Obat Pamungkas 2
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein Bagian 2
"Ah, kau membaca protokol-protokol..."
Logan mengangguk. "Ya Tuhan, beberapa percobaan yang dilakukan di sini sungguh
hebat!" "Aku tahu," Reston tersenyum. "Ajaib, bukan?"
"Maksudku, aku membacanya dan berpikir, Untuk apa orang-orang ini membutuhkan
aku?" "Kita sudah membicarakannya kemarin dengan Larsen untuk melakukan yang kotor-
?kotor." Ia terkekeh. "Tapi jangan sok rendah hati denganku. Pikiranmu sama
denganku: Berapa lama sebelum aku bisa menjalankan protokolku sendiri?"
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan tersenyum. "Aku" Aku kan cuma rekan junior yang sederhana, aku tidak punya
ambisi." "Omong kosong."
"Paling tidak untuk konsumsi publik." Ia memandang sekilas ke sekeliling lobi
yang sibuk tersebut. "Dengar, serius nih, pembicaraan seperti ini bisa
membahayakan kita." "Logan, mereka tahu kalau kita ambisius. Ambisi merupakan salah satu
pertimbangan mereka sewaktu mengajak kita kemari."
"Ambisi yang terkendali. Ambisi untuk mencapai tujuan yang lebih penting."
Reston mengangguk. "Kau benar. Aturan pertama bisnis ini" suaranya sedikit
?merendah "adalah senior mana yang layak diangkat menjadi bapak angkat."
?"Reston, kau benar-benar sinting, tahu?"
"Kau sendiri apa" Buta, tuli, bodoh, atau sekadar berpura-pura begitu" Menurutmu
kau bisa menghasilkan sesuatu di sini tanpa memiliki pelindung?"
Logan menggeleng. "Bukan aku. Aku tidak mau terlibat dengan semua itu. Aku mau
tetap berhubungan baik dengan mereka semua."
"Tidak mungkin. Percayalah, mereka menaksir kita, sama seperti kita menaksir
mereka. Mereka masing-masing mencari orang untuk disatukan menjadi tim terbaik."
"Baik," kata Logan, lelah. "Siapa sasaranmu?"
Sahabatnya tersebut meringis. "Aku" Markell kenapa tidak memilih yang ?teratas?"
Mereka berdua tertawa; mereka sama sekali belum menaruh perhatian terhadap
direktur YKA yang agung tersebut.
89 "Selamat pagi, Tuan-tuan."
Mereka berputar. Di sana, mereka memandangnya dengan sebal, berdiri Gregory
Stillman, mengepit helm sepeda motornya. Apa saja yang telah didengarnya" Senyum
kecilnya yang kaku tidak menunjukkan apa pun.
"Halo, Dr. Stillman."
"Senang bertemu dengan Anda lagi, Sir."
"Logan dan Reston, bukan si kernbar Claremont?"
?"Sebenarnya, Sir," kata Dan, "di sana kami hampir tidak saling kenal."
"Jangan pedulikan aku, aku menggunakan sedikit tipuan untuk mengingat
nama teknik yang kupelajari dari buku tentang melatih ingatan." Matanya sedikit
?menyipit. "Aku berusaha untuk mengenal setiap rekan junior secara pribadi. Apa
kalian punya waktu sebentar?"
Kedua dokter muda tersebut berpandang-pandangan sekilas. Logan mengetahui
sepenuhnya kalau Shein akan menganggap tindakannya sebagai pengkhianatan; ia
juga menduga kalau memang inilah yang diinginkan Stillman.
Reston cepat-cepat mengambil keputusan baginya. "Tentu saja, kami baru saja mau
makan di kafe-tana Sepuluh menit kemudian mereka telah berada dalam kantor Stillman, mendengarkan
kisah tentang cepatnya Stillman naik dalam hierarki YKA. Hanya lima belas tahun
yang lalu, ia dengan gembira memberitahu, ia masih rekan tahun pertama;
sekarang, "Aku punya delapan belas orang bawahan." Ia tersenyum. "Akan menjadi
tiga puluh. Akhir-akhir ini kami cukup ber-90
untung bisa menarik sedikit dana untuk pekerjaan kami di bidang kanker
payudara." Karier cemerlang Stillman, sebagaimana yang diketahui kedua pria yang lebih muda
itu, dibangun dengan dasar terobosannya dalam asal-usul molekular penyakit
mengerikan tersebut. Sementara sebagian be-sar peneliti sebelumnya memusatkan
perhatian pada operasi kanker payudara, atau versi baru kemoterapi, Stillman
ingin menyerangnya pada akarnya. Dalam penelitiannya, ia menyelidiki kemungkinan
adanya kekacauan dalam molekul DNA; protein apa yang tampaknya mengalami
kelebihan produksi dalam tumor payudara dan protein mana yang tidak ada; agen
kimiawi dalam sel kanker yang memungkinkan sel-sel tersebut membelah diri dengan
keefisienan yang mematikan.
"Kalian ingin mendengar apa yang akan kukerjakan berikutnya?" tanyanya. "Ini
akan menjadi terobosan besar berikutnya."
Wajah para tamunya berseri-seri: ini seperti diundang untuk membuka mahakarya Da
Vinci. Stillman perlahan bangkit. "Kau suka opera?"
"Ya," kata Logan, bingung.
"Ada yang sangat kausukai?"
"Mozart. Terutama The Marriage of Figaro."
Stillman tertawa kecil yang kedengarannya bagai merendahkan diri. "Dr. Reston?"
Ia ragu-ragu, kemudian tersenyum. "Terutama Tommy. The Who."
Stillman berpaling kepada Logan, tidak tersenyum. "Rupanya Dr. Reston tidak
menyukai masa lalu seperti kita. Sayang sekali. Di sanalah kita bisa me -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY nemukan banyak jawaban atas masalah-masalah hari ini."
Stillman mengambil CD dari sudut rak buku dan meletakkannya pada mesin di
dekatnya. "Ini Nerone, Boito. Mungkin lebih... canggih daripada yang biasa
kaudengar, tapi kuharap kau menikmatinya."
Saat nada pembukaan mengisi ruangan, ia kembali ke kursinya di balik meja.
Setelah membuka laci, ia mengeluarkan sebuah map manila.
"Ini dimulai lebih dari setahun yang lalu," katanya. "Seorang pasien datang dan
memintaku untuk memeriksa putingnya."
Ia mengucapkan kata tersebut supaya mereka shock, dan karenanya senang melihat
reaksi Logan. "Itu sudah tugasku," katanya datar. "Aku salah seorang ahli puting penting di
tempat ini." Melihat Reston menyeringai, ia balas menyeringai. "Omong-omong, aku
bukan orang yang sok suci, seperti Larsen. Aku juga suka puting yang sehat."
Kaget karena sikap agresif Stillman yang kasar, Logan hanya membisu. Apa yang
terjadi di sini" Kalau sebagaimana yang diyakininya ia bermaksud mengyatkan ? ?persekutuan mereka, Stillman melakukannya dengan cara yang aneh.
Tapi tiba-tiba senior tersebut kembali serius. "Dia menderita kanker ganas yang
menimbulkan radang, penyakit yang sangat buruk tumor tersebut menyebar, tidak
?membentuk gumpalan. Tapi intinya, ada sesuatu yang sangat tidak biasa pada
pasien ini. Aku sudah angkat tangan, lalu, yang mengejutkanku, sebagian
tumornya tidak semua tapi sebagian tiba-tiba menghilang." Ia sengaja diam
? ?sejenak. "Pelajaran
92 bagi kalian berdua, Tuan-tuan: Waspadalah terhadap hal-hal__yang menyjmpang dari
kebiasaan, hal-hal tersebut biasanya mengandung rahasia. Ternyata wanita ini
minum obat-obatan dan vitamin yang disempur-nakan untuk kondisi yang sama sekali
tidak berhubungan." "Boleh tanya kondisi apa?" sela Reston. Stillman melontarkan pandangan jengkel.
"Tentu saja. Setelah pekerjaannya kupatenkan." Ia kembali menggunakan nada
profesorialnya dan mengubah pokok pembicaraan. "Ada sejumlah hal menarik yang
?tengah kami garap di laboratorium ini."
Dari map, ia mengeluarkan beberapa foto hitam putih ukuran delapan kali sepuluh
inci. "Kalian lihat ini photomicrograph sel kanker payudara ganas yang dibiakkan
di piring pembiakan."
Sel-sel tersebut berjajar dalam pola kacau yang merupakan ciri khas kanker
payudara. Banyak di-antaranya bergabung membentuk pusaran tak beraturan, seperti
bintang-bintang dalam lukisan langit malam Van Gogh. Yang lainnya berbentuk dan
berukuran aneh. Di beberapa tempat mereka menyatu dalam tumpukan-tumpukan.
"Dan ini," katanya, menunjukkan foto kedua, "pertumbuhan sel yang sama setelah
selama enam bulan disinari agen bersifat kemoterapi baru yang tengah kami
kembangkan." Ia terdiam sejenak. "Bisa kuberitahukan kalau obat tersebut
mengandung mycotoxin baru salah satu mycotoxin yang dibawa seorang peneliti ?lapangan dari Amazon."
Perubahannya luar biasa! Lebih dari separo sel-sel tersebut kelihatan jelas mati
atau sekarat, inti mereka
93 mengerut. Dalam keseluruhan bagian foto, tidak ada sel hidup sama sekali.
"Sulk dipercaya!" seru Reston. Stillman mengangguk kaku. "Ya. Memang." Ia
berdiri. mengisyaratkan kalau pertemuan telah berakhir. "Senang "a/ian
menikmatinya." Ia mendorong Reston ke luar terlebih dulu, kemudian berpaling kepada Dan. "Tentu
saja, kami menyadari kalau jalan dari piling pembiakan ke uji coba klinis yang
sukses mungkin sangat panjang." "Yessir."
"Kau mungkin bisa melihat kalau aku orang yang sulit, Dr. Logan. Aku tidak
peduli jika perkataanku menyinggung hati orang."
Logan, dengan kikuk, menyeringai bodoh, tidak menjawab. Memang tidak diharapkan.
"Camkan saja. Di YKA, banyak protokolku dijalankan, lebih daripada yang lain.
Hampir dua kali lipat dibandingkan Shein."
Logan hampir tidak sempat untuk merasa gelisah. Ia terpaksa menghabiskan sisa
waktu sepanjang hari di YKA dalam ruang komputer, berusaha mempelajari sistem
yang lebih rumit daripada semua bayangannya. Tapi ia tidak bisa meninggalkan
ruangan tanpa me-nguasainya: setiap prosedur di YKA dari memesan antibiotik
?hingga melacak kemajuan pasien dilakukan melalui mesin ini.
?Ketika akhirnya ia selesai, jam telah menunjukkan pukul 20.00 lewat. Sekalipun
begitu ia menyeret dirinya kembali ke lantai dua belas dan mengunjungi Rochelle
Boudin. 94 "Maaf terlalu lama," katanya meminta maaf. "Saya masih baru di sini."
"Mana Dr. Levitt?" jawab Roger, jelas bukan orang yang suka beramah tamah.
"Dia sedang tidak bertugas." Logan terdiam sejenak. "Saya yakin kalian akan
sering bertemu dengannya, tapi mulai sekarang kalian akan berhubungan dengan
saya." Pasangan Boudin bertukar pandang. "Apa yang kauketahui tentang kasus istriku?"
tuntut Roger. "Tentu saja saya masih harus dibimbing dokter senior. Tapi, please, saya harap
kalian tidak segan untuk mendiskusikan apa pun dengan saya."
Rochelle memandangnya untuk pertama kali. "Aku tidak yakin ada dokter yang bisa
memahami perasaan kami."
"Cobalah." Dan begitulah, dengan dorongan lembut darinya, Rochelle menceritakan kisah
penyakitnya, dari diagnosa delapan bulan sebelumnya, hingga perasaan frustrasi
terhadap dokter lokal di kota asal mereka di Cincinnati, hingga hubungan mereka
yang kacau dengan staf YKA. Selama ia bercerita Roger terus mendengarkan,
menyela hanya untuk melontarkan komentar pedas tentang orang tertentu yang
bermasalah dengan mereka.
Setelah Rochelle selesai, Logan mengajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang
paling menyusahkan mereka di YKA" Apa mereka tidak senang dengan proses
pengobatannya atau karena masalah komunikasi"
"Keduanya," kata Roger. "Kita membicarakan hidup
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Rochelle, hampir tidak ada orang di sini yang tampaknya mengerti hal itu."
Logan mengangguk. "Saya mendengar apa yang Anda katakan sebelumnya mengenai
perasaan bahwa Anda tidak memiliki kendali. Saya mengerti. Dan saya rasa kami di
sini harus berusaha keras untuk lebih sensitif. Saya berjanji untuk lebih
sensitif." Tapi, ia menjelaskan, ia berharap mereka juga sama berusahanya untuk memaklumi
ketegangan yang dirasakannya dan setiap karyawan YKA ketika bekerja; pendeknya,
mereka tidak akan menyulitkannya dalam mengamati protokol.
"Kami kan sudah setuju tentang kemo," balas Roger. "Apa belum cukup untuk
kalian?" Logan berusaha keras untuk tidak menunjukkan kejengkelannya; ini yang ia peroleh
atas susah payahnya" "Tentu saja," jawabnya datar. "Terima kasih."
Untuk saat ini, cukuplah.
"Dengar," katanya, "saya harus pergi. Besok saya akan kembali kemari."
Rochelle memandangnya dengan pandangan berterima kasih. "Terima kasih, Dr.
Logan," katanya lembut.
Jadi, pikir Logan, tersenyum saat meninggalkan kamar, mungkin begitulah cara
mengatasi kedua orang ini: pecah belah dan taklukkan.
Ia masih tersenyum ketika melihat Shein muncul dari kamar di seberang lorong.
"Kau tampaknya cukup gembira untuk ukuran orang yang kami suruh bekerja sampai
mati." Dengan perasaan lega, Logan melihat kalau Shein tidak mengetahui kunjungannya ke
kantor Stillman. "Sebenarnya, Sir "?96
"Seth... aku orang baik di sini, ingat?"
"Sebenarnya, Seth, aku menikmatinya."
"Ini ucapan orang yang baru saja keluar dari kamar kengerian!" Ia mengangguk ke
arah kamar pasangan Boudin. "Dia menjalani protokol Larsen. Pernah mendengar
pepatah, 'Dokter tidak berbeda jauh dari pasiennya'?"
"Aku berusaha sebaik-baiknya untuk membuktikannya. Aku percaya teori yang
mengatakan bahwa dalam hati setiap orang ada kebaikan."
Shein menepuk bahunya, "Ah, orang yang optimiS. Di sini tidak banyak." Ia diam
sejenak. "Jadi kau benar-benar tidak apa-apa" Aku tidak merepotkanmu?"
"Sama sekali tidak."
Shein berseri-seri. "Pertahankan kesintinganmu, aku akan memilihmu!"
97 Iogan selalu terkejut bila mendengar dirinya disebut gila kerja. Biarpun dalam
lingkungan kerjanya yang hiperkompetitif karakterisasi tersebut bisa
berguna dan yang pasti ia tidak pernah me-ngoreksi kesan yang salah kaprah ?tersebut sebenarnya ia orang yang cukup santai. Karpe, paling tidak, cukup
?cerdik untuk mengetahuinya; sejauh ini, elemen rayuannya yang paling menggoda
buat dokter muda tersebut adalah album berisi foto yacht-yacht, milik para
pasien, yang dikeluarkan dokter hebat tersebut dari mejanya menjelang akhir
wawancara. Logan sama sekali tidak sulit membayangkan dirinya bersantai selama
berminggu-minggu di yacht milik seseorang di Laut Tengah.
Baru pada hari Minggu ketiga setelah kedatangannya Logan akhirnya memiliki waktu
senggang lebih dari dua jam. Ia tadinya ingin membeli perabotan kecuali berisi
?ranjang, kursi yang terlalu tebal yang dimilikinya sejak masa kuliahnya, dan
sepasang rak buku, apartemen kecilnya hampir kosong tapi akhirnya ia justru
?tertarik menyaksikan tayangan ulang M*A*S*H di televisi. Lalu, selama sejam
lebih, ia 98 berendam di bak mandi, membaca buku kuno tentang penerbang jagoan Perang Dunia I
yang ditemukannya sewaktu membongkar buku-bukunya. Kemudian persetan, pikirnya
?mengambil keputusan, perabotannya bisa menunggu ia meraih Washington Post
?Minggu dan menuju taman kecil yang biasa dilaluinya setiap pagi dalam perjalanan
ke YKA. Ia melihat bahwa taman tersebut ternyata resminya bernama Taman M. Allen Smith,
dan di sana ada semua yang dibutuhkannya pada siang musim panas yang santai:
rumput tinggi, banyak pohon yang teduh, papan tanda BERSIHKAN KOTORAN ANJING
yang tampaknya dipatuhi. Ia melangkah ke tempat yang tenang, melepas sepatunya, dan berbaring di rumput;
kemudian, dengan mata terpicing, menatap berkas cahaya matahari yang menerobos
pepohonan. Dari lapangan bola seratus meter jauhnya terdengar suara permainan
bisbol: teriakan samar-samar yang ditujukan pada pelempar maupun pemukul, derak
bola menghantam aluminium, sesekali sorakan. Di dekatnya, dalam lapangan bermain
di kirinya, anak-anak yang masih sangat kecil bermain ayunan dan papan luncur
dengan keributan dan kegembiraan yang begitu murni hingga hampir tak di-
pahaminya. Logan bertumpu pada satu siku untuk mengamati pemandangan tersebut. Ia melihat
bahwa banyak diantara orangtua yang hadir adalah ayah; dan menebak cukup
?yakin kalau sebagian besar telah bercerai. Anak-anak tersebut sangat menawan
?tapi, ya Tuhan, mereka sangat merepotkan! Apa ia akan pernah melakukan hal ini"
Ia selalu menganggap discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY suatu hari nanti ia pasti akan mengalaminya. Suatu hari nanti. Lama, lama
setelah ia memenuhi tuntutan YKA.
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekarang ia membuka koran dan mulai membalik-balik halaman berita. Kira-kira di
bagian tengah, sebuah judul menarik minatnya: PARA DOKTER MENGAKU TELAH MEMBUAT
TEROBOSAN DALAM KANKER PROSTAT.
"Para peneliti di Pusat Kanker Sloan-Kettering Memorial New York melaporkan
bahwa kombinasi radiasi plus kemoterapi yang diperkuat telah menimbulkan hasil
dramatis pada pasien-pasien yang menderita kanker prostat tingkat menengah,"
begitu permulaan artikel tersebut. "Uji coba ini, dikepalai Dr. Lawrence Boyles
dan Dr. Kenneth Rotner, melibatkan tiga puluh delapan pasien yang tidak bisa
disembuhkan dengan metode yang ada. 'Jelas sekali, kami cukup gembira dengan
hasilnya,' kata Dr. Rotner, yang menjelaskan bahwa tim tersebut merencanakan
untuk menyelenggarakan serangkaian percobaan yang lebih menyeluruh."
Artikel tersebut berlanjut sekitar enam atau tujuh paragraf lagi, tapi Logan
merasa sudah cukup. Ia tidak mengenal secara pribadi dokter-dokter yang
terlibat, tapi tidak perlu: permainan mereka cukup jelas. Riset prostat
merupakan salah satu riset yang paling sulit dalam memperoleh dana tidak ada ?pendekatan terorganisir, tidak ada kemewahan dan kalau mereka tidak sedikit
?meramaikannya, lalu siapa lagi"
Masalah utamanya adalah pers sendiri. Mudah dipancing, selalu tersanjung oleh
perhatian dokter-dokter terkemuka, wartawan-wartawan menyuntikkan diri mereka
sendiri ke dalam politik kedokteran tanpa menyadari faktanya. Kapan orang-orang
itu mau belajar" Berapa tahun lagi laporan-laporan tentang "terobosan" dan
"kemenangan yang akan datang" akan mereka terbitkan sebelum mereka mengerti
kalau keajaiban medis penisilin Fleming atau vaksin Salk merupakan kejadian
? ?langka, yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi"
Meskipun begitu media tetap memutar mesinnya tanpa henti. Siapa yang bisa
melupakan kehebohan atas interferon" Bukan untuk pertama kalinya pers medis
menemukan obat kanker, bahkan tahun itu, tapi jarang ada yang begitu agresif
dalam pemberitaannya. Ketika obat tersebut terbukti omong kosong, mereka terus
maju; tapi dokter-dokter yang harus berurusan dengan radiasinya, tingkat
keputusasaan yang dalam banyak kasus menyamai keputusasaan akibat timbulnya
penyakit itu sendiri, tidak terhitung banyaknya.
Tentu saja masalahnya adalah kebenaran bahwa kemajuan sangat tidak berarti dan
?sangat lambat tidak akan menyebabkan wartawan mau menyediakan tempat dalam
?media mereka sedikit pun. Jadi pers melaporkan obat-obatan dengan cara yang sama
seperti melaporkan hal-hal lainnya, sebagai drama tingkat tinggi, pertempuran
hebat antara kekuatan yang saling bertentangan. "Perang dengan Kanker,"
begitulah se-butannya, "Pertempuran Melawan Penyakit Kelumpuhan Kanak-kanak,"
"Perjuangan Terus-menerus Melawan Penyakit Jantung." Bukan hal penting jika
segala pemberitaan itu tidak ada isinya, bahwa sel-sel jahat tersebut tidak
mengetahui mereka_jelah menyakiti seseorang.
100 101 Logan kembali berbaring di rumput, memejamkan mata, dan tersenyum. Pemikiran
yang lucu: pers hampir saja membuatnya mengasihani kanker. Dalam pen-carian
tanpa henti untuk menemukan orang baik dan penjahat, pers menghajar penyakit
malang tersebut tanpa ampun.
"Hei" Maaf?"
Dan membuka sebelah matanya dan memandang siluet yang menjulang di atasnya.
Seorang pria ber-sarung tangan bisbol. "Ya?"
"Kau mau main bola?" Ia mengangguk samar ke arah lapangan. "Beberapa pemain kami
pergi." Tawaran tersebut menggiurkan; Logan sejak dulu suka main sofbol. "Entahlah." Ia
mengangkat satu kakinya yang telanjang ke udara. "Aku tidak memakai sepatu."
"Jangan khawatir, kami juga bukan profesional." "Kau punya sarung tangan yang
bisa kupinjam?" "Pakai saja punyaku."
Logan ternyata bermain lebih baik daripada yang lainnya di lapangan. Meskipun
bersemangat, orang-orang itu tidak lebih dari pemain iseng; dan sungguh
menggelikan melihat betapa mereka siap berkelahi bila ada temannya gagal
menangkap atau memukul bola.
Selama dua inning mereka tidak begitu memedulikan Logan, yang terkucil di titik
outfielder keempat. Tapi ketika akhirnya ia mendapat kesempatan memukul, dan
berhasil memukul bola tiga kali berturut-turut hingga menghasilkan dua putaran,
ia langsung dianggap pahlawan. Begitu ia menghasilkan angka, Kevin penangkap ?bola, penanggung jawab duduk
?discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY di sebelahnya di bangku reyot. "Pukulan bagus. Permainan lapanganmu sebagus
pukulanmu?" "Tergantung seberapa keras bolanya melaju ke arah-ku."
"Aku mau memindahkanmu ke base pertama." "Boleh, kedengarannya asyik." "Kau
tinggal di dekat sini" Kami bermain setiap Minggu."
"Aku baru saja pindah kemari." "Oh, yeah" Kau kerja di pemerintah?" "Aku dokter
di YKA." Orang itu terkesan, bersiul pelan. "Lumayan." "Kalau kau?"
"Aku" Aku kerja di IRS, pengacara. Ada empat atau lima pengacara lagi di sini.
Juga dua ajudan anggota Kongres, beberapa akuntan. Kami semua tinggal di kota."
Ia diam sejenak, tampaknya tiba-tiba teringat sesuatu. "Hei, Bruce Ryan juga
dokter." Ia menunjuk seorang pria kurus berkacamata yang menjaga base ketiga.
"Nanti kuperkenalkan kalian."
Inning berikutnya, Kevin menepati janjinya. "Jadi," kata Bruce Ryan, "kau kerja
di YKA." Logan mau tidak mau merasa kalau nadanya kurang bersahabat, namun tidak
menantang. "Benar. Kau?" "Cuma ahli radiologi. Aku kerja di Rumah Sakit Propinsi Prince William, di
Manassas." "Ah. Tempat yang bagus."
"Jangan khawatir, penghasilanku cukup."
Jawaban macam apa itu" "Bagus. Senang mendengarnya."
"Aku juga kenal satu orang lagi dari YKA."
103 "Oh, yeah, siapa?"
"Aku ketemu di pesta beberapa tahun yang lalu. Rekanan tahun pertama. Aku tidak
begitu ingat namanya Cooper anu."?"Rasanya aku belum pernah mendengarnya. Dia pasti sudah keluar sekarang."
"Kurasa Coopersmith. Benar-benar cerdas. Waktu itu dia sedang menyusun
protokolnya sendiri."
Logan tersenyum sangat sabar. "Tidak, tidak mungkin. Rekanan tahun pertama tidak
membuat protokol. Kami menggarap pekerjaan sisa."
Ryan menggeleng. "Tidak, aku yakin itu. Itu sebabnya aku sangat terkesan
padanya, karena usianya masih sangat muda."
"Well..." Logan mengangkat bahu. "Aku tidak ingin berdebat denganmu."
"Pokoknya, itu tempat orang-orang sok aksi. Itu transaksinya, bukan: orang macam
dirimu mendapat sanjungan, orang macam diriku mendapat uang."
Logan telah lebih dari sekali menghadapi kesinisan seperti ini sejak memutuskan
untuk memasuki YKA terutama dari dokter-dokter di Claremont yang mengincar
?praktek yang menghasilkan banyak uang. Ia mengetahui kalau sikap tersebut
merupakan perwu-judan perasaan tidak aman yang paling menyedihkan; sjkap
membenarkan diri sendiri dan iri hati yang bertopengkan kesombongan. Tapi ia
membencinya, dan berharap bisa menjawab dengan kesinisan yang sama.
"Menurutku tidak begitu," hanya itu yang bisa diucapkannya sekarang. "Mereka kan
tidak menyuruh-mu bersumpah untuk hidup melarat."
104 Ryan tersenyum. "Jangan salah paham, pasti ada orang di sana yang menganggapmu
sangat andal." Perasaannya terhadap pria tersebut lebih dari sekadar tidak suka; mendekati
ketakutan yang me-lumpuhkan. "Sebenarnya," katanya dingin, "banyak yang
beranggapan begitu. Dan mereka benar."
Tepat pada saat itu para pemukul berbaris ke tengah untuk yang ketiga kalinya
dalam inning ini. "Namamu tadi siapa?" tanya Bruce Ryan. "Dan Logan?"
"Dengan satu D dan satu L. Perlu kutuliskan?"
"Jangan khawatir," katanya, berbalik kembali ke lapangan. "Cuma penasaran,
kalau-kalau mendengar namamu lagi."
Logan mendekati Kevin di home plate. "Dengar, aku benar-benar harus pergi. Aku
harus membeli sofa."
"Oh, ya?" Pria tersebut tampak benar-benar kecewa. "Yah, kami selalu kemari
setiap Minggu, kau tahu ke mana mencari kami."
"Trims." Saat melangkah meninggalkan lapangan, Logan memutuskan untuk mampir di Baskin-
Robbins untuk membeli kopi kocok. Ia juga mencatat dalam hati untuk memeriksa
rekan junior bernama Coopersmith.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sebelum musim panas berakhir Daniel Logan sudah kerasan di YKA. Ternyata yang
dituntut darinya sama saja dengan yang dulu-dulu: kerja keras dan kesediaan
untuk bekerja lebih keras lagi. "Tempat ini," sebagaimana kata Shein padanya
suatu siang, dalam salah satu percakapan mereka yang semakin sering, "adalah
tempat intelek sejati yang terakhir. Seperti Tuhan, YKA menolong mereka yang mau
menolong diri sendiri."
Kerutinan yang dijalaninya mungkin merupakan standar bagi rekan junior: tiga
hari dalam seminggu bekerja di rumah sakit; dua hari lainnya di klinik,
berurusan dengan para pasien protokol yang berobat jalan; sambil mengevaluasi
kandidat baru yang bisa diterima dalam protokol YKA di Klinik Seleksi. Sekalipun
begitu, hampir sendirian di kalangan rekan junior, pekerjaan Logan tidak pernah
dikritik. Ia menganggap protokol sebagai suatu kepercayaan yang suci menimbulkan ?kerjasama konsisten bahkan dari pasien yang paling sulit dan membuatnya tahu
betul sejarah medis pasien-pasiennya, begitu waspada terhadap perubahan kecil
dalam penampilan maupun 106 hasil tes mereka, sehingga ia telah beberapa kali berhasil menggagalkan krisis
yang akan terjadi. Atasannya juga sama herannya karena pekerjaannya di Klinik Seleksi. Supaya
sebuah protokol menimbulkan hasil terbaik, setiap pasien yang menjalaninya harus
sangat cocok dengan profil yang ditentukan penciptanya. Ketika meneliti slide
biopsi kandidat potensial yang diserahkan oleh ahli patologi lokal mereka, Logan
berhasil menemukan lebih dari satu salah diagnosa.
Rasanya seakan pendidikannya selama bertahun-tahun ah, bahkan seluruh
?keberadaannya merupakan persiapan untuk pekerjaannya di sini. Sebagai orang
?yang skeptis karena temperamen dan pengalaman, ia tidakjjernah menerima sesuatu
mentah-mentah; mem-pertanyakan semua asumsi, dengan cermat mempelajari data yang
rutin sekalipun. Namun, tidak seperti sebagian besar rekan seangkatannya, ia
juga bisa melakukan lompatan kreatif yang begitu penting bagi pemecahan masalah.
Dalam situasi seperti itu, ia tahu bahwa sebagian besar rekannya iri terhadap
kesuksesannya. Kalau ia menjadi mereka, perasaannya mungkin akan sama juga. Di
YKA, lebih daripada institusi lainnya yang dikenalnya, kenaikan status seseorang
dianggap berbahaya karena bisa memberi kesan kegagalan pada yang lain. Jadi ia
berusaha untuk menerima ejekan mereka dengan humor yang relatif baik.
"Hei," kata Barbara Lukas sambil mengangguk memberi salam suatu pagi, "Chap
Stick-mu sudah siap" Kita akan berkeliling bersama Larsen."
"Lalu?" 107 "Siapa yang tahu berapa banyak pantat yang harus kaucium?"
Sambil tersenyum Logan menepuk saku dadanya. "Tidak masalah, aku selalu siap."
"Kenapa kau ini, Logan" Apa kau tidak punya harga diri sampai diam saja dihina
seperti itu?" "Tidak kal-au itu ejekan terbaik yang bisa kau-lontarkan."
Sekalipun merepotkannya, Logan menyukai Lukas. Merasa tidak aman, mudah
terpancing untuk marah, terlalu terus terang, Lukas sendiri telah membuktikan
kalau dirinya tidak cocok dengan semangat olahraga yang tampaknya merupakan
syarat penting untuk bisa berhasil di YKA. Alumni Duke yang mungil dan selalu
siap tempur itu malahan telah dicap atasannya sebagai bisul yang sebentar lagi
akan pecah. Tapi Logan cukup perseptif untuk mengetahui bahwa ketangguhanlah yang membawa
Lukas ke tempat ini; dan ia bisa mengenali kerapuhan di baliknya.
Selain itu dan ini selalu diperhitungkannya baik-baik ia juga menyadari kalau ? ?Lukas benar-benar seorang dokter berbakat.
