Vertical Run 8
Vertical Run Karya Joseph R. Garber Bagian 8
"Aku dan Bluejay akan tiba di sini beberapa menit sesudah polisi datang. Kita
berikan kesan bahwa ini bukan sekadar bunuh diri biasa. Siapa tersangka utamanya
akan disiratkan juga. Bagian forensik akan menemukan dua golongan darah di
tempat kejadian. Bingo, ini pembunuhan. Dan ketika mereka mengautopsi subjek,
semuanya akan cocok."
Autopsi" Sekarang kita tahu kesepakatan apa yang hendak ditawarkan padamu.
. Ransome meneruskan, "Greylag, aku ingin kau membuka keran ke media. Pemaparan
maksimum. Radio, televisi, surat kabar. Orang gila melempar
208 bosnya ke luar jendela. Pembunuh maniak berkeliaran. Anjing gila. Tembak mati.
Pada pukul 20.30 semua aparat penegak hukum di New York akan mencarinya."
"Bagaimana bila dia memutuskan meninggalkan kota?"
"Berlawanan dengan gambaran psikologisnya. Dia salah satu di antara kita. Dia
takkan berhenti begitu saja dan kabur."
'Tapi..." "Usul diterima. Kita sudah menghubungi semua orang yang dikenalnya atau mungkin
akan dihubunginya, kan?"
"Ya, Sir. Dua regu."
Astaga! Berapa resimen yang ada di bawah perintah orang ini"
"Oke. Ada berapa jalan keluar dari pulau ini?"
Greylag diam untuk berpikir: "Empat lorong mobil. Enam belas atau tujuh belas
jembatan, saya kira. Tiga heliport. Empat atau lima rute kereta bawah tanah,
mungkin lebih banyak lagi. Feri. Empat bandara termasuk Newark dan Westchester.
Tiga jalur kereta api. Oh ya, dia bisa pakai cable car ke Roosevelt Island
lalu..." 'Terlalu banyak. Kita tak punya cukup sumber daya untuk meliput semuanya."
"Saya bisa telepon Washington."
Washington" Oh, Tuhan, apakah bajingan-bajingan ini benar dari pemerintah"
"Untuk sekarang, itu bukan pilihan yang diinginkan." Ada nada baru dalam suara
Ransome sedikit murung, agak resah. "Sama sekali tak diinginkan. Tempatkan saja?beberapa orang pada arteri utama
209dan di bandara. Itulah pilihan terbaik yang bisa kita ambil. Kalian sisanya,
sampaikan pesan bila ada yang bertemu dengan polisi setempat, tetaplah tenang.
?Mereka polisi New York, bukan model jago tembak Speedy Gonzales yang biasa
kalian hadapi. Mereka tak bisa disuap dengan murah. Tutup mulut rapat-rapat dan
hindari konfrontasi. Oke, ayo kita kerjakan."
"Radio, Sir. Berita untuk Anda. Mendesak."
"Beri... Robin di sini... Dia apa" ...Bagus, bagus.... Diterima. Robin selesai. Oke,
kalian, dengarkan. Wren ada di lantai 17 dengan tusukan menembus nadi lehernya."
Suaranya tanpa emosi seperti robot.
Dave, sambil merunduk di dalam lemari, menggigit bibir. Kaupikir pembuka surat
itu tak mematikan, kan, Sobat"
Suara Ransome yang dingin monoton meneruskan, "Saudara-saudara. Ini keteledoran.
Aku minta pembersihan di ruang tangga itu sesudah percobaan tak kompeten untuk
memikat subjek dalam baku tembak. Aku kecewa dengan hasilnya. Mulai sekarang
mari kita usahakan bertindak sedikit lebih profesional. Mengingat sikap subjek
yang tidak kooperatif, harap hati-hati."
"Sir, apakah kita akan menangkapnya?"
"Afirmatif, Greylag. Bila kita tak menangkapnya di jalan, kita akan menangkapnya
saat dia kembali ke sini. Dia akan kembali, kau tahu."
Persetan! "Bagus. Saya mau sedikit waktu pribadi dengan Mr. Elliot."
"Negatif. Akulah yang pertama dalam antrean. Takkan ada sisa."
210 "T 2. DEJA VU "...ia tidak merasa bahwa perang terdiri atas pembunuhan para musuhmu. Ada
kontradiksi di sini."
Patrick O'Brian, KM.S. Surprise?r di-scan dan di-djvu-kan untuk ^ dimhader dimhad.co.cc oleh:
OBI Salam buat diinhad-pangcu, suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syauqy_arr dengan hanaold.wordpress.com -nya, grafity, dan semua
dimhader. Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda.Salam buat dimliad-pangcu,
suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan kameranya, syauqy_arr dengan
lianaold.wordpress.com -nya, grafity, dan semua dimhader.
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda.
BAB 6 DAVE BERJALAN-JALAN 1. Akuilah, Bung, kau selalu ingin melakukan ini. Benar.
Lebih menyenangkan dari yang pernah kaulakukan selama hidup.
Dekat. Sangat dekat. Orang di BMW itu tak menanggapimu dengan serius. Beri lampu.
Dave mengangkat tuas lampu jauhnya. Pengemudi BMW itu sedang menempelkan ponsel
ke telinganya. Ia tidak mau bergeser, mengangkangi dua jalur, dan menghalangi
jalan Dave. Dave mengangkat mikrofon dari dasbor, menjentikkan tombol, dan
dengan marah menggeram. "Anda yang di dalam BMW, ini keadaan darurat kepolisian.
Minggir dari jalan atau Anda ditahan."
*213Suaranya yang diperkeras itu menggema di jalan yang penuh sesak. Pengemudi
BMW itu menoleh, memandang dengan muak, dan menepikan mobilnya. Dave menginjak
pedal gas. Hanya ditemani malaikat pelindungnya yang suka mengejek, ia melesat
membelah udara malam Manhattan dengan mobil polisi curian.
Ya! Kunci-kuncinya ada di dalam saku polisi itu. Ditempeli label yang mencantumkan
nomot-pelat kendaraannya. Dave meliriknya dengan cemas, dan sudah siap
menjatuhkannya di lantai keramik WC pria ketika suara dalam dirinya berbisik,
Hei, Sobat, kau baru saja merobohkan polisi berseragam saat dia sedang
bertugas atau setidaknya saat dia sedang kencing dan mengikatnya dengan ? ?selotip di dalam WC untuk orang cacat. Ditambah lagi kau telah mencuri pakaian,
lencana, senjata, dan topinya. Tapi sepatunya tidak.
Hanya karena sepatu itu tidak cocok. Ditambah lagi kau telah membunuh lima,
mungkin enam orang yang barangkali agen federal, mencuri - uang dari semua orang
yang kaujumpai, menelepon dengan ancaman pengeboman, memasang perangkap yang
membahayakan nyawa di tangga kebakaran salah satu gedung pencakar langit Park
Avenue, melakukan penyerangan-penyerangan berbahaya serta membongkar dan
menyelinap masuk, meracik peledak buatan sendiri, dan mencuri milik perusahaan
telepon. Oh ya, kau juga dicari karena pembunuhan terhadap Bernie Levy. Jadi apa
yang akan mereka lakukan 214 padamu kalau kau mencuri mobil polisi juga" Paling parah, mereka mungkin akan
menambahkan beberapa abad lagi pada hukuman yang pasti sudah berjumlah sepuluh
ribu tahun di Sing Sing. Dave mengangkat pundak dan mengantongi kunci itu. Ia keluar dari WC lantai 45
tepat saat seorang polisi lain masuk. Dave mengangguk padanya.
"Astaga," omel polisi itu. "Orang itu punya WC pribadi dan dia bunuh diri.
Percaya tidak?" Dave menjawab, "Tadi aku juga bilang pada letnan bahwa aku mau kencing, sekali
saja seumur hidup, di WC pribadi Park Avenue, dan dia melarangku, mungkin ada
bukti di sana." "Sama seperti yang dikatakannya padaku. Percaya tidak?"
Lima menit kemudian Dave sudah sampai di lantai dasar, menerobos di antara
kerumunan polisi dan kru kamera di lobi. Tak seorang pun memedulikannya. Seperti
sudah diduganya, seragam biru polisi itu membuatnya lebih tak kasatmata daripada
penyamarannya sebagai tukang reparasi telepon.
Mobil patroli itu tepat berada di pinggir jalan. Dave menyelinap ke dalamnya,
memutar kunci kontak, tersenyum lebar, dan mengendarainya menuju kegelapan
malam. Di persimpangan Eighty-seventh Street dan Broadway, Dave membelok ke kiri,
dengan gembira memacu mobil polisi itu, dan mengebut ke barat. Di tengah blok
berikutnya ia mematikan sirene dan lampu kedip. Ia mengurangi kecepatan, menepi
ke kanan, dan merapat ke trotoar. Di sana ada cukup tempat parkir di samping
hidran. 215Mungkin tak ada peraturan dalam kitab undang-undang yang tidak kaulanggar
hari ini. Marge Cohen mengatakan dia tinggal di Ninety-fourth Street. Dave berniat
menempuh jarak yang tersisa dengan berjalan kaki. Polisi berjalan kaki memang
merupakan pemandangan yang kurang lazim sehingga beberapa orang meliriknya.
Kebanyakan tak peduli. Ia membelok ke utara di Broadway. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah ke bagian
kota ini. Hunian yuppie sudah memenuhi daerah ini. Bar-bar yang dilewatinya
memajang pakis dalam pot dan nama-nama yang bergaya. Toko yang dulu menjual
barang bekas kini menjual barang antik. Manekin-manekin di toko pakaian
kelihatan seperti Cher di malam yang payah. Tapi jalanannya masih tetap kotor,
ditaburi puing-puing yang sangat khas dan hanya terkumpul di Upper West Side
Manhattan. Jalanlah seperti polisi, Bung, jangan seperti turis.
Dave memperlambat langkahnya, memaksa diri berjalan dengan gaya John Wayne, dan
menunjukkan sikap waspada.
Itu lebih mirip. Ia sampai di bagian utara Ninety-first Street sebelum menemukan yang
diinginkannya. Neon hijau di atas pintu masuk itu berbunyi "McAnn's Bar and
Grill." Bila kau tak bisa mempercayai pub Irlandia, apa yang bisa kaupercayai"
Ia mendorong pintu hingga terbuka. Tempat itu remang-remang. Baunya campuran
busa bir, serbuk gergajian, dan corned beef panas. Pengunjung tempat
216 itu bukan kaum yuppie, tak pernah dan takkan terjadi. Mereka kelihatan seperti
sudah lama duduk di depan meja mereka. Satu atau dua orang meliriknya, kemudian
kembali mengurusi bir mereka.
Ia berjalan ke bar. Bartender sudah mengambilkan Ballantine untuknya. Dave tidak
suka merek itu. Tapi toh ia menerimanya juga.
"Ada yang bisa kubantu?"
Dave mengangkat gelasnya. "Ini sudah cukup membantu." Ia minum seteguk. Sedikit
rasa metalik itu mengingatkannya pada... kejadian yang sudah begitu lama...
mengingatkannya pada... Ballantine adalah bir favorit Taffy Weiler. Pengungsi berambut merah dari New
York itu sudah mengirim entah berapa kotak bir tersebut ke Pegunungan Sierra.
Sesudahnya, tepat sebelum mereka pergi, Dave memaksanya mengumpulkan kaleng
kosongnya. Taffy ingin meninggalkannya di tempat itu. Dave merasa gusar
mengingat kotoran yang akan mencemari keindahan...
"Mau dicampur minuman lain?"
"Maaf?" Bartender itu memutuskan rantai pikiran Dave.
"Aku tanya apakah kau mau minuman lain untuk dicampur dengan birmu." "Tidak saat
bertugas." Bartender itu mendengus. "Itu tak mencegah rekan-rekanmu. Kau masih baru di
sini, kan?" "Tugas sementara. Biasanya aku bertugas di Astoria."
"Namaku Dunne. Panggil aku Jack." Uh... benar, Bung, jadi apa nama yang tertera
pada pelat nama yang kaupakui" Jangan mengintip.
217"Hutchinson. Semua orang memanggilku Hutch." "Cocok."
"jKau punya buku telepon, Jack?" "Tentu." Bartender itu meraih ke bawah bar dan
mengangkat Halaman Putih Manhattan yang tebal. Ia mengawasi sementara Dave
membalik-balik ke bagian C. Cogan, Coggin, Cohan, Cohee, Cohen... Banyak Cohen.
Cari. Cohen, Marge" Tidak terdaftar. Cohen, Marigold" Sama saja. Cohen, M." Ada
beberapa lusin. Tapi hanya ada satu di Ninety-fourth Street. Tepat di pinggir
Amsterdam. Itu pasti dia.
Ia mengembalikan buku petunjuk telepon itu kepada si bartender. "Terima kasih.
Apakah di sini ada telepon telepon pribadi yang bisa kupakai?" "Di belakang. ?Kurasa telepon lokal." "Tentu." "Silakan saja."
Bukan Marge Cohen yang diteleponnya, dan bukan pula nomor lokal. Melainkan nomor
bagian informasi AT&T International. Dave menginginkan sebuah nomor telepon di
Switzerland. 2. Apartemen Marge terletak di bangunan empat tingkat dari batu cokelat, yang oleh
penduduk New York dianggap menarik, tetapi mengingatkan orang pada apartemen-
apertemen pinggiran kota pada zaman Depresi. Tidak ada cahaya yang memancar dari
jendela-jendelanya yang kotor. Sebuah tangga beton berlubang-lubang menuju ke
pintu depannya yang 218 tertutup terali. Dave mendengar dengkuran. Sepertinya ada orang sedang tidur di
antara tong-tong sampah di bawah tangga.
Menurut deretan kotak surat kotor di serambi, apartemen M.F. Cohen terletak di
lantai dasar di bagian belakang. Apartemen IB.
Dave mencari-cari bel dan interkom. Ada yang telah mencabut peralatan itu dari
tempatnya. Ia mengangkat pundak, dan mengakali kunci pintu itu dengan kartu
kredit. Dinding-dinding di dalam berwarna kelabu akibat kurangnya perhatian. Karpetnya
sudah aus dan bernoda, lampu lorongnya remang-remang. Bangunan itu berbau jamur,
ketuaan, dan ketidakpedulian. Pemiliknya tidak mengeluarkan banyak biaya untuk
memeliharanya, dan mungkin takkan melakukannya sampai para penghuninya mengancam
akan mogok membayar uang sewa.
Dave mengetuk pintu ke apartemen IB.
Cahaya berkelip melalui lubang pengintai pintu. Ada yang mengintip ke luar.
Pintu berdetak, gerendel diputar, pintu terempas membuka, Marge Cohen melompat
ke arahnya sambil mendesis seperti kucing. "Kau bajingan!"
Ada apa gerangan" Tangan Marge tertekuk membentuk cakar; kuku jarinya yang tidak panjang dan
?tidak dicat diarahkan ke mata. Dave mundur ke belakang. Serangan itu meleset,
?tapi tidak jauh. Dave mengangkat sebelah tangannya, "Tunggu sebentar..."
Marge merunduk, siap menerjang. "Kau keparat busuk!" Ia melompat. Kukunya
kembali terarah ke 219mata. Dave menangkap pergelangan tangannya, dan memeganginya. Sambutan
semacam ini sama sekali tak diduganya.
"Bajingan, bajingan, bajingan!" Gadis itu meronta dalam pegangan Dave, dan
mendaratkan tendangan keras ke tulang keringnya. Dave tahu kakinya pasti memar.
Dengan tubuh sekecil .ini dia kuat, kan"
Marge menjerit, "Beraninya kau! Bajingan!" Dave mengangkatnya, mendorongnya ke
belakang, memaksanya masuk ke apartemen. Ia menendang Dave lagi.
Dengan pinggulnya Dave mendorong pintu hingga menutup. "Kalian pikir kalian
siapa, kalian pikir kalian siapa!" Sambil memutar dengan marah, Marge berusaha
melepaskan diri dari Dave. Dave mempererat pegangannya, menariknya mendekat.
Marge meludah ke wajah Dave.
"Marge" Hei, dengar* aku tidak..." Api putih, halilintar musim panas di Indiana,
rasa sakit membakar. Paru-paru Dave mengembus hingga kosong. Ia merosot
berlutut, berusaha keras menjaga kesadaran.
Marge telah mengayunkan lutut ke selangkangannya.
Ransome dan begundal-begundalnya memang masalah, Sobat, tapi perempuan New York
berbobot 55 kilo adalah masalah lain yang sama sekali berbeda.
Dave menopangkan satu tangan ke lantai untuk menjaga keseimbangan, dan
menggeleng untuk menjernihkan pandangannya. Tidak berhasil. Ia mengangkat
kepala, menarik napas dalam sambil gemetar. Marge mendatanginya dengan jambangan
bunga yang cukup besar untuk membunuh. Ketika ia mengayunkannya
220 ke bawah, Dave jatuh ke kiri, menyapu kaki Marge. Perempuan itu terguling di
sampingnya, mengumpat. Dave menggulingkan tubuh ke atasnya, memanfaatkan berat
badan untuk menahannya. Marge berteriak dan mengumpat serta bersumpah akan
membunuhnya. Tak seharusnya kau menguras uangnya seperti itu, Sobat.
"Marfpf akh mnntmffT..." Dave memaksa pikirannya meninggalkan rasa sakit di antara
kakinya, memusat-kannya pada napas, memusatkan pikiran agar bisa berbicara
jelas. "Marge, aku minta maaf telah mengambil uangmu. Kupikir akan membuat
kejadian itu lebih tak mencurigakan dan..."
"Uang?" jerit gadis itu. "Uang! Kau bajingan gila, aku sudah lupa semua itu, kau
dan teman-teman terkutukmu yang sinting, akan kurobek bolamu, kau..."
Dave butuh waktu sepuluh menit untuk menenangkannya. Sesudah tenang Marge
menangis, sedih sekali, gemetar seperti burung yang ketakutan.
Empat laki-laki, berperawakan besar, sudah menunggu di pintunya. Salah satu di
antara mereka menunjukkan lencana. Lima belas menit sebelumnya ia sudah membuang
radio yang diberikan Dave kepadanya, meninggalkannya di dalam kotak sampah di
sekitar D'Agostino's. Ia pikir tak ada yang perlu dikhawatirkannya.
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bisakah kami masuk dan bicara dengan Anda, Miz Cohen" Kami ingin mengusut
perampokan di kantor Anda hari ini."
"Silakan. Berapa lama yang diperlukan?"
"Tak lama. Mari saya bawakan tas belanjaan Anda."
221Sewaktu ia membuka pintu apartemen, hanya tiga orang yang masuk. Orang
keempat berdiri di lorong di luar. Salah satu dari tiga laki-laki itu berbalik,
mengunci pintu, dan menyandarkan punggungnya ke sana.
Pintu itu satu-satunya jalan keluar. Marge mundur, ke belakang sofa yang
memisahkan tubuh mungilnya dengan dua laki-laki lainnya. Salah satu dari mereka
membawa tas kulit hitam. Ia meletakkannya di atas meja kopi.
Laki-laki kedua, yang tadi menunjukkan lencana, berbicara, "Saya Officer Canady.
Ini Dokter Pierce." "Dokter?"
"Spesialis ginekologi."
"Kami punya alasan untuk yakin bahwa laki-laki yang menyerang Anda sore tadi
mungkin telah memerkosa Anda saat Anda tak sadarkan diri."
'Tidak. Jangan konyol. Saya akan tahu..."
"Kami ke sini untuk memastikannya. Sekarang dokter akan memeriksa Anda."
Dokter itu mengenakan sepasang sarung tangan lateks.
Wajah Marge bersih, ia sudah membasuh makeup-nya. Air matanya mengalir jernih,
setiap tetesnya transparan dan terang. "Kapas pengoles," ia tersedak. "Botol-
botol spesimen. Jarum. Dua yang lainnya mengawasi. Wajah mereka tak berubah.
Yang bertubuh besar..." Ia bergidik dan tersedu di lengan Dave.
"Tenang, Marge." Dave tidak bisa memikirkan kata lain untuk diucapkan. "Itu
sudah berakhir. Coba tarik napas dalam dan..."
.222 "Dia memegangiku ke lantai. Tangannya menutup mulutku. Ia melepaskan pakaianku.
Yang satunya lagi, yang katanya dokter, oh, Tuhan, itu lebih parah daripada..."
Seluruh tubuhnya berguncang, tersiksa oleh sedu sedan dan penghinaan.
Dave memelukkan lengannya, menyandarkan kepala Marge ke dadanya. Rupanya itu
melegakan Marge. Di samping itu, lebih baik bila Marge tak melihat wajahnya yang
putih karena kemarahan dan menunjukkan ekspresi laki-laki yang merencanakan
pembalasan. Pukul 21.23. Dave bersama Marge lebih dari sejam. Ia menemukan sebotol brendi, merek murahan,
Christian Brothers. Minuman itu menenangkan Marge. Selain lingkaran memar di
bawah matanya yang hijau zamrud, ia kembali menjadi perempuan menarik yang
dijumpai Dave sore tadi. Mereka tidak lagi bicara tentang orang-orang yang telah menganiayanya. Ia tidak
bisa bicara tentang hal itu. Mungkin butuh waktu berbulan-bulan sebelum ia bisa
membicarakannya. Sekarang mereka bicara tentang Dave, mencoba menemukan jawaban
yang masuk akal atas kejadian yang telah menimpanya.
"Aku tak tahu," kata Dave. "Aku punya beberapa dugaan, tapi itu semua cuma
dugaan." Marge memakai semacam blus luar berwarna biru. Dave tidak tahu tepat
modelnya mungkin gaun malam, atau lebih tepat blus longgar yang dipakai di atas?celana panjang. Namun Marge tidak memakai celana panjang. Dan kakinya indah.
Dave memaksa matanya agar terfokus pada wajah Marge.
223"Apa" Coba beri contoh." Marge menjepit sebatang rokok Salem Ultra Light 100
dengan jari. Asap biru bergulung ke langit-langit. Dave hampir saja minta
sebatang. Ia benar-benar ingin merokok.
"Oke, poin pertama. Ini pemerintah, atau sesuatu yang berkaitan dengan
pemerintah." "Itu hal paling sinting yang pernah kudengar. Hei, bulan lalu aku melihat film
seperti ini di HBO. Lembaga rahasia di bawah Pentagon, orang-orang berseragam
yang tak jelas asal-usulnya, organisasi tanpa nama yang berkatian dengan
Odessa.* Film konyol. Aku matikan HBO."
"Tapi ini pasti..."
"Jangan tolol. Hal semacam itu tak terjadi rencana rahasia, persekongkolan
?keji..." "Persekongkolan gelap itu ada. Kalau kau tak percaya, tanyalah pada Julius
Caesar." "Oh, sudahlah! Itu kejadian dua ribu tahun lalu."
"Bagaimana dengan Iran-Contra atau Whitewater atau Watergate" Ya, Watergate.
Ingat Gordon Liddy?"
Marge memandangi Dave. Matanya besar dan cerah, bibirnya dirapatkan. Dave suka
bibir itu. Ia pikir... Ia menggeleng. Ia tidak tahu apa yang ia pikir.
Oh ya, kau tahu. "Siapa" Watergate" Hei, kaupikir berapa umurku" Skandal itu sudah berakhir
sebelum aku masuk sekolah dasar." Gadis itu mengibaskan tangan. Gulungan asap
tergantung di udara. "Liddy salah satu anggota persekongkolan Watergate. Ia menulis buku setelah
keluar dari penjara. Dalam buku itu dikatakannya bahwa selama beberapa
224 waktu ia yakin dirinya akan dibungkam. Katanya ia sudah siap untuk itu. Dan
Liddy anggota FBI. Ia orang dalam. Ia tahu bagaimana hal seperti ini terjadi."
"Bagiku kedengarannya seperti cerita sinting."
Dave mengembuskan napas. Ketika menarik napas ia merasakan asap rokok Marge.
"Orang juga terlibat dalam operasi-operasi rahasia lainnya. Bahkan pengadilan
dan para hakim menyebut Watergate sebagai persekongkolan rahasia. Persekongkolan
itu nyata." Marge menggeleng. "Satu hal lain..." Dave menelan ludah. "...Aw, persetan, orang-orang yang melakukan
semua ini, Gordon Liddy dan Oliver North dan semua yang lainnya, percaya, benar-
benar dan sungguh-sungguh percaya, bahwa mereka berada di pihak yang benar. Sama
seperti mereka percaya bahwa orang-orang yang menentang,mereka adalah musuh
kebenaran, keadilan, dan jalan hidup Amerika. Aku berani bertaruh, bila kau
menanyai Ransome, ia akan mengatakan padamu dialah yang baik dan akulah si
jahat. Dan dia sungguh-sungguh. Ah, aku tahu aku dulu..." Dave terdiam.
Marge memiringkan kepala, matanya terbuka sedikit lebih lebar. Namun ia terlalu
tanggap untuk berbicara. "Dengar, Marge, dulu, hampir sebelum kau lahir, aku salah satu dari mereka.
Mereka membawaku pergi dari Angkatan Bersenjata... Bukan, itu bohong. Mereka tak
membawaku. Yang sebenarnya, aku mengajukan diri secara sukarela. Kupikir itulah
tindakan yang benar. Waktu itu aku menganggap banyak hal sebagai kebenaran."
Dave memejamkan mata. Ini bukan kenangan indah, rasanya menyakitkan untuk
225mengingatnya kembali. "Mereka mengirimku ke suatu tempat di Virginia.
Pelatihan khusus. Senjata khusus. Intelijen khusus. Cara perang khusus. Untuk
beberapa lama kami mengira kami dilatih untuk bekerja sama dengan ARVN, tentara
Vietnam Selatan..." "Vietnam?" Ekspresi pada wajah Marge berubah. Dave tak dapat membacanya.
"Perangku, Marge. Aku terlibat di dalamnya." -
"Apakah itu seburuk..."
"Ya. Bahkan sebenarnya lebih buruk." Dave memutuskan bahwa ekspresi yang
diperlihatkan Marge adalah keprihatinan sejati. Ia bersyukur. Marge terlalu muda
untuk mengingat perang itu, dan terlalu muda untuk masuk ke dalam golongan yang
membenci segala orang dan segala hal yang berkaitan dengan perang itu.
Begitu juga, terlalu muda untukmu.
Ia mengosongkan gelas brendi, dan mengisinya lagi. Dulu ada begitu banyak
manusia pembenci. Pergi berperang memang buruk. Namun dari beberapa segi,
kembali adalah lebih buruk lagi.
"Dave?" Marge mencondongkan badan ke depan. Dave bisa melihat payudaranya
bergeser di bawah blusnya. Ia tidak memakai BH dan...
Singkirkan itu dari pikiranmu, Bung.
"Maaf. Kenangan lama." Dave tersenyum samar. "Nah, aku bilang mereka melatih
kami untuk segala macam pekerjaan kotor beratus-ratus orang. Kamp P sudah ?sepuluh atau dua puluh tahun dipakai untuk urusan ini ketika aku di sana.
Mungkin sekarang pun masih. Ribuan orang pernah melewatinya, sepasukan penuh
beranggotakan prajurit-prajurit rahasia. Dan
226 kini mereka ada di luar sana entah di mana. Mungkin mereka tak bekerja untuk
pemerintah. Mungkin mereka tak bekerja untuk lembaga yang bekerja untuk lembaga
lain yang bekerja untuk pemerintah. Tapi bila kau tahu orang yang tepat, kau
bisa menemykan mereka, dan mereka akan melakukan pekerjaan apa pun yang
ditugaskan pada mereka dengan bayaran."
Marge mengernyit. "Tak mungkin. Pemerintah tidak membunuh pembayar pajak.
Defisitnya terlalu besar. Di samping itu, aku tak bisa percaya ada orang yang
mau memberikan perintah terang-terangan..."
Dave meludah. "Mereka tidak memberikan perintah. Mereka hanya memberikan
isyarat. Ingat Becket" Sang raja berkata, 'Siapakah yang akan membebaskanku dari
pendeta pengacau ini"' dan berikutnya yang kautemukan adalah seorang uskup
tergeletak mati di lantai."
Marge mengangguk, tapi tidak mempercayainya. "Oke. Misalkan saja itu mungkin.
Apa buktimu?" "Tak ada. Tak ada bukti nyata. Semuanya bukti tak langsung cara mereka bicara,
?peralatan hightech yang mereka bawa-bawa, betapa mudahnya mereka memerintahkan
agar telepon disadap, fakta bahwa Ransome membaca berkas personaliaku di
ketentaraan, fakta bahwa semua orang di pihaknya seakan punya alamat
tersembunyi. Dan satu hal lain adalah Harry Halliwell. Temanku Harry, yang
mencoba meremukkan otakku dengan poci kopi. Dia dukun hebat, pembuat mukjizat
sejati dalam dunia politik. Bila dia di pihak Ransome, pasti berarti ada orang-
orang penting yang terlibat."
"Aku masih tetap tak percaya... kecuali...
227Menurutmu mungkinkah ini ada kaitannya dengan Vietnam?"
"Ya. Tidak. Sialan, aku tak tahu. Ada sesuatu yang terjadi di sana. Aku ada di
tengahnya. Tapi aku bukan satu-satunya yang terlibat. Seandainya mereka ingin
membungkam kami, mereka harus memburu kami semua. Di samping itu, mereka
menutup-nutupinya suatu persekongkolan lain, persekongkolan tutup mulut. Dan
?lagi pula, kejadiannya sudah terlalu lama. Tak ada yang tersisa, tak ada yang
peduli. Tak ada Siapa pun yang benar-benar peduli."
"Bisakah kau... maukah kau cerita padaku" Maksudku, mungkin ada yang kaulupakan."
Suara Dave merendah. Ia nyaris menggeram. "Lupa" Tak mungkin. Belum ada yang
kulupakan. Coba seandainya aku bisa."
"Tapi..." "Tidak, Marge. Kau tak ingin tahu, dan aku tak ingin menceritakannya padamu.
Percayalah pada kata-kataku. Itu tak ada kaitannya dengan apa yang terjadi hari
ini. Tak mungkin." "Terserahlah kalau begitu katamu. Tapi mengapa orang-orang ini, mengapa ada
orang ingin membunuhmu?"
Dave melempar tangannya ke langit-langit. "Itulah pertanyaannya. Menurut
dugaanku aku telah melihat atau mendengar sesuatu yang tak semestinya kulihat
atau kudengar. Kalau saja aku tahu. Tapi apa pun itu, gagasan bahwa aku
mengetahuinya membuat beberapa orang yang sangat berkuasa jadi sangat
ketakutan." "Ketakutan?" Ia menyedot rokoknya dalam-dalam. Dave menghela napas.
228 "Tepat. Takut aku akan go public. Takut sesudah aku tahu apa itu, aku akan
meniup peluit. Aku dulu pernah melakukannya meniup peluit. Mereka tak pernah ?melupakanmu bila kau melakukan itu. Mereka juga tak pernah melupakanmu."
"Itukah yang kaukatakan" Mereka takut kau akan memaparkan... memaparkan apa yang
mereka lakukan" Mereka berniat membunuhmu sebab kau tukang tiup peluit?"
