Blackstone Affair 1
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller Bagian 1
All In (The Blackstone Affair #2)
by Raine Miller Sinopsis: Ethan Blackstone sedang dalam masalah. Dia melanggar kepercayaan yang diberikan
Brynne, oleh sebab itu dia ditinggal pergi olehnya. Tapi Ethan tidak menyerah, ia bertekad
untuk mendapatkan gadis itu kembali. Gairah mereka sangat eksplosif, tapi rahasia mereka bahkan lebih
gelap dan lebih menakutkan. Kisah ini diceritakan sepenuhnya dari sudut pandang Ethan. Dia kehilangan
akalnya karena amarah, sedih dan sesal. Dia seorang pria patah hati pada awalnya. Sebagian besar novel
ini terfokus pada perkembangan hubungan mereka yang diceritakan dari sudut pandang seorang pria
posesif dan protektif. Sangat menarik untuk masuk ke dalam kepala seorang alpha male, untuk melihat apa
yang membuatnya tergerak dan apa yang memotivasi dirinya. Ethan adalah seorang pria
terobsesi, setiap menit berisi oleh bayangan Brynne dan ketakutannya akan keselamatannya.
Dengan ancaman politik tertuju pada Brynne, Ethan tak punya pilihan selain
berjuang demi Brynne, mendapatkan kembali cintanya, dan melindunginya dari bahaya yang sangat mungkin
membawa Brynne pergi dari dirinya untuk selamanya. Dia bersedia mempertaruhkan segalanya
untuk mendapatkan Brynne dan membuat dia aman. Dia akan berjuang demi Brynne habis-
habisan... Genre: Novel, Erotika, Roman
Copyright? 2012 by Raine Miller
Prolog Juni 2012 London Aku meninggalkan Ethan, di lift dia memohon padaku untuk tidak
pergi. Ini adalah hal paling sulit yang harus kulakukan setelah sekian
lama. Tapi meninggalkan dia memang harus aku lakukan. Aku sudah
membuka hatiku untuk Ethan dan mengetahui hal itu sangat
mengejutkan. Aku sudah mendengarnya ketika dia bilang dia
mencintaiku dan aku juga mendengarnya ketika ia mengatakan ia
hanya berusaha untuk melindungi aku dari masa laluku. Aku
mendengarnya dengan keras dan jelas. Tapi itu tidak mengubah fakta
bahwa aku perlu untuk menjauh darinya.
Yang dapat aku bayangkan adalah pemikiran yang menakutkan
terjadi berulang-ulang. Ethan sudah tahu. Tapi segala sesuatu tidak selalu apa yang mereka bayangkan. Kesan
yang dibuat tidak bisa mengungkap secara keseluruhan. Pemikiran
yang terbentuk berdasarkan emosi dan bukan pada peristiwa yang
berdasarkan kenyataan. Seperti itulah yang terjadi antara Ethan
dengan aku. Tentu saja aku baru mengetahui ini sekarang, dan pada
suatu saat, ketika aku bisa melewati peristiwa yang telah
membentukku, aku bisa melihat hal seperti ini dari sudut pandang
yang sedikit berbeda. Dengan Ethan semuanya begitu cepat, intens...membakar. Dari awal,
dia mengatakan padaku tentang banyak hal. Dia mengatakan padaku
bahwa dia menginginkanku. Dan ya, ia bahkan mengatakan ia
mencintaiku. Ia tidak punya masalah untuk mengatakan padaku
tentang apa yang ia inginkan denganku, atau bagaimana perasaannya
terhadapku. Dan maksudku bukan hanya tentang seks. Seks adalah
yang besar dari hubungan kami, tapi itu bukanlah segalanya saat
bersama Ethan. Dia bisa berbagi perasaannya dengan mudah. Ini
adalah caranya - belum tentu denganku.
Aku merasa seperti Ethan terkadang ingin menghabiskan waktu
denganku. Dia seolah menguasaiku sejak pertama kalinya dan yang
pasti seperti seorang kekasih yang selalu minta perhatian, tapi satu
hal yang pasti, aku menginginkan semua yang pernah ia berikan
padaku. Aku baru mengetahui itu setelah aku meninggalkannya.
Ethan memberiku kedamaian serta keamanan dengan satu cara
dimana aku sebenarnya belum pernah merasa sebagai seorang
dewasa, dan tentu saja belum pernah sebelumnya dalam hal
seksualitasku. Ini hanya bagaimana dia dan kurasa aku memahami
dia sekarang. Dia tidak menuntut dan mengontrol karena dia hanya
ingin mendominasiku, dia seperti itu denganku karena dia tahu
bahwa hal itu adalah apa yang aku butuhkan. Ethan berusaha
memberikanku sesuatu yang aku butuhkan agar hubungan kami
dapat berjalan. Jadi, sementara hari-hari tanpa dia seakan menyakitkan, tapi
kesendirian sangat penting bagiku. Api gairah kami telah membakar
menjadi panas yang membara, dan kami berdua sudah terbakar
sehingga kami sangat mudah dilanda emosi ketika kami bersamasama. Aku tahu aku
perlu waktu untuk penyembuhannya, tapi hal itu
tidak membuat rasa sakit yang menyakitkan hati ini berkurang.
Aku tetap kembali pada ideku yang sama ketika aku pertama kali
mengetahui apa yang dia lakukan.
Ethan tahu apa yang terjadi padaku dan tidak mungkin saat ini ia
bisa mencintaiku. *** Bab 1 Tanganku berdenyut bersamaan dengan detak jantungku. Semuanya
yang bisa kulakukan sekarang hanyalah bernapas di depan pintu lift
yang tertutup rapat yang membawa dia pergi menjauh dariku.
Pikirkan untuk sesaat! Mengejar dia bukanlah pilihan yang tepat jadi aku meninggalkan
lobi dan berjalan memasuki ruang istirahat. Elaina ada di sana
sedang membuat kopi. Dia terus menundukkan kepalanya dan
berpura-pura aku tidak ada. Wanita pintar. Aku berharap orang-orang
idiot di lantai ini bisa melakukan hal yang sama atau mereka
mungkin perlu mencari pekerjaan baru.
Aku melemparkan es ke dalam satu kantong plastik dan mendorong
tanganku masuk kedalamnya. Sialan, rasanya sangat menyengat!
Ada darah dibuku-buku jariku dan aku yakin darahku juga ada
dinding sebelah lift. Aku berjalan kembali ke kantorku dengan
tangan terendam es. Aku mengatakan pada Frances untuk
menghubungi bagian maintenance agar datang dan membersihkan
darah di dinding. Frances mengangguk tanpa ragu dan memandang kantong es di
ujung lenganku. "Apa kau membutuhkan ronsen untuk itu?" Tanya
dia, ekspresinya seperti seorang ibu. Apa yang bisa kubayangkan
seorang ibu setidaknya akan terlihat seperti dia. Aku hampir tidak
ingat ibuku jadi aku mungkin hanya membayangkannya seperti dia.
"Tidak." Aku butuh gadisku kembali, bukan ronsen sialan itu!
Aku berjalan menuju kantorku dan aku mengurung diri di dalam.
Aku mengeluarkan sebotol VanGogh dari kulkas bar dan
membukanya. Menariklaci mejaku, aku mencari sebungkus Djarum
black dan korek api yang biasanya kusimpan di sana. Aku sudah
menghisap rokok yang begitu banyak sejak bertemu Brynne. Aku
harus ingat untuk menyimpan persediaan.
Sekarang semua yang kubutuhkan adalah gelas untuk minum vodka,
atau mungkin tidak perlu. Langsung minum di botol juga tidak
masalah. Aku menenggaknya dengan tanganku yang terluka dan
menyambut rasa sakit ini.
Persetan dengan tanganku, yang patah adalah hatiku.
Aku menatap fotonya. Salah satu foto yang kuambil di tempat
kerjanya ketika ia menunjukkan padaku lukisan Lady Percival
memegang buku. Aku ingat bagaimana aku memakai ponselku
untuk mengambil fotonya dan terkejut melihat hasilnya ternyata
bagus. Sangat bagus malah, aku mendownloadnya dan memesan
cetakannya untuk kupasang dikantorku. Tak peduli itu hanya kamera
dari telepon seluler - Brynne tampak cantik dilihat dari lensa
manapun. Terutama dari lensa mataku. Kadang-kadang rasanya
nyaris menyakitkan saat memandangnya.
Aku ingat pagi itu dengan dia. Aku hanya bisa melihatnya di dalam
mata pikiranku - betapa bahagianya dia ketika aku mengambil
fotonya saat dia tersenyum saat memandang lukisan tua itu...
*** Aku parkir di tempat parkir Galeri Rothvale dan mematikan mesin.
Ini adalah hari yang suram, gerimis dan dingin, tapi tidak di dalam
mobilku. Adanya Brynne yang duduk di sampingku, mengenakan
pakaian kerja, terlihat cantik, seksi, tersenyum padaku, membuatku
melambung, tapi tahu bagaimana kami baru saja berbagi bersamasama pagi ini
begitu dahsyat. Dan aku tidak bicara tentang seks nya
saja. Mengingatnya saat di shower dan apa yang kami lakukan di
sana akan menahanku sepanjang hari - tapi tahu bahwa aku akan
bertemu dengannya lagi nanti malam, seandainya kami masih
bersama, dia adalah milikku, dan aku bisa membawanya ke tempat
tidur dan menunjukkan padanya sekali lagi. Itu adalah pembicaraan
yang pernah kita lakukan. Aku merasa akhirnya dia seperti
membiarkan diriku masuk meskipun hanya sedikit. Bahwa dia peduli
padaku dengan cara yang sama seperti aku peduli padanya. Dan
sudah waktunya untuk mulai bicara tentang masa depan bersama.
Aku ingin sekali bersamanya.
"Apa aku pernah bilang padamu betapa senangnya aku ketika kau
tersenyum padaku, Ethan?"
"Tidak," jawabku, sambil mememberikan senyuman, "katakan
padaku." Dia menggelengkan kepalanya mendengar taktikku dan melihat
hujan di luar jendela. "Aku selalu merasa istimewa ketika kau
melakukannya karena kupikir kau tidak banyak tersenyum di depan
umum. Aku akan mendeskripsikanmu sebagai orang yang menahan
diri. Jadi, ketika kau tersenyum padaku aku seperti agak...terhanyut."
"Lihat aku." Aku menunggu dia untuk menanggapi, tahu hal itu akan
terjadi. Ini adalah masalah lain yang belum kami bahas, tapi itu
sudah sangat jelas dari awal. Brynne secara alami submisif padaku.
Dia menerima apa yang ingin aku berikan padanya - Jiwa Dom
dalam diriku telah menemukan perenunganku, dan itu hanya satu
alasan tambahan kami bisa sempurna bersama.
Aku membuatmu terhanyut, hah"
Dia mengangkat matanya yang cokelat/hijau/abu-abu kearahku dan
menunggu sementara kejantananku berdenyut keras di balik
celanaku. Aku bisa berhubungan seks dengannya di sini, di dalam
mobil ini dan masih menginginkannya beberapa menit setelahnya.
Dia seperti sebuah candu.
"Ya Tuhan, kau tampak cantik saat kau melakukannya."
"Melakukan apa, Ethan?"
Aku menyelipkan sehelai rambut halus di belakang telinganya dan
tersenyum padanya lagi. "Lupakan saja. Kau hanya membuatku
selalu senang. Aku senang mengantarmu ke tempat kerja setelah aku
memilikimu sepanjang malam."
Dia tersipu padaku dan aku ingin berhubungan seks lagi dengannya.
Tidak, itu tidak tepat. Aku ingin bercinta dengannya...dengan
perlahan-lahan. Aku hanya bisa membayangkan tubuh indahnya
berbaring telanjang untukku menuju kenikmatan dengan berbagai
cara yang bisa kulakukan. Semuanya milikku. Hanya untukku.
Brynne membuat aku merasa segalanya -
"Apa kau ingin masuk dan melihat apa yang sedang kukerjakan"
Apa kau punya waktu?"
Aku membawa tangannya ke bibirku dan menghirup aroma kulitnya.
"Kupikir kau tak akan pernah meminta. Tunjukkan padaku, Profesor
Bennett." Dia tertawa. "Mungkin suatu hari nanti. Aku akan memakai jubah
hitam dan kacamata serta menyanggul rambutku. Aku akan
memberikan kuliah tentang teknik konservasi yang tepat, dan kau
bisa duduk di belakang dan mengalihkan perhatianku dengan
komentar yang tidak pantas sambil mengerling."
"Ahhh, dan apakah kau akan memanggilku ke kantormu untuk
memberi hukuman" Apa kau akan menahanku, Profesor Bennett"
Aku yakin kita bisa menegosiasikan kesepakatan denganku untuk
menghilangkan perilaku yang tidak hormat dariku." Aku
menurunkan kepalaku ke pangkuannya.
"Kau gila," katanya padaku, tertawa dan mendorongku kebelakang.
"Ayo masuk." Kami berlari menembus hujan bersama, payungku melindungi kami
berdua, tubuh rampingnya menempel ke tubuhku, dengan aroma
bunga dan sinar matahari hingga membuatku merasa seperti pria
yang paling beruntung di planet ini.
Dia memperkenalkan aku pada petugas keamanan tua dan jelas jatuh
cinta padanya, dan membawaku kebelakang memasuki ruangan
besar, seperti ruang studio. Meja-meja besar dan penyangga kanvas
tersusun dengan pencahayaan yang baik dan banyak ruang terbuka.
Dia membawaku melihat satu lukisan cat minyak yang besar,
seorang wanita berambut gelap, serius dengan mata biru yang
menakjubkan, memegang sebuah buku.
"Ethan, silakan memberi salam pada Lady Percival. Lady Percival,
ini pacarku, Ethan Blackstone." Dia tersenyum kearah lukisan itu
seperti mereka adalah teman baik.
Aku membungkukkan setengah badan kearah lukisan itu dan
berkata, "My lady."
"Bukankah dia menakjubkan?" Tanya Brynne.
Aku mempelajari lukisan itu secara pragmatis. "Well, dia adalah
sosok menarik, itu sudah pasti. Dia tampaknya seperti memiliki satu
cerita di balik mata birunya." Aku memperhatikan lebih dekat untuk
melihat buku yang dia pegang dengan bagian depan yang kelihatan.
Tulisan yang sulit untuk dibaca, tapi tidak beberapa lama aku
menyadari tulisannya adalah bahasa Perancis, setelah itu aku lebih
mudah memahaminya. "Aku sudah meneliti pada bagian itu dan khususnya buku itu," kata
Brynne. "Dia mengalami beberapa kerusakan akibat kebakaran
beberapa dekade yang lalu dan saat ini aku merasa kesulitan karena
api itu telah melelehkan cat dibuku itu. Ini spesial, aku tahu itu."
Aku melihat lagi dan menyuarakan Chr?tien. "Ini bahasa Prancis. Itu
adalah nama Christian di sana." Aku menunjuknya.
Matanya membesar dan suaranya bersemangat. "Benarkah?"
"Ya. Dan aku yakin tulisannya mengatakan, Le Conte du Graal.
Kisah tentang Cawan?" Aku menatap Brynne dan mengangkat bahu.
"Wanita dalam lukisan ini disebut Lady Percival, kan" Bukankah
Percival adalah ksatria yang menemukan Cawan Suci dalam legenda
Raja Arthur?" "Ya Tuhan, Ethan!" Dia meraih lenganku penuh semangat. "Tentu
saja! Percival...itu adalah ceritanya. Kau menemukan jawabannya!
Lady Percival memang memegang buku yang sangat langka. Aku
tahu itu adalah sesuatu yang istimewa! Salah satu cerita pertama
dalam kisah Raja Arthur yang pernah di tulis; itu kembali pada abad
kedua belas. Buku itu adalah Chr?tien de Troyes, Kisah Perceval dan
Cawan." Dia menatap lukisan itu, wajahnya bersinar penuh
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebahagiaan dan benar-benar senang, dan aku meraih ponselku dan
mengambil fotonya. Sebuah potret sosok Brynne yang luar biasa
sedang tersenyum kearah Lady Percival.
"Well, aku senang aku bisa membantumu, sayang."
Dia melompat kearahku dan mencium bibirku, lengannya memeluk
erat disekeliling tubuhku. Itu adalah perasaan yang paling
menakjubkan di dunia ini.
"Kau memecahkannya! Kau sangat membantuku. Aku akan
menelpon Mallerton Society hari ini dan memberitahu mereka apa
yang sudah kau temukan. Mereka akan tertarik, aku yakin itu. Ada
pameran ulang tahunnya bulan depan...Aku ingin tahu apakah
mereka ingin memasukkan lukisan ini..."
Brynne meracau, bersemangat menceritakan semuanya padaku
seakan aku ingin tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan buku
langka, lukisan mengenai buku langka, dan konservasi lukisan
tentang buku langka. Wajahnya memerah dengan sensasi seperti
telah memecahkan satu misteri tapi senyum dan ciumannya seakan
sama harganya dengan emas bagiku.
*** ...Aku membuka mata dan mencoba untuk mengumpulan
kesadaranku. Kepalaku serasa seperti sudah dipukul dengan papan.
Setengah botol kosong Van Gogh seperti menatapku. Puntung
Djarum bertebaran di atas mejaku di mana pipiku menempel bebas
disana tadi, bau cengkeh dan tembakau yang sudah apak mengisi
hidungku. Aku manarik wajahku dari atas meja dan menyandarkan
kepala ditanganku, disangga oleh siku yang bersandar dengan kuat.
Meja yang sama, tempat aku membaringkan dia dan berhubungan
seks dengannya hanya beberapa jam sebelumnya. Ya, berhubungan
seks. Itu adalah hubungan seks yang benar-benar tanpa penyesalan,
dan begitu menakjubkan hingga mataku seakan tersengat pada
ingatan itu. Lampu ponselku berkedip liar. Aku membaliknya jadi
aku tak harus melihat. Aku tahu bagaimanapun juga tak ada
panggilan dari dia. Brynne tak akan meneleponku. Dan itu aku yakin sekali. Satusatunya pertanyaan
adalah berapa lama sebelum aku mencoba
meneleponnya. Sekarang sudah malam. Di luar gelap. Di mana dia" Apakah dia
sangat terluka dan marah" Menangis" Sedang di hibur oleh temantemannya" Membenci
diriku" Ya, mungkin semua itu benar, dan aku
tidak bisa pergi menemuinya dan membuatnya lebih baik lagi. Dia
tidak menginginkanmu. Jadi rasanya seperti ini. Sedang jatuh cinta. Sudah waktunya untuk
menghadapi kebenaran tentang Brynne dan apa yang telah
kulakukan padanya. Jadi aku tinggal di kantorku dan
menghadapinya. Aku tidak bisa pulang. Sudah terlalu banyak dia ada
di sana, dan melihat barang-barangnya hanya akan membuatku
benar-benar gila. Aku akan tinggal di sini malam ini dan tidur diatas
sprei yang tidak ada aroma tubuh Brynne diatasnya. Tidak memiliki
dia di sana. Gelombang kepanikan seakan mengiris ke dalam diriku
dan aku harus bergerak. Aku mengangkat pantatku dari kursi dan berdiri. Aku melihat
robekan kain merah muda di lantai dekat kakiku dan tahu apakah itu.
Celana dalam lacey yang aku lepas darinya selama kejadian di atas
mejaku. Sialan! Teringat di mana aku berada ketika pesan dari ayahnya
masuk ke teleponku. Sedang terkubur di dalam dirinya. Terasa
menyakitkan untuk meraba sesuatu yang terakhir menyentuh
kulitnya. Aku mengusap kain itu dan menaruhnya ke dalam sakuku.
Shower seperti memanggil-manggil namaku.
Aku berjalan melalui pintu belakang menuju kamar suite dengan
satu tempat tidur, satu bak mandi, TV dan dapur kecil - semuanya
merek papan atas. Tempat tidur untuk bujangan yang sempurna
sebagai pria profesional yang sibuk bekerja sampai lembur hingga
percuma saja untuk pulang ke rumah.
Atau lebih tepatnya seperti tempat untuk berhubungan seks. Ini
adalah tempat di mana aku mengajak wanita jika aku menginginkan
seks dengan mereka. Setelah jam kerja, tentu saja, dan mereka tidak
pernah tinggal sepanjang malam. "teman kencan"ku segera keluar
jauh sebelum fajar. Semua ini terjadi sebelum aku bertemu Brynne.
Aku tak pernah ingin mengajaknya ke sini. Dia berbeda sejak awal.
Spesial. Gadis cantik Amerika-ku.
Brynne bahkan tak tahu tentang suite ini. Dia akan menemukan
jawabannya dalam dua detik tentang tempat ini dan akan
membenciku karena mengajaknya masuk ke suite ini. Aku mengusap
dadaku dan mencoba untuk mengabaikan rasa sakit yang membakar
ini. Aku menyalakan shower dan menanggalkan pakaian.
Saat air panas mengucur di atasku, aku sedang bersandar di dinding
keramik dan menyiram persis di mana aku berada. Kau tidak
bersamanya! Kau mengacaukan segalanya, dan dia tidak
menginginkanmu sekarang. Brynne-ku sudah meninggalkan aku untuk kedua kalinya. Pertama
kali dia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di tengah malam
karena ia di teror oleh sebuah mimpi buruk. Kali ini dia hanya
berbalik dan berjalan menjauh dariku tanpa menengok ke belakang.
Aku bisa melihat diwajahnya dan itu bukan ketakutan yang
membuatnya pergi. Itu adalah pengungkapan yang sangat
menyakitkan karena dikhianati, menemukan aku telah menyimpan
kebenaran dari dirinya. Aku telah menghancurkan kepercayaannya.
Aku bertaruh terlalu tinggi yang menyebabkan kehilangan dirinya.
Keinginan untuk menariknya kembali dan membuat dia tinggal
begitu besar hingga aku harus meninju dinding dan kemungkinan
ada sesuatu yang retak ketika aku menahan diri untuk meraihnya.
Dia mengatakan padaku jangan pernah menghubunginya lagi.
Aku mematikan shower dan melangkah keluar, suara menyedihkan
dari tetesan air yang mengalir membuat dadaku terasa lebih sakit
lagi karena kehampaan. Aku menarik handuk mewah dan
mengeringkan kepalaku. Aku menatap tubuhku di cermin saat
wajahku terlihat. Telanjang, basah, dan menyedihkan. Hanya seorang
diri. Aku menyadari kebenaran lain saat aku menatap bajingan
brengsek yaitu diriku sendiri.
Jangan pernah adalah waktu yang sangat lama. Aku mungkin bisa
memberinya waktu satu atau dua hari, tapi jangan pernah adalah
mutlak tidak bisa diterima.
Kenyataan bahwa dia masih membutuhkan perlindungan dari
ancaman yang terbukti bisa berbahaya tidaklah berubah. Aku tidak
akan membiarkan sesuatu terjadi pada wanita yang sangat kucintai.
Tidak pernah. Aku tersenyum di depan cermin, kecerdasanku menggelikan bahkan
untuk diriku sendiri di saat aku dalam kondisi menyedihkan, karena
aku baru saja menemukan contoh sempurna dari penggunaan yang
tepat untuk kata tidak pernah.
*** Bab 2 Hari kedua dari pengasinganku dari Brynne dan ini meyebalkan.
Aku bergerak kemana-kemana dan melakukan banyak hal tapi tidak
terasa benar. Berapa lama aku bisa seperti ini" Haruskah aku
meneleponnya" Jika aku berpikir tentang situasiku terlalu banyak,
ketakutan mulai menyelinap masuk jadi aku meninggalkan pikiran
itu. Aku meninggalkan dia sendirian. Ruang kosong dalam diriku
mendorong untuk melakukan tindakan tapi aku tahu itu terlalu cepat
untuk mencoba mencari dia. Dia butuh sementara waktu dan aku
telah membuat kesalahan ini sebelumnya. Menekan terlalu cepat dan
terlalu keras padanya. Dan menjadi seorang bajingan egois
seutuhnya. Aku parkir di jalan samping rumah di mana aku dibesarkan. Rumput
sangat rapi, gerbang lurus dan semak-semak selalu dipotong rapi.
Dad tidak akan pernah pergi dari sini. Bukan rumah di mana ia
berada dengan ibuku. Ayahku memberi makna baru tentang istilah
'orang tua keras kepala' dan ini adalah di mana ia akan mati suatu
hari nanti. Aku mengambil bir dingin dari kursi dan masuk melalui pintu
gerbang. Seekor kucing hitam berlari di depanku dan menunggu. Dia
bukan anak kucing dan bukan juga kucing dewasa. Seekor kucing
remaja kukira. Dia duduk tepat di depan pintu dan berbalik dan
menatapku. Mata hijau terang berkedip seolah-olah mengatakan
padaku untuk buru-buru membukakan pintu dan membiarkan dia
masuk ke rumah. Kapan sih Ayah mendapat seekor kucing"
Aku membunyikan bel dan kemudian membuka pintu dan
menjulurkan kepalaku masuk. "Ayah?" Si kucing melesat ke dalam
rumah lebih cepat dari kecepatan cahaya dan semua yang bisa
kulakukan hanya menatap. "Kau punya kucing sekarang?" Seruku
dan pergi ke dapur. Aku meletakkan bir di lemari es dan
menjatuhkan diri di sofa.
Menunjuk remote control ke depan, aku menyalakan televisi.
Kejuaraan Eropa. Sungguh sempurna. Aku bisa fokus pada sepak
bola selama beberapa jam, mudah-mudahan minum empat dari enam
bir dan melupakan gadisku untuk sementara waktu. Dan menangis
pada ayahku. Aku menyandarkan kepala ke belakang dan memejamkan mata.
Sesuatu yang berbulu dan lembut naik ke pangkuanku. Kucing itu
kembali. "Ahh, bagus kau berada di sini, dan aku melihat kau sudah bertemu
Soot." Ayahku berjalan di belakangku.
"Kenapa kau mendapat kucing?" Aku tidak bisa menunggu untuk
mendengar jawaban ini. Kami tidak pernah memiliki kucing saat
tumbuh besar. Ayahku mendengus dan duduk di kursinya. "Aku tidak
mendapatkannya. Kau bisa mengatakan bahwa dia yang
mendapatkanku." "Aku bisa membayangkan." Aku membelai tanganku ke bawah
tubuh ramping Soot. "Dia masuk begitu saja ke dalam rumah ketika
aku membuka pintu depan seperti dia pemilik tempat ini."
"Tetanggaku memintaku untuk memberinya makan sementara ia
pergi untuk merawat ibunya yang sakit parah. Dia harus pindah ke
rumah ibunya dan aku mendapatkannya secara otomatis. Kami
saling memiliki pemahaman kurasa."
"Kau dan si tetangga, atau kau dan si kucing?"
Ayahku menatapku tajam, matanya menyipit. Jonathan Blackstone
secara alami sangat perseptif. Selalu. Aku tak pernah bisa
menyembunyikan apapun darinya. Dia selalu tahu kalau aku pulang
mabuk dan ketika aku mulai merokok, atau jika aku kesulitan saat
masih remaja. Aku kira dia selalu seperti itu karena ia adalah orang
tua tunggal untuk sebagian besar hidup kami. Kakak perempuanku
Hannah dan aku tidak pernah diabaikan meskipun kami kehilangan
ibu. Indranya lebih tajam dan ia bisa mengendus masalah seperti
anjing pelacak. Dia melakukannya sekarang.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?"
Terjadi pada Brynne. "Itu terlihat, ya?" Kucing mulai mendengkur di pangkuanku.
"Aku tahu anakku sendiri dan aku tahu ketika sesuatu yang aneh
terjadi padamu." Ayahku meninggalkan ruangan selama satu menit.
Ia kembali dengan dua bir dan memberiku satu. "Bir Meksiko?" Dia
mengangkat alisnya padaku dan aku bertanya-tanya apakah aku
terlihat dengan cara yang sama ketika aku melakukannya. Brynne
telah berkomentar pada alis melengkungku lebih dari sekali.
"Ya. Ini enak dengan sepotong lemon dimasukkan ke leher
botolnya." Aku meneguk birnya dan mengelus teman hitam baruku.
"Ini seorang gadis. Brynne. Aku bertemu dengannya, dan aku jatuh
cinta padanya, dan sekarang dia meninggalkanku." Singkat dan
manis. Apa lagi yang ada bisa dikatakan pada ayahku sendiri" Ini
adalah semua yang penting atau semua yang bisa aku pikirkan. Aku
sakit karenanya dan dia telah meninggalkanku.
"Ahhh, well itu lebih masuk akal." Ayah berhenti sejenak seolaholah membiarkan
semua kata-katanya meresap. Aku yakin dia
terkejut dengan kenyataan itu. "Anakku, aku tahu aku sudah pernah
bilang sebelum ini jadi ini bukan berita, tapi kau mendapatkan
ketampananmu dari Ibumu, istirahatlah jiwanya. Yang kau dapatkan
dariku adalah namaku dan mungkin bentuk tubuhku. Dan anugerah
akan bentuk tubuh Adonis-mu membuat sangat mudah bagimu
dengan wanita." "Aku tidak pernah mengejar wanita, Dad."
