Pencarian

Girls Riyadh 4

Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea Bagian 4


samaran di internet. Intinya, berhati-hatilah memberikan namamu di internet. Boleh saja kamu
mempunyai satu nama saja setiap kamu berkenalan dengan siapa saja. Ini akan
sedikit menunjukkan dirimu sekaligus usaha agak serius untuk menjalin pertemanan
di internet. Setelah basa-basi awal dengan menanyakan nama, biasanya pemuda Riyad akan mulai
mengobral gombal-gombalan. Wah, kepribadian kamu sangat menarik! Aku sangat
menyukai tipe seperti kamu! Kamu perempuan pertama yang membuatku ingin
berkenalan langsung! Dan masih banyak lagi redaksi-redaksi penuh pujian. Bila
tidak hati-hati, para wanita mudah saja tergoda. Selanjutnya mereka menjajaki
kemungkinan untuk berbicara langsung melalui telepon, lalu ingin mengadakan
'kopi darat", tapi sebelumnya, dia akan meminta fotomu.
Setelah semua pengakuan berhasil didapat, biasanya mereka memberikan bumbu-bumbu
baru. Mereka mulai mengutip sayir lagu-lagu romantis atau membuat sendiri syair-
syair pujian dan ekspresi hati. Kunci utamanya, wahai Qamrah, kamu jangan pernah
memercayai seseorang di internet, dan berusahalah memahami bahwa kamu pun tak
akan dipercaya oleh kenalan-kenalanmu itu. Percayalah ini adalah kancah humor
dan hiburan. Kamu harus menemukan kesenangan untuk tersenyum dan tertawa. Maka
itu, jangan pernah melibatkan hati! Bila hati sedikit terbuka, kamu akan rentan
menemukan internet sebagai sumber penyakit hati baru...
Kata-kata Qamrah di internet tidak sebaik Lumeis, maka itu dia tidak segera
mendapatkan banyak kenalan. Tetapi pertemanan mereka berdua membuat Qamrah
mempunyai jalan terbuka untuk ikut mendapatkan kenalan. Dengan banyak belajar
dari Lumeis, Qamrah mulai mahir membangun komunikasi dan perkenalan dengan
banyak teman di banyak wilayah di dunia. Usia mereka sangat beragam. Seperti
yang dilakukan Lumeis, tidak satu pun teman internet mereka adalah seorang
perempuan. Semuanya laki-laki.
Di suatu sore yang menjemukan, Qamrah berkenalan dengan Sultan, seorang pemuda
sederhana berusia dua puluh lima tahun dan bekerja di sebuah konveksi pakaian
laki-laki. Cukup menyenangkan bercakap-cakap dengannya. Qamrah serius menyimak
tema percakapan yang berlangsung. Sultan banyak menulis bait-bait puisi yang
dibuatnya sendiri. Dalam perjalanan waktu, perkenalan itu terasa nyaman. Qamrah mulai membatasi
penjelajahan internetnya pada sosok Sultan. Lelaki itu pun sebaliknya. Dia mulai
menempatkan Qamrah pada deret paling istimewa untuk menapaki perkenalan lebih
serius. Dia memanggil Qamrah dengan nicknamenya, Syamukh.
Sultan banyak bercerita tentang dirinya secara seutuhnya dan dari semua sisi.
Tetapi Qamrah tetap bertahan. Ia hanya bisa memperkenalkan dirinya tak lebih
dari seorang Syamukh. Dengan sedikit kebohongan, Qamrah memperkenalkan diri
sebagai aktivis salah satu gerakan ilmiah di kampus.
Pada rentang waktu yang bersamaan, Lumeis juga telah berkenalan lebih intensif
dengan seseorang bernama Ahmad. Ahmad adalah mahasiswa Kedokteran di kampus dan
tahun yang sama. Suatu kesempatan, Ahmad memberikan sebuah makalah penting
tentang materi kuliah. Lumeis juga mengirimkan email penting tentang kisi-kisi
ujian semester ini. Para dosen yang kebanyakan adalah dokter memang lebih mudah
memberikan materi kepada mahasiswi dibanding untuk mahasiswa. Maka sedikit
banyak para mahasiswa dan mahasiswi menggantungkan keberhasilan ujiannya atas
kemampuan saling bertukar informasi antar mereka.
Banyak hal penting yang dikomunikasikan di internet antara mereka berdua.
Semakin banyak hal penting yang perlu diketahui bersama, dan seringkali hal itu
memang membutuhkan jawaban langsung. Maka itu, komunikasi mereka berdua
berpindah dari chatting menjadi percakapan melalui telepon.
27 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 13/8/2004 Subject: Sultan, Mr. Internet!
Sudah seminggu aku tidak mengamati berita tentang tulisan-tulisanku di internet,
tiba-tiba aku dikagetkan oleh sebuah judul sampul sebuah majalah terkenal yang
kutemukan di sebuah forum. Judul itu berbunyi: Pendapat Para Tokoh Tentang
Fenomena Panas di Jalanan Saudi.
Aku yakin bahwa yang dimaksud dengan Fenomena Panas itu adalah aku.
Sedang Jalanan Saudi adalah ungkapan untuk menggambarkan bahwa yang dikembangkan
oleh sang Fenomena Panas adalah ide dan pemikiran liar dan mendobrak dinding
kebiasaan. Kuambil satu eksemplar dengan sikap ingin tahu yang kusembunyikan dan kubaca di
dalam mobil. Betapa gembira dan luar biasa! Empat lembar penuh dengan gambar
para penulis, wartawan, politikus, bintang film, olahragawan, dan tokoh penting
lainnya yang dilengkapi komentar mereka tentang email-email yang kutulis
beberapa bulan terakhir ini.
Aku membaca beberapa baris tulisan para seniman dan tidak sebarispun kumengerti.
Aku melanjutkan bacaan dan mulai mengerti bahwa mereka memberikan analisa
tentang tulisanku. Mereka menyebutkan bahwa gaya ungkapan dalam emailku adalah
perpaduan antara fiksi dan kisah nyata. Di antara mereka ada yang menyebutkan
bahwa aku adalah orang pertama yang melakukan penggabungan itu. Ah, padalah aku
sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud tulisan fiksi dan apa yang
dikatagorikan ke dalam kisah nyata. Aku berpindah ke kolom komentar para artis
dan olahragawan. Kebanyakan memberikan pujian yang menyejukkan hati.
Shedim dan Qamrah berbincang tentang Rasyid dan keluarganya.
Sesekali menyinggung tentang raut muka anak Qamrah dan kemiripannya dengan ibu
atau ayahnya. Sesekali tentang tanggung jawab masa depan sang bayi. Qamrah
sendiri di sela-sela percakapan, membuka-buka kembali album foto pernikahannya
dengan Rasyid. Berbagai perasaan berkecamuk, tetapi ada satu hal yang telah disimpulkannya,
foto-foto itu semuanya mengekspresikan kebahagiaan.
Tiba-tiba matanya terfokus pada foto dirinya di antara saudara-saudara perempuan
Rasyid. Laila telah menikah dan mempunyai dua anak. Ghadah seusia dengannya.
Iman, adik perempuan Rasyid berusia lima belas tahun. Beberapa detik Qamrah
memandangi foto itu, ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. Setelah raut mukanya
mengisyaratkan sebuah keputusan, Qamrah bergegas ke meja komputer, dan
memasukkan foto itu ke sebuah pemindai.
Beberapa saat kemudian, foto itu sudah tampil di layar monitor.
Hanya dengan beberapa tahapan, Qamrah menghilangkan foto dirinya, foto Laila,
dan Iman. Kini hanya foto Ghadah yang tersisa. Sore harinya, saat bertemu Sultan
di chatting sebagaimana kebiasaan mereka berdua setiap malam dia memutuskan
untuk mengirimkan foto kepadanya setelah Sultan terlebih dahulu telah
mengirimkan banyak sekali foto dirinya.
Qamrah mengirimkan foto Ghadah. Dia memberi penjelasan bahwa foto itu diambil
dari foto sebuah acara pernikahan. Dia harus menghapus foto temannya yang lain.
Ia khawatir kalau-kalau mereka tak rela fotonya terlihat orang lain. Setelah
selesai semua proses pengiriman foto, dan setelah Sultan menyampaikan ungkapan
kekaguman atas kecantikan yang belum pernah terbayang sebelumnya, Qamrah
melancarkan strategi kebohongan kedua. Dia menyampaikan bahwa nama sebenarnya
adalah Ghadah. Hafshah mendatangi kakak perempuannya, Naflah, untuk membicarakan 'masalah
abadi' yang selama ini mencederai kebahagiaan rumah tangganya: suaminya, Khalid!
Percakapan panjang tentang kebingungannya menghadapi sang suami. Akhir-akhir ini
suaminya mulai menyinggung apa yang terjadi dengan Qamrah. Kejadian atas Qamrah
bukan hal yang mustahil terjadi atas Hafshah. Begitulah seringkali Khalid
mengungkapkan kemarahannya yang tidak berujung dan berpangkal. Juga tentang
kebiasaan Qamrah melakukan chatting di internet, Khalid sering membahasnya
dengan sinis. Sejak Qamrah mengirimkan foto Ghadah, Sultan semakin bertambah terikat dan dekat
dengan sosok Qamrah. Sultan berulangkali mengutarakan keinginan untuk mengajak
Qamrah berbincang-bincang melalui telepon. Tetapi Qamrah selalu menolak dengan
alasan bahwa Qamrah bukan tipe perempuan yang mudah diajak janjian', meski hanya
lewat telepon. Hanya saja setiap bertambah keras usaha Qamrah untuk menolak,
semakin besar pujian Sultan kepada keunggulan akhlak Qamrah.
Pada dasarnya, Qamrah telah mempertimbangkan pembicaraan melalui telepon dengan
matang. Dia memutuskan untuk tidak memenuhi permintaan Sultan dengan dua alasan.
Pertama, ponsel Qamrah atas nama ayahnya sehingga apabila Sultan menelepon,
strategi bohongnya akan mudah terbongkar. Ini juga akan memudahkan Sultan untuk
segera mengetahui bahwa yang selama ini dia anggap Ghadah adalah Qamrah.
Kedua, Qamrah memang tidak suka melakukan percakapan melalui telepon dengan
orang asing yang tidak dikenal secara langsung. Meski Qamrah telah merasa dekat
dengan Sultan dan bersahabat dengan erat, tetap saja ada ganjalan untuk
berbicara melalui telepon dan memberitahukan identitas sesungguhnya.
Bermalam-malam berikutnya, Qamrah dipenuhi berbagai renungan yang berujung pada
penyesalan atas keputusannya mengirimkan foto yang bukan dirinya. Sebenarnya,
Qamrah bermaksud hendak membalas dendam atas kekejaman Rasyid, tetapi
kedewasaannya menggugat dan menyatakan bahwa hal itu tidak tepat. Apalagi ibunya
telah memberitahukan tentang komentar negatif suami Hafshah tentang kebiasaannya
bermain internet. Akhirnya Qamrah mengambil keputusan sulit untuk meninggalkan
perkenalannya di dunia maya. Ini juga berarti akhir dari hubungannya dengan
Sultan yang sebenarnya tidak mempunyai cacat untuk berhak ditinggalkan. Terutama
sejak Sultan mulai menjajaki kemungkinan terjalinnya hubungan yang lebih serius,
Qamrah menghentikan semua email dan informasi tanpa terlebih dahulu memberikan
alasan. Mungkin tepat ungkapan 'tiada mendung tapi turun hujan" untuk
menggambarkan keputusan Qamrah ini. Sultan tetap mengirim email tentang cinta,
kerinduan, kasih sayang, dan kesetiaan, namun tak satu pun yang dibalas oleh
Qamrah. 28 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 20/8/2004 Subject: Apakah Mathew mencintai Michelle" Atau Michelle yang justru mencintai
Mathew" Ketika cinta di hati seorang wanita membeku, tak sebuah tempat pun di dunia
mampu menghangatkannya (Nelson).
Ibrahim, salah seorang pembaca setia email-emailku memberi masukan agar aku
membuat website yang secara khusus memuat surat-suratku sejak awal hingga akhir.
Dia mengkhawatirkan kemungkinan hilang atau dicuri orang. Website itu juga akan
memperbanyak jumlah pembaca, sehingga melahirkan ikatan yang kuat antar pembaca.
Website itu nantinya juga menjadi forum tukar pendapat, informasi, dan berbagai
bentuk interaksi positif lainnya.
Kuucapkan banyak terima kasih kepada saudara Ibrahim atas usulan berharga dan
keinginannya untuk membantuku. Tetapi aku tak cukup trampil untuk membuat
website sendiri. Tidak mungkin juga bagiku saat ini untuk melibatkanmu dalam
urusan emailku. Masih belum lepas rasa hatiku untuk memasukkan orang lain ke
dalam kisah-kisah yang kusampaikan. Maka untuk sementara biarkan aku tetap dalam
karakter dan kebiasaanku mengirimkan email mingguan, sebagaimana yang kulakukan
selama ini. Tentu aku tetap membuka diri terhadap beberapa penyesuaian dan
pengembangan. Untuk saat ini, biarkan emailku menjadi semacam tabloid acara
televisi mingguan yang ditunggu oleh banyak orang.
Mathew bisa membuat hari-hari Michelle penuh kegembiraan dan kebahagiaan.
Bersama Mathew, keceriaan gadis itu tidak pernah terputus.
Tidak ada kesedihan yang menghinggapi kebersamaan mereka. Dalam kehidupan,
masing-masing sosok menawarkan warna baru. Mereka saling memberi arti dari sisi
keilmuan serta kenyamanan fisik dan batin. Mathew selalu memberi solusi akademis
bagi Michelle, dan selalu mengikuti perkembangan gadis itu di asrama. Dalam
asrama, Michelle menemukan kebebasan yang diimpikan dan terjaminnya priYa cy,
namun dia tetap lebih sering menghabiskan waktu di rumah pamannya (ayah Mathew).
Setelah melampaui masa sulit beradaptasi di bulan-bulan awal studi, Michelle
mulai bergabung dalam lebih banyak kegiatan luar kelas.
Sehingga itu menjadikannya banyak berinteraksi dengan Mathew dan teman-temannya.
