Pencarian

Sembilan Pembawa Cincin 5

Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien Bagian 5


berhubungan baik, mengurusi masalah mereka sendiri dengan cara mereka
Halaman | 154 The Lord of The Rings sendiri, tapi keduanya menganggap diri mereka sebagai bagian yang perlu dari
bangsa Bree. Tidak ada tempat lain di dunia di mana aturan ganjil (tetapi bagus)
ini bisa ditemukan. Bangsa Bree sendiri, Besar dan Kecil, tidak banyak bepergian; dan urusan
keempat desa itu menjadi perhatian utama mereka. Kadang-kadang para hobbit
dari Bree pergi sampai sejauh Buckland, atau Wilayah Timur, tapi, meski negeri
kecil mereka tidak lebih jauh daripada sehari perjalanan naik kuda ke arah timur
Jembatan Brandywine, para hobbit dari Shire sekarang jarang mengunjunginya.
Sesekali seorang Keluarga Buckland atau Took yang gemar bertualang akan
datang ke Kuda Menari untuk semalam dua malam, tapi itu pun sudah semakin
jarang. Hobbit dari Shire menyebut hobbit dari Bree, dan yang lain yang tinggal
di luar perbatasan, sebagai Orang Luar, dan sangat tidak tertarik pada mereka,
menganggap mereka membosankan dan tak tahu adat. Mungkin lebih banyak lagi
Orang Luar yang tersebar di bagian Barat Dunia di masa itu, daripada yang
dibayangkan orang-orang dari Shire. Beberapa bisa dikatakan tidak lebih baik
daripada gelandangan, siap menggali lubang di tebing mana saja dan tinggal
selama mereka mau. Tapi setidaknya hobbit di Bree-land adalah golongan beradab
dan kaya, dan tidak lebih kasar daripada kebanyakan saudara ?mereka di Dalam
Shire. Mereka belum lupa bahwa pernah ada masa ketika para hobbit Shire dan
Bree saling bolak-balik mengunjungi. Dalam keluarga Brandybuck setidaknya
mengalir darah Bree. Desa Bree mempunyai beberapa ratus rumah batu milik Makhluk-Makhluk
Besar, kebanyakan di atas Jalan Timur, bersandar pada lereng bukit dengan
jendela-jendela menghadap ke barat. Pada sisi itu, menjulur lebih dari setengah
lingkaran dari bukit dan melingkar kembali kepadanya, ada sebuah tanggul dalam
dengan pagar tebal di sebelah dalam. Jalan Timur melintas di atasnya dengan
jalan lintas atas; tapi di bagian yang menembus pagar, jalan itu tertutup sebuah
gerbang besar. Ada gerbang lain di sudut sebelah selatan, di tempat Jalan Timur
mengarah ke luar desa. Gerbang-gerbang itu ditutup pada malam hari, tapi persis
di dalamnya ada pondok-pondok kecil untuk para penjaga gerbang.
Di pinggir Jalan Timur, di bagian yang membelok ke kanan untuk mengitari
bukit, ada sebuah penginapan besar. Penginapan itu dibangun lama berselang,
ketika lalu lintas di jalan-jalan jauh lebih ramai. Bree berdiri di suatu
pertemuan jalan-jalan lama; ada jalan kuno lain yang memotong Jalan Timur, persis di luar
tanggul di ujung barat desa, dan di masa lalu Manusia dan berbagai bangsa lain
banyak bepergian melewatinya. Ungkapan "Aneh seperti kabar dari Bree" masih
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 155 digunakan di Wilayah Timur, berasal dari masa-masa itu, ketika kabar dari Utara,
Selatan, dan Barat bisa didengar di penginapan tersebut, dan ketika para hobbit
Shire lebih sering pergi untuk mendengarnya. Tapi Negeri-Negeri Utara sudah
lama kosong, dan Jalan Utara jarang digunakan sekarang; jalan itu dipenuhi
rumput dan bangsa Bree menyebutnya Greenway, Jalan Hijau.
Namun begitu, penginapan tersebut masih ada di sana, dan pemiliknya adalah
orang pouting. Rumahnya menjadi tempat pertemuan para penganggur, mereka
yang senang mengobrol, dan yang suka ingin tahu di antara penduduk besar dan
kecil dari keempat desa; penginapan itu juga menjadi tempat menginap bagi
Penjaga-Penjaga Hutan dan pengembara lain, serta para pelancong (kebanyakan
kurcaci) yang masih bepergian melewati Jalan Timur, ke dan dari Pegunungan.
Sudah gelap, bintang-bintang putih bersinar ketika Frodo dan rombongannya
akhirnya tiba di persimpangan Greenway dan mendekati desa. Mereka sampai di
Gerbang Barat dan melihat gerbangnya sudah tertutup, tapi pada pintu pondok
sebelah dalam, seorang laki-laki tampak sedang duduk. Ia melompat mengambil
lentera, dan memandang mereka dengan tercengang dari atas gerbang.
"Mau apa dan dari mana kalian?" ia bertanya kasar.
"Kami mau ke penginapan di sini," jawab Frodo. "Kami sedang melancong ke
timur dan tidak bisa meneruskan perjalanan malam
"Hobbit! Empat hobbit! Dari Shire, kalau mendengar cara mereka berbicara,"
kata penjaga gerbang itu pelan, seolah pada dirinya sendiri. Ia menatap curiga
ke arah mereka untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan membuka gerbang dan
membiarkan mereka lewat. "Kami tidak sering melihat bangsa Shire di Jalan Timur pada malam hari,"
lanjutnya, saat mereka berhenti sebentar di dekat pintunya. "Maaf kalau aku
bertanya-tanya urusan apa yang membawa kalian pergi ke timur Bree! Siapa nama
Anda sekalian, kalau aku boleh tanya?"
"Nama dan urusan kami adalah milik kami, dan tampaknya ini bukan tempat
yang tepat untuk membahasnya," kata Frodo, yang tidak menyukai penampilan
maupun nada suara laki-laki itu.
"Memang urusan Anda adalah urusan Anda sendiri," kata pria itu, "tapi aku
berhak mengajukan pertanyaan setelah malam tiba."
"Kami hobbit dari Buckland, kami ingin melancong dan tinggal di penginapan
di sini," tambah Merry. "Aku Mr. Brandybuck. Sudah cukup" Bangsa Bree biasanya
Halaman | 156 The Lord of The Rings ramah pada para pelancong, atau setidaknya begitulah yang kudengar."
"Baiklah, baiklah!" kata pria itu. "Aku tidak mau menyinggung perasaan. Tapi
akan kalian lihat nanti, lebih banyak orang daripada Harry di gerbang yang akan
menanyakan ini-itu pada kalian. Banyak orang aneh di sekitar sini. Kalau kalian
pergi ke penginapan itu, kalian akan lihat bahwa bukan kalian saja tamu di
sana." Ia mengucapkan selamat malam, dan mereka tidak berbicara lagi; dalam
cahaya lentera, Frodo melihat pria itu masih memandang mereka dengan penuh
rasa ingin tahu. Frodo senang mendengar gerbang tertutup di belakang mereka,
ketika mereka melangkah maju. Ia bertanya dalam hati, mengapa pria itu begitu
curiga, dan apakah sudah ada orang yang menanyakan kabar tentang rombongan
hobbit. Gandalf barangkali" Mungkin ia sudah sampai, sementara mereka tertahan
di Forest dan di Downs. Tapi ada sesuatu dalam tatapan dan suara penjaga
gerbang itu yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Pria itu masih terus menatap para hobbit untuk beberapa saat, lalu kembali ke
rumahnya. Begitu ia membalikkan badan, sebuah sosok gelap memanjat cepat
melewati gerbang, dan berbaur dalam keremangan di jalan desa.
Keempat hobbit itu mendaki suatu lereng landai, melewati beberapa rumah
lepas, dan berhenti di luar penginapan. Rumah-rumah kelihatan besar dan aneh
bagi mereka. Sam menatap bangunan penginapan yang terdiri alas tiga tingkat,
dengan banyak jendela, dan merasa semangatnya merosot. Ia sudah
membayangkan akan bertemu raksasa yang lebih besar daripada pohon, dan
makhluk-makhluk lain yang lebih mengerikan, dalam perjalanannya; tapi saat
pertama kali melihat Manusia dan rumah mereka yang tinggi sudah lebih dari
cukup baginya, bahkan terlalu berlebihan sebagai akhir yang gelap dari hari yang
melelahkan ini. Ia membayangkan kuda-kuda hitam berdiri siap dalam bayangan di
halaman penginapan, dan para Penunggang Hitam mengintip dari jendela-jendela
gelap di atas. "Kita toh tidak akan tinggal di sini malam ini, Sir?" serunya. "Kalau ada bangsa
hobbit yang tinggal di sini, mengapa kita tidak mencari mereka yang mau
membiarkan kita menginap di rumahnya" Itu akan lebih terasa seperti di rumah."
"Apa yang salah dengan penginapan ini?" kata Frodo. "Tom Bombadil
menyarankannya. Kupikir kita akan cukup merasa seperti rumah di dalamnya."
Bahkan dari luar penginapan itu kelihatan seperti rumah nyaman bagi mata
yang sudah terbiasa. Bagian depannya menghadap ke Jalan Timur, dan dua
sayapnya memanjang ke belakang, pada tanah yang sebagian dipotong dari
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 157 lereng-lereng bukit yang lebih rendah, sehingga di bagian belakangnya
jendelajendela lantai kedua berada satu level dengan permukaan tanah. Ada
lengkungan lebar yang menuntun ke pelataran di antara kedua sayap bangunan itu, dan di
sebelah kiri, di bawah lengkungan, ada ambang pintu besar dengan beberapa anak
tangga lebar. Pintunya terbuka dan cahaya mengalir keluar dari sana. Di atas
lengkungan ada lampu, dan di bawahnya tergantung sebuah papan nama besar:
seekor kuda putih gemuk berdiri pada kaki belakangnya. Di atas pintu terpampang
tulisan dengan cat putih: KUDA MENARI oleh BARLIMAN BUTTERBUR. Banyak
jendela di bawah memperlihatkan cahaya di balik tirai-tirai tebal.
Saat mereka berdiri bimbang dalam kegelapan di luar, seseorang mulai
menyanyikan lagu gembira di dalam, dan banyak suara riang bergabung nyaring
dalam paduan suara. Sejenak mereka mendengarkan suara yang membangkitkan
'semangat itu, lalu turun dari kuda-kuda. Lagu itu berakhir, terdengar ledakan
tawa dan tepukan tangan. Mereka menuntun kuda-kuda ke bawah lengkungan, dan meninggalkan
hewan-hewan itu berdiri sementara mereka menaiki tangga. Frodo maju dan
hampir bertabrakan dengan seorang laki-laki gemuk pendek berkepala botak dan
berwajah merah. Ia memakai celemek putih, dan sibuk keluar satu pintu dan masuk
pintu yang lain, sambil membawa baki penuh mug.
"Bisakah kami...," Frodo memulai.
"Setengah menit!" teriak laki-laki itu sambil menoleh, lalu menghilang ke dalam
hiruk-pikuk suara dan kepulan asap. Sejenak kemudian ia sudah keluar lagi,
menyeka tangan pada celemeknya.
"Selamat sore, tuan kecil!" katanya sambil membungkuk. "Apa yang kalian
perlukan?" "Tempat tidur untuk empat orang, dan kandang untuk lima kuda, kalau bisa
diatur. Apakah Anda Mr. Butterbur?"
"Betul! Barliman namaku. Barliman Butterbur siap melayani Anda! Kalian dari
Shire bukan?" katanya, lalu tiba-tiba ia menepukkan tangannya ke dahi, seolah
mencoba mengingat sesuatu. "Hobbit!" serunya. "Wah, mengingatkan aku pada
apa, ya" Bolehkah aku tahu nama kalian, Sir?"
"Mr. Took dan Mr. Brandybuck," kata Frodo, "dan ini Sam Gamgee. Namaku
Underhill." "Aah!" kata Mr. Butterbur, menceklikkan jarinya. "Sudah hilang lagi! Tapi nanti
Halaman | 158 The Lord of The Rings pasti ingat lagi, kalau aku punya waktu untuk berpikir. Aku terlalu sibuk; tapi
akan kulihat apa yang bisa kulakukan untuk kalian. Tidak sering kami menerima
kedatangan rombongan dari Shire akhir-akhir ini, dan aku akan menyesal kalau
tidak bisa menyambut kalian. Tapi sudah banyak tamu di penginapan malam ini,
padahal ini sudah cukup lama tidak terjadi. Tidak pernah hujan, tapi begitu
turun, deras sekali, begitulah kata orang Bree.
"Hei! Nob!" teriaknya. "Di mana kau, kaki lembek melempem" Nob!"
"Datang, Sir! Aku datang!" Seorang hobbit bertampang riang melompat dari
sebuah pintu, dan ketika melihat para pelancong itu, ia berhenti kaget dan
menatap mereka dengan penuh minat.
"Di mana Bob?" tanya pemilik penginapan. "Kau tidak tahu" Well, carilah dia!
Cepat! Aku tidak punya enam kaki dan enam mata! Katakan pada Bob, ada lima
kuda yang perlu dimasukkan ke kandang. Pokoknya dia harus menyediakan
tempat." Nob berlari keluar sambil nyengir dan mengedipkan mata.
"Nah, tadi aku mau bilang apa, ya?" kata Mr. Butterbur, sambil mengetuk
dahinya. "Berbagai hal datang silih berganti, begitulah. Aku sibuk sekali malam
ini, sampai kepalaku pusing. Ada rombongan yang datang lewat Greenway dari
Selatan tadi malam-itu saja sudah cukup aneh. Lalu ada rombongan kurcaci yang
akan pergi ke Barat, datang sore tadi. Dan sekarang ada kalian. Seandainya
kalian bukan hobbit, belum tentu aku bisa menyediakan tempat untuk kalian. Tapi kami
punya satu-dua kamar di sayap utara, yang dibuat khusus untuk hobbit ketika
tempat ini dibangun. Di lantai bawah, seperti kesukaan mereka; berikut
jendelajendela bundar dan sebagainya. Kuharap kalian merasa nyaman. Pasti kalian
ingin makan malam. Akan segera dihidangkan. Lewat sini!"
Ia membimbing mereka melewati selasar, dan membuka sebuah pintu. "Di sini
ada ruang duduk kecil yang nyaman!" katanya. "Kuharap cocok. Sekarang aku
permisi. Aku sibuk sekali. Tidak ada waktu untuk mengobrol. Aku harus lari lagi.
Berat kalau cuma punya dua kaki, tapi aku tidak kurus-kurus juga. Aku akan
menengok kalian lagi nanti. Kalau kalian butuh sesuatu, bunyikan bel, dan Nob
akan datang. Kalau dia tidak datang, bunyikan bel dan teriaklah!"
Akhirnya ia keluar, meninggalkan mereka dengan perasaan agak terengahengah. Mr.
Butterbur tampaknya mampu berbicara tanpa henti, betapapun
sibuknya dia. Mereka berada dalam ruangan kecil dan nyaman. Ada api kecil
menyala terang di perapian, di depannya ada beberapa kursi rendah dan nyaman.
Ada meja bundar yang sudah diberi taplak putih, dan di atasnya ada bel-tangan
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 159 besar. Tapi sebelum mereka sempat membunyikan bel, Nob, si hobbit pelayan,
sudah masuk membawa lilin dan baki penuh piring.
"Apakah Anda ingin minum sesuatu, Tuan-Tuan?" tanyanya. "Dan bolehkah
aku menunjukkan kamar tidur Anda, sementara makan malam disiapkan?"
Mereka sudah mandi dan sedang minum bir enak dalam mug besar ketika Mr.