"Dengar," ia membalas Lukas sekarang, "kalau kau memerlukan panduan sikap, minta
saja. Sebagai permulaan, Barbara, kau harus lebih banyak tersenyum."
"Jangan macam-macam, Logan."
"Hei, mungkin kau harus mempertimbangkan untuk memakai rok yang sangat pendek
sekali-sekali. Di-jamin pria-pria di sini pasti takluk."
"Tidak lucu," katanya, menahan senyum.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan mengangkat bahu. "Cuma mau membantu."
"Trims," kata Lukas, berputar pada tumitnya. "Dan kau seharusnya mengurangi
senyummu." Singkatnya, Logan mulai merasa kalau ia salah satu yang terpilih. Lukas benar:
entah bagaimana, sejauh ini ia berhasil menjaga hubungan baik dengan semua orang
yang penting. Secara langsung maupun tidak langsung, enam seniornya telah
menunjukkan hal itu, pada saatnya nanti, ia akan diterima sebagai anggota tim
mereka. Ia malah telah mulai membayangkan hari ketika ia benar-benar harus memilih
dengan hati-hati. Konsekuensinya mungkin terhadap seluruh arah kariernya
? ?tidak bisa diperhitungkan: musuh-musuh berbahaya yang akan timbul, pintu-pintu
yang akan Jertutup selamanya.
Baru saja, bahkan Larsen tampaknya memiliki kekaguman baru terhadap dirinya.
Logan menganggapnya begitu pada hari Larsen tanpa diduga-duga duduk di
sebelahnya di kafetaria rumah sakit dan memulai percakapan menurut versinya
sendiri yang sangat me-nyiksa.
"Nah," katanya memulai, "kau dari Rumah Sakit Claremont..."
Mengingat mereka pernah membicarakannya berbulan-bulan yang lalu dalam wawancara
awalnya dan Larsen telah terang-terangan tidak berminat pada fakta tersebut
?waktu itu Logan jadi bingung. "Yessir, benar..."
?Larsen mengangguk. "Bagus, sangat bagus..." "Terima kasih." Logan menggigit
bwrger-nya, sekadar untuk menyibukkan mulutnya.
109 "Kudengar di sana banyak pasien Arab yang kaya raya."
Logan mengangguk; sebetulnya tempat tersebut malah pernah menampung separo
keluarga kerajaan Saudi. "Yessir, benar."
Yang memesonakan karena untuk pertama kalinya Logan mendengarnya Larsen ? ?tertawa: suara yang kering menusuk, lebih mirip suara berdeham daripada suara
yang menyatakan kegembiraan. "Kurasa mereka mengetahui posisinya. Kalau ada
krisis, mereka langsung menemui dokter-dokter Yahudi itu."
Ia tertawa lagi dan, sambil beranjak bangkit, menepuk bahu Logan. "Pertahankan
prestasimu, anak muda. Mungkin kita akan punya kesempatan untuk bekerja sama
lebih dekat dalam waktu tidak lama lagi."
"Senang mendengarnya, Sir."
Bukannya ia mempercayai Larsen sedikit pun. Ia mengetahui betapa cepatnya kepala
Departemen Obat-obatan yang plin-plan tersebut akan kembali menjadi ancaman
baginya; dan bagaimana, sekali timbul, ke-tidaksenangannya tampaknya semakin
berbahaya. Ia diingatkan akan kenyataan ini pada pagi yang sama ia bercakap-cakap dengan
Barbara Lukas. Ku-rang dari sejam kemudian ia dan Lukas termasuk diantara lima
rekan tahun pertama yang didampingi Larsen dalam acara keliling mingguan.
Kelompok tersebut telah mengunjungi empat atau lima pasien, Larsen berbicara di
koridor di luar kamar pasien, ketika mereka memasuki kamar Anggota Kongres Al
Marino. Marino dirawat karena kanker usus besar. Sebagai
110 anggota terhormat Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ia merupakan salah
seorang dari beberapa pasien yang menikmati status nonprotokol.
"Al, sobatku, bagaimana kabarmu hari ini?" seru Larsen, dengan senyum menjilat
yang merekah tiba-tiba. Para rekan junior saling pandang secara sembunyi-
sembunyi; terhadap setiap pasien yang mereka kunjungi sebelumnya, Larsen
bersikap sangat formil hingga nyaris terkesan kasar.
Anggota kongres tersebut, duduk di ranjang dan menghadapi setumpuk dokumen,
kacamata bertengger di ujung hidungnya yang bulat, hampir tidak bergerak.
"Sangat tidak menyenangkan. Kalau kau?"
Larsen mendekatinya dari samping. "Aku tahu pelaksanaan kemoterapi yang terakhir
agak menyakitkan. Maaf."
"Yeah," kata anggota kongres tersebut tanpa minat. "Carol baik-baik saja"
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemarin dulu aku berbicara dengannya melalui telepon." "Dia baik-baik saja."
Cadangan percakapan gembira Larsen habis, ia mencabut stetoskop dan segera
bekerja. "Kau tahu tata caranya, Al," katanya, berusaha menampilkan kegembiraan
terakhirnya, " jantung, paru-paru, dan perut. Tidak ada lagi."
?Setelah menyelesaikan prosedur yang dihafalnya di luar kepala tersebut dalam
waktu kurang dari semenit, ia meminta tabel kemajuan anggota kongres itu. Saat
membacanya, alis matanya berkerut. "Dr. Lukas," katanya tiba-tiba dengan tajam,
"kau bertanggung jawab atas ini?"
Lukas ragu-ragu, bagai kijang betina yang ter -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tangkap cahaya lampu depan mobil. Ya, Sir." Tapi ia seketika menegakkan tubuh, bertekad untuk tidak tampak "terintimidasi.
"Bisa kauceritakan kenapa hasil laboratorium ini ditulis dengan pensilT Pembuluh
darah di kening kirinya yang berdenyut-denyut merupakan tanda yang sudah tidak
asing lagi tentang menumpuknya kemarahannya. "Apa hasil laboratorium ini hanya
sementaral Apa kau bermaksud untuk mengubahnya?"
"Tidak, Sir. Menurut pemahaman saya "
?"Maaf, Dokter" APA pemahamanmu bahwa kami mendorong sikap tidak kompeten di
?institusi ini?" "Tidak, Sir. Boleh saya jelaskan?"
"Tidak! Kau tidak akan kuizinkan menghabiskan waktu Anggota Kongres Marino
maupun waktuku!" Tiba-tiba tabel tersebut terbang ke arah Lukas. "Pekerjaan sembarangan seperti
ini TIDAK akan ditoleransi, Dr. Lukas. Sangat kusarankan agar kau mempelajari
prosedur yang benar dari salah satu tabel Dr. Logan."
Larsen berpaling kepada pasien, yang tampaknya tidak berminat pada seluruh
peristiwa yang berlangsung. "Maafkan aku, Congressman. Kuharap kau tidak
menganggapnya sebagai kebiasaan di tempat ini."
"Lupakan, dia masih anak-anak." Ia melambai dan menambahkan kata-kata yang untuk
hari ini menghindarkan dokter muda tersebut dari penyiksaan lebih lanjut.
"Sabarlah sedikit. Dia cukup manis."
Lukas menatap lurus ke depan, tidak berkedip, tapi Logan melihat kalau ia merasa
terpukul. Logan ingin memberitahu Lukas betapa ia menyesal karena telah
dijadikan bagian dari penyiksaan yang dialami Lukas.
112 Tapi pada saat itu, pada tingkat tertentu, pemikirannya terarah pada masa
depannya sendiri. Suka atau tidak, Larsen bukanlah kekuatan yang bisa
disepelekan, apalagi diabaikan. Singkatnya, tidak peduli segala sesuatu lainnya,
pada saat harus memutuskan untuk memilih tokoh puncak yang akan dipatuhinya, ia
harus mempertimbangkan faktanya dengan amat hati-hati.
113 Untung bagi Logan, masih ada seorang rekan junior lain lagi yang bahkan lebih
menantang sebagai sasaran ejekan daripada dirinya. Allen Atlas, rekan junior
lulusan Vanderbilt, telah menampilkan keambisiusannya dengan begitu terang-
terangan hingga yang lain bergurau untuk membentuk 'patroli jilat,' untuk
memonitor kepatuhannya yang berlebihan terhadap para atasan.
Yang mengesalkan adalah usahanya tersebut sangat berhasil. Akhir-akhir ini ia
tampaknya bahkan berhasil menjadikan dirinya begitu berharga bagi Peter Kratsas.
Hampir setiap malam ia menghabiskan waktunya di laboratorium dokter senior
tersebut, mentabulasi data protokol.
"Aku benar-benar muak dengan Atlas," kata Reston pada Logan suatu malam di
apartemennya di Dupont Circle. "Kau sadar kalau dia mulai membeo Kratsas dalam
segala hal?" Logan menghirup anggur merahnya dan tersenyum. "Kesanku Kratsas memang
mendorongnya." "Aku serius, kemarin dia benar-benar berbicara
114 denganku tentang betapa senangnya dia dengan film-film Alfred Hitchcock."
"Begini saja, jumlah musuhnya sama dengan jumlah temannya."
"Kau mengetahuinya berdasarkan pengalaman, kan?"
"Hei, kau jangan ikut-ikutan. Dari Barbara Lukas saja sudah cukup!"
"Bedanya aku tidak bermaksud menghina. Aku bersedia bertukar tempat denganmu
sekarang juga." Logan tertawa dengan perasaan tidak enak. Reston benar: sekalipun berbakat,
tidak seorang pun tokoh penting di YKA yang tampaknya menyadari hal itu, dan
fakta tersebut menjadi ganjalan di antara mereka. Logan berharap ia bisa
membantu melegakan perasaan tertekan sahabatnya; atau, lebih baik lagi,
membantunya berprestasi. Tapi ia hanya bisa menawarkan penghiburan yang bahkan
bagi dirinya sendiri pun terdengar hampa. "Kau cuma menunggu waktunya, itu
saja," katanya sekarang. Ia tersenyum. "Dan paling tidak kau punya kekasih yang
luar biasa." Sebenarnya, dalam situasi seperti saat ini, Dan nyaris bersyukur atas kehidupan
sosialnya sendiri yang suram; paling tidak masalahnya jadi berkurang sedikit.
"Pokoknya," tambahnya, "jangan membesar-besarkan. Aku toh tidak memimpin tempat
itu." "Belum. Syukurlah."
Percakapan tersebut khas persahabatan yang berkembang antara Logan dan Reston
sejak kedatangan mereka di YKA. Keduanya, tampak mudah dibaca yang satu ?bawahan yang taat, yang lain menawan tapi kaku sebenarnya sangat tertutup. Tapi
?antara 115 satu sama lain, dengan menggunakan kelakar sebagai kamuflase, masing-masing
mampu melepas per-lindungannya.
"Tidak," jawab Logan sekarang, sambil berpura-pura khawatir, "aku sudah sangat
gembira bisa menjadi direktur penelitian. Kau boleh memimpin tempat itu."
"Itu lebih baik."
"Betul kan, aku tahu tentang semua kebutuhan egomu."
"Kau benar." Ia tertawa. "Dan aku juga bisa menembak pantatmu kalau kau
menyebar-nyebarkan rahasia ini."
Kekasih Reston, Amy, muncul dari dapur, membawa pisau dan dua tomat. "Hei, John,
hari ini kan giliranmu memasak makan malam."
"Yeah, yeah." Saat Amy berputar dan kembali ke dapur, Reston dan Logan beranjak bangkit
mengikutinya. "Hei, Amy," kata Reston, "kita harus menjodohkan Logan. Dia mau memanfaatkan
hubungan kita agar aku merasa bersalah terhadapnya."
Amy berhenti dan tersenyum kepada Dan. "Kau bergurau, ada seribu wanita di Hill
yang menyukai pria seperti dirimu." Kantor FCC Amy terletak di jantung distrik
pemerintahan. "Bagaimana kesukaanmu" Ajudan kongres dengan kaki yang indah"
Pelalap angka dengan dada menggiurkan" Pengacara cerdas yang siap untuk
meninggalkan segalanya demi sang kekasih?"
"Ada kombinasi ketiganya?"
Amy melontarkan tomat dari satu tangan ke tangan
116 yang lain. "Rupanya kita membicarakan seks dan komitmen seumur hidup."
Reston mengambil sebuah tomat dan mengirisnya dengan ahli. "Tidak, kurasa untuk
Danny sebaiknya kita pusatkan perhatian pada seks. Komitmen bukan bagian besar
dalam resumenya." Logan menatapnya tajam. "Ngawur"
"Jangan khawatir, Amy tidak akan mengomelimu. Dia bisa memaklumi."
"Maksudmu memahami pria yang bersikap kurang ajar?" Amy tertawa. "Tepat sekali,
setiap hari aku belajar lebih banyak dari ahlinya."
"Omong-omong," tambah Reston, "kurasa Danny sudah punya calon."
"C'mon, John, hentikan."
"Siapa?" tanya Amy.
"Bagaimana kalau kuoperasi yang itu?" Logan menjulurkan satu tangan, memberi
isyarat agar Reston melemparkan sebuah tomat padanya.
"Wow" goda temannya, "perubahan pokok pembicaraan yang sangat halus." Ia diam
sejenak. "Sabrina Como."
"Ohh, si bom Italia." Amy mengangguk pada Logan. "Seleramu bagus."
Logan tersenyum kaku. "Entah dari mana dia mendapat segala omong kosong itu."
Sebenarnya, ia mengetahui dengan tepat: Reston ada di dekatnya lebih dari sekali
saat kehadiran Sabrina membuatnya menjadi kaku dan gagap. Ia gembira sahabatnya
tersebut tidak ikut keliling di pagi hari saat Logan tanpa sengaja melihat
wanita Italia tersebut, bercakap-cakap dengan suara pelan dengan seorang pasien
yang ge-discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY lisah, membungkuk untuk mengusap wajah pasien wanita tersebut dengan kain basah.
Pemandangan sekilas payudara subur yang terbungkus bra tipis berenda selalu
menghantuinya sejak saat itu. "Dengar," tambahnya dengan nada mengalah, "aku
tidak tahu sedikit pun tentang wanita itu, hanya tahu dia dokter yang hebat."
"Oh, benar. Maafkan aku. Kau menghormatinya sebagai rekan, itu saja. Aku
keliru." Amy mendengus. "John tidak akan mengerti. Dia harus menghormati tubuh wanita
sebelum menyadari kalau wanita tersebut punya otak."
Reston memasukkan sepotong tomat ke dalam mulutnya. "Nyam, nyam, nyam. Nah,
menurutmu apa pendapatnya tentang dirimu?"
"Aku tidak tahu. Yang aku tahu dia sudah punya pacar."
"Tidak, belum. Kau mau banyak bawang putih dalam pastamu?"
"Dari mana kau tahu?"
"Kutanya pada Sylvia" apoteker rumah sakit, juga penyebar gosip paling top di ?rumah sakit.
Logan menggeleng. "Kuberitahu, Amy, kalau pria satu ini mencurahkan setengah
energinya untuk ilmu pengetahuan, daripada untuk usil, dia pasti akan memimpin
YKA." Dua jam kemudian, mereka tengah duduk di ruang duduk menghirup Amaretto, masih
mengecap kenik-matan makan malam Italia Utara yang diracik Reston.
"Betul kan," kata Amy, merapat dengan manja kepada Reston, "dia punya kepandaian
juga kok." 118 Anggur menyebabkan Logan semakin merasa sebagai orang luar. Ia berhasil tertawa.
"Oh, menurutku dia akan menjadi dokter yang hebat."
"Aku dokter yang sangat hebat," kata Reston menyetujui, sedikit mabuk. "Cuma
para keparat itu tidak mengetahuinya."
Logan tersenyum. "Mungkin masalahnya cuma ke-rendahan hati."
"Benar," kata Amy. "Coba kita lihat bagaimana dia meyakinkan hal itu pada
psikolog." "Kuberitahu apa masalahku," kata Reston. "Omong kosong yang harus kita kerjakan
di sana! Kenapa mereka tidak memanfaatkan apa yang kita tawarkan?"
"Itu namanya melaksanakan kewajiban."
"Kukira kita sudah melakukannya di Claremont. Demi Tuhan, kita kembali mengurusi
anus!" Kesunyian yang timbul ciikup lama. "Kau mau nasihat?" tanya Logan serius.
"Tergantung." "Berhentilah mengeluh. Mengeluh cuma menyebabkan mereka berpandangan negatif
terhadapmu." "Jadi apa yang harus kulakukan" Berpura-pura menikmati perlakuan ini?"
Logan merasa sedih terhadap nasib sahabatnya. "Tepat sekali," katanya serius,
"berpura-puralah sangat menikmatinya sampai kau tidak pernah bisa berterima
kasih selayaknya pada mereka."
"Hebat. Seperti yang kaulakukan."
"Hadapilah, itu permainannya. Satu-satunya kesempatan bagi orang-orang seperti
kita untuk mendapat kekuatan sebenarnya." Ia ragu-ragu. "Mungkin cukup untuk
menjalankan protokol kita sendiri."
119 Reston menatapnya jengkel. "Kau ngomong apa kita cuma rekan tahun pertama."
?"Tidak ada peraturan yang melarangnya. Sudah kuperiksa."
"Benar. Tapi kau sekalipun tidak akan bisa me-realisasikannya."
"Pernah dengar nama Ray Coopersmith?"
Reston ragu-ragu. "Samar-samar."
"Jangan beromong kosong denganku, katakan saja tidak."
"Karena kalau begitu posisimu menang," Amy tersenyum.
"Terus...?" desak Reston.
"Dia rekanan tahun pertama di YKA empat tahun yang lalu dan berhasil menyusun ?protokol." "Astaga. Mustahil."
"Aku sudah membaca laporannya. Baik proposalnya maupun formulir persetujuan
Dewan Penilai Institusional yang mengesahkannya."
Dokumen-dokumen tersebut berada dalam lemari arsip antik dari kayu di luar
kantor Larsen bersama ratusan dokumen serupa. Sebagai sumber informasi Yayasan
yang jarang digunakan, secara teori mereka tersedia bagi semua rekan junior yang
berminat pada protokol-protokol awal. Sekretaris Larsen, Elaine, telah begitu
terbiasa melihat Logan muda yang penuh rasa ingin tahu mempelajari protokol-
protokol itu sehingga hampir tidak memperhatikannya, pada jam makan siang baru-
baru ini, secara sistematis mencari file tersebut dari tiga dan empat tahun yang
lalu: langsung pada kelompok awalan C.
"Coopersmith?" tanya Reston. "Protokol macam apa?"
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Apa bedanya" Yang penting dia sudah melakukannya."
"Dengan kata Iain, hanya omong kosong."
"Sebenarnya, entahlah. Kutemukan catatan adanya proposal tapi tidak ada catatan
hasilnya." Seperti yang telah mereka berdua ketahui, itu bukan hal aneh; data
protokol bisa mencapai ratusan halaman dan biasanya disimpan dalam disket
komputer. "Pokoknya, intinya tentang menembakkan antibodi ber-Iabel radio ke
dalam aliran darah untuk memburu tumor prostat secara langsung, tidak
mengandalkan kemo standar lagi. Gagasan menarik."
"Prostat" Siapa yang mensponsorinya" Larsen?" Gagasan tersebut tidak
terbayangkan. Logan menggeleng. "Seorang dokter spesialis kelamin dan saluran air seni,
namanya Locke. Kurasa dia sekarang membuka praktek pribadi."
"Jadi apa maksudmu" sekarang kau mau menyusun protokolmu sendiri" KauT
? ?"Kita. Mungkin. Kenapa tidak?"
"Kenapa tidak" Karena, sejujurnya, aku bahkan tidak tercatat dalam radar mereka
di sini. Dan jangan salah sangka, Danny boy tapi kau tidak terkenal punya
? ?nyali besar." Reston berhenti, mengulur waktu; pada tingkat tertentu ia
menikmati saat seperti ini. "Jadi jangan Iibatkan aku, oke?"
Tertegun, Logan sejenak terdiam, kemudian bicara kembali dengan kesengitan yang
mengejutkan. "Aku cuma mau... Jangan kira kau berhak untuk "
?"'Dengar," Reston memotongnya. "Aku cuma ingin bilang sekarang aku tidak
memerlukan mimpi besarmu. Aku sendiri punya masalah."
121 "Baik," sergah Logan, wajahnya merah. "Lupakan."
Reston tersenyum. "Hei, jangan marah. Aku sepenuhnya bersedia
membicarakannya begitu kau berhasil menyusun awalan yang serius."?122
Sebenarnya, Logan telah beberapa minggu memikirkan awal sebuah gagasan sejak
?pagi hari Larry Tilley melangkah masuk ke ruang periksanya.
Karena Til ley punya potensi sebagai pembawa rahasia Gregory Stillman yang
terkenal: pasien yang penyakitnya begitu bertentangan dengan pola yang telah
diduga hingga kasusnya memaksa peneliti yang kompeten sekalipun untuk memikirkan
lagi asumsi-asumsi lama. Pengacara dari Kansas City, berusia tiga puluh empat tahun dan homo, Tilley
sedang menjalani protokol AIDS Tahap Dua untuk obat bernama Campuran J yang
dirancang untuk mengacaukan reproduksi pada tingkat virus protokol yang
?tampaknya tidak menghasilkan apa pun. Hingga saat ini, Campuran J tampaknya
tidak aktif sama sekali. Bukan berita baru. Virus AIDS telah lama menjadi sumber frustrasi para peneliti
YKA, bersamaan dengan kanker-kanker yang paling membingungkan karena
kerumitannya. Protokol AIDS terkenal tidak efektif dalam memberikan hasil
praktis, dan seperti yang dikatakan Shein suatu hari, dengan humor khas tiang
123 gantungan, "kalau salah satu ibu itu rontok, dia menyeret banyak orang
bersamanya." Sebagai pasien protokol, Tilley tentu saja tidak menyadarinya. Ia datang dari
Kansas City untuk mengikuti serangkaian tes. Hasilnya, seperti sebagian besar
yang menjalani protokol itu, tidak bagus.
Tapi beberapa menit setelah pemeriksaan dimulai, ia secara sambil lalu
mengatakan sesuatu yang mendapat perhatian sepenuhnya dari Logan: Sekalipun ia
merasa pusing dan lemah akhir-akhir ini, kenyataan tersebut tidak ada
hubungannya dengan aktivitas yang berlebihan. "Malahan, biasanya terjadi sewaktu
aku sedang istirahat. Setiap kali bangun dari kursi, rasanya seperti mau
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pingsan." Logan, yang tengah memeriksa struktur jaringan getah bening, berhenti
sejenak apa yang mungkin menjadi penyebabnya" dan meminta izin untuk keluar
? ?sejenak. Di kamar sebelah ia meneliti lebih lanjut data-data yang dikirim rumah
sakit lokal yang memeriksa Tilley sebelumnya.
Karena tidak mampu menentukan dengan tepat apa yang menyebabkan peristiwa tidak
biasa tersebut, dokter pribadinya mula-mula mengira ada radang pankreas sekadar
?infeksi biasa pada pankreasnya. Setelah dua hari di rumah sakit, merasa lebih
sehat, Tilley diizinkan pulang. Tapi, hanya dalam beberapa jam, masalah tersebut
kembali. Logan kembali pada pasiennya. "Tampaknya kau sudah membungkam dokter-doktermu di
Kansas." Tilley tersenyum. "Mereka mengangkat tangan dan berkata aku seharusnya datang ke
sini agar kalian yang menentukan."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan segera menyukai Tilley. Tidak mengasihani diri, mau berjuang.
"Baiklah, coba kita pikirkan. Bagaimana kalau kita coba dengan yang paling
mudah" Bagaimana perasaanmu kalau berdiri?"
Logan melihat bahwa setiap kali Tilley berdiri, tekanan darahnya menurun drastis
dan detak jantungnya meningkat.
"Well, yang pasti masalahnya bukan sekadar ba-yanganmu saja."
"Hebat. Orang bodoh di K.C. juga tahu."
Logan tertawa. "Apa para orang bodoh tersebut menanyakan kalau kau akhir-akhir
ini sering ke-hausan?" ada gunanya ditanyakan, biarpun hanya sedikit. Dari masa?kerjanya di Claremont, Logan teringat kalau perubahan tekanan darah dan detak
jantung yang begitu simultan bisa merupakan gejala dehidrasi luar biasa.
Meskipun di musim gugur yang dingin seperti ini, tampaknya hampir mustahil ada
orang yang tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan bisa mengalami dehidrasi
yang begitu berat. Yang mengejutkan, Tilley mengangguk. "Tapi itu cuma akibat meminum obatnya,
bukan?" "Well, kita lihat saja apa orang bodoh ini bisa memperjelasnya sedikit. Kita
Iakukan saja beberapa tes."
"Apa itu berarti aku harus kembali ke rumah sakit?"
"Kurasa tidak perlu. Kami punya kontrak dengan beberapa hotel di daerah D.C.
Bagaimana kalau YKA memberimu Iiburan gratis?"
Tilley tersenyum. "Trims, Dokter."
125 'Nanti kuminta seseorang untuk memesankan kamar untukmu di Madison Arms.
Kembalilah kemari besok jam setengah sembilan dan kita mulai tesnya."
"Berapa lama aku harus tinggal?"
Salah satu tugas Logan adalah menghapus kekhawatiran, tapi ia tidak akan pernah
dengan sengaja menipu pasien. "Aku benar-benar tidak tahu, Larry. Mungkin tidak
lebih dari beberapa hari. Untuk sementara, kau kuberi dua liter cairan infus,
kita lihat apa ada manfaatnya."
Dalam waktu singkat, cairan tersebut bagai obat ajaib. Esok harinya, Tilley
melaporkan bahwa ia merasa lebih baik daripada sebelumnya.
Tapi esok lusanya, pusingnya kembali lagi.
Karena semua tes tidak menunjukkan apa-apa, masa perawatan selama beberapa hari
di Washington berkembang menjadi hampir dua minggu. Sekalipun ke-cewa atas
perkembangan kondisi Tilley, rasa ingin tahu Logan semakin menggunung. Dua hari
sekali Tilley datang ke klinik YKA untuk diperiksa dan dijejali air garam. Yang
pasti, ia kemudian merasa lebih baik. Sekalipun begitu, sama pastinya, dua hari
kemudian ia kembali pusing, tekanan darahnya menu run drastis.
Akhirnya, setelah cukup lama, tes-tes yang dilakukan menunjukkan penyebab
dehidrasi terus-menerus yang dialami Tilley. Adrenal cortex-nya tidak lagi
memproduksi hormon yang memungkinkan ginjal untuk menyimpan garan\ dan air. Bagi
Logan, alasannya jelas: obat protokol tersebut dengan satu atau lain cara telah
menghambat fungsi normal organ itu.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Namun, setelah mempelajari lagi proposal panjang yang mendahului uji Campuran J,
ia tidak menemukan apa pun yang menunjukkan kalau obat tersebut mungkin memiliki
efek samping yang begitu mengejutkan. Dan sepanjang pengetahuannya, obat
tersebut tidak menunjukkan efek yang sama terhadap pasien lain yang menjalani
protokol yang sama. Pada siang hari ketika hasil tes masuk, Logan hanya bisa memusatkan perhatiannya
pada data tersebut. Pada dasarnya tidak masuk akal: ada apa dengan pasien
ini atau kondisi spesifik apa, atau apa aspek obat tersebut yang belum dikenali?sampai sekarang hingga timbul efek seperti itu"
?Tapi ia telah mulai memformulasikan pertanyaan yang bahkan lebih berhubungan:
Mungkinkah penemuan semacam itu memiliki penerapan praktis yang berarti"
Peristiwa-peristiwa hari itu memperkuat maksud Logan yang semula hanyalah
pemikiran samar: ia menemui sekretaris Shein dan mengambil tiket balkon YKA
untuk pertandingan bola malamnya. Tim kesayangan-nya, The California Angels,
datang kemari, dan sejak masa kanak-kanak ia paling bisa berpikir jernih di
lapangan bola. Tiba di Lapangan Camden Baltimore lebih awal untuk melihat latihan memukul, ia
tidak terkejut melihat balkon kosong kata orang balkon tersebut memang jarang
?digunakan. Balkon tersebut terletak di tengah, dekat dengan base pertama home plate, dan
Logan bisa melihat keseluruhan stadion baru yang memesonakan tersebut.
127 Ia membeli hotdog dan bir, kemudian duduk, menikmati suasana tempat tersebut.
Baru pada inning keempat, dengan Angels memimpin tiga putaran, ia meraih tasnya
dan mengeluarkan riwayat kasus Larry Tilley. Rencananya adalah untuk
mempelajarinya lagi sejak awal, bahkan sebelum diagnosa penyakitnya; mencari
petunjuk di masa lalu Tilley, segala sesuatu yang mungkin
?"Dan?" Ia menengadah dan, terkejut, berpandangan dengan Sabrina Como yang membawa baki
kardus berisi makanan. Sabrina tersenyum ragu. "Kuharap kau tidak keberatan kuganggu."
Logan bergegas mengembalikan kertas-kertasnya ke dalam tas. "Tidak, tentu saja
tidak. Aku cuma... terkejut."
"Biasanya tidak ada orang di sini." Ia duduk di sebelah Logan.
"Aha..." Ia menatap Sabrina dengan heran. "Kau suka bisbol?"
Ia mengangguk. "Ini permainan angka. Aku suka angka, ibuku mengajar statistik."
Ia menunjuk papan angka di sisi kanan lapangan. "Orioles, tidak begitu bagus.
Cuma tiga pukulan dan sudah mencatat dua kesalahan."
Logan mengangguk. "Tim Salmon mencetak home run untuk Angels." Ini sinting;
tidak mungkin Sabrina mengetahui siapa itu Tim Salmon.
"Dan Bo Jackson" Itu alasan utama kedatanganku untuk melihat pria dengan ?pinggul palsu berlari mendatangi base-base" Ia tersenyum. "Itu baru keajaiban
128 medis, bukan" Lebih baik daripada permainan kecil kita."
Logan tersenyum tidak pasti. "Aku tahu. Sayang, dia tidak ikut main."
"Ya... aku tahu dia cuma dapat .233, tidak begitu tinggi." Ia menatap kartu
skornya, mencocokkan angka yang ada di sana dengan yang ada di papan di
lapangan. "Malam ini mereka memakai orang lain, Davis."
Logan terpesona. Ia tidak pernah bermimpi akan bertemu dengan wanita seperti
ini. Ia berusaha keras memikirkan sesuatu untuk diucapkan. "Nah... kau makan
apa?" kemudian seketika ia memaki dirinya. Kenapa setiap kali wanita ini
?berbicara dengannya IQ-nya anjlok empat puluh poin"
Sabrina mengambil hamburger dari bakinya. "Bukan yang terbaik."
"Well, paling tidak lebih baik daripada makanan di YKA." Ia ragu-ragu. "Apa
rumah sakit di Italia makanannya lebih baik?"
"Tidak, mungkin bahkan tidak sebaik ini. Apa yang bisa lebih buruk daripada
pasta yang sudah berhari-hari" Tapi para dokter di sana biasanya membawa makanan
sendiri. Terkadang di sini aku juga begitu kue-kue dan cokelat Italia."
?Merogoh sakunya, ia mengeluarkan sepotong permen berbungkus kertas aluminium
keemasan. Labelnya Maracini. "Mau?"
Logan membuka bungkusnya dan memasukkannya ke mulut. "Enak."
"Jangan dimakan secepat itu, Logan," kata Sabrina, tersenyum. "Itu bukan
Hershey's Kisses." discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Oh. Maaf." "Terkadang pasienku kuberi."
"Sungguh?" Sepintas, Logan bertanya-tanya apa-kah tindakan tersebut melanggar
peraturan atau tidak Sabrina mengangkat bahu. "Aku sudah melakukannya sejak di Italia. Rumah sakit di
sana banyak menampung anak-anak."