"Mungkin, cuma mereka memakai kata-kata yang lebih keras daripada 'tukang tiup
peluit'. Tapi ya, itu mungkin. Di Angkatan Bersenjata dulu, kami memakai istilah
'plausible deniability'. Artinya, perwira-perwira senior bisa menyangkal mereka
tahu apa yang kami lakukan. Itu berarti apa pun permainan gila yang kami
lakukan, kami harus memastikan bos kami punya pilihan untuk mengatakan, 'Hei,
ini operasi gila. Sama sekali tanpa izin. Berlawanan dengan perintah. Jangan
salahkan kami. Kami tak tahu apa-apa tentang itu.'"
'"Misimu, Jim, bila kau memihh menerimanya...'"
"Sesuatu seperti itulah. Akan kuceritakan padamu satu hal lain. Apa pun hal itu,
pastilah sesuatu yang tak boleh diketahui orang lain. Jenis rahasia yang
mengakibatkan anggota Kongres marah dan mengadakan pemeriksaan terbuka serta
para reporter The Washington Post melolong ke bulan."
"Iran-Contra." "Misalnya." Matanya kabur meninggalkan wajah Marge. Seolah mata itu punya kehendak sendiri,
mata itu... Kau melihat kakinya lagi, Bung. Seharusnya itu tak kaulakukan.
229"Jadi alasan mereka memburumu dan alasan mereka ketakutan adalah karena kau
bisa menghancurkan kedok mereka, menghancurkan kemampuan mereka untuk
mengingkari segala pengetahuan akan... akan... apa pun persoalan itu."
Dave kembali minum seteguk brendi. Ia merasa lebih hangat sekarang, dan agak
lebih santai. Ia meletakkan gelas itu. Mabuk itu tidak baik. "Kau tahu apa yang
aneh" Yang aneh, mereka hendak menjadikanku bagian dari itu. Maksudku kalau
benar surat itu asli, bukan hasil pemalsuan, maka FBI sedang memeriksaku karena
ada yang hendak mengaktifkan kembali security clearence-ku."
"Tapi kalau itu yang mereka lakukan, mengapa mereka berusaha membunuhmu
sekarang?" Marge mengubah sikap tubuhnya, melipat satu tungkainya di bawah yang
lain. Sepintas Dave melihat celana dalam pink pucat.
Omong-omong secara pribadi, mungkin ada baiknya bolamu sedang biru lebam.
"Itu pertanyaan rumit lainnya. Mungkin mereka menemukan sesuatu dalam
pemeriksaan latar belakangku yang membuat mereka berpikir aku merupakan risiko
jelek. Mungkin saat mereka menemukannya, seseorang mengatakan sesuatu yang
seharusnya tak kudengar. Entahlah. Yang bisa kukatakan hanyalah bahwa itu pasti
terjadi dalam beberapa hari terakhir. Mungkin dalam 24 jam terakhir. Bernie
kelelahan. Ia tak tidur. Ransome dan Carlucci tak bercukur. Mereka tak tidur
sepanjang malam. Dan segala yang mereka lakukan untuk menangkapku sudah
tersedia operasi yang gampang. Mereka merancangnya sambil jalan.?230
Tanpa rencana. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku masih hidup. Ransome bukan
keroco. Seandainya dia punya waktu untuk menggelar rencana operasi yang
terperinci, aku tentu sudah masuk tas mayat dan diberi label sebelum makan
pagi." Marge menunjukkan pandangan bersimpati, dan menudingkan satu jari ke gelas Dave
yang kosong. "Kau mau minum lagi?"
Dave berpikir, Ya! Kau pun minum lagi!
'Tidak." "Jadi apa yang telah kaulakukan beberapa hari terakhir ini" Apa yang kaulihat"
Dengan siapa kau bicara?"
"Marge, aku sudah memeras otak. Tak ada apa-apa. Sama sekali tak ada apa-apa.
Aku melewatkan akhir pekan di Long Island bersama Scotty dan Olivia Thatcher.
Minggu malam aku menjemput Helen di bandara. Dia..."
"Helen?" "Istriku." "Istrimu." Suaranya senetral ekspresi yang ditunjukkannya. Ia memasukkan dua
kakinya ke bawah selimut.
Kau menanggalkan cincin kawinmu, Sobat. Ingat" * Perempuan ini bertindak
berdasarkan anggapan yang salah.
"Ahh... dia pergi ke California menghadiri pernikahan seorang sahabat di college.
Senin, Selasa, Rabu, aku pergi ke kantor. Kerja seperti biasa. Rapat-rapat,
pertemuan-pertemuan, laporan yang harus diperiksa, keputusan yang harus dibuat,
telepon yang harus dibalas. Semuanya rutin kecuali aku harus
231kembali ke Long Island hari Rabu untuk rapat, dan Senin malam aku harus
memainkan peran sebagai tuan rumah untuk beberapa pengunjung dari Jepang."
"Permisi sebentar." Marge berdiri dan keluar dari ruang duduk. Ia meninggalkan
rokoknya menyala di asbak. Dave memandangnya dengan lapar. Ia mengulurkan
tangan, merasa bersalah, menahan diri, mengulurkan tangan lagi, dan merasa lebih
bersalah lagi. Ayo kita coba menahan godaan, Sobat. Maksudku segala cobaan yang dikehendaki
daging. Asap rokok mengambang di udara. Dave berliur dan menderita hingga Marge kembali.
Ia memakai blue jeans, dan menggendong kucing betina berbulu panjang. Tadi Marge
duduk meringkuk di sofa bersamanya. Kini ia bertengger di kursi malas, dengan
hati-hati memisahkan diri dari Dave dibatasi meja kopi murahan berlapis kaca.
"Kucing bagus," kata Dave, mendadak merasa tidak enak. "Siapa namanya?"
"Dia jantan. Namanya Tito. Berasal dari Colorado."
"Tito?" "Kakakku menikah dengan laki-laki yang punya keluarga besar. Musim panas ini aku
pergi ke ranch mereka. Kepala keluarga mereka bertempur bersama partisan
Yugoslavia selama Perang Dunia II. Dia memberiku kucing ini dan memilihkan nama
untukku." Ia menurunkan binatang itu ke lantai.
Dave mengulurkan sebelah tangan untuk membelainya. Kucing itu mendesis,
memperlihatkan taringnya, dan melangkah gontai menjauh dari jangkauannya.
"Hati-hati aku baru membawanya ke dokter?232
hewan," kata Marge. "Suasana hatinya masih murung karena operasi."
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh. Benar. Itu menjelaskan..."
Ya, itu menjelaskan persoalan, kan"
Es serasa muncul di dalam pembuluh darah Dave.
Itu dia. Tepat di depan hidungmu. Pasti itu, Bung. Tak mungkin karena hal lain.
Tidak, itu tak mungkin. "Kau tak apa-apa?" Suara Marge terdengar khawatir.
Dave memandang ragu-ragu ke gelas brendi di tangannya. Ia menuang sisanya ke
dalam tenggorokan, berdiri, dan dengan cukup hati-hati menjatuhkan gelas itu
sehingga hancur berkeping-keping di lantai.
3. David Elliot melaju kencang di Long Island Expressway. Ia melewati gerbang
keluar Great Neck, rumah si Greg yang suka jatuh cinta, yang pakaiannya ia
kenakan. Dave menduga Greg kini mungkin memandang kehidupan keluarga monogami
sebagai alternatif yang lebih baik atau setidaknya kurang berisiko dibanding
? ?dengan peran sebagai Casanova kantor.
Ia mengelus bagian atas kepalanya yang baru dilicinkan. Ketika Marge, yang tidak
seperti kebanyakan penduduk punya SIM, pergi untuk mengambil mobil sewaan, Dave
menggunting rambut dan membuat garis rambut baru. Kemudian ia merendam rambut
yang tersisa dalam peroksida. Efeknya mencengangkan. Kini ia pirang dan mulai
membotak, menurutnya ia tampak seperti orang yang
233sama sekali lain, meskipun tidak seperti orang dengan penampilan yang ia
sukai. Potongan rambutnya agak seperti banci. Seandainya ada anak buah Ransome
yang ditempatkan untuk berjaga di Triborough Bridge, mereka tentu tak
menghiraukannya. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Marge sudah pergi. Ia berharap demikian. Dan
ia berharap mudah-mudahan Marge memaafkannya karena telah mencuri kunci mobil
sewaan dan isi dompetnya ketika ia sedang berada di kamar mandi. Dave memutuskan
harus mengkhianatinya sekali lagi ketika Marge pergi ke kantor persewaan mobil
Herz. Waktu menunggunya kembali, dengan tergesa-gesa Dave menulis penjelasan
dengan mesin tik elektronik tua milik Marge:
Marge yang baik: Aku menyesal bertindak seperti ini, tapi aku terpaksa. Aku datang ke sini sebab
aku perlu tempat bersembunyi, dan kupikir kau akan membiarkanku tidur denganmu
di sofamu beberapa hari sampai sudah aman bagiku untuk pergi. Tapi sekarang
kupikir aku telah membawa hidupmu dalam bahaya.
Kutinggalkan jam tanganku. Rolex emas pejal. Harga ecerannya $15.000 atau
$20.000. Jual atau gadaikanlah. Ambil uangnya. Pergilah ke luar kota. Bawa
kucingmu dan naiklah ke pesawat terbang pertama yang bisa kaudapatkan. Bila
tidak, mereka mungkin akan menyakitimu. Pergilah ke ranch sanakmu di Colorado.
Aku melihatnya di buku alamatmu. Bila
234 selamat melewati semua ini, aku akan menghubungimu di sana.
Sekarang tolong kemasi barangmu dan keluarlah dari apartemenmu. Jangan pakai
kartu kredit, sebab mereka bisa melacaknya. Kau harus melakukannya, Marge.
Percayalah padaku. Aku tak berdusta.
Sekali lagi aku minta maaf karena mengambil uangmu lagi. Jam tangan itu akan
lebih dari cukup untuk menggantinya. Marge, kumohon -kau melakukan yang kuminta.
KABURLAH SEBELUM TERLAMBAT.
Dave Yang tidak disebutkannya dalam surat itu adalah ketakutannya bahwa, seandainya
ia tidak kabur, Marge akan mendesak minta jawaban, atau lebih parah lagi,
berkeras untuk ikut. Lebih baik ia tidak tahu apa-apa. Ketidaktahuan itu adalah
perlindungan terbaik baginya.
Dave melirik odometer. Mobil murah dari Korea itu baru. Baru berjalan 344
kilometer ketika Dave meninggalkan apartemen Marge. Kini tercatat 395 kilo.
Masih ada sekitar 50 kilo lagi yang harus ditempuhnya.
Suara di radio mengumumkan bahwa sudah saatnya berita penting. Dave membesarkan
volume. "Berita paling utama pada jam ini, pencarian terhadap David Perry Elliot
sedang dilaksanakan di seluruh penjuru kota. Ia diduga membunuh usahawan New
York, Bernard J. Levy. Levy, presiden Senterex, perusahaan
235konglomerat dengan kekayaan miliaran dolar, didorong dari jendela kantornya
di lantai 45 sebuah gedung di Park Avenue sore ini. Sumber-sumber kepolisian
melaporkan Elliot sebagai tersangka utama, dan menyatakan bahwa Levy baru-baru
ini mempertanyakan urusan finansial yang menjadi tanggung jawab Elliot." Itu
kejutan baru. "Pihak berwajib juga menduga bahwa Elliot telah menyerang perwira polisi William
Hutchinson serta mencuri seragam dan kendaraannya. Elliot digambarkan sebagai
laki-laki kulit putih, tinggi 183 senti, berat 85 kilo, rambut dan mata cokelat
muda, dan dalam kondisi fisik prima. Ia dikabarkan bersenjata dan sangat
berbahaya. Warga diminta untuk segera memberitahu polisi bila melihat orang yang
sesuai dengan deskripsi itu. Dalam berita lain hari ini..."
Dave mengecilkan volume. Di depan papan tanda bertuliskan PATCHOGUE 38 km. Gerbang keluar yang harus ?diambilnya.
Baru tiga hari lalu ia ke sana. Iajpergi dengan limusin yang dikemudikan sopir,
salah satu dari empat limusin yang disiagakan untuk para eksekutif Senterex.
Dalam lalu lintas siang, ia butuh hampir dua jam dari kantor Senterex ke
Lockyear Laboratories. Kini, larut malam, hanya perlu satu jam kurang.
Pasti Lockyear Laboratories, kan" Hanya dari tempat itulah Ransome bisa
mendapatkan sampel darahmu.
Kunjungan-kunjungan ke berbagai anak perusahaan adalah salah satu beban yang
meletihkan dalam kehidupan seorang eksekutif. Bak pangeran dari istana
236 perusahaan dikirim untuk mengunjungi vasalnya, ia disambut di ruang penerimaan
tamu oleh manajer pabrik yang tersenyum resah. Manajer ini menggembalakan
tamunya yang sudah letih bepergian ke ruang rapat yang sudah dibersihkan. Ia
menawari tamunya segelas kopi yang tak keruan rasanya. Aturan sopan santun
menuntut kopi itu diterima dan diteguk. Tak lama kemudian empat atau lima orang
paling senior dalam pasukan divisi itu memasuki ruangan. Hari ini kemeja mereka
bersih, kerahnya dikancingkan, dan dasi mereka dirapikan. Mereka memakai jas,
yang dalam kesempatan selain ini hanya dibiarkan kusut di balik pintu kantor
mereka. Sang tamu berdiri, bersalaman, dan sia-sia mencoba mengingat nama
mereka. Manajer divisi berjalan ke kepala meja rapat, sibuk dengan layar
proyektor dan menyalakan overhead projector. Ia mengatakan bahwa dengan beberapa
transparansi ia akan menjelaskan operasi divisi itu. Ia jarang bicara dengan
manajemen puncak perusahaan, dan berniat memanfaatkan peluang ini sebaik
mungkin. Sang tamu berusaha tampak tertarik. Padahal tidak. Seseorang mematikan
lampu. Sang tamu tidak perlu lagi memperlihatkan wajah tertarik, sebab kini tak
ada yang bisa melihat wajahnya. Si manajer setempat bicara panjang-lebar dalam
presentasi mengenai operasi divisinya. Didirikan sesudah Perang Dunia II oleh
putra sulung tukang patri emigran; grafik-grafik itu mengilustrasikan sejarah
pertumbuhan yang mantap selama empat puluh tahun; bagan organisasi dengan huruf-
huruf kecil; skema operasi yang mulus dan efisien; daftar pelanggan yang puas;
lebih banyak lagi grafik meramalkan rencana pertumbuhan yang
237ambisius secara ringkas suatu keluarga karyawan yang bahagia, puas karena ?diambil oleh perusahaan induk yang terkemuka, melihat hubungan yang hanya saling
menguntungkan. Sang tamu duduk tanpa bicara sepanjang khotbah ini kalau tidak
?menikmati tidur-tidur ayam santai, tentu bersusah payah mencoba meramu satu-dua
pertanyaan cerdas. "Nah, kecuali Anda ada pertanyaan, mari kita beristirahat sebentar sebelum kita
mulai tur." "Bagaimana dengan pesaing?" demikian tadi Dave bertanya. Sebagian besar
presentasi itu berputar sekitar biologi kekebalan tubuh molekul reseptor,
?antigen, atribut limfosit, sel T, sel B, histocompatibility complex,
polipeptida, CD 8 coreceptor, macrophages, dan hal-hal semacam itu. Pertanyaan
tentang pesaing adalah satu-satunya yang bisa dikemukakan Dave.
Sebagian besar jawabannya tidak ia mengerti. Itu banyak berkaitan dengan
"golongan unik molekul-molekul MHC", "pendekatan baru dalam clonal deletion
hypothesis", "binatang laboratorium transgenic SCID dan TSR", serta "hubungan
istimewa dengan National Istitutes of Health dan organisasi riset lain yang
didanai oleh pemerintah federal".
Dave, yang tidak tahu apa-apa, mengangguk penuh pengertian. Ia tidak suka
penugasan yang diberikan Bernie untuk bertanggung jawab atas Lockyear, dan lebih
dari sekadar kesal karena sekali lagi ia terpaksa mempelajari suatu bahasa dan
industri baru sehingga ia bisa mengawasi akuisisi lain yang dilakukan Bernie.
Ada urusan apa sampai Senterex membeli perusahaan bioteknologi"
Sesudah kunjungan sampingan ke kamar kecil,
238 mereka mulai tur itu. Kantor-kantor administrasi; pusat komputer dengan stasiun-
stasiun kerja yang mengelola perangkat lunak database Molecular Design
Laboratories; Lab nomor satu dengan berbagai peralatan krom mengilat yang
namanya tak dapat dieja Dave; Lab nomor dua dengan dinding yang tertutup
sangkar-sangkar berisi tikus putih bermata pink, Lab nomor tiga begitu dingin
hingga Dave bisa melihat uap napasnya; Lab empat adalah tempat orang-orang
membedah kucing; Lab lima...
DILARANG MASUK HANYA AKSES CETAK SUARA GUNAKAN PELINDUNG SESUAI PERATURAN
"Dan ini Lab lima. Saya rasa kita tak punya waktu untuk memperlihatkannya pada
Anda hari ini..." Terima kasih, Tuhan!
"...di samping itu, Anda harus memakai..."
Pintu Lab lima terempas membuka. Seseorang dengan "pakaian luar angkasa" putih
salju pakaian pelindung berat yang membungkus pemakainya dari kepala ke ujung ?kaki melangkah keluar, menoleh, dan mengumpat, "Keparat, tutup sangkar itu!"
?Sebuah bola bulu cokelat menggeliat dan melompat **di dadanya. Ia terguling.
Benda cokelat itu melompat ke atas. Dengan gerak refleks, Dave menangkapnya.
Rasa sakit menghunjam tangannya. Itu seekor monyet, monyet kecil berbulu cokelat
kemerahan. Gigi taringnya yang panjang tertanam di tangan kirinya.
Kekacauan berlangsung beberapa detik. Orang-orang
239menggumam, "Maaf. Kecelakaan kecil. Belum pernah terjadi." Kemudian mereka
membawanya ke bagian medis. Seorang perawat membersihkan lukanya, mengoleskan
antiseptik, dan membalut lukanya dengan kain kasa.
"Sekarang akan saya ambil sampel darah Anda, Mr. Elliot. Tidak, tak ada apa-apa,
tak mungkin rabies atau semacam itu. Tapi lebih baik berjaga-jaga daripada
menyesal. Itu peraturan emas kita di Lockyear Laboratories. Lebih baik berjaga-
jaga daripada menyesal. Oh dan satu ons pencegahan lebih berharga daripada satu
?pon pengobatan. Itulah kalimat lain yang selalu kami ucapkan."
Sampel darah itu. Ya. Aku tahu. Dari sanalah Ransome mendapatkannya.
Dan lukisan itu. Lukisan apa" Lukisan si tua menyeramkan Lockyear entah siapa, orang yang mendirikan
perusahaan itu. Dave ingat. Ada lukisan cat minyak berbingkai dari Lockyear di ruang rapat itu.
Ia hampir tak meliriknya. Tapi... ada sesuatu mengenai lukisan itu. Lukisan itu
menggambarkan seorang laki-laki tua, mungkin awal enam puluhan. Nah, lantas apa
yang begitu aneh..." Itu adalah... Bukan. Laki-laki dalam lukisan itu... Aha! Ia
memakai seragam, seragam tentara. Mengapa pendiri laboratorium riset
bioteknologi berpose dalam pakaian seragam"
Bukan sekadar seragam. Seragam itu bukan model sekarang, bukan pula model yang dipakai Dave sewaktu
berdinas. Lockyear memakai
240 jas model Eisenhower, dasi hitam pendek yang menggelikan, dan topi tempur model
Perang Dunia II. Apa yang dikatakan Bernie mengenai akuisisi itu"
Lockyear sudah meninggal beberapa tahun lalu. Ada masalah dengan hartanya.
Itulah sebabnya perusahaan itu dijual, itulah sebabnya kata Bernie harganya ? ?murah.
Jadi kita tahu seorang laki-laki berusia enam puluh, mungkin tujuh puluh tahun,
dan sebuah perusahaan yang sudah berumur empat dasawarsa. Jadi ketika
mendirikannya mungkin ia berusia tiga puluhan. Tapi ketika dia lebih tua, dan
tiba saatnya membuat lukisan potretnya, apa yang dikerjakannya"
Para eksekutif puncak dan pendiri perusahaan berpose untuk potret resmi mereka
dalam setelan jas biru bergaris-garis lembut. Kemeja putih, dasi warna gelap,
mungkin rompi. Tapi Lockyear tidak. Lockyear berpose dengan seragam militer yang
sudah berumur empat puluh tahun.
Aneh. Memang sangat aneh. 4. Di gerbang keluar Patchogue, Dave belok ke selatan menuju ke pantai. Beberapa
menit kemudian ia kembali membelok ke timur.
Di sana terbentang tanah pertanian, padang rumput yang berombak-ombak, ladang-
ladang kentang, beberapa deret pohon. Jalan aspal sempit itu kosong pada jam
seperti ini. Mobil sewaan Dave satu-satunya yang ada di jalan tersebut, satu-
satunya cahaya yang 241terlihat hanyalah dari lampu depannya. Ia memejamkan mata kanan, dan tetap
menahannya demikian. Kau tahu tentu ada lebih banyak hal daripada sekadar sampel darah.
Dave merasa resah mengemudi malam hari. Ia tidak menyukai penampilan pepohonan
itu. Daun-daun yang hijau dan hangat di bawah sinar matahari itu kini pucat di
bawah sorotan lampu depan.
Ayo, akuilah. Ia benci warna pucat. Mengingatkannya pada mayat. Dan pepohonan seharusnya
disinari dari atas, menjatuhkan bayangannya ke bawah. Mengemudi di waktu malam
membalikkan susunan yang alami itu. Membuatnya pusing.
Kau tak menghiraukanku, Sobat.
Seekor binatang dengan mata berpijar berlari menyeberangi jalan. Jantung Dave
melompat ke tenggorokannya. SebelUm ia bisa menyentuh rem, binatang itu sudah
hilang dari penglihatan. Kau tak ingin menghadapi kenyataan.
Belok kanan. Ke arah lautan lagi. Malam itu tanpa bulan. Itu akan membantu.
Hei, Bung! Dengar aku....
Itu dia. Bentangan pagar dari kawat anyam, di atasnya dililiti dengan kawat
duri. Gerbang dan gardu jaga. Papan petunjuk kecil:
Lockyear Laboratories, Inc. Pegawai Harus Memperlihatkan Tanda Pengenal
Pengunjung harus Melapor Sebelum Masuk
Dave melewatinya, menjaga agar mobilnya melaju
242 dengan kecepatan tetap. Tak seorang pun terlihat. Gardu jaga itu kosong, tak
terlihat ada penjaga. Mungkinkah Ransome melakukan kesalahan, tidak menempatkan beberapa orangnya di
sini" Tak mungkin. Atau Dave yang keliru, dan Lockyear tidak berada di tengah segala persoalan ini"
Sama juga, tak mungkin. Dave mengemudi satu setengah kilo menjauhi batas paling selatan pagar'Lockyear
sebelum mematikan lampu depan. Ketika menepi ia membuka mata kanannya. Satu mata
itu sudah menyesuaikan diri dengan kegelapan. Itu cara kuno prajurit infanteri,
memejamkan sebelah mata sementara nyala api pemberi tanda menyala. Begitu
kegelapan kembali, daya penglihatanmu dalam kegelapan akan lebih baik daripada
musuhmu. Masih berada di belakang kemudi, ia berusaha melepaskan pakaian Greg, dan
memakai seragam polisinya. Celana biru tua, kemeja biru tua, warna malam.
Satu hal terakhir. Lampu dalam.
Dave memakai pistolnya untuk menghancurkan bola lampu itu. Kemudian ia membuka
pintu mobil, membungkuk untuk mengambil segenggam tanah dari samping jalan.
Tanah pertanian yang gembur, subur, tepat untuk menghitamkan wajah, tangan, dan
kulit kepalanya yang baru saja botak.
Ia mundur, berbelok, dan dengan lampu depan dipadamkan, mengemudi pelan-pelan ke
arah Lockyear. Seratus meter dari batas tanah milik laboratorium itu, ia
mematikan mesin, berhenti dekat batas selatan tanah itu.
243Selama mengemudi melintasi Long Island ia memikirkan apa yang telah
disaksikannya sehari sebelumnya, sebisa mungkin merekonstruksi tata letak tanah
Lockyear. Luas tanah itu 1,3 kilometer persegi, dengan kompleks perkantoran
terletak di tengah. Sebagian besar lahan itu datar dan tanpa ciri-ciri tertentu,
meskipun ada sedikit lereng meninggi di selatan bangunan utama. Jajaran pohon,
hampir seperti hutan, mengelilingi bagian terluar, menyembunyikan pagarnya.
Seandainya anak buah Ransome ada di sana, mereka tentu bersembunyi di antara
pepohonan, dalam bayangan, di luar penglihatan.
Dave menanggalkan sepatunya. Sepatu itu tidak bagus untuk rencana dalam
benaknya. Sol kulitnya akan terpeleset di rumput dan rontokan dedaunan, serta
berdetak terlalu keras di lantai linoleum.
Entah di mana, entah bagaimana, kau harus mendapatkan sepatu yang pantas.
Ia sudah mengambil dua handuk tangan cokelat tua dari kamar mandi Marge.
Sekarang ia memasangnya di kaki, mengikatnya dengan benang. Kikuk, tapi boleh
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga. Ia mulai menyeberangi jalan.
Benar-benar dalih yang sangat menyedihkan bagi seorang profesional! Ransome
tentu akan gusar. Astaga, kau tak bisa mendapatkan bantuan yang baik lagi.
Dave merapatkan bibir tidak setuju. Ia menggeleng. Pengintai itu sembilan meter
di depannya, merunduk di bawah pohon elm Cina. Dave takkan melihatnya
244 seandainya orang tersebut tidak memilih saat itu untuk menyalakan rokok.
Sudah tak ada disiplin yang tersisa di dunia. Mamba Jack tentu akan menghajar
siapa saja yang menyalakan rokok saat berjaga malam.
Beberapa saat kemudian Dave menghunjamkan moncong pistolnya ke belakang telinga
laki-laki itu dan berbisik, "Kejutan." Laki-laki itu tersentak, mengerang, dan
menjatuhkan senjatanya. Bau isi perut menghambur darinya.
"Berapa banyak?" Dave berbisik.
"Uh..." "Dengar, tolol. Tak ada risikonya bagiku. Kalau aku melukis pemandangan dengan
otakmu, mereka tidak bertindak lebih dari yang sudah mereka rencanakan
terhadapku. Jadi katakan, ada berapa banyak dari kalian di sini?"
"Bung, tak seorang pun percaya kau akan sampai ke sini."
"Aku akan menghitung sampai tiga. Satu..." "Lima, lima. Dua di sisi ini, dua di
sisi seberang, dan satu di dalam gedung." "Aku tak percaya."
"Aku tak bohong. Demi Tuhan, tidak..."
Godaan untuk menembaknya sungguh memikat. Mereka berutang kepadanya, Ransome dan
mereka semua. Mereka mencoba membunuhnya. Mereka melibatkan putranya ke dalam
urusan ini, istrinya, dan Annie. Mereka memakai kebohongan untuk mengubah teman-
temannya jadi musuh. Mungkin lebih hebat lagi, mereka memperlakukan Marge Cohen
yang malang seperti ternak. Mereka layak mati. Mereka semua. Mulai dari yang
ini. 245Ia tak melakukannya. Tapi ia memukulkan pistolnya lebih keras daripada yang
diperlukan. Dan ketika ia menemukan yang lainnya, sekitar seratus meter di
sebelah utara, ia melakukannya lagi. Kemudian, karena merasa perlu menegaskan,
ia memakai gagang pistolnya untuk menghantam mata kaki orang kedua itu hingga
remuk. Orang pertama tadi tidak berbohong. Hanya ada dua penjaga di sisi selatan lahan
itu. Dave mengatasi mereka dengan mudah. Selama beberapa bulan berikutnya,
mereka memerlukan balutan gips dan tongkat.
Dave mengintai sisi barat, di belakang kompleks bangunan. Tak ada orang di
sana ini akan mudah.?Di sebelah selatan ada tanjakan yang naik-turun. Dave merunduk dan melesat ke
depan, tersembunyi oleh bentuk tanah itu. Tiga puluh meter dari pintu belakang,
ia menjatuhkan diri ke tanah, dan merayap menempuh sisanya.
Satu orang di dalam gedung" Begitulah kata orang tadi. Mungkin benar, mungkin
bohong. Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya.
Dave mengulurkan tangan ke pegangan pintu. Pegangan itu berputar mudah. Tidak
terkunci. Pertanda buruk.
Yang ada di dalam pertanda yang lebih buruk lagi.
5. Lockyear Laboratories ternyata kosong. Semuanya sudah lenyap. Mereka sudah
memindahkan perabotan, bangku laboratorium, peralatan, dan lukisan-lukisan
246 dari dindingnya. Bahkan lampu-lampunya sudah dicopot. Apa yang tadinya Lockyear
Laboratories kini merupakan bangunan kosong.
Dave melepaskan handuk yang dibungkuskannya pada telapak kaki. Ia berjalan diam-
diam menyusuri koridor-koridor kosong dengan kaki terbungkus kaus, mencoba
mengingat rute ke laboratorium riset.
.Bau desinfektan dalam bangunan itu menyengat. Setiap ruangan, setiap kantor,
setiap koridor berbau bakterisida. Di satu-dua tempat lantainya masih basah
dengan cairan itu. Dave menyentuhnya, mendekatkan jarinya ke hidung, dan
meringis. Desinfektan keras.
Ia ingat hari sebelumnya ia dibawa melewati WC pria, keran air, WC wanita, dan
ruang duduk karyawan. Laboratorium-laboratorium itu nomor satu sampai ?lima terletak berjajar pada koridor di sebelah kiri ruang duduk tersebut.
?Masalahnya bukan apa yang kaulihat, bukan apa yang kaudengar, bukan apa yang
kaukerjakan. Bukan salah satu di antara semua itu.
Itu. WC, ruang duduk. Dan...
Detak sol sepatu lars pada lantai. Ada orang sedang berjalan mendatangi di
koridor, dari arah laboratorium-laboratorium itu.
Dave mundur ke sudut, mengangkat pistol dan bersiap.
Hanya sedikit cahaya redup, hampir tidak cukup untuk melihat, menembus dari
jendela. Langkah kaki itu sampai di ujung koridor, dan berhenti. Kemudian mulai lagi,
mendatangi ke arahnya. Dave mengaitkan jarinya pada picu, memegang kokoh pistol
itu dengan dua belah tangan. Dalam jarak ini,pistol itu akan membuat lubang
menembus sasarannya. Ia menunggu penuh harap.
Sekarang hantu bukan manusia, meskipun tanpa seks atau sihir, Letnan David
Elliot melewatkan siang hari yang lengas di neraka bukan sebagai predator
melainkan sebagai mangsa, peran yang tidak cocok baginya.
Ia berlari sehingga membawanya selangkah di depan pemburunya, pelarian yang
membuatnya frustrasi dan ingin membalas dendam, pelarian yang penuh dengan
kengerian. Tidak lagi. Itu kini sudah berubah. Dialah si pemburu. Pengejarnya adalah buruan. Ia tahu
inilah susunan yang semestinya.