Butterbur dan Nob masuk lagi. Dalam sekejap meja ditata. Ada sup panas, daging
dingin, kue tar blackberry, roti baru, lempengan mentega, dan separuh keju
matang: makanan sederhana yang enak, seenak yang ada di Shire, dan cukup
terasa seperti di rumah sendiri, hingga bisa menghilangkan perasaan waswas Sam
(yang sudah agak lega karena kelezatan bir yang diminumnya).
Pemilik penginapan berlama-lama sedikit, lalu bersiap meninggalkan mereka.
"Aku tidak tahu apakah kalian mau bergabung dengan rombongan lain, kalau kalian
sudah selesai makan malam," ia berkata sambil berdiri di pintu. "Mungkin kalian,
memilih tidur. Tapi para tamu lain akan senang menyambut kalian, kalau kalian
bersedia. Kami tidak sering menerima Orang Luar-pelancong dari Shire, maksudku,
maaf-dan kami ingin mendengar berita, atau cerita, atau lag" yang kalian suka.
Tapi terserah kalian! Bunyikan bel, kalau butuh sesuatu !"
Mereka merasa sangat segar dan bersemangat pada akhir makan malam
(selama tiga perempat jam makan terus tanpa terganggu obrolan yang tidak perlu),
sampai-sampai Frodo, Pippin, dan Sam memutuskan bergabung dengan
rombongan lainnya. Merry enggan ikut serta, terlalu ramai, katanya. "Aku mau
duduk sejenak dekat perapian, dan mungkin nanti keluar sebentar untuk menghirup
hawa segar. Ingat, bicara yang sopan, dan jangan lupa... kita sedang melarikan
diri secara rahasia, dan masih berada di jalan utama, belum jauh dari Shire!"
"Baiklah!" kata Pippin. "Jaga dirimu sendiri! Jangan sampai tersesat, dan
jangan lupa bahwa di dalam lebih aman!"
Rombongan lainnya berada di ruang besar penginapan tersebut. Kumpulan
berbagai macam orang, seperti yang dilihat Frodo ketika matanya sudah terbiasa
dengan cahaya. Cahaya itu terutama datang dari kobaran nyala api unggun,
karena ketiga lampu yang tergantung di balok langit-langit hanya mengeluarkan
cahaya suram dan setengah terselubung asap. Barliman Butterbur sedang berdiri
dekat api, berbicara dengan beberapa kurcaci dan satu-dua orang yang kelihatan
aneh. Di bangku-bangku duduk berbagai macam orang: Orang-Orang Bree,
sekumpulan hobbit setempat (duduk mengobrol bersama), beberapa kurcaci lagi,
dan sosok-sosok lain yang samar-samar serta sulit dikenali dalam keremangan,
Halaman | 160 The Lord of The Rings dan di sudut-sudut. Begitu para hobbit masuk, Orang-Orang Bree serempak menyapa mereka.
Orang-orang asing, terutama yang datang melalui Greenway, memandang mereka
dengan rasa ingin tahu. Pemilik penginapan memperkenalkan mereka pada orangorang
Bree, menyebutkan nama-nama dengan begitu cepat, sampai-sampai
mereka tidak tahu siapa si pemilik nama itu. Orang-Orang Bree tampaknya
mempunyai nama-nama mirip nama tanaman (dan bagi orang Shire terasa aneh),
seperti misalnya Rushlight, Goatleaf, Heathertoes, Appledore, Thistlewool, dan
Ferny (termasuk juga Butterbur). Beberapa kaum hobbit mempunyai nama sama.
Nama Mugwort, misalnya, tak terhitung banyaknya. Tapi kebanyakan mereka


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mempunyai nama wajar, seperti Banks, Brockhouse, Longhole, Sandheaver, dan
Tunnelly, yang juga banyak digunakan di Shire. Ada beberapa Underhill dari
Staddle, dan berhubung merasa mempunyai nama belakang yang sama, mereka
menyambut Frodo seperti sepupu yang sudah lama hilang.
Hobbit-hobbit Bree ternyata ramah dan penuh rasa ingin tahu, dan Frodo
segera menyadari bahwa mau tak mau ia mesti memberikan sedikit penjelasan
tentang dirinya. Ia mengaku tertarik pada sejarah dan ilmu bumi (para
pendengarnya geleng-geleng kepala, meski kedua kata itu jarang digunakan dalam
logat Bree). Ia mengatakan berniat menulis buku (yang membuat orang-orang
terdiam heran), dan bahwa ia dan kawan-kawannya ingin mengumpulkan
keterangan tentang hobbit-hobbit yang tinggal di luar Shire, terutama di
negerinegeri timur. Mendengar itu, orang-orang langsung berbicara serempak. Kalau Frodo
benar-benar ingin menulis buku, dan mempunyai banyak telinga, ia pasti bisa
mendapat bahan tulisan untuk sekian bab, dalam beberapa menit saja. Dan
seakan-akan itu belum cukup, ia diberi daftar nama lengkap, diawali dengan
"Barliman tua ini", pada siapa ia bisa me- minta keterangan lebih lanjut. Tapi,
setelah beberapa saat, karena Frodo tidak menunjukkan tandatanda akan
langsung menulis buku di situ, para hobbit kembali pada pertanyaan mereka
tentang peristiwa-peristiwa di Shire. Ternyata Frodo tidak begitu komunikatif,
dan tak lama kemudian ia cuma duduk sendirian di pojok, mendengarkan dan
melihatlihat sekelilingnya.
Manusia-Manusia dan para Kurcaci kebanyakan membicarakan peristiwaperistiwa di
tempat jauh dan memberitakan jenis-jenis kabar yang sekarang sudah
sangat dikenal. Ada kesulitan di Selatan, dan tampaknya Manusia-Manusia yang
datang lewat Greenway hendak pindah tempat tinggal, mencari wilayah yang bisa
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 161 menawarkan hidup tenteram. Bangsa Bree menaruh simpati, tapi jelas tidak siap
untuk menerima sejumlah besar orang asing di negeri mereka yang kecil Salah
seorang pelancong, bermata juling dan tidak ramah, meramalkan bahwa semakin
banyak orang akan datang ke utara dalam waktu dekat. "Kalau tidak disediakan
tempat untuk mereka, mereka akan mencarinya sendiri. Mereka punya hak untuk
hidup, sama seperti orang lain," katanya nyaring. Penduduk setempat kelihatan
tak senang mendengar ramalan itu.
Para hobbit tidak begitu menghiraukan semua itu, dan saat ini segala berita
tersebut kelihatannya tidak begitu berhubungan dengan kaum hobbit.
MakhlukMakhluk Besar tak mungkin memohon ikut tinggal dalam lubang hobbit.
Mereka lebih tertarik pada Pippin dan Sam, yang sekarang sudah mulai merasa betah, dan
bercakap-cakap riang tentang kejadian-kejadian di Shire. Pippin menimbulkan tawa
cukup ramai dengan menceritakan keruntuhan atap Town Hole di Michel Delving:
Will Whitfoot, sang Wali Kota, dan hobbit paling gemuk di Wilayah Barat,
terkubur dalam kapur, dan keluar dengan tampang seperti kue bola berlapis tepung. Tapi
ada beberapa pertanyaan yang membuat Frodo merasa tidak nyaman. Salah satu
orang Bree, yang tampaknya sudah beberapa kali mengunjungi Shire, ingin tahu di
mana keluarga Underhill tinggal, dan dengan siapa mereka bertalian keluarga.
Tiba-tiba Frodo memperhatikan ada seorang pria berpenampilan asing,
dengan wajah keras dimakan cuaca, sedang duduk di tempat gelap dekat dinding;
orang itu juga mendengarkan omongan kaum hobbit dengan penuh perhatian.
Sebuah cangkir logam ada di depannya, dan ia mengisap sebatang pipa bertangkai
panjang dengan ukiran aneh. Kakinya dijulurkan ke depan, menunjukkan sepatu
bot dari kulit lentur yang pas sekali, tapi tampaknya sudah sering dipakai dan
sekarang dikotori lumpur kering. Mantel dari kain hijau tua, yang sudah usang
karena perjalanan, menutup rapat tubuhnya, dan meski ruangan itu panas, ia
memakai kerudung menutupi wajahnya; tapi kilatan matanya terlihat ketika ia
memperhatikan para hobbit.
"Siapa itu?" tanya Frodo, ketika mendapat kesempatan untuk berbisik pada
Mr. Butterbur. "Rasanya Anda belum memperkenalkan dia."
"Dia?" si pemilik penginapan menjawab dengan berbisik juga, melirik tanpa
menolehkan kepala. "Aku tidak begitu tahu. Dia salah satu dari bangsa
pengembara-para Penjaga Hutan, kami menyebut mereka. Dia jarang berbicara,
tapi dia bisa menceritakan. kisah langka kalau mau. Dia suka menghilang selama
sebulan, atau setahun, lalu muncul lagi. Musim semi lalu dia sering keluar-
masuk; tapi akhir-akhir ini aku belum melihatnya. Siapa namanya, aku belum pernah
Halaman | 162 The Lord of The Rings dengar, tapi di sekitar sini dia dikenal sebagai Strider. Berjalan kaki ke sana
kemari cepat sekali, dan tak pernah cerita pada siapa pun, apa alasannya dia
terburuburu. Tapi Timur dan Barat memang tak bisa diuraikan, begitulah kata
orang di Bree-maksudnya kaum Penjaga Hutan dan orang-orang dari Shire, maaf. Lucu
bahwa Anda menanyakan tentang dia." Tapi tepat pada saat itu Mr. Butterbur
dipanggil karena ada permintaan bir lebih banyak lagi, jadi ia tak sempat
menjelaskan komentarnya yang terakhir.
Frodo sekarang melihat Strider sedang memandangnya, seolah ia telah
mendengar atau menduga semua yang dibicarakan. Tak lama kemudian, dengan
lambaian tangan dan anggukan, Strider mengundang Frodo untuk mendekat dan
duduk bersamanya. Saat Frodo mendekat, Strider membuka kerudungnya. Maka
tersingkaplah kepala berambut panjang gelap bebercak kelabu, dan sepasang
mata kelabu tajam dalam wajah pucat dan kaku.
"Orang-orang memanggilku Strider," katanya dengan suara rendah. "Aku
sangat senang bertemu denganmu, Master... Underhill, kalau Butterbur tua
mendengar namamu dengan benar."
"Memang benar," kata Frodo kaku. Ia merasa jauh dari nyaman di bawah
tatapan mata tajam itu. "Nah, Master Underhill," kata Strider, "kalau aku jadi kau, aku akan
menghentikan kawan-kawanmu yang muda berbicara terlalu banyak Minum,
perapian, dan pertemuan kebetulan sangat menyenangkan, tapi, well... di sini
bukan Shire. Banyak orang aneh berkeliaran. Meski kubilang jangan, kau boleh
memikirkannya," tambahnya dengan senyum sedih, melihat lirikan Frodo. "Dan
bahkan ada pelancong yang lebih aneh lagi melewati Bree akhir-akhir ini,"
lanjutnya sambil memperhatikan wajah Frodo.
Frodo membalas tatapannya, tapi tidak mengatakan apa pun. Strider tidak
memberi isyarat lagi. Perhatiannya tiba-tiba tertuju pada Pippin. Dengan
tercengang Frodo menyadari bahwa si Took muda yang konyol itu rupanya
semakin bersemangat karena keberhasilannya dengan kisah Wall Kota Michel
Delving yang gemuk, dan sekarang ia malah menyajikan uraian jenaka tentang
pesta perpisahan Bilbo. Ia sudah mulai meniru pidato Bilbo, dan hampir mendekati
bagian tentang lenyapnya Bilbo secara misterius.
Frodo jengkel. Kisah itu tidak begitu berbahaya bagi kebanyakan hobbit
setempat: hanya sebuah kisah jenaka tentang orang-orang lucu di seberang
Sungai; tapi beberapa orang (Butterbur tua misalnya) tahu satu-dua hal, dan
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 163 mungkin sudah lama mendengar desas-desus tentang hilangnya Bilbo. Itu akan
memunculkan nama Baggins dalam pikiran mereka, terutama kalau sudah ada
pertanyaan tentang nama itu di Bree.
Frodo gelisah, bertanya-tanya dalam hati, apa yang harus ia lakukan. Pippin
rupanya sangat menikmati perhatian yang diperolehnya, dan mulai lupa bahaya
yang mengancam mereka. Frodo takut Pippin akan menyebutnyebut Cincin itu;
kalau itu terjadi, berbahaya sekali.
"Sebaiknya kau segera bertindak!" bisik Strider di telinganya.
Frodo melompat ke atas meja, dan mulai berbicara. Perhatian penonton
Pippin teralihkan. Beberapa hobbit memandang Frodo, lalu tertawa dan bertepuk
tangan, karena mengira Mr. Underhill sudah mabuk kebanyakan minum bir.
Frodo mendadak merasa bodoh sekali, dan menyadari dirinya (seperti
kebiasaannya kalau sedang berpidato) meraba-raba benda-benda di sakunya. Ia
meraba Cincin pada rantainya, dan tanpa bisa dijelaskan, muncul hasrat untuk
mengenakannya dan menghilang dari keadaan sulit itu. Hasrat itu seolah datang
dari luar dirinya, dari seseorang atau sesuatu di dalam ruangan itu. Dengan
tegas ia menahan godaan tersebut, dan memegang Cincin di tangannya, seolah
mencengkeramnya, mencegahnya lari atau berbuat nakal. Tapi hal itu tidak
memberinya ilham. Ia mengucapkan beberapa "kata-kata pantas", seperti biasa
dilakukan di Shire: kami semua sangat bersyukur dengan keramahan penyambutan
Anda sekalian, dan aku memberanikan diri berharap bahwa kunjungan singkat ini
akan membantu memperbaharui tali persahabatan lama antara Shire dan Bree; lalu
ia berhenti dan batuk-batuk.
Semua di ruangan itu sekarang memandangnya. "Nyanyi!" teriak salah
seorang hobbit. "Nyanyi! Nyanyi!" teriak semua yang lain, "Ayo, Master,
nyanyikan sesuatu untuk kami, yang belum pernah kami dengar!"
Untuk beberapa saat Frodo berdiri melongo. Lalu dengan nekat ia mulai
menyanyikan sebuah lagu konyol yang dulu disukai Bilbo (dan bahkan
dibanggakannya karena ia sendiri yang mengarang kata-katanya). Lagu itu tentang
sebuah penginapan, dan mungkin karena itulah ia terlintas dalam benak Frodo saat
itu. Berikut ini sajaknya yang lengkap. Sekarang hanya beberapa kata yang
diingat, biasanya. Ada sebuah penginapan, penginapan tua ceria di bawah bukit tua kelabu
letaknya, Bir buatan mereka begitu cokelat Sampai Manusia Bulan sendiri turun
melihat Suatu malam untuk minum sepuasnya.
Halaman | 164 The Lord of The Rings Pengasuh kuda punya kucing mabuk yang sangat mahir main biola; Gesek ke
atas, gesek ke bawah, Kadang melengking tinggi, kadang mendengkur rendah,
meliak-liuk dengan nada ceria.
Pemilik penginapan punya anjing kecil yang suka sekali mendengar kelakar;
Kalau tetamu sedang bercanda, Dia ikut memasang telinga dan tertawa sampai
tergetar-getar Sapi bertanduk pun mereka punya angkuhnya bukan kepalang; Mendengar
musik membuatnya bergoyang, Melambaikan ekornya dengan girang Dia berdansa
di rumput sampai siang. Dan lihatlah barisan piring perak deretan sendok perak serta garpu! Untuk hari
Minggu ada sepasang khusus, Yang digosok hati-hati agar tampak mulus pada
siang-siang hari Sabtu. Manusia Bulan minum banyak, si kucing pun melolong tak terkira; Piringsendok di
meja berdansa, Sapi di kebun berjingkrak jingkrak gila, dan anjing kecil
mengejar ekornya. Manusia Bulan mengambil mug lain lalu berguling ke bawah kursi; Dia tidur
nyenyak dan bermimpi, Sampai bintang-bintang tak bersinar lagi, dan datanglah
fajar pagi. Kata pengasuh kuda pada kucing mabuk: "Kuda-kuda putih dari Bulan,
Mereka meringkik mengentakkan kaki; Tapi titan mereka sudah asyik bermimpi,
sementara malam terus berjalan!"
