Pencarian

Orang Orang Sisilia 7

Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo Bagian 7


telah melanggar janjinya, berbohong dan mengkhianatinya, dan menjadi musuhnya.
Tidak peduli seindah apa pun lantunannya dalam katedral yang luas ini.
Pentingkah memberitahu Kardinal agar berdamai dengan Tuhan" Bukankah Kardinal
selalu dalam keadaan suci" Apa ia cukup rendah hati untuk mengakui
pengkhianatannya terhadap Guiliano"
akhirnya usai; para jemaat menuju pagar altar untuk menerima Komuni. Beberapa
anak buah Guiliano di dekat dinding berlutut untuk menerima Komuni. Mereka
mengaku dosa kepada Kepala Biara Manfredi di biaranya kemarin dan dalam keadaan
bersih, karena mereka tidak melakukan kejahatan sebelum upacara ini usai.
Kerumunan jemaat, bahagia dalam Paskah kebangkitan Kristus, gembira karena telah
dibersihkan dari dosa, meninggalkan katedral dan memenuhi yang terhubung dengan
jalan besar. Kardinal menuju belakang altar dan pembantunya menekan topi kerucut
Uskup Agung-nya hingga ke alis. Dengan hiasan kepala itu Kardinal tampak tiga
puluh senti lebih tinggi, hiasan emas rumit di bagian depannya berkilau di atas
wajah Sisiha^nya yang kasar; ia lebih memberi kesan orang yang berkuasa dan
bukan sosok, penuh kesucian. Ditemani serombongan pastor, ia memulai langkah-
langkah doa tradisional di keempat kapel katedral.
Kapel pertama berisi makam Raja Roger I, kapel kedua berisi makam Kaisar
Frederick II, kapel ketiga berisi makam Henry IV, kapel terakhir berisi abu
jenazah Constanzia, istri Frederick II. Makam-makam ku terbuat dari marmer putih
yang dihiasi mosaik-mosaik indah. Ada kapel lain yang terpisah, altar perak,
berisi patung Santa Rosalie seberat lima ratus kilogram, santa pelindung
Palermo, yang diarak pen- * duduk kota pada peringatan hari sucinya. Di altar
ini tersimpan jasad seluruh uskup agung Palermo, dan di sinilah Kardinal sendiri
akan dimakamkan sesudah meninggal kelak. Di sinilah perhentian pertamanya, dan
sewaktu ia berlutut hendak berdoa, di sinilah
426 Guiliano dan anak buahnya mengepung dirinya dan rombongannya. Anak buah Guiliano
yang lain menutup semua pintu keluar sehingga tak ada yang bisa meminta
pertolongan. Kardinal bangkit berdiri untuk menghadapi mereka. Tapi lalu ia melihat
Pisciotta. Ia teringat wajah itu. Tapi bukan seperti sekarang. Sekarang wajah
Pisciotta bagai wajah setan yang datang untuk merenggut jiwanya, untuk memanggang dagingnya di neraka.
Guiliano berkata, "Yang Mulia, kau tawananku. Kalau kauparahi perintahku kau
tidak akan disakiti. Kau akan menghabiskan Paskah di pegunungan sebagai tamuku
dan aku berjanji kau akan bersantap di sana sebaik di istanamu."
Kardinal marah, "Kau berani membawa orang-orang bersenjata ke dalam rumah Tuhan
ini?" Guiliano tertawa; seluruh perasaan terpesonanya lenyap dalam kegembiraan atas
tindakan yang akan dilakukannya. "Aku lebih berani lagi," katanya. "Aku berani
memarahimu karena kau melanggar kata-katamu yang suci. Kau menjanjikan
pengampunan bagiku dan anak buahku dan kau tidak menepati janji itu. Sekarang
kau dan gereja akan membayarnya."
Kardinal menggeleng. "Aku tidak akan beranjak dari tempat suci ini," tegasnya.
"Bunuh aku kalau kau berani dan kau akan kehilangan muka di seluruh dunia."
"Aku sudah mendapatkan kehormatan itu," kilah Guiliano. "Sekarang kalau kau
tidak mematuhi perintahku, aku akan terpaksa bersikap lebih keras. Aku akan
membantai semua pastormu di sini, lalu mengikat dan menyumpal mulutmu. Kalau kau
ikut denganku tanpa 427 ribut-ribut, tak akan ada yang terluka dan kau akan kembali ke katedralmu dalam
waktu kurang dari seminggu,"
Kardinal membuat tanda salib dan berjalan ke pintu altar yang ditunjuk Guiliano.
Pintu ini menuju belakang katedral tempat anggota kelompok Guiliano yang lain
telah menguasai limusin resmi Kardinal dan pengemudinya. Mobil hitam besar itu
dihiasi buket-buket bunga Paskah dan menyandang panji-panji gereja di kedua sisi
kisi-kisi radiatornya. Anak buah Guiliano juga telah menguasai mobil-mobil
pejabat lainnya. Guiliano membimbing Kardinal memasuki limusin dan duduk di
sampingnya. Dua anak buahnya duduk di bagian belakang mobil, dan Aspanu
Pisciotta duduk di kursi depan di samping sopir. Lalu irmg-iringan mobil itu
meliuk-liuk membelah kota, melewati patroli-patroli carabinieri yang memberikan
hormat kepada mereka. Atas perintah Guiliano, Kardinal balas melambai. Di jalan
yang sepi Kardinal dipaksa meninggalkan mobil. Anggota kelompok Guiliano yang
lain telah menunggu dengan tandu untuk mengangkut Kardinal. Setelah meninggalkan
kendaraan dan para sopir, mereka lenyap ke dalam lautan bunga di pegunungan.
Guiliano menepati janjinya; jauh di dalam gua-gua di Pegunungan Cammarata
Kardinal menyantap hidangan selezat yang bisa diperolehnya di istana. Para
bandit yang terpesona, penuh hormat terhadap kekuasaan spiritualnya, meminta
berkatnya saat mereka menyajikan setiap hidangan.
Koran-koran Italia murka, sementara penduduk Sisilia dicekam dua perasaan: ngeri
karena pelanggaran kesucian itu dan sinis atas ketidakmampuan carabinieri. Di
atas semua ini mereka merasa bangga terhadap Guiliano, karena seorang Sisilia
berhasil mengalahkan Roma; Guiliano sekarang "orang terhormat" yang tertinggi.
Semua orang penasaran, apa yang diinginkan Guiliano sebagai pengganti Kardinal"
Jawabannya sederhana: sejumlah besar uang tebusan.
Gereja Suci, yang bagaimanapun bertanggung jawab menyelamatkan jiwa, tidak
merendahkan diri dengan bernegosiasi seperti para bangsawan dan pedagang kaya.
Gereja segera membayar tebusan seratus juta lira. Tapi Guiliano memiliki motif
lain. Ia berkata kepada Kardinal, "Aku petani, tidak mendapat pengajaran mengenai
cara-cara surgawi. Tapi aku tidak pernah mengingkari janjiku. Dan kau, Kardinal
Gereja Katolik, dengan semua pakaian suci dan salib Yesus, membohongiku seperti
orang Moor yang kafir. Kantormu yang suci saja tidak akan bisa menyelamatkan
hidupmu." Kardinal merasa lututnya lemas. Guiliano melanjutkan. "Tapi kau
beruntung. Aku punya tujuan lain terhadap dirimu." Ia lalu memaksa Kardinal
membaca Wasiatnya. Sekarang setelah tahu clirinya tidak akan dibunuh, Kardinal, yang telah dilatih
dalam kedisiplinan Tuhan-Bjph tertarik pada dokumen-dokumen Wasiat daripada
menegur Guiliano. Sewaktu melihat surat yang ditulisnya untuk Pisciotta,
Kardinal membuat tanda salib dalam kemurkaan hebat.
Guiliano berkata, "Kardinal yang baik. Bawa pengetahuanmu tentang dokumen ini
kepada Gereja dan Menteri Trezza. Kau sudah melihat bukti kemampuanku
menghancurkan pemerintahan Demokrat Kristen. Kematianku akan menjadi kesialan
terbesarmu. Wasiat akan berada di tempat aman di luar jangkauanmu. Kalau ada di
antara mereka yang meragukan diriku, suruh mereka bertanya pada Don Croce
bagaimana caraku menangani musuh-musuhku."
Seminggu sesudah penculikan Kardinal, La Venera
meninggalkan Guiliano. Selama tiga tahun Guiliano merangkak menyusuri terowongan menuju rumahnya. Di
ranjang La Venera, ia menikmati kenyamanan tubuh La Venera yang kokoh,
kehangatan dan perlindungannya. La Venera tidak pernah mengeluh, tidak pernah
meminta lebih selain memberinya kesenangan.
- Tapi malam ini berbeda. Sesudah mereka bercinta, ia memberitahu Guiliano
dirinya akan pindah ke kerabatnya yang tinggal di Florence. "Hatiku terlalu
lemah," katanya. "Aku tidak tahan melihat kehidupanmu yang berbahaya. Aku
bermimpi kau ditembak di depan mataku. Carabinieri membunuh suamiku seakan-akan
dia binatang, di depan rumahnya. Mereka terus menembak sampai tubuhnya hanya
berupa seonggok daging berlumuran darah. Aku bermimpi kau mengalami kejadian
yang sama." La Venera meraih kepala Guiliano ke dadanya. "Dengar," katanya,
"dengarkan detak jantungku."
Dan Guiliano mendengarkan. Dan menjadi iba dan cinta oleh detak jantung yang
berdentam-dentam tidak keruan itu. Kulit telanjang di bawah payudara La rasa
asin oleh keringat ketakutan
yang dirasakan La Venera. Wanita itu menangis, dan Guiliano membelai rambut
hitamnya yang tebal. "Kau tidak pernah takut sebelumnya," ujar Guiliano. 'Tidak ada yang berubah."
La Venera menggeleng kuat-kuat. "Turi, kau semakin ceroboh. Kau menciptakan
musuh, musuh-musuh yang kuat. Teman-temanmu takut akan nasibmu. Ibumu memucat
setiap kali ada yang mengetuk pintu. Kau tidak bisa melarikan diri selamanya."
Guiliano berkata, "Tapi aku tidak berubah."
La Venera mulai menangis lagi. "Ah, Turi, ya, kau sudah berubah. Kau sekarang
cepat membunuh. Aku tidak bermaksud mengatakan kau kejam; kau ceroboh dengan
kematian." Guiliano mendesah. Ia melihat betapa takutnya La Venera dan hal itu memenuhi
dirinya dengan kesengsaraan yang tidak bisa dipahaminya. "Kalau begitu kau harus
pergi," katanya. "Akan kuberi uang secukupnya agar kau bisa hidup di Florence.
Suatu hari semua ini akan berakhir. Tidak akan ada pembunuhan lagi. Aku sudah
menyusun rencana. Aku tidak akan menjadi bandit selamanya. Ibuku akan tidur
nyenyak di malam hari dan kita semua akan berkumpul kembali."
Guiliano tahu La Venera tidak memercayainya.
Di pagi hari sebelum Guiliano pergi, mereka kembali bercinta, penuh nafsu, tubuh
mereka saling menyatu liar untuk yang terakhir kalinya. Bab 23
TURI GUILIANO akhirnya berhasil melakukan apa yang tidak pernah bisa dilakukan
negarawan atau politisi nasional lainnya. Ia berhasil menyatukan seluruh partai
politik di Italia untuk mencapai satu tujuan sama: menghancurkan Guiliano dan
kelompoknya. Pada bulan Juli tahun 1949 Menteri Trezza mengumumkan kepada pers pembentukan
pastikan carabinieri khusus berjumlah lima ribu orang yang disebut Pasukan
Khusus Penekan Bandit, tanpa menyinggung sama sekali nama Guiliano. Koran-koran
segera meralat kelicikan pemerintah, yang tidak ingin Guiliano tampak sebagai
sasaran utama. Mereka menyetujui dan memberikan ucapan selamat kepada partai
Demokrat Kristen yang berkuasa karena mengambil langkah seberani itu.
Pers nasional juga heran melihat kejeniusan Menteri Trezza mengorganisir pasukan
khusus berjumlah lima ribu orang itu. Pasukan itu terdiri atas para bujangan
sehingga tidak akan ada janda, dan keluarga mereka tidak bisa dijadikan sasaran
ancaman. Akan ada pasukan komando, pasukan para, kendaraan lapis baja, senjata
berat, dan bahkan pesawat Bagaimana mungkin bandit kelas teri bertahan
menghadapi pasukan sekuat ini"
432 Dan pasukan itu akan dipimpin Kolonel Ugo Luca,
salah satu pahlawan Perang Dunia II Italia, yang bertempur bersama jenderal
Jerman yang legendaris, Rommel. Koran-koran menjulukinya "Serigala Padang Pasir
Italia", ahli perang gerilya, yang taktik dan strateginya akan membingungkan
Turi Guiliano, bocah pedalaman Sisilia yang kampungan itu.
Pers juga mengumumkan dalam paragraf singkat tentang penunjukan Frederico
Velardi sebagai kepala seluruh Kepolisian Keamanan Sisilia. Tak banyak yang
diketahui tentang Inspektur Velardi kecuali ia ditunjuk langsung oleh Menteri
Trezza untuk membantu Kolonel Luca.
Hanya sebulan sebelumnya diselenggarakan pertemuan penting antara Don Croce,
Menteri Trezza, dan Kardinal Palermo. Kardinal melaporkan tentang Wasiat
Guiliano yang dilengkapi berbagai dokumen memberatkan.
Menteri Trezza ketakutan. Wasiat harus dihancurkan sebelum pasukan menyelesaikan
misinya. Ia berharap bisa membatalkan perintah pembentukan Pasukan Khusus, tapi
pemerintahannya berada di bawah begitu banyak tekanan dari partai-partai sayap
ktti yang menuduh Guiliano dilindungi pemerintah.
Bagi Don Croce, Wasiat memang menambah kerumitan tapi tidak mengubah kebulatan
tekadnya. Ia telah memutuskan membunuh Guiliano: pembunuhan ie'enam anak buahnya
tidak memberinya alternatif Jain. Tapi Guiliano tidak bisa mati di tangan
Friends of the Friends atau dirinya. Ia pahlawan yang terlalu feebat; pembunuhan
atas curinya akan menjadi kejahatan
433 yang terlalu hebat bahkan bagi Friends of the Friends. Pembunuhan atas
Guiliano akan menyatukan kebencian .Sisilia kepada mereka.
Intinya, Don Croce sadar ia harus mengalah dan berusaha memenuhi kebutuhan
Trezza. Bagaimanapun, inilah orang yang ingin dijadikannya Perdana Menteri
Italia. Ia berkata kepada Menteri, "Tentu saja harus begini Jelas kau tidak
punya pilihan lain, kau harus memburu Guiliano. Tapi-jagalah agar dia tetap
hidup sampai aku bisa meniadakan Wasiat, yang kujamin bisa kulakukan."