Pada sebuah libur akhir pekan, kampus menjadwalkan serangkaian outbond di sebuah
camping ground. Mathew bergabung dalam rombongan itu sebagai utusan kampus untuk
menjalankan tugas pengawasan dan kepemimpinan. Michelle sangat menikmati
perjalanan itu. Selain keindahan alam yang belum pernah dilihatnya, sosok Mathew
benar-benar menjadi orang yang tepat di waktu yang tepat. Mathew selalu
membangunkan Michelle di pagi buta dan mereka bersama-sama duduk di atas sebuah
batu besar menunggu terbitnya sang fajar.
Sinar matahari pagi menembus sela-sela air terjun di depan mereka. Keduanya
berlomba mengabadikan pemandangan yang sangat jarang mereka temukan di kota.
Michelle membanggakan hasil fotonya; sebuah sinar yang menyembul dari kekokohan
dua gunung di depan mereka. Mathew memperlihatkan sepasang tanduk rusa yang
menghalangi perjalanan mentari menyapa bumi. Tanduk itu seperti cula raksasa
yang gagah menantang sang surya.
Selanjutnya mereka berdua menikmati tetumbuhan yang menyejukkan mata. Di antara
tetumbuhan yang ada, beberapa telah berbuah, dan itu membuat perjalanan mereka
semakin dipenuhi warna. Ini hanya gambaran dari salah satu liburan akhir pekan yang mereka habiskan
berdua. Selain event ini, hampir selalu di setiap akhir pekan mereka
menghabiskan waktu bersama-sama. Sementara di luar itu, mereka seringkali
bepergian menuju Los Angeles atau San Francisco.
Mereka menghabiskan liburan di atas roda, berkeliling ke tempat-tempat yang
sulit untuk dilupakan. Ayah Mathew termasuk anggota masyarakat berkelas. Dia
adalah salah satu tokoh yang mewakili kelas menengah ke atas. Karenanya, selain
mendapat gaji dari kampus, Mathew juga mendapat 'jatah' dari sang ayah. Ditambah
lagi, Michelle memang mendapat kiriman uang dalam jumlah yang banyak dari Saudi.
Maka mereka berdua tidak pernah mendapatkan kendala finansial untuk melakukan
apa saja pada liburannya.
Mereka bisa memperoleh segala macam hiburan yang disediakan Amerika. Di Las
Vegas, Mathew membawa Michelle mengunjungi tempat dan obyek yang menjadi Andalan
kota itu. Tetapi di Los Angeles, Michelle yang menjadi pemandu karena dia telah
beberapa kali berkunjung ke kota itu. Tidak lupa Michelle membawa Mathew ke
tempat-tempat yang sering dikunjungi cowok-cowok Saudi bersama pacar mereka dari
India atau Yunani. Michelle sendiri tidak banyak dipercaya setiap kali
memperkenalkan diri sebagai orang Saudi. Kedekatannya dengan pemuda Amerika
telah menimbulkan berbagai pertanyaan yang meragukan darah Arab yang
dimilikinya. Pada hari-hari biasa, di sela kesibukan mereka di kampus, Mathew sering mengajak
Michelle mengunjungi daerah Pecinan. Selain rumah makan yang menyediakan
masakan-masakan khas Cina, toko-toko Pecinan juga menarik menjadi tempat yang
mereka kujungi berdua. Menu favorit mereka di Pecinan itu adalah coktail yang
dicampur dengan tapioka. Perpaduan itu melahirkan rasa yang sangat khas dan
jarang ditemukan di tempat lain.
Di musim semi mereka mempunyai tempat spesial untuk menunggu tenggelamnya
matahari yang bernuasa romantis. Mereka sering mendendangkan lagu, terbawa
petikan gitar Mathew yang lincah dan menghanyutkan. Mereka terus bernyanyi
hingga matahari hanya tinggal sebesar mangkuk sayur di dapur asrama. Di musim
hujan, mereka berdua sering menghabiskan hari-hari dalam canda tawa dengan
minuman penghangat. Seiring dengan minuman yang menghangatkan badan, mereka
berdua larut dalam percakapan dan perbincangan yang mungkin sama sekali tidak
penting bagi orang lain. Salah satu yang dikagumi Michelle dari sosok Mathew adalah keterbukaannya dalam
menyikapi perbedaan pendapat antara mereka berdua. Mathew sangat menghormati
kebebasan berpendapat dan berbicara, meski yang didengar oleh telinganya adalah
hal-hal yang tidak sejalan dengan pemikirannya. Michelle sendiri sering
menangkap perasaan nyaman dan raut muka Mathew setiap kali mereka sedang
bersama. Mathew selalu menjelaskan bahwa perbedaan yang terjadi antara mereka
semata pada tataran pemikiran dan teori. Itu semua tidak pantas menjadi alasan
untuk menghakimi orang lain bersalah dan mengklaim diri kita benar. Hal itu juga
bukan legalitas pemaksaan kehendak atas keyakinan orang lain.
Hal ini sama sekali baru bagi kultur akademis Michelle. Selama ini Michelle
terbiasa dengan kultur yang membenarkan untuk saling menghujat dan menjatuhkan
pendapat dan pemikiran orang lain. Kecuali dalam forum-forum terbatas antar
teman-teman dekat, kesempatan diskusi seringkali menjadi forum saling menghakimi
dan forum klaim kebenaran. Pendapat tokoh paling berpengaruh seringkali menjadi
acuan bagi publik. Hal ini terjadi karena banyak orang yang sebenarnya memegang
keyakinan dengan ragu sehingga begitu ada seseorang tokoh yang mengungkapkan
pendapat, mereka berlomba mendukung. Tentu saja hal ini akan dihadang oleh
kelompok lain yang berseberangan.
Jadilah mereka berhadapan satu sama lain demi mempertahankan keyakinan kelompok,
atau lebih tepatnya, keyakinan tokoh pujaan mereka.
Apakah Mathew mencinta Michelle" Atau Michelle yang justru mencintai Mathew"
Tidak mungkin dipungkiri bahwa kedekatan mereka berdua telah berlangsung dua
tahun terakhir. Kedekatan itu juga tidak dipungkiri sebagai akibat dari
seringnya mereka berdua melakukan aktifitas bersama. Michelle sendiri mengakui


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sering berkhayal terjadinya jalinan cinta antara mereka berdua, terutama
sepulang bertamasya dan tempat-tempat romantis.
Tak pelak Faishal tenggelam dan tersembunyi di sebuah ruang khusus dalam hati
Michelle. Ruang itu mungkin menjadi penjara Faishal yang semakin hari semakin
sempit. Tetapi mungkin juga suatu saat nanti kembali menjelma menjadi istana
yang indah dan memenuhi kehidupan Michelle.
Mathew yang sejak kecil lahir dan dibesarkan dalam kebebasan, mengira bahwa
cinta datang membawakan sejuta mukjizat. Michelle sendiri semula berpikiran
sama. Tetapi sejak kembali dari Amerika dan lama tinggal dan mengenal Saudi, Michelle
menemukan cinta dalam wajah yang berbeda. Dia mendapati cinta dalam raut muka
lesu karena harus tunduk pada wewenang yang lebih tinggi. Semula Michelle
berpendapat bahwa cinta adalah penguasa tertinggi, tetapi toh dia harus
menyadari bahwa cinta bisa dijajah dan dikendalikan.
29 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 27/8/2004 Subject: Hanya Faraz. Bukan yang lain!
Bila wanita telah menanam asmara, cinta menjelma menjadi agama (Thaghur).
Berbagai kejadian membuatku menyadari bahwa segala mimpi akan menjadi kenyataan
bila telah melengkapi semua persyaratan. Dan aku akan terus melakukan apa yang
telah kulakukan, sampai aku menciptakan sebuah acara televisi dari kebiasaanku
beberapa bulan terakhir ini. Sungguh tak ada batas yang lebih kokoh selain
keterbatasaan itu sendiri. Segalanya dan dilalui.
Mereka terus berusaha memojokkanku. Aku hanya membutuhkan satu kata: Maju Tak
Gentar! Agar kalian bisa terus membaca apa yang selama ini kutulis. Agar selalu
bisa kusampaikan apa yang sebenarnya menjadi keresahan kalian sejak lama.
Ummi Nuwair meletakkan piring kue dan teko air teh di depan Shedim.
Shedim menuangkan teh itu ke dalam dua gelas yang tersedia. Mereka berdua
menikmati hidangan itu. Shedim yang memulai percakapan:
"Percayalah padaku, tidak pernah ada yang mampu menutup luka yang ditorehkan
Walid sesempurna yang saat ini dilakukan Faraz."
"Ah, kamu sedang mabuk. Mungkin saja kamu akan berubah pikiran setelah
mengetahui sisi lain Faraz."
"Tidak. Allah saksinya. Aku tidak akan mencari di dunia ini selain Faraz. Faraz,
Faraz, dan Faraz'." "Dulu kamu mengatakan hal yang sama tentang Walid. Tetapi setelah terluka, kamu
berpaling !" "Bibi, Faraz bukanlah Walid. Mereka sama sekali berbeda. Berbeda seperti langit
dan bumi. Hanya Faraz. Bukan yang lain, bibi!"
"Sebegitu agungkah Faraz?"
"Ya, bahkan aku telah terbiasa bersanding bersama bayangannya.
Dia menjadi segalanya dalam hidupku. Suara pertama yang kudengar saat kubuka
mata dan suara terakhir sebelum aku tidur, sepanjang hari, di mana pun dia di
sanalah aku. Sepanjang hari di mana pun ada aku, di sanalah ada dia. Bayangkan
bibi, sebelum kedua orang tuaku sempat bertanya, justru dia yang kali pertama
menanyakan kabar kuliah dan ujianku. Bayangkan, dia yang selalu mengingatkanku
akan tugas-tugas penelitian. Dia selalu berada pada setiap masalah yang tengah
kuhadapi. Bayangkan, bilapun di tengah malam aku membutuhkan sesuatu, dia bangun dan
mencarikannya untukku. Akulah yang merawatnya dan memenuhi segala kebutuhan
hariannya. Sungguh hanya Tuhan yang tahu apa jadinya hidupku tanpa dirinya..."
"Tapi pernahkah kamu melihat perubahan sikap yang terjadi saat Faraz mengtahui
mengenai masa lalumu dengan Walid?"
"Sama sekali dia tidak menunjukkan perubahan. Dia tetap sayang, lembut, dan
perhatian kepadaku. Mungkinkah aku wanita pertama yang bertahta di hatinya?"
"Begitukah?" "Baru feeling! Hatiku berkata bahwa akulah satu-satunya cinta di dalam hatinya."
"Bila ternyata telah banyak wanita singgah di hatinya?"
"Aku yakin mereka hanya singgah. Hanya aku yang pernah bertahta dan akan terus
bertahta di singgasana permaisuri. Hanya aku yang mampu memberi apa yang
diinginkan. Hanya aku yang mengerti apa yang dikehendaki hatinya sebelum
mulutnya menyatakan."
"Seriuskah Faraz dengan hubungan kalian?"
"Aku yakin laki-laki seusianya hanya menginginkan pernikahan setiap kali
berkenalan dengan perempuan. Aku tahu kata 'pacaran' tidak lagi tercantum dalam
kamus hidupnya. Yang tersisa hanya keinginan menikah. Bersamanya aku dipenuhi
kehendak berkorban untuk memberi dan memberi. Sungguh, terkadang aku malu pada
diriku sendiri atas fantasiku ini..."
"Seperti apa?" "Terkadang aku berkhayal setelah nikah nanti menciumnya setiap hari sepulangnya
dari pekerjaan dengan badan yang lelah. Dia duduk di kursi dan aku di
hadapannya, di atas lantai tetap di depan kedua telapak kakinya. Kubayangkan
mengusap telapak kaki itu dengan air hangat setelah membersihkan mukanya.
Bagaimana mewujudkan khayalan ini, bibi" Aku sepertinya telah menjadi tergila-
gila." Bibi Ummi Nuwair menarik nafas panjang seperti agak menyesal dengan
keterbatasannya memberi solusi bagi Shedim, "Hanya doa yang mungkin bisa bibi
sumbangkan. Semoga Tuhan mendengarkan ketulusan cinta dan hatiku. Yakinlah bahwa
Dia tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yang mengikhlaskan dirinya."
30 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 3/9/2004 Subject: Qamrah belum berubah
Jika Allah menimpakan suatu kejelekan kepadamu, maka tidak akan ada yang mampu
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak karuniaNya. Dia memberikan kebaikan kepada siapa
saja yang dikehendaki-Nya di antara para hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (Surat Yunus: 107).
Banyak surat yang masuk ke alamat emailku dan menyatakan kecaman terhadap Ummi
Nuwair. Mereka juga menyatakan kecaman kepada keluarga sahabat-sahabatku yang
membiarkan anak gadisnya bersahabat dengan seorang janda. Apakah perceraian
adalah sebuah dosa besar bagi perempuan yang diceraikan" Sementara sedikitpun
aibnya tidak ditimpakan kepada suami yang menceraikannya" Mengapa dalam kasus
perceraian, para duda tidak dipojokkan sebagaimana para janda dikucilkan" Aku
tahu Anda semua pasti akan mengabaikan pertanyaan-pertanyaanku ini. Tetapi
ketahuilah bahwa pertanyaan itu semuanya logis dan sangat wajar untuk menjadi
kegelisahan. Pertanyaan itu adil adanya dan menuntut jawaban yang adil juga.
Pertanyaan itu akan melindungi Ummi Nuwair dan para janda lainnya dari pandangan
sinis masyarakat kita selama ini. Pandangan sinis itulah yang memberikan
ketenangan kepada para janda dan kenyamanan di hati mereka yang terluka.
Qamrah tidak banyak berubah sejak kelahiran anak laki-lakinya.
Perawatan sang bayi banyak dilimpahkan kepada seorang baby sitter yang sengaja
disewa ibu Qamrah. Sang ibu tahu sifat malas dan kurangnya perhatian anaknya
terhadap cucunya, bahkan terhadap dirinya sendiri. Qamrah tetap seperti dulu.
Untuk beberapa rentang waktu, Qamrah dipenuhi bayangan Sultan. Sebenarnya Qamrah
banyak mendapatkan kenyamanan berkomunikasi dengan lelaki itu. Tetapi akhirnya
dia harus bersikap realistis dan memperhitungkan siapa dirinya dan siapa Sultan
yang sama-sama menempati ruang situasi yang sulit untuk dipersatukan.