"Bangsal anak-anak?"
Ia mengangguk. "Tapi ini juga bagus untuk orang dewasa. Barang remeh, tapi
membantu menimbulkan hubungan baik dengan pasien."
"Aku tidak bisa bekerja dengan anak-anak."
"Maaf?" Logan mengatakannya begitu pelan hingga ia tidak mendengarnya dengan
jelas. "Entahlah, kalau mengunjungi bangsal anak-anak dan melihat meja dan kursi kecil
yang ada di sana..." Bahunya turun sedikit. "Aku bahkan kesulitan membaca
literatur tentang anak-anak dan kanker."
Biarpun tatapan Sabrina tidak berubah, ia mempelajari Logan dengan minat baru.
"Well, kau beruntung kita tidak mengobati anak kecil di YKA."
"Benar." Logan ragu-ragu, terkejut melihat perubahan sikap Sabrina. Penjelasan
tampaknya diperlukan, kalau bukan permintaan maaf. "Aku tahu ini tidak
profesional..." Sabrina berpaling menatap ke lapangan. "Ah, Mr. Ripken mau memukul bola."
Logan merasa kewaspadaannya meningkat. "Bagaimana," lanjutnya, "kau suka bekerja
di YKA?" "Suka?" Sabrina kembali memandangnya, tampak bingung dengan kata tersebut.
"Kurasa seperti hidup
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY di kota Italia abad pertengahan. Membuatku membaca Machiavelli lagi."
Dengan perasaan lega, Logan tertawa. "Benar."
"Beberapa orang di sana... mengerikanV Ia diam sejenak. "Kuharap kau bukan teman
mereka." "Tidak. Hanya hubungan profesional."
"Seperti si Larsen dan Stillman. Mereka termasuk pakar-pakar di bidang kanker
kandungan dan kanker payudara betul" dan mereka tidak menyukai wanita. Sama ? ?sekali. Bagaimana mungkin?"
Di lapangan, Orioles memukul bertubi-tubi, dan penonton bersorak-sorai saat
bolanya melesat di antara dua pemain infielder ke lapangan kiri. Logan
menggeleng. "Entahlah."
Teriakan penonton mereda. "Bahkan pekerjaannya benar-benar tidak semenarik
?bayanganku semula."
"Kurasa banyak di antara kita yang juga merasa begitu."
"Di Florence itu tempatku magang aku mengambil spesialisasi endokrinologi
? ?selama setahun. Kau mengerti" Tapi di sini" ia mengangkat bahu untuk
?menunjukkan besarnya rasa frustrasinya "di sini apa gunanya spesialisasi
?seperti itu?" "Aku tidak tahu kalau kau ahli di bidang endokrinologi."
"Ya, dan sangat andal." Sabrina tertawa. "Tidak ada gunanya menutupinya."
Tawanya merdu. Logan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Dengar, aku punya sesuatu
yang mungkin menarik untukmu..."
Ia mengeluarkan kertas dari tasnya; kemudian, secara garis besar, ia menjelaskan
kasus Tilley, menekan - 131 kan kebingungan terus-menerus yang dihadapinya atas apa yang tampaknya merupakan
reaksi aneh pasien terhadap obat protokol.
Dengan pandangan terpaku ke lapangan, Sabrina mendengarkan dengan penuh
perhatian. "Kau yakin kalau dalam proposal protokol tidak disinggung efek
samping seperti itu sama sekali?"
Logan mengangguk. "Sama sekali tidak ada. Siapa tahu, mungkin tidak ada
hubungannya dengan Campuran J. Mungkin itu reaksi dari penyakitnya sendiri."
"Kau tahu," kata Sabrina, "beberapa pasienku juga menjalani protokol Campuran J.
Salah satunya, wanita, juga menderita gejala yang sama."
"Melemah" Pusing" Tekanan darah berubah drastis?"
Sabrina mengangguk. "Cuma tidak separah itu. Dokternya di New Jersey yang
menanganinya." Ia diam sejenak. "Kau pernah ke perpustakaan di Yayasan" Kau
sudah memeriksa informasi mengenai Campuran J?"
"Aku baru mulai." Sebenarnya, arsip YKA merupakan koleksi data terlengkap di
dunia mengenai kanker dan penyakit lainnya yang terkait; dan sebagian besar data
yang tidak ada di sana bisa diperoleh secara elektronis. Satu-satunya batas bagi
peneliti yang berdedikasi adalah batasan yang ditetapkannya sendiri. "Sialnya,"
kata Logan mengakui, "kemampuan bahasaku lemah. Cuma Inggris dan sedikit
Jerman." Sabrina menggeleng. "Itu salah satu segi yang paling memalukan dari kalian orang
Amerika" kemudian, khawatir kalau telah menyinggung perasaan Logan, "aku tidak ?bermaksud buruk."
132 Logan tidak bisa menahan tawa. "Aku mengerti."
"Yah, bahasa Inggrisku juga tidak sempurna."
"Sudahlah, Sabrina, kau terlalu serius."
"Omong-omong," tambah Sabrina, mata hijaunya berkilau, "itu sebabnya aku memilih
kedokteran demi keasyikan berburu."
?"Bagus juga caramu mengungkapkannya."
"Kalau kau?" Logan berpikir sejenak. "Sama. Tapi kurasa aku juga harus memberitahumu tentang
ayahku." "Dia juga dokter?"
Logan menggeleng. "Dia memiliki toko peralatan kantor."
"Dia mau kau jadi dokter" Ini impiannya untukmu?"
"Sebenarnya, yang paling diinginkannya adalah aku mencetak uang. Aku menelepon
keluargaku beberapa minggu sekali. Dia tidak pernah lupa mengingatkan kalau aku
belum menghasilkan banyak uang."
Sabrina tertawa. "Ceritamu tidak ada hubungannya."
"Ayahku boleh dikatakan bisa melakukan apa saja. Dia cukup cerdas. Cuma, ayahnya
meninggal sewaktu dia masih SMA dan dia terpaksa membantu keluarga. Jadi dia
bekerja, dan tidak pernah kembali ke cita-citanya yang semula." Ia mengangkat
bahu. "Itu saja, tidak ada yang dramatis. Banyak orang punya cerita yang sama."
"Aku yakin dia bangga padamu."
Logan tersenyum sedih. "Sebenarnya tidak. Dia marah padaku." Ia diam sejenak,
merasa sangat kikuk; ia mungkin telah bercerita terlalu banyak pada wanita ini.
Pembeberan diri yang berlebihan semacam ini bisa mengusir Sabrina. "Kau sendiri
berolahraga apa?" discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina menyadari perubahan pokok pembicaraan dan menghargainya. "Di Italia, di
SMA, aku lari. Empat ratus dan delapan ratus meter. Tapi sekarang berjalan cepat
pun tidak." "Well" Logan ragu-ragu "mungkin suatu hari nanti kita bisa main lempar bola."? ?Sabrina mengangguk. "Boleh."
Logan melirik arlojinya dan dengan enggan beranjak bangkit. "Kau tidak apa-apa
di sini" Aku harus terbang ke New York besok pagi-pagi."
"Kenapa ke New York7"
"Aku magang dan praktek rumah sakit di sana. Di Rumah Sakit Claremont."
"Ah, dan mungkin kau punya teman di sana?"
Luar biasa atau cuma sekadar imajinasinya" Logan merasa telah mendengar nada
? ?cemburu. "Well, yeah. Itu salah satu alasan aku ke sana... dia akan bercerai
dengan istrinya." "Ah," kata Sabrina, suaranya tidak mengungkapkan apa pun. "Kau sahabat yang
baik." Logan tersenyum. "Tidak. Cuma mencari alasan untuk libur sehari dari YKA. Tapi
ini menaikkan nilaiku sebagai orang baik."
"Well" Sabrina beranjak bangkit dan menjulurkan tangan "senang akhirnya bisa
? ?berkenalan denganmu. Menurutku kau sama sekali tidak brengsek."
Senyumnya begitu memukau hingga Logan tidak menangkap pujian tersembunyi dalam
ucapannya. "Terima kasih, Sabrina. Manis sekali perkataanmu."
134 Dengan penerbangan shuttle pukul 8.00 dari Bandara Nasional, Logan tiba di
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tengah kota Manhattan sebelum pukul 10.00. Karena jadwalnya untuk bertemu dengan
Perez baru pukul 12.30 satu-satunya janji pertemuannya ia memandang hari ini
? ?sebagai saat untuk bersantai, dan ia memutuskan untuk memanfaatkannya
sepenuhnya. Ia meminta taksi-nya menurunkannya di Museum Metropolitan, dan
menghabiskan sejam berikutnya di bagian kesukaannya seni Mesir dan persenjataan
?abad pertengahan; kemudian pergi ke tempat favoritnya yang Iain: Museum Kota New
York yang kecil, dan khusus, yang sedang memamerkan sejarah olahraga New York.
Kalau bergegas menyusuri Fifty-ninth Street, ia masih sempat berkeliaran di
F.A.O. Schwarz, mengamati mainan baru dan benda-benda yang menarik minatnya.
Ruben Perez tepat waktu, menunggu di seberang jalan, di depan Plaza. Saat Logan
mendekat ia mengacungkan kantong roti.
"Kupikir kita makan di taman saja."
"Ada hal-hal yang tidak pernah berubah." Logan
135 menyeringai saat mereka bersalaman. "Kenapa aku selalu membayangkan dirimu
berkelas?" "Hei, tidak semua orang mencetak uang sebanyak dokter."
"Aku tidak mencetak uang sebanyak dokter. Aku di YKA, ingat?"
"Itu sebabnya aku tidak menyarankan restoran. Aku tidak mau mempermalukanmu."
Setelah melihat tidak ada yang berubah di antara mereka, mereka hampir seketika
membandingkan institusi masing-masing.
"Kau tidak akan percaya," kata Logan, saat mereka berjalan ke Central Park,
"tapi banyak orang mengatakan kalau Iingkungan kerja di YKA sama buruknya dengan
di Claremont. Mungkin bahkan lebih parah."
"Aku punya kesan kau menyukai tempat itu."
"Secara pribadi, memang. Tapi aku ilmuwan, aku memberimu data yang obyektif."
Sahabatnya tersebut menggeleng kuat-kuat. "Oh, c'mon, man. Kau sudah lupa
bagaimana keadaan di Claremont. Kota Brengsek, A.S."
"Dengar, beberapa orang di YKA luar biasa buas. Sekali bertentangan dengan
mereka, biarpun tidak sengaja, kau boleh melupakan kariermu."
"Jadi bagaimana kau mengatasinya?" Perez duduk di bangku kosong.
Pertanyaan sederhana tersebut tampaknya menyinggung perasaannya. "Tidak ada cara
untuk mengatasinya. Kau cuma harus bekerja keras dan berusaha habis-habisan
untuk tidak terlibat masalah."
"Benar." "Masalahnya, kau akan dicap sebagai penjilat. Aku harus melakukan apa, pekerjaan
tidak bermanfaat" Itu membuatku menjadi pahlawan?"
Sahabatnya tercengang melihat kesengitan Logan. "Hei, man, aku tidak menuduhmu
menjilat siapa pun. Kedengarannya mereka sudah mempekerjakan dirimu terlalu
keras di sana." Ia menepuk bangku. "Duduklah."
Logan duduk. "Maaf. Aku cuma berharap pekerjaan tersebut bisa tanpa segala macam
tetek bengek itu." "Mimpilah terus, sobat. Cuma jangan membuatku mengkhawatirkan kondisi mentalmu.
Aku sendiri cukup punya masalah."
"Yeah, aku tahu."
"Kenapa kita jadi bercerita tentang masalah/ww" Maksudku, ini seperti tradisi."
Logan tidak bisa menahan senyum. "Baik. Giliranmu." Ia mengulurkan tangan.
"Berikan roti isinya dan bicaralah."
Tapi saat Perez menceritakan kisahnya, titik berat pertemuan tersebut dengan
cepat berubah. Perceraian Perez yang sebentar lagi berlangsung ternyata jauh
lebih kacau daripada yang disadari Logan. Tampaknya istrinya minum-minum terus.
Dengan perasaan semakin pahit, istrinya telah menolak hak Perez untuk bertemu
dengan putri mereka yang masih kecil. Perez mulai merasa kalau tidak ada jalan
selain bertempur di pengadilan.
Karena tidak berpengalaman dengan skenano se-mengerikan itu, tidak tahu sedikit
pun tentang kebutuhan emosional anak-anak selain dari yang dipelajarinya dalam
pendidikan kesehatan mental selama
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sebulan waktu masih kuliah, Logan tahu ia tidak berhak untuk memberi nasihat. Ia
hanya mendengarkan. Tapi itu tampaknya sudah cukup untuk Perez.
"Ini sulit sekali," katanya perlahan, menyimpulkan. "Cuma karena aku mau
mengundurkan diri, semua orang beranggapan akulah yang jahat." Ia berhenti dan
menyeka matanya yang tiba-tiba basah dengan lengan bajunya.
Dengan kikuk, Logan memeluk bahu sahabatnya. "Kau tahu aku bersedia membantu
sebisaku." Ia hampir Iupa mungkin baru sekarang disadarinya betapa dalamnya ? ?perasaannya terhadap sahabatnya ini.
"Maksudku, tidak ada orang yang benar-benar memahami apa yang terjadi dalam satu
keluarga. Bagaimana orang-orang memperlakukan satu sama lain. Aku berusaha
menyelamatkan anakku, man. Aku lem-bur tiga shift seminggu cuma untuk membiayai
ini." Ingin mengendurkan ketegangan, Logan tertawa. "Delapan belas jam tambahan di
Claremont" Nah, itu baru bikin stres."
Seketika ia menyesalinya. Tapi, seperti biasa, Perez tersenyum. "Aku tahu. Kau
benar." Setengah jam kemudian, saat Perez bergegas pergi ke arah Rumah Sakit Claremont,
Logan menyadari kalau ia kebingungan. Apa yang harus dilakukannya sekarang" Ia
cenderung memandang kehidupan sebagai serangkaian komitmen mantap dan ia telah
menganggap hari ini sebagai liburan untuk bersantai. Sekalipun begitu, gagasan
untuk melewati siang hari sendirian tiba-tiba tampak kurang begitu menarik.
Ia rriempertimbangkan untuk segera pulang. Seperti
138 biasa, selalu ada yang harus dikerjakan. Pasien-pasien yang merasa gembira
bertemu dengannya. Slide-slide untuk dikirim ke Klinik Seleksi. Data untuk
dimasukkan ke dalam komputer termasuk data Tilley, yang karena kesibukannya
?mempelajari data tersebut malam sebelumnya, telah membuatnya lupa untuk
memasukkannya. Dengan mantap, Logan menuju ke bioskop, tempat ia menghabiskan siang hari itu.
Setelah itu, merasa lebih baik, ia memutuskan untuk makan malam dulu di restoran
Thai kesukaannya. Karena membutuhkan bacaan, ia mampir ke toko buku di Sloan-
Kettering tepat sebelum tutup dan membeli terbitan terbaru Principles and
Practice of Oncology karangan Vincent DeVita.
Buku tersebut ternyata sangat menghanyutkan hingga setelah memesan kopi barulah
terpikir olehnya untuk menelepon dan menanyakan pesan-pesan untuknya.
Beberapa pesan pertama hanya rutin: sekretaris rumah sakit menyampaikan pesan
pasien protokol yang kembali menginap; seorang teman kuliah yang akan ke
Washington selama Natal. Tapi pesan ketiga mengejutkannya.
"Halo, Dr. Logan. Atau mungkin sekarang aku sudah cukup baik mengenalmu sehingga
boleh memanggilmu Danny" Sudahlah, lupakan. Ini Sabrina Como dan kita harus
bertemu secepatnya. Kurasa aku menemukan sesuatu yang penting. Jadi tolong
telepon aku secepatnya. (703) 555-4103. Ciad."
Logan memandang arlojinya pukul 20.16. Ia cepat-cepat menelepon ke apartemen ?Sabrina dan diterima
139 mesin penjawab telepon, jadi ia meninggalkan pesan: ia berharap bisa mengejar
penerbangan shuttle pukul 21.00. Ia akan menelepon lagi dari rumah.
Baru saat di taksi, yang melaju ke bandara, ia menyadari kalau bukunya
tertinggal di meja. discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina sudah menantinya di pintu kedatangan. Kalaupun Logan mengharapkan
kedatangannya, mungkin ia tidak akan bisa langsung mengenalinya. Rambut panjang
dan hitam Sabrina diikat ekor kuda. Tidak memakai setelan bergaya yang biasa
dilihatnya, Sabrina kali ini mengenakan jins dan kaus.
Logan berdiri di tempat, tertegun, -tiba-tiba menyadari kalau jantungnya
berdebar kencang. "Kuharap tidak ada orang lain yang menjemputmu," kata Sabrina ringan.
"Tidak. Tadinya aku mau naik taksi." "Aku bawa mobil." Sabrina ragu-ragu,
tampaknya sedikit malu dengan keberaniannya. "Mungkin aku seharusnya tidak
kemari. Tapi ada kabar yang harus kusampaikan." "Kabar apa?"
"Hari ini hari aku tidak bekerja..." "Hari liburmu?" Mereka mulai melangkah pergi.
Sabrina mengangguk. "Jadi aku ke perpustakaan. Nanti lihat apa yang kutemukan."
"Perpustakaannya tutup, Sabrina."
141 "Referensinya ada dalam komputer di rumahku. Kalau menurutmu sekarang belum
terlalu larut...?" Saat mereka menuju ke garasi parkir, Sabrina menceritakan kisah penemuannya:
bagaimana, saat melalap dokumen-dokumen dalam arsip sepanjang pagi dan terus
hingga siang harinya laporan-laporan, artikel-artikel, dan memo intern, dalam
?bahasa Prancis, Italia, Jerman, dan Belanda ia menemukan kolom editorial dalam
?majalah kimia kuno Jerman bernama Angewandte Chemie tentang apa yang tampaknya
sangat mendekati Campuran J.
"Apa nama campuran tersebut?" tanya Logan.
"Mereka tidak menyebutkan nama. Tapi membicarakan strukturnya. Dan tentang asam
polynaphthalene sulfonic, sebagaimana dalam Campuran J."
"Lalu..." "Lalu apa yang ditulis dalam majalah tersebut luar biasa menarik."
Sabrina menghidupkan lampu. Saat sekilas memandang seisi apartemen mungil
tersebut, Logan mau tidak mau melihat betapa penataannya sangat mencerminkan
kepribadian Sabrina tidak aneh-aneh tapi cukup ber-selera; kekontrasan yang
?begitu nyata dengan apartemennya sendiri, yang masih sedikit perabotannya
sekalipun telah dihuni berbulan-bulan.
Sabrina mendekati komputernya dan menghidup-kannya. "Majalah itu diterbitkan
tahun 1924." "Sembilan belas dua puluh empat?" Logan sulit untuk mempercayainya; Sabrina
membawanya kembali ke Zaman Kegelapan. Pada waktu itu hampir tidak ada yang
paham sedikit pun akan sifat kanker. Tapi
142 ia menyembunyikan keskeptisannya. "Apa persisnya yang ditulis di sana?"
Sabrina memasukkan disket dan tidak lama kemudian layar dipenuhi teks.
"Katamu kau bisa bahasa Jerman, bukan?"
Sebenarnya, Logan tidak semahir yang dikesan-kannya pada Sabrina. Logan menarik
kursi dan, mencondongkan tubuh mendekati layar, berusaha keras menerjemahkannya.
Hanya dengan konsentrasi yang luar biasa hebat perhatiannya tidak terpecah
dengan kehadiran Sabrina yang duduk beberapa meter jauhnya di lantai, matanya
berkilat-kilat penuh semangat.
Yang seketika mengagetkannya dari artikel singkat tersebut adalah nadanya.
Ditulis setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I dan inflasi gila-gilaan
yang merajalela setelahnya, tujuan artikel tersebut jelas sama sekali tidak
ilmiah, tapi politic Intinya adalah para ilmuwan Jerman, sekalipun kekurangan
sumber dana, tetap jauh lebih superior daripada rekan mereka di Inggris dan
Prancis. Campuran tersebut "karya seorang peneliti dari bekas laboratorium ?Paul Ehrlich yang agung" hanya disebut sedikit; sifatnya yang memerangi kanker
?hanya disinggung sambil lalu, tanpa penjelasan, sebagai contoh lain dari
kecemer-langan Jerman. "Semoga karya ini terus berkembang," begitu artikel
tersebut menyimpulkannya dengan ang-kuh. "Semoga campuran ini selalu
mengingatkan orang tentang hebatnya ilmu pengetahuan Jerman!"
Logan berpaling dari layar. "Entahlah, Sabrina. Memang ada klaim di sini, tapi
tidak ada bukti apa-apa."
"Dan, masa kau masih belum mengerti, mereka membicarakan kanker! Ini penting."
143 Logan menggeleng lambat. "Ini terlalu sedikit untuk dilanjutkan."
"Ini petunjuk. Aku kan memang mencari petunjuk."
"Aku tahu. Tapi" ia ragu-ragu "aku harus memberitahumu, sulit untuk
? ?membayangkan orang-orang itu bisa mengenali agen antikanker."
Tanpa diduga, Sabrina jadi sengit. "Kau sangat sombong, Logan, untuk orang
Amerika yang hidup di tahun 1990-an."
"Maaf." Ia mengangkat bahu. "Aku ingin percaya, tapi tidak bisa. Omong-omong,
Campuran J sudah dihapus dari daftar agen antikanker dengan tes deretan sel."
Tes seperti itu, dimana obat-obatan dicobakan pada pembiakan sel ganas di piling
petrie, merupakan metode kilat untuk menentukan campuran mana yang layak diuji
coba lebih lanjut. Ada banyak deretan sel untuk berbagai kanker: campuran
tersebut gagal mengatasi semuanya.
"Deretan sel bukan manusia," kata Sabrina sengit. "Manusia, lingkungannya,
bagaimana sel-sel kanker berinteraksi dengan sel-sel sehat, semua ini tidak bisa
dilihat dalam tabung reaksi."
Sabrina benar dan Logan mengetahuinya. "Tapi..."
"Sayang kau tidak menguasai bahasa Prancis," tambah Sabrina tajam.
"Memangnya kenapa?"
Tapi Sabrina telah mengeluarkan dokumen lain di layar. Yang ini lebih panjang,
tiga atau empat halaman. "Ini dari Institut Pasteur di Paris. Kau mungkin
menghormati mereka."
Logan mengintip ke layar. Sekalipun ia hanya
144 menguasai bahasa Prancis tidak lebih dari beberapa patah kata, ia mencari
tanggalnya. Itu dia: 1937. "Apa katanya?"
"Ini makalah... pengamatan salah seorang peneliti mereka yang mengunjungi Afrika."
"Laporan kasus?"
Sabrina mengangguk. "Dari salah satu koloni Prancis. Guinea. Peneliti ini
bekerja pada klinik di sana, dia menceritakan hal menarik yang dilihatnya."
"Lalu...?" Sabrina menunjukkan paragraf yang telah ditebal-kannya. "Peristiwa yang sama dua
kali. Dua wanita yang berbeda. Mereka mengalami infeksi, dari spirochetes "?"Sipilis" Frambusia?"
"Tidak disebutkan tepatnya."
"Tidak disebutkan?" Logan meragukannya.
"Intinya bukan itu. Kedua wanita tersebut juga menderita kanker payudara. Dan
sesudah tiga suntikan untuk infeksinya kejutan besar! tumomya mulai menyusut."
? ?"Maksudmu" Ada saudara Campuran J yang aktif terhadap kanker payudara?"
Kemungkinan itu begitu jauh hingga sulit untuk mempercayainya.
Sabrina mengangguk. "Mungkin. Dari apa yang dikatakan di situ."
"Tepatnya apa yang dikatakan tentang campurannya" Apa ada rincian strukturnya?"
Sabrina menurunkan layar hingga menemukan apa yang dicarinya. "Berdasarkan zat
pewarna organik... Terdiri atas polycyclic sulfonates yang dilebur."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina tersenyum padanya. "Ini kedengarannya tidak asing, bukan?"
Tanpa tertahan, Logan mulai tertular kegembiraan Sabrina. "Ada lagi" Ada nama
yang diberikan?" Sabrina menunjuk catatan kaki yang dicetak lebih kecil di bagian bawah halaman
terakhir. Sekalipun dalam bahasa asing, Logan melihat apa yang tampaknya
merupakan nama: "M. Nakano."
"Di sini juga disinggung makalah yang juga ditulis orang yang sama tentang
campuran ini tapi tidak pernah dipublikasikan," kata Sabrina. "Namanya nama
Jepang, ya?" Nama tersebut samar-samar diingatnya. "Nakano... Kalau tidak salah Paul Ehrlich
punya seorang ahli kimia berkebangsaan Jepang di laboratoriumnya." Sebenarnya,
kalau ingatannya benar, asisten kunci pria besar tersebut dalam mengembangkan
agen anti-sipilis yang menjamin reputasinya merupakan seorang berkebangsaan
Jepang bernama Hata. "Dari apa yang kubaca, dia sangat menghormati etika kerja
mereka." Sabrina mengangkat bahu. "Ini sejarah, bukan ilmu pengetahuan." Ia berhenti,
tiba-tiba menyadari tujuan Logan. "Ah... karena dalam artikel lain...?"
Logan mengangguk. "Ehrlich meninggal sekitar awal Perang Dunia Pertama. Siapa
yang berani memastikan kalau Nakano ini bukan berasal dari laboratoriumnya yang
melanjutkan penelitian atas campuran ini sesudah perang usai?" Logan berhenti,
memandang Sabrina lekat-lekat. "Atau ini juga terlalu jauh kaitannya?"
"Aku tidak tahu arti kata ini."
146 "Apa menurutmu kedua artikel ini bisa jadi menyinggung penelitian yang sama"
Orang yang sama?" Sabrina balas menatapnya. "Ya."
Logan membisu untuk waktu yang cukup lama. "Tapi jangan sampai terhanyut. Kita
tidak mengetahui apa pun tentang orang Prancis yang melaporkan penemuan ini. Apa
dia cukup layak untuk menilai" Apa dia sendiri memeriksa kedua wanita tersebut"
Yang kita ketahui cuma ini mungkin tidak lebih dari mastitis kronis atau radang
payudara biasa." Tapi, sebenarnya, ia tidak bisa lagi menyembunyikan antusiasmenya yang
menggunung. Inilah yang diharapkannya. Bukankah kasus Tilley telah menimbulkan
kesan bahwa campuran tersebut bisa sangat aktif" Kalau, dalam situasi tertentu,
campuran tersebut menghambat pertumbuhan sel-sel yang sehat, lalu siapa yang
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berani memastikan kalau campuran tersebut tidak akan menghambat pertumbuhan sel-
sel buruk" Mereka terus bercakap-cakap hingga dua jam berikutnya; mendiskusikan banyaknya
kemungkinan teori tersebut ternyata salah; apakah ada orang lain lagi yang bisa
mereka ajak berbagi rahasia; di atas semua itu, mengingat realita di YKA, apakah
masuk akal untuk memburu proyek seperti ini. Khususnya Logan, yang mendua antara
antusiasmenya dan keragu-raguannya; satu saat tertarik oleh tantangannya, detik
berikutnya disentakkan oleh kesadaran bahwa keterlibatan mereka dengan proyek
sebesar ini, kalau tidak menghasilkan apa pun, bisa berakibat buruk bagi mereka.
Tapi mereka tidak ingin mengambil keputusan final
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sekarang. Ketika Sabrina menguap, Logan tiba-tiba teringat akan waktu dan untuk?pertama kalinya sepanjang malam, ia merasa malu akan dirinya. "Sudah larut,
sebaiknya aku pulang."
Perlahan, ia beranjak bangkit.
Sabrina menatap lurus padanya. "Begitu maumu?"
Logan tercengang. Apa ini tawaran" Tidak, ia bergegas memarahi diri, lebih
mungkin bahasa Inggris Sabrina kurang lengkap, menyebabkannya salah menangkap
maksud pertanyaan tersebut. "Apa itu mau-ku?" ulangnya.
Sabrina beranjak bangkit dari kursinya dan mendekatinya. "Kau mau kuantar
pulang, atau mungkin kau mau menginap di sini?" Dengan lembut ia mengusap pipi
Logan. "Aku mau kau menginap," tambahnya. "Kalau kau tidak mau aku pasti
kecewa." Sebagai reaksi atas kebisuan Logan, ia mengecup pipinya kemudian melepas ?kancing kemejanya.
"Kurasa aku tidak ingin mengecewakanmu," kata Logan akhirnya, tersenyum.
"Kapan kauputuskan sudah waktunya kita tidur bersama?" tanya Logan sejam
kemudian, saat mereka berbaring berdampingan dalam kegelapan.
Sabrina tertawa. "Entahlah. Tapi Jcalau menunggumu bertindak lebih dulu, kita
tidak akan pernah di sini sekarang."
"Kau tahu, aku sudah lama menginginkannya." "Aku tahu."
"Satu-satunya alasan kenapa aku ragu-ragu... Maksudku, kita kan teman kerja. Bisa
repot kalau berhubungan dengan rekan sekantor, kau tahu itu."
148 Sabrina menariknya ke dekatnya. "Please, Logan. Berhentilah menganalisis." Ia
menciumnya lembut. "Kau harus mengerti ini seks, bukan ilmu pengetahuan."
?149 Tidak diperiksa, tumor tersebut mulai merambah tulang belakangnya. Setiap kali
bergerak atau berputar, tegangannya ditanggung oleh tulang yang telah melemah.
Beberapa sel tumor telah pindah ke tempat yang hanya beberapa milimeter jaraknya
dari akar syaraf yang menuju kanal tulang belakang.
Dokter pribadinya menenangkan sekaligus membingungkan. Karena tidak menemukan
apa pun kecuali memar ringan di punggung bawah, ia meresep-kan obat antiradang
nonsteroid dan memerintahkannya untuk mengurangi kegiatannya.
Sekalipun ia mengingkarinya, bahkan pada diri sendiri, kondisinya mulai
berpengaruh terhadap rutinitas sehari-harinya. Biasanya kuat biarpun hanya tidur
empat atau lima jam semalam, sekarang, saat tubuhnya mati-matian mencari
kekuatan untuk memerangi penyusup yang tidak kenal lelah tersebut, ia sering
kali merasa kelelahan sebelum pukul 21.00. Biasanya waspada dan sangat
perseptif, sekarang ia semakin lama semakin tidak bisa memusatkan perhatian.
Di tempat prakteknya, dokteniya tidak mau me -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY lupakan masalah tersebut. Pendidikan dan nalurinya mengatakan, biarpun tidak ada
bukti nyata, bahwa telah terjadi sesuatu yang sangat tidak beres. Dokter
tersebut menelepon dan memberitahunya bahwa ia telah menjadwalkan serangkaian
tes di Rumah Sakit Angkatan Laut Bethesda.
"Mustahil." la tertawa, biarpun bersemangat juga. "Batalkan."
Hidupnya tinggal empat belas bulan lagi.
151 Iogan tiba di bangsal rumah sakit esok paginya setengah jam lebih lambat
daripada yang diinginkannya. Ia tidak mengira harus pulang naik taksi untuk
berganti pakaian. Tapi jam masih belum menunjukkan pukul 7.00: kalau bergegas,
ia masih sempat memasukkan data Tilley sebelum bersiap-siap untuk keliling pagi.
Setelah berbelok ke kanan dari lobi, ia menuju kamar mungil di ujung koridor
yang berfungsi sebagai ruang komputer rekan junior.
