pihak SESC kembali tercengang ketika melihat perhitungan komputer. Kobaran
matahari melepaskan energi dalam jumlah sangat besar; kobaran
472 berukuran sedang pun dapat melipatduakan ultraviolet yang dipancarkan oleh
seluruh permukaan matahari. Tapi akibat kobaran 78/06/414aa, radiasi ultraviolet
melonjak hampir tiga kali lipat. Dalam 8,3 menit setelah penampakan pertama
?waktu yang dibutuhkan cahaya untuk mencapai bumi dari matahari lonjakan radiasi
?ultraviolet itu mulai memberondong ionosfer bumi.
Akibat kobaran tersebut, komunikasi radio di sebuah planet yang berjarak 149
juta kilometer mengalami gangguan serius, terutama transmisi-transmisi radio
yang menggunakan sinyal berkekuatan rendah. Stasiun-stasiun radio komersial
dengan pemancar berkekuatan beberapa kilowatt nya-ris tidak terpengaruh, tapi
ekspedisi Kongo yang memancarkan sinyal berkekuatan 20.000 watt tidak berhasil
membentuk hubungan satelit. Dan karena kobaran matahari itu juga memancarkan
sinar-X dan zarah-zarah atom yang baru mencapai bumi setelah satu hari, gangguan
tersebut akan berlangsung paling tidak satu hari, mungkin bahkan lebih lama
lagi. Di markas ERTS di Houston, para teknisi melaporkan pada Travis bahwa SESC
meramalkan gangguan selama empat sampai delapan hari.
"Maksudnya, kita akan kehilangan kontak selama empat sampai delapan hari?" tanya
Travis. "Kelihatannya begitu. Ross pasti akan mengerti kalau dia gagal membuka hubungan
hari ini," salah satu teknisi berkata.
asi 473 TERISOLASI "Mereka butuh dukungan komputer kita," ujar Travis. Staf ERTS telah melakukan
lima simulasi komputer, dan hasilnya selalu sama: kecuali jika ERTS mengirim
pasukan kecil ke sana, ekspedisi pimpinan Ross berada dalam masalah serius.
Peluang mereka untuk selamat hanya 0,244 1:4, itu pun dengan hubungan komputer ?yang kini terputus.
Travis bertanya-tanya, apakah Ross dan yang lain menyadari betapa gawatnya
situasi mereka. "Sudah ada Bidang 5 baru untuk Mukenko?" ia bertanya.
Bidang 5 pada satelit-satelit Landsat merekam data inframerah. Ketika terakhir
melintas di atas Kongo, Landsat memperoleh informasi baru yang penting mengenai
Mukenko. Gunung berapi itu telah bertambah panas sejak lintasan Landsat
sebelumnya sembilan hari yang lalu; peningkatan suhunya tercatat sebesar delapan
derajat. "Belum ada," jawab teknisi yang menangani data tersebut. "Dan menurut komputer
takkan ada letusan dalam waktu dekat. Penyimpangan sebesar empat derajat masih
termasuk lazim untuk sistem sensor Landsat, dan peningkatan suhu selebihnya tak
bisa dijadikan dasar untuk perkiraan lebih lanjut."
"Hmm," Travis bergumam. "Tapi tanpa dukungan komputer kita, apa yang bisa mereka
lakukan untuk menghalau monyet-monyet itu?"
Itulah pertanyaan yang telah menyibukkan pikiran
474 para anggota rombongan ERTS selama satu jam terakhir. Dengan terputusnya
komunikasi, mereka terpaksa mengandalkan komputer-komputer yang ada dalam kepala
masing-masing. Elliot merasa prihatin ketika menyadari kemampuan berpikir otaknya sendiri
ternyata tidak memadai. "Kami semua sudah terbiasa bergantung pada komputer," ia
belakangan berkomentar. "Di hampir semua laboratorium, kita bisa memperoleh
memori dan kecepatan komputasi yang disesuaikan dengan keperluan kita, siang
maupun malam. Kami sudah begitu terbiasa, sehingga tak pernah lagi
memikirkannya." Cepat atau lambat mereka pasti akan berhasil menguraikan bahasa monyet itu, tapi
mereka menghadapi masalah waktu. Mereka tak punya waktu berbulan-bulan untuk
mempelajarinya; mereka cuma punya beberapa jam. Tanpa dukungan program APE,
situasi mereka benar-benar genting. Munro mengatakan mereka takkan sanggup
bertahan jika monyet-monyet itu melancarkan serangan frontal lagi, padahal ia
memperkirakan justru itulah yang akan terjadi.
Penyelamatan Elliot oleh Amy memberi gagasan pada mereka. Amy telah
memperlihatkan kemampuannya berkomunikasi dengan gorila-gorila itu; barangkali
ia juga bisa bertindak sebagai penerjemah. "Tak ada salahnya dicoba," Elliot
mendesak. Masalahnya, Amy sendiri menyangkal kemung -
475 kinan tersebut. Ketika ditanya, "Amy bicara makhluk bicara?" ia memberi isyarat,
Tidak bicara. "Tidak sama sekali?" tanya Elliot, yang teringat bagaimana Amy mendesah-desah
ketika menghadapi gorila-gorila itu. "Peter lihat Amy bicara makhluk bicara."
Tidak bicara. Suara ribut.
Elliot menyimpulkan Amy sanggup meniru pengucapan gorila-gorila itu, namun tidak
mengetahui makna bunyi-bunyi tersebut. Kini sudah le-wat pukul dua; empat-lima
jam lagi malam akan tiba.
Munro berkata, "Sudahlah. Dia tak bisa menolong kita." Ia lebih suka membongkar
perkemahan dan mencoba menerobos pengepungan saat hari masih terang. Ia yakin
mereka takkan sanggup bertahan sampai besok jika tetap berada di daerah
kekuasaan gorila-gorila itu.
Namun ada sesuatu yang mengusik pikiran Elliot.
Setelah bertahun-tahun mengamati Amy, ia tahu Amy mengartikan segala sesuatu
secara harfiah, seperti anak kecil. Dalam menghadapi Amy, terutama jika Amy
sedang tidak berminat bekerja sama, ia harus mengajukan pertanyaan secara tepat
agar memperoleh tanggapan yang sesuai. Kini ia menatap Amy dan berkata, "Amy
bicara makhluk bicara?"
Tidak bicara. "Amy paham makhluk bicara?"
476 Amy tidak menyahut. Ia sedang asyik mengunyah tumbuhan rambat.
"Amy, dengarkan Peter."
Amy menoleh ke arahnya. "Amy paham makhluk bicara?"
Amy paham makhluk bicara, Amy menjawab dengan memberi isyarat. Sikap Amy begitu
yakin, sehingga Elliot sempat meragukan apakah Amy mengerti pertanyaannya.
"Amy lihat makhluk bicara, Amy paham?"
Amy paham. "Amy yakin?" Amy yakin. "Gila," Elliot bergumam.
Munro menggelengkan kepala. "Kita hanya punya beberapa jam sebelum matahari
terbenam," ia berkomentar. "Dan kalaupun Anda bisa mempelajari bahasa gorila-
gorila itu, bagaimana cara Anda akan bicara dengan mereka?"
477 6 Pukul 15.00, Elliot dan Amy telah bersembunyi di semak-semak di lereng bukit.
Satu-satunya tanda kehadiran mereka adalah corong mikrofon yang menyembul dari
balik dedaunan. Mikrofon itu disambungkan ke alat perekam video di samping kaki
Elliot, yang digunakannya untuk merekam suara kawanan gorila di bukit-bukit
sekitar. Satu-satunya kesulitan adalah menentukan gorila mana yang dibidik oleh mikrofon
pengarah itu gorila mana yang sedang diperhatikan Amy, dan apakah keduanya ?sama. Elliot tak bisa memastikan bahwa Amy menerjemahkan ucapan gorila yang
tengah direkamnya. Kelompok terdekat terdiri atas-delapan gorila, dan perhatian
Amy beralih terus. Salah satu betina membawa bayi berusia enam bulan, dan suatu
ketika, waktu bayi itu disengat tawon, Amy memberi isyarat, Bayi marah. Tapi
Elliot sedang merekam suara seekor jantan.
Amy, ia berisyarat, Amy harus lebih perhatikan.
Amy perhatikan. Amy gorila baik.
478 Ya, balas Elliot. Amy gorila baik. Amy perhatikan gorila jantan. Amy tidak suka.
Dalam hati Elliot mengumpat, lalu menghapus rekaman terjemahan Amy sepanjang
setengah jam. Rupanya Amy memperhatikan gorila yang salah. Ketika kembali
menyalakan alat perekam, Elliot memutuskan untuk merekam apa saja yang sedang
diperhatikan Amy. Ia berisyarat, Makhluk mana Amy perhatikan"
Amy perhatikan bayi. Itu pun tidak berguna, sebab bayi tersebut belum bisa berbicara. Elliot memberi
isyarat, Amy perhatikan betina.
Amy suka perhatikan bayi.
Ketergantungannya pada Amy terasa bagaikan mimpi buruk. Elliot terpaksa
mengandalkan seekor binatang yang jalan pikiran maupun perilakunya baru mulai ia
pahami; ia terputus dari dunia luar dan alat-alat buatan manusia, sehingga
semakin tergantung pada binatang itu; meski demikian, ia harus percaya padanya.
Aneh rasanya tergantung pada seekor gorila, tapi apa boleh buat.
Satu jam kemudian, ketika cahaya matahari sudah semakin meredup, ia membawa Amy
kembali ke perkemahan. Munro telah menyiapkan segala sesuatu sebaik mungkin.
Pertama-tama ia menggali sejumlah lubang yang
479 AMY BICARA MAKHLUK BICARA
menyerupai perangkap gajah di luar perkemahan; lubang-lubang dalam dengan
tonggak-tonggak run-cing, ditutup daun dan dahan-dahan.
Ia melebarkan parit di beberapa tempat, dan menyingkirkan pohon-pohon mati yang
mungkin digunakan sebagai jembatan.
Ia memangkas dahan-dahan rendah yang menjulur ke atas perkemahan. Kalaupun
gorila-gorila itu memanjat pepohonan, mereka tetap berada sekitar sembilan meter
di atas tanah terlalu tinggi untuk melompat turun.
?Ia membagi-bagikan senapan dan kaleng-kaleng berisi gas air mata pada ketiga
pengangkut yang masih tersisa Muzezi, Amburi, dan Harawi.
?Bersama Ross ia memperbesar arus listrik pada pagar pengamanan sampai hampir 200
ampere. Itulah arus maksimum yang dapat dialirkan anyaman logam' tersebut tanpa
meleleh. Mereka terpaksa mengurangi frekuensi arus dari empat menjadi dua
denyutan per detik. Berkat penam-bahan arus tersebut, pagar itu tidak lagi
sekadar penghalang, melainkan rintangan mematikan. Binatang-binatang yang
pertama menerjang pagar akan tewas seketika, meskipun kemungkinan terjadinya
hubungan pendek juga meningkat.
Ketika matahari terbenam, Munro mengambil keputusan paling sulit. Ia mengisi
unit-unit RSFD dengan setengah amunisi yang masih tersisa. Kalau itu habis,
senapan-senapan mesin akan berhenti
480 menembak. Munro akan terpaksa mengandalkan Elliot, Amy, dan terjemahan mereka.
Dan Elliot tampak prihatin ketika kembali dari bukit.
481 7 "Berapa lama lagi sampai Anda siap?" Munro bertanya pada Elliot.
"Dua jam, mungkin lebih." Elliot minta bantuan Ross, dan Amy menghampiri Kahega
untuk minta makanan. Ia tampak bangga dan bersikap seperti orang penting.
Ross berkata, "Bagaimana, sukses?"
"Kita akan segera tahu," jawab Elliot. Pertama-tama ia akan menguji terjemahan
Amy dengan mengulangi bunyi-bunyi yang berhasil direkamnya. Jika Amy
menerjemahkan bunyi-bunyi itu secara konsisten, mereka akan tahu bahwa ia dapat
diandalkan. Namun pekerjaan itu teramat rumit. Peralatan mereka terbatas pada VTR setengah
inci serta alat perekam kecil; tak ada kabel sambungan. Semua orang lain di
perkemahan tak boleh bersuara sementara mereka melakukan uji coba: merekam,
merekam ulang, mendengarkan bunyi-bunyi desahan.