Setiap malam, angan-angan membawa dirnya pergi jauh. Menemui ketiga teman
terbaiknya dan membandingkan perjalanan hidupnya dengan perjalanan mereka
masing-masing. Shedim larut dalam cinta seorang politikus sukses. Dia adalah
sosok terkenal di negeri ini. Sesuai dengan cerita Shedim, mereka berdua telah
sampai pada keadaan saling memahami dan mengerti satu sama lainnya di segala
kondisi dan suasana. Lumeis saat ini berada di tahun ketiga masa kuliahnya. Sebentar lagi akan meraih
gelar kesarjanaan yang membanggakan dan menjadi seorang dokter sebagaimana yang
dicita-citakan banyak orang.
Keterlambatan menikah tidak menjadi masalah baginya. Sudah menjadi rahasia umum
bahwa mahasiswi kedokteran sering terlambat menikah.
Bahkan menjadi aneh bila seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran menikah dalam
usia muda. Sudah bukan rahasia lagi, untuk menghindari label 'perawan tua',
seorang wanita Saudi harus masuk ke Fakultas Kedokteran. Tetapi bagi yang
belajar di fakultas lain atau tidak mengenyam bangku kuliah sama sekali, maka
setelah menginjak usia duapuluh tahun dan belum menikah, dengan sendirinya
mereka akan mendapat 'gelar' perawan tua.
Lumeis beruntung mempunyai ibu yang sangat pengertian. Ibunya sangat memahami
kondisi anaknya dan selalu duduk bersama Lumeis dan Tamara. Ibunya tidak banyak
mendikte, melainkan cukup memberikan keleluasaan kepada mereka. Sang ibu memang
berpikiran lebih terbuka dibanding umumnya para ibu-ibu di negeri ini.
Bahkan Qamrah merasa bahwa perjalanan hidup Michelle jauh lebih baik dibanding
dirinya. Keluarga Michelle mengizinkannya untuk belajar di Amerika pada saat
dirinya tidak diperbolehkan, bahkan, untuk sekadar keluar rumah sendirian. Pada
kunjungan singkatnya di rumah Shedim, bahkan ibunya memaksa salah seorang
saudaranya untuk mengantar dan selalu menemaninya sampai kembali. "Beruntunglah
kamu Michelle. Kamu mendapatkan kebebasan dan bisa menjalani hidup sesuai dengan keinginanmu.
Tak akan ada seorang pun yang mengusik ketenanganmu.
Berbahagialah engkau, duhai sahabatku, kamu terbebas dari masyarakat yang selalu
merasa wajib menggunjingkan urusan orang."
Ketika berkumpul bersama ketiga temannya, Qamrah merasakan perbedaan yang sangat
tajam terutama terhadap Lumeis. Satu hal yang hingga kini menjadi catatan
keunikan Lumeis adalah keikutsertaannya dalam klub beladiri. Begitu juga dengan
kedua temannya yang lain, Qamrah selalu mempunyai kenangan tak terlupa. Dan saat
ini, saat mereka telah menjalani kebersamaan bertahun-tahun, dia merasa menjadi
yang paling menderita di antara mereka.
Michelle pada saat-saat tertentu mengejutkannya dengan membicarakan tentang
kebebasan, hak-hak perempuan, ikatan agama, filsafat, sosial, dan interaksi
antara laki-laki dan perempuan. Yang lebih tajam adalah nasehat Michelle kepada
Qamrah untuk menjadi wanita mandiri dan lebih kuat mempertahankan hak-haknya.
Dia menasehatinya untuk tidak pernah mengalah kepada lakilaki, terutama pada
berbagai hal yang menyangkut pembelaan hak dan mempertahankan harga diri.
Shedim yang paling dekat dengannya, kini tampak jauh lebih matang setelah
menghabiskan masa liburan di Inggris. Mungkin perjalanan seorang diri, pekerjaan
musim panas, dan bacaan-bacaan tertentu telah memberinya kematangan. Kepercayaan
dirinya pun mulai tumbuh dengan baik seiring dengan mekarnya benih cintanya
teruntuk Faraz. Apa pun sebab dan kondisinya, Qamrah merasa dirinya sendiri yang belum berubah
dan berkembang sejak lulus sekolah menengah.
Perhatiannya belum berubah, pemikirannya belum berkembang, keinginan dan cita-
citanya belum berganti. Cita-citanya masih sama, yaitu menikah dengan seorang
laki-laki yang membebaskan dirinya dan kesepian dan kesendirian. Laki-laki
itulah yang diharapkan Qamrah akan memerdekakannya dari penderitaan yang selama
ini dialaminya. Betapa jauh keberaniannya itu jika dibanding dengan Lumeis"
Betapa panjang jarak antara dirinya dan perkembangan pemikiran Michelle" Betapa
lebar jurang pemisah antara dirinya dan kematangan Shedim" Betapa ingin Qamrah
untuk membuat dirinya mampu menirukan prestasi teman-temannya, sehingga bisa
bergabung bersama mereka dalam sebuah diskusi yang seimbang. Tetapi Qamrah
merasa tidak mampu melakukannya. Dia merasa dirinya memang telah tercipta
sebagai sosok yang lemah dan selalu berdiri di belakang sepanjang hidupnya.
Sebelum berangkat tidur, Qamrah menjenguk Shaleh. Dia memasuki kamar tempat
sebuah kasur kecil berdampingan dengan ranjang baby sttter. Qamrah mendekatinya
dengan sangat perlahan agar tidak membangunkan Shaleh dan baby sitter-nya. Mata
Qamrah terhenti pada tatap mata anaknya yang bening di tengah gelapnya ruang.
Ada tangis terdengar. Celana anaknya dibasahi pipis, dan harus segera diganti.
Dia memberanikan diri membawa sang bayi ke kamar mandi, tapi tidak tahu apa yang
harus dilakukan. Apakah harus membangunkan ibunya" Atau adiknya" Atau baby
sitternya" Sejenak dia menyimpulkan ternyata dirinya tidak mampu melakukan apa-
apa, bahkan mengerjakan rutinitas seorang ibu. Bayi mungil dalam buaiannya
bermain-main dengan kancing baju. Dia pasti tidak tahu apa yang sedang
dipikirkan sang ibu. Segalanya menjadi sangat berat baginya. Rasyid, pandangan sinis masyarakat,
tekanan ibunya, rumah tangga Hafshah dan semuanya seakan menambah himpitan-
himpitan baru. Semua seperti semakin mendorongnya ke dalam lubang sempit dan
gelap. Bahkan baby sitter yang disewanya "mulai" menunjukan sikap malas dan
tidak membantu ketika dia tahu bahwa ibu sang bayi tidak banyak mempunyai
kepedulian terhadap urusan anakknya. Qamrah merasa benar-benar tengah berada
dalam kungkungan dan sama sekali tidak mempunyai peluang untuk memikirkan masa
depannya. Himpitan itu telah merampas semua waktu Qamrah. Masa mudanya habis
untuk hal-hal yang tidak menjamin masa depannya: mengurusi bayi hasil
pernikahannya dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab.
Genggaman tangan Shaleh mencabut sebuah kancing baju dan jatuh. Anak di
gendongan itu sama sekali tidak memahami penyesalan dan tekanan yang dirasakan
ibunya. Bayi itu juga tidak mengerti mengapa sang ibu akhirnya menangis..
31 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 10/9/2004 Subject: Dalam sebuah reuni...
Cukup bagi perempuan seorang laki-laki yang mengerti. Tetapi beratus perempuan
tidak cukup bagi seorang laki-laki hingga dia benar-benar memahami salah satu
dari mereka (George Bernard S.).
Kisah telah menjelma menjadi kehidupanku sendiri. Hari Jumat menjadi lebih
sakral bagiku. Meja komputer menjadi tempat paling penting di kamarku. Tempat-
tempat lain di rumahku seperti tidak lagi memberi arti.
Aku jadi sering menertawakan teman-teman kampus atau dosen yang
'cerewet' mengingatkanku akan tugas kuliah. Bagiku aktifitas perkuliahan tidak
lagi menarik dibanding rutinitas hari Jumatku. Kebahagiaanku mendapatkan respon
dari para pembaca jauh melebihi kesenangan di mana pun. Gambaran para gadis dan
remaja putri yang selalu setia menunggu tulisan mingguanku, cukup memberiku
kebahagiaan di atas kebahagiaan. Dan mungkin cukup aku yang tahu betapa
kebahagiaan ini begitu bermakna dalam hidupku.
Empat bersahabat itu berkumpul di rumah Qamrah pada penghujung liburan musim
panas. Teman-teman Qamrah membawakan mainan atau makanan kecil untuk Shaleh.
Mereka berusaha memancing perhatian Shaleh untuk mendekati mereka. Mereka
tertawa renyah melihat tingkah lucu Shaleh. Sudah barang tentu mereka saling
bertukar cerita dan pengalaman. Qamrah memulai dengan mengungkit permainan
ramalan yang sering dimainkan Lumeis. Dia menuduh Lumeis telah ketinggalan zaman
dan tidak realistis menghadapi kenyataan. Perdebatan berlangsung tetapi tiba-
tiba topik pembicaraan berubah tentang Faraz.
Mereka meminta Shedim untuk menjelaskan perihal Faraz. Shedim berusaha
meyakinkan teman-temannya bahwa dia hanya bertemu sekali dengan lelaki itu di
luar negeri. Sebelumnya mereka menuduh Shedim telah menjalin hubungan yang lama
sebelum mereka berdua bertemu di Saudi.
"Aku tidak bohong. Aku benar-benar hanya bertemu sekali.
Sepanjang tahun itu, aku sibuk dengan studi, dan dia sibuk dengan pekerjaannya.
Di samping itu kami sepakat untuk tetap menggunakan etika Saudi dalam mengadakan
pertemuan. Sampai ketika kami tinggal di Saudi kembali, tidak ada perubahan
dalam pola pertemuan. Selain itu umur Faraz yang memang sudah matang memang
menjadikan pola interaksi kami terlihat lebih 'dewasa'. Sudahlah, intinya Faraz
dan aku saling memahami dengan sedetail-detailnya."
"Sama sekali tidak ada masalah?" Qamrah mengejar berita.
"Satu-satunya yang mungkin bisa dikatagonkan sebagai masalah adalah sikapnya
yang terkadang aneh. Suatu hari dia mengatakan bahwa keluarganya memperkenalkan
seseorang perempuan untuknya. Pada hari yang lain, dia mengatakan bila ada orang
yang melamarku, hendaknya aku jangan menolak. Pada mulanya aku menganggap itu
semua sebagai gurauan untuk memancing perasaan dan responku..."
Qamrah benar-benar heran dengan sikap Shedim. Baginya perkataan Faraz lebih dari
sekadar gurauan melainkan cerminan sikap ragu dan ketidakmampuan mengambil
keputusan. Tetapi Shedim telah terlanjur mempunyai keyakinan bahwa cinta laki-
laki tidak lahir dari kesendirian, melainkan tersemai dari interaksi dengan
perempuan yang dengan tulus mencintainya. Lumeis telah bergantung pada harapan
yang baginya hampir pasti terwujud. Harapan akan tersambutnya gayung cintanya
oleh Faraz. Michelle memberikan pengertian dengan beberapa logika nalarnya,
"Cinta adalah kecenderungan manusiawi yang tidak dimonopoli oleh sekelompok
orang tertentu, melainkan dimiliki oleh semua orang di semua lapisan. Memenuhi


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kecenderungan itu seseorang tidak pasti mengikuti cara yang ditempuh orang tua,
teman atau kerabat mereka.
Mereka memiliki ciri khas. Bahkan bisa dikatakan bahwa cinta mereka sangat unik,
dan masing-masing mempunyai jalan yang hampir tidak bisa digeneralisasi antara
satu dan lainnya. Cinta akan memilih pasangannya yang diperhitungkan akan
memberikan kebahagiaan. Tetapi perhitungan cinta tidak selamanya tepat.
Terkadang yang terjadi di luar logika.
Kegagalan sering mencengangkan prediksi banyak orang. Demikian juga, kebahagiaan
sering lahir dari proses yang secara umum tidak bermuara pada bahagia."
Semua yang hadir tidak pernah tahu dari mana Michelle bisa mengutarakan paparan
yang begitu masuk akal. Gadis seusia Michelle telah mencapai kematangan wawasan.
Mereka sama sekali tidak menduga bahwa Michelle akan mampu mengungkapkan
kearifan itu. Dalam hati mereka menyimpulkan bahwa Michelle telah mengalami perkembangan yang
tak terduga. 32 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 17/9/2004 Subject: Ekspedisi burung-burung
Tuan, hamba yang pertama Ya, hamba telah mengetahuinya
Tenanglah tuanku di singgasana
Jangan dulu memberi pernyataan sore ini
Di tengah silang sengkurat sejarah
Pelajan dulu apa yang tuan telah ketahui
Terutama tentang masa lalu yang mungkin terlalu manis untuk dilupakan.
(Syair Belanda) Kepada siapa lagi aku sampaikan keluhan atas tuduhan bahwa aku sama sekali tidak
menggambarkan tipikal wanita Saudi" Harus berapa kali lagi aku harus ulangi
pernyataanku" Aku sama sekali tidak menulis tentang sesuatu di awang-awang; aneh
dan mustahil terjadi! Aku tidak menulis di atas buih yang tercerabut dari akar
realita. Semua yang kutulis adalah kenyataan di sekitar kita. Semua yang
kuungkapkan adalah segala yang sangat mudah dijumpai pada masyarakat kita.
Buktinya, jumlah para pembaca emailku semakin hari semakin bertambah. Mereka
adalah orang-orang terwakili oleh tulisanku. Maka sebenarnya yang kutulis adalah
suara hati mereka. Adalah jeritan kalbu mereka. Adalah rintihan jiwa mereka...
Maka karena aku mewakili suara hati para wanita Saudi, Anda yang kebetulan
berseberangan dengan kami, silakan menulis tentang mereka dari sudut pandang
yang berbeda! Michelle menemukan kesimpulan bahwa berbagai perselisihan yang terjadi di
negerinya berakar sangat menghunjam ke masa lalu. Perjalanan panjang hingga
akhirnya tradisi itu terwujud. Papanya yang selama ini dianggap sebagai contoh
orang tua yang liberal dan demokratis, sebenarnya lahir dan menghabiskan masa
kecilnya di Saudi. Tetapi pergaulan yang kental di Amerika, telah mengubahnya
seperti yang terlihat pada dirinya saat ini. Akhirnya Michelle tahu bahwa
siapapun yang bergaul dalam sebuah komunitas, disadari atau tidak, dia akan
larut dan lebur ke dalam komunitas itu.
