Pencarian

Da Vinci Code 6

The Da Vinci Code Karya Dan Brown Bagian 6


meletakkan tangannya pada bahu Sophie untuk menenangkannya, namun Langdon
mengurungkannya. "Kau pernah mendengar cerita tentang Magdalena sebelumnya,
Sophie. Semua orang pernah. Kita hanya tidak menyadarinya ketika kita mendengar
cerita itu." "Aku tidak mengerti." "Cerita tentang Grail ada di mana-mana,
tetapi tersembunyi. Ketika Gereja melarang pembicaraan tentang Maria Magdalena,
cerita dan arti pentingnya harus diceritakan secara diam-diam ... yaitu dengan
cara metafora dan simbolsimbol." "Tentu saja. Karya seni." Langdon menunjuk pada
The Last Supper. "Sebuah contoh sempurna. Beberapa karya seni modern yang paling
abadi, karya sastra, dan musik, diamdiam menceritakan sejarah Maria Magdalena
dan Yesus." Langdon dengan cepat menceritakan karya-karya Da Vinci, Botticelli, Poussin,
Bernini, Mozart, dan Victor Hugo yang semuanya membisikkan permintaan untuk
memulihkan perempuan suci yang terbuang. Legendalegenda abadi seperti Sir Gawain
dan Kesatria Hijau, Raja Arthur, dan Putri Tidur, merupakan perumpamaan dari
Grail. Hunchback of Notre Dame karya Victor Hugo dan Magic Flute karya Mozart
berisi simbolisme Masonik dan rahasia-rahasia Grail.
"Begitu kau membuka mata untuk Holy Grail," kata Langdon, "kau akan melihatnya
di mana-mana. Lukisan-lukisan. Musik. Buku-buku. Bahkan dalam film animasi,
taman-taman besar, dan film populer."
Langdon mengangkat jam tangan Mickey Mouse-nya dan mengatakan bahwa Walt Disney
telah membuat itu sebagai karya seumur hidupnya untuk mengabarkan cerita Grail
kepada generasi yang akan datang. Di sepanjang hidupnya, Disney telah dipuja
sebagai 'Da Vinci Masa Kini'. Kedua lelaki itu memang seniman yang lebih maju
daripada zamannya, berbakat unik, anggota dan kelompok rahasia, dan, yang paling
khusus, sangat suka berolok-olok. Seperti Leonardo da Vinci, Walt Disney suka
menanamkan pesan-pesan tersembunyi dan simbolisme dalam karya seninya. Bagi ahli
simbologi yang terlatih, menonton film-film awal Disney seperti diserang oleh
longsoran sindiran dan perumpamaan. Kebanyakan dari pesan-pesan tersembunyi
Disney berhubungan dengan agama, mitologi pagan, dan cerita-cerita dewi yang
ditaklukan. Tak salah lagi, Disney menceritakan ulang kisah-kisah seperti
Cinderella, Putri Tidur, dan Putri Salju, yang semuanya berhubungan dengan
pengurungan perempuan suci. Orang tidak memerlukan sebuah latar belakang dalam
simbolisme untuk mengerti bahwa Putri Salju - seorang putri yang jatuh dari tempat
terhormat setelah memakan buah apel terlarang - merupakan sindiran jelas bagi
jatuhnya Hawa dari Taman Surga. Atau Putri Aurora dalamPutriTidur - dengan nama
kode 'Rose' dan disembunyikan jauh di dalam hutan untuk melindunginya dari
cengkeraman penyihir bengis - merupakan cerita Grail bagi anak-anak."
Lepas dari citra korporatnya, Disney masih mempunyai unsur yang cerdas dan
jenaka di kalangan para pegawainya, dan para senimannya masih bisa menghibur
mereka sendiri dengan menyisipkan simbol-simbol dalam film-film Disney. Langdon
akan melupakan salah satu dari mahasiswanya yang membawa DVD The Lion King, dan
menghentikan film itu sejenak untuk mendapatkan gambar diam yang memperliharkan
kata SEX dengan jelas, pada debu yang mengambang di atas kepala Simba. Walau
Langdon menduga ini lebih sebagai kelakar sang kartunis daripada sindiran yang
cemerlang bagi seksualitas manusia pagan.
Langdon telah belajar untuk tidak rneremehkan pemahaman Disney akan
simbolisme.TheLittleMermaid merupakan hiasan yang memikat dari simbolsimbol
spiritual, begitu khusus terhubung dengan dewi, sehingga tidak mungkin jika
hanya merupakan kebetulan saja.
Ketika Langdon menonton untuk pertama kalinya film TheLittleMermaid, dia betul-
betul terkesiap keras ketika melihat bahwa lukisan pada rumah bawah air Ariel
tidak lain adalah lukisan seniman abad XVII, Georges de Ia Tour, The Penitent
Magdalena - rumah pembuangan Maria Magdalena. Karena dekor yang sesuai itu, film
berdurasi sembilan puluh menit itu menjadi rujukan simbolik yang jelas tentang
kesucian yang hilang dari Isis, Eve, Pisces, dewi ikan, dan, yang berulang-
ulang, Maria Magdalena dalam perkuliahan. Nama Mermaid Kecil, Ariel, memiliki
pertalian kuat dengan perempuan suci dan, di dalam Kitab Yesaya, merupakan
sinonim dari "Kota Suci mengepung". Tentu saja, rambut merah tergerai Mermaid
Kecil juga bukan kebetulan belaka.
Suara klik klik dari penyangga-besi kaki Teabing mendekat dari arah gang.
Langkahnya terdengar bergegas. Ketika memasuki ruang kerja itu, tarikan wajah
tuan rumah ini serius. "Kau sebaiknya segera menjelaskan semuanya, Robert," katanya dingin. Kau sudah
tidak jujur kepadaku."
62 "AKU DIJEBAK, Leigh," kata Langdon, sambil mencoba untuk tetap tenang.
Kaumengenal aku.Akutidakakanmembunuhseorangpun.
Nada suara Teabing tidak melembut. "Robert, kau ada ditelevisi, demi Kristus.
Katahu kau dicari polisi?" "Ya." "Kalau begitu kau menodai kepercayaanku. Aku
heran kau membahayakan aku dengan datang ke sini dan memintaku menjelaskan
tentang Grail sehingga kau bisa bersembunyi di rumahku." "Aku tidak membunuh
siapa pun." "Jacques Sauni?re mati, dan polisi mengatakan kau yang melakukan
itu." Teabing tampak sedih. "Sumbangan yang hebat bagi dunia seni ..." "Pak?" Remy
muncul, berdiri di belakang Teabing di ambang pintu ruang
kerja. Lengannya bersilang. "Saya harus mengantar mereka keluar?" "Aku saja."
Teabing terpincang-pincang melintasi ruang kerjanya, membuka kunci pintu kaca
yang lebar, dan mendorong pintu-pintu itu hingga terbuka lebar ke halaman rumput
di samping. "Silakan cari mobilmu dan pergi."
Sophie tidak bergerak. "Kami punya informasi tentang clef de vo?te.
Biarawanbatukunci." Teabing menatap Sophie untuk beberapa detik dan tertawa mengejek. "Siasat orang
putus asa. Robert tahu bagaimana aku selama ini mencarinya."
"Dia berkata benar," kata Langdon. "Karena itulah kami datang menemuimu malam
ini. Untuk membicarakanbatukunci itu." Si pelayan sekarang ikut campur. "Pergi,
atau aku akan memanggil polisi." "Leigh," bisik Langdon, "kami tahu di mana batu
kunci itu." Keseimbangan Teabing tampak agak goyah. R?my bergerak kaku ke tengah
ruangan. "Pergi sekarang juga! Atau aku
akan memaksa - " "R?my!" Teabing menoleh, membentak pelayannya. "Tinggalkan kami
sebentar." Rahang pelayan itu terkuak. "Pak" Aku harus protes. Orang-orang ini - "
"Aku akan mengatasi ini." Teabing menunjuk ke arah gang. Setelah diam beberapa
saat, R?my menyelinap keluar seperti anjing terusir. Dalam tiupan dingin angin
malam yang masuk melalui pintu yang terbuka, Teabing menoleh kembali ke Sophie
dan Langdon. Tarikan wajahnya masih kaku. "Semoga ini berita bagus. Apa yang
kautahu tentangbatukunci?"
Didalam gerumbul semak yang lebat, di luar ruang kerja Teabing, Silas
menggenggam pistolnya dan menatap melalui pintu kaca. Beberapa saat yang lalu,
dia sudah mengelilingi rumah itu dan melihat Langdon serta perempuan itu
berbicara di ruang kerja yang besar itu. Sebelum dia dapat masuk, seorang lelaki
dengan kaki ditunjang metal masuk, lalu membentak Langdon, mendorong pintu
hingga terbuka, dan meminta tamu-tamunya untuk pergi. Kemudian si perempuan
menyebut batu kunci, dan segalanya berubah. Teriakan berubah menjadi bisikan.
Emosi melunak. Dan pintu kaca tertutup lagi dengan cepat.
Sekarang, Silas meringkuk di kegelapan. Dia mengamati dari kaca. Batu
kunciituadadidalamrumahini. Silas dapat merasakannya.
Dan kegelapan, Silas mengendap-endap mendekati kaca, sangat ingin mendengarkan
apa yang mereka bincangkan. Dia memberi mereka waktu lima menit. Jika mereka
tidak mengatakan tempatbatukunci itu berada, Silas akan masuk dan meminta mereka
dengan kekerasan. Di dalam ruang kerja, Langdon dapat merasakan kebingungan tuan
rumah mereka. "Mahaguru?" Teabing tersedak, menatap Sophie. "Jacques Sauniere"
Sophie mengangguk, dan melihat keterkejutan pada mata Teabing. "Tetapi kau tidak
mungkin mengetahuinya!" "Jacques Sauni?re kakekku." Teabing terhuyung-huyung di
atas penyangga kakinya, menatap Langdon yang mengangguk. Teabing kembali menatap
Sophie. "Nona Neveu, aku tidak bisa berkata apa pun. Jika ini benar, aku sangat
turut berduka cita. Aku harus mengakui, demi penelitianku, aku telah membuat
daftar orang-orang di Paris yang mungkin terlibat dalam Biarawan. Jacques
Sauni?re juga ada dalam daftar itu bersama-sama dengan banyak yang katamu" Itu
sulit dibayangkan." Teabing lainnya. Tetapi Mahaguru, terdiam sesaat, kemudian
menggelengkan kepalanya. "Tetapi tetap tidak masuk akal. Kalaupun kakekmu
Mahaguru Biarawan, dan menciptakan batu kunci sendiri, dia tidak akan mengatakan
padamu bagaimana menemukannya. Batu kunci mengungkap jalan menuju harta karun
besar dari kelompok persaudaraan itu. Cucu perempuan atau bukan, kau tidak
berhak menerima pengetahuan itu."
"Pak Sauni?re sekarat ketika dia memberikan informasi itu," kata Langdon. "Dia
punya pilihan yang terbatas."
"Dia tidak memerlukan pilihan," bantah Teabing. "Ada tiga sen?chaux lainnya yang
juga tahu rahasia itu. Itulah keindahan sistem mereka. Salah satu dari mereka
akan dinobatkan sebagai mahaguru dan mereka akan melantik seorangs?n?chal baru
dan membagi rahasiabatukunci itu padanya."
"Aku rasa kau belum melihat berita itu seluruhnya," kata Sophie. "Selain
kakekku, ada tiga orang penting Paris yang dibunuh hari ini. Semuanya dengan
cara yang sama. Semuanya tampak seperti baru saja diinterogasi sebelum dibunuh."
Teabing ternganga. "Dan, kaupikir mereka itu ...." "S?n?chaux," kata Langdon.
"Tetapi bagaimana" Seorang pembunuh tidak mungkin tahu identitas semua dari
keempat anggota teratas Biarawan Sion! Lihatlah aku, sudah menyelidiki mereka
selama puluhan tahun, tapi tidak dapat menyebutkansatu pun nama anggota Biarawan
itu. Tampaknya tak dapat dibayangkan bahwa ketiga s?n?chaux itu dan Mahaguru
dapat ditemukan dan dibunuh dalam satu hari."
"Aku meragukan bahwa informasi itu didapatkan dalam satu hari saja," kata
Sophie. "Itu tampaknya pembantaian yang telah direncanakan masakmasak. Itu
sebuah teknik yang kami gunakan untuk menghadapi sindikatsindikat kriminal yang
terorganisasi. Jika DCPJ ingin menyergap satu kelompok tertentu, mereka akan
diam-diam melihat dan mendengarkan selama beberapa bulan, mengenali semua pemain
utamanya, kemudian bergerak dan menyergap semuanya dalam satu waktu. Penjagalan.
Tanpa kepemimpinan, kelompok itu akan kacau balau dan membuka rahasia lainnya. Mungkin saja seseorang telah mengamati Biarawan dengan sabar dan kernudian
menyerang, dengan harapan para anggota teratas itu akan membuka rahasia tempat
batu kunci berada." Teabing tampak tidak yakin. "Tetapi pensaudaraan itu tidak akan membuka mulut.
Mereka bersumpah akan menjaga rahasia itu. Bahkan, dengan taruhan nyawa
sekalipun." "Tepat," kata Langdon. "Berarti, jika mereka tidak akan membuka rahasia, dan
mereka dibunuh ..." Teabing terkesiap. "Maka lokasi batu kunci akan hilang
selamanya!" "Dan, bersama itu juga," tambah Langdon, "lokasi Holy Grail." Tubuh
Teabing tampak terayun dengan beratnya kata-kata Langdon. Kemudian, seolah
terlalu letih berdiri, dia menjatuhkan diri ke atas kursi dan menatap ke luar
jendela. Sophie berkata, suaranya lembut, "Mengingat keadaan sulit kakekku saat itu,
mungkin saja dalam keadaan terjepit dia mencoba memberikan rahasia itu kepada
seseorang di luar persaudaraan. Seseorang yang dianggapnya dapat dipercaya.
Seseorang dalam keluarganya."
Teabing memucat, "Tetapi seseorang yang mampu melakukan serangan seperti itu ...
menemukan penyamaran persaudaraan ..." Dia terdiam. Ada ketakutan baru pada
wajahnya. "Hanya ada satu kekuatan yang sanggup melakukan ini. Penyusupan
semacam ini hanya dapat berasal dari musuh tertua Biarawan." Langdon menatapnya.
"Gereja." "Siapa lagi" Roma telah mencari Grail sejak berabad-abad yang lalu."
Sophie meragukan hal itu. "Kau pikir Gereja membunuh kakekku?" Teabing menjawab,
"Itu bukan pertama kalinya dalam sejarah Gereja membunuh orang untuk melindungi
diri. Dokumen-dokumen yang menyertai Holy Grail sangat berbahaya bagi mereka,
dan gereja sangat ingin menghancurkannya selama bertahun-tahun."
Langdon merasa sulit menerima alasan Teabing bahwa gereja akan membunuh orang
begitu saja untuk mendapatkan dokumen-dokumen itu. Langdon pernah bertemu dengan
Paus yang baru dan banyak kardinal. Dia tahu, mereka sangat spiritual dan tidak
akan membunuh.Apapuntaruhannya.
Sophie tampaknya memiliki pemikiran yang sama. "Mungkinkah anggota anggota
Biarawan ini dibunuh oleh seseorang diluar Gereja" Seseorang yang tidak tahu apa
itu Grail sesunguhnya" Cawan Kristus, bisa saja, merupakan harta karun yang
menggoda. Jelas, pemburu harta karun akan membunuh untuk nilai yang kurang dari
itu." "Menurut pengalamanku," kata Teabing, "seseorang akan menjadi lebih nekat untuk
menghindari apa yang ditakutinya daripada mendapatkan apa yang diinginkannya.
Aku merasa sebuah keputusasaan dalam penyerangan Biarawan ini."