Dalam waktu singkat mereka telah menyadari
bahwa telinga mereka tak sanggup membeda-beda-kan bunyi-bunyi tersebut semuanya?terdengar sama. Lalu Ross mendapat ide.
"Bunyi-bunyi ini direkam sebagai sinyal elek-trik," katanya.
"Ya..." "Nan, pemancar satelit kita punya memori sebesar 256K."
"Tapi kita tak bisa menghubungi komputer di Houston."
"Bukan itu maksud saya," ujar Ross. Ia menjelaskan bahwa untuk membentuk
hubungan satelit, komputer 256K itu membandingkan sinyal internal seperti pola
?uji video dengan sinyal yang dipancarkan dari Houston. Mesin itu memang dibuat
?begitu, tapi program pencocokannya juga bisa digunakan untuk tujuan lain.
"Maksudnya, untuk membandingkan bunyi-bunyi itu?" tanya Elliot.
Ternyata memang bisa, tapi prosesnya teramat lamban. Bunyi-bunyi yang direkam
harus dipin-dahkan ke memori komputer, lalu direkam ulang dengan VTR pada bagian
lain bidang frekuensi pita. Kemudian mereka harus memasukkan sinyal tersebut ke
memori komputer dan memutar rekaman pembanding kedua. Elliot memperhatikan Ross
menukar-nukar kaset dan disket. Setiap setengah jam Munro menghampiri mereka
untuk menanyakan kemajuan yang sudah dicapai. Ross se-483
482 PERTAHANAN TERAKHIR makin jengkel dan ketus. "Kami sudah berusaha sekuat tenaga," katanya. Kini
sudah pukul 20.00. Hasil-hasil pertama cukup membesarkan hati. Terjemahan Amy ternyata konsisten.
Pukul 21.00 mereka telah berhasil mencocokkan hampir selusin kata:
MAKANAN.9213.112
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
MAKAN.8844.334 AIR.9978.004 MINUM.7743.334 {PEMBENARAN} YA.6654.441 {PENOLAKAN} TIDAK.8883.220
DATANG.5459.440 PERGI.5378.404 BUNYI KOMPLEKS: " JAUH.5444.343
BUNYI KOMPLEKS: " SINI.6344.344
BUNYI KOMPLEKS: " MARAH
" BURUK.4232.477 Ross meninggalkan komputer. "Silakan," ia berkata pada Elliot. "Sekarang giliran
Anda." Munro berjalan mondar-mandir di perkemahan. Inilah saat yang paling dibencinya.
Semuanya menunggu, tegang, gelisah. Sebenarnya ia ingin berkelakar dengan Kahega
dan para pengangkut, tapi Ross dan Elliot membutuhkan ketenangan untuk tugas
mereka. Ia menoleh ke arah Kahega.
484 Kahega menunjuk ke langit dan Nmenggosok-gosok jari.
Munro mengangguk. Ia pun merasakannya, kelembapan yang menekan, muatan listrik yang begitu
kentara, hingga seakan-akan bisa diraba. Hujan akan turun. Sekarang ini lagi,
Munro berkata dalam hati. Sore tadi memang terdengar letusan-letusan menggele-
gar, namun ia menganggapnya badai petir di tempat jauh. Tapi bunyi itu berbeda,
lebih tajam, menyerupai ledakan yang terjadi saat pesawat terbang melintas
dengan kecepatan melebihi kecepatan suara. Munro pernah mendengar bunyi seperti
itu, dan ia sudah bisa mengira-ngira artinya.
Ia menatap kerucut Mukenko yang gelap, lalu mengamati Mata Iblis yang tampak
samar-samar. Ia memperhatikan kedua berkas sinar laser hijau yang bersilangan di
langit. Salah satunya ternyata bergetar saat mengenai daun-daun di puncak
pepohonan. Mula-mula Munro menyangka ia salah lihat, bahwa daun-daun itu yang bergerak,
bukan berkas sinarnya. Tapi setelah beberapa saat ia merasa yakin: berkas laser
itulah yang bergetar, bergerak naik-turun membelah kegelapan malam.
Munro sadar ini merupakan perkembangan yang mencemaskan, tapi saat itu ada
urusan yang lebih mendesak. Ia menoleh, menatap Ross dan Elliot yang sedang
mengotak-atik peralatan mereka. Ke -
485 duanya bercakap-cakap dengan tenang, dan bersikap seolah-olah mereka tidak
terburu-buru. Sebenarnya Elliot sudah bekerja secepat mungkin. Ia telah merekam sebelas kata.
Kini ia harus menyusun pesan yang tak mungkin disalahartikan. Dan itu tidak
semudah yang dibayangkan.
Pertama, bahasa gorila-gorila itu bukan bahasa lisan murni. Mereka menggunakan
kombinasi isyarat dan bunyi untuk menyampaikan informasi. Ini menimbulkan
masalah klasik mengenai struktur bahasa bagaimana sesungguhnya informasi di-?sampaikan" (L.S. Verinski pernah berkomentar bahwa seandainya makhluk luar
angkasa memperhatikan orang Itali berbicara, mereka akan berkesimpulan bahasa
Itali pada dasarnya bahasa isyarat, dengan tambahan bunyi untuk memberi
penekanan.) Elliot membutuhkan pesan sederhana yang tidak tergantung pada
isyarat tangan. Tapi ia buta sama sekali mengenai cara penyusunan kata dalam bahasa gorila, yang
mungkin saja bisa mengubah arti suatu kalimat misalnya "aku pukul" dan "pukul
?aku". Dan pesan singkat pun bisa menjadi tidak jelas jika diterjemahkan" secara
harfiah ke dalam bahasa lain.
Menghadapi ketidakpastian ini, Elliot mempertimbangkan untuk menggunakan kata
tunggal. Tapi tak satu kata pun pada daftarnya cocok untuk tujuan tersebut.
Alternatif kedua adalah memancarkan beberapa pesan singkat, untuk berjaga-jaga
486 seandainya salah satu di antaranya ternyata tidak jelas. Akhirnya ia memilih
tiga kalimat pendek: PERGI JAUH, TIDAK DATANG, dan SINI BU-RUK; dua dari ketiga
kombinasi itu memiliki kelebihan, karena tidak tergantung pada urutan kata.
Pukul 21.00 mereka telah berhasil memisah-misahkan komponen-komponen bunyi
bersangkutan. Tapi mereka masih menghadapi tugas rumit. Elliot membutuhkan loop,
suatu cara untuk mengulangi bunyi-bunyi itu secara terus-menerus. Yang paling
mendekati kebutuhan tersebut adalah VCR, yang menggulung balik secara otomatis
untuk mengulangi pesannya. Elliot bisa menyimpan enam bunyi dalam memori 256K,
tapi selang waktunya di antara masing-masing bunyi itu memegang pe-ran
menentukan. Selama satu jam berikut, mereka sibuk menekan-nekan tombol dan
berusaha menggabung-gabungkan semua bunyi agar terdengar te-pat untuk telinga
mereka. Pukul 22.00 Munro menghampiri Elliot sambil membawa senapan laser. "Anda yakin
ini akan berhasil?" Elliot menggelengkan kepala. "Saya tak bisa memastikannya." Selusin hambatan
yang mungkin akan mereka alami terlintas dalam benaknya. Mereka merekam suara
seekor betina, tapi apakah gorila-gorila itu akan menanggapi seekor betina"
Apakah mereka akan menanggapi suara yang tidak disertai isyarat tangan" Apakah
pesannya cukup jelas" Apakah selang waktu di antara bunyi-bunyi
487 itu sudah tepat" Bagaimana kalau mereka sama sekali tidak menggubris pesan itu"
Tak seorang pun dapat menjawab pertanyaari-pertanyaan tersebut. Satu-satunya
cara adalah dengan mencobanya.
Upaya memancarkan pesan itu merupakan masalah tersendiri. Ross telah membuat
pengeras suara dengan mengambil pengeras suara kecil dari alat perekam dan
merekatkannya pada payung yang dipasang pada tripod. Pengeras suara darurat itu
menghasilkan volume cukup besar, tapi suaranya tidak jelas dan tidak meyakinkan.
Tak lama kemudian, mereka mulai mendengar suara mendesah-desah.
Munro langsung mengarahkan senapan laser. Ia mengamati semak-semak melalui
kacamata khususnya. Sekali lagi suara itu datang dari segala arah; dan meskipun
mendengar daun-daun bergerisik di hutan, ia tidak melihat gerakan di dekat
perkemahan. Kera-kera di pepohonan membisu. Yang terdengar hanyalah suara
tersengal-sengal. Kini Munro pun yakin bunyi-bunyi itu merupakan sejenis bahasa.
Seekor gorila muncul dan Kahega melepaskan tembakan. Berkas sinar laser dari
senapannya membelah kegelapan malam. Satu unit RFSD meletup-letup, peluru mulai
berhamburan. Tanpa bersuara gorila itu menghilang kembali di balik rum-pun pakis
yang lebat. 488 Munro dan yang lain segera mengambil posisi di tepi perkemahan. Mereka berlutut
dengan te-gang, sementara lampu inframerah memproyeksikan tyayangan mereka ke
anyaman pagar dan hutan di baliknya.
Bunyi mendesah-desah itu terdengar selama beberapa menit, lalu berangsur-angsur
menjauh, sampai suasana kembali hening.
"Ada apa ini?" tanya Ik>ss.
Munro mengerutkan kening. "Mereka menunggu-"
"Menunggu apa?"?Munro menggelengkan kepala. Ia mengelilingi perkemahan, mengamati para penjaga
yang lain, dan berusaha memecahkan teka-teki itu. Sudah berkali-kali ia
mengantisipasi perilaku binatang-binatang macan kumbang yang terluka, banteng
?yang terpojok tapi ini berbeda. Ja terpaksa mengakui tidak tahu apa yang akan
?terjadi. Mungkinkah gorila tadi bertugas mengintai pertahanan mereka" Ataukah
serangan sesungguhnya sudah dimulai, lalu dibatalkan karena sebab yang tidak
jelas" Jangan-jangan ini sekadar siasat untuk menggerogoti saraf lawan" Munro
pernah menyaksikan gerombolan simpanse yang sedang berburu menggertak kawanan
kera babon sebelum melancarkan serangan sesungguhnya. Dalam keadaan kacau-balau
yang menyusul, seekor babon muda terpisah dari kelompoknya, lalu dikejar dan
dibunuh tanpa ampun. Kemudian ia mendengar gemuruh guntur.
489 Kahega menunjuk ke langit sambil menggelengkan kepala. Itulah yang ditunggu
kawanah gorila. "Persetan," Munro bergumam.
Pukul 22.30 mereka mulai diguyur hujan lebat. Dalam sekejap pengeras suara
mereka basah ku-yup. Hujan itu juga mengakibatkan hubungan pen-dek pada kabel-
kabel listrik, dan pagar pengamanan langsung mati. Lampu-lampu malam berkedap-
kedip dan dua bote lampu meledak. Tanah berubah menjadi lumpur; jarak pandang
berkurang sampai lima meter. Yang lebih parah lagi, hujan yang menerpa dedaunan
menimbulkan suara begitu keras, sehingga mereka terpaksa berteriak-teriak untuk
berkomunikasi. Rekaman mereka belum rampung; pengeras suara kemungkinan besar
takkan berfungsi, dan pasti takkan mampu mengalahkan suara hujan. Hujan lebat
juga akan mempengaruhi senapan-senapan laser dan mencegah penyebaran gas air
mata. Para anggota rombongan ERTS tampak galau.
Lima menit kemudian gorila-gorila itu menye^ rang.
Kedatangan mereka tidak diketahui di tengah hujan lebat. Mereka muncul begitu
saja, menerjang pagar pengamanan dari tiga arah sekaligus. Elliot langsung
menyadari bahwa serangan tersebut berbeda dari serangan-serangan sebelumnya.
Gorila-gorila itu telah mempelajari keadaan, dan kini bertekad menggempur lawan
sampai habis. 490 Binatang penyerang, yang dilatih untuk kecerdikan dan kebuasan. Meskipun Elliot
sendiri yang berkesimpulan demikian, ia tetap terkesima ketika melihat bukti
nyata dengan mata kepalanya sendiri. Gorila-gorila itu melancarkan serangan
bergelombang, bagaikan pasukan tempur berdisiplin tinggi. Namun bagi Elliot,
serangan mereka lebih mengerikan dibandingkan serangan pasukan manusia. Di mata
mereka, manusia hanya binatang. Sebuah spesies asing yang tak perlu diberi
ampun. Manusia hanya hama yang harus diberantas.