Menteri mengangguk muram. Ia menjentik interkom dan memberi perintah, "Suruh
Inspektur masuk." Beberapa detik kemudian seorang pria jangkung bermata biru
dingin memasuki ruangan. Ia bertubuh kurus, berpakaian rapi, dan berwajah
aristokrat. "Ini Inspektur Frederico Velardi," Menteri memperkenalkan. "Aku akan mengumumkan
penunjukannya sebagai kepala seluruh Kepolisian Keamanan di Sisilia. Dia akan
berkoordinasi dengan kepala pasukan yang kukirim ke Sisilia." Ia memperkenalkan
mereka dan menjelaskan kepada Velardi mengenai Wasiat dan ancamannya terhadap
rezim Demokrat Kristen. "Inspektur yang baik," kata Menteri. "Kuminta kau menganggap Don Croce sebagai
wakil pribadiku di Sisilia. Kau akan memberikan semua informasi yang beliau
minta sebagaimana kauberikan padaku. Kau mengerti?"
Inspektur memerlukan waktu lama untuk mencerna permintaan yang satu ini. Lalu ia
memahaminya. Tugasnya adalah memberkahu Don Croce semua rencana yang disusun
pasukan penyerbu dalam perang terhadap
434 Guiliano. Don Croce, pada gilirannya, akan menyampaikan informasi itu kepada
Guiliano sehingga ia tidak tertangkap sampai Don merasa situasinya cukup aman
untuk mengakhiri karier Guiliano.
Inspektur Velardi berkata, "Apa aku harus memberikan semua informasi kepada Don
Croce" Kolonel Luca bukan orang bodoh dia akan segera curiga kalau ada ?kebocoran dan mungkin akan mengesampingkan curiku dalam setiap sesi penyusunan
rencananya." Whr-: "Kalau kau mendapat masalah," tegas Menteri, "suruh dia menghubungi aku. Misimu
yang sebenarnya adalah mengamankan Wasiat, dan menjaga agar Guiliano tetap hidup
dan bebas selama misi utamamu belum selesai."
Inspektur mengalihkan mata birunya yang dingin kepada Doa Croce. "Aku senang
bisa melayanimu," katanya. "Tapi aku harus mengerti satu hal. Kalau Guiliano
tertangkap hidup-hidup sebelum Wasiat dihancurkan, apa yang harus kulakukan?"
Don berkata jujur; ia bukan pejabat pemerintah dan bisa berbicara blak-blakan.
"Itu berarti kesialan yang tidak tertanggungkan."
Kolonel Ugo Luca, Komandan Pasukan Khusus Penekan Bandit, dipuji pers sebagai
pilihan tepat. Mereka membahas prestasi militernya, medali-medali atas
keberaniannya, kejeniusan taktiknya, sifatnya yang pendiam dan tenang, dan
kebenciannya terhadap segala bentuk kegagalan. Ia bagai buldog kecil, kata media
massa, dan akan menjadi lawan tepat bagi kebuasan Sisilia. Sebelum melakukan apa
pun, Kolonel Luca mem-pelalari semua dokumen intelijen mengenai Turi Guiliano.
Di kantor sang kolonel, Menteri Trezza mendapati dirinya terjepit tumpukan map
berisi laporan dan klping koran-koran lama. Sewaktu Menteri bertanya kapan ia
membawa pasukannya ke Sisilia, Kolonel menjawab enteng ia sedang menyusun staf,
dan ia menegaskan Guiliano pasti masih berada di tempatnya tidak peduli berapa
lama waktu yang ia perlukan untuk menyusun para staf itu.
Kolonel Luca mempelajari berbagai laporan dan menarik kesimpulan-kesimpulan
tertentu. Bahwa Guiliano jenius dalam perang gerilya dan memiliki metode operasi
yang unik. Ia hanya memilih dua puluh orang sebagai penerusnya, dan itu termasuk
para pemimpin anak buahnya: Aspanu Pisciotta sebagai orang kedua dalam kelompok,
Canio Silvestro sebagai pengawal pribadi, dan Stefan Andolini sebagai kepala
intelijen serta kurir penghubung dengan Don Croce" dan jaringan Mafia. Terranova
dan Passatempo memiliki kelompok mereka sendiri dan diizinkan beroperasi secara
independen berdasarkan perintah langsung Guiliano kecuali ada tindakan yang
diatur bersama. Terranova yang menjalankan operasi penculikan dan Passatempo
melakukan perampokan kereta api serta bank yang direncanakan Guiliano.
Jelas bagi Kolonel anggota pasukan Guiliano tidak lebih dari tiga ratus orang.
Lalu bagaimana, pikir Kolonel, ia bisa bertahan selama enam tahun, bagaimana ia
bisa mengalahkan carabinieri seluruh provinsi dan hampir-hampir mengendalikan
seluruh kawasan barat daya Sisilia" Bagaimana ia dan anak buahnya bisa
meloloskan diri dari pencarian di pegunungan
yang dilakukan sejumlah besar pasukan pemerintah" Ini hanya bisa terjadi kalau
Guiliano mendapat tenaga ekstra dari para petani Sisilia setiap kali ia
membutuhkannya. Dan ketika pemerintah menggeledah pegunungan, para bandit paro
waktu ini akan melarikan diri ke kota-kota dan tanah pertanian untuk hidup
seperti petani biasa. Ini juga dikarenakan banyak penduduk Montelepre menjadi
anggota rahasia kelompok Guiliano. Tapi yang paling penting adalah kepopuleran
Guiliano; kecil kemungkinan Guiliano dikhianati, dan tak ada keraguan bila ia
mengajak Sisilia mencetuskan reyblusii; ribuan orang akan menggabungkan diri di
bawah panji-panjinya. Aldiirnya, muncul hal lain yang membingungkan: kemisteriusan sosok Guiliano. Ia
muncul di satu tempat lalu seakan menghilang begitu saja. Semakin banyak yang
dibaca Kolonel Luca, semakin terkesanlah dirinya. Lalu ia menemukan sesuatu yang
ia yakin bisa segera dilaksanakan. Mungkin tampaknya tidak berarti, tapi dalam
jangka panjang-tindakan ini penting.
Guiliano sering menulis surat kepada pers yang selalu diawali dengan,
"Seandainya kita bukan musuh, sebagaimana keadaan membuatku percaya, kau akan


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempublikasikan surat ini," lalu dilanjutkan dengan penyajian sudut pandangnya
mengenai aksi kejahatan terbarunya. Bagi benak Kolonel Luca kalimat pembuka itu
merupakan ancaman terselubung. Dan isi suratnya merupakan propaganda musuh. Ada
penjelasan mengenai penculikan, perampokan, dan bagaimana uangnya dibagikan
kepada kaum miskin di Sisilia. Sewaktu Guiliano bertempur melawan carabinieri
dan membunuh beberapa di antaranya, ia selalu mengirim surat yang menjelaskan
bahwa dalam perang, prajurit pasti mati. Ada permohonan langsung kepada
carabinieri untuk tidak melawan. Dan surat lain dilayangkan sesudah eksekusi
keenam pemimpin Mafia, menjelaskan hanya dengan cara itulah para petani bisa
mengklaim tanah yang merupakan hak mereka berdasarkan hukum dan moralitas
manusia. Kolonel Luca tertegun karena pemerintah membiarkan surat-surat ku
dipublikasikan. Ia menulis catatan untuk Menteri Trezza yang isinya meminta
kekuasaan undang-undang militer di Sisilia sehingga Guiliano bisa dipisahkan
dari publiknya. Hal lain yang dicarinya adalah informasi tentang kekasih Guiliano, tapi ia tidak
bisa menemukan apa pun. Meskipun ada laporan bahwa para bandit menggunakan rumah
bordil di Palermo dan Pisciotta senang mengumbar nafsu, Guiliano tampaknya
menjalani kehidupan tanpa seks selama enam tahun terakhir. Kolonel Luca, sebagai
orang Italia, tidak percaya. Pasti ada seorang wanita di Montelepre yang menjadi
kekasih Guiliano, dan pada saat mereka menemukannya, separo pekerjaan selesai
Hal menarik lain bagi sang kolonel adalah catatan keakraban antara Guiliano dan
ibunya. Guiliano putra yang berbakti kepada kedua orangtuanya, tapi ia memuja
ibunya. Kolonel Luca juga menulis catatan khusus mengenai hal ini Seandainya
Guiliano benar-benar tidak mempunyai kekasih, ibunya bisa digunakan sebagai
umpan jebakan. Sesudah semua persiapan ini selesai, Kolonel Luca membentuk stafnya. Penunjukan
paling penting adalah Kapten Antonio Perenze sebagai aide-de-camp perwka?pembantu dan pengawal pribadinya. Kapten Perenze pria bertubuh besar, hampir-
?hampir gendut, dengan ekspresi wajah riang dan sikap santai, tapi Kolonel Luca
tahu pria itu memiliki keberanian luar biasa. Mungkin akan ada saatnya
keberanian bisa menyelamatkan nyawa Kolonel.
Baru pada bulan September 1949 Kolonel Luca riba di Sisilia bersama pasukan
pertama berjumlah dua ribu orang. Ia berharap jumlah ini mencukupi; ia tidak
ingin mengagungkan nama Guiliano dengan membawa pasukan lima ribu orang untuk
menghadapinya. Bagaimanapun, Guiliano hanyalah bandit yang seharusnya ditangani
dengan mudah sejak dulu. Langkah pertamanya adalah memerintahkan koran-koran Sisilia agar tidak lagi
mempublikasikan surat-surat Guiliano. Langkah keduanya adalah menangkap ibu dan
ayahnya atas tuduhan bersekongkol dengan putra mereka. Langkah selanjurnya
adalah menangkap dan menahan untuk ditanyai dua ratus pria di Montelepre dengan
tuduhan menjadi anggota rahasia kelompok Guiliano. Semua yang ditangkap ini
dikirim ke penjara di Palermo yang dijaga ketat anak buah Kolonel Luca. Semua
tindakan ini dilakukan berdasarkan hukum rezim Fasis Mussolini yang masih
tercatat dalam buku. Rumah Guiliano digeledah dan terowongan rahasianya ditemukan. La Venera
ditangkap di Florence. Tapi ia dibebaskan hampk seketika begitu ia mengklaim
dirinya tidak mengetahui keberadaan terowongan itu. Bukan berarti ia dipercaya,
tapi Inspektur Velardi ingin ia bebas dengan harapan Guiliano mengunjunginya.
Pers Italia memuji-muji Kolonel Luca setinggi akhirnya muncul orang yang benar-
benar "serius". Menteri Trezza. gembira atas pilihannya, terutama sewaktu ia
menerima surat ucapan selamat yang hangat dari Perdana Menteri. Hanya Don Croce
yang tidak terkesan. Bulan pertama, Turi Guiliano mempelajari aksi-aksi Luca, pengiriman pasukan
carabinieri. Ia mengagumi kecerdikan Kolonel dalam melarang koran-koran
mempublikasikan surat-suratnya, memutus komunikasi vitalnya dengan penduduk
Sisilia. Tapi sewaktu Kolonel Luca serampangan menangkapi penduduk
Montelepre bersalah atau tidak kekaguman itu berubah menjadi kebencian. Dan
? ?atas penangkapan orangtuanya, Guiliano murka.
Selama dua hari Guiliano duduk di guanya jauh di dalam Pegunungan Cammarata. Ia
menyusun rencana dan mengulas kembali apa yang diketahuinya tentang pasukan
Kolonel Luca yang terdiri atas dua ribu carabinieri, Sekitar seribu di antara
mereka ditempatkan di dalam dan di sekitar Palermo, menunggu dirinya mencoba
menolong orangtuanya. Seribu carabinieri lainnya dipusatkan di kawasan sekitar
kota-kota Montelepre, Piani dei Greci, San Giuseppe Jato, Partinico, dan
Corleone, kota-kota di mana banyak penduduknya menjadi anggota rahasia kelompok
yang bisa direkrut untuk bertempur.
Kolonel Luca sendiri mendirikan markas besarnya di Palermo dan tidak terkalahkan
di sana. Ia harus dipancing keluar.
Turi Guiliano melampiaskan kemarahannya dengan menyusun rencana-rencana taktis.
Rencana-rencana itu ddf) memiliki pola aritmetis yang jelas baginya, sesederhana permainan anak-anak.
Rencana-rencana itu hampir selalu berhasil, dan seandainya gagal ia selalu bisa
menghilang kembali ke pegunungannya. Tapi ia tahu segalanya bergantung pada
pelaksanaan tanpa kesalahan, setiap detail hingga yang terkecil harus sempurna.
Ia memanggil Aspanu Pisciotta ke dalam gua dan memberitahukan berbagai rencana
itu kepadanya. Kemudian, para pemimpin lainnya Passatempo, Terranova, Kopral
?Silvestro, dan Stefan Andolini hanya diberitahu apa yang perlu mereka
?? ketahui berkaitan dengan tugas masing-masing.
Markas besar carabinieri di Palermo membayar gaji semua pasukan di Sisilia
Barat. Sebulan sekali truk uang yang dijaga ketat dikirim untuk membayar
garnisun-garnisun di semua markas besar kota dan provinsi. Pembayaran dilakukan
tunai, dan dalam amplop berisi uang lira sejumlah gaji masing-masing prajurit.
Amplop-amplop ini dimasukkan ke dalam kotak-kotak kayu berselot yang dikunci ke
dalam truk yang dulunya kendaraan pengangkut senjata Angkatan Darat Amerika.
Sopirnya bersenjatakan pistol, prajurit kasir berjaga-jaga di sampingnya dengan
senapan. Ketika truk berisi jutaan lira ini meninggalkan Palermo, kendaraan itu
didahului tiga jip pengawal, masing-masing bersenjatakan senapan mesin dan
memuat empat orang, dan kendaraan pengangkut prajurit berisi dua puluh orang
bersenjata lengkap senapan mesin dan pistol. Di belakang truk uang itu berjalan
dua mobil komando, masing-masing berisi enam orang. Semua kendaraan ini membawa
peralatan radio komunikasi untuk menghubungi Palermo atau barak carabinieri
terdekat untuk mendapatkan pasukan tambahan. Tak pernah ada rasa takut bahwa
bandit-bandit akan menyerang kekuatan sebesar ini. Tindakan itu sama saja bunuh
diri. Truk pembayar gaji itu meninggalkan Palermo pada dini hari dan perhentian
pertama adalah kota kecil bernama Tommaso Natale. Dari sana irmg-iringan
berbelok memasuki jalan pegunungan menuju Montelepre. Kasir dan para pengawalnya
tahu ini hari yang panjang dan mereka melaju secepat mungkin. Mereka menyantap
potongan-potongan salami dan roti serta minum anggur dari botol selama
perjalanan. Mereka melontarkan lelucon dan tertawa-tawa, dan para sopir jip di
depan meletakkan senjata mereka di lantai kendaraan. Tapi sewaktu konvoi
melewati puncak bukit terakhir yang menurun ke Montelepre, mereka tertegun
melihat jalan di depan dipenuhi sekawanan besar domba. Jip-jip yang memimpin
irmg-iringan menerobos kawanan domba, dan para pengawal berteriak marah ke arah
para gembala yang berpakaian kasar. Para prajurit sangat ingin tiba di barak
yang sejuk dan menyantap hidangan panas, menanggalkan pakaian dan bersantai di
ranjang atau bermain kartu sepanjang istirahat tengah hari mereka. Tidak mungkin
ada bahaya; Montelepre, hanya beberapa mil jauhnya, memiliki garnisun yang
terdiri atas lima ratus anggota pasukan Kolonel Luca. Di belakang, mereka
melihat truk pengangkut uang memasuki lautan domba yang luas itu, tapi tidak
sadar truk itu melambat di sana, tidak ada jalan terbuka baginya.
