Obat Pamungkas 1
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein Bagian 1
OBAT PAMUNGKAS Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000-(seratus juta
rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000- (lima puluh juta rupiah).
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY MAGIC BILLET HARRY STEIN OBAT PAMUNGKAS Gm Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1998
THE MAGIC BULLET by Harry Stein Copyright " 1995 by Harry Stein All rights reserved. Published by
arrangement with Delacorte Press, an imprint of Dell Publishing, a division of
Bantam Doubleday Dell Publishing Group Inc., New York, U.S.A. Translation
Copyright " (1997) by PT Gramedia Pustaka Utama
OBAT PAMUNGKAS Alih bahasa: B. Sendra Tanuwidjaja GM 402 98.111 Hak cipta
terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jl Palmerah Selatan 24-
26, Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Januari 1998
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
STEIN, Harry Obat Pamungkas / Harry Stein ; alih bahasa, B. Sendra Tanuwidjaja, Jakarta: ?Gramedia Pustaka Utama, 1998. 592 him. ; 18 cm.
Judul asli : The Magic Bullet ISBN 979 - 605 - 111 - 7
I. Judul II. Tanuwidjaja, B. Sendra
813 Dicetak oleh Percetakan PT SUN, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Untuk Charles dan Abe, yang juga pionir
Sulit membayangkan ada penulis lain yang punya pengalaman lebih baik dalam
menulis buku daripada yang saya alami ketika menulis buku ini. Leslie Schnur
editor yang menakjubkan: cerdas, baik hati, dan memiliki pengetahuan luas.
Kolega-koleganya di Delacorte terlalu banyak untuk disebutkan sama hebatnya. ? ?Joy Harris, agen saya, setia menemani, selalu bijaksana dan peduli.
Terima kasih khusus saya ucapkan kepada seorang onkologis terhormat yang telah
memberikan begitu banyak waktu dan pengalaman, sehingga membuat saya mengetahui
secara luas apa yang ada dalam labirin riset kanker canggih. Tanpa orang ini,
yang ingin tetap anonim, buku ini takkan bisa jadi seperti ini.
Perubahan pertama sangat kecil mutasi inti tunggal sebuah sel, jauh di dalam
?payudara kanannya. Mustahil untuk menentukan penyebabnya, apalagi untuk
menentukan apakah perubahan tersebut ditakdirkan untuk berpengaruh. Sekalipun
begitu, sejak saat itu sel tersebut menjadi berbeda dengan beberapa triliun sel
yang ada dalam tubuhnya. la berusia tujuh belas tahun. " Sepanjang satu dekade berikutnya, sel tersebut
bermutasi beberapa kali. Sel tersebut mulai ber-tingkah secara otomatis, tidak
lagi tergantung pada kontrol yang mengatur lifigkungannya. Bentuknya menjadi
sedikit tidak beraturan. Struktur nukleusnya berubah. Metabolismenya meningkat.
Kariernya berkembang dengan baik. Delapan tahun kemudian, sel tersebut tiba-tiba
berubah drastis. DNA dalam nukleusnya yang tidak stabil mulai bermutasi setiap
jam. Semua energi sel tersebut disalurkan untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Tanda-tanda normal yang menyuruh sel tersebut menghentikan kegiatannya tidak
diacuhkan-nya. Pengawasan imunologis tidak berhasil. Dalam
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sebulan, sel tersebut berkembang menjadi hampir seratus sel lain.
Terkadang ia mengira tengah hidup dalam dunia khayalan. Dengan kedua anaknya
yang masih kecil, pekerjaannya, dan suaminya, ia dengan bergurau mengatakan
tidak punya waktu untuk memikirkan masalah.
Empat tahun kemudian mutasi besar berikutnya terjadi. Sel-sel jahat tersebut
sekarang jumlahnya menjadi ratusan ribu; tapi sekalipun dikumpulkan menjadi
satu, besarnya tidak lebih dari kepala peniti. Tapi beberapa di antaranya telah
belajar bagaimana caranya untuk hidup di luar payudara.
Suatu sore, saat berenang di kolam renang Ge-dung Putih, ia merasa kesakitan
pada punggung bagian bawah. la tidak mengacuhkannya, tampaknya hanya kontraksi
otot minor. Sakit pada punggungnya itu berlangsung hingga dua puluh empat jam
dan menghilang secepat datangnya.
di-scan dan di-djvu-fcan untuk dimhader dimhad, eo. cc alch
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Daniel logan berbaring tidak bergerak di atas kereta dorong di bilik remang-
remang dalam ruang UGD Rumah Sakit Claremont New York. Ia telah berbaring selama
sejam sendirian dalam kegelapan, tampaknya dilupakan oleh para perawat yang
?berlalu-lalang di koridor beberapa meter jauhnya dari bilik tersebut. Sesekali,
dalam keadaan setengah sadar, ia samar-samar bisa mendengar deru guntur, bukti
kalau badai yang menghantam kota Minggu sore ini belum berakhir. Bagi para
personil UGD, ia bahkan mungkin dianggap tidak ada.
Dr. Logan tersenyum. Bagus, ini yang diharapkannya sewaktu mendengar ramalan
cuaca dalam perjalanan menuju rumah sakit, bahwa bisnis hari ini tidak begitu
banyak. Tuhan mengetahui bahwa ia sangat membutuhkan istirahat! Semalam ia baru
bisa meninggalkan pesta menjelang subuh, dan siangnya ia harus melapor ke UGD;
sebagai dokter senior tetap yang bertanggung jawab atas seorang dokter magang,
beberapa perawat, dan enam staf pendukung. Saat ini, lebih dari saat-saat lain,
ia menghargai kebenaran menyenangkan yang ada di balik kesinisan
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sebagian besar pepatah medis: Penyakit berlibur dalam cuaca buruk.
Tapi tiba-tiba Logan duduk tegak, terpancing oleh keributan di lorong. Setelah
meloncat turun dari kereta dorong, ia menjulurkan kepala ke koridor.
Dua orang satpam tengah membekuk seorang pe-mabuk bertubuh besar yang susah
ditaklukkan. "Hai, Dok," kata salah seorang satpam, "mau ikut beraksi dengan orang ini?"
"Tunggu sebentar."
UGD Claremont tidak berbeda dengan UGD di rumah-rumah sakit kota besar lainnya.
Pasien yang menunggu bisa mengintip melalui partisi kaca ke ruang dokter dimana,
sebaliknya, para dokter dan perawat bisa meneliti pendatang baru dan menilai
kasus mana yang memerlukan perhatian dengan segera; sambil mencatat detak
jantung pasien yang jadi tanggung jawab mereka pada monitor EKG yang tergantung
dari langit-langit. Saat melangkah mendekati meja resepsionis UGD, Logan secara
naluriah menengadah memandang monitor. Tidak ada peristiwa apa pun. Hanya
seorang pasien yang tengah menunggu di sisi lain kaca, pria Hispanik muda yang
menatap kosong. "Apa masalahnya?" tanya Logan pada Perawat Clancy terkenal dengan julukan ?Perawat Amazon, bahkan secara terang-terangan ia dijuluki demikian.
"Bocor. Dr. Richman sudah mengambil kulturnya."
"Bagus." Perawat Clancy tersenyum mengejek. "Pasti sangat tidak menyenangkan untuk
mengeluarkannya malam-malam seperti sekarang."
Percayalah, pikir Logan, sambil kembali ke koridor,
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY kalau ada cairan hijau mengalir dari kemaluanmu, kau pun pasti ada di sini.
Pemabuk tersebut sekarang telah ditelentangkan di ranjang dalam salah satu
bilik, kedua tangan dan kaki diikat ke tempat tidur. Karena bilik tersebut
dirancang untuk menampung dua orang, satu hori-sontal, yang lain vertikal, Logan
menggabungkan diri dengan kerumunan di koridor yang mengintip ke dalam saat
perawat mengambil contoh darah.
"Ikut, Dok?" tanya seorang mantri bernama Ruben Perez.
"Tentu dong." Sambil memandang pasien, Logan melontarkan uang dua puluh lima sen
ke baskom muntah yang digunakan sebagai penampung uang; di dalamnya telah ada
sekitar enam keping. Logan membanggakan keahliannya "Menebak Kadar Alkohol". Suatu pagi seminggu yang
lalu, seorang pria Cina muda dibawa dalam keadaan mabuk yang lebih parah
daripada yang pernah mereka lihat selama berbulan-bulan. Taruhannya berkisar
antara 400 hingga 800 miligram per deciliter; orang-orang tertentu pasti telah
tewas pada tingkat 700. Para kolega Logan menertawakannya ketika ia menebak
275 sampai kadar alkohol orang itu tercatat 295 pada komputer. Hanya Logan yang?mengetahui fakta kuncinya: Toleransi orang-orang Oriental terhadap alkohol lebih
rendah. Sekarang Logan berpaling kepada Janice Richman, dokter magang muda yang tengah
bertugas. Sekalipun pemalu dan sederhana, Richman memiliki keahlian mendiagnosa
yang luar biasa; rasanya malam ini Logan benar-benar menghadapi kompetisi ketat.
"Oke, Richman, giliranmu."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Lima dua puluh."
Logan mengangguk. "Aku empat tiga puluh saja."
Lima menit kemudian, berbagai personil medis, lebih dari setengah jumlah staf
yang bertugas, ber-kerumun di sekitar komputer saat seorang perawat mencatat
angka pemenang dari komputer.
"Empat tiga puluh lima."
"Sialan!" seru Richman, membuat Logan terkejut. Selama ini Richman tidak pernah
menunjukkan sisi kompetitifnya.
"Logan," seru Ruben Perez, "kau benar-benar dokter bajingan!"
Logan tertawa sambil mengantungi kemenangannya. "Hei, setiap orang punya
kelebihan. Kebetulan bakatku di bidang permabukan."
Ia tersenyum pada Richman. "Janice, bisa tolong jaga sebentar" Aku mau makan."
"Yeah, yeah," katanya, "selamat menghamburkan kemenanganmu."
"Kutemani," kata Perez. "Mestinya sudah dua jam yang lalu aku istirahat."
"Aku kelaparan," kata Logan saat mereka mendekati lift. "Tadi pagi, sewaktu
Iemari pendingin kubuka, yang ada cuma keju basi dan sebotol bir. Wah,
seandainya pasienku melihat cara hidupku, mereka pasti menolak untuk kuobati."
"Kukira kalian, para dokter muda yang kaya, bisa memasak."
"Tidak, itu klise yang baru aku termasuk yang lama. Tapi aku tidak keberatan.
?Aku sudah terbiasa hidup dengan masakan Cina dan kue-kue Hydrox."
Hanya sebuah sudut di kafetaria yang masih buka.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dan satu-satunya makanan yang tersedia pada saat seperti sekarang hanyalah
makanan dari mesin. Sementara Perez menyerbu semangkuk sesuatu yang katanya sup
ayam, Logan memukul-mukul kotak Jell-O.
"Apa-apaan kau?" Perez tersenyum. "Itu untuk dimakan."
"Dengar, aku sedang memompa jantung Jell-O yang sedang sakit berat ini."
"Omong-omong," kata mantri tersebut, "aku mau tanya bagaimana kabarnya si tua ?Friedman?"
"Yang mana itu?"
"Demi Tuhan, dasar dokter...." Ia menggeleng. "De-mam" Sakit perut" Hematokrit
rendah" Aku mengan-tarnya kemari sekitar jam tiga. Dia tampaknya sudah
membusuk." Bukan hal aneh bagi para mantri untuk menaruh perhatian pada orang yang
diantarnya, tapi perhatian Ruben yang begitu besar tidaklah biasa; begitu juga
pemahamannya akan obat-obatan. Kalau situasi di UGD sangat sibuk, Logan selalu
bisa mengandalkan-nya untuk menunjukkan pasien yang paling butuh pertolongan.
Dilahirkan di Republik Dominika dan dibesarkan di South Bronx, Perez hanya
beberapa tahun lebih tua dari Logan; dan dokter muda tersebut tahu dan tahu
?bahwa Perez juga tahu bahwa seandainya Perez bisa bersekolah selepas SMA, ia
?pasti akan menjadi dokter yang hebat. Sekalipun mereka jarang berjumpa di luar
rumah sakit, melalui banyak percakapan seperti sekarang, sikap saling menghargai
di antara mereka perlahan-lahan berkembang menjadi persahabatan erat. Di dekat
Perez, Logan bisa melepaskan semua uneg-unegnya, yang
kalau sedang di sekitar rumah sakit tidak berani diungkapkan orang.
"Sudah kustabilkan di UGD," jawab Logan, "dan kukirim ke ICU."
"Dia orang baik. Menurutmu dia bisa selamat?" "-.
Logan ragu-ragu, kemudian menggeleng. "Tidak." Ia terdiam sejenak. "Kau benar,
sesudah beberapa waktu kita hampir tidak lagi menganggap mereka manusia. Dia
orang baik, hah?" Perez mengangguk. "Dia termasuk tentara gelombang pertama yang mendarat di
Normandia, kau percaya" Kisah yang hebat. Kau tahu apa katanya padaku sewaktu
kuantar kemari" 'Ini upahku gara-gara hidup tidak benar selama delapan puluh
tujuh tahun.'" Logan tersenyum. "Nanti kujenguk dia sebelum pergi. Janji."
Perez mengaduk supnya. "Nah... ceritakan soal pestanya."
"Tidak banyak yang bisa diceritakan..."
'"Tidak banyak yang bisa diceritakan,'" ulang Perez dengan sarkastis. "Orang ini
menghadiri salah satu peristiwa sosial paling top dan menyuruhku membaca
beritanya di Daily News."
"Hei, bagiku acara itu cuma kerja." Logan tersenyum. "Kedatanganku sekadar demi
kesopanan." Sebenarnya, peristiwa yang ditanyakan, perayaan tiga puluh lima tahun Dr. Sidney
Karpe praktek, salah seorang tokoh dunia kedokteran, berlangsung dengan luar
biasa baik untuk Logan. Karpe serba bisa: ia menulis buku, jadi komentator dalam
acara berita jaringan televisi, punya daftar klien selebriti
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sepanjang daftar klien William Morris.* Kalau, yang memang begitulah
kenyataannya (dan diketahui para rekan kerja Karpe dari pengalaman mereka
sendiri), ia cuma dokter yang kemampuannya sedang-sedang saja, hal tersebut
tampaknya bukan masalah. Karena keahlian terbesarnya adalah dalam memilih rekan-
rekan "otak-otak tambahan", begitulah julukan dari para pesaingnya yang iri ?pada mereka untuk menangani pasien.
?Di sanalah Dan Logan berperan. Sebagai dokter muda paling berbakat tahun ini
yang berasal dari rumah sakit paling top di kota, yang sangat sesuai untuk
operasi Karpe,karena pelatihan, temperamen, dan luasnya pengalamannya, ia telah
dibujuk-bujuk pria luar biasa tersebut selama berbulan-bulan; ditawari, sebagai
tambahan gaji awal 170.000 dolar, berbagai fasilitas yang dirancang untuk
memesona anak kelas menengah Midwest, dari pesta-pesta akhir pekan di yacht
hingga perjalanan rutin ke London, Paris, dan Timur Tengah. Dan semalam
merupakan penentunya. Di dekat Karpe, ia bertemu dengan para bintang film,
politisi, dan tokoh keuangan; ia diper-kenalkan sebagai calon partner di
prakteknya. Tapi Logan sama sekali tidak berniat untuk menceritakannya tidak kepada Perez,
?yang terjebak di Claremont sini dengan sedikit harapan untuk lolos. Uangnya
terlalu bagus, fasilitasnya begitu menakjubkan hingga rasanya hampir memalukan.
"Baik," kata Perez, "kau menikmati pekerjaannyal"
William Morris adalah seorang agen penulis/sclebriti terbesar di Amerika Serikat
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan tersenyum. "Beberapa wanitanya," Logan mengakui, "cukup menarik."
"Akhirnya ada juga yang bisa dibicarakan." "Tapi kau tahu betapa pemalunya aku."
"Yeah, benar." "Sungguh. Di tempat seperti ini, para wanitanya bukan golonganku. Kalau saja
salah seorang di antara mereka tidak punya masalah medis, aku pasti tidak tahu
bagaimana harus berkenalan dengan mereka."
"Logan, kau jenis pria yang selalu dibicarakan majalah-majalah wanita."
- '"Bagaimana Cara Menemukan Bujangan yang Memenuhi Syarat'?"
Perez menyeringai, terkejut melihat temannya masuk perangkap yang begitu jelas.
"Pria yang Tidak Akan Pernah Terikat."
"Pokoknya," kata Logan, bermaksud mengakhiri pembicaraan tentang masalah itu,
"aku merasa sangat kikuk mengenakan tuksedo. Bukan gayaku."
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau pergi ke tempat yang kuberitahukan" Apa tuksedonya pas?"
"Yeah, pas. Aku tidak mau tampil seperti orang tolol."
Sebenarnya, Logan mengetahui ia tampak sangat tampan. Masih kekanak-kanakan di
usianya yang ke-dua puluh sembilan, ia sadar kalau gaya jalannya yang melenting-
lenting, rambutnya yang agak panjang, dan senyumnya yang riang bisa membuatnya
tampak seperti mahasiswa baru yang penuh semangat; memesona, tapi secara
profesional sama tidak seriusnya dengan kehidupan pribadinya. Itulah kesan yang
dengan susah payah berusaha dihindarinya. Semalam, ia
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tahu, ia tampil seperti pendatang baru dengan prospek cerah.
"Jadi kau bersedia bekerja untuk Karpe?"
"Belum." "Kenapa?" Kenapal Sebenarnya, Logan memiliki sejumlah sifat yang saling bertentangan.
Sekalipun berambisi meraih sukses dan status secara konvensional, ia juga
berpegang teguh pada idealisme, yang kalau diketahui rekan-rekan kerjanya, akan
membuatnya dianggap naif. Biarpun gembira menyadari dirinya menjadi obyek iri
hati, ia juga sangat menginginkan alasan kuat untuk menghormati dirinya sendiri.
Juga dan ini mungkin sama vitalnya dengan yang lain masih ada masalah... ? ?olahraga. Bagi Logan kedokteran juga melibatkan keahlian dan semangat olahraga
basket atau poker dengan taruhan tinggi. Sungguh menyenangkan untuk mendiagnosa
dengan tepat kondisi yang tidak biasa_atau menciptakan pengobatan kreatif untuk
penyakit yang bandel; tidak ada yang bisa mengalahkan getaran saat campuran
intuisi dan kerja keras berhasil memecahkan kasus yang membingungkan dokter-
dokter lainnya. Selama masa percobaan dan magang di salah satu rumah sakit yang
paling kompetitif dan keras di seluruh negeri ini, kesempatan-kesempatan seperti
itulah yang memberinya kepuasan profesional yang mendekati sukacita sejati.
Logan mengetahui sepenuhnya bahwa di tempat praktek Karpe kesinisannya lebih
akut dan kesempatan untuk berkreasi lebih jarang lagi.
?"Kurasa," katanya dengan ragu, menjawab per -
19 tanyaan temannya, "pekerjaan klinis, pada saat ini..." Ia menggeleng. "Maksudku,
kita berdua tahu bagaimana pekerjaan seperti itu bisa menghancurkan kita secara
emosional. Pak tua itu siapa namanya tadi?" "Friedman?"
?"Kau tidak akan percaya, tapi ada saat ketika aku terlibat sangat dalam dengan
orang-orang seperti dia." Ia tersenyum. "Sewaktu masih kuliah aku sering
menangis kalau menonton film sedih."
"Hei, tidak ada yang menyalahkanmu. Dokter yang suka menangis tidak akan
membangkitkan semangat pasien."
"Maksudku, bahkan cara kita membicarakan kematian di tempat ini pun aneh. Pernah
menyadari bahwa orang tidak pernah meninggal di rumah sakit?"
Perez tersenyum. "Benar. Mereka 'dikotakkan' atau 'dihancurkan'."
"Atau 'ditabungkan'," tambah Logan. "Atau 'dibatalkan abonemennya.'" Ia terdiam
penuh arti. "Kupikir pasti menyenangkan kalau bisa berbuat lain."
"Misalnya?" "Penelitian murni."
Perez menatapnya dengan terkejut. "Omong kosong. Kau kan akan bekerja di pabrik
uang Karpe." Logan makan Jell-O-nya sedikit-sedikit, kemudian menengadah. "Ada yang ingin
kutunjukkan." Ia merogoh saku jas putihnya dan mengeluarkan amplop kusut. "Ini
tiba tadi pagi." Ia mengulurkannya ke seberang meja.
Perez mencabut sehelai kertas dari dalamnya dan mengenakan kacamata bacanya.
Ternyata lebih dari sekadar surat resmi biasa, sangat formal, nama Logan
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dicetak di tempat yang tepat oleh komputer, yang sesaat kemudian, mencetak nama
orang lain di surat yang sama.
Dr. Logan yang terhormat:
Terima kasih untuk surat lamaran Anda pada Yayasan Kanker Amerika. Seperti yang
Anda ketahui, kami baru-baru ini memulai proses pe-nyeleksian staf baru.
Dengan gembira saya beritahukan bahwa Anda termasuk di antara mereka yang
dipilih untuk mengikuti pertimbangan akhir. Oleh karenanya, Anda diundang ke YKA
untuk diwawancarai oleh staf kami. Harap hubungi Dr. Shein, penyelia Program
Beasiswa, pada nomor yang tercetak di bawah untuk mengatur tanggal pertemuan
yang sesuai. Kami menunggu kabar dari Anda dalam waktu dekat.
Surat itu ditandatangani Dr. Kenneth Markell, direktur YKA, salah satu nama
besar di bidang penelitian kanker.
Perez bersiul pelan. "Mengesankan. Simpan untuk cucu-cucumu." Ia melipat surat
tersebut dan mengem-balikannya ke dalam amplop.
"Bukan itu alasanku menunjukkannya padamu."
"Apa, kau mau nasihatku" Mana aku tahu apa yang hams kukatakan" Bahwa kau
seharusnya bang-ga?"
"Hei, ini kan cuma surat resmi. Mereka mungkin mengirimkan beberapa ratus surat
semacam ini." 21 Perez menyeringai. "Kau mau simpati" Kau benar, mereka mungkin mengirimkan
ratusan surat seperti itu."
Logan beranjak bangkit. "Rasanya kita di sini bukan untuk menganggur."
Di UGD situasi mulai sibuk. Empat pasien tengah menunggu untuk diperiksa, ada
yang sakit dada dan asma kronis.
"Mana Richman?" tanya Logan pada Perawat Clancy yang ada di meja piket.
Ia mengangguk ke deretan kamar periksa. "Bersama seorang jahanam" istilah rumah?sakit bagi orang yang berpura-pura sakit.
Logan mengintip ke balik tirai bilik. Richman tengah memeriksa seorang wanita
berusia sekitar tiga puluhan, pirang dan sangat menarik. "Permisi, Dr.
Richman...?" Richman meminta izin dan menggabungkan diri dengannya di lorong. "Apa
ceritanya?" "Kenapa, tertarik?" Ia tersenyum mengejek. "Cerai, dua anak, alamat Park Avenue.
Mungkin punya banyak uang."
Logan membelalak. "Maksudku, apa masalahnyaT "Entah. Batuk dan demam. Tapi
tanda-tanda vitalnya baik-baik saja."
"Well, jangan terlalu lama. Pasien mulai menumpuk."
Logan menempatkan para pasien yang menderita sakit dada dan asma di ruang
periksa dan meng-instruksikan seorang perawat untuk melakukan pengu -
22 jian baku. Ia mengalihkan perhatiannya pada Mrs. Zaretsky dan diarenya yang tiga
hari berturut-turut tidak berhenti. Tapi tiba-tiba pintu ruang periksa diketuk
keras-keras: Clancy dari resepsionis melaporkan adanya krisis.
Pasiennya diantar ambulans. Berusia empat puluh satu tahun dan tampak jelas
menderita penyakit Hodgkin, wanita tersebut terjaga karena sakit perut yang
hebat. Logan melirik tabelnya, kemudian membungkuk di atas tandu. Ia melihat
rambut wanita tersebut kelabu kekuningan dan napasnya pendek-pendek. Sejak satu
seperempat jam yang lalu napas wanita tersebut semakin lama semakin pendek.
Logan sadar bahwa ia tengah berhadapan dengan wanita yang sakit parah. Secara
naluriah, ia merasa kondisi wanita tersebut tidak ada hubungannya dengan kanker;
penyakit itu tidak pernah tampak begitu akut. Dengan mempertimbangkan
segalanya sakit perut, gangguan sirkulasi, fakta bahwa wanita tersebut meminum ?steroid kemungkinan paling besar sepsis.
?Suaminya mendekat. "Kenapa istri saya, Dokter?"
Logan membimbingnya ke sudut. "Saya kurang yakin. Akan saya suntik antibiotik.
Semua indikasi menunjukkan ia septic."
"Maksudnya?" "Ada infeksi dalam aliran darahnya. Kami harus menemukan sumbernya. Sebelum kami
berhasil, obatnya akan menekan infeksinya."
Pria tersebut jadi pucat. "Oh Tuhan, seharusnya dia saya bawa kemari tiga hari
yang lalu." Ia benar tapi peraturannya adalah menghindarkan mereka, paling tidak, dari
?perasaan bersalah. "Mungkin
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tidak ada bedanya. Tampaknya kejadian ini cukup mendadak."
Pasiennya sendiri sepenuhnya sadar dan ketakutan setengah mati. Logan menyentuh
telapak tangannya. "Dengar, Helen, kau akan sembuh. Kami akan me-nolongmu."
'Tapi aku sulit sekali bernapas."
"Aku tahu. Kami akan memberimu oksigen agar kau merasa lebih enak."
Setelah menepuk lengan pasiennya dengan lembut, Logan menuju ke ruang perawat.
Ia harus mengetahui berapa banyak oksigen dalam darah pasiennya.
Ruang perawat kosong. "Suster Clancy!" panggilnya dengan kesal. Ia menunggu
cukup lama. "Sialan, Clancy!"
"Ada apa, Dan?" kata Ruben Perez. "Biar kutangani."
Ia mengangguk. "Ambilkan alat gas-darah, dan siapkan masker oksigen seratus
persen." Mendadak perawat jaga malam itu muncul. "Ada apa?"
Sekalipun marah, jelaslah bagi Logan bahwa sekarang bukan waktunya untuk
mengomeli perawat itu. "Tolong bawa pasien itu dari UGD ke kamar."
Perawat Clancy tetap bisa mendengar kekesalan dalam suaranya. "Ya ampun, aku
tadi kan sedang di kamar kecil."
"Ruben," kata Logan, sambil berbalik, "aku akan membutuhkan foto rontgen. Dan
awasi tekanan darahnya."
Logan bergegas meninggalkan ruangan dan menghentikan St. Pierre, perawat jaga
malam kedua. "Hu - 24 bungi lantai dua nyonya ini membutuhkan operasi secepatnya. Beri infus larutan ?garam normal, suntikkan antibiotik tiga kali lipat, dan satu gram steroid."
Sepuluh menit kemudian wanita tersebut didorong ke ruang operasi. Diagnosa Logan
tepat: usus dua belas jari yang berlubang-lubang, mengakibatkan septicemia dan
shock. Persoalan kecil tapi sejam lagi tanpa pengobatan yang tepat wanita
?tersebut akan meninggal dunia.
Tidak ada waktu untuk menikmatinya. Saat kembali ke UGD untuk memeriksa pasien
yang dadanya sakit, ia berpapasan dengan Janice Richman.
"Ini dia. Bisa kauperiksa ini?" Janice tampak panik.
"Apa?" Richman telah bergegas menyusuri lorong, berjalan mendahuluinya. "Wanita tadi.
Kutinggalkan beberapa menit dan..." Begitu tiba di pintu, ia segera membukanya.
Wanita yang tadi dilihat Logan telah berubah total. Pandangannya kini liar,
rambut pirangnya kusut karena keringat, ia tengah berusaha memanjat pagar
ranjang. Dalam perjuangannya, gaun biru rumah sakit yang dikenakannya terangkat
hingga pinggang. "Siapa namanya?"
"Betsy Morse." Logan bergegas mendekati ranjang. "Ayo, Betsy, tenang! Katakan apa masalahnya."
Betsy menatapnya dengan pandangan liar yang tidak fokus; kemudian bergerak
menamparnya. "Betsy, tenang. Tetap di ranjang. Kami mau me-nolongmu."
Ia mencengkeram bahu Betsy dan berusaha membaringkannya; kulit Betsy panas luar
biasa. 25 "Betsy, tenang. Tenang!"
Richman berdiri di ambang pintu, mengawasi, terguncang.
"Richman, aku butuh bantuanmu, demi Tuhan!"
Tapi semakin keras mereka berusaha merebah-kannya, semakin keras Betsy melawan.
Ia sekarang menggeliat-geliat, sepenuhnya tidak terkendali. Orang-orang yang
mengigau, yang tidak rasional, sering kali kekuatannya jadi sangat mengejutkan.
Mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menahannya agar tetap di ranjang.
Sekarang Betsy mulai bersuara, menggeram, dan mengucapkan kata-kata yang sama
sekali tidak bisa dimengerti. Wajahnya berkeriut, ia menendang-nendang dengan
buas. "Clancy," teriak Logan, "kemari!" Kali ini perawat tersebut langsung datang.
"Ikat dia. Di empat tempat. Suruh satpam mengamankannya. Ukur temperatur
anusnya, dia sepanas pistol. Suntikkan Haldol IM satu miligram!"
Para dokter mundur begitu satpam mengambil alih. "Bawa dia ke tempat dimana kita
bisa menghubung-kannya dengan EKG."
Inilah yang paling ditakuti dokter andal mana pun: sesuatu yang benar-benar
tidak bisa dijelaskan. Dengan perasaan bingung, Logan mengundurkan diri ke ruang
dokter. EKG wanita muda tersebut telah muncul di monitor di atas kepala: sinus
tachycardia mencapai 150 denyutan per menit. Sesaat kemudian, kepala Clancy
muncul dari pojok. "Empat puluh dua derajat."
"Dinginkan dia, gunakan air hangat, jangan pakai
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY es!" perintah Logan. "Enam ratus lima puluh miligram acetamenophen lewat anus!"
Di atasnya, monitor menunjukkan tachycardia ventrikuler detak kacau jantung ?yang luka berat.
Ia lari ke ranjang Betsy, menggabungkan diri dengan Richman dan dua perawat.
Betsy terkapar tidak bergerak. Logan meninju dadanya. Tidak ada tekanan darah.
Tidak ada denyut carotid.
"Kenakan ban tekanan darah padanya! Taruh papan di bawah punggungnya!" Dengan
panik, Logan memompa jantungnya.
"Panggil semuanya kemari. Panggil tim serangan jantung dan siapkan respirator!"
Beberapa detik kemudian pesannya mengguntur melalui pengeras suara: "Tim
serangan jantung, UGD, tim serangan jantung, UGD."
Logan mengetahui bahwa pada jam-jam seperti ini baru sepuluh menit kemudian ada
yang menanggapi panggilannya. Ia memerintahkan bantalan-bantalan larutan garam
dipasang di dada Betsy. "Pasang alatnya ke tiga ratus watt per detik!"