"Aku tidak mengatakan kau melakukannya, tapi intinya adalah kau
tidak perlu mencari. Mereka mengejarmu." Dia menggeleng
mengingat hal itu. "Ya Tuhan, kau memiliki wanita yang berteriakteriak padamu.
Aku yakin kau akan terjebak menghamili seorang
gadis dan membuatku menjadi kakek jauh sebelum waktu yang
seharusnya." Dia memberiku pandangan yang menyatakan ia
menghabiskan lebih banyak waktu mengkhawatirkan ini daripada
yang ia inginkan. "Tapi kau tidak pernah..." Nada suara Ayahku melemah dan terlihat
agak sedih di matanya. Setelah selesai sekolah aku dikirim ke kamp
militer dan meninggalkan rumah. Dan hampir tidak pernah
kembali... Ayah menepuk lututku dan meneguk birnya.
"Aku tidak pernah menginginkan orang lain seperti aku
menginginkannya." Aku menutup mulutku dan mulai sungguhsungguh minum bir.
Seseorang mencetak gol dalam permainan dan
aku memaksakan diri untuk menonton dan membelai si kucing.
Ayah menunggu dengan sabar sementara waktu tapi dia punya
pertanyaan akhirnya. "Apa yang kau lakukan yang membuatnya
meninggalkanmu?" Rasanya sakit hanya mendengar pertanyaan itu. "Aku berbohong. Itu
adalah kebohongan karena tidak mengatakan semuanya tapi tetap
saja aku tidak menceritakan kebenaran dan dia tahu." Aku
memindahkan kucing dari pangkuanku dengan hati-hati dan pergi ke
dapur untuk mngambil bir lain. Aku malah membawa kembali dua
botol. "Kenapa kau berbohong padanya, Nak?"
Aku bertemu mata gelap ayahku dan berbicara sesuatu yang aku
tidak pernah katakan sebelumnya. Belum pernah sebenar ini
sebelumnya. "Karena aku mencintainya. Aku mencintainya dan tidak
ingin menyakitinya dengan membawa sebuah memori yang
menyakitkan dari masa lalu."
"Jadi kau sudah jatuh cinta." Dia mengangguk kepalanya mengerti
dan menatapku. "Yah Kau punya semua tanda-tandanya. Aku
seharusnya menyadari ketika kau muncul di sini tampak seperti kau
tidur di bawah jembatan."
"Dia meninggalkanku, Ayah." Aku mulai pada bir ketiga dan
menarik kucing kembali ke pangkuanku.
"Kau telah mengatakan itu." Ayah berbicara datar dan terus
menatapku seperti aku mungkin sama sekali bukan anaknya tapi
makhluk alien jadi-jadian. "Jadi, mengapa kau berbohong pada
wanita yang kau cintai" Yang terbaik adalah menceritakannya,
Ethan." Ini ayahku dan aku percaya dia dengan hidupku. Aku yakin tidak ada
orang lain yang akan aku beritahu, selain kemungkinan kakakku.
Aku menarik napas panjang dan menceritakan padanya.
"Aku bertemu dengan ayah Brynne, Tom Bennett, di sebuah
turnamen poker di Las Vegas bertahun-tahun lalu. Kami langsung
akrab dan ia pandai bermain kartu. Tidak sebagus sepertiku, tapi
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami mengembangkan persahabatan. Dia menghubungiku baru-baru
ini dan meminta bantuan. Aku tidak akan melakukannya. Maksudku,
melihat pada apa yang sudah aku miliki saat ini dengan pekerjaanku.
Aku tidak bisa memberikan perlindungan untuk seorang mahasiswa
seni sekaligus model Amerika ketika aku harus mengatur keamanan
VIP untuk Olimpiade!"
Kucing itu tersentak. Ayah hanya mengangkat alis dan duduk
nyaman di kursinya. "Tapi kau melakukannya," katanya.
"Ya, aku melakukannya. Aku melihat foto yang ia kirimkan padaku
dan aku penasaran. Brynne melakukan modeling sebagai pekerjaan
sampingan dan dia ... begitu cantik."
Aku berharap aku punya potretnya di rumahku. Tapi perjanjian
pembeliannya adalah bahwa itu tetap tinggal dipajang di galeri
Andersen selama enam bulan.
Ayahku hanya menatapku dan menunggu.
"Jadi aku tiba di acara galeri dan membeli potret sialan itu dalam
beberapa saat setelah melihatnya, seperti seorang penyair atau apa!
Segera setelah aku bertemu dengannya aku sudah siap untuk
mengirim penjaga untuk menjaganya jika perlu."
Aku menggelengkan kepalaku. "Apa yang terjadi padaku, Ayah?"
"Ibumu suka membaca semua puisi karya para penyair. Keats,
Shelley, Byron." Dia tersenyum sedikit. "Ini terjadi seperti itu
kadang-kadang. Kau menemukan seseorang untukmu dan itu semua
memang seharusnya. Pria telah jatuh cinta dengan wanita sejak dulu
kala, Nak. Kau akhirnya berhasil sampai ke antrian terdepan." Ayah
mengambil tegukan lain birnya.
"Mengapa...Brynne, membutuhkan perlindungan?"
"Anggota Kongres yang meninggal dalam kecelakaan pesawat itu
telah mendapat pengganti. Namanya adalah Senator Oakley dari
California. Nah, sang senator memiliki seorang putra, Lance
Oakley, yang pernah pacaran dengan Brynne. Ada beberapa
masalah...dan rekaman seks - " Aku berhenti sejenak dan menyadari
betapa mengerikannya itu terdengar oleh ayahku.
"Tapi dia dulu hanya seorang gadis yang sangat belia - hanya tujuh
belas dan sangat terluka oleh pengkhianatan itu. Oakley adalah
orang yang benar-benar brengsek padanya. Brynne sering
mengunjungi seorang terapis... " Aku terdiam bertanya-tanya
bagaimana ayahku memahami semua ini. Aku minum bir lagi
sebelum memberitahu bagian terakhir.
"Sang Anak dikirim ke Irak dan Brynne datang untuk belajar di
Universitas London. Dia mempelajari seni dan melestarikan lukisan,
dan dia benar-benar brilian dalam hal itu."
Ayah membuatku terkejut dengan tidak bereaksi terhadap semua
keburukan yang baru saja aku katakan. "Aku mengasumsikan bahwa
sang senator tidak ingin publisitas tentang anaknya berperilaku
buruk untuk menjadi berita." Dia tampak kesal. Ayahku membenci
politisi tidak peduli kewarganegaraan mereka.
"Senator dan partai kuat yang mendukung dia. Sesuatu seperti ini
akan membuat mereka kalah dalam pemilu."
"Bagaimana dengan partai lawan" Mereka akan mencari sekeras
mungkin apa yang orang-orang Oakley berusaha kuburkan," Kata
ayahku. Aku menggeleng kepala bertanya-tanya. "Mengapa kau tidak bekerja
untukku, yah" Kau bisa melakukannya. Kau dapat melihat gambaran
yang lebih besar. Aku membutuhkan sekitar sepuluh orang
sepertimu," kataku kecut.
"Ha! Aku sangat senang untuk membantu ketika kau
membutuhkanku tapi aku tidak melakukannya untuk dibayar."
"Ya, aku sangat menyadari hal itu," kataku, sambil mengangkat satu
tangan. Aku telah mencoba untuk mendapatkan dia agar bekerja
padaku untuk waktu yang lama dan itu adalah semacam lelucon di
antara kami. Dia tidak akan pernah mau menerima uang apapun - si
orang tua keras kepala bodoh.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi untuk menunjukkan bahwa
Brynne-mu membutuhkan perlindungan" Tampaknya sedikit benarbenar
mengkhawatirkannya. Apa yang ayahnya minta darimu?"
"Putra senator itu masih menemukan masalah tampaknya. Dia ada di
rumah sedang cuti dan salah satu teman-temannya terbunuh dalam
perkelahian di sebuah bar. Suara lebih keras bermunculan yang
politisi benci karena suatu alasan. Hal ini akan menyebabkan mereka
menggali ke tempat-tempat yang mereka tidak ingin orang-orang
tahu. Hanya bisa menjadi insiden yang terisolasi, tapi teman yang
mati itu tahu tentang video tersebut. Ayah Brynne terus waspada
penuh pada saat ini. Kata-katanya, "Ketika orang-orang yang tahu
tentang video itu ditemukan mati, maka aku perlu untuk melindungi
putriku. '" Aku mengangkat bahu. "Dia memintaku untuk
membantunya. Aku berkata tidak pada awalnya dan menawarkan
rujukan ke perusahaan lain, tapi ia mengirimkanku fotonya di
email." "Dan kau tidak bisa mengatakan tidak setelah kau melihat fotonya."
Ayah mengatakan itu sebagai sebuah pernyataan. Aku tahu bahwa ia
mengerti bagaimana perasaanku tentang Brynne.
"Tidak Aku tidak bisa." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku
terpesona. Aku pergi ke pertunjukan galeri dan membeli fotonya.
Dan ketika dia datang ke ruangan, Ayah, aku tidak bisa mengalihkan
pandangan darinya. Dia bermaksudkan untuk berjalan sendiri naik
kereta bawah tanah The Tube dalam gelap sehingga aku
memperkenalkan diri dan meyakinkan dirinya untuk membiarkan
aku membawanya pulang di mobilku. Aku mencoba untuk
meninggalkan dia sendiri setelah itu. Aku benar-benar ingin..."
Dia tersenyum lagi. "Kau selalu menjadi seorang pelindung."
"Tapi itu menjadi jauh lebih berarti bagiku dari hanya sekedar
pekerjaan. Aku ingin bersama Brynne..." Aku memandang ayahku
duduk dengan tenang dan mendengarkan, tubuh besar masih sehat
untuk seorang pria enam puluh tiga tahun. Aku tahu bahwa ia
mengerti. Aku tidak perlu menjelaskan lagi tentang motivasiku dan
bagian yang ini membuatku lega.
"Tapi dia tahu bahwa ayahnya menyewamu untuk melindunginya?"
"Ya. Dia mendengar panggilan telepon di kantorku. Ayahnya marah
besar ketika ia menyadari kami berkencan dan menanyakan padaku
tentang itu." Aku pikir ayahku mungkin juga paham seluruh
kekacauan itu. "Aku membayangkan dia merasa dikhianati dan terekspos. Jika masa
lalunya dengan putra sang senator, atau siapa pun, adalah sesuatu
yang kau tahu, dan tidak katakan padanya kau tahu?" Ayah
menggelengkan kepalanya. "Apa yang kau pikirkan" Dan dia harus diberitahu tentang kematian
cowok yang lain itu - tentang kemungkinan ancaman ke arah
dirinya. Dan bahwa kau mencintainya. Dan bahwa kau berniat untuk
tetap menjaganya. Seorang wanita membutuhkan kebenaran, Nak.
Kau harus menceritakan semua jika kau ingin dia mempercayaimu
lagi." "Aku sudah mengatakan padanya." Aku mengembuskan napas kuat
dan menyandarkan kepalaku kembali di sofa untuk melihat langitlangit. Soot
menggeliat dan mengatur kembali dirinya di
pangkuanku. "Nah, berusaha lebih keras. Mulailah dengan kebenaran dan
lanjutkan dari sana. Apakah dia akan menerimamu atau tidak. Tapi
kau juga jangan menyerah. Kau harus terus mencoba."
Aku mengambil ponselku dan mengambil gambar Brynne yang
sedang melihat lukisan itu dan mengulurkannya untuk Ayah. Dia
tersenyum saat ia mengamati foto dia melalui kacamatanya. Sebuah
kesan kenangan di matanya mengingatkanku dia sedang memikirkan
ibuku. Dia menyerahkannya kembali setelah beberapa saat.
"Dia seorang gadis cantik, Ethan. Aku harap kita mendapatkan
kesempatan untuk bertemu suatu hari nanti." Ayah menatap lurus di
mataku dan mengatakan kepadaku seperti ini. Tidak ada simpati,
hanya kebenaran yang brutal. "Kau harus mengikuti kata hatimu,
Nak...tidak ada yang bisa melakukannya untukmu."
*** Aku meninggalkan tempat ayahku kemudian pada sore hari, pulang
ke rumah dan berolahraga selama tiga jam di gym ku. Aku terus
melakukannya sampai seluruh tubuhku nyeri otot dan bau
berkeringat. Merendam diri dalam bak mandi berbuihku setelah itu
rasa enak. Dan merokok. Aku merokok terlalu banyak sekarang. Itu
tidak baik untukku dan aku perlu untuk menguranginya. Tapi sialan,
dorongan itu begitu kuat. Bersama Brynne telah cukup
menenangkanku sehingga aku tidak menginginkan hal itu terlau
banyak, tapi sekarang dia sudah pergi, aku merokok tidak putus
seperti pembunuh berantai yang kami jadikan candaan dalam
percakapan pertama kami. Aku menggantungkan Djarum dibibirku dan menatap gelembung.
Brynne sangat suka berendam. Dia tidak memiliki bak di
apartemennya dan mengatakan padaku dia merindukannya. Aku
menyukai ide dia telanjang di bak mandiku. Dia telanjang...Ini
adalah sesuatu yang benar-benar tidak baik untukku berpikir tentang
hal itu tapi aku menghabiskan berjam-jam melakukannya. Dan jika
aku beralasan mengapa, merupakan dasar untuk segala sesuatu yang
telah terjadi dengan kami. Dia Telanjang...foto yang dikirim Tom
Bennett padaku adalah foto yang sama yang aku beli di pameran.
Dari pandangan pragmatis itu hanya gambar telanjang tubuh indah
yang siapapun akan menghargai, laki-laki atau perempuan.
Tapi bahkan dengan sedikit keterangan yang dia katakan padaku di
awal, dipasangkan dengan fotonya dalam semua kerentanan, daya
tarik, dan keindahan yang mencolok, pemikiran bahwa dia bisa
berada dalam bahaya atau seseorang yang sengaja akan
menyakitinya, memusatkanku untuk pergi keluar ke jalanan dan
membawanya dengan aman ke dalam mobilku. Aku hanya tidak bisa
berjalan menjauh darinya dan menjaga hati nuraniku utuh. Dan
setelah kami bertemu pikiranku menggila dengan fantasi. Semua
yang aku bisa lihat di kepalaku sementara kami berbicara
adalah...Dia telanjang. Bak mandiku mulai kehilangan panas dan daya tariknya setelah satu
jam. Jadi aku keluar dan berpakaian dan pergi mencari buku. Surat
dari John Keats ke Fanny Brawne.
Sesuatu yang Ayah sebutkan mengingatkanku tentang itu. Dia
mengatakan ibuku mencintai membaca puisi karya penyair besar.
Aku tahu Brynne menyukai Keats. Aku menemukan buku itu di sofa
di mana dia jelas pernah membacanya dan bertanya padanya tentang
hal itu. Brynne mengakui kecintaannya pada Keats dan ingin tahu
mengapa aku bahkan memiliki buku itu di rumahku. Aku
mengatakan padanya bahwa ayahku selalu memberiku buku-buku
yang orang-orang tidak sengaja tertinggal di taksinya. Dia benci
untuk melemparkan mereka keluar sehingga ia akan membawa
mereka pulang setiap kali ia memperoleh sesuatu yang layak. Ketika
aku membeli apartemenku, dia menyeret beberapa kotak buku-buku
untuk mengisi rak-rak dan itu pasti tersimpan di garasinya. Aku jujur
bilang padanya bahwa aku tidak pernah membaca Keats.
Aku sedang membacanya sekarang.
Aku menemukan bahwa Keats memiliki cara sendiri dengan katakata. Bagi seorang
pria yang meninggal di usia hanya dua puluh
lima, ia bisa mengekspresikan diri dalam surat-surat kepada
pacarnya ketika mereka terpisah. Dan aku bisa merasakan rasa
sakitnya seperti itu rasa sakitku sendiri. Itu memang rasa sakitku
sendiri. Aku memutuskan untuk menulis sepucuk surat dengan
menggunakan pena dan kertas. Aku menemukan beberapa kapas
yang bagus di stasioner di kantorku dan membawa buku itu
denganku. Simba mengibaskan siripnya di akuarium ketika aku
berjalan, selalu mengharapkan diberi makanan. Aku sayang pada
hewan yang mengemis jadi aku menjatuhkan krill beku dan
menyaksikan dia melahap itu.
"Dia mencintaimu, Simba. Mungkin jika aku katakan padanya
bahwa kau merindukannya dan mau diberi makan olehnya dia akan
datang kembali." Jadi aku bicara dengan ikan sekarang. Bagaimana
bisa sekarang aku berasa ke titik rendah ini" Aku mengabaikan
dorongan untuk merokok, mencuci tanganku dan duduk untuk
menulis. Brynne, "Aku tak tahu bagaimana elastisnya semangatku jadinya,
kesenangan apa yang mungkin aku rasakan dengan hidup di sini
jika mengingatmu tidak begitu berat bagiku. Tanyakan pada diri
sendiri kekasihku apakah kau sangat kejam untuk membuatku
menjadi terkungkung, begitu menghancurkan kebebasanku.
...Semua pikiranku, rasa ketidakbahagiaanku siang dan malam, aku
tidak menemukan sama sekali penyembuh cintaku pada Sang
Cantik, tetapi membuatnya begitu kuat sampai aku sengsara karena
kau tidak bersamaku...Aku tidak bisa membayangkan setiap awal
cinta seperti ini yang kumiliki untukmu selain Sang Cantik." Juli
1819. Aku tahu kau akan mengenali kata-kata Keats. Aku mulai membaca
buku yang kau sukai. Aku bisa mengatakan bahwa aku memiliki
pemahaman tentang apa yang sekarang orang itu berusaha untuk
ungkapkan ke Miss Brawne tentang bagaimana dia telah
menangkap hatinya. Seperti kau sudah merebut hatiku, Brynne.
Aku merindukanmu. Pikiran tentangmu tidak pernah
meninggalkanku, dan jika aku bisa mengatakan itu sekali lagi dan
kau percaya padaku, maka aku kira ada beberapa kenyamanan
dalam hal itu. Aku hanya bisa mencoba untuk membuatmu tahu apa
yang aku rasakan. Aku sangat menyesal untuk menympan pengetahuan tentang masa
lalumu dan bagaimana aku datang untuk memperhatikanmu
menjadi rahasia, tapi kau perlu tahu sesuatu karena itu adalah
kebenaran yang brutal. Aku tidak punya niat untuk mengambil
pekerjaan ini. Aku berencana untuk memberikan ayahmu nama
agensi lain untuk mengamankanmu. Aku tidak bisa melakukan itu,
segera setelah aku bertemu denganmu. Aku ingin memberitahumu
malam itu di jalanan bahwa ayahmu mencoba untuk mengatur
perlindungan tetapi ketika aku melihat bagaimana caramu
memandangku, Brynne, aku merasa sesuatu - sebuah koneksi
denganmu. Ada hal-hal yang bergerak dalam diriku dan jatuh pada tempatnya.
Kepingan yang hilang dari teka-tekiku" Aku tak tahu apakah itu,
aku hanya tahu itu terjadi padaku di malam kita bertemu. Aku
mencoba untuk menjaga jarak dan membiarkanmu menyelinap pergi
kembali ke dalam hidupmu, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku
tertarik padamu dari saat pertama aku melihat potretmu. Aku harus
mengenalmu. Dan kemudian untuk bersamamu. Untuk memilikimu
melihatku dan benar-benar melihatku. Aku tahu sekarang bahwa
aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan seorang gadis Amerika yang
cantik. Kau, Brynne. Ada banyak waktu aku ingin mengatakan bagaimana aku datang
untuk menemukanmu malam itu di galeri. Aku berhenti sendiri
setiap kali karena aku takut menyakitimu. Aku bisa melihat
bagaimana ketakutan dirimu ketika kau bangun dengan mimpi
buruk. Aku hanya bisa menebak mengapa, tapi aku akan melakukan
apa saja untuk menjagamu agar tidak terluka. Aku tahu entah suatu
saat akan memberitahumu bahwa ayahmu menyewa keamanan
untuk melindungimu dari musuh-musuh politik yang kuat yang akan
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menakut-nakutimu. Ini membuatku ketakutan juga memikirkan orang ingin
menargetkanmu kesakitan, emosional atau sebaliknya. Aku tahu kau
bilang aku dipecat, tapi jika terjadi sesuatu atau seseorang
menakutimu, aku ingin kau meneleponku dan aku akan datang
kepadamu dalam sekejap. Aku serius tentang hal ini. Hubungi aku.
Kau adalah seseorang yang sangat spesial, Brynne. Aku merasakan
hal-hal denganmu - emosi dan ide-ide dan impian, sebuah
pemahaman yang mendalam yang membawaku ke tempat yang aku
tak pernah berpikir aku akan menemukannya dengan orang lain.
Tapi aku punya setan juga. Aku takut menghadapi mereka tanpamu.
Aku tak tahu apa yang aku lakukan sepanjang waktu tapi aku tahu
bagaimana perasaanku padamu. Dan bahkan jika kau membenciku
untuk apa yang aku telah lakukan, aku masih akan mencintaimu.
Jika kau tidak mau melihatku, aku masih akan mencintaimu. Aku
masih akan mencintaimu karena kau adalah milikku. Milikku,
Brynne. Dalam hatiku kau milikku, dan tak seorang pun yang bisa
mengambilnya dariku. Bahkan kau sendiri.
E *** Seminggu berlalu sebelum aku mengirimkan Brynne suratku.
Minggu terlama dalam hidupku.
Tidak sepenuhnya benar, tapi aku merokok Djarum cukup banyak
yang bisa membuatku bangkrut atau memberiku kanker. Aku
memesan ke toko bunga, bunga ungu dan memasukkan suratnya.
Saat itu hari Minggu sore ketika aku memerintahkan mereka dan
florist mengatakan padaku mereka akan menyampaikannya pada hari
Senin. Aku telah menyuruh mereka mengirimkan ke dia di tempat
kerja bukan apartemennya. Aku tahu dia sibuk dengan kuliah dan
ingin menunggu sampai ujian akhirnya sudah berakhir dan selesai.
Brynne dan aku belum berakhir dan selesai. Ini adalah mantra yang
aku terus yakinkan pada diri sendiri selama hari-hari itu karena itu
satu-satunya pilihan yang bisa aku terima.
*** Bab 3 Mereka membuatmu percaya akan sesuatu yang tidak benar. Mereka
mengatakan padamu berkali-kali, kau menerima apa yang mereka
katakan padamu adalah kebenaran dan bukanlah suatu kebohongan.
Kamu menderita karenanya, seperti itulah kenyataannya. Siksaan
yang paling efektif bukan secara fisik - tapi tentu saja secara mental.
Pikiran dapat membayangkan teror jauh lebih mengerikan dibanding
yang pernah bisa kau tanggung secara fisik, seperti halnya dengan
pikiran yang akan mengabaikan rasa sakit secara fisik ketika rasa
sakitnya melebihi apa yang tubuhmu dapat menanggungnya.
Saraf-saraf dipunggungku berteriak seperti cairan asam yang
dituangkan diatas daging yang terluka. Rasa sakit telah
menyesakkanku hingga begitu akut. Aku bertanya-tanya berapa
lama sampai aku jatuh pingsan, dan jika itu terjadi, bisakah aku
bangun lagi di kehidupan ini. Aku ragu apakah aku bisa berjalan
lebih dari beberapa meter. Aku hampir tidak bisa melihat melalui
darah yang keluar dari mataku dan ledakan menuju kepalaku. Aku
akan mati di neraka ini dan mungkin segera. Aku berharap itu
segera. Ayahku dan Hannah tidak boleh melihataku seperti ini. Aku
berharap mereka tak pernah tahu bagaimana aku menemui ajalku.
Aku berdoa semoga tak akan ada video tentang eksekusiku.
Kumohon, ya Tuhan, jangan ada video tentang itu -
Tak ada pilihan apapun. Aku tak memiliki keberuntungan ketika
mereka menyergap tim kami. Tak punya keberuntungan ketika
senjataku macet. Tak punya keberuntungan ketika aku tak jadi mati
saat berusaha menghindari penangkapanku. Para keparat ini
mempelajari teknik mereka dari orang Rusia. Mereka senang
mendapatkan tahanan orang Barat. Dan British SF" (pasukan
khusus Inggris) Aku adalah aset yang paling berharga di dalam tim.
Dan benar-benar dikorbankan untuk negaraku. Tak ada pilihan
apapun. Sebuah pengorbanan untuk kepentingan yang lebih besar,
untuk demokrasi, untuk kebebasan.
Persetan dengan kebebasan. Aku tidak memilikinya.
Penyiksaku hari ini senang bicara. Dia tak pernah berhenti bicara
tentang Brynne. Aku benar-benar berharap dia akan menutup
mulutnya yang kotor. Mereka tak tahu di mana Brynne
berada...mereka tak tahu bagaimana menemukan Brynne...mereka
bahkan tak tahu namanya. Aku terus mengatakan pada diriku
sendiri tentang kebenaran ini karena semua yang kupunya hanya
untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Pukulan backhand ke wajahku mengagetkanku. kemudian pukulan
berikutnya membangunkanku sepenuhnya.
"Kami akan membuatmu menonton ketika kami mengambilnya. Dia
akan menjerit seperti seorang pelacur. Seorang pelacur Amerika
yang melakukan foto telanjang. "Dia meludahi wajahku dan
menarik rambut kepalaku kebelakang. "Pacarmu sangat
menjijikkan...dia pantas menerima semua yang akan menimpanya.
Untuk dipakai layaknya pelacur kotor." Dia tertawa padaku.
Aku menatap dan mengingat wajahnya. Aku tak akan pernah
melupakan dan jika kesempatan itu ada aku akan memotong
lidahnya terlebih dulu, sebelum aku membunuhnya. Bahkan jika
pembunuhan itu hanya khayalan saja dalam pikiranku. Dia tidak
suka reaksiku. Di dalam hati aku seperti membeku karena ketakutan.
Bagaimana aku bisa menghentikan dia supaya tidak diculik" Aku
ingin memohon tapi aku tidak bisa. Aku hanya menatap dan
merasakan debaran jantung didalam dadaku, yang membuktikan
bahwa statusku masih hidup. Untuk saat ini.
"Setiap penjaga akan bergiliran di antara pahanya. Kemudian
ketika nafsu mereka mengendur dia mungkin menonton saat kami
memenggal kepalamu. Kau tahu ini akan menjadi caramu untuk
bertemu dengan ajalmu, kan?" Dia menahan leherku untuk
mendongak dan menyeret jarinya melintas tenggorokanku. "Kau
akan minta ampun seperti babi, kau...akan dipenggal. Lantas kau
tak akan bangga karenanya." Dia tertawa di depan wajahku,
giginya kuning menyala di bawah kumisnya. "Lalu kami akan
membunuh pelacur Amerika-mu dengan cara yang sama - "
Aku langsung duduk tegak di tempat tidurku dengan terengah-engah,
tanganku memegang kemaluanku dan keringat menetes. Aku
bersandar di kepala ranjang dan mengingat-ingat di manakah aku
berada...dan syukurlah aku tidak disana. Kau tidak ada disana lagi.
Itu hanya mimpi. Itu sudah lama sekali.
Mimpi burukku seperti sesuatu yang diambil dari segala hal buruk
yang pernah terjadi padamu, dan diaduk bersama menjadi satu
seduhan yang mengerikan, dan kau harus berendam didalamnya.
Aku memejamkan mata dengan lega. Brynne bukanlah bagian dari
ketakutanku saat di Afghanistan. Dia ada disini sampai sekarang.
Brynne tinggal di London, bekerja dan mengambil gelar sarjananya.
Itu hanya pikiran bawah sadarmu yang dicampur menjadi satu
dengan segala sesuatu yang buruk. Brynne masih aman berada di
kota ini. Dia hanya tidak bersamaku lagi.
Aku melihat kemaluanku, panas dan keras dan kepalan tanganku
membungkus di sekelilingnya. Aku memejamkan mata dan mulai
membelai. kalau aku membuat mataku tetap tertutup, aku bisa
mengingat hari itu di kantorku. Aku butuh pelepasan sekarang. Aku
harus mendapat pelepasan agar aku bisa menghentikan serangan
mimpi buruk yang kacau itu. Apapun hasilnya. Itu adalah
penyelesaian sementara tapi harus dilakukan.
Aku ingat. Pertama kali dia datang menemuiku. Dia memakai sepatu
bot merah dan rok hitam. Aku memintanya untuk duduk di
pangkuanku dan membuat dia orgasme saat tanganku memasuki
dirinya. Begitu seksi penampilannya di kantorku. Dia tampak cantik
ketika klimaks dengan tanganku ada didalam dirinya, dari apa yang
kulakukan padanya, dari apa yang dia rasakan.
Brynne mencoba untuk menjauh dariku dan aku tak ingin
melepasnya. Aku ingat dia harus menarik dirinya keluar dari
pangkuanku. Tapi ketika dia meluncur lalu berlutut, kemudian
menyentuhku melalui celanaku, aku jadi mengerti. Dia bilang dia
ingin mengisapku. Aku tahu aku mencintainya pada saat itu. Aku
tahu karena dia jujur,murah hati dan tidak menipu. Dia tidak
berpura-pura dan sempurna dan milikku.