Para gembala berusaha membuka jalan bagi truk
itu. Mereka begitu sibuk sehingga seolah tidak menyadari kendaraan pengangkut
pasukan menjeritkan klakson, para pengawal berteriak dan tertawa dan memaki-
maki. Masih tidak ada tanda-tanda bahaya.
Tapi tiba-tiba enam gembala mendesak truk kasir. Dua di antaranya mencabut
pistol dari balik jaket dan menendang kasir dan sopir keluar truk. Mereka
melucuti kedua carabinieri itu. Empat orang lainnya melempar keluar kotak-kotak
berisi uang gaji. Passatempo yang memimpin kelompok ini, dan kebuasan wajahnya,
kekerasan yang terpancar dari tabuhnya, menyebabkan para pengawal meringkuk
ketakutan. Pada saat bersamaan lereng-lereng di sekitar jalanan tiba-tiba dipenuhi bandit
yang rhenyandang senapan dan pistol otomatis. Roda-roda kedua mobil komando di
belakang ditembak. Lalu Pisciotta berdiri di depan mobil pertama. Ia berseru,
"Turun pelan-pelan, tanpa senjata, dan kalian akan menyantap spaghetti malam ini
di Palermo. Jangan jadi pahlawan, bukan uang kalian yang kami ambil."
Jauh di depan, kendaraan pengangkut pasukan dan ketiga jip pembuka jalan tiba di
kaki bukit terakhir dan hendak memasuki Montelepre sewaktu perwira kepala
menyadari tidak ada kendaraan apa pun di belakangnya. Sekarang domba-domba malah
bertambah banyak, menghalangi dirinya dengan kendaraan lain dalam konvoi. Ia
meraih radio dan memerintahkan salah satu jip kembali. Menggunakan isyarat
tangan ia mengarahkan kendaraan-kendaraan lain agar berhenti di tepi jalan dan
menunggu. Jip pembuka jalan berputar balik dan kembali mendaki bukit yang baru saja
dilewatinya. Di tengah jalan jip itu mendapat sambutan hujan peluru senapan
mesin dan senapan. Keempat penumpangnya tercincang peluru, dan tanpa sopir jip
itu kehilangan momentum dan pelan-pelan bergulir kembali menuruni bukit, ke arah
kendaraan rekan-rekannya.
Komandan carabinieri melompat keluar dari jip dan berteriak kepada anak buahnya
di kendaraan pengangkut untuk turun dan membentuk barisan. Kedua jip lain
melesat pergi bagai kelinci yang ketakutan mencari perlindungan. Tapi pasukan
ini telah dinetralisir secara efektif. Mereka tidak bisa menyelamatkan truk gaji
karena truk itu berada di balik bukit mereka bahkan tidak bisa menembaki anak
buah Guiliano, yang tengah menjejalkan amplop-amplop uang ke dalam jaket mereka.
Anak buah Guiliano menguasai tempat yang lebih tinggi dan jelas memiliki senjata
untuk membantai penyerang mana pun. Langkah terbaik yang bisa diambil pasukan
itu adalah mencari perlindungan dan menembak membabi buta.
Maresciallo menantikan si pembayar gaji. Pada akhir bulan ia selalu kekurangan
uang dan, seperti anak buahnya, berharap melewatkan malam di Palermo dengan
bersantap di restoran bagus bersama wanita-wanita yang memesona dan teman-teman.
Sewaktu mendengar suara tembakan ia kebingungan. Guiliano tak akan berani
menyerang salah satu patrolinya di siang hari, tidak dengan adanya pasukan
tambahan Kolonel Luca yang berjumlah lima ratus prajurit di kawasan ini.
Pada saat itu Maresciallo mendengar ledakan hebat di gerbang Barak Bellampo.
Salah satu kendaraan lapis
baja yang diparkir di belakang telah diledakkan men-dptakan suluh raksasa
oranye. Lalu Maresciallo mendengar detak senapan mesin berat dari arah jalan
yang menuju Castelvetrano dan kota pantai Trapani, diikuti rentetan tembakan
pistol dari kaki pegunungan di luar kota. Ia bisa melihat pasukan patrolinya di
Montelepre berhamburan masuk ke dalam barak, dalam jip atau berjalan kaki,
berusaha menyelamatkan diri; dan lambat-lambat kesadaran merekah dalam dirinya
bahwa Guiliano mengerahkan seluruh anak buahnya untuk .menyerang garnisun
Kolonel Luca yang berjumlah lima ratus orang.
Di tebing tinggi di atas Montelepre, Turi Guiliano mengamati perampokan uang
gaji itu melalui teropongnya. Dengan berputar sembilan puluh derajat ia juga
bisa melihat pertempuran di jalan-jalan kota, serangan langsung terhadap Barak
Bellampo dan patroli-patroli carabinieri di jalan-jalan pantai. Seluruh pemimpin
anak buahnya melakukan tugas dengan sempurna. Passatempo dan anak buahnya
berhasil mendapatkan uang gaji, Pisciotta berhasil melumpuhkan carabinieri di
belakang truk, Terranova dan kelompoknya, didukung anggota baru, menyerang Barak
Bellampo dan para patrolinya. Orang-orang yang berada di bawah pimpinan langsung
Guiliano menjaga markas-markas mereka di-kaki pegunungan. Dan Stefan Andolini,
Fra Diavalo sejati, tengah menyiapkan kejutan.
Di markas besarnya di Palermo, Kolonel Luca menerima kabar hilangnya uang gaji
dengan ketenangan yang tidak biasa, menurut anak buahnya. Tapi diam -
445 diam. ia hanya bisa marah terhadap kepandaian Guiliano dan penasaran dari
mana dan dengan. cara bagaimana Guiliano bisa mendapatkan informasi mengenai
penempatan carabinieri. Empat carabinieri tewas dalam perampokan itu dan sepuluh
lainnya tewas dalam pertempuran menghadapi pasukan Guiliano yang lain.
Kolonel Luca masih menerima laporan telepon mengenai para korban saat Kapten
Perenze menghambur masuk, rahangnya yang besar bergetar penuh semangat. Ia baru
saja menerima laporan tentang beberapa bandit yang terluka dan salah satunya
tewas dan ditinggalkan di medan tempur. Bandit yang tewas itu telah
diidentifikasi melalui dokumen yang ada pada dirinya dan kesaksian dua penduduk
Montelepre. Mayat itu tidak lain adalah Turi Guiliano.
Bertentangan dengan kewaspadaannya, dengan semua informasi intelijen yang
diketahuinya, Kolonel Luca merasakan kemenangan besar merekah dalam dadanya.
Sejarah rniliter dipenuhi kemenangan hebat, manuver taktis cemerlang, yang
dikalahkan satu kecelakaan kecil. Peluru yang diarahkan nasib secara ajaib telah
mencari dan menemukan jiwa licin bandit besar itu. Tapi lalu kewaspadaan
kembali. Keberuntungan itu tedalu bagus; mungkin jebakan. Tapi kalau benar
begitu, ia bisa masuk ke sana dan menjebak penjebaknya.
Kolonel Luca mempersiapkan diri, dan pasukannya disiapkan untuk menghadapi
serangan apa pun. Kendaraan-kendaraan lapis baja berangkat terlebih dulu,
diikuti mobil antipeluru yang membawa Kolonel Luca dan Inspektur Frederico
Velardi, yang berkeras membantu mengidentifikasi mayat tapi sebenarnya hanya
untuk memastikan Wasiat tidak ada pada mayat itu.
Di belakang mobil Luca melaju pengangkut pasukan berisi para prajurit siaga,
senjata siap ditembakkan. Jip-jip pembuka jalan berjumlah dua puluh, dipenuhi
prajurit-para bersenjata, mendahului rombongan. Garnisun di Montelepre
diperintahkan menjaga jalan-jalan terdekat dengan kota dan mendirikan pos-pos
pengamatan di pegunungan di dekatnya. Patroli-patroli berjalan kaki dalam
kekuatan besar, bersenjata lengkap, mengendalikan sepanjang tepi jalan.
Kolonel Luca dan pasukannya memerlukan waktu kurang dari satu jam untuk tiba di
Montelepre. Tidak ada serangan; pameran kekuatan itu berlebihan bagi para
bandit. Tapi kekecewaan telah menanti Kolonel.
Inspektur Velardi berkata mayat itu, sekarang berada dalam ambulans di "Barak
Bellampo, tidak mungkin mayat Guiliano. Peluru yang menewaskannya memang
mencabiknya tapi tidak cukup parah sehingga Inspektur tidak mungkin keliru.
Penduduk dipaksa melihat mayat itu, dan mereka juga mengatakan itu bukan
Guiliano. Mayat itu memang jebakan, Guiliano pasti berharap Kolonel bergegas
menuju lokasi dengan sedikit pengawalan dan membuka diri untuk disergap. Kolonel
Luca memberi perintah untuk melakukan semua langkah penjagaan, tapi ia tergesa-
gesa kembali ke Palermo dan ke markas besarnya; ia mgin melaporkan sendiri ke
Roma apa yang terjadi hari itu serta memastikan tidak ada yang menerbitkan
laporan palsu mengenai kematian Guiliano. Setelah memeriksa terlebih dulu untuk
meyakinkan semua pasukannya siap di tempat sehingga perjalanan kembali tidak
disergap, ia menumpang salah satu jip pembuka jalan yang lincah di jajaran
paling depan. Inspektur Velardi mendampinginya. Ketergesa-gesaan Kolonel
menyelamatkan nyawa mereka berdua. Sewaktu pasukannya mendekati Palermo, dengan
mobil komando Luca di tengah, terdengar ledakan menggelegar. Mobil komando itu
terlontar lebih dari tiga meter ke udara dan hancur berkeping-keping, terbakar,
tersebar di lereng-lereng pegunungan. Kendaraan pengangkut pasukan yang
mengikuti dekat di belakangnya kehilangan delapan orang tewas dan lima belas
orang terluka dari total tiga puluh korban. Kedua perwira dalam mobil Luca
hancur berkeping-keping. Sewaktu Kolonel Luca menyampaikan kabar buruk itu kepada Menteri Trezza, ia juga
meminta tiga ribu pasukan tambahan yang telah menunggu segera diberangkatkan ke
Sisilia. Don Croce tahu serangan-serangan itu akan terus berlanjut selama orangtua
Guiliano dipenjara, jadi ia mengatur agar mereka dibebaskan.
Tapi ia tidak bisa mencampuri keterlibatan pasukan baru, dan dua ribu prajurit
sekarang menghuni Montelepre dan kawasan di sekitarnya. Tiga ribu lainnya
menggeledah pegunungan. Tujuh ratus penduduk Montelepre dan provinsi Palermo
telah dipenjarakan untuk ditanyai oleh Kolonel Luca, menggunakan kekuasaan
khusus yang diberikan kepadanya oleh pemerintahan Demokrat Kristen di Roma. Jam
malam diberlakukan mulai senja sampai subuh, penduduk dilumpuhkan di rumah
masing-masing dan orang-orang yang bepergian tanpa kartu izin khusus
dipenjarakan. Seluruh provinsi berada di bawah kekuasaan teror resmi.
Don Croce mengawasi dengan gelisah sementara arus berubah menentang Guiliano.
Bab 24 SEBELUM kedatangan pasukan Luca, sewaktu Guiliano bisa memasuki Montelepre
sesuka hatinya, ia sudah sering bertemu Justina Ferra. Kadang-kadang gadis itu
datang ke rumah Guiliano untuk menerima tugas atau uang yang diberikan Guiliano
kepada orangtuanya. Guiliano tidak pernah sungguh-sungguh menyadari ia telah
tumbuh menjadi wanita muda yang cantik hingga suatu hari Guiliano melihatnya di
jalan-jalan Palermo bersama orangtuanya. Mereka pergi ke kota untuk berbelanja
kebutuhan Festa yang tidak tersedia di kota kecil Montelepre. Guiliano dan


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anggota kelompoknya pergi ke Palermo untuk membeli persediaan.
Guiliano tidak bertemu Justina hampir sekitar enam bulan, dan Justina tumbuh
menjadi lebih jangkung dan lebih ramping. Ia jangkung untuk ukuran wanita
Sisilia, dengan kaki-kaki panjang terbungkus sepatu berhak tinggi yang baru
dibeli. Ia baru berusia enam belas tahun, tapi wajah dan bentuk tubuhnya telah
merekah di tanah subtropis Sisilia dan secara fisik ia sudah dewasa. Rambutnya
yang hitam mengilap ditarik ke atas kepala dan dijepit tiga sisir bagai permata,
menampilkan leher jenjang keemasan bagai gambar wanita Mesir pada vas. Matanya
besar, penuh pertanyaan; mulutnya sensual, walaupun demikian, itulah satu-
satunya bagian wajahnya yang menunjukkan kemudaannya. Ia mengenakan gaun putih
berpita merah melintang di depan.
Ia begitu cantik sehingga Guiliano menatapnya untuk waktu cukup lama. Guiliano
tengah duduk di kafe, anak buahnya bertebaran di meja-meja di sekitarnya, ketika
Justina melintas ditemani ayah dan ibunya. Mereka melihat Guiliano. Ayah Justina
mempertahankan ekspresi kaku wajahnya dan tidak menunjukkan tanda-tanda
pengenalan. Ibunya bergegas memandang ke arah lain. Hanya Justina yang
menatapnya' sambil berlalu. Ia bersikap ala orang Sisilia dan tidak menyapa
Guiliano, tapi ia menatap lurus ke matanya dan Guiliano bisa melihat mulut
Justina bergetar menahan senyum. Di jalan yang bermandikan matahari Justina
bagai kolam cahaya kemilau, kecantikan Sisilia yang sensual dan merekah di usia
dini. Sejak menjadi pelanggar hukum Guiliano tidak pernah memercayai cinta.
Baginya cinta merupakan tindak penyerahan diri dan menyimpan benih pengkhianatan
yang fatal. Tapi pada saat itu ia merasakan apa yang belum pernah ia
rasakan keinginan dalam dirinya untuk berlutut di depan manusia lain dan ?sukarela bersumpah untuk membaktikan diri dalam perbudakan yang asing. Ia tidak
mengidentifikasi perasaan itu sebagai cinta.
Sebulan kemudian, Guiliano mendapati benaknya terobsesi kenangan akan Justina
Ferra berdiri di kolam cahaya matahari keemasan di jalan di Palermo. Ia
menganggap itu hanyalah hasrat seksual, ia sekadar merindukan malam-malam penuh
gairah bersama La venera. Lalu dalam lamunannya ia mendapati dirinya bukan hanya memimpikan
bercinta dengan Justina, tapi juga menghabiskan waktu bersamanya menjelajahi
pegunungan, memperlihatkan padanya gua-guanya, lembah-lembah sempitnya yang
penuh bunga, memasakkan makanan baginya di api unggun. Gitarnya masih ada I
rumah ibunya dan ia bermimpi memainkannya untuk Justina. Ia menunjukkan kepada
Justina puisi-puisi yang ditulisnya selama bertahun-tahun ini, beberapa di
antaranya pernah dipublikasikan koran-koran Sisilia. Bahkan terpikir olehnya
untuk menyelinap ke Montelepre dan mengunjungi Justina di rumahnya, tidak peduli
kehadiran dua ribu prajurit Pasukan Khusus Kolonel Luca. Pada saat ini ia
tersadar dan tahu sesuatu yang berbahaya tengah berlangsung dalam dirinya.