Maka kucing memainkan biola hei-tra la la, irama cepat dan riuh setengah
mati: Mendecit nada cepat tak terperikan, Sementara pemilik penginapan
mengguncang Manusia Bulan: katanya, "Sudah lewat jam tiga pagi!"
Manusia Bulan digulingkan ke bukit dibungkus masuk ke dalam Bulan,
Sementara kuda-kudanya berderap di belakang, Dan sapi melonjak-lonjak ikut
datang, piring-sendok pun muncul berlarian.
Biola berbunyi semakin cepat; anjing mulai menggeram, Sapi dan kuda-kuda
berdiri di atas kepala; Tamu-tamu melompat dari ranjang dengan gembira dan
berdansa riang berdentam-dentam.
Ping, pong, senar biola putus! sapi meloncat melewati Bulan, Si anjing kecil
tertawa geli melihat kelucuan, Piring hari Sabtu berlari lintang pukang disusul
sendok hari Minggu di belakang.
Bulan bulat berguling ke balik bukit, memberi giliran kepada Matahari, Dan
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 165 Matahari hampir-hampir tak percaya; Sebab meski sudah siang, betapa ajaibnya,
semua orang malah justru tidur lagi!
Tepuk tangan keras dan panjang terdengar. Suara Frodo lumayan bagus, dan
lagu itu menyenangkan mereka. "Di mana si tua Barley?" seru mereka. "Dia harus
dengar ini. Bob harus mengajari kucingnya main biola, lalu kita bisa berdansa."
Mereka meminta lebih banyak bir, lalu mulai berteriak, "Ayo, lagi, Master!
Ayolah! Sekali lagi!" Mereka memaksa Frodo minum lagi, lalu mulai bernyanyi lagi, diikuti oleh
banyak di antara mereka, karena lagu itu cukup terkenal, dan mereka cepat hafal
kata-katanya. Sekarang giliran Frodo merasa puas dengan dirinya sendiri. Ia
menari-nari gembira di atas meja; dan ketika untuk kedua kalinya ia sampai pada
sapi meloncat melewati Bulan, ia melompat ke atas. Terlalu bersemangat, hingga
ia jatuh... beng... ke atas baki penuh mug, dan tergelincir, lalu menggelinding
dan meja dengan bunyi gedubrak, kelontang, dan bam! Penonton membuka mulut
lebar-lebar untuk tertawa, tapi lalu diam melongo; karena si penyanyi sudah
menghilang. Ia lenyap begitu saja, seolah tembus lewat lantai, tanpa
meninggalkan lubang! Hobbit-hobbit setempat memandang tercengang, lalu melompat dan berteriak
memanggil Barliman. Seluruh kumpulan itu menjauhkan diri dari Pippin dan Sam,
yang ditinggal berduaan di pojok, dipandangi dengan curiga dan ragu dari
kejauhan. Sudah jelas sekarang, mereka dianggap pendamping seorang tukang
sihir pengembara, yang punya kekuatan tak terduga dan tujuan entah apa. Tapi
ada satu orang Bree kehitaman yang menatap mereka dengan ekspresi tahu dan
setengah mengejek, yang membuat mereka merasa sangat tidak nyaman.
Akhirnya ia menyelinap keluar dari pintu, diikuti si orang selatan yang juling:
kedua orang itu sudah berbisik berdua cukup lama sepanjang sore. Harry, si penjaga
gerbang, juga keluar menyusul mereka.
Frodo merasa bodoh sekali. Karena tidak tahu harus berbuat apa, ia
merangkak keluar dari bawah meja-meja, ke sudut gelap dekat Strider, yang duduk
tak bergerak dan tidak menunjukkan reaksi apa Pun. Frodo bersandar pada dinding
dan melepaskan Cincin-nya. Bagaimana Cincin itu bisa terpasang pada jarinya, ia
tidak tahu. Ia hanya bisa menduga bahwa ia meraba-raba benda itu di sakunya
sementara bernyanyi, dan jarinya masuk ke Cincin itu ketika ia menjulurkan
tangan untuk menghindari terjatuh. Sejenak ia bertanya dalam hati, apakah bukan Cincin
itu sendiri yang mempermainkannya; mungkin ia mencoba menyingkap sesuatu,
sebagai jawaban atas suatu keinginan atau perintah yang terasa di ruangan itu.
Halaman | 166 The Lord of The Rings Frodo tidak suka pada orang-orang yang tadi pergi keluar.
"Well?" kata Strider ketika ia muncul kembali. "Kenapa kaulakukan itu" Lebih
buruk daripada celotehan kawan-kawanmu! Tindakanmu sama sekali tidak
bijaksana!" "Aku tidak mengerti maksudmu,"' kata Frodo, jengkel dan takut.
"Ah, kau tahu," jawab Strider, "tapi sebaiknya kita menunggu sampai
kegemparan mereda. Lalu, Mr. Baggins, aku ingin bicara dengan tenang
denganmu." "Tentang apa?" tanya Frodo, tidak mengacuhkan sapaan Strider atas nama
aslinya. "Suatu masalah penting-bagi kita berdua," jawab Strider, sambil menatap
mata Frodo lekat-lekat. "Kau mungkin akan mendengar sesuatu yang
menguntungkan bagimu."
"Baiklah," kata Frodo, berusaha kelihatan acuh tak acuh. "Aku akan berbicara
denganmu nanti." Sementara itu, sebuah perdebatan berlangsung dekat perapian. Mr. Butterbur
berlari masuk, dan sekarang berusaha mendengarkan beberapa uraian yang saling
berlawanan tentang kejadian tersebut pada saat bersamaan.
"Aku melihatnya, Mr. Butterbur," kata seorang hobbit, "maksudku... aku tidak
melihatnya lagi, kalau Anda paham maksudku. Dia lenyap begitu saja, bisa


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dikatakan begitu." "Ah, masa, Mr. Mugwort!" kata pemilik penginapan, kelihatan heran. "Ya,
benar!" jawab Mugwort. "Lagi pula, aku berkata benar." "Pasti ada yang salah,"
kata Butterbur sambil menggelengkan kepala. "Tak mungkin Mr. Underhill bisa
lenyap begitu saja; di tengah orang banyak begitu."
"Lalu di mana dia?" teriak beberapa suara.
"Mana aku tahu" Dia boleh pergi ke mana dia suka, asal dia bayar besok pagi.
Itu Mr. Took: dia tidak menghilang."
"Pokoknya aku melihat apa yang kulihat, dan aku melihat apa yang tidak
kulihat," kata Mugwort keras kepala.
"Dan aku bilang ada kesalahan," ulang Butterbur, sambil memungut baki dan
mengumpulkan benda-benda tembikar yang pecah.
"Tentu saja ada kesalahan!" kata Frodo. "Aku tidak menghilang. Ini aku! Aku
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 167 baru saja mengobrol sedikit dengan Strider di pojok."
Ia maju ke dalam cahaya api; tapi kebanyakan dari mereka mundur menjauh,
bahkan lebih gelisah daripada sebelumnya. Mereka sama sekali tidak puas dengan
penjelasannya bahwa tadi ia merangkak di bawah mejameja setelah terjatuh.
Kebanyakan para hobbit dan Orang-Orang Bree langsung pergi dengan marah
saat itu juga, sama sekali tak ingin melanjutkan hiburan malam itu. Satu-dua
memandang Frodo dengan curiga, dan pergi sambil menggerutu di antara mereka
sendiri. para Kurcaci, dan dua atau tiga orang asing yang masih tertinggal,
bangkit berdiri dan mengucapkan selamat malam kepada pemilik penginapan, tapi tidak
kepada Frodo dan kawankawannya. Tak lama kemudian, tinggal Strider yang terus
duduk tak diperhatikan di dekat dinding.
Mr. Butterbur tidak tampak terpengaruh. Mungkin ia merasa penginapannya
akan penuh lagi pada malam-malam mendatang, setelah misteri yang sekarang
terjadi didiskusikan dengan saksama. "Nah, apa yang sudah kaulakukan, Mr.
Underhill?" tanyanya. "Menakut-nakuti pelangganku dan memecahkan tembikarku
dengan akrobatmu!" "Aku sangat menyesal telah menimbulkan masalah," kata Frodo. "Ini tidak
disengaja, yakinlah. Ini kecelakaan yang sangat sial."
"Baiklah, Mr. Underhill! Tapi kalau hendak melakukan jungkir-balik, atau sulap,
atau apa pun, sebaiknya kau memberitahu dulu-dan memperingatkan aku. Kami di
sini agak curiga pada apa pun yang sedikit aneh-gaib, maksudku; dan kami tidak
bisa begitu saja menyukainya."
"Aku tidak akan melakukan hal semacam itu lagi, Mr. Butterbur, aku janji. Dan
sekarang aku akan pergi tidur. Kami akan berangkat besok, pagipagi. Maukah kau
mengatur agar kuda-kuda kami siap jam delapan?"
"Baik! Tapi, sebelum kau pergi, aku mau bicara secara pribadi denganmu, Mr.
Underhill. Aku baru teringat sesuatu yang harus kuceritakan padamu. Kuharap kau
tidak akan salah terima. Kalau aku sudah membereskan beberapa hal, aku akan
datang ke kamarmu, kalau kauizinkan."
"Tentu saja!" kata Frodo, tapi semangatnya merosot. Ia bertanyatanya, berapa
banyak pembicaraan pribadi yang mesti dilayaninya sebelum ia bisa tidur, dan apa
yang akan terungkap. Apakah semua orang ini bersekongkol melawannya" ia
bahkan mulai curiga akan adanya rencanarencana gelap tersembunyi di balik
wajah gemuk si Butterbur tua.
Halaman | 168 The Lord of The Rings Strider Frodo, Pippin, dan Sam kembali ke ruang duduk. Tidak ada cahaya di sana.
Merry tidak ada, dan api sudah mengecil. Baru setelah nyala api mereka embus
sampai berkobar tinggi, dan beberapa kayu bakar dilemparkan ke atasnya, mereka
sadar bahwa Strider mengikuti mereka. Itu dia duduk dengan tenang di dekat
pintu! "Halo!" kata Pippin. "Siapa kau, dan apa maumu?"
"Aku dipanggil Strider," jawabnya, "mungkin temanmu lupa, tapi dia sudah
berjanji akan berbicara denganku."
"Katamu aku akan mendengar sesuatu yang mungkin menguntungkan
bagiku," kata Frodo. "Jadi, apa yang mau kaukatakan?"
"Beberapa hat," jawab Strider. "Tapi, tentu saja, aku punya harga."
"Apa maksudmu?" tanya Frodo tajam.
"Jangan kaget! Maksudku hanya begini: aku akan menceritakan
apa yang kuketahui, dan memberimu nasihat bagus-tapi aku vmenginginkan
imbalan." "Dan apakah imbalan itu?" tanya Frodo. Ia menduga yang dihadapinya ini
seorang bajingan, dan dengan perasaan kurang enak ia ingat bahwa ia hanya
membawa sedikit uang. Jumlahnya tidak akan memuaskan seorang bajingan, dan
ia tak bisa menyisihkan uang itu sedikit pun. "Tidak lebih daripada
kemampuanmu," jawab Strider dengan senyuman lamban, seolah bisa menebak pikiran Frodo.
"Hanya ini: kau harus membawaku serta dengan rombonganmu, sampai aku mau
meninggalkan kalian."
"Oh, begitu!" jawab Frodo, tercengang tapi tidak begitu lega. "Kalaupun aku
butuh pendamping lain, aku tidak akan begitu saja menerimamu, sampai aku tahu
lebih banyak tentang dirimu dan kegiatanmu."
"Bagus!" seru Strider, menyilangkan kakinya dan duduk bersandar dengan
nyaman. "Kelihatannya kau sudah memakai akal sehat lagi, baguslah. Kau terlalu
ceroboh sejauh ini. Baiklah! Aku akan menceritakan apa yang kuketahui, dan
membiarkanmu memutuskan tentang imbalanku. Kau mungkin akan senang
memberikannya, kalau kau sudah mendengar ceritaku."
"Teruskan!" kata Frodo. "Apa yang kauketahui?"
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 169 "Terlalu banyak; terlalu banyak hal-hal gelap," kata Strider muram. "Tapi
mengenai urusanmu..." ia bangkit berdiri dan pergi ke pintu, membukanya cepat,
dan melihat ke luar. Lalu ia menutupnya perlahan dan duduk lagi. "Aku punya
telinga tajam," lanjutnya, merendahkan suaranya, "dan meski aku tak bisa
menghilang, aku sudah memburu banyak makhluk liar dan waspada, dan aku bisa
menghindari ketahuan, kalau aku mau. Nah, semalam aku berada di balik pagar, di
Jalan sebelah barat Bree, ketika empat hobbit keluar dari Downlands. Tak perlu
kuulangi semua yang mereka katakan pada Bombadil tua, atau di antara mereka
sendiri, tapi satu hat menarik perhatianku. Ingat, kata salah satu dad mereka,
nama Baggins tak boleh disebut-sebut. Aku Mr Underhill, kalau ada nama yang harus
disebut. Itu sangat menarik perhatianku, maka aku pun mengikuti mereka ke sini.
Aku menyelinap memanjat gerbang, persis di belakang mereka. Mungkin Mr.
Baggins mempunyai alasan jujur untuk menyembunyikan namanya; kalau begitu,
aku harus menasihati dia dan kawan-kawannya agar lebih berhatihati."
"Aku tidak mengerti, apa daya tarik namaku untuk orang-orang di Bree," kata
Frodo marah, "dan aku masih belum tahu, mengapa ini menarik perhatianmu. Mr.
Strider mungkin punya alasan jujur untuk memata-matai dan menguping; kalau
memang begitu, aku minta dia menjelaskannya."
"Jawaban bagus!" kata Strider sambil tertawa. "Tapi penjelasannya
sederhana: aku sedang mencari hobbit bernama Frodo Baggins. Aku ingin segera
menemukannya. Aku sudah tahu dia pergi dari Shire sambil membawa, well,
sebuah rahasia yang berhubungan denganku dan temantemanku.
"Nah, jangan salah tangkap!" seru Strider, saat Frodo bangkit dari kursinya,
dan Sam melompat sambil mengerutkan dahi. "Aku akan lebih berhati-hati dengan
rahasia itu daripada kalian. Dan kehati-hatian memang diperlukan!" ia
mencondongkan badannya ke depan dan memandang mereka. "Waspadai setiap
bayangan!" katanya dengan suara rendah. "Para Penunggang Hitam sudah
melewati Bree. Hari Senin ada satu yang datang melalui Greenway, kata orang;
dan satu lagi muncul kemudian, datang melewati Greenway dari selatan."
Sepi sebentar. Akhirnya Frodo berbicara pada Pippin dan Sam, "Seharusnya
aku sudah menduga, dari cara penjaga gerbang menyalami kita," katanya. "Dan
rupanya pemilik penginapan juga tahu sesuatu. Kenapa dia mendesak kita untuk
bergabung den-an rombongan lainnya" Dan mengapa kita bersikap begitu bodoh"
Seharusnya kita tetap di dalam sini dengan tenang."
"Itu akan lebih baik," kata Strider. "Sebenarnya aku mencoba mencegah kalian
masuk ke ruang utama, seandainya bisa; tapi pemilik penginapan tidak
Halaman | 170 The Lord of The Rings mengizinkan aku menemuimu, atau mengantarkan pesan."
"Apakah menurutmu dia...," Frodo memulai.