"Leigh," kata Langdon, "alasan itu berlawanan. Mengapa pastur-pastur Katolik mau
membunuhi anggota Biarawan dalam rangka menemukan dan menghancurkan dokumen-
dokumen yang mereka percaya hanya merupakan kesaksian palsu belaka?"
Teabing tergelak. "Menara gading Harvard telah membuatmu lunak, Robert. Ya, para
pastur di Roma diberkati oleh keimanan yang kuat. Karena itu, kepercayaan mereka
dapat bertahan dari segala badai, termasuk dokumendokumen yang berlawanan dengan
segala yang mereka percayai selama ini. Tetapi, bagaimana dengan orang-orang
lain di dunia ini" Bagaimana dengan mereka yang tidak diberi keyakinan kuat
seperti itu" Bagaimana dengan mereka yang melihat kejahatan di dunia ini lalu
berkata, di mana Tuhan hari ini" Mereka yang melihat skandal-skandal dalam
Gereja dan bertanya, siapa orang-orang ini yang mengaku menyuarakan kebenaran
tentang Kristus namun berbohong untuk menutupi pelecehan seks terhadap anak-anak
yang dilakukan anggota mereka" Teabing terdiam sejenak. "Apa yang terjadi dengan
orangorang itu, Robert, jika bukti-bukti ilmiah yang persuasif membuktikan bahwa
versi Gereja tentang cerita Kristus ternyata tidak tepat, dan cerita terbesar
yang pernah diceritakan, sesungguhnya, hanyalah cerita terbesar yang pernah
dijual?" Langdon tidak menjawab. "Aku akan mengatakan kepada kalian apa yang
akan terjadi jika dokumen itu ditemukan," kata Teabing. "Vatikan menghadapi
sebuah krisis kepercayaan yang tak pernah terjadi selama dua milenium
sejarahnya." Setelah lama sunyi, Sophie berkata, "Tetapi, jika memang Gereja yang bertanggung
jawab atas penyerangan itu, mengapa mereka bertindak sekarang" Setelah bertahun-
tahun" Biarawan menjaga dokumen Sangreal tetap tersembunyi. Mereka tidak
mengancam Gereja secara langsung."
Teabing mendesah berat dan menatap Langdon. "Robert, kukira kau tahu perintah
terakhir bagi Biarawan." Langdon merasa napasnya terhenti karena pikiran itu.
"Ya." "Nona Neveu," kata Teabing, "Gereja dan Biaraawn telah saling tahu selama
bertahun-tahun. Yaitu, Gereja tidak menyerang Biarawan, dan Biarawan tetap
menyembunyikan dokumen Sangreal." Dia terdiam sejenak. "Namun, sejarah Biarawan
selalu mencakup sebuah rencana untuk mengungkap rahasia itu. Dengan kedatangan
suatu hari yang khusus dalam sejarah, persaudaraan itu merencanakan untuk tidak
berdiam diri lagi dan melanjutkan kemenangan besar mereka dengan membuka dokumen
Sangreal kepada dunia, mengabarkan cerita Kristus yang sesungguhnya dari titik
yang paling awal." Sophie menatap Teabing, tak bersuara. Akhirnya, dia juga duduk. "Dan, kau pikir
hari itu sudah dekat" Dan Gereja mengetahuinya?"
"Sebuah spekulasi," kata Teabing, "tetapi itu pasti akan memberi Gereja motivasi
untuk menyerang habis-habisan, untuk mencari dokumen-dokumen itu sebelum
terlambat." Langdon merasa tidak nyaman karena ulasan Teabing ternyata masuk akal. "Kaupikir
Gereja akan betul-betul mampu untuk mengungkap bukti nyata dari hari khusus
itu?" "Mengapa tidak - jika kita menduga Gereja mampu membuka identitas anggota
Biarawan, dan kemudian dapat mengetahui rencana mereka. Dan, kalaupun mereka
tidak tahu hari khusus itu tepatnya, takhayul mereka mungkin berpengaruh lebih
baik pada mereka." "Takhayul?" Sophie bertanya. "Dalam istilah ramalan," kata
Teabing. "akhir-akhir ini kita sedang berada dalam sebuah zaman perubahan
dahsyat. Milenium telah berlalu, dan dengan itu berakhir juga dua ribu tahun
Zaman pisces---ikan, yang merupakan simbol dari Yesus. Seperti yang
diberitahukan semua ahli simbol astrologi, kepercayaan ideal kaum pisces
menyatakan bahwa manusia harus selalu diberi tahu apa yang harus dikerjakannya
oleh kekuatan yang l?bih tinggi, karena manusia tidak dapat berpikir sendiri.
Karenanya, ini adalah waktu untuk agama yang kuat. Namun, sekarang kita memasuki
Zaman Aquarius---Pembawa air--yang idealnya mengklaim bahwa manusia akan
mengetahui kebenaran dan mampu berpikir bagi dirinya sendiri. Perubahan ideologi
ini sangat dahsyat, dan itu sedang terjadi sekarang."
Langdon merasa merinding. Ramalan astrologi tidak pernah terlalu menarik
perhatian Langdon, namun dia tahu ada orang-orang di Gereja yang sangat
mengikutinya dengan cermat. "Gereja menyebut periode tradisional ini sebagai
Hari Akhir." Sophie tampak ragu. "Seperti akhir dunia" Kiamat?" "Bukan," jawab
Langdon. "Itu kesalahan konsep yang umum sekali. Banyak agama berbicara tentang
Hari Akhir. Itu tidak mengacu pada akhir dunia, tetapi lebih kepada zaman kita -
Pisces, yang dimulai sejak kelahiran Kristus, terentang hingga dua ribu tahun,
dan memudar bersama berlalunya milenium. Sekarang, karena kita telah melewatinya
dan memasuki Tahun Aquarius, maka Hari Akhir telah tiba." "Banyak sejarawan
Grail," kata Teabing menambahkan, "peraya bahwa jika Biarawan memang
merencanakan untuk membuka kebenaran itu, saat ini dalam sejarah akan menjadi
waktu yang tepat secara simbolis. Par? peneliti Biarawan umumnya, termasuk aku,


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memperkirakan persaudaraan itu akan membuka kebenaran mereka tepat pada saat
milenium baru. Ternyata tidak. Memang diakui, bahwa kalender Roma tidak
terhubung secara sempurna dengan tanda-tanda astrologi, sehingga ada beberapa
daerah abu-abu dalam perkiraan itu. Apakah Gereja sekarang memliki informasi
dari dalam persaudaraan itu sehingga kepastian hari itu terlihat, atau apakah
mereka hanya menjadi panik karena ramalan astrologi itu, aku tidak tahu.
Bagaimanapun juga, itu semua tidak nyata. Kedua skenario itu menjelaskan
bagaimana Gereja mungkin saja termotivasi ?ntuk melakukan serangan lebih dulu
kepada Biarawan." Teabing mengerutkan dahinya. "Dan, percayalah padaku, jika
Gereja menemukan Holy Grail, mereka akan menghancurkannya. Dokumendokumen itu
dan juga barang-barang peninggalan Maria Magdalena." Matanya menjadi berat.
"Jika begitu, sayangku, dengan hilangnya dokumen Sangreal, semua bukti akan
hilang. Gereja akan memenangkan perang lama mereka untuk menulis ulang sejarah.
Masa lalu akan terhapus selamanya."
Perlahan Sophie mengeluarkan kunci salib itu dari saku sweternya dan
mengulurkannya ke Teabing.
Teabing mengambil kunci itu dan mempelajarinya. "Ya ampun! Segel Biarawan. Di
mana kaudapatkan ini?" "Kakekku memberikannya kepadaku malam ini sebelum dia
dibunuh." Teabing mengusapkan jemarinya pada salib itu. "Kunci sebuah gereja?"
Sophie menarik napas dalam. "Kunci ini memberikan akses kebatukunci." Kepala
Teabing tersentak, wajahnya liar karena tidak percaya. "Tidak mungkin! Gereja
mana yang belum kumasuki" Aku sudah meneliti semua gereja di Prancis!" "Tidak di
gereja," kata Sophie. " Di bank penyimpanan Swiss." Tatapan gembira Teabing
memudar. "Batu kunci ada di sebuah bank?" "Di dalam sebuah ruang besi," kata
Langdon. "Ruang besi sebuah bank?" Teabing menggelengkan kepalanya dengan keras.
"Tidak mungkin. Batu kunci seharusnya tersimpan di bawah tanda Mawar." "Memang,"
kata Langdon. "Batu kunci itu tersimpan didalam kotak kayu
mawar berukir sekuntum Mawar dengan lima kelopak." Teabing tampak seperti
tersambar petir. "Kau sudah melihat batu kunci
itu?" Sophie mengangguk. "Kami mengunjungi bank itu." Teabing mendekati mereka,
matanya ketakutan. "Teman-temanku, kita harus melakukan sesuatu. Batu kunci ini
dalam bahaya! Kita punya kewajiban untuk melindunginya. Bagaimana jika ada kunci
lainnya" Mungkin dicuri dari para s?n?chaux yang terbunuh itu" Jika Gereja dapat
memperoleh akses ke bank itu seperti kalian - "
"Mereka akan terlambat," kata Sophie. "Kami telah memindahkan batu kunci itu."
"Apa! Kalian memindahkan batu kunci dari tempat persembunyiannya?" "Jangan
khawatir," kata Langdon. "Batu kunci itu tersembunyi dengan aman." "Betul-betul
amat sangat aman, kuharap!" "Sebenarnya," kata Langdon, tak dapat menyembunyikan
senyuman, "itu tergantung pada seberapa sering kau membersihkan bagian bawah
kursi panjangmu." Angin di luar Puri Villette bertiup semakin kencang sehingga
jubah Silas berkibar-kibar ketika dia berjongkok di dekat jendela. Walau dia tak
dapat mendengar percakapan itu dengan jelas, katabatukunci telah sering
terdengar menembus kaca jendela itu. Batukunciitudidalam. Kata-kata Guru segar
dalam ingatannya. Masuk ke Puri Villette. Ambil
kunciitu.Janganlukaiseorangpun. Sekarang L?ngdon dan yang lainnya telah
berpindah ke ruangan lain, mematikan lampu ruang kerja ketika mereka keluar.
Merasa seperti seekor macan kumbang yang sedang mengikuti mangsanya, Silas
memanjat jendela kaca itu. Jendela itu tidak terkunci. Kemudian dia menyelinap
masuk dan menutup jendela perlahan. Dia dapat mendengar suara tak jelas dari
ruang yang lain. Silas menarik pistolnya dari saku, membuka kuncinya dan
mengendap-endap ke gang. 63 LETNAN Collet berdiri sendirian di ujung jalan menuju rumah Leigh Teabing dan
menatap rumah besar itu. Terpencil. Gelap. Tertutup dengan baik. Collet
mengawasi enam orang agennya yang berpencar diam-diam di sepanjang pagar. Mereka
dapat melewatinya dan mengepung rumah itu dalam beberapa menit saja. Langdon
tidak akan tahu darimana agen-agen Letnan Collet akan menyergap.
Collet baru saja akan menelepon Fache ketika tiba-tiba teleponnya berdering.
Seperti yang sudah dibayangkan Collet, Fache terdengar tidak senang dengan
perkembangan keadaan itu. "Mengapa tidak seorangpun mengatakan kita punya
petunjuk tentang Langdon?" "Anda sedang bertelepon dan - " "Di mana kau tepatnya,
Letnan Collet?" Collet memberinya alamat itu. " Tempat tinggal ini milik seorang
Inggris bernama Teabing. Langdon mengemudikan mobil cukup jauh untuk tiba di
sini. Kendaraan itu ada dalam pagar pengaman, tanpa tanda-tanda masuk paksa,
sehingga kemungkinan besar Langdon mengenal pemilik rumah ini." "Aku segara ke
sana," kata Fache. "Jangan bertindak. Aku akan menangani
ini sendiri." Collet ternganga. "Tetapi Kapten, Anda dua puluh menit dari sini!
Kita harus bertindak segera. Aku telah mengurungnya. Aku bersama delapan orang.
Empat orang membawa senapan dan yang lainnya memegang pistol." "Tunggu aku."
"Kapten, bagaimana jika Langdon mempunyai sandera di dalam" Bagaimana jika dia
melihat kita dan melarikan diri tanpa mobil" Kita harus bergeraksekarang! Orang-
orangku sudah di tempat dan siap bertindak."
"Letnan Collet, kau harus menungguku tiba sebelum bertindak. Ini perintah."
Fache menutup telponnya. Letnan Collet termangu dan mematikan teleponnya. Mengapa, sih, Fache
menyuruhkumenunggu" Collet tahu jawabannya. Fache, walau terkenal karena
nalurinya, juga terkenal karena kesombongannya. Fache ingin dipuji untuk
penangkapan ini. Setelah menayangkan wajah orang Amerika itu di seluruh saluran
televisi, Fache ingin memastikan bahwa wajahnya juga akan disiarkan sebanyak
itu. Pekerjaan Collet hanyalah menunggu sampai pimpinannya muncul menuntaskan
pekerjaan mereka. Ketika berdiri di sana, Collet memikirkan kemungkinan alasan
kedua bagi penundaan ini. Pengendalian kerusakan. Dalam penegakan hukum,
keraguan menangkap buronan hanya terjadi ketika muncul ketidakpastian tentang
kesalahannya. Apakah Fache mempunyai anggapan bahwa Langdon boleh jadi tidak
bersalah" Pemikiran itu menakutkan. Kapten Fache telah bersusah payah malam ini
untuk menangkap Robert Langdon---surveiliance cach?e, Interpol, dan sekarang
televisi. Bahkan, Bezu Fache tidak akan selamat dari tuntutan politis jika dia
ternyata salah menyiarkan wajah seorang Amerika yang penting ke seluruh Prancis
sebagai pembunuh. Jika Fache sekarang sadar bahwa dia akan membuat kesalahan,
Collet untuk menunggunya sebelum maka masuk akal bila dia menyuruh bertindak.
Hal yang akan paling merugikan Fache adalah jika Collet tiba-tiba menyergap
masuk ke rumah pribadi seorang Inggris yang tak bersalah dan menangkap Langdon
dengan todongan pistol. Lagi pula, Collet tahu, jika Langdon memang tidak bersalah, itu akan menjelaskan
pertentangan aneh dalam kasus ini: Mengapa Sophie Neveu, cucu korban, membantu
orang yang disangka pembunuh kakeknya untuk kabur" Kecuali Sophie tahu bahwa
Langdon tidak bersalah. Fache telah mengeluarkan segala penjelasan tentang sikap
Sophie yang aneh, termasuk bahwa Sophie satu-satunya ahli waris Sauni?re, telah
membujuk kekasih gelapnya Robert Langdon, untuk membunuh Sauni?re demi uang
warisan. Lalu, Sauni?re, yang mungkin telah menduga ini semua, meninggalkan
kepada polisi pesan PS.Cari Robert Langdon. Collet agak yakin ada hal lain yang
tengah terjadi di sini. Sophie Neveu tampak mempunyai sifat yang terlalu baik
untuk melakukan halhal yang kotor.
"Letnan?" salah seorang agen datang berlari. "Kami menemukan sebuah mobil."
Collet mengikuti agen itu berjalan kira-kira lima puluh yard dari jalan mobil.
Agen itu menunjuk ke arah tepi jalan di seberang jalan itu. Di sana, terparkir
di semak-semak, hampir tak terlihat, sebuah Audi hitam. Ada pelat mobil sewaan.
Collet menyentuh kap mesinnya. Masih hangat. Bahkan panas.
"Ini pasti yang digunakan Langdon tadi," kata Collet. "Tellepon penyewaan mobil.
Tanyakan apakah mobil ini dicuri." "Ya, Pak." Agen yang lain melambai kepada
Collet agar kembali ke arah pagar. "Letnan, lihatlah ini." Dia memberikan
teropong malam kepada Collet. "Lihat pepohonan dekat ujung jalan mobil itu."