Dan kesimpulan itu kembali teruji. Saat ini mereka mungkin telah kembali larut
ke dalam kultur Saudi. Begitulah ketika Michelle berterus terang dengan apa yang
dia lakukan bersama Mathew, papanya merespon dengan tidak demokratis dan
cenderung kehilangan sosok yang selama ini dikenalnya. Bahkan mamanya yang hanya
mempunyai seorang saudara laki-laki-yaitu ayah Mathew dan menganggap semua
keponakannya sebagai anaknya sendiri, ikut terkejut sedemikian rupa mendengar
pengakuan Michelle. Michelle belum melihat adanya keabsahan doktrin agama dalam hal ini. Selama ini,
papa tidak pernah menerapkan aturan agama dengan kaku. Mama yang memeluk Islam
sejak melahirkan anak perempuan pertamanya juga tidak pernah mempermasalahkan
ikatan-ikatan syariat. Lantas apa yang mengakibatkan perubahan sedemikian ekstnm" Apa yang membuat
mereka berdua memerlakukannya dengan begitu keras"
Apa pula yang membuat mereka menegaskan bahwa Mathew tidak cocok untuknya"
Michelle melihat bahwa kedua orang tuanya telah kuat terpengaruhi pendidikan
masa lalu pada saat mereka berusia seperti dirinya.
Apa yang akan terjadi bila ternyata Mathew benar-benar mencintainya" Apakah
Michelle harus meninggalkannya demi memenuhi kehendak keluarga sebagaimana dulu
Faishal memutuskan hubungan atas ketundukan terhadap keputusan keluarganya"
Memang Michelle menyadari bahwa antara keduanya terdapat beberapa rintangan
untuk bisa bersatu. Secara syariat, mereka berdua tidak bisa menikah karena
Mathew adalah seorang penganut Nasrani. Apakah mereka berdua harus menikah di
Amerika untuk melalui rintangan beda agama" Michelle tahu dengan pasti bahwa
meski papanya mempunyai dasar demokrasi yang kuat, dia tidak mungkin menyetujui
pemikiran gila semacam ini.
Secara umum, Alhamdulillah, Mathew sendiri belum mulai menyatakan perasaannya.
Mungkin dia tidak punya feeling apa-apa kecuali perasaan sayang sebagai saudara
atau sahabat. Tetapi kultur Saudi yang bertahun-tahun dijalani Michelle
memberikan kesimpulan bahwa perhatian dan segala yang dilakukan Mathew terhadap
Michelle adalah tanda-tanda cinta yang nyata.
Kedua orang tua Michelle tidak sabar menunggu hingga selesai masa studi anaknya
untuk mengambil sebuah langkah antisipasi. Semula mereka berdua hendak ke
Amerika setelah Michelle meraih gelar sarjana, tetapi rencana kunjungan itu
dipercepat, apalagi dipicu oleh memanasnya suhu politik setelah kejadian 11
September. Tetapi Michelle merasa bahwa suhu hubungannya dengan Mathew lah yang
lebih kuat mendorong papa mamanya mempercepat kunjungan.
Pindah ke Dubai. Inilah keputusan yang diambil kedua orang tuanya sebagai
langkah antisipasi. Inilah perilaku khas Saudi. Setiap orang bisa melakukan
intervensi ke dalam urusan setiap orang. Kali ini Michelle tidak punya pilihan
lain. Kalau Michelle bersikeras menolak rencana kepindahan, tentu kedua orang
tuanya semakin menyimpulkan adanya hubungan serius antara mereka berdua. Padahal
sampai detik keputusan itu diambil, tidak seorang pun yang bisa menyimpulkan
perasaan apa yang sebenarnya disimpan Mathew terhadap Michelle. Apakah perasaan
kasih sayang sebagaimana yang dilakukan kakak kepada adiknya dan berusaha untuk
memberikan kebahagiaan, atau cinta antara dua anak manusia yang bermuara pada
keinginan untuk saling memiliki"
Semula, keputusan pindah ke Dubai akan dilaksanakan setelah Michelle menyelesai
tahun kedua masa studinya. Tetapi kedua orang tuanya telah benar-benar mengambil
langkah pencegahan dengan mempercepat kepindahan. Michelle akan melanjutkan
studi di Universitas Amerika di Dubai, sehingga dia tidak akan kehilangan masa
studinya. Fasilitas transfer inilah yang mempercepat kepindahan Michelle. Berbeda dengan
saat pindah dari Riyad ke San Francisco, Michelle harus kehilangan dua semester
pertama studinya. Di dubai, si kecil Misy'al juga akan disekolahkan di sekolah
internasional. Rencananya, papa akan mengurus kependudukan di Dubai sehingga
mereka bisa mendapatkan kebebasan yang tidak pernah mereka dapatkan di Saudi.
Perpindahan kali ini jauh lebih sulit dibanding sebelumnya. Michelle harus
meninggalkan teman-teman terbaiknya tanpa bisa menjanjikan pertemuan kembali,
misalnya di liburan awal tahun. Mereka tetap mempunyai rumah di Riyad. Tetapi
tentu tidak mudah untuk sering pulang pergi mengunjungi rumah itu kecuali ada
kunjungan kolektif bersama keluarga. Mungkin yang bisa membawa mereka kembali ke
Riyad adalah kerinduan untuk bertemu dengan keluarga besar papa.
Tetapi itu pun kini sudah semakin kecil peluangnya, karena keluarga dekat papa
tidak lagi menunjukkan kedekatan sebagaimana masa kecil papa dulu.
Lumeis mengadakan pesta besar di rumahnya untuk menandai perpisahan dengan
Michelle. Ketiga temannya memberikan kenang-kenangan berharga bagi sahabatnya
yang akan menjalani kehidupan di ibukota salah satu negara demokratis di Jazirah
Arab. Mereka menangis, mengenang masa-masa bersama sejak masa sekolah dulu.
Terlalu manis untuk dilupakan. Terlalu banyak kenangan untuk tidak segeran
melepas Michelle pergi. Mereka larut dalam kesedihan. Mungkin mereka ingin
melawan takdir, atau setidaknya memilih yang lain, selain perpisahan abadi
semacam ini. Ummi Nuwair menenangkan mereka. Dia mengingatkan adanya fasilitas internet dan
alat komunikasi lain yang memungkinkan mereka tidak hanya saling bertukar
informasi melalui kata atau suaram, bahkan bisa saling menyaksikan aktifitas
masing-masing saat itu. Mendengar hal itu, mereka terlihat tenang walaupun tetap
memperkirakan bahwa hubungan mereka akan berubah seperti perubahan yang terjadi
saat Michelle masih tinggal di Amerika. Apalagi sekarang ini Michelle hanya
mempunyai sedikit peluang untuk kembali ke Riyad. Besar kemungkinan perpisahan
ini menjadi akhir masa indah Michelle bersama mereka, meski masing-masing selalu
berusaha mempererat komunikasi.
Lumeis lah yang paling merasa bersedih di antara mereka bertiga.
Itu dipicu oleh masalah lain yang sedang dihadapi. Contohnya adalah Masalah
perkuliahan dan interaksi dengan para dosen. Termasuk masalah yang selama ini
tidak pernah selesai diurusi, yaitu Tamara. Tidak henti-hentinya ia mengkritik
segala sesuatu yang dilakukan kakaknya. Selain itu, Lumeis juga bermasalah
dengan Ahmad yang dianggapnya telah menyebarkan isi pembicaraan melalui telepon
mereka berdua kepada teman-teman di kampus. Lumeis menyesalkan sikap Ahmad yang
tidak bisa menyeleksi mana yang bisa dibagi bersama teman dan mana yang pantas
dikonsumsi berdua. Beberapa waktu belakangan, Lumeis memiliki jarak cukup jauh dengan Michelle.
Lumeis sering melakukan perbandingan antara Michelle dengan teman-teman lainnya
di kampus. Lumeis sampai pada kesimpulan bahwa hanya Michelle yang mampu
memahaminya dengan sempurna.
Kepribadian Michelle yang paling cocok dengan dirinya. Dalam banyak hal, mereka
berdua banyak memiliki persamaan. Michelle adalah satu-satunya tumpahan rahasia
bagi Lumeis. Mereka berdua telah menjalani suka dan duka bersama. Mereka melalui
masa-masa sulit di kampus secara bersama-sama. Tapi apa keuntungan kebersamaan
yang selama ini mereka bangun" Michelle akan pergi, dan mungkin tak akan pernah
kembali. Lumeis akan kehilangan teman terdekatnya. Ia menyadari betapa
berharganya kehadiran Michelle, justru sesaat sebelum dia pergi meninggalkannya.
33 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 24/9/2004 Subject: Syarat Musaid Rasulullah (saw) bersabda, "Para janda lebih berhak atas dirinya dibanding
walinya. Sedang bagi para gadis perawan, diam adalah tanda setuju" (Shahih
Muslim: 3477). Seorang pemerhati emailku memberi masukan agar aku mengumpulkan semua surat-
surat dan memasukkannya ke dalam beberapa katagori, sehingga mempermudah para
pembaca untuk mencernanya.
Ya Tuhan, apakah email-email ini akan terbit menjadi sebuah buku"
Beberapa orang menasehati agar aku mencetak di Lebanon, karena kemungkinan
besar, tulisan ini menjadi terlarang di Saudi. Lalu aku pun berpikir, apakah
nanti fotoku juga ikut terpampang di dalam buku seperti foto para penulis
terkenal lainnya" Ya, masukan itu membuatku bangga dan senang, tetapi di saat yang sama, itu
membuatku takut dan heran. Heran karena masih banyak pengguna internet yang
belum membaca email itu secara keseluruhan. Di antara mereka masih terdapat
beberapa orang yang baru mengikuti perjalanan emailku mulai minggu ke sepuluh.
Ini di luar targetku, karena aku ingin menyebarkan semua email kepada semua
pengguna internet di seluruh kerajaan Saudi. Adapun rasa takut terkait dengan
keharusan dicantumkannya namaku dalam penerbitan buku itu. Karena setelah sekian
lamanya, aku telah mengaburkan identitasku yang sebenarnya kepada semua pembaca.
Dari sini lahir pertanyaan turunan: Apakah teman-temanku tokoh dalam kisah ini
bisa terjamin priYa cynya bila namaku tercantum dengan jelas" Apakah teman-
temanku itu bersedia untuk dicantumkan dalam buku itu"
Untuk hal ini aku membutuhkan pendapat dari para pembaca.
Kutunggu! Ibunda Qamrah sangat mendukung pertemuan Qamrah dengan Musaid.
Dia adalah salah seorang petinggi di jajaran Tentara Kerajaan. Bertahun-tahun
dia berteman dengan Abu Fahd, paman Qamrah. Umurnya sudah empat puluh enam
tahun. Dia pernah menikah, tetapi sampai tahun ke delapan perkawinannya, Allah
belum mengkaruniainya seorang keturunan. Musaid memutuskan untuk menikah lagi
ketika mendapat berita bahwa mantan istrinya hamil dari suami keduanya.
Mendengar niat itu, Abu Fahd menyampaikannya kepada Qamrah dan ibunya.
Qamrah duduk tidak jauh dari Musaid. Dia benar-benar mencermati dengan detail
calon suami yang ditawarkan kepadanya. Tiga tahun yang lalu, Qamrah tidak
melakukan hal itu kepada Rasyid. Kali ini ia tidak ingin melakukan kesalahan
kedua. Ia lebih tenang dibanding dulu, tidak lagi salah tingkah, dan hampir
terjatuh saat berjalan menuju ruang tamu.
Qamrah tidak melihat penampilan Musaid sebagai orang tua dan renta seperti yang
dibayangkan. Dia tidak setua umurnya. Penampilan fisiknya masih pantas untuk
mengaku berumur tigapuluh delapan tahun. Tidak ada uban di kumisnya, tetapi
beberapa bagian rambutnya terlihat mulai memutih.
Ayah dan ibu Qamrah sengaja memberi peluang yang luas kepada anaknya untuk
menilai. Peluang yang tidak mereka berikan kepada Qamrah sewaktu Rasyid datang
melamarnya dulu. Mereka berdua telah sepakat dengan Abu Fahd untuk memberi waktu
yang leluasa. Seperti pada ajaran Islam yang memberikan kebebasan kepada seorang
janda untuk menentukan masa depannya sendiri, Qamrah melakukan apa yang
seharusnya dia lakukan. Meski pamannya telah tahu benar siapa Musaid, Qamrah
tetap menjadi orang yang paling berhak memberi keputusan.
Tetapi sebelum orang tua dan paman Qamrah pergi meninggalkan ruang tamu, sempat
terjadi salah paham yang membuat Qamrah hampir marah padahal dia baru bergabung
dalam pembicaraan tidak lebih dari dua menit. Ada ucapan Musaid yang menyinggung
perasaannya, tapi penjelasannya cukup mendinginkan suasana dan meredakan amarah
Qamrah: "Saya yang sebagaimana Anda semua ketahui adalah seorang tentara yang tidak
banyak tahu mengenai pemilihan kata dan tutur kata yang tersusun rapi. Tetapi
untuk lebih jelasnya, saya sampaikan maksud saya sebenarnya. Sejak awal saya
mendengar bahwa Qamrah telah mempunyai seorang anak dari suami pertamanya, maka
saya mempunyai syarat, yakni bila Allah berkehendak menjodohkan saya dengannya,
saya ingin agar anak Qamrah tinggal di rumah kakeknya. Saya tidak nyaman merawat
bayi yang bukan anak saya."
"Tapi bukankah anak Qamrah masih kecil?" Kata ayah Qamrah.
"Kecil atau besar sama saja. Ini adalah syaratku," Musaid menjawab.
Abu Fahd berusaha meredakan ketegangan, "Sabarlah Musaid.
Insya Allah semua akan berjalan sesuai dengan harapan semua pihak."
Pandangan mata Qamrah berpindah-pindah dari ayah, ibu, pamannya, dan Musaid. Tak
seorang pun yang berinisiatif memberikan hak suara kepada Qamrah dalam
musyawarah ini. Qamrah sendiri seperti robot yang hanya bisa menggerakkan kepala
dan matanya ke kanan dan ke kiri. Pada sebuah kesempatan, akibat musyawarah yang
berlangsung tidak nyaman, Qamrah berdiri dan meninggalkan ruangan.
Di kamarnya, Qamrah berkeluh kesah kepada ibunya yang setia mendengarkan. Ia
menyampaikan kekecewaan atas sikap ayah yang kasar, pamannya yang keras, dan
sikap Musaid yang menyebalkan.
