Pencarian

Blackstone Affair 4

All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller Bagian 4


Brynne ketika kami mulai berhubungan. Aku menelepon dia dari
mobil sambil mengemudi. "Hi. Aku tidak lapar, Ethan." Suaranya terdengar ganjil.
"Well, ada apa, sayang" Kau tidak enak badan?"Ini adalah hal yang
pertama. Dia tidak pernah sakit sebelumnya, kecuali sakit kepala
pada malam itu saat pertama kali kami bertemu.
"Perutku sakit. Aku sedang tiduran."
"Seperti apa rasa sakitmu itu" Kau ingin aku berhenti ke apotik dan
mendapatkan sesuatu untuk mengobati rasa sakitmu itu?" Aku
menawarinya. Dia berhenti sejenak sebelum menjawabnya dengan suara samarsamar. "Tidak usah...
sepertinya aku mengalami cramps."
Ahhhh. Kutukan itu. Aku tahu tentang hal itu karena pernah dialami
adik perempuanku, hanya saja aku tidak harus berurusan dengan
masalah itu dalam hubunganku sebelumnya. Sebenarnya, aku tidak
pernah memiliki hubungan yang sama seperti saat aku dengan
Brynne sekarang ini. Ketika kau berhubungan seks dengan gadis
panggilan, ketidaknyamanan seperti 'dia sedang datang bulan' tidak
akan pernah ada. Tapi aku pernah mendengar keluhan dari temanteman selama
beberapa tahun yang lalu, dan aku juga mendengar
dari adikku. Dan aku paham serta tahu itu untuk memberi ruang
seorang wanita ketika dia sedang hormonal dengan cara
menjauhinya. Kau berpikir begitu"! Gambaran yang mengharapkan
kenikmatan dinding bercinta itu langsung keluar dalam pikiranku,
sekarang juga. Sial. "Oke...Aku akan memijatmu ketika aku sampai di sana. Apakah
yang lain baik-baik saja" Bagaimana dengan pemotretanmu?" Aku
merasadiriku menegang saat menunggu dia menjawab pertanyaanku.
"Ummm, pemotretannya baik-baik saja. Lancar." Dia berhenti dan
terdengar suara seperti mendengus. "Aku berbicara dengan ibuku di
telepon." Suaranya begitu sedih dan aku bertanya-tanya apakah
suaranya seperti mendengus itu karena dia habis menangis.
Semuanya jadi masuk akal. Wanita itu hampir membuatku merasa
seperti ingin menangis saat kami sekali berbicara waktu itu.
"Pembicaraan kami tidak begitu menyenangkan."
"Maafkan aku, sayang. Aku akan berada di sana dan kita bisa bicara
ketika aku disampingmu."
"Aku tidak ingin berbicara mengenai dia," dia membentak kembali.
Dia memiliki nada kesal yang begitu indah dan suaranya itu benarbenar membuat
milikku menjadi sedikit keras, tapi juga
mendapatkan peringatanku untuk membuang pemikiran itu.
Aku berhenti sejenak karena tidak tahu harus menjawab apa. "Tidak
masalah. Aku akan segera sampai disana."
"Kenapa kau mendesah padaku di telepon?"
Ya Tuhan. Aku yakin aku membuka mulutku dan langsung
menganga seperti ikan mas koki karena aku tidak punya jawaban
setelah pertanyaan itu dilontarkan. "Aku tidak mendesah."
"Kau baru saja melakukannya lagi!" Tegurnya. "Jika kau akan
menginterogasiku tentang pemotretan itu, dan ibuku, mungkin
sebaiknya kau tidak usah datang. Aku hanya tidak siap untuk malam
ini, Ethan." Bisakah kau mengatakan ada hormon jahat yang bisa mengubah
gadisku menjadi Medusa dan untuk menakut-nakuti diriku"
"Tidak siap untuk berbicara denganku atau tidak siap untuk diriku
semuanya" Karena aku ingin berbicara denganmu." Aku mencoba
untuk menjaga tingkat nada suaraku tapi tidak terlalu yakin aku
berhasil melakukannya. Aku benar-benar yakin aku tidak bisa
melakukan yang lebih baik sekalipun itu menjaga nada suaraku
menjadi dingin. Aku tidak suka semua dialog yang mengacaukan ini.
Aku bisa merasakannya. Hening. "Halo, Brynne" Apakah aku boleh datang sekarang atau tidak?"
"Aku tidak tahu."
Aku menghitung sampai sepuluh. "'Aku tidak tahu,' adalah
jawabanmu untukku?" Apa sih yang terjadi dengan makan siang
romantis kami yang begitu menyenangkan di Gladstone" Aku
menginginkan gadis manisku kembali!
"Kau mendesah padaku lagi."
"Penjarakan aku. Dengar, aku sedang mengemudi dengan mobil
penuh makanan India yang kubawa dan tidak tahu ke mana aku akan
pergi. Dapatkah kau membantuku mencarikan jalan keluarnya,
sayang?" Aku benar-benar tidak mau melakukan tindakan ini. Dia sedang
mengalami hari yang buruk dengan hormon itu- aku harus bisa
menangani itu. Pikiranku akan kacau jika dia tidak akan berada
dalam pelukanku malam ini, tapi paling tidak kami tidak putus.
Medusa mungkin bermain-main dengan malamku, tapi dia akan
keluar dari gambarnya dalam beberapa hari lagi. Aku berdoa semoga
aku baik-baik saja. "Oke ... datanglah untuk menjemputku," katanya dengan tegas.
Aku tidak bisa mempercayai pendengaranku. "Datang untuk
menjemputmu" Aku pikir kau ingin tinggal di tempatmu malam ini.
Kau mengatakan itu sebelumnya-"
Dia memotong kata-kataku langsung, lidahnya seperti pisau bermata
tajam. "Aku sudah berubah pikiran. Aku tidak ingin tinggal di sini.
Aku akan mengemas keperluanku dalam tas dan siap bertemu
denganmu dalam lima menit. Telepon aku ketika kau sudah berada
di pinggir jalan dan aku akan turun."
"Baiklah, chief," kataku dalam ucapan yang membingungkan,
menunggu sampai dia menutup telepon sebelum aku mendesah
dengan keras dan merasa sangat senang. Aku juga menggelengkan
kepalaku. Dan bahkan bersiul. Lalu aku melaju kencang untuk
menjemput pacarku yang berambut ular (medusa), berlidah tajam,
tak bisa diprediksi, dan sangat membingungkan itu, aku benar-benar
seperti orang bodoh yang sedang jatuh cinta.
Wanita...makhluk yang sangat menakutkan.
*** Bab 11 "Itu pasti Bibi Marie! Ethan, bisakah kau mempersilahkan dia
masuk" Aku sangat sibuk di sini." Brynne menunjukkan persiapan
paniknya pada menit-menit terakhir untuk makan malam dari dapur.
"Aku lakukan." Aku memberinya sebuah ciuman udara dan berkata,
"Waktunya pertunjukan, ya?"
Dia mengangguk kembali, tampak cantik seperti biasanya dengan
rok panjang hitam dan atasan ungu. Warna itu indah pada dirinya
dan karena aku sekarang tahu itu kesukaannya, aku harus percaya
pada keberuntunganku saat pertama kali ketika aku mengirim dia
bunga ungu. All in, baby. Aku membuka pintu untuk wanita cantik yang aku pikir sudah jelas
dia pasti bibi besar Brynne itu. Adik neneknya dari sebelah ibunya.
Tapi orang yang tersenyum di depan pintuku tidak seperti sosok
seorang nenek yang bisa kau bayangkan. Dengan kulit tanpa keriput
dan rambut merah gelap dia tampak muda dan stylish dan agak ...
seksi untuk seorang wanita yang pastinya tidak mungkin berumur di
atas lima puluh lima tahun.
"Kau pasti Ethan yang sering aku dengar dibicarakan," katanya
dalam logat yang kental. "Dan Anda pasti Bibi Brynne, Marie?" Aku ragu-ragu takut jika aku
salah, tapi benar-benar, para perempuan di keluarganya semua
menakjubkan. Aku bertanya-tanya lagi jenis kecantikan seperti apa
yang ibu Brynne punyai. Dia tertawa anggun. "Kau terdengar sedikit tidak yakin di sana."
Aku mengantar dia masuk dan menutup pintu. "Tidak sama sekali.
Aku mengharapkan bertemu bibi, bukan kakak perempuannya. Dia
sangat sibuk di dapur dan mengirimku untuk menyambut Anda."
Aku mengulurkan tanganku. "Ethan Blackstone. Aku sangat senang
bertemu dengan Anda, Bibi Marie. Aku mendengar Brynne selalu
menyanyikan pujian tentang Anda sepanjang waktu dan aku sangat
berharap untuk bertemu dengan Anda."
"Oh please, panggil aku Marie," katanya, mengambil tanganku,
"Kau perayu yang cukup lihai, Ethan. Kakak perempuannya,
hmmmm?" Aku tertawa dan mengangkat bahu. "Terlalu menyanjung" Aku tidak
berpikir begitu, dan selamat datang, Marie. Aku menghargai Anda
meluangkan waktu untuk bergabung dengan kami malam ini."
"Terima kasih atas undangan ke rumahmu yang indah ini. Aku tidak
cukup sering melihat keponakanku jadi ini adalah bonus. Dan
komentarmu itu indah bahkan jika itu terlalu menyanjung. Kau
mendapatkan suaraku, Ethan." Dia mengedipkan mata padaku dan
aku pikir aku jatuh cinta dengannya saat itu juga.
Brynne keluar dari dapur dan memeluk bibinya. Aku mendapatkan
senyuman yang sangat bahagia dari Brynne dari atas bahu Marie. Itu
jelas bahwa apa pun masalah dia dengan ibunya, dia tidak memiliki
masalah apapun dengan Marie dan itu membuatku sangat senang.
Semua orang membutuhkan seseorang untuk memberikannya cinta
tanpa syarat. Mereka pergi ke dapur dan aku pergi untuk mengatur
minuman sebelum bel berdering lagi. Aku menyeringai pada diriku
sendiri akan apa yang Ayah akan pikirkan tentang Marie ketika ia
memandangnya. Aku tahu dia adalah seorang janda tanpa anak tetapi
dengan kecantikannya, harusnya ada antrian panjang pria berteriakteriak meminta
waktunya. Aku tidak sabar untuk mendapatkan cerita
itu dari Brynne. Clarkson dan Gabrielle tiba berikutnya dan karena mereka sudah
kenal baik dengan Marie semua yang aku harus lakukan adalah
hanya membuat minuman dan mengedarkan pada mereka. Clarkson
dan aku punya semacam gencatan senjata, sepanjang baris yang
sama seperti hubunganku dengan Gabrielle. Kita semua peduli pada
Brynne dan ingin dia bahagia. Aku tidak senang dia memotret
Brynne, tapi kemudian kami hanya mampu untuk bersikap ramah
satu sama lain karena dia gay. Serius, aku tahu itu masalahku, tetapi
jika ia pria normal dan mengambil gambar telanjang Brynne" Dia
tidak akan berada di rumahku sekarang.
Setelah Neil dan Elaina muncul, aku merasa sedikit lebih nyaman di
rumahku sendiri. Clarkson masuk untuk membantu Brynne dan
Marie di dapur sementara Gabrielle dan Elaina tampaknya langsung
akrab dengan berbicara tentang buku-sesuatu yang sedang hangat
tentang miliarder sangat muda dan obsesinya dengan wanita yang
jauh lebih muda ... dan seks. Banyak adegan seks erotis dalam buku
itu, sepertinya pada setiap halaman.
Neil dan aku melihat dengan penuh simpati satu sama lain dan sama
sekali tidak bisa menambahkan percakapan itu. Maksudku, siapa
yang membaca buku sial itu" Siapa yang punya waktu" Mengapa
sempat membaca tentang seks di sebuah buku ketika kau bisa
melakukannya" Aku tidak bisa memahami itu. Dan miliarder di usia
dua puluhan" Aku menggelengkan kepala dalam hati dan pura-pura
peduli. Aku seperti bajingan.
Aku melihat jamku dan seperti sebuah perintah, bel berbunyi.
Ayahku, akhirnya. Aku melompat keluar dari kursiku untuk
membuka pintu. Kasihan Neil tampak seperti ia berharap bisa ikut
denganku. "Ayah. Aku mulai khawatir. Masukklah dan bertemu dengan
gadisku, mau kan?" "Anakku." Dia menepuk punggungku yang merupakan sapaan
standar kami dan tersenyum. "Kau tampak lebih bahagia daripada
saat terakhir kali aku melihatmu. Hannah bilang kau akan ke
Somerset untuk berkunjung. Membawa Brynne bersamamu."
"Ya. Aku ingin mereka mengenal satu sama lain. Berbicara tentang
pertemuan, ayolah, Ayah, dia disebelah sini." Aku membawanya ke
dapur dan disambut oleh cahaya yang paling bersinar di wajah
Brynne saat ia melihat ayahku. Hal itu membuat hatiku melompat.
Ini adalah hal penting. Pertemuan keluarga dan membuat kesan.
Ingin mereka untuk bisa akrab tiba-tiba sangat penting bagiku.
"Nah, ini pastinya Brynne yang manis dan ... kakak perempuannya?"
Kata Ayah ke Brynne dan Marie.
"Hei! Kau mencuri kata-kataku, Ayah!"
"Dia benar," kata Marie, "Anak anda menggunakan kata yang sama
pada saya ketika saya tiba."
"Seperti ayah, seperti anak," kata Dad, menyeringai gembira di
antara Brynne, Marie dan Clarkson.