Collet mengarahkan teropong itu ke bukit dan menyetel pemutarnya sehingga gambar
tampak jelas. Perlahan, bentuk kehijauan menjadi lebih jelas. Dia mengarahkannya
ke tikungan dari jalan mobil, lalu menyusuri jalan itu perlahan-lahan hingga
mencapai pepohonan yang dimaksud. Apa yang dapat dilakukannya hanya menatap. Di
sana, terselubung kehijauan, terparkir sebuah mobil lapis baja. Collet segera
tahu bahwa itu adalah truk yang tadi dihentikannya dan dibiarkan pergi dari Bank
Penyimpanan Zurich. Dia berdoa semoga ini hanyalah kebetulan yang aneh, namun
dia tahu itu tidak mungkin.
"Jelas sekali," kata agen itu, "Langdon telah menggunakan truk ini untuk
melarikan diri dari Bank."
Collet tidak dapat berkata apa-apa. Dia memikirkan pengemudi truk yang tadi
dihentikannya di Ketidaksabarannya untuk kargonya. penghalang jalan. Jam tangan
Rolex itu. segera pergi. Aku tidak pernah memeriksa isi Collet percaya ada orang
di bank yang berbohong kepada DCPJ tentang keberadaan Langdon dan Sophie dan
membantu mereka melarikan diri.Tetapi siapa"Danmengapa" Collet bertanya-tanya
apakah mungkin ini alasan Fache menyuruhnya untuk tidak bertindak dulu. Mungkin
Fache tahu ada orang lain selain Langdon dan Sophie yang terlibat. Dan, jika
Langdon dan Neveu tiba denganmobillapisbaja,lalu siapayangmengemudiAudi"
Ratusan mil ke arah selatan, sebuah pesawat carteran Beechcraft Baroon 58
terbang ke arah utara melintasi Laut Tyrhenia. Walau langit tenang, Uskup
Aringarosa memegangi kantong mabuk udara, untuk jaga-jaga. Percakapannya dengan
Paris sama sekali tidak seperti yang dibayangkannya.
Sendirian di dalam kabin kecil, Aringarosa memutar-mutar Cincin emas pada
jarinya dan mencoba menenangkan perasaan takut dan putus asanya yang meluap-
luap. Di Paris segalanya berjalan kacau. Dia menutup matanya, lalu berdoa agar
Bezu Fache berhasil membereskannya.
64 TEABING DUDUK di atas bangku panjang, menimang-nimang kotak kayu itu di atas
pangkuannya dan mengagumi tutupnya yang dihiasi ukiran Mawar.
Malaminitelahmenjadimalamyangpalinganehdanajaibdalam hidupku. "Buka tutupnya,"
bisik Sophie, dekatnya, di samping Langdon. Teabing tersenyum.Janganmemburu-buru
aku. Dia sudah menghabiskan satu dekade mencari batu kunci itu, sekarang dia
ingin menikmati setiap milidetik dari peristiwa ini. Tangannya mengusap tutup
kotak itu, merasakan tekstur ukiran mawarnya.
"Mawar," Teabing berbisik. Mawar itu adalah Magdalena, adalah Holy Grail. Mawar
itu adalah kompas yang memandu jalan. Teabing merasa bodoh. Selama bertahun-
tahun dia telah melakukan perjalanan dari katedralkatedral dan gereja-gereja di
se1uruh Prancis, membayar izin masuk khusus, memeriksa ratusan lengkungan di
bawah jendela mawar, mencari sebuah batu kunci berukir.Laclefdevoute - sebuah batu
kunci di bawah tanda Mawar. din Teabing perlahan membuka pengunci tutup kotak
itu dan menaikkannya. Begitu matanya akhirnya melihat isi kotak itu, dia tahu
segera, itu pastilah batu kunci yang dicarinya. Teabing memandangi sebuah batu
berbentuk silinder, dengan lempengan-lempengan bertulisan yang saling
menyambung. Benda itu, anehnya, seperti sudah biasa dilihatnya.
"Dirancang dari buku harian Da Vinci," kata Sophie. "Kakekku membuatnya karena
hobi." Tentusaja, Teabing tahu. Dia pernah melihat sketsa itu dan cetak birunya. Kunci
untuk menemukan Holy Grail terletak di dalam batu ini. Teabing mengangkat cyptex
berat itu dari kotaknya, memeganginya dengan lembut. Walau dia tidak tahu
bagaimana cara membuka sunder itu, dia merasa bahwa takdirnya ada di dalam
silinder itu. Pada saat-saat kegagalannya, Teabing mempertanyakan apakah
permintaan hidupnya akan pernah dikabu1kan. Sekarang keraguan itu hilang untuk
selamanya. Dia dapat mendengar kata-kata kuno ... dasar legenda Grail:
VousnetrouvezpasleSaint-Graal,c'estleSaint-Graalquivoustrouve.
KautidakmenemukanGrail. Grailmenemukanmu. Dan malam ini, luar biasa, kunci untuk
menemukan Grail telah berjalan masuk melalui pintu depan rumahnya. Ketika Sophie
dan Teabing duduk dengan cyptex dan berbicara tentang cairan cuka itu,
lempengan-lempengan, dan kemungkinan kata kuncinya, Langdon membawa kotak kayu
mawar itu melintasi ruangan ke meja yang diterangi lampu, supaya dapat dilihat
dengan lebih baik. Sesuatu yang baru saja dikatakan Teabing sekarang berputaran
dalam benaknya. KuncimenujuGrailtersembunyidibawahtandaMawar. Langdon memegangi
kotak kayu itu ke dekat lampu dan memeriksa simbol Mawar itu. Walau dia terbiasa
dengan benda-benda seni, itu tidak termasuk ukiran kayu atau perabot ukiran.
Langdon teringat pada langit-langit keramik pada sebuah biara di Spanyol di luar
kota Madrid. Di sana, tiga abad sete1ah pembangunannya, langit-langit itu mulai
runtuh, memper1ihatkan teka-teki suci yang ditulis oleh biarawan-biarawan pada
semen dibawah keramik itu. Langdon melihat lagi Mawar itu. DibawahMawar.
SubRosa. Rahasia. Suara jatuh di gang di belakangnya membuat Langdon menoleh.
Dia hanya melihat kelebatan bayangan. Mungkin saja pelayan Teabing yang lewat.
Langdon kembali ke kotak kayu. Dia mengusapkan jarinya pada tepi ukiran yang
halus itu, bertanya-tanya apakah dia dapat melepaskan Mawar itu. Namun, ukiran
itu tampak begitu sempurna. Dia bahkan meragukan silet akan bisa mencungkil
bagian antara Mawar dan dasarnya.
Dia membuka kotak itu, dan memeriksa bagian dalam tutupnya. Rata. Ketika dia
mengubah posismya, di bawah sinar, dia dapat melihat seperti ada lubang kecil di
bagian bawah tutup itu, tepat di tengah. Dia lalu menutup penutup itu dan
memeriksa bagian atasnya. Ternyata tidak ada lubang. Lubangitutakdapatditembus.
Langdon meletakkan kotak itu di atas meja, lalu mengamati sekeliling ruangan dan
melihat setumpukan kertas dengan penjepit kertas. Dia mengambil penjepit itu,
membuka kotak itu, dan mengamati lubang itu lagi. Dengan berhati-hati dia
meluruskan penjepit kertas itu dan menyelipkan satu ujungnya ke lubang itu. Dia
menekannya dengan lembut. Dia mendengar ada yang berkertak lembut di atas meja.
Langdon menutup penutup kotak itu untuk melihat. Ternyata sepotong kecil kayu,
seperti sepotongpuzzle. Ukiran mawar itu terlepas dan jatuh ke atas meja.
Tanpa kata-kata, Langdon menatap bagian tutup kotak yang sekarang tak tertutup
oleh ukiran mawar lagi. Di sana, terukir pada kayunya, tertulis tulisan tangan
yang rapi sekali, empat baris teks berbahasa asing yang belum pernah dilihat
Langdon. KarakterhurufnyasepertiSemit, pikir Langdon pada dirinya sendiri,tetapi
akutidakmengenalibahasanya.
Gerakan yang tiba-tiba di belakang Langdon menarik perhatiannya. Entah dari
mana, sebuah pukulan keras menghantam kepala Langdon, membuatnya jatuh
tersungkur. Ketika jatuh, dia sempat mengira telah melihat hantu pucat berdiri di dekatnya
sambil memegang pistol. Lalu semuanya menjadi gelap.
65 SOPHIE NEVEU, walau bekerja sebagai penegak hukum, belum pernah ditodong senjata
sampai malam ini. Hampir tak dapat dibayangkan, Sophie menatap sebuah pistol
sang dipegang ol?h tangan pucat dari seorang albino yang besar berambut putih
panjang. Albino itu menatap Sophie dengan mata merahnya yang memancarkan sinar
menakutkan dan seperti hantu. Mengenakan jubah wol dengan ikat pinggang dari
tali, orang itu tampak seperti pendeta abad pertengahan. Sophie tak dapat
membayangkan siapa lelaki itu, namun tiba-tiba Sophie menghargai dugaan Teabing
akan keterlibatan Gereja dalam kasus ini. "Kalian tahu aku datang untuk apa,"
kata biarawan itu, suaranya dalam. Sophie dan Teabing duduk di atas bangku
panjang dengan tangan mereka terangkat ke atas seperti yang diperintahkan orang
itu. Langdon terbaring mengerang di atas lantai. Mata biarawan itu segera
mengarah pada batu kunci di atas pangkuan Teabing Nada suara Teabing menantang.
"Kau tidak akan dapat membukanya." "Guruku sangat bijak," biarawan itu menjawab,
bergeser mendekat sedikit
sedikit, sambil pistolnya terayun antara Teabing dan Sophie. Sophie bertanya-
tanya ke mana pelayan Teabing. Apakah dia tidak
mendengar Robertjatuh" "Siapa gurumu?" tanya Teabing. "Mungkin kita bisa membuat
kesepakatan harga." "Grail tak ternilai harganya." Biarawan itu bergerak mendekat. "Kau
berdarah," kata Teabing tenang, sambil mengangguk ke mata kaki
sebelah kanan biarawan itu yang tampak meneteskan darah. "Dan pincang." "Kau
juga," kata biarawan itu sambil menunjuk pada tongkat metal di
sebelah Teabing. "Sekarang, serahkan batu kunci itu padaku." "Kau tahu tentang
batu kunci?" kata Teabing, terdengar kaget. "Tidak penting apa yang kutahu.
Berdirilah perlahan, dan serahkan
padaku." "Berdiri sulit bagiku." "Tepat. Aku lebih senang jika tidak ada yang
bergerak cepat." Teabing menyelipkan tangan kanannya pada salah satu tongkatnya
dan memegang batu kunci dengan tangan kirinya. Dia lalu bangkit berdiri, tegak,
sambil menggenggam silinder yang berat itu pada tangan kirinya dan bertumpu
tidak pasti pada tongkat sebelah kanannya.
Biarawan itu mendekat sampai beberapa kaki, sambil tetap mengarahkan pistolnya
ke kepala Teabing. Sophie menatap, merasa tak berdaya ketika biarawan itu
mengulurkan tangannya untuk mengambil silinder itu.
"Kau tidak akan berhasil," kata Teabing. "Hanya yang b?rhak yang dapat membuka
batu ini." HanyaTuhan yangmenentukansiapayangberhak, pikir Silas. "Agak berat,"
kata Teabing, lengannya bergetar sekarang. "Jika kau tidak segera mengambilnya,
aku takut akan menjatuhkannya." Dia terhuyung hampir jatuh.
Silas cepat melangkah ke depan untuk menerima batu itu, dan begitu dia
melakukannya, lelaki bertongkat itu kehilangan keseimbangannya. Tongkatnya
meluncur dari bawahnya, dan dia mulai tumbang ke sebelah kanan. Jangan! Silas
bergerak untuk menyelamatkan batu itu, dan senjatanya bergerak turun ketika itu
juga. Namun batu kunci bergerak menjauh darinva sekarang. Ketika Teabing jatuh


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke sisi kanan, tangan kirinya mengayun belakang, dan batu kunci terlempar dari
tangannya dan mendarat di atas bangku panjang. Pada saat yang sama, tongkat
metal yang meluncur dari Teabing bergerak cepat, memotong melengkung ke depan,
ke arah kaki Silas. Kesakitan yang luar biasa merobek tubuh Silas ketika tongkat metal itu memukul
tepat pada cilice-nya, menenggelamkan duri-durinya lebih dalam pada daging yang
sudah terluka itu. Dia terbungkuk, lalu roboh tersungkur, mengakibatkan cilice
itu mengirisnya lebih dal?m lagi. Ketika Silas roboh, pistolnva meledak dengan
suara yang memekakkan telinga. Pelurunya menembus lantai, tidak melukai siapa
pun. Sebelum Silas dapat mengangkat pistolnya dan menembak lagi, kaki Sophie
melayang tepat mengenai rahangnya.
Di ujung jalan, Collet mendengar suara tembakan. Ledakan itu membuatnya panik
sekali. Dengan Fache masih dalam perjalanan, Collet telah melepaskan harapannya
untuk mendapatkan Langdon malam ini. Namun penghargaan pribadi atas penangkapan
dia akan celaka jika keegoisan Fache membuatnya berhadapan dengan Dewan
Pertimbangan Menteri karena kelalaian petugas polisi dalam bertugas.
Sebuah senjata telah meletus di dalam sebuah rumah pribadi" Dan kau
menunggudiujungjalan"
Collet yakin kesempatan untuk mendekat secara diam-diam sudah hilang. Dia juga
yakin jika dia tetap berdiri diam saja disini, kariernya akan hilang sama sekali
keesokan harinya. Sambil mengamati pintu gerbang besi itu, dia membuat
keputusan. "Ikat, dan tarik hingga roboh."
Di kejauhan, dalam benaknya yang masih puyeng, Robert Langdon mendengar suara
tembakan. Dia juga mendengar teniakan kesakitan. Suaranya sendiri" Sebuah palu
besar telah melubangi tempurung kepalanya. Terdengar tak jauh, ada orang
berbicara. "Kau di manasih tadi?" bentak Teabing. Pelayan lelaki itu datang
bergegas. "Apa yang terjadi" Oh, Tuhan! Siapa
ini" Saya akan telepon polisi!" "Jangan telepon polisi! Buat dirimu berguna dan
ambilkan kami sesuatu untuk mengikat monster ini." "Dan es batu!" seru Sophie dari belakangnya.
Langdon jatuh pingsan lagi. Ada lebih banyak suara. Gerakan. Sekarang dia
didudukkan di atas bangku panjang itu. Sophie memegangi kantong es batu pada
kepala Langdon. Kepalanya sakit. Ketika menjadi terang, dia menatap sesosok
tubuh di akhirnya pandangannya atas lantai. Apakah aku berhalusinasi" Tubuh
biarawan albino yang besar itu tergeletak terikat dan mulutnya tersumbat dengan
pita berperekat. Dagunya terbuka, dan jubah disebelah paha kanannya basah oleh
darah. Tampaknya dia juga mulai sadar. Langdon menoleh kepada Sophie. "Siapa
dia" Apa ... yang terjadi?" Teabing terpincang-pincang mendekat. "Kau baru saja
diselamatkan oleh seorang kesatria bersenjatakan sebuah Excalibur buatan Acme Orthopedic." Hah"
Langdon mencoba duduk tegak. Sentuhan Sophie bergetar, namun lembut. "Tenanglah
dulu sebentar, Robert." "Rasanya," kata Teabing, "aku baru saja memamerkan keuntungan dari
kondisiku di depan teman perempuanmu."
Dari duduknya di atas bangku panjang itu, Langdon menatap ke bawah pada biarawan
itu dan mencoba membayangkan apa yang baru saja terjadi. "Dia mengenakan
sebuahcilice." Teabing menjelaskan. "Sebuah apa?" Teabing menunjuk pengikat dari
kulit berduri yang tergeletak di atas lantai. "Sebuah pengikat disiplin. Dia
mengenakannya pada pahanya. Aku tadi membidiknya dengan tepat."