"Tidak, aku tidak punya pandangan buruk tentang Butterbur tua. Hanya saja
dia tidak menyukai pengembara misterius seperti aku." Frodo memandangnya
dengan heran. "Well, penampilanku memang agak seperti bajingan, bukan?" kata
Strider sambil mengulum bibirnya, dan kilauan aneh muncul di matanya. "Tapi
kuharap kita bisa saling mengenal lebih baik. Setelah itu, kuharap kau mau
menjelaskan apa yang terjadi pada akhir nyanyianmu. Olok-olok kecil itu..."
"Itu hanya kecelakaan!" sela Frodo.
"Aku ragu," kata Strider.
membahayakan posisimu."
"Kecelakaan, eh" Kecelakaan itu telah "Tidak lebih membahayakan daripada sebelumnya," kata Frodo. "Aku tahu
para Penunggang kuda itu mengejarku; tapi sekarang tampaknya mereka sudah
gagal dan sudah pergi."
"Jangan harap!" kata Strider tajam. "Mereka akan kembali. Dan lebih banyak
lagi yang bakal datang. Ada yang lain-lainnya. Aku tahu jumlahnya. Aku kenal
Penunggang-Penunggang ini." ia berhenti, matanya dingin dan keras. "Dan ada
beberapa orang di Bree yang tidak bisa dipercaya," lanjutnya. "Bill Ferny,
misalnya. Reputasinya jelek di Bree-land, dan orang-orang aneh suka mengunjunginya. Pasti
kau melihatnya di kumpulan orang-orang tadi; seorang pria kehitaman yang tampak
selalu mengejek. Dia dekat sekali dengan salah satu pendatang asing dari
Selatan, dan mereka menyelinap keluar persis setelah 'kecelakaanmu'. Tidak semua orang
Selatan itu bermaksud baik; dan tentang Ferny, dia akan menjual apa pun pada
siapa pun; atau membuat keonaran hanya demi kesenangan."
"Apa yang akan dijual Ferny, dan apa hubungan kecelakaanku dengannya?"
kata Frodo, masih bertekad untuk pura-pura tak mengerti
"Berita tentang kau, tentu," jawab Strider. "Uraian tentang pertunjukanmu akan
sangat menarik perhatian beberapa orang tertentu. Setelah itu, mereka tak perlu
diberitahu namamu yang sebenarnya. Menurutku, sebelum malam ini berakhir
mereka sudah mendengar tentang peristiwa tadi. Apakah itu sudah cukup"
Terserah kau tentang imbalanku; kau boleh mengajakku sebagai pemandu jalan,
atau tidak. Boleh kukatakan aku tahu semua negeri di antara Shire dan
Pegunungan Berkabut, karena aku sudah mengembara di sana bertahun-tahun.
Aku lebih tua daripada penampilanku. Siapa tahu aku akan berguna. Kau harus
meninggalkan jalan terbuka setelah malam ini, karena para Penunggang itu akan
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 171 mengawasinya siang-malam. Mungkin kau bisa melarikan diri dari Bree dan akan
dibiarkan melangkah maju sementara Matahari bersinar; tapi kau tidak akan pergi
jauh. Mereka akan menyergapmu di belantara, di suatu tempat gelap di mana tidak
ada pertolongan. Apakah kau ingin mereka menemukanmu" Mereka sangat
mengerikan!" Para hobbit memandangnya, dan kaget melihat wajahnya menyeringai bagai
kesakitan, tangannya mencengkeram kedua lengan kursinya. Ruangan itu sepi dan
sangat hening, cahaya seolah semakin suram. Untuk beberapa saat Strider duduk
dengan tatapan kosong, seolah sedang mengembara jauh dalam ingatannya, atau
mendengarkan bunyi-bunyi Malam di kejauhan.
"Nah!" serunya setelah beberapa saat, menyapukan tangan ke dahinya.
"Barangkali aku tahu lebih banyak tentang pengejarmu daripada kalian. Kalian
takut pada mereka, tapi belum cukup takut. Besok kalian harus lari, kalau bisa.
Strider bisa membawa kalian melalui jalan-jalan yang jarang dilalui. Kau mau
mengajakku?" Keheningan berat mencekam. Frodo tidak menjawab, benaknya bingung,
penuh keraguan dan ketakutan. Sam mengerutkan dahi dan menatap majikannya,
dan akhirnya mencetuskan,
"Dengan seizin Anda, Mr. Frodo, aku akan bilang tidak! Strider ini, dia
memperingatkan kita dan bilang supaya hati-hati; aku bilang ya untuk itu, dan
kita mulai dengan dia. Dia datang dari daerah Belantara, dan aku belum pernah
mendengar kebaikan apa pun tentang orang-orang macam dia. Dia memang tahu
sesuatu, itu jelas, dan dia tahu lebih banyak daripada yang kuanggap aman; tapi
itu bukan alasan untuk membiarkan dia memimpin kita keluar ke suatu tempat gelap di
mana tidak ada pertolongan, seperti katanya."
Pippin gelisah dan kelihatan tidak nyaman. Strider tidak menjawab Sam, tapi
memalingkan matanya yang tajam ke arah Frodo. Frodo menangkap lirikannya dan
membuang muka. "Tidak," katanya perlahan.
"Aku tidak setuju. Kupikir, kupikir kau bukan seperti penampilanmu
Kau mulai berbicara padaku seperti orang Bree, tapi suaramu berubah. Tapi
Sam kelihatannya benar tentang ini: Aku tidak mengerti, mengapa kau menyuruh
kami hati-hati, tapi juga meminta kami menerimamu atas dasar kepercayaan
belaka. Kenapa harus menyamar" Siapa kau" Apa yang sebenarnya kauketahui
tentang... urusanku, dan bagaimana kau tahu itu?"
"Pelajaran tentang kewaspadaan sudah kalian pelajari dengan baik," kata
Halaman | 172 The Lord of The Rings Strider dengan senyuman muram. "Tapi kewaspadaan dan keraguan adalah dua
hal berbeda. Kalian tidak akan pernah sampai ke Rivendell sendirian, dan
mempercayaiku adalah kesempatan kalian satu-satunya. Kalian harus
memutuskan. Aku akan menjawab beberapa pertanyaan kalian, kalau itu
membantu untuk mengambil keputusan. Tapi mengapa harus mempercayai
ceritaku, kalau kalian toh tidak mempercayaiku" Bagaimanapun, beginilah
ceritanya..." Saat itu terdengar ketukan di pintu. Mr. Butterbur datang membawa lilin-lilin,
dan di belakangnya ada Nob dengan kaleng-kaleng penuh air panas. Strider
mundur ke pojok gelap. "Aku datang untuk mengucapkan selamat malam," kata pemilik penginapan
itu, sambil meletakkan lilin-lilin di meja. "Nob! Bawa airnya ke kamar-kamar!"
ia masuk dan menutup pintu. "Begini," Butterbur memulai, sambil ragu dan kelihatan khawatir. "Kalau aku
melakukan sesuatu yang merugikan, aku menyesal sekali. Tapi satu hal
mendorong yang lainnya, seperti kalian tahu; dan aku orang sibuk. Berbagai
urusan dalam minggu ini telah membuatku jadi pelupa, seperti kata pepatah; tapi
mudah-mudahan tidak terlambat. Begini, aku diminta menunggu hobbit-hobbit dari
Shire, dan terutama satu yang bernama Baggins."
"Lalu apa hubungannya dengan aku?" tanya Frodo.
"Ah! Kau pasti: tahu," kata pemilik penginapan dengan penuh arti. "Aku tidak
akan membuka rahasiamu, tapi aku diberitahu bahwa Baggins ini akan memakai
nama Underhill, dan aku diberikan uraian yang cocok betul denganmu, kalau boleh
kukatakan." "Oh, ya" Kalau begitu, ayo katakan!" kata Frodo, menyela dengan kurang
bijak. "Seorang pria gagah kecil dengan pipi merah, " kata Mr. Butterbur dengan
khidmat. Pippin tertawa kecil, tapi Sam kelihatan marah. "Itu tidak banyak
membantu; kebanyakan hobbit tampangnya seperti itu, Barley, dia berkata
padaku," lanjut Mr. Butterbur sambil melirik pippin. "Tapi yang ini lebih tinggi
dari kebanyakan, dan lebih bagus dari kebanyakan, dan dia mempunyai belahan pada
dagunya; laki-laki keren dengan mata tajam. Maaf, tapi dia yang mengatakan itu,
bukan aku." "Dia yang mengatakannya" Dan siapa dia itu?" tanya Frodo bersemangat.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 173 "Ah! Gandalf, kalau kau tahu maksudku. Kata orang, dia tukang sihir, tapi
bagaimanapun dia teman baikku. Sekarang aku tidak tahu apa yang akan
dikatakannya padaku, kalau aku bertemu lagi dengannya: entah dia akan membuat


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seluruh bir di sini menjadi masam, atau mengubahku menjadi sebatang kayu, aku
tidak akan heran. Dia agak tergesa-gesa. Namun apa yang sudah terjadi tak bisa
dibatalkan." "Well, apa yang sudah kaulakukan?" kata Frodo, mulai tak sabar dengan
penuturan Butterbur yang lamban dan bertele-tele.
"Sampai di mana aku?" tanya pemilik penginapan itu sambil menjentikkan
jarinya. "Oh, ya! Gandalf. Tiga bulan yang lalu, dia masuk langsung ke kamarku
tanpa mengetuk pintu. Barley, katanya, aku akan pergi besok pagi. Kau mau
melakukan sesuatu untukku" Katakan saja, kataku. Aku terburu-buru, katanya, dan
aku sendiri tidak punya waktu, tapi aku ingin pesanku dibawa ke Shire. Apa kau
punya orang untuk mengirimkannya, dan yang bisa dipercaya untuk pergi" Aku
bisa mencarikan seseorang, kataku, besok, mungkin, atau lusa. Besok saja,
katanya, lalu dia memberikan sepucuk surat padaku.
"Ada alamatnya yang jelas," kata Mr. Butterbur, mengeluarkan sepucuk surat
dari sakunya, lalu membacakan alamatnya dengan perlahan dan bangga (ia sangat
menghargai reputasinya sebagai orang terpelajar),
Mr FRODO BAGGINS, BAG END, HOBBITON di SHIRE.
"Surat untukku dari Gandalf!" seru Frodo.
"Ah!" kata Mr. Butterbur. "Kalau begitu, namamu yang sebenarnya memang
Baggins?" "Memang," kata Frodo, "dan sebaiknya kau segera memberikan surat itu
padaku, dan menjelaskan kenapa kau tidak pernah mengirimkannya. Kurasa itulah
yang tadi hendak kauceritakan padaku, meski kau menghabiskan waktu lama
sekali untuk sampai pada masalah sebenarnya."
Mr. Butterbur tampak gelisah. "Kau benar, Master," katanya, "dan aku minta
maaf. Aku benar-benar takut akan apa yang dikatakan Gandalf, kalau kelalaianku
ternyata mencelakakan. Tapi aku tidak menyimpannya dengan sengaja. Aku
mengamankannya. Aku tak bisa menemukan orang yang mau pergi ke Shire
keesokannya, atau hari berikutnya, dan anak buahku sendiri tak bisa kubiarkan
pergi; lalu satu dan lain hal mengusir surat itu dari benakku. Aku orang sibuk
Aku akan berusaha melakukan apa pun untuk membetulkannya, dan kalau aku bisa
menolong, sebutkan saja. Halaman | 174 The Lord of The Rings "Terlepas dari surat itu, aku sudah berjanji pada Gandalf. Barley, katanya
padaku, sahabatku ini dari Shire, dia mungkin akan datang ke sini tak lama lagi,
dia dan yang lainnya. Dia akan menyebut dirinya Underhill. Ingat itu! Tapi kau tidak
perlu menanyakan apa-apa. Kalau aku tidak bersamanya, mungkin dia bakal
mendapat kesulitan, dan butuh pertolongan. Lakukan apa yang bisa kaulakukan
untuknya, dan aku akan bersyukur, katanya. Sekarang di sinilah kau, dan
kesulitan tampaknya tidak jauh darimu."
"Apa maksudmu?" tanya Frodo.
"Orang-orang hitam ini," kata si pemilik penginapan, merendahkan suaranya.
"Mereka mencari Baggins, dan kalau mereka bermaksud baik, maka aku mungkin
bukan manusia, tapi hobbit. Waktu itu hari Senin, semua anjing melolong dan
angsa-angsa meleter. Ajaib, kataku. Nob, dia datang memberitahuku bahwa ada
dua orang hitam di depan pintu, menanyakan seorang hobbit bernama Baggins.
Rambut Nob semuanya berdiri. Aku menyuruh kedua orang hitam itu pergi, dan
membanting pintu di depan mereka; tapi mereka sudah menanyakan hal yang
sama sepanjang jalan sampai ke Archet, kudengar. Dan si Strider itu, dia juga
bertanya-tanya. Berusaha masuk ke sini menemuimu, sebelum kau makan."
"Memang!" kata Strider tiba-tiba, maju ke dalam cahaya. "Dan banyak
kesulitan bisa dihindari, seandainya kau membiarkannya masuk, Barliman."
Pemilik penginapan itu melompat kaget. "Kau!" teriaknya. "Kau selalu muncul.
Apa yang kauinginkan sekarang?"
"Dia di sini dengan seizinku," kata Frodo. "Dia datang untuk menawarkan
bantuannya." "Well, mungkin kau tahu urusanmu sendiri," kata Mr. Butterbur, sambil
memandang Strider dengan curiga. "Tapi kalau aku jadi kau, aku tidak akan
menerima bantuan seorang Penjaga Hutan."
"Kalau begitu, siapa yang akan kauterima?" tanya Strider. "Seorang pemilik
penginapan gendut yang hanya ingat namanya sendiri karena orang-orang
meneriakkannya sepanjang hari" Mereka tak bisa selamanya tinggal di sini, dan
mereka juga tak bisa pulang. Perjalanan mereka masih panjang. Apa kau mau
pergi bersama mereka, mengusir orang-orang hitam itu?"
"Aku" Meninggalkan Bree" Aku tak mau melakukan itu, biarpun dibayar," kata
Mr. Butterbur, kelihatan takut sekali. "Tapi kenapa kau tidak bisa tetap di sini
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 175 dengan tenang_ untuk sementara, Mr. Underhill" Apa maksudnya semua kejadian
aneh ini" Apa yang dikejar orang-orang hitam ini, dan dari mana mereka, aku
ingin tahu." "Maaf, aku tak bisa menjelaskan semuanya," jawab Frodo. "Aku lelah dan
sangat cemas, dan ceritanya panjang. Tapi kalau kau bermaksud membantu, aku
perlu memperingatkanmu bahwa kau dalam bahaya selama aku di rumahmu. Para
Penunggang Hitam ini: aku tidak yakin, tapi kukira, aku khawatir mereka datang
dari..." "Mereka datang dari Mordor," kata Strider dengan suara rendah. "Dari Mordor,
Barliman, kalau kau tahu apa artinya itu."
"Astaga!" teriak Mr. Butterbur dengan wajah pucat; nama itu tampaknya ia
kenal. "Itu berita terburuk yang sampai ke Bree pada masa ini."
"Memang," kata Frodo. "Kau masih mau membantuku?"
"Aku mau," kata Mr. Butterbur. "Lebih ingin dari semula. Meski aku tidak tahu,
apa yang bisa dilakukan orang seperti aku untuk melawan, melawan...," ia berkata
gugup. "Melawan Bayangan di Timur," kata Strider tenang. "Tidak banyak, Barliman,
tapi sedikit bantuan pun akan membantu. Kau bisa membiarkan Mr. Underhill
tinggal di sini malam ini, sebagai Mr. Underhill, dan kau bisa melupakan nama
Baggins, sampai dia sudah jauh dari sini."