Rumah sakit tersebut sunyi, biasa untuk jam seperti ini. Tapi tidak lama setelah
ia duduk di depan komputer, ia mendengar seseorang tengah tergesa-gesa menyusuri
lorong. Sesaat kemudian, Lennox, perawat malam, menjulurkan kepalanya di ambang
pintu. "Permisi, Dokter."
Logan mengalihkan pandangannya dari komputer. "Ada situasi gawat." "Aku sedang
tidak bertugas." Lennox mengangguk singkat. "Saya tahu. Tapi saya tidak bisa
menemukan Dr. Lukas di mana pun." "Sial." Tapi ia langsung berdiri. "Siapa?"
152 "Anggota kongres Marino."
"Ya Tuhan!" Ia melesat dari ruangan tersebut dan tiba di samping ranjang anggota
kongres itu dalam waktu lima belas detik. Biarpun baru tiga hari yang lalu ia
melihatnya, kemundurannya amat drastis. Marino tak sadarkan diri, kulitnya
pucat, napasnya kritis: pendek, terengah-engah, muncul cuma sekali tiap tujuh
atau delapan detik. Seandainya tidak terbiasa melihat perubahan mendadak yang
lebih buruk yang sangat biasa terjadi di kalangan pasien kanker tingkat
menengah, Logan pasti tidak akan mempercayainya.
Logan membungkuk dan berbicara dengan lembut. "Congressman" Congressman Marino?"
Tidak ada reaksi. Hanya napas berat lagi yang melewati kerongkongan kering dan
panas, apa yang biasanya dikenal sebagai dengkur kematian.
Logan memandang perawat. "Dia termasuk JBPB, bukan?" Kode untuk "Jangan Beri
Pernapasan Buatan". "Ya, Dokter." Sebenarnya itu sudah tidak penting lagi; Marino tidak tertolong.
"Keluarganya sudah dihubungi?"
Lennox menggeleng. "Well, hubungi mereka. Sekarang."
Saat Lennox bergegas pergi, Logan menyentuh pembuluh darah pasien dengan
telunjuk. Denyutnya hampir tidak terasa.
Terima kasih banyak, Lukas, pikirnya kesal. Sekarang tebak siapa yang akan
tertimpa sial karena ini"
Tapi, saat menunduk memandang wajah pria yang tengah sekarat tersebut, ia tiba-
tiba merasa malu. Ya 153 Tuhan, apa ini prioritasnya" Lihatlah pengaruh tempat ini padanya!
Dalam kesunyian akibat kesedihan mendalam, ia meraih tangan Marino yang telah
dingin dan, sambil menatap kabut pagi di luar jendela, memegangnya hingga ia
mendengar perawat tersebut kembali.
"Mereka kemari," katanya. "Asisten administratif juga sudah kuhubungi di
rumahnya." Ia ragu-ragu. "Apa dia sudah meninggal?"
Logan mengangguk. "Dua menit yang lalu."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Tunggu di sini. Aku mau mencari Lukas!"
"Tolong ceramahi dia untukku."
Logan rasanya tahu di mana Lukas. Larut malam, kalau rekan junior ingin
menyendiri, mereka sering kali menempati kamar mungil di sisi lain bangunan,
dekat saluran ventilasi; dulunya kamar tunggu, ruangan itu masih berisi ranjang
lipat. Ia juga pernah menggunakan ruangan tersebut tapi tidak pernah tanpa ?memberitahu seseorang ke mana ia pergi.
Kamar tersebut terletak di ujung lorong yang panjang, dan saat mendekatinya ia
melihat berkas cahaya dari bawah pintu. Ia sengaja mengetuk keras-keras.
"Lukas" Hei, penidur, kau di dalam?"
Ia memutar knop dan perlahan membuka pintunya. "Hei, ada berita untuk "
?Pemandangan tersebut sama sekali tidak diduganya, ia sampai butuh waktu beberapa
saat untuk menyadari artinya. Lukas tergantung lemas pada pipa di langit-langit
dengan seutas pipa infus.
Tapi sekarang Logan bertindak otomatis, latihan selama bertahun-tahun yang
menggerakkannya. discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Ya Tuhan, dia harus diberi pernapasan buatan!
Dengan gunting perban yang diambilnya dari saku dada, Logan memotong pipa di
tengkuk Lukas dan dengan lembut membaringkannya di lantai. Tidak ada denyut
nadi; kulitnya jauh lebih dingin daripada mayat yang disentuhnya beberapa menit
sebelumnya. C'mon, Lukas, keparat, jangan berbuat begini padaku!
Dengan menjepit hidung Lukas, Logan menghela napas panjang dan menempelkan
mulutnya ke mulut Lukas. Tidak terasa apa pun, hanya perasaan mual yang tiba-
tiba akibat dingin, bagai mencium daging setengah beku.
Kali ini ia berteriak. "Ayo, Lukas! AYO!"
Ia menghantam dada Lukas kuat-kuat; kemudian berulang-ulang menekan tulang dada
Lukas dengan telapak tangan terbuka, menekan jantung Lukas dengan segenap berat
tubuhnya. Dengan putus asa, ia melesat meraih telepon, menekan kode situasi gawat 5-0-5-
?0. "Kode biru di ruang dua dua belas!"
Dalam waktu singkat, orang-orang mulai berham-buran masuk: dokter anestesi yang
tengah berjaga, menjejalkan pipa endotracheal ke tenggorokan Lukas; dua perawat
membawa mesin EKG; sisanya tim kode.
Tapi mereka terlambat. Baru sekarang Logan melihat tumpukan printout komputer yang berserakan dari
tempat di bawah mayat saat tergantung tadi; begitu cara Lukas melakukannya,
berdiri di atas tumpukan printout dan menendangnya.
Sepuluh menit kemudian barulah dua satpam YKA muncul di lokasi, diikuti polisi
setempat. 155 Dengan buku catatan di tangan, seorang pria muda berseragam, tegap dan berambut
pirang, mencatat pernyataan Logan.
Setelah mereka selesai, Logan diizinkan pergi. Dengan lelah ia melangkah ke
pintu. Tapi, merasa ada yang mengawasi, ia berhenti dan berbalik.
Stillman. "Menyedihkan," kata Stillman, memecahkan kebisuan.
Logan mengangguk sedih. "Dan aku yakin ini sangat berat bagimu. Maaf."
"Aku tidak mengerti," kata Logan pelan. "Kenapa dia melakukannya?"
"Orang sering melakukan hal-hal aneh. Di sini kita semua menghadapi tekanan
hebat." "Kukira aku mengenalnya. Aku terus bertanya-tanya apakah ada suatu tanda yang
seharusnya kulihat."
"Ya, well" Stillman bergerak ke pintu "tidak ada gunanya berkeliaran di sini. ? ?Ini masih hari kerja."
Logan tetap diam di tempatnya. "Aku tidak mengerti," ulangnya.
"Sialan, Logan," Stillman tiba-tiba murka, "hentikan kecengenganmu."
Pria yang lebih muda tersebut menatapnya, kebingungan. .
"Aku tidak mengerti" ulang Stillman dengan sarkastis. "Menurutmu pengalaman pagi
ini berat" Aku baru saja menemui keluarga Congressman Marino itu baru berat."
?Ia diam sejenak. "Camkan ini, Logan: Apa pun yang terjadi pada rekan junior
tidak ada artinya. Yayasanlah yang penting."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan ragu-ragu. Stillman tidak mungkin bersungguh-sungguh. "Kurasa dia terlalu
stres," katanya. "Stres" Masalah Dr. Lukas hanya nyali. Dia macam-macam dan tidak sanggup
menerima akibatnya."
Logan tersentak. Tentu saja ia sempat terpikir bahwa kemungkinan dituding
sebagai kambing hitam atas kematian Marino-lah yang mendorong Lukas untuk
bertindak nekat tapi ia telah menyingkirkan pikiran tersebut. "Kurasa Lukas
?memang tidak bisa berbuat banyak untuk menolongnya," jawabnya, dengan keentengan
yang di telinganya sendiri pun terdengar menjijikkan.
"Kau benar, dia memang bukan dokter yang paling kreatif di sini."
Di hadapan mereka, pemandangan mengerikan tersebut hampir mencapai akhirnya;
mayatnya, yang diletakkan di atas kereta dorong dan ditutupi selimut, tengah
diikat. "Kurasa tidak adil, Sir. Ini kerugian besar. Dia dokter yang sangat baik dan
orang yang menyenangkan."
Tanpa terduga, Stillman melontarkan senyum singkat yang terlalu ramah. "Kerugian
besar" Jangan membesar-besarkan, Logan. Dia tidak punya harapan."
Logan tidak menghubungi Sabrina hingga malamnya, hampir dua belas jam kemudian.
Ini karena perjanjian di antara mereka; mereka memutuskan bahwa apa yang terjadi
di antara mereka hanya bagi mereka berdua; hubungan satu sama lain di wilayah
YKA dilakukan berdasarkan keprofesionalan semata. Ini tin-157
dakan berjaga-jaga yang lahir dari pengetahuan mendalam tentang tempat
tersebut tentu saja, pasti ada seseorang yang akan memanfaatkan hubungan ?mereka-untuk merugikan mereka.
Tapi untuk sesaat, setelah peristiwa mengerikan hari ini, kejadian kemarin malam
seakan tidak pernah ada. . "Ini sudah larut, bukan?" kata Sabrina sungguh-sungguh, ketika Logan menelepon
untuk menanyakan apa ia bisa mampir.
Logan ragu-ragu saat itu belum lagi pukul 21.00. "Well... aku cuma ingin
?bercakap-cakap. Maafkan aku."
"Logan, dengarkan aku. Jangan menganggap serius peristiwa kemarin. Kita memang
kolega, oke. Tapi aku tidak ingin menjadi orang yang kautelepon malam-malam."
"Tidak apa," jawab Logan datar. "Kau benar." Hah" Selama ini, dia-lah yang
selalu mengucapkan kata-kata itu. "Dengar, mungkin kita bisa bercakap-cakap lain
kali." Sabrina mendesah panjang. "Tapi kau benar, ini hari yang berat. Sepanjang hari
semua orang membicarakannya, dan tidak ada yang mau berterus terang."
Di telepon umum, Logan merasakan harapannya muncul kembali. "Itu karena tidak
ada yang mengetahui bagaimana seharusnya bereaksi. Tidak ada yang pernah
mengalami hal ini sebelumnya."
"Tidak, kurasa ada hal lain. Semua orang sedih tapi takut para senior
?mengetahuinya. Terutama Larsen dan Stillman."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Seketika, Logan menyadari kalau Sabrina benar. "Well, persetan dengan mereka,"
jawabnya, dengan keberanian mendadak, "kita tidak akan membiarkannya mengganggu
proyek kita." Kesunyian timbul cukup lama. "Logan, seberapa cepat kau bisa tiba di sini?"
Begitu Sabrina menutup pintu di belakang Logan, ia mencium Logan dengan
bernafsu. Logan mundur dengan terkejut. "Rupanya tadi aku mengucapkan kata yang tepat."
Sabrina menunjuk kursi. "Pertama-tama, ada yang harus kita bicarakan. Nanti saja
kita bercinta." "Kau orang yang tidak mudah ditebak, Sabrina, kau tahu itu?"
Tanpa memedulikannya, Sabrina duduk di kursi seberang dan mencondongkan tubuh ke
depan. "Kau mengenalnya, maksudku Lukas?"
"Tidak begitu. Kau?"
"Tidak. Kurasa dia tidak begitu menyukaiku."
"Dia memang kurang bisa akrab, bukan?"
"Ceritakan semua yang terjadi. Semua rinciannya."
Logan menghela napas panjang dan mulai bercerita.
Setelah memikirkannya, Sabrina duduk tanpa ekspresi selama lima belas detik
penuh. "Kau tidak menemukan surat?" tanyanya akhirnya.
Logan menggeleng. "Dugaanku dia melakukannya secara spontan. Dia selalu
bermasalah dengan atasan dan dengan akan matinya Marino yang merupakan ?pasiennya, ia pasti merasa kariernya akan tamat. Kita sama-sama tahu tentang
depresi klinis." "Kau kenal Rachel Meigs?"
159 Rachel Meigs merupakan rekan junior lainnya, jenis orang yang mungil, kutu buku
dari Rumah Sakit Umum San Francisco. Logan mengangkat bahu. "Dia tampaknya cukup
ramah." "Kau tahu, Logan, itulah susahnya jadi pria. Rachel, dia sahabat terbaik Barbara
Lukas. Dan tadi dia berbicara denganku cuma karena aku wanita."
?"Lalu...?"
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia menceritakan semuanya secara mendetail. Semua yang mereka lakukan terhadap
Lukas. Bagaimana setiap hari pasti ada yang menemukan cara untuk menghinanya,
menyepelekannya. Kemarin, Kratsas memberitahunya bahwa dia tidak cukup layak
untuk menjadi penari telanjang sekalipun."
"Aku tahu, mereka membuat hidupnya bagai di neraka."
"Tidak, lebih parah lagi. Kenapa mereka berbuat begitu?"
Logan mengangkat bahu. "Akuilah, Lukas bukanlah orang yang memesonakan. Anggap
saja reaksi kimiawi. Dia menghadapi mereka dengan cara yang salah."
Sabrina menggeleng keras-keras. "Tidak, yang harus kau lihat adalah kesintingan
tempat ini, Logan. Ini patologis. Bahkan lebih daripada yang kusadari. Apa yang
kaukatakan di telepon..." Ia diam sejenak. "Aku suka dengan semangatmu terhadap
pekerjaan ini, sama seperti diriku. Tapi kalau kita mau meneruskan "
?"Kalau?" " kita harus mengerti betapa bisa berbahayany-a orang-orang itu."
?"Tentu saja," kata Lukas penuh semangat. "Jelas
160 sekali." Ia melontarkan senyuman menghibur. "Tapi jangan sampai menjadi paranoid
karenanya." "Salah, kita harus paranoid. Dan terutama kau, Logan."
"Oh" Kenapa begitu?"
"Karena kau senang mempercayai. Dan kau sangat ingin menyenangkan orang-orang."
Ini mulai menyinggung perasaan. "Tidak ada salahnya bersikap begitu, Sabrina."
Sabrina beranjak bangkit dan mengulurkan tangan. "Ayolah."
Seketika, Logan telah berada di sebelahnya. Ia tersenyum sambil menarik Sabrina.
"Baik, baik, aku akan berhati-hati."
"Ini bukan lelucon, Logan. Kau sangat menguasai ilmu pengetahuan tapi manusia, ?kurasa kau sama sekali tidak mengenalnya."
di-scan dan di-djvu-kan untuk dimhader dimhad.co.cc) oleh
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
161 Pertengkaran sengit pertama mereka melibatkan John Reston. Sabrina berkeras
tidak mengizinkan Reston terlibat dalam rahasia mereka.
Dengan dasar pragmatis murni, Dan Logan melihat kalau Sabrina ada benarnya. Ia
dan Sabrina juga mengetahui bahwa, pada tahap perkembangan rahasia mereka yang
sekarang, hipotesisnya mungkin terdengar gila-gilaan bahkan bagi orang luar yang
bersimpati sekalipun. Hipotesis mereka harus ditopang bukti pendukung yang kuat,
paling tidak ada yang dari segi klinis.
Tapi keberatan Sabrina akan Reston memiliki dasar yang lebih dari sekadar ilmu
pengetahuan. Keberatan-nya merefleksikan sifatnya yang disiplin dan sangat
mandiri. "Kenapa?" tuntut Sabrina. "Apa gunanya melibatkan orang lain lagi?"
"Dengar, Sabrina, kita harus realistis kita tidak bisa melakukannya sendiri an.
?Kalau kita ingin punya kesempatan agar protokol kita diterima, kita harus
menghadap mereka dengan tim yang sudah siap. Reston dokter yang hebat. Dan aku
mempercayainya." 162 "Aku tidak. Ada sesuatu yang tidak kusukai pada dirinya."
"Kalau begitu, siapa" Kita harus mempercayai sese-orangV
Perdebatan tersebut menyebabkan Logan jengkel. Itu sebabnya ia lebih menyukai
konflik murni tentang ilmu pengetahuan; pada akhirnya, perdebatan semacam itu
biasanya diselesaikan oleh penilaian data dengan kepala dingin. Perdebatan
tentang manusia selalu jauh lebih kacau.
Ya, tentu saja, dalam segala hal, ia juga lebih suka untuk mengalahkan
lawannya baik untuk alasan pribadi maupun profesional. Di antara mereka telah
?tumbuh semacam perasaan saling menghormati yang biasanya baru diperoleh sepasang
kekasih setelah bertahun-tahun berhubungan; dan hari demi hari, saat mereka
dengan hati-hati membuka diri, penghormatan tersebut diimbangi dengan
kepercayaan tulus. Kenapa merusaknya" Logan tidak pernah bermimpi akan bertemu
dengan wanita seperti ini: orang yang bukan saja membuatnya tergila-gila, tapi
juga memiliki semangat yang sama besarnya dalam dunia kerja yang sangat luar
biasa ini. Pernah sekali, dalam acara keliling rumah sakit, ia tertawa kecil: ia
tengah berusaha memutuskan mana yang membuatnya lebih gembira, hubungan seks
yang mereka lakukan malamnya, atau percakapan setelahnya.
Logan bahkan menyadari kalau dirinya semakin terpikat dengan aspek menyerempet
bahaya dalam hubungan tersebut. Bila sebagian besar hari-hari te-rasa terlalu
singkat untuk menyelesaikan segala urusannya pekerjaan, penelitian, ?beristirahat dengan
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina jarak yang mereka buat antara mereka dan seluruh dunia malah makin
?memperkuat rasa saling tergantung di antara mereka.
Terkadang, saat berbaring di samping Sabrina di malam hari, ia hampir bisa
percaya mereka bisa melakukannya: bahwa, sebagai mana yang dipercayai Sabrina,
kemungkinan untuk berhasil hanya bisa dikembangkan bila mereka merahasiakan
proyek tersebut hanya untuk mereka berdua. Sudah pasti, mereka bisa memperketat
kendali atas standar pekerjaan dan penanganan data.
Tapi sisi pragmatisnya berkata lain. Biarpun menghargai semua prestasi Sabrina
di bidang ilmu pengetahuan, ia tidak seyakin Sabrina dalam hal kekuatan
intuisinya dalam menilai manusia. Kebenarannya adalah, kecurigaan Sabrina yang
tiada hentinya terhadap karakter dan motif orang lain sebesar
?kekeraskepalaannya untuk memandangnya sebagai kebaikan bisa menenggelamkan
?mereka bahkan sebelum mereka memulai.
Pandangannya sendiri tentang para koleganya menurutnya tidak begitu baik dan
realistis. Tentu saja, beberapa di antara koleganya memang menjengkelkan picik,
?aneh, pecinta diri, bahkan kejam. Semuanya telah kelihatan lebih dari cukup.
Tapi akhirnya, siapa yang meragukan kalau mereka semua punya tujuan yang sama"
Semuanya mencapai puncaknya suatu tengah malam ketika Logan melaporkan
percakapannya di siang hari dengan Steven Locke, mantan peneliti senior YKA yang
akhirnya berhasil dilacaknya di Sekolah Kedokteran Southwestern Dallas. Hams
diakui, per - 164 cakapan tersebut tidak melegakan. Malahan. mulanya Locke tidak ingin berbicara
sama sekali. "Dengar," katanya, "maaf, tapi apa pun yang kukatakan tentang YKA tidak ada
gunanya bagiku." "Aku cuma mau menanyakan tentang sebuah protokol. Penyusunnya rekan tahun
pertama bernama Ray Coopersmith." Ia mengisi kesunyian yang timbul setelahnya
dengan agak tergesa-gesa. "Aku sendiri rekan tahun pertama. Aku tergelitik
mendengar kabar tentang dia."
"Jangan bicarakan Coopersmith, oke" Itu saja yang perlu kukatakan."
"Kenapa" Aku tidak mengerti."
Locke mendesah. "Dia memalsukan datanya dan jatuh menyeret beberapa orang. Akhir
cerita. Dengar, aku harus memeriksa pasien-pasienku."
Logan terdiam sejenak. "Kau punya bayangan di mana aku bisa menemuinya?"
Locke tertawa kasar. "Mana aku tahu?" Dan sesaat kemudian ia berlalu.
Tapi sekarang, berjam-jam kemudian, Logan merasa kalau telah memahami percakapan
tersebut. "Dengar," katanya pada Sabrina, "peristiwa tersebut memang sedikit
berbau skandal, membawa sejumlah korban. Tapi sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kita." "Mungkin kau benar," jawab Sabrina tidak acuh, tidak seperti biasanya. "Tapi si
Coopersmith ini juga rekan tahun pertama, bukan" Itu merupakan alasan yang cukup
kuat bagi mereka untuk tidak mengizinkan kita mencoba protokol."
"Dengar, kapan peristiwa tersebut terjadi?" tanyanya. "Empat tahun" Empat
setengah" Kau pernah
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY mendengar sepatah kata pun tentang peristiwa tersebut sejak kedatangan kita di
YKA?" Namun, tidak lama kemudian, Sabrina menggunakannya sebagai alasan tambahan untuk
tidak melibatkan Reston ke dalam proyek.
"Reston ini, kau harus berhenti memandangnya dengan mata seorang sahabat saja."
"Maafkan aku, dia memang sahabatku. Tapi aku lebih dulu mengenalnya sebagai
ilmuwan dan itu sebabnya aku menghendakinya. Kita membutuhkan keahliannya."?"Keahlian apa" Menjadi tukang pukul" Karena itulah terutama yang kulihat."
"Itu tidak adil, Sabrina."
"Kalau begitu apa" Apa keahlian khususnya?"
Memandangnya duduk di tepi sofa dengan mengenakan legging dan kemeja sutra
ketat, Logan sejenak sulit untuk berkonsentrasi. Sekali lagi, sedetik, ia
berharap ini percakapan biasa dengan seorang kolega terhormat, bebas dari segala
faktor lain. "Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, Logan?"
"Dengar, Sabrina, please, berhenti 1 ah menipu diri sendiri tentang apa yang
terlibat dalam hal ini. Kita membicarakan tugas sebesar gajah: merancang
protokol, menyatukan kelompok pasien yang sesuai, melacak mereka, menyatukan dan
menganalisis data. Kita pemula, kita bahkan belum enam bulan berada di sini.
Semuanya ini bisa berantakan karena kurangnya orang yang cukup kompeten. Itu
sudah pernah terjadi berulang kali. Siapa tahu, mungkin itulah masalah
Coopersmith." Ia tidak yakin, tapi rasanya bisa merasa Sabrina
166 mulai goyah. Sabrina menunjuk tumpukan riset setinggi enam inci di meja sebelah,
beberapa di antara materi tersebut telah mereka satukan untuk diulas. "Ayo
bekerja. Aku cuma punya waktu tiga jam sebelum harus kembali ke rumah sakit."
Logan memeluk bahunya. "Mengubah pokok pembicaraan pun kau pandai."
Sabrina menyingkirkan tangannya. "Jangan sekarang, kita tidak sempat."
"Well... kurasa sebaiknya kumulai dengan pembukaan proposal..."
"Bagus." Sabrina mengecup pipinya sekilas. "Kau selalu pintar bicara pada
wanita, Logan." "Meskipun menulis tidak termasuk dalam daftar bakatku."
"Paling tidak itu bahasamu sendiri. Maaf, aku tidak bisa banyak membantu dalam
hal ini." "Kau tahu" Logan menyeringai "Reston penulis yang luar biasa..."? ?"Campuran J?" ulang Reston, tiga malam kemudian, di restoran Georgetown yang
trendi. Logan tanpa diduga mengundangnya ke sana. "Campuran 7" Untuk kanker
payudara?" Logan mengangguk resah. Ia telah menduga Reston pasti terkejut, tapi tidak
terpana begini. "Sabrina Como dan aku sudah melakukan penelitian sedikit. Kami
berhasil menyusun teori yang cukup kuat."
"Sabrina?" Ia menyeringai. "Hei, hebat."
"Dia dokter yang pandai."
"Benar. Aku tahu. Memang begitu yang dikatakan orang supaya bisa mengajak tidur
seorang wanita." discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Tidak lucu." "Ooooh, jangan katakan kau memang ada apa-apa dengan si bom itu."
"Dengar, kita kemari bukan untuk membicarakan hal itu."
Reston menggeleng. "Wan, itu baru namanya keajaiban sejati dalam kedokteran
modern." "Kita kemari untuk membicarakan Campuran J."
Reston mendengus. "Campuran J itu omong kosong. Setiap dokter di YKA tahu.
Sialan, bahkan tukang sapu pun tahu!"
"Mungkin karena mereka menggunakannya dengan cara yang salah. Terhadap penyakit
yang salah." "Kupikir sebaiknya kita memesan sesuatu." Reston mengambil menu dan membukanya.
"Busyet, tempat ini tidak murah. Jangan sampai lupa siapa yang membayar."
"Dengar," kata Logan, "aku mengerti reaksimu. Memang tidak mudah menerimanya."
Reston mendengus lagi. "Kalau menurutku semuanya tidak bisa diterima."
Sebenarnya, Logan menganggap sahabatnya tersebut sebagai semacam ujian;
penolakan yang diajukannya tepat seperti yang akan dihadapinya bila berusaha
menyampaikan gagasan tersebut ke YKA. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Campuran
J tidak mempan terhadap kanker.
Mengingat bagaimana diskusi ini dimulai, tidak satu pun dari keduanya yang
mendesak lebih jauh. Baru pada saat pesanan mereka disajikan percakapan tersebut
dilanjutkan. "Baiklah," kata Reston tiba-tiba, "katakan apa yang kau punya untuk
menguatkan bukti apa pun itu."
168 "Peraturan mana yang bilang deretan sel merupakan model andal untuk apa yang
terjadi pada pasien yang hidup dan bernapas" Ada ratusan perkecualian untuk
peraturan tersebut."
"Tapi itu tetap peraturan. Atau kau punya rencana untuk mengubahnya?"
"Mengambil keputusan berdasarkan deretan sel seperti memandang kuku gajah dan
beranggapan sudah melihat gajah sepenuhnya."
Reston menengadah dari cassoulet. "Oke, aku setuju dengan ucapanmu itu. Lalu
kenapa?" "Lalu kalau kauabaikan hasil deretan sel, kau bisa mulai mencari kemungkinan
lain dari campuran ini dengan pemikiran yang lebih terbuka."?
"Baik. Coba ungkapkan beberapa bukti."
"Dengar, aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Karena menurutku ini jauh
lebih menarik daripada yang disadari orang-orang. Kau tidak bisa memikirkannya
seperti memikirkan campuran antikanker lainnya."
"Bukti Aku menunggu."
Logan rhengacungkan kasus Larry Tilley. "Kalau sebuah obat tampaknya begitu
aktif melawan jaringan sehat, paling tidak kau pasti penasaran apa obat itu
tidak akan aktif juga melawan jaringan yang sakit."
"Spekulasi yang beralasan tapi kenapa ke kanker?"?Logan menceritakan tentang penemuan Sabrina di bagian arsip.
Reston kurang bermjnat lagi. "Kau mengajukan artikel dari tahun dua puluhan dan
tiga puluhan?" Ia menggeleng. "Man, wanita itu pasti sangat mem-pengaruhimu!"
169 Logan melotot padanya. "Ini tidak lucu bagiku, John. Tidak ada sarkasme lagi,
oke?" Reston mengangkat tangan dengan sikap menyerah yang jelas hanya gurauan. "Maaf.
Kukira kau ingin mendengar reaksiku yang sejujurnya."
Logan mencabut kertas fotokopi terlipat dari saku dalamnya dan mengulurkannya ke
seberang meja. "Coba katakan kalau ini sejarah kuno."
Begitu memeriksa kertas-kertas tersebut, Reston seketika terkesan melihat sumber
dokumen tersebut: Journal of Molecular Biochemistry, salah satu publikasi
biomedis ilmiah yang paling disegani di dunia.
"Apa ini?" "Kau mungkin tidak sempat membacanya dulu. Itu makalah yang disajikan dalam
salah satu seminar yang selalu mereka adakan sewaktu kita masih di tahun ketiga
di Claremont. Lihat halaman empat."
Reston membuka halaman yang dimaksud, melihat kalau Logan telah menandai
kalimat-kalimat kunci: penulis makalah, seorang profesor bernama Engel dari
Universitas Minnesota, adalah ahli protein yang disebut faktor pertumbuhan, yang
diproduksi semua sel, normal maupun tidak. Yang ditunjukkannya adalah bahwa
sejumlah tumor, terutama yang di payudara, mengembangkan kemampuan untuk
mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dalam jaringan di sekitarnya di mana faktor
tersebut berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel kanker di
dekatnya pada gilirannya memben tanda pada sel-sel ini untuk bereproduksi.
?Dengan begitu terbentuklah lingkaran pengeluaran dan pertumbuhan tanpa akhir,
sementara tumornya tumbuh tanpa ketahuan.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sekalipun begitu, dalam perkembangannya, hampir tanpa sengaja, Engel mencatat
adanya fenomena men-curigakan: terkadang, tanpa bisa dijelaskan, obat-obatan
yang mengandung asam polynaphthalene sulfonic seperti Campuran J dan saudara-
?saudaranya tampaknya menghalangi pengikatan faktor tumbuh tumor menjadi sel-
?sel tumor. "Apa itu cukup untuk bukti?" tanya Logan. "Kalau kita bisa menunjukkan bahwa
benda ini merusak sel kanker sedikit lebih banyak daripada merusak sel-sel
normal di sekitarnya, kita mendapatkan obat antikanker milik kita sendiri."
Reston tertawa terbahak-bahak. "Logan, kau sinting. Kau maniak sinting.
Menemukan obat yang berfungsi di antara sekian juta campuran yang ada seperti
memenangkan lotre pada percobaan pertama. Orang-orang yang jauh lebih pandai
darimu atau diriku bekerja seumur hidup dan tidak pernah memperoleh apa-apa yang
cukup penting untuk bisa diujikan pada manusia." Ia menggeleng. "Sebaiknya
kausarankan saja untuk menuang asam hidroktorik ke dalam pembuluh darah
pasien kau tahu pasti kalau cairan itu akan membunuh tumornya."?"Aku tidak bilang ada orang yang akan menyerahkannya begitu saja pada kita."
Logan diam sejenak. "Ayo-lah, John, kau sama tahunya denganku kalau ini bukti
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang cukup untuk menyusun protokol. Tesis ini sangat kokoh. Sel-sel kanker itu
seperti hiu kalau tidak bergerak maju, sel-sel tersebut akan mati. Potong
?proses pertumbuhannya dan kau akan membunuh tumornya!"
Reston terdiam. "Siapa lagi yang mengetahui hal ini?"
171 "Cuma kau, aku, dan Sabrina." Ia mengangguk. "Katakan apa pendapat Sabrina
?tentangku?" Sebagai pembohong yang tidak berbakat, Logan berpura-pura tidak mengerti.
"Maksudmu?" "Menurutnya aku ini jahanam, bukan?"
"Kurasa tidak. Dia tahu aku membicarakan ini denganmu."
"Karena kalau aku punya satu bakat, itu adalah membaca pandangan yang kuterima
dari wanita cantik. Dan dia menembakkan laser."
"Percayalah, itu tidak benar." Ia menghirup seteguk air. "Lagi pula, apa
bedanya" Kau tidak akan menghabiskan sisa hidupmu dengannya."
"Benar, kau yang akan menghabiskan sisa hidupmu dengannya."
Bidadari Penyebar Cinta 3 Ario Bledek Petir Di Mahameru 04 Dendam Empu Bharada 25
"Ah, kau membaca protokol-protokol..."
Logan mengangguk. "Ya Tuhan, beberapa percobaan yang dilakukan di sini sungguh
hebat!" "Aku tahu," Reston tersenyum. "Ajaib, bukan?"