Langdon mengusap kepalanya. Dia tahu apa itu pengikat disiplin. "Tetapi,
bagaimana ... kau tahu?"
Teabing tersenyum. "Kristen adalah lapangan penelitianku Robert, dan ada
beberapa sekte tertentu yang mengenakan hati mereka pada lengan mereka." Dia
menunjuk dengan tongkat metalnya pada jubah biarawan yang bersimbah darah itu.
"Seperti ini tadi."
"Opus Dei," bisik Langdon, sambil mengingat laporan media akhir-akhir ini
tentang beberapa pengusaha penting di Boston yang juga anggota Opus Dei.
Beberapa rekan kerja mereka telah secara terbuka dan tanpa bukti menuduh mereka
mengenakan pengikat disiplin di bawah tiga potong pakaian jas mereka.
Kenyataannya, ketiga orang itu tidak mengenakan benda semacam itu. Seperti
banyak anggota Opus Dei, pengusaha-pengusaha ini berada di tingkat
'supernumeracy' dan sama sekali tidak melaksanakan mortifikasi. Mereka merupakan
pemeluk Katolik yang taat, ayah yang peduli terhadap anak-anak mereka, dan
anggota masyarakat yang baik. Tidak mengherankan, media hanya menyoroti tanggung
jawab spiritual mereka secara singkat sebelum bergerak menyoroti "numerary" yang
lebih keras nilai mengejutkan dari anggota-anggota dari sekte itu ... anggota-
anggota seperti biarawan yang tergeletak di atas lantai di depan Langdon.
Teabing sedang mengamati dengan cermat pengikat berdarah itu. "Tetapi, mengapa
Opus Dei mencari Holy Grail" Langdon terlalu pening untuk memikirkannya.
"Robert," kata Sophie berjalan ke arab kotak kayu. "Apa ini?" Sophie memegang
Mawar kecil yang tadi dicungkil Langdon dari tutup kotak kayu itu.
"Itu tadi menutupi ukiran pada kotak itu. Kupikir teksnya mungkin memberi tahu
kita bagaimana membuka batu kunci itu."
Sebelum Sophie dan Teabing menjawab, lautan cahaya biru lampu mobil polisi dan
sirene yang meraung-raung memotong percakapan mereka, berasal dari bawah bukit
dan mulai merayap naik ke jalan mobil sepanjang setengah mil itu.
Teabing mengerutkan dahinya. "Teman-temanku, tampaknya kita harus memutuskan
sesuatu. Dan cepat."
66 COLLET dan agen-agennya menyerbu dari pintu depan tempat tinggal Sir Leigh
Teabing dengan senjata terhunus. Mereka menyebar, dan mulai meneliti semua
ruangan di lantai pertama. Mereka menemukan lubang peluru di lantai ruang duduk,
tanda-tanda perkelahian, sedikit ceceran darah, pengikat kulit berduri yang
aneh, dan pita berperekat yang sudah dipakai sebagian. Keseluruhan lantai
tampaknya sudah ditinggalkan.
Baru saja Collet akan membagi agen-agennya untuk menggeledah lantai di bawah
tanah dan lantai dasar di belakang rumah, dia mendengar suara-suara di atas
mereka. "Mereka di atas!" Collet dan teman-temannya berlari menaiki tangga
lebar, kemudian berpindah dari ruangan yang satu ke ruangan yang lain di seluruh
rumah besar ini, memeriksa kamar-kamar tidur yang gelap dan gang-gang ketika
mereka semakin dekat dengan suara-suara itu. Suara itu tampaknya datang dari
kamar tidur terakhir di gang yang sangat panjang itu. Para agen mengendap-endap
dalam koridor itu, menutup semua jalan keluar yang lain.
Ketika mereka mendekati kamar tidur terakhir itu, Collet dapat melihat pintunya
terbuka lebar. Tiba-tiba suara-suara itu berhenti, dan digantikan dengan derum
aneh, seperti suara mesin mobil.
Dengan pistol terangkat, Collet memberi tanda. Tiba diam-diam di ambang pintu,
Collet menemukan tombol lampu dan menyalakannya. Dia berputar meneliti
sekeliling ruangan diikuti oleh teman-temannya di belakangnya. Collet berteriak
dan mengarahkan pistolnya kepada ... tidak ada apa-apa. Sebuah kamar tidur tamu.
Betul-betul kosong. Derum suara mesin mobil itu terdengar dari sebuah panel
elektronik hitam yang menempel pada dinding di samping tempat tidur. Collet
sudah melihat panel-panel seperti ini di berbagai rumah. Sejenis sistem
interkom. Dia bergerak cepat. Panel itu memiliki kira-kira dua belas tombol:
RUANG KERJA ... DAPUR ... RUANG CUCI
PAKAIAN ... GUDANG BAWAH TANAH ... Jadidarimanasuaramobilitu" RUANGTIDUR UTAMA ...
RUANG MATAHARI ... GUDANG ... PERPUSTAKAAN ...
Gudang! Collet sudah berada di bawah dalam beberapa detik saja. Ia berlari ke
arah pintu belakang sambil menjambret salah satu agennya. Mereka berlari
melintasi halaman belakang berumput dan tiba dengan terengah-engah di gudang
kelabu yang sudah tidak terpakaj. Bahkan sebelum mereka masuk, Collet dapat
mendengar suara mesin mobil yang semakin menghilang. Dia mencabut pistolnya
lagi, bergegas masuk dan menyalakan lampu.
Bagian kanan gudang itu merupakan bengkel penyimpanan - mesin pemotong rumput,
peralatan otomotif, perlengkapan berkebun. Sebuah panel interkom yang sama
menempel pada dinding di dekatnya. Salah satu tombolnya mengarah ke bawah,
memancarkan suar?. RUANG TIDUR TAMU II Collet berbalik. Kemarahannya meluap. Mereka menggiring kami keatas dengan
interkom ini! Dia lalu meneliti sudut gudang yang lain. Dia menemukan deretan
panjang kandang kuda. Tidak ada kuda. Tampaknya pemiliknya lebih menyukai tenaga
kuda jenis lain; kandang kuda itu telah dliubah menjadi fasilitas parkir
otomotif yang mengesankan. Koleksinya mengagumkan, Ferrari hitam, Rolls-Royce
asli, Aston Martin antik model sport coupe, Porsche kuno 356. Kandang terakhir
kosong. Collet mengamatinya dan melihat bekas tetesan bensin di lantai kandang.
Mereka tidak akan dapat keluar dari kompleks ini. Jalan dan gerbang telah
ditutup dengan dua mobil patroli polisi untuk mencegah keadaan seperti ini.
"Pak?", Seorang agen menunjuk ke lantai di sepanjang kandang kuda itu. Pintu
geser belakang gudang itu terbuka lebar, membuka jalan ke tikungan yang gelap
dan berlumpur pada lapangan yang tidak rata yang terentang dalam kegelapan malam
di belakang gudang itu. Collet berlari ke arah pintu itu untuk melihat keluar
kearah kegelapan. Apa yang dapat dilihatnya adalah bayangan hitam yang samar di
kejauhan. Tidak ada lampu mobil. Collet yakin buruannya tidak mungkin keluar
dari hutan itu. "Suruh beberapa orang berpencar ke sana. Mungkin mereka tengah
terjebak disana, tak jauh dari sini. Mobil-mobil sport seperti ini tidak akan
mampu melewati daerah seperti itu."
"Mmm, Pak?" seorang agen menunjuk pada sebuah papan tempat menggantung kunci-
kunci mobil. Label di atas kunci-kunci itu bertuliskan nama-nama yang sudah
dikenalnya. DAIMLER ... ROLLS-ROYCE ... ASTON MARTIN... PORSCHE Pasak gantungan terakhir
kosong. Ketika Collet membaca label di atas gantungan kosong itu, dia tahu, dia
punya masalah besar. 67 RANGE Rover itu menggunakan sistem penggerak empat roda, transmisi standar,
dengan lampu-lampu polypropylene yang sangat kuat dan kemudi di sebelah kanan.
Langdon senang tidak harus mengemudi. R?my, pelayan lelaki Teabing, atas
perintah tugasnya dengan sangat baik. Ia mengendalikan majikannya, melakukan
kendaraan ini melintasi lapangan di belakang Puri Vilette, di bawah sinar
rembulan. Tanpa lampu depan, dia telah melintasi bukit kecil dan sekarang sedang
menuruni landaian panjang, bergerak menjauh dari rumah itu. Tampaknya dia sedang
menuju ke siluet hutan bergerigi di kejauhan.
Langdon, sambil memeluk batu kunci, menoleh ke be1akang dari tempat duduk
penumpang di depan, ke Teabing dan Sophie yang duduk di bangku belakang.
"Bagaimana kepalamu, Robert?" tanya Sophie, terdengar prihatin. Langdon
memaksakan senyuman kesakitan. "Lebih baik, terima kasih."
Sesungguhnya kepalanya sedang menyiksanya. Di samping Sophie, Teabing melirik ke
belakang, pada biarawan yang terikat dan tersumbat mulutnya, yang terbaring di
ternpat barang yang sempit di belakang tempat duduk belakang. Teabing membawa
pistol biarawan itu di atas pangkuannya dan tampak seperti foto kuno seorang
pemburu Inggris yang bergaya di depan hasil buruannya.
"Senang sekali kaudatang malam ini, Robert," kata Teabing, tersenyum seolah dia
sedang bersenang-senang untuk pertama kalinya kalinya setelah bertahun-tahun
bekerja keras. "Maaf telah melibatkanmu dalam soal ini, Leigh." "Oh, tidak apa-
apa, aku sudah menunggu seumur hidupku untuk terlibat." Teabing menatap ke kaca
depan, melewati Langdon, ke kegelapan dari pagar tanaman yang panjang. Dia
menepuk bahu R?my dari belakang. "Ingat, jangan sampai lampu rem menyala.
Gunakan rem darurat jika kau memerlukannya. Aku ingin memasuki hutan lebih dalam
lagi. Jangan ada risiko mereka melihat kita dari rumah."
R?my menyisir lambat dan mengemudikan Range Rover itu melintasi sebuah tanah
terbuka di antara semak. Ketika mobil itu meluncur di atas jalan bersemak lebat,
tak lama kemudian pepohonan rnenghalangi sinar bulan.
Aku tidak dapat melihat apa-apa, pikir Langdon, sambil berusaha keras untuk
dapat melihat bentuk apa saja di depan mereka. Benar-benar gelap gulita.
Ranting-ranting menggesek samping kiri mobil, dan R?my menghindarinya dengan
membelok ke kanan. Sambil menjaga kemudi agar tetap lurus, dia maju sedikit-
sedikit kira-kira tiga puluh yard.
"Kau melakukannya dengan sangat cantik, R?my," kata Teabing. "Sekarang pastilah
kita sudah cukup jauh. Robert, tolong tekan tombol biru kecil tepat di bawah
lubang angin di situ. Terlihat?" Langdon menemukan tombol itu dan menekannya.
Seberkas sinar kuning terpancar menerangi jalan kecil di depan mereka,
memungkinkan mereka melihat semak tebal di kiri-kanan jalan kecil itu. Lampu
kabut, Langdon tahu itu. Lampu-lampu itu memberikan sinar kuning yang hanya
cukup bagi mereka untuk tetap berada di jalan kecil itu, namun mereka sekarang
betul-betul di tengah hutan, sehingga lampu-lampu itu tidak terlalu banyak
membantu. "Nah, R?my," suara Teabing terdengar riang. "Lampu sudah menyala. Nyawa kami ada
dalam genggamanmu." "Kita mau ke mana?" tanya Sophie. "Jalan ini panjangnya tiga
kilometer untuk masuk ke dalam hutan." kata Teabing. "Memotong areal ini
kemudian menikung ke utara. Jika kita tidak terhalang oleh genangan air yang
dalam atau pohon tumbang, kita akan keluar tanpa lecet-lecet di bahu jalan tol
nomor lima." Tanpalecet-lecet. Ternyata kepala Langdon tidak dianggap lecet.
Langdon mengalihkan tatapan matanya ke bawah, ke pangkuannya sendiri. Di sana
batu kunci itu tersimpan aman di dalam kotak kayu. Ukiran Mawar pada tutup peti
sudah dipasang lagi. Walau masih merasa puyeng, Langdon sangat ingin membuka
lagi mawar itu dan memeriksa ukiran di bawahnya dengan lebih teliti lagi. Ketika
dia membuka tutupnya dan mulai mengangkatnya, Teabing meletakkan tangannya pada
bahu Langdon dari bangku belakang.
"Sabar, Robert," kata Teabing. "Mobil ini berguncang-guncang keras dan gelap.
Jangan sampai kita mematahkan apa pun. Jika kau tidak dapat mengenali bahasa itu
dalam ruangan terang, kau juga tidak akan lebih mengenalinya dalam gelap. Kita
pusatkan perhatian untuk keluar dari sini dengan selamat, ya" Akan ada waktu
untuk itu, segera." Langdon tahu, Teabing benar. Dengan sebuah anggukan, dia mengunci lagi kotak
itu. Biarawan di belakang mengerang dan berkutat dengan ikatan-ikatan pada tubuhnya.
Tiba-tiba dia mulai menendang dengan liar.
Teabing memutar tubuhnya dan mengarahkan pistolnya kebelakang. "Aku tidak dapat
membayangkan keluhanmu, Pak. Kau telah masuk tanpa izin ke rumahku, dan memukul
hingga lebam kepala sahabatku. Aku seharusnya punya hak untuk menembakmu
sekarang dan membiarkanmu membusuk di hutan." Biarawan itu tak membuat ribut
lagi. "Apa kauyakin kita harus membawanya?" tanya Langdon. "Tentu saja!" seru
Teabing. "Kau dikejar polisi karena membunuh, Robert. Bedebah ini adalah tiketmu
untuk mendapatkan kebasanmu. Polisi tampaknya sangat menginginkanmu sehingga
mereka mengikutimu hingga ke rumahku."
"Itu kesalahanku," kata Sophie. "Mobil berlapis baja itu pastilah dipasangi
transmiter." "Bukan itu masalahnya," kata Teabing. "Aku tidak heran polisi menemukan kalian.
Yang aku heran, anggota Opus Dei ini menemukan kalian juga. Dari segala yang
membayangkan bagaimana telah kauceritakan padaku, aku tidak dapat orang ini
dapat mengikuti kalian hingga ke rumahku kecuali jika dia punya kontak, apakah
dengan Polisi Judisial atau Bank Penyimpanan Zurich."
Langdon memikirkannya. Bezu Fache jelas tampak berkeras mencari kambing hitam
untuk pembunuhan malam ini. Dan, Vernet mengkhianati mereka tiba-tiba. Mengingat
Langdon telah disangka membunuh empat orang, perubahan sikap Vernet dapat
dimengerti. "Biarawan ini tidak bekerja sendirian, Robert," kata Teabing, "dan sebelum
kautahu siapa di belakang ini semua, kalian berdua dalam bahaya. Kabar baiknya,
temanku, kalian sekarang berada dalam posisi yang kuat. Monster di belakangku
ini memunyai informasi itu, dan siapa pun yang mengendalikannya, pastilah dia
sekarang sedang sangat panik."
R?my menambah kecepatan, karena dia mulai terbiasa dengan keadaan medan. Mereka
melintasi genangan air, mendaki gundukan dan turun lagi. "Robert, tolong berikan
telepon itu padaku?" Teabing menunjuk telepon mobil pada dasbor. Langdon
menyerahkannya, Teabing menunggu sangat lama sampai dan Teabing memutar nomor.
ada yang menjawab teleponnya. "Richard" Aku membangunkanmu" Tentu saja begitu.
Pertanyaan bodoh. Maafkan aku. Aku punya masalah kecil. Aku merasa agak bosan.