Energi kejutan listrik membuat Betsy terangkat dari ranjang. Bau daging terbakar
tiba-tiba menyebar. Logan memandang monitor. Garis lurus. "Pompa terus!" jeritnya. "Mana respirator
keparat itu?" Satu demi satu, dengan mata memerah karena kantuk, tim serangan jantung
menerobos masuk. Logan dan Richman menyingkir. Sambil terus menggarap dada wanita muda tersebut,
tim serangan jantung mulai menggunakan palu karet, mati-matian berusaha
27 memacu sel jantung terakhir agar bereaksi. Satu demi satu mereka gagal.
"Well" kata Logan, dengan ketenangan palsu, "ada gagasan lain?"
Sunyi. Logan memadamkan EKG. "Terima kasih, semuanya."
"Satu lagi dikotakkan," kata salah seorang anggota tim serangan jantung dengan
suara pelan, berusaha mempertahankan kewarasannya.
Saat memandang sekilas ke seberang ruangan, pandangan Logan bertemu dengan
pandangan Ruben Perez. Ia merogoh sakunya dan meraba amplop itu.
di-scan dan di-djvu-kan untuk dimhader dimhad.co.cc oleh
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
28 Begitu sampai di halaman Yayasan Kanker America, menyeberangi jembatan sempit di
atas sungai kecil berliku-liku dan mengemudikan Taurus sewaan-nya memasuki
jalanan panjang menurun yang diapit pohon spruce dan maple, Dan Logan mengerti
mengapa tempat ini selalu disebut sebagai kampus. Kampus YKA. Dengan lapangan
rumput luas yang dipangkas rapi dan bangunan-bangunan anggun bergaya Federal,
halaman YKA seketika memancarkan kehormatan dan kewibawaan seperti institusi
pendidikan tinggi yang sudah tua.
Seperti hal-hal lain di sini, kesan itu memang disengaja. Gaya Federal sengaja
dipilih untuk membuat orang kagum dan telah lama berhasil mempengaruhi para ?pengunjung yang jauh lebih penting daripada Dr. Daniel Logan. Bagi para politisi
berkuasa yang bertanggung jawab "atas sebagian besar pem-biayaannya, juga para
peneliti yang ingin dipancing YKA dari institusi lainnya, bangunan-bangunan
tersebut tampak seperti bangunan tempat pekerjaan penting dilaksanakan, ilmu
pengetahuan yang penting.
Bisa dikatakan tidak ada institut penelitian, baik di
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Amerika Serikat maupun di tempat lain di dunia, yang seperti Yayasan Kanker
Amerika. Didirikan pada tahun 1946, dilahirkan dari keyakinan mampu melakukan
apa saja yang berkembang seusai perang, YKA sekarang terdiri dari sekitar lima
belas bangunan terpisah. Di sini sekelompok kecil Ph.D dan M.D. bekerja dengan
tujuan tunggal, mengobati kanker. YKA juga memiliki rumah sakit sendiri, Pusat
Kesehatan Eisenhower, yang dikelola sejumlah onkologis terbaik di dunia.
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat melaju melewati sejumlah bangunan lebih kecil yang menurut dugaannya
merupakan laboratorium, sambil menatap hutan lebat di kejauhan, Logan mau tidak
mau membayangkan: Kalau ia menjadi bagian dari tempat ini, ia bisa menyelesaikan
sesuatu. Bukannya ia berilusi. Ini hanya perjalanan sehari yang tidak serius untuk
memuaskan rasa penasarannya. Kalau ia bisa mengejar penerbangan shuttle pukul
14.00 dari bandara Nasional, ia bisa tiba di rumah sebelum pukul 17.00; masih
ada waktu untuk membereskan beberapa hal di rumah sakit sebelum makan malam.
Sekalipun begitu... di balik jendela-jendela, mondar-mandir di dalam laboratorium,
ia bisa melihat orang-orang yang sedikit lebih tua daripada dirinya. Masalah
penting, bahkan kritis, apa yang tengah mereka kerjakan saat ini" Berapa kali,
saat tumbuh dewasa, ia mendengar penyiar televisi melaporkan dengan nada serius
"Para peneliti di Yayasan Kanker Amerika hari ini mengumumkan...?"
Sekarang, saat mendekati gedung administrasi yang megah dimana ia seharusnya
diwawancarai, perasaan 30 deja vu seperti pernah mengalami peristiwa yang sama dari masa kuliahnya ? ?semakin kuat. Berpuluh-puluh orang, bagian dari sepuluh ribu teknisi dan
sekretaris, ilmuwan dan administrator, yang dipekerja-kan YKA, berjalan di
trotoar dan menyeberangi lapangan rumput di pagi awal bulan Maret ini. Beberapa
orang melangkah dengan santai, yang lain tergesa-gesa seakan terlambat untuk
mengikuti ujian penting. Banyak yang membawa ransel kulit atau notebook;
mayoritas berusia antara dua puluhan dan tiga puluhan.
Setelah memarkir mobilnya di luar gedung administrasi, ia tiba untuk pertemuan
pertamanya lima menit lebih awal. Ia akan bertemu dengan Raymond Larsen, kepala
Departemen Obat-obatan. Tentu saja ia mengenal nama tersebut. Dan sering membaca nama tersebut dalam
majalah Annals of Internal Medicine yang bergengsi. Majalah tersebut terbit
sebulan sekali, namanya dicetak dalam huruf besar timbul berwarna hitam yang
gagah dengan latar belakang warna hijau muda, kertas halamannya tebal dan
mengilap. Di Claremont setiap orang, termasuk yang hanya berpura-pura punya
karier bagus, akan melalap setiap edisinya. Bukan saja untuk nilai instruktifnya
tapi juga sebagai senjata pelindung. Mengutip Annals, sama saja dengan mengutip
Kitab Suci. Dan Larsen merupakan salah seorang penulis Kitab Suci tersebut.
Di kantor luar, sekretaris Larsen, wanita tua yang tidak menarik, mencatat
namanya dan mempersila-kannya duduk. Sebelum Logan sempat duduk, Larsen masuk
dengan tergesa-gesa. Tinggi dan tegak lurus,
31 Larsen sedikit mirip Lee Marvin. Ia berhenti dan menatap sekretarisnya.
"Dia mau bertemu denganku?"
"Dr. Logan," jawab sekretarisnya datar. "Kandidat program beasiswa."
Larsen melirik Logan sekilas. Tidak ada tanda-tanda kalau ia menyukai apa yang
dilihatnya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia meraih file Dan dari sekretarisnya.
"Ikut." Sekalipun terpesona, Logan juga tidak begitu menyukai apa yang dilihatnya.
Larsen tampak dan bersikap seperti sersan pelatih marinir, tidak sabaran, kasar,
dan suka membentak-bentak. Bahkan rambutnya pun dipotong crew cut seperti dalam
film-film tahun lima puluhan. Bagaimana, pikirnya sepintas, cara orang ini
menghadapi pasiennya"
Di kantornya, Larsen duduk di balik mejanya dan memberi isyarat agar pria yang
lebih muda tersebut duduk di hadapannya. Saat Larsen membalik-balik file, Logan
mempelajari ruangan tersebut. Dinding-dindingnya kosong, hanya ada diploma-
diploma dari Princeton dan Harvard. Meja mahoni besarnya hanya berisi telepon
dan kertas-kertas yang ditumpuk rapi. Tidak ada yang aneh-aneh. Tidak ada foto
orang tercinta kalau memang ada.?Tapi ada buku-buku, rak demi rak berisi buku, mengenai segala aspek obat-obatan
kanker. Logan mengenali beberapa judul di antaranya; ia telah membaca cukup
banyak. Karya Markell, Direktur YKA keempat edisinya ada di sana.
? ?Gynecological Malignancies Sauerhaft. Lalu ada buku karya Larsen sendiri,
Gastrointestinal Malignancies, terjepit di sela
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dua buku lainnya yang sampulnya, dulunya bersih dan rapi, sekarang pudar dan
retak-retak. Barang museum Logan penasaran kenapa Larsen tetap menyimpannya.
?"Kau punya rekomendasi dari L.D. Greiner rupanya," kata Larsen tiba-tiba.
"Yessir." Logan pernah belajar di bawah bimbingan ahli kimia pemenang hadiah
Nobel tersebut sebagai mahasiswa postdoc dalam bidang biologi molekul di
Stanford, sebelum berubah arah dan memilih obat-obatan. Ilmuwan terhormat
tersebut sangat baik terhadapnya, hampir kebapakan. Logan mengetahui kalau surat
Greiner yang mencolok merupakan satu-satunya penyebab resumenya lebih menonjol
dibandingkan yang lain. Namun, ia tiba-tiba sadar, Larsen justru menganggapnya sebagai kekurangan.
"Boleh tanya kenapa kau memilih untuk meninggalkan biologi molekul hanya enam
bulan sesudah mendapat gelar doktoralmu" Kalau mempertimbangkan hal ini, rasanya
kau bukan orang yang ulet."
Logan cuma membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengembalikan keberaniannya.
"Aku senang dengan pekerjaannya," katanya. "Berada di laboratorium bersama Dr.
Greiner secara intelektual sangat mengasyikkan. Tapi ada... semacam kehampaan di
dalamnya. Kurangnya kaitan antara pekerjaanku dengan penerapan praktis.
Sedangkan penelitian medis "
?"Kau jadi bisa menolong orang-orang," Larsen menyelesaikan kata-katanya dan,
?dengan perasaan ngeri, Logan menyadari kalau Larsen tengah meng-ejeknya.
33 "Begitulah," katanya menyetujui.
"Kau tentunya menyadari, kalau kami mendapat banyak pelamar yang potensial. Dan
hanya ada sedikit lowongan."
"Ya, aku tahu."
"Bagus. Aku tidak ingin orang-orang berilusi." Ia membanting file hingga
tertutup. "Ada yang bisa kuceritakan?"
Sebenarnya, Logan punya banyak pertanyaan. Dimulai dengan kesempatan meneliti
macam apa yang tersedia baginya sebagai associate yang baru masuk. Tapi undangan
Larsen hanyalah formalitas: tampaknya pertanyaan yang sebenarnya justru akan
membuatnya jengkel. "Tidak, Sir. Aku sudah cukup banyak membaca tentang YKA."
"Dr. Logan, kau sudah menikah?"
Pertanyaan tersebut mengejutkan Logan. Apa sebenarnya maksud pertanyaan
tersebut" "Tidak, Sir, belum."
"Begitu." Larsen beranjak bangkit dan mengulurkan tangan. "Well, terima kasih
untuk kedatanganmu. Kami akan memberi kabar."
Wavvancara tersebut, yang dijadwalkan selama setengah jam, ternyata selesai
kurang dari sepuluh menit. Ada waktu empat puluh menit sebelum wawancara
berikutnya. Dalam keadaan masih shock, Logan bah-kan tidak yakin ingin
melanjutkannya. Sepanjang perjalanan kariernya yang masih pendek, ia sering
meng-ajami^peristiwa yang tidak menyenangkan: iri hati, kemunafikan, niat jahat.
Ia mengerti bahwa, pada discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dasarnya, kedokteran rumit cenderung memancing orang-orang yang sulit. Tapi
belum pernah ia menjadi obyek kemarahan yang dianggapnya sebagai penghinaan
secara terang-terangan. Bagaimana mungkin seseorang dengan reputasi sebagai dokter dan pendidik seperti
Larsen bisa bersikap begitu"
Duduk di bangku luar gedung administrasi, ia mencabut koran The Washington Post
yang dibelinya di bandara dari saku mantelnya. Tapi, sekalipun matanya menatap
koran di tangannya, benaknya tidak menyerap kata-kata yang tercetak di sana. Ia
merasakan sakit yang menusuk di belakang bola matanya, awal sakit kepala.
Sepintas bahkan tanpa menyadari ironinya ia ingin tahu di mana bisa memperoleh? ?aspirin di tempat ini.
"Hai." Logan menengadah, terkejut. Di depannya berdiri seorang pria pendek botak
berusia awal empat puluhan, matanya yang cemerlang dan kumisnya yang kecil dan
terkulai membuat penampilannya nyaris lucu kalau suasana hati Dan Logan sedang
?baik. "Halo," balasnya kaku.
"Aku kerja di sini," kata pria tersebut. Ia menunjuk mantel putih
laboratoriumnya, kalau-kalau Logan meragukannya. "Kulihat kau keluar dari kantor
Larsen. Dia brengsek, bukan" Boleh duduk?"
Ia segera duduk. Dan ragu-ragu, mencari-cari jawaban yang sesuai. "Aku tidak
berkata begitu," jawabnya akhirnya.
"Oh, tidak" Apa, kumbang yang hidup di pantatnya lepas tadi pagi?" Ia mendengus
mendengar leluconnya 35 sendiri. '"Kau kerja di Claremont" Berani taruhan, pasti banyak bajingan kaya
yang menjadi pasien di sana."
Wajah Logan menunjukkan keterkejutannya.
Temannya tersebut menunjuk kartu sekuriti Rumah Sakit Claremont yang tergantung
pada kelepak mantelnya. "Bakatku banyak. Tapi membaca pikiran tidak termasuk di
antaranya." Untuk pertama kalinya, Logan tersenyum. "Menurutku itu terlalu dibesar-
besarkan." Ia terdiam sejenak. "Tapi, yeah, kami memang lumayan sukses."
"Kau suka New York" Kau bukan asli New York, kan?"
"Ya. Tapi aku menyukainya." Ia bahkan belum bisa menentukan bagaimana cara
berbicara dengan pria ini. "Sebenarnya, aku dari Decatur, Illinois."
"Kalau aku asli New York." Ia mendengus lagi. "Kau pasti tidak menyangka, bukan"
Kau pernah makan corned beef di Carnegie Deli?"
"Belum." "Belum" Pikirmu kenapa orang-orang mau tinggal di kota itu" Ceritakan bagaimana
kau bisa sampai di Rumah Sakit Claremont."
Jadi kenapa tidak" Dan kemudian menceritakan perjalanan hidupnya di ? ?kedokteran. Dua tahun pertama yang melelahkan di sekolah kedokteran, dimana pada
dasarnya yang dipelajarinya, selain sedikit patologi organ, setumpuk jargon, dan
dasar-dasar biologi sel, hanyalah bertindak sesuai perintah. Masa kebebasan
datang di tahun ketiga dengan dimulainya masa jaga di rumah sakit. Masa jaga dan
magang dan perasaan itu, hams bekerja delapan belas jam sehari yang
36 melelahkan, membuatnya menganggap dirinya benar-benar mulai menjadi dokter.
Perlahan tapi pasti, minatnya terhadap onkologi ilmu tentang tumor mulai
? ?berkembang. "Kenapa memilih onkologi?" tanya temannya. "Apa hebatnya menyembuhkan kanker"
Ibumu meninggal karena kanker?"
Logan menyadari bahwa tidak ada maksud jahat dalam pertanyaan tersebut. Malahan,
keterusterangan dalam penyampaiannya membuatnya tertawa. "Tidak."
"Bagus. Aku sempat mengira alasanmu klise."
Logan melirik arlojinya sekilas. "Ya Tuhan!" Ia meloncat bangkit. "Maaf, aku
hams pergi. Aku sudah terlambat sepuluh menit untuk wawancaraku." Ia bergerak
menjauh. "Senang bertemu denganmu. Sungguh."
"Tunggu sebentar, Logan."
Ia berbalik. Mereka belum berkenalan. "Kau tidak terlambat untuk wawancaramu.
Kau sedang diwawancarai."
37 Iama Logan terdiam. "Dr. Shein?" katanya akhirnya.
Pria tersebut mengangguk. "Panggil aku Seth. Hari yang cerah, aku puny a banyak
waktu. Kupikir sebaiknya mencarimu."
Tanpa bisa ditahan, senyum Dan merekah. Mendung menggantung di langit dan udara
dinginnya luar biasa. Sebagai kepala program onkologi klinis YKA, waktu senggang
Shein mungkin kurang daripada orang-orang di Ruang Oval di seberang sungai.
"Sekarang bagaimana?" tanya Logan.
Shein beranjak bangkit dan mengangguk ke arah gedung administrasi. "Ke sana."
Kantornya ternyata luas sebesar ruang laboratorium bawah tanah Rumah Sakit
?Claremont yang ditempati Logan bersama dua puluh orang lainnya. Tapi kepribadian
Shein tampaknya seketika memenuhi ruangan tersebut.
"Nah...," katanya, duduk di kursi putar kayu antik-nya dan meletakkan kakinya di
meja, "coba ceritakan pekerjaan yang kaulakukan bersama Greiner."
Dibiarkan tetap berdiri, Logan memutuskan untuk
38 duduk di kursi di dekat meja yang kainnya telah lapuk. Ia segera tenggelam tiga
puluh sehti ke dalamnya. Malahan, ia begitu rendah, dan tumpukan laporan dan
jurnal di meja Shein begitu tinggi, hingga ia hanya bisa melihat setengah bagian
atas wajah Shein. "Well," katanya memulai, mengatur posisinya agar bisa melihat dengan lebih baik,
"kami berusaha untuk menemukan apakah ada gen unik yang muncul di
glioblastoma "?"Demi Tuhan, jangan bergerak-gerak. Kursi keparat itu seperti jebakan lalat."
"Memang tidak terlalu nyaman."
"Pindah. Duduk di sana." Ia menunjukkan kursi kayu sederhana di dekatnya.
"Jadi...?" "Jadi," lanjut Logan, sambil pindah ke kursi itu, "intinya adalah mengambil DNA,
mengirisnya dengan enzim pembatas, dan memberinya virus. Lalu Anda "
?"Benar," potong Shein, "kaubiarkan virus keparat tersebut menginfeksi bakterinya
dan seterusnya dan selanjutnya." Ia terdiam sejenak, mengangguk ke arah tumpukan
kacau-balau di mejanya. "Kubaca bertahun-tahun yang lalu di Proceedings of the
National Academy of Sciences. Cuma ingin mendengarnya dengan kata-katamu
sendiri. Bagus." Logan memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Kau pasti terkejut kalau mengetahui berapa banyak orang yang berusaha
menipuku." Ia mendengus. "Kau percaya aku?"
?Logan tidak terkejut melihat Shein bersikap begitu sombong. Keangkuhan merupakan
ciri setiap ilmuwan sukses yang pernahdikenalnya. Tapi ia juga menge -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tahui bahwa pada orang ini, mungkin keangkuhan tersebut tidak bisa disalahkan;
berdasarkan reputasinya, Shein merupakan salah seorang peneliti paling berbakat
di bidangnya. "Jadi," tambahnya, "sepintas lalu kau menceritakan bagaimana kau harus selalu
menaati perintah di sekolah kedokteran..." ,
Dan mengangguk. "Saya kira begitu."
"Saya kira begitu. Apa, kau tidak senang mematuhi perintah" Menurutmu apa yang
menyebabkan or-ganisasi bisa berfungsi?"
Logan ragu-ragu. Ke mana tujuan pembicaraan Shein sekarang" Dengan
impulsif pada saat ini tampaknya ia tidak akan terlalu rugi ia mengatakan apa
? ?yang dirasakannya sebenarnya. "Tentu saja tidak. Tapi kedokteran kan bukan
militer. Sebagai peneliti, apa Anda harus selalu tunduk pada atasan" Bahkan
kalau dia... Anda tahu, selalu..."
"Maksudmu omong kosong, kan, Logan. Atau ja-hanaml"
"Saya tidak bermaksud "?"Maksudmu memang begitu. Aku sendiri lebih suka menyebutnya jahanam. Kenapa
tidak terus terang saja?" Ia terdiam sejenak. "Kau pasti juga mendapat tawaran-
tawaran yang menarik, bukan?"
Sekali lagi, ia berterus terang. "Beberapa."
Shein mengangguk. "Benar, klinik Karpe memang sangat besar. Kau pasti akan
segera masuk dalam kolom selebriti."
Logan hanya menatapnya. Apa yang tidak diketahui orang ini"
"Tapi kau tahu?"
40 Pertanyaan tersebut lebih tepat disebut tantangan. "Apa?"
"Kau tidak ke sana, kau datang kemari. Kau akan membantu kami mengobati kanker."
"Apa"!" Logan bahkan tidak yakin bisa mengucap-kannya. "Saya... diterima?"
"Aku tidak menginginkan penjilat, Logan. Kreatjyi-tas macam apa yang
bis^Jaiperoleh dari orang-orang seperti itu?"
"Tapi, Dr. Shein "
?"Seth." "Apakah Anda berwenang untuk..." Ia ragu-ragu. "Saya harus memberitahu Anda bahwa
Dr. Larsen " ?"Larsen itu tolol, mengerti" Dia tanya apa kau sudah menikah?"
Logan mengangguk bodoh. "Benar."
Shein mendengus. "Kau bukan kulit hitam, Yahudi, atau wanita. Homo lebih sulit
untuk dikenali. Misi pribadinya" ia mengubah aksennya menjadi aksen
?Jerman "melindungi Reich."
?"Aku bukan homo."
"Dengar, Larsen mengetahui kau tipe orang yang kusukai dan dia ingin melindungi
wilayahnya. Kau akan tahu bahwa begitulah suasana kerja di tempat ini."
Logan hampir tidak mampu berbicara. "Kedengarannya bukan suasana kerja yang
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hebat." "Bukan?" Pemyataan tersebut tampaknya membuat Shein terdiam sejenak. "Tergantung
bagaimana cafamu memandangnya. Kalau menurutku, kau bisa lebih memahami
seseorang melalui musuhnya_daripada melalui teman-temannya."
41 Logan mengangguk. Sekarang setelah shock-nya. berlalu, ia menyadari bahwa
semangatnya bangkit. Ia berusaha keras untuk menekannya. Hal ini harus
didiskusikan, .dinegosiasikan. "Dengar," katanya memulai dengan tenang, "saya
tidak tahu bagaimana caranya mengatakan bahwa hal ini membuat saya tersanjung "
?"Juga jangan mudah merasa tersanjung," potong Shein, yang jelas merasa berhak
untuk menyelesaikan setiap kalimat orang yang lebih muda darinya. "Kau suka
bisbol?" "Ya." Logan berusaha untuk tidak tampak bingung.
"Kau beruntung, YKA punya jatah kursi penonton untuk Orioles." Ia "terdiam
sejenak. "Ini baru usulan, mengerti" Dan kau cuma calon. Calon yang baik, tapi
tetap saja cuma calon. Aku bahkan tidak bisa menjanjikan apakah kau bisa sampai
tahap profesional." "Dengar," Logan berusaha lagi, "saya sudah membuat semacam ikatan dengan Karpe.
Ada banyak pekerjaan medis praktis yang mantap di sana."
"Benar, penyakit orang kaya. Berani bertaruh kau pasti akan menemui banyak
sindrom kelelahan kronis. Dan sembelit. Pekerjaan yang menyenangkan melihat ?pantat seseorang dan mendapat dua ratus dolar."
"Sebenarnya, banyak pasiennya yang menderita kanker."
Shein mendengus. "Kau tahu kenapa kau tidak akan melakukannya" Karena kau cukup
cerdas untuk mengetahui dua rahasia terbesar penyakit kanker. Satu, bahwa'dalam
masalah pengobatan, kita masih berada dalam Abad Kegelapan. Jadi, dua, bahkan
para ahli 42 tumor klinis terbaik pun sebetulnya cuma monyet-monyet yang sombong. Mereka cuma
bisa menunggu orang-orang kreatif seperti kita ini untuk memberi mereka
alatnya." Ia benar dan Logan mengetahuinya. Ia tidak bereaksi.
"Gaji awalmu lima puluh satu ribu."
Logan menelan ludah dengan susah payah. "Tawaran Karpe tiga kali lipat dari itu.
Aku juga mendapat dua tawaran lain yang hampir sama banyaknya."
"Tidak ada negosiasi. Ini yayasan nirlaba, ingat?"
Terpukul, Logan membisu. "Apa," kata Shein, "menurutmu ini langkah karier yang buruk" Ini kesempatan
besar, Logan. Aku, aku mendapat pengesahan keamanan dan segala macam. Kau tahu
apa pengaruh terhadap resumemu walaupun kau cuma dua tahun di YKA" Kau mau
berbicara soal uang, perusahaan obat-obatan besar memberi peneliti top dari
tempat ini gaji awal tiga ratus ribu, plus bagian dari paten apa pun yang mereka
kembangkan!" Logan lama mempertimbangkannya. "Kenapa Anda membutuhkan pengesahan keamanan?"
Shein mengabaikan pertanyaan tersebut. "Kau bergurau, menurutmu di mana orang-
orang besar itu" ia mengangguk pelan ke arah Washington "berobat" Terutama
? ?kalau mereka mau menutupinya" Menurutmu si apa yang mengobati mereka?" Ia
tersenyum mendengar kesembronoannya sendiri. "Kau bisa memperoleh koleksi tanda
tangan yang bagus. Anggaplah sebagai salah satu fasilitas bekerja di sini."
43 Tiba-tiba, Shein berdiri, melangkah ke luar ruangan. "Ayo, kutunjukkan kompleks
laboratorium utama."
Sambil membisu, Logan mengikuti, kepalanya berputar-putar.
"Sesudah itu kutunjukkan laboratorium satelit kau melewatinya sewaktu tiba di
?sini. Dan jangan lupa Pusat Kesehatan Eisenhower." Ia tersenyum. "Maksudku, kau
toh akan menghabiskan sebagian besar waktumu di sana, bukan?"
Larut malam pada hari yang sama di apartemennya yang sederhana, karena tidak
bisa tidur, Logan turun dari ranjang dan menghidupkan Iampu ruang duduk. Ia
menemukan yang dicarinya di deretan teratas rak buku: Microbe Hunters, tentang
para pionir bidang mikrobiologi buku yang membuatnya begitu terharu sewaktu ?masih anak-anak. Buku tersebut edisi khusus, diterbitkan tahun 1938, dua belas
tahun setelah edisi pertamanya terbit, dan sampulnya sedikit rusak. Dengan
lembut, ia membukanya di bagian tengah yang mengilat: tulisan-tulisan tangan
gaya lama dan foto-foto kuno para jenius yang memperoleh tanda penghargaan.
Orang-orang yang kaku, serius, dengan setelan hitam dan wajah muram.
Semuanya kecuali yang terakhir, Paul Ehrlich, penakluk sipilis. Langsing,
berjenggot, dan berkacamata, tampaknya berusia pertengahan enam puluhan, ia
menatap dari halaman tersebut dengan ekspresi aneh yang hampir kekanak-kanakan.
Di meja di hadapannya terdapat naskah yang tampaknya tengah digarapnya. Di satu
tangan terdapat cerutu. Saat mengamati foto tersebut, Logan tersenyum.
44 Sebagai anak-anak, ia memuja Ehrlich sebagai mana anak-anak lainnya memuja John
F. Kennedy atau Reggie Jackson. Bahkan sekarang, ia menganggap kisah tersebut
sangat hebat: pria kecil nakal itu, selama lebih dari satu dekade bekerja keras
mengatasi hambatan luar biasa untuk menemukan "peluru ajaib" yang bisa
menyembuhkan momok kuno. Sekarang Logan membaliknya ke halaman judul. Ya, di sanalah, inskripsi kembar
tersebut. Yang pertama dari kakeknya kepada ayahnya pada hari ulang tahunnya
yang kesembilan; nasihat keras untuk membaca buku ini selama liburan musim
panas. Kedua dari ayahnya kepada dirinya pada ulang tahunnya yang kesebelas:
Baca buku ini demi cinta, Dan, dan dapatkan lebih banyak darinya daripada aku
dulu. discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Acara makan siang di rumah Seth Shein di Arlington katanya cuma acara makan
biasa pakaian santai, pasangan dan orang-orang penting lainnya diundang tapi
? ?Dan Logan mengetahui bahwa karierlah yang merupakan topik utama acara itu. Dua
hari lagi rekan-rekan yang baru masuk akan mulai bekerja di Yayasan Kanker
Amerika, dan sore bulan Juni yang berkabut ini merupakan saat pertama mereka
bertemu dengan beberapa anggota penting dalam hierarki. Singkatnya, inilah
kesempatan pertama mereka untuk memberi kesan baik dan mengukur-ukur se-sama
?rekan lainnya sementara mereka juga melakukan tindakan yang sama.
"Sialan," gumam Logan saat berdiri di depan lemari pakaian yang terbuka di
apartemen barunya. Sekalipun terbiasa untuk tidak menaruh perhatian besar
terhadap pakaian yang dikenakannya biasanya bersih sudah cukup ia menyadari
? ?kalau hari ini penampilannya tidak bisa dianggap sebagai masalah kecil. Setiap
detail penampilan diri bisa merupakan keuntungan potensial atau kekurangan.
?Ia menghindari celana pendek: terlalu santai. Beri -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY kutnya ia mencoba celana panjang Italia model baggy, dengan lipatan ganda, yang
dibelinya di toko pakaian pria mewah di Manhattan karena bujukan kekasih
terakhirnya. Saat menatap bayangan dirinya di cermin, ia berusaha keras untuk
menilai celananya dengan obyektif, tapi tetap bertanya-tanya bagaimana orang
bisa tidak merasa bodoh bila mengenakannya.
Ini konyol, pikimya, bukan untuk pertama kalinya, aku kan dokter, bukan
peragawan dan kemudian mulai mempertimbangkan wol kotak-kotak.?Setelah hampir sejam, ia memutuskan bahwa tindakan terbijak adalah yang paling
aman: ia samar-samar ingat pernah membaca di majalah pria bahwa celana khaki dan
blazer biru merupakan setelan yang tepat untuk peristiwa apa pun.
Seth Shein menyambutnya di pintu depan rumah Tudor-nya yang mengesankan, membawa
cangkir plas-tik berisi Scotch, mengenakan celana pendek dan kemeja Hawaii yang
meriah. "Apa pakaianmu tidak sedikit berlebihan, Logan" Ini pesta kolam renang."
Logan bagai ditampar. "Saya rasa begitu."
"Pemikiran bagus. Kau takkan tampak mencolok."
Sebenarnya, sekalipun suhu berkisar 30?C pestanya memang diselenggarakan di
?tepi kolam renang Shein hanya dua dari tujuh rekan junior yang tidak mengenakan
?jas dan sebagian besar berdasi; sementara kelima wanitanya hadir mengenakan
setelan rapi jali. Situasi tersebut menimbulkan perbedaan mencolok antara pendatang baru dan rekan
senior orang-orang yang sekarang telah berada di YKA lebih dari setahun. Hanya
?dua di antara mereka yang tidak bercelana pendek.
47 Shein membimbing Dan ke serambi, memperkenalkannya. Karena ia sulit mengingat
nama masalah yang disadarinya harus segera diatasi Logan keheranan melihat
? ?Shein bukan saja mengenal setiap orang tapi juga rincian latar belakang,
kekhususan, bahkan hobi mereka. "Allen Atlas," katanya, membimbingnya ke arah
pria muda tinggi berpipi cekung yang mengenakan setelan biru pesanan khusus,
"Dan Logan." Dan dan Atlas bersalaman secara formal, saling pandang dengan penuh minat.
"Allen bersekolah di Vanderbilt," kata Shein datar kemudian tiba-tiba mengubah
?aksennya menjadi aksen Selatan yang dibuat-buat. "Di Tennesseeeeee. Tapi kita
tidak akan menuntutnya karenanya, bukan?"
Pria muda tinggi tersebut tampak terpukul berusaha menebak ada ganjalan apa
?antara Shein yang hebat ini dengan almamaternya.