Tidak, sekarang dia bukan milikmu lagi. Dia meninggalkanmu.
Aku tetap menutup mataku dan mengingat bayangan bibir cantiknya
menutup ujung kemaluanku dan membawa milikku memasukinya.
Bagaimana basah dan hangat serta indah mulutnya yang kurasakan
untuk pertama kalinya. Betapa cantiknya saat itu ketika ia
menelannya dan menatapku dengan misterius, terlihat sangat seksi.
Aku tak pernah tahu apa yang dia pikirkan. Bagaimanapun juga ia
adalah seorang wanita dewasa.
Aku ingat semuanya - suara yang dia buat, rambut panjang
menutupi wajahnya, bibir hangatnya bergeser dengan licin,
genggamannya padaku saat ia memutar dan menarikku ke dalam
mulutnya yang indah itu. Aku mengingat kembali waktu spesialku dengan Brynne, ketika aku
tersentak menuju klimaks dalam rasanya hampa yang sangat
menyedihkan dan kesendirianku saat ini. Aku harus mengingatnya
atau aku tak akan bisa klimaks. Aku menjerit saat benihku
menembak keluar dari ujung kemaluanku dalam desakan yang
mendekati rasa sakit, seprei di tempat tidurku, tampak cairan putih
mengkilap diatas warna hitam. Ini seharusnya bersama dia! Aku
terengah-engah bersandar dikepala ranjang dan membiarkan
pelepasan menyebar ke seluruh tubuhku, marah karena aku baru saja
masturbasi dengan membayangkannya seperti orang yang kacau
karena putus asa. Aku tak peduli sedikitpun tentang kekacauan ini. seprei dapat dicuci.
Tapi pikiranku tidak bisa.
Aku bisa mengingatnya setiap kali aku berada di dalam dirinya.
Kekosongan yang menyerangku adalah sesuatu yang nyaris terlihat
kejam, dan klimaks ini jelas tidak bisa menggantikan sesuatu yang
nyata. Rasanya sangat hampa dan sama sekali tidak berguna.
Tak ada cara yang mungkin, Benny! Dia terlalu tampan harus
menggunakan tangannya untuk mendapat orgasme.
Ya, benar. Aku bangun dan melepas seprei dari tempat tidur dan
berjalan menuju shower. Tak ada apapun kecuali dia yang cukup
bagiku. *** Dia meneleponku sore harinya di ponselku. Aku melewatkan
panggilannya karena ada meeting dengan orang-orang idiot. Aku
ingin menyakiti orang-orang tolol yang telah mengambil waktuku
tapi sebagai gantinya aku menekan pesan suara.
"Ethan, aku - aku menerima suratmu." Suaranya terdengar lemah
dan keinginan untuk mendatanginya begitu besar, aku tak tahu
bagaimana aku akan bertahan untuk tetap menjauh darinya. "Terima
kasih atas kirimannya. Bunganya sangat indah. Aku - aku hanya
ingin kau tahu bahwa aku sudah bicara dengan ayahku dan dia
mengatakan padaku beberapa hal - "
Lalu dia tidak bisa menguasai dirinya. Aku bisa mendengar suara
tangisan yang tertahan. Aku tahu itu, dan rasa sakitnya merobek
hatiku hingga terbuka lebar. "Aku harus pergi...mungkin nanti kita
bisa bicara." Dia berbisik saat mengakhirinya. "Bye, Ethan."
Kemudian dia menutup telepon.
Kupikir aku akan memecahkan kaca ditombol ponselku saat
menekan redial, berdoa semoga ia mengangkatnya dan mau bicara
denganku. Waktu seperti melambat tanpa berhenti saat panggilan
sudah terhubung. Sekali, dua kali, tiga nada dering. Jantungku
berdebar dan kebutuhan udara semakin meningkat -
"Hai." Hanya satu kata pendek. Tapi itu suaranya dan ditujukan
padaku. Aku bisa mendengar suara-suara di belakangnya. Sepertinya
suara lalu lintas. "Brynne ...bagaimana kabarmu" Kau terdengar sedih pada pesanmu.
Aku sedang meeting..." Aku terdiam saat menyadari aku mulai
melantur. Aku memaksa menutup mulutku dan sangat berharap
mendapat rokok kretek hitam yang menyenangkan.
Dia menarik napas dalam-dalam di gagang teleponnya. "Ethan, kau
bilang agar aku menelepon jika terjadi sesuatu yang aneh - "
"Apa yang terjadi" Apa kau baik-baik saja" Dimana kau sekarang?"
Aku merasa darahku membeku saat mendengar kata-katanya. "Kau
berada diluar?" "Aku sedang melarikan diri saat ini. Aku harus keluar dari pikiranku
sebentar untuk beristirahat."
"Aku akan mendatangimu. Katakan padaku di mana kau berada."
Dia langsung diam. Aku bisa mendengar suara mobil bergerak di
sekitarnya dan aku benci dipaksa menahan diri dan membayangkan
suatu gambaran di mana dia berada saat ini. Sendirian di jalan.
Sangat rapuh. Tanpa perlindungan.
"Maukah kau memberitahuku, please" Aku ingin bertemu denganmu
- kita perlu bicara. Dan aku ingin mendengar apa yang membuatmu
cemas hingga kau meneleponku dan meninggalkan pesan itu
sebelumnya." Sunyi lagi. "Sayang, aku tak bisa membantu jika kau
tidak membiarkanku tahu."
"Apakah kau melihatnya?" Suaranya berubah, menjadi serak.
"Lihat apa?" Aku bersumpah aku hanya ingin pergi menemuinya dan
mendapatkan dia dalam pelukanku. Pertanyaannya tidak
memberikan petunjuk pada awalnya. Keheningan terasa dingin di
ujung sana, membuatku semakin cepat untuk mencari tahu.
"Apakah kau menontonnya, Ethan" Jawab pertanyaanku."
"Rekaman seks-mu dan Oakley?"
Dia mengeluarkan suara yang menyedihkan.
"Sialan, tidak! Brynne..." Kenyataannya bahwa dia menanyakan
padaku tentang hal seperti itu, membuatku marah. "Mengapa aku
melakukan itu - " "Itu sama sekali bukan rekaman seks!" Teriaknya ketelingaku.
Dadaku terasa sakit seperti sebilah pisau ditusukkan padaku.
"Well, itulah apa yang diceritakan ayahmu!" Aku membalas
berteriak padanya, bingung dengan pertanyaannya dan rasanya
kehilangan sekali dengan percakapan kacau yang kami miliki. Jika
aku bisa bicara dengannya secara pribadi, bisa dekat dengannya,
membuatnya menatap mataku dan mendengarkan saat aku bicara,
aku mungkin masih memiliki kesempatan. Tapi memutuskan
pedebatan ini kami harus mendapatkan tempat dengan cepat. Aku
mencoba lagi dengan nada yang lebih masuk akal. "Brynne, tolong
beritahu dimana aku bisa mendatangi tempatmu."
Dia menangis lagi. Aku bisa mendengar suara lembutnya dengan
latar belakang samar-samar suara lalu lintas. Aku juga tidak suka dia
berkeliaran diluar apalagi sendirian. Mobil ngebut di jalan
disekitarnya, pria memandanginya, pengemis mengganggu untuk
minta-minta... "Apa sih yang dia katakan padamu, Ethan" Apa yang dikatakan
ayahku tentangaku?" "Aku tak ingin membicarakan ini di telepon - "
"Katakan. Padaku." Kemudian dia diam.
Aku memejamkan mataku dengan ketakutan, menyadari bahwa dia
tidak akan menerima apa pun kecuali kebenaran yang sebenarnya,
aku sangat benci untuk mengatakan itu padanya, tapi kutahu aku
harus mengatakannya. Bagaimana memulainya" Aku tak tahu cara
lain selain hanya dengan mengikuti naluriku. Aku mengirim doa
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam hati kepada ibuku agar diberi kekuatan.
"Dia bilang kepadaku, kau dan Oakley berpacaran waktu sekolah.
Ketika kau masih tujuh belas tahun, Oakley membuat video seks
tanpa sepengetahuanmu dan menyebarkannya di sekolah. Kau putus
sekolah dan mengalami kesulitan setelah itu. Senator mengirim
anaknya pergi ke Irak dan kau datang ke sini untuk belajar dan
memulai hidup dari awal. Sekarang senator itu sedang mencoba
untuk memenangkan pemilihan sebagai wakil presiden dan ingin
memastikan tidak ada yang pernah melihat video itu...atau
mendengar tentang hal itu. Ayahmu mengatakan kepadaku, salah
satu teman Oakley meninggal dalam kondisi yang tidak wajar dan
dia khawatir orang-orang yang berhubungan dengan video itu
mungkin menjadi target...termasuk kau. Hal ini membuat dia cukup
khawatir makanya dia menghubungiku dan meminta bantuan - aku
menjagamu dan mengawasi siapa saja yang mungkin bisa
mendekatimu." Aku akan memberikan apapun untuk mendapatkan rokok sekarang.
Keheningan di ujung sana rasanya menyakitkan untuk
menanggungnya tapi setelah beberapa waktu yang serasa tidak ada
habisnya, aku mendengar kata-kata balasan yang ingin kudengarkan.
Kata-kata yang bisa membuatku membantunya. Sesuatu yang bisa
aku mengerti dan bisa aku kerjakan. "Itulah yang membuatku takut."
Rasa lega melandaku saat mendengar suaranya. Bukan berarti dia
takut tapi dia terdengar seperti membutuhkanku. Sepertinya dia akan
membiarkan aku kembali padanya."Aku tak akan membiarkan
siapapun atau apapun menyakitimu, sayang."
"Aku mendapat pesan aneh diponselku dua hari lalu. Dari seorang
pria. Dari suatu surat kabar. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan
- kemudian ketika aku mendapat surat darimu hari ini, aku - aku
membaca apa yang kau katakan untuk segera meneleponmu jika ada
seseorang melakukan sesuatu yang menggangguku."
Perasaan lega seketika lenyap. "Cukup dengan omong kosong ini,
Brynne! Di mana kau sekarang" Aku akan datang untuk
menjemputmu." Aku akan merangkak masuk melalui ponsel sialan
ini jika hukum fisika memungkinkan hal itu! Aku perlu mendapatkan
dia dan itu artinya semua, selamanya. Persetan dengan ocehan sialan
ini, aku membutuhkan Brynne disampingku di mana aku bisa
meletakkan tanganku untuk memeluk dirinya.
"Aku di ujung selatan Jembatan Waterloo."
Tentu saja kau di situ. Aku memutar mataku. Hanya mendengar kata
Waterloo, itu membuatku kesal. "Aku pergi sekarang. Bisakah kau
berjalan ke Victoria Embankment dan menungguku di sana" Aku
bisa menemukan kau dengan cepat di tempat itu."
"Oke. Aku akan pergi ke Sphinx." Suaranya terdengar lebih baik
untukku. Dengan sedikit takut, perasaanku ingin tahu berapa banyak
tingkat stresku. Aku akan mendapatkan gadisku. Dia mungkin belum
tahu itu, tapi itu adalah kenyataan yang sebenarnya tentang apa yang
akan terjadi. "Segera lakukan itu. Jika ada seseorang mendekat, kau harus tetap
ditempat yang terbuka di mana ada banyak orang disana." Aku terus
dengan dia di saluran telepon saat ia berjalan kaki menuju
Cleopatra's Needle sementara aku menyetir seperti setan dan
menghindari London's Finest.
*** "Aku sudah sampai," katanya.
"Apakah ada orang lain di sekitarmu?"
"Ya. Ada seorang berjalan berkeliling dan beberapa pasangan dan
orang-orang bersama anjingnya."
"Bagus. Aku sedang parkir sekarang. Aku akan menemukanmu."
Kami mematikan telepon. Jantungku berdebar di dalam dadaku saat aku menemukan tempat
untuk parkir dan mulai berjalan turun menuju Embankment.
Bagaimana ini bisa berjalan" Apakah dia akan menolakku" Aku
tidak ingin membuka luka kami, tapi persetan jika aku akan
membiarkan kekacauan sialan ini berlangsung seterusnya. Harus
berakhir sekarang ini. Hari ini. Apapun yang diperlukan untuk
memperbaiki masalah sialan ini untuk mendapatkan jalan keluar di
sini, sekarang juga. Matahari baru saja mulai terbenam ketika aku melihat dia. Bentuk
celana pendeknya seperti memeluk tubuhnya bagaikan kulit
keduanya. Dia membelakangiku saat dia sedang membungkuk di
pagar untuk melihat sungai, angin meniupkan ekor kudanya ke
samping, salah satu kaki panjangnya ditekuk kearah pagar dengan
tangan yang bertumpu dengan anggun di atasnya.
Aku melambat karena aku hanya ingin menyerap gambaran
mengenai dirinya. Aku akhirnya bisa menatap dirinya setelah
seminggu seperti mati kelaparan. Tepat didepanku. Brynne.
Aku menginginkan tanganku menyentuhnya. Mereka gatal untuk
memeluknya dengan erat dan menyentuhnya. Tapi dia tampak
berbeda - lebih ramping. Semakin aku medekatinya, semakin
terlihat jelas. Ya Tuhan, sepertinya ia telah berhenti makan dalam
seminggu terakhir" Dia pasti turun hampir setengah bobotnya dulu.
Aku berhenti dan menatap, kemarahan bercampur dengan
keprihatinan, tetapi lebih memahami bahwa omong kosong tentang
masa lalunya adalah persoalan yang lebih besar dan aku menyadari
sampai pada titik ini. Kami beruntung, kami bisa jadi kacau
bersama-sama. Dia berbalik dan menemukanku. Mata kami terhubung dan
berkomunikasi dengan kuat yang mengalir melalui angin diantara
kami. Brynne tahu bagaimana perasaanku. Dia seharusnya tahu. Aku
sudah mengatakan kepadanya berkali-kali. Sekalipun dia tidak
pernah membicarakan tentang apa yang aku katakan kepadanya. Aku
masih menunggu untuk mendengar tiga kata yang datang dari
dirinya. Aku mencintaimu.
Dia menyebut namaku. Aku membaca bibirnya. Aku tidak bisa
mendengar suara melalui angin, tapi aku melihat bahwa ia memang
menyebut namaku. Dia tampak sama leganya seperti yang
kurasakan, melihat dia dalam keadaan utuh dan hanya beberapa
langkah diantara kami. Dan benar-benar cantik bagiku, karena dia
selalu dan selalu menjadi yang tercantik.
Tapi disinilah tempat aku berdiri. Jika Brynne menginginkanku, dia
harus berjalan ke sini dan menunjukkan padaku bagaimana
perasaannya. Ini akan membunuhku jika dia tidak melakukannya,
tapi saran ayahku sangat tepat tentang kebenaran. Setiap orang harus
mengikuti kata hati mereka. Aku mengikuti kata hatiku. Sekarang
Brynne harus melakukan hal yang sama.
Dia turun dari pagar dan bagian dalam tubuhku berdebar ketika ia
berhenti. Hampir seperti dia menungguku untuk memberi isyarat
atau datang dan menjemputnya. Tidak, sayang. Aku tidak tersenyum
dan ia juga tidak, tapi jelas kami masih saling terhubung.
Dia memakai atasan kaos olahraga warna biru kehijauan yang sangat
ketat di payudaranya dan membuatku berpikir saat dia telanjang dan
di bawahku, tangan dan mulutku membawa semuanya masuk. Aku
menginginkan dia begitu buruk sampai membuatku sakit. Aku rasa
itulah yang dilakukan seseorang yang sedang jatuh cinta - membuat
kau merasakan sakit dan cara penyembuhannya hanya ada satu obat.
Brynne adalah obatku. Gambaran dia dan aku sedang bercinta
terlintas dikepalaku saat aku menunggu dia; kilasan tentang gairahku
terus membayangi tanpa henti dengan hasrat yang membakarku dari
dalam menuju keluar. Aku terbakar karena Brynne. Mr. Keats yakin
tahu apa yang dia bicarakan dalam puisi-puisinya.
Aku mengulurkan tanganku dan mengunci mataku kematanya tapi
kakiku tetap diam berdiri. Kemudian aku melihat perubahan. Sebuah
kedipan dimatanya yang indah. Dia memahami apa yang aku minta
dari dirinya. Dia mengerti. Dan lagi, aku teringat seberapa indahnya
saat kita bersama-sama pada tingkat yang paling mendasar. Brynne
memilikiku, dan itu saja sudah membuat aku merasa lapar terhadap
dia bahkan lebih kuat. Dia terus berjalan mendekat dan lengannya terangkat. Semakin
mendekat sampai jari-jarinya menyentuh, jarinya yang sangat kecil,
tangannya yang ramping bertumpu disalah satu tanganku yang lebih
besar. Jemariku membungkus diatas pergelangan tangannya dan
telapak tanganku menggenggam dengan kuat dan menariknya lebih
dekat. Tepat didadaku, tubuhnya menempel ditubuhku. Aku
melingkarkan lenganku di sekelilingnya dan mengubur kepalaku di
rambutnya. Aroma yang aku kenal dan kudambakan naik masuk
kedalam hidung dan masuk ke dalam kepalaku lagi. Aku memiliki
dia. Aku memiliki Brynne lagi.
Aku menariknya kebelakang dan menahan wajahnya dengan
tanganku. Aku menyanggahnya dalam posisi itu sehingga aku benarbenar bias
melihatnya. Tatapan matanya tidak pernah bergeming
kearahku. Gadisku sangat berani. Terkadang menyedot
kehidupannya tapi dia menutupinya dan tidak menyingkir untuk
menjauh. Aku menatap bibirnya dan tahu aku akan menciumnya
apakah dia menginginkannya atau tidak. Aku berharap dia
menginginkannya. Bibir cantiknya terasa lembut dan manis seperti sebelumnya. Lebih
dari itu karena aku sudah terlalu lama tidak merasakannya. Rasanya
ibarat di surga saat mulutku melekat di bibirnya. Aku seperti tersesat
dalam momen ini dan lupa kami berada di tempat umum. Tersesat
karena Brynne-ku langsung meresponku.
Dia menciumku kembali dan rasanya begitu menyenangkan ketika
merasakan lidahnya menjerat lidahku. Aku mengerang didalam
mulutnya. Aku tahu apa yang ingin aku lakukan. Dan kebutuhanku
hanya sedikit. Privasi. Brynne telanjang. Jika hanya sesederhana itu.
Aku ingat kami berdiri di tengah kerumunan manusia di Victoria
Embankment dan sayangnya tidak berada di dekat tempat yang
sangat pribadi. Aku berhenti menciumnya danmengusap bibir bawahnya dengan ibu
jariku."Kau ikut denganku. Sekarang."
Dia mengangguk dengan tanganku yang masih dibibirnya dan aku
menciumnya sekali lagi. Sebuah ciuman tanda terima kasih.
Kami tidak berbicara saat kami berjalan ke Rover. Meskipun kami
berpegangan tangan. Aku tidak membiarkannya pergi sampai aku
menyuruh dirinya masuk ke dalam mobil. Begitu dia berada dikursi
penumpang dan menutup pintu, aku menoleh dan benar-benar
menatapnya. Dia terlihat sangat kelaparan dan itu membuatku
marah. Aku ingat malam pertama saat kami bertemu dan bagaimana
aku membelikannya makanan dan air di Power Bar.
"Kita mau pergi kemana?" Tanya dia.
"Pertama" Mencarikan kau makanan." Kata-kataku; keluar sedikit
lebih keras daripada yang kuinginkan.
Dia mengangguk kearahku dan kemudian memalingkan mukanya,
keluar jendela. "Setelah kau makan kita akan membeli ponsel baru serta nomornya
untukmu. Aku perlu memiliki nomor lamamu supaya aku bias
melacak siapapun yang mencoba menghubungimu. Bagaimana?"
Dia menatap pangkuannya dan mengangguk sekali lagi. Aku hamper
menariknya ke dalam pelukanku dan mengatakan padanya semuanya
akan baik-baik saja, tapi aku menahan diriku.
"Lalu aku akan membawa kau pulang. Tempatku-pulang ke rumah."
"Ethan, itu bukan ide yang bagus," bisiknya, masih menatap
pangkuannya. "Persetan dengan ide yang bagus," aku meledak. "Maukah kau
setidaknya melihat padaku?" Dia menoleh, matanya menatapku dan
membara di kursinya, sedikit berkedip seperti api menyala, membuat
matanya terlihat sangat cokelat. Aku ingin menyeretnya kearahku
dan mengguncangnya, memaksa dia untuk memahami bahwa omong
kosong perpisahan ini adalah hal dari masa lalu. Dia pulang kerumah
denganku, seterusnya. Aku memutar kunci untuk menyalakan mesin
mobil. "Apa yang kau inginkan dariku, Ethan?"
"Gampang saja." Aku membuat suara yang kasar. "Aku ingin
kembali kesepuluh hari yang lalu. Aku ingin kembali di kantorku,
berhubungan seks dimejaku dengan kau yang membungkus
disekelilingku! Aku menginginkan tubuhmu di bawahku dan
menatapku dengan beberapa ekspresi selain dari satu-satunya yang
aku lihat ketika kau meninggalkan aku di Lift!" Aku menyandarkan
keningku di setir mobil dan mengambil udara.
"Oke...Ethan." Suaranya terdengar bergetar dan lebih sedikit
mengalah. "Oke, Ethan?" Suaraku mencemooh. "Apa artinya itu" Oke aku
pulang denganmu" Oke untukmu dan aku" Oke, aku akan
membiarkan kau melindungi aku" Apakah itu" Aku membutuhkan
lebih dari kau, Brynne." Aku seakan berbicara dengan kaca depan
karena aku takut untuk melihat wajahnya sekarang. Bagaimana jika
aku tidak bisa membuatnya mengertiDia mencondongkan tubuhnya ke arahku dan
meletakkan tangannya di atas kakiku. "Ethan, aku- aku butuh - aku butuh kebenaran
darimu. Aku harus tahu apa yang terjadi di sekitarku-"
Aku segera menutupi tangannya dengan tanganku. "Aku tahu,
sayang. Aku salah karena menyimpan informasi darimu-"
Dia menggelengkan kepalanya ke arahku. "Tidak, kau tidak tahu.
Biarkan aku menyelesaikan apa yang akan kukatakan." Dia
menempatkan jari-jarinya ke bibirku untuk membuatku supaya diam.
"Kau selalu menyelaku."
"Aku akan menutup mulutku sekarang." Aku meraih jari-jarinya
dengan tanganku yang lain dan menahannya ke bibirku. Aku
mencium jari-jarinya dan tidak melepaskannya. Yah, aku akan
mengambil setiap peluang kecil yang bisa aku dapatkan.
"Kejujuran dan keterus teranganmu itu salah satu hal yang aku sukai
tentang dirimu, Ethan. Kau selalu mengatakan padaku apa yang kau
inginkan, apa yang hendak kau lakukan, bagaimana perasaanmu.
Kau benar bersamaaku dan itu membuatku merasa aman." Dia
memiringkan kepalanya dan mengeleng-gelengkannya. "Kau tidak
tahu bagaimana besarnya aku membutuhkan itu dari kau. Aku tidak
takut atas ketidak tahuanku karena kau begitu baik menceritakan
kepadaku sebenarnya apa yang kau inginkan sampai terjadi dengan
kita. Itu benar-benar berhasil untukku. Tapi secara tidak langsung
aku percaya padamu dan kau merusak kepercayaan diantara kita
dengan bersikap tidak jujur, karena kau tidak mengatakan kepadaku
kalau kau disewa untuk melindungiku. Faktanya aku membutuhkan
perlindungan; itu semua mengacaukan pikiranku, tapi tidakkah kau
berpikir aku berhak tahu tentang sialan itu?"
Ya Tuhan dia tampak seksi saat dia begitu bersemangat dan
mengatakan kata-kata yang buruk. Aku memberinya momen
kemenangan karena dia benar-benar di pihak yang benar.
Ketika ia menarik jari-jarinya menjauh dari bibirku, memberiku ijin
untuk berbicara, aku mengucapkan kata-kataku lebih dari yang dia
katakan. "Aku sangat menyesal." Dan aku sangat menyesal sekali.
Aku telah melakukan kesalahan. Brynne membutuhkan kebenaran
yang sebenar-benarnya. Dia punya alasan sendiri; itu adalah
persyaratan baginya dan aku telah mengacaukannya. Tunggu.
Apakah dia baru saja mengatakan "salah satu hal yang aku sukai
tentang kau?" "Tapi...sejak aku bicara dengan ayahku, dan dia mengatakan sesuatu
kepadaku yang tidak aku ketahui sebelumnya, aku menyadari itu
sepenuhnya bukan kesalahanmu. Ayahku menempatkan kau dalam
posisi supaya kau tidak menceritakan untuk...dan aku sudah
berusaha melihatnya dari perspektifmu. Suratmu telah membuat aku
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerti." "Jadi kau sudah memaafkan aku dan kita bisa menempatkan
kekacauan sialan ini di belakang kita?" Aku sangat berharap tapi
tidak cukup yakin. Terus terang katakan saja padaku sehingga aku
bisa menebak ke mana harus melangkah dari titik ini. Aku bias
berjalan dengan kemungkinan seperti itu.
"Ethan, ada begitu banyak yang tidak kau ketahui tentang aku. Kau
benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku, kan?"
Brynne memberiku tampilan yang diingkarinya selama bertahuntahun dari besarnya
penderitaan dia. Aku ingin membuat
penderitaannya pergi menjauh jika aku bisa. Aku berharap aku bias
mengatakan padanya itu tidak masalah bagiku untuk mengetahuinya.
Jika itu mengerikan dan menyakitinya untuk menceritakan padaku
maka dia tak perlu melakukannya. Tapi aku tahu ini bukan caranya
Brynne. Dia perlu meletakkan semua kartunya di atas meja agar bisa
melangkah maju. "Kurasa aku tak perlu tahu. Aku tidak menyadari masa lalumu telah
membekas begitu dalam sampai saat ini. Aku pikir aku sudah
melindungimu dari kemungkinan pengawasan politis dan pemaparan
sampai membahayakan atau memperoleh keuntungan tergantung
siapa yang menargetkan kau. Begitu aku melihat bahwa kau
memiliki ketakutan, aku jadi sangat peduli pada sesuatu yang
menakutimu, atau yang melukaimu. Aku hanya ingin melindungimu
dan membuat kita tetap bersama-sama." Aku berbicara sambil
menatap wajahnya, begitu dekat denganku, menghirup seluruh
dirinya disetiap napasku.
"Aku tahu, Ethan. Aku sudah mengetahui itu sekarang." Ia bergeser
sepenuhnya kembali kekursinya. "Tapi kau masih tidak tahu
semuanya." Dia memalingkan mukanya ke luar jendela lagi. "Kau
tidak akan suka mendengar tentang hal itu. Kau mungkin
tidak...ingin...untuk bersama-sama lagi setelah kau mengetahuinya."
"Jangan katakan itu padaku. Aku tahu persis apa yang aku inginkan."
Aku meraih dagunya lalu menariknya. "Ayo kita mendapatkan
makanan untukmu dan kau dapat menceritakan padaku apa yang
perlu kau bicarakan. Yah?"
Dia hanya sedikit mengangguk, dia sepakat dengan cara yang
dikuasainya - penampilan yang dia berikan kepadaku membuat aku
benar-benar gila terhadap dirinya dari sudut keposesifanku, bahkan
aku pun jadi terkejut. Aku tahu dia terluka dan takut, tapi aku juga tahu dia itu tangguh
dan dia akan berjuang dengan caranya melewati apapun yang
menghantuinya. Meskipun begitu itu tidak akan mengubah
bagaimana perasaanku. Di mataku, dia adalah gadis cantik Amerikaku dan dia
selalu seperti itu. "Aku tidak akan kemana-mana, Brynne. Kau sudah terjebak
denganku dan kau lebih baik terbiasa untuk itu," kataku. Aku
mencium bibirnya dan melepaskan dagunya.
Dia setengah tersenyum saat aku memundurkan mobil. "Aku sangat
merindukanmu, Ethan."
"Kau tidak tahu." Aku mengulurkan tangan dan menyentuh
wajahnya lagi. Aku tidak bisa menahannya. Dengan menyentuhnya
itu menandakan dia benar-benar ada di sini denganku. Merasakan
kulitnya dan kehangatan tubuhnya yang mengatakan bahwa aku
tidak bermimpi. "Pertama-tama cari makanan. Kau akan makan
sesuatu yang cukup banyak, dan aku akan menonton dan menikmati
setiap detik dari mulut indahmu saat kau makan. Makanan apa yang
kau inginkan sekarang?"
"Aku tidak tahu. Pizza" Aku benar-benar berpakaian tidak pantas
untuk makan malam," dia menyeringai sambil menunjuk
pakaiannya. "Kau mengenakan jas."
"Bagaimana caramu berpakaian bukan masalah bagiku, sayang."
Aku mengambil tangannya ke bibirku dan mencium kulit lembutnya.
"Kau sangat cantik bagiku dalam segala hal...atau tidak ada. Secara
khusus tidak ada," aku mencoba menggodanya.