Indranya berubah, persepsinya bergeser, ia memusatkan perhatian pada keadaan di
depan, tak menghiraukan apa yang mungkin mengintai di belakang.
Kulitnya menggelenyar. Matanya melihat ke. kiri dan ke kanan. Daya pandangnya
sangat tajam, pendengarannya akut luar biasa. Ia mengendus udara dan bisa
merasakan berani sumpah ia bisa merasakan aliran keringat pada pipi musuhnya
? ? yang sedang bersembunyi. Pemburu. Dan, ya Tuhan, ia tak pernah merasa begitu hidup.
Orang itu melangkah dalam jarak pandangnya, membelakangi jendela. Dave
memusatkan pandangannya. Tangannya tenang. Tinggi sasarannya kira-kira 163
senti, perawakannya ramping. Ia membidik ke batang tubuh itu. Penjaga itu
membawa sepucuk senapan tempur
248 M16A1 dengan tangan kiri. Ia memakai topi bisbol. Di bawah topi itu rambutnya
terjuntai. Perempuan. Tak lama setelah perang Irak tahun 1991, timbul perdebatan sengit juga di ?kantor-kantor Senterex seperti halny*a tempat lain mengenai peran wanita dalam
?pertempuran. Haruskah wanita bertempur" Haruskah mereka membunuh" Pengaruh apa
yang timbul terhadap laki-laki karena bertempur berdampingan dengan wanita"
Bagaimana musuh akan bereaksi" David Elliot tidak menyuarakan pendapat, menolak
berperan serta dalam diskusi, pura-pura tak tertarik, dan mencoba mengalihkan
pokok pembicaraan. Pengalamannya dengan Vietcong mengajarkan bahwa prajurit
wanita sama mematikannya seperti laki-laki. Demikian pula semua prajurit yang
pernah dikenalnya takkan ragu-ragu sedetik pun untuk memikirkan jenis kelamin
musuh yang menembaknya. Perempuan itu tidak berpaling. Ia lewat, perlahan-lahan memeriksa lorong itu,
prajurit yang jemu dalam tugas yang membosankan. Langkah kakinya mereda. Tak
lama kemudian ia pun pergi.
Dave menggerakkan rahangnya maju-mundur. Ia hampir saja membunuh perempuan itu
sekadar untuk membunuh. Untuk semalam ini kita sudah memberikan cukup banyak penegasan, kan"
Masalah ini mengubahnya untuk memerankan sesuatu yang tidak diinginkannya.
Membawanya ke 25 tahun lalu. Waktu itu hampir saja ia melewati garis batas. Kini
ia juga nyaris melewatinya lagi.
Ransome terus-menerus mengatakan kau salah satu dari mereka, digunting dari kain
yang sama. Ia menggeleng. Takkan dibiarkannya mereka me -
249lakukan itu padanya. Harganya terlampau tinggi. Ia ingat harganya; ia ingat
ekspresi mengutuk dan putus asa pada paras Mamba Jack Kreuter ketika Jack
menyadari apa yang telah dilakukannya, dan tahu ia telah pergi begitu jauh
sehingga tak mungkin lagi kembali. *
Oke, Sobat, tenanglah. Kau sudah tahu apa yang akan kautemukan, jadi mari
selesaikan ini dan keluar dari Dodge.
Dave mengernyit. Ia tidak tahu apa yang akan ditemukannya.
Oh ya, kau sudah tahu. Ia mulai menyusuri lorong itu, berbelok ke koridor laboratorium, dan melewati
tempat yang dulu merupakan Laboratorium satu. Tempat itu, seperti tiap ruangan
lain di bangunan itu, sudah dikosongkan.
Masalahnya bukan Lab satu. Kau harus berhenti pura-pura masih tidak tahu apa
masalahnya. Lab dua dalam kondisi yang sama. Seperti halnya Lab tiga dan Lab empat.
Lab lima. Bahkan pintunya pun sudah lenyap. Mereka bukan saja menyingkirkan perabot dan
peralatan dari Lab lima, tapi bahkan mengambil pintunya. Dan di dalam itu ada...
Lapisan linoleumnya sudah dicabut. Langit-langitnya dibongkar. Mereka sudah
menyerang dinding-dindingnya, penopang langit-langit, lantai betonnya dengan
semprotan api. Setiap inci plesteran dinding, beton, dan baja sudah mereka
sterilkan dengan api. Tak ada apa-apa sama sekali, tidak ada lalat, kutu, atau
mikroba yang bisa selamat dari Lab lima.
David Elliot membungkuk, dan jatuh berlutut. Untuk kedua kalinya hari ini, ia
muntah. 250 BAB 7 KEHIDUPAN MALAM 1. Ransome benar Dave akan kembali. Ia tidak punya pilihan. Ia harus melihat arsip?Lockyear, berkas di lemari Bernie yang menyimpan rahasia mengapa Bernie Bernie
?dan semua orang lain menginginkan David Elliot mati.
?Ia kembali di Long Island Expressway, mengebut ke barat menuju ke New York.
Mobil sewaan tersebut melolong dalam kecepatan itu. Dave menginjak pedal gas
sampai ke lantai. Spedometer menunjukkan angka 135 kilometer per jam. Hanya
sampai di situ kemampuan mobil itu. Pacu lebih kencang lagi maka ia akan hancur
berkeping-keping. Ia mengumpat Hertz dan mengumpat industri mobil Korea.
Dan ia mengumpat Bernie Levy. Kini ia tahu apa
251yang telah dilakukan Bernie setidaknya secara umum. Ia tahu sebab Scott
?Thatcher telah memberitahunya.
Peristiwanya adalah satu setengah tahun yang lalu. Scott dan istrinya, Olivia,
mengundang David dan Helen ke jamuan makan malam Kamis petang di pied-a-terre
milik mereka di Sutton Place.
Jamuan makan malam Kamis petang di rumah Thatcher adalah sesuatu yang
legendaris. Kau tak pernah tahu siapa akan menjadi tamu yang lainnya. Kepala
negara yang sedang berkunjung, pentolan politik, pemenang Hadiah Nobel, artis,
penulis, musisi, dan suatu ketika serombongan pemain sirkus Thatcher
?mengundang semuanya, atau paling tidak yang menarik.
Malam itu ada lima pasangan: suami-istri Thatcher, Elliot, seorang novelis
penting dan mahasiswi yang jadi kekasihnya, seorang senator dan istrinya dari salah satu negara bagian barat, serta Mike dan Louise
Ash yang terakhir ini eksekutif di perusahaan Thatcher, menikah dan berperang ?seperti layaknya orang yang sangat mencintai bisa berperang.
Makan malam selesai. Peralatan makan disingkirkan. Thatcher bangkit berdiri dan
berjalan ke kanan. Ia mengangkat sebotol port Fonseca's dan kotak kayu hitam. Ia
meletakkan keduanya di atas meja makan, dan membuka kotak itu.
"Ada yang mau cerutu?"
Semua tamu perempuan kabur.
Thatcher mengambil sebatang cerutu cokelat Monte Cristo yang panjang. Ia
mengiris ujungnya dengan pisau lipat Buck, dan sambil menyalakannya dengan
252 sebatang korek, ia menyeringai licik. "Senjata terakhir kaum pria, Saudara-
saudara." Asap biru tebal bergulung perlahan-lahan dari mulutnya. Ia memberikan
kotak cerutu itu kepada Mike Ash. "Semua senjata kita yang lain sudah
dikalahkan, strategi kita ditaklukkan, baju zirah kita tertusuk tembus. Hanya
cerutu yang tetap bertahan, cabikan bendera terakhir kejantanan yang masih
berkibar di padang pertempuran yang belum jatuh ke tangan kaum Amazon."
Ash menyalakan cerutunya, memberikan kotak itu kepada sang senator. "Seandainya
Justine ada di sini..."
* "Senator, Ms. Gold selalu tersimpan di hati saya dan sudah pasti wanita satu-
satunya di dunia ini yang menandingi saya dalam kelicikan. Dia menangani urusan
humas saya itu tugas-tugas Hercules dan akan berada di sini petang ini
? ?seandainya dia tidak dipanggil ke luar kota untuk urusan bisnis. Wanita hebat,
dengan selera yang sama tajamnya terhadap cerutu Havana seperti semua laki-laki
yang pernah saya jumpai."
Sang senator menolak mengambil cerutu, mendorong kotak itu ke arah Dave. Dave
memilih satu, meng-gulirkannya di antara jari. Meskipun sudah lama ia berhenti
merokok, cerutu yang bagus tidak akan ditolak.
Si novelis minta diri dan berlalu. Asap cerutu membuatnya mabuk.
Thatcher mengerling tajam bak serigala. "Nah, karena sekarang para wanita dan
para banci sudah pergi, dalam kejahatan apa kita akan memuaskan diri" Bahasa
yang tak senonoh secara politis" Kisah-kisah cabul" Persekongkolan untuk
memulihkan 253pengabdian wanita" Rencana untuk memperalat anak-anak, merampok lingkungan,
merampok kaum minoritas, menindas si lemah, mengeksploitasi si miskin, menghina
si cacat" Atau sebagai pilihan, kita mungkin bisa terjun dalam pembicaraan yang
paling dibenci wanita dan berbincang tentang olahraga?"
Mike Ash tersenyum kepada Dave. "Suasana hatinya sedang melambung lagi." Ash
menoleh pada Thatcher. "Ada kejadian bagus apa hari ini, Chief?"
Thatcher memandang marah. "Apakah kau mengamati bahwa di zaman kemerosotan ini,
tidaklah cukup merasa senang sendiri?" Suaranya meninggi mengumandangkan
kemarahan. "Penghargaan diri tidaklah cukup. Kepuasan mencapai prestasi tidaklah
cukup. Martabat tidaklah cukup. Tidak, sama sekali tidak. Tapi sekarang
keadaannya adalah aku tak bisa merasa senang kecuali kau merasa sengsara!"
"The California Corrrrnission on Self Esteem..." Sang senator mulai bicara.
Thatcher berjalan menghampirinya. "Aku tak bisa senang jadi wanita kecuali kau
sengsara jadi laki-laki. Aku tak bisa bangga sebagai kulit hitam kecuali kau
malu sebagai kulit putih. Aku tak bisa menghargai diri sendiri sebagai gay
kecuali kau jengah karena kau normal. Toleransi sudah dicanangkan; itu barang
basi dan pahit dan kita takkan mendapatkannya. Demikian juga persamaan, itu
sesuatu yang merendahkan dan sebenarnya dimaksudkan untuk merendahkan. Bila aku
hendak meraih keselerasan dan harga diri, tidaklah memadai bila kau dan aku
menjadi setara. Tidak! Hanya keunggulanlah yang membuatku bahagia. Dan untuk
memastikan bahwa maksudku jelas, aku akan
254 mempersembahkan perpustakaanmu kepada api, menulis ulang sejarahmu, membersihkan
kamus-kamusmu, dan mempersenjatai polisi pikiran dengan kekuasaan untuk
menegakkan kebenaran politis dalam semua pidato dan percakapan. Oh, kosakata
yang sepenuhnya baru dan kata-kata sandi buatan..."
Ash menyela, "Kau menerima undangan untuk bicara di universitas, kan" Aduh,
Scott, sudah kubilang jangan menerimanya. Berurusan dengan para akademikus itu
tak baik buat tekanan darahmu."
"Memang. Cacing-cacing melata dengan pikiran menyesatkan itu berani mencelaku
memakai kata 'Indian', mencemoohku fanatik dan tak senonoh karena tidak memakai
kata 'Pribumi Amerika', yang sebenarnya adalah neologisme rasis paling congkak
dan sombong yang pernah dibuat, menyiratkan bahwa kita yang sebagai anak-cucu
orang-orang New England yang jujur sebenarnya bukanlah orang Amerika sejati..."
"Kau gembar-gembor, Scott." Thatcher mengibaskan cerutunya dan memperlihatkan
giginya. "Tentu saja aku gembar-gembor. Itu hak prerogatif orang seusiaku, salah
satu kesenangan yang tersisa di musim gugur hidupku, dan dengan rambut putih
serta reputasiku yang hitam, hal itu sudah bisa diduga. Apalagi aku memang kasar
dan lekas naik darah dan punya reputasi buruk yang harus dijaga."
"Kau memilih Partai Demokrat dalam pemilu terakhir."
Thatcher melontarkan tatapan kecut kepadanya. "Kelemahan sesaat, kesalahan yang
takkan terulang. Sejak itu orang ini menunjukkan karakter bajing
255kekenyangan, atau begitulah perumpamaanku tanpa niat menjelekkan binatang
baik itu. Dia tak memiliki keteguhan tekad maupun kecerdikan." Thatcher
bersandar, sekali lagi menyedot cerutunya panjang-panjang, dan mengembuskan
napas. "Tapi gantilah pokok pembicaraannya kalau kau mau. Aku cuma laki-laki
tua, dan tak dihiraukan oleh yang muda."
Ash memandang ke langit-langit dan merentangkan tangannya seperti berdoa memohon
inspirasi. Dave menawarkan'selingan, "Pernahkah aku menceritakan kisah cathouse Dong Hoi?"
Thatcher mengernyitkan alisnya yang putih tebal. "Sesuatu yang berkaitan dengan
Perang Vietnam?"
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya." "Masalah yang patut ditangisi. Sikap oposisiku menyebabkan Nixon memasukkanku ke
dalam daftar musuh Gedung Putih. Pernahkah aku menceritakan' hal itu?"
"Lima atau enam puluh kali."
"Hanya ada begitu sedikit prestasi dalam hidup yang bisa dibanggakan seseorang
dengan wajar. Tapi aku menyela. Silakan, David, ceritakanlah kisahmu."
Karena Scott Claymore Thatcher III seorang puritan dan sangat benci dengan kata-
kata jorok, Dave harus sangat hati-hati dalam menjelaskan bagaimana CIA,
mengetahui akan ada pertemuan para komandan top dari pihak Vietcong dan Vietnam
Utara di Dong Hoi, kota dekat perbatasan Kamboja, secara sembunyi-sembunyi
membeli bordil-bordil kota itu, memadatinya dengan berbatalion-batalion pelacur
yang menderita penyakit menular. Tahu bahwa rencana jahat itu merupakan
pelanggaran Konvensi Jenewa yang melarang
256 pemakaian senjata biologis, CIA memasang ("Tanpa maksud memainkan kata-kata,"
Dave menambahkan) pengamanan ketat pada operasi ini, tidak memberitahu siapa
pun bahkan pemegang komando militer tertinggi mengenai rencana ini. Sayangnya,? ?dari saluran intelijennya sendiri Angkatan Bersenjata mengetahui pertemuan itu.
Kemudian Angkatan Bersenjata melancarkan serangan pencegahan, menduduki dan
menjaga kota itu sebelum musuh tiba.
"Oh, tidak," seru Thatcher, yang sudah menebak kesimpulan lelucon itu.
"Oh, ya," kata Dave. "Enam ratus GI muda yang penuh hormon, jauh dari rumah,
tanpa kegiatan di malam Minggu."
"Ya ampun!" Thatcher tertawa begitu keras hingga air matanya mengalir ke
pipinya. "Benarkah ini, David" Kau tak mengarang?"
"Benar sekali. Aku kenal agen CIA yang melaksanakan operasi ini." Dave tidak
menyebutkan bahwa tak lama kemudian laki-laki itu melarikan diri dari negeri
itu, sebab sekelompok perwira Special Operation, dipimpin oleh Mamba Jack
Kreuter, memburunya. Thatcher menyeka matanya. "Ah, dinas intelijen. Mereka memang bajingan. Tapi
begitu berdedikasi, begitu tulus. Orang mungkin akan mengagumi mereka,
seandainya mereka punya setitik saja moralitas. Omong-omong, aku pun punya kisah
mata-mata. Maukah kau mendengarnya?"
"Tentu." "Nah, kau tentu tahu, dari waktu ke waktu mereka mendekati kami orang-orang
?bisnis, maksudku, para eksekutif tinggi dan senior?"
257Dave dan sang senator mengangguk. Mike Ash tampak bingung. "Ahhh...?"
"Oh, bukan di PegaSys. Aku tak mau melakukannya di perusahaanku. Tapi di tempat
lain" Mengapa, tak pernah ada usahawan Amerika yang kembali dari Moscow sejak
Mike Todd dan pengantinnya berbulan madu di sana pada tahun 1950, tidak
diwawancarai bocah-bocah nakal dari Langley" Sungguh sulit menolak mereka, kau
tahu. Orang memang punya tugas patriotik tertentu. Sayangnya, dan aku bicara
berdasarkan pengalaman, Saudara-saudara, sedikit kerja sama hanyalah permulaan.
Beri mereka satu inci dan mereka akan mengambil satu mil. Jika kau tak hati-
hati, kader eksekutifmu akan disogok untuk membuka rahasia kepada Washington
mengenai kegiatan pemasok dan pelanggan asingmu. Lebih parah lagi, neracamu akan
dibebani dengan aset milik Negara yang tak produktif. Zaman sekarang ini, dengan
defisit anggaran dan Uni Soviet menerima ganjaran yang semestinya, mata-mata dan
spion itu benar-benar membutuhkan perusahaan yang mau jadi malaikat penolong
untuk mensponson proyek-proyek kotor mereka. Mereka punya terlalu banyak operasi
terse-lubung, terlalu banyak perusahaan kedok, dan kini setelah perang dingin
berakhir, mereka tidak memiliki cukup uang. Karena itulah mereka datang padamu,
membungkus diri dalam bendera, dan meminta dengan cara termanis, "Oh, Sir,
maukah Anda memberikan bantuan pada negara Anda" Ada pabrik yang akan ditutup,
?karena kekurangan dana. Bila sekiranya Anda bersedia merangkulnya dalam
perusahaan Anda sehingga pabrik itu bisa tetap hidup, kami selamanya
258 akan berutang budi pada Anda."
Thatcher mendengus. "Bajingan! Itulah namanya, bukan kiasan. Minum lagi, David"
Ambillah sendiri. Nah, mulai dari awal..."
Apakah Bernie akan melakukan hal itu" Apakah ia membiarkan Senterex menyediakan
kedok bagi operasi intelijen" Sudah tentu ia akan melakukannya. Bernie mantan
Marinir. Sangat patriotik, sehingga ia takkan berpikir dua kali untuk
menerimanya. Semper Fidelis setia selamanya.?Kedok. Perusahaan itu tentu berupa bisnis yang beroperasi lancar seperti
layaknya kedok yang baik. Perusahaan itu punya karyawan, produk, pelayanan, dan
pelanggan. Ada neraca, laporan laba-rugi yang sudah diaudit, dan sejarah
pendapatan yang dapat dipercaya. Dari luar takkan bisa dibedakan dari bisnis
lain. Hanya orang dalam dan biasanya hanya segelintir tahu bahwa di suatu
? ?tempat di ruang belakang ada sesuatu yang tidak sepenuhnya halal. Sesuatu
seperti Laboratorium nomor lima
Dave melihat tanda di atas gerbang keluar jalan tol: BENSIN, MAKANAN,
PENGINAPAN. Ia memotong dua jalur, dan melaju cepat ke pinggir. Di belakangnya
seorang sopir truk besar menekan klaksonnya.
Pompa bensin itu tak jauh dari gerbang keluar pompa bensin 24 jam dengan dua
?telepon umum terlihat jelas. Dave membelok masuk, mematikan mesin, dan keluar
dari mobil." Ia mengangkat salah satu telepon, memutar nomor Marge, menunggu sementara
telepon itu berdering. Tak ada jawaban. Tiga deringan lagi. Masih tak ada
259jawaban. Pada deringan kelima, ia mendengarnya diangkat. "Hai, Anda telah
menghubungi 5555-6503. Kami tidak bisa menerima telepon sekarang, maka harap
tinggalkan pesan sesudah nada berikut."
Gadis pintar. Mesin penjawabnya tidak menyebutkan nama. Dan ia mengatakan "kami"
bukan "saya". Terlalu banyak wanita lajang tidak mengambil langkah berjaga-jaga
yang begitu sederhana. Dan akhirnya menyesal.
Apakah Marge telah melakukan apa yang diperintahkannya, dan lari menyembunyikan
diri" "Di sini Dave. Bila kau belum..."
Hentikan! Tutup mulutmu, kau idiot keparat!
Dave menelan ludah. Meninggalkan pesan pada mesin penjawab Marge adalah suatu
kekeliruan, kesalahan besar. Orang macam Ransome mungkin sudah menyadap telepon
Marge ia jenis orang yang akan menutup semua pangkalannya. Dan bila ia
?mendengar Dave menelepon Marge, wanita itu akan masuk dalam bahaya yang lebih
besar daripada sekarang. "Emmm... maaf, salah sambung." Tanggapan yang lemah, tetapi itulah hal terbaik
yang bisa dilakukannya. Ia meletakkan telepon, dan melirik pergelangan
tangannya. Tak ada arloji. Kau sudah memberikannya pada teman wanitamu itu.
Ia memanggil penjaga pompa bensin itu, "Numpang tanya, jam berapa sekarang?"
Tanpa bicara si penjaga menuding ke jam besar yang tergantung di atas bilik
kasir. Pukul 01.12. Enam jam perbedaan waktu antara New York dan Switzerland. Tentu belum ada orang
di kantor. 260 Setidaknya ia harus menunggu satu setengah jam lagi sebelum menelepon.
Kau benar-benar akan meneleponnya" Bernie punya dulu istilah untuk itu, Sobat.
? ? Chutzpah. Ransome mengira ia sudah mendapatkan semua orang yang dikenal Dave, membohongi
mereka bahwa Dave sudah gila dan berbahaya. Ia sudah menyadap semua telepon, dan
menempatkan pengawas di semua pintu. Tak ada tempat yang bisa didatangi Dave,
dan tak ada orang untuk berpaling. Ransome ingin David Elliot seorang diri,
tanpa seorang teman pun di dunia.
Mungkin saja begitu, pikir Dave. Kemudian kalau ditimbang lagi, mungkin tidak.
Mungkin ada satu orang yang dilupakan Ransome, orang yang tidak dipandangnya
sebagai ancaman, sebab ia tahu Dave takkan pernah menelepon orang itu, tidak
dalam sejuta tahun. Mamba Jack Kreuter. 2. Enam sidang mahkamah militer. Kreuter yang terakhir.
Karena alasan-alasannya sendiri, pihak Angkatan Bersenjata memutuskan mengadili
masing-masing orang secara terpisah. Masing-masing menghadapi dewan perwira yang
berbeda, masing-masing dihadapkan pada oditur yang berbeda, masing-masing dibela
oleh pembela Judge Advocate General. Hanya para saksinyalah yang sama.
The Uniform Code of Military Justice menempatkan efisiensi prosedur pada
kedudukan utama. Perwira yang sama berfungsi sebagai hakim dan juri. Taktik
261menunda-nunda dan mengulur waktu tidak diperkenankan. Vonis bersalah adalah
hasil yang diharapkan. Lima sidang mahkamah militer pertama masing-masing makan waktu empat hari, dan
berselang dua minggu. Hasilnya seperti yang diharapkan.
Dave menghabiskan siang dan malam hari seorang diri di Barak Perwira Lajang.
Suatu ketika ia berkunjung ke Klub Perwira dan si bartender tidak mau
melayaninya. Rekan-rekannya sesama perwira tidak mau bicara dengannya. Ketika ia
keluar untuk lari pagi, semua orang berseragam itu pindah ke seberang jalan. Ia
benar-benar terisolasi, terputus dari hubungan manusia, kecuali ketika berada di
ruang sidang. kolonel newton. oditur: Letnan, Anda masih di bawah sumpah.
letnan satu elliot, SAKSI: Ya, Sir, saya mengerti. oditur: Sebelum ini Anda
sudah memberikan kesaksian mengenai kasus ini" SAKSI: Ya, Sir, lima kali.
oditur: Letnan, Anda sudah mendengar Dewan membacakan tuduhan terhadap Kolonel
Kreuter, bukan" saksi: Ya, Sir.
oditur: Pada tanggal tersebut, sekitar pukul 11.00, Anda berada di dekat desa
Loc Ban, Republik Vietnam.
SAKSI: Ya, Sir. oditur: Siapakah yang memegang komando pada unit Anda"
SAKSI: Kolonel Kreuter, Sir.
oditur: Jelaskan garis komandonya, Letnan.
SAKSI: Beberapa di antara kami menjadi korban, Sir.
262 Kapten Feldman dan Letnan Satu Fuller sudah dievakuasi lewat udara sehari
sebelumnya bersama tiga NCO. Hanya Kolonel dan saya perwira yang tersisa.
Kolonel Kreuter memerintahkan saya untuk memegang komando regu alpha dan ia
memimpin sendiri regu baker. Sersan Satu Mullins adalah bintara dengan pangkat
tertinggi, jadi dia mengambil komando regu charlie.
oditur: Ketika Anda tiba di Loc Ban, apa yang Anda temukan"
SAKSI: Sangat sedikit, Sir. Tempat itu hampir tak bisa disebut sebagai desa,
hanya selusin gubuk di tengah sawah padi. Helikopter kami sudah menemukan tempat
pendaratan dan kami... letjen fisher, hakim: Dua belas gubuk, Letnan" saksi: Maaf, Sir. Sebenarnya kami
hitung ada lima belas. hakim. Berbicaralah dengan tepat, Letnan. Yang sedang kita tangani ini adalah
tuduhan berat. oditur: Lanjutkan.
saksi: Sebagian besar penduduk desa itu sedang bekerja di sawah. Mereka tidak
begitu menaruh perhatian ketika kami mendarat. Sepertinya mereka sudah pernah
menyaksikan semua itu. Kemudian Sersan Mullins dan anak buahnya mengepung
mereka, membawa mereka kembali ke gubuk-gubuk itu. Kami tahu ada patroli musuh...
hakim: Gerombolan pengacau atau pihak Vietnam Utara"
saksi: Waktu itu dilaporkan sebagai Vietcong, Sir. Kami tahu ada patroli
Vietcong pernah terlihat di daerah ini sehari sebelumnya. Maka kami menanyai
263penduduk desa itu mengenai kegiatan musuh yang
mungkin telah mereka lihat.
ODITUR: Tanggapan apa yang Anda dapatkan"
saksi: Negatif, Sir. Semua menyangkal pernah melihat
pasukan lain kecuali kami.
ODITUR: Bagaimana reaksi Kolonel Kreuter terhadap hal itu"
saksi: Ia mengucapkan terima kasih pada mereka, dan memberikan sekarton rokok
Winston pada kepala desanya.
oditur: Bagaimana dengan Sersan Satu Mullins" SAKSI: Sersan Satu Mullins marah,
Sir. Dia ingin menerapkan teknik interogasi yang lebih keras. Ketika Kolonel
Kreuter mencegah, dia merekomendasikan untuk membakar desa itu.
kolonel adamson. anggota dewan juri: Letnan, Anda memakai istilah "teknik
interogasi yang lebih keras". Bisakah Anda menjelaskannya secara lebih
eksplisit" SAKSI: Penyiksaan, Sir.
ODITUR: Letnan, apakah "teknik interogasi yang lebih
keras" ini lazim dalam unit Anda"
saksi: Lazim, Sir" Tidak, tidak bisa saya katakan
demikian. ODITUR: Tapi dipakai"
saksi: Ya, Sir, kadang-kadang.
oditur: Oleh siapa" SAKSI: Sersan Satu Mullins, Sir.
oditur: Atas perintah Kolonel Kreuter"
saksi: Tidak, Sir. Juga tanpa izinnya. Sersan Mullins
sering kali melampaui perintah. Kolonel Kreuter sudah
beberapa kali menegurnya, dan beberapa minggu
sebelum peristiwa Loc Ban mengusahakan agar sersan
264 itu ditugaskan pada posisi nontempur. Saya rasa dia khawatir sersan itu sudah
terlalu dekat pada Bab 8. haktm: Untuk dicatat, Bab 8 adalah pemecatan dari
dinas karena ketidakstabilan atau ketidakwarasan mental, tidak dapat diobati
dalam konteks dinas aktif. oditur: Apakah Anda ingat dan bisakah Anda
menceritakan pada dewan juri percakapan antara Kolonel Kreuter dan Sersan Satu
Mullins saat itu" saksi: Tidak kata demi kata, Sir. Tapi saya memang ingat inti
perdebatan itu. Sersan Mullins yakin bahwa penduduk desa itu bohong, dan bahwa
mereka berkolaborasi dengan VC. Kolonel Kreuter menjawab bahwa tidak ada bukti
yang menunjukkan hal itu, dan bahwa di matanya orang-orang itu kelihatan seperti
petani biasa. Sersan mengatakan bahwa mereka semua pembohong seperti setiap
orang Vietnam adalah pembohong. Ia mengatakan bila ia bisa menusukkan pisau K-
Bar-nya ke istri kepala desa, kepala desa itu akan mengatakan yang sebenarnya.
Kolonel memerintahkan dia untuk menghentikan itu, dan kemudian memberi perintah
kepada semuanya untuk meninggalkan tempat itu. Sewaktu kami meninggalkan desa
tersebut, Sersan Satu Mullins mengatakan bahwa bila penduduk desa itu berbohong,
ia akan kembali. Ia mengatakan akan menyalib mereka pada dinding gubuk mereka
satu per satu. Ia meneriakkan itu pada mereka, Sir. Ia meneriakkannya berkali-
kali hingga kami berada di luar jarak dengar.
oditur: Sebelum kita teruskan pada kejadian-kejadian petang itu, Letnan, saya
ingin menanyai Anda apakah Anda mengalami perselisihan dengan Kolonel Kreuter
waktu itu atau pada kesempatan lain.
265SAKSI: Tidak ada perselisihan, Sir. Kalau boleh saya katakan, saya menganggap
Kolonel sebagai orang dan prajurit yang baik. Saya menghormatinya, Sir, dan saya
akan selalu menghormatinya. oditur: Kalau begitu tidak ada darah... mayor
waterson, perwira pembela: Klien saya hendak memberikan pernyataan. HAKIM:
Terdakwa tidak akan... kolonel kreuter, terdakwa Ada sesuatu yang hendak saya katakan. hakim: Duduk,
Kolonel. Ini perintah. terdakwa Apa yang hendak Anda lakukan, mengajukan saya ke
mahkamah militer" hakjM: Kolonel...
terdakwa Saya hendak mengucapkan satu hal ini, * Jenderal, tidak peduli apakah
Anda suka atau tidak. Letnan Elliot adalah perwira terhormat yang pernah
berdinas di bawah komando saya. HAKJM: Anda tidak membantu diri sendiri,
Kolonel. Tenanglah. terdakwa Tidak ada dendam di antara kami. Tidak ada sejak dulu. Tidak ada
sekarang. Dan takkan pernah ada.
hakjm: Saya katakan tenang, Kolonel. terdakwa. Dan satu hal lagi...
hakim: Sidang ini ditunda selama satu jam. Mayor Waterson, nasihati klien Anda.
Matikan mesin steno itu, Kopral.
3. Dave menjelajahi avenue-avenue di sebelah barat
266 Times Square. Selama dua puluh tahun ia tinggal di New York, setiap wali kota
yang baru menduduki jabatan itu selalu memulai pemerintahan dengan janji untuk
merenovasi daerah itu, mengusir para jembel gelandangan itu, serta mengembalikan
kepantasan dan martabat ke daerah tersebut.