Gorila-gorila tersebut tidak peduli mengapa Elliot dan yang lain berada di situ,
atau alasan apa yang membawa mereka ke Kongo. Mereka membunuh bukan karena
lapar, karena membela diri, atau karena ingin melindungi anak-anak mereka.
Mereka membunuh karena mereka dilatih untuk membunuh.
Serangan mereka berlangsung cepat. Dalam beberapa detik saja mereka telah
berhasil meroboh-kan pagar. Tanpa hambatan mereka menyerbu ke perkemahan, sambil
mendengus-dengus dan mengaum. Hujan lebat membuat mereka basah ku-yup. Elliot
melihat sepuluh sampai lima belas gorila di perkemahan. Mereka menginjak-injak
tenda dan menyerang semua orang. Azizi langsung tewas dengan tengkorak remuk
akibat hantaman sepasang dayung batu.
Munro, Kahega, dan Ross menembakkan senapan laser, namun hasilnya tidak seperti
yang 491 diharapkan Berkas-berkas sinar laser tampak terpecah-pecah akibat siraman hujan;
peluru-peluru pelacak berdesing-desing. Salah satu unit RFSD mengalami gangguan,
larasnya berputar-putar dan memuntahkan peluru ke segala arah. Munro dan yang
lain segera tiarap. Beberapa gorila mati di-berondong peluru, dan mereka jatuh
sambil mendekap dada, seperti manusia yang tewas ditembak.
Elliot berpaling pada peralatan rekam, tapi tiba.-tiba saja ditindih oleh Amy
yang dicekam panik dan mendengus-dengus ketakutan. Elliot menyingkirkannya dan
menekan tombol play. Kini semua orang sudah terlibat pertempuran jarak dekat. Munro telentang di
lumpur, diduduki seekor gorila. Ross tidak kelihatan. Kahega sedang bergulat
dengan lawannya. Elliot tidak sempat memperhatikan bunyi keresek yang keluar
dari pengeras suara, dan gorila-gorila itu pun tampaknya tak peduli.
Salah satu pengangkut, Muzezi, menjerit ketika ia melangkah-ke hadapan sebuah
unit RFSD; tubuhnya terguncang-guncang akibat terjangan peluru, dan ia jatuh ke
belakang. Paling tidak selusin gorila tergeletak tewas atau cedera, sambil
mengerang-erang. Unit RFSD yang mengalami gangguan telah kehabisan peluru;
larasnya masih berputar-putar, namun hanya berbunyi klik-klik-klik. Seekor
gorila membalikkan mesin itu, yang lalu menggeliat-geliut di lumpur, seperti
makhluk hidup. Elliot melihat seekor gorila mengoyak-ngoyak
492 tenda Mylar secara sistematis. Di seberang perkemahan, gorila lain memukul-mukul
dua panci aluminium bagaikan sepasang dayung logam. Semakin. banyak gorila
memasuki perkemahan, tanpa menggubris suara rekaman yang kasar. Elliot melihat
seekor gorila melintas di bawah pengeras suara, dekat sekali, tanpa
memedulikannya sama sekali. Serta-merta ia menyadari bahwa rencana mereka telah
gagal. Riwayat mereka sudah tamat; kematian hanya soal waktu.
Seekor gorila menerjangnya sambil meraung dan merentangkan tangan yang
menggenggam dayung batu. Dengan ngeri Amy menutup mata Elliot. "Amy!" ia
berseru, lalu melepaskan tangan Amy. Ia telah pasrah menghadapi hantaman dayung
batu dan rasa nyeri yang luar biasa.
Ia melihat gorila itu mendekat. Tubuhnya menegang. Tapi 1,8 meter di hadapan
Elliot gorila itu berhenti begitu mendadak, hingga terpeleset dan jatuh ke
belakang. Gorila itu duduk dengan bingung sambil memiringkan kepala, seakan-akan
mendengarkan sesuatu. Baru sekarang Elliot sadar bahwa hujan sudah hampir berhenti. Ia memandang
berkeliling dan melihat seekor gorila lain juga berhenti dan memasang
telinga lalu satu lagi dan satu lagi dan satu lagi. Suasana di perkemahan ? ? ?menjadi hening ketika semua gorila berdiri seperti patung di tengah kabut.
493 Semuanya mendengarkan bunyi-bunyi yang ber-kumandang dari pengeras suara.
Elliot menahan napas; ia tak berani berharap. Gorila-gorila itu tampak bingung.
Tapi Elliot mendapat kesan bahwa setiap saat mereka bisa mengambil keputusan
bersama dan kembali menyerang bertubi-tubi.
Namun itu tidak terjadi. Semua gorila melangkah menjauh. Munro bangkit dengan
susah payah, lalu memungut senapannya dari lumpur. Tapi ia tidak menembak.
Gorila di hadapannya seakan-akan tidak menyadari kehadiran Munro.
Di bawah hujan rintik-rintik dan cahaya lampu malam yang berkedap-kedip, gorila-
gorila itu menyingkir satu per satu. Mereka tampak terbingung-bingung. Pengeras
suara terus memancarkan bunyi berkeresek.
Gorila-gorila itu mundur teratur, melintasi pagar yang roboh, dan menghilang di
hutan belantara. Para anggota ekspedisi berpandangan sambil menggigil karena
basah kuyup. Dua puluh menit kemudian, ketika sedang mem-benahi perkemahan, mereka kembali
diguyur hujan lebat. 494 HARI 13 MUKENKO 25 Juni 1979 di scan dan didjvu kan unluk dimhader (dimhad.co.cc) oleh
OBI Dilarang meng-komersil- kan atau kcsiaJan menimpa anda selamanya
1 Keesokan paginya seluruh perkemahan tertutup lapisan abu hitam tipis, dan di
kejauhan Mukenko menyemburkan asap hitam dalam jumlah besar. Amy menarik-narik
lengan baju Elliot. Pergi sekarang, ia memberi isyarat.
"Tidak, Amy," balas Elliot.
Tak satu pun anggota ekspedisi ingin meninggalkan lokasi, termasuk Elliot.
Ketika terbangun, ia langsung memikirkan data tambahan yang masih perlu
dikumpulkannya sebelum mereka meninggalkan Zinj. Elliot tak lagi puas dengan
tulang belulang salah satu makhluk-makhluk itu; seperti manusia, keunikan mereka
melebihi struktur fisik se-mata dan juga mencakup perilaku. Elliot hendak
membuat rekaman video gorila-gorila kelabu itu, dan melengkapi rekaman suara
yang telah dimilikinya. Tekad Ross untuk menemukan intan semakin menggebu, dan
Munro pun tak kalah berminat.
Pergi sekarang. 497 INTAN "Kenapa harus pergi sekarang?" Elliot bertanya pada Amy.
Tanah buruk. Pergi sekarang.
Elliot buta soal kegiatan vulkanik, namun ia tidak terkesan oleh apa yang
dilihatnya. Mukenko memang lebih aktif dibandingkan hari-hari sebelumnya, tapi
gunung berapi itu sudah menyemburkan asap dan gas sejak mereka tiba di Virunga.
Ia bertanya pada Munro, "Apakah keadaannya membahayakan?"
Munro angkat bahu. "Kahega pikir begitu, tapi itu mungkin hanya alasan supaya
dia bisa cepat pulang."
Amy berlari menghampiri Munro sambil mengangkat tangan, lalu memukul-mukul tanah
di hadapan orang itu. Munro menganggapnya sebagai tanda bahwa Amy hendak
bermain. Ia tertawa dan mulai menggelitiknya. Amy memberi isyarat.
"Apa katanya?" tanya Munro. "Kau bilang apa, hmm?"
Amy mendengus-dengus dengan girang dan terus memberi isyarat.
"Dia bilang pergi sekarang," Elliot menerjemahkan.
Munro berhenti menggelitik Amy. "O ya?" ia bertanya dengan tajam. "Apa persisnya
yang dia katakan?"
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Elliot dibuat terkejut oleh tanggapan Munro yang begitu serius, meskipun Amy
menganggap perhatian orang itu sudah sewajarnya. Ia kembali
498 berisyarat, kali ini lebih pelan, sambil menatap Munro.
"Dia bilang tanah ini buruk."
"Hmm," Munro bergumam. "Menarik." Ia menoleh ke arah Amy, lalu menatap jam
tangannya. Amy memberi isyarat, Orang bulu hidung de-ngar Amy pulang sekarang.
"Dia minta Anda mendengarkannya dan pulang sekarang," ujar Elliot.
Munro angkat bahu. "Katakan padanya saya mengerti."
Elliot menerjemahkan pesan itu. Amy tampak tidak senang, dan tidak memberi
isyarat lagi. "Mana Ross?" tanya Munro. "Di sini," Ross menyahut.
"Ayo kita berangkat," kata Munro, kemudian mereka menuju ke Kota Hilang.
Ternyata ada kejutan lagi untuk mereka Amy memberi isyarat bahwa ia ingin ikut,?dan ia bergegas menyusul yang lain.
Ini hari terakhir mereka di Kota Hilang, dan semua anggota ekspedisi Kongo
menggambarkan reaksi serupa: misteri kota itu, yang semula begitu kental, kini
telah terkupas. Pagi itu mereka melihat kota tersebut apa adanya sekumpulan
?reruntuhan tua di tengah hutan panas dan lembap.
Semuanya merasa jemu, kecuali Munro. Munro merasa cemas.
Elliot berbicara mengenai pengucapan dan me -
499 ngapa ia menginginkan rekaman suara, dan membahas kemungkinan mengawetkan otak
salah satu monyet untuk dibawa pulang. Ia bercerita bahwa para ahli masih
berselisih paham mengenai asal-usul bahasa. Dulu orang menduga bahasa merupakan
pengembangan suara-suara binatang, tapi kini telah diketahui bahwa suara-suara
itu dikendalikan oleh limbic system dalam otak, sementara bahasa sesungguhnya
berasal dari bagian lain yang disebut Broca's area. Munro tidak
memperhatikannya. Ia terus mendengarkan bunyi gemuruh yang bersumber dari
Mukenko. Munro memiliki pengalaman tangan pertama dengan gunung berapi. Ia berada di
Kongo ketika Mbuti, gunung berapi lain dalam barisan Virunga, meletus pada tahun
1968. Ketika mendengar suara letusan tajam sehari sebelumnya, ia segera
mengenali bunyi itu sebagai bromides, gejala yang biasa mendului gempa bumi dan
belum dapat dijelaskan. Munro menyimpulkan Mukenko akan meletus dalam waktu
dekat, dan ketika melihat berkas sinar laser bergoyang semalam, ia langsung tahu
bahwa terjadi getaran baru pada bagian atas lereng gunung.
Munro tahu perilaku gunung berapi tak dapat diramalkan. Ini terbukti dengan
kehadiran kota tua di kaki gunung berapi aktif, yang selama lebih dari lima
ratus tahun tetap tidak tersentuh. Pada lereng gunung sebelah atas kota, juga di
sebelah selatan, terdapat bekas aliran lahar yang masih
500 baru, tapi kota itu sendiri tidak terkena. Ini sebenarnya wajar saja bentuk-
?kerucut Mukenko menyebabkan sebagian besar letusan terjadi pada lereng selatan
yang landai. Tapi itu tidak berarti mereka aman dari bahaya. Jika terjadi
letusan, dalam tempo beberapa menit saja nyawa mereka bisa terancam. Yang
membuat keadaan menjadi berbahaya bukanlah lahar, yang jarang mengalir lebih
cepat daripada kecepatan orang berjalan kaki; lahar yang tersembur memerlukan
waktu berjam-jam untuk mengalir dari puncak Mukenko. Bahaya sesungguhnya saat
gunung berapi meletus justru terletak pada semburan abu dan gas.
Sama seperti sebagian besar orang yang tewas dalam kebakaran sebenarnya mati
karena meng-hirup asap, sebagian besar korban letusan gunung berapi mati lemas
akibat abu dan karbon monok-sida. Gas-gas vulkanik lebih berat dibandingkan
udara. Kota Hilang Zinj, yang terletak di sebuah lembah, bisa dengan cepat
terselubung awan beracun seandainya Mukenko menyemburkan gas dalam jumlah besar.