"Maksudku, aku membacanya dan berpikir, Untuk apa orang-orang ini membutuhkan
aku?" "Kita sudah membicarakannya kemarin dengan Larsen untuk melakukan yang kotor-
?kotor." Ia terkekeh. "Tapi jangan sok rendah hati denganku. Pikiranmu sama
denganku: Berapa lama sebelum aku bisa menjalankan protokolku sendiri?"
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan tersenyum. "Aku" Aku kan cuma rekan junior yang sederhana, aku tidak punya
ambisi." "Omong kosong."
"Paling tidak untuk konsumsi publik." Ia memandang sekilas ke sekeliling lobi
yang sibuk tersebut. "Dengar, serius nih, pembicaraan seperti ini bisa
membahayakan kita." "Logan, mereka tahu kalau kita ambisius. Ambisi merupakan salah satu
pertimbangan mereka sewaktu mengajak kita kemari."
"Ambisi yang terkendali. Ambisi untuk mencapai tujuan yang lebih penting."
Reston mengangguk. "Kau benar. Aturan pertama bisnis ini" suaranya sedikit
?merendah "adalah senior mana yang layak diangkat menjadi bapak angkat."
?"Reston, kau benar-benar sinting, tahu?"
"Kau sendiri apa" Buta, tuli, bodoh, atau sekadar berpura-pura begitu" Menurutmu
kau bisa menghasilkan sesuatu di sini tanpa memiliki pelindung?"
Logan menggeleng. "Bukan aku. Aku tidak mau terlibat dengan semua itu. Aku mau
tetap berhubungan baik dengan mereka semua."
"Tidak mungkin. Percayalah, mereka menaksir kita, sama seperti kita menaksir
mereka. Mereka masing-masing mencari orang untuk disatukan menjadi tim terbaik."
"Baik," kata Logan, lelah. "Siapa sasaranmu?"
Sahabatnya tersebut meringis. "Aku" Markell kenapa tidak memilih yang ?teratas?"
Mereka berdua tertawa; mereka sama sekali belum menaruh perhatian terhadap
direktur YKA yang agung tersebut.
89 "Selamat pagi, Tuan-tuan."
Mereka berputar. Di sana, mereka memandangnya dengan sebal, berdiri Gregory
Stillman, mengepit helm sepeda motornya. Apa saja yang telah didengarnya" Senyum
kecilnya yang kaku tidak menunjukkan apa pun.
"Halo, Dr. Stillman."
"Senang bertemu dengan Anda lagi, Sir."
"Logan dan Reston, bukan si kernbar Claremont?"
?"Sebenarnya, Sir," kata Dan, "di sana kami hampir tidak saling kenal."
"Jangan pedulikan aku, aku menggunakan sedikit tipuan untuk mengingat
nama teknik yang kupelajari dari buku tentang melatih ingatan." Matanya sedikit
?menyipit. "Aku berusaha untuk mengenal setiap rekan junior secara pribadi. Apa
kalian punya waktu sebentar?"
Kedua dokter muda tersebut berpandang-pandangan sekilas. Logan mengetahui
sepenuhnya kalau Shein akan menganggap tindakannya sebagai pengkhianatan; ia
juga menduga kalau memang inilah yang diinginkan Stillman.
Reston cepat-cepat mengambil keputusan baginya. "Tentu saja, kami baru saja mau
makan di kafe-tana Sepuluh menit kemudian mereka telah berada dalam kantor Stillman, mendengarkan
kisah tentang cepatnya Stillman naik dalam hierarki YKA. Hanya lima belas tahun
yang lalu, ia dengan gembira memberitahu, ia masih rekan tahun pertama;
sekarang, "Aku punya delapan belas orang bawahan." Ia tersenyum. "Akan menjadi
tiga puluh. Akhir-akhir ini kami cukup ber-90
untung bisa menarik sedikit dana untuk pekerjaan kami di bidang kanker
payudara." Karier cemerlang Stillman, sebagaimana yang diketahui kedua pria yang lebih muda
itu, dibangun dengan dasar terobosannya dalam asal-usul molekular penyakit
mengerikan tersebut. Sementara sebagian be-sar peneliti sebelumnya memusatkan
perhatian pada operasi kanker payudara, atau versi baru kemoterapi, Stillman
ingin menyerangnya pada akarnya. Dalam penelitiannya, ia menyelidiki kemungkinan
adanya kekacauan dalam molekul DNA; protein apa yang tampaknya mengalami
kelebihan produksi dalam tumor payudara dan protein mana yang tidak ada; agen
kimiawi dalam sel kanker yang memungkinkan sel-sel tersebut membelah diri dengan
keefisienan yang mematikan.
"Kalian ingin mendengar apa yang akan kukerjakan berikutnya?" tanyanya. "Ini
akan menjadi terobosan besar berikutnya."
Wajah para tamunya berseri-seri: ini seperti diundang untuk membuka mahakarya Da
Vinci. Stillman perlahan bangkit. "Kau suka opera?"
"Ya," kata Logan, bingung.
"Ada yang sangat kausukai?"
"Mozart. Terutama The Marriage of Figaro."
Stillman tertawa kecil yang kedengarannya bagai merendahkan diri. "Dr. Reston?"
Ia ragu-ragu, kemudian tersenyum. "Terutama Tommy. The Who."
Stillman berpaling kepada Logan, tidak tersenyum. "Rupanya Dr. Reston tidak
menyukai masa lalu seperti kita. Sayang sekali. Di sanalah kita bisa me -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY nemukan banyak jawaban atas masalah-masalah hari ini."
Stillman mengambil CD dari sudut rak buku dan meletakkannya pada mesin di
dekatnya. "Ini Nerone, Boito. Mungkin lebih... canggih daripada yang biasa
kaudengar, tapi kuharap kau menikmatinya."
Saat nada pembukaan mengisi ruangan, ia kembali ke kursinya di balik meja.
Setelah membuka laci, ia mengeluarkan sebuah map manila.
"Ini dimulai lebih dari setahun yang lalu," katanya. "Seorang pasien datang dan
memintaku untuk memeriksa putingnya."
Ia mengucapkan kata tersebut supaya mereka shock, dan karenanya senang melihat
reaksi Logan. "Itu sudah tugasku," katanya datar. "Aku salah seorang ahli puting penting di
tempat ini." Melihat Reston menyeringai, ia balas menyeringai. "Omong-omong, aku
bukan orang yang sok suci, seperti Larsen. Aku juga suka puting yang sehat."
Kaget karena sikap agresif Stillman yang kasar, Logan hanya membisu. Apa yang
terjadi di sini" Kalau sebagaimana yang diyakininya ia bermaksud mengyatkan ? ?persekutuan mereka, Stillman melakukannya dengan cara yang aneh.
Tapi tiba-tiba senior tersebut kembali serius. "Dia menderita kanker ganas yang
menimbulkan radang, penyakit yang sangat buruk tumor tersebut menyebar, tidak
?membentuk gumpalan. Tapi intinya, ada sesuatu yang sangat tidak biasa pada
pasien ini. Aku sudah angkat tangan, lalu, yang mengejutkanku, sebagian
tumornya tidak semua tapi sebagian tiba-tiba menghilang." Ia sengaja diam
? ?sejenak. "Pelajaran
92 bagi kalian berdua, Tuan-tuan: Waspadalah terhadap hal-hal__yang menyjmpang dari
kebiasaan, hal-hal tersebut biasanya mengandung rahasia. Ternyata wanita ini
minum obat-obatan dan vitamin yang disempur-nakan untuk kondisi yang sama sekali
tidak berhubungan." "Boleh tanya kondisi apa?" sela Reston. Stillman melontarkan pandangan jengkel.
"Tentu saja. Setelah pekerjaannya kupatenkan." Ia kembali menggunakan nada
profesorialnya dan mengubah pokok pembicaraan. "Ada sejumlah hal menarik yang
?tengah kami garap di laboratorium ini."
Dari map, ia mengeluarkan beberapa foto hitam putih ukuran delapan kali sepuluh
inci. "Kalian lihat ini photomicrograph sel kanker payudara ganas yang dibiakkan
di piring pembiakan."
Sel-sel tersebut berjajar dalam pola kacau yang merupakan ciri khas kanker
payudara. Banyak di-antaranya bergabung membentuk pusaran tak beraturan, seperti
bintang-bintang dalam lukisan langit malam Van Gogh. Yang lainnya berbentuk dan
berukuran aneh. Di beberapa tempat mereka menyatu dalam tumpukan-tumpukan.
"Dan ini," katanya, menunjukkan foto kedua, "pertumbuhan sel yang sama setelah
selama enam bulan disinari agen bersifat kemoterapi baru yang tengah kami
kembangkan." Ia terdiam sejenak. "Bisa kuberitahukan kalau obat tersebut
mengandung mycotoxin baru salah satu mycotoxin yang dibawa seorang peneliti ?lapangan dari Amazon."
Perubahannya luar biasa! Lebih dari separo sel-sel tersebut kelihatan jelas mati
atau sekarat, inti mereka
93 mengerut. Dalam keseluruhan bagian foto, tidak ada sel hidup sama sekali.
"Sulk dipercaya!" seru Reston. Stillman mengangguk kaku. "Ya. Memang." Ia
berdiri. mengisyaratkan kalau pertemuan telah berakhir. "Senang "a/ian
menikmatinya." Ia mendorong Reston ke luar terlebih dulu, kemudian berpaling kepada Dan. "Tentu
saja, kami menyadari kalau jalan dari piling pembiakan ke uji coba klinis yang
sukses mungkin sangat panjang." "Yessir."
"Kau mungkin bisa melihat kalau aku orang yang sulit, Dr. Logan. Aku tidak
peduli jika perkataanku menyinggung hati orang."
Logan, dengan kikuk, menyeringai bodoh, tidak menjawab. Memang tidak diharapkan.
"Camkan saja. Di YKA, banyak protokolku dijalankan, lebih daripada yang lain.
Hampir dua kali lipat dibandingkan Shein."
Logan hampir tidak sempat untuk merasa gelisah. Ia terpaksa menghabiskan sisa
waktu sepanjang hari di YKA dalam ruang komputer, berusaha mempelajari sistem
yang lebih rumit daripada semua bayangannya. Tapi ia tidak bisa meninggalkan
ruangan tanpa me-nguasainya: setiap prosedur di YKA dari memesan antibiotik
?hingga melacak kemajuan pasien dilakukan melalui mesin ini.
?Ketika akhirnya ia selesai, jam telah menunjukkan pukul 20.00 lewat. Sekalipun
begitu ia menyeret dirinya kembali ke lantai dua belas dan mengunjungi Rochelle
Boudin. 94 "Maaf terlalu lama," katanya meminta maaf. "Saya masih baru di sini."
"Mana Dr. Levitt?" jawab Roger, jelas bukan orang yang suka beramah tamah.
"Dia sedang tidak bertugas." Logan terdiam sejenak. "Saya yakin kalian akan
sering bertemu dengannya, tapi mulai sekarang kalian akan berhubungan dengan
saya." Pasangan Boudin bertukar pandang. "Apa yang kauketahui tentang kasus istriku?"
tuntut Roger. "Tentu saja saya masih harus dibimbing dokter senior. Tapi, please, saya harap
kalian tidak segan untuk mendiskusikan apa pun dengan saya."
Rochelle memandangnya untuk pertama kali. "Aku tidak yakin ada dokter yang bisa
memahami perasaan kami."
"Cobalah." Dan begitulah, dengan dorongan lembut darinya, Rochelle menceritakan kisah
penyakitnya, dari diagnosa delapan bulan sebelumnya, hingga perasaan frustrasi
terhadap dokter lokal di kota asal mereka di Cincinnati, hingga hubungan mereka
yang kacau dengan staf YKA. Selama ia bercerita Roger terus mendengarkan,
menyela hanya untuk melontarkan komentar pedas tentang orang tertentu yang
bermasalah dengan mereka.
Setelah Rochelle selesai, Logan mengajukan pertanyaan-pertanyaan: Apa yang
paling menyusahkan mereka di YKA" Apa mereka tidak senang dengan proses
pengobatannya atau karena masalah komunikasi"
"Keduanya," kata Roger. "Kita membicarakan hidup
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Rochelle, hampir tidak ada orang di sini yang tampaknya mengerti hal itu."
Logan mengangguk. "Saya mendengar apa yang Anda katakan sebelumnya mengenai
perasaan bahwa Anda tidak memiliki kendali. Saya mengerti. Dan saya rasa kami di
sini harus berusaha keras untuk lebih sensitif. Saya berjanji untuk lebih
sensitif." Tapi, ia menjelaskan, ia berharap mereka juga sama berusahanya untuk memaklumi
ketegangan yang dirasakannya dan setiap karyawan YKA ketika bekerja; pendeknya,
mereka tidak akan menyulitkannya dalam mengamati protokol.
"Kami kan sudah setuju tentang kemo," balas Roger. "Apa belum cukup untuk
kalian?" Logan berusaha keras untuk tidak menunjukkan kejengkelannya; ini yang ia peroleh
atas susah payahnya" "Tentu saja," jawabnya datar. "Terima kasih."
Untuk saat ini, cukuplah.
"Dengar," katanya, "saya harus pergi. Besok saya akan kembali kemari."
Rochelle memandangnya dengan pandangan berterima kasih. "Terima kasih, Dr.
Logan," katanya lembut.
Jadi, pikir Logan, tersenyum saat meninggalkan kamar, mungkin begitulah cara
mengatasi kedua orang ini: pecah belah dan taklukkan.
Ia masih tersenyum ketika melihat Shein muncul dari kamar di seberang lorong.
"Kau tampaknya cukup gembira untuk ukuran orang yang kami suruh bekerja sampai
mati." Dengan perasaan lega, Logan melihat kalau Shein tidak mengetahui kunjungannya ke
kantor Stillman. "Sebenarnya, Sir "?96
"Seth... aku orang baik di sini, ingat?"
"Sebenarnya, Seth, aku menikmatinya."
"Ini ucapan orang yang baru saja keluar dari kamar kengerian!" Ia mengangguk ke
arah kamar pasangan Boudin. "Dia menjalani protokol Larsen. Pernah mendengar
pepatah, 'Dokter tidak berbeda jauh dari pasiennya'?"
"Aku berusaha sebaik-baiknya untuk membuktikannya. Aku percaya teori yang
mengatakan bahwa dalam hati setiap orang ada kebaikan."
Shein menepuk bahunya, "Ah, orang yang optimiS. Di sini tidak banyak." Ia diam
sejenak. "Jadi kau benar-benar tidak apa-apa" Aku tidak merepotkanmu?"
"Sama sekali tidak."
Shein berseri-seri. "Pertahankan kesintinganmu, aku akan memilihmu!"
97 Iogan selalu terkejut bila mendengar dirinya disebut gila kerja. Biarpun dalam
lingkungan kerjanya yang hiperkompetitif karakterisasi tersebut bisa
berguna dan yang pasti ia tidak pernah me-ngoreksi kesan yang salah kaprah ?tersebut sebenarnya ia orang yang cukup santai. Karpe, paling tidak, cukup
?cerdik untuk mengetahuinya; sejauh ini, elemen rayuannya yang paling menggoda
buat dokter muda tersebut adalah album berisi foto yacht-yacht, milik para
pasien, yang dikeluarkan dokter hebat tersebut dari mejanya menjelang akhir
wawancara. Logan sama sekali tidak sulit membayangkan dirinya bersantai selama
berminggu-minggu di yacht milik seseorang di Laut Tengah.
Baru pada hari Minggu ketiga setelah kedatangannya Logan akhirnya memiliki waktu
senggang lebih dari dua jam. Ia tadinya ingin membeli perabotan kecuali berisi
?ranjang, kursi yang terlalu tebal yang dimilikinya sejak masa kuliahnya, dan
sepasang rak buku, apartemen kecilnya hampir kosong tapi akhirnya ia justru
?tertarik menyaksikan tayangan ulang M*A*S*H di televisi. Lalu, selama sejam
lebih, ia 98 berendam di bak mandi, membaca buku kuno tentang penerbang jagoan Perang Dunia I
yang ditemukannya sewaktu membongkar buku-bukunya. Kemudian persetan, pikirnya
?mengambil keputusan, perabotannya bisa menunggu ia meraih Washington Post
?Minggu dan menuju taman kecil yang biasa dilaluinya setiap pagi dalam perjalanan
ke YKA. Ia melihat bahwa taman tersebut ternyata resminya bernama Taman M. Allen Smith,
dan di sana ada semua yang dibutuhkannya pada siang musim panas yang santai:
rumput tinggi, banyak pohon yang teduh, papan tanda BERSIHKAN KOTORAN ANJING
yang tampaknya dipatuhi. Ia melangkah ke tempat yang tenang, melepas sepatunya, dan berbaring di rumput;
kemudian, dengan mata terpicing, menatap berkas cahaya matahari yang menerobos
pepohonan. Dari lapangan bola seratus meter jauhnya terdengar suara permainan
bisbol: teriakan samar-samar yang ditujukan pada pelempar maupun pemukul, derak
bola menghantam aluminium, sesekali sorakan. Di dekatnya, dalam lapangan bermain
di kirinya, anak-anak yang masih sangat kecil bermain ayunan dan papan luncur
dengan keributan dan kegembiraan yang begitu murni hingga hampir tak di-
pahaminya. Logan bertumpu pada satu siku untuk mengamati pemandangan tersebut. Ia melihat
bahwa banyak diantara orangtua yang hadir adalah ayah; dan menebak cukup
?yakin kalau sebagian besar telah bercerai. Anak-anak tersebut sangat menawan
?tapi, ya Tuhan, mereka sangat merepotkan! Apa ia akan pernah melakukan hal ini"
Ia selalu menganggap discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY suatu hari nanti ia pasti akan mengalaminya. Suatu hari nanti. Lama, lama
setelah ia memenuhi tuntutan YKA.
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekarang ia membuka koran dan mulai membalik-balik halaman berita. Kira-kira di
bagian tengah, sebuah judul menarik minatnya: PARA DOKTER MENGAKU TELAH MEMBUAT
TEROBOSAN DALAM KANKER PROSTAT.
"Para peneliti di Pusat Kanker Sloan-Kettering Memorial New York melaporkan
bahwa kombinasi radiasi plus kemoterapi yang diperkuat telah menimbulkan hasil
dramatis pada pasien-pasien yang menderita kanker prostat tingkat menengah,"
begitu permulaan artikel tersebut. "Uji coba ini, dikepalai Dr. Lawrence Boyles
dan Dr. Kenneth Rotner, melibatkan tiga puluh delapan pasien yang tidak bisa
disembuhkan dengan metode yang ada. 'Jelas sekali, kami cukup gembira dengan
hasilnya,' kata Dr. Rotner, yang menjelaskan bahwa tim tersebut merencanakan
untuk menyelenggarakan serangkaian percobaan yang lebih menyeluruh."
Artikel tersebut berlanjut sekitar enam atau tujuh paragraf lagi, tapi Logan
merasa sudah cukup. Ia tidak mengenal secara pribadi dokter-dokter yang
terlibat, tapi tidak perlu: permainan mereka cukup jelas. Riset prostat
merupakan salah satu riset yang paling sulit dalam memperoleh dana tidak ada ?pendekatan terorganisir, tidak ada kemewahan dan kalau mereka tidak sedikit
?meramaikannya, lalu siapa lagi"
Masalah utamanya adalah pers sendiri. Mudah dipancing, selalu tersanjung oleh
perhatian dokter-dokter terkemuka, wartawan-wartawan menyuntikkan diri mereka
sendiri ke dalam politik kedokteran tanpa menyadari faktanya. Kapan orang-orang
itu mau belajar" Berapa tahun lagi laporan-laporan tentang "terobosan" dan
"kemenangan yang akan datang" akan mereka terbitkan sebelum mereka mengerti
kalau keajaiban medis penisilin Fleming atau vaksin Salk merupakan kejadian
? ?langka, yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi"
Meskipun begitu media tetap memutar mesinnya tanpa henti. Siapa yang bisa
melupakan kehebohan atas interferon" Bukan untuk pertama kalinya pers medis
menemukan obat kanker, bahkan tahun itu, tapi jarang ada yang begitu agresif
dalam pemberitaannya. Ketika obat tersebut terbukti omong kosong, mereka terus
maju; tapi dokter-dokter yang harus berurusan dengan radiasinya, tingkat
keputusasaan yang dalam banyak kasus menyamai keputusasaan akibat timbulnya
penyakit itu sendiri, tidak terhitung banyaknya.
Tentu saja masalahnya adalah kebenaran bahwa kemajuan sangat tidak berarti dan
?sangat lambat tidak akan menyebabkan wartawan mau menyediakan tempat dalam
?media mereka sedikit pun. Jadi pers melaporkan obat-obatan dengan cara yang sama
seperti melaporkan hal-hal lainnya, sebagai drama tingkat tinggi, pertempuran
hebat antara kekuatan yang saling bertentangan. "Perang dengan Kanker,"
begitulah se-butannya, "Pertempuran Melawan Penyakit Kelumpuhan Kanak-kanak,"
"Perjuangan Terus-menerus Melawan Penyakit Jantung." Bukan hal penting jika
segala pemberitaan itu tidak ada isinya, bahwa sel-sel jahat tersebut tidak
mengetahui mereka_jelah menyakiti seseorang.
100 101 Logan kembali berbaring di rumput, memejamkan mata, dan tersenyum. Pemikiran
yang lucu: pers hampir saja membuatnya mengasihani kanker. Dalam pen-carian
tanpa henti untuk menemukan orang baik dan penjahat, pers menghajar penyakit
malang tersebut tanpa ampun.
"Hei" Maaf?"
Dan membuka sebelah matanya dan memandang siluet yang menjulang di atasnya.
Seorang pria ber-sarung tangan bisbol. "Ya?"
"Kau mau main bola?" Ia mengangguk samar ke arah lapangan. "Beberapa pemain kami
pergi." Tawaran tersebut menggiurkan; Logan sejak dulu suka main sofbol. "Entahlah." Ia
mengangkat satu kakinya yang telanjang ke udara. "Aku tidak memakai sepatu."
"Jangan khawatir, kami juga bukan profesional." "Kau punya sarung tangan yang
bisa kupinjam?" "Pakai saja punyaku."
Logan ternyata bermain lebih baik daripada yang lainnya di lapangan. Meskipun
bersemangat, orang-orang itu tidak lebih dari pemain iseng; dan sungguh
menggelikan melihat betapa mereka siap berkelahi bila ada temannya gagal
menangkap atau memukul bola.
Selama dua inning mereka tidak begitu memedulikan Logan, yang terkucil di titik
outfielder keempat. Tapi ketika akhirnya ia mendapat kesempatan memukul, dan
berhasil memukul bola tiga kali berturut-turut hingga menghasilkan dua putaran,
ia langsung dianggap pahlawan. Begitu ia menghasilkan angka, Kevin penangkap ?bola, penanggung jawab duduk
?discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY di sebelahnya di bangku reyot. "Pukulan bagus. Permainan lapanganmu sebagus
pukulanmu?" "Tergantung seberapa keras bolanya melaju ke arah-ku."
"Aku mau memindahkanmu ke base pertama." "Boleh, kedengarannya asyik." "Kau
tinggal di dekat sini" Kami bermain setiap Minggu."
"Aku baru saja pindah kemari." "Oh, yeah" Kau kerja di pemerintah?" "Aku dokter
di YKA." Orang itu terkesan, bersiul pelan. "Lumayan." "Kalau kau?"
"Aku" Aku kerja di IRS, pengacara. Ada empat atau lima pengacara lagi di sini.
Juga dua ajudan anggota Kongres, beberapa akuntan. Kami semua tinggal di kota."
Ia diam sejenak, tampaknya tiba-tiba teringat sesuatu. "Hei, Bruce Ryan juga
dokter." Ia menunjuk seorang pria kurus berkacamata yang menjaga base ketiga.
"Nanti kuperkenalkan kalian."
Inning berikutnya, Kevin menepati janjinya. "Jadi," kata Bruce Ryan, "kau kerja
di YKA." Logan mau tidak mau merasa kalau nadanya kurang bersahabat, namun tidak
menantang. "Benar. Kau?" "Cuma ahli radiologi. Aku kerja di Rumah Sakit Propinsi Prince William, di
Manassas." "Ah. Tempat yang bagus."
"Jangan khawatir, penghasilanku cukup."
Jawaban macam apa itu" "Bagus. Senang mendengarnya."
"Aku juga kenal satu orang lagi dari YKA."
103 "Oh, yeah, siapa?"
"Aku ketemu di pesta beberapa tahun yang lalu. Rekanan tahun pertama. Aku tidak
begitu ingat namanya Cooper anu."?"Rasanya aku belum pernah mendengarnya. Dia pasti sudah keluar sekarang."
"Kurasa Coopersmith. Benar-benar cerdas. Waktu itu dia sedang menyusun
protokolnya sendiri."
Logan tersenyum sangat sabar. "Tidak, tidak mungkin. Rekanan tahun pertama tidak
membuat protokol. Kami menggarap pekerjaan sisa."
Ryan menggeleng. "Tidak, aku yakin itu. Itu sebabnya aku sangat terkesan
padanya, karena usianya masih sangat muda."
"Well..." Logan mengangkat bahu. "Aku tidak ingin berdebat denganmu."
"Pokoknya, itu tempat orang-orang sok aksi. Itu transaksinya, bukan: orang macam
dirimu mendapat sanjungan, orang macam diriku mendapat uang."
Logan telah lebih dari sekali menghadapi kesinisan seperti ini sejak memutuskan
untuk memasuki YKA terutama dari dokter-dokter di Claremont yang mengincar
?praktek yang menghasilkan banyak uang. Ia mengetahui kalau sikap tersebut
merupakan perwu-judan perasaan tidak aman yang paling menyedihkan; sjkap
membenarkan diri sendiri dan iri hati yang bertopengkan kesombongan. Tapi ia
membencinya, dan berharap bisa menjawab dengan kesinisan yang sama.
"Menurutku tidak begitu," hanya itu yang bisa diucapkannya sekarang. "Mereka kan
tidak menyuruh-mu bersumpah untuk hidup melarat."
104 Ryan tersenyum. "Jangan salah paham, pasti ada orang di sana yang menganggapmu
sangat andal." Perasaannya terhadap pria tersebut lebih dari sekadar tidak suka; mendekati
ketakutan yang me-lumpuhkan. "Sebenarnya," katanya dingin, "banyak yang
beranggapan begitu. Dan mereka benar."
Tepat pada saat itu para pemukul berbaris ke tengah untuk yang ketiga kalinya
dalam inning ini. "Namamu tadi siapa?" tanya Bruce Ryan. "Dan Logan?"
"Dengan satu D dan satu L. Perlu kutuliskan?"
"Jangan khawatir," katanya, berbalik kembali ke lapangan. "Cuma penasaran,
kalau-kalau mendengar namamu lagi."
Logan mendekati Kevin di home plate. "Dengar, aku benar-benar harus pergi. Aku
harus membeli sofa."
"Oh, ya?" Pria tersebut tampak benar-benar kecewa. "Yah, kami selalu kemari
setiap Minggu, kau tahu ke mana mencari kami."
"Trims." Saat melangkah meninggalkan lapangan, Logan memutuskan untuk mampir di Baskin-
Robbins untuk membeli kopi kocok. Ia juga mencatat dalam hati untuk memeriksa
rekan junior bernama Coopersmith.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sebelum musim panas berakhir Daniel Logan sudah kerasan di YKA. Ternyata yang
dituntut darinya sama saja dengan yang dulu-dulu: kerja keras dan kesediaan
untuk bekerja lebih keras lagi. "Tempat ini," sebagaimana kata Shein padanya
suatu siang, dalam salah satu percakapan mereka yang semakin sering, "adalah
tempat intelek sejati yang terakhir. Seperti Tuhan, YKA menolong mereka yang mau
menolong diri sendiri."
Kerutinan yang dijalaninya mungkin merupakan standar bagi rekan junior: tiga
hari dalam seminggu bekerja di rumah sakit; dua hari lainnya di klinik,
berurusan dengan para pasien protokol yang berobat jalan; sambil mengevaluasi
kandidat baru yang bisa diterima dalam protokol YKA di Klinik Seleksi. Sekalipun
begitu, hampir sendirian di kalangan rekan junior, pekerjaan Logan tidak pernah
dikritik. Ia menganggap protokol sebagai suatu kepercayaan yang suci menimbulkan ?kerjasama konsisten bahkan dari pasien yang paling sulit dan membuatnya tahu
betul sejarah medis pasien-pasiennya, begitu waspada terhadap perubahan kecil
dalam penampilan maupun 106 hasil tes mereka, sehingga ia telah beberapa kali berhasil menggagalkan krisis
yang akan terjadi. Atasannya juga sama herannya karena pekerjaannya di Klinik Seleksi. Supaya
sebuah protokol menimbulkan hasil terbaik, setiap pasien yang menjalaninya harus
sangat cocok dengan profil yang ditentukan penciptanya. Ketika meneliti slide
biopsi kandidat potensial yang diserahkan oleh ahli patologi lokal mereka, Logan
berhasil menemukan lebih dari satu salah diagnosa.
Rasanya seakan pendidikannya selama bertahun-tahun ah, bahkan seluruh
?keberadaannya merupakan persiapan untuk pekerjaannya di sini. Sebagai orang
?yang skeptis karena temperamen dan pengalaman, ia tidakjjernah menerima sesuatu
mentah-mentah; mem-pertanyakan semua asumsi, dengan cermat mempelajari data yang
rutin sekalipun. Namun, tidak seperti sebagian besar rekan seangkatannya, ia
juga bisa melakukan lompatan kreatif yang begitu penting bagi pemecahan masalah.
Dalam situasi seperti itu, ia tahu bahwa sebagian besar rekannya iri terhadap
kesuksesannya. Kalau ia menjadi mereka, perasaannya mungkin akan sama juga. Di
YKA, lebih daripada institusi lainnya yang dikenalnya, kenaikan status seseorang
dianggap berbahaya karena bisa memberi kesan kegagalan pada yang lain. Jadi ia
berusaha untuk menerima ejekan mereka dengan humor yang relatif baik.
"Hei," kata Barbara Lukas sambil mengangguk memberi salam suatu pagi, "Chap
Stick-mu sudah siap" Kita akan berkeliling bersama Larsen."
"Lalu?" 107 "Siapa yang tahu berapa banyak pantat yang harus kaucium?"
Sambil tersenyum Logan menepuk saku dadanya. "Tidak masalah, aku selalu siap."
"Kenapa kau ini, Logan" Apa kau tidak punya harga diri sampai diam saja dihina
seperti itu?" "Tidak kal-au itu ejekan terbaik yang bisa kau-lontarkan."
Sekalipun merepotkannya, Logan menyukai Lukas. Merasa tidak aman, mudah
terpancing untuk marah, terlalu terus terang, Lukas sendiri telah membuktikan
kalau dirinya tidak cocok dengan semangat olahraga yang tampaknya merupakan
syarat penting untuk bisa berhasil di YKA. Alumni Duke yang mungil dan selalu
siap tempur itu malahan telah dicap atasannya sebagai bisul yang sebentar lagi
akan pecah. Tapi Logan cukup perseptif untuk mengetahui bahwa ketangguhanlah yang membawa
Lukas ke tempat ini; dan ia bisa mengenali kerapuhan di baliknya.
Selain itu dan ini selalu diperhitungkannya baik-baik ia juga menyadari kalau ? ?Lukas benar-benar seorang dokter berbakat.
"Dengar," ia membalas Lukas sekarang, "kalau kau memerlukan panduan sikap, minta
saja. Sebagai permulaan, Barbara, kau harus lebih banyak tersenyum."
"Jangan macam-macam, Logan."