Entah bagaimana, tak satu pun di antara mereka pernah menyinggungnya. Bukan
berarti itu penting. Toh tak seorang pun percaya pada wali kota New York.
Selarut ini kegiatan di sana sudah berkurang. Para pelacur tidak lagi berpatroli
mencari mangsa. Sebaliknya, mereka berkumpul dalam kerumunan-ke-rumunan kecil,
bersandar letih pada dinding yang tertutup corat-coret grafiti, berbagi rokok,
dan membual tentang germo mereka. Para germo itu sendiri berada di luar mobil
mereka yang mengilat, berdiri di antara kalangan sendiri, serta menegosiasikan
barter dan transaksi sesuai dengan tuntutan kondisi bisnis hari itu.
Bioskop-bioskop "Triple X-X-X" sudah tutup, tetapi bar-bar masih buka, neonnya
yang gemerlap mengundang orang-orang tolol untuk masuk. Pintu-pintu itu secara
berkala terbuka untuk menerima atau mengeluarkan burung hantu dengan tampang
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti diburu dan mungkin berhasil selamat sampai di rumah tapi hanya karena ?para predator di sana sudah terlalu kenyang dengan mangsa sebelumnya untuk
menguntit mereka. Sebagian besar penjaja obat bius sudah pergi. Tukang gembar-gembor yang
meneriakkan "Cewek! Cewek! Cewek!" dan "Aksi Seks Hidup di Panggung!"juga sudah
menghilang dari jalanan. Beberapa pelaut, bergerombol bersama untuk
perlindungan, terhuyung-huyung mabuk menyusuri trotoar. Tiga pemuda belasan
tahun mengitari tiga pelacur yang bosan. Salah satu remaja itu akhirnya
memberanikan diri, dan melangkah maju. Pelacur-pelacur itu tersenyum. Dave
meneruskan perjalanan. Ia berhenti di lampu merah. Sebuah mobil patroli polisi biru-putih berhenti di
sampingnya. Si pengemudi menengok ke arahnya, dan kemudian berpaling mengamati
jalan. Bagus. Ia bahkan tak menengokmu dua kali Langkah mencukur dan mencat rambut itu
gagasan hebat. Bahkan aku pun akan mengatakan demikian.
Perut Dave menggerutu. Sudah empat belas jam berlalu sejak terakhir kali ia
makan. Ia lapar. Lebih parah lagi, keletihan mulai menekan. Ia butuh kopi, makin
kental makin baik. Di tengah" blok Forty-fourth Street ada kafeteria yang buka sepanjang malam.
Dave menepi dan menyelipkan mobil sewaan itu di antara truk sampah dan mobil
penjaja permen jeruk. Ia keluar dan meregangkan tubuh. "
Tiga tahun lalu ia dan Helen pergi bergabung dengan safari foto ke Tanzania.
Wisata itu mewah, diurus oleh perusahaan yang luar biasa kompeten (dan luar
biasa mahal) bernama Abercrombie & Kent. Duduk aman dalam Toyota Land Cruiser
besar, Dave dan turis-turis lain tak hentinya mengucapkan ooh dan aah sewaktu
melewati singa-singa yang sedang berburu, macan tutul yang sedang menguntit
mangsa, dan hiena yang menyeringai dan terciprati darah.
268 Ketika Land Cruiser itu mendekat, binatang-binatang tersebut dengan gembira
meneruskan pesta pora mereka, tak sedikit pun menaruh perhatian kepada para
penontonnya. Mereka tak peduli kecuali salah satu binatang berkaki dua yang ?gemuk kemerahan itu meninggalkan perlindungan Land Cruiser. Meninggalkan truk
itu akan mengubah sifat hubungan mereka. Meninggalkan truk membuat kau jadi
daging. Daging! Dave belum lagi menapakkan kaki di atas trotoar ketika sepasang pelacur bergerak
menghampirinya. Salah satu memakai blus jaring tembus pandang dan celana pendek
warna jeruk limau. Yang satu memakai tank top Mickey Mouse dan rok mini hijau
jeruk. Warna jeruk pasti merupakan mode tahun ini di kalangan wanita-wanita jalanan
itu. Yang memakai celana pendek mulai bicara. Pelacur kedua menyentuh pundak yang
pertama dan membisikkan sesuatu di telinganya. Si celana pendek mengangguk,
melontarkan pandangan kasihan. "Manis, kau berada di bagian kota yang salah.
Yang kauinginkan biasanya ada di Third Avenue di sekitar Fifty."
Dave ternganga. Dua pelacur itu membalikkan badan untuk berlalu.
Itu karena potongan rambutmu. Membuatmu tampak agak... yah...
Dave mengelus kubahnya yang botak dan tersenyum.
Udara di dalam kafeteria itu pekat dan lembap. Bau kopi kental menggantung di
udara, bercampur dengan bau daging berminyak dan asap rokok. Sebagian besar meja
di sana terisi, dan tempat itu berdengung dengan percakapan bersuara rendah.
269Dave berjalan ke counter.. "Danish keju besar." Penunggu counter itu perlu
bercukur. Matanya merah, dan pekerjaannya malam itu seakan takkan pernah
berakhir. 'Tak ada keju. Mereka tidak mengirimnya sampai pukul 06.00, mungkin
06.30." Dave mengangguk. "Kau punya apa yang lain?"
"Pie apel. Tapi sudah agak basi. Seperti kataku tadi, mereka tak mengirim
makanan sampai pukul 06.00 atau 06.30."
"Aku ambil satu."
"Tak ada kembalian. Tidak bisa tukar."
"Beri aku dua. Aku butuh karbohidrat. Dan aku minta kopi. Hitam." Dave
berhenti,, lalu menambahkan, "Pakai cangkir kertas, oke?"
"Cuma ada styrofoam."
"Bolehlah." Sama seperti kertas, styrofoam pun mudah dibuang. Yang harus
dilakukannya hanyalah merobeknya jadi serpihan-serpihan kecil.
Pelayan itu membanting dua potong pastry yang kelihatannya keras di atas piring
sumbing dan mengisi cangkir styrofoam besar dengan kopi. "Empat lima puluh
termasuk pajak." Danish dan kopi yang dibeli Dave pertama kali di New York City berharga
seperempat dolar. Dave mengangsurkan sehelai lima dolar. "Ambil sisanya." Ia menyisipkan dompetnya
ke dalam saku belakang. Seseorang menubruk punggungnya. Dave menusukkan sikunya ke belakang. Pukulan itu
menghunjam sesuatu yang lunak. Terdengar erang kesakitan. Dave berbalik.
Pencopet itu membungkuk sambil menekan dadanya. Dave mengambil dompetnya dari
jari laki - 270 laki itu dan tersenyum. "Terima kasih, kurasa aku menjatuhkannya."
Pencopet itu menggumam, "Tak ada masalah, man" Ia mundur. Satu-dua orang
memandang Dave. Mata mereka tanpa ekspresi.
Ia duduk di meja dekat jendela, melahap pastry itu, dan menikmati kopinya.
Pastry itu terasa kering tapi enak. Kau tidak bisa mendapatkan danish basi di
New York. Dave pergi ke counter untuk tambah.
Ketika kembali ke mejanya, ia melirik ke luar jendela. Mulutnya ternganga. Mobil
curian itu telah lenyap. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencurinya"
Sembilan puluh detik di luar.
Afrika, pikirnya. Ini seperti turis yang meninggalkan keamanan truknya dan
melangkah keluar menuju daerah buas....
Tiga wanita kulit hitam duduk di meja sebelah sambil tertawa cekikikan. Salah
satu mengeluarkan sebatang rokok Virginia Slims dari bungkus. Sewaktu Dave
mengamatinya, kelaparan mengingat segala kenikmatan yang diberikan tembakau,
suatu gagasan terlintas dalam benaknya. Virginia Slims...
Ia mencondongkan badan di antara meja. "Permisi, Miss, boleh aku minta rokok?"
Mata wanita itu melebar. Dave menambahkan, "Aku akan bayar. Aku malahan bersedia
membayar satu dolar untuk sebungkus."
"Di kota ini paku peti mati harganya sudah dua setengah dolar sebungkus, dan
dari planet mana kau sebenarnya?" ?Dave mengangsurkan sehelai lima dolar kepadanya. Perempuan itu merogoh ke dalam
dompet dan mengeluarkan sebungkus Virginia Slims baru. "Laba tetap
271laba, Manis, dan rasanya aku tak bisa mengambil keuntungan darimu dengan cara
biasa." Wanita-wanita yang lain di mejanya merasa komentar itu menggelikan. Mereka larut
dalam badai tawa. "Ini. Sebaiknya ambil juga korek api ini."
Dave membuka bungkus itu, mengambil sebatang, dan untuk pertama kalinya dalam
dua belas tahun, menyalakan sebatang rokok.
4. Grand Central Station itu membuatnya takut. Di malam selarut ini stasiun
tersebut jadi tempat yang sama sekali berbeda seram, mengerikan. Bangunan itu
?hampir kosong, dan itu saja sudah tidak wajar dan membuat gentar.
Tak lebih dari lima orang terlihat di sana... pemuda dan gadis belasan tahun tidur
tergolek pada ransel besar mereka... polisi patroli sendirian mengelilingi tepi
luar lantai utama... tukang mesin yang tampak letih, dengan overall abu-abu
kebiruan yang berlepotan minyak, berjalan letih dari salah satu peron. Hanya
satu dari tempat penjualan karcis yang tampak terisi. Lampu-lampu di atas
jendela Off Track Betting padam. Kios-kios koran tutup.
Yang lebih menyeramkan dari semua itu, lantainya bersih.
Sepatu Dave berdetak kosong di atas marmer. Rasanya tak seorang pun
memperhatikannya. Meski demikian, ia merasakan beberapa pasang mata mengawasi.
Bukan pandangan bermusuhan. Bahkan bukan pandangan ingin tahu. Hanya waspada.
272 Para penghuni gua. Katanya bagian kota ini dilubang-lubangi dengan berbagai
lorong dan terowongan bawah tanah. Orang tinggal di sana, berjaga dari balik
lubang dan kisi-kisi. hanya keluar saat tidak ada orang di sekitarnya.
Bulu kuduknya meremang. New York kota aneh. Jauh tengah malam, kota ini makin
aneh lagi. Dave berbelok ke timur. Ia ingat di sana ada bilik foto langsung jadi tidak jauh
dari pintu keluar Lexington Avenue.
Ia mempelajari petunjuknya. "FOTO. Empat lembar $1. Atur tinggi tempat duduk.
Sisipkan $1 ke dalam nampan, menghadap ke atas. Dorong masuk. Tidak ada uang
kembalian. Lampu hijau akan menyala bila sudah siap. Lampu merah akan menyala
bila sudah selesai. Tunggu 1 menit. Ambil foto dari celah."
Dave memasukkan satu dolar ke mesin itu. Lampu merah berkedip jadi hijau. Klik.
Klik. Klik. Klik. Whirrrrrr. Lampu kembali berubah jadi merah. Ia menghitung
enam puluh detik, dan mencabut selembar foto yang membuat alisnya melengkung
bersungut-sungut. Aduh, Sobat, potongan rambutmu itu membuatmu kelihatan seperti bencong benar.
Jangan bicara dengan orang tak dikenal, hah"
Dave menjepit lembaran foto itu dengan jari, meniupnya pelan sampai benar-benar
kering. Kemudian ia mengeluarkan pisau saku kecil dari celana, memakainya untuk
mengiris salah satu foto itu sampai cocok dengan ukuran foto pada kartu
identitas curian itu: "American Interdyne Worldwide. M.F. Cohen, Computer
Systems Analyst." Ia merusakkan foto
273pertama. Foto kedua sempurna, ukurannya tepat seperti foto Marge.
Ia butuh sesuatu untuk menempelkan foto tersebut pada kartu. Pilihannya
terbatas. Bahkan sebenarnya ia tidak punya pilihan sama sekali.
Oh, tidak! Ueek! Menjijikkan!
Ia meraba-raba bagian bawah tempat duduk di dalam bilik foto itu. Sudah bisa
dipastikan, di sana ada beberapa gumpal permen karet yang menempel.
Tifus! Herpes! Gingivitis!
Ia mencabut lepas segumpal, berusaha tidak memikirkan apa yang akan
dilakukannya, dan memasukkannya ke mulut.
Kau benar-benar menjijikkan.
Rasanya sudah hilang. Tak jadi soal. Ia mengunyahnya hingga empuk, menarik
sehelai tipis, dan memakainya untuk menempelkan fotonya di atas foto Marge. Ia
menyelipkan hasilnya ke jendela plastik dompetnya, yang tadinya dipakai untuk
menyimpan SIM. Sama seperti kartu kreditnya, SIM itu pun kini tak berguna lagi.
Dan sekarang, ia perlu menelepon sekali lagi untuk yang terakhir kali.
Ah, bukan perlu. Ingin. Marge Cohen terpeta dalam pikirannya. Marigold Fields Cohen. Ia lebih suka
"Marigold" daripada "Marge". Dan ia perlu memastikan bahwa Marge aman.
Satu telepon pendek, sekadar memastikan ia sudah pergi. Ia tentu sudah pergi,
sudah lama. Namun bagaimanapun, Dave ingin memeriksa sekali lagi.
274 Di sana ada lima telepon umum dalam satu deret, tepat di samping bilik foto
tadi. Empat di antaranya rusak. Satu berfungsi. Dave menekan tombol angka.
Dering pertama, dering kedua. /
la menyetel mesin penjawabnya untuk menjawab sesudah lima deringan.
Dering ketiga, tetapi tidak disusul dengan yang keempat. "Hai, Anda telah
menghubungi 555-6503. Kami tidak bisa datsaya sudah mendapatkannya, Mr. Elliot,
dan bila Anda menginginkan dia, Anda tahu di mana harus mencarinya."
Sekarang ada lima telepon rusak di samping bilik foto itu.
Dave mencengkeram gagangnya, mencabutnya dari kabel, meskipun sama sekali tidak
ingat telah melakukannya. Ia membaliknya, mengamatinya dengan pikiran kosong,
dan meletakkannya kembali ke tempatnya.
Sudah tentu itu bohong. Ransome memakai tipu terkutuknya lagi. Perang urat
saraf. Mengacaukan pikiran buruannya. Mencoba melemahkannya, membuatnya takut,
membuatnya bertindak tanpa pikir; akhirnya lebih bermanfaat menghancurkan
semangat musuh... Tak mungkin benar. Dave tadi sudah menelepon. Waktu itu pesan jawaban Marge,
jawaban wanita lajang yang hati-hati ada di mesin penjawab. Itu hanya berarti
satu hal. Marge berhasil. Ia sudah lolos dan kabur. Kemudian anak buah Ransome
kembali. Mereka mendapatinya sudah lenyap.
Dave mengutuki diri sendiri karena merusak telepon tersebut. Seandainya tidak,
ia bisa menelepon kembali,
275menelepon nomor Marge lagi. Ada sesuatu dalam nada suara Ransome... seolah
suaranya berasal dari tempat yang sangat jauh. Melalui radio" Ya, sudah hampir
pasti. Itulah yang terjadi. Anak buah Ransome menemukan Marge hilang dan
mengabarkannya lewat radio meminta instruksi. Ransome, Ransome yang licik, telah
memakai sambungan radio untuk merekam pesan itu. Begitulah. Pasti.
Itu cara co^i-coba. Ransome tidak tahu, tak mungkin tahu, bahwa Dave merasa...
merasa apa" ...merasakan sesuatu yang tak seharusnya dirasakan laki-laki terhadap
wanita yang dua puluh tahun lebih muda darinya. Ransome cuma menebak, berharap
Dave cukup tolol untuk merasa punya kewajiban terhadap wanita yang baru dua kali
dijumpainya, dan seandainya diceritakan yang sebenarnya, dalam dua kesempatan
itu ia memperdaya wanita itu.
Ya, coba-coba, tembakan membuta dalam kegelapan. Tindakan orang yang kehabisan
waktu, kehabisan gagasan, dan mulai putus asa. Itu cuma tipuan murahan.
Tapi seandainya bukan... Seandainya bukan, ia toh tetap akan kembali ke Senterex. Rahasia yang terkunci
di dalam lemari arsip Bernie sudah jadi alasan yang cukup kuat. Dan bila Ransome
benar-benar menahan Marge... yah, ia harus berbuat sesuatu untuk itu, bukan"
Eskalator-eskalator keluar dari Grand Central dan masuk ke gedung lama Pan Am,
yang diberi nama baru sesuai dengan pemiliknya yang sekarang, Metropolitan Life
Insurance, tetapi oleh penduduk New
276 York yang sinis lebih dikenal sebagai Gedung Snoopy ejekan pada anjing beagle ?dalam iklan Met Life. Di malam selarut ini semua eskalator itu sudah dimatikan.
Namun Dave tetap menaikinya, kemudian berjalan cepat menerobos lobi yang gelap
dan keluar di Forty-fifth Street.
Park Avenue ada di atasnya, jalan layang yang meninggalkan tanah di Forty-sixth
Street satu blok di utara. Dua lorong pejalan kaki yang gelap terbentang dari
tempat Dave berdiri hingga ke persimpangan Forty-sixth Street dan Park Avenue,
dan Dave bisa melihat tubuh-tubuh yang sedang tidur terbujur dalam bayangannya.
Ia harus ke Park Avenue. Ia tidak butuh insiden apa pun.
Mengusik tunawisma, mengganggu orang gila, akan menimbulkan insiden.
Mungkin kau harus mempertimbangkan pindah ke kota yang lebih aman. Kau tahu,
Sarajevo, Beirut... Dave memilih lorong yang tampak paling kosong, dan mencoba berjalan dengan
langkah seringan mungkin.
Ia hampir saja berhasil melewatinya, tetapi belum. Tak jauh dari Forty-sixth
Street, ada yang mencolek kakinya. Adrenalin memacu jantungnya. Ia menendang
keras, sekaligus mencabut pistol dari sabuk. "Kule-dakkan kau!" Kerasnya suara
sendiri menakutkannya. Seekor tikus yang kaget berputar di udara, menabrak dinding, dan mencicit marah.
Dave terpaku, terengah keras, berkeringat, mengutuki diri sendiri. Tikus itu
berlari kembali ke arah Forty-fifth Street.
Kita jadi sedikit hiper, kan, Sobat"
Ia memasukkan kembali pistol itu ke balik kemeja, dan berlari keluar ke Park
Avenue. 277Pemandangan itu membuatnya tertegun. Tak pernah ia menyaksikan Park Avenue
begitu indah, tak pernah memikirkan bahwa jalan itu bisa demikian. Malam hari,
tak ada kendaraan, trotoarnya kosong, jalan itu memiliki semacam kedamaian,
kelembutan. Ramai ingar-bingar siang hari, jalan itu dalam pandangannya sekarang
bagaikan wanita, berambut hitam, tidur-tidur ayam, dan menyunggingkan senyum
samar yang memabukkan. Ia berdiri tertegun sesaat, dalam hati bertanya-tanya bagaimana mungkin ia tak
pernah memperhatikan keindahan yang meluluhkan hati dari kota ini.
Median jalan yang memisahkan jalur utara dan jalur selatan, berkilauan dengan
bunga-bunga bukan tulip musim semi, tetapi aster musim gugur. Warna-warninya
?teredam lampu jalan, berubah menjadi warna pastel lembut. Di utara lampu lalu
lintas berganti, mengedipkan sirkuitnya dari hijau menjadi merah dan kembali
hijau. Gedung-gedung itu merupakan mosaik terang dan gelap, didominasi warna
biru indigo dan hijau laut.
Hijau... Hijau zamrud... hijau seperti botol hijau... hijau seperti danau kecil, sempurna di
ketinggian lembah Pegunungan Sierra... di petang yang magis suatu hari di musim
panas... Taffy Weiler menyunggingkan senyum lebar... kuda-kuda berdiri membungkuk
seakan berdoa kepada Tuhan... David Elliot, jantungnya serasa hampir meledak, tahu
bahwa tak peduli betapa pahit hidupnya sesudah itu...
Dalam kegelapan di belakangnya seseorang mengumpat. Sebuah botol melayang dalam
kegelapan dan meledak di kakinya.
278 Saat itu sudah lenyap. Pegunungan Sierra menghilang. Kota itu dan kegelapan
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam kembali. Di New York, hanya orang-orang imbesil yang berdiri diam sesudah matahari
terbenam. Bulu kuduknya kembali meremang. Seseorang sedang mengawasinya, mengukurnya,
menimbang-nimbang apa isi dompetnya. Sudah saatnya bergerak.
Dave berjalan cepal ke utara. Empat blok lagi , akan membawanya ke sudut
Fiftieth Street. Burung-burung hantu sudah sejak lama meninggalkan Avenue itu, para pecandu kerja
itu akhirnya pulang juga. Beberapa jendela kantor itu masih menyala sebagian ?besar kantor orang-orang yang tidak pulang sesudah para pembersih gedung
menyelesaikan pekerjaan, pikir Dave.
Bagaimanapun, masih ada orang di setiap gedung, termasuk gedungnya sendiri.
Ia berdiri di seberang jalan, mengamati jendela-jendelanya lantai demi lantai.
Di lantai 11 hampir semua lampu menyala. Lantai itu ditempati bagian merger dan
akuisisi Lee, Bach & Wachutt, salah satu bank investasi yang paling terkenal di
kota ini sebagai predator. Lebih tinggi lagi, di lantai 34 sampai 39, sebagian
besar lampu McKinley-Allan masih menyala. Tak disangsikan lagi, gerombolan
konsultan manajemen muda yang penuh semangat itu masih bekerja.sepanjang malam,
berjuang memuaskan para partner yang perfeksionis dan sudah sejak lama pulang
untuk tidur. Bagian lain gedung itu seperti kotak-kotak papan dam yang gelap dan terang,
meskipun rata-rata gelap. Rasanya tak satu pun lantai memperlihatkan lebih... Tiga
puluh satu. 279Dave memicingkan mata. Jendela-jendela lantai 31 tidak gelap maupun terang.
Hanya redup. Semua tirai jendela yang menghadap Park Avenue ditutup.
Ada apa di lantai 31"
Dave tidak ingat. Perusahaan reinsurance" Tidak, salah. Perusahaan pialang" Itu
dia. Trading dengan nama yang memakai kata "Trans". Trans-Pacific" Trans-
Oceanic" Trans... sesuatu entah apa.
Menjanjikan, sangat menjanjikan. Jenis perusahaan anonim yang disukai kalangan
intelijen. "Hai. Mau kencan?"
Dave berbalik, tinjunya siaga memukul.
"Wah, Manis! Aku tak suka keributan."
Perempuan laki-laki itu" adalah banci paling mencengangkan yang pernah Dave
? ?saksikan. Terlalu tinggi, terlalu kurus, memakai gaun cheongsam Cina berwarna
keperakan dan ditaburi batu permata tiruan.
Dave menggeram, "Dua hal. Satu, jangan menyelinap diam-diam di belakang orang.
Dua, enyahlah." Makhluk laki-laki perempuan" itu mengangguk, menempelkan satu kuku jarinya
? ?yang pink elektrik ke pipi, dan tersenyum dibuat-buat. "Oh, jangan begitu,
Sayang. Cuma melihatmu saja aku bisa tahu kau suka apa yang akan kutawarkan."
Nah, aku sudah memperingatkanmu mengenai potongan rambutmu.
Wajah Dave terasa panas. Ia tidak suka pengalaman ini. "Enyahlah dari depanku."
"Bergembiralah, Sayang. Coba dengar, mengingat kau akan jadi pelangganku
terakhir hari ini, aku akan memberikan harga istimewa buatmu."
Dave menggigit ucapannya, satu per satu, "Aku.
280 Hanya. Akan. Bilang. Ini. Sekali. Saja. Minggir! Enyahlah!"
"Oooh. Kasar sekali. Jangan kasar gitu dong, tapi kurasa penampilan bisa..."
Dave maju selangkah, menempelkan telapak tangannya ke dada laki-laki itu, dan
mendorong. Bencong itu terantuk trotoar dan jatuh terduduk dengan keras.
"Auuu!" Ia menudingkan sepatu tumit tingginya yang terbuat dari kulit imitasi
mengilat. Satu tumit sepanjang dua belas senti copot. "Lihat apa yang
kaulakukan, binatang! Sepatu ini harganya empat puluh dolar di Frederick's!
Ditambah ongkos kirim dan pengepakan!" Ia mulai mengomel.
Wah, wah. Kita berubah jadi pemukul bencong, kan"
Dave meringis. Yang baru saja dilakukannya adalah gerakan wajar, terdorong
naluri sama seperti 25 tahun lalu. Ada masalah" Tidak jadi soal. Cukup kunci ?dan isi, Sobat, dan tak lama kemudian segala kerumitan hidup akan
disederhanakan. Dan jangan lupa, siapa pun yang sedikit berbeda, siapa saja yang
tak sama denganmu, beginilah, Nak, dalam Angkatan Bersenjata kita sebut orang
macam itu sebagai "sasaran".
Dave mengenakkan gigi dan mulai menyusun permintaan maaf.
Sebuah suara muncul dari kegelapan, "Kimberly, kau tak apa-apa, Nak?" Satu
pelacur lain dengan pakaian yang menyeramkan muncul. Yang ini tampak seperti
wanita (atau setidaknya kelihatan berpakaian lebih asli). Ia memakai rok cire
hitam yang hampir tak menyembunyikan celana dalamnya, penutup dada
281merah darah model Victoria dan sepatu yang sama tingginya seperti milik
Kimberly. Astaga, dari mana saja orang-orang ini"
"Ohhh, Charlene, dia memukulku." 'Ucapan ini berasal dari bencong yang menangis.
"Tidak. Aku cuma..."
Charlene mendekati Dave. "Kau mau main kasar, hah" Memukul banci yang tak
berdaya" Itu maumu, ya, memukuli mereka" Kimberly bocah paling manis di dunia,
Mister. Dia tak butuh bisnis dari orang semacam kau."
Dave melangkah mundur. "Dengar, lady..."
"Aku bukan lady. Aku pelacur." Sesuatu yang mengilat dan tajam berdetak membuka
dalam genggamannya. "Dan pelacur saling menjaga teman."
5. Dave melihat sekelilingnya dengan cemas. Tak ada taksi. Tak ada mobil polisi.
Sebuah Toyota melaju kencang di Park Avenue menuju ke utara. Pengemudinya
melihat sepintas ke arahnya, berpaling, dan menambah kecepatan. Banci bernama
Kimberly itu berjalan tertatih-tatih. Matanya menyala kelaparan liar.
Charlene membungkuk, mengitari Dave. Benda di tangannya itu sebilah pisau lurus,
dan ia memegangnya dengan gaya berpengalaman.
"Coba dengar..."
Kimberly mendesak temannya. "Potong dia, Charlene."
"Ya, iris dia!" Suara lainnya. "Potong bolanya!" Dan suara lain lagi.
282 Mereka segerombolan. Tujuh atau delapan orang. Hitam dan putih. Berpakaian
mencolok, dan tampak * seperti gerombolan kucing liar dalam perburuan. Daging!
Mata Charlene berkilauan. Pupilnya melebar. Dave menduga ia tentu sedang
melambung karena obat bius. "Kulit putih, kau akan merasakan pengalaman paling
buruk dalam hidupmu."
Sepucuk pistol akan menyelesaikan persoalan. Yang harus dilakukannya hanyalah
mencabutnya dari balik kemeja. Memperlihatkannya mungkin akan membereskan
persoalan. Tapi kalau tidak..."
Kalau tidak, itu hanya akan membuat urusan jadi makin parah. Dan bila urusan
jadi makin parah, ia akan terpaksa memakainya.
Pisau Charlene mengiris udara di samping pipinya. Ia berkelit ke kiri. Charlene
sedikit kehilangan keseimbangan. Seharusnya ia bisa membereskannya dengan mudah.
Kemudian kau akan berhadapan dengan mereka semua. Biarkan dia. Yang lain takkan
bergerak selama mereka merasa ia bisa menanganimu.
Charlene mendesis. "Kau bergerak cukup cepat untuk banci." Ia mendatangi lagi.
Dave merasakan anginnya ketika pisau itu melewatinya sejajar mata.
Tidak jelek, dia hampir saja mengenalmu kali ini.
Perempuan ini tangkas. Ia harus berbuat sesuatu untuk menanganinya.
Pisau itu terayun dan berkelebat. Sebuah irisan sepanjang tujuh setengah senti
terbuka pada kemejanya. 283Ia tidak bisa menempuh risiko dengan mencabut " pistol. Bila banci ini
memaksanya menembak, ia tidak akan bisa masuk ke gedung itu. Persimpangan
Fiftieth Street dan Park Avenue telah menjadi pusat segala macam keramaian hari
ini ancaman peledakan bom, perampokan di lantai 12, bunuh diri Bernie. Satu ?insiden lagi, dan polisi akan muncul di segala penjuru.
Meskipun orang-orang New York City bersedia melupakan banyak hal, sesosok mayat
tercabik-cabik peluru di Park Avenue biasanya akan mendapatkan perhatian mereka.
Dave mundur, perlahan-lahan memancing Charlene untuk maju. Ia mendengar langkah
kaki di dekatnya. Seseorang sedang bersiap membantu Charlene.
Sekarang atau tak pernah selamanya.
Ia bergerak tiba-tiba ke kiri, seolah mencoba kabur. Charlene menyergap dengan
keanggunan dan kecepatan penari tango. Pisau itu meliuk ke bawah, berkilauan
diterpa cahaya lampu jalan, hendak mengiris wajahnya. Ia menyelinap ke bawah
lengan Charlene. Pergelangan tangan bencong itu memukul pundaknya. Pisau itu
jatuh berdenting di trotoar.
Gerakanmu selanjutnya harus cepat, sungguh-sungguh menyenangkan orang banyak.
Dave merunduk. Momentum gerakan Charlene membawanya ke pundak Dave. Dave
mengaitkan kaki kanan ke belakang pergelangan kaki Charlene, menendangnya ke
depan seraya mendorong tubuhnya ke atas. Kaki Charlene meninggalkan tanah. Ia
mulai terguling. Dave menarik lengannya dan memutarnya, menambahkan kecepatan.
Bantingan yang sempurna. Spektakuler. Charlene
284 berputar seperti baling-baling, jungkir balik 270 derajat di udara, dan
menghunjamkan wajah ke trotoar. Ia mengangkat kepala, meludahkan darah.
Dave lari. Gerombolan di belakangnya melolong.
Ia berlari kencang menyeberangi Park Avenue, mencapai mediannya sebelum teman-
teman Charlene mengerahkan keberanian untuk mengejar. Seseorang melemparkan
kaleng ke arahnya. Kaleng itu terpantul di pinggulnya dan berkelontangan di
aspal. Dave terus berlari.
Sungguh menyebalkan bagi industri konstruksi dan pengembang, New York City
menuntut agar gedung-gedung pencakar langit memiliki tempat luas terbuka untuk
umum. Karena alasan inilah, di bagian depan gedung Dave ada plaza terbuka. Plaza
itu dikelilingi tempat tanaman berlapis pualam. Sekali-sekali pemilik-gedung itu
Pendekar Lembah Naga 2 Candika Dewi Penyebar Maut I I I Misteri Dewi Pembalasan 1
"Aku dan Bluejay akan tiba di sini beberapa menit sesudah polisi datang. Kita
berikan kesan bahwa ini bukan sekadar bunuh diri biasa. Siapa tersangka utamanya
akan disiratkan juga. Bagian forensik akan menemukan dua golongan darah di
tempat kejadian. Bingo, ini pembunuhan. Dan ketika mereka mengautopsi subjek,
semuanya akan cocok."