"Nah, Dan ini," tambah Shein, dengan sikap membandingkan yang nyata, "masuk
Princeton sebagai mahasiswa prasarjana dan Stanford untuk Ph.D. Pe-ringkat kedua
di kelasmu di Princeton, bukan?"
Logan mengangguk. Shein mengangkat bahu. "Mestinya kami bisa mendapatkan nomor satunya, tapi
kudengar pria tersebut pindah ke hukum."
"Sebenarnya," kata Dan mernbetulkan, "dia wanita."
"Ahhh," Shein tertawa, menempar punggungnya, "orang yang teliti dan sensitif.
Bagus gadis-gadis pasti menyukainya."
?"Senang berkenalan denganrnu," gumam Allen Atlas, menatapnya dingin.
48 "Sama-sama," jawab Dan. "Kuharap kita bisa bekerja sama kelak." "Oh, Seth..."
Mereka berpaling dan memandang seorang wanita setengah umur yang membawa seteko
es teh. Biarpun tampak gelisah dan berpakaian sembarangan, ia justru sangat
cantik. "Maaf menyela, Sayang," katanya, "tapi ada telepon untukmu."
Shein tertawa. "Kenapa minta maaf" Apa yang seharusnya kaulakukan, mengusir
penelepon itu?" Ia mengecup pipi wanita tersebut sekilas "Dan Logan, Allen ?Atlas, istriku, Alice Shein yang selalu sabar dan tetap cantik." dan melangkah
?masuk ke rumah. Kebisuan yang kikuk timbul. "Well" kata Alice Shein, "kuharap kalian akan betah
di YKA." Mereka mengucapkan terima kasih. Baru pada saat Alice Shein melangkah pergi
Logan menyadari ke-timpangannya yang mencolok. Ia menatap rekannya dengan
pandangan terkejut. "Dia termasuk salah satu anak terakhir yang ter-serang polio," kata Atlas datar.
Dan, tanpa penjelasan lebih lanjut, ia berlalu.
Di meja hidangan, Logan menuang anggur putih dan memandang sekitarnya. Para
pendatang baru tampaknya terkucil, mengelompok sendiri. Setelah beberapa saat,
ia mendekati salah satu kelompok tiga wanita dan dua pria di ujung terjauh
? ?kolam renang. Ia telah mengenal salah satu di antaranya. John Reston merupakan rekan junior
lain yang direkrut dan Claremont. Sekalipun mereka tidak pernah berkumpul lama-
lama, Logan selalu menyukainya.
49 "Well" seru Reston, bertambah cerah, "lihat siapa yang datang! Tuan-tuan dan
nona-nona, Daniel Logan sesama pelarian dari neraka Rumah Sakit Claremont."
?Saat Reston memperkenalkannya, Dan berusaha keras mengaitkan nama-nama dengan
wajah masing-masing. Amy tidak perlu nama keluarga, ia tidak terlibat dalam
?program, hanya kekasih Reston. Barbara Lukas yang mungil, 150 senti lebih
?sedikit, dengan gaya bicara bagai mitraliur dan gelar dari Duke. Paul
Bernstein mudah tersenyum, yang tampaknya sedikit terlalu banyak tersenyum. Ia
?malah tampaknya telah mulai mendekati Sabrina Como wanita muda Italia yang
?sangat menarik dengan rambut hitam, mata hijau besar, dan aksen luar biasa yang
menyebabkan Logan tiba-tiba berminat untuk membuatnya terkesan.
Tiba-tiba, entah dari mana, Seth Shein menggabungkan diri. "Kalian semua sudah
berteman?" Mereka mengiyakan. "Bagus. Kalian akan bekerja sama dengan erat." Ia tersenyum. "Masalah menusuk
dari belakang biar jadi jatah staf senior."
Pemyataan tersebut memancing tawa tidak enak. Dan mulai menduga kalau Shein agak
mabuk. Sesaat kemudian, dugaan tersebut terkonfirmasi. Sambil tersenyum pada Sabrina
Como, Shein mengumumkan, "Sekalipun tampaknya tidak begitu, kami merekrut rekan
asing hanya karena potensi ilmiah mereka."
Sabrina menatapnya dengan tenang, tidak menunjukkan emosi apa pun, tapi Dan
melihat Barbara meman - 50 dang Shein dengan tajam. Tapi ia cukup bijak untuk tetap membisu sebagaimana ?yang lainnya. Logan, Reston, dan Bernstein, yang mestinya sensitif, pendukung
feminisme, hanya berdiri diam, menyeringai kikuk.
Amy-lah, kekasih Reston yang mungil dan pirang, yang memecahkan kebisuan di
antara mereka. "Dan saya yakin para wanita diperlakukan dengan sangat baik di
YKA," katanya santai. "Sekalipun tampaknya tidak begitu."
Logan dan rekan-rekan lainnya berpaling ke arahnya, ngeri. Tapi mereka seketika
lega mendengar tawa riang Shein. "Luar biasal" Ia tertawa lagi. "Sungguh,
kuharap kau terlibat dalam program ini."
Ini sungguh di luar dugaan hingga Amy tidak mengetahui harus bereaksi bagaimana.
"Anda tahu," katanya setelah terdiam cukup lama, "saya tidak yakin apakah bisa
menyumbang banyak di sini. Saya tinggal dulu, biar kalian punya kesempatan untuk
lebih akrab." Saat ia menuju ke meja hidangan, Reston mengangkat bahu tidak berdaya. "Maaf."
"Jangan meminta maaf, Reston," bentak Shein, "dia hebat. Percayalah, kalau kau
tinggal di sini cukup lama, kau akan lupa bagaimana kedengarannya seseorang yang
punya nyali." Dan, sambil tertawa sendiri, ia meninggalkan mereka.
Keempat rekan itu lama membisu. "Kalian seharusnya mengetahui," kata Sabrina,
"aku sama sekali tidak peduli pada hal-hal seperti itu."
"Well, sudah seharusnya," sergah Barbara Lukas. "Atasan yang mengungkapkan
pernyataan miring seperti itu di negara ini disebut melakukan pelecehan
seksual." 51 "Ah." Sabrina mengangguk, sambil tersenyum tidak kentara. "Well, kalau begitu,
mungkin karena aku tidak berasal dari negara ini."
"Kau tadi memang dihina. Sebagai wanita. Kita semua juga."
"Karena dia mengatakan aku ilmuwan yang andal sekaligus cantik?"
"Tepat. Karena dia tidak punya urusan untuk mengomentari penampilanmu."
"Ah," kata Sabrina sekali lagi, dan terdiam memikirkannya. "Aku harus belajar
mengenali ejekan semacam itu."
Logan, sambil menahan senyum, memandangnya dengan minat yang semakin besar; tapi
Lukas, tidak yakin apakah ia diperhatikan atau diejek secara halus, bergegas
berpaling kepada Reston. "Dia istrimu?" katanya, mengangguk ke arah Amy.
"Kekasih," jawab Reston. "Dia pengacara, bekerja pada FCC."
"Shein benar kekasihmu punya nyali besar. Seharusnya aku juga mengatakan
?sesuatu." "Kuat dugaanku kau akan mendapat kesempatan lain," katanya kering.
"Well," kata Bemstein, "aku tidak suka bersikap realistis, tapi mengungkapkan
pikiranmu bukanlah kebijaksanaan terbaik di sini. Tidak semua orang se-toleran
Shein. Semalam aku berbicara panjang lebar dengan salah satu rekan senior. Kita
harus berhati-hati terhadap beberapa orang."
Barbara Lukas memusatkan perhatian sepenuhnya. "Sebutkan nama-nama."
Dengan memiringkan kepala, Bernstein menunjuk
52 pria muda botak berkacamata bingkai tanduk yang berdiri dekat meja hidangan.
"Lihat dia?" Yang lain berpaling ke sana.
"Peter Kratsas. Dia orang kedua Larsen."
"Larsen mewawancaraiku," kata Logan. "Kalau itu bisa disebut wawancara. Aku
masuk dan keluar sepuluh menit kemudian."
"Aku juga." Mereka semua berpaling kepada Sabrina. "Aku jauh-jauh datang kemari
untuk wawancara tersebut, dan sikapnya sedingin es."
"Setuju," kata Bernstein. "Tapi kudengar Kratsas bahkan lebih parah lagi.
Pertama, dia tidak memiliki bakat Larsen. Tapi yang harus kalian waspadai adalah
da ramah. Selalu bersedia untuk bercakap-cakap tentang olahraga maupun film-film
lama seakan dia itu sahabat terbaikmu."
Barbara Lukas memutar bola matanya. "Jadi kau mengira dia di pihakmu dan dia ?menyampaikan semuanya pada Larsen?"
"Tepat," Bernstein mengangguk.
"Siapa lagi yang harus kami ketahui?" tanya Dan.
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa yang tidak perlu kami ketahui?"
Melihat betapa Bemstein sangat menikmati perhatian yang diterimanya, Logan
merasa ia dengan sengaja mendramatisir ceritanya.
"Siapa lagi?" desak Barbara Lukas.
"Greg Stillman."
Mereka terdiam karena kaget. Nama tersebut tidak memerlukan penjelasan. Dr.
Gregory Stillman, spesialis kanker payudara terkenal di dunia, salah seorang
yang bertanggung jawab atas ketenaran YKA..
53 "Ayolah," kata Logan akhirnya, "ada yang terlalu membesar-besarkan cerita di
sini." Bernstein mendengus. "Yang kumaksud kepribadiannya, bukan prestasi medisnya.
Berbicaralah dengan rekan senior dia itu orang yang menjabarkan dirinya sendiri
?sebagai 'bajingan kejam'. Dikiranya orang lain akan takut karenanya." Ia diam
untuk mendramatisir suasana. "Dan memang benar."
Beberapa menit kemudian, Logan melangkah di sebelah Reston menuju meja hidangan.
"Kau percaya?" Reston mengangkat bahu. "Sulit untuk mengatakannya. Mungkin kita sekadar
mengamati orang yang berusaha sangat keras untuk membuat seorang wanita cantik
terkesan." Ia tersenyum. "Siapa yang bisa menyalahkannya?"
"Well" kata Logan, "kita berhasil selamat dari Claremont..."
Pernyataan tersebut tidak perlu diperpanjang. Institusi yang baru saja mereka
tinggalkan merupakan ladang ranjau politis, terkenal bahkan dalam dunia
kedokteran tingkat tinggi akan kesediaan para dokter mudanya untuk menjilat
atasan mereka dan, bila memang diperlukan, saling menjatuhkan untuk naik ke
atas; dan, mungkin bahkan lebih lagi, akan kesiapan personil seniornya untuk
mengajukan bawahan-nya sebagai perlindungan diri.
"Benar sekali," kata Reston menyetujui, "ini tidak akan seburuk itu. Di
Claremont, ada faktor ke-serakahan, semuanya mengejar guci berisi emas di ujung
pelangi yang sama. Di sini "?"Untuk ilmiah," Logan menyelesaikannya.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Reston tertawa. "Maksudku tadi satu-satunya guci di sini cuma yang kita
kencingi." "Jadi apa yang membuatmu tertarik pada penelitian" Kau tampaknya bukan jenis
orang yang suka meneliti."
"Aku" Aku benci melihat darah."
Logan tersenyum. "Kaukira aku bergurau" Pertama kali menyaksikan autopsi cara mereka melipat
?kulit kepala pria yang malang tersebut dan menggunakan gergaji listrik untuk
memotong puncak tengkoraknya aku tahu pasti ada cara yang lebih.baik."
?"Sungguh" Bagiku autopsi selalu menarik."
"Hal lain lagi," kata Reston, tidak mengacuhkannya, " kupikir untuk jangka
?panjang pekerjaan klinis bisa berpengaruh buruk pada libidom'u. Maksudku, aku
suka sekali wanita. Tapi kau bisa memilih wanita yang tercantik di
dunia seseorang yang biasanya kmkhayalkan dan membayangkannya memakai gaun
? ?rumah sakit, dengan lampu terang benderang yang menunjukkan semua cacat yang
ada, akibatnya, maaf saja, keromantisan langsung lenyap. Terutama kalau kemudian
kau membayangkan melihatnya di ruang autopsi. Kau tidak akan memikirkan seks
selama seminggu." "Well..." Kalau Logan tidak mengetahui bagaimana sebaiknya bereaksi, paling tidak
ia mengagumi keterusterangan pria ini, sifat yang jarang ditemuinya di tempat
kerjanya yang dulu. "Aku cukup yakin kau tidak akan menemui banyak autopsi di
sini. Tampaknya autopsi bukan merupakan bagian dari kegiatan di sini."
"Kuharap begitu. Akui saja, satu-satunya alasan mereka melakukan begitu banyak
autopsi di Claremont 55 adalah agar orang-orang tolol di administrasi bisa menutupi kebodohan mereka."
"Apa itu bukan pekerjaan utama setiap orang di Claremont, menutupi kebodohannya
sendiri" Semua orang cuma ingin meninggalkan Claremont tanpa cedera."
Reston mengangguk. "Jadi" Bagaimana caramu mengatasinya?"
"Entahlah." Ia memikirkannya sejenak. "Dengar, kau harus bagus. Mereka tidak
akan mencari gara-. gara dengan orang yang benar-benar berpotensi. Itu berarti
merusak diri sendiri, reputasi mereka sepenuhnya berdasarkan "
?"Aku mengerti, tidak ada yang menyusahkanmu karena kau begitu berbakat."
Logan tersenyum; tidak ada yang bermaksud menyinggung perasaan, tidak ada yang
tersinggung. "Maksudku, tentu saja, jangan cari gara-gara. Dari awal temukan
siapa para pemain kuncinya dan usahakan untuk berada di pihak mereka. Bantu
dokter yang bertugas. Jangan ceritakan lelucon pomo pada administrator senior."
"Kecuali kalau kau lihat ada yang melakukannya terlebih dulu. Kau mengerti,
sekarang kita memasuki wilayahku. Namanya patuh."
"Berhati-hati. Itu tidak sama."
"Jangan lupa para pasiennya. Kau sama sekali tidak boleh bahkan sesaat ?pun meninggalkan John Eldridge Grump III seruangan dengan portir mantan Pullman
?yang sedang koma." Ia terdiam sejenak. "Sebenarnya, salah satu hal yang paling
menyenangkan tentang Rumah Sakit Claremont adalah tempat tersebut
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY merupakan tempat meninggal yang disukai masyarakat aku bisa mengikuti
?perkembangan pasienku melalui berita kematian Times. Entah apa yang terjadi
kalau ada di antara mereka yang meninggal di daerah Yahudi Brooklyn!"
"Baik," kata Logan mengakui, "sangat hati-hati. Aku tidak pernah berpura-pura
tidak egois dalam bisnis ini sikap tersebut bisa merusak diri sendiri. Tapi,"
?tambahnya, bersungguh-sungguh, "menurutku aku juga tidak pernah melanggar
integritasku sendiri."
"Baiklah, patuh secara strategis. Patuh dengan terhormat." Ia mengangguk,
meringis. "Aku juga."
Logan tertawa; pria ini tampaknya teman yang baik. "Well, kalau begitu, siapa
yang mengatakan di tempat ini pelatihan tidak seberharga hal lainnya?"
Tapi tiba-tiba pembicaraan mereka terputus oleh raungan sepeda motor dari jalan
masuk yang ber-sebelahan. Setelah berhenti dengan ban berdecit, pe-ngemudinya-
?mengenakan pakaian kulit hitam, wajahnya tertutup Plexiglas hitam helmnya turun
?dan melangkah ke tengah-tengah kerumunan.
"Siapa dial" bisik Reston. "Caranya luar biasa dalam membuat orang terkesan!"
"Stillman!" panggil Seth Shein keras-keras dari seberang serambi, seakan
menjawabnya. "Singkirkan benda terkutuk itu dari halamanku!"
Stillman melepas helmnya, menampilkan wajah ber-bintik-bintik kemerahan, dengan
rambut hitam tebal yang basah oleh keringat. Ia tampaknya berusia akhir tiga
puluhan. Romannya yang biasa-biasa saja cukup mengejutkan mukanya tembem dan
?kelopak matanya 57 bagai mengantuk membuatnya tampil seakan baru bangun tidur.
?Hampir seketika, enam rekan senior mengelilingi ahli tumor terkemuka tersebut.
"Kalian aku sudah kenal," serunya, cukup keras untuk didengar semua orang. "Coba
lihat apa ada ilmuwan di antara gerombolan baru ini."
Sejak itu, acara berubah menjadi milik Stillman. Dengan sengaja, ia mendekati
setiap pendatang baru, memperkenalkan diri dan bercakap-cakap sejenak. Mengingat
peringatan Bernstein sebelumnya, Logan terkejut melihat pria tersebut
penampilannya berlawanan dengan bajingan.
"Kubaca rekomendasimu," kata Stillman pada dokter muda tersebut. "Kami berharap
kau bisa menghasilkan sesuatu yang baik."
"Terima kasih, Sir," kata Logan, luar biasa senang. "Saya akan berusaha untuk
tidak mengecewakan Anda."
"Bagus. Jangan mengecewakanku." Tanpa terduga, ia tersenyum. "Kalau kau
membutuhkan apa pun, hubungi aku "?"Ayam, Greg?" kata Seth Shein menawarkan, tiba-tiba telah berada di sebelah
mereka, menyodorkan piring ayam bakar ke arah Stillman. Ia tersenyum, tapi sama
sekali tidak ada kehangatan di dalamnya.
Stillman mencabut paha ayam "Kenapa tidak?" dan segera mengunyahnya. Tiba-
? ?tiba ia tampak berubah, matanya berbinar, tampak jauh lebih muda, lebih
bersemangat. "Kenapa bukan dada, Greg" Itu khan kekhususan-mu?"58
"Tidak sesudah kautangani, Seth. Pada saat itu biasanya pasiennya sudah tidak
tertolong lagi." Yang lainnya melotot padanya. "Paling tidak, aku tidak melakukan percobaan yang
membahayakan jiwa!" "Benar," kata Stillman. "Percobaanmu tidak menghasilkan apa pun."
Saat memandangi mereka, Logan terperanjat. Bukan cuma Shein telah minum terlalu
banyak, atau bahwa keduanya jelas sekali saling membenci. Yang luar biasa, yang
bahkan perang-perang di Claremont pun tidak membuatnya siap menghadapinya,
adalah betapa sedikitnya usaha keduanya untuk menyembunyikan kenyataan tersebut.
Tiba-tiba, Stillman berbalik sambil tersenyum menyenangkan. "Kau tidak kepanasan
mengenakan pakaian seperti itu, Dokter?"
"Jangan ganggu dia," sergah Shein.
"Well?" kata Stillman, tidak mengacuhkannya.
Karena tidak tahu harus berbuat apa, Logan mengangguk ragu-ragu.
"Aku kepanasan," kata Stillman, tiba-tiba membuka ritsleting jaket kulitnya dan
melemparkannya ke kaki Shein; segera diikuti sepatu bot dan celana panjang
kulitnya. Di baliknya, ia mengenakan celana renang.
"Peraturan pertama penelitian medis," katanya mengumumkan, dengan alis
terangkat, " yang masih harus dipelajari banyak orang di sini: Jangan pernah ?menjauhi orang yang nonortodoks karena khawatir dengan pendapat orang-orang." Ia
menatap Shein. "Kalian akan tahu bahwa sebagian besar orang termasuk kolega
?kalian merupakan orang-orang yang
?discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY idiot." Ia terjun ke kolam dan dengan ayunan kuat dan mantap mulai berenang ke
sisi seberang. C"Kau," desis Shein, ke arah Logan, "harus memilih berpihak pada siapa." Dan,
biarpun masih berpakaian lengkap, ia terjun ke kolam menyusul saingannya,
berenang secepat kilat untuk mendahuluinya.
60 Dua hari kemudian, hari pertamanya bekerja, Logan tiba di halaman YKA sebelum
pukul 7.00. Sekalipun acara penerimaan rekan baru dijadwalkan mulai pukul 8.30,
ia tidak ingin datang terlambat sesaat pun; atau, menarik perhatian yang tidak
perlu terhadap dirinya. Perselisihan antara kedua ilmuwan senior itu sangat memukulnya. Tentu saja mudah
untuk merasionalisasi-kannya, dan ia memang melakukannya, bahwa acara tersebut
mengandung situasi yang sangat mudah terbakar: panas yang menyengat, banyaknya
alkohol, penonton yang terdiri atas rekan-rekan junior memancing naluri
kompetisi mereka. Logan telah sering melihat orang-orang berbakat yang menderita
stres bersikap seperti anak lima tahun yang manja, dan tahu bahwa ia masih akan
melihat banyak lagi; ego dan perasaan tidak aman hampir selalu muncul sebagai
pasangan yang sesuai. Biarpun begitu, saat ia mengingat-ingat kembali peristiwa
semalam, pertanyaan itu justru semakin mendesak: la telah melibatkan dirinya
dalam urusan apa" Lagi pula, hujan deras diramalkan akan turun; dan,
61 meskipun ia telah mempelajari peta kampus, perasaan Logan dalam menentukan arah
sangat tidak bisa dipercaya. Ia pasti memerlukan waktu untuk menentukan
lokasinya. Ternyata persiapannya memang bijaksana. Kartu karyawan yang diterimanya melalui
pos membuatnya bisa melalui gerbang utama, tapi ia diusir dari garasi bawah
tanah oleh penjaga berseragam. Untuk men-cegah adanya sabotase, tampaknya setiap
orang memerlukan kartu parkir khusus yang hanya bisa diperoleh di bagian
keamanan YKA. Lalu, saat ia mengemudikan Ford bekas yang baru saja dibelinya ke
areal parkir tamu beberapa ratus meter kemudian, langit pun seperti terbuka.
Sambil mengutuki diri karena tidak ingat untuk membawa payung, ia melesat ke
bangunan terdekat, The Washington Post menjadi pelindung satu-satunya. Pada saat
tiba di sana, ia telah basah kuyup.
"Ya Allah," gumamnya, menatap rambutnya yang basah kuyup di cermin kamar kecil
pria. Yang lebih menjengkelkan, tempat handuk kertasnya kosong secara ?keseluruhan kamar mandi tersebut tampaknya sangat tidak terawat, lebih mirip
kamar kecil di SMAnya daripada kamar kecil seperti dalam bayangannya di
fasilitas penelitian medis paling top di seluruh negeri ini. Sambil berusaha
sebaik-baiknya dengan kertas toilet, ia menuju ke kafetaria terdekat, memesan
secangkir teh, dan duduk di meja sudut untuk mengeringkan diri.
Ia baru saja membuka lipatan korannya yang basah kuyup ketika melihat John
Reston mendekatinya sambil membawa baki penuh makanan.
62 "Astaga," kata Reston, meringis. "Tidak membawa kartu keamanan, kan?"
Logan mengangguk. "Kau punya?"
Reston meletakkan bakinya dan mengeluarkan kartu dilaminating yang tampak resmi
dari saku jasnya. "Harus tahu orang yang tepat. Katakan pada asisten Shein, dia
akan membereskannya." Ia tersenyum. "Atau katakan langsung pada Shein kalau kau
?berani." "Dari mana kau tahu?"
"Hei, beberapa di antara kita tiba di sini lebih awal dan bertanya ke kiri-
kanan." Setelah duduk, ia menunjuk piringnya, dipenuhi tumpukan telur aduk dan
daging asap agak hangus. "Kuharap kau tidak keberatan aku menggemukkan diriku
sendiri." "Silakan, itu kan tubuhmu."
"Dan aku senang merusaknya." Reston menjejalkan telur segarpu penuh ke dalam
mulutnya. "Kau tidak apa-apa" Kau tampaknya sedih."
"Kau tidak" Sesudah kejadian kemarin dulu?"
"Nggak. Dengar, bagi orang-orang seperti mereka, kita hanya dipandang sebelah
mata. Mereka sudah menghancurkan kehidupan pribadi dan keuangan kita, apa lagi
yang bisa mereka lakukan?"
Tanpa bisa ditahan, senyum Logan merekah. "Jadi siapa yang menyelenggarakan
pertemuan orientasi ini?"
"Larsen." "Sungguh?" Logan menggigil. "Dia membenciku."
"Selamat datang ke kelompok kami." Ia mengusap mulutnya dengan serbet. "Tapi
dengar, hal-hal seperti ini, jangan terlalu kaumasukkan ke hati. Rekan junior
tidak cukup penting untuk dibenci orang macam Larsen."
63 "Kau mungkin benar."
"Kau tidak makan" Teh itu akan langsung ke perut kosongmu." "Lalu?"
Ia mengangkat bahu. "Cuma saran. Kuduga Larsen tidak akan senang kalau kau
terus-menerus meninggalkan pertemuan."
Larsen tepat seperti ingatan Logan. Duduk di kepala meja konperensi besar,
diapit oleh letnannya si Kratsas dan di sisi lain oleh sekretarisnya yang
berwajah muram, kepala Departemen Obat-obatan tersebut menjalankan pertemuan
dengan keefisienan yang kering dan datar.
Ia membukanya dengan menunjuk dua buku catatan tebal yang telah disiapkan
sebelumnya di hadapan setiap rekan baru. "Untuk tugas pertama kalian, kalian
diharapkan untuk menguasai materi dalam buku-buku ini. Semuanya. Tidak ada
alasan maupun perkecualian."
Itu saja. Tidak ada ucapan selamat datang. Tidak ada gurauan. Bahkan tidak ada
sikap pura-pura sebagai rekan kerja.
"Nah," lanjut Larsen, "kalian semua sudah mengetahui siapa diriku dan untuk apa
kita berada di sini. Kalian sudah diterima dalam program ini karena ada yang
mengira kalian memiliki kualitas yang diperlukan untuk menyumbangkan sesuatu
bagi penyembuhan kanker. Tapi tugasku adalah memberitahu kalian bahwa, paling
tidak untuk tahun pertama, peran kalian adalah untuk mendukung dokter senior.
Kalian harus melakukan setiap perintah, titik. Kami tidak mengharapkan adanya
kreativitas." discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Tentu saja hal ini bukan hal baru bagi Logan maupun yang lainnya. Mereka selalu
mengetahui bahwa YKA merupakan hierarki kaku; dan bahwa sebagai rekan tahun
pertama perhatian utama mereka bukan penelitian melainkan dasar-dasar pengobatan
pasien. Sekalipun begitu, Logan penasaran apakah ada di antara mereka yang menolak
direndahkan oleh sikap Larsen sebagaimana dirinya. Ia bergegas mengalihkan
pandangannya dari kertas folio berisi coretan catatannya. Semua temannya sedang
menulis dengan patuh, tetap menunduk.
"Kalian masing-masing akan bertanggung jawab dalam mendata kemajuan seratus dua
puluh lima sampai seratus lima puluh pasien," lanjut Larsen, "sekitar dua puluh
di antaranya berada di lokasi setiap saat. Seperti yang sudah kalian ketahui,
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tugas kita di sini adalah mengembangkan dan menguji terapi baru untuk kanker.
Setiap pasien di YKA sudah menyetujui untuk berpartisipasi dalam perawatan yang
dikontrol dengan hati-hati. Sebagian besar tugas kalian adalah menjaga agar
pasien kalian tidak menyimpang dari instruksi yang telah mereka terima. Bahwa
mereka mengerti bahwa seandainya mereka tidak mematuhi instruksi dengan cara apa
pun, mereka akan dikeluarkan dari program." Ia terdiam sejenak. "Beberapa orang
awam mungkin menganggap hal ini tidak berperasaan. Sebagai ilmuwan, kita tahu
lebih baik. Kita mengerti bahwa dalam program penelitian ilmiah, peraturan tidak
pernah boleh dikompromikan."
Ia terdiam sejenak, mengangguk ke arah Kratsas. "Beberapa di antara kalian
mungkin sudah mengenal Dr. Kratsas. Dia akan mengulas secara ringkas me -
65 ngenai uji coba yang sekarang tengah berlangsung. Semua yang kalian dengar
merupakan informasi rahasia. Menyebarkannya tanpa izin akan dianggap sebagai
dasar untuk pemecatan seketika."
Ancaman tersebut tentu saja tidak perlu, penghinaan bagi keprofesionalan para
dokter muda sangat andal yang hadir. Namun Logan yakin bahwa kekasaran Larsen
bukanlah disengaja. Gayanya memang begitu.
"Dr. Kratsas," katanya, memberikan kesempatan.
Senyum Kratsas yang tiba-tiba muncul sangat ra-mah, usaha nyata untuk menghalau
kebekuan yang menggantung di ruangan.
"Pertama-tama," katanya memulai, "kuucapkan selamat datang. Aku yakin aku
berbicara atas nama seluruh staf senior dengan mengatakan bahwa kami selalu siap
menemani kalian sebagai kolega dan teman."
Logan melirik Larsen sekilas, yang menatap lurus ke depan, tidak menunjukkan
emosi apa pun. Tentu saja, pikir Logan, dia memang akan menjadi temanku kalau ?agar-agar sudah bisa mengobati kanker.
"Nah," lanjut Kratsas, "beberapa dari kalian mungkin sudah mengetahui kalau aku
penggemar berat sutradara Alfred Hitchcock. Ini kukatakan bukan tanpa
alasan karena aku percaya Hitchcock pasti bisa menjadi seorang peneliti kanker
?yang mengagumkan. Kenapa" Dia sangat cerdik, dia sangat tepat, dia sangat banyak
akal dan kualitas yang kita semua harus kembangkan dia mengerti keputusasaan
? ?dan ketakutan. Bukan hanya mengerti, tapi mengetahui bagaimana bekerja bersama
keduanya." Saat Kratsas mengawasi hadirin dengan penuh arti, tidak ada ke-66
raguan dalam pikiran Logan bahwa Kratsas telah menyampaikan pidato yang sama
lusinan kali sebelumnya. Kratsas tersenyum lagi dan menepuk buku di hadapannya. "Nah, sekarang, sebagai
mana aku yakin kalian sudah mengetahuinya, perawatan percobaan yang kita lakukan
terbagi dalam tiga kategori. Uji coba Tahap Pertama merupakan bentuk pengobatan
yang baru dan sangat inovatif. Keganasan subyek telah sangat meningkat dan kita
amat menyadari bahwa kesempatan untuk berhasil sangat tipis." Ia terdiam dan
meminum air dari gelas di hadapannya. "Sebenarnya, dalam uji coba-uji coba
semacam itu definisi sukses kita berubah-ubah. Biasanya, yang paling menarik
bagi kami adalah mengukur kadar racunnya mengukur dosis maksimum obat baru ini
?yang bisa ditoleransi tubuh manusia. Pengaruhnya terhadap kanker sering kali
hanya merupakan masalah kedua."
Ia mengangkat sebuah buku. "Kalau kalian membaca seluruh materi, kalian akan
melihat bahwa sekarang kami hanya menyelenggarakan dua protokol Tahap Pertama di
YKA ini. Yang berarti, tidak ada dokter yang berurusan lebih dari dua atau tiga
pasien yang berpartisipasi dalam penelitian semacam ini. Sekalipun begitu,
mengingat tingginya tingkat penyakit pasien seperti itu, mereka akan sangat
memerlukan perhatian yang besar." Ia terdiam sejenak, melirik sekilas kepada
Larsen. "Jelas sekali, kita tidak boleh berbohong pada pasien. Etika merupakan
masalah serius di YKA ini. Tapi, bila situasi pasien sangat mendesak, langkah
terbaik adalah mengatakan kebenaran. Ingat pada Hitchcock: pasien yang dibiarkan
67 percaya bahwa tidak ada harapan lagi akan kehilangan semangat untuk tetap
bertahan mengikuti program."