Dia hanya sedikit tersipu. Aku merasakan denyutan dikemaluanku
ketika aku melihat reaksinya. Aku ingin membawanya pulang
denganku begitu buruknya. Di tempat tidurku di mana aku bisa
meraih semuanya sepanjang malam dan tahu dia berada disana
denganku. Aku tidak akan membiarkan dia pergi lagi.
Dia pernah bilang dia menyukainya ketika aku mencium tangannya.
Dan aku tahu aku tidak bias menahan diriku sendiri. Sulit untuk
tidak menyentuh dan menciumnya sepanjang waktu karena aku tidak
pernah menjadi seseorang untuk menyangkal diriku sendiri sebegitu
banyak yang aku inginkan. Dan aku menginginkan dia.
Dia mengucapkan terima kasih tanpa bersuara tapi masih tampak
sedih. Dia mungkin takut pada percakapan kami nanti, tapi aku tahu
itu harus dilakukan. Demi dirinya sendiri dia harus memberitahuku
tentang sesuatu yang begitu sulit dan aku harus mendengarkannya.
Jika ini apa yang harus dia lakukan agar kami bisa melangkah
kedepan maka aku akan mendengarkan apapun itu.
"Pizza." Aku harus melepaskan tangannya untuk mengemudi tapi
aku bisa menanganinya. Hanya nyaris saja. Gadisku tepat di
sebelahku di dalam mobilku. Aku bisa mencium baunya, dan
melihatnya, dan bahkan menyentuhnya ketika aku mengulurkan
tangan; dia mendekat kepadaku. Dan untuk pertama kalinya dalam
beberapa hari, rasa sakit yang terus menerus didalam dadaku telah
menyelinap pergi. *** Bab 4 Lilin dan pizza sangat sempurna dengan orang yang tepat. Bagiku,
orang yang tepat adalah orang yang duduk di seberangku dan itu tak
akan jadi masalah di manapun kami berada selama kami bersamasama. Tapi Brynne
membutuhkan makanan dan aku perlu
mendengar kisahnya, jadi Bellissima juga cocok seperti juga tempat
lain. Kami duduk di meja di sudut tersendiri yang gelap, sebotol anggur
merah, dan satu sosis raksasa dan jamur untuk berbagi. Aku
mencoba untuk tidak membuatnya tidak nyaman dengan menatapnya
terlalu keras tapi itu sangatlah sulit untuk tidak melakukannya
karena mataku kelaparan untuk melihat dirinya. Rakus.
Aku melakukan hal yang terbaik untuk menjadi pendengar yang
perhatian sebagai gantinya. Di seberang dariku Brynne tampak
seperti dia berjuang untuk memulainya. Aku tersenyum dan
berkomentar tentang seberapa enak rasa makanan kami. Aku
berharap dia akan makan lebih banyak tapi aku menutup mulut
tentang hal itu. Aku yakin aku bukan orang tolol. Aku dibesarkan
dengan seorang kakak perempuan dan pelajaran dari Hannah pasti
telah melekat padaku selama bertahun-tahun. Wanita tidak suka
diberitahu tentang apa yang harus dia makan atau tidak di makan.
Yang terbaik hanya meninggalkannya sendirian dan berharap untuk
yang terbaik. Dia tampak menerawang sangat jauh di kepalanya ketika ia mulai
bercerita tentang hidupnya, aku tidak suka bahasa tubuhnya yang
sedih maupun nada lemah dalam suaranya, tapi hal-hal itu tidak
relevan sekarang. "Orang tuaku berpisah ketika aku berusia empat belas tahun. Aku
tidak menghadapinya dengan baik, kukira. Aku seorang anak tunggal
jadi aku seharusnya meraih untuk mendapatkan semacam validasi
atau mungkin itu untuk membalas mereka karena perceraian itu.
Siapa tahu, tapi intinya" Aku adalah seorang perek di SMA."
Dia mengangkat matanya menatap mataku, abu-abu seperti baja dan
bertekad agar maksudnya tersampaikan padaku.
"Memang benar, aku dulu memang seperti itu. Aku tidak membuat
pilihan bagus dalam memilih pemuda yang aku kencani dan aku
tidak peduli tentang reputasiku. Aku manja dan tidak dewasa, dan
sangat bodoh dan ceroboh."
Benarkah! Kejutan pertama malam ini. Aku tak bisa membayangkan
Brynne seperti itu dan tidak ingin membayangkannya juga, tapi sisi
pragmatisku menyadari sebagian besar orang punya masa lalu, dan
gadisku tidak berbeda. Dia mengambil gelas anggurnya dan menatap
ke dalamnya seperti dia mengingat sesuatu. Aku tidak mengatakan
apa-apa. Aku hanya mendengarkan dan meresapi pemandangan dia
begitu dekat di hadapanku sekarang.
"Ada cerita berita yang mewabah di California beberapa tahun yang
lalu. Seorang anak sheriff membuat sebuah video tentang seorang
gadis di sebuah pesta. Dia pingsan karena mabuk ketika dia dan dua
teman menyetubuhi dan mempermainkan dia di meja biliar."
Aku merasakan bulu roma ditengkukku meremang. Tolonglah, tidak.
"Aku ingat itu," kataku, memaksa diri untuk mendengarkan dan
berusaha untuk tidak bereaksi banyak. "Sang Sheriff mencoba untuk
menindas bukti yang tertuju ke arah anaknya tapi tetap saja bocor
keluar dan si brengsek itu mendapat hukuman juga."
"Ya...dalam kasus itu mereka mendapat hukuman." Dia memandang
ke pizza dan kemudian kembali ke arahku. "Tidak dengan kasus
diriku." Matanya berkaca-kaca dan tiba-tiba aku kehilangan selera makan.
"Aku pergi ke sebuah pesta dengan temanku Jessica dan kami
mabuk tentu saja. Begitu mabuknya hingga aku tidak ingat apapun
yang terjadi sampai aku terbangun dan mendengar mereka tertawa
dan membicarakan tentang diriku." Dia mengambil seteguk besar
anggur sebelum ia melanjutkan. "Lance Oakley adalah orang yang
brengsek, dijuluki si kaya yang menyimpang. Ayahnya adalah
seorang senator negara bagian California pada saat itu. Aku tak tahu
mengapa aku bisa kencan bersamanya. Mungkin karena dia sekedar
mengajak. Seperti kukatakan sebelumnya, aku tidak membuat
pilihan yang baik dengan perilakuku. Aku mengambil risiko. Itulah
betapa tidak pedulinya aku pada diriku sendiri."
Aku benci ini. "Dia pergi masuk ke perguruan tinggi dan aku berada di tahun
terakhirku di SMA. Kukira dia merasa berhak setiap kali dia pulang
bahwa aku akan ada untuk dia tapi kami tidak eksklusif dengan cara
apapun. Aku tahu dia selingkuh. Kukira dia hanya berharap aku akan
menunggunya pulang dari perguruan tinggi dan menjadi tempat
bersenang-senangnya. Aku tahu dia marah padaku pergi kencan
dengan cowok lain yang aku temui di lomba lari, tapi tak tahu betapa
kejamnya dia karena itu."
"Kau jadi anggota tim atletik di sekolahmu?" Tanyaku.
"Ya...lari." Dia mengangguk dan menatap gelasnya lagi. "Jadi aku
bangun dalam kegelapan total dan tak mampu menggerakkan
anggota tubuhku. Kami pikir dia mungkin telah memasukkan
sesuatu ke dalam minumanku..." Dia menelan ludah dan dengan
berani meneruskan. "Mereka berbicara tentangku, tapi aku tak tahu
itu pada awalnya. Atau apa yang telah mereka lakukan padaku. Ada
tiga orang dari mereka, semuanya liburan Thanksgiving dari
perguruan tinggi. Aku bahkan tidak kenal dua orang lainnya, hanya
Lance. Mereka tidak berasal dari sekolahku." Dia meminum
anggurnya. "Aku bisa mendengar mereka tertawa pada seseorang. Mengatakan
bagaimana mereka menjejalkan tongkat biliar dan sebuah botol dan
- dan menyetubuhinya dengan benda-benda itu - bagaimana dia
adalah seorang pelacur yang meminta untuk itu."
Brynne memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Aku
merindukannya. Aku ingin membunuh Oakley dan temannya, dan
berharap temannya yang sudah mati masih hidup sehingga aku bisa
membunuhnya juga. Aku tak tahu tentang hal ini. Aku mengira itu
hanya kesembronoan remaja tolol yang memutuskan untuk merekam
videonya - bukan penyerangan seksual penuh pada seorang gadis
berusia tujuh belas tahun. Aku meraih tangannya dan menutupinya
dengan tanganku. Dia terhenti sesaat dan menutup matanya erat, tapi
dia tidak bergeming. Sekali lagi, keberaniannya membuatku simpati
dan aku menunggunya untuk bicara lebih banyak.
"Aku tak tahu mereka sedang membicarakanku, aku begitu tidak
sadar. Ketika aku bisa menggerakkan kaki dan lengan aku berjuang
untuk bangun. Mereka tertawa dan meninggalkanku di sana di atas
meja. Aku tahu aku sudah berhubungan seks, tapi aku tak tahu
dengan siapa atau rinciannya. Aku merasa sakit dan mabuk. Aku
hanya ingin keluar dari rumah itu. Jadi aku menarik bajuku kembali,
menemukan Jessica, dan mendapat tumpangan pulang."
Sebuah geraman datang tanpa diminta keluar dari tenggorokanku.
Aku tidak bisa menahannya. Bahkan untuk telingaku aku terdengar
seperti anjing. Brynne menatapku hampir kaget sedetik dan
kemudian tatapannya turun di tanganku di atas tangannya. Aku
terfokus padanya dan menarik emosiku. Kehilangan kontrol tidak
akan membantu Brynne sama sekali, jadi aku menggosok ibu jariku
di atas tangannya perlahan-lahan bolak-balik, begitu berharap agar
dia mengerti betapa sakitnya aku mendengar dia diperlakukan
seperti itu. Pikiranku masih terguncang dengan apa yang dia ceritakan. Pada
saat kejahatan itu terjadi, para pelaku sudah dewasa dan dia di
bawah umur. Menarik. Dan aku tak tahu mengapa Tom Bennett telah
menghilangkan informasi ini ketika ia mempekerjakanku. Dia
mungkin hanya berusaha untuk melindungi reputasi anak
tunggalnya. Tidak heran dia marah besar ketika ia tahu bahwa kami
sudah tidur bersama. "Aku akan membuang semuanya keluar dari pikiranku jika tidak
untuk video itu. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan padaku atau
mereka memfilmkanku. Aku datang ke sekolah pada hari Senin dan
itu jadi berita besar. Aku adalah berita besar. Mereka melihatku
telanjang, pingsan karena mabuk, dijadi - dijadikan mainandiperkosa-digunakan
seperti obyek - " Air mata bergulir di pipinya tapi dia tidak kehilangan
ketenangannya. Dia terus bicara dan aku hanya memegang
tangannya. "Semua orang tahu itu adalah aku. Orang-orang telah menyaksikan
video itu sepanjang akhir pekan dan mengedarkannya. Video itu
menunjukkan diriku dengan jelas, tetapi pria-pria itu tidak ada di
kamera dan suaranya telah disamarkan dengan lagu bukan audio
sehingga kau tidak bisa mendengar suara seseorang untuk
mengidentifikasi mereka." Dia merendahkan suaranya menjadi
bisikan. "Nine Inch Nails'-I Wanna F*ck You like Animal. Mereka
membuatnya seperti video musik dengan lirik lagu dicetak di atas
layar dalam huruf besar...Kau biarkan aku memperkosamu - kau
membiarkan aku mencabulimu - kau membiarkan aku memasuki
dirimu - " Dia goyah dan hatiku pecah menjadi dua karena apa yang telah dia
derita. Aku hanya tahu betapa aku ingin hubungan antara kami
berhasil. Aku menghentikannya kemudian. Aku harus. Aku tidak
bisa mendengarkannya lagi dan menahan diri di depan umum. Kami
membutuhkan privasi untuk hal ini. Aku hanya ingin membawanya
ke rumah denganku dan memeluknya erat. Sisanya bisa kami atasi
nanti. Aku meremas tangannya sehingga dia melihat ke arahku. Mata besar
bercahaya, dalam semua warna yang bercampur menjadi satu, penuh
dengan air mata yang aku hanya ingin menjilatnya supaya musnah,
menatap mataku. "Biarkan aku membawamu pulang, please." Aku
mengangguk untuk membuatnya mengerti itu apa yang kami
butuhkan. "Aku ingin sendirian denganmu sekarang, Brynne. Segala
sesuatu yang lain tidaklah begitu penting."
Dia membuat suara yang merobek hatiku. Begitu lembut, namun
terluka dan kasar. Aku berdiri dari meja tiba-tiba, sambil menariknya
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
denganku, dan terberkatilah hatinya, ia mengikutiku tanpa protes.
Aku melemparkan beberapa lembar uang di atas meja dan
membawanya ke mobil dan memasang sabuk pengaman ke tempat
duduknya. Apakah kau yakin menginginkan ini, Ethan?" Dia bertanya padaku,
matanya merah dan penuh air mata.
Aku menatap dia. "Aku belum pernah lebih pasti tentang hal ini dari
apa pun." Aku bersandar padanya dan menaruh tanganku di bagian
belakang kepalanya sehingga aku bisa mengendalikan ciuman. Aku
menciumnya di bibir secara menyeluruh, bahkan menekan giginya
dengan lidahku jadi dia akan membuka mulutnya untukku. Brynne
perlu tahu aku masih menginginkannya. Aku tahu dia berjuang
dengan ide tentang dirinya sendiri dan pengetahuanku tentang masa
lalunya. Dia menganggap aku tidak akan menginginkan dia lagi jika
aku tahu rincian ceritanya.
Gadisku tidak mungkin lebih bersalah lagi.
"Semua barang-barangmu masih ada menunggu untukmu. Hanya
ingin kau tahu ini..." Aku berbicara langsung hanya beberapa inci
dari wajahnya, menancapkan tatapanku langsung pada matanya.
"Aku tak punya niat membiarkanmu pergi." Aku menelan keras.
"Jika kau ikut pergi denganku kau telah menyetujui semuanya untuk
bersamaku, Brynne. Aku tak tahu cara lain untuk bersamamu. Ini
semua untukku. Dan aku ingin menjadi semua ini juga untukmu."
"Semua?" Dia membawa telapak tangannya ke pipiku dan
menahannya di sana, tatapan bertanyannya terlihat begitu tulus.
Aku memutar bibirku untuk menekan mereka ke dalam telapak
tangannya ketika dia memegang wajahku. "Sebuah istilah poker.
Berarti bertaruh semua yang kau miliki di kartu yang saat ini kau
pegang. Kau adalah apa yang aku pegang."
Dia memejamkan matanya lagi dan bibirnya gemetar sedikit. "Aku
bahkan belum mengatakan kepada kau semua ceritanya. Ada lagi."
Dia mengambil tangannya. "Buka matamu dan lihatlah diriku." Kataku dengan lembut tapi
sangat tegas. Dia langsung menurut dan aku harus menahan erangan dengan
sikapnya itu yang membuatku terangsang. "Aku tidak peduli apa pun
yang kau belum katakan padaku atau bahkan apa yang baru saja kau
katakan kepadaku di restoran." Aku menggelengkan kepalaku sedikit
untuk membuatnya mengerti. "Ini tak akan mengubah perasaanku.
Aku tahu kita akan bicara lagi dan kau dapat memberitahu aku
sisanya ketika kau bisa...atau ketika kau perlu. Aku akan
mendengarnya. Aku perlu mendengar semuanya jadi aku bisa
pastikan kau akan tetap aman. Aku akan melakukannya, aku berjanji,
Brynne." "Oh, Ethan - " bibir bawahnya bergetar saat ia menatap ke arahku,
sama cantiknya dalam kesedihan sama seperti saat dia bahagia.
Aku bisa melihat Brynne khawatir tentang banyak hal - berbagi
masa lalunya, reaksiku terhadap masa lalunya, ancaman yang
mungkin terjadi untuk keselamatan dirinya di London, perasaanku -
dan aku sangat ingin menghapus kekhawatiran itu dari ekspresi
wajahnya jika aku bisa. Aku berharap untuk dia menjadi bebas dari
beban dan dibiarkan untuk menjalani hidupnya, mudah-mudahan
denganku di sana di suatu tempat. Aku tidak pernah bermaksud
sebuah janji untuk lebih daripada sekarang. Aku akan menjaga dia
aman, tapi aku juga ingin memastikan dia mengerti apa yang dia
akan dapatkan dalam menyetujui pulang denganku.
"Tapi tidak lagi lari dariku, Brynne. Jika kau perlu jeda itu tidak
masalah, aku akan menghormatinya dan memberimu ruang. Tapi aku
harus bisa datang padamu dan melihatmu, dan tahu bahwa kau tidak
akan kabur lagi... atau menyingkirkan aku." Aku menggosok
bibirnya dengan ibu jariku. "Itulah yang aku butuhkan darimu,
sayang. Dapatkah kau melakukan itu?"
Dia mulai bernapas lebih keras, dadanya menggerakkan
payudaranya naik-turun dalam atasan berwarna pirus ketat, matanya
berkedip-kedip saat ia berpikir. Aku tahu dia takut tapi Brynne harus
belajar untuk percaya padaku jika kita memiliki kesempatan
bersama-sama. Aku berjudi dengan harapan dia akan menerima
tawaranku. Aku tak tahu apa yang harus dilakukan jika dia tidak mau
menerimanya. Hancur berantakan" Menjadi penguntit sejati"
Mendaftar ikut psikoterapi"
"Tapi - aku merasa begitu sulit untuk percaya dalam sebuah
hubungan. Kau sudah mendapatkan lebih jauh dari siapa pun yang
pernah bersamaku sebelumnya. Untuk pertama kalinya aku harus
memilih antara hubungan yang kompleks menakutkan dan menjadi
aman dan tidak rumit...dan sendirian."
Aku mengerang dan mencengkeramnya sedikit lebih ketat. "Aku
tahu kau takut, tapi aku ingin kau memberikan kita kesempatan. Kau
tidak ditakdirkan untuk menjadi sendirian. Kau ditakdirkan untuk
bersamaku." Kata-kataku keluar sedikit lebih keras tapi itu terlalu
terlambat untuk menariknya kembali.
Brynne mengejutkanku dengan tersenyum sedikit dan
menggelengkan kepalanya padaku. "Kau suatu perkecualian, Ethan
Blackstone. Apa kau selalu seperti ini?"
"Seperti apa?" "Begitu menuntut, blak-blakan dan langsung."
Aku mengangkat bahu. "Kurasa. Aku tak tahu. Aku hanya tahu
bagaimana aku denganmu. Aku menginginkan hal-hal denganmu
yang aku tidak pernah inginkan sebelumnya. Aku ingin kau dan itu
yang aku tahu. Sekarang aku ingin kau pulang denganmu dan kita
bersama-sama. Dan aku hanya akan mengambil janji bahwa kau
tidak akan meninggalkanku ketika muncul tanda pertama dari
masalah. Kau akan memberiku kesempatan untuk membuat masalah
itu selesai dan tidak menutup diri dariku."
Aku memegang bahunya dengan kedua tangan. "Aku akan bisa
memahaminya jika kau memberitahuku apa yang kau butuhkan
dariku. Aku ingin memberikan apapun yang kau butuhkan, Brynne."
Aku menggosokan ibu jariku di pangkal lehernya. Kulit yang lembut
di bawah jari-jariku seperti magnet begitu aku mulai menyentuhnya.
Setelah aku mendapat sedikit sentuhan aku tidak mau
melepaskannya. Dia memiringkan kepalanya ke belakang dan memejamkan mata
sesaat, mengalah pada daya tarik antara kami dan memberiku
harapan. Dia mengatakan satu kata. Namaku. "... Ethan."
"Kupikir aku juga tahu apa ini sebenarnya. Kau harus percaya
padaku untuk memberikannya padamu." Aku mencengkeram lebih
erat. "Memilih aku. Memilih Kita."
Dia menggigil. Aku melihat hal itu terjadi dan merasakan itu juga.
Dia mengangguk dan mengucapkan kata-kata, "Baiklah. Aku
berjanji tidak akan lari lagi."
Aku menciumnya perlahan, tanganku bergerak naik untuk
memegang wajahnya. Aku mendorong lidahku diantara bibir
manisnya dan pujian untuk para malaikat, dia membiarkan aku
masuk. Yes. Dia mengizinkanku melewati lidahnya dan menciumku
kembali, lidah hangat halusnya menyelip diantara lidahku. Jackpot.
Aku tahu aku akan memenangkan babak ini - aku ingin menampar
perasaan ini dan memberikan ucapan terima kasih tanpa suara untuk
ibuku di surga. Aku terus menjarah mulut Brynne sebagai gantinya. Aku
membiarkan dia tahu segalanya dalam ciuman itu, mengambil
bibirnya, mengesek bibirnya dengan gigiku, mencoba masuk ke
dalam dirinya. Semakin dalam aku masuk, semakin sulit baginya
untuk meninggalkan aku lagi. Begitulah pikiranku bekerja jika
dengannya. Ini adalah strategi pertempuran dan aku bisa melakukan
ini sepanjang hari. Tidak akan ada lagi melarikan diri dariku, tidak
ada bersembunyi, tidak ada hanya seperempat yang diberikan. Dia
akan menjadi milikku dan biarkan aku mencintainya.
Brynne meleleh di bawah bibirku, menjadi lembut dan penurut,
menemukan tempat yang dia butuhkan dan menarik masuk
kenyamanan, sama seperti yang aku lakukan dalam mengambil
kendali. Itu cocok untuk kita-sangat, sangat bagus. Aku menarik diri
kembali dan menghela napas dalam-dalam. "Mari kita pulang
sekarang." "Apa yang terjadi dengan mengatasi masalah ini dengan perlahan?"
Tanyanya lembut. "Semua dipertaruhkan, sayang," bisikku, "Tidak bisa dengan cara
lain untuk kita." Jika dia tahu pikiran apa yang telah ada di pikiranku
untuk masa depan yang mungkin dia dapatkan dia mungkin akan
senewen denganku lagi dan aku tidak bisa mengambil risiko itu dulu.
Akan ada cukup waktu untuk diskusi itu nanti.
"Kita masih memiliki banyak hal yang harus dibicarakan," katanya.
"Jadi kita akan melakukan banyak pembicaraan." Bersama dengan
hal-hal lainnya. Dia berbalik kembali ke kursinya dan bersandar, membuat dirinya
nyaman dan hanya menatapku saat aku menyetir keluar dari tempat
parkir. Dia memperhatikanku sepanjang perjalanan. Aku suka
matanya terus menatapku. Tidak, aku begitu menyukainya. Aku suka
bahwa dia adamdi sebelahku tampak seperti dia ingin aku seperti
juga aku ingin dia. Aku menatapnya juga ketika aku bisa
mengalihkan pandangan dari jalan.
"Semua dipertaruhkan, ya" Kupikir aku harus belajar bagaimana
untuk bermain poker."
Aku tertawa. "Oh, aku sangat setuju dengan itu. Entah bagaimana
kupikir kau akan menjadi pemain yang alami, sweetheart." Aku
menggoyangkan alisku. "Strip poker dulu?"
"Aku sedang menunggumu untuk mengatakan itu. Senang tahu
bahwa kau tidak mengecewakanku," katanya, memutar matanya.
Aku hanya nyengir dan membayangkan dirinya melakukan stripping
dalam permainan poker karena aku akan memenangkannya di setiap
kesempatannya. Bayangan yang sangat, sangat bagus yang bisa aku
ciptakan. Pada akhirnya dia meminta singgah ke apartemennya sehingga dia
bisa mendapatkan "pil" miliknya. Tidak yakin apakah itu berarti pil
KB atau pil tidur, dan aku tidak punya niat untuk bertanya. Kami
pasti membutuhkan keduanya. Jadi aku melakukan apa yang
dilakukan pria dengan fungsi otak akan dilakukan. Aku
mengantarnya ke apartemennya. Sekali lagi, Aku bangga tidak
menjadi orang tolol. Aku menunggu sementara dia mengemasi tasnya. Aku mengatakan
padanya untuk membawa cukup pakaian untuk beberapa hari. Apa
yang aku inginkan adalah dia untuk tinggal di tempatku tanpa batas,
tapi tidak berpikir ini adalah saat yang tepat untuk memulai
pembicaraan tentang subjek itu - status non-moron-ku pun masih
belum pasti. Kenangan membanjiri otakku ketika kami melangkah ke dalam.
Dinding yang berdekatan dari pintu depan selamanya akan terpatri
dalam lobus frontal-ku (otak depan). Gambaran dia dalam gaun ungu
pendek dan sepatu bot, diangkat olehku. Tuhan, ia telah bekerja
dengan hebat pada kejantananku ke dinding malam itu. Aku sangat
suka tembok sialan itu. Lucu. Aku menyeringai sendiri dengan
lelucon pintarku. "Apa yang membuatmu tersenyum sekarang?" Tanya Brynne saat ia
keluar dari kamarnya dengan tasnya, tampak jauh lebih baik
daripada dia sebelumnya senja hari tadi. Kepribadian penuh
semangatnya kembali. "Ummm...Aku hanya berpikir tentang betapa aku begitu menyukai
dindingmu." Aku memberinya gerakan alis khas terbaikku dan
mengambil tas dari tangannya.
Bibir indah Brynne itu terpisah dengan ekspresi terkejut yang cepat
berubah menjadi humor. "Kau masih bisa membuatku tertawa,
Ethan, meskipun segala sesuatu yang terjadi. Kau punya satu bakat
langka untuk itu." "Terima kasih. Aku ingin berbagi semua bakatku denganmu," kataku
penuh arti, meletakkan lenganku di sekelilingnya saat kami keluar
dari flatnya. Dia melirik ke dinding ketika kami melewati itu. "Aku
melihat itu," kataku.
"Melihat apa?" Tanyanya polos. Oh, dia punya poker face (wajah
tanpa ekspresi) pastinya. Aku tidak sabar untuk mulai bermain kartu
dengannya. "Kau menatap dinding dan ingat bercinta denganku di situ."
Dia menyikutku main-main di rusuk saat kami berjalan. "Aku tidak
melakukan hal seperti itu! Dan kau yang bercinta denganku, bukan
sebaliknya." "Terserah." Aku menggelitik dia dan membuatnya menggeliat ke
arahku. Rasanya indah memiliki dia dalam pelukanku lagi. "Hanya
mengakui kebenaran, sayang, itu adalah percintaan epik yang kita
lakukan di dinding itu."
*** Pada saat aku membawa Brynne dibalik pintu tertutup dari
apartemenku, malam musim panas telah mengelilingi kota.
Setelah perjalanan panjang, kami akhirnya berhenti di tempat
terakhir untuk membeli nomor ponsel baru dan perangkat untuknya.
Perlu hampir satu jam untuk mengatur ponsel itu, tapi perlu. Ponsel
lamanya sekarang aku miliki. Siapa pun menelepon mencari Brynne
Bennett pada nomor itu berurusan denganku.
Mungkin malam ini aku akan menyelidiki si penelepon dan mungkin
berbicara dengan Tom Bennett. Bukan percakapan yang akan
menyenangkan, tapi bukan pula percakapan yang harus aku hindari.
Cheers, Tom. Aku bercinta dengan putrimu lagi. Oh, dan sebelum
aku lupa, kau harus tahu bahwa keselamatan dirinya benar-benar di
tanganku sekarang. Apakah aku juga menyebutkan bahwa dia
milikku" Milikku, Tom. Aku akan menjaga milikku tetap dekat dan
sangat aman. Aku bertanya-tanya bagaimana ia akan memahami berita itu, dan
kemudian aku menyadari bahwa aku tidak terlalu peduli. Dia adalah
orang yang menaruh Brynne di hidupku. Dia adalah prioritasku
sekarang. Aku peduli tentang dia. Aku hanya ingin melindungi dan
menjaga dirinya dari bahaya. Dia akan harus berurusan dengan
situasi ini seperti juga aku harus berurusan dengan ini.
Aku berjalan di belakang dia yang berdiri di jendela, menatap
lampu-lampu kota. Dia bilang dia menyukai pemandangan
drumahku ini pertama kalinya aku membawanya pulang. Aku bilang
aku menyukai pemandangan dia berdiri di rumahku dan tidak ada
yang bisa dibandingkan. Sampai sekarang masih menurut
pendapatku. Aku menyentuhnya dengan hati-hati, tanganku di bahunya, bibirku
di telinganya. "Apa yang kau lihat?"
Dia melihat bayanganku di kaca sehingga dia tidak kaget. "Kota ini.