Autopsi" Sekarang kita tahu kesepakatan apa yang hendak ditawarkan padamu.
. Ransome meneruskan, "Greylag, aku ingin kau membuka keran ke media. Pemaparan
maksimum. Radio, televisi, surat kabar. Orang gila melempar
208 bosnya ke luar jendela. Pembunuh maniak berkeliaran. Anjing gila. Tembak mati.
Pada pukul 20.30 semua aparat penegak hukum di New York akan mencarinya."
"Bagaimana bila dia memutuskan meninggalkan kota?"
"Berlawanan dengan gambaran psikologisnya. Dia salah satu di antara kita. Dia
takkan berhenti begitu saja dan kabur."
'Tapi..." "Usul diterima. Kita sudah menghubungi semua orang yang dikenalnya atau mungkin
akan dihubunginya, kan?"
"Ya, Sir. Dua regu."
Astaga! Berapa resimen yang ada di bawah perintah orang ini"
"Oke. Ada berapa jalan keluar dari pulau ini?"
Greylag diam untuk berpikir: "Empat lorong mobil. Enam belas atau tujuh belas
jembatan, saya kira. Tiga heliport. Empat atau lima rute kereta bawah tanah,
mungkin lebih banyak lagi. Feri. Empat bandara termasuk Newark dan Westchester.
Tiga jalur kereta api. Oh ya, dia bisa pakai cable car ke Roosevelt Island
lalu..." 'Terlalu banyak. Kita tak punya cukup sumber daya untuk meliput semuanya."
"Saya bisa telepon Washington."
Washington" Oh, Tuhan, apakah bajingan-bajingan ini benar dari pemerintah"
"Untuk sekarang, itu bukan pilihan yang diinginkan." Ada nada baru dalam suara
Ransome sedikit murung, agak resah. "Sama sekali tak diinginkan. Tempatkan saja?beberapa orang pada arteri utama
209dan di bandara. Itulah pilihan terbaik yang bisa kita ambil. Kalian sisanya,
sampaikan pesan bila ada yang bertemu dengan polisi setempat, tetaplah tenang.
?Mereka polisi New York, bukan model jago tembak Speedy Gonzales yang biasa
kalian hadapi. Mereka tak bisa disuap dengan murah. Tutup mulut rapat-rapat dan
hindari konfrontasi. Oke, ayo kita kerjakan."
"Radio, Sir. Berita untuk Anda. Mendesak."
"Beri... Robin di sini... Dia apa" ...Bagus, bagus.... Diterima. Robin selesai. Oke,
kalian, dengarkan. Wren ada di lantai 17 dengan tusukan menembus nadi lehernya."
Suaranya tanpa emosi seperti robot.
Dave, sambil merunduk di dalam lemari, menggigit bibir. Kaupikir pembuka surat
itu tak mematikan, kan, Sobat"
Suara Ransome yang dingin monoton meneruskan, "Saudara-saudara. Ini keteledoran.
Aku minta pembersihan di ruang tangga itu sesudah percobaan tak kompeten untuk
memikat subjek dalam baku tembak. Aku kecewa dengan hasilnya. Mulai sekarang
mari kita usahakan bertindak sedikit lebih profesional. Mengingat sikap subjek
yang tidak kooperatif, harap hati-hati."
"Sir, apakah kita akan menangkapnya?"
"Afirmatif, Greylag. Bila kita tak menangkapnya di jalan, kita akan menangkapnya
saat dia kembali ke sini. Dia akan kembali, kau tahu."
Persetan! "Bagus. Saya mau sedikit waktu pribadi dengan Mr. Elliot."
"Negatif. Akulah yang pertama dalam antrean. Takkan ada sisa."
210 "T 2. DEJA VU "...ia tidak merasa bahwa perang terdiri atas pembunuhan para musuhmu. Ada
kontradiksi di sini."
Patrick O'Brian, KM.S. Surprise?r di-scan dan di-djvu-kan untuk ^ dimhader dimhad.co.cc oleh:
OBI Salam buat diinhad-pangcu, suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syauqy_arr dengan hanaold.wordpress.com -nya, grafity, dan semua
dimhader. Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda.Salam buat dimliad-pangcu,
suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan kameranya, syauqy_arr dengan
lianaold.wordpress.com -nya, grafity, dan semua dimhader.
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda.
BAB 6 DAVE BERJALAN-JALAN 1. Akuilah, Bung, kau selalu ingin melakukan ini. Benar.
Lebih menyenangkan dari yang pernah kaulakukan selama hidup.
Dekat. Sangat dekat. Orang di BMW itu tak menanggapimu dengan serius. Beri lampu.
Dave mengangkat tuas lampu jauhnya. Pengemudi BMW itu sedang menempelkan ponsel
ke telinganya. Ia tidak mau bergeser, mengangkangi dua jalur, dan menghalangi
jalan Dave. Dave mengangkat mikrofon dari dasbor, menjentikkan tombol, dan
dengan marah menggeram. "Anda yang di dalam BMW, ini keadaan darurat kepolisian.
Minggir dari jalan atau Anda ditahan."
*213Suaranya yang diperkeras itu menggema di jalan yang penuh sesak. Pengemudi
BMW itu menoleh, memandang dengan muak, dan menepikan mobilnya. Dave menginjak
pedal gas. Hanya ditemani malaikat pelindungnya yang suka mengejek, ia melesat
membelah udara malam Manhattan dengan mobil polisi curian.
Ya! Kunci-kuncinya ada di dalam saku polisi itu. Ditempeli label yang mencantumkan
nomot-pelat kendaraannya. Dave meliriknya dengan cemas, dan sudah siap
menjatuhkannya di lantai keramik WC pria ketika suara dalam dirinya berbisik,
Hei, Sobat, kau baru saja merobohkan polisi berseragam saat dia sedang
bertugas atau setidaknya saat dia sedang kencing dan mengikatnya dengan ? ?selotip di dalam WC untuk orang cacat. Ditambah lagi kau telah mencuri pakaian,
lencana, senjata, dan topinya. Tapi sepatunya tidak.
Hanya karena sepatu itu tidak cocok. Ditambah lagi kau telah membunuh lima,
mungkin enam orang yang barangkali agen federal, mencuri - uang dari semua orang
yang kaujumpai, menelepon dengan ancaman pengeboman, memasang perangkap yang
membahayakan nyawa di tangga kebakaran salah satu gedung pencakar langit Park
Avenue, melakukan penyerangan-penyerangan berbahaya serta membongkar dan
menyelinap masuk, meracik peledak buatan sendiri, dan mencuri milik perusahaan
telepon. Oh ya, kau juga dicari karena pembunuhan terhadap Bernie Levy. Jadi apa
yang akan mereka lakukan 214 padamu kalau kau mencuri mobil polisi juga" Paling parah, mereka mungkin akan
menambahkan beberapa abad lagi pada hukuman yang pasti sudah berjumlah sepuluh
ribu tahun di Sing Sing. Dave mengangkat pundak dan mengantongi kunci itu. Ia keluar dari WC lantai 45
tepat saat seorang polisi lain masuk. Dave mengangguk padanya.
"Astaga," omel polisi itu. "Orang itu punya WC pribadi dan dia bunuh diri.
Percaya tidak?" Dave menjawab, "Tadi aku juga bilang pada letnan bahwa aku mau kencing, sekali
saja seumur hidup, di WC pribadi Park Avenue, dan dia melarangku, mungkin ada
bukti di sana." "Sama seperti yang dikatakannya padaku. Percaya tidak?"
Lima menit kemudian Dave sudah sampai di lantai dasar, menerobos di antara
kerumunan polisi dan kru kamera di lobi. Tak seorang pun memedulikannya. Seperti
sudah diduganya, seragam biru polisi itu membuatnya lebih tak kasatmata daripada
penyamarannya sebagai tukang reparasi telepon.
Mobil patroli itu tepat berada di pinggir jalan. Dave menyelinap ke dalamnya,
memutar kunci kontak, tersenyum lebar, dan mengendarainya menuju kegelapan
malam. Di persimpangan Eighty-seventh Street dan Broadway, Dave membelok ke kiri,
dengan gembira memacu mobil polisi itu, dan mengebut ke barat. Di tengah blok
berikutnya ia mematikan sirene dan lampu kedip. Ia mengurangi kecepatan, menepi
ke kanan, dan merapat ke trotoar. Di sana ada cukup tempat parkir di samping
hidran. 215Mungkin tak ada peraturan dalam kitab undang-undang yang tidak kaulanggar
hari ini. Marge Cohen mengatakan dia tinggal di Ninety-fourth Street. Dave berniat
menempuh jarak yang tersisa dengan berjalan kaki. Polisi berjalan kaki memang
merupakan pemandangan yang kurang lazim sehingga beberapa orang meliriknya.
Kebanyakan tak peduli. Ia membelok ke utara di Broadway. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah ke bagian
kota ini. Hunian yuppie sudah memenuhi daerah ini. Bar-bar yang dilewatinya
memajang pakis dalam pot dan nama-nama yang bergaya. Toko yang dulu menjual
barang bekas kini menjual barang antik. Manekin-manekin di toko pakaian
kelihatan seperti Cher di malam yang payah. Tapi jalanannya masih tetap kotor,
ditaburi puing-puing yang sangat khas dan hanya terkumpul di Upper West Side
Manhattan. Jalanlah seperti polisi, Bung, jangan seperti turis.
Dave memperlambat langkahnya, memaksa diri berjalan dengan gaya John Wayne, dan
menunjukkan sikap waspada.
Itu lebih mirip. Ia sampai di bagian utara Ninety-first Street sebelum menemukan yang
diinginkannya. Neon hijau di atas pintu masuk itu berbunyi "McAnn's Bar and
Grill." Bila kau tak bisa mempercayai pub Irlandia, apa yang bisa kaupercayai"
Ia mendorong pintu hingga terbuka. Tempat itu remang-remang. Baunya campuran
busa bir, serbuk gergajian, dan corned beef panas. Pengunjung tempat
216 itu bukan kaum yuppie, tak pernah dan takkan terjadi. Mereka kelihatan seperti
sudah lama duduk di depan meja mereka. Satu atau dua orang meliriknya, kemudian
kembali mengurusi bir mereka.
Ia berjalan ke bar. Bartender sudah mengambilkan Ballantine untuknya. Dave tidak
suka merek itu. Tapi toh ia menerimanya juga.
"Ada yang bisa kubantu?"
Dave mengangkat gelasnya. "Ini sudah cukup membantu." Ia minum seteguk. Sedikit
rasa metalik itu mengingatkannya pada... kejadian yang sudah begitu lama...
mengingatkannya pada... Ballantine adalah bir favorit Taffy Weiler. Pengungsi berambut merah dari New
York itu sudah mengirim entah berapa kotak bir tersebut ke Pegunungan Sierra.
Sesudahnya, tepat sebelum mereka pergi, Dave memaksanya mengumpulkan kaleng
kosongnya. Taffy ingin meninggalkannya di tempat itu. Dave merasa gusar
mengingat kotoran yang akan mencemari keindahan...
"Mau dicampur minuman lain?"
"Maaf?" Bartender itu memutuskan rantai pikiran Dave.
"Aku tanya apakah kau mau minuman lain untuk dicampur dengan birmu." "Tidak saat
bertugas." Bartender itu mendengus. "Itu tak mencegah rekan-rekanmu. Kau masih baru di
sini, kan?" "Tugas sementara. Biasanya aku bertugas di Astoria."
"Namaku Dunne. Panggil aku Jack." Uh... benar, Bung, jadi apa nama yang tertera
pada pelat nama yang kaupakui" Jangan mengintip.
217"Hutchinson. Semua orang memanggilku Hutch." "Cocok."
"jKau punya buku telepon, Jack?" "Tentu." Bartender itu meraih ke bawah bar dan
mengangkat Halaman Putih Manhattan yang tebal. Ia mengawasi sementara Dave
membalik-balik ke bagian C. Cogan, Coggin, Cohan, Cohee, Cohen... Banyak Cohen.
Cari. Cohen, Marge" Tidak terdaftar. Cohen, Marigold" Sama saja. Cohen, M." Ada
beberapa lusin. Tapi hanya ada satu di Ninety-fourth Street. Tepat di pinggir
Amsterdam. Itu pasti dia.
Ia mengembalikan buku petunjuk telepon itu kepada si bartender. "Terima kasih.
Apakah di sini ada telepon telepon pribadi yang bisa kupakai?" "Di belakang. ?Kurasa telepon lokal." "Tentu." "Silakan saja."
Bukan Marge Cohen yang diteleponnya, dan bukan pula nomor lokal. Melainkan nomor
bagian informasi AT&T International. Dave menginginkan sebuah nomor telepon di
Switzerland. 2. Apartemen Marge terletak di bangunan empat tingkat dari batu cokelat, yang oleh
penduduk New York dianggap menarik, tetapi mengingatkan orang pada apartemen-
apertemen pinggiran kota pada zaman Depresi. Tidak ada cahaya yang memancar dari
jendela-jendelanya yang kotor. Sebuah tangga beton berlubang-lubang menuju ke
pintu depannya yang 218 tertutup terali. Dave mendengar dengkuran. Sepertinya ada orang sedang tidur di
antara tong-tong sampah di bawah tangga.
Menurut deretan kotak surat kotor di serambi, apartemen M.F. Cohen terletak di
lantai dasar di bagian belakang. Apartemen IB.
Dave mencari-cari bel dan interkom. Ada yang telah mencabut peralatan itu dari
tempatnya. Ia mengangkat pundak, dan mengakali kunci pintu itu dengan kartu
kredit. Dinding-dinding di dalam berwarna kelabu akibat kurangnya perhatian. Karpetnya
sudah aus dan bernoda, lampu lorongnya remang-remang. Bangunan itu berbau jamur,
ketuaan, dan ketidakpedulian. Pemiliknya tidak mengeluarkan banyak biaya untuk
memeliharanya, dan mungkin takkan melakukannya sampai para penghuninya mengancam
akan mogok membayar uang sewa.
Dave mengetuk pintu ke apartemen IB.
Cahaya berkelip melalui lubang pengintai pintu. Ada yang mengintip ke luar.
Pintu berdetak, gerendel diputar, pintu terempas membuka, Marge Cohen melompat
ke arahnya sambil mendesis seperti kucing. "Kau bajingan!"
Ada apa gerangan" Tangan Marge tertekuk membentuk cakar; kuku jarinya yang tidak panjang dan
?tidak dicat diarahkan ke mata. Dave mundur ke belakang. Serangan itu meleset,
?tapi tidak jauh. Dave mengangkat sebelah tangannya, "Tunggu sebentar..."
Marge merunduk, siap menerjang. "Kau keparat busuk!" Ia melompat. Kukunya
kembali terarah ke 219mata. Dave menangkap pergelangan tangannya, dan memeganginya. Sambutan
semacam ini sama sekali tak diduganya.
"Bajingan, bajingan, bajingan!" Gadis itu meronta dalam pegangan Dave, dan
mendaratkan tendangan keras ke tulang keringnya. Dave tahu kakinya pasti memar.
Dengan tubuh sekecil .ini dia kuat, kan"
Marge menjerit, "Beraninya kau! Bajingan!" Dave mengangkatnya, mendorongnya ke
belakang, memaksanya masuk ke apartemen. Ia menendang Dave lagi.
Dengan pinggulnya Dave mendorong pintu hingga menutup. "Kalian pikir kalian
siapa, kalian pikir kalian siapa!" Sambil memutar dengan marah, Marge berusaha
melepaskan diri dari Dave. Dave mempererat pegangannya, menariknya mendekat.
Marge meludah ke wajah Dave.
"Marge" Hei, dengar* aku tidak..." Api putih, halilintar musim panas di Indiana,
rasa sakit membakar. Paru-paru Dave mengembus hingga kosong. Ia merosot
berlutut, berusaha keras menjaga kesadaran.
Marge telah mengayunkan lutut ke selangkangannya.
Ransome dan begundal-begundalnya memang masalah, Sobat, tapi perempuan New York
berbobot 55 kilo adalah masalah lain yang sama sekali berbeda.
Dave menopangkan satu tangan ke lantai untuk menjaga keseimbangan, dan
menggeleng untuk menjernihkan pandangannya. Tidak berhasil. Ia mengangkat
kepala, menarik napas dalam sambil gemetar. Marge mendatanginya dengan jambangan
bunga yang cukup besar untuk membunuh. Ketika ia mengayunkannya
220 ke bawah, Dave jatuh ke kiri, menyapu kaki Marge. Perempuan itu terguling di
sampingnya, mengumpat. Dave menggulingkan tubuh ke atasnya, memanfaatkan berat
badan untuk menahannya. Marge berteriak dan mengumpat serta bersumpah akan
membunuhnya. Tak seharusnya kau menguras uangnya seperti itu, Sobat.
"Marfpf akh mnntmffT..." Dave memaksa pikirannya meninggalkan rasa sakit di antara
kakinya, memusat-kannya pada napas, memusatkan pikiran agar bisa berbicara
jelas. "Marge, aku minta maaf telah mengambil uangmu. Kupikir akan membuat
kejadian itu lebih tak mencurigakan dan..."
"Uang?" jerit gadis itu. "Uang! Kau bajingan gila, aku sudah lupa semua itu, kau
dan teman-teman terkutukmu yang sinting, akan kurobek bolamu, kau..."
Dave butuh waktu sepuluh menit untuk menenangkannya. Sesudah tenang Marge
menangis, sedih sekali, gemetar seperti burung yang ketakutan.
Empat laki-laki, berperawakan besar, sudah menunggu di pintunya. Salah satu di
antara mereka menunjukkan lencana. Lima belas menit sebelumnya ia sudah membuang
radio yang diberikan Dave kepadanya, meninggalkannya di dalam kotak sampah di
sekitar D'Agostino's. Ia pikir tak ada yang perlu dikhawatirkannya.
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bisakah kami masuk dan bicara dengan Anda, Miz Cohen" Kami ingin mengusut
perampokan di kantor Anda hari ini."
"Silakan. Berapa lama yang diperlukan?"
"Tak lama. Mari saya bawakan tas belanjaan Anda."
221Sewaktu ia membuka pintu apartemen, hanya tiga orang yang masuk. Orang
keempat berdiri di lorong di luar. Salah satu dari tiga laki-laki itu berbalik,
mengunci pintu, dan menyandarkan punggungnya ke sana.
Pintu itu satu-satunya jalan keluar. Marge mundur, ke belakang sofa yang
memisahkan tubuh mungilnya dengan dua laki-laki lainnya. Salah satu dari mereka
membawa tas kulit hitam. Ia meletakkannya di atas meja kopi.
Laki-laki kedua, yang tadi menunjukkan lencana, berbicara, "Saya Officer Canady.
Ini Dokter Pierce." "Dokter?"
"Spesialis ginekologi."
"Kami punya alasan untuk yakin bahwa laki-laki yang menyerang Anda sore tadi
mungkin telah memerkosa Anda saat Anda tak sadarkan diri."
'Tidak. Jangan konyol. Saya akan tahu..."
"Kami ke sini untuk memastikannya. Sekarang dokter akan memeriksa Anda."
Dokter itu mengenakan sepasang sarung tangan lateks.
Wajah Marge bersih, ia sudah membasuh makeup-nya. Air matanya mengalir jernih,
setiap tetesnya transparan dan terang. "Kapas pengoles," ia tersedak. "Botol-
botol spesimen. Jarum. Dua yang lainnya mengawasi. Wajah mereka tak berubah.
Yang bertubuh besar..." Ia bergidik dan tersedu di lengan Dave.
"Tenang, Marge." Dave tidak bisa memikirkan kata lain untuk diucapkan. "Itu
sudah berakhir. Coba tarik napas dalam dan..."
.222 "Dia memegangiku ke lantai. Tangannya menutup mulutku. Ia melepaskan pakaianku.
Yang satunya lagi, yang katanya dokter, oh, Tuhan, itu lebih parah daripada..."
Seluruh tubuhnya berguncang, tersiksa oleh sedu sedan dan penghinaan.
Dave memelukkan lengannya, menyandarkan kepala Marge ke dadanya. Rupanya itu
melegakan Marge. Di samping itu, lebih baik bila Marge tak melihat wajahnya yang
putih karena kemarahan dan menunjukkan ekspresi laki-laki yang merencanakan
pembalasan. Pukul 21.23. Dave bersama Marge lebih dari sejam. Ia menemukan sebotol brendi, merek murahan,
Christian Brothers. Minuman itu menenangkan Marge. Selain lingkaran memar di
bawah matanya yang hijau zamrud, ia kembali menjadi perempuan menarik yang
dijumpai Dave sore tadi. Mereka tidak lagi bicara tentang orang-orang yang telah menganiayanya. Ia tidak
bisa bicara tentang hal itu. Mungkin butuh waktu berbulan-bulan sebelum ia bisa
membicarakannya. Sekarang mereka bicara tentang Dave, mencoba menemukan jawaban
yang masuk akal atas kejadian yang telah menimpanya.
"Aku tak tahu," kata Dave. "Aku punya beberapa dugaan, tapi itu semua cuma
dugaan." Marge memakai semacam blus luar berwarna biru. Dave tidak tahu tepat
modelnya mungkin gaun malam, atau lebih tepat blus longgar yang dipakai di atas?celana panjang. Namun Marge tidak memakai celana panjang. Dan kakinya indah.
Dave memaksa matanya agar terfokus pada wajah Marge.
223"Apa" Coba beri contoh." Marge menjepit sebatang rokok Salem Ultra Light 100
dengan jari. Asap biru bergulung ke langit-langit. Dave hampir saja minta
sebatang. Ia benar-benar ingin merokok.
"Oke, poin pertama. Ini pemerintah, atau sesuatu yang berkaitan dengan
pemerintah." "Itu hal paling sinting yang pernah kudengar. Hei, bulan lalu aku melihat film
seperti ini di HBO. Lembaga rahasia di bawah Pentagon, orang-orang berseragam
yang tak jelas asal-usulnya, organisasi tanpa nama yang berkatian dengan
Odessa.* Film konyol. Aku matikan HBO."
"Tapi ini pasti..."
"Jangan tolol. Hal semacam itu tak terjadi rencana rahasia, persekongkolan
?keji..." "Persekongkolan gelap itu ada. Kalau kau tak percaya, tanyalah pada Julius
Caesar." "Oh, sudahlah! Itu kejadian dua ribu tahun lalu."
"Bagaimana dengan Iran-Contra atau Whitewater atau Watergate" Ya, Watergate.
Ingat Gordon Liddy?"
Marge memandangi Dave. Matanya besar dan cerah, bibirnya dirapatkan. Dave suka
bibir itu. Ia pikir... Ia menggeleng. Ia tidak tahu apa yang ia pikir.
Oh ya, kau tahu. "Siapa" Watergate" Hei, kaupikir berapa umurku" Skandal itu sudah berakhir
sebelum aku masuk sekolah dasar." Gadis itu mengibaskan tangan. Gulungan asap
tergantung di udara. "Liddy salah satu anggota persekongkolan Watergate. Ia menulis buku setelah
keluar dari penjara. Dalam buku itu dikatakannya bahwa selama beberapa
224 waktu ia yakin dirinya akan dibungkam. Katanya ia sudah siap untuk itu. Dan
Liddy anggota FBI. Ia orang dalam. Ia tahu bagaimana hal seperti ini terjadi."
"Bagiku kedengarannya seperti cerita sinting."
Dave mengembuskan napas. Ketika menarik napas ia merasakan asap rokok Marge.
"Orang juga terlibat dalam operasi-operasi rahasia lainnya. Bahkan pengadilan
dan para hakim menyebut Watergate sebagai persekongkolan rahasia. Persekongkolan
itu nyata." Marge menggeleng. "Satu hal lain..." Dave menelan ludah. "...Aw, persetan, orang-orang yang melakukan
semua ini, Gordon Liddy dan Oliver North dan semua yang lainnya, percaya, benar-
benar dan sungguh-sungguh percaya, bahwa mereka berada di pihak yang benar. Sama
seperti mereka percaya bahwa orang-orang yang menentang,mereka adalah musuh
kebenaran, keadilan, dan jalan hidup Amerika. Aku berani bertaruh, bila kau
menanyai Ransome, ia akan mengatakan padamu dialah yang baik dan akulah si
jahat. Dan dia sungguh-sungguh. Ah, aku tahu aku dulu..." Dave terdiam.
Marge memiringkan kepala, matanya terbuka sedikit lebih lebar. Namun ia terlalu
tanggap untuk berbicara. "Dengar, Marge, dulu, hampir sebelum kau lahir, aku salah satu dari mereka.
Mereka membawaku pergi dari Angkatan Bersenjata... Bukan, itu bohong. Mereka tak
membawaku. Yang sebenarnya, aku mengajukan diri secara sukarela. Kupikir itulah
tindakan yang benar. Waktu itu aku menganggap banyak hal sebagai kebenaran."
Dave memejamkan mata. Ini bukan kenangan indah, rasanya menyakitkan untuk
225mengingatnya kembali. "Mereka mengirimku ke suatu tempat di Virginia.
Pelatihan khusus. Senjata khusus. Intelijen khusus. Cara perang khusus. Untuk
beberapa lama kami mengira kami dilatih untuk bekerja sama dengan ARVN, tentara
Vietnam Selatan..." "Vietnam?" Ekspresi pada wajah Marge berubah. Dave tak dapat membacanya.
"Perangku, Marge. Aku terlibat di dalamnya." -
"Apakah itu seburuk..."
"Ya. Bahkan sebenarnya lebih buruk." Dave memutuskan bahwa ekspresi yang
diperlihatkan Marge adalah keprihatinan sejati. Ia bersyukur. Marge terlalu muda
untuk mengingat perang itu, dan terlalu muda untuk masuk ke dalam golongan yang
membenci segala orang dan segala hal yang berkaitan dengan perang itu.
Begitu juga, terlalu muda untukmu.
Ia mengosongkan gelas brendi, dan mengisinya lagi. Dulu ada begitu banyak
manusia pembenci. Pergi berperang memang buruk. Namun dari beberapa segi,
kembali adalah lebih buruk lagi.
"Dave?" Marge mencondongkan badan ke depan. Dave bisa melihat payudaranya
bergeser di bawah blusnya. Ia tidak memakai BH dan...
Singkirkan itu dari pikiranmu, Bung.
"Maaf. Kenangan lama." Dave tersenyum samar. "Nah, aku bilang mereka melatih
kami untuk segala macam pekerjaan kotor beratus-ratus orang. Kamp P sudah ?sepuluh atau dua puluh tahun dipakai untuk urusan ini ketika aku di sana.
Mungkin sekarang pun masih. Ribuan orang pernah melewatinya, sepasukan penuh
beranggotakan prajurit-prajurit rahasia. Dan
226 kini mereka ada di luar sana entah di mana. Mungkin mereka tak bekerja untuk
pemerintah. Mungkin mereka tak bekerja untuk lembaga yang bekerja untuk lembaga
lain yang bekerja untuk pemerintah. Tapi bila kau tahu orang yang tepat, kau
bisa menemykan mereka, dan mereka akan melakukan pekerjaan apa pun yang
ditugaskan pada mereka dengan bayaran."
Marge mengernyit. "Tak mungkin. Pemerintah tidak membunuh pembayar pajak.
Defisitnya terlalu besar. Di samping itu, aku tak bisa percaya ada orang yang
mau memberikan perintah terang-terangan..."
Dave meludah. "Mereka tidak memberikan perintah. Mereka hanya memberikan
isyarat. Ingat Becket" Sang raja berkata, 'Siapakah yang akan membebaskanku dari
pendeta pengacau ini"' dan berikutnya yang kautemukan adalah seorang uskup
tergeletak mati di lantai."
Marge mengangguk, tapi tidak mempercayainya. "Oke. Misalkan saja itu mungkin.
Apa buktimu?" "Tak ada. Tak ada bukti nyata. Semuanya bukti tak langsung cara mereka bicara,
?peralatan hightech yang mereka bawa-bawa, betapa mudahnya mereka memerintahkan
agar telepon disadap, fakta bahwa Ransome membaca berkas personaliaku di
ketentaraan, fakta bahwa semua orang di pihaknya seakan punya alamat
tersembunyi. Dan satu hal lain adalah Harry Halliwell. Temanku Harry, yang
mencoba meremukkan otakku dengan poci kopi. Dia dukun hebat, pembuat mukjizat
sejati dalam dunia politik. Bila dia di pihak Ransome, pasti berarti ada orang-
orang penting yang terlibat."
"Aku masih tetap tak percaya... kecuali...
227Menurutmu mungkinkah ini ada kaitannya dengan Vietnam?"
"Ya. Tidak. Sialan, aku tak tahu. Ada sesuatu yang terjadi di sana. Aku ada di
tengahnya. Tapi aku bukan satu-satunya yang terlibat. Seandainya mereka ingin
membungkam kami, mereka harus memburu kami semua. Di samping itu, mereka
menutup-nutupinya suatu persekongkolan lain, persekongkolan tutup mulut. Dan
?lagi pula, kejadiannya sudah terlalu lama. Tak ada yang tersisa, tak ada yang
peduli. Tak ada Siapa pun yang benar-benar peduli."
"Bisakah kau... maukah kau cerita padaku" Maksudku, mungkin ada yang kaulupakan."
Suara Dave merendah. Ia nyaris menggeram. "Lupa" Tak mungkin. Belum ada yang
kulupakan. Coba seandainya aku bisa."
"Tapi..." "Tidak, Marge. Kau tak ingin tahu, dan aku tak ingin menceritakannya padamu.
Percayalah pada kata-kataku. Itu tak ada kaitannya dengan apa yang terjadi hari
ini. Tak mungkin." "Terserahlah kalau begitu katamu. Tapi mengapa orang-orang ini, mengapa ada
orang ingin membunuhmu?"
Dave melempar tangannya ke langit-langit. "Itulah pertanyaannya. Menurut
dugaanku aku telah melihat atau mendengar sesuatu yang tak semestinya kulihat
atau kudengar. Kalau saja aku tahu. Tapi apa pun itu, gagasan bahwa aku
mengetahuinya membuat beberapa orang yang sangat berkuasa jadi sangat
ketakutan." "Ketakutan?" Ia menyedot rokoknya dalam-dalam. Dave menghela napas.
228 "Tepat. Takut aku akan go public. Takut sesudah aku tahu apa itu, aku akan
meniup peluit. Aku dulu pernah melakukannya meniup peluit. Mereka tak pernah ?melupakanmu bila kau melakukan itu. Mereka juga tak pernah melupakanmu."
"Itukah yang kaukatakan" Mereka takut kau akan memaparkan... memaparkan apa yang
mereka lakukan" Mereka berniat membunuhmu sebab kau tukang tiup peluit?"