Ia berdeham dan meminum airnya sekali lagi. "Nah, sekarang, cuma sejumlah kecil
obat yang bisa melewati uji Tahap Pertama, mungkin sepuluh persen, untuk
dilanjutkan ke uji coba Tahap Dua uji yang lebih menyeluruh dengan tujuan ?menentukan ke-efektifan campuran terhadap kanker pada organ tertentu. Pada
gilirannya, tidak lebih dari sepuluh persen dari obat tersebut satu persen dari
?jumlah total cukup potensial untuk melanjutkan uji coba Tahap Tiga, yang
?menguji pengobatan baru terhadap terapi terbaik yang sudah ada. Bila seorang
pasien setuju untuk melanjutkan, dia tidak mengetahui apakah akan menerima
perawatan yang telah baku atau masih dalam taraf percobaan. Bagaimanapun juga,
bisa kuberitahukan bahwa kita mengambil kebijaksanaan untuk tidak menipu pasien
dengan memberi kan sesuatu yang tidak ada manfaatnya hanya untuk memuaskan dia.
Itu akan dianggap sebagai penipuan yang paling kejam."
Ia terdiam sejenak. "Kita semua mengetahui kalau orang-orang awam dan termasuk
?pasien kita dan keluarganya cenderung untuk terlalu optimis akan apa yang bisa
?dicapai. Mereka kemari tidak hanya karena segalanya gratis; mereka berharap
untuk sem-buh. Bagaimanapun, kita merupakan ilmuwan. Harapan kita mungkin besar,
tapi kita tetap bersikap realistis: uji coba Tahap Tiga yang sukses merupakan
uji coba yang menghasilkan tingkat reaksi yang sedikit lebih baik daripada
pengobatan standar, atau uji coba yang sepenuhnya meningkatkan arti kehidupan.
68 "Nah, itu bukan berarti tidak ada terobosan. Kuanggap kalian semua mengenal obat
cisplatin.,.1" Ia terdiam sejenak, mengamati wajah-wajah serius di sekeliling
meja, tampaknya menunggu reaksi.
"Aktif terhadap kanker buah zakar," kata Reston.
"Ya, tapi itu bukan cerita seluruhnya. Kurasa kalian semua masih terlalu muda
untuk mengingat film berjudul Brian's Song, tapi film tersebut sukses besar
sewaktu aku berusia sama dengan kalian sekarang. Film itu berdasarkan kisah
seorang pemain rugby yang meninggal akibat kanker buah zakar pada usia muda."
"Brian Piccolo," kata Logan pelan, dari kursinya di samping sekretaris Larsen.
Larsen menatapnya tajam. "Ini bukan pertemuan santai, Dokter. Atau acara kuis di
televisi." "Nah," lanjut Kratsas, "pada tahun itu, awal tujuh puluhan, tingkat kesembuhan
untuk kanker buah zakar yang menyebar dengan cepat masih sekitar tiga puluh
persen. Hari ini berapa?"
Sunyi. Sabrina Como, wanita Italia tersebut, yang akhirnya berbicara. "Saya yakin tujuh
puluh lima persen," katanya.
Kratsas mengangguk. "Sebenarnya, dengan cisplatin, tingkatnya mendekati delapan
puluh." Ia mengambil salah satu buku dan menjatuhkannya ke meja sehingga menimbulkan
suara berdebum. Sejumlah rekan muda terkejut. "Berat, heh" Isinya, antara lain,
ringkasan semua protokol yang sedang dipakai semuanya tiga puluh enam. Kalian
?diharapkan untuk memahami semuanya paling lambat hari
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Rabu. Karena pada hari itu kalian akan menerima tanggung jawab sepenuhnya atas
pasien masing-masing."
Selama bertahun-tahun magang, tidak satu pun dari para dokter muda tersebut
pernah mendengar ada orang yang memberikan begitu banyak beban kerja: dalam dua
hari masing-masing akan diserahi lebih dari seratus pasien yang menderita kanker
sangat parah pasien-pasien yang perawatannya, obat-obatannya, pada saat ini ?tidak mereka ketahui soma sekali.
"Demi kalian," lanjut Kratsas, "rekan-rekan senior sudah mendiktekan sejarah
lengkap setiap kasus. Siang ini nanti, kalian akan belajar dari orang-orang
komunikasi tentang bagaimana caranya membuat dikte evaluasi YKA dengan benar.
Evaluasi seperti itu dibutuhkan bila pasiennya dipulangkan, atau telah
menyelesaikan program." Logan hampir tidak bisa menahan senyum; telah
menyelesaikan program eufimisme baru baginya, bahkan setelah Claremont.
?"Evaluasi ini harus sempurna secara tertulis," Kratsas terus mengoceh. "Hapalkan
bentuknya! Pada hari Rabu, kalian juga diharapkan sudah menguasai sistem
komputer sepenuhnya."
Logan berhenti mencatat sejenak untuk melontarkan senyuman sekilas ke arah
Reston. Ini begitu luar biasa, tampaknya tidak ada reaksi lain yang bisa
dilakukan. "Sedangkan untuk tugas rumah sakit, paling tidak salah satu dari kalian harus
ada di lantai perawatan pasien sepanjang waktu, siang malam. Diharapkan kalian
akan membagi giliran jaga malam di antara
70 kalian sendiri. Kalau kalian mau tidur, kusarankan kalian mencari kamar pasien
yang kosong." Ia berpaling kembali pada Larsen. "Nah, sekarang, kurasa sudah semuanya."
Larsen mengangguk singkat. "Satu hal ingin ku-tekankan. Setiap dokter di sini
tentu saja punya tanggung jawab pada pasiennya. Tapi tanggung jawab
utamanya prioritas yang mengalahkan hal lainnya harus selalu institusi ini.
? ?Kalian mengerti?"
Pandangan Larsen yang menakutkan menyapu meja. Kemudian, dengan ragu-ragu,
sebuah tangan terangkat. Barbara Lukas.
"Ada apa?" sentak Larsen.
Jelas, ini tidak mudah bagi wanita itu, dan suaranya sedikit gemetar. "Cuma hal
kecil. Kalau menyebut seorang dokter, Anda terus menggunakan kata ganti pria.
Kalau Anda tidak keberatan, karena di sini juga ada beberapa wanita, mungkin
Anda bisa sedikit lebih menyeluruh."
Keadaan sunyi senyap, mereka semua terpana. Wa-jah Larsen kelihatan jelas
memerah, dan Logan merasa bisa melihat pembuluh darah di keningnya mulai
berdenyut. Dalam usaha untuk menghindari misi bunuh diri ini, sebagian besar
wanita lainnya yang hadir menunduk menatap meja.
Tapi, luar biasa, Larsen tampak tetap tenang. "Apa," katanya, bibir terkatup
rapat, "saranmu?"
Lukas tampaknya berhasil mengumpulkan kepercayaan dirinya. "Mungkin dengan
menyebutkan kedua gender, semacam itulah. Sekadar lebih sensitif sedikit."
Larsen mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja, tampaknya mempertimbangkan saran
tersebut. "Tidak, 71 Dr. Lukas, TIDAK!" Dengan gerakan mendadak, tangannya menghantam kayu
berpelitur tersebut. "Mungkin sekarang ini anak-anak muda bisa lolos dengan
menipu senior mereka di Duke, tapi hal itu tidak akan terjadi di sini!"
Ia terdiam sejenak, kemudian melanjutkan dengan nada yang biasa. "Sesudah tahun
pengobatan-pasienmu, kau akan mengalihkan daftar pasienmu kepada rekan baru
tahun depan. Dan, anggaplah kami puas dengan kerjamu" di sini, berhenti ?sepersekian detik, ia melontarkan tatapan setajam pisau ke Lukas "kau akan
?ditugaskan ke laboratorium untuk memburu minat khususmu."
Tiba-tiba, sebuah bel berbunyi di koridor di luar ruang konferensi, diikuti oleh
suara wanita yang memerintah melalui pehgeras suara. "Kode biru. Lantai dua
belas. Kamar tiga puluh delapan."
"Jangan pedulikan," sentak Larsen. "Kjta lanjutkan."
"Dr. Larsen..." Kata-kata tersebut, kata-kata pertama yang diucapkan
sekretarisnya, hampir menyerupai bisikan, tapi Logan mendengarnya.
Larsen membungkuk ke arah sekretarisnya.
"Itu kamar Mrs. Conrad."
Larsen ragu-ragu sesaat, mengerutkan kening, kemudian beranjak bangkit. "Dr.
Kratsas," katanya, bergegas ke pintu, "tolong ambil alih."
72 Siapa Mrs. Conrad?" Logan berusaha mencari tahu, beberapa jam kemudian. Rich
Levitt, rekan senior yang daftar pasiennya akan diwarisi Dan sebentar lagi,
menatapnya dari seberang mejanya yang rapi. "Dia pasien induk." "Maksudnya?"
"Istri Senator Conrad..." Ia mengangkat salah satu alis matanya, menunggu
informasinya meresap. "...Carolina Utara" Komite Derma Senat?"
"Ahhh." "Kenapa?" Logan menceritakan episode pada pertemuan sebelumnya.
"Jangan katakan ini pertama kalinya kau mengunjungi dunia nyata. Menurutmu
bagaimana caranya tempat ini memperoleh sebagian besar dananya?"
Dan mengangguk. Tentu saja, masuk akal sepenuhnya. Setiap fasilitas medis yang
diketahuinya, tidak peduli betapapun demokratisnya, menyediakan perawatan yang
sedikit lebih bagi sejumlah kecil orang-orang pilihan. Yang mencengangkannya
adalah keterusterangan dokter itu. Banyak yang menganggap
73 bahwa satu-satunya alasan orang mengikuti program YKA adalah karena kecocokan
dengan protokol perawatannya.
"Aku selama ini mengira YKA lebih tinggi daripada politik seperti itu," kata Dan
mengakui. "Dengar, bukannya dia kandidat yang tidak layak. Katakan saja dia lebih
dipertimbangkan daripada kandidat layak lainnya. Yang penting kau harus tahu
kalau itu bukan masalahmu: Mrs. Conrad tidak termasuk dalam daftar pasien kita."
Ia tersenyum dan menggeleng. "Lebih tinggi dari politik" Beberapa orang di sini
menghabiskan setengah hidupnya di Hill dengan berusaha untuk memperoleh uang
bagi proyek pribadi mereka."
"Ada orang hebat dalam daftar kita?"
Levitt mengacungkan tangan dan menghitung jari-jarinya. "Dua anggota kongres.
Ajudan administrasi untuk orang nomor dua di Komite Angkatan Bersenjata Senat.
Satu istri Departemen Tenaga Kerja, satu istri staf Departemen Pertahanan." Ia
mengetuk kepalanya dan tersenyum. "Semuanya ada di sini kalau-kalau timbul
situasi darurat. Tapi tidak satu pun yang sama pentingnya dengan Mrs. Conrad.
Kau sudah melihatnya sendiri, bahkan Larsen pun sampai meloncat karenanya."
Logan tidak tahu bagaimana kepribadian Levitt yang sebenarnya. Jarang ia bertemu
dengan orang yang memiliki campuran sifat tidak mementingkan diri sendiri dan
kesinisan nyata seperti itu; tapi kalau dipikir lagi, semakin lama semakin
tampak kalau sifat tersebut merupakan refleksi YKA sendiri.
"Jadi Mrs. Conrad VIP paling top di sini sekarang?"
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Tepat." Ia terdiam sejenak. "Setahuku." "Maksudmu?"
Levitt menghela napas panjang. Sekalipun ia tidak keberatan untuk menjawab
pertanyaan pendatang baru yang antusias tersebut, tapi ia lebih suka untuk
segera menyerahkan para pasiennya agar ia bisa mengerjakan hal-hal lain yang
lebih baik. "Terkadang jarang sekali, tapi terkadang ada orang-orang yang hanya diperiksa ? ?oleh para tokoh puncak. Mereka mungkin bahkan mendaftar dengan nama palsu."
"Kau bergurau."
"Bukannya kami para bawahan tidak mengetahui bahwa ada sesuatu yang sedang
terjadi." Ia melirik arlojinya dan mendesah. "Dengar," katanya, beranjak bangkit, "kurasa
sudah saatnya kau menemui beberapa pasienku yang akan segera menjadi pasienmu."
"Well" kata Logan, mengikuti tepat di belakangnya, "paling tidak bagian ini
sudah akrab untukku."
"Mungkin. Biarpun pasien-pasien yang akan kauhadapi di sini mungkin bukan
seperti yang biasa kauhadapi."
Logan kebingungan. "Sebenarnya, aku punya ba-nyak pengalaman di Claremont dalam
menghadapi pasien kanker tahap ak "
?"Tidak," sela Levitt. "Ada perbedaan besar. Pertama-tama, kau dulu mengobati
mereka secara individual, berimprovisasi sesuai dengan perubahan situasi,
benar?" "Tentu saja." "Well aku harus menekankan hal ini, Logan di sini kau tidak bisa memilih
? ?pengobatan. Sama sekali.
75 Tugasmu adalah melaksanakan protokol. Titik. Yang terkadang berarti kau harus
bertentangan dengan pe-nilaianmu sendiri."
Logan membisu karena perkataan Levitt itu meng-hantamnya dengan telak.
"Bisa membutuhkan penyesuaian psikologis yang luar biasa besar."
"Bagaimana kalau pasien mulai menanyakan ketentuan-ketentuan protokol?"
"Selalu terjadi. Masalahmu hanyalah memastikan pasien tidak meninggalkan
protokol. Karena dengan begitu kau akan mengacaukan seluruh penelitian: tidak
akan mungkin bisa diketahui apakah pasien bereaksi terhadap terapi atau untuk
berapa lama. Kalau pasien mulai menunjukkan gejala untuk berhenti di tengah
jalan, orang-orang akan berkata bahwa pekerjaanmu sembrono atau pengobatannya
terlalu beracun." Ia berhenti sejenak. "Percayalah, kalau seorang pasien
protokol keluar dari daftarmu, seniormu yang melakukan penelitian akan
menggantungmu. Beberapa dari mereka itu pembunuh."
"Aku mendapat kesan yang sama."
Levitt mengangguk: "Yeah, aku mendengar peristiwa di rumah Shein kemarin lusa.
Selamat datang di YKA."
Sebenarnya, Logan teringat pada pertentangan Lukas dan Larsen, tapi tidak
penting. "Beberapa di antara mereka..." ia berpikir-pikir, "...kau mendapat kesan
kalau mereka bisa meledak kapan saja."
"Kau belajar untuk menerimanya sambil maju."
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Maksudku, mengakrabi orang-orang baru bukan masalah. Tapi mereka saling
membenci." 76 "Tepat." Ia tersenyum. "Sewaktu pertama kali datang kemari, seseorang
menunjukkan tabel yang di-buatnya tentang hubungan antara para tokoh di sini.
Setiap staf senior diwakili lingkaran dengan garis hitam untuk interaksi normal
dan garis merah untuk interaksi membenci." Ia diam sejenak untuk memperkuat
pengaruhnya. "Kuberitahu, tabel tersebut kelihatan seperti diagram kabel
perusahaan telepon."
"Tapi itu tidak masuk akal. Bahkan di Claremont, ada "?"Kau tidak tahu seberapa keras kompetisi untuk memperoleh dana" Ini permainan
satu-nol: setiap kali ada yang menang, pasti ada orang lain yang kalah."
Levitt menjelaskan kalau dalam hal Shein dan Stillman, misalnya, permusuhan
mereka dimulai sejak Shein mendukung seorang peneliti muda YKA yang berhasil
menemukan pendekatan hebat terhadap kanker payudara bertahun-tahun yang lalu:
menggunakan ja-rum untuk menyuntikkan antibodi monoclonal langsung ke aliran
darah dalam semacam misi perburuan biokimia. Stillman menentang keras (dan
menang) dengan dasar bahwa data pendukung kesimpulan tersebut ku-rang
lengkap sekalipun tidak lama kemudian ia sendiri menulis protokol berdasarkan
?gagasan yang sama. Singkatnya, Stillman menganggap kanker payudara sebagai
wilayahnya; dengan mengusik kankernja Shein mendapat musuh seumur hidup.
Sebenarnya, lebih dari satu musuh karena Stillman berhasil menarik enam tokoh
?kunci YKA menjadi sekutunya.
"Itulah aturan mainnya. Keduanya muak terhadap satu sama lain. Larsen dia
?mungkin bahkan lebih membenci Shein."
77 "Apa latar belakangnya?"
Ia mengangkat bahu. "Tidak ada yang istimewa. Cuma minyak dan air. Bagi Larsen,
Shein mewakili semua yang paling dibencinya, bukan saja yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan tapi juga kehidupan. Dan sebaliknya."
Logan juga telah merasa begitu. "Apa Larsen dan Stillman akrab?"
"AkrabV tanya Levitt, terkejut. "Maksudmu, seperti teman begitu?" Ia berhenti,
lalu mulai lagi. "Dengar, biar kusederhanakan. Di sini semua tokoh puncak punya
benteng dan pengikut setia masing-masing. Tujuan pokok semua orang adalah saling
mengalahkan. Tapi terkadang, untuk alasan strategis, mereka bersekutu melawan
musuh yang sama. Paham?"
"Kedengarannya seperti abad pertengahan."
Levitt tersenyum. "Well, aku belum pernah mendengar kalau ada yang benar-benar
menggunakan palu berpaku dan minyak mendidih."
Logan mengangguk serius. "Jadi maksudmu aku sebaiknya tetap berada di sisi baik
semua orang. Aku mengerti peringatanmu."
"Dan kau sebaiknya juga bersiap-siap untuk menghadapi sikap pasien-pasienmu "?"Kalau itu aku sudah tahu. Aku pernah berurusan dengan orang yang sikapnya
sangat buruk." "Begitu menurutmu" Karena pasien yang ada di. YKA sangat berbeda. Banyak di
antara mereka yang mengguncang langit dan bumi agar bisa kemari; mereka
memberitahu dokter lokal mereka, 'aku tidak mau lagi semua sampah yang
kauberikan padaku discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY selama ini,' dan mengarungi ribuan mil untuk menjalani pengobatan yang mungkin
tidak menghasilkan apa pun.. YKA merupakan putaran dadu dan tidak banyak bunga
violet layu yang menang." ?"Mereka kan berusaha. Tidak ada salahnya."
Levitt mengangguk. "Sebenarnya, kalau kau menderita kanker, tidak ada tempat
pengobatan yang lebih baik. Hanya saja mereka harus bekerja sama sepenuhnya dan
?terkadang mereka membalasnya terhadapmu." Ia keluar, Logan membuntutinya.
"Maksudku adalah konflik tidak terelakkan karena kita dan pasien pada dasarnya
punya agenda yang berbeda. Kita ingin menemukan cara untuk menyembuhkan kanker.
Mereka ingin kanker mereka disembuhkan. Tidak ada yang pernah menggunakan
istilah kelinci percobaan, tapi beberapa pasien akhirnya menyadari kalau mereka
sudah mendaftar untuk menjadi kelinci percobaan."
"Aku mengerti," kata Logan serius.
"Tidak, tapi kau akan mengerti sebentar lagi." Setelah berbelok, mereka tiba di
deretan lift mengilap. "Ayo kita temui Rochelle Boudin."
"Yang mana itu?" Logan telah mempelajari beberapa puluh file pasien yang
disiapkan Levitt. "Penyakit Hodgkin mediastinal masif" Dia salah satu pasien Larsen."
"Oh, benar," seperti biasa, Logan lebih bisa mengingat nama penyakit daripada
?nama orang "dia termasuk kelompok kontrol untuk uji kombinasi obat baru yang
?mereka formulasikan untuk mengatasi Hodgkin mereka menerapkan kemoterapi ACE
?padanya." 79 Protokol yang dimaksud adalah Tahap Tiga. Kemoterapi ACE, singkatan dari tiga
bahan yang digunakan dalam pengobatan, telah dimulai hampir seperempat abad
sebelum digunakan Dr. Kenneth Markell, kepala YKA saat ini. Sekalipun tidak
sepenuhnya efektif, obat tersebut mengurangi massa tumor hingga delapan puluh
persen. "Apa masalahnya" Menurut laporan dia baik-baik
saja." "Tidak ada hubungannya dengan itu wanita ini ibu segala macam penderitaan." Ia ?terdiam sejenak. "Dan juga ada ayahnya."
Yang dimaksud terakhir, Logan segera mengetahuinya, adalah suami pasien, Roger,
yang tampaknya menghabiskan waktunya di rumah sakit sesering istrinya,
berkeliaran di sekitarnya, menganggap bahwa sudah tugasnyalah untuk selalu
menentang setiap tindakan dokter.
Setelah dua menit berada di sana, Logan sulit untuk memutuskan mana yang lebih
tidak disukainya: Rochelle yang tidak habis-habisnya mengasihani diri, yang
tampaknya memandang penyakitnya sebagai rencana komplotan untuk merusak
kebahagiaannya; atau Roger yang angkuh, pria yang senang mengambil alih tanggung
jawab tanpa mengetahui sedikit pun dasarnya. Untuk saat itu, ia cukup puas
dengan berdiri diam menonton Levitt menangani keduanya.
Masalah hari ini adalah Rochelle harus menjalani kemoterapi dua hari lagi. Bagi
sebagian besar pasien, tentu saja, kemo merupakan siksaan yang dihadapi dengan
perasaan takut; tapi mereka tetap menjalaninya biarpun dengan susah payah.
80 Tapi Rochelle tidak. "Harus ditunda," kata suaminya pada Levitt. "Dia belum siap."
"Maaf," kata Rochelle dengan sedih.
"Saya rasa tidak bisa, Mrs. Boudin. Kita sudah pernah membicarakannya."
"Kalian para dokter benar-benar seenaknya," sergah Roger.
"Sebenarnya," jawab Levitt dengan hati-hati, "kalian tahu pasti kalau kami tidak
bisa menundanya. Menurut ketentuan protokol "
?"Persetan dengan protokolnya! Lihat dia dia kelihatan sehat, dia baik-baik
?saja! Kenapa harus memaksanya sekarang?"
"Rasanya aku tidak lagi punya kendali," kata Rochelle, bibir bawahnya gemetar.
"Tidak adil kalian menyebabkanku merasa begitu. Memikirkannya saja sudah
membuatku mual." "Mereka memanfaatkan kebaikanmu. Mereka mengizinkan pasien lain mendapat
perkecualian untuk protokol ini."
"Itu tidak benar."
"Mudah mengatakannya karena kalian tidak mengizinkan kami untuk bertemu dengan
?satu pun di antara mereka!"
"Kami wajib melindungi keanoniman mereka, seperti juga yang kami lakukan
terhadap kalian." Levitt menghela nafas dalam-dalam, berusaha mempertahankan
ketenangannya. "Saya mengerti, pengobatannya memang sangat tidak menyenangkan.
Dan, ya, syukurlah, tumomya memang kelihatan berkurang. Tapi kami punya alasan
untuk melakukan ini. Kami sudah
81 mencatat hasil pemeriksaan laboratorium Anda dengan hati-hati dan "?"Kami juga," potong Roger, "dan menurut kami itu tidak perlu. Paling tidak, kami
mau dosisnya dikurangi."
"Maaf, tidak bisa."
Roger Boudin menggeleng, seakan heran melihat sikap keras kepala dokter itu.
"Aku sebenarnya tidak mau mengatakannya, tapi kami sudah membawa angka-angka
tersebut ke tempat lain untuk penilaian yang independent
"ApaV Kalau Roger tadi berharap bisa memperoleh perhatian Levitt, ia sekarang
berhasil memperolehnya jauh melebihi harapannya. Sesaat Logan mengira koleganya
itu akan lepas kontrol. Tapi hampir seketika ia kembali bersikap profesional.
"Mrs. Boudin," katanya datar, berpaling kepada pasiennya, "Anda memang berhak
menyampaikan informasi tersebut pada si apa pun yang menurut Anda pantas. Juga
Anda berhak untuk mengundurkan diri dari protokol setiap saat." Sejenak ia
menatap lantai, kemudian berdeham. "Kalau Anda menghendaki seperti itu, tolong
beritahu saya secepatnya agar bisa saya siapkan surat-surat yang diperlukan."
Levitt bermain api, dan Dan Logan mengetahuinya. Apa ia akan benar-benar
melepaskan Mrs. Boudin atau ia yakin mereka cuma membual"
?Bingo! Hampir seketika, Roger mundur. "Aku tidak bermaksud... tidak, bukan itu.
Dia sepupuku. Kami cuma harus membicarakannya."
Levitt menatapnya dengan dingin. "Seperti yang saya katakan, itu terserah pada
Anda. Kalian sudah 82 diberitahu peraturannya." Ia memandang arlojinya sekilas. "Masih ada pasien lain
yang harus saya kunjungi."
Ia berbalik dan melangkah ke luar kamar. Logan mengikutinya. "Dokter?"
Mereka berbalik. Rochelle yang berbicara, matanya berkaca-kaca. "Bisa kembali
nanti?" tanyanya, bagai gadis kecil yang tersesat. "Mungkin besok" Sekadar
menjawab beberapa pertanyaan?"
Levitt mengangguk kaku. "Boleh."
Begitu tiba di aula, Levitt bertepuk tangan. "Artinya," tambahnya, menyeringai
lebar, "kau akan menemui mereka nanti."
83 Sel-sel jahat tersebut sekarang berjumlah puluhan juta. Setelah berhasil
bermigrasi dari payudara, mereka berkembang dengan baik di lingkungan baru;
bahkan saat mereka sudah sepenuhnya mandiri, bebas dari segala hubungan dengan
rekan mereka lainnya. Mereka telah terbukti sangat ahli dalam menyusup ke
tulang. la telah berusaha keras untuk mengabaikan sakitnya yang menusuk-nusuk. Ini satu
lagi ujian terhadap kesabarannya dalam hidup yang dipenuhi tuntutan seperti itu.
Selama bertahun-tahun ia mengatakan tidak mempercayai penyakit. Pokoknya,
Tylenol di laci mejanya masih memberikan kelegaan sementara yang dibutuhkannya.
Perkembangbiakannya tanpa belas kasihan. Se-buah sel jahat tidak menunjukkan
adanya keter-batasan seperti pada sel normal. Masing-masing sel sekarang sama
dengan seorang pembunuh profesional, menjarah nutrisi yang dibutuhkan sel normal
untuk bertahan hidup, menunjukkan kebencian terhadap keseimbangan fisiologis dan
arsitektur jaringan. Tumor tersebut membelah diri setiap tiga"
84 minggu sekali. Setiap generasi baru sel jahat tersebut bahkan lebih agresif
daripada sebelumnya. Suaminya lebih mengenal dirinya daripada siapa pun. Suatu malam sebelum tidur
suaminya melihat bukan untuk pertama kalinya ia memijat-mijat bagian at as ? ?punggung keras-keras. Tanpa memedulikan penolakannya, suaminya mendesak agar ia
me-meriksakannya. di-scan dan di-djvu-kan untuk j dimhader (dimhad.co.cc) oleh
_ I Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
85 Malamnya, tidur Logan sangat singkat tapi ia tidak peduli. Duduk tegak di
?ranjang, dikelilingi tumpukan buku berjilid spiral, menghirup kopi dari
cangkirnya hadiah dari mantan kekasihnya, dengan gambar Dr. Frankenstein,
?Kildare, dan Mengele di atas kata Kedokteran, urusan yang sangat aneh ia
?begitu asyik dengan bacaannya, subuh sudah hampir merekah ketika ia menyadari
waktu. Ini bukan tugas biasa yang dilaksanakan sambil menggerutu. Deskripsi percobaan
yang dilaksanakan .di YKA lebih dari sekadar memesonakan; setelah perkenalannya
dengan tempat tersebut, percobaan tersebut menyegarkan. Ini yang penting, bukan
semua konflik kepribadian dan tindakan-tindakan birokratis yang picik. Semua itu
ada dalam pekerjaan di mana pun. Tapi hanya di YKA ada kesempatan untuk
melakukan pekerjaan mengagumkan ini.
Protokol-protokol tersebut merupakan kunci utama YKA, alasan utama keberadaannya
dan reputasinya yang hebat. Bagi seorang dokter muda, mempelajarinya merupakan
kesempatan untuk menjelajahi pemikiran otak-otak terhebat di bidang ini, untuk
melihat 86 obat kanker rnasa depan dibentangkan di depan matanya.
Ketiga puluh enam proposal protokol tersebut masing-masing terdiri atas minimal
dua puluh lima halaman dan menggunakan bahasa yang tidak dikenal, dengan rincian
misterius yang dengan cepat menyingkirkan siapa pun yang tidak bergerak dalam
bidang ini. Tapi bagi Dan, semuanya seperti bab dalam buku detektif. Karena
protokol tersebut menyarankan pendekatan baru terhadap kanker yang telah menjadi
misteri selama berabad-abad; teori yang masuk akal tentang kenapa dan bagaimana
sel-sel jahat tumbuh dan berubah sebagaimana yang telah terjadi; hipotesis
berani tentang bagaimana obat ini atau obat. itu bisa berpengaruh padahal
sebelumnya semua obat gagal. -
Logan tidak terkejut melihat jumlah bahan yang telah menunjukkan keaktifan
melawan keganasan kanker paling tidak dalam tabung uji atau tikus. Ia juga
?bersiap-siap untuk menghadapi berbagai masalah membingungkan yang tetap ada
hampir pada setiap peristiwa, sebagian besar melibatkan isu rumit mengenai kadar
racun: sepertiga dari percobaan di-fokuskan pada mekanisme untuk menghancurkan
sel tumor tanpa merusak sel-sel sehat di sekitarnya. Tapi yang mencengangkannya,
yang sebelumnya tidak pernah dimengerti sepenuhnya, adalah betapa banyaknya
obat-obatan potensial tersebut yang dalam bentuk-bentuk tertentu telah dikenal
para ilmuwan selama bertahun-tahun. Hanya saja, di antara ratusan ribu bahan
yang tersedia, dan lebih banyak bahan lagi yang dikembangkan setiap hari,
manfaat potensial 87 bahan-bahan tersebut tidak pernah dipahami sebelumnya, apalagi diuji. Tidak
seorang pun, sampai sekarang, berhasil melakukan lompatan penting dalam jogika
dan imajinasi. Logan semakin tenggelam dalam spesifikasi ke-sahihan pasien, rencana pengobatan
harian, dan analisis statistik data. Karena mampu memandang manusia yang telah
putus asa lebih dari sekadar angka mati, ia mengerti kalau perubahan beberapa
persen pada tingkat ketahanan hidup mewakili nyawa ribuan orang dan kebahagiaan
keluarga yang tak terhitung jumlahnya
Esok paginya, Reston melihat kegoyahan langkah Logan begitu melihatnya mendekati
lobi gedung administrasi.
"Kau tidur dengan siapa?"
Logan tertawa. "Aku punya firasat tidak akan tidur dengan siapa pun dalam waktu
yang cukup lama kecuali kalau kutemukan orang yang bisa terangsang oleh ?percobaan acak terhadap penyakit Hodgkin."
Kisah Para Penggetar Langit 9 Pendekar Rajawali Sakti 178 Satria Pondok Ungu Misteri Pulau Neraka 2
OBAT PAMUNGKAS Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000-(seratus juta
rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000- (lima puluh juta rupiah).