Aku suka cahaya lampu-lampu di malam hari. "
"Aku suka melihatmu melihat lampu-lampu di malam hari." Aku
memindahkan rambutnya ke samping dan menciumi lehernya. Dia
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 35 Siluman Ular Putih 12 Lukisan Darah Pedang Sinar Emas 3
All In (The Blackstone Affair #2)
by Raine Miller Sinopsis: Ethan Blackstone sedang dalam masalah. Dia melanggar kepercayaan yang diberikan
Brynne, oleh sebab itu dia ditinggal pergi olehnya. Tapi Ethan tidak menyerah, ia bertekad
untuk mendapatkan gadis itu kembali. Gairah mereka sangat eksplosif, tapi rahasia mereka bahkan lebih
gelap dan lebih menakutkan. Kisah ini diceritakan sepenuhnya dari sudut pandang Ethan. Dia kehilangan
akalnya karena amarah, sedih dan sesal. Dia seorang pria patah hati pada awalnya. Sebagian besar novel
ini terfokus pada perkembangan hubungan mereka yang diceritakan dari sudut pandang seorang pria
posesif dan protektif. Sangat menarik untuk masuk ke dalam kepala seorang alpha male, untuk melihat apa
yang membuatnya tergerak dan apa yang memotivasi dirinya. Ethan adalah seorang pria
terobsesi, setiap menit berisi oleh bayangan Brynne dan ketakutannya akan keselamatannya.
Dengan ancaman politik tertuju pada Brynne, Ethan tak punya pilihan selain
berjuang demi Brynne, mendapatkan kembali cintanya, dan melindunginya dari bahaya yang sangat mungkin
membawa Brynne pergi dari dirinya untuk selamanya. Dia bersedia mempertaruhkan segalanya
untuk mendapatkan Brynne dan membuat dia aman. Dia akan berjuang demi Brynne habis-
habisan... Genre: Novel, Erotika, Roman
Copyright? 2012 by Raine Miller
Prolog Juni 2012 London Aku meninggalkan Ethan, di lift dia memohon padaku untuk tidak
pergi. Ini adalah hal paling sulit yang harus kulakukan setelah sekian
lama. Tapi meninggalkan dia memang harus aku lakukan. Aku sudah
membuka hatiku untuk Ethan dan mengetahui hal itu sangat
mengejutkan. Aku sudah mendengarnya ketika dia bilang dia
mencintaiku dan aku juga mendengarnya ketika ia mengatakan ia
hanya berusaha untuk melindungi aku dari masa laluku. Aku
mendengarnya dengan keras dan jelas. Tapi itu tidak mengubah fakta
bahwa aku perlu untuk menjauh darinya.
Yang dapat aku bayangkan adalah pemikiran yang menakutkan
terjadi berulang-ulang. Ethan sudah tahu. Tapi segala sesuatu tidak selalu apa yang mereka bayangkan. Kesan
yang dibuat tidak bisa mengungkap secara keseluruhan. Pemikiran
yang terbentuk berdasarkan emosi dan bukan pada peristiwa yang
berdasarkan kenyataan. Seperti itulah yang terjadi antara Ethan
dengan aku. Tentu saja aku baru mengetahui ini sekarang, dan pada
suatu saat, ketika aku bisa melewati peristiwa yang telah
membentukku, aku bisa melihat hal seperti ini dari sudut pandang
yang sedikit berbeda. Dengan Ethan semuanya begitu cepat, intens...membakar. Dari awal,
dia mengatakan padaku tentang banyak hal. Dia mengatakan padaku
bahwa dia menginginkanku. Dan ya, ia bahkan mengatakan ia
mencintaiku. Ia tidak punya masalah untuk mengatakan padaku
tentang apa yang ia inginkan denganku, atau bagaimana perasaannya
terhadapku. Dan maksudku bukan hanya tentang seks. Seks adalah
yang besar dari hubungan kami, tapi itu bukanlah segalanya saat
bersama Ethan. Dia bisa berbagi perasaannya dengan mudah. Ini
adalah caranya - belum tentu denganku.
Aku merasa seperti Ethan terkadang ingin menghabiskan waktu
denganku. Dia seolah menguasaiku sejak pertama kalinya dan yang
pasti seperti seorang kekasih yang selalu minta perhatian, tapi satu
hal yang pasti, aku menginginkan semua yang pernah ia berikan
padaku. Aku baru mengetahui itu setelah aku meninggalkannya.
Ethan memberiku kedamaian serta keamanan dengan satu cara
dimana aku sebenarnya belum pernah merasa sebagai seorang
dewasa, dan tentu saja belum pernah sebelumnya dalam hal
seksualitasku. Ini hanya bagaimana dia dan kurasa aku memahami
dia sekarang. Dia tidak menuntut dan mengontrol karena dia hanya
ingin mendominasiku, dia seperti itu denganku karena dia tahu
bahwa hal itu adalah apa yang aku butuhkan. Ethan berusaha
memberikanku sesuatu yang aku butuhkan agar hubungan kami
dapat berjalan. Jadi, sementara hari-hari tanpa dia seakan menyakitkan, tapi
kesendirian sangat penting bagiku. Api gairah kami telah membakar
menjadi panas yang membara, dan kami berdua sudah terbakar
sehingga kami sangat mudah dilanda emosi ketika kami bersamasama. Aku tahu aku
perlu waktu untuk penyembuhannya, tapi hal itu
tidak membuat rasa sakit yang menyakitkan hati ini berkurang.
Aku tetap kembali pada ideku yang sama ketika aku pertama kali
mengetahui apa yang dia lakukan.
Ethan tahu apa yang terjadi padaku dan tidak mungkin saat ini ia
bisa mencintaiku. *** Bab 1 Tanganku berdenyut bersamaan dengan detak jantungku. Semuanya
yang bisa kulakukan sekarang hanyalah bernapas di depan pintu lift
yang tertutup rapat yang membawa dia pergi menjauh dariku.
Pikirkan untuk sesaat! Mengejar dia bukanlah pilihan yang tepat jadi aku meninggalkan
lobi dan berjalan memasuki ruang istirahat. Elaina ada di sana
sedang membuat kopi. Dia terus menundukkan kepalanya dan
berpura-pura aku tidak ada. Wanita pintar. Aku berharap orang-orang
idiot di lantai ini bisa melakukan hal yang sama atau mereka
mungkin perlu mencari pekerjaan baru.
Aku melemparkan es ke dalam satu kantong plastik dan mendorong
tanganku masuk kedalamnya. Sialan, rasanya sangat menyengat!
Ada darah dibuku-buku jariku dan aku yakin darahku juga ada
dinding sebelah lift. Aku berjalan kembali ke kantorku dengan
tangan terendam es. Aku mengatakan pada Frances untuk
menghubungi bagian maintenance agar datang dan membersihkan
darah di dinding. Frances mengangguk tanpa ragu dan memandang kantong es di
ujung lenganku. "Apa kau membutuhkan ronsen untuk itu?" Tanya
dia, ekspresinya seperti seorang ibu. Apa yang bisa kubayangkan
seorang ibu setidaknya akan terlihat seperti dia. Aku hampir tidak
ingat ibuku jadi aku mungkin hanya membayangkannya seperti dia.
"Tidak." Aku butuh gadisku kembali, bukan ronsen sialan itu!
Aku berjalan menuju kantorku dan aku mengurung diri di dalam.
Aku mengeluarkan sebotol VanGogh dari kulkas bar dan
membukanya. Menariklaci mejaku, aku mencari sebungkus Djarum
black dan korek api yang biasanya kusimpan di sana. Aku sudah
menghisap rokok yang begitu banyak sejak bertemu Brynne. Aku
harus ingat untuk menyimpan persediaan.
Sekarang semua yang kubutuhkan adalah gelas untuk minum vodka,
atau mungkin tidak perlu. Langsung minum di botol juga tidak
masalah. Aku menenggaknya dengan tanganku yang terluka dan
menyambut rasa sakit ini.
Persetan dengan tanganku, yang patah adalah hatiku.
Aku menatap fotonya. Salah satu foto yang kuambil di tempat
kerjanya ketika ia menunjukkan padaku lukisan Lady Percival
memegang buku. Aku ingat bagaimana aku memakai ponselku
untuk mengambil fotonya dan terkejut melihat hasilnya ternyata
bagus. Sangat bagus malah, aku mendownloadnya dan memesan
cetakannya untuk kupasang dikantorku. Tak peduli itu hanya kamera
dari telepon seluler - Brynne tampak cantik dilihat dari lensa
manapun. Terutama dari lensa mataku. Kadang-kadang rasanya
nyaris menyakitkan saat memandangnya.
Aku ingat pagi itu dengan dia. Aku hanya bisa melihatnya di dalam
mata pikiranku - betapa bahagianya dia ketika aku mengambil
fotonya saat dia tersenyum saat memandang lukisan tua itu...
*** Aku parkir di tempat parkir Galeri Rothvale dan mematikan mesin.
Ini adalah hari yang suram, gerimis dan dingin, tapi tidak di dalam
mobilku. Adanya Brynne yang duduk di sampingku, mengenakan
pakaian kerja, terlihat cantik, seksi, tersenyum padaku, membuatku
melambung, tapi tahu bagaimana kami baru saja berbagi bersamasama pagi ini
begitu dahsyat. Dan aku tidak bicara tentang seks nya
saja. Mengingatnya saat di shower dan apa yang kami lakukan di
sana akan menahanku sepanjang hari - tapi tahu bahwa aku akan
bertemu dengannya lagi nanti malam, seandainya kami masih
bersama, dia adalah milikku, dan aku bisa membawanya ke tempat
tidur dan menunjukkan padanya sekali lagi. Itu adalah pembicaraan
yang pernah kita lakukan. Aku merasa akhirnya dia seperti
membiarkan diriku masuk meskipun hanya sedikit. Bahwa dia peduli
padaku dengan cara yang sama seperti aku peduli padanya. Dan
sudah waktunya untuk mulai bicara tentang masa depan bersama.
Aku ingin sekali bersamanya.
"Apa aku pernah bilang padamu betapa senangnya aku ketika kau
tersenyum padaku, Ethan?"
"Tidak," jawabku, sambil mememberikan senyuman, "katakan
padaku." Dia menggelengkan kepalanya mendengar taktikku dan melihat
hujan di luar jendela. "Aku selalu merasa istimewa ketika kau
melakukannya karena kupikir kau tidak banyak tersenyum di depan
umum. Aku akan mendeskripsikanmu sebagai orang yang menahan
diri. Jadi, ketika kau tersenyum padaku aku seperti agak...terhanyut."
"Lihat aku." Aku menunggu dia untuk menanggapi, tahu hal itu akan
terjadi. Ini adalah masalah lain yang belum kami bahas, tapi itu
sudah sangat jelas dari awal. Brynne secara alami submisif padaku.
Dia menerima apa yang ingin aku berikan padanya - Jiwa Dom
dalam diriku telah menemukan perenunganku, dan itu hanya satu
alasan tambahan kami bisa sempurna bersama.
Aku membuatmu terhanyut, hah"
Dia mengangkat matanya yang cokelat/hijau/abu-abu kearahku dan
menunggu sementara kejantananku berdenyut keras di balik
celanaku. Aku bisa berhubungan seks dengannya di sini, di dalam
mobil ini dan masih menginginkannya beberapa menit setelahnya.
Dia seperti sebuah candu.
"Ya Tuhan, kau tampak cantik saat kau melakukannya."
"Melakukan apa, Ethan?"
Aku menyelipkan sehelai rambut halus di belakang telinganya dan
tersenyum padanya lagi. "Lupakan saja. Kau hanya membuatku
selalu senang. Aku senang mengantarmu ke tempat kerja setelah aku
memilikimu sepanjang malam."
Dia tersipu padaku dan aku ingin berhubungan seks lagi dengannya.
Tidak, itu tidak tepat. Aku ingin bercinta dengannya...dengan
perlahan-lahan. Aku hanya bisa membayangkan tubuh indahnya
berbaring telanjang untukku menuju kenikmatan dengan berbagai
cara yang bisa kulakukan. Semuanya milikku. Hanya untukku.
Brynne membuat aku merasa segalanya -
"Apa kau ingin masuk dan melihat apa yang sedang kukerjakan"
Apa kau punya waktu?"
Aku membawa tangannya ke bibirku dan menghirup aroma kulitnya.
"Kupikir kau tak akan pernah meminta. Tunjukkan padaku, Profesor
Bennett." Dia tertawa. "Mungkin suatu hari nanti. Aku akan memakai jubah
hitam dan kacamata serta menyanggul rambutku. Aku akan
memberikan kuliah tentang teknik konservasi yang tepat, dan kau
bisa duduk di belakang dan mengalihkan perhatianku dengan
komentar yang tidak pantas sambil mengerling."
"Ahhh, dan apakah kau akan memanggilku ke kantormu untuk
memberi hukuman" Apa kau akan menahanku, Profesor Bennett"
Aku yakin kita bisa menegosiasikan kesepakatan denganku untuk
menghilangkan perilaku yang tidak hormat dariku." Aku
menurunkan kepalaku ke pangkuannya.
"Kau gila," katanya padaku, tertawa dan mendorongku kebelakang.
"Ayo masuk." Kami berlari menembus hujan bersama, payungku melindungi kami
berdua, tubuh rampingnya menempel ke tubuhku, dengan aroma
bunga dan sinar matahari hingga membuatku merasa seperti pria
yang paling beruntung di planet ini.
Dia memperkenalkan aku pada petugas keamanan tua dan jelas jatuh
cinta padanya, dan membawaku kebelakang memasuki ruangan
besar, seperti ruang studio. Meja-meja besar dan penyangga kanvas
tersusun dengan pencahayaan yang baik dan banyak ruang terbuka.
Dia membawaku melihat satu lukisan cat minyak yang besar,
seorang wanita berambut gelap, serius dengan mata biru yang
menakjubkan, memegang sebuah buku.
"Ethan, silakan memberi salam pada Lady Percival. Lady Percival,
ini pacarku, Ethan Blackstone." Dia tersenyum kearah lukisan itu
seperti mereka adalah teman baik.
Aku membungkukkan setengah badan kearah lukisan itu dan
berkata, "My lady."
"Bukankah dia menakjubkan?" Tanya Brynne.
Aku mempelajari lukisan itu secara pragmatis. "Well, dia adalah
sosok menarik, itu sudah pasti. Dia tampaknya seperti memiliki satu
cerita di balik mata birunya." Aku memperhatikan lebih dekat untuk
melihat buku yang dia pegang dengan bagian depan yang kelihatan.
Tulisan yang sulit untuk dibaca, tapi tidak beberapa lama aku
menyadari tulisannya adalah bahasa Perancis, setelah itu aku lebih
mudah memahaminya. "Aku sudah meneliti pada bagian itu dan khususnya buku itu," kata
Brynne. "Dia mengalami beberapa kerusakan akibat kebakaran
beberapa dekade yang lalu dan saat ini aku merasa kesulitan karena
api itu telah melelehkan cat dibuku itu. Ini spesial, aku tahu itu."
Aku melihat lagi dan menyuarakan Chr?tien. "Ini bahasa Prancis. Itu
adalah nama Christian di sana." Aku menunjuknya.
Matanya membesar dan suaranya bersemangat. "Benarkah?"
"Ya. Dan aku yakin tulisannya mengatakan, Le Conte du Graal.
Kisah tentang Cawan?" Aku menatap Brynne dan mengangkat bahu.
"Wanita dalam lukisan ini disebut Lady Percival, kan" Bukankah
Percival adalah ksatria yang menemukan Cawan Suci dalam legenda
Raja Arthur?" "Ya Tuhan, Ethan!" Dia meraih lenganku penuh semangat. "Tentu
saja! Percival...itu adalah ceritanya. Kau menemukan jawabannya!
Lady Percival memang memegang buku yang sangat langka. Aku
tahu itu adalah sesuatu yang istimewa! Salah satu cerita pertama
dalam kisah Raja Arthur yang pernah di tulis; itu kembali pada abad
kedua belas. Buku itu adalah Chr?tien de Troyes, Kisah Perceval dan
Cawan." Dia menatap lukisan itu, wajahnya bersinar penuh
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kebahagiaan dan benar-benar senang, dan aku meraih ponselku dan
mengambil fotonya. Sebuah potret sosok Brynne yang luar biasa
sedang tersenyum kearah Lady Percival.
"Well, aku senang aku bisa membantumu, sayang."
Dia melompat kearahku dan mencium bibirku, lengannya memeluk
erat disekeliling tubuhku. Itu adalah perasaan yang paling
menakjubkan di dunia ini.
"Kau memecahkannya! Kau sangat membantuku. Aku akan
menelpon Mallerton Society hari ini dan memberitahu mereka apa
yang sudah kau temukan. Mereka akan tertarik, aku yakin itu. Ada
pameran ulang tahunnya bulan depan...Aku ingin tahu apakah
mereka ingin memasukkan lukisan ini..."
Brynne meracau, bersemangat menceritakan semuanya padaku
seakan aku ingin tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan buku
langka, lukisan mengenai buku langka, dan konservasi lukisan
tentang buku langka. Wajahnya memerah dengan sensasi seperti
telah memecahkan satu misteri tapi senyum dan ciumannya seakan
sama harganya dengan emas bagiku.
*** ...Aku membuka mata dan mencoba untuk mengumpulan
kesadaranku. Kepalaku serasa seperti sudah dipukul dengan papan.
Setengah botol kosong Van Gogh seperti menatapku. Puntung
Djarum bertebaran di atas mejaku di mana pipiku menempel bebas
disana tadi, bau cengkeh dan tembakau yang sudah apak mengisi
hidungku. Aku manarik wajahku dari atas meja dan menyandarkan
kepala ditanganku, disangga oleh siku yang bersandar dengan kuat.
Meja yang sama, tempat aku membaringkan dia dan berhubungan
seks dengannya hanya beberapa jam sebelumnya. Ya, berhubungan
seks. Itu adalah hubungan seks yang benar-benar tanpa penyesalan,
dan begitu menakjubkan hingga mataku seakan tersengat pada
ingatan itu. Lampu ponselku berkedip liar. Aku membaliknya jadi
aku tak harus melihat. Aku tahu bagaimanapun juga tak ada
panggilan dari dia. Brynne tak akan meneleponku. Dan itu aku yakin sekali. Satusatunya pertanyaan
adalah berapa lama sebelum aku mencoba
meneleponnya. Sekarang sudah malam. Di luar gelap. Di mana dia" Apakah dia
sangat terluka dan marah" Menangis" Sedang di hibur oleh temantemannya" Membenci
diriku" Ya, mungkin semua itu benar, dan aku
tidak bisa pergi menemuinya dan membuatnya lebih baik lagi. Dia
tidak menginginkanmu. Jadi rasanya seperti ini. Sedang jatuh cinta. Sudah waktunya untuk
menghadapi kebenaran tentang Brynne dan apa yang telah
kulakukan padanya. Jadi aku tinggal di kantorku dan
menghadapinya. Aku tidak bisa pulang. Sudah terlalu banyak dia ada
di sana, dan melihat barang-barangnya hanya akan membuatku
benar-benar gila. Aku akan tinggal di sini malam ini dan tidur diatas
sprei yang tidak ada aroma tubuh Brynne diatasnya. Tidak memiliki
dia di sana. Gelombang kepanikan seakan mengiris ke dalam diriku
dan aku harus bergerak. Aku mengangkat pantatku dari kursi dan berdiri. Aku melihat
robekan kain merah muda di lantai dekat kakiku dan tahu apakah itu.
Celana dalam lacey yang aku lepas darinya selama kejadian di atas
mejaku. Sialan! Teringat di mana aku berada ketika pesan dari ayahnya
masuk ke teleponku. Sedang terkubur di dalam dirinya. Terasa
menyakitkan untuk meraba sesuatu yang terakhir menyentuh
kulitnya. Aku mengusap kain itu dan menaruhnya ke dalam sakuku.
Shower seperti memanggil-manggil namaku.
Aku berjalan melalui pintu belakang menuju kamar suite dengan
satu tempat tidur, satu bak mandi, TV dan dapur kecil - semuanya
merek papan atas. Tempat tidur untuk bujangan yang sempurna
sebagai pria profesional yang sibuk bekerja sampai lembur hingga
percuma saja untuk pulang ke rumah.
Atau lebih tepatnya seperti tempat untuk berhubungan seks. Ini
adalah tempat di mana aku mengajak wanita jika aku menginginkan
seks dengan mereka. Setelah jam kerja, tentu saja, dan mereka tidak
pernah tinggal sepanjang malam. "teman kencan"ku segera keluar
jauh sebelum fajar. Semua ini terjadi sebelum aku bertemu Brynne.
Aku tak pernah ingin mengajaknya ke sini. Dia berbeda sejak awal.
Spesial. Gadis cantik Amerika-ku.
Brynne bahkan tak tahu tentang suite ini. Dia akan menemukan
jawabannya dalam dua detik tentang tempat ini dan akan
membenciku karena mengajaknya masuk ke suite ini. Aku mengusap
dadaku dan mencoba untuk mengabaikan rasa sakit yang membakar
ini. Aku menyalakan shower dan menanggalkan pakaian.
Saat air panas mengucur di atasku, aku sedang bersandar di dinding
keramik dan menyiram persis di mana aku berada. Kau tidak
bersamanya! Kau mengacaukan segalanya, dan dia tidak
menginginkanmu sekarang. Brynne-ku sudah meninggalkan aku untuk kedua kalinya. Pertama
kali dia melakukannya secara sembunyi-sembunyi di tengah malam
karena ia di teror oleh sebuah mimpi buruk. Kali ini dia hanya
berbalik dan berjalan menjauh dariku tanpa menengok ke belakang.
Aku bisa melihat diwajahnya dan itu bukan ketakutan yang
membuatnya pergi. Itu adalah pengungkapan yang sangat
menyakitkan karena dikhianati, menemukan aku telah menyimpan
kebenaran dari dirinya. Aku telah menghancurkan kepercayaannya.
Aku bertaruh terlalu tinggi yang menyebabkan kehilangan dirinya.
Keinginan untuk menariknya kembali dan membuat dia tinggal
begitu besar hingga aku harus meninju dinding dan kemungkinan
ada sesuatu yang retak ketika aku menahan diri untuk meraihnya.
Dia mengatakan padaku jangan pernah menghubunginya lagi.
Aku mematikan shower dan melangkah keluar, suara menyedihkan
dari tetesan air yang mengalir membuat dadaku terasa lebih sakit
lagi karena kehampaan. Aku menarik handuk mewah dan
mengeringkan kepalaku. Aku menatap tubuhku di cermin saat
wajahku terlihat. Telanjang, basah, dan menyedihkan. Hanya seorang
diri. Aku menyadari kebenaran lain saat aku menatap bajingan
brengsek yaitu diriku sendiri.
Jangan pernah adalah waktu yang sangat lama. Aku mungkin bisa
memberinya waktu satu atau dua hari, tapi jangan pernah adalah
mutlak tidak bisa diterima.
Kenyataan bahwa dia masih membutuhkan perlindungan dari
ancaman yang terbukti bisa berbahaya tidaklah berubah. Aku tidak
akan membiarkan sesuatu terjadi pada wanita yang sangat kucintai.
Tidak pernah. Aku tersenyum di depan cermin, kecerdasanku menggelikan bahkan
untuk diriku sendiri di saat aku dalam kondisi menyedihkan, karena
aku baru saja menemukan contoh sempurna dari penggunaan yang
tepat untuk kata tidak pernah.
*** Bab 2 Hari kedua dari pengasinganku dari Brynne dan ini meyebalkan.
Aku bergerak kemana-kemana dan melakukan banyak hal tapi tidak
terasa benar. Berapa lama aku bisa seperti ini" Haruskah aku
meneleponnya" Jika aku berpikir tentang situasiku terlalu banyak,
ketakutan mulai menyelinap masuk jadi aku meninggalkan pikiran
itu. Aku meninggalkan dia sendirian. Ruang kosong dalam diriku
mendorong untuk melakukan tindakan tapi aku tahu itu terlalu cepat
untuk mencoba mencari dia. Dia butuh sementara waktu dan aku
telah membuat kesalahan ini sebelumnya. Menekan terlalu cepat dan
terlalu keras padanya. Dan menjadi seorang bajingan egois
seutuhnya. Aku parkir di jalan samping rumah di mana aku dibesarkan. Rumput
sangat rapi, gerbang lurus dan semak-semak selalu dipotong rapi.
Dad tidak akan pernah pergi dari sini. Bukan rumah di mana ia
berada dengan ibuku. Ayahku memberi makna baru tentang istilah
'orang tua keras kepala' dan ini adalah di mana ia akan mati suatu
hari nanti. Aku mengambil bir dingin dari kursi dan masuk melalui pintu
gerbang. Seekor kucing hitam berlari di depanku dan menunggu. Dia
bukan anak kucing dan bukan juga kucing dewasa. Seekor kucing
remaja kukira. Dia duduk tepat di depan pintu dan berbalik dan
menatapku. Mata hijau terang berkedip seolah-olah mengatakan
padaku untuk buru-buru membukakan pintu dan membiarkan dia
masuk ke rumah. Kapan sih Ayah mendapat seekor kucing"
Aku membunyikan bel dan kemudian membuka pintu dan
menjulurkan kepalaku masuk. "Ayah?" Si kucing melesat ke dalam
rumah lebih cepat dari kecepatan cahaya dan semua yang bisa
kulakukan hanya menatap. "Kau punya kucing sekarang?" Seruku
dan pergi ke dapur. Aku meletakkan bir di lemari es dan
menjatuhkan diri di sofa.
Menunjuk remote control ke depan, aku menyalakan televisi.
Kejuaraan Eropa. Sungguh sempurna. Aku bisa fokus pada sepak
bola selama beberapa jam, mudah-mudahan minum empat dari enam
bir dan melupakan gadisku untuk sementara waktu. Dan menangis
pada ayahku. Aku menyandarkan kepala ke belakang dan memejamkan mata.
Sesuatu yang berbulu dan lembut naik ke pangkuanku. Kucing itu
kembali. "Ahh, bagus kau berada di sini, dan aku melihat kau sudah bertemu
Soot." Ayahku berjalan di belakangku.
"Kenapa kau mendapat kucing?" Aku tidak bisa menunggu untuk
mendengar jawaban ini. Kami tidak pernah memiliki kucing saat
tumbuh besar. Ayahku mendengus dan duduk di kursinya. "Aku tidak
mendapatkannya. Kau bisa mengatakan bahwa dia yang
mendapatkanku." "Aku bisa membayangkan." Aku membelai tanganku ke bawah
tubuh ramping Soot. "Dia masuk begitu saja ke dalam rumah ketika
aku membuka pintu depan seperti dia pemilik tempat ini."
"Tetanggaku memintaku untuk memberinya makan sementara ia
pergi untuk merawat ibunya yang sakit parah. Dia harus pindah ke
rumah ibunya dan aku mendapatkannya secara otomatis. Kami
saling memiliki pemahaman kurasa."
"Kau dan si tetangga, atau kau dan si kucing?"
Ayahku menatapku tajam, matanya menyipit. Jonathan Blackstone
secara alami sangat perseptif. Selalu. Aku tak pernah bisa
menyembunyikan apapun darinya. Dia selalu tahu kalau aku pulang
mabuk dan ketika aku mulai merokok, atau jika aku kesulitan saat
masih remaja. Aku kira dia selalu seperti itu karena ia adalah orang
tua tunggal untuk sebagian besar hidup kami. Kakak perempuanku
Hannah dan aku tidak pernah diabaikan meskipun kami kehilangan
ibu. Indranya lebih tajam dan ia bisa mengendus masalah seperti
anjing pelacak. Dia melakukannya sekarang.
"Apa yang terjadi padamu, Nak?"
Terjadi pada Brynne. "Itu terlihat, ya?" Kucing mulai mendengkur di pangkuanku.
"Aku tahu anakku sendiri dan aku tahu ketika sesuatu yang aneh
terjadi padamu." Ayahku meninggalkan ruangan selama satu menit.
Ia kembali dengan dua bir dan memberiku satu. "Bir Meksiko?" Dia
mengangkat alisnya padaku dan aku bertanya-tanya apakah aku
terlihat dengan cara yang sama ketika aku melakukannya. Brynne
telah berkomentar pada alis melengkungku lebih dari sekali.
"Ya. Ini enak dengan sepotong lemon dimasukkan ke leher
botolnya." Aku meneguk birnya dan mengelus teman hitam baruku.
"Ini seorang gadis. Brynne. Aku bertemu dengannya, dan aku jatuh
cinta padanya, dan sekarang dia meninggalkanku." Singkat dan
manis. Apa lagi yang ada bisa dikatakan pada ayahku sendiri" Ini
adalah semua yang penting atau semua yang bisa aku pikirkan. Aku
sakit karenanya dan dia telah meninggalkanku.
"Ahhh, well itu lebih masuk akal." Ayah berhenti sejenak seolaholah membiarkan
semua kata-katanya meresap. Aku yakin dia
terkejut dengan kenyataan itu. "Anakku, aku tahu aku sudah pernah
bilang sebelum ini jadi ini bukan berita, tapi kau mendapatkan
ketampananmu dari Ibumu, istirahatlah jiwanya. Yang kau dapatkan
dariku adalah namaku dan mungkin bentuk tubuhku. Dan anugerah
akan bentuk tubuh Adonis-mu membuat sangat mudah bagimu
dengan wanita." "Aku tidak pernah mengejar wanita, Dad."