R?my dan aku perlu pergi ke Isles untuk perawatanku. Baik, langsung saja. Maaf
karena begini mendadak. Dapatkah kau menyiapkan Elizabeth dalam dua puluh menit"
Aku tahu. Usahakan saja sebisamu. Sampai jumpa segera." Lalu dia menutup
teleponnya. "Elizabeth?" tanya Langdon. "Pesawatku. Aku harus membiayainya
dengan harga tebusan seorang ratu." Langdon memutar tubuhnya sepenuhnya ke
belakang dan menatap Teabing. "Apa?" tanya Teabing. "Kalian tidak mungkin berada di Prancis dengan
seluruh polisi judisial memburu kalian. London lebih aman." Sophie juga menoleh
pada Teabing. "Kaupikir kami harus meninggalkan
negeri ini?" "Teman-temanku, aku bisa lebih berpengaruh di dunia Internasional
daripada hanya di Prancis. Lagi pula, Grail dipercaya ada di Inggris. Jika kita
berhasil membuka batu kunci, aku yakin kita akan menemukan sebuah peta yang
menunjukkan bahwa kita telah bergerak ke arah yang benar."


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau membahayakan dirimu sendiri dengan menolong kami." kata Sophie. "Kau tidak
dapat berteman lagi dengan polisi Prancis."
Teabing mengibaskan tangannya dengan kesan jijik. "Aku sudah bosan dengan
Prancis. Aku pindah ke Prancis untuk menemukan batu kunci. Pekerjaan itu sudah
selesai. Aku tidak peduli jika tidak akan melihat Puri Villette lagi."
Suara Sophie terdengar tidak yakin. "Bagaimana kita dapat melewati petugas
keamanan bandara?" Teabing tertawa. "Aku terbang dari Le Bourget---sebuah lapangan terbang
eksekutif, tidak jauh dari sini. Dokter-dokter Prancis membuatku panik, jadi
setiap dua minggu aku terbang ke utara untuk menjalani perawatanku di Inggris.
Aku membayar sejumlah besar uang bagi kedua belah pihak. Begitu kita di udara,
kau dapat memutuskan apakah kau memerlukan petugas Kedutaan Besar Amerika
Serikat untuk menemui kita atau tidak."
Tiba-tiba Langdon merasa tidak mau berhubungan dengan kedutaan. Dia hanya dapat
memikirkan batu kunci saja, naskah itu, dan apakah semua itu akan membawa mereka
ke Grail. Dia bertanya-tanya apakah Teabing benar t?ntang Inggris sebagai tempat
Grail berada. Diakui, kebanyakan legenda modern menyebutkan bahwa Grail berada
di sekitar Inggris Raya. Bahkan dongeng Raja Arthur, Grail-rich Isle dari
Avalon, sekarang diyakini ada di Gaisronbury, Inggris. membayangkan dia Di mana
pun Grail berada, Langdon tidak pernah akan benar-benar mencarinya. Dokumen-
dokumen Sangreal.SejarahYesusKristusyangsebenarnya.MakamMariaMagdalena. Tiba-
tiba dia merasa hidup di semacarn tempat buangan malam ini ... di dalam sebuah
gelembung yang membuatnya tak tersentuh oleh dunia nyata.
"Pak?" tanya R?my. "Anda betul-betul berniat untuk tinggal di Inggris
selamanya?" "R?my, kau tidak perlu khawatir," Teabing meyakinkannya. "Hanya karena aku
kembali ke kerajaan Ratu tidak berarti aku berniat untuk berhenti bekerja dan
berpangku tangan sepanjang hari. Aku harap kau mau bergabung denganku di sana
selamanya. Aku berniat membeli sebuah vila yang indah di Devonshire, dan kita
akan mengapalkan semua barang-barangmu segera. Sebuah petualangan, R?my. Aku
tegaskan, sebuah petualangan!"
Langdon terpaksa tersenyum. Ketika Teabing menggambarkan rencananya ke Inggris
sebagai kepulangan yang membawa kemenangan, Langdon merasa tertulari oleh
semangat lelaki itu. Langdon menatap keluar, melihat hutan berlalu, pucat .seperti hantu dalam sinar
kuning lampu kabut. Spion mobil mengarah kedalam, tergesek hingga miring oleh
ranting-ranting, sehingga Langdon kini dapat melihat pantulan Sophie yang duduk
tenang di bangku belakang. Langdon menatapnya, lama dan merasa sangat senang.
Walau dia mengalami begitu banyak masalah malam ini, Langdon bersyukur karena
telah bertemu dengan orang yang baik. Setelah beberapa menit, seolah merasakan
tatapan mata Langdon padanya, Sophie mencondongkan tubuhnya ke depan dan
meletakkan tangannya pada bahu Langdon. Dia lalu mengusapnya sedikit. "Kau tidak
apa-apa?" "Ya," kata Langdon, "begitulah." Sophie mundur lagi, dan dari cermin
itu Langdon melihat senyuman tipis tersungging pada wajah Sophie. Langdon
akhirnya tersenyum juga. Meringkuk terjepit di bagasi Range Rover, Silas hampir
tidak dapat bernapas. Lengan-lengannya ditelikung ke belakang dan diikat kuat ke
mata kakinya dengan menggunakan benang-ikat dapur dan pita berperekat. Setiap
guncangan mobil membuatnya sakit pada bahu-bahunya yang terpelintir. Setidaknya,
orang yang menangkapnya telah melepascilice-nya. Karena tidak dapat bernapas
dengan baik melalui plester yang menutup mulutnya, dia hanya dapat bernapas
dengan hidungnya, yang sekarang juga mulai tertutup oleh debu bagasi mobil
tempat dia disekap. Dia mulai batuk-batuk. "Kupikir dia tercekik," kata si.
pelayan Prancis, terdengar khawatir. Lelaki Inggris yang telah menyerang Silas
dengan tongkatnya sekarang menoleh ke belakang dan melongok dari bangkunya. Ia
mengerutkan dahinya dengan dingin ke arah Silas. "Kau beruntung, kami orang
Inggris tidak menilai kesopanan seseorang dari perasaannya kepada temannya,
tetapi perasaannya kepada musuhnya." Lelaki Inggris itu menjulurkan tangannya ke
bawah dan meraih plester di mulut Silas. Dengan sekali gerakan cepat, dia
merobeknya. Silas merasa bibirnya seperti terbakar, namun udara yang masuk ke dalam paru-
parunya seperti dikirimkan Tuhan padanya. "Kau bekerja untuk siapa?" Teabing
bertanya. "Aku bekerja untuk Tuhan," menjawab kasar melalui rasa sakit pada
rahangnya karena kena tendangan Sophie tadi. "Kau anggota Opus Dei," kata lelaki
Inggris itu lagi. Itu bukan sebuah
pertanyaan. "Kau tidak tahu apa-apa tentang diriku." "Mengapa Opus Dei
menginginkan batu kunci itu?" Silas tidak berniat untuk menjawabnya. Batu kunci
merupakan mata rantai menuju Holy Grail, dan Holy Grail adalah kunci untuk melindungi keyakinan.
AkumemangbekerjauntukTuhan. The Wayadadalambahaya. Sekarang, di dalam Range
Rover, sambil berkutat melepaskan ikatannya, Silas takut akan mengecewakan Guru
dan Uskup selamanya. Dia tidak punya kesempatan untuk menghubungi mereka dan
mengatakan perubahan keadaan yang memburuk itu. Penangkapku memiliki batu kunci!
Mereka akan menemukan Grail sebelum kami. Di dalam kegelapan yang mencekik,
Silas berdoa. Dia membiarkan rasa sakit pada tubuhnya sebagai bahan bakar
permohonannya. Sebuahkeajaiban,Tuhan. Akumemerlukansebuahkeajaiban. Silas sama
sekali tidak tahu bahwa beberapa jam setelah ini, dia akan mendapatkannya.
"Robert?" Sophie masih mengamatinya. "Kilasan yang aneh baru saja
melintasi wajahmu." Langdon membalas tatapan Sophie. Dia merasa rahangnya
terkatup kaku dan jantungnya berdebar. Sebuah gagasan luar biasa barusaja
melintas pada benaknya. Mungkinkah ini hanya memerlukan penjelasan yang begitu
sederhana" "Aku memerlukanhandphone-mu, Sophie." "Sekarang?" "Rasanya aku baru
saja mengetahui sesuatu." "Apa itu?" "Aku akan mengatakannya sebentar lagi. Aku
memerlukan teleponmu." Sophie tampak waspada. "Aku meragukan kemungkinan Fache
menyadap, tetapi usahakan di bawah satu menit, untuk berjaga-jaga." Dia
memberikan teleponnya. "Bagaimana memutar nomor Amerika Serikat?" "Kau harus
mengganti ongkos pulsanya. Uang penggantianku tidak
termasuk telepon ke seberang Atlantic." Langdon memutar nol. Dia tahu enam puluh
detik mungkin dapat menjawab sebuah pertanyaan yang telah membingungkannya
sepanjang ma1am. 68 Seorang editor di New York, Jonas Faukman, baru saja naik ke tempat tidurnya
malam itu ketika teleponnya berdering. Agak terlalu malam untuk menelepon,
gerutunya sambil mengangkat teleponnya.
Suara seorang operator bertanya padanya, "Anda mau membayar tagihan sebuah
panggilan telepon dari Robert Langdon?" Dengan bingung, Jonas menyalakan lampu.
"Ah ... tentu, baiklah." Pangggilan itu tersambung. "Jonas?" "Robert" Kau
membangunkan akudan menyuruh aku membayarnya?" "Jonas, maafkan aku," kata
Langdon. "Aku akan sebentar saja. Aku betul
betul harus tahu. Naskah yang kuberikan padamu. Kau sudah..." "Robert, maafkan
aku. Aku tahu, aku mengatakan akan mengirimkan hasil editanku padamu minggu ini,
tetapi aku sibuk sekali. Senin depan. Aku janji."
"Aku tidak tanya soal editanmu. Aku perlu tahu apakah kau ada mengirimkan
salinannya untuk mendapatkan pujian tanpa mengatakannya padaku?"
Faukman ragu-ragu. Naskah Langdon yang terbaru---sebuah penjelajahan sejarah
pemujaan dewi---meliputi beberapa bab tentang Maria Magdalena yang akan membuat
beberapa alis mata terangkat. Walau bahan-bahannya terdokumentasi dengan baik
dan telah Faukman tidak berniat mencetak edisi didukung oleh ilmuwan lainnya,
'bacaan pendahuluan' dari buku Langdon tersebut tanpa setidaknya ada beberapa
pengesahan dari sejarawan dan seniman terkemuka. Jonas telah memilih sepuluh
nama besar dalam dunia seni dan mengirimi mereka keseluruhan naskah itu berikut
sepucuk surat sopan yang meminta mereka menulis dukungan singkat untuk dicetak
di sampul buku itu. Menurut pengalaman Faukman, banyak orang senang jika nama
mereka tercetak dalam buku. "Jonas?" Langdon mendesak. "Kau telah mengirim naskahku,
bukan?" Faukman mengerutkan dahinya, merasakan ketidaksenangan Langdon dengan
itu. "Naskah itu bagus, Robert, dan aku ingin mengejutkanmu dengan beberapa
pujian yang menarik." Jeda. "Apakah kau mengirim satu salinan untuk kurator di
Louvre Paris?" "Menurutmu bagaimana" Naskahmu mengacu pada koleksi Louvre-nya
beberapa kali, buku-bukunya ada dalam daftar bibliografimu, dan orang itu
memiliki pengaruh besar untuk penjualan di luar negeri. Sauni?re adalah pilihan
jelas." Kesunyian di ujung lainnya terasa lama. "Kapan kau mengirimkannya?"
"Kira-kira sebulan yang lalu. Aku juga mengatakan bahwa kau akan segera berada
di Paris dan mengusulkannya untuk bertemu denganmu. Apakah dia pernah
meneleponmu untuk bertemu?" Faukman terdiam, menggosok matanya. "Tunggu dulu.
Bukankah kau seharusnya di Paris minggu ini?" "Aku sedang di Paris." Faukman
duduk tegak. "Aku harus membayar teleponmu dari Paris?" "Ambilah dari royaltiku,
Jonas. Apakah kau pernah mendapat balasan dari
Sauni?re" Apakah dia menyukai naskah itu?" "Aku tidak tahu. Aku belum mendapat
jawaban darinya." "Baiklah, tak usah tegang. Aku harus pergi, tetapi ini
menjelaskan banyak hal. Terima kasih." "Robert - " Namun Langdon sudah memutuskan
hubungan. Faukman menutup teleponnya, menggelengkan kepalanya karena tidak
percaya.Dasarpengarang, pikirnya.Bahkanyangwaraspun,gilajuga.
Di dalam Range Rover itu, Leigh Teabing tertawa terbahak-bahak. "Robert, kau
menulis sebuah naskah yang menyelidiki sebuah perkumpulan rahasia, dan editormu
mengirimkan salinannya kepada perkumpulan rahasia itu?" Langdon merosot dalam
duduknya. "Begitulah kira-kira." "Kebetulan yang kejam, temanku." Kebetulan
tidakadahubungannya dengan ini, Langdon tahu ttu. Meminta Jacques Sauni?re untuk
memberikan kata-kata dukungan pada naskah tentang pemujaan dewi jelas seperti
meminta Tiger Woods memberikan dukungan sebuah buku tentang golf. Lagi pula,
sangat dapat dijamin bahwa segala buku tentang pemujaan dewi akan harus
menyebutkan Biarawan Sion.
"Ini sebuah pertanyaan bernilai sejuta dolar," kata Teabing, masih tertawa.
"Apakah kamu bersikap pro atau kontra terhadap Biarawan?"
Langdon dapat mendengar maksud jujur Teabing dengan jelas. Banyak sejarawan
menanyakan mengapa Biarawan masih tetap menyembunyikan dokumem-dokumen Sangreal.
Beberapa orang berpendapat bahwa dokumendokumen itu seharusnya dibagikan ke
seluruh dunia sejak lama. "Aku tidak bersikap apa pun pada tindakan-tindakan
Biarawan." "Maksudmu, tidak memihak." Langdon mengangkat bahunya. Tampaknya
Teabing memihak pada yang berpendapat bahwa dokumen itu selayaknya
disebarluaskan. "Aku hanya menyuguhkan sejarah tentang persaudaraan itu dan
menggambarkan mereka sebagai kelompok modern pemuja dewi, penjaga Grail, dan
pengawal dokumen-dokumen kuno itu."
Sophie naskahmu?" Langdon menatap Langdon. "Kau menyebutkan batu kunci dalam
mengedip. Betul. Sering kali. "Aku membicarakan tentang kemungkinan batu kunci
itu sebagai sebuah contoh usaha Biarawan untuk melindungi dokumen-dokumen
Sangreal." Sophie tampak kagum. "Kupikir itu menjelaskan tentang P.S. CariRobert Langdon."
Langdon merasa bahwa naskah itu mengandung hal lain yang menarik perhatian
Sauni?re, namun dia akan membicarakan hal itu jika sudah berdua saja dengan
Sophie. "Jadi," kata Sophie, "kau berbohong pada Fache." "Apa?" tanya Langdon.
"Kau mengatakan kepada Fache bahwa kau tidak pernah bersuratan dengan
kakekku." "Memang tidak. Editorku yang mengirimkan naskahku padanya." "Pikirkan
ini, Robert. Jika Kapten Fache tidak menemukan amplop pembungkus naskahmu, Fache
akan menyimpulkan kau yang mengirimkannya," Sophie terdiam. "Atau lebih buruk
lagi, kau membawa dan menyerahkannya sendiri kepada kakekku kemudian kau
berbohong tentang itu."