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY MAGIC BILLET HARRY STEIN OBAT PAMUNGKAS Gm Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1998
THE MAGIC BULLET by Harry Stein Copyright " 1995 by Harry Stein All rights reserved. Published by
arrangement with Delacorte Press, an imprint of Dell Publishing, a division of
Bantam Doubleday Dell Publishing Group Inc., New York, U.S.A. Translation
Copyright " (1997) by PT Gramedia Pustaka Utama
OBAT PAMUNGKAS Alih bahasa: B. Sendra Tanuwidjaja GM 402 98.111 Hak cipta
terjemahan Indonesia: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jl Palmerah Selatan 24-
26, Jakarta 10270 Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Januari 1998
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
STEIN, Harry Obat Pamungkas / Harry Stein ; alih bahasa, B. Sendra Tanuwidjaja, Jakarta: ?Gramedia Pustaka Utama, 1998. 592 him. ; 18 cm.
Judul asli : The Magic Bullet ISBN 979 - 605 - 111 - 7
I. Judul II. Tanuwidjaja, B. Sendra
813 Dicetak oleh Percetakan PT SUN, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Untuk Charles dan Abe, yang juga pionir
Sulit membayangkan ada penulis lain yang punya pengalaman lebih baik dalam
menulis buku daripada yang saya alami ketika menulis buku ini. Leslie Schnur
editor yang menakjubkan: cerdas, baik hati, dan memiliki pengetahuan luas.
Kolega-koleganya di Delacorte terlalu banyak untuk disebutkan sama hebatnya. ? ?Joy Harris, agen saya, setia menemani, selalu bijaksana dan peduli.
Terima kasih khusus saya ucapkan kepada seorang onkologis terhormat yang telah
memberikan begitu banyak waktu dan pengalaman, sehingga membuat saya mengetahui
secara luas apa yang ada dalam labirin riset kanker canggih. Tanpa orang ini,
yang ingin tetap anonim, buku ini takkan bisa jadi seperti ini.
Perubahan pertama sangat kecil mutasi inti tunggal sebuah sel, jauh di dalam
?payudara kanannya. Mustahil untuk menentukan penyebabnya, apalagi untuk
menentukan apakah perubahan tersebut ditakdirkan untuk berpengaruh. Sekalipun
begitu, sejak saat itu sel tersebut menjadi berbeda dengan beberapa triliun sel
yang ada dalam tubuhnya. la berusia tujuh belas tahun. " Sepanjang satu dekade berikutnya, sel tersebut
bermutasi beberapa kali. Sel tersebut mulai ber-tingkah secara otomatis, tidak
lagi tergantung pada kontrol yang mengatur lifigkungannya. Bentuknya menjadi
sedikit tidak beraturan. Struktur nukleusnya berubah. Metabolismenya meningkat.
Kariernya berkembang dengan baik. Delapan tahun kemudian, sel tersebut tiba-tiba
berubah drastis. DNA dalam nukleusnya yang tidak stabil mulai bermutasi setiap
jam. Semua energi sel tersebut disalurkan untuk pertumbuhan dan reproduksi.
Tanda-tanda normal yang menyuruh sel tersebut menghentikan kegiatannya tidak
diacuhkan-nya. Pengawasan imunologis tidak berhasil. Dalam
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sebulan, sel tersebut berkembang menjadi hampir seratus sel lain.
Terkadang ia mengira tengah hidup dalam dunia khayalan. Dengan kedua anaknya
yang masih kecil, pekerjaannya, dan suaminya, ia dengan bergurau mengatakan
tidak punya waktu untuk memikirkan masalah.
Empat tahun kemudian mutasi besar berikutnya terjadi. Sel-sel jahat tersebut
sekarang jumlahnya menjadi ratusan ribu; tapi sekalipun dikumpulkan menjadi
satu, besarnya tidak lebih dari kepala peniti. Tapi beberapa di antaranya telah
belajar bagaimana caranya untuk hidup di luar payudara.
Suatu sore, saat berenang di kolam renang Ge-dung Putih, ia merasa kesakitan
pada punggung bagian bawah. la tidak mengacuhkannya, tampaknya hanya kontraksi
otot minor. Sakit pada punggungnya itu berlangsung hingga dua puluh empat jam
dan menghilang secepat datangnya.
di-scan dan di-djvu-fcan untuk dimhader dimhad, eo. cc alch
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Daniel logan berbaring tidak bergerak di atas kereta dorong di bilik remang-
remang dalam ruang UGD Rumah Sakit Claremont New York. Ia telah berbaring selama
sejam sendirian dalam kegelapan, tampaknya dilupakan oleh para perawat yang
?berlalu-lalang di koridor beberapa meter jauhnya dari bilik tersebut. Sesekali,
dalam keadaan setengah sadar, ia samar-samar bisa mendengar deru guntur, bukti
kalau badai yang menghantam kota Minggu sore ini belum berakhir. Bagi para
personil UGD, ia bahkan mungkin dianggap tidak ada.
Dr. Logan tersenyum. Bagus, ini yang diharapkannya sewaktu mendengar ramalan
cuaca dalam perjalanan menuju rumah sakit, bahwa bisnis hari ini tidak begitu
banyak. Tuhan mengetahui bahwa ia sangat membutuhkan istirahat! Semalam ia baru
bisa meninggalkan pesta menjelang subuh, dan siangnya ia harus melapor ke UGD;
sebagai dokter senior tetap yang bertanggung jawab atas seorang dokter magang,
beberapa perawat, dan enam staf pendukung. Saat ini, lebih dari saat-saat lain,
ia menghargai kebenaran menyenangkan yang ada di balik kesinisan
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sebagian besar pepatah medis: Penyakit berlibur dalam cuaca buruk.
Tapi tiba-tiba Logan duduk tegak, terpancing oleh keributan di lorong. Setelah
meloncat turun dari kereta dorong, ia menjulurkan kepala ke koridor.
Dua orang satpam tengah membekuk seorang pe-mabuk bertubuh besar yang susah
ditaklukkan. "Hai, Dok," kata salah seorang satpam, "mau ikut beraksi dengan orang ini?"
"Tunggu sebentar."
UGD Claremont tidak berbeda dengan UGD di rumah-rumah sakit kota besar lainnya.
Pasien yang menunggu bisa mengintip melalui partisi kaca ke ruang dokter dimana,
sebaliknya, para dokter dan perawat bisa meneliti pendatang baru dan menilai
kasus mana yang memerlukan perhatian dengan segera; sambil mencatat detak
jantung pasien yang jadi tanggung jawab mereka pada monitor EKG yang tergantung
dari langit-langit. Saat melangkah mendekati meja resepsionis UGD, Logan secara
naluriah menengadah memandang monitor. Tidak ada peristiwa apa pun. Hanya
seorang pasien yang tengah menunggu di sisi lain kaca, pria Hispanik muda yang
menatap kosong. "Apa masalahnya?" tanya Logan pada Perawat Clancy terkenal dengan julukan ?Perawat Amazon, bahkan secara terang-terangan ia dijuluki demikian.
"Bocor. Dr. Richman sudah mengambil kulturnya."
"Bagus." Perawat Clancy tersenyum mengejek. "Pasti sangat tidak menyenangkan untuk
mengeluarkannya malam-malam seperti sekarang."
Percayalah, pikir Logan, sambil kembali ke koridor,
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY kalau ada cairan hijau mengalir dari kemaluanmu, kau pun pasti ada di sini.
Pemabuk tersebut sekarang telah ditelentangkan di ranjang dalam salah satu
bilik, kedua tangan dan kaki diikat ke tempat tidur. Karena bilik tersebut
dirancang untuk menampung dua orang, satu hori-sontal, yang lain vertikal, Logan
menggabungkan diri dengan kerumunan di koridor yang mengintip ke dalam saat
perawat mengambil contoh darah.
"Ikut, Dok?" tanya seorang mantri bernama Ruben Perez.
"Tentu dong." Sambil memandang pasien, Logan melontarkan uang dua puluh lima sen
ke baskom muntah yang digunakan sebagai penampung uang; di dalamnya telah ada
sekitar enam keping. Logan membanggakan keahliannya "Menebak Kadar Alkohol". Suatu pagi seminggu yang
lalu, seorang pria Cina muda dibawa dalam keadaan mabuk yang lebih parah
daripada yang pernah mereka lihat selama berbulan-bulan. Taruhannya berkisar
antara 400 hingga 800 miligram per deciliter; orang-orang tertentu pasti telah
tewas pada tingkat 700. Para kolega Logan menertawakannya ketika ia menebak
275 sampai kadar alkohol orang itu tercatat 295 pada komputer. Hanya Logan yang?mengetahui fakta kuncinya: Toleransi orang-orang Oriental terhadap alkohol lebih
rendah. Sekarang Logan berpaling kepada Janice Richman, dokter magang muda yang tengah
bertugas. Sekalipun pemalu dan sederhana, Richman memiliki keahlian mendiagnosa
yang luar biasa; rasanya malam ini Logan benar-benar menghadapi kompetisi ketat.
"Oke, Richman, giliranmu."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Lima dua puluh."
Logan mengangguk. "Aku empat tiga puluh saja."
Lima menit kemudian, berbagai personil medis, lebih dari setengah jumlah staf
yang bertugas, ber-kerumun di sekitar komputer saat seorang perawat mencatat
angka pemenang dari komputer.
"Empat tiga puluh lima."
"Sialan!" seru Richman, membuat Logan terkejut. Selama ini Richman tidak pernah
menunjukkan sisi kompetitifnya.
"Logan," seru Ruben Perez, "kau benar-benar dokter bajingan!"
Logan tertawa sambil mengantungi kemenangannya. "Hei, setiap orang punya
kelebihan. Kebetulan bakatku di bidang permabukan."
Ia tersenyum pada Richman. "Janice, bisa tolong jaga sebentar" Aku mau makan."
"Yeah, yeah," katanya, "selamat menghamburkan kemenanganmu."
"Kutemani," kata Perez. "Mestinya sudah dua jam yang lalu aku istirahat."
"Aku kelaparan," kata Logan saat mereka mendekati lift. "Tadi pagi, sewaktu
Iemari pendingin kubuka, yang ada cuma keju basi dan sebotol bir. Wah,
seandainya pasienku melihat cara hidupku, mereka pasti menolak untuk kuobati."
"Kukira kalian, para dokter muda yang kaya, bisa memasak."
"Tidak, itu klise yang baru aku termasuk yang lama. Tapi aku tidak keberatan.
?Aku sudah terbiasa hidup dengan masakan Cina dan kue-kue Hydrox."
Hanya sebuah sudut di kafetaria yang masih buka.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dan satu-satunya makanan yang tersedia pada saat seperti sekarang hanyalah
makanan dari mesin. Sementara Perez menyerbu semangkuk sesuatu yang katanya sup
ayam, Logan memukul-mukul kotak Jell-O.
"Apa-apaan kau?" Perez tersenyum. "Itu untuk dimakan."
"Dengar, aku sedang memompa jantung Jell-O yang sedang sakit berat ini."
"Omong-omong," kata mantri tersebut, "aku mau tanya bagaimana kabarnya si tua ?Friedman?"
"Yang mana itu?"
"Demi Tuhan, dasar dokter...." Ia menggeleng. "De-mam" Sakit perut" Hematokrit
rendah" Aku mengan-tarnya kemari sekitar jam tiga. Dia tampaknya sudah
membusuk." Bukan hal aneh bagi para mantri untuk menaruh perhatian pada orang yang
diantarnya, tapi perhatian Ruben yang begitu besar tidaklah biasa; begitu juga
pemahamannya akan obat-obatan. Kalau situasi di UGD sangat sibuk, Logan selalu
bisa mengandalkan-nya untuk menunjukkan pasien yang paling butuh pertolongan.
Dilahirkan di Republik Dominika dan dibesarkan di South Bronx, Perez hanya
beberapa tahun lebih tua dari Logan; dan dokter muda tersebut tahu dan tahu
?bahwa Perez juga tahu bahwa seandainya Perez bisa bersekolah selepas SMA, ia
?pasti akan menjadi dokter yang hebat. Sekalipun mereka jarang berjumpa di luar
rumah sakit, melalui banyak percakapan seperti sekarang, sikap saling menghargai
di antara mereka perlahan-lahan berkembang menjadi persahabatan erat. Di dekat
Perez, Logan bisa melepaskan semua uneg-unegnya, yang
kalau sedang di sekitar rumah sakit tidak berani diungkapkan orang.
"Sudah kustabilkan di UGD," jawab Logan, "dan kukirim ke ICU."
"Dia orang baik. Menurutmu dia bisa selamat?" "-.
Logan ragu-ragu, kemudian menggeleng. "Tidak." Ia terdiam sejenak. "Kau benar,
sesudah beberapa waktu kita hampir tidak lagi menganggap mereka manusia. Dia
orang baik, hah?" Perez mengangguk. "Dia termasuk tentara gelombang pertama yang mendarat di
Normandia, kau percaya" Kisah yang hebat. Kau tahu apa katanya padaku sewaktu
kuantar kemari" 'Ini upahku gara-gara hidup tidak benar selama delapan puluh
tujuh tahun.'" Logan tersenyum. "Nanti kujenguk dia sebelum pergi. Janji."
Perez mengaduk supnya. "Nah... ceritakan soal pestanya."
"Tidak banyak yang bisa diceritakan..."
'"Tidak banyak yang bisa diceritakan,'" ulang Perez dengan sarkastis. "Orang ini
menghadiri salah satu peristiwa sosial paling top dan menyuruhku membaca
beritanya di Daily News."
"Hei, bagiku acara itu cuma kerja." Logan tersenyum. "Kedatanganku sekadar demi
kesopanan." Sebenarnya, peristiwa yang ditanyakan, perayaan tiga puluh lima tahun Dr. Sidney
Karpe praktek, salah seorang tokoh dunia kedokteran, berlangsung dengan luar
biasa baik untuk Logan. Karpe serba bisa: ia menulis buku, jadi komentator dalam
acara berita jaringan televisi, punya daftar klien selebriti
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sepanjang daftar klien William Morris.* Kalau, yang memang begitulah
kenyataannya (dan diketahui para rekan kerja Karpe dari pengalaman mereka
sendiri), ia cuma dokter yang kemampuannya sedang-sedang saja, hal tersebut
tampaknya bukan masalah. Karena keahlian terbesarnya adalah dalam memilih rekan-
rekan "otak-otak tambahan", begitulah julukan dari para pesaingnya yang iri ?pada mereka untuk menangani pasien.
?Di sanalah Dan Logan berperan. Sebagai dokter muda paling berbakat tahun ini
yang berasal dari rumah sakit paling top di kota, yang sangat sesuai untuk
operasi Karpe,karena pelatihan, temperamen, dan luasnya pengalamannya, ia telah
dibujuk-bujuk pria luar biasa tersebut selama berbulan-bulan; ditawari, sebagai
tambahan gaji awal 170.000 dolar, berbagai fasilitas yang dirancang untuk
memesona anak kelas menengah Midwest, dari pesta-pesta akhir pekan di yacht
hingga perjalanan rutin ke London, Paris, dan Timur Tengah. Dan semalam
merupakan penentunya. Di dekat Karpe, ia bertemu dengan para bintang film,
politisi, dan tokoh keuangan; ia diper-kenalkan sebagai calon partner di
prakteknya. Tapi Logan sama sekali tidak berniat untuk menceritakannya tidak kepada Perez,
?yang terjebak di Claremont sini dengan sedikit harapan untuk lolos. Uangnya
terlalu bagus, fasilitasnya begitu menakjubkan hingga rasanya hampir memalukan.
"Baik," kata Perez, "kau menikmati pekerjaannyal"
William Morris adalah seorang agen penulis/sclebriti terbesar di Amerika Serikat
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan tersenyum. "Beberapa wanitanya," Logan mengakui, "cukup menarik."
"Akhirnya ada juga yang bisa dibicarakan." "Tapi kau tahu betapa pemalunya aku."
"Yeah, benar." "Sungguh. Di tempat seperti ini, para wanitanya bukan golonganku. Kalau saja
salah seorang di antara mereka tidak punya masalah medis, aku pasti tidak tahu
bagaimana harus berkenalan dengan mereka."
"Logan, kau jenis pria yang selalu dibicarakan majalah-majalah wanita."
- '"Bagaimana Cara Menemukan Bujangan yang Memenuhi Syarat'?"
Perez menyeringai, terkejut melihat temannya masuk perangkap yang begitu jelas.
"Pria yang Tidak Akan Pernah Terikat."
"Pokoknya," kata Logan, bermaksud mengakhiri pembicaraan tentang masalah itu,
"aku merasa sangat kikuk mengenakan tuksedo. Bukan gayaku."
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau pergi ke tempat yang kuberitahukan" Apa tuksedonya pas?"
"Yeah, pas. Aku tidak mau tampil seperti orang tolol."
Sebenarnya, Logan mengetahui ia tampak sangat tampan. Masih kekanak-kanakan di
usianya yang ke-dua puluh sembilan, ia sadar kalau gaya jalannya yang melenting-
lenting, rambutnya yang agak panjang, dan senyumnya yang riang bisa membuatnya
tampak seperti mahasiswa baru yang penuh semangat; memesona, tapi secara
profesional sama tidak seriusnya dengan kehidupan pribadinya. Itulah kesan yang
dengan susah payah berusaha dihindarinya. Semalam, ia
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tahu, ia tampil seperti pendatang baru dengan prospek cerah.
"Jadi kau bersedia bekerja untuk Karpe?"
"Belum." "Kenapa?" Kenapal Sebenarnya, Logan memiliki sejumlah sifat yang saling bertentangan.
Sekalipun berambisi meraih sukses dan status secara konvensional, ia juga
berpegang teguh pada idealisme, yang kalau diketahui rekan-rekan kerjanya, akan
membuatnya dianggap naif. Biarpun gembira menyadari dirinya menjadi obyek iri
hati, ia juga sangat menginginkan alasan kuat untuk menghormati dirinya sendiri.
Juga dan ini mungkin sama vitalnya dengan yang lain masih ada masalah... ? ?olahraga. Bagi Logan kedokteran juga melibatkan keahlian dan semangat olahraga
basket atau poker dengan taruhan tinggi. Sungguh menyenangkan untuk mendiagnosa
dengan tepat kondisi yang tidak biasa_atau menciptakan pengobatan kreatif untuk
penyakit yang bandel; tidak ada yang bisa mengalahkan getaran saat campuran
intuisi dan kerja keras berhasil memecahkan kasus yang membingungkan dokter-
dokter lainnya. Selama masa percobaan dan magang di salah satu rumah sakit yang
paling kompetitif dan keras di seluruh negeri ini, kesempatan-kesempatan seperti
itulah yang memberinya kepuasan profesional yang mendekati sukacita sejati.
Logan mengetahui sepenuhnya bahwa di tempat praktek Karpe kesinisannya lebih
akut dan kesempatan untuk berkreasi lebih jarang lagi.
?"Kurasa," katanya dengan ragu, menjawab per -
19 tanyaan temannya, "pekerjaan klinis, pada saat ini..." Ia menggeleng. "Maksudku,
kita berdua tahu bagaimana pekerjaan seperti itu bisa menghancurkan kita secara
emosional. Pak tua itu siapa namanya tadi?" "Friedman?"
?"Kau tidak akan percaya, tapi ada saat ketika aku terlibat sangat dalam dengan
orang-orang seperti dia." Ia tersenyum. "Sewaktu masih kuliah aku sering
menangis kalau menonton film sedih."
"Hei, tidak ada yang menyalahkanmu. Dokter yang suka menangis tidak akan
membangkitkan semangat pasien."
"Maksudku, bahkan cara kita membicarakan kematian di tempat ini pun aneh. Pernah
menyadari bahwa orang tidak pernah meninggal di rumah sakit?"
Perez tersenyum. "Benar. Mereka 'dikotakkan' atau 'dihancurkan'."
"Atau 'ditabungkan'," tambah Logan. "Atau 'dibatalkan abonemennya.'" Ia terdiam
penuh arti. "Kupikir pasti menyenangkan kalau bisa berbuat lain."
"Misalnya?" "Penelitian murni."
Perez menatapnya dengan terkejut. "Omong kosong. Kau kan akan bekerja di pabrik
uang Karpe." Logan makan Jell-O-nya sedikit-sedikit, kemudian menengadah. "Ada yang ingin
kutunjukkan." Ia merogoh saku jas putihnya dan mengeluarkan amplop kusut. "Ini
tiba tadi pagi." Ia mengulurkannya ke seberang meja.
Perez mencabut sehelai kertas dari dalamnya dan mengenakan kacamata bacanya.
Ternyata lebih dari sekadar surat resmi biasa, sangat formal, nama Logan
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dicetak di tempat yang tepat oleh komputer, yang sesaat kemudian, mencetak nama
orang lain di surat yang sama.
Dr. Logan yang terhormat:
Terima kasih untuk surat lamaran Anda pada Yayasan Kanker Amerika. Seperti yang
Anda ketahui, kami baru-baru ini memulai proses pe-nyeleksian staf baru.
Dengan gembira saya beritahukan bahwa Anda termasuk di antara mereka yang
dipilih untuk mengikuti pertimbangan akhir. Oleh karenanya, Anda diundang ke YKA
untuk diwawancarai oleh staf kami. Harap hubungi Dr. Shein, penyelia Program
Beasiswa, pada nomor yang tercetak di bawah untuk mengatur tanggal pertemuan
yang sesuai. Kami menunggu kabar dari Anda dalam waktu dekat.
Surat itu ditandatangani Dr. Kenneth Markell, direktur YKA, salah satu nama
besar di bidang penelitian kanker.
Perez bersiul pelan. "Mengesankan. Simpan untuk cucu-cucumu." Ia melipat surat
tersebut dan mengem-balikannya ke dalam amplop.
"Bukan itu alasanku menunjukkannya padamu."
"Apa, kau mau nasihatku" Mana aku tahu apa yang hams kukatakan" Bahwa kau
seharusnya bang-ga?"
"Hei, ini kan cuma surat resmi. Mereka mungkin mengirimkan beberapa ratus surat
semacam ini." 21 Perez menyeringai. "Kau mau simpati" Kau benar, mereka mungkin mengirimkan
ratusan surat seperti itu."
Logan beranjak bangkit. "Rasanya kita di sini bukan untuk menganggur."
Di UGD situasi mulai sibuk. Empat pasien tengah menunggu untuk diperiksa, ada
yang sakit dada dan asma kronis.
"Mana Richman?" tanya Logan pada Perawat Clancy yang ada di meja piket.
Ia mengangguk ke deretan kamar periksa. "Bersama seorang jahanam" istilah rumah?sakit bagi orang yang berpura-pura sakit.
Logan mengintip ke balik tirai bilik. Richman tengah memeriksa seorang wanita
berusia sekitar tiga puluhan, pirang dan sangat menarik. "Permisi, Dr.
Richman...?" Richman meminta izin dan menggabungkan diri dengannya di lorong. "Apa
ceritanya?" "Kenapa, tertarik?" Ia tersenyum mengejek. "Cerai, dua anak, alamat Park Avenue.
Mungkin punya banyak uang."
Logan membelalak. "Maksudku, apa masalahnyaT "Entah. Batuk dan demam. Tapi
tanda-tanda vitalnya baik-baik saja."
"Well, jangan terlalu lama. Pasien mulai menumpuk."
Logan menempatkan para pasien yang menderita sakit dada dan asma di ruang
periksa dan meng-instruksikan seorang perawat untuk melakukan pengu -
22 jian baku. Ia mengalihkan perhatiannya pada Mrs. Zaretsky dan diarenya yang tiga
hari berturut-turut tidak berhenti. Tapi tiba-tiba pintu ruang periksa diketuk
keras-keras: Clancy dari resepsionis melaporkan adanya krisis.
Pasiennya diantar ambulans. Berusia empat puluh satu tahun dan tampak jelas
menderita penyakit Hodgkin, wanita tersebut terjaga karena sakit perut yang
hebat. Logan melirik tabelnya, kemudian membungkuk di atas tandu. Ia melihat
rambut wanita tersebut kelabu kekuningan dan napasnya pendek-pendek. Sejak satu
seperempat jam yang lalu napas wanita tersebut semakin lama semakin pendek.
Logan sadar bahwa ia tengah berhadapan dengan wanita yang sakit parah. Secara
naluriah, ia merasa kondisi wanita tersebut tidak ada hubungannya dengan kanker;
penyakit itu tidak pernah tampak begitu akut. Dengan mempertimbangkan
segalanya sakit perut, gangguan sirkulasi, fakta bahwa wanita tersebut meminum ?steroid kemungkinan paling besar sepsis.
?Suaminya mendekat. "Kenapa istri saya, Dokter?"
Logan membimbingnya ke sudut. "Saya kurang yakin. Akan saya suntik antibiotik.
Semua indikasi menunjukkan ia septic."
"Maksudnya?" "Ada infeksi dalam aliran darahnya. Kami harus menemukan sumbernya. Sebelum kami
berhasil, obatnya akan menekan infeksinya."
Pria tersebut jadi pucat. "Oh Tuhan, seharusnya dia saya bawa kemari tiga hari
yang lalu." Ia benar tapi peraturannya adalah menghindarkan mereka, paling tidak, dari
?perasaan bersalah. "Mungkin
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tidak ada bedanya. Tampaknya kejadian ini cukup mendadak."
Pasiennya sendiri sepenuhnya sadar dan ketakutan setengah mati. Logan menyentuh
telapak tangannya. "Dengar, Helen, kau akan sembuh. Kami akan me-nolongmu."
'Tapi aku sulit sekali bernapas."
"Aku tahu. Kami akan memberimu oksigen agar kau merasa lebih enak."
Setelah menepuk lengan pasiennya dengan lembut, Logan menuju ke ruang perawat.
Ia harus mengetahui berapa banyak oksigen dalam darah pasiennya.
Ruang perawat kosong. "Suster Clancy!" panggilnya dengan kesal. Ia menunggu
cukup lama. "Sialan, Clancy!"
"Ada apa, Dan?" kata Ruben Perez. "Biar kutangani."
Ia mengangguk. "Ambilkan alat gas-darah, dan siapkan masker oksigen seratus
persen." Mendadak perawat jaga malam itu muncul. "Ada apa?"
Sekalipun marah, jelaslah bagi Logan bahwa sekarang bukan waktunya untuk
mengomeli perawat itu. "Tolong bawa pasien itu dari UGD ke kamar."
Perawat Clancy tetap bisa mendengar kekesalan dalam suaranya. "Ya ampun, aku
tadi kan sedang di kamar kecil."
"Ruben," kata Logan, sambil berbalik, "aku akan membutuhkan foto rontgen. Dan
awasi tekanan darahnya."
Logan bergegas meninggalkan ruangan dan menghentikan St. Pierre, perawat jaga
malam kedua. "Hu - 24 bungi lantai dua nyonya ini membutuhkan operasi secepatnya. Beri infus larutan ?garam normal, suntikkan antibiotik tiga kali lipat, dan satu gram steroid."
Sepuluh menit kemudian wanita tersebut didorong ke ruang operasi. Diagnosa Logan
tepat: usus dua belas jari yang berlubang-lubang, mengakibatkan septicemia dan
shock. Persoalan kecil tapi sejam lagi tanpa pengobatan yang tepat wanita
?tersebut akan meninggal dunia.
Tidak ada waktu untuk menikmatinya. Saat kembali ke UGD untuk memeriksa pasien
yang dadanya sakit, ia berpapasan dengan Janice Richman.
"Ini dia. Bisa kauperiksa ini?" Janice tampak panik.
"Apa?" Richman telah bergegas menyusuri lorong, berjalan mendahuluinya. "Wanita tadi.
Kutinggalkan beberapa menit dan..." Begitu tiba di pintu, ia segera membukanya.
Wanita yang tadi dilihat Logan telah berubah total. Pandangannya kini liar,
rambut pirangnya kusut karena keringat, ia tengah berusaha memanjat pagar
ranjang. Dalam perjuangannya, gaun biru rumah sakit yang dikenakannya terangkat
hingga pinggang. "Siapa namanya?"
"Betsy Morse." Logan bergegas mendekati ranjang. "Ayo, Betsy, tenang! Katakan apa masalahnya."
Betsy menatapnya dengan pandangan liar yang tidak fokus; kemudian bergerak
menamparnya. "Betsy, tenang. Tetap di ranjang. Kami mau me-nolongmu."
Ia mencengkeram bahu Betsy dan berusaha membaringkannya; kulit Betsy panas luar
biasa. 25 "Betsy, tenang. Tenang!"
Richman berdiri di ambang pintu, mengawasi, terguncang.
"Richman, aku butuh bantuanmu, demi Tuhan!"
Tapi semakin keras mereka berusaha merebah-kannya, semakin keras Betsy melawan.
Ia sekarang menggeliat-geliat, sepenuhnya tidak terkendali. Orang-orang yang
mengigau, yang tidak rasional, sering kali kekuatannya jadi sangat mengejutkan.
Mereka tidak bisa berbuat banyak untuk menahannya agar tetap di ranjang.
Sekarang Betsy mulai bersuara, menggeram, dan mengucapkan kata-kata yang sama
sekali tidak bisa dimengerti. Wajahnya berkeriut, ia menendang-nendang dengan
buas. "Clancy," teriak Logan, "kemari!" Kali ini perawat tersebut langsung datang.
"Ikat dia. Di empat tempat. Suruh satpam mengamankannya. Ukur temperatur
anusnya, dia sepanas pistol. Suntikkan Haldol IM satu miligram!"
Para dokter mundur begitu satpam mengambil alih. "Bawa dia ke tempat dimana kita
bisa menghubung-kannya dengan EKG."
Inilah yang paling ditakuti dokter andal mana pun: sesuatu yang benar-benar
tidak bisa dijelaskan. Dengan perasaan bingung, Logan mengundurkan diri ke ruang
dokter. EKG wanita muda tersebut telah muncul di monitor di atas kepala: sinus
tachycardia mencapai 150 denyutan per menit. Sesaat kemudian, kepala Clancy
muncul dari pojok. "Empat puluh dua derajat."
"Dinginkan dia, gunakan air hangat, jangan pakai
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY es!" perintah Logan. "Enam ratus lima puluh miligram acetamenophen lewat anus!"
Di atasnya, monitor menunjukkan tachycardia ventrikuler detak kacau jantung ?yang luka berat.
Ia lari ke ranjang Betsy, menggabungkan diri dengan Richman dan dua perawat.
Betsy terkapar tidak bergerak. Logan meninju dadanya. Tidak ada tekanan darah.
Tidak ada denyut carotid.
"Kenakan ban tekanan darah padanya! Taruh papan di bawah punggungnya!" Dengan
panik, Logan memompa jantungnya.
"Panggil semuanya kemari. Panggil tim serangan jantung dan siapkan respirator!"
Beberapa detik kemudian pesannya mengguntur melalui pengeras suara: "Tim
serangan jantung, UGD, tim serangan jantung, UGD."
Logan mengetahui bahwa pada jam-jam seperti ini baru sepuluh menit kemudian ada
yang menanggapi panggilannya. Ia memerintahkan bantalan-bantalan larutan garam
dipasang di dada Betsy. "Pasang alatnya ke tiga ratus watt per detik!"