Pertanyaannya sekarang, seberapa cepat Mukenko mencapai tahap letusan besar.
Itulah sebabnya Munro demikian tertarik pada reaksi Amy. Primata diketahui
sanggup meramalkan peristiwa-peristiwa geologis seperti gempa bumi dan letusan
gunung berapi. Munro heran bahwa Elliot, yang sibuk membahas kemungkinan
membekukan otak gorila, tidak mengetahui hal tersebut. Dan ia lebih
501 heran lagi bahwa Ross, dengan pengetahuan geo-loginya yang mendalam, tidak sadar
bahwa hujan abu pagi itu merupakan awal dari letusan gunung berapi.
Sesungguhnya Ross pun tahu Mukenko akan meletus. Pagi itu ia kembali mencoba
membuka hubungan dengan Houston. Di luar dugaannya, transmisinya segera
menembus. Setelah notasi pengacak tercatat, ia mulai mengetikkan laporan
perkembangan terakhir, namun layar mendadak ko-song dan sebuah pesan tampak
berkedap-kedip: STSIUN HUSTN BRITA MNDSAK KSONGKN MEMRI.
Ini merupakan isyarat darurat; Ross belum pernah melihatnya pada suatu ekspedisi
lapangan. Ia mengosongkan memori, lalu menekan tombol transmit. Setelah beberapa
detik, layar monitor menampilkan pesan berikut:
KOMPUTR MENANGKP COLOK LETUSN BSAR MUKENKO SARAN TINGGLKN LOKASI SKARNG EXPEDS
TRANCM BAHAYA ULANGI TINGGLKN LOKASI SKARNG.
Ross memandang berkeliling. Kahega sedang mempersiapkan sarapan; Amy jongkok di
depan api unggun sambil menikmati pisang bakar (ia telah berhasil merayu Kahega
untuk membuatkan 502 makanan khusus baginya); Munro dan Elliot sedang minum kopi. Selain hujan abu
hitam, semuanya tampak seperti biasa di perkemahan. Ia kembali menatap layar.
COLOK LETUSN BSAR MUKENKO SARAN TINGGLKN LOKASI SKARANG.
Ross menatap kerucut Mukenko yang terus mengeluarkan asap. Ah, persetan, katanya
dalam hati. Ia menginginkan intan-intan itu, dan ia sudah melangkah terlalu
jauh. Tak mungkin mundur sekarang.
Pada layar tampak pesan yang berkedap-kedip: HARP KIRM BLASN. Ross mematikan
pemancar. Sepanjang pagi mereka berulang kali merasakan getaran menyentak, menimbulkan
awan debu pada bangunan-bangunan tua di Kota Hilang. Mukenko pun semakin sering
mengeluarkan suara gemuruh. Namun Ross tidak memedulikan semuanya itu. "Ini
berarti kita berada di negeri gajah," katanya. Ia mengutip sebuah pepatah lama
dari dunia geologi: Kalau mencari gajah, pergilah ke negeri gajah. Yang dimaksud
dengan negeri gajah adalah tempat mineral-mineral yang dicari kemungkinan besar
dapat ditemukan. "Dan kalau mencari intan," Ross melanjutkan sambil angkat bahu,
"pergilah ke gunung berapi."
503 Hubungan antara intan dan gunung berapi telah diketahui sejak lebih dari satu
abad, namun tetap belum dipahami sepenuhnya. Sebagian besar teori menyatakan
bahwa intan, yaitu kristal-kristal kar-bon murni, terbentuk di selubung atas
kerak bumi yang bertekanan dan bersuhu luar biasa, kira-kira 1.600 kilometer di
bawah permukaan. Intan-intan tersebut tetap berada di dalam perut bumi, kecuali
di daerah-daerah gunung berapi, tempat aliran magma cair membawa batu-batu itu
ke permukaan. Tapi ini tidak berarti orang harus mendatangi gunung berapi yang sedang meletus
untuk menangkap intan-intan yang disemburkan. Tambang intan pada umumnya
terdapat di gunung berapi yang sudah mati, dalam kerucut-kerucut yang telah
membatu dan dinamakan pipa kimberlite, berdasarkan formasi geologis di
Kimberley, Afrika Selatan. Virunga, yang terletak di dekat Rift Valley yang
secara geologis tidak stabil, menunjukkan tanda-tanda kegiatan vulkanik
berkesinambungan selama lebih dari lima puluh juta tahun. Mereka kini mencari
sisa gunung berapi yang dulu pernah ditemukan oleh para penduduk Zinj.
Beberapa saat sebelum tengah hari, upaya mereka membuahkan hasil. Pada bukit-
bukit di sebelah timur kota, mereka menemukan sejumlah terowongan yang menembus
ke dalam lereng Mukenko. Elliot merasa kecewa. "Saya sendiri tidak tahu,
504 apa sebenarnya yang saya harapkan," ia berkomentar belakangan, "tapi yang saya
lihat hanyalah terowongan-terowongan biasa, dengan tonjolan-tonjolan batu
berwarna cokelat buram di sana-sini. Saya tidak habis pikir mengapa Ross begitu
gembira." Tonjolan-tonjolan batu buram tersebut sesungguhnya intan; setelah
dibersihkan, batu-batu itu menyerupai kaca kotor.
"Mereka pikir saya sudah gila," ujar Ross, "karena saya melompat-lompat tak
terkendali. Tapi mereka tidak sadar apa yang ada di depan mata mereka."
Dalam pipa kimberlite biasa, intan tersebar-sebar dalam batuan dasar. Tambang-
tambang intan pada umumnya menghasilkan 32 karat seperlima ons untuk setiap ? ?seratus ton batu yang digali. Jika seseorang memandang ke dalam terowongan
tambang intan, tak satu intan pun akan terlihat. Namun tambang-tambang di Zinj
penuh dengan batu-batu menonjol. Dengan menggunakan parangnya, Munro berhasil
memperoleh enam ratus karat. Dan Ross melihat enam atau tujuh batu berukuran
sama dengan batu yang baru saja dicungkil Munro. "Saat itu," ia berkata
kemudian, "saya bisa melihat empat ribu sampai lima ribu karat. Tanpa perlu
menggali, tanpa perlu mengayak, tanpa perlu berbuat apa-apa. Tambang itu lebih
produktif daripada tambang Premier di Afrika Selatan. Betul-betul sukar
dipercaya." Elliot mengajukan pertanyaan yang juga sudah
505 terbentuk dalam benak Ross. "Kalau tambang ini begitu produktif," ia berkata,
".kenapa para penduduk Zinj meninggalkannya begitu saja?"
"Gorila-gorila itu lepas kehdali," ujar Munro. "Mereka melancarkan kudeta." Ia
mengucapkannya sambil tertawa dan memetik intan dari dinding batu.
Ross telah memikirkan kemungkinan itu. Ia juga sempat merenungkan dugaan Elliot
sebelumnya, bahwa kota tersebut mati karena dilanda wabah penyakit. Ia sendiri
menawarkan penjelasan yang lebih sederhana. "Saya kira, di mata mereka tambang-
tambang ini sudah tidak menghasilkan apa-apa," katanya. Sebagai batu perhiasan,
kristal-kris-tal tersebut memang tidak berharga semuanya berwarna biru karena
?terkontaminasi zat lain.
Takkan terbayang oleh para penduduk Zinj bahwa lima ratus tahun kemudian batu-
batu tak berharga itu akan lebih langka dan lebih bernilai dibandingkan sumber
daya mineral mana pun di dunia.
"Kenapa intan-intan biru ini menjadi rebutan semua orang?"
"Karena akan mengubah dunia," jawab Ross dengan nada lembut. "Intan-intan ini
akan mengakhiri zaman nuklir."
506 PERANG DENGAN KECEPATAN CAHAYA
Bulan januari 1979, ketika memberi kesaksian di hadapan Senate Armed Services
Subcommittee, Jenderal Franklin F. Martin dari Pentagon Advanced Research
Project Agency menyatakan, "Tahun 1939, pada awal Perang Dunia II, negara
terpenting di dunia bagi upaya militer Amerika adalah Kongo Belgia." Martin
menjelaskan bahwa Kongo, kini Zaire, selama empat puluh tahun berpengaruh sangat
besar terhadap kepentingan-kepen-tingan Amerika dan di masa mendatang akan ?menjadi lebih menentukan lagi. (Tanpa tedeng aling-aling Martin mengakui bahwa
"Amerika lebih rela berperang karena Zaire daripada karena negara Arab penghasil
minyak mana pun.") Dalam Perang Dunia II, Kongo tiga kali mengirim uranium secara rahasia ke
Amerika Serikat, yang lalu digunakan untuk membuat bom-bom atom yang meledak di
atas Jepang. Sejak tahun 1960 Amerika Serikat tidak lagi membutuhkan uranium,
namun tembaga dan kobalt menjadi ber -
507 nilai strategis. Pada tahun 1970-an Amerika Serikat mulai melirik cadangan
tantalum, wolfram, dan germanium di Zaire tiga unsur kimia yang sangat penting
?bagi industri elektronik semikonduktor. Di tahun 1980-an, "intan biru Tipe lib
akan merupakan sumber daya militer terpenting di dunia" dan Zaire diyakini
?mempunyai cadangan intan jenis tersebut. Dalam pandangan Jenderal Martin, intan
biru memegang peranan kunci karena "kita memasuki zaman ketika daya penghancur
suatu senjata kalah penting dibandingkan kecepatan dan ke-cerdasannya."
Selama tiga puluh tahun para pemikir militer terpesona oleh intercontinental
ballistic missiles rudal balistik antarbenua. Tapi Martin berpendapat bahwa
?"ICBM merupakan senjata kasar. Senjata tersebut masih jauh dari batas-batas
teoretis yang dibentuk oleh hukum-hukum fisika. Berdasarkan fisika Einstein, tak
ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya, yaitu 297.600 kilometer per detik.
Kita tengah mengembangkan laser energi tinggi dan sinar zarah untuk sistem-
sistem persenjataan yang beroperasi dengan kecepatan cahaya. Dibandingkan
senjata-senjata seperti itu, rudal balistik yang berkecepatan 27.200 kilometer
merupakan senjata lamban yang telah ketinggalan zaman, se-kuno pasukan berkuda
pada Perang Dunia I, dan sama mudahnya dimusnahkan."
Senjata berkecepatan cahaya paling cocok untuk ruang angkasa, dan pertama-tama
akan dipasang 508 pada satelit-satelit." Martin menyinggung bahwa pada tahun 1973 pun pihak Rusia
sudah berhasil menghancurkan satelit mata-mata Amerika VV/02; dua tahun
kemudian, Hughes Aircraft mengembangkan sistem bidik dan tembak cepat yang dapat
mengunci sasaran ganda, dan sanggup melepaskan delapan denyutan energi tinggi
dalam waktu ku-rang dari satu detik. Tahun 1978, tim Hughes berhasil mengurangi
waktu reaksi menjadi 50 nano-detik 50 per semiliar detik sementara akurasi
? ?ditingkatkan menjadi lima ratus tembakan tepat dalam waktu kurang dari satu
menit. Perkembangan seperti itu menandakan akhir riwayat ICBM sebagai senjata.
"Tanpa rudal-rudal raksasa, komputer-komputer mini berkecepatan tinggi akan jauh
lebih berpengaruh dibandingkan bom-bom atom dalam konflik-konflik di masa
mendatang, dan kecepatan komputasi akan merupakan faktor tunggal paling
menentukan dalam Perang Dunia III. Kecepatan komputer kini menjadi fokus dalam
perlombaan senjata, menggantikan daya ledak yang dua puluh tahun lalu masih
merupakan pertimbangan utama.
"Kita akan beralih dari komputer dengan sirkuit elektronik ke komputer dengan
sirkuit cahaya, dan peralihan ini semata-mata karena kecepatan Interferometer
?Fabry-Perot, padanan optikal untu" transistor, dapat bereaksi dalam 1 piko-detik
(10"12 detik), paling tidak seribu kali lebih cepat daripada Josephson junction
tercepat." Komputer optikal ge-509
nerasi baru tersebut, Martin menjelaskan, akan tergantung pada ketersediaan
intan-intan Tipe lib yang berlapis boron.