"Mungkin, cuma mereka memakai kata-kata yang lebih keras daripada 'tukang tiup
peluit'. Tapi ya, itu mungkin. Di Angkatan Bersenjata dulu, kami memakai istilah
'plausible deniability'. Artinya, perwira-perwira senior bisa menyangkal mereka
tahu apa yang kami lakukan. Itu berarti apa pun permainan gila yang kami
lakukan, kami harus memastikan bos kami punya pilihan untuk mengatakan, 'Hei,
ini operasi gila. Sama sekali tanpa izin. Berlawanan dengan perintah. Jangan
salahkan kami. Kami tak tahu apa-apa tentang itu.'"
'"Misimu, Jim, bila kau memihh menerimanya...'"
"Sesuatu seperti itulah. Akan kuceritakan padamu satu hal lain. Apa pun hal itu,
pastilah sesuatu yang tak boleh diketahui orang lain. Jenis rahasia yang
mengakibatkan anggota Kongres marah dan mengadakan pemeriksaan terbuka serta
para reporter The Washington Post melolong ke bulan."
"Iran-Contra." "Misalnya." Matanya kabur meninggalkan wajah Marge. Seolah mata itu punya kehendak sendiri,
mata itu... Kau melihat kakinya lagi, Bung. Seharusnya itu tak kaulakukan.
229"Jadi alasan mereka memburumu dan alasan mereka ketakutan adalah karena kau
bisa menghancurkan kedok mereka, menghancurkan kemampuan mereka untuk
mengingkari segala pengetahuan akan... akan... apa pun persoalan itu."
Dave kembali minum seteguk brendi. Ia merasa lebih hangat sekarang, dan agak
lebih santai. Ia meletakkan gelas itu. Mabuk itu tidak baik. "Kau tahu apa yang
aneh" Yang aneh, mereka hendak menjadikanku bagian dari itu. Maksudku kalau
benar surat itu asli, bukan hasil pemalsuan, maka FBI sedang memeriksaku karena
ada yang hendak mengaktifkan kembali security clearence-ku."
"Tapi kalau itu yang mereka lakukan, mengapa mereka berusaha membunuhmu
sekarang?" Marge mengubah sikap tubuhnya, melipat satu tungkainya di bawah yang
lain. Sepintas Dave melihat celana dalam pink pucat.
Omong-omong secara pribadi, mungkin ada baiknya bolamu sedang biru lebam.
"Itu pertanyaan rumit lainnya. Mungkin mereka menemukan sesuatu dalam
pemeriksaan latar belakangku yang membuat mereka berpikir aku merupakan risiko
jelek. Mungkin saat mereka menemukannya, seseorang mengatakan sesuatu yang
seharusnya tak kudengar. Entahlah. Yang bisa kukatakan hanyalah bahwa itu pasti
terjadi dalam beberapa hari terakhir. Mungkin dalam 24 jam terakhir. Bernie
kelelahan. Ia tak tidur. Ransome dan Carlucci tak bercukur. Mereka tak tidur
sepanjang malam. Dan segala yang mereka lakukan untuk menangkapku sudah
tersedia operasi yang gampang. Mereka merancangnya sambil jalan.?230
Tanpa rencana. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku masih hidup. Ransome bukan
keroco. Seandainya dia punya waktu untuk menggelar rencana operasi yang
terperinci, aku tentu sudah masuk tas mayat dan diberi label sebelum makan
pagi." Marge menunjukkan pandangan bersimpati, dan menudingkan satu jari ke gelas Dave
yang kosong. "Kau mau minum lagi?"
Dave berpikir, Ya! Kau pun minum lagi!
'Tidak." "Jadi apa yang telah kaulakukan beberapa hari terakhir ini" Apa yang kaulihat"
Dengan siapa kau bicara?"
"Marge, aku sudah memeras otak. Tak ada apa-apa. Sama sekali tak ada apa-apa.
Aku melewatkan akhir pekan di Long Island bersama Scotty dan Olivia Thatcher.
Minggu malam aku menjemput Helen di bandara. Dia..."
"Helen?" "Istriku." "Istrimu." Suaranya senetral ekspresi yang ditunjukkannya. Ia memasukkan dua
kakinya ke bawah selimut.
Kau menanggalkan cincin kawinmu, Sobat. Ingat" * Perempuan ini bertindak
berdasarkan anggapan yang salah.
"Ahh... dia pergi ke California menghadiri pernikahan seorang sahabat di college.
Senin, Selasa, Rabu, aku pergi ke kantor. Kerja seperti biasa. Rapat-rapat,
pertemuan-pertemuan, laporan yang harus diperiksa, keputusan yang harus dibuat,
telepon yang harus dibalas. Semuanya rutin kecuali aku harus
231kembali ke Long Island hari Rabu untuk rapat, dan Senin malam aku harus
memainkan peran sebagai tuan rumah untuk beberapa pengunjung dari Jepang."
"Permisi sebentar." Marge berdiri dan keluar dari ruang duduk. Ia meninggalkan
rokoknya menyala di asbak. Dave memandangnya dengan lapar. Ia mengulurkan
tangan, merasa bersalah, menahan diri, mengulurkan tangan lagi, dan merasa lebih
bersalah lagi. Ayo kita coba menahan godaan, Sobat. Maksudku segala cobaan yang dikehendaki
daging. Asap rokok mengambang di udara. Dave berliur dan menderita hingga Marge kembali.
Ia memakai blue jeans, dan menggendong kucing betina berbulu panjang. Tadi Marge
duduk meringkuk di sofa bersamanya. Kini ia bertengger di kursi malas, dengan
hati-hati memisahkan diri dari Dave dibatasi meja kopi murahan berlapis kaca.
"Kucing bagus," kata Dave, mendadak merasa tidak enak. "Siapa namanya?"
"Dia jantan. Namanya Tito. Berasal dari Colorado."
"Tito?" "Kakakku menikah dengan laki-laki yang punya keluarga besar. Musim panas ini aku
pergi ke ranch mereka. Kepala keluarga mereka bertempur bersama partisan
Yugoslavia selama Perang Dunia II. Dia memberiku kucing ini dan memilihkan nama
untukku." Ia menurunkan binatang itu ke lantai.
Dave mengulurkan sebelah tangan untuk membelainya. Kucing itu mendesis,
memperlihatkan taringnya, dan melangkah gontai menjauh dari jangkauannya.
"Hati-hati aku baru membawanya ke dokter?232
hewan," kata Marge. "Suasana hatinya masih murung karena operasi."
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Oh. Benar. Itu menjelaskan..."
Ya, itu menjelaskan persoalan, kan"
Es serasa muncul di dalam pembuluh darah Dave.
Itu dia. Tepat di depan hidungmu. Pasti itu, Bung. Tak mungkin karena hal lain.
Tidak, itu tak mungkin. "Kau tak apa-apa?" Suara Marge terdengar khawatir.
Dave memandang ragu-ragu ke gelas brendi di tangannya. Ia menuang sisanya ke
dalam tenggorokan, berdiri, dan dengan cukup hati-hati menjatuhkan gelas itu
sehingga hancur berkeping-keping di lantai.
3. David Elliot melaju kencang di Long Island Expressway. Ia melewati gerbang
keluar Great Neck, rumah si Greg yang suka jatuh cinta, yang pakaiannya ia
kenakan. Dave menduga Greg kini mungkin memandang kehidupan keluarga monogami
sebagai alternatif yang lebih baik atau setidaknya kurang berisiko dibanding
? ?dengan peran sebagai Casanova kantor.
Ia mengelus bagian atas kepalanya yang baru dilicinkan. Ketika Marge, yang tidak
seperti kebanyakan penduduk punya SIM, pergi untuk mengambil mobil sewaan, Dave
menggunting rambut dan membuat garis rambut baru. Kemudian ia merendam rambut
yang tersisa dalam peroksida. Efeknya mencengangkan. Kini ia pirang dan mulai
membotak, menurutnya ia tampak seperti orang yang
233sama sekali lain, meskipun tidak seperti orang dengan penampilan yang ia
sukai. Potongan rambutnya agak seperti banci. Seandainya ada anak buah Ransome
yang ditempatkan untuk berjaga di Triborough Bridge, mereka tentu tak
menghiraukannya. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Marge sudah pergi. Ia berharap demikian. Dan
ia berharap mudah-mudahan Marge memaafkannya karena telah mencuri kunci mobil
sewaan dan isi dompetnya ketika ia sedang berada di kamar mandi. Dave memutuskan
harus mengkhianatinya sekali lagi ketika Marge pergi ke kantor persewaan mobil
Herz. Waktu menunggunya kembali, dengan tergesa-gesa Dave menulis penjelasan
dengan mesin tik elektronik tua milik Marge:
Marge yang baik: Aku menyesal bertindak seperti ini, tapi aku terpaksa. Aku datang ke sini sebab
aku perlu tempat bersembunyi, dan kupikir kau akan membiarkanku tidur denganmu
di sofamu beberapa hari sampai sudah aman bagiku untuk pergi. Tapi sekarang
kupikir aku telah membawa hidupmu dalam bahaya.
Kutinggalkan jam tanganku. Rolex emas pejal. Harga ecerannya $15.000 atau
$20.000. Jual atau gadaikanlah. Ambil uangnya. Pergilah ke luar kota. Bawa
kucingmu dan naiklah ke pesawat terbang pertama yang bisa kaudapatkan. Bila
tidak, mereka mungkin akan menyakitimu. Pergilah ke ranch sanakmu di Colorado.
Aku melihatnya di buku alamatmu. Bila
234 selamat melewati semua ini, aku akan menghubungimu di sana.
Sekarang tolong kemasi barangmu dan keluarlah dari apartemenmu. Jangan pakai
kartu kredit, sebab mereka bisa melacaknya. Kau harus melakukannya, Marge.
Percayalah padaku. Aku tak berdusta.
Sekali lagi aku minta maaf karena mengambil uangmu lagi. Jam tangan itu akan
lebih dari cukup untuk menggantinya. Marge, kumohon -kau melakukan yang kuminta.
KABURLAH SEBELUM TERLAMBAT.
Dave Yang tidak disebutkannya dalam surat itu adalah ketakutannya bahwa, seandainya
ia tidak kabur, Marge akan mendesak minta jawaban, atau lebih parah lagi,
berkeras untuk ikut. Lebih baik ia tidak tahu apa-apa. Ketidaktahuan itu adalah
perlindungan terbaik baginya.
Dave melirik odometer. Mobil murah dari Korea itu baru. Baru berjalan 344
kilometer ketika Dave meninggalkan apartemen Marge. Kini tercatat 395 kilo.
Masih ada sekitar 50 kilo lagi yang harus ditempuhnya.
Suara di radio mengumumkan bahwa sudah saatnya berita penting. Dave membesarkan
volume. "Berita paling utama pada jam ini, pencarian terhadap David Perry Elliot
sedang dilaksanakan di seluruh penjuru kota. Ia diduga membunuh usahawan New
York, Bernard J. Levy. Levy, presiden Senterex, perusahaan
235konglomerat dengan kekayaan miliaran dolar, didorong dari jendela kantornya
di lantai 45 sebuah gedung di Park Avenue sore ini. Sumber-sumber kepolisian
melaporkan Elliot sebagai tersangka utama, dan menyatakan bahwa Levy baru-baru
ini mempertanyakan urusan finansial yang menjadi tanggung jawab Elliot." Itu
kejutan baru. "Pihak berwajib juga menduga bahwa Elliot telah menyerang perwira polisi William
Hutchinson serta mencuri seragam dan kendaraannya. Elliot digambarkan sebagai
laki-laki kulit putih, tinggi 183 senti, berat 85 kilo, rambut dan mata cokelat
muda, dan dalam kondisi fisik prima. Ia dikabarkan bersenjata dan sangat
berbahaya. Warga diminta untuk segera memberitahu polisi bila melihat orang yang
sesuai dengan deskripsi itu. Dalam berita lain hari ini..."
Dave mengecilkan volume. Di depan papan tanda bertuliskan PATCHOGUE 38 km. Gerbang keluar yang harus ?diambilnya.
Baru tiga hari lalu ia ke sana. Iajpergi dengan limusin yang dikemudikan sopir,
salah satu dari empat limusin yang disiagakan untuk para eksekutif Senterex.
Dalam lalu lintas siang, ia butuh hampir dua jam dari kantor Senterex ke
Lockyear Laboratories. Kini, larut malam, hanya perlu satu jam kurang.
Pasti Lockyear Laboratories, kan" Hanya dari tempat itulah Ransome bisa
mendapatkan sampel darahmu.
Kunjungan-kunjungan ke berbagai anak perusahaan adalah salah satu beban yang
meletihkan dalam kehidupan seorang eksekutif. Bak pangeran dari istana
236 perusahaan dikirim untuk mengunjungi vasalnya, ia disambut di ruang penerimaan
tamu oleh manajer pabrik yang tersenyum resah. Manajer ini menggembalakan
tamunya yang sudah letih bepergian ke ruang rapat yang sudah dibersihkan. Ia
menawari tamunya segelas kopi yang tak keruan rasanya. Aturan sopan santun
menuntut kopi itu diterima dan diteguk. Tak lama kemudian empat atau lima orang
paling senior dalam pasukan divisi itu memasuki ruangan. Hari ini kemeja mereka
bersih, kerahnya dikancingkan, dan dasi mereka dirapikan. Mereka memakai jas,
yang dalam kesempatan selain ini hanya dibiarkan kusut di balik pintu kantor
mereka. Sang tamu berdiri, bersalaman, dan sia-sia mencoba mengingat nama
mereka. Manajer divisi berjalan ke kepala meja rapat, sibuk dengan layar
proyektor dan menyalakan overhead projector. Ia mengatakan bahwa dengan beberapa
transparansi ia akan menjelaskan operasi divisi itu. Ia jarang bicara dengan
manajemen puncak perusahaan, dan berniat memanfaatkan peluang ini sebaik
mungkin. Sang tamu berusaha tampak tertarik. Padahal tidak. Seseorang mematikan
lampu. Sang tamu tidak perlu lagi memperlihatkan wajah tertarik, sebab kini tak
ada yang bisa melihat wajahnya. Si manajer setempat bicara panjang-lebar dalam
presentasi mengenai operasi divisinya. Didirikan sesudah Perang Dunia II oleh
putra sulung tukang patri emigran; grafik-grafik itu mengilustrasikan sejarah
pertumbuhan yang mantap selama empat puluh tahun; bagan organisasi dengan huruf-
huruf kecil; skema operasi yang mulus dan efisien; daftar pelanggan yang puas;
lebih banyak lagi grafik meramalkan rencana pertumbuhan yang
237ambisius secara ringkas suatu keluarga karyawan yang bahagia, puas karena ?diambil oleh perusahaan induk yang terkemuka, melihat hubungan yang hanya saling
menguntungkan. Sang tamu duduk tanpa bicara sepanjang khotbah ini kalau tidak
?menikmati tidur-tidur ayam santai, tentu bersusah payah mencoba meramu satu-dua
pertanyaan cerdas. "Nah, kecuali Anda ada pertanyaan, mari kita beristirahat sebentar sebelum kita
mulai tur." "Bagaimana dengan pesaing?" demikian tadi Dave bertanya. Sebagian besar
presentasi itu berputar sekitar biologi kekebalan tubuh molekul reseptor,
?antigen, atribut limfosit, sel T, sel B, histocompatibility complex,
polipeptida, CD 8 coreceptor, macrophages, dan hal-hal semacam itu. Pertanyaan
tentang pesaing adalah satu-satunya yang bisa dikemukakan Dave.
Sebagian besar jawabannya tidak ia mengerti. Itu banyak berkaitan dengan
"golongan unik molekul-molekul MHC", "pendekatan baru dalam clonal deletion
hypothesis", "binatang laboratorium transgenic SCID dan TSR", serta "hubungan
istimewa dengan National Istitutes of Health dan organisasi riset lain yang
didanai oleh pemerintah federal".
Dave, yang tidak tahu apa-apa, mengangguk penuh pengertian. Ia tidak suka
penugasan yang diberikan Bernie untuk bertanggung jawab atas Lockyear, dan lebih
dari sekadar kesal karena sekali lagi ia terpaksa mempelajari suatu bahasa dan
industri baru sehingga ia bisa mengawasi akuisisi lain yang dilakukan Bernie.
Ada urusan apa sampai Senterex membeli perusahaan bioteknologi"
Sesudah kunjungan sampingan ke kamar kecil,
238 mereka mulai tur itu. Kantor-kantor administrasi; pusat komputer dengan stasiun-
stasiun kerja yang mengelola perangkat lunak database Molecular Design
Laboratories; Lab nomor satu dengan berbagai peralatan krom mengilat yang
namanya tak dapat dieja Dave; Lab nomor dua dengan dinding yang tertutup
sangkar-sangkar berisi tikus putih bermata pink, Lab nomor tiga begitu dingin
hingga Dave bisa melihat uap napasnya; Lab empat adalah tempat orang-orang
membedah kucing; Lab lima...
DILARANG MASUK HANYA AKSES CETAK SUARA GUNAKAN PELINDUNG SESUAI PERATURAN
"Dan ini Lab lima. Saya rasa kita tak punya waktu untuk memperlihatkannya pada
Anda hari ini..." Terima kasih, Tuhan!
"...di samping itu, Anda harus memakai..."
Pintu Lab lima terempas membuka. Seseorang dengan "pakaian luar angkasa" putih
salju pakaian pelindung berat yang membungkus pemakainya dari kepala ke ujung ?kaki melangkah keluar, menoleh, dan mengumpat, "Keparat, tutup sangkar itu!"
?Sebuah bola bulu cokelat menggeliat dan melompat **di dadanya. Ia terguling.
Benda cokelat itu melompat ke atas. Dengan gerak refleks, Dave menangkapnya.
Rasa sakit menghunjam tangannya. Itu seekor monyet, monyet kecil berbulu cokelat
kemerahan. Gigi taringnya yang panjang tertanam di tangan kirinya.
Kekacauan berlangsung beberapa detik. Orang-orang
239menggumam, "Maaf. Kecelakaan kecil. Belum pernah terjadi." Kemudian mereka
membawanya ke bagian medis. Seorang perawat membersihkan lukanya, mengoleskan
antiseptik, dan membalut lukanya dengan kain kasa.
"Sekarang akan saya ambil sampel darah Anda, Mr. Elliot. Tidak, tak ada apa-apa,
tak mungkin rabies atau semacam itu. Tapi lebih baik berjaga-jaga daripada
menyesal. Itu peraturan emas kita di Lockyear Laboratories. Lebih baik berjaga-
jaga daripada menyesal. Oh dan satu ons pencegahan lebih berharga daripada satu
?pon pengobatan. Itulah kalimat lain yang selalu kami ucapkan."
Sampel darah itu. Ya. Aku tahu. Dari sanalah Ransome mendapatkannya.
Dan lukisan itu. Lukisan apa" Lukisan si tua menyeramkan Lockyear entah siapa, orang yang mendirikan
perusahaan itu. Dave ingat. Ada lukisan cat minyak berbingkai dari Lockyear di ruang rapat itu.
Ia hampir tak meliriknya. Tapi... ada sesuatu mengenai lukisan itu. Lukisan itu
menggambarkan seorang laki-laki tua, mungkin awal enam puluhan. Nah, lantas apa
yang begitu aneh..." Itu adalah... Bukan. Laki-laki dalam lukisan itu... Aha! Ia
memakai seragam, seragam tentara. Mengapa pendiri laboratorium riset
bioteknologi berpose dalam pakaian seragam"
Bukan sekadar seragam. Seragam itu bukan model sekarang, bukan pula model yang dipakai Dave sewaktu
berdinas. Lockyear memakai
240 jas model Eisenhower, dasi hitam pendek yang menggelikan, dan topi tempur model
Perang Dunia II. Apa yang dikatakan Bernie mengenai akuisisi itu"
Lockyear sudah meninggal beberapa tahun lalu. Ada masalah dengan hartanya.
Itulah sebabnya perusahaan itu dijual, itulah sebabnya kata Bernie harganya ? ?murah.
Jadi kita tahu seorang laki-laki berusia enam puluh, mungkin tujuh puluh tahun,
dan sebuah perusahaan yang sudah berumur empat dasawarsa. Jadi ketika
mendirikannya mungkin ia berusia tiga puluhan. Tapi ketika dia lebih tua, dan
tiba saatnya membuat lukisan potretnya, apa yang dikerjakannya"
Para eksekutif puncak dan pendiri perusahaan berpose untuk potret resmi mereka
dalam setelan jas biru bergaris-garis lembut. Kemeja putih, dasi warna gelap,
mungkin rompi. Tapi Lockyear tidak. Lockyear berpose dengan seragam militer yang
sudah berumur empat puluh tahun.
Aneh. Memang sangat aneh. 4. Di gerbang keluar Patchogue, Dave belok ke selatan menuju ke pantai. Beberapa
menit kemudian ia kembali membelok ke timur.
Di sana terbentang tanah pertanian, padang rumput yang berombak-ombak, ladang-
ladang kentang, beberapa deret pohon. Jalan aspal sempit itu kosong pada jam
seperti ini. Mobil sewaan Dave satu-satunya yang ada di jalan tersebut, satu-
satunya cahaya yang 241terlihat hanyalah dari lampu depannya. Ia memejamkan mata kanan, dan tetap
menahannya demikian. Kau tahu tentu ada lebih banyak hal daripada sekadar sampel darah.
Dave merasa resah mengemudi malam hari. Ia tidak menyukai penampilan pepohonan
itu. Daun-daun yang hijau dan hangat di bawah sinar matahari itu kini pucat di
bawah sorotan lampu depan.
Ayo, akuilah. Ia benci warna pucat. Mengingatkannya pada mayat. Dan pepohonan seharusnya
disinari dari atas, menjatuhkan bayangannya ke bawah. Mengemudi di waktu malam
membalikkan susunan yang alami itu. Membuatnya pusing.
Kau tak menghiraukanku, Sobat.
Seekor binatang dengan mata berpijar berlari menyeberangi jalan. Jantung Dave
melompat ke tenggorokannya. SebelUm ia bisa menyentuh rem, binatang itu sudah
hilang dari penglihatan. Kau tak ingin menghadapi kenyataan.
Belok kanan. Ke arah lautan lagi. Malam itu tanpa bulan. Itu akan membantu.
Hei, Bung! Dengar aku....
Itu dia. Bentangan pagar dari kawat anyam, di atasnya dililiti dengan kawat
duri. Gerbang dan gardu jaga. Papan petunjuk kecil:
Lockyear Laboratories, Inc. Pegawai Harus Memperlihatkan Tanda Pengenal
Pengunjung harus Melapor Sebelum Masuk
Dave melewatinya, menjaga agar mobilnya melaju
242 dengan kecepatan tetap. Tak seorang pun terlihat. Gardu jaga itu kosong, tak
terlihat ada penjaga. Mungkinkah Ransome melakukan kesalahan, tidak menempatkan beberapa orangnya di
sini" Tak mungkin. Atau Dave yang keliru, dan Lockyear tidak berada di tengah segala persoalan ini"
Sama juga, tak mungkin. Dave mengemudi satu setengah kilo menjauhi batas paling selatan pagar'Lockyear
sebelum mematikan lampu depan. Ketika menepi ia membuka mata kanannya. Satu mata
itu sudah menyesuaikan diri dengan kegelapan. Itu cara kuno prajurit infanteri,
memejamkan sebelah mata sementara nyala api pemberi tanda menyala. Begitu
kegelapan kembali, daya penglihatanmu dalam kegelapan akan lebih baik daripada
musuhmu. Masih berada di belakang kemudi, ia berusaha melepaskan pakaian Greg, dan
memakai seragam polisinya. Celana biru tua, kemeja biru tua, warna malam.
Satu hal terakhir. Lampu dalam.
Dave memakai pistolnya untuk menghancurkan bola lampu itu. Kemudian ia membuka
pintu mobil, membungkuk untuk mengambil segenggam tanah dari samping jalan.
Tanah pertanian yang gembur, subur, tepat untuk menghitamkan wajah, tangan, dan
kulit kepalanya yang baru saja botak.
Ia mundur, berbelok, dan dengan lampu depan dipadamkan, mengemudi pelan-pelan ke
arah Lockyear. Seratus meter dari batas tanah milik laboratorium itu, ia
mematikan mesin, berhenti dekat batas selatan tanah itu.
243Selama mengemudi melintasi Long Island ia memikirkan apa yang telah
disaksikannya sehari sebelumnya, sebisa mungkin merekonstruksi tata letak tanah
Lockyear. Luas tanah itu 1,3 kilometer persegi, dengan kompleks perkantoran
terletak di tengah. Sebagian besar lahan itu datar dan tanpa ciri-ciri tertentu,
meskipun ada sedikit lereng meninggi di selatan bangunan utama. Jajaran pohon,
hampir seperti hutan, mengelilingi bagian terluar, menyembunyikan pagarnya.
Seandainya anak buah Ransome ada di sana, mereka tentu bersembunyi di antara
pepohonan, dalam bayangan, di luar penglihatan.
Dave menanggalkan sepatunya. Sepatu itu tidak bagus untuk rencana dalam
benaknya. Sol kulitnya akan terpeleset di rumput dan rontokan dedaunan, serta
berdetak terlalu keras di lantai linoleum.
Entah di mana, entah bagaimana, kau harus mendapatkan sepatu yang pantas.
Ia sudah mengambil dua handuk tangan cokelat tua dari kamar mandi Marge.
Sekarang ia memasangnya di kaki, mengikatnya dengan benang. Kikuk, tapi boleh
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga. Ia mulai menyeberangi jalan.
Benar-benar dalih yang sangat menyedihkan bagi seorang profesional! Ransome
tentu akan gusar. Astaga, kau tak bisa mendapatkan bantuan yang baik lagi.
Dave merapatkan bibir tidak setuju. Ia menggeleng. Pengintai itu sembilan meter
di depannya, merunduk di bawah pohon elm Cina. Dave takkan melihatnya
244 seandainya orang tersebut tidak memilih saat itu untuk menyalakan rokok.
Sudah tak ada disiplin yang tersisa di dunia. Mamba Jack tentu akan menghajar
siapa saja yang menyalakan rokok saat berjaga malam.
Beberapa saat kemudian Dave menghunjamkan moncong pistolnya ke belakang telinga
laki-laki itu dan berbisik, "Kejutan." Laki-laki itu tersentak, mengerang, dan
menjatuhkan senjatanya. Bau isi perut menghambur darinya.
"Berapa banyak?" Dave berbisik.
"Uh..." "Dengar, tolol. Tak ada risikonya bagiku. Kalau aku melukis pemandangan dengan
otakmu, mereka tidak bertindak lebih dari yang sudah mereka rencanakan
terhadapku. Jadi katakan, ada berapa banyak dari kalian di sini?"
"Bung, tak seorang pun percaya kau akan sampai ke sini."
"Aku akan menghitung sampai tiga. Satu..." "Lima, lima. Dua di sisi ini, dua di
sisi seberang, dan satu di dalam gedung." "Aku tak percaya."
"Aku tak bohong. Demi Tuhan, tidak..."
Godaan untuk menembaknya sungguh memikat. Mereka berutang kepadanya, Ransome dan
mereka semua. Mereka mencoba membunuhnya. Mereka melibatkan putranya ke dalam
urusan ini, istrinya, dan Annie. Mereka memakai kebohongan untuk mengubah teman-
temannya jadi musuh. Mungkin lebih hebat lagi, mereka memperlakukan Marge Cohen
yang malang seperti ternak. Mereka layak mati. Mereka semua. Mulai dari yang
ini. 245Ia tak melakukannya. Tapi ia memukulkan pistolnya lebih keras daripada yang
diperlukan. Dan ketika ia menemukan yang lainnya, sekitar seratus meter di
sebelah utara, ia melakukannya lagi. Kemudian, karena merasa perlu menegaskan,
ia memakai gagang pistolnya untuk menghantam mata kaki orang kedua itu hingga
remuk. Orang pertama tadi tidak berbohong. Hanya ada dua penjaga di sisi selatan lahan
itu. Dave mengatasi mereka dengan mudah. Selama beberapa bulan berikutnya,
mereka memerlukan balutan gips dan tongkat.
Dave mengintai sisi barat, di belakang kompleks bangunan. Tak ada orang di
sana ini akan mudah.?Di sebelah selatan ada tanjakan yang naik-turun. Dave merunduk dan melesat ke
depan, tersembunyi oleh bentuk tanah itu. Tiga puluh meter dari pintu belakang,
ia menjatuhkan diri ke tanah, dan merayap menempuh sisanya.
Satu orang di dalam gedung" Begitulah kata orang tadi. Mungkin benar, mungkin
bohong. Hanya ada satu cara untuk mengetahuinya.
Dave mengulurkan tangan ke pegangan pintu. Pegangan itu berputar mudah. Tidak
terkunci. Pertanda buruk.
Yang ada di dalam pertanda yang lebih buruk lagi.
5. Lockyear Laboratories ternyata kosong. Semuanya sudah lenyap. Mereka sudah
memindahkan perabotan, bangku laboratorium, peralatan, dan lukisan-lukisan
246 dari dindingnya. Bahkan lampu-lampunya sudah dicopot. Apa yang tadinya Lockyear
Laboratories kini merupakan bangunan kosong.
Dave melepaskan handuk yang dibungkuskannya pada telapak kaki. Ia berjalan diam-
diam menyusuri koridor-koridor kosong dengan kaki terbungkus kaus, mencoba
mengingat rute ke laboratorium riset.
.Bau desinfektan dalam bangunan itu menyengat. Setiap ruangan, setiap kantor,
setiap koridor berbau bakterisida. Di satu-dua tempat lantainya masih basah
dengan cairan itu. Dave menyentuhnya, mendekatkan jarinya ke hidung, dan
meringis. Desinfektan keras.
Ia ingat hari sebelumnya ia dibawa melewati WC pria, keran air, WC wanita, dan
ruang duduk karyawan. Laboratorium-laboratorium itu nomor satu sampai ?lima terletak berjajar pada koridor di sebelah kiri ruang duduk tersebut.
?Masalahnya bukan apa yang kaulihat, bukan apa yang kaudengar, bukan apa yang
kaukerjakan. Bukan salah satu di antara semua itu.
Itu. WC, ruang duduk. Dan...
Detak sol sepatu lars pada lantai. Ada orang sedang berjalan mendatangi di
koridor, dari arah laboratorium-laboratorium itu.
Dave mundur ke sudut, mengangkat pistol dan bersiap.
Hanya sedikit cahaya redup, hampir tidak cukup untuk melihat, menembus dari
jendela. Langkah kaki itu sampai di ujung koridor, dan berhenti. Kemudian mulai lagi,
mendatangi ke arahnya. Dave mengaitkan jarinya pada picu, memegang kokoh pistol
itu dengan dua belah tangan. Dalam jarak ini,pistol itu akan membuat lubang
menembus sasarannya. Ia menunggu penuh harap.
Sekarang hantu bukan manusia, meskipun tanpa seks atau sihir, Letnan David
Elliot melewatkan siang hari yang lengas di neraka bukan sebagai predator
melainkan sebagai mangsa, peran yang tidak cocok baginya.
Ia berlari sehingga membawanya selangkah di depan pemburunya, pelarian yang
membuatnya frustrasi dan ingin membalas dendam, pelarian yang penuh dengan
kengerian. Tidak lagi. Itu kini sudah berubah. Dialah si pemburu. Pengejarnya adalah buruan. Ia tahu
inilah susunan yang semestinya.