Energi kejutan listrik membuat Betsy terangkat dari ranjang. Bau daging terbakar
tiba-tiba menyebar. Logan memandang monitor. Garis lurus. "Pompa terus!" jeritnya. "Mana respirator
keparat itu?" Satu demi satu, dengan mata memerah karena kantuk, tim serangan jantung
menerobos masuk. Logan dan Richman menyingkir. Sambil terus menggarap dada wanita muda tersebut,
tim serangan jantung mulai menggunakan palu karet, mati-matian berusaha
27 memacu sel jantung terakhir agar bereaksi. Satu demi satu mereka gagal.
"Well" kata Logan, dengan ketenangan palsu, "ada gagasan lain?"
Sunyi. Logan memadamkan EKG. "Terima kasih, semuanya."
"Satu lagi dikotakkan," kata salah seorang anggota tim serangan jantung dengan
suara pelan, berusaha mempertahankan kewarasannya.
Saat memandang sekilas ke seberang ruangan, pandangan Logan bertemu dengan
pandangan Ruben Perez. Ia merogoh sakunya dan meraba amplop itu.
di-scan dan di-djvu-kan untuk dimhader dimhad.co.cc oleh
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
28 Begitu sampai di halaman Yayasan Kanker America, menyeberangi jembatan sempit di
atas sungai kecil berliku-liku dan mengemudikan Taurus sewaan-nya memasuki
jalanan panjang menurun yang diapit pohon spruce dan maple, Dan Logan mengerti
mengapa tempat ini selalu disebut sebagai kampus. Kampus YKA. Dengan lapangan
rumput luas yang dipangkas rapi dan bangunan-bangunan anggun bergaya Federal,
halaman YKA seketika memancarkan kehormatan dan kewibawaan seperti institusi
pendidikan tinggi yang sudah tua.
Seperti hal-hal lain di sini, kesan itu memang disengaja. Gaya Federal sengaja
dipilih untuk membuat orang kagum dan telah lama berhasil mempengaruhi para ?pengunjung yang jauh lebih penting daripada Dr. Daniel Logan. Bagi para politisi
berkuasa yang bertanggung jawab "atas sebagian besar pem-biayaannya, juga para
peneliti yang ingin dipancing YKA dari institusi lainnya, bangunan-bangunan
tersebut tampak seperti bangunan tempat pekerjaan penting dilaksanakan, ilmu
pengetahuan yang penting.
Bisa dikatakan tidak ada institut penelitian, baik di
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Amerika Serikat maupun di tempat lain di dunia, yang seperti Yayasan Kanker
Amerika. Didirikan pada tahun 1946, dilahirkan dari keyakinan mampu melakukan
apa saja yang berkembang seusai perang, YKA sekarang terdiri dari sekitar lima
belas bangunan terpisah. Di sini sekelompok kecil Ph.D dan M.D. bekerja dengan
tujuan tunggal, mengobati kanker. YKA juga memiliki rumah sakit sendiri, Pusat
Kesehatan Eisenhower, yang dikelola sejumlah onkologis terbaik di dunia.
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Saat melaju melewati sejumlah bangunan lebih kecil yang menurut dugaannya
merupakan laboratorium, sambil menatap hutan lebat di kejauhan, Logan mau tidak
mau membayangkan: Kalau ia menjadi bagian dari tempat ini, ia bisa menyelesaikan
sesuatu. Bukannya ia berilusi. Ini hanya perjalanan sehari yang tidak serius untuk
memuaskan rasa penasarannya. Kalau ia bisa mengejar penerbangan shuttle pukul
14.00 dari bandara Nasional, ia bisa tiba di rumah sebelum pukul 17.00; masih
ada waktu untuk membereskan beberapa hal di rumah sakit sebelum makan malam.
Sekalipun begitu... di balik jendela-jendela, mondar-mandir di dalam laboratorium,
ia bisa melihat orang-orang yang sedikit lebih tua daripada dirinya. Masalah
penting, bahkan kritis, apa yang tengah mereka kerjakan saat ini" Berapa kali,
saat tumbuh dewasa, ia mendengar penyiar televisi melaporkan dengan nada serius
"Para peneliti di Yayasan Kanker Amerika hari ini mengumumkan...?"
Sekarang, saat mendekati gedung administrasi yang megah dimana ia seharusnya
diwawancarai, perasaan 30 deja vu seperti pernah mengalami peristiwa yang sama dari masa kuliahnya ? ?semakin kuat. Berpuluh-puluh orang, bagian dari sepuluh ribu teknisi dan
sekretaris, ilmuwan dan administrator, yang dipekerja-kan YKA, berjalan di
trotoar dan menyeberangi lapangan rumput di pagi awal bulan Maret ini. Beberapa
orang melangkah dengan santai, yang lain tergesa-gesa seakan terlambat untuk
mengikuti ujian penting. Banyak yang membawa ransel kulit atau notebook;
mayoritas berusia antara dua puluhan dan tiga puluhan.
Setelah memarkir mobilnya di luar gedung administrasi, ia tiba untuk pertemuan
pertamanya lima menit lebih awal. Ia akan bertemu dengan Raymond Larsen, kepala
Departemen Obat-obatan. Tentu saja ia mengenal nama tersebut. Dan sering membaca nama tersebut dalam
majalah Annals of Internal Medicine yang bergengsi. Majalah tersebut terbit
sebulan sekali, namanya dicetak dalam huruf besar timbul berwarna hitam yang
gagah dengan latar belakang warna hijau muda, kertas halamannya tebal dan
mengilap. Di Claremont setiap orang, termasuk yang hanya berpura-pura punya
karier bagus, akan melalap setiap edisinya. Bukan saja untuk nilai instruktifnya
tapi juga sebagai senjata pelindung. Mengutip Annals, sama saja dengan mengutip
Kitab Suci. Dan Larsen merupakan salah seorang penulis Kitab Suci tersebut.
Di kantor luar, sekretaris Larsen, wanita tua yang tidak menarik, mencatat
namanya dan mempersila-kannya duduk. Sebelum Logan sempat duduk, Larsen masuk
dengan tergesa-gesa. Tinggi dan tegak lurus,
31 Larsen sedikit mirip Lee Marvin. Ia berhenti dan menatap sekretarisnya.
"Dia mau bertemu denganku?"
"Dr. Logan," jawab sekretarisnya datar. "Kandidat program beasiswa."
Larsen melirik Logan sekilas. Tidak ada tanda-tanda kalau ia menyukai apa yang
dilihatnya. Tanpa mengatakan apa-apa, ia meraih file Dan dari sekretarisnya.
"Ikut." Sekalipun terpesona, Logan juga tidak begitu menyukai apa yang dilihatnya.
Larsen tampak dan bersikap seperti sersan pelatih marinir, tidak sabaran, kasar,
dan suka membentak-bentak. Bahkan rambutnya pun dipotong crew cut seperti dalam
film-film tahun lima puluhan. Bagaimana, pikirnya sepintas, cara orang ini
menghadapi pasiennya"
Di kantornya, Larsen duduk di balik mejanya dan memberi isyarat agar pria yang
lebih muda tersebut duduk di hadapannya. Saat Larsen membalik-balik file, Logan
mempelajari ruangan tersebut. Dinding-dindingnya kosong, hanya ada diploma-
diploma dari Princeton dan Harvard. Meja mahoni besarnya hanya berisi telepon
dan kertas-kertas yang ditumpuk rapi. Tidak ada yang aneh-aneh. Tidak ada foto
orang tercinta kalau memang ada.?Tapi ada buku-buku, rak demi rak berisi buku, mengenai segala aspek obat-obatan
kanker. Logan mengenali beberapa judul di antaranya; ia telah membaca cukup
banyak. Karya Markell, Direktur YKA keempat edisinya ada di sana.
? ?Gynecological Malignancies Sauerhaft. Lalu ada buku karya Larsen sendiri,
Gastrointestinal Malignancies, terjepit di sela
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dua buku lainnya yang sampulnya, dulunya bersih dan rapi, sekarang pudar dan
retak-retak. Barang museum Logan penasaran kenapa Larsen tetap menyimpannya.
?"Kau punya rekomendasi dari L.D. Greiner rupanya," kata Larsen tiba-tiba.
"Yessir." Logan pernah belajar di bawah bimbingan ahli kimia pemenang hadiah
Nobel tersebut sebagai mahasiswa postdoc dalam bidang biologi molekul di
Stanford, sebelum berubah arah dan memilih obat-obatan. Ilmuwan terhormat
tersebut sangat baik terhadapnya, hampir kebapakan. Logan mengetahui kalau surat
Greiner yang mencolok merupakan satu-satunya penyebab resumenya lebih menonjol
dibandingkan yang lain. Namun, ia tiba-tiba sadar, Larsen justru menganggapnya sebagai kekurangan.
"Boleh tanya kenapa kau memilih untuk meninggalkan biologi molekul hanya enam
bulan sesudah mendapat gelar doktoralmu" Kalau mempertimbangkan hal ini, rasanya
kau bukan orang yang ulet."
Logan cuma membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengembalikan keberaniannya.
"Aku senang dengan pekerjaannya," katanya. "Berada di laboratorium bersama Dr.
Greiner secara intelektual sangat mengasyikkan. Tapi ada... semacam kehampaan di
dalamnya. Kurangnya kaitan antara pekerjaanku dengan penerapan praktis.
Sedangkan penelitian medis "
?"Kau jadi bisa menolong orang-orang," Larsen menyelesaikan kata-katanya dan,
?dengan perasaan ngeri, Logan menyadari kalau Larsen tengah meng-ejeknya.
33 "Begitulah," katanya menyetujui.
"Kau tentunya menyadari, kalau kami mendapat banyak pelamar yang potensial. Dan
hanya ada sedikit lowongan."
"Ya, aku tahu."
"Bagus. Aku tidak ingin orang-orang berilusi." Ia membanting file hingga
tertutup. "Ada yang bisa kuceritakan?"
Sebenarnya, Logan punya banyak pertanyaan. Dimulai dengan kesempatan meneliti
macam apa yang tersedia baginya sebagai associate yang baru masuk. Tapi undangan
Larsen hanyalah formalitas: tampaknya pertanyaan yang sebenarnya justru akan
membuatnya jengkel. "Tidak, Sir. Aku sudah cukup banyak membaca tentang YKA."
"Dr. Logan, kau sudah menikah?"
Pertanyaan tersebut mengejutkan Logan. Apa sebenarnya maksud pertanyaan
tersebut" "Tidak, Sir, belum."
"Begitu." Larsen beranjak bangkit dan mengulurkan tangan. "Well, terima kasih
untuk kedatanganmu. Kami akan memberi kabar."
Wavvancara tersebut, yang dijadwalkan selama setengah jam, ternyata selesai
kurang dari sepuluh menit. Ada waktu empat puluh menit sebelum wawancara
berikutnya. Dalam keadaan masih shock, Logan bah-kan tidak yakin ingin
melanjutkannya. Sepanjang perjalanan kariernya yang masih pendek, ia sering
meng-ajami^peristiwa yang tidak menyenangkan: iri hati, kemunafikan, niat jahat.
Ia mengerti bahwa, pada discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY dasarnya, kedokteran rumit cenderung memancing orang-orang yang sulit. Tapi
belum pernah ia menjadi obyek kemarahan yang dianggapnya sebagai penghinaan
secara terang-terangan. Bagaimana mungkin seseorang dengan reputasi sebagai dokter dan pendidik seperti
Larsen bisa bersikap begitu"
Duduk di bangku luar gedung administrasi, ia mencabut koran The Washington Post
yang dibelinya di bandara dari saku mantelnya. Tapi, sekalipun matanya menatap
koran di tangannya, benaknya tidak menyerap kata-kata yang tercetak di sana. Ia
merasakan sakit yang menusuk di belakang bola matanya, awal sakit kepala.
Sepintas bahkan tanpa menyadari ironinya ia ingin tahu di mana bisa memperoleh? ?aspirin di tempat ini.
"Hai." Logan menengadah, terkejut. Di depannya berdiri seorang pria pendek botak
berusia awal empat puluhan, matanya yang cemerlang dan kumisnya yang kecil dan
terkulai membuat penampilannya nyaris lucu kalau suasana hati Dan Logan sedang
?baik. "Halo," balasnya kaku.
"Aku kerja di sini," kata pria tersebut. Ia menunjuk mantel putih
laboratoriumnya, kalau-kalau Logan meragukannya. "Kulihat kau keluar dari kantor
Larsen. Dia brengsek, bukan" Boleh duduk?"
Ia segera duduk. Dan ragu-ragu, mencari-cari jawaban yang sesuai. "Aku tidak
berkata begitu," jawabnya akhirnya.
"Oh, tidak" Apa, kumbang yang hidup di pantatnya lepas tadi pagi?" Ia mendengus
mendengar leluconnya 35 sendiri. '"Kau kerja di Claremont" Berani taruhan, pasti banyak bajingan kaya
yang menjadi pasien di sana."
Wajah Logan menunjukkan keterkejutannya.
Temannya tersebut menunjuk kartu sekuriti Rumah Sakit Claremont yang tergantung
pada kelepak mantelnya. "Bakatku banyak. Tapi membaca pikiran tidak termasuk di
antaranya." Untuk pertama kalinya, Logan tersenyum. "Menurutku itu terlalu dibesar-
besarkan." Ia terdiam sejenak. "Tapi, yeah, kami memang lumayan sukses."
"Kau suka New York" Kau bukan asli New York, kan?"
"Ya. Tapi aku menyukainya." Ia bahkan belum bisa menentukan bagaimana cara
berbicara dengan pria ini. "Sebenarnya, aku dari Decatur, Illinois."
"Kalau aku asli New York." Ia mendengus lagi. "Kau pasti tidak menyangka, bukan"
Kau pernah makan corned beef di Carnegie Deli?"
"Belum." "Belum" Pikirmu kenapa orang-orang mau tinggal di kota itu" Ceritakan bagaimana
kau bisa sampai di Rumah Sakit Claremont."
Jadi kenapa tidak" Dan kemudian menceritakan perjalanan hidupnya di ? ?kedokteran. Dua tahun pertama yang melelahkan di sekolah kedokteran, dimana pada
dasarnya yang dipelajarinya, selain sedikit patologi organ, setumpuk jargon, dan
dasar-dasar biologi sel, hanyalah bertindak sesuai perintah. Masa kebebasan
datang di tahun ketiga dengan dimulainya masa jaga di rumah sakit. Masa jaga dan
magang dan perasaan itu, hams bekerja delapan belas jam sehari yang
36 melelahkan, membuatnya menganggap dirinya benar-benar mulai menjadi dokter.
Perlahan tapi pasti, minatnya terhadap onkologi ilmu tentang tumor mulai
? ?berkembang. "Kenapa memilih onkologi?" tanya temannya. "Apa hebatnya menyembuhkan kanker"
Ibumu meninggal karena kanker?"
Logan menyadari bahwa tidak ada maksud jahat dalam pertanyaan tersebut. Malahan,
keterusterangan dalam penyampaiannya membuatnya tertawa. "Tidak."
"Bagus. Aku sempat mengira alasanmu klise."
Logan melirik arlojinya sekilas. "Ya Tuhan!" Ia meloncat bangkit. "Maaf, aku
hams pergi. Aku sudah terlambat sepuluh menit untuk wawancaraku." Ia bergerak
menjauh. "Senang bertemu denganmu. Sungguh."
"Tunggu sebentar, Logan."
Ia berbalik. Mereka belum berkenalan. "Kau tidak terlambat untuk wawancaramu.
Kau sedang diwawancarai."
37 Iama Logan terdiam. "Dr. Shein?" katanya akhirnya.
Pria tersebut mengangguk. "Panggil aku Seth. Hari yang cerah, aku puny a banyak
waktu. Kupikir sebaiknya mencarimu."
Tanpa bisa ditahan, senyum Dan merekah. Mendung menggantung di langit dan udara
dinginnya luar biasa. Sebagai kepala program onkologi klinis YKA, waktu senggang
Shein mungkin kurang daripada orang-orang di Ruang Oval di seberang sungai.
"Sekarang bagaimana?" tanya Logan.
Shein beranjak bangkit dan mengangguk ke arah gedung administrasi. "Ke sana."
Kantornya ternyata luas sebesar ruang laboratorium bawah tanah Rumah Sakit
?Claremont yang ditempati Logan bersama dua puluh orang lainnya. Tapi kepribadian
Shein tampaknya seketika memenuhi ruangan tersebut.
"Nah...," katanya, duduk di kursi putar kayu antik-nya dan meletakkan kakinya di
meja, "coba ceritakan pekerjaan yang kaulakukan bersama Greiner."
Dibiarkan tetap berdiri, Logan memutuskan untuk
38 duduk di kursi di dekat meja yang kainnya telah lapuk. Ia segera tenggelam tiga
puluh sehti ke dalamnya. Malahan, ia begitu rendah, dan tumpukan laporan dan
jurnal di meja Shein begitu tinggi, hingga ia hanya bisa melihat setengah bagian
atas wajah Shein. "Well," katanya memulai, mengatur posisinya agar bisa melihat dengan lebih baik,
"kami berusaha untuk menemukan apakah ada gen unik yang muncul di
glioblastoma "?"Demi Tuhan, jangan bergerak-gerak. Kursi keparat itu seperti jebakan lalat."
"Memang tidak terlalu nyaman."
"Pindah. Duduk di sana." Ia menunjukkan kursi kayu sederhana di dekatnya.
"Jadi...?" "Jadi," lanjut Logan, sambil pindah ke kursi itu, "intinya adalah mengambil DNA,
mengirisnya dengan enzim pembatas, dan memberinya virus. Lalu Anda "
?"Benar," potong Shein, "kaubiarkan virus keparat tersebut menginfeksi bakterinya
dan seterusnya dan selanjutnya." Ia terdiam sejenak, mengangguk ke arah tumpukan
kacau-balau di mejanya. "Kubaca bertahun-tahun yang lalu di Proceedings of the
National Academy of Sciences. Cuma ingin mendengarnya dengan kata-katamu
sendiri. Bagus." Logan memandangnya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Kau pasti terkejut kalau mengetahui berapa banyak orang yang berusaha
menipuku." Ia mendengus. "Kau percaya aku?"
?Logan tidak terkejut melihat Shein bersikap begitu sombong. Keangkuhan merupakan
ciri setiap ilmuwan sukses yang pernahdikenalnya. Tapi ia juga menge -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tahui bahwa pada orang ini, mungkin keangkuhan tersebut tidak bisa disalahkan;
berdasarkan reputasinya, Shein merupakan salah seorang peneliti paling berbakat
di bidangnya. "Jadi," tambahnya, "sepintas lalu kau menceritakan bagaimana kau harus selalu
menaati perintah di sekolah kedokteran..." ,
Dan mengangguk. "Saya kira begitu."
"Saya kira begitu. Apa, kau tidak senang mematuhi perintah" Menurutmu apa yang
menyebabkan or-ganisasi bisa berfungsi?"
Logan ragu-ragu. Ke mana tujuan pembicaraan Shein sekarang" Dengan
impulsif pada saat ini tampaknya ia tidak akan terlalu rugi ia mengatakan apa
? ?yang dirasakannya sebenarnya. "Tentu saja tidak. Tapi kedokteran kan bukan
militer. Sebagai peneliti, apa Anda harus selalu tunduk pada atasan" Bahkan
kalau dia... Anda tahu, selalu..."
"Maksudmu omong kosong, kan, Logan. Atau ja-hanaml"
"Saya tidak bermaksud "?"Maksudmu memang begitu. Aku sendiri lebih suka menyebutnya jahanam. Kenapa
tidak terus terang saja?" Ia terdiam sejenak. "Kau pasti juga mendapat tawaran-
tawaran yang menarik, bukan?"
Sekali lagi, ia berterus terang. "Beberapa."
Shein mengangguk. "Benar, klinik Karpe memang sangat besar. Kau pasti akan
segera masuk dalam kolom selebriti."
Logan hanya menatapnya. Apa yang tidak diketahui orang ini"
"Tapi kau tahu?"
40 Pertanyaan tersebut lebih tepat disebut tantangan. "Apa?"
"Kau tidak ke sana, kau datang kemari. Kau akan membantu kami mengobati kanker."
"Apa"!" Logan bahkan tidak yakin bisa mengucap-kannya. "Saya... diterima?"
"Aku tidak menginginkan penjilat, Logan. Kreatjyi-tas macam apa yang
bis^Jaiperoleh dari orang-orang seperti itu?"
"Tapi, Dr. Shein "
?"Seth." "Apakah Anda berwenang untuk..." Ia ragu-ragu. "Saya harus memberitahu Anda bahwa
Dr. Larsen " ?"Larsen itu tolol, mengerti" Dia tanya apa kau sudah menikah?"
Logan mengangguk bodoh. "Benar."
Shein mendengus. "Kau bukan kulit hitam, Yahudi, atau wanita. Homo lebih sulit
untuk dikenali. Misi pribadinya" ia mengubah aksennya menjadi aksen
?Jerman "melindungi Reich."
?"Aku bukan homo."
"Dengar, Larsen mengetahui kau tipe orang yang kusukai dan dia ingin melindungi
wilayahnya. Kau akan tahu bahwa begitulah suasana kerja di tempat ini."
Logan hampir tidak mampu berbicara. "Kedengarannya bukan suasana kerja yang
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
hebat." "Bukan?" Pemyataan tersebut tampaknya membuat Shein terdiam sejenak. "Tergantung
bagaimana cafamu memandangnya. Kalau menurutku, kau bisa lebih memahami
seseorang melalui musuhnya_daripada melalui teman-temannya."
41 Logan mengangguk. Sekarang setelah shock-nya. berlalu, ia menyadari bahwa
semangatnya bangkit. Ia berusaha keras untuk menekannya. Hal ini harus
didiskusikan, .dinegosiasikan. "Dengar," katanya memulai dengan tenang, "saya
tidak tahu bagaimana caranya mengatakan bahwa hal ini membuat saya tersanjung "
?"Juga jangan mudah merasa tersanjung," potong Shein, yang jelas merasa berhak
untuk menyelesaikan setiap kalimat orang yang lebih muda darinya. "Kau suka
bisbol?" "Ya." Logan berusaha untuk tidak tampak bingung.
"Kau beruntung, YKA punya jatah kursi penonton untuk Orioles." Ia "terdiam
sejenak. "Ini baru usulan, mengerti" Dan kau cuma calon. Calon yang baik, tapi
tetap saja cuma calon. Aku bahkan tidak bisa menjanjikan apakah kau bisa sampai
tahap profesional." "Dengar," Logan berusaha lagi, "saya sudah membuat semacam ikatan dengan Karpe.
Ada banyak pekerjaan medis praktis yang mantap di sana."
"Benar, penyakit orang kaya. Berani bertaruh kau pasti akan menemui banyak
sindrom kelelahan kronis. Dan sembelit. Pekerjaan yang menyenangkan melihat ?pantat seseorang dan mendapat dua ratus dolar."
"Sebenarnya, banyak pasiennya yang menderita kanker."
Shein mendengus. "Kau tahu kenapa kau tidak akan melakukannya" Karena kau cukup
cerdas untuk mengetahui dua rahasia terbesar penyakit kanker. Satu, bahwa'dalam
masalah pengobatan, kita masih berada dalam Abad Kegelapan. Jadi, dua, bahkan
para ahli 42 tumor klinis terbaik pun sebetulnya cuma monyet-monyet yang sombong. Mereka cuma
bisa menunggu orang-orang kreatif seperti kita ini untuk memberi mereka
alatnya." Ia benar dan Logan mengetahuinya. Ia tidak bereaksi.
"Gaji awalmu lima puluh satu ribu."
Logan menelan ludah dengan susah payah. "Tawaran Karpe tiga kali lipat dari itu.
Aku juga mendapat dua tawaran lain yang hampir sama banyaknya."
"Tidak ada negosiasi. Ini yayasan nirlaba, ingat?"
Terpukul, Logan membisu. "Apa," kata Shein, "menurutmu ini langkah karier yang buruk" Ini kesempatan
besar, Logan. Aku, aku mendapat pengesahan keamanan dan segala macam. Kau tahu
apa pengaruh terhadap resumemu walaupun kau cuma dua tahun di YKA" Kau mau
berbicara soal uang, perusahaan obat-obatan besar memberi peneliti top dari
tempat ini gaji awal tiga ratus ribu, plus bagian dari paten apa pun yang mereka
kembangkan!" Logan lama mempertimbangkannya. "Kenapa Anda membutuhkan pengesahan keamanan?"
Shein mengabaikan pertanyaan tersebut. "Kau bergurau, menurutmu di mana orang-
orang besar itu" ia mengangguk pelan ke arah Washington "berobat" Terutama
? ?kalau mereka mau menutupinya" Menurutmu si apa yang mengobati mereka?" Ia
tersenyum mendengar kesembronoannya sendiri. "Kau bisa memperoleh koleksi tanda
tangan yang bagus. Anggaplah sebagai salah satu fasilitas bekerja di sini."
43 Tiba-tiba, Shein berdiri, melangkah ke luar ruangan. "Ayo, kutunjukkan kompleks
laboratorium utama."
Sambil membisu, Logan mengikuti, kepalanya berputar-putar.
"Sesudah itu kutunjukkan laboratorium satelit kau melewatinya sewaktu tiba di
?sini. Dan jangan lupa Pusat Kesehatan Eisenhower." Ia tersenyum. "Maksudku, kau
toh akan menghabiskan sebagian besar waktumu di sana, bukan?"
Larut malam pada hari yang sama di apartemennya yang sederhana, karena tidak
bisa tidur, Logan turun dari ranjang dan menghidupkan Iampu ruang duduk. Ia
menemukan yang dicarinya di deretan teratas rak buku: Microbe Hunters, tentang
para pionir bidang mikrobiologi buku yang membuatnya begitu terharu sewaktu ?masih anak-anak. Buku tersebut edisi khusus, diterbitkan tahun 1938, dua belas
tahun setelah edisi pertamanya terbit, dan sampulnya sedikit rusak. Dengan
lembut, ia membukanya di bagian tengah yang mengilat: tulisan-tulisan tangan
gaya lama dan foto-foto kuno para jenius yang memperoleh tanda penghargaan.
Orang-orang yang kaku, serius, dengan setelan hitam dan wajah muram.
Semuanya kecuali yang terakhir, Paul Ehrlich, penakluk sipilis. Langsing,
berjenggot, dan berkacamata, tampaknya berusia pertengahan enam puluhan, ia
menatap dari halaman tersebut dengan ekspresi aneh yang hampir kekanak-kanakan.
Di meja di hadapannya terdapat naskah yang tampaknya tengah digarapnya. Di satu
tangan terdapat cerutu. Saat mengamati foto tersebut, Logan tersenyum.
44 Sebagai anak-anak, ia memuja Ehrlich sebagai mana anak-anak lainnya memuja John
F. Kennedy atau Reggie Jackson. Bahkan sekarang, ia menganggap kisah tersebut
sangat hebat: pria kecil nakal itu, selama lebih dari satu dekade bekerja keras
mengatasi hambatan luar biasa untuk menemukan "peluru ajaib" yang bisa
menyembuhkan momok kuno. Sekarang Logan membaliknya ke halaman judul. Ya, di sanalah, inskripsi kembar
tersebut. Yang pertama dari kakeknya kepada ayahnya pada hari ulang tahunnya
yang kesembilan; nasihat keras untuk membaca buku ini selama liburan musim
panas. Kedua dari ayahnya kepada dirinya pada ulang tahunnya yang kesebelas:
Baca buku ini demi cinta, Dan, dan dapatkan lebih banyak darinya daripada aku
dulu. discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Acara makan siang di rumah Seth Shein di Arlington katanya cuma acara makan
biasa pakaian santai, pasangan dan orang-orang penting lainnya diundang tapi
? ?Dan Logan mengetahui bahwa karierlah yang merupakan topik utama acara itu. Dua
hari lagi rekan-rekan yang baru masuk akan mulai bekerja di Yayasan Kanker
Amerika, dan sore bulan Juni yang berkabut ini merupakan saat pertama mereka
bertemu dengan beberapa anggota penting dalam hierarki. Singkatnya, inilah
kesempatan pertama mereka untuk memberi kesan baik dan mengukur-ukur se-sama
?rekan lainnya sementara mereka juga melakukan tindakan yang sama.
"Sialan," gumam Logan saat berdiri di depan lemari pakaian yang terbuka di
apartemen barunya. Sekalipun terbiasa untuk tidak menaruh perhatian besar
terhadap pakaian yang dikenakannya biasanya bersih sudah cukup ia menyadari
? ?kalau hari ini penampilannya tidak bisa dianggap sebagai masalah kecil. Setiap
detail penampilan diri bisa merupakan keuntungan potensial atau kekurangan.
?Ia menghindari celana pendek: terlalu santai. Beri -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY kutnya ia mencoba celana panjang Italia model baggy, dengan lipatan ganda, yang
dibelinya di toko pakaian pria mewah di Manhattan karena bujukan kekasih
terakhirnya. Saat menatap bayangan dirinya di cermin, ia berusaha keras untuk
menilai celananya dengan obyektif, tapi tetap bertanya-tanya bagaimana orang
bisa tidak merasa bodoh bila mengenakannya.
Ini konyol, pikimya, bukan untuk pertama kalinya, aku kan dokter, bukan
peragawan dan kemudian mulai mempertimbangkan wol kotak-kotak.?Setelah hampir sejam, ia memutuskan bahwa tindakan terbijak adalah yang paling
aman: ia samar-samar ingat pernah membaca di majalah pria bahwa celana khaki dan
blazer biru merupakan setelan yang tepat untuk peristiwa apa pun.
Seth Shein menyambutnya di pintu depan rumah Tudor-nya yang mengesankan, membawa
cangkir plas-tik berisi Scotch, mengenakan celana pendek dan kemeja Hawaii yang
meriah. "Apa pakaianmu tidak sedikit berlebihan, Logan" Ini pesta kolam renang."
Logan bagai ditampar. "Saya rasa begitu."
"Pemikiran bagus. Kau takkan tampak mencolok."
Sebenarnya, sekalipun suhu berkisar 30?C pestanya memang diselenggarakan di
?tepi kolam renang Shein hanya dua dari tujuh rekan junior yang tidak mengenakan
?jas dan sebagian besar berdasi; sementara kelima wanitanya hadir mengenakan
setelan rapi jali. Situasi tersebut menimbulkan perbedaan mencolok antara pendatang baru dan rekan
senior orang-orang yang sekarang telah berada di YKA lebih dari setahun. Hanya
?dua di antara mereka yang tidak bercelana pendek.
47 Shein membimbing Dan ke serambi, memperkenalkannya. Karena ia sulit mengingat
nama masalah yang disadarinya harus segera diatasi Logan keheranan melihat
? ?Shein bukan saja mengenal setiap orang tapi juga rincian latar belakang,
kekhususan, bahkan hobi mereka. "Allen Atlas," katanya, membimbingnya ke arah
pria muda tinggi berpipi cekung yang mengenakan setelan biru pesanan khusus,
"Dan Logan." Dan dan Atlas bersalaman secara formal, saling pandang dengan penuh minat.
"Allen bersekolah di Vanderbilt," kata Shein datar kemudian tiba-tiba mengubah
?aksennya menjadi aksen Selatan yang dibuat-buat. "Di Tennesseeeeee. Tapi kita
tidak akan menuntutnya karenanya, bukan?"
Pria muda tinggi tersebut tampak terpukul berusaha menebak ada ganjalan apa
?antara Shein yang hebat ini dengan almamaternya.