Elliot langsung menangkap konsekuensi paling se-rius dari senjata-senjata
berkecepatan cahaya senjata-senjata tersebut terlalu cepat untuk pemahaman
? manusia. Manusia telah terbiasa dengan perang mekanis, tapi perang di masa
mendatang akan merupakan perang mesin dalam pengertian yang sama sekali baru:
mesin-mesinlah yang akan mengendalikan perang yang berlangsung hanya beberapa
menit, dari awal sampai akhir.
Tahun 1956, di akhir masa kejayaan pesawat pembom strategis, para pemikir
militer membayangkan perang nuklir besar-besaran akan berlangsung dua belas jam.
Tahun 1963, berkat kehadiran ICBM, jangka waktu itu telah berkurang menjadi tiga
jam. Tahun 1974, para ahli teori meramalkan sebuah perang akan berlangsung
selama tiga puluh menit, namun "perang-setengah-jam" itu akan jauh lebih rumit
dibandingkan perang mana pun dalam sejarah umat manusia.
Pada tahun 1950-an, seandainya pihak Amerika dan Rusia meluncurkan semua pesawat
pembom dan roket mereka secara bersamaan, jumlah senjata di udara takkan
melebihi 10.000. Peristiwa interaksi senjata secara keseluruhan akan memuncak
pada angka 15.000 pada jam kedua. Ini berarti akan
510 terjadi empat interaksi senjata per detik di seputar dunia.
Tapi dalam peperangan modern, jumlah senjata dan "unsur-unsur sistem" meningkat
secara drastis. Para ahli memperkirakan terdapat 400 juta komputer di lapangan,
dengan interaksi senjata keseluruhan melebihi angka 15 miliar dalam setengah jam
pertama. Setiap detik akan terjadi 8 juta interaksi senjata dalam suatu konflik
ultracepat yang melibatkan pesawat terbang, rudal, tank, dan pasukan darat.
Perang seperti itu hanya dapat dikendalikan dengan mesin; reaksi manusia terlalu
lamban. Perang Dunia III takkan merupakan perang tekan tombol, sebab seperti
dikatakan Jenderal Martin, "Menekan tombol terlalu banyak memakan waktu paling ?tidak 1,8 detik, terlalu lama untuk peperangan modern."
Kenyataan ini menimbulkan masalah yang oleh Martin disebut "masalah batu".
Dibandingkan komputer berkecepatan tinggi, reaksi manusia teramat lamban.
"Komputer modern menyelesaikan 2.000 perhitungan dalam sekejap mata. Karena itu,
dari sudut pandang komputer-komputer yang akan menjalankan perang berikut,
manusia pada dasarnya merupakan unsur tetap dan tidak berubah, seperti batu.
Perang umat manusia tidak pernah berlangsung cukup lama, sampai perlu
memperhitungkan laju perubahan geologis. Di masa depan, perang komputer takkan
berlangsung cukup lama, 511 sampai perlu memperhitungkan laju perubahan manusia."
Karena reaksi manusia terlalu lamban, mereka terpaksa menyerahkan kendali
pengambilan keputusan pada komputer yang berpikir lebih cepat. "Dalam perang
masa depan, kita takkan memperoleh kesempatan untuk mengendalikan jalannya
konflik tersebut. Jika kita memutuskan untuk 'menjalankari' perang dengan
kecepatan manusia, hampir bisa dipastikan kita akan kalah. Satu-satunya harapan
kita adalah mempercayai mesin. Se-gala pertimbangan, nilai, dan pemikiran
manusia menjadi tak berguna. Perang Dunia akan merupakan perang yang sepenuhnya
dikendalikan oleh mesin, perang di mana kita tidak berani ikut cam-pur, karena
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
takut menghambat mekanisme pengambilan keputusan sehingga menyebabkan keka-
lahan." Dan transisi terakhir yang paling menentukan transisi dari komputer-
?komputer yang beroperasi dalam hitungan nano-detik ke komputer-komputer yang
bekerja dalam hitungan piko-detik tergantung pada intan-intan Tipe lib.
?Elliot merasa prihatin ketika membayangkan kendali akan diserahkan ke tangan
ciptaan manusia. Ross angkat bahu. "Itu tak terelakkan," katanya. "Di Ngarai Olduvai di Tanzania
terdapat sisa-sisa rumah berusia dua juta tahun. Makhluk hominid tidak puas
dengan gua dan tempat berteduh alami lainnya. Dia menciptakan tempat tinggalnya
sen - 512 diri. Manusia sudah sejak dulu mengubah alam, sesuai kebutuhan mereka."
"Tapi kita tidak boleh melepaskan kendali," ujar Elliot.
"Hal itu sudah kita lakukan sejak berabad-abad,", balas Ross. "Anda pikir
binatang beban atau kal-kulator saku itu apa, kalau bukan upaya untuk ? ?menyerahkan kendali" Kita tak ingin membajak ladang atau menghitung akar, jadi
kita serahkan tugas-tugas tersebut pada pihak lain yang kita latin, kita
kembangbiakkan, atau kita ciptakan."
"Tapi kita tak bisa membiarkan ciptaan kita mengambil alih kendali."
"Kita sudah melakukannya selama berabad-abad," Ross menegaskan. "Begini,
kalaupun kita menolak untuk mengembangkan komputer-komputer yang lebih cepat,
orang Rusia tetap akan melakukannya. Seandainya mereka tidak dihalau orang-orang
Cina, mereka sekarang sudah berada di Zaire untuk mencari intan. Kita tak bisa
menghentikan kemajuan teknologi. Begitu kita tahu sesuatu dapat dilaksanakan,
kita harus mengerjakan-nya."
"Tidak," kata Elliot. "Kita bisa membuat keputusan sendiri. Saya tidak mau
terlibat dalam urusan ini."
"Kalau begitu, silakan pergi," sahut, Ross. "Kongo toh bukan tempat yang cocok
untuk ilmuwan." Ia mulai membongkar ransel dan mengeluarkan
513 sejumlah kerucut keramik berwarna putih, serta beberapa kotak kecil yang
dilengkapi antena. Ia memasang sebuah kotak pada masing-masing kerucut, kemudian
memasuki terowongan pertama, menempelkan kerucut-kerucut pada dinding batu, dan
melangkah semakin jauh ke dalam kegelapan.
Peter tidak senang Peter.
"Memang tidak," ujar Elliot.
Kenapa tidak senang"
"Sulit untuk menjelaskannya, Amy."
Peter cerita Amy gorila baik.
"Aku tahu, Amy."
Karen Ross muncul kembali, lalu memasuki terowongan kedua. Elliot melihat berkas
sinar senter-nya ketika wanita itu menempelkan kerucut demi kerucut, kemudian
menghilang dari pandangan.
Munro melangkah ke tempat terang; semua kan-tongnya penuh intan. "Mana Ross?"
"Di dalam terowongan."
"Sedang apa dia?"
"Kelihatannya dia menyiapkan serangkaian ledakan uji coba." Elliot menunjuk tiga
kerucut keramik yang masih tergeletak di samping ransel Ross.
Munro memungut salah satu dan mengamatinya dengan teliti. "Anda tahu apa ini?"
ia bertanya pada Elliot. Elliot menggelengkan kepala.
"Ini bahan peledak RC," ujar Munro, "dan Ross
514 tampaknya sudah gila karena memasangnya di sini. Dia bisa menghancurkan seluruh
tempat ini." Resonant conventional, disingkat RC, merupakan bom waktu, gabungan rangkaian
mikroelektronik dan teknologi bahan peledak berkekuatan tinggi. "Kami
menggunakan RC untuk meledakkan jembatan-jembatan di Angola dua tahun lalu,"
Munro menjelaskan. "Jika dipasang dengan benar, enam ons bahan peledak bisa
meruntuhkan struktur baja seberat lima puluh ton. Anda membutuhkan sensor
seperti ini" ia menunjuk salah satu kotak pengendali di dekat ransel ?Ross "yang memantau getaran dari ledakan sebelumnya untuk memicu ledakan
?berikut. Gelombang resonansi yang timbul akan mengguncang-guncangkan sasaran
sampai hancur berantakan. Sangat mengesankan." Munro menoleh ke arah Mukenko
yang masih terus mengepulkan asap di atas mereka.
Ross muncul dari terowongan; ia tersenyum le-* bar. "Sebentar lagi kita akan
memperoleh jawaban pasti," katanya.
"Jawaban?" "Tentang jumlah endapan kimberlite. Saya memasang dua belas bom seismik.
Mestinya cukup untuk pengukuran yang pasti."
"Anda memasang dua belas bom resonansi," ujar Munro.
"Ya, hanya itu yang saya bawa. Mau tak mau harus cukup."
515 "Pasti cukup," kata Munro. "Mungkin malah lebih dari cukup. Gunung berapi
itu" ia menunjuk ke atas "sedang dalam tahap letusan."
? ?"Saya memasang delapan ratus gram bahan peledak," balas Ross. "Kurang dari satu
setengah pon. Takkan ada pengaruhnya."
"Sebaiknya jangan cari masalah."
Elliot mengikuti perdebatan singkat itu dengan perasaan waswas. Sepintas lalu
keberatan Munro berkesan mengada-ada beberapa ratus gram bahan peledak, sekuat
?apa pun, tak mungkin memicu letusan gunung berapi. Itu tidak masuk akal. Elliot
terheran-heran mengapa Munro begitu ngotot. Sepertinya Munro mengetahui sesuatu
yang tidak dan memang tak mungkin terbayang oleh Elliot dan Ross.
? ?516 3 Tahun 1978 Munro memimpin sebuah ekspedisi ke Zambia, yang antara lain diikuti
Robert Perry, ahli geologi muda dari University of Hawaii. Perry sempat bekerja
pada PROJECT VULCAN, program paling canggih yang dibiayai oleh Department of
Defense Advanced Research Project Division.
VULCAN demikian kontroversial, sehingga pada acara dengar pendapat House Armed
Services Subcommittee tahun 1975, Proyek DOD/ ARPD/VULCAN 7021 sengaja
dikategorikan sebagai "proyek jangka panjang untuk kepentingan keamanan
nasional". Tapi tahun berikutnya, anggota kongres David Inaga (D., Hawaii)
mempertanyakan DOD/ARPD/VULCAN 7021, dan menuntut penjelasan mengenai "tujuan
militer yang pasti, dan mengapa proyek tersebut harus sepenuhnya dibiayai di
Hawaii". Juru bicara Pentagon menjelaskan bahwa VULCAN merupakan "sistem peringatan dini
tsunami" 517 DOD/ARPD/VULCAN 7021 yang sangat bermanfaat bagi penduduk-penduduk Kepulauan Hawaii, serta bagi
pangkalan-pangkalan militer di sana. Para ahli dari Pentagon mengingatkan Inaga
pada tsunami tahun 1948 yang mula-mula memorak-porandakan Kauai, lalu dua puluh
menit kemudian menghantam Oahu dan Pearl Harbor. Selang waktu singkat itu
menutup kemungkinan untuk memperingatkan warga setempat.
"Tsunami tersebut disebabkan oleh tanah long-sor bawah air, akibat kegiatan
vulkanik di lepas pantai Jepang," mereka menjelaskan. "Tapi Hawaii pun mempunyai
gunung berapi aktif, dan Honolulu kini dihuni setengah juta orang, sedangkan
Angkatan Laut memiliki aset bernilai lebih dari 35 miliar dolar di sana.
Kemampuan untuk mem-prediksi aktivitas tsunami akibat letusan gunung berapi di
Hawaii merupakan kebutuhan yang berdampak jangka panjang."
Sesungguhnya, PROJECT VULCAN sama sekali tidak bersifat jangka panjang. Proyek
tersebut akan dilaksanakan pada letusan berikut Mauna Loa, gunung berapi aktif
terbesar di dunia, yang terletak di Pulau Hawaii. Tujuan VULCAN adalah
mengendalikan letusan gunung berapi yang-sedang terjadi. Mauna Loa dipilih
karena letusannya relatif lembut.