Semua ini bodoh. Hanya ada dua alternatif dalam hidupnya. Entah ia tewas
terbunuh oleh carabinieri atau ia mencari perlindungan di Amerika. Dan kalau ia
terus memimpikan gadis ini, hidupnya tidak akan berakhir di Amerika. Ia harus
menyingkirkannya dari benaknya. Kalau ia membujuk Justina atau melarikannya,
ayah Justina akan menjadi musuh berbahaya, padahal ia sudah memiliki cukup
banyak musuh berbahaya. Ia pernah menghukum Aspanu karena merayu gadis yang
masih polos dan selama bertahun-tahun ini telah mengeksekusi tiga anak buahnya
karena memerkosa. Perasaannya terhadap Justina adalah ia ingin membahagiakan
gadis itu, menjadikan Justina mencintai dan mengagumi dan melihatnya sebagaimana
ia pernah melihat dirinya sendiri. Ia ingin tatapan Justina dipenuhi cinta dan
kepercayaan. Tapi itu hanyalah pikiran taktisnya yang tengah mengeksplorasi
berbagai pilihan yang ia miliki. Ia telah memutuskan tindakan yang akan
diambilnya. Ia akan menikahi gadis itu. Diam-diam. Tidak ada seorang pun yang
tahu kecuali keluarga Justina dan tentu saja Aspanu Pisciotta dan beberapa
anggota tepercaya kelompoknya. Setiap kali situasi aman, ia akan memerintahkan
anak buahnya menjemput Justina ke pegunungan agar mereka bisa menghabiskan satu
atau dua hari bersama-sama; Berbahaya bagi Justina menjadi istri Turi Guiliano,
tapi Guiliano bisa mengatur agar ia berangkat ke Amerika, dan Justina akan
menunggunya di sana saat ia berhasil melarikan diri. Hanya ada satu masalah. Apa
pendapat Justina tentang dirinya"
Caesero Ferra telah menjadi anggota rahasia kelompok Guiliano selama lima tahun,
semata-mata sebagai pengumpul informasi, tidak pernah terlibat operasi. Ia dan
istrinya mengenal dan bertetangga dengan orangtua Guiliano; mereka tinggal
sepuluh rumah dari rumah Guiliano di Via Belia. Caesero lebih berpendidikan
dibandingkan sebagian besar penduduk Montelepre dan merasa tidak puas dengan
bertani. Lalu ketika Justina masih kedi dan menghilangkan uang, Guiliano memberi
penggantinya dan menyuruhnya pulang bersama surat yang menyatakan keluarga
mereka berada di bawah perlindungannya,- Caesero Ferra mengunjungi Maria
Lombardo dan menawarkan jasa. Ia mengumpulkan informasi di Palermo dan
Montelepre mengenai pergerakan patroli carabinieri, pergerakan para pedagang
kaya yang akan diculik kelompok Guiliano, serta identitas informan polisi. Ia
mendapat bagian dari hasil
penculikan-penculikan itu dan membuka tavern kecil di Montelepre, yang juga
membantu kegiatan rahasianya.
Sewaktu putranya Silvio kembali dari perang sebagai aktivis Sosialis, Caesero
Ferra mengusirnya. Bukan karena tidak menyetujui pandangannya, tapi karena
bahaya yang bisa ditimbulkannya bagi anggota keluarga lainnya. Ia tidak punya
gambaran mengenai demokrasi atau para pemimpin di Roma. Ia mengingatkan Turi
Guiliano akan janjinya melindungi keluarga Ferra dan Guiliano berusaha sebaik-
baiknya melindungi Silvio. Dan setelah Silvio dibunuh, Guiliano berjanji akan
membalaskan dendamnya. Ferra tidak pernah menyalahkan Guiliano. Ia tahu pembantaian di Ginestra sangat
mengganggu Turi Guiliano, menyebabkan ia berduka, dan masih menyiksa dirinya.
Caesero mengetahuinya dari istrinya, yang mendengarkan Maria Lombardo bercerita
tentang putranya selama berjam-jam. Bagaimana bahagianya mereka sebelum hari
yang mengerikan bertahun-tahun lalu itu, sewaktu putranya ditembak carabinieri
dan terpaksa balas membunuh. Dan tentu saja setiap pembunuhan setelah kejadian
itu memang harus terjadi, dipaksakan terhadap Guiliano oleh orang-orang jahat.
Maria Lombardo memiliki alasan untuk setiap pembunuhan, setiap kejahatan, tapi
ia goyah saat membicarakan pembantaian di Portella della Ginestra. Oh, anak-anak
kedi yang tercabik tembakan senapan mesin, wanita-wanita tak berdaya yang tewas.
Bagaimana orang-orang bisa mengira putranya melakukan perbuatan seperti itu"
Bukankah ia pelindung kaum miskin, Pembela Sisilia" Bukankah ia sudah memberikan
harta membantu semua orang Sisilia yang membutuh-452 kan makanan dan tempat
tinggal" Turi-nya tidak mungkin memberikan perintah pembantaian seperti itu.
Turi bersumpah kepadanya di depan patung Bunda Maria berkulit hitam, dan mereka
menangis sambil berpelukan.
-Maka selama bertahun-tahun Caesero memburu misteri mengenai apa yang sebenarnya
terjadi di Portella della Ginestra. Apakah para penembak senapan mesin di bawah
komando Passatempo telah melakukan kesalahan tak disengaja berkaitan dengan
sudut tembakan mereka" Apakah Passatempo, karena sifat haus darahnya yang
terkenal, .membantai orang-orang itu demi kesenangan belaka" Mungkinkah seluruh
kejadian itu dirancang untuk menghancurkan Guiliano" Mungkinkah ada kelompok
lain yang menembak dengan senapan mesin, orang-orang yang bukan di bawah
perintah Guiliano melainkan dikirim oleh Friends of the Friends atau bahkan
sekelompok anggota Polisi Keamanan" Tak seorang pun luput dari daftar tersangka
Caesero kecuali Turi Guiliano. Karena kalau Guiliano bersalah seluruh dunia
tempat ia tinggal akan runtuh. Ia mencintai Guiliano seperti mencintai putranya
sendiri. Ia menyaksikan Guiliano tumbuh dari anak-anak menjadi pria dewasa, dan
tidak pernah sekali pun Guiliano menunjukkan kekejaman, maupun kekerasan.
Jadi Caesero Ferra terus membuka mata dan telinga. Ia membelikan minuman bagi
para anggota rahasia kelompok yang belum dipenjarakan oleh Kolonel Luca. Ia
mendengar potongan-potongan percakapan di antara Friends of the Friends yang
tinggal di kota dan sesekali datang ke tavern untuk rninum anggur dan kartu.
Suatu malam ia mendengar meteka
berbicara sambil tertawa-tawa tentang "Si Hewan" dan "Si Iblis" yang mengunjungi
Don Croce, dan bagaimana Don yang agung mengubah kedua orang yang ditakuti itu
menjadi malaikat yang berbisik-bisik. Ferra mempertimbangkan informasi itu dan
dengan paranoia khas orang Sisilia berhasil mengaitkannya. Passatempo dan Stefan
Andolini telah menemui Don. Passatempo sering kali disebut "Si Kasar" dan Fra
Diavalo adalah nama bandit Andolini. Apa yang mereka lakukan, mengadakan
pertemuan rahasia dengan Don Croce di rumahnya di Villaba, yang jauh dari
pangkalan bandit di pegunungan" Ia mengirim putra remajanya ke rumah Guiliano
membawa pesan penting dan dua hari kemudian ia dijemput ke pegunungan untuk
menemui Guiliano. Ia menceritakan apa yang didengarnya kepada Guiliano. Pemuda
itu tidak menunjukkan emosi apa pun dan hanya menyuruhnya bersumpah agar tidak
membuka rahasia. Ferra tidak mendengar kabar apa-apa lagi. Sekarang, tiga bulan
kemudian, ia menerima panggilan lain dari Guiliano dan menduga akan mendengar
kelanjutan informasinya. Guiliano dan kelompoknya berada jauh di pegunungan, di luar jangkauan pasukan
Luca. Caesero Ferra berangkat di malam hari dan ditemui Aspanu Pisciotta di
tempat perjanjian untuk diantar ke kamp. Mereka baru tiba subuh keesokan harinya
dan mendapati sarapan panas di meja lipat yang dilengkapi serbet linen dan
peralatan makan perak. Turi Guiliano mengenakan kemeja sutra putih dan celana
kulit cokelat yang diselipkan ke dalam sepatu bot cokelat yang disemir mengilap;
rambutoya baru saja dikeramas dan disisir, ernah tampil begitu tampan. Pisciotta
diperintahkan pergi dan Guiliano serta Ferra duduk bersama-sama. Guiliano tampak
kikuk. Ia berkata kaku, "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas informasi yang
kausampaikan kepadaku. Informasi itu sudah ditindaklanjuti dan sekarang aku tahu
pertemuan itu memang terjadi. Dan sangat penting. Tapi aku menyuruh anak buahku
menjemputmu untuk membicarakan masalah lain. Masalah yang aku tahu akan
mengejutkan dan kuharap tidak membuatmu tersinggung."
Ferra terkejut tapi berkata sopan, "Kau tidak akan pernah membuatku tersinggung,
aku berutang budi terlalu banyak padamu."
Mendengarnya Guiliano tersenyum, senyum polos yang diingat Ferra dari masa
kanak-kanak pemuda ini. "Dengar baik-baik," kata Guiliano. "Berbicara padamu adalah langkah pertamaku.
Dan kalau kau tidak setuju aku tidak akan bertindak lebih jauh. Lupakan posisiku
sebagai pemimpin kelompok; aku berbicara padamu sebagai ayah Justina. Kau tahu
dia cantik, pasti banyak pemuda kota yang berkeliaran di dekat rumahmu. Dan aku
tahu kau menjaga putrimu dengan hati-hati. Harus kuberitahukan, ini pertama kali
seumur hidupku aku memiliki perasaan begini. Aku ingin menikahi putrimu. Kalau
kau menolak aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Kau tetap temanku dan
putrimu berada dalam perlindungan khusus seperti biasa. Kalau kau setuju, aku
akan bertanya pada putrimu apa dia tidak keberatan dengan gagasan ini. Kalau dia
menolak, masalahnya selesai sampai di situ."
Caesero Ferra begitu terpana sehingga ia hanya bisa tergagap, "Biar kupikir,
biar kupikir." Dan lama ia membisu. Saat mulai berbicara lagi nadanya penuh
hormat. "Aku lebih suka mendapatkan dirimu sebagai suami putriku daripada pria
mana pun. Dan aku tahu putraku Silvio semoga Tuhan memberkati jiwanya pasti ? ?menyetujui pendapatku." Sekali lagi ia tergagap. "Aku hanya mengkhawatirkan
keselamatan putriku. Kalau Justina menjadi istrimu, Kolonel Luca jelas akan
menggunakan alasan apa saja untuk menangkap-" nya. Friends of the Friends
sekarang menjadi musuhmu dan mungkin akan menyakiti clirinya. Dan kau harus
melarikan diri ke Amerika atau tewas di pegunungan ini. Aku tidak ingin putriku
menjadi janda di usia semuda itu, maafkan aku karena berbicara terus terang.
Tapi menikahinya juga menambah rumit hidupmu dan itu yang paling membuatku
cemas. Pengantin yang bahagia tidak begitu waspada terhadap jebakan, dia lengah
terhadap musuh-musuhnya. Pernikahan bisa menyebabkan kematianmu. Aku berbicara
terus terang begini karena rasa sayang dan hormatku kepadamu. Pernikahanmu bisa
diundur menunggu hari yang lebih baik saat kau mengetahui masa depanmu secara
lebih pasti dan merencanakannya dengan lebih baik." Seusai berbicara Ferra
mengawasi mata Guiliano, mencari-cari tanda apakah ia telah membuat pemuda itu
kesal. Tapi ia hanya menyebabkan Guiliano tertekan. Dan Ferra mengenalinya sebagai
kekecewaan pemuda yang tengah jatuh cinta. Di matanya hal itu begitu luar biasa
sehingga secara naluriah ia berkata, "Aku bukannya berkata tidak kepadamu,
Turi." Guiliano mendesah. "Aku sudah memikirkan semua itu. Rencanaku begini. Aku akan
menikahi putrimu diam-diam. Kepala Biara Manfredi akan memimpin upacaranya. Kami
akan menikah di pegunungan ini. Terlalu berbahaya bagiku melakukannya di tempat
lain. Tapi aku bisa mengatur agar kau dan istrimu menemani putrimu sehingga
kalian bisa menyaksikan pernikahan. Putrimu akan tinggal bersamaku selama tiga
hari, lalu aku akan mengirimnya pulang ke rumahmu. Kalau putrimu menjadi janda
dia akan memiliki cukup uang untuk memulai kehidupan baru. Jadi kau tidak perlu
mengkhawatirkan masa depannya. Aku mencintai putrimu dan akan menghargai serta
melindunginya seumur hidupnya. Aku akan menyediakan dana untuk masa depannya
seandainya yang paling buruk terjadi. Tapi tetap saja berisiko menikah dengan
orang seperti diriku, dan sebagai ayah yang hati-hati kau berhak menolak putrimu
mengambil risiko itu."
Caesero Ferra sangat tersentuh. Pemuda ini berbicara begitu gamblang dan blak-
blakan. Dan dengan harapan begitu tinggi. Tapi yang terbaik ia berbicara
langsung ke pokok persoalan. Ia telah menyiapkan cadangan bagi kesejahteraan
putrinya di masa depan seandainya terjadi bencana. Ferra bangkit dari kursinya
dan memeluk Guiliano. "Aku meresftiimu," katanya. "Aku akan berbicara pada
Justina." Sebelum pergi, Ferra mengatakan dirinya gembira karena informasi yang
diberikannya terbukti berguna. Dan ia tertegun melihat perubahan ekspresi wajah
Guiliano. Mata Guiliano membelalak, keindahan wajahnya seakan mengeras menjadi
marmer putih. "Akan kuundang Stefan Andolini dan Passatempo ke pernikahanku," katanya. "Jadi
kita bisa membereskan masalahnya." Baru kelak terlintas dalam benak Ferra bahwa
itu tindakan yang aneh, apalagi jika pernikahan Guiliano seharusnya
dirahasiakan. Di Sisilia bukan tidak umum bagi seorang gadis untuk menikahi pria yang tidak
pernah sekali pun menghabiskan waktu bersamanya. Pada saat para wanita duduk-
duduk di luar rumah mereka, gadis yang belum menikah harus duduk tegak, tidak
pernah menatap langsung ke jalan, kecuali mereka ingin disebut perempuan jalang
Para pemuda yang lewat tidak akan pernah mendapat kesempatan bercakap-cakap
dengan mereka kecuali di gereja, tempat para gadis muda dilindungi patung-patung
Bunda Maria dan ibu-ibu mereka yang menatap dingin. Kalau ada pemuda yang jatuh
cinta setengah mati pada penampilan si gadis atau pada percakapan singkat di
antara mereka, ia harus menyampaikannya secara tertulis, dalam surat yang
tersusun dengan baik untuk menyatakan niatnya. Ini masalah serius. Sering kali
penulis profesional disewa untuk ini' Nada yang salah bisa mengakibatkan
pemakaman dan bukan pernikahan. Maka lamaran Guiliano melalui ayah Justina
bukanlah tidak biasa, meski kenyataannya di hadapan Justina ia tidak menunjukkan
tanda-tanda tertarik. Caesero Ferra tidak ragu akan jawaban Justina. Sewaktu kecil Justina selalu
mengakhiri doanya dengan, "Dan selamatkanlah Turi Guiliano dari carabinieri"' Ia
selalu berharap ada pesan yang harus diantarnya ke ibu Guiliano, Maria Lombardo.