"Aku tidak mengatakan kau melakukannya, tapi intinya adalah kau
tidak perlu mencari. Mereka mengejarmu." Dia menggeleng
mengingat hal itu. "Ya Tuhan, kau memiliki wanita yang berteriakteriak padamu.
Aku yakin kau akan terjebak menghamili seorang
gadis dan membuatku menjadi kakek jauh sebelum waktu yang
seharusnya." Dia memberiku pandangan yang menyatakan ia
menghabiskan lebih banyak waktu mengkhawatirkan ini daripada
yang ia inginkan. "Tapi kau tidak pernah..." Nada suara Ayahku melemah dan terlihat
agak sedih di matanya. Setelah selesai sekolah aku dikirim ke kamp
militer dan meninggalkan rumah. Dan hampir tidak pernah
kembali... Ayah menepuk lututku dan meneguk birnya.
"Aku tidak pernah menginginkan orang lain seperti aku
menginginkannya." Aku menutup mulutku dan mulai sungguhsungguh minum bir.
Seseorang mencetak gol dalam permainan dan
aku memaksakan diri untuk menonton dan membelai si kucing.
Ayah menunggu dengan sabar sementara waktu tapi dia punya
pertanyaan akhirnya. "Apa yang kau lakukan yang membuatnya
meninggalkanmu?" Rasanya sakit hanya mendengar pertanyaan itu. "Aku berbohong. Itu
adalah kebohongan karena tidak mengatakan semuanya tapi tetap
saja aku tidak menceritakan kebenaran dan dia tahu." Aku
memindahkan kucing dari pangkuanku dengan hati-hati dan pergi ke
dapur untuk mngambil bir lain. Aku malah membawa kembali dua
botol. "Kenapa kau berbohong padanya, Nak?"
Aku bertemu mata gelap ayahku dan berbicara sesuatu yang aku
tidak pernah katakan sebelumnya. Belum pernah sebenar ini
sebelumnya. "Karena aku mencintainya. Aku mencintainya dan tidak
ingin menyakitinya dengan membawa sebuah memori yang
menyakitkan dari masa lalu."
"Jadi kau sudah jatuh cinta." Dia mengangguk kepalanya mengerti
dan menatapku. "Yah Kau punya semua tanda-tandanya. Aku
seharusnya menyadari ketika kau muncul di sini tampak seperti kau
tidur di bawah jembatan."
"Dia meninggalkanku, Ayah." Aku mulai pada bir ketiga dan
menarik kucing kembali ke pangkuanku.
"Kau telah mengatakan itu." Ayah berbicara datar dan terus
menatapku seperti aku mungkin sama sekali bukan anaknya tapi
makhluk alien jadi-jadian. "Jadi, mengapa kau berbohong pada
wanita yang kau cintai" Yang terbaik adalah menceritakannya,
Ethan." Ini ayahku dan aku percaya dia dengan hidupku. Aku yakin tidak ada
orang lain yang akan aku beritahu, selain kemungkinan kakakku.
Aku menarik napas panjang dan menceritakan padanya.
"Aku bertemu dengan ayah Brynne, Tom Bennett, di sebuah
turnamen poker di Las Vegas bertahun-tahun lalu. Kami langsung
akrab dan ia pandai bermain kartu. Tidak sebagus sepertiku, tapi
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami mengembangkan persahabatan. Dia menghubungiku baru-baru
ini dan meminta bantuan. Aku tidak akan melakukannya. Maksudku,
melihat pada apa yang sudah aku miliki saat ini dengan pekerjaanku.
Aku tidak bisa memberikan perlindungan untuk seorang mahasiswa
seni sekaligus model Amerika ketika aku harus mengatur keamanan
VIP untuk Olimpiade!"
Kucing itu tersentak. Ayah hanya mengangkat alis dan duduk
nyaman di kursinya. "Tapi kau melakukannya," katanya.
"Ya, aku melakukannya. Aku melihat foto yang ia kirimkan padaku
dan aku penasaran. Brynne melakukan modeling sebagai pekerjaan
sampingan dan dia ... begitu cantik."
Aku berharap aku punya potretnya di rumahku. Tapi perjanjian
pembeliannya adalah bahwa itu tetap tinggal dipajang di galeri
Andersen selama enam bulan.
Ayahku hanya menatapku dan menunggu.
"Jadi aku tiba di acara galeri dan membeli potret sialan itu dalam
beberapa saat setelah melihatnya, seperti seorang penyair atau apa!
Segera setelah aku bertemu dengannya aku sudah siap untuk
mengirim penjaga untuk menjaganya jika perlu."
Aku menggelengkan kepalaku. "Apa yang terjadi padaku, Ayah?"
"Ibumu suka membaca semua puisi karya para penyair. Keats,
Shelley, Byron." Dia tersenyum sedikit. "Ini terjadi seperti itu
kadang-kadang. Kau menemukan seseorang untukmu dan itu semua
memang seharusnya. Pria telah jatuh cinta dengan wanita sejak dulu
kala, Nak. Kau akhirnya berhasil sampai ke antrian terdepan." Ayah
mengambil tegukan lain birnya.
"Mengapa...Brynne, membutuhkan perlindungan?"
"Anggota Kongres yang meninggal dalam kecelakaan pesawat itu
telah mendapat pengganti. Namanya adalah Senator Oakley dari
California. Nah, sang senator memiliki seorang putra, Lance
Oakley, yang pernah pacaran dengan Brynne. Ada beberapa
masalah...dan rekaman seks - " Aku berhenti sejenak dan menyadari
betapa mengerikannya itu terdengar oleh ayahku.
"Tapi dia dulu hanya seorang gadis yang sangat belia - hanya tujuh
belas dan sangat terluka oleh pengkhianatan itu. Oakley adalah
orang yang benar-benar brengsek padanya. Brynne sering
mengunjungi seorang terapis... " Aku terdiam bertanya-tanya
bagaimana ayahku memahami semua ini. Aku minum bir lagi
sebelum memberitahu bagian terakhir.
"Sang Anak dikirim ke Irak dan Brynne datang untuk belajar di
Universitas London. Dia mempelajari seni dan melestarikan lukisan,
dan dia benar-benar brilian dalam hal itu."
Ayah membuatku terkejut dengan tidak bereaksi terhadap semua
keburukan yang baru saja aku katakan. "Aku mengasumsikan bahwa
sang senator tidak ingin publisitas tentang anaknya berperilaku
buruk untuk menjadi berita." Dia tampak kesal. Ayahku membenci
politisi tidak peduli kewarganegaraan mereka.
"Senator dan partai kuat yang mendukung dia. Sesuatu seperti ini
akan membuat mereka kalah dalam pemilu."
"Bagaimana dengan partai lawan" Mereka akan mencari sekeras
mungkin apa yang orang-orang Oakley berusaha kuburkan," Kata
ayahku. Aku menggeleng kepala bertanya-tanya. "Mengapa kau tidak bekerja
untukku, yah" Kau bisa melakukannya. Kau dapat melihat gambaran
yang lebih besar. Aku membutuhkan sekitar sepuluh orang
sepertimu," kataku kecut.
"Ha! Aku sangat senang untuk membantu ketika kau
membutuhkanku tapi aku tidak melakukannya untuk dibayar."
"Ya, aku sangat menyadari hal itu," kataku, sambil mengangkat satu
tangan. Aku telah mencoba untuk mendapatkan dia agar bekerja
padaku untuk waktu yang lama dan itu adalah semacam lelucon di
antara kami. Dia tidak akan pernah mau menerima uang apapun - si
orang tua keras kepala bodoh.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi untuk menunjukkan bahwa
Brynne-mu membutuhkan perlindungan" Tampaknya sedikit benarbenar
mengkhawatirkannya. Apa yang ayahnya minta darimu?"
"Putra senator itu masih menemukan masalah tampaknya. Dia ada di
rumah sedang cuti dan salah satu teman-temannya terbunuh dalam
perkelahian di sebuah bar. Suara lebih keras bermunculan yang
politisi benci karena suatu alasan. Hal ini akan menyebabkan mereka
menggali ke tempat-tempat yang mereka tidak ingin orang-orang
tahu. Hanya bisa menjadi insiden yang terisolasi, tapi teman yang
mati itu tahu tentang video tersebut. Ayah Brynne terus waspada
penuh pada saat ini. Kata-katanya, "Ketika orang-orang yang tahu
tentang video itu ditemukan mati, maka aku perlu untuk melindungi
putriku. '" Aku mengangkat bahu. "Dia memintaku untuk
membantunya. Aku berkata tidak pada awalnya dan menawarkan
rujukan ke perusahaan lain, tapi ia mengirimkanku fotonya di
email." "Dan kau tidak bisa mengatakan tidak setelah kau melihat fotonya."
Ayah mengatakan itu sebagai sebuah pernyataan. Aku tahu bahwa ia
mengerti bagaimana perasaanku tentang Brynne.
"Tidak Aku tidak bisa." Aku menggelengkan kepalaku. "Aku
terpesona. Aku pergi ke pertunjukan galeri dan membeli fotonya.
Dan ketika dia datang ke ruangan, Ayah, aku tidak bisa mengalihkan
pandangan darinya. Dia bermaksudkan untuk berjalan sendiri naik
kereta bawah tanah The Tube dalam gelap sehingga aku
memperkenalkan diri dan meyakinkan dirinya untuk membiarkan
aku membawanya pulang di mobilku. Aku mencoba untuk
meninggalkan dia sendiri setelah itu. Aku benar-benar ingin..."
Dia tersenyum lagi. "Kau selalu menjadi seorang pelindung."
"Tapi itu menjadi jauh lebih berarti bagiku dari hanya sekedar
pekerjaan. Aku ingin bersama Brynne..." Aku memandang ayahku
duduk dengan tenang dan mendengarkan, tubuh besar masih sehat
untuk seorang pria enam puluh tiga tahun. Aku tahu bahwa ia
mengerti. Aku tidak perlu menjelaskan lagi tentang motivasiku dan
bagian yang ini membuatku lega.
"Tapi dia tahu bahwa ayahnya menyewamu untuk melindunginya?"
"Ya. Dia mendengar panggilan telepon di kantorku. Ayahnya marah
besar ketika ia menyadari kami berkencan dan menanyakan padaku
tentang itu." Aku pikir ayahku mungkin juga paham seluruh
kekacauan itu. "Aku membayangkan dia merasa dikhianati dan terekspos. Jika masa
lalunya dengan putra sang senator, atau siapa pun, adalah sesuatu
yang kau tahu, dan tidak katakan padanya kau tahu?" Ayah
menggelengkan kepalanya. "Apa yang kau pikirkan" Dan dia harus diberitahu tentang kematian
cowok yang lain itu - tentang kemungkinan ancaman ke arah
dirinya. Dan bahwa kau mencintainya. Dan bahwa kau berniat untuk
tetap menjaganya. Seorang wanita membutuhkan kebenaran, Nak.
Kau harus menceritakan semua jika kau ingin dia mempercayaimu
lagi." "Aku sudah mengatakan padanya." Aku mengembuskan napas kuat
dan menyandarkan kepalaku kembali di sofa untuk melihat langitlangit. Soot
menggeliat dan mengatur kembali dirinya di
pangkuanku. "Nah, berusaha lebih keras. Mulailah dengan kebenaran dan
lanjutkan dari sana. Apakah dia akan menerimamu atau tidak. Tapi
kau juga jangan menyerah. Kau harus terus mencoba."
Aku mengambil ponselku dan mengambil gambar Brynne yang
sedang melihat lukisan itu dan mengulurkannya untuk Ayah. Dia
tersenyum saat ia mengamati foto dia melalui kacamatanya. Sebuah
kesan kenangan di matanya mengingatkanku dia sedang memikirkan
ibuku. Dia menyerahkannya kembali setelah beberapa saat.
"Dia seorang gadis cantik, Ethan. Aku harap kita mendapatkan
kesempatan untuk bertemu suatu hari nanti." Ayah menatap lurus di
mataku dan mengatakan kepadaku seperti ini. Tidak ada simpati,
hanya kebenaran yang brutal. "Kau harus mengikuti kata hatimu,
Nak...tidak ada yang bisa melakukannya untukmu."
*** Aku meninggalkan tempat ayahku kemudian pada sore hari, pulang
ke rumah dan berolahraga selama tiga jam di gym ku. Aku terus
melakukannya sampai seluruh tubuhku nyeri otot dan bau
berkeringat. Merendam diri dalam bak mandi berbuihku setelah itu
rasa enak. Dan merokok. Aku merokok terlalu banyak sekarang. Itu
tidak baik untukku dan aku perlu untuk menguranginya. Tapi sialan,
dorongan itu begitu kuat. Bersama Brynne telah cukup
menenangkanku sehingga aku tidak menginginkan hal itu terlau
banyak, tapi sekarang dia sudah pergi, aku merokok tidak putus
seperti pembunuh berantai yang kami jadikan candaan dalam
percakapan pertama kami. Aku menggantungkan Djarum dibibirku dan menatap gelembung.
Brynne sangat suka berendam. Dia tidak memiliki bak di
apartemennya dan mengatakan padaku dia merindukannya. Aku
menyukai ide dia telanjang di bak mandiku. Dia telanjang...Ini
adalah sesuatu yang benar-benar tidak baik untukku berpikir tentang
hal itu tapi aku menghabiskan berjam-jam melakukannya. Dan jika
aku beralasan mengapa, merupakan dasar untuk segala sesuatu yang
telah terjadi dengan kami. Dia Telanjang...foto yang dikirim Tom
Bennett padaku adalah foto yang sama yang aku beli di pameran.
Dari pandangan pragmatis itu hanya gambar telanjang tubuh indah
yang siapapun akan menghargai, laki-laki atau perempuan.
Tapi bahkan dengan sedikit keterangan yang dia katakan padaku di
awal, dipasangkan dengan fotonya dalam semua kerentanan, daya
tarik, dan keindahan yang mencolok, pemikiran bahwa dia bisa
berada dalam bahaya atau seseorang yang sengaja akan
menyakitinya, memusatkanku untuk pergi keluar ke jalanan dan
membawanya dengan aman ke dalam mobilku. Aku hanya tidak bisa
berjalan menjauh darinya dan menjaga hati nuraniku utuh. Dan
setelah kami bertemu pikiranku menggila dengan fantasi. Semua
yang aku bisa lihat di kepalaku sementara kami berbicara
adalah...Dia telanjang. Bak mandiku mulai kehilangan panas dan daya tariknya setelah satu
jam. Jadi aku keluar dan berpakaian dan pergi mencari buku. Surat
dari John Keats ke Fanny Brawne.
Sesuatu yang Ayah sebutkan mengingatkanku tentang itu. Dia
mengatakan ibuku mencintai membaca puisi karya penyair besar.
Aku tahu Brynne menyukai Keats. Aku menemukan buku itu di sofa
di mana dia jelas pernah membacanya dan bertanya padanya tentang
hal itu. Brynne mengakui kecintaannya pada Keats dan ingin tahu
mengapa aku bahkan memiliki buku itu di rumahku. Aku
mengatakan padanya bahwa ayahku selalu memberiku buku-buku
yang orang-orang tidak sengaja tertinggal di taksinya. Dia benci
untuk melemparkan mereka keluar sehingga ia akan membawa
mereka pulang setiap kali ia memperoleh sesuatu yang layak. Ketika
aku membeli apartemenku, dia menyeret beberapa kotak buku-buku
untuk mengisi rak-rak dan itu pasti tersimpan di garasinya. Aku jujur
bilang padanya bahwa aku tidak pernah membaca Keats.
Aku sedang membacanya sekarang.
Aku menemukan bahwa Keats memiliki cara sendiri dengan katakata. Bagi seorang
pria yang meninggal di usia hanya dua puluh
lima, ia bisa mengekspresikan diri dalam surat-surat kepada
pacarnya ketika mereka terpisah. Dan aku bisa merasakan rasa
sakitnya seperti itu rasa sakitku sendiri. Itu memang rasa sakitku
sendiri. Aku memutuskan untuk menulis sepucuk surat dengan
menggunakan pena dan kertas. Aku menemukan beberapa kapas
yang bagus di stasioner di kantorku dan membawa buku itu
denganku. Simba mengibaskan siripnya di akuarium ketika aku
berjalan, selalu mengharapkan diberi makanan. Aku sayang pada
hewan yang mengemis jadi aku menjatuhkan krill beku dan
menyaksikan dia melahap itu.
"Dia mencintaimu, Simba. Mungkin jika aku katakan padanya
bahwa kau merindukannya dan mau diberi makan olehnya dia akan
datang kembali." Jadi aku bicara dengan ikan sekarang. Bagaimana
bisa sekarang aku berasa ke titik rendah ini" Aku mengabaikan
dorongan untuk merokok, mencuci tanganku dan duduk untuk
menulis. Brynne, "Aku tak tahu bagaimana elastisnya semangatku jadinya,
kesenangan apa yang mungkin aku rasakan dengan hidup di sini
jika mengingatmu tidak begitu berat bagiku. Tanyakan pada diri
sendiri kekasihku apakah kau sangat kejam untuk membuatku
menjadi terkungkung, begitu menghancurkan kebebasanku.
...Semua pikiranku, rasa ketidakbahagiaanku siang dan malam, aku
tidak menemukan sama sekali penyembuh cintaku pada Sang
Cantik, tetapi membuatnya begitu kuat sampai aku sengsara karena
kau tidak bersamaku...Aku tidak bisa membayangkan setiap awal
cinta seperti ini yang kumiliki untukmu selain Sang Cantik." Juli
1819. Aku tahu kau akan mengenali kata-kata Keats. Aku mulai membaca
buku yang kau sukai. Aku bisa mengatakan bahwa aku memiliki
pemahaman tentang apa yang sekarang orang itu berusaha untuk
ungkapkan ke Miss Brawne tentang bagaimana dia telah
menangkap hatinya. Seperti kau sudah merebut hatiku, Brynne.
Aku merindukanmu. Pikiran tentangmu tidak pernah
meninggalkanku, dan jika aku bisa mengatakan itu sekali lagi dan
kau percaya padaku, maka aku kira ada beberapa kenyamanan
dalam hal itu. Aku hanya bisa mencoba untuk membuatmu tahu apa
yang aku rasakan. Aku sangat menyesal untuk menympan pengetahuan tentang masa
lalumu dan bagaimana aku datang untuk memperhatikanmu
menjadi rahasia, tapi kau perlu tahu sesuatu karena itu adalah
kebenaran yang brutal. Aku tidak punya niat untuk mengambil
pekerjaan ini. Aku berencana untuk memberikan ayahmu nama
agensi lain untuk mengamankanmu. Aku tidak bisa melakukan itu,
segera setelah aku bertemu denganmu. Aku ingin memberitahumu
malam itu di jalanan bahwa ayahmu mencoba untuk mengatur
perlindungan tetapi ketika aku melihat bagaimana caramu
memandangku, Brynne, aku merasa sesuatu - sebuah koneksi
denganmu. Ada hal-hal yang bergerak dalam diriku dan jatuh pada tempatnya.
Kepingan yang hilang dari teka-tekiku" Aku tak tahu apakah itu,
aku hanya tahu itu terjadi padaku di malam kita bertemu. Aku
mencoba untuk menjaga jarak dan membiarkanmu menyelinap pergi
kembali ke dalam hidupmu, tapi aku tidak bisa melakukannya. Aku
tertarik padamu dari saat pertama aku melihat potretmu. Aku harus
mengenalmu. Dan kemudian untuk bersamamu. Untuk memilikimu
melihatku dan benar-benar melihatku. Aku tahu sekarang bahwa
aku jatuh cinta. Aku jatuh cinta dengan seorang gadis Amerika yang
cantik. Kau, Brynne. Ada banyak waktu aku ingin mengatakan bagaimana aku datang
untuk menemukanmu malam itu di galeri. Aku berhenti sendiri
setiap kali karena aku takut menyakitimu. Aku bisa melihat
bagaimana ketakutan dirimu ketika kau bangun dengan mimpi
buruk. Aku hanya bisa menebak mengapa, tapi aku akan melakukan
apa saja untuk menjagamu agar tidak terluka. Aku tahu entah suatu
saat akan memberitahumu bahwa ayahmu menyewa keamanan
untuk melindungimu dari musuh-musuh politik yang kuat yang akan
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menakut-nakutimu. Ini membuatku ketakutan juga memikirkan orang ingin
menargetkanmu kesakitan, emosional atau sebaliknya. Aku tahu kau
bilang aku dipecat, tapi jika terjadi sesuatu atau seseorang
menakutimu, aku ingin kau meneleponku dan aku akan datang
kepadamu dalam sekejap. Aku serius tentang hal ini. Hubungi aku.
Kau adalah seseorang yang sangat spesial, Brynne. Aku merasakan
hal-hal denganmu - emosi dan ide-ide dan impian, sebuah
pemahaman yang mendalam yang membawaku ke tempat yang aku
tak pernah berpikir aku akan menemukannya dengan orang lain.
Tapi aku punya setan juga. Aku takut menghadapi mereka tanpamu.
Aku tak tahu apa yang aku lakukan sepanjang waktu tapi aku tahu
bagaimana perasaanku padamu. Dan bahkan jika kau membenciku
untuk apa yang aku telah lakukan, aku masih akan mencintaimu.
Jika kau tidak mau melihatku, aku masih akan mencintaimu. Aku
masih akan mencintaimu karena kau adalah milikku. Milikku,
Brynne. Dalam hatiku kau milikku, dan tak seorang pun yang bisa
mengambilnya dariku. Bahkan kau sendiri.
E *** Seminggu berlalu sebelum aku mengirimkan Brynne suratku.
Minggu terlama dalam hidupku.
Tidak sepenuhnya benar, tapi aku merokok Djarum cukup banyak
yang bisa membuatku bangkrut atau memberiku kanker. Aku
memesan ke toko bunga, bunga ungu dan memasukkan suratnya.
Saat itu hari Minggu sore ketika aku memerintahkan mereka dan
florist mengatakan padaku mereka akan menyampaikannya pada hari
Senin. Aku telah menyuruh mereka mengirimkan ke dia di tempat
kerja bukan apartemennya. Aku tahu dia sibuk dengan kuliah dan
ingin menunggu sampai ujian akhirnya sudah berakhir dan selesai.
Brynne dan aku belum berakhir dan selesai. Ini adalah mantra yang
aku terus yakinkan pada diri sendiri selama hari-hari itu karena itu
satu-satunya pilihan yang bisa aku terima.
*** Bab 3 Mereka membuatmu percaya akan sesuatu yang tidak benar. Mereka
mengatakan padamu berkali-kali, kau menerima apa yang mereka
katakan padamu adalah kebenaran dan bukanlah suatu kebohongan.
Kamu menderita karenanya, seperti itulah kenyataannya. Siksaan
yang paling efektif bukan secara fisik - tapi tentu saja secara mental.
Pikiran dapat membayangkan teror jauh lebih mengerikan dibanding
yang pernah bisa kau tanggung secara fisik, seperti halnya dengan
pikiran yang akan mengabaikan rasa sakit secara fisik ketika rasa
sakitnya melebihi apa yang tubuhmu dapat menanggungnya.
Saraf-saraf dipunggungku berteriak seperti cairan asam yang
dituangkan diatas daging yang terluka. Rasa sakit telah
menyesakkanku hingga begitu akut. Aku bertanya-tanya berapa
lama sampai aku jatuh pingsan, dan jika itu terjadi, bisakah aku
bangun lagi di kehidupan ini. Aku ragu apakah aku bisa berjalan
lebih dari beberapa meter. Aku hampir tidak bisa melihat melalui
darah yang keluar dari mataku dan ledakan menuju kepalaku. Aku
akan mati di neraka ini dan mungkin segera. Aku berharap itu
segera. Ayahku dan Hannah tidak boleh melihataku seperti ini. Aku
berharap mereka tak pernah tahu bagaimana aku menemui ajalku.
Aku berdoa semoga tak akan ada video tentang eksekusiku.
Kumohon, ya Tuhan, jangan ada video tentang itu -
Tak ada pilihan apapun. Aku tak memiliki keberuntungan ketika
mereka menyergap tim kami. Tak punya keberuntungan ketika
senjataku macet. Tak punya keberuntungan ketika aku tak jadi mati
saat berusaha menghindari penangkapanku. Para keparat ini
mempelajari teknik mereka dari orang Rusia. Mereka senang
mendapatkan tahanan orang Barat. Dan British SF" (pasukan
khusus Inggris) Aku adalah aset yang paling berharga di dalam tim.
Dan benar-benar dikorbankan untuk negaraku. Tak ada pilihan
apapun. Sebuah pengorbanan untuk kepentingan yang lebih besar,
untuk demokrasi, untuk kebebasan.
Persetan dengan kebebasan. Aku tidak memilikinya.
Penyiksaku hari ini senang bicara. Dia tak pernah berhenti bicara
tentang Brynne. Aku benar-benar berharap dia akan menutup
mulutnya yang kotor. Mereka tak tahu di mana Brynne
berada...mereka tak tahu bagaimana menemukan Brynne...mereka
bahkan tak tahu namanya. Aku terus mengatakan pada diriku
sendiri tentang kebenaran ini karena semua yang kupunya hanya
untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
Pukulan backhand ke wajahku mengagetkanku. kemudian pukulan
berikutnya membangunkanku sepenuhnya.
"Kami akan membuatmu menonton ketika kami mengambilnya. Dia
akan menjerit seperti seorang pelacur. Seorang pelacur Amerika
yang melakukan foto telanjang. "Dia meludahi wajahku dan
menarik rambut kepalaku kebelakang. "Pacarmu sangat
menjijikkan...dia pantas menerima semua yang akan menimpanya.
Untuk dipakai layaknya pelacur kotor." Dia tertawa padaku.
Aku menatap dan mengingat wajahnya. Aku tak akan pernah
melupakan dan jika kesempatan itu ada aku akan memotong
lidahnya terlebih dulu, sebelum aku membunuhnya. Bahkan jika
pembunuhan itu hanya khayalan saja dalam pikiranku. Dia tidak
suka reaksiku. Di dalam hati aku seperti membeku karena ketakutan.
Bagaimana aku bisa menghentikan dia supaya tidak diculik" Aku
ingin memohon tapi aku tidak bisa. Aku hanya menatap dan
merasakan debaran jantung didalam dadaku, yang membuktikan
bahwa statusku masih hidup. Untuk saat ini.
"Setiap penjaga akan bergiliran di antara pahanya. Kemudian
ketika nafsu mereka mengendur dia mungkin menonton saat kami
memenggal kepalamu. Kau tahu ini akan menjadi caramu untuk
bertemu dengan ajalmu, kan?" Dia menahan leherku untuk
mendongak dan menyeret jarinya melintas tenggorokanku. "Kau
akan minta ampun seperti babi, kau...akan dipenggal. Lantas kau
tak akan bangga karenanya." Dia tertawa di depan wajahku,
giginya kuning menyala di bawah kumisnya. "Lalu kami akan
membunuh pelacur Amerika-mu dengan cara yang sama - "
Aku langsung duduk tegak di tempat tidurku dengan terengah-engah,
tanganku memegang kemaluanku dan keringat menetes. Aku
bersandar di kepala ranjang dan mengingat-ingat di manakah aku
berada...dan syukurlah aku tidak disana. Kau tidak ada disana lagi.
Itu hanya mimpi. Itu sudah lama sekali.
Mimpi burukku seperti sesuatu yang diambil dari segala hal buruk
yang pernah terjadi padamu, dan diaduk bersama menjadi satu
seduhan yang mengerikan, dan kau harus berendam didalamnya.
Aku memejamkan mata dengan lega. Brynne bukanlah bagian dari
ketakutanku saat di Afghanistan. Dia ada disini sampai sekarang.
Brynne tinggal di London, bekerja dan mengambil gelar sarjananya.
Itu hanya pikiran bawah sadarmu yang dicampur menjadi satu
dengan segala sesuatu yang buruk. Brynne masih aman berada di
kota ini. Dia hanya tidak bersamaku lagi.
Aku melihat kemaluanku, panas dan keras dan kepalan tanganku
membungkus di sekelilingnya. Aku memejamkan mata dan mulai
membelai. kalau aku membuat mataku tetap tertutup, aku bisa
mengingat hari itu di kantorku. Aku butuh pelepasan sekarang. Aku
harus mendapat pelepasan agar aku bisa menghentikan serangan
mimpi buruk yang kacau itu. Apapun hasilnya. Itu adalah
penyelesaian sementara tapi harus dilakukan.
Aku ingat. Pertama kali dia datang menemuiku. Dia memakai sepatu
bot merah dan rok hitam. Aku memintanya untuk duduk di
pangkuanku dan membuat dia orgasme saat tanganku memasuki
dirinya. Begitu seksi penampilannya di kantorku. Dia tampak cantik
ketika klimaks dengan tanganku ada didalam dirinya, dari apa yang
kulakukan padanya, dari apa yang dia rasakan.
Brynne mencoba untuk menjauh dariku dan aku tak ingin
melepasnya. Aku ingat dia harus menarik dirinya keluar dari
pangkuanku. Tapi ketika dia meluncur lalu berlutut, kemudian
menyentuhku melalui celanaku, aku jadi mengerti. Dia bilang dia
ingin mengisapku. Aku tahu aku mencintainya pada saat itu. Aku
tahu karena dia jujur,murah hati dan tidak menipu. Dia tidak
berpura-pura dan sempurna dan milikku.