Meskipun ketinggiannya hanya mencapai 4.050 meter, Mauna Loa merupakan gunung
terbesar di dunia. Jika diukur dari kakinya di dasar samudra, volume Mauna Loa
lebih dari dua kali volume
518 Mount Everest. Gunung tersebut merupakan formasi geologis yang unik dan luar
biasa. Dan Mauna Loa sudah lama menjadi gunung berapi yang diteliti paling
saksama dalam sejarah. Sejak tahun 1928 terdapat stasiun pengamatan ilmiah di
bibir kawahnya. Mauna Loa juga gunung berapi yang terbanyak mengalami
interferensi dalam sejarah. Segala macam cara pernah digunakan untuk mengalihkan
aliran lahar yang menuruni lereng-lerengnya dengan interval tiga tahun, mulai
dari pesawat pembom sampai regu-regu pekerja ber-bekal sekop dan karung pasir.
VULCAN bermaksud mengubah jalannya letusan Mauna Loa dengan cara venting, yaitu
mengalirkan magma cair yang terkumpul melalui serangkaian ledakan bukan nuklir
di sepanjang garis-garis sesar pada perisai. Bulan Oktober 1978, VULCAN
dilaksanakan secara rahasia, dengan mengerahkan tim-tim helikopter Angkatan Laut
yang berpengalaman menangani bahan peledak resonansi berkekuatan tinggi. PROJECT
VULCAN berlangsung dua hari. Pada hari ketiga, Mauna Loa Volcanic Laboratory
yang dikelola pihak sipil mengumumkan bahwa "Letusan bulan Oktober Mauna Loa
lebih lembut dari yang diantisipasi, dan kegiatan peletusan lebih lanjut
diperkirakan tidak akan terjadi."
PROJECT VULCAN bersifat rahasia, namun Munro mengetahuinya suatu malam, waktu
para anggota ekspedisi yang dipimpinnya duduk me -
519 ngelilingi api unggun dalam keadaan mabuk di dekat Bangazi. Dan kini ia teringat
lagi, ketika Ross merencanakan serangkaian ledakan seismik di daerah gunung
berapi yang akan meletus. Pelajaran utama yang bisa ditarik dari VULCAN adalah
bahwa energi geologis terpendam yang luar biasa besar entah energi gempa bumi, ?gunung berapi, atau topan di Pasifik dapat dibebaskan secara fatal oleh pemicu
?berkekuatan relatif kecil.
Ross bersiap-siap meledakkan bom-bom seis-miknya.
"Menurut saya," ujar Munro, "Anda sebaiknya mencoba menghubungi Houston lagi."
"Itu tidak mungkin," balas Ross penuh keyakinan. "Saya harus mengambil keputusan
sendiri, dan saya telah memutuskan untuk menentukan jumlah cadangan intan di
bukit-bukit ini." Sementara kedua orang itu terus berdebat, Amy diam-diam menyingkir. Ia memungut
alat pemicu yang tergeletak di samping ransel Ross. Pada alat mungil tersebut
ada enam LED yang menyala, lebih dari cukup untuk menarik perhatian Amy. Ia
langsung mengangkat jari untuk menekan tombol-tombol itu.
Karen Ross menoleh. "Ya Tuhan."
Munro berbalik badan. "Amy," ia berkata dengan lembut. "Amy, jangan. Jangan. Amy
jangan nakal." Amy gorila baik Amy baik.
Amy menggenggam alat pemicu itu. Ia terpukau
520 oleh LED-LED yang berkedap-kedip. Ia menengok ke arah Munro dan yang Iain.
"Jangan, Amy," ujar Munro. Ia berpaling pada Elliot. "Tidak bisakah Anda
melarangnya?" "Ah, apa bedanya," kata Ross. "Silakan, Amy."
Serangkaian ledakan bergumuruh menyemburkan debu intan berkilau-kilau dari
terowongan-tero-wongan tambang. Kemudian suasana kembali hening. "Nah," ujar
Ross, "mudah-mudahan Anda puas. Sekarang sudah terbukti bahwa bahan peledak
sesedikit itu tidak berpengaruh pada gunung berapi. Untuk selanjutnya, saya
harap Anda menyerahkan semua urusan ilmiah pada saya, dan..."
Dan kemudian Mukenko bergetar, tempat mereka berdiri terguncang begitu keras,
hingga mereka semua terempas ke tanah.
521 4 Pukul 01.00 dini hari waktu Houston, R.B. Travis menatap monitor komputer di
ruang kerjanya sambil mengerutkan kening. Ia baru saja menerima citra
photosphere terakhir dari Kitt Peak Observatorium, melalui telemetri GSFC.
Sepanjang hari ia telah menanti data tersebut, dan ini hanya salah satu dari
sejumlah alasan mengapa Travis gusar.
Citra photosphere itu merupakan negatif matahari tampak hitam di layar, dengan ?serangkaian bercak berwarna putih menyilaukan. Paling tidak ada lima belas
bercak besar, salah satunya menyebabkan kobaran matahari yang kini merepotkan
Travis. Sudah dua hari Travis menginap di ERTS. Semua operasi kacau-balau. ERTS
mempunyai tim di Pakistan, tidak jauh dari perbatasan Afganistan yang sedang
bergolak; satu tim lagi di bagian tengah Malaysia yang sedang dilanda
pemberontakan komunis; lalu tim Kongo yang menghadapi
522 suku pedalaman yang sedang berperang serta sekelompok makhluk menyerupai gorila.
Akibat kobaran matahari yang sedang berlangsung, komunikasi dengan semua tim di
seputar bumi telah terputus selama lebih dari 24 jam. Setiap enam jam Travis
melakukan simulasi komputer untuk memperkirakan kondisi tim-tim itu. Hasilnya
tidak menggembirakan. Tim Pakistan tampaknya tidak terancam bahaya, namun akan
tertunda selama enam hari dan menghabiskan biaya tambahan sebesar 200.000 dolar;
tim Malaysia berada dalam kesulitan serius; sedangkan tim Kongo dikategorikan
CANNY istilah komputer di ERTS untuk "can not estimate", tidak dapat ?diperkirakan. Travis sudah dua kali mengalami situasi seperti itu di Amazon
?tahun 1976, dan di Sri Lanka tahun 1978 dan setiap kali ia kehilangan anggota
?ekspedisi. Perkembangannya tidak sesuai harapan. Namun laporan GSFC terakhir jauh lebih
bagus dibandingkan laporan sebelumnya. Rupanya mereka sempat mengadakan kontak
singkat dengan tim Kongo, meskipun tidak ada jawaban dari Ross. Travis bertanya-
tanya, apakah tim itu menerima peringatan mereka atau tidak. Sambil
menggelengkan kepala, ia menatap bulatan hitam di layar.
Richards, salah satu programmer utama, me-nyembulkan kepala di pintu. "Ada
berita tentang SLK."
"Apa beritanya?" tanya Travis. Berita apa pun
523 ERTS HOUSTON tentang Survei Lapangan Kongo langsung mendapat perhatiannya.
"Stasiun seismologi di Universitas Johannesburg di Afrika Selatan melaporkan
getaran yang terjadi mulai pukul 12.04 waktu setempat. Perkiraan pusat gempa
cocok dengan koordinat Mount Mukenko di barisan Virunga. Getaran ganda, lima
sampai delapan skala Richter."
"Ada konfirmasi?" tanya Travis.
"Nairobi adalah stasiun terdekat, dan mereka mencatat getaran-getaran
berkekuatan 6 sampai 9 skala Richter, atau Morelli 9, dengan semburan abu
dahsyat. Mereka juga memperkirakan kondisi atmosferik setempat memungkinkan
terjadinya pe-lepasan listrik hebat."
Travis menatap arlojinya. "Pukul 12.04 waktu setempat itu hampir satu jam lalu,"
katanya. "Kenapa saya tidak diberitahu?"
Richards menyahut, "Laporan-laporan dari stasiun-stasiun di Afrika baru saja
masuk. Saya rasa mereka menganggapnya bukan sesuatu yang istimewa hanya letusan
?gunung berapi biasa."
Travis menghela napas. Itulah masalahnya kegiatan vulkanik kini telah diketahui
?sebagai fenomena lumrah di muka bumi. Sejak tahun 1965, tahun pertama
diadakannya catatan global, telah terjadi 22 letusan besar setiap tahun, kira-
kira satu letusan setiap dua minggu, Stasiun-stasiun terpencil tidak merasa
perlu secepatnya melaporkan peristiwa yang begitu "biasa".
524 "Tapi mereka punya masalah," Richards melanjutkan. "Karena hubungan satelit
terputus, semua transmisi harus melewati kabel darat. Dan saya rasa sepanjang
pengetahuan mereka, bagian timur laut Kongo tidak berpenghuni."
Travis berkata, "Seberapa parah Morelli 9 itu?"
Richards diam sejenak. "Cukup parah, Mr. Travis."
525 5 Kawasan Virunga di Kongo dilanda gempa berkekuatan 8 skala Richter, atau IX
skala Morelli. Pada gempa sehebat itu, bumi terguncang begitu keras, hingga
berdiri pun terasa sulit. Tanah ber-ingsut ke samping dan membelah; pohon-pohon,
bahkan gedung-gedung berkerangka baja pun turn-bang.
Bagi Elliot, Ross, dan Munro, waktu lima menit yang menyusul awal letusan
merupakan mimpi buruk mengerikan. Elliot mengenang bahwa "semuanya bergerak.
Kami terempas ke tanah; kami terpaksa merangkak, seperti bayi. Bahkan setelah
kami menjauhi terowongan-terowongan tambang, kota tetap terayun-ayun bagaikan
mainan oleng. Tapi baru beberapa saat kemudian mungkin setengah ?menit bangunan-bangunan mulai ambruk. Lalu semuanya runtuh secara bersamaan:
?dinding-dinding, langit-langit, bongkahan-bongkahan batu besar. Pohon-pohon juga
terayun-ayun, dan akhirnya bertumbangan."
526 Kebisingannya memekakkan telinga, belum lagi suara Mukenko sendiri. Gunung
berapi itu tak lagi bergemuruh. Mereka mendengar bunyi ledakan lahar tanpa henti
dari kawah. Ledakan-ledakan itu menimbulkan serangkaian gelombang kejut. Bahkan
saat tanah tempat mereka berpijak tidak bergerak pun mereka tetap diempaskan
gelombang udara panas, tanpa peringatan lebih dulu. "Kami seakan-akan
terperangkap di tengah perang," Elliot berkomentar belakangan.
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Amy dicekam panik. Sambil mendengus-dengus ketakutan ia melompat ke pelukan
Elliot, serta-merta mengencingi pakaian orang itu ketika mereka berbalik dan
berlari ke arah perkemahan.
Sebuah getaran hebat mengempaskan Ross ke tanah. Ia bangkit lagi dan kembali
berjalan sambil terhuyung-huyung. Ia sepenuhnya sadar akan kelembapan dan abu
pekat yang menyelubungi mereka. Dalam beberapa menit saja langit di atas mereka
gelap gulita, petir mulai membelah awan-awan mendidih. Malam sebelumnya sempat
terjadi hujan lebat; hutan belantara di sekeliling mereka basah dan kelembapan
udara melebihi titik jenuh. Singkat kata, semua persyaratan untuk badai petir
telah terpenuhi. Ross terombang-ambing antara keinginan ganjil untuk menyaksikan
gejala teoretis yang unik itu dan keinginan untuk lari menyelamatkan nyawa.
Dan kemudian, diiringi kilatan cahaya putih ke-biruan yang menyilaukan mata,
badai petir mulai 527 "SEMUANYA BERGERAK"
mengamuk. Kilat menyambar-nyambar tanpa henti. Belakangan Ross memperkirakan ada
sekitar dua ratus petir selama satu menit pertama hampir tiga setiap detik.
?Guntur yang terdengar tidak merupakan ledakan-ledakan terpisah, melainkan bunyi
gemuruh berkesinambungan, bagaikan suara air terjun.
Segala sesuatu terjadi begitu cepat, sehingga mereka tak sempat memperhatikan
semuanya. Anggapan-anggapan yang selama ini mereka ya-kini dijungkirbalikkan
begitu saja. Salah satu pengangkut, Amburi, datang ke Kota Hilang untuk mencari
mereka. Ia sedang berdiri sambil melambaikan tangan di suatu tempat lapang,
ketika petir menyambar ke atas melalui sebatang pohon di dekatnya. Ross
sebenarnya sudah tahu bahwa kilat terjadi setelah aliran elektron ke bawah yang
tidak kelihatan, dan menerjang dari tanah ke awan di atas. Tapi kini ia
menyaksikannya dengan mata kepala sendiri! Ledakan itu menyebabkan Amburi
terpental ke arah mereka; ia cepat-cepat bangkit sambil berteriak-teriak
histeris dalam bahasa Swahili.