Sebisa mungkin sang ibunda berusaha menenangkan Qamrah dan meredakan
kekesalannya. Lalu mereka terdiam membayangi kejadian yang baru saja dialami.
Qamrah heran mendengar syarat yang diajukan.
Bagaimana mungkin seorang duda yang terbukti mandul bermaksud untuk memisahkan
perempuan yang akan dinikahi dari anak semata wayangnya" Bagaimana keadaan
Shaleh bila harus menuruti syarat itu"
Bagaimana mungkin laki-laki itu menuntutnya mengorbankan kepentingan ibu dan anak demi tuntutan pengorbanan yang lebih besar, yaitu
bersuamikan laki-laki mandul" Kemudian layakkah meski dia seorang tentara untuk
bertutur kata tidak sopan kepada tuan rumah yang didatanginya" Qamrah telah
banyak mendengar gaya hidup para tentara, tetapi dia tidak pernah menyaksikan
sikap sekasar itu dilakukan oleh lakilaki dewasa!
Paman dan ayah Qamrah menyusul. Musaid telah pergi dengan marah atas sikap
Qamrah yang meninggalkan ruangan tanpa permisi.
Sebagaimana sang paman mempermalukan Qamrah di depan Musaid, dia melakukan hal
serupa di depan ibunya: "Sikap kamu tadi tidak selayaknya dilakukan oleh seorang perempuan dewasa di
depan orang yang sedang mengajukan lamaran.
Sudah kukatakan, serahkan semua kepada Allah. Musaid adalah laki-laki terhormat
yang tidak mempunyai aib. Bersyukurlah kamu telah dikaruniai anak. Maka sekarang


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamu harus berusaha mempunyai suami untuk terhindar dari gunjingan orang.
Bukankah kamu bisa menjenguk anakmu kapan saja kamu mau?"
Ayah Qamrah hanya terdiam dan menyerahkan semuanya kepada Abu Fahd. Abu Fahd
pergi meninggalkan mereka setelah terlibat permasalahan yang bukan haknya. Sang
ayah juga menyusul pergi menuju pekerjaan bersama teman-temannya.Tinggal Qamrah
yang membenamkan diri pada tatapan kasih ibunya.
Pada proses perkawinannya yang pertama, Qamrah tidak dinasehati untuk melakukan
istikharah atau shalat memohon petunjuk dan Allah atas beberapa pilihan yang
ada. Tapi kali ini sang ibu mencoba mengarahkan putrinya untuk melibatkan Allah
dalam pengambilan keputusan. Apakah perangai Rasyid kala itu begitu mengagumkan
sehingga tidak perlu beristikharah, tidak perlu memohon petunjuk dari Allah"
Malam itu Qamrah mendirikan salat dua rakaat untuk memohon petunjuk. Ia
melakukan hal itu setelah mendapat penjelasan betapa pentingnya tata cara itu
dilakukan dalam kondisi seperti yang sedang dia alami. Qamrah mengucapkan doa
istikharah: "Ya Allah aku mohon izin-Mu untuk menentukan pilihan terbaik bagiku. Engkau
dengan keluasan ilmu dan keagungan kuasa-Mu, aku memohon dari sisi karunia-Mu.
Engkau Maha Kuasa, sedang aku tidak memiliki daya upaya. Engkau Maha Mengetahui,
sedangkan pengetahuanku sangat sempit. Engkaulah yang Maha Tahu atas segala
kegaiban. Ya Allah bila Engkau memastikan bahwa Musaid terbaik bagiku, bagi
agama, kehidupan dunia, dan akhiratku, maka berikanlah aku kuasa dan kemampuan.
Tetapi bila Engkau mengetahui bahwa Musaid tidak mendatangkan kebaikan bagiku,
bagi agama, kehidupan dunia dan akhiratku, maka jauhkanlah dia dariku, dan
jauhkan aku darinya. Kemudian berikan aku kemampuan untuk menemukan yang terbaik
di mana pun adanya, dan ridhai aku melakukannya."
Dia juga mendapatkan penjelasan bahwa seseorang tidak harus mendapatkan
petunjukkan Allah atas Istikharahnya itu melalui mimpi seperti yang sejak awal
dikiranya. Dengan Istikharah berkali-kali, seseorang akan mendapatkan kemantapan
hati dan kejernihan pikiran untuk cenderung memilih ini atau itu. Dia juga akan
mempunyai ketetapan untuk menerima atau menolak sesuatu. Qamrah memang berkali-
kali melakukan istikharah, tetapi tetap belum mendapat petunjuk untuk menentukan
pilihan. Setelah sekitar sepuluh hari, setelah berwudhu dan mengerjakan salat Istikharah,
Qamrah beranjak menuju peraduan. Dalam tidurnya dia bermimpi sedang tidur bukan
pada ranjang yang biasa dia tempati. Hanya muka dan telapak kaki yang terlihat
dalam tidurnya. Dia tidak bisa memastikan antara wajah dirinya atau wajah
sahabatnya Shedim. Tetapi Qamrah yakin bahwa yang tidur di ranjang itu adalah
dirinya, tapi dalam suasana yang sangat ganjil. Qamrah memastikan bahwa yang
tidur di ranjang itu adalah seorang perempuan berambut panjang tetapi
berjenggot. Jenggotnya panjang dan sudah memutih. Qamrah melihat perempuan itu
membangunkan dirinya sendiri dan berteriak: Bangun!
Waktu salat telah habis! Qamrah membolak-balikkan badan di atas kasur hingga sadar telah berada di alam
mimpi. Qamrah dibawa kepada seorang Ulama yang terbiasa menafsirkan mimpi. Qamrah
menjelaskan bahwa mimpi itu terjadi setelah dia mengerjakan dua rakaat
Istikharah atas datangnya lamaran seorang duda. Ulama itu bertanya apakah Qamrah
pernah menikah. Qamrah menjelaskan bahwa dirinya pernah menikah, tetapi saat ini
telah bercerai. Selanjutnya Ulama itu bertanya apakah dirinya mempunyai seorang anak.
Qamrah menjawab sejujurnya. Kemudian Ulama itu berkata:
"Perempuan yang sedang tidur itu adalah kamu. Bukan temanmu seperti yang kamu
ragukan. Sebelum kusampaikan lebih jauh, aku menasehatimu agar kamu segera
kembali kepada ajaran agama. Di dalam agama itulah terdapat perlindungan dari
segala bencana, dan keselamatan dan segala kejahatan. Wajahmu yang terbuka
adalah pertanda bahwa ketundukan dan ketaatan kamu kepada agama sangat rendah.
Mimpimu juga mengabarkan bahwa kamu merasa nyaman dan tenteram dengan perkawinan
pertamamu, tetapi rambutmu yang terurai menunjukkan bahwa suami pertamamu tidak
berkehendak rujuk kepadamu. Ini lebih baik bagimu, karena uban dalam sebuah
mimpi menunjukkan kefasikan dan khianatnya kepadamu. Adapun jenggot adalah kabar
gembira, bahwa dengan izin Allah, kelak anakmu akan mendapatkan kedudukan yang
tinggi dan mulia dalam keluarga dan masyarakat. Adapun keterlambatanmu
mengerjakan salat dalam mimpi itu adalah isyarat dari kesulitan dan keburukan
yang sedang ingin kamu mintakan petunjuk dari Allah. Aku nasehatkan agar kamu
tidak menerima lamaran laki-laki itu. selanjutnya serahkan semua kepada Allah.
Wallahu a'lam." Badan Qamrah seperti bergetar, tetapi pada saat yang sama seperti muncul
kepuasan. Ia bergegas memberitahukan berita tafsir mimpi itu kepada keluarganya.
Mereka marah dan kecewa atas lamaran yang tidak berkelanjutan pada proses
pernikahan itu. 34 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 1/10/2004 Subject: Kesejukan yang menghibur
Berbagai ide dan pendapat masuk ke alamat emailku. Aku tidak bisa memilah mana
yang serius dan mana main-main. Seorang pembaca asli Saudi mengusulkan agar
emailku diturunkan dalam sebuah cerita berseri selama bulan Ramadhan yang akan
segera datang. Mengapa tidak" Bila ada usulan untuk mencetak kisah ini mengapa
tidak sekaligus dibuat sinetron atau sebuah mini seri" Aku sepakat dengan usulan
itu karena sejak awal aku memang bermaksud menyampaikan kisah dan riwayat ini
kepada publik. Apapun medianya. Dari sini muncul pertanyaan penting, siapa yang akan menerima
naskah ceritaku" Lantas apakah harus menggunakan aktris luar Saudi untuk cerita
ini dengan catatan mereka harus belajar dialek Saudi" Atau kita harus
menempatkan para pemuda Saudi untuk peran perempuan"
Rumah Syaikh Abdullah al-Harimly penuh dengan para pelayat yang berbelasungkawa
atas meninggalnya ayah Shedim Abdul Muhsin yang meninggal di kantornya akibat
serangan jantung mendadak. Syaikh Abdullah adalah saudara tertua ayah Shedim.
Di sebuah tiang terbesar di ruang tamu, Shedim bersandar. Di sampingnya duduk
bersebelahan Qamrah dan Lumeis. Keduanya menghibur Shedim tetapi air mata
keduanya lebih banyak dari air mata Shedim. Bagaimana Shedim menghadapi masa
depan tanpa ayah dan ibu yang membimbingnya" Bagaimana dia bisa tidur tanpa
seorang teman di rumah yang sedemikian besar" Apakah Shedim akan dipaksa tinggal
di salah satu rumah pamannya" Berbagai pertanyaan tidak bisa dijawab oleh kedua
sahabat Shedim dan bahkan oleh Shedim sendiri. Ibunya meninggal sebelum sempat
ia mengenalnya. Sedang kini ayahnya meninggal ketika kebutuhan Shedim akan
hadirnya seorang ayah sedang pada puncaknya. Tidak ada pilihan bila Allah telah
menghendaki kematian datang. Inna lillah wa inna ilaihi rajiun. Kita adalah
semata milik Allah dan niscaya akan kembali kepada-Nya.
Ummi Nuwair berada di deret istri paman-paman Shedim dan bibinya Badriyah.
Mereka menyambut para pelayat yang datang mendoakan almarhum. Kedua mata Ummi
Nuwair selalu mengawasi keadaan Shedim yang sedang dirundung duka.
Shedim berusaha mengamati keadaan para wanita yang datang memenuhi ruangan.
Tidak ada ekspresi kesedihan pada raut muka mereka. Sebagian mereka datang
dengan perhiasan lengkap. Sebagian yang lain larut dalam percakapan yang sama
sekali tidak berhubungan dengan takziyah. Sebagian lainnya tertawa-tawa lirih
satu sama lain. Apakah mereka memang benar-benar datang untuk menghibur Shedim"
Shedim pergi meninggalkan ruangan yang dipenuhi oleh orang-orang yang datang
tanpa empati. Mereka benar-benar tidak sedang merasakan apa yang dirasakan
Shedim. Benarkah di antara mereka tidak ada yang memahami perasaannya selain
seorang Faraz" Tidak ada selain Faraz yang paham sejauh apa ketergantungan
Shedim dengan sang ayah. Hanya Faraz yang mampu meringankan kesedihannya. Ya, hanya Faraz yang tersisa
setelah laki-laki yang selama ini melindunginya pergi menghadap Ilahi.
Pesan yang dikirim Faraz untuk Shedim tidak pernah berhenti.
Faraz selalu memposisikan diri selalu di samping Shedim pada saat sedih seperti
ini. Faraz mengingatkan bahwa dirinya selalu ada bersamanya dan selalu merasakan
kesedihan dan kehilangan sebagaimana yang dirasakan Shedim. Ayah Shedim adalah
ayah Faraz. Shedim adalah ruh Faraz.
Mereka tidak terpisahkan apapun yang terjadi.
Di sepertiga malam terakhir, Faraz memegang buku kecil berisikan doa-doa. Dia
membacakan untuk Shedim di ujung telepon dengan harapan Shedim adakan
mengamininya: Ya Allah, sungguh hamba-Mu Abdul Muhsin al-Harimly telah berada di dalam
perlindungan-Mu. Maka lindungilah dia dari fitnah kubur dan azab neraka.
Ampunilah segala dosanya dan limpahkan kasih sayang atasnya. Engkaulah Maha
Pengampun dan Penyayang. Ya Allah sesungguhnya dia adalah hamba-Mu. Dia benar-
benar bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau dan bahwa Muhammad adalah rasul
utusan-Mu. Ya Allah pindahkanlah dia dari tempat fana ke surga-Mu yang abadi.
Ya Allah sayangilah dia di bawah bumi. Tutuplah aibnya di hari perhitungan. Dan
jangan Engkau rendahkan derajatnya pada hari berbangkit. Ya Allah berikan
catatan amalnya dengan tangan kanan dan mudahkanlah penghitungan amalnya.
Jadikan timbangan kebaikannya berat dan kokohkan pijakan kakinya di atas
Shirath*. Tempatkan dia di surgaMu yang tertinggi berdampingan dengan surga para nabi-Mu
dan rasul pilihan Mu Muhammad Shallahu alaihi wa sallam. Wahai Dzat Maha
Pengasih dan Penyayang. Wahai Dzat yang selalu hidup. Wahai Dzat Pencipta langit
dan bumi. Wahai Dzat Pemilik segala keagungan dan kemuliaan...
Faraz membaca doa itu dengan suara serak. Hatinya turut berdoa dan merasakan
kesedihan Shedim. Tetapi Faraz tetap menunjukkan ketegaran agar kekasihnya itu
juga turut tegar bersamanya. Faraz tidak pernah putus asa untuk menanam asa
dalam hati Shedim. Shedim sendiri telah menemukan setitik kesejukan dengan
adanya Faraz. Sampai berangsur-angsur mental Shedim pulih, Faraz tetap berada di
sisi Shedim. * Jembatan yang memisahkan antara Surga dan Neraka 35
To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 8/10/2004 Subject: Libra dan Aquarius
Selama masih hidup di tengah karunia Allah, selama Anda masih bernaung di
belantara milik Allah, hanya dua hal yang harus Anda kerjakan: tenteramkan akal
jiwamu dan terbanglah bebas di udara (Kahlil Gibran). Izinkan aku di penghujung
Syaban ini menyampaikan kepada Anda semua ucapan selamat atas karunia Allah
kembali bisa bersua dengan bulan Ramadhan. Bulan ini memang disediakan bagi kita
dan segenap kaum muslim oleh Allah (Swt). Semoga Allah berkenan melimpahkan
kepada kita untuk menyelami hakikat puasa siang hari dan bangun malam harinya.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas keterbatasanku mengirimkan email dan
melanjutkan kisah-kisahku selama bulan Ramadhan ini. Kita akan bersua kembali
setelah bulan mulia ini pergi. Sejak awal aku telah menyatakan akan selalu
merindukan kalian. Percayalah aku akan datang dengan cerita-cerita yang lebih
mengejutkan pada awal bulan Syawal. Tunggulah!