"Ayahku, Jonathan Blackstone." Aku tersentak keluar dari
keterkejutanku untuk melakukan perkenalan dan mengusap perlahan
naik dan turun punggung Brynne. Aku bertanya-tanya bagaimana dia
menerima semua ini. Kami telah sampai sejauh ini, begitu cepat,
lebih dari sedikit gila, tapi seperti yang aku katakan sebelumnya,
tidak ada perubahan jalan untuk kami sekarang. Kami melaju dan
tidak berhenti untuk apa pun. Dia bersandar ke sisiku dan aku
memberinya sedikit pelukan.
Ayahku mengambil tangan Brynne dan menciumnya, seperti cara dia
menyapa wanita-wanita lain sepanjang hidupku. Dia mengatakan
betapa indahnya untuk akhirnya bertemu dengan wanita yang telah
mendapatkan hatiku, dan betapa cantiknya dia. Dia tersipu dan
memperkenalkan Marie dan Clarkson. Sial jika pria perayu tua itu
tidak mencium tangan Marie juga. Aku menggelengkan kepala, tahu
dia akan membuat putaran untuk setiap wanita di sini malam ini.
Jika mereka memiliki tangan, dia harus meletakkan bibirnya di atas
tangannya itu. Oh yeah, dan, pasti dia berpikir Marie seksi. Hal yang
mudah untuk mengetahuinya dan aku sangat yakin.
"Aku tidak akan mencium tanganmu," kata Dad ke Clarkson saat
mereka berjabat tangan. "Jika kau benar-benar ingin kau boleh melakukannya," Clarkson
menawarkan, yang merupakan pemecahan kekakuan suasana yang
manjur. "Terima kasih untuk itu, sobat. Aku pikir kau sudah mengejutkannya
sehingga tak bisa berkata-kata," kataku pada Clarkson.
Brynne menatapku dan kemudian pada Ayah. "Aku tahu sekarang
darimana Ethan belajar untuk melakukan mencium tangan itu yang
sangat aku sukai, Mr. Blackstone. Aku bisa melihat dia telah dilatih
oleh seorang master," Katanya dengan senyuman yang indah.
Senyum dengan kekuatan untuk menerangi seluruh ruangan.
"Silahkan panggil aku Jonathan, dan bersabar padaku lebih sedikit
lagi, sayangku, karena aku akan mengambil kebebasan lebih lanjut."
Ayahku merunduk dan mencium pipinya! Dia tersipu lagi dan
menjadi sedikit pemalu, tapi masih tampak bahagia. Aku terus
membelai punggungnya dan benar-benar berharap ini tidak
berlebihan ... untuk segala sesuatunya.
"Santai, orang tua," kataku sambil menggelengkan kepala. "Gadisku.
Milikku." Aku menarik Brynne mendekatiku sampai aku mendengar
dia menjerit pelan. "Aku pikir mereka paham, Ethan," katanya, menekan tangannya di
dadaku. "Oke, asalkan tidak ada yang lupa."
"Agak mustahil itu terjadi, sayang."
Dia memanggilku sayang. Semuanya baik sekarang, aku pikir,
senang aku bisa menertawakan diriku sendiri saat kami semua santai
untuk tujuan berkumpul pada malam ini.
"Ayam bumbu Marsala ... mmmm. Brynne Sayang, apa itu yang ada
dalam ini?" Tanya Ayah di sela gigitan. "Ini benar-benar enak."
"Aku menggunakan anggur cokelat untuk menumis ayamnya."


All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Menarik. Aku suka apa yang diperbuat wine coklat untuk rasa
makanan." Ayah mengedipkan mata pada Brynne. "Jadi kau ahli
dalam mencicipi makanan?"
"Terima kasih, tapi aku bukanlah ahli pencicip makanan yang
sebenarnya. Aku menikmatinya dan belajar untuk memasak untuk
ayahku ketika orang tuaku berpisah. Aku memiliki buku masak ini
yang luar biasa oleh Rhonda Plumhoff pada e-reader-ku. Dia
menghubungkan resepnya ke buku-buku populer. Dia terkenal di
daerah asalku. Aku memuja resep-resepnya."
Ayah memiringkan kepalanya ke arahku. "Betapa pintarnya anak
yang aku besarkan." "Aku bukan idiot, Ayah, dan dia bisa memasak, tapi aku tidak tahu
tentang itu di awal pertemuan kami. Makan pertamanya denganku
adalah Bar Power, jadi bayangkan betapa terkejutnya aku ketika dia
mulai memutar-mutar panci dan melambaikan pisau tajam di
dapurku. Aku hanya mundur dan segera keluar dari jalannya!"
"Sekali lagi, kau selalu seorang pemuda yang cepat," kata Ayah
dengan mengedipkan mata. Semua orang tertawa dan tampak sangat nyaman satu sama lain yang
mana sangat membantuku, tapi aku masih gugup tentang apa yang
aku akan beritahu mereka. Bukan untuk sisi keamanannya, hal itu
aku tahu bagaimana melakukannya dan aku lakukan dengan sangat
baik juga, tapi hal tentang berbagi informasi dengan kehadiran
Brynne yang membingungkanku.
Jadi kami membuat suatu kesepakatan. Aku memberi pengarahan
singkat Clarkson dan Gabrielle bersama-sama di kantorku sementara
Brynne menjamu tamu lain, dan kemudian beralih dengan Marie dan
ayahku. Dengan cara ini Brynne tidak harus berada di sana merasa
tidak nyaman menonton PowerPoint yang aku buat dengan jadwal
dan foto sehingga semua orang tahu wajah-wajah dan nama-nama
yang penting. Itu penting bagi orang-orang terdekat Brynne
mengetahui semua rincian tentang siapa, apa, di mana, dan
kemungkinan motivasi apa yang akan datang. Kau tidak bisa
mendapatkan motif politik lebih tinggi lagi dari pemilihan presiden
di Amerika Serikat. Dan sisi ingin mengeksploitasi Brynne akan
bekerja sama kerasnya dengan sisi yang tidak ingin keberadaannya
diketahui. Aku tidak tahu bagaimana lagi untuk melindungi dirinya
dan memperoleh informasi untuk orang-orang yang penting. Elaina
dan Neil sudah mulai dengan cepat dan Brynne mengatakan dia
nyaman dengan mereka dan ayahku tahu masalahnya. Yang lain
tentu saja sudah tahu sejarahnya.
Kami memiliki sesi yang dijadwalkan dengan Dr Roswell untuk
membahas beberapa hal sebagai pasangan. Aku setuju untuk itu
ketika ia bertanya padaku. Brynne masih memiliki ide ini di
kepalanya bahwa aku tidak bisa benar-benar cukup mencintainya
untuk mengabaikan masa lalu dia yang berada bersama dengan
orang-orang di video itu. Seperti waktunya sudah dilabeli cap
selamanya sebagai pelacur di usia tujuh belas tahun. Itu membuatku
benar-benar sedih dia menyalahkan dirinya sendiri. Itu pastinya
masalah untuknya, bukan untukku, tapi hal itu lalu membuat dia
percaya bahwa aku tidak mencintainya kurang dari apapun karena
itu serangan busuk itu yang dia alami, adalah rintangan nyata. Kami
memiliki hal-hal yang harus diatasi dan bahkan belum menggores
sisi gelapku sama sekali. Dan lebih dari saat pertama kalinya aku
bertanya-tanya apakah aku perlu berbicara dengan seseorang tentang
detil dan potongan masa laluku. Pikiran tentang mimpi buruk yang
lain benar-benar menakutkanku. Lebih takut lagi jika Brynne akan
melihatku seperti itu lagi.
Aku mengamati Brynne dengan cermat sepanjang malam. Secara
lahiriah dia tampak cantik dan menarik, tapi di dalam aku menduga
dia sedang berjuang ketika malam berlanjut. Begitu aku selesai
dengan Ayahku dan Marie aku langsung menemukannya di dapur di
mana dia menyiapkan kopi dan makanan penutup untuk para tamu.
Dia terus menundukkan kepala meskipun dia tahu aku ada di sana.
Aku melingkarkan lenganku di sekeliling tubuhnya dari belakang
dan menyandarkan daguku di atas kepalanya. Dia terasa lembut di
tubuhku dan rambutnya harum seperti bunga.
"Apa yang kita punya disini, Sayang?"
"Brownies dengan es krim vanila. Makanan penutup terbaik di
planet ini." Suaranya datar.
"Ini terlihat dekaden. Hampir lezat seperti penampilanmu malam
ini." Dia membuat suara dan kemudian dia terdiam. Aku melihatnya
menyeka matanya dan kemudian aku tahu. Aku berbalik dan
mengambil wajahnya di tanganku. Aku benci ketika ia menangis.
Bukan karena air matanya, tetapi kesedihan di belakang itu.
"Ayahmu-" Dia tidak bisa menyelesaikan tapi dia mengatakan hal
yang cukup. Aku menariknya ke dadaku dan menariknya lebih
masuk ke dapur sehingga orang tidak bisa melihat kami dan hanya
memeluknya selama semenit.
"Kau khawatir apa yang dia pikirkan?"
Dia mengangguk padaku. "Dia memujamu, seperti juga yang lain. Ayahku bukan orang yang
suka menghakimi. Itu bukan cara dia memandang masalah. Dia
hanya senang melihat aku bahagia. Dan dia tahu apa yang
membuatku bahagia adalah dirimu." Aku meletakkan tanganku di
setiap sisi wajahnya lagi.
"Kau membuatku bahagia, sayang."
Dia menatapku melalui mata indah sedihnya yang berkilau dan
berbinar saat ia memahami kata-kataku. "Aku mencintaimu,"
bisiknya. "Lihatkan?" Aku menunjuk dadaku dengan jari. "Pria yang sangat
bahagia." Dia mencium bibirku dan membuat hatiku berdegup keras di dalam.
"Makanan penutupnya ..." katanya, menunjuk ke arah meja, "es
krimnya akan mencair."
Hal yang bagus ia ingat karena aku yakin aku tidak akan ingat.
"Biarkan aku membantumu dengan itu," kataku, "semakin cepat kita
melayani mereka, semakin cepat mereka bisa pulang, ya?" Aku
mulai mengambil piring makanan penutup dan memindahkan
mereka keluar kepada orang-orang yang menunggu. Jika tidak ada
yang lain, aku adalah seorang pria yang suka bertindak.
*** Aku terbangun karena begitu banyak suara ribut dan gerakan gelisah
di sampingku. Brynne mengalami mimpi. Sepertinya, bukan mimpi
buruk, tapi sebuah mimpi itu. Setidaknya aku yakin tampak seperti
itu. Dia menggeliat di seluruh tempat dan melingkarkan kakinya.
Meraih t-shirtnya dan melengkungkan tubuhnya. Dia pastinya
mengalami mimpi bercinta yang sangat indah. Dan sebaiknya aku
yang dia ajak bercinta di mimpinya!
"Baby." Aku meletakkan tanganku di bahunya dan mengguncang
sedikit. "Kau bermimpi ... jangan takut. Hanya aku."
Matanya langsung terbuka dan dia duduk segera, melihat sekeliling
ruangan sampai tatapannya terpaku padaku. Tuhan, dia begitu cantik
liar dengan seluruh rambutnya jatuh di bahunya dan dadanya naikturun. "Ethan?"
Dia mengulurkan tangan. "Aku di sini, Sayang." Aku mengambil tangannya di salah satu
tanganku. "Apakah kau bermimpi?"
"Ya ... ini aneh." Dia meninggalkan tempat tidur dan pergi ke toilet.
Aku mendengar air mengalir dan gelas yang diletakkan di atas meja.
Aku menunggunya di tempat tidur untuk datang kembali dan setelah
beberapa menit dia datang.
Boy. Apakah. Dia. Dia menyelinap keluar telanjang dengan sorot matanya yang pernah
kulihat sebelumnya. Sebuah tatapan yang mengatakan, "Aku ingin
seks dan aku ingin SEKARANG."
"Brynne" Apa yang terjadi?"
"Aku pikir kau tahu," katanya dengan suara serak saat ia naik di
atasku dan menunduk, rambutnya tergerai ke depan seperti seorang
dewi kenikmatan yang ingin bercinta denganku.
Oh, ya! Tanganku langsung naik ke payudaranya tanpa berpikir. Tuhan! Aku
menangkupkan semua daging yang lembut itu di tanganku dan
menarik mereka ke arah mulutku. Dia melengkung dan mulai
menggelinjang diatas penisku yang sekarang terjaga seperti juga
otakku. Aku lupa tentang dia yang sudah selesai menstruasi karena
dia yakin tidak bertindak seperti dia baru saja selesai.
Mulutku di putingnya dan mengisapnya dalam-dalam. Aku
menyukai rasa kulitnya dan bisa bermain selama berabad-abad
sebelum aku siap untuk melepaskan payudara indah tubuhnya itu.
Aku mengambil puting lainnya dan mengigit sedikit, ingin
membawanya ke tepi yang mana sedikit rasa sakit membuat
kenikmatan jauh lebih baik. Dia berteriak dan mendorong lebih
keras pada mulutku. Aku merasakan tangannya menyelinap di bawah boxerku yang aku
pakai untuk tidur dan membungkus penisku.
"Aku ingin ini, Ethan."
Dia melompat turun dari pinggulku dan putingnya meninggalkan
mulutku dengan bunyi pop. Aku tidak punya waktu untuk
memprotes kehilangan itu sebelumnya karena dia sudah bekerja
melepas celana pendekku yang menjengkelkan itu dan menurunkan
bibirnya di sekitar ujung penisku. "Ahhh, Tuhan!" Aku melemparkan
kepalaku kebelakang dan membiarkan dia bekerja padaku. Itu begitu
nikmat sampai-sampai bolaku sakit. Dia benar-benar pandai dalam
hal ini. Aku mendapat segenggam rambutnya dan memegang
kepalanya sambil dia mengisapku ke jurang orgasme. Aku begitu
berharap aku bisa terlepas dalam dirinya, bukan di mulutnya. Aku
lebih suka berada di dalamnya ketika aku datang, dengan mataku
terkunci pada matanya. Well, gadisku memiliki lebih banyak kejutan yang disimpan untukku
karena dia berkata, "Aku ingin kau dalam diriku ketika kau datang."