"Akan kulakukan," kata Butterbur. "Tapi tanpa bantuanku pun mereka akan
tahu bahwa dia ada di sini, itu yang kukhawatirkan. Sayang sekali Mr. Baggins
menarik perhatian orang-orang pada dirinya sendiri tadi sore. Kisah Mr. Bilbo
pergi sudah pernah didengar di Bree. Bahkan Nob yang lamban itu pun sudah bisa
menduga-duga; dan ada orang-orang lain di Bree yang lebih cepat mengerti
daripada dia." "Yah, kita hanya bisa berharap para Penunggang Hitam belum kembali," kata
Frodo. "Kuharap tidak," kata Butterbur. "Tapi hantu atau bukan hantu, mereka tidak
akan mudah masuk ke penginapan ini. Jangan khawatir sampai pagi. Nob tidak
akan mengatakan apa pun. Tidak akan ada orang hitam masuk pintuku, sementara
aku masih berdiri. Aku dan anak buahku akan berjaga malam ini; tapi sebaiknya
kalian tidur sebisa mungkin."
"Bagaimanapun, kami harus dibangunkan saat fajar," kata Frodo. "Kami harus
Halaman | 176 The Lord of The Rings berangkat sepagi mungkin. Sarapan jam enam tiga puluh, kalau bisa."
"Baik! Aku akan mengurusnya," kata si pemilik penginapan. "Selamat malam,
Mr. Baggins - Underhill, mestinya! Selamat malam - nah! Ke mana Mr.
Brandybuck?" "Aku tidak tahu," kata Frodo, tiba-tiba cemas sekali. Mereka lupa tentang
Merry, dan malam sudah larut. "Aku khawatir dia sedang ke luar. Dia bilang ingin
keluar untuk menghirup hawa segar."
"Well, kalian memang perlu dijaga dan jangan salah: anggap saja rombongan
kalian ini sedang berlibur!" kata Butterbur. "Aku harus pergi dan secepatnya
menutup pintu-pintu, tapi aku akan memastikan temanmu dibiarkan masuk bila dia
datang. Sebaiknya kusuruh Nob mencarinya, Selamat malam semuanya!" Akhirnya
Mr. Butterbur pergi, dengan lirikan ragu ke arah Strider dan gelengan kepala.
Bunyi langkah kakinya . menghilang melewati selasar.
"Nah," kata Strider. "Kapan kau akan membuka surat itu?" Frodo mengamati
segelnya dengan cermat, sebelum membukanya. Tampaknyal memang dari
Gandalf. Di dalamnya ada pesan berikut, tertulis dalam tulisan tangan tukang
sihir yang tegas tapi luwes: KUDA MENARI, BREE. Hari Pertengahan Tahun, Tahun Shire, 1418.
Frodo yang baik, Berita buruk sampai kepadaku. Aku harus segera pergi. Sebaiknya kau segera
meninggalkan Bag End dan keluar dari Shire, paling lambat sebelum akhir Juli.
Aku akan kembali sesegera mungkin, dan aku akan menyusulmu kalau ternyata kau
sudah pergi. Tinggalkan pesan untukku di sini, kalau kau melewati Bree. Kau bisa
mempercayai pemilik penginapan ini (Butterbur). Kau mungkin akan bertemu
seorang sahabatku di Jalan Timur: seorang Manusia, kurus, gelap, jangkung, oleh
beberapa orang dipanggil Strider Dia tahu urusan kita dan akan membantumu.
Pergilah ke Rivendell. Di sana kuharap kita akan bertemu lagi. Kalau aku tidak
datang, Elrond akan memberitahumu.
Sahabatmu yang terburu-buru, GANDALF.
PS. JANGAN gunakan ITU lagi, walau dengan alasan apa pun! Jangan
berjalan di malam hari! PPS. Pastikan dia benar-benar Strider yang asli. Banyak orang asing di jalan.
Nama aslinya Aragorn. Emas belum tentu gemerlap,
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 177 Tak semua pengembara tersesat;
Yang tua tapi kokoh akan bertahan tetap,
Akar yang tertanam dalam akan bertahan kuat.
Dari abu akan menyala api,
Dari bayangan akan muncul cahaya;
Mata pisau yang patah akan diperbaharui,
Yang tidak bermahkota 'kan kembali menjadi raja.
PPPS. Kuharap Butterbur segera mengirimkan ini. Dia orang baik, tapi
ingatannya seperti gudang sesak: barang yang dibutuhkan selalu
terkubur. Kalau dia lupa, akan kupanggang dia. Selamat jalan!
Frodo membaca surat itu, lalu menyerahkannya pada Pippin dan Sam.
"Butterbur tua benar-benar mengacaukan keadaan!" katanya. "Dia pantas
dipanggang. Kalau aku segera menerima surat ini, kita semua mungkin sudah
aman di Rivendell sekarang. Tapi apa yang terjadi pada Gandalf" Dia menulis
seolah dia dalam bahaya besar."
"Dia sudah melakukan itu bertahun-tahun," kata Strider.
Frodo menoleh dan memandang Strider sambil merenung, bertanyatanya
tentang catatan tambahan kedua dalam surat Gandalf. "Kenapa kau tidak segera
mengatakan kau sahabat Gandalf?" tanyanya. "Itu akan menghemat waktu."
"O ya" Apakah di antara kalian ada yang percaya padaku sebelumnya?" kata
Strider. "Aku tidak tahu apa pun tentang surat ini. Aku hanya tahu aku perlu
membujukmu untuk mempercayaiku, tanpa bukti-bukti, kalau aku harus
menolongmu. Bagaimanapun, aku memang tidak berniat langsung menceritakan
semua tentang diriku. Aku harus mempelajarimu dulu, dan harus merasa yakin
tentang kalian. Musuh sudah pernah memasang perangkap untukku. Kalau sudah
yakin, aku siap menceritakan apa saja yang kautanyakan. Tapi perlu kuakui,"
tambahnya dengan tawa ganjil, "bahwa aku berharap kau akan menerimaku apa
adanya. Orang yang dikejar-kejar kadang-kadang jemu dengan kecurigaan dan
mendambakan persahabatan. Tapi... yah, penampilanku memang merugikan aku."
"Memang - setidaknya pada pandangan pertama," tawa Pippin yang sekarang
merasa lega, setelah membaca surat Gandalf. "Penampilan memang bisa menipu,
seperti kata orang-orang di Shire; dan aku yakin kami juga akan kelihatan
sepertimu kalau berhari-hari berbaring di selokan dan parit."
Halaman | 178 The Lord of The Rings "Makan waktu lebih dari beberapa hari, atau minggu, atau tahun, mengembara
di wilayah Belantara untuk membuatmu tampak seperti Strider," jawabnya. "Dan
kau akan mati duluan, kecuali kau lebih kuat daripada kelihatannya:"
Pippin mengalah; tapi Sam masih penasaran, dan masih memandang Strider
dengan curiga. "Bagaimana kami tahu kau adalah Strider yang dibicarakan
Gandalf?" tuntutnya. "Kau sama sekali tidak menyebut-nyebut Gandalf, sampai
suratnya muncul. Kau bisa saja mata-mata yang menyamar, mencoba agar kami
mau ikut denganmu. Sekarang, apa katamu?"
"Kataku, kau orang yang berani," jawab Strider, "tapi satu-satunya jawaban
yang bisa kuberikan padamu, Sam Gamgee, hanya ini. Kalau aku sudah
membunuh Strider yang asli, aku juga bisa membunuhmu. Dan aku pasti sudah
akan membunuhmu tanpa banyak bicara. Kalau aku mengejar Cincin itu, aku bisa
mendapatkannya - SEKARANG!"
Ia berdiri, dan mendadak sosoknya seolah semakin tinggi. Matanya
menyorotkan cahaya tajam berwibawa. Ia menyingkap mantelnya ke belakang, dan
meletakkan tangannya pada pangkal pedang yang tersembunyi menggantung di
sisinya. Mereka tidak berani bergerak. Sam duduk melongo sambil memandangnya
dengan dungu. "Tapi aku memang Strider yang asli, untunglah," katanya sambil memandang
mereka, wajahnya melembut oleh senyuman tiba-tiba. "Aku Aragorn, putra
Arathorn; dan kalau dengan hidup atau mati aku bisa menyelamatkan kalian, aku
akan melakukannya." Hening... lama sekali. Akhirnya Frodo berbicara dengan ragu-ragu. "Aku
sudah percaya kau seorang sahabat, bahkan sebelum surat itu datang," katanya,
"atau setidaknya begitulah harapanku. Kau menakuti aku beberapa kali malam ini,
tapi tak pernah seperti yang bakal dilakukan para anak buah Musuh, atau
begitulah dalam bayanganku. Kukira mata-mata Musuh akan... yah, kelihatan lebih bagus
dari luar, tapi terasa lebih busuk di dalamnya, kalau kau paham maksudku."
"Aku paham," tawa Strider. "Aku tampak buruk dari luar, tapi terasa bagus di
dalamnya. Begitukah" Emas belum tentu gemerlap, tak semua pengembara
tersesat." "Jadi, sajak itu menggambarkan dirimu rupanya?" tanya Frodo "Aku tadi tidak
mengerti maksudnya. Tapi bagaimana kau tahu sajak itu ada di dalam surat
Gandalf, kalau kau belum pernah melihatnya?"
"Aku tidak tahu," jawabnya. "Tetapi aku Aragorn, dan sajak itu mendampingi
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 179 namaku." Ia menarik pedangnya, dan mereka melihat memang pedang itu pecah
satu kaki di bawah pangkalnya. "Tidak banyak berguna, bukan, Sam?" kata Strider.
"Tapi sebentar lagi pedang ini akan ditempa kembali."
Sam membisu. "Nah," kata Strider, "dengan seizin Sam, kita anggap urusan ini selesai. Strider
akan menjadi pemandu kalian. Kita akan menghadapi perjalanan berat besok.
Meski kita berhasil meninggalkan Bree tanpa halangan, sekarang kita tak bisa
berharap pergi tanpa diketahui. Tapi aku akan berusaha sesegera mungkin
menghilangkan jejak. Aku tahu satu-dua jalan keluar dari Bree-land, selain jalan
utama. Begitu kita bisa melepaskan diri dari pengejaran, aku akan pergi ke
Weathertop." "Weathertop?" kata Sam. "Apa itu?"
"Sebuah bukit di sebelah utara Jalan Timur, sekitar separuh perjalanan dari
sini ke Rivendell. Dan sana pemandangannya luas ke sekitar; di sana kita bisa
melihat sekeliling kita. Gandalf akan pergi ke tempat itu kalau dia menyusul
kita. Setelah Weathertop, perjalanan akan semakin sulit, dan kita harus memilih antara
beberapa macam bahaya."
"Kapan terakhir kau bertemu Gandalf?" tanya Frodo. "Apa kau tahu di mana
dia, atau apa yang dilakukannya?"
Strider tampak muram. "Aku tidak tahu," katanya. "Aku pergi ke barat
dengannya musim semi lalu. Aku sering menjaga perbatasan Shire beberapa tahun
belakangan ini, saat Gandalf sibuk di tempat lain. Dia jarang membiarkannya
tidak terjaga. Kami terakhir bertemu pada hari pertama bulan Mei: di Sam Ford, dekat
Brandywine. Dia menceritakan padaku bahwa urusannya denganmu berjalan baik,
dan bahwa kau akan berangkat ke Rivendell pada minggu terakhir September.


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena aku tahu dia mendampingimu, aku pergi untuk urusanku sendiri. Dan
ternyata itu berakibat buruk; Gandalf rupanya mendapat suatu berita, dan aku
tidak ada di sana untuk membantunya.
"Aku merasa cemas, untuk pertama kali sejak aku kenal dengannya.
Seharusnya kita sudah menerima kabar, meski dia sendiri tak bisa datang.
Ketika aku kembali, beberapa hari yang lalu, aku mendengar kabar buruk itu.
Sudah tersiar luas bahwa Gandalf hilang, dan para Penunggang kuda sudah
berkeliaran. Bangsa Peri dari Gildor yang menceritakan ini padaku; kemudian
mereka menceritakan bahwa kau sudah meninggalkan rumahmu; tapi tak ada
berita tentang kepergianmu dari Buckland. Aku sudah mengawasi Jalan Timur
Halaman | 180 The Lord of The Rings dengan cemas." "Menurutmu, apakah para Penunggang Hitam itu ada hubungannya dengan
ini - dengan hilangnya Gandalf, maksudku?" tanya Frodo.
"Menurutku tidak ada hal lain yang bisa menghambat dia, kecuali Musuh
sendiri," kata Strider. "Tapi jangan putus harapan! Gandalf lebih hebat daripada
yang kalian kira-biasanya kalian hanya melihat kelakar dan permainannya. Tapi
urusan kita ini akan menjadi tugasnya yang paling besar."
Pippin menguap. "Maaf," katanya, "tapi aku lelah sekali. Meski banyak bahaya
dan kekhawatiran, aku harus tidur, kalau tidak aku akan tertidur sambil duduk di
sini. Ke mana kawan sinting kita, Merry" Benar-benar keterlaluan kalau kita
masih harus keluar dalam gelap untuk mencarinya."
Saat itu mereka mendengar bunyi pintu dibanting, lalu langkah kaki berlari
melewati selasar. Merry masuk secepat kilat, diikuti Nob. Ia menutup pintu
tergesagesa, dan bersandar di sana. Napasnya terengah-engah. Sejenak mereka
memandangnya dengan kaget, lalu ia berkata terengah-engah, "Aku melihat
mereka, Frodo! Aku melihat mereka! Para Penunggang Hitam!"
"Para Penunggang Hitam!" seru Frodo. "Di mana?"
"Di sini. Di desa. Aku tidak ke mana-mana selama satu jam. Lalu, karena
kalian tidak kembali, aku keluar untuk berjalan-jalan. Sepulangnya berjalan-
jalan, aku berdiri di luar cahaya lampu, sambil memandang bintangbintang. Mendadak
aku menggigil, dan merasa sesuatu yang menyeramkan merangkak mendekatiku:
ada semacam bayangan yang lebih gelap di antara bayang-bayang di seberang
jalan persis di luar batas cahaya lampu. Penunggang itu segera menyelinap
kembali ke dalam gelap, tanpa suara. Tidak ada kuda."
"Ke mana dia pergi?" tanya-Strider dengan tiba-tiba dan tajam.
Merry kaget, baru menyadari kehadiran orang asing itu. "Lanjutkan!" kata
Frodo. "Ini teman Gandalf. Aku akan menjelaskan nanti."
"Tampaknya dia pergi ke Jalan Timur, ke arah timur," lanjut Merry. "Aku
berusaha mengikutinya. Tapi dia langsung lenyap; aku membelok di tikungan, dan
berjalan sampai sejauh rumah terakhir di Jalan Timur."
Strider menatap Merry keheranan. "Kau sangat berani," katanya, "tapi itu
bodoh sekali." "Aku tidak tahu," kata Merry. "Bukan berani maupun bodoh, kukira. Aku tak
bisa menahan diri. Aku seolah ditarik. Pokoknya, aku pergi, dan tiba-tiba aku
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 181 mendengar suara-suara dekat pagar. Satu menggerutu, satunya lagi berbisik atau
mendesis. Aku tak bisa mendengar satu kata pun yang diucapkan. Aku tidak
merangkak lebih dekat, karena seluruh tubuhku mulai gemetaran. Lalu aku merasa
ngeri, dan berbalik, dan baru saja akan lari pulang, ketika sesuatu datang dari
belakang dan aku... aku terjatuh."
"Aku menemukannya, Sir," tambah Nob. "Mr. Butterbur menyuruhku pergi
sambil membawa lentera. Aku pergi ke Gerbang, Barat, lalu kembali ke arah
Gerbang Selatan. Persis dekat rumah Bill Ferny, rasanya aku melihat sesuatu di
Jalan Timur. Aku tak bisa memastikannya, tapi kelihatannya ada dua laki-laki
sedang membungkuk di atas sesuatu, dan mengangkatnya. Aku berteriak, tapi
ketika aku sampai di tempat itu, mereka sudah tak terlihat, dan hanya ada Mr.