Indranya berubah, persepsinya bergeser, ia memusatkan perhatian pada keadaan di
depan, tak menghiraukan apa yang mungkin mengintai di belakang.
Kulitnya menggelenyar. Matanya melihat ke. kiri dan ke kanan. Daya pandangnya
sangat tajam, pendengarannya akut luar biasa. Ia mengendus udara dan bisa
merasakan berani sumpah ia bisa merasakan aliran keringat pada pipi musuhnya
? ? yang sedang bersembunyi. Pemburu. Dan, ya Tuhan, ia tak pernah merasa begitu hidup.
Orang itu melangkah dalam jarak pandangnya, membelakangi jendela. Dave
memusatkan pandangannya. Tangannya tenang. Tinggi sasarannya kira-kira 163
senti, perawakannya ramping. Ia membidik ke batang tubuh itu. Penjaga itu
membawa sepucuk senapan tempur
248 M16A1 dengan tangan kiri. Ia memakai topi bisbol. Di bawah topi itu rambutnya
terjuntai. Perempuan. Tak lama setelah perang Irak tahun 1991, timbul perdebatan sengit juga di ?kantor-kantor Senterex seperti halny*a tempat lain mengenai peran wanita dalam
?pertempuran. Haruskah wanita bertempur" Haruskah mereka membunuh" Pengaruh apa
yang timbul terhadap laki-laki karena bertempur berdampingan dengan wanita"
Bagaimana musuh akan bereaksi" David Elliot tidak menyuarakan pendapat, menolak
berperan serta dalam diskusi, pura-pura tak tertarik, dan mencoba mengalihkan
pokok pembicaraan. Pengalamannya dengan Vietcong mengajarkan bahwa prajurit
wanita sama mematikannya seperti laki-laki. Demikian pula semua prajurit yang
pernah dikenalnya takkan ragu-ragu sedetik pun untuk memikirkan jenis kelamin
musuh yang menembaknya. Perempuan itu tidak berpaling. Ia lewat, perlahan-lahan memeriksa lorong itu,
prajurit yang jemu dalam tugas yang membosankan. Langkah kakinya mereda. Tak
lama kemudian ia pun pergi.
Dave menggerakkan rahangnya maju-mundur. Ia hampir saja membunuh perempuan itu
sekadar untuk membunuh. Untuk semalam ini kita sudah memberikan cukup banyak penegasan, kan"
Masalah ini mengubahnya untuk memerankan sesuatu yang tidak diinginkannya.
Membawanya ke 25 tahun lalu. Waktu itu hampir saja ia melewati garis batas. Kini
ia juga nyaris melewatinya lagi.
Ransome terus-menerus mengatakan kau salah satu dari mereka, digunting dari kain
yang sama. Ia menggeleng. Takkan dibiarkannya mereka me -
249lakukan itu padanya. Harganya terlampau tinggi. Ia ingat harganya; ia ingat
ekspresi mengutuk dan putus asa pada paras Mamba Jack Kreuter ketika Jack
menyadari apa yang telah dilakukannya, dan tahu ia telah pergi begitu jauh
sehingga tak mungkin lagi kembali. *
Oke, Sobat, tenanglah. Kau sudah tahu apa yang akan kautemukan, jadi mari
selesaikan ini dan keluar dari Dodge.
Dave mengernyit. Ia tidak tahu apa yang akan ditemukannya.
Oh ya, kau sudah tahu. Ia mulai menyusuri lorong itu, berbelok ke koridor laboratorium, dan melewati
tempat yang dulu merupakan Laboratorium satu. Tempat itu, seperti tiap ruangan
lain di bangunan itu, sudah dikosongkan.
Masalahnya bukan Lab satu. Kau harus berhenti pura-pura masih tidak tahu apa
masalahnya. Lab dua dalam kondisi yang sama. Seperti halnya Lab tiga dan Lab empat.
Lab lima. Bahkan pintunya pun sudah lenyap. Mereka bukan saja menyingkirkan perabot dan
peralatan dari Lab lima, tapi bahkan mengambil pintunya. Dan di dalam itu ada...
Lapisan linoleumnya sudah dicabut. Langit-langitnya dibongkar. Mereka sudah
menyerang dinding-dindingnya, penopang langit-langit, lantai betonnya dengan
semprotan api. Setiap inci plesteran dinding, beton, dan baja sudah mereka
sterilkan dengan api. Tak ada apa-apa sama sekali, tidak ada lalat, kutu, atau
mikroba yang bisa selamat dari Lab lima.
David Elliot membungkuk, dan jatuh berlutut. Untuk kedua kalinya hari ini, ia
muntah. 250 BAB 7 KEHIDUPAN MALAM 1. Ransome benar Dave akan kembali. Ia tidak punya pilihan. Ia harus melihat arsip?Lockyear, berkas di lemari Bernie yang menyimpan rahasia mengapa Bernie Bernie
?dan semua orang lain menginginkan David Elliot mati.
?Ia kembali di Long Island Expressway, mengebut ke barat menuju ke New York.
Mobil sewaan tersebut melolong dalam kecepatan itu. Dave menginjak pedal gas
sampai ke lantai. Spedometer menunjukkan angka 135 kilometer per jam. Hanya
sampai di situ kemampuan mobil itu. Pacu lebih kencang lagi maka ia akan hancur
berkeping-keping. Ia mengumpat Hertz dan mengumpat industri mobil Korea.
Dan ia mengumpat Bernie Levy. Kini ia tahu apa
251yang telah dilakukan Bernie setidaknya secara umum. Ia tahu sebab Scott
?Thatcher telah memberitahunya.
Peristiwanya adalah satu setengah tahun yang lalu. Scott dan istrinya, Olivia,
mengundang David dan Helen ke jamuan makan malam Kamis petang di pied-a-terre
milik mereka di Sutton Place.
Jamuan makan malam Kamis petang di rumah Thatcher adalah sesuatu yang
legendaris. Kau tak pernah tahu siapa akan menjadi tamu yang lainnya. Kepala
negara yang sedang berkunjung, pentolan politik, pemenang Hadiah Nobel, artis,
penulis, musisi, dan suatu ketika serombongan pemain sirkus Thatcher
?mengundang semuanya, atau paling tidak yang menarik.
Malam itu ada lima pasangan: suami-istri Thatcher, Elliot, seorang novelis
penting dan mahasiswi yang jadi kekasihnya, seorang senator dan istrinya dari salah satu negara bagian barat, serta Mike dan Louise
Ash yang terakhir ini eksekutif di perusahaan Thatcher, menikah dan berperang ?seperti layaknya orang yang sangat mencintai bisa berperang.
Makan malam selesai. Peralatan makan disingkirkan. Thatcher bangkit berdiri dan
berjalan ke kanan. Ia mengangkat sebotol port Fonseca's dan kotak kayu hitam. Ia
meletakkan keduanya di atas meja makan, dan membuka kotak itu.
"Ada yang mau cerutu?"
Semua tamu perempuan kabur.
Thatcher mengambil sebatang cerutu cokelat Monte Cristo yang panjang. Ia
mengiris ujungnya dengan pisau lipat Buck, dan sambil menyalakannya dengan
252 sebatang korek, ia menyeringai licik. "Senjata terakhir kaum pria, Saudara-
saudara." Asap biru tebal bergulung perlahan-lahan dari mulutnya. Ia memberikan
kotak cerutu itu kepada Mike Ash. "Semua senjata kita yang lain sudah
dikalahkan, strategi kita ditaklukkan, baju zirah kita tertusuk tembus. Hanya
cerutu yang tetap bertahan, cabikan bendera terakhir kejantanan yang masih
berkibar di padang pertempuran yang belum jatuh ke tangan kaum Amazon."
Ash menyalakan cerutunya, memberikan kotak itu kepada sang senator. "Seandainya
Justine ada di sini..."
* "Senator, Ms. Gold selalu tersimpan di hati saya dan sudah pasti wanita satu-
satunya di dunia ini yang menandingi saya dalam kelicikan. Dia menangani urusan
humas saya itu tugas-tugas Hercules dan akan berada di sini petang ini
? ?seandainya dia tidak dipanggil ke luar kota untuk urusan bisnis. Wanita hebat,
dengan selera yang sama tajamnya terhadap cerutu Havana seperti semua laki-laki
yang pernah saya jumpai."
Sang senator menolak mengambil cerutu, mendorong kotak itu ke arah Dave. Dave
memilih satu, meng-gulirkannya di antara jari. Meskipun sudah lama ia berhenti
merokok, cerutu yang bagus tidak akan ditolak.
Si novelis minta diri dan berlalu. Asap cerutu membuatnya mabuk.
Thatcher mengerling tajam bak serigala. "Nah, karena sekarang para wanita dan
para banci sudah pergi, dalam kejahatan apa kita akan memuaskan diri" Bahasa
yang tak senonoh secara politis" Kisah-kisah cabul" Persekongkolan untuk
memulihkan 253pengabdian wanita" Rencana untuk memperalat anak-anak, merampok lingkungan,
merampok kaum minoritas, menindas si lemah, mengeksploitasi si miskin, menghina
si cacat" Atau sebagai pilihan, kita mungkin bisa terjun dalam pembicaraan yang
paling dibenci wanita dan berbincang tentang olahraga?"
Mike Ash tersenyum kepada Dave. "Suasana hatinya sedang melambung lagi." Ash
menoleh pada Thatcher. "Ada kejadian bagus apa hari ini, Chief?"
Thatcher memandang marah. "Apakah kau mengamati bahwa di zaman kemerosotan ini,
tidaklah cukup merasa senang sendiri?" Suaranya meninggi mengumandangkan
kemarahan. "Penghargaan diri tidaklah cukup. Kepuasan mencapai prestasi tidaklah
cukup. Martabat tidaklah cukup. Tidak, sama sekali tidak. Tapi sekarang
keadaannya adalah aku tak bisa merasa senang kecuali kau merasa sengsara!"
"The California Corrrrnission on Self Esteem..." Sang senator mulai bicara.
Thatcher berjalan menghampirinya. "Aku tak bisa senang jadi wanita kecuali kau
sengsara jadi laki-laki. Aku tak bisa bangga sebagai kulit hitam kecuali kau
malu sebagai kulit putih. Aku tak bisa menghargai diri sendiri sebagai gay
kecuali kau jengah karena kau normal. Toleransi sudah dicanangkan; itu barang
basi dan pahit dan kita takkan mendapatkannya. Demikian juga persamaan, itu
sesuatu yang merendahkan dan sebenarnya dimaksudkan untuk merendahkan. Bila aku
hendak meraih keselerasan dan harga diri, tidaklah memadai bila kau dan aku
menjadi setara. Tidak! Hanya keunggulanlah yang membuatku bahagia. Dan untuk
memastikan bahwa maksudku jelas, aku akan
254 mempersembahkan perpustakaanmu kepada api, menulis ulang sejarahmu, membersihkan
kamus-kamusmu, dan mempersenjatai polisi pikiran dengan kekuasaan untuk
menegakkan kebenaran politis dalam semua pidato dan percakapan. Oh, kosakata
yang sepenuhnya baru dan kata-kata sandi buatan..."
Ash menyela, "Kau menerima undangan untuk bicara di universitas, kan" Aduh,
Scott, sudah kubilang jangan menerimanya. Berurusan dengan para akademikus itu
tak baik buat tekanan darahmu."
"Memang. Cacing-cacing melata dengan pikiran menyesatkan itu berani mencelaku
memakai kata 'Indian', mencemoohku fanatik dan tak senonoh karena tidak memakai
kata 'Pribumi Amerika', yang sebenarnya adalah neologisme rasis paling congkak
dan sombong yang pernah dibuat, menyiratkan bahwa kita yang sebagai anak-cucu
orang-orang New England yang jujur sebenarnya bukanlah orang Amerika sejati..."
"Kau gembar-gembor, Scott." Thatcher mengibaskan cerutunya dan memperlihatkan
giginya. "Tentu saja aku gembar-gembor. Itu hak prerogatif orang seusiaku, salah
satu kesenangan yang tersisa di musim gugur hidupku, dan dengan rambut putih
serta reputasiku yang hitam, hal itu sudah bisa diduga. Apalagi aku memang kasar
dan lekas naik darah dan punya reputasi buruk yang harus dijaga."
"Kau memilih Partai Demokrat dalam pemilu terakhir."
Thatcher melontarkan tatapan kecut kepadanya. "Kelemahan sesaat, kesalahan yang
takkan terulang. Sejak itu orang ini menunjukkan karakter bajing
255kekenyangan, atau begitulah perumpamaanku tanpa niat menjelekkan binatang
baik itu. Dia tak memiliki keteguhan tekad maupun kecerdikan." Thatcher
bersandar, sekali lagi menyedot cerutunya panjang-panjang, dan mengembuskan
napas. "Tapi gantilah pokok pembicaraannya kalau kau mau. Aku cuma laki-laki
tua, dan tak dihiraukan oleh yang muda."
Ash memandang ke langit-langit dan merentangkan tangannya seperti berdoa memohon
inspirasi. Dave menawarkan'selingan, "Pernahkah aku menceritakan kisah cathouse Dong Hoi?"
Thatcher mengernyitkan alisnya yang putih tebal. "Sesuatu yang berkaitan dengan
Perang Vietnam?"
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ya." "Masalah yang patut ditangisi. Sikap oposisiku menyebabkan Nixon memasukkanku ke
dalam daftar musuh Gedung Putih. Pernahkah aku menceritakan' hal itu?"
"Lima atau enam puluh kali."
"Hanya ada begitu sedikit prestasi dalam hidup yang bisa dibanggakan seseorang
dengan wajar. Tapi aku menyela. Silakan, David, ceritakanlah kisahmu."
Karena Scott Claymore Thatcher III seorang puritan dan sangat benci dengan kata-
kata jorok, Dave harus sangat hati-hati dalam menjelaskan bagaimana CIA,
mengetahui akan ada pertemuan para komandan top dari pihak Vietcong dan Vietnam
Utara di Dong Hoi, kota dekat perbatasan Kamboja, secara sembunyi-sembunyi
membeli bordil-bordil kota itu, memadatinya dengan berbatalion-batalion pelacur
yang menderita penyakit menular. Tahu bahwa rencana jahat itu merupakan
pelanggaran Konvensi Jenewa yang melarang
256 pemakaian senjata biologis, CIA memasang ("Tanpa maksud memainkan kata-kata,"
Dave menambahkan) pengamanan ketat pada operasi ini, tidak memberitahu siapa
pun bahkan pemegang komando militer tertinggi mengenai rencana ini. Sayangnya,? ?dari saluran intelijennya sendiri Angkatan Bersenjata mengetahui pertemuan itu.
Kemudian Angkatan Bersenjata melancarkan serangan pencegahan, menduduki dan
menjaga kota itu sebelum musuh tiba.
"Oh, tidak," seru Thatcher, yang sudah menebak kesimpulan lelucon itu.
"Oh, ya," kata Dave. "Enam ratus GI muda yang penuh hormon, jauh dari rumah,
tanpa kegiatan di malam Minggu."
"Ya ampun!" Thatcher tertawa begitu keras hingga air matanya mengalir ke
pipinya. "Benarkah ini, David" Kau tak mengarang?"
"Benar sekali. Aku kenal agen CIA yang melaksanakan operasi ini." Dave tidak
menyebutkan bahwa tak lama kemudian laki-laki itu melarikan diri dari negeri
itu, sebab sekelompok perwira Special Operation, dipimpin oleh Mamba Jack
Kreuter, memburunya. Thatcher menyeka matanya. "Ah, dinas intelijen. Mereka memang bajingan. Tapi
begitu berdedikasi, begitu tulus. Orang mungkin akan mengagumi mereka,
seandainya mereka punya setitik saja moralitas. Omong-omong, aku pun punya kisah
mata-mata. Maukah kau mendengarnya?"
"Tentu." "Nah, kau tentu tahu, dari waktu ke waktu mereka mendekati kami orang-orang
?bisnis, maksudku, para eksekutif tinggi dan senior?"
257Dave dan sang senator mengangguk. Mike Ash tampak bingung. "Ahhh...?"
"Oh, bukan di PegaSys. Aku tak mau melakukannya di perusahaanku. Tapi di tempat
lain" Mengapa, tak pernah ada usahawan Amerika yang kembali dari Moscow sejak
Mike Todd dan pengantinnya berbulan madu di sana pada tahun 1950, tidak
diwawancarai bocah-bocah nakal dari Langley" Sungguh sulit menolak mereka, kau
tahu. Orang memang punya tugas patriotik tertentu. Sayangnya, dan aku bicara
berdasarkan pengalaman, Saudara-saudara, sedikit kerja sama hanyalah permulaan.
Beri mereka satu inci dan mereka akan mengambil satu mil. Jika kau tak hati-
hati, kader eksekutifmu akan disogok untuk membuka rahasia kepada Washington
mengenai kegiatan pemasok dan pelanggan asingmu. Lebih parah lagi, neracamu akan
dibebani dengan aset milik Negara yang tak produktif. Zaman sekarang ini, dengan
defisit anggaran dan Uni Soviet menerima ganjaran yang semestinya, mata-mata dan
spion itu benar-benar membutuhkan perusahaan yang mau jadi malaikat penolong
untuk mensponson proyek-proyek kotor mereka. Mereka punya terlalu banyak operasi
terse-lubung, terlalu banyak perusahaan kedok, dan kini setelah perang dingin
berakhir, mereka tidak memiliki cukup uang. Karena itulah mereka datang padamu,
membungkus diri dalam bendera, dan meminta dengan cara termanis, "Oh, Sir,
maukah Anda memberikan bantuan pada negara Anda" Ada pabrik yang akan ditutup,
?karena kekurangan dana. Bila sekiranya Anda bersedia merangkulnya dalam
perusahaan Anda sehingga pabrik itu bisa tetap hidup, kami selamanya
258 akan berutang budi pada Anda."
Thatcher mendengus. "Bajingan! Itulah namanya, bukan kiasan. Minum lagi, David"
Ambillah sendiri. Nah, mulai dari awal..."
Apakah Bernie akan melakukan hal itu" Apakah ia membiarkan Senterex menyediakan
kedok bagi operasi intelijen" Sudah tentu ia akan melakukannya. Bernie mantan
Marinir. Sangat patriotik, sehingga ia takkan berpikir dua kali untuk
menerimanya. Semper Fidelis setia selamanya.?Kedok. Perusahaan itu tentu berupa bisnis yang beroperasi lancar seperti
layaknya kedok yang baik. Perusahaan itu punya karyawan, produk, pelayanan, dan
pelanggan. Ada neraca, laporan laba-rugi yang sudah diaudit, dan sejarah
pendapatan yang dapat dipercaya. Dari luar takkan bisa dibedakan dari bisnis
lain. Hanya orang dalam dan biasanya hanya segelintir tahu bahwa di suatu
? ?tempat di ruang belakang ada sesuatu yang tidak sepenuhnya halal. Sesuatu
seperti Laboratorium nomor lima
Dave melihat tanda di atas gerbang keluar jalan tol: BENSIN, MAKANAN,
PENGINAPAN. Ia memotong dua jalur, dan melaju cepat ke pinggir. Di belakangnya
seorang sopir truk besar menekan klaksonnya.
Pompa bensin itu tak jauh dari gerbang keluar pompa bensin 24 jam dengan dua
?telepon umum terlihat jelas. Dave membelok masuk, mematikan mesin, dan keluar
dari mobil." Ia mengangkat salah satu telepon, memutar nomor Marge, menunggu sementara
telepon itu berdering. Tak ada jawaban. Tiga deringan lagi. Masih tak ada
259jawaban. Pada deringan kelima, ia mendengarnya diangkat. "Hai, Anda telah
menghubungi 5555-6503. Kami tidak bisa menerima telepon sekarang, maka harap
tinggalkan pesan sesudah nada berikut."
Gadis pintar. Mesin penjawabnya tidak menyebutkan nama. Dan ia mengatakan "kami"
bukan "saya". Terlalu banyak wanita lajang tidak mengambil langkah berjaga-jaga
yang begitu sederhana. Dan akhirnya menyesal.
Apakah Marge telah melakukan apa yang diperintahkannya, dan lari menyembunyikan
diri" "Di sini Dave. Bila kau belum..."
Hentikan! Tutup mulutmu, kau idiot keparat!
Dave menelan ludah. Meninggalkan pesan pada mesin penjawab Marge adalah suatu
kekeliruan, kesalahan besar. Orang macam Ransome mungkin sudah menyadap telepon
Marge ia jenis orang yang akan menutup semua pangkalannya. Dan bila ia
?mendengar Dave menelepon Marge, wanita itu akan masuk dalam bahaya yang lebih
besar daripada sekarang. "Emmm... maaf, salah sambung." Tanggapan yang lemah, tetapi itulah hal terbaik
yang bisa dilakukannya. Ia meletakkan telepon, dan melirik pergelangan
tangannya. Tak ada arloji. Kau sudah memberikannya pada teman wanitamu itu.
Ia memanggil penjaga pompa bensin itu, "Numpang tanya, jam berapa sekarang?"
Tanpa bicara si penjaga menuding ke jam besar yang tergantung di atas bilik
kasir. Pukul 01.12. Enam jam perbedaan waktu antara New York dan Switzerland. Tentu belum ada orang
di kantor. 260 Setidaknya ia harus menunggu satu setengah jam lagi sebelum menelepon.
Kau benar-benar akan meneleponnya" Bernie punya dulu istilah untuk itu, Sobat.
? ? Chutzpah. Ransome mengira ia sudah mendapatkan semua orang yang dikenal Dave, membohongi
mereka bahwa Dave sudah gila dan berbahaya. Ia sudah menyadap semua telepon, dan
menempatkan pengawas di semua pintu. Tak ada tempat yang bisa didatangi Dave,
dan tak ada orang untuk berpaling. Ransome ingin David Elliot seorang diri,
tanpa seorang teman pun di dunia.
Mungkin saja begitu, pikir Dave. Kemudian kalau ditimbang lagi, mungkin tidak.
Mungkin ada satu orang yang dilupakan Ransome, orang yang tidak dipandangnya
sebagai ancaman, sebab ia tahu Dave takkan pernah menelepon orang itu, tidak
dalam sejuta tahun. Mamba Jack Kreuter. 2. Enam sidang mahkamah militer. Kreuter yang terakhir.
Karena alasan-alasannya sendiri, pihak Angkatan Bersenjata memutuskan mengadili
masing-masing orang secara terpisah. Masing-masing menghadapi dewan perwira yang
berbeda, masing-masing dihadapkan pada oditur yang berbeda, masing-masing dibela
oleh pembela Judge Advocate General. Hanya para saksinyalah yang sama.
The Uniform Code of Military Justice menempatkan efisiensi prosedur pada
kedudukan utama. Perwira yang sama berfungsi sebagai hakim dan juri. Taktik
261menunda-nunda dan mengulur waktu tidak diperkenankan. Vonis bersalah adalah
hasil yang diharapkan. Lima sidang mahkamah militer pertama masing-masing makan waktu empat hari, dan
berselang dua minggu. Hasilnya seperti yang diharapkan.
Dave menghabiskan siang dan malam hari seorang diri di Barak Perwira Lajang.
Suatu ketika ia berkunjung ke Klub Perwira dan si bartender tidak mau
melayaninya. Rekan-rekannya sesama perwira tidak mau bicara dengannya. Ketika ia
keluar untuk lari pagi, semua orang berseragam itu pindah ke seberang jalan. Ia
benar-benar terisolasi, terputus dari hubungan manusia, kecuali ketika berada di
ruang sidang. kolonel newton. oditur: Letnan, Anda masih di bawah sumpah.
letnan satu elliot, SAKSI: Ya, Sir, saya mengerti. oditur: Sebelum ini Anda
sudah memberikan kesaksian mengenai kasus ini" SAKSI: Ya, Sir, lima kali.
oditur: Letnan, Anda sudah mendengar Dewan membacakan tuduhan terhadap Kolonel
Kreuter, bukan" saksi: Ya, Sir.
oditur: Pada tanggal tersebut, sekitar pukul 11.00, Anda berada di dekat desa
Loc Ban, Republik Vietnam.
SAKSI: Ya, Sir. oditur: Siapakah yang memegang komando pada unit Anda"
SAKSI: Kolonel Kreuter, Sir.
oditur: Jelaskan garis komandonya, Letnan.
SAKSI: Beberapa di antara kami menjadi korban, Sir.
262 Kapten Feldman dan Letnan Satu Fuller sudah dievakuasi lewat udara sehari
sebelumnya bersama tiga NCO. Hanya Kolonel dan saya perwira yang tersisa.
Kolonel Kreuter memerintahkan saya untuk memegang komando regu alpha dan ia
memimpin sendiri regu baker. Sersan Satu Mullins adalah bintara dengan pangkat
tertinggi, jadi dia mengambil komando regu charlie.
oditur: Ketika Anda tiba di Loc Ban, apa yang Anda temukan"
SAKSI: Sangat sedikit, Sir. Tempat itu hampir tak bisa disebut sebagai desa,
hanya selusin gubuk di tengah sawah padi. Helikopter kami sudah menemukan tempat
pendaratan dan kami... letjen fisher, hakim: Dua belas gubuk, Letnan" saksi: Maaf, Sir. Sebenarnya kami
hitung ada lima belas. hakim. Berbicaralah dengan tepat, Letnan. Yang sedang kita tangani ini adalah
tuduhan berat. oditur: Lanjutkan.
saksi: Sebagian besar penduduk desa itu sedang bekerja di sawah. Mereka tidak
begitu menaruh perhatian ketika kami mendarat. Sepertinya mereka sudah pernah
menyaksikan semua itu. Kemudian Sersan Mullins dan anak buahnya mengepung
mereka, membawa mereka kembali ke gubuk-gubuk itu. Kami tahu ada patroli musuh...
hakim: Gerombolan pengacau atau pihak Vietnam Utara"
saksi: Waktu itu dilaporkan sebagai Vietcong, Sir. Kami tahu ada patroli
Vietcong pernah terlihat di daerah ini sehari sebelumnya. Maka kami menanyai
263penduduk desa itu mengenai kegiatan musuh yang
mungkin telah mereka lihat.
ODITUR: Tanggapan apa yang Anda dapatkan"
saksi: Negatif, Sir. Semua menyangkal pernah melihat
pasukan lain kecuali kami.
ODITUR: Bagaimana reaksi Kolonel Kreuter terhadap hal itu"
saksi: Ia mengucapkan terima kasih pada mereka, dan memberikan sekarton rokok
Winston pada kepala desanya.
oditur: Bagaimana dengan Sersan Satu Mullins" SAKSI: Sersan Satu Mullins marah,
Sir. Dia ingin menerapkan teknik interogasi yang lebih keras. Ketika Kolonel
Kreuter mencegah, dia merekomendasikan untuk membakar desa itu.
kolonel adamson. anggota dewan juri: Letnan, Anda memakai istilah "teknik
interogasi yang lebih keras". Bisakah Anda menjelaskannya secara lebih
eksplisit" SAKSI: Penyiksaan, Sir.
ODITUR: Letnan, apakah "teknik interogasi yang lebih
keras" ini lazim dalam unit Anda"
saksi: Lazim, Sir" Tidak, tidak bisa saya katakan
demikian. ODITUR: Tapi dipakai"
saksi: Ya, Sir, kadang-kadang.
oditur: Oleh siapa" SAKSI: Sersan Satu Mullins, Sir.
oditur: Atas perintah Kolonel Kreuter"
saksi: Tidak, Sir. Juga tanpa izinnya. Sersan Mullins
sering kali melampaui perintah. Kolonel Kreuter sudah
beberapa kali menegurnya, dan beberapa minggu
sebelum peristiwa Loc Ban mengusahakan agar sersan
264 itu ditugaskan pada posisi nontempur. Saya rasa dia khawatir sersan itu sudah
terlalu dekat pada Bab 8. haktm: Untuk dicatat, Bab 8 adalah pemecatan dari
dinas karena ketidakstabilan atau ketidakwarasan mental, tidak dapat diobati
dalam konteks dinas aktif. oditur: Apakah Anda ingat dan bisakah Anda
menceritakan pada dewan juri percakapan antara Kolonel Kreuter dan Sersan Satu
Mullins saat itu" saksi: Tidak kata demi kata, Sir. Tapi saya memang ingat inti
perdebatan itu. Sersan Mullins yakin bahwa penduduk desa itu bohong, dan bahwa
mereka berkolaborasi dengan VC. Kolonel Kreuter menjawab bahwa tidak ada bukti
yang menunjukkan hal itu, dan bahwa di matanya orang-orang itu kelihatan seperti
petani biasa. Sersan mengatakan bahwa mereka semua pembohong seperti setiap
orang Vietnam adalah pembohong. Ia mengatakan bila ia bisa menusukkan pisau K-
Bar-nya ke istri kepala desa, kepala desa itu akan mengatakan yang sebenarnya.
Kolonel memerintahkan dia untuk menghentikan itu, dan kemudian memberi perintah
kepada semuanya untuk meninggalkan tempat itu. Sewaktu kami meninggalkan desa
tersebut, Sersan Satu Mullins mengatakan bahwa bila penduduk desa itu berbohong,
ia akan kembali. Ia mengatakan akan menyalib mereka pada dinding gubuk mereka
satu per satu. Ia meneriakkan itu pada mereka, Sir. Ia meneriakkannya berkali-
kali hingga kami berada di luar jarak dengar.
oditur: Sebelum kita teruskan pada kejadian-kejadian petang itu, Letnan, saya
ingin menanyai Anda apakah Anda mengalami perselisihan dengan Kolonel Kreuter
waktu itu atau pada kesempatan lain.
265SAKSI: Tidak ada perselisihan, Sir. Kalau boleh saya katakan, saya menganggap
Kolonel sebagai orang dan prajurit yang baik. Saya menghormatinya, Sir, dan saya
akan selalu menghormatinya. oditur: Kalau begitu tidak ada darah... mayor
waterson, perwira pembela: Klien saya hendak memberikan pernyataan. HAKIM:
Terdakwa tidak akan... kolonel kreuter, terdakwa Ada sesuatu yang hendak saya katakan. hakim: Duduk,
Kolonel. Ini perintah. terdakwa Apa yang hendak Anda lakukan, mengajukan saya ke
mahkamah militer" hakjM: Kolonel...
terdakwa Saya hendak mengucapkan satu hal ini, * Jenderal, tidak peduli apakah
Anda suka atau tidak. Letnan Elliot adalah perwira terhormat yang pernah
berdinas di bawah komando saya. HAKJM: Anda tidak membantu diri sendiri,
Kolonel. Tenanglah. terdakwa Tidak ada dendam di antara kami. Tidak ada sejak dulu. Tidak ada
sekarang. Dan takkan pernah ada.
hakjm: Saya katakan tenang, Kolonel. terdakwa. Dan satu hal lagi...
hakim: Sidang ini ditunda selama satu jam. Mayor Waterson, nasihati klien Anda.
Matikan mesin steno itu, Kopral.
3. Dave menjelajahi avenue-avenue di sebelah barat
266 Times Square. Selama dua puluh tahun ia tinggal di New York, setiap wali kota
yang baru menduduki jabatan itu selalu memulai pemerintahan dengan janji untuk
merenovasi daerah itu, mengusir para jembel gelandangan itu, serta mengembalikan
kepantasan dan martabat ke daerah tersebut.