Bagaimana mungkin dia baru saja melakukan itu"
"Apakah tidak apa-apa?" Aku berhasil terkesiap saat ia pindah untuk
memposisikan dirinya. "Umm hmm," dia mendesah, berlutut mengangkangiku dan mundur
untuk menelan seluruh penisku sampai ke bolaku.
Aku tidak tahu bagaimana hal itu tidak menyakitinya. Mungkin iya,
tapi itu bukan aku melakukannya, itu adalah dia yang mengambil
apa yang dia paling jelas inginkan. Jika kau bersikeras!
"Ohhhh, sialannn!" Aku berteriak, bertahan pada kedua sisi
pinggulnya and membantunya bergerak.
Brynne bergerak liar, menunggangiku dengan keras, menggosokgosok vaginanya
dimana dia merasa paling nikmat. Degupan ritme
meledak di antara kami, dan ketika orgasme datang, aku tahu
rasanya akan seperti meledak. Aku mulai merasa kejang tetapi aku
sangat ingin untuk membawa dia orgasme bersamaku. Tidak
mungkin aku datang tanpa dia setidaknya bergabung denganku
dalam kegembiraan itu. Aku tidak beroperasi seperti itu.
Aku merasa inti dalamnya meremasku erat-erat dan panas saat ia
bekerja sendiri naik keatas dan ke bawah. Aku membelitkan
tanganku di antara kedua kakinya untuk menemukan titik di mana
tubuh kami bergabung dan menemukan klitorisnya basah dan licin.
Aku berharap itu lidahku yang melakukannya, tapi cukuplah dengan
jariku dan aku mulai membelainya.
"Aku datang..." katanya terengah-engah.
Dia pernah mengatakan seperti itu sebelumnya, begitu lembut dan
halus. Dua kata itu. Itu membuatku gila ingin mendengar itu darinya
lagi. Itu karena aku yang membuanya terbang nya, dan ia
menyerahkan segalanya kepadaku dalam sekejap ketika itu terjadi.
Kata-kata lembut itu juga juga mengirimku jatuh di tepian orgasme.
"Ya sayangku. Ayo. Sekarang. Datang diseluruh tubuhku!"
Aku melihatnya terlepas dan mengikuti perintahku seperti seorang
ahli. Dia meremasku dan berteriak dan mencengkeram dan bergidik.
"Ohhhhhh, Ethaaaaan! Ya. Ya. Ya!"
Datang sesuai perintah. Itulah gadisku, yang melakukannya ketika
aku yang memberitahu dia. Aku bajingan yang sangat, sangat
beruntung. Aku menyukai setiap sisi sewaktu mengawasinya. Merasakan
kenikmatannya. Dan ketika aku merasa diriku mulai terlepas, aku
membanting dia ke bawah saat terakhir kali sementara aku
menghujam dalam dirinya sejauh yang aku bisa dan membiarkan
diriku terbang. Banjir panas sperma memancar keluar dan masuk ke kedalaman
dirinya. Aku merasakan setiap aliran itu dalam semburan tajam dan
menaiki gelombang kenikmatan dengan pusaran yang memabukkan,
hampir tidak sadar di mana tanganku mencengkeram lagi atau apa
yang tubuhku lakukan. Walaupun begitu aku masih bisa melihat ke
dalam matanya yang indah.
Beberapa waktu kemudian-Aku tidak tahu berapa lama, ia bergerak
di dadaku dan mengangkat kepalanya. Matanya bersinar dalam gelap
dan dia tersenyum padaku.
"Apa itu?" "Sebuah percintaan tengah malam yang hebat?" Canda dia.
Aku tertawa. "Sebuah percintaan tengah malam yang benar-benar
menakjubkan." Aku mencium bibirnya dan memegang kepalanya sampai aku siap
untuk membiarkan dia pergi. Aku begitu posesif seperti ini setelah
kami berhubungan seks. Aku tidak ingin dia segera pergi, dan karena
dia berada di atasku, aku tidak perlu khawatir membebaninya dan
bisa tinggal sedikit lebih lama.
Aku menghunjam mendalam lagi dan membuatnya mengeluarkan
suara mengerang yang seksi di bibirku.
"Kau ingin lebih?" Tanya dia dengan suara yang bercampur antara
nikmat dan terkejut. "Hanya jika kau mau melakukannya," kataku. "Aku tidak akan
pernah menolakmu dan aku suka ketika kau menerjangku, tapi aku
pikir kau sedang menstruasi-"
"Tidak. Tidak seperti itu bagiku karena aku minum pil. Ini tidak apaapa, sehari
mungkin, jika iya ... kadang-kadang aku bahkan tidak
mengalami..." Dia mulai mencium dadaku dan menyerempet
putingku dengan giginya. Tuhan, rasanya begitu nikmat. Perhatiannya itu menyentakku
kembali ke keinginan yang sehat untuk seks putaran dua.
"Aku pikir kau akan membunuhku, perempuan...dengan cara sialan
yang benar-benar nikmat," aku berhasil berkata, tapi itu adalah hal
terakhir yang kami berdua bicarakan untuk sementara waktu.
Medusaku baru saja berubah menjadi Aphrodite yang menyembah di
altar Eros. Keberuntunganku rupanya tidak mengenal batas.
*** "Koran-koran AS," kata Frances, mengatur tumpukan itu di mejaku.
"Ada sebuah artikel menarik tentang anggota Kongres dengan anakanak mereka di
dinas militer aktif di Los Angeles Times. Tebak siapa
yang mereka wawancarai?"
"Dia pastinya menjadi salah satu dari sedikit orang yang dibicarakan.
Oakley akan memeras semua yang dia bisa. Terima kasih untuk ini. "
Aku mengetuk tumpukan kertas itu. "Bagaimana dengan hal
lainnya?" Frances tampak sangat senang dengan dirinya sendiri. "Membawa
itu ketika aku pergi keluar untuk makan siang. Mr Morris
mengatakan itu dijual kembali dengan indah setelah bertahun-tahun


All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam lemari besi. "
"Terima kasih telah mencarikan ini untukku." Frances adalah
seorang asisten yang berharga. Dia menjalankan kantor
perusahaanku seperti kapal kencang. Aku mungkin mengatur
keamanan, tapi wanita ini yang membuat bisnisku teratur dan aku
tidak pernah meremehkan nilainya sedikit pun.
"Dia akan menyukainya." Frances bediri ragu-ragu di pintu. "Dan
kau masih ingin aku menghapus jadwalmu untuk hari Senin?"
"Ya, silakan. Acara Mallerton malam ini dan kemudian kami pergi di
pagi hari untuk berangkat ke Somerset. Kami akan kembali Senin
malam." "Aku akan mengaturnya. Seharusnya tidak ada masalah."
Aku mengambil Koran Los Angeles Times saat Frances keluar dan
melihat artikel dari sang senator. Aku rasa aku ingin mual. Ular licin
itu gagal untuk menyebutkan bagaimana putranya yang sangat
berharga itu stop-lossed baru-baru ini, tapi itu tidak mengherankan.
Aku bertanya-tanya sebenarnya seperti apa pikiran putranya tentang
ayahnya. Aku hanya bisa membayangkan disfungsi dalam keluarga
itu, dan itu sedikitpun bukan hal yang bagus.
Aku meletakkan kembali koran itu pada tumpukan dan saat aku
melakukannya, gerakan itu menyebabkan sesuatu mengintip di
bawahnya. Amplop. Barang itu telah disimpan di antara tumpukan
Koran-koran. Barang itu sendiri aneh, tapi kata-kata di
amplop...UNTUK PERTIMBANGAN ANDA ... dan bahwa ada
namaku dibawah itu, membuat hatiku berdebar.
"Frances, siapa yang menyerahkan Koran-koran AS pagi ini?"
Teriakku di interkom. "Muriel menyiapkan koran-koran itu setiap pagi. Dia meletakkan
mereka ke samping sama seperti yang dia lakukan selama bulan lalu.
Mereka hanya tergelatak disana menungguku membawanya." Dia
terdengar ragu-ragu. "Apakah semuanya baik-baik saja?"
"Ya. Terima kasih."
Jantungku masih berdebar saat aku menatap amplop di mejaku.
Apakah aku ingin melihat isianya" Aku meraih penutupnya dan
membuka jalinan dari ikatan benang merah. Aku memasukkan
tanganku dan mengeluarkan foto-foto it. Delapan sampai sepuluh
foto hitam dan putih Ivan dan Brynne mengobrol di Gladstone. Dia
mencium pipinya saat aku menunggunya untuk masuk ke dalam
mobil. Ivan merunduk untuk berbicara kepadaku dan melambai pada
kami. Ivan di jalan setelah kami telah pergi. Ivan menunggu di jalan
untuk mobilnya sendiri untuk datang.
Fotografer itu yang pernah kulihat di luar restoran ada di sana
khusus untuk Ivan" Dia pernah mendapat ancaman kematian
sebelumnya...dan sekarang kami memiliki foto-foto dirinya dan
Brynne dan aku bersama-sama" Bukan koneksi yang bagus
untuknya. Ivan memiliki badai masalahnya sendiri, dan aku sangat
yakin sekali tidak perlu komplikasi tambahan siapa pun yang
mengganggu Ivan untuk menyeret Brynneku ke seluruh kekacauan
itu. SIAL! Aku membalik gambar itu satu per satu. Tidak ada. Hingga sampai
yang terakhir. Jangan pernah mencoba untuk membunuh seorang
pria yang pernah mencoba bunuh diri.
Aku pernah melihat hal seperti ini sepanjang karirku. Ini harus
dianggap serius tentu saja, tetapi lebih sering daripada tidak, ini
sebenarnya pekerjaan beberapa orang gila pinggiran yang memiliki
kapak yang diayunkan di belakang seseorang yang terkenal yang
mereka anggap telah menyebabkan pelanggaran untuk mereka secara
pribadi dan dengan niat kejam. Tokoh olahraga terutama sering
menderita omong kosong semacam ini. Ivan telah menyinggung satu
ton orang di zamannya dan memiliki medali emas untuk
membuktikannya. Seorang mantan pemanah Olimpiade mantan yang
sekarang sudah pensiun dari olahraga, ia masih Anak Emas Inggris
yang dipuja dan diburu oleh media. Fakta bahwa ia adalah saudara
sedarahku akan otomatis memberikan dia perlindungan, tapi dia
tentu membuatku sibuk. Foto-foto itu telah diambil dua minggu lalu. Apakah fotografer itu di
sana khusus untuk Ivan, atau dia hanya menjual gambar-gambar
yang ia ambil dari Ivan Everley, pemanah Olimpiade, karena ia
beruntung sudah mengambilnya dan bisa mendapatkan beberapa
pound karena menjual itu" Paparazzi berkumpul di sekitar tempattempat yang biasa
dilalu lalangi para selebriti, sehingga sulit untuk
mengetahui apakah gambar itu telah diatur pengambilannya
sebelumnya atau kebetulan belaka.
Dan jika kau adalah seorang gila yang berniat membunuh seseorang
yang terkenal, mengapa kau repot-repot untuk menginformasikan hal
itu pada pengamanan pribadinya detilnya bahwa kau berencana
untuk melakukannya" Tidak masuk akal sama sekali. Mengapa
mengirimkannya kepadaku" Siapa pun yang telah mendapatkan
gambar ini jelas ingin aku melihatnya. Mereka berusaha dengan
kesulitan untuk meyimpannya dalam tumpukan surat kabarku yang
secara teratur aku pesan dari lapak Koran di jalan.
Muriel. Aku membuat catatan mental untuk berbicara dengan Muriel saat
berjalan keluar. Aku akan pergi lebih awal pula karena malam ini ada
Acara Mallerton itu jadi aku harusnya bisa menangkapnya sebelum
dia menutup tokonya untuk malam.
Aku membuka laci mejaku dan mengeluarkan rokok dan pemantik
apiku. Aku melihat ponsel tua Brynne di sana dan menariknya keluar
juga. Tidak banyak lalu lintas didalamnya selama dua minggu
terakhir karena semua kontaknya pindah ke nomor barunya
sekarang. Pria dari The Washington Review tak pernah menelepon
kembali, kemungkinan besar dia pikir dia adalah pemimpin
gelandangan, yang bekerja dengan sempurna dalam mendukung
Brynne. Aku mengisi baterainya sehingga akan siap untuk dibawa
olehku malam ini dan ke akhir pekan.
Aku menyalakan Djarum pertamaku hari ini. Tarikan napas yang
sempurna. Aku merasa aku melakukan cukup baik dengan
mengurangi jatah rokokku. Brynne membantu memotivasiku, tapi
ketika hal-hal mulai bermasalah diantara kami, aku lalu tidak putusputus
merokok. Mungkin aku harus mencoba patch nikotin.
Aku memutuskan untuk menikmati hisapan rokokku dan berpikir
tentang akhir pekan mendatang. Perjalanan pertama kami bersamasama. Aku berhasil
menyisakan tiga hari dari waktuku jadi aku bisa
membawa gadisku ke pantai Somerset untuk tinggal di rumah
pedesaan kakak perempuanku. Tempat itu juga dioperasikan sebagai
high end bed and breakfast dan aku sangat menyadari fakta aku tidak
pernah meminta kakakku jika aku bisa membawa tamu bersama
denganku pada kesempatan lain aku pergi ke sana sebelumnya.