"Nah, Dan ini," tambah Shein, dengan sikap membandingkan yang nyata, "masuk
Princeton sebagai mahasiswa prasarjana dan Stanford untuk Ph.D. Pe-ringkat kedua
di kelasmu di Princeton, bukan?"
Logan mengangguk. Shein mengangkat bahu. "Mestinya kami bisa mendapatkan nomor satunya, tapi
kudengar pria tersebut pindah ke hukum."
"Sebenarnya," kata Dan mernbetulkan, "dia wanita."
"Ahhh," Shein tertawa, menempar punggungnya, "orang yang teliti dan sensitif.
Bagus gadis-gadis pasti menyukainya."
?"Senang berkenalan denganrnu," gumam Allen Atlas, menatapnya dingin.
48 "Sama-sama," jawab Dan. "Kuharap kita bisa bekerja sama kelak." "Oh, Seth..."
Mereka berpaling dan memandang seorang wanita setengah umur yang membawa seteko
es teh. Biarpun tampak gelisah dan berpakaian sembarangan, ia justru sangat
cantik. "Maaf menyela, Sayang," katanya, "tapi ada telepon untukmu."
Shein tertawa. "Kenapa minta maaf" Apa yang seharusnya kaulakukan, mengusir
penelepon itu?" Ia mengecup pipi wanita tersebut sekilas "Dan Logan, Allen ?Atlas, istriku, Alice Shein yang selalu sabar dan tetap cantik." dan melangkah
?masuk ke rumah. Kebisuan yang kikuk timbul. "Well" kata Alice Shein, "kuharap kalian akan betah
di YKA." Mereka mengucapkan terima kasih. Baru pada saat Alice Shein melangkah pergi
Logan menyadari ke-timpangannya yang mencolok. Ia menatap rekannya dengan
pandangan terkejut. "Dia termasuk salah satu anak terakhir yang ter-serang polio," kata Atlas datar.
Dan, tanpa penjelasan lebih lanjut, ia berlalu.
Di meja hidangan, Logan menuang anggur putih dan memandang sekitarnya. Para
pendatang baru tampaknya terkucil, mengelompok sendiri. Setelah beberapa saat,
ia mendekati salah satu kelompok tiga wanita dan dua pria di ujung terjauh
? ?kolam renang. Ia telah mengenal salah satu di antaranya. John Reston merupakan rekan junior
lain yang direkrut dan Claremont. Sekalipun mereka tidak pernah berkumpul lama-
lama, Logan selalu menyukainya.
49 "Well" seru Reston, bertambah cerah, "lihat siapa yang datang! Tuan-tuan dan
nona-nona, Daniel Logan sesama pelarian dari neraka Rumah Sakit Claremont."
?Saat Reston memperkenalkannya, Dan berusaha keras mengaitkan nama-nama dengan
wajah masing-masing. Amy tidak perlu nama keluarga, ia tidak terlibat dalam
?program, hanya kekasih Reston. Barbara Lukas yang mungil, 150 senti lebih
?sedikit, dengan gaya bicara bagai mitraliur dan gelar dari Duke. Paul
Bernstein mudah tersenyum, yang tampaknya sedikit terlalu banyak tersenyum. Ia
?malah tampaknya telah mulai mendekati Sabrina Como wanita muda Italia yang
?sangat menarik dengan rambut hitam, mata hijau besar, dan aksen luar biasa yang
menyebabkan Logan tiba-tiba berminat untuk membuatnya terkesan.
Tiba-tiba, entah dari mana, Seth Shein menggabungkan diri. "Kalian semua sudah
berteman?" Mereka mengiyakan. "Bagus. Kalian akan bekerja sama dengan erat." Ia tersenyum. "Masalah menusuk
dari belakang biar jadi jatah staf senior."
Pemyataan tersebut memancing tawa tidak enak. Dan mulai menduga kalau Shein agak
mabuk. Sesaat kemudian, dugaan tersebut terkonfirmasi. Sambil tersenyum pada Sabrina
Como, Shein mengumumkan, "Sekalipun tampaknya tidak begitu, kami merekrut rekan
asing hanya karena potensi ilmiah mereka."
Sabrina menatapnya dengan tenang, tidak menunjukkan emosi apa pun, tapi Dan
melihat Barbara meman - 50 dang Shein dengan tajam. Tapi ia cukup bijak untuk tetap membisu sebagaimana ?yang lainnya. Logan, Reston, dan Bernstein, yang mestinya sensitif, pendukung
feminisme, hanya berdiri diam, menyeringai kikuk.
Amy-lah, kekasih Reston yang mungil dan pirang, yang memecahkan kebisuan di
antara mereka. "Dan saya yakin para wanita diperlakukan dengan sangat baik di
YKA," katanya santai. "Sekalipun tampaknya tidak begitu."
Logan dan rekan-rekan lainnya berpaling ke arahnya, ngeri. Tapi mereka seketika
lega mendengar tawa riang Shein. "Luar biasal" Ia tertawa lagi. "Sungguh,
kuharap kau terlibat dalam program ini."
Ini sungguh di luar dugaan hingga Amy tidak mengetahui harus bereaksi bagaimana.
"Anda tahu," katanya setelah terdiam cukup lama, "saya tidak yakin apakah bisa
menyumbang banyak di sini. Saya tinggal dulu, biar kalian punya kesempatan untuk
lebih akrab." Saat ia menuju ke meja hidangan, Reston mengangkat bahu tidak berdaya. "Maaf."
"Jangan meminta maaf, Reston," bentak Shein, "dia hebat. Percayalah, kalau kau
tinggal di sini cukup lama, kau akan lupa bagaimana kedengarannya seseorang yang
punya nyali." Dan, sambil tertawa sendiri, ia meninggalkan mereka.
Keempat rekan itu lama membisu. "Kalian seharusnya mengetahui," kata Sabrina,
"aku sama sekali tidak peduli pada hal-hal seperti itu."
"Well, sudah seharusnya," sergah Barbara Lukas. "Atasan yang mengungkapkan
pernyataan miring seperti itu di negara ini disebut melakukan pelecehan
seksual." 51 "Ah." Sabrina mengangguk, sambil tersenyum tidak kentara. "Well, kalau begitu,
mungkin karena aku tidak berasal dari negara ini."
"Kau tadi memang dihina. Sebagai wanita. Kita semua juga."
"Karena dia mengatakan aku ilmuwan yang andal sekaligus cantik?"
"Tepat. Karena dia tidak punya urusan untuk mengomentari penampilanmu."
"Ah," kata Sabrina sekali lagi, dan terdiam memikirkannya. "Aku harus belajar
mengenali ejekan semacam itu."
Logan, sambil menahan senyum, memandangnya dengan minat yang semakin besar; tapi
Lukas, tidak yakin apakah ia diperhatikan atau diejek secara halus, bergegas
berpaling kepada Reston. "Dia istrimu?" katanya, mengangguk ke arah Amy.
"Kekasih," jawab Reston. "Dia pengacara, bekerja pada FCC."
"Shein benar kekasihmu punya nyali besar. Seharusnya aku juga mengatakan
?sesuatu." "Kuat dugaanku kau akan mendapat kesempatan lain," katanya kering.
"Well," kata Bemstein, "aku tidak suka bersikap realistis, tapi mengungkapkan
pikiranmu bukanlah kebijaksanaan terbaik di sini. Tidak semua orang se-toleran
Shein. Semalam aku berbicara panjang lebar dengan salah satu rekan senior. Kita
harus berhati-hati terhadap beberapa orang."
Barbara Lukas memusatkan perhatian sepenuhnya. "Sebutkan nama-nama."
Dengan memiringkan kepala, Bernstein menunjuk
52 pria muda botak berkacamata bingkai tanduk yang berdiri dekat meja hidangan.
"Lihat dia?" Yang lain berpaling ke sana.
"Peter Kratsas. Dia orang kedua Larsen."
"Larsen mewawancaraiku," kata Logan. "Kalau itu bisa disebut wawancara. Aku
masuk dan keluar sepuluh menit kemudian."
"Aku juga." Mereka semua berpaling kepada Sabrina. "Aku jauh-jauh datang kemari
untuk wawancara tersebut, dan sikapnya sedingin es."
"Setuju," kata Bernstein. "Tapi kudengar Kratsas bahkan lebih parah lagi.
Pertama, dia tidak memiliki bakat Larsen. Tapi yang harus kalian waspadai adalah
da ramah. Selalu bersedia untuk bercakap-cakap tentang olahraga maupun film-film
lama seakan dia itu sahabat terbaikmu."
Barbara Lukas memutar bola matanya. "Jadi kau mengira dia di pihakmu dan dia ?menyampaikan semuanya pada Larsen?"
"Tepat," Bernstein mengangguk.
"Siapa lagi yang harus kami ketahui?" tanya Dan.
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Siapa yang tidak perlu kami ketahui?"
Melihat betapa Bemstein sangat menikmati perhatian yang diterimanya, Logan
merasa ia dengan sengaja mendramatisir ceritanya.
"Siapa lagi?" desak Barbara Lukas.
"Greg Stillman."
Mereka terdiam karena kaget. Nama tersebut tidak memerlukan penjelasan. Dr.
Gregory Stillman, spesialis kanker payudara terkenal di dunia, salah seorang
yang bertanggung jawab atas ketenaran YKA..
53 "Ayolah," kata Logan akhirnya, "ada yang terlalu membesar-besarkan cerita di
sini." Bernstein mendengus. "Yang kumaksud kepribadiannya, bukan prestasi medisnya.
Berbicaralah dengan rekan senior dia itu orang yang menjabarkan dirinya sendiri
?sebagai 'bajingan kejam'. Dikiranya orang lain akan takut karenanya." Ia diam
untuk mendramatisir suasana. "Dan memang benar."
Beberapa menit kemudian, Logan melangkah di sebelah Reston menuju meja hidangan.
"Kau percaya?" Reston mengangkat bahu. "Sulit untuk mengatakannya. Mungkin kita sekadar
mengamati orang yang berusaha sangat keras untuk membuat seorang wanita cantik
terkesan." Ia tersenyum. "Siapa yang bisa menyalahkannya?"
"Well" kata Logan, "kita berhasil selamat dari Claremont..."
Pernyataan tersebut tidak perlu diperpanjang. Institusi yang baru saja mereka
tinggalkan merupakan ladang ranjau politis, terkenal bahkan dalam dunia
kedokteran tingkat tinggi akan kesediaan para dokter mudanya untuk menjilat
atasan mereka dan, bila memang diperlukan, saling menjatuhkan untuk naik ke
atas; dan, mungkin bahkan lebih lagi, akan kesiapan personil seniornya untuk
mengajukan bawahan-nya sebagai perlindungan diri.
"Benar sekali," kata Reston menyetujui, "ini tidak akan seburuk itu. Di
Claremont, ada faktor ke-serakahan, semuanya mengejar guci berisi emas di ujung
pelangi yang sama. Di sini "?"Untuk ilmiah," Logan menyelesaikannya.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Reston tertawa. "Maksudku tadi satu-satunya guci di sini cuma yang kita
kencingi." "Jadi apa yang membuatmu tertarik pada penelitian" Kau tampaknya bukan jenis
orang yang suka meneliti."
"Aku" Aku benci melihat darah."
Logan tersenyum. "Kaukira aku bergurau" Pertama kali menyaksikan autopsi cara mereka melipat
?kulit kepala pria yang malang tersebut dan menggunakan gergaji listrik untuk
memotong puncak tengkoraknya aku tahu pasti ada cara yang lebih.baik."
?"Sungguh" Bagiku autopsi selalu menarik."
"Hal lain lagi," kata Reston, tidak mengacuhkannya, " kupikir untuk jangka
?panjang pekerjaan klinis bisa berpengaruh buruk pada libidom'u. Maksudku, aku
suka sekali wanita. Tapi kau bisa memilih wanita yang tercantik di
dunia seseorang yang biasanya kmkhayalkan dan membayangkannya memakai gaun
? ?rumah sakit, dengan lampu terang benderang yang menunjukkan semua cacat yang
ada, akibatnya, maaf saja, keromantisan langsung lenyap. Terutama kalau kemudian
kau membayangkan melihatnya di ruang autopsi. Kau tidak akan memikirkan seks
selama seminggu." "Well..." Kalau Logan tidak mengetahui bagaimana sebaiknya bereaksi, paling tidak
ia mengagumi keterusterangan pria ini, sifat yang jarang ditemuinya di tempat
kerjanya yang dulu. "Aku cukup yakin kau tidak akan menemui banyak autopsi di
sini. Tampaknya autopsi bukan merupakan bagian dari kegiatan di sini."
"Kuharap begitu. Akui saja, satu-satunya alasan mereka melakukan begitu banyak
autopsi di Claremont 55 adalah agar orang-orang tolol di administrasi bisa menutupi kebodohan mereka."
"Apa itu bukan pekerjaan utama setiap orang di Claremont, menutupi kebodohannya
sendiri" Semua orang cuma ingin meninggalkan Claremont tanpa cedera."
Reston mengangguk. "Jadi" Bagaimana caramu mengatasinya?"
"Entahlah." Ia memikirkannya sejenak. "Dengar, kau harus bagus. Mereka tidak
akan mencari gara-. gara dengan orang yang benar-benar berpotensi. Itu berarti
merusak diri sendiri, reputasi mereka sepenuhnya berdasarkan "
?"Aku mengerti, tidak ada yang menyusahkanmu karena kau begitu berbakat."
Logan tersenyum; tidak ada yang bermaksud menyinggung perasaan, tidak ada yang
tersinggung. "Maksudku, tentu saja, jangan cari gara-gara. Dari awal temukan
siapa para pemain kuncinya dan usahakan untuk berada di pihak mereka. Bantu
dokter yang bertugas. Jangan ceritakan lelucon pomo pada administrator senior."
"Kecuali kalau kau lihat ada yang melakukannya terlebih dulu. Kau mengerti,
sekarang kita memasuki wilayahku. Namanya patuh."
"Berhati-hati. Itu tidak sama."
"Jangan lupa para pasiennya. Kau sama sekali tidak boleh bahkan sesaat ?pun meninggalkan John Eldridge Grump III seruangan dengan portir mantan Pullman
?yang sedang koma." Ia terdiam sejenak. "Sebenarnya, salah satu hal yang paling
menyenangkan tentang Rumah Sakit Claremont adalah tempat tersebut
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY merupakan tempat meninggal yang disukai masyarakat aku bisa mengikuti
?perkembangan pasienku melalui berita kematian Times. Entah apa yang terjadi
kalau ada di antara mereka yang meninggal di daerah Yahudi Brooklyn!"
"Baik," kata Logan mengakui, "sangat hati-hati. Aku tidak pernah berpura-pura
tidak egois dalam bisnis ini sikap tersebut bisa merusak diri sendiri. Tapi,"
?tambahnya, bersungguh-sungguh, "menurutku aku juga tidak pernah melanggar
integritasku sendiri."
"Baiklah, patuh secara strategis. Patuh dengan terhormat." Ia mengangguk,
meringis. "Aku juga."
Logan tertawa; pria ini tampaknya teman yang baik. "Well, kalau begitu, siapa
yang mengatakan di tempat ini pelatihan tidak seberharga hal lainnya?"
Tapi tiba-tiba pembicaraan mereka terputus oleh raungan sepeda motor dari jalan
masuk yang ber-sebelahan. Setelah berhenti dengan ban berdecit, pe-ngemudinya-
?mengenakan pakaian kulit hitam, wajahnya tertutup Plexiglas hitam helmnya turun
?dan melangkah ke tengah-tengah kerumunan.
"Siapa dial" bisik Reston. "Caranya luar biasa dalam membuat orang terkesan!"
"Stillman!" panggil Seth Shein keras-keras dari seberang serambi, seakan
menjawabnya. "Singkirkan benda terkutuk itu dari halamanku!"
Stillman melepas helmnya, menampilkan wajah ber-bintik-bintik kemerahan, dengan
rambut hitam tebal yang basah oleh keringat. Ia tampaknya berusia akhir tiga
puluhan. Romannya yang biasa-biasa saja cukup mengejutkan mukanya tembem dan
?kelopak matanya 57 bagai mengantuk membuatnya tampil seakan baru bangun tidur.
?Hampir seketika, enam rekan senior mengelilingi ahli tumor terkemuka tersebut.
"Kalian aku sudah kenal," serunya, cukup keras untuk didengar semua orang. "Coba
lihat apa ada ilmuwan di antara gerombolan baru ini."
Sejak itu, acara berubah menjadi milik Stillman. Dengan sengaja, ia mendekati
setiap pendatang baru, memperkenalkan diri dan bercakap-cakap sejenak. Mengingat
peringatan Bernstein sebelumnya, Logan terkejut melihat pria tersebut
penampilannya berlawanan dengan bajingan.
"Kubaca rekomendasimu," kata Stillman pada dokter muda tersebut. "Kami berharap
kau bisa menghasilkan sesuatu yang baik."
"Terima kasih, Sir," kata Logan, luar biasa senang. "Saya akan berusaha untuk
tidak mengecewakan Anda."
"Bagus. Jangan mengecewakanku." Tanpa terduga, ia tersenyum. "Kalau kau
membutuhkan apa pun, hubungi aku "?"Ayam, Greg?" kata Seth Shein menawarkan, tiba-tiba telah berada di sebelah
mereka, menyodorkan piring ayam bakar ke arah Stillman. Ia tersenyum, tapi sama
sekali tidak ada kehangatan di dalamnya.
Stillman mencabut paha ayam "Kenapa tidak?" dan segera mengunyahnya. Tiba-
? ?tiba ia tampak berubah, matanya berbinar, tampak jauh lebih muda, lebih
bersemangat. "Kenapa bukan dada, Greg" Itu khan kekhususan-mu?"58
"Tidak sesudah kautangani, Seth. Pada saat itu biasanya pasiennya sudah tidak
tertolong lagi." Yang lainnya melotot padanya. "Paling tidak, aku tidak melakukan percobaan yang
membahayakan jiwa!" "Benar," kata Stillman. "Percobaanmu tidak menghasilkan apa pun."
Saat memandangi mereka, Logan terperanjat. Bukan cuma Shein telah minum terlalu
banyak, atau bahwa keduanya jelas sekali saling membenci. Yang luar biasa, yang
bahkan perang-perang di Claremont pun tidak membuatnya siap menghadapinya,
adalah betapa sedikitnya usaha keduanya untuk menyembunyikan kenyataan tersebut.
Tiba-tiba, Stillman berbalik sambil tersenyum menyenangkan. "Kau tidak kepanasan
mengenakan pakaian seperti itu, Dokter?"
"Jangan ganggu dia," sergah Shein.
"Well?" kata Stillman, tidak mengacuhkannya.
Karena tidak tahu harus berbuat apa, Logan mengangguk ragu-ragu.
"Aku kepanasan," kata Stillman, tiba-tiba membuka ritsleting jaket kulitnya dan
melemparkannya ke kaki Shein; segera diikuti sepatu bot dan celana panjang
kulitnya. Di baliknya, ia mengenakan celana renang.
"Peraturan pertama penelitian medis," katanya mengumumkan, dengan alis
terangkat, " yang masih harus dipelajari banyak orang di sini: Jangan pernah ?menjauhi orang yang nonortodoks karena khawatir dengan pendapat orang-orang." Ia
menatap Shein. "Kalian akan tahu bahwa sebagian besar orang termasuk kolega
?kalian merupakan orang-orang yang
?discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY idiot." Ia terjun ke kolam dan dengan ayunan kuat dan mantap mulai berenang ke
sisi seberang. C"Kau," desis Shein, ke arah Logan, "harus memilih berpihak pada siapa." Dan,
biarpun masih berpakaian lengkap, ia terjun ke kolam menyusul saingannya,
berenang secepat kilat untuk mendahuluinya.
60 Dua hari kemudian, hari pertamanya bekerja, Logan tiba di halaman YKA sebelum
pukul 7.00. Sekalipun acara penerimaan rekan baru dijadwalkan mulai pukul 8.30,
ia tidak ingin datang terlambat sesaat pun; atau, menarik perhatian yang tidak
perlu terhadap dirinya. Perselisihan antara kedua ilmuwan senior itu sangat memukulnya. Tentu saja mudah
untuk merasionalisasi-kannya, dan ia memang melakukannya, bahwa acara tersebut
mengandung situasi yang sangat mudah terbakar: panas yang menyengat, banyaknya
alkohol, penonton yang terdiri atas rekan-rekan junior memancing naluri
kompetisi mereka. Logan telah sering melihat orang-orang berbakat yang menderita
stres bersikap seperti anak lima tahun yang manja, dan tahu bahwa ia masih akan
melihat banyak lagi; ego dan perasaan tidak aman hampir selalu muncul sebagai
pasangan yang sesuai. Biarpun begitu, saat ia mengingat-ingat kembali peristiwa
semalam, pertanyaan itu justru semakin mendesak: la telah melibatkan dirinya
dalam urusan apa" Lagi pula, hujan deras diramalkan akan turun; dan,
61 meskipun ia telah mempelajari peta kampus, perasaan Logan dalam menentukan arah
sangat tidak bisa dipercaya. Ia pasti memerlukan waktu untuk menentukan
lokasinya. Ternyata persiapannya memang bijaksana. Kartu karyawan yang diterimanya melalui
pos membuatnya bisa melalui gerbang utama, tapi ia diusir dari garasi bawah
tanah oleh penjaga berseragam. Untuk men-cegah adanya sabotase, tampaknya setiap
orang memerlukan kartu parkir khusus yang hanya bisa diperoleh di bagian
keamanan YKA. Lalu, saat ia mengemudikan Ford bekas yang baru saja dibelinya ke
areal parkir tamu beberapa ratus meter kemudian, langit pun seperti terbuka.
Sambil mengutuki diri karena tidak ingat untuk membawa payung, ia melesat ke
bangunan terdekat, The Washington Post menjadi pelindung satu-satunya. Pada saat
tiba di sana, ia telah basah kuyup.
"Ya Allah," gumamnya, menatap rambutnya yang basah kuyup di cermin kamar kecil
pria. Yang lebih menjengkelkan, tempat handuk kertasnya kosong secara ?keseluruhan kamar mandi tersebut tampaknya sangat tidak terawat, lebih mirip
kamar kecil di SMAnya daripada kamar kecil seperti dalam bayangannya di
fasilitas penelitian medis paling top di seluruh negeri ini. Sambil berusaha
sebaik-baiknya dengan kertas toilet, ia menuju ke kafetaria terdekat, memesan
secangkir teh, dan duduk di meja sudut untuk mengeringkan diri.
Ia baru saja membuka lipatan korannya yang basah kuyup ketika melihat John
Reston mendekatinya sambil membawa baki penuh makanan.
62 "Astaga," kata Reston, meringis. "Tidak membawa kartu keamanan, kan?"
Logan mengangguk. "Kau punya?"
Reston meletakkan bakinya dan mengeluarkan kartu dilaminating yang tampak resmi
dari saku jasnya. "Harus tahu orang yang tepat. Katakan pada asisten Shein, dia
akan membereskannya." Ia tersenyum. "Atau katakan langsung pada Shein kalau kau
?berani." "Dari mana kau tahu?"
"Hei, beberapa di antara kita tiba di sini lebih awal dan bertanya ke kiri-
kanan." Setelah duduk, ia menunjuk piringnya, dipenuhi tumpukan telur aduk dan
daging asap agak hangus. "Kuharap kau tidak keberatan aku menggemukkan diriku
sendiri." "Silakan, itu kan tubuhmu."
"Dan aku senang merusaknya." Reston menjejalkan telur segarpu penuh ke dalam
mulutnya. "Kau tidak apa-apa" Kau tampaknya sedih."
"Kau tidak" Sesudah kejadian kemarin dulu?"
"Nggak. Dengar, bagi orang-orang seperti mereka, kita hanya dipandang sebelah
mata. Mereka sudah menghancurkan kehidupan pribadi dan keuangan kita, apa lagi
yang bisa mereka lakukan?"
Tanpa bisa ditahan, senyum Logan merekah. "Jadi siapa yang menyelenggarakan
pertemuan orientasi ini?"
"Larsen." "Sungguh?" Logan menggigil. "Dia membenciku."
"Selamat datang ke kelompok kami." Ia mengusap mulutnya dengan serbet. "Tapi
dengar, hal-hal seperti ini, jangan terlalu kaumasukkan ke hati. Rekan junior
tidak cukup penting untuk dibenci orang macam Larsen."
63 "Kau mungkin benar."
"Kau tidak makan" Teh itu akan langsung ke perut kosongmu." "Lalu?"
Ia mengangkat bahu. "Cuma saran. Kuduga Larsen tidak akan senang kalau kau
terus-menerus meninggalkan pertemuan."
Larsen tepat seperti ingatan Logan. Duduk di kepala meja konperensi besar,
diapit oleh letnannya si Kratsas dan di sisi lain oleh sekretarisnya yang
berwajah muram, kepala Departemen Obat-obatan tersebut menjalankan pertemuan
dengan keefisienan yang kering dan datar.
Ia membukanya dengan menunjuk dua buku catatan tebal yang telah disiapkan
sebelumnya di hadapan setiap rekan baru. "Untuk tugas pertama kalian, kalian
diharapkan untuk menguasai materi dalam buku-buku ini. Semuanya. Tidak ada
alasan maupun perkecualian."
Itu saja. Tidak ada ucapan selamat datang. Tidak ada gurauan. Bahkan tidak ada
sikap pura-pura sebagai rekan kerja.
"Nah," lanjut Larsen, "kalian semua sudah mengetahui siapa diriku dan untuk apa
kita berada di sini. Kalian sudah diterima dalam program ini karena ada yang
mengira kalian memiliki kualitas yang diperlukan untuk menyumbangkan sesuatu
bagi penyembuhan kanker. Tapi tugasku adalah memberitahu kalian bahwa, paling
tidak untuk tahun pertama, peran kalian adalah untuk mendukung dokter senior.
Kalian harus melakukan setiap perintah, titik. Kami tidak mengharapkan adanya
kreativitas." discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Tentu saja hal ini bukan hal baru bagi Logan maupun yang lainnya. Mereka selalu
mengetahui bahwa YKA merupakan hierarki kaku; dan bahwa sebagai rekan tahun
pertama perhatian utama mereka bukan penelitian melainkan dasar-dasar pengobatan
pasien. Sekalipun begitu, Logan penasaran apakah ada di antara mereka yang menolak
direndahkan oleh sikap Larsen sebagaimana dirinya. Ia bergegas mengalihkan
pandangannya dari kertas folio berisi coretan catatannya. Semua temannya sedang
menulis dengan patuh, tetap menunduk.
"Kalian masing-masing akan bertanggung jawab dalam mendata kemajuan seratus dua
puluh lima sampai seratus lima puluh pasien," lanjut Larsen, "sekitar dua puluh
di antaranya berada di lokasi setiap saat. Seperti yang sudah kalian ketahui,
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tugas kita di sini adalah mengembangkan dan menguji terapi baru untuk kanker.
Setiap pasien di YKA sudah menyetujui untuk berpartisipasi dalam perawatan yang
dikontrol dengan hati-hati. Sebagian besar tugas kalian adalah menjaga agar
pasien kalian tidak menyimpang dari instruksi yang telah mereka terima. Bahwa
mereka mengerti bahwa seandainya mereka tidak mematuhi instruksi dengan cara apa
pun, mereka akan dikeluarkan dari program." Ia terdiam sejenak. "Beberapa orang
awam mungkin menganggap hal ini tidak berperasaan. Sebagai ilmuwan, kita tahu
lebih baik. Kita mengerti bahwa dalam program penelitian ilmiah, peraturan tidak
pernah boleh dikompromikan."
Ia terdiam sejenak, mengangguk ke arah Kratsas. "Beberapa di antara kalian
mungkin sudah mengenal Dr. Kratsas. Dia akan mengulas secara ringkas me -
65 ngenai uji coba yang sekarang tengah berlangsung. Semua yang kalian dengar
merupakan informasi rahasia. Menyebarkannya tanpa izin akan dianggap sebagai
dasar untuk pemecatan seketika."
Ancaman tersebut tentu saja tidak perlu, penghinaan bagi keprofesionalan para
dokter muda sangat andal yang hadir. Namun Logan yakin bahwa kekasaran Larsen
bukanlah disengaja. Gayanya memang begitu.
"Dr. Kratsas," katanya, memberikan kesempatan.
Senyum Kratsas yang tiba-tiba muncul sangat ra-mah, usaha nyata untuk menghalau
kebekuan yang menggantung di ruangan.
"Pertama-tama," katanya memulai, "kuucapkan selamat datang. Aku yakin aku
berbicara atas nama seluruh staf senior dengan mengatakan bahwa kami selalu siap
menemani kalian sebagai kolega dan teman."
Logan melirik Larsen sekilas, yang menatap lurus ke depan, tidak menunjukkan
emosi apa pun. Tentu saja, pikir Logan, dia memang akan menjadi temanku kalau ?agar-agar sudah bisa mengobati kanker.
"Nah," lanjut Kratsas, "beberapa dari kalian mungkin sudah mengetahui kalau aku
penggemar berat sutradara Alfred Hitchcock. Ini kukatakan bukan tanpa
alasan karena aku percaya Hitchcock pasti bisa menjadi seorang peneliti kanker
?yang mengagumkan. Kenapa" Dia sangat cerdik, dia sangat tepat, dia sangat banyak
akal dan kualitas yang kita semua harus kembangkan dia mengerti keputusasaan
? ?dan ketakutan. Bukan hanya mengerti, tapi mengetahui bagaimana bekerja bersama
keduanya." Saat Kratsas mengawasi hadirin dengan penuh arti, tidak ada ke-66
raguan dalam pikiran Logan bahwa Kratsas telah menyampaikan pidato yang sama
lusinan kali sebelumnya. Kratsas tersenyum lagi dan menepuk buku di hadapannya. "Nah, sekarang, sebagai
mana aku yakin kalian sudah mengetahuinya, perawatan percobaan yang kita lakukan
terbagi dalam tiga kategori. Uji coba Tahap Pertama merupakan bentuk pengobatan
yang baru dan sangat inovatif. Keganasan subyek telah sangat meningkat dan kita
amat menyadari bahwa kesempatan untuk berhasil sangat tipis." Ia terdiam dan
meminum air dari gelas di hadapannya. "Sebenarnya, dalam uji coba-uji coba
semacam itu definisi sukses kita berubah-ubah. Biasanya, yang paling menarik
bagi kami adalah mengukur kadar racunnya mengukur dosis maksimum obat baru ini
?yang bisa ditoleransi tubuh manusia. Pengaruhnya terhadap kanker sering kali
hanya merupakan masalah kedua."
Ia mengangkat sebuah buku. "Kalau kalian membaca seluruh materi, kalian akan
melihat bahwa sekarang kami hanya menyelenggarakan dua protokol Tahap Pertama di
YKA ini. Yang berarti, tidak ada dokter yang berurusan lebih dari dua atau tiga
pasien yang berpartisipasi dalam penelitian semacam ini. Sekalipun begitu,
mengingat tingginya tingkat penyakit pasien seperti itu, mereka akan sangat
memerlukan perhatian yang besar." Ia terdiam sejenak, melirik sekilas kepada
Larsen. "Jelas sekali, kita tidak boleh berbohong pada pasien. Etika merupakan
masalah serius di YKA ini. Tapi, bila situasi pasien sangat mendesak, langkah
terbaik adalah mengatakan kebenaran. Ingat pada Hitchcock: pasien yang dibiarkan
67 percaya bahwa tidak ada harapan lagi akan kehilangan semangat untuk tetap
bertahan mengikuti program."