Tidak, sekarang dia bukan milikmu lagi. Dia meninggalkanmu.
Aku tetap menutup mataku dan mengingat bayangan bibir cantiknya
menutup ujung kemaluanku dan membawa milikku memasukinya.
Bagaimana basah dan hangat serta indah mulutnya yang kurasakan
untuk pertama kalinya. Betapa cantiknya saat itu ketika ia
menelannya dan menatapku dengan misterius, terlihat sangat seksi.
Aku tak pernah tahu apa yang dia pikirkan. Bagaimanapun juga ia
adalah seorang wanita dewasa.
Aku ingat semuanya - suara yang dia buat, rambut panjang
menutupi wajahnya, bibir hangatnya bergeser dengan licin,
genggamannya padaku saat ia memutar dan menarikku ke dalam
mulutnya yang indah itu. Aku mengingat kembali waktu spesialku dengan Brynne, ketika aku
tersentak menuju klimaks dalam rasanya hampa yang sangat
menyedihkan dan kesendirianku saat ini. Aku harus mengingatnya
atau aku tak akan bisa klimaks. Aku menjerit saat benihku
menembak keluar dari ujung kemaluanku dalam desakan yang
mendekati rasa sakit, seprei di tempat tidurku, tampak cairan putih
mengkilap diatas warna hitam. Ini seharusnya bersama dia! Aku
terengah-engah bersandar dikepala ranjang dan membiarkan
pelepasan menyebar ke seluruh tubuhku, marah karena aku baru saja
masturbasi dengan membayangkannya seperti orang yang kacau
karena putus asa. Aku tak peduli sedikitpun tentang kekacauan ini. seprei dapat dicuci.
Tapi pikiranku tidak bisa.
Aku bisa mengingatnya setiap kali aku berada di dalam dirinya.
Kekosongan yang menyerangku adalah sesuatu yang nyaris terlihat
kejam, dan klimaks ini jelas tidak bisa menggantikan sesuatu yang
nyata. Rasanya sangat hampa dan sama sekali tidak berguna.
Tak ada cara yang mungkin, Benny! Dia terlalu tampan harus
menggunakan tangannya untuk mendapat orgasme.
Ya, benar. Aku bangun dan melepas seprei dari tempat tidur dan
berjalan menuju shower. Tak ada apapun kecuali dia yang cukup
bagiku. *** Dia meneleponku sore harinya di ponselku. Aku melewatkan
panggilannya karena ada meeting dengan orang-orang idiot. Aku
ingin menyakiti orang-orang tolol yang telah mengambil waktuku
tapi sebagai gantinya aku menekan pesan suara.
"Ethan, aku - aku menerima suratmu." Suaranya terdengar lemah
dan keinginan untuk mendatanginya begitu besar, aku tak tahu
bagaimana aku akan bertahan untuk tetap menjauh darinya. "Terima
kasih atas kirimannya. Bunganya sangat indah. Aku - aku hanya
ingin kau tahu bahwa aku sudah bicara dengan ayahku dan dia
mengatakan padaku beberapa hal - "
Lalu dia tidak bisa menguasai dirinya. Aku bisa mendengar suara
tangisan yang tertahan. Aku tahu itu, dan rasa sakitnya merobek
hatiku hingga terbuka lebar. "Aku harus pergi...mungkin nanti kita
bisa bicara." Dia berbisik saat mengakhirinya. "Bye, Ethan."
Kemudian dia menutup telepon.
Kupikir aku akan memecahkan kaca ditombol ponselku saat
menekan redial, berdoa semoga ia mengangkatnya dan mau bicara
denganku. Waktu seperti melambat tanpa berhenti saat panggilan
sudah terhubung. Sekali, dua kali, tiga nada dering. Jantungku
berdebar dan kebutuhan udara semakin meningkat -
"Hai." Hanya satu kata pendek. Tapi itu suaranya dan ditujukan
padaku. Aku bisa mendengar suara-suara di belakangnya. Sepertinya
suara lalu lintas. "Brynne ...bagaimana kabarmu" Kau terdengar sedih pada pesanmu.
Aku sedang meeting..." Aku terdiam saat menyadari aku mulai
melantur. Aku memaksa menutup mulutku dan sangat berharap
mendapat rokok kretek hitam yang menyenangkan.
Dia menarik napas dalam-dalam di gagang teleponnya. "Ethan, kau
bilang agar aku menelepon jika terjadi sesuatu yang aneh - "
"Apa yang terjadi" Apa kau baik-baik saja" Dimana kau sekarang?"
Aku merasa darahku membeku saat mendengar kata-katanya. "Kau
berada diluar?" "Aku sedang melarikan diri saat ini. Aku harus keluar dari pikiranku
sebentar untuk beristirahat."
"Aku akan mendatangimu. Katakan padaku di mana kau berada."
Dia langsung diam. Aku bisa mendengar suara mobil bergerak di
sekitarnya dan aku benci dipaksa menahan diri dan membayangkan
suatu gambaran di mana dia berada saat ini. Sendirian di jalan.
Sangat rapuh. Tanpa perlindungan.
"Maukah kau memberitahuku, please" Aku ingin bertemu denganmu
- kita perlu bicara. Dan aku ingin mendengar apa yang membuatmu
cemas hingga kau meneleponku dan meninggalkan pesan itu
sebelumnya." Sunyi lagi. "Sayang, aku tak bisa membantu jika kau
tidak membiarkanku tahu."
"Apakah kau melihatnya?" Suaranya berubah, menjadi serak.
"Lihat apa?" Aku bersumpah aku hanya ingin pergi menemuinya dan
mendapatkan dia dalam pelukanku. Pertanyaannya tidak
memberikan petunjuk pada awalnya. Keheningan terasa dingin di
ujung sana, membuatku semakin cepat untuk mencari tahu.
"Apakah kau menontonnya, Ethan" Jawab pertanyaanku."
"Rekaman seks-mu dan Oakley?"
Dia mengeluarkan suara yang menyedihkan.
"Sialan, tidak! Brynne..." Kenyataannya bahwa dia menanyakan
padaku tentang hal seperti itu, membuatku marah. "Mengapa aku
melakukan itu - " "Itu sama sekali bukan rekaman seks!" Teriaknya ketelingaku.
Dadaku terasa sakit seperti sebilah pisau ditusukkan padaku.
"Well, itulah apa yang diceritakan ayahmu!" Aku membalas
berteriak padanya, bingung dengan pertanyaannya dan rasanya
kehilangan sekali dengan percakapan kacau yang kami miliki. Jika
aku bisa bicara dengannya secara pribadi, bisa dekat dengannya,
membuatnya menatap mataku dan mendengarkan saat aku bicara,
aku mungkin masih memiliki kesempatan. Tapi memutuskan
pedebatan ini kami harus mendapatkan tempat dengan cepat. Aku
mencoba lagi dengan nada yang lebih masuk akal. "Brynne, tolong
beritahu dimana aku bisa mendatangi tempatmu."
Dia menangis lagi. Aku bisa mendengar suara lembutnya dengan
latar belakang samar-samar suara lalu lintas. Aku juga tidak suka dia
berkeliaran diluar apalagi sendirian. Mobil ngebut di jalan
disekitarnya, pria memandanginya, pengemis mengganggu untuk
minta-minta... "Apa sih yang dia katakan padamu, Ethan" Apa yang dikatakan
ayahku tentangaku?" "Aku tak ingin membicarakan ini di telepon - "
"Katakan. Padaku." Kemudian dia diam.
Aku memejamkan mataku dengan ketakutan, menyadari bahwa dia
tidak akan menerima apa pun kecuali kebenaran yang sebenarnya,
aku sangat benci untuk mengatakan itu padanya, tapi kutahu aku
harus mengatakannya. Bagaimana memulainya" Aku tak tahu cara
lain selain hanya dengan mengikuti naluriku. Aku mengirim doa
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam hati kepada ibuku agar diberi kekuatan.
"Dia bilang kepadaku, kau dan Oakley berpacaran waktu sekolah.
Ketika kau masih tujuh belas tahun, Oakley membuat video seks
tanpa sepengetahuanmu dan menyebarkannya di sekolah. Kau putus
sekolah dan mengalami kesulitan setelah itu. Senator mengirim
anaknya pergi ke Irak dan kau datang ke sini untuk belajar dan
memulai hidup dari awal. Sekarang senator itu sedang mencoba
untuk memenangkan pemilihan sebagai wakil presiden dan ingin
memastikan tidak ada yang pernah melihat video itu...atau
mendengar tentang hal itu. Ayahmu mengatakan kepadaku, salah
satu teman Oakley meninggal dalam kondisi yang tidak wajar dan
dia khawatir orang-orang yang berhubungan dengan video itu
mungkin menjadi target...termasuk kau. Hal ini membuat dia cukup
khawatir makanya dia menghubungiku dan meminta bantuan - aku
menjagamu dan mengawasi siapa saja yang mungkin bisa
mendekatimu." Aku akan memberikan apapun untuk mendapatkan rokok sekarang.
Keheningan di ujung sana rasanya menyakitkan untuk
menanggungnya tapi setelah beberapa waktu yang serasa tidak ada
habisnya, aku mendengar kata-kata balasan yang ingin kudengarkan.
Kata-kata yang bisa membuatku membantunya. Sesuatu yang bisa
aku mengerti dan bisa aku kerjakan. "Itulah yang membuatku takut."
Rasa lega melandaku saat mendengar suaranya. Bukan berarti dia
takut tapi dia terdengar seperti membutuhkanku. Sepertinya dia akan
membiarkan aku kembali padanya."Aku tak akan membiarkan
siapapun atau apapun menyakitimu, sayang."
"Aku mendapat pesan aneh diponselku dua hari lalu. Dari seorang
pria. Dari suatu surat kabar. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan
- kemudian ketika aku mendapat surat darimu hari ini, aku - aku
membaca apa yang kau katakan untuk segera meneleponmu jika ada
seseorang melakukan sesuatu yang menggangguku."
Perasaan lega seketika lenyap. "Cukup dengan omong kosong ini,
Brynne! Di mana kau sekarang" Aku akan datang untuk
menjemputmu." Aku akan merangkak masuk melalui ponsel sialan
ini jika hukum fisika memungkinkan hal itu! Aku perlu mendapatkan
dia dan itu artinya semua, selamanya. Persetan dengan ocehan sialan
ini, aku membutuhkan Brynne disampingku di mana aku bisa
meletakkan tanganku untuk memeluk dirinya.
"Aku di ujung selatan Jembatan Waterloo."
Tentu saja kau di situ. Aku memutar mataku. Hanya mendengar kata
Waterloo, itu membuatku kesal. "Aku pergi sekarang. Bisakah kau
berjalan ke Victoria Embankment dan menungguku di sana" Aku
bisa menemukan kau dengan cepat di tempat itu."
"Oke. Aku akan pergi ke Sphinx." Suaranya terdengar lebih baik
untukku. Dengan sedikit takut, perasaanku ingin tahu berapa banyak
tingkat stresku. Aku akan mendapatkan gadisku. Dia mungkin belum
tahu itu, tapi itu adalah kenyataan yang sebenarnya tentang apa yang
akan terjadi. "Segera lakukan itu. Jika ada seseorang mendekat, kau harus tetap
ditempat yang terbuka di mana ada banyak orang disana." Aku terus
dengan dia di saluran telepon saat ia berjalan kaki menuju
Cleopatra's Needle sementara aku menyetir seperti setan dan
menghindari London's Finest.
*** "Aku sudah sampai," katanya.
"Apakah ada orang lain di sekitarmu?"
"Ya. Ada seorang berjalan berkeliling dan beberapa pasangan dan
orang-orang bersama anjingnya."
"Bagus. Aku sedang parkir sekarang. Aku akan menemukanmu."
Kami mematikan telepon. Jantungku berdebar di dalam dadaku saat aku menemukan tempat
untuk parkir dan mulai berjalan turun menuju Embankment.
Bagaimana ini bisa berjalan" Apakah dia akan menolakku" Aku
tidak ingin membuka luka kami, tapi persetan jika aku akan
membiarkan kekacauan sialan ini berlangsung seterusnya. Harus
berakhir sekarang ini. Hari ini. Apapun yang diperlukan untuk
memperbaiki masalah sialan ini untuk mendapatkan jalan keluar di
sini, sekarang juga. Matahari baru saja mulai terbenam ketika aku melihat dia. Bentuk
celana pendeknya seperti memeluk tubuhnya bagaikan kulit
keduanya. Dia membelakangiku saat dia sedang membungkuk di
pagar untuk melihat sungai, angin meniupkan ekor kudanya ke
samping, salah satu kaki panjangnya ditekuk kearah pagar dengan
tangan yang bertumpu dengan anggun di atasnya.
Aku melambat karena aku hanya ingin menyerap gambaran
mengenai dirinya. Aku akhirnya bisa menatap dirinya setelah
seminggu seperti mati kelaparan. Tepat didepanku. Brynne.
Aku menginginkan tanganku menyentuhnya. Mereka gatal untuk
memeluknya dengan erat dan menyentuhnya. Tapi dia tampak
berbeda - lebih ramping. Semakin aku medekatinya, semakin
terlihat jelas. Ya Tuhan, sepertinya ia telah berhenti makan dalam
seminggu terakhir" Dia pasti turun hampir setengah bobotnya dulu.
Aku berhenti dan menatap, kemarahan bercampur dengan
keprihatinan, tetapi lebih memahami bahwa omong kosong tentang
masa lalunya adalah persoalan yang lebih besar dan aku menyadari
sampai pada titik ini. Kami beruntung, kami bisa jadi kacau
bersama-sama. Dia berbalik dan menemukanku. Mata kami terhubung dan
berkomunikasi dengan kuat yang mengalir melalui angin diantara
kami. Brynne tahu bagaimana perasaanku. Dia seharusnya tahu. Aku
sudah mengatakan kepadanya berkali-kali. Sekalipun dia tidak
pernah membicarakan tentang apa yang aku katakan kepadanya. Aku
masih menunggu untuk mendengar tiga kata yang datang dari
dirinya. Aku mencintaimu.
Dia menyebut namaku. Aku membaca bibirnya. Aku tidak bisa
mendengar suara melalui angin, tapi aku melihat bahwa ia memang
menyebut namaku. Dia tampak sama leganya seperti yang
kurasakan, melihat dia dalam keadaan utuh dan hanya beberapa
langkah diantara kami. Dan benar-benar cantik bagiku, karena dia
selalu dan selalu menjadi yang tercantik.
Tapi disinilah tempat aku berdiri. Jika Brynne menginginkanku, dia
harus berjalan ke sini dan menunjukkan padaku bagaimana
perasaannya. Ini akan membunuhku jika dia tidak melakukannya,
tapi saran ayahku sangat tepat tentang kebenaran. Setiap orang harus
mengikuti kata hati mereka. Aku mengikuti kata hatiku. Sekarang
Brynne harus melakukan hal yang sama.
Dia turun dari pagar dan bagian dalam tubuhku berdebar ketika ia
berhenti. Hampir seperti dia menungguku untuk memberi isyarat
atau datang dan menjemputnya. Tidak, sayang. Aku tidak tersenyum
dan ia juga tidak, tapi jelas kami masih saling terhubung.
Dia memakai atasan kaos olahraga warna biru kehijauan yang sangat
ketat di payudaranya dan membuatku berpikir saat dia telanjang dan
di bawahku, tangan dan mulutku membawa semuanya masuk. Aku
menginginkan dia begitu buruk sampai membuatku sakit. Aku rasa
itulah yang dilakukan seseorang yang sedang jatuh cinta - membuat
kau merasakan sakit dan cara penyembuhannya hanya ada satu obat.
Brynne adalah obatku. Gambaran dia dan aku sedang bercinta
terlintas dikepalaku saat aku menunggu dia; kilasan tentang gairahku
terus membayangi tanpa henti dengan hasrat yang membakarku dari
dalam menuju keluar. Aku terbakar karena Brynne. Mr. Keats yakin
tahu apa yang dia bicarakan dalam puisi-puisinya.
Aku mengulurkan tanganku dan mengunci mataku kematanya tapi
kakiku tetap diam berdiri. Kemudian aku melihat perubahan. Sebuah
kedipan dimatanya yang indah. Dia memahami apa yang aku minta
dari dirinya. Dia mengerti. Dan lagi, aku teringat seberapa indahnya
saat kita bersama-sama pada tingkat yang paling mendasar. Brynne
memilikiku, dan itu saja sudah membuat aku merasa lapar terhadap
dia bahkan lebih kuat. Dia terus berjalan mendekat dan lengannya terangkat. Semakin
mendekat sampai jari-jarinya menyentuh, jarinya yang sangat kecil,
tangannya yang ramping bertumpu disalah satu tanganku yang lebih
besar. Jemariku membungkus diatas pergelangan tangannya dan
telapak tanganku menggenggam dengan kuat dan menariknya lebih
dekat. Tepat didadaku, tubuhnya menempel ditubuhku. Aku
melingkarkan lenganku di sekelilingnya dan mengubur kepalaku di
rambutnya. Aroma yang aku kenal dan kudambakan naik masuk
kedalam hidung dan masuk ke dalam kepalaku lagi. Aku memiliki
dia. Aku memiliki Brynne lagi.
Aku menariknya kebelakang dan menahan wajahnya dengan
tanganku. Aku menyanggahnya dalam posisi itu sehingga aku benarbenar bias
melihatnya. Tatapan matanya tidak pernah bergeming
kearahku. Gadisku sangat berani. Terkadang menyedot
kehidupannya tapi dia menutupinya dan tidak menyingkir untuk
menjauh. Aku menatap bibirnya dan tahu aku akan menciumnya
apakah dia menginginkannya atau tidak. Aku berharap dia
menginginkannya. Bibir cantiknya terasa lembut dan manis seperti sebelumnya. Lebih
dari itu karena aku sudah terlalu lama tidak merasakannya. Rasanya
ibarat di surga saat mulutku melekat di bibirnya. Aku seperti tersesat
dalam momen ini dan lupa kami berada di tempat umum. Tersesat
karena Brynne-ku langsung meresponku.
Dia menciumku kembali dan rasanya begitu menyenangkan ketika
merasakan lidahnya menjerat lidahku. Aku mengerang didalam
mulutnya. Aku tahu apa yang ingin aku lakukan. Dan kebutuhanku
hanya sedikit. Privasi. Brynne telanjang. Jika hanya sesederhana itu.
Aku ingat kami berdiri di tengah kerumunan manusia di Victoria
Embankment dan sayangnya tidak berada di dekat tempat yang
sangat pribadi. Aku berhenti menciumnya danmengusap bibir bawahnya dengan ibu
jariku."Kau ikut denganku. Sekarang."
Dia mengangguk dengan tanganku yang masih dibibirnya dan aku
menciumnya sekali lagi. Sebuah ciuman tanda terima kasih.
Kami tidak berbicara saat kami berjalan ke Rover. Meskipun kami
berpegangan tangan. Aku tidak membiarkannya pergi sampai aku
menyuruh dirinya masuk ke dalam mobil. Begitu dia berada dikursi
penumpang dan menutup pintu, aku menoleh dan benar-benar
menatapnya. Dia terlihat sangat kelaparan dan itu membuatku
marah. Aku ingat malam pertama saat kami bertemu dan bagaimana
aku membelikannya makanan dan air di Power Bar.
"Kita mau pergi kemana?" Tanya dia.
"Pertama" Mencarikan kau makanan." Kata-kataku; keluar sedikit
lebih keras daripada yang kuinginkan.
Dia mengangguk kearahku dan kemudian memalingkan mukanya,
keluar jendela. "Setelah kau makan kita akan membeli ponsel baru serta nomornya
untukmu. Aku perlu memiliki nomor lamamu supaya aku bias
melacak siapapun yang mencoba menghubungimu. Bagaimana?"
Dia menatap pangkuannya dan mengangguk sekali lagi. Aku hamper
menariknya ke dalam pelukanku dan mengatakan padanya semuanya
akan baik-baik saja, tapi aku menahan diriku.
"Lalu aku akan membawa kau pulang. Tempatku-pulang ke rumah."
"Ethan, itu bukan ide yang bagus," bisiknya, masih menatap
pangkuannya. "Persetan dengan ide yang bagus," aku meledak. "Maukah kau
setidaknya melihat padaku?" Dia menoleh, matanya menatapku dan
membara di kursinya, sedikit berkedip seperti api menyala, membuat
matanya terlihat sangat cokelat. Aku ingin menyeretnya kearahku
dan mengguncangnya, memaksa dia untuk memahami bahwa omong
kosong perpisahan ini adalah hal dari masa lalu. Dia pulang kerumah
denganku, seterusnya. Aku memutar kunci untuk menyalakan mesin
mobil. "Apa yang kau inginkan dariku, Ethan?"
"Gampang saja." Aku membuat suara yang kasar. "Aku ingin
kembali kesepuluh hari yang lalu. Aku ingin kembali di kantorku,
berhubungan seks dimejaku dengan kau yang membungkus
disekelilingku! Aku menginginkan tubuhmu di bawahku dan
menatapku dengan beberapa ekspresi selain dari satu-satunya yang
aku lihat ketika kau meninggalkan aku di Lift!" Aku menyandarkan
keningku di setir mobil dan mengambil udara.
"Oke...Ethan." Suaranya terdengar bergetar dan lebih sedikit
mengalah. "Oke, Ethan?" Suaraku mencemooh. "Apa artinya itu" Oke aku
pulang denganmu" Oke untukmu dan aku" Oke, aku akan
membiarkan kau melindungi aku" Apakah itu" Aku membutuhkan
lebih dari kau, Brynne." Aku seakan berbicara dengan kaca depan
karena aku takut untuk melihat wajahnya sekarang. Bagaimana jika
aku tidak bisa membuatnya mengertiDia mencondongkan tubuhnya ke arahku dan
meletakkan tangannya di atas kakiku. "Ethan, aku- aku butuh - aku butuh kebenaran
darimu. Aku harus tahu apa yang terjadi di sekitarku-"
Aku segera menutupi tangannya dengan tanganku. "Aku tahu,
sayang. Aku salah karena menyimpan informasi darimu-"
Dia menggelengkan kepalanya ke arahku. "Tidak, kau tidak tahu.
Biarkan aku menyelesaikan apa yang akan kukatakan." Dia
menempatkan jari-jarinya ke bibirku untuk membuatku supaya diam.
"Kau selalu menyelaku."
"Aku akan menutup mulutku sekarang." Aku meraih jari-jarinya
dengan tanganku yang lain dan menahannya ke bibirku. Aku
mencium jari-jarinya dan tidak melepaskannya. Yah, aku akan
mengambil setiap peluang kecil yang bisa aku dapatkan.
"Kejujuran dan keterus teranganmu itu salah satu hal yang aku sukai
tentang dirimu, Ethan. Kau selalu mengatakan padaku apa yang kau
inginkan, apa yang hendak kau lakukan, bagaimana perasaanmu.
Kau benar bersamaaku dan itu membuatku merasa aman." Dia
memiringkan kepalanya dan mengeleng-gelengkannya. "Kau tidak
tahu bagaimana besarnya aku membutuhkan itu dari kau. Aku tidak
takut atas ketidak tahuanku karena kau begitu baik menceritakan
kepadaku sebenarnya apa yang kau inginkan sampai terjadi dengan
kita. Itu benar-benar berhasil untukku. Tapi secara tidak langsung
aku percaya padamu dan kau merusak kepercayaan diantara kita
dengan bersikap tidak jujur, karena kau tidak mengatakan kepadaku
kalau kau disewa untuk melindungiku. Faktanya aku membutuhkan
perlindungan; itu semua mengacaukan pikiranku, tapi tidakkah kau
berpikir aku berhak tahu tentang sialan itu?"
Ya Tuhan dia tampak seksi saat dia begitu bersemangat dan
mengatakan kata-kata yang buruk. Aku memberinya momen
kemenangan karena dia benar-benar di pihak yang benar.
Ketika ia menarik jari-jarinya menjauh dari bibirku, memberiku ijin
untuk berbicara, aku mengucapkan kata-kataku lebih dari yang dia
katakan. "Aku sangat menyesal." Dan aku sangat menyesal sekali.
Aku telah melakukan kesalahan. Brynne membutuhkan kebenaran
yang sebenar-benarnya. Dia punya alasan sendiri; itu adalah
persyaratan baginya dan aku telah mengacaukannya. Tunggu.
Apakah dia baru saja mengatakan "salah satu hal yang aku sukai
tentang kau?" "Tapi...sejak aku bicara dengan ayahku, dan dia mengatakan sesuatu
kepadaku yang tidak aku ketahui sebelumnya, aku menyadari itu
sepenuhnya bukan kesalahanmu. Ayahku menempatkan kau dalam
posisi supaya kau tidak menceritakan untuk...dan aku sudah
berusaha melihatnya dari perspektifmu. Suratmu telah membuat aku
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengerti." "Jadi kau sudah memaafkan aku dan kita bisa menempatkan
kekacauan sialan ini di belakang kita?" Aku sangat berharap tapi
tidak cukup yakin. Terus terang katakan saja padaku sehingga aku
bisa menebak ke mana harus melangkah dari titik ini. Aku bias
berjalan dengan kemungkinan seperti itu.
"Ethan, ada begitu banyak yang tidak kau ketahui tentang aku. Kau
benar-benar tidak tahu apa yang terjadi padaku, kan?"
Brynne memberiku tampilan yang diingkarinya selama bertahuntahun dari besarnya
penderitaan dia. Aku ingin membuat
penderitaannya pergi menjauh jika aku bisa. Aku berharap aku bias
mengatakan padanya itu tidak masalah bagiku untuk mengetahuinya.
Jika itu mengerikan dan menyakitinya untuk menceritakan padaku
maka dia tak perlu melakukannya. Tapi aku tahu ini bukan caranya
Brynne. Dia perlu meletakkan semua kartunya di atas meja agar bisa
melangkah maju. "Kurasa aku tak perlu tahu. Aku tidak menyadari masa lalumu telah
membekas begitu dalam sampai saat ini. Aku pikir aku sudah
melindungimu dari kemungkinan pengawasan politis dan pemaparan
sampai membahayakan atau memperoleh keuntungan tergantung
siapa yang menargetkan kau. Begitu aku melihat bahwa kau
memiliki ketakutan, aku jadi sangat peduli pada sesuatu yang
menakutimu, atau yang melukaimu. Aku hanya ingin melindungimu
dan membuat kita tetap bersama-sama." Aku berbicara sambil
menatap wajahnya, begitu dekat denganku, menghirup seluruh
dirinya disetiap napasku.
"Aku tahu, Ethan. Aku sudah mengetahui itu sekarang." Ia bergeser
sepenuhnya kembali kekursinya. "Tapi kau masih tidak tahu
semuanya." Dia memalingkan mukanya ke luar jendela lagi. "Kau
tidak akan suka mendengar tentang hal itu. Kau mungkin
tidak...ingin...untuk bersama-sama lagi setelah kau mengetahuinya."
"Jangan katakan itu padaku. Aku tahu persis apa yang aku inginkan."
Aku meraih dagunya lalu menariknya. "Ayo kita mendapatkan
makanan untukmu dan kau dapat menceritakan padaku apa yang
perlu kau bicarakan. Yah?"
Dia hanya sedikit mengangguk, dia sepakat dengan cara yang
dikuasainya - penampilan yang dia berikan kepadaku membuat aku
benar-benar gila terhadap dirinya dari sudut keposesifanku, bahkan
aku pun jadi terkejut. Aku tahu dia terluka dan takut, tapi aku juga tahu dia itu tangguh
dan dia akan berjuang dengan caranya melewati apapun yang
menghantuinya. Meskipun begitu itu tidak akan mengubah
bagaimana perasaanku. Di mataku, dia adalah gadis cantik Amerikaku dan dia
selalu seperti itu. "Aku tidak akan kemana-mana, Brynne. Kau sudah terjebak
denganku dan kau lebih baik terbiasa untuk itu," kataku. Aku
mencium bibirnya dan melepaskan dagunya.
Dia setengah tersenyum saat aku memundurkan mobil. "Aku sangat
merindukanmu, Ethan."
"Kau tidak tahu." Aku mengulurkan tangan dan menyentuh
wajahnya lagi. Aku tidak bisa menahannya. Dengan menyentuhnya
itu menandakan dia benar-benar ada di sini denganku. Merasakan
kulitnya dan kehangatan tubuhnya yang mengatakan bahwa aku
tidak bermimpi. "Pertama-tama cari makanan. Kau akan makan
sesuatu yang cukup banyak, dan aku akan menonton dan menikmati
setiap detik dari mulut indahmu saat kau makan. Makanan apa yang
kau inginkan sekarang?"
"Aku tidak tahu. Pizza" Aku benar-benar berpakaian tidak pantas
untuk makan malam," dia menyeringai sambil menunjuk
pakaiannya. "Kau mengenakan jas."
"Bagaimana caramu berpakaian bukan masalah bagiku, sayang."
Aku mengambil tangannya ke bibirku dan mencium kulit lembutnya.