"Hei, mungkin kau harus mempertimbangkan untuk memakai rok yang sangat pendek
sekali-sekali. Di-jamin pria-pria di sini pasti takluk."
"Tidak lucu," katanya, menahan senyum.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan mengangkat bahu. "Cuma mau membantu."
"Trims," kata Lukas, berputar pada tumitnya. "Dan kau seharusnya mengurangi
senyummu." Singkatnya, Logan mulai merasa kalau ia salah satu yang terpilih. Lukas benar:
entah bagaimana, sejauh ini ia berhasil menjaga hubungan baik dengan semua orang
yang penting. Secara langsung maupun tidak langsung, enam seniornya telah
menunjukkan hal itu, pada saatnya nanti, ia akan diterima sebagai anggota tim
mereka. Ia malah telah mulai membayangkan hari ketika ia benar-benar harus memilih
dengan hati-hati. Konsekuensinya mungkin terhadap seluruh arah kariernya
? ?tidak bisa diperhitungkan: musuh-musuh berbahaya yang akan timbul, pintu-pintu
yang akan Jertutup selamanya.
Baru saja, bahkan Larsen tampaknya memiliki kekaguman baru terhadap dirinya.
Logan menganggapnya begitu pada hari Larsen tanpa diduga-duga duduk di
sebelahnya di kafetaria rumah sakit dan memulai percakapan menurut versinya
sendiri yang sangat me-nyiksa.
"Nah," katanya memulai, "kau dari Rumah Sakit Claremont..."
Mengingat mereka pernah membicarakannya berbulan-bulan yang lalu dalam wawancara
awalnya dan Larsen telah terang-terangan tidak berminat pada fakta tersebut
?waktu itu Logan jadi bingung. "Yessir, benar..."
?Larsen mengangguk. "Bagus, sangat bagus..." "Terima kasih." Logan menggigit
bwrger-nya, sekadar untuk menyibukkan mulutnya.
109 "Kudengar di sana banyak pasien Arab yang kaya raya."
Logan mengangguk; sebetulnya tempat tersebut malah pernah menampung separo
keluarga kerajaan Saudi. "Yessir, benar."
Yang memesonakan karena untuk pertama kalinya Logan mendengarnya Larsen ? ?tertawa: suara yang kering menusuk, lebih mirip suara berdeham daripada suara
yang menyatakan kegembiraan. "Kurasa mereka mengetahui posisinya. Kalau ada
krisis, mereka langsung menemui dokter-dokter Yahudi itu."
Ia tertawa lagi dan, sambil beranjak bangkit, menepuk bahu Logan. "Pertahankan
prestasimu, anak muda. Mungkin kita akan punya kesempatan untuk bekerja sama
lebih dekat dalam waktu tidak lama lagi."
"Senang mendengarnya, Sir."
Bukannya ia mempercayai Larsen sedikit pun. Ia mengetahui betapa cepatnya kepala
Departemen Obat-obatan yang plin-plan tersebut akan kembali menjadi ancaman
baginya; dan bagaimana, sekali timbul, ke-tidaksenangannya tampaknya semakin
berbahaya. Ia diingatkan akan kenyataan ini pada pagi yang sama ia bercakap-cakap dengan
Barbara Lukas. Ku-rang dari sejam kemudian ia dan Lukas termasuk diantara lima
rekan tahun pertama yang didampingi Larsen dalam acara keliling mingguan.
Kelompok tersebut telah mengunjungi empat atau lima pasien, Larsen berbicara di
koridor di luar kamar pasien, ketika mereka memasuki kamar Anggota Kongres Al
Marino. Marino dirawat karena kanker usus besar. Sebagai
110 anggota terhormat Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, ia merupakan salah
seorang dari beberapa pasien yang menikmati status nonprotokol.
"Al, sobatku, bagaimana kabarmu hari ini?" seru Larsen, dengan senyum menjilat
yang merekah tiba-tiba. Para rekan junior saling pandang secara sembunyi-
sembunyi; terhadap setiap pasien yang mereka kunjungi sebelumnya, Larsen
bersikap sangat formil hingga nyaris terkesan kasar.
Anggota kongres tersebut, duduk di ranjang dan menghadapi setumpuk dokumen,
kacamata bertengger di ujung hidungnya yang bulat, hampir tidak bergerak.
"Sangat tidak menyenangkan. Kalau kau?"
Larsen mendekatinya dari samping. "Aku tahu pelaksanaan kemoterapi yang terakhir
agak menyakitkan. Maaf."
"Yeah," kata anggota kongres tersebut tanpa minat. "Carol baik-baik saja"
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemarin dulu aku berbicara dengannya melalui telepon." "Dia baik-baik saja."
Cadangan percakapan gembira Larsen habis, ia mencabut stetoskop dan segera
bekerja. "Kau tahu tata caranya, Al," katanya, berusaha menampilkan kegembiraan
terakhirnya, " jantung, paru-paru, dan perut. Tidak ada lagi."
?Setelah menyelesaikan prosedur yang dihafalnya di luar kepala tersebut dalam
waktu kurang dari semenit, ia meminta tabel kemajuan anggota kongres itu. Saat
membacanya, alis matanya berkerut. "Dr. Lukas," katanya tiba-tiba dengan tajam,
"kau bertanggung jawab atas ini?"
Lukas ragu-ragu, bagai kijang betina yang ter -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY tangkap cahaya lampu depan mobil. Ya, Sir." Tapi ia seketika menegakkan tubuh, bertekad untuk tidak tampak "terintimidasi.
"Bisa kauceritakan kenapa hasil laboratorium ini ditulis dengan pensilT Pembuluh
darah di kening kirinya yang berdenyut-denyut merupakan tanda yang sudah tidak
asing lagi tentang menumpuknya kemarahannya. "Apa hasil laboratorium ini hanya
sementaral Apa kau bermaksud untuk mengubahnya?"
"Tidak, Sir. Menurut pemahaman saya "
?"Maaf, Dokter" APA pemahamanmu bahwa kami mendorong sikap tidak kompeten di
?institusi ini?" "Tidak, Sir. Boleh saya jelaskan?"
"Tidak! Kau tidak akan kuizinkan menghabiskan waktu Anggota Kongres Marino
maupun waktuku!" Tiba-tiba tabel tersebut terbang ke arah Lukas. "Pekerjaan sembarangan seperti
ini TIDAK akan ditoleransi, Dr. Lukas. Sangat kusarankan agar kau mempelajari
prosedur yang benar dari salah satu tabel Dr. Logan."
Larsen berpaling kepada pasien, yang tampaknya tidak berminat pada seluruh
peristiwa yang berlangsung. "Maafkan aku, Congressman. Kuharap kau tidak
menganggapnya sebagai kebiasaan di tempat ini."
"Lupakan, dia masih anak-anak." Ia melambai dan menambahkan kata-kata yang untuk
hari ini menghindarkan dokter muda tersebut dari penyiksaan lebih lanjut.
"Sabarlah sedikit. Dia cukup manis."
Lukas menatap lurus ke depan, tidak berkedip, tapi Logan melihat kalau ia merasa
terpukul. Logan ingin memberitahu Lukas betapa ia menyesal karena telah
dijadikan bagian dari penyiksaan yang dialami Lukas.
112 Tapi pada saat itu, pada tingkat tertentu, pemikirannya terarah pada masa
depannya sendiri. Suka atau tidak, Larsen bukanlah kekuatan yang bisa
disepelekan, apalagi diabaikan. Singkatnya, tidak peduli segala sesuatu lainnya,
pada saat harus memutuskan untuk memilih tokoh puncak yang akan dipatuhinya, ia
harus mempertimbangkan faktanya dengan amat hati-hati.
113 Untung bagi Logan, masih ada seorang rekan junior lain lagi yang bahkan lebih
menantang sebagai sasaran ejekan daripada dirinya. Allen Atlas, rekan junior
lulusan Vanderbilt, telah menampilkan keambisiusannya dengan begitu terang-
terangan hingga yang lain bergurau untuk membentuk 'patroli jilat,' untuk
memonitor kepatuhannya yang berlebihan terhadap para atasan.
Yang mengesalkan adalah usahanya tersebut sangat berhasil. Akhir-akhir ini ia
tampaknya bahkan berhasil menjadikan dirinya begitu berharga bagi Peter Kratsas.
Hampir setiap malam ia menghabiskan waktunya di laboratorium dokter senior
tersebut, mentabulasi data protokol.
"Aku benar-benar muak dengan Atlas," kata Reston pada Logan suatu malam di
apartemennya di Dupont Circle. "Kau sadar kalau dia mulai membeo Kratsas dalam
segala hal?" Logan menghirup anggur merahnya dan tersenyum. "Kesanku Kratsas memang
mendorongnya." "Aku serius, kemarin dia benar-benar berbicara
114 denganku tentang betapa senangnya dia dengan film-film Alfred Hitchcock."
"Begini saja, jumlah musuhnya sama dengan jumlah temannya."
"Kau mengetahuinya berdasarkan pengalaman, kan?"
"Hei, kau jangan ikut-ikutan. Dari Barbara Lukas saja sudah cukup!"
"Bedanya aku tidak bermaksud menghina. Aku bersedia bertukar tempat denganmu
sekarang juga." Logan tertawa dengan perasaan tidak enak. Reston benar: sekalipun berbakat,
tidak seorang pun tokoh penting di YKA yang tampaknya menyadari hal itu, dan
fakta tersebut menjadi ganjalan di antara mereka. Logan berharap ia bisa
membantu melegakan perasaan tertekan sahabatnya; atau, lebih baik lagi,
membantunya berprestasi. Tapi ia hanya bisa menawarkan penghiburan yang bahkan
bagi dirinya sendiri pun terdengar hampa. "Kau cuma menunggu waktunya, itu
saja," katanya sekarang. Ia tersenyum. "Dan paling tidak kau punya kekasih yang
luar biasa." Sebenarnya, dalam situasi seperti saat ini, Dan nyaris bersyukur atas kehidupan
sosialnya sendiri yang suram; paling tidak masalahnya jadi berkurang sedikit.
"Pokoknya," tambahnya, "jangan membesar-besarkan. Aku toh tidak memimpin tempat
itu." "Belum. Syukurlah."
Percakapan tersebut khas persahabatan yang berkembang antara Logan dan Reston
sejak kedatangan mereka di YKA. Keduanya, tampak mudah dibaca yang satu ?bawahan yang taat, yang lain menawan tapi kaku sebenarnya sangat tertutup. Tapi
?antara 115 satu sama lain, dengan menggunakan kelakar sebagai kamuflase, masing-masing
mampu melepas per-lindungannya.
"Tidak," jawab Logan sekarang, sambil berpura-pura khawatir, "aku sudah sangat
gembira bisa menjadi direktur penelitian. Kau boleh memimpin tempat itu."
"Itu lebih baik."
"Betul kan, aku tahu tentang semua kebutuhan egomu."
"Kau benar." Ia tertawa. "Dan aku juga bisa menembak pantatmu kalau kau
menyebar-nyebarkan rahasia ini."
Kekasih Reston, Amy, muncul dari dapur, membawa pisau dan dua tomat. "Hei, John,
hari ini kan giliranmu memasak makan malam."
"Yeah, yeah." Saat Amy berputar dan kembali ke dapur, Reston dan Logan beranjak bangkit
mengikutinya. "Hei, Amy," kata Reston, "kita harus menjodohkan Logan. Dia mau memanfaatkan
hubungan kita agar aku merasa bersalah terhadapnya."
Amy berhenti dan tersenyum kepada Dan. "Kau bergurau, ada seribu wanita di Hill
yang menyukai pria seperti dirimu." Kantor FCC Amy terletak di jantung distrik
pemerintahan. "Bagaimana kesukaanmu" Ajudan kongres dengan kaki yang indah"
Pelalap angka dengan dada menggiurkan" Pengacara cerdas yang siap untuk
meninggalkan segalanya demi sang kekasih?"
"Ada kombinasi ketiganya?"
Amy melontarkan tomat dari satu tangan ke tangan
116 yang lain. "Rupanya kita membicarakan seks dan komitmen seumur hidup."
Reston mengambil sebuah tomat dan mengirisnya dengan ahli. "Tidak, kurasa untuk
Danny sebaiknya kita pusatkan perhatian pada seks. Komitmen bukan bagian besar
dalam resumenya." Logan menatapnya tajam. "Ngawur"
"Jangan khawatir, Amy tidak akan mengomelimu. Dia bisa memaklumi."
"Maksudmu memahami pria yang bersikap kurang ajar?" Amy tertawa. "Tepat sekali,
setiap hari aku belajar lebih banyak dari ahlinya."
"Omong-omong," tambah Reston, "kurasa Danny sudah punya calon."
"C'mon, John, hentikan."
"Siapa?" tanya Amy.
"Bagaimana kalau kuoperasi yang itu?" Logan menjulurkan satu tangan, memberi
isyarat agar Reston melemparkan sebuah tomat padanya.
"Wow" goda temannya, "perubahan pokok pembicaraan yang sangat halus." Ia diam
sejenak. "Sabrina Como."
"Ohh, si bom Italia." Amy mengangguk pada Logan. "Seleramu bagus."
Logan tersenyum kaku. "Entah dari mana dia mendapat segala omong kosong itu."
Sebenarnya, ia mengetahui dengan tepat: Reston ada di dekatnya lebih dari sekali
saat kehadiran Sabrina membuatnya menjadi kaku dan gagap. Ia gembira sahabatnya
tersebut tidak ikut keliling di pagi hari saat Logan tanpa sengaja melihat
wanita Italia tersebut, bercakap-cakap dengan suara pelan dengan seorang pasien
yang ge-discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY lisah, membungkuk untuk mengusap wajah pasien wanita tersebut dengan kain basah.
Pemandangan sekilas payudara subur yang terbungkus bra tipis berenda selalu
menghantuinya sejak saat itu. "Dengar," tambahnya dengan nada mengalah, "aku
tidak tahu sedikit pun tentang wanita itu, hanya tahu dia dokter yang hebat."
"Oh, benar. Maafkan aku. Kau menghormatinya sebagai rekan, itu saja. Aku
keliru." Amy mendengus. "John tidak akan mengerti. Dia harus menghormati tubuh wanita
sebelum menyadari kalau wanita tersebut punya otak."
Reston memasukkan sepotong tomat ke dalam mulutnya. "Nyam, nyam, nyam. Nah,
menurutmu apa pendapatnya tentang dirimu?"
"Aku tidak tahu. Yang aku tahu dia sudah punya pacar."
"Tidak, belum. Kau mau banyak bawang putih dalam pastamu?"
"Dari mana kau tahu?"
"Kutanya pada Sylvia" apoteker rumah sakit, juga penyebar gosip paling top di ?rumah sakit.
Logan menggeleng. "Kuberitahu, Amy, kalau pria satu ini mencurahkan setengah
energinya untuk ilmu pengetahuan, daripada untuk usil, dia pasti akan memimpin
YKA." Dua jam kemudian, mereka tengah duduk di ruang duduk menghirup Amaretto, masih
mengecap kenik-matan makan malam Italia Utara yang diracik Reston.
"Betul kan," kata Amy, merapat dengan manja kepada Reston, "dia punya kepandaian
juga kok." 118 Anggur menyebabkan Logan semakin merasa sebagai orang luar. Ia berhasil tertawa.
"Oh, menurutku dia akan menjadi dokter yang hebat."
"Aku dokter yang sangat hebat," kata Reston menyetujui, sedikit mabuk. "Cuma
para keparat itu tidak mengetahuinya."
Logan tersenyum. "Mungkin masalahnya cuma ke-rendahan hati."
"Benar," kata Amy. "Coba kita lihat bagaimana dia meyakinkan hal itu pada
psikolog." "Kuberitahu apa masalahku," kata Reston. "Omong kosong yang harus kita kerjakan
di sana! Kenapa mereka tidak memanfaatkan apa yang kita tawarkan?"
"Itu namanya melaksanakan kewajiban."
"Kukira kita sudah melakukannya di Claremont. Demi Tuhan, kita kembali mengurusi
anus!" Kesunyian yang timbul ciikup lama. "Kau mau nasihat?" tanya Logan serius.
"Tergantung." "Berhentilah mengeluh. Mengeluh cuma menyebabkan mereka berpandangan negatif
terhadapmu." "Jadi apa yang harus kulakukan" Berpura-pura menikmati perlakuan ini?"
Logan merasa sedih terhadap nasib sahabatnya. "Tepat sekali," katanya serius,
"berpura-puralah sangat menikmatinya sampai kau tidak pernah bisa berterima
kasih selayaknya pada mereka."
"Hebat. Seperti yang kaulakukan."
"Hadapilah, itu permainannya. Satu-satunya kesempatan bagi orang-orang seperti
kita untuk mendapat kekuatan sebenarnya." Ia ragu-ragu. "Mungkin cukup untuk
menjalankan protokol kita sendiri."
119 Reston menatapnya jengkel. "Kau ngomong apa kita cuma rekan tahun pertama."
?"Tidak ada peraturan yang melarangnya. Sudah kuperiksa."
"Benar. Tapi kau sekalipun tidak akan bisa me-realisasikannya."
"Pernah dengar nama Ray Coopersmith?"
Reston ragu-ragu. "Samar-samar."
"Jangan beromong kosong denganku, katakan saja tidak."
"Karena kalau begitu posisimu menang," Amy tersenyum.
"Terus...?" desak Reston.
"Dia rekanan tahun pertama di YKA empat tahun yang lalu dan berhasil menyusun ?protokol." "Astaga. Mustahil."
"Aku sudah membaca laporannya. Baik proposalnya maupun formulir persetujuan
Dewan Penilai Institusional yang mengesahkannya."
Dokumen-dokumen tersebut berada dalam lemari arsip antik dari kayu di luar
kantor Larsen bersama ratusan dokumen serupa. Sebagai sumber informasi Yayasan
yang jarang digunakan, secara teori mereka tersedia bagi semua rekan junior yang
berminat pada protokol-protokol awal. Sekretaris Larsen, Elaine, telah begitu
terbiasa melihat Logan muda yang penuh rasa ingin tahu mempelajari protokol-
protokol itu sehingga hampir tidak memperhatikannya, pada jam makan siang baru-
baru ini, secara sistematis mencari file tersebut dari tiga dan empat tahun yang
lalu: langsung pada kelompok awalan C.
"Coopersmith?" tanya Reston. "Protokol macam apa?"
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Apa bedanya" Yang penting dia sudah melakukannya."
"Dengan kata Iain, hanya omong kosong."
"Sebenarnya, entahlah. Kutemukan catatan adanya proposal tapi tidak ada catatan
hasilnya." Seperti yang telah mereka berdua ketahui, itu bukan hal aneh; data
protokol bisa mencapai ratusan halaman dan biasanya disimpan dalam disket
komputer. "Pokoknya, intinya tentang menembakkan antibodi ber-Iabel radio ke
dalam aliran darah untuk memburu tumor prostat secara langsung, tidak
mengandalkan kemo standar lagi. Gagasan menarik."
"Prostat" Siapa yang mensponsorinya" Larsen?" Gagasan tersebut tidak
terbayangkan. Logan menggeleng. "Seorang dokter spesialis kelamin dan saluran air seni,
namanya Locke. Kurasa dia sekarang membuka praktek pribadi."
"Jadi apa maksudmu" sekarang kau mau menyusun protokolmu sendiri" KauT
? ?"Kita. Mungkin. Kenapa tidak?"
"Kenapa tidak" Karena, sejujurnya, aku bahkan tidak tercatat dalam radar mereka
di sini. Dan jangan salah sangka, Danny boy tapi kau tidak terkenal punya
? ?nyali besar." Reston berhenti, mengulur waktu; pada tingkat tertentu ia
menikmati saat seperti ini. "Jadi jangan Iibatkan aku, oke?"
Tertegun, Logan sejenak terdiam, kemudian bicara kembali dengan kesengitan yang
mengejutkan. "Aku cuma mau... Jangan kira kau berhak untuk "
?"'Dengar," Reston memotongnya. "Aku cuma ingin bilang sekarang aku tidak
memerlukan mimpi besarmu. Aku sendiri punya masalah."
121 "Baik," sergah Logan, wajahnya merah. "Lupakan."
Reston tersenyum. "Hei, jangan marah. Aku sepenuhnya bersedia
membicarakannya begitu kau berhasil menyusun awalan yang serius."?122
Sebenarnya, Logan telah beberapa minggu memikirkan awal sebuah gagasan sejak
?pagi hari Larry Tilley melangkah masuk ke ruang periksanya.
Karena Til ley punya potensi sebagai pembawa rahasia Gregory Stillman yang
terkenal: pasien yang penyakitnya begitu bertentangan dengan pola yang telah
diduga hingga kasusnya memaksa peneliti yang kompeten sekalipun untuk memikirkan
lagi asumsi-asumsi lama. Pengacara dari Kansas City, berusia tiga puluh empat tahun dan homo, Tilley
sedang menjalani protokol AIDS Tahap Dua untuk obat bernama Campuran J yang
dirancang untuk mengacaukan reproduksi pada tingkat virus protokol yang
?tampaknya tidak menghasilkan apa pun. Hingga saat ini, Campuran J tampaknya
tidak aktif sama sekali. Bukan berita baru. Virus AIDS telah lama menjadi sumber frustrasi para peneliti
YKA, bersamaan dengan kanker-kanker yang paling membingungkan karena
kerumitannya. Protokol AIDS terkenal tidak efektif dalam memberikan hasil
praktis, dan seperti yang dikatakan Shein suatu hari, dengan humor khas tiang
123 gantungan, "kalau salah satu ibu itu rontok, dia menyeret banyak orang
bersamanya." Sebagai pasien protokol, Tilley tentu saja tidak menyadarinya. Ia datang dari
Kansas City untuk mengikuti serangkaian tes. Hasilnya, seperti sebagian besar
yang menjalani protokol itu, tidak bagus.
Tapi beberapa menit setelah pemeriksaan dimulai, ia secara sambil lalu
mengatakan sesuatu yang mendapat perhatian sepenuhnya dari Logan: Sekalipun ia
merasa pusing dan lemah akhir-akhir ini, kenyataan tersebut tidak ada
hubungannya dengan aktivitas yang berlebihan. "Malahan, biasanya terjadi sewaktu
aku sedang istirahat. Setiap kali bangun dari kursi, rasanya seperti mau
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pingsan." Logan, yang tengah memeriksa struktur jaringan getah bening, berhenti
sejenak apa yang mungkin menjadi penyebabnya" dan meminta izin untuk keluar
? ?sejenak. Di kamar sebelah ia meneliti lebih lanjut data-data yang dikirim rumah
sakit lokal yang memeriksa Tilley sebelumnya.
Karena tidak mampu menentukan dengan tepat apa yang menyebabkan peristiwa tidak
biasa tersebut, dokter pribadinya mula-mula mengira ada radang pankreas sekadar
?infeksi biasa pada pankreasnya. Setelah dua hari di rumah sakit, merasa lebih
sehat, Tilley diizinkan pulang. Tapi, hanya dalam beberapa jam, masalah tersebut
kembali. Logan kembali pada pasiennya. "Tampaknya kau sudah membungkam dokter-doktermu di
Kansas." Tilley tersenyum. "Mereka mengangkat tangan dan berkata aku seharusnya datang ke
sini agar kalian yang menentukan."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan segera menyukai Tilley. Tidak mengasihani diri, mau berjuang.
"Baiklah, coba kita pikirkan. Bagaimana kalau kita coba dengan yang paling
mudah" Bagaimana perasaanmu kalau berdiri?"
Logan melihat bahwa setiap kali Tilley berdiri, tekanan darahnya menurun drastis
dan detak jantungnya meningkat.
"Well, yang pasti masalahnya bukan sekadar ba-yanganmu saja."
"Hebat. Orang bodoh di K.C. juga tahu."
Logan tertawa. "Apa para orang bodoh tersebut menanyakan kalau kau akhir-akhir
ini sering ke-hausan?" ada gunanya ditanyakan, biarpun hanya sedikit. Dari masa?kerjanya di Claremont, Logan teringat kalau perubahan tekanan darah dan detak
jantung yang begitu simultan bisa merupakan gejala dehidrasi luar biasa.
Meskipun di musim gugur yang dingin seperti ini, tampaknya hampir mustahil ada
orang yang tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan bisa mengalami dehidrasi
yang begitu berat. Yang mengejutkan, Tilley mengangguk. "Tapi itu cuma akibat meminum obatnya,
bukan?" "Well, kita lihat saja apa orang bodoh ini bisa memperjelasnya sedikit. Kita
Iakukan saja beberapa tes."
"Apa itu berarti aku harus kembali ke rumah sakit?"
"Kurasa tidak perlu. Kami punya kontrak dengan beberapa hotel di daerah D.C.
Bagaimana kalau YKA memberimu Iiburan gratis?"
Tilley tersenyum. "Trims, Dokter."
125 'Nanti kuminta seseorang untuk memesankan kamar untukmu di Madison Arms.
Kembalilah kemari besok jam setengah sembilan dan kita mulai tesnya."
"Berapa lama aku harus tinggal?"
Salah satu tugas Logan adalah menghapus kekhawatiran, tapi ia tidak akan pernah
dengan sengaja menipu pasien. "Aku benar-benar tidak tahu, Larry. Mungkin tidak
lebih dari beberapa hari. Untuk sementara, kau kuberi dua liter cairan infus,
kita lihat apa ada manfaatnya."
Dalam waktu singkat, cairan tersebut bagai obat ajaib. Esok harinya, Tilley
melaporkan bahwa ia merasa lebih baik daripada sebelumnya.
Tapi esok lusanya, pusingnya kembali lagi.
Karena semua tes tidak menunjukkan apa-apa, masa perawatan selama beberapa hari
di Washington berkembang menjadi hampir dua minggu. Sekalipun ke-cewa atas
perkembangan kondisi Tilley, rasa ingin tahu Logan semakin menggunung. Dua hari
sekali Tilley datang ke klinik YKA untuk diperiksa dan dijejali air garam. Yang
pasti, ia kemudian merasa lebih baik. Sekalipun begitu, sama pastinya, dua hari
kemudian ia kembali pusing, tekanan darahnya menu run drastis.
Akhirnya, setelah cukup lama, tes-tes yang dilakukan menunjukkan penyebab
dehidrasi terus-menerus yang dialami Tilley. Adrenal cortex-nya tidak lagi
memproduksi hormon yang memungkinkan ginjal untuk menyimpan garan\ dan air. Bagi
Logan, alasannya jelas: obat protokol tersebut dengan satu atau lain cara telah
menghambat fungsi normal organ itu.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Namun, setelah mempelajari lagi proposal panjang yang mendahului uji Campuran J,
ia tidak menemukan apa pun yang menunjukkan kalau obat tersebut mungkin memiliki
efek samping yang begitu mengejutkan. Dan sepanjang pengetahuannya, obat
tersebut tidak menunjukkan efek yang sama terhadap pasien lain yang menjalani
protokol yang sama. Pada siang hari ketika hasil tes masuk, Logan hanya bisa memusatkan perhatiannya
pada data tersebut. Pada dasarnya tidak masuk akal: ada apa dengan pasien
ini atau kondisi spesifik apa, atau apa aspek obat tersebut yang belum dikenali?sampai sekarang hingga timbul efek seperti itu"
?Tapi ia telah mulai memformulasikan pertanyaan yang bahkan lebih berhubungan:
Mungkinkah penemuan semacam itu memiliki penerapan praktis yang berarti"
Peristiwa-peristiwa hari itu memperkuat maksud Logan yang semula hanyalah
pemikiran samar: ia menemui sekretaris Shein dan mengambil tiket balkon YKA
untuk pertandingan bola malamnya. Tim kesayangan-nya, The California Angels,
datang kemari, dan sejak masa kanak-kanak ia paling bisa berpikir jernih di
lapangan bola. Tiba di Lapangan Camden Baltimore lebih awal untuk melihat latihan memukul, ia
tidak terkejut melihat balkon kosong kata orang balkon tersebut memang jarang
?digunakan. Balkon tersebut terletak di tengah, dekat dengan base pertama home plate, dan
Logan bisa melihat keseluruhan stadion baru yang memesonakan tersebut.
127 Ia membeli hotdog dan bir, kemudian duduk, menikmati suasana tempat tersebut.
Baru pada inning keempat, dengan Angels memimpin tiga putaran, ia meraih tasnya
dan mengeluarkan riwayat kasus Larry Tilley. Rencananya adalah untuk
mempelajarinya lagi sejak awal, bahkan sebelum diagnosa penyakitnya; mencari
petunjuk di masa lalu Tilley, segala sesuatu yang mungkin
?"Dan?" Ia menengadah dan, terkejut, berpandangan dengan Sabrina Como yang membawa baki
kardus berisi makanan. Sabrina tersenyum ragu. "Kuharap kau tidak keberatan kuganggu."
Logan bergegas mengembalikan kertas-kertasnya ke dalam tas. "Tidak, tentu saja
tidak. Aku cuma... terkejut."
"Biasanya tidak ada orang di sini." Ia duduk di sebelah Logan.
"Aha..." Ia menatap Sabrina dengan heran. "Kau suka bisbol?"
Ia mengangguk. "Ini permainan angka. Aku suka angka, ibuku mengajar statistik."
Ia menunjuk papan angka di sisi kanan lapangan. "Orioles, tidak begitu bagus.
Cuma tiga pukulan dan sudah mencatat dua kesalahan."
Logan mengangguk. "Tim Salmon mencetak home run untuk Angels." Ini sinting;
tidak mungkin Sabrina mengetahui siapa itu Tim Salmon.
"Dan Bo Jackson" Itu alasan utama kedatanganku untuk melihat pria dengan ?pinggul palsu berlari mendatangi base-base" Ia tersenyum. "Itu baru keajaiban
128 medis, bukan" Lebih baik daripada permainan kecil kita."
Logan tersenyum tidak pasti. "Aku tahu. Sayang, dia tidak ikut main."
"Ya... aku tahu dia cuma dapat .233, tidak begitu tinggi." Ia menatap kartu
skornya, mencocokkan angka yang ada di sana dengan yang ada di papan di
lapangan. "Malam ini mereka memakai orang lain, Davis."
Logan terpesona. Ia tidak pernah bermimpi akan bertemu dengan wanita seperti
ini. Ia berusaha keras memikirkan sesuatu untuk diucapkan. "Nah... kau makan
apa?" kemudian seketika ia memaki dirinya. Kenapa setiap kali wanita ini
?berbicara dengannya IQ-nya anjlok empat puluh poin"
Sabrina mengambil hamburger dari bakinya. "Bukan yang terbaik."
"Well, paling tidak lebih baik daripada makanan di YKA." Ia ragu-ragu. "Apa
rumah sakit di Italia makanannya lebih baik?"
"Tidak, mungkin bahkan tidak sebaik ini. Apa yang bisa lebih buruk daripada
pasta yang sudah berhari-hari" Tapi para dokter di sana biasanya membawa makanan
sendiri. Terkadang di sini aku juga begitu kue-kue dan cokelat Italia."
?Merogoh sakunya, ia mengeluarkan sepotong permen berbungkus kertas aluminium
keemasan. Labelnya Maracini. "Mau?"
Logan membuka bungkusnya dan memasukkannya ke mulut. "Enak."
"Jangan dimakan secepat itu, Logan," kata Sabrina, tersenyum. "Itu bukan
Hershey's Kisses." discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Oh. Maaf." "Terkadang pasienku kuberi."
"Sungguh?" Sepintas, Logan bertanya-tanya apa-kah tindakan tersebut melanggar
peraturan atau tidak Sabrina mengangkat bahu. "Aku sudah melakukannya sejak di Italia. Rumah sakit di
sana banyak menampung anak-anak."
"Bangsal anak-anak?"