Di sekeliling mereka pohon-pohon terbelah sambil mengeluarkan awan uap yang
mendesis-desis karena dilalui petir yang melesat ke atas. Belakangan Ross
berkata, "Kilat ada di mana-mana, menyambar-nyambar tanpa henti, diiringi bunyi
mendesis mengerikan. Orang itu Amburi sedang berteriak, dan sedetik kemudian ? ?petir menerjang melalui tubuhnya. Saya berdiri dekat sekali de-528
ngannya, namun nyaris tak ada panas, hanya cahaya putih menyilaukan. Tubuhnya
menjadi kaku, lalu ada bau menyengat ketika tubuhnya mendadak menyala, kemudian
dia jatuh ke tanah. Munro segera menindihnya untuk memadamkan api, tapi dia
sudah mati, dan kami kembali berlari. Tak ada waktu untuk menanggapi
kematiannya. Kami jatuh-bangun akibat guncangan gempa. Dalam sekejap kami
?setengah buta akibat petir. Saya ingat mendengar seseorang berteriak, tapi saya
tidak tahu siapa. Saat itu saya yakin kami semua akan mati."
Di dekat perkemahan, sebatang pohon raksasa tumbang, membentuk rintangan selebar
dan setinggi bangunan tingkat tiga. Ketika mereka menerobos di antara dahan-
dahan, petir yang terus menyambar-nyambar membuat kulit pohon menge-lupas dan
hangus. Amy meraung waktu kilat putih melintasi tangannya saat ia memegang dahan
yang basah. Seketika ia tiarap, lalu menyembunyikan kepala di bawah dedaunan,
dan menolak untuk berdiri lagi. Elliot terpaksa menyeretnya.
Munro yang pertama tiba di perkemahan. Ia menemukan Kahega sedang berusaha
mengemasi tenda-tenda, tapi upaya itu mustahil di tengah guncangan dan petir
yang membelah langit pekat. Salah satu tenda Mylar terbakar. Mereka mencium bau
plastik hangus yang tajam. Antena parabola yang dipasang di tanah pecah
berantakan akibat tersambar kilat, dan kepingan-kepingan logam berhamburan ke
segala arah. 529 "Lari!" teriak Munro. "Lari!"
"Ndio mzee!" seru Kahega. Terburu-buru ia me-raih ranselnya. Ia menoleh ke
belakang, dan saat itu Elliot muncul dari kegelapan sambil menggendong Amy. Mata
kaki Elliot cedera dan langkahnya agak pincang. Amy langsung turun.
"Lari!" teriak Munro.
Sementara Elliot terus maju, Ross keluar dari awan abu. Ia terbatuk-batuk sambil
membungkuk. Sisi kiri tubuhnya tampak gosong dan hitam, kulit tangan kirinya
terbakar. Meski tidak menyadarinya, ia sempat tersambar petir. Ia menunjuk hi-
dung dan tenggorokannya. "Perih... sakit..."
"Karena gas," seru Munro. Ia merangkul pundak Ross, lalu mengangkat dan
membopongnya. "Kita harus naik ke bukit!"
Satu jam kemudian, di tempat yang lebih tinggi, mereka menatap kota yang
terselubung asap dan abu. Di bagian atas lereng gunung, mereka menyaksikan
sederetan pohon mendadak menyala akibat aliran lahar yang tidak kelihatan.
Mereka mendengar raungan kesakitan gorila-gorila di sebelah bawah, ketika
binatang-binatang itu dihujani lahar panas. Aliran lahar semakin mendekati
reruntuhan kota, dan akhirnya semuanya ditelan awan gelap.
Kota Hilang Zinj terkubur untuk selama-lama-nya.
Baru sekarang Ross menyadari bahwa intan-intan yang diincarnya pun telah lenyap.
530 MIMPI BURUK Mereka tidak punya makanan, tidak punya air, dan hanya sedikit amunisi. Terseok-
seok mereka menembus hutan, dengan pakaian hangus dan terkoyak, dengan wajah
kuyu, letih. Mereka tidak saling bicara, berjalan sambil membisu. Di kemudian
hari, Elliot berkata bahwa mereka "masuk ke sebuah mimpi buruk".
Dunia yang mereka lewati tampak tandus dan gersang. Air terjun dan sungai yang
sebelumnya bening kini hitam dan berbuih kelabu. Langit berwarna kelabu tua.
Sesekali ada kilatan merah dari puncak gunung berapi. Udara pun telah menjadi
kelabu. Mereka berjalan menembus dunia yang penuh jelaga dan abu, terhuyung-
huyung, terbatuk-batuk. Seluruh tubuh mereka tertutup abu ransel mereka seperti berpasir, wajah mereka ?terasa lengket saat diusap, rambut mereka kusam dan jauh lebih gelap. Mata dan
hidung mereka seperti terbakar.
531 Namun tak ada yang dapat mereka lakukan selain terus melangkah.
Ross berjalan gontai dan menyadari bahwa per-juangan pribadinya telah berakhir
secara ironis. Ross sudah sejak lama memasuki bank data mana pun di ERTS,
termasuk bank data yang berisi evaluasi terhadap dirinya. Ia hafal penilaian
yang diberikan padanya: CENDERUNG TERLALU PRAGMATIS (bisa jadi) SUKAR MENJALIN HUBUNGAN AN-TARMANUSIA
(yang ini membuatnya kesal) MEMILIKI KEBUTUHAN UNTUK BERKUASA (mungkin) ANGKUH
KARENA KEMAMPUAN INTELEKTUAL (sudah sewajarnya) KASAR (entah apa artinya) /
BERSEDIA MENGGUNAKAN SEGALA CARA UNTUK MENCAPAI TU-JUAN (apa salahnya")
Ia juga mengetahui prediksi perilakunya untuk tahap akhir suatu operasi: segala
omong kosong tentang matriks flopover. Dan baris terakhir dalam laporan itu:
SUBJEK HARUS DIAWASI DALAM TAHAP AKHIR PROSES MENCAPAI TUJUAN.
Namun kini semuanya itu tidak lagi relevan. Ia telah berusaha mendapatkan intan-
intan itu, tapi akhirnya gagal karena letusan gunung berapi ter-hebat di Afrika
selama satu dasawarsa. Ia tak bisa dipersalahkan atas apa yang terjadi. Ia akan
mem-buktikannya pada ekspedisi berikut....
Munro merasa seperti penjudi yang telah melakukan taruhan dengan benar, namun
tetap kalah. 532 Ia telah mengambil keputusan tepat dengan menghindari konsorsium Euro-Jepang,
tapi ternyata sia-sia belaka. Hmm, ia menghibur diri sambil meraba intan-intan
di sakunya, tidak sepenuhnya sia-sia....
Elliot meninggalkan Kota Hilang Zinj tanpa membawa foto, rekaman video, rekaman
suara, maupun tulang-belulang gorila kelabu. Catatan pengukuran yang sempat ia
lakukan pun hilang. Tanpa bukti-bukti nyata, ia tidak berani mengumumkan bahwa
ia telah menemukan spesies baru sekadar membahas kemungkinan tersebut pun
?rasanya kurang bijaksana. Sebuah kesempatan emas telah terlepas dari tangannya,
dan kini, saat melewati dunia yang serba kelabu, ia merasa alam telah kacau-
balau: burung-burung berjatuhan dari langit dan menggelepar-gelepar di tanah,
tercekik oleh gas-gas di udara di atas; kawanan kelelawar beterbangan pada siang
hari; binatang-binatang terdengar meraung dan melolong di kejauhan. Sekitar
tengah hari, mereka melihat seekor macan kumbang berlari tunggang-langgang
dengan bulu terbakar. Entah di mana, gajah-gajah menguak keras.
Mereka terjebak di suatu dunia kelabu yang menyerupai neraka; api dan kegelapan
abadi, tempat roh-roh yang tersiksa menjerit-jerit tanpa henti. Dan di belakang
mereka Mukenko menyemburkan asap dan lahar. Suatu ketika mereka terperangkap di
tengah hujan bara, gumpalan-gumpalan panas yang berdesis-desis ketika menerobos
dedaunan, membuat tanah lembap jadi berasap, membakar
533 pakaian mereka, menggosongkan kulit, dan meng-hanguskan rambut. Mereka menari-
nari kesakitan, dan akhirnya berteduh di bawah pohon-pohon besar.
Sejak awal letusan, Munro telah bertekad untuk menuju bangkai pesawat C-130,
tempat mereka bisa berlindung dan memperoleh perbekalan. Menurut taksirannya,
mereka dapat mencapai pesawat itu dalam waktu dua jam. Namun ternyata enam jam
berlalu sebelum pesawat raksasa yang tertutup abu itu muncul dari kegelapan
pekat. Salah satu sebab mereka menghabiskan begitu banyak waktu saat menjauhi Mukenko
adalah karena mereka harus menghindari Jenderal Muguru dan pasukannya. Setiap
kali menemukan jejak ban jip, Munro membawa mereka semakin jauh ke barat,
semakin jauh memasuki hutan belantara. "Percayalah, Anda lebih baik tidak
bertemu dia," katanya, "atau anak buahnya. Mereka takkan segan-segan memotong
hati Anda dan memakan-nya mentah-mentah."
Abu gelap pada sayap dan badan pesawat menimbulkan kesan pesawat itu jatuh di
tengah salju hitam. Abu itu meluncur bagaikan air terjun dari sebelah sayap yang
bengkok. Di kejauhan mereka mendengar genderang perang orang-orang Kigani,
diselingi dentuman mortir yang ditembakkan pasukan Muguru. Selain itu tak ada
suara apa pun. 534 Munro menunggu di hutan di dekat bangkai pesawat, sambil mengawasinya dengan
saksama. Ross menggunakan kesempatan itu untuk mencoba mengontak Houston. Ia
terus-menerus menepis abu yang menutupi layar, tapi tidak berhasil menghubungi
ERTS. Akhirnya Munro memberi aba-aba, dan semuanya mulai bergerak maju. Dengan panik
Amy menarik-narik lengan baju Munro. Jangan pergi, ia berisyarat. Ada orang.
Munro menatapnya sambil mengerutkan kening, lalu menoleh ke arah Elliot. Tak
lama kemudian terdengar bunyi benturan, dan dua prajurit Kigani dengan wajah dan
tubuh dicat putih keluar dari pesawat. Mereka membawa peti-peti wiski dan
berdebat bagaimana harus menurunkan peti-peti tersebut dari sayap tempat mereka
berdiri. Beberapa saat setelah itu, lima prajurit lain muncul di bawah sayap, mengangkat peti-peti yang
diserahkan pada mereka. Kedua prajurit pertama melompat turun, dan kelompok itu
menghilang ke hutan. Munro menatap Amy sambil tersenyum.
Amy gorila baik, Amy memberi isyarat.
Mereka menunggu dua puluh menit lagi. Baru setelah yakin keadaannya aman, Munro
mengajak mereka mendekati pesawat. Tapi ketika sedang menghampiri pintu kargo,
mereka mendadak dihujani anak panah berwarna putih.
"Masuk!" Munro berseru. Terburu-buru mereka naik ke roda pendarat yang bengkok,
memanjat ke 535 atas sayap, lalu masuk ke pesawat. Munro membanting pintu darurat; panah-panah
membentur bagian luarnya.
Di dalam pesawat ternyata gelap; lantainya miring dan tertekuk-tekuk. Peti-peti
perlengkapan berserakan di mana-mana. Pecahan-pecahan kaca bergerisik saat
diinjak. Elliot menggendong Amy ke sebuah kursi, kemudian menyadari bahwa orang-
orang Kigani telah menggunakan semua tempat duduk untuk membuang air besar.
Di luar, mereka mendengar suara genderang ser-ta hujan panah yang menimpa
pesawat. Mereka mengintai lewat jendela-jendela dan melihat orang-orang bercat
putih berlari di antara pohon-pohon, menyusup ke bawah sayap.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Ross.
"Tembak mereka," Munro menyahut ketus. Ia membuka sebuah peti dan mengeluarkan
beberapa magasin peluru untuk senapan mesin. "Amunisi kita lebih dari cukup."
"Tapi di luar sana ada lebih dari seratus orang."