Entah bagaimana, tak satu pun di antara mereka pernah menyinggungnya. Bukan
berarti itu penting. Toh tak seorang pun percaya pada wali kota New York.
Selarut ini kegiatan di sana sudah berkurang. Para pelacur tidak lagi berpatroli
mencari mangsa. Sebaliknya, mereka berkumpul dalam kerumunan-ke-rumunan kecil,
bersandar letih pada dinding yang tertutup corat-coret grafiti, berbagi rokok,
dan membual tentang germo mereka. Para germo itu sendiri berada di luar mobil
mereka yang mengilat, berdiri di antara kalangan sendiri, serta menegosiasikan
barter dan transaksi sesuai dengan tuntutan kondisi bisnis hari itu.
Bioskop-bioskop "Triple X-X-X" sudah tutup, tetapi bar-bar masih buka, neonnya
yang gemerlap mengundang orang-orang tolol untuk masuk. Pintu-pintu itu secara
berkala terbuka untuk menerima atau mengeluarkan burung hantu dengan tampang
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti diburu dan mungkin berhasil selamat sampai di rumah tapi hanya karena ?para predator di sana sudah terlalu kenyang dengan mangsa sebelumnya untuk
menguntit mereka. Sebagian besar penjaja obat bius sudah pergi. Tukang gembar-gembor yang
meneriakkan "Cewek! Cewek! Cewek!" dan "Aksi Seks Hidup di Panggung!"juga sudah
menghilang dari jalanan. Beberapa pelaut, bergerombol bersama untuk
perlindungan, terhuyung-huyung mabuk menyusuri trotoar. Tiga pemuda belasan
tahun mengitari tiga pelacur yang bosan. Salah satu remaja itu akhirnya
memberanikan diri, dan melangkah maju. Pelacur-pelacur itu tersenyum. Dave
meneruskan perjalanan. Ia berhenti di lampu merah. Sebuah mobil patroli polisi biru-putih berhenti di
sampingnya. Si pengemudi menengok ke arahnya, dan kemudian berpaling mengamati
jalan. Bagus. Ia bahkan tak menengokmu dua kali Langkah mencukur dan mencat rambut itu
gagasan hebat. Bahkan aku pun akan mengatakan demikian.
Perut Dave menggerutu. Sudah empat belas jam berlalu sejak terakhir kali ia
makan. Ia lapar. Lebih parah lagi, keletihan mulai menekan. Ia butuh kopi, makin
kental makin baik. Di tengah" blok Forty-fourth Street ada kafeteria yang buka sepanjang malam.
Dave menepi dan menyelipkan mobil sewaan itu di antara truk sampah dan mobil
penjaja permen jeruk. Ia keluar dan meregangkan tubuh. "
Tiga tahun lalu ia dan Helen pergi bergabung dengan safari foto ke Tanzania.
Wisata itu mewah, diurus oleh perusahaan yang luar biasa kompeten (dan luar
biasa mahal) bernama Abercrombie & Kent. Duduk aman dalam Toyota Land Cruiser
besar, Dave dan turis-turis lain tak hentinya mengucapkan ooh dan aah sewaktu
melewati singa-singa yang sedang berburu, macan tutul yang sedang menguntit
mangsa, dan hiena yang menyeringai dan terciprati darah.
268 Ketika Land Cruiser itu mendekat, binatang-binatang tersebut dengan gembira
meneruskan pesta pora mereka, tak sedikit pun menaruh perhatian kepada para
penontonnya. Mereka tak peduli kecuali salah satu binatang berkaki dua yang ?gemuk kemerahan itu meninggalkan perlindungan Land Cruiser. Meninggalkan truk
itu akan mengubah sifat hubungan mereka. Meninggalkan truk membuat kau jadi
daging. Daging! Dave belum lagi menapakkan kaki di atas trotoar ketika sepasang pelacur bergerak
menghampirinya. Salah satu memakai blus jaring tembus pandang dan celana pendek
warna jeruk limau. Yang satu memakai tank top Mickey Mouse dan rok mini hijau
jeruk. Warna jeruk pasti merupakan mode tahun ini di kalangan wanita-wanita jalanan
itu. Yang memakai celana pendek mulai bicara. Pelacur kedua menyentuh pundak yang
pertama dan membisikkan sesuatu di telinganya. Si celana pendek mengangguk,
melontarkan pandangan kasihan. "Manis, kau berada di bagian kota yang salah.
Yang kauinginkan biasanya ada di Third Avenue di sekitar Fifty."
Dave ternganga. Dua pelacur itu membalikkan badan untuk berlalu.
Itu karena potongan rambutmu. Membuatmu tampak agak... yah...
Dave mengelus kubahnya yang botak dan tersenyum.
Udara di dalam kafeteria itu pekat dan lembap. Bau kopi kental menggantung di
udara, bercampur dengan bau daging berminyak dan asap rokok. Sebagian besar meja
di sana terisi, dan tempat itu berdengung dengan percakapan bersuara rendah.
269Dave berjalan ke counter.. "Danish keju besar." Penunggu counter itu perlu
bercukur. Matanya merah, dan pekerjaannya malam itu seakan takkan pernah
berakhir. 'Tak ada keju. Mereka tidak mengirimnya sampai pukul 06.00, mungkin
06.30." Dave mengangguk. "Kau punya apa yang lain?"
"Pie apel. Tapi sudah agak basi. Seperti kataku tadi, mereka tak mengirim
makanan sampai pukul 06.00 atau 06.30."
"Aku ambil satu."
"Tak ada kembalian. Tidak bisa tukar."
"Beri aku dua. Aku butuh karbohidrat. Dan aku minta kopi. Hitam." Dave
berhenti,, lalu menambahkan, "Pakai cangkir kertas, oke?"
"Cuma ada styrofoam."
"Bolehlah." Sama seperti kertas, styrofoam pun mudah dibuang. Yang harus
dilakukannya hanyalah merobeknya jadi serpihan-serpihan kecil.
Pelayan itu membanting dua potong pastry yang kelihatannya keras di atas piring
sumbing dan mengisi cangkir styrofoam besar dengan kopi. "Empat lima puluh
termasuk pajak." Danish dan kopi yang dibeli Dave pertama kali di New York City berharga
seperempat dolar. Dave mengangsurkan sehelai lima dolar. "Ambil sisanya." Ia menyisipkan dompetnya
ke dalam saku belakang. Seseorang menubruk punggungnya. Dave menusukkan sikunya ke belakang. Pukulan itu
menghunjam sesuatu yang lunak. Terdengar erang kesakitan. Dave berbalik.
Pencopet itu membungkuk sambil menekan dadanya. Dave mengambil dompetnya dari
jari laki - 270 laki itu dan tersenyum. "Terima kasih, kurasa aku menjatuhkannya."
Pencopet itu menggumam, "Tak ada masalah, man" Ia mundur. Satu-dua orang
memandang Dave. Mata mereka tanpa ekspresi.
Ia duduk di meja dekat jendela, melahap pastry itu, dan menikmati kopinya.
Pastry itu terasa kering tapi enak. Kau tidak bisa mendapatkan danish basi di
New York. Dave pergi ke counter untuk tambah.
Ketika kembali ke mejanya, ia melirik ke luar jendela. Mulutnya ternganga. Mobil
curian itu telah lenyap. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencurinya"
Sembilan puluh detik di luar.
Afrika, pikirnya. Ini seperti turis yang meninggalkan keamanan truknya dan
melangkah keluar menuju daerah buas....
Tiga wanita kulit hitam duduk di meja sebelah sambil tertawa cekikikan. Salah
satu mengeluarkan sebatang rokok Virginia Slims dari bungkus. Sewaktu Dave
mengamatinya, kelaparan mengingat segala kenikmatan yang diberikan tembakau,
suatu gagasan terlintas dalam benaknya. Virginia Slims...
Ia mencondongkan badan di antara meja. "Permisi, Miss, boleh aku minta rokok?"
Mata wanita itu melebar. Dave menambahkan, "Aku akan bayar. Aku malahan bersedia
membayar satu dolar untuk sebungkus."
"Di kota ini paku peti mati harganya sudah dua setengah dolar sebungkus, dan
dari planet mana kau sebenarnya?" ?Dave mengangsurkan sehelai lima dolar kepadanya. Perempuan itu merogoh ke dalam
dompet dan mengeluarkan sebungkus Virginia Slims baru. "Laba tetap
271laba, Manis, dan rasanya aku tak bisa mengambil keuntungan darimu dengan cara
biasa." Wanita-wanita yang lain di mejanya merasa komentar itu menggelikan. Mereka larut
dalam badai tawa. "Ini. Sebaiknya ambil juga korek api ini."
Dave membuka bungkus itu, mengambil sebatang, dan untuk pertama kalinya dalam
dua belas tahun, menyalakan sebatang rokok.
4. Grand Central Station itu membuatnya takut. Di malam selarut ini stasiun
tersebut jadi tempat yang sama sekali berbeda seram, mengerikan. Bangunan itu
?hampir kosong, dan itu saja sudah tidak wajar dan membuat gentar.
Tak lebih dari lima orang terlihat di sana... pemuda dan gadis belasan tahun tidur
tergolek pada ransel besar mereka... polisi patroli sendirian mengelilingi tepi
luar lantai utama... tukang mesin yang tampak letih, dengan overall abu-abu
kebiruan yang berlepotan minyak, berjalan letih dari salah satu peron. Hanya
satu dari tempat penjualan karcis yang tampak terisi. Lampu-lampu di atas
jendela Off Track Betting padam. Kios-kios koran tutup.
Yang lebih menyeramkan dari semua itu, lantainya bersih.
Sepatu Dave berdetak kosong di atas marmer. Rasanya tak seorang pun
memperhatikannya. Meski demikian, ia merasakan beberapa pasang mata mengawasi.
Bukan pandangan bermusuhan. Bahkan bukan pandangan ingin tahu. Hanya waspada.
272 Para penghuni gua. Katanya bagian kota ini dilubang-lubangi dengan berbagai
lorong dan terowongan bawah tanah. Orang tinggal di sana, berjaga dari balik
lubang dan kisi-kisi. hanya keluar saat tidak ada orang di sekitarnya.
Bulu kuduknya meremang. New York kota aneh. Jauh tengah malam, kota ini makin
aneh lagi. Dave berbelok ke timur. Ia ingat di sana ada bilik foto langsung jadi tidak jauh
dari pintu keluar Lexington Avenue.
Ia mempelajari petunjuknya. "FOTO. Empat lembar $1. Atur tinggi tempat duduk.
Sisipkan $1 ke dalam nampan, menghadap ke atas. Dorong masuk. Tidak ada uang
kembalian. Lampu hijau akan menyala bila sudah siap. Lampu merah akan menyala
bila sudah selesai. Tunggu 1 menit. Ambil foto dari celah."
Dave memasukkan satu dolar ke mesin itu. Lampu merah berkedip jadi hijau. Klik.
Klik. Klik. Klik. Whirrrrrr. Lampu kembali berubah jadi merah. Ia menghitung
enam puluh detik, dan mencabut selembar foto yang membuat alisnya melengkung
bersungut-sungut. Aduh, Sobat, potongan rambutmu itu membuatmu kelihatan seperti bencong benar.
Jangan bicara dengan orang tak dikenal, hah"
Dave menjepit lembaran foto itu dengan jari, meniupnya pelan sampai benar-benar
kering. Kemudian ia mengeluarkan pisau saku kecil dari celana, memakainya untuk
mengiris salah satu foto itu sampai cocok dengan ukuran foto pada kartu
identitas curian itu: "American Interdyne Worldwide. M.F. Cohen, Computer
Systems Analyst." Ia merusakkan foto
273pertama. Foto kedua sempurna, ukurannya tepat seperti foto Marge.
Ia butuh sesuatu untuk menempelkan foto tersebut pada kartu. Pilihannya
terbatas. Bahkan sebenarnya ia tidak punya pilihan sama sekali.
Oh, tidak! Ueek! Menjijikkan!
Ia meraba-raba bagian bawah tempat duduk di dalam bilik foto itu. Sudah bisa
dipastikan, di sana ada beberapa gumpal permen karet yang menempel.
Tifus! Herpes! Gingivitis!
Ia mencabut lepas segumpal, berusaha tidak memikirkan apa yang akan
dilakukannya, dan memasukkannya ke mulut.
Kau benar-benar menjijikkan.
Rasanya sudah hilang. Tak jadi soal. Ia mengunyahnya hingga empuk, menarik
sehelai tipis, dan memakainya untuk menempelkan fotonya di atas foto Marge. Ia
menyelipkan hasilnya ke jendela plastik dompetnya, yang tadinya dipakai untuk
menyimpan SIM. Sama seperti kartu kreditnya, SIM itu pun kini tak berguna lagi.
Dan sekarang, ia perlu menelepon sekali lagi untuk yang terakhir kali.
Ah, bukan perlu. Ingin. Marge Cohen terpeta dalam pikirannya. Marigold Fields Cohen. Ia lebih suka
"Marigold" daripada "Marge". Dan ia perlu memastikan bahwa Marge aman.
Satu telepon pendek, sekadar memastikan ia sudah pergi. Ia tentu sudah pergi,
sudah lama. Namun bagaimanapun, Dave ingin memeriksa sekali lagi.
274 Di sana ada lima telepon umum dalam satu deret, tepat di samping bilik foto
tadi. Empat di antaranya rusak. Satu berfungsi. Dave menekan tombol angka.
Dering pertama, dering kedua. /
la menyetel mesin penjawabnya untuk menjawab sesudah lima deringan.
Dering ketiga, tetapi tidak disusul dengan yang keempat. "Hai, Anda telah
menghubungi 555-6503. Kami tidak bisa datsaya sudah mendapatkannya, Mr. Elliot,
dan bila Anda menginginkan dia, Anda tahu di mana harus mencarinya."
Sekarang ada lima telepon rusak di samping bilik foto itu.
Dave mencengkeram gagangnya, mencabutnya dari kabel, meskipun sama sekali tidak
ingat telah melakukannya. Ia membaliknya, mengamatinya dengan pikiran kosong,
dan meletakkannya kembali ke tempatnya.
Sudah tentu itu bohong. Ransome memakai tipu terkutuknya lagi. Perang urat
saraf. Mengacaukan pikiran buruannya. Mencoba melemahkannya, membuatnya takut,
membuatnya bertindak tanpa pikir; akhirnya lebih bermanfaat menghancurkan
semangat musuh... Tak mungkin benar. Dave tadi sudah menelepon. Waktu itu pesan jawaban Marge,
jawaban wanita lajang yang hati-hati ada di mesin penjawab. Itu hanya berarti
satu hal. Marge berhasil. Ia sudah lolos dan kabur. Kemudian anak buah Ransome
kembali. Mereka mendapatinya sudah lenyap.
Dave mengutuki diri sendiri karena merusak telepon tersebut. Seandainya tidak,
ia bisa menelepon kembali,
275menelepon nomor Marge lagi. Ada sesuatu dalam nada suara Ransome... seolah
suaranya berasal dari tempat yang sangat jauh. Melalui radio" Ya, sudah hampir
pasti. Itulah yang terjadi. Anak buah Ransome menemukan Marge hilang dan
mengabarkannya lewat radio meminta instruksi. Ransome, Ransome yang licik, telah
memakai sambungan radio untuk merekam pesan itu. Begitulah. Pasti.
Itu cara co^i-coba. Ransome tidak tahu, tak mungkin tahu, bahwa Dave merasa...
merasa apa" ...merasakan sesuatu yang tak seharusnya dirasakan laki-laki terhadap
wanita yang dua puluh tahun lebih muda darinya. Ransome cuma menebak, berharap
Dave cukup tolol untuk merasa punya kewajiban terhadap wanita yang baru dua kali
dijumpainya, dan seandainya diceritakan yang sebenarnya, dalam dua kesempatan
itu ia memperdaya wanita itu.
Ya, coba-coba, tembakan membuta dalam kegelapan. Tindakan orang yang kehabisan
waktu, kehabisan gagasan, dan mulai putus asa. Itu cuma tipuan murahan.
Tapi seandainya bukan... Seandainya bukan, ia toh tetap akan kembali ke Senterex. Rahasia yang terkunci
di dalam lemari arsip Bernie sudah jadi alasan yang cukup kuat. Dan bila Ransome
benar-benar menahan Marge... yah, ia harus berbuat sesuatu untuk itu, bukan"
Eskalator-eskalator keluar dari Grand Central dan masuk ke gedung lama Pan Am,
yang diberi nama baru sesuai dengan pemiliknya yang sekarang, Metropolitan Life
Insurance, tetapi oleh penduduk New
276 York yang sinis lebih dikenal sebagai Gedung Snoopy ejekan pada anjing beagle ?dalam iklan Met Life. Di malam selarut ini semua eskalator itu sudah dimatikan.
Namun Dave tetap menaikinya, kemudian berjalan cepat menerobos lobi yang gelap
dan keluar di Forty-fifth Street.
Park Avenue ada di atasnya, jalan layang yang meninggalkan tanah di Forty-sixth
Street satu blok di utara. Dua lorong pejalan kaki yang gelap terbentang dari
tempat Dave berdiri hingga ke persimpangan Forty-sixth Street dan Park Avenue,
dan Dave bisa melihat tubuh-tubuh yang sedang tidur terbujur dalam bayangannya.
Ia harus ke Park Avenue. Ia tidak butuh insiden apa pun.
Mengusik tunawisma, mengganggu orang gila, akan menimbulkan insiden.
Mungkin kau harus mempertimbangkan pindah ke kota yang lebih aman. Kau tahu,
Sarajevo, Beirut... Dave memilih lorong yang tampak paling kosong, dan mencoba berjalan dengan
langkah seringan mungkin.
Ia hampir saja berhasil melewatinya, tetapi belum. Tak jauh dari Forty-sixth
Street, ada yang mencolek kakinya. Adrenalin memacu jantungnya. Ia menendang
keras, sekaligus mencabut pistol dari sabuk. "Kule-dakkan kau!" Kerasnya suara
sendiri menakutkannya. Seekor tikus yang kaget berputar di udara, menabrak dinding, dan mencicit marah.
Dave terpaku, terengah keras, berkeringat, mengutuki diri sendiri. Tikus itu
berlari kembali ke arah Forty-fifth Street.
Kita jadi sedikit hiper, kan, Sobat"
Ia memasukkan kembali pistol itu ke balik kemeja, dan berlari keluar ke Park
Avenue. 277Pemandangan itu membuatnya tertegun. Tak pernah ia menyaksikan Park Avenue
begitu indah, tak pernah memikirkan bahwa jalan itu bisa demikian. Malam hari,
tak ada kendaraan, trotoarnya kosong, jalan itu memiliki semacam kedamaian,
kelembutan. Ramai ingar-bingar siang hari, jalan itu dalam pandangannya sekarang
bagaikan wanita, berambut hitam, tidur-tidur ayam, dan menyunggingkan senyum
samar yang memabukkan. Ia berdiri tertegun sesaat, dalam hati bertanya-tanya bagaimana mungkin ia tak
pernah memperhatikan keindahan yang meluluhkan hati dari kota ini.
Median jalan yang memisahkan jalur utara dan jalur selatan, berkilauan dengan
bunga-bunga bukan tulip musim semi, tetapi aster musim gugur. Warna-warninya
?teredam lampu jalan, berubah menjadi warna pastel lembut. Di utara lampu lalu
lintas berganti, mengedipkan sirkuitnya dari hijau menjadi merah dan kembali
hijau. Gedung-gedung itu merupakan mosaik terang dan gelap, didominasi warna
biru indigo dan hijau laut.
Hijau... Hijau zamrud... hijau seperti botol hijau... hijau seperti danau kecil, sempurna di
ketinggian lembah Pegunungan Sierra... di petang yang magis suatu hari di musim
panas... Taffy Weiler menyunggingkan senyum lebar... kuda-kuda berdiri membungkuk
seakan berdoa kepada Tuhan... David Elliot, jantungnya serasa hampir meledak, tahu
bahwa tak peduli betapa pahit hidupnya sesudah itu...
Dalam kegelapan di belakangnya seseorang mengumpat. Sebuah botol melayang dalam
kegelapan dan meledak di kakinya.
278 Saat itu sudah lenyap. Pegunungan Sierra menghilang. Kota itu dan kegelapan
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
malam kembali. Di New York, hanya orang-orang imbesil yang berdiri diam sesudah matahari
terbenam. Bulu kuduknya kembali meremang. Seseorang sedang mengawasinya, mengukurnya,
menimbang-nimbang apa isi dompetnya. Sudah saatnya bergerak.
Dave berjalan cepal ke utara. Empat blok lagi , akan membawanya ke sudut
Fiftieth Street. Burung-burung hantu sudah sejak lama meninggalkan Avenue itu, para pecandu kerja
itu akhirnya pulang juga. Beberapa jendela kantor itu masih menyala sebagian ?besar kantor orang-orang yang tidak pulang sesudah para pembersih gedung
menyelesaikan pekerjaan, pikir Dave.
Bagaimanapun, masih ada orang di setiap gedung, termasuk gedungnya sendiri.
Ia berdiri di seberang jalan, mengamati jendela-jendelanya lantai demi lantai.
Di lantai 11 hampir semua lampu menyala. Lantai itu ditempati bagian merger dan
akuisisi Lee, Bach & Wachutt, salah satu bank investasi yang paling terkenal di
kota ini sebagai predator. Lebih tinggi lagi, di lantai 34 sampai 39, sebagian
besar lampu McKinley-Allan masih menyala. Tak disangsikan lagi, gerombolan
konsultan manajemen muda yang penuh semangat itu masih bekerja.sepanjang malam,
berjuang memuaskan para partner yang perfeksionis dan sudah sejak lama pulang
untuk tidur. Bagian lain gedung itu seperti kotak-kotak papan dam yang gelap dan terang,
meskipun rata-rata gelap. Rasanya tak satu pun lantai memperlihatkan lebih... Tiga
puluh satu. 279Dave memicingkan mata. Jendela-jendela lantai 31 tidak gelap maupun terang.
Hanya redup. Semua tirai jendela yang menghadap Park Avenue ditutup.
Ada apa di lantai 31"
Dave tidak ingat. Perusahaan reinsurance" Tidak, salah. Perusahaan pialang" Itu
dia. Trading dengan nama yang memakai kata "Trans". Trans-Pacific" Trans-
Oceanic" Trans... sesuatu entah apa.
Menjanjikan, sangat menjanjikan. Jenis perusahaan anonim yang disukai kalangan
intelijen. "Hai. Mau kencan?"
Dave berbalik, tinjunya siaga memukul.
"Wah, Manis! Aku tak suka keributan."
Perempuan laki-laki itu" adalah banci paling mencengangkan yang pernah Dave
? ?saksikan. Terlalu tinggi, terlalu kurus, memakai gaun cheongsam Cina berwarna
keperakan dan ditaburi batu permata tiruan.
Dave menggeram, "Dua hal. Satu, jangan menyelinap diam-diam di belakang orang.
Dua, enyahlah." Makhluk laki-laki perempuan" itu mengangguk, menempelkan satu kuku jarinya
? ?yang pink elektrik ke pipi, dan tersenyum dibuat-buat. "Oh, jangan begitu,
Sayang. Cuma melihatmu saja aku bisa tahu kau suka apa yang akan kutawarkan."
Nah, aku sudah memperingatkanmu mengenai potongan rambutmu.
Wajah Dave terasa panas. Ia tidak suka pengalaman ini. "Enyahlah dari depanku."
"Bergembiralah, Sayang. Coba dengar, mengingat kau akan jadi pelangganku
terakhir hari ini, aku akan memberikan harga istimewa buatmu."
Dave menggigit ucapannya, satu per satu, "Aku.
280 Hanya. Akan. Bilang. Ini. Sekali. Saja. Minggir! Enyahlah!"
"Oooh. Kasar sekali. Jangan kasar gitu dong, tapi kurasa penampilan bisa..."
Dave maju selangkah, menempelkan telapak tangannya ke dada laki-laki itu, dan
mendorong. Bencong itu terantuk trotoar dan jatuh terduduk dengan keras.
"Auuu!" Ia menudingkan sepatu tumit tingginya yang terbuat dari kulit imitasi
mengilat. Satu tumit sepanjang dua belas senti copot. "Lihat apa yang
kaulakukan, binatang! Sepatu ini harganya empat puluh dolar di Frederick's!
Ditambah ongkos kirim dan pengepakan!" Ia mulai mengomel.
Wah, wah. Kita berubah jadi pemukul bencong, kan"
Dave meringis. Yang baru saja dilakukannya adalah gerakan wajar, terdorong
naluri sama seperti 25 tahun lalu. Ada masalah" Tidak jadi soal. Cukup kunci ?dan isi, Sobat, dan tak lama kemudian segala kerumitan hidup akan
disederhanakan. Dan jangan lupa, siapa pun yang sedikit berbeda, siapa saja yang
tak sama denganmu, beginilah, Nak, dalam Angkatan Bersenjata kita sebut orang
macam itu sebagai "sasaran".
Dave mengenakkan gigi dan mulai menyusun permintaan maaf.
Sebuah suara muncul dari kegelapan, "Kimberly, kau tak apa-apa, Nak?" Satu
pelacur lain dengan pakaian yang menyeramkan muncul. Yang ini tampak seperti
wanita (atau setidaknya kelihatan berpakaian lebih asli). Ia memakai rok cire
hitam yang hampir tak menyembunyikan celana dalamnya, penutup dada
281merah darah model Victoria dan sepatu yang sama tingginya seperti milik
Kimberly. Astaga, dari mana saja orang-orang ini"
"Ohhh, Charlene, dia memukulku." 'Ucapan ini berasal dari bencong yang menangis.
"Tidak. Aku cuma..."
Charlene mendekati Dave. "Kau mau main kasar, hah" Memukul banci yang tak
berdaya" Itu maumu, ya, memukuli mereka" Kimberly bocah paling manis di dunia,
Mister. Dia tak butuh bisnis dari orang semacam kau."
Dave melangkah mundur. "Dengar, lady..."
"Aku bukan lady. Aku pelacur." Sesuatu yang mengilat dan tajam berdetak membuka
dalam genggamannya. "Dan pelacur saling menjaga teman."
5. Dave melihat sekelilingnya dengan cemas. Tak ada taksi. Tak ada mobil polisi.
Sebuah Toyota melaju kencang di Park Avenue menuju ke utara. Pengemudinya
melihat sepintas ke arahnya, berpaling, dan menambah kecepatan. Banci bernama
Kimberly itu berjalan tertatih-tatih. Matanya menyala kelaparan liar.
Charlene membungkuk, mengitari Dave. Benda di tangannya itu sebilah pisau lurus,
dan ia memegangnya dengan gaya berpengalaman.
"Coba dengar..."
Kimberly mendesak temannya. "Potong dia, Charlene."
"Ya, iris dia!" Suara lainnya. "Potong bolanya!" Dan suara lain lagi.
282 Mereka segerombolan. Tujuh atau delapan orang. Hitam dan putih. Berpakaian
mencolok, dan tampak * seperti gerombolan kucing liar dalam perburuan. Daging!
Mata Charlene berkilauan. Pupilnya melebar. Dave menduga ia tentu sedang
melambung karena obat bius. "Kulit putih, kau akan merasakan pengalaman paling
buruk dalam hidupmu."
Sepucuk pistol akan menyelesaikan persoalan. Yang harus dilakukannya hanyalah
mencabutnya dari balik kemeja. Memperlihatkannya mungkin akan membereskan
persoalan. Tapi kalau tidak..."
Kalau tidak, itu hanya akan membuat urusan jadi makin parah. Dan bila urusan
jadi makin parah, ia akan terpaksa memakainya.
Pisau Charlene mengiris udara di samping pipinya. Ia berkelit ke kiri. Charlene
sedikit kehilangan keseimbangan. Seharusnya ia bisa membereskannya dengan mudah.
Kemudian kau akan berhadapan dengan mereka semua. Biarkan dia. Yang lain takkan
bergerak selama mereka merasa ia bisa menanganimu.
Charlene mendesis. "Kau bergerak cukup cepat untuk banci." Ia mendatangi lagi.
Dave merasakan anginnya ketika pisau itu melewatinya sejajar mata.
Tidak jelek, dia hampir saja mengenalmu kali ini.
Perempuan ini tangkas. Ia harus berbuat sesuatu untuk menanganinya.
Pisau itu terayun dan berkelebat. Sebuah irisan sepanjang tujuh setengah senti
terbuka pada kemejanya. 283Ia tidak bisa menempuh risiko dengan mencabut " pistol. Bila banci ini
memaksanya menembak, ia tidak akan bisa masuk ke gedung itu. Persimpangan
Fiftieth Street dan Park Avenue telah menjadi pusat segala macam keramaian hari
ini ancaman peledakan bom, perampokan di lantai 12, bunuh diri Bernie. Satu ?insiden lagi, dan polisi akan muncul di segala penjuru.
Meskipun orang-orang New York City bersedia melupakan banyak hal, sesosok mayat
tercabik-cabik peluru di Park Avenue biasanya akan mendapatkan perhatian mereka.
Dave mundur, perlahan-lahan memancing Charlene untuk maju. Ia mendengar langkah
kaki di dekatnya. Seseorang sedang bersiap membantu Charlene.
Sekarang atau tak pernah selamanya.
Ia bergerak tiba-tiba ke kiri, seolah mencoba kabur. Charlene menyergap dengan
keanggunan dan kecepatan penari tango. Pisau itu meliuk ke bawah, berkilauan
diterpa cahaya lampu jalan, hendak mengiris wajahnya. Ia menyelinap ke bawah
lengan Charlene. Pergelangan tangan bencong itu memukul pundaknya. Pisau itu
jatuh berdenting di trotoar.
Gerakanmu selanjutnya harus cepat, sungguh-sungguh menyenangkan orang banyak.
Dave merunduk. Momentum gerakan Charlene membawanya ke pundak Dave. Dave
mengaitkan kaki kanan ke belakang pergelangan kaki Charlene, menendangnya ke
depan seraya mendorong tubuhnya ke atas. Kaki Charlene meninggalkan tanah. Ia
mulai terguling. Dave menarik lengannya dan memutarnya, menambahkan kecepatan.
Bantingan yang sempurna. Spektakuler. Charlene
284 berputar seperti baling-baling, jungkir balik 270 derajat di udara, dan
menghunjamkan wajah ke trotoar. Ia mengangkat kepala, meludahkan darah.
Dave lari. Gerombolan di belakangnya melolong.
Ia berlari kencang menyeberangi Park Avenue, mencapai mediannya sebelum teman-
teman Charlene mengerahkan keberanian untuk mengejar. Seseorang melemparkan
kaleng ke arahnya. Kaleng itu terpantul di pinggulnya dan berkelontangan di
aspal. Dave terus berlari.
Sungguh menyebalkan bagi industri konstruksi dan pengembang, New York City
menuntut agar gedung-gedung pencakar langit memiliki tempat luas terbuka untuk
umum. Karena alasan inilah, di bagian depan gedung Dave ada plaza terbuka. Plaza
itu dikelilingi tempat tanaman berlapis pualam. Sekali-sekali pemilik-gedung itu
Pendekar Lembah Naga 2 Candika Dewi Penyebar Maut I I I Misteri Dewi Pembalasan 1