Brynne berbeda untuk begitu banyak alasan dan jika aku belum
cukup siap untuk memiliki perasaan itu secara publik, aku
menyadari perasaan itu seperti apa adanya. Aku ingin berbicara
dengannya tentang kemana kita akan menuju, dan bertanya apa yang
dia inginkan. Satu-satunya alasan aku belum mengumumkannya
adalah karena jawaban potensial dirinya membuatku benar-benar
sialan gugup. Bagaimana kalau dia tidak ingin seperti apa yang aku
inginkan" Bagaimana jika aku hanya hubungan serius pertamanya
sehingga dia bisa mencoba memahami caranya" Bagaimana jika ia
bertemu orang lain" Daftarku kekhawatiranku bisa terus dan terus bertambah. Aku hanya
harus terus mengingatkan diri bahwa Brynne adalah orang yang
sangat jujur dan ketika dia mengatakan kepadaku bagaimana
perasaannya tentang aku, maka itu adalah kebenaran. Gadisku bukan
seorang pembohong. Dia bilang dia mencintaimu.
Rencananya adalah pergi lebih awal di pagi hari setelah malam gala
untuk menghindari kepadatan lalu lintas, dan aku tak sabar
menunggu untuk membawa Brynne kesana. Aku ingin beberapa
waktu romantis bepergian dengan gadisku, dan juga hanya perlu
untuk keluar dari kota dan ke udara segar pedesaan. Aku mencintai
London, tetapi meskipun demikian, keinginan untuk memiliki waktu
jauh dari kekacaun perkotaan untuk menjaga kewarasanku, selalu
muncul secara teratur. Sebuah panggilan telepon datang kemudian, menarikku keluar dari
momen khayalanku dan kembali ke situasi sekarang yang sangat
menuntut dan sangat mendesak yaitu tanggung jawab pekerjaanku.
Hari pun berlalu dan sebelum aku tahu, saatnya untuk bergerak.
Aku menelepon Brynne saat aku meninggalkan kantor untuk
memberitahu aku sedang dalam perjalanan dan berharap untuk
mendapatkan ikhtisar spontan tentang segala sesuatu yang perlu
dilakukan sebelum malam ini dan perjalanan kami yang akan datang.
Aku mendapat pesan suara sebagai gantinya. Jadi aku mengirimnya
teks singkat: Aku dalam perjalanan pulang. Perlu sesuatu" Dan
tidak mendapat respon. Aku tidak menyukainya dan menyadari saat itu juga, aku akan selalu
khawatir tentang dia. Kehawatiran itu tidak akan pernah pergi. Aku
pernah mendengar orang-orang mengatakan hal-hal seperti itu
tentang anak-anak mereka. Bahwa mereka tidak tahu apa itu
khawatir yang nyata sampai mereka memiliki seseorang yang cukup
penting dalam kehidupan mereka yang mengukur esensi sejati dari
apa artinya untuk mencintai orang lain. Dengan cinta datang pula
beban potensi kehilangan-prospek yang terlalu tidak nyaman bagiku
untuk berpikir tentang itu terlalu banyak.
Mengingat tentang amplop dari tumpukan surat kabar, aku menuju
ke kios Muriel dalam perjalanan menuju ke mobilku. Dia melihat
saya mendekat dan memperhatikanku dengan mata penuh jiwanya.
Dia mungkin punya kehidupan yang keras dan kasar, tetapi mereka
kebenaran tidak mengubah fakta bahwa dia sangat cerdas. Mata
tajam kehilangan tidak melewatkan apapun.
"Halo, Muriel."
"'Ello, Bung. Apa yang bisa aku lakukan untuk kamu" Aku punya
setiap Koran Amerika seperti yang kau inginkan, eh?"
"Ya. Bagus sekali." Aku tersenyum padanya. "Pertanyaan, Muriel."
Aku mengamati bahasa tubuhnya saat aku berbicara, mencari
petunjuk untuk melihat apakah dia tahu apa yang aku minta atau
tidak. Aku mengeluarkan amplop dengan foto-foto Ivan dan
mengangkatnya. "Apa yang kau tahu tentang ini ditempatkan dalam
tumpukan koran hari ini?"
"Tidak Ada." Dia tidak melihat ke arah kiri. Dia tidak kehilangan
kontak mata juga. Kedua hal itu mendukung dia memberiku
kebenaran. Aku hanya bisa menebak dan menggunakan intuisiku,
dan ingat dengan siapa aku berurusan.
Aku meletakkan sepuluh pound di meja. "Aku butuh bantuanmu,
Muriel. Jika kau melihat seseorang atau sesuatu yang mencurigakan
Aku ingin kau ceritakan tentang hal itu. Ini penting. Kehidupan
seseorang bisa dipertaruhkan." Aku memberinya anggukan. "Apakah
kau mau mengawasinya?"
Dia menatap sepuluh pound itu dan kemudian kembali ke padaku.
Dia menyeringaikan gigi mengerikan itu dengan senyum tulus dan
berkata, "Untuk kamu, tampan, aku akan melakukannya." Muriel
menyambar sepuluh pound itu dan memasukkannya ke dalam saku.
"Ethan Blackstone, Lantai empat puluh empat," kataku, menunjuk ke
gedungku. "Aku tahu namamu dan aku tidak akan lupa."
Aku menduga kita punya kesepakatan yang sebaik mungkin
mengingat dengan siapa aku membuatnya. Aku menuju ke mobilku,
ingin pulang dan melihat gadisku.
Aku menelepon Brynne kedua kalinya dan sekali lagi mendapat
pesan suara, jadi aku meninggalkan pesan yang mengatakan aku
sedang dalam perjalanan. Aku bertanya-tanya apa yang ia lakukan
sehingga tidak menjawab dan mencoba untuk membayangkan
sesuatu seperti mandi, berolahraga dengan memakai headphone, atau
mengeset telponnya hening.
Aku berjuang dengan kekhawatiranku. Terutama, emosi ini masih
asing, namun pada saat yang sama bukan sesuatu yang aku bisa
sisihkan juga. Aku khawatir pada Brynne terus-menerus. Dan hanya
karena ini semua baru bagi aku yakin sekali tidak membuatnya lebih
mudah untuk dipahami. Aku adalah seorang pemula total yang
belajar jalan. Apartemenku sunyi seperti kuburan ketika aku melangkah masuk.
Aku merasa lonjakan kecemasanku ke tingkat yang sangat tidak
menyenangkan dan mulai mencari. "Brynne?"
Hanya keheningan lagi. Dia tidak berolahraga dan dia pasti tidak
berada di kantorku. Tidak di luar di balkon. Kamar mandi adalah
harapan terakhirku. Hatiku berdebar di dadaku ketika aku membuka
pintu. Dan berhenti saat dia tidak berada di sana juga.
Persetan! Brynne, kau dimana"
Gaun indahnya tergantung di lemari. Gaun periwinkle yang dia beli
di toko vintage dengan Gabrielle pada hari kami bertemu untuk
makan siang di Gladstone. Ada bukti-bukti kemasan-kosmetik keluar
dan tas kecil setengah selesai dirapikan. Jadi ia telah di sini bersiapsiap
untuk malam ini dan akhir pekan kami.
Aku ingin memberinya manfaat dari keraguan, tapi dia sudah pernah
pergi sendirian sebelumnya dan bagaimana jika dia pergi lagi"
Setelah foto-foto dari orang gila hari ini, perutku terasa melilit dan
aku hanya perlu tahu di mana dia!
Aku masuk sampai ke kamar tidur, menghubungkan panggilan
telepon ke Neil dengan perasaan setengah-panik ketika aku
melihatnya. Visi yang paling indah di dunia. Di tengah semua
hamburan pakaian dan tas setengah dikemas adalah Brynne,
meringkuk di tempat tidur ... tidur.
"Ya?" Jawab Neil. Aku membeku, aku masih memiliki ponsel
terangkat di telingaku. "Umm ... alarm palsu. Maaf. Kami akan menemuimu di National
dalam beberapa jam." Aku menutup telepon sebelum dia bisa
merespon. Kasian sobatku harus berpikir aku sudah kehilangan
pikiran. Kau memang telah benar-benar kehilangan pikiran!
Bergerak sangat pelan, aku melepas jaketku, membuang sepatuku,
dan hati-hati merangkak ke tempat tidur dan meringkuk di sekitar
tubuh tidurnya. Aku menghirup aromanya yang indah dan
membiarkan detak jantungku melambat. Dorongan untuk
menyalakan rokok begitu intens tapi aku fokus pada kehangatannya
padaku dan pikiranku pada kecanduan untuk merokok berkurang
akhirnya. Brynne tidur nyenyak-tidur sangat mendalam, dan aku bertanyatanya mengapa dia
begitu lelah tetapi tidak ingin mengganggu
dirinya juga. Aku bisa menonton dan menunggu dengan baik-baik
saja dengan dia disampingku dan berpikir tentang pelajaran yang aku
baru saja belajar. Brynne bukan satu-satunya dengan masalah
kepercayaan rupanya. Aku perlu juga menguasai masalah
kepercayaanku juga sedikit lebih lagi. Ketika dia mengatakan dia
tidak akan lari dariku, maka aku harus percaya dia menjaga katakatanya.
Aku membuka mataku untuk menemukan mata miliknya menatapku.
Dia tersenyum, tampak bahagia dan cantik dan puas. "Aku suka
menontonmu tidur." "Jam berapa sekarang?" Aku memandang di langit untuk melihat
siang hari masih menempel. "Aku tertidur" Aku pulang dan
menemukan kau di tempat tidur dan tidak bisa menolak bergabung
denganmu. Kurasa aku tertidur juga, tukang tidur."
"Sekitar jam setengah enam dan waktunya untuk bergerak." Dia
menggeliat seperti kucing, sensual dan erotis saat ia meregangkan


All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tubuh. "Aku tidak tahu mengapa aku begitu lelah. Aku hanya
meletakkan diri satu menit dan ketika aku membuka mataku ... kau
ada di sini." Dia mulai berguling dari tempat tidur.
Aku menarik bahunya dan menggulingkan tubuhnya, dia terjepit
dibawahku dan aku menetap di antara kedua kakinya. "Jangan buruburu, cantikku.
Aku butuh waktu berdua dulu. Ini akan menjadi
malam yang panjang dan aku harus berbagi dirimu dengan jutaan
pria idiot." Dia mengulurkan tangan dan memegang wajahku dan tersenyum.
"Apa jenis waktu berduaan yang kau bayangkan?"
Aku menciumnya perlahan dan menyeluruh, mejelajahi lidahku atas
setiap inci dari mulutnya sebelum aku menjawab. "Jenis dimana kau
telanjang dan meneriakkan namaku." Aku dorong pinggulku
perlahan-lahan ke dalam tubuh lembutnya. "Jenis ini."
"Mmmmm, kau sangat meyakinkan, Mr Blackstone," katanya, masih
memegang wajahku, "tapi kita harus mulai bersiap-siap untuk malam
ini. Seberapa bagus kau dalam multi-tasking?"
"Aku hebat di banyak hal," jawabku sebelum aku menciumnya lagi.
"Berikan aku petunjuk."
"Well, aku sangat menyukai pancuran mandiku hampir sama seperti
bak mandimu," katanya malu-malu.
"Ahhh, jadi kau hanya menggunakanku untuk fasilitas mandiku yang
hebat kalau begitu?"
Dia terkikik dan memindahkan tangannya ke bawah diantara kami
untuk memegang ereksiku yang mengeras. "Fasilitasnya sangat
bagus seperti yang aku lihat selama ini."
Aku tertawa dan mengerang pada saat yang sama, mengendongnya
dan masuk ke kamar mandi. "Aku akan menyiapkan air panas ... dan
aku akan menunggumu di sana."
Aku tidak perlu menunggu lama sebelum ia bergabung denganku
telanjang dan seksi seperti biasa, aku benar-benar tertawan dan
membara untuk mengklaim tubuhnya dengan seks dominan yang
aku tidak bisa mengontronya ketika kami bersama-sama. Hadiah
utamaku dan ketakutan terbesarku semua bergulung menjadi satu.
Aku bercanda tentang gala malam ini dan berbagi dia dengan orang
lain, namun pernyataan itu memegang kebenaran jauh lebih banyak
daripada yang aku ingin mengakui. Aku benci berbagi dia dengan
pria lain yang mengaguminya-terlalu banyak menurut pendapatku.
Tapi, itu adalah realitas dari seorang Brynne, dan jika dia adalah
gadisku maka aku harus belajar untuk menghadapinya sebagai pria.
Kami mempergunakan dengan sangat baik waktu yang ada dalam air
sabun panas itu. Ya ... multi-tasking adalah salah satu poin kuatku
dan aku tidak akan meniup setiap peluang yang aku ditawarkan.
*** "Kau tampak luar biasa cantik, kau tahu."
Dia tersipu ke cermin, bersemu merah yang menggelap bergerak
turun ke lehernya dan bahkan pada gundukan payudaranya pada
belahan dada dari gaun dekaden ini yang dia temukan. Gaun itu
berenda dan sangat cocok untuk bentuk tubuhnya, rok pendek yang
agak berbusa dari beberapa bahan lain yang aku tidak tahu namanya.
Tidak peduli apapun itu, gaun itu akan menjadi penyebab
kematianku malam ini. Aku sangat kacau.
"Kau tampak keren juga, Ethan. Kita serasi. Apakah kau memilih
dasi itu karena warna gaunku?"