Brandybuck tengkurap di pinggir jalan. Dia seperti sedang tidur. 'Aku mengira
aku jatuh ke dalam air dalam,' katanya padaku, ketika aku menggoyang-goyangkannya.
Sikapnya aneh sekali, dan begitu aku membangunkannya, dia bangkit dan lari
kembali ke sini seperti kelinci."
"Itu benar," kata Merry, "meski aku tidak tahu apa yang kukatakan tadi. Aku
bermimpi jelek sekali, dan tak bisa kuingat lagi. Aku hancur berantakan. Aku
tidak tahu apa yang terjadi denganku."
"Aku tahu," kata Strider. "Napas Hitam. Para Penunggang itu pasti
meninggalkan kuda mereka di luar, dan masuk diam-diam melalui Gerbang
Selatan. Mereka semua sekarang sudah tahu beritanya, karena mereka
mengunjungi Bill Ferny; dan mungkin pendatang dari Selatan itu juga matamata.
Mungkin akan terjadi sesuatu malam ini, sebelum kita meninggalkan Bree."
"Apa yang akan terjadi?" kata Merry. "Apa mereka akan menyerang
penginapan ini?" "Tidak, kurasa tidak," kata Strider. "Mereka belum semuanya terkumpul di sini.
Dan bagaimanapun, itu bukan cara mereka. Dalam kegelapan dan kesepian,
mereka paling kuat; mereka tidak akan secara terbuka menyerang rumah di mana
ada lampu dan banyak orang - kecuali mereka sudah nekat, dan mereka juga tidak
akan menyerang selama jarak bermil-mil ke Eriador masih terbentang di depan
kita. Tapi mereka bisa menebar teror, dan beberapa orang di Bree sudah berada
dalam cengkeraman mereka. Mereka akan mendorong orang-orang malang itu
untuk melakukan kejahatan: Ferny, dan beberapa orang asing, dan mungkin
penjaga gerbang juga. Mereka berbicara dengan Harry di Gerbang Barat kemarin.
Aku memperhatikan mereka. Harry pucat pasi dan gemetaran setelah mereka
pergi." Halaman | 182 The Lord of The Rings "Rupanya banyak musuh di sekitar kita," kata Frodo. "Apa yang harus kita
lakukan?" "Tetaplah di sini, dan jangan masuk ke kamar-kamar kalian' Mereka pasti
sudah tahu yang mana kamar kalian. Kamar-kamar hobbit mempunyai jendela
menghadap ke utara, dan dekat ke tanah. Kita semua akan berkumpul bersama,
memalangi pintu dan jendela. Tapi Nob dan aku akan mengambil barang-barang
kalian dulu." Sementara Strider pergi, Frodo menceritakan dengan cepat pada Merry
semua yang sudah terjadi setelah makan malam. Merry masih membaca dan
merenungi surat Gandalf ketika Strider dan Nob kembali.
"Nah, Tuan-Tuan," kata Nob, "aku sudah memberantakkan sepraiseprai dan
memasang guling di tengah setiap tempat tidur. Dan aku membuat tiruan bagus
kepala Anda dengan keset wol cokelat, Mr. Bag... Underhill, Sir," tambahnya
sambil nyengir. Pippin tertawa. "Bagus sekali!" katanya. "Tapi apa yang akan terjadi kalau
mereka sudah membuka kedok penyamaran itu?"
"Kita lihat saja nanti," kata Strider.
mempertahankan kubu ini sampai besok pagi."
"Moga-moga saja kita bisa "Selamat malam semuanya," kata Nob, lalu pergi untuk turut berjaga
mengawasi pintu-pintu. Mereka menumpuk ransel-ransel dan perlengkapan di lantai ruang duduk.
Sebuah kursi diletakkan di belakang pintu, dan jendela ditutup. Ketika Pippin
mengintip keluar, ia melihat malam masih sangat terang. Rasi bintang Beruang
Besar masih mengayun cerah di atas pundak bukit Bree. Lalu Pippin menutup dan
memalang kerai-kerai jendela sebelah dalam yang berat, dan menutup tirai-
tirainya. Strider membesarkan api dan meniup mati semua lilin.
Para hobbit berbaring di selimut mereka, dengan kaki menghadap perapian,
tapi Strider duduk di kursi di belakang pintu. Mereka berbicara sebentar, karena
Merry masih punya beberapa pertanyaan.
"Sapi loncat lewat Bulan!" Merry terkikik sambil menggulung diri ke dalam
selimut. "Konyol sekali kau, Frodo! Sayang aku tadi tidak ada di sana. Orang-
orang Bree pasti akan membahas kekonyolanmu sampai seratus tahun dari sekarang."
"Kuharap begitu," kata Strider. Lalu mereka semua terdiam, dan satu demi
satu para hobbit tertidur.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 183 Pisau Dalam Gelap Saat mereka bersiap-siap tidur di penginapan di Bree, kegelapan
menggantung di atas Buckland; kabut mengalir di lembah dan sepanjang tepi
sungai. Rumah di Crickhollow sepi sekali. Fatty Bolger membuka pintu dengan
hatihati dan mengintip ke luar. Suatu perasaan takut muncul dalam dirinya dan
tumbuh terus sepanjang hari, hingga ia tak bisa beristirahat atau tidur: ada ancaman
yang menggantung dalam udara malam tak berangin itu. Ketika ia memandang ke luar,
ke dalam kegelapan, sebuah bayangan hitam bergerak di bawah pepohonan;
gerbang terbuka sendiri dan tertutup lagi tanpa suara. Rasa ngeri mencekam
Fatty. Ia mundur, dan sejenak berdiri gemetaran di lorong. Lalu ia menutup pintu dan
menguncinya. Malam semakin larut. Terdengar pelan bunyi kuda digiring diam-diam
sepanjang jalan. Di luar gerbang mereka berhenti, dan tiga sosok masuk, seperti
bayangan malam merangkak di tanah. Satu pergi ke pintu, dua lainnya menyebar
ke masing-masing sudut rumah; di sana mereka berdiri diam seperti bayangan
batu, sementara malam semakin larut. Rumah dan pepohonan seakan-akan
menunggu tanpa bernapas. Ada gerakan samar-samar di antara dedaunan, dan seekor ayam jantan
berkokok di kejauhan. Jam-jam dingin sebelum fajar sedang berlalu. Sosok dekat
pintu bergerak. Dalam kegelapan tanpa bulan atau bintang, sebuah pedang
terhunus berkilauan, seolah sebuah cahaya dingin telah dihunus. Ada gedoran
lembut tapi berat, dan pintu bergetar.
"Buka, atas nama Mordor!" kata sebuah suara tajam dan menancam.
Pada pukulan kedua, pintu itu roboh dan ambruk ke dalam, papanpapannya
hancur dan kuncinya patah. Sosok-sosok hitam masuk dengan cepat.
Pada saat itu, di antara pohon-pohon di dekat situ, sebuah terompet berbunyi
nyaring, mengoyak malam bagai api di puncak bukit.
BANGUN! AWAS! API! MUSUH! BANGUN!
Fatty Bolger tidak berdiam diri. Begitu melihat sosok-sosok gelap merangkak
di kebun, ia tahu ia harus lari pergi dari sana, kalau tidak ia akan mati. Dan
ia berlari keluar dari pintu belakang, melintasi kebun dan melewati padang-padang.
Ketika sampai di rumah terdekat, lebih dari satu mil jauhnya, ia roboh di ambang
pintunya. "Tidak, tidak, tidak!" ia berteriak. "Jangan, jangan aku! Aku tidak
Halaman | 184 The Lord of The Rings menyimpannya,!" Setelah beberapa saat, baru orang-orang memahami apa yang
dibicarakannya. Akhirnya mereka mengerti bahwa ada musuh di Buckland,
serangan aneh dari Old Forest. Lalu mereka tidak membuang-buang waktu lagi.
AWAS! API! MUSUH! Kaum Brandybuck meniup Terompet Isyarat dari Buckland, yang sudah
seratus tahun tak pernah dibunyikan, tidak sejak serigala-serigala putih datang
di Musim Dingin Naas, ketika Sungai Brandywine membeku.
BANGUN! BANGUN! Dari jauh terdengar bunyi terompet balasan. Tanda peringatan itu menyebar
cepat. Sosok-sosok hitam tersebut lari dari rumah. Salah satu menjatuhkan jubah
hobbit di atas tangga, saat ia berlari. Di jalan terdengar bunyi derap kaki
kuda, semakin kencang, memukul-mukul lalu menghilang di kejauhan. Di seluruh
Crickhollow terompet berbunyi, suara-suara berteriak dan kaki-kaki berlari. Tapi
para Penunggang Hitam melaju bagai angin kencang ke Gerbang Utara. Biarkan
orang-orang kecil itu meniup terompet! Sauron akan membereskan mereka nanti.
Sementara itu, mereka punya tugas lain: sekarang mereka sudah tahu rumah it"
kosong dan Cincin sudah pergi. Mereka melaju melewati penjaga-penjaga di
gerbang dan menghilang dari Shire.
Di awal malam, Frodo mendadak terbangun dari tidur lelap, seolah terganggu
oleh suatu bunyi atau kehadiran. Ia melihat Strider masih duduk waspada di
kursinya: matanya mengilat dalam cahaya api yang sudah dibesarkan dan menyala
terang; tapi ia tidak memberi isyarat ataupun bergerak.
Frodo segera tertidur lagi; tapi mimpinya kembali terganggu oleh bunyi angin
dan derap kaki kuda. Angin seolah berpusar di sekitar rumah dan
mengguncangnya; dan di kejauhan ia mendengar terompet ditiup dengan kalut. Ia
membuka mata dan mendengar seekor ayam jantan berkokok nyaring di halaman
penginapan. Strider sudah menyingkap tirai-tirai dan membuka kerai-kerai dengan
bunyi berdentang. Cahaya pagi yang kelabu memasuki ruangan itu, dan udara
dingin merayap melalui jendela yang terbuka.
Setelah membangunkan mereka semua, Strider memimpin mereka ke kamar
tidur. Ketika melihatnya, mereka lega sudah mengikuti nasihat Strider:
jendelajendela tampak dibuka paksa dan bergelayut lepas, tirai-tirai
berkibarkibar; ranjangranjang berantakan, guling-guling tersayat dan dilempar ke
lantai; keset cokelat sudah terkoyak-koyak hancur berantakan.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 185 Strider langsung pergi menjemput pemilik penginapan. Mr. Butterbur yang
malang kelihatan mengantuk dan takut. Ia hampir tidak memejamkan mata
sepanjang malam (begitu katanya), tapi ia sama sekali tidak mendengar bunyi apa
pun. "Belum pernah hal seperti ini terjadi padaku!" teriaknya sambil mengangkat
tangannya penuh kengerian. "Tamu-tamu tak bisa tidur di ranjang mereka sendiri,
guling-guling bagus hancur, dan sebagainya! Apa yang sedang terjadi pada dunia
kita ini?" "Masa-masa gelap," kata Strider. "Tapi untuk sementara kau masih bisa hidup
tenang, kalau kami sudah pergi. Kami akan segera berangkat. Jangan repot-repot
menyiapkan sarapan: minum dan satu kunyahan sambil berdiri sudah cukup. Kami
akan siap dalam beberapa menit."
Mr. Butterbur bergegas pergi untuk memastikan kuda-kuda mereka sudah
disiapkan, dan untuk mengambilkan sekadar makanan. Tapi segera ia kembali
dengan kaget. Kuda-kuda sudah hilang! Pintu kandang semuanya terbuka di
malam hari, dan kuda-kuda lenyap; bukan hanya kuda-kuda Merry, tapi semua
kuda dan hewan di tempat itu.
Semangat Frodo runtuh mendengar kabar tersebut. Bagaimana mereka bisa
sampai ke Rivendell dengan berjalan kaki, dikejar musuh berkuda" Sama saja
seperti hendak pergi ke Bulan. Strider duduk diam sejenak, memandang para
hobbit, seolah menimbang kekuatan dan keberanian mereka.
"Kuda-kuda tidak akan membantu kita melarikan diri dari pengejar
berkuda," akhirnya ia berkata, sambil merenung, seakan-akan bisa menerka
apa yang dipikirkan Frodo. "Tidak banyak bedanya kalaupun kita berjalan kaki,
apalagi di jalan yang rencananya akan kuambil. Memang aku juga berniat jalan
kaki. Yang mengganggu pikiranku adalah makanan dan persediaannya. Kita tak
bisa berharap menemukan sesuatu untuk dimakan antara sini dan Rivendell,
kecuali apa-apa yang kita bawa; dan kita barns membawa banyak persediaan;
karena mungkin saja kita tertahan, atau terpaksa berjalan memutar, jauh dari
jalan yang langsung. Berapa banyak yang siap kalian angkut di punggung kalian?"
"Sebanyak yang diperlukan," kata Pippin dengan semangat menurun, tapi
berusaha menunjukkan bahwa ia lebih tegar daripada kelihatannya (atau daripada
yang dirasakannya). "Aku bisa mengangkut cukup untuk dua orang," kata Sam dengan gagah.
Halaman | 186 The Lord of The Rings

Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak adakah yang bisa dilakukan, Mr. Butterbur?" tanya Frodo. "Bisakah kita
mendapatkan beberapa kuda di desa, atau seekor saja untuk mengangkut
barangbarang" Mungkin kita tak bisa menyewanya, tapi barangkali kita bisa
membelinya," tambahnya, ragu, sambil bertanya-tanya dalam hati, apakah ia mampu
mengeluarkan biaya itu. "Aku ragu," kata pemilik penginapan itu dengan sedih. "Dua-tiga kuda yang
ada di Bree juga berkandang di halamanku, dan mereka juga lenyap. Sedangkan
hewan-hewan lain, kuda atau kuda kecil untuk muatan dan sebagainya, hanya
sedikit di Bree, dan mereka tidak dijual. Tapi aku akan berusaha sebisaku. Aku
akan menyuruh Bob berkeliling segera."
"Ya," kata Strider enggan, "sebaiknya begitu. Setidaknya satu kuda harus kita
coba cari. Tapi harapan untuk berangkat pagi-pagi lenyap sudah, apalagi
berangkat diam-diam! Sama saja kita meniup terompet mengumumkan
keberangkatan kita. Pasti itu bagian dari rencana mereka."
"Ada satu segi positifnya; kata Merry, "dan ini cukup menguntungkan,
kuharap: kita bisa sarapan sambil menunggu-dan duduk menikmatinya. Mari kita
panggil Nob!" Keberangkatan mereka tertunda lebih dari tiga jam. Bob kembali dengan
laporan tidak ada kuda atau kuda kecil yang bisa didapat di lingkungan itu, biar
dengan uang sekalipun - kecuali satu: Bill Ferny punya satu yang mungkin mau ia
jual. "Makhluk malang yang sudah setengah mati kelaparan," kata Bob, "tapi dia
tidak mau menjualnya kalau tidak tiga kali lipat harganya, karena dia tahu kau
sangat membutuhkannya; kalau tidak begitu, bukan Bill Ferny namanya."
"Bill Ferny?" tanya Frodo. "Apakah ini bukan tipuan" Jangan-jangan hewan itu
lari pulang kepadanya dengan semua barang kita, atau membantu melacak jejak
kita, atau semacamnya?"