Setelah menyelesaikan tahun keempat studinya, Lumeis dan Tamara memutuskan untuk
magang di salah satu rumah sakit di Jeddah. Seperti umumnya para mahasiswa yang
magang, mereka berdua tidak diperkenankan melakukan pengobatan terhadap pasien.
Mereka hanya diposisikan sebagai asisten atau pendamping dokter saat mereka
melakukan pengobatan. Sesekali pihak rumah sakit memperbolehkan beberapa
mahasiswa pilihan untuk menyaksikan pelaksanaan operasi terhadap pasien sebagai
usaha pemberian bekal pengetahuan kepada mereka.
Bersama Lumeis dan Tamara tidak ada peserta magang lainnya kecuali dua orang
mahasiswa Kedokteran Umum dan beberapa mahasiswa lain dari Kedoktran Gigi yang
magang di klinik gigi. Pada mulanya Tamara merasa risih dan tidak nyaman dengan
keberadaan mereka berdua di tengah para mahasiswa laki-laki. Hingga Tamara
sering sengaja terlambat datang pada lagi hari dan pulang lebih awal sebelum
habis jam kerja kerja di sore hari. Sementara Lumeis selalu berdisiplin terhadap
waktu dan tidak ingin melewatkan saat-saat penting mempelajari hal-hal baru di
rumah sakit itu. Para dokter dan karyawan rumah sakit sangat ramah dan hangat terhadap mereka
berdua. Tamara tetap merasa malu duduk-duduk bersama kedua mahasiswa yang lain
di sebuah ruang yang tidak terlalu luas tempat yang disediakan untuk istirahat
pada jam-jam jeda. Sementara untuk bergabung dengan para dokter dan karyawan lain tentu lebih tidak
nyaman karena mereka juga sedang menikmati saat-saat rehat. Tinggallah Tamara
dalam galau dan kebingungan menentukan apa yang harus dikerjakan. Tamara tetap
mempertahankan adanya batas-batas yang harus ditaaati dalam berinteraksi antara
dia dan kedua mahasiswa itu. Pada balutan rasa bingung itu, Tamara menyaksikan
Lumeis telah benar-benar larut dan menikmati kebersamaan di rumah sakit bersama
karyawan dan dokter serta pihak-pihak lain di rumah sakit itu. Setelah sekitar
seminggu dari awal magang mereka, Tamara memutuskan untuk tidak lagi berangkat
ke rumah sakit bersama Lumeis.
Bersamaan dengan itu, salah satu mahasiswa yang juga sedang magang itu
menyatakan pengunduran diri dari aktifitas magang untuk sebuah kepentingan di
luar negeri. Demikianlah, akhirnya Lumeis hanya tinggal berdua bersama Nizar
melanjutnya aktifitas magang. Lumeis sendiri merasa keberadaannya sendirian
bersama seorang mahasiswa lebih menyenangkan dan nyaman dibanding dia bersama
dua orang mahasiswa. Tetapi mereka berdua tetap melangsungkan interaksi yang
datar dan sekadarnya saja. Tidak ada hubungan spesial dan rasa khusus terjadi
antara mereka berdua. Lumeis menemukan pola interaksi yang berbeda bersama Nizar yang tidak dia
rasakan dengan Ahmad atau teman-teman lainnya di internet. Suatu hari Nizar
mengajak Lumeis untuk makan bersama di kantin rumah sakit pada hari pertama
kepergian temannya ke luar negeri.
Saat itu Lumeis menolak dengan alasan ingin membaca buku kedokteran yang sedang
dibawanya. Lumeis menyatakan akan makan sebentar lagi.
Nizar akhirnya berangkat sendiri dan kembali dengan membawa dua kotak nasi. Satu
untuknya dan yang lain diberikan kepada Lumeis. Nizar memberikan nasi kotak itu
dengan sikap yang lembut dan sangat sopan.
Saat memberikan itu, Nizar mengingatkan bahwa satu jam lagi mereka harus
mengikuti sesi pendampingan bersama seorang dokter. Setelah itu Nizar terlihat
pergi makan di sebuah ruang pasien yang kebetulan sedang kosong.
Pada mulanya Lumeis memang selalu merespon sikap Nizar dengan datar dan biasa
saja. Tetapi semakin lama, Lumeis semakin merasakan sikap santun dan kepribadian
yang mengesankan dari Nizar. Beriringan dengan itu materi percakapan antara
keduanya melampaui batas hal-hal kedokteran, pengobatan dan kesehatan. Mereka
mulai membicarakan rancangan masa depan masing-masing setelah menyelesaikan
studi. Informasi tentang kehidupan pribadi, jumlah saudara, keluarga, lingkungan tempat
tinggal, masalah-masalah kecil dan berbagai rutinitas harian menjadi materi-
materi percakapan antara mereka.
Tak pelak, rumah sakit itu menorehkan kenangan. Tempat-tempat khusus, kejadian-
kejadian ringan dan beberapa aktifitas yang mereka jalani bersama menjadi sebuah
relief abadi di dinding memori masing-masing. Mungkin mereka tidak sedang
memahat dinding itu, tetapi kebersamaan mereka telah mematrikan pengalaman,
kenangan dan perasaan. Hari itu pembicaraan yang paling dikenang adalah tentang ramalan zodiak. Mereka saling menebak bintang masing-masing. Lumeis sendiri yang memang banyak
menguasai hal itu dari berbagai literatur dan kebudayaan mulai menebarkan pesona
kepada Nizar dengan beberapa kali menebak dengan tepat sifat-sifat khas bintang-
bintang tertentu. Dalam hati, Nizar memang membenarkan beberapa prediksi Lumeis.
Hal pertama yang dilakukan Lumeis sepulang dari rumah sakit hari itu adalah
membuka-buka buku perbintangan tentang berapa besar prosentase keberhasilan
hubungan antara Libra dan Aquarius. Lumeis menemukan di sebuah buku keberhasilan
itu mencapai depalan puluh lima persen sedang di buku lain tidak lebih dari lima
puluh persen. Lumeis memutuskan untuk memercayai ramalan yang pertama. Tetapi
kali ini Lumeis merencanakan strategi khusus untuk memenuhi harapannya. Dia
memasang target agar Nizar bisa terperangkap dalam 'jerat' yang dia pasang. Dia
yakin bahwa perempuan mempunyai kemampuan dan peluang untuk melakukan rekayasa
cinta sebagaimana selama ini hal itu didominasi kaum laki-laki. Dengan sedikit
kesabaran dan kerja keras, Lumeis meyakini keberhasilannya.
Malam itu Lumeis tidak bisa tidur hingga setelah dia menunaikan salat Fajar.
Malam itu Lumeis memenuhi buku hariannya dengan langkah dan strategi yang harus
dilakukan lengkap dengan undang-undang yang harus ditaati.
Dia juga mengantisipasi untuk selalu memasang pengingat bagi hatinya sewaktu-
waktu mulai berubah arah suatu hari nanti. Ini memang kebiasaan Lumeis. Dia
selalu menuliskan pemikirannya di atas kertas untuk menjadi panduan dan rambu-
rambu teknis di lapangan. Ini adalah pelajaran paling berharga dari ibunya, dr
Fathin. Lumeis mencatat semua pengalaman dan pelajaran berharga dari guru kehidupan yang
dia saksikan setiap kali berinteraksi dengan orang dan kelompok lain. Dia juga


Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menganggap pengalaman orang lain sebagai peringatan bagi dirinya. Dia juga
mencatat banyak hal tentang kebiasaan kaum laki-laki yang dia temukan di
sekitarnya. Nasehat dan didengar dan bacaan juga menjadi bahan-bahan coretan
harian Lumeis. Dari sekian banyak catatan, Lumeis membuat daftar "Tidak akan"
untuk dirinya: Tidak akan mengizinkan dirinya memulai cinta sebelum merasakan
dan memastikan laki-laki pilihannya juga mencintainya.
Tidak akan menaruh harapan dan menggantungkan cinta sepenuhnya kepada seorang
laki-laki sebelum dia mengajukan lamaran secara resmi.
Tidak akan bermanis kata kepada laki-laki dan tidak akan menceritakan dirinya
seutuhnya. Itu semua bisa dilakukan dengan mempertahankan diri sekuat tenaga
untuk tidak terbawa oleh perasaan kewanitaan yang sering memberi dorongan untuk
menyerahkan diri kepada laki-laki.
Tidak akan menjadi seperti Shedim, Qamrah, atau Michelle!
Tidak akan menjadi pihak pertama yang memulai hubungan dan komunikasi.
Tidak akan menanggapi pancingan percakapan yang tidak perlu dari laki-laki.
Tidak akan mendikte kaum laki-laki sebagaimana sebagian wanita melakukannya.
Tidak akan menyuruh laki-laki yang mencintainya untuk berubah demi menyesuaikan
diri dengan seleranya. Kelebihan dan kekurangan masing-masing pasangan harus
menjadi sesuatu yang alami dan mempererat hubungan.
Tidak akan membiarkan hak-hak wanita diremehkan. Tidak akan membiarkan laki-laki
membiasakan diri dengan kesalahan yang merendahkan martabat wanita.
Tidak akan menyatakan cinta sebelum dia terlebih dahulu menyatakannya.
Tidak akan mengubah diri demi memuaskan kehendak dan kemauannya.
Tidak akan menganggap remeh segala yang berpotensi mengakibatkan bahaya!
Tidak akan membiarkan diri berlarut-larut dalam ketidakpastian.
Maksimal tiga bulan waktu toleransi bagi laki-laki untuk menyatakan cintanya.
Bila dalam waktu tiga bulan dia tidak memberi kepastian status hubungan mereka
berdua, pihak perempuan harus mengambil langkah tegas memutuskan hubungan
terlebih dahulu. Tidak akan ada kesempatan bagi laki-laki untuk menggantung
status. 36 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 12/11/2004 Subject: Michelle membebaskan diri dari ikatan!
Aku tidak sedang mengatakan bahwa semua yang kusampaikan bebas dan kesalahan.
Aku hanya berharap setiap kata yang kusampaikan di sini adalah kebenaran (Ghazi
al-Qashiby). Kullu "am wa antum bikhair. Selamat datang Ramadhan. Semoga sepanjang tahun
selalu dalam kebaikan! Semoga Allah berkenan menerima ibadah puasa, amalan malam
hari dan semua amal saleh kita.
Aku merindukan Anda semua. Siapapun Anda dan apapun Anda memposisikan diri;
kawan atau lawan, penentang atau pendukung. Aku selalu mendambakan mendapat
berita tentang mereka yang telah tulus menjalin silaturahmi. Ini aku datang
kembali kepada Anda sebagaimana kembalinya para pelaku puasa menjadi fitri dan
suci di bulan Syawal. Sebagian menganggapku berhenti sampai di sini dan tidak akan melanjutkan kisah
ini setelah Ramadhan berlalu. Aku sampaikan bahwa aku akan tetap menuntaskan
tulisanku. Bahkan kutegaskan sebagai berita gembira pengagung cinta dan
kubangkitkan amarah penebar benci bahwa ini semua baru permulaan. Masih sangat
banyak yang akan kuungkap dan semakin keras perlawanan semakin menguatkan aku
untuk terus menulis... Michelle memasuki fase baru kehidupannya setelah sekian lama menunggu. Dia
berusaha membenamkan kenangan dan pengalaman masa lalunya sedalam-dalamnya dan
memulai babak baru. Benar, Michelle memendam amarah dan kebencian tetapi
Michelle mampu merekayasa keduanya menjadi bagian dan perjalanan hidupnya. Hal
yang membantunya adalah keindahan Dubai yang benar-benar tak pernah
terbayangkan. Ditambah lagi sambutan dan perlakukan masyarakat Dubai terhadap
dirinya dan keluarga sungguh lebih hangat dari yang pernah diperkirakan.
Di kampusnya yang baru, Michelle berkenalan dengan Jimnah, salah seorang
mahasiswi asal Emirat. Dia seusia dengan Michelle. Dalam beberapa materi kuliah,
mereka mengikutinya bersama-sama. Jimnah dan Michelle saling mengagumi
kecantikan dan kecerdasan masing-masing. Papa Michelle senang melihat hubungan
mereka berdua. Selain hal itu menunjukkan bahwa putrinya telah mulai menemukan
kenyamanan di Dubai, Jimnah sendiri adalah putri seorang tokoh kenamaan di
Emirat. Papa Michelle ikut merasa bangga dan gembira.
Misy'al adik kecil Michelle mulai mengenal Jimnah sebagai sosok yang secara
fisik benar-benar mirip dengan kakaknya. Pilihan pakaian, hiburan, selera makan
dan beberapa kebiasaan mereka berdua sama. Mereka sering melakukan aktifitas
bersama-sama, baik yang berkaitan dengan kuliah maupun yang sama sekali tidak
berhubungan. Ini memungkinkan kedekatan mereka berdua terbangun lebih cepat.
Kedekatan mereka berdua menjadi semacam tirai tipis yang membatasi hubungan
dengan teman-teman lainnya. Tirai tipis penghalang itu berupa beberapa hal
kedudukan, kemampuan materi dan mungkin beberapa penampilan fisik.
Jimnah mengajak Michelle untuk bersama dirinya bekerja di perusahaan ayahnya
pada sebuah liburan musim panas. Michelle langsung menyetujuinya. Mereka berdua
tergabung dalam kepanitiaan bersama untuk mempersiapkan sebuah acara mingguan
yang berkaitan dengan dunia kesenian. Mereka berdua mencari informasi-informasi
tentang seni dan internet. Mereka semakin dekat dengan semakin banyaknya
kegiatan kepanitiaan yang mereka jalankan bersama-sama.
Tetapi menjelang akhir masa liburan, Jimnah dan keluarganya bepergian ke
Spanyol. Akibatnya Michelle mendapat limpahan tanggung jawab kepanitiaan yang
ditinggalkan sahabatnya itu.