Lalu sewaktu kabar mengenai terowongan yang menuju rumah La Venera tersiar,
Justina marah besar. Mula-mula ayah dan ibunya mengira kemarahan itu karena
penangkapan atas La Venera dan orangtua Guiliano, tapi lalu mereka menyadari
kemarahan itu disebabkan kecemburuan.
Jadi Caesero Ferra bisa mengantisipasi jawaban putrinya; tak ada kejutan. Tapi
yang mengejutkan adalah cara Justina menerima berita itu. Ia tersenyum nakal
kepada ayahnya seolah ia memang berencana menggodanya, seakan ia sudah tahu
dirinya bisa menaklukkan Guiliano.
Jauh di pegunungan berdiri puri Normandia kecil, hampir tinggal puing-puing,
yang tidak dihuni selama dua puluh tahun. Guiliano memutuskan merayakan
pernikahan dan bulan madunya di sana. Ia memerintahkan Aspanu Pisciotta
menetapkan batas penjagaan orang-orang bersenjata, untuk mencegah serangan
mendadak. Kepala Biara Manfredi meninggalkan biara dengan kereta keledai, lalu
diusung dengan tandu oleh anggota kelompok Guiliano, melintasi jalan-jalan
setapak pegunungan. Di puri tua itu ia gembira menemukan kapel pribadi, walaupun
semua patung dan ukirannya yang berharga telah lama dicuri. Tapi batu-batu
polosnya indah, begitu pula altar batunya. Kepala Biara tidak sepenuhnya setuju
Guiliano menikah, dan sesudah mereka berpelukan ia berkata dengan nada bergurau
kepada Guiliano, "Kau seharusnya memerhatikan pepatah kuno, 'Orang yang bermain
sendirian tidak pernah kalah.'"
Guiliano tertawa dan berkata, "Tapi aku harus memikirkan kebahagiaanku sendiri."
Kemudian ia menambahkan salah satu kata-kata mutiara kaum petani yang paling
disukai Kepala Biara, yang selalu digunakannya untuk membenarkan caranya mencari
uang; "Ingat, Santo Joseph mencukur janggutnya sendiri sebelum mencukur murid-murid lainnya."
Ucapannya menggembirakan hati Kepala Biara, dan ia membuka kotak dokumen serta
menyerahkan akte pernikahan Guiliano. Dokumen yang cantik, dihiasi huruf-huruf
kaligrafi abad pertengahan yang ditulis dengan tinta emas.
"Pernikahan ini akan dicatat di biara," kata Kepala Biara. 'Tapi jangan takut,
tak seorang pun akan mengetahuinya."
Pengantin wanita dan orangtuanya didatangkan dengan keledai semalam. Mereka


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tinggal di ruangan-ruangan puri yang telah dibersihkan anak buah Guiliano dan
dilengkapi ranjang-ranjang yang terbuat dari bambu dan jerami. Guiliano merasa
sedih karena orangtuanya sendiri tidak hadir dalam pernikahan itu, B mereka
berada di bawah pengawasan ketat Pasukan Khusus Kolonel Luca.
Hanya Aspanu Pisciotta, Stefan Andolini, Passatempo, Kopral Silvestro, dan
Terranova yang hadir dalam pernikahan itu. Justina mengganti pakaian
bepergiannya dengan gaun putih yang pernah dikenakannya di Palermo, gaun yang
telah mencatat sukses besar. Ia tersenyum kepada Guiliano, dan Guiliano terpana
melihat senyum berseri-seri itu. Kepala Biara mempersingkat upacara, lalu mereka
keluar ke halaman rumput puri, di sana telah disiapkan meja dengan anggur,
daging dingin, dan roti. Mereka semua bersantap cepat dan bersulang untuk kedua
pengantin. Perjalanan pulang Kepala Biara dan suami-istri Ferra akan berlangsung
lama dan berbahaya. Mereka gelisah patroli carabinieri mungkin sampai ke kawasan
ini dan para jfehersenjata harus bertempur menghadapi me-reka. Kepala Biara
ingin segera pulang, tapi Guiliano menahannya.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih atas apa yang sudah kaulakukan hari ini,"
kata Guiliano. "Segera sesudah hari pernikahanku aku ingin melakukan
pengampunan. Tapi aku membutuhkan bantuanmu." Mereka berbicara pelan selama
beberapa saat, dan Kepala Biara mengangguk-angguk.
Justina memeluk orangtuanya; ibunya menangis dan memandang Guiliano dengan
tatapan memohon. Lalu Justina membisikkan sesuatu ke telinganya dan ibunya
tertawa. Mereka kembali berpelukan, lalu orangtua Justina naik ke keledai
masing-masing. Pengantin baru itu menghabiskan malam pertama mereka di ruang tidur utama puri.
Ruangan itu semula kosong melompong tapi Turi Guiliano telah mengisinya dengan
kasur besar yang diangkut keledai, dilengkapi seprai sutra dan selimut serta
bantal bulu angsa yang dibeli dari toko terbaik di Palermo. Ada kamar mandi yang
sama luasnya dengan kamar tidur, dilengkapi bak mandi marmer dan wastafel besar.
Tentu saja tidak ada air mengalir dan Guiliano harus mengisi bak dengan air yang
diambilnya sendiri dari sungai kemilau yang mengalir di samping puri,
menggunakan ember. Ia juga mengisi kamar itu dengan perlengkapan kamar mandi dan
parfum yang belum pernah dilihat Justina seumur hidupnya.
Telanjang, Justina mula-mula merasa malu, menutupi sela kakinya dengan tangan.
Kulitnya keemasan. Ia langsing tapi memiliki payudara penuh wanita dewasa.
Ketika Guiliano menciumnya, Justina memalingkan kepalanya sedikit sehingga
pemuda itu hanya mencium sudut mulurnya. Guiliano bersabar, tidak dengan keahlian pencinta melainkan
dengan indra taktis yang selama ini diandalkannya dalam perang gerilya. Justina
membiarkan rambutnya yang panjang dan hitam pekat menjuntai menutupi payudaranya
dan Guiliano membelai rambutnya serta berbicara tentang saat-saat pertama ia
melihat Justina sebagai wanita pada hari yang menentukan di Palermo. Betapa
cantiknya Justina saat itu. Ia mengutip sejumlah puisi yang dituUsnya tentang
Justina saat ia seorang diri di pegunungan dan memimpikan kecantikannya. Justina
bersantai di ranjang, selimut bulu angsa menutupi tubuhnya. Guiliano berbaring
di atas selimut, tapi Justina mengalihkan tatapannya.
Justina mengungkapkan kepada Guiliano bagaimana ia jatuh cinta kepadanya pada
hari ia membawa pesan dari kakak lelakinya dan betapa hancur hatinya sewaktu
menyadari Guiliano tidak mengenali dirinya sebagai gadis kecil yang diberi uang
pengganti bertahun-tahun lalu. Ia bercerita betapa ia berdoa bagi Guiliano
setiap malam sejak berusia sebelas tahun, betapa ia mencintai Guiliano sejak
hari itu. Turi Guiliano merasa sangat bahagia mendengarkan cerita Justina. Justina
mencintainya, memikirkan dan memimpikan dirinya sementara ia sendirian di
pegunungan. Ia terus membelai rambut Justina dan wanita itu menangkap tangannya
dan memegangnya, tangannya H hangat dan kering. "Apa kau terkejut sewaktu
kuminta ayahmu berbicara kepadamu soal pernikahan?" tanya Guiliano. Justina
tersenyum, senyum kemenangan. "Tidak idah kau menatapku begitu rupa di Palermo,"
ujarnya. "Sejak hari itu aku menyiapkan diri untukmu."
Guiliano membungkuk untuk mencium bibir Justina yang penuh, merah tua bagai
anggur, dan kali ini Justina tidak memalingkan wajah, Guiliano terkejut
menyadari manisnya mulut Justina, tarikan napasnya, dan kepekaan kulitnya
sendiri. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa tubuhnya bagai meleleh dan
lepas dari dirinya. Ia mulai menggigil, dan Justina menyingkap selimut bulu
angsanya sehingga Guiliano bisa berbaring bersamanya. Justina berbaring
menyamping agar bisa memeluk Guiliano, sehingga mereka menyatu, dan tubuhnya
terasa berbeda dari tubuh mana pun yang pernah disentuh Guiliano. Justina
memejamkan mata. Turi Guiliano mencium mulurnya, matanya yang terpejam, dan payudaranya, kulitnya
begitu halus sehingga panasnya daging hampir-hampir membakar bibir Guiliano. Ia
terpana akan aroma tubuh Justina, begitu manis, tidak terpengaruh pahitnya
kehidupan, begitu jauh dari kematian. Ia membelai paha Justina dan kehalusan
kulit bagai sutra itu menyebabkan ia terangsang hingga hampir-hampir
menyakitkan, pada saat sama ia merasa begitu terpesona hingga tertawa keras-
keras. Tapi lalu Justina menyentuh sela pahanya, sangat lembut, dan Guiliano
hampir-hampir kehilangan kesadaran. Ia bercinta dengan gairah liar tapi lembut
dan Justina membalas belaiannya, pelan-pelan, hati-hati, dan beberapa saat
kemudian dengan gairah yang sama. Mereka bercinta sepanjang malam tanpa kata
kecuali seruan-seruan singkat penuh cinta, dan saat fajar merekah, Justina
tertidur kelelahan. Sewaktu terjaga hampir tengah hari ia mendapati bak mandi marmer besar telah
terisi air dingin, dan ember-ember di samping wastafel juga penuh air. Turi
tidak terlihat di mana pun. Sejenak ia merasa takut karena sendirian; lalu ia
melangkah masuk ke bak mandi dan membersihkan diri. Sesudahnya ia mengeringkan
tubuh dengan handuk besar kasar berwarna cokelat dan mengoleskan salah satu
parfum di wastafel ke mbuhnya. Lalu ia mengenakan pakaian bepergian, gaun
panjang cokelat tua dan sweter putih berkancing. Ia memakai sepatu biasa.
Di luar matahari bulan Mei sangat terik, seperti biasa di Sisilia, tapi angin
pegunungan menyejukkan udara. Di dekat meja lipat terdapat api unggun, dan
Guiliano telah menyiapkan sarapan untuknya roti kasar yang dipanggang, ham ?clingin, dan buah-buahan. Ada juga mug-mug susu yang dituang dari wadah logam
yang dibungkus dedaunan. Tidak terlihat siapa pun jadi Justina langsung berlari ke pelukan Turi dan
menciumnya penuh semangat. Lalu ia berterima kasih karena Turi membuatkan
sarapan tapi kemudian memarahinya karena tidak membangunkannya agar ia bisa
menyiapkan makanan. Pria Sisilia tidak biasa berbuat begitu.
Mereka bersantap di bawah cahaya matahari. Di sekitar mereka, di sekitar pesona
mereka, berdiri sisa-sisa dinding puri, di atas mereka menjulang reruntuhan
menara Normandia, puncaknya dihiasi mosaik batu berwarna-warni. Di pintu masuk
puri berdiri gerbang Normandia yang megah, dan melewati bebatuan yang pecah-
pecah itu mereka bisa melihat lengkungan altar Mereka melangkahi reruntuhan
dinding puri dan berjalan menerobos pohon-pohon zaitun, di sela-sela pepohonan
lemon yang bertebaran. Mereka melintasi kebun bunga yang banyak tumbuh di
Sisilia asphodel yang biasa digunakan penyair Yunani, anemone merah muda,
?hyacinth ungu, Adonis merah yang menurut legenda ternoda darah kekasih Venus.
Turi Guiliano memeluk Justina; rambut dan tubuh gadis itu memantulkan wangi yang
dipancarkan bunga-bunga itu. Jauh di belukar zaitun, Justina dengan berani
menariknya dan merebahkannya di permadani luas yang terbuat dari bunga aneka
warna, dan mereka bercinta. Di atas mereka gerombolan kupu-kupu kuning dan hitam
berputar-putar, lalu membubung ke langit biru keunguan.
Di hari ketiga dan terakhir mereka mendengar suara tembakan di pegunungan di
kejauhan. Justina terkejut, tapi Guiliano menenangkannya. Guiliano selalu
berhati-hati sepanjang tiga hari itu agar Justina tidak ketakutan. Ia tidak
bersenjata, tidak terlihat senjata di sekitar mereka; ia menyembunyikan
senjatanya di kapel. Ia menyembunyikan kewaspadaannya, dan ia memerintahkan anak
buahnya bersembunyi. Tapi tidak lama sesudah tembakan itu Aspanu Pisciotta
muncul membawa seikat kelinci berlumuran darah di bahunya. Ia melemparkan
kelmci-keHnci ini ke kaki Justina dan berkata, "Masaklah ini untuk suamimu, itu
hidangan kesukaannya. Dan kalau masakanmu hancur, kita masih punya dua puluh
ekor lagi." Ia tersenyum kepada Justina, dan sementara gadis itu sibuk menguliti
dan membersihkan kelinci, ia memberi isyarat kepada Guiliano. Keduanya menuju
gerbang lengkung yang telah runtuh dan duduk. "Well, Turi," kata Pisciotta,
menyeringai, "apa dia
memang layak sehingga kita harus mempertaruhkan oyawa?"
Guiliano berkata pelan, "Aku bahagia. Sekarang katakan tentang kedua puluh
kelinci yang kautembak tadi."
"Salah satu patroli Luca, tapi berkekuatan penuh," cerita Pisciotta. "Kami
menghadang mereka di perbatasan. Dua kendaraan lapis baja. Salah satunya
melewati ladang ranjau kita dan terbakar sama buruknya seperti kelmci-kelinci
yang dibakar istri barumu itu. Kendaraan lain menembakkan senjatanya ke batu-
batu dan lari pulang ke Montelepre. Mereka akan kembali besok pagi, tentu saja,
untuk menemukan rekan-rekan mereka. Dengan kekuatan lebih besar. Kusarankan
kautinggalkan tempat ini malam nanti."
"Ayah Justina akan menjemputnya fajar besok," kata Guiliano. "Kau sudah mengatur
pertemuan kecil kita?"
"Ya," jawab Pisciotta.
"Sesudah kepergian istriku..." Guiliano tergagap saat mengucapkan "istriku" dan
Pisciotta tertawa. Guiliano tersenyum dan melanjutkan, "...ajak orang-orang itu
menemuiku di kapel dan kita selesaikan masalahnya." Ia diam sejenak dan berkata,
"Apa kau terkejut sewaktu kuberitahukan kejadian yang sebenarnya di Ginestra?"
"Tidak," kata Pisciotta.
"Kau mau makan malam bersama kami?" tanya Guiliano.
"Di malam teraldiir bulan madumu?" Pisciotta menggeleng. "Kau tahu pepatah:
'Hati-hati terhadap masakan pengantin baru.'"
Tentu saja maksud pepatah kuno itu adalah kemung-kuian berkhianatnya rekan yang
baru diajak bergabung dalam kejahatan. Pisciotta sekali lagi mengatakan Guiliano
seharusnya tidak menikah.