"Tentu saja. Aku memiliki tumpukan dasi." Aku melihat dia
melakukan riasan dan menyelesaikan detil-detil terakhir, bersyukur
bahwa dia tidak keberatan aku mengintai, dan gugup untuk apa yang
aku akan lakukan. "Maukah kau pakai klip dasi perak antikmu" Yang sangat aku
sukai?" Pembuka arah pembicaraan yang Sempurna. "Tentu." Aku meraih
kotak penyimpanannya di atas meja rias untuk mendapatkannya.
"Apakah itu warisan keluarga?" Tanyanya saat aku menyematkan
klip itu pada dasiku. "Sebenarnya ya. Keluarga ibuku. Kakek-nenekku adalah orang
inggris antik yang kaya dan hanya memiliki dua putri-ibuku dan ibu
Ivan. Ketika mereka meninggal, barang mereka diwariskan ke cucucucu, Hannah,
aku, dan Ivan." "Well, itu luar biasa dan aku sangat menyukai barang antik seperti
itu. Barang Vintage begitu rapi dibuat dengan tangan dan juga
memiliki beberapa makna sentimental, maka semua barang seperti
itu bagus, kan?" "Aku hanya punya beberapa kenangan tentang ibuku, aku sangat
muda ketika ia meninggal. Tapi aku ingat nenekku. Dia menyuruh
kami menginap selama liburan, mendongengkan kepada kami
banyak cerita dan menunjukkan kepada kami foto-foto, dia mencoba
untuk membantu kami mengenal ibu kami sebaik yang dia bisa
karena dia selalu mengatakan itu apa yang ibuku pasti inginkan."
Brynne meletakkan kuas make-upnya dan datang kepadaku. Dia
meletakkan tangannya ke lengan bajuku dan kemudian
menyesuaikan dasiku sedikit, dan akhirnya merapikan klip perak
dengan penuh hormat. "Nenekmu terdengar seperti wanita yang baik
dan begitu juga ibumu."
"Keduanya akan senang bertemu denganmu." Aku menciumnya
dengan hati-hati agar tidak menodai lipstiknya dan menarik sebuah
kotak dari sakuku. "Aku punya sesuatu untukmu. Ini spesial ... hanya
untukkmu." Aku menyodorkan itu padanya.
Matanya melebar pada kotak beludru hitam dan kemudian
mendongak sedikit terkejut. "Apa itu?"
"Hanya hadiah untuk gadisku. Aku ingin kau memilikinya."
Tangannya gemetar saat ia membuka kotak itu dan kemudian
sebelah tangan ditempelkan ke mulutnya yang terkesiap lembut.
"Oh, Ethan ... ini -ini begitu indah-"
"Ini adalah sepotong barang vintage kecil dari ibuku dan itu
sempurna untukmu ... dan sesuai dengan bagaimana perasaanku
padamu." "Tapi kau tidak seharusnya memberikan warisan keluarga ini
padaku." Dia menggelengkan kepalanya. "Ini tidak tepat untukuntuk kau diberikan
pada orang-" "Aku harus memberikannya kepadamu dan aku memberikannya
sekarang," Aku berbicara lebih tegas. "Bolehkan aku
mengenakannya padamu?"
Dia kembali menatap liontin itu dan kemudian tatapannya kembali
padaku, dan mengulangi perbuatannya.
"Aku ingin kau memakainya malam ini dan menerima hadiah ini."
"Oh, Ethan..." bibir bawahnya bergetar. "Kenapa harus ini?"
Sejujurnya" Liontin ametis hati dengan berlian dan mutiara adalah
hal kecil yang sangat cantik, tapi lebih dari itu, liontin ini
menjeritkan nama Brynne. Ketika aku ingat itu ada sebagian dari
banyak koleksiku dari estate ibuku, aku pergi ke lemari besi dan
membukanya. Ada hal-hal lain di sana juga, tapi mungkin lebih
banyak waktu yang dibutuhkan terlebih dahulu sebelum menggali
lebih dalam hadiah perhiasan tambahan.
"Ini hanya kalung, Brynne. Sesuatu yang sangat indah yang
mengingatkan aku padamu. Ini vintage dan itu warna favoritmu dan
itu punya mata berbentuk hati. "Aku mengambil kotak itu dari
tangannya dan mengambil liontinnya. "Aku harap kau akan
menerimanya dan memakainya dan tahu bahwa aku mencintaimu.
Itu saja." Aku menelengkan kepalaku dan memegang kedua
ujungnya di jariku, menunggu dia setuju menerimanya.
Dia mengerutkan bibirnya, mengambil napas dalam-dalam dan
matanya terlihat gemerlapan saat ia menatapku. "Kau akan
membuatku menangis, Ethan. Itu begitu-begitu indah dan aku
menyukainya-dan-dan aku sangat suka kau ingin aku memilikinyadan aku juga
mencintaimu." Dia berbalik kembali ke arah cermin
dan mengangkat rambutnya dari lehernya.
Kemenangan terasa begitu luar biasa! Aku yakin wajahku berseriseri, menikmati
lebih banyak kebahagiaan pada saat ini daripada
yang pernah aku rasakan selama ini ketika menggenggam rantai
yang melingkari lehernya yang indah, melihat perhiasan hati
berhiaskan berlian menetap ke kulitnya, menemukan tempatnya pada
akhirnya, setelah beberapa dasawarsa dalam kegelapan.
Hampir sama seperti hatiku.
*** Bab 12 - Tamat The National Portrait Gallery adalah tempat yang sangat megah
untuk sebuah acara dan aku telah terbiasa dengan tempat itu, sudah
cukup sering aku kesana sebelum aku bekerja di bidang keamanan,
kadang-kadang sebagai pengunjung sekali atau dua kali dengan
seorang teman kencan. Tapi tak pernah seperti ini sebelumnya.
Brynne membawa arti baru dari sikap posesif. Setidaknya bagiku
atas dirinya. Kurasa aku mungkin akan mati di penghujung malam
saat menjaganya dari semua orang yang menginginkan dirinya.
Dia tampak begitu cantik dan sempurna dengan gaun renda
periwinkle dan sepatu perak; setiap inci penampilan luarnya bak
model, tetapi didalam dirinya, pikiran artistiknya sangat brilian dan
dihormati untuk pekerjaan yang dia lakukan di bidangnya. Gadisku
bak selebriti malam ini. Aku benar-benar terbantu saat melihat
hadiahku berada di lehernya. Dia milikku, hai orang-orang! Milikku!
Dan jangan lupa hal itu! Pameran Lady Percival memang sukses. Brynne sudah ditetapkan
sebagai tutorial pada proses konservasi perbaikannya yang baru
selesai sebagian. Dan Brynne, tentu saja, di akui sebagai konservator
untuk proyek tersebut. Ketika kami semua duduk makan malam,
namanya disebut dalam pidato sambutan atas penemuan yang dia
buat. Raut wajahnya yang menampakkan rasa bangga adalah sesuatu
yang aku pikir tidak pernah kulupakan. Semua hasil donasi untuk
acara malam ini akan digunakan untuk mendukung Yayasan
Rothvale bagi Advancement of the Arts (kemajuan seni) dan saat aku
melihat di sekeliling ruangan, bisa kulihat uang yang banyak dan
nama-nama lama di antara para tamu. Tampaknya Mallerton sedang
mengalami semacam kebangkitan kembali, dan penemuan Brynne
tentang pelukis yang melukis Lady Percival telah membantu
membangkitkan minat terhadap karyanya, dan sebagai hasilnya,
dibentuk badan amal Rothvale.
"Brynne, Lady Percival-mu adalah sesuatu yang lain," kata
Gabrielle. "Aku memperhatikannya dengan baik ketika aku tiba. Aku
suka bagaimana mereka memajangnya sebagai kesempatan untuk
pembelajaran tentang metode konservasi dan proses untuk
menjadikannya sebagai harta karun. Dan, Ethan, aku dengar kau
juga berperan dalam memecahkan misterinya."
"Hampir tidak berperan. Hanya menerjemahkan beberapa kata, tapi
terima kasih, Gabrielle. Aku senang bisa membantu gadisku dengan
sedikit bahasa Perancis." Aku mengedipkan mata pada Brynne. "Dia
tampak begitu bahagia ketika dia memecahkan semua misteri itu."
"Aku sangat gembira. Lukisan itu seperti pencetak karir untukku.
Dan aku berutang semua itu padamu, sayang." Dia mengulurkan
tangannya dan menempatkannya diatas tanganku.
Ya Tuhan, aku menyukainya ketika dia melakukan sedikit gerakan
yang menunjukkan rasa sayang seperti itu. Aku membawa tangannya
ke bibirku dan tidak peduli sedikitpun kalau ada yang melihat. Aku
hanya tidak peduli. "Aku ingin tahu di mana Ivan. Menurutmu dia akan segera berada
disini?" Tanya Brynne padaku.
Perasaan bahagiaku berubah menjadi murni cemburu dengan waktu
sekitar dua koma lima detik dan aku yakin aku mengerutkan kening
sebelum aku menyadarinya dan menyambut dia dengan bersikap
baik. Aku teringat kembali bahwa aku mengajaknya untuk
membiarkan Ivan melihat lukisan itu pada hari ini, tapi sialan, Ivan
akan meneteskan air liurnya setelah melihat seluruh penampilan
Brynne yang begitu cantiknya malam ini.
Brynne berpaling lagi kearah temannya dan muncul semangatnya
lagi , "Gab, aku benar-benar berharap dia datang malam ini, aku
ingin kau bertemu dengan sepupu Ethan. Dia memiliki satu rumah
penuh lukisan Mallerton yang perlu di katalogisasi dan entah apa
lagi. Kau harus bertemu dengan pria ini. Maksudku, kau benar-benar
harus bertemu dengannya."
Gabrielle tertawa, tampak sangat bahagia dan cantik ala dirinya
sendiri, mengenakan gaun hijau yang pas ditubuhnya terlihat begitu
indah, warna yang cocok antara bajunya dengan matanya. Ini bisa
menjadi pengalih yang sangat bagus, aku menyadari itu. Perhatian
seorang Ivan akan teralihkan saat bertemu dengan Gabrielle dan
rasanya akan menjadi lebih baik untuk menjaga dia yang selalu ingin
menggoda Brynne. Dan sesuatu yang mengatakan kepadaku bahwa
seluruh perhatian Ivan akan tertuju pada Gabrielle begitu ia
memperhatikannya dengan baik. Aku berani bertaruh dengan uang.
Dan aku pasti akan menang.
"Sulit untuk mengatakannya, sayang. Ivan melihat waktu seperti
mengatur parameternya sendiri dan dia selalu seperti itu. Begitu
menjengkelkan... " Kata-kataku terhenti ketika aku melihat
seseorang di seberang meja. Astaga. Pirang Strawberry arah jam tiga
- keluar dari sarangnya dan siap berburu. Alamat tidak baik.
Aku mengalihkan pandanganku dengan cepat dan fokus pada
Brynne. Dia menoleh ke mana arah mataku yang baru saja tertuju
dan kemudian kembali ke arahku. Aku yakin pikirannya pasti
bertanya-tanya. Brynne gadis yang cerdas. Aku mencoba untuk
bersikap tenang dan berdoa bahwa ingatan Pamela atau Penelope
tidak lebih baik daripada aku, namun aku tidak menaruh banyak
harapan. Dia adalah teman Ivan dan aku hanya tahu dia akhirnya
mendekati aku sebelum melewati malam itu. Dimanakah buku
peraturan untuk menangani situasi canggung" Bukankah hal itu jelas
vulgar untuk memperkenalkan orang terakhir yang telah kau
setubuhi kepada orang yang kau setubuhi sekarang" Ugh.
"Apakah semuanya baik-baik saja?" Tanya Brynne.
"Ya." Aku meraih gelas anggurku dan meletakkan satu tanganku di
belakang kursi Brynne. "Sempurna." Aku tersenyum.
"Oh, lihat, ada Paul." Dia tersenyum dan melambaikan tangan pada
musuhku yang sedang mengangkat gelasnya ke arah kami. Aku
menduga bahwa ia berada di sini karena pagi itu ia mengatakan akan
datang, ketika aku ingin berkenalan dengannya dipinggir jalan.
"Bersikaplah yang baik. Jangan pernah berpikir ingin mengamuk di
depannya lagi," Brynne menggumam ke arahku.
"Baik," kataku, sambil mengangkat gelasku dan dalam hati aku
berharap ingin langsung mempelajari ilmu hitam sehingga aku bisa
mengutuk pria itu menjadi seekor katak. Tunggu, dia memang seekor
katak; ataukah hewan lain... mungkin seekor kecoa"
"Apa yang kau pikirkan?"
"Aku sangat membenci serangga tertentu," kataku, sambil meminum
anggurku. Dia memutar matanya. "Sungguh?"
"Umm hmm. Aku tidak bercanda. Kecoa binatang yang begitu
menjijikkan, suka menyelinap di sekitar tempat-tempat yang pasti
tidak mereka miliki."
Dia tertawa padaku. "Kau sangat menggemaskan ketika kau
cemburu." Dia menyipitkan matanya dan membungkuk lebih dekat.
"Tapi jika kau mempermalukan aku di depannya lagi seperti yang
kau lakukan pagi itu saat aku membeli kopi, Aku akan menyakitimu,
Blackstone. Dan akan terjadi sesuatu yang melibatkan rasa sakit
yang begitu luar biasa." Katanya sambil menunduk kearah bagian


All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah pinggangku. Aku tertawa kembali karena merasa kata-katanya sangat lucu dan
aku tidak meragukan ancaman dia, dan faktanya Kecoa itu
mengawasi kami dari seberang jalan. "Aku akan menjadi pria yang
sempurna... hanya selama ia terus menjepit miliknya."
Brynne memutar matanya padaku lagi dan aku melihat bagaimana
matanya tampak biru yang sepadan dengan gaun malamnya.