"Mungkin juga," kata Strider. "Tapi aku tak bisa membayangkan hewan mana
pun lari pulangkepadanya, setelah lepas darinya. Kuduga ini hanya akal busuk
Master Ferny: dia ingin memanfaatkan situasi kita. Bahaya utama adalah bahwa
hewan itu mungkin sudah sekarat. Tapi tampaknya tak ada pilihan lain. Berapa dia
minta?" Harga yang dipasang Bill Ferny dua belas penny perak; dan memang itu
sedikitnya tiga kali lipat harga kuda di wilayah itu. Ternyata kuda itu kurus
kering, kurang makan, dan tidak bersemangat, tapi tampaknya belum sekarat. Mr.
Butterbur sendiri yang membayarnya, dan menawarkan kepada Merry tambahan
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 187 delapan belas penny untuk ganti rugi kuda-kuda yang hilang. Ia orang jujur, dan
cukup berada menurut ukuran Bree; tapi tiga puluh penny merupakan pukulan
berat untuknya, dan disiasati Bill Ferny membuatnya terasa semakin berat.
Tapi kelak ternyata ia beruntung juga. Belakangan ketahuan bahwa hanya
satu kuda yang benar-benar dicuri. Yang lainnya diusir, atau lari ketakutan, dan
ditemukan berkeliaran di berbagai bagian Bree yang berlainan. Kuda-kuda Merry
sudah lari jauh, dan akhirnya (karena memakai akal sehat) mereka pergi ke Downs,
mencari Fatty Lumpkin. Maka mereka dipelihara untuk sementara oleh Tom
Bombadil, dan bisa hidup senang. Tapi ketika kabar tentang kejadian di Bree
terdengar oleh Tom, ia mengirimkan mereka ke Mr. Butterbur, yang dengan
demikian mendapat lima hewan bagus dengan harga sangat lumayan. Kuda-kuda
itu memang harus bekerja lebih keras di Bree, tapi Bob memperlakukan. mereka
dengan baik; jadi, secara keseluruhan mereka beruntung: mereka lepas dari
perjalanan gelap dan berbahaya. Tapi mereka tidak pernah sampai ke Rivendell.
Namun, sementara itu, Mr. Butterbur hanya tahu ia kehilangan uang
selamanya. Dan ada kesulitan lain. Keadaan langsung hiruk-pikuk begitu tamutamu
lain bangun dan mendengar kabar penyerangan ke Penginapan tersebut.
Pelancong-pelancong dari selatan kehilangan beberapa kuda dan dengan nyaring
menyalahkan si pemilik penginapan, Sampai ketahuan bahwa salah satu di antara
mereka juga hilang malam itu, tak lain tak bukan pendamping Bill Ferny yang
juling. Kecurigaan langsung tertuju padanya.
"Kalau kalian bergaul dengan maling kuda, dan membawanya ke rumahku,"
kata Butterbur marah, "kalian harus bayar sendiri segala kerugian, bukannya
datang meneriaki aku! Pergi sana, tanyakan pada Bill Ferny, ke mana kawan kalian
yang ganteng itu!" Tapi ternyata orang itu bukan kawan siapa pun, dan tidak ada
yang ingat kapan ia bergabung dengan rombongan mereka.
Setelah sarapan, para hobbit harus mengepak ulang barang-barang mereka,
dan mengumpulkan persediaan tambahan untuk perjalanan yang sekarang akan
lebih panjang. Sudah mendekati jam sepuluh ketika akhirnya mereka berangkat.
Saat itu seluruh Bree sudah berdengung penuh gairah. Pertunjukan lenyapnya
Frodo; kedatangan para Penunggang Hitam; perampokan kandang kuda; dan yang
juga menarik adalah berita bahwa Strider sang Penjaga Hutan bergabung dengan
hobbit-hobbit misterius itusemua itu menjadi suatu kisah yang melegenda selama
bertahun-tahun kemudian. Kebanyakan penduduk Bree dan Staddle, dan bahkan
banyak dari Combe dan Archet, berkerumun di jalan untuk melihat keberangkatan
para pengembara tersebut. Tamu-tamu lain di penginapan bergerombol di pintu
Halaman | 188 The Lord of The Rings atau bergelantungan dari jendela-jendela.
Strider berubah pikiran, dan memutuskan meninggalkan Bree melalui jalan
utama. Setiap usaha berjalan langsung melintasi pedalaman justru akan
memperparah keadaan: separuh penduduk akan mengikuti mereka, untuk melihat
rencana mereka, dan mencegah mereka masuk ke tanah milik pribadi.
Mereka pamit pada Nob dan Bob, dan kepada Mr. Butterbur dengan banyak
terima kasih. "Kuharap kita bertemu lagi suatu hari nanti, kalau keadaan sudah
gembira lagi," kata Frodo. "Aku ingin sekali tinggal di rumahmu dengan tenteram
untuk beberapa waktu."
Mereka melaju pergi, cemas dan patah hati, di bawah tatapan kerumunan
orang. Tidak semua wajah tampak ramah, juga kata-kata yang diteriakkan.. Tapi
Strider kelihatannya dihormati kebanyakan orang Bree, dan mereka yang
ditatapnya menutup mulut dan mundur. Strider berjalan di depan dengan Frodo;
berikutnya Merry dan Pippin; dan terakhir Sam menuntun kuda, yang mengangkut
bawaan sebanyak yang tega mereka bebankan padanya; tapi kuda itu sudah tidak
kelihatan terlalu sedih lagi, seolah ia setuju dengan perubahan nasibnya. Sam
menggigit sebutir apel sambil merenung. Ia membawa apel satu saku penuh:
hadiah perpisahan dari Nob dan Bob. "Apel untuk berjalan, dan pipa untuk duduk,"
katanya. "Tapi kuduga tak lama lagi aku akan kehilangan keduanva."
Hobbit-hobbit itu tidak menghiraukan kepala-kepala yang ingin tahu, yang
mengintip dari balik pintu atau menjulur di atas tembok atau pagar ketika mereka
lewat. Tapi, ketika mereka semakin dekat ke gerbang terjauh, Frodo melihat
sebuah rumah gelap dan tidak terawat di balik sebuah pagar tebal: rumah terakhir
di desa. Di dalam salah satu jendela ia menangkap sekilas wajah pucat dengan
mata juling yang lick tapi wajah itu segera menghilang.
"Jadi, di situlah orang selatan bersembunyi!" pikirnya. "Dia mirip sekali dengan
goblin." Dari atas pagar, seorang pria menatap dengan berani. Ia mempunyai alis tebal
dan mata mencemooh berwarna gelap; mulutnya yang lebar terkulum mengejek. Ia
mengisap pipa hitam pendek. Ketika mereka mendekat, ia mengeluarkan pipa itu
dari mulutnya dan meludah.
"Pagi, Longshanks!" katanya. "Berangkat pagi" Dapat teman akhirnya?"
Strider mengangguk, tapi tidak menjawab.
"Pagi, kawan-kawan kecil!" ia berkata pada yang lain. "Kuduga kalian tahu
siapa yang mendampingi kalian" Dia itu Stick-at-naught Strider! Meski aku pernah
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 189 mendengar nama lain yang tidak begitu bagus. Waspadalah nanti malam! Dan kau,
Sammie, jangan memperlakukan kudaku yang malang dengan kasar! Pah!" ia
meludah lagi. Sam menoleh cepat. "Dan kau, Ferny," katanya, "simpanlah wajah jelekmu itu,
atau kau akan tahu rasa." Dengan jentikan mendadak, cepat bagai kilat, sebutir
apel melayang dari tangan Sam dan tepat mengenai hidung Bill. Bill terlambat
menunduk, dan terdengar makian dari balik pagar. "Sayang apel bagus
disiasiakan," kata Sam menyesal, dan berjalan terus.
Akhirnya desa sudah tertinggal di belakang mereka. Anak-anak dan orangorang lain
yang mengikuti mereka akhirnya jemu, dan pulang kembali sesampainya
di Gerbang Selatan. Rombongan hobbit melewati gerbang, dan menyusuri Jalan
sepanjang beberapa mil. Jalan itu menikung ke kiri, melingkar kembali ke
garisnya yang menuju timur, sambil memutari kaki Bree-hill, lalu menurun tajam ke dalam
wilayah berhutan. Di sebelah kiri, mereka bisa melihat beberapa rumah dan lubang
hobbit di Staddle, di lereng tenggara bukit yang landai; di dasar lembah yang
dalam di sebelah utara Jalan ada untaian asap membubung yang menunjukkan letak
Combe; Archet tersembunyi di dalam pepohonan di luar sana.
Setelah Jalan menurun untuk beberapa lama, dan Bree-hill sudah tertinggal di
belakang, tinggi dan cokelat, mereka sampai ke suatu jalan sempit yang mengarah
ke Utara. "Di sini kita meninggalkan jalan terbuka dan melalui jalan
tersembunyi," kata Strider. "Bukan 'jalan pintas', kuharap," kata Pippin. "Jalan pintas kan-ii yang
terakhir, yang melintasi hutan, hampir saja berakhir dengan bencana."
"Ah, tapi waktu itu aku tidak bersama kalian," tawa Strider. "Jalan pintasku,
pendek ataupun panjang, tidak akan keliru." ia menengok ke semua sisi sepanjang
jalan. Tidak ada makhluk lain kelihatan, dan dengan cepat ia memimpin jalan
menuju lembah berhutan. Rencana Strider, sejauh yang mereka pahami, adalah pergi ke Archet dulu,
tapi mengambil jalan ke arah kanan dan melewatinya dari sebelah timur, lalu
mengarah selurus mungkin melewati belantara ke Bukit Weathertop. Dengan cara
itu, kalau semua berjalan lancar, mereka akan memotong lengkungan besar Jalan,
yang setelah itu menikung ke selatan untuk menghindari Rawa-Rawa Midgewater.
Tapi, tentu saja, mereka harus melintasi rawa-rawa itu sendiri, dan uraian
Strider tentang rawa-rawa tersebut tidak menggembirakan.
Sementara itu, berjalan kaki bukannya tidak nyaman. Bahkan, seandainya
Halaman | 190 The Lord of The Rings tidak ada peristiwa-peristiwa menggegerkan pada malam sebelumnya, mereka
pasti akan menikmati bagian perjalanan ini, lebih daripada yang
sebelumsebelumnya. Matahari bersinar, cerah tapi tidak terlalu panas. Hutan di
lembah masih penuh dedaunan dan berwarna-warni, kelihatan tenteram dan segar. Strider
menuntun mereka dengan yakin melewati banyak persimpangan, yang pasti akan
membuat mereka tersesat, seandainya mereka pergi sendiri. Strider mengambil
jalan berkelok-kelok dengan banyak putaran, dan kembali ke arah semula, demi
menyesatkan para pengejar.
"Pasti Bill Ferny memperhatikan di mana kita meninggalkan Jalan," katanya,
"meski kuduga bukan dia sendiri yang menguntit kita. Dia cukup kenal pedalaman
sekitar sini, tapi dia tahu dia bukan tandinganku di dalam hutan. Yang
kukhawatirkan adalah apa yang akan diceritakannya pada yang lain. Kuduga
mereka berada tidak begitu jauh dari sini. Lebih baik kalau mereka mengira kita
pergi ke Archet." Entah karena keahlian Strider, atau karena alasan lain, mereka tidak melihat
tanda-tanda ataupun mendengar bunyi makhluk hidup lain se panjang hari itu: baik
yang berkaki dua, kecuali burung, ataupun yang berkaki empat, kecuali seekor
rubah dan beberapa ekor bajing. Hari berikutnya mereka mulai berjalan dengan
arah tetap ke timur; semuanva masih tetap tenang dan damai. Pada hari ketiga
keluar dan Bree, mereka meninggalkan Chetwood. Tanah semakin menurun
selama itu, sejak mereka menyimpang dari Jalan, dan sekarang mereka masuk ke
suatu dataran luas yang jauh lebih sulit dilewati. Mereka sudah jauh sekali di
luar perbatasan Bree, di alam liar tanpa jalan jelas, dan sedang mendekati Rawa-Rawa
Midgewater. Sekarang tanah menjadi lembap, di beberapa tempat berair, dan di sana-sini
mereka menjumpai genangan air, hamparan luas alang-alang, dan rumput yang
dipenuhi celoteh burung-burung tersembunyi. Mereka harus memilih jalan dengan
hati-hati, agar kaki tetap kering dan agar tetap pada arah yang mereka tuju.
Mulanya kemajuan mereka cukup bagus, tapi semakin jauh jalan mereka semakin
lambat dan berbahaya. Rawa-rawa itu membingungkan dan berbahaya, bahkan
para Penjaga Hutan pun sulit menemukan jalan pasti di antara tanah lembut basah
yang selalu berpindahpindah. Lalat-lalat mulai menyiksa, dan udara penuh
kawanan serangga kecil yang merangkak ke bawah lengan baju dan celana, serta
ke dalam rambut mereka. "Aku dimakan hidup-hidup!" teriak Pippin. "Midgewater! Lebih banyak
serangganya daripada airnya!"
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 191 "Mereka hidup dari apa kalau tidak bisa mendapat hobbit?" tanya Sam sambil
menggaruk lehernya. Mereka menghabiskan hari yang sengsara di pedalaman sepi dan tidak
nyaman itu. Tempat mereka berkemah lembap, dingin, dan tidak nyaman;
serangga-serangga yang terus menggigiti membuat mereka tak bisa tidur. Juga
banyak makhluk mengerikan berkeliaran di antara alang-alang dan rumput tebal;
rupanya mereka saudara-saudara yang jahat dari jangkrik, kalau menilai bunyinya.
Jumlah mereka ribuan, dan mereka berdecit terus, niik-briik, briik-niik, tanpa
henti sepanjang malam, sampai hobbit-hobbit hampir kalut.
Hari berikutnya, hari keempat, agak lebih baik, tapi malamnya tetap tidak
nyaman. Meski Neekerbreeker (sebutan Sam untuk mereka) sudah ditinggal di
belakang, serangga-serangga kecil masih mengejar mereka.
Saat Frodo berbaring, letih tapi tak bisa memejamkan mata, tampak seberkas
cahaya di langit timur di kejauhan: cahaya yang menyala dan menghilang
berkalikali. Bukan cahaya fajar, karena fajar baru datang beberapa jam lagi.
"Cahaya apa itu?" katanya pada Strider, yang bangkit dan sedang berdiri
memandang ke dalam kegelapan malam.
"Aku tidak tahu," jawab Strider. "Terlalu jauh untuk dilihat. Seperti kilat yang
meloncat dari puncak-puncak bukit."
Frodo berbaring lagi, tapi untuk waktu lama ia masih bisa melihat kilatan
cahaya putih itu, dan di depan cahaya itu sosok Strider yang tinggi gelap,
berdiri diam dan waspada. Akhirnya Frodo tertidur dengan gelisah.
Mereka belum berjalan jauh di hari kelima, saat mereka meninggalkan
genangan air yang bertebaran di mana-mana dan rumpun-rumpun ilalang terakhir
di rawa-rawa di belakang. Tanah di depan mulai menanjak lagi dengan teratur.
Jauh di timur, mereka bisa melihat barisan bukit. Yang tertinggi di antaranya
berada di sebelah kanan barisan, agak terpisah dari yang lain. Puncaknya
berbentuk kerucut, agak datar pada ujungnya.
"Itu Weathertop," kata Strider. "Jalan Lama yang sudah kita tinggalkan jauh di
sebelah kanan kita, membentang ke selatannya dan lewat tidak jauh dari kakinya.
Mungkin kita bisa sampai di sana tengah hari besok, kalau kita berjalan lurus ke
sana. Kusarankan kita melakukan itu."
"Apa maksudmu?" tanya Frodo.
"Maksudku, kalau kita sudah sampai di sana, kita tidak tahu apa yang akan
Halaman | 192 The Lord of The Rings kita temukan. Tempat itu dekat sekali ke Jalan."
"Tapi kan kita berharap bertemu Gandalf di sana?"