Ketika Range Rover itu tiba di lapangan terbang Le Bourget, R?my membawa mobil
itu memasuki hanggar di ujung jalan pesawat. Ketika mereka mendekat, seseorang
yang kuyu berpakaian dril kusut bergegas keluar dari hanggar. Ia melambai dan
mendorong pintu metal besar, memperlihatkan sebuah jet putih dalamnya. Langdon
menatap pesawat terbang berkilauan itu. "Itu Elizabeth?" Teabing tersenyum.
"Mengalahkan Chunnel celaka itu." Lelaki berpakaian dril bergegas mendatangi
mereka, menyipitkan matanya karena sinar lampu mobil. "Hampir siap, Pak,"
serunya dengan aksen Inggris. "Maafkan saya karena keterlambatan ini, tetapi
Anda begitu mendadak, dan..." Dia terdiam ketika kelompok itu turun dari mobil.
Dia menatap Sophie dan Langdon, lalu Teabing.
Teabing berkata, "Teman-temanku dan aku ada keperluan mendadak di London. Kita
tidak boleh membuang waktu. Tolong siapkan keberangkatan segera." Sambil
berbicara, Teabing mengeluarkan pistol dari mobil dan menyerahkannya kepada
Langdon. Pilot itu nembelalakkan matanya ketika melihat pistol itu. Dia mendekati Teabing
dan berbisik. "Pak, dengan sangat menyesal, tetapi upah penerbangan diplomatik
saya hanya berlaku untuk Anda dan pelayan Anda. Saya tidak dapat membawa tamu.-
tamu Anda." "Richard," kata Teabing sambil tersenyum hangat. "dua ribu poundsterling dan
pistol berpeluru itu mengatakan bahwa kau bisa mengangkut tamutamuku." Lalu dia
menunjuk pada Range Rover itu, "Berikut seorang lelaki yang kurang beruntung di
belakang itu." 69 MESIN KEMBAR Garret TFE-731 pesawat Hawker 731 bergemuruh, memberikan tenaga
kepada pesawat itu untuk mengangkasa dengan kekuatan yang memilin perut. Di luar
jendela, lapangan terbang Le Bourget ditinggalkan dengan kecepatan mengejutkan.
Akulari meninggalkannegeri,pikirSophie. Tubuhnya terdorong mundur ke sandaran
kursi. Hingga saat ini, dia percaya permainan kucing dan tikusnya dengan Fache
akan dibenarkan oleh Kementerian Pertahanan. Aku berniat melindungi orang yang
tak bersalah. Aku berusaha melaksanakan pesan terakhir kakekku. Kesempatan itu,
Sophie tahu, baru saja tertutup. Dia telah meninggalkan negerinya, tanpa dokumen
perja1anan, menemani seorang buronan, dan membawa seorang sandera. Jika sebuah
"garis alasan" pernah ada, Sophie baru saja melewatinya.Dengankecepatansuara.
Sophie duduk bersama Langdon dan Teabing di dekat kabin depan-- The Fan Jet
Executive Elite Design, seperti yang tercantum pada sebuah medali emas di pintu.
Kursi putar mereka yang mewah dibaut pada rel dilantai dan dapat dipindah-pindah
dan dikunci lagi di sekitar meja persegi dari kayu keras. Sebuah ruang rapat
mini. Namun, suasana bermartabat ini hanya menutupi sedikit saja keadaan yang
kurang bermartabat di bagian belakang pesawat. Di situ, diruang duduk dekat
toilet, pelayan Teabing, Remy, duduk dengan pistol di tangan, dengan setengah
hati menjalankan perintah majikannya untuk menjaga biarawan celaka itu, yang
sekarang terbaring di bawah kakinya seperti seonggok koper.
"Sebelum kita memusatkan perhatian pada batu kunci," kata Teabing "aku senang
jika kalian mengizinkan aku mengatakan beberapa kata." Teabing terdengar takut-
takut, seperti seorang ayah akan memberikan ceramah burungdan-kumbang kepada
anak-anaknya. "Teman-temanku, aku tahu aku hanya seorang tamu dalam perjalanan
ini, dan aku merasa terhormat karenanya. Tetapi, sebagai seseorang yang sudah
seumur hidupnya mencari Grail, aku merasa berkewajiban untuk memperingatkan
kalian bahwa kalian akan melangkah ke satu arah yang tidak ada arah kernbalinya,
terlepas dari bahaya yang ada." Dia menoleh ke arah Sophie. "Nona Neveu, kakekmu
memberimu cryptrx ini dengan harapan kau akan menjaga rahasia Holy Grail agar
tetap ada." "Ya." "Dapat dimengerti, kau merasa wajib untuk mengikuti jejaknya
kemana pun itu membawa." Sophie mengangguk, walau dia merasa ada motivasi kedua yang
membakar jiwanya. Kebenaran tentang keluargaku. Walau Langdon telah
meyakinkannya bahwa batu kunci tidak ada hubugannya dengan masa lalu Sophie, dia
masih merasa sesuatu yang sangat pribadi terkait dengan misteri ini. Dia juga
merasa seolahcyptex yang dibuat dengan tangan kakeknya sendiri ini mencoba untuk
berbicara dengannya dan menawarkan semacam pemecahan atas kekosongan yang telah
menghantuinya selama bertahun-tahun. "Kakekmu dan tiga orang lainnya telah tewas
malam ini," Teabing melanjutkan, "dan mereka mengalami itu demi menjaga agar
batu kunci ini tetap jauh dari jangkauan Gereja. Opus Dei datang malam ini untuk
memilikinya. Kuharap, kau mengerti bahwa ini menempatkanmu pada posisi tanggung-
jawab yang sangat besar. Kau telah diberi sebuah suluh. Api yang berusia dua
ribu tahun yang tidak boleh padam. Suluh ini tidak boleh jatuh ke tangan orang
yang salah." Dia terdiam sejenak, menatap kotak kayu mawar. "Aku tahu, kau tidak
punya pilihan dalam hal ini, Nona Neveu, tetapi mengingat apa yang tengah
terjadi di sini, kau harus sepenuhnya bertanggung jawab...atau kau harus
menyerahkan tanggung-jawab itu kepada orang lain. "Kakekku memberikan cryptex
itu padaku. Aku yakin kakekku
berpendapat aku sanggup memegang tanggung jawab itu." Teabing tampak
bersemangat, namun kurang percaya. "Bagus. Kemauan yang kuat itu penting. Walau
begitu, aku ingin tahu apakah kau mengerti bahwa jika kau berhasil membuka batu
kunci maka itu akan membawamu ke ujian yang lebih besar." "Mengapa begitu?"
"Sayangku, bayangkan, kau tiba-tiba memegang sebuah peta yang mengungkap tempat
Holy Grail. Pada saat itu, kau akan memegang sebuah kebenaran yang sanggup
mengubah sejarah selamanya. Kau akan menjadi penjaga sebuah kebenaran yang telah
dicari orang lain selama berabad-abad. Kau akan berhadapan dengan tanggung jawab
untuk membuka kebenaran itu kepada seluruh dunia. Orang yang melakukan itu akan
dipuja oleh banyak orang dan dibenci oleh banyak orang juga. Pertanyaannya
adalah apakah kau dapat memiliki kekuatan yang cukup untuk mengemban amanat
itu." Sophie terdiam. "Aku tidak yakin bahwa harus aku yang memutuskan itu."
Alis Teabing terangkat. "Tidak yakin" Jika bukan pemilik batu kunci, lalu
siapa?" "Persaudaraan yang telah berhasil melindungi rahasia itu selama ini."


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Biarawan?" Teabing tampak ragu. "Tetapi bagaimana" Persaudaraan itu telah porak
poranda. Dibantai, seperti yang kausebutkan. Apakah mereka disusupi oleh semacam
penguping atau oleh seorang mata-mata di tingkat mereka sendiri, kita tidak
pernah tahu. Tetapi, kenyataannya seseorang telah memasuki mereka dan mengenali
identitas keempat anggota tertinggi itu. Dalam hal ini, aku tidak akan
mempercayai seorang pun yang mengaku sebagai anggota persaudaraan itu." "Jadi,
apa usulmu?" tanya Langdon. "Robert, kau tahu seperti juga aku, bahwa Biarawan
tidak akan menyimpan kebenaran itu hingga akhir zaman. Mereka telah menunggu
saat yang tepat dalam sejarah untuk membagi rahasia mereka. Saat dunia siap
menerima kebenaran itu." "Dan kau percaya saat itu telah tiba?" tanya Langdon.
"Tepat. Sudah sangat jelas keadaannya. Semua tanda-tanda sejarah telah terjadi,
dan jika Biarawan Sion belum berniat untuk segera membuka rahasia mereka,
mengapa Gereja menyerang mereka sekarang?"
Sophie membantah. "Biarawan di belakang belum mengatakan kepada kita tujuannya."
"Tujuan biarawan ini sama dengan tujuan Gereja," jawab Teabing, "yaitu untuk
menghancurkan dokumen-dokumen yang membuka penipuan besar. Gereja datang lebih
dek?t malam ini daripada sebelum-sebelumnya, dan Biarawan Sion telah
mempercayakan rahasia itu kepadamu, Nona Neveu. Tugas untuk menyelamatkan Holy
Grail jelas termasuk melanjutkan keinginan terakhir Biarawan, yaitu membagi
kebenaran itu kepada dunia."
Langdon menyela. "Leigh, meminta Sophie untuk membuat keputusan merupakan beban
yang sangat berat bagi seseorang yang baru satu jam mengetahui adanya dokumen-
dokumen Sangreal." Teabing mendesah. "Aku minta maaf jika aku mendesakrnu, Nona Neveu. Jelasnya,
aku selalu percaya bahwa dokumen-dokumen ini harus diumumkan, tetapi keputusan
itu tetap berada padamu. Aku hanya merasa bahwa kau harus mulai memikirkan apa
yang akan terjadi jika kita berhasil membuka batu kunci itu."
"Bapak-bapak," kata Sophie, suaranya tegas, "mengutip kata-katamu, 'Kau tidak
menemukan Grail itu, Grail menemukanmu'. Aku percaya bahwa Grail telah
menemukanku karena satu alasan dan ketika waktunya tiba, aku akan tahu apa yang
harus kulakukan." Kedua lelaki itu tampak terkejut. "Jika begitu," lanjut
Sophie, sambil menunjuk ke kotak kayu mawar itu, "Ayo kita 1anjutkan."
70 LETNAN COLLET berdiri di tengah ruang duduk di Puri Villette, sambil menatap api
yang mulai mati di perapian dan merasa sedih. Kapten Fache telah datang beberapa
saat yang lalu dan sekarang berada di ruang sebelah, berteriak-teriak pada
teleponnya, mencoba untuk mengatur usaha yang telah gagal untuk mencari Range
Rover yang hilang. Mobilitusudah entahdimanasekarang, pikir Collet. Karena dia
telah mengabaikan perintah langsung dari Fache, dan kehilangan Langdon untuk
kedua kalinya, Collet bersyukur karena PTS telah menemukan lubang peluru di
lantai, yang setidaknya mendukung pernyataan Collet tentang adanya tembakan.
Namun perasaan Fache masih saja masam, dan Collet merasa akan ada reaksi yang
menakutkan ketika suasana sudah mereda.
Celakanya, petunjuk yang mereka ikuti di sini tampaknya tidak mengungkap apa
yang terjadi dan siapa saja yang terlibat. Mobil Audi hitam di luar telah disewa
dengan nama palsu dan kartu kredit bernomor palsu juga, dan sidik jari yang
tertinggal di mobil itu tidak sesuai dengan apapun dalam database di interpol.
Agen lain bergegas masuk ke ruang duduk itu. Matanya tampak bersinar mendesak.
"Di mana Kapten Fache?"
Collet hampir tidak mengangkat kepalanya dari bara api yang masih menyala. "Dia
sedang menelepon." "Aku sudah selesai menelepon," bentak Fache, muncul di ruangan itu. "Apa yang
kaudapat?" Agen kedua itu berkata, "Pak, Pusat baru saja mendengar dari Andr? Vernet di
Bank Penyimpanan Zurich. Vernet ingin berbicara dengan Anda secara pribadi. Dia
mengubah ceritanya." "Oh?" kata Fache. Sekarang Collet mengangkat kepalanya dan
menatap mereka. "Vernet mengakui bahwa Langdon dan Neveu ada di dalam banknya
beberapa saat malam ini." "Kita. tahu itu," kata Fache. "Mengapa tadi Vernet
berbohong tentang itu?" "Dia mengatakan hanya akan berbicara dengan anda, tetapi dia setuju
untuk bekerja sama sepenuhnya." "Apa yang dimintanya?" "Kita harus menjaga nama
baik banknya dari media dan juga membantunya mengembalikan beberapa benda milik
bank. Tampaknya Langdon dan Neveu telah mencuri sesuatu dari rekening Sauni?re."
"Apa?" Collet berseru. "Bagaimana?" Fache tidak pernah mengalihkan matanya dari
agen kedua itu. "Apa yang
mereka curi?" "Vernet tidak mengatakannya, tetapi dia terdengar mau melakukan
apa saja untuk mendapatkannya kembali." Collet berusaha membayangkan bagaimana itu
terjadi. Mungkin Langdon dan Neveu telah menodong seorang pegawai" Mungkin
mereka memaksa Vernet untuk membuka rekening Sauni?re dan memberikan fasilitas
untuk melarikan diri dengan mobil lapis baja" Seperti yang terlihat, Collet
tetap sulit mempercayai bahwa Sophie Neveu dapat terlibat dalam kasus seperti
ini. Dari dapur, agen yang lain lagi berseru kepada Fache. "Kap ten" Aku meneliti
nomor putar-cepat pada telepon Pak Teabing, dan aku mendapatkan nomor lapangan
udara Le Bourget. Aku mendapat beberapa berita buruk." Tiga puluh detik
kemudian, Fache berkemas dan bersiap untuk meninggalkan Puri Villette. Dia baru
tahu bahwa Teabing menyimpan jet pribadi di dekat lapangan udara Le Bourget dan
pesawat itu telah terbang kira-kira setengah jam yang lalu.
Petugas Le Bourget di telepon mengaku tidak tahu siapa saja yang ada di dalam
pesawat atau ke mana tujuan mereka. Keberangkatan mereka tidak dijadwal, dan
juga tidak ada rencana penerbangan yang telah dicatat. Betulbetul menyalahi
aturan, walaupun untuk lapangan udara kecil. Fache yakin, dengan rnenggunakan
cara penekanan yang benar, dia akan mendapatkan jawaban yang dicarinya.
"Letnan Collet," bentak Fache, sambil berjalan menuju ke pintu "Aku tidak punya
pilihan kecuali memberimu tanggung-jawab penyelidikan PTS di sini. Coba lakukan
hal yang benar sesekali."
71 KETIKA Hawker telah mengangkasa dan sudah mendatar lagi, dengan hidung mengarah
ke Inggris, Langdon dengan hati-hati mengangkat kotak kayu mawar itu dari
pangkuannya, tempat aman untuk melindungi kotak itu sewaktu mengangkasa.
Sekarang, begitu dia meletakkan kotak itu di atas meja, Sophie dan Teabing
bersemangat. Langdon segera mencondongkan tubuh mereka ke depan dengan
mengangkat penutup dan membuka kotak itu, lalu dia mengalihkan perhatiannya pada
lubang kecil di bagian dalam penutup kotak itu, bukan lagi pada lempengan-
lempengan bertulisan pada cryptex itu. Dengan menggunakan ujung pena, dia
mencungkil dengan hati-hati ukiran mawar diatasnya dan muncullah teks
dibawahnya. Sub Rosa, dia berpikir, dan berharap dengan melihat teks itu sekali
ini, dia akan dapat membaca dan memahaminya. Langdon mempelajari teks asing itu.
mengerahkan semua kemampuannya untuk
Setelah beberapa detik, dia mulai merasa putus asa. "Leigh, tampaknya aku tidak
dapat menerkanya." Dari tempat duduknya di seberang meja, Sophie tidak dapat
melihat teks itu, tetapi ketidakmampuan Langdon untuk segera mengenali bahasa
itu sangat mengherankannya. Kakekku berbicara dengan bahasa yang begitu kabur
sehingga bahkan seorang ahli simbologi tak dapat mengenalinya" Namun setelah itu
dia sadar, dia seharusnya tidak perlu heran. Ini bukanlah rahasia pertama yang
disembunyikan Jacques Sauni?re dari cucunya.