Setelah makan malam, aku merasa senang saat diperkenalkan pada
Craven Alex yang sangat feminim, dan orangnya ramah sekali dari
museum the Victoria dan Albert. Aku memanjatkan doa syukur
kepada ibuku bahwa aku tidak pernah mengirim ejekan dengan
menyebutnya Ms Craven dengan teks beracun dari 'Ethan u/ film the
big knife' dan menduga ibuku sudah mencariku pada hari itu. Aku
tidak pernah mengambil keberuntunganku begitu saja.
Tidak butuh waktu lama bagi Brynne untuk diajak pergi oleh
pengujung yang ingin bertanya secara detail tentang konservasi Lady
Percival. Aku mengundurkan diri karena hal itu dan melangkah
menjauh untuk mengambil minuman lain. Aku merasa ada yang
memperhatikan aku dan berbalik menemukan tatapan Pirang
Strawberry dengan cepat. Sial. Aku tahu ini akan terjadi.
"Halo, Ethan. Senang bertemu denganmu disini malam ini. Aku
pernah menanyakan padamu kepada Ivan beberapa hari kemarin."
"Benarkah?" Aku mengangguk padanya, dengan putus asa aku
berharap ingat namanya. "Minum... um...?" Aku melihat ke bawah,
perasaanku seperti seorang bajingan dan ingin berada di tempat lain
saat ini. "Priscilla." Well, aku mendapatkan huruf pertama dengan benar. Aku
menjentikkan jariku dan menunjuk ke langit-langit. "Benar-Priscilla,
apakah kau mau kupesankan minuman" Aku akan kembali ke Galeri
Victoria." Mohon katakan tidak.
"Ya! Aku ingin Cosmo." Katanya menyembur, matanya menyala saat
dia melihat seperti ada beberapa perhatian dariku. Pandangannya
seakan memeriksaku dan aku merasakan sangat tidak nyaman. Ini
adalah sesuatu yang sudah kubangun selama bertahun-tahun saat
menghadapi seorang wanita. Aku telah melakukan itu hanya untuk
seks saja. Maksudku, siapapun yang akan berhubungan seks
denganmu setidaknya kau jangan sampai membiarkan mereka
mengagumi dan berpura-pura tersanjung dengan perhatian mereka"
Tapi sebenarnya, aku tidak menyukainya, dan hal ini tidak lebih dari
sekedar sebuah permainan bagiku. Sebelum Brynne aku sudah
banyak melakukan permainan seperti ini. Aku sudah pernah menjadi
seperti seekor anjing. "Dan apa yang dikatakan Ivan tentang aku?"
"Dia bilang kau sangat sibuk dengan pekerjaanmu dan Olimpiade...
dan pacar barumu." "Ahhh...well, setidaknya ia mengatakan tentang kebenaran," kataku,
aku ingin mencari jalan keluar dari ruangan ini tanpa harus
menyinggung perasaannya, "ya aku sudah punya pacar." Dan aku
harus menjauh darimu sekarang juga!
"Aku melihatnya tadi saat makan malam. Dia masih sangat muda,
kan?" Priscilla melangkah mendekat dan menempatkan tangannya di
lenganku, suaranya bagaikan dibubuhi racun yang cukup menyengat.
"Dia tidak muda." Aku menenggak seteguk vodka dan berdoa agar
Tuhan bertindak memberikan jalan keluar untukku dari situasi tidak
nyaman ketika si Kecoa dengan Brynne yang berada di sampingnya
berjalan mendekati kami. Inilah balasan Tuhan atas tindakanmu, bajingan.
"Sayang." Aku melepaskan diri dari Priscilla dan pergi ke arah
Brynne. "Aku sedang mengambil minuman ketika bertemu dengan...
um... Priscilla..." Sialan aku bahkan lupa nama belakangnya! Sangat
menyebalkan, dan aku hanya tidak memiliki keahlian untuk
melakukan omong kosong ini lagi, bukan berarti aku pernah
bersamanya, tapi ini benar-benar canggung hanya karena aku pernah
berhubungan seks dengannya.
"Blackstone." Paul Langley memberiku pandangan menuduh.
"Brynne merasa sedikit pusing dan ingin istirahat."
Aku mengambil tangan Brynne dan menempatkannya di bibirku
untuk kucium. "Kau baik-baik saja?"
"Kurasa aku hanya butuh air," katanya. "Tiba-tiba tubuhku terasa
seperti kepanasan dan rasanya aneh."
"Sini, aku ingin kau duduk dan aku akan mengambilkan air." Tapi
sebelum aku bisa bergerak, ada Langley si pria ramah mengulurkan
gelas kristal ke tangan Brynne. Didalam benakku, aku mencoba
bertelepati padanya. Kau bisa meninggalkan kami sekarang,
Langley. Tapi tidak bekerja. "Terima kasih, Paul," dalam sekejap mata Brynne memberinya
senyum tanda terima kasih dan mulai meminumnya.
"Sama-sama, sayang," balas si Kecoa dengan mengguman padanya.
Sialan...Aku harap kau meninggalkan ruangan. Langley, ternyata dia
memiliki tata krama yang teladan, dia mengulurkan tangan kepada
Priscilla dan memperkenalkan dirinya. "Paul Langley."
"Priscilla Banks. Senang bertemu denganmu."
Mengagumkan. Sekarang, bisakah kalian berdua pergi bersamasama dan berhubungan
intim di toilet atau berbicara di belakang
kami atau sesuatu yang lain" Salah satunya juga akan sangat
membantu. Nasib baik berpihak padaku, mereka menjauh dan mulai bercakapcakap. Aku kembali
menatap Brynne dan bertanya, "Merasa lebih
baik?" "Ya, sangat baik." Dia melirik ke arah Paul dan Priscilla dan
kemudian kembali padaku. "Siapa itu, Ethan?" Bisiknya.
"Teman Ivan." Dia tidak mempercayainya dan memberiku tatapan seperti katakatayang berarti
pasti akan terjadi malapetaka jika aku tidak
membersihkan namaku. "Apa dia temanmu juga?"
"Tidak juga," aku menawarkan.
"Apa artinya, tidak juga?"
"Aku berhenti sejenak, tidak yakin kemana aku akan membawa rasa
ketidaknyamanan ini. Hampir tidak ada tempat di acara amal publik
ini, tapi aku biasanya tidak pernah menyaring apa yang ada di dalam
pikiranku dengan apa yang keluar dari mulutku dan karenanya toh
aku bisa mulai merubahnya sekarang dengan pelan-pelan. "Artinya
kami pergi keluar satu kali bersama-sama dan itulah makna katanya
kami tidak berteman. Tidak seperti kau berteman dengan Langley."
Aku mengangkat satu alis kearahnya.
"Oke. Cukup wajar," katanya, dengan termenung agak lama sambil
melihat ke arah Priscilla kemudian kembali menatapku, sebelum
menghabiskan sisa airnya.
Hmmm...jadi sepertinya dia tidak ragu-ragu untuk tidak meneruskan
pertanyaannya pada saat ini. Terima kasih. Ya Tuhan. Sekarang, jika
kami bisa melarikan diri dari si Kecoa dan Pirang Strawberry itu,
aku akan merasa senang sekali.
"Bagaimana kalau kita kembali ke galeri" Kau memiliki banyak
penggemar yang masih menunggu untuk berbicara denganmu."
"Benar," katanya sambil tertawa, menggelengkan kepalanya. "Tapi
yeah, kita benar-benar harus kembali. Aku ingin Lady Percival
mendapatkan bayarannya malam ini. Sudah terlalu lama dia
bersembunyi didalam kegelapan."
Saat aku menggandeng Brynne menuju Victoria Gallery, aku tidak
bisa berhenti berpikir kalau dia mengacu pada dirinya sendiri secara
metaforis dengan kata-katanya pada bagian terakhir itu: Sudah
terlalu lama dia bersembunyi didalam kegelapan. Kata-kata itu
membuatku merasa bahagia untuk beberapa alasan.
Tidak lama kemudian, saat Brynne terjebak dalam putaran lain untuk
diwawancarai dan perlahan-lahan aku mundur di belakangnya dan
membiarkan dia melakukan wawancaranya. Dia baru saja memulai
karirnya dan aku ingin dia sukses untuk beberapa alasan. Yang
pertama, inilah yang diimpikannya, dan yang kedua, dia memilih
bidang pekerjaan yang baik dan akan menahannya untuk tetap
tinggal di London bersamaku. Aku hanya termotivasi karena
gadisku. "Menikmati pertunjukan?" Terdengar suara Ivan di bahuku.
"Senang kau bisa datang malam ini. Kami sudah bertanya-tanya
kapan kau akan menghormati kami dengan kehadiranmu. Brynne
ingin memperkenalkanmu pada temannya." Aku melihat sekeliling
untuk mencari Gabrielle dengan gaun hijaunya, tapi tidak
melihatnya. "Tampaknya Brynne sangat sibuk sekarang." Dia melirik gadisku
dengan rasa kagum. "Mungkin nanti."
"Dengar, Ivan, ada ancaman palsu dikirim ke kantorku hari ini. Aku
tidak begitu khawatir tapi aku ingin kau tahu detailnya." Aku
menyerahkan kepadanya amplop berisi foto yang kubawa sepanjang
malam untuk mengantisipasi kehadirannya. Aku sangat yakin bahwa
setiap orang harus tahu tentang ancaman terhadap mereka, tak peduli
seberapa tidak signifikannya ancaman itu. Orang gila sepertinya
tidak pernah menerima dengan lebih baik, karena itu semua orang
perlu tahu apapun yang bisa menjadi masalah secara keseluruhan
mungkin itu akan terjadi.
Ivan dan aku sudah sering melakukan ini sebelumnya jadi itu bukan
hal baru bagi kami. Ia menggerutu melihat foto-foto ketika ia
membolak-baliknya dan setelah satu menit ia menyerahkan kembali
seluruhnya kepadaku. "Terima kasih, E, karena mewaspadai itu. Aku
yakin semuanya akan reda ketika Olimpiade hanya tinggal
kenangan." Dia menatap minuman yang ada di tanganku.
"Setidaknya aku bisa berharap, benarkan?"
"Semua ini bisa kita lakukan, sobat." Aku mengangguk, sambil
menepuk punggungnya dengan satu tangan.
"Aku butuh sesuatu seperti apa yang kau minum." Dia melambaikan
tangannya dan meninggalkan aku untuk menuju bar.
Aku menikmati vodka-ku sampai beberapa menit lagi sebelum
memutuskan merokok sepertinya menjadi sarana yang tepat. Brynne
masih terlalu sibuk untuk di interupsi jadi aku mencari Neil dan
mengatakan kepadanya dimana aku berada. Aku berada di jalanan di
bawah pintu keluar, bersandar di sana hanya supaya aku bisa cepat
kembali dengan cara yang sama waktu aku keluar, dan terasa udara
segar dan dinginnya malam merasuki diriku.
Cengkeh terasa begitu menyenangkan, kupikir aku merasakan
sedikit lebih keras. Tinggal beberapa jam lagi dan kami akan berada
di luar kota London dan aku akan memiliki Brynne untuk diriku
sendiri. Lampu-lampu kota dan suara-suara berisik adalah suatu
kenyamanan seperti diaduk dengan asap beraroma yang
membungkus di sekelilingku seperti mantel. Saat aku berdiri di sana
dan dimanjakan oleh sebuah rokok yang lain, aku bertanya-tanya
bagaimana sebelumnya hingga aku sepenuhnya ketagihan rokok.
Aku benar-benar mencoba untuk membatasi konsumsiku, tapi aku
sudah begitu lama terbiasa merokok, aku hanya tidak tahu
bagaimana caranya untuk berhenti sepenuhnya. Kecanduan adalah
bagian yang kuat dari tubuh dan didalam jiwa. Dan merokok lebih
menguasaiku dari pada sekedar nikotin. Kurasa butuh beberapa
bantuan profesional dan waktu untuk menghadapi kenyataan itu
serta beberapa orang lain.
Aku merasa ada getaran didadaku dan aku mendengar nada dering
dan butuh sesaat untuk menentukan apa yang harus kulakukan.
Ponsel Brynne yang lama di saku depan jaketku. Masalahnya sudah
begitu lama benda itu tidak berbunyi, aku hampir lupa membawanya
malam ini, tapi karena sudah kebiasaan aku selalu mengisi
baterainya dan menyalakannya.
Aku menariknya keluar dan melihat tanda MMS. Itu berarti ada
gambar masuk. Aku merasa tubuhku seakan kedinginan dan tahu ada
sebilah pisau yang mencoba mengiris-iris rasa ketakutan didalam
perutku. Aku menekan 'open' dan mencoba bernapas.
ArmyOps (tentara Amerika) telah mengirim video musik untuk
Brynne melalui media Spotify.
Oh sialan, tidak! Ini tidak boleh terjadi sekarang. Aku menekan
accept bukan karena ini merupakan keputusanku yang terbaik,
namun karena terdorong ingin melihat. Sikap profesionalku yang
mengharuskan aku melihat apa itu. Aku tahu lagu itu saat mulai
terdengar. Nine Inch Nails berjudul Closer. Salah satu lagu yang
digunakan dalam video seks dengan Brynne. Aku membiarkannya
terus berputar karena aku harus melakukan itu, tetapi merasakan rasa
sakit disepanjang keseluruhan lagu itu. Dan itu hanya video musik
resmi dan bukan salah satu dari gambar Brynne.
Terima kasih. Sialan. Brengsek.
Gambar seekor monyet di salib, kepala babi diputar diatas sesuatu,
muka Trent Reznor pemain keyboards 'Nine Inch Nails' ditutupi
dengan topeng kulit berayun-ayun dari belenggu, mulutnya disumpal
alat balls-gag, dan diagram medis dari organ seks wanita...