Michelle melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya hingga
akhir masa liburan, bahkan hingga telah masuk masa kuliah. Kegiatan itu mewadahi
para pekerja seni yang tersebar di berbagai negara. Dari kegiatan itu Michelle
mendapatkan alamat dan nomor telepon para seniman dalam jumlah yang sangat
banyak di seantero negeri. Michelle menghubungi mereka untuk memberi dan meminta
berbagai informasi yang dibutuhkan. Kesempatan ini dimanfaatkan Michelle untuk
membangun jaringan secara personal dengan tokoh-tokoh itu hingga ketika mereka
berkunjung ke Dubai, Michelle telah mempunyai entry point yang kuat. Michelle
diundang secara khusus untuk menghadiri acara yang mereka adakan di Dubai.
Semuanya berkembang. Michelle mempunyai cara bagaimana agar para tokoh itu
bergabung di dalam kegiatan mereka, atau melibatkan mereka dalam kegiatannya.
Ini sekaligus membuka cakrawala baru bagi gadis itu untuk bidang dan sektor yang
baru. Cakarawala baru itu juga berperan membebaskan ikatan-ikatan yang selama
ini terasa membelenggu kebebasan berkreasinya. Dia membangun hubungan dengan
banyak orang dari berbagai profesi dan kalangan. Dia pun menemukan kekuatan rasa
percaya dirinya dan merasa selalu bisa memberi kenyamanan kepada setiap relasi
baru yang ditemuinya. Mereka menyukai cara kerja Michelle dan meletakkan
kepercayaan yang besar. Dia sendiri menyadari kesempatan emas ini dan selalu berusaha memberi jaminan
mutu dan prestasi bagi setiap kepercayaan yang diterimanya.
37 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 19/11/2004 Subject: Sama seperti yang lain, dia hanya laki-laki biasa.
Kutahu jalanku berliku Kutahu berpisah denganmu menyakitkan
Kepulanganku juga berat Bahkan derita Bukan sehari, mungkin sebulan
Aku lupa semuanya Dan semuanya membuatku melupakan kehidupanmu
Manis dan pahit Mungkin pertemuan denganmu
Akan mengobati luka Dan mengembalikan ceria dan gelak tawa (Badr bin Abdul Muhsin) Saudara Adil
mengirimkan email kepadaku yang berisi kritikan. Dia menyampaikan bahwa emailku
kurang tertata dengan sistematika yang baik. Sering tidak ada korelasi antara
email minggu ini dengan minggu berikutnya. Adil menjelaskan panjang lebar
tentang aturan yang diketahuinya serta berbagai komposisi yang tepat dalam
sebuah tulisan. Komposisi informasi, fiksi, penjelasan dan berbagai perhitungan matematis
lainnya. Adil menjelaskan dengan terperinci. Peraturan-peraturan itu ingin
kucoba terapkan tetapi setiap kali kucoba setiap kali itu aku merasa tidak
nyaman... Faraz menghadiahi Shedim sebuah laptop beberapa hari setelah awal masa liburan
semester. Faraz memang pernah menjanjikan pemberian hadiah itu. Michelle sangat
bahagia hingga datang saatnya ketika Shedim harus menghadapi kenyataan yang
benar-benar nyata. Kenyataan yang menyatakan bahwa dengan suara tertahan dan
kalimat yang keluar perlahan namun pasti, Faraz menyampaikan bahwa dirinya telah
melamar seorang gadis atas kehendak keluarga besarnya. Shedim seperti tidak
percaya dengan apa yang dia dengar. Tetapi mendadak seperti ada hempasan keras
menerpa tubuh dan perasaannya. Hempasan itu menguburnya sangat dalam di bawah
tanah. Shedim seperti dikubur hidup-hidup...
Logiskah bila Faraz menikahi perempuan lain setelah rentetan kisah kasih dan
tahun-tahun panjang yang mereka lalui berdua" Bagaimana semua ini terjadi" Masuk
akalkah seorang tokoh sekaliber Faraz tidak mampu meyakinkan keluarganya akan
perempuan pilihannya" Atau memang selama ini Faraz memang tengah tidak yakin
dengan cintanya" Sia-siakah usaha dan kerja Shedim untuk menempa diri menjadi layak'
menyanding orang terkenal bernama Faraz"
Selama ini Faraz menempatkan diri dalam lingkar tanggung jawab atas prestasi
akademis Shedim. Shedim sendiri dengan senang dan bahagia mengikuti saran dan
arahan Faraz. Kematian sang ayah memberinya pukulan yang berat. Tetapi Faraz
tampil sebagai pahlawan. Dia mampu mengembalikan Shedim ke lintasan prestasi dan percaya diri.
Tidak. Tidak mungkin Faraz sama dengan Faishal! Bagi Shedim, selama ini Faraz
jauh lebih kuat, lebih besar dan lebih kokoh untuk bisa disamakan dengan laki-
laki pengecut yang meninggalkan dirinya itu.
Tetapi ternyata mereka berdua setali tiga uang. Sama dan tidak berbeda kecuali
pada penampilan fisik mereka. Terlihatlah bahwa semua laki-laki hakikatnya sama.
Tuhan hanya membedakan wajah setiap laki-laki sekadar agar perempuan bisa dengan
mudah membedakannya. Faraz menghubungi Shedim duapuluh tiga kali ke handphone Shedim dalam rentang
tujuh menit. Tetapi gumpalan kesedihan bercampur amarah di tengorokannya terlalu
besar untuk mengizinkannya berbincang-bincang dengan laki-laki itu! Sekian lama
ia merindukan inisiatif Faraz menghubungi dirinya. Bahkan setiap detik Shedim
selalu merindukan suaranya. Tetapi kali ini menjadi peristiwa pertama Shedim
menolak mengangkat telepon dari orang yang selama ini dirindukannya.
Tetapi jengkel dengan dering ponsel. Shedim akhirnya mengangkat telepon itu,
"...Kutemukan ruhku sejak pertama kumemandangmu..."
Dari ujung telepon setelah berbagai basa-basi dan perkataan manis Faraz
menyampaikan kepada Shedim bahwa sebentar lagi akan datang kepadanya sepucuk
surat. Shedim membaca surat yang dimaksudkan untuk menjelaskan duduk perkara
semuanya. Tetapi alih-alih menjadi tenang dan damai, Shedim justru bertambah
marah. Faraz menyembunyikan berita lamarannya selama dua minggu terakhir ini. Dua
minggu itu adalah masa-masa ujian akhir bagi Shedim.
Saat itu Faraz masih menghubunginya puluhan kali dalam sehari agar Shedim tetap
konsentrasi dan fokus pada materi ujiannya. Semuanya wajar seperti tidak terjadi
apa-apa. Inikah pasalnya mengapa selama ini dia menghubungi bukan dengan nomor
yang biasa dia gunakan" Mungkin dia takut diketahui anggota keluarganya telah
menjalin hubungan spesial dengan seorang wanita. Berarti bukankah untuk hal itu
Faraz telah mempersiapkannya berbulan-bulan yang lalu"
Faraz menyampaikan dalam suratnya bahwa dia menyembunyikan berita lamaran itu
sampai memastikan Shedim telah lulus kuliah dengan prestasi terbaik. Dan itulah
yang terjadi. Shedim lulus dengan predikat terbaik sebagaimana pada semester-
semester sebelumnya sejak perkenalannya dengan Faraz.
Selama ini Faraz memang memposisikan diri sebagai motivator ulung dalam memompa
semangat berprestasi Shedim. Shedim sendiri dengan senang hati dan bahagia
menaati dan menuruti semua arahan dan bimbingan Faraz. Sepuluh bulan sebelum
ujian akhir, ketika ayahnya meninggal, Shedim sempat jatuh dan hampir tidak
mempunyai semangat belajar. Saat itu Shedim merasa tidak akan lulus ujian.
Tetapi Faraz mampu meyakinkan Shedim atas kemampuannya.
Akankah kali ini Faraz akan pergi meninggalkan dirinya dan tidak akan pernah
kembali sebagaimana beberapa minggu sebelumnya sang ayah mendahuluinya" Siapa
yang akan bersamanya sepeninggal mereka berdua" Siapa yang akan membimbing
hidupnya" Shedim teringat dengan sejarah tahun kesedihan yang dialami Rasulullah
(saw). Pada tahun yang sama Rasulullah kehilangan dua orang terdekat yang sangat
berpengaruh dalam hidupnya. Paman yang selalu membela perjuangannya dan sang istri yang selalu menyertai suka dukanya pergi dalam
waktu yang berdekatan. Shedim beristighfar. Setelah beberapa saat kontemplasi,
Shedim meyakini bahwa kesedihannya kali ini telah dirasakan oleh sebagian besar
manusia di muka bumi. Ketika mereka bisa tegar di atas kesedihan itu, mengapa
dirinya tidak" Ketika mereka bisa bangkit, mengapa dia harus terpuruk"
Tiga hari berturut-turut, Shedim tidak bisa makan. Setelah seminggu menyendiri
di dalam kamar, baru Shedim mau keluar. Hari pertama Shedim keluar kamar adalah
hari pertama setelah selama bertahun-tahun dia melibatkan Faraz dalam semua
masalah. Kali ini Shedim harus memutuskan semuanya sendiri.
Faraz menyatakan kesediaannya untuk menjadi kekasih Shedim selama hidupnya.
Tetapi Faraz akan menyembunyikan hal itu dari istri dan keluarganya. Faraz
menegaskan bahwa keputusan pernikahan dirinya bukan ditentukan olehnya. Faktor
dan tekanan eksternal lebih kuat memaksa dirinya dan calon istrinya. Faraz juga
menyampaikan bahwa dirinya tersiksa dengan kondisi ini. Tetapi dia tak punya
daya untuk menolak.Hanya kesabaran menjadi satu-satunya pilihan.
Faraz berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk menenangkan Shedim. Dia menjamin bahwa dia tetap akan mencintai Shedim selama
hidupnya. Dia sampaikan bahwa tak seorang wanitapun mampu menggantikan kedudukan
Shedim di hatinya. Faraz memastikan bahwa dirinya adalah laki-laki yang
terlanjur mengenyam kesempurnaan dari sosok wanita yang dicintainya. Maka tidak
akan ada yang mampu menghapus sosok itu dan kamus kehidupannya.
Bertahun-tahun Shedim merenda kesempurnaan diri untuk layak bersanding dengan
Faraz. Tetapi setelah kesempurnaan itu perlahan menampakkan wujudnya, Faraz
menginjaknya hancur dan melangkahkan kaki menuju wanita lain. Faraz mengakui
bahwa hanya Shedim yang mampu mengerti dirinya dan bisa menjadi pendamping
sejati. Hanya Shedim yang mampu memenuhi tuntutan hati dan kecenderungan
perasaannya. Faraz berusaha meyakinkan Shedim setelah meyakinkan dirinya bahwa
hanya Allah yang paling mampu menentukan perjodohan manusia. Biarlah hanya Dia
yang berkehendak menyatukan atau memisahkan mereka berdua. Selanjutnya, Faraz
berpandangan bahwa semua wanita sama. Bila Tuhan sudah menghendaki seseorang,
maka dialah yang paling utama. Tetapi di balik semua itu, Faraz tetap
mengungkapkan bahwa Shedim telah terlebih dahulu bertahta. Maka di antara
seluruh wanita di dunia yang berpeluang akan dipilihkan Tuhan untuknya, Shedim
menempati derajat paling spesial.
Kalau akhirnya Shedim memutuskan untuk menjaga jarak dari Faraz, itu adalah
keputusan spontan tanpa pemikiran yang matang.
Shedim juga tidak pernah mengantisipasi akibat dan keputusan itu. Rasa sakit
yang tak terperi membuat Shedim tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Pukulan
ini mungkin akan membuat Shedim semakin tegar dan tahan menghadapi segala
kemungkinan di masa depan. Dua minggu air matanya tidak berhenti mengalir. Belum
kering air mata atas kematian ayahnya, kini dia harus berurai kesedihan dengan
perginya Faraz. Shedim berpikir bahwa

Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salah satu yang mempercepat penyembuhan luka adalah menghilangkan ketergantungan kepada Faraz seperti selama
ini dia lakukan. Shedim berusaha mengembalikan dirinya seutuhnya tanpa bantuan
Faraz. Masih terekam jelas ketika Faraz berhasil membangkitkan keterpurukan
Shedim setelah kepergian ayahnya. Kini dia menghadapi keterpurukan yang sama.
Hanya saja kali ini Shedim harus bangkit sendirian. Shedim duduk di meja makan
dengan bibinya, Badriyah. Tidak berbilang menit sejak dia duduk, Shedim telah
tak kuasa menahan tangis. Shedim menumpahkan perasaan dan kesedihannya di depan
hidangan-hidangan favorit yang selalu dirindukan.
Andai Shedim mempunyai otoritas untuk memutuskan. Andai tidak lagi tersisa akal
sehat dalam dirinya. Andai tidak dimiliki keteguhan hati dalam perangai yang
mulia, niscaya Shedim akan pergi menemui Faraz dan menumpahkan semua yang ingin
diungkapkan. Shedim seperti ingin bersembunyi ke dalam dada Faraz dan menanyakan
kepada hati kecilnya mengapa ini semua harus terjadi...
Bibi Badriyah memang tinggal bersama Shedim sejak kematian ayahnya. Tetapi
setelah selesai kuliah Shedim, bibi mengajak Shedim pindah ke kota tempat
tinggal Faraz. Shedim menolak dengan tegas.
Shedim tidak akan tinggal di kota tempat tinggal Faraz apapun keadaannya. Shedim
tidak akan mampu tinggal di bawah satu langit dengan Faraz yang telah melukai
hatinya, maka bagaimana mungkin Shedim akan mampu tinggal di dalam kota yang
sama dengannya" Akhirnya sang bibi berjanji tidak akan meninggalkan Shedim sendirian di Riyad.
Sang bibi menyayangi keponakannya mengingat betapa sang ayah telah begitu baik
memerlakukan dirinya. Belum lebih dari beberapa hari sejak perpisahannya dengan Faraz, Shedim telah
merasakan benar-benar membutuhkan kehadiran laki-laki itu. Kebutuhan itu bukan
hanya atas cinta dan kerinduan melainkan atas nafas kehidupan yang menjadi
nadinya. Memang selama beberapa tahun terakhir Faraz telah menjelma nafas bagi
Shedim. Faraz adalah satu-satunya sosok yang dirindukan, diharapkan, dan
diinginkan dalam sisa hidupnya.
38 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 26/11/2004 Subject: Kesabaran yang kokoh berbuah jodoh
Pelita laki-laki adalah nurani. Sedang bagi perempuan, harapan adalah bintang
gemintang. Pelita memberi arah terang bagi jalan, sedangkan harapan memberi
jalan keselamatan (Victor Hugo).