Ia mengangguk. "Tapi ini juga bagus untuk orang dewasa. Barang remeh, tapi
membantu menimbulkan hubungan baik dengan pasien."
"Aku tidak bisa bekerja dengan anak-anak."
"Maaf?" Logan mengatakannya begitu pelan hingga ia tidak mendengarnya dengan
jelas. "Entahlah, kalau mengunjungi bangsal anak-anak dan melihat meja dan kursi kecil
yang ada di sana..." Bahunya turun sedikit. "Aku bahkan kesulitan membaca
literatur tentang anak-anak dan kanker."
Biarpun tatapan Sabrina tidak berubah, ia mempelajari Logan dengan minat baru.
"Well, kau beruntung kita tidak mengobati anak kecil di YKA."
"Benar." Logan ragu-ragu, terkejut melihat perubahan sikap Sabrina. Penjelasan
tampaknya diperlukan, kalau bukan permintaan maaf. "Aku tahu ini tidak
profesional..." Sabrina berpaling menatap ke lapangan. "Ah, Mr. Ripken mau memukul bola."
Logan merasa kewaspadaannya meningkat. "Bagaimana," lanjutnya, "kau suka bekerja
di YKA?" "Suka?" Sabrina kembali memandangnya, tampak bingung dengan kata tersebut.
"Kurasa seperti hidup
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY di kota Italia abad pertengahan. Membuatku membaca Machiavelli lagi."
Dengan perasaan lega, Logan tertawa. "Benar."
"Beberapa orang di sana... mengerikanV Ia diam sejenak. "Kuharap kau bukan teman
mereka." "Tidak. Hanya hubungan profesional."
"Seperti si Larsen dan Stillman. Mereka termasuk pakar-pakar di bidang kanker
kandungan dan kanker payudara betul" dan mereka tidak menyukai wanita. Sama ? ?sekali. Bagaimana mungkin?"
Di lapangan, Orioles memukul bertubi-tubi, dan penonton bersorak-sorai saat
bolanya melesat di antara dua pemain infielder ke lapangan kiri. Logan
menggeleng. "Entahlah."
Teriakan penonton mereda. "Bahkan pekerjaannya benar-benar tidak semenarik
?bayanganku semula."
"Kurasa banyak di antara kita yang juga merasa begitu."
"Di Florence itu tempatku magang aku mengambil spesialisasi endokrinologi
? ?selama setahun. Kau mengerti" Tapi di sini" ia mengangkat bahu untuk
?menunjukkan besarnya rasa frustrasinya "di sini apa gunanya spesialisasi
?seperti itu?" "Aku tidak tahu kalau kau ahli di bidang endokrinologi."
"Ya, dan sangat andal." Sabrina tertawa. "Tidak ada gunanya menutupinya."
Tawanya merdu. Logan mencondongkan tubuhnya ke depan. "Dengar, aku punya sesuatu
yang mungkin menarik untukmu..."
Ia mengeluarkan kertas dari tasnya; kemudian, secara garis besar, ia menjelaskan
kasus Tilley, menekan - 131 kan kebingungan terus-menerus yang dihadapinya atas apa yang tampaknya merupakan
reaksi aneh pasien terhadap obat protokol.
Dengan pandangan terpaku ke lapangan, Sabrina mendengarkan dengan penuh
perhatian. "Kau yakin kalau dalam proposal protokol tidak disinggung efek
samping seperti itu sama sekali?"
Logan mengangguk. "Sama sekali tidak ada. Siapa tahu, mungkin tidak ada
hubungannya dengan Campuran J. Mungkin itu reaksi dari penyakitnya sendiri."
"Kau tahu," kata Sabrina, "beberapa pasienku juga menjalani protokol Campuran J.
Salah satunya, wanita, juga menderita gejala yang sama."
"Melemah" Pusing" Tekanan darah berubah drastis?"
Sabrina mengangguk. "Cuma tidak separah itu. Dokternya di New Jersey yang
menanganinya." Ia diam sejenak. "Kau pernah ke perpustakaan di Yayasan" Kau
sudah memeriksa informasi mengenai Campuran J?"
"Aku baru mulai." Sebenarnya, arsip YKA merupakan koleksi data terlengkap di
dunia mengenai kanker dan penyakit lainnya yang terkait; dan sebagian besar data
yang tidak ada di sana bisa diperoleh secara elektronis. Satu-satunya batas bagi
peneliti yang berdedikasi adalah batasan yang ditetapkannya sendiri. "Sialnya,"
kata Logan mengakui, "kemampuan bahasaku lemah. Cuma Inggris dan sedikit
Jerman." Sabrina menggeleng. "Itu salah satu segi yang paling memalukan dari kalian orang
Amerika" kemudian, khawatir kalau telah menyinggung perasaan Logan, "aku tidak ?bermaksud buruk."
132 Logan tidak bisa menahan tawa. "Aku mengerti."
"Yah, bahasa Inggrisku juga tidak sempurna."
"Sudahlah, Sabrina, kau terlalu serius."
"Omong-omong," tambah Sabrina, mata hijaunya berkilau, "itu sebabnya aku memilih
kedokteran demi keasyikan berburu."
?"Bagus juga caramu mengungkapkannya."
"Kalau kau?" Logan berpikir sejenak. "Sama. Tapi kurasa aku juga harus memberitahumu tentang
ayahku." "Dia juga dokter?"
Logan menggeleng. "Dia memiliki toko peralatan kantor."
"Dia mau kau jadi dokter" Ini impiannya untukmu?"
"Sebenarnya, yang paling diinginkannya adalah aku mencetak uang. Aku menelepon
keluargaku beberapa minggu sekali. Dia tidak pernah lupa mengingatkan kalau aku
belum menghasilkan banyak uang."
Sabrina tertawa. "Ceritamu tidak ada hubungannya."
"Ayahku boleh dikatakan bisa melakukan apa saja. Dia cukup cerdas. Cuma, ayahnya
meninggal sewaktu dia masih SMA dan dia terpaksa membantu keluarga. Jadi dia
bekerja, dan tidak pernah kembali ke cita-citanya yang semula." Ia mengangkat
bahu. "Itu saja, tidak ada yang dramatis. Banyak orang punya cerita yang sama."
"Aku yakin dia bangga padamu."
Logan tersenyum sedih. "Sebenarnya tidak. Dia marah padaku." Ia diam sejenak,
merasa sangat kikuk; ia mungkin telah bercerita terlalu banyak pada wanita ini.
Pembeberan diri yang berlebihan semacam ini bisa mengusir Sabrina. "Kau sendiri
berolahraga apa?" discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina menyadari perubahan pokok pembicaraan dan menghargainya. "Di Italia, di
SMA, aku lari. Empat ratus dan delapan ratus meter. Tapi sekarang berjalan cepat
pun tidak." "Well" Logan ragu-ragu "mungkin suatu hari nanti kita bisa main lempar bola."? ?Sabrina mengangguk. "Boleh."
Logan melirik arlojinya dan dengan enggan beranjak bangkit. "Kau tidak apa-apa
di sini" Aku harus terbang ke New York besok pagi-pagi."
"Kenapa ke New York7"
"Aku magang dan praktek rumah sakit di sana. Di Rumah Sakit Claremont."
"Ah, dan mungkin kau punya teman di sana?"
Luar biasa atau cuma sekadar imajinasinya" Logan merasa telah mendengar nada
? ?cemburu. "Well, yeah. Itu salah satu alasan aku ke sana... dia akan bercerai
dengan istrinya." "Ah," kata Sabrina, suaranya tidak mengungkapkan apa pun. "Kau sahabat yang
baik." Logan tersenyum. "Tidak. Cuma mencari alasan untuk libur sehari dari YKA. Tapi
ini menaikkan nilaiku sebagai orang baik."
"Well" Sabrina beranjak bangkit dan menjulurkan tangan "senang akhirnya bisa
? ?berkenalan denganmu. Menurutku kau sama sekali tidak brengsek."
Senyumnya begitu memukau hingga Logan tidak menangkap pujian tersembunyi dalam
ucapannya. "Terima kasih, Sabrina. Manis sekali perkataanmu."
134 Dengan penerbangan shuttle pukul 8.00 dari Bandara Nasional, Logan tiba di
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tengah kota Manhattan sebelum pukul 10.00. Karena jadwalnya untuk bertemu dengan
Perez baru pukul 12.30 satu-satunya janji pertemuannya ia memandang hari ini
? ?sebagai saat untuk bersantai, dan ia memutuskan untuk memanfaatkannya
sepenuhnya. Ia meminta taksi-nya menurunkannya di Museum Metropolitan, dan
menghabiskan sejam berikutnya di bagian kesukaannya seni Mesir dan persenjataan
?abad pertengahan; kemudian pergi ke tempat favoritnya yang Iain: Museum Kota New
York yang kecil, dan khusus, yang sedang memamerkan sejarah olahraga New York.
Kalau bergegas menyusuri Fifty-ninth Street, ia masih sempat berkeliaran di
F.A.O. Schwarz, mengamati mainan baru dan benda-benda yang menarik minatnya.
Ruben Perez tepat waktu, menunggu di seberang jalan, di depan Plaza. Saat Logan
mendekat ia mengacungkan kantong roti.
"Kupikir kita makan di taman saja."
"Ada hal-hal yang tidak pernah berubah." Logan
135 menyeringai saat mereka bersalaman. "Kenapa aku selalu membayangkan dirimu
berkelas?" "Hei, tidak semua orang mencetak uang sebanyak dokter."
"Aku tidak mencetak uang sebanyak dokter. Aku di YKA, ingat?"
"Itu sebabnya aku tidak menyarankan restoran. Aku tidak mau mempermalukanmu."
Setelah melihat tidak ada yang berubah di antara mereka, mereka hampir seketika
membandingkan institusi masing-masing.
"Kau tidak akan percaya," kata Logan, saat mereka berjalan ke Central Park,
"tapi banyak orang mengatakan kalau Iingkungan kerja di YKA sama buruknya dengan
di Claremont. Mungkin bahkan lebih parah."
"Aku punya kesan kau menyukai tempat itu."
"Secara pribadi, memang. Tapi aku ilmuwan, aku memberimu data yang obyektif."
Sahabatnya tersebut menggeleng kuat-kuat. "Oh, c'mon, man. Kau sudah lupa
bagaimana keadaan di Claremont. Kota Brengsek, A.S."
"Dengar, beberapa orang di YKA luar biasa buas. Sekali bertentangan dengan
mereka, biarpun tidak sengaja, kau boleh melupakan kariermu."
"Jadi bagaimana kau mengatasinya?" Perez duduk di bangku kosong.
Pertanyaan sederhana tersebut tampaknya menyinggung perasaannya. "Tidak ada cara
untuk mengatasinya. Kau cuma harus bekerja keras dan berusaha habis-habisan
untuk tidak terlibat masalah."
"Benar." "Masalahnya, kau akan dicap sebagai penjilat. Aku harus melakukan apa, pekerjaan
tidak bermanfaat" Itu membuatku menjadi pahlawan?"
Sahabatnya tercengang melihat kesengitan Logan. "Hei, man, aku tidak menuduhmu
menjilat siapa pun. Kedengarannya mereka sudah mempekerjakan dirimu terlalu
keras di sana." Ia menepuk bangku. "Duduklah."
Logan duduk. "Maaf. Aku cuma berharap pekerjaan tersebut bisa tanpa segala macam
tetek bengek itu." "Mimpilah terus, sobat. Cuma jangan membuatku mengkhawatirkan kondisi mentalmu.
Aku sendiri cukup punya masalah."
"Yeah, aku tahu."
"Kenapa kita jadi bercerita tentang masalah/ww" Maksudku, ini seperti tradisi."
Logan tidak bisa menahan senyum. "Baik. Giliranmu." Ia mengulurkan tangan.
"Berikan roti isinya dan bicaralah."
Tapi saat Perez menceritakan kisahnya, titik berat pertemuan tersebut dengan
cepat berubah. Perceraian Perez yang sebentar lagi berlangsung ternyata jauh
lebih kacau daripada yang disadari Logan. Tampaknya istrinya minum-minum terus.
Dengan perasaan semakin pahit, istrinya telah menolak hak Perez untuk bertemu
dengan putri mereka yang masih kecil. Perez mulai merasa kalau tidak ada jalan
selain bertempur di pengadilan.
Karena tidak berpengalaman dengan skenano se-mengerikan itu, tidak tahu sedikit
pun tentang kebutuhan emosional anak-anak selain dari yang dipelajarinya dalam
pendidikan kesehatan mental selama
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sebulan waktu masih kuliah, Logan tahu ia tidak berhak untuk memberi nasihat. Ia
hanya mendengarkan. Tapi itu tampaknya sudah cukup untuk Perez.
"Ini sulit sekali," katanya perlahan, menyimpulkan. "Cuma karena aku mau
mengundurkan diri, semua orang beranggapan akulah yang jahat." Ia berhenti dan
menyeka matanya yang tiba-tiba basah dengan lengan bajunya.
Dengan kikuk, Logan memeluk bahu sahabatnya. "Kau tahu aku bersedia membantu
sebisaku." Ia hampir Iupa mungkin baru sekarang disadarinya betapa dalamnya ? ?perasaannya terhadap sahabatnya ini.
"Maksudku, tidak ada orang yang benar-benar memahami apa yang terjadi dalam satu
keluarga. Bagaimana orang-orang memperlakukan satu sama lain. Aku berusaha
menyelamatkan anakku, man. Aku lem-bur tiga shift seminggu cuma untuk membiayai
ini." Ingin mengendurkan ketegangan, Logan tertawa. "Delapan belas jam tambahan di
Claremont" Nah, itu baru bikin stres."
Seketika ia menyesalinya. Tapi, seperti biasa, Perez tersenyum. "Aku tahu. Kau
benar." Setengah jam kemudian, saat Perez bergegas pergi ke arah Rumah Sakit Claremont,
Logan menyadari kalau ia kebingungan. Apa yang harus dilakukannya sekarang" Ia
cenderung memandang kehidupan sebagai serangkaian komitmen mantap dan ia telah
menganggap hari ini sebagai liburan untuk bersantai. Sekalipun begitu, gagasan
untuk melewati siang hari sendirian tiba-tiba tampak kurang begitu menarik.
Ia rriempertimbangkan untuk segera pulang. Seperti
138 biasa, selalu ada yang harus dikerjakan. Pasien-pasien yang merasa gembira
bertemu dengannya. Slide-slide untuk dikirim ke Klinik Seleksi. Data untuk
dimasukkan ke dalam komputer termasuk data Tilley, yang karena kesibukannya
?mempelajari data tersebut malam sebelumnya, telah membuatnya lupa untuk
memasukkannya. Dengan mantap, Logan menuju ke bioskop, tempat ia menghabiskan siang hari itu.
Setelah itu, merasa lebih baik, ia memutuskan untuk makan malam dulu di restoran
Thai kesukaannya. Karena membutuhkan bacaan, ia mampir ke toko buku di Sloan-
Kettering tepat sebelum tutup dan membeli terbitan terbaru Principles and
Practice of Oncology karangan Vincent DeVita.
Buku tersebut ternyata sangat menghanyutkan hingga setelah memesan kopi barulah
terpikir olehnya untuk menelepon dan menanyakan pesan-pesan untuknya.
Beberapa pesan pertama hanya rutin: sekretaris rumah sakit menyampaikan pesan
pasien protokol yang kembali menginap; seorang teman kuliah yang akan ke
Washington selama Natal. Tapi pesan ketiga mengejutkannya.
"Halo, Dr. Logan. Atau mungkin sekarang aku sudah cukup baik mengenalmu sehingga
boleh memanggilmu Danny" Sudahlah, lupakan. Ini Sabrina Como dan kita harus
bertemu secepatnya. Kurasa aku menemukan sesuatu yang penting. Jadi tolong
telepon aku secepatnya. (703) 555-4103. Ciad."
Logan memandang arlojinya pukul 20.16. Ia cepat-cepat menelepon ke apartemen ?Sabrina dan diterima
139 mesin penjawab telepon, jadi ia meninggalkan pesan: ia berharap bisa mengejar
penerbangan shuttle pukul 21.00. Ia akan menelepon lagi dari rumah.
Baru saat di taksi, yang melaju ke bandara, ia menyadari kalau bukunya
tertinggal di meja. discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina sudah menantinya di pintu kedatangan. Kalaupun Logan mengharapkan
kedatangannya, mungkin ia tidak akan bisa langsung mengenalinya. Rambut panjang
dan hitam Sabrina diikat ekor kuda. Tidak memakai setelan bergaya yang biasa
dilihatnya, Sabrina kali ini mengenakan jins dan kaus.
Logan berdiri di tempat, tertegun, -tiba-tiba menyadari kalau jantungnya
berdebar kencang. "Kuharap tidak ada orang lain yang menjemputmu," kata Sabrina ringan.
"Tidak. Tadinya aku mau naik taksi." "Aku bawa mobil." Sabrina ragu-ragu,
tampaknya sedikit malu dengan keberaniannya. "Mungkin aku seharusnya tidak
kemari. Tapi ada kabar yang harus kusampaikan." "Kabar apa?"
"Hari ini hari aku tidak bekerja..." "Hari liburmu?" Mereka mulai melangkah pergi.
Sabrina mengangguk. "Jadi aku ke perpustakaan. Nanti lihat apa yang kutemukan."
"Perpustakaannya tutup, Sabrina."
141 "Referensinya ada dalam komputer di rumahku. Kalau menurutmu sekarang belum
terlalu larut...?" Saat mereka menuju ke garasi parkir, Sabrina menceritakan kisah penemuannya:
bagaimana, saat melalap dokumen-dokumen dalam arsip sepanjang pagi dan terus
hingga siang harinya laporan-laporan, artikel-artikel, dan memo intern, dalam
?bahasa Prancis, Italia, Jerman, dan Belanda ia menemukan kolom editorial dalam
?majalah kimia kuno Jerman bernama Angewandte Chemie tentang apa yang tampaknya
sangat mendekati Campuran J.
"Apa nama campuran tersebut?" tanya Logan.
"Mereka tidak menyebutkan nama. Tapi membicarakan strukturnya. Dan tentang asam
polynaphthalene sulfonic, sebagaimana dalam Campuran J."
"Lalu..." "Lalu apa yang ditulis dalam majalah tersebut luar biasa menarik."
Sabrina menghidupkan lampu. Saat sekilas memandang seisi apartemen mungil
tersebut, Logan mau tidak mau melihat betapa penataannya sangat mencerminkan
kepribadian Sabrina tidak aneh-aneh tapi cukup ber-selera; kekontrasan yang
?begitu nyata dengan apartemennya sendiri, yang masih sedikit perabotannya
sekalipun telah dihuni berbulan-bulan.
Sabrina mendekati komputernya dan menghidup-kannya. "Majalah itu diterbitkan
tahun 1924." "Sembilan belas dua puluh empat?" Logan sulit untuk mempercayainya; Sabrina
membawanya kembali ke Zaman Kegelapan. Pada waktu itu hampir tidak ada yang
paham sedikit pun akan sifat kanker. Tapi
142 ia menyembunyikan keskeptisannya. "Apa persisnya yang ditulis di sana?"
Sabrina memasukkan disket dan tidak lama kemudian layar dipenuhi teks.
"Katamu kau bisa bahasa Jerman, bukan?"
Sebenarnya, Logan tidak semahir yang dikesan-kannya pada Sabrina. Logan menarik
kursi dan, mencondongkan tubuh mendekati layar, berusaha keras menerjemahkannya.
Hanya dengan konsentrasi yang luar biasa hebat perhatiannya tidak terpecah
dengan kehadiran Sabrina yang duduk beberapa meter jauhnya di lantai, matanya
berkilat-kilat penuh semangat.
Yang seketika mengagetkannya dari artikel singkat tersebut adalah nadanya.
Ditulis setelah kekalahan Jerman dalam Perang Dunia I dan inflasi gila-gilaan
yang merajalela setelahnya, tujuan artikel tersebut jelas sama sekali tidak
ilmiah, tapi politic Intinya adalah para ilmuwan Jerman, sekalipun kekurangan
sumber dana, tetap jauh lebih superior daripada rekan mereka di Inggris dan
Prancis. Campuran tersebut "karya seorang peneliti dari bekas laboratorium ?Paul Ehrlich yang agung" hanya disebut sedikit; sifatnya yang memerangi kanker
?hanya disinggung sambil lalu, tanpa penjelasan, sebagai contoh lain dari
kecemer-langan Jerman. "Semoga karya ini terus berkembang," begitu artikel
tersebut menyimpulkannya dengan ang-kuh. "Semoga campuran ini selalu
mengingatkan orang tentang hebatnya ilmu pengetahuan Jerman!"
Logan berpaling dari layar. "Entahlah, Sabrina. Memang ada klaim di sini, tapi
tidak ada bukti apa-apa."
"Dan, masa kau masih belum mengerti, mereka membicarakan kanker! Ini penting."
143 Logan menggeleng lambat. "Ini terlalu sedikit untuk dilanjutkan."
"Ini petunjuk. Aku kan memang mencari petunjuk."
"Aku tahu. Tapi" ia ragu-ragu "aku harus memberitahumu, sulit untuk
? ?membayangkan orang-orang itu bisa mengenali agen antikanker."
Tanpa diduga, Sabrina jadi sengit. "Kau sangat sombong, Logan, untuk orang
Amerika yang hidup di tahun 1990-an."
"Maaf." Ia mengangkat bahu. "Aku ingin percaya, tapi tidak bisa. Omong-omong,
Campuran J sudah dihapus dari daftar agen antikanker dengan tes deretan sel."
Tes seperti itu, dimana obat-obatan dicobakan pada pembiakan sel ganas di piling
petrie, merupakan metode kilat untuk menentukan campuran mana yang layak diuji
coba lebih lanjut. Ada banyak deretan sel untuk berbagai kanker: campuran
tersebut gagal mengatasi semuanya.
"Deretan sel bukan manusia," kata Sabrina sengit. "Manusia, lingkungannya,
bagaimana sel-sel kanker berinteraksi dengan sel-sel sehat, semua ini tidak bisa
dilihat dalam tabung reaksi."
Sabrina benar dan Logan mengetahuinya. "Tapi..."
"Sayang kau tidak menguasai bahasa Prancis," tambah Sabrina tajam.
"Memangnya kenapa?"
Tapi Sabrina telah mengeluarkan dokumen lain di layar. Yang ini lebih panjang,
tiga atau empat halaman. "Ini dari Institut Pasteur di Paris. Kau mungkin
menghormati mereka."
Logan mengintip ke layar. Sekalipun ia hanya
144 menguasai bahasa Prancis tidak lebih dari beberapa patah kata, ia mencari
tanggalnya. Itu dia: 1937. "Apa katanya?"
"Ini makalah... pengamatan salah seorang peneliti mereka yang mengunjungi Afrika."
"Laporan kasus?"
Sabrina mengangguk. "Dari salah satu koloni Prancis. Guinea. Peneliti ini
bekerja pada klinik di sana, dia menceritakan hal menarik yang dilihatnya."
"Lalu...?" Sabrina menunjukkan paragraf yang telah ditebal-kannya. "Peristiwa yang sama dua
kali. Dua wanita yang berbeda. Mereka mengalami infeksi, dari spirochetes "?"Sipilis" Frambusia?"
"Tidak disebutkan tepatnya."
"Tidak disebutkan?" Logan meragukannya.
"Intinya bukan itu. Kedua wanita tersebut juga menderita kanker payudara. Dan
sesudah tiga suntikan untuk infeksinya kejutan besar! tumomya mulai menyusut."
? ?"Maksudmu" Ada saudara Campuran J yang aktif terhadap kanker payudara?"
Kemungkinan itu begitu jauh hingga sulit untuk mempercayainya.
Sabrina mengangguk. "Mungkin. Dari apa yang dikatakan di situ."
"Tepatnya apa yang dikatakan tentang campurannya" Apa ada rincian strukturnya?"
Sabrina menurunkan layar hingga menemukan apa yang dicarinya. "Berdasarkan zat
pewarna organik... Terdiri atas polycyclic sulfonates yang dilebur."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina tersenyum padanya. "Ini kedengarannya tidak asing, bukan?"
Tanpa tertahan, Logan mulai tertular kegembiraan Sabrina. "Ada lagi" Ada nama
yang diberikan?" Sabrina menunjuk catatan kaki yang dicetak lebih kecil di bagian bawah halaman
terakhir. Sekalipun dalam bahasa asing, Logan melihat apa yang tampaknya
merupakan nama: "M. Nakano."
"Di sini juga disinggung makalah yang juga ditulis orang yang sama tentang
campuran ini tapi tidak pernah dipublikasikan," kata Sabrina. "Namanya nama
Jepang, ya?" Nama tersebut samar-samar diingatnya. "Nakano... Kalau tidak salah Paul Ehrlich
punya seorang ahli kimia berkebangsaan Jepang di laboratoriumnya." Sebenarnya,
kalau ingatannya benar, asisten kunci pria besar tersebut dalam mengembangkan
agen anti-sipilis yang menjamin reputasinya merupakan seorang berkebangsaan
Jepang bernama Hata. "Dari apa yang kubaca, dia sangat menghormati etika kerja
mereka." Sabrina mengangkat bahu. "Ini sejarah, bukan ilmu pengetahuan." Ia berhenti,
tiba-tiba menyadari tujuan Logan. "Ah... karena dalam artikel lain...?"
Logan mengangguk. "Ehrlich meninggal sekitar awal Perang Dunia Pertama. Siapa
yang berani memastikan kalau Nakano ini bukan berasal dari laboratoriumnya yang
melanjutkan penelitian atas campuran ini sesudah perang usai?" Logan berhenti,
memandang Sabrina lekat-lekat. "Atau ini juga terlalu jauh kaitannya?"
"Aku tidak tahu arti kata ini."
146 "Apa menurutmu kedua artikel ini bisa jadi menyinggung penelitian yang sama"
Orang yang sama?" Sabrina balas menatapnya. "Ya."
Logan membisu untuk waktu yang cukup lama. "Tapi jangan sampai terhanyut. Kita
tidak mengetahui apa pun tentang orang Prancis yang melaporkan penemuan ini. Apa
dia cukup layak untuk menilai" Apa dia sendiri memeriksa kedua wanita tersebut"
Yang kita ketahui cuma ini mungkin tidak lebih dari mastitis kronis atau radang
payudara biasa." Tapi, sebenarnya, ia tidak bisa lagi menyembunyikan antusiasmenya yang
menggunung. Inilah yang diharapkannya. Bukankah kasus Tilley telah menimbulkan
kesan bahwa campuran tersebut bisa sangat aktif" Kalau, dalam situasi tertentu,
campuran tersebut menghambat pertumbuhan sel-sel yang sehat, lalu siapa yang
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berani memastikan kalau campuran tersebut tidak akan menghambat pertumbuhan sel-
sel buruk" Mereka terus bercakap-cakap hingga dua jam berikutnya; mendiskusikan banyaknya
kemungkinan teori tersebut ternyata salah; apakah ada orang lain lagi yang bisa
mereka ajak berbagi rahasia; di atas semua itu, mengingat realita di YKA, apakah
masuk akal untuk memburu proyek seperti ini. Khususnya Logan, yang mendua antara
antusiasmenya dan keragu-raguannya; satu saat tertarik oleh tantangannya, detik
berikutnya disentakkan oleh kesadaran bahwa keterlibatan mereka dengan proyek
sebesar ini, kalau tidak menghasilkan apa pun, bisa berakibat buruk bagi mereka.
Tapi mereka tidak ingin mengambil keputusan final
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY sekarang. Ketika Sabrina menguap, Logan tiba-tiba teringat akan waktu dan untuk?pertama kalinya sepanjang malam, ia merasa malu akan dirinya. "Sudah larut,
sebaiknya aku pulang."
Perlahan, ia beranjak bangkit.
Sabrina menatap lurus padanya. "Begitu maumu?"
Logan tercengang. Apa ini tawaran" Tidak, ia bergegas memarahi diri, lebih
mungkin bahasa Inggris Sabrina kurang lengkap, menyebabkannya salah menangkap
maksud pertanyaan tersebut. "Apa itu mau-ku?" ulangnya.
Sabrina beranjak bangkit dari kursinya dan mendekatinya. "Kau mau kuantar
pulang, atau mungkin kau mau menginap di sini?" Dengan lembut ia mengusap pipi
Logan. "Aku mau kau menginap," tambahnya. "Kalau kau tidak mau aku pasti
kecewa." Sebagai reaksi atas kebisuan Logan, ia mengecup pipinya kemudian melepas ?kancing kemejanya.
"Kurasa aku tidak ingin mengecewakanmu," kata Logan akhirnya, tersenyum.
"Kapan kauputuskan sudah waktunya kita tidur bersama?" tanya Logan sejam
kemudian, saat mereka berbaring berdampingan dalam kegelapan.
Sabrina tertawa. "Entahlah. Tapi Jcalau menunggumu bertindak lebih dulu, kita
tidak akan pernah di sini sekarang."
"Kau tahu, aku sudah lama menginginkannya." "Aku tahu."
"Satu-satunya alasan kenapa aku ragu-ragu... Maksudku, kita kan teman kerja. Bisa
repot kalau berhubungan dengan rekan sekantor, kau tahu itu."
148 Sabrina menariknya ke dekatnya. "Please, Logan. Berhentilah menganalisis." Ia
menciumnya lembut. "Kau harus mengerti ini seks, bukan ilmu pengetahuan."
?149 Tidak diperiksa, tumor tersebut mulai merambah tulang belakangnya. Setiap kali
bergerak atau berputar, tegangannya ditanggung oleh tulang yang telah melemah.
Beberapa sel tumor telah pindah ke tempat yang hanya beberapa milimeter jaraknya
dari akar syaraf yang menuju kanal tulang belakang.
Dokter pribadinya menenangkan sekaligus membingungkan. Karena tidak menemukan
apa pun kecuali memar ringan di punggung bawah, ia meresep-kan obat antiradang
nonsteroid dan memerintahkannya untuk mengurangi kegiatannya.
Sekalipun ia mengingkarinya, bahkan pada diri sendiri, kondisinya mulai
berpengaruh terhadap rutinitas sehari-harinya. Biasanya kuat biarpun hanya tidur
empat atau lima jam semalam, sekarang, saat tubuhnya mati-matian mencari
kekuatan untuk memerangi penyusup yang tidak kenal lelah tersebut, ia sering
kali merasa kelelahan sebelum pukul 21.00. Biasanya waspada dan sangat
perseptif, sekarang ia semakin lama semakin tidak bisa memusatkan perhatian.
Di tempat prakteknya, dokteniya tidak mau me -
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY lupakan masalah tersebut. Pendidikan dan nalurinya mengatakan, biarpun tidak ada
bukti nyata, bahwa telah terjadi sesuatu yang sangat tidak beres. Dokter
tersebut menelepon dan memberitahunya bahwa ia telah menjadwalkan serangkaian
tes di Rumah Sakit Angkatan Laut Bethesda.
"Mustahil." la tertawa, biarpun bersemangat juga. "Batalkan."
Hidupnya tinggal empat belas bulan lagi.
151 Iogan tiba di bangsal rumah sakit esok paginya setengah jam lebih lambat
daripada yang diinginkannya. Ia tidak mengira harus pulang naik taksi untuk
berganti pakaian. Tapi jam masih belum menunjukkan pukul 7.00: kalau bergegas,
ia masih sempat memasukkan data Tilley sebelum bersiap-siap untuk keliling pagi.
Setelah berbelok ke kanan dari lobi, ia menuju kamar mungil di ujung koridor
yang berfungsi sebagai ruang komputer rekan junior.
Rumah sakit tersebut sunyi, biasa untuk jam seperti ini. Tapi tidak lama setelah
ia duduk di depan komputer, ia mendengar seseorang tengah tergesa-gesa menyusuri
lorong. Sesaat kemudian, Lennox, perawat malam, menjulurkan kepalanya di ambang
pintu. "Permisi, Dokter."