"Ya, tapi hanya satu yang penting. Bunuh orang Kigani dengan garis merah di
bawah matanya, dan serangan mereka akan segera berhenti."
"Kenapa?" tanya Elliot.
"Karena orang itu Angawa, dukun mereka," ujar Munro sambil menuju kokpit. "Bunuh
dia, dan kita akan aman."
Panah-panah beracun menghantam jendela-jendela
536 plastik dan permukaan luar pesawat. Orang-orang Kigani juga melemparkan tinja.
Suara genderang terdengar bertalu-talu.
Amy ketakutan. Ia duduk di salah satu kursi dan memasang sabuk pengaman sambil
berisyarat, Amy pergi sekarang burung terbang.
Elliot menemukan dua prajurit Kigani bersembunyi di ruang penumpang di ekor
pesawat. Di luar dugaannya, ia membunuh keduanya tanpa ragu sedikit pun. Senapan
mesin di tangannya menyentak-nyentak, dan kedua prajurit itu terlem-par ke
belakang. "Bagus, Dokter," ujar Kahega sambil nyengir, meskipun Elliot gemetar tak
terkendali. Ia ter-duduk di kursi, di samping Amy.
Orang serang burung-burung terbang sekarang burung terbang Amy mau pulang.
"Sebentar lagi, Amy." kata Elliot, dan dalam hati ia berharap keinginannya akan
terkabul. Sementara itu, orang-orang Kigani menghentikan serangan frontal. Mereka mulai
menyc*ng dari belakang, tempat tidak ada jendela. Semuanya mendengar suara
langkah di ekor pesawat, lalu di badan pesawat di atas kepala mereka. Dua
prajurit berhasil masuk melalui pintu kargo belakang yang terbuka. Munro berseru
dari kokpit, "Kalau tertangkap, Anda akan dimakan!"
Ross menembak ke arah pintu belakang. Cipratan darah mengenai bajunya ketika
Tcedua prajurit itu diterjang peluru.
537 Amy tidak suka, Amy memberi isyarat. Amy mau pulang. Ia menggenggam sabuk
pengamannya dengan erat. "Itu dia si bangsat!" teriak Munro, dan langsung menarik picu senapan mesinnya.
Seorang pria muda berusia dua puluhan, dengan goresan cat merah di sekitar mata,
terempas ke tanah. Tubuhnya terguncang-guncang akibat berondongan Munro. "Hah,
kena!" ujar Munro. "Saya berhasil menembak si Angawa." Ia menyandarkan badan dan
membiarkan para prajurit membawa pimpinan mereka.
Sesuai perkiraan Munro, serangan orang-orang Kigani segera berhenti. Mereka
mundur ke hutan belantara yang sunyi. Munro membungkuk di atas mayat pilot dan
memandang ke luar. "Bagaimana sekarang?" tanya Elliot. "Apakah kita sudah menang?"
Munro menggelengkan kepala. "Mereka akan menunggu sampai malam. Setelah itu,
mereka akan kembali untuk menghabisi kita."
"Lalu apa yang harus kita-lakukan?" tanya Elliot.
Munro telah memikirkannya. Ia tidak melihat kemungkinan untuk meninggalkan
pesawat dalam 24 jam berikut. Pada malam hari mereka harus bertahan, dan pada
siang hari mereka membutuhkan tempat lebih lapang di sekeliling pesawat.
Pemecahan paling praktis adalah membakar ilalang setinggi pinggang di sekitar
pesawat jika itu dapat dilakukan tanpa meledakkan sisa bahan bakar dalam ?tangki-tangki.
538 "Cari pelontar api," ia berkata pada Kahega, "atau tabung-tabung gas." Ia
sendiri mulai mencari dokumen-dokumen yang bisa memberitahukan le-tak tangki-
tangki pada pesawat C-130.
Ross menghampirinya. "Situasi kita gawat, bukan?"
"Ya," jawab Munro. Ia tidak menyinggung soal gunung berapi.
"Saya rasa saya telah membuat kesalahan."
"Hmm, Anda bisa menebusnya dengan memikirkan jalan keluar," ujar Munro.
"Saya akan berusaha," Ross berkata serius, lalu pergi ke belakang. Lima belas
menit kemudian, ia menjerit.
Munro langsung berbalik dan mengangkat senjata. Tapi kemudian ia melihat Ross
duduk di salah satu kursi sambil tertawa tak terkendali. Yang lain menatapnya
bingung. Munro memegang pundak Ross dan mengguncang-guncangnya. "Jangan
histeris," katanya, tapi Ross terus tertawa tanpa menggubrisnya.
Kahega berdiri di samping tabung gas bertulisan PROPAN. "Dia lihat ini, lalu
bertanya ada berapa lagi. Aku bilang ada enam, dan dia mulai tertawa."
Munro mengerutkan kening. Tabung itu berukuran besar, enam meter kubik. "Kahega,
untuk apa mereka membawa propan ini?"
Kahega angkat bahu. "Terlalu besar untuk memasak. Mereka hanya butuh lima, tiga
meter kubik untuk memasak."
539 Munro berkata, "Dan masih ada enam tabung lagi seperti ini?" "Ya, Bos. Enam."
"Banyak sekali," ujar Munro. Kemudian ia menyadari bahwa Ross, yang
berpengalaman merencanakan ekspedisi, telah menangkap kegunaan gas itu. Munro
pun sudah bisa menduganya, dan ia mengembangkan senyum.
Kongo Karya Michael Crichton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Elliot tampak jengkel. "Tolong jelaskan, ada apa sebenarnya!" ia menuntut. "Apa
artinya semuanya ini?"
"Artinya," jawab Munro sambil tertawa, "kita masih punya harapan."
Berkat 25.000 kilogram udara panas dari cincin pembakar propan, balon konsorsium
yang berkilau-kilau terangkat dari tanah dan dengan cepat naik ke langit malam
yang semakin gelap. Orang-orang Kigani menghambur keluar dari hutan sambil mengacungkan tombak dan
busur. Beberapa orang menembakkan anak panah, tapi balon itu sudah terlalu
tinggi dan terus menanjak.
Pada ketinggian .600 meter, balon itu terbawa angin ke arah timur, menjauhi
hamparan hutan belantara yang gelap, melintasi kawah Mukenko yang merah membara
serta tebing-tebing Rift Valley.
Dari sana balon itu menyeberangi perbatasan Zaire dan terbawa ke arah tenggara,
ke Kenya menuju peradaban.?540
EPILOG TEMPAT API Tanggal 18 September 1979, satelit Landsat 3 yang melintas pada ketinggian
nominal 918 kilometer di atas Afrika Tengah merekam larikan selebar 185
kilometer pada Bidang 6 (.7-8 milimikron pada spektrum inframerah). Citra yang
dihasilkan menembus lapisan awan di atas hutan belantara, dan dengan jelas
memperlihatkan letusan Mount Mukenko yang setelah tiga bulan masih terus
berlangsung. Perhitungan komputer menunjukkan bahwa volume abu dan batuan yang
disemburkan mencapai 6-8 kilometer kubik, sementara 2-3 kilometer kubik lahar
mengalir lewat lereng-lereng sebelah barat. Orang-orang pribumi menyebutnya
Kanyalifeka, "tempat api".
Tanggal I Oktober 1979, R.B. Travis secara resmi membatalkan Kontrak Biru, dan
melaporkan bahwa tak ada sumber alami intan Tipe lib yang dapat dieksploitasi
dalam waktu dekat. Perusahaan elektronik Jepang, Hakamichi, kembali menyatakan
minat terhadap proses pelapisan boron secara artifisial yang dikembangkan oleh
Nagaura. Perusahaan-perusahaan Amerika pun mulai meneliti proses serupa; proses
tersebut diharapkan telah sempurna pada tahun 1984.
Tanggal 23 Oktober 1979, Karen Ross mengundurkan diri dari ERTS dan pindah ke
U.S. Geological Survey EDC di Sioux Falls, South Dakota, yang terlibat dalam
kegiatan yang berkaitan dengan pihak militer dan tidak mengadakan penelitian
lapangan. Ia lalu menikah dengan John Bel-lingham, seorang ilmuwan di EDC.
Peter Elliot mengambil cuti tanpa batas di Berkeley Department of Zoology pada
tanggal 30 Oktober. Sebuah pernyataan pers menyebutkan bahwa "kematangan dan
ukuran tubuh Amy yang semakin bertambah, menyulitkan penelitian laboratorium
lebih lanjut". Proyek Amy secara resmi dinyatakan ditutup, meskipun hampir
seluruh staf menyertai Elliot dan Amy ke Institut d'Etudes Ethnologiques di
Bukama, Zaire. Di sini interaksi Amy dengan gorila-gorila liar terus dipantau di
lapangan. Bulan November 1979 Amy diperkirakan hamil; saat itu ia menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama kawanan gorila setempat, sehingga sukar
memastikannya. Ia menghilang pada bulan Mei 1980.*
Bulan Mei 1980, Amy menghilang selama empat bulan, tapi pada bulan September ia
muncul kembali sambil menggendong bayi jantan Elliot memberi isyarat padanya,
dan di luar dugaan melihat bayi itu menjawab, Amy suka Peter suka Peter.
Pemberian isyarat itu dilakukan dengan tangkas dan tepat, dan berhasil direkam
dengan video. Amy tidak bersedia mendekat bersama bayinya; ketika bayinya
menghampiri Elliot, Amy segera mengangkatnya dan menghilang di semak-semak.
Belakangan ia terlihat bersama kawanan gorila di lereng Mt. Kyambara, di bagian
timur laut Zaire. 542 Antara Maret sampai Agustus 1980, pihak institut menyelenggarakan sensus gorila.
Jumlah populasi keseluruhannya diperkirakan 5.000 individu, setengah dari
perkiraan George Schaller, ahli bio-logi lapangan, dua puluh tahun sebelumnya.
Data tersebut mengkonfirmasikan bahwa jumlah gorila pegunungan menurun drastis.
Tingkat reproduksi di kebun binatang terus meningkat, dan kecil kemungkinan
gorila akan mengalami kepunahan, namun habitat mereka terus bertambah sempit
akibat tekanan manusia. Para periset menduga gorila sebagai binatang liar di alam bebas akan lenyap
dalam beberapa tahun mendatang.
Kahega kembali ke Nairobi pada tahun 1979 dan bekerja di sebuah restoran Cina
yang jatuh bangkrut pada tahun 1980. Ia lalu bergabung dengan ekspedisi National
Geographic Society yang hendak mempelajari kuda nil di Botswana.
Aki Ubara, putra tertua pengangkut Marawani dan astronom radio di Cambridge,
Inggris, memenangkan Penghargaan Herskovitz pada tahun 1980 untuk penelitian
mengenai pancaran sinar-X dari sumber galaktik M322.
Charles Munro berhasil memperoleh keuntungan cukup besar ketika menjual 31 karat
intan biru Tipe lib di bursa Amsterdam pada akhir tahun 1979. Intan-intan itu
dibeli oleh Intel, Inc., sebuah perusahaan mikronik Amerika. Tak lama kemudian,
bulan Januari 1980, ia ditikam agen Rusia di
543 Antwerp; mayat agen itu lalu ditemukan di Brussels. Bulan Maret 1980 Munro
ditahan patroli perbatasan di Zambia, namun segala tuduhan ter-hadapnya
dibatalkan. Ia dilaporkan berada di Somalia pada bulan Mei, tapi laporan
tersebut tanpa konfirmasi. Ia masih tinggal di Tangier.
Citra Landsat 3 yang diperoleh pada tanggal 8 Januari 1980 menunjukkan bahwa
letusan Mukenko telah berhenti. Colok persilangan berkas sinar laser yang
terekam samar-samar pada lintasari-lin-tasan satelit sebelumnya, tidak terlihat
lagi. Proyeksi titik persilangan itu kini menandai lapangan lahar quatermain
berwarna hitam dengan ketebalan rata-rata 800 meter hampir 0,5 mil di atas ? ?Kota Hilang Zinj.
di scan dan di-djvu-kan unluk dimhader (dimhad.co.cc) oleh
Dilarang meng-komersil-kan ataa kesialan menimpa anda selamanya
Pendekar Pedang Kail Emas 1 Pendekar Bayangan Sukma Iblis Berbaju Hijau Gerombolan Setan Merah 1