Akhirnya aku menarik napas pada saat itu dan hanya memandangi
layar. ArmyOps" Siapa si brengsek itu yang mengirim gambar sialan
ini" Oakley" Intelku mengatakan bahwa Oakley masih aman-aman
saja seperti biasa. Lance Oakley berada di Irak dan tidak akan begitu
saja bisa pergi kemana-mana, kecuali dia sudah di dalam kantong
mayat baru bisa kembali ke San Francisco jika aku seberuntung itu.
Karena alasan itu bisa saja terjadi.
SMS masuk beberapa saat kemudian: Brynne, Tolong aku; Aku
telah telah hancur. Brynne, Tolong aku; aku sudah tidak punya
jiwa untuk dijual. Brynne, Bantu aku menjauh dari diriku
sendiri. Brynne, Tolong aku untuk meruntuhkan nalarku.
Brynne, Bantu aku menjadi orang lain. Brynne, TOLONG
AKU!!! Jariku jelas bergetar saat aku menjawab kata-kata aneh yang kacau
itu: Siapa kau dan apa yang kau inginkan dariku"
Jawabannya muncul seketika itu juga: Bukan kau, Blackstone. Aku
ingin Brynne. Matikan rokokmu dan kembali ke dalam lalu
berikan pesanku. Kepalaku langsung mendongak dan mengamati disekelilingku
kemudian melihat ke bagian atap. Bajingan ini mengawasiku
sekarang"! Kupikir aku tidak pernah bergerak begitu cepat dalam
hidupku tapi aku punya satu tujuan dan hanya satu - menemukan
Brynne dan membawanya segera keluar dari sini.
Aku kembali masuk kedalam dan mulai berlari. Aku terhubung
dengan Neil melalui headset dan menceritakan secara singkat
kepadanya untuk cepat bertindak.
"Keamanan gedung baru saja mendapat ancaman bom melalui
telepon masuk. Mereka mengevakuasi seluruh tempat ini, E."
Apa" Pikiranku terguncang memikirkan apakah ini ada hubungannya
tapi tidak ada waktu untuk bermain Sherlock. "Tetap fokus pada
Brynne dan tunggu aku!" Aku berteriak.
Neil terdiam sebelum menjawab. Bukan pertanda baik.
"Sialan jangan bilang kau tidak berada didekatnya sekarang!"
"Aku pikir dia pergi ke toilet wanita, saat keamanan gedung
mendatangiku - aku pergi sekarang untuk mencarinya."
"Sial!" Aku mengubah arah menuju sistem alarm yang berbunyi. Bunyinya
benar-benar keras. Semua pintu keluar menyala dan pintu mulai
terbuka. Gabrielle muncul dari pintu tepat di depanku dan berlari
seperti mengikuti perlombaan lari yang luar biasa cepat mengingat
sepatu hak yang dia dikenakan malam ini. Rambutnya kusut semua


All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan begitu juga dengan rok dari gaun hijaunya saat ia melarikan diri.
Aku tidak punya waktu meskipun hanya untuk bertanya apa yang
dilakukan dengan dirinya; Aku harus mencari gadisku. Aku
mendengar hentakan langkah kaki di belakangku dan berbalik. Ivan.
Dia terlihat tidak jauh lebih baik daripada Gabrielle dengan
rambutnya yang perlu disisir dan kemejanya setengah terselip. Aku
bertanya-tanya apakah mereka sudah berkenalan disana... Aku
benar-benar tidak punya waktu untuk bertanya!
"Ancaman bom. Itulah yang terjadi." Aku menunjuk ke lampu
berkedip. "Semua orang sedang dievakuasi."
"Apa kau sedang bercanda denganku"! Semua ini karena aku"!"
Suara Ivan seakan meledak.
"Aku tidak tahu detail-nya. Aku sedang merokok di luar ketika alarm
berbunyi. Neil mengatakan keamanan gedung mendapat ancaman
bom melalui telepon dan mereka segera menutup acaranya. Kami
akan memeriksanya nanti. Cepat keluar!"
Aku meninggalkan Ivan dan berlari menuju Victorian Gallery.
Tempatnya kacau penuh dengan kegilaan. Orang-orang berteriak dan
berlarian dengan panik. Kebanyakan seperti aku.
Brynne, dimana kau"!
Aku mencari-cari mungkin terlihat kilatan periwinkle dalam
kerumunan dan aku tidak melihatnya. Dan hatiku seakan tenggelam.
"Apakah kau sudah menemukannya?" Kataku pada Neil melalui
headset lagi. "Belum. Aku sudah memeriksa dua toilet yang berbeda di lantai ini.
Semua kosong. Aku mengatakan pada Elaina untuk membawanya
bersama jika dia melihatnya di pintu keluar menuju jalanan di mana
mereka menggiring semua orang. Aku akan terus mencari."
Dalam keputusasaanku, kupikir aku ingin membuat tawar-menawar
dengan iblis jika aku bisa menemukan gadisku aman dan sehat. Aku
kembali ke bagian sayap gedung di mana Lady Percival di pajang,
berharap dia akan memberiku satu petunjuk. Aku teringat Brynne
pernah mengatakan sesuatu tentang akses menuju ruang belakang di
mana dia membantu keluar ketika Lady Percival dipindahkan dari
Rothvale ke sini untuk pameran malam ini. Aku mencari pintu itu
dan di sana tidak sampai sepuluh kaki turun kebawah, menyatu
dengan dinding- gambar-denah peta, kemudian tanda kecil tertulis
private ditempelkan disitu.
Jackpot! Aku memutar pegangan pintu dan mendorong masuk ke dalam ruang
kerja yang besar tempat penyimpanan dengan pintu lebih banyak
-salah satunya ditandai toilet.
"Brynne!?" Aku berteriak memanggil namanya dan menghantamkan
tanganku dengan keras. Aku mencoba memutar kenopnya tapi itu
terkunci. "Aku di sini," terdengar jawaban yang pelan, terpujilah para
malaikat, itu dia! "Sayang! Terima kasih Tuhan... " Aku mencoba memutar kenopnya
lagi. "Biarkan aku masuk. Kita harus segera pergi!"
Selot pintu di klik dan aku tidak membuang waktu yang memilukan
langsung membuka penghalang terakhir antara aku dengan gadisku.
Aku akan mengoyak pintunya dan melemparkannya jika aku punya
kemampuan. Dia berdiri di sana tampak pucat dengan tangan di atas mulutnya,
keringat menghiasi dahinya, dalam gaun periwinkle yang indah.
Warna yang paling cantik di seluruh dunia ini sekarang! Mungkin
selamanya. Aku berpikir aku tidak akan bisa melupakan bagaimana
aku merasa pada momen ini. Kelegaan sangat mencolok ketika
menemukan dia, aku langsung berlutut dengan mengucapkan rasa
syukur. "Apa yang terjadi dengan alarm kebakaran?" Tanya dia.
"Apakah kau baik-baik saja?" Aku membungkus lenganku di
sekeliling tubuhnya tapi dia menekankan satu tangannya ke dadaku
untuk menjaga jarak. "Aku baru saja muntah, Ethan. Jangan terlalu dekat." Dia menahan
dengan satu tangan untuk menutup mulutnya. "Aku tidak tahu apa
yang salah denganku. Terima kasih Tuhan aku ingat tentang kamar
mandi ini yang begitu dekat. Aku di sini sedang membungkuk di atas
toilet kemudian alarm berbunyi-"
"Oh, sayang." Aku mencium keningnya. "Kita harus pergi sekarang!
Bukan kebakaran tetapi ada ancaman bom melalui telepon!" Aku
meraih tangan satunya dan mulai menariknya. "Bisakah kau
berjalan?" Wajahnya bahkan lebih pucat tapi dia terlihat sedikit lebih segar lagi.
"Ya!" Aku melayangkan panggilan ke Neil saat kami berdua keluar dari
gedung itu. Adrenalin memiliki kekuatan yang begitu luar biasa di tubuh
manusia. Ada beberapa hal-hal kecil yang patut disyukuri, namun hal
yang terbesar semuanya sudah aman dan berada di dalam pelukanku.
*** Situasi yang baru saja terjadi benar-benar buruk. Aku merenung atas
kekacauan yang terjadi tadi ketika aku mengendarai mobil melawati
malam. Perubahan rencana, aku akan memutuskan sesegera mungkin
setelah kami sampai di rumah. Aku menelepon Hannah dan
membiarkan dia tahu kami akan berangkat ke Somerset malam ini.
Dia tampak terkejut tetapi dia mengatakan sangat senang akan
bertemu dengan kami lebih awal dan rumah itu sudah terbuka
sehingga kami bisa masuk kapanpun kami tiba.
Brynne adalah seorang yang agak sulit dipahami. Dia tidak merasa
tenang karena sesuatu dan juga mengkhawatirkan tentang ancaman
bom dan seluruh lukisan itu. Sejauh ini, tidak ada kekacauan yang
muncul di setiap stasiun berita yang bisa dikategorikan sebagai
risiko akibat teroris. Aku memiliki orang-orangku untuk menyelidiki
ancaman bom karena itu merupakan langkah wajib yang harus
kulakukan, tapi apa yang bersangkutan denganku jauh lebih dari itu,
adanya pesan yang di kirim ke ponsel Brynne pada malam itu.
Siapapun yang mengirim itu pasti begitu dekat. Cukup dekat untuk
melihatku sedang merokok di belakang Galeri Nasional. Dan jika ia
cukup dekat untuk itu, maka ia begitu dekat dengan gadisku. Aku
hampir tidak bisa memahami pesan isi teksnya dengan baik- hanya
lirik dari lagu yang diketik dengan nama Brynne yang dilampirkan
mereka. Aku merinding, dan mengambil keputusan untuk
membawanya keluar kota, keputusan yang sangat mudah.
Aku memandanginya ketika ia sedang tidur di jok depan, kepalanya
miring disangga bantal yang dia bawa. Aku buru-buru membawanya
keluar kota, dan aku tahu aku harus menjelaskan semuanya nanti tapi
untungnya mood-nya tidak ingin menentangku dan setuju dengan
semua rencanaku. Kami telah mengganti pakaian formal kami,
meraih tas, dan mengendarai M-4 untuk tiga jam perjalanan kami
menuju pantai. Dia tertidur sekitar dua jam di perjalanan dan kemudian terbangun
dengan satu pertanyaan langsung yang ditujukan padaku. "Jadi kau
akan memberitahuku mengapa malam ini kau menyeretku pergi
sedangkan rencananya beberapa minggu yang lalu kita akan pergi
pada pagi hari?" "Aku tidak ingin memberitahumu karena tidak akan menyenangkan
buatmu untuk mengetahui hal ini dan kondisimu sedang tidak enak."
Aku meraih tangannya. "Bisakah kita tunggu sampai besok untuk
berbicara tentang hal ini?"
Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak."
"Sayang... tolonglah, kau lelah dan - "
"Ingat kesepakatan kita, Ethan," dia memotong kata-kataku, "Aku
harus tahu segalanya atau aku tidak akan mempercayaimu lagi."
Nada suaranya sangat keras dan rasa takut keluar dari diriku. Oh,
aku ingat kesepakatan kami dengan baik dan aku membenci apa
yang sudah aku ketahui. Tapi aku juga tahu apa yang aku sepakati
dengan Brynne. Dan jika menutupi informasi darinya akan membuat
kami berpisah, maka itu tidak sebanding dengan harga yang harus
kutanggung. "Ya, aku ingat kesepakatan kita." Aku merogoh ke dalam sakuku
untuk mengambil ponselnya. "Sebuah pesan datang ke ponselmu
saat aku keluar ke belakang untuk merokok. Itu sebabnya aku tidak
tahu dimana kau berada. Aku sedang di luar dan ancaman bom
terjadi bersamaan dengan pesan teks di ponselmu."
Dia meraihnya dengan tangan gemetar dan mengambilnya dariku.
"Ethan" Apa yang ada didalamnya?"
"Yang pertama sebuah video musik lalu pesan teks dari seseorang
yang menyebut dirinya ArmyOps." Aku meletakkan tanganku di
lengannya. "Kau tidak harus mendengarkan. Kau benar-benar tidak
- " Wajahnya tampak benar-benar dilanda ketakutan tapi ia tetap ingin
bertanya. "Apakah-apa itu video... ku?"
"Tidak! Ini hanya video musik dari lagu dengan Nine Inch Nails -
dengar, kau tidak perlu melakukan ini, Brynne!"
"Ya aku ingin melakukannya! Pesan ini untukku! Benarkan?"
Aku mengangguk. "Dan jika kita tidak bersama-sama pesan itu akan tetap dikirim ke
aku, kan?" "Aku menganggapnya begitu. Tapi kita tetap bersama-sama dan aku
ingin menjagamu dari rasa khawatir tentang omong kosong seperti
itu. Rasanya seperti membunuhku, Brynne. Ini sangat membunuhku
saat melihatmu seperti ini!"
Dia mulai menangis. Tangisan tanpa suara. Cara yang biasa dia
lakukan dan entah bagaimana keheningan dari air matanya tampak
seperti jeritan keras di dalam mobil di antara kami.
"Itulah salah satu alasan mengapa aku mencintaimu, Ethan," ia
mendengus. "Kau ingin melindungi aku karena benar-benar peduli
padaku." "Aku melakukan itu, sayang. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak
ingin kau harus melihat potongan si-"
Dia menekan start dan lagu itu terdengar saat ia menyalakan
videonya. Aku melihatnya sambil menahan napas.