Beberapa pembaca menyatakan kesedihan yang mendalam atas berakhirnya hubungan
Shedim dan Faraz. Sebagian lain menyatakan kegembiraannya, karena Faraz memilih
istri yang salehah sebagai pengganti Shedim yang mereka anggap tak layak menjadi
ibu bagi anak-anaknya kelak. Aku membaca di beberapa email sebuah kesimpulan
yang senada satu dan lainnya: cinta yang mulai dirajut setelah pernikahan adalah
cinta yang akan abadi. Sebaliknya, cinta yang dimulai jauh hari sebelum hari
pernikahan tidak lebih dari permainan rasa dan kecenderungan hasrat.
Apa pendapat Anda" Lumeis tak menduga bahwa perkenalan dan kebersamaannya dengan Nizar akan
menuntut kesabaran yang lebih kokoh. Semula, dia yakin bahwa ini semua hanya
membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menaklukkan lelaki itu. Tetapi
perjalanan waktu dan cerita yang berkembang di antara mereka ternyata
mengharuskan proses yang lebih panjang. Seiring dengan itu, Lumeis semakin
menemukan sisi-sisi yang mengagumkan di dalam diri Nizar.
Lumeis belum pernah berusaha menghubungi Nizar, tetapi dia semakin menyadari
bahwa daya tahan dirinya telah melemah setiap kali membaca nama Nizar di
phonebook ponselnya. Mata Lumeis sering memandangi deret angka-angka yang
menjadi milik Nizar. Dering ponsel sering membuatnya tersentak dari lamunan yang
memang tengah mengharapkannya.
Dengan strategi ini, pada mulanya Lumeis mendapatkan hasil yang memuaskan.
Lumeis berhasil merebut perhatiannya. Sedari awal, Lumeis menegaskan agar Nizar
tak pernah berusaha melakukan campur tangan dalam urusan pribadinya. Lumeis juga
memberikan pemahaman bahwa interaksi antara mereka berdua bukan menjadi alasan
bagi Nizar untuk mengetahui dengan rinci kegiatan harian yang dilakukannya.
Akhirnya lelaki itu memahami, dan hanya meminta jadwal kosongnya sehingga bisa
berkomunikasi di waktu rehat agar tidak mengganggu kesibukan. Lumeis juga
menolak berkomunikasi melalui surat, karena hal itu akan menyita banyak
waktunya. Tetapi perjalanan waktu merendahkan intensitas dan kualitas perhatian Nizar. Ini
menimbulkan kesedihan, kekhawatiran, dan ketakutan pada diri gadis itu. Nizar
menjadi semakin jarang menghubunginya. Bilapun ada pembicaraan, selalu lebih
bernuansa resmi dan 'kering'. Nizar mulai meletakkan batasan dalam hubungan
mereka yang sebelumnya tak pernah direncanakan oleh Lumeis. Lelaki itu pun
banyak melakukan penyesuaian dengan keinginan Lumeis, yang justru itu malah
berada di luar skenario dan strategi yang digariskan oleh Lumeis sendiri. Lumeis
mulai melihat sinyal untuk tidak secara ketat lagi menerapkan rambu-rambu yang
dibuatnya sendiri. Lumeis melihat adanya keuntungan yang lebih banyak bila dia
menerapkan ikatan yang lebih lunak. Tetapi dia masih saja ragu. Di sebagian
dirinya masih tersimpan dorongan yang kuat untuk bertahan dalam kesabaran dan
kesetiaan menapaki proses dan tahapan. Dia benar-benar tak mau merasakan apa
yang telah dirasakan oleh ketiga sahabat terbaiknya lantaran lantaran mereka tak
mau sedikit lebih bersabar untuk menjalani proses. Lumeis menghibur diri dengan
cara menyadari bahwa Nizar memang bukan tipe laki-laki yang mudah ditaklukkan.
Ini justru semakin menegaskan keunggulan Nizar. Dan saat berhasil nanti, tentu
kebanggaan tersendirilah yang akan dirasakannya.
Lumeis bertahan untuk menjaga dan memelihara langkah-langkah positif yang selama
ini dilakukan. Dia mulai mempertimbangkan batas waktu tiga bulan yang
diletakkannya demi menunggu terucapnya pernyataan cinta dan laki-laki itu.
Lumeis mengingatkan dirinya akan berbagai kelebihan yang dimiliki Nizar. Pada
bulan pertama sekembalinya ke Riyad, semuanya berjalan dengan mudah dan sesuai
dengan rencana. Berbagai peristiwa yang mereka lalui bersama di Jeddah akan membekas lama di
kenangan masing-masing. Nizar sangat pengertian dan selalu mendengarkan dirinya.
Nizar juga sangat menghargai apa yang dikatakan dan dilakukan Lumeis. Perkataan
dan apa yang dikerjakan Lumeis seringkali tidak banyak berguna dan sekadar
pemanis bibir dan sikap basa-basi. Nizar tetap menghargai.
Sampai di sini, komunikasi keduanya melalui telepon masih selalu berwarna indah
dan puja-puji. Nizar selalu berperan sebagai pendingin perselisihan yang sering
terjadi akibat perbedaan mereka berdua. Lumeis sendiri masih mempertahankan
rambu-rambu untuk tetap dingin dan tidak responsif terhadap laki-laki. Keributan
yang muncul selalu berakhir dengan kerelaan Nizar meminta maaf dan menjelaskan
semua duduk perkaranya. Pada bulan kedua, Lumeis mulai sedikit mengabaikan rambu-rambunya, dia mulai
menerapkan fleksibilitas dalam mengambil keputusan. Lumeis juga selalu
mengedepankan perhitungan sebab akibat.
Seperti sebuah kenangan pada hari terakhir keberadaan mereka di rumah sakit
Jeddah. Ketika makan bersama di kantin,Nizar mempersiapkan kursi tempat duduk
Shedim sebelum mereka bersama-sama menyantap menu yang ada. Nizar duduk
berdampingan berbeda dengan biasanya yang selalu menempatkan diri pada kursi
yang berhadapan dengan Lumeis.
Mungkin di hari perpisahan ini, posisi duduk saling berhadapan akan
membentangkan jarak yang terlalu jauh.
Nizar menanyakan beberapa hal terkait pengejaan beberapa kata bahasa Inggris.
Misalnya water yang huruf T di dalam kata itu diucapkan seperti D. Atau tentang
beberapa kalimat yang diucapkan sama sekali berbeda dengan tulisannya. Juga
tentang lidah Arab yang seringkali sulit mengucapkan beberapa intonasi dan
karakter bahasa Ingris. Mereka berbicang dengan seru, sehingga Nizar tertawa
ketika mendengar intonasi khas Lumeis pada beberapa kalimat.
Pada permulaan bulan ketiga, hari itu adalah hari keempat belas sejak terakhir
Nizar menghubungi Lumeis melalui telepon. Lumeis mulai benar-benar letih
mengikuti langkah dan strategi yang diterapkannya.
Tetapi secara diam-diam, dia mulai takut memperkirakan apa yang akan dilakukan
Nizar. Di tengah kegalauannya, dia berusaha meyakinkan diri bahwa suatu hari
nanti Nizar akan kembali kepadanya.
Baik sangka dan keteguhannya menaati rambu-rambu itu telah memberikan hasil
positif. Tiga bulan yang ditetapkan untuk menjadi batas waktu bagi Nizar untuk
menyatakan cinta, ternyata tidak sia-sia. Belum genap tiga bulan, tepatnya dua
bulan lebih satu minggu, Nizar dan keluarganya mengajukan lamaran secara resmi
kepada Lumeis! 39 To: seerehwenfadha7et@yahoogroups.com
From: "seerehwenfadha7et"
Date: 3/12/2004 Subject: Lembaran-lembaran dari langit
Jangan kau bangunkan perempuan yang sedang dilanda cinta.Biarkan dia larut dalam
mimpi manis agar tak menangis saat menghadapi fakta yang ternyata pahit (Mark
Twain). Salah seorang pembaca setiaku mengemukakan pendapatnya bahwa aku telah melakukan
diskriminasi dan stampel negatif. Aku dianggap telah memberikan gambaran sangat
positif kepada laki-laki yang datang dari Saudi wilayah Barat dan menggambarkan
mereka yang datang dan Timur dengan sosok dan karakter sebaliknya. Barat
digambarkan mewakili kelembutan, santun, dan penyabar. Sedang yang dan Timur
digambarkan dengan sifat keras, kasar, dan otoriter sikapnya terhadap wanita.
Pembaca setiaku itu juga melihat bahwa aku menggambarkan wanita Riyad selalu
kehilangan hak, terikat, terbelenggu, dan kehilangan kebebasan. Sedang wanita-
wanita Jeddah selalu mempunyai kesempatan untuk berbahagia dan mencapai
kesenangannya dengan mudah.
Aku katakan bahwa permasalahannya sama sekali tak berhubungan dengan letak dan
kondisi geografis. Ini semata kisah yang sesuai dengan kejadiannya. Aku yakin,
tidaklah tepat melakukan generalisasi pada kisah semacam ini. Di setiap daerah
dan tempat, kita akan bisa melihat berbagai karakter manusia.Ini keniscayaan
yang tidak terbantahkan. Wahai para pembaca emailku, aku berdoa, kelak engkaulah yang akan tampil
memimpin mereka yang kini terpojokkan pada kisah-kisah kehidupan yang sangat
luas ini. Dalam sebuah lembar buku harian berwarna biru langit, tempat dulu dia rajin
membuat kliping foto dan berita tentang Faraz, Shedim menulis: Wahai cinta
Cintamu di hatiku bertumbuh layu
Aku tak memiliki apa pun kecuali kenangan kita
Itulah satu-satunya bekal hidupku
Dunia menjadi gelap dan sunyi
Badan membeku dan jiwa dipenggal
Siapa di sisiku sepeninggalmu"
Bantal di ranjang penuh air mata
Semua tertunduk hanya Iblis tertawa
Di dalam sedih kupuja keagungan-Nya
Duhai Rahman, Sang Maha Cinta
Jadikanlah cintaku menyentuh hatinya
Jadikanlah cintaku sebagai mimpi dalam tidurnya
Shedim tak sempat menuliskan beberapa kekhawatirannya sebelum menjalin hubungan
dengan Faraz. Cintanya telah mematikan kewaspadaan dan selalu memperdengarkan
puisi cinta dari waktu ke waktu. Cinta itu seperti ayam jantan yang berjalan
angkuh dan mengepakkan warna-warna indah yang dimiliki Shedim. Tetapi kepedihan
setelah tercabutnya Faraz dan kehidupannya, membuat Shedim sering berpuisi
tentang luka. Di ujung sunyi malam hari, Shedim merangkai air mata menjadi bait-
bait. Shedim menulis: Untuk sahabatku yang mulia, engkaulah paling berharga Untuk hati penyayang,
engkaulah persemayaman jiwa Sebuah bintang jatuh di telapak tanganku
Suatu hari aku tidak lagi akan menulis puisi
Aku bukan purnama atau sabit
Tetapi hari ini engkaulah inspirasiku
Perkawinanmu, Kebebasanmu, Tahun-tahun panjang yang kita lalui bersama
Tiga tahun dalam bahagia, dan inilah yang keempat, luka!
Seluruh perasaan tumpah Aku hidup dalam malam yang terindah
Cinta, kerinduan, dan kini, kehilangan yang pedih Takdir kita berpisah untuk
bertemu kembali Cinta akan terus lestari meski dilukai
Andai mereka tahu, Cinta yang menjembatani Cinta yang membentur karang
Cinta yang melapangkan jalan
Cinta yang menyelesaikan semua urusan
Niscaya akan kita katakan terus terang
Sahabatku, Apa yang harus kita katakan kepada mereka"
Allah akan mengampuni, atau Dia akan meludahi"
Aku tidak senang, tetapi tidak juga benci
Ada yang memasuki dadaku dan meledakkan semua
Bila Tuhan memang belum berkehendak kita bersatu Dialah memang yang Agung dan
Maha menentukan. Kita tak berdaya Semoga Tuhan mempermudah cita dan anganmu
Duhai Allah jadikan semua hari-hari berwajah indah Wahai engkau yang paling
berharga, Engkau akan abadi bersamaku
Tidak akan hilang yang pernah terukir
Tawa kita, air mata kita Ia abadi selama jiwa tetap suci
Hati akan terus mencinta, terus merindu
Cinta pertama tak akan terhapus dengan yang berikutnya Sahabat, engkau akan
menjadi tokoh dalam kisahku Yang kita perdengarkan kepada anak cucu dan generasi
berikutnya Sahabat tetap sahabat
Sahabat, suatu hari bintang jatuh di telapak tangan kita...
Antara benci dan rindu kini telah mengombang-ambingkan perasaan gadis itu.
Antara memaafkan dan dendam, antara memaklumi dan mengutuk, antara memahami dan
mencerca. Dia pun merasakan hidupnya pahit. Shedim tak mampu mendeskripsikan
perasaannya sendiri. Dia memaki dan meludah di atas foto Faraz, tetapi kemudian
direngkuhnya kembali foto itu dengan lembut dan kasih sayang, dan minta maaf
atas tingkahnya. Shedim membayangkan kembali kalau-kalau dirinya menemukan
kedamaian bersama foto itu selama bertahun-tahun kebersamaannya dengan Faraz.
Lebih dari seribu malam yang ia lalui bersama foto itu. Semakin terkenang,
semakin terasa hilang malam-malam itu dengan sia-sia.
Qamrah, Lumeis, dan Ummi Nuwair memerhatikan bahwa Shedim semakin meremehkan
kewajiban menunaikan salat. Akhir-akhir ini, Shedim sering mengerjakannya di
akhir waktu, bahkan sering meninggalkannya sama sekali. Kalau tidak membuka
sebagian rambutnya, Shedim sesekali terlihat tidak mengenakan kerudung.
Memang ketaatan Shedim terhadap doktrin keagamaan sangat bergantung pada Faraz.
Dia saat ini sedang berusaha menghapus semua yang membuatnya teringat dengan
lelaki itu, termasuk perihal menjalankan ajaran agama.
Pada rentang waktu itu, bibi Badriyah sering pulang pergi dari rumahnya ke Riyad
Elang Terbang Di Dataran Luas 4 Wiro Sableng 019 Pendekar Dari Gunung Naga Perawan Lembah Wilis 2
^