Logan mengalihkan pandangannya dari komputer. "Ada situasi gawat." "Aku sedang
tidak bertugas." Lennox mengangguk singkat. "Saya tahu. Tapi saya tidak bisa
menemukan Dr. Lukas di mana pun." "Sial." Tapi ia langsung berdiri. "Siapa?"
152 "Anggota kongres Marino."
"Ya Tuhan!" Ia melesat dari ruangan tersebut dan tiba di samping ranjang anggota
kongres itu dalam waktu lima belas detik. Biarpun baru tiga hari yang lalu ia
melihatnya, kemundurannya amat drastis. Marino tak sadarkan diri, kulitnya
pucat, napasnya kritis: pendek, terengah-engah, muncul cuma sekali tiap tujuh
atau delapan detik. Seandainya tidak terbiasa melihat perubahan mendadak yang
lebih buruk yang sangat biasa terjadi di kalangan pasien kanker tingkat
menengah, Logan pasti tidak akan mempercayainya.
Logan membungkuk dan berbicara dengan lembut. "Congressman" Congressman Marino?"
Tidak ada reaksi. Hanya napas berat lagi yang melewati kerongkongan kering dan
panas, apa yang biasanya dikenal sebagai dengkur kematian.
Logan memandang perawat. "Dia termasuk JBPB, bukan?" Kode untuk "Jangan Beri
Pernapasan Buatan". "Ya, Dokter." Sebenarnya itu sudah tidak penting lagi; Marino tidak tertolong.
"Keluarganya sudah dihubungi?"
Lennox menggeleng. "Well, hubungi mereka. Sekarang."
Saat Lennox bergegas pergi, Logan menyentuh pembuluh darah pasien dengan
telunjuk. Denyutnya hampir tidak terasa.
Terima kasih banyak, Lukas, pikirnya kesal. Sekarang tebak siapa yang akan
tertimpa sial karena ini"
Tapi, saat menunduk memandang wajah pria yang tengah sekarat tersebut, ia tiba-
tiba merasa malu. Ya 153 Tuhan, apa ini prioritasnya" Lihatlah pengaruh tempat ini padanya!
Dalam kesunyian akibat kesedihan mendalam, ia meraih tangan Marino yang telah
dingin dan, sambil menatap kabut pagi di luar jendela, memegangnya hingga ia
mendengar perawat tersebut kembali.
"Mereka kemari," katanya. "Asisten administratif juga sudah kuhubungi di
rumahnya." Ia ragu-ragu. "Apa dia sudah meninggal?"
Logan mengangguk. "Dua menit yang lalu."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Tunggu di sini. Aku mau mencari Lukas!"
"Tolong ceramahi dia untukku."
Logan rasanya tahu di mana Lukas. Larut malam, kalau rekan junior ingin
menyendiri, mereka sering kali menempati kamar mungil di sisi lain bangunan,
dekat saluran ventilasi; dulunya kamar tunggu, ruangan itu masih berisi ranjang
lipat. Ia juga pernah menggunakan ruangan tersebut tapi tidak pernah tanpa ?memberitahu seseorang ke mana ia pergi.
Kamar tersebut terletak di ujung lorong yang panjang, dan saat mendekatinya ia
melihat berkas cahaya dari bawah pintu. Ia sengaja mengetuk keras-keras.
"Lukas" Hei, penidur, kau di dalam?"
Ia memutar knop dan perlahan membuka pintunya. "Hei, ada berita untuk "
?Pemandangan tersebut sama sekali tidak diduganya, ia sampai butuh waktu beberapa
saat untuk menyadari artinya. Lukas tergantung lemas pada pipa di langit-langit
dengan seutas pipa infus.
Tapi sekarang Logan bertindak otomatis, latihan selama bertahun-tahun yang
menggerakkannya. discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Ya Tuhan, dia harus diberi pernapasan buatan!
Dengan gunting perban yang diambilnya dari saku dada, Logan memotong pipa di
tengkuk Lukas dan dengan lembut membaringkannya di lantai. Tidak ada denyut
nadi; kulitnya jauh lebih dingin daripada mayat yang disentuhnya beberapa menit
sebelumnya. C'mon, Lukas, keparat, jangan berbuat begini padaku!
Dengan menjepit hidung Lukas, Logan menghela napas panjang dan menempelkan
mulutnya ke mulut Lukas. Tidak terasa apa pun, hanya perasaan mual yang tiba-
tiba akibat dingin, bagai mencium daging setengah beku.
Kali ini ia berteriak. "Ayo, Lukas! AYO!"
Ia menghantam dada Lukas kuat-kuat; kemudian berulang-ulang menekan tulang dada
Lukas dengan telapak tangan terbuka, menekan jantung Lukas dengan segenap berat
tubuhnya. Dengan putus asa, ia melesat meraih telepon, menekan kode situasi gawat 5-0-5-
?0. "Kode biru di ruang dua dua belas!"
Dalam waktu singkat, orang-orang mulai berham-buran masuk: dokter anestesi yang
tengah berjaga, menjejalkan pipa endotracheal ke tenggorokan Lukas; dua perawat
membawa mesin EKG; sisanya tim kode.
Tapi mereka terlambat. Baru sekarang Logan melihat tumpukan printout komputer yang berserakan dari
tempat di bawah mayat saat tergantung tadi; begitu cara Lukas melakukannya,
berdiri di atas tumpukan printout dan menendangnya.
Sepuluh menit kemudian barulah dua satpam YKA muncul di lokasi, diikuti polisi
setempat. 155 Dengan buku catatan di tangan, seorang pria muda berseragam, tegap dan berambut
pirang, mencatat pernyataan Logan.
Setelah mereka selesai, Logan diizinkan pergi. Dengan lelah ia melangkah ke
pintu. Tapi, merasa ada yang mengawasi, ia berhenti dan berbalik.
Stillman. "Menyedihkan," kata Stillman, memecahkan kebisuan.
Logan mengangguk sedih. "Dan aku yakin ini sangat berat bagimu. Maaf."
"Aku tidak mengerti," kata Logan pelan. "Kenapa dia melakukannya?"
"Orang sering melakukan hal-hal aneh. Di sini kita semua menghadapi tekanan
hebat." "Kukira aku mengenalnya. Aku terus bertanya-tanya apakah ada suatu tanda yang
seharusnya kulihat."
"Ya, well" Stillman bergerak ke pintu "tidak ada gunanya berkeliaran di sini. ? ?Ini masih hari kerja."
Logan tetap diam di tempatnya. "Aku tidak mengerti," ulangnya.
"Sialan, Logan," Stillman tiba-tiba murka, "hentikan kecengenganmu."
Pria yang lebih muda tersebut menatapnya, kebingungan. .
"Aku tidak mengerti" ulang Stillman dengan sarkastis. "Menurutmu pengalaman pagi
ini berat" Aku baru saja menemui keluarga Congressman Marino itu baru berat."
?Ia diam sejenak. "Camkan ini, Logan: Apa pun yang terjadi pada rekan junior
tidak ada artinya. Yayasanlah yang penting."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Logan ragu-ragu. Stillman tidak mungkin bersungguh-sungguh. "Kurasa dia terlalu
stres," katanya. "Stres" Masalah Dr. Lukas hanya nyali. Dia macam-macam dan tidak sanggup
menerima akibatnya."
Logan tersentak. Tentu saja ia sempat terpikir bahwa kemungkinan dituding
sebagai kambing hitam atas kematian Marino-lah yang mendorong Lukas untuk
bertindak nekat tapi ia telah menyingkirkan pikiran tersebut. "Kurasa Lukas
?memang tidak bisa berbuat banyak untuk menolongnya," jawabnya, dengan keentengan
yang di telinganya sendiri pun terdengar menjijikkan.
"Kau benar, dia memang bukan dokter yang paling kreatif di sini."
Di hadapan mereka, pemandangan mengerikan tersebut hampir mencapai akhirnya;
mayatnya, yang diletakkan di atas kereta dorong dan ditutupi selimut, tengah
diikat. "Kurasa tidak adil, Sir. Ini kerugian besar. Dia dokter yang sangat baik dan
orang yang menyenangkan."
Tanpa terduga, Stillman melontarkan senyum singkat yang terlalu ramah. "Kerugian
besar" Jangan membesar-besarkan, Logan. Dia tidak punya harapan."
Logan tidak menghubungi Sabrina hingga malamnya, hampir dua belas jam kemudian.
Ini karena perjanjian di antara mereka; mereka memutuskan bahwa apa yang terjadi
di antara mereka hanya bagi mereka berdua; hubungan satu sama lain di wilayah
YKA dilakukan berdasarkan keprofesionalan semata. Ini tin-157
dakan berjaga-jaga yang lahir dari pengetahuan mendalam tentang tempat
tersebut tentu saja, pasti ada seseorang yang akan memanfaatkan hubungan ?mereka-untuk merugikan mereka.
Tapi untuk sesaat, setelah peristiwa mengerikan hari ini, kejadian kemarin malam
seakan tidak pernah ada. . "Ini sudah larut, bukan?" kata Sabrina sungguh-sungguh, ketika Logan menelepon
untuk menanyakan apa ia bisa mampir.
Logan ragu-ragu saat itu belum lagi pukul 21.00. "Well... aku cuma ingin
?bercakap-cakap. Maafkan aku."
"Logan, dengarkan aku. Jangan menganggap serius peristiwa kemarin. Kita memang
kolega, oke. Tapi aku tidak ingin menjadi orang yang kautelepon malam-malam."
"Tidak apa," jawab Logan datar. "Kau benar." Hah" Selama ini, dia-lah yang
selalu mengucapkan kata-kata itu. "Dengar, mungkin kita bisa bercakap-cakap lain
kali." Sabrina mendesah panjang. "Tapi kau benar, ini hari yang berat. Sepanjang hari
semua orang membicarakannya, dan tidak ada yang mau berterus terang."
Di telepon umum, Logan merasakan harapannya muncul kembali. "Itu karena tidak
ada yang mengetahui bagaimana seharusnya bereaksi. Tidak ada yang pernah
mengalami hal ini sebelumnya."
"Tidak, kurasa ada hal lain. Semua orang sedih tapi takut para senior
?mengetahuinya. Terutama Larsen dan Stillman."
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Seketika, Logan menyadari kalau Sabrina benar. "Well, persetan dengan mereka,"
jawabnya, dengan keberanian mendadak, "kita tidak akan membiarkannya mengganggu
proyek kita." Kesunyian timbul cukup lama. "Logan, seberapa cepat kau bisa tiba di sini?"
Begitu Sabrina menutup pintu di belakang Logan, ia mencium Logan dengan
bernafsu. Logan mundur dengan terkejut. "Rupanya tadi aku mengucapkan kata yang tepat."
Sabrina menunjuk kursi. "Pertama-tama, ada yang harus kita bicarakan. Nanti saja
kita bercinta." "Kau orang yang tidak mudah ditebak, Sabrina, kau tahu itu?"
Tanpa memedulikannya, Sabrina duduk di kursi seberang dan mencondongkan tubuh ke
depan. "Kau mengenalnya, maksudku Lukas?"
"Tidak begitu. Kau?"
"Tidak. Kurasa dia tidak begitu menyukaiku."
"Dia memang kurang bisa akrab, bukan?"
"Ceritakan semua yang terjadi. Semua rinciannya."
Logan menghela napas panjang dan mulai bercerita.
Setelah memikirkannya, Sabrina duduk tanpa ekspresi selama lima belas detik
penuh. "Kau tidak menemukan surat?" tanyanya akhirnya.
Logan menggeleng. "Dugaanku dia melakukannya secara spontan. Dia selalu
bermasalah dengan atasan dan dengan akan matinya Marino yang merupakan ?pasiennya, ia pasti merasa kariernya akan tamat. Kita sama-sama tahu tentang
depresi klinis." "Kau kenal Rachel Meigs?"
159 Rachel Meigs merupakan rekan junior lainnya, jenis orang yang mungil, kutu buku
dari Rumah Sakit Umum San Francisco. Logan mengangkat bahu. "Dia tampaknya cukup
ramah." "Kau tahu, Logan, itulah susahnya jadi pria. Rachel, dia sahabat terbaik Barbara
Lukas. Dan tadi dia berbicara denganku cuma karena aku wanita."
?"Lalu...?"
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dia menceritakan semuanya secara mendetail. Semua yang mereka lakukan terhadap
Lukas. Bagaimana setiap hari pasti ada yang menemukan cara untuk menghinanya,
menyepelekannya. Kemarin, Kratsas memberitahunya bahwa dia tidak cukup layak
untuk menjadi penari telanjang sekalipun."
"Aku tahu, mereka membuat hidupnya bagai di neraka."
"Tidak, lebih parah lagi. Kenapa mereka berbuat begitu?"
Logan mengangkat bahu. "Akuilah, Lukas bukanlah orang yang memesonakan. Anggap
saja reaksi kimiawi. Dia menghadapi mereka dengan cara yang salah."
Sabrina menggeleng keras-keras. "Tidak, yang harus kau lihat adalah kesintingan
tempat ini, Logan. Ini patologis. Bahkan lebih daripada yang kusadari. Apa yang
kaukatakan di telepon..." Ia diam sejenak. "Aku suka dengan semangatmu terhadap
pekerjaan ini, sama seperti diriku. Tapi kalau kita mau meneruskan "
?"Kalau?" " kita harus mengerti betapa bisa berbahayany-a orang-orang itu."
?"Tentu saja," kata Lukas penuh semangat. "Jelas
160 sekali." Ia melontarkan senyuman menghibur. "Tapi jangan sampai menjadi paranoid
karenanya." "Salah, kita harus paranoid. Dan terutama kau, Logan."
"Oh" Kenapa begitu?"
"Karena kau senang mempercayai. Dan kau sangat ingin menyenangkan orang-orang."
Ini mulai menyinggung perasaan. "Tidak ada salahnya bersikap begitu, Sabrina."
Sabrina beranjak bangkit dan mengulurkan tangan. "Ayolah."
Seketika, Logan telah berada di sebelahnya. Ia tersenyum sambil menarik Sabrina.
"Baik, baik, aku akan berhati-hati."
"Ini bukan lelucon, Logan. Kau sangat menguasai ilmu pengetahuan tapi manusia, ?kurasa kau sama sekali tidak mengenalnya."
di-scan dan di-djvu-kan untuk dimhader dimhad.co.cc) oleh
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda selamanya
161 Pertengkaran sengit pertama mereka melibatkan John Reston. Sabrina berkeras
tidak mengizinkan Reston terlibat dalam rahasia mereka.
Dengan dasar pragmatis murni, Dan Logan melihat kalau Sabrina ada benarnya. Ia
dan Sabrina juga mengetahui bahwa, pada tahap perkembangan rahasia mereka yang
sekarang, hipotesisnya mungkin terdengar gila-gilaan bahkan bagi orang luar yang
bersimpati sekalipun. Hipotesis mereka harus ditopang bukti pendukung yang kuat,
paling tidak ada yang dari segi klinis.
Tapi keberatan Sabrina akan Reston memiliki dasar yang lebih dari sekadar ilmu
pengetahuan. Keberatan-nya merefleksikan sifatnya yang disiplin dan sangat
mandiri. "Kenapa?" tuntut Sabrina. "Apa gunanya melibatkan orang lain lagi?"
"Dengar, Sabrina, kita harus realistis kita tidak bisa melakukannya sendiri an.
?Kalau kita ingin punya kesempatan agar protokol kita diterima, kita harus
menghadap mereka dengan tim yang sudah siap. Reston dokter yang hebat. Dan aku
mempercayainya." 162 "Aku tidak. Ada sesuatu yang tidak kusukai pada dirinya."
"Kalau begitu, siapa" Kita harus mempercayai sese-orangV
Perdebatan tersebut menyebabkan Logan jengkel. Itu sebabnya ia lebih menyukai
konflik murni tentang ilmu pengetahuan; pada akhirnya, perdebatan semacam itu
biasanya diselesaikan oleh penilaian data dengan kepala dingin. Perdebatan
tentang manusia selalu jauh lebih kacau.
Ya, tentu saja, dalam segala hal, ia juga lebih suka untuk mengalahkan
lawannya baik untuk alasan pribadi maupun profesional. Di antara mereka telah
?tumbuh semacam perasaan saling menghormati yang biasanya baru diperoleh sepasang
kekasih setelah bertahun-tahun berhubungan; dan hari demi hari, saat mereka
dengan hati-hati membuka diri, penghormatan tersebut diimbangi dengan
kepercayaan tulus. Kenapa merusaknya" Logan tidak pernah bermimpi akan bertemu
dengan wanita seperti ini: orang yang bukan saja membuatnya tergila-gila, tapi
juga memiliki semangat yang sama besarnya dalam dunia kerja yang sangat luar
biasa ini. Pernah sekali, dalam acara keliling rumah sakit, ia tertawa kecil: ia
tengah berusaha memutuskan mana yang membuatnya lebih gembira, hubungan seks
yang mereka lakukan malamnya, atau percakapan setelahnya.
Logan bahkan menyadari kalau dirinya semakin terpikat dengan aspek menyerempet
bahaya dalam hubungan tersebut. Bila sebagian besar hari-hari te-rasa terlalu
singkat untuk menyelesaikan segala urusannya pekerjaan, penelitian, ?beristirahat dengan
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sabrina jarak yang mereka buat antara mereka dan seluruh dunia malah makin
?memperkuat rasa saling tergantung di antara mereka.
Terkadang, saat berbaring di samping Sabrina di malam hari, ia hampir bisa
percaya mereka bisa melakukannya: bahwa, sebagai mana yang dipercayai Sabrina,
kemungkinan untuk berhasil hanya bisa dikembangkan bila mereka merahasiakan
proyek tersebut hanya untuk mereka berdua. Sudah pasti, mereka bisa memperketat
kendali atas standar pekerjaan dan penanganan data.
Tapi sisi pragmatisnya berkata lain. Biarpun menghargai semua prestasi Sabrina
di bidang ilmu pengetahuan, ia tidak seyakin Sabrina dalam hal kekuatan
intuisinya dalam menilai manusia. Kebenarannya adalah, kecurigaan Sabrina yang
tiada hentinya terhadap karakter dan motif orang lain sebesar
?kekeraskepalaannya untuk memandangnya sebagai kebaikan bisa menenggelamkan
?mereka bahkan sebelum mereka memulai.
Pandangannya sendiri tentang para koleganya menurutnya tidak begitu baik dan
realistis. Tentu saja, beberapa di antara koleganya memang menjengkelkan picik,
?aneh, pecinta diri, bahkan kejam. Semuanya telah kelihatan lebih dari cukup.
Tapi akhirnya, siapa yang meragukan kalau mereka semua punya tujuan yang sama"
Semuanya mencapai puncaknya suatu tengah malam ketika Logan melaporkan
percakapannya di siang hari dengan Steven Locke, mantan peneliti senior YKA yang
akhirnya berhasil dilacaknya di Sekolah Kedokteran Southwestern Dallas. Hams
diakui, per - 164 cakapan tersebut tidak melegakan. Malahan. mulanya Locke tidak ingin berbicara
sama sekali. "Dengar," katanya, "maaf, tapi apa pun yang kukatakan tentang YKA tidak ada
gunanya bagiku." "Aku cuma mau menanyakan tentang sebuah protokol. Penyusunnya rekan tahun
pertama bernama Ray Coopersmith." Ia mengisi kesunyian yang timbul setelahnya
dengan agak tergesa-gesa. "Aku sendiri rekan tahun pertama. Aku tergelitik
mendengar kabar tentang dia."
"Jangan bicarakan Coopersmith, oke" Itu saja yang perlu kukatakan."
"Kenapa" Aku tidak mengerti."
Locke mendesah. "Dia memalsukan datanya dan jatuh menyeret beberapa orang. Akhir
cerita. Dengar, aku harus memeriksa pasien-pasienku."
Logan terdiam sejenak. "Kau punya bayangan di mana aku bisa menemuinya?"
Locke tertawa kasar. "Mana aku tahu?" Dan sesaat kemudian ia berlalu.
Tapi sekarang, berjam-jam kemudian, Logan merasa kalau telah memahami percakapan
tersebut. "Dengar," katanya pada Sabrina, "peristiwa tersebut memang sedikit
berbau skandal, membawa sejumlah korban. Tapi sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kita." "Mungkin kau benar," jawab Sabrina tidak acuh, tidak seperti biasanya. "Tapi si
Coopersmith ini juga rekan tahun pertama, bukan" Itu merupakan alasan yang cukup
kuat bagi mereka untuk tidak mengizinkan kita mencoba protokol."
"Dengar, kapan peristiwa tersebut terjadi?" tanyanya. "Empat tahun" Empat
setengah" Kau pernah
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY mendengar sepatah kata pun tentang peristiwa tersebut sejak kedatangan kita di
YKA?" Namun, tidak lama kemudian, Sabrina menggunakannya sebagai alasan tambahan untuk
tidak melibatkan Reston ke dalam proyek.
"Reston ini, kau harus berhenti memandangnya dengan mata seorang sahabat saja."
"Maafkan aku, dia memang sahabatku. Tapi aku lebih dulu mengenalnya sebagai
ilmuwan dan itu sebabnya aku menghendakinya. Kita membutuhkan keahliannya."?"Keahlian apa" Menjadi tukang pukul" Karena itulah terutama yang kulihat."
"Itu tidak adil, Sabrina."
"Kalau begitu apa" Apa keahlian khususnya?"
Memandangnya duduk di tepi sofa dengan mengenakan legging dan kemeja sutra
ketat, Logan sejenak sulit untuk berkonsentrasi. Sekali lagi, sedetik, ia
berharap ini percakapan biasa dengan seorang kolega terhormat, bebas dari segala
faktor lain. "Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, Logan?"
"Dengar, Sabrina, please, berhenti 1 ah menipu diri sendiri tentang apa yang
terlibat dalam hal ini. Kita membicarakan tugas sebesar gajah: merancang
protokol, menyatukan kelompok pasien yang sesuai, melacak mereka, menyatukan dan
menganalisis data. Kita pemula, kita bahkan belum enam bulan berada di sini.
Semuanya ini bisa berantakan karena kurangnya orang yang cukup kompeten. Itu
sudah pernah terjadi berulang kali. Siapa tahu, mungkin itulah masalah
Coopersmith." Ia tidak yakin, tapi rasanya bisa merasa Sabrina
166 mulai goyah. Sabrina menunjuk tumpukan riset setinggi enam inci di meja sebelah,
beberapa di antara materi tersebut telah mereka satukan untuk diulas. "Ayo
bekerja. Aku cuma punya waktu tiga jam sebelum harus kembali ke rumah sakit."
Logan memeluk bahunya. "Mengubah pokok pembicaraan pun kau pandai."
Sabrina menyingkirkan tangannya. "Jangan sekarang, kita tidak sempat."
"Well... kurasa sebaiknya kumulai dengan pembukaan proposal..."
"Bagus." Sabrina mengecup pipinya sekilas. "Kau selalu pintar bicara pada
wanita, Logan." "Meskipun menulis tidak termasuk dalam daftar bakatku."
"Paling tidak itu bahasamu sendiri. Maaf, aku tidak bisa banyak membantu dalam
hal ini." "Kau tahu" Logan menyeringai "Reston penulis yang luar biasa..."? ?"Campuran J?" ulang Reston, tiga malam kemudian, di restoran Georgetown yang
trendi. Logan tanpa diduga mengundangnya ke sana. "Campuran 7" Untuk kanker
payudara?" Logan mengangguk resah. Ia telah menduga Reston pasti terkejut, tapi tidak
terpana begini. "Sabrina Como dan aku sudah melakukan penelitian sedikit. Kami
berhasil menyusun teori yang cukup kuat."
"Sabrina?" Ia menyeringai. "Hei, hebat."
"Dia dokter yang pandai."
"Benar. Aku tahu. Memang begitu yang dikatakan orang supaya bisa mengajak tidur
seorang wanita." discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY "Tidak lucu." "Ooooh, jangan katakan kau memang ada apa-apa dengan si bom itu."
"Dengar, kita kemari bukan untuk membicarakan hal itu."
Reston menggeleng. "Wan, itu baru namanya keajaiban sejati dalam kedokteran
modern." "Kita kemari untuk membicarakan Campuran J."
Reston mendengus. "Campuran J itu omong kosong. Setiap dokter di YKA tahu.
Sialan, bahkan tukang sapu pun tahu!"
"Mungkin karena mereka menggunakannya dengan cara yang salah. Terhadap penyakit
yang salah." "Kupikir sebaiknya kita memesan sesuatu." Reston mengambil menu dan membukanya.
"Busyet, tempat ini tidak murah. Jangan sampai lupa siapa yang membayar."
"Dengar," kata Logan, "aku mengerti reaksimu. Memang tidak mudah menerimanya."
Reston mendengus lagi. "Kalau menurutku semuanya tidak bisa diterima."
Sebenarnya, Logan menganggap sahabatnya tersebut sebagai semacam ujian;
penolakan yang diajukannya tepat seperti yang akan dihadapinya bila berusaha
menyampaikan gagasan tersebut ke YKA. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Campuran
J tidak mempan terhadap kanker.
Mengingat bagaimana diskusi ini dimulai, tidak satu pun dari keduanya yang
mendesak lebih jauh. Baru pada saat pesanan mereka disajikan percakapan tersebut
dilanjutkan. "Baiklah," kata Reston tiba-tiba, "katakan apa yang kau punya untuk
menguatkan bukti apa pun itu."
168 "Peraturan mana yang bilang deretan sel merupakan model andal untuk apa yang
terjadi pada pasien yang hidup dan bernapas" Ada ratusan perkecualian untuk
peraturan tersebut."
"Tapi itu tetap peraturan. Atau kau punya rencana untuk mengubahnya?"
"Mengambil keputusan berdasarkan deretan sel seperti memandang kuku gajah dan
beranggapan sudah melihat gajah sepenuhnya."
Reston menengadah dari cassoulet. "Oke, aku setuju dengan ucapanmu itu. Lalu
kenapa?" "Lalu kalau kauabaikan hasil deretan sel, kau bisa mulai mencari kemungkinan
lain dari campuran ini dengan pemikiran yang lebih terbuka."?
"Baik. Coba ungkapkan beberapa bukti."
"Dengar, aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana. Karena menurutku ini jauh
lebih menarik daripada yang disadari orang-orang. Kau tidak bisa memikirkannya
seperti memikirkan campuran antikanker lainnya."
"Bukti Aku menunggu."
Logan rhengacungkan kasus Larry Tilley. "Kalau sebuah obat tampaknya begitu
aktif melawan jaringan sehat, paling tidak kau pasti penasaran apa obat itu
tidak akan aktif juga melawan jaringan yang sakit."
"Spekulasi yang beralasan tapi kenapa ke kanker?"?Logan menceritakan tentang penemuan Sabrina di bagian arsip.
Reston kurang bermjnat lagi. "Kau mengajukan artikel dari tahun dua puluhan dan
tiga puluhan?" Ia menggeleng. "Man, wanita itu pasti sangat mem-pengaruhimu!"
169 Logan melotot padanya. "Ini tidak lucu bagiku, John. Tidak ada sarkasme lagi,
oke?" Reston mengangkat tangan dengan sikap menyerah yang jelas hanya gurauan. "Maaf.
Kukira kau ingin mendengar reaksiku yang sejujurnya."
Logan mencabut kertas fotokopi terlipat dari saku dalamnya dan mengulurkannya ke
seberang meja. "Coba katakan kalau ini sejarah kuno."
Begitu memeriksa kertas-kertas tersebut, Reston seketika terkesan melihat sumber
dokumen tersebut: Journal of Molecular Biochemistry, salah satu publikasi
biomedis ilmiah yang paling disegani di dunia.
"Apa ini?" "Kau mungkin tidak sempat membacanya dulu. Itu makalah yang disajikan dalam
salah satu seminar yang selalu mereka adakan sewaktu kita masih di tahun ketiga
di Claremont. Lihat halaman empat."
Reston membuka halaman yang dimaksud, melihat kalau Logan telah menandai
kalimat-kalimat kunci: penulis makalah, seorang profesor bernama Engel dari
Universitas Minnesota, adalah ahli protein yang disebut faktor pertumbuhan, yang
diproduksi semua sel, normal maupun tidak. Yang ditunjukkannya adalah bahwa
sejumlah tumor, terutama yang di payudara, mengembangkan kemampuan untuk
mengeluarkan faktor pertumbuhan ke dalam jaringan di sekitarnya di mana faktor
tersebut berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel kanker di
dekatnya pada gilirannya memben tanda pada sel-sel ini untuk bereproduksi.
?Dengan begitu terbentuklah lingkaran pengeluaran dan pertumbuhan tanpa akhir,
sementara tumornya tumbuh tanpa ketahuan.
discan dan didjvu-kan untuk dimhader (dimhad.co.cc) oleh OBI
Dilarang meng-komersil- kan atau keslalan menimpa aada selamanya
PRC/TXT BY OTOY Sekalipun begitu, dalam perkembangannya, hampir tanpa sengaja, Engel mencatat
adanya fenomena men-curigakan: terkadang, tanpa bisa dijelaskan, obat-obatan
yang mengandung asam polynaphthalene sulfonic seperti Campuran J dan saudara-
?saudaranya tampaknya menghalangi pengikatan faktor tumbuh tumor menjadi sel-
?sel tumor. "Apa itu cukup untuk bukti?" tanya Logan. "Kalau kita bisa menunjukkan bahwa
benda ini merusak sel kanker sedikit lebih banyak daripada merusak sel-sel
normal di sekitarnya, kita mendapatkan obat antikanker milik kita sendiri."
Reston tertawa terbahak-bahak. "Logan, kau sinting. Kau maniak sinting.
Menemukan obat yang berfungsi di antara sekian juta campuran yang ada seperti
memenangkan lotre pada percobaan pertama. Orang-orang yang jauh lebih pandai
darimu atau diriku bekerja seumur hidup dan tidak pernah memperoleh apa-apa yang
cukup penting untuk bisa diujikan pada manusia." Ia menggeleng. "Sebaiknya
kausarankan saja untuk menuang asam hidroktorik ke dalam pembuluh darah
pasien kau tahu pasti kalau cairan itu akan membunuh tumornya."?"Aku tidak bilang ada orang yang akan menyerahkannya begitu saja pada kita."
Logan diam sejenak. "Ayo-lah, John, kau sama tahunya denganku kalau ini bukti
Obat Pamungkas The Magic Bullet Karya Harry Stein di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang cukup untuk menyusun protokol. Tesis ini sangat kokoh. Sel-sel kanker itu
seperti hiu kalau tidak bergerak maju, sel-sel tersebut akan mati. Potong
?proses pertumbuhannya dan kau akan membunuh tumornya!"
Reston terdiam. "Siapa lagi yang mengetahui hal ini?"
171 "Cuma kau, aku, dan Sabrina." Ia mengangguk. "Katakan apa pendapat Sabrina
?tentangku?" Sebagai pembohong yang tidak berbakat, Logan berpura-pura tidak mengerti.
"Maksudmu?" "Menurutnya aku ini jahanam, bukan?"
"Kurasa tidak. Dia tahu aku membicarakan ini denganmu."
"Karena kalau aku punya satu bakat, itu adalah membaca pandangan yang kuterima
dari wanita cantik. Dan dia menembakkan laser."
"Percayalah, itu tidak benar." Ia menghirup seteguk air. "Lagi pula, apa
bedanya" Kau tidak akan menghabiskan sisa hidupmu dengannya."
"Benar, kau yang akan menghabiskan sisa hidupmu dengannya."
Bidadari Penyebar Cinta 3 Ario Bledek Petir Di Mahameru 04 Dendam Empu Bharada 25