Diseberang Sophie, Leigh Teabing merasa siap meledak. Penuh hasrat untuk melihat
teks itu, lelaki Inggris itu bergetar karena semangatnya. Ia mencondongkan
tubuhnya, mencoba melihat dari dekat Langdon yang masih tampak membungkukkan
punggungnya menutupi kotak itu.
"Aku tidak tahu," bisik Langdon bersungguh-sungguh. "Tebakan pertamaku, ini teks
Semit, tetapi sekarang aku tidak yakin lagi. Pada umumya huruf dasar Semit
memilikinikkudim. Teks ini tidak memilikinya." "Mungkin ini huruf-huruf kuno,"
Teabing mencoba membantu. "Nikkudim?" tanya Sophie. Teabing tidak pernah
mengangkat matanya dari kotak kayu itu. "Pada umumnya huruf Semit modern tidak
memiliki huruf hidup dan menggunakan nikkudim - titik kecil dan garis yang
dibubuhkan di bawah ataupun di atas huruf mati - untuk menunjukkan suara huruf
hidup apa yang menyertai huruf mati tersebut. Menurut sejarahnya, nikkudim
merupakan tambahan modern pada bahasa."
Langdon masih menutupi kotak itu dengan tubuhnya. "Mungkin ini merupakan
penyalinan huruf dari kitab Taurat ke bahasa yang lain..."
Teabing tidak dapat menahannya lagi, "Mungkin jika aku hanya ..." Lalu dia
meraih kotak itu dari Langdon dan mendekatkannya pada dirinya. Tidak diragukan.
Langdon memiliki pengetahuan akan huruf-huruf kuno yang standar - Yunani, Latin,
Roman - tetapi dari pandangan sekilas Teabing terhadap bahasa ini, ia menganggap
teks itu tampak lebih khusus, mungkin sebuah teks Rashi, atau sebuah STAM dengan
hiasan-hiasan. Sambil menarik napas panjang, Teabing masih terpaku menatap ukiran itu. Dia
tidak mengatakan apa pun sampai lama. Dengan berlalunya setiap detik, Teabing
merasa kepercayaannya mengempis. "Aku terpesona," katanya. "Sepertinya aku belum
pernah melihat bahasa ini!" Langdon melorot dalam duduknya. "Boleh aku
melihatnyaI" tanya Sophie. Teabing berpura-pura tidak mendengarnya. "Robert,
tadi kau bilang bahwa kau merasa pernah melihat tulisan seperti ini?" Langdon tampak jengkel. "Kukira
begitu. Aku tidak yakin. Tetapi teks itu
tampak tidak asing bagiku." "Leigh?" Sophie mengulangi, jelas dia tidak merasa
senang tidak dilibatkan dalam diskusi itu. "Boleh aku me1ihat kotak yang dibuat kakekku?" "Tentu saja,
sayang," kata Teabing, sambil mendorong kotak itu kepada Sophie. Dia tidak
berniat untuk terdengar mengecilkan peran Sophie Neveu, namun gadis itu masih
jauh terlalu muda. Jika seorang sejarawan bangsawan Inggris dan seorang ahli
simbologi Harvard tidak dapat mengenali bahasa itu -
"Aah," seru Sophie, setelah beberapa detik mengamati kotak itu. "Ak? seharusnya
sudah menerkanya tadi." Teabing dan Langdon bersamaan menoleh pada Sophie, dan
menatapnya. "Menerkaapa?" tanya Teabing. Sophie menggerakkan bahunya. "Menerka
bahwa ini akan merupakan bahasa yang akan digunakan oleh kakekku." "Maksudmu kau dapatmembaca teks ini?"
seru Teabing. "Dengan sangat mudah," kata Sophie riang, jelas dia sangat
menikmati suasana ini. "Kakekku mengajarkan bahasa ini padaku ketika aku baru
berusia enam tahun. Aku lancar menggunakannya." Dia mencondongkan tubuhnya ke
atas meja dan menatap Teabing dengan tajam memperingatkan. "Dan terus terang,
Pak, mengingat kedekatanmu dengan Ratu, aku agak heran kau tidak mengenalinya."
Dalam sekejap Langdon tahu. Pantassajateksitutampaktakasingbagiku! Beberapa
tahun yang lalu, Langdon menghadiri sebuah acara di Museum Fogg Harvard. Seorang
mantan mahasiswa Harvard yangdropout, Bill Gates, telah kembali ke almamaternya
untuk meminjamkan salah satu miliknya yang tak ternilai kepada museum---delapan
belas lembar kertas yang belum lama ini dibelinya pada sebuah pelelangan, dari
Armand Hammar Estate. Tawaran menangnya - 30,8 juta dolar Amerika. Penulis
lembaran-lembaran itu adalah - Leonardo da Vinci. Kedelapan belas lembar folio -
sekarang dikenal dengan sebutan Codex Leicester Leonardo, mengikuti nama
pemiliknya yang terkenal, Earl of Leicester - itu merupakan sisa dari catatan
Leonardo Da Vinci yang mengagumkan; esai-esai dan gambar-gambar yang menguraikan
teori-teori progresif Da Vinci pada astronomi, arkeologi, dan hidrologi.
Langdon tidak akan pernah lupa reaksinya sendiri setelah menunggu dalam antrian
dan akhirnya melihat lembaran kertas perkamen yang sangat berharga itu. Namun
Langdon betul-betul merasa kecewa. Lembaran-lembaran itu sama sekali tak
terbaca. Walau kertas perkamen itu dilindungi dengan sangat baik dan ditulis
dengan keahlian menulis indah - menggunakan tinta merah tua di atas kertas
berwarna krim - naskah kuno itu tampak seperti bualan tak berarti saja. Pada
awalnya Langdon berpikir, dia tidak dapat membacanya karena Da Vinci menulisi
buku catatannya dalam huruf Italia kuno. Namun setelah mempelajarinya dengan
lebih teliti, dia sadar dia ternyata tidak dapat mengenali satu pun kata Italia
dari situ, atau bahkan satu huruf pun.
"Coba ini, Pak," bisik seorang dosen perempuan di kotak pamer itu. Perempuan itu
menunjuk pada sebuah cermin tangan yang terkait dengan rantai pada kotak pamer
itu. Langdon mengambilnya dan meneliti teks tersebut dalam pantulan cermin.
Langsung semuanya menjadi jelas. Langdon sangat bersemangat untuk membaca dengan
seksama gagasangagasan para pemikir besar sehingga dia lupa bahwa salah satu
dari bakat Da Vinci yang sangat banyak itu adalah kemampuannya untuk menulis
seperti dalam cermin, yang membuat tulisan seperti itu tak dapat dibaca orang
lain kecuali penulisnya sendiri. Para sejarawan masih memperdebatkan apakah Da
Vinci menulis dengan cara ini hanya untuk kesenangan dirinya atau untuk
menghindari orang yang mengintip dari belakangnya ketika dia sedang menulis dan
mencuri gagasan-gagasannya. Hal ini dapat diperdebatkan. Da Vinci berbuat sesuka
hatinya. Sophie tersenyum diam-diam melihat Robert mengerti maksudnya. "Aku dapat membaca
beberapa kata pertamanya," kata Sophie. "Ini bahasa Inggris." Teabing masih
tetap mengomel. "Ada apa ini" "Teks terbalik," kata Langdon. "Kita perlu sebuah
cermin." "Tidak perlu," kata Sophie. "Kuyakin lapisan kayu ini cukup tipis."
Kemudian Sophie mengangkat kotak kayu itu kearah teromol lampu pada dinding dan
mulai memeriksa bagian bawah penutupnya. Kakeknya sebenarnya tidak dapat menulis
terbalik, jadi Sauni?re selalu berbuat curang dengan menulis secara biasa lalu
menempelkan kertas di atasnya dan menjiplaknya secara terbalik. Terkaan Sophie
adalah, kakeknya telah menulis teks biasa ke sebuah balok kayu, kemudian
mengamplas bagian belakang balok itu hingga kayu itu setipis kertas, dan tulisan
itu pun dapat dilihat dari bagian belakang kayu. Lalu kakeknya sekadar mempelkan
kayu itu secara terbalik.
Ketika Sophie membawa penutup kotak itu lebih dekat ke lampu, dia membuktikan
bahwa dia benar. Sinar lampu yang terang menembus lapisan kayu tipis itu, dan
teks muncul secara terbalik pada bagian bawah tutup kotak itu. Teks itu langsung
terbaca. "Bahasa. Inggris," seru Teabing dengan suara serak, menundukkan
kepalanya karena malu. "Bahasa ibuku."
Dibagian belakang pesawat, R?my Legaludec tegang mendengarkan di antara deru
mesin pesawat, tetapi percakapan di ruang depan itu tidak terdengar jelas. R?my
tidak menyukai segala peristiwa yang terjadi malam ini. Sama sekali tidak. Dia
melihat ke bawah pada biarawan yang meringkuk pada kakinya. Lelaki itu terbaring
betul-betul diam sekarang, seolah dalam keadaan tak sadar karena menerima saja
apa yang terjadi pada dirinya, atau mungkin sedang berdoa dalam hati mohon
pembebasan. 72 LIMA BELAS RIBU kaki di udara, Robert Langdon merasa dunia jasmaniahnya memudar
karena semua pikirannya beralih ke puisi Sauni?re yang harus dibaca dengan
dengan cermin, yang sekarang diterangi lampu dan dibaca dari belakang tutup kotak kayu itu.
Sophie cepat meraih kertas dan menyalin puisi itu, dengan tulisan tangan. Ketika
dia selesai, mereka bertiga bergiliran membaca teks tersebut. Ini seperti teka-
teki silang arkeologi...teka-teki yang menjanjikan cara membuka cryptex itu.
Langdon membaca sajak itu perlahan.
An ancient word of wisdom frees this scroll ... and helps us keep her scatter'd
family whole ... a headstone praised by templars is the key ... and
atbashwillrevealthetruthtothee.
(Sebuah kata bijaksana kuno membuka gulungan ini ... dan menolong kita
menyatukankeluarganyayangterceraiberai ...sebuahnisanyangdipujaoleh para Templar
merupakan kunci...dan atbash akan membuka kebenaran kepadamu).
Bahkan sebelum Langdon dapat merenungkan apa yang coba dikatakan oleh puisi itu,
dia merasa ada sesuatu yang lebih mendasar bergetar di dalam benaknya - irama dari
puisi ini.Sajakyambebersuku-katalima.
Langdon sering melihat irama seperti ini selama bertahunan ketika dia
mempelajari perkumpulan-perkumpulan rahasia di seluruh benua Eropa, termasuk
yang dilakukannya baru tahun lalu di Arsip Rahasia Vatikan. Selama berabad-abad,
sajak yambe bersuku lima telah merupakan jenis sajak yang lebih disukai dalam
karya kesusastraan oral di seluruh dunia, dari penulis Yunani kuno Archilochus
hingga Shakespeare, Milton, Chaucer, dan Voltaire - mereka adalah orang-orang
yang memilih untuk menulis komentar sosial mereka dalam suatu bentuk yang, oleh
banyak orang ketika itu, dipercayai memiliki kekuatan mistis. Akar sajak yambe
sangat pagan. Yambe. Dua suku kata dengan penekanan yang berlawanan. Ditekan dan tak ditekan.
Yin Yang. Pasangan seimbang. Diatur dalam lima rangkaian.
Bersajaklimasuku.Limauntukpentakelvenusdanperempuansuci.
"Ini bersuku lima!" seru Teabing, menoleh pada Langdon. "Dan sajak itu dalam
bahasa Inggris! Lalinguapura!" Langdon mengangguk. Biarawan Sion, seperti juga
banyak perkumpulan rahasia di Eropa yang berseteru dengan Gereja, menganggap
bahasa Inggris sebagai satu-satunya bahasa murni selama berabad-abad. Tidak
seperti bahasa Prancis, Spanyol, dan Italia yang berakar dari bahasa Latin---
bahasa ibu orangorang Vatikan---bahasa Inggris secara linguistik dikeluarkan
dari mesin propaganda Roma, dan karena itu menjadi keramat, bahasa rahasia bagi
anggota persaudaraan yang cukup berpendidikan untuk mempelajarinya.
"Puisi ini," Teabing bersemangat, "mengacu tidak saja pada Grail, tetapi juga
Templar dan keluarga Maria Magdalena yang tercerai berai! Apa lagi yang kita
cari?" "Password," kata Sophie, sambil melihat lagi puisi itu. "Tersirat di sini


The Da Vinci Code Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bahwa kita memerlukan kata bijaksana kuno" "Abracadabra?" kata Teabing, matanya
besinar nakal. Sebuah kata dengan lima huruf! pikir Langdon, sambil merenungkan
jumlah kata-kata kuno yang mungkin dianggap sebagai kata bijaksana - nyanyian
mistik, ramalan astrologi, pelantikan perkumpulan rahasia, mantera Wioca, jampi-
jampi sihir Mesir, mantera pagan ... daftar itu tak ada habisnya.
"Kata kunci itu," kata Sophie, "kelihatannya ada hubungannya dengan Templar."
Dia membaca teks itu dengan keras. "Sebuah nisan yang dipuja oleh Templar adalah
kunci itu." "Leigh," kata Langdon. "kau ahli Templar. Ada gagasan?" Teabing
terdiam beberapa detik, kemudian mendesah. "Sebuah nisan adalah jelas semacam
penanda makam. Mungkin saja puisi itu mengacu pada sebuah nisan yang dipuja oleh
Templar di makam Magdalena, tetapi itu tidak banyak menolong kita karena kita
tidak tahu di mana makam Magdalena."
"Baris terakhir," kata Sophie, "mengatakan bahwa atbash akan membuka kebenaran.
Aku pernah mendengar kata itu. Atbash."
"Aku tidak terkejut," jawab Langdon. "Kau mungkin mendengarnya pada Kriptologi
101. Sandi Atbas merupakan salah satu dari kode-kode kuno yang dikenal orang."
Tentusaja! Pikir Sophie.SistempersandianYahudiyangterkenal. Sandi Atbash te1ah
merupakan bagian dari pelatihan kriptologi Sophie yang pertama. Sandi itu
berasal dari tahun 500 S.M. dan sekarang digunakan sebagai contoh di kelas
tentang pola pengganti rotasi dasar. Sebuah bentuk umum dari kriptogram Yahudi,
Sandi Atbash merupakan kode pengganti yang sederhana berdasarkan 22 alfabet
Yahudi. Dalam Atbash, huruf pertama diganti dengan huruf terakhir, huruf ke-2
diganti dengan huruf ke-21 dan seterusnya.
"Atbash betul-betul tepat," kata Teabing. "Teks yang disamarkan dengan Atbash
ditemukan di seluruh Kabbala, Gulungan Laut Mati dan bahkan Perjanjian Lama.
Para ilmuwan Yahudi dan penganut ilmu kebatinan masih menemukan arti-arti
tersembunyi yang menggunakan Atbash. Biarawan tentu saja akan memasukkan sandi
Atbash sebagai bagian dari ajaran mereka."
"Satu-satunya masalah," kata Langdon, "kita tidak punya apa pun yang dapat kita
ungkap dengan sandi itu."
Teabing mendesah. "Pasti ada sebuah kata kode pada nisan itu. Kita harus
menemukan nisan yang dipuja oleh Templar ini."
Sophie melihat tarikan wajah Langdon, dan dia segera tahu bahwa menemukan nisan
itu tidak mudah. Atbashadalahkunciitu, pikir Sophie.Tetapikitatidakpunyapintu untuk
dibukadengankunciitu. Tiga menit kemudian, Teabing mendesah putus asa dan menggelengkan kepalanya.