Guiliano tersenyum. "Semua ini tidak bisa berlangsung lebih lama lagi kita ?harus mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang berbeda. Pastikan penjagaan
di perbatasan tetap bertahan besok sampai kita menyelesaikan semua urusan."
Pisciotta mengangguk. Ia melirik ke api unggun tempat Justina memasak. "Betapa
cantiknya dia," pujinya. "Apalagi mengingat dia tumbuh besar tepat di depan
hidung kita dan kita tidak pernah menyadarinya. Tapi hati-hatilah, kata ayahnya
dia pemarah. Jangan biarkan dia menyentuh senjatamu."
Sekali lagi ini keterusterangan kasar khas petani Sisilia, tapi Guiliano seolah
tidak mendengarnya dan Pisciotta melompati dinding kebun, menghilang di sela-
sela pohon zaitun. Justina mengumpulkan bunga-bunga dan menempatkannya dalam vas tua yang
ditemukannya di puri. Sawgkaian itu menyemarakkan meja. Ia menyajikan
masakannya, kelinci dengan bawang putih dan tomat, semangkuk salad dengan minyak
zaitun dan cuka anggur merah. Menurut Turi ia tampak agak gugup, agak sedih.
Mungkin karena suara tembakan, mungkin kehadiran Aspanu Pisciotta di Taman Eden
mereka dengan wajahnya yang pucat pasi, senapan tergantung di tubuhnya.
Mereka duduk berhadapan sambil makan pelan-pelan. Justina bukan juru masak yang
buruk, pikir Guiliano, dan ia sigap memberinya tambahan roti, daging dan mengisi
gelas anggurnya; ia sudah dilatih
baik oleh ibunya. Guiliano rrienyadari dan mengakui Justina suka makan ia
?tampak segar, justina menengadah dan melihat Guiliano tengah mengawasinya. Ia
tersenyum dan berkata, "Apa masakannya selezat
masakan ibumu?" "Lebih lezat," kata Guiliano. "Tapi jangan pernah
bilang padanya." Justina masih memandanginya bagai kucing. "Apa
sama lezatnya dengan masakan La Venera?"
Turi Guiliano tidak pernah menjalin hubungan cinta dengan gadis muda. Ia
terkejut, tapi pikiran taktisnya cepat mencerna pertanyaan itu. Berikutnya
Justina akan menanyakan hubungan seksnya dengan La Venera. Ia tak ingin
mendengar atau menjawab pertanyaan seperti itu. Ia tidak mencintai wanita lebih
tua itu sebagaimana cintanya terhadap gadis muda ini; namun ia sayang dan hormat
kepada La Venera. La Venera wanita yang mengalami berbagai tragedi dan
penderitaan yang belum pernah dialami gadis muda dengan segala pesonanya ini.
Guiliano tersenyum serius kepada Justina. Justina beranjak bangkit untuk
membersihkan meja tapi menunggu jawabannya. Guiliano berkata, "La Venera pandai
memasak tidak adil membandingkan dirimu dengannya."
?Sebuah piring melayang melewati kepalanya dan Guiliano tertawa lepas. Ia tertawa
penuh sukacita dan bahagia karena menjadi bagian dari pertengkaran rumah tangga
dan karena untuk pertama kalinya topeng kemanisan dan kepatuhan ditanggalkan
dari wajah Justina. Tapi begitu ia mulai terisak-isak Guiliano memeluknya.
Mereka berdiri di sana, dalam senja keperakan yang
469 turun begitu cepat menyelimuti Sisilia. Guiliano menggumam ke telinga
Justina yang mencuat kemerahan dari balik rambutnya yang hitam pekat. "Aku hanya
bergurau. Kau juru masak terbaik di dunia." Tapi Guiliano membenamkan wajahnya
di leher Justina agar ia tidak bisa melihat senyumnya.
Di malam terakhk, mereka lebih banyak bercakap-cakap daripada bercinta. Justina
bertanya tentang La Venera dan Guiliano mengatakan wanita itu merupakan masa
lalu dan sebaiknya dilupakan. Justina bertanya tentang masa depan mereka berdua.
Guiliano menjelaskan ia sedang mengatur untuk mengirim Justina ke Amerika dan
akan bergabung dengannya di sana. Tapi ayah Justina sudah memberitahukan hal
itu; yang dipertanyakan Justina hanyalah bagaimana mereka bisa bertemu lagi
sebelum ia berangkat ke Amerika. Guiliano melihat tidak pernah terlintas dalam
benak Justina kemungkinan dirinya gagal melarikan diri; Justina terlalu muda
untuk bisa membayangkan akhir yang tragis.
Ayah Justina datang saat fajar baru merekah. Justina memeluk Turi Guiliano erat-
erat untuk terakhir kali dan pergi.
Guiliano pergi ke kapel di reruntuhan puri dan menunggu kedatangan Aspanu
Pisciotta bersama para pemimpin anak buahnya. Sementara menunggu ia
mempersenjatai diri dengan senapan-senapan yang-disembunyikannya di kapel.
Dalam percakapan dengan Kepala Biara Manfredi tepat sebelum pernikahannya,
Guiliano menyatakan kecurigaannya bahwa Stefan Andolini dan Passatempo menemui
Don Croce dua hari sebelum pembantaian di
Portella della Ginestra. Ia meyakinkan Kepala Biara dirinya tidak akan menyakiti
putranya, tapi penting baginya mengetahui kebenaran. Kepala Biara menceritakan
seluruh kejadiannya. Seperti telah ditebak Turi, Stefan Andolini telah mengaku
dosa kepada ayahnya. Don Croce meminta Stefan Andolini membawa Passatempo menemuinya diam-diam di
Villaba. Andolini diperintahkan menunggu di luar ruangan sementara keduanya
bercakap-cakap. Pertemuan itu hanya dua hari sebelum pembantaian. Sesudah
tragedi May Day itu Stefan Andolini mengkonfrontasi Passatempo, yang mengakui
Don Croce telah memberinya sejumlah besar uang untuk menentang perintah Guiliano
dan mengarahkan senapan mesin ke kerumunan orang. Passatempo mengancam kalau
Andolini memberitahu Guiliano, ia akan bersumpah menyatakan Andolini ada di
dalam ruangan bersama Don Croce sewaktu tawar-menawar terjadi. Andolini terlalu
takut memberitahu siapa pun kecuali ayahnya, Kepala Biara Manfredi. Manfredi
menasihatinya untuk menutup mulut. Seminggu setelah pembantaian Guiliano dicekam
kedukaan begitu hebat sehingga ia yakin akan mengeksekusi keduanya.
Sekali lagi Guiliano meyakinkan Kepala Biara ia tidak akan melukai putranya.
Guiliano memberikan beberapa perintah pada Pisciotta tapi mengatakan mereka akan
menyelesaikan masalahnya sesudah Justina kembali ke Montelepre, sesudah bulan
madu. Ia tidak ingin berperan sebagai tukang jagal di depan pengantinnya.
Ia sekarang menunggu di kapel reruntuhan puri Normandia, langit-langitnya berupa
langit Mediterania yang biru. Ia bersandar ke sisa-sisa altar di belakangnya,
471 dan begitulah posisinya sewaktu menerima para pemimpin anak buahnya yang
dibawa masuk Pisciotta. Kopral telah mendapat penjelasan dari Pisciotta dan
berdiri di tempat senjatanya bisa dibidikkan ke Passatempo dan Stefan Andolini.
Keduanya diajak langsung menghadap Guiliano di depan altar. Terranova, yang
tidak tahu apa-apa, duduk di salah satu bangku batu kapel. Ia yang memimpin
pertahanan perbatasan di malam hari dan ia kelelahan. Guiliano tidak memberitahu
siapa pun apa yang akan dilakukannya terhadap Passatempo.
Guiliano mengerti Passatempo mirip hewan liar ia bisa merasakan perubahan ?
atmosfer dan mencium bahaya yang terpancar dari orang lain. Guiliano berhati-
hati agar bersikap seperti biasa terhadap Passatempo. Ia selaki lebih menjaga
jarak dengannya daripada dengan pemimpin lainnya. Ia bahkan menugaskan
Passatempo dan kelompoknya mengendalikan kawasan di sekitar Trapani yang cukup
jauh, karena kebuasan Passatempo membuatnya jijik. Ia menggunakan Passatempo
untuk mengeksekusi para informan dan juga untuk mengancam "tamu" yang keras
kepala sampai mereka membayar tebusannya. Hanya melihat Passatempo biasanya
sudah cukup membuat para tahanan ketakutan dan mempersingkat negosiasi. Tapi
kalau itu belum cukup, Passatempo akan mengungkapkan apa yang akan dilakukannya
terhadap mereka dan keluarga mereka kalau tebusan tidak dibayar. Dan ia
bercerita dengan kenikmatan begitu rupa sehingga para "tamu" akan berhenti
tawar-menawar agar bisa dibebaskan sesegera mungkin.
Guiliano mengarahkan pistol otomatisnya kepada
Passatempo dan berkata, "Sebelum berpisah kita harus membereskan utang-piutang
di antara kita. Kau tidak mematuhi perintahku, kau menerima uang dari Don Croce
untuk membantai orang-orang di Portella della Ginestra."


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terranova memandang Guiliano dengan mata menyipit, bertanya-tanya akan
keselamatannya sendiri, apakah Guiliano tengah menyeHdiki siapa yang sebenarnya
bersalah. Apakah ia mungkin akan dituduh juga. Ia mungkin bisa bergerak membela
diri, tapi Pisciotta juga mengarahkan pistolnya kepada Passatempo.
Guiliano berkata kepada Terranova, "Aku tahu kau dan kelompokmu mematuhi
perintahku. Passatempo tidak. Tindakannya membahayakan nyawamu, karena kalau aku
tidak mengetahui kebenarannya, aku akan terpaksa mengeksekusi kalian berdua.
Tapi sekarang kita harus menghadapinya."
Stefan Andolini tidak bergerak sedikit pun. Sekali lagi ia pasrah pada nasib.
Selama ini ia setia kepada Guiliano dan, seperti semua orang yang percaya pada
Tuhan tidak akan pernah percaya bahwa Tuhan kejam, dan melakukan kejahatan atas
NamaNya, ia percaya penuh dirinya tidak akan disakiti.
Passatempo juga tahu. Dengan naluri hewan yang tajam ia merasakan kematiannya
sudah dekat. Tidak ada yang bisa membantunya kecuali kebrutalannya sendiri, tapi
dua pucuk pistol diarahkan kepadanya. Ia hanya bisa mengulur waktu dan melakukan
serangan terakhir. Jadi ia berkata, "Stefan Andolini memberiku uang dan pesan
itu dia juga terlibat," dengan harapan Andolini akan bertindak membela diri dan?dengan begitu ada kesempatan menyerang. Guiliano berkata kepada Passatempo,
"Andolini sudah mengaku dosanya dan tangannya tidak pernah menyentuh senapan
mesin itu. Don Croce menipunya sama seperti ia telah menipu cliriku."
Passatempo berkata dengan kebingungan liar, "Tapi aku sudah membunuh ratusan
orang dan kau tidak pernah mengeluh. Dan kejadian di Portella itu hampir dua
tahun lalu. Kita sudah bersama-sama selama tujuh tahun dan hanya satu kali itu
aku tidak mematuhimu. Don Croce membuatku percaya kau tidak akan terlalu
menyesali perbuatanku. Bahwa kau terlalu takut melakukannya sendiri. Dan apa
artinya kematian beberapa orang dibandingkan orang-orang lainnya yang kita
bunuh" Secara pribadi aku tidak pernah tidak setia kepadamu."
Pada saat itu Guiliano menyadari betapa sia-sianya membuat orang ini memahami
akibat perbuatannya. Lagi pula, bagaimana peristiwa itu bisa begitu menyakiti
hatinya" Selama bertahun-tahun ini bukankah ia sendiri pernah memerintahkan
tindakan yang hampir sama mengerikan" Eksekusi si tukang cukur, penyaliban
pendeta palsu, penculikan-penculikan, pembantaian carabinieri, pembunuhan keji
para mata-mata" Kalau Passatempo orang yang kasar, sejak lahir, lalu apakah
dirinya ini, Pembela Sisilia" Ia merasakan keengganannya melakukan eksekusi.
Jadi Guiliano berkata, "Kuberi kau waktu untuk berdamai dengan Tuhan. Berlutut
dan berdoalah." Pemimpin lainnya menjauhi Passatempo, meninggalkan dirinya di tengah-tengah
lingkaran kematiannya sendiri. Ia bergerak seakan hendak berlutut dan lalu
tubuhnya yang gemuk pendek melesat ke arah Guiliano.
Guiliano melangkah maju menyambutnya dan menyentuh picu pistol otomatis. Peluru
menghantam passatempo di udara, tapi ia terus maju dan membentur Guiliano ketika
tubuhnya roboh. Guiliano menjauhinya.
Siang itu mayat Passatempo ditemukan di jalan pegunungan yang dilewati patroli
carabinieri. Pada mayatnya dijepitkan surat pendek berbunyi, KEMATIAN BAGI SEMUA
YANG MENGKHIANATI GUILIANO. BUKU V
TURI GUILIANO DAN MICHAEL CORLEONE 1950
MICHAEL tertidur lelap, lalu tiba-tiba terjaga. Rasanya seperti ia merenggut
tubuhnya keluar dari lubang yang dalam. Kamar tidur gelap gulita; ia memang
menutup daun jendela kayunya untuk menghalangi cahaya bulan yang laming pucat
Tidak terdengar suara, hanya kesunyian menakutkan yang kini dipecahkan debur
jantungnya. Ia bisa merasakan kehadiran seseorang dalam kamar.
Ia berbalik di ranjang, dan dalam pandangannya ada genangan kegelapan yang lebih
terang di lantai di dekatnya. Ia mengulurkan tangan dan menyalakan lampu di
samping ranjang. Genangan itu membentuk potongan kepala patung Bunda Maria
berkulit hitam. Ia menebak potongan kepala itu jatuh dari meja dan bunyinya
membangunkan dirinya. Ia merasa tenang dan tersenyum lega. Pada saat itu ia
mendengar geme-resik pelan di pintu. Ia berpaling, dan dalam bayang-bayang yang
tidak terjangkau cahaya oranye suram lampu, ia bisa melihat wajah kurus gelap
Aspanu Pisciotta. Ia duduk di lantai memunggungi pintu. Mulurnya yang berkumis merekah membentuk
senyum kemenangan, seakan hendak mengatakan, percuma saja para penjagamu itu,
percuma saja keamanan tempat perlindunganmu ini.
Michael memandang arlojinya yang ada di meja samping ranjang. Pukul tiga. "Kau
terus muncul di jam-jam yang tidak biasa apa yang kautunggu?" tanyanya. Ia ?turun dari ranjang dan bergegas berpakaian, lalu membuka jendela. Cahaya bulan
menerobos memasuki ruangan bagai hantu, muncul dan menghilang. "Kenapa kau tidak
membangunkanku?" tanya Michael.
Pisciotta bangkit bagai ular mengangkat kepala siap menyerang. "Aku senang
mengamati orang tidur. Terkadang dalam tidur mereka meneriakkan rahasia mereka."