"Ya, tapi harapannya kecil sekali. Kalau toh dia pergi ke sini, mungkin dia
tidak lewat Bree, sehingga dia tidak tahu apa yang kita, lakukan. Dan bagaimanapun,
kecuali kalau kita beruntung datang hampir bersamaan waktu, bisa saja kita tidak
saling bertemu; tidak aman bagi dia atau kita untuk menunggu lama di sana. Kalau
para Penunggang gagal menemukan kita di belantara ini, kelihatannya sangat
mungkin mereka juga akan pergi ke Weathertop. Dari atas sana, pemandangannya
luas sekali ke semua arah. Bahkan banyak sekali burung dan hewan di pedalaman
yang bisa melihat kita saat kita berdiri di sini, dari atas puncak bukit. Tidak
semua burung bisa dipercaya, dan ada mata-mata lain yang jauh lebih jahat daripada
mereka." Para hobbit memandang cemas ke arah bukit-bukit di kejauhan. Sam


Sembilan Pembawa Cincin The Lord Of The Rings Buku Satu Karya J.r Tolkien di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memandang ke langit yang pucat, khawatir melihat elang atau rajawali melayang di
atas mereka, dengan mata tajam dan tidak bersahabat. "Kau benar-benar
membuatku merasa kesepian dan tidak nyaman, Strider!" kata Sam.
"Apa saranmu?" tanya Frodo.
"Kupikir," kata Strider perlahan, seolah tidak begitu yakin, "kurasa hal terbaik
yang bisa kita lakukan adalah sebisa mungkin berjalan lurus ke timur dari sini,
ke arah perbukitan di sana, jangan ke Weathertop. Di sana kita bisa menemukan jalan
yang kukenal, yang menyusuri kaki perbukitan; jalan itu akan membawa kita ke
Weathertop dari arah utara, dan tidak begitu kelihatan. Lalu kita bisa melihat
apa yang bisa kita lihat."
Sepanjang hari itu mereka berjalan lambat dan susah payah, sampai senja
yang dingin turun. Tanah semakin kering dan lebih gersang; tapi kabut dan uap
sudah mereka tinggalkan di rawa-rawa di belakang. Beberapa burung sedih
berbunyi nyaring dan meratap, sampai matahari merah bulat tenggelam perlahan
ke dalam bayang-bayang di sebelah barat; lalu keheningan kosong mengelilingi
mereka. Para hobbit teringat cahaya lembut matahari terbenam yang melirik
melalui jendela-jendela riang di Bag End nun jauh di sana.
Di penghujung hari itu, mereka sampai ke sebuah sungai yang mengembara
turun dari perbukitan, dan hilang di tengah genangan rawarawa. Mereka mendaki
tebingnya sementara hari masih terang. Sudah malam ketika mereka akhirnya
berhenti dan bersiap-siap berkemah di bawah beberapa pohon alder kerdil di
pinggir sungai. Di depan berdiri punggung perbukitan yang suram dan tidak
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 193 berpohon, berlatar belakang langit senja. Malam itu mereka bergantian berjaga,
dan Strider tampaknya sama sekali tidak tidur. Bulan bertambah besar, dan pada
jam-jam awal malam cahaya kelabu dingin menggantung di atas tanah.
Keesokan paginya mereka berangkat begitu matahari terbit. Udara dipenuhi
embun beku, dan langit berwarna biru- pucat jernih. Para hobbit merasa segar,
seolah sudah tidur semalaman tanpa terputus. Mereka sudah mulai terbiasa
berjalan jauh dengan makanan terbatas - setidaknya lebih terbatas daripada yang
biasa mereka makan di Shire yang, menurut mereka, tidak akan. cukup untuk
membuat mereka kuat berdiri. Pippin menyatakan Frodo tampak dua kali lebih
besar daripada biasanya. "Aneh sekali," kata Frodo sambil mengencangkan ikat pinggangnya,
"mengingat justru sekarang badanku menyusut. Kuharap proses penyusutan ini
tidak berlangsung terus-menerus, kalau tidak, bisa-bisa aku menjadi hantu!"
"Jangan membicarakan hal-hal semacam itu!" kata Strider cepat, dengan nada
serius yang agak mengherankan.
Bukit-bukit semakin dekat, membentuk punggung berombak, sering menjulang
sampai hampir seribu kaki, dan di sana-sini terjun lagi ke celah atau bukaan
rendah yang mengantar ke negeri timur di sebelah sana. Sepanjang puncak punggung
bukit, para hobbit bisa melihat pemandangan yang tampaknya seperti sisa-sisa
tembok yang dipenuhi tanaman hijau dan tanggul-tanggul, di celah-celahnya masih
berdiri puing-puing bangunan batu lama. Di malam hari, mereka sudah sampai di
kaki lereng sebelah barat, dan di sanalah mereka bermalam. Malam itu malam
kelima bulan Oktober, dan mereka sudah enam, hari keluar dari Bree.
Pagi harinya, untuk pertama kali sejak meninggalkan Chetwood, mereka
menemukan jejak jalan yang jelas terlihat. Mereka membelok ke kanan dan
menyusurinya ke arah selatan. Jalur itu menjalar dengan cerdik, mengambil garis
yang tampaknya dipilih agar sedapat mungkin tersembunyi dari pandangan, baik
dari atas bukit maupun dari dataran di barat. Jalur itu terjun ke dalam
lembahlembah kecil, memeluk tebing-tebing curam; di bagian yang melewati tanah
yang lebih datar dan terbuka, pada kedua sisinya ada barisan batu besar dan batu
pahat yang menutupi pelancong yang lewat, hampir seperti pagar.
"Aku ingin tahu, siapa yang membuat jalan ini, dan untuk apa," kata Merry,
saat mereka menyusuri salah satu jalur tersebut, yang bebatuannya sangat besar
dan rapat. "Aku tidak menyukainya: kelihatannya agak... yah, berbau barrow-
wight. Apakah ada barrow di Weathertop?"
Halaman | 194 The Lord of The Rings "Tidak. Tidak ada barrow di Weathertop, maupun di perbukitan ini;" jawab
Strider. "Manusia dari Barat tidak hidup di sini, meski di hari-hari akhir,
untuk beberapa saat mereka mempertahankan perbukitan terhadap kejahatan yang
datang dari Angmar. Jalan ini dibuat untuk kepentingan bentengbenteng di
sepanjang tembok. Tapi jauh sebelumnya, di masa-masa awal Kerajaan Utara,
mereka membangun menara pengawasan besar di Weathertop, Amon Sul
namanya. Menara itu sudah dibakar dan hancur, dan tidak ada yang tersisa
sekarang, kecuali sebuah lingkaran yang terjungkir, seperti mahkota kasar pada
kepala bukit tuanya. Namun dulu ia pernah menjulang tinggi dan indah. Konon
Elendil berdiri di sana, memperhatikan kedatangan Gil-galad dari Barat, di masa
Persekutuan Terakhir."
Para hobbit menatap Strider. Kelihatannya ia pakar dongeng-dongeng kuno,
selain piawai hidup di tanah liar. "Siapa Gil-galad?" tanya Merry; tapi Strider
tidak menjawab, tampaknya tenggelam dalam pikirannva sendiri. Tiba-tiba sebuah suara
rendah bergumam, Gil-galad Raja Peri Tentangnya para pemetik harpa bernyanyi sedih:
kerajaannya yang terakhir, indah merdeka antara
Pegunungan dan Samudra. Panjang pedangnya, tajam tombaknya, kemilau dari kejauhan, topi bajanya;
hamparan bintang di langit luas di perisai peraknya terpantul jelas.
Tapi lama sudah ia pergi, entah di mana ia tinggal kini; dalam kegelapan
bintangnya menghilang di tanah Mordor, negeri bayang-bayang.
Yang lain menoleh penuh keheranan, karena suara itu suara Sam.
"Jangan berhenti!" kata Merry.
"Hanya itu yang kutahu," kata Sam terbata-bata, wajahnya memerah. "Aku
belajar itu dari Mr. Bilbo, ketika aku masih kecil. Dia biasa menceritakan
dongengdongeng seperti itu, karena tahu aku suka sekali mendengarkan tentang
bangsa Peri. Mr. Bilbo yang mengajariku menulis. Dia sangat terpelajar, Mr. Bilbo yang
budiman. Dan dia suka menulis puisi. Dialah yang menulis syair itu tadi."
"Dia tidak mengarang-ngarang," kata Strider. "Syair itu bagian dari syair
tentang Kejatuhan Gil-galad, yang tertulis dalam bahasa kuno. Pasti Bilbo
menerjemahkannya. Aku tidak tahu itu."
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 195 "Masih banyak sekali lanjutannya," kata Sam, "semua tentang Mordor. Aku
tidak belajar bagian itu, aku menggigil kalau mendengar bagian itu. Aku tak
pernah mengira akan pergi ke sana sendiri!"
"Pergi ke Mordor!" teriak Pippin. "Kuharap tidak sampai terjadi!"
"Jangan sebut nama itu keras-keras!" kata Strider.
Sudah tengah hari ketika mereka hampir mencapai ujung selatan jalan itu. Di
depan mereka, dalam cahaya pucat jernih matahari Oktober, tampak sebuah tebing
hijau-kelabu, menjulur naik seperti jembatan ke lereng utara bukit. Mereka
memutuskan langsung mendaki ke puncaknya, sementara hari masih terang
benderang. Tak mungkin lagi menyembunyikan diri, dan mereka hanya bisa
berharap tidak ada musuh atau mata-mata yang melihat. Tak kelihatan ada yang
bergerak di perbukitan. Juga tidak tampak tanda-tanda kehadiran Gandalf di
sekitar situ. Di sisi barat Weathertop, mereka menemukan sebuah cekungan terlindung,
dengan lembah berbentuk mangkuk di dasarnya, dan pinggiran berumput. Di sana
mereka meninggalkan Sam dan Pippin dengan kuda dan muatannya, serta
ranselransel. Tiga yang lainnya berjalan terus. Setelah setengah jam mendaki
dengan susah payah, Strider mencapai mahkota bukit; Frodo dan Merry menyusul, lelah
dan terengah-engah. Lereng terakhir curam sekali dan berbatu-batu.
Di puncaknya, seperti sudah dikatakan Strider, mereka menemukan sebuah
lingkaran sisa bangunan batu kuno, sekarang remuk atau tertutup rumput panjang.
Tapi di tengahnya tersusun setumpukan batu. Warnanya kehitaman, seolah kena
api. Di sekitarnya tanah kering terbakar sampai ke akarnya, dan di dalam
lingkaran itu rumputnya hangus dan mengerut, seolah nyala api telah menyapu puncak bukit
itu; tapi tidak ada tanda-tanda makhluk hidup.
Berdiri di pinggir puing lingkaran itu, mereka melihat pemandangan luas di
bawah, kebanyakan tanah kosong tanpa ciri-ciri khusus, kecuali beberapa bercak
hutan jauh di selatan, dengan kilauan air di sana-sini di kejauhan. Di bawah
mereka, pada sisi selatan ini, Jalan Lama tergelar bagai sebuah pita, muncul
dari Barat dan melingkar-lingkar naik-turun, sampai menghilang di balik punggung
tanah gelap di sebelah timur. Tidak ada yang bergerak di atasnya. Mengikuti
garisnya ke arah timur, mereka melihat Pegunungan: kaki bukit yang lebih dekat
tampak cokelat dan suram; di belakangnya berdiri bentuk-bentuk tinggi kelabu,
dan di belakangnya lagi ada puncak-puncak tinggi putih berkilauan di antara
awanawan. Halaman | 196 The Lord of The Rings "Nah, di sinilah kita!" kata Merry. "Sangat muram dan tidak mengundang
tampaknya! Tidak ada air dan tidak ada naungan. Dan tidak ada tanda-tanda dari
Gandalf. Tapi aku tidak menyalahkannya kalau dia tidak menunggu-kalau dia
memang sudah ke sini."
"Aku jadi bertanya-tanya," kata Strider, menatap sekelilingnya sambil
merenung. "Meski dia sehari-dua hari di belakang kita di Bree, dia bisa datang
ke sini lebih dulu. Dia bisa menunggang kuda sangat cepat kalau perlu." Mendadak ia
berhenti dan memandang batu di atas tumpukan; lebih datar daripada yang lain,
dan lebih putih, seolah tidak terkena api. Ia memungutnya dan mengamatinya,
membalikkan batu itu di tangannya. "Batu ini belum lama dipegang,' katanya.
"Bagaimana dengan tanda-tanda ini?"
Pada permukaan bawah yang datar, Frodo melihat beberapa goresan: I?"III.
"Kelihatannya ada garis tegak, titik, lalu tiga garis tegak lagi," kata Frodo.
"Garis tegak di sebelah kiri mungkin lambang G dengan cabang tipis" kata
Strider. "Mungkin itu tanda yang ditinggalkan Gandalf, meski kita tak bisa
yakin. Goresannya halus, dan memang kelihatan masih baru. Tapi tandatanda itu bisa
juga punya arti yang lain sama sekali, dan tidak berhubungan dengan kita. Para
Penjaga Hutan juga menggunakan lambang, dan mereka sesekali juga datang ke
sini." "Apa artinya, kalau misalnya Gandalf yang membuatnya?" tanya Merry.
"Menurutku," jawab Strider, "maksudnya G 3, dan merupakan tanda bahwa
Gandalf ada di sini tanggal 3 Oktober: tiga hari yang lain. Itu juga menunjukkan
dia sedang terburu-buru dan bahaya mengancamnya, sehingga dia tak punya waktu
atau tidak berani menulis sesuatu yang lebih panjang atau lebih jelas. Kalau
memang begitu, maka kita harus hati-hati."
"Kalau saja kita bisa yakin bahwa memang Gandalf yang membuat goresan
itu, apa pun artinya," kata Frodo. "Akan sangat menghibur kalau tahu dia sedang
dalam perjalanan, di depan atau di belakang kita."
"Mungkin," kata Strider. "Aku sendiri yakin dia sudah ke sini, dan berada
dalam bahaya. Pernah ada kobaran api di sini saat itu, dan aku jadi teringat
cahaya yang kita lihat tiga hari yang lalu di langit timur. Kuduga dia diserang di
puncak bukit ini, tetapi apa hasilnya aku tidak tahu. Ia sudah tidak di sini lagi, dan
sekarang kita harus menjaga diri sendiri dan pergi sendiri ke Rivendell, sebaik mungkin."
"Berapa jauhkah Rivendell?" tanya Merry sambil melihat sekelilingnya dengan
letih. Dunia terlihat liar dan luas dari atas Weathertop.
Sembilan Pembawa Cincin Halaman | 197 "Aku tidak tahu apakah Jalan ini pernah diukur dalam mil setelah melewati
Penginapan Terlupakan, satu hari perjalanan dari Bree ke timur," jawab Strider.
"Ada yang bilang itu jauh sekali, dan ada yang bilang sebaliknya. Jalan ini
aneh, dan orang-orang senang kalau sudah sampai di akhir perjalanan mereka, baik
waktunya panjang ataupun pendek. Tapi aku tahu berapa lama waktu untuk
menempuhnya bila aku sendiri berjalan kaki, dengan cuaca bagus dan tidak ada
musibah: dua belas hart dari sini sampai Ford Bruinen, di mana Jalan melintasi
Loudwater yang mengalir keluar dari Rivendell. Setidaknya masih ada perjalanan
dua minggu di depan kita, karena kupikir kita tidak akan bisa menggunakan
Jalan." "Dua minggu!" kata Frodo. "Banyak yang bisa terjadi dalam waktu itu."
"Memang," kata Strider.
Mereka berdiri diam sejenak di puncak bukit, dekat ujung selatan. Di tempat
sepi itu, Frodo untuk pertama kali menyadari bahwa ia tak punya rumah dan
berada dalam bahaya. Dengan getir ia menyesali, kenapa ia tidak bisa tetap
Iblis Segala Amarah 1 Shugyosa Samurai Pengembara 9 Sepasang Samurai Maut 1
^