Ia berdeham dan meminum airnya sekali lagi. "Nah, sekarang, cuma sejumlah kecil
obat yang bisa melewati uji Tahap Pertama, mungkin sepuluh persen, untuk
dilanjutkan ke uji coba Tahap Dua uji yang lebih menyeluruh dengan tujuan ?menentukan ke-efektifan campuran terhadap kanker pada organ tertentu. Pada
gilirannya, tidak lebih dari sepuluh persen dari obat tersebut satu persen dari
?jumlah total cukup potensial untuk melanjutkan uji coba Tahap Tiga, yang
?menguji pengobatan baru terhadap terapi terbaik yang sudah ada. Bila seorang
pasien setuju untuk melanjutkan, dia tidak mengetahui apakah akan menerima
perawatan yang telah baku atau masih dalam taraf percobaan. Bagaimanapun juga,
bisa kuberitahukan bahwa kita mengambil kebijaksanaan untuk tidak menipu pasien
dengan memberi kan sesuatu yang tidak ada manfaatnya hanya untuk memuaskan dia.
Itu akan dianggap sebagai penipuan yang paling kejam."
Ia terdiam sejenak. "Kita semua mengetahui kalau orang-orang awam dan termasuk
?pasien kita dan keluarganya cenderung untuk terlalu optimis akan apa yang bisa
?dicapai. Mereka kemari tidak hanya karena segalanya gratis; mereka berharap
untuk sem-buh. Bagaimanapun, kita merupakan ilmuwan. Harapan kita mungkin besar,
tapi kita tetap bersikap realistis: uji coba Tahap Tiga yang sukses merupakan
uji coba yang menghasilkan tingkat reaksi yang sedikit lebih baik daripada
pengobatan standar, atau uji coba yang sepenuhnya meningkatkan arti kehidupan.
68 "Nah, itu bukan berarti tidak ada terobosan. Kuanggap kalian semua mengenal obat
cisplatin.,.1" Ia terdiam sejenak, mengamati wajah-wajah serius di sekeliling
meja, tampaknya menunggu reaksi.
"Aktif terhadap kanker buah zakar," kata Reston.
"Ya, tapi itu bukan cerita seluruhnya. Kurasa kalian semua masih terlalu muda
untuk mengingat film berjudul Brian's Song, tapi film tersebut sukses besar
sewaktu aku berusia sama dengan kalian sekarang. Film itu berdasarkan kisah
seorang pemain rugby yang meninggal akibat kanker buah zakar pada usia muda."
"Brian Piccolo," kata Logan pelan, dari kursinya di samping sekretaris Larsen.
Larsen menatapnya tajam. "Ini bukan pertemuan santai, Dokter. Atau acara kuis di
televisi." "Nah," lanjut Kratsas, "pada tahun itu, awal tujuh puluhan, tingkat kesembuhan
untuk kanker buah zakar yang menyebar dengan cepat masih sekitar tiga puluh
persen. Hari ini berapa?"
Sunyi. Sabrina Como, wanita Italia tersebut, yang akhirnya berbicara. "Saya yakin tujuh
puluh lima persen," katanya.
Kratsas mengangguk. "Sebenarnya, dengan cisplatin, tingkatnya mendekati delapan
puluh." Ia mengambil salah satu buku dan menjatuhkannya ke meja sehingga menimbulkan
suara berdebum. Sejumlah rekan muda terkejut. "Berat, heh" Isinya, antara lain,
ringkasan semua protokol yang sedang dipakai semuanya tiga puluh enam. Kalian
?diharapkan untuk memahami semuanya paling lambat hari
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Rabu. Karena pada hari itu kalian akan menerima tanggung jawab sepenuhnya atas
pasien masing-masing."
Selama bertahun-tahun magang, tidak satu pun dari para dokter muda tersebut
pernah mendengar ada orang yang memberikan begitu banyak beban kerja: dalam dua
hari masing-masing akan diserahi lebih dari seratus pasien yang menderita kanker
sangat parah pasien-pasien yang perawatannya, obat-obatannya, pada saat ini ?tidak mereka ketahui soma sekali.
"Demi kalian," lanjut Kratsas, "rekan-rekan senior sudah mendiktekan sejarah
lengkap setiap kasus. Siang ini nanti, kalian akan belajar dari orang-orang
komunikasi tentang bagaimana caranya membuat dikte evaluasi YKA dengan benar.
Evaluasi seperti itu dibutuhkan bila pasiennya dipulangkan, atau telah
menyelesaikan program." Logan hampir tidak bisa menahan senyum; telah
menyelesaikan program eufimisme baru baginya, bahkan setelah Claremont.
?"Evaluasi ini harus sempurna secara tertulis," Kratsas terus mengoceh. "Hapalkan
bentuknya! Pada hari Rabu, kalian juga diharapkan sudah menguasai sistem
komputer sepenuhnya."
Logan berhenti mencatat sejenak untuk melontarkan senyuman sekilas ke arah
Reston. Ini begitu luar biasa, tampaknya tidak ada reaksi lain yang bisa
dilakukan. "Sedangkan untuk tugas rumah sakit, paling tidak salah satu dari kalian harus
ada di lantai perawatan pasien sepanjang waktu, siang malam. Diharapkan kalian
akan membagi giliran jaga malam di antara
70 kalian sendiri. Kalau kalian mau tidur, kusarankan kalian mencari kamar pasien
yang kosong." Ia berpaling kembali pada Larsen. "Nah, sekarang, kurasa sudah semuanya."
Larsen mengangguk singkat. "Satu hal ingin ku-tekankan. Setiap dokter di sini
tentu saja punya tanggung jawab pada pasiennya. Tapi tanggung jawab
utamanya prioritas yang mengalahkan hal lainnya harus selalu institusi ini.
? ?Kalian mengerti?"
Pandangan Larsen yang menakutkan menyapu meja. Kemudian, dengan ragu-ragu,
sebuah tangan terangkat. Barbara Lukas.
"Ada apa?" sentak Larsen.
Jelas, ini tidak mudah bagi wanita itu, dan suaranya sedikit gemetar. "Cuma hal
kecil. Kalau menyebut seorang dokter, Anda terus menggunakan kata ganti pria.
Kalau Anda tidak keberatan, karena di sini juga ada beberapa wanita, mungkin
Anda bisa sedikit lebih menyeluruh."
Keadaan sunyi senyap, mereka semua terpana. Wa-jah Larsen kelihatan jelas
memerah, dan Logan merasa bisa melihat pembuluh darah di keningnya mulai
berdenyut. Dalam usaha untuk menghindari misi bunuh diri ini, sebagian besar
wanita lainnya yang hadir menunduk menatap meja.
Tapi, luar biasa, Larsen tampak tetap tenang. "Apa," katanya, bibir terkatup
rapat, "saranmu?"
Lukas tampaknya berhasil mengumpulkan kepercayaan dirinya. "Mungkin dengan
menyebutkan kedua gender, semacam itulah. Sekadar lebih sensitif sedikit."
Larsen mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja, tampaknya mempertimbangkan saran
tersebut. "Tidak, 71 Dr. Lukas, TIDAK!" Dengan gerakan mendadak, tangannya menghantam kayu
berpelitur tersebut. "Mungkin sekarang ini anak-anak muda bisa lolos dengan
menipu senior mereka di Duke, tapi hal itu tidak akan terjadi di sini!"
Ia terdiam sejenak, kemudian melanjutkan dengan nada yang biasa. "Sesudah tahun
pengobatan-pasienmu, kau akan mengalihkan daftar pasienmu kepada rekan baru
tahun depan. Dan, anggaplah kami puas dengan kerjamu" di sini, berhenti ?sepersekian detik, ia melontarkan tatapan setajam pisau ke Lukas "kau akan
?ditugaskan ke laboratorium untuk memburu minat khususmu."
Tiba-tiba, sebuah bel berbunyi di koridor di luar ruang konferensi, diikuti oleh
suara wanita yang memerintah melalui pehgeras suara. "Kode biru. Lantai dua
belas. Kamar tiga puluh delapan."
"Jangan pedulikan," sentak Larsen. "Kjta lanjutkan."
"Dr. Larsen..." Kata-kata tersebut, kata-kata pertama yang diucapkan
sekretarisnya, hampir menyerupai bisikan, tapi Logan mendengarnya.
Larsen membungkuk ke arah sekretarisnya.
"Itu kamar Mrs. Conrad."
Larsen ragu-ragu sesaat, mengerutkan kening, kemudian beranjak bangkit. "Dr.
Kratsas," katanya, bergegas ke pintu, "tolong ambil alih."
72 Siapa Mrs. Conrad?" Logan berusaha mencari tahu, beberapa jam kemudian. Rich
Levitt, rekan senior yang daftar pasiennya akan diwarisi Dan sebentar lagi,
menatapnya dari seberang mejanya yang rapi. "Dia pasien induk." "Maksudnya?"
"Istri Senator Conrad..." Ia mengangkat salah satu alis matanya, menunggu
informasinya meresap. "...Carolina Utara" Komite Derma Senat?"
"Ahhh." "Kenapa?" Logan menceritakan episode pada pertemuan sebelumnya.
"Jangan katakan ini pertama kalinya kau mengunjungi dunia nyata. Menurutmu
bagaimana caranya tempat ini memperoleh sebagian besar dananya?"
Dan mengangguk. Tentu saja, masuk akal sepenuhnya. Setiap fasilitas medis yang
diketahuinya, tidak peduli betapapun demokratisnya, menyediakan perawatan yang
sedikit lebih bagi sejumlah kecil orang-orang pilihan. Yang mencengangkannya
adalah keterusterangan dokter itu. Banyak yang menganggap
73 bahwa satu-satunya alasan orang mengikuti program YKA adalah karena kecocokan
dengan protokol perawatannya.
"Aku selama ini mengira YKA lebih tinggi daripada politik seperti itu," kata Dan
mengakui. "Dengar, bukannya dia kandidat yang tidak layak. Katakan saja dia lebih
dipertimbangkan daripada kandidat layak lainnya. Yang penting kau harus tahu
kalau itu bukan masalahmu: Mrs. Conrad tidak termasuk dalam daftar pasien kita."
Ia tersenyum dan menggeleng. "Lebih tinggi dari politik" Beberapa orang di sini
menghabiskan setengah hidupnya di Hill dengan berusaha untuk memperoleh uang
bagi proyek pribadi mereka."
"Ada orang hebat dalam daftar kita?"
Levitt mengacungkan tangan dan menghitung jari-jarinya. "Dua anggota kongres.
Ajudan administrasi untuk orang nomor dua di Komite Angkatan Bersenjata Senat.
Satu istri Departemen Tenaga Kerja, satu istri staf Departemen Pertahanan." Ia
mengetuk kepalanya dan tersenyum. "Semuanya ada di sini kalau-kalau timbul
situasi darurat. Tapi tidak satu pun yang sama pentingnya dengan Mrs. Conrad.
Kau sudah melihatnya sendiri, bahkan Larsen pun sampai meloncat karenanya."
Logan tidak tahu bagaimana kepribadian Levitt yang sebenarnya. Jarang ia bertemu
dengan orang yang memiliki campuran sifat tidak mementingkan diri sendiri dan
kesinisan nyata seperti itu; tapi kalau dipikir lagi, semakin lama semakin
tampak kalau sifat tersebut merupakan refleksi YKA sendiri.
"Jadi Mrs. Conrad VIP paling top di sini sekarang?"
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Tepat." Ia terdiam sejenak. "Setahuku." "Maksudmu?"
Levitt menghela napas panjang. Sekalipun ia tidak keberatan untuk menjawab
pertanyaan pendatang baru yang antusias tersebut, tapi ia lebih suka untuk
segera menyerahkan para pasiennya agar ia bisa mengerjakan hal-hal lain yang
lebih baik. "Terkadang jarang sekali, tapi terkadang ada orang-orang yang hanya diperiksa ? ?oleh para tokoh puncak. Mereka mungkin bahkan mendaftar dengan nama palsu."
"Kau bergurau."
"Bukannya kami para bawahan tidak mengetahui bahwa ada sesuatu yang sedang
terjadi." Ia melirik arlojinya dan mendesah. "Dengar," katanya, beranjak bangkit, "kurasa
sudah saatnya kau menemui beberapa pasienku yang akan segera menjadi pasienmu."
"Well" kata Logan, mengikuti tepat di belakangnya, "paling tidak bagian ini
sudah akrab untukku."
"Mungkin. Biarpun pasien-pasien yang akan kauhadapi di sini mungkin bukan
seperti yang biasa kauhadapi."
Logan kebingungan. "Sebenarnya, aku punya ba-nyak pengalaman di Claremont dalam
menghadapi pasien kanker tahap ak "
?"Tidak," sela Levitt. "Ada perbedaan besar. Pertama-tama, kau dulu mengobati
mereka secara individual, berimprovisasi sesuai dengan perubahan situasi,
benar?" "Tentu saja." "Well aku harus menekankan hal ini, Logan di sini kau tidak bisa memilih
? ?pengobatan. Sama sekali.
75 Tugasmu adalah melaksanakan protokol. Titik. Yang terkadang berarti kau harus
bertentangan dengan pe-nilaianmu sendiri."
Logan membisu karena perkataan Levitt itu meng-hantamnya dengan telak.
"Bisa membutuhkan penyesuaian psikologis yang luar biasa besar."
"Bagaimana kalau pasien mulai menanyakan ketentuan-ketentuan protokol?"
"Selalu terjadi. Masalahmu hanyalah memastikan pasien tidak meninggalkan
protokol. Karena dengan begitu kau akan mengacaukan seluruh penelitian: tidak
akan mungkin bisa diketahui apakah pasien bereaksi terhadap terapi atau untuk
berapa lama. Kalau pasien mulai menunjukkan gejala untuk berhenti di tengah
jalan, orang-orang akan berkata bahwa pekerjaanmu sembrono atau pengobatannya
terlalu beracun." Ia berhenti sejenak. "Percayalah, kalau seorang pasien
protokol keluar dari daftarmu, seniormu yang melakukan penelitian akan
menggantungmu. Beberapa dari mereka itu pembunuh."
"Aku mendapat kesan yang sama."
Levitt mengangguk: "Yeah, aku mendengar peristiwa di rumah Shein kemarin lusa.
Selamat datang di YKA."
Sebenarnya, Logan teringat pada pertentangan Lukas dan Larsen, tapi tidak
penting. "Beberapa di antara mereka..." ia berpikir-pikir, "...kau mendapat kesan
kalau mereka bisa meledak kapan saja."
"Kau belajar untuk menerimanya sambil maju."
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Maksudku, mengakrabi orang-orang baru bukan masalah. Tapi mereka saling
membenci." 76 "Tepat." Ia tersenyum. "Sewaktu pertama kali datang kemari, seseorang
menunjukkan tabel yang di-buatnya tentang hubungan antara para tokoh di sini.
Setiap staf senior diwakili lingkaran dengan garis hitam untuk interaksi normal
dan garis merah untuk interaksi membenci." Ia diam sejenak untuk memperkuat
pengaruhnya. "Kuberitahu, tabel tersebut kelihatan seperti diagram kabel
perusahaan telepon."
"Tapi itu tidak masuk akal. Bahkan di Claremont, ada "?"Kau tidak tahu seberapa keras kompetisi untuk memperoleh dana" Ini permainan
satu-nol: setiap kali ada yang menang, pasti ada orang lain yang kalah."
Levitt menjelaskan kalau dalam hal Shein dan Stillman, misalnya, permusuhan
mereka dimulai sejak Shein mendukung seorang peneliti muda YKA yang berhasil
menemukan pendekatan hebat terhadap kanker payudara bertahun-tahun yang lalu:
menggunakan ja-rum untuk menyuntikkan antibodi monoclonal langsung ke aliran
darah dalam semacam misi perburuan biokimia. Stillman menentang keras (dan
menang) dengan dasar bahwa data pendukung kesimpulan tersebut ku-rang
lengkap sekalipun tidak lama kemudian ia sendiri menulis protokol berdasarkan
?gagasan yang sama. Singkatnya, Stillman menganggap kanker payudara sebagai
wilayahnya; dengan mengusik kankernja Shein mendapat musuh seumur hidup.
Sebenarnya, lebih dari satu musuh karena Stillman berhasil menarik enam tokoh
?kunci YKA menjadi sekutunya.
"Itulah aturan mainnya. Keduanya muak terhadap satu sama lain. Larsen dia
?mungkin bahkan lebih membenci Shein."
77 "Apa latar belakangnya?"
Ia mengangkat bahu. "Tidak ada yang istimewa. Cuma minyak dan air. Bagi Larsen,
Shein mewakili semua yang paling dibencinya, bukan saja yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan tapi juga kehidupan. Dan sebaliknya."
Logan juga telah merasa begitu. "Apa Larsen dan Stillman akrab?"
"AkrabV tanya Levitt, terkejut. "Maksudmu, seperti teman begitu?" Ia berhenti,
lalu mulai lagi. "Dengar, biar kusederhanakan. Di sini semua tokoh puncak punya
benteng dan pengikut setia masing-masing. Tujuan pokok semua orang adalah saling
mengalahkan. Tapi terkadang, untuk alasan strategis, mereka bersekutu melawan
musuh yang sama. Paham?"
"Kedengarannya seperti abad pertengahan."
Levitt tersenyum. "Well, aku belum pernah mendengar kalau ada yang benar-benar
menggunakan palu berpaku dan minyak mendidih."
Logan mengangguk serius. "Jadi maksudmu aku sebaiknya tetap berada di sisi baik
semua orang. Aku mengerti peringatanmu."
"Dan kau sebaiknya juga bersiap-siap untuk menghadapi sikap pasien-pasienmu "?"Kalau itu aku sudah tahu. Aku pernah berurusan dengan orang yang sikapnya
sangat buruk." "Begitu menurutmu" Karena pasien yang ada di. YKA sangat berbeda. Banyak di
antara mereka yang mengguncang langit dan bumi agar bisa kemari; mereka
memberitahu dokter lokal mereka, 'aku tidak mau lagi semua sampah yang
kauberikan padaku discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY selama ini,' dan mengarungi ribuan mil untuk menjalani pengobatan yang mungkin
tidak menghasilkan apa pun.. YKA merupakan putaran dadu dan tidak banyak bunga
violet layu yang menang." ?"Mereka kan berusaha. Tidak ada salahnya."
Levitt mengangguk. "Sebenarnya, kalau kau menderita kanker, tidak ada tempat
pengobatan yang lebih baik. Hanya saja mereka harus bekerja sama sepenuhnya dan
?terkadang mereka membalasnya terhadapmu." Ia keluar, Logan membuntutinya.
"Maksudku adalah konflik tidak terelakkan karena kita dan pasien pada dasarnya
punya agenda yang berbeda. Kita ingin menemukan cara untuk menyembuhkan kanker.
Mereka ingin kanker mereka disembuhkan. Tidak ada yang pernah menggunakan
istilah kelinci percobaan, tapi beberapa pasien akhirnya menyadari kalau mereka
sudah mendaftar untuk menjadi kelinci percobaan."
"Aku mengerti," kata Logan serius.
"Tidak, tapi kau akan mengerti sebentar lagi." Setelah berbelok, mereka tiba di
deretan lift mengilap. "Ayo kita temui Rochelle Boudin."
"Yang mana itu?" Logan telah mempelajari beberapa puluh file pasien yang
disiapkan Levitt. "Penyakit Hodgkin mediastinal masif" Dia salah satu pasien Larsen."
"Oh, benar," seperti biasa, Logan lebih bisa mengingat nama penyakit daripada
?nama orang "dia termasuk kelompok kontrol untuk uji kombinasi obat baru yang
?mereka formulasikan untuk mengatasi Hodgkin mereka menerapkan kemoterapi ACE
?padanya." 79 Protokol yang dimaksud adalah Tahap Tiga. Kemoterapi ACE, singkatan dari tiga
bahan yang digunakan dalam pengobatan, telah dimulai hampir seperempat abad
sebelum digunakan Dr. Kenneth Markell, kepala YKA saat ini. Sekalipun tidak
sepenuhnya efektif, obat tersebut mengurangi massa tumor hingga delapan puluh
persen. "Apa masalahnya" Menurut laporan dia baik-baik
saja." "Tidak ada hubungannya dengan itu wanita ini ibu segala macam penderitaan." Ia ?terdiam sejenak. "Dan juga ada ayahnya."
Yang dimaksud terakhir, Logan segera mengetahuinya, adalah suami pasien, Roger,
yang tampaknya menghabiskan waktunya di rumah sakit sesering istrinya,
berkeliaran di sekitarnya, menganggap bahwa sudah tugasnyalah untuk selalu
menentang setiap tindakan dokter.
Setelah dua menit berada di sana, Logan sulit untuk memutuskan mana yang lebih
tidak disukainya: Rochelle yang tidak habis-habisnya mengasihani diri, yang
tampaknya memandang penyakitnya sebagai rencana komplotan untuk merusak
kebahagiaannya; atau Roger yang angkuh, pria yang senang mengambil alih tanggung
jawab tanpa mengetahui sedikit pun dasarnya. Untuk saat itu, ia cukup puas
dengan berdiri diam menonton Levitt menangani keduanya.
Masalah hari ini adalah Rochelle harus menjalani kemoterapi dua hari lagi. Bagi
sebagian besar pasien, tentu saja, kemo merupakan siksaan yang dihadapi dengan
perasaan takut; tapi mereka tetap menjalaninya biarpun dengan susah payah.
80 Tapi Rochelle tidak. "Harus ditunda," kata suaminya pada Levitt. "Dia belum siap."
"Maaf," kata Rochelle dengan sedih.
"Saya rasa tidak bisa, Mrs. Boudin. Kita sudah pernah membicarakannya."
"Kalian para dokter benar-benar seenaknya," sergah Roger.
"Sebenarnya," jawab Levitt dengan hati-hati, "kalian tahu pasti kalau kami tidak
bisa menundanya. Menurut ketentuan protokol "
?"Persetan dengan protokolnya! Lihat dia dia kelihatan sehat, dia baik-baik
?saja! Kenapa harus memaksanya sekarang?"
"Rasanya aku tidak lagi punya kendali," kata Rochelle, bibir bawahnya gemetar.
"Tidak adil kalian menyebabkanku merasa begitu. Memikirkannya saja sudah
membuatku mual." "Mereka memanfaatkan kebaikanmu. Mereka mengizinkan pasien lain mendapat
perkecualian untuk protokol ini."
"Itu tidak benar."
"Mudah mengatakannya karena kalian tidak mengizinkan kami untuk bertemu dengan
?satu pun di antara mereka!"
"Kami wajib melindungi keanoniman mereka, seperti juga yang kami lakukan
terhadap kalian." Levitt menghela nafas dalam-dalam, berusaha mempertahankan
ketenangannya. "Saya mengerti, pengobatannya memang sangat tidak menyenangkan.
Dan, ya, syukurlah, tumomya memang kelihatan berkurang. Tapi kami punya alasan
untuk melakukan ini. Kami sudah
81 mencatat hasil pemeriksaan laboratorium Anda dengan hati-hati dan "?"Kami juga," potong Roger, "dan menurut kami itu tidak perlu. Paling tidak, kami
mau dosisnya dikurangi."
"Maaf, tidak bisa."
Roger Boudin menggeleng, seakan heran melihat sikap keras kepala dokter itu.
"Aku sebenarnya tidak mau mengatakannya, tapi kami sudah membawa angka-angka
tersebut ke tempat lain untuk penilaian yang independent
"ApaV Kalau Roger tadi berharap bisa memperoleh perhatian Levitt, ia sekarang
berhasil memperolehnya jauh melebihi harapannya. Sesaat Logan mengira koleganya
itu akan lepas kontrol. Tapi hampir seketika ia kembali bersikap profesional.
"Mrs. Boudin," katanya datar, berpaling kepada pasiennya, "Anda memang berhak
menyampaikan informasi tersebut pada si apa pun yang menurut Anda pantas. Juga
Anda berhak untuk mengundurkan diri dari protokol setiap saat." Sejenak ia
menatap lantai, kemudian berdeham. "Kalau Anda menghendaki seperti itu, tolong
beritahu saya secepatnya agar bisa saya siapkan surat-surat yang diperlukan."
Levitt bermain api, dan Dan Logan mengetahuinya. Apa ia akan benar-benar
melepaskan Mrs. Boudin atau ia yakin mereka cuma membual"
?Bingo! Hampir seketika, Roger mundur. "Aku tidak bermaksud... tidak, bukan itu.
Dia sepupuku. Kami cuma harus membicarakannya."
Levitt menatapnya dengan dingin. "Seperti yang saya katakan, itu terserah pada
Anda. Kalian sudah 82 diberitahu peraturannya." Ia memandang arlojinya sekilas. "Masih ada pasien lain
yang harus saya kunjungi."
Ia berbalik dan melangkah ke luar kamar. Logan mengikutinya. "Dokter?"
Mereka berbalik. Rochelle yang berbicara, matanya berkaca-kaca. "Bisa kembali
nanti?" tanyanya, bagai gadis kecil yang tersesat. "Mungkin besok" Sekadar
menjawab beberapa pertanyaan?"
Levitt mengangguk kaku. "Boleh."
Begitu tiba di aula, Levitt bertepuk tangan. "Artinya," tambahnya, menyeringai
lebar, "kau akan menemui mereka nanti."
83 Sel-sel jahat tersebut sekarang berjumlah puluhan juta. Setelah berhasil
bermigrasi dari payudara, mereka berkembang dengan baik di lingkungan baru;
bahkan saat mereka sudah sepenuhnya mandiri, bebas dari segala hubungan dengan
rekan mereka lainnya. Mereka telah terbukti sangat ahli dalam menyusup ke
tulang. la telah berusaha keras untuk mengabaikan sakitnya yang menusuk-nusuk. Ini satu
lagi ujian terhadap kesabarannya dalam hidup yang dipenuhi tuntutan seperti itu.
Selama bertahun-tahun ia mengatakan tidak mempercayai penyakit. Pokoknya,
Tylenol di laci mejanya masih memberikan kelegaan sementara yang dibutuhkannya.
Perkembangbiakannya tanpa belas kasihan. Se-buah sel jahat tidak menunjukkan
adanya keter-batasan seperti pada sel normal. Masing-masing sel sekarang sama
dengan seorang pembunuh profesional, menjarah nutrisi yang dibutuhkan sel normal
untuk bertahan hidup, menunjukkan kebencian terhadap keseimbangan fisiologis dan
arsitektur jaringan. Tumor tersebut membelah diri setiap tiga"
84 minggu sekali. Setiap generasi baru sel jahat tersebut bahkan lebih agresif
daripada sebelumnya. Suaminya lebih mengenal dirinya daripada siapa pun. Suatu malam sebelum tidur
suaminya melihat bukan untuk pertama kalinya ia memijat-mijat bagian at as ? ?punggung keras-keras. Tanpa memedulikan penolakannya, suaminya mendesak agar ia
me-meriksakannya. di-scan dan di-djvu-kan untuk j dimhader (dimhad.co.cc) oleh
_ I Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
85 Malamnya, tidur Logan sangat singkat tapi ia tidak peduli. Duduk tegak di
?ranjang, dikelilingi tumpukan buku berjilid spiral, menghirup kopi dari
cangkirnya hadiah dari mantan kekasihnya, dengan gambar Dr. Frankenstein,
?Kildare, dan Mengele di atas kata Kedokteran, urusan yang sangat aneh ia
?begitu asyik dengan bacaannya, subuh sudah hampir merekah ketika ia menyadari
waktu. Ini bukan tugas biasa yang dilaksanakan sambil menggerutu. Deskripsi percobaan
yang dilaksanakan .di YKA lebih dari sekadar memesonakan; setelah perkenalannya
dengan tempat tersebut, percobaan tersebut menyegarkan. Ini yang penting, bukan
semua konflik kepribadian dan tindakan-tindakan birokratis yang picik. Semua itu
ada dalam pekerjaan di mana pun. Tapi hanya di YKA ada kesempatan untuk
melakukan pekerjaan mengagumkan ini.
Protokol-protokol tersebut merupakan kunci utama YKA, alasan utama keberadaannya
dan reputasinya yang hebat. Bagi seorang dokter muda, mempelajarinya merupakan
kesempatan untuk menjelajahi pemikiran otak-otak terhebat di bidang ini, untuk
melihat 86 obat kanker rnasa depan dibentangkan di depan matanya.
Ketiga puluh enam proposal protokol tersebut masing-masing terdiri atas minimal
dua puluh lima halaman dan menggunakan bahasa yang tidak dikenal, dengan rincian
misterius yang dengan cepat menyingkirkan siapa pun yang tidak bergerak dalam
bidang ini. Tapi bagi Dan, semuanya seperti bab dalam buku detektif. Karena
protokol tersebut menyarankan pendekatan baru terhadap kanker yang telah menjadi
misteri selama berabad-abad; teori yang masuk akal tentang kenapa dan bagaimana
sel-sel jahat tumbuh dan berubah sebagaimana yang telah terjadi; hipotesis
berani tentang bagaimana obat ini atau obat. itu bisa berpengaruh padahal
sebelumnya semua obat gagal. -
Logan tidak terkejut melihat jumlah bahan yang telah menunjukkan keaktifan
melawan keganasan kanker paling tidak dalam tabung uji atau tikus. Ia juga
?bersiap-siap untuk menghadapi berbagai masalah membingungkan yang tetap ada
hampir pada setiap peristiwa, sebagian besar melibatkan isu rumit mengenai kadar
racun: sepertiga dari percobaan di-fokuskan pada mekanisme untuk menghancurkan
sel tumor tanpa merusak sel-sel sehat di sekitarnya. Tapi yang mencengangkannya,
yang sebelumnya tidak pernah dimengerti sepenuhnya, adalah betapa banyaknya
obat-obatan potensial tersebut yang dalam bentuk-bentuk tertentu telah dikenal
para ilmuwan selama bertahun-tahun. Hanya saja, di antara ratusan ribu bahan
yang tersedia, dan lebih banyak bahan lagi yang dikembangkan setiap hari,
manfaat potensial 87 bahan-bahan tersebut tidak pernah dipahami sebelumnya, apalagi diuji. Tidak
seorang pun, sampai sekarang, berhasil melakukan lompatan penting dalam jogika
dan imajinasi. Logan semakin tenggelam dalam spesifikasi ke-sahihan pasien, rencana pengobatan
harian, dan analisis statistik data. Karena mampu memandang manusia yang telah
putus asa lebih dari sekadar angka mati, ia mengerti kalau perubahan beberapa
persen pada tingkat ketahanan hidup mewakili nyawa ribuan orang dan kebahagiaan
keluarga yang tak terhitung jumlahnya
Esok paginya, Reston melihat kegoyahan langkah Logan begitu melihatnya mendekati
lobi gedung administrasi.
"Kau tidur dengan siapa?"
Logan tertawa. "Aku punya firasat tidak akan tidur dengan siapa pun dalam waktu
yang cukup lama kecuali kalau kutemukan orang yang bisa terangsang oleh ?percobaan acak terhadap penyakit Hodgkin."
Kisah Para Penggetar Langit 9 Pendekar Rajawali Sakti 178 Satria Pondok Ungu Misteri Pulau Neraka 2