"Aku tidak pernah mengungkapkan rahasiaku," kilah MichaeL "Dalam mimpi pun
tidak." Ia melangkah keluar ke teras dan menawarkan rokok kepada Pisciotta.
Mereka merokok bersama. Michael bisa mendengar dada Pisciotta menggemuruh karena
menahan batuk dan wajahnya pucat pasi tertimpa cahaya bulan, tulang-tulangnya
menonjol. Mereka membisu. Lalu Pisciotta bertanya, "Kau pernah membaca Wasiat?"
"Ya," jawab MichadL
Pisciotta mendesah. "Turi memercayaiku lebih daripada siapa pun di dunia
ini dia memercayakan hidupnya padaku. Aku satu-satunya orang yang bisa
?menemukan dirinya sekarang. Tapi dia tidak memercayakan Wasiat kepadaku. Dokumen
itu ada padamu?" Michael ragu-ragu sejenak. Pisciotta tertawa.
"Kau mirip Turi," ujarnya.
"Wasiat ada di Amerika," kata Michael. "Dokumen itu sudah diamankan ayahku." Ia
tidak ingin Pisciotta mengetahui dokumen itu dalam perjalanan ke Tunisia hanya karena ia tidak ingin
ada orang lain yang mengetahuinya.
Michael hampir-hampir takut mengajukan pertanyaan selanjurnya. Hanya ada satu
alasan Pisciotta mengunjunginya diam-diam. Hanya ada satu alasan ia mengambil
risiko menghindari para penjaga yang mengepung vila; atau ia memang diizinkan
masuk" Kedatangan Pisciotta hanya berarti Guiliano aldurnya siap muncul. "Kapan
Guiliano kemari?" ia bertanya.
"Besok malam," jawab Pisciotta. "Tapi tidak di sini."
"Kenapa tidak?" tanya Michael. "Ini tempat yang aman."
Pisciotta tertawa. "Tapi aku bisa menerobos, bukan?"
Michael merasa jengkel atas kebenaran itu. Ia kembali bertanya-tanya apakah
Pisciotta diizinkan masuk oleh para penjaga berdasarkan perintah Don Domenic,
atau bahkan dibawa kemari oleh Don Domenic sendiri. "Hanya Guiliano yang bisa
memutuskan," katanya.
"Tidak," bantah Pisciotta. "Aku yang memutuskan baginya. Kau sudah berjanji
kepada keluarganya dia akan aman. Tapi Don Croce tahu kau di sini, begitu juga
Inspektur Velardi. Mata-mata mereka ada di mana-mana. Apa yang kaurencanakan
untuk Guiliano" Pesta pernikahan, ulang tahun" Pemakaman" Kekonyolan macam apa
yang kaukatakan kepada kami" Kaukira kami di Sisilia ini keledai semua?" Ia
mengucapkannya dengan nada berbahaya.
"Aku tidak akan menceritakan rencana pelarian ini kepadamu," kata Michael. "Kau
bisa memilih memercayaiku atau tidak. Katakan di mana kau akan mengantarkan Guiliano dan aku akan ada di sana. Kalau kau tidak
mengatakannya, besok malam aku sudah aman di Amerika, sementara kau dan Guiliano
masih berusaha menyelamatkan diri."
Pisciotta tertawa dan berkata; "Berbicara seperti orang Sisilia sejati kau ?tidak menyia-nyiakan keberada-anmu di sini." Ia mendesah. "Sulit dipercaya semua
ini harus berakhir," katanya. "Hampir tujuh tahun bertempur dan melarikan diri,
menghadapi pengkhianatan dan pembunuhan. Tapi kami Raja-Raja Montelepre, Turi
dan aku ada cukup banyak kebanggaan bagi kami berdua. Kebanggaan dirinya bagi
?kaum miskin dan kebanggaanku bagi diriku sendiri. Mula-mula aku tidak pernah
percaya, tapi di tahun kedua kami sebagai pelanggar hukum, dia membuktikannya
kepadaku dan seluruh anggota kelompok. Ingat, aku orang kedua dalam kelompoknya,
sepupunya, orang yang paling dipercayainya. Aku mengenakan sabuk bergesper emas
sama seperti dirinya; dia memberikannya padaku. Tapi aku merayu putri petani di
Partinico dan niengharnili-nya. Ayahnya menemui Guiliano dan menceritakan
masalahnya. Kau tahu apa yang dilakukan Turi" Dia mengikatku ke sebatang pohon
dan mencambuki diriku. Tidak di depan petani itu atau salah satu anak buah kami
Dia tidak akan pernah mempermalukan diriku sepera itu. Itu rahasia kami. Tapi
aku tahu kalau aku menentang perintahnya lagi, dia akan membunuhku. Begitulah
Turi kami." Tangan Pisciotta bergetar ketika ia mengangkatnya ke mulut. Dalam
cahaya bulan yang mulai memudar kumisnya yang tipis berkilau bagai sepotong
tipis tulang hitam. Betapa aneh ceritanya, pikir Michael. Kenapa ia menceritakannya kepadaku"
Mereka kembali ke kamar tidur dan Michael menutup daun jendela. Pisciotta
mengambil potongan kepala patung Bunda Maria berkulit hitam dari lantai dan
menyerahkannya kepada Michael. "Aku melemparkannya ke lantai untuk
membangunkanmu," katanya, "wasiat ada di dalamnya, benar?"
"Ya," jawab Michael.
Wajah Pisciotta berkedut. "Maria Lombardo membohongiku. Aku pernah bertanya
apakah Wasiat ada padanya. Dia menjawab tidak. Lalu dia memberikannya padamu di
depan mataku." Ia tertawa pahit. "Aku sudah seperti putranya sendiri." Ia diam
sejenak lalu berkata, "Dan dia sudah seperti ibuku sendiri."
Pisciotta meminta rokok lagi. Masih ada sisa anggur di karaf di meja samping
ranjang. Michael menuang segelas untuk mereka berdua, dan Pisciotta meminumnya
penuh syukur. "Terima kasih," katanya. "Sekarang kita harus membicarakan bisnis.
Akan kuantarkan Guiliano padamu di luar kota Castelvetrano. Gunakan mobil
terbuka agar aku bisa mengenalimu, dan datang langsung dari arah Trapani. Aku
akan mencegatmu di tempat yang kutentukan. Kalau ada bahaya, pakailah topi dan
kami tidak akan muncul. Waktunya segera setelah fajar. Kau bisa mengurusnya?"
"Ya," kata Michael. "Semua sudah diatur. Ada satu hal yang harus kuberitahukan
padamu: Stefan Andolini tidak menemui Profesor Adonis kemarin. Profesor sangat
khawatir." Pisciotta terkejut untuk pertama kalinya. Lalu ia mengangkat bahu. "Pria kecil
itu selalu siaL" ujarnya. "Sekarang kita harus mengucapkan selamat berpisah
sampai fajar besok." Ia meraih tangan Michael. Michael berkata spontan, "Ikutlah
dengan kami ke Amerika."
Pisciotta menggeleng. "Aku sudah tinggal di Sisilia seumur hidupku dan aku
mencintai kehidupanku. Jadi aku harus mari di Sisilia kalau perlu. Tapi terima
kasih." Michael anehnya tergerak mendengar kata-kata itu. Bahkan kendati ia kurang
mengenal Pisciotta, ia merasa orang ini tidak akan pernah bisa dicabut dari
tanah dan pegunungan Sisilia. Ia terlalu buas, terlalu haus darah; warna
kulitnya, suaranya, semua Sisilia. Ia tidak akan pernah bisa memercayai tanah
asing. "Akan kuantar kau melewati gerbang," kata Michael.
"Tidak," tolak Pisciotta. "Pertemuan kecil kita ini harus tetap dirahasiakan."
Setelah Pisciotta berlalu, Michael berbaring di ranjangnya sampai fajar, tidak
mampu tidur. Ia akhirnya akan bertemu muka dengan Turi Guiliano; mereka akan
pergi ke Amerika bersama-sama. Ia bertanya-tanya seperti apakah Guiliano itu"
Apakah ia mencerminkan legenda yang beredar tentang dirinya" Begitu hebatnya
sehingga ia mampu mendominasi pulau ini dan memengaruhi arah sebuah bangsa" Ia
bangkit dan membuka jendela. Fajar akhirnya merekah dan ia menyaksikan matahari
menanjak di langit dan membentuk jalur panjang keemasan melintasi laut, dan di
atas berkas cahaya itu ia melihat perahu motor besar melesat ke dermaga. Ia
bergegas keluar dari vila dan menuju pantai untuk menyambut Peter Clemenza.
Mereka sarapan bersama. Dan Michael menceritakan tentang kunjungan Pisciotta.
Clemenza tidak tampak terkejut mengetahui Pisciotta berhasil menerobos penjagaan vila.
Mereka menghabiskan sepanjang pagi untuk menyusun rencana menemui Guiliano.
Mungkin ada mata-mata yang mengawasi vila, mencatat setiap kegiatan yang tidak
biasa; irmg-iringan mobil pasti akan menarik perhatian. Michael juga jelas
tengah diawasi. Memang benar, kepolisian Sisilia di bawah pimpinan Inspektur
Velardi tidak akan ikut campur, tapi siapa yang tahu pengkhianatan apa yang akan
terjadi" Seusai menyusun rencana, mereka makan siang, lalu Michael menuju kamarnya untuk
tidur siang. Ia ingin melewati malam panjang nanti dalam keadaan segar. Peter
Clemenza harus mengurus begitu banyak hal memberikan perintah kepada anak ?buahnya, mengatur transportasi, dan memberikan penjelasan kepada kakaknya, Don
Domenic, mengenai kepulangannya.
Michael menutup daun jendela kamar tidur dan berbaring di ranjang. Tubuhnya
kaku; ia tidak bisa tidur. Dalam 24 jam mendatang banyak kejadian buruk yang
mungkin terjadi. Ia mendapat firasat buruk. Tapi lalu ia memimpikan
kepulangannya ke Long Island, ibu dan ayahnya menunggu di pintu, pengasingannya
yang panjang telah berakhir. Bab 26
SELAMA tujuh tahun menjadi bandit, Turi Guiliano tahu ia harus meninggalkan
kerajaan pegunungannya dan melarikan diri ke Amerika, negeri tempat ia tumbuh
dalam kandungan ibunya, Amerika yang selalu diceritakan orangtuanya sewaktu ia
kanak-kanak. Tanah luar biasa tempat terdapat keadilan bagi orang miskin, tempat
pemerintah tidak menjadi antek orang kaya, tempat orang Sisilia miskin bisa
menjadi kaya hanya dengan bekerja keras secara jujur.
- Mengandalkan persahabatannya, Don menghubungi Don Corleone di Amerika untuk
membantu menyelamatkan Guiliano dan memberinya perlindungan di sana. Turi
Guiliano cukup memahami bahwa Don Croce berbuat begitu juga demi kepentingannya
sendiri, tapi ia tahu dirinya tak punya banyak pilihan. Kekuasaan kelompoknya
telah lenyap. Malam ini ia akan memulai perjalanan menemui Aspanu Pisciotta; ia akan
menyerahkan diri ke tangan si orang Amerika, Michael Corleone. Kini ia akan
meninggalkan pegunungan ini. Pegunungan yang telah memberinya perlindungan
selama tujuh tahun. Ia akan meninggalkan kerajaannya, kekuasaannya, keluarganya,
dan semua rekannya. Pasukannya telah luluh lantak;
pegunungannya telah dikuasai musuh; pelindungnya, rakyat Sisilia, tengah
dihancurkan Pasukan Khusus Kolonel Luca. Kalau ia tetap tinggal ia akan meraih
beberapa kemenangan, tapi kekalahan finalnya sudah pasti. Untuk saat ini, ia
tidak memiliki pilihan. Turi Guiliano menyandang /upara-nya., meraih senapan mesinnya dan memulai
perjalanan panjang ke Palermo. Ia mengenakan kemeja putih tanpa lengan, tapi di
luarnya ia memakai jaket kulit bersaku besar yang berisi amunisi senjatanya. Ia
mempercepat langkah. Arlojinya menyatakan pukul sembilan, dan masih ada sisa-
sisa siang hari di langit meskipun bulan malu-malu mulai menampakkan diri. Ada
risiko berpapasan dengan patroli Pasukan Khusus Penekan Bandit, namun Guiliano
melangkah tanpa takut. Selama bertahun-tahun ini ia mendapatkan semacam
kekebalan. Semua orang di pedalaman bagai menyembunyikan dirinya. Kalau ada
patroli mereka akan memberitahunya; kalau ada bahaya mereka akan melindungi dan
menyembunyikan dirinya di rumah mereka. Kalau ia diserang, para gembala dan
petani akan bergabung membelanya. Ia telah menjadi pembela mereka; mereka tidak
akan pernah mengkhianati dirinya sekarang.
Dalam bulan-bulan setelah pernikahannya, terjadi pertempuran hebat antara
Pasukan Khusus Kolonel Luca dan segmen-segmen kelompok Guiliano. Kolonel Luca
memperoleh pujian atas kematian Passatempo, dan koran-koran melaporkan dalam
judul-judul besar bahwa salah satu pemimpin kelompok Guiliano yang paling
ditakuti tewas dalam pertempuran senjata dengan para prajurit heroik Pasukan
Khusus Penekan Bandit. 487 Kolonel Luca, tentu saja, telah menyingkirkan surat Guiliano dari mayat itu,
tapi Don Croce mengetahuinya dari Inspektur Velardi. Jadi ia tahu Guiliano
menyadari sepenuhnya pengkhianatan yang terjadi pada peristiwa Portella della
Ginestra.Pasukan Kolonel Luca yang berjumlah lima ribu orang melakukan penekanan
besar-besaran terhadap Guiliano. Ia tidak lagi berani memasuki Palermo untuk
membeli pasokan atau menyelinap ke Montelepre untuk mengunjungi ibunya dan
Justina. Banyak anak buahnya yang dikhianati dan dibunuh. Beberapa pindah atas
keinginan sendiri ke Aljazair atau Tunisia. Lainnya menghilang ke tempat-tempat
persembunyian yang memisahkan mereka dari kegiatan kelompok. Mafia kini aktif
menentangnya, menggunakan jaringannya untuk menggiring anak buah Guiliano ke
tangan carabinieri. Dan akhirnya salah satu pemimpin kelompok Guiliano berhasil dibunuh.
Terranova bernasib sial, dan justru kebaikannya yang menyebabkan kesialan itu.
Ia tidak memiliki kebuasan Passatempo, kelicikan Pisciotta yang berbahaya,
karakteristik mematikan Fra Diavalo. Ia juga tidak memiliki kualitas
kesederhanaan Guiliano. Ia cerdas tapi juga penyayang Dan Guiliano sering kali
menggunakan dirinya untuk berteman dengan korban-korban penculikan mereka, untuk
membagikan uang dan barang -kepada kaum miskin. Terranova dan kelompoknya yang
memenuhi Palermo dengan poster-poster propaganda Guiliano di tengah malam. Ia
jarang terlibat operasi-operasi berdarah.
Ia pria yang membutuhkan cinta dan kasih sayang. Beberapa tahun lalu, ia
memiliki wanita simpanan di
Palermo, janda dengan tiga anak yang masih kecil. Sang janda tidak pernah tahu
dirinya bandit; ia menganggap Terranova pejabat pemerintah di Roma yang berlibur
di Sisilia. Ia bersyukur atas uang dan berbagai hadiah bagi anak-anaknya yang
diberikan Terranova, tapi jelas baginya mereka tidak akan pernah bisa menikah.