Brynne menyalakan semuanya secara bersamaan, menonton
kegetiran itu sampai terakhir, seluruh video bertemakan profesor
fetish yang gila. Aku tidak bisa menilai reaksinya bagaimana
perasaannya setelah melihat itu. Setidaknya tidak secara lahiriah.
Mungkin aku saja yang tidak tahu.
Aku tahu bagaimana perasaanku walaupun hanya mengawasinya
saja. Benar-benar tampak tidak berdaya.
Lalu ia sampai ke bagian pesan teks.
"Dia ada di sana" Menontonmu merokok"! Oh sial!" Dia
menempatkan tangannya menutupi mulutnya lagi dan menekannya.
"Menepilah!" Sialan! Aku seakan menantang hukum fisika dan jalan itu dan entah
bagaimana kami bisa berhenti ke sisi jalan. Dia keluar dan turun ke
semak-semak dengan cepat setelah ban mobil berhenti. Aku
memegangi rambutnya menjauh dari mukanya sambil mengusap
punggungnya. Bisakah malam ini menjadi lebih buruk lagi"
"Apa sih yang salah denganku?" Dia terkesiap. "Bisakah kau
mengambilkan aku tisu atau sesuatu?"
Aku menarik beberapa tisu dari laci dashboard dan mengambil
sebotol air sehingga ia bisa membilas mulutnya. Dan jangan bicara,
sangat yakin aku sedang mengalami sebuah pengalaman yang
mengejutkan. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi sekarang.
"Aku merasa lebih baik," Katanya terengah-engah. "Apapun itu,
malam ini tampaknya telah berlalu." Dia perlahan-lahan berdiri
tegak dan mengangkat kepalanya menatap langit di kegelapan
malam. "Aduh!" "Maafkan aku, sayang. Kau sakit dan aku telah menyeretmu
melakukan perjalanan ini dan semuanya sangat kacau-"
"Tapi kau di sini bersamaku," semburnya, "dan kau akan
membantuku melewati apapun hal sial yang ada di ponselku itu,
kan?" Dia menatapku, matanya masih basah, dadanya masih naikturun dari rasa
sakit di atas semak-semak, dan aku benar-benar
takjub melihat keberaniannya.
"Aku akan melakukan itu, Brynne." Aku mengambil dua langkah
yang memisahkan kami dan menarik dirinya supaya mendekat. Dia
merapat ke dalam pelukanku dan menempelkan pipinya di dadaku.
"Aku akan berada di sini dan siap membantumu supaya kau tetap
aman. Diriku adalah satu paket (all in), ingat?"
Dia mengangguk. "Aku juga all in, Ethan."
"Bagus. Semuanya akan baik-baik saja, sayang." Aku menggosokgosokkan tanganku ke
atas dan ke bawah di punggungnya dan
merasakan dia sedikit lebih santai.
"Aku merasa lebih baik...meskipun bauku seperti muntahan,"
katanya. "Maaf tentang semua ini."
"Senang rasanya kau merasa lebih baik. Dan kau hanya sedikit
berbau muntah." Aku mencium di atas kepalanya dan dia meremas
tulang rusukku. "Tapi kita perlu meneruskan perjalanan. Tidak jauh
lagi dan aku ingin menempatkan dirimu ke tempat tidur jadi kau bisa
beristirahat. Freddy seorang dokter. Dia bisa memeriksamu besok
setelah kamu tidur."
"Baiklah. Salah satu malam yang fantastis, kan?"
"Kau teman kencan yang menyenangkan, Miss Bennett." Aku
menggendongnya dan mendudukkan dia di kursinya. "Tapi kupikir
aku sangat senang bisa menginap di suatu tempat denganmu." Aku
mencium keningnya sebelum menutup pintu.
Dia tertawa seketika itu dan aku senang masih bisa membuatnya
tersenyum setelah terjadi kekacauan malam ini yang baru saja kami
alami. "Apa kau bisa mencium bau laut?" Tanyaku setelah kami berkendara
sedikit lebih jauh masuk kepedalaman.
"Ya. Ini mengingatkan aku tentang di rumah. Aku dibesarkan dengan
bau laut." Dia memandang ke luar jendela. "Ceritakan tentang
Hannah dan keluarganya."
Aku bertanya-tanya apakah aku telah menghidupkan kenangannya
yang menyedihkan itu ketika dia teringat akan rumahnya, tetapi
memutuskan untuk tidak mengoreknya. Mungkin lain waktu aku
akan menanyakannya. "Well, umur Hannah lima tahun lebih tua dari aku dan benar-benar
bossy, tapi dia mencintai adiknya. Kami sangat dekat... mungkin
karena kami kehilangan ibu ketika masih kecil. Kami semua saling
tergantung bersama-sama dan sangat akrab sekali setelah dia sudah
pergi. Ayah kami, Hannah dan aku."
"Kedengarannya begitu menyenangkan, Ethan- betapa hebatnya
kalian semua saling peduli."
"Aku tidak sabar menunggu mereka untuk bertemu denganmu.
Freddy seorang pria yang baik. Dia seorang dokter, seperti yang
sudah kukatakan sebelumnya dan membuka praktek di desa Kilve.
Rumah mereka disebut Halborough (Sebuah tempat penampungan),
estate lama dari keluarga Freddy -the Greymonts. Rumah besar ini
tercatat sebagai bangunan bersejarah sangat sulit untuk
mempertahankan supaya tetap dalam kondisi baik jadi mereka
menjadikan 'B&B' (Penginapan semalam dengan sarapan ala
Amerika atau kontinental) yang eksklusif, itulah yang dijalankan
Hannah, sambil membesarkan tiga anaknya yang luar biasa."
"Siapa nama mereka dan berapa usianya?"
"Umur Colin tiga belas pada bulan November. Jordan baru saja
menginjak sebelas tahun, dan Zara putri bidadari-ku adalah


All In The Blackstone Affair 2 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

keponakanku yang paling kecil, cukup mencengangkan bagi semua
orang ketika dia baru saja berusia lima tahun pada bulan ini." Aku
tidak bisa menghentikan senyumanku saat memikirkan Zara. Aku
memiliki titik lemah pada gadis kecil itu. "Kuberitahu padamu kalau
dia bukan seperti gadis kecil yang lain. Gadis kecil yang selalu
berjalan dikelilingi saudara laki-lakinya."
"Aku jadi tidak sabar ingin bertemu dengan Zara. Ada baiknya
melihat seorang wanita yang bisa mengendalikan semua pria dalam
hidupnya, dan masih muda pula."
"Well, Kau akan mendapatkan kesempatan itu besok pagi, karena
kita sudah sampai disini."
Aku memasukkan mobil di jalan kerikil yang terbentang membentuk
setengah lingkaran sampai di depan rumah Georgia yang terbuat dari
batu warna pucat. Ada beberapa campuran pengaruh dari arsitektur
selama berabad-abad yang lalu dengan berbagai perbaikan. Jendela
Gothic dan titik sentuhan yang bagus jika kau menginginkan
bangunan bersejarah. Masih terlihat berdiri bangunan rumah yang
indah di tepi pantai, lumayan untuk sebuah pondok ditepi laut. Itu
selalu membuatku tertawa. Menurut Freddy, Halborough pernah
menjadi pondok peristirahatan musim panas untuk keluarganya dua
ratus tahun yang lalu ketika mereka membutuhkan untuk menjauh
dari kota. Jika ini adalah sebuah pondok, lalu apa pendapat orangorang saat
mereka kembali kemudian menganggap sebuah rumah"
"Ya Tuhan, Ethan, sangat luar biasa." Dia menatap fa?ade (bangunan
depan rumah) dan tampak terkesan. Begitu indah dan aku tidak sabar
menunggu untuk mengajaknya berkeliling rumah.
"Besok." Aku mengangkat tas kami dari samping pintu belakang dan
mengunci mobil. "Saatnya mengantarkan dirimu ke tempat tidur.
Kau butuh istirahat."
Dia mengikuti aku sampai ke samping pintu masuk yang telah
dibuka seperti Hannah janjikan.
"Apa yang kubutuhkan adalah mandi," gumamnya di belakangku.
"Kau bisa mandi jika kau menginginkan. Kamar mandinya isinya
lengkap begitu luar biasa," bisikku sambil menuntunnya menaiki
tangga utama. Aku tahu suite yang aku inginkan untuk kami berdua
ketika aku menelepon dan meminta pada Hannah. Warna biru di
sudut samping sebelah barat tampak pemandangan penuh dari laut
dan juga semua jalan menuju pantai Welsh berseberangan dengan
Teluk. Brynne tampak terkesan ketika aku membuka pintu dan
membawanya masuk. Aku bisa tahu dari ekspresinya. Aku pikir dia
terpana dan terdiam saat matanya melihat sekeliling ruangan.
"Ethan! Ini... sungguh-sungguh menakjubkan." Dia tersenyum lebar
kearahku dan tampak bahagia. "Terima kasih karena sudah
mengajakku ke sini." Tapi kemudian dia menunduk dan sedikit
menggelengkan kepalanya. "Aku minta maaf karena malam ini
begitu berantakan." "Kemarilah, sayang." Aku mengulurkan tanganku dan menunggu dia
untuk bergerak mendekati aku.
Dia hampir melompat kearahku dan aku menangkapnya,
membiarkan kakinya membungkus di sekeliling tubuhku dengan
cara yang aku sukai saat dia melakukan itu. Aku mencoba mencium
bibirnya tapi ia berpaling dan sebagai gantinya dia memberiku akses
untuk mencium lehernya. "Aku butuh mandi dan menggosok gigiku sebelum kita melakukan
sesuatu," gumamnya di telingaku.
"Kita tidak melakukan sesuatu. Kau harus tidur setelah mandi
dengan shower atau berendam di bak mandi atau apapun yang kau
inginkan." "Hei." Dia mengangkat kepalanya dan menatapku. "Apakah kau
berusaha menyangkal reaksi tubuhmu dari aku, Mr Blackstone?"
Aku yakin itulah hal terakhir yang kuharapkan dia mengatakan itu
kepadaku. "Um... mengapa... err... tidak, Miss Bennett. Aku tidak
akan pernah melakukan hal semacam membuat ketololan seperti
berusaha menyangkal reaksi tubuhku darimu ketika kau begitu jelas
membutuhkan itu." "Untunglah, karena sekarang aku merasa jauh lebih baik. Jauh lebih
baik..." Dia memegangi wajahku dengan kedua tangannya dan
tersenyum dengan senyuman yang indah.
"Ahhh, aku bisa melihatmu." Dia melenturkan tubuhnya di atas
kemaluanku dan menarik tubuh kami lebih merapat dengan kakinya
yang melilit disekelilingku.
"Dan aku bisa merasakan bahwa kau benar-benar keras sesuai
dengan rencanaku, Mr Blackstone."
Well, tentu saja aku begitu ketika kakimu membungkus disekeliling
pantatku dan kemaluanku masuk kedalam bagian tubuhmu yang
sangat manis itu. Aku berjalan dengan tubuhnya yang masih melilitku memasuki
kamar mandi dengani hati-hati dan menurunkannya di atas kakinya.
Aku menemukan tombol lampu dan menikmati dia terkesiap untuk
yang kedua kalinya ketika dia menatap bak mandi dan pemandangan
itu. "Apakah diluar jendela itu pemandangan laut" Ya Tuhan! Begitu
indahnya terlihat dari sini, aku hampir tidak bisa berdiri."
Aku tertawa. "Sekarang, aku tidak begitu yakin apakah kau lebih
tertarik pada bak mandi itu atau ingin menggodaku lagi."
"Tapi aku bisa multi-tasking sebaik yang kau bisa, sayang," katanya,
menarik tudung jaket yang diatas kepalanya dan membiarkannya
jatuh. "Apakah aku pernah mengatakan padamu bagaimana aku sangat
menyukai saat kau memanggilku sayang?"
Pertunjukan telanjangnya akan menjadi begitu sialan menggairahkan
dan aku sudah bisa merasakan tubuhku mulai bersenandung secara
keseluruhan. "Mungkin sekali atau dua kali kau sudah mengatakannya."
Dia melepas t-shirt nya dan saat itulah aku melihatnya.
"Kau mengenakan kalungmu."
Dia mengangguk ke arahku, berdiri di sana dengan bra berenda biru
dan liontin bentuk hati yang aku berikan padanya tadi sore sebelum
malam seperti neraka itu.
"Ketika kita berganti pakaian, aku tidak ingin melepasnya." Matanya
menyala kearahku sambil mengusap liontin hati itu.
"Kenapa?" Tanyaku.
"Karena kau memberikannya padaku, dan mengatakan kau
mencintaiku dan - " "Aku tak ingin kau melepaskannya," kataku tanpa berpikir di tengahtengah
kalimatnya. " - karena kau bilang kau melakukannya secara all in."
"Ya. Denganmu, Brynne, benar, dan aku sudah merasa begitu dari
awal." Dan aku menjelaskan setiap kata. Aku tahu apa yang aku inginkan.
Aku memahaminya begitu jelas dan tidak boleh mundur lagi dengan
dia sekarang. All in selamanya, sayang...
Ketika aku meraih gadisku dan menunjukkan padanya betapa aku
memang membutuhkan dia, dan mengatakan padanya dengan kata-
kata juga, aku tahu saat itulah seperti pertaruhan yang terbaik dalam
hidupku dan belum pernah terjadi saat aku bermain kartu, tapi
malam itu di jalanan kota London, ketika seorang gadis Amerika
yang cantik mencoba berjalan keluar dikegelapan malam, dan aku
sudah memainkan kartu paling penting yang sudah pernah kumiliki,
dan melakukan... All in. The End *** Naga Pembunuh 9 Pedang Ular Merah Karya Kho Ping Hoo Pendekar Pedang Sakti 16
^