"Teman-temanku, aku sudah tidak tahu lagi. Biarkan aku merenungkannya sambil
mengambil makanan kecil untuk kita, dan memeriksa R?my dan tamu kita itu." Dia
lalu berdiri dan bergerak ke arah bagian belakang pesawat. Sophie merasa letih
ketika melihat Teabing pergi. Di luar jendela, langit sangat hitam saat
menjelang fajar. Sophie merasa seperti meluncur dengan cepat tanpa tahu ke mana
dia akan mendarat nanti. Dia tumbuh besar dengan sering memecahkan teka-teki
kakeknya. Sekarang dia merasa tidak puas karena puisi ini berisi informasi yang
belum juga mereka dapatkan.
Ada yang lain di dalamnya, katanya pada dirinya sendiri. Tersembunyi
dengansangatcerdik ...meskipun demikianpastiada.
Sophie juga merasa khawatir jika akhirnya mereka menemukan isi cryptex, ternyata
isinya tidaklah sesederhana "sebuah peta ke Holy Grail". Walau Langdon dan
Teabing begitu percaya bahwa kebenaran itu terletak di dalam silinder pualam
itu, Sophie tahu, karena dia sudah sangat sering berburu harta karun kakekknya,
bahwa Sauniere tidak akan melepaskan rahasianya dengan mudah.
73 PENGAWAS MALAM lalu lintas udara lapangan udara Bourget sudah mengantuk di depan
sebuah layar radar kosong ketika kapten Polisi Judisial mendobrak pintunya.
"Jet Teabing," bentak Bezu Fache, sambil masuk ke menara kecil, "ke mana pesawat
itu pergi?" Petugas pengawas itu semula tergagap, berusaha untuk melindungi kerahasiaan
kliennya yang orang Inggris itu - salah satu pelanggan lapangan udara itu. Namun
gagal total. "Baik," kata Fache, "aku menangkapmu karena membiarkan sebuah pesawat pribadi
terbang tanpa mendaftarkan rencana terbangnya." Fache menunjuk agen lainnya,
yang segera mendekat dengan membawa borgol. Pengawas lalu lintas udara itu pun
merasa sangat ketakutan. Dia ingat akan artikel-artikel di koran yang
memperdebatkan apakah kapten polisi ini seorang pahlawan atau seorang yang suka
mengancam. Pertanyaan itu baru saja terjawab.
"Tunggu!" pengawas itu merengek begitu melihat borgol. "Aku hanya dapat
mengatakan sampai sini. Sir Leigh Teabing sering bepergian ke London untuk
perawatan medisnya. Dia punya hanggar di Bandara Eksekutif Biggin Hill di Kent.
Di pinggiran London."
Fache mengusir agen dengan borgol itu. "Apakah Biggin Hill tujuannya malam ini?"
"Aku tidak tahu," kata pengawas itu jujur. "Pesawat itu terbang dengan arah
seperti biasanya, dan kontak radar terakhir menunjukkan Inggris Raya. Terkaan
saya yang paling mungkin adalah ke Biggin Hill." "Dia punya penumpang lainnya di
dalam pesawat"' "Aku bersumpah, Pak, aku tidak tahu tentang itu. Klien kami
dapat bermobil langsung ke hanggarnya, dan memuat apa saja sesuka mereka. Siapa
yang ada di dalam pesawat itu merupakan tanggung jawab petugas bandara tujuan."
Fache melihat jam tangannya dan menatap keluar pada berapa pesawat jet yang
terparkir berpencaran di depan terminal ini. "Jika mereka pergi ke Biggin Hill,
berapa lama mereka di udara?"
Pengawas itu mencari-cari pada catatannya. "Itu penerbangan singkat. Pesawatnya
dapat mendarat kira-kira ... pukul 6.30. Lima belas menit dari sekarang."
Fache mengerutkan dahinya dan menoleh kepada salah satu agennya. "Cari
transportasi dari sini. Aku ingin pergi ke London. Hubungkan aku dengan polisi
lokal Kent. Jangan Britis M15. Aku tidak mau heboh. Lokal Kent. Katakan kepada
mereka, aku mau pesawat Teabing diizinkan mendarat. Kemudian aku mau pesawat itu
dikepung di landasan p?cu. Tidak ada yang boleh keluar dari pesawat sampai aku
tiba disana. 74 "KAU DIAM saja," kata Langdon, menatap ke Sophie di dalam kabin pesawat Hawker.
"Aku hanya letih," jawab Sophie. "Dan puisi itu. Aku tidak tahu." Langdon juga
merasakan hal yang sama. Dengung suara mesin dan guncangan lembut pesawat
seperti menghipnotis mereka. Kepala Langdon masih berdenyut di tempat bekas
pukulan biarawan tadi. Teabing masih berada di bagian belakang pesawat, dan
Langdon memutuskan untuk menggunakan kesempatan berdua dengan Sophie itu untuk
mengatakan sesuatu yang ada di benaknya. "Kupikir aku tahu sebagian mengapa
kakekmu sengaja mempertemukan kita. Aku pikir kakekmu ingin aku menjelaskan
sesuatu padamu." "Sejarah Holy Grail dan Maria Magdalena belum cukup?" Langdon
merasa tidak yakin bagaimana harus melanjutkannya. "Kerenggangan antara kau dan
kakekmu. Alasan mengapa kau tidak mau berbicara dengannya dalam sepuluh tahun.
Kupikir, mungkin kakekmu mengharap aku dapat menjelaskan apa yang membuatmu
menjauh darinya." Sophie menggeliat letih dalam tempat duduknya. "Aku belum menceritakan padamu
mengapa kami merenggang."
Langdon menatapnya, hati-hati. "Kau menyaksikan sebuah upacara seks, bukan?"
Sophie tersentak. "Bagaimana kautahu itu?" "Sophie, kau mengatakan padaku kau
menyaksikan sesuatu yang meyakinkanmu bahwa kakekmu anggota perkumpulan rahasia.
Dan apa pun yang kaulihat membuatmu cukup marah sehingga kau tidak berbicara
dengannya sejak itu. Aku tahu cukup banyak tentang perkumpulan rahasia. Tidak
perlu menjadi secerdas Da Vinci untuk menerka apa yang kaulihat." Sophie
menatapnya. "Apakah itu terjadi pada musim semi?" tanya Langdon, "sekitar antara
siang dan malam hari" Pertengahan bulan Maret?" Sophie menatap ke luar jendela.
"Aku sedang liburan musim semi dari
universitas. Aku pulang beberapa hari lebih awal." "Kau mau menceritakannya?"
"Sebaiknya tidak." Tiba-tiba dia menoleh lagi ke Langdon. Matanya
berkaca-kaca karena perasaan hatinya. "Aku tidak tahu apa yang kulihat." "Apakah
beberapa lelaki dan beberapa perempuan hadir disana?" Setelah diam sejenak,
Sophie mengangguk. "Mengenakan baju hitam dan putih?" Sophie menghapus matanya
kemudian mengangguk, lebih terbuka sedikit. "Perempuan-perempuan itu mengenakan
gaun putih halus ... dengan sepatu keemasan. Mereka memegang bola emas. Para
lelaki mengenakan tunik hitam dan sepatu hitam."
Langdon menegang untuk menyembunyikan emosinya, namun dia tidak dapat
mempercayai apa yang sedang didengarnya. Sophie Nevue tanpa sengaja telah
menyaksikan upacara suci yang berusia dua ribu tahun. "Topeng?" tanya Langdon,
menjaga supaya suaranya tetap tenang. "Topeng androgini?"
"Ya. Setiap orang. Topeng yang sama. Putih untuk perempuan. Hitam untuk lelaki."
Langdon pernah membaca penjelasan tentang upacara ini dan mengerti akar
mistisnya. "Itu disebut Hieros Gamos," katanya lembut. "Berusia lebih dari dua
ribu tahun. Para pendeta Mesir, lelaki melaksanakannya secara teratur untuk
merayakan dan perempuannya, kekuatan reproduksi perempuan." Langdon terdiam,
mencondongkan tubuhnya pada Sophie. "Dan jika kau menyaksikan upacara Hieros
Gamos tanpa persiapan yang benar untuk mengerti artinya, aku bayangkan itu akan
sangat mengguncang." Sophie tidak mengatakan apa-apa. "Hieros Gamos adalah
bahasa Yunani," lanjut Langdon. "Artinya
pernikahansuci." "Ritual yang kulihat bukanlah sebuah pernikahan." "Pernikahan
dalam arti penyatuan, Sophie." "Maksudmu seperti dalam seks." "Bukan." "Bukan?"
tanya Sophie, mata hijau zaitunnya menguji Langdon. Langdon mundur. "Wah ... ya,
bisa dikatakan begitu, tetapi tidak seperti pengertian kita kini." Langdon
kemudian menjelaskan bahwa meskipun apa yang dilihat Sophie mungkin tampak
seperti ritual seks, Hieros Gamos tidak ada hubungannya dengan erotisme. Itu
merupakan tindakan spiritual. Menurut sejarahnya, perempuan persetubuhan adalah
tindakan yang menjembatani lelaki dan menuju Tuhan. Keyakinan kuno percaya bahwa
lelaki tidak lengkap secara spiritual sebelum dia rnenyetubuhi perempuan suci.
Penyatuan badani dengan perempuan tetap merupakan satu-satunya cara untuk
menjadi lelaki yang lengkap secara spiritual dan akhirnya mencapai gnosis -
pengetahuan tentang ketuhanan. Sejak jaman isis, upacara seks telah dianggap
sebagai satu-satunya jembatan lelaki untuk menuju surga. "Dengan berhubungan
dengan perempuan," kata Langdon, "lelaki dapat mencapai puncaknya dengan cepat
ketika pikirannya betul-betul kosong, dan dia dapat melihat Tuhan" Sophie tampak
ragu. "Orgasme sebagai doa?" Langdon menggerakkan Sophie sebenarnya betul.
bahunya tak menyatakan Secara fisiologis, klimaks pendapatnya, walau lelaki disertai oleh setengah
detik kekosongan pikiran. Kekosong mental sesaat. Sesaat kejernihan yang
memungkinkan Tuhan terlintas sekilas. Para guru meditasi mencapai kekosongan
pikiran yang sama tanpa seks dan sering menggambarkan Nirwana sebagai orgasme
spiritual yang tak pernah selesai.
"Sophie," Langdon berkata dengan tenang, "penting untuk diingat bahwa orang-
orang kuno melihat seks betul-betul berlawanan dengan penglihatan kita sekarang.
Seks mengawali kehidupan baru - keajaiban puncak - dan keajibankeajaiban itu hanya
dapat diwujudkan oleh seorang dewa. Kemampuan perempuan untuk menghasilkan
kehidupan dari rahimnya membuatnya suci. Seorang dewi. Persetubuhan adalah
penyatuan yang terpuji dari dua paruhan jiwa manusia---lelaki dan perempuan---
yang dengan itu lelaki dapat menemukan keutuhan spiritual dan keeratan dengan
Tuhan. Apa yang kaulihat bukan tentang seks, tetapi tentang spiritualitas.
Ritual Hieros Gamos bukan perbuatan tak wajar. Itu betul-betul upacara yang amat
suci." Kata-kata Langdon tampak menyergap syaraf Sophie. Dia telah tampak begitu tenang
semalaman ini, tetapi sekarang, pertama kalinya, Langdon melihat aura ketenangan
itu mulai retak. Air mata meluncur lagi dari matanya, dan Sophie mengusapnya
dengan lengan bajunya. Langdon memberinya waktu. Diakuinya, konsep seks sebagai jalan menuju Tuhan
merupakan guncangan jiwa pada mulanya. Mahasiswa-mahasiswa Langdon yang Yahudi
selalu tampak sangat heran ketika Langdon untuk pertama kalinya mengungkapkan
bahwa tradisi Yahudi yang terdahulu melibatkan ritual seks. Bahkan di dalam
kuil. Orang-orang Yahudi awal percaya bahwa Ruang Mahakudus di Kuil Salomo tidak
hanya berisi Tuhan, tetapi juga perempuan kuat imbangan-Nya, Shekinah. Lelaki
yang mencari keutuhan spiritual datang ke kuil itu untuk mengunjungi pendeta
perempuan - atau hierodules - untuk bercinta dengannya dan merasakan Tuhan melalui
penyatuan badani itu. Tetragam Yahudi YHWH---nama suci Tuhan--sebetulnya berasal
dari Jehovah, sebuah penyatuan badani androginius antara Jah yang lelaki dan nam
pra- Yahudi bagi Eva,Havah.
"Bagi Gereja kuno," Langdon menjelaskan, dengan suara yang lembut, "penggunaan
seks untuk berkomunikasi langsung dengan Tuhan oleh manusia menjadi ancaman
serius bagi dasar kekuatan Katolik. Ritus itu membuat Gereja kehilangan pijakan,
merusak status yang mereka nyatakan sendiri sebagaisatu-satunya penghubung
manusia dengan Tuhan. Untuk alasan-alasan yang jelas sekali, mereka berusaha
keras untuk menganggap seks sebagai perbuatan setan dan memperlakukannya sebagai
perbuatan yang menjijikkan dan berdosa. Agama-agama besar lainnya melakukan hal
yang sama." Sophie terdiam, namun Langdon tahu Sophie mulai mengerti perbuatan kakeknya
dengan lebih baik. Dahi Sophie terasa dingin ketika dia menekankannya pada jendela pesawat dan
menatap kosong ke luar, mencoba mengolah apa yang baru saja dikatakan Langdon
padanya. Dia merasa membayangkan tumpukan surat sangat menyesal. Sepuluh tahun.
Dia yang dikirim kakeknya dan tak pernah
dibukanya.AkuakanmenceritakansegalanyakepadaRobert. Tanpa menoleh dari jendela,
Sophie mulai berbicara. Perlahan. Takut-takut.
Begitu dia mengingat apa yang terjadi malam itu, Sophie merasa seperti hanyut ke
belakang ... dengan berseri-seri di dalam hutan kecil di luar puri Normandia
milik kakeknya ... mencari rumah terpencil dengan kebingungan ... mendengar suara-
suara di bawahnya ... kemudian menemukan pintu tersembunyi. Dia mengendap-endap
menuruni anak tangga batu, satu langkah satu anak tangga, ke ruang bawah tanah.
Dia dapat merasakan udara bau tanah. Dingin dan ringan. Bulan Maret ketika itu.
Di dalam kegelapan tempatnya bersembunyi di atas tangga, dia melihat ketika
orang-orang asing itu berayun dan menyanyi di antara kerlip jingga lilin-lilin
yang menyala. Akusedangbermimpi,kata Sophie pada dirinya sendiri.Inisebuahmimpi.
Apalagikalaubukanmimpi"
Para perempuan dan lelaki berdiri berselang-seling, putih, hitam, putih. Gaun
lembut indah yang dikenakan para perempuan mengombak ketika mereka mengangkat
tangan kanan mereka yang memegang bola emas dan bersama-sama berseru, 'Aku
bersamamu di awal, di fajar dari segala yang suci,aku lahirkankaudari
rahiminisebelummulainyahari."
Perempuan-perempuan itu menurunkan bola emas mereka dan semuanya mengayunkan
tubuh ke depan dan belakang seperti dalam keadaan setengah sadar. Mereka memuja
sesuatu di tengah lingkaran mereka. Apayangmerekalihat" Suara-suara itu menjadi
semakin cepat sekarang. Lebih keras. Lebih cepat. "Perempuan yang kau lihat
adalah cinta!" Para perempuan berseru,
mengangkat bola emas mereka lagi. Para lelaki menjawab, "Perempuan itu memiliki
tempat tinggalnya dalam keabadian!" Nyanyian itu menjadi tetap lagi. Menjadi cepat. Sekarang bergemuruh.
Pendekar Buta 12 Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Sin Tiaw Hiap Lu Karya Chin Yung Harimau Mendekam Naga Sembunyi 19
^