Maka janda itu memberi Terranova perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkannya.
Bila Terranova berkunjung sang janda memasak berbagai hidangan; ia mencucikan


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pakaian Terranova dan bercinta penuh gairah. Hubungan seperti itu tidak bisa
dirahasiakan selamanya dari Friends of the Friends, dan Don Croce menyimpan
informasi itu untuk digunakan pada saat yang tepat.
Justina sempat mengunjungi Guiliano di pegunungan beberapa kali, dan Terranova
menjadi pengawal dalam perjalanannya. Kecantikan Justina membangkitkan kerinduan
dalam hatinya, dan walaupun sadar keputusannya ceroboh, ia memutuskan
mengunjungi gundiknya untuk yang terakhir kali. Ia ingin memberi sejumlah besar
uang yang bisa menjamin kehidupan sang janda beserta anak-anaknya selama
bertahun-tahun mendatang.
Jadi suatu malam ia menyelinap ke Palermo seorang diri. Ia memberikan uang
kepada janda itu dan menjelaskan dirinya mungkin tidak bisa menemuinya dalam
waktu lama. Sang janda menangis dan memprotes dan akhirnya Terranova
memberitahukan siapa dirinya yang sebenarnya. Wanita itu tertegun. Sikap
Terranova sehari-hari begitu halus, sifatnya begitu lembut, namun ia salah satu
pemimpin terkenal kelompok Guiliano. Sang janda bercinta dengannya begitu penuh
gairah sehingga Terranova merasa senang, dan mereka menghabiskan malam bahagia
bersama ketiga anaknya. Terranova mengajari mereka bermain kartu, dan sewaktu
mereka menang ia membayar dengan uang sungguhan, yang menyebabkan mereka
tertawa-tawa gembira. Sesudah menidurkan anak-anak, Terranova dan sang janda kembali bercinta hingga
fajar. Lalu Terranova bersiap pergi. Di pintu mereka berpelukan untuk terakhir
kali, lalu Terranova bergegas menyusuri jalan kecil dan memasuki alun-alun utama
di depan katedral. Tubuhnya puas dan bahagia, dan pikirannya tenang. Ia santai
dan lengah. Udara pagi dipecahkan oleh raungan mesin. Tiga mobil hitam melesat ke arahnya.
Orang-orang bersenjata bermunculan dari setiap sisi lapangan. Orang-orang
bersenjata lainnya berlompatan turun dari mobil. Salah satunya berteriak
memerintahkan dirinya agar menyerah, agar mengangkat tangannya.
Terranova memandang katedral, ke arah patung-patung orang suci yang bertengger
di dindingnya; ia melihat balkon-balkon biru dan kuning, matahari tengah
menanjak di langit kebiruan. Ia mengerti inilah terakhir kali ia melihat
keajaiban seperti itu, keberuntungan selama tujuh tahun telah berakhir. Hanya
ada satu tindakan yang harus dilakukannya.
Ia melompat setmggi-tingginya seolah hendak melompati kematian dan melontarkan
diri ke alam semesta yang aman. Saat tubuhnya melayang ke satu sisi dan
menghantam tanah, ia mencabut pistol dan menembak. Salah satu prajurit terhuyung
ke belakang dan jatuh beriutut Terranova mencoba menarik picunya lagi, tapi pada
saat itu ratusan peluru menghunjam tubuhnya, mencincangnya, mencabik daging dari
tulang-AOCi tulangnya. Satu hal ia beruntung kejadiannya berlangsung begitu cepat sehingga ?ia tidak sempat bertanya-tanya apakah gundiknya telah menglduanatinya.
Kematian Terranova menghancurkan Guiliano. Ia paham kejayaan kelompoknya telah
berakhir. Mereka tidak lagi berhasil membalas serangan, mereka tidak lagi bisa
bersembunyi di pegunungan. Tapi ia selalu mengira dirinya dan para pemimpin anak
buahnya akan lolos, bahwa mereka tidak akan tewas. Sekarang ia tahu waktu yang
tersisa sangat sedikit. Ada satu hal yang selalu ingin dilakukannya, maka ia
memanggil Kopral Canio Silvestro.
"Waktu kita sudah habis," katanya kepada Silvestro. "Kau pernah bilang ada
teman-temanmu di Inggris yang akan melmdungimu. Sekarang waktunya kau pergi. Kau
mendapat izinku." Kopral Silvestro menggeleng. "Aku selalu bisa pergi kalau kau sudah aman di
Amerika. Kau masih membutuhkan aku. Kau tahu aku tidak akan pernah mengkhianati
dirimu." "Aku tahu," kata Guiliano. "Dan kau tahu perasaanku terhadapmu. Tapi kau bukan
bandit. Kau selalu menjadi prajurit dan polisi. Hatimu selalu taat kepada hukum.
Jadi kau bisa membangun kehidupanmu sendiri sesudah semua ini berakhir. Anggota
kelompok kita selebihnya akan sulit mencapai hal itu. Kami selamanya bandit."
Silvestro berkata, "Aku tidak pernah menganggap dirimu bandit."
"Aku juga tidak," ujar Guiliano. "Tapi apa yang kulakukan selama tujuh tahun
ini" Kupikir aku berjuang demi keadilan. Kucoba membantu kaum miskin. Kuharap
bisa membebaskan Sisilia. Aku ingin menjadi orang baik. Tapi waktunya salah dan
caranya tidak tepat Sekarang kita harus melakukan apa yang kita bisa untuk
menyelamatkan diri. Jadi kau harus pergi ke Inggris. Aku akan gembira kalau tahu
kau aman." Lalu ia memeluk Silvestro. "Kau teman sejatiku," katanya, "dan itulah
perintahku." Saat senja, Turi Guiliano meninggalkan guanya dan pindah ke biara Cappuccini
tepat di luar kota Palermo untuk menunggu kabar dari Aspanu Pisciotta. Salah
satu biarawan di sana adalah anggota rahasia kelompoknya, dan ia bertanggung
jawab atas katakombe atau kuburan bawah tanah biara. Di katakombe inilah
terdapat ratusan mayat yang dijadikan mumi.
Selama ratusan tahun sebelum Perang Dunia I, sudah menjadi kebiasaan keluarga
kaya dan bangsawan untuk menempeli dmdmg-dmding biara dengan kostum yang ingin
mereka kenakan saat dimakamkan. Pada saat mereka meninggal, seusai upacara
pemakaman, mayat-mayat mereka dikirim ke biara. Para biarawan merupakan pakar
dalam seni mengawetkan mayat. Mereka memanasi mayat-mayat itu pelan-pelan selama
enam bulan, lalu mengeringkan bagian-bagian tubuh yang lunak. Selama proses
pengeringan kulit mengerut, ekspresi wajah berubah menjadi seringai kematian,
ada yang ketakutan, ada yang hendak tertawa, sungguh mengerikan bagi yang
menyaksikan. Lalu mayat-mayat itu dipasangi kostum yang telah disediakan dan
diletakkan dalam peti mati kaca. Peti-peti mati itu ditempatkan di lubang-lubang
di dinding atau digantungkan pada
langit-langit menggunakan kabel kaca. Beberapa mayat duduk di kursi, beberapa
berdiri bersandar ke dinding. Beberapa disandarkan dalam kotak-kotak kaca
seperti boneka berkostum.
Guiliano membaringkan diri di batu katakombe yang lembap dan menggunakan peti
mati sebagai bantal. Ia memerhatikan semua orang Sisilia yang telah meninggal
selama ratusan tahun itu. Ada kesatria kerajaan mengenakan seragam sutra biru
berkerut, helm, dan menggenggam pedang. Seorang hakim, berjubah gaya Prancis,
dengan wig putih dan sepatu bot bersol tinggi. Ada kardinal yang mengenakan
jubah merah, uskup agung dengan topi tingginya. Ada putri-putri istana yang gaun
keemasannya sekarang tampak bagai sarang labah-labah yang mencekik mayat-mayat
yang mengerut akibat pengawetan seolah mayat-mayat itu lalat. Ada gadis muda
bersarung tangan putih dan bergaun malam berenda putih dalam kotak kaca.
Guiliano tidur gelisah selama dua malam yang dilewatinya di sana. Siapa yang
tidak" pikirnya. Mereka ini pria-pria dan wanita-wanita hebat Sisilia selama
tiga atau empat abad terakhir. Dan dengan cara begini mereka mengira bisa
menghindari cacing-cacing. Kebanggaan dan kesombongan orang kaya, kesayangan
nasib. Jauh lebih baik mati di jalan seperti suami La Venera.
Tapi yang benar-benar membuat Guiliano tetap terjaga adalah kekhawatiran yang
mengganggu. Bagaimana Don Croce bisa lolos dari serangan awal pekan ini"
Guiliano tahu operasi itu direncanakan dengan sempurna. Ia telah memikirkan
bagaimana cara melakukan-sejak mengetahui kebenaran pembantaian di Portella
della Ginestra. Don dijaga begitu ketat sehingga harus ditemukan celah dalam
pertahanannya. Guiliano memutuskan kesempatan terbaiknya adalah saat Don merasa
aman di Hotel Umberto Palermo yang dijaga ketat. Kelompoknya memiliki mata-mata
di hotel itu, salah seorang pramusaji. Ia memberikan jadwal Don, pengaturan
penjagaan. Dengan informasi ini Guiliano yakin serangannya akan berhasil.
Ia memerintahkan tiga puluh orang berkumpul bersamanya di Palermo. Ia mengetahui
kunjungan Michael Codeone dan acara makan siangnya bersama Don, jadi ia menunggu
hingga sore setelah menerima laporan bahwa Michael telah pergi. Lalu dua puluh
anak buahnya menyerang dari depan hotel untuk menyingkirkan para penjaga dari
kebun. Beberapa saat kemudian ia dan sepuluh anak buahnya yang tersisa
menanamkan bahan peledak di dinding kebun dan meledakkannya. Guiliano memimpin
penyerbuan melalui lubang di dmding itu. Hanya lima penjaga yang tersisa di
kebun; Guiliano menembak salah satunya dan keempat penjaga lainnya lari.
Guiliano bergegas ke kamar Don tapi kamar itu kosong. Dan ia merasa aneh kamar
itu tidak dijaga. Sementara itu detasemen lain dari kelompoknya berhasil
menerobos pertahanan dan menggabungkan diri dengannya. Mereka menggeledah kamar-
kamar dan koridor-koridor tapi tidak menemukan apa pun. Sosok Don yang tinggi
besar menyebabkan ia salk bergerak cepat, jadi hanya ada satu kesimpulan yang
bisa ditarik. Don meninggalkan hotel tidak lama sesudah kepergian Michael. Dan
sekarang terlintas dalam benak Guiliano untuk pertama kalinya bahwa Don Croce
telah diberitahu akan serangan itu.
Sayang sekali, pikir Guiliano. Serangan itu seharusnya menjadi pukulan terakhir
yang gemilang, di samping menyingkirkan musuhnya yang paling berbahaya. Kenangan
akan dirinya pasti luar biasa kalau ia bisa menemukan Don Croce di kebun yang
bermandikan cahaya matahari itu. Tapi akan ada hari lain. Ia tidak akan tinggal
di Amerika selamanya. Pada pagi ketiga, biarawan Cappuccini, tubuh dan wajahnya hampir sama kisutnya
seperti mumi-mumi yang dijaganya, membawa pesan dari Pisciotta. Bunyinya, -jDi
rumah Charlemagne." Guiliano seketika memahaminya. Zu Peppino, pemilik kereta
sewaan dari Castelvetrano, yang membantu Guiliano membajak truk-truk Don Croce
dan sejak itu menjadi sekum rahasia kelompoknya, memiliki tiga kereta dan enam
ekor keledai. Ketiga keretanya dilukisi legenda-legenda Kaisar agung, dan
sewaktu kecil, Turi dan Aspanu menyebut rumahnya sebagai rumah Charlemagne.
Waktu pertemuan telah ditentukan.
Malam itu, malam terakhirnya di Sisilia, Guiliano menuju Castelvetrano. Di luar
Palermo ia menjemput beberapa gembala yang merupakan anggota rahasia kelompoknya
dan menggunakan mereka sebagai pengawal bersenjata. Mereka riba di Castelvetrano
dengan begitu mudah sehingga kecurigaan timbul dalam benak Guiliano. Kota tampak
terlalu terbuka. Ia membubarkan para pengawalnya, yang menyelinap ke kegelapan
malam. Lalu ia menuju ke rumah batu kecil di luar Castelvetrano, di halamannya
terdapat tiga kereta berlukis, sekarang semuanya menampilkan legenda
kehidupannya sendiri. Itulah rumah Zu Peppino. Zu Peppino tidak tampak terkejut
melihatnya. Ia meletakkan kuas yang digunakannya mengecat papan salah satu
keretanya. Lalu ia mengunci pintu dan berkata kepada Guiliano, "Ada masalah. Kau
menarik perhatian carabinieri bagaikan bangkai bagal menarik kiat"
Guiliano terkejut. "Apa mereka Pasukan Khusus Luca?" tanyanya.
"Ya," jawab Zu Peppino. "Mereka bersembunyi, tidak berpatroli di jalan-jalan.
Aku melihat beberapa kendaraan mereka di jalan sewaktu pulang kerja. Dan
beberapa pemilik kereta juga memberitahuku mereka melihat kendaraan-kendaraan
lain. Kami mengira mereka menyiapkan jebakan untuk salah satu anggota
kelompokmu, kami tidak pernah menduga kau orangnya. Kau tidak pernah bepergian
ke selatan sejauh ini, begitu jauh dari pegununganmu."
Guiliano berpikir bagaimana carabinieri bisa mengetahui tempat pertemuannya. Apa
mereka mengikuti Aspanu" Apa-Michael Corleone dan anak buahnya kurang hati-hati"
Atau ada mata-mata" Pokoknya, ia tidak bisa menemui Pisciotta di Castelvetrano.
Tapi mereka punya tempat pertemuan cadangan kalau salah satu dari mereka tidak
muncul di tempat ini. 'Terima kasih atas peringatanmu," kata Guiliano. "Tolong pasang mata kalau
Pisciotta datang kemari dan beritahu dia. Dan bila kau membawa kereta sewaanmu
ke Montelepre, kunjungi ibuku dan beritahu dia aku sudah aman di Amerika."
Zu Peppino berkata, "Izinkan orang tua ini memelukmu." Dan ia mencium pipi
Guiliano. "Aku tidak pernah percaya kau bisa membantu Sisilia, tidak ada yang
bisa, tidak akan ada yang bisa, bahkan Garibaldi,
bahkan orang tolol II Duce itu. Sekarang kalau kau mau aku bisa memasang bagal-
bagalku ke kereta dan mengantarmu ke mana pun kau ingin pergi."
Pertemuan Guiliano dengan Pisciotta ditetapkan tengah malam. Sekarang baru pukul
sepuluh. Ia sengaja datang lebih awal untuk memeriksa medan. Dan ia tahu
pertemuan dengan Michael Corleone dijadwalkan saat fajar. Tempat pertemuan
cadangan setidaknya dua jam berjalan cepat dari Castelvetrano. Tapi lebih baik
Pedang Pusaka Dewi Kahyangan 16 Dendam Membara Karya Kho Ping Hoo Kebangkitan Roh Jahat 1
^