"Kau sangat cantik bagiku dalam segala hal...atau tidak ada. Secara
khusus tidak ada," aku mencoba menggodanya.
Dia hanya sedikit tersipu. Aku merasakan denyutan dikemaluanku
ketika aku melihat reaksinya. Aku ingin membawanya pulang
denganku begitu buruknya. Di tempat tidurku di mana aku bisa
meraih semuanya sepanjang malam dan tahu dia berada disana
denganku. Aku tidak akan membiarkan dia pergi lagi.
Dia pernah bilang dia menyukainya ketika aku mencium tangannya.
Dan aku tahu aku tidak bias menahan diriku sendiri. Sulit untuk
tidak menyentuh dan menciumnya sepanjang waktu karena aku tidak
pernah menjadi seseorang untuk menyangkal diriku sendiri sebegitu
banyak yang aku inginkan. Dan aku menginginkan dia.
Dia mengucapkan terima kasih tanpa bersuara tapi masih tampak
sedih. Dia mungkin takut pada percakapan kami nanti, tapi aku tahu
itu harus dilakukan. Demi dirinya sendiri dia harus memberitahuku
tentang sesuatu yang begitu sulit dan aku harus mendengarkannya.
Jika ini apa yang harus dia lakukan agar kami bisa melangkah
kedepan maka aku akan mendengarkan apapun itu.
"Pizza." Aku harus melepaskan tangannya untuk mengemudi tapi
aku bisa menanganinya. Hanya nyaris saja. Gadisku tepat di
sebelahku di dalam mobilku. Aku bisa mencium baunya, dan
melihatnya, dan bahkan menyentuhnya ketika aku mengulurkan
tangan; dia mendekat kepadaku. Dan untuk pertama kalinya dalam
beberapa hari, rasa sakit yang terus menerus didalam dadaku telah
menyelinap pergi. *** Bab 4 Lilin dan pizza sangat sempurna dengan orang yang tepat. Bagiku,
orang yang tepat adalah orang yang duduk di seberangku dan itu tak
akan jadi masalah di manapun kami berada selama kami bersamasama. Tapi Brynne
membutuhkan makanan dan aku perlu
mendengar kisahnya, jadi Bellissima juga cocok seperti juga tempat
lain. Kami duduk di meja di sudut tersendiri yang gelap, sebotol anggur
merah, dan satu sosis raksasa dan jamur untuk berbagi. Aku
mencoba untuk tidak membuatnya tidak nyaman dengan menatapnya
terlalu keras tapi itu sangatlah sulit untuk tidak melakukannya
karena mataku kelaparan untuk melihat dirinya. Rakus.
Aku melakukan hal yang terbaik untuk menjadi pendengar yang
perhatian sebagai gantinya. Di seberang dariku Brynne tampak
seperti dia berjuang untuk memulainya. Aku tersenyum dan
berkomentar tentang seberapa enak rasa makanan kami. Aku
berharap dia akan makan lebih banyak tapi aku menutup mulut
tentang hal itu. Aku yakin aku bukan orang tolol. Aku dibesarkan
dengan seorang kakak perempuan dan pelajaran dari Hannah pasti
telah melekat padaku selama bertahun-tahun. Wanita tidak suka
diberitahu tentang apa yang harus dia makan atau tidak di makan.
Yang terbaik hanya meninggalkannya sendirian dan berharap untuk
yang terbaik. Dia tampak menerawang sangat jauh di kepalanya ketika ia mulai
bercerita tentang hidupnya, aku tidak suka bahasa tubuhnya yang
sedih maupun nada lemah dalam suaranya, tapi hal-hal itu tidak
relevan sekarang. "Orang tuaku berpisah ketika aku berusia empat belas tahun. Aku
tidak menghadapinya dengan baik, kukira. Aku seorang anak tunggal
jadi aku seharusnya meraih untuk mendapatkan semacam validasi
atau mungkin itu untuk membalas mereka karena perceraian itu.
Siapa tahu, tapi intinya" Aku adalah seorang perek di SMA."
Dia mengangkat matanya menatap mataku, abu-abu seperti baja dan
bertekad agar maksudnya tersampaikan padaku.
"Memang benar, aku dulu memang seperti itu. Aku tidak membuat
pilihan bagus dalam memilih pemuda yang aku kencani dan aku
tidak peduli tentang reputasiku. Aku manja dan tidak dewasa, dan
sangat bodoh dan ceroboh."
Benarkah! Kejutan pertama malam ini. Aku tak bisa membayangkan
Brynne seperti itu dan tidak ingin membayangkannya juga, tapi sisi
pragmatisku menyadari sebagian besar orang punya masa lalu, dan
gadisku tidak berbeda. Dia mengambil gelas anggurnya dan menatap
ke dalamnya seperti dia mengingat sesuatu. Aku tidak mengatakan
apa-apa. Aku hanya mendengarkan dan meresapi pemandangan dia
begitu dekat di hadapanku sekarang.
"Ada cerita berita yang mewabah di California beberapa tahun yang
lalu. Seorang anak sheriff membuat sebuah video tentang seorang
gadis di sebuah pesta. Dia pingsan karena mabuk ketika dia dan dua
teman menyetubuhi dan mempermainkan dia di meja biliar."
Aku merasakan bulu roma ditengkukku meremang. Tolonglah, tidak.
"Aku ingat itu," kataku, memaksa diri untuk mendengarkan dan
berusaha untuk tidak bereaksi banyak. "Sang Sheriff mencoba untuk
menindas bukti yang tertuju ke arah anaknya tapi tetap saja bocor
keluar dan si brengsek itu mendapat hukuman juga."
"Ya...dalam kasus itu mereka mendapat hukuman." Dia memandang
ke pizza dan kemudian kembali ke arahku. "Tidak dengan kasus
diriku." Matanya berkaca-kaca dan tiba-tiba aku kehilangan selera makan.
"Aku pergi ke sebuah pesta dengan temanku Jessica dan kami
mabuk tentu saja. Begitu mabuknya hingga aku tidak ingat apapun
yang terjadi sampai aku terbangun dan mendengar mereka tertawa
dan membicarakan tentang diriku." Dia mengambil seteguk besar
anggur sebelum ia melanjutkan. "Lance Oakley adalah orang yang
brengsek, dijuluki si kaya yang menyimpang. Ayahnya adalah
seorang senator negara bagian California pada saat itu. Aku tak tahu
mengapa aku bisa kencan bersamanya. Mungkin karena dia sekedar
mengajak. Seperti kukatakan sebelumnya, aku tidak membuat
pilihan yang baik dengan perilakuku. Aku mengambil risiko. Itulah
betapa tidak pedulinya aku pada diriku sendiri."
Aku benci ini. "Dia pergi masuk ke perguruan tinggi dan aku berada di tahun
terakhirku di SMA. Kukira dia merasa berhak setiap kali dia pulang
bahwa aku akan ada untuk dia tapi kami tidak eksklusif dengan cara
apapun. Aku tahu dia selingkuh. Kukira dia hanya berharap aku akan
menunggunya pulang dari perguruan tinggi dan menjadi tempat
bersenang-senangnya. Aku tahu dia marah padaku pergi kencan
dengan cowok lain yang aku temui di lomba lari, tapi tak tahu betapa
kejamnya dia karena itu."
"Kau jadi anggota tim atletik di sekolahmu?" Tanyaku.
"Ya...lari." Dia mengangguk dan menatap gelasnya lagi. "Jadi aku
bangun dalam kegelapan total dan tak mampu menggerakkan
anggota tubuhku. Kami pikir dia mungkin telah memasukkan
sesuatu ke dalam minumanku..." Dia menelan ludah dan dengan
berani meneruskan. "Mereka berbicara tentangku, tapi aku tak tahu
itu pada awalnya. Atau apa yang telah mereka lakukan padaku. Ada
tiga orang dari mereka, semuanya liburan Thanksgiving dari
perguruan tinggi. Aku bahkan tidak kenal dua orang lainnya, hanya
Lance. Mereka tidak berasal dari sekolahku." Dia meminum
anggurnya. "Aku bisa mendengar mereka tertawa pada seseorang. Mengatakan
bagaimana mereka menjejalkan tongkat biliar dan sebuah botol dan
- dan menyetubuhinya dengan benda-benda itu - bagaimana dia
adalah seorang pelacur yang meminta untuk itu."
Brynne memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Aku
merindukannya. Aku ingin membunuh Oakley dan temannya, dan
berharap temannya yang sudah mati masih hidup sehingga aku bisa
membunuhnya juga. Aku tak tahu tentang hal ini. Aku mengira itu
hanya kesembronoan remaja tolol yang memutuskan untuk merekam
videonya - bukan penyerangan seksual penuh pada seorang gadis
berusia tujuh belas tahun. Aku meraih tangannya dan menutupinya
dengan tanganku. Dia terhenti sesaat dan menutup matanya erat, tapi
dia tidak bergeming. Sekali lagi, keberaniannya membuatku simpati
dan aku menunggunya untuk bicara lebih banyak.
"Aku tak tahu mereka sedang membicarakanku, aku begitu tidak
sadar. Ketika aku bisa menggerakkan kaki dan lengan aku berjuang
untuk bangun. Mereka tertawa dan meninggalkanku di sana di atas
meja. Aku tahu aku sudah berhubungan seks, tapi aku tak tahu
dengan siapa atau rinciannya. Aku merasa sakit dan mabuk. Aku
hanya ingin keluar dari rumah itu. Jadi aku menarik bajuku kembali,
menemukan Jessica, dan mendapat tumpangan pulang."
Sebuah geraman datang tanpa diminta keluar dari tenggorokanku.
Aku tidak bisa menahannya. Bahkan untuk telingaku aku terdengar
seperti anjing. Brynne menatapku hampir kaget sedetik dan
kemudian tatapannya turun di tanganku di atas tangannya. Aku
terfokus padanya dan menarik emosiku. Kehilangan kontrol tidak
akan membantu Brynne sama sekali, jadi aku menggosok ibu jariku
di atas tangannya perlahan-lahan bolak-balik, begitu berharap agar
dia mengerti betapa sakitnya aku mendengar dia diperlakukan
seperti itu. Pikiranku masih terguncang dengan apa yang dia ceritakan. Pada
saat kejahatan itu terjadi, para pelaku sudah dewasa dan dia di
bawah umur. Menarik. Dan aku tak tahu mengapa Tom Bennett telah
menghilangkan informasi ini ketika ia mempekerjakanku. Dia
mungkin hanya berusaha untuk melindungi reputasi anak
tunggalnya. Tidak heran dia marah besar ketika ia tahu bahwa kami
sudah tidur bersama. "Aku akan membuang semuanya keluar dari pikiranku jika tidak
untuk video itu. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan padaku atau
mereka memfilmkanku. Aku datang ke sekolah pada hari Senin dan
itu jadi berita besar. Aku adalah berita besar. Mereka melihatku
telanjang, pingsan karena mabuk, dijadi - dijadikan mainandiperkosa-digunakan
seperti obyek - " Air mata bergulir di pipinya tapi dia tidak kehilangan
ketenangannya. Dia terus bicara dan aku hanya memegang
tangannya. "Semua orang tahu itu adalah aku. Orang-orang telah menyaksikan
video itu sepanjang akhir pekan dan mengedarkannya. Video itu
menunjukkan diriku dengan jelas, tetapi pria-pria itu tidak ada di
kamera dan suaranya telah disamarkan dengan lagu bukan audio
sehingga kau tidak bisa mendengar suara seseorang untuk
mengidentifikasi mereka." Dia merendahkan suaranya menjadi
bisikan. "Nine Inch Nails'-I Wanna F*ck You like Animal. Mereka
membuatnya seperti video musik dengan lirik lagu dicetak di atas
layar dalam huruf besar...Kau biarkan aku memperkosamu - kau
membiarkan aku mencabulimu - kau membiarkan aku memasuki
dirimu - " Dia goyah dan hatiku pecah menjadi dua karena apa yang telah dia
derita. Aku hanya tahu betapa aku ingin hubungan antara kami
berhasil. Aku menghentikannya kemudian. Aku harus. Aku tidak
bisa mendengarkannya lagi dan menahan diri di depan umum. Kami
membutuhkan privasi untuk hal ini. Aku hanya ingin membawanya
ke rumah denganku dan memeluknya erat. Sisanya bisa kami atasi
nanti. Aku meremas tangannya sehingga dia melihat ke arahku. Mata besar
bercahaya, dalam semua warna yang bercampur menjadi satu, penuh
dengan air mata yang aku hanya ingin menjilatnya supaya musnah,
menatap mataku. "Biarkan aku membawamu pulang, please." Aku
mengangguk untuk membuatnya mengerti itu apa yang kami
butuhkan. "Aku ingin sendirian denganmu sekarang, Brynne. Segala
sesuatu yang lain tidaklah begitu penting."
Dia membuat suara yang merobek hatiku. Begitu lembut, namun
terluka dan kasar. Aku berdiri dari meja tiba-tiba, sambil menariknya
All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
denganku, dan terberkatilah hatinya, ia mengikutiku tanpa protes.
Aku melemparkan beberapa lembar uang di atas meja dan
membawanya ke mobil dan memasang sabuk pengaman ke tempat
duduknya. Apakah kau yakin menginginkan ini, Ethan?" Dia bertanya padaku,
matanya merah dan penuh air mata.
Aku menatap dia. "Aku belum pernah lebih pasti tentang hal ini dari
apa pun." Aku bersandar padanya dan menaruh tanganku di bagian
belakang kepalanya sehingga aku bisa mengendalikan ciuman. Aku
menciumnya di bibir secara menyeluruh, bahkan menekan giginya
dengan lidahku jadi dia akan membuka mulutnya untukku. Brynne
perlu tahu aku masih menginginkannya. Aku tahu dia berjuang
dengan ide tentang dirinya sendiri dan pengetahuanku tentang masa
lalunya. Dia menganggap aku tidak akan menginginkan dia lagi jika
aku tahu rincian ceritanya.
Gadisku tidak mungkin lebih bersalah lagi.
"Semua barang-barangmu masih ada menunggu untukmu. Hanya
ingin kau tahu ini..." Aku berbicara langsung hanya beberapa inci
dari wajahnya, menancapkan tatapanku langsung pada matanya.
"Aku tak punya niat membiarkanmu pergi." Aku menelan keras.
"Jika kau ikut pergi denganku kau telah menyetujui semuanya untuk
bersamaku, Brynne. Aku tak tahu cara lain untuk bersamamu. Ini
semua untukku. Dan aku ingin menjadi semua ini juga untukmu."
"Semua?" Dia membawa telapak tangannya ke pipiku dan
menahannya di sana, tatapan bertanyannya terlihat begitu tulus.
Aku memutar bibirku untuk menekan mereka ke dalam telapak
tangannya ketika dia memegang wajahku. "Sebuah istilah poker.
Berarti bertaruh semua yang kau miliki di kartu yang saat ini kau
pegang. Kau adalah apa yang aku pegang."
Dia memejamkan matanya lagi dan bibirnya gemetar sedikit. "Aku
bahkan belum mengatakan kepada kau semua ceritanya. Ada lagi."
Dia mengambil tangannya. "Buka matamu dan lihatlah diriku." Kataku dengan lembut tapi
sangat tegas. Dia langsung menurut dan aku harus menahan erangan dengan
sikapnya itu yang membuatku terangsang. "Aku tidak peduli apa pun
yang kau belum katakan padaku atau bahkan apa yang baru saja kau
katakan kepadaku di restoran." Aku menggelengkan kepalaku sedikit
untuk membuatnya mengerti. "Ini tak akan mengubah perasaanku.
Aku tahu kita akan bicara lagi dan kau dapat memberitahu aku
sisanya ketika kau bisa...atau ketika kau perlu. Aku akan
mendengarnya. Aku perlu mendengar semuanya jadi aku bisa
pastikan kau akan tetap aman. Aku akan melakukannya, aku berjanji,
Brynne." "Oh, Ethan - " bibir bawahnya bergetar saat ia menatap ke arahku,
sama cantiknya dalam kesedihan sama seperti saat dia bahagia.
Aku bisa melihat Brynne khawatir tentang banyak hal - berbagi
masa lalunya, reaksiku terhadap masa lalunya, ancaman yang
mungkin terjadi untuk keselamatan dirinya di London, perasaanku -
dan aku sangat ingin menghapus kekhawatiran itu dari ekspresi
wajahnya jika aku bisa. Aku berharap untuk dia menjadi bebas dari
beban dan dibiarkan untuk menjalani hidupnya, mudah-mudahan
denganku di sana di suatu tempat. Aku tidak pernah bermaksud
sebuah janji untuk lebih daripada sekarang. Aku akan menjaga dia
aman, tapi aku juga ingin memastikan dia mengerti apa yang dia
akan dapatkan dalam menyetujui pulang denganku.
"Tapi tidak lagi lari dariku, Brynne. Jika kau perlu jeda itu tidak
masalah, aku akan menghormatinya dan memberimu ruang. Tapi aku
harus bisa datang padamu dan melihatmu, dan tahu bahwa kau tidak
akan kabur lagi... atau menyingkirkan aku." Aku menggosok
bibirnya dengan ibu jariku. "Itulah yang aku butuhkan darimu,
sayang. Dapatkah kau melakukan itu?"
Dia mulai bernapas lebih keras, dadanya menggerakkan
payudaranya naik-turun dalam atasan berwarna pirus ketat, matanya
berkedip-kedip saat ia berpikir. Aku tahu dia takut tapi Brynne harus
belajar untuk percaya padaku jika kita memiliki kesempatan
bersama-sama. Aku berjudi dengan harapan dia akan menerima
tawaranku. Aku tak tahu apa yang harus dilakukan jika dia tidak mau
menerimanya. Hancur berantakan" Menjadi penguntit sejati"
Mendaftar ikut psikoterapi"
"Tapi - aku merasa begitu sulit untuk percaya dalam sebuah
hubungan. Kau sudah mendapatkan lebih jauh dari siapa pun yang
pernah bersamaku sebelumnya. Untuk pertama kalinya aku harus
memilih antara hubungan yang kompleks menakutkan dan menjadi
aman dan tidak rumit...dan sendirian."
Aku mengerang dan mencengkeramnya sedikit lebih ketat. "Aku
tahu kau takut, tapi aku ingin kau memberikan kita kesempatan. Kau
tidak ditakdirkan untuk menjadi sendirian. Kau ditakdirkan untuk
bersamaku." Kata-kataku keluar sedikit lebih keras tapi itu terlalu
terlambat untuk menariknya kembali.
Brynne mengejutkanku dengan tersenyum sedikit dan
menggelengkan kepalanya padaku. "Kau suatu perkecualian, Ethan
Blackstone. Apa kau selalu seperti ini?"
"Seperti apa?" "Begitu menuntut, blak-blakan dan langsung."
Aku mengangkat bahu. "Kurasa. Aku tak tahu. Aku hanya tahu
bagaimana aku denganmu. Aku menginginkan hal-hal denganmu
yang aku tidak pernah inginkan sebelumnya. Aku ingin kau dan itu
yang aku tahu. Sekarang aku ingin kau pulang denganmu dan kita
bersama-sama. Dan aku hanya akan mengambil janji bahwa kau
tidak akan meninggalkanku ketika muncul tanda pertama dari
masalah. Kau akan memberiku kesempatan untuk membuat masalah
itu selesai dan tidak menutup diri dariku."
Aku memegang bahunya dengan kedua tangan. "Aku akan bisa
memahaminya jika kau memberitahuku apa yang kau butuhkan
dariku. Aku ingin memberikan apapun yang kau butuhkan, Brynne."
Aku menggosokan ibu jariku di pangkal lehernya. Kulit yang lembut
di bawah jari-jariku seperti magnet begitu aku mulai menyentuhnya.
Setelah aku mendapat sedikit sentuhan aku tidak mau
melepaskannya. Dia memiringkan kepalanya ke belakang dan memejamkan mata
sesaat, mengalah pada daya tarik antara kami dan memberiku
harapan. Dia mengatakan satu kata. Namaku. "... Ethan."
"Kupikir aku juga tahu apa ini sebenarnya. Kau harus percaya
padaku untuk memberikannya padamu." Aku mencengkeram lebih
erat. "Memilih aku. Memilih Kita."
Dia menggigil. Aku melihat hal itu terjadi dan merasakan itu juga.
Dia mengangguk dan mengucapkan kata-kata, "Baiklah. Aku
berjanji tidak akan lari lagi."
Aku menciumnya perlahan, tanganku bergerak naik untuk
memegang wajahnya. Aku mendorong lidahku diantara bibir
manisnya dan pujian untuk para malaikat, dia membiarkan aku
masuk. Yes. Dia mengizinkanku melewati lidahnya dan menciumku
kembali, lidah hangat halusnya menyelip diantara lidahku. Jackpot.
Aku tahu aku akan memenangkan babak ini - aku ingin menampar
perasaan ini dan memberikan ucapan terima kasih tanpa suara untuk
ibuku di surga. Aku terus menjarah mulut Brynne sebagai gantinya. Aku
membiarkan dia tahu segalanya dalam ciuman itu, mengambil
bibirnya, mengesek bibirnya dengan gigiku, mencoba masuk ke
dalam dirinya. Semakin dalam aku masuk, semakin sulit baginya
untuk meninggalkan aku lagi. Begitulah pikiranku bekerja jika
dengannya. Ini adalah strategi pertempuran dan aku bisa melakukan
ini sepanjang hari. Tidak akan ada lagi melarikan diri dariku, tidak
ada bersembunyi, tidak ada hanya seperempat yang diberikan. Dia
akan menjadi milikku dan biarkan aku mencintainya.
Brynne meleleh di bawah bibirku, menjadi lembut dan penurut,
menemukan tempat yang dia butuhkan dan menarik masuk
kenyamanan, sama seperti yang aku lakukan dalam mengambil
kendali. Itu cocok untuk kita-sangat, sangat bagus. Aku menarik diri
kembali dan menghela napas dalam-dalam. "Mari kita pulang
sekarang." "Apa yang terjadi dengan mengatasi masalah ini dengan perlahan?"
Tanyanya lembut. "Semua dipertaruhkan, sayang," bisikku, "Tidak bisa dengan cara
lain untuk kita." Jika dia tahu pikiran apa yang telah ada di pikiranku
untuk masa depan yang mungkin dia dapatkan dia mungkin akan
senewen denganku lagi dan aku tidak bisa mengambil risiko itu dulu.
Akan ada cukup waktu untuk diskusi itu nanti.
"Kita masih memiliki banyak hal yang harus dibicarakan," katanya.
"Jadi kita akan melakukan banyak pembicaraan." Bersama dengan
hal-hal lainnya. Dia berbalik kembali ke kursinya dan bersandar, membuat dirinya
nyaman dan hanya menatapku saat aku menyetir keluar dari tempat
parkir. Dia memperhatikanku sepanjang perjalanan. Aku suka
matanya terus menatapku. Tidak, aku begitu menyukainya. Aku suka
bahwa dia adamdi sebelahku tampak seperti dia ingin aku seperti
juga aku ingin dia. Aku menatapnya juga ketika aku bisa
mengalihkan pandangan dari jalan.
"Semua dipertaruhkan, ya" Kupikir aku harus belajar bagaimana
untuk bermain poker."
Aku tertawa. "Oh, aku sangat setuju dengan itu. Entah bagaimana
kupikir kau akan menjadi pemain yang alami, sweetheart." Aku
menggoyangkan alisku. "Strip poker dulu?"
"Aku sedang menunggumu untuk mengatakan itu. Senang tahu
bahwa kau tidak mengecewakanku," katanya, memutar matanya.
Aku hanya nyengir dan membayangkan dirinya melakukan stripping
dalam permainan poker karena aku akan memenangkannya di setiap
kesempatannya. Bayangan yang sangat, sangat bagus yang bisa aku
ciptakan. Pada akhirnya dia meminta singgah ke apartemennya sehingga dia
bisa mendapatkan "pil" miliknya. Tidak yakin apakah itu berarti pil
KB atau pil tidur, dan aku tidak punya niat untuk bertanya. Kami
pasti membutuhkan keduanya. Jadi aku melakukan apa yang
dilakukan pria dengan fungsi otak akan dilakukan. Aku
mengantarnya ke apartemennya. Sekali lagi, Aku bangga tidak
menjadi orang tolol. Aku menunggu sementara dia mengemasi tasnya. Aku mengatakan
padanya untuk membawa cukup pakaian untuk beberapa hari. Apa
yang aku inginkan adalah dia untuk tinggal di tempatku tanpa batas,
tapi tidak berpikir ini adalah saat yang tepat untuk memulai
pembicaraan tentang subjek itu - status non-moron-ku pun masih
belum pasti. Kenangan membanjiri otakku ketika kami melangkah ke dalam.
Dinding yang berdekatan dari pintu depan selamanya akan terpatri
dalam lobus frontal-ku (otak depan). Gambaran dia dalam gaun ungu
pendek dan sepatu bot, diangkat olehku. Tuhan, ia telah bekerja
dengan hebat pada kejantananku ke dinding malam itu. Aku sangat
suka tembok sialan itu. Lucu. Aku menyeringai sendiri dengan
lelucon pintarku. "Apa yang membuatmu tersenyum sekarang?" Tanya Brynne saat ia
keluar dari kamarnya dengan tasnya, tampak jauh lebih baik
daripada dia sebelumnya senja hari tadi. Kepribadian penuh
semangatnya kembali. "Ummm...Aku hanya berpikir tentang betapa aku begitu menyukai
dindingmu." Aku memberinya gerakan alis khas terbaikku dan
mengambil tas dari tangannya.
Bibir indah Brynne itu terpisah dengan ekspresi terkejut yang cepat
berubah menjadi humor. "Kau masih bisa membuatku tertawa,
Ethan, meskipun segala sesuatu yang terjadi. Kau punya satu bakat
langka untuk itu." "Terima kasih. Aku ingin berbagi semua bakatku denganmu," kataku
penuh arti, meletakkan lenganku di sekelilingnya saat kami keluar
dari flatnya. Dia melirik ke dinding ketika kami melewati itu. "Aku
melihat itu," kataku.
"Melihat apa?" Tanyanya polos. Oh, dia punya poker face (wajah
tanpa ekspresi) pastinya. Aku tidak sabar untuk mulai bermain kartu
dengannya. "Kau menatap dinding dan ingat bercinta denganku di situ."
Dia menyikutku main-main di rusuk saat kami berjalan. "Aku tidak
melakukan hal seperti itu! Dan kau yang bercinta denganku, bukan
sebaliknya." "Terserah." Aku menggelitik dia dan membuatnya menggeliat ke
arahku. Rasanya indah memiliki dia dalam pelukanku lagi. "Hanya
mengakui kebenaran, sayang, itu adalah percintaan epik yang kita
lakukan di dinding itu."
*** Pada saat aku membawa Brynne dibalik pintu tertutup dari
apartemenku, malam musim panas telah mengelilingi kota.
Setelah perjalanan panjang, kami akhirnya berhenti di tempat
terakhir untuk membeli nomor ponsel baru dan perangkat untuknya.
Perlu hampir satu jam untuk mengatur ponsel itu, tapi perlu. Ponsel
lamanya sekarang aku miliki. Siapa pun menelepon mencari Brynne
Bennett pada nomor itu berurusan denganku.
Mungkin malam ini aku akan menyelidiki si penelepon dan mungkin
berbicara dengan Tom Bennett. Bukan percakapan yang akan
menyenangkan, tapi bukan pula percakapan yang harus aku hindari.
Cheers, Tom. Aku bercinta dengan putrimu lagi. Oh, dan sebelum
aku lupa, kau harus tahu bahwa keselamatan dirinya benar-benar di
tanganku sekarang. Apakah aku juga menyebutkan bahwa dia
milikku" Milikku, Tom. Aku akan menjaga milikku tetap dekat dan
sangat aman. Aku bertanya-tanya bagaimana ia akan memahami berita itu, dan
kemudian aku menyadari bahwa aku tidak terlalu peduli. Dia adalah
orang yang menaruh Brynne di hidupku. Dia adalah prioritasku
sekarang. Aku peduli tentang dia. Aku hanya ingin melindungi dan
menjaga dirinya dari bahaya. Dia akan harus berurusan dengan
situasi ini seperti juga aku harus berurusan dengan ini.
Aku berjalan di belakang dia yang berdiri di jendela, menatap
lampu-lampu kota. Dia bilang dia menyukai pemandangan
drumahku ini pertama kalinya aku membawanya pulang. Aku bilang
aku menyukai pemandangan dia berdiri di rumahku dan tidak ada
yang bisa dibandingkan. Sampai sekarang masih menurut
pendapatku. Aku menyentuhnya dengan hati-hati, tanganku di bahunya, bibirku
di telinganya. "Apa yang kau lihat?"
Dia melihat bayanganku di kaca sehingga dia tidak kaget. "Kota ini.
Aku suka cahaya lampu-lampu di malam hari. "
"Aku suka melihatmu melihat lampu-lampu di malam hari." Aku
memindahkan rambutnya ke samping dan menciumi lehernya. Dia
Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan 35 Siluman Ular Putih 12 Lukisan Darah Pedang